1. PENDAHULUAN 2
Asal Mula dan Perkembangan Sosiologi Politik 2
Pendekatan dan Metode 3
Skema Konsepsual 3
2. SOSIALISASI POLITIK 4
Konsep Sosialisasi Politik 4
Perkembangan Sosialisasi Politik 6
Sosialisasi Orang Dewasa 7
Sosialisasi Politik dalam Masyarakat Totaliter 8
Sosialisasi Politik dalam Masyarakat Primitif 9
Sosialisasi Politik dalam Masyarakat Berkembang 9
Sosialisasi Politik dan Perubahan 10
3. PARTISIPASI POLITIK 11
Bentuk-bentuk Partisipasi Politik 11
Luasnya Partisipasi Politik 14
Siapa yang Berpartisipasi dan Mengapa 15
4. PENGREKRUTAN POLITIK 18
Sistem Pengrekrutan Politik 18
Pengrekrutan Jabatan Administratif 22
Siapa yang Direkrut dan Mengapa 24
Menuju Suatu Teori Pengrekrutan Politik 25
5. KOMUNIKASI POLITIK 28
Pola komunikasi Politik 28
Pembentukan Pendapat Umum 31
6. KESIMPULAN 32
Sosiologi Politik dan Nilai-nilai 32
Peranan Sosiologi Politik 32
1
1
PENDAHULUAN
Asal mula suatu disiplin ilmu, subyek atau bidang studi sering tidak jelas dan
menonjolkan individu tertentu sebagai bapak pendiri dari suatu bentuk ilmu
pengetahuan merupakan proses yang sangat berabahaya.
Sumbangan Marx sangat besar dan bervariasi dan dengan sendirinya tidak
hanya terbatas pada sosiologi politik saja. Banyak kupasan kecaman dipersamakan
atau diperbandingkan dengan teori-teori Marx, beberapa diantaranya didasarkan pada
validitas umum, sedang yang lain pada nilai-nilai prediktifnya. Demikian pula
kegagalan dari sejumlah ramalannya terutama kegagalan mengantisipasi kemampuan
adaptif dari sistem kapitalisme.menyebabkan teori Marx diragukan orang.
2
PENDEKATAN DAN METODE
SKEMA KONSEPSUAL
Skema konsepsi politik kita landaskan pada empat konsep, yaitu sosialisasi
politik, partisipasi politik, penerimaan / pengrekrutan politik dan komunikasi politik.
Sosilalisasi politik adalah proses pengaruh seorang individu bisa mengenali sistem
politik, yang kemudian menentukan sifat persepsi mengenai poitik serta reaksinya
terhadap gejala politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai pada
bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Pengrekrutan politik adalah
proses proses dimana individu menjamin atau mendaftarkan diri untuk menduduki
suatu jabatan. Komunikasi politik adalah proses dimana informasi politik yang
relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya. Dengan
sengaja dan hati-hati kita telah mengkonsentrasikan diri pada proses-proses politik,
yaitu dengan memformulasikan keempat konsep tadi, namun tidak bermaksud untuk
mengeluarkan institusi-institusi politik dan sosialnya.
3
2
SOSIALISASI POLITIK
4
2. Segenap proses yang mana individu yang dilahirkan dengan banyak sekali
jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku
aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa
diterimakan olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya.
3. Komunikasi dengan dan dipelajari dari manusia lainnya dengan siapa individu
itu secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum.
Kita dapat merumuskan suatu definisi mengenai sosialisasi politik berdasarkan
kesinambungan sistematis maupun perubahan sistematis adalah sebagai berikut :
1. Cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola sosial yang berkaitan dengan
posisi-posisi kemasyarakatan seperti yang diketengahkan melalui bermacam-
macam masyarakat.
2. Proses yang mana sikap-sikap dan nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-
anak sampai mereka dewasa direkrut ke dalam peranan-peranan tertentu.
Kedua definisi tersebut ada memiliki kekurangan karena dari masalah-masalah yang
telah dikatakan, belumlah terkandung cara memperhitungkan perubahan sistematik,
demikian juga mereka kurang jelas membedakan antara belajar yang disengaja dengan
belajar yang tidak direncanakan.
David Easton dan Jack Dennis dalam pembuatan dalih untuk suatu definisi
netral mengenai sosialisasi politik, menyajikan suatu definisi yang efektif dan pendek.
Mereka berdua mendefinisikan sosialisasi politik secara sederhana sebagai berikut :
- Suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik
dan pola-pola tingkah lakunya.
- Bagaimana orientasi dan tingkah laku politik itu diperoleh serta hasilnya tetap
merupakan bahan permasalahan penyelidikan.
Sosialisasi diartikan sebagai suatu proses yang terusberkesinambungan
sepanjang hidup dan mempengaruhi anak, para remaja dan orang dewasa.
Perkembangan yang temporal ternyata tidak berkesinambungan dalam pengertian
bahwa individu secara teratur dan sistematis mengalami pengalaman-pengalaman
yang penting.dan relevan dengan tingkah laku politiknya, sekalipun dalam sistem
politik tadi instruksi politik yang sistematis dan regular merupakan bagian penting
dari sosialisasi politik.
Demikian pula, untuk menerima unsur-unsur sosialisasi politik, namun tidak
ditegaskan bahwa hal-hal tersebut tadi diperoleh dengan cara yang khusus, juga tidak
mengandung arti yang sama.
5
PERKEMBANGAN SOSIALISASI POLITIK
6
Robert Lane mensugesti bahwa terdapat tiga kepercayaan politik yang dapat
diletakkan di dalam keluarga :
1. Dengan indoktrinasi terbuka (overt) dan indoktrinasi tertutup (Covert)
2. Dengan jalan menempatkan anak dalam satu konteks social khusus
3. Dengan jalan membentuk kepribadian anak.
7
Dengan demikian suatu studi mengenai sosialisasi politik disuatu daerah Amerika
Serikat mengarahkan para penulisnya untuk mengajukan kesimpulan sebagai berikut :
Anak-anak di daerah Appalachian yang relatif miskin secara dramatis kurang
menguntungkan terhadap objek-objek politik daripada rekan-rekan mereka dibagian-
bagian lain dari bangsanya. Sama halnya dalam usaha menyelidiki sosialisasi politik
dikalangan orang-orang Negro Amerika. Dwaine Marvick menemukan bahwa tidak
hanya dapat dibuat perbedaan yang berarti diantara sosialisasi terhadap orang-orang
kulit putih dengan orang-orang Negro saja, akan tetapi juga juga diantara bermacam-
macam sub-kelompok.
8
SOSIALISASI POLITIK DALAM MASYARAKAT PRIMITIF
9
yang telah lewat, masayarakat itu akan tetap dipengaruhi oleh masa lalunya. Oleh
karena itu sosialisasi politik jelas erat sekali terlibat dalam proses perubahan.
Sifat sosialisasi politik yang bervariasai menurut waktu serta yang selalu
menyesuaikan dengan lingkungan yang memberinya kontribusi, berkaitan dengan
sifat dari pemerintahan dan derajat serta sifat dari perubahan. Semakin stabil
pemerintahan, semakin terperinci agensi-agensi utama dari sosialisasi politik.
Kebalikanya, semakin besar derajat perubahan didalam satu pemerintahan non
totaliter, akan semakin tersebarlah agensi-agensi utama dari sosialisasi politik.
Semakin totaliter sifat perubahan politik, semakin kecil junlah agensi-agensi utama
dari sosialisasi poliotik itu. Semakin homogen suatu masyarakat dan semakin lama ia
bertahan menurut waktu, semakin memungkinkan proses sosialisasinya menjadi
didefinisikan secara jelas dan relatif dipersatukan dan tampaknya berlangsung dampak
yang sama dalam masyarakat-masayarakat yang berusaha terang-terangan untuk
mengontrol proses sosialisanya.
Dalam The Civic Culture, Almond dan Verba mengemukakan hasil survei silang
nasional mengenai kebudayaan politik. Suatu faktor kunci didalam konsep mengenai
kebudayaan politik adalah legitimasi sejauh mana suatu sistem politik dapat diterima
oleh masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Weber, landasan legitimasi bisa
bervariasi. Persetujuan dapat muncul mengenai dasar kerangka politik, akan tetapi
didalam kerangka tersebut konflik dapat berkelanjutan baik mengenai sarana-sarana
maupun mengenai tujuan-tujuannya. Apabila konflik mengenai sarana dan tujuan tadi
menjadi ekstensife sifatnya, maka hal itu dapat merusak setiap persetujuan mengenai
kerangka politik. Penting untuk dipahami bahwa legitimasi itu dapat meluas sampai
pada banyak aspek dari sistem politik, atau justru dapat dibatasi pada beberapa hal.
Dalam setiap masalah baik pada mereka yang mencari kekuasaan dan mereka yang
memilih diantara para saingan untuk mendapatkan jabatan, biasanya sudah bersiap
untuk memenuhi hasil-hasil keputusan pemilihan. Demikian pula hak presiden atau
kongres untuk melaksanakan kekuasaan mereka, tidak dipertanyakan akan tetapi
penggunaan untuk apa kekuasaan ini dilaksanakan berkali-kali justru mengalami
kritik. Betapapun juga kritisme terhadap sistem politik dinegara-negara lainnya bisa
bersifat lebih mendasar, mungkin sampai menyangkal legitimasi sistemnya atau justru
di tekannya lebih hebat.
10
3
PARTISIPASI POLITIK
11
Gbr 2 : Suatu Hierarki Partisipasi Politik
Dibawah para pemegang atau pencari jabatan didalam sistem politik, terdapat
mereka yang menjadi anggota berbagai tipe organisasi politik. Hal ini mencakup
semua tipe partai politik dan kepentingan. Perbedaan dasar antara kedua kelompok
politik terdapat pada sikap-sikap mereka. Kelompok kepentingan adalah organisai
yang berusaha memajukan, mempertahankan atau mewakili sikap-sikap yang terbatas
atau khas, sementara partai politik berusaha untuk memajukan, mempertahankan atau
mewakili spectrum yang lebih luas dari sikap. Dalam beberapa hal tujuan dibatasi
secara khusus, penghapusan hukuman mati atau oposisi terhadap pembangunan suatu
lapangan udara dan kelompok kepentingan berhenti beroperasi begitu tujuan tercapai.
Partai-partai politik seperti kelompok kepentingan dapat menikmati dukungan
yang menyebar atau yang khusus, akan tetapi berbeda dengan kelompok kepentingan
mereka yang lebih banyak menampilkan sikap-sikap difus daripada sikap-sikap yang
khusus. Beberapa partai politik memiliki baris dukungan yang luas, sedang yang
lainnya memiliki baris dukungan yang sempit.
12
Gbr 3 : Hubungan Antara Partai Politik dengan Kelompok Kepentingan
13
LUASNYA PARTISIPASI POLITIK
14
SIAPA YANG BERPARTISIPASI DAN MENGAPA
Sejauh ini kita hanya menyinggung masalah apati, tetapi dalam menyelidiki
sebab-sebab untuk berpartisipasi tidak boleh tidak kita harus bertanya mengapa
beberapa orang mengihindari semua bentuk partisipasi politik, atau hanya
berpartisipasi pada tingkat yang paling rendah saja. Semua ini menjadi semakin
penting sehubungan dengan fakta bahwa mereka yang benar-benar berpartisipasi
dalam bnetuk yang paling banyak dalam aktivitas politik, merupakan minoritas dari
anggota masyarakat. Macam-macam istilah diterapkan pada mereka yang tidak turut
serta dan mereka dilukiskan secara berbeda-beda sebagai apatis, sinis, alienasi dan
anomi.
Sejauh ini partisipasi politik, sifat yang paling penting dari seseorang yang
paling apatis adalah kepasifannya atau tidak adanya kegiatan politik namun demikian
adalah penting untuk dipertimbangkan, apakah apati harus dibatasi pada mereka yang
menjauhkan diri dari semua tipe partisipasi poltik, atau apakah istilah tersebut harus
diterapkan secara luas terhadap mereka yang menjauhkan diri dari partisipasi yang
aktif.
Morris Rosenberg, mengsugestikan tiga alasan pokok untuk menerangkan
apati politik. Kesimpulannya didasarkan pada satu seri wawancara tidak berstruktur
yang mendalam. Alasan pertama adalah konsekwensi yang ditanggung dari aktivitas
politik. Hal ini dapat mengambil beberapa bentuk individu yang merasa bahwa
aktivitas politik merupakan ancaman terhadap berbagai aspek kehidupannya. Alasan
Rosenberg kedua adalah individu dapat menganggap aktivitas politik sebagai sia-sia
saja. Sinisme, seperti halnya apati meliputi kepasifan dan ketidak aktifan relatif,
merupakan suatu sikap yang dapat diterapkan baik pada aktivitas maupun ketidak
aktifan. Robert Agger dan rekanan mendefinisikan sinisme sebagai kecurigaan yang
buruk dari sifat manusia dan dengan bantuan suatu alat skala sikap yang dibuat untuk
mengukur derajat terhadap para responden mereka bersikap sinis, baik secara pribadi
maupun secara politis.
Maka sinisme merupakan perasaan yang menghayati tindakan dan motif orang
lain dengan rasa kecurigaan, bahwa pesimisme adalah lebih realistis daripada
optimisme dan bahwa individu harus memperhatikan kepentingan sendiri, karena
masyarakat itu pada dasarnya bersifat egosentris. Secara politisme menampilkan diri
dalam berbagai cara. Seseorang yang sinis luar biasa mungkin saja merasa bahwa
15
partisipasi politik dalam bentuk apapun juga adalah sia-sia dan tidak berguna, dengan
demikian dia mengikuti barisan orang yang apatis secara total. Akan tetapi bagi orang
lain sinisme mereka hanya membatasi partisipasi atau hanya dianggap sebagai satu-
satunya cara realistis untuk melihat persoalan. Karena itu sinisme tidak dapat
menghindari partisipasi pada semua tingkat hierarki, walaupun sinisme itu mingkin
memberikan suatu penjelasan mengenai non partisipasi oleh orang-orang tertentu pada
tingkat khusus.
Dalam setiap kasus, Templeton menemukan bahwa apara responden yanmg
memiliki score anomi tinggi memiliki tingkat lebih rendah pada minat pengetahuan
dan partisipasi polotik daripada mereka dengan score anomi rendah. Ada sedikit
keraguan bahwa apati dapat diterangkan dengan sinisme, alienasi atau anomi. Namun
sangat diragukan apakah secara tunggal atau secara kolektif kata-kata tersebut
memeberikan penjelasan yang lengkap. Tingkah laku politik seperti dikemukakan
oleh proses sosialisai politik, merupakan bagian integral dari tingakah laku sosial.
Akan tetapi penting untuk membedakan dengan jelas antara apati, sinisme,
alienasi dan anomi. Didefinisikan secara sederhana apati adalah tidak ada atau
kurangnya minat, sinisme adalah suatu sikap tidak senang dan kecewa, sedangkan
alienasi dan anomi keduanya menyangkut perasaaan kerenggangan atau keterpisahan
dari masyarakat, tetapi alienasi mempunyai ciri permusuhan, anomi dicirikan dengan
kebingungan. Fakta yang terdapat mengemukakan, bahwa mereka yang apatis secara
total, paling tidak adalah sinis dan lebih sering terasing atau bersifat anomis. Karena
itu adalah penting untuk menghubungkan alienasi dengan ungkapan permusuhan yang
ekstrim, termasuk penggunaan kekerasan. Ditengah masyarakat yang alienasi bersifat
luas dan sistem politiknya hanya memiliki legitimasi yang terbatas sebagai benstuk
permusuhan terhadap sistem politik khususnya dan sistem sosial pada umumnya.
Penggunaan kekerasan untuk tujuan politik dapat dianggap sebagai suatu
manivestasi alienasi politik. Rasa permusuhan terhadap suatu rezim tertentu atau
bahkan terhadap suatu sistem sosial tertentu tidak perlu mengambil satu bentuk
kekerasan. Sejak penggunaan kekerasan untuk tujuan politik dapat dianggap sebagai
manivestasi daripada alienasi politik, adalah menyesatkan untuk mengasosiasikan hal
terakhir itu semata-mata dengan ketidak aktifan politik. Jelas bahwa bayak dari
mereka yang aktif secara politis pada beberapa tingkat tertentu bisa bersikap sinis
terhadap gejala politik dan bersikap apatis tehadap tipe partisipasi lainnya.
16
Sejumlah studi electoral di berbagai negara menunjukkan bahwa hasil voting
ternyata banyak sekali berbeda dari kelompok pemilih yang satu dengan yang lain,
dan penelitian ini telah di ikhtisarkan oleh S.M. Lipset. Semakin peka atau terbuka
seseorang terhadap perang sang politik lewat kontak pribadi dan organisatoris dan
lewat media massa, maka besar kemungkinan dia turut serta dalam kegiatan politik.
Jelas bahwa keterbukaan atau kepekaan ini kiranya berbeda dari satu orang dengan
orang lainnya, dan bagaimana pun juga hal ini merupakan bagian dari proses sosialisai
politik.
Karakteristik sosial seseorang seperti status sosio ekonomisnya, kelompok ras
atau etnis, usia, seks dan agamanya baik ia hidup didaerah pedesaan atau dikota,
maupun ia termasuk dalam organisasi sukarela tertentu dan sebagainya, semua
memepengaruhi partisispasi polotiknya. Walaupun penerimaan rangsangan politik dan
sifat dari karakteristik pribadi maupun karakteristik sosial seseoran itu penting dalam
mempengaruhi luasnya aktivitas politik, tetapi penting juga untuk memeprhitungkan
lingkungan atau keadaan politiknya.
Demikian pula syarat legal bagi suatu sistem pemilihan dapat mempengaruhi
partisipasi politik. Faktor lain seperti sifat dari sistem partai juga penting. Perbedaan
regional juga menyajikan tipe dari factor lingkungan lainnya yang sering menjadi
dasar munculnya keaneka ragaman dalam tingkah laku electoral dan bentuk-bentuk
lain dari partisipasi politik. Betapapun juga diluar contoh-contoh khusus, perbedaan
yang benar-benar penting dalam lingkungan politik adalah hal-hal yang memadai
suatu sistem olitik yang menjadi bagian dari suatu tipe atau kelompok tertentu.
Ada cukup alasan untuk percaya, bahwa cirri-ciri pribadi karakterisik sosial seseorang
adalah penting dalam semua tipe sistem politik, walaupun cirri-ciri khusus yang
penting ternyata berbeda dari satu sistem ke sistem lain.
17
4
PENGREKRUTAN POLITIK
Proporsi individu dalam suatu masyarakat tertentu yang aktif pada tingkatan
tertinggi dalam partisipasi politik, yaitu mereka yang menduduki jabatan-jabatan
politik dan administratif, merupakan kelompok minoritas dari penduduk seluruhnya.
Proporsi ini boleh dikatakan hampir-hampir tidak bertambah bila mereka yang
mencari jabatan politik dan jabatan administratif dimasukkan, seperti yang seharusnya
jika melakukan penilaian terhadap pengrekrutan politik yang efektif.
Adalah penting untuk menyelidiki pengrekrutan bagi satu birokrasi, bukan
hanya karena perbedaan antara politikus dan administrator itu sudah pasti kabur dalam
masyarakat totaliter. Hubungan antara para politisi dan anggota-anggota senior dari
badan administratif adalah sedemikian rupa sehingga pengaruh para politisi terhadap
administrasi dan pengaruh para administrator terhadap bidang politik sangat besar.
Hal ini bukan berarti bahwa pengaruh yang satu selalu lebih besar daripada pengaruh
yang lain, juga bukan hendak mensugestikan adanya sejenis ekuilibrium atau
kekuatan-kekuatan lawan-imbang, hubungan antara keduanya tentu saja akan berbeda
pada system politik yang satu dengan system politik yang lain dan dalam beberapa hal
mereka merupakan kekuatan yang bertentangan, sedang dalam peristiwa lain
keduanya merupakan kekuatan yang saling melengkapi dan sering kali merupakan
bentuk campuran dari keduanya.
Penataan kelembagaan setiap system politik merupakan faktor relevan lain
dalam pengrekrutan politik. Apakah suatu sistem politik memiliki penataan
kelembagaan yang Unitarian ataupun bersifat federal, atau sejauh mana terdapat
peleburan atau pemisahan di antara kekuasaan-kekuasaan.
18
politik, apakah hal itu dapat berlangsung dengan coup detat, revolusi, intervensi
militer dari luar, pembunuhan atau kerusuhan rakyat, sering kali walaupun tidak selalu
bisa dijadikan sarana untuk mengefektifkan perubahan radikal pada personil di
tingkat-tingkat lebih tinggi dalam partisipasi politiknya. Akibat yang paling langsung
dan nyata dari metode-metode sedemikian itu adalah penggantian para pemegang
jabatan politik, akan tetapi perubahan-perubahan dalam personil birokrasi biasanya
menimbulkan hasil lebih lambat, terutama bila berlangsung dalam masyarakat yang
kompleks dan sangat maju.
Berbeda dengan system patronage, akan tetapi juga cenderung untuk
mengekalkan tipe-tipe personil tertentu, ada lagi satu alat pengrekrutan yang jelas
dapat disebutkan sebagai mampu memunculkan pemimpin-pemimpin alamiah.
Walaupun sekarang dapat dikemukakan bahwa pemimpin partai konservatif di Inggris
itu tidak timbul lagi sejak adanya pemilihan oleh suara anggota-anggota parlemen
konservatif, sistem politiknya tetap memaksakan sejumlah pembatasan kontekstual
dengan cara mengurangi jumlah pemimpin-pemimpin konservatif potensial dari mana
pilihan tersebut dimunculkan.
Suatu metode yang lebih terbatas di mana pemimpin-pemimpin yang ada
dapat membantu pelaksaan pengrekrutan tipe-tipe pemimpin tertentu adalah dengan
jalan Koopsi. Secara tepat Koopsi itu meliputi pemilihan seseorang ke dalam suatu
badan oleh anggota-anggota yang ada dan walaupun hal ini hampir umum terdapat
dalam lembaga-lembaga politik. Metode pengangkatan anggota. Badan Kehakiman
biasanya dianggap kurang bervariasi daripada halnya para pemegang jabatan politik
dan pejabat-pejabat administratif. Bagaimanapun juga cara-cara pemilihan yang
dipakai dalam system politik sebagai sarana untuk memilih politikus dan pemegang
jabatan administrative atau kehakiman akan menjadi perhatian kita sekarang.
Suatu pemilihan dapat dinyatakan sebagai sarana untuk memilih di antara dua
alternatif atau lebih, dengan jalan pemberian suara, akan tetapi dengan mengatakan
hal sedemikian ini, pentinglah untuk mengakui adanya keanekaragaman yang tiada
terbatas pada system-sistem pemilihan. Hak untuk ikut serta dalam pemilihan dapat
dibatasi pada taraf yang berbeda-beda dan metode khusus yang digunakan untuk
memberikan suara serta menghitung suara itu mengalami keserbaragaman yang
banyak sekali. Beberapa pemilihan dapat dilukiskan secara tidak langsung, yaitu para
pemilih memberikan suaranya untuk suatu kelompok individu yang kemudian
merupakan satu badan pemilih presiden dan wakil presiden, yang seterusnya
19
memimpin pemilihan kedua untuk menentukan siapa yang akan memegang jabatan
yang dipertaruhkan.
Semua itu mencakup peristiwa langsung dari para pemegang jabatan oleh para
pemilih, walaupun pilihan dari dari para pemilih tadi mungkin dibatasi oleh
kualifikasi-kualifikasi hukum yang ditetapkan bagi para pemegang jabatan politik dan
oleh metode-metode yang mana partai politik melakukan seleksi terhadap para calon
kandidat mereka. Hak pilih orang dewasa yang universal merupakan dasar paling
umum bagi pemberian suara pemilih, akan tetapi hal ini biasanya dibatasi oleh factor-
faktor seperti kewarganegaraan, kesehatan jiwa dan catatan kejahatan. Dalam
beberapa system politik pembatasan seperti itu dilakukan lebih luas lagi dan
mencakup kriteria lain.
Pembatasan-pembatasan atas hak pilih kiranya mempunyai pengaruh yang
penting pada tingkah laku voting, karena itu juga terhadap pribadi yang akan dipilih
untuk menduduki jabatan politik. Pembatasan atas hak pilih secara histories penting
dalam membantu menjelaskan persekutuan-persekutuan partai dan polarisasi
elektoral. Dampaknya pun berbeda dengan dengan dampak cara voting. Sistem-
sistempemilihan yang didasarkan atas pluralitas sederhana terlalu membesar-besarkan
perbandingan kursi yang diperoleh partai yang menang dalam badan legislatif,
sehubungan dengan suara dukungan yang diberikan dengan akibat timbulnya kerugian
dipihak lawan, terutama pada partai politik ketiga atau partai-partai kecil lainnya.
Dibanyak negara lainnya, koalisi-koalisi merupakan norma dan kemungkinan
berlangsungnya sering diberi fasilitas-fasilitas dengan adanya sistem-sistem pemilihan
yang didasarkan pada perwakilan yang proporsional sebanding. Keanekaragaman tipe
dari perwakilan yang proporsional itu banyak sekali.dan tipe-tipe diasosiasikan
dengan hasil-hasil khusus. Hubungan antarasistem-sistem pemilihan, tingkah laku,
voting dan sistem-sistem partai sangat komplek, yaitu bahwa ada hubungan memeng
tidak dapat diragukan, akan tetapi tidak dapat dikatakan umpamanya bahwa pluralitas
sederhana menyebabkan timbulnya sistem dua partai juga tidak dapat dinyatakan
bahwa perwakilan proporsional akan menyebabkan system multi partai. Sistem partai
adalah produk karakteristik sosial dari masyarakat yang bersangkutan, bukan produk
dari system pemilihannya.
20
Suatu faktor yang agak kurang penting adalah metode pemberian suara.
Betapapun juga faktor-faktor lain mengenai pemberian suara tetap merupakan
peristiwa penting. Pada kebanyakan peristiwa pemilihanterdapat pertandingan yang
berlangsung antara beberapa partai, seperti juga antara calon-calon perorangan karena
mayoritas para pemilihmengidentifikasikan dirinya dengan suatu partai. Dibeberapa
negara lain persaingan partai dilembagakan, dengan jalan mencantumkan nama partai
pada surat suara atau lebih penting lagi dengan praktik menyodorkan daftar calon-
calon partai pada para pemilih dan meminta para pemberi suara untuk memilih calon
dari partainya.
Karena itu piliha yang dibuat oleh partai sangat penting. Selanjutnya urgensi
pilihan ini menjadi semakin meningkat apabila sesuatu dukungan partai dipusatkan
dengan ketat, sebagaimana yang mungkin terjadi di distrik-distrik pemilihan tertentu,
sehingga untuk memperoleh pencalonan partai dalam distrik pemilihan tanpa kecuali
selalu akan merupak jaminan. Sistem pemilihan didasarkan atas perwakilan
proporsional biasanya menghasilkan lebih sedikit partai-partai dan lebih sedikit calon-
calon independen dengan kesempatan yang lebih besar untuk dipilih tentunya.
Untuk menjamin pencalonan diperlukan dukungan dari satu partai karena
dukungan tersebut merupakan langkah penting menuju suksesnya hasil pemilihan bagi
calon-calon perorangan dan merupakan bagian penting dari pengrekrutan politik.
Kepemimpinan partai mencegah pencalonan seseorang yang tidak disukai, sebaliknya
menjadi sarana untuk jaminan pencalonan seseorang yang disukainya.
Pengawasan regional atau local tidak perlu berarti seleksi terhadap para calon
yang tidak disukai oleh partai nasional, juga tidak menutup adanya kerjasama anatara
organisasi-organisasi partai tingkat nasional dan tingkat lainnya. Secara normal hal itu
berarti bahwa seleksi dilakukan dalam kerangka prosedural umum terhadap partai
sebagai keseluruhan dan sering kali diberi supervisi oleh organisasi nasional akan
tetapi hal itu juga berarti bahwa pilihan calon yang efektif itu dilakukan pada tingkat
regional atau tingkat lokal.
Penggunaan pemilihan pendahuluan dibandingkan dengan metode-metode
alternatif seleksi calon dapat dianggap penting. Kenyataan meunjukkan bahwa
pemilihan pendahuluan diharuskan secara hukum. Hal ini berarti bahwa calon harus
sudah siap untuk memeprjuangkan kampanye pemilihan umum untuk menjamin
pencalonannya. Betapun juga bentuk pemilihan pendahuluan pasti berbeda pada
beberapa peristiwa pemilihan pendahuluian berlangsung terbuka dan setiap pemberi
21
suara dapat berpartisipasi walaupun pada kebanyakkan peristiwa hanya boleh
memberikan suara dalam satu tempat pemilihan pendahuluan dari satu partai saja.
Selanjutnya walaupun pemilihan pendahuluan tidak diragukan dapat memudahkan
partisipasi politik, namun penting untuk dicatat bahwa kehadiran pemilih ternyata
sangat bervariasi.
Walaupun terdapat perbedaan, baik didalam walaupun diantara system politik
pada metode yang digunakan dalam melakukan seleksi para calon, namum terdapat
kecenderungan luas pada pengambilan keputusan penting dalam seleksi calon untuk
lebih banyak dipusatkan pada tingkat lokal atau regional daripada tingkat nasional.
Perbedaan yang lebih penting dalam banyak hal tidak berasal dari padat pengawasan
paratai atas pelaksanaan seleksi akan tetapi dari doktrin konstitusional mengenai
pemisahan dan fungsi kekuasaan.
Secara umum dapat dinyatakan semakin lama suatu partai berkuasa, semakin
besar pula kemungkinan mereka untuk menduduki jabatan pemerintahan yang senior
dan harus pula menyiapkan diri untuk menempuh jalan hiereki kementrian. Betapapun
juga jika suatu partai terlalu lama berada dalam periode oposisi kemudian mendapat
kesempatan untuk berkuasa maka pengangkatan orang-orang yang tidak memiliki
pengalaman sedemikian tadi untuk pos-pos senior adalah lebih besar
kemungkinannya.
Walaupun sistem politik negara berkembang telah memeperoleh
kemerdekaannya itu bebas dari dominasi kolonial selama sekian generasi.
Pertentangan dalam aktivitas pengrekritan politik banyak terjadi di masyarakat
berkembang dan prosesnya cenderung berlangsung relatif dan tidak sistematis.
Sedang dalam masyarakat totaliter pengrekrutan tersebut berlangsung sangata
systematis sekali.
22
pengrekrutan di kebanyakan negara pada waktu itu dapat diterima atas dasar bahwa
perubahan personil adalah sehat dan demokratis. Walaupun kebanyakan pegawai sipil
kini telah direkrut melalaui system kegunaan, pengrekrutan tidak dipusatkan dam
setiap departemen melakukan ujian serta membuat pengangkatan sendiri.
Hingga akhir-akhir ini training bagi pegawai sipil didasarkan atas konsep
pendidikan dinas atau konsep pendidikan kejuruan dan hanya sedikit diberikan
dengan instruksi khusus. Dalam prakteknya kecocokan itu meruapakan factor uatama
dalam pengrekrutan administrative kecuali jika peristiwa patronase merupakan
determinan tunggal. Latar belakang sosio ekonomis sering dianggpa penting karena
diasosiasikan secara langsung atau tidak langsung dengan kompetensi, sedangkan
masalah asal etnis dianggap penting di negara-negara seperti kanada, yang
mengusahakan adanya keseimbangan antara para pegawai sipil yang berbahasa
Inggris dan berbahasa Perancis. Betapapun juga dibeberapa negara lain, tekanan jauh
lebih besar diletakkan pada faktor-faktor seperti loyalitas politis dan asal etnis. Dalam
masyarakat berkembang yang dahulunya mengalami jajahan, usaha-usaha yang gigih
sering dilakukan untuk menciptakan birokrasi, yang anggotanya diambil dari
penduduk pribumi walaupun pemberian kepercayaan kepada para anggota
administrasi kolonial yang terdahulu adalah umum terjadi pada tahun-tahun awal
kemerdekaan.
Tujuan akhir suatu masyarakat totaliter seperti dijelaskan oleh undang-undang
Nazi Civil Service adalah untuk menciptakan birokrasi dengan masalah loyalitas
politik adalah mutlak dan lebih diutamakan daripada kemampuan. Sesungguhnya
dalam keadaan demikian itu tidak terdapat seorang birokrat pun yang loyalitas
politiknya diragukan dan dapat dianggap sebagai kompeten. Akan tetapi peristiwa ini
memberikan kesulitan khusus dalam masa-masa transisi.
Jika terjadi perubahan fundamental dalam sistem politik banyak sekali terjadi
pergantian jabatan politik dan administratif. Tentu saja pemegang jabatan politik
mengalami pergantian yang lebih drastis, akan tetapi adalah menyesatkan untuk
menganggap bahwa hal ini hanya merupakan pergantian suatu kelompok oleh
kelompok oposisi, sepeti yang dinyatakan oleh Lewis Edinger dalam studinya tentang
masa peralihan dari rezim Nazi ke Republik Jerman Barat.
23
SIAPA YANG DIREKRUT DAN MENGAPA?
24
Namun demikian Mosca menyatakan bahwa posisi dominan dari minoritas ini
tidak hanya disebabkan oleh keuntungan organisasi saja, tetapi kelompok ini juga
memiliki keuntungan lain, karena mereka terdiri dari individu yang istimewa.
Keistimewaan mereka tidak muncul karena mereka lebih mampu, tetapi karena
mereka mempunyai karakteristik yang dihargai oleh masyarakatnya. Para penulis
lainnya yang mengembangkan penjelasan Mosca dan Pareto mengemukakan
argumentasi bahwa masyarakat industri modern telah mengembangkan tipe-tipe
penguasa atau tipe-tipe elit politik tertentu.
Dalam banyak hal teori-teori elit yang tengah berkembang merupakan reaksi
terhadap teori kelas dari Karl Marx dan merupakan salah satu usaha untuk
menyangkal teori kelas Karl Marx. Terlepas dari penegasan Marx bahwa kelas pekerja
pada akhirnya memperoleh kekuasaan politik dan bahwa karena homogenitas kelas
pekerja dan kesadaran kelasnya dan karena kebutuhan-kebutuhan pokok manusia
harus terpuaskan, yang selanjutnya akan menghasilkan masyarakat tanpa kelas, maka
terdapat perbedaan lain antara teori elit dan teori kelas Marx.
T.B. Bottomore berpendapat bahwa bukan tidak mungkin untuk
mengidentifikasikan berbagai elit sebagai kelompok-kelompok yang mempunyai
status tinggi dalam suatu masyarakat, suatu kelas politik, atau pengaruh politik dan
langsung turut terlibat dalam perjuangan untuk kepemimpinan politik. Kritik pokok
atas teori elit dan teori kelas adalah bahwa kedua-duanya tergantung pada kepaduan
kelompok maupun kesadaran kelompok. Tidaklah sulit untuk menetapkan, seperti
telah kita lihat bahwa pemegang jabatan politik dan administratif seringkali diambil
dari kelompok-kelompok sosial khusus dalam masyarakat juga tidak sulit untuk
mendemonstrasikan bahwa anggota kelompok ini mempunyai kepentingan bersama,
berdasarkan keanggotaan masing-masing kelompoknya.
25
Gbr 4 : Sebuah Model Pengrekrutan Politik yang Sederhana
26
mendorong atau dengan cara menakut-nakuti orang dengan karakteristik atau
keterampilan khusus tadi.
Karena banyaknya partai tentunya akan menimbulkan politisi yang berlatar
belakang berbeda-beda. Donald Matthews umpamanya menggarisbawahi para senator
Amerika, dibagi dalam empat tipe :
1. Kaum ningrat, yang datang dari keluarga politik dengan status sosial yang
cukup tinggi dan terdapat dalam kedua partai.
2. Kam amatir, yang biasanya berasal dari status sosial agak bawahan, namun
sering adalah hartawan dan menampilkan lebih banyak angota Republiken
daripada Demokrat.
3. Kaum professional, yang telah menempuh jalan naik melalui aneka ragam
jabatan politik dan menyediakan lebih banyak anggota Demokrat darpada anggota
Republiken.
4. Kaum Agigator, biasanya mempunyai asal sosial yang rendah dan memperoleh
jabatan dengan usaha-usaha sendiri.
Demikian pula kriteria yg digunakan oleh partai yang sama di distrik pemilihan yang
berbeda-beda, mungkin dapat berbeda banyak sekali.
Sejauh mana pengrekrutan politik itu mengalami berbagai tipe pengawasan adalah
penting dalam mempengaruhi sistem pengadaan dan permintaan. Seperti telah kita
nyatakan, mungkin ada kualifikasi-kualifikasi formal yang dituntut dari calon-calon
pemegang jabatan tadi. Beberapa diantaranya mungkin ditetapkan oleh agensi itu
sendiri, sedang yang lainnya mungkin ditetapkan oleh negara. Bagaimanapun juga
kedua peristiwa itu kiranya mempengaruhi proses pengrekrutan secara mendalam.
Tetapi tidak demikian halnya dalam masyarakat totaliter karena pengrekrutan politik
itu bidang yang penting dan vital, maka ia memperoleh pengawasan yang ketat. Tentu
saja seperti yang telah kita lihat perubahan ekstensif dalam personal biasanya
membutuhkan waktu, terutama dalam dalam bidang administratiif. Akan tetapi salah
satu metode yang paling penting dalam mempengaruhi perubahan fundamental dalam
sisem politk adalah lewat control terhadap proses pengrekrutan politik. Demikianlah
penguasa dalam masyarakat totaliter berusaha mengawasi pengrekrutan semua
pemegang jabatan politik dan administratif, daripada menyerahkannya kepada badan-
badan otonom atau semi otonom.
27
5
KOMUNIKASI POLITIK
Komunikasi politik transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu
bagian sistem politik kepada system politik yang lain dan antara sistem sosial dan
sistem politik, merupakan unsur dinamis dari suatu system politik dan proses
sosialisasi, partisipasi dan pengrekrutan tergantung pada konikasi. Komunikasi dari
pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap adalah fundamental bagi ketiga hal tadi,
karena semuanya menentukan benuk aktivitas politik individu yang bersangkutan.
Dalam suatu system politik sumber yang tipikal mungkin adalah seorang calon untuk
pemilihan bagi suatu jabatan politik, pesannya akan merupakan serangkaian usul
politik, salurannya berupa siaran televisi, pendengarnya adalah anggota kelompok
pemilih yang kebetulan memperhatikan siaran dan umpan baliknya adalah persetujuan
atau ketidaksetujuan terhadap usul-usulnya.
Berbagai unsur suatu sistem komunikasi politik tidak perlu merupakan bagian
struktural dari sistem politik, juga peranan mereka dalam proses yang tidak
berkesinambungan dan dapat berubah dari satu situasi ke situasi yang lain. Dalam satu
situasi seseorang menjadi sumber dari suatu pesan dan dalam situasi yang lain ia
menjadi pendengar, dan dalam peristiwa lainnya lagi ia mungkin menjadi saluran.
Demikianlah dalam satu hal seseorang pemegang jabatan politik adalah sumber suatu
pesan kepada kumpulan pemilih tetapi dalam hal reaksi dari pihak pemilih, peranan
mereka sebaliknya, sedangkan dalam situasi ketiga pemegang jabatan dapat
menyampaikan kepada kumpulan pemilih suatu pesan yang berasal dari sumber lain.
Bagi seseorang pemegang jabatan politik, sumber informasinya meliputi
rekannya di kantor, para pemegang jabatn administratif sehubungan dengan
jabatannya, berbagai sekutu politik, suatu variasi hubungan yang kurang politis ,
media massa dan barangkali kontak periodik dengan anggota masyarakat lainnya
melalui sarana seperti kampanye pemilihan umum, pidato umum dan kunjungan ke
berbagai negara. Bagi para pendengar lain sumber-sumber individu yang kurang aktif,
28
pendengar dan saluran-saluran akan cenderung lebih terbatas dan seluruh proses
komunikasi politik menjadi lebih berselang-seling.
Peranan media massa dalam komunikasi politik menggambarkan cara-cara
tertentu yang mana seluruh proses politik terintegrasi dengan jaringan komunikasi
sosial yang lebih luas dan pada umumnya media massa itu sendiri mutlak bersifat
politis atau padat dengan masalah-masalah politik. Surat kabar, radio dan televisi pada
umumnya memberikan banyak informasi kepada pemakainya, yang mana masalah-
masalah politik yang mencakup di dalamnya sedikit sekali, sedang isi-isi hiburan di
radio dan televisi pada khususnya seringmerupakan bagian utama. Biasanya hanya
bagian-bagian tertentu dari hasil ulasan mereka bersifat khusus politik. Selanjutnya
ada perbedaan penting di kalangan media massa.
Dicantumkannya identitas para pembaca, baik berkaitan dengan posisi kelas
maupun dukungan partai, setiap surat kabar mampu memilih dan mampu menyajikan
materi dengan cara yang paling cocok dengan selera para pembacanya. Dengan kata
lain setiap surat kabar biasanya hanya dapat menjangkau bagian tertentu dari rakyat
dan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan khusus dari bagian kelompok tadi. Hal
ini jelas ditampilkan oleh kasus di Inggris, dimana terdapat sejumlah surat kabar
nasional yang mempunyai kalangan pembaca berbeda-beda secara sosio-ekonomis
dan berbeda indentifikasi politiknya, perbedaan serupa juga dapat berlangsung di
tempat lain. Betapapun juga di beberapa negara ada pengurangan terhadap
kecenderungan ekonomis pada industri surat kabar dan ada juga kompetisi di antara
surat kabar, sehingga suatu surat kabar seringkali bisa menikmati satu monopoli
dalam satu bidang tertentu. Meskipun begitu surat kabar sedemikian itu tetap
melayani sekelompok pembaca tertentu, dalam kasus ini kurang mengidentifikasikan
diri dalam kaitan sosio-ekonomis atau politis dan lebih mengidentifikasikan diri
secara lokal. Hal yang sama juga terjadi pada radio dan televisi, tetapi perlu diingat
bahwa radio dan televisi tidak sama dengan surat kabar, mereka sering kali
menghadapi persaingan dari jaringan yang lain dan selanjutnya banyak program-
program yang mereka siarkan, tidak brsifat lokal dan tidak khusus ditujukan pada
pendengar-pendengar lokal. Telah kita ketahui bahwa kepentingan terhadap media
massa pada umumnya berbeda dari satu negara dengan negara lainnya. Karena itu
tidak mengherankan jika kita menemukan perbedaan mengenai luasnya minat orang
yang mengikuti soal-soal umum, bahkan perbedan tersebut sering mencolok sekali.
29
Setiap sistem politik mengembangkan jaringan komunikasi politiknya sendiri
dan mengakui pentingnya sumber-sumber khusus, sedang saluran-saluran dan para
pendengar akan berbeda menurut menurut hal-hal yang kita sebut tadi diatas. Kecuali
dalam masyarakat primitif yang dicirikan dengan tingkat melek-huruf yang rendah
dan tidak memiliki keahlian teknis dan sarana untuk mengembangkan media massa
modern, maka barang cetakan dan siaran radio merupakan sarana utama, yang mana
informasi politik disampaikan kepada setiap system politik. Bersamaan dengan itu,
saluran komunikasi lainnya adalah sangat penting dan jelas lebih politis sifatnya.
Kelompok kepentingan dan partai-partai politik meskipun berbeda dari sistem yang
satu dengan yang lain sangat vital sekali bagi proses komunikasi karena menyajikan
saluran yang dapat menyajikan kontak antara para pejabat politik dan pejabat-pejabat
administratif, serta rakyat pada umumnya. Keanggotaan organisasi politik dan quasi
politik yang hanya bersifat sementara, akan tetapi para partisipan yang ikut terlibat
dalam komunikasi menjadi lebih akrab, dimana informasi diteruskan secara vertikal
dari para pemegng posisi yang lebih tinggi dalam suatu hierarki partisipasi dan
diteruskan secara horizontal antara para anggota aktivis pada tingkat yang sama, baik
sebagai anggota suatu organisai yag sama, maupun antara sesama organisasi.
Terlepas dari media massa dan organisasi yang bersifat formal, ada saluran
komunikasi penting ketiga kontak antar individu dan kelompok individu. Jelas
hubungan sedemikian itu dalam prakteknya tidak terisolir dari kedua saluran utama
lainnya, namun secara analitis penting untuk membicrakannya secara terpisah
sebagian karena saluran tersebut tidk seluruhnya terselubungi oleh media massa dan
organisasi formal dan sebagian lagi karena saluran tersebut merupakan basis dari
suatu teori komunikasi yang penting. Kontak informal atau relasi tatap muka
merupakan sarana komunikasi yang paling umum dan paling sering dilakukan dalam
setiap masyarakat, walaupun peranannya dalam komunikasi politik mungkin lebih
banyak dikaitkan dengan pembentkan pendapat umum daripada hanya dengan
penyampaian informasi politik belaka. Pola komunikasi khusus yang dikembangkan
oleh suatu sistem politik tidak boleh tidak tergantung pada berbagai faktor dalam
masyarakat. Yang paling penting adalah faktor fisik dan teknologis, ekonomis,
sosiokultural dan politis. Pada akhirnya komunikasi bergantung pada faktor-faktor
30
fisik dan teknologis, hal ini berate menekankan pentingnya usaha menyelidiki
komunikasi dilihat dari titik pandang temporal.
Rintangan alam seperti gunung merapi, gurun pasir, hutan, laut, danau dan
sungai sangat penting dalam penentuan pola awal dari komunikasi. Dari segi fisik
mungkin terdapat pola komunikasi alamiah sepanjang sungai, lembah dan garis-garis
pantai, umpamanya yang kelak dikembangkan menjadi sistem komunikasi
pengangkutan darat dan pengangkutan air yang menghubungkan berbagai
komunikasi. Isolasi atau integrasi yang relative dari bermacam-macam komunitas di
tengah suatu masyarakat tertentu, jelas dipengaruhi secara mendalam oleh jenis pola
komunikasi yang tengah berkembang. Hal ini seperti telah dikemukakan, terutama
berlaku sebelum berkembangnya sarana komunikasi modern.
Betapapun juga di kebanyakan negara perubahan teknologi banyak
mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor fisik dan secara
mendalam telah mengubah pola komunikasi. Teknologi modern tidak hanya
menambah banyak kemudahan dan kecepatan manusia dan material dapat diangkut
dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya, tetapi juga telah menghasilkan revolusi
yang sama bahkan yang lebih besar dalam komunikasi informasi. Tetapi sejauh mana
rintangan alamiah dapat diatasi dan sampai dimana kemajuan teknologi erat
hubungannya dengan perkembangan ekonomi? Terlepas dari pembatasan terhadap
pengaruh barang cetakan, buta huruf juga terbatas pada pengaruh kata yang di
ucapkan, sebab peristiwa tersebut secara pasti dapat dikaitkan dengan perolehan
pendidikan. Dalam keadaan demikian kontak tatap muka menjadi luar biasa
pentingnya dan merupakan sarana komunikasi yang pokok.
31
menunjukan adanya jumlah yang tidak terbatas dari pendapat umum mengenai jajaran
persoalan yang tiada terbatas pula.
KESIMPULAN
Konsep sosialisasi politik dan komunikasi politik seperti yang telah kita
definisikan, berkepentingan dengan nilai-nilai yang erat keterlibatan keduanya dengan
tingkah laku politik individu. Partisipasi politik dan pengrekrutan politik dapat
dianalisa dari segi karakteristik sosial dan cirri-ciri lainnya dari pribadi yang terlibat,
akan tetapi hal tersebut hanya dapat dijelaskan dari segi-segi yang mereka anut.
Terlepas sama sekali dari kemudahan yang relatif untuk memperoleh data mengenai
cirri-ciri manusia dibandingkan dengan data nilai-nilainya.
Betapapun juga nilai-nilai tersebut dapat dianggap penting selama ia dalam
bentuk ideologi karena perkembangan nilai-nilai yang berkaitan dalam pola yang
konsisten merupakan kekuatan bagi pembentukan tingkah laku sosial dan lebih
khusus lagi bagi pembentukan sikap politik. Tidak hanya ide dan ideologi saja yang
dapat mempengaruhi tingkah laku politik, akan tetapi seperti yang dikemukakan oleh
Bottomore, setiap konsep dan teori sosiologi mempunyai satu kekuatan ideologis
karena pengaruhnya atas pemikiran dan tindakan manusia dalam kehidupan sehari-
hari.
32
pengamat dan karena itu nilai tersebut berbeda dari pengamat yang satu dengan yang
lain.
Seberapa jauh kemungkinan berlangsungnya hal ini pada waktu sekarang
untuk mempergunakan sosiologi politik pada setiap system politik adalah soal lain
lagi. Hal ini disebabkan karena penetapan sosiologi politik sebagai satu pendekatan
interdisipliner adalah nyatasebagai proses corrsfertilization yang seimbang antara para
sosiolog dan ilmuan politik, lebih banyak merupakan tugas bagi hari-hari mendatang
daripada suatu prestasi pada waktu sekarang.
33