SKRIPSI
Muhammad Yamin
100901032
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
1
ABSTRAK
Adaptasi dan interaksi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan,
penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan
pribadi. Interaksi sosial adalah proses timbal balik antara individu dengan individu
ataupun dengan kelompok. Mahasiswa asal Papua Mahasiswa Papua di Medan
adalah salah satu contoh kelompok remaja yang melakukan migrasi dengan alasan
untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Dengan latar belakang
sosial-budaya yang berbeda, mahasiswa Papua tentu saja dituntut untuk dapat
beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di Medan yang umumnya
beretnis Batak, Melayu Deli, Jawa, Cina dan suku lainnya
Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka yang digunakan adalah pola adaptasi
untuk melihat proses sosial mahasiswa asal Papua. Interaksi sosial yaitu syarat
terjadinya dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang digunakan untuk melihat pola
interaksi sosial mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
menginterpretasikan data secara kualitatif tentang Pola Adaptasi dan Interaksi
Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Dari Daerah Lain (Studi Pada
Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara). Metode pengumpulan
data penelitian ini adalah menggunakan pedoman wawancara mendalam dan
observasi. Unit analisis penelitian meliputi informan kunci dan informan biasa,
yang meliputi mahasiswa asal Papua dan mahasiswa asal daerah lain yang
berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Interpretasi data dilakukan secara
kualitatif dengan perbandingan studi pustaka untuk mendapatkan kesimpulan
penelitian yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola adaptasi dan interaksi
mahasiswa asal papua dan mahasiswa daerah lain bersifat akomodasi toleransi.
Tanggung jawab dan pendampingan senior pada tahun 2012 yang menjadi
mahasiswa asal Papua pertama yang bertanggung jawab terhadap mahasiswa asal
Papua lainnya yaitu pada masa orientasi waktu pertama kali hadir di Universitas
Sumatera Utara. Adaptasi mahasiswa asal Papua mencakup adaptasi ataupun
menyesuaikan diri dengan : alam (cuaca, iklim, makanan, minuman, air, dan
tempat tinggal), lingkungan sosial (bahasa, budaya lokal, orang-orang di sekitar
tempat tinggal maupun lingkungan kampus), dengan mahasiswa daerah lain (baik
di kampus maupun yang tinggal di asrama ataupun yang tinggal diluar), ekonomi
(kondisi sosial ekonomi mahasiswa asal Papua). Interaksi Sosial yang bersifat
langsung dan interaksi sosial bersifat tidak langsung yang dilakukan oleh
mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.
Kata kunci : adaptasi, interaksi, mahasiswa asal Papua, mahasiswa asal daerah
lain.
2
KATA PENGANTAR
Sepal puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Serta tidak lupa penulis
SAW yang tauladannya sangat diharapkan dihari kelak. Penulisan skripsi ini
merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari
Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini yaitu : “Pola Adaptasi Dan Interaksi
Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Daerah Lain (Studi Pada Mahasiswa
Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara)”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Olehkarena itu penulis dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis
ini kepada orangtua yang tercinta Ayahanda dr. H. Yutu Solihat Sp.AN KAKV
dan Ibunda Ike Kamariah, S.E., atas segala doa, dukungan, kasih sayang dan
pengorbanan mereka yang telah mereka berikan kepada penulis sampai saat ini.
3
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP
USU.
ini selesai.
4. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si, selaku dosen dan reader skripsi penulis yang
5. Seluruh Dosen Sosiologi dan Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
menjalani perkuliahan.
administrasi di kampus.
7. Kekasih tersayang, Tri Quari Handayani, S.Sos., beserta keluarga yang telah
dalam proses penulisan skripsi ini selesai serta berjuang bersama untuk
Hening Kinasih, S.Sos, Hivo Heradini Lubis, S.Sos, Natalia Sinaga, S.Sos,
Sonya Adelina Hutagalung, S.Sos, Veby Veny Velecya Pane, S.Sos, Johan
Maykel Rizky atas semua dukungan dan bantuan kalian selama ini, serta
4
kebersamaan kita yang tidak terlupakan. Semoga persahabatan kita tidak
9. Komunitas Ganbare, Ibu Dra.Linda Elida, M.Si sebagai ketua Pembina, Bang
Reza, Bang Putra, Bang Sharul, Yani, Mbak Yuli dan anggota lain yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak dukungan, ilmu
10. Teman-teman Sosiologi stambuk 2010 yang tidak bisa penulis ucapkan satu
persatu, terimakasih atas dukungan dan kenangan yang telah kita jalani
selama perkuliahan dan semoga hubungan kita semua tetap terus terjalin.
11. Semua Informan yang telah membantu penulis dan telah bersedia meluangkan
12. Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak
yang membutuhkan.
Penulis,
MUHAMMAD YAMIN
5
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ................................................... 9
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................. 9
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................... 10
1.5. Definisi Konsep ........................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pola Adaptasi ............................................................ 12
2.2 Interaksi Sosial ......................................................... 17
2.3 Syarat Terjadinya Interaksi ..................................... 19
2.4 Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial …………. 21
2.5 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ……………………. 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian ........................................................ 27
3.2 Lokasi penelitian ..................................................... 27
3.3 Unit Analisis dan Informan ...................................... 27
3.1.1 Unit Analisis ................................................... 27
3.1.2 Informan .......................................................... 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 28
3.5 Interprestasi Data ..................................................... 30
3.6 Jadwal Kegiatan ........................................................ 30
3.7 Keterbatasan Penelitian……………………………. 30
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN
6
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................... 32
4.2 Karakteristik Informan ............................................. 38
4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur …. 39
4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan
Agama ............................................................. 39
4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Tinggal 40
4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Fakultas .. 40
4.2.5 Karakteristik Informan Berdasarkan Suku …. . 41
4.3 Profil Informan Mahasiswi dalam Realita Kehidupan Dunia
Gemerlap ………………………………………….. 42
4.3.1 Paskalis Tugomo ……………………………. 42
4.3.2 Uta ………………………………………. ..... 44
4.3.3 Elliyus Pase ………………………………. .... 46
4.3.4 Rince Wenda………………………………… 49
4.3.5 Berlinda Wakerkwa………………………….. 50
4.3.6 Eva Celia Homer………………………….. ... 52
4.3.7 Debora Indriyan…………………………….. . 55
4.3.8 Mukti Amsar………………………………... . 56
4.3.9 Ira Atiqah Zahra…………………………… ... 58
4.3.10 Eko Sunantri ……………………………….. 60
4.4 Latar Belakang Hadirnya Mahasiswa Asal Papua Di
Universitas Sumatera Utara………………………... 61
4.5 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua……… .................. 63
4.5.1 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap Alam 64
4.5.2 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap
Lingkungan Sosial ..................................................... 67
4.5.3 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua Terhadap
Mahasiswa Daerah Lain…………………………. ... 70
4.5.4 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap
Ekonomi .................................................................... 74
4.6 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua.…………... 76
7
4.6.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua
Secara Langsung …………………………………. . 76
4.6.1.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan
Mahasiswa dari Daerah Lain.……………………… 77
4.6.1.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan
Masyarakat Sekitar.……………………… ............... 82
4.6.2 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua Secara Tidak
Langsung. .................................................................. 85
4.6.2.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan
Keluarga dan Teman di Papua. ................................. 86
4.7 Interaksi Sebagai Bentuk Proses Adaptasi
Mahasiswa Asal Papua ………………................................. 90
4.8 Pola dan Klasifikasi Informan Sesuai Dengan Adaptasi dan
Interaksi……………………………………………. 93
4.8.1 Pola Adaptasi dan Interaksi Mahasiswa Asal
Papua ……………………………………………… 93
4.8.2 Klasifikasi Informan Sesuai Dengan Adaptasi
dan Interaksi.……………….. ................................... 94
4.9 Tanggapan Mahasiswa Yang Dari Daerah Lain Terhadap
Mahasiswa Asal Papua……………………………………… 99
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................... 103
5.2 Saran ………………………………………………. 104
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 105
LAMPIRAN
8
DAFTAR TABEL
Halaman
9
ABSTRAK
Adaptasi dan interaksi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan,
penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan
pribadi. Interaksi sosial adalah proses timbal balik antara individu dengan individu
ataupun dengan kelompok. Mahasiswa asal Papua Mahasiswa Papua di Medan
adalah salah satu contoh kelompok remaja yang melakukan migrasi dengan alasan
untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Dengan latar belakang
sosial-budaya yang berbeda, mahasiswa Papua tentu saja dituntut untuk dapat
beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di Medan yang umumnya
beretnis Batak, Melayu Deli, Jawa, Cina dan suku lainnya
Dalam penelitian ini, tinjauan pustaka yang digunakan adalah pola adaptasi
untuk melihat proses sosial mahasiswa asal Papua. Interaksi sosial yaitu syarat
terjadinya dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang digunakan untuk melihat pola
interaksi sosial mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
menginterpretasikan data secara kualitatif tentang Pola Adaptasi dan Interaksi
Mahasiswa Asal Papua Dengan Mahasiswa Dari Daerah Lain (Studi Pada
Mahasiswa Asal Papua Di Universitas Sumatera Utara). Metode pengumpulan
data penelitian ini adalah menggunakan pedoman wawancara mendalam dan
observasi. Unit analisis penelitian meliputi informan kunci dan informan biasa,
yang meliputi mahasiswa asal Papua dan mahasiswa asal daerah lain yang
berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Interpretasi data dilakukan secara
kualitatif dengan perbandingan studi pustaka untuk mendapatkan kesimpulan
penelitian yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pola adaptasi dan interaksi
mahasiswa asal papua dan mahasiswa daerah lain bersifat akomodasi toleransi.
Tanggung jawab dan pendampingan senior pada tahun 2012 yang menjadi
mahasiswa asal Papua pertama yang bertanggung jawab terhadap mahasiswa asal
Papua lainnya yaitu pada masa orientasi waktu pertama kali hadir di Universitas
Sumatera Utara. Adaptasi mahasiswa asal Papua mencakup adaptasi ataupun
menyesuaikan diri dengan : alam (cuaca, iklim, makanan, minuman, air, dan
tempat tinggal), lingkungan sosial (bahasa, budaya lokal, orang-orang di sekitar
tempat tinggal maupun lingkungan kampus), dengan mahasiswa daerah lain (baik
di kampus maupun yang tinggal di asrama ataupun yang tinggal diluar), ekonomi
(kondisi sosial ekonomi mahasiswa asal Papua). Interaksi Sosial yang bersifat
langsung dan interaksi sosial bersifat tidak langsung yang dilakukan oleh
mahasiswa asal Papua di Universitas Sumatera Utara.
Kata kunci : adaptasi, interaksi, mahasiswa asal Papua, mahasiswa asal daerah
lain.
2
BAB I
PENDAHULUAN
makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan
suatu cara, model, dan bentuk-bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh
dan mempengaruhi dengan adanya timbal balik guna mencapai tujuan. Tanpa
bersama. Interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain
ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu
sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan
dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu
yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat
simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya
masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu
10
dan pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikasi terjadi
Adaptasi dan interaksi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan,
penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
karenanya adaptasi tentu merupakan bagian dari rangkaian usaha manusia untuk
maupun sosial yang terjadi secara temporal. Adaptasi dilakukan ketika terjadi
suatu ketidakseimbangan dalam suatu situasi dan kondisi (keadaan atau sistem).
lingkungan yang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi
lingkungan.
migrasi yang terlalu jauh jaraknya serta memiliki atmosfer budaya dan sosial yang
sangat jauh berbeda dengan daerah asal kelahiran akan membuat adaptasi dan
interaksi semakin berkembang. Salah satunya adalah mahasiswa asal Papua yang
Namun, di pulau ini tidak hanya diisi oleh bagian Negara Republik Indonesia saja,
tetapi ada negara lain yang menjadi satu pulau dengan Papua yaitu Papua Nugini
11
atau East New Guinea yang berada di sebelah timur Papua Indonesia. Provinsi
Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat, namun sejak tahun
2003 dibagi menjadi dua provinsi di mana bagian timur tetap memakai nama
Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Provinsi ini
adanya pengaruh dari luar, sudah sejak lama ujung barat laut Irian dan seluruh
(Ambon, Ternate, Tidore, Seram, dan Key), maka adalah tidak mengherankan
Manokwari dan Teluk Cenderawasih) lebih terbuka menerima pengaruh dari luar.
beraneka ragam, beberapa suku mempunyai kebudayaan yang cukup tinggi yaitu
suku-suku di Pantai Selatan Irian yang lebih dikenal sebagai Suku Asmat. Selain
itu dari segi bahasa digolongkan kedalam kelompok bahasa Melanesia dan
tersebut sangat bervariasi mulai dari puluhan orang sampai puluhan ribu orang.
pada masa penjajah, pendidikan mendapat jatah yang cukup besar dalam anggaran
12
kebutuhan tenaga kerja disektor perekonomian modern, dan lebih diutamakan
nilai-nilai Belanda dan agama Kristen. Pada akhir tahun 1961 rencana pendidikan
pendidikan dasar terus dilakukan oleh kedua misi keagamaan tersebut. Pada tahun
1961 tercatat murid yang berasal dari papua belajar di sekolah menengah pertama,
belajar diluar negeri, serta ada yang masuk sekolah pertanian maupun sekolah
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/197007111994032SITI_NURBA
dengan provinsi yang lain. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas dan
tenaga pengajar yang memadai. Anak usia 7-12 tahun yang seharusnya duduk di
bangku Sekolah Dasar (SD) tetapi tidak mendapat kesempatan untuk mengeyam
disejumlah kampung yang tersebar di gunung dan lembah yang belum memiliki
13
(http://www.papuaposnabire.com/index.php/jayapura/594-gubernur-ada-6-
pukul 15.00).
Papua dan Papua Barat agar bisa sederajat dengan provinsi lain. Pemerintah
Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) yang bertujuan untuk mendukung
pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. UP4B dibentuk dengan
Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2011 dengan masa kerja sampai 2014 yang
(http://www.up4b.go.id/index.php/component/content/article/15-halaman/37-
Salah satu yang menjadi fokus utama dalam program UP4B yang dibuat
(PTN) di luar Papua. Program ini dimulai sejak 2012 dengan mengirimkan 770
14
Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTNI) serta Pemerintah Provinsi
(http://www.jurnas.com/news/116771/Affirmative-Action-Jalan-Pintas-
Universitas Sumatera Utara asal Papua yang diterima melalui program Afirmasi.
Utara asal Papua tersebut tinggal di asrama putra dan asrama putri serta diberikan
Utara.
Papua tentu saja dituntut untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan
masyarakat lokal di Medan yang umumnya beretnis Batak, Melayu Deli, Jawa,
Cina dan suku lainnya Tetapi pada kenyataannya, mereka mengalami kesulitan
15
adaptasi dan interaksi sosial. Selain itu, kebiasaan perilaku mahasiswa Papua
lainnya adalah berbicara dengan suara keras, suka tertawa lantang, bertemperamen
menyebabkan suatu perasaan asing bagi para mahasiswa pendatang ketika berada
di lingkungan yang baru. Ketika pertama kali berada di sebuah lingkungan baru,
semua individu. Ketidakpastian dan kecemasan ini relatif berbeda pula antar
munculnya tindakan atau perilaku yang tidak fungsional. Ekspresi perilaku yang
tidak fungsional tersebut antara lain tidak memiliki kepedulian terhadap eksistensi
satu kecemasan yang dialami bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara asal Papua
ini adalah dalam hal berkomunikasi karena ketika individu masuk dan mengalami
kontak budaya lain. Dalam hal ini mahasiswa asal Papua dan mahasiswa yang
berasal dari daerah lain melakukan proses komunikasi dan terlibat dalam berbagai
sangat wajar ketika individu masuk dalam lingkungan budaya baru mengalami
kesulitan bahkan tekanan mental karena belum terbiasa dengan hal-hal yang ada
di lingkungan baru.
16
Mahasiswa asal Papua yang datang ke Medan sebagai suatu lingkungan
baru mungkin akan menghadapi banyak hal yang berbeda seperti cara berpakaian,
dan nilai-nilai yang berbeda. Apalagi, budaya tidak hanya meliputi cara
berpakaian maupun bahasa yang digunakan, namun budaya juga meliputi etika,
nilai, konsep keadilan, perilaku, hubungan pria wanita, konsep kebersihan, gaya
sebagainya (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 97). Tetapi dengan semua perbedaan
yang ada, mereka harus tetap bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda.
Adaptasi yang dilakukan oleh para mahasiswa asal Papua merupakan aktifitas
yang dilakukan untuk mengarah ke suatu tujuan, yaitu proses sosialisasi untuk
aktifitas tujuannya.
melakukan penelitian tentang pola adaptasi dan interaksi sosial mahasiswa yang
berasal dari Papua dengan mahasiswa dari daerah lain dengan studi deskriptif
berasal dari Papua dan mahasiswa dari daerah lain yang bermukim di Asrama
Putra Universitas Sumatera Utara Medan. Sesuai dengan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini
sebagai berikut :
17
1. Bagaimana adaptasi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain
interaksi sosial mahasiswa asal Papua dan mahasiswa dari daerah lain. Sedangkan
Sumatera Utara.
dan ilmu Sosiologi Perkotaan khususnya terkait dengan pola adaptasi dan
18
1.4.2. Manfaat Praktis
dan interaksi mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa daerah lain di Universitas
Sumatera Utara.
tetap pada fokus penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran ganda pada
kemudian hari maka penelitian ini perlu dibuat defenisi konsep. Beberapa konsep
1. Mahasiswa berasal dari Papua adalah individu yang berasal dari daerah
2. Mahasiswa berasal dari daerah lain adalah individu yang berasal dari
19
dimaksud adalah mahasiswa local yang umumnya beretnis Batak, Melayu
3. Pola adaptasi adalah bentuk atau model adaptasi yang berlangsung antara
4. Pola interaksi adalah adalah bentuk atau model interaksi yang berlangsung
antar mahasiswa Papua dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain
dan putri yang berasal dari daerah pinggiran salah satunya berasal dari
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Pola Adaptasi
ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Adaptasi antar budaya dalam “Stranger
Adaptation” adalah penyesuaian diri oleh seseorang atau sekelompok orang saat
(1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi
mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang
yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang lain,
palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan
pribadi ditentukan oleh lingkungan, dan ada yang artinya “aktif”, yang mana
memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap individu di dalam suatu
21
1) Syarat dasar alamiah-biologi merupakan manusia harus makan dan minum
Dalam proses kehidupan manusia, individu tidak dapat begitu saja untuk
sosial, yakni:
dan sistem.
22
Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi
4) Bertahan hidup.
Bagi manusia, lingkungan yang paling dekat dan nyata adalah alam fisio-
organik. Baik lokasi fisik geografis sebagai tempat pemukiman yang sedikit
organik disebut juga lingkungan eksternal. Adaptasi dan campur tangan terhadap
keterampilan, keahlian teknik, dan peralatan mulai dari alat primitif sampai
pengendalian aktif dan mengubah objek fisik serta lingkungan biologis untuk
untuk dipenuhi oleh setiap individu serta adanya campur tangan dari lingkungan
23
karena setiap individu akan menemukan individu lain dengan latar belakang yang
berbeda, dimana mereka mulai melakukan interaksi dan lambat laun perbedaan
sosial baru merupakan salah satu upaya di setiap individu masuk ke dalam suatu
budaya yang tidak dikenal. Menurut Kim (1995) dalam konteks ini, ia
lahir dan dibesarkan dalam suatu budaya, memasuki budaya lain yang tidak
dari daerah lain di lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Menurut Winata
penyesuaian diri mahasiswa dengan individu lain dan kelompok didalam kampus
menyesuaikan diri dengan individu lain adalah mahasiswa yang mudah bergaul
dan pandai membawa diri dengan lingkungan social yang baru. Penyesuaian diri
24
mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan diri dengan cara aktif kuliah,
dan simbol yang familiar yang menandakan bahwa identitas yang dulu
yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh
dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi
tersebut diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsur-unsur yang
sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi
25
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari
dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat.
Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan.
terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan antara
individu dengan kelompok dimana komunikas terjadi diantara kedua belah pihak
(Yulianti, 2003: 91). Seiring dengan pemahaman interaksi sosial yang terus
hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu
(Gunawan.2000;31)
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu
tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antar individu dengan
dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya (Ahmadi, 2004: 100).
Salah satu yang melandasi interaksi sosial adalah teori interaksi simbolik
26
(Ritzer:2007), istilah interaksi simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi
mendefenisikan tindakan dan bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan
orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung tetapi didasarkan
lain tersebut berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam
makna dalam hubungannya dengan situasi, dimana dia ditempatkan dan diarahkan
tindakan.
Utara yang berasal dari Papua dan mahasiswa yang berasal dari daerah lainnya
merupakan suatu proses interaksi yang berada didalamnya tercakup dari simbol-
masing dari realitas sosial. Dengan demikian proses interaksi antara keduanya
merupakan suatu proses yang saling stimulus, merespon tindakan dan hubungan
27
2.3 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Menurut Rouceck
dan Warren, interaksi adalah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar
segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, dengan mana satu
kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan demikian ia
mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui Kontak. Kontak ini mungkin
melakukan gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain lagi, atau
secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara berhubungan dari jauh
(Abdulsyani.2007;154)
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama
disampaikan. Menurut Soerjono Sukanto (2001), suatu interaksi sosial tidak akan
mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: adanya kontak sosial,
dan adanya komunikasi. Syarat terjadinya interaksi sosial terdiri atas kontak sosial
dan komunikasi sosial. Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik.
1. Kontak Sosial
Kata kontak terdapat dua buah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu
Con atau Cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh
28
Namun sebagai gejala sosial, kontak dapat dilakukan tanpa harus dengan
menyatakan bahwa kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Antara individu dengan individu, hubungan timbal balik antara individu dan
individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan
bertengkar.
Kontak sosial dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung antara
satu pihak dengan pihak yang lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah kontak
sosial yang menggunakan alat sebagai perantara; misalnya ; melalui telepon, radio,
surat, dan lain-lain. Sedangkan kontak sosial secara langsung, adalah kontak sosial
melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialoq diantara kedua
belah pihak tersebut. Yang paling penting dalam interaksis sosial tesebut saling
mengerti antara kedua belah pihak; sedangkan kontak badaniah bukan lagi
merupakan syarat utama dalam kontak sosial, oleh karena hubungan demikian
belum tentu terdapat saling pengertian. Kontak sosial tejadi tidak semata-mata
oleh karena adanya aksi belaka, akan tetapi harus memenuhi syarat pokok kontak
sosial, yaitu reaksi (tanggapan) dari pihak lain sebagai lawan kontask sosial
(Ibid;154).
2. Komunikasi
29
maupun sikap guna menyampaikan pesan yang diinginkannya. Orang tersebut
kemudian memberi reaksi terhadap perasaan orang lain tersebut. Dengan adanya
komunikasi, maka sikap dan perasaan disatu pihak orang atau sekelompok orang
dapat diketahui dan dipahami oleh pihak orang atau sekelompok lainnya. Hal ini
berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi komunikasi atau saling
mengetahui dan tidak saling memahami maksud masing-masing pihak, maka dalam
keadaan demikian tidak terjadi kontak sosial. Dalam komunikasi sosial masing-
masing orang yang sedang berhubungan; misalnya jabatan tangan dapat ditafsirkan
(Ibid;155).
tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut.
1. Situasi sosial (The nature of the social situation), memberi bentuk tingkah laku
berinteraksi dengan individu lain yang sedang dalam keadaan berduka, pola
interaksi yang digunakan jelas harus berbeda dengan pola interaksi yang
dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak
pada tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi
30
Misalkan, individu yang menaati norma-norma yang ada di dalam setiap
sosialnya.
3. Their own personality trends, adanya tujuan kepribadian yang dimiliki masing-
dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan, hal ini dapat dilihat
seorang anak berinteraksi dengan guru memiliki tujuan untuk menuntut ilmu di
dunia sekolah, seorang pedagang sayur dengan ibu-ibu rumah tangga, memiliki
kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara). Pada dasarnya status atau
misalnya seorang warga biasa yang berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam
hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki
kelompok sosialnya.
situation), di mana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga
Misalnya, apabila ada teman atau rekan yang terlihat murung dan suntuk,
individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapinya, dan tidak
31
seharusnya individu lain itu terlihat bahagia dan ceria dihadapannya,
sedang dihadapi, dan berusaha untuk membantu menafsirkan situasi yang tidak
dari faktor imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan empati (Setiadi: 2011) :
3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang
5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh
orang lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.
32
tentang interaksi sosial bahwa inetraksi sosial merupakan syarat dari terjadinya
pola interaksi sosial ada 2 (dua) jenis yaitu proses sosial yang bersifat
keadilan sosial, cinta kasih, kerukunan, solidaritas dan dikatakan sebagai proses
Menurut Hendro (2003), ada beberapa bentuk dari proses sosial asosiatif
1. Kerja sama, ialah suatu bentuk proses sosial dimana dua atau lebih perorangan
sama. Bentuk ini paling umum terdapat di antara masyarakat untuk mencapai
2. Asimilasi, ialah berasal dari kata latin assimilare yang artinya menjadi sama.
Definisi sosiologisnya adalah suatu bentuk proses sosial dimana dua atau lebih
33
proses baru menuju penciptaan satu pola kebudayaan sebagai landasan tunggal
Definisi sosiologisnya adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya dua
atau lebih individu atau kelompok berusaha untuk tidak saling mengganggu
terjadi atau yang sudah terjadi. Akomodasi ada 2 bentuk yakni toleransi dan
kompromi. Bagi pihak pihak yang terlibat dalam proses ini, bersedia
toleransi. Bila pihak masing masing mau memberikan konsensi kepada pihak
1. Persaingan, adalah bentuk proses sosial dimana satu atau lebih individu atau
kelompok berusaha mencapai tujuan bersama dengan cara yang lebih cepat
dan mutu yang lebih tinggi. Dengan adanya persaingan itu, masyarakat
3. Konflik, berasal dari bahasa latin confligere yang berarti saling memukul.
34
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya
Akan tetapi dapat menjadi merugikan bila kerjasama dan persaingan atau
sedemikian rupa didasarkan oleh status dan peranannya maka hubungan itu
dinamakan dengan relasi sosial. Hubungan antar jemaat adalah hubungan yang
didasarkan pada status dan peranan semua pihak. Dengan demikian hubungan
antar jemaat harus menggambarkan ciri yang khas dari relasi sosial
35
BAB III
METODE PENELITIAN
gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian. Demikian juga halnya dengan penelitian tentang pola adaptasi
dan interaksi antara mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal daerah lain,
Unit analisis dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah
mahasiswa asal Papua dan mahasiswa asal daerah lain yang sedang berkuliah di
36
3.3.2. Informan
sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,
mahasiswa asal Papua yang kemudian menunjukan orang lain selanjutnya untuk
adalah:
1. Mahasiswa asal Papua yang aktif dan sedang menjalani masa studi di
3. Mahasiswa yang berasal dari daerah lain yang sudah tinggal minimal 1
tahun.
yaitu :
1). Data primer yaitu informasi yang diperoleh dari informan penelitian di
37
a. Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun
mahasiswa asal Papua baik dari pola interaksi maupun pola adaptasi
mereka dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Oleh karena itu,
dan pola adaptasi mahasiswa yang berasal dari Papua dengan mahasiswa
2). Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan objek penelitian namun
bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat
diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel,
surat kabar, tabloid, buku, internet ataupun sumber lainnya yang berkaitan
38
3.5 Interpretasi Data
menggunakan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya akan berbentuk
39
2. Mahasiswa asal Papua sebagai informan masih tertutup untuk
penelitian ini.
40
BAB IV
Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan
termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi
Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat
clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan
perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari
Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil
kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara
yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20
Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua
puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul
41
20 November 1957, Universitas Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden
Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di
Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas
Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden
(1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, Universitas Sumatera Utara
terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya
Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan
Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2006), dan Fakultas Psikologi (2007), serta
dan 15 diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000
42
1966(Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A., Pejabat Rektor
Pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara berubah status dari suatu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum
Milik Negara (BHMN). Perubahan status Universitas Sumatera Utara dari PTN
status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah Universitas Sumatera
menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas
Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan
Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan
43
Universitas Sumatera Utara. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999)
area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan.
dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber
Sumatera Utara merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus
mahasiswa dan tenaga pendidik. Selain itu di dalam kampus juga terdapat
berbagai sarana seperti asrama, arena olah raga, wisma, kafetaria, toko, bank, dan
kantor pos. Wisuda dan berbagai acara akademik lainnya diadakan di Auditorium
17.42 WIB).
mahasiswa yang tersebar di tiga perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada di
44
mahasiswa Afirmasi sejak tahun pertama diadakan yaitu tahun 2012. Sedangkan
sebanyak 2.922 mahasiswa dan Politeknik Negeri Medan (Polmed) sejumlah 450
orang. Sedangkan untuk beasiwa ADik, diberikan kepada 81 mahasiswa USU dan
beasiswa bidikmisi akan menerima Rp1 juta dengan perincian Rp600 ribu per
bulan diberikan langsung kepada mahasiswa dan Rp400 ribu per bulan diberikan
kepada perguruan tinggi. Untuk ADik, mahasiwa akan menerima Rp1,4 juta per
bulan dengan perincian Rp1 juta diberikan langsung kepada mahasiswa per bulan
tersebut merupakan bagian dari alokasi pemerintah untuk anggaran bidik misi
sebesar Rp2,3 triliun dengan rincian bidik misi On Going kepada 177.730
mahasiswa nilai sebesar Rp1,9 triliun dan bidik misi mahasiswa baru bagi 60 ribu
sebesar Rp40 miliar lebih dengan perincian afirmasi On Going 1.673 mahasiswa
senilai Rp28 miliar dan afirmasi baru kepada 900 mahasiswa senilai Rp12 miliar.
Prestasi Akademik (PPA) bagi mahasiswa program S1, D IV dan D III dengan
ketentuan Indeks Prestasi (IP) minimal 3,00. Anggaran beasiswa PPA itu
sebesarRp 508 miliar untuk 121 ribu mahasiswa dengan besarnya beasiswa Rp 4,2
45
juta per tahun/mahasiswa (http://usu.ac.id/id/kanal/1098/rp-61-m-beasiswa-
Utara asal Papua yang mendaftar program AFIRMASI DIKTI mulai tahun 2012
s/d 2014 :
Masyarakat
2. Managemen 1 0 2 3
8 Pertanian 1. Agroteknologi 5 0 0 5
2. Agribisnis 1 1 0 2
3. Peternakan 2 0 0 2
5. Kehutanan 0 0 1 1
46
2. Teknik Elektro 0 0 1 1
3. Teknik Mesin 0 0 1 1
Total 18 11 17 46
di asrama putra dan asrama putri serta diberikan biaya hidup perbulan dan akan
pertama kali mahasiswa asal Papua tersebut hadir dan sampai di asrama
Universitas Sumatera Utara Medan, mereka disambut seperti biasa dengan acara
dan kondisi sosial saat mereka tinggal disini. Hal ini mencakup untuk menguji
kebersaam para mahasiswa asal Papua dan ketka akan bergabung dengan
yang merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informasi yang
sebagai berikut:
47
4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur
Tabel 4.1
1 20-22 tahun 8 80
2 > 22 tahun 2 20
Total 10 100
orang (80%) berumur antara 20-22 tahun dan 2 orang (20%) berumur di atas
Tabel 4.2
1 Kristen 6 60
2 Islam 4 40
Total 10 100
48
4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Lama Tinggal
Tabel 4.3
1 1 Tahun 1 10
2 ≤ 1 Tahun 9 90
Total 10 100.0
orang (10%) yang tinggal selama 1 tahun, 9 orang (90%) yang sudah tinggal
Tabel 4.4
1 Kesehatan Masyarakat 2 20
2 Pertanian 3 30
3 Teknik 1 10
4 Ekonomi 1 10
5 Ilmu Budaya 2 20
6 Farmasi 1 10
Total 10 100
Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)
49
Berdasarkan Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa informan penelitian 2 orang
Tabel 4.5
1. Rarutu 1 10
2. Ekari 1 10
3. Lanny 2 20
4. Nayak 1 10
5. Maibrat 1 10
6. Batak 2 20
7. Jawa 2 20
Total 10 100
Berdasarkan pada tabel 4.5 dari informan penelitian ada 1 orang (10%)
suku Rarutu, 1 orang (10%) suku Ekari, 2 orang (20%) suku Lanny, 1 orang
(10%) suku Nayak, 1 orang (10%) suku Maibrat, 2 orang (20%) suku Batak, dan 2
50
orang (20%) suku Jawa. Dengan demikian, mayoritas informan adalah suku
4.3 Profil Informan Mahasiswa Asal Papua Dan Mahasiswa Asal Daerah
Lain.
Paskalis Tugomo adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua
Teknik Elektro. Ia telah berumur dua puluh satu tahun yang lahir di Ekago Papua
Bagian Timika. Ia bersuku Ekari. Ia telah tinggal di Medan sudah satu tahun.
Salah satu alasan Paskalis untuk berkuliah di USU adalah agar bisa
Paskalis sudah mengetahui sedikit tentang USU dari saudara ia yang sedang
oleh pemerintah Papua. Perasaan pertama kali yang dirasakan Paskalis ketika
sampai di USU adalah senang karena bisa berkuliah jauh dari daerah sendiri.
berasal dari Papua yang juga akan berkuliah di USU. Setibanya mereka datang ke
sendiri untuk mengenal lebih dekat lingkungan yang berada disini dan mereka
bertempat tinggal di asrama putra USU. Hal inilah yang menyebabkan Paskalis
51
Awalnya rutinitas yang dilakukan oleh Paskalis ketika berada di sini
lain. Selain itu Paskalis juga sering berbicara dan sudah mendapatkan teman
mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Paskalis juga sering mengikuti kegiatan-
kegiatan organisasi yang diadakan oleh pihak kampus seperti mengikuti organisasi
Ikatan Mahasiswa asal Papua, Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro, bermain futsal
dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain serta mengikuti organisasi
kampusnya dan mempelajari bahasa daerah lain seperti bahasa Batak. Selain itu
Paskalis juga sudah pernah berkunjung ke daerah asal teman kampusnya yaitu
Sibolga. Itulah cara dia untuk bisa beradaptasi dan berinteraksi dengan mahasiswa
menyukai bergaul dengan mahasiswa lain walaupun kesulitan yang di hadapi oleh
Paskalis adalah cara berbicara dan budaya yang sangat berbeda. Menurut Paskalis
mahasiswa yang berasal dari daerah lain merasa asing melihat kami. Hal inilah
yang membuat mereka merasa dikucilkan dari kelompok mereka. Tetapi dibalik
itu semua, ketika sudah menjalin pertemanan sebenarnya mereka mau membantu
Paskalis untuk memperkenalkan lingkungan sekitar. Selain itu, dari segi makanan,
tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat berbeda jauh dengan daerah asal tetapi
52
Paskalis masih bisa beradaptasinya dan menyukainya. Hal inilah yang disukai dan
seminggu sekali. Orangtua Paskalis biasanya pergi ke kota daerah mereka hanya
untuk bisa berkomunikasi dengan Paskalis minimal satu minggu sekali. Karena
jaringan selular baru masuk sekitar satu tahun yang lalu ujar Paskalis. Biasanya
ketika waktu liburan tiba, Paskalis pulang ke kampungnya yang di lakukan selama
2 tahun sekali. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya
4.3.2 UTA
Uta yang memiliki nama Dwi R.P. Weriu adalah salah satu mahasiswa
yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas
puluh satu tahun. Ia bersuku Rarutu yang merupakan bagian Papua Barat. Ia telah
Salah satu alasan Uta lulus dari USU dikarenakan hasil pilihan ketiga dari
mengetahui tentang USU walaupun ada saudara ia yang telah tinggal lama di
Medan. Walaupun kuliah jauh dari orangtua tetapi Uta sangat senang bisa
53
berkuliah di daerah lain karena menurut Uta akan banyak dapat pengalaman kalau
lulus ujian seleksi untuk berkuliah di USU serta bersama dengan pendamping
perwakilan dari provinsi. Uta mengatakan bahwa ketika kami semua telah sampai
disini, pada saat itu kami diberikan motivasi dan pengenalan tentang USU baik
bertempat tinggal di asrama putra milik USU. Hal inilah yang menyebabkan Uta
dapat berkenalan dengan senior-senior baik dari satu daerah maupun senior-senior
berkeliling wilayah lingkungan asrama dan kampus. Uta berusaha untuk berbaur
maupun di asrama. Uta juga mengikuti dan aktif sebagai anggota dengan kegiatan-
kegiatan organisasi yang di adakan oleh pihak kampus seperti mengikuti Ikatan
Mahasiswa Asal Papua dan IMASEP. Pada saat ini Uta juga sudah mendapatkan
teman dekat yang berasal dari suku Melayu. Uta juga sudah diperkenalkan sedikit
tentang budaya Melayu oleh teman dekatnya. Itulah cara dia untuk dapat
menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah
lain.
selama ini yang di rasakan oleh Uta adalah baik, selalu mau berbaur dengan orang
yang berasal dari daerah lain serta mau membantu teman yang sedang kesulitan,
54
seperti pengalaman Uta yang pernah diberi pinjaman uang oleh teman dekatnya
berasal dari daerah lain, tetapi Uta tetap tidak peduli dan merasa kalau tidak ada
daerah lain disini. Selain itu jika dilihat dari segi makanan, Uta memulai untuk
menyukai makanan yang berasal dari daerah ini karena menurut Uta selera dan
rasa makanan di sini hampir sama dengan makanan disana yaitu sama-sama
mempunyai selera pedas. Sedangkan dari segi cuaca, Uta bisa beradaptasi dengan
cuaca di daerah ini karena menurut Uta cuaca di daerah asal dia lebih panas
dibandingkan dengan cuaca di sini. Tetapi menurut Uta, ia kurang puas dengan
sarana dan prasarana yang di sediakan selama berkuliah di USU. Hal inilah yang
disukai dan tidak disukai oleh Uta selama tinggal di daerah ini.
Mengenai interaksi dengan keluarga, walaupun sudah dua tahun Uta tidak
kalau ada keluarga ia yang tinggal di Medan dan sesekali ia berkunjung ke tempat
Elliyus Pase adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua yang
Peternakan. Elliyus lahir di Wamena dan telah berumur dua puluh satu tahun.
55
Salah satu alasan Elliyus berkuliah di USU agar bisa berkuliah di luar
daerah Papua walaupun jauh dari orangtua. Elliyus mengatakan kalau kami anak-
anak Papua memang sengaja dikirim keluar daerah untuk berkuliah dari
kembali nanti. Ia memilih USU pada pilihan ke tiga ketika ujian seleksi
kali sangat senang karena bisa berkuliah jauh dari daerah sendiri.
berasal dari Papua yang berkuliah di USU. Mereka melakukan pengarahan tentang
pengenalan daerah dan lingkungan sekitar yang dibuat dari USU melalui
Putra USU. Hal inilah Elliyus banyak dapat berkenalan dengan teman-teman yang
berasal dari Papua yang sudah berkuliah lebih dahulu maupun teman-teman yang
lingkungan asrama dan kampus seperti pergi bersama dengan teman-teman yang
mengikuti kegiatan awal yang diadakan di kampus, serta bermain futsal dengan
berada disini sangatlah asing baginya. Elliyus terkadang masih kurang percaya
diri untuk berteman dengan teman-teman yang berasal dari daerah lainnya
sehingga terkadang Elliyus masih mau menutup diri tetapi Elliyus tetap berusaha
untuk berbaur dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada baik di lingkungan
56
kampus maupun di asrama. Elliyus juga sudah mengikuti kegitan-kegiatan aktif
yang di adakan oleh kampus seperti sebagai anggota acara seminar yang
Pada awalnya Elliyus merasa bahwa orang-orang yang berada disini terlalu
asing melihat kami sehingga terkadang diejekin dengan mereka. Tetapi dengan
begitu Elliyus tetap saja bergabung dan berbaur dengan mahasiswa yang berasal
dari daerah lain. Elliyus mengakui sangatla sulit untuk bisa berbaur dengan orang-
orang disekitar. Dari segi bahasa dan cara bergaul yang sangat berbeda tetapi
Elliyus ingin belajar untuk memahaminya. Elliyus betah untuk tinggal disini>
kami tetapi lama kelamaan mereka juga sudah mulai terbuka dengan kami, bahkan
mahasiswa yang berasal dari daerah lain baik dan mau membantu ketika mau kita
kesulitan dalm mengatasi masalah. Selain itu, jika dilihat dari segi cuaca, tempat
tinggal, dan makanan yang sangat jauh berbeda tetapi Elliyus masih bisa untuk
dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Elliyus pulang ke
kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya
57
4.3.4 Rince Wenda
Rince Wenda adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari dari Papua
Masyarakat. Ia lahir di Tembagapura dan telah berumur dua puluh satu tahun. Ia
Alasan Rince untuk memilih berkuliah di USU ini adalah karena rasa ingin
tahu dia tentang USU dan mencoba untuk berkuliah di wilayah Sumatera.
Sebelumnya Rince sudah mencari banyak informasi tentang USU dari internet
ia memilih kuliah di USU pada pilihan ketiga di saat seleksi program beasiswa
Walaupun merasakan perasaan senang tetapi Rince juga takut dan sedih berpisah
perwakilan dari pemerintah Papua dan bertempat tinggal di asrama putri USU. Hal
inilah yang menyebabkan Rince mulai bertemu dan berkenalan dengan senior-
senior yang berasal dari Papua maupun yang berasal dari daerah lain.
seperti mengikuti acara keagamaan maupun dari pihak ikatan mahasiswa dari
Papua itu sendiri. Dengan begitu Rince dapat berteman dengan teman-teman baru
58
yang berasal dari daerah lain. Hal inilah cara Rince untuk dapat beradaptasi
awalnya ia merasa takut dan tidak percaya diri untuk menghadapi orang-orang
tetapi setelah beberapa lama Rince tinggal di daerah ini, penerimaan masyarakat
sekitar yang dirasakan oleh Rince adalah terbuka, baik dan ramah terhadap
kelompok kami. Rince mengatakan walaupun cara bergaul kami yang beridentik
dengan kasar serta cara berbicara dan bahasa kami yang sulit dimengerti tetapi
Rince tetap berusaha untuk aktif dan belajar menggunakan bahasa Indonesia yang
benar agar bisa berbaur dengan teman-teman yang berasal dari daerah lain. Selain
itu, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca walaupun sangat berbeda jauh
dengan daerah asal tetapi Rince masih bisa beradaptasinya dan menyukainya.
orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Rince pulang ke
kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya
Berlinda Wakerkwa adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari Papua
Masyarakat. Ia lahir di Wamena dan telah berumur dua puluh tahun . ia bersuku
Lanny dan telah tinggal di Medan sekitar tiga tahun untuk berkuliah di USU.
59
Salah satu alasan Berlinda berkuliah di USU adalah dari hasil ujian seleksi
Berlinda mengetahui tentang USU dari orang tuanya. Perasaan pertama kali yang
dirasakan oleh Berlinda ketika sampai di USU bingung dan sedih karena Berlinda
harus berpisah jauh dan lama dengan orangtuanya demi mengikuti kegiatan
perkuliahan. Berlinda juga tidak berkeinginan untuk kuliah disini. Pada awalnya
mengetahui kondisi masyarakat disini tetapi Berlinda berusaha untuk berbaur dan
asrama. Berlinda juga mengikuti dan aktif sebagai anggota dengan kegiatan-
kegiatan organisasi yang di adakan oleh pihak kampus. Tidak jarang juga Berlinda
terkadang pergi berjalan-jalan dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain
seperti pergi ke Berastagi baik secara pribadi maupun bersama dengan kumpulan
organisasi. Berlinda juga berusaha untuk belajar dengan budaya dari daerah lain
oleh teman-teman kampusnya seperti bahasa Batak begitu juga dengan sebaliknya,
mendapatkan teman dekat yang berasal dari daerah lain yaitu dari Aceh.
Berlinda mengakui bahwa ada rasa kurang percaya diri dengan cara
bertingkah laku dan berbicara yang sangat berbeda. Pada awalnya Berlinda
mengakui kalau Berlinda tidak menyukai, tidak terlalu percaya dengan orang
60
yang berada disini dan terkesan terlalu ramai dengan lingkungan disini dan sering
diejekin dengan orang disekitar tetapi Berlinda tetap untuk berusaha bisa berbaur
dengan mereka dan lama kelamaan penerimaan masyarakat sekitar bisa terbuka
dengan masuknya kami yang berasal dari ujung timur bagian Indonesia. Itulah
cara dia untuk dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan mahasiswa dari daerah
lain. Selain dari segi pertemanan, dari segi makanan, tempat tinggal dan cuaca
walaupun sangat jauh berbeda dengan daerah asal tetapi Berlinda masih bisa
dengan orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Berlinda pulang ke
kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya
Eva Celia Homer adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari Papua
Maibrat yang merupakan Papua bagian barat. Ia telah lama tinggal di Medan
Salah satu alasan Eva berkuliah di USU adalah karena dari hasil ujian
61
Eva tidak ada keinginan untuk berkuliah di USU, karena menurut Eva untuk
berkuliah disini terlalu jauh. Eva belum mengetahui tentang USU karena pada
awalnya keinginan Eva adalah bisa diterima kuliah di ITB Bandung pada saat
hasil ujian Beasiswa Afirmasi tersebut keluar. Perasaan Eva pertama kali ketika
sampai di USU sangat bingung. Eva sama sekali tidak mengetahui sama sekali
tentang bagaimana kondisi berkuliah di Sumatera. Eva juga sangat sedih harus
berasal dari Papua yang juga akan berkuliah di USU. Ketika mereka datang
lebih dekat lingkungan yang berada disini dan mereka bertempat tinggal di asrama
putrid USU.
Rutinitas awal yang dilakukan oleh Eva adalah hanya sekitar lingkungan
kalau pada mulanya Eva sangat malas untuk bisa mengenal dengan lingkungan
sekitar tetapi karena faktor keadaan yang memaksa, perlahan-lahan Eva mau
berbaur dengan lingkungan kampus sehingga Eva mengakui bahwa sangatlah sulit
untuk bisa berbaur dengan lingkungan disini. Dapat dilihat dari segi cara dan
bahasa yang digunakan yang terkadang masih asing didengar dan cara bergaul
mereka yang terkesan lebih mementingkan diri sendiri tetapi walaupun begitu,
penerimaan masyarakat sekitar masih terbuka dengan adanya kami yang sedang
berkuliah disini.
62
Eva juga sudah mendapatkan teman-teman mahasiswi lainnya yang berasal
dari daerah lainnya. Eva juga sudah pernah berkunjung ke daerah asal teman-
kegiatan organisasi baik yang berasal dari kampus, ikatan mahasiswa asal Papua
maupun dari keagamaan, dan aktif sebagai anggota. Itulah cara Eva dapat untuk
Eva juga sudah betah untuk tinggal di daerah ini. Hal yang sangat disukai
oleh Eva disini adalah orang-orang disini sangatlah pekerja keras, kemudian Eva
sangat menyukai dari kondisi cuaca, tempat tinggal walaupun yang sangat jauh
berbeda, dan makanan yang mempunyai harga yang relative lebih murah
dibandingkan di daerah asal. Tetapi hal yang tidak disukai oleh Eva di lingkungan
disini adalah terkadang kami masih saja ada yang mengejek tentang kondisi fisik
kami, kemudian sebagian masih ada yang menilai kami kalau kami kasar, selalu
tertutup, tidak mau berbaur dengan orang lain. Padahal tidak menutup
kemungkinan kalau kami selalu terbuka dengan teman-teman yang berasal dari
daerah lain.
orangtua hampir setiap hari. Hanya waktu liburan tiba, Eva pulang ke
kampungnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dan biaya
63
4.3.7 Debora Indriyan
Debora adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain yaitu
berasal dari Pematang Siantar. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di
telah berumur dua puluh tiga tahun. Ia bersuku Batak Toba. Ia telah tinggal di
Debora merupakan salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain
yang ikut tinggal di Asrama Putri USU. Menurut Debora, banyak sekali
mahasiswa yang berasal dari Papua yang tinggal disini. Debora juga salah satu
mahasiswi yang mempunyai teman yang berasal dari Papua. Debora sering
tidak ada yang mengganggu. Debora sangat senang mendapatkan teman yang
mengenal teman-teman yang berasal dari daerah yang berbeda. Mereka datang
kesini tujuannya untuk belajar. Mereka juga aktif dan berbaur dengan lingkungan
mereka itu sendiri. Menurut Debora cara mereka bergaul dengan lingkungan
sekitar sudah mengikuti nilai-nilai yang ada disini tetapi yang Debora lihat sendiri,
pada awalnya mereka lebih cenderung tertutup, takut dan tidak ramah untuk bisa
bergabung dan bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain malah
64
terkadang lebih ramah teman-teman yang berasal dari daerah lain yang harus
kebiasaan untuk menonton bersama dalam satu kamar khusus untuk mahasiswi
Papua dan menurut dari berita dari mahasiswa lainnya kalau mereka terkadang
sering bertelanjang bulat yang katanya melakukan salah satu dari adat mereka.
seperti dari segi bahasa, tarian, dan sebagainya. Walaupun terkadang dari segi cara
mereka berbicara kasar dan sulit dimengerti tetapi sebenarnya mereka mau dan
terbuka untuk bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.
Mukti Amsar adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain
yaitu berasal dari Kisaran. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di
berumur dua puluh tiga tahun. Ia bersuku Batak Toba. Ia telah tinggal di Medan
Ia memiliki teman mahasiswa yang berasal dari Papua yang bernama UTA
senior dan junior di jurusan Agribisnis selama kurang lebih 2 tahun. Interaksi
65
kelompok dan kegiatan kuliah lainnya. Mereka kebanyakn sering bertemu di
kampus.
mahasiswa asal Papua yang dikarenakan kebetulan mahasiswa asal Papua tersebut
dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Jadi ketika mereka berinteraksi tetap
asal daerah lain, kulit sama hitam, gigi sama putih, kemungkinan karena masih
ada mahasiswa asal lainnya yang belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik jadi
Sebenarnya dirinya tidak terlalu suka banyak teman, tetapi ingin belajar
dan berbagi pengalaman dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain, baik
dari Papua bahkan sampai luar negeri karena bisa saja dirinya yang mengajarkan
bahasa Indonesia kepada mereka mahasiswa asal Papua untuk belajar berbahsa
bahasa local jadi semua mahasiswa dari asal manapun harus bisa berbahasa
nasional yaitu bahasa Indonesia. Hal ini yang menyebabkan dirinya mau berteman
dengan mahasiswa asal Papua apalagi untuk cerita atau bahasan tentang pertanian.
Di Papua lahan pertanian terbuka lebar jadi masih asri sehingga dapat berbagi
cerita mereka dengan dirinya tentang Papua yang memiliki keindahan alam yang
masih terjamin dan terjaga. Jadi kemungkinan dirinya lebih sering membahas
66
4.3.9 Ira
Ira adalah salah satu mahasiswi yang berasal dari daerah lain yaitu berasal
dari Kota Medan. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di Fakultas Ilmu
Budaya Departemen Sastra Inggris. Ia telah berumur dua puluh dua tahun. Ia
bersuku Jawa. Ia telah tinggal di Medan untuk berkuliah di USU kurang lebih
Belinda. Mereka bertemu pada saat acara pertukaran mahasiswa USU di Fakultas
mahasiswa yang berasal dari Papua sebagian ada yang lancar dalam berbahasa
Indonesia dan ada juga yang masih belum. Hal ini disebabkan karena dirinya
jurusan sastra Inggris maka mahasiswa asal Papua ini mau belajar bahasa Inggris
tetapi untuk itu, dirinya memastikan bahwa mahasiswa asal Papua tersebut bisa
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dirinya tertarik untuk mengajarkan
dan memperkenalkan bahasa Inggris tersebut karena bahasa Inggris adalah bahasa
setidaknya harus bisa dan tau berbahasa Inggris. Tidak nutup kemungkinan
asal Papua bersama dengan teman lainnya sering untuk main ke asrama putri yang
menjadi tempat tinggal para mahasiswa asal Papua. Hal yang menarik bagi dirinya
adalah bagaimana bisa bersatu dengan teman asal Papua dan yang lain dengan
67
bertemu baik di kampus maupun di luar kampus. Kenyamanan itu terjalin karena
dengan mahasiswa asal Papua tersebut yang sedang berkuliah di USU yang sama
urusan kampus dan kuliah misalnya untuk pergi makan dan jalan bersama di sore
diperkenalkan budaya suku asal Papua dan menjadi tambahan pengetahuan bagi
mempunyai teman di luar yang berasal dari daerah lainnya lagi jadi pertemanan
dirinya tidak hanya dengan mahasiswa asal Papua tetapi juga mahasiswa dari
pengalaman, dan belajar bersama-sama. Ini dilakukan pada sore hari setelah
selesai waktu kuliah hanya untuk menghilangkan penat dan rekreasi bersama
walau hanya di dalam lingkungan kampus USU. Dirinya menginginkan untuk bisa
tidak hanya memiliki teman hanya satu saja. Dirinya bisa berteman dengan
Yang tidak menutup kemungkinan untuk dirinya diajarkan bahasa local Papua
dengan mereka, misalnya untuk mengutarakan interaksi sehari-hari. Maka dari itu
68
4.3.10 Eko Sunantri
Eko Sunantri adalah salah satu mahasiswa yang berasal dari daerah lain
yaitu berasal dari Perdagangan. Pada saat sekarang ini ia sedang berkuliah di
Universitas Sumatera Utara, Fakultas Farmasi. Ia telah berumur dua puluh dua
tahun. Ia bersuku Jawa. Ia telah tinggal di Medan untuk berkuliah di USU kurang
Eko juga memiliki teman mahasiswa yang berasal dari Papua satu jurusan
dan junior dirinya di Fakultas Farmasi. Dirinya dengan mereka bertemu ketika ada
teserbut walau awalnya,mahasiswa asal papua tersebut tidak terlalu lanvar berbaha
Indonesia. Dirinya senang memiliki teman yang berasal dari daerah lain apalagi
Papua yang jauh disana,dan untuk belajar Ilmu Farmasi di USU ini. Hal ini yang
mahasiswa asal Papua tersebut. Tidak ada kesulitan yang berarti walau harus
asing dan medis. Jadi harus lancar bahasa Indonesia terlebih dahulu. Mereka mau
belajar dengan dirinya,dan terkadang saling bertukar pikiran dan berharap mereka
menurut dirinya sama tidak ada yang membedakan hanya perkara asal dari
manaya. Mau dari Papua mau dari daerah lain kalau mau belajar,dirinya juga
mamu mengajarkannya dengan baik. Baik mahasiswa asal Papua dan mahasiswa
69
asal lainnya. Yang terkadang juga mereka belaja dan berkumpul bersama,tidak
program pemerintah yang disebut dengan Beasiswa Afirmasi. Hal ini merupakan
salah satu proses untuk pemerataan sosial masyarakat dalam dunia pendidikan dan
mahasiswa Afirmasi sejak tahun pertama diadakan yaitu tahun 2012 dengan
berjumlah 11 orang, sedangkan 2014 untuk angkatan III berjumlah 17 orang yang
Ilmu Budaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Pertanian, dan Teknologi
Putra untuk mahasiswa asal Papua yang berjenis kelamin laki-laki, dan asrama
putri untuk mahasiswa asal Papua yang berjenis kelamin perempuan. Mereka juga
diberikan biaya hidup per bulannya. Hal ini seperti yang diutarakan informan yang
bernama Eva:
“…kami sebulan kira-kira sampeklah dua juta kaka. Itu ada yang
berasal dari pemerintah pusat ka, dari provinsi, dan dari
pemerintah kabupaten. Belum lagi dari orangtua sendiri. Jadi
kurang lebih ya..segitula kaka…”
70
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa semua mahasiswa asal Papua
yang mendapatkan beasiswa Afirmasi dan sedang berkuliah di luar daerah Papua
mendapatkan biaya hidup yang diberikan oleh pemerintah baik dari pemerintah
Papua membangun daerah asal mereka sesuai dengan disiplin ilmu mereka
asal Papua tersebut berkuliah di luar daerah Papua hanya untuk kembali dan
dapatkan dan terapkan di daerah mereka nantinya. Banyak hal yang menjadi
Salah satunya adalah menjadi sumber daya manusia yang mampu bersaing untuk
lainnya. Tujuannya untuk selain sumber daya manusia yang mampu bersaing
namun juga bisa berkompetisi secara professional, tidak memandang dari daerah
mana mahasiswa itu berasal. Maka dari itu keberhasilan dalam beradaptasi dan
berinteraksi yang akan menjadi patokan dimana mahasiswa asal Papua tersebut
tinggal dan menempuh pendidikan. Sebagai salah satu contoh mahasiswa asal
71
4.5 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua.
baru mungkin akan menghadapi banyak hal yang berbeda seperti cara berpakaian,
dan nilai-nilai yang berbeda. Apalagi, budaya tidak hanya meliputi cara
berpakaian maupun bahasa yang digunakan, namun budaya juga meliputi etika,
nilai, konsep keadilan, perilaku, hubungan pria wanita, konsep kebersihan, gaya
individu lain adalah mahasiswa yang mudah bergaul dan pandai membawa diri
dengan lingkungan social yang baru. Penyesuaian diri terhadap individu antara
dapat menyesuaikan diri dengan cuaca, iklim, makanan, minuman, air, sarana
prasarana, bahasa dan budaya local, lingkungan sosial, tempat tinggal, orang-
orang disekitar dan orang-orang dari daerah lainnya dan ekonominya. Tetapi
72
dengan semua perbedaan yang ada, mereka harus tetap bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang berbeda. Adaptasi yang dilakukan oleh para mahasiswa asal
Papua merupakan aktifitas yang dilakukan untuk mengarah ke suatu tujuan, yaitu
merupakan hal pertama yang terjadi ketika mereka pertama kali sampai di kota
Mereka ada yang buta sama sekali mengenai tentang wilayah Medan. Mereka
hanya mengetahui kalau tempat itu adalah sangat jauh dari mereka tinggal. Hal ini
tergambarkan dari lamanya perjalanan dan rasa capek secara fisik dan tentunya
“…iya kaka, ketika sudah sampai disini kaka, Medan ini sungguh
panas kaka. Tidak seperti disana dingin karena saya tinggal di
bawah kaki gunung Jayawijaya yang atasnya ada saljunya kaka,
jadi dingin terlalu daripada disini…”
Berdasarkan hasil wawancara salah satu informan diatas adalah jarak yang
mereka tempuh untuk belajar ke wilayah ini sangatlah jauh. Hal ini dapat dilihat
dari jarak rata-rata yang ditempuh untuk ke daerah ini memerlukan waktu seharian
penuh. Dengan jarak yang terlalu jauh tentunya kondisi keadaan alam sangat jauh
73
berbeda dengan daerah asalnya. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa asal
Sumatera Utara.
Selain itu, dalam hal makanan dan minuman sangat jauh berbeda dengan
di Papua. Terdapat beranekaragam pilihan untuk ingin makan, minum dengan rasa
yang berbeda dengan harga yang sangat terjangkau pula. Untuk makanan sendiri,
mahasiswa asal Papua tidak terlalu terkejut dengan adanya perbedaan cita rasa
dari makanan yang ada disini. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Paskalis :
“…saya suka pedas kaka, jadi saya tidak terlalu kaget dengan rasa
masakan yang ada disini kaka. Hanya disini banyak yang mau
pilih-pilih dimakan misalnya rending dan sambal…”
tersebut dapat menyesuaikan dengan cita rasa makanan yang berada di daerah ini.
Rasa pedas menjadi ciri khas dan hal yang sama disini dengan yang ada di Papua,
sangatlah berbeda. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Berlinda :
74
memanfaatkan air dari gunung sedangkan di sini terutama di asrama yang menjadi
Papua dalam artian memang sama-sama memiliki pendatang dari luar kota yang
menjadikan Kota Medan adalah kota metropolitan dan sebagai contoh terdapatnya
sarana-sarana hiburan yang tersedia baik indoor maupun outdoor. Hal ini seperti
prasarana yang terdapat di kota Medan ini dapat membantu khususnya bagi
masyarakat yang berada di Kota Medan juga menjadi faktor penarik banyaknya
mahasiswa asal dari daerah lain khususnya asal Papua untuk menempuh
sendiri masih ada universitas negeri tetapi mereka lebih memilih untuk keluar dan
75
4.5.2 Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Lingkungan Sosial (Bahasa,
dilihat dari proses pertama kali hadir atau sampai di Universitas Sumatera Utara
seperti bahasa dimana di Kota Medan terdapat banyaknya berbagai bahasa local
atau daerah seperti bahasa Batak, Bahasa Melayu, Bahasa Jawa, Bahasa Cina,
Bahasa Gaul Medan dan bahasa-bahasa lainnya. Hal ini seperti yang disampaikan
oleh Paskalis :
Papua tersebut mengakui sangatlah sulit untuk bisa beradaptasi dari segi bahasa
dipengaruhi oleh logat dari bahasa daerah mereka sendiri. Tetapi dengan begitu
mahasiswa asal Papua terus mencoba terus belajar dan beradapatsi dengan bahasa
yang digunakan di daerah ini karena bahasa menjadi patokan utama seseorang
individu untuk dapat beradaptasi ditempat tinggalnya demikian juga untuk proses
interaksinya.
Dalam hal ini mereka juga harus bisa beradaptasi dengan budaya local
yang ada disini misalnya saja disana masih ada yang tidak mengenakan pakaian
baik perempuan maupun laki-laki karena sifatnya yang masih tradisional. Disini
76
semua orang sudah memakai pakaian baik perempuan maupun laki-laki, diluar
yang terjadi disini, bisa saja mahasiswa asal Papua berteman kemudian
mempelajari dan mengetahui budaya dari mahasiswa yang berasal dari daerah lain.
Sebagai contoh, jika dilihat dari segi budaya pertanian baik dilihat dari cara
yang kuliah di jurusan pertanian yang akan mengelola hasil pertanian dengan baik
setelah dia belajar dan kuliah di jurusan pertanian USU. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Uta salah satu informan yang berasal dari pertanian:
77
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa budaya lokal
antara di Papua dengan budaya daerah sini jelas berbeda. Perbedaan itu hanya
sebagai bentuk keragaman budaya Indonesia dan di dalam penelitian ini hanya
sebagai pendukung dalam proses sosial adaptasi mahasiswa asal Papua tersebut.
menyesuaikan diri karena hal tersebut untuk waktu jangka yang lama. Mereka
tempat tinggal yang baik berasal dari Papua ataupun dari daerah lainnya. Sebagai
contoh, mereka harus saling mengenal setidaknya identitas mahasiswa asal daerah
lain yaitu nama, asal orang tersebut, dan identitas lainnya. Hal ini untuk
membiasakan diri dengan tempat tinggal asrama baik putra maupun putri,
tinggal. Harus memiliki sikap ramah tamah agar tidak terkesan sombong dan
sendiri, begitu juga sebaliknya dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain.
Hal ini menjadi patokan agar kesan pertama ketika berkenalan dengan orang lain
78
yang bukan berasal dari Papua merupakan penerimaan sosial yang baik. Sebagai
contoh mahasiswa asal Papua setidaknya harus bisa berkenalan dengan mahasiswa
atau orang dari daerah lain agar proses adaptasi dan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan sosialnya baik. Setidaknya orang lain tersebut paling tidak bisa
4.5.3 Pola Adaptasi Mahasiswa Asal Papua terhadap Mahasiswa dari Daerah
Lain.
Adapun yang menjadi dasar utama dalam adaptasi mahasiswa asal Papua
dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain yaitu proses penyesuaian diri
mahasiswa asal Papua dengan bahasa, tingkah laku dan gaya hidup mahasiswa
dari daerah lain. Bila mana bahasa adalah alat utama seorang individu sebelum
senior mahasiswa asal Papua yang terlebih dahulu sudah berada disini. Misalnya
beasiswa Afirmasi yang dibuat oleh pemerintahan daerah sebagai salah satu
79
membawa mereka dari sana sampai disini serta memberikan hak dan kewajiban
mereka selama mereka disini. Selain itu, selama mahasiswa asal Papua berada
disini, mereka harus mengikuti segala jenis kegiatan dan program yang diadakan
dari Papua yang dibuat baik dari pihak kampus ataupun organisasi mahasiswa asal
Papua tersebut.
perkenalan satu sama lain, saling mengenal, dan menghadapi kehidupan sosial
ekonomi disini. Hal tersebut menjadi patokan agar mereka mahasiswa asal Papua
bisa menjalani proses adaptasi atau penyesuaian diri dari lingkungan yang berada
dilakukan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan dan motivasi diri
karena berkaitan dengan selama pembelajaran tentang proses yang akan mereka
penyesuian diri tersebut karena hal ini terkait dengan berperilaku dan bertingkah
laku ke depannya selama mereka berada disini. Selanjutnya tingkah laku dapat
80
memperlihatkan nilai dan norma yang terdapat di tempat tinggal yang sekarang
Dari ketiga hal diatas merupakan salah satu contoh bagaimana mahasiswa
asal Papua untuk dapat beradaptasi dengan mahasiswa dari daerah lain dengan
tingkah laku yang baik pula. Dengan demikian bilamana tingkah laku yang baik
akan menciptakan image yang baik pula yang diciptakan oleh mahasiswa asal
Papua agar terciptanya harmonisasi sosial dengan mahasiswa yang berasal dari
daerah lain. Hal ini diutarakan oleh Debora yaitu mahasiswa yang berasal dari
Pematang Siantar :
“…kami kaka memang diakui masih ada yang susah pakai bahasa
Indonesia, kebanyakan masih banyak yang pakai logat Papua.
Apalagi kalau jumpa sama kawan sesama dari Papua. Jadi
kebanyakan make bahasa daerah…”
81
Berdasarkan wawancara diatas menggambarkan bawasannya betapa
pentingnya menjaga sikap baik tingkah laku dan perilaku sehari-hari dalam
bersosialisasi satu dengan yang lain. Selain itu, banyak kesempatan untuk bertemu
dengan orang lain, melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan dalam proses
adaptasi dan interaksi selama mereka bertemu dan melakukan proses interaksi
tersebut.
Berbicara mengenai gaya hidup jelas berbeda terhadap orang yang berada
disini dengan orang yang berada di Papua. Sama seperti halnya dengan adaptasi
bahasa, intonasi bisa sama kerasnya tetapi logat, makna dan arti jauh berbeda.
Maka dari itu mahasiswa asal Papua tersebut harus mampu menyesuaikan dirinya.
Hal tersebut berkaitan dengan hal yang mengenai gaya hidup yaitu proses
penyesuaian diri mahasiswa asal Papua dengan kondisi atau keadaan gaya hidup
hari dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Apalagi di asrama harus bangun pagi untuk
82
Kemudian jika dilihat dari segi pakaian yang digunakan oleh mahasiswa
asal Papua masih sama atau sesuai dengan mahasiswa pada umunya. Namun hal
ini sangat berbeda halnya dimana jika dilihat dari asalnya. Di Papua juga masih
Beda halnya dengan orang yang berada disini, semuanya memakai pakaian
lengkap dan menutupi badannya. Tolak ukur gaya hidup juga dapat dilihat dari
keseharian aktifitas dan rutinitas mahasiswa asal Papua dan mahasiswa dari
daerah lain. Ada yang terbiasa mengikuti kegiatan seperti main futsal, kegiatan
agama, dan kegiatan kampus atau kegiatan bersama lainnya. Meskipun demikian
mereka harus terbiasa dengan hal tersebut yang sangat berbeda di tempat mereka
pertanian. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga hal disini juga bisa mereka
melakukan disana namun pasti hanya sesama mereka orang Papua. Kalau di sini
mereka berbaur dengan satu sama lain dan mereka menyesuaikan dirinya sesuai
beasiswa Afirmasi dari pemerintah Papua. Hal ini yang nota bene semua
keperluan dan kebutuhan hidup para mahasiswa asal Papua dipenuhi oleh
bergantung dari uang saku dari pemerintah dan ada juga yang mendapat tambahan
83
atau kiriman dari orang tua di Papua. Secara tidak langsung mereka harus juga
secara pribadi sebelum atau setelah berada di Universitas Sumatera Utara ini. Dari
keperluan hidup sehari-hari mereka sendiri yang tahu jadi sedikit banyaknya
selama tinggal di asrama dan kuliah di Universitas Sumatera Utara. Hal ini
pemerintah melalui program beasiswa ini. Daripada itu, mereka harus bisa
mengelola semua jenis proses sosial ekonomi yang berkaitan dengan jual beli,
simpan pinjam dan pengelolaan keuangan yang lebih bersifat mandiri apalagi
mereka jauh dari orang tua ataupun saudara sehingga tidak menutup kemungkinan
mereka sendiri yang harus belajar untuk mengelola keuangan dan segala jenis
84
4.6 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua.
Interaksi dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang erat kaitannya
dengan adaptasi. Interaksi sosial mahasiswa asal Papua adalah proses timbal balik
mahasiswa asal daerah lain. Hal ini dapat menciptakan sebuah interaksi sosial
khususnya adalah bahwa manusia atau individu saling menerjemahkan dan saling
mendefenisikan tindakan dan bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan
orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung ataupun tidak
langsung tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap orang lain tersebut.
proses sosial lainnya seperti dalam penelitian ini yaitu interaksi sosial dengan
adaptasi yang terjadi atau dilakukan oleh mahasiswa asal Papua di Universitas
Sumatera Utara.
sosial yang dijalani mahasiswa asal Papua selama tinggal di asrama dan berkuliah
85
di Universitas Sumatera Utara. Daripada itu, proses interaksi sosial secara
“…hal utama ketika kami sampai kaka adalah untuk kita tau
bagaimana bisa berinteraksi dengan orang disini yah.., tentunya
dengan menggunakan bahasa Indonesia walaupun sebagian dari
kami masih ada yang logat dari Papua masih kental…”
mahasiswa asal Papua hadir disini mereka melakukan proses interaksi secara tidak
disadari. Hal ini berlaku dan terjadi pada semua mahasiswa asal Papua. Intinya
seperti berbicara, menanyakan sesuatu hal, saling berkenalan dan bentuk proses
interaksi lainnya.
Daerah Lain.
Interaksi Sosial mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa asal daerah lain
bersifat langsung. Hal ini terjadi dikarenakan prosesnya melalui hubungan kontak
langsung atau saling berinteraksi sekaligus tatap muka dan secara verbal. Dalam
hal ini interaksi sosial mahasiswa asal Papua menggunakan dan melalui proses
yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Ini merupakan salah satu
menyatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak
86
Mahasiswa asal Papua melakukan interaksi sosial secara langsung dengan
mahasiswa dari daerah lain melalui proses tatap muka dan berdialog diantara
asrama. Kegiatan ini terus berlangsung selama mereka saling bertemu dalam
mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lain. Misalnya dalam
saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, ketika mahasiswa asal Papua
ingin atau ada keperluan untuk beberapa hal keperluan di kampus setidaknya ia
akan berinteraksi dengan teman kampus yang dari daerah lain karena mahasiswa
asal Papua tidak harus selamanya satu jurusan sehingga ia harus beinteraksi
dengan mahasiswa dari daerah lain. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Eva :
“…kami kaka sering bertanya sama kawan yang lain yang satu
jurusan tapi tidak dari Papua. cuma untuk menanyakan urusan
kampus, dan tugas kuliah lainnya karena kami kan yang dari
Papua ini gak semua satu jurusan kaka…”
87
mahasiswa asal Papua bertemu dengan orang lain baik di saat sedang
Mengenai proses interaksi yang pada awalnya harus dengan melihat lawan
1. Bentuk tubuh untuk memperlihatkan objek lawan interaksi. Dalam hal ini
daerah lain yang sebelum melakukan atau terjadinya interaksi pastinya fisik
seperti bentuk tubuh yang terlihat. Mahasiswa asal Papua cenderung berfisik
dengan bentuk tubuh yang tidak terlalu tinggi, kekar, berambut keriting atau
2. Warna kulit merupakan penggambaran ciri khas asal daerah atau kesukuan
bilamana mahasiswa asal Papua yang identik berkulit hitam. Hal itu sangat
bersawo matang.
umumnya identik dengan bahasa lokal atau logat yang mereka miliki yaitu
bahasa daerah Papua yang beranekaragam logat sesuai dengan suku dan
Komunikasi menjadi hal yang utama dalam berinteraksi mahasiswa asal Papua
baik dengan mahasiswa dari daerah lain ataupun masyarakat sekitar. Komunikasi
88
sekaligus beinteraksi secara langsung misalnya berinteraksi dan berkomunikasi
1. Melihat pembicaraan.
2. Melihat gerak-gerik.
dengan peneliti. Kami saling berjabat tangan, bersapa, dan berkenalan sebagai
bentuk interaksi sosial pertama kali. Interaksi sosial berlangsung dengan cara :
Hal ini diutarakan oleh salah satu informan yang bernama Uta :
komunikasi tersebut menjadi hal yang mendasar untuk sebuah proses interaksi
pada mahasiswa asal Papua. Dalam hal ini, mereka harus terus menyesuaikan
setiap kali berinteraksi dengan banyak orang. Adapun proses interaksi sosial
89
anatara kalangan mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lain dalam
hal :
Sumatera Utara.
Dari semua hal tersebut, semua di alami oleh setiap mahasiswa asal daerah
Papua ketika pertama kali hadir di Universitas Sumatera Utara dan untuk
Utara dan di asrama kepada mahasiswa dari daerah lain yang satu jurusan ataupun
“…kita kan kaka juga bisa bekawan dengan beda jurusan dan
tidak harus berasal dari Papua juga. Semakin banyak teman disini
kan kaka semakin senang kaka walaupun terkadang masih juga
ada kawan kami yang itu-itu saja…”
interaksi tersebut. Sejauh ini mereka belum atau tidak mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Namun demikian,
berinteraksi pertama kali dahulu masih bisa dianggap wajar dan memang dengan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai cara untuk proses interaksi sosial yang
paling mudah dan menjadi syarat yang utama. Hal ini dikarenakan kita tinggal di
Indonesia, mereka yang berasal jauh dari Papua adalah juga orang Indonesia.
90
Adapun kesemuanya disatukan dalam proses interaksi baik kontak sosial
berjabat tangan, bertegur sapa, dan berkenalan. Proses tersebutla yang menjadi
awal untuk berinteraksi dan kemudian menjadi beradaptasi atau menyesuaikan diri
Sumatera Utara.
mahasiswa asal Papua tersebut tinggal dan mereka juga bisa menyesuaikan diri
sehingga sampai sekarang mereka dapat tetap tinggal disini. Mereka datang jauh
kembali pulang oleh mereka dan sejauh manapun itu mereka harus tetap bisa
menyesuaikan diri dalam hal dan keadaan apapun untuk tetap bertahan hidup dan
tinggal disini. Kebijakan dan peraturan menjadi pelengkap dan sempurnya proses
Adapun proses sosial ini yaitu ketika mahasiswa asal Papua bertemu
tatap muka dan saling bertegur sapa untuk melakukan aktifitas memenuhi
91
1. Berinteraksi ketika mereka melakukan proses tawar menawar di pasar
dengan orang lain atau dengan masyarakat disekitar yang memang bukan berasal
dari Papua juga. Kemudian banyak hal juga yang dilakukan ketika mereka
Karena masyarakat lain menanggap mereka adalah orang yang asing. Hal ini
“…dulu pertama kali datang kemari kan kaka sering diejekin sama
tukang becak yang di depan itu. Kadang mereka ketawa-tawa
sendiri ketika kami lewat didepannya. Awalnya sihh takut lama
kelamaan jadi saling tegur sapa juga dengan beberapa tukang
becak yang sedang nongkrong di depan…”
92
mahasiswa dari daerah lain hanya terjadi pada sebagian mahasiswi asal Papua
karena kalau dari pihak mahasiswa itu sendiri terkadang biasa saja menanggapi
hal tersebut. Hal ini disebabkan mahasiswi lebih sedikit takut dan sensitive
daripada mahasiswa asal Papua ketika melihat orang lain yang belum dikenalnya.
Papua masing-masing. Ada yang bisa membawa diri, langsung akrab, bersikap
terbuka, dan mereka bisa melaluinya dengan baik sampai sekarang ini. Selain itu
memang ada juga yang masih tertutup dengan orang lain yang belum dikenal dan
itu masih pada hal yang wajar dan belum bersifat merugikan dan tindakan yang
kurang berkenan. Mereka hadir disini untuk belajar atau mencari pendidikan
sehingga mereka memang harus terbiasa oleh hal-hal yang biasanya dilakukan
Hal ini tergambarkan ketika kita baru mengenal apalagi melihat orang baru
yang memang jelas berbeda semuanya satu sama lain khusunya antara Sumatera
dan Papua serta daerah lainnya di Indonesia. Tanpa terkecuali tidak menutup
kemungkinan untuk orang asing yang memang bukan berasal dari orang Indonesia
93
karena kesempatan untuk bertemu dengan siapapun diluar sana adalah kesempatan
semua orang. Biasa saja mahasiswa asal Papua tersebut bertemu dan berkenalan
adalah tempat atau perguruan tinggi yang memang terdapat berbagai mahasiswa
langsung kemudian setelah itu mahasiswa asal Papua juga melakukan interaksi
dengan kontak dan komunikasi tidak langsung yaitu menggunakan alat bantu
Hal yang mengenai interaksi sosial tidak langsung sangat erat kaitannya
dengan interaksi sosial secara langsung. Komunikasi yang terjadi dilakukan bisa
saja secara bersamaan ataupun mewakili salah satu interaksi. Kemudian yang
mencakup perbedaannya terletak pada alat komunikasi yang digunakan. Hal itu
karena, alat tersebut merupakan salah satu syarat untuk mewakili proses terjadinya
interaksi sosial yang dilakukan oleh mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari
daerah lain baik langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan alat
komunikasi baik berupa telepon genggam atau alat dan media lainnya.
94
4.6.2.1 Interaksi Sosial Mahasiswa Asal Papua dengan Keluarga dan Sesama
Alat bantu komunikasi seperti telepon gengam menjadi salah satu wadah
atau media untuk terjalinya komunikasi jarak jauh. Dikatakan demikian karena
setiap mahasiswa asal papua memiliki telepon gengam untuk tetap berkomunikasi
dengan orang-orang yang berada di Papua sana. Alat bantu komunikasi tersebut
3. Untuk aktifitas mereka melalui media sosial yang berada di aplikasi telepon
gengamnya.
Dengan demikian walaupun jauh, proses interaksi mereka tetap terjalin tidak
terbatas oleh waktu dan jarak . akan tetapi masih ada beberapa mahasiswa asal
Papua yang tinggal dan sangat jauh dari pelayanan telekomunikasi jarak jauh.
keluarga ataupun teman ataupun kerabat disana. Keadaan ini juga dialami oleh
mahasiswa asal Papua yang memang masih sangat jauh tinggal di pedalaman.
Mereka harus memerlukan waktu yang tepat jika ingin menghubungi keluarga di
Papua. Hal ini disampaikan oleh Paskalis yang daerah tempat tinggalnya baru
95
“…ditempat kami kaka baru tahun 2013 masukla tower itu ke
kampung kami. Baru bisalah kami berteleponan. Kalau tidak
biasanya orangtua saya kaka pergi ke kota hanya untuk bisa
menghubungi saya disini. Sedih sekali terkadang kaka yang aku
rasakan, tapi mau gimana lagi namanya juga sekolah jauh dari
orangtua. Kita sukuri aja apa adanya…”
sampai saat ini sudah masuk hingga ke pelosok negeri. Selain itu, faktor jarak
yang jauh juga mengakibatkan mereka melakukan interaksi pada interval waktu
Sebagian besar dari mereka tidak memiliki sanak saudara ataupun keluarga disini.
Jadi, semua keluarga mereka adanya disana. Rasa rindu dan ingin bertemu
menjadi hal yang wajar karena terpisahkan oleh jarak tersebut. Hal ini tidak
Utara.
mereka yang ada disana juga mereka tinggalkan. Dengan kata lain, berpisah untuk
Universitas Sumatera Utara. Hanya dengan telepon gengam yang menjadi salah
96
satu alat utama mereka dalam berinteraksi dengan keluarga ataupun teman di
Papua sana.
Semua proses tersebut mereka alami selama mereka tinggal disini dan
sejauh ini juga belum menjadi kesulitan yang berarti bagi mereka. Hal tersebut
yang terpenting adalah mereka disini untuk belajar dan menjadi harapan orang
tuanya di kampungnya. Jarak ke Papua memang bukan jarak yang begitu dekat.
Apalagi proses perjalanan mereka dari rumah sampai kesini telah mereka jalani
hingga akhirnya mereka sampailah di Universitas Sumatera Utara ini. Banyak cara
dan hal dilakukan, selain berkomunikasi untuk berinteraksi dengan keluarga dan
teman disana. Sebagian dari mereka juga ada yang menyimpan foto atau barang
kesayangan, sehingga walaupun jauh jarak mereka namun tetap masih saling
mengingat keluarga yang jauh di sana. Hal ini disampaikan oleh, saudara Uta yang
barat dan timur juga menjadi keterbatasan ketika mereka akan menghubungi untuk
waktu 2 jam kurang lebih, sehingga mereka disini juga harus pandai
97
memanajemen waktu ketika mau menghubungi keluarga dan teman yang berada
di Papua sana. Interaksi mereka dibantu dengan alat bantu komunikasi seperti
telepon genggam, dan aplikasi media sosial. Hal tersebut memudahkan mereka
Interaksi sosial tidak langsung seperti ini menjadi salah satu hal yang
mereka hadapi selama mereka berkuliah dan tinggal disini. Namun seiring
yang dahulunya hanya bisa berkomunikasi sebulan sekali, sekarang bisa seminggu
sekali, tiga hari sekali dan bahkan ada yang setiap hari menghubungin keluarga
disana. Hal ini terutama dialami oleh mahasiswi asal Papua yang mungkin belum
terbiasa untuk berpisah jarak jauh dengan keluarga. Beda hal dengan mahasiswa
sebagai laki-laki yang sudah terbiasa untuk hidup jauh dengan keluarganya.
interaksi sosial secara tidak langsung dengan cara seperti itu. Akan tetapi,
komunikasi dan kontak sosial dalam interaksi tidak langsung juga bisa dilakukan
teman sesama mahasiswa Papua dan keperluan komunikasi lainnya yang juga
98
Berdasarkan penuturan diatas bawasannya setiap berlangsungnya interaksi
sosial baik secara langsung maupun tidak langsung, sudah menjadi aktifitas dan
rutinitas mahasiswa asal Papua dan juga melengkapi proses adaptasinya selama
mereka berada di sini. Lingkungan sosial yang mengambil peran dalam proses
adaptasi dan interaksi sosialnya menjadikan mereka untuk bisa bertahan hidup dan
tinggal bersama-sama dengan mahasiswa dari daerah lain yang juga sedang
berbicara mengenai pendidikan, mereka jauh dari Papua sana hadir di Universitas
Sumatera Utara untuk satu nama yaitu pendidikan yang diharapkan lebih layak
tersebut bisa menciptakan harmonisasi sosial seperti mereka untuk bisa memiliki
diberikan oleh orang lain tersebut berasal dari cara-cara orang lain bertindak
Begitu juga dengan hal tindakan mahasiswa USU yang berasal dari Papua
dan mahasiswa yang berasal dari daerah lainnya merupakan suatu proses interaksi
99
yang berada didalamnya tercakup dari simbol-simbol masing-masing pihak saling
demikian proses interaksi antara keduanya merupakan suatu proses yang saling
stimulus, merespon tindakan dan hubungan sebagai hasil proses interprestasi dari
Papua tentu saja dituntut untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan
masyarakat lokal di Medan. Dalam penelitian ini, pola adaptasi dan interaksi
sosial yang terjadi pada kalangan mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari
mahasiswa dari daerah lain yaitu bersifat Akomodasi toleransi dimana proses
sosial yang terjadi pada mahasiswa asal Papua dengan daerah lain berusaha untuk
ketegangan yang akan terjadi atau yang sudah terjadi dalam arti toleransi antar
sesame suku bangsa Indonesia. Mahasiswa asal Papua adalah bagian dari
Indonesia begitu juga mahasiswa asal dari daerah lain yang berkuliah di USU.
daerah lain terhadap mahasiswa asal Papua itu adalah baik. Hal ini terlihat dari
mereka untuk tetap bertahan dan berkuliah selama kurang lebih tiga tahun
100
perlakuan yang kurang menyenangkan sudah mereka lalui selama mereka tinggal
yang membuat mereka hidup nyaman serta penghargaan berupa toleransi dari
masyarakat dan mahasiswa dari daerah lainnya. Hal ini seperti yang diungkapkan
terjadi dapat dikatakan mudah, jika individu di setiap kalangan mahasiswa asal
Papua bersifat terbuka dan juga memiliki rasa toleransi dengan masyarakat dan
Adaptasi dan interaksi tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses sosial.
Dalam hal ini, mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lain harus
apalagi mereka satu lingkup di Universitas Sumatera Utara. Ada peraturan dan
kebijakan yang harus mereka patuhi selama mereka tinggal dan berkuliah di
Universitas Sumatera Utara. Tujuan mereka sama yaitu belajar dan menempuh
pendidikan tinggi sesuai dengan disiplin ilmu mereka masing-masing yang ada di
101
4.8 Pola dan Klasifikasi Informan Sesuai Dengan Adaptasi dan Interaksi.
dengan mahasiswa asal dari daerah lain di Universitas Sumatera Utara. Empat hal
utama untuk melihat adaptasi dan interaksi sosial mahasiswa asal Papua dengan
sikronisasi interaksi sosial dan adaptasi yang terjadi terlihat dari mahasiswa asal
102
Papua yang melakukan adaptasi sekaligus berinteraksi. Hal ini dapat ditunjukan
seperti :
1. Mahasiswa asal Papua hadir pertama kali dan didampingin dari pihak
sosialnya. Hal ini terjadi pada masing-masing individu mahasiswa asal Papua,
seperti makan, minum, mandi, berbelanja, berdiskusi, belajar dan rutinitas atau
3. Mahasiswa asal Papua dapat berinteraksi dengan semua orang yang mereka
temui. Tidak hanya mahasiswa asal daerah lain tetapi semua orang yang
mereka temui baik yang ada kaitannya dengan kehidupan perkuliahan ataupun
kehidupan sehari-harinya.
asal Papua memang harus terjadi dikarenakan mereka tinggal dan hidup bersama,
saling berdampingan satu sama lain yang sama-sama melakukan interaksi dan
Utara.
103
Ekonomi dengan berbahasa
keempatnya Indonesia
Ekonomi dengan
keempatnya
Ekonomi dengan
keempatnya
Ekonomi dengan
keempatnya
belum dikenal
termasuk
teman dari
daerah lainnya.
104
Mahasiswa Daerah Lain, beradaptasi bersosialiasi
keempatnya dengan
mahasisqwa
yang lainnya
Ekonomi dengan
keempatnya
keempatnya dikampus
keempatnya dikampus
Ekonomi dengan
keempatnya
105
Dapat terlihat bahwa diantara mahasiswa dan mahasiswi baik asal Papua
maupun dari daerah lain mampu beriteraksi dan beradaptasi sesuai dengan
menunjukkan mereka bisa untuk bertahan hidup selama tinggal dan berkuliah di
Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian mereka juga berharap untuk bisa
masih. Banyak hal menjadi pelajaran mulai dari pertama mahasiswa asal Papua
sampai disini,sampai saat ini tahun 2015 yang rata-rata kurang lebih 3 tahun
masing-masing.
hubungan sosial karena mereka yakin bahwa mereka saling membutuhkan satu
mereka. Tujuan mereka juga sama ingin belajar bersama,karena dari adaptasi dan
interaksi sebagai proses sosial yang berhasil mereka lakukan,jadi mereka bisa
bertahan sampai saat ini. Terlepas dari itu semua akomodasi toleransilah yang
tercipta dari semua proses sosial adaptasi dan interaksi sosial pada mahasiswa asal
Papua dengan mahasiswa dari daerah lain begitu juga sebaliknya yang sedang
berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini, tidak terbatas di kampus
mahasiswa dari daerah lain. Jadi semua prosesnya bisa terjadi dimana saja,baik
dikampus, ditempat tinggal dan dimana saja. Hal ini dijelaskan oleh
106
“…saya dari Siantar dan saya tinggal di asrama Putri,dan tinggal
bertemu dengan mahasiswa asal Papau dan daerah lain. Kami
disini sama-sama slaing toleransi saja bang. Kan semua juga udah
tahu kita tujuannya untuk kuliah,jadi pandai-pandailah. Dan
sejauh ini semuanya baik-baik saja,selama kami juga baik disini
bang,dan memang semua orang disini baik-baik kok bang…”
adaptasi dan intearksi sosial mahasiswa asal Papaua dengan daerah lain,memang
sekarang ini. Ada yang betah dan tidak betah dan itu semua merupakan pilihan.
Mereka memilih untuk kuliah jauh dari keluarga namun demi tujuan untuk
pencapaian yantu pendidikan yang lebih baik lagi. Mereka berkuliah dengan
pilihan jurusan atau disiplin ilmu yang mereka inginkan, meskipun mahasiswa
asal Papua tersebut, pemerintahnnya yang menentukan akan tetapi mereka juga
ikut senang. Dan dapat dikatakan bahwa sejauh dan selama ini semuanya berjalan
Utara, baik mahasiswa yang berasal dari Papua dan mahasiwa dari daerah lain
menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa terutama bagi daerah masing-
masing dimana mereka berasal. Mau dari Papua, Jawa, Batak dan daerah lainnya
masing-masing bersama.
107
4.9 Tanggapan Mahasiswa Yang Dari Daerah Lain Terhadap Mahasiswa
Asal Papua
Adapun tanggapan ini hanya untuk melihat mahasiswa asal Papua yang
antara satu sama lain diantara sesama mahasiswa. Dengan demikian tanggapan ini
hanyalah presepsi dan menambah data penelitian dari yang diambil dari
mahasiswa dari daerah lain yang memiliki atau pernah berinteraksi dengan
1. Debora ( mahasiswa asal daerah lain yaitu Pematang Siantar, yang bertempat
2. Mukti Amsar (mahasiswa asal Kisaran yang memiliki teman junior di Fakultas
108
3. Ira Atiqah Zahra (mahasiswa asal Medan yang memiliki teman asal Papua
membuat perbedaan itu terjadi. Jarak sosial diantara satu mahasiswa asal daerah
mengenai stereotype tanpa sengaja yang tercipta karena adanya jarak sosial
tersebut. Namun demikian semua masih dalam yang wajar dan belum memiliki
109
resiko yang mengakibatkan perpecahan ataupun konflik. Buktinya mereka juga
sampai saat ini mampu dan dapat tinggal bersamaan dengan kata lain melalui
proses sosial adaptasi dan interaksi sosial mahasiswa asal Papua dengan daerah
lain di asrama dan di Universitas Sumatera Utara. Hal ini di jelaskan oleh Debora
sebagai berikut :
merupakan suatu pelajaran untuk setiap proses sosial yang dialami oleh
hubungan sosial pertemanan yang baik terhadap semua mahasiswa selama belajar
mahasiswa baik mahasiswa yang berasal dari Papua ataupun mahasiswa yang
berasal dari daerah lain. Adaptasi dan interaksi hanyalah proses yang menentukan
untuk bisa menjalani semua proses sosial selama mahasiswa asal Papua dan
Utara.
110
Kemudian mereka dapat hidup bersama dengan menjalani hubungan sosial
pertemanan tersebut dengan baik. Tidak ada harapan yang terjadi dengan begitu
adaptasi dan interaksi sosial mahasiswa asal Papua dengan daerah lain di
semua hal tersebut mahasiswa asal Papua dengan mahasiswa dari daerah lainlah
111
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Pola adaptasi dan interaksi mahasiswa asal papua dan mahasiswa daerh lain
2. Tanggung jawab dan pendampingan senior pada tahun 2012 yang menjadi
asal Papua lainnya yaitu pada masa orientasi waktu pertama kali hadir di
dengan : alam (cuaca, iklim, makanan, minuman, air, dan tempat tinggal),
112
6. Interaksi sosial yang bersifat tidak langsung menggunakan alat bantu
7. Interaksi sosial tidak langsung juga dilakukan kepada sesame mahasiswa yang
dan aplikasi sosial media yang mereka miliki masing-masing selama mereka
tinggal di asrama dan kuliah di Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.
5.2 Saran
1. Diharapkan bahwa setiap mahasiswa asal Papua tetap menjadi hubungan yang
baik tanpa hal yang membatasi apapun termaksud yang tidak berkenan di hati.
2. Seandainya jika ada hal yang tidak berkenan dengan hal-hal yang terjadi pada
kalangan mahasiswa asal Papua hendaknya dibicarakan dengan baik tanpa ada
3. Hendaknya demikian dengan mahasiswa asal daerah lain yang harus juga
menjaga hubungan baik dengan kalangan mahasiswa asal Papua tanpa adanya
sekat atau jarak sosial yang memang sengaja dibuat sehingga terjadinya
perbedaan.
4. Semua mahasiswa baik asal Papua ataupun daerah lain tetap dalam hubungan
Sumatera Utara.
113
5. Hendaknya dan diharapkan agar sering untuk mengadakan acara yang sifatnya
114
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi & Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Heerdjan, Soerharto, ( 1987), Apa Itu Kesehatan Jiwa?, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
115
Kartasapoetra, (1987), Teknologi Konservasi Tanah Dan Air, Jakarta: Gahlia
Indonesia
Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
116
Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
http://www.papuaposnabire.com/index.php/jayapura/594-gubernur-ada-6-masalah
mendasar-pendidikan-di-papua di akses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 15.00.
http://www.up4b.go.id/index.php/component/content/article/15-halaman/37-
tentang diakses pada tanggal 11 Januari 2015 pukul 13.00.
http://www.jurnas.com/news/116771/Affirmative-Action-Jalan-Pintas-
Pendidikan-Papua-2013/1/Sosial-Budaya/Pendidikan diakses pada tanggal 14
Januari 2015 pukul 20.00
117
http://usu.ac.id/id/article/11/sejarah diakses pada tanggal 3 Oktober 2015 pukul
17.42 WIB.
http://usu.ac.id/id/kanal/1098/rp-61-m-beasiswa-bidikmisi-adik-disalurkan-ke-
6121-mahasiswa diakses pada tanggal 3 Oktober 2015 Pukul 14.30 WIB
118
LAMPIRAN FOTO DAN DOKUMENTASI PENELITIAN
119