Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh
Di Bawah Bimbingan
NIP. 195510151979031002
Jakart4 26 Desember2}l4
Mengesahkan
/-/
/vz'-
PANITI-A UJIAN
t. Ketua : Dr. Euis Amah4 M.Ag
NIP. 1971070n98031002
a
J. Pembimbing : Dr. Djawahir Hejaniey, SH.,MA-,MH
NIP. 1 955 I 015t97903t}02
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Tuhan sekalian alam. Tidak ada kata yang yang
pantas kecuali pujian yang terus dilafalkan oleh lisan dan tidak ada perbuatan yang
baik dan perbuatan ketaatan kecuali tertuju hanya kepada-Nya. Hanya Dialah yang
pantas dipuji dan hanya Dialah yang pantas disembah, kepada-Nya pula hamba
memohon pertolongan, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Shalawat serta salam kepada ‘’legislator’’yang tidak ada tandingannya,
membuat hukum dengan kemaslahatan yang mengelilinginya, menegakkan hukum
dengan penuh kebersihan akal dan jiwa sehingga setiap keputusan sesuai tidak ada
yang menentangnya. Semoga shalawat serta salam menolong hamba pada saat
penghakiman di akhirat kelak, serta memberikan atsar semangat dan keteguhan
dalam perjuangan penulis dalam penegakan hukum di kehidupan sehari-hari hamba.
Penulis sangat berterimakasih kepada kedua orang tua, dan seruruh keluarga
penulis yang telah mendidik dari kecil sampai sekarang. Mudah-mudahan Allah SWT
melindungi dan memberikan keberkahan kepada kita sekeluarga. Amin.
Tidak lupa, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang
turut mempengaruhi hamba dalam mendewasakan penulis, yang terhormat:
1. Dr. H. JM. Muslimin, MA, Dekan fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., Ketua Program Studi Ahwal Sakhsiyyah
sekaligus sebagai pembimbing yang telah membimbing penulis dalam
penulisan Skripsi ini. Ibu Rusdiana, MA., Sekretaris Program Studi Ahwal Al-
Syakhsiyyah;
3. Muhfidah, SHI yang terus rela untuk kami sibukkan dalam setiap pengurusan
administrasi, hingga selesai penulisan skripsi ini.
4. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH Sebagai Pembimbing Skripsi,
terimakasih tak terhingga atas masukan dan dukungannya dalam penulisan
skripsi ini.
5. Kakanda Nunung Siti Nurillah - Moh Zaziri, Adinda Abdul Hadi, Aden Abdul
Malik, keponakanku Hana Ziyadatul Syibil dan Muhamad al-Ghifari serta
teman-teman kelas yang telah turut mensupport penulis sampai penulisan
skripsi ini selesai ditulis.
Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada seruruh pihak yang tidak
dapat penulis tuliskan, semoga doa dan harapan kita semua dikabulkan-Nya, Amin
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
3. Peranan KUA dalam Menanggulangi Pernikahan Dini .... 47
B. Kerangka Konseptual.. ............................................................. 49
C. Perumusan Hipotesis................................................................. 50
BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KUA KECAMATAN
PAMIJAHAN DAN DESA PASAREAN ..............................
A. KUA Kecamatan Pamijahan..................................................... 51
B. Desa Pasarean................................ ........................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian......................................................... 76
B. Analisa Teoritis Tentang Peranan KUA Kecamatan Pamijahan
dalam Menanggulangi Pernikahan Dini di Desa Pasarean…… 85
C. Perspektif Peranan Pendidikan dalam Menanggulangi
Pernikahan Dini di Desa Pasarean.......................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 87
B. Saran ........................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 89
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Monografi Urusan Agama Wilayah KUA Pamijahan ............ 51
Tabel 3.2 Statistik Nikah dan Rujuk KUA Pamijahan……………… 62
Tabel 3.3 Batas Wilayah Desa Pasarean ............................................ 63
Tabel 3.4 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………………. 64
Tabel 3.5 Tingkat Pendidikan Warga Desa Pasarean ........................... 64
Tabel 3.6 Data Sarana Pendidikan ....................................................... 65
Tabel 3.7 Agama Penduduk… …………………………………. 65
Tabel 3.8 Mata Pencaharian Penduduk................................................. 66
Tabel 3.9 Data Pernikahan Desa Pasarean……..................................... 73
Tabel 4.1 Data Pelaku Pernikahan Dini Desa Pasarean…….. 74
ix
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Struktur Organisasi KUA Pamijahan ............................. 54
Bagan 3.2 Proses Pencatatan Nikah………………………………… 60
Bagan 3.3 Struktur Organisasi Desa Pasarean……………………… 67
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “nikah” diartikan sebagai (1)
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi); (2)
perkawinan. Al-Quran menggunakan kata ini untuk makna tersebut, selain itu kata
nikah juga digunakan untuk arti berhimpun, dan secara majazi diartikan dengan
“hubungan seks.” Secara umum Al-Quran hanya menggunakan kata ini untuk
bukanlah sebuah pernikahan bila tidak ada jalinan hubungan suami-istri dan
bukanlah pernikahan, bila jalinan tersebut dilakukan secara tidak sah (resmi).
yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah Allah dan
1
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996), h. 191
2
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3, Edisi
Pertama, h. 8
3
Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung, FOKUSMEDIA, 2007), Cet. Ke-2, h. 7
2
perbuatan yang sebelumnya diharamkan bagi pria dan wanita menjadi dihalalkan,
yang menyebabkan hubungan suami-isterinya menjadi sah (resmi). Oleh karena itu
bukanlah pernikahan bila tanpa akad. Selain itu dapat dipahami juga bahwa
pernikahan dilakukan semata oleh karena mentaati perintah Allah dan untuk
Maka dari itu, sekali nikah apapun konsekwensinya menjadi tanggung jawab
secara emosional yang berujung pada perceraian, kita harus mengingat kembali
pada saat dilakukannya akad nikah betapa masing-masing dari kita punya
komitmen kuat untuk membina kehidupan rumah tangga yang bahagia, yang
Akad nikah bersifat suci, berdimensi vertikal dan horizontal, oleh karena itu
meski akad nikah juga merupakan kontrak antara dua pihak, tetapi ia bersifat suci,
ilahiyah, spritual. Nikah bersifat vertikal karena mempunyai dimensi ibadah bagi
menyangkut dua individu, tetapi dua keluarga besar dan bahkan kepentingan
masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu benarlah bila agama menyebut akad
4
Najib Anwar, Dilema Kawin Sirri, dalam BP4 Pusat,Majalah Perkawinan & Keluarga
Nomor 480/2012, h. 16-17
3
Salah satu syarat sahnya pernikahan dalam Islam adalah calon mempelai
laki-laki maupun wanita sudah baligh. Maksud dari baligh adalah bahwa kedua
calon mempelai yang akan menikah sudah dalam keadaan kematangan atau
mengalami ikhtilam (mimpi basah),5 keluar air mani bagi laki-laki dan keluar haid
bagi wanita, dan secara psikhis, ia sudah bisa membedakan mana yang haq dan
Batasan umum umur seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang sudah
baligh, yakni umur 9 tahun bagi wanita (umumnya perempuan keluar haid) dan
umur 15 tahun bagi laki-laki,6 namun perkembangan fisik dan psikhis manusia
pada setiap orang berbeda, sehingga sulit untuk menentukan standar umur dimana
daan undang-undang, perkawinan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh
dan atau belum berumur 19 tahun (bagi laki-laki) dan 16 tahun (bagi wanita)
5
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi yang termuat dalam Abi Isa
Muhammad ibn Isa Saurah, Sunan al-Tirmidzi al-Jami al-Shohih, (Beirut : Daar al-Ma‟rifat, 2002), h.
114
6
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang dalam karya Imam Abi
Husain Bin Hajaj, Shahihul Muslim, Al-Musnad Asshahihu Al-Mukhtasar minas Sunani binaqli al-
adlu anil adl, (Kairo : Daar al-Hadis, 1991), h. 595
7
Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung : FOKUSMEDIA, 2007), Cet. Ke-2, h. 10
4
pernikahan seorang wanita pada usia 13- 14 tahun, atau lelaki pada usia 17 tahun-
18 tahun adalah hal biasa, tidak istimewa. Tetapi bagi masyarakat kini, hal itu
merupakan sebuah keanehan. Wanita yang menikah sebelum usia 16 tahun atau
lelaki sebelum 19 tahun pun dianggap tidak wajar, terlalu dini istilahnya.
kali terjadi atas karena beberapa faktor, misalnya karena faktor ekonomi yang
bahwa dengan pernikahan anaknya, meskipun anak yang masih di bawah umur
negatifnya.
sebaliknya. Bahkan bagi perempuan yang menikah di usia belia di anggap sebagai
hal yang tabu. Lebih jauh lagi, hal itu dianggap menghancurkan masa depan
8
Mohamad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002),
Cet. Ke-1, h. 25-27
5
adalah adanya perbedaan makna pernikahan dini dalam sudut pandang agama dan
perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut
negara dibatasi dengan umur, sedangkan dalam sudut pandang agama, pernikahan
dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.
dini. Banyak yang menikah pada usia muda dan masyarakat memberi penilaian
yang positif, ada juga komentar negatif muncul ketika ada yang menikah muda
perkawinan, meskipun belum terjadi atau tidak seburuk seperti halnya yang
merupakan ikatan keagamaan dan bernilai sakral berubah menjadi ikatan yang
hanya formalitas dan kehilangan makna hakikinya. Dalam kondisi seperti ini
9
M. Fuad Nasar, Refleksi Setengah Abad BP4: Penguatan Peran BP4 di Tengah Tingginya
Angka Perceraian, dalam BP4 Pusat, Majalah Perkawinan & Keluarga Nomor 480/2012, h. 11
6
sesuai dengan ajaran agama, termasuk pencegahan pernikahan dini perlu mendapat
perhatian yang lebih besar dari semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah -
Kantor Urusan Agama (KUA) adalah unit kerja terdepan Kementrian Agama
serta dokumentasi yang mandiri. Selain itu, harus mampu menjalankan pelayanan
di bidang pencatatan nikah dan rujuk (NR) secara apik, oleh karena pelayanan itu
Lebih dari itu, aparat KUA bertugas mengurus dan membina tempat ibadah
wakaf, baitul mal dan ibadah sosial, kemitraan umat Islam, kependudukan serta
10
Rahmat Fauzi, Refleksi Peranan KUA Kecamatan, dalam
http://salimunnazam.blogspot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan.html
7
melaksanakan kegiatan edukasi dan pelayanan masyarakat kepada pria dan wanita
sebelum menikah maupun sesudah menikah, yang juga bermanfaat bagi upaya
11
Ahmad Sutarmadi, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian, dalam
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angka-perceraian/
12
Fatwa MUI tentang Pernikahan Usia Dini dalam Ma‟ruf Amin, et.al., Himpunan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, Editor Hijrah Saputra, et.al., (Surabaya: Erlangga,2010)
8
nikah thalak dan rujuk (NTR), mengadakan upaya-upaya yang dapat memperkecil
umum.
berencana (KB) dan kesehatan, pembinaan dan pendidikan keluarga sakinah,13 dan
lain sebagainya yang berkaitan dan dianggap perlu seperti dampak pernikahan
dini.
dini menjadi relatif kurang efektif oleh karena adanya perbedaan makna
pernikahan dini dalam sudut pandang agama dan Negara, penilaian masyarakat
terhadap pernikahan dini dan juga oleh karena mulai memudarnya sakralitas
lembaga perkawinan.
13
Ahmad Sutarmadi, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian, dalam
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angka-perceraian/
9
desa (termasuk desa Pasarean), 143 Rukun Warga (RW), 513 Rukun Tetangga
(RT), jumlah penduduknya 142437 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 34815.
Data terakhir yang peneliti dapatkan ada 1813 pasangan suami-istri yang
1813 pasangan suami istri tersebut diasumsikan sudah sesuai tata aturan dan
Yang menjadi fokus penelitian dalam hal ini adalah langkah apa saja yang
dini, baik yang dilakukan secara resmi (setelah mendapat izin pengadilan agama)
maupun tidak resmi (nikah sirri ) atau dengan cara memalsukan data umur calon
pasangan suami istri, dilanjutkan dengan meneliti berapa banyak kasus pernikahan
14
Arsip KUA Kecamatan Pamijahan Bogor Barat yang diambil pada tanggal 30 Agustus
2014 di Kantor KUA Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Barat
10
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut :
C. Pembatasan Masalah
1. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum
baligh atau belum berumur 19 tahun (bagi laki-laki) dan 16 tahun (bagi
2. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah unit kerja terdepan Kementrian Agama
wilayah kecamatan.
11
Dalam penelitian ini, peneliti fokus untuk meneliti kasus pernikahan dini dan
D. Perumusan Masalah
Bogor ?”
Pamijahan.
kabupaten Bogor.
dari orang tua serta pergaulan bebas yang mengakibatkan terjadinya remaja
kampung dukuh sudah terbiasa menikahkan anak mereka pada usia muda,
adapun alasan orang tua yang melakukan pernikahan dini bagi anak mereka
adalah faktor kebiasaan yang bersifat turun temurun, dan karena adanya
penyebab, yakni faktor ekonomi, adat dan faktor internal, dimana faktor
KUA nya adalah menggulirkan program nikah massal yang telah dilakukan
pada tahun 2007, meskipun hal ini kemudian disalahgunakan oleh pelaku
masalah biaya.
Dari sekian literatur berupa skripsi dan jurnal yang dibaca peneliti, belum
ada karya ilmiah yang mengkaji pernikahan dini dan peranan KUA dalam
pernikahan dini dan Kantor Urusan Agama serta peranan KUA dalam
desa Pasarean, jumlah kasus pernikahan dini di desa Pasarean dan langkah-
hambatan-hambatannya.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, oleh karena hasil
berupa kategori, yakni peranannya sangat kuat, cukup atau kurang. Sedangkan
pernikahan dini di desa Pasarean serta langkah-langkah yang dilakukan oleh KUA
buku, jurnal, skripsi, majalah dan internet atau lainnya yang mengkaji
2. Observasi, dalam hal ini peneliti melihat langsung lokasi penelitian untuk
dan beberapa warga desa Pasarean yang melakukan pernikahan dini, untuk
Pasarean serta langkah apa saja yang sudah dilakukan oleh KUA kecamatan
Sementara itu teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada Buku
pedoman penulisan skripsi fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
H. Sistematika penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas serta terperinci tentang isi skripsi
ini, maka penulisan skripsi ini disusun dengan membaginya dalam lima bab
Agama. Pembahasan dalam bab ini meliputi landasan teori mengenai pernikahan
dini, Kantor Urusan Agama (KUA) dan peranan KUA dalam menanggulanginya,
Pamijahan. Bab ini membahas mengenai sejarah singkat, letak geografis dan
demografi, visi, misi, tugas dan wewenang, struktur organisasi desa Pasarean dan
Bab V Penutup. Bahasan dalam bab ini berisi kesimpulan dari hal-hal yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta beberapa saran yang diharapkan
dapat berguna khususnya bagi akademisi, aparat desa, KUA dan bagi masyarakat
pada umumnya.
19
BAB II
A. Landasan Teoritis
1. Pernikahan Dini
Indonesia. Praktek ini sudah lama terjadi dengan begitu banyak pelaku. Tidak
agama tertentu, karena hamil terlebih dahulu (kecelakaan atau populer disebut
secara berbeda oleh hukum adat, hukum Islam, serta hukum nasional dan
hukum internasional.
harmonisasi hukum antar sistem hukum yang satu dengan sistem hukum lain.
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
juga dengan Kompilasi Hukum Islam. Dengan perkataan ikatan lahir dan
batin itu dimaksudkan bahwa suami istri tidak boleh semata-mata hanya
berupa ikatan lahiriah saja, dalam makna seorang pria dan wanita hidup
bersama sebagai suami dan istri bukan sebagai ikatan formal saja, tetapi
kedua-duanya harus membina ikatan batin berupa cinta dan kasih sayang
yang mendalam.
mata hubungan hukum saja antara seorang pria dengan seorang wanita, tetapi
juga mengandung aspek-aspek lainnya, yaitu agama, biologis, sosial dan juga
masyarakat.15
umur. Anak di bawah umur yaitu anak yang belum mumayyiz atau anak yang
15
M. Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta : PT. Grapindo Persada, 2002).
Cet. Ke-11, h.27
21
“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai 19 tahun dan
dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang telah ditetapkan
16
Helmi Karim, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002),
Cet. Ke-3, h. 82
22
e. Harus ada izin orang tua terhadap perkawinan yang belum sampai pada
wanita dan 19 tahun bagi calon laki-laki, maka harus dapat dispensasi
dari pengadilan atau pejabat lain dalam hal ini pengadilan agama untuk
satu pihak atau kedua mempelai yang belum berumur 16 tahun bagi calon
nikah dari pengadilan agama atau pejabat lain yang dirujuk oleh kedua orang
tua pihak pria maupun wanita. Dalam hal izin orang tua, K.wantjik Saleh
menambahkan bahwa hal tersebut sebagai bukti dari adanya restu mereka
Hukum Islam, dalam hal ini Al-Qur‟an dan hadist tidak menyebutkan
secara spesifik tentang usia minimum untuk menikah. Persyaratan umum yang
lazim dikenal adalah sudah balig, berakal sehat, mampu membedakan yang
menikah.
mempelai wanita, dapat berupa pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan,
lisan, atau isyarat, tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada
17
K. Wantjik Saleh , Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta : Graha Indonesia, 1987), Cet.
Ke-8, h. 26
24
Sama halnya dengan hukum Islam, hukum adat Indonesia yang berbeda
dari satu wilayah dengan wilayah lain, hukum kebiasaan tak tertulis, juga
atau peristiwa tertentu dalam kehidupannya, dan ini seringkali tidak terkait
tampaknya lebih ditonjolkan pada aspek yang pertama yaitu fisik. Hal ini
dapat dilihat misalnya dalam pembebanan hukum taklif bagi seseorang, yang
عي الصلبً حخى: عي على رضى اهلل عنو عي النً صلى اهلل علٍو ًسلن قال رفع القلن عي ثالثت
)ٌحٍالم عي النائن حخى ٌسخٍقظ ًعي الوجنٌى حخى ٌفٍق ل (رًاه الخزهٍذي
gejala kematangan seksualitasnya, yaitu air mania tau sperma bagi laki-laki
dan mentruasi (haid) bagi perempuan. Dari segi umur, kematangan masing-
25
masing orang berbeda saat datangnya. Hal ini disebabkan oleh karena
Artinya: Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka hendklah
mereka meminta izin seperti orang-orang yang sebelum mereka
meminta izin demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya dan Allah
maha mengtahui lagi lagi maha bijaksana (An-Nur : 59)
batas usia 15 tahun sebagai awal masa kedewasaan bagi anak laki-laki karena
biasanya pada usia tersebut anak laki-laki telah mengelurkan air maninya
حزًجيا رسٌل اهلل ًىً بنج سج ًبنى بيا ًىى بنج حسع ًهاث ًىى بنج ثواى عشزة (رًاه
)هسلن
Artinya: Rasullulah saw menikah dengan dia (aisyah) dalam usia 6 tahun,
dan beliau memboyongnya ketika ia berusia 9 tahun, dan beliau
wafat pada waktu dia berusia 18 tahun (H.R Muslim).
26
tanda-tanda dewasanya atau baligh seseorang itu ada tiga yaitu sempurnanya
umur 15 tahun bagi laki-laki dan perempuan pada usia 9 tahun, dan haid
Adanya dispensasi bagi calon mempelai yang kurang dari 9 tahun, atau
16 tahun bagi wanita, boleh jadi didasarkan kepada nash hadis di atas.
Walaupun kebolehan tersebut harus dilampiri izin dari pejabat untuk itu. Ini
memang bersifat ijtihadi diperlukan waktu dan usaha terus menerus. Dalam
hal ini juga diperlukan pendekatan konsep maslahat mursalah dan hukum
unsur pemaksaan.
oleh Rasullulah SAW pada saat menikah dengan aisyah, menurut penulis juga
perlu dipahami seiring dengan tuntutan situasi dan kondisi waktu itu. Ini
penting, karena tuntutan kemaslahatan yang ada waktu itu dibanding dengan
Berbeda dengan batas usia perkawinan menurut hukum Islam, batas usia
perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
dispensasi yang diberikan oleh pengadilan ataupun pejabat lain yang ditunjuk
oleh kedua orang tua dari pihak pria maupun pihak wanita (pasal 7 ayat 2),
perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai dan izin
dari orang tua diharuskan bagi mempelai yang belum berusia 21 tahun.
syar‟inya mempunyai landasan kuat. Misalnya isyarat Allah dalam surat al-
perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia muda atau di bawah ketentuan
pihak rendahnya usia kawin, lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak
belum matang jiwa dan raganya. Kematangan dan intgritas pribadi yang
muncul dalam menghadapi liku-liku dan badai dalam rumah tangga. Banyak
Dalam hal ini UU perkawinan tidak konsisten di satu sisi, di sisi lain
dalam pasal 7 ayat (1) menyebutkan perkawinan hanya diizinkan jika pihak
pria sudah mencapai mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai 16 tahun. Bedanya jika kurang dari 21 tahun, yang diperlukan izin
18
Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 78
29
orang tua, dan jika kurang dari 19 tahun, perlu izin pengadilan dan ini juga
dikuatkan dalam KHI pasal 15 ayat 2 yang berbunyi : Bagi calon mempelai
yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin sebagaimana yang
diatur dalam pasal 6 ayat (2), (3),(4) dan (5) Undang-Undang Nomor 1 tahun
1974.
melalui Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 memuat perihal yang kurang
lebih sama. Pada pasal 15, KHI menyebutkan bahwa batas usia perkawinan
dimungkinkan dengan adanya izin dari pengadilan atau pejabat atau yang
dilakukan bila calon suami dan istri tidak memenuhi syarat-syarat untuk
undangan.
perkawinan adalah para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke
bawah, saudara, wali nikah, wali pengampu dari salah seorang calon
30
mempelai, suami atau istri yang masih terikat dalam perkawinan dengan salah
seorang calon istri atau calon suami, serta pejabat yang ditunjuk untuk
keturunan lulus keatas dan kebawah dari suami atau istri; (2) suami atau istri ;
dalam rukun dan syarat perkawinan menurut Islam dan peraturan perundang-
adalah karena faktor budaya dan pendidikan, walaupun ada sebab lain yang
perkotaan.19
infarmasi dan transformasi Pengetahuan dan budaya lebih cepat dan maju,
memaksa bagi komunitas kota untuk berfikir rasional dan bertindak realistis
merupakan aib besar yang sangat memalukan rang tua. Pernikahan pada usia
dini merupakan sebuah antisipasi dari orang tua untuk mencegah akibat-akibat
negative yang dapat mencemarkan dan merusak martabat orang tua dan
keluarganya.
pernikahan pada usia muda faktor paling dominan adalah karena rendahnya
19
Nani Suwondo, Hukum Perkawinan dan Kependidikan di Indonesia, (Bandung : PT. Bina
Cipta, 1989), Cet. Ke-1, h. 108
32
masalah ini, karena dengan pendidikan dapat menambah pola pikiran dan
pandangan dari yang tidak baik menjadi lebih baik, dari yang tidak rasinal
menjadi rasional dan realistis. Tetapi ini merupakan sebuah harapan ideal
sangat sulit di jangkau. Kesulitan ini bisa terjadi karena alasan biaya, entah itu
melanjutkan pendidikan atau beajar akan tetapi putus ditengah jalan bahkan
b. Karena ada lamaran dari orang-orang yang disegani dan orang tua
tertolong)
33
d. Dari yang bersangkutan sendiri ingin cepat menikah karena ingin lebih
dilihat dari kebutuhan jangka pendek, waaupun secara umum alasan demikian
merupakan alasan yang kolot dan seolah-olah tidak punya harapan untuk lebih
maju dihari esok. Dari hasi penelitian fakultas syariah bahwa faktor adanya
b. Sosio kultural
d. Pergaulan bebas
g. Pengaruh ekonomi
di kota-kota dengan sebab yang sama. Bahkan di kota-kota besar dewasa ini
a. Dampak hukum
harus dilakukan untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang
dewasa dan orang tua. Undang-Undang ini sesuai dengan 12 area kritis
b. Dampak biologis
yang demikian atas dasar keetaraan dalam hal produksi antara istri dan
c. Dampak psiklogis
dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan
Kantor Urusan Agama (KUA) adalah unit kerja terdepan Depag yang
masyarakat. Karena itu wajar bila keberadaan KUA dinilai sangat urgen
sepuluh bulan dari kelahiran Depag, tepatnya tanggal 21 Nopember 1946. Ini
sekali lagi, menunjukan peran KUA sangat strategis, bila dilihat dari
dari peran itu, secara otomatis aparat KUA harus mampu mengurus rumah
20
Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan, dalam
http://salimunazzam.blospot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan. html
37
dan berbudi pekerti yang luhur. Salah satu tugas penghulu di sana
telah berlaku dan berjalan baik dalam cara rumah tangga, bernegeri
mataram, birokrasi keagamaan reh penghuluan sudah ada sejak abad ke-
17. Jabatan keagamaan ditingkat desa disebut kaum, amil, modin, kayim
dan lebay.22
21
Nuhrison M nuh et.al. optimalisasi peran KUA melalui jabatan fungsional penghulu,
(jakarta:puslitbang kehidupan keagamaan, 2007),cet ke-1,h..23-29..
22
Daniel S Lev, Peradilan Agama Islam di Indonesia, (Jakarta : Intermasa,1986), h.3
38
lembaga itu telah begitu kukuh dan mapan. Karena keterlibatan mereka
kalangan priyayi.23
dan pada umumnya berasal dari kalngan priyayi.24 Saat itu, Snouck
kolonial yang diangkat oleh gubernur jendral atau atas namanya, melalui
wabah penyakit.
mereka tentang agama dinilai lebih mendalam dan cara hidup mereka
23
Kuntawijaya, Paradigma Islam, (Bandung: Mizan, 1991), h. 125-126
24
M. Dawam Raharjo, Intelektual Intelgensia, (Bandung: Mizan,1996), h.172
39
keabsahan perkawinan.
dan penghulu hakim yang juga disebut penghulu kawin atau penghulu
belanda, yaitu :
3) Wali hakim
25
Nuhrison M. Nuh, et.al., Optimalisasi Peran KUA Melalui Jabatan Fungsional Penghulu,
(Jakarta: Puslitbang Keagamaan,2007), Cet. Ke-1, h.28
26
M. Djalil Latif, Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1983), h.23-24
41
b. Masa kemerdekaan
tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk menyatakan bahwa bagi orang
Undang Nomor 32 tahun 1954 dan pasal 1 ayat (1) UU No.22 tahun
Islam diawasi oleh pegawai pencatat nikah yang ditunjuk oleh Menteri
kesultanan.27
27
Nuhrison M. Nuh, et.al., Optimalisasi Peran KUA Melalui Jabatan Penghulu, (Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007), Cet, ke-1, h.30.
42
Peraturan Pemerintah :
c. Masa Reformasi
28
Nuhrison M. Nuh, et.al., Optimalisasi Peran KUA Melalui Jabatan Penghulu, (Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007), Cet, ke-1, h.31
43
pengamalan agama Islam, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah sosial,
berlaku.
perhajian.
aset ummat, tetapi juga aset bangsa. Untuk itu perlu pengelolaan
45
Ri’ayah masjid.
samar dan abu-abu, hal ini disebabkan petunjuk teknis ke arah itu
seseorang.30 Kantor Urusan Agama sebagai unit kerja paling depan pada
rujuk serta pencatatan lainnya yang terkait dengan tugas dan peran
KUA. Dalam hal ini pihak KUA kecamatan dapat membuat kebijakan
29
Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan, dalam
http://salimunazzam.blospot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan. html
30
Amran Y S Chaniago, Kamus Besar Indonesia, Jakarta, 1995.h.449
31
Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan, dalam
http://salimunazzam.blospot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan. html
48
Undang-Undang.
batasan umur yang telah ditentukan, baik melalui khutbah nikah atau
B. Kerangka Konseptual
berikut:
C. Perumusan Hiptesis
sebagai berikut :
BAB III
Pamijahan yang terdiri dari 15 desa (termasuk desa Pasarean), 143 Rukun
Warga (RW), 513 Rukun Tetangga (RT), jumlah penduduknya 142437 jiwa
selatan)33
32
Mamat Sudrajat (Kepala KUA Kecamatan Pamijahan), Wawancara Resmi, Kamis, 26 Juni
2014
33
Arsip KUA Kecamatan Pamijahan Bogor yang diambil tanggal 30 Agustus 2014 di Kantor
KUA Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Barat
52
Tabel 3.1
Monograpi Urusan Agama
Wilayah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pamijahan
Per 1 Januari 2014
Lembaga
A Pemerintahan F. Jumlah Haji K. Statistik
A. 1. Desa : 15 Desa 1. Laki-Laki 1. Nikah : 1813
2. Rt/Rw : 513 2. Perempuan 2. Cerai : -
3. Petugas 3. Rujuk : -
B. Jumlah Penduduk G. Tempat Peribadatan L. 1. Muzakki
1. Laki-Laki : 73.753 1. Masjid : 236 2. Mustahiq
2. Perempuan :68.684 2. Langgar : 333
3. Jumlah :142.437 3. Mushalla : -
4. Gereja :-
5. Klenteng : -
2. Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi serta Motto KUA Kecamatan Pamijahan
TUGAS POKOK
FUNGSI
sakinah.
VISI
MISI
dan Rujuk.
Kecamatan Pamijahan.
MOTTO
3. Struktur Organisasi
Bagan 3.1
KEPALA
SEKRETARIS BENDAHARA
NIP…………….
Kepala KUA
kecamatan
wakaf
menyampaikan salinannya
Sekretaris
surat-surat
akta nikah (Model NA) serta melaksanakan tugas lain yang diberikan
pimpinan
58
Bendahara
Seksi-Seksi
sakinah
tentu telah dan sedang melaksanakan tugasnya terkait peranan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu kegunaan dari pencatatan dari pencatat
perkawinan ini adalah untuk mengontrol dengan konkrit tentang data nikah,
talak dan rujuk (NTR).35 Adapun ketentuan mengenai proses pencatatan dan
34
Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan, dalam
http://salimunazzam.blospot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan. html
35
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: kencana,
2008), h.14-15.
60
f. Selanjutnya akta nikah Mode N rangkap dua atau Model ND bagi janda
36
A. Sutarmadi & Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:
FSH-UIN,2006), h. 19.
37
Abdul Manan. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta, Kencana,
2008), h.53-57
38
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, Himpunan Peraturan
Perundang-Undangan Perkawinan, (Jakarta: 2009), h.515
61
Bagan 3.2
Pemeriksaan Nikah
10 hari
persyaratan administrasinya :
Lurah
8) Izin komandan bagi TNI / Polri dan izin dari Kedubes untuk WNA
hakim.
pernikahan.
pencatatan nikah ke rekening kas Negara melalui bank atau kantor pos
Berikut data statistik nikah dan rujuk yang tercatat di Kantor Urusan
Tabel 3.2
Statistik Nikah dan Rujuk
Wilayah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
39
Mamat Sudrajat (Kepala KUA Kecamatan Pamijahan), Wawancara Resmi, Rabu, 26 Juni
2014
64
15 Purwabakti 87
Jumlah 1. 813 3 1.816
B. DESA PASAREAN
tahun 1981. Sejak 1981 hingga sekarang, desa Pasarean sudah mengalami tiga
kali pergantian Kepala Desa, yakni Encep Wilga periode 1981-1984, Mirta
Tabel 3.3
Batas Wilayah
40
Ujang Hidayatullah (Amil Desa Pasarean), Wawancara Resmi, Rabu, 25 Juni 2014
41
Arsip Desa Pasarean yang diambil pada tanggal 23 Agustus 2014 di Balai Desa Pasarean
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
65
yang terbagi ke dalam dua dusun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 6122 jiwa
dan penduduk perempuan adalah 5593 jiwa dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.4
Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
oleh tingkat pendidikannya, dan pendidikan merupakan salah satu hal yang
benda maupun jasa hasil dari budi dan karya. Berikut tabel tingkat pendidikan
desa Pasarean.42
Tabel 3.5
Tingkat Pendidikan Warga Desa Pasarean
42
Arsip Desa Pasarean yang diambil pada tanggal 23 Agustus 2014 di Balai Desa Pasarean
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
66
tanpa ditunjang oleh sarana pendidikan yang baik tentunya. Berikut data
Tabel 3.6
Data Sarana Pendidikan
Penduduk desa Pasarean mayoritas beragama Islam, hal ini terlihat dari
Tabel 3.7
Agama Penduduk
43
Arsip Desa Pasarean yang diambil pada tanggal 23 Agustus 2014 di Balai Desa Pasarean
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
67
Tabel 3.8
Mata Pencaharian Penduduk
VISI.
MISI.
44
Arsip Desa Pasarean yang diambil pada tanggal 23 Agustus 2014 di Balai Desa Pasarean
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
68
dinas/intansi terkait.
profesional.
3. Struktur Organisasi
Bagan 3.3
Struktur Organisasi Desa Pasarean
Asep Ridwan
Kaur Pemerintahan Kaur Esbang Kaur Kesra Kaur Keuangan Kaur Kesra
sukardi
Pelaksana Unsur Wilayah
sukardi
Teknis
Wilayah Apendi
Kepala Dusun I Kepala Dusun II
Apendi sukardi
P3A Kelompok Tani Keamanan M. Sayuti H. Halimi
Didin Baisudin
sukardi Mitra CAI H. Jaji Hamdani
69
Kepala Desa
Sekretaris Desa
dusun.
dan ketertiban
dan KK)
undangan
perundang-undangan
45
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006 Pasal 21
71
lemah
perekonomian masyarakat.
undangan
Peraturan Perundang-Undangan
dikembangkan.
Ka.Ur. Umum
46
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006 Pasal 22 dan 23
72
milik desa
Desa)
pendidikan masyarakat.
(PMI)
47
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006 Pasal 25
73
perelek
desa (RT, RW) serta tugas tertentu yang dilimpahkan Kepala Desa
perumusan program
kegiatan
48
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006 Pasal 24
74
proses pencatatan dan administrasi nikah, talak, cerai dan rujuk pada tingkat
Ujang Hidayatullah.
Data pernikahan warga desa Pasarean terakhir yang diterima dari Amil
49
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2006 Pasal 28
50
Ujang Hidayatullah, Wawancara Resmi, Rabu, 25 Juni 2014
75
Tabel 3.9
Data Pernikahan Desa Pasarean
BAB IV
banyak terjadi setelah anak lulus SD, yakni sekitar usia 12 sampai 14 tahun,
dan alasan utamanya adalah perjodohan. Ada juga temuan yang menunjukkan
Tabel 4.1
Data Pelaku Pernikahan Dini
pasangan pelaku pernikahan dini ada 2 pasangan yang menikah dini oleh
51
Alis Mardillah dkk, Wawancara Pribadi, Tanggal 21-25 Juli 2014
78
keluarga).
menikah dini setelah lulus SD dan setelah lulus SMP, yakni sekitar umur 14
sampai dengan 15 tahun, dan alasan utama mereka menikah dini lebih
dominan oleh karena alasan ekonomi, yakni dengan menikah dini, maka
beban orang tua terkurangi dan seterusnya suaminya yang menanggung beban
tersebut.
menikah dini berpandangan bahwa dengan menikah dini akan menjadi indah
godaan orang lain, menjauhkan mereka dari perbuatan zina sehingga mereka
fisik dan psikis. Oleh karena itu, sebaiknya yang harus dilakukan oleh pihak
Islam), ada sebagian warga desa Pasarean yang menikah dini berpandangan
bahwa menikah dini mampu mengatasi beban ekonomi, tidak berdampak pada
keharmonisan keluarga, dan bila sudah ada jodohnya kenapa harus ditunda,
Dari data tersebut dapat dipahami mengapa mereka yang sudah lulus
SMP pun tetap tidak menyadari pentingnya menikah sesuai ketentuan umur
faktor yang mendorong dilakukannya perkawinan pada usia dini, antara lain :
b. Sosio kultural
d. Pergaulan bebas
h. Faktor ekonomi
52
Ujang Hidayatullah, Wawancara Resmi, Rabu, 25 Juni 2014
80
di kota-kota dengan sebab yang sama. Bahkan di kota-kota besar dewasa ini
di desa Pasarean ?
Pasarean, dimana dari 33 pasangan yang menikah dini ada 31 pasangan yang
menikah dini oleh karena faktor ekonomi, sedangkan dua pasangan lainnya
lebih karena faktor perjodohan. Atas dasar data inilah, maka faktor yang
usia dini kurang harmonis. Lalu bagaimana dengan yang terjadi di desa
rujuk serta pencatatan lainnya yang terkait dengan tugas dan peran
KUA. Dalam hal ini pihak KUA kecamatan dapat membuat kebijakan
53
Alis Mardillah dkk, Wawancara Pribadi, Tanggal 21-25 Juli 2014
54
Rahmat Fauzi, Refleksi Peran KUA Kecamatan, dalam
http://salimunazzam.blospot.com/p/refleksi-peran-kua-kecamatan. html
82
Undang-Undang.
Dalam hal ini, KUA dapat mengoptimalkan para penghulu dan juga
umur yang telah ditentukan, baik melalui khutbah nikah atau ketika
peranan tersebut di atas, tidak banyak yang berbeda dengan ketentuan yang
kecamatan dan amil desa tidak membuat kebijakan apapun yang bersifat
Pasarean
serta langkah yang sudah ditempuh oleh pihak yang berwenang, maka berikut
55
Ujang Hidayatullah, Wawancara Resmi, Rabu, 25 Juni 2014
85
media.(Premis Mayor)
(Kesimpulan)
86
Desa Pasarean
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
undang-undang saat sebelum akad nikah (khutbah nikah), atau oleh amil desa
(secara berkala).
B. Saran-Saran
sebagai berikut :
2. Bagi Ulama desa Pasarean, agar turut serta membantu KUA Pamijahan dan
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3, Edisi
Pertama
Anwar, Najib, Dilema Kawin Sirri, dalam BP4 Pusat,Majalah Perkawinan &
Keluarga Nomor 480/2012
Ibnu Isa Saurah, Abi Isa Muhammad, Sunan al-Tirmidzi al-Jami al-Shohih, (Beirut :
Daar al-Ma‟rifat, 2002)
Bin Hajaj, Imam Abi Husain, Shahihul Muslim, Al-Musnad Asshahihu Al-Mukhtasar
minas Sunani binaqli al-adlu anil adl, (Kairo : Daar al-Hadis, 1991)
Fauzil Adhim, Mohamad, Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta : Gema Insani Press,
2002), Cet. Ke-1
Nasar, M. Fuad Nasar, Refleksi Setengah Abad BP4: Penguatan Peran BP4 di
Tengah Tingginya Angka Perceraian, dalam BP4 Pusat, Majalah Perkawinan
& Keluarga Nomor 480/2012
Fatwa MUI tentang Pernikahan Usia Dini dalam Ma‟ruf Amin, et.al., Himpunan
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, Editor Hijrah Saputra, et.al.,
(Surabaya: Erlangga,2010)
90
Arsip KUA Kecamatan Pamijahan Bogor Barat yang diambil pada tanggal 30
Agustus 2014 di Kantor KUA Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Barat
Ali, M. Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta : PT. Grapindo
Persada, 2002). Cet. Ke-11
Hidayatullah, Ujang (Amil Desa Pasarean), Wawancara Resmi, Rabu, 25 Juni 2014
Arsip Desa Pasarean yang diambil pada tanggal 23 Agustus 2014 di Balai Desa
Pasarean Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
KepadaYth.
I(antor Urusan Agama Pamijahan Kab. Bogor
di
Tempat
adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jril@rta yang.scdang menyusun slcripsi dengan judul:
oPeranan KUA Xecatdataa
Pamijahan Dalam Menanggulangi pernikahan Dini
'.. Di Desa Fasarean,'
untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/ Ibu dapat
menerima yang bersangkutan untuk wawancaftr serta memperoleh data guna penulisan
skripsi dimaksud.
Tembusan
l. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta;
2. Kal Sekprodi MuamalaV Perbankan Syariah.
KEMENTERTAN AGAMA
KANTOR T'RUSAN AGAMA KECAMATAN PAMIJAIIAN
KABUPATEN BOGOR
JL Abdul Eamid KM. 06 Ds. Pasareau - Bogor
Nomor : I(k. I 0.0 1. 1 7/Kp .04 427 l20l 4 Pamijahan, 24 September 2014
\Lampiran :-
Lampiran : Keterangan llawancara
Kepada Yth
Wakil Dekan Bidang Akademik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Di-
Tempat
Nama : DADEAI{MADNASRULLAH
No Pokok : 208044100020
Benar bahwa nama tersebut telah melakukan wawancara dcngan pihak kanri yang dilaksanakan
pada Hari Selasa, 23 September 2014 dengan judul "Peranan KaA dalam Menanggulangi
Demikian Surat keterangan ini di buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya'
Wassalamua' laikum Wn W
PEME.RN\NAH TL{BUPATM{ BOCOR
KE CAJYIA TAI.{ PA}TIJAffAN
KAIflTOR KEPALA DESA. PASA"FIAN"*.
,tffi l Jlhr.KE ,rtbut ErurU Xo, qz KIp 0?. Drrr.PErcm ft{p. (f}sl) 664161 Kode Pos 16530
'- a 1: -enelitian
Itepafla lft'-,
Del;an Fakultas Syanlah dsn r{ukum
dl
empat
A,9na lanue t
a la l-L:r.ln lir.i,lb.
YqnF bertanrle ta'rqan dlbawah J-ni Kepala Desa iasa'-ean Kecar.atsn
f arnt,ja'''an kaY,'rp"trun noqor. rnenerarrqlian hahwaa
PASAREAN, 24-a9-2Ot 4
Pasarean