TESIS
MUHAMMAD ERWIN
NIM. 071214453011
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar
Magister Dalam Program Studi
Ilmu Politik
Pada Program Magister Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
Oleh :
Muhammad Erwin
071214453011
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
Pembimbing Ketua
Pembimbing Kedua
Drs. Aribowo, MS
NIP.19580801198502100
2
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
PANITIA PENGUJI
Tanda Tangan
Anggota:
PLAGIAT
Dengan ini saya, Muhammad Erwin, menyatakan bahwa karya ilmiah tesis
ini adalah hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum pernah diajukan
Semua informasi yang terdapat di dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan maupun tidak, telah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber kutipan penulis secara benar, dituliskan dengan
format kutipan dalam isi penulisan proposal tesis dan penulisan tesis. Semua isi
dari karya ilmiah atau tesis ini sepenuhnya asli dan menjadi tanggung jawab saya
sebagai penulis.
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya
Airlangga.
(Muhammad Erwin)
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur alhamdulillah yang amat mendalam kepada Illahi Robbi, tuhan semesta
alam atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya dan Rosulku pembuka umat
Segala kesulitan, kelelahan dan kebanggaan tugas akhir ini kuhaturkan untuk
mereka yang begitu sangat memberi arti dalam perjalanan hidupku serta pihak-
pihak disekitar saya yang turut memberikan sumbangsih dukungan baik materil
telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, antara lain :
waktu sibuk pun Beliau sempatkan membalas SMS sejenak untuk sekedar
arahan-arahan solusi perbaikan tesis ini untuk melengkapi data tesis ini.
Program Studi Magister Ilmu Politik yang sekaligus merupakan ketua tim
penguji Prof. Dr. Budi Prasetyo, M.Si yang telah mendampingi saya
Dr. Kris Nugroho, MA. Selaku anggota tim penguji tesis. Beliau telah
turut mewarnai tulisan ini dengan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif.
Universitas Airlangga Dr. I Basis Susilo, MA. Dan seluruh staff pengajar
Drs, MA, Ph.D. prof. Kacung Marijan, Drs, MA, Ph.D. Drs. Priyatmoko
MA, Dr. Dwi Windyastuti, MA, Prof. Dr. Budi Prasetyo, M.Si, Dr. Kris
Nugroho, MA, Drs. Haryadi MA, Drs. Wisnu Pramutanto, M.Si, Dr. Siti
Aminah, MA, Drs. Sutrisno, MS, Drs. Aribowo, MS, serta seluruh staf
administrasiilmu politik yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih yang sedalam-dalamnya untuk mbak Hilda dan mas Tino orang yang
paling sabar yang pernah saya temui, semoga kesabaran mas dalam
angkatan 2012 dan 2013 yang telah mewarnai perjalanan hidupku kurang
lebih 2 tahun di kota termacet nomor empat dunia ini, mas Renald, mas
Frets, mas Halim, mas Novi, Nailis, mbak Riva, Fajar Muharram, Fajar
Ismail, Risca, mas Boni, dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terimakasih buaanyak sobat, aku bangga bisa berteman & menjadi
bagian dari kalian semua semoga cerita ini akan berlanjut dikemudian hari
penuh kerendahan hati kepada mama dan papa tersayang yang senantiasa
memberikan doa, semangat, bimbingan, cinta dan kasih sayang yang tiada
batas, adik Rengga, abang Agaf, serta tak lupa untuk calon istriku Dyah.
penelitian.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tak lupa saya haturkan kepada
Tidak lupa juga untuk sahabatku Andre (tuan guru) beserta keluarga yang
menjadi teman, keluarga selama saya berada ditanah yang baru pertama
Surabaya, 2015
Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang, faktor apa yang
menyebabkan masyarakat melakukan perlawanan terhadap korporasi, implikasi
gerakan, serta siapa saja aktor yang memimpin gerakan dan melalui institusi apa
saja massa digerakkan dalam perlawanan menolak ijin usaha pertambangan di
tanah Lambu Kabupaten Bima. Dalam menganalisis perlawanan rakyat Lambu
terhadap korporasi dikaji dan ditelusuri faktor penyebab, implikasi gerakan, serta
faktor kepemimpinan aktor gerakan dalam menggerakkan masyarakat untuk
melakukan perlawanan terhadap korporasi. Faktor kepemimpinan dikaji untuk
mengetahui dan memahami seberapa besar kontribusinya dalam memotivasi
terjadinya perlawanan rakyat Lambu. Untuk merekonstruksi peristiwa penolakan
rakyat Lambu terhadap izin usaha pertambangan sebagai sebuah gerakan
perlawanan politik dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan analisa
deskriptif. Metode ini dipilih karena lebih mampu menemukan fakta dan mampu
mengurai ralitas di lapangan dengan teori. Hasil penelitian menunjukkan
perlawanan rakyat Lambu digerakkan oleh kondisi deprivasi relatif yang
disebabkan oleh sikap arogansi kepala daerah yang kemudian berubah menjadi
deprivasi kolektif sehingga mereduksi tindakan masyarakat Lambu untuk
memobilisasi tuntutan melalui ekspresi kekerasan. Sedangkan, implikasi dari
gerakan ini terjadinya berbagai peristiwa kekerasan massa serta membawa
dampak terhadap tergeraknya kecamatan-kecamatan lain untuk turut menolak
keberadaan perusahaan tambang di Kabupaten Bima
Kata kunci: perlawanan politik, kekerasan massa
ABSTRACT
This study aimed to describe the background, what factors cause resistance to the
corporate community, the implications of the movement, as well as any actor who
led the movement and through any institution driven masses in opposition refused
to allow mining on Lambu Bima. In analyzing people's resistance against
corporate Lambu ditelisuri assessed and the causes, implications of the
movement, and the movement of the actor's leadership in mobilizing the
community to take the fight against the corporation. Factors studied leadership to
know and understand how big contribution in motivating the people's resistance
Lambu. To reconstruct the events of rejection Lambu people against mining
license as a political resistance movement carried out by the method of
qualitative research with descriptive analysis. This method was chosen because it
is able to find the facts and be able to parse the morality in the field with the
theory. The results showed resistance Lambu people driven by relative
deprivation conditions caused by the arrogance of the head area which later
turned into a collective deprivation thus reducing Lambu to mobilize community
action demands through violence expression. Meanwhile, the implications of this
movement the occurrence of various events of mass violence and the impact on
other subdistricts tergeraknya to participate reject the existence of a mining
company in Bima Keywords : political resistance, mass violence
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................13
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................13
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................14
D.1 Manfaat Akademik....................................................................................14
D.2 Manfaat Praktis.........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................89
LAMPIRAN..........................................................................................................92
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUA
A. Latar Belakang
Bagaimana tidak, pada masa rejim Orde Baru masih berkuasa, hampir tidak ada
dinamika didalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kebijakan politik Orde
Baru yang tidak memberikan peluang dan ruang kepada masyarakat untuk
oleh norma, nilai dan sistem hukum yang berlaku. Barulah di era reformasi
tersebut diekspresikan dengan cara dan bentuk yang bervariatif mulai dari cara-
cara yang konstruktif hingga yang destruktif. Berbagai dinamika sosial tersebut
antara lain berupa gerakan separatis, kerusuhan antar etnis, kerusuhan antar
agama, kerusuhan antar suporter sepak bola, konflik antar pendukung dalam
pilkada, fenomena kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan (baca: TNI,
para petani.
menarik perhatian banyak peneliti antara lain adalah Wahyudi (2005), dalam
bukunya yang berjudul Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani: Studi Kasus
berlangsung cukup panjang dan mengalami pasang surut, yakni dimulai dengan
usaha prosedural land reform sejak pasca pendudukan zaman Jepang, berlanjut ke
Agresi Belanda ke-II, masa Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, masa
Baru: Perlawanan Komunitas Lokal pada Kasus Indorayon di Toba Samosir yang
Orde Baru hingga Orde Reformasi. Dalam gerakan masyarakat Batak Toba
Samosir muatan isu yang diangkat relatif kompleks diantaranya isu pencemaran
lingkungan sebagai efek dari operasional perusahaan Indorayon, masalah adat,
Yang unik dari temuan silaen adalah gerakan anti Indorayon tidak muncul dari
kaum terpelajar melainkan digagas dan dimotori oleh para inang (ibu-ibu) yang
ditanam oleh perusahaan itu ditanah adat mereka. Artinya kesadaran akan dampak
negatif keberadaan perusahaan Indorayon malah pertama kali muncul dari kaum
Keunikan lain dari gerakan ini adalah terciptanya jejaring solidaritas se-
ibu ini, sehingga mereka tidak hanya terbebas dari penjara tetapi berhasil
rakyat di kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir ini di dukung oleh tokoh-
tokoh gereja di Sumatra Utara, terutama Huria Kristen Batak Protestan terbesar di
Indonesia.
yang mengambil setting masyarakat Stren Kali Kota Surabaya dalam ikhtiarnya
Surabaya belum mencapai apa yang menjadi target dan tujuan gerakan yaitu
keluarnya perda yang menetapkan bahwa tidak ada penggusuran bagi warga Stren
Kali Surabaya, baru sebatas kebijakan penundaan penggusuran dalam waktu yang
tidak diketahui. Dalam konteks yang lain Soenyono melihat kemunculan gerakan
ekskalasi konfik yang begitu luas, salah satu dari sekian kasus yang paling
kebijakan pemerintah yang memberi ijin eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam
mereka.
penghidupan masyarakat setempat dan lokasi pertambangan yang tidak jauh dari
daerah pemukiman dan lahan pertanian masyarakat. Hal ini kemudian memicu
gelombang protes dari warga setempat yang merasa dirugikan dengan keberadaan
perusahaan pertambangan.
daya alam yang berlangsung di kecamatan Lambu Kabupaten Bima menjadi kasus
yang menarik untuk diteliti, disamping faktor yang melatar belakangi lahirnya
1
Soenyono. 2005. Gerakan Sosial Masyarakat Miskin Perkotaan : Studi Kasus Gerakan Sosial
Masyarakat Stren Kali Surabaya Menolak Kebijakan Penggusuran (yang dilakukan pemerintah).
Disertasi. Unair
2
PT Sumber Mineral Nusantara adalah perusahaan tambang emas yang 95% sahamnya dimiliki
perusahaan asal Australia, Arc Exploration Ltd. Perusahaan itu diberi izin melakukan kegiatan
eksplorasi selama lima tahun dengan luas area 24.980 hektare (ha), yang berada di wilayah
Kecamatan Sape, Lambu, dan Langgudu, Kabupaten Bima, NTB.
pemerintahan setempat, disisi lain juga memperlihatkan bagaimana negara dalam
Kabupaten Bima adalah salah satu daerah dengan intensitas konflik sosial
yang tinggi. Berbagai peristiwa berdarah yang melibatkan massa besar sudah
sering terjadi ditanah Bima tanah yang lebih dikenal dengan sebutan dana mbojo,
beberapa diantaranya misalkan pada 14 Juni 2010 terjadi bentrokan antara massa
aksi yang menolak hasil pilkada yang memenangkan pasangan Feri Zukarnain dan
korban luka-luka akibat terkena peluru tajam aparat kepolisian serta insiden
pemboman kantor KPUD dan pembakaran kantor DPD Golkar oleh massa aksi.
aktifitas teroris yang berlokasi di desa Sanolo, belum lagi bentrokan antar warga
kampung hampir tidak terhitung jumlahnya, hal ini kemudian mengukuhkan Bima
kekayaan sumber daya alam yang begitu besar. Potensi tersebut teridentifikasi
berupa berbagai bahan galian seperti emas, mangan, tembaga hingga pasir besi.
IUP yang dikeluarkan itu yakni izin untuk eksplorasi jenis tembaga diberikan
kepada PT Mineral Nusantara Citra Persada dan PT Indomineral Citra Persada
mengantongi tujuh IUP Operasi Produksi, dengan jenis bahan galian berupa
mangan dan pasir besi, sedangkan untuk bahan galian emas, pemerintah
merupakan anugerah tuhan yang tidak ternilai harganya, namun tidak jarang pula
menjadi bencana bagi daerah dan rakyat. Berkaca pada daerah-daerah yang lebih
dulu melakukan eksplorasi kekayaan alam seperti Freeport di Papua, Blok Cepu
di Kabupaten Blora, dan yang paling dekat adalah daerah tetangga Kabupaten
negatif yang ditimbulkan baik secara ekologi maupun dampak secara sosial.
negatif dari usaha pertambangan, terjadi pada tahap eksplorasi, eksploitasi hingga
apa yang akan terjadi setelah penambangan selesai tidak akan bisa terpisahkan
dari kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar dan oleh karenanya itu dalam
akan ditimbulkan dari proses penambangan tersebut, maka dari itu diperlukan
kontrol yang kuat dari seluruh steakeholder (perusahaan, pemerintah dan seluruh
dengan maksud agar lingkungan dan sumber daya alam tersebut tetap terpelihara
seperti yang telah dipesankan oleh Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia
pertama dalam pidato Tri Sakti 1963 yang menganjurkan agar kekayaan alam
Negara ini tetap tersimpan di perut bumi, hingga Saat putra-putri bangsa indonesia
konflik Lambu adalah konflik yang melibatkan masyarakat dengan korporasi dan
pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah daerah. Masyarakat menuntut agar
perlawanan dengan melibatkan massa besar, dan melahirkan gejolak sosial yang
begitu besar di tanah Bima. Menurut Michael C. Hudson dan Charles Lewin
Taylor Unjuk rasa atau demonstrasi - aksi protes merupakan ekspresi atau
menjadi hal yang sah saja terjadi. Di Indonesia pun diatur dalam UU No. 9/1998
dan 2, dan Pasal 9 ayat 1. Namun reaksi yang berlebihan tentu juga tidak
di akar rumput.
daerah mencabut SK. izin operasional PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) yang
Sumber Mineral Nusantara. Masyarakat yang merasa geram dan merasa aksi
memakan korban jiwa. Dari data yang dihimpun di lapangan terdapat beberapa
instansi pemeritahan yang dibakar massa pada konflik Lambu antara lain; Kantor
Lambu, dan 4 (empat) kantor kepala desa yaitu desa Lanta, desa Sumi, desa Soro,
dan desa Melayu, dan yang terakhir adalah Kantor Bupati Bima yang merupakan
Selain itu, sebelum kejadian pembakaran Kantor Bupati Bima oleh massa
aksi, terdapat aksi kekerasan massa lainnya yang bahkan menyita perhatian
- Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur menjadi lumpuh total. Puncak dari peristiwa
ini terjadi bentrokan antar massa aksi dengan aparat kepolisian pada tanggal 24
Desember 2011 yang berujung pada jatuhnya 2 (dua) korban jiwa dan ratusan
orang luka-luka.
perlawanan tanpa kekerasan tentu apa yang dilakukan masyarakat Lambu tidak
dibenarkan. Namun jika mengacu pada teori gerakan sosial baru, penggunaan
apakah kita harus menyerah begitu saja terhadap perampok dan pencuri yang
masuk ke rumah menjarah dan merampas harta benda atau kehormatan kita serta
tidak segan untuk menciderai kita, dalam hal ini apakah salah ketika kita
Pemaknaan kekerasan dari sudut pandang teori gerakan sosial baru terbagi
menjadi dua sifat antara lain, kekerasan itu bersifat ofensif apabila secara aktif
dipakai untuk menyerang orang lain atau sumber daya yang dijadikan tujuan
kekerasan. Kekerasan bersifat defensif apabila hanya dipakai untuk membela diri.
Kalau itu ditarik pada gerakan yang terjadi di tanah Lambu maka peggunaan
pemukiman mereka.
2009 tentang Minerba (Mineral dan Batubara) dimana pada pasal 37 disebutkan
diberikan oleh gubernur jika wilayah tambang berada pada lintas wilayah
3
Lihat Undang-undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Minerba (Mineral dan Barubara)
Maka secara tidak langsung otonomi daerah telah memberi kuasa yang
amat besar kepada pemerintah daerah dalam pemberian izin pertambangan. Selain
itu, undang-undang Mineral dan Batubara No. 4 Tahun 2009 menempatkan kepala
daerah sebagai aktor tunggal dalam penerbitan dan pencabutan izin tambang.
Otoritas besar yang dimiliki daerah melalui kepala daerah seharusnya menjadikan
pemerintah daerah bijak dalam mengelola potensi yang dimiliki daerah serta
memberikan hak untuk menolak atau menerima segala bentuk investasi yang
masuk.
Kembali pada kasus Lambu negara dapat diasumsikan tidak hadir sebagai
sebagai kekuatan besar dan kejam yang menindas dan memangsa hak-hak dan
merampas keadilan masyarakat sipil atau dalam istilah lain yang diungkap Marx
negara tidak lain sebagai alat bagi kaum kapitalis. Otoritas besar yang
namakan negara.
lokasi pertambangan yang berada di sekitar area pemukiman dan lahan pertanian
masyarakat.
dan melihat persoalan secara kolektif. Sikap tersebut muncul karena dilandasi
pemukiman penduduk kecamatan Lambu yang jauh dari keramaian kota, oleh
pemerintah dalam hal ini kepala daerah karena tidak mempertimbangkan area
pemukiman dan lahan pertanian warga setempat. Sejak awal digulirnya isu
hadirnya perusahaan pertambangan telah menuai reaksi protes dan penolakan dari
rakyat Lambu serta mengkaji peran masing-masing aktor dalam gerakan. Guna
mengkaji dan membahas lebih dalam tentang perlawanan masyarakat dalam
mengambil judul:
B. Rumusan Masalah
terhadap korporasi?
3. Siapa saja aktor yang memimpin gerakan dan melalui institusi apa saja
C. Tujuan Penelitan
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
b. Manfaat Praktis
rujukan bagi penulis serta praktisi yang menaruh perhatian yang sama
KONSEPSI TEORITIS
Ada beberapa teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini, antara lain:
Teori deprivasi relatif dan teori kekerasan kolektif. Peneliti berpendapat kedua
Lambu. Disamping itu, disadari juga bahwa untuk memahami realitas konflik
kekerasan yang terjadi tidak dapat diterangkan dengan teori tunggal, akan tetapi
Salah satu peristiwa yang menonjol sejak era reformasi digulirkan adalah
munculnya beragam aksi protes dari masyarakat sipil, baik itu petani, buruh,
dari perlakuan tidak adil sering disebut dengan deprivasi relatif (Crosby, 1982;
Croby & Gonzales-Intal, 1984), namun tidak semua deprivasi relatif berakhir
dengan protes.
beberapa ahli antara lain; Pertama, David Aberle menyatakan bahwa deprivasi
Pengertiannya bisa reference group, common man, namun ada juga yang
mengartikan sebagai harapan yang biasanya dalam arti past expectation. Lebih
detil lagi Davis memebedakan reference group, yang diartikan sebagai in-group,
dengan out-group. Dijelaskan lebih lanjut bahwa deprivasi relatif terjadi bila
group maka yang terjadi adalah social inferiority. Baik deprivasi relatif maupun
keminderan sosial terjadi bila kondisinya lebih jelek dari pembandingnya. Bila
kondisinya lebih baik dan pembandingnya in-group maka yang terjadi adalah
seseorang (1) tidak mempunyai X, (2) dia tahu orang lain mempunyai X, (3) dia
deprivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu egoistical and fraternal deprivation.
dangan apa yang senyatanya). Secara operasional, konsep ini digunakan untuk
4
Faturrochman. 1999. Deprivasi Relatif: Rasa Keadilan dan Kondisi Psikologis Buruh Pabrik.
Jurnal Psikologi UGM. Hal. 6
yang diperlukan untuk meraih harapan tersebut. Nilai-nilai yang dimaksud berupa
benda material atau kondisi kehidupan dimana seseorang merasa mempunyai hak
Ve – Vc
RD =
Ve
Ket:
RD : relative deprivation
Ve : value expectations
Vc : value capabilities
aspirasi) yang akan muncul bila kemampuan kelompok tidak berubah tetapi
progresif) dapat terjadi bila kedua unsurnya berubah, yaitu terjadi penurunan
trjadinya protes sosial atau gerakan sosial. Dari penjelasan ini terlihat bahwa
model yang dikemukakan Gurr tampak lebih dinamis dibanding dengan lainnya.
Robert Gurr pada umumnya dipicu oleh kemarahan banyak anggota masyarakat,
yang diinginkan.
Lebih jauh dari pada itu, Zeihin dalam konsepnya yang disebut
ekonomi yang sudah lama dialaminya menjadi semakin memburuk.5 Dengan kata
lain, Zeihin ingin menyatakan bahwa ketidak puasan dan ketidaknyamanan yang
gerakan sosial DiRenzo menyatakan argumen yang hampir tidak berbeda bahwa
5
M. Zeihin. 1966. Economic Insecurity and Political Attitudes of Cuban Workers. American
Sociology Review. Vol. 31 No. 1. Hal 31
6
Komunikasi kekecewaan yang dimaksud disini adalah bertemunya kekecewaan seseorang
dengan kekecewaan orang yang lain, sehingga mereka merasa mempunyai perasaan senasib.
Dengan perasaan senasib itu, mereka mudah bersatu untuk melakukan gerakan.
hanya merupakan faktor sekunder dari suatu gerakan perlawanan masyarakat,
sementara yang menjadi faktor primer adalah mobilisasi sumber daya. Sumber
tepat, dan kedekatan fisik. Bagi peneliti, kondisi deprivasi bukan sekedar sebagai
mereka mempunyai tekad yang kuat dan sanggup melakukan gerakan meskipun
anggota kelas masyarakat yang rendah dengan maksud melunakkan atau menolak
tuntutan-tuntutan (misalnya sewa, pajak) yang dikenakan pada kelas itu oleh
kelas-kelas yang lebih atas (misalnya tuan tanah, negara, pemilik mesin, pemberi
yang dilakukan oleh mereka yang tertindas karena ketidak adilan dan hegemoni
kekuasaan.
sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya kekecewaan secara
lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau keinginan
akan adanya perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Sedangkan gerakan
tuntutan perubahan itu lahir karena melihat kebijakan yang ada tidak sesuai
Dalam analisis politik, dikenal dua tradisi atau tema utama sebagai unsur
wadah pemikiran yang memiliki kerangka analisis tentang kekerasan, yaitu paham
tersebut memiliki tumpuan analisis yang berbeda. Paham tingkah laku bertumpu
pengamatan, mengkaji bagaimana orang bertingkah laku dan apa yang mendorong
jaringan peran, tukar, kelas-kelas, dan cara-cara teratur untuk melakukan tindakan
didasarkan pada anggapan manusia sebagai mahluk yang dikuasai oleh dorongan
irasional dan anarkistis serta mekanistis yang saling mengiri dan membenci
sehingga menjadi kasar, jahat, pendek pikir, atau bersosok homo homini lupus,
7
Deden Faturrochman & Wawan Sobari. 2004. Pengantar Ilmu Politik. UMM Press. Malang. Hal.
260-261
belum omnium contra omnes. Artinya kekerasan itu alamiah, merupakan dinamika
produk manusia secara alamiah sebagai mahluk yang polos, mencintai diri serta
spontan, tidak egois dan tidak altruis, mustahil mau berbuat kekerasan. Jadi rantai
kekerasan
diatas mengarahkan kita pada sebuah pertanyaan besar apakah suatu tindakan
kekerasan itu ditentukan oleh agen atau individu secara otonom ataukah
ditentukan oleh struktur yang melingkupinya, baik struktur dalam pengertian nilai,
Dugaan tentang sinyalemen adanya pihak ketiga atau pihak tertentu yang
alasan pemerintah semata, di kalangan ilmuwan sosial pun cara pandang ini
diyakini sebagai suatu tindakan individu yang dilakukan secara sadar dan sengaja
ini menjadi sah. Sehingga tokoh sentral yang diperankan individu atau kelompok
melakukan tindakan kekerasan, dan yang terpenting bukan dugaan oleh individu
Tabel 2.1
Agen Struktur
1.Individu adalah agen yang 1.Masyarakat terdiri dari hubungan-
tindakannya secara sadar dan sengaja hubungan sosial atau‖struktur‖yang
mereproduksi dan mentransformasi menjadi kondisi interaksi dan hasil
realitas sosial. tindakan agen-agen.
2. ―Penjelasan dari dalam 2. ―Penjelasan dari
‖ mengabaikan dan menyepelekan luar‖mengabaikan dan menyepelekan
faktor dan kendala struktural dan faktor-faktor motivasi, niat, strategi
proses-proses sosial dan politik. dan aksi agen karena dianggap tidak
3. ―Masalah Weber‖yaitu lebih dari artefak atau produk
perhatian pada individu dan aksi struktur.
manusia penentu struktur sosial. 3. ―Masalah Durkheim‖yaitu
4.Realitas dipandang‖rapuh‖dapat perhatian pada masyarakat sebagai
dirundingkan (―bargaining sistem yang‖berdikari‖sedangkan
for reality‖)dan terbentuk sebagai individu dianggap sebagai sebagian
emanasi, representasi dan
epifenomena
konstruksi individu-individu yang masyarakat.
subjektif. 4.Nilai dan norma dipandang
5.Hubungan yang monocausal dan sebagai‖imperatif struktural‖ yang
sederhana mengaitkan agen dengan terinternalisasi dalam individu,
struktur : Agen membentuk struktur. sehingga orang berperilaku selaras
6.Penekanan pada praktik-praktik dengan atau fungsional terhadap
mikro(micro-practices) dalam sistem.
interaksi sosial yang ditandai dengan5.Hubungan yang monocausal dan
keunikan dan kekayaan interaksi sederhana mengaitkan struktur
sosial dan politik. dengan agen : Struktur membatasi
7.Untuk menjelaskan suatu peristiwa dan bahkan menentukan keagenan.
dan fenomena politik dimulai dari- 6.Penekanan pada aksi yang selalu
dan diakhiri dengan-individu. tertanam dalam struktur yang lebih
8.Voluntarisme yakni memahami luas(macro-embeddedness).
peristiwa dan fenomena politik 7.Struktur sosial politik dianggap
dengan memperhatikan niat dan sebagai alpa dan omega penjelasan
motivasi aktor. tindakan aktor.
9.Penekanan pada bagian-bagian yang 8.Determinisme dan teleologisme,
membentuk keseluruhan seperti yakni pandangan yang menempatkan
tindakan individu proses-proses sosial dan politik
dinisbatkan kepada’historical and
state’ seperti hubungan-hubungan
ekonomi dalam marxisme.
9.Penekanan pada keseluruhan yang
mempengaruhi bagian-bagian yang
menjadi unsurnya
Sumber: Dikutip dari Akmal Budianto, Pemimpin Politik dan Kualitas Demokrasi
Tahun 2010
Sejalan dengan tabel diatas Robert Gurr dalam teori tentang konflik
kekerasan. Ia melihat bahwa tindakan kekerasan dapat dilihat dari dua bentuk
dilakukan oleh masyarakat, dan sifatnya perlawanan spontan, sporadis, dan tidak
tersistematis.
Disis lain, seiring dengan perkembangannya teori kekerasan dapat
aktor atau kelompok aktor, kekerasan sebagai produk dari struktur, dan kekerasan
kekerasan sebagai tindakan yang dilakukan oleh aktor atau kelompok aktor yang
bentuk kekerasan tidak langsung, tidak tampak, dan statis. Dalam perkembangan
Tabel 2.2
Jejaring Kekerasan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang
indifidu atau kelompok, Negara atau struktur, dan jejaring antar aktor dan
struktur. Jenis kekerasan yang terakhir ini oleh Galtung disebut sebagai kekerasan
Tabel 2.3
Ruang
Aras Pelaku Dimensi Medium
Lingkup
Fisik/non Senjata
fisik Organisasi
(teror tentara dan
Negara Aparat Negara Komprehensif
mental) polisi
Kebijakan
publik
Non-fisik Kebijakan
(politik, public
Aparat Negara sosial, Akumulasi
Struktur social Pengendali ekonomi, capital Komprehensif
capital dan Proses dan
budaya) sarana
produksi
Personal/komunitas Indifidu/kelomp Fisik Kelompok Terbatas
ok anomi
Aksi indifidual
Sumber : Dikutip dari Thomas Santoso, Teori-Teori Kekerasan Tahun 2002
kesenjangan antara ekspektasi nilai dan kapabilitas nilai. Ekspektasi nilai adalah
barang dan kondisi kehidupan yang dianggap bisa diperoleh dan dipelihara.
Sedangkan kapabilitas nilai adalah barang dan kondisi yang dianggap bisa
massal? dari teori ―deprivasi relative‖ Ted Robert Gurr, oleh para sejarah
dan ilmuwan sosial telah mendiskusikan secara luas teori-teori kekerasan kolektif
Pada paruh pertama abad 20, para sosiolog Amerika menerima bentuk
keseimbangan masyarakat normal atau stabil. Perilaku seperti itu didiorong oleh
8
Santoso, Thomas. 2002. Teori-Teori Kekerasan. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal. 65
Menurut Rule (1988)9, teori perilaku kolektif ditegakkan berdasarkan
premis bahwa setiap bentuk pemberontakan dengan kekerasan atau tidak, berasal
ditelaah dari dua perangkat lunak analisis sosial yaitu studi-studi mengenai
sosial. Aksi sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan untuk
merubah norma dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada sistem sosial
seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem atau luar sistem.
Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil dari diferensiasi
struktur sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai variabel antara
yang menghubungkan antara hubungan antar individu seperti peran dan struktur
sosial yang dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan konflik terbuka atau
9
Rule, James B. 1988. Theories of Civil Violence. Berkeley : University Of California Press. Hal
145
kekerasan. Kompetisi atau konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan
melalui aksi sosial bersama (tindakan kolektif) untuk merubah norma dan nilai.
terjadi apabila setiap indifidu yang terlibat didalamnya akan memperoleh manfaat.
Hitungan untung rugi individu jauh lebih penting daripada hitungan untung rugi
untuk hal-hal yang dianggap baik, dapat pula untuk hal-hal yang dianggap tidak
baik. Tindakan kolektif adalah suatu bentuk kerjasama juga. Oleh karena yang
kekerasan kolektif acapkali dikaitkan dengan sifat dasar manusia dalam psikologi
politiknya Thomas Hobbes disebut homo homini lupus, atau versi Le Bon sebagai
sebagai situasi anomie, yakni suatu kondisi hilangnya orientasi masyarakat yang
mempengaruhi gerakan massa, termasuk didalamnya adalah pembunuhan oleh
massa.
bentuk pembakaran oleh massa terhadap sejumlah istansi pemerintahan yang juga
Jika ditinjau dari teori konflik, maka asal muasal konflik kekerasan berasal
dari rasa frustrasi yang dialami setiap anggota masyarakat. Rasa kekecewaan yang
Masyarakat Lokal
Perusahaan Pertambangan
SK. 188
Resistensi
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
BAB III
METODE PENELITIAN
kualitatif merupakan reseach that more concerned about construct social reality,
are present and explicit, situationally constrained, few cases, and subject
politik yang terjadi di Kabupaten Bima. Metode ini dipilih karena lebih mampu
menemukan fakta dan mampu mengurai ralitas di lapangan dengan teori. Karena
Dalam penelitian ini pula peneliti melakukan kajian analisis dari perspektif
studi gerakan sosial politik untuk melihat serta menganalisa gerakan perlawanan
10
Newman W. Lawrence. 2003. Social Research Method. Allin and Bacon. United State. Hal. 15
masyarakat disekitar area pertambangan di kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
peneliti baik secara sendiri ataupun dengan bantuan orang lain sebagai alat
pengumpul data yang paling utama atau sebagai instrumen penelitian itu sendiri.
menolak ijin usaha pertambangan ini, lokasi yang dijadikan sebagai kajian
yang relatif radikal dan menjadi poros dari perlawanan menolak keberadaan
perusahaan pertambangan.
berlangsung. Untuk itu, maka peneliti memetakan dan memilih informan yang
memiiki kapasitas dan kapabilitas sesuai dengan masalah penelitian yang diteliti.
Tabel 3.1
Daftar
Informan
11
Ibid. Hal. 213
12. Bpk. Burhan Masyarakat
diteliti.
The researcher is the instrument for measuring field data (Newman, 2003:
375). Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Newman tersebut maka yang
menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti menjadi
instrumen penting dalam penelitian karena dengan posisi sebagai instrumen dapat
menjadikan pengingat bagi peneliti ketika menggali data di lapangan agar lebih
sensitif terhadap apa yang terjadi di lapangan dan disiplin didalam merekam data-
sendiri.
Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan instrumen lain sebagai alat
bantu untuk megumpulkan data seperti : perekam handphone, kamera digital, serta
pada peneliti. Dalam penelitian ini alat bantu perekam handphone digunakan
Lambu. Sedangkan note book digunakan untuk mencatat hal-hal yang peneliti
Untuk instrumen pengumpulan data, agar menjadi satu kesatuan yang utuh
dan konsisten dengan metode penelitian yang dipilih dan objek yang menjadi unit
analisis, maka ada dua teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu teknik wawancara mendalam terhadap informan yang ditentukan dan
kajian dokumentasi.
Teknik wawancara dalam hal ini dilakukan dengan kontak langsung secara
lisan atau tatap muka dengan informan yang menjadi sumber data, dalam sebuah
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik elite interviewing.
ijin usaha pertambangan seperti halnya tokoh gerakan, organisasi yang terlibat
mendapatkan informasi yang absah terkait dengan masalah yang sedang diteliti,
permasalahan penelitian.
sehingga dapat berkembang sesuia harapan dan kebutuhan penelitian. Data yang
langsung terdiri dari pemberian rinci tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-
yakni daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka dan ingin memperoleh jawaban
yang sifatnya umum berupa rambu-rambu untuk mengarahkan peneliti agar tidak
terjebak dalam pertanyaan dan dialog dengan informan diluar permasalahan dan
tujuan penelitian.
prosedur?
7. Siapa saja aktor yang terlibat dalam aksi penolakan terhadap ijin usaha
pertambangan?
pemecahan konflik?
masyarakat setempat?
Lambu?
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data ini lebih
merupakan wujud kata-ata dari pada deretan angka-angka. Pilihan atas data
kualitatif ini didasarkan atas pertimbangan, untuk penelitian deskriptif, lebih
memungkinkan untuk memahamin fenomena dan gejala sosial secara luas dan
mendalam. Dengan data kualitatif dapat diikuti dan dipahami alur peristiwa secara
kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan
memperoleh penjelasan yang banyak bermanfaat. Disisi lain, data kualtatif akan
b. Dokumentasi
dokumentasi atau yang sering disebut dengan data sekunder berupa sejumlah data
Bima, seperti halnya Surat Keputusan Bupati Bima tentang pemberian ijin
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
kualitatif, yang merupakan teknik analisa data yang digunakan untuk menafsirkan
data dan menginterpretasikan data yang didapat dari wawancara yang dilakukan
dan juga data dokumentasi yang didapat. Data yang didapat selanjutnya dibuat
dalam bentuk laporan diskripsi yang berisi narasi kualitatif, dengan tujuan
menganlisis data adalah sebagai berikut: pertama, tahap klasifikasi data, kedua
tahap analisa pola, dan ketiga tahap analisa logis, (straus & corbin, 1990).12
12
Strauss & Corbin. 1990. Basics of Qualitatif Research. Newbury Park. Sage Publication.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Pada bab ini secara khusus memaparkan hal-hal umum yang berkaitan
dengan profil Kabupaten Bima, meliputi sejarah Kabupaten Bma, letak geografis,
kecamatan Lambu.
Dari hasil penelitian sejarah, Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5 Juli
1640 M, ketika sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang
melayu purba dan bangsa melayu baru. Demikian halnya dengan penduduk yang
mendiami daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya dou mbojo,
dou donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai. Disamping penduduk asli
juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari sulawesi selatan, jawa,
pecah dalam kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh ncuhi. Ada lima
menghormati dan selalu mengadakan musyawarah mufakat bila ada sesuatu yang
Ncuhi lainnya.
utusan yang berasal dari Jawa. Menurut legenda yang dipercayai secara turun
temurun oleh masyarakat bima, cikal bakal Kerajaan Bima adalah Maharaja
Pandudewata yang mempunyai lima orang putra yaitu Darmawangsa, Sang Bima,
Sang Arjuna, Sang Kula, Sang Dewa. Salah seorang dari lima bersaudara ini
yakni sang bima berlayar kearah timur dan mendarat disebuah pulau kecil
Sang Bima inilah yang mempersatukan kelima ncuhi dalam satu kerajaan
yakni Kerajaan Bima, dan Sang Bima sebagai raja pertama bergelar
―Sangaji‖. Sejak saat itulah bima menjadi sebuah kerajaan yang berdasarkan
hadat, dan saat itu pulalah hadat Kerajaan Bima ditetapkan berlaku bagi seluruh
rakyat tanpa terkecuali. Hadat ini berlaku terus menerus dan mengalami
sang bima meninggalkan kerajaan bima menuju timur, tahta kerajaan diserahkan
kembali kepada Ncuhi Dara hingga Indra Zamrud (putra Sang Bima) datang
Tureli Nggampo diganti dengan istilah Raja Bicara. Dan yang sangat melanggar
hadat adalah pergantian jabatan. Jabatan raja yang seharusnya diduduki oleh garis
lurus keturunan diubah oleh Bilmana. Tahta kerajaan yang seharusnya diduduki
yang menjabat sebagai raja bicara, sedangkan jabatan raja sifatnya permanen
ini hanya dapat diatasi oleh Raja Bicara sebagai pemegang kekuasaan, sedangkan
Raja Bicara
Kira-kira pada awal abad XVI kerajaan Bima mendapat pengaruh islam
dengan raja pertamanya adalah Sultan Abdul Kahir yang penobatannya pada
tanggal 5 Juni 1640 M. Pada masa ini susunan dan penyelenggaraan pemerintahan
Hadat, terdiri dari tiga unsur Hadat, unsur Sara dan Majelis Hukum yang
mengemban tugas pelaksanaan Hukum Islam. Dalam penyelenggaraan
1. Majelis Tureli (Dewan Menteri) yang terdiri atas Tureli Bolo, Woha,
Belo, Sakuru, Parado, dan Tureli Donggo yang dipimpin oleh Tureli
2. Majelis Hadat yang dikepalai oleh Kepala Hadat yang bergelar Bumi
Lumah Rasa Na’e dibantu oleh Buni Lumah Bolo. Majelis Hadat
memberhentikan Sultan.
Lebe Na’e.
Tenggara Barat yang terletak diujung timur pulau sumbawa atau lebih tepatnya
Bima berada pada posisi I17°.40’ — II9°.24’ Bujur Timur dan 8°.51 - 9°40’
13
Selayang Pandang Kabupaten Bima. 2003. Humas Setda Kabupaten Bima. Hal : 4
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
57
Bima terbagi atas 14 kecamatan yang kemudian pada tahun 2007 terjadi
kecamatan sebanyak 18 wilayah yang terdiri dari 168 desa dan 542 dusun.
jauh dari pusat pemerintahan kabupaten bima, keduanya memiliki jarak tempuh
sekitar 130 km dan 250 km. Selain itu, kedua kecamatan ini merupakan
Tabel 4.1
Ha Km²
14
Ibid. Hal : 4
mencapai 477.5 m.
Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%)
dataran rendah. Sekitar 14% dari proporsi dataran rendah tersebut merupakan
areal persawahan dan Iebih dari separuh merupakan lahan kering. Oleh karena
tradisional ke wirausaha dan sektor industri kecil dan perdagangan. Dilihat dan
dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut, sedangkan daerah yang terendah
adalah Kecamatan sape dan Sanggar yang mencapai ketinggian hanya 5 m dari
permukaan laut.15
a. Kondisi Sosial
Islam, dengan jumlah Masjid 420 buah, Langgar 344 buah, dan Mushola 139
buah, Gereja Protestan 3 buah, Gereja Katolik 3 buah dan Pure 3 buah. 16 Selain
itu juga terdapat sarana pembinaan agama seperti TPQ sebanyak 372 buah
dengan jumlah siswa 20.238 orang, lembaga dakwah 20, Madrasah 86 buah,
dengan jumlah siswa 23.450, penyuluh agama 210 orang dan tokoh agama
15
16
Data BPN Kabupaten Bima. 2003
Selayang Pandang Kabupaten Bima. 2003. Op. Cit. Hal: 7
17
Ibid. Hal: 7
Guna memantapkan pengamalan ajaran agama berdasarkan Syariat Islam
Nomor 2 Tahun 2003. Isi Perda tersebut pada intinya adalah menciptakan
menghentikan segala aktifitas diluar pelaksanaan ibadah mulai pukul 11.30 Wita
b. Kondisi Ekonomi
memiliki peranan 50,14 persen. Sektor yang paling kecil menciptakan nilai
tambah adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA). Sektor industri yang
jagung, dan ubi, juga memiliki komoditas unggulan yang menjadi andalan
holtikultura sebagai penghasil bawang merah dan bawang putih. Luas area untuk
18
http://bimakab.bps.go.id. Pendapatan Regional. Diakses pada tgl 2 September 2012
sekitar 49% dari seluruh potensi dengan total produksi per tahun mencapai 66.076
ton.
Bawang Keta Monca (bawang merah) saat ini menjadi komoditi unggul nasional,
dan bersama bidang usaha pertanian lainnya seperti yang dijelaskan sebelumnya
Bima. Selain produksi yang besar, bawang Keta Monca dikenal memiliki mutu
dan ciri khas sendiri, serta banyak diminati konsumen baik dari Bali, Jawa,
Makassar dan Banjarmasin maupun luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Bahkan sejak 2009 lalu, Kabupaten Bima dijadikan sentra benih bawang merah
kebutuhan daerah lainnya utamanya Pulau Lombok (BPS, 2009). Luas lahan
Ambalawi, Belo dan Monta. Karena aktivitas mata pencaharian utama inilah yang
akan membuat susutnya debit air irigasi lahan pertanian, khususnya tanaman
bawang merah yang menjadi sumber mata pencaharian mereka. Selain melindungi
sumber air, mereka belajar dari potret buruk tambang emas raksasa di Batu Hijau
yang dikembangkan meliputi 18 jenis yang terdiri dari 11 (sebelas) jenis tanaman
tahunan dan 7 (tujuh) jenis tanaman musiman meliputi tanaman jambu mete, kopi,
Bima adalah Kopi Tambora yang potensi pengembangannya cukup luas. Sekitar
dikelompokkan dalam 2 (dua) bagian, yaitu kebun Kopi Eks. HGU PT Bayu Aji
Bima Sena dan Kebun Kopi milik rakyat. Dari 831 Ha luas pertanaman kopi di
kecamatan Tambora, 500 Ha dikelola oleh Eks. HGU PT Bayu Aji Bima Sena,
daerah dengan sejumlah potensi kekayaan sumber daya alam yang begitu besar.
tembaga hingga pasir besi. Potensi itu menyebar hampir di seluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten Bima. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Terdapat Sebanyak 14 IUP yang dikeluarkan itu yakni izin untuk PT Mineral
masa berlaku tanggal 28 April 2010 hingga 1 Mei 2015, dengan luas wilayah
Tonda, Mpuri, Rade, Woro. Kemudian Kecamatan Bolo di Desa Tumpu dan
Kecamatan Woha di Desa Keli dan Risa. Bahan galian jenis tembaga.
Monta, meliputi Desa Baralau, Pela, Tolo Uwi, Wilamaci dan Kecamatan Parado,
meliputi Desa Parado Wane dan Lere. Dengan jenis bahan galian tembaga. PT
Mangge, Lanta dan Simpasai, serta Kecamatan Langgudu pada desa Waworada.
dengan jenis bahan galian berupa mangan dan pasir besi. Untuk mangan berada di
Tonda dan Campa, Kecamatan Madapangga, Desa Pela, Kecamatan Monta, Desa
Buana mengantongi IUP di Desa Oi Tui, Tawali dan Tengge, Kecamatan Wera
dan Desa Mawu, Nipa, Nangaraba dan Tololai, Kecamatan Ambalawi. PT Jagad
Mahesa Karya mengantongi IUP Operasi Produksi bahan galian pasir besi dengan
Lambu, Sape dan Langgudu. Selain 14 IUP itu, pemerintah Kabupaten juga
yang kini menjadi salah satu dari 18 (delapan belas) kecamatan yang ada di
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Kecamatan ini memiliki dua belas desa
antara lain desa Hidi Rasa, desa Kale’o, Desa Lambu, desa Lanta, desa Lanta
Barat, desa Magge, desa Melayu, desa Nggelu, desa Rato, desa Simpasai, desa
Soro, desa Sumi, desa Cangga, dan desa Monta baru. Desa Cangga dan desa
Monta Baru adalah desa pemekaran baru, desa Cangga merupakan pemekaran
dari desa Simpasai, sedangkan desa Monta Baru merupakan desa pemekaran dari
desa Kale’o.
langsung dengan Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur ini dikenal dengan
masyarakat petani bawang merah, yang merupakan salah satu komoditi unggulan
petani inilah yang menjadi salah satu alasan penolakan masyarakat adanya
tambang yang di dilakukan oleh PT. Sumber Mineral Nusantara dengan IUP
24.980 Ha.
marmer namun reaksi yang paling besar dan masif terjadi di kecamatan Lambu.
Dalam polemik pertambangan di Lambu, bawang merah menjadi alasan
kuat masyarakat Lambu menolak tambang emas. Karena seperti yang dijelaskan
bawang Keta Monca. Hasil panen Keta Monca itu bahkan sampai ke daerah lain,
dalam maupun luar negeri. Anehnya, pemerintah justru memilih tambang emas.
Usaha ekonomi yang hanya bisa dilakukan dalam jangka pendek, tak terbarukan,
dan memiliki daya rusak luar biasa. Itulah sebabnya, sejak awal keberadaan
Pada bab ini ada dua pertanyaan penelitian yang akan dibahas. Pertama,
peneliti mengurainya dalam beberapa bahasan antara lain meliputi latar belakang
perlawanan.
Kedua, tentang siapa saja aktor yang memimpin gerakan dan melalui
institusi apa saja massa digerakkan dalam perlawanan menolak ijin usaha
Pada bagian ini secara khusus menjelaskan latar belakang lahirnya gerakan
tertanggal 28 April 2010 tentang ijin usaha pertambangan yang diberikan kepada
PT Sumber Mineral Nusantara dengan luas wilayah 24,980 Hektar dengan lokasi
tambang di Kec. Sape, Kec. Lambu dan Kec. Langgudu untuk kegiatan ekplorasi
dalam bahan galian Emas (dmp). Masa berlaku izin tersebut, yakni 28 April 2010
yang dikenal dengan 188 yang semua dikeluarkan tertanggal 28 April 2010 dan
termasuk jenis tambangnya, seperti mangan, pasir besi, dan tembaga. Dari enam
reaksi protes dari masyarakat Lambu. Masyarakat menilai kegiatan eksplorasi ini
sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai peternak dan petani. Selain itu,
keberadaan perusahaan tidak memiliki etika dan itikad baik. Masyarakat tidak
tidak ada informasi dari pemerintah dan instansi terkait dengan rencana
pertambangan serta apa saja manfaat yang diperoleh oleh masyarakat setempat.
19
Wawancara dengan Bpk. Mulyadin, S.Pd selaku sekretaris FRAT pada tanggal 25 September
2013
Disisi lain masyarakat menilai keberadaan perusahaan pertambangan
dalam hal ini PT Sumber Mineral Nusantara dan pemerintah tidak lain layaknya
sudah sekian lama digarap dan di diami oleh masyarakat. Namun itupun dilakukan
harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan dengan cara-cara yang
elegan. Namun Surat Keputusan (SK) Bupati Bima yang dikenal dengan sebutan
mencantumkan tanah-tanah tak bertuan atau tanah milik negara seperti hutan
pemukiman warga serta lahan pertanian warga. Selain itu terdapat pula perbukitan
20
Wawancara dengan Bpk. Hasanudin selaku koordinator FRAT pada tanggal 24 September 2013
(tanah adat) oleh masyarakat setempat disebut Doro Jamangko yang begitu
Selain itu, terdapat pula mata air yang dikeramatkan warga setempat, yang
Diwu Moro atau Siwu, airnya mengaliri irigasi serta parit-parit warga 12 desa di
Kec. Lambu (Soro, Melayu, Rato, Sumi, Lambu, Nggelu, dan enam desa lainnya)
untuk memasok air kebutuhan rumah tangga warga dan pertanian bawang.
Sehingga bila terdapat penambangan emas akan mengganggu sumber mata air.
b. Isu lingkungan.
terhadap lingkungan menjadi salah satu yang menjadi landasan perjuangan warga
itulah alam patut untuk dijaga. Perlu diketahui bahwa sebagian besar masyarakat
Lambu berprofesi sebagai petani dan nelayan, sehingga tidak berlebihan kiranya
pada alam.
c. Isu budaya
perjudian, yang dapat merusak tatanan nilai-nilai lokalitas masyarakat yang telah
tersebut.
mereka.
(IUP) pada tahun 2008 dengan kuasa pertambangan (KP) Nomor 621 Tahun 2008.
menggelar aksi di depan kantor camat Lambu pada tanggal 28 April 2010. Pada
Lambu yang kuliah di Kota Bima dan dipimpin oleh Ansari selaku Ketua
pemerintah kecamatan yang dipimpin oleh Bpk. Muhaimin, S.Sos selaku Camat
Lambu untuk ikut serta menolak perusahaan tambang. Disisi lain, aksi ini
membawa pesan penyadaran kepada masyarakat luas tentang bahaya dan dampak
pertambangan sehingga masyarakat merasa tergugah untuk ikut serta dan ambil
Sampai pada aksi kedua dan ketiga (terhitung mulai aksi tanggal 28 April
2010) belum banyak massa yang terhimpun atau dengan bahasa lain keterlibatan
masyarakat pada saat itu belum terlalu besar dan belum terorganisir dengan baik.
Misi penyadaran terus dilakukan, berbagai cara dan strategi pun dilakukan untuk
pada sebuah cara yang mampu menggugah nurani dan kesadaran masyarakat yaitu
dengan menyiarkan video tentang berbagai efek dan dampak negatif dari
efektif karena masyarakat dapat menyaksikan secara langsung ekses negatif dari
massa yang terlibat dan bergabung dalam sejumlah agenda perjuangan rakyat
lambu baik dalam mimbar bebas, rapat-rapat umum yang membahas rencana
membesar, meluas dan melibatkan banyak orang terutama kecamatan lain yang
Protes itu sendiri menurut Lipsky, sebagaimana dikutip oleh Silaen, dapat
dianggap sebagai aksi politik, yang ditandai dengan kegiatan yang bersifat tidak
umum dan dilakukan oleh kelompok relatif lemah.21 Disamping sebagai aksi;
protes juga dapat dilihat sebagai gerakan (movement), dalam arti yang terorganisir
pada masyarakat yang menginginkan perubahan tatanan yang ada dengan tujuan
21
Silaen, Victor. 2006. Gerakan Sosial Baru : Perlawanan Komuitas Lokal pada Kasus Indorayon
Toba Samosir. Yogyakarta. Ire Press. Hal. 236
penghancuran kepentingan kekuasaan demi hadirnya pola baru.22 Pendapat yang
sedang berlaku dan ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang
dan bermusuhan dengan kaum yang punya hak-hak istimewa dan berkuasa.
Karena itu, salah satu aspek yang menarik dalam gerakan-gerakan sosial adalah
ekspresi akan protes terhadap keadaan-keadaan sosial yang tidak adil atau
menggunakan kekuasaan.
kata lain, gerakan perlawanan lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang tidak
adil dan merampas hak-hak rakyat. Disini terlihat tuntutan rakyat Lambu itu lahir
karena melihat kebijakan yang ada tidak sesuai dengan harapan mereka ataupun
22
Ibid, hal. 237
Tabel 5.1
Rentetan Peristiwa Perlawanan Rakyat Lambu
Sekretaris Camat
mengumumkan melalui
9 Februari pengeras suara Masjid
Sekretaris Camat hampir di amuk massa
2011 Agung Lambu agar
masyarakat tidak
melakukan demo
28 Januari Bupati cabut tetap IUP Pencabutan secara tetap IUP No 188/2010 melalui SK
2012 No 188/2010 188.45/64/004/2012
menjadi gerakan perlawanan, bisa dikatakan sebagai akibat dari tidak adanya
kehendak politik (political will) yang kuat dari pihak pemerintah untuk
izin operasi perusahaan tambang yang mencakup dengan lahan pertanian dan
pemikiran agar massa semakin padat dan mudah dilakukan konsolidasi. Kemudian
alasan lain adalah supaya gerakan ini betul-betul milik rakyat dan rakyat pun
Ide pembentukan FRAT ini adalah muncul dari ide adik-adik mahasiswa
sebenarnya yang lahir dari KMLB itu dengan alasan untuk menyolidkan
rakyat, memang kita tidak memakai bendera apa-apa termasuk adik-adik
kami mahasiswa hanya memakai bendera itu (baca: FRAT).24
Disamping itu, latar belakang organisasi mahasiswa yang berbeda-beda
mahasiswa saja terdiri dari berbagai latar belakang bendera organisasi baik
(FMN), Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND), dan HMI MPO. Belum
23
FRAT merupakan oragnisasi yang dibentuk sebagai wadah perjuangan masyarakat Lambu
dalam menolak kehadiran perusahaan pertambangan di tanah mereka. FRAT lahir dari keresahan
masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan yang mengeksploitasi kekayaan alam
mereka dan merampas tanah mereka.
24
Wawancara dengan Bpk. M. Syafrin selaku Kades Lanta sekaligus menjadi aktor dalam gerakan
rakyat Lambu, pada tanggal 25 September 2013
disamping dalam hal taktis di lapangan pada saat demonstrasi, juga tersruktur
dengan baik, hal ini dibuktikan dengan terbentuknya koneksi/jejaring antar desa
oleh Mc Adam, dkk., struktur penggerak sebuah gerakan sosial adalah piranti,
Dalam konteks gerakan perlawanan rakyat Lambu, FRAT mempunyai andil besar
yang pertama dengan melakukan aksi penggalangan dana di simpang empat yang
pun tidak menentu mulai dari Rp. 1.000 sampai dengan Rp. 1.000.000, biasanya
penyumbang terbesar dengan angka Rp. 100.000 keatas datang dari kalangan
pegawai negeri sipil, pengusaha lokal dan petani bawang yang merasa dirugikan
pada pengurus inti atau Koordinator Umum, penyetoran dana hasil penggalangan
dilakukan pada saat rapat koordinasi. Dana yang terkumpul digunakan untuk
keperluan aksi, mengingat satu kali turun aksi ke kantor Bupati Bima
maupun dari data dokumentasi diperoleh bahwa aktor dalam gerakan rakyat
namun hanya berperan sebagai wadah untuk membangun opini dan sikap hingga
menggagas aksi setelah itu para mahasiswa ini sepakat menggunakan aliansi
ditanah Lambu. Sementara kesulitan terbesar yang dirasa para aktor dalam
membangun gerakan adalah membingkai (framing) masalah sosial dan ketidak
adilan menjadi spirit perjuangan rakyat. Dalam setiap gerakan sosial atau gerakan
―kerangka berpihak. Berikut akan diuraikan tentang posisi dan peran masing-
Sepintas tidak ada yang istimewa dari sejarah hidup dan latar belakang
bapak berumur 46 tahun ini. Bapak Hasanudian adalah mantan preman yang masa
dengan berbagai masalah dan kasus. Namun pada gerakan rakyat lambu beliau
meskipun harus berhadapan dengan tindakan reprsif dari aparat kepolisian. Berkat
Jenderal Hasan.
satu kampus swasta di kota Bima. Ia adalah aktifis sekaligus ketua KMLB
Dari hasil kajian dan analisa yang dilakukan secara rutin bersama teman-
teman dan seluruh kader KMLB di Bima lalu sampailah pada kesimpulan bahwa
masalah tersebut perlu disikapi secara serius. Ia pun bertekad membawa masalah
seluruh mahasiswa/i yang merupakan kader KMLB untuk turun kejalan guna
tanah mereka.
Ansari yaitu periode 2011-2012. Ia salah satu aktifis KMLB yang paling getol
peristiwa besar dalam polemik ditanah Lambu yaitu kisruh di Kantor Camat
Lambu yang berakhir pada pembakaran Kantor Camat Lambu. Tidak hanya itu
beberapa aksi sebelumnya pun ia selalu berada pada barisan paling depan untuk
memimpin massa sehingga aparat pada saat itu menempatkannya sebagai
menyusul kelima warga Lambu lainnya yang terlebih dahuulu ditangkap. Ia dan
kelima warga lain kemudian di jatuhi hukuman penjara selama tujuh bulan.
Perjuangan Rakyat.
mencari para aktor yang terlibat dalam proses pembakaran Kantor Camat. Hal ini
menyebabkan seluruh aktifitas gerakan menjadi mati selain itu, sejumlah tokoh
beberapa kali mereka melakukan long march hanya diikuti sekitar 5 – 10 orang
tidak menyurutkan semangatnya. Aksi long march terus dilakukan tidak peduli
berapa orang yang ikut terlibat tetapi hal ini harus dilakukan untuk membangun
masalah seperti ini kerapkali menyisakan masalah didepan, tidak jarang aksi-aksi
demonstrasi yang dilakukan masyarakat yang awalnya sekedar aksi protes dan
pendekatan persuasif tidak jarang dibalas oleh masyarakat dengan kekerasan pula
sebagai upaya perlawanan. Hal ini yang terjadi pada masyarakat Lambu ketika
dilakukan oleh massa ketika berunjuk rasa, terlebih lagi berbagai peristiwa-
peristiwa kekerasan yang terjadi berhasil di rekam media baik lokal maupun
nasional.
Berbagai peristiwa kekerasan massa dalam gerakan perlawanan rakyat
Kecamatan Lambu, Kantor Polisi Sektor Lambu, Kantor UPT Dinas Pertanian,
Kantor UPT Dinas Kehutanan, dan 4 (empat) kantor Kepala Desa yaitu desa
Lanta, desa Sumi, desa Soro, dan desa Melayu, dan yang terakhir adalah Kantor
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Februari 2011, pada saat itu warga
melakukan long march dari lapangan Sura desa Rato yang jaraknya sekitar dua
Aksi ini bukan yang pertama kali dilakukan masyarakat lambu tapi yang kesekian
kali namun pada aksi demostrasi ini tergolong aksi dengan massa paling besar
Namun setibanya di Kantor Camat Lambu yang saat itu dijabat oleh
Muhaimin, S.Sos, enggan untuk menyampaikan aspirasi warga dan dinilai sengaja
melakukan demonstrasi namun tidak membuahkan hasil apa-apa, dan seketika itu
aksi yang semula berjalan damai dan tertib berubah menjadi ricuh. Seketika itu
pula disikapi oleh polisi dengan tembakan menggunakan gas air mata, peluru
karet bahkan diduga ada juga yang menggunakan peluru tajam. Mendapatkan
salah seorang rekan mereka yang bernama M. Nasir yang terkena tembakan
semakin membakar semangat massa untuk terus melawan. Massa yang sudah
pola segi tiga yaitu antara masyarakat melawan aparat kepolisian dan para preman
memprovokasi keadaan sehingga menyulut emosi masyarakat pada saat itu, atau
ditangkap antara lain; Abidin, M. Nur, Tasrif, Mashulin, dan Faisal Jadil,
kemudian dijatuhi hukuman tujuh bulan penjara. Kemudian disusul dengan empat
Musaidin, Adi Supriadin, dan Ansari. Keempat orang ini dinilai sebagai tokoh
sentral yang seringkali memimpin aksi rakyat Lambu, dalam kaca mata polisi
seluruh wilayah kecamatan Lambu dikuasai oleh aparat Kepolisian, mereka terus
pula memilih untuk sementara pindah ke Dompu dan Sumbawa karena khawatir
di tangkap tiba-tiba oleh pihak kepolisian, sementara yang tetap tinggal memilih
merupakan pilihan bijak guna menunggu situasi kembali kondusif sehingga dapat
Mulyadin
25
Wawancara dengan Bpk. Syafrin (Kades Lanta yang juga salah satu dari tokoh penggerak
rakyat Lambu) pada tanggal 24 September 2013
selaku sekretaris FRAT menghubungi adik-adik mahasiswa Lambu di Makasar
Gambar 6.1
Kantor Camat Lambu setelah dibakar massa
Perlawanan rakyat lambu bukanlah aksi individual melainkan aksi
dipenjara, ada pula sebagian yang melarikan diri untuk sementara karena masuk
daftar buruan polisi, masih ada aktor-aktor lain siap untuk mengambil alih
perjuangan. Hal ini dibuktikan dengan ditangkapnya Adi Supriadi sebagai aktor
penggerak awal dari masyarakat Lambu namun tidak mematikan gerakan
tunggal. Masyarakat dan para tokoh gerakan rakyat Lambu menyadari bahwa
aksi-aksi semacam ini beresiko besar, karena berpotensi merugikan diri sendiri.
Namun, bagi mereka itu merupakan konsekuensi logis yang siap mereka hadapi di
aksi demonstrasi yang hanya beralatkan kayu dan spanduk menghadapi aparat
mulai menggunakan cara-cara yang radikal dengan tujuan agar persoalan Lambu
satu dari sekian aksi radikal masyarakat lambu adalah dengan menduduki
Pelabuhan Sape yang merupakan jalur penghubung antar Bima dengan Nusa
Tenggara Timur. Puncak dari aksi ini terjadi bentrokan antar masyarakat dengan
aksi long march yang digelar oleh masyarakat pada tanggal 19 Desember 2011
dengan berjalan kaki dari lapangan Sura Rato menuju perempatan yang
Kecamatan Langgudu. Tujuan dari aksi ini adalah melumpuhkan jalur transportasi
yang menuju pelabuhan Sape, Kecamatan Sape, Lambu, dan Langgudu. Menurut
Bpk. Hasanudin (Hasan) selaku Koordinator Front Rakyat Anti Tambang (FRAT)
menghadang namun gagal dilakukan disebabkan jumlah massa saat itu jauh lebih
besar dibandingkan dengan jumlah aparat kepolisian. Mulai hari itu juga massa
masyarakat Lambu dengan Bupati Bima dan difasilitasi Wakil Kepala Kepolisian
Provinsi NTB, Kapolresta Bima, Dandim 1608 Bima, Camat Sape, Camat Lambu
tuntutan dan harapan masyarakat Lambu. Adapun yang menjadi tuntutan massa
pendemo pada saat itu : Pertama, menuntut Bupati Bima melakukan pencabutan
anggota mereka yang bernama Adi Supriadi yang ditahan pasca insiden
penghentian sementara atas ijin eksplorasi PT. Sumber Mineral Nusantara, karena
dipenuhi. Kedua, terkait dengan tuntutan pembebasan saudara Adi Supriadi tidak
dapat dipenuhi karena hal tersebut telah masuk ke ranah penegakkan hukum
dalam hal ini telah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Raba Bima (P 21).
massa yang diwakili 8 orang yang dipimpin oleh bapak Hasanudin (Jenderal
tersangka dalam aksi pembakaran Kantor Camat Lambu pada tanggal 10 Februari
2011.
Kabupaten Bima. Penghentian sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat
Pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 06.00 Wita sampai dengan 08.00
Wita, pasukan Brimob dan Dalmas melakukan pembubaran paksa terhadap 150
orang ditahan dan 2 orang meninggal dunia yaitu Arif Rahman (19 Tahun) alamat
RT. 04 RW 10, Desa Sumi Kecamatan Lambu dan saudara Saiful (17 tahun)
Tabel 6.1
Kronologis Kejadian
pengabaian atas aspirasi masyarakat dan lebih berpihak kepada pihak korporasi.
dengan pihak korporasi dan ketika dihadapkan pada persoalan seperti ini rakyatlah
Bima masih kukuh dengan sikap dan pendiriannya. Sikap arogansi bupati ini
lebih besar dari masyarakat. Kali ini masyarakat mengarahkan targetnya kepada
kecamatan Lambu serta empat (4) kantor Desa yang kepala desanya dinilai ikut
UPT Kehutanan Lambu, Kantor UPT Pertanian Lambu, Kantor KAU Kecamatan
Lambu, Kantor Polsek Lambu, dan empat kator desa antara lain; kantor Desa
Lanta, kantor Desa Sumi, kantor Desa Soro, kantor Desa Melayu.
massa lebih dari 5000 yang merupakan gabungan dari masyarakat Kecamatan
Lambu, Sape, Wera, Wawo, Parado dan Kecamatan Langgudu. Jika saja
sebenarnya sudah dapat diprediksi sejak lima hari sebelumnya. Pada hari Jum’at
(20/1) 2012 masyarakat menggelar rapat akbar yang diikuti oleh masyarakat
menyikapi pernyataan Bupati Bima yang bersikukuh untuk tidak mencabut izin
tambang yang telah diberikannya kepada PT. Sumber Mineral Nusantara. Hasil
dari Rapat akbar ini dikeluarkanya ultimatum yag ditujukan kepada bapak Bupati
Bima yang juga diblow up oleh berbagai media. Masyarakat memberikan waktu
Lambu, dan Langgudu dengan memblokir jalan utama menuju pelabuhan Sape
sekitar 3 kali, sehingga pelabuhan Fery di sape kembali lumpuh dan tidak bisa
melayani penumpang.
rapat utama. Dalam rapat tersebut Dewan meminta Bupati untuk mencabut SK
terkait ijin eksplorasi 188, namun bupati tetap bersikukuh tidak akan
supaya:
Kamis 26 januari 2012: konsentrasi massa dari Sape menuju Kota Bima
dengan konfoi kendaraan berbagai jenis diikuti lebih dari 5000 massa bergerak
menuju pusat pemerintahan kabupaten Bima (kantor bupati bima) yang berjarak
lebih dari 40 km itu sejak pagi jam 11.00 jam sepuluh mereka sudah berkumpul
dan mengelilingi kantor bupati Bima. Pagar kawat berduri sudah dipasang
dan
200 personil Pol PP. Beberapa kali terdengar tembakan peringatan sampai
Kantor Pekmkab Bima barulah Bupati mencabut izin operasi PT Sumber Mineral
Gambar 6.2
Kantor Bupati Bima setelah dibakar massa
Kasus Lambu menunjukan sikap arogansi pemimpin daerah dalam hal ini
Sikap politik yang demikian, dalam literatur studi konflik disebut politik
dalam dan mengakar dalam hati masyarakat akibat ekspektasi akan adanya
secara ekstrem.
emosi masyarakat secara massal. Tidak dipungkiri dalam setiap tindakan agresi
tidak satupun kejadian baik yang bersifat personal maupun yang melibatkan
PENUTU
1. Kesimpulan
dengan masyarakat setempat, baik dalam proses awal terbitnya SK tentang izin
sampai terjadinya reaksi protes masyarakat. Hal lain yang menjadi faktor
perlawanan rakyat Lambu adalah kondisi deprivasi relatif yang dialami rakyat
yang disebabkan oleh sikap arogansi kepala daerah yang kemudian berubah
menjadi deprivasi kolektif hal ini menjadi kimia sosial sehingga mereduksi
yang muncul ketika perjuangan rakyat mengalami kebuntuan. Selain itu, ada pula
tindakan kekerasan yang lahir dari pilihan strategis yang diambil secara sadar
pemerintah Kabupaten Bima, menyisakan perasaan sakit hati diantara kedua belah
pihak yang berkonflik (Pemerintah Kabupaten Bima dan Masyarakat). Meskipun
perlawanan tersebut mampu menuai hasil yang ditargetkan sebagian besar rakyat
pertambangan) di tanah Lambu namun tetap saja menyisakan perasaan luka yang
sumber daya alam antara lain Kecamatan Wera, Langgudu, Wawo dan Parado.
lama mati.
Bima (KMLB). Ketika gelombang gerakan ini mulai besar dibentuklah FRAT
(Front Rakyat Anti Tambang) front ini dibentuk dengan tujuan untuk menyatukan
serta meniadakan simbol lain diluar simbol besar ―rakyat anti tambang‖.
terhadap corak dan wajah gerakan. Pada kasus Lambu menunjukan bagaimana
Hasanudin
dan mengambil alih kepemimpinan gerakan yang sebelumnya diperankan oleh
Ansari dan Adi Supriadi yang merupakan aktifis mahasiswa membawa perubahan
terhadap wajah gerakan yang sebelumnya hanya sebatas gerakan protes menjadi
gerakan perlawanan.
2. Saran
dan luas, penelitian ini belum mampu mengakomodir berbagai substansi persoalan
yang lain. Oleh sebab itu, kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang :
konflik.
c. Tujuan dan motivasi para aktor gerakan tampil dalam dunia politik
Bottomore, Tom. 1983. Sosiologi Poltik, terj. Sahat Simmora. Jakarta: Bina
Aksara.
Genevie, Louise E. 1978. Colective Behavior and Social Movement. New York:
F.E. Pecock Publisher, Inc.
Hoffer, Eric. 1993. Gerakan Massa, terj. Masrfi Maris. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Mirsel, Robert. 2004. Teori Pergerakan Sosial: Kilasan Sejarah dan Catatan
Bibliografis. Yogyakarta: Resist Book.
Scott, James. 1993. Perlawanan Kaum Tani, terj. Budi Kusworo, et al. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Silaen, Victor. 2006. Gerakan Sosial Baru: Perlawanan Komunitas Lokal pada
Kasus Indorayon di Toba Samosir. Yogyakarta: IRE Press.
Wahyudi. 2005. Formasi Dan Struktur Gerakan Sosial Petani: Studi Kasus
Reklaiming/Penjarahan Atas Tanah PTPN XII (Persero) Kalibakar Malang
Selatan. Malang. UMM Press.
Wilson, John. 1973. Introduction to Social Movements. New York: Basic Books,
ins. Publishers.
Tim Reality. 2008. Kamus terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality Publisher
Dokumen
http://abiechuenk.wordpress.com/2010/12/14/gerakan-sosial/. Gerakan
Sosial di Indonesia: (Pengertian Dan Konsep Gerakan Sosial). Diakses pada tgl.
19 Mei 2013