Anda di halaman 1dari 96

BEBAN GANDA ISTRI SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA

AKIBAT PANDEMI COVID-19 PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN


HUKUM ISLAM
(STUDI KASUS DI KELURAHAN KAYU MANIS, JAKARTA TIMUR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

REANITA FITRIANI

NIM: 11180440000049

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H/2022 M
BEBAN GANDA ISTRI SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA
AKIBAT PANDEMI COVID-19 PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM
(STUDI KASUS DI KELURAHAN KAYU MANIS, JAKARTA TIMUR)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum


Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
REANITA FITRIANI
NIM: 11180440000049

Di bawah bimbingan:

Dr. Rosdiana, M.A.


NIP. 196906102003122001

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H/2022 M

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:


Nama : Reanita Fitriani
NIM : 11180440000049
Program Studi : Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 November 2022

Reanita Fitriani

iv
ABSTRAK

Reanita Fitriani, NIM 11180440000049. BEBAN GANDA ISTRI


SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA AKIBAT PANDEMI COVID-19
PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI
KELURAHAN KAYU MANIS, JAKARTA TIMUR). Program Studi Hukum
Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1444 H/2022 M. x + 69 halaman 17 halaman
lampiran.
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi
istri bekerja, dan menjelaskan dampak beban ganda yang dialami istri pencari
nafkah utama setelah pandemi Covid-19, serta memahami pandangan hukum
positif dan hukum Islam terhadap beban ganda istri sebagai pencari nafkah utama
akibat pandemi Covid-19.
Penelitian ini menggunakan metode hukum empiris, dengan jenis penelitian
kualitatif, dan pendekatan sosiologis. Adapun teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara terstruktur (structured interview) dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor utama beban ganda
yang dialami istri sebagai pencari nafkah utama di daerah Kayu Manis, Jakarta
Timur, ialah akibat dari pandemi Covid-19. Beban ganda yang dialami istri yaitu
dua peran yang dikerjakan sekaligus dalam satu waktu, yakni peran sebagai pencari
nafkah utama, seperti berjualan, menjadi asisten rumah tangga, bekerja kantoran.
Serta peran sebagai ibu rumah tangga secara mandiri, di antaranya mengurus anak
dan suami, mencuci, memasak, membersihkan rumah. Dampak yang dialami oleh
istri yaitu dampak positif seperti ekonomi keluarga yang membaik, istri dapat
bersosialisasi lebih luas. Serta dampak negatif yaitu kesehatan yang menurun,
konflik rumah tangga, istri yang merasa lebih mampu dan unggul dibandingkan
suami. Hukum Positif telah mengatur mengenai hak dan kewajiban suami istri
dalam berumah tangga. Dalam Hukum Islam tidak dijelaskan secara eksplisit
mengenai istri yang bekerja sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Namun,
jika beban pekerjaan yang dialami istri tiada hentinya sampai memberatkan, akan
menjadi haram hukumnya ketika istri menggantikan suaminya dalam mencari
nafkah sedangkan suami tidak berusaha menunaikan kewajibannya sebagai
pemimpin keluarga. Maka dari itu penting bagi suami istri memahami syariat Islam
dalam membangun rumah tangga, bekerja sama, menghargai dan menghormati satu
sama lain agar senantiasa keharmonisan rumah tangga terjaga.

Kata Kunci : Beban Ganda, Istri Pencari Nafkah Utama, Hukum Positif,
Hukum Islam, Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur
Pembimbing : Dr. Rosdiana, M.A.,
Daftar Pustaka : 1974 s.d 2022

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur saya panjatkan atas kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan berkah nikmat rahmat hidayah-Nya, sehingga
saya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Beban Ganda Istri Sebagai
Pencari Nafkah Utama Akibat Pandemi Covid-19 Perspektif Hukum Positif
dan Hukum Islam (Studi Kasus di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur)”
dengan baik. Shalawat dan salam, tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
Saw., yang telah membukakan pintu cahaya berupa ilmu agama dan pengetahuan
sehingga membawa kebenaran bagi semua makhluk, khususnya umat Muslim.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya untuk saran, bantuan, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini
kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universtitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Mesraini, S.H., M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Keluarga.
4. Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A., Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga.
5. Bapak Drs. Ahmad Yani, M.Ag., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingannya selama dalam masa perkuliahan.
6. Ibu Dr. Rosdiana, M.A., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
waktunya. Untuk senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi,
dan semangat agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan benar.
7. Ibu Windy Triana, M.A., Dosen mata kuliah Metode Penelitian, juga sebagai
dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi serta nasehat-nasehat
dalam mencari judul kepada penulis selama menempuh perkuliahan.
8. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah sabar dalam membekali ilmu-ilmu yang
bermanfaat selama menempuh perkuliahan.

vi
9. Bagian Akademik, Administrasi dan Tata Usaha yang telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan segala prosedur kemahasiswaan.
10. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum, dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang seringkali
penulis singgahi dalam menyelesaikan skripsi dan membantu dalam
menyediakan semua literatur dalam proses pengerjaan skripsi.
11. Ibunda Sulistiani dan Bapak Bilhan, orang tua penulis yang telah mendidik
penulis dengan penuh cinta dan dalam iringan doa. Ibu Irma, Ibu Nurul, Ibu
Nurlaeli yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis.
12. Ayu Hany dan Lody Angkasa, kakak penulis yang selalu memberikan saran
dan support kepada penulis. Lucky Reza Verlliawan, S.H., Chika Milenia
Vineta, S.Pd., dan Viola Ramadania Azzahra yang selalu memotivasi penulis
selama pengerjaan skripsi.
13. Jihani Sharifah Nur Hamidah, sahabat seperjuangan dalam segala hal yang
telah bersama penulis hingga penyelesaian skripsi. Khansa, Ukhtia, Fajriana,
Ismi, Rayhani, Fauziah, Agil, dan Izah selaku sahabat yang sangat peduli
kepada penulis sejak di Madrasah hingga penyelesaian skripsi.
14. Nazma Tsania Salsabila, sahabat yang telah berkenan untuk bersama penulis
dalam suka dan duka dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
15. Keluarga Besar Hukum Keluarga 2018, khususnya KuRas-B (Kumpulan Rasa)
yang telah berbagi banyak kisah kepada penulis.
16. Semua pihak yang telah banyak membantu dan mendoakan penulis. Tiada hal
yang dapat penulis berikan selain doa dan harapan untuk membalas jasa-jasa
kalian.

Jakarta, 21 November 2022

Reanita Fitriani
NIM: 11180440000049

vii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv

ABSTRAK................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... viiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1


B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Review Studi Terdahulu ............................................................ 8
F. Metode Penelitian ..................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 13

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI, NAFKAH, BEBAN


GANDA ....................................................................................... 15

A. Hak dan Kewajiban Suami Istri ................................................ 15


1. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri .......................... 15
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam ....................................................................... 16
B. Nafkah ..................................................................................... 24
1. Pengertian Nafkah................................................................ 24

viii
2. Dasar Hukum Nafkah .......................................................... 25
C. Beban Ganda ............................................................................ 30
1. Peran Ganda Perempuan ...................................................... 31
2. Beban Ganda Dalam Perspektif Gender ............................... 32
3. Macam-Macam Peran Ganda Pada Perempuan .................... 35

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KELURAHAN KAYU MANIS,

JAKARTA TIMUR..................................................................... 38

A. Deskripsi Wilayah Penelitian .................................................... 38


1. Keadaan Geografis dan Demografis Kelurahan Kayu
Manis ................................................................................... 38
2. Keadaan Penduduk .............................................................. 38
3. Keadaan Agama ................................................................... 40
4. Keadaan Pendidikan............................................................. 40
B. Profil Narasumber .................................................................... 43

BAB IV DAMPAK BEBAN GANDA ISTRI PENCARI NAFKAH


UTAMA AKIBAT PANDEMI COVID-19 DI KELURAHAN
KAYU MANIS, JAKARTA TIMUR ......................................... 46
A. Faktor Pengaruh Beban Ganda di Kelurahan Kayu Manis,
Jakarta Timur ........................................................................... 46
B. Dampak Beban Ganda Istri di Kelurahan Kayu Manis,
Jakarta Timur ........................................................................... 47
C. Pandangan Hukum Positif Terhadap Beban Ganda Istri ............ 57
D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Beban Ganda Istri ............. 59

BAB V PENUTUP ................................................................................... 64

A. Kesimpulan .............................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 66

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Wawancara .............................................................. 70

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dan Wawancara ...................................... 71

Lampiran 3: Hasil Wawancara .................................................................... 72

Lampiran 4: Foto-Foto Kegiatan Penelitian ................................................. 81

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid-19 mengakibatkan terjadinya krisis dalam ruang publik,


salah satunya di bidang ekonomi yang menyebabkan banyaknya Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) terhadap para pekerja, diantaranya suami yang
menjadi pencari nafkah utama dalam rumah tangga. Pemutusan Hubungan
Kerja ini menimbulkan kesengsaraan kepada keluarga yang terdampak.
Banyak dari suami yang tidak bisa memberikan nafkah dengan layak, sehingga
para istri harus mencari cara agar kebutuhan rumah tangga tetap tercukupi.
Alhasil, mereka kemudian menggantikan suaminya sebagai pencari nafkah
utama dengan tetap mengurus kehidupan rumah tangga agar perekonomian dan
kehidupan keluarga tetap stabil dan terjaga. Hal ini kemudian menjadi
perdebatan di kalangan masyarakat. Para istri seolah menggeser peran
istimewa suami sebagai pencari nafkah utama. Peralihan dalam mencari nafkah
yang dibebankan kepada istri ini dianggap sebagai bentuk ketidakadilan
terhadap hak para istri yang telah mengurus kehidupan domestik rumah tangga.

Adanya fenomena peralihan dalam mencari nafkah ini menyebabkan istri


seakan memiliki peran ganda yang diawali dengan usahanya dalam membantu
suami untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Beban ganda inilah yang
kemudian menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, ketidakadilan yang
dialami istri seolah menjadi hal yang tidak terlalu dipermasalahkan hanya
karena suami sedang tidak mampu secara maksimal dalam mencari nafkah.
Banyaknya tugas yang dibebankan kepada istri menimbulkan kesulitan
untuknya di samping mengurus domestik rumah tangga namun juga harus
bekerja sebagai pencari nafkah akibat pandemi Covid-19.

Meskipun angka kenaikan Covid-19 terus menurun, namun Kota


Administrasi Jakarta Timur menjadi kota dengan angka kasus konfirmasi

1
2

positif terbanyak di Provinsi DKI Jakarta. 1 Hal ini menyebabkan banyaknya


suami yang masih tidak mendapatkan pekerjaan di antaranya karena usia yang
sudah cukup tua, kondisi kesehatan yang kurang baik serta sudah tidak
berminat untuk mencari pekerjaan yang layak. Akibatnya, para suami
mengandalkan istrinya untuk bekerja sebagai pencari nafkah utama dalam
keluarga.

Dalam perkawinan, suami mempunyai hak dan kewajiban begitupun


sebaliknya dengan seorang istri mempunyai hak dan kewajiban terhadap suami.
Adanya kewajiban antara suami dan istri dalam membina hubungan rumah
tangga yakni kewajiban yang bersifat materi atau yang biasa disebut nafkah. 2
Nafkah merupakan kewajiban bagi seorang suami dalam memberikan
penghidupan yang layak kepada istri dan anaknya. Nafkah adalah bentuk bukti
tanggung jawab suami sebagai seorang kepala keluarga dalam memenuhi
kebutuhan hidup keluarga. Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang suami
memperhatikan keperluan serta berusaha memberikan nafkah yang terbaik agar
keluarganya dapat hidup sejahtera. Salah satu tujuan dari nafkah adalah untuk
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban suami istri.

Islam adalah agama terakhir yang diutus oleh Allah Swt. melalui Nabi
Muhammad Saw. Agama Islam memberikan aturan hidup bagi setiap orang
yang menganut Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman untuk tunduk serta
mempunyai prinsip bahwa keduanya itu merupakan sebuah norma. Di dalam
Al-Qur’an maupun Hadits mencakup semua aspek kehidupan manusia, seperti
keyakinan, ibadah, akhlak, dan moralitas dalam kehidupan sosial
bermasyarakat. Islam telah mengajarkan tentang bagaimana membangun
sebuah tatanan kehidupan baik itu dalam segi ekonomi, sosial maupun politik

1
https://news.detik.com/berita/d-6082041/sebaran-lengkap-247-corona-ri-17-mei-dki-
jabar-terbanyak?_ga=2.169988582.777546182.1652815225-2070897645.1642052854, Berita
Lengkap Corona Tahun 2022, diakses pada Tanggal 18 Mei 2022.
2
Moh. Ali Wafa., Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan
Hukum Materil, (Tangerang Selatan: YASMI, 2018), h. 86.
3

yang benar, sehingga tidak mengganggu hak-hak orang lain yang dapat
menimbulkan kemudharatan bagi sesama manusia. 3

Di dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974


Tentang Perkawinan dijelaskan bahwa ‘suami wajib melindungi istrinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya’. Kemudian pada ayat (2) dijelaskan bahwa ‘Istri wajib
mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya’. 4 Dengan demikian, telah
diatur dengan jelas bahwa kewajiban istri adalah mengurus internal rumah
tangga dan kewajiban mencari nafkah merupakan tanggung jawab suami
terhadap istri dan keluarganya. Selain itu, ketentuan mengenai kewajiban
suami dalam memenuhi nafkah istri juga telah diatur dalam Pasal 80 Kompilasi
Hukum Islam yang menyatakan bahwa sesuai dengan penghasilannya, suami
menanggung nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri, biaya rumah
tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.5 Fikih Islam
juga menjelaskan bahwa suami berkewajiban untuk menafkahi, melakukan
berbagai pekerjaan yang berat dan sulit yang tidak mungkin dipikul oleh istri,
menjamin segala kebutuhan istri seperti sandang, pangan, papan.6

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya asas


kewajiban yang dibebankan kepada suami sebagai pencari nafkah utama dalam
rumah tangga. Tetapi, fenomena yang terjadi saat ini adalah para istri sudah
berperan sebagai bapak rumah tangga dengan bekerja menafkahi serta
mengurus internal rumah tangga. Dengan demikian, meski Pandemi Covid-19
ini mengakibatkan suami tidak dapat memenuhi nafkah dengan layak, namun
kewajibannya sebagai kepala keluarga tetap tidak menghilang sehingga harus
memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya. Hak dan kewajiban antara
suami dan istri menjadi sebuah kebajikan yang telah diatur dengan sangat baik

3
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 4.
4
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan Pasal 34 ayat (1) dan (2)
5
Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, Cet V, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 16.
6
Tim Darul Ilmi, Buku Panduan Lengkap Agama Islam, Cet II, (Jakarta: Qultum Media,
2010), h. 261.
4

bagi semua pasangan suami istri. Pelaksanaan hak dan kewajiban yang
seimbang dan pada tempatnya ini melahirkan ketentraman dalam rumah tangga.
Mengingat faedah dari mengetahui serta memahami hak dan kewajiban
masing-masing dapat menghindari konflik dalam rumah tangga.

Pekerjaan yang dibebankan kepada istri tentu pada awalnya seperti tidak
menjadi sebuah masalah. Namun semakin lama para istri menanggung beban
sebagai ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah utama dalam rumah tangga
menimbulkan beban ganda yang membuat kondisi stabilitas dan psikologis istri
cukup terganggu. Selain itu, terjadi permasalahan penyesuaian diri dalam pola
mengasuh anak, bekerja, ketersediaan kebutuhan rumah tangga yang berkurang
dan terjadinya konflik internal dalam rumah tangga.

Meski di era modernisasi saat ini cukup banyak keterlibatan perempuan


di sektor publik dalam berbagai bidang yang sebelumnya digeluti laki-laki,
namun hal ini tentu tidak mudah untuk para istri yang sebelumnya hanya
bekerja dalam sektor domestik keluarga, kemudian harus bekerja
menggantikan suaminya sebagai pencari nafkah utama. Jika memperhatikan
kehidupan internal rumah tangga, hal ini cukup berdampak pada ranah
domestik keluarga, yakni ketentraman dan kesejahteraan rumah tangga dapat
berkurang, bahkan terjadinya konflik akibat terganggunya psikologis yang
dialami oleh istri sebagai ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah utama.

Fakta bahwa beban ganda istri bekerja sebagai pencari nafkah utama
memang tidak bisa dihindari dalam realitas masyarakat yang terjadi akibat
pandemi Covid-19 dan perekonomian yang belum kunjung membaik terlebih
untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah. Hal tersebut sebenarnya tidak
menjadi masalah jika suami tetap ikut berperan membantu meringankan beban
domestik yang harus ditanggung oleh istrinya. Dalam artian, adanya pola relasi
yang terjadi dalam keluarga yang berbasis pada kemitraan antara suami istri.
Pola relasi ini dapat berdiri atas landasan saling mengenal, saling memahami
satu sama lain, saling bertanggung jawab dengan bekerjasama dalam rumah
5

tangga, serta rasa kesetiaan dan ketulusan demi membangun keluarga.7 Namun
jika tidak ada pola relasi berbasis kemitraan antara suami dan istri, maka yang
terjadi pada para istri pekerja bukan hanya beban ganda (double burden), akan
tetapi multiple burden, sehingga para istri yang bekerja mengalami penindasan
berganda karena tidak adanya kerja sama dalam rumah tangga.

Fenomena terjadinya beban ganda terhadap para istri sebagai pencari


nafkah utama ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor serta kondisi yang
mengharuskan mereka bekerja dalam berbagai bidang untuk memenuhi
kehidupan rumah tangga. Di antaranya pandemi Covid-19, kemudian
dilanjutkan oleh keadaan suami yang tidak banyak membantu dalam
memberikan nafkah yang cukup untuk rumah tangga, budaya setempat yang
tidak mengharuskan suami berusaha untuk mencari nafkah, kondisi stabilitas
dan psikologis istri yang terganggu karena beban ganda akibat dualisme peran
sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja sebagai pencari nafkah utama serta
konflik yang terus-menerus terjadi akibat ekonomi yang tidak kunjung
membaik.

Oleh karena itu pada keterangan di atas, maka peneliti tertarik untuk
menganalisis dan melakukan penelitian lebih mendalam mengenai
permasalahan kasus yang terjadi pada beberapa pasangan suami istri yang
terdapat di Kelurahan Kayu Manis, Matraman, Kota Administrasi Jakarta
Timur dan mengembangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul: BEBAN
GANDA ISTRI SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA AKIBAT
PANDEMI COVID-19 PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM
ISLAM (Studi Kasus Di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur).

7
Argyo Pemartoto, Menyibak Sensitivitas Gender dalam Keluarga Difabel, (Surakarta:
Sebelas Maret University, 2007), h. 18
6

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka identifikasi masalah yang peneliti temukan sebagai berikut:
a. Respon para istri mengenai beban ganda yang secara tidak sadar
dialaminya.
b. Pengaruh yang terjadi akibat pandemi covid-19 terhadap hak dan
kehidupan istri sebagai seorang yang terbiasa mengurus rumah tangga.
c. Dampak sosial akibat peran ganda dan tidak terlaksananya kewajiban
suami sebagai kepala rumah tangga.
d. Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman pasangan suami istri
terhadap hukum-hukum hak dan kewajiban dalam rumah tangga yang
telah diatur menjadi alasan terjadinya beban ganda yang dialami istri
pencari nafkah utama.

2. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan lingkup pembahasan yang telah ditentukan, untuk
menghindari agar tidak tumbuh pembahasan diluar judul yang diangkat,
maka fokus pembahasan pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang
melatarbelakangi istri bekerja, dampak beban ganda yang dialami istri
pencari nafkah utama setelah pandemi Covid-19, pada keluarga menengah
kebawah dengan kriteria pendidikan istri hanya sampai Sekolah Menengah
Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Serta pandangan Hukum Positif
dan Hukum Islam terhadap istri pencari nafkah utama dalam rumah tangga
akibat Covid-19 di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur.

3. Perumusan Masalah
Bedasarkan pembatasan masalah di atas, secara umum perumusan
masalahnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi istri menjadi pencari
nafkah utama saat pandemi Covid-19?
7

b. Bagaimana dampak beban ganda yang dialami istri sebagai pencari


nafkah utama dalam rumah tangga?
c. Bagaimana pandangan Hukum Positif dan Hukum Islam terhadap
beban ganda istri sebagai pencari nafkah utama akibat pandemi
Covid-19?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi istri
bekerja sebagai pencari nafkah utama setelah pandemi Covid-19.
b. Untuk mendeskripsikan dan memperoleh informasi mengenai dampak
pada beban ganda istri sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga
akibat pandemi Covid-19 di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur.
c. Untuk menganalisis dan memahami pandangan Hukum Positif dan Hukum
Islam terhadap beban ganda istri sebagai pencari nafkah utama akibat
pandemi Covid-19.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini dapat diuraikan, sebagai berikut:
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan partisipasi
dalam memberikan pemahaman kepada setiap pasangan suami dan istri
terhadap pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing yang saat ini tidak
berjalan sesuai dengan yang telah diatur dalam hukum Islam. Serta dapat
menambah literatur bagi para akademisi yang ingin melanjutkan penelitian
dengan kajian mengenai permasalahan ini.
b. Secara praktis, untuk dapat dijadikan sebagai saran atau masukan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat luas khususnya bagi pasangan suami dan
istri dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Bagi peneliti, penelitian
ini sebagai bentuk sarana untuk menambah ilmu pengetahuan serta
pengalaman yang sangat berharga dalam melakukan suatu kajian yang
bersifat ilmiah, serta syarat dalam memenuhi tugas akhir untuk
8

memperoleh gelar S.H., pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Review Studi Terdahulu


Penelitian skripsi Erna Gusnia, Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
Metro Lampung, yang dipublikasikan pada tahun 2020 dengan judul “Nafkah
Oleh Istri Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Negara Batin
Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur”. Berdasarkan hasil penelitian
tentang nafkah oleh istri perspektif hukum Islam di Desa Negara Batin
Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur adalah pelaksanaan nafkah
keluarga yang ditanggung oleh istri memang rentan dipermasalahkan, karena
seorang suamilah sebenarnya yang bekerja untuk menafkahi keluarganya.
Ditinjau dari hukum Islam apabila antara laki-laki dan perempuan sudah
melaksanakan akad dengan sah maka timbullah apa yang disebut dengan hak
dan kewajiban bagi suami demikian sebaliknya. Di samping jika dikaitkan
dengan kondisi-kondisi suami istri boleh bekerja, dengan kondisi yang mampu
untuk bekerja membiayai rumah tangganya, kondisi suami sedang-sedang saja
artinya kadang tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga, suami dalam
keadaan tidak mampu sama sekali dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Selanjutnya skripsi dari Ajeng Restania Putri, Mahasiswa Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, yang dipublikasikan pada tahun 2020 dengan judul
"Peran Ganda Perempuan (Studi Kasus Dosen Fakultas Dakwah IAIN
Purwokerto)". Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
wanita yang menjalankan peran ganda dalam rumah tangga dan karir dapat
melakukannya secara seimbang, sebagai ibu rumah tangga tidak melupakan
kewajibannya untuk mengurus rumah tangga dan sebagai wanita karir tetap
bertanggung jawab dalam pekerjaannya.
Selanjutnya skripsi dari Chusnul Chotimah, Mahasiswa Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, yang dipublikasikan pada tahun 2018 dengan
judul “Analisis Hukum Suami Yang Tidak Memberikan Nafkah Terhadap Istri
Yang Berkarir (Studi Hukum Islam dan Hukum Positif)”. Berdasarkan hasil
9

dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Hukum Islam dan Hukum Positif
nafkah tetap menjadi kewajiban mutlak suami yang harus diberikan kepada
istri. Kemudian istri yang bekerja tetap berkewajiban menjalankan
kewajibannya sebagai seorang istri, yang mana kewajibannya adalah mengurus
rumah tangga. Tentunya suami juga harus membantu meringankan tugas istri.
Adapun perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
ialah untuk menjelaskan faktor-faktor istri yang bekerja dan dampak beban
ganda yang dialami istri pencari nafkah utama setelah pandemi Covid-19 pada
keluarga menengah kebawah dengan kriteria pendidikan istri hanya sampai
pada tahap Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Serta
pandangan Hukum Positif dan Hukum Islam terkait permasalahan tersebut.

F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu penelitian ilmiah yang berkaitan
dengan analisis data secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Adapun
penelitian hukum ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan tujuan untuk mempelajari
gejala-gejala hukum tertentu dengan cara meneliti dan menganalisis. Oleh
sebab itu, perlu diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta-fakta
hukum tersebut untuk memberikan solusi dari gejala tersebut.8
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah hukum
empiris, yaitu methodology kombinasi antara pendekatan berbagai aspek
hukum dengan pendekatan empiris yaitu penerapan dalam tahap implementasi
di lapangan atau biasa disebut dengan socio legal research. 9

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan melakukan
penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan
terjun langsung ke lapangan atau tempat atau lokasi yang akan menjadi objek

8
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1996), h. 42-43.
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 87
10

penelitian, 10 yang pada hakikatnya merupakan metode untuk menemukan


secara spesifik dan realistis tentang apa yang terjadi pada suatu saat di tengah
masyarakat.11 Penelitian ini dilakukan secara langsung pada subjek penelitian
yaitu para istri pencari nafkah utama akibat Covid-19 dan Sekretaris Kelurahan
terkait biografi Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur.

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan metode atau cara yang digunakan oleh
seseorang dalam melakukan sebuah penelitian. Pendekatan yang digunakan
12
dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis. Adapun jenis dari
pendekatan penelitian sosiologis adalah pendekatan studi kasus (case studies).
Case studies merupakan penelitian kualitatif yang mana peneliti melakukan
eksplorasi terhadap kejadian, fenomena, atau pun aktivitas terhadap satu orang
atau lebih. Suatu kasus terikat oleh waktu dan aktivitas sehingga peneliti
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dalam waktu yang
berkesinambungan
Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang sesuatu yang dialami oleh
subjek penelitian secara holistik, dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.13

3. Bahan dan Sumber Data Penelitian


a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer, yakni sumber hukum yang terdiri dari
peraturan perundang-undangan, sebagai berikut:
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

10
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 80.
11
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h.
33
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 87
13
Lexy J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1993), h.6.
11

- Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 mengenai Kompilasi


Hukum Islam
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang terdiri dari
buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-
kasus hukum, dan yurisprudensi yang berkaitan dengan topik
penelitian. 14
c. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
data yang dikumpulkan secara khusus serta berhubungan langsung
dengan permasalahan yang diteliti. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumber pertama individu seperti hasil
wawancara.15 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada 10
orang istri atau ibu rumah tangga yang mengalami beban ganda dalam
mencari nafkah utama akibat Covid-19 pada keluarga menengah
kebawah dengan kriteria pendidikan hanya sampai Sekolah Menengah
Pertama atau Sekolah Menengah Atas, sebagai pihak terkait dalam
permasalahan ini.
d. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang melingkupi buku-buku, dokumen-
dokumen, berbagai penelitian dalam bentuk skripsi dan jurnal, serta
literatur-literatur terkait yang membahas dan relevansi dengan
permasalahan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang valid, metode yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Penelitian Lapangan (field research)

14
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. 176
15
Adi Rianto, Metode Penelitian Sosial dan Hukum. (Jakarta: Granit, 2004), h. 57.
12

Penelitian lapangan (field research), yaitu peneliti melakukan


observasi dan wawancara tertulis kepada narasumber dalam hal ini
para istri yang berkaitan dengan judul penelitian. Observasi adalah
pengamatan yang dilakukan secara sistematis untuk mengamati
sebuah fenomena sosial terhadap subjek atau objek penelitian.
Sedangkan wawancara adalah percakapan melalui lisan secara
langsung dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan serta subjek
yang diwawancarai dengan memberikan jawaban atas pertanyaan. 16
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara yang
diolah secara sistematis dengan dilandaskan pada permasalahan dan
tujuan penelitian. Pada praktiknya peneliti menyiapkan daftar
pertanyaan yang akan diajukan secara langsung kepada pihak-pihak
yang terkait dalam permasalahan beban ganda yang dialami oleh para
istri pencari nafkah utama akibat Covid-19 di Kelurahan Kayu Manis,
Jakarta Timur.
b. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data yang
dilakukan dengan mempelajari buku, teori, tulisan ilmiah, dokumen,
jurnal, artikel yang berhubungan dengan topik penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bersumber
data tertulis atau gambar. Sumber tertulis atau gambar berbentuk
dokumen resmi, buku, arsip, dokumen pribadi, dan foto yang terkait
dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dokumentasi dengan maksud untuk memperkaya,
mengembangkan, dan menambah informasi guna memperkuat data-
data yang diolah dan dijadikan hasil penelitian, dan lain-lain.

16
Lexy J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1993), h. 135
13

5. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Dalam hal
ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode deskriptif analisis,
yaitu sebuah metode yang menggambarkan sebuah subjek dan objek
berdasarkan fakta. 17 Kemudian data tersebut dianalisa secara sistematis
terhadap permasalahan terkait.
Analisis data kualitatif adalah teknik yang menggambarkan dan
menginterpretasikan data-data yang telah terkumpul, sehingga diperoleh
gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

6. Teknik Penulisan Data


Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab
yang diuraikan sebagai berikut:
BAB pertama, Bab ini berisi latar belakang masalah, dilanjutkan dengan
identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review kajian
terdahulu, metode dan teknik penelitian, serta sistematika
penelitian.
BAB kedua, Dalam bab ini menjelaskan tentang hak dan kewajiban suami
istri yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam,
pengertian nafkah dan dasar hukum nafkah, pengertian beban
ganda, peran ganda perempuan dan macam-macam peran
ganda istri.

17
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1996), h. 51
14

BAB ketiga, Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah


penelitian, dan profil identitas istri sebagai narasumber di
wilayah Kelurahan Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur.
BAB keempat, Bab ini memaparkan hasil penelitian tentang faktor-faktor
yang melatarbelakangi beban ganda istri, dampak beban
ganda istri sebagai pencari nafkah utama akibat pandemi
Covid-19 di Kelurahan Kayu Manis, Matraman Jakarta
Timur dan pandangan Hukum Islam tentang beban ganda
yang dialami para istri di Kelurahan Kayu Manis, Matraman,
Jakarta Timur.
BAB kelima, Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Selanjutnya
disebutkan Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hak dan Kewajiban Suami Istri


1. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri
Hikmah diciptakan oleh Allah manusia berpasang-pasangan yang
berlainan bentuk dan sifat, adalah agar masing-masing saling
membutuhkan, saling memerlukan, sehingga dapat hidup berkembang
selanjutnya.1 Dalam Islam hak dan kewajiban antara suami dengan istri
adalah akibat hukum yang timbul karena adanya suatu akad perjanjian
perikatan yang disebut perkawinan. Apabila antara suami dan istri masing-
masing mendapatkan hak dan saling melaksanakan kewajiban maka
terwujudlah ketenangan dan ketentraman dalam rumah tangga. Hak dan
kewajiban antara suami istri adalah hubungan timbal balik yang selalu
berkesinambungan dalam rumah tangga.
Dengan demikian perkawinan akan menimbulkan hak dan kewajiban
selaku suami istri dalam kehidupan keluarga yang meliputi: hak suami istri
secara bersama, hak suami atas istri, dan hak istri atas suami. 2 Yang
dimaksud dengan hak di sini adalah apa-apa yang diterima seseorang dari
orang lain, sedangkan yang dimaksud kewajiban adalah apa yang mesti
dilakukan seseorang terhadap orang lain. 3 Maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan hak dan kewajiban itulah yang menentukan keharmonisan
dalam sebuah keluarga. Keharmonisan suatu keluarga sangat dipengaruhi
oleh suami dan istri dalam melaksanakan masing-masing hak dan
kewajibannya, karena suami istri akan hidup bersama selama pernikahan
itu berlangsung.

1
Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan dalam Islam: Tuntunan Keluarga Bahagia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), Cet. Ke-3, h. 1
2
Slamet Abidin, Fikih Munakahat, (Bandung: PT Pustaka Setia, 1999), h. 157
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, 2004),
h. 165

15
16

2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Undang-Undang Nomor 1


Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
Suami dan istri mempunyai masing-masing peran dalam sebuah
keluarga. Maka di sini antara suami dan istri dituntut harus memahami
akan perannya, termasuk hak dan kewajiban masing-masing. Seorang istri
memiliki peran yang istimewa dalam kehidupan rumah tangga karena istri
harus bisa mengatur urusan internal rumah tangga sehari-hari dengan
sebaik-baiknya. 4 Pada Pasal 30 dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan juga telah dijelaskan, yaitu:
Pasal 30: Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan
masyarakat.
Sebagaimana hukum Islam juga telah mengatur mengenai hak dan
kewajiban suami istri, dapat dilihat dalam al-Quran surah Al-Baqarah ayat
228 yang berbunyi:

ِ ِۖ ‫ِي َعلَ ْي ِه َّن ِب ْال َم ْع ُر ْو‬


…‫ف َو ِل ِلر َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن دَ َر َجة‬ ْ ‫…ۗ َولَ ُه َّن ِمثْ ُل الَّذ‬
“… Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai
kelebihan di atas mereka …”5
Ayat di atas menjelaskan bahwasannya istri mempunyai hak serta istri
juga mempunyai kewajiban yang seimbang menurut cara yang ma’ruf.
Maka kewajiban istri merupakan hak bagi suami, namun suami
mempunyai kedudukan satu tingkat lebih tinggi dari pada istri. Yakni
sebagai seorang pemimpin atau kepala rumah tangga sebagaimana yang
telah diisyaratkan oleh potongan ayat di atas.
Selanjutnya, pada Pasal 31 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan juga telah

4
Abdur Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta Timur: Kencana 2003), h. 164
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid I, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011),
h. 133
17

mengatur mengenai hak dan kewajiban yang seimbang antara suami istri,
yakni:
Pasal 31 ayat (1): Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan
hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat.
Pasal 31 ayat (2): Masing-masing pihak berhak untuk melakukan
perbuatan hukum.
Pasal 31 ayat (3): Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah
tangga.
Sebagaimana telah disebutkan 3 macam hak dan kewajiban suami istri,
maka dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Hak istri atas suami
Kewajiban suami terhadap istri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Hak dan kewajiban yang bersifat kebendaan (materi); dan
2. Hak dan kewajiban yang bukan bersifat kebendaan.6
Dari kedua hak istri yang mana telah disebutkan di atas adalah
kewajiban suami yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Adapun
kewajiban suami yang bersifat kebendaan (materi) dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Mahar, adalah pemberian dari calon mempelai pria, kepada calon
mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang
tidak bertentangan dengan hukum Islam. 7 Mahar merupakan
pemberian pertama oleh suami kepada istrinya yang dilakukan
ketika akad nikah. Dikatakan yang pertama karena sesudah itu
akan timbul beberapa kewajiban materiel yang harus
dilaksanakan oleh suami selama masa perkawinan itu

6
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang Undang Perkawian (Yogyakarta:
Liberty, 1982), h. 87
7
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010), h. 113
18

berlangsung. 8 Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an


surah An-Nisa’ ayat 4 yang berbunyi:

‫سا فَ ُكلُ ْوهُ َهنِ ۤ ْيـًٔا‬ َ ‫س ۤا َء‬


َ ‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِ ْحلَةً ۗ فَا ِْن ِطبْنَ لَ ُك ْم َع ْن‬
ً ‫ش ْيءٍ ِم ْنهُ نَ ْف‬ َ ِ‫َو ٰاتُوا الن‬
.‫َّم ِر ۤ ْيـًٔا‬
“Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang
kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian,
jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin)
itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah
pemberian itu dengan senang hati.”9
2) Nafkah, setelah mahar dibayarkan maka akan timbul kewajiban
lainnya yaitu nafkah. Hukum membayar atau memberi nafkah
untuk istri, baik dalam bentuk pembelanjaan, pakaian maupun
tempat tinggal adalah wajib. Kewajiban itu bukan disebabkan
karena istri membutuhkannya bagi kehidupan rumah tangga,
tetapi kewajiban yang timbul karena sendirinya tanpa melihat
kepada keadaan istri. 10
Jika istri hidup serumah dengan suami, maka suaminya wajib
menanggung nafkahnya, mengurus segala kebutuhan, seperti
makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. 11 Nafkah
adalah nafkah pokok seperti makan, pakaian, dan rumah,
meskipun sederhana sekali. 12
Hal ini dijelaskan dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan sebagai berikut:

8
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, 2004),
h.87
9
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 77
10
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, 2004),
h. 166
11
Slamet Abidin, Aminuddin, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, 2000, h. 173
12
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah 8, (Bandung: Alma’arif, 1980), h. 87
19

Pasal 34 (1): Suami wajib melindungi isterinya dan


memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga
sesuai dengan kemampuannya.
Kemudian Pasal 80 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam:
Pasal 80 ayat (4): Sesuai dengan penghasilannya suami
menanggung: a. nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri;
b. biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan
bagi isteri dan anak; c. biaya pendididkan bagi anak.
Adapun hak istri atas suami yang tidak bersifat kebendaan (materi)
diantaranya:
1) Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada
suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh suatu kesulitan
dan mara bahaya. 13 Sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-
Qur’an surah At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

َ ‫اس َو ْال ِح َج‬


ُ ‫ارة‬ ُ َّ‫َارا َّوقُ ْودُهَا الن‬ َ ُ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا قُ ْٰٓوا اَ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َواَ ْه ِل ْي ُك ْم ن‬
ۤ
‫ّٰللا َما ٰٓ اَ َم َرهُ ْم َويَ ْفعَلُ ْونَ َما‬
َ ‫ص ْونَ ه‬ ُ ‫َعلَ ْي َها َم ٰل ِٕى َكة ِغ ََلظ ِشدَاد ََّّل يَ ْع‬
. َ‫يُؤْ َم ُر ْون‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras,
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”14
Dalam Pasal 77 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam juga telah
dijelaskan mengenai kewajiban suami dan istri dalam hal menjaga
kehormatan masing-masing diri, yakni:

13
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, 2004),
h. 161
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 10, (Jakarta: Widya Cahaya,
14

2011), h. 203
20

Pasal 77 ayat (4): Suami istri wajib memelihara


kehormatannya.
2) Menggauli istrinya secara baik dan patut.15 Dalam hal ini suami
patut memperlakukan istri dengan cara yang ma’ruf, baik dalam
perkataan maupun perbuatan, jangan sampai membuat perasaan
istri tersakiti. dan dapat dilihat pada al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat
19, Allah SWT berfirman:

ِ ‫و َعا ِش ُر ْوه َُّن بِ ْال َم ْع ُر ْو‬...


‫ف ۚ فَا ِْن َك ِر ْهت ُ ُم ْوه َُّن فَعَسٰ ٰٓى اَ ْن تَ ْك َره ُْوا‬ َ
.‫ّٰللاُ فِ ْي ِه َخي ًْرا َكثِي ًْرا‬
‫شيْـًٔا َّويَ ْجعَ َل ه‬
َ
“…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh
jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
kebaikan yang banyak padanya.”16
3) Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan
17
Allah, yaitu sakinnah, mawaddah, wa rahmah. Suami
berkewajiban untuk selalu memberikan cinta dan kasih sayang,
memberikan rasa tenang bagi istrinya, serta perlindungan kepada
istrinya. Maka hubungan rumah tangga akan menjadi ikatan
pernikahan yang kuat, sehingga terbentuklah rumah tangga yang
telah diperintahkan oleh Allah, sesuai dengan firman Allah SWT
dalam Al-Quran surah Ar-Rūm ayat 21 yang berbunyi:

‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٰٓه اَ ْن َخلَقَ لَكُ ْم ِم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُ ْٰٓوا اِلَ ْي َها َو َجعَ َل‬
. َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّك ُر ْون‬ٍ ‫بَ ْينَ ُك ْم َّم َودَّةً َّو َر ْح َمةً ۗا َِّن فِ ْي ٰذلِكَ َ َّٰل ٰي‬
“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia

15
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Prenadea, 2006), h. 160
16
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 2, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011),
h. 133
17
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, 2004),
h. 162
21

menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada


yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir.”18
b. Hak suami atas istri
Kewajiban istri terhadap pemenuhan hak suami tidak bersifat
materi atau pun benda yang berwujud, karena dalam hukum Islam istri
tidak dibebani kewajiban kebendaan untuk mencukupi kehidupan
hidup rumah tangga. Bahkan lebih diutamakan istri tidak bekerja
mencari nafkah, jika suami memang mampu memenuhi kewajiban
nafkah keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar istri dapat
mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan serta membina
keluarga. Kewajiban ini cukup berat bagi istri yang memang benar-
benar akan melaksanakannya dengan baik.
Bahkan jika suami mampu bekerja memenuhi nafkah untuk
rumah tangga, lebih baik istri tidak bekerja. Hal ini ditujukan agar istri
dapat memenuhi tanggung jawabnya dalam melaksanakan kewajiban
rumah tangga agar keharmonisan keluarga terwujudkan dengan baik.
Karena tugas istri sebagai seorang yang mengurus kehidupan internal
rumah tangga sudah terlalu berat, sehingga pembebanan yang
berlebihan akan menimbulkan ketidakstabilan rumah tangga apabila
istri tidak mampu melaksanakannya. Maka dari itu kewajiban istri atas
suami sebagai berikut:
1. Taat dan patuh kepada suami;
2. Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman;
3. Mengatur rumah dengan baik;
4. Menghormati keluarga suami;
5. Bersikap sopan dan penuh senyum kepada suami
6. Tidak mempersulit suami dan selalu mendorong suami untuk
maju;

18
Kementrian Agama RI Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 2, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011),
h. 343
22

7. Ridha dan syukur terhadap apa yang diberikan suami;


8. Selalu berhemat dan suka menabung;
9. Selalu berhias dan bersolek untuk atau dihadapan suami; dan
10. Jangan selalu cemburu buta.19
Kewajiban istri terhadap pemenuhan hak suami diantaranya dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Taat dan patuh kepada suami
Dalam Islam taat kepada suami, istri wajib menyelenggarakan
urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya, ialah melaksanakan
tugas-tugas kerumahtanggaan di rumah seperti keperluan sehari-
hari, membuat suasana menyenangkan dan penuh ketentraman
baik itu bagi suami maupun anak-anak, mengasuh dan mendidik
anak-anak dan lain sebagainya. 20 Istri juga berkewajiban untuk
berbakti kepada suami, sebagaimana dijelaskan pada Pasal 83
ayat (1) Kompilasi Hukum Islam:
Pasal 83 ayat (1): Kewajiban utama bagi seorang istri ialah
berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam yang dibenarkan
oleh hukum islam.
2. Pandai mengambil hati suami dan mengatur rumah dengan baik
Pada dasarnya mencari nafkah ialah kewajiban serta tanggung
jawab seorang suami. Namun istri juga mempunyai kewajiban
untuk membahagiakan hati suami mulai dari menyediakan
makanan, minuman, mengatur pengeluaran dalam rumah tangga
sebaik-baiknya, dan mengatur kehidupan keluarga agar dapat
mewujudkan keharmonisan rumah tangga serta lima tujuan
syariat Islam yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta. Berdasarkan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan:

19
Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, Cet V, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 179
20
Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2003), h. 22
23

Pasal 34 ayat (2): Isteri wajib mengatur urusan rumah-


tangga sebaik-baiknya.
Kemudian pada Pasal 83 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam:
Pasal 83 ayat (2): Isteri menyelenggarakan dan mengatur
keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
Tanggung jawab istri untuk mengatur urusan rumah tangga
sebaik-baiknya, bukan berarti membakukan peran perempuan
hanya dalam ruang domestik, dan laki-laki pada ruang publik.
Sebagai institusi paling independen, keluarga memiliki otoritas
absolut dalam mengatur perjalanan rumah tangganya. 21
3. Mematuhi suami dengan cara yang ma’ruf
Hal ini akibat adanya hukum yang timbul karena hak dan
kewajiban suami istri, bahwa dalam kesinambungan rumah
tangga harus ada kepala keluarga yang bertanggung jawab, dan
suami telah ditetapkan untuk menunaikan mahar dan nafkah. serta
penanggung jawab utama dalam keluarga selama rumah tangga
berlangsung, sehingga suami berhak untuk dipatuhi oleh istri.
Allah berfirman dalam Al -Qur’an surat An-Nisa’ayat 34 yang
berbunyi:

ٍ ‫ض ُه ْم َع ٰلى بَ ْع‬
‫ض‬ َ ‫ّٰللاُ بَ ْع‬ َّ َ‫س ۤا ِء بِ َما ف‬
‫ض َل ه‬ َ ِ‫اَ ِلر َجا ُل قَ َّوا ُم ْونَ َعلَى الن‬
...‫ۗ َّوبِ َما ٰٓ اَ ْنفَقُ ْوا ِم ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم‬
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian
yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
memberikan nafkah dari hartanya…”22
4. Tidak keluar rumah kecuali dengan izin suami, apabila istri
menghiraukan izin suami dan tidak melaksanakan kewajibannya,

21
Tri Lisiani Prihatinah, Tinjauan Filosofis Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Jurnal
Dinamika Hukum, Vol. 8, No. 2, Mei 2008, h. 169
22
Tim Penerjemah, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: CV,
Pustaka Al-Kautsar, 2017), h. 84
24

maka istri dapat dikatakan nusyuz. Berdasarkan pada Q.S Al-


Ahzhab ayat 33, Allah Swt berfirman:

...‫َوقَ ْرنَ فِ ْي بُيُ ْوتِ ُك َّن َو ََّل تَبَ َّر ْجنَ تَبَ ُّر َج ْال َجا ِه ِليَّ ِة ْاَّلُ ْو ٰلى‬
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah
dahulu…”23
c. Hak dan kewajiban bersama
1) Hak untuk saling bergaul antara suami istri, di antara keduanya
harus saling bersikap lembut, tidak membentak satu sama lain,
tidak melakukan tindakan kasar baik melalui perkataan maupun
perbuatan. Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan:
Pasal 33: Suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu
kepada yang lain.
2) Sikap untuk saling memperlakukan dengan baik (Mu’ãsyarah bil
Ma’rūf).
3) Hak untuk memperoleh kasih sayang
4) Hak untuk saling melayani di antara keduanya
5) Kewajiban untuk memelihara dan mendidik anak keturunan di
antara keduanya serta memelihara kehidupan keluarga yang
sakinah, mawadah, wa rohmah.

B. Nafkah
1. Pengertian Nafkah
Secara etimologi nafkah (‫ )النفقة‬diambil dari kata (‫ )اإلنفاق‬yang artinya
pengeluaran, penghabisan dan infak, tidak digunakan kecuali untuk yang
baik-baik. Adapun secara terminologi nafkah adalah segala sesuatu yang

23
Tim Penerjemah, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 422
25

dibutuhkan manusia dari pada sandang, pangan dan papan. 24 Apabila kata
nafkah dihubungkan dengan kata pernikahan maka akan mengandung arti
segala sesuatu yang dikeluarkan untuk kepentingan istri dan rumah tangga.
Dengan demikian, nafkah istri berarti pemberian wajib yang diberikan
oleh suami terhadap istrinya dalam masa perkawinan. 25
Menurut Sulaiman Rasjid, sebagaimana dikutip oleh Lia Noviana
dalam jurnalnya yang dimaksud dengan nafkah adalah semua kebutuhan
dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat seperti makanan,
pakaian, rumah dan sebagainya. Banyaknya nafkah yang diwajibkan
adalah sekedar mencukupi keperluan dan kebutuhan serta menurut
keadaan dan kemampuan orang yang berkewajiban sesuai kebiasaan
masing-masing tempat. 26 Dalam kehidupan rumah tangga hendaknya
seorang suami memberikan kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, dan
kebutuhan papan keluarganya. Karena nafkah dalam pernikahan adalah
bentuk kewajiban yang harus suami berikan kepada istrinya semasa
pernikahan setelah ijab dan qabul disahkan. Setelah ijab qabul maka
dimulailah bahtera rumah tangga di mana seorang laki-laki bertanggung
jawab penuh terhadap istrinya, 27 sehingga istri mempunyai kewajiban
untuk taat dan patuh kepada suaminya, mendidik anak-anaknya, serta
mengatur rumah tangga sebaik-baiknya.
2. Dasar Hukum Nafkah
Pada dasarnya konsep hubungan suami istri yang ideal dalam Islam
adalah konsep jalinan kerja sama atau hubungan yang setara antara
keduanya, tetapi konsep hubungan yang setara antara pasangan tidak
benar-benar dapat dipraktikkan dengan mudah untuk kehidupan sehari-

24
Sabri Samin dan Nurmaya Aroeng, Buku Daras Fikih II, (Makasar: Alauddin Press,
2010), h. 116
25
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Premada
Media, 2007), h. 165
26
Lia Noviana dan Salma Dewi Faradhila, “Problematika Dominasi Istri Sebagai Pencari
Nafkah (Studi Kasus di Desa Joresan Kec. Mlarak Kab. Ponorogo)”, e-Journal Al-Syakhsiyyah:
Journal of Law & Family Studies, Vol. 2 No. 1, Juni 2020, h. 98. Diakses pada 16 Juni 2022
27
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), h. 444
26

hari. Sering terbukti bahwa ada banyak hambatan untuk mencapai nilai
yang ideal dalam rumah tangga. Hal ini dipengaruhi oleh batas-batas
antara suami dan istri, serta kemampuan keduanya yang berbeda, sehingga
tidak heran jika suami yang sebenarnya lebih diunggulkan menempati
posisi terdepan sebagai seorang kepala keluarga. Ahmad Rofiq dikutip
oleh Subaidi dalam jurnalnya menjelaskan bahwa, nafkah merupakan hak
istri sebagai akibat telah terjadinya akad nikah yang sah. 28 Hal ini
didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233
yang berbunyi:

ِ ۗ ‫و َعلَى ْال َم ْولُ ْو ِد لَه ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن ِب ْال َم ْع ُر ْو‬...
...‫ف‬ َ ۗۗ
“… Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan
cara yang patut….”29
Laki-laki yang mempunyai kelebihan kekayaan, seperti halnya dalam
pembagian harta waris laki-laki memiliki bagian lebih banyak dibanding
perempuan yaitu 2:1 dan kemampuan berburu, sehingga memungkinkan
bagi kaum laki-laki untuk mencari nafkah. Sementara kaum perempuan
dalam kondisi yang sebaliknya. 30 Ibnu Qudamah mengatakan, "Jika
seorang perempuan telah 'menyerahkan' dirinya kepada suami maka dia
berhak atas suaminya semua yang menjadi hajatnya, berupa makan,
minum, pakaian dan tempat tinggal. Ulama-ulama mazhab kami
mengatakan, nafkah istri didasarkan kondisi suami istri, secara bersama."31
Dasar hukum berikutnya terdapat dalam firman Allah al-Qur’an surah
An-Nisa’ ayat 34 yang berbunyi:

ٍ ‫ض ُه ْم َع ٰلى َب ْع‬
‫ض َّو ِب َما ٰٓ اَ ْنفَقُ ْوا‬ َ ‫ّٰللاُ َب ْع‬
‫ض َل ه‬ َّ َ‫س ۤا ِء ِب َما ف‬
َ ِ‫اَ ِلر َجا ُل قَ َّوا ُم ْونَ َعلَى الن‬
َ‫ّٰللاُ َۗوالهتِ ْي تَخَافُ ْون‬
‫ظ ه‬ ِ ‫ص ِلحٰ تُ ٰقنِ ٰتت حٰ ِف ٰظت ِل ْلغَ ْي‬
َ ‫ب ِب َما َح ِف‬ ‫ِم ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم ۗ فَال ه‬

28
Subaidi, Konsep Nafkah Menurut Hukum Perkawinan Islam, Isti’dal: Jurnal Hukum
Islam, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2014, h. 161-162
29
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus
Sunnah, 2002), h. 38
30
Ratna Batara Munti, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga, (Jakarta: Lembaga
Kajian Agama dan Jender, Solidaritas Perempuan, 1999), h. 56-58
31
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, vol. VIII, h. 195
27

َ َ ‫اجعِ َواض ِْربُ ْوه َُّن ۚ فَا ِْن ا‬


‫ط ْعنَ ُك ْم‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ش ْوزَ ه َُّن فَ ِعظُ ْوه َُّن َوا ْه ُج ُر ْوه َُّن ِفى ْال َم‬ ُ ُ‫ن‬
‫س ِبي ًَْل ۗا َِّن ه‬
.‫ّٰللاَ َكانَ َع ِليًّا َك ِبي ًْرا‬ َ ‫فَ ََل تَ ْبغُ ْوا َع َل ْي ِه َّن‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”32
Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan, “Allah Swt. Kemudian
menjelaskan, keutamaan laki-laki dibandingkan perempuan ialah dalam
hal warisan karena laki-laki wajib membayar mahar dan memberi nafkah
kepada keluarga, selain karena keutamaan laki-laki itu pada akhirnya juga
akan memberi keuntungan bagi perempuan. Dikatakan bahwa laki-laki
memiliki akal dan daya nalar yang lebih kuat, karena itu mereka berhak
memegang kendali atas kehidupan perempuan. Dikatakan pula laki-laki
memiliki jiwa dan karakter yang lebih kuat ketimbang perempuan.
Karakter laki-laki didominasi oleh hawa panas dan kering yang
membuatnya menjadi keras dan kuat, sedangkan karakter perempuan
didominasi hawa dingin dan lembap yang membuatnya lembut dan lemah.
Karena itu dalam firman Allah, mereka (laki- laki) telah menafkahkan
sebagian hartanya, laki-laki lalu memiliki hak kepemimpinan atas
perempuan.”33

32
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus
Sunnah, 2002), h. 84
33
Abd al-Qadri Manshur, Buku Pintar Fiqih Wanita, (Jakarta: Penerbit Zaman, 2009), cet.
1, h. 306
28

Tidak terdapat satu nas pun yang menjelaskan kecil atau besarnya
ukuran dari nafkah yang harus diberikan oleh suami kepada istrinya. Al-
Qur’an dan Hadits hanya menjelaskan secara umum saja yaitu orang yang
kaya memberikan nafkah sesuai dengan kekayaan harta yang dimilikinya,
dan orang yang pertengahan serta orang miskin memberikan nafkah sesuai
dengan kemampuannya. Hal ini didasarkan pada al-Qur’an surah At-Talaq
ayat 6 dan 7 yang berbunyi:

‫ضيِقُ ْوا َعلَ ْي ِه ۗ َّن‬َ ُ ‫ض ۤا ُّر ْوه َُّن ِلت‬


َ ُ ‫س َك ْنت ُ ْم ِم ْن ُّو ْج ِد ُك ْم َو ََّل ت‬
َ ‫ْث‬ ُ ‫اَ ْس ِكنُ ْوه َُّن ِم ْن َحي‬
‫ض ْعنَ لَ ُك ْم‬ َ ‫ض ْعنَ َح ْملَ ُه ۚ َّن فَا ِْن اَ ْر‬ َ َ‫ت َح ْم ٍل فَا َ ْن ِفقُ ْوا َعلَ ْي ِه َّن َحت هى ي‬ َ ُ ‫َوا ِْن ُك َّن ا‬
ِ ‫وَّل‬
‫ض ُع لَه ا ُ ْخ ٰر ۗى‬ ِ ‫ست ُ ْر‬ َ ‫فَ ٰات ُ ْوه َُّن ا ُ ُج ْو َره ۚ َُّن َوأْتَ ِم ُر ْوا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْع ُر ْوفٍۚ َوا ِْن تَعَا‬
َ َ‫س ْرت ُ ْم ف‬
‫س َع ِتهۗ ۗۗ َو َم ْن قُد َِر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُه فَ ْليُ ْن ِف ْق ِم َّما ٰٓ ٰا ٰتىهُ ه‬
ۗ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫س َع ٍة ِم ْن‬ َ ‫) ِليُ ْن ِف ْق ذُ ْو‬٦(
)٧( ‫عس ٍْر يُّس ًْرا‬ َ ‫سا ا ََِّّل َما ٰٓ ٰا ٰتى َه ۗا‬
‫س َي ْج َع ُل ه‬
ُ َ‫ّٰللاُ َب ْعد‬ ً ‫ّٰللاُ نَ ْف‬
‫ف ه‬ ُ ‫ََّل يُ َك ِل‬
“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah
ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
sampai mereka melahirkan, kemudian jika mereka menyusukan (anak-
anak)-mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika
kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak
itu) untuknya. (6) Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi
nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya,
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa
yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan setelah kesempitan. (7)”34

34
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 559
29

Sebagaimana dalam fitrah Allah telah menjadikan perempuan sebagai


pihak penerima, bukan pihak yang harus memberi. 35 Penganut Mazhab
Hanafi menetapkan batas minimal mahar adalah sepuluh dirham.
Sementara penganut Mazhab Maliki menetapkan tiga dirham, tapi
penetapan ini tidak berdasar pada dalil yang layak dijadikan sebagai
landasan, tidak pula hujjah yang dapat diperhitungkan. 36 Sedangkan
Mazhab Hanafi berpendapat bahwasanya tidak ada ketentuan terkait
besaran nafkah, dan bahwasannya suami berkewajiban memikul
kebutuhan istri secukupnya yang terdiri dari makan, lauk pauk, daging,
sayur mayur, buah, minyak, mentega dan semua yang dikonsumsi untuk
menopang hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara umum, dan
bahwasanya itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan tempat, zaman dan
keadaan. Mazhab Syafi’i tidak mengaitkan pendapat besaran nafkah
dengan batas kecukupan. Mereka mengatakan nafkah ditetapkan
berdasarkan ketentuan syariat. Meskipun demikikian, mereka sepakat
dengan Mazhab Hanafi dalam mempertimbangkan keadaan suami dari
segi kelapangan ataupun kesulitan, dan bahwasannya suami yang
mengalami kondisi lapang, yaitu yang mampu memberikan nafkah dengan
harta dan penghasilannya, harus memenuhi sebanyak dua mud setiap hari
(satu mud kurang lebih setara dengan 543 gram). Sedangkan orang yang
mengalami kesulitan, yaitu yang tidak mampu memberikan nafkah dengan
harta tidak pula penghasilan, harus menafkahi sebanyak satu mud setiap
hari. 37

C. Beban Ganda
Beban ganda atau dalam artian dikenal dengan sebutan double burden.
Kata double memiliki arti rangkap atau (dua kali) lipat, sementara kata burden

35
Yusuf Al Qardawi, Panduan Fiqih Perempuan, (Yogyakarta: Salma Pustaka, 2004), set.
1, h. 151
36
Wahbah Az-Zuhaili, “Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 7”, h. 412
37
Wahbah Az-Zuhaili, “Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 7”, h. 437
30

berarti beban dan tanggung jawab. 38 Kedua kata ini memiliki padanan kata
Bahasa Indonesia yaitu “Beban Ganda”. Kata beban berarti tanggungan atau
kewajiban yang harus dilaksanakan, sementara kata ganda berarti lipat atau
kali. 39 Beban ganda adalah beban pekerjaan yang lebih banyak diterima oleh
salah satu jenis kelamin dibandingkan jenis kelamin lainnya. Dalam hal ini,
beban ganda lebih banyak dikaitkan kepada seorang perempuan yang bekerja
di sektor internal (rumah tangga sebagai istri dan ibu rumah tangga) serta
bekerja juga di sektor publik (pencari nafkah tambahan ataupun utama). Beban
ganda kaum perempuan diimplikasikan pada: 40
1. Perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga, meski tidak langsung
menghasilkan materi (pendapatan), namun secara produktif telah
mendukung peran suami sebagai kepala keluarga untuk mendapatkan
penghasilan (nafkah); dan
2. Perempuan sebagai istri sekaligus pencari nafkah utama dalam rumah
tangga.
Beban ganda lahir akibat terjadinya dualisme peran yang dilakukan oleh
kaum perempuan, yang mana di satu pihak kaum perempuan sebagai istri dan
seorang ibu rumah tangga secara mandiri, serta di pihak yang lain sebagai
anggota masyarakat yang bekerja dalam menunjang kehidupan keluarganya.
Kaum perempuan dinyatakan melakukan peran ganda apabila ia telah
bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas internal nya sebagai istri, seorang
ibu, memasak, melayani suami, dan mengurus kehidupan rumah tangga, serta
mengerjakan tugas di sektor publik, yakni bekerja di luar rumah atau bahkan
menjadi pencari nafkah utama dalam rumah tangga.
1. Peran Ganda Perempuan
Beban ganda lahir akibat terjadinya suatu peran ganda yang dilakukan
oleh kaum perempuan, yang mana di satu pihak kaum perempuan sebagai

38
John. M. Echols dan Hasan Dhadily, an English-Indonesian Dictionary, Jakarta:
Gramedia. 1977, h. 55 dan 88
39
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976,
h. 114 dan 344
40
Indah Ahdiah, Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Jurnal Academica Fisip
Untad, Vol. 5, 2013, h. 658
31

istri dan seorang ibu rumah tangga secara mandiri, serta di pihak yang lain
sebagai anggota masyarakat yang bekerja dalam menunjang kehidupan
keluarganya.
Kaum perempuan dinyatakan melakukan peran ganda apabila ia telah
bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas internalnya sebagai istri,
seorang ibu, memasak, melayani suami, dan mengurus kehidupan rumah
tangga, serta mengerjakan tugas di sektor publik, yakni bekerja di luar
rumah atau bahkan menjadi pencari nafkah utama dalam rumah tangga.
Menurut Tobing sebagaimana dikutip oleh Samsidar dalam jurnalnya
bahwa peran adalah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan
dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Peran
merupakan bagian yang dinamis dari kedudukan (stasus) seseorang. 41
Adapun pembagian peran menurut tujuannya yaitu:42
1) Peran domestik, merupakan kegiatan atau bagian yang dimainkan oleh
seseorang yang dikhususkan di dalam rumah tangga yang tidak
menghasilkan penghasilan, yang mana perannya hanya mengurus hal-
hal yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga saja; dan
2) Peran publik, merupakan kegiatan atau bagian yang dimainkan oleh
seseorang yang dilakukan di luar rumah tangga yang tujuannya untuk
mendapatkan atau memperoleh penghasilan.
Sedangkan pembagian peran yang ada di dalam masyarakat,
diantaranya sebagai berikut:43
1) Peran produktif, merupakan kegiatan kerja atau aktivitas yang
dilakukan guna menghasilkan pendapatan dalam bentuk uang untuk
mencukupi kebutuhan hidup; dan
2) Peran reproduktif, merupakan kegiatan kerja yang dilakukan guna
menghasilkan keturunan atau menjamin kelangsungan hidup manusia.

41
Samsidar, Peran Ganda Wanita Dalam Rumah Tangga, Jurnal An Nisa’, Vol. 12, 2019,
h. 657
42
Indah Ahdiah, Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Jurnal Academica Fisip
Untad, Vol. 5, 2013, h. 1087
43
Indah Ahdiah, Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Jurnal Academica Fisip
Untad, Vol. 5, 2013, h. 658
32

Terjadinya beban ganda akibat peran ganda yang dilakukan oleh para
istri berasal dari adanya pembagian kerja yang didasarkan dari jenis
kelamin, yang kemudian dikenal juga dengan orientasi gender. Gender
sendiri merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial
dan kultural, yang juga dikenal dengan perbedaan ciri-ciri sifat laki-laki
dan perempuan. 44 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa beban ganda adalah sebuah akibat dari pengambilan banyak peran
oleh kaum perempuan baik pada sektor internal maupun sektor publik
sebagai aktivitas yang dilakukan secara bersamaan.
2. Beban Ganda Dalam Perspektif Gender
Mansour Fakih dalam bukunya menjelaskan, gender adalah suatu sifat
yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi
secara sosial maupun kultural. 45 Dalam dinamika sosial, perbincangan
mengenai konsep gender yang digunakan sebagai perspektif telah
membuat pergeseran yang cukup mendasar terhadap kaum perempuan.
Konsep gender lebih ditujukan kepada relasi antara laki-laki dan
perempuan dalam berinteraksi. Dengan teori ini, fokus kajian tidak hanya
tertuju pada beban ganda perempuan dalam sektor internal maupun publik
tetapi juga pada laki-laki yang secara langsung berpengaruh di dalam
pembentukan realitas hidup perempuan.
Keadilan gender antara perempuan dan laki-laki merupakan buah dari
proses menuju kesetaraan. Kesetaraan gender adalah kondisi dimana
perempuan dan laki-laki dapat menikmati status dan potensinya untuk
berkontribusi dalam pembangunan. Jadi, kesetaraan gender ialah
persamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki terhadap peran
yang mereka lakukan.
Peran gender terbentuk melalui berbagai sistem penilaian termasuk di
dalamnya bentuk pendidikan, kebiasaan adat, norma agama, ekonomi,

44
Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), h. 7-9
45
Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), h. 8-9
33

sosial masyarakat, politik dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial


yang terjadi, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan
tempat yang berbeda. Maka dari hal inilah lahir pola relasi antara
perempuan dan laki-laki dalam melaksanakan peran mereka masing-
masing.
Relasi gender dalam keluarga adalah sebuah kondisi dimana
terjadinya relasi terhadap pola pembagian kerja antara perempuan dan
laki-laki tanpa merugikan pihak manapun. Hal ini dapat terjadi karena
adanya sikap mengenal, saling memahami, bekerja sama serta saling
bertanggung jawab yang dilandasi dengan rasa cinta dan ketulusan dalam
membangun keharmonisan rumah tangga. 46 Menyadari bahwa relasi
gender menjadi hal penting dalam upaya meningkatkan keadilan gender,
dari relasi gender muncul peran-peran komunitas antara keduanya baik
peran domestik maupun publik. Misalnya, mengerjakan tugas-tugas rumah
tangga, merawat anak, mencari nafkah, pengambilan keputusan dan lain-
lain.
Namun dalam realitas masyarakat, yang terjadi adalah kondisi
egoisme atau hegemoni patriarki dalam pembagian wilayah kerja antara
perempuan dan laki-laki ini menimbulkan sebuah masalah. 47 Konsep
gender dalam pembahasan ini yakni, mewujudkan kesetaraan antara
perempuan dan laki-laki dalam hal saling membantu baik tugas-tugas
internal rumah tangga serta membantah bahwa kaum perempuan tidak
berkeinginan untuk memberdayakan dirinya secara maksimal.
Persoalan yang kemudian menjadi masalah adalah perbedaan gender
yang mengindikasikan berbagai bentuk ketidakadilan baik bagi perempuan
maupun laki-laki. Asal mula salah satu ketidakadilan terhadap kaum
perempuan dimulai dari stereotip yang cenderung merendahkan, sehingga
terjadinya ketimpangan gender.

46
Argyo Pemartoto, Menyibak Sensitivitas Gender dalam Keluarga Difabel, (Surakarta:
Sebelas Maret University, 2007), h. 18
47
Khomisah, Rekrontruksi Sadar Gender: Mengurai Masalah Beban Ganda (Double
Burden) Wanita Karier di Indonesia, Jurnal al-Tsaqafa, Vol. 12, No. 2, 2017, h. 399
34

Perbedaan gender seharusnya tidak menjadi sebuah masalah selama


dalam prosesnya tidak menimbulkan ketidakadilan gender. Keadilan
gender (gender equity) merupakan keadilan perlakuan bagi laki-laki dan
perempuan berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan mereka, mencakup
setara atau perlakuan yang berbeda akan tetapi dalam koridor
pertimbangan kesamaan dalam hak-hak, kewajiban, kesempatan-
kesempatan dan manfaat. 48 Permasalahan beban ganda yang kemudian
timbul dalam perbedaan gender adalah ketika adanya ketidakadilan,
utamanya bagi perempuan. Menurut Mansour Fakih, manifestasi
ketidakadilan gender tidak bisa dipisah-pisahkan, karena saling berkaitan
dan saling mempengaruhi secara dialektis. Manifestasi ketidakadilan dapat
dilihat dalam berbagai bentuk, seperti marginalisasi (pemiskinan
ekonomi), subordinasi (dianggap tidak penting), stereotipe (pelabelan
negatif), violence (kekerasan), dan double burden (beban kerja). 49 Untuk
mengetahui bagaimana perbedaan gender dapat menimbulkan
ketidakadilan yang berujung pada beban ganda kaum perempuan, maka
perlu dilihat dari indikasi yang telah terjadi sebagai berikut:
1) Marginalisasi kaum perempuan, telah menimbulkan kemisikinan yang
menimpa banyak keluarga sebagai akibat dari proses marginalisasi
karena tradisi adat, hegemoni patriaki, asumsi terhadap ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Ketika seorang istri atau ibu rumah
tangga bekerja mencari nafkah, mereka harus berusaha lebih untuk
mendapat pekerjaan meski dengan gaji yang rendah, sehingga beban
yang ditanggung oleh perempuan menjadi lebih berat.
2) Subordinasi kaum perempuan, yaitu asumsi bahwa banyak dari
masyarakat menilai perempuan dalam bekerja hanya mengandalkan
emosinya serta bertindak secara irrasional, sehingga tidak dapat bekerja
sama dalam menentukan keputusan, dan sebagainya.

48
Mugniesyah S., Gender, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Ekologi
Manusia, (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2007), h. 51
49
Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), h. 12-23
35

3) Stereotip kaum perempuan, bahwa perempuan hanyak dapat bersolek


dan mengurus internal rumah tangga. Hal ini memutus perempuan
untuk mengembangkan kreasi dan potensi yang ada pada dirinya.
4) Kekerasan terhadap perempuan, hal ini sering terjadi pada keluarga
dengan ekonomi rendah dimana suami yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan rumah tangga justru menambah beban pada istrinya dengan
melakukan kekerasan baik penyerangan maupun kekerasan non-fisik
(emosional, ekonomi, dan sebagainya).
5) Beban kerja kaum perempuan, anggapan bahwa kaum perempuan
memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi
kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik
rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Ditambah
kekerasan seperti penyerangan fisik, kekerasan verbal dan psikologis,
perampasan uang kepada istri serta kekerasan lainnya. 50 Maka dari itu,
perempuan menerima beban ganda, selain harus mengurus beban kerja
di rumah, mereka juga masih harus bekerja dalam mencari nafkah.
3. Macam-Macam Peran Ganda Pada Perempuan
Pada konsep beban ganda, istri sebagai kaum perempuan mempunyai
beragam peran baik dalam sektor internal rumah tangga maupun peran
sebagai pencari nafkah utama dalam sektor publik:
1) Peran istri sebagai ibu rumah tangga (sektor internal keluarga)
Ibu rumah tangga (housewife) sering digunakan untuk menunjukkan
kepada kaum perempuan yang bekerja dalam ranah domestik, yang
hanya mengurus keluarga. Dari penjelasan Nawal yang dikutip oleh
Syaifuddin Zuhdi dalam jurnalnya, berdasarkan Undang-Undang
Ketenagakerjaan, wanita yang bekerja dalam ranah domestik (rumah)
atau yang biasanya disebut dengan ibu rumah tangga, tugas perempuan
di dalam rumah tangga tidak terlihat oleh orang lain, sehingga hal
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pekerjaan yang produktif di

50
Kementerian PPPA, Perempuan Rentan Jadi Korban KDRT, Kenali Faktor
Penyebabnya, 2018 (www.kemenppa.go.id). Di akses pada 13 Juli 2022 pukul 19.31 WIB
36

dalam masyarakat (sektor publik). Pada dasarnya kaum perempuan


sebagai ibu rumah tangga tidak dapat dikatakan sebagai wanita karir,
meski pekerjaannya tersebut merupakan juga pekerjaan yang produktif
bagi keluarganya. Akan tetapi, pekerjaan tersebut tidak menghasilkan
uang atau pendapatan sehingga tidak bernilai ekonomi. Padahal jam
kerja seorang ibu tidak ada habisnya dalam artian sepanjang waktu. 51
Adapun peran perempuan di dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga
diantaranya yakni:
a) menjaga keluarganya agar bahagia, tentram, dan sejahtera; serta
b) memasak, mengurus keperluan rumah tangga, mencuci pakaian,
serta mengurus dan mendidik anak.
2) Peran istri sebagai pencari nafkah utama (sektor publik)
Peningkatan partisipasi perempuan dalam industri sektor publik pada
dasarnya sudah dapat diperkirakan, karena perempuan sudah banyak
berperan dalam pasar kerja baik dalam bidang pertanian (desa) ataupun
sosial. Menurut Tjiptoherijanto, ada dua faktor yang menjadi dasar
peningkatan jumlah partisipasi kerja perempuan yaitu peningkatan dari
sisi penawaran dan sisi permintaan. Pertama, segi penawaran, terlihat
dari semakin naiknya tingkat pendidikan seorang perempuan serta
turunnya angka kelahiran. Hal ini berjalan selaras dengan semakin
diakuinya perempuan yang bekerja diluar rumah oleh masyarakat.
Kedua, faktor permintaan, dengan bertumbuhnya industri-industri
semakin dibutuhkan pula tenaga kerja, terkhusus tenaga kerja
perempuan, seperti contohnya industri tekstil dan garmen.
Fenomena lain yang muncul dan mendorong masuknya perempuan ke
lapangan kerja dikarenakan semakin tingginya biaya hidup dinegara ini,
sehingga tidak cukup jika hanya ditopang oleh satu orang yang menjadi
sumber pendapatan keluarga. Fenomena ini muncul ke permukaan dan
terlihat jelas terutama pada keluarga yang berada di daerah perkotaan.

51
Syaifuddin Zuhdi, Membincang Peran Ganda Perempuan Dalam Masyarakat Industri,
Jurnal Hukum Jurisprudence, Vol. 8 No. 2, 2018, h. 83
37

Kecenderungan seorang perempuan untuk bekerja di ruang publik


pastinya akan berdampak pada implikasi dan konsekuensi sosial,
diantaranya berkurangnya perhatian orang tua sehingga berakibat
kepada kenakalan remaja atau anak muda serta hubungan keluarga
menjadi longgar bahkan terjadi keretakan rumah tangga.
Konsekuensi tersebut sering dianggap akibat dari semakin banyaknya
perempuan yang bekerja di luar rumah, terutama di perkotaan.
Problematika akan menjadi semakin rumit, bilamana intensitas para
istri atau ibu rumah tangga bekerja disektor publik berdurasi lama,
sehingga intensitas pertemuan keluarga menjadi berkurang san
berdampak pada hilangnya komunikasi yang berpengaruh terhadap
keharmonisan rumah tangga, bahkan dapat berakibat pada retaknya
hubungan keluarga. Dalam sistem sosial budaya di Indonesia, peran dan
tanggung jawab bagi kelangsungan dan keselamatan rumah tangga ada
di tangan para istri, sedangkan peran suami atau bapak lebih dikaitkan
sebagai penghasil dan penyangga ekonomi rumah tangga. 52

52
Syaifuddin Zuhdi, Membincang Peran Ganda Perempuan Dalam Mayarakat Industri,
Jurnal Hukum Jurisprudence, Vol. 8, No. 2, 2018, h. 85
BAB III

DESKRIPSI WILAYAH KELURAHAN KAYU MANIS,


JAKARTA TIMUR

A. Deskripsi Wilayah Penelitian


1. Keadaan Geografis dan Demografis Kelurahan Kayu Manis
Secara geografis Kelurahan Kayu Manis merupakan pemukiman padat
penduduk, yang masyarakatnya mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta.
Kelurahan Kayu Manis merupakan salah satu dari enam Kelurahan yang
terletak dibagian utara Kecamatan Matraman, Kota Administrasi Jakarta
Timur, dengan luas wilayah sebesar 57,06 Ha yang terdiri dari 133 RT dan 9
RW. Kelurahan Kayu Manis mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Tabel 1
Batas Wilayah Kelurahan Kayu Manis
Batas Jalan/Kelurahan
Batas Utara Jalan Pramuka Raya, Jakarta Pusat
Jalan Kayu Manis Timur, Kelurahan
Batas Timur
Utan Kayu Utara/Utan Kayu Selatan
Jalan Kayu Manis X, Kelurahan
Batas Selatan
Pisangan Baru
Jalan/Rel Kereta Api, Kelurahan
Batas Barat
Palmerian
(Sumber Data: Kantor Kelurahan Kayu Manis, 24 Juni 2022)1
Orbitrasi atau jarak tempuh dari Kelurahan Kayu Manis ke Kecamatan
adalah 900 meter, jarak tempuh ke Walikota Jakarta Timur sekitar 14 Km,
sedangkan jarak tempuh dari Kelurahan Kayu Manis ke Pusat DKI Jakarta
yakni ±6,4 Km.

2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan buku laporan tahunan yang diterbitkan oleh Kelurahan
Kayu Manis, jumlah penduduk Kelurahan Kayu Manis pada pertengahan
tahun 2022 ini tercatat sebanyak 31.028 jiwa, dengan rincian jumlah

1
Laporan pembukuan Sekretaris April, Mei, Juni 2022

38
39

penduduk laki-laki sebanyak 15.348 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak


15.680 jiwa. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang tercatat di
Kelurahan Kayu Manis sebanyak 10.475 KK.
Tabel 2
Jumlah Penduduk Setiap Rukun Warga (RW)
Jumlah
RW.
RT KK
01 15 1.160
02 20 1.182
03 10 1.156
04 15 1.160
05 11 1.157
06 14 1.159
06 17 1.170
08 18 1.172
09 13 1.159
(Sumber Data: Kantor Kelurahan Kayu Manis, 24 Juni 2022)2
Tabel 3
Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah 3.125
2 Tidak Tamat SD 2.693
3 SD 3.841
4 SMP 3.746
5 SMU 11.006
6 Akademi/Perguruan Tinggi 6.625
(Sumber Data: Kantor Kelurahan Kayu Manis, 24 Juni 2022)3
Tabel 4
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 Kary. Swasta/Pemerintah/ABRI 10.388

2
Laporan pembukuan Sekretaris April, Mei, Juni 2022
3
Laporan pembukuan Sekretaris April, Mei, Juni 2022
40

2 Pedagang 3.660
3 Pertukangan 2.939
4 Pensiunan 1.675
5 Pengangguran 2.385
6 Fakir Miskin 2.041
7 Lain-lain 7.946
(Sumber Data: Kantor Kelurahan Kayu Manis, 24 Juni 2022)4

3. Keadaan Agama
Kehidupan manusia sesungguhnya diatur oleh agama yang dianutnya.
Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan Allah SWT serta sesama
manusia. Dalam bidang keagamaan yang dianut penduduk Kelurahan Kayu
Manis dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 5
Jumlah Pemeluk Agama
No. Agama Jumlah
1 Islam 27.221
2 Kristen Protestan 1.942
3 Katolik 1.318
4 Hindu 37
5 Budha 510
6 Konghuchu 5
Jumlah 31.028
(Sumber Data: Kantor Kelurahan Kayu Manis, 24 Juni 2022)5

4. Keadaan Pendidikan
Lembaga pendidikan sangatlah penting untuk mengukur maju dan
mundurnya suatu masyarakat, terlebih di Kelurahan Kayu Manis. Sarana
Pendidikan yang baik dapat membantu standar kemajuan di masyarakat,
tetapi sebaliknya jika lembaga pendidikan belum dimaksimalkan serta
masyarakat dalam lingkungan tersebut tidak berusaha ingin memajukan

4
Laporan pembukuan Sekretaris April, Mei, Juni 2022
5
Laporan pembukuan Sekretaris April, Mei, Juni 2022
41

kehidupan dan lingkungannya maka akan tetap tertinggal. Fasilitas


pendidikan di Kelurahan Kayu Manis terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas, dan
Pendidikan Non-Formal yang dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 6
Keadaan Fasilitas Bidang Pendidikan
Fasilitas Belajar Jumlah Jumlah Jumlah
No. Jenis Sekolah
SD SMP SMA Kelas Murid Guru
1 Negeri 4 - - 24 248 32
2 Ibtidaiyah - - - - - -
3 Swasta 1 4 4 56 2.241 105
(Sumber Data: Kantor Kelurahan Kayu Manis, 24 Juni 2022)6
Tabel 7
Fasilitas Pendidikan Non-Formal
Jumlah Jumlah Jumlah
No. Jenis Sekolah Jumlah
Kelas Murid Guru
Taman
1 2 3 56 18
Kanak-kanak
2 PAUD 7 - 198 29
Jumlah 9 3 254 47
(Sumber Data: Kantor Kelurahan Kayu Manis, 24 Juni 2022)7

6
Laporan pembukuan Sekretaris April, Mei, Juni 2022
7
Laporan pembukuan Sekretaris April, Mei, Juni 2022
STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAHAN KELURAHAN KAYU MANIS, JAKARTA TIMUR

LURAH
Heru Suryono, S.H.
NIP 197304041996031003/IIID
SEKRETARIS KELURAHAN
Affan Alfian, S. STP
NIP 199301012015071002/IIIB

Jabatan Pelaksana Jabatan Pelaksana


John Frans Sumolang Norvhansa Handyan Lasmana
NIP 198507302014081002/IIIA NIP 198411192010011015/IIIA

KASI PEMERINTAHAN KASI EKBANG KASI KESRA


Sari Anggraeni, SKM Saptowo, S. Sos Sri Sugiarti, AMD
NIP 198304302010012041/IIIC NIP 197111291997031004/IIID NIP 196612241988032004/IIID

Jabatan Pelaksana Jabatan Pelaksana Jabatan Pelaksana


Didi Mulyadi Joko Muhammad Yusuf
NIP 197208271996031001/IIA

42
NIP 196710061998031010/IIIC NIP 197705092007011015/IIIC
43

B. Profil Narasumber
Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yaitu istri pencari
nafkah utama setelah pandemi Covid-19, dengan kriteria istri yang sebelumnya
sama sekali tidak bekerja dalam ruang publik pada keluarga menengah
kebawah dan pendidikan istri yang hanya sampai tahap Sekolah menengah
Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Pemilihan narasumber ini mewakili
beberapa profesi yang dilakukan oleh narasumber, diantaranya sebagai buruh
harian lepas, karyawan toko/salon/kantor, wiraswasta, dan pembantu rumah
tangga.
Tabel 8
Profil Istri/Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Kayu Manis
No. Data Diri/Identitas
Nama/Usia Ibu Dani’ah, 38 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VII Gg. Jarak I
Pekerjaan Buruh harian lepas
Anak 1, usia 19 tahun
1. Jumlah/Usia Anak
Anak 2, usia 13 tahun
Penghasilan Rp. 800.000,- s/d Rp. 1.200.000,-/bulan
Pekerjaan Suami Tidak bekerja
Penghasilan Suami Tidak berpenghasilan
Nama/Usia Ibu Revi, 30 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VI Gg. Jarak VIII
Pekerjaan Berjualan ayam bakar dan laundry pakaian
Anak 1, 12 tahun
2. Jumlah/Usia Anak Anak 2, 8 tahun
Anak 3, sedang dalam kandungan (4 bulan)
Penghasilan Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-/bulan
Pekerjaan Suami Ojek online food
Penghasilan Suami ±Rp. 50.000,-/hari
3. Nama/Usia Ibu Amelia, 19 tahun
44

Alamat Jl. Kayu Manis VI Gg. Jarak I


Pekerjaan Custommer service online shop
Jumlah/Usia Anak Anak 1, 2 tahun
Penghasilan Rp. 2.000.000,-/bulan
Nama/Usia Ibu Sri Dananingsih, 64 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VII Gg. Jarak I
Pekerjaan Penjahit pakaian
4.
Penghasilan Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 3.000.000,-/bulan
Pekerjaan Suami Tidak bekerja (susah berjalan karena sakit)
Penghasilan Suami Tidak berpenghasilan
Nama/Usia Ibu Faliya, 24 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VI Gg. Jarak VII dalam
Pekerjaan Berjualan pempek Palembang (wiraswasta)
5. Jumlah/Usia Anak 1 anak, 1 tahun
Penghasilan Rp. 1.200.000,- s/d Rp. 2.000.000,-/bulan
Pekerjaan Suami Tidak bekerja
Penghasilan Suami Tidak memiliki penghasilan
Nama/Usia Ibu Euis, 53 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VI Gg. Jarak V dalam
Pekerjaan Karyawan salon
6. Jumlah/Usia Anak 1 anak, 20 tahun
Penghasilan Rp. 2.000.000,-/bulan
Pekerjaan Suami Tidak bekerja (stroke)
Penghasilan Suami Tidak ada penghasilan
Nama/Usia Ibu Femi, 40 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VI Gg. Jarak I dalam
7. Pekerjaan Buruh harian lepas
Anak 1, 17 tahun
Jumlah/Usia Anak
Anak 2, 12 tahun
45

Penghasilan Rp. 1.200.000,- s/d Rp. 2.000.000,-/bulan


Pekerjaan Suami Pengurus masjid
Penghasilan Suami Rp. 300.000,-/bulan
Nama/Usia Ibu Nur, 35 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VII Gg. Jarak I
Pekerjaan Wiraswasta
Anak 1, 17 tahun
Jumlah/Usia Anak
8. Anak 2, 10 tahun
Penghasilan bersih
Penghasilan
±Rp. 4.500.00,-/bulan
Pekerjaan Suami Tidak bekerja/bantu jaga warung
Penghasilan Suami Tidak berpenghasilan
Nama/Usia Ibu Epi, 30 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VI Gg. Jarak V
Pekerjaan Berjualan kue (titip warung) dan keliling
Anak 1, 2 tahun
9. Jumlah/Usia Anak
Anak 2, 6 bulan
Penghasilan Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-/bulan
Pekerjaan Suami Buruh barang/bangunan
Penghasilan Suami ±Rp. 50.000/hari
Nama/Usia Ibu Fira, 25 tahun
Alamat Jl. Kayu Manis VII Gg. Jarak VI
Pekerjaan Custommer Service
10. Jumlah/Usia Anak 1 Anak, 3 tahun
Penghasilan Rp. 5.000.000,-
Pekerjaan Suami Tidak bekerja
Penghasilan Suami Rp. 1.200.000,- (warisan kontrakan)
BAB IV

DAMPAK BEBAN GANDA ISTRI PENCARI NAFKAH UTAMA AKIBAT


PANDEMI COVID-19 DI KELURAHAN KAYU MANIS, JAKARTA
TIMUR

A. Faktor Pengaruh Beban Ganda di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur


Beban ganda akibat ketidakadilan gender yang dialami kaum perempuan
tidak terlepas dari budaya hegemoni patriarki. Dalam kenyataan sosial bahwa
perempuan diletakkan pada posisi subordinat sedangkan laki-laki memiliki
peran dan posisi yang penting dalam kehidupan. Namun yang terjadi saat ini
adalah fenomena beban ganda pada istri yang disebabkan oleh keadaan dan
bangunan kultur pada masyarakat yang menginginkan seorang istri dapat
berperan sebagai ibu rumah tangga (domestik keluarga) serta sebagai pekerja
(publik) secara maksimal. Secara umum, faktor yang mendorong para istri di
Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur untuk bekerja, antara lain:
1) Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 secara nyata telah berpengaruh dalam setiap sektor
kehidupan masyarakat. Diawali dengan aktivitas semua masyarakat yang
terhenti secara konvensional, pembatasan pertemuan hingga menurunnya
sektor perekonomian secara signifikan yang menyebabkan banyaknya
pemutusan hubungan kerja pada masyarakat.
2) Ekonomi
Suami yang pada akhirnya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga
secara langsung atau pun tidak langsung menuntut istri untuk ikut bekerja
dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, membuat istri tertarik
untuk mengembangkan potensi kemampuan dirinya untuk turut serta terjun
dalam dunia masyarakat publik di samping pekerjaannya sebagai ibu rumah
tangga.1
3) Bersosialisasi

1
Wawancara dengan Ibu Revi, Ibu rumah tangga dan wiraswasta di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 22 Mei 2022

46
47

Faktor selanjutnya ialah keinginan perempuan untuk ikut serta dalam


lingkungan yang aktif. Jika mereka dapat bergaul secara aktif dan luas tidak
menutup kemungkinan untuk menuai karir yang baik. 2
4) Eksistensi diri
Keinginan perempuan untuk eksis dalam masyarakat publik ialah salah satu
bentuk dari aktualisasi diri untuk meningkatkan dirinya dengan masuk ke
dalam dunia karir.3
5) Budaya
Budaya setempat yang tidak menuntut kaum laki-laki untuk bekerja
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ada beberapa budaya yang justru
menuntut kaum perempuan untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga.
Budaya inilah yang membuat para istri terpaksa harus memikul beban ganda
menjadi ibu rumah tangga serta mencari nafkah untuk kehidupan keluarga. 4

B. Dampak Beban Ganda Istri di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur


Beban ganda lahir dari adanya partisipasi perempuan dalam sektor publik.
Para suami yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga menjadi
salah satu penyebab para istri berperan dalam domestik keluarga sekaligus
pada sektor publik. Beban ganda ini kemudian menyebabkan banyak dampak
pada istri yang mengalaminya, baik dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak dari beban ganda inilah yang mempengaruhi kehidupan para istri
dalam keluarga.
Berikut ini beberapa pemaparan respon dari pihak-pihak yang terkait
dalam studi kasus di lingkungan Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur
mengenai peran istri dan dampak beban ganda yang dialaminya:
1. Ibu Dani’ah
Penjelasan dari Ibu Dani’ah:

2
Wawancara dengan Ibu Euis, Ibu rumah tangga dan Karyawan Salon di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 2 Juni 2022
3
Wawancara dengan Ibu Fira, Ibu rumah tangga dan Custommer Service di Kelurahan
Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 11 Juni 2022
4
Wawancara dengan Ibu Femi, Ibu rumah tangga dan buruh harian lepas di Kelurahan
Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 10 Juni 2022
48

“Waktu pertengahan Covid-19, Teh, saya pindah ngekos disini karena


sudah tidak kuat tinggal dengan suami saya (Pak Edo), setiap hari
semenjak sudah ngga kerja bisanya habisin uang kerja saya buat main,
padahal itu untuk kebutuhan si kecil sekolah. Makanya saya pikir, dengan
ngekos begini tetangga lebih rame jadi kalau bapaknya dateng ngga bisa
macam-macam. Saya mah sebenernya apa juga yang bisa saya kerjain
kerjaan saya terima, tapi memang fokus utamanya ya jadi kuli cuci setrika.
Juga sekarang, mungkin karena kebanyakan kerja dan pola hidup yang
sesukanya saya terkena penyakit ginjal dan harus cuci darah seminggu
sekali. Kadang sedih liat Syifa karena mamahnya ngga bisa kasih yang
terbaik, ngga bisa terus dampingi dia kalau belajar atau sekedar ngobrol
di sekolah ngapain aja, tapi Alhamdulillah anaknya mengerti kondisi
saya.”5
Berdasarkan hasil wawancara dapat ditemukan bahwa:
Perannya untuk mengurus keluarga saat ini sangat banyak. Mulai dari yang
utama sekarang Ibu Dani’ah bekerja di rumah-rumah di depan jalan besar
untuk cuci setrika baju, terkadang juga mengurus anak dari rumah tempat
beliau bekerja untuk mendapat uang tambahan. Setelah selesai, Ibu
Dani’ah langsung pulang untuk mengurus anaknya (Syifa) yang berusia 13
tahun, masak untuk makan malam, bersih-bersih rumah dan lain-lain.
Dampak positif yang terjadi Ibu Dani’ah tidak terlalu khawatir terhadap
apa yang dilakukan oleh suaminya semenjak pindah rumah, namun
dampak negatif yang terjadi Ibu Dani’ah, beliau tidak dapat selalu
mendampingi tumbuh kembang anaknya secara eksklusif dan juga akibat
terlalu sering bekerja tanpa mengatur pola hidup dengan benar Ibu Dani’ah
terkena penyakit ginjal sehingga harus cuci darah setiap semiggu sekali.
2. Ibu Revi
Ibu Revi yang berstatus sebagai istri dari Bapak Nur Syamsi menjelaskan:

Wawancara dengan Ibu Dani’ah, Ibu rumah tangga dan buruh harian lepas di Kelurahan
5

Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 20 Mei 2022


49

“Suami saya kan dulunya Satpam, Teh. Waktu suami dipecat dari toko
karena pengurangan karyawan saya langsung putar otak gimana caranya
biar keluarga tetap bisa makan lah minimal, ngga kekurangan. Dari sisa
gaji yang dikasih suami, saya buka pesanan ayam bakar karena kan awal
Covid tuh pada ngga keluar rumah, nah sekarang saya ada tambahan
buka laundry kecil-kecilan di rumah. Nanti suami saya yang antar
pesanan ayam bakar atau baju bersih ke rumah-rumah yang pakai jasa
saya.”6
Dari usahanya, kekurangan biaya untuk kehidupan sehari-hari tercukupi,
sehingga Ibu Revi tidak perlu berhutang untuk sekedar membayar
kontrakan. Namun, yang menjadi kesulitan Ibu Revi yaitu mengurus kedua
anaknya yang masih kecil berusia 12 tahun dan 8 tahun, ditambah saat ini
tengah mengandung dengan usia kandungan 4 bulan. Ibu Revi cukup
kelelahan karena anak-anaknya kurang dekat dengan ayahnya. Terlebih
jika sedang banyak pesanan ayam bakar, laundry baju menumpuk, dan
anak rewel terlebih saat sakit. Suaminya kurang dapat diandalkan,
sehingga Ibu Revi harus meminta bantuan lebih dulu kepada suaminya
untuk mengerjakan pekerjaan yang dapat suaminya kerjakan.
3. Ibu Amelia
Penjelasan Ibu Amelia terkait beban ganda:
“Peran saya dalam rumah tangga ini sangat berat, apa lagi suami sudah
lama pergi alasannya kerja belum bisa pulang. Satu dua bulan pergi
masih suka nelpon buat nanya anak, Teh, tapi setelahnya ngga pernah
telpon lagi. Jangankan kirim uang untuk kebutuhan anak saya yang masih
2 tahun, sekarang sudah ngga ada kabarnya sama sekali. Sekarang saya
pindah ke rumah orang tua karena sudah ngga sanggup bayar kontrakan,
karena pendidikan cuma sampai SMP ya Alhamdulillah masih bisa kerja
walaupun kerja kontrak jadi layanan pelanggan toko online. Untungnya
kebanyakan hari kerja saya Work From Home (WFH) jadi kalau anak

6
Wawancara dengan Ibu Revi, Ibu rumah tangga dan wiraswasta di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 22 Mei 2022
50

bangun atau rewel minta makan masih bisa sambil gendong anak.
Kesulitannya kalau harus nitip anak ke orang tua, beli kebutuhan anak
saya, beli makan juga ngga enak kalau belinya cuma buat sendiri sama
anak jadi kadang beli juga buat orang rumah, terus ikut patungan untuk
bayar listrik dan air walaupun saya tinggal di rumah orang tua. Jadi gaji
saya sudah habis ngepas, malah kadang kurang sebenernya, namanya
semuanya dikerjain sendiri Teh.”7
Dari hasil wawancara dapat ditemukan bahwa, dampak beban ganda yang
terjadi pada Ibu Amelia sangatlah berat. Ibu Amelia saat ini menjadi orang
tua tunggal untuk anaknya yang berusia 2 tahun karena suaminya yang
tidak ada kabar semenjak sekitar 3 bulan pergi dari rumah dengan alasan
bekerja. Ibu Amelia mengurus semua keperluan hidupnya tanpa
bergantung kepada siapa pun, sehingga hal ini dapat mengancam kondisi
psikologis Ibu Amelia.
4. Ibu Sri Dananingsih
Pemaparan dari Ibu Sri:
“Mengenai peran sekarang yah cukup berat untuk Mbah yang sudah tua
begini, cuma mau gimana, Mbah ngga mau nyusahin anak yang
tinggalnya jauh dari sini, apalagi kadang suka dititipin cucu,
Alhamdulillah buat nemenin. Sekarang Mbah buka jahit baju di rumah
karena kan Bapak sempat kena Covid jadi sekarang sudah ngga kerja,
ngga ada yang mau terima juga katanya karena udah tua siapa yang mau
terima, jadi di rumah aja. Karena ngga ada penghasilan ya sudah
sekarang Mbah terima jahit baju di rumah, kadang kalo ada yang mau
bikin model baju juga Mbah bisa. Palingan sering kecapean soalnya
sambil jahit karena itu penghasilan utama Mbah sekarang, terus juga
ngurus rumah dan ngurus Bapak karena cuma tinggal berdua aja, Teh.
Apa lagi Bapak tuh suka bawel, minta dibikinin sesuatu, udah dibikin eh
ngga dimakan ngga diminum, cuma yaudah Mbah maklum namanya udah

7
Wawancara dengan Ibu Amelia, Ibu rumah tangga dan customer service online shop di
Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 6 Mei 2022
51

tua si bapak juga. Kesulitannya lagi namanya sudah tua itu kalau Mbah
yang sakit repotnya luar biasa.”8
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri dapat ditemukan adanya
beban ganda yang beliau alami, yaitu membuka jahit baju di rumah sebagai
penghasilan utama sambil mengurus suaminya yang sudah tidak bekerja.
Namun dapat ditemukan lagi dampak beban ganda yang Ibu Sri alami
secara tidak sadar dari suaminya yang masih sering memerintah Ibu Sri
tanpa memikirkan bahwa saat ini, istrinya lah yang menjadi pencari nafkah
utama dalam rumah tangga.
5. Ibu Faliya
Penjelasan Ibu Faliya:
“Kalau bicara beban dari yang saya alami sekarang sangat berat Teh
untuk saya pribadi, memang awal pandemi itu suami sudah ngga kerja
saya masih bisa makan sehari-hari karena tinggal sama mertua. Tapi
makin kesini suami benar-benar ngga mau kerja, ditambah saya punya
anak kecil 1 tahun. Saya sempat depresi dan ngga mau urus anak, tapi
mau gimana lagi, ngga ada jalan keluar kalau saya diam aja. Dari uang
dikasih orang tua saya olah buat bikin pempek dan saya jual untuk hari-
hari sampai buka online shop juga biar banyak yang beli. Suami saya
sudah ngga punya penghasilan sama sekali, jadi semua kebutuhan rumah
tangga saya yang urus karena saya ngga bisa bergantung ke mertua dan
orang tua saya lagi.”9
Hasil wawancara yang dapat disimpulkan penulis bahwa:
Kondisi psikologis Ibu Faliya bisa saja terancam jika saja Ibu Faliya tidak
berusaha menemukan jalan keluar serta kelangsungan hidup anaknya. Ibu
Faliya sering bertengkar karena suaminya sudah tidak ingin bekerja,
sehingga kebutuhan rumah tangga, mengurus anak dan mencari nafkah
sampai saat ini dilakukan sendiri oleh Ibu Faliya.

8
Wawancara dengan Ibu Sri Dananingsih, Ibu rumah tangga dan penjahit pakaian di
Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 25 Mei 2022
9
Wawancara dengan Ibu Faliya, Ibu rumah tangga dan wiraswasta di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 19 Mei 2022
52

6. Ibu Euis
Pemaparan Ibu Euis:
“Kalau soal beban yang Ibu alami sekarang, yah sudah ngga kaget lagi
Teh. Ibu saat ini bekerja jadi pegawai harian lepas di salon dan ngurus
suami di rumah. Karena kemarin kena Covid, suami Ibu keterusan terkena
stroke jadi sudah ngga bisa kerja lagi keadaannya, makanya Ibu yang
gantiin. Jadi urusan rumah, bayar ini dan itu, beli popok buat suami,
makan dan lain-lain Ibu yang urus, habis mau gimana teh udah jalan Allah,
Ibu mah ambil berkahnya aja dari Bapak, Insya Allah ada aja rezeki buat
Ibu dan keluarga. Alhamdulillah nya juga kadang kalau ibu belum pulang,
anak Ibu sehabis pulang kuliah mau urus ayahnya, karena kan Ibu kerja
dari pagi pas salon buka terus pulang sore. Kesulitannya kalau Ibu yang
sakit, urusan rumah dan keuangan jadi cukup berantakan.”10
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa:
Dampak beban ganda yang dialami Ibu Euis cukup berat dengan beliau
saat ini menjadi pencari nafkah utama keluarganya sebagai pegawai harian
lepas di sebuah salon, mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga,
ditambah mengurus suaminya yang saat ini tidak dapat melakukan
kegiatan karena terkena stroke. Hal yang menjadi kesulitan terbesar Ibu
Euis ialah jika beliau sakit, karena tidak ada yang membantu beliau untuk
mengurus keluarganya.
7. Ibu Femi
Penjelasan Ibu Femi mengenai beban ganda yang dialami:
“Saya kalau urusan rumah tangga sekarang udah seperti Bapak buat anak
juga, Teh. Suami sudah ngga kerja dan ngga ada penghasilan dari
pertengahan tahun 2021, kerjaannya di masjid atau musholla aja, kalau
saya lagi kurang enak badan atau gimana gitu hati saya, ada aja gitu ribut
di rumah sama suami. Saya kerja jadi asisten rumah tangga di beberapa
rumah depan jalan besar, pagi-pagi udah bangun langsung masak,

10
Wawancara dengan Ibu Euis, Ibu rumah tangga dan Karyawan Salon di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 2 Juni 2022
53

bangunin anak sekolah dan langsung jalan ke rumah tempat kerja terus
pulangnya sehabis maghrib lah. Kadang kalau hari libur ada panggilan
cuci setrika saya langsung terima juga, biasanya kos-kosan karyawan di
depan jalan suka telpon, Teh. Habis pulang langsung beres-beres rumah,
ngurus keperluan rumah tangga deh, kayak ngga ada istirahatnya.
Kadang sering pusing gitu kalau lagi banyak kerjaan, gaji belum keluar
tapi anak saya rewel minta uang buat keperluan sekolah atau jajan. Kalau
mau dihitung mah ngga cukup sebenarnya gaji saya untuk keperluan
rumah tangga, tapi di pas-pasin aja gitu, Teh.”11
Berdasarkan hasil wanwancara Ibu Femi terkait dampak beban ganda:
Ibu Femi saat ini menjadi pencari nafkah utama dengan bekerja sebagai
asisten rumah tangga namun juga tetap mengurus rumah tangganya, mulai
dari memasak, mengurus anak, mencuci baju dan urusan rumah tangga
lainnya. Suaminya sudah tidak bekerja dan tidak mempunyai penghasilan
sehingga Ibu Femi harus bekerja keras agar kebutuhan hidup keluarganya
tercukupi. Terkadang Ibu Femi dan suaminya bertengkar karena kondisi
Ibu Femi yang sudah lelah dan suaminya yang tidak membantu untuk
urusan di rumah atau sekedar ikut serta mengurus anak.
8. Ibu Nur
Penjelasan Ibu Nur:
“Saya sekarang buka warung sayur, jual air galon dan gas juga, Teh.
Modalnya dari uang gaji terakhir suami karena di PHK dari perusahaan
tempatnya kerja. Anak saya 2 masih sekolah, umurnya 17 tahun dan 10
tahun. Saya buka warung sayur, jual air galon dan gas karena ngga bisa
ninggalin anak-anak. Kalau kerja keluar kasihan ngga ada yang ngurus.
Suami saya juga ngga bisa ngurus rumah dan anak, pasti saya yang urus
semuanya. Kadang stress juga dan suka berdebat sama suami soal urusan

11
Wawancara dengan Ibu Femi, Ibu rumah tangga dan buruh harian lepas di Kelurahan
Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 10 Juni 2022
54

rumah perkara minta tolong dibantu, tapi kadang suami ngga mau
mengerti, Teh.”12
Dari hasil wawancara Ibu Nur dapat ditemukan:
Dampak beban ganda yang dialami Ibu Nur yaitu pada kondisi psikologis
Ibu Nur karena sering berdebat dengan suaminya yang tidak banyak
membantu dalam mengurus anak. Ibu Nur menjelaskan bahwa benar
beliau membuka warung tersebut dari hasil gaji terakhir suaminya. Namun
seharusnya suami Ibu Nur juga mengerti kondisi dan kesibukan Ibu Nur
ketika membagi peran dalam rumah tangga.
9. Ibu Epi
Pemaparan Ibu Epi dan dampak beban ganda yang dialami:
“Kalau beban ganda yang dialami dari pekerjaan dan mengurus rumah
tangga saya cukup merasakan ya, Teh. Saya sekarang lebih ke bikin kue-
kue gitu Teh, kayak kue talam, terus bikin onde-onde juga. Habis itu di
taro ke warung, ditipin gitu deh. Nah kalau sisanya saya keliling juga tiap
sore, sekitaran sini aja, banyak yang beli tiap hari sih. Ayahnya juga kalo
saya lagi keluar suka di rumah buat jagain. Suami saya memang sudah
tidak bekerja, tapi masih ada penghasilan sedikit dari bantu-bantu bawa
barang orang dari pasar sampai ke rumahnya kalo tiap pagi.
Alhamdulillah, walaupun berat tapi saya merasa terbantu karena suami
saya tidak benar-benar meninggalkan kewajibannya.”13
Temuan hasil wawancara Ibu Epi:
Meski Ibu Epi mengalami dua peran sebagai pencari nafkah utama saat ini
dan mengurus rumah tangga, mulai dari mencuci, memasak, mengurus
anak dan rumah. Namun, suaminya masih membantu untuk mendapatkan
penghasilan tambahan untuk kehidupan sehari-hari.
10. Ibu Fira
Hasil wawancara dengan Ibu Fira:

12
Wawancara dengan Ibu Nur, Ibu rumah tangga dan wiraswasta di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 6 Juni 2022
13
Wawancara dengan Ibu Epi, Ibu rumah tangga dan penjual kue di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 3 Juni 2022
55

“Mengenai peran saya sebagai istri sekaligus pencari nafkah utama saat
ini, tidak terpikirkan mengenai apa itu beban ganda. Saya cuma bisa
berusaha semaksimal mungkin untuk punya penghasilan tetap di masa
pandemi seperti ini, walaupun hanya lulusan SMA dan sekarang hanya
bisa bekerja sebagai Custommer Service seengganya saya ngga benar-
benar meninggalkan urusan rumah tangga. Pas sampai di rumah, tetap
saya yang sediakan makanan, mencuci baju dan mengurus keperluan
suami dan anak saya. Sebenarnya masih ada pemasukan dari kontrakan
yang ditinggalkan orang tua suami, mungkin dari uang itu suami jadi tidak
berminat kerja lagi. Walaupun lelah secara fisik dan pikiran saya jadi
merasa lebih unggul dan selalu berusaha beradaptasi sama keadaan saya,
Teh.”14
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa:
Ibu Fira memang mendapat uang setiap satu bulan dari kontrakan
peninggalan orang tua suami. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan
untuk Ibu Fira tidak bekerja, karena kebutuhan rumah tangga yang tidak
bisa tercukupi sehingga beliau tetap harus bekerja. Akibat dari hal itu,
suaminya merasa tidak perlu lagi untuk bekerja, tetapi juga tidak
membantu dalam mengurus rumah tangga sehingga Ibu Fira merasa lelah
dan terbebani.
Akibat dari beban ganda yang dialami para istri ini banyak dampak
terjadi, baik pada diri istri maupun terhadap keluarganya. Berbagai
dampak yang terjadi dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1) Dampak negatif
Dampak negatif ini meliputi kesibukan, dominasi istri yang merasa
unggul karena dapat menghasilkan uang sendiri, dan kesehatan yang
menurun sehingga istri berpotensi terserang penyakit.
2) Dampak positif

14
Wawancara dengan Ibu Fira, Ibu rumah tangga dan Custommer Service di Kelurahan
Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 11 Juni 2022
56

Dampak positif ini lebih kepada kondisi sosial yang membuat seorang
istri dapat dikenal dengan mudah karena kontribusinya dalam ruang
publik (bekerja) dan ekonomi yang lebih maju karena potensi kreatif
dan usaha yang lebih dibandingkan suami yang sulit mendapatkan
pekerjaan dimasa pandemi Covid-19.
Dampak negatif ini dialami oleh istri yang bekerja sebagai pencari
nafkah utama dalam keluarga, yaitu mulai dari kesehatan yang menurun,
beban kerja berlebihan, waktu yang sulit diatur antara mengurus keluarga
juga bekerja. Ibu Dani’ah (38) menceritakan kesehariannya sebagai buruh
cuci dan setrika di rumah-rumah yang membutuhkannya, setelah seharian
bekerja beliau merasa sangat letih ditambah penyakit ginjal yang dialami
membuatnya kesulitan, Ibu Dani’ah (38) mengungkapkan:
“Kalo habis seharian misalnya lagi full banget nih, Teh. Waduh, capeknya
bukan main. Saya sampe rumah langsung lemes badan, pegal-pegal, susah
gerak kadang kaki kesemutan. Ditambah sekarang udah sakit ginjal, ngga
boleh minum kebanyakan…”15
Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Amelia (19) yang mengungkapkan
kesulitannya dalam mengatur waktu untuk anaknya dan pekerjaannya.
sebagai berikut:
“…kesulitannya itu, Teh pas lagi dapet shift kerja ke kantor. Kan itu
ninggalin anak ku, kesian harus tega nitipin ke Aki nya (ayah Ibu Amelia),
kalo saya mau jalan nangis, kadang siang-siang nelpon nangis minta saya
pulang. Sedih banget, cuma saya sekarang kerja sendiri mau ngga mau
harus kuat buat diri sendiri dan anak.”16
Hal lain diungkap oleh Ibu Fira (25), yang merasa rasa unggul dan
lebih baik dari suaminya dalam mencari uang, beliau mengungkapkan:
“…Saya kerja bisa dapat gaji UMR sebulan buat keperluan saya dan anak
juga. Suka kesel sama suami, kalau jadi kepala keluarga ya usaha, tapi

15
Wawancara dengan Ibu Dani’ah, Ibu rumah tangga dan buruh cuci setrika di Kelurahan
Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 20 Mei 2022
16
Wawancara dengan Ibu Amelia, Ibu rumah tangga dan Custommer service di Kelurahan
Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 6 Mei 2022
57

kalau saya bahas nafkah anak deh, Teh bisanya ngandelin kontrakkan.
Wajar saya bangga dengan hasil kerja sendiri, ngga bergantung ke suami,
toh uang dari suami ngga menutup kebutuhan rumah tangga…”17
Adapun dampak positif yang dirasakan oleh istri yang bekerja sebagai
pencari nafkah utama akibat pandemi Covid-19 ini, di antaranya Ibu Epi
(30) yang mengungkapkan mengenai ekonomi keluarganya yang mulai
stabil:
“Alhamdulillah sih, Teh dari hasil kue yang dititip ke warung aja sehari
bisa dapet 150an, kalo saya lagi niat bikin banyak bisa sampe 200an. Jadi
ngga ngandelin ayahnya, karena kan sehari ayahnya tuh ngga tentu,
kadang dapet duit kadang cuma bisa buat makan siang dia diluar
sendiri…”18
Hal lain diungkapkan oleh Ibu Sri Dananingsih (64), beliau merasa
sangat bersyukur karena masih kreatif dalam membuat pakaian diusia yang
sudah tidak muda, dampak positif yang dirasakan ialah masyarakat banyak
mengenalnya, beliau bercerita bahwa:
“…Wah orang sini mah kalo jahit baju suka ke Mbah Ning (sebutan
kepada Ibu Sri), Teh. Kadang tuh suka ada yang ngasih kain minta dibikin
model kebaya lah, macem-macem. Mbah seneng, biar udah tua masih
dipercaya buat bikin dan jahit pakaian, padahal mah sekarang kan banyak
ya Teh yang dibilang designer baju, tapi katanya enakan ke Mbah aja,
sabaran terus suka ngasih saran pelan-pelan kalo yang bikin baju banyak
mau atau bingung model…” 19

C. Pandangan Hukum Positif Terhadap Beban Ganda Istri


Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
menyebutkan bahwa:

17
Wawancara dengan Ibu Fira, Ibu rumah tangga dan Custommer service di Kelurahan
Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 11 Juni 2022
18
Wawancara dengan Ibu Epi, Ibu rumah tangga dan penjual kue di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 3 Juni 2022
19
Wawancara dengan Ibu Sri Dananingsih, Ibu rumah tangga dan penjahit pakaian di
Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur, pada tanggal 25 Mei 2022
58

Pasal 31 ayat (1): Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat.
Pasal 31 ayat (2): Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan
hukum
Pasal 34 (1): Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
Pasal 34 ayat (2): Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.
Lebih lanjut, Kompilasi Hukum Islam juga telah mengatur mengenai hak
dan kewajiban suami istri, sebagai berikut:
Pasal 77 ayat (2): Suami isteri wajib saling mencintai, hormat menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Pasal 77 ayat (3): Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan
memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani
maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
Pasal 77 ayat (4): Suami dan isteri wajib memelihara kehormatannya
Pasal 80 ayat (1): Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah
tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-
penting diputuskan oleh suami isteri bersama.
Dapat dilihat bahwa aturan hukum di atas tidak berjalan dengan
semestinya berdasarkan penemuan dalam penelitian ini. Dengan demikian,
penulis dapat menyimpulkan bahwa kedudukan suami dan istri seimbang
dalam berumah tangga termasuk dalam melakukan perbuatan hukum. Ketika
suami sedang dalam keadaan yang tidak mampu untuk memberikan nafkah,
maka boleh saja seorang istri ikut membantu dalam mencukupi kebutuhan
nafkah untuk keluarga. Suami dan istri tetap menjaga kehormatannya masing-
masing, suami harus menghargai usaha istri serta istri menjaga diri ketika harus
bekerja diluar rumah. Jika pada praktiknya istri tidak mampu secara penuh
untuk mengatur urusan rumah tangga termasuk mengurus anak, maka suami
harus mengerti dan wajib membantu istri mengurus rumah tangga. Sehingga
59

istri tidak merasa begitu lelah dan tidak akan terjadi pembebanan pada satu
pihak.

D. Pandangan Hukum Islam Terhadap Beban Ganda Istri


Pada dasarnya, peran utama seorang istri ialah menjadi sekolah pertama
untuk anak-anaknya. Kepribadian yang terbentuk pada anak menjadi hal yang
penting selama dalam pengasuhan seorang ibu. Namun, apa yang terjadi jika
seorang istri sekaligus seorang ibu yang sudah cukup berat dalam menjalankan
tugasnya di rumah harus bekerja sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga,
sehingga tidak memiliki banyak waktu dengan anak-anaknya atau pun bahkan
dengan dirinya sendiri.
Beban ganda yang lahir akibat dua peran yang dijalankan istri dalam
keluarga serta di ruang publik sebagai pekerja aktif kemudian menjadi
pertanyaan, apa yang dilakukan suami dalam mengemban kewajibannya
sebagai kepala keluarga. Ketidakberdayaan akibat Pandemi Covid-19 seolah
menjadi satu-satunya jawaban para suami yang tidak lagi bekerja, sehingga
perannya digantikan oleh sang istri.
Islam merupakan agama terakhir yang sudah ditetapkan dan diridhai oleh
Allah SWT., diutus kepada Nabi Muhammad Saw., untuk diajarkan kepada
hamba-Nya sebagai panduan dalam menjalani hidup di dunia dan untuk di
akhirat melalui Al-Qur’an dan Hadits yang semuanya telah disesuaikan dengan
komponen kehidupan manusia, mulai dari ibadah kepada Allah Swt., berakhlak
baik serta beretika dalam hidup dengan sesama makhluk.
Seiring berkembangnya zaman, hukum dari beban ganda sendiri memang
tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Segala
hukum yang tidak ditentukan dalam Al-Qur’an dan hadits pada dasarnya dapat
dikatakan mubah (boleh). Namun, tentunya hal ini dapat dilihat dari fungsi,
serta sebab dan akibat yang terjadi, sehingga harus disesuaikan apakah hal ini
sesuai tujuan hukum Islam yang diatur di dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Ketika seorang istri bekerja selama untuk menggantikan suaminya yang
tidak berdaya dalam mencari nafkah, hal ini hukumnya mubah (boleh) dalam
60

Islam. Namun suami dan istri juga harus saling menjamin bahwa tidak adanya
pihak yang akan terbebani dalam rumah tangga, yang mana hukumnya akan
berubah menjadi makruh karena dalam prosesnya tidak menimbulkan kebaikan
dan keharmonisan dalam rumah tangga, dan dapat menjadi haram hukumnya
jika dalam hal istri bekerja menggantikan suaminya terus menerus akan
berpotensi membuat hubungan rumah tangga retak sehingga terjadi pertikaian
yang berakhir pada perceraian yang sudah jelas dibenci Allah SWT.
Di dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 233 Allah SWT berfirman:

‫ضا َعةَ ۗ َو َعلَى‬ َ ‫الر‬َّ ‫املَي ِْن ِل َم ْن اَ َرادَ اَ ْن يُّتِ َّم‬


ِ ‫ض ْعنَ اَ ْو ََّلدَه َُّن َح ْولَي ِْن َك‬ ِ ‫َو ْال ٰو ِل ٰدتُ يُ ْر‬
‫ض ۤا َّر‬
َ ُ ‫ف نَ ْفس ا ََِّّل ُو ْسعَ َها ۚ ََّل ت‬ ُ َّ‫ف ََّل ت ُ َكل‬
ِ ۗ ‫ْال َم ْولُ ْو ِد لَهۗ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر ْو‬
...‫َوا ِلدَة ۢبِ َولَ ِدهَا َو ََّل َم ْولُ ْود لَّهۗ بِ َولَ ِده‬

“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,


bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung
nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani
lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya
dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya…” 20

Sebagaimana hukum Islam juga telah mengatur mengenai hak dan


kewajiban suami istri, dapat dilihat dalam al-Quran surah Al-Baqarah ayat 228
yang berbunyi:

ِ ِۖ ‫ِي َعلَ ْي ِه َّن ِب ْال َم ْع ُر ْو‬


…‫ف َو ِل ِلر َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن دَ َر َجة‬ ْ ‫…ۗ َولَ ُه َّن ِمثْ ُل الَّذ‬
“… Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai
kelebihan di atas mereka …”21
Ayat di atas menjelaskan bahwasannya istri mempunyai hak serta istri juga
mempunyai kewajiban yang seimbang menurut cara yang ma’ruf. Maka

20
Tim Penerjemah, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: CV,
Pustaka Al-Kautsar, 2017), h. 37
21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid I, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011),
h. 133
61

kewajiban istri merupakan hak bagi suami, namun suami mempunyai


kedudukan satu tingkat lebih tinggi dari pada istri, karena suami bertanggung
jawab atas keselamatan dan kesejahteraan rumah tangganya. Yakni sebagai
seorang pemimpin atau kepala rumah tangga sebagaimana yang telah
diisyaratkan oleh potongan ayat di atas.
Dalam hadits lain dijelaskan, diriwayatkan Jabir bin ‘Abdullah dari
Rasulullah Saw., beliau bersabda dalam khutbah wada’:

‫ّٰللا َوا ْستَ ْحلَ ْلت ُ ْم فُ ُرو َج ُه َّن‬


ِ ‫ان ه‬ِ ‫اء فَإِنَّ ُك ْم أ َ َخ ْذت ُ ُمو هُ َّن بِا َ َم‬
ِ ‫س‬ َ ‫فَاتَّقُوا ه‬
َ ِ‫ّٰللا فِى الن‬
ِ ‫ فَإِ ْن فَ َع ْلنَ ذَلِكَ بِ َك ِل َم ِة ه‬.ُ‫ش ُكم اَ َحدًا تَ ْكرهُونَه‬
‫ّٰللا َولَ ُك ْم َعلَي ِه َّن اَ ْن ََّل‬ َ ‫وطئْنَ فُ ُر‬
ِ ُ‫ي‬
ِ ‫علَي ُكم ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِال َم ْع ُر‬
‫وف‬ َ ‫ح َولَ ُه َّن‬ ٍ ‫َير ُمبَ ِر‬
َ ‫ض ْربًا غ‬ َ ‫فَاض ِْربُوه َُّن‬
“Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita, karena
kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan
kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Kewajiban istri
bagi kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun
yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan demikian, pukullah mereka
dengan pukulan yang tidak menyakiti. Kewajiban kalian bagi istri kalian
adalah memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang ma’ruf”. (HR.
Muslim no. 1218)”22
Menurut Abu Hanifah, “bagi orang (suami) yang berada dalam kemudahan,
maka ia harus memberikan tujuh sampai delapan dirham dalam satu bulannya
dan bagi orang yang berada dalam kesulitan memberikan empat sampai lima
dirham pada setiap bulannya”.23 Telah dijelaskan dalam hadits diatas, bahwa
seorang suami yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga tetap
tidak menggugurkan kewajibannya sebagai kepala keluarga yang bertanggung
jawab atas penghidupan kepada istri dan anak-anaknya. Sehingga ketika istri
sudah membantu dalam perekonomian keluarga, maka suami mau untuk
bekerja sama dalam membantu istri baik tetap ikut bekerja atau pun membantu
dalam pekerjaan rumah tangga.

22
Abdul Wahhab Khallaf, Kitab ’Ilmu Ushul al-Fiqh, (Grahamedia, 1977), h. 225
23
Abdul Wahhab Khallaf, Kitab ’Ilmu Ushul al-Fiqh, (Grahamedia, 1977), h. 225
62

َ ‫َما اَ ِبي َح ِللض َُّر‬


ِ َ‫ور ِة يُقَد َُّر ِبق‬
‫درهَا‬
Artinya: “Sesuatu yang diperbolehkan karena keadaan darurat harus
disesuaikan dengan kadar daruratnya.”
Dari kaidah diatas, dapat disimpulkan bahwa Islam telah mengatur sebaik-
baiknya terhadap apa saja yang telah dan mungkin terjadi dalam sebuah kondisi
yang mengharuskan seseorang untuk bertindak demi kelangsungan hidupnya.
Kaidah di atas menjelaskan diperbolehkannya seseorang untuk menolong
dirinya, namun dengan tidak melebihi kadar kecukupan atau pun ketentuan
yang telah diperbolehkan. Jika dikaitkan dengan permasalahan dalam
penelitian ini dimana istri mengalami beban ganda sebagai pencari nafkah
utama dengan tetap mengemban kewajibannya sebagai ibu rumah tangga tanpa
bantuan dari suaminya. Hal ini tentu akan membuat kondisi rumah tangga
menjadi tidak sejahtera dan tidak adanya keharmonisan lagi, sehingga dalam
hal ini seorang suami secara tidak langsung dapat menempatkan keluarganya
dalam keadaan buruk yang telah melampaui batas kemudharatan.
Beban ganda dapat menjadi suatu persoalan yang diharamkan apabila tidak
dihentikan dengan kesadaran para suami yang terus membebankan semua
tanggung jawab peran dalam mengurus kebutuhan keluarga baik dalam internal
maupun eksternal. Hal ini menjadi haram karena melanggar ketentuan syariat
agama Islam yang telah mengatur masing-masing peran hak dan kewajiban
suami dan istri.
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak
dijelaskan secara eksplisit dalam hukum Islam mengenai beban ganda istri dan
larangan keras mengenai istri yang bekerja menggantikan suaminya sebagai
pencari nafkah utama dalam keluarga. Apabila, istri menerima dan ikhlas
ketika harus berganti peran dengan tetap melalui izin ridha dari suami, juga
suami yang mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga selama tidak mampu
untuk memberikan nafkah dengan layak. Kemudian keduanya memahami
syarat hukum Islam. Maka, keduanya akan mampu bekerja sama demi
keharmonisan rumah tangga tanpa membebani satu sama lain.
63

Meskipun beban ganda ini tidak dapat dihilangkan atau dihentikan secara
menyeluruh, namun penulis memiliki beberapa solusi yang dapat dilakukan
suami dan istri untuk membatasi dampak negatif yang timbul akibat beban
ganda istri:
1. Pembelajaran, pengetahuan serta pemahaman terhadap isi dari sumber-
sumber agama, yaitu Al-Qur’an, sunnah/hadits, ijma’/ijtihad ulama
melalui pengajian.
2. Mu’asyarah bil ma’ruf, yaitu dengan membangun dan membuat
komunikasi yang positif dan efektif dalam keluarga, termasuk dalam
masalah pembagian peran dan beban kerja rumah tangga.
3. Saling menjaga, melengkapi, dalam membangun pola relasi antara suami
dan istri sebagai pasangan dalam hidup dan saling menutupi aib masing-
masing.
4. Membangun kerjasama dan kebersamaan dalam menghadapi setiap
persoalan serta permasalahan, saling membantu meringankan beban setiap
anggota keluarga, dan tidak adanya dominasi yang berlebih dalam
mengatur rumah tangga.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Faktor yang melatarbelakangi istri bekerja sebagai pencari nafkah di
antaranya pandemi Covid-19 yang menjadi penyebab utama dimana
suami tidak lagi bekerja karena pemutusan hubungan kerja, faktor
ekonomi keluarga yang tidak terpenuhi, faktor sosialisasi dan
aktualisasi diri dimana istri ikut serta dalam lingkungan masyarakat,
dan faktor budaya setempat yang tidak mewajibkan suami bekerja
dalam mencari nafkah untuk keluarganya.
2. Terdapat dua dampak akibat beban ganda yang dialami istri sebagai ibu
rumah tangga yang bertanggung jawab secara penuh mengurus
keluarga sekaligus pencari nafkah utama dalam rumah tangganya.
Dampak pertama ialah dampak positif, yaitu dampak sosial dimana istri
dikenal dengan mudah karena kontribusinya dalam ruang publik dan
lingkungan masyarakat, serta ekonomi yang berangsur stabil karena
potensi kreatif dan usaha yang lebih beragam dibandingkan suami yang
sulit mendapatkan pekerjaan dimasa pandemi Covid-19. Dampak kedua
ialah dampak negatif, yaitu kesibukan istri yang banyak menghabiskan
waktu untuk bekerja sehingga kesulitan mengatur waktu antara
mengurus (domestik) keluarganya, kesehatan yang menurun sehingga
berpotensi cepat lelah dan terserang penyakit, serta dominasi istri yang
merasa unggul dalam rumah tangga karena dapat menghasilkan uang
sendiri untuk dirinya dan keperluan keluarga.
3. Hukum dari beban ganda tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam Al-
Qur’an dan hadits, sehingga pada dasarnya dapat dikatakan mubah
(boleh). Tentunya dilihat dari sebab dan akibat yang terjadi. Dengan
demikian, ketika seorang istri bekerja sejatinya untuk membantu
meringankan suaminya, begitupun suami yang sedang dikondisi tidak
berdaya dalam mendapat pekerjaan, harus membantu istri untuk

64
65

mengurus rumah tangga. Suami istri juga harus saling menjamin tidak
adanya pihak yang akan terbebani dalam rumah tangga. Menjadi haram
hukumnya jika istri bekerja menggantikan suaminya tanpa kesadaran
dari suami yang tidak berusaha mencari nafkah, berpotensi membuat
hubungan rumah tangga retak sehingga terjadi pertikaian dan berakhir
pada perceraian yang sudah jelas dibenci Allah SWT. Islam telah
mengatur sebaik-baiknya terhadap apa yang telah dan mungkin terjadi
dalam sebuah kondisi yang mengharuskan seseorang bertindak demi
kelangsungan hidupnya. Sebagaimana diperbolehkannya seseorang,
yaitu istri yang bekerja menggantikan suaminya untuk menolong
dirinya, dengan tidak melebihi kadar kecukupan atau pun ketentuan
yang telah diperbolehkan. Sesuai dengan kaidah fiqh yaitu “Sesuatu
yang diperbolehkan karena keadaan darurat harus disesuaikan dengan
kadar daruratnya”.

B. Saran
1) Suami adalah kepala keluarga yang melindungi dan memberikan
nafkah terbaik untuk keluarganya, perlu untuk memahami syariat Islam
agar dapat membangun keluarga harmonis yang diridhai Allah Swt.
2) Istri adalah penyanggah dalam menjaga keutuhan rumah tangga,
menjadi seorang istri juga harus mampu untuk mengajak suami bekerja
sama serta berkomunikasi dengan baik, termasuk membagi peran
masing-masing dalam rumah tangga.
3) Pihak pemerintah setempat dan akademisi setempat perlu bekerja sama
membangun kembali kajian rutin pentingnya membangun keluarga
yang baik kepada masyarakat yang sudah berkeluarga. Hal ini agar
meminimalisir terjadinya konflik rumah tangga yang berakhir pada
perceraian dan penelantaran anak.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika


Pressindo, 2010.

Abidin, Slamet dan Aminuddin, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia,


2000.

Abidin, Slamet, Fikih Munakahat, Bandung: PT Pustaka Setia, 1999.

Ahdiah, Indah, Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat, Vol. 5, Jurnal


Academica Fisip Untad, 2013.

Al-Qardawi, Yusuf, Panduan Fiqih Perempuan, Cet.1, Yogyakarta: Salma


Pustaka, 2004.

Amin, Muhammad, Konsep ‘darajah’: Solusi Al-Qur’an dalam Mengatasi


Beban Ganda Wanita Karier, Vol. 9, No. 2, Jurnal Bimas Islam, 2016.

Ayyub, Syaikh Hasan, Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 7.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta:


Darus Sunnah, 2002.

Echols, John. M., dan Hasan Dhadily, an English-Indonesian Dictionary,


Jakarta: Gramedia. 1977.

Efendi, Jonaedi, dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Jakarta: Prenamedia Group, 2016.

Fakih, Mansour, Analisis Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2001.

Ghozali, Abdur Rahman, Fiqih Munakahat, Jakarta Timur: Kencana 2003.

66
67

____________________, Fikih Munakahat, Cet. V, Jakarta: Kencana, 2012.

Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,


1996.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Widya Cahaya, 2011.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit J-


Art, 2004.

Khallaf, ‘Abd al-Wahhab, Kitab ‘Ilmu Ushul al-Fiqh, Grahamedia, 1977.

Khomisah, Rekrontruksi Sadar Gender: Mengurai Masalah Beban Ganda


(Double Burden) Wanita Karier di Indonesia, Jurnal al-Tsaqafa, Vol. 12,
No. 2, 2017.

Lisiani Prihatinah, Tri, Tinjauan Filosofis Undang-Undang Nomor 1 Tahun


1974, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8, No. 2, 2008.

Manshur, Abd al-Qadri, Buku Pintar Fiqih Wanita, Cet.1, Jakarta: Penerbit
Zaman, 2009.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media Group,


2007.

Moelong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 1993.

Mugniesyah S., Gender, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan dalam


Ekologi Manusia, Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2007.

Munti, Ratna Batara, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga, (Jakarta:


Lembaga Kajian Agama dan Jender, Solidaritas Perempuan, 1999.

Nasution, Amir Taat, Rahasia Perkawinan dalam Islam: Tuntunan Keluarga


Bahagia, Cet. 3, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994.
68

Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan I Dilengkapi Perbandingan UU


Negara Muslim Kontemporer, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA,
2005.

Nawawi, Ismail, Fiqh Muamalah Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.

Noviana, Lia dan Salma Dewi Faradhila, Problematika Dominasi Istri Sebagai
Pencari Nafkah (Studi Kasus di Desa Joresan Kec. Mlarak Kab.
Ponorogo), e-Journal Al-Syakhsiyyah: Journal of Law & Family Studies,
Vol. 2 No. 1, Juni 2020.

Pemartoto, Argyo, Menyibak Sensitivitas Gender dalam Keluarga Difabel,


Surakarta: Sebelas Maret University, 2007.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, 1976.

Qudamah, Ibnu, Al-Mughni, Vol. VIII.

Rianto, Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.

Sabiq, Sayid, Fikih Sunnah 8, Bandung: Alma’arif, 1980

Samin, Sabri dan Nurmaya Aroeng, Buku Daras Fikih II, Makasar: Alauddin
Press, 2010.

Samsidar, Peran Ganda Wanita Dalam Rumah Tangga, Jurnal An Nisa’, Vol.
12, 2019.

Soekanto, Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1996

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang Undang Perkawian,


Yogyakarta: Liberty, 1982.

Subaidi, Konsep Nafkah Menurut Hukum Perkawinan Islam, Isti’dal: Jurnal


Hukum Islam, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2014.
69

Suryabrata, Sumardi, Metode Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2002.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana


Premada Media, 2007.

_______________, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Putra


Grafika, 2004.

_______________, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Premada, 2006.

Tatapangarsa, Humaidi, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2003.

Tim Darul Ilmi, Buku Panduan Lengkap Agama Islam, Cet II, Jakarta: Qultum
Media, 2010.

Tim Penerjemah, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta:


CV, Pustaka Al-Kautsar, 2017.

Wafa, Moh. Ali, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian dalam Hukum
Islam dan Hukum Materil, Tangerang Selatan: YASMI, 2018.

Zuhdi, Syaifuddin, Membincang Peran Ganda Perempuan Dalam Masyarakat


Industri, Vol. 8, No. 2, Jurnal Hukum Jurisprudence, 2018.

https://news.detik.com/berita/d-6082041/sebaran-lengkap-247-corona-ri-17-
mei-dki-jabar-terbanyak?_ga=2.169988582.777546182.1652815225-
2070897645.1642052854, Berita Lengkap Corona Tahun 2022, diakses pada
Tanggal 18 Mei 2022.

Kementerian PPPA, Perempuan Rentan Jadi Korban KDRT, Kenali Faktor


Penyebabnya, 2018 (www.kemenppa.go.id). Di akses pada 13 Juli 2022.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: PEDOMAN WAWANCARA


Soal pertanyaan yang diajukan kepada istri/ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai pencari nafkah utama di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur:
1. Siapa nama Ibu?
2. Apa pekerjaan Ibu?
3. Mengapa Ibu bekerja?
4. Apa Ibu merasa berat dengan pekerjaan yang Ibu jalani?
5. Apakah suami Ibu masih mempunyai penghasilan?
6. Apakah suami Ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
7. Bagaimana cara Ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
8. Bagaimana cara Ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
9. Apakah Ibu menikmati peran yang saat ini Ibu jalani?
10. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?

70
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dan Wawancara

71
Lampiran 3: HASIL WAWANCARA

1. Ibu Dani’ah
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Dani’ah
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: Saya kerja jadi buruh harian lepas, cuci baju dan
setrika ke rumah-rumah yang butuh jasa saya
c. Mengapa ibu bekerja
Jawaban Narasumber: Karena suami sudah tidak bekerja, dan tidak ada
usaha untuk memberikan nafkah. Jadi saya terpaksa bekerja untuk
menghidupi diri saya dan anak-anak
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Sangat berat, karena kebanyakan bekerja dan
pola hidup saya yang tidak teratur sekarang saya terkena penyakit ginjal
yang mengakibatkan harus cuci darah sekali dalam seminggu
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: Tidak berpenghasilan sama sekali
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: Tidak, saya sekarang tinggal di kamar kost
dengan kedua anak saya karena tidak kuat tinggal dengan suami, sudah
tidak kerja, tidak bantu mengurus anak, terkadang suka mengamuk karena
tidak saya kasih uang
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: Saya kerjakan semuanya sendiri, kerja, masak,
urus anak, makan, mencuci dan lain-lain
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
Jawaban Narasumber: Hari biasa sering seharian di rumah sama anak,
bantu ngerjain tugas atau bersih-bersih rumah. Karena buruh harian lepas
tergantung banyak atau ngganya saya dipanggil. Kadang bisa seharian
penuh kerja, jadi cuma siapin seragam, makan, dan uang jajan buat anak
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Dibilang menikmati yah ngga juga, tapi harus
dijalani, namanya buat anak dan kebutuhan sehari-hari
j. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?

72
73

Jawaban Narasumber: Alhamdulillah dicukup-cukupi meskipun


kurang, ngga bisa menabung karena kondisi yang semuanya butuh uang
2. Ibu Revi
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Revi
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: Saya jualan ayam bakar, bisa pesan online, bisa
juga pesan untuk acara, Teh. Saya juga buka laundry pakaian di rumah.
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: Karena pas pandemi suami dipecat, tadinya mah
kerja jadi satpam toko
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang Ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Yah lumayan, Teh. Tiap hari dari mulai subuh
udah bangun buat ngolah ayam sama bumbunya.
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: Udah ngga, gaji terakhirnya ya ini saya puter
buat bikin usaha kecil ini
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: Kadang aja Teh, itu juga kalau saya suruh
palingan baru bangun
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: Tadinya mah semua saya kerjain sendiri, ini aja
semenjak hamil baru mau bantuin, tapi ya gitu harus disuruh dulu
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
Jawaban Narasumber: Sebenarnya kalau ngatur gitu yaa saya
fleksibelin aja Teh. Kalo ga ada pesenan saya sambil urus anak. Kalau
lagi banyak pesenan, ntar minta tolong sama yang besar urus adenya
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Alhamdulillah nikmat aja Teh, apa lagi sekarang
lagi hamil, sebisa mungkin ga boleh stres walaupun kerjaan numpuk
j. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: Insyaallah cukup teh, yang penting sehari anak-
anak ngga kelaparan
3. Ibu Amelia
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Amel
74

b. Apa pekerjaan ibu?


Jawaban Narasumber: saya kerja jadi customer service di toko online
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: untuk memenuhi kebutuhan saya dan anak saya
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang Ibu jalani?
Jawaban Narasumber: sangat berat Teh, karna saya mengerjakan
semuanya sendiri. Meskipun kadang anak ada yang jaga, itu cuma
sebentar-sebentar aja
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: suami udah lama pergi kerja, ngga tau kemana
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: tidak
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: saya udah hampir 2 tahun jadi ibu tunggal
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
Jawaban Narasumber: lebih sering kerja di rumah, jadi bisa sambil
pegang anak. Kalo jam istirahat siang, saya bisa keluar sebentar beli
makan, habis itu lanjut kerja sampe jam 7an baru bisa fokus ke anak lagi
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: kalau jujur saya ngga menikmati Teh. Tapi kalau
mau nyesel ya udah terlambat
j. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: sebenarnya ngga cukup, saya juga masih suka
hutang uang listrik sama orang tua

4. Ibu Sri Dananingsih


a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Sri Dananingsih, tapi biasanya
dipanggil Mbah Ning
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: saya sekarang kerjanya jahit pakaian, kadang
bikin model pakaian dari pesanan orang juga
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: Karna suami saya sudah ngga kerja pas dari
kemaren Covid, sakit-sakitan dah kakek-kakek juga
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang Ibu jalani?
75

Jawaban Narasumber: kalau dibilang berat yaa saya ngga nyangka aja di
usia tua ternyata harus kerja lagi, tapi ya sudah ngga apa-apa
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: sudah ngga, tapi ada simpanan yahh kepake buat
hai-hari kalau pesanan Mbah sepi
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: Waduh, udah kakek-kakek justru banyak
mintanya Teh. Kadang minta bikin makanan atau minuman, ngga sabaran.
Udah dibikin malah ga dimakan, sabar aja mbah mah
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: Mbah lakuin sendiri, mungkin hikmah Allah
masih kasih sehat begini. Malah anak suka nitipin cucu, seneng jadi rame
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
Jawaban Narasumber: Alhamdulillah masih seperti biasa, bangun pagi
rendem cucian kadang, masak, bangunin suami makan, lanjut nyuci. Habis
itu siangan jahit pesenan baju
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Nikmat luar biasa Teh, nikmat cape, nikmat
dimasa tua masih dikasih sehat aja pokoknya mah
j. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: Cukup aja insyaallah, walaupun ga banyak
5. Ibu Faliya
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Faliya
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: saya jualan pempek dawan
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: Karna suami saya udah malas kerja
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang Ibu jalani?
Jawaban Narasumber: berat banget sebenernya untuk dijalanin, tapi
saya butuh uang untuk anak saya
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: sudah ngga, saya aja sampe minta uang ke orang
tua
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
76

Jawaban Narasumber: tidak membantu sama sekali, kalau boleh jujur


mah justru bikin saya kesulitan Teh
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: saya ngerjain semua sendiri Teh, bingung kalau
dipikirin suami saya perannya ngapain
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
Jawaban Narasumber: Karna jualan di rumah juga, terus buka order
online juga jadi anak kepegang terus seharian. Waktunya mah tergantung
orderan aja Teh, palingan kalau emang sibuk banget saya suka titip
sebentar ke aki nya (ayah Ibu Faliya)
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: wahh kalau bukan karna anak saya mah udah
stres berat Teh, ngga nikamtin tapi ngga bisa nyesel juga sama pilihan
saya
j. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: ngga cukup Teh, bener deh, kadang susu aja ga
kebeli. Palingan pempres aja yang emang lebih penting
6. Ibu Euis
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Ibu Euis
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: Saya karyawan di salon
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: karna tidak ada lagi yang mencari nafkah selain
saya
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang Ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Berat itu sudah pasti, namanya seorang ibu,
sudah sibuk dengan urusan rumah ditambah kerja ya begitu
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: bapak udah ngga ada penghasilan
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: bapak sudah ngga bisa apa-apa karna sekarang
terkena stroke
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
77

Jawaban Narasumber: justru ibu bagi peran sama anak, Alhamdulilah


anak ibu tuh mau bantu ibu ngurus bapaknya
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
Jawaban Narasumber: biasanya abis subuh ibu tidur sebentar, bangun
jam 7 masak, ngurus bapak, berangkt jam 9 pagi buat kerja. Nanti pulang
jam 7 malam, pulang langsung ngurus bapak dan beberes rumah, masal
buat anak ibu makan lagi
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Yah Alhamdulillah dinikmati aja
j. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: cukup ngga cukup Teh, ibu masih suka ngutang
cuma karna ada gaji Alhamdulillah jadi ketutup lagi
7. Ibu Femi
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Femi
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: Saya kerja jadi kuli cuci dan setrika
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: Karna suami saya udah ngga kerja lagi, jadi ga
ada uang buat sehari-hari
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang Ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Yah berat Teh, namanya suami ngga kerja, anak
masih sekolah banyak kebutuhan
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: udah ngga ada sih kalau dari kerja, tapi karna
sering di masjid palingan suka bawa makanan aja sama kadang dikasih
uang kayak seratus deh
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: Kalau saya belom marah-marah ngga bakal
bantuin kerjaan rumah Teh
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: lah itu, kalau saya suruh baru mau ngerjain,
seringnya mah di masjid. Jadi kebanyakan saya sendiri yang kerjain
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga di rumah?
78

Jawaban Narasumber: ini saya kalau lagi hari sibuk aja yaa, seringnya
gitu soalnya. Palingan pagi abis subuh langsung beberes, masak, rapih-
rapih buat anak sekolah, saya jalan. Pulang sore abis maghrib, yaa kayak
pagi lagi. Tapi paling beli lauk yang murah
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: Saya nikmatin aja walaupun cape badan, kadang
cape hati juga Teh. Cuma beginilah ibu-ibu kerja yak
j. Apakah kebutuhan Ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: kurang banget Teh sebenernya, apa lagi kalau
urusan buat anak. Tapi gimana caranya saya pas-in aja lah

8. Ibu Nur
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Saya Nur
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: saya jualan Teh, warung sayur, tapi ada galon
air sama gas juga
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: soalnya suami saya kena PHK di kantor
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang ibu jalani?
Jawaban Narasumber: palingan beratnya sekarang kurang tidur Teh,
jaga warung seharian Sabil ngurus rumah, anak, suami juga
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: sudah ngga, itu sangon terakhir saya pake buat
buka ini warung
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: ngga teh, kerjaannya main hp aja di rumah. Saya
ngoceh dulu nih belom tentu ikut beberes, ngedumel dulu baru mau
bantuin saya, paling juga jaga warung kadang maunya
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: kalau bagi-bagi gitu udah pasti banyakan saya
kemana-mana Teh, itu dia jaga warung aja kalau siang
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga?
Jawaban Narasumber: ya saya buka warung dari pagi sambil beberes
rumah, masak juga, nyuci juga kalau ada yang beli ka teriak ntar. Soalnya
di rumah aja Teh, ngatur waktunya begitu
79

i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?


Jawaban Narasumber: dibanding dulu sekarang lebih cape Teh
j. Apakah kebutuhan ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: Alhamdulillah sih kalau cukup mah dari hasil
warung
9. Ibu Epi
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Saya Epi, Teh
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: saya fokus utamnya sih jualan kue, kayak talam
terus onde-onde. Tapi saya juga keliling kalo sore The, soalnya kan masih
ada bayi makanya ninggalinnya sore, pas dia lagi sama ayahnya
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: Karna ayahnya udah ga ngojek lagi, waktu itu
kan dijual Teh
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang ibu jalani?
Jawaban Narasumber: berat sih, lumayan saya ngerasain
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: palingan di pasar kadang ada yang minta bawain
belanjaan tuh dapet Teh, 50an pegang deh sehari
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: Alhamdulillah teh, biar begitu masih mau jagain
anak-anak juga di rumah
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: biasanya pagi agak siangan sampe sore saya
yang urus anak, terus lanjut malem sampe tidur. Ayahnya jagain pas sore
saya keliling aja
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga?
Jawaban Narasumber: yaa itu sulitnya Teh kalo lagi bebikinan anak
rewel, tapi karna memang kerjanya di rumah saya ga khawatir banget
karna masih bisa saya awasin, yang penting pagi beres semuanya teh,
masak, buat jualan, laen-laen
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: ya nikmatin aja Teh, bersyukur aja dah
j. Apakah kebutuhan ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
80

Jawaban Narasumber: cukup sih Teh, semuanya yang saya bisa saya
usahain soalnya
10. Ibu Fira
a. Siapa nama ibu?
Jawaban Narasumber: Nama saya Fira
b. Apa pekerjaan ibu?
Jawaban Narasumber: Saya kerja sebagi customer service
c. Mengapa ibu bekerja?
Jawaban Narasumber: Karna suami sudah malas kerja
d. Apa ibu merasa berat dengan pekerjaan yang ibu jalani?
Jawaban Narasumber: berat karna kerja sendiri Teh, uangnya terbagin
kemana-mana
e. Apakah suami ibu masih mempunyai penghasilan?
Jawaban Narasumber: penghasilan dari kontrakan peninggalan
bapaknya teh ada. 1,2 sebulan
f. Apakah suami ibu juga membantu dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga?
Jawaban Narasumber: ngga Teh, gendong anak doang, itu juga bentar-
bentaran. Malah saya sering titip ke orang tua saya
g. Bagaimana cara ibu membagi peranan dalam rumah tangga bersama
suami?
Jawaban Narasumber: saya ngomong kalau saya benar-benar kesulitan
banget baru mau, abis itu kayak biasa lagi
h. Bagaimana cara ibu mengatur waktu antara pekerjaan dan sebagai ibu
rumah tangga?
Jawaban Narasumber: pokoknya pagi rumah semuanya sudah rapi,
anak sudah rapi barang-barangnya juga. Saya ke rumah orang tua dulu,
nitip. Saya kerja sampe jam 8 malam, jemput anak yaa balik lagi
rutinitasnya seperti tadi pagi
i. Apakah ibu menikmati peran yang saat ini ibu jalani?
Jawaban Narasumber: saya menikmati hari-hari saat di luar rumah aja
sih Teh, sama pas lagi sama anak, karna anak sih Teh saya bisa mau masih
begini. Sisnya saya tahan-tahan aja
j. Apakah kebutuhan ibu dan keluarga telah tercukupi dengan baik selama
ini?
Jawaban Narasumber: Kalau mau saya egois ga cukup Teh. 1,2 sebulan
suami saya ngerasa udah cukup, tapi ga mikirin gimana saya puternya.
Makanya saya kerja gini, biar saya punya uang buat diri saya sendiri juga
Lampiran 4: FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Foto bersama Sekretaris Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur


Bapak Affan Alfian, S. STP

81
Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Ibu Dani’ah


Ibu rumah tangga dan buruh harian lepas di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta
Timur

Wawancara dengan Ibu Revi


Ibu rumah tangga dan wiraswasta di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur

82
83

Wawancara dengan Ibu Amelia


Ibu rumah tangga dan customer service online shop di Kelurahan Kayu
Manis, Jakarta Timur

Wawancara dengan Ibu Nur


Ibu rumah tangga dan wiraswasta di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur
84

Wawancara dengan Ibu Epi


Ibu rumah tangga dan penjual kue di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur

Wawancara dengan Ibu Sri Dananingsih


Ibu rumah tangga dan penjahit pakaian di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta
Timur
85

Wawancara dengan Ibu Faliya


Ibu rumah tangga dan wiraswasta di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur

Wawancara dengan Ibu Euis


Ibu rumah tangga dan Karyawan Salon dan di Kelurahan Kayu Manis,
Jakarta Timur
86

Wawancara dengan Ibu Fira


Ibu rumah tangga dan Customer Service di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta
Timur

Wawancara dengan Ibu Femi


Ibu rumah tangga dan buruh harian lepas di Kelurahan Kayu Manis, Jakarta
Timur

Anda mungkin juga menyukai