Anis Farida
RINGKASAN DISERTASI
GERAKAN SOSIAL LOKAL PEREMPUAN
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor
Dalam Program Studi Ilmu Sosial
Pada Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga dan dipertahankan di hadapan Panitia
Ujian Doktor Tahap Terbuka
Anis Farida
Promotor
Ko Promotor
: 2 Juni 2012
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua
Anggota
saya dan juga para mahasiswa lainnya agar segera menyelesaikan studi. Beliau
senantiasa memberikan kemudahan dan memfasilitasi agar kami dapat
menyelesaikan studi tepat waktu.
Kepada seluruh pengajar di Program Doktor Ilmu Sosial juga saya
haturkan terima kasih, yaitu kepada Prof. Hotman M Siahaan, Prof. Soetandyo
Wignjosoebroto, MPA, Prof. Ramlan Surbakti, Drs, MA, PhD, Dr. Daniel Sparingga,
Prof. Dr. Wirawan, SU. Secara khusus, saya sampaikan terima kasih kepada Prof.
Dr. FX. Eko Armada Riyanto (Romo Armada) yang telah membimbing dan
memberikan tambahan pengetahuan yang bermanfaat, serta menunjukkan Dasun,
yang akhirnya menjadi lokasi penelitian disertasi ini. Semoga Romo selalu
mendapatkan limpahan berkat dariNya.
Terima kasih pula, saya sampaikan kepada para pengasuh Mata Kuliah
Penunjang Disertasi (MKPD) yaitu Prof. Dr. Muhadjir Darwin, MPA dari Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta yang telah memberikan pemahaman lebih luas tentang
Perempuan dan Politik, serta terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. Anna
Marie Wattie, MA dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah banyak
memperkenalkan saya dengan metodologi feminisme.
Selain itu terima kasih juga kepada para penguji yang telah turut menguji
saya pada tahap pra kualifikasi sampai dengan ujian Tahap II, yaitu Prof. Soetandyo
Wignjosoebroto, MPA, Prof. Dr. Ramlan Surbakti, MA, Dr. Dhaniel T. Sparingga,
MA, Prof. Kacung Marijan, Drs, M.A.,Ph.D, Dr. Dwi Windyastuti Budi H, MA, Prof.
Dr. Mustain, Drs, MSi, Dr. Rachma Ida, M.Com, Prof. Dr. Soenyono, M.Si, dan
Prof.Dr.Warsono, M.Si terima kasih atas segala kritik dan saran demi perbaikan
disertasi ini.
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih yang amat sangat kepada
Prof. Dr. Irwan Abdullah, yang merelakan waktunya untuk turut menguji disertasi
saya di tahap ujian tertutup dan terbuka. Sejarah panjang pertemuan saya dengan
beliau sejak tahun 1995 (saat terpilihnya tim saya sebagai peneliti yang mendapat
dana penelitian dari Ford Foundation bekerjasama dengan Pusat Kependudukan
UGM), telah menuntun saya untuk mencintai dunia akademik. Tanpa campur
tangan beliau, sulit rasanya membayangkan, bahwa saat ini saya telah
menyelesaikan studi ilmu sosial sampai tingkat setinggi ini. Beliau dengan sabar
dan telaten selalu membantu kesulitan-kesulitan saya di bidang akademik,
meskipun saya telah teramat sering mengecewakannya. Kebaikannya yang amat
sangat, seringkali justru membuat saya merasa bersalah, karena sejauh ini saya
masih belum bisa mengamalkan prinsip-prinsip keilmuan yang telah diberikan
kepada saya. Dalam kesempatan ini saya mohon maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan saya dalam berpikir dan bersikap, dan saya masih akan terus
mengharapkan bimbingan Mas Irwan. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang
terbaik untuk Mas Irwan bersama keluarga.
Terima kasih kepada Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh studi di jenjang S3.
Khususnya kepada Bapak Dr. Moch. Fauzi Said selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang telah memberikan fasilitas dan kelonggaran kepada saya
untuk meninggalkan kegiatan mengajar, agar saya bisa fokus menyelesaikan studi
di saat-saat yang kritis. Demikian pula saya haturkan terima kasih kepada Bapak
dan Ibu Dekan terdahulu beserta para Wakil Dekan yang mendukung penyelesaian
studi saya. Tidak terlupakan juga untuk menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Mbak Iche (Dra. Azizah Alie, M.Si), Mbak Ratih (Dr. Ratih
Retnowati Mardi, M.Si), Mbak Astrid, Pak Bambang, Pak Suwartono yang selalu
memperjuangkan kepentingan-kepentingan saya, sehingga memudahkan saya
untuk menyelesaikan penulisan disertasi ini. Terima kasih juga untuk seluruah
keluarga besar FISIP UWKS dan juga sahabat-sahabat lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada sahabat-sahabat seangkatan
tahun 2006 yang hanya beranggotakan lima orang, yaitu Dr. Ali Maksum, M.Ag,
M.Si, Dr. Suka Arjawa, dan Dr. Sugeng Pujileksono, serta Suyoto Drs,M.Si.
Kekompakan dan kerjasama dalam berbagi bahan kuliah dan buku-buku, tidak
akan terlupakan dan selalu menjadi sejarah indah dalam perjuangan meraih gelar
akademik. Juga kepada Suster Anna S dari Putri Kasih yang telah banyak
membantu dalam memfasilitasi perkenalan dan pertemuan saya dengan Bu
Sulastri Lurah Dasun beserta para aktivis yang lain. Terima kasih yang tak terhingga
bagi kesediaan Bu Sulastri, Mbak Nur, almarhumah Bu Ngadinem, Pak Mulyono,
Mas Zaini dan teman-teman di Dasun yang telah memperlakukan saya sebagai
keluarga sendiri, selama saya berada di Dasun.
Terima kasih juga buat sahabatku tercinta Nining, Bernada Rurit dan R.
Heru H di Yogyakarta, Dr. Erna Ermawati Chotim (Bogor), Arief Budi Utomo
(Sydney), Dr.Sukidin (Jember), Dr. Moch. Burhan (Malang), yang silih berganti hadir
dengan caranya masing-masing, dalam situasi-situasi sulit yang harus saya hadapi,
terima kasih buat kesabaran, dukungan dan semangat dari kalian semuanya,
hingga bisa terselesaikannya studi ini. Terima kasih pula teman-teman lain yang
tidak bisa disebut satu persatu. Untuk mas Tino, staf akademik di FISIP Unair,
terima kasih yang tulus saya ucapkan, karena berkat bantuannya, semua proses
tahapan ujian disertasi saya berjalan dengan lancar.
Kepada kedua orang tua saya, yaitu Ayahanda H. Mochammad Ngasiki, BA
dan Ibunda Hj. Sutami, yang senantiasa memanjatkan doa tulus demi kesuksesan
dan kelancaran saya dalam menyelesaikan studi. Tidak lupa mertua saya (alm)
Ayahanda BRM.Priyo Santi Setyo Basuki dan Ibunda Hj.Suparmi Saminah, serta
Ibunda Bulik Hj. Katemi terima kasih atas doa tulus dan dorongannya. Serta
kepada adik-adikku tersayang, Dik Laily Fiana, SE (Banda Aceh) dengan Dik
Wahyudi Burhan, MPA bersama keluarga, Dik M.Nanang Fauzi, ST (Bandung)
dengann Dik Elis, Dik M.Erfin Fatoni, SE (Blitar) dengan Dik Fia, Zaky dan Dila,
terima kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini.
Kepada suami saya Dr. H. Priyo Handoko SS, SH, M.Hum yang sangat risau
dengan penyelesaian studi saya yang berkepanjangan, meskipun dia juga
berinvestasi dalam hal tersebut. Alhamdulillah, dengan kekuatanNya, semua
dapat dilalui dan selalu berakhir dengan indah serta penuh suka cita. Dukungan
luar biasa di saat akhir penyelesaian studi, terutama kerelaannya mengasuh anakanak kami tercinta, di saat saya harus lembur ataupun wira wiri ke Yogyakarta,
maka tak terlukiskan rasa terima kasih saya kepada Abi tercinta. Untuk segala
kebaikan Abi hanya doa tulus yang dapat saya panjatkan.
Kepada anak pertamaku Elang tersayang, yang telah kehilangan waktuwaktu bermain dan belajar bersama. Permintaannya sederhana, Mama cepat
lulus yabiar tiap hari bisa belajar bersama dan bisa antar jemput Elang ke
sekolah. Demikian pula untuk bidadari tercantikku Cleopatra yang diproduksi di
tengah-tengah studi S3, dia sudah merasakan begadang mengerjakan tugas kuliah
sejak dalam kandungan. Cle seringkali harus kehilangan kasih sayang Mamanya,
ketika ditinggal berhari-hari untuk mengumpulkan data lapangan sejak berusia 5
bulan. Kehilangan dua calon buah hati selama menyelesaikan studi S3, menyisakan
sesal dan duka, yang harus diterima dengan ikhlas. Terima kasih juga buat Mbak
Khusna, yang telah bekerja dengan baik, menjaga dan mengasuh Elang dan Cle,
ketika saya harus seringkali pergi meninggalkan rumah. Untuk semua pengorbanan
orang-orang terkasihku, terima kasih dan perasaan sayang yang setulusnya kepada
kalian semua.
Akhir kata semoga segala bentuk dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak tersebut mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Sebagai sebuah
karya manusia, tentunya disertasi ini penuh dengan kekurangan dan
ketidaksempurnaan, untuk itu kritik dan saran demi perbaikan disertasi ini, selalu
diterima dengan lapang dada. Harapan saya semoga disertasi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu sosial.
Surabaya,
Juni 2012
Penulis,
Anis Farida
ABSTRACT
Womens Local Social Movements
Anis Farida
This study aims to understand whether the phenomenon of rural
women's collective action in Dasun, Kediri can be interpreted as a social
movements, and related to the issues, actors and the setting, hows that social
movements can be categorized. Based on this, this study aims (1) to explore and
interpret the phenomenon of collective action undertaken by women in Dasun, if
indeed a social movement and (2) the implications of the achievement of social
movements in society and family life.
This study is a qualitative research with an ethnographic approach, which
a plural method include observation, participation, analysis of records, and
interviews. The subjects of this study included some Dasuns women activist and
outsiders who were involved in the growth of the local social movements.
Based on the results of field research and theoretical analysis led to some
the conclusion, an important finding of this study, show that a leader is the
product of the movements. The ability to produce a leaders, as far as the author
know, is the specific notion that can not be found on collective action in other
places. Social movements in Dasun can not be fully called as new social
movements, because the actor is not from a middle class, they were a poor
women with a limited or low educational background, and the setting of social
movements is a rural agricultural communities. Collective action in Dasun can be
interpreted as a social movements, with the fulfillment of the element of
collectivity, shared goals, a loose organization, leadership, spontaneity, and moving
beyond the villages authority. The implications of the achievement of social
movements in family life is shown by the involvement of women in decisionmaking and financial control lies in the female. In areas of society, women have
begun to participate in the socio-cultural, political, economic and environmental
fields.
Keywords: social movements, collective action, women, leadership, social justice,
humanity, inequality
10
PENDAHULUAN
Negara Indonesia sejak masa Orde Baru telah menjadikan
paradigma pembangunan sebagai landasan nilai yang menjadi acuan dari
seluruh kebijakan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan di masa itu
diatur dalam GBHN dan Repelita sebagai instrumen utama yang sarat
dengan rencana dan konsep pembangunan.1 Namun setelah pembangunan
dijalankan dalam jangka waktu yang cukup lama, terbukti bahwa
pembangunan sebagai peran pokok pemerintah telah membawa dampak
negatif dalam pembangunan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme
semakin
yang
semula
dimaksudkan
untuk
mengejar
11
perempuan, dan berbagai institusi lain yang sarat dengan dominasi dan
ketidakadilan seringkali melatar belakangi munculnya suatu aksi kolektif3.
Aksi-aksi kolektif
yang berkembang
dalam
berbagai
aspek
kehidupan.
Dampak
negatif
yang sering
12
Adanya pergeseran isu tersebut tidak terelakkan lagi, jika semula isu
materialistik mendominasi roh gerakan sosial, pada perkembangannya telah
bergeser dengan mengusung isu-isu non materialistik seperti
gender,
juga
terkait
dengan
latar
belakang
aktor,
jika
semula
13
kolektif
Solusi peningkatan
Suku
Tengger
Miliki
Kades
Wanita
Pertama
dalam
http://www.antaranews.com/berita/216320/suku-tengger-miliki-kades-wanitapertama/ diakses pada tanggal 12-11-11.
14
kaum perempuan telah diatasi. Bahkan aksi-aksi kolektif yang ada di Dasun
dapat menginspirasi dusun lain untuk melakukan hal yang sama. Replikasi
kegiatan kolektif maupun hasilnya saat ini telah berkembang tidak saja di
wilayah desa Joho, tapi juga merambah ke wilayah di sekitarnya.
Kemunculan aksi kolektif di Dasun, yang letak geografisnya di
wilayah dusun terluar yang berbatasan langsung dengan kawasan Perhutani,
tidak terlepas dari kondisi kehidupan masyarakatnya. Beberapa hal
mendasar yang dapat dikemukakan di antaranya adalah, pertama, ditinjau
dari kondisi perekonomiannya, mata pencaharian masyarakat Dasun
bergantung pada sektor pertanian yang masih dikelola secara sederhana dan
7
15
atau tengkulak.
Kedua, ditinjau dari situasi dan kondisi politik Dasun yang bernaung di
bawah desa Joho yang membawahi sembilan dusun9. Letaknya yang
terpencil membuat Dasun sebagai kawasan yang kurang tersentuh oleh
program pembangunan desa, yang cenderung bergerak di pusat kekuasaan.
Bahkan sejak berdirinya desa Joho, jabatan kepala desa, maupun perangkat
desa lainnya belum pernah sekalipun dipegang warga yang berasal dari
Dasun. Ketiga, kondisi sosial budaya, kehidupan warga dilandasi dengan
modal sosial yang kuat. Hal ini dapat dilihat dari
masih banyaknya
seringkali
berhadapan
dengan
struktur
sosial
yang
menempatkannya pada posisi yang timpang, baik dalam relasi dalam rumah
8
panen tiba
9
Desa Joho terdiri dari Sembilan dusun, yaitu Dusun Igir-Igir, Dusun
Dasar, Dusun Genengan, Dusun Joho, Dusun Dasun, Dusun Glemboh, Dusun
Nongkopait, Dusun Karangnongko dan Dusun Gowok Menco.
10
Lesung
adalah suatu wadah berbahan dasar dari kayu, berbentuk
persegi panjang, yang berlobang di bagian atas, berukuran panjang sekitar dua
meter, dengan diameter lobang kurang lebih limapuluh sentimeter. Alat ini biasa
digunakan untuk menampung padi yang akan dibersihkan (dijadikan beras) dengan
cara ditumbuk dengan alu.
16
dalam
17
berkesinambungan.
Aksi
kolektif
lainnya
terus
bermunculan
dan
yang
yang
sebagaimana
unsur-unsur apa saja yang harus dipenuhi, dan bagaimana sebuah gerakan
dapat berkelanjutan (sustain). Kedua, sepengetahuan penulis belum banyak
penelitian kualitatif mengenai perempuan sebagai aktor dalam aksi kolektif
yang dilakukan dengan pendekatan etnografi. Ketiga, masih langkanya
kajian aksi kolektif di tingkat lokal perempuan, karena selama ini kajian
yang dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri lebih banyak menyoroti
aksi kolektif perempuan di tingkat nasional dan global yang dilakukan oleh
mereka yang berasal dari kalangan menengah.
Berpijak pada uraian latar belakang masalah yang dikemukakan,
diperlukan kecermatan untuk memaknai ragam aksi kolektif yang dilakukan
oleh kaum perempuan pedesaan di Dasun. Terutama terkait dengan hal
spesifik apa yang membedakan aksi kolektif di Dasun dengan aksi kolektif
di tempat lainnya. Apabila ragam aksi kolektif
di Dasun
dapat
dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial, maka terkait dengan isu yang
diusungnya, aksi kolektif di Dasun ini terkategori bentuk gerakan sosial
seperti apa? Apakah bentuk gerakan sosial lama, baru atau hal yang berbeda
dari keduanya ? Kemudian bagaimana hal tersebut dapat dijelaskan jika
ditinjau dari sisi pelaku dan setting peristiwanya.
Oleh karena itu, studi ini selanjutnya mencoba
menjawab
19
dan
mendeskripsikan
pembentukan
dan
20
yang
14
21
15
16
22
20
konflik kelas dan kelas. Selama ini Marxisme melihat semua bentuk
perjuangan adalah perjuangan kelas dan semua bentuk pengelompokan
manusia juga disebut sebagai pengelompokan kelas. Padahal saat ini banyak
perjuangan kontemporer yang tidak berbasis pada kelas dan menekankan
pada isu non materialistik, yang melampaui Marxist dalam hal penjelasan
17
23
21
GSB
pada
dasarnya meliputi teori mobilisasi sumber daya dan teori yang berorientasi
identitas.24 Teori mobilisasi sumber daya merujuk pada pendapat Cohen,
dimulai dengan tesis yang menolak penekanan peranan perasaan dan
keluhan, serta menolak karakteristik gerakan yang diturunkan dari
pendekatan perilaku kolektif. Teoritisi penganut aliran ini mempertanyakan
asumsi konvensional yang menyatakan bahwa secara umum aktor dari
mobilisasi aksi kolektif adalah orang-orang yang mengalami keterasingan
dan ketegangan sosial. Asumsi dasar dari teori mobilisasi sumber daya
21
24
sebagaimana
disebutkan
oleh
Smelser
seperti
konsep
yang
25
26
mereka
lakukan
bukanlah
25
dalam
konteks
sekedar
bahwa teori gerakan sosial yang muncul sejak tahun 1930-an sampai 1970an berhadapan dengan dua prinsip model teoritik yaitu model Marxist dan
model struktural fungsional (Smelser).28 Di Amerika, kritik terhadap
struktural fungsional muncul dalam tiga perspektif utama, yaitu collective
behaviour, resource mobilization, dan political process29. Berpijak dari
sudut pandang yang berbeda, masing-masing model pendekatan tersebut
27
26
30
27
Di Eropa,
Para
Ahli Tesis Utama
Pendukung
Kritik
Le Bon (1960),
Hoffer
(1951),
Blummer (1969),
Kornhauser
(1959), Smelser
(1971),
Toch
(1966),
Gurr
(1970) dll.
Cenderung
memandang
gerakan
sosial
sebagai
respons
emosional
dan
irasional an sich.
Kurang
memperhitungkan
basis
atau
organisasi gerakan
dan keterkaitannya
satu sama lain
dalam membangun
Gerakan
sosial
muncul
sebagai
respon
spontan
ketidakpuasan
terhadap situasi baru
yang
diciptakan
modernisasi
dan
berlangsung cepat
(rapid
modernization)
35
Porta & Diani . Ibid. h : 3; Luther Gerlach & Virginia Hine. 1970.
People Power and Change. Indianapolis : The Bobbs-Merrill Company; Theodor
Roszak. 1976.La Nascita di una Contracultura,Milan : Feltrinelli; E Burke
Rochford. 1985. Hare Krishna in America. New Brunswick, NJ : Rutgers
University Press; J. Milton Yinger. 1982. Contercultures. New York : Free Press.
36
Porta & Diani . Ibid. h : 3; Sidney Tarrow.1989. Democracy and
Disorder. Protest and Politics in Italy, 1965-1975. Oxford/New York : Oxford
University Press; Donatella Della Porta & Dieter Rucht.1995. Left Libertarian
Movements in Context : Comparing Italy and West Germany, 1965-1990, dalam
J.C. Jenkins & Klandermans (eds), The Politics of Social Protest. Comparative
Perspectives on State and Social Movements , Minneapolis : University of
Minnesota Press, h 229-72.
28
Olson
Mobilisas Mancur
i Sumber (1965), Zald dan
Ash
(1966),
Daya
McCarthy
dan
Zald
(1977),
Anthony
Oberschall (1973,
1978),
Charles
Tilly (1978), dll.
Proses
Politik
Michael Lipsky
(1970),
Peter
Eisinger (1973),
Jenkins
dan
Perrow
(1977),
McAdam (1982,
1989,
1998),
Kitschelt (1986),
Brockett (1991),
Kriesi,
et
al
(1992), dll.
Gerakan
Sosial
Alain
Touraine
(1977-1981),
gerakan gerakan
yang lebih besar.
Terlalu
menekankan aspek
rasional. Kurang
memperhitungkan
aspek kesadaran,
cita-cita,
kultur,
dan
ideology.
Organisasi gerakan
menimbulkan
gejala
birokratisasi,
oligarkisasi, dan
institusionalisasi.
Gerakan
sosial
diposisikan secara
pasif,
sebagai
variable dependen.
Konsep
eksplanatorisnya
kuat, namun lemah
jika dipergunakan
pada kasus yang
spesifik.
Terbukanya
peluang
tidak
senantiasa
menguntungkan
bagi
gerakan
sosial, tetapi juga
menjadi
kesempatan bagi
lawan-lawannya
untuk melemahkan
gerakan.
Ketidakpuasan tidak
selalu melahirkan
protes
karena
individu merupakan
aktor
rasional
(mempertimbangka
n cost and benefits).
Gerakan sosial akan
terjadi dan mampu
bertahan
dengan
mobilisasi sumber
daya (material dan
non material) yang
ada
dalam
organisasi.
Organisasi gerakan
menjadi perhatian.
Perhatian sistematis
pada
struktur
peluang politik yang
mempengaruhi
kelangsungan
gerakan
sosial.
Struktur
peluang
politik
mencakup
antara lain tingkat
keterbukaan, tingkat
stabilitas
susunan
elit yang berkuasa,
adanya
pengelompokan dan
perpecahan
elite,
dan kapasita Negara
serta
kecenderungannya
untuk menindas.
Perspektif
ini Kurang
mampu
melihat
gerakan- melihat keterkaitan
29
Claus
Offe
(1985),
Laclau
dan
Mouffe
(1985), Alberto
Melucci
(1982,1989,1996)
, Inglehart (1990),
Rajendra Singh
(2001)
gerakan-gerakan
sosial
yang
berlangsung
sepanjang masa.
Menafikkan
gerakan-gerakan
kontemporer
di
Negara-negara
nonpascaindustrial
.
Menafikkan
peran organisasiorganisasi gerakan
dan
bagaimana
organisasi tersebut
memelihara
dinamika gerakan
secara
berkelanjutan.
Perspektif ini juga
membesarbesarkan seolaholah
perubahan
kultural
bisa
dipisahkan
dari
isu-isu
politik
konvensional,
seperti hukum dan
keadilan distributif
Sumber : Eyerman & Jamison (1991), Jenkish dan Klandermans (1995);
Klandermans (1997); Canel (1997: Tarrow (1998); della Porta dan Diani
(1999); Singh (2001) via Manalu (2009).
Baru
gerakan
kontemporer
sebagai
respons
terhadap
ketidakcakapan
struktur politik dan
ekonomi masyarakat
pascaindustrial. Ia
berbeda
dengan
gerakan-gerakan
lain karena struktur
organisasinya yang
terdesentralisasi,
menggunakan taktik
inkonvensional, dan
fokusnya pada isuisu budaya dan
identitas.
Apabila
dari
masing-masing perspektif
dominan
tersebut
dalam
kualitas
layanan
kesehatan,
penyelamatan
lingkungan,
Full Response, Keberhasilan penuh yaitu baik dari sisi capaian baru
maupun tingkat penerimaan, keduanya terpenuhi semua.
Co-optation, ada pengakuan tanpa dibarengi dengan pencapaian
Preemption, pencapaian tanpa pengakuan
Collapse, gagal total, tidak ada pengakuan dan pencapaian.39
Berdasarkan penjelasan teoritis yang dikemukakan Singh maupun
della Porta dan Diani, menunjukkan bahwa hampir semua teori gerakan
sosial berciri dominannya agen dalam mendorong gerakan sosial. Ini sulit
digunakan sebagai penjelasan perubahan Dasun, sebab aksi kolektif Dasun
justru merupakan antithesis dari perspektif teoritis tersebut diatas, yakni
agen atau pemimpin merupakan produk kesadaran aksi kolektif. Sementara
37
32
METODE
Disertasi tentang Gerakan Sosial Lokal Perempuan ini merupakan
suatu penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian etnografi
masa kini bermetode jamak yang meliputi observasi, partisipasi, analisis
arsip, dan wawancara, jadi menggabungkan kelebihan dan menutupi
kekurangan masing-masing teknik yang digunakan40. Sherry Ortner (1995)
mensyaratkan dua hal yang harus dipenuhi dalam etnografi, pertama adanya
upaya peneliti untuk memahami kehidupan lain di luar dirinya. Di sini
peneliti dituntut untuk dapat mendeskripsikan secara ketat dan secara
sistematis menganalisis hubungan antara berbagai sendi kehidupan seperti
agama, ekonomi dan kekerabatan. Tradisi dan tujuan etnografi sebelumnya,
secara temporer tersingkirkan demi memperoleh deskripsi yang padat41
yang
memungkinkan
dilakukannya
interpretasi
yang
padat
42
40
33
menyuarakan
35
atau
kebersamaan,
tujuan
bersama
yang
ditetapkan,
terinspirasi oleh
kelompok mahasiwa KKN dari STAIN Kediri pada tahun 2003. Adanya
stimulus eksternal inilah yang menjadi pemicu kebangkitan kesadaran
kolektif kaum perempuan di Dasun untuk bergerak melakukan perubahan.
Mereka bergerak dalam beragam aksi kolektif yang ditujukan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah-masalah yang diselesaikan tidak sebatas pada masalah praktis
ekonomis, namun lebih pada perbaikan dan peningkatan harkat dan martabat
sebagai manusia seutuhnya. Berbagai tujuan aksi kolektif yang ada dapat
dilihat dalam table berikut.
Tabel 3 : Tujuan Aktivitas Kolektif
No
1.
2.
3.
4.
Jenis Aktivitas
Arisan Beras Raskin
Tujuan
Ketahanan pangan, cadangan dana
sosial
Sistem
Pemeliharaan Membayar gaji guru mengaji di
Kambing Bergulir
TPQ/TPA
Pendirian Koperasi
Menambah
alternatif
tempat
meminjam
uang,
mengurangi
ketergantungan pada bank plethet,
modal usaha.
Pembuatan Kripik
Menghindari ketergantungan kepada
tengkulak dalam menjual hasil panen
tanaman kebun, menambah sumber
36
pendapatan.
Menyelamatkan lahan dari bencana
tanah
longsor
dan
banjir,
mendapatkan hasil dari tanaman
yang ditanam
6.
Deklarasi Paguyuban
Menetapkan arah dan tujuan bersama
perjuangan; menunjukkan eksistensi
kaum perempuan Dasun melalui
berbagai aktivitas bersama yang
telah dilakukan
7.
Pemenangan Sulastri Sebagai Mempunyai pemimpin yang lebih
Kades
baik; agar
ada perhatian untuk
melakukan pembangunan di Dasun
8.
Pendirian PAUD
Membekali pendidikan pada anakanak usia dini
9.
Arisan Paguyuban
Mempererat tali silaturahmi
Sumber : Data Lapangan
5.
Penghijauan
sampai
pada
lahirnya
pemimpin
yang
mempunyai
jiwa
tersebut
masing-
40
justru
41
yang merespon
masalah yang ada, selalu diinisiasi oleh sekelompok perempuan, dan tidak
pernah muncul individu secara tunggal. Oleh karena itu dengan proses
terpilihnya Sulastri seperti itu, tidak berlebihan kiranya bila dinyatakan
bahwa gerakan sosial yang dilakukan kaum perempuan Dasun telah berhasil
memproduksi pemimpin. Pemimpin yang semula belum ada, lahir karena
sebuah proses aksi kolektif, dan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin
baru di tempat lain yang berada di sekitar dusun Dasun.
42
aksi kolektif
kaum
daya yang
sebagaimana yang dikemukakan oleh Singh maupun della Porta dan Diani.
Bagaimana mungkin orang miskin mau mengeluarkan barang ataupun
43
namun dalam
Bidang Politik
Keterlibatan paguyuban perempuan dalam aktifitas sosial politik
dilakukan dengan cara mengusung Sulastri untuk maju menjadi Kepala Desa
menunjukkan kesiapan kaum perempuan maju dalam persaingan politik.
Keberhasilan Sulastri menjadi Kepala Desa membuktikan bahwa semangat
perubahan tersebut ada dalam diri perempuan. Kaum perempuan Dasun
yang semula hanya
untuk perempuan, mulai memasuki ruang publik yang lebih luas. Perempuan
mulai diperhitungkan kehadirannya dalam tiap-tiap kegiatan pengambilan
keputusan. Adanya ketentuan harus dipenuhinya kuota 30 % kehadiran
perempuan dalam tiap-tiap pertemuan kemasyarakatan, menjadi bukti
peningkatan kapasitas dan peran perempuan di tengah kehidupan
bermasyarakat. Kewajiban kehadiran perempuan ini diterapkan mulai dari
lingkungan terkecil di RT, dusun sampai dengan di tingkat desa.
46
Bidang Ekonomi
Keberadaan aksi-aksi kolektif yang bernaung di bawah paguyuban
perempuan berawal dari keinginan kaum perempuan untuk membantu
meningkatkan taraf hidup keluarga . Aksi kolektif semacam usaha
pembuatan kripik dan koperasi merupakan upaya penguatan kapasitas
perempuan di bidang ekonomi. Perputaran uang koperasi yang menembus
angka di atas 100 juta dengan anggota sekitar 109 anggota menunjukkan
adanya geliat peningkatan perekonomian di Dasun. Aksi kolektif lain seperti
sistem pemeliharaan kambing bergulir pada mulanya juga ditujukan untuk
menambah pendapatan anggota paguyuban, namun kendala kematian
menyebabkan kegiatan ini vakum sejak tahun 2011 lalu.
Bidang Lingkungan
Usaha
keras
Sulastri
bersama
kaum
perempuan
untuk
kosong milik warga masyarakat. Gerakan ini dilakukan oleh 800 orang
perempuan dari berbagai organisasi perempuan pada tahun 2007, yang
dipimpin langsung oleh istri Bupati masa itu.44 Pemberian bantuan berupa
bibit pohon tersebut terus berkelanjutan sepanjang tahun. Pada tahun 2011
kemarin Kelompok Tani Wilis Subur mendapat 26 ribu bibit pohon tanaman
keras yang dibagikan kepada penduduk Dasun. Untuk bibit pohon durian
dan cengkeh dibagi secara merata tiap KK mendapatkan 2-5 bibit pohon
durian dan cengkeh, untuk bibit tanaman lainnya boleh mengambil sesuka
hati.
Merujuk pada pencapaian gerakan sosial yang telah dikemukakan,
dapat dinyatakan bahwa gerakan sosial yang dilakukan oleh kaum
perempuan pedesaan di Dasun membuahkan kesuksesan. Kesuksesan
sebuah gerakan jika mengacu pada pendapat Gamson via della Porta dan
Diani (2004) dapat dilihat dari dua sisi, yakni pertama, adanya capaiancapaian baru (new gains) dan kedua, tingkat penerimaan (levels of
acceptance)45.
Pertama, terkait capaian-capaian baru ini mengacu pada adanya
perubahan nyata yang terkait dengan kebijakan publik yang merupakan
tuntutan masyarakat. Salah satu contoh perubahan nyata adalah adanya
kebijakan yang berhasil diterapkan Lurah Sulastri terkait dengan kuota
kehadiran perempuan sebesar 30% di tiap-tiap kegiatan rapat. Kehadiran
perempuan sebanyak 30% ini bukan hanya formalitas semata, sebagaimana
yang
terjadi
dalam
proyek-proyek
pemberdayaan
yang
dilakukan
pemerintah. Para perempuan ini hadir secara nyata dalam rapat dan berani
44
http://kedirikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=183,
diakses tanggal 30 Desember 2011
45
Donatella Della Porta dan Mario Diani, Op.Cit, h : 228.
48
KESIMPULAN
1.Aksi kolektif di Dasun dapat berkembang menjadi sebuah gerakan sosial,
karena dilandasi oleh kesadaran kolektif yang kemunculannya diinspirasi
oleh kehadiran mahasiswa KKN. Keberhasilan aksi-aksi kolektif dalam
menyelesaiakan
masalah
mendorong
kaum
perempuan
untuk
sejauh pengetahuan penulis merupakan hal spesifik yang tidak ditemui pada
aksi kolektif di tempat lainnya. Bahkan fenomena di Dasun tersebut tidak
dapat dijelaskan dengan kerangka teori
gerakan sosial baru (GSB) yang telah ada. Merujuk pada pendapat para
teoritisi gerakan sosial yang ada, sejauh ini aksi kolektif di Dasun telah
dapat disebut sebagai gerakan sosial, yaitu dengan telah terpenuhinya unsur
kolektifitas, tujuan bersama, pengorganisasian yang longgar, adanya
pemimpin, spontan dan bergerak di luar jalur kekuasaan formal. Sedangkan
jika ditinjau dari pluralitas isu yang diusung maupun heterogenitas pelaku
yang tidak berbasis pada kelas, maka gerakan sosial di Dasun dapat
dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial baru. Namun dalam kasus
Dasun ini, tidak sepenuhnya tepat juga, karena pada GSB setting masyarakat
biasanya sudah pada tahap post industri, dan pelakunya pun berasal dari
kelas menengah.
kedua, tingkat penerimaan (levels of acceptance)46. Pertama, terkait capaiancapaian baru ini mengacu pada adanya perubahan nyata yang terkait dengan
kebijakan publik yang merupakan tuntutan masyarakat, ditunjukkan dengan
adanya kebijakan mengakomodir suara perempuan (30%) dalam tiap
pengambilan keputusan mulai dari tingkat RT sampai desa. Kedua, terkait
dengan keberhasilan gerakan membawa hasil nyata dalam sistem perwakilan
kepentingan, yaitu terpilihnya Sulastri sebagai Kades, dan terakomodirnya
warga Dasun dalam lingkaran kekuasaan desa baik di bidang eksekutif
maupun legislatif.
Dari kedua kesimpulan tersebut, setidaknya ada beberapa proposisi
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu :
1) Pemimpin gerakan di Dasun merupakan produk dari gerakan sosial itu
sendiri, pemimpin lahir karena sebuah proses kolektivitas, dan
keberadaanya tidak terlebih dulu ada dibandingkan gerakan itu sendiri.
2) Gerakan sosial yang dilakukan oleh kaum perempuan Dasun mampu
mendorong munculnya replikasi aksi kolektif yang dapat memproduksi
pemimpin gerakan di wilayah sekitarnya.
3) Aksi kolektif Di Dasun dapat berkembang karena dilandasi oleh adanya
kesadaran kolektif dan solidaritas. Aksi kolektif yang ada dapat disebut
sebagai gerakan sosial karena telah terpenuhinya unsur kolektivitas
atau kebersamaan, tujuan bersama yang ditetapkan, pengorganisasian
yang longgar, pemimpin, spontanitas dan bergerak diluar jalur
kekuasaan formal.
4) Kekaburan identitas dengan peran gendernya telah membentuk aliansi
kekuatan antara kaum perempuan Dasun dengan kaum lelaki Dasun
46
51
IMPLIKASI TEORITIK
Beberapa implikasi teoritik yang dihasilkan oleh studi ini meliputi
beberapa hal, yaitu :
Pertama, temuan disertasi ini membantah pendapat James C.
Scott, Moore Jr, Mc Adam, Tarrow dan Tilly yang pada intinya menyatakan
bahwa sebuah gerakan sosial mustahil ada, tanpa keberadaan seorang
52
dan solidaritas
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdilla, Muslimin (dkk). 2010. Mencetak Pemimpin Politik Dari Bawah.
Jombang : Alharaka.
Abdullah, Irwan. 2006. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar dan Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
____________. 2007. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta
: Pustaka
Pelajar.
Amalia, Luky Sandra. 2010. Kiprah Perempuan di Ranah Politik dari Masa
ke Masa dalam
http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/jender-andpolitik/296-kiprah-perempuan-di-ranah-politik-dari-masa-ke-masa,
diakses 12-11-11.
Aminuddin, Mariana. 2006. Feminisme : Ilmu Pengetahuan Merindukan
Kebenaran, Jurnal Perempuan 48, Jakarta : Yayasan Jurnal
Perempuan.
Andresen, Margaret L. 1983. Thingking about Women, Sociological and
Feminist Perspectives, New York : Macmillan Publishing Co, Inc.
Atakav, Atil Eylem. 2007.Mona Lisa in Veils : Cultural Identity, Politics,
Religion and Feminism in Turkey, Feminist Theology. 16;11.
(online version http://fth.sagepub.com/cgi/content/abstract/16/1/11.
Atkinson, Jane Monnig dan Shelly Errington. 1990. Power and Difference :
Gender in Island Southeast Asia. Stanford : Stanford University
Press.
Banerjee, Paula. 2006. The Acts and Facts of Womens Autonomy in
India,
Diogenes
53
;
85
(online
version
http://dio.sagepub.com/cgi/content/abstract/53/4/85).
57
58
60
61
Horton, Paul B & Chester L. Hunt. 2004. Sosiologi (Jilid 2 (edisi enam).
Jakarta : Erlangga.
Hudayana, Bambang, 2011. Kredibilitas Glembuk Disertasi. Sekolah
Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Humm, Maggie. 1992. Feminisms : A Reader. New York, London, Toronto,
Sydney, Tokyo, Singapore : Harvester Wheatsheaf.
Ismail, Abdullah , 2011. TESIS . Modal Sosial Sebagai Stategi
kelangsungan Hidup Perempuan Nelayan di Pulau maitara Tidore
Kepulauan. Pogam Studi Sosiologi, Pasca Sarjana, UGM,
Yogyakarta.
Jackson, Stevi dan Jackie Jones. 2009. Berpikir untuk Diri Sendiri :
Sebuah Pengantar Menuju Teorisasi Feminis dalam Stevi Jackson
dan Jackie Jones (ed). Pengantar Teori-Teori Feminis Kontemporer.
Yogyakarta dan Bandung : Jalasutra.
Jary, David dan Julia Jary. 1991. Collins Dictionary of Sociology. Glasgow
: Harper Collins.
Jenkins, Craigh J. dan William Form. 2005, Social Movements and
Social Change dalam Thomas Janoski et.al(eds) The Handbook of
Political Sociology: States, Civil Societies, and Globalization.
Cambridge : Cambridge University Press.
Johnston, Hank, Enrique Larana & Joseph R. Gusfield. 1994. Identities,
Grivances, and New Social Movements in Enrique Larana, Hank
Johnston, adn Joseph R. Gusfield. New Social Movements : From
Ideology to Identity. Philadelphia: Temple University Press.
Katzenstein, Mary Fainsod & Carol McClurg Mueller, eds. 1992. The
Womens Movements of the United States and Western Europe :
Consciousness, Political Opportunity, and Public Policy.
Philadelphia : Temple University Press.
62
Mosse, Julia Cleves. 1996. Gender & Pembangunan (terjemahan dari Half
the World, Half A Chance : An Introduction to Gender and
Development, Oxford : Oxfam). Yogyakarta : Rifka Annisa &
Pustaka Pelajar.
Mulyani, Siti, 2005. TESIS : Gerakan Sosial Urban Poor Linkage
Yogyakarta, Program Sosiologi Konsentrasi Kebijakan dan
Kesejahteraan Sosial Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial, Program Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta.
Mustain. 2007. Petani vs Negara : Gerakan Sosial Petani Melawan
Hegemoni Negara. Jogjakarta : Arruzmedia.
Muthmainah, Yulianti. 2011. Mendukung Keterwakilan Perempuan
dalam http://www.komnasperempuan.or.id/2011/03/mendukungketerwakilan-perempuan/diakses pada 18-04-11.
64
65
Rabinovitz, Nancy Sorkin (ed). 1993. Feminist Theory and The Classics.
New York, London : Routledge.
Radtke, Lorraine dan Hendrikus J. Stam. 1994. Power/Gender Social
Relations in Theory and Practice. London, Thousand
Oaks, New Delhi : Sage Publications.
Rahardjo. 2010. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press.
Rahayu, Ruth Indiah . 2008. Emansipasi Menuju Unilinear : Gerakan
Feminis Indonesia Paro Abad ke-20 (Kata Pengantar edisi
Bahasa Indonesia) dalam Cora Vreede-De Stuers. Sejarah
Perempuan Indonesia : Gerakan dan Pencapaian. Jakarta :
Komunitas Bambu
_________________. 2010. Organisasi Perempuan Harus Mengubah
Strategi Gerakan dalam
http://www.komnasperempuan.or.id/2010/05/ruth-indiyah-rahayu%e2%80%9corganisasi-perempuan-harus-mengubah-strategigerakan%e2%80%9d/06-10-10
66
68
69
Movements,
1768-2004,
Boulder,
70
71
Website :
Pilkades Brabowan dan Gaplokan dimenangi Perempuan dalam
Cepuraya.com
http://cepuraya.com/pilkades-brabowan-gaplokan-bloradimenangi-perempuan.html/ diakses 12-11-11;
Tiga Calon Kades Bersaing di Pilkades Karanganyar dalam
http://malangpost.com/index.php?option=com_content&view=article&id=31802%3Atiga
-calon-kades-bersaing-di-pilkades-karanganyar&Itemid=102/ diakses 12-1111;
Suku
Tengger
Miliki
Kades
Wanita
Pertama
dalam
http://www.antaranews.com/berita/216320/suku-tengger-miliki-kadeswanita-pertama/ diakses pada tanggal 12-11-11.
http://www.tempo.co/read/news/2012/04/19/173398185/Adat-Bias-GenderDiharapkan-Berubah/ diakses 6 Juni 2012
http://www.sukabumitoday.com/2011/07/bidan-eulis-rosmiati-sang-teladandari.html/diakses pada 6-6-2012
http://www.shnews.co/detile-1752-45-tahun-membela-perempuan-adattoraja.html/ diakses pada 7 Juni 2012.
http://rumahiklim.org/masyarakat-adat-dan-perubahan-iklim/perubahaniklim-dan-masyarakat-adat/perempuan-adat-dan-perubahan-iklim/diakses
pada 7 Juni 2012.
72
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama
Jenis Kelamin
Date of Birth
Institusi
Alamat
Telepon Kantor
: 031-5677577
Alamat Rumah
Telepon
: 031 3823906
Mobile Phone
: 081 55107538
: faridasby@yahoo.com
Pekerjaan
: Dosen
Nama Suami
Nama Anak
Pendidikan Formal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
S3 Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair (Lulus 2012
S2 Sosiologi Pascasarjana UGM (Lulus 2003)
S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unair (Lulus 1997)
S1 Ilmu Komunikasi FISIP Unair (Lulus 1996)
SMA Negeri 1 Blitar (Lulus 1991)
SMP Negeri 1 Blitar (Lulus 1988)
SD Negeri Bendo 1 ( Lulus 1986)
73
Pengalaman Kerja
2011-sekarang
2007
2005-2008
2005 2008
2004 - 2011
2004 2006
2004 2006
2004 sekarang
2001 2002
2000-sekarang
2000- 2012
1992- 2005
Kegiatan
2009-sekarang
74
2006
2006
2006
2005
1999
1998
1997-2003
75
1997-2003
1997
Publikasi
2006
2002
2001
76