SKRIPSI
Oleh:
EFRIN
NIM: 105261102218
Nama : EFRIN
NIM : 105261102218
EFRIN
NIM : 105261102218
iii
iv
ABSTRAK
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subhana wata‟ala atas segala curahan nikmat terutama
nikmat kesehatan dan kesempatan serta rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sholawat
beserta salam senantiasa kita ucapkan kepada suri teladan kita yaitu Nabi
Judul skripsi ini adalah “Perspektif Hukum Nikah Siri Menurut Fiqih Islam
terlepas dari do‟a, bantuan dan koreksi dari berbagai pihak, maka tidak bersyukur
manusia kepada Allah, jika dia tidak berterima kasih kepada manusia. Oleh karena
1. Kedua orang tua saya yang tercinta, bapak yang selalu memberi semangat
untuk berjuang yang tinggi dan selalu memberi motivasi kepada saya untuk
selalu semangat dalam menuntut ilmu. Dan untuk almarhumah Ibu saya
yang saya sangat saya sayangi dan juga selalu mendorong saya untuk selalu
2. Kakak, adik kandung saya, istri dan anak saya yang menjadi motivasi saya
v
vi
vi
Muhammadiyah Makassar.
5. Ibunda Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si selaku Dekan Fakultas Agama
6. Ayahanda Ustadz Dr. Ilham Muchtar Lc., M.A selaku Wakil Dekan Satu
7. Ayahanda Ustadz Hasan Juhanis Lc., M.S selaku Kepala Prodi Ahwal
saya.
saya.
11. Ustadz Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd selaku Wakil Mudir
mengajarkan ilmu agama Islam dan lain-lainnya kepada kami, yang tidak
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
1. Nikah ............................................................................................................ 9
BAB III ANALISIS NIKAH SIRI MENURUT FIKIH ISLAM DAN KHI di
Indonesia ............................................................................................. 20
vii
viii
BAB V PENUTUP..............................................................................................38
A. Kesimpulan.......................................................................................... 38
B. Saran .................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................40
LAMPIRAN.........................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pernikahan dalam fikih berbahasa Arab yaitu dua kata, yang pertama
nikah dan kedua zawaj. Dua kata biasa dipakai pada kehidupan sehari-hari
orang Arab dan paling banyak dalam Al-Qur‟an dan hadits Nabi. Seperti
istri, ataupun perubahan status, dan untuk memenuhi kebutuhan fitrah manusia.
Pernikahan bukan hanya sekedar upacara sakral yang menjadi bagian dari siklus
1
Amir Syarifuddin, “Hukum Perkawinan Islam di Indonesia”,( jakarta : Kencana 2007 M
),h. 35
2
Kementrian Agama RI, al-Quran Terjemah dan Tajwid, vol. 4 (Cet. 1; Jawa Barat: PT
Syigma, 2014), h.77
1
2
keluarga yang bahagia dan sejahtera dimana masing-masing baik suami maupun
istri mengemban amanah dan tanggung jawab, oleh karena itu istri akan
persalinan.3
saja, bukan hanya urusan keluarga dan budaya saja, tetapi juga untuk urusan
peraturan dan ketentuan Allah dan Rasul serta dilaksanakan dengan petunjuk
Jika syarat dan ketentuan terpenuhi, Pernikahan dianggap sah. Jika salah satu
syarat dan asas itu tidak terpenuhi, maka perkawinan itu dianggap tidak sah demi
hukum. Mayoritas ulama menyatakan bahwa rukun nikah ada empat, yaitu; sighat
(ijab dan qabul), istri, suami, dan wali. Kesaksian dan mahar adalah syarat-syarat
akad nikah. Dengan demikian, saksi dan mahar diselaraskan sesuai dengan
Soal perkawinan merupakan masalah yang kompleks, tidak hanya timbul antar
pemeluk agama yang berbeda, tetapi juga antar pemeluk agama yang sama, jika
dikaitkan dengan hukum agama dan hukum resmi di negara kita, juga muncul
antara orang-orang. menganut agama yang sama. Masalah perkawinan ada dua,
pertama persoalan perkawinan beda agama, dan kedua perkawinan yang terjadi
dalam perkawinan informal. Nikah siri adalah perkawinan yang dilakukan oleh
3
Djoko Prakoso, I Ketut Murtika, . Azas-azas Hukum Perkawinan di indonesia.PT Bina
Aksara :( Jakarta : 1987 M ) .h. 2
4
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, ( Bogor : Kencana, 2003 M ), h .81
5
Wahbah az-Zuhaili. al-fiqh al-islamiy wa Adillatuhu. ( Suriyah-Dimasyiq:1405 H/1985 M
Dar al-Fikr. 45 )
3
umat Islam Indonesia dengan memenuhi syarat dan ketentuan perkawinan, tetapi
Nikah siri yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini adalah
yang telah ditentukan oleh agama, tetapi tidak dilakukan di hadapan Pegawai
akta nikah yang dikeluarkan dari Pegawai Pencatat Nikah pemerintah. Perkawinan
yang demikian di masyarakat tidak hanya dikenal dengan perkawinan siri atau
Pernikahan siri bukanlah hal baru, namun telah lama menjadi pembahasan
mendengar pembahasan tentang nikah siri. Bahkan nikah siri sudah menjadi hal
terjadi sekarang tidak sesuai dengan syariat Islam, karena tidak menggunakan
menggunakan wali nasab sebenarnya. Tetapi menggunakan wali orang lain yang
tidak ada ikatan keluarga dari perempuan tersebut. Menurut hukum perkawinan di
Indonesia perkawinan tersebut dianggap batal atau fasid. Pada sisi lain besar juga
kerugiannya karena tidak memiliki bukti yaitu Akta Nikah. Akibatnya sulit
mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan persyaratan Tata Usaha Negara,
seperti pembuatan Akta kelahiran Anak, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk
6
M Idris Ramulyo .” Suatu Perbandingan antara Ajaran Syafi‟i Hazairin dan Wasiat
Wajib di Mesi r Tentang Pembagian Harta Warisan untuk Cucu Menurut Islam”. Majalah Hukum
Pembangunan. Nomor 2 Tahun XII ( Maret 2000 M ).
7.
Burhanuddin S, S.HI, M. Hum. Nikah Siri Menjawab Semua Pertanyaan tentang
Nikah Siri .( Yogyakarta ; Tim Pustaka Yustisia : 2012 M ).h. 13
4
berarti setiap perkawinan harus dibawah pengawasan pejabat Negara atau lebih
mana kita ketahui di Indonesia banyak melakukan pernikahan siri oleh kalangan
wawasan dan ilmu pengetahuan yaitu perbandingan hukum nikah siri yang
judulnya tentang “Perspektif hukum nikah siri menurut fikih Islam dan KHI di
Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
berikut:
1. Bagaimana pandangan hukum nikah siri menurut fikih Islam dan KHI di
Indonesia?
2. Apakah faktor dari nikah siri menurut fikih Islam dan KHI di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Agar dapat mengetahui pandangan hukum nikah siri menurut fikih Islam
2. Untuk dapat mengetahui faktor dari pernikahan siri menurut fikih Islam
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
terkhususnya ilmu tentang nikah dibawah tangan atau nikah siri dan apa
2. Manfaat praktis
a. Agar dapat menjadi bahan acuan untuk peneliti berikutnya, pada khususnya
E. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang
datanya diperoleh dengan susah payah dari perpustakaan, buku, jurnal, dan artikel
terkait. Peneliti harus mengetahui secara tepat dari mana sumber informasi ilmiah
akan diperoleh sebelum meneliti bahan pustaka. Sumber yang digunakan adalah:
Buku teks, jurnal ilmiah, artikel dan hasil penelitian berupa Skripsi, Internet dan
sumber lain yang relevan. Sumber-sumber ini diambil dari berbagai karya yang
membahas materi pandangan pHukum Nikah Siri menurut Fikih Islam dan KHI di
Indonesia.
6
b. Pendekatan Penelitian
kedua pembahasan tentang pandangan hukum nikah siri menurut fikih Islam dan
KHI (Kompilasi Hukum Islam). Dengan melihat kedua perspektif ini, maka akan
dapat memahami argumentasi hukum yang berkaitan dengan nikah siri tersebut.
2. Sumber Data
Secara umum, sumber data terbagi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Sumber Data primer yaitu buku-buku Fiqih Islam, KHI (Kompilasi Hukum
Islam dan UUD Tentang Perkawinan.
b. Sumber Data Sekunder adalah bahan pustaka yaitu Buku-buku, Artikel, jurnal
dan karya ilmiyah.
Penelitian ini termasuk kepustakaan. Oleh karena itu teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah kompilasi kepustakaan yaitu bahan pustaka yang
sesuai dengan objek pembahasan yang bersangkutan.8 Data diperpustakaan
dikumpulkan dan diproses dengan cara yang berbeda :
a. Editing yaitu pemeriksaan ulang terhadap data yang diperoleh yang utama
dari kelengkapan, kejelasan makna dan keselaraan makna.
b. Organizing yaitu mengorganisasikan data yang diperoleh dengan karangka
yang diperlukan.
c. Penemuan hasil penelitian yaitu analisis lebih lanjut dari hasil
pengorganisasian data dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode
teoristis yang telah ditentukan untuk diperoleh kesimpulan tertentu yang
merupakan konsekuensi dari jawaban atas rumusan masalah.
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. ( Jakarta : Rineka
Cipta ,1990 M ),h. 24
7
Analisis data dalam kajian pustakaan ini adalah analisis isi yaitu penelitian
dimana isi informasi tertulis yang tercetak di media massa dibahas secara
mendalam. Atau, analisis isi adalah teknik penelitian untuk menarik kesimpulan
dari data yang masuk akal (berulang) dan valid, dengan memperhatikan
konteknya.9
Adapun tahapan analisis isi yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai
berikut :
a. Identifikasi permasalahan
b. Kembangkan kerangka pemikiran
c. Mengembangkan perangkat metodologi yang terdiri dari serangkaian
metode yang mencakup :
1. Mengidentifikasi metode pengukuran atau prosedur operasional.
2. Mengidentifikasi alam semesta atau populasi yang akan dipelajari cara
pengambilan sampelnya.
3. Menentukan metode pengambilan data dengan membuat halaman
coding.
4. Tentukan metode analisisnya.
d. Analisis data
e. Interprensi data.10
9
Klaus Krippendorff . Analisis isi : pengantar Teori dan metodologi. Terjemahan .Farid
wajidi ( Jakarta : Citra Niaga Rajawali Press, 1993 M ),h.15
10
Burhan Bungin (Ed), Metodologi Penelitian Kualitatif , aktualisasi metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer (Jakarta : PT Raja Grapindo Persada, 2004 M ).h.139-142
8
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Nikah
1 .Pengertian Nikah
Nikah secara bahasa artinya berkumpul. Nikah juga berarti hubungan dan
kontrak. Menurut para ahli dan ahli bahasa, makna utama dari nikah adalah
hubungan, dan makna metaforisnya adalah kontrak. Oleh karena itu, jika kata
nikah digunakan tanpa indikasi dalam al-Qur‟an atau hadits Nabi, artinya adalah
12
. َ َََ َال ت َ ْى ِك ُذ ُْا َمب وَ َك َخ َءابَآ ُؤ ُك ْم ِّمهَ ْانىِّ َس ِآء ِإ ّالَ َمب دَ ْذ َله
Terjemahnya:
wanita yang telah dinikahi oleh bapaknya. Haram sesuai dengan yang telah
11
Wahbah al-Zuhaili, al Fiqh al-islami wa Adilatuhu, vol 9, (Damaskus: Dar al-Fikr,2004 M
), h. 6514.
12
Kementrian Agama RI, al-Quran Terjemah dan Tajwid, vol. 4 (Cet. 1; Jawa Barat: PT
Syigma, 2014), h. 81
13
Wahbah al-Zuhaili, al Fiqh al-islami wa Adilatuhu, vol 9, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2004 M
)h ,6514.
8
9
kesenangan, yaitu akad yang dibolehkan seks dan hiburan. Menikahi laki-laki dan
Artinya:
Artinya:
14
Ibn Abidin al-Dimasaqi al-Hanafi. Darru al-Mukhtar fi Darri al-Mukhtar.(Bairut: Darru
al-fikr: 1992 M), juz.3, h. 3
15
Jamaluddin al-rummi. al-Inayah Syarah al-Hidayah.( Bairut : Darut fikr, juz, 3, h.187.
16
Muhammad Ibnu Faramizi Ibnu Ali al-Syahiri, Darruhukam Syarah Gharru al-ahkam,
Bairut : Darru ihya al-Kutubi al-Arabi, Juz ,1.h.325
10
17
.ُئ ِبهَ ْف ِظ ِإ ْو َكبحِ أ َ َْ وَ ْذ ُُي ْ ََ ُض َّم ُه إِ َبب َدت
ٌ ط َ َ ش ْشعب ٌُ َُ َع ْقذ ٌ َٔت
َ ان ِىّ َكب ُح
Artinya:
Istilah nikah berasal dari bahasa Arab, nikah.18 Secara etimologis (arti kata)
pernikahan berarti: 1. perjanjian antara pria dan wanita untuk (secara resmi). 2.
dapat rumuskan makna menyatukan laki-laki dan perempuan sebagai suami istri
atas dasar kesepakatan, hingga hubungan seksual diantara mereka menjadi bebas.
Pernikahan menurut istilah adalah hidup bersama antara dua orang pria dan
wanita dalam satu rumah tangga dan ikatan kelahiran yang diwujudkan menurut
Perkawinan adalah suatu kontrak yang suci dan abadi antara seorang pria
(menjadi suami) dan seorang wanita (akan menikah) untuk menciptakan suatu
rumah tangga dan keturunan serta saling mengenal, sehingga akan membuka jalan
17
Abdul Rahman Ghazali. Fiqh Munakahat. Cet.1 ( Bogor : Prenada Media, 2003 M),h.7
18
Mahmud Yunus. Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990 M), h
467, Luwis Ma‟luf, Al-Munjid fi-Lughoti wa al-a’lam, (Bairut : Darul masyruq, 1998 M), h 837
19
H.Agus Jaya A. Kholid,Lc.M.Hum, Bekal Abadi Muslim (Trilogi Ibadah, Do’a dan
Dzikir) (Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan,2011 M) h,100
20
Didi jubaidi Ismai‟l, Membina Rumah Tangga Islam di bawah Ridho Allah, (bandung:
Pustaka Setia 2000 M), h, 64.
11
dan kewajiban suami istri yang diatur secara timbal balik dengan sangat rapi, serta
hak dan kewajiban antara orang tua dan anak-anaknya. Jika ada perbedaan
pendapat antara suami istri, metode rekonsilasi juga disusun. Hal ini menunjukan
bentuk sosialisasi tradisiolan dalam keluarga sejauh mungkin untuk menjaga dan
suami-istri secara halal dalam rumah tangga dan bertujuan untuk menghasilkan
manusia di atas bumi. Keberadaan nikah itu sejalan dengan lahirnya manusia di
muka bumi dan merupakan fitrah manusia oleh Allah swt kepada hamba-
hambanya.22
yang sangat kuat ( miitsaaqan ghaalizhaan ) untuk mengikuti perintah Allah dan
selama ada dua orang saksi tetap dianggap sah menurut hukum agama, meskipun
21
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Universitas Indonesia, (Yogyakarta:1989
M) ,h. 1
22
Burhanuddin S . “Menjawab Semua Pertanyaan tentang Nikah Siri” .Pustaka Yustia : (
Yogyakarta : 2010 M ) h. 30
23
Zainuddin bin Abdul Aziz Al Malibary, “Fathl Al- Mu’in”,Jilid 3,diterjemahkan oleh
Aliy As‟ad , ( Kudus: Menara Kudus, 1979 M ), h. 1
12
menaati Ulul Amri selama tidak bertentangan dengan hukum Allah. Dari segi
“mengurus dirinya sendiri”, yaitu apakah mampu atau tidaknya seorang. Dia bisa
a. Wajib
Hukum perkawinan menjadi wajib bagi siapa saja yang secara hukum siap dan
mampu untuk menikah (menikah) dan bernafsu secara biologis (nafsu) dan benar-
b. Sunnah
orang-orang yang mempunyai mahar dan nafkah yang cukup untuk nafkah dirinya
dan pasangannya. Tetapi pada saat yang sama, dia tidak khawatir bahwa dia akan
jatuh ke dalam amoralitas jika dia tidak menikah. Dalam hal ini, hukum
24
Hafidz Muftisany, Hukum Menafsirkan Mimpi Hingga Status Anak Dari Nikah Siri, (
Karanganyar: CV. Intera : 2021 M ) h. 30
25
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta, 2004 M), h.
91
13
c. Mubah
siapapun.27
d. Makruh
Hukum perkawinan adalah makruh bagi orang yang mempunyai kesanggupan
untuk menikah dan jika belum menikah bagi yang memiliki pengendalian diri agar
tidak melakukan zina. Hanya orang ini yang tidak memiliki keinginan kuat untuk
e. Haram
Hukum perkawinan menjadi haram bagi mereka yang tidak mempunyai
sehingga akan terlantar oleh dia dan istrinya jika mereka menikah. Bagi orang
2. Syarat Pernikahan
sesuatu yang seharusnya, tetapi tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan. Syarat
1. Calon suami
26
Musthafa Al-bugha, Musthafa Al-khan,Ali Al-Syurbaji, Fikih Lengkap Manhaji Imam
Asy-yafi’i, (Yogyakarta, Darul Urwah, 2012 M, jilid 1),h. 605
27
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (jakarta, kencana, juli 2014
M),h, 46
28
Prof. Dr. H. Abdul Rahman Ghazaly, M.A “Fiqih Munakahat” Cet. ke 8 (Jakarta
:kencana 2003 M) h,15
29
Al-Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam, cet 2, (Jakarta: Pustaka Amani,
2002 M), h. 67-68
14
2. Calon istri
Para calon istri yang akan menikah juga harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Tidak bersuami
b. Bukan mahram
3. Wali
berikut:
a. Laki-laki
b. Dewasa
d. Tidak terpaksa
e. Adil
4. Ijab kabul
15
Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan penerimaan adalah
sesuatu yang diucapkan oleh pengantin pria atau wakilnya dalam keterangan dua
orang saksi.
5. Mahar
Mahar adalah pemberian berupa barang atau jasa yang tidak bertentangan
dengan syariat Islam kepada calon mempelai wanita oleh calon mempelai pria.30
Fuqaha’ setuju bahwa mahar adalah syarat sahnya pernikahan dan tidak ada
Terjemahnya:
“ Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang akan kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan keikhlasan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagaian dari maskawin itu dengan senang
hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati”.
(Q.S An-Nisa‟ : 4)
3. Rukun Pernikahan
Rukun adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan keabsahan atau tidak
nya suatu pekerjaan (Ibadah), tetapi termasuk dalam urutan rangkaian pekerjaan
tersebut. Adapun rukun dalam sebuah pernikahan, jumhur sepakat ada empat,
yaitu:33
30
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Edisi 1, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1992 M),
h.113
31
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, Cet. 12, terjemahaan.Imam
Ghazali Sa‟id Ahmad Zaidun, Cet. 12 (Jakarta : Pustaka Amani,2002 M), h. 432
32
Kementrian Agama RI, al-Quran Terjemah dan Tajwid, vol. 4 (Cet. 1; Jawa Barat: PT
Syigma, 2014), h.77
33
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta : Akademi Pressindo 1992
M ) h. 120.
16
1. Untuk para calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan. Syarat-
beragama Islam.
b. Keduanya harus memiliki identitas yang jelas dan dapat dibedakan dari yang
lain, baik nama, lokasi, jenis kelamin, maupun hal lain yang relevan.
Dengan syariah, dua calon pengantin bisa saling mengenal dan mengenal
c. Kedua belah pihak sepakat untuk menikah dan setuju dengan pihak yang
menikah.34
Akad nikah dianggap tidak sah apabila tidak ada seorang wali atau wakilnya
Terjemahnya:
“Dari Aisyah berkata: Rasullallah Saw bersabda: Perkawinan perempuan
mana saja yang menikah tanpa izin walinya maka pernikahannya tidak
sah, jika suaminya telah menggaulinya, maka maskawinnya adalah
untuknya (wanita) terhadap apa yang diperboleh darinya. Apabila mereka
34
Abd. Rahman Ghazaly, Fikih Munakahat,( Jakarta : Prenada media 2003 M) h. 46
17
Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang saksi yang
ع ْذ ٍل
َ َِشب ٌِذ
َ ََ ِّٓ َالوِ َكب َح ِإالَّ ِب َُن
36
Artinya:
Sighat akad adalah ijab dan qabul. Keduanya menjadi rukun akad, ijab
diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan qabul yang dijawab
oleh calon pengantin laki-laki. Akad adalah gabungan ijab salah satu dari dua
nikahkan engkau dengan putriku” adalah ijab, sedangkan yang lain berkata: “Aku
Menurut mazhab Imam Hanafi, esensi pernikahan hanyalah ijab dan qabul
saja (yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali wanita dan calon pengantin pria).
Mazhab Malikiyyah berpendapat bahwa rukun nikah ini ada lima macam
yaitu:
1. Sighat
2. Calon mempelai pria
35
As-sayyid Abu Al Ma‟aaty An Nury, Kitab Baqi’ Musnad Ahmad, („Amman: Diar Alami
Kutub, 1419 M), h. 23236.
36
Hadits shahih, Sunan AL-Baihaqi, Jilid VII, h. 125 : Sunan Ath-Thabrani, jild.VII, h. 142
37
Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Dr. Abdul Wahab Sayyed Hawwas. Fiqih
Munakahat, Amzah,( Jakarta: 2009 M), h. 60
18
38
Prof. Dr.H. Abdul Hadi, M.A., Fiqh Munakahat, (Semarang : CV. Karya Abadi Jaya
:2015 M ), h. 105-106
19
BAB III
ANALISIS NIKAH SIRI MENURUT FIKIH ISLAM DAN KHI
Istilah nikah siri berasal dari bahasa arab yang sering diserap dalam bahasa
Indonesia. Pernikahan siri dalam kitab fiqh sering disebut ) ِ(انضَاج انسش
sebagai rangkaian dari dua kata yaitu )(انضَاج dan )ِ(انسش. Istilah nikah
)(انضَاج yaitu merupakan bentuk masdar )صَج
ّ ( yang artinya menurut
Artinya :
Menurut Mazhab Imam Maliki nikah siri adalah nikah yang dirahasiakan oleh
para saksi kepada istrinya atau masyrakat, sekalipun keluarga dekat. Menurut
mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi‟i perkawinan siri tidak diperbolehkan didalam
39
Burhanuddin S, S.HI,M.Hum. Nikah Siri Menjawab Semua Pertanyaan tentang Nikah
Siri .( Yogyakarta ; Tim Pustaka Yustisia : 2012 M ).h. 12
40
Diriwayatkan oleh Darulqutni di dalam Sunnah Darulqutni, Kitab “ An-nikah” ,Jilid III,
h.225-226 .nomor 22, h.225-226 19
20
dihukum had (dera atau rajam) dan jika telah berhubungan suami istri diantara
keduanya dan mereka mengakuinya atau ada kesaksian empat orang saksi. Hal ini
sesuai yang dikatakan khalifah Umar bin khattab r.a waktu itu ketika beliau diberi
kabar bahwa telah terjadi pernikahan yang tidak dihadiri oleh saksi yang cukup,
Umar berkata, “Ini adalah nikah siri dan aku tidak mengizinkannya dan sekiranya
saya datang pasti akan aku rajam”. Pengertian Perkawinan siri menurut Umar bin
khattab r.a didasari karena kasus pernikahan yang menghadirkan saksi-saksi yang
tidak sesuai dengan ketentuan. Menurut pendapat mazhab Hambali, nikah yang
dengan hukum Islam akan tapi tidak menghadirkan Petugas Pencatat Nikah ( PPN
) sebagai petugas resmi pemerintah dan atau tidak tercatat di Kantor Urusan
Agama sehingga tidak tidak diberikan akta nikah sebagai salah satu bukti resmi
yang sah.42
Pernikahan seperti ini pada dasarnya adalah kebalikan dari pernikahan yang sah.
Sedangkan pernikahan sesuai hukum yaitu yang mengi kuti aturan dalam UU
pernikahan. Oleh karena itu, dapat dirumuskan, bahwa nikah di bawah tangan
41
Abdullah Wasin, Akibat Hukum Perkawinan Siri (tidak dicatatkan) terhadap Kedudukan
Istri, Anak dan Harta Kekayaan Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Tesis
S2 Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, Semarang 2010 M), h, 121
42
H. A Zahri, “Argumentasi Yuridis Pencatatan Perkawinan Dalam Persekutif Hukum
Islam”http://badilag.net/data/ARTIKEL/Argumentasi%20Yuridis%20Pencatatan%20Perkawinan
%dlam%20Perspektif%Hukum%20Islam.pdf. Diakses pada Pukul:12.25 Tgl.29.03.2022 M
21
adalah nikah yang tidak sah. Dan pernikahan yang dilakukan tidak menurut
hukum dianggap pernikahan tidak sah, sehingga tidak memiliki kekuatan atau
Pernikahan Siri secara luas dipahami oleh masyarakat luas sebagai terbelah
dua. Yang pertama pernikahan tanpa adanya wali. Perkawinan semacam itu
bersifat rahasia (siri) karena wanita tersebut dibuat karena walinya tidak
mengizinkan atau karena dia menganggap pernikahan tanpa wali sah atau karena
dia hanya ingin memuaskan nafsunya tanpa mematuhi ketentuan syariat. Kedua,
perkawinan adalah sah menurut agama, tetapi tidak diumumkan secara luas dan
tidak dicatatkan pada catatan negara yang berwenang, atau kadang-kadang tercatat
dalam catatan negara, tetapi tidak diketahui secara luas. Kasus pencatatan resmi
yang luput dari perhatian banyak orang sering terjadi di negara-negara Islam di
Istilah nikah di bawah tangan atau nikah sembunyi sudah sangat dikenal oleh
para ulama. Hanya pernikahan di bawah tangan yang dikenal dengan makna yang
berbeda dengan pernikahan di bawah tangan pada zaman dulu dan sekarang.
Dahulu tujuan pernikahan di bawah tangan adalah nikah yang sesuai dengan
syariat dan ketentuan nikah, hanya saja saksi diminta untuk tidak memberitahukan
43
Darmawati, “ Nikah Siri, nikah dibawah tang an dan status anaknya”. Ar-risalah, Vol. 10
.No. 1( Mei 2010 M). h.38-39
44
M. Musthafa Luthfi Mulyadi Luthfy, Nikah sirri membahas tuntas definisi,asal-usul,
hukum, serta pendapat ulama salaf dan khalaf, (Surakarta : Wacana Ilmiah Press, 2010 M),h. 42-
43
22
Nikah siri yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini adalah
ditetukan oleh agama, tetapi tidak dilaksanakan di depan Pencatat Nikah sebagai
tidak ada Akta Nikah yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pernikahan yang tersebut
masyarakat tidak hanya memahami dengan pernikahan siri atau disebut juga
Nikah siri bukan hanya zaman sekarang saja akan tetapi pada zaman sahabat
juga. Dan istilah nikah siri berasal dari perkataan Umar bin Khattab saat
memberitahukan ada yang telah melakukan pada waktu pernikahan tanpa saksi
selama, bahwa hanya ada satu laki-laki dan satu perempuan saja. Pada suatu
47
ُ ََ َال أ ُ ِج ْٕ ُضيُ ََنَ ُْ ُك ْىتُ ت َقَذَّ ْمتُ فِ ْٕ ًِ نَ َش َج ْمت,س ِ ّش
ّ ِ ٌَزَا وِ َكب ُح ان
Artinya: “Ini nikah siri, dan saya tidak membolehkannya dan kalau saya tau lebih
awal, jika saya tahu sebelumya pasti telah merajamnya”.
Sementara itu Ma‟ruf Amin mengatakan bahwa nikah siri adalah pernikahan
yang memenuhi syarat dan ketentuan yang di tetapkan dalam fiqih (hukum islam).
45
Dimayati, Ayat dan M.Sar‟an, Hadits Ahkam Keluarga ,( Bandung : Raja Wali, 2008 M), h.
39
46
Burhanuddin S . “Menjawab Semua Pertanyaan tentang Nikah Siri” (Yogyakarta :.Pustaka
Yustisia ; 2012 M) h.12
47
Muhammad Ali Hasan, Pedoman Hidup Rumah Tangga dalam Islam, Cet ke.1 (Jakarta:
Prenada Media, 2003), h. 295
23
syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat mudarat”. MUI juga
Fenomena pernikahan siri bagi umat Islam di Indonesia masih cukup tinggi.
Hal ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat kelas bawah, tetapi juga oleh kelas
faktor yang membelakangi, namun secara umum nikah siri dapat disebabkan oleh
48
Hukum Online,” Nikah dibawah tangan: Pencatatan Nikah Akan Memperjelas Status
Hukum”.http://www.hukumonline.com/berita/baca/ho115651/pencatatan–nikahakan-memperjelas-
status-hukum. Diakses pada Pukul:12.30. Tgl. 29.03.2022 M
49
Ma‟ruf Amin dkk, Fatwa MUI sejak 1975. ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011 M ) . h.53
50
Al-Fitri, Kertas dibaca pada, Dampak Yuridis Pelaksanaan Nikah Siri, ( Hakim Pratama
Madya Pengadilan Agama Tanjung Padang ) h.10
24
Kehamilan di luar nikah merupakan aib bagi keluarga dan menjadi bahan
tertawaan masyarakat. Dari situ, orang tua menikahkan anaknya dengan laki-laki
melibatkan petugas PPN, tetapi hanya acuh tak acuh oleh mualim atau kyai.51
Karena perkawinan yang tidak dicatat oleh Kantor Urusan Agama, Dan tidak
menggugat di hari kemudian. Hal ini, terjadi ketika orang yang sudah menikah
1974 merupakan asas utama sahnya perkawinan. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)
dalam pasal harus dipahami sebagai syarat kumulatif. Ini bukan persyaratan
alternatif untuk pernikahan yang sah. Dari fakta-fakta hukum atau norma-norma
hukum tersebut sebenarnya terlihat jelas bahwa umat Islam telah mencatatkan
memiliki penafsiran lebih dari satu dan tidak mencantumkan sanksi bagi
e. Faktor Ekonomi
Ada anggapan bahwa nikah yang sah itu sangat mahal dan sah serta patut di
mata agama, meskipun hanya nikah siri yang tidak tercatat di KUA.
51
Hijar Cahaya Argiansyah, Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Siri Dalam Perspektif
Hukum Islam dan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan, h. 67-68
25
Salah satu alasan kenapa orang melakukan nikah siri karena tidak adanya izin
dari istri pertama. Maka jalan terakhir yaitu nikah siri dan tidak memberitahukan
ketentuan menurut syariat Islam hanya tidak dicatat atau didaftarkan pada Kantor
Urusan Agama (KUA) setempat, karena jika perkawinan telah memenuhi syarat
dan rukun, maka perkawinan di bawah tangan tersebut sah menurut syariat Islam.
Dan ada implikasi hukum bagi anak dan harta bersama. Namun, meskipun
pernikahan di bawah tangan sah menurut hukum Islam, hal ini bertentangan
atau istilah serupa, dan tidak diatur oleh undang-undang. Namun secara
sosiologis, istilah “kawin di bawah tangan” atau “nikah sirri” diberikan kepada
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1947, perkawinan itu sah
perkawinan yang dilaksanakan telah memenuhi syarat dan rukun-rukun nikah atau
52
Samuji “ Perkawinan Persekutif Hukum Islam” Jurnal Paradigma. (Magetan: 2015 M ),
Volume 2 ,Nomor 1
26
ijab kabul (bagi yang muslim) atau telah dilakukan shalawat atau ritus lain oleh
rahasia (siri), tetapi memenuhi dasar rukun dan syarat pernikahan menurut hukum
Islam.
Sebagaimana dinyatakan pada ayat (2) Pasal 2 UU No. 1 tahun 1974, yang
yang berlaku.” Hal ini tentunya memberikan gambaran kepada kita bahwa setiap
tempat mereka akan menikah. Dan tidak mendaftar bukan berarti perkawinan
Menurut pandangan agama pada umumnya nikah siri sah atau legal dan
diperbolehkan jika syarat dan rukun nikahnya terpenuhi pada saat nikah siri
53
Harpani Matnuh. “Perkawinan dibawah tangan dan Akibat hukumnya Menurut Hukum
perkawinan nasional” ( jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2016 M).volume 6, Nomor 11.
54
Lembaga Bantuan Hukum APIK, Dampak Pernikahan di Bawah Tangan Bagi Perempuan.
Artikel diakses pada hari selasa 7 juni 2022 dari :hpp://www.lbh-apik.or.id/fact51-bwh/20tangan.
htm
27
b. Adanya wali (ayah kandung calon pengantin wanita sebagai pihak yang
melakukan ijab)
Mahar di sisi lain, tidak termasuk dalam syarat pernikahan, karena waktu
Rasulullah menikahi seorang wanita dan wanita itu melepaskan haknya atas
mahar.55
Agama (KUA) untuk yang agama Islam dan Kantor Catatan Sipil untuk yang
55
Vivi Kurniawati, Nikah Siri, ( Jakarta; Perpustakaan Nasional ;Katalog Dalam Terbitan
(KTD) 2019 M), h. 13
56
Happy Susanto, Nikah Siri Apa Untungnya ?, (Jakarta : Visimedia, 2007), Cet. 1, h. 22
28
yang berarti kumpulan yang tersusun secara teratur ( tentang daftar informasi
ketetapan tetang suatu persoalan atau masalah dari berbagai buku yang tersebar
pada tempat yang berlainan. Kegiatan pengumpulan bahan ini dilakukan dengan
mengambil dari berbagai sumber dari beberapa penulis yang berbeda untuk ditulis
kembali ataupun diringkas dalam sebuah buku tertentu dengan tujuan untuk
masalah.59 Dengan kata lain, kompilasi adalah kumpulan pendapat dan pandangan
hukum yang berbeda yang telah berkembang dalam dunia pemikiran yang telah
dikuratori dengan cermat sehingga layak untuk dianggap sebagai pendapat yang
terbaik.
dari kompilasi tersebut dapatlah dijadikan pedoman dibidang hukum materil bagi
57
Abdurrahman , Kompilasi Hukum di Indonesia .( Jakarta : Akademi Pressindo, 2007 M)
edisi pertama , cet.ke 5. h.10
58
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa . Kamus Bahasa Indinesia . ( Jakarta : Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.2008 M), h.743
59
Abdurrahman , Kompilasi Hukum di Indonesia .( Jakarta : Akademi Pressindo, 2007 M)
edisi pertama , cet.ke 5. h.11
60
A. Hamid S. Attamimi, Kedudukan Kompilasi Hukum Islam Sistem Hukum Nasional ,
Suatu Tinjauan dari Sudut Teori Perundang-undangan Indonesia, h. 15
29
sehat, suatu perkawinan dikatakan sah apabila telah memenuhi syarat dan rukun
perkawinan secara lengkap. Menurut mazhab Syafi'i, yang termasuk rukun nikah
adalah akad (siqah ijab qabul), mempelai pria dan calon mempelai wanita, saksi
dan wali. Selain itu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1947 sebagaimana telah
mengatur bahwa perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut hukum masing-
sebelumnya berdasarkan fiqh lokal seperti Fiqh Hijazy, dibentuk atas dasar adat
dan 'urf yang berlaku di Hijaz, maka lahirlah Fiqh Misry berdasarkan kebiasaan
orang Mesir. penduduknya, Fiqh Hindu, juga terbentuk atas dasar adat.62
Kompilasi Hukum Islam terdiri dari tiga kitab, yaitu: 1. Tentang pernikahan
hanya sekelompok bidang hukum yang dibahas, yaitu bidang hukum perkawinan
61
Umar Haris Sanjaya Aunur Rahim Faqih. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (
Yogyakarta : Gama Media, 2017).h. 2
62
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,1995 M), cet.
ke-1. h. 20-21
63
H. Abdurrahman, S.H. M.H, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Akademika Pressindo,
2010 M), Edisi Pertama, h. 63
30
yang sangat ketat atau mitsaqan ghalizan menaati perintah Allah dan
Pasal 4 KHI mengatur bahwa perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut
hukum Islam, sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1947 tentang Perkawinan. Pasal ini hanya mendukung pasal 2 ayat (1) UU
undang-undang.
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh badan pencatatan perkawinan sesuai
Nomor. 32 tahun 1945. Jika kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pasal 5
berarti wajib, seperti dalam hukum Islam. Dengan demikian, menurut KHI,
Indonesia melalui perangkat hukum berupa Instruksi Presiden No: 1 tahun 1991,
10 Juni 1991 dan diharapkan secara organik dengan keputusan Menteri Agama
No. 154, 1991 tanggal 22 Juli 1991. Terpilihnya perangkat hukum Inpres tersebut
menjadi efektif dan memiliki kekuatan regulasi dalam legislasi nasional yang
64
Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, ( Bandung :Humaniora Utama Press,1991
M).h. 18
65
H. A. Badruddin. Diktat Mata Kuliah Kompilasi Hukum Islam. ( Tangerang : PSP
Nusantara Press 2018 M).h, 97-98
31
aktif. Di sisi lain, Instruksi Presiden tidak dianggap sebagai salah satu instrumen
hukum negara republik Indonesia. UUD 1945 dan termasuk konvensi produk
dua pandangan yang berlawanan. Pertama, sebagai hukum tidak tertulis yang
tertulis. Asal mula hadirnya Kompilasi Hukum Islam dalam bentuk Inpres di atas
66
Ali Masykuri Haidar, Selayang Pandang Gambaran dan Cara Memahami Kompilasi
Hukum Islam. ( Pontianak : Artikel 12 Januari 2018 M ). h, 3
32
BAB IV
PANDANGAN HUKUM NIKAH SIRI MENURUT FIKIH
ISLAM DAN KHI DI INDONESIA
Para ahli fikih berbeda pendapat mengenai sahnya nikah siri, sebagaimana
merahasiakan nikah tidak berpengaruh terhadap sahnya akad nikah, karena adanya
Semetara ulama lain seperti imam malik dan ulama sependapat dengannya,
menjadi tidak sah. Mazhab Hanabilah menyatakan bahwa nikah siri hukumnya
makruh.67
Nikah siri menurut pendapat Ibnu Hazm adalah nikah yang hanya kurang dari
dua orang yang mengetahuinya, pernikahan itu tidak rahasia lagi (siri) kalau lebih
dari dua orang yang mengetahuinya. Dan kalau ada pernikahan yang telah dihadiri
oleh lima orang maka pernikahan tersebut tidak lagi dinamakan nikah siri. Yaitu
calon suami ( an-nakih ) calon istri ( al-mankhuhah), wali ( al-munkih ) dan dua
mengatakan bahwa nikah siri hukumnya sah menurut hukum agama, dan
dipandang secara syariat nikah siri hukumnya sah apabila telah memenuhi syarat
67
Wahbah Az-Zuhaili, Al- fiqh Al-Islami wa Adillatuhu ( Beirut : Dar al-fikr, 1984 M), VII :
h. 71
68
Ibnu Hazm , Al-Muhalla, ditahqiq oleh Muahmmad Syakir , Juz IX : h. 465 -166
32
33
dan rukunnya. Sesungguhnya nikah siri sama persis pernikahan pada umumnya.
(KUA).69
“pernikahan di bawah tangan hukumnya sah karena terpenuhi syarat dan rukun
nikah, tetapi haram jika terdapat mudarat”. Selain itu MUI juga menekankan
bahwa pernikahan harus dicatatkan secara resmi pada instansi berwenang sebagai
Gontor, Ponorogo, Jawa Timur yang berlangsung 25-28 Mei 2006. Ma‟ruf
menjelaskan nikah siri adalah pernikahan yang telah memenuhi syarat dan rukun
yang ditetapkan dalam fiqih (hukum Islam), namun tanpa pencatatan resmi di
berlaku. Dan ma‟ruf amin mengatakan perkawinan siri tidak memenuhi syarat
Undang-undang dan sering kali menimbulkan dampak negatif terhadap istri dan
anak yang dilahiran terkait dengan hak-hak mereka seperti nafkah ataupun hak
Sebab tuntutan akan sulit terpenuhi karena tidak adanya bukti catatan resmi
70
Ma‟ruf Amin dkk, Fatwa MUI sejak 1975. ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011 M) . h. 534.
34
peserta ijtima‟ ulama sepakat bahwa pernikahan harus dicatatkan secara resmi
nikah siri tidak dikenal di dalam Islam, karena Islam sangat menganjurkan setiap
Islam, bahwa pernikahan dianggap sah apabila dilakukan sesuai hukum Islam
siri yang selama ini dikenal di Indonesia adalah untuk membedakan antara nikah
yang dicatatkan kepada Negara dengan nikah yang tidak dicatat oleh Negara.
Lebih tegas ia mengatakan bahwa nikah siri banyak kerugiannya yang akan
ditanggung akibatnya, contohnya anak lahir dari nikah siri tidak bisa mendapatkan
akta kelahiran, karena syarat untuk mengajukan akta kelahiran harus ada akta
terpenuhi. Dengan alasan itulah Islam selalu menyarankan agar pernikahan harus
tercatat di Negara.72
Fatwa Tarjih Muhammadiyah tentang nikah siri atau nikah yang dirahasiakan
memang dikenal dikalangan para ulama, paling tidak sejak masa imam malik bin
anas. Hanya saja nikah siri yang dikenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya
dengan nikah siri pada masa sekarang. Pada masa dahulu yang dimaksud dengan
perkawinan dan syaratnya menurut syari‟at, yaitu adanya mempelai laki-laki dan
71
M. Musthafa Luthfi Mulyadi Luthfy R. Nikah Siri Membahas Tuntas Definisi, Asal-usul,
Hukum, Serta Pendapat Ulama Salaf dan Khalaf, (Surakarta: Wacana Ilmiah Press 2010 M)
h.101-102
72
Abu Mansur Al-Asy‟ari, Hukum Nikah Siri ,Ringkasan Panduan Nikah Resmi di KUA,
(Yogyakarta : Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA :2019 M), h, 43-44
35
perempuan, adanya ijab qabul yang dilakukan oleh wali dengan mempelai laki-
laki dan disaksikan oleh dua orang saksi, hanya saja sisaksi diminta untuk
masyarakat banyak dan tidak ada i‟lan nikah atau walimatul „ursy atau pun
bentuk yang lain. Adapun nikah siri yang dikenal masyarakat Indonesia sekarang
yaitu pernikahan yang dilakukan dihadapan petugas pencatat nikah sebagai aparat
resmi pemerintah atau perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama
bagi yang beragama Islam atau di Kantor Catatan Sipil bagi yang beragama selain
Islam, sehingga dengan tidak mempunyai Akta Nikah yang dikeluarkan oleh
pemerintah inilah yang dimaksud dengan nikah siri sekarang ini. Sesuai dengan
73
Fatwa Tarjih Tentang Nikah Siri, Https://suaramuhammadiyah.id/2016/05/22/fatwa-tarjih-
tentang-nikah-siri/amp/. Di akses pada waktu 17.00 hari sabtu 16 Juli 2022 M.
36
Kompilasi Hukum Islam (KHI), sebagai perantara hukum positif negara bagi
umat Islam di Indonesia, tidak mengenal istilah nikah siri. KHI hanya mengenal
nikah yang dicatat dan nikah yang tidak dicatat. Sebagaimana dinyatakan pasal 2
ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa “Tiap-
harus dicatat.
dilakukan menurut hukum Islam, sesuai dengan pasal 2 (1) UU No.1 Tahun 1947
tetang perkawinan. Pasal ini hanya sebagai pendukung dari pasal 2 ayat (1)
Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 1946 . UU No.
makna “wajib” menurut pengertian hukum Islam. Oleh karena itu perkawinan
yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah seperti Nikah siri
atau di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan hukum. Sedangkan pasal 7 ayat
dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah. Sedangkan pernikahan siri tidak tercatat di
KUA dan tidak mendapatkan Akta Nikah yang di buat oleh Pegawai Pencatat
yang akan melangsungkan perkawinan. Dengan demikian berarti nikah siri bisa
dianggap sah hanya saja tidak memiliki kekuatan hukum. Karena sahnya suatu
75
H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, ( Jakarta ; Akademika
Pressindo : 2010 M ) ,h. 68
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pandangan Hukum Nikah Siri menurut Fikih Islam dan Kompilasi Hukum
Hukum nikah siri dalam pandangan agama secara umum adalah sah atau
legal dan dihalalkan atau dibolehkan jika memenuhi syarat dan rukun nikahnya
menyatakan bahwa rukun nikah harus terpenuhi agar suatu perkawinan dikatakan
sah ada beberapa syaratnya yaitu ; Adanya kedua mempelai yakni calon suami
dan istri, ada wali yaitu ayah kandung calon pengantin perempuan sebagai pihak
yang melakukan ijab, ada saksi dua orang laki-laki yang adil, dan adanya ijab
kabul yaitu akad nikah. Hukum Nikah siri menurut Kompilasi Hukum Islam yaitu
sebagai perantara hukum positif negara bagi umat Islam di Indonesia, dan juga
tidak mengenal nikah siri yang ada yaitu pernikahan yang tercatat dan yang tidak
memiliki kekuatan hukum dan mendapatkan Akta Nikah bisa mengurus Kartu
Keluarga. Sedangkan pernikahan siri tidak mendapatkan hal tersebut oleh karena
itu tidak memiliki kekuatan hukum. Status hukum nikah siri menurut fiqih Islam
yaitu sah apabila dilaksanakan sesuai syari‟at Islam yaitu rukun dan syaratnya
38
39
Hukum nikah siri menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) tidak mengenal
nikah siri yang adanya yaitu nikah tercatat dan yang tidak tercatat saja. Karena
KHI menyebutkan bahwa agar terjamin pernikahan tersebut maka harus tercatat
pengawasan Pegawai Pencatat Nikah seperti perkawinan siri atau nikah di bawah
tangan tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak adanya Akta pernikahan
dan akan sulit membuat Kartu Keluarga, Akta kelahiran anak dan lainnya.
e. Faktor Ekonomi
B. Saran
Untuk kaum laki-laki menikahlah sesuai dengan aturan syari‟at Islam dan
negara. Karena kalau pernikahan tercatat oleh Kantor Urusan Agama (KUA).
Pasti dengan mudah mengurus berkas seperti Akta kelahiran anak, Kartu Keluarga
dan lainnya. Dan jika terpaksa melakukan pernikahan siri, maka jangan ada niat
buruk terhadap perempuan yang nikahi tersebut seperti hanya memuaskan nafsu
belaka, karena pernikahan adalah sesuatu yang suci dan bertujuan baik yaitu
terlebih dahulu apakah seorang laki-laki tersebut bertanggung jawab atau tidak,
siapa keluarganya dan apakah ia termasuk laki-laki baik dan apakah dia tipe laki-
laki yang main cerai seenaknya saja serta lari dari kewajiban atau tidak. Supaya
Bagi para wali harus juga menyelidiki calon menantu yang dipilih oleh
anaknya apakah keturunan orang baik atau bukan dan orang bertanggung jawab
Dan sebaiknya menikahlah secara aturan syariat Islam dan sesuai aturan negara
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Muhammad Ali, Pedoman Hidup Rumah Tangga dalam Islam, Cet ke.1
(Jakarta: Prenada Media, 2003),
Hazm , Ibnu . Al-Muhalla, ditahqiq oleh Muahmmad Syakir , Juz IX
Hukum Online,” Nikah dibawah tangan: Pencatatan Nikah Akan Memperjelas
Status
Hukum”.http://www.hukumonline.com/berita/baca/ho115651/pen
catatan –nikahakan- memperjelas-status-hukum. Diakses pada
Pukul:12.30. Tgl. 29.03.2022 M
Ibnu Ali al-Syahiri, Muhammad Ibnu Faramizi Darruhukam Syarah Gharru al-
ahkam, Bairut : Darru ihya al-Kutubi al-Arabi, Juz ,1.
Ismai‟l, Didi Jubaidi, Membina Rumah Tangga Islam di bawah Ridho Allah,
(bandung: Pustaka Setia 2000),
Kurniawati, Vivi. Nikah Siri, ( Jakarta; Perpustakaan Nasional ;Katalog Dalam
Terbitan (KTD) 2019 M),
Krippendorff, Klaus . Analisis isi : pengantar Teori dan metodologi. Terjemahan
.Farid wajidi ( Jakarta : Citra Niaga Rajawali Press, 1993 M ),
Lembaga Bantuan Hukum APIK, Dampak Pernikahan di Bawah Tangan Bagi
Perempuan. Artikel diakses pada hari selasa 7 juni 2022 dari
:hpp://www.lbh-apik.or.id/fact51-bwh/20tangan.htm
Luthfy R, M. Musthafa Luthfi Mulyadi, Nikah sirri membahas tuntas
definisi,asal-usul, hukum, serta pendapat ulama salaf dan khalaf,
(Surakarta : Wacana Ilmiah Press, 2010 M),
Matnuh, Harpani. “Perkawinan dibawah tangan dan Akibat hukumnya Menurut
Hukum perkawinan nasional” jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan. 2016 M.
Muftisany, Hafidz. Hukum Menafsirkan Mimpi Hingga Status Anak Dari Nikah
Siri, ( Karanganyar: CV. Intera : 2021 M )
Prakoso, Djoko, I Ketut Murtika , Azas-azas Hukum Perkawinan di
Indonesia.Jakarta : PT. Bina Aksara, 1987 M
Hadi, Abdul., Fiqh Munakahat, CV. Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015 M.
Ghazaly, Abdul Rahman, “Fiqih Munakahat” Cet.ke 8 (Jakarta :kencana 2003
M)
Rahim Faqih, Umar Haris Sanjaya Aunur, Hukum Perkawinan Islam Di
Indonesia, ( Yogyakarta : Gama Media, 2017 M )
Ramulyo, M Idris .” Suatu Perbandingan antara Ajaran Syafi’i Hazairin dan
Wasiat Wajib di Mesir Tentang Pembagian Harta Warisan untuk
44
pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yakni : SD Negeri Tanjung Miring,
Kecamatan Sungai Rotan Kabupaten Muara Enim, lulus pada tanggal 20 juni
2009. Pada tahun 2009 peneliti melanjutkan pendidikan di MTs Nurul Iman
Modong, lulus pada tanggal 02 juni 2012. Pada tahun itu juga peneliti
Islam) lulus pada tahun 2018. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57