Anda di halaman 1dari 276

DISERTASI

PASUKAN PERDAMAIAN TNI


KONTINGEN GARUDA DI LEBANON

(Kajian Perjumpaan Masyarakat Muslim Indonesia dan Lebanon)

Kusuma
NIM: 12.3.00.0.01.01.0034

Promotor

Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A.


Prof. Dr. Bambang Pranowo, M.A.

SEKOLAH PASCA SARJANA


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
ii 

 
iii 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan


kekuatan lahir-batin sehingga disertasi ini dapat saya selesaikan. Salawat dan salam
kepada Rasulullah SAW. yang telah mengemban risalah Islam sehingga manusia
dapat merasakan rahmat ajaran Ilahi.
Saat mengerjakan disertasi ini saya teringat sewaktu baru selesai ujian S2
Sosiologi di Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2000. Pembimbing saat itu
Dr. Heru Nugroho menawarkan untuk melanjutkan studi lanjutan ke S3. Saat itu
saya mengatakan kepada Dr. Heru bahwa sesuai aturan main, saya harus kembali
bekerja dahulu, nanti pada saatnya saya akan melanjutkan studi kembali.
Rupanya keinginan melanjutkan studi S3 belum dapat terlaksana karena
harus bertugas ke beberapa tempat yang menyita waktu dan jarak tempuh.
Keinginan itu akhirnya baru tercapai di tahun 2013.
Melanjutkan studi S3 dan membuat disertasi sambal berdinas ternyata tidak
mudah. Sangat melelahkan. Tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya saat
menyelesaikan program magister. Saya terbebas dari dinas dan hanya
berkonsentrasi mengikuti kuliah dan mengerjakan tesis. Kuliah sambil tetap bekerja
bukan pekerjaan yang ringan. Ketika sedang berkonsentrasi menghadapi kuliah,
terpaksa harus di “pause” terlebih dahulu apabila di kantor ada pekerjaan dan
kemudian kembali berkonsentrasi ke kuliah lagi sambil menyelesaaikan disertasi.
Demikian seterusnya.
Kondisi itu berpengaruh terhadap waktu penyelesaian pembuatan disertasi.
Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak disertasi ini akhirnya dapat terwujud.
Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin berterima kasih kepada Prof. Dr.
Azyumardi Azra, M.A. selaku promotor dan Prof. Dr. Bambang Pranowo, M.A.
selaku ko-promotor yang telah bersedia memberikan arahan, pemikiran, pandangan,
dan masukan yang sangat berharga sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
Kedua promotor ini sebelumnya hanya saya kenal melalui buku-buku dan
tulisan-tulisannya di media, sejak saya menempuh kuliah S-1 di jurusan Sejarah
UGM. di tahun 1980an akhir. Namun ketika Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta mempercayakan keduanya menjadi promotor dan ko promotor
disertasi saya, saya sangat bersyukur sekali karena saya dapat berjumpa langsung
dengan keduanya untuk mendapatkan pelajaran dan pengetahuan.
Dalam kesempatan ini pula saya mengucapkan terimakasih kepada Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dede Rosyada; Direktur SPs UIN Jakarta
Prof. Dr. Masykuri Abdillah; Ketua Senat UIN Jakarta, Prof. Dr. Atho Mudzhar
serta pimpinan dan para dosen SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bimbingan dan membuka cakrawala "akademik", sehingga disertasi ini
dapat disusun.
Secara khusus 'hormat ta'zim saya kepada, Prof. Said Agil Husin Al-
Munawar, Prof. Abudin Nata, Prof. Suwito, Prof. Amsal Bakhtiar, Prof. Iik Arifin
Mansurnoor, Prof. Fathurrahman Djamil, Dr. Yusuf Rahman dan Dr. Asep
iv 

Saepudin Jahar yang telah membaca dan mengoreksi draft disertasi ini pada saat
verifikasi menjelang ujian-ujian maupun pada saat ujian proposal, WIP 1 sampai
dengan WIP 2. Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih semoga Allah
membalas kebaikan bapak-bapak semua.
Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada para penguji dalam Ujian
Pendahuluan; Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Zulkifli, MA., Prof. Dr.
Aamany B. Umar Lubis, MA., Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum., dan kedua
promotor penulis.
Selanjutnya saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf SPs
yang telah memberikan kemudahan administrasi dan pelayanan selama saya
menempuh studi di lembaga ini, Sdr Adam Hesa, sdr, Arif Mahmudi, sdri Vemmy,
dan sdri Ima. Demikian pula kepada para pustakawan di perpustakaan riset SPs, dan
perpustakaan pusat UIN, saya mengucapkan terimakasih atas layanan yang optimal
selama saya menempuh studi sampai dengan penyelesaian penulisan disertasi ini.
Studi S3 ini tidak mungkin dapat dijalani dengan baik, tanpa bantuan dari
teman-teman kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sdri Siti Ngainurahmah, sdr
Adril Hakim, Sdr. Satiri, sdr. Damiri, sdr. Azwar Habibie, sdri Vina Z A’la, Vina
Subaidi, Vina Aqila, Prayogo Youdhi dan lain-lainnya yang tidak dapat disebut satu
persatu. Sahabat-sahabat terbaik, semoga kebersamaan kita dalam mengasah
ketajaman intelektual terus berlanjut dan mendatangkan manfaat untuk bangsa ini.
Penelitian ini dapat diselesaiakan, karena beberapa orang berikut ini;
Kolonel (Purn) Ridhani, dan Letkol Laut Soekarni Marso, teman diskusi saya yang
selalu mendorong untuk menyelesaikan disertasi. Sdr. Wahid Nur Efendi yang
selalu mengoreksi perkembangan disertasi penulis, Sdr. Nawir, Staf KBRI Beirut
yang sering berdiskusi dengan penulis saat di Beirut dan memberikan data serta
informasi tentang sejarah dan perkembangan sosial politik masyarakat Lebanon
selama penulis berada di Beirut, dan Kapten Wayan Agus, sdr. Passah Kaunang,
serta Sdr. Muhaji yang selalu membantu untuk kelengkapan penyusunan disertasi.
Semoga Tuhan membalas kebaikan mereka.
Demikian pula kepada beberapa orang berikut ini; Mayjen TNI Zaedun
Daud, Brigjen TNI Darwin Haroen, Kolonel Sus Sudarno, Kolonel CAJ Sutanto,
Mayjen (Purn) Agus Gunaedi, Brigjen (Pur) Pamujo, Brigjen (Purn) Rusdi Zaini,
Marsma (Purn) Akbar Linggaprana, bapak Soehardjo, sdr. Aa Irianto, Kol (Purn)
Jihad, Kol. CAJ Moch. Rifai, Kol. Chk. Erizal, Letkol Laut Junaedi, sdri Nike
Pangat, dan bapak Ajun, yang telah membantu dan memberikan dorongan untuk
segera menyelesaikan studi ini. Saya ucapkan terima kasih atas segala doa yang
diberikannya.
Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada teman-teman
di monumen Pancasila Sakti; Sdri Mulyani, sdr Yutharyani, sdr Antoni, sdr
Suramin, Sdr. Oyok, sdr. Hasanudin, Sdr. Misar, Sdr. Priyo, Sdri Yanti, Sdri Tara,
Sdri Marisa, dan lain-lain yang membantu saya meringankan pekerjaan kantor saat
menyelesaikan kuliah.
Kepada Prof. Djoko Suryo, Prof. Kuntowijoyo (Alm.), dan bapak Adaby
Darban, SU. (Alm.), dosen-dosen saya di S-1 jurusan Sejarah UGM. yang selalu

memperhatikan saya sejak masa kuliah dan mengikuti perkembangan saya selepas
memasuki dunia kerja, ucapan terima kasih pula saya sampaikan atas arahan dan
bimbingannya dalam memasuki dunia keilmuan.
Terima kasih dan hormat ta'zim yang dalam dan tulus saya sampaikan
kepada kedua orang tua saya yang telah almarhum, H. Salim Rasdjan dan Hj.
Sukarni Soekarno yang telah memberikan segalanya untukku dari kecil sampai
akhir hayatnya yang tak lepas berdoa untuk kemajuan puteranya saat sekolah,
sebagai aktifis sekolah, saat kuliah, sebagai aktifis mahasiswa, karir kedinasan dan
"petualangan" intelektual saya yang tidak lepas dari pengaruh mereka. Semoga
Allah SWT. memberikan tempat yang layak di sisi Nya kepada keduanya. Demikian
pula dengan kakak dan adik saya, Engkus, Andang (Alm), Trio, Nanto, dan Iyok,
yang memberikan dukungan lahir dan batin kepada saya untuk menyelesaikan studi
ini. Saya bangga pada mereka.
Kepada mertua saya, Kol. Purn. H. Latief Rais (Alm) dan Hj Nurhanah
Latief serta keluarga besar Latief Rais yang memberikan semangat dan doa yang
tidak putus-putusnya agar saya dapat segera menyelesaikan studi ini dan meraih
sukses, penuh kebanggaan saya padanya. Serta kepada adik-adik saya; Memeng,
Ibang, Cicik yang selalu menanyakan kapan selesainya studi penulis, saya
sampaikan terima kasih atas perhatian dan harapannya.
Disertasi ini dapat diselesaikan juga berkat pengertian, dan dukungan dari
istri saya, yang menyelesaikan terlebih dahulu S3 nya di Linguistik Universitas
Indonesia Jakarta, Dr. Dora Amalia, dan putra-putraku Bintang Dhia, yang sedang
kuliah di Vokasi Universitas Indonesia Jakarta dan Nabiel Yodha yang sekolah di
SD Al Qolam Depok. Kalian permata di hatiku, semoga dapat mencapai yang
dicita-citakannya dikemudian hari dan terimakasih atas pengorbanan dan cinta yang
kalian berikan.
Akhimya, terimakasih kepada segenap pihak yang telah membantu
penyelesaian disertasi ini. Segala kekeliruan dan kekurangan dari disertasi ini
pada akhirnya merupakan tanggung jawab saya pribadi. Kritik dan saran untuk
penyempurnaan disertasi ini sangat berguna untuk perbaikan.

Depok, Shafar l437 H.


November 2016 M.

Kusuma
vi 

 
vii 

SURAT PERSETUJUAN PROMOTOR

Setelah diadakan pembimbingan disertasi dengan judul “Pasukan


Perdamaian Indonesia Kontingen Garuda di Lebanon (Kajian Perjumpaan
Masyarakat Muslim Indonesia dan Lebanon)” yang ditulis oleh:

Nama : Kusuma
NIM : 12.3.00.0.01.01.0034
Konsentrasi : Sosiologi

Disertasi ini telah melalui Work in Progres I, II, dan Ujian Pendahuluan,
serta telah diperbaiki sesuai saran-saran pembimbing dan disetujui untuk diajukan
dalam ujian Promosi Disertasi.

                                   
viii 

SURAT PERSETUJUAN PROMOTOR

Setelah diadakan pembimbingan disertasi dengan judul “Misi Pasukan


Perdamaian Indonesia Kontingen Garuda di Lebanon (Kajian Sosiologis
Masyarakat Muslim Indonesia dan Lebanon)” yang ditulis oleh:

Nama : Kusuma
NIM : 12.3.00.0.01.01.0034
Konsentrasi : Sosiologi

Disertasi ini telah melalui Work in Progres I, II, dan Ujian Pendahuluan,
serta telah diperbaiki sesuai saran-saran pembimbing dan disetujui untuk diajukan
dalam ujian Promosi Disertasi.

                                                                                                       
ix 

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN

Disertasi yang berjudul: Pasukan Perdamaian Indonesia Kontingen Garuda


di Lebanon (Kajian Perjumpaan Masyarakat Muslim Indonesia dan Lebanon) oleh
Kusuma NIM: 12.3.00.0.01.01.0034 telah dinyatakan lulus pada Ujian Pendahuluan
yang diselenggarakan pada hari Jum’at, 14 Oktober 2016.
Disertasi ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji
sehingga disetujui untuk Ujian Promosi.

Jakarta, November 2016


 
xi 

ABSTRAKSI

Kesimpulan besar dari penelitian ini adalah bahwa pengiriman pasukan


perdamaian TNI ke Lebanon disebabkan oleh keinginan pemerintah RI untuk
membangun citra politik luar negeri Indonesia. Indonesia berkeinginan dapat
berperan dalam mengatasi konflik di negara-negara Muslim melalui diplomasi
militer. Peran ini menjadi penting mengingat Indonesia adalah negara demokrasi
terbesar dari negara-negara Islam di dunia.
Disertasi ini membandingkan sekaligus memperkaya kajian tentang konflik
Lebanon dan misi pasukan perdamaian TNI di manca negara seperti yang ditulis
oleh Eduardo Lachicha (2007). Lachica melihat kebaradaan Pasukan Perdamaian
Indonesia yang dikirim ke Lebanon adalah untuk alasan diplomatik karena
Indonesia sedang memainkan peran sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
Perserikaatan Bangsa Bangsa.
Sedangkan tulisan lain yang menjadi pembanding latar belakang kebijakan
politik luar negeri Indonesia dengan mengirim pasukannya ke Lebanon adalah karya
Mary O’Regan (2010) yang berisi tentang perang Lebanon – Israel dilihat dari sudut
pandang media di Irlandia. Fokus perhatian tulisannya pada analisis media terhadap
perkembangan politik Lebanon yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri
Irlandia.
Tulisan berikutnya adalah karya Karim Makdisi (2014) yang mengulas
tentang keraguan terhadap keefektifan Resolusi 1701 PBB dalam mengatasi konflik
Lebanon – Israel. Tulisan ini menarik perhatian karena pengiriman pasukan
Indonesia pada tahun 2006 tidak melihat pada tingkat keefektifan Resolusi tersebut,
karena justru Indonesia mengirimkan pasukan perdamaiannya untuk mengatasi
konflik Lebanon -Israel.
Sementara itu karya Muhammad Kemalsyah (2008) yang dalam temuannya
menyatakan bahwa kepatuhan prajurit pada agama dapat bersamaan jalan dengan
kepatuhan kepada sistem militer (TNI AU). Disini dapat dilihat Pasukan TNI
sebagai pasukan multinasional yang bertugas sebagai pasukan perdamaian di
Lebanon yang tidak terlepas dari menjalankan dua kewajibannya yakni taat kepada
agama dan patuh kepada aturan pasukan perdamaian PBB.
Disertasi ini dituliskan berdasarkan pengalaman selama mengikuti tugas
sebagai perwira penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa di Lebanon dalam
rentang waktu November 2006 hingga November 2007. Sementara itu penelitian
disertasi ini difokuskan pada peristiwa perang 34 hari antara Lebanon - Israel dan
pengiriman pasukan Indonesia dalam misi perdamaian PBB dengan sumber primer
didapatkan melalui observasi langsung di lapangan, data sekunder didapatkan
melalui pencarian dokumentasi, catatan harian penulis, literatur yang mendukung,
dan bahan referensi lain yang didapatkan melalui studi kepustakaan, melalui media
massa, catatan yang dibuat masyarakat dan prajurit. Data disusun, lalu diklasifikasi,
dianalisis dengan menggunakan teori-teori ilmu sosial, dan sejarah, lalu secara
induktif disimpulkan.
‫‪xii ‬‬

‫‪ ‬‬

‫ملخ ص‬

‫ية الخالص ة‬ ‫إرس ال إل ى س بب ما أن ھي البح ث ھذا عليھ ا حص ل ال تي الرئيس‬


‫جمھوري ة رغب ة ھي لبن ان إل ى اإلندونيس ي ال دولى للجي ش التابع ة الس الم حف ظ ق وات‬
‫يا‬ ‫تھا الطيب ة الس معة بن اء ف ي إندونيس‬ ‫يا حرص ت ‪.‬الخارجي ة لسياس‬ ‫أن عل ى إندونيس‬
‫ية خ الل من اإلس المية ال دول ف ي حدث ال ذي الص راع حل ف ي دورھا تلع ب‬ ‫الدبلوماس‬
‫يا أن إل ى ب النظر ھاما أص بح ق د ال دور وھذا ‪.‬العس كرية‬ ‫ال دول أك بر من إندونيس‬
‫بة الديموقراطي ة‬ ‫‪.‬الع الم ف ي اإلس المية لل دول بالنس‬

‫ق وات ورس الة لبن ان ف ي الص راع عن الدراس ات وإث راء بمقارن ة األطروحة ھذه قام ت‬
‫إي دواردو كتب ه كم ا الب الد خارج اإلندونيس ي ال دولي للجي ش التابع ة الس الم حف ظ‬
‫ا‬ ‫ا رأى ‪).‬م‪ (2007‬التشيتش‬ ‫ية الس الم حف ظ ق وات إرس ال س بب أن التشيتش‬ ‫اإلندونيس‬
‫يا تلعبھ ا ال ذي لل دور وفق ا دبلوماس ي س بب ھو لبن ان إل ى‬ ‫من كإح دى حالي ا إندونيس‬
‫بم ا ال رأي ھذا وق ورن ‪.‬المتح دة األمم لھيئ ة الت ابع األمن لمجل س ال دائمين غ ير األعض اء‬
‫ه‬ ‫رائيلية الح رب ف ي بحث ت حي ث )م‪ (2010‬ريج ان أو ماري كتبت‬ ‫ة اإلس‬ ‫من اللبناني‬
‫)م‪ (2014‬مقدس ي ك ريم كتب ه بم ا ال رأي ھذا ق ورن ث م ‪.‬بأيرلن دا إع الم وس ائل نظ ر وجھة‬
‫تنبط حي ث‬ ‫ة وھمه عن اس‬ ‫الص راع حل ف ي ‪ 1701‬رق م المتح دة األمم منظمة ق رار لفعالي‬
‫اني‬ ‫أن ناحي ة من )م‪ (2014‬مقدس ي ك ريم كتب ه ما الباح ث أجذب وق د ‪.‬ائيل ىاإلس ر اللبن‬
‫يا من الس الم حف ظ ق وات إرس ال‬ ‫ولك ن ‪،‬الق رار ذل ك فعالي ة مدى عل ى اليب ني إندونيس‬
‫اني الص راع حل إل ى يھ دف‬ ‫رائيلى اللبن‬ ‫ش اه كم ال محمد ص رح آخر بح ث وف ي ‪.‬اإلس‬
‫ھنا ومن ‪.‬العس كري للنظ ام ت هطاع مع تتماش ى أن يمك ن لل دين الجن د طاعة أن )م‪(2008‬‬
‫الق وات باعتبارھ ا اإلندونيس ي ال دولي الجي ش من الق وات أن إل ى النظ ر من يمكنن ا‬
‫من بواجباتھ ا قام ت ق د لبن ان ف ي الس الم حف ظ كق وات تعم ل ال تي الجنس يات متع ددة‬
‫‪.‬معا المتح دة األمم لمنظم ة التابع ة الس الم حف ظ ق وات لنظ م والطاع ة لل دين الطاع ة‬

‫حف ظ ض ابط ك ان ما عن د الباح ث خ برة عل ى بن اء األطروحة ھذه كتاب ة تم ت‬


‫‪.‬م‪ 2007‬نوفم بر إل ى م ‪ 2006‬نوفم بر ف ترة ف ي بلبن ان المتح دة األمم لھيئ ة الس الم‬
‫واللبن ان اإلس رائيل بي ن يوم ا ‪ 34‬حوال ي حرب حادث ة عل ى األطروحة ھذه ترك يز وت م‬
‫يا ق وات وإرس ال‬ ‫‪.‬المتح دة األمم لھيئ ة عةالت اب الس الم حف ظ رس الة ف ي إندونيس‬
‫المص ادر وأما ‪،‬المباش رة المالحظ ة خ الل من جمعھا ت م األطروحة ھذه ف ي األولي ة فالمص ادر‬
‫حص ل ال تي والم راجع ‪،‬اليومي ة الباح ث وم ذكرات ‪،‬وثائقي ة دراس ة خ الل فم ن الثانوي ة‬
‫ة الدراس ة من الباح ث عليھ ا‬ ‫كتبھ ا ال تي والمخطوط ات ‪،‬اإلع الم وس ائل ومن ‪،‬المكتبي‬
‫نيفھا تنظيمھ ا فت ّم الباح ث عليھ ا حص ل ال تي البيان ات وأما ‪.‬الجن ود و المجتم ع‬ ‫ث م وتص‬
‫الي ‪،‬والتاريخي ة االجتماعي ة النظري ات باس تخدام تحليلھ ا‬ ‫تلخيص ھا ت م وبالت‬
‫تقرائي بش كل‬ ‫‪.‬اس‬
xiii 

ABSTRACT

The inference of this research is that Indonesian peacekeepers consignment


to Lebanon caused by the devotion of the Indonesian government to build the image
of Indonesian foreign policy. Indonesia is willing to be involved in resolving
conflicts in Muslim countries through military diplomacy. This role becomes
important considering that Indonesia is the largest democracy of the Islamic
countries in the world.
This dissertation compares and extends the study of the Lebanese conflict
and military peacekeeping missions in foreign countries, as written by Eduardo
Lachicha (2007). Lachica saw that Indonesian peacekeepers consignment to
Lebanon established by diplomatic reasons because Indonesia is playing a role as a
non-permanent member of the United Nations Security Council.
The other analysis as used as a comparison for background of Indonesia's
foreign policy in its peacekeeping consignment to Lebanon is the work of Mary
O'Regan (2010) which contains the war between Lebanon and Israel through Ireland
mass media point of view. His research is focused the mass media analysis against
political developments of Lebanon that affect the foreign policy of Ireland.
The next analysis is the work of Karim Makdisi (2014) review of the doubts
about the effectiveness of UN Resolution 1701 to resolve the conflict between
Lebanon and Israel. This article attracted attention because Indonesian peacekeepers
consignment in 2006 didn't observe the effectiveness of the resolution, otherwise
Indonesian peacekeepers consignment was intend to the conflict betwen Lebanon
and Israel.
Meanwhile the writing of Muhammad Kemalsyah (2008), which stated that
religion adherence may be equals to adherence of military system (Indonesian
Airforce). Here can be seen that TNI as multinational forces serving as
peacekeepers in Lebanon which is inseparable from running two obligations that is
to be obedient to religion and obey the rules of UN peacekeepers.
The dissertation was written based on the experience during the
peacekeeping duties as an officer of the United Nations in Lebanon within the
period November 2006 to November 2007. Meanwhile dissertation research is
focused on the events of the 34-day war between Lebanon and Israel and Indonesian
peacekeepers consignment in UN peace mission with primary sources obtained
through direct observation in the field, secondary data obtained through a search of
documentation, diary, supporting research, and other reference materials were
obtained through the study of books, through mass media, the records of people and
soldiers. Data compiled and classified, analyzed using theories of social science,
and history, and inductively inferred.
xiv 

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Huruf Arab Nama Huruf Latin


‫ا‬ alif Tidak dilambangkan
‫ب‬ ba b
‫ت‬ ta t
‫ث‬ sa th
‫ج‬ jim j
‫ح‬ ha ḥ
‫خ‬ kha kh
‫د‬ dal d
‫ذ‬ zal dh
‫ر‬ ra r
‫ز‬ zai z
‫س‬ sin s
‫ش‬ shin sh
‫ص‬ sad ṣ
‫ض‬ dad ḍ
‫ط‬ ta ṭ
‫ظ‬ za ẓ
‫ع‬ ‘ain ..‘...
‫غ‬ gain gh
‫ف‬ fa f
‫ق‬ qaf q
‫ك‬ kaf k
‫ل‬ lam l
‫م‬ mim m
‫ن‬ nun n
‫و‬ waw w
‫ه‬ ha h
‫ء‬ hamzah ...’...
‫ي‬ ya y

Catatan:
Huruf al-madd berupa al-alif dilambangkan dengan ā seperti qāla (‫)قال‬
Huru al-madd berupa al-wāw dilambangkan dengan ū seperti qālū (‫)قالوا‬
Huruf al-madd berupa al-yā’ dilambangkan dengan ī seperti qīla (‫)قيل‬
Huruf al-tā’ al-marbūṭah (‫ )ة‬yang terletak di akhir kata ditulis h, sedangkan al-tā’
al-marbūṭah (‫ )ة‬yang menjadi al-muḍaf ditulis t seperti wazārat al-tarbīyah ( ‫وزارة‬
‫)التربية‬. Sedangkan, kata yang di akhirnya al-tā’ al-marbutah (‫ )ة‬yang menjadi ṣifat
dan mawṣūf ditulis h seperti al-risālah al-qaṣīrah (‫)الرسالة القصيرة‬
xv 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI……………………………………vi
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………vii
PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN…………………...ix
ABSTRAK………………………………………………………………...xi
PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………..xiv
DAFTAR ISI……………………………………………………………...xv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR…………………………………...xvii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………..xix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………….………………………1
B. Permasalahan ……………….……………..………...…....8
C. Tujuan Penelitian……………….……………...…….........9
D. Signifikansi Penelitian…………….……………...…...…..9
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………...…………...10
F. Metodologi Penelitian ……………………..................….12
G. Sistematika Penulisan…………………………................13

BAB II MEMETAKAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM


KONFLIK LEBANON
A. Diplomasi Militer……………………………….………..17
B. Solidaritas dan Ancaman bagi Prajurit …….…………...23
C. Perang dalam Teori Konflik……………………………...32
D. Memproduksi Emosi dalam Konflik………...…………...39
E. Pemaknaan Simbolik dalam Perjumpaan Awal...………..41
F. Perdamaian Dalam Perspektif Islam...................................48
G. Resolusi Konflik…………………………...……………..51

BAB III LEBANON DALAM PUSARAN KONFLIK


TIMUR TENGAH
A. Wilayah dan Tipologi Masyarakat Lebanon.....................55
B. Kondisi Sosio-Relijius Lebanon……………................…59
C. Dari Diaspora hingga Pendudukan Israel…...…………...62
1. Perang Salib dan Ide Rumah Nasional Yahudi……...63
2. Proklamasi negara Israel dan Perang Timur Tengah...65
D. Konstelasi Politik Lokal Lebanon………………………..67
1. Confessionalism Politic..............................................67
2. Civil War.....................................................................68
3. Kepemimpinan Troika………………………………70
4. Konflik Koalisi 8 Maret dengan 14 Maret…………..71
xvi 

E. Konstelasi Konflik Lebanon-Israel Terkini.......................85


1. Fenomena Hezbollah................................................85
2. Bentrokan Pasca Perang 34 Hari..............................90

BAB IV PASUKAN INDONESIA DALAM MISI


PERDAMAIAN DUNIA
A. Membangun Citra Indonesia………..………………...….99
1. Tentara Diplomat…………………………………...100
2. Kebijakan Politik Luar Negeri RI..............................103
B. Sejarah Pengiriman Pasukan ke Mancanegara………….106
1. Dari Terusan Suez hingga Lebanon..........................107
2. Menantang Bahaya di Medan Tugas……………….118
C. Resolusi PBB nomor 1701 ……………………..............122
1. Skeptisisme Resolusi……………………………….125
2. Perpanjangan Mandat Resolusi…………………….127
D. Pasukan Garuda ke Lebanon………………...…………128
1. Awal Keberangkatan Pasukan……………………...129
2. Pembenahan Pangkalan…………………………….133

BAB V MISI DAMAI DAN PERJUMPAAN


PASUKAN INDONESIA
A. Daerah Operasi Pasukan…………………...…................135
1. Lokasi Pasukan Indonesia...................................139
2 Pos UN 8-33 Houla Sheikh Abbad Tomb……..140
3. Pos 9-63 El Aadeisse.........................................145
4. Pos UN 7-1 Adshit Al Qusayre…………...…...146
B. Perjumpaan dan Ketegangan dengan Pasukan Israel ….147
1. Insiden di Pos 8-33.............................................148
2. Insiden di Pos 9-63.............................................151
3. Insiden Peluncuran Mortir di AO Indobatt…….152
C. Operasi-Operasi di Medan Tugas……………………….155
1. Operasi “Wadi Saluki” ………………………...155
2. Operasi “Fork”…………………………………157
3. Operasi “Quiet River”………………………….157
4. Penemuan Bungker Sisa Perang……………….159
D. Perjumpaan Muslim Indonesia di Lebanon Selatan..…...161
1. Briefing KUAI Beirut…………………………162
2. Mengunjungi Sekolah Islam menjelang Natal...163
3. Brief On Indonesia ...........................................164
4. Puskesmas model Indonesia ..............................166
5. Memberi kursus Bahasa Inggris..........................167
6. Membangun Irigasi di Adshit………….............169
xvii 

7. Ritual Salat Menghindari Bahaya.......................170


8. Renovasi Masjid..................................................174
9. Idul Qurban menarik Simpati Masyarakat..........178
10. Prajurit Umrah…………………………………183
11. Kebaktian dan Perayaan Natal…………………188
12. Memperingati Hari Raya Galungan……………189

E. Penerimaan Pasukan Perdamaian Indonesia


oleh Masyarakat Lebanon Selatan………..…………….190
1. CIMIC mendekatkan Pasukan dengan
Masyarakat..........................................................193
2. Sumbangan Indonesia ke Masyarakat Lebanon..196
3. FC Sector East & Kegiatan Pasukan Indonesia..197
4. Mengundang Masyarakat Lebanon…………….200
5. Amanat Panglima TNI…………………...…......201

F. Faktor Keberhasilan di Lebanon Selatan……..................202


1. Ceramah dan Konstelasi Politik Lebanon...........203
2. Toko Indonesia Membangun Komunikasi..........204
3. Apresiasi FC UNIFIL.........................................205
4. Apresiasi FC LAF..............................................206
5. Komentar The Asian Wall Street Journal……..207
6. Pameran Kegiatan di Markas UNIFIL………....210
7. HUT RI dan Parade Medali…………………....211
8. Atraksi dan Kreasi Seni Pasukan……………...214
9. Sate Ayam dan Sambutan FC. UNIFIL…….....216
10. Kunjungan Sekjen PBB………………………..217
11. TV Korea Terpikat Pasukan Indonesia………...219
12. Kunjungan Pasukan Mancanegara......................220
13. Perpisahan FC Sector East..................................222

BAB VI. PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………................225
B. Implikasi Penelitian….…………......……………………228

DAFTAR PUSTAKA…...………………………...…………………….229
GLOSARIUM……...……………………………………………………237
INDEKS…………………………………………………………………241
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..………………………………………..247
LAMPIRAN…………………………………………………………….252
xviii 

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 1.1 Presiden SBY mengunjungi persiapan Konga 23 A ........................2


Gambar 1.2 Panglima TNI menjelaskan kesiapan Konga 23 A ……...…….......6
Gambar 2.1 Amanat Menlu RI Hasan Wirayudha di markas Indobat ...........…19
Gambar 2.2 Panglima TNI menyerahkan cinderamata ke Kepala Staf LAF.....20
Gambar 2.3 Monumen Civil War di Markas LAF……………………………..21
Gambar 2.4 Briefing Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Beirut ……………….22
Gambar 2.5 Patrol jalan kaki di Lebanon Selatan……………………….…… 24
Gambar 2.6 Pasukan Indonesia sedang patroli…...……………………………25
Gambar 2.7 Perbincangan prajurit Indobatt dengan warga Lebanon Selatan …28
Gambar 2.8 Prajurit Indobatt dengan masyarakat mencari cluster bomb ……..30
Gambar 2.9 Prajurit Indobat siaga di ketinggian Lebanon Selatan. …………..31
Gambar 2.10 Shalat Idul Fitri pasukan Indobatt di Mako Indobatt …..………...32
Gambar 2.11 Pasukan Indonesia menjaga perbatasan Lebanon-Israel …………34
Gambar 2.12 Makam Syeikh Abbad dibelah dua……………………………….37
Gambar 2.13 Foto para martir terpasang di jalan-jalan di Lebanon Selatan……38
Gambar 2.14 Para syuhada yang tewas dipajang di sepanjang jalan……………40
Gambar 2.15 Hasan Nasrallah dan tokoh Lebanon lainnya……………………..41
Gambar 2.16 Hasan Nasrallah dan para syuhada ……………………...………..42
Gambar 2.17 Tugu perlawanan Hezbollah……………………………………...43
Gambar 2.18 Tank Israel yang hancur dimortar kelompok Hezbollah………….44
Gambar 2.19 Barang perlengkapan Indobatt……………………………………54
Gambar 3.1 Peta wilayah perbatasan Lebanon …………………………..……56
Gambar 3.2 Komposisi Penduduk berdasar Agama.......................................…57
Gambar 3.3 Pembagian Kursi Parlemen.............................................................59
Gambar 3.4 Alokasi Kursi Parlemen..................................................................60
Bagan 3.5 Situasi Konflik................................................................................85
Gambar 4.1 Menlu Hasan Wirayuda dengan Pemerintah Lebanon di Beirut...101
Gambar 4.2 Mantan Menlu Ali Alatas di markas Indobatt...............................103
Gambar 4.3 Duta Besar RI di Beirut mengunjungi pasukan Indobatt..............104
Gambar 4.4 Prajurit Mesir di Bunker Israel......................................................109
Gambar 4.5 Asisten Operasi Mayjen Bambang Darmono di Mako Indobatt...129
Bagan 4.6 Komposisi Personel Konga XXIII-A............................................131
Tabel 4.7 Komposisi Personel Konga XXIII-A Berdasar Agama.....132
Gambar 5.1 Daerah Operasi UNIFIL…………………………………….........136
Gambar 5.2 Daerah Operasi Indobatt…………………………………….........137
Gambar 5.3 Masyarakat Lebanon Selatan menyapa pasukan Indobatt..............138
Gambar 5.4 Pos UN 8-33 Sheikh Abbad Tomb…………………………........ 141
Gambar 5.5 Pos Sheikh Abad Tomb dan Menara Israel dari Ketinggian..........142
Gambar 5.6 Pos UN 9-63 Addaiseh tempat Kompi VAB-1…………………..145
Gambar 5.7 Pos Adshit al Qusayre……………………...…………………….146
Gambar 5.8 Kunjungan DPR RI ke Makosatgas Indobatt…………………….148
xix 

Gambar 5.9 Penemuan Bunker Hezbollah……………………………….……160


Gambar 5.10 Masyarakat Muslim Indonesia di Lebanon....................................161
Gambar 5.11 Mengunjungi Sekolah……………………………………………163
Gambar 5.12 Bendera Merah Putih berkibar di rumah penduduk Lebanon........164
Gambar 5.13 Memberikan Penjelasan tentang Indonesia....................................165
Gambar 5.14 Memberikan Pengobatan…………………………………………167
Gambar 5.15 Mengajar Bahasa Inggris…………………………………………168
Gambar 5.16 Bermain Sepeda dengan anak Lebanon………………………….169
Gambar 5.17 Shelter tempat perlindungan pasukan Indobatt..............................171
Gambar 5.18 Salat Jumat di Makosatgas Indobatt...............................................173
Gambar 5.19 Kerja bakti di masjid Al Amin desa Alqantarah…........................175
Gambar 5.20 Minum teh bersama masyarakat setelah kerja bakti.......................176
Gambar 5.21 Para Mujahid Hezbollah di Lebanon Selatan……………….........177
Gambar 5.22 Membeli domba pada masyarakat……………………………….179
Gambar 5.23 Membagi hewan kurban di Bani Hayan Lebanon Selatan............ 180
Gambar 5.24 Salat Idul Adha di Perkampungan Lebanon...................................181
Gambar 5.25 Salat Berjamaah pasukan Indonesia dengan Ulama Lebanon……182
Gambar 5.26 Manasik Haji..................................................................................184
Gambar 5.27 Wapres Jusuf Kalla mengunjungi Pasukan Indonesia....................186
Gambar 5.28 Kebaktian di gereja.........................................................................188
Gambar 5.29 Hari Raya Galungan.......................................................................191
Gambar 5.30 Berbincang dengan warga Lebanon Selatan…............................. 192
Gambar 5.31 Kegiatan mobil pintar pasukan Indobatt .......................................193
Gambar 5.32 Mobil pintar mengisi liburan anak-anak Lebanon Selatan…. …..195
Gambar 5.33 Laptop bantuan Presiden Indonesia ..............................................197
Gambar 5.34 Toko Indonesia…………………………………………………..204
Gambar 5.35 Eduardo Lachicha mengunjungi pasukan Indonesia di Mako …...208
Gambar 5.36 Penyematan Medali UNIFIL……………………………………..212
Gambar 5.37 Tari Kecak pada Peringatan hari kemerdekaan........................... ..214
Gambar 5.38 Tari Saman pada Peringatan hari kemerdekaan.............................215
Gambar 5.39 FC UNIFIL……………………………………………………….217
Gambar 5.40 Sekjen PBB Ban Ki Mom sedang menerima cinderamata.............218
Gambar 5.41 Kunjungan Spanbatt ke Makosatgas Indobatt …………………...221
xx 

 
xxi 

DAFTAR SINGKATAN

ANC Army Nationale Congolaise


APE Alat Permainan Edukasi
ATA American Tranport Asociation
AO Area of Operation
BTR Bronetransporter
BX Base Exchange
CIMIC Civil Military Coordination
CIMIC civil military cooperation
CTO Contemporary Time Off
Dansektor Komandan Sektor
DO Duty Officer
DFC Deputy Force Commander
Dir KIPS Direktorat Keamanan Internasional dan
Pelucutan Senjata
DK PBB Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa
FC Force Commander
HAMAS Ḥarakat al-Muqāwamah al-ʾIslāmiyyah, atau
"Gerakan Pertahanan Islam"
HQ Headquarter
ICCS International Commission of Control and
Supervision
IDF Israel Defence Force
INDOBATT Indonesia Battalion
IPTF International Police Task Force
KASAD Kepala Staf Angkatan Darat
KBRI Kedutaan Besar Republik Indonesia
Kemenhan Kementerian Pertahanan
Kotis Komando Taktis
Kout Komando Utama
Kopasindo Komando Pasukan Indonesia Garuda III
Konga Kontingen Garuda
KUAI Kuasa Usaha Ad Interim
LAF Lebanese Arm Force
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
LO LAF Leasion Officer Lebanese Arm Force
Mako Markas Komando
Malcon Malaysia Contingent
Masatgas Markas Satuan Tugas
MCX Marine Corps Exchange
Milobs Military Observer
xxii 

Misriga Misi Republik Indonesia Garuda


MNLF Moro National Liberation Front
MU PBB Majelis Umum PBB
MONUC Congo/United Nation Organization Mission in
the Democratic of the / Mission del
Organization des Nation Unies en Repubique
Democratique du Congo
NEX Navy Exchange
NGO Non Governent Organitation
OGL Observer Group on Lebanon
OMP Operasi Militer Perang
OMSP Operasi Militer Selain Perang
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PX Post Exchange
PIO Sektor Personal Information Officer
PLO Palestine Liberte Organization
Protap Prosedur Tetap
Poskout Pos Komando Utama
RoE Rules of Engagement
SSNP Syria Socialis Natioanla Party/ Partai Nasionalis
Sosial Suriah
SEMR Sector East Mobile Reserve
SLA South Libanese Army
SOP Standar Operation Procedure
Spanbatt Spain Battalyon
STIR Standarised Tactical Incident Reaction
TCC Troops Contributing Country
TV KBS Korean Broadcasting System
TUM Tata Upacara Militer
UNEF Unitied Nations Emergency Force
UNIFIL United Nations Interim Force In Lebanon
UN United Nation
UXO Unexploded Ordnance
UNDP United Nations Development Program
UN PKO United Nation Peace Keeping Operation
UNOC United Nation Operation in Congo
UNTSO United Nation Truce Supervision Organisation
UNIIMOG United Nations Iran-Irak Military Observer
Group
UNIKOM United Nations Iraq-Kuwait Observation
Mission
UNTAG United Nations Transition Assistance Group
UNTAC United Nation Transition Authority in Cambodia
UNOSOM United Nations Operation in Somalia
xxiii 

UNPROFOR United Nations Protection Force


UNCRO United Nations Confidence Restoration in
Croatia
UNIPTF United Nation International Police Task Force
UNTAES United Nations Transitional Administration for
Eastern Slovania, Baranja and Western Sirnium
UNPREDEF United Nations Preventive Deployment
UNOMIG United Nations Observation Mission in Georgia
UNTAES United Nations Transitional Administration for
Eastern Slovania, Baranja and Western
Sirnium
UNPF United Nations Peacekeeping Forces
UNOMOZ United Nations Observer in Mozambique
UNMIL United Nations Observer Mission in Liberia
UNMOT United Nations Mission of Observer in
Tajikistan
UNOMSIL United Nations Observer Mission in Sierra
Leone
UNMIS United Nations Mission in Sudan
UN PKO United Nation Peace keeping Operation
UNRWA United Nations Relief and Works Agency
VAB Ve’hicule de l’Avant Blinde’
Wapangab Wakil Panglima Angkatan Bersenjata
Yon Kav Batalyon Kavaleri
xxiv 

 
xxv 

 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perang 34 Hari antara Lebanon dan Israel yang terjadi pada bulan Juli –
Agustus tahun 20061 membuat dunia terguncang. Indonesia sebagai negara
berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tergerak untuk melakukan pembicaraan
dengan pemimpin dunia lain dalam rangka mengakhiri krisis itu. Setelah terjadi
pembicaraan, akhirnya disepakati Indonesia diperkenankan mengirimkan
pasukannya dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Lebanon2.
Pengiriman pasukan Indonesia ke Lebanon dengan kekuatan 850 orang personel pada
November 2006, merupakan jawaban atas desakan dari masyarakat Indonesia saat itu
yang meminta kepada pemerintah agar mereka dikirim untuk membantu masyarakat
Lebanon yang diserang Israel.
Pemerintah Indonesia tidak menginginkan rakyatnya menjadi korban perang
di negara lain apabila mereka pergi secara swakarsa untuk membela rakyat Lebanon.
Situasi itu menyulitkan pemerintah, meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mendukung pengiriman pasukan Indonesia ke Lebanon. Dukungan Presiden itu
sangat beralasan karena konstitusi Republik Indonesia (RI) yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 19453 mengamanatkan, …”turut memelihara perdamaian dunia
yang berdasarkan keadilan dan perdamaian abadi.” Keikutsertaan pasukan Indonesia
dalam misi perdamaian dunia itu tidak terlepas dari pembukaan konstitusi RI. Amanat
tersebut, menjadi landasan kiprah pasukan Indonesia di dunia internasional untuk
memelihara perdamaian dan ketertiban dunia. Tekad mulia itu tertuang dalam UU
TNI Nomor 34 pasal 20 ayat 3 yang menegaskan tentang penggunaan kekuatan TNI
dalam tugas perdamaian dunia sesuai dengan politik luar negeri Indonesia. 4 Pada sisi
lain keterlibatan Indonesia dalam misi perdamaian dunia menjadi titik tolak keinginan
pemerintah Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada
sidang PBB berikutnya.
Presiden Yudhoyono menawarkan pasukan Indonesia ke PBB untuk terlibat
dalam misi peacekeeping di Lebanon namun saat itu terganjal pada sikap Israel yang
tidak mau menerima keterlibatan tiga negara berpenduduk mayoritas Muslim yaitu
Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia.5 Israel menolak negara-negara yang tidak
                                                       
1Gilbert
Achcar dan Michel Warschawski, The 34-Day War: Israel’s War on Hezbollah in
Lebanon and its Consecuences, (Paradigm Publisher, 2007), 7. Lihat Al Mannar, “Hezbollah Ten Years
on July War, an ‘Army,’” July, 16 2016. Lihat Mary O’Regan, “In the Shadow of War: Irish Press
Frames and Political Discourses on the Israeli – Hezbollah War (July-August 2006).” Irish Studies in
International Affairs Vol. 21, (2010): 161-178.
2Kompas, 8 September 2006.
3Lihat Pembukaan UUD 1945.
4TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan negara yang dalam menjalankan

tugasnya didasarkan kebijakan politik Negara. Pasal tugas pokok TNI adalah dilakukan dengan Operasi
Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Melaksanakan tugas
perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik Luar Negeri. Lihat UU TNI Nomor 34 tahun 2004
Pasal 5.
5Kompas, 22 Agustus 2006 dan Lihat Sinar Harapan, 3 November 2006.

memiliki hubungan diplomatik dengannya menjadi anggota pasukan perdamaian di


bawah mandat PBB. Akan tetapi pemerintah Indonesia melakukan diplomasi tingkat
tinggi untuk mencapai misi itu. 6Pada akhirnya Indonesia dipercaya Dewan
Keamanan PBB untuk terlibat dalam misi perdamaian dengan mengirimkan pasukan
dalam bentuk satuan Batalyon Infantri (Yonif) Mekanik (Indobatt/Indonesia
Battalyon).

Gambar 1.1
Presiden SBY mengunjungi persiapan Konga 23 A di Halim Perdana Kusumah Jakarta
Sumber: Puspen TNI 8 November 2006.

Presiden Yudhoyono menjelaskan alasan pengiriman pasukan Indonesia. Ia


tidak ingin melihat para warga yang tidak bersalah menjadi korban dalam konflik.
Jika konflik itu tidak dapat dihentikan, diprediksi konflik akan meluas ke kawasan
dan memberikan dampak negatif kepada dunia Islam, termasuk Indonesia sebagai
negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.7 Sementara di dalam negeri
pengiriman pasukan Indonesia ke Lebanon didukung oleh masyarakat karena
berkaitan dengan solidaritas dunia Islam.8

                                                       
6Lihat
Rizal Sukma, “Soft Power Tidak Akan Berarti Jika Tidak Diimbangi Dengan Hard
Power” Tabloid Diplomasi, No. 46 (September-2008). Elemen dari Soft Power Indonesia, antara
lain: Demokrasi, Islam Moderat dan tingkat Pluralistik Indonesia yang sangat tinggi. Pada saat
bersamaan dimunculkan sebagai The Ideology of Tolerans. Penjelasan ini diantaranya yang
menjadi bagian dari diplomasi tingkat tinggi Indonesia.
7Kompas
23 Desember 2006.
8Di
dalam negeri tentang pengiriman Pasukan Perdamaian Indonesia sebetulnya terpecah
menjadi dua pendapat berbeda. Ada kalangan masyarakat yang menganggap tidak perlu mengirimkan
pasukan disebabkan berlatar belakang aqidah keagamaan karena Lebanon Selatan tempat konflik itu

Pembentukan Batalyon Mekanik dan pemberangkatan Satuan Tugas tersebut


dimaksudkan sebagai wujud rasa tanggung jawab pemerintah untuk mengantisipasi
warga Indonesia yang akan berangkat jihad secara perorangan. Selain itu, pengiriman
pasukan Indonesia merupakan suatu kepentingan negara untuk memainkan peran
dalam politik global sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945, yaitu memelihara
perdamaian dunia. Menurut Kuasa Usaha Ad Interim Indonesia (KUAI) di Beirut,
Anindita Axioma,9 pengiriman pasukan Indonesia ke Lebanon tidak murni sebagai
operasi militer karena lebih banyak unsur politiknya, di antaranya adalah untuk
meningkatkan citra politik luar negeri RI. Oleh karena itu Pasukan Perdamaian
Indonesia secara otomatis akan membawa citra politik luar negeri Indonesia. Jadi
menurutnya hal itu merupakan kemewahan dari dwifungsi tugas.10
Ketika perang tengah berlangsung, Indonesia terus mengupayakan
penyelesaian krisis Lebanon - Israel secara aktif. Presiden Yudhoyono beberapa kali
mengirimkan surat ke PBB agar segera mengambil langkah-langkah diplomatik
untuk menghentikan serangan Israel ke Lebanon. Penyelesaian terbaik untuk
mengakhiri konflik di Lebanon menurut Yudhoyono adalah dengan kerjasama
global. Presiden meminta dunia segera mempersiapkan operasi lanjutan di Lebanon,
yaitu operasi kemanusiaan dan pemulihan perdamaian di wilayah-wilayah yang
hancur akibat tindakan saling serang antara Israel dan kelompok militan Hezbollah.
Upaya mengawasi gencatan senjata disana harus diikuti dengan operasi
kemanusiaan dan pembangunan kembali wilayah konflik. Masyarakat global harus
juga berbuat lebih banyak dalam mengembalikan perdamaian melalui penyelesaian
yang pantas dan adil. Sementara itu, banyaknya kritik dari masyarakat Islam
internasional atas serangan militer Israel ke Lebanon Selatan cukup efektif, hal itu
akhirnya memaksa PBB pada 11 Agustus 2006 mengengeluarkan Resolusi 1701.11
Beberapa waktu kemudian, Sekjen PBB meminta kepada pemerintah RI untuk
mengirimkan pasukan Indonesia ke Lebanon sebagai pasukan pemelihara
perdamaian (peacekeeping force) di bawah bendera PBB. Keinginan itu
ditindaklanjuti oleh pemerintah RI dengan membuat kesepakatan dengan DPR dalam
rapat konsultasi pada 28 Agustus 2006 yang memutuskan pemerintah melalui
Keputusan Presiden No. 15 Tahun 2006 mengirimkan Kontingen Garuda dalam misi
perdamaian ke Lebanon.
Pengiriman pasukan Indonesia yang dikenal dengan Kontingen Garuda
(Konga) XXIII-A, tidak semata-mata untuk kepentingan Indonesia tetapi didasari
oleh Resolusi DK PBB No. 1701 yang memuat antara lain: Gencatan senjata
(cessation of fire); Penarikan mundur seluruh pasukan Israel dari Lebanon Selatan
                                                       
terjadi lebih banyak penduduknya menganut Syiah yang berbeda dengan kebanyakan penduduk muslim
Indonesia yang menganut Sunni.
9Disampaikan oleh Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Republik Indonesia di Lebanon,

Anindita Axioma pada 4 Desember 2006 pukul 12.00 waktu setempat, ketika pasukan Indonesia telah
tiba seluruhnya di Lebanon. Pada kesempatan itu dilakukan perkenalan para perwira dengan staf
kedutaan Indonesia di Beirut yang dilaksanakan di HQ Indobat, Adshit Al Qusaiyr, Lebanon Selatan.
10Lihat Jocelyn Coulon, Soldiers of Diplomacy the United Nations, Peacekeeping, and the

New World Order (University of Toronto Press: March 1999): ix – xii.


11Kompas 28 Agustus 2006.

secara paralel; Penambahan jumlah tentara UNIFIL; Dan desakan agar anggota PBB
turut memberikan kontribusinya kepada UNIFIL.12 Berdasarkan resolusi itu dan hasil
dari kesepakatan pemerintah RI dengan DPR, Presiden kemudian mengeluarkan
Keputusan Presiden No. 15 Tahun 2006 tentang Kontingen Garuda dalam Misi
Perdamaian di Lebanon.13 Maka sesuai dengan Rules of Engagement (RoE) atau
aturan pelibatan, pasukan Perdamaian Indonesia akan bertugas untuk: memonitor,
melakukan investigasi, dan menyampaikan laporan mengenai penghentian pertikaian,
mencegah eskalasi ketegangan, menjaga stabilitas di daerah operasi di sepanjang blue
line,14 mendampingi dan membantu pergelaran tentara Lebanon saat penarikan
mundur tentara Israel dari Lebanon, melindungi warga sipil di wilayah konflik serta
memberikan fasilitas bagi penyaluran bantuan kemanusiaan.
Secara sederhana, penanganan masalah Lebanon adalah pada empat aspek;
yakni: aspek militer (gencatan senjata), aspek kemanusiaan, aspek rekonstruksi dan
rehabilitasi, serta aspek perdamaian menyeluruh di Timur Tengah. Dua hal yang perlu
mendapat dukungan atas misi Pasukan Perdamaian Indonesia adalah nama baik
Indonesia di mata internasional, dan misi perdamaian untuk kemanusiaan yang
diemban militer Indonesia (TNI/Tentara Nasional Indonesia). Keputusan untuk
mengirimkan pasukan Indonesia dalam misi perdamaian di Lebanon, akhirnya
                                                       
12
Kompas 23 Desember 2006.
13
Lihat Kepres No. 15 tahun 2006 Tentang Kontingen Garuda dalam misi perdamaian di
Lebanon.
14Blue
Line (Garis Biru) merupakan sebuah kawasan yang memisahkan secara langsung
perbatasan negara Israel dan Lebanon. Kawasan yang memanjang, serta melebar di satu sisi dan
menyempit di sisi yang lain ini disandarkan pada bekas penempatan IDF (Pasukan Israel) pada 14 Maret
1978, saat Israel menginvasi Lebanon dengan alasan hendak menghancurkan PLO yang mengganggu
wilayah Israel. Penempatan pasukan itu tidak pernah diakui oleh PBB, sehingga PBB mengeluarkan
Resolusi 425 yang menuntut mundur pasukan Israel dari kawasan ini.
Ditinggalkannya wilayah Lebanon Selatan oleh pasukan Israel ditengarai juga oleh kerepotan
Israel menghadapi serangan-serangan sporadis pejuang Hezbullah yang berniat mengusir pasukan Israel
dari kawasan itu, kendati Israel telah membentuk South Lebanon Army (SLA), milisi Lebanon yang pro-
Israel di tempat ini. Akhirnya organ paramiliter beserta keluarganya ikut melarikan diri ke Israel dan
sebagian menyerah untuk diadili di pengadilan Lebanon.
Demikianlah, pasukan Israel mundur pada Juni 2000, didahului oleh pernyataan PM Israel
Ehud Barak pada 17 April 2000. Namun pasukan Lebanon tidak bersedia mengirimkan pasukannya
untuk menggantikan IDF. Alasannya, dengan menempatkan pasukan Lebanon di kawasan itu, berarti
mereka mengakui perbatasan secara absah, padahal, pemerintah Lebanon masih mencatat banyak
persoalan perbatasan dengan Israel. Misalnya kawasan pertanian Sheeba, yang diakui oleh Lebanon dan
sekarang dianeksasi Israel serta dimasukkan ke dalam kawasan DataranTinggi Golan, milik Syria yang
dianeksasi pascakekalahan perang 1967.
Dengan fasilitator PBB, perundingan yang melibatkan otoritas Lebanon dan Israel ini
memberikan kawasan perbatasan yang semula diduduki pasukan Israel itu sebagai Garis Biru tersebut.
Di kawasan itulah pasukan helm biru PBB melakukan operasi misi perdamaian dan memisahkan dua
pihak yang bertikai. Kendati demikian, eskalasi kekerasan antara pasukan Israel dengan milisi Hezbollah
acap meletup. Kejadian terakhir adalah pertempuran sengit terjadi antara kelompok Hezbollah dengan
pasukan Israel di kawasan perbatasan, yang dimulai pada Rabu pagi, 12 Juli 2006.
Pertempuran itu pecah setelah Hezbollah mengklaim menahan dua orang tentara Israel, Koprai
Eldad Regev dan Ehud Goldwasser yang ditengarai berlokasi di Desa Zahit Ztula. Lihat Kusuma,
Memenuhi Amanat Bangsa: Kontingen Garuda XXIII A/UNIFIL di Lebanon (Jakarta: Pusat Sejarah TNI,
2008), 104.

diputuskan dengan membentuk satuan mekanis setingkat Batalyon yang berjumlah


850 personel.
Sejak akhir Juli 2006 sampai dinihari tanggal 17 Agustus 2006, formasi
personel dan organisasinya terus diolah. Terjadi perombakan dan tawar-menawar
tentang jumlah personel yang diinginkan. Semula diinginkan hanya 500 personel
tetapi berkembang menjadi 850 personel yang disesuaikan dengan organisasi
internasional termasuk di dalamnya 3 personel dari Departemen Luar Negeri,
sehingga jumlahnya terdiri atas 65 Perwira (4 Perwira Tituler), 193 Bintara dan 592
Tamtama. Dari jumlah itu apabila terdapat kelebihan personel maka pemerintah harus
membayar sendiri ongkos dan logistik penambahan personel itu.15
Perubahan formasi tersebut dilakukan disebabkan beberapa hal, seperti
perubahan kendaraan tempur dan adaptasi di medan operasi. Kendaraan tempur yang
dibawa oleh Satgas pada awal penugasan sangat berbeda setelah kedatangan 32
Ranpur VAB baru dari Prancis yang langsung diserahkan ke Satgas di Lebanon. Di
samping itu, untuk menunjang optimalisasi tugas di daerah operasi maka dilakukan
reformasi pasukan agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di medan
operasi. Gejala itu tampak pada kompi-kompi yang ada di Batalyon. Kompi Motoris,
semula direncanakan sebagai kompi yang memiliki mobilitas tinggi dengan jenis
kendaraan ringan dan kendaraan tempur komando/pengintai berupa panser Panhard
yang lebih kecil dibandingkan panser VAB atau BTR, berubah menjadi seperti kompi
lainnya, yakni dengan menggunakan panser VAB menyesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Adapun tugas utama yang diberikan kepada pasukan Indonesia dalam misi
perdamaian dunia sesuai dengan permintaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (DK PBB) dilaksanakan melalui:

1. Operasi pengawasan gencatan senjata,


2. Operasi demobilisasi dan pelucutan senjata,
3. Operasi perlindungan keamanan dan keselamatan,
4. Operasi pengawasan polisional dan
5. Operasi bantuan kemanusiaan.16

Keberhasilan tugas pasukan Indonesia dalam misi perdamaian dunia itu,


memberikan kepercayaan PBB kepada TNI untuk selalu aktif mengirimkan pasukan
perdamaiannya ke berbagai negara di dunia seperti Afrika Selatan, Haiti, Sudan, dan
sebagainya. Tugas-tugas sebagai Military Observer (Milobs), United Nations Staff
(Staf PBB), Rekonstruksi bangunan fisik pasca perang, merupakan kepercayaan lain
yang dimiliki Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia.
Keterlibatan pasukan Indonesia dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon
(United Nation Interim Force in Lebanon / UNIFIL), sesungguhnya membawa misi

                                                       
15
Lihat Surat Tugas Mabes TNI untuk mengikuti Latihan Pembekalan Kontingen
Garuda 23A.
16
Lihat Kompas, 4 September 2006.

yang berat karena harus membangun citra sebagai pasukan perdamaian internasional
dari negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia. Di sisi lain rakyat
Lebanon memandang misi UNIFIL itu dengan penuh kecurigaan. Ini dapat dilihat
dari pernyataan Ketua Partai Kongres Rakyat Lebanon Kamel Shatila,17 yang
menyatakan pasukan UNIFIL harus bisa meyakinkan bahwa misi mereka adalah
untuk menciptakan perdamaian, melindungi rakyat Lebanon, mencegah agresi Israel,
serta melenyapkan jutaan ranjau yang ditanam Israel di Lebanon Selatan.

Gambar 1.2
Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto memberikan penjelasan tentang kesiapan Konga 23 A
kepada Presiden SBY didampingi KASAD Jenderal TNI Djoko Santoso di Halim Perdana Kusumah
Sumber: Puspen TNI 8 November 2006

Ia menyoroti pula tentang keberadaan pasukan Indonesia yang menurutnya


tantangan bagi pasukan Indonesia yang lain adalah harus mampu menciptakan
perimbangan dalam UNIFIL yang didominasi pasukan dari negara anggota Pakta
Pertahanan Atlantik Utara (NATO/North Atlantic Treatry Organization). Jika
Indonesia dan negara non-NATO yang tergabung dalam UNIFIL mampu melakukan
peran itu semua, rakyat Lebanon akan menyambut baik keberadaan pasukan
Indonesia, namun jika Indonesia dan negara non-NATO tidak mampu melakukan
peran tersebut, maka keberadaan mereka dalam UNIFIL hanya sebagai alat misi
negara-negara Barat dalam UNIFIL. Pernyataan Shatila itu terbukti di lapangan.
Pasukan yang berasal dari Eropa tidak seerat hubungannya dengan masyarakat
dibandingkan pasukan Indonesia atau dari negara non NATO lainnya. Dari

                                                       
17
Lihat Kompas, 2 November 2006.

pengakuan masyarakat, mereka sering melemparkan batu ke pasukan yang berasal


dari Eropa tetapi tidak dengan pasukan dari Asia.
Suasana yang berbeda terjadi ketika diadakan dialog antara Komandan
Sektor (Dansektor) Timur, Martin Amrosio yang berasal dari Spanyol dengan
masyarakat dan kepala desa di wilayah Lebanon Selatan, di markas Indonesia
Battalyon (Indobatt) pada awal Juni 2007.18 Amrosio dicecar pertanyaan kritis dan
kurang sedap dari masyarakat, sementara pasukan Indonesia dipujinya. Resistensi itu
terjadi kemungkinan efek dari kecurigaan masyarakat yang menganggap pasukan dari
Eropa hanya perpanjangan tangan AS yang merupakan sekutu sangat dekat Israel.
Pernyataan Shatila, Ketua Partai Kongres Rakyat Lebanon beberapa waktu
sebelumnya yang menyatakan kekecewaannya atas pernyataan Kanselir Jerman
Angela Merkel19 bahwa pasukan Jerman datang ke Lebanon untuk menjaga Israel,
menjadi pembenar terhadap sikap masyarakat Lebanon tersebut. Pasukan Indonesia
yang membawa misi UNIFIL seringkali kehadirannya dipertanyakan apakah sebagai
pasukan penjaga perdamaian (Peacekeeping) ataukah sebagai pasukan pembuat
perdamaian (Peacemaking).20
Deskripsi di atas sesungguhnya telah memberikan penjelasan ke arah itu,
namun perlu penjelasan lebih lanjut bahwa, peacekeeping, adalah penggelaran
kehadiran PBB melalui personel-personel militer, polisi, atau sipil dengan
persetujuan kelompok-kelompok yang bertikai untuk melaksanakan atau mengawasi
implementasi kesepakatan yang berkaitan dengan gencatan senjata, pemisahan-
pemisahan kelompok yang bertikai dan penjelasan konflik untuk menjamin
terselengaranya kesetaraan kemanusiaan. Sementara itu Peacemaking, adalah
tindakan diplomasi untuk membawa pihak-pihak yang berkonflik dalam persetujuan
negosiasi dengan cara damai sesuai dengan chapter VI dari piagam PBB.21
Definisi tersebut dapat menunjukan apa misi yang diemban oleh pasukan
Indonesia, apalagi bila dikaitkan dengan tugas pokok pasukan Indonesia di Lebanon
seperti yang tertuang dalam uraian berikut; Pertama, menduduki dan menguasai
wilayah Lebanon Selatan yang menjadi daerah tanggung jawabnya area of operation
(AO). Kedua, membantu mengembalikan perdamaian dan keamanan internasional.
Ketiga, memonitor proses pengunduran Israel Defence Force (IDF) dari blue line.
Keempat, melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kembali konflik
bersenjata. Dan kelima, melindungi dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada
masyarakat setempat.
                                                       
18
Martin Amrosio, termasuk Komandan Sektor Timur UNIFIL yang sering
mengunjungi markas pasukan Indonesia di Adshit Al Qusyair, Lebanon Selatan. Saat itu
diadakan pertemuan antara pasukan Unifil di dalamnya termasuk pasukan Indonesia dengan
masyarakaat setempat (Lebanon Selatan) di Markas pasukan Indonesia pada 28 Januari 2007.
19
Kompas, 2 November 2006.
20Lihat
Susan S. Allee, “UN Blue: An Examination of the Interdependence between UN
Peacekeeping and Peacemaking,” International Journal of Peace Studies, Volume 14,
Number 1 (Spring/Summer, 2009): 165-179.
21Lihat Harvey J. Langholtz (Editor), History of United Nations Peacekeeping Operations

Following the Cold War: 1988 to 1996 (New York USA: Unitar Poci, Dag Hammarskjold Centre, 2006),
88-96.

Dalam konteks tersebut telah terjadi polarisasi konflik yaitu Israel


berkepentingan untuk tetap hidup meski dengan merampas tanah Palestina dan
sebagian wilayah Lebanon dan Syría, sementara Arab (radikal) berkepentingan Israel
harus lenyap.22 Hal ini sulit diselesaikan tetapi dapat dicegah. Untuk dapat
terlaksananya pencegahan itu, berdasarkan tugas pokok yang diemban pasukan
Indonesia di Lebanon yang dihubungkan dengan definisi tersebut, maka pasukan
Indonesia (Indobatt), memang bertugas sebagai pasukan penjaga perdamaian,
peacekeeper, di Lebanon.23

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Melihat konstelasi konflik Lebanon – Israel yang terjadi pada Juli –
Agustus 2006 yang dihubungkan dengan pengiriman pasukan Indonesia
dalam misi perdamaian PBB, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasikan:
a. Apa misi dari pasukan Indonesia sehingga dikirim untuk
mengatasi konflik Lebanon - Israel?
b. Apa yang diharapkan masyarakat Lebanon dengan
kedatangan pasukan Indonesia di tanah air mereka?
c. Bagaimana hubungan yang terjalin antara masyarakat
Lebanon dengan masyarakat Indonesia setelah kedatangan pasukan
perdamaian Indonesia?
d. Bagaimana kondisi sosial politik Lebanon yang
melatarbelakangi Konflik Lebanon - Israel sehingga terjadi perang
selama 34 hari pada tahun 2006?

2. Pembatasan Masalah
Kajian ini membatasi diri pada perang terakhir Lebanon – Israel pada
tahun 2006 yang berlangsung selama 34 hari. Batasan ini sesungguhnya
bukanlah waktu yang singkat karena studi melalui sejarah sosial seperti
dalam buku karya William H. Frederik, “Pandangan dan Gejolak: masyarakat
kota dan lahirnya revolusi Indonesia (Surabaya 1926-1946)” yang membahas
tentang peristiwa 10 November Surabaya24, memberikan pelajaran yang
sangat berarti untuk melihat terjadinya suatu peristiwa yang direkonstruksi
melalui sequen waktu.

                                                       
22Disampaikan
oleh Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Indonesia di Lebanon, Anindita
Axioma saat menyambut kedatangan pasukan Inondesia di Lebanon pada 4 Desember 2006. Lihat
Arahan As Ops Kasum TNI, Mayjen TNI Bambang Darmono pada pembekalan pasukan Garuda 23 A
di Cilodong Depok pada 4 September 2006.
23Tanggapan Menteri Pertahanan Juwono Soedarsono mengenai tugas pasukan Perdamaian

Indonesia di Lebanon. Lihat Kompas 2 November 2006.


24William H. Frederik. Pandangan dan Gejolak: Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi

Indonesia (Surabaya 1926-1946). (Jakarta: Gramedia, 1989), 5-11.


Dalam studi itu Frederik merekonstruksi Peristiwa 10 November


1945 tidak hanya saat peristiwa itu terjadi yang berlangsung hanya dalam
hitungan hari, namun pra kondisi yang mendahuluinya dan setelah peristiwa
itu terjadi menjadi fokus perhatiannya yang ternyata mampu memberikan
argumen yang akurat tentang peristiwa sesungguhnya.
Batasan berikutnya adalah pada interaksi masyarakat Lebanon
dengan masyarakat Indonesia yang diwakili pasukan perdamaian Indonesia
yang beratribut UNIFIL (pasukan perdamaian dunia) yang melibatkan
penulis di dalamnya selama dua belas bulan yakni antara November 2006
sampai dengan Desember 2007.

3. Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dijelaskan itu, terkandung suatu pertanyaan pokok, mengapa pasukan
Indonesia terlibat dalam misi perdamaian dunia yang tergabung dalam
pasukan UNIFIL PBB? Pertanyaan pendukungnya adalah, apa yang
didapatkan Indonesia dalam pengiriman pasukan itu? Serta apakah konflik
antara Lebanon - Israel itu merupakan kelanjutan perang antara Lebanon
(Arab) versus Israel? Dan pertanyaan yang berhubungan dengan penghentian
konflik adalah mekanisme penyelesaian konflik seperti apa yang dapat
menyelesaikan konflik antara Lebanon dengan Israel?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atas beberapa pokok
masalah yang ada dalam perumusan masalah di atas. Di samping itu untuk membuat
deskripsi analitis tentang sesuatu keadaan secara objektif yang dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi serta analisis atau
pengolahan data. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif
analitis dimaksudkan sebagai upaya eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu
fenomena atau kenyataan sosial.

D. Signifikansi Penelitian
Apabila Tujuan-tujuan penelitian di atas telah dapat dicapai maka penelitian
ini bisa berguna dan bermanfaat antara lain untuk:
1. Menambah dan meningkatkan kualitas pengetahuan tentang konflik
Lebanon – Israel dan Aspek keislaman Prajurit TNI yang membawa
misi perdamaian dalam konflik itu.
2. Memberikan informasi ilmiah kepada para peminat dan pemerhati
ilmu sosial tentang masalah konflik komunal, horizontal dan konflik
antar negara di sebuah kawasan yang dihubungkan dengan
keberadaan pasukan perdamaian.
3. Metode dalam penelitian ini agar dapat ditelaah dan diikuti oleh para
peneliti lain untuk mengkaji perihal konflik antar negara serta solusi
mendamaikannya melalui pasukan yang terlibat mendamaikan.
10 

4. Sumbangsih ilmiah dalam khazanah kepustakaan.


5. Memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar doktor dalam
bidang konsentrasi sosiologi pada Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian terdahulu dan referensi yang relevan untuk penelitian ini adalah
tulisan dari Eduardo Lachicha berjudul “Jakarta’s Foray into Armed Diplomacy”,
yang ditulis di The Far Eastern Economic Review, Vol 170 No. 5 (June 2007)
menjadi menarik. Ia menerangkan bahwa keberadaan Pasukan Indonesia di Lebanon
memiliki alasan diplomatik yang misi utamanya adalah mengawali secara serius
bagaimana dapat menggunakan posisi Indonesia yang baru terlibat sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamananan PBB untuk menciptakan pengaruh ke masyarakat
dunia yang berhubungan dengan misi perdamaian dan memberikan pengalaman
Indonesia sebagai negara muslim yang demokratis ke dunia internasional. Tulisan ini
memberikan pemahaman baru tentang sebuah alasan keberangkatan pasukan
Indonesia ke Lebanon yang menjadi inspirasi dari bagian latar belakang penulisan
disertasi.
Tulisan berikutnya dari Karim Makdisi, yang berjudul Reconsidering the
Struggle over UNIFIL in Southern Lebanon, Jurnal dari Studi Palestina Vol. 43. No.
2 Winter 2014. 24, yang berisi tentang sikap kritis atas munculnya Resolusi 1701
PBB yang diragukan keefektifannya dalam mengatasi konflik yang telah berlangsung
antara Lebanon dan Israel (yang menguasai wilayah Palestina dan sebagian wilayah
Lebanon). UNIFIL dianggap sulit untuk mencegah atau memprediksi di lokasi mana
pertempuran pecah, dan mengalami kesulitan pula dalam mengusahakan perdamaian
yang dapat memberi dampak positif dalam pembangunan. Ketidakefektifan Resolusi
setelah mandatnya diperluas dikhawatirkan akan melahirkan masalah baru. Hal itu
menjadi menarik ketika pada tahun 2006 pasukan Indonesia menjadi pasukan
perdamaian untuk mengatasi pertikaian antara Lebanon dan Israel. Apakah
ketidakefektifan itu terjadi? Pasukan perdamaian Indonesia perlu menjawabnya.
Sementara itu penelitian terdahulu dan referensi tentang Perang Lebanon –
Israel yang telah ditelusuri adalah karya Mary O’Regan, In the Shadow of War: Irish
Press Frames and Political Discourses on the Israeli – Hezbollah War (July-August
2006). Jurnal dari Irish Studies in International Affairs Vol. 21, tahun 2010 yang
berisi tentang perang Lebanon – Israel pada Juli – Agustus 2006 dari sudut pandang
media di Irlandia. Issu perang dibingkai menjadi empat bagian, yaitu: perang menjadi
teror terhadap keamanan Israel, agresi Israel ke Lebanon, stabilitas regional dalam
demokrasi Lebanon, dan kekerasan yang sia-sia terjadi di Lebanon. Fokusnya adalah
pada analisis media terhadap perkembangan politik Lebanon yang mempengaruhi
kebijakan politik luar negeri Irlandia. Tulisan ini dapat menjadi pembanding latar
belakang Indonesia mengirimkan pasukannya ke Lebanon.
Berikutnya karya dari Kusuma, dengan judul Memenuhi Amanat Bangsa,
Kontingen Garuda XXIII-A/UNIFIL di Libanon. (Publikasi Terbatas). Pada buku itu
telah disinggung tentang perang yang terjadi pada periode tahun 2006 namun titik
11 

perhatian buku ini adalah pada sisi pemberangkatan pasukan TNI yang tergabung
dalam pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari mulai persiapan
hingga keberadaannya di Lebanon dalam rangka menjaga perdamaian. Buku ini
memberikan gambaran tentang terjadinya interaksi pasukan dengan masyarakat
Lebanon Selatan sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat setempat.
Untuk mendapatkan kajian yang lebih dalam, buku ini menjadi inspirasi dari disertasi
yang dibuat.
Disertasi Muhammad Kemalsyah tahun 2008 yang berjudul “Sikap
Keberagamaan Prajurit: Studi Terhadap Prajurit Muslim TNI AU dalam
melaksanakan sistem TNI AU di mabes TNI AU.” Disertasi ini ingin membuktikan
bahwa sikap keberagamaan prajurit Muslim TNI AU dipengaruhi oleh afiliasi dengan
kelompoknya, yaitu lingkungan di Markas Besar TNI AU. Sikap ini dibentuk baik
oleh keanggotaannya sebagai seorang prajurit maupun lingkungan luar. Di samping
itu menurut penulisnya sikap keberagamaan prajurit muslim TNI AU juga
dipengaruhi oleh tradisi keagamaan baik di lingkungan Markas Besar TNI AU
maupun di luar atau di lingkungan masyarakat. Sikap keberagamaan prajurit muslim
TNI AU, itu berhubungan pula dengan pengalaman keagamaan prajurit baik sebelum
masuk menjadi anggota TNI AU maupun sesudah menjadi anggota TNI AU, yang
pada waktu bersamaan, prajurit dihadapkan pada dua kewajiban yaitu kewajiban
agama dan kewajiban patuh dan taat kepada sistem TNI AU, yang biasanya prajurit
mendahulukan kewajiban agama, dan sebagian lagi mendahulukan kewajibannya
sebagai prajurit TNI AU.
Sisi menarik disertasi ini adalah pembicaraan tentang prajurit yang dikaitkan
dengan sikap beragama mereka yang dilihat dari sosok prajurit di lingkungannya
sendiri, sementara disertasi ini melihat pada sosok prajurit di medan tugas yang
dihubungkan dengan sikap keberagaamaannya. Disertasi ini memberikan inspirasi
untuk mengkaji prilaku prajurit di luar lingkungannya.
Kajian berikutnya adalah buku Mulawarman Hannase, yang berjudul,
Ideologi Yahudi tentang Jerusalem dan Gerakan Politiknya, terbit tahun 2011 yang
mengaji tentang Perang Arab – Israel yang dihubungkan dengan ideologi Agama dan
Gerakan Politik Israel sehingga memungkinkan melalui ideologi itu negara Yahudi,
Israel, terbentuk dengan merebut tanah masyarakat Palestina. Ideologi agama itu pula
yang membuat Israel merasa dirinya tidak bersalah atas kesengsaraan Rakyat
Palestina yang tanahnya direbutnya, karena tanah itu dianggap sebagai tanah yang
dijanjikan Tuhan kepada bangsa Yahudi.
Kajian-kajian itu menginspirasi untuk mengaji kembali tentang latarbelakang
perang yang melibatkan masyarakat Lebanon Selatan secara militan, dan melihat
perbandingan sikap Israel dan Lebanon dalam memandang prajurit TNI yang sedang
bertugas mengawal misi perdamaian PBB di wilayahnya, sementara prajurit
Indonesia didominasi oleh personel yang beragama Islam.
12 

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian
deskriptif analitis. Adapun penelitian deskriptif analitis digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi saat ini.25

2. Objek Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada peristiwa perang 34 hari antara
Lebanon - Israel dan keterlibatan pasukan Indonesia yang tergabung dalam
Kontingen Garuda 23A dalam misi perdamaian PBB yang lokasi penempatan
pasukannya berada di wilayah di Lebanon Selatan.

3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui observasi
langsung di lapangan yang melibatkan penulis sebagai personel Kontingen
Garuda dalam misi perdamaian sepanjang akhir tahun 2006 hingga akhir
tahun 2007, catatan pribadi, koleksi foto, laporan personel dan interview
kepada orang-orang terkait dalam konflik serta prajurit yang terlibat dalam
misi perdamaian.
Data sekunder didapatkan melalui pencarian dokumentasi, catatan-
catatan harian penulis, literatur yang mendukung, dan bahan referensi lain
baik yang didapatkan melalui studi kepustakaan maupun yang penulis
dapatkan melalui media massa, catatan-catatan yang dibuat masyarakat dan
prajurit.

4. Pendekatan masalah
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sosiologis dan historis. Pendekatan Sosiologis berkaitan dengan interaksi
masyarakat muslim Lebanon dan masyarakat muslim Indonesia yang
diwakili oleh pasukan perdamaian Indonesia, sikap personal pasukan
terhadap pelaku konflik dan mengatasi bahaya di medan konflik, sosiologi
konflik yang terjadi, bagaimana latar belakang pengiriman pasukan, latar
belakang konflik dan sikap yang ditunjukan pelaku yang terlibat dalam
konflik tersebut.
Pendekatan historis diarahkan untuk mengungkap kapan sebuah
fenomena26 terjadi dan mendeskripsikan fenomena yang hidup dan

                                                       
25M.Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Galia Indonesia, 2003), 56. Mendefinisikan
metode deskriptif sebagai suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu
situasi kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya
untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
26Lihat Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), 105-149.
13 

berlangsung dalam interaksi anggota pasukan dengan masyarakat Lebanon.


Pada bagian lainnya sesuai dengan fokus masalah yang diinginkan yaitu
dapat memotret dan mengangkat fenomena27 prajurit yang terlibat dalam misi
meredakan konflik di Lebanon.

5. Teknik Pengumpulan Data


Dalam upaya mengumpulkan data yang dibutuhkan pada penelitian
ini, Data primer melalui wawancara dengan menggunakan alat bantu berupa
alat perekam, video, dan observasi. Sementara data sekunder didapat dari
dokumentasi dan studi Kepustakaan. Adapun Studi kepustakaan dilakukan
dengan melalui serangkaian kegiatan membaca, mengutip, mencatat buku-
buku, menelaah dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan serta
melakukan studi dan menganalisisnya.
Disamping itu pengumpulan data dilakukan dengan cara investigasi
yaitu melalui pembicaraan-pembicaraan dari orang-orang yang terlibat dalam
misi perdamaian dan terlibat konflik maupun dari obrolan dengan orang yang
pernah berada di Lebanon. Dari data-data yang terkumpul itu diadakan
rechek dan crosscheck sampai didapatkan informasi yang akurat dan benar.

6. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari berbagai sumber itu selanjutnya dianalisis
secara kualitatif - deskriptif. Untuk data sekunder dilakukan analisis statistik
deskriptif yang kemudian dilengkapi dengan gambar berupa foto-foto
peristiwa dan lokasi kejadian serta peta-peta lokasi peristiwa yang dianggap
penting yang akhirnya dari data yang diperoleh di hubungkan satu sama lain
untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang bersifat umum.

7. Teknik Pengolahan Data


Data yang terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data diproses
melalui pengolahan dan penyajian data dengan melakukan editing yakni data
akan diperiksa dan diteliti kembali mengenai kelengkapannya , kejelasannya
dan kebenarannya, sehingga akan terhindar dari kekurangan dan kesalahan.
Kemudian akan dilakukan evaluating yakni dengan memeriksa ulang dan
meneliti kembali data yang telah diperoleh, baik mengenai kelengkapan
maupun kejelasan dan kebenaran atas jawaban dengan masalah yang ada.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terbagi dalam 6 bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah yang membahas mengenai
dasar pemikiran untuk mengangkat topik tentang Misi Pasukan Indonesia dalam misi
                                                       
27
Lihat Akhyar Lubis, Fenomenologi-Hermeneutika Sebagai Seni Memahami
Jaringan Makna Pada Ilmu Sosial-Budaya (Jakarta: Departemen Filsafat Fakultas Ilmu
Budaya UI, 2012/2013), 31-32.
14 

Perdamaian Dunia yang mengaji tentang sosiologi masyarakat Islam Indonesia yang
diwakili Kontingen Garuda dengan masyarakat Lebanon Selatan. Bab ini juga
menguraikan mengenai: Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Penelitian
Terdahulu yang Relevan, Tujuan Penelitian, Signifikansi Penelitian, Kajian dan
Penelitian sebelumnya, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II diberi judul; Memetakan Diplomasi Indonesia dalam Konflik Lebanon
yang berisi tentang upaya pemerintah Indonesia melakukan diplomasi militer yang
dijadikan sebagai diplomasi publik untuk dapat mengirimkan pasukan
perdamaiannya ke daerah konflik Lebanon – Israel serta pencapaian terhadap
diplomasi total yang dilakukan Indonesia untuk memberikan citra positif dalam
kebijakan politik luar negeri Indonesia.
Pada bagian lain, kajian sosiologi tentang bahaya bagi prajurit dalam
menghadapi suasana perang, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
tulisan ini karena berhubungan dengan kondisi psikologis pasukan dalam
menghadapi perang dari dua negara sementara pasukan Indonesia harus bersikap
berada di tengah. Hal ini harus ditanganinya dengan penuh kesadaran disertai dengan
metode penanganan yang baik untuk personal maupun untuk tim yakni pasukan.
Berikutnya perang dalam teori konflik, yang membahas latar belakang
terjadinya konflik melalui teori-teori ilmu sosial. Demikian pula pada memproduksi
emosi dalam konflik sehingga konflik terus berkembang dan bertahan dalam waktu
yang cukup lama dengan penggambarannya melalui ilmu sosial.
Bagian lainnya adalah konflik dan pemaknaan simbolik, yang membicarakan
penggunaan lambang-lambang dari masyarakat yang bertikai. Satu sub bab lagi yang
dituliskan pada bab 2 ini adalah perspektif Islam dalam perdamaian dan bagaimana
misi perdamaian dapat diwujudkan melalui suatu resolusi konflik yang ditawarkan
oleh ilmu sosial.
Bab III Lebanon dalam Pusaran Konflik Timur Tengah yang berisi: Peta
wilayah dan kondisi sosio-relijius Lebanon yang membahas tentang masyarakat
Lebanon yang multi agama dan berperang dengan bangsa Israel. Berikutnya adalah
dari Diaspora hingga Pendudukan Israel di wilayah Lebanon, serta Konstelasi Politik
Lokal Lebanon yang terus berlanjut meski pada sisi yang lain harus menghadapi
musuh bersama mereka, Israel. Terakhir adalah penggambaran Konstelasi Konflik
Lebanon-Israel Terkini.
Bab IV diberi judul: Pasukan Indonesia dalam Misi Perdamaian Dunia yang
berisi: Awal Pengiriman Pasukan ke Manca Negara yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia pada tahun 1956 dan Misi Damai yang dibangun oleh pemerintah Republik
Indonesia untuk membangun Citra Indonesia dalam pergaulan di dunia internasional,
serta keterlibatan Pasukan Indonesia. Kontingen Garuda di Lebanon dan
pergaulannya dengan masyarakat muslim Lebanon, keluarnya Resolusi PBB nomor
1701 yang menyebabkan diperbolehkannya pasukan PBB menjaga perbatasan daerah
yang disengketakan, serta pembahasan tentang pasukan Israel dan Keberadaan
Pasukan Indonesia, yang tidak diganggu keberadaannya oleh Israel, serta bangunan
citra yang dibuat dalam misi perdamaian itu.
15 

Bab V berjudul Misi Damai dan Perjumpaan Pasukan Indonesia yang berisi
tentang daerah operasi pasukan di wilayah Lebanon Selatan yang merupakan daerah
“terpanas” dari seluruh daerah di Lebanon karena areanya berhadapan langsung
dengan wilayah pendudukan Israel, kemudian pemetaan terhadap Daerah Operasi
Pasukan Indonesia selama di Lebanon.
Kajian perjumpaan masyarakat muslim Indonesia yang diwakili Pasukan
Garuda di Lebanon Selatan dari aspek da’wah. Faktor Sosiologis masyarakat Islam,
dalam hal ini penerimaan Pasukan perdamaian Indonesia oleh Masyarakat Lebanon
Selatan (Sunni, Syiah, Druze dan Kristen Maronit), serta Faktor Keberhasilan
pasukan Indonesia di Lebanon Selatan dalam pergaulan, penerimaan oleh masyarakat
maupun pelaksanaan tugasnya.
Bab VI Penutup yang berisi rumusan akhir sebagai kesimpulan dari hasil
penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya. Saran-saran serta masukan
berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
BAB II
MEMETAKAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM
KONFLIK LEBANON

Teori menurut Ian Robertson adalah pernyataan yang mengatur serangkaian


konsep dengan cara bermakna yang menjelaskan hubungan diantaranya. (a
statement that organizes a set of concept in a meaningful way by explaining the
relationship among them)1. Robertson mengemukakan pula bahwa sebuah fakta
sebenarnya hanyalah sesuatu yang diam tanpa makna, kitalah yang memberikannya
arti melalui teori.2
Menurut Graham C. Kinloch, teori adalah seperangkat hubungan yang
digunakan untuk menjelaskan dan menafsirkan cara suatu fenomena khusus untuk
beroperasi.3 Sementara itu teori dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai pendapat, cara dan aturan untuk melakukan sesuatu.4
Secara garis besar teori dapat dikatakan sebagai suatu sistem abstrak yang
mengindikasikan adanya hubungan di antara konsep-konsep yang membantu untuk
memahami sebuah fenomena. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori adalah suatu
kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu
cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Untuk mendudukan penelitian ini pada posisinya maka pendapat dan teori-
teori yang telah dirumuskan para ahli dijadikan sebagai alat bantu. Tujuan dari
analisis terhadap teori tersebut ialah menjadikannya sebagai pisau analisis,
mendefinisikan, menilai, dan menyuguhi objek penelitian untuk memunculkan
pendapat baru, dan untuk memprediksi bagaimana mengantisipasi peristiwa yang
akan datang.

A. Diplomasi Militer
Pemerintah Indonesia berusaha mengupayakan penghentian konflik
Lebanon – Israel yang telah berlangsung lebih setengah abad. Namun demikian
pintu masuk untuk menuju ke arah itu menjadi kendala. Di luar dari pemetaan
terhadap konflik Lebanon – Israel, pemerintah Indonesia perlu melakukan tindakan
diplomasi.
Pembicaraan tentang diplomasi perlu dibahas terlebih dahulu tentang
pengertian dari diplomasi. Martin Griffiths dan Terry O Callaghan mengatakan
bahwa diplomasi merupakan proses keseluruhan yang dilakukan oleh suatu negara
dalam melaksanakan hubungan Internasional.5 Dengan perkataan lain diplomasi
dapat diartikan sebagai implementasi dari kebijakan politik luar negeri suatu negara.
Kebijakan politik luar negeri yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam upaya
                                                       
1Ian
Robertson, Sociology (New York: Worth PublisherInc. 2nd edition, 1981), 16.
2Graham
C. Kinloch, Sociological Theory (US: McGraw-Hill Inc.1977), 11.
3Ian Robertson, Sociology, (New York: Worth PublisherInc. 2nd edition, 1981), 4.
4Lihat Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), 1444.


5Martin Griffiths and Tery O Callaghan : International Relations : The Key Concepts,

(2002), 79.
18 

mengatasi konflik Lebanon – Israel adalah melalui diplomasi militer, yang


merupakan bagian dari diplomasi total pemerintah Indonesia.6
Diplomasi militer ini diartikan sebagai aplikasi damai yang dilakukan oleh
suatu negara dengan sumber daya dari seluruh spektrum pertahanan yang
dimilikinya dengan tujuan untuk mengembangkan hubungan bilateral dan
multilateral yang saling menguntungkan. Diplomasi Militer merupakan bagian dari
hal tersebut yang cenderung untuk merujuk pada berperannya atase pertahanan dan
aktivitas mereka yang terkait. Diplomasi militer atau diplomasi pertahanan tidak
termasuk dalam operasi tempur atau operasi kontra-pemberontakan, tapi
menggolongkan aktivitas pertahanan lainnya seperti pertukaran personel
internasional, kapal dan pesawat, kunjungan kemiliteran, keterlibatan tingkat tinggi
militer dalam hal ini menteri Pertahanan dan personil senior pertahanan, pelatihan
dan latihan, reformasi sistem keamanan, pertahanan regional dan forum keamanan
atau pembicaraan antar staf militer secara bilateral. Dengan lain perkataan
penggunaan istilah diplomasi militer dapat didefinisikan sebagai penggunaan
militer secara damai dalam diplomasi, sebagai alat kebijakan politik luar negeri
nasional. Disamping itu diplomasi militer harus tersambung dan terintegrasi dengan
upaya diplomasi nasional. 7
Penempatan pasukan Indonesia di Lebanon untuk menjadi pasukan
perdamaian PBB merupakan salah satu langkah diplomasi militer yang diambilnya.
Hal ini yang menjadi alasan diplomatik Indonesia dengan misi utamanya adalah
memulai secara serius bagaimana dapat menggunakan posisi Indonesia yang baru
terlibat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamananan PBB ketika itu. Pemerintah
Indonesia dalam rangka melakukan hubungan luar negeri itu membuat suatu konsep
yang dikenal dengan istilah Diplomasi Total. Dalam diplomasi total ini, semua
stakeholder diplomasi Indonesia diajak untuk berperan aktif karena pada
hakekatnya diplomasi merupakan tanggung jawab semua komponen Bangsa, dan
TNI dalam hal ini termasuk di dalamnya.8

                                                       
6Lihat Eduardo Lachicha, “Jakarta’s Foray Into Armed Diplomacy,” The Far Eastern
Economic Review, Vol 170 No. 5 (June 2007): 57-69.
7Disini dapat diambil contoh diplomasi pertahanan Inggris yang didefinisikan oleh Anton du

Plessis, dalam arti sempit, diplomasi militer sebagai "penggunaan personel militer, termasuk layanan
yang melekat, dalam mendukung pencegahan dan resolusi konflik. Dari berbagai macam kegiatan
diplomasi, termasuk diantaranya memberikan bantuan dalam pengembangan angkatan bersenjata, dan
demokrasi yang bertanggung jawab. Du Plessis memberikan lebih luas tentang definisi diplomasi
militer sebagai "penggunaan kekuatan bersenjata dalam operasi militer selain perang, membangun
keahlian yang terlatih dan disiplin untuk mencapai tujuan nasional dan tujuan internasional di luar
negeri. Ia juga memberikan definisi inklusif tentang diplomasi pertahanan (diplomasi pertahanan
alternatif internasional) sebagai penggunaan diplomasi damai dari angkatan bersenjata dan
infrastruktur terkait (terutama kementerian pertahanan) sebagai alat kebijakan luar negeri dan
keamanan dan lebih khusus penggunaan kerja sama militer dan bantuan militer. Lihat KA Muthanna,
“Military Diplomacy Perspectives” Journal of Defence Studies Military Diplomacy Vol 5. No 1,
(January 2011), 6-7.
8Penjelasan tentang Total Diplomasi ini disampaikan oleh KUAI Beirut, Anindita Axioma

ketika pasukan Indonesia beberapa saat setelah tiba di Adshit Alqusyair pada Desember 2006.
19 

Gambar 2.1
Menlu RI Hasan Wirayudha sedang memberikan amanat
dihadapan anggota pasukan Indonesia di markas Indobat Adshit Al Qusaiyr.
Sumber: Koleksi Pribadi 3 Februari 2007

Diplomasi Indonesia, pada tataran ini, diplomasi militer TNI sebagai bagian
dari diplomasi total dinilai sangat strategis dalam rangka mencapai tujuan negara
yang diamanatkan Undang-undang.9 Selanjutnya, diplomasi militer dalam konteks
ini didefinisikan sebagai diplomasi yang dilaksanakan oleh TNI dalam rangka
mendukung kebijakan politik luar negeri dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan Internasional.10
Salah satu wujud implementasi dari diplomasi militer TNI yaitu pengiriman
Kontingen Garuda11 dalam misi perdamaian dunia di bawah bendera PBB sejak
tahun 1957. Nuansa diplomasi dalam pengiriman Kontingen Garuda ini, begitu
terlihat, bahkan tidak kalah penting dibanding tugas utama yang diembannya
sebagai pasukan penjaga perdamaian di tengah negara yang sedang konflik. Kiprah
para prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda memainkan peran
diplomasinya melalui berbagai pendekatan dan negosiasi, baik dengan masyarakat
di negara-negara yang tengah bertikai maupun dengan sesama pasukan penjaga
perdamaian yang berasal dari negara-negara lain.
                                                       
9Turunan dari UU itu dapat dilihat dalam berbagai undang-undang, diantaranya Undang

Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Internasional, Undang-Undang No. 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional, Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara serta
Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI.
10Juklak TNI No.54/II/2006 tentang Diplomasi Militer.
11Lihat penjelasan KUAI Beirut, Anindita Axioma ketika pasukan Indonesia beberapa saat

setelah tiba di Adshit Alqusyair pada Desember 2006.


20 

Gambar 2.2
Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto menyerahkan cinderamata ke Kepala Staf Lebanese
Army Force (LAF) Mayor Jenderal Shawki Elmasri di Markas LAF di Beirut
Sumber: Koleksi pribadi 3 Februari 2007

Diplomasi pasukan Indonesia dapat disebut sebagai Soft Power diplomasi.


Istilah soft power12 yang dimaksud dalam konteks ini lebih pada tataran praksis
dimana soft power inilah yang memandu perilaku prajurit TNI, sehingga membuat
Kontingen Garuda senantiasa memiliki daya tarik tersendiri dibanding kontingen
negara lainnya. Soft-Power ini sangat selaras dengan pemikiran Studi Hubungan
Internasional, yakni interaksi global yang tetap mengutamakan perdamaian
sekalipun terdapat kepentingan-kepentingan yang berbeda. Pasukan Indonesia
termasuk di dalam kategori ini ketika masuk ke dalam pasukan perdamaian di
Lebanon.13
Diplomasi militer TNI yang diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas
Kontingen Garuda ini dapat dikatagorikan sebagai Diplomasi Publik.14 Argumentasi
utama kategorisasi ini diambil dari salah satu teori Paul Sharp yang menyatakan
                                                       
12Joseph S.Nye Jr Soft Power (2004), 11. Istilah soft power di sini sedikit berbeda dengan

konsep yang dikembangkan oleh Joseph S. Nye Jr pada tahun 1990-an dimana soft power berasal dari
tiga sumber yaitu: kebudayaan, nilai politik dan kebijakan politik suatu negara.
13Soft Power yang dilancarkan Indonesia oleh Presiden maupun Menlu sering dikatakan

memiliki beberapa asset yang bisa dipergunakan atau dimanfaatkan. Elemen dari Soft Power Indonesia
itu antara lain: Demokrasi, Islam Moderat dan tingkat Pluralistik Indonesia yang sangat tinggi yang
oleh karenanya di saat yang bersamaan dapat ditonjolkannya sebagai The Ideology of Tolerans. Lihat
Rizal Sukma, “Soft Power Tidak Akan Berarti Jika Tidak Diimbangi Dengan Hard Power” Tabloid
Diplomasi, No. 46 (September-2008). Diakses dari: http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-
isuue/46-september-2008/336-soft-power-tidak-akan-berarti-jika-tidak-diimbangi-dengan-hard-
power.html. Pada tanggal 19 Oktober 2016, pukul 13:06 WIB.
14Tabloid Diplomasi, No. 21, Tahun II, 15 Juli - 14 Agustus 2010, 7.
21 

bahwa diplomasi publik merupakan the process by which direct relations with
people in a country are pursued to advance interests and extend the values of those
being represented.15 Dari definisi itu, dinyatakan bahwa diplomasi publik
merupakan suatu proses dimana dilaksanakan hubungan langsung dengan
masyarakat di suatu negara guna memperjuangkan kepentingan nasional dan dalam
rangka menyebarkan nilai-nilai yang dimilikinya.

Gambar 2.3
Monumen Civil War di Markas LAF Beirut.
Sumber: Koleksi Pribadi 3 Februari 2007.
Anthony Pratkanis mendefinisikan diplomasi publik sebagai the promotion
of the national interest by informing and influencing the citizen of other nations16
Dalam hal ini, diplomasi ditujukan pada warga negara dari negara lain dan bukan
ditujukan pada elit pemerintahan maupun political entities negara itu sebagaimana
                                                       
15Paul Sharp, Revolutionary States, Outlaw Regimes and the Techniques of Public

Diplomacy (2005), 106.


16Anthony Pratkanis , Public Diplomacy in International Conflicts (2009), 39.
22 

berlaku dalam diplomasi standar atau tradisional. Di samping itu, diplomasi publik17
juga merupakan upaya promosi terhadap kepentingan nasional melalui pengaruh-
pengaruh berupa perubahan maupun pembentukan opini dan persepsi publik,
kepercayaan, sikap dan kebiasaan, harapan serta motivasi ke arah yang diinginkan.
Keuntungan-keuntungan lainnya yang paling penting adalah bahwa peace keeping
menjadi arena diplomasi pasukan yang akan mengubah dan meningkatkan image
Indonesia tidak hanya sebagai pasukan perdamaian, tetapi juga pasukan yang bisa
mengambil hati rakyat dan penduduk setempat.18

Gambar 2.4
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Beirut Anindita Axioma sedang memberikan penjelasan
tentang keadaan Lebanon dan diplomasi total yang dilakukan oleh Indonesia
di Markas Indobat Adsit Al Qusayr.
Sumber: Koleksi Pribadi Desember 2006

Metode yang dipergunakan oleh para prajurit TNI yang bertugas di


Lebanon dalam misi menjaga perdamaian dunia dapat terlihat melalui diplomasi
militer yang dipraktikkan dengan menerapkan prinsip-prinsip diplomasi publik
dalam rangka merebut hati dan pikiran masyarakat. Nilai-nilai universal yang
ditunjukkan dalam sikap dan perilaku prajurit TNI dalam misi perdamaian dunia di
                                                       
17Lihat Azyumardi Azra dalam diskusi “Peran Mediasi Indonesia dalam Konflik Arab Saudi

– Iran” di Kementrian Sekretariat Negara pada 9 Februari 2016. Dalam forum itu Azra mengatakan,
“mediasi Indonesia dalam mengatasi konflik Timur tengah dapat efektif dilaksanakan dengan
diplomasi total (total diplomacy) dan dengan diplomasi public (public diplomacy), dalam arti semua
elemen masyarakat melakukannya seperti dari Presiden, kementrian luar negeri dan masyarakat.
Kementrian luar negeri sebagai leading sector nya dengan melibatkan kementrian agama, para tokoh
pimpinan ormas Islam dan sebagainya.” Diunduh dari Humas Kemensetneg RI pada 18 Oktober 2016.
Diplomasi yang disampaikan oleh Prof. Azra ini dilakukan oleh pasukan perdamaian Indonesia di
Lebanon.
18Tabloid Diplomasi, No. 21, Tahun II, 15 Juli - 14 Agustus 2010, 6.
23 

bawah naungan PBB dapat diterima dan diapresiasi oleh semua pihak. Kemampuan
diplomasi militer para Prajurit TNI dalam Kontingen Garuda, pada tataran strategis,
operasional maupun taktis harus dapat dipelihara sebagai bagian dari kemampuan
dasar yang bisa dijadikan pengetahuan yang dapat diserap dan dipelajari.
Keberhasilan dari diplomasi total akan menambah kewibawaan Indonesia dimata
internasional. Sedangkan keberhasilan yang dicapai para prajurit Garuda dalam
setiap misi PBB akan membuahkan hasil berupa dukungan, kepercayaan dan rasa
hormat masyarakat Internasional terhadap bangsa dan negara Indonesia di forum-
forum PBB. Keberhasilan diplomasi pasukan melalui pengiriman Kontingen Garuda
ke Lebanon berdampak positif terhadap kebijakan politik luar negeri Indonesia.
Keberhasilan diplomasi pasukan TNI oleh para prajurit TNI di Lebanon ini berkat
adanya soft power yang melekat dalam diri prajurit.19

B. Solidaritas dan Ancaman bagi Prajurit


Dua bulan keberadaan pasukan Indonesia di Lebanon, pejabat tinggi militer
Indonesia datang mengunjungi pasukan di Adshit Al Qusayr.20 Yang menarik dalam
kunjungan itu adalah saat menanggapi issu yang muncul di media maya internet
yang menyatakan bahwa pasukan Indonesia ada yang “bermain mata” dengan
tentara wanita Israel di perbatasan Lebanon-Israel.
Munculnya issu itu tidak diketahui oleh anggota pasukan Indonesia di
Lebanon, namun setelah diterangkan menjadi jelas diketahui bahwa medan
perbatasan antara Lebanon – Israel demikian sulit ditembus, oleh karena itu kecil
kemungkinan terjadi perjumpaan secara fisik antara pasukan Indonesia dengan
tentara wanita Israel. Yang mungkin terjadi secara sosiologis yang dikhawatirkan
adalah munculnya solidaritas atas kesamaan keyakinan antara tentara Lebanon dan
masyarakat Lebanon Selatan dengan pasukan Indonesia. Padahal operasi
pemeliharaan perdamaian sesuai dengan fungsi dan tugas utamanya dalam
memonitor dan melaksanakan observasi harus melaksanakan tugas dengan dasar
prinsip imparsial dan obyektivitas, karena pasukan berada di antara dua pihak yang
bertikai tanpa sedikitpun terdapat kepentingan yang bisa memberatkan salah satu
pihak.
Dalam konteks solidaritas itu secara sosiologis, teori Durkheim,21
memberikan gambaran tentang bentuk-bentuk solidaritas dalam interaksi
masyarakat. Terdapat dua bentuk solidaritas yang dijelaskan Durkheim yakni;
solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Sebagaimana Durkheim menerangkan
dalam teorinya bahwa dalam solidaritas mekanik dikatakan solidaritas ini tumbuh
didasarkan pada “kesadaran kolektif” yang menunjukan pada ‘totalitas-totalitas
kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga
masyarakat yang sama.
                                                       
19Lihat
http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile.
20Lihat
kunjungan Danpusenkav, Brigjen TNI Suwarno pada Februari 2007.
21Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia, 1990, jilid

1),181-183.
24 

Gambar 2.5
Pasukan Indonesia sedang melakukan patrol jalan kaki di Lebanon Selatan.
Sumber: Koleksi Pribadi 2007

Solidaritas mekanik ini pula tergantung pada individu-individu yang


memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif yang
sama. Pada bagian lainnya, ia mengatakan bahwa solidairitas mekanik ciri khasnya
yang penting adalah didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam
kepercayaan, sentimen dan sebagainya. Pembagian kerja dalam masyarakat yang
semakin berkembang membuat solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas
organik. Pada masyarakat dengan solidaritas organik masing-masing anggota
masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhanya sendiri melainkan
ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain.
Solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang
saling tergantung laksana bagian suatu organisme biologi. Berbeda dengan
solidaritas mekanik yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas
organik didasarkan pada hukum dan akal.
Gambaran umum tentang Interaksi sosial di dalam masyarakat digambarkan
demikian, apabila satu individu melakukan tindakan yang mempengaruhi individu-
individu yang lain sehingga menimbulkan respon.22 Interaksi ini dapat terjadi antara
individu dengan individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok
dengan kelompok. Jika interaksi itu dilakukan sesuai dengan norma-norma sosial
yang berlaku, maka interaksi tersebut akan lancar, namun apabila melanggar norma
yang disepakati maka interaksi tersebut tidak akan berlangsung sesuai dengan
tujuannya.

                                                       
22Ian Robertson, Sociology (New York: Worth PublisherInc. 2nd edition, 1981), 5.
25 

Gambar 2.6
Pasukan Indonesia sedang patroli dengan kendaraan tempur di perbukitan Lebanon Selatan.
Sumber Koleksi Pribadi 2007

Pada bagian lain Emile Durkheim23, dalam karya klasiknya The Elementary
Forms of the Religious Life, memfokuskan pada fungsi yang dimainkan agama
dalam menjembatani ketegangan dan dalam menghasilkan solidaritas-sosial,
menjaga kelangsungan masyarakat ketika diharapkan pada tantangan yang
mengancam kelangsungan hidupnya. Agama menurutnya menyatukan anggota
suatu masyarakat melalui deskripsi simbolik umum mengenai kedudukan mereka
dalam kosmis, sejarah, dan tujuan mereka dalam keteraturan segala sesuatu. Agama
juga mensakralkan kekuatan atau hubungan-hubungan yang terbangun dalam suku.
Oleh karena itu, agama merupakan sumber keteraturan sosial dan moral, mengikat
anggota masyarakat ke dalam suatu proyek sosial bersama, sekumpulan nilai, dan
tujuan sosial bersama.24
Tesis Durkheim ini dapat melihat keberadaan pasukan Indonesia di
Lebanon. Dengan kesamaan agama apakah solidaritas (mekanik) tercipta yang
membuat pasukan Indonesia bertindak tidak netral atau sebaliknya. Di sisi lain jika
solidaritas itu memang ada pada interaksi pasukan Indonesia dengan masyarakat
Lebanon Selatan, dapat berkaitan dengan hadits yang menyatakan bahwa:

َ‫إن ْال ُمؤ ِمن‬ ‫ﱠ‬ )) : ‫ قَا َل‬، ‫صلى ﷲ عليه وسلم‬ َ ‫النﱠ ِب ﱢى‬ ‫ع َِن‬، ‫حديث أ ِبى ُموسى‬
ُ‫بِ َعه‬ ‫صا‬ َ
َ ‫أ‬ ‫ك‬ َ
َ ‫َوشبﱠ‬ (( ‫بَ ْعضًا‬ ُ ‫بَ ْع‬
ُ ‫ضه‬ ‫ﱡ‬ ُ
‫يَشد‬ ِ َ‫َك ْالبُ ْني‬
‫ان‬ ‫لِ ْل ُمؤ ِم ِن‬ .
‫ أخرج ه لبخ ارى ف ى‬: – ‫ كت اب الص الة‬: – ‫ابع ف ى المس جد وغ ي‬ ‫ رهب اب تش بيك األص‬.

                                                       
23Peter
Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), 17.
24Lihat
Wouter W. Belier, Durkheim, Mauss, Classical Evolution and The Origin of
Religion (Method, Theory in the Study of Religion, Vol. 11. No. 1. 1999), 24-46.
26 

Artinya:
Abu Musa r.a. berkata : Nabi Saw. bersabda : Seorang mukmin terhadap sesama
mukmin bagaikan satu bangunan yang setengahnya menguatkan setengahnya, lalu
Nabi Saw. mengeramkan jari-jarinya.25

Hadits berikutnya mendukung pernyataan tersebut.

‫َح ِد‬ ‫َع ْب ِدﷲِ ي ث‬ ‫ُع َم َر ب ِْن‬ ‫ض‬


ِ ‫َر‬ ُ‫عَنھُ َما ﷲ‬. ‫أن‬ ‫ﱠ‬ ‫ُول‬
َ ‫َرس‬ ِ‫علي ِه ﷲُ صلّي ﷲ‬
ّ‫ َو َسل َم‬، ‫ قَا َل‬: ‫ْال ُم ْسلِ ُم‬ ْ ُ َ ْ
‫ أخوال ُم ْسلِ ِم‬، ‫ يَظلِ ُمهُ َال‬، َ‫ يُ ْسلِ ُمهُ َوال‬. ‫َو َم ْن‬ َ‫فِى َكان‬
‫َحا َج ِة‬ ‫ أَ ِخي ِه‬. َ‫َحا َجتِ ِه فِى ﷲُ َكان‬ . ‫ﱠج َو َم ْن‬ َ ‫ ُكرْ بَةً ُم ْسلِ ٍم ع َْن فَر‬، ‫ﱠج‬ َ ‫ﷲُ فَر‬
ُ‫ت ِم ْن ُكرْ بَةً َع ْنه‬ ِ ‫القِيَا َم ِة يَوْ ِم ُك ُربَا‬.ْ ‫ َستَ َر ُم ْسلِ ًما َو َم ْن‬، ُ‫ ف ى البخ اري اخرجه ْالقِيَا َم ِة يَوْ َم ﷲُ َستَ َره‬: –
‫المظ الم كت اب‬: – ‫واليس لمه المس لم المس لم اليظل م ب اب‬

Artinya:
Abdullah bin Umar r.a. berkata : Rasulullah saw. Bersabda : Seorang muslim
saudara terhadap sesama muslim, tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan
dianiaya orang lain. Dan siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah
akan menyampaikan hajatnya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang
muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari qiyamat, dan siapa
yang menutupi aurat seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari
qiyamat.26
Hal itu boleh jadi ada keterikatan yang terbentuk satu sama lain tanpa
disadari yang menurut Durkheim sebagai solidaritas mekanis.27 Pendapat yang
berbeda dalam melihat tingkat relijiusitas dalam interaksi masyarakat, Auguste
Comte28 dalam penelitiannya melihat kecendrungan masyarakat yang dikatakannya
justru anti relijius.
Nilai otoritas, naratif, dan praktik-praktik keagamaan dalam masyarakat
modern sering secara langsung digantikan oleh naratif-naratif sosiologis mengenai
keteraturan dan penyimpangan sosial. Hal itu merupakan penjelasan sosiologis
mengenai sebab akibat dalam perilaku manusia dan oleh konstruksi sosiologis
mengenai kekuatan dan kecendrungan sosial baik yang merintangi maupun yang
                                                       
25Hadits
Bukhari, Muslim No. 1670 Lu’lu’ Wal Marjan.
26Hadits
Bukhari, Muslim No. 1667 Lu’lu’ Wal Marjan.
Hadits yang diriwayatkan Al Bukhari itu ada yang berbunyi sebagai berikut; “seorang muslim adalah
saudara bagi muslim lainnya, tidak menindasnya, tidak menyerahkannya (ke tangan penindas),
siapaun yang mencukupi kebutuhan saudaranya (sesama muslim), Allah akan mencukupkaan
kebutuhannya; siapapun yang membantu kesulitan seorang muslim, Allah akan membantu
kesulitannya pada hari kiamat; dan siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi
aibnya pada hari kiamat, Harian Pelita, 29 Agustus 2014.
27Dalam suatu pertemuan dengan seorang remaja Lebanon Selatan bernama Hatim (15

tahun), ketika ditanyakan bagaimana hubungan antara masyarakat Lebanon yang berbeda agama, maka
ia katakan bahwa dirinya adalah muslim nasionalis yang berjuang untuk pembebasan Lebanon dari
pendudukan Israel pada sebagaian wilayahnya. Percakapan berlangsung pada 17 Desember 2006
ketika pasukan Indonesia membantu merenovasi masjid yang hancur di mortir Israel di desa
Alqantarah.
28Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 2002), 274.
27 

mengembangkan kemajuan manusia. Dalam pandangan Comte29 observasi empiris


terhadap masyarakat manusia akan memunculkan kajian rasional dan positivistik
mengenai kehidupan sosial yang akan memberikan prinsip-prinsip pengorganisasian
bagi ilmu kemasyarakatan. Sementara di dalam masyarakat pra modern, konsepsi
teologis tentang "ada ketuhanan" (divine being) yang diinterpretasikan ke dalam
keteraturan kosmos dan alam termasuk asal usul dan sejarah suku, memberikan
dasar untuk memahami hierarki sosial dan aturan moral. Dalam masyarakat modern
tambahnya, sosiologi menggantikan teologi sebagai sumber prinsip-prinsip dan
nilai-nilai penuntun kehidupan sosial manusia. Bentuk positivistik konsepsi
sosiologi Comte ini membawa konsekuensi hilangnya agama dan teologi sebagai
model perilaku dan keyakinan dalam masyarakat modern.
Hal itu dapat dihubungkan pula dengan tesis Comte yang menurutnya
praktek teologis telah digantikan secara sosiologis. Dalam perspektif itu dapat
dilihat pada prajurit yang ikut dalam misi perdamaian itu yang ternyata lebih
banyak dididik secara sekuler dan modern. Keberadaan pasukan perdamaian
Indonesia di Lebanon sesungguhnya bukanlah akan memberikan harapan agar
Lebanon terbebas dari agresi militer Israel dan membebaskan tanah Lebanon yang
masih diduduki Israel, karena posisi pasukan perdamaian PBB sendiri telah berada
di Lebanon sejak tahun 197830 namun keberadaan pasukan Indonesia yang pertama
kali ditugaskan ke wilayah itu memberikan kesegaran pada masyarakat Lebanon
dalam pergaulan dengan pasukan dari negara berpenduduk muslim terbesar di
dunia. Hal itu dapat memberikan kenyamanan dan kepercayaan masyarakat pada
pasukan perdamaian Indonesia.31
Deskripsi simbolik sebagaimana yang digambarkan Durkheim dalam
tesisnya yang menurutnya dapat menyatukan interaksi antar masyarakat dapat
terjadi dari penugasan pasukan perdamaian Indonesia itu. Kesamaan agama antara
dua komunitas itu memiliki makna tersendiri dalam pergaulan antar pasukan
perdamaian dengan masyarakat yang mengharapkan perlindungan. Di sisi lain
tuntutan akan keteraturan, merupakan tradisi militer yang diwakili oleh pasukan
perdamaian Indonesia, di mana disiplin, taat aturan menjadi pedoman sebagai
tentara penjaga perdamaian yang berhadapaan dengan masyarakat Lebanon yang
memiliki kesamaan agama, namun sedang dalam keadaan bermusuhan dengan
Israel. Sementara itu Malinowski32, seorang fungsionalis, melihat interaksi antar
                                                       
29PeterConnolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 2002), 274. Lihat
Larry, Ray. “August Comte and the Religion oh Humanity: The Post-Theistic Program of
FrenchSocial Theory by Andrew Wernick” Sociology, Vol. 37, No. 1, (February 2003), 203-204.
30Mayor Ari Yulianto, Lebanon Pra dan Pasca Perang 34 Hari, (Jakarta: Gramedia, 2010),

269-272.
31Pada kunjungannya ke pasukan Indonesia di Lebanon pada 30 Agustus 2007, Permadi, SH,

anggota Komisi 1 DPR RI mencermati beberapa hal diantaranya menanyakan seperti, apakah ada
“main mata” antara pasukan Lebanon (LAF) dengan kelompok masyarakat yang membawa senjata
ilegal di daerah operasi pasukan Indonesia. Pernyataan itu bisa dikaitkan dengan solidaritas mekanik
yang mungkin dianggapnya terjadi antara pasukan Indonesia yang mayoritas beragama Islam dengan
masyarakat Lebanon yang dianggapnya juga masyarakat muslim.
32 Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), 29.
28 

masyarakat dalam pendekatan Antropologis. Masyarakat dilihat dari totalitas


fungsional yaitu. Seluruh adat kebiasaan dan praktik harus dipahami dalam totalitas
konteksnya dan dijelaskan dengan melihat fungsinya. Menurutnya, sama sekali
tidak tepat menggunakan gagasan survivals evolusionis untuk menjelaskan segala
sesuatu. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh penduduk atau warga harus dijelaskan
dengan melihat perannya saat itu, bahkan ada kebiasaan yang tampak sebagai sisa
dari periode sebelumnya mesti memiliki satu fungsi, dan fungsi itu adalah
penjelasan yang sesungguhnya atas keberadaan adat kebiasaan tersebut.

Gambar 2.7
Hatim (kedua dari kanan) sedang menterjemahkan perbincangan
antara prajurit Indobatt dengan warga Lebanon Selatan.
Sumber: Koleksi Pribadi Mei 2007

Pernyataan Malinowski menarik dalam melihat interaksi pasukan Indonesia


yang bertugas sebagai pasukan penjaga perdamaian dengan masyarakat Lebanon
Selatan. Interaksi itu diwujudkan dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
pasukan yang melibatkan masyarakat seperti mengajak masyarakat untuk ikut
terlibat dalam kegiatan “mobil pintar”33, “pengobatan gratis”, melaksanakan idul
qurban ke masyarakat dengan shalat id di lingkungan mereka, memberinya domba
untuk disembelih dan sebagainya sehingga memungkin masyarakat menerima
keberadaan pasukan Indonesia. Interaksi lain adalah membeli dagangan penduduk
                                                       
33Mobil Pintar (Smart Car) ini ditujukan sebagai arena bermain anak-anak Lebanon yang

terlibat dalam konflik, untuk pertama kalinya pasukan PBB melakukan kegiatan ini. Pasukan Indonesia
adalah pasukan pertama yang melakukannya. Di pasukan Unifil sebetulnya kegiatan seperti ini diberi
tempat dengan tugasnya yang disebut dengan CIMIC (Cicvil and military Coordination). Dalam hal
pengobatan, sebetulnya obat-obatan yang dimiliki pasukan Indonesia itu hanya untuk keperluan
pasukan, namun masyarakat seringkali datang ke klinik Indonesia untuk memeriksa kesehatan dan
meminta obat, namun tetap dilayani sambil memberitahukan tentang klinik itu.
29 

Lebanon Selatan yang menjajakan dagangannya baik di home base34 pasukan


maupun di pasar tradisional mereka.
Hal lain yang lebih penting dari teori ini adalah metode inovatif
Malinowski, yakni hidup bersama masyarakat yang sedang diteliti, lalu ambil
bagian dalam aktivitas sehari-hari, belajar berbicara dengan mereka dengan bahasa
mereka tanpa bantuan seorang penerjemah dan merekam segala sesuatu. Metode ini
kemudian disebut dengan observasi partisipan. Metode dan teori beriringan pada
waktu yang bersamaan. Hidup dalam satu tempat dalam jangka waktu yang lama
sangat kondusif untuk melihat segala sesuatu sebagai hal yang terkait dengan
sesuatu yang lain (holisme).35
Metode Malinowski itu secara tidak langsung telah diterapkan oleh pasukan
perdamaian Indonesia di Lebanon. Mereka menyapa masyarakat, membantu
pengobatan dengan mendirikan balai pengobatan, melakukan kegiatan dokter
keliling, shalat di masjid-masjid yang masyarakat dirikan, membantu renovasi
masjid yang hancur akibat bom maupun tembakan mortir saat bertempur dengan
Israel, dan berbagai kegiatan yang memikat hati masyarakat setempat. Kegiatan-
kegiatan itu yang menyebabkan pasukan Indonesia diterima dengan baik oleh
masyarakat. Sebagai contoh di sebuah desa yang terkenal tidak berkompromi
dengan pasukan UNIFIL, namun ramah dengan pasukan Indonesia.36
Pada kiprah pasukan Indonesia yang tergabung dalam pasukan perdamaian
PBB, tentu saja tidak berjalan mulus sebagaimana yang diharapkan, rasa
kehawatiran terhadap ancaman yang terjadi seperti misalnya serangan bom dan
mortir, kesalahfahaman dengan penduduk maupun tentara Lebanon dan Israel, yang
kadangkala sering ada ketegangan di antara mereka, maka fungsi agama
memberikan peranan penting kepada pasukan Indonesia karena secara tidak
langsung terlindungi dengan kedekatan kepercayaan yang dimiliki.
Pada bagian lain yang berkaitan dengan tantangan bahaya yang mengancam
pasukan di medan tugas, Malinowski37 menjelaskan tentang agama dan ilmu
melalui teori fungsionalis tentang kebutuhan manusia. Menurutnya agama memberi
dorongan psikologis dalam menghadapi kematian. Agama sering berfungsi
                                                       
34Para pedagang masyarakat Lebanon, mendatangi home base Indonesia lalu menjajakan

barang dagangannya berupa alat elektronik, kamera, pakaian, sepatu, parfum, dan kerajinan Lebanon.
Barang-barang itu dijajakan dengan harga yang relatif murah, katanya karena diambil langsung dari
pelabuhan Beirut jadi tidak dikenakan bea masuk. Tempat-tempat pasukan Indonesia yang didatangi
seperti di Adshit Al Qusaiyr, Syeikh Abad Tomb, dan dua tempat lainnya.
35Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), 25. Lihat

Mudji Sutrisno, Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 2005).


36Desa itu bernama Wadi Saluki merupakan desa yang terkenal dengan ketidaksukaan

mereka pada pasukan perdamaian dari negara Eropa. Masyarakat Lebanon di daerah operasi pasukan
Indonesia mendatangi puskesmas pasukan yang sesungguhnya hanya diperuntukan untuk personel
Indonesia, namun mereka memiliki keberanian untuk mendapatkan pengobatan di home base pasukan.
Lihat Perintah Operasi Wadi Saluki.
37Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), 25. Lihat

Marc Manganaro, “Malinowski, ‘narative’ Naration, and The Ethnographer’s magic”, (Princeton
University Press January 2009), 78-104
30 

mengikat masyarakat. Di sisi lain magic38 memberi jaminan psikologis dalam


menghadapi ketidakpastian dunia. Ia memberikan contoh menangkap ikan di danau
sangat dapat diramalkan, namun menangkap ikan di laut lepas adalah berbahaya dan
sangat tidak dapat diramalkan, di sini ritual magis dilakukan pada setiap langkah
dalam menjamin suksesnya perjalanan orang.

Gambar 2.8
Kerjasama Prajurit Indobatt dengan masyarakat dalam mencari sisa-sisa UXO/cluster bomb
yang masih berserakan di tengan pemukiman penduduk Lebanon Selatan.
Sumber: Koleksi Pribadi 12 Desember 2006

Teori ini dapat membedah data dan fakta tentang keberagamaan prajurit
Indonesia dalam misi perdamaian di Lebanon manakala menghadapi tugas dalam
keadaan situasi berbahaya. Ketaatan kepada agama dengan menjalankan ritual
agama, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam tugas sebagai pasukan
perdamaian yang berlatarbelakang beragama Islam.39
Tesis Malinowski40 dalam konteks “bahaya” dapat dihubungkan dengan
sikap prajurit dalam beragama yakni melakukan ritual agama seperti dicontohkan
Malinowski yakni akan melakukan ritual agama manakala bahaya mengancam
                                                       
38Marc
Manganaro, “Malinowski, ‘narative’ Naration, and The Ethnographer’s magic”,
(Princeton University Press January 2009), 78-104.
39Tanpa disadari ternyata banyak dari prajurit Indonesia yang melaksakan puasa sunah Senin

– Kamis, Shalat Tahajud, shalat tepat waktu dan amalan ibadah agama lainnya. Di dalam pasukan itu
sendiri terdapat seorang Rohaniawan berpangkat Kapten, yang bernama Ridwan yang berasal dari
Batalyon di Jawa Timur. Ia yang membina mental prajurit dan membimbing prajurit untuk
menjalankan kewajiban agama di tengah situasi bahaya perang.
40Lihat Tulisan Bronislaw Malinowski, “Science and Religion” (1930) yang dianalisis oleh

Hellen Tilley, dalam Global Histories, Vernacular Science, and African Genealogies ; or, Is the
History of Science Ready for the World?. ISIS Vol. 101. No. 1. (March 2010): 110-119.
31 

dirinya karena dunia militer adalah dunia yang menantang bahaya. Oleh karena itu
pasukan Indonesia, dibekali dengan alasan kebaragamaan mereka sebagai bentuk
keimanan dan keyakinan mereka bahwa bahaya akan sirna manakala mereka
beribadah kepada Tuhan.41

Gambar 2.9
Prajurit Indobat siaga di ketinggian Lebanon Selatan.
Sumber: Koleksi Pribadi 2007

Alasan keberagamaan dalam konteks bahaya tersebut dilakukan dilakukan


pula dalam bentuk ritual slametan seperti yang digambarkan oleh Pranowo yakni
sebuah ritual yang bertujuan untuk memperoleh keadaan slamet serta keseimbangan
emosional sebagai pasukan penjaga perdamaian yang jauh dari negerinya dan
menghadapi bahaya yang selalu menantang.42
Weber43 di dalam bukunya “The Sociology of Religion”44 memperkuat
pandangan itu. Dalam suatu penelitiannya ia mengemukakan mengenai
kecenderungan developmental yang mungkin diamati dalam evaluasi beragam tipe
organisasi keagamaan. Weber menawarkan suatu pembahasan yang tajam tentang
makna dan doktrin-doktrin relijius, termasuk keyakinan tentang Tuhan, teodisi, atau
penjelasan mengenai kejahatan, sejarah penyelamatan, dan jalan untuk memperoleh
                                                       
41Lihat
Afzalur Rahman, Nabi Muhammad sebagai seorang Pemimpin Militer (Jakarta:
Amzah, 2002), 84-95. yang mengutip Al qur’an: surat 2 ayat 249 …Orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar".
dan surat 3 ayat 110 untuk membangkitkan spiritualitas prajurit. “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah...”
42Lihat Bambang Pranowo. Memahami Islam Jawa. (Pustaka Alavabet, 2011),8.
43Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 2002), 32.
44Lihat Michael Symonds and Jason Pudsey, “The Forms of Brotherly Love in Max Weber’s

Sociology of Religion.” Sociological Theory, Vol. 24, No. 2, (Jun. 2006): 134-149.
32 

kekuatan atau kasih sayang Tuhan. Ia pun memberikan suatu ulasan yang panjang
lebar mengenai interaksi antara makna relijius dan sistem etika dan keteraturan
sosial manusia, khususnya keteraturan ekonomis dan relasi pertukaran. Contoh
lainnya dapat diambil dari Berger yang menegaskan bahwa ilmu tidak seefektif
agama dalam menjustifikasi dan mempertahankan praktik dan keteraturan sosial.
Bentuk dominan pengetahuan ini dalam masyarakat modern bukan relijius
melainkan ilmiah. Agama melegitimasi institusi dan keteraturan sosial dengan
memberinya status ontologis.

Gambar 2.10
Shalat Idul Fitri pasukan Indobatt di Mako Indobatt Adshit Al Qusayre
Sumber: Koleksi Pribadi, 12 Oktober 2007

C. Perang Dalam Teori Konflik


Keberadaan pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon merupakan yang
pertama kalinya dalam sejarah pengiriman pasukan Kontingen Garuda dalam misi
perdamaian dunia. Perang Labanon – Israel sendiri telah berlangsung lama dan
terjadinya perang tersebut tidak terlepas dari konflik panjang antara negara-negara
Arab dan Israel. Secara spesifik yaitu pembebasan wilayah Palestina yang diduduki
Israel sejak tahun 1948.
Namun demikian dari gejolak yang ada dan berlarut-larutnya perang
ternyata issu-issu45 yang dibawa dalam konflik tersebut berbeda-beda. Di Lebanon
                                                       
45Issu, menurut arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu masalah

yang dikedepankan untuk ditanggapi. Lihat Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 552. Issu yang dikembangkan Hezbollah dalam
menyikapi perang itu adalah persatuan nasional Lebanon dan merebut dua wiayah Lebanon yang
masih diduduki Israel. Issu ini mendapatkan simpati masyarakat Lebanon tetapi tidak dikalangan elit
Lebanon dari faksi lain.
33 

Selatan issu perang dengan Israel membentuk militansi masyarakat setempat yang
melebihi militansi46 dari kelompok lainnya.
Di era modern dengan munculnya ideologi-ideologi kontemporer, issu itu
menyebar mengikuti paham yang digelutinya47 dengan kasus yang berbeda.
Sebelum perang dunia pertama yang terjadi dari tahun 1914 sampai dengan tahun
1918 negara-negara seperti Palestina, Yordania, Syria dan Lebanon adalah satu
kesatuan geografis dan berada dalam satu wilayah yang disebut dengan negeri
Syam48. Tetapi ketika beberapa negara besar Eropa melakukan imperealisme ke
Timur Tengah seperti Mesir dan Syam,4 negeri-negeri itu terpecah menjadi empat
diantaranya adalah Lebanon dan Palestina yang masuk ke dalam wilayah jajahan
Ingris yang di waktu kemudian Inggris lah yang memberikan tanah Palestina kepada
bangsa Yahudi untuk mendirikan negara Israel49 dan Lebanon menjadi negara
sendiri yang terpisah dari Palestina, dan Syria.
Dugaan kuat, sebagaimana yang sering dikatakan para analis bahwa akar
segala konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina (Arab) adalah perebutan kota
suci Jerusalem. Alasan mendasar dari asumsi itu adalah karena kota ini dianggap
suci bagi komunitas yang bertikai dalam konflik Israel-Palestina (Arab), yaitu Islam
dan Yahudi, bahkan pihak Kristen pun banyak terlibat dalam konflik ini karena
menganggap kota ini penting pula bagi mereka.50
                                                       
46Militan menurut arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). adalah bersemangat

tinggi, berhaluan keras. Sementara dalam arti militansi menunjukan pada arti ketangguhan dalam
berjuang, dan kesulitan. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008), 915.
47Di kalangan masyarakat Yahudi dalam pembentukan negara Israel, Ideologi memainkan

peran penting dalam membentuk masyarakatnya. Dalam kajian Mulawarman Hannase disebutkan
bahwa ideologi Yahudi ada di dalam kitab sucinya tentang Jerusalem. Hal itu berkolerasi dengan
problematika Israel-Palestina dan bahkan hubugan Islam-Yahudi sepanjang masa. Implikasi kongkrit
dari pandangan ideologis Yahudi terhadap Jerusalem, menurutnya melahirkan klaim kepemilikan
Jerusalem bagi orang-orang Yahudi. Inilah yang dianggap sebagai akar permasalahan terjadinya
konflik berkepanjangan antara Islam dan Yahudi, seperti yang terjadi sekarang. Mulawarman Hannase,
Ideologi Yahudi tentang Jerusalem dan Gerakan Politiknya, (Kudus: Maseefa Jendela Ilmu 2011), 4.
Sementara itu bila menilik pada Ideologi Politik yang menjadi roh perjuangan, diartikan
sebagai himpunan nilai-nilai, idée, norma-norma kepercayaan, dan keyakinan atau suatu
weltanschauung yang dimiliki seseorang atau kelompok orang, atas dasar mana dia menentukan
sikapnya terhadap kejadian dan problematik politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah
laku politiknya. Israel maupun Arab, sepertinya menggunakan dan mengartikan ideologi seperti itu.
Lihat Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1991), 32.
48Lihat Mulawarman Hannase, Ideologi Yahudi tentang Jerusalem dan Gerakan Politiknya,

(Kudus: Maseefa Jendela Ilmu, 2011), 2.


49M. Nur El Ibrahimy, Inggris dalam Pergolakan Timur Tengah, (Bandung: NV. Al.

Ma’arif, 1955), 57-75. Hingga saat ini terdapat wilayah Lebanon yang masih diduduki oleh Israel yaitu
Shebaa Farm dan Ghazar City. Hal ini yang menjadikan Lebanon akan terus terlibat aktif dalam
perang melawan Israel.
50Menurut Karen Amstrong, Jerusalem, wilayah Palestina sebelum berdirinya negara Israel

merupakan wilayah yang paling sensitif dan banyak menuai konflik. Armstrong pada tahun 1944
menceritakan pengalaman empirisnya bahwa betapa pentingnya kota ini bagi pemeluk tiga agama
samawi. Berdasarkan sketsa yang dilukiskan oleh Armstrong tentang urgensi tanah Jerusalem bagi
Yahudi dan umat Islam, kesimpulan yang didapatkannya tidak mengherankan ketika orang-orang
Yahudi berupaya dengan keras untuk menguasai Palestina. Karen Armstrong Jerusalem: One City
34 

Di era modern, Perang Arab – Israel sendiri telah berlangsung beberapa kali
yaitu tahun 1948, 1956, 1967, 1973, dan 1982. Dalam perang itu pihak Arab selalu
kalah, kecuali pada perang tahun 1973 saat Mesir dapat mengambil kembali
wilayahnya dari Israel. Sementara itu Perang Lebanon – Israel yang berlangsung
selama 34 hari pada Juli – Agustus 2006, menurut berbagai kalangan merupakan
kelanjutan perang Arab Israel yang terjadi sejak tahun 1948.51

Gambar 2.11
Pasukan mekanis Indonesia menjaga perbatasan Lebanon-Israel di Lebanon Selatan.
Nampak foto besar Hasan Nasrallah.
Sumber: Koleksi Pribadi Februari 2007

Lebanon sebagai bagian dari bangsa Arab, tidak dapat melepaskan diri
untuk tidak terlibat dalam perang Arab-Israel. Apalagi Lebanon (Selatan)
berbatasan langsung dengan Palestina yang tanahnya telah direbut oleh Israel. Dua
wilayah Lebanon seperti Shebaa Farm dan Ghazar City yang diakui milik Lebanon,
hingga kini masih dikuasai oleh Israel. Di sisi lain Lebanon sejak tahun 1948 masih
dalam status cease fire dengan Israel.
Kajian ini membatasi diri pada perang Lebanon – Israel yang ternyata di
dalam negeri Lebanon sendiri menyikapi perang itu dengan ambiguitas yang tinggi
dikarenakan terdapatnya friksi politik yang terdapat di area politik negeri itu. Faksi
Syiah, seperti diuntungkan dalam konflik Lebanon - Israel saat itu karena
memainkan kartu penting sebagai komunitas yang mengklaim mewakili bangsa
                                                                                                                                           
Three Faiths. (Ballantine Book, a division of Random House, Inc. First Ballantine Book Edition: May
1997), vii.
Pada pendapat yang berbeda, menurut Herry Nurdi, bukan hanya negara Palestina yang
menjadi sasaran negara Yahudi, melainkan Yahudi juga mempunyai keinginan untuk mewujudkan The
New Map of Middle East. Israel yang didukung oleh kekuatan Amerika Serikat sekuat tenaga akan
mewujudkan wajah baru wilayah dunia Islam dan akan mengubah peta Timur Tengah. Lihat Herry
Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), 188-199.
51Angkasa, Perang Hizbullah Israel, Edisi Koleksi, (Jakarta: Percetakan Gramedia, 2006)
35 

Arab sebagai “pemberani” menjaga kewibawaan Arab berhadapan dengan Israel. Di


sisi lain faksi yang berbeda mengalami dilema antara mendukung faksi Syiah
berhadapan dengan Israel, sementara mereka tidak setuju berperang secara langsung
dengan Israel, dengan tidak mendukung Syiah namun akan dicap sebagai Arab yang
“tidak pemberani” berhadapan dengan Israel. Disini sesungguhnya kajian ini
melihat konflik global yang menyempit menjadi konflik internal. Pasukan Indonesia
yang terlibat dalam misi perdamaian di Lebanon, menghadapi suasana dengan
dinamika konflik Lebanon yang demikian tinggi.
Pada bagian lainnya dalam kasus wilayah, sesungguhnya Inggris52 telah
menawarkan kepada bangsa Yahudi suatu wilayah yang akan dijadikan sebagai
negara Yahudi. Ia terletak di Uganda, Argentina atau di sebuah negara di Asia
namun bangsa Yahudi itu tidak menginginkannya tetapi memilih Palestina sebagai
negaranya. Dalam konteks ini teori konflik yang dibangun oleh Max Weber53
memungkinkan dapat memberikan penjelasan mengapa bangsa Yahudi memilih
tanah Palestina sebagai negaranya. Weber melihat konflik dalam hal gagasan atau
cita-cita.
Ia berpendapat bahwa orang seringkali tertantang untuk memperoleh
dominasi dalam hal pandangan dunia dari sekelompok masyarakat yang berupa
doktrin agama, filsafat sosial maupun konsepsi tentang bentuk gaya hidup kultural
yang terbaik. Lebih dari itu, gagasan dan cita-cita tersebut bukan hanya
dipertentangkan, tetapi dijadikan senjata atau alat dalam pertentangan lainnya,
misalnya pertentangan politik. Di samping itu orang dapat berkelahi untuk
memperoleh kekuasaan dan, pada saat yang sama, berusaha saling meyakinkan satu
sama lain bahwa bukan kekuasaan itu yang mereka tuju, tetapi kemenangan prinsip-
prinsip yang secara etis dan filosofis benar.54
Pilihan bangsa Yahudi terhadap tanah Palestina yang direbutnya untuk
dijadikan negara Israel, boleh jadi merupakan bagian dari gagasan itu. Palestina
dianggap sebagai tanah yang dijanjikan dalam doktrin agama mereka sehingga
tawaran yang diberikan Inggris pada tanah lain ditolaknya karena dianggap tidak
                                                       
52Lihat Mulawarman Hannase, Ideologi Yahudi tentang Jerusalem dan Gerakan Politiknya

(Kudus: Maseefa Jendela Ilmu, 2011), 4. Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina adalah
perebutan kota suci Jerusalem. Alasan mendasar dari asumsi ini adalah karena kota ini dianggap suci
bagi komunitas yang bertikai dalam konflik Israel-Palestina, yaitu Islam dan Yahudi, bahkan pihak
Kristen pun banyak terlibat dalam konflik ini karena juga menganggap kota ini penting bagi mereka.
53Stephen Sanderson, Sosiologi Makro, Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 13-15


54Pandangan Koentjaraningrat tentang agama dalam konteks sistem nilai, dapat memberikan

gambaran yang jernih terhadap konflik yang sesungguhnya terjadi. Agama dalam konteks ini
menurutnya merupakan sistem nilai yang berkaitan dengan budaya. Sistem Nilai, menurut
Koentjaraningrat, merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat,
“pandangan hidup” itu merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau
lebih sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat. Karena itu, hanya ada pandangan hidup
golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada pandangan hidup seluruh masyarakat. Lihat
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksara Baru, 1980), 207-208.
36 

memiliki latar sejarah keagamaan mereka.55 Dalam kasus lain, di wilayah Lebanon
Selatan, ada satu daerah yang dikenal sebagai Makam Syeikh Abbad, sebelum tahun
2000, tanah itu diabaikan oleh Israel meski Israel telah menduduki wilayah Lebanon
Selatan. Akan tetapi sejak tahun 2000 tanah makam yang berada di ketinggian itu di
klaim Israel sebagai miliknya karena makam itu dianggap sebagai kuburannya Rabi
Ashi, orang suci Yahudi.
Akhirnya makam itu dibelah dua, satu di dalam posisi tanah Lebanon,
dibaliknya di dalam posisi tanah Israel. Terlepas dari benar tidaknya klaim Israel itu
karena letak tanah tersebut berada di ketinggian yang memungkinkan memiliki
posisi strategis dalam taktik militer, namun yang jelas makam Syeikh Abbad
menjadi rebutan Israel dan Lebanon. Disini sesungguhnya konflik yang bersumber
pada keinginan mendominasi pandangan dunia dari sekelompok masyarakat yang
berupa doktrin agama, menyemangati Israel untuk bertahan di wilayah itu.56
Pada bagian berikutnya dalam menghadapi Israel saat perang 34 hari,
masyarakat Lebanon terpecah dua. Sebagian ada yang bangga atas kemampuan
Hezbollah bertahan dari gempuran Israel, sebagian lainnya menyalahkan Hezbollah
karena telah membuat infrastruktur Lebanon hancur diterjang mesin perang Israel.
Dalam kaitan itu menarik sekali apa yang di sampaikan Georg Simmel57 dalam
melihat konflik. Simmel menjelaskan bahwa hubungan saling ketergantungan antara
konflik dan kekompakkan dinyatakan juga dalam hubungan kelompok dalam (in-
group) dan kelompok luar (out-group). Menurutnya sebagaimana individu yang
terlibat dalam konflik memiliki kekuatan yang dikerahkan untuk berjuang guna
memperoleh kemenangan, begitu pula suatu kelompok atau masyarakat cenderung
memiliki sumber-sumber yang dapat dikerahkan dan solidaritasnya diperkuat
apabila kelompok itu terlibat dalam konflik. Selama masa di mana ada ancaman
atau konflik dengan orang luar, maka konflik dalam kelompok sendiri cenderung
rendah atau menurun. Kepentingan diri atau individu sebagian ditekan dan para
anggotanya bersatu memusatkan perhatian pada usaha bersama untuk menghadapi
dan mengalahkan musuh bersama. Namun demikian, Simmel melihat bahwa konflik
merupakan suatu gejala alamiah dalam kehidupan sosial.
                                                       
55Orang-orang Yahudi senantiasa komitmen untuk mewujudkan wilayah yang dibuat sebagai

Tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Bagi orang-orang Yahudi, setidaknya ada dua hal yang menjadi
landasan sehingga menganut ideologi kepemilikan tanah Palestina. Landasan pertama adalah dari teks-
teks kitab suci mereka (Taurat), dan landasan kedua adalah landasan yang merujuk pada fakta historis.
Dalam teks-teks Taurat bisa ditemukan bahwa sesungguhnya terdapat janji Tuhan kepada orang-orang
Yahudi untuk memiliki tanah Jerusalem. Lihat Mulawarman Hannase, Ideologi Yahudi tentang
Jerusalem dan Gerakan Politiknya, (Kudus: Maseefa Jendela Ilmu, 2011), 4. Lihat Simon Sebag
Montefiore, Jerusalem The Bioghraphy, (Jakarta: Alvabet, Januari 2012), xxvi.
56Sepanjang akhir tahun 2006 hingga 2007, penulis mendatangi lokasi itu dan memang

nampak terjadi pembelahan makam itu menjadi dua bagian yaitu bagian pertama berada di wilayah
Lebanon dan bagian kedua berada di wilayah pendudukan Isreal. Yang unik cara pembelahannya
adalah dari bagian kepala hingga kaki dibelah menjadi dua bagian. Sebelah yang satu milik Lebanon
dan sebelah lainnya milik Israel. Makam itu berada dalam kawalan tentara perdamaian PBB.
57Georg Simmel dalam Doyle Paul Johnson, Teori Sosilogi Klasik dan Modern, jilid I,

(Jakarta: Gramedia, 1990), 269.


37 

Sesuatu yang menarik dalam konflik internal antar faksi yang terjadi di
Lebanon, adalah dalam merebut simpati dan popularitas. Masing-masing faksi
memiliki cara tersendiri apabila popularitas diantara mereka menurun. Faksi Syiah
misalnya cenderung untuk melakukan serangan kepada Israel bila popularitasnya
menurun, sementara kalangan Suni dan Maronit berkecendrungan melakukan
pembunuhan internal di kalangan pemimpin dan tokoh-tokoh mereka untuk
meningkatkan popularitas kelompok.58

Gambar 2.12
Makam Syeikh Abbad dibelah dua. Di sisi kanan wilayah yang diakui sebagai milik Israel.
Sumber: Koleksi Pribadi 12 Juli 2007

Melihat konflik awal, nampak adanya bahu membahu antar elemen


masyarakat Lebanon dalam menghadapi musuh bersama mereka, Israel. Kubu PM
Siniora yang tidak sejalan dengan Hezbollah, saat perang berlangsung memberikan
dukungan pada perang itu. Dukungan itu sangat beralasan karena Israel tidak hanya
menjadikan Hezbollah sebagai sasaran serangannya dan menghindari gempuran ke
pemukiman sipil dan sarana umum.
Israel ternyata menghancurkan pula sarana-sarana yang ada di Lebanon
dan mengubah Lebanon menjadi hancur. Yang diinginkan oleh Israel dengan
serangan seperti itu adalah agar rakyat Lebanon mencabut dukungannya kepada
Hezbollah. Israel menyadari bahwa Hezbollah kuat karena mendapat dukungan
besar dari rakyat Lebanon. Karenanya, jika berhasil memisahkan rakyat Lebanon
dari Hezbollah, maka Hezbollah akan kehilangan kekuatan, dan selanjutnya, mudah
bagi kaum Zionis untuk menghancurkan kelompok ini. Persepsi Israel ternyata
                                                       
58Peristiwa itu diceriterakan oleh seorang Staf KBRI Lebanon di Beirut pada Maret 2007

pada saat penulis berada di Beirut.


38 

berbeda dengan masyarakat Arab dan Lebanon khususnya yang justru mendukung
Hezbollah pada awal perang itu. Wacana politik Hezbollah yang dikembangkan
dengan lebih bernuansa nasionalis dan menganggap semua faksi atau negara yang
anti zionis sebagai mitra strategisnya. Ini mendapat tempat di hati warga Arab.
Pada dataran itu pendapat Simmel ada benarnya, meski bisa jadi itu mengemuka
setelah Hezbollah naik pamornya dimata rakyat Lebanon dan dunia Arab karena
secara mengejutkan dapat memberikan perlawanan yang gigih menghadapi Israel
pasca perang Arab-Israel diwaktu sebelumnya.
Setelah berlangsungnya perang 34 hari, dimana ancaman Israel dapat
sedikit diredam oleh kedatangan pasukan mancanegara di bawah mandat PBB
nomor 1701, namun setelah itu pertikaian politik di dalam negeri Lebanon
mengemuka kembali. Campur tangan pihak luar seperti Amerika Serikat di satu sisi
dan Iran serta Syria di sisi lain, membuat politik dalam negeri Lebanon kembali
bergolak. Hezbollah yang selalu kurang mesra dengan Pemerintah Lebanon yang
terdiri dari banyak kekuatan sekte dan mazhab agama dengan berbagai agenda yang
tidak selalu sama dengan Hezbollah, menjadi sasaran serangan politik dari
pemerintahan PM Siniora yang di dukung Amerika Serikat. Dimunculkanlah isu
kedaulatan negara di atas negara dan bermitra dengan Iran, Syria, dan faksi-faksi
Palestina yang ditujukan kepada Hezbollah yang semakin kuat, pertikaian politik di
dalam negeri Lebanon semakin tajam.

Gambar 2.13
Foto para martir terpasang di jalan-jalan di Lebanon Selatan. Untuk memproduksi emosi.
Sumber: Foto Koleksi Pribadi Mei 2007

Membuat musuh bersama untuk meredakan konflik internal seperti yang


diingatkan oleh Simmel dalam teorinya, pasca perang 34 hari, hal itu semakin surut.
Akibatnya di dalam negeri Lebanon terjadi konflik internal yang meningkat.
Melihat kondisi itu, bisa jadi yang dilakukan Hezbollah dengan mengganggu Israel
39 

adalah penciptaan musuh bersama sehingga Hezbollah mendapat dukungan yang


luas. Akan tetapi hal itu mendapatkan reaksi kelompok politik lain yang tidak
sepakat dengan apa yang telah diperbuat Hezbollah.
Pemimpin Hezbollah, Hasan Nasrallah, dalam suatu kesempatan
menanggapinya dengan mengatakan bahwa apabila dampak perang itu membuat
kerusakan yang parah seperti yang disampaikan oleh kelompok pemerintah tentu
bukan itu tujuan yang diinginkan Hezbollah. Ini pula yang pada waktu berikutnya
dilakukan oleh Hezbollah dengan memberikan penggantian kepada masyarakat
yang jatuh korban jiwa maupun harta benda berupa santunan uang. Sementara pihak
pemerintah Lebanon tidak memberikannya.59

D. Memproduksi Emosi dalam Konflik


Kajian lain yang berhubungan dengan konflik dikemukakan oleh Collins.60
Ia menyoroti konflik dari alat produksi emosional dalam suatu kelompok.
Menurutnya alat produksi emosional menunjuk pada sumber-sumber yang terlibat
dalam menghasilkan ikatan-ikatan emosional pada suatu kelompok masyarakat
khususnya pada mereka yang berada dalam posisi memerintah. Baginya merupakan
suatu yang penting untuk mengerti bahwa ikatan emosional yang diciptakan melalui
ibadah ritus bersama tidak harus terjadi secara spontan. Partisipasi dalam upacara
itu tidak seluruhnya mengesampingkan begitu saja kepentingan-kepentingan
individu yang bermacam-macam. Secara lugas ia mengemukakan bahwa terciptanya
solidaritas emosional tidak menggantikan konflik melainkan merupakan salah satu
alat utama yang digunakan dalam konflik.
Upacara-upacara emosional dapat digunakan untuk dominasi dalam suatu
kelompok atau organisasi; upacara-upacara itu merupakan wahana dengan mana
persekutuan dibentuk dalam perjuangan melawan kelompok lain. Dalam konteks
sekuler upacara emosional itu dapat diwujudkan dengan perayaan-perayaan hari
pahlawan untuk membangkitkan semangat perlawanan pada musuh. Sedangkan
dalam konteks agama mempertautkan pada keyakinan yang membawa ikatan
emosional dengan kepercayaan agama.
Perang 34 hari pada Juli-Agustus 2006 telah menunjukan kekuatan
Hezbollah yang dapat menandingi Israel. Hal itu seharusnya menyadarkan Israel
bahwa selama ini ternyata apa yang telah dilakukannya dapat ditandingi oleh
Hezbollah. Memproduksi emosi bagi masyarakat Syiah merupakan hal yang rutin
dilakukan. Perayaan Assyura yang dilakukan setiap bulan Muharam tahun hijriah
mengemukakan itu. Di bulan Januari 2007, di sepanjang jalan di Lebanon Selatan
yang merupakan wilayah terkuat penganut Syiahnya, produk emosional itu
dikelola.61
                                                       
59Kompas, 22 Desember 2006.
60Doyle Paul Johnson, , Teori Sosilogi Klasik dan Modern, jilid I, (Jakarta: Gramedia, 1990),
208-209.
61Perayaan
Assyura yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Lebanon Selatan yang
berpaham Syiah, dilakukan di jalan-jalan, masjid, gedung pertemuan (mereka menyebutnya dengan
Rumah Husein, seorang cucu nabi Muhammad SAW anak dari Ali bin Abi Thalib). Penulis
menyaksikan pertunjukan itu setiap kali melewati lokasi-lokasi tempat mereka mengadakan upacara.
40 

Di setiap masjid dikumandangkan lagu-lagu pujian terhadap Ali dan Hasan,


Husein, menantu dan para cucu nabi Muhammad SAW. yang menderita siksaan dari
musuhnya. Sedangkan di Huseiniyah (Balai pertemuan) diadakan acara ceramah-
ceramah yang membangkitkan semangat kepahlawanan para mujahid Syiah. Acara
memukul-mukul diri yang dilakukan para penganut Syiah sehingga tubuhnya
berdarah-darah merupakan ritual yang selalu dirayakan masyarakat Syiah setiap
tahunnya. Perayaan dan kegiatan seperti itu adalah media untuk memproduksi
emosional sehingga tercipta solidaritas emosional masyarakat. Pada taraf itu
sesungguhnya tingkat militansi masyarakat di Lebanon Selatan yang merupakan
basisnya masyarakat Syiah telah terbangun. Maka tidak mengherankan bila sikap
perlawanan masyarakat Syiah (Hezbollah) terhadap Israel lebih tinggi dibandingkan
komunitas lainnya di Lebanon. Di samping itu faktor lainnya seperti tanah Lebanon
Selatan yang masih diduduki oleh Israel, dan ekspansi Israel yang telah berlangsung
lama di Lebanon Selatan yang berbatasan langsung dengan Israel, serta sasaran
lainnya yaitu mengembalikan masjidil Aqso ke tangan umat Islam, membuat
perlawanan masyarakat Syiah dalam hal ini Hezbollah sangat tinggi.

Gambar 2.14
Foto para syuhada dipajang di sepanjang jalan di Lebanon Selatan. Memproduk emosi.
Sumber: Koleksi Pribadi 2007

Produk emosional itu yang hingga kini tetap terpelihara di kalangan


masyarakat Syiah (Hezbollah) membuat mereka senantiasa mengadakan perlawanan
terhadap Israel. Foto-foto para mujahid Hezbollah yang terpampang di jalan-jalan
sepanjang Lebanon Selatan dan foto-foto para pemimpin mereka seperti Hassan
Nasrallah, Abu Musa Assadr (hilang pada tahun 1978 di Libya), pemimpin Amal
                                                                                                                                           
Semangat kepahlawanan Husein selalu dikobarkan dalam acara itu. Lihat Muthahari, Murtadha, dkk.
Mereka Meluruskan Revolusi Ashura, (Jakarta: Papyrus, 2013), 15-27.
41 

Syiah Nabih Berri dan terdapat juga foto Imam Khomeini, memperkuat produk
emosional tersebut.62 Ini berbeda dengan komunitas lainnya di Lebanon. Namun
demikian terdapat perkembangan baru untuk Hezbollah sendiri yaitu dengan
keinginannya untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional yang melibatkan
koalisi longgar dengan kalangan Kristen Maronit dan sebagian kecil Sunni.63
Pada tingkat itu Hezbollah memainkan kartu solidaritas Arab untuk
menghadapi Israel. Bagi Hezbollah, apabila terjadi konflik internal Lebanon,
mereka tidak mempergunakan senjatanya melainkan hanya menggunakan
pengerahan masa. Produk emosional itu pun ternyata tengah dibangun untuk
menghadapi musuh bersama mereka, Israel.

E. Pemaknaan Simbolik dalam Perjumpaan Awal


Pembahasan tentang fenomena konflik tidak dapat dipisahkan tanpa adanya
makna simbol-simbol yang dimainkan oleh pelaku konflik. Karena dengan
mempermainkan simbol-simbol, para pelakunya dapat memobilisir massa dengan
jumlah yang banyak melalui sensitifitas simbol. Demikian pula dengan deskripsi
simbolik64 sebagaimana yang digambarkan Durkheim dalam tesisnya, menurutnya
dapat menyatukan interaksi antar masyarakat yang dapat membentuk solidaritas.

Gambar 2.15
Foto Hasan Nasrallah dan tokoh Lebanon lainnya di pinggiran jalan Lebanon Selatan.
Sumber: Koleksi Pribadi 11 November 2006

                                                       
62Di jalan-jalan sepanjang Lebanon Selatan foto-foto itu terpampang dengan semarak.

Disamping itu penulis saksikan foto-foto para martir yang tewas dalam perang, turut menyemarakan
penampilan di jalan-jalan utama kota-kota di Lebanon Selatan,
63Kompas, 4 November 2006.
64Lihat Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), 124.

Bandingkan dengan R. S. Perinbanayagan, “Telic Reflections: Interactional Processes as such,”


Symbolic Interaction, Vol. 26, No. 1 (2003): 67-83.
42 

Poloma65 dalam interaksionisme simbolik membagi fenomena sosial


menjadi tiga bagian. Pertama, individu menyikapi sesuatu atau apa saja yang ada di
lingkungannya berdasarkan makna sesuatu tersebut bagi dirinya. Kedua, makna
tersebut diberikan berdasarkan interaksi sosial yang dijalin dengan individu lain.
Ketiga, makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses
interpretatif yang berkaitan dengan hal-hal lain. Melihat pada konflik Lebanon -
Israel, disini nampak jelas menggambarkan betapa makna-makna simbolik
digunakan oleh kedua masyarakat bertikai.
Pemasangan pamflet yang berisi seruan, maupun gambar para martir
Lebanon, dan bendera Palestina di perbatasan Lebanon dan tanah yang diduduki
Israel, menyemarakan simbol-simbol pertikaian. Pidato-pidato Hasan Nasrullah,
Sekjen Hezbollah yang menyerukan terus melawan Israel, meski keberadaan
Nasrullah sendiri tidak diketahui karena memang harus terus diamankan
keberadaannya, merupakan efektifitas simbol untuk menggalang solidaritas
masyarakat Lebanon dalam penentangannya dengan Israel. Penggunaan-
penggunaan simbol itu rupanya sangat ampuh untuk memobilisir massa agar ambil
bagian untuk menggalang kekuatan bersama bagi kelompoknya dalam menghadapi
lawan.

Gambar 2.16
Foto Hasan Nasrallah dan para syuhada terdapat di sepanjang jalan di Lebanon Selatan.
Sumber: Koleksi Pribadi 2007

Perjuangan Hezbollah menurut Nasrallah didukung oleh seluruh masyarakat


dan sekte yang ada di Lebanon. Perjuangannya adalah untuk kepentingan yang lebih
besar, yakni pembebasan rakyat Lebanon dari target tekanan politik Israel dan AS.
Perjuangan Hezbollah adalah meniadakan pendudukan Israel di Lebanon.
Solidaritas itu dimunculkan pula melalui simbol keislaman yang menurutnya,
                                                       
65LihatEmile Durkheim dalam, Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern,
Jilid I, (Jakarta: Gramedia, 1990), 183
43 

dukungan internasional terutama negara-negara Islam seperti Indonesia sangat


penting untuk perjuangan Hezbollah melawan Israel. Oleh karena itu, dengan
segala potensi dan sumber daya yang dimiliki Indonesia, diharapkan hubungan
kedua negara, antara RI dan Lebanon dapat makin meningkat di masa depan.
Sikap seperti itu akhirnya membuat konflik tetap menguat dan pertikaian
diinginkan jadi meluas. Perlawanan yang dilakukan oleh satu kelompok masyarakat
diterjemahkan sebagai rasa solidaritas sesama. Maka bentuk solidaritas mekanik,
seperti yang diteorikan Durkheim,66 yakni adanya ikatan utama yang dapat
menyatukan individu melalui kepercayaan, cita-cita maupun komitmen moral yang
sama, termanifestasikan dalam konflik itu yang kemudian membentuk kesadaran
kolektif bagi individu. apakah berada dalam kelompok kami (Lebanon) atau
kelompok mereka (Israel dan sekutunya).

Gambar 2.17
Tugu perlawanan Hezbollah. Lambang senjata digenggam tangan terkepal di Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 15 Oktober 2007

Bentuk Solidaritas kesukuan atau agama merupakan sisi lain yang sangat
penting dalam pembicaraan mengenai pertikaian. Karena hal itu merupakan
kristalisasi yang bersumber pada kesadaran kolektif yang berasal dari tiga sumber
fanatisme yaitu; land (tanah), blood (darah) dan faith (agama). Ketiga hal itu
seringkali melahirkan fanatisme yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Kesamaan
tanah kelahiran menimbulkan kesadaran kolektif sebagai satu daerah yang
melahirkan sukuisme, dan kesamaan darah menimbulkan kesadaran kolektif sebagai
satu keturunan. Sedangkan persamaan agama melahirkan kesadaran kolektif sebagai
                                                       
66Lihat Yasser Arafat., Konflik dan Dinamika Etnik Dayak-Madura di Kalimantan Barat,

Tesis S-2 Sosiologi, (Yogyakarta, UGM, 1998), 53.


44 

orang-orang yang seiman dan diyakini sebagai sumber kebenaran mutlak.


Selanjutnya ketiga sumber fanatisme itu seringkali mengalami penghimpitan
dengan faktor sosio-historis antara berbagai kelompok masyarakat Lebanon yang
ada dan berpengaruh terhadap; l. Proses komunikasi antar kelompok dalam hal ini
termasuk pula proses interaksi sosialnya. 2. Persepsi sosial terhadap perilaku
kelompok masyarakat yang lainnya dan 3. Tindakan sosial yang dilakukan oleh
kelompok masyarakat tersebut.

Gambar 2.18
Tank Israel yang hancur dimortir kelompok Hezbollah di perbatasan Fatimah Gate Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 12 November 2006

Mencermati konflik Lebanon – Israel tidak terlepas dari ketiga faktor


fanatisme tersebut. Ada ikatan darah antara penduduk, ada ikatan agama antara
penduduk dan ada ikatan tanah yang membawa konflik itu. Ketiga faktor tersebut
merupakan persoalan konflik laten sedangkan persoalan sosial, politik dan ekonomi
merupakan bentuk yang nampak di permukaan. Pada kondisi seperti itu jawaban
atas suatu pertanyaan yang sangat mendasar, mengapa konflik itu tetap bertahan,
menjadi nampak jelas. Dalam perspektif ini, pendapat Gurr67 perlu disimak. Ia
menyebutkan bahwa konflik hanya akan meletus apabila para pemimpin dengan
sengaja menyulut perasaan tidak puas massa. Jika ketidakpuasan massa itu
berkembang kemudian ada yang mempolitisirnya maka akhirnya akan teraktualisasi
dalam konflik terhadap sasaran dan aktor-aktor politik.
Akumulasi persoalan yang dirasakan sangat menekan itu tidak akan meletus
menjadi konflik kecuali apabila mereka menjadi bagian dari suatu masyarakat yang
terorganisir yang mempunyai beberapa sumber daya. Selanjutnya dikatakan bahwa
mobilisasi massa di dalam peristiwa seperti itu pada umumnya dilakukan melalui
                                                       
67Lihat, Ted Gurr., Why Man Rebel, (Priceton University Press, 1971).
45 

institusi-institusi yang ada. Sementara itu Hoffer dalam bukunya “Gerakan Massa”
mengungkapkan bahwa suatu gerakan yang dilakukan oleh masyakat tanpa ada
ideologi yang mendukung maka gerakan itu tidak akan tercipta.
Pada tahap seperti itu untuk melihat konflik Lebanon - Israel, dapat diamati
melalui orang-orang yang memiliki kapasitas seperti itu dan institusi yang berperan
memainkan kendali massanya. Hezbollah adalah bagian penting dari kapasitas itu.
Pada sisi lain pemaknaan simbol merupakan bagian penting pula dalam konflik
Lebanon – Israel. Ernst Cassirer (1874—1945) mengatakan bahwa manusia adalah
mahkluk kultural. Ia secara jelas mengulas perbedaan mendasar antara reaksi hewan
dan tanggapan manusia dalam dunianya masing-masing. Perbedaan itu terjadi,
karena manusia memiliki satu sistem melebihi hewan, yaitu bekerjanya sistem
lambang (symbolic system).
Sistem inilah yang akhirnya menjadikan kehidupan manusia bermatra
kebudayaan dengan berbagai manifestasinya melalui religi, bahasa, seni, sejarah
dan ilmu.68 Masing-masing sisi, baik religi, bahasa, seni, sejarah dan ilmu, dengan
begitu memiliki sistem perlambangan tersendiri dengan pemaknaan yang tentunya
juga berbeda-beda. Sistem simbol yang bekerja dalam sejarah berbentuk monumen
dan dokumen, membuktikan manusia cenderung memberi makna perlambangan
pada berbagai peristiwa istimewa yang pernah menjadi pengalamannya.69 Manusia
adalah pembuat simbol yang memiliki kemampuan.70 Pada bagian ini lambang
bendera Hezbollah yang menggambarkan senjata AK 47 dan kalimat berbahasa
Arab (Hezbollah) yang berarti Tentara Tuhan, memainkan peran penting dalam
perlawanannnya terhadap Israel dan membentuk militansi masyarakatnya.
Di sebuah wilayah bernama Fatimah Gate, di muka jalan terdapat tank
markava Israel yang mampu dirontokan pasukan Hezbollah. Tank itu sengaja
dijadikan monumen dan di letakan persis di lokasi perbatasan Lebanon – Israel. Ini
merupakan simbol perlawanan masyarakat Lebanon Selatan untuk membangkitkan
semangat perlawanan terus menerus terhadap Israel. Dalam konteks yang lain,
bendera sebagai simbol itu pula yang menjadi penyelamat pasukan Indonesia ketika
terjadi suatu insiden di wilayah Lebanon Selatan.
Pada perjumpaan awal pasukan Indonesia dengan masyarakat Lebanon
tidak berjalan mulus. Indonesia tidak begitu dikenal oleh masyarakat Lebanon
dibandingkan dengan Malaysia,71 meskipun hubungan bilateral RI-Lebanon sudah
                                                       
68Lihat
Fuad Hassan, Pengantar Filsafat Barat. (Jakarta: Pustaka Jaya, 2005), 121. Dalam
karyanya An Essay on Man, Ernst Cassirer menyertakan bab yang berjudul "From Animal Reactions to
human responses" yang membicarakan tentang manusia yang menjadikan lambang atau simbol sebagai
sistem kepercayaan (belief system).
69Fuad Hassan, Pengantar Filsafat Barat. (Jakarta: Pustaka Jaya, 2005), 122.
70Indra Jaya Piliang, Bouraq –Singa Kontra Garuda, (Jakarta: Ombak, 2010), 24.
71Informasi dari staf KBRI Beirut yang menyatakan bahwa kedatangan pasukan Malaysia

disambut meriah. Koran-koran Lebanon memajang foto pasukan Malaysia sedang berdoa setibanya di
Beirut dan ketika pasukan Indonesia datang dikiranya pasukan dari Malaysia. Malaysia sebetulnya
hanya mengirimkan personel setingkat kompi sekitar seratusan orang dan ditugaskan hanya sebagai
pengawal. Sedangkan PBB lebih mengerti dengan pasukan Indonesia karena sudah terlibat dalam misi
perdamaian sejak tahun 1957 maka Indonesia diminta untuk mengirimkan pasukan setingjat batalyon
sekitar 850 an personel.
46 

dimulai sejak 29 Juli 1947 ketika Lebanon mengakui kemerdekaan Indonesia.


Lebanon termasuk negara ketiga di Timur Tengah yang pertama kali mengakui
kemerdekaan Indonesia setelah Mesir dan Syria.
Catatan Charles Berger dan Richard Calabrese (1982, 1987)72 dalam teori
perjumpaan sangat menarik. Mereka tertarik untuk menggambarkan perjumpaan
awal antara orang asing. Mereka memberikan batasan yang tipis dan jelas di seputar
pemikiran teoretisnya. Pertama, dikatakannya bahwa ketidakpastian adalah sesuatu
yang terus berlangsung dalam sebuah hubungan, sehingga proses pengurangan
ketidakpastian adalah sesuatu yang relevan dalam hubungan yang mapan maupun
dalam interaksi awal. Ketidakpastian dalam hubungan yang mapan mungkin
berbeda dibandingkan ketidakpastian dalam perjumpaan awal. Ketidakpastian
mungkin berfungsi secara dialektis di dalam hubungan; karenanya, mungkin
terdapat sebuah ketegangan antara mengurangi dan meningkatkan ketidakpastian
dalam hubungan mapan. Berger dan Calabrese mengamati, “Walaupun
pengurangan ketidakpastian mungkin akan memberikan perhargaan hingga titik
tertentu, kemampuan untuk meprediksikan prilaku orang lain akan menyebabkan
kebosanan.
Berger dan Calabrese secara khusus memberikan penjelasan dalam interaksi
awal. Mereka menemukan bahwa ketika ketidakpastian meningkat, seseorang akan
terdorong untuk menguranginya melalui prilaku komunikasi mereka. Asumsinya
adalah bahwa sekali suatu hubungan dimulai, ketidakpastian menghilang. Dan
mereka juga menyimpulkan bahwa makin banyak terjadi komunikasi dengan
jaringan sosial mereka, maka semakin sedikit ketidakpastian yang dialami. Semakin
sedikit ketidakpastian yang dirasakan orang, makin kecil kemungkinan mereka
untuk memutuskan hubungan dengan orang lain. Teori Charles Berger dan Richard
Calabrese disebut teori interaksi awal (Initial Interaction Theory).
Dalam teori ini terdapat strategi untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu
strategi pasif, aktif, dan interaktif. Teori ini menyebutkan bahwa ada dua tipe
ketidakpastian dari perjumpaan awal, yaitu: Ketidakpastian kognitif yang
merupakan tingkatan ketidakpastian yang diasosiasikan dengan keyakinan dan
sikap. Berikutnya ketidakpastian perilaku yakni tingkat ketidakpastian yang
berhubungan dengan perilaku. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar
interpersonal. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan,
menimbulkan stres secara kognitif. Ketika bertemu orang asing, perhatian utamanya
adalah untuk mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas, dengan
komunikasi interpersonal.
                                                       
72 Berger, Charles R.; Calabrese, Richard J. "Some Explorations in Initial Interaction and

Beyond: Toward a Developmental Theory of Interpersonal Communication". Human Communication


Research. 1 (2). (December 1975): 99–112. Teori ini dipakai dalam teori komunikasi massa yang
melihat begaimana interaksi dibangun dalam suatu perjumpaan diantara orang asing atau pendatang
dengan masyarakat setempat. Edisi terbaru diterbitkan pada 1982.
47 

Teori lain dibangun oleh oleh Sherif dan Hovland pada 1961.73 Teori ini
disebut dengan teori penilaian sosial/social judgement theory. Teori ini mempelajari
tentang proses psikologis yang mendasari pernyataan sikap dan perubahan sikap
melalui komunikasi. Asumsi dasarnya bahwa dalam menilai manusia membuat
deskripsi dan kategorisasi khusus. Dalam kategorisasi manusia melakukan
perbandingan-perbandingan diantara berbagai alternatif yang disusun oleh individu
untuk menilai stimulus-stimulus yang datang dari luar. Teori ini mengemukakan
bahwa seseorang mengetahui apa sikapnya dan mampu menentukan perubahan
sikap apa yang akan diterimanya serta perubahan apa yang akan ditolaknya.
Perjumpaan awal pasukan Indonesia dengan masyarakat Lebanon terjadi di
Mako Indobatt, diwarnai protes masyarakat yang menerima uang rupiah dari
transaksi yang dilakukan prajurit Indonesia dengan warga setempat yang
menjajakan barang dagangannya. Warga masyarakat mengembalikan uang rupiah
sambal marah dan minta diganti dengan uang dolar atau lira Lebanon. Transaksi itu
terjadi pada malam hari sehingga uang yang diambilnya tertukar. Namun pada
waktu berikutnya orang yang sama selalu mendatangi mako Indobatt sehingga
akhirnya orang tersebut dilarang masuk ke area mako Indobatt karena dianggap
akan membuat masalah lain dengan masyarakat. Interaksi awal ini menjadi kurang
bagus karena terjadi perbedaan persepsi antara masyarakat dengan pasukan. Setelah
diketahui ternyata masyarakat setempat yang menjajakan dagangan pada saat awal
kedatangan pasukan merupakan anggota masyarakat yang disusupkan untuk melihat
pasukan Indonesia dari dekat.74
Perjumpaan berikutnya terjadi dengan seorang anggota Hezbollah bernama
Mahmud75 yang berprofesi sebagai pedagang. Tempat tinggal Mahmud hanya
beberapa meter dari pagar luar mako Indobatt. Dari Mahmud banyak diketahui
kondisi masyarakat dan satuan asing yang berada di Lebanon. Interaksi dengan
Mahmud tetap terpelihara hingga akhir penugasan. Hubungan itu dapat meyakinkan
pasukan tentang tipikal masyarakat secara umum dan apa yang harus dilakukannya.
Perjumpaan awal yang kurang bagus, tetapi dengan berjalannya waktu
terjadi interaksi melalui pernyataan sikap dan perubahan sikap dengan jalan
komunikasi intensif yang dilakukan prajurit Indobatt dengan masyarakat. Maka
benar seperti yang dikatakan Berger dan Calabrese, sekali suatu hubungan dimulai,
ketidakpastian menghilang, dan disimpulkan pula bahwa makin banyak terjadi
komunikasi dengan jaringan sosial mereka, maka semakin sedikit ketidakpastian
yang dialami.
Keberadaan Puskesmas statis dan berjalan membawa pasukan dapat
menghampiri masyarakat berobat di setiap sudut wilayah Lebanon Selatan sambil
melaksanakan ibadah salat ketika tiba waktunya. Semakin lama kondisi itu dapat
meyakinkan masyarakat bahwa keberadaan pasukan Indonesia bermanfaat untuk
                                                       
73Lihat
Sherif, M., dan Hovland, C.I. Social Judgment: Assimilation and Contras effect in
Communication and Attitude Change. (Westport, CT: Greenword Press. 1961.rpt, 1980).
74Informasi didapat dari Danki BTR, Kapten Kresno.
75Informasi didapat dari Kapten Zaim, anggota Kemenlu yang diperbantukan sebagai

penterjemah Bahasa Arab pasukan.


48 

masyarakat setempat. Social judgement mulai nampak di tengah masyarakat


terhadap pasukan Indonesia.
Penjelasan Poloma dalam interaksionisme simbolik yang dihubungkan
dengan perjumpaan awal pasukan dapat mengantarkan untuk memahami bahwa
simbol ternyata dapat memperkuat hubungan anatar masyarakat Lebanon dengan
pasukan Indonesia.

F. Perdamaian Dalam Perspektif Islam


Keberadaan pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon sebetulnya bukan
untuk melindungi masyarakat Lebanon dari serangan Israel tetapi menjaga
perbatasan dari dua komunitas masyarakat berbeda itu untuk tidak saling
menyerang. Pasukan Indonesia mengikuti SOP (Standard Operation Procedur)
yang telah digariskan UNIFIL untuk menjaga perdamaian. Pasukan tidak
dibolehkan untuk berpihak kepada siapapun namun penempatan pasukan
perdamaian di wilayah Lebanon, dapat menyebabkan pasukan memiliki kedekatan
dengan penduduk setempat sementara dengan pasukan Israel maupun penduduknya,
pasukan perdamaian tidak dibolehkan untuk berhubungan. Pagar pembatas kedua
negara di wilayah Israel yang dibuat kokoh dan di beberapa tempat dialiri listrik,
menyulitkan pagar pembatas itu diterobos. Meskipun memiliki kedekatan dengan
penduduk setempat, perdamaian harus tetap dipelihara sesuai dengan SOP UNIFIL.
Perdamaian dari sudut pandang Islam dapat memberikan penjelasan
tersendiri tentang penegakkan perdamaian. Perdamaian dalam pandangan ini dapat
dilihat melalui hubungan yang adil dan setara diantara bangsa-bangsa di dunia.
Keadilan dan perdamaian adalah hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Tidak satupun orang dapat mengklaim bahwa di suatu masyarakat, negara ataupun
di seluruh dunia, bahwa tidak akan ada kerusuhan ataupun kurangnya perdamaian
dimana keadilan dan kesepakatan terwujud. Dalam hubungan internasional,
perdamaian antar negara dapat ditegakkan jika keadilan dapat terwujud. Perang
Lebanon-Israel dapat dikatakan masuk ke dalam ranah ketidakadilan yang
dilakukan oleh negara-negara barat seperti AS dan beberapa negara Eropa kepada
Lebanon. Sebagian wilayah Lebanon masih diduduki Israel selepas perang di tahun
1948, namun negara barat tidak serius untuk mengembalikan wilayah Lebanon
tetapi lebih cenderung berpihak kepada Israel.
Dalam ceramah-ceramahnya, Sekretaris Jenderal Hezbollah, Hasan
Nasrallah selalu mempersoalkan wilayah Lebanon yang direbut Israel bukan pada
alasan keberagamaan tetapi tuntutan pada ketidakadilan yang dirasakan masyarakat
Lebanon. Ini merupakan sisi yang menarik dalam konflik tersebut dan pasukan
Indonesia berada dalam performa pasukan perdamaian untuk mengatasi konflik
yang telah berlangsung lama.
Al-quran surat 49 ayat 9,10 memberikan penjelasan yang sangat bagus
tentang perdamaian. Ayat itu mengajarkan bahwa dimana ada dua kekuatan yang
sedang berselisih dan menjurus kepada perang, maka pihak penengah harus
menasehati mereka melalui dialog dan diplomasi sehingga mereka dapat menuju
49 

kepada sebuah perjanjian dan rekonsiliasi yang berdasarkan negosiasi yang telah
disepakati.

Artinya:
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar
perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

Ayat berikutnya menjelaskan;

Artinya:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
Kedua ayat dalam surat Alhujurat itu mengindikasikan kepada dua
komunitas yang sama jika berperang harus didamaikan. Itu berlaku pada komunitas
Lebanon. Namun jika itu terjadi antara Lebanon dan Israel maka dalil lain dapat
diterapkannya seperti yang dijelaskan Al Qur’an bahwa latar belakang bangsa atau
etnis adalah sebagai alat identitas, hal itu tidak menunjukkan atau memvalidasi
segala bentuk superioritas apapun. Alquran menyatakan bahwa semua orang
dilahirkan sama. 76 Selanjutnya dalam khutbah terakhir yang pernah disampaikan
oleh Nabi Muhammad SAW. yang memerintahkan umat manusia untuk selalu ingat
bahwa orang Arab tidak lebih unggul dari non-Arab dan tidak yang bukan Arab
                                                       
76Lihat http://ahmadiyyatuvalu.wordpress.com/. Diunduh pada 03 November 2016 jam

12.30. Bandingkan dengan http://literaturhabibalawiyin.blogspot.com Diunduh pada 03 November


2016 jam 12.31.
50 

lebih unggul dari Arab. Kemudian ia mengajarkan bahwa orang kulit putih tidak
lebih unggul atas orang kulit hitam dan juga orang kulit hitam tidak lebih unggul
dari orang kulit putih.
Ini menjelaskan bahwa semua orang dijamin persamaan hak-haknya tanpa
ada diskriminasi dan prasangka. Kunci dan prinsip berharga yang meletakkan
pondasi untuk terciptanya harmoni diantara berbagai kelompok dan bangsa adalah
menegakkan perdamaian. Jika suatu negara yang agresif telah dikalahkan dan dia
menyetujui untuk melakukan negosiasi yang saling menguntungkan, kemudian
semua pihak harus bekerja untuk memenuhi perjanjian yang akan membawa kepada
tegaknya perdamaian dan rekonsiliasi.
Di dalam al-Qur’an sekurang-kurangnya menggunakan dua term yang
menunjuk kepada makna damai, yaitu term silm atau salm dan kata lain yang seakar
dengannya, dan term shulh dan kata lain yang seakar dengannya. Kedua kata ini
merujuk kepada makna yang sama. Kata silm atau salm dalam al-Qur’an dapat
dilihat antara lain dalam Q.S. al-Anfâl [8]: 61 sebagai berikut:

‫ﷲِ إِنﱠهُ ھُ َو ال ﱠس ِمي ُع ْال َعلِيم َوإِ ْن َجنَحُوا ِللس ْﱠل ِم فَاجْ نَحْ لَھَا َوتَ َو ﱠك‬
‫لْ َعلَى ﱠ‬
Ayat ini menjelaskan tentang sikap yang sebaiknya dilakukan terhadap mereka yang
tidak memusuhi tetapi cenderung berdamai, baik dengan cara gencatan senjata
maupun dengan jalan perjanjian untuk tidak saling menyerang77 Ayat ini juga
mengisyaratkan agar orang-orang mukmin gemar menerima tawaran perdamaian
dari pihak musuh. Jika mereka, yakni orang-orang kafir cenderung untuk
perdamaian, maka condonglah kepada upaya perdamaian dan pasrahkanlah
segalanya kepada Allah segala urusan yang telah engkau lakukan.
Dalam al-Qur’an gagasan tentang perdamaian merupakan pemikiran yang
sangat mendasar dan mendalam karena terkait erat dengan kemaslahatan manusia
dalam kehidupannya. Hal ini dapat dilihat dalam Q.S. al-Mumtahanah[60]: 8
sebagai berikut:

‫ار ُك ْم أَ ْن‬
ِ َ‫ﱢين َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي‬ َ ‫ﷲُ َع ِن الﱠ ِذ‬
ِ ‫ين لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد‬ ‫ال يَ ْنھَا ُك ُم ﱠ‬
) ‫ين‬َ ‫ﷲَ ي ُِحبﱡ ْال ُم ْق ِس ِط‬‫تَبَرﱡ وھُ ْم َوتُ ْق ِسطُوا إِلَ ْي ِھ ْم إِ ﱠن ﱠ‬٨
Ayat ini78 secara eksplisit membolehkan orang-orang mukmin menjalin
hubungan kerja sama dan berbuat baik terhadap kelompok atau golongan manapun.
Pernyataan ini secara jelas dikemukakan dalam suatu klausul yang mengandung
makna berbuat baik dan berlaku adil. Meskipun ayat ini tidak menggunakan kata
yang menunjukkan langsung kepada makna damai, akan tetapi semangat
                                                       
77M.
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, Vol. 5, 2002): 462.
78Ahmad Mushthafâ Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâgî (Mesir, Mushthafâ al-Bâbî al-Halabî,

1974.cet. ke-5 Jilid 27): 68. Ibrâhîm ibn Sulaimân Al-Nugaimasyî, “Perdamaian Dunia dan Jihad”
dalam Azhar Arsyad, et al,. Islam dan Perdamaian Global (Yogyakarta: Madyan Press. 2002).
51 

perdamaian yang terungkap adalah substansi ayat ini79. Sebaliknya, ayat 9 dalam
surat yang sama secara tegas melarang orang-orang mukmin hidup berdampingan
dengan kelompok-kelompok yang hendak memerangi dan mengusir orang-orang
mukmin dari negerinya. Bunyi ayatnya sebagai berikut:

ِ َ‫ﱢين َوأَ ْخ َرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي‬


‫ار ُك ْم َوظَاھَرُوا‬ ِ ‫ين قَاتَلُو ُك ْم ِفي الد‬ َ ‫ﷲُ َع ِن الﱠ ِذ‬
‫إِنﱠ َما يَ ْنھَا ُك ُم ﱠ‬
َ ‫ك ھُ ُم الظﱠالِ ُم‬
ِ ‫ون َعلَى إِ ْخ َر‬
‫اج ُك ْم‬ َ ِ‫أَ ْن تَ َولﱠ ْوھُ ْم َو َم ْن يَتَ َولﱠھُ ْم فَأُولَئ‬
(Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-
orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka
sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim)

Al-Qur’an menggunakan dua istilah dalam konsep perdamaian yaitu al-silm


atau al-salm dan al-shulh. Penggunaan Term pertama yang digunakan dalam perang
dan sikap yang seharusnya dilakukan orang mukmin dalam menghadapi musuh,
kekuatan untuk mengantisipasi musuh yang tidak ingin melakukan upaya damai dan
tetap mengganggu keamanan (perang). Dalam kaitan ini, al-Qur’an memaparkan
usaha perdamaian dari setiap perang yang terjadi. Sedangkan istilah kedua
digunakan untuk menenangkan dua pihak, dalam sengketa antar faksi. Pasukan
perdamaian Indonesia tanpa disadari menghadapi suasana kebatinan seperti itu.

G. Resolusi Konflik
Peperangan adalah kelanjutan dari perundingan yang gagal, dan
perundingan adalah kelanjutan dari peperangan yang terhenti. Maka pihak ketiga
dalam sebuah konflik baik militer, tokoh politik, atau lainnya dapat “memaksakan”
perundingan demi menghindari korban-korban lebih jauh. Demikian Von
Clausewitz, ahli strategi perang Jerman mengemukakan80.
Perang Arab-Israel hingga kini belum selesai namun upaya untuk
mendamaikannya terus ditempuh, meski masyarakat Lebanon sendiri tidak dapat
memprediksi kapan perang akan berakhir. Pasukan Indonesia yang dikirimkan ke
Lebanon dengan membawa misi perdamaian itu adalah bagian dari pihak ketiga
(dalam bentuk militer) yang turut serta dalam mendamaikan pihak yang bertikai
dengan tujuan menghindari korban yang lebih banyak. Namun demikian
keterlibatan pasukan perdamaian Indonesia ke Lebanon mengandung suatu
pertanyaan apakah akan berpihak kepada masyarakat Lebanon atau bersikap netral
dan semata-mata hanya menjadi petugas perdamaian, mengingat Lebanon
                                                       
79Ahmad Mushthafâ Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâgî (Mesir, Mushthafâ al-Bâbî al-Halabî, cet.

ke-5, Jilid 27. 1974): 68.


80Lihat Carl von Clausewitz, On War (London: N. Trubner, 1873) (terjemahan James John

Graham). Carl von Clausewitz lahir di Burg, Kerajaan Prusia pada 1 Juni 1780 dan wafat di Breslau
pada 16 November 1831 karena terjangkit kolera.
52 

diidentikan sebagai negara Arab Islam sementara Indonesia berpenduduk muslim


terbesar di dunia?.
Konflik Arab – Israel merupakan konflik panjang yang belum ditemukan
solusi terbaik dalam penyelesaiannya. Dalam hal itu sesungguhnya resolusi konflik
telah banyak ditawarkan seperti cara pengendalian konflik berupa mediasi, yang
mana kelompok yang bertikai bersepakat menunjuk pihak ketiga sebagai penasehat-
penasehat tentang bagaimana pertentangan di antara mereka diselesaikan.
Pada cara ini kelompok yang bertikai bebas untuk menerima dan menolak
hasil dari mediasi tersebut. Di samping itu ada cara lain yaitu perwasitan, bilamana
kedua belah pihak yang bertikai itu bersepakat untuk menerima atau “terpaksa”
menerima hadirnya pihak ketiga yang memberikan keputusan-keputusan tertentu
untuk menyelesaikan konflik mereka.81 Cara itu sebetulnya telah ditempuh namun
disebabkan mediasi yang dilakukan oleh negara ketiga seperti Amerika Serikat
lebih cenderung tidak menempatkan diri dalam posisi penengah yang sebenarnya.
Ia lebih cenderung menguntungkan pihak Israel dalam berunding dengan
Palestina sementara negara Arab lain yang wilayahnya direbut oleh Israel, juga
tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk menekan Israel karena Amerika
Serikat dan negara barat lainnya lebih menginginkan Israel memiliki wilayah
sendiri meski harus mengorbankan pihak lain seperti Palestina yang tanahnya
direbut Israel, daripada membiarkan bangsa Yahudi tidak memiliki wilayah yang
akibatnya akan mengacaukan negara-negara Eropa maupun Amerika Serikat.82
Contoh nyata misalnya, inisiatif Damai Arab yang dideklarasikan di Beirut yaitu
seruan agar dilakukan penarikan mundur Israel secara menyeluruh dari wilayah-
wilayah Arab yang didudukinya sejak Juni 1967. Kemudian seruan lain agar Israel
menerima sebuah negara Palestina yang merdeka dengan Jerusalem Timur sebagai
ibu kotanya. Sebagai imbalannya, seluruh negara Arab akan menormalisasikan
hubungannya dengan Israel dan menganggap konflik Arab-Israel telah selesai.
Seruan tersebut juga meminta agar ada penyelesaian yang adil atas masalah
pengungsi Palestina.
Terhadap seruan itu, mediasi yang dilakukan oleh pemerintah Amerika
Serikat tidak berada dalam posisi tengah. Jawaban AS atas seruan-seruan itu
sebagaimana yang disampaikan Menteri luar negeri (Menlu) Amerika Serikat saat
itu, Condolliza Rice malah menyatakan bahwa, negara-negara Arab harus terlebih
dulu menormalisasikan hubungannya dengan Israel. Seperti disampaikan banyak
analis, sikap itu menunjukkan bahwa Menlu AS adalah teman Israel dan bukan juru
penengah yang jujur dalam perdamaian Timur Tengah.83
Konflik Arab-Israel dan yang terakhir Lebanon-Israel belum dapat diakhiri.
Pencegahan terhadap konflik sebatas penempatan pasukan PBB (UNIFIL/United
                                                       
81Nasikun., Sistem Sosial Indonesia (Jakarta:Rajawali Press, 1987), 24-28. Lihat tentang arti

peacekeeping dan peacemaking.


82Karen Amstrong, Jerussalem: Satu Kota Tiga Agama (Surabaya: Risalah Gusti, 2004),2.

Terjemahan dari Jerusalem: One City Three Faiths. (Ballantine Book, a division of Random House,
Inc. First Ballantine Book Edition: May 1997)
83Kompas, 5 Februari 2007
53 

Nation Interim Force in Lebanon) di Selatan Lebanon yang berbatasan langsung


dengan Israel. Menurut para ahli tindakan yang paling awal untuk mencegah
terjadinya konflik adalah mengidentifikasi apa yang menjadi akar konflik
(underlying cause of conflict). Setiap hal yang punya potensi konflik harus
dipantau.84
Sejalan dengan itu, analis sosial Pruitt & Rubin85, dalam menganalisis
fenomena atau peristiwa konflik tertentu, mengajukan beberapa pertanyaan seperti:
Situasi apa yang melatari dan mendahului konflik?. Bagaimana situasi tersebut
terbentuk di masyarakat?. Apa saja isu pokok yang disengketakan?. Sikap dan
persepsi apa yang dimiliki pihak-pihak yang berkonflik terhadap lawan atau
musuhnya?. Bagaimana sikap dan persepsi itu terbentuk dan dipertahankan?.
Perilaku konflik apa saja yang ditunjukkan pihak-pihak yang bertikai?. Strategi,
taktik, atau alat apa yang digunakan dalam konflik?.
Seiring dengan itu pertanyaan-pertanyaan lain bisa juga diajukan seperti:
Apa sumber konflik; Siapa pihak-pihak yang terlibat; Pokok sengketa dan isu
konflik; Apa saja taktik yang digunakan pihak-pihak yang berkonflik; Apa yang
berubah seiring dengan waktu; Bagaimana konflik meluas sehingga melibatkan
lebih banyak pihak, wilayah yang lebih luas, dan isu yang lebih banyak. Apa saja
peran pihak-pihak lain (seperti penengah, sekutu, audiens, penonton) dalam konflik
dan Apa hasil dan akibat yang ditimbulkan konflik?.
Dalam konteks itu secara retoris, Kopi Annan, Sekjen PBB, saat itu
menyampaikan statemennya yang menarik setelah keluarnya Resolusi 1701, “Guna
mencegah bangkitnya kembali kekerasan dan pertumpahan darah, penyebab konflik
di kawasan itu harus diperhatikan.” Maka, menurutnya krisis lain tidak dapat
diabaikan, khususnya wilayah Palestina yang diduduki, karena itu bersifat saling
terkait. Ini merupakan pernyataan pesimis dari seorang sekjen PBB dalam melihat
konflik. Kausalitas konflik seharusnya yang diperhatikan terlebih dahulu untuk
mendudukan persoalan Timur Tengah ke meja perundingan yang lebih hakiki.
Annan mungkin tahu kausalitas itu tetapi dominasi Amerika Serikat dan negara-
negara Barat yang lebih condong ke Israel, menyebabkan hanya pertanyaan retoris
yang dapat dilayangkan.86
Pruitt & Rubin maupun Annan barangkali benar, mengingat dalam
perjalanan konflik Arab-Israel yang terus berlanjut, issu yang ditampilkan selalu
berubah-ubah pula. Perluasan negara yang terlibat konflik maupun sebagai mediator
konflik terus bertambah demikian pula dengan pelaku konflik yang selalu berganti.
Namun seperti yang Annan katakan latar belakang konflik itu sendiri selalu tidak
diangkat ke permukaan dan dikaburkan dengan issu dan kasus lain.
Ekonomi perang, terjadi pula dalam konflik itu. Lebanon yang luasnya
tidak terlalu besar dipenuhi oleh pasukan mancanegara dalam jumlah yang besar.
Masing-masing negara memiliki kepentingannya sendiri. Mereka berbagi dalam
                                                       
84Kompas,
2 April 2001.
85Dean
G Pruitt & Jeffrey Z. Rubin, Social Conflict: Escalation, Stalemate, and Settlement
(New York: McGraw-Hill, 1986), 110.
86Lihat Kompas 4 November 2006, dan www.unifil.org. 2006.
54 

pengadaan kebutuhan pasukan mancanegara seperti bahan makanan dan minuman,


perlengkapan alat tempur, kendaraan operasional pasukan, penyediaan
perlengkapan tempat tinggal, penyediaan alat kesehatan pasukan, dan sebagainya.
Masyarakat Lebanon sendiri mendapatkan keuntungan dari keberadaan pasukan
mancanegara karena dapat menyewakan lahannya untuk pasukan, berdagang
kebutuhan keseharian untuk pasukan. Kesemuanya saling keterkaitan dan mendapat
keuntungan dari keberadaan pasukan mancanegara.

Gambar 2.19
Barang perlengkapan Indobatt diturunkan di pelabuhan Beirut Lebanon.
Sumber: Koleksi pribadi 2 Agustus 2007

Sementara di sisi Israel, keberadaan pasukan itu menguntungkannya karena


pasukan perdamaian seperti “anjing penjaga” keamanan dan kenyamanan negaranya
yang apabila tidak ada pasukan perdamaian akan selalu diganggu oleh para pejuang
Hezbollah dan faksi Lebanon lainnya. Sedangkan keuntungan lain bagi pasukan
perdamaian adalah perlengkapan yang dimiliki oleh pasukan perdamaian dari
berbagai negara akan di reemburs oleh PBB dan pasukannya mendapatkan gaji dari
PBB.
Di sini sesungguhnya lingkaran kepentingan terjadi antar negara di dunia
yang saling mendapatkan keuntungan dari konflik yang terjadi di Lebanon. Lebanon
seperti “gadis cantik” yang selalu diperebutkan dan dipertahankan agar konflik terus
berlangsung tanpa tahu kapan akan berakhir. Sementara pasukan Indonesia dalam
misi perdamaian ini telah berada di kawasan Lebanon selama 10 tahun, sejak
memulai misinya di akhir tahun 2006. Bab berikutnya akan dibahas tentang Pusaran
Konflik Timur Tengah yang meliputi: diaspora bangsa Yahudi dan awal munculnya
konflik Timur Tengah hingga terjadinya konstelasi konflik Timur Tengah terkini
dimana Lebanon terlibat di dalam konflik itu dan konflik yang belum berakhir
hingga saat ini.
55 

 
BAB III
LEBANON DALAM PUSARAN KONFLIK TIMUR TENGAH

Masyarakat Lebanon secara sosiologis dikategorikan sebagai masyarakat


dengan sistem sektarian terutama adalah berdasarkan pada sekte keagamaan. Segala
ruang lingkup kehidupan masyarakatnya tidak terlepas dari sekteisme, baik secara
sosial maupun dalam perpolitikan. Pada bab ini akan ditampilkan gambaran penting
tentang Lebanon dari sisi wilayah, penduduk, paham keagamaan sampai dengan
konflik Arab – Israel yang melibatkan Lebanon dalam konflik skala lokal maupun
regional.

A. Wilayah dan Tipologi Masyarakat


Lebanon adalah sebuah negara di Timur Tengah yang berbentuk Republik,
berada di sepanjang Laut Tengah. Luas wilayah Lebanon 10.400 km2 daratan dan 170
km2 lautan yang terletak di ujung Timur Lautan Mediterania, dengan ibukota Beirut.
Di wilayah utara Lebanon berbatasan dengan Syria sepanjang 375 km dan di selatan
dengan Palestina dan Israel sepanjang 79 km. Di barat berbatasan dengan Laut
Tengah (garis pantai sepanjang 225 km dan wilayah teritorial laut 12 km) dan di timur
dengan depresi Syria-Afrika.
Perbatasan dengan Israel telah disetujui oleh PBB, termasuk suatu daerah
kecil yang disebut Shebaa Farms yang terletak di dataran tinggi Golan. Daerah itu
diakui sebagai milik Lebanon yang diduduki oleh Israel, tetapi Israel menyatakan
bahwa tempat itu merupakan milik Syria. 1 Bahasa resmi yang digunakan adalah
bahasa Arab, sementara bahasa Prancis, Inggris, dan Armenia menjadi bahasa yang
sering digunakan oleh penduduk. Mata uang Lebanon adalah Lebanese Pound atau
Lira (1 US$ = 1,507.5 Lebanese Pounds).2
Hari Kemerdekaan Lebanon jatuh pada 22 November 1943 (Mandat dari
PBB di bawah Administrasi Prancis). Jumlah penduduk Lebanon berdasar data CIA
pada Juli 2006 sebanyak 3.874.050 jiwa, ditambah warga asing, imigran, pekerja dan
pengungsi sekitar 1,5 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk Lebanon sebesar 1,23 % per
tahun, angka kelahiran 18,52/1000 dan angka kematian 6,21/1000.3 Ada kelompok
minoritas kecil Yahudi yang kebanyakan tinggal di luar Beirut. Ada pula komunitas
kecil (kurang dari 1%) Kurdi (juga dikenal sebagai Mhallami atau Mardin) tinggal di
Lebanon. Sedangkan sekitar 15 juta orang keturunan Lebanon, terutama Kristen,
menyebar di seluruh dunia. Populasi perkotaan, terkonsentrasi di Beirut dan Mount
Lebanon yang dikenal karena perusahaan komersialnya.

                                                            
1Sumber lain menyatakan, meski PBB telah mengumumkan secara resmi bahwa wilayah itu

bukan merupakan milik Lebanon, namun pejuang Lebanon kadangkala melancarkan serangan terhadap
orang Israel yang berada di dalamnya.
2 Berdasarkan kurs tahun 2005.
3Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 26. Lihat buku Anonymous, Lebanon selayang Pandang, (Beirut: KBRI
Beirut, 2006), 12.
56 

Gambar 3.1
Peta Wilayah Perbatasan
Sumber: Anonymous, Lebanon selayang Pandang, (Beirut: KBRI Beirut, 2006)

Migrasi dan kembalinya penduduk selama satu setengah abad telah


menciptakan jaringan komersial Lebanon di seputar dunia dari Amerika Utara dan
Amerika Selatan ke Eropa, Teluk Arab, dan Afrika. Lebanon memiliki banyak
pekerja ahli dibandingkan dengan negara Timur Tengah lainnya. Pada bagian lain,
sekitar 360.000 pengungsi Palestina telah terdaftar di Lebanon dengan United
Nations Relief and Works Agency (UNRWA) sejak 1948 4 , perkiraan yang tetap
tinggal berada antara 160.000 dan 225.000 orang. Suku-suku yang ada di Lebanon
terdiri atas 93 % suku Arab, 5 % suku Armenia, dan 2 % campuran Kurdi, Assyrian,
dan suku lainnya.

                                                            
4
Anonymous, Lebanon selayang Pandang, (Beirut: KBRI Beirut, 2006), 12.
57 

 
Lebanon secara teknis dalam keadaan perang dengan Israel walaupun sudah
tercapai gencatan senjata di antara kedua negara sejak tahun 1949. Hingga sekarang
Lebanon belum mengakui Israel. Undang-Undang di Lebanon melarang warganya
melakukan kontak dengan Israel. Sementara itu komposisi pemeluk agama adalah,
59,7 % Muslim (Shi’ah, Sunni, Druze, Isma’illite atau Nusyri), 39 % Kristen
(Katholik dan Protestan, yang paling dominan adalah Maronit, Ortodox Yunani,
Katolik Yunani, Ortodoks Armenia, Katolik Armenia, Khaldea, Koptik dan juga
minoritas Protestan. Sensus resmi tidak dilakukan sejak 1932, dikarenakan
sensitivitas politik di Lebanon terhadap keseimbangan keagamaan.

Gambar 3.2
Komposisi Penduduk berdasar Agama
Sumber: Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL
di Lebanon (Jakarta: Pusjarah TNI, 2008)

Dalam tata pemerintahan lokal, Lebanon dibagi menjadi 6 wilayah Provinsi


(Distrik), yaitu Beirut, Mount Lebanon, Tripoli (Nort Lebanon), Sidon (South
Lebanon), Nabatieh (South Lebanon), dan Beka. 3 Wilayah Provinsi terbesar yaitu
Beirut, Tripoli, dan Sidon. Di setiap provinsi terdapat desa-desa yang berada di bawah
satu koordinator desa, yang disebut Qodho’ yang dikepalai oleh Qoim al Maqam
(semacam camat). Mereka bertugas untuk mengoordinasikan kelancaran komunikasi
antara desa dengan gubernur yang kedudukannya ditunjuk oleh Kementerian Dalam
Negeri. Di dalam satu desa dikepalai oleh dua orang, yang masing-masing bertugas
sebagai kepala desa yang bertanggung jawab dalam hal urusan-urusan sosial
kemasyarakatan, seperti pembangunan jalan, listrik, pengairan kebersihan dan lain-
lain; dan yang kedua disebut Moukhtar, yang bertanggung jawab dalam pelayanan
administrasi kemasyarakatan, seperti pembuatan KTP, paspor dan lain-lain.
Keduanya dipilih secara langsung oleh masyarakat dalam masa jabatan 6 tahun sekali.
Tipografi wilayah Dataran Tinggi Lebanon berupa bebatuan, lumpur, yang
mengandung granit dan berkapur. Bentuk tanah permukaan bervariasi, mulai dari
gua-gua yang rendah dan daratan yang terbentang. Di daerah pegunungan terdiri dari
58 

 
bukit-bukit dan barisan pegunungan kecil dengan beberapa interval yang datar.
Gunung yang besar yaitu Mount Lebanon dan Anti Lebanon. Keadaan musim yang
dipengaruhi hembusan angin dari Lautan Mediterania membawa Lebanon dalam
cuaca sejuk hingga dingin. Pada musim dingin, keadaannya lembap, dan kering pada
musim panas. Kawasan pegunungan Lebanon bersalju, suhu berkisar antara 270 C
pada musim kering dan 140 C pada musim dingin. Iklim Lebanon terbagi atas 4
musim: Musim panas (summer), mulai akhir Juni hingga akhir September; Musim
gugur (fall), mulai akhir September hingga November; Musim dingin (winter), mulai
akhir November hingga akhir Maret; dan musim semi (spring), mulai akhir Maret
hingga akhir Juni.
Tipologi masyarakat Lebanon, secara sosiologis dikategorikan sebagai
masyarakat dengan sistem sektarian, terutama berdasar pada sekte keagamaan. Begitu
sektariannya sehingga segala ruang lingkup kehidupan masyarakat Lebanon tidak
bisa lepas dari sekteisme, baik pada tataran sosial maupun dalam urusan politik
(confessionalism politics). Agama dan politik bagi kehidupan masyarakat Lebanon
tidak dapat dipisahkan. Perang saudara yang pernah berkecamuk selama 15 tahun di
Lebanon tidak terlepas dari masalah pertentangan antara etnis pemeluk agama. Di
samping pembagian politik dan kekuasaan, di tingkat grassroot, masyarakat secara
otomatis membagi wilayah/distriknya berdasarkan agama dan sektenya masing-
masing, apalagi setelah perang saudara.
Hingga saat ini masyarakat Lebanon tengah mencari konsep untuk
mempersatukan bangsa Lebanon menjadi suatu bangsa yang memiliki rasa
kebersamaan dan rasa saling memiliki. Konsep kebangsaan atau nation state yang
berkembang selama ini, seperti yang termaktub dalam Pakta Nasional 1943 maupun
Perjanjian Taif 1989, masih mengedepankan sektarianisme. 5 Hal itu terjadi
mengingat para pemimpin politik menganggap hanya tersedia dua pilihan konsep,
yaitu sekularisme atau agamaisme. Keduanya berpotensi memancing pertentangan
politik yang akut. Namun kendati secara sosiologis bertipologi sektarian dengan
segala akibatnya, masyarakat Lebanon ternyata cukup terbuka dalam pergaulan, hal
ini tak lain sebagai imbas dari posisi Lebanon yang secara geografis terletak di
wilayah persimpangan kebudayaan Eropa dan Asia/Arab dengan silih bergantinya
para pendatang sepanjang sejarah, sehingga menjadikan masyarakat Lebanon cukup
terbuka, berpendidikan dan lebih moderat dibandingkan dengan masyarakat Arab
lainnya.
Masyarakat Lebanon menghargai kebebasan individu tetapi ikatan
kekeluargaan masih berperan penting. Masyarakat Lebanon dikenal pula dengan pola
hidup modern, terbuka, dinamis, dan konsumtif. Banyak masyarakat Lebanon
berjuang untuk memperoleh pengaruh dan kekayaan sebagai simbol keberhasilan.
Pola pergaulan masyarakatnya lebih terbuka dibandingkan dengan negara Timur
Tengah lainnya. Laki-laki dan perempuan berbaur secara leluasa serta perbandingan
mereka berimbang dalam hal tingkat pendidikan. Masyarakat Lebanon merupakan
                                                            
5Anonymous, Lebanon selayang Pandang, (Beirut: KBRI Beirut, 2006), 10.
59 

 
salah satu masyarakat di kawasan Timur Tengah dengan tingkat pendidikan yang
memadai. Tingkat melek huruf penduduknya sekitar 86%. Pendidikan dasar 5 tahun
merupakan kewajiban dan tidak dipungut biaya.

Gambar 3.3
Sumber: Anonymous, Lebanon selayang Pandang, (Beirut: KBRI Beirut, 2006)

Di Beirut terdapat enam universitas ternama: American University of Beirut;


Saint Josef University yang dikelola Serikat Jesuit; Lebanese University yang dibiayai
pemerintah Lebanon; Lebanese Arab University yang disponsori pemerintah Mesir;
Lebanese American University; dan Armenian Hagazian College. Tingkat
pendidikan yang cukup baik tersebut menempatkan Lebanon pada urutan ke-80
dalam peringkat Human Development Index tahun 2004, sedangkan di lingkungan 20
negara-negara Arab Lebanon berada pada rangking ke-8.
Bahasa Arab merupakan bahasa resmi Lebanon. Bahasa lainnya yang juga
dipakai adalah bahasa Prancis dan Inggris. Bahasa Prancis biasa dipakai oleh pejabat
pemerintah dan masyarakat elite kelas atas. Bahasa Inggris sudah biasa dipakai
terutama dalam bidang bisnis dan pendidikan. Bahasa lainnya adalah bahasa yang
dipakai kelompok etnis, seperti bahasa Armenia.

B. Kondisi Sosio-Religius Lebanon


Empat kelompok besar yang mewarnai konflik internal Lebanon adalah
kelompok Suni, Syiah, Maronit, dan Druze. Kelompok Suni, secara politik adalah
yang paling tidak solid, terpisah antara kelompok agama dangan kelompok sekuler.
Garis politiknya lebih cenderung ke Barat, sedangkan elite ekonominya tergolong
banyak.
Kelompok Syiah merupakan kelompok besar tetapi tertinggal dari sektor
ekonomi, kendati saat ini kondisi sosial-ekonominya mulai setara dengan kelompok
Suni di Lebanon. Kelompok Syiah selalu mengadakan pemberontakan, dan pada
tahun 2000 dapat mengusir Israel dari Lebanon. Dahulu kelompok Syiah ini hanya
60 

 
satu yaitu Amal Syiah di bawah pimpinan Nabih Beri dengan gerakan amal Syiah
yang cenderung sangat elitis.6 Awalnya Amal Syiah tidak berbeda dengan kelompok
politik lainnya di Lebanon. Perilaku elite politiknya tradisional. Nabih Beri
merupakan salah satunya. Ia seorang war lord di Lebanon Selatan. Partai politik di
Lebanon tumpang-tindih dengan etnis dan agama serta faktor ekonomi. Hezbollah
awalnya minoritas di gerakan Amal Syiah dan dikendalikan Amal untuk kepentingan
yang sama, yaitu menghancurkan Israel di tahun 1978-1982. Lahirnya Hezbollah
lebih terkait dengan invasi Israel ke Lebanon selatan pada tahun 1978 dan 1982,
bukan karena meletusnya Revolusi Iran pada tahun 1989.7

Tabel 3.4
Alokasi Kursi dalam Parlemen Lebanon
Sumber: Data di Lapangan 2007

                                                            
Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
6

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 28.


7Lihat Amal Saad Gharib, Hezbollah Antara Agama dan Politik. ( 2006 )
61 

 
Hezbollah merupakan fenomena khusus Lebanon yang hanya bisa
berkembang di lingkungan sosial dan politik seperti Lebanon. Banyak analis
mengaitkan lahirnya Hezbollah dengan meletusnya revolusi Iran tahun 1979, hal itu
tidak dipungkiri namun Lebanon senantiasa pula menjadi ajang pertarungan antara
kekuatan regional dan internasional. Sangat wajar jika Iran merupakan salah satu
kekuatan regional yang ikut berlaga di Lebanon, mengingat penduduk Syiah di negara
itu cukup besar, yaitu 35 persen dari penduduk Lebanon.
Kristen Maronit merupakan kelompok berikutnya. Ia terbagi atas Partai
Gerakan Patriotik di bawah pimpinan mantan Panglima AB, Michael Aoun yang
bersifat nasionalis tetapi cenderung ke Barat meski tidak pro-Barat. Kemudian Partai
Lebanon Force pimpinan Shamir Zaza, pecahan dari Partai Palangis yang memihak
ke Barat. Phalangis atau Katayeb dipimpin oleh Gemayel. Maronit semula dominan
di Lebanon setelah kemerdekaan, karena Prancis sebagai protektor memberikan
peluang bagi pihak Kristen untuk berkiprah lebih jauh.
Druze, merupakan sebuah aliran agama yang mengakui Nabi Muhammad
sebagai rasul namun dari implementasi keagamaannya berbeda dengan Islam.
Kalangan Islam menganggap Druze bukan Islam. Dari segi politik beraliran sosialis
demokrat tetapi secara ideologi tidak jelas arah sosial demokratnya. Pimpinannya
adalah Walid Jumlat yang pro-Barat dan termasuk kelompok pro-14 Maret. Di sisi
lain ada kelompok 8 Maret yang menunjukkan tanggal pertama kali melakukan
demonstrasi di Beirut.8
Koalisi yang terjadi, pro-Barat meliputi Suni kelompok kecil, Kristen
kelompok kecil, dan Druze. Sedangkan pro-Syria adalah koalisi Syiah dan Maronit.
Kelompok Suni dengan Perdana Menteri Rafik Hariri, merupakan seorang yang pro-
Saudi dan memonopoli sektor ekonomi. Ia mendominasi kabinet setelah Perang 1982
melalui Taif Accord. Oleh kelompok Syiah dan Maronit, pemerintahan ini dianggap
korup. Syiah tidak percaya pada pemerintah. Aliansi antara Syiah-Maronit terjadi
karena korupsi Hariri.
Dalam konstelasi politik lokal, ada permainan yang sengaja dibuat oleh
masing-masing kelompok di Lebanon. Misalnya pada Hezbollah, bila popularitas
mereka menurun, yang dilakukannya akan menyerang Israel. Sementara pihak lain
bila popularitas menurun akan terjadi pembunuhan di kelompoknya sendiri, yang
tewas dianggapnya sebagai martir yang dibunuh oleh kelompok lainnya. Contoh
aktual adalah terbunuhnya Piere Gemayel, dari Phalangis, seorang menteri
perindustrian kabinet Siniora yang cenderung disebut putra mahkota dinasti
Gemayel. Piere sebetulnya menteri dengan pos yang kurang penting. Terjadi teori
konspirasi antara dibunuh Israel atau Syria. Karena ketika dibunuh, pengawalnya
tidak bereaksi, sedangkan bagi oposisi, pembunuhan itu dianggap untuk
mendongkrak popularitas pemerintah yang dapat meredam Hezbollah untuk
menuntut pemerintah.9
                                                            
8Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 38.


9Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir, Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik

di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada Januari 2007. Nawir selalu mencatat setiap
peristiwa yang terjadi dalam konstelasi politik lokal Lebanon untuk kepentingan KBRI.
62 

 
Pada awal Desember 2006 Hezbollah melakukan demonstrasi damai di kota
Beirut dengan membuka tenda di tengah kota. Demonstrasi itu diapresiasi oleh para
analis Barat. Kelompok yang menamakan diri Kolone ke-5 ini yang tidak diketahui
berasal dari Palestina atau Israel yang memprovokasi keadaan. Konflik yang terjadi
atas manuver tersebut menguntungkan pihak-pihak yang bersesuaian dengan peran
dan kepentingannya. Bila di kota terjadi keributan, maka Lebanon Selatan yang akan
terkena tuduhan. Pihak Israel sendiri diuntungkan bila di Beirut rusuh sehingga
pergolakan di kawasan Lebanon Selatan teredam sekaitan dengan sulitnya pihak
Hezbollah untuk melakukan konsolidasi.
Di televisi Lebanon yang tayang pada 4 Desember 2006, Israel berkomentar
bahwa PM Siniora adalah orang baik, dan bila ia terguling, akan berdampak pada
keadaan politik Lebanon.10 Dalam konflik politik itu, Syria yang memiliki hubungan
kedekatan dengan Hezbollah tidak ingin adanya pengadilan internasional atas
pembunuhan Hariri. Oleh karena itu, kelompok Syiah bereaksi dengan menarik
menterinya dari kabinet Siniora. Sementara pihak Mesir, Yordania, dan Arab Saudi
setuju diadakannya pengadilan internasional karena dengan demikian ini akan
menyudutkan Iran yang menjadi sekutu dekat Hezbollah.

C. Dari Diaspora hingga Pendudukan Israel


Pada abad pertama Masehi, kaum Yahudi semakin berkembang. Melalui
diaspora dan menjadi motor peradaban ketika mereka mengawinkan kepercayaannya
dengan budaya Hellenis Romawi. Kawasan Kanaan sendiri sudah menjadi wilayah
Provinsi Romawi. Namun diaspora Yahudi sudah semakin meluas. Diwaktu
kemudian, kemakmuran Islam baik di Barat maupun di Timur senantiasa dimasuki
oleh orang Yahudi. Orang Yahudi setelahnya akan bergerak ke arah Eropa utara.
Pada tahun 27 M, Yesus menjadi mata rantai yang membimbing bangsa
Yahudi, dan mewartakannya dari Yerusalem, kendati kemudian, para muridnya
menyebarkan kepada non-Yahudi (termasuk kemudian Romawi mengangkat agama
ini –Kristen– sebagai agama mereka), tanpa melepaskan diri dari visi keagamaan
Yahudi dengan mengawetkan misi pembangunan Yerusalem baru bagi orang
Romawi. Namun Romawi pada awalnya bersifat tegas terhadap para juru dakwah
mereka dengan menghukumnya secara kejam, termasuk, dalam kepercayaan kaum
Kristen, menyalib Yesus.11
Pada abad ke-7, pengaruh Islam masuk, dibawa oleh bangsa Arab. Kaum
muslim berekspansi secara cepat yang akhirnya menduduki sebagian wilayah
Romawi. Dalam tahun-tahun di abad itu, orang Yahudi sudah menyebar di kawasan
Hejaz dengan sikap superioritas keagamaan mereka vis a vis kepercayaan baru
(Islam) itu dan dalam sejarah, kaum Yahudi dianggap sebagai unsur destabilisasi
yang selalu memihak kaum musyrik/paganis Arab, tanpa mereka mengajak untuk
memeluk agama Yahudi.

                                                            
10Dari data lapangan atas siaran berita pada televisi lokal yang menyiarkan berita tersebut pada

4 Desember 2006. Masing-masing kubu politik memiliki siaran televisi seperti Al Manar yang dimiliki
oleh kelompok Hezbollah.
11Armstrong, Karen, Perang Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 87.
63 

 
Pada tahun 638 M, Khalifah Umar menaklukkan Yerusalem, yang semula
dikuasai Romawi. Dengan semangat toleransi yang tinggi, Umar menolak ajakan
Uskup Yunani bernama Sophronius, pemegang mandat kota suci, untuk
bersembahyang di gerejanya. Ia lalu mendatangi bukit tempat Nabi Muhammad
beristirahat dalam perjalanannya menuju langit (Isra’ Mi’raj) dan membangun Masjid
Al Aqsa. Umar pun dengan tangannya sendiri membersihkan situs istana Nabi
Sulaiman (kini menjadi tembok ratapan bagi kaum Yahudi) yang runtuh yang pada
waktu itu dan telah dipakai sebagai tempat pembuangan sampah kota.12

1. Perang Salib hingga Ide Rumah Nasional bangsa Yahudi


Perang Salib pertama terjadi pada tahun 1096 setelah pidato pengerahan
sumber daya Kristen Barat oleh Paus Urbanus untuk membebaskan Yerusalem dari
tangan Islam. Satu hal yang ditanamkan dalam Perang Salib dan menjadi warisan
Barat selama berabad-abad adalah kebencian mereka pada kaum Yahudi (antisemit).
Mereka mengembangkan gagasan bahwa Yahudi adalah musuh dan pantas dibenci.
Karena kaum Yahudilah, Yesus Kristus sang junjungan mati di tiang salib. Karena
itulah komunitas Yahudi di Jerman pada abad ke-11 yang sudah memadu dengan
warga sekitar, dibantai dengan kejam atas anggapan tersebut. Anggapan ini tersebar
hingga kaum Yahudi dianggap paria di masyarakat Eropa dengan tersebarnya mitos-
mitos tak berdasar. Alhasil, kaum Yahudi di Eropa dibantai seiring Perang Salib
berlangsung dan senantiasa dikucilkan pada pasca-Perang Salib sebagai bangsa
paria.13
Di Prancis dimunculkan oleh Skandal Dreyfuss yang memperlihatkan
antisemit; Pembantaian di Rusia (Tsar Alexander III melakukan pogrom,
pertempuran pemusnahan); dan puncak dari itu adalah pembantaian massal Nazi
Jerman semasa Hitler yang membantai kaum Yahudi. Orang Yahudi mulai berpikir
bahwa diaspora yang dialaminya membuat mereka selalu menjadi sasaran perburuan
hingga pembantaian dan pemusnahan. Mereka mengimpikan perlunya ruang
tersendiri untuk tempat berpijak yang tak lain adalah keinginan mendirikan negara
tersendiri.14
Pada tahun 1882 merupakan migrasi awal kaum Yahudi ke Palestina (disebut
para Aliyah) guna menghindari pogrom, dan tahun itu pula berdiri organisasi Yahudi
di Kharkov di bawah kepemimpinan Pinsker, dengan cita-cita Eretz Yisrael (Tanah
Israel). Puluhan tahun berikutnya yaitu pada 1896, Theodor Herzl menerbitkan Der
Judenstaat (negara Israel) yang mengargumentasikan perlunya kaum Yahudi
memiliki negara tersendiri (dalam pandangannya, negara itu bisa terletak di Uganda,
Sinai, atau Palestina, dan juga Argentina).15 Herzl adalah seorang Yahudi terpelajar
dan kharismatis yang berasal dari Kota Wina, dengan keahlian sebagai seorang
penulis drama mapan dan koresponden di Paris untuk koran Austria. Ia membangun
reputasinya sebagai seorang diplomat ulung yang tanpa kenal lelah beraudiens kepada
para negarawan dan penguasa Eropa seperti V.K. Plehve (menteri Rusia perancang
                                                            
12Armstrong, Karen, Perang Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 91.
13Armstrong, Karen, Perang Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 92.
14Armstrong, Karen, Perang Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 31.
15 Armstrong, Karen, Perang Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 136-139.
64 

 
pogrom), bahkan terbetik menemui Sultan Sulaiman di Turki untuk meminta
Palestina sebagai ruang bagi kaum Yahudi.16
Setahun kemudian pada 1897, Herz berhasil mengundang segenap komponen
masyarakat Yahudi dengan menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama di Basel.
Zionisme, kelahiran pertamanya di Rusia, adalah dasar yang diklaim sebagai dasar
nasionalisme Yahudi. Klaim kitab suci tentang kembalinya mereka menuju
Yerusalem akhirnya memutuskan bahwa tanah yang dimaksud adalah Palestina,
bukan di Uganda atau yang lain.
Di awal abad kedua puluh yaitu tahun 1917, menggantikan posisi Herzl yang
wafat pada 1917, Chaim Weizmann17 memastikan dukungan Inggris. Arthur Balfour,
sekretaris menteri luar negeri, mengeluarkan pernyataan terkenalnya berupa
Deklarasi Balfour pada 2 November 1917 yang berisi dukungan Inggris kepada kaum
Yahudi yang telah bersedia membantu Inggris saat menghadapi Jerman – dan juga
Turki sebagai sekutunya – dalam PD I.18
Pada tahun 1920, dan setelah runtuhnya Kekhalifahan Ustmani (tahun 1924),
tak lepas dari sepak terjang Lawrence from Arabia yang berhasil memobilisasi suku-
suku Arab untuk berontak melawan Turki yang menduduki Jazirah Arab (Trans-
Yordania, Syria, Lebanon), Inggris dan Prancis membangun koloni di Timur Tengah.
Palestina (Sinai, Yordania) dijadikan protektorat Inggris, sementara Prancis
mendapatkan Syria dan Lebanon. Antara tahun 1918-1930-an, Inggris dengan
setengah hati memberikan izin kaum Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina pada
tahun 1918, sementara saat itu kaum Yahudi di Palestina hanya menempati 6 persen
tanah dan dikelilingi banyak sekali oleh orang Arab, baik yang tinggal di kota kecil,
besar dan kampung-kampung, di tengah konstelasi politik yang juga perlu mendekati
orang Arab di Palestina demi pertimbangan geopolitiknya. Namun selalu pecah
kekerasan antara dua bangsa itu, Yahudi dan Arab.
Ide rumah nasional bagi Yahudi diberikan Inggris dengan pembentukan
dewan legislatif yang mencakup orang Arab dan Yahudi pada konferensi San Remo
tahun 1920 (Yahudi menerima, Arab menolak dengan tegas). Pada tahun 1925,
imigrasi besar-besaran kaum Yahudi dari Polandia memenuhi Tel Aviv, Lord Balfour
menghadiri pembukaan Universitas Hebrew yang menimbulkan protes kaum Arab.
Pada 1929, pecah konflik terbuka lagi antara Yahudi dan Arab.
Kaum Zionis membentuk korp pertahanan Haganah, dengan Palmach
sebagai sayap komandonya, di bawah kepemimpinan Jabotinski. Mereka sangat
bertanggung jawab di kemudian hari untuk membantai warga Palestina secara sadis
dan kejam. Ada juga Irgun. Juga Lehi, di bawah kepemimpinan Avraham Stern
(Yitzhak Shamir adalah salah satu anggotanya). Ini organisasi teroris yang kadang
berseteru secara internal dalam komunitas Yahudi Zionis dalam pola perjuangan.
Peristiwa Deir Yassin adalah kisah pembantaian kejam Yahudi atas komunitas
Palestina tanpa membedakan wanita, orang tua dan anak-anak, semuanya dibantai

                                                            
16Menurut sumber lain Sultan Turki menolak keinginan itu. Lihat Karen Armstrong, Perang

Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 92.


17Armstrong, Karen, Perang Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 145.
18Armstrong, Karen, Perang Suci (Jakarta: Serambi, 2003), 145-146.
65 

 
habis. Pada 25 April 1948, Irgun menyerang Jaffa, 70 ribu orang Arab menyingkir.
Juga sekitar 750 ribu orang Palestina terusir.

2. Proklamasi negara Israel dan Perang Timur Tengah


Sebulan kemudian pada 14 Mei 1948, di Museum Tel Aviv, David Ben
Gurion memproklamasikan berdirinya negara Israel. Sejak saat itulah, Barat
melepaskan diri dari rasa keberdosaannya sebagai bangsa pembantai dengan
menghadiahi tanah Palestina kepada bangsa Yahudi, namun akhirnya menancapkan
duri dalam daging bagi bangsa Palestina. Jutaan kaum Palestina yang terusir menjadi
warga pengasingan di kamp-kamp pengungsian Lebanon dan Yordania, yang
acapkali diusir karena dianggap menjadi unsur destabilisasi bangsa yang
bersangkutan. Mereka tetap menyandang senjata, sebagiannya, untuk terus
menentang negara Israel (PLO adalah cikal bakal kelompok bersenjata, juga
kelompok lainnya seperti FPLP yang berhaluan komunis-sosialis pimpinan Goerge
Habbas), ada yang tetap di kamp pengungsian Gaza dan Tepi Barat (mendirikan
HAMAS, organisasi Islam militan), dan lainnya menjadi kelompok profesional di
negara-negara Arab maupun luar negeri (seperti Edward Said dan Ismail Faruqi di
AS), yang menyatukan mereka adalah tetap mendendangkan ratap dan derap juang
demi kemerdekaan Palestina, hingga kini.
Lebanon sebagai bagian dari negara-negara Arab ikut pula memerangi Israel.
Kekalahan Arab masih tertandai di Lebanon dengan adanya bagian wilayah Lebanon
bagian selatan yang dianeksasi Israel pascaperang Arab-Israel pada 1967. Selain itu,
Lebanon juga menampung ribuan pengungsi maupun pejuang Palestina yang eksodus
dari tanah airnya yang dianeksasi Israel. Mereka yang tersebar di wilayah Lebanon
ini juga tidak dapat melepaskan diri dari konflik Arab-Israel tersebut. Di sisi lain
konstelasi politik dalam negeri Lebanon selalu dipengaruhi oleh situasi politik
regional di luar Lebanon, akibatnya Lebanon tidak pernah merasakan “tidur
nyenyak”. Lebanon memang menampung proxy atas kejadian-kejadian di luar
dirinya.19
Pada 1958 misalnya, pecah pemberontakan oposisi menentang Presiden
Camille Chamoun yang pro-Barat. Atas permintaan Chamoun, Presiden Eisenhower
memerintahkan pasukan Amerika mendarat di Lebanon dan ditarik kembali setelah
dibentuk Pemerintahan Koalisi. Pada tahun 1968 terjadi pula peristiwa saat pasukan
Komando Israel menyerbu Bandara Beirut, menghancurkan 13 pesawat sipil. Israel
mengatakan, tindakannya tersebut merupakan pembalasan atas serangan Lebanon
terhadap penerbangan Israel di Athena oleh dua orang teroris asal Beirut. Lebanon
mengklaim balik dengan serangkaian serangan terhadap komando Israel yang berada
di Lebanon.
Perang Enam Hari, yakni perang antara Israel dan negara-negara Arab pada
Juni 1967 merupakan Perang Arab-Israel III yang dikatakan sebagai an-Naksah
(Kemunduran) setelah Perang Sinai pada tahun 1956. Dalam perang itu, Israel
menghadapi negara-negara tetangganya, yakni Mesir, Jordania, Syria, Irak, Arab

                                                            
19 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta, Mabes TNI: 2007), 113.
66 

 
Saudi, Kuwait, dan Aljazair, yang memberikan bantuan pasukan dan persenjataan.
Perang itu dimenangkan oleh Israel yang menyebabkan sejumlah wilayah Arab
direbut dan diduduki Israel. Mesir kehilangan Sinai, Syria kehilangan Dataran Tinggi
Golan, sebuah dataran tinggi yang memisahkan wilayah Israel bagian utara dengan
Syria bagian selatan. Sehari setelah perang pecah, pada 6 Juni 1967, Israel merebut
dan menduduki Jalur Gaza. Tentara Israel bergerak ke wilayah Jerusalem yang
dikuasai Jordania sejak tahun 1948 dan merebut Jerusalem Lama serta menguasai
wilayah Tepi Barat dan memaksa Jordania untuk menerima gencatan senjata.
Dalam tempo 132 jam, perang selesai dan luas wilayah Israel bertambah tiga
kali lipat. Bagi Israel, ini sebuah kemenangan. Sebaliknya, bagi Arab, ini sebuah
tragedi. Hasil perang juga mengubah tidak hanya peta wilayah, tetapi juga peta politik
Timur Tengah.20 Sementara itu, bagi negara-negara Arab, Palestina pada khususnya,
hasil perang telah menjadi titik awal perjuangan mereka untuk mewujudkan cita-cita
dan impian mereka mendirikan negara Palestina merdeka. Mereka, sebagai bangsa,
tercerai-berai di banyak negara karena wilayahnya diduduki Israel. Hasil perang juga
menjadi landasan lahirnya bentuk perjuangan baru bangsa Palestina.21 Mereka tetap
menyandang senjata, sebagiannya, untuk terus menentang negara Israel. PLO adalah
cikal bakal kelompok bersenjata, juga kelompok lainnya seperti FPLP yang berhaluan
komunis-sosialis pimpinan Goerge Habbas.
Sementara itu ada yang tetap di kamp pengungsian Gaza dan Tepi Barat yang
kemudian mendirikan HAMAS (Ḥarakat al-Muqāwamah al-ʾIslāmiyyah, atau
"Gerakan Pertahanan Islam") pada 1988, yang kemudian bergerak menjadi organisasi
Islam militan, sedangkan lainnya menjadi kelompok profesional di negara-negara
Arab maupun luar negeri seperti Edward Said (Kristen) dan Ismail Faruqi (Islam) di
Amerika Serikat. Yang menyatukan mereka adalah tetap mendendangkan ratap dan
derap juang demi kemerdekaan Palestina, hingga kini.
Bagi warga Palestina, pendudukan Israel atas wilayah mereka dianggap
merupakan penjajahan abadi. Selama masa yang pedih itu, khususnya sejak terjadi
perlawanan Palestina tahun 2000, sudah lebih dari 4.000 warga Palestina dan 1.000
warga Israel yang tewas. Israel selalu pula melakukan kiat dan respons atas konflik
Arab-Israel, dari waktu ke waktu; dari pencegahan, penggentaran, aksi, reaksi. Di
bawah ini adalah daftar perang yang melibatkan Israel hingga tahun 2006. Perang
Lebanon - Israel itu yang membuka pasukan perdamaian Indonesia dikirim ke Lebaon
untuk meredakan konflik yang tengah berlangsung;

Perang Arab-Israel (1948)


Perang Kanal Suez (1956)
Perang Enam Hari (1967)
Perang Yom Kippur (1973)
Perang Lebanon (1982)
Intifadah (1987)
Perang Teluk II (Perang Irak 1991)

                                                            
20Time, 11/6/2007.
21The Economist, 26/5/2007.
67 

 
Intifadah Al Aqsa (2000)
Konflik Israel-Lebanon (2006)22

D. Konstelasi Politik Lokal Lebanon


Lebanon sebagai bagian dari negara-negara Arab yang wilayahnya ikut
diambil oleh Israel saat perang Arab-Israel di tahun 1967 dan menampung pengungsi
Palestina akibat tanahnya direbut Israel yang tersebar di Lebanon, tidak dapat
melepaskan diri dari konflik Arab-Israel tersebut. Di sisi lain konstelasi politik dalam
negeri Lebanon yang tidak selalu berjalan harmonis karena pengaruh etnik dan religi,
dan dipengaruhi pula oleh situasi politik regional di luar Lebanon, akibatnya Lebanon
tidak pernah merasakan “tidur nyenyak”.

1. Confessionalism Politic
Pada bagian lain, dalam konteks politik dalam negeri, sistem politik di
Lebanon dirancang untuk menciptakan suatu keseimbangan antara berbagai
komunitas sektarian di negeri itu. Untuk itu, ditetapkanlah sistem politik berdasarkan
pada confessionalism. 23 Dalam terminologi ilmu politik, confessionalism adalah
sebuah sistem pemerintahan yang secara proporsional mengalokasikan kekuasaan
politik di antara komunitas-komunitas yang ada di sebuah negara -- apakah religius
atau etnik -- menurut persentase populasi mereka di masyarakat.
Sementara itu Julia Choucair menjelaskan bahwa sistem politik Lebanon
terutama ditegaskan dengan keberadaan confessionalism, yaitu sistem yang
mengamanatkan agar perimbangan antara komunitas-komunitas konfesional
dipertahankan di pemerintah, parlemen, dan seluruh jajaran pemerintahan. 24
Sedangkan Dr Edmon Melhem menyatakan bahwa formula ini, menentukan posisi
politik pada berbagai komunitas sesuai dengan rasio penduduk yang berubah-ubah
berdasarkan sensus tahun 1932 ketika Lebanon masih di bawah “Mandat Prancis”.
Menurut sensus saat itu, perbandingan jumlah penduduk Kristen dan Muslim adalah
6:5.25
Formula tersebut kemudian disahkan dalam Pakta Nasional (Al Mithaq al
Watani) 1943, sebuah kesepakatan tak tertulis antara presiden pertama Lebanon dan
perdana menteri pertamanya. Pakta Nasional tersebut merupakan sebuah usaha
pragmatik untuk meredakan (atau paling tidak mengurangi) ketegangan di antara
sekte-sekte religius yang ada. Dalam pakta itu dinyatakan bahwa Presiden Lebanon
harus selalu dari kelompok Kristen Maronit, Perdana Menteri seorang Sunni, Ketua
Parlemen seorang Syiah, dan panglima angkatan bersenjata seorang Maronit. Kursi
di parlemen pun dialokasikan kepada sekte-sekte sesuai dengan jumlah mereka.

                                                            
22Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 38-42.
23Imad Harb, “Lebanon’s Confessionalism: Problems and Prospects.” United States Institute

of Peace, (March 30, 2006). Diakses 14-07-2016.


24 Julia Choucair, “Lebanon: Finding a Path from Deadlock to Democracy.” Carnegie

Endowment for International Peace Papers, no 64, (January 05, 2006): 4-6.
25 Dr Edmon Melhem, ”Workings and Shortcomings of the Lebanese Political System”,

Middle East Quarterly, Vol. 3, Number 10 (1996). Diakses 14-07-2016.


68 

 
Dengan demikian, confessionalism menjadi pertimbangan seorang presiden pada saat
ia hendak menyusun kabinet. Dengan lain perkataan, ia “harus menjamin perwakilan
konfesional yang pantas” di antara para anggota kabinet. Demikian juga komposisi
parlemen ditentukan berdasarkan jumlah berbagai komunitas religius. Jumlah setiap
komunitas religius pada waktu itu (1920) ditentukan oleh penguasa Prancis, yakni,
Kristen Maronit sebanyak 29 persen dari seluruh total penduduk, Sunni (21 persen),
Syiah (18,5 persen), Kristen Ortodoks Yunani (9,7 persen), dan sebagainya.26
Persoalan muncul ketika distribusi kekuasaan seperti itu, yang
menguntungkan komunitas Kristen, tidak lagi mencerminkan realitas demografik.
Sistem politik seperti itu yang pada akhirnya diduga menjadi salah satu pemicu utama
pecahnya perang saudara (1975-1990), meskipun terjadi di Lebanon, menurut
beberapa kalangan bukan perang saudara murni karena banyak pihak yang terlibat
yaitu, Israel, Syria, dan PLO. Pecah konflik pertama yang menandai “tidak pernah
tidurnya” Lebanon hingga saat ini terjadi pada 1958 dengan terjadinya
pemberontakan oposisi menentang Presiden Camille Chamoun yang pro-Barat. Atas
permintaan Chamoun, Presiden Eisenhower memerintahkan pasukan Amerika
mendarat di Lebanon dan ditarik kembali setelah dibentuk Pemerintahan Koalisi. 27
Sementara itu pada tahun 1968 perang dengan pihak luar dalam hal ini
dengan Israel, terjadi saat pasukan Komando Israel menyerbu Bandar Beirut,
menghancurkan 13 pesawat sipil, Israel mengatakan tindakannya tersebut merupakan
pembalasan atas serangan Lebanon terhadap penerbangan Israel di Athena oleh dua
orang teroris dari Beirut. Lebanon mengklaim balik dengan serangkaian serangan
terhadap komando Israel yang berada di Lebanon.
Pada tahun 1972 Israel menggempur basis gerilyawan Palestina di Lebanon
sebagai balasan atas pembantaian atlet Israel di Olympiade Munich, Jerman Barat.
Setahun kemudian pada 1973 Pasukan komando Israel menyerbu Beirut setelah
terjadi pembunuhan terhadap 3 pemimpin gerilyawan dukungan Israel oleh PM Saeb
Salaam. Maka terjadi perang dua minggu antara gerilyawan dukungan Israel dan
Pemerintah Lebanon. Perdana Menteri baru Takleddin Solh mengadakan pendekatan
sebagai usaha mencari perdamaian. Tapi gerilyawan dukungan Israel kembali
melanjutkan serangannya, terutama sebelum dan sesudah perang Arab-Israel (bulan
Oktober 1973) dimana ketika itu Lebanon tidak digempur. Pada tahun 1974 kembali
pecah perang antara pasukan Israel dan gerilyawan Palestina yang berbasis di
Lebanon.

2. Civil War
Memasuki Tahun 1975-1976 terjadi perang saudara antara kekuatan Islam
dan Kristen yang menewaskan sekitar 60.000 orang. Kekuatan perang terpecah
belah, perekonomian porak poranda. Arab mengupayakan gencatan senjata dan
pembentukan Pasukan Pemeliharaan Perdamaian Persatuann Arab di Lebanon.
Pertengahan tahun 1978 pasukan Israel kembali menyerang basis pertahanan PLO di
                                                            
26Cacatan dan data dari sdr Nawir tentang sejarah dan keadaan sosial politik Lebanon pada

halaman 23.
27 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 113-114.
69 

 
Lebanon Selatan, sekitar 200.000 orang Lebanon dan 65.000 orang Palestina
mengungsi ke Utara, kembali setelah pasukan Israel dipukul mundur tiga bulan
kemudian. Pasukan Perdamaian PBB memaksakan suatu batas damai antara Israel
dan gerilyawan PLO. Pasukan PBB dari Syria bentrok dengan golongan Palangis.
Pertikaian berkembang di garis batas Selatan antara Pemerintah pusat dengan
kelompok Kristen dukungan Israel. Pasukan tempur udara Israel membumihanguskan
kamp-kamp Palestina sebagai balasan atas serangan mereka di London.
Pada 1 April 1981 terjadi perang antara pasukan Syria dengan kelompok
Kristen di dekat Zahle, Lebanon. Pertempuran meluas, Israel menyerang daerah
Palestina di Tyre, Tulin dan Beirut, membunuh serta melukai sekitar 800 orang.
Gencatan senjata berakhir hingga 22 Juli tetapi penyanderaan terus berlangsung.
Setahun berikutnya pada 26 Juni 1982 Pasukan Israel menyerbu Lebanon melalui
darat, laut, dan udara, meluluh-lantakkan benteng-benteng Organisasi Pembebasan
Palestina (PLO). PLO meninggalkan Beirut Barat pada tanggal 21 Agustus 1982, atas
prakarsa Amerika, Prancis dan Italia, Israel terus menduduki Lebanon.28
Presiden Bashir Gemayel yang baru terpilih terbunuh dan digantikan oleh
adiknya Amin Gemayel. Pada April-Oktober 1983 Beirut dihujani bom. Sejumlah
291 orang Amerika tewas, 58 orang Perancis juga tewas. Perpecahan dalam tubuh
PLO antara yang pro dan kontra Arafat dengan yang mendukung Syria melahirkan
pertempuran sengit selama 6 minggu di Tripoli, hingga Arafat menarik
pendukungnya keluar kota. Pada bulan Mei Tahun 1985 pertempuran antara militan
Shiithe dengan gerilyawan Palestina berkobar. Bandar Udara Beirut jadi arena
penyanderaan warga Amerika selama 17 hari pada bulan Juni 1985.29
Pasca Perang Lebanon 1982, membuat Israel berhasil menduduki kawasan
Lebanon Selatan. PLO yang gigih melawan Israel meninggalkan Lebanon. Kantong-
kantong perlawanan Palestina terhadap Israel di Lebanon menjadi kosong. Lebanon
tinggal sendiri menghadapi Israel sementara beberapa wilayah Lebanon seperti
Shebaa Farm masih diduduki Israel. Lebanon sangat lemah dalam menghadapi Israel
tanpa PLO. Faktor ini yang mempercepat terbentuknya Hezbollah sebagai gerakan
pertahanan di wilayah selatan Lebanon apalagi batas wilayah Lebanon Selatan hanya
terpaut beberapa meter dengan Israel.
Kekerasan dan konflik politik internal Lebanon maupun konflik eksternal
namun melibatkan areal geografis Lebanon menyebabkan pada periode 1975-1990
Lebanon dilanda perang saudara. Perebutan kekuasaan antara kelompok Kristen
Maronite dengan Islam (Sunni, Syiah, dan sekte Druze) akhirnya terjadi.
Berdasarkan permintaan pemerintah Lebanon saat itu dan mandat dari Liga Arab,
pasukan Syria memasuki Lebanon pada tahun 1976 dalam upaya memulihkan
perdamaian. Perang itu juga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk
Lebanon yang hijrah ke luar negeri yang diperkirakan saat ini mencapai 14 juta jiwa

                                                            
Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan
28 Tim

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Mabes TNI: 2007), 84-92.
29Cacatan dan data dari sdr Nawir tentang sejarah dan keadaan sosial politik Lebanon pada

halaman 38.
70 

 
yang hidup di berbagai negara, terutama di Amerika Selatan. Sementara penduduk
Lebanon yang hidup di dalam negeri saat ini diperkirakan hanya mencapai 4 juta jiwa.
Pada 22 Oktober 1989 semua wakil kekuatan politik, partai dan sekte
keagamaan sepakat mengadakan rekonsiliasi nasional yang dikenal dengan Taif
Agreement di bawah sponsor Arab Saudi dan Syria yang mengakhiri perang saudara.
Kehidupan berpolitik dan bernegara mulai diatur dengan formulasi baru berdasarkan
konstitusi yang mengalami perubahan yang disepakati dalam rekonsiliasi nasional.30
Taif Agreement adalah reformasi di bidang politik dengan menentukan konsep Troika
yang membagi kepemimpinan nasional ke dalam 3 kelompok, yaitu Kristen Maronite
menjabat sebagi Presiden, Islam Sunni sebagai Perdana Menteri, dan Islam Syiah
sebagai Ketua Parlemen. Taif Agreement berhasil mengakhiri perang saudara yang
telah berlangsung selama 15 tahun dan secara resmi telah diterapkan menjadi undang-
undang oleh Parlemen.31

3. Kepemimpinan Troika
Sejak tahun 1990 Lebanon dipimpin oleh tiga serangkai (Troika) tersebut,
yaitu: Presiden adalah Emile Lahoud dari Kristen Maronite, Perdana Menteri
dipegang oleh Omar Karame berasal dari kelompok Islam Sunni (Salim Hoss, Rafik
Hariri {dua periode}, Omar Karame, dan Fouad Siniora), dan Ketua Parlemen adalah
Nabih Berri dari kelompok Islam Syiah. Sesuai dengan konstitusi negara, anggota
parlemen berjumlah 128 orang yang dipilih oleh rakyat. Ketua Parlemen dari Syiah
untuk masa jabatan 4 tahun. Setiap anggota Parlemen harus berumur di atas 25 tahun
yang mempunyai hak sipil dan politik yang penuh. Kursi Parlemen dibagi rata antara
kalangan Kristen dan Islam. Komposisi anggota Parlemen; Sunni 27, Druze 8, Syiah
27, Alawite 2, Kristen 64.32 Kemunculan tiga serangkai (Troika) itu membuat situasi
Lebanon menjadi lebih baik meski gelombang politik tetap berlangsung namun dalam
eskalasi yang tidak membahayakan politik Lebanon hingga akhirnya pada 2003,
Perdana Menteri Rafik Hariri yang telah menjabat selama 3 periode kepemimpinan
(6 tahun + 2 tahun 5 bulan) me-reshuffel kabinetnya karena mendapat banyak sorotan
dari kelompok oposisi Islam maupun Kristen, terutama karena kinerja mereka
dianggap kurang memadai dan program perbaikan ekonominya belum mampu
memberikan perubahan yang diharapkan.33
Reshuffel kabinet Hariri tampaknya tidak juga mampu mengangkat
popularitasnya akibat krisis politik yang disebabkan perpecahan di tubuh kabinet.
Menanggapi perubahan konstitusi Lebanon yang memberi peluang perpanjangan
mandat Presiden Lahoud yang diduga atas desakan Syria, Hariri memprotes campur
tangan Syria tersebut. Akhirnya PM Hariri pada tanggal 20 Oktober 2004

                                                            
30Cacatan
dan data dari sdr Nawir tentang sejarah dan keadaan sosial politik Lebanon pada
halaman 48.
31 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Mabes TNI: 2007), 131-135.
32 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 113-116.
33 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Mabes TNI: 2007), 125-130.
71 

 
mengundurkan diri dan digantikan oleh Omar Karame. Berselang beberapa bulan
kemudian, pada 14 Februari 2005 Hariri dan 23 orang pengikutnya tewas dalam suatu
serangan bom mobil. 34 Berbagai pihak berpendapat pembunuhan Hariri akibat ia
berseberangan dengan Syria dan menentang kehadiran pasukan Syria di Libanon.
Maka banyak pihak mencurigai pemerintah Lebanon dan Syria berada di balik
pembunuhan itu. Syria, atas desakan berbagai pihak akhirnya menarik pasukannya
dari Lebanon pada 5 Maret 2005. Menurut Syria, mundurnya bukan atas kerangka
Resolusi PBB No. 1559 tetapi sesuai dengan perjanjian Taif.35
Pada 28 Februari 2005 PM Omar Karame mengundurkan diri sampai
kemudian ditunjuk kembali sebagai PM caretaker sampai pemilihan umum pada Mei
2005, namun di tengah jalan mundur lagi karena gagal membentuk kabinet; lalu
dipilih Najib Mikati sebagai PM sampai dengan pemilu yang membuat Fouad Siniora,
mantan menteri keuangan, menjadi PM terpilih pada 30 Juni 2005. Perseteruan antara
kubu pro-Syria dan anti-Syria terus memanas pasca pembunuhan mantan Perdana
Menteri Rafik Hariri hingga terjadinya serangan Israel ke Lebanon pada Juli-Agustus
2006.

4. Konflik Koalisi 8 Maret dengan 14 Maret


Pembunuhan terhadap Hariri telah melahirkan (mempertegas) polarisasi
(pengelompokan) politik: anti-Syria dan pro-Syria. Yang anti-Syria tergabung dalam
Koalisi 14 Maret (mengacu pada demonstrasi besar-besaran di Martyr’s Square,36
Beirut, 14 Maret 2005, yang diikuti sejuta orang dari berbagai spektrum politik dan
agama). Yang pro-Syria tergabung dengan Koalisi 8 Maret (mengacu pada
demonstrasi Hezbollah pada tanggal 8 Maret yang diikuti sekitar satu juta orang).
Bila melihat konstelasi politik tersebut, krisis politik di Lebanon sejauh ini bersumber
pada persaingan antara dua kubu itu. Kubu anti-Syria (pro-Barat) yang kontra-Syria
serta memegang mayoritas di parlemen dan kabinet terdiri dari kubu Masa Depan (Al
Mustaqbal) pimpinan Saad al Hariri; kelompok Druze pimpinan Walid Jumblatt;
sebagian besar tokoh Kristen Maronite (termasuk pemimpin spiritual Kristen
Maronite, Nasrallah Sfeir); dan kubu kekuatan Lebanon pimpinan Samir Geagea dan
kelompok Kristen dari Partai Phalangis.
Sementara itu kelompok pro-Syria terdiri dari Hezbollah; Amal, mantan PM
Salem Hos (Muslim Sunni); faksi Demokrasi Bebas pimpinan Michel Aoun (Kristen
Maronite), dan Presiden Emile Lahoud (Kristen Maronite). Bagi Hezbollah, yang
merupakan kelompok utama penentang pemerintah menganggap bahwa Siniora
                                                            
34Catatan
dan data dari sdr Nawir tentang sejarah dan keadaan sosial politik Lebanon pada
halaman 49.
35Catatan dan data dari sdr Nawir tentang sejarah dan keadaan sosial politik Lebanon pada

halaman 79-83.
36 Menurut keterangan lain, Pada bagian lain upaya pengesahan rancangan pembentukan

mahkamah internasional yang diinginkan oleh kubu pro-Syria dan telah diajukan Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilihat oleh kubu anti-Syria sebagai provokasi, sedangkan kubu pro-
Syria menuduh kubu anti-Syria menghambat pembentukan mahkamah internasional agar tidak
terbongkar bahwa mereka berkoalisi dengan Syria untuk menyembunyikan pelaku kriminal. Lihat Tim
Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan Indonesia dalam
Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Mabes TNI: 2007), 143-150.
72 

 
sebagai boneka Amerika Serikat dan Siniora dituduh tidak mendukung Hezbollah
ketika kelompok itu berperang melawan Israel pada bulan Juli-Agustus lalu. Selain
itu, Hezbollah juga menganggap Siniora dan sekutunya telah memonopoli kekuasaan
di Lebanon. Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Hezbollah untuk menekan Siniora.
Mereka menginginkan kekuatan veto yang efektif terhadap keputusan pemerintah dan
jatah kursi yang lebih banyak di kabinet. Sebaliknya, pemerintah yang didukung
kelompok anti-Syria atau Koalisi 14 Maret menolak tuntutan Hezbollah dan sekutu-
sekutunya. Koalisi 14 Maret marah kepada Hezbollah karena memancing perang
dengan Israel yang menghancurkan Lebanon. Karena itu, mereka tetap menginginkan
agar kekuatan militer Hezbollah dilucuti. Selain itu, mereka juga menuduh Hezbollah
sebagai alat dan boneka Syria dan Iran.37
Persoalannya semakin rumit ketika Hezbollah mengancam kubu mayoritas
bahwa pemerintahan ini harus hengkang dan diganti pemerintah persatuan nasional
atau membentuk pemerintah transisi untuk melaksanakan pemilu dini. Ketegangan
semakin meningkat menyusul terbunuhnya Piere Gemayel (34), Menteri
Perindustrian, politikus Kristen anti-Syria, pada Selasa, 21 November 2006.
Pembunuhan ini menimbulkan ketegangan baru di Lebanon. Pierre Gemayel adalah
korban pembunuhan keenam karena sikapnya yang anti-Syria, selama hampir dua
tahun terakhir. Korban pembunuhan politik sebelumnya adalah mantan PM Rafik
Hariri (14 Februari 2005); wartawan dan sejarawan Samir Kassir (2 Juni 2005);
mantan Sekjen Partai Komunis Lebanon George Hawi (21 Juni 2005); wartawan May
Chidiac (25 September 2005); dan pemimpin redaksi dan CEO Koran An-Nahar,
Gebran Tueni (12 Desember 2005).
Pembunuhan terhadap Pierre Gemayel membuat tanda tanya besar, mengapa
ia dibunuh? Karena Pierre Gemayel bukan politikus yang sangat terkemuka di
Lebanon. Ia berasal dari "klan" Gemayel (seperti klan Kennedy di AS) yang
terpandang di panggung politik Lebanon. Kakek Pierre Gemayel adalah Sheikh Pierre
Gemayel, pendiri Partai Kataeb atau Partai Phalangist. Ayahnya, Amine Gemayel,
adalah Presiden Lebanon (1982-1988). Pamannya, Bachir (Bashir) Gemayel,
presiden terpilih tahun 1982 yang kemudian dibunuh dan digantikan Amin Gemayel.
Meskipun Pierre Gemayel bukan tokoh yang sangat terkemuka di panggung
politik Lebanon, ia menjadi penerus dinasti politik klan Gemayel. Ia juga bintang
muda yang mulai bersinar dan merupakan salah seorang tokoh penting dari kubu pro-
Barat di bawah pimpinan Fouad Siniora. Ia juga merupakan tokoh kubu Kristen
(Maronite) yang pernah memainkan peranan besar dalam percaturan politik Lebanon
sebelum akhirnya surut setelah perang saudara, 1975-1990.
Pembunuhan terhadap Pierre Gemayel telah mempertajam pemilahan antara
faksi yang didukung Washington (Muslim Sunni, Druze, dan Kristen) dan yang
mendukung Hezbollah, milisi bersenjata, dan gerakan sosial Islam Syiah (yang
berperang melawan Israel, Agustus lalu). Faksi kedua inilah yang dikatakan
mendapat dukungan Syria dan Iran.38 Suatu hal yang patut mendapatkan perhatian
                                                            
37 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 160.
38 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 160.
73 

 
adalah gerakan maupun isu yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok politik
maupun agama yang berada di Lebanon sendiri. Untuk meningkatkan popularitasnya,
terkadang mereka melakukan manuver yang tidak masuk akal. Pembunuhan terhadap
tokoh politik, konon bisa dilakukan oleh kalangannya sendiri. Di lain sisi, ada
kelompok lainnya yang mendongkrak popularitasnya dengan menyerang negara
seterunya, Israel. Di bagian berikutnya terdapat juga kelompok oportunis, mengikuti
ke mana “angin bertiup” asal menguntungkan kelompoknya. Sikap-sikap seperti itu
yang membuat Lebanon terus bergolak.39
Dalam bahasa lain, apa yang terjadi di Lebanon sekarang ini adalah
pertarungan ideologi dalam usaha memperebutkan kendali untuk menguasai roh dan
sistem politik Lebanon, pertarungan antara Arabisme dan Islamisme melawan
kosmopolitanisme yang berorientasi ke Barat, liberal. Akan tetapi dalam konstelasi
politik dalam negeri Libanon, pemain politik lokal sering mengundang pihak lain
untuk menyelesaikan masalah dalam negerinya. Akibatnya Lebanon menjadi ajang
politik kepentingan dari pihak luar. Maka sinyalemen yang menyatakan bahwa
pertarungan politik Lebanon, pada tahun-tahun mendatang bukan ditentukan di
Beirut melainkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di Syria, Iran, dan
Washington.
Bagi Syria, yang sebagian wilayahnya, yakni Dataran Tinggi Golan, masih
dikuasai Israel, memiliki pengaruh dan mampu mengendalikan Lebanon sangat
penting artinya dalam berhadapan dengan Israel. Demikian pula Iran yang selama ini
dipandang sebagai pendukung utama Hezbollah. Menguatnya posisi Hezbollah di
Lebanon akan menjadi "tangan penekan" Iran atas Israel dan juga AS yang
merupakan pendukung utama Israel. Sementara itu, AS yang berupaya untuk keluar
dari Irak secara mulus dan tidak kehilangan muka mempunyai kepentingan dengan
Iran dan juga Syria, yakni mengajak mereka bersama-sama menyelesaikan masalah
Irak. Saling tuding antara dua kubu itu terus berlanjut seperti yang disampaikan oleh
Saad Hariri, anak mantan PM Safik Hariri dari kubu pro-Syria yang mengatakan
bahwa ada kepentingan Syria untuk membuat Lebanon tidak stabil. Dan, juga ada
kepentingan Israel untuk mendorong Hezbollah menciptakan ketidakstabilan di
Lebanon.
Upaya saling berunjuk rasa pun dilakukan seperti yang terjadi pada 23
November 2006 saat ratusan pendukung Hezbollah yang pro-Syria melakukan aksi
balasan atas unjuk rasa ratusan ribu pendukung kubu anti-Syria yang digelar
bersamaan dengan pemakaman Menteri Industri Pierre Gemayel. Ketika itu, para
pendukung kubu anti-Syria menuding Pemerintah Syria dan Hezbollah beserta
sekutunya sebagai dalang di balik pembunuhan Gemayel dengan menginjak-injak
gambar Presiden Syria Bashir Assad, Presiden Lebanon Emile Lahoud, dan
pemimpin spiritual Hassan Nasrallah.
Di tempat lain, lautan manusia berbaju jingga, simbol gerakan oposisi Kristen
pimpinan Michael Aoun, sekutu muslim Syiah anggota kelompok Hezbollah, terlihat
                                                            
39Wawancara dari staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir, Staf

Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Januari 2007. Nawir selalu mencatat setiap peristiwa yang terjadi dalam konstekasi politik lokal Lebanon
untuk kepentingan KBRI.
74 

 
di depan Katedral Santo Gregorius, tempat seorang Pastor Kristen Maronit menggelar
acara misa hari Minggu. Selembar bendera Lebanon, simbol yang dipakai dalam aksi
untuk mendukung persatuan nasional, digantung di seberang gereja. Bendera nama
partai Aoun tampak ditulisi kata-kata "Gerakan Patriotik Merdeka". Bulan
berikutnya, ribuan pendukung oposisi memblokir jalanan utama di dalam dan sekitar
Beirut dengan puing-puing mobil dan ban-ban yang dibakar. Ajakan untuk mogok
massal ini berasal dari pemimpin Hezbollah Sheikh Hassan Nasrallah dan pemimpin
oposisi lain. Akibat unjuk rasa dengan cara mogok massal di berbagai daerah ini,
Lebanon lumpuh total karena tidak ada sistem transportasi yang berjalan. Semua jalan
utama diblokir sejak pagi. Satu-satunya jalan yang menuju ke bandara internasional
juga diblokir. Jalan raya yang menghubungkan Beirut dengan pegunungan dan Syria
pun ditutup.
Di beberapa daerah sekitar Beirut tampak tentara berusaha membuka
blokiran sekaligus berusaha menenangkan sekelompok pengunjuk rasa yang
tampaknya menegang ketika berhadapan dengan kelompok pendukung pemerintah.
Hal serupa juga terjadi di berbagai daerah. Pendukung pemerintah yang berasal dari
Gerakan Masa Depan terlibat di dalam baku tembak dengan pendukung Partai
Nasionalis Sosial Syria (SSNP) di sebuah Desa Halba. 40 Meski mengajak mogok
massal, Nasrallah tetap berpesan agar jangan sampai terjadi kekerasan di antara para
pengikut Hezbollah dengan kelompok lain. Dalam kesempatan itu Nasrallah juga
kembali mengutarakan tuntutan Hezbollah dan oposisi lain yang meminta hak veto
yang sama di kabinet. Tuntutan Hezbollah itu berkali-kali ditolak PM Siniora.
Tuntutan itu justru dibalas PM Siniora dengan rencana reformasi ekonomi dan
rencana memperbesar kabinet dengan menambah perwakilan aliansi Hezbollah di
kabinet. Untuk menekan dan mendesak pemerintah agar bersedia mengabulkan
tuntutan atas hak veto itu, sejak 1 Desember 2006 kelompok oposisi sudah
membangun tenda di depan kantor PM Siniora dan menggelar beberapa kali aksi
protes di Beirut. Namun, belum ada satu pun aksi protes oposisi yang berakhir dengan
kekerasan.
Suleiman Franjieh, pemimpin oposisi dari kelompok Nasrani, menyatakan
mogok massal ini akan berlangsung hingga beberapa hari dan tak akan berhenti
sampai ada tanggapan dari pemerintah. Di sisi lain salah seorang pemimpin Nasrani,
Samir Geagea, kepada stasiun TV Al-Jazeera menilai mogok massal dan protes itu
sebenarnya sama saja dengan revolusi dan upaya kudeta. Cara-cara itu menurutnya
jelas bukan cara yang demokratis, tetapi lebih seperti terorisme yang ingin
melumpuhkan negara. Sementara itu Menteri Telekomunikasi Marwan Hamadeh
menyebutkan bahwa segala upaya oposisi itu akan gagal seperti di masa lalu dan
pemerintah Lebanon yang sah akan bertahan. Gangguan seperti ini bisa berlangsung
hingga berhari-hari namun ia mengancam agar pihak oposisi berhati-hati karena
kesabaran dari pihak pemerintah ada batasnya. Sedangkan Menteri Pemuda dan
Olahraga Ahmed Fatfat menuding oposisi berusaha mengudeta pemerintah dengan
jalan kekerasan. Karena menurutnya mogok itu tidak seperti biasanya dilakukan

                                                            
40 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 160.
75 

 
tetapi menjurus agresi dengan tindakan yang mengikuti cara-cara militer. Ia pun
mengkhawatirkan hal ini akan dapat berkembang menjadi bentrokan antar-rakyat
Lebanon seperti yang pernah dialami dulu.
Mogok massal itu memperparah jurang pemisah di antara rakyat Lebanon.
Tak hanya hubungan Syiah-Sunni Muslim Lebanon saja yang semakin tegang, tetapi
juga hubungan di antara berbagai kelompok Nasrani. Pemerintah yang berkuasa saat
ini mendapat dukungan dari pemimpin Sunni Saad al-Hariri sedangkan oposisi,
didukung oleh kelompok Hezbollah (Syiah) dan Amal. Sementara kelompok Nasrani
terpisah menjadi dua.41 Akan tetapi pergolakan di Lebanon saat itu telah mengalami
pergeseran. Apabila pada masa perang saudara Lebanon, konflik terjadi antara
kelompok Nasrani dan Muslim. Namun, saat ini ada perkembangan baru di dalam
konflik di Lebanon, yakni kelompok Syiah mendukung kelompok oposisi dan Sunni
mendukung perdana menteri. Dukungan partai-partai Nasrani terbagi menjadi dua, ke
kelompok Syiah dan ke kelompok Sunni.
Dalam konteks regional diramalkan jika gesekan antarsektarian di Lebanon
meledak, ketegangan di antara Syiah-Sunni di dunia Arab dipastikan akan meningkat
pula. Dapat diambil contoh saat ini ketegangan semakin terasa akibat konflik Irak.
Sebagian besar negara yang mayoritas Sunni Arab, seperti Mesir dan Arab Saudi,
sudah bersiap-siap untuk menghadapi kekuatan Hezbollah di Lebanon dan
mendukung PM Siniora. Perang opini dalam bentuk demonstrasi masa yang terjadi
48 jam setelah Hezbollah mengajak warga untuk mogok massal yang juga berakhir
dengan rusuh itu rupanya pada waktu berikutnya meluas kepada bentrokan fisik
antara mahasiswa yang pro-pemerintah dengan pro-Hezbollah hingga menewaskan 4
orang dan melukai 152 orang di kampus Universitas Arab pada Januari 2007.
Militer Lebanon akhirnya memberlakukan ketentuan jam malam di Beirut
sejak hari itu. Bentrokan sengit yang kemudian meluas ke segala sudut kota Beirut
itu berawal dari perkelahian di kantin kampus antara mahasiswa yang pro-Pemerintah
dan pro-Hezbollah: Ada dua mahasiswa yang bertengkar waktu makan siang. Satu
mahasiswa termasuk aktivis dari Gerakan Masa Depan yang mendukung pemerintah
dan satu lagi dari oposisi. Perkelahian itu menjadi semakin brutal ketika ada
tembakan dari arah atap gedung ke mahasiswa. Dalam beberapa menit saja
perkelahian itu meluas ke seluruh sudut kampus. Perkelahian kemudian meluas ke
jalanan dan malah berkembang menjadi baku tembak bukan hanya antarmahasiswa,
namun antarwarga Syiah dan Sunni.42
Kondisi sedikit mereda setelah aparat keamanan mengeluarkan beberapa kali
tembakan peringatan. Korban yang tewas dan terluka sama-sama memiliki luka
tembak di tubuhnya. Setelah bentrokan reda, pemimpin kelompok Syiah dan Sunni
sama-sama meminta para pendukungnya untuk menahan diri. Seruan itu disampaikan
pemimpin kelompok Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah dari Syiah dan pemimpin
kelompok Sunni Saad al-Hariri, masing-masing kepada pengikutnya. Sementara itu
Ketua Parlemen Nabih Berri mengingatkan seluruh pihak diminta agar bisa menahan
                                                            
41 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 143-150.
42Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008),38-42.


76 

 
diri karena situasi ini akan kembali memicu perang saudara jika tidak ditangani cepat
dan ia pun meminta untuk melakukan perundingan lagi.
Pada dataran tersebut sesungguhnya belum jelas siapa yang memicu
perkelahian di kampus itu. Namun Duta Besar AS Jeffrey Feltman di stasiun TV Al-
Hurra, menuding Syria berada di balik kerusuhan tersebut. Demikian pula PM Siniora
yang menuding Iran dan Syria sebagai pihak di belakang pemogokan yang dilakukan
kelompok oposisi, yang kemudian berbuntut konflik fisik dan terjadinya kerusuhan
antarmahasiswa tersebut.43 Amerika Serikat dan negara-negara Barat sekutunya yang
mendukung Siniora tentu saja memiliki agenda tersendiri terhadap Lebanon. Mereka
melihat bahwa sekarang ini saat yang sangat menentukan bagi Lebanon untuk muncul
dari negara yang terlibat perang bertahun-tahun, menjadi mata air stabilitas di Timur
Tengah.
Negara-negara Barat juga berharap Lebanon mampu berdiri sendiri tanpa
campur tangan dari negara seperti Syria dan Iran. Untuk itu AS dan Barat akan
membantu Lebanon dengan program rekonstruksi pascaperang Lebanon 34 hari Juli-
Agustus 2007. Negara-negara donor internasional berkomitmen memberi dana total
sebesar US$ 7,62 miliar berbentuk bantuan dan pinjaman. Arab Saudi memimpin
negara donor dengan komitmen US$ 1,1 miliar dalam bentuk kredit dan bantuan AS
berada di urutan kedua dengan dana US$ 770 juta; Bank Dunia dan Badan Moneter
Arab menawarkan masing-masing US$ 700 juta.
Saat ini Lebanon tengah didera utang sebesar US$ 40 miliar, hampir sama
dengan 180 persen GDP Lebanon. Sementara itu Hezbollah tidak setuju mencari
bantuan pinjaman AS dan Barat. Dalam pandangan oposisi, pinjaman dan bantuan
justru hanya akan meningkatkan jumlah utang dan melemahkan ekonomi nasional.
Nasrallah berujar, ”Jika tim (Siniora) ini masih tetap saja berkuasa, perekonomian
Lebanon akan hancur." Apalagi bantuan itu di antaranya ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman Hezbollah. Bagi Hezbollah, PM
Siniora dianggapnya ada "dalam genggaman" Barat. Pertemuan negara donor
dinilainya salah satu cara tetap mempertahankan posisi PM Siniora. Sebaliknya PM
Siniora mengkritik Hezbollah atas perang yang sudah dilakukannya melawan Israel
yang menurutnya, keputusan perang itu diambil tidak meminta pendapatnya terlebih
dahulu yang akibatnya memorakporandakan Lebanon secara menyeluruh. 44
Dalam hal bantuan yang diberikan AS dan Barat kepada PM Siniora memang
terbilang terlambat bila dibandingkan dengan bantuan langsung jutaan dollar AS yang
telah dikucurkan Hezbollah kepada para korban perang. Di sini kemudian muncul
dugaan adanya pertarungan berkecepatan tinggi antara bantuan (internasional) ini
dengan bantuan dari Hezbollah dan Iran yang lebih langsung, bahkan sering dalam
bentuk tunai. Suasana peringatan dua tahun meninggalnya Hariri yang jatuh pada 14
Februari diperingati secara besar-besaran di makam Hariri di Martir Square, hanya
beberapa meter dari tempat kelompok oposisi menggelar protes selama beberapa

                                                            
43Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 59.


44 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 150.
77 

 
minggu. Peringatan tetap berlangsung kendati sehari sebelumnya terjadi serangan
bom yang menewaskan tiga orang di Bikfaya, sebelah timur laut Beirut.
Putra Hariri, Saad Hariri pada kesempatan itu mengatakan bahwa, peringatan
tersebut merupakan kesempatan bagi rakyat Lebanon untuk memperkuat kesetiaan
mereka kepada kebenaran. Di samping itu menurutnya peledakan bom itu adalah
serangan teroris pengecut. Oleh karena itu ia menegaskan perlunya pengadilan
internasional atas para tersangka pembunuhan Hariri. Pihak pendukung pemerintah
mengatakan, peledakan bom itu dimaksudkan untuk menakut-nakuti orang-orang
untuk memperingati kematian Hariri. Berbeda dengan Hariri, Presiden Emile
Lahoud, sekutu Hezbollah, menyatakan bahwa ledakan bom itu terjadi di tengah
isyarat tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri krisis politik. Setiap kemungkinan
solusi praktis untuk mempersatukan faksi-faksi yang bertikai di Lebanon muncul,
selalu saja musuh Lebanon melakukan kejahatan baru terhadap rakyat yang tidak
berdosa.
Sementara itu pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah dalam tulisan di
halaman depan surat kabar As-Safir, meminta maaf karena tidak bisa hadir dalam
peringatan meninggalnya Hariri. Ia juga memuji Hariri dengan mengatakan bahwa
meninggalnya Hariri dalam serangan bom bunuh diri pada 14 Februari 2005
merupakan kehilangan bagi seluruh negara. "Menemukan pelakunya merupakan
tuntutan kolektif bangsa ini," katanya.45 "Satu-satunya dosa kita adalah kita menolak
untuk menuduh tanpa bukti atau mengubah darah menjadi senjata balas dendam," ujar
Nasrallah. Menteri Komunikasi Marwan Hamadeh menyerukan agar serangan itu
jangan sampai mengganggu upaya untuk mengakhiri krisis. Sebaliknya, serangan itu
harus menguatkan upaya dan mendorong semua orang untuk berdialog secara lebih
tegas. Dalam konteks itu, tuduhan Syria, yang selalu dituduh sebagai pihak yang
berada di belakang kematian Hariri dan pemboman, menyangkal semua tuduhan
terlibat dalam berbagai serangan di Lebanon.46
Konflik sektarian itu rupanya mengalami titik cerah ke arah perdamaian
setelah pada Maret 2007 pemimpin kelompok mayoritas di parlemen yang anti-Syria,
Saad al-Hariri (Sunni), dan Ketua Parlemen Nabih Berri (pemimpin oposisi utama)
bertemu. Pertemuan itu diupayakan oleh Arab Saudi setelah terjadinya pertemuan
antara Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bertemu Raja Abdullah dari Arab Saudi
yang membahas cara mengakhiri krisis politik yang bisa mengarah pada perang
saudara. Meski pertemuan tersebut tidak diharapkan bisa memberikan solusi yang
pasti, upaya itu menjadi tanda awal mengakhiri krisis politik yang telah memecah
belah pemerintahan dan menyebabkan Lebanon lumpuh.
Pertemuan itu juga menandai semakin pudarnya ketegangan sektarian meski
tidak ada pernyataan resmi kedua pemimpin pada akhir pertemuan tersebut.
Pernyataan yang patut disimak sebelum pertemuan itu adalah saat Hariri menyatakan
sedang mencari solusi mengakhiri "krisis berkepanjangan". "Lebih baik kita segera
                                                            
45Wawancara dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,

Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Januari 2007.
46 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 125.
78 

 
mengakhiri krisis ini. Tidak ada yang kalah atau menang. Tak satu pun yang bisa
menjalankan negeri ini sendirian," kata Hariri.
Krisis politik pemerintah Lebanon belum usai. Namun terjadi pertikaian
sengit dan berdarah yang terjadi pada Minggu, 21 Mei 2007 di tempat pengungsian
warga Palestina Nahr al-Bared, Tripoli, Lebanon utara, antara pasukan pemerintah
Lebanon dengan kelompok bersenjata asal Palestina, Fatah al-Islam yang
menewaskan sedikitnya 65 warga sipil. Tank-tank milik pasukan Lebanon menyerbu
dan menyerang kelompok Fatah al-Islam yang disebut-sebut kerap meniru gaya
serangan dan kegiatan teror jaringan kelompok Al Qaeda. Di tempat pengungsian
yang dihuni sekitar 40.000 pengungsi Palestina itu, pasukan Lebanon terlibat baku
tembak dan saling serang dengan menggunakan granat dan senjata otomatis. Imam-
imam masjid di sekitar lokasi pertempuran meminta pasukan pemerintah
menghentikan serangan ke tempat pengungsian melalui alat pengeras suara.47
Fatah al-Islam yang beraliran Sunni merupakan pecahan dari Fatah al-
Intifada, kelompok dari Palestina yang mendapat dukungan dari Syria. Kelompok
yang mulai muncul pada November 2006 dan dipimpin oleh Shaker Abssi itu diyakini
mendapat inspirasi dari kelompok Al Qaeda. Namun, Abssi membantahnya. Ia
mengatakan bahwa kelompoknya mengikuti ideologi Al Qaeda, namun tak memiliki
kaitan dengan jaringan Osama bin Laden. Anggotanya diperkirakan hanya 100 orang
tetapi memiliki 300 pejuang di Irak. Kelompok bersenjata asal Palestina (Fatah al
Intifada) ini mulai berkembang di Lebanon sejak tahun 1960-an dan terlibat perang
saudara Lebanon pada 1975.
Di dalam kesepakatan 40 tahun yang lalu, kompleks-kompleks pengungsian
rakyat Palestina setelah terusir dari tanah mereka, tak lama setelah Israel atas bantuan
Inggris merebut tanah Palestina pada 1948, berada di luar wewenang dan otoritas
pemerintah Lebanon sehingga masalah keamanan kompleks itu diserahkan kepada
faksi-faksi bersenjata asal Palestina. Salah satunya seperti Fatah al-Islam dari Sunni.
Ada 12 kamp pengungsi Palestina di Lebanon yang dihuni hampir 400.000 pengungsi
Palestina. Sebagian besar dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan dan penuh
dengan rasa keputusasaan dalam menatap masa depannya. Kondisi pengungsi
Palestina di Lebanon dikenal sebagai yang terburuk dibandingkan dengan pengungsi
Palestina di negara Arab lain. 48 Meski anggotanya tak banyak, hingga saat ini
Lebanon tetap saja kesulitan menumpas kelompok itu. Berbagai media massa di
kedua belah pihak, yakni Lebanon dan Palestina, mengkritik pemerintah kedua
negara karena tak kunjung bisa menumpas Fatah al-Islam dengan "cara damai".
Pemerintah Lebanon malah menggunakan cara militer. Menggunakan tentara
untuk melawan kelompok bersenjata di Lebanon menjadi isu sensitif yang memicu
ketegangan sektarian. Pemerintah Lebanon menduga kelompok Fatah al-Islam
sengaja dimanfaatkan Syria untuk menciptakan kekacauan di Lebanon agar upaya
                                                            
47Wawancara
dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,
Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Juni 2007.
48Wawancara dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,

Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Juni 2007.
79 

 
PBB menggelar pengadilan internasional untuk mengadili tersangka pembunuh
mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik al-Hariri pada tahun 2005 gagal. Untuk
segera mengakhiri pertikaian sengit sekaligus menumpas Fatah al-Islam yang
memicu terjadinya pertikaian itu, perwakilan faksi-faksi utama Palestina di Lebanon
bertemu dengan Perdana Menteri Lebanon Fouad Siniora, di antaranya adalah Abbas
Ziki, wakil dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Ziki mengakui, sangat tidak
mudah bagi pasukan untuk masuk ke tempat pengungsian di Lebanon yang kini
dikuasai kelompok bersenjata. Karena itu, untuk menumpas Fatah al-Islam,
pemerintah sebaiknya melibatkan warga setempat.
Di samping itu menurutnya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) tidak
akan keberatan jika pasukan Lebanon memutuskan akan mengirimkan pasukan ke
kompleks itu untuk menumpas kelompok bersenjata yang ada di sana karena itu
adalah keputusan Lebanon. Namun, pernyataan Ziki disambar wakil Hamas di
Lebanon, Usama Hamdan yang menegaskan Palestina sama sekali tidak terlibat
dalam pertikaian sengit di Lebanon itu. Selama ini, Fatah yang dulu dipimpin Yasser
Arafat dan Hamas, kelompok organisasi utama Palestina, menentang Fatah al-Islam
dan memandangnya sebagai ancaman bagi mereka sendiri yakni Palestina dan
stabilitas Lebanon. 49
Pada hari ketiga pertikaian, Fatah al-Islam dan pemerintah sama-sama
menawarkan gencatan senjata. Fatah al-Islam menyatakan akan melaksanakan
gencatan senjata secara sepihak atau unilateral. Tawaran gencatan senjata itu muncul
dalam proses negosiasi antara pasukan pemerintah dan Fatah al-Islam dengan
organisasi Jamaah Islamiyah, Sunni, sebagai penengahnya. Namun dalam pertemuan
itu, Fatah al-Islam berkali-kali mengingatkan akan adanya pemberontakan besar-
besaran di berbagai tempat pengungsian Palestina di Lebanon jika pasukan
pemerintah tetap menyerang mereka. Meski demikian, tindakan pasukan Lebanon
yang menyerang tempat pengungsian itu didukung AS. Juru bicara Departemen Luar
Negeri AS, Sean McCormack, menyebutkan, tindakan pasukan Lebanon itu bisa
dimengerti. McCormack sangat mengerti sulitnya menghadapi teroris, elemen-
elemen ekstremis kekerasan yang ada di tengah-tengah warga sipil.
Pasukan Lebanon menurutnya telah bertindak semata-mata demi
kepentingan rakyat serta untuk memulihkan keamanan Lebanon. Mereka berhak
melakukan itu. Pada sisi lain Presiden AS George W. Bush, atas nama demokrasi
menegaskan, kelompok ekstremis yang berniat menggulingkan pemerintah Lebanon
seperti Fatah al-Islam itu "harus dikendalikan dan dikekang". Ia mengatakan pula,
sangat menyedihkan melihat sistem demokrasi di Lebanon yang masih sangat muda
itu mendapat tekanan dari kekuatan luar.
Bush menuduh Syria berada dibalik pertikaian itu namun dibantah oleh Syria.
Damaskus membantah dengan mengatakan pemimpin Fatah al-Islam, Shaker al-
Abssi, masuk daftar buruan Syria. Perkembangan yang terjadi di Lebanon tersebut
memaksa Perdana Menteri Lebanon Fouad Siniora menunda rencana kunjungan ke
Indonesia pada 24-25 Mei 2007. Sementara itu, meski telah tercapai kesepakatan

                                                            
49 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 125.
80 

 
untuk gencatan senjata, Lebanon kembali diguncang serangan bom. Sedikitnya 16
orang terluka akibat ledakan bom yang terjadi di Kota Aley yang dihuni warga Druze
pada hari keempat pertikaian. Peristiwa ledakan bom itu membuktikan bahwa adanya
gencatan senjata tidak menjamin pulihnya keamanan di Lebanon. Namun PM Siniora
berjanji akan melindungi semua orang Palestina dan tidak mengincar dan melukai
mereka.
Di tengah-tengah pelaksanaan gencatan senjata, pasukan Lebanon
menemukan mayat pemimpin kedua di Fatah al-Islam yang tergeletak di pintu masuk
kompleks Nahr al-Bared. Pria itu hanya diidentifikasi sebagai Boumedien. Mayat itu
ditemukan tidak sengaja oleh tentara Lebanon saat mengelilingi Nahr al-Bared.
Selain Boumedien, Lebanon juga menemukan mayat tujuh anggota Fatah al-Islam.
Kapal perang Lebanon yang tengah berpatroli di kawasan perairan Mediterania telah
pula menenggelamkan perahu yang sedang mengangkut anggota-anggota Fatah al-
Islam yang berusaha melarikan diri dari Nahr al-Bared.
Pada hari Jumat pagi 1 Juni 2007 pertempuran kembali meletus, di kamp
Nahr al-Bared. Fatah al-Islam menurut jurubicara tentara Lebanon melancarkan
tembakan ke arah tentara Lebanon yang berada di luar kamp pengungsian dan di jalan
yang menghubungkan kamp ke kota-kota di sekitar Tripoli. Tentara membalas
dengan tembakan tank dan mortar. Menjelang siang, pertempuran masih berlanjut.
Tembakan artileri terdengar berkali-kali dan menimbulkan asap putih. Sekitar 50
kendaraan lapis baja, tank tempur, dan kendaraan militer dari pasukan elite
dikerahkan ke posisi terdepan di sebelah utara kamp.50
Pada saat yang bersamaan, puluhan tentara Lebanon bergerak menerobos
barikade Fatah al-Islam yang berlindung di dalam kamp pengungsi. Sementara itu
Lebanese Broadcasting Corp melaporkan, tentara berusaha merebut kantor utama
Fatah al-Islam di bagian utara kamp di perkampungan Samed. Namun, stasiun televisi
Al- Arabiya memberitakan, tentara berupaya merebut posisi para penembak gelap.
Pertempuran ini jadi meluas. Di tempat lain, secara terpisah, pertempuran juga terjadi
di kamp pengungsian terbesar di Lebanon, Ain el-Helweh. Di tempat ini, kontak
tembak terjadi antara anggota gerakan Fatah Palestina pimpinan Mahmoud Abbas
dan kelompok Jund al-Sham. Menurut sumber di kamp pengungsian, seorang anggota
Fatah menembak salah seorang anggota Jund al-Sham yang dituduh telah membunuh
saudara laki-lakinya. Peristiwa ini memicu kontak tembak dan saling lempar granat
selama sekitar setengah jam. Tentara Lebanon juga terlibat pertikaian dengan
kelompok bersenjata Jund al-Sham yang ada di kompleks pengungsian Ein al-
Hilweh, Lebanon selatan. Akibatnya, ada dua tentara Lebanon yang tewas. Tempat
pengungsian warga Palestina di Lebanon adalah: Beddawai, Burj el Barajneh, Burj el

                                                            
50Wawancara dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,

Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Juni 2007. Nawir selalu mencatat setiap peristiwa yang terjadi dalam konstelasi politik lokal Lebanon
untuk kepentingan KBRI.
81 

 
Shemali, Dbayeh, Ein el Hilweh, Ell Buss, Mar Elias, Mieh Mieh, Nar al Bared,
Rashiedieh, Shatila, Wavel.51
Sabtu, 2 Juni 2007 Pasukan Fatah al-Islam mendapatkan serangan gencar
kembali dari tentara Lebanon yang diperlengkapi tank-tank, jeep, dan helikopter
tempur. Kepingan-kepingan peluru berukuran besar menghujani kamp pengungsi
Palestina di Nahr al-Bared, di Kota Tripoli, Lebanon utara, tetapi kelompok itu
mengatakan tak mau menyerah dan sesekali membalas dengan senjata otomatis.
Serangan gencar hari Sabtu merupakan lanjutan dari gempuran hebat pada hari Jumat.
Dentuman tembakan senjata kaliber 155 milimeter dari tentara Lebanon terus
menggelegar. Peluru-peluru itu kemudian bersarang di tembok bangunan tempat
Fatah Al Islam bersembunyi.
Pertempuran di kamp terjadi karena kelompok tersebut, menurut versi
militer, mendiami masjid-masjid, pos-pos bantuan kemanusiaan dan berbaur dengan
pengungsi di kamp. Sekitar dua pertiga dari 31.000 penghuni telah mengungsi.
Namun, minimal sekitar 5.000 orang masih terjebak di Nahr al-Bared. Sejak
pertempuran meletus pada 20 Mei, Nahr al-Bared telah menjadi kota hantu. Pada
pertempuran itu, satu tentara tewas. Total korban tewas dalam peperangan yang telah
berlangsung dua minggu itu mencapai 106 orang, di antaranya 41 tentara, sekitar 60
militan dan sisanya sipil.
Awal dari pertempuran di Lebanon itu dimulai saat sekelompok polisi
Lebanon hanya mau mendobrak sebuah gedung tempat persembunyian aktivis Fatah
al-Islam. Aktivis ini dituduh merampok uang sebanyak US$ 100.000 dari sebuah
bank. Akan tetapi, di luar dugaan, ternyata masalahnya jauh lebih besar dari sekadar
memburu sekelompok perampok. Kota Tripoli pun tiba-tiba berada di luar kontrol
aparat keamanan. Pemerintah Lebanon tampak kecolongan akibat kurangnya
informasi intelijen tentang posisi, kesiapan, dan tujuan strategi dari Fatah al-Islam.
Aparat keamanan dan militer Lebanon juga terlihat kurang koordinasi. Sebaliknya,
Fatah al-Islam telah melakukan persiapan dan perencanaan yang matang. Mereka
menguasai jalan-jalan dan perkampungan di Kota Tripoli. Fatah al-Islam membentuk
satuan-satuan tempur kecil dengan bergerak dari satu jalan ke jalan lain. Jika sebuah
satuan kehabisan peluru, mereka segera pindah ke jalan lain dan di sana sudah
menunggu satuan lain yang siap menyuplai peluru dan senjata.
Militer Lebanon akhirnya terlibat pula dalam pertempuran setelah Fatah al-
Islam menyerang pos pemeriksaan militer. Pihak militer berhasil membebaskan Kota
Tripoli dari Fatah al-Islam. Pertempuran pun lalu terbatas hanya terjadi di sekitar
kamp pengungsi Nahr al Bared, pangkalan Fatah al-Islam. Diperkirakan ada 200-300
aktivis bersenjata Fatah al-Islam yang terlatih dengan baik, yang masih bertahan di
kamp Nahr al Bared. Namun, militer Lebanon tidak bisa masuk ke kamp pengungsi
itu untuk memburu sisa-sisa aktivis Fatah al-Islam karena status otonomi semua kamp
pengungsi Palestina di Lebanon sesuai dengan kesepakatan Cairo tahun 1969.

                                                            
51
Wawancara dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,
Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Juni 2007.
82 

 
Dari pertempuran Nahr al Bared itu,52 terkuak adanya tiga dimensi persoalan.
Pertama, adanya jaringan Tanzim Al Qaeda di Lebanon. Pemimpin Fatah al-Islam
Shaker al Abssi dalam wawancara dengan harian Asharq Al Awsat pada bulan Maret
mengakui simpati kepada perjuangan Tanzim Al Qaeda dan Osama Bin Laden. Ia
menyatakan mendukung dasar pemikiran Tanzim Al Qaeda dan berdirinya negara
Islam.
Al Abssi adalah warga negara Yordania yang berasal dari Palestina. Ia keluar
dari gerakan induknya, Fatah Intifadah pimpinan Abu Musa. Bersama Abu Musab
Zarqawi, ia telah dijatuhi hukum mati in absentia oleh pengadilan Yordania karena
dituduh terlibat pembunuhan terhadap seorang diplomat AS, Laurence Foley, di
Amman tahun 2002. Fatah al-Islam muncul pertama kali ke permukaan pada akhir
Oktober 2006. Ketika itu, sejumlah aktivis bersenjata menyatakan hengkang dari
gerakan Fatah al-Intifadah. Hal ini bermula dari sebuah bentrok bersenjata di kamp
pengungsi Beddawi, Lebanon Utara, antara aparat keamanan dan 19 aktivis
bersenjata yang belum dikenal loyalitasnya. 53 Mereka tinggal di dua apartemen di
dekat Masjid Al Quds di kamp pengungsi Beddawi. Pada saat itu, keluar pernyataan
soal lahirnya gerakan Fatah al-Islam. Para pendirinya pun pindah dari kamp Beddawi
ke kamp Nahr al Bared.
Gerakan Fatah al-Islam semula hanya beranggotakan para pemuda Palestina
dengan jumlah sekitar 15 aktivis dan kemudian bertambah hingga 300-400 aktivis
setelah sejumlah aktivis dari kamp pengungsi Ain Hilweh di Lebanon Selatan dan
kamp lainnya ikut bergabung. Kini Fatah al-Islam beranggotakan berbagai warga
negara, yakni Palestina, Lebanon, Syria, dan Arab Saudi.
Dimensi kedua adalah munculnya kembali isu senjata Palestina di kamp-
kamp pengungsinya di mata opini Lebanon. Opini Lebanon juga melihat gerakan
Fatah al-Islam, Ansar Allah, dan tentara Syam hanya berbeda nama, tetapi satu
substansi, yakni punya hubungan kuat dengan Tanzim Al Qaeda. Mereka menuduh
gerakan-gerakan tersebut berada di balik aksi sejumlah ledakan di Lebanon akhir-
akhir ini. Hezbollah melihat dengan penuh curiga terhadap opini tersebut karena
kemungkinan sasaran bidikan atas kepemilikan senjata adalah Hezbollah. Hal itu
diperburuk lagi oleh pandangan diplomat Barat di Beirut yang sering berkomentar.
Para diplomat itu pada intinya mengatakan tidak akan melihat dalam waktu dekat
keberadaan negara dan Pemerintah Lebanon yang kuat selama senjata belum
sepenuhnya berada di bawah otoritasnya: Hezbollah dan faksi-faksi Palestina di
kamp-kamp pengungsi masih menyandang senjata.
Dimensi ketiga, muncul teka-teki soal siapa di balik aksi Fatah al-Islam.
Kubu pro dan kontra Syria kini saling tuduh. Para analis menyebut, tumbuh dan
berkembangnya Fatah al-Islam tidak terlepas dari konteks krisis hubungan antara
Syria dan Pemerintah Lebanon saat ini. Fatah al-Islam berhasil mendapat perhatian
opini Lebanon menyusul sikap Pemerintah Lebanon yang menuduh gerakan tersebut
juga berada di balik peledakan Ain Alaq. Fatah al-Islam pun menentang keberadaan
                                                            
52Kompas, 5 Februari 2007.
53 Wawancara dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,
Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Januari 2007.
83 

 
pasukan PBB di Lebanon Selatan, UNIFIL. 54 Sejumlah politisi Lebanon pro-
Pemerintahan Perdana Menteri Fuad Siniora menuduh Fatah al-Islam bergerak untuk
kepentingan Syria di Lebanon. Kelompok ini dituduh melakukan aksi pengacauan
untuk mencegah terbentuknya mahkamah internasional yang akan mengadili para
pembunuh mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri.
Pemimpin Druze Walid Jumblatt yang anti-Syria mengatakan, Fatah al-Islam
adalah gerakan antek-antek Syria. Deputi Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan
Timur Tengah David Welch saat berkunjung ke Lebanon ketika itu telah memberi
peringatan kepada Pemerintah Lebanon soal fenomena berkembangnya Islam radikal
di Lebanon. AS secara khusus mulai memberi perhatian kepada gerakan Islam Sunni
radikal di Lebanon utara yang kemungkinan merupakan jaringan yang memanjang
dari Irak ke Lebanon. Saat itu muncul berbagai nama gerakan radikal, seperti tentara
Syam, Partai Kemerdekaan, Usbah al-Ansar, dan Fatah al-Islam.
Kolumnis di harian Asharq Al Awsat, Huda Al Husseini, dalam artikelnya55
menuduh Syria berada di balik Fatah al-Islam. Ia menyitir editorial harian setengah
resmi Syria, Thisreen, edisi hari Sabtu 56 yang memberi peringatan keras kepada
Pemerintah Lebanon menyusul tindakan PM Fuad Siniora yang melayangkan surat
ke Dewan Keamanan PBB yang berisikan pembentukan mahkamah internasional
untuk menangani kasus tewasnya mantan PM Rafik Hariri. Ia juga menyebut harian
terkemuka Lebanon, Safir, edisi di hari yang sama. Menurut harian Safir, tindakan
PM Siniora mengirim surat ke DK PBB tentang pembentukan mahkamah
internasional membawa Lebanon masuk ke terowongan gelap dan, jika DK PBB
menetapkan pembentukan mahkamah internasional sesuai dengan Pasal VII, bencana
besar akan melanda Lebanon. 57
Sebaliknya, Hezbollah yang pro-Syria juga menuduh Fatah al-Islam berusaha
membunuh pimpinannya. Al Abssi sendiri menegaskan, ia datang ke Lebanon guna
menggagalkan resolusi DK PBB Nomor 1559 yang bertujuan melucuti senjata
Palestina di kamp-kamp pengungsi. Kubu oposisi yang pro-Syria dikenal sangat
menolak resolusi DK PBB Nomor 1559 itu. Kubu oposisi Lebanon menuduh
pemerintah membesar-besarkan krisis ini untuk meyakinkan opini umum tentang
keharusan meminta bantuan pasukan internasional untuk menjaga perbatasan Syria-
Lebanon.
Oposisi juga melihat anarkisme keamanan di Lebanon akibat konspirasi
Barat yang membawa persoalan Lebanon ke panggung internasional dengan dalih
                                                            
54Wawancara dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,

Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Januari 2007. Nawir selalu mencatat setiap peristiwa yang terjadi dalam konstelasi politik lokal Lebanon
untuk kepentingan KBRI.
54 Kompas, 24 Mei 2007.
54 Kompas, 19 Mei 2007.
55Wawancara dengan staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir,

Staf Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Januari 2007.
84 

 
Pemerintah Lebanon belum mampu mengendalikan negara. Oposisi juga menyebut
bahwa ada proyek AS dan Israel untuk menyulut konflik internal karena mereka tidak
mampu menumpas gerakan perlawanan Hezbollah. Oposisi juga menuduh
pemerintah menyeret militer Lebanon ke dalam pertempuran yang tidak mungkin bisa
dimenangi. Masalahnya, militer Lebanon juga terpecah. Militer Lebanon di wilayah
selatan, yang sebagian besar anggotanya dari Syiah, dikenal lebih loyal kepada
Presiden Emile Lahoud yang pro-Syria. Militer Lebanon juga lemah karena tidak
memiliki kekuatan politik dan moral untuk memasuki dan mendobrak kamp
pengungsi Palestina. Menurut kubu oposisi, terkurasnya kekuatan militer Lebanon
melalui perangkap pertempuran dengan Palestina yang tidak bisa dimenangkannya
dapat dijadikan dalil bahwa militer Lebanon tidak mampu melindungi negara. Karena
itu, pemerintah akan meminta bantuan pasukan internasional untuk menjaga
perbatasan Syria-Lebanon.
Oposisi juga menuduh pemerintah ingin merusak doktrin militer Lebanon
yang bersandar pada ideologi nasionalisme, di mana Israel dianggap sebagai satu-
satunya musuh. Karena itu, menurut oposisi, terseretnya militer ke dalam
pertempuran dengan Palestina bisa menyusutkan popularitas militer karena telah
menjadi bagian dari konflik internal. Militer tidak bisa berdiri secara objektif di antara
berbagai faksi dan kekuatan sektarian yang ada di Lebanon. Hal ini juga bisa
menggagalkan Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon Michel Sulaiman untuk
menjadi kandidat kuat dalam pemilihan presiden mendatang. Pemerintahan PM
Siniora ditengarai kurang senang jika Michel Sulaiman menjadi presiden.
Sementara itu konflik senjata tersebut menurut Rami G. Khouri dalam
artikelnya di International Herald Tribune, 58 menggambarkan rumitnya persoalan
Lebanon. Apa yang terjadi di Lebanon merupakan konvergensi empat konflik yang
menegaskan rumitnya matriks kekerasan di Timur Tengah. Rami G. Khouri menulis,
keempat konflik itu adalah: Pertama, warisan ketegangan antara berbagai kekuatan
Lebanon dan kelompok-kelompok pengungsi Palestina bersenjata di negeri itu.
Kedua, ketegangan antara Syria dan Lebanon sejak pecah pergolakan rakyat
menuntut penarikan pasukan Syria dari Lebanon. Ketiga, wilayah tersebut terimbas
perang di Irak. Keempat, meluasnya "perang global terhadap terorisme" yang
dicanangkan George W. Bush telah menumbuhsuburkan kelompok-kelompok seperti
Al Qaeda.
Kenyataan itu menempatkan Lebanon pada posisi yang sulit, bahkan teramat
59
sulit.

                                                            
58International
Herald Tribune edisi Jumat, 25 Mei 2007.
59Wawancaradari staf KBRI Beirut, Nawir. Catatan ini disampaikan oleh saudara Nawir, Staf
Lokal KBRI Beirut bidang Sosial Politik di kantor Kedutaan Besar RI di Beirut kepada penulis pada
Januari 2007. Nawir selalu mencatat setiap peristiwa yang terjadi dalam konstelasi politik lokal Lebanon
untuk kepentingan KBRI.
59 Lihat Al Mannar, “Hezbollah Ten Years on July War, an ‘Army,’” 14 July 2016, lihat

Gilbert Achcar dan Michel Warschawski, The 33-Day War: Israel’s War on Hezbollah in Lebanon and
its consecuences, (Paradigm Publisher, 2007), 7. Lihat Mary O’Regan, “In the Shadow of War: Irish
Press Frames and Political Discourses on the Israeli – Hezbollah War (July-August 2006).” Irish
Studies in International Affairs Vol. 21, (2010): 161-178.
85 

Kelompok Bersenjata: Perang global lawan


Palestina
Hezbollah Tentara Syria terorisme oleh AS
dll

Konflik di Lebanon

Bagan 3.5
Situasi Konflik
Sumber: Data lapangan diolah dari diskusi dengan Staf KBRI Beirut

E. Konstelasi Konflik Lebanon-Israel Terkini


Pada awalnya Israel menyerang Lebanon Selatan hari Rabu, 12 Juli 2006 pagi.
Pertempuran sengit terjadi antara kelompok Hezbollah dengan pasukan Israel di
perbatasan Israel-Lebanon. Pertempuran itu pecah setelah Hezbollah mengklaim
menahan dua orang tentara Israel, Kopral Eldad Regev dan Ehud Goldwasser di desa
Zahit Ztula, sebuah desa kecil di dekat perbatasan Lebanon-Israel. Hezbollah dalam
pengumuman resminya menyatakan bahwa, “Pagi ini pukul 09.05, Hezbollah
menangkap dua tentara Israel dekat perbatasan wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Dua tahanan telah dibawa ke tempat aman.”60

1. Fenomena Hezbollah
Israel telah mengakui pula bahwa tentaranya ditahan Hezbollah. Israel meminta
Hezbollah bertanggung jawab atas keselamatan kedua tentaranya. Pada sisi lain
Hezbollah mengatakan bahwa penangkapan itu untuk mengusahakan pembebasan para
tahanan yang ada di berbagai penjara Israel. “Operasi ini merupakan wujud peduli dari
Hezbollah kepada rakyat Lebanon bahwa Hezbollah akan melakukan apapun yang
mungkin untuk menukar tahanan Lebanon dengan tentara Israel.” Ini diungkapkan oleh
Ibrahim Moussawi, editor televisi Hezbollah kepada BBC.
Mousawi menegaskan, mereka menahan tentara Israel karena Israel masih
menduduki sebagian wilayah Lebanon dan masih menahan tawanan Lebanon di dalam
penjara Israel. Beberapa dari mereka ada yang ditahan lebih dari 25 tahun. Pada tahun
2000, Hezbollah juga pernah menahan tiga tentara Israel. Ketiga tentara itu akhirnya
tewas selama operasi. Namun mayat ketiganya kemudian ditukar dengan sejumlah
tahanan Lebanon. 61 Akibat menahan dua tentara Israel itu, Israel menyerang basis
pertahanan Hezbollah di selatan Beirut selama lebih dari satu jam. Pihak keamanan
Lebanon menyatakan pesawat-pesawat udara Israel merusak jalan-jalan, jembatan-
jembatan dan posisi Hezbollah di Lebanon selatan, sekitar 30 km dari utara perbatasan
Israel.

                                                            
60Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 59-63.
86 

 
Pesawat jet Israel terbang di atas Sidon (Saida) dan sekitarnya lalu
menyerang Desa Sultanieh di timur perbatasan. Pasukan artileri Israel menyerang
Desa Aita El-Shaab, Ramieh, dan Yaroun di dekat pelabuhan Naqoura. Hezbollah
membalas serangan tersebut dengan menembakkan puluhan roket dan mortar ke
wilayah Israel. Hezbollah mengakui pasukannya menghancurkan sebuah tank Israel
yang mencoba menyeberang perbatasan ke wilayah Lebanon. Pihak Lebanon
menyatakan 6 tentara Israel tewas, tetapi Israel tidak memberikan pernyataan.
Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert mengindikasikan akan memberikan “hukuman
kolektif” terhadap Lebanon seperti Israel menghukum Palestina. Pemerintah Lebanon
menurutnya harus bertanggung jawab. Lebanon akan membayar mahal, kata Olmert.
Situasi berikutnya adalah Israel menyerang Lebanon dengan membabi buta
hingga tanggal 14 Agustus 2006. Setelah diadakan perundingan-perundingan oleh
PBB, barulah Israel menghentikan serangan ke Lebanon Selatan yang banyak dihuni
warga Syiah. Selama konflik Juli – Agustus 2006 itu, ada beberapa anggota Observer
Group on Lebanon (OGL) yang menjadi korban: 4 tewas; 1 staf luka; 1 sipil staf
tewas; 2 luka; Ghana: 5 luka; India: 3 luka; China: 3 luka; Prancis: 3 luka; Kolish
contingen: 1 luka.62
Peristiwa yang menarik adalah Israel tidak hanya menjadikan Hezbollah
sebagai sasaran serangannya dan menghindari gempuran ke permukiman sipil dan
sarana umum. Israel menghancurkan pula sarana-sarana yang ada di Lebanon dan
mengubah Lebanon menjadi hancur. Yang diinginkan oleh Israel dengan serangan
seperti itu adalah agar rakyat Lebanon mencabut dukungannya kepada Hezbollah.
Israel menyadari bahwa Hezbollah kuat karena mendapat dukungan besar dari rakyat
Lebanon. Karenanya, jika berhasil memisahkan rakyat Lebanon dari Hezbollah, maka
Hezbollah akan kehilangan kekuatan, dan selanjutnya, mudah bagi kaum Zionis
untuk menghancurkan kelompok ini.
Perang urat saraf dilakukan. Berbagai selebaran, pesan-pesan radio, demikian
pula pesan-pesan yang dikirim lewat telepon dan sms, digunakan oleh Israel kepada
warga Lebanon untuk mendorong mereka agar mencabut dukungan terhadap
Hezbollah; dan dengan ganjaran berbagai hadiah menarik, mereka diminta untuk
memberitahukan kepada rezim ini tempat-tempat persembunyian para pemimpin dan
tokoh Hezbollah. Pertanyaan yang sering dipertanyakan oleh para pengamat adalah,
Hezbollah atau Lebanon yang diserang Israel saat terjadinya peristiwa di bulan Juli
2006. Pertanyaan itu dapat dijawab dengan melihat pada konstelasi konflik.
Struktur politik dan lembaga-lembaga resmi yang dimiliki Lebanon sangat
lemah. Hal itu disebabkan oleh realitas politik Lebanon yang terkotak-kotak
berdasarkan perimbangan sekte dan mazhab agama serta perang saudara yang pernah
dialami oleh Lebanon di masa lalu. Sebaliknya, lembaga masyarakat non pemerintah
seperti Hezbollah jauh lebih dinamis dan kuat. Oleh karena itu ketika lembaga negara
tidak mampu melaksanakan tugas dan misinya, lembaga masyarakat bergerak
mengisi kekosongan dengan agenda khususnya yang belum tentu seirama dengan
agenda negara. Itulah yang terjadi di Lebanon yang menyebabkan munculnya

                                                            
62Kompas, Kamis 13 Juli 2006.
87 

 
pertanyaan, dalam perang Juli-Agustus 2006 itu, siapa sesungguhnya yang diserang
Israel.63
Mustafa A Rahman, koresponden Kompas untuk wilayah Timur Tengah
mengilustrasikan tentang seorang pengamat politik Lebanon yang merasa terhina saat
perang berlangsung. 64 Pengamat politik itu dengan jujur menyampaikan
keterhinaannya oleh kasus pengepungan sebanyak 350 anggota militer dan polisi
Lebanon di baraknya di Kota Marjayoun, Lebanon Selatan, oleh pasukan Israel,
namun pasukan Lebanon diam saja tidak bereaksi.
Pasukan Lebanon tidak bahu-membahu dengan pejuang Hezbollah melawan
pasukan Israel ketika masuk Kota Marjayoun. Menurutnya, dengan masuknya
pasukan Israel ke kota itu berarti Israel telah menduduki tanah Lebanon.
Ketidakberdayaan pasukan Lebanon, sehingga seakan-akan menonton saja agresi
Israel ke negara itu, boleh jadi merupakan refleksi dari lemahnya negara. Akan tetapi
krusialnya hubungan Hezbollah dan negara perlu pula mendapat perhatian sehingga
pemetaan terhadap konflik internal itu dapat jelas terlihat karena inilah yang
barangkali menjadi faktor LAF (Tentara Nasional Lebanon) seakan menonton saja
ketika Israel memasuki wilayah Lebanon. Hezbollah adalah satu-satunya partai
politik Lebanon yang masih mempunyai sayap militer dan memegang senjata setelah
Taif Accord 65 dideklarasikan pada bulan Oktober 1989. Hal ini dilegitimasi oleh
pemerintah karena Hezbollah berjuang melawan pendudukan Israel atas wilayah
Lebanon Selatan.
Perlawanan bersenjata Hezbollah ini akhirnya memaksa Israel menarik
pasukannya tanpa syarat dari Lebanon Selatan pada 26 Mei 2000 setelah Israel, yang
dibantu oleh SLA (South Libanese Army), milisi yang dibentuk oleh Israel,
menduduki sebagian besar wilayah Lebanon Selatan sejak 1978. Sekalipun Israel
sudah mundur, Hezbollah tetap tidak mau menyerahkan senjata karena pemerintah
Lebanon dan Hezbollah menganggap masih ada tanah Lebanon yang diduduki Israel,
yaitu Shebaa Farms yang terletak di perbatasan Lebanon-Syria. Klaim ini dijadikan
dalih bagi Hezbollah untuk terus melakukan serangan militer terhadap tentara Israel
di wilayah Shebaa Farms, bahkan berhasil menawan 3 orang tentara Israel yang
sampai sekarang masih berada di tangan Hezbollah.
Selain untuk membebaskan Shebaa Farms, Pemerintah Lebanon berpendapat
bahwa Hezbollah tetap diperlukan karena belum tercapainya perdamaian antara
Lebanon dengan Israel dan dikhawatirkan Israel akan kembali menyerang Lebanon,
di samping masih banyak tawanan Lebanon yang dipenjara di Israel.66 Di sisi lain,
faktor lemahnya Angkatan Bersenjata Lebanon yang memiliki persenjataan yang
sangat sederhana dan dalam jumlah yang sangat kecil, membuat mereka belum
mampu menjamin keamanan nasional, apalagi mempertahankan diri dari serangan

                                                            
63Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 56.


64 Kompas Juli 2006
65Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 56.


66 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 53.
88 

 
Israel. Hezbollah sendiri sebagian besar pengikutnya adalah masyarakat yang
mendiami wilayah di Lebanon Selatan yang wilayahnya berhadapan langsung dengan
Israel sehingga apapun yang terjadi pada Lebanon, Hezbollah menjadi penangkal
awal masuknya Israel ke wilayah Lebanon.
Mencermati keberadaan Hezbollah yang menjadi kuat di Lebanon adalah saat
invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1978-1982. Saat itu Hezbollah belum lahir. Israel
menghancurkan 80 persen desa di Lebanon Selatan dan menewaskan sekitar 20.000
warga sipil Syiah serta melukai lebih dari 30.000 lainnya. Negara absen dan tidak
berdaya memikul tanggung jawab keamanan dalam menghadapi agresi Israel itu. Hal
itu mengakibatkan lahirnya generasi baru dari Lebanon Selatan yang lebih radikal
dan revolusioner untuk mengisi kekosongan negara di wilayahnya itu. Akibat
pendudukan Israel di Lebanon Selatan itu, lahirlah Hezbollah pada tahun 1983.
Persepsi Hezbollah bahwa Israel adalah ancaman utama terhadap wilayahnya, lebih
kuat daripada berlatar belakang agama dan ideologi.
Prestasi terbesar Hezbollah adalah memaksa Israel untuk pertama kalinya
mundur tanpa syarat dari Lebanon selatan pada tahun 2000. 67 Prestasi Hezbollah
berikutnya adalah pada perang Hezbollah dan Israel pada Juli-Agustus 2006 yang
menunjukkan kemampuan Hezbollah bertahan secara luar biasa membendung
serangan Israel, hal ini membuat pihak AS-Israel terkejut, yang memunculkan issu
kedaulatan negara atas Lebanon Selatan, Hezbollah sudah menjadi negara dalam
negara di Lebanon. Muncul daya tekan yang kuat terhadap Hezbollah, yang
disudutkan bermitra dengan Iran, Syria, dan faksi-faksi Palestina dan sebaliknya,
Hezbollah selalu kurang mesra dengan Pemerintah Lebanon yang terdiri dari banyak
kekuatan sekte dan mazhab agama dengan berbagai agenda yang tidak selalu sama
dengan Hezbollah. Sementara wacana politik Hezbollah dikembangkan dengan lebih
bernuansa nasionalis dan menganggap semua faksi atau negara yang antizionis
sebagai mitra strategisnya.
Hezbollah nampak jauh lebih kuat karakter antizionismenya daripada
kekuatan politik lainnya di Lebanon. Hezbollah tidak mungkin mencapai kekuatan
dan pengaruhnya seperti saat ini jika tidak ada kebutuhan kuat untuk mewujudkan
misi melawan proyek zionisme dan imperialisme di Lebanon dan dunia Arab,
sedangkan negara tidak bisa melaksanakannya. 68 Pada sisi Israel, Hezbollah
merupakan ancaman. Melalui Amerika Serikat, Israel berusaha menekan pemerintah
Lebanon agar melucuti senjata Hezbollah. AS juga menekan Syria dan Iran yang
dinilai merupakan dua negara sponsor dan pemasok senjata Hezbollah agar
menghentikan serangan-serangan Hezbollah terhadap tentara Israel. Untuk
mendapatkan dukungan internasional, AS menuduh Hezbollah sebagai organisasi
teroris karena mendukung aksi-aksi intifadha Palestina. Menanggapi tuduhan-
tuduhan AS dan Israel tersebut, Iran dan Syria menyatakan bahwa masalah Hezbollah
adalah masalah dalam negeri Lebanon.

                                                            
67 Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) ( Jakarta: Mabes TNI: 2007), 114.
68Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 38-42


89 

 
Di dalam negeri Lebanon, pascaperang 34 hari memunculkan saling tuding
mengenai perusakan banyak infrastruktur Lebanon yang dilakukan Israel. Hal ini
berbeda dengan dukungan yang disampaikan kubu Siniora saat perang tengah
berlangsung. Bisa jadi itu mengemuka setelah Hezbollah naik pamor di mata rakyat
Lebanon dan dunia Arab karena secara mengejutkan dapat memberikan perlawanan
yang gigih menghadapi Israel pascaperang Arab-Israel dibandingkan pada waktu
sebelumnya. PM Siniora mengkritik Hezbollah atas perang yang sudah dilakukannya.
Perang itu dilakukan tanpa meminta pendapat Pemerintah terlebih dahulu yang
mengakibatkan Lebanon porak poranda. Bagi Hezbollah, Siniora tak lebih sebagai
boneka Amerika Serikat. Selain itu, Hezbollah juga menganggap Siniora dan
sekutunya telah memonopoli kekuasaan di Lebanon.
Sebaliknya, Pemerintah yang didukung kelompok anti-Syria atau Koalisi 14
Maret menolak tuntutan Hezbollah dan sekutu-sekutunya. Koalisi 14 Maret marah
kepada Hezbollah karena memancing perang dengan Israel yang menghancurkan
Lebanon. Karena itu, mereka tetap menginginkan agar kekuatan militer Hezbollah
dilucuti. Selain itu, mereka juga menuduh Hezbollah sebagai alat dan boneka Syria
dan Iran.
Saling tuding antara dua kubu itu terus berlanjut seperti yang disampaikan
oleh Saad Hariri, anak mantan PM Safik Hariri, yang mengatakan bahwa ada
kepentingan Syria untuk membuat Lebanon tidak stabil. Bila melihat saling tuding di
antara kelompok politik di Lebanon, diamnya pasukan Lebanon saat perang tersebut
adalah cermin dari problema hubungan Hezbollah dan negara Lebanon. Hal ini
dimanfaatkan dengan cerdik oleh Israel saat perang itu dengan hanya mengarahkan
sasaran gempuran atas basis Syiah, bukan Sunni atau Kristen, sehingga Lebanon
belum merasa terkoyak-koyak. Sementara itu pengamat perang Juli-Agustus 2006
mengatakan bahwa perang tersebut telah menunjukkan kekuatan Hezbollah yang
dapat menandingi Israel. Hal ini menurutnya yang seharusnya menyadarkan Israel
bahwa selama ini ternyata apa yang telah dilakukannya dapat ditandingi oleh
Hezbollah.
Hasan Nasrallah dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa apabila
dampak perang itu membuat kerusakan yang parah seperti yang disampaikan oleh
kelompok pemerintah, tentu bukan itu tujuan yang diinginkan Hezbollah.69 Ini pula
yang pada waktu berikutnya dilakukan oleh Hezbollah dengan memberikan
penggantian kepada masyarakat yang jatuh korban jiwa maupun harta benda berupa
santunan uang. Sementara pihak pemerintah Lebanon tidak memberikannya.
Sejarawan Paul Kennedy memberikan komentarnya atas pasang-surut
kekuatan satu negara dalam perang itu. Ia melihat dalam hal ini kasus Israel dalam
perang 34 hari yang menurutnya, ada contoh-contoh yang memperlihatkan negara
yang di masa lalu sangat berjaya tetapi berikutnya surut. Israel pun, yang sejak
kelahirannya tampak perkasa, dalam perang itu tampak mulai retak ketika harus
menghadapi perlawanan kelompok Hezbollah yang dengan cerdas menerapkan taktik
perang asimetri. Semenjak tampak kewalahan menghadapi perlawanan Hezbollah,

                                                            
69Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 56-59


90 

 
keguncangan politik pun merebak di negara Yahudi, ini ditandai dengan tuntutan
pengunduran diri Perdana Menteri Ehud Olmert.70 Hal itu diakui pula oleh Menhan
Israel yang menyatakan bahwa Hezbollah merupakan kelompok gerilyawan terbaik
di dunia. Di sisi lain keperkasaan militer yang dimiliki Israel dimungkinkan karena
ada dukungan tanpa batas dari patronnya (Amerika Serikat). Israel tidak akan
sanggup jika terus menerus harus menghadapi perlawanan seperti yang diperlihatkan
Hezbollah.
Pendapat Kennedy itu bagi Hezbollah tentu memberikan spirit, walaupun
akan berbeda dinilai kontribusinya oleh kelompok politik di dalam negeri Lebanon.
Tampak, berbagai kepentingan saling beradu di dalam negeri Lebanon. Itulah
mengapa Pemerintah Lebanon menyikapi awal dan usai perang itu secara berbeda.
AS dan keterlibatannya di Lebanon menjadikan dua kubu berbeda itu saling
melempar kesalahan atas serangan yang dilakukan Israel dalam perang 34 hari itu.

2. Bentrokan Pasca Perang 34 Hari.


Perang 34 hari, Juli-Agustus 2006 belum usai secara permanen. Kedua pihak
masih terus melakukan tindakan-tindakan yang memancing terjadinya lagi perang
terbuka meskipun perundungan-perundingan telah dijalankan. Situasi itu menjadikan
Lebanon maupun Israel belum sepenuhnya aman dari pertikaian. Perundingan terus
berlangsung, sementara pelanggaran udara yang dilakukan Israel kerap kali terjadi.
Hal ini membuat Hasan Nasrallah, dalam suatu wawancara yang disiarkan secara
langsung bereaksi bahwa hingga kini Hezbollah mengklaim memiliki 33.000 roket.
Wawancara itu dilakukan beberapa jam setelah pesawat perang Israel terbang
di Beirut selatan dan dua kota Lebanon di selatan. Pada kesempatan itu pula,
Pemerintah Lebanon dan PBB mengecam Israel dengan keras karena telah
membiarkan armada pesawatnya terbang di atas wilayah Lebanon berkali-kali.
Tindakan itu dinilai bisa melanggar kesepakatan gencatan senjata. Israel menyatakan,
mereka melakukan hal itu karena Lebanon tidak bisa menangani penyelundupan
senjata yang dipasok khusus untuk kelompok milisi Hezbollah.
Demikian pula kontinuitas saling provokasi keduanya di sepanjang
perbatasan. Di Kafer Kella 71 misalnya, sebuah daerah Lebanon Selatan yang
berbatasan langsung dengan Israel, terpasang secara mencolok tiga bendera:
Hezbollah, Palestina, dan Lebanon. Di ujung gerbang daerah yang disebut Fatimah
Gate, berdiam sunyi sebuah Merkava Israel yang tampaknya sengaja dipasang oleh
masyarakat setempat, persis di technical fence, pagar pembatas Lebanon-Israel. Di
sisi lain, kedua tentara berbeda negara itu seringkali saling berhadap-hadapan secara
langsung dengan moncong senjata dan kendaraan tempurnya saling mengarah ke
muka mereka. Di tempat lainnya seperti di Houle, di Pos 8-33, tempat pos pasukan
Indonesia berada, masyarakat dari Lebanon sering memancing emosi tentara Israel
yang berada di posnya. Tentara Israel secara arogan pernah pula menggiring
masyarakat yang mencari kabel bekas di tempat itu hingga memasuki wilayah Israel.

                                                            
Kennedy, The Rise and Fall of the Great Powers, Amazon, 1987. (2010)
70Paul

Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
71

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 42.


91 

 
Proses perundingan untuk menukar dua tentara Israel yang menjadi tahanan
sejak 12 Juli 2006 antara Lebanon/Hezbollah dengan Israel secara tidak langsung
terus dilakukan. Hasan Nasrallah pada November 2006 membenarkan perundingan
yang disponsori Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan itu, namun Nasrallah tak
bersedia menjelaskan lebih jauh tentang isi perundingan itu dan tak bersedia
memprediksi kapan akan tercapai kesepakatan. Semuanya bergantung pada "arah
negosiasi" untuk barter antara dua tentara Israel Ehud Goldwasser dan Eldad Regev
itu dengan warga Arab yang ditahan di penjara-penjara Israel.72
Usulan Nasrallah itu berkali-kali ditolak Israel. Pada sisi lain sesuai dengan
resolusi PBB yang kemudian mengakhiri perang 34 hari, kedua tentara Israel itu harus
dibebaskan tanpa syarat. Keadaan itu kemungkinan yang membuat adanya statemen
pihak Israel, "Kami tak akan mengeluarkan komentar apa pun yang terkait dengan
tentara yang ditahan. Yang jelas, Pemerintah Israel akan melakukan apa pun untuk
membebaskan kedua tentara itu. Upaya itu akan dilakukan tanpa mencederai
keamanan Israel," ujarnya. Meski demikian, sebenarnya Israel dan Lebanon kerap
saling menukar tahanan, seperti ketika tahun 2000. Saat itu Hezbollah juga
menangkap tentara Israel. Butuh waktu sekitar empat tahun sebelum akhirnya
negosiasi barter tahanan itu berhasil. Sekitar 400 warga Palestina dan 35 warga
Lebanon yang ditahan di Israel bisa bebas setelah tentara Israel bebas.
Dalam kesempatan yang sama, Nasrallah juga kembali menegaskan, tidak
bersedia melucuti senjata. Dia sekaligus mengingatkan, jika pasukan internasional
berusaha melucuti senjata Hezbollah, kondisi Lebanon dipastikan akan berubah
menjadi medan peperangan seperti Irak atau Afganistan. Nasrallah mengatakan,
banyak yang khawatir pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon Selatan akan
berubah menjadi pasukan multinasional bermandat melucuti senjata Hezbollah.73
Resolusi PBB tidak memberikan mandat kepada pasukan penjaga
perdamaian untuk melucuti persenjataan Hezbollah dengan paksa kecuali jika
gerilyawan terbukti masuk ke daerah penyangga sepanjang perbatasan Lebanon-
Israel. Namun, di dalam resolusi PBB 2004, ada permintaan untuk melucuti senjata
semua kelompok milisi Lebanon. Bentrokan pertama terjadi setelah perang Agustus
2006. Peristiwa itu terjadi pada Rabu malam, 7 Februari 2007. Saat itu Tentara
Lebanon menembaki sebuah buldoser milik Israel yang terlihat menyeberang pagar
perbatasan sekitar 20 meter ke wilayah Lebanon dan melewati batas demarkasi PBB
di Maroun el-Rass, area wilayah operasi Nepal Battalion. Aksi ini dibalas tentara
Israel.
Saat baku tembak terjadi, sebuah pesawat tempur Israel terbang di sektor
timur perbatasan, dekat lokasi bentrokan. Sebelumnya, Rabu pagi, tentara Lebanon
meningkatkan kewaspadaan menyusul pergerakan tentara Israel di dekat perbatasan
Lebanon selatan. Dua kendaraan penghancur ranjau diiringi tank Merkava terlihat
                                                            
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
72Kusuma,

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 16-17.


73Pasukan Indonesia pernah diminta untuk melucuti senjata Hezbollah pada sekitar Juni 2007.

Segalanya oleh pasukan Indonesia telah disiapkan dengan mengarahkan satu kompi psukan atas perintah
HQ UNIFIL namun sampai detik-detik akhir kesiapan tidak ada tindak lanjut UNIFIL memberikan
perintah selanjutnya.
92 

 
mendekati perbatasan, dan memicu tentara Lebanon untuk menempatkan pasukan di
wilayah itu. Israel mengonfirmasi tentaranya membalas tembakan tentara Lebanon,
tetapi menyangkal telah memasuki wilayah Lebanon. Israel mengatakan, tentaranya
tengah membersihkan wilayah itu dan mencari ranjau yang tertanam di tempat
tersebut. Israel menuduh Hezbollah baru saja menanam ranjau-ranjau itu. Namun,
Hezbollah membantah dan mengatakan ranjau itu ditanam sebelum perang pecah.
Pada bagian lain Israel mengatakan bahwa Tentara Lebanon memberikan
tembakan peringatan yang diarahkan ke pasukannya yang dibalas oleh Israel ke arah
asal tembakan. Israel meminta melalui UNIFIL (Pasukan Sementara PBB di
Lebanon) agar pasukan Lebanon menghentikan tembakan. Tidak ada yang terluka
dalam peristiwa itu. Tembak-menembak akhirnya berakhir, Israel menganggap
insiden ini selesai. Sementara itu jurubicara UNIFIL, Liam McDowell menyatakan
bahwa baku tembak tersebut merupakan insiden serius. Pasukan perdamaian telah
menghubungi kedua pihak dan meminta mereka menghentikan kekerasan.
Ia membenarkan bahwa kontak senjata itu dimulai oleh tentara Lebanon saat
buldoser Israel menyeberang pagar pembatas untuk membersihkan ranjau. Pasukan
UNIFIL, pada hari Kamis, telah ditempatkan di lokasi bentrokan. Baku tembak
dinyatakan telah berhenti dan keadaan dilaporkan sudah tenang. Menyikapi insiden
itu, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Menhan Amir Peretz, melakukan
konsultasi dengan pejabat tinggi militer dan kabinet tentang masalah Lebanon. Israel
merencanakan akan meningkatkan penerbangan di atas wilayah Lebanon. Di sisi lain
PM Lebanon Fuad Siniora memerintahkan pasukan Lebanon membalas semua
pelanggaran kedaulatan Lebanon. Siniora juga bertemu komandan angkatan
bersenjata dan memberikan perintah untuk siap berkonfrontasi dengan Israel atas
pelanggaran kedaulatan Lebanon. Ia juga bertemu perwakilan PBB di Lebanon, Gier
Pedersen, dan memprotes agresi terbaru Israel itu.
Menyikapi insiden itu, pengakuan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert
menjadi menarik. Ia katakan bahwa perang yang dilancarkannya melawan para
pejuang Hezbollah di Lebanon, tahun lalu, sudah sejalan dengan rencana darurat yang
sudah disusun empat bulan sebelumnya. Pengakuan Olmert itu disampaikan di depan
sebuah tim penyelidik yudisial yang dikenal dengan Komisi Winograd, yang
memeriksa kinerja Israel dalam perang 34 hari dengan Hezbollah. 74 Di sisi lain
banyak warga Israel menganggap keputusan Olmert untuk berperang merupakan
reaksi emosional seorang pemimpin yang mempunyai pengalaman militer sangat
sedikit. Pada kesaksiannya itu, Olmert mengatakan kepada komisi bahwa dia
meminta komandan militer pada Maret 2006 untuk menyiapkan sebuah rencana
darurat tindakan militer jika ada tentara yang diculik di perbatasan dengan Lebanon.
Ketika pasukan Indonesia sudah masuk ke wilayah Lebanon sebagai pasukan penjaga
perdamaian, pada bulan Juni 2007,75 untuk pertama kalinya dalam 10 bulan sejak
diterapkannya gencatan senjata, kelompok bersenjata yang ada di Lebanon selatan
menembakkan roket dan mortir ke wilayah Israel. Militer Israel menuding Palestina
ada di balik penyerangan itu. Dua roket dan mortir yang datang dari arah Lebanon

                                                            
74 Kompas 8 Maret 2007
75 Kompas,17 Juni 2007.
93 

 
dan masuk ke kawasan industri Kiryat Shmona dan satu lagi menerjang kawasan
permukiman.
Jurubicara Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, Miri Eisin, menyatakan,
kemungkinan roket itu ditembakkan sebuah kelompok Palestina yang berusaha
memicu reaksi Israel, dan bukan dari Hezbollah. Menurut radio Israel, roket-roket
"kiriman" tipe Katyusha itu mempunyai daya jangkau sejauh 20 kilometer. Serangan
roket itu merupakan serangan yang melampaui perbatasan dan masuk Israel untuk
pertama kalinya sejak perang antara Israel dan Hezbollah yang dimulai 12 Juli 2006.76
Militer Lebanon menyebutkan serangan roket ke wilayah Israel itu merupakan
serangan balasan, setelah pasukan Israel menembakkan lima mortir ke daerah
Lebanon selatan. Namun, pernyataan itu dibantah Israel yang menegaskan pihaknya
tidak dengan sengaja menyasar wilayah Lebanon. Sementara itu Pemerintah Lebanon
bertekad akan menangkap kelompok yang melakukan penyerangan. 77 Siaran TV
LBC78 yang dimiliki Lebanon menyebutkan bahwa 2 Katyusha 160 mm diluncurkan
dari daerah antar Adeise dan Attaaibe yang merupakan Area Operasi Indonesia
Battalion (AO Indobatt) ke Kreiyat Shmona (Israel Utara). Peluncuran mortar itu
terjadi pada pukul 17.00, hari Minggu 17 Juni 2007 waktu setempat. Pasukan Israel
yang berada di perbatasan langsung membunyikan alarm siaga.
Di wilayah Lcbanon (technical fence) Lebanese Army Force (LAF)
melakukan sweeping sehingga memacetkan pengendara hingga mencapai 1 km.
namun kehidupan masyarakat di sekitar tampak tenang seperti tidak ada peristiwa
apapun. Kompi VAB 1 (9,63) dengan menggunakan 2 kendaraan tempur berpatroli
menuju ke Northern Road dan ke Atteibe. Dari Mako Indobatt yang berjarak sekitar
9 km dari lokasi, sebanyak 48 personel 7 ranpur: 2 Panhard, 2 APC, 1 Ambulan dan
2 VAB diterjunkan menuju ke lokasi perbatasan Israel-Lebanon, dipimpin Danki
VAB2, Kapten Andi, Kapten Tio, dan penerjemah Kapten Ridwan. Posko Mobil
disiapkan sebanyak 24 personel. SMR UNIFIL, Spanyol, datang ke lokasi dari
Marjayun.
Di daerah Atteibe, menurut patroli Indobatt telah ditemukan mortar yang
diluncurkan di coordinat 083 dan bendanya sudah difoto oleh tim Indobatt VAB 1.
Awalnya tidak terdengar ledakan, hanya desingan suara dari lintasan peluru yang
meluncur di coordinat 3501-8289. Di 73550-6287 tempat ledakan terdapat misil,
ledakan berada di kebun Zaitun sebelah kanan jalan dari Ettaibe.79 Dua ledakan itu
belum terdeteksi darimana, diprediksi adalah Israel namun jenisnya belum diketahui.
Info ini didapatkan dari anggota patroli Indobatt dan seorang Kolonel dari LAF pada
18.30, 2, VAB 1 pasukan 24 orang, dipimpin oleh Kol. Surawahadi. Letnan Gultom
dari Motoris menjaga helipad di PB Mar. Letda Adit mengawal SMR sampai di PB
Mar. Informasi terakhir roket itu diluncurkan oleh Fattah el Islam. Namun
kebenarannya masih perlu ditelusuri karena Fattah el Islam bukanlah kelompok Syiah
melainkan dari Sunni, jadi agak sulit diterima bila itu dilakukan oleh Fattah El Islam
karena harus berkompromi dahulu dengan Hezbollah.
                                                            
76Informasi didapatkan dari laporan keadaan pasukan Indonesia pada Juni 2007
77Kompas,17 Juni 2007.
78Siaran LBC TV 17 Juni 2007
79Informasi didapatkan dari laporan keadaan pasukan Indonesia pada Juni 2007
94 

 
Jika dilakukan oleh Hezbollah, ini pun tidak diakui oleh Hezbollah. Namun
kemungkinan besar adalah ini merupakan dampak dari pertikaian Palestina di Gaza
dan Tepi Barat untuk mengalihkan perhatian dunia terhadap konflik internal
Palestina. Apabila ini yang terjadi, bisa saja dilakukan oleh Hezbollah, namun
Hezbollah tidak sembarangan mengakui ini.80 Bila Hezbollah yang melakukan, ini
bisa saja terjadi karena pengadilan atas pembunuhan Hariri (dari kelompok Sunni)
yang konon dibunuh oleh Syria, sementara Hezbollah selalu membela Syria yang
dikatakan oleh kelompok lain terlibat pembunuhan itu.
Pengalihan-pengalihan issu ini bisa saja dilakukan. Lalu bagaimana dengan
posisi Israel, apa ia juga yang memperkeruh suasana? Namun bila melihat mortir itu
sampai menembus Israel, tentu Israel akan membalasnya jauh lebih keras. Akan tetapi
perlu juga dilihat pada mantan SLA (Tentara yang dibiayai Israel) yang masih tetap
ada di Lebanon Selatan yang kemungkinan dapat saja melakukan tindakan itu untuk
tetap memperkeruh suasana. Kemungkinan yang mendekati, ini dilakukan untuk
mengalihkan perhatian atau memperlambat proses pengadilan Hariri dan
mengalihkan perhatian Palestina yang bertikai, serta mengalihkan perhatian dari
konflik Fattah el Islam dengan LAF. Diinginkan dari kejadian ini adalah agar tercipta
musuh bersama Palestina dan Lebanon atau dunia Arab, bukan antarmereka karena
musuh mereka sesungguhnya adalah Israel. Semua desingen peluru berjumlah empat.
Israel mengakui bahwa dua roket mengenai kotanya namun satu mengguncang Pos
9.63 (Indobatt) sehingga seluruh pasukannya masuk ke Shelter. Satu lagi terdapat di
Ataibe, mungkin tidak meledak, sehingga dapat diketahui jenis dan lokasi
peluncurannya. Yang sangat mencengangkan adalah ketika info itu diakui oleh
Spanyol yang terlebih dahulu mengetahui dibandingkan pasukan Indonesia, meski
letaknya di wilayah Indonesia. Israel mengakui bahwa itu dilakukan bukan oleh
Lebanon atau Hezbollah.
Deputi Spokeperson UNIFIL, Yasmine Bouzine mengatakan bahwa
penembakan itu serius dan merupakan ancaman terhadap resolusi 1701. UNIFIL dan
LAF melakukan investigasi terkait hal tersebut di tempat kejadian. FC melakukan
kontak dengan LAD dan IDF. TV Al Manar memberitakan dua roket itu jatuh di Kota
Shamuna Israel, namun tidak ada korban. Hezbollah menolak terlibat atas
penembakan Katyusha. TV Al Manar memberitakan, Hezbollah tidak terlibat
tindakan tersebut. Routers mewartakan, pejuang Palestina mungkin sebagai
pelakunya. Pejabat Israel yang menemani Olmert di AS menyatakan hal serupa.
Sehari kemudian pasukan Indonesia dari peleton Kompi A yang ada di lokasi
kejadian hari Minggu sudah ditarik ke kompi VAB1 atas petunjuk Dansektor Timur.
Berita mengejutkan datang pada Senin 19 Juni 2007 dari kelompok Brigade Jihad
Badar Cabang Lebanon yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan roket ke
Israel dan berjanji akan melanjutkan serangannya kepada Israel.
Mobil yang digunakan untuk melakukan serangan dari mobil Honda warna
hijau dan sebuah Mercedes putih yang merupakan mobil sewaan. Pada saat yang
bersamaan Israel menembakkan roket ke Lebanon selatan yang jatuh di daerah
pegunungan Birkat Naggar dan Jabal Saddanah, dekat Kota Shebaa, tidak ada korban
                                                            
80Informasi didapatkan dari laporan keadaan pasukan Indonesia pada Juni 2007
95 

 
jiwa dalam serangan itu. Akan tetapi Perdana Menteri Lebanon, Siniora berpendapat
bahwa serangan itu merupakan rongrongan bagi LAF dan UNIFIL, ingin memberi
kesan bahwa keduanya tidak mampu melindungi masyarakat dan perbatasan. UNIFIL
menyatakan, tidak ada wewenang membuka tembakan kepada teroris yang
melancarkan roket tersebut karena tidak ada dalam mandat, serta jenis senjata yang
dipunyai UNIFIL bukan untuk itu. Ini disampaikan oleh pejabat UNIFIL dalam
merespons keinginan Israel agar menembak secara langsung kelompok yang
melanggar dan mengganggu Israel. Saat ini Israel tidak akan membalas atas
penembakan roket tersebut namun segera akan membalas dengan kekuatan besar bila
melukai penduduk Israel, kata Menhan Israel Tzippi Livni.
Pada waktu yang berbeda, Panglima Komando Utara Israel menyampaikan
serangan itu menunjukkan bukti keluhan Isreal terbukti bahwa penyelundupan senjata
ilegal telah masuk ke Lebanon Selatan. Israel berharap UNIFIL memenuhi
mandatnya di Lebanon Selatan dan LAF bertanggung jawab atas apa yang terjadi di
kawasan teritorialnya. Banyak pengamat heran bagaimana mungkin penyusup
berhasil menerobos keamanan yang ketat dari UNIFIL dengan menembakkan roket
lalu berhasil melarikan diri. 81 Dengan kekuatan pasukan profesional yang lebih
13.000 dan terlatih, seharusnya UNIFIL lebih berhasil menjaga daerah tanggung
jawabnya bersama LAF.
Pada 20 Juni 2007 pukul 10.30, Kosatgas Indobatt yang tengah
menyelenggarakan acara melepas Dansektor Timur, Brigjen Martin Amrosio,
mendengar bunyi pesawat tempur terdengar secara dekat. Pesawat itu tidak tampak,
tertutup awan namun suaranya membuat hadirin yang ada saat itu mendongakkan
kepala ke udara. Pesawat itu tentu bukan milik Lebanon maupun UNIFIL karena bila
pesawat itu miliknya, tentu akan ada pemberitahuan ke UNIFIL, termasuk ke
Indobatt. Diperkirakan adalah pesawat tempur Israel yang memang sering terbang di
udara Lebanon, seperti yang pernah terjadi pada awal kedatangan pasukan Indonesia
di Lebanon Selatan pada akhir November lalu, pesawat itu membentuk formasi sayap
yang melingkar-lingkar di atas udara daerah operasi Indobatt.
Penjelasan Amrosio dalam pertemuan itu menyebutkan bahwa tiga faktor
tercegahnya pecah konflik pascapeluncuran Katyusha beberapa hari lalu: Sikap tegas
LAF dengan menunjukkan komitmen yang jelas untuk mengamankan wilayah
selatan, bekerjasama dengan UNIFIL; Sikap Hezbollah yang menolak terlibat
terhadap penembakan roket tersebut, dan; Sikap Israel yang dapat menahan diri untuk
tidak membalas. 82 Sementara itu Shalom Harari, peneliti senior International
Institute for Counter Terrorisme, tujuan penembakan roket Katsyusa adalah untuk
menarik perhatian sesaat. Untuk memalukan LAF dan UNIFIL, juga untuk
mengalihkan perhatian kejadian Gaza. Fattah El Islam dan Jund al Sham, dua
organisasi yang memiliki koneksi dengan Jihad Global saat ini sedang berusaha
mengganggu pemerintah Lebanon. Kedua kelompok tersebut melakukan ancaman
secara terbuka terhadap Pemerintah Lebanon dengan melakukan pengeboman daerah

                                                            
81Informasi didapatkan dari laporan keadaan pasukan Indonesia pada Juni 2007
82Pertemuan dilakukan di Markas Indobat Adsit Al Qusayr pada 20 Juni 2007.
96 

 
yang berpenduduk Kristen dan kelompok Druze. Menurut Analisis Sharon Harari,
penembakan itu terkait dengan kondisi Lebanon saat ini.83
Berita dari UNIFIL pada 21 Juni 2007 mengabarkan pernyataan resmi
Hezbollah melalui seorang anggota Dewan Syura Hezbollah, Sheikh Muhammad
Yazbik. Ia mengatakan, diperkirakan musim panas mendatang akan membara dan
mengingatkan kepada “pemain baru” untuk mengganti kartunya sesuai keinginan
Amerika-Israel. Hal ini menurutnya terlihat dengan adanya koordinasi kedua negara
untuk memperluas cakupan agresinya terhadap Syria, Iran, dan Lebanon. Kunjungan
mesra Ehud Olmert ke Washington menjadi sinyal yang nyata. Harian Al Mustaqbal
mewartakan, tersangka penembakan Katyusa telah diketahui, baik nama dan afiliasi
politiknya.
Michael Williams, koordinator PBB pada proses perdamaian Timur Tengah
memaparkan, PBB akan bersidang untuk peningkatan pelaksanaan Resolusi 1701
yang merekomendasikan agar Israel dan pasukannya ditarik dari Sheba Farm dan
Ghajar City kepada Armistice Agreement. Dalam pembicaraan antara Olmert dan
Ban Ki Moon, Israel memberikan persetujuannya, dengan syarat, ada pelucutan
senjata seluruh milisi, termasuk implementasi Resolusi 1701 secara penuh.
Pada tempat yang berbeda,84 penduduk Addaise yang tinggal di Marjayoun,
Caza, masih khawatir atas peluncuran roket Katyusha. Mereka menuduh fraksi
Palestina bertanggung jawab atas serangan itu. Seorang anggota dewan desa Adaise,
Muhammad Rammal mengatakan, penduduk yakin bahwa tangan asing berada di
belakang peluncuran roket itu meskipun penjagaan ketat telah dilakukan setelah
kejadian itu. Penduduk tetap khawatir kejadian seperti itu terulang kembali. Salah
seorang pemilik toko di Addaise, Ahmad menyalahkan UNIFIL dan pemerintah.
Sementara Abu Husein Sawly, penduduk Attaibe juga menyalahkan UNIFIL. yang
memiliki jumlah pasukan cukup besar harus ikut bertanggung jawab terhadap situasi
keamanan di wilayahnya.85
Peluncuran roket di daerah operasi pasukan Indonesia yang membuat cemas
masyarakat setempat ternyata tidak berhenti pada peristiwa itu. Pada 24 Juni 2007
terjadi ledakan bom mobil di daerah Khiam dan Marjaoyun, Lebanon Selatan.
Ledakan bom mobil itu terjadi ketika pasukan PBB tengah patroli di jalan raya di
antara Marjayoun dan Khiam. Serangan bom dahsyat itu langsung menghajar konvoi
pasukan perdamaian PBB yang mengakibatkan enam tentara PBB tewas.86
Ledakan bom itu adalah serangan pertama yang paling mematikan sejak PBB
memperpanjang misi memulihkan situasi keamanan pascaperang di antara
gerilyawan Hezbollah dan Israel di Lebanon. Pada kesempatan itu Komandan
pasukan UNIFIL, Mayor Jenderal Claudio Graziano mengatakan, "Ini bukan hanya
serangan terhadap Lebanon dan UNIFIL, tetapi juga ingin mengacaukan stabilitas
wilayah ini. UNIFIL akan tetap memenuhi tugasnya di Lebanon Selatan."87 Setelah
ledakan bom yang dahsyat terjadi, Menteri Pertahanan Spanyol Jose Antonio Alonso
                                                            
83UNIFIL 20 Juni 2007.
84Berita UNIFIL 23 Juni 2007.
85Pasukan UNIFIL saat itu berjumlah 13.000 tentara
86Kompas, 24 Juni 2007
87Berita UNIFIL 23 Juni 2007
97 

 
tiba di Lebanon untuk menangani tiga tentara Spanyol yang tewas akibat ledakan.88
Berselang tiga hari kemudian Pemerintah Lebanon meminta bantuan komunitas
internasional untuk mengantisipasi agar kondisi keamanan di wilayah itu tidak
memburuk. Ledakan bom mobil yang menewaskan enam tentara PBB (tiga dari
Spanyol, tiga dari Kolombia) dianggap sebagai "tantangan bagi dunia".89 Berkaitan
dengan peristiwa itu, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas
peledakan bom mobil dahsyat tersebut. Namun, mayoritas anggota koalisi anti-Syria
yang ada di parlemen Lebanon langsung menuding Syria berada di balik insiden itu.
Seusai menggelar rapat darurat, kabinet Lebanon mengeluarkan pernyataan
tertulis yang menegaskan, ledakan itu "menyerang stabilitas keamanan dan
merupakan tantangan bagi komunitas internasional yang mendukung dan ada di
samping Lebanon". Menteri Penerangan Lebanon Ghazi Aridi mengatakan, Lebanon
membutuhkan bantuan komunitas internasional untuk mengantisipasi konflik lebih
besar. Lebanon tidak boleh ditinggalkan sendirian. Kacaunya situasi keamanan di
Lebanon akan merusak atau mengacaukan bahkan menghancurkan situasi keamanan
berbagai negara di wilayah itu.
Aridi menuding kelompok perlawanan sebagai pelaku, berdasarkan
pengakuan seorang anggotanya, dari kelompok Fattah el-Islam yang ditangkap saat
terjadi pertikaian sengit di kompleks pengungsian Palestina. Sedangkan Menteri
Pertahanan Lebanon, Elias Murr menyatakan bahwa operasi militer selama 33 hari
atas Fattah el Islam di Nahr al Bared adalah operasi pembersihan dan penghancuran
beberapa ranjau yang kemungkinan dipasang kelompok militan tersebut. Tentara
akan tetap menjaga daerah itu dari segala kemungkinan serangan balik karena
pimpinan Fattah el Islam, Shaker al Abssi belum menyerah dan telah membaur
dengan penduduk sipil sehingga daerah tersebut masih dinyatakan sebagai military
zone.90
Berbeda dengan pernyataan Aridi, mayoritas anggota koalisi anti-Syria di
kabinet Lebanon menuding Syria sebagai "otak" di balik serangan itu. Mereka
menganggap bahwa serangan bom itu sama persis dengan serangan teroris yang
selama ini gencar dilakukan oleh Syria terhadap Lebanon karena ledakan dan
pembunuhan seperti itu merupakan ciri khas mereka. Selama ini koalisi anti-Syria
kerap menuding Syria ada di balik setiap serangan yang terjadi di Lebanon. Sejak
pembunuhan mantan PM Lebanon Rafik Hariri pada tahun 2005, berbagai serangan
bom rutin terjadi dengan target para pejabat pemerintah yang dianggap memiliki
hubungan dekat dengan Syria. Namun, Syria berulang kali membantah tudingan dari
Lebanon. Bahkan, Syria dan Hezbollah sama-sama mengutuk serangan bom di
Lebanon itu. Menteri Luar Negeri Syria Walid al-Moallem menegaskan, serangan itu
perbuatan kriminal yang bertujuan menggoyang stabilitas dan keamanan di
Lebanon.91
                                                            
88Kompas,
24 Juni 2007. Spanyol saat itu memiliki 1.100 tentara di Lebanon yang menjadi
bagian dari anggota pasukan PBB yang terdiri atas 30 negara, sedangkan Indonesia saat itu mengirimkan
850 personel. PBB pertama kali menerjunkan 13.000 pasukannya ke Lebanon pada tahun 1978.
89Kompas, 25 Juni 2007.
90Berita UNIFIL 23 Juni 2007
91Kompas 25 Juni 2007
98 

 
Konstelasi konflik Timur Tengah yang di dalamnya melibatkan Lebanon
masih terus berkecamuk hingga saat ini dan tidak diketahui kapan berakhirnya. Di
dalam negeri Lebanon, konflik sektarian menambah catatan lainnya. Bab berikut akan
membahas tentang pasukan Indonesia yang menjadi pasukan perdamaian dalam
menengahi konflik tersebut dan citra yang dibangun pasukan Indonesia dalam sejarah
pasukan penjaga perdamaian.
BAB IV
PASUKAN INDONESIA
DALAM MISI PERDAMAIAN DUNIA

“Peacekeeping is not a job for soldiers, but only soldiers can do it.”
Pemeliharaan Perdamaian bukanlah tugas tentara, tetapi hanya tentara yang dapat
melakukannya. Demikian Dag Hammarskjöld, seorang mantan Sekretaris Jenderal
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) katakan.
Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa penugasan tentara untuk misi
perdamaian bukanlah pekerjaan yang sederhana karena dihadapkan dengan suasana
yang rumit dan menegangkan. 1 Prajurit di pasukan harus dipersiapkan dengan
mental yang baik, kondisi fisik yang prima, mampu bernegosiasi dengan kubu-kubu
yang bertikai, melawan rasa takut, suasana untuk melawan kemaun diri berhadapan
dengan situasi dan kondisi tugas melalui aturan yang dibuat oleh PBB. Situasi itu
dalam kondisi kekinian disebut dengan traditional peacekeeping yakni hanya
menjadi buffer zone (zona penyanggah) dalam setiap pertikaian yang terjadi. Akan
tetapi perkembangan lebih lanjut dalam misi perdamaian itu, terjadi perubahan
paradigma peacekeeping yakni dari traditional peacekeeping menjadi
multidimensional peacekeeping. 2
Pasukan Indonesia yang dikirim ke mancanegara merupakan bagian dari
pasukan perdamaian dalam arti tradisional maupun multidimensional. Bab ini
membahas tentang bagaimana citra Indonesia dibangun dalam misi pasukan
perdamaian dan sejarah awal pengiriman pasukan Indonesia sampai dengan
dikirimnya Kontingen Garuda ke 23 A sebagai pasukan perdamaian dunia yang
ditempatkan di Lebanon.

A. Membangun Citra Indonesia


Keberhasilan Indonesia yang tergabung dalam kontigen garuda dalam
melaksanakan tugas United Nation Peace keeping Operation (UN PKO) telah
menimbulkan kepercayaan dunia internasional. Beragam kepercayaan dan
pengakuan atas keberhasilan itu dilukiskan oleh Sekjen PBB, Ban Ki-Moon3 ketika
berkunjung ke Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian di Sentul, Bogor. Ia mengatakan:

“…it is a special privilege as secretary general of the United


Nations to meet so many distinguished military leaders, and also more
                                                       
1Mantan
Sekjen PBB ke 2 Periode 1953-1961. Lihat, James Sloan. “The Enduring Relevance
of Dag Hammarskjold’s Characterization of Peacekeeping”. E-International Realtions Studens. 30
Maret 2009. Diunduh pada 19-08-2015. Lihat Carl Bildt. “Dag Hammarskjold and United Nations
Peacekeeping”. “UN Chronicle,” No. 2. (2011): 5-7. Diunduh pada 19-08-2015.
2Pembicaaran ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian berikutnya. Lihat buku yang

diterbitkan PBB, “Handbook on UN Mutidimensional Peacekeeping Operations”. (2003), 1.


3Pada kesempatan itu Sekjen PBB menyampaikan bahwa Presiden RI ke 6, Susilo Bambang

Yudhoyono adalah satu-satunya pemimpin dunia, di seluruh dunia yang telah mengabdi sebagai
peacekeeper. (SG/SM/14176 PKO/303). AM. Fatwa dalam kunjungannya mewakili Komisi 1 DPR RI
ke Lebanon ketika itu menyampaikan bahwa Sekjen PBB, Ban Ki Moon hanya memilih 5 kontingen
yang dikunjungi secara khusus ketika ia inspeksi ke wilayah Lebanon pada Maret 2007.
100 

importantly, many troops who have contributed to peace and security


around the world. ... These Indonesian troops – like our blue helmets
everywhere – showed courage and compassion. That changed
everything. They earned hearts and minds....”
(“…Suatu kebanggaan khusus bagi saya sebagai sekjen PBB
bertemu dengan begitu banyak pimpinan militer dan yang terpenting,
banyak pasukan yang telah berkontribusi dalam keamanan dan
perdamaian di seluruh dunia. ... pasukan-pasukan Indonesia ini,
seperti halnya para peacekeeper kami dimanapun – menunjukkan rasa
belas kasihan dan keberanian yang mengubah segalanya. Mereka
memenangkan pikiran dan hati…”)

Pada bagian lain Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (2011) dalam
pidatonya saat peresmian fasilitas pendidikan dan latihan Pusat Misi Pemeliharaan
Perdamaian (PMPP) TNI mengatakan bahwa pengiriman pasukan Indonesia ke
mancanegara dalam misi perdamaian dunia:
“…pertama-tama karena amanah konstitusi. Konstitusi kita
mengamanahkan agar kita ikut melaksanakan ketertiban
dunia, world order berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial. Yang kedua, situasi keamanan dan perdamaian
dunia hingga saat ini belum pernah baik sehingga the maintenance of
international peace and security adalah tugas yang akan terus kita
lakukan sampai dunia ini betul-betul aman dan damai, sebagaimana
yang telah menjadi tekad bangsa-bangsa sedunia dan
menjadi charter dari The United Nations. Yang ketiga, kita ingin
membekali dan meningkatkan kemampuan dan pengalaman TNI dan
dalam batas tertentu Polri untuk tugas-tugas pemeliharaan
perdamaian ini.”

Namun demikian pengalaman yang telah dilalui, dalam misi perdamaian itu
mengalami suatu evolusi bersamaan dengan bergulirnya waktu. Pada akhir 1980-
an, terjadi evolusi dalam struktur misi pemeliharaan perdamaian, sejumlah besar
operasi pemeliharaan perdamaian, dikerahkan untuk mendukung kegiatan politik
yang masih bermodel operasi militer 'tradisional'.

1. Tentara Diplomat
Operasi pemeliharaan perdamaian PBB telah berubah menjadi operasi
pemeliharaan perdamaian multidimensi. Komponen termasuk militer, polisi sipil,
politik, urusan sipil, supremasi hukum, hak asasi manusia, kemanusiaan,
rekonstruksi, informasi publik dan gender. Beberapa operasi itu tidak memiliki
komponen militer tetapi melaksanakan mandat mereka bersama pasukan
pemeliharaan perdamaian regional atau multinasional.
Tugas peacekeeping telah berubah. Tugas dan tanggungjawabnya lebih luas
tidak seperti pada traditional peacekeeping yang pertama kali dibentuk, seperti pada
101 

“buffer zone” atau zona penyangga yang tidak hanya memisahkan dua pasukan
bertikai.

Gambar 4.1
Menlu Hasan Wirayuda bertemu dengan Pemerintah Lebanon di Beirut.
Sumber: Koleksi Pribadi Februari 2007

Situasi itu diperkuat pula dengan pernyataan Sekjen PBB, Kofi Annan4 yang
mengungkapkan bahwa; Operasi pemeliharaan perdamaian tradisional tetap
dilaksanakan, pemelihara perdamaian pada dekade 1990-an telah terlibat dalam
proses perdamaian pasca-konflik yang lebih luas terkait dengan pelaksanaan
perjanjian perdamaian. Ini melibatkan pemulangan dan reintegrasi pengungsi dan
orang-orang terlantar, rekonsiliasi, membangun kembali sistem peradilan,
memperkuat promosi dan perlindungan hak asasi manusia, bantuan pemilu dan
bantuan dalam membangun kembali infrastruktur politik, ekonomi dan sosial yang
dilanda perang, serta tugas perdamaian yang lebih jauh melampaui tugas
pemeliharaan perdamaian tradisional.
Sementara itu, misi perdamaian yang melibatkan Tentara Nasional Indonesia,
pada awal pengiriman telah melaksanakan tugas tersebut yaitu melaksnakan tugas
sebagai traditional peacekeeping maupun setelahnya yaitu multidimensi
peacekeeping, namun dalam konteks kebijakan politik luar negeri Indonesia
pengiriman pasukan perdamaian itu penekanannya merupakan bagian dari Politik
Luar Negeri RI yang disebut dengan diplomasi total, yaitu diplomasi yang
                                                       
4Kofi Annan, (1999), 4. Disampaikan pada rapat kerja organisasi PBB.
102 

memandang setiap isu secara komprehensif dan melibatkan seluruh komponen


bangsa.
Prajurit TNI ditempatkan sebagai tentara diplomat yang membawa nama baik
di dunia internasional. Dalam diplomasi total perlu mengembangkan hubungan
partisipasi dengan masyarakat internasional.5 Keterlibatan TNI untuk misi pemelihara
perdamaian dunia, merupakan bagian dari peningkatan citra Indonesia dalam politik
luar negeri. Menurut Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Hassan Wirayuda,6
misi tentara dan diplomat diingatkannya dengan bendera merah putih yang menempel
di bahu sebelah kiri yang menunjukan tugas nasional membawa citra bangsa dan di
bahu sebelah kanan dengan lambang bola dunia PBB, menunjukkan tugas dari dunia
internasional.7
Tahun 2007 itu merupakan tahun ke 50 partisipasi pasukan Indonesia dalam
misi perdamaian di dunia. Saat mengawali sambutannya di tengah pasukan Garuda
23 A Menlu mengatakan; ”Pada bulan Januari 1957 Indonesia ikut dalam misi
perdamaian dunia di Timur Tengah untuk pertama kalinya. Hal itu dilakukan bangsa
Indonesia karena merupakan implementasi dari amanat konstitusi Republik Indonesia
yaitu untuk memelihara perdamaian dunia. Amanat konstitusi yang telah dijalankan
selama 50 tahun itu, telah membawa nama baik Indonesia di forum internasional.”
Di Lebanon, saat Menlu Wirayudha bertemu dengan Presiden Emile Lahoud,
Perdana Menteri Fouad Siniora, dan Ketua Parlemen, Nabih Berri, ia mengatatakan,
mereka menyambut baik kontingen Indonesia di UNIFIL. Demikian pula dengan
informasi yang didapatkan dari Eropa, bahwa partisipasi Indonesia dalam misi
perdamaian dunia sangat dihargai. Indonesia diminta untuk meningkatkan
partisipasinya melaksanakan misi perdamaian dengan berhasil.
Misi perdamaian yang melibatkan Tentara Nasional Indonesia, menurut
Menlu merupakan bagian dari Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang disebut
dengan diplomasi total, yaitu diplomasi yang memandang setiap isu secara
komprehensif dan melibatkan seluruh komponen bangsa.
Di samping itu citra Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), dan Ketua Komite Dewan Keamanan, harus
terpelihara. Oleh karena itu dalam diplomasi total perlu mengembangkan hubungan
partisipasi dengan masyarakat internasional. Keterlibatan TNI untuk misi pemelihara

                                                       
5Lihat Eduardo Lachica, “Jakarta’s Foray into Armed Diplomacy.” The Far Eastern Economic

Review No. 5 Vol 170 (June 2007): 38-44.


6Disampaikan oleh Menlu Hassan Wirayudha ketika memberikan sambutan di Markas

Kontingen Indonesia di Lebanon Selatan pada 3 Februari 2007.


7Lihat Pasal 4 Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

dikatakan bahwa “hubungan luar negeri dilaksanakan melalui diplomasi yang kreatif, dan antisipatif,
tidak sekedar rutin dan reaktif, teguh dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan luwes dalam
pendekatan.” Dan Lihat Jocelyn Coulon, Soldiers of Diplomacy the United Nations, Peacekeeping, and
the New World Order (University of Toronto Press: March 1999): ix – xii. Lihat Anthony Pratkanis,
Public Diplomacy in the International Conflict. In N.S. Taylor (Ed.) Routledge Handbook of Public
Diplomacy. (Routledge. 2009). Dan Rachmadi, L. Christiawan. Menjawab Tantangan Operasi
Perdamaian Masa Depan Dari Komunitas Internasional (Jakarta: Unhan 2012).
103 

perdamaian dunia, bisa jadi merupakan bagian dari peningkatan citra Indonesia dalam
politik luar negeri.8

Gambar 4.2
Mantan Menlu RI, Ali Alatas menyertai rombongan Kemenlu mengunjungi
Pasukan Indobatt di Adshit Al Qusayre memperkuat total diplomasi.
Sumber: Koleksi pribadi 3 Maret 2007

2. Kebijakan Politik Luar Negeri RI


Pencitraan Indonesia di dunia internasional saat itu sedang digalakan oleh
Departemen Luar Negeri RI. Kunjungan Menlu Hassan Wirajuda ke negara-negara
Arab setelah mengunjungi pasukan Indobatt di Lebanon Selatan, mempertegas
keinginan Indonesia menjadi pemain utama proses perdamaian. Di samping itu faktor
anggota tidak tetap DK PBB memperkuat keyakinan Indonesia dalam usaha terlibat
lebih aktif dalam proses perdamaian. Pada akhir sambutannya Menlu berharap
kontingen Indobatt dalam bertugas dapat berhasil dengan baik. Untuk itu kunjungan
Menlu9 dan rombongan ke Lebanon saat itu memiliki arti penting dalam
meningkatkan citra politik luar negeri RI yang telah menjadi anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB.
Di Lebanon Menlu menemui Presiden, Perdana Menteri, dan Ketua Parlemen
Lebanon untuk membahas situasi Lebanon pasca perang 34 hari dan penempatan
pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon. Menlu pun menuju Damaskus, Suriah,
                                                       
8Lihat
Kontribusi Negara Dalam Peacekeeping. Diakses pada tanggal 3 Juli 2013.
Peacekeeping http://www.un.org/cyberschoolbus/briefing/peacekeeping/peacekeeping.pdf diakses pada
2 Juli 2013.
9Utusan Khusus Presiden RI, Ali Alatas dan Menlu RI, Hasan Wirajudha berkunjung ke

Lebanon pada 2 Februari 2007 untuk memperkuat diplomasi total yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia. Penulis menyambut mereka di homebase Indobatt, Adshit Al Qusyair.
104 

untuk membicarakan perdamaian antar faksi yang bertikai di Palestina, yakni


Hammas dan Fatah dengan pemerintah Suriah. Dua pejabat tinggi negara itu telah
memberikan spirit yang besar pada pasukan Indobatt yang tengah bertugas di
Lebanon Selatan.

Gambar 4.3
Duta Besar RI untuk Lebanon mengunjungi pasukan Indonesia diterima oleh Dansatgas Kol.
Surawahadi dan Danki VAB 2 Kapten Hendriawan di Makam Syeikh Abad.
Sumber: Koleksi Pribadi 3 November 2007

Suatu hal yang menarik dari kunjungan pejabat-pejabat tinggi RI itu adalah
hubungan lintas departemen dalam pengiriman pasukan Indobatt ke Lebanon untuk
membawa misi perdamaian dunia sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi RI.
Pasukan TNI yang bertugas membawa misi perdamaian di forum internasional akan
membawa citra Indonesia dalam diplomasi politik luar negerinya. Membangun citra
Indonesia di luar negeri tidak hanya dilakukan oleh Menlu. Ketua PB Nahdlatul
Ulama, Hasyim Muzadi, pada saat yang bersamaan berada di Syria dan mengunjungi
Lebanon untuk menemui para Ulama dalam rangka pembicaraan yang sama yakni
perdamaian di Timur Tengah. Diplomasi total yang dilakukan oleh Indonesia untuk
membangun citra politik luar negerinya, dibangun dengan melibatkan seluruh elemen
bangsa, termasuk di dalamnya adalah pengiriman pasukan Indonesia ke luar negeri
dalam rangka memelihara perdamaian dunia.
Sehubungan dengan itu untuk selanjutnya pelaksanaan pengiriman pasukan
atau misi pemeliharaan perdamaian ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Hal ini
sebagaimana diterangkan dalam penjelasan atas Pasal 10 UU RI Nomor 37 Tahun
1999 tentang Hubungan Luar Negeri bahwa, Pengiriman pasukan atau misi
pemeliharaan perdamaian merupakan pelaksanaan politik luar negeri, dalam
mengambil keputusan, Presiden memperhatikan pertimbangan Menteri. Di samping
105 

itu karena pelaksanaan pengiriman pasukan atau misi perdamaian itu melibatkan
berbagai lembaga pemerintah, maka pengiriman pasukan atau misi perdamaian
demikian ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Kemudian pada tahun 2005
Kemenlu RI membuat Direktorat Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata (Dir
KIPS) berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01.
Kemenlu RI dalam situsnya kemlu.go.id disebutkan bahwa,”DIR KIPS
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Multilateral di
bidang keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,
penanggulangan kejahatan lintas negara dan terorisme.” Selain itu, tugas
pemeliharaan perdamaian10 juga diatur dan dikelola oleh Kementerian Pertahanan
(Kemenhan) RI di bawah Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan, dengan pelaksana
hariannya dijabat oleh Kasubdit Gunkuat Komput.
Kemenhan telah membuat Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan
tentang tugas pemeliharaan perdamaian yang tertuang dalam, Buku putih pertahanan
tahun 2008, yang berisi dinamika konteks global dan regional telah mempengaruhi
proses perubahan yang merambah tidak saja dalam kehidupan masyarakat dalam
lingkup nasional, tetapi juga sampai pada lingkup provinsial dan lokal.
Upaya bangsa-bangsa mewujudkan perdamaian dunia masih dihadapkan
dengan isu-isu keamanan di beberapa kawasan, baik yang berdimensi keamanan
tradisional maupun konflik internal yang berskala besar. Esensi buku putih
pertahanan negara adalah kebijakan pertahanan Indonesia dalam mengelola
pertahanan negara serta pandangan bangsa Indonesia di bidang pertahanan dalam
memosisikan diri dalam konteks global dan regional. Sisi menarik dalam pengiriman
pasukan Indonesia ke Lebanon saat itu adalah sebagaimana yang disampaikan oleh
Panglima TNI, Marsekal Joko Suyanto saat datang ke Lebanon yang mengatakan
bahwa peran aktif dalam pengiriman pasukan itu merupakan wujud dari politik luar
negeri Indonesia dan pada saat yang bersamaan Indonesia tengah menjadi anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Dalam perbincangannya dengan Panglima TNI, Kepala Staf LAF Mayor
Jenderal Shawki Elmasri mengucapkan selamat datang dan terimakasihnya kepada
kontingen Indonesia atas partisipasinya dalam memelihara perdamaian di Lebanaon
pasca serangan Israel pada Juli-Agustus 2006. Disamping itu ia mengatakan juga
bahwa kontingen Indonesia termasuk kontingen dalam jumlah besar yang datang ke
Lebanon, untuk itu dalam rangka stabilisasi wilayah serta deployment pasukan LAF

                                                       
10Lihat
UU Nomor 03 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dalam pasal 10 menyebutkan
TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk :
a. mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah;
b. melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa;
c. melaksanakan Operasi Militer Selain Perang;
d. ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.
Serta UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, dalam pasal 7
menyebutkan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri tugas pokok TNI
masuk dalam nomor 6 (enam) dari 14 tugas pokok TNI pada operasi militer selain perang. Sementara
dalam pasal 20 ayat (3) dinyatakan, penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas perdamaian dunia
dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia dan ketentuan hukum nasional.
106 

di Lebanon Selatan, ia sangat berharap kontingen Indonesia dapat bekerja untuk


pencapaian misi tersebut. Diingatkannya pula bahwa bagi orang-orang Lebanon,
mereka sangat menerima pasukan Indonesia karena dipandang sangat baik. Mereka
pun berterima kasih atas kedatangan pasukan Indonesia. Indonesia diharapkan dapat
memberikan kesimpulan yang penting terhadap pasukan LAF.
Panglima TNI dalam perbincangan itu menyampaikan pesan Presiden
Republik Indonesia yang menyatakan rasa senangnya pasukan Indonesia dapat
diterima di Lebanon. Menurut Panglima TNI, dalam tugasnya, pasukan Indonesia
keberadaannya sangat penting di negara yang tengah dilanda konflik dalam konstelasi
politik global, karena Indonesia sangat memberikan perhatian khusus perdamaian
dunia. Masyarakat muslim Indonesia, menurut Panglima, tidak ingin konflik
berkelanjutan terjadi di Lebanon.
Kepala Staf Elmasri berharap dalam tugasnya di Lebanon, tidak ada saling
salah pengertian antara pasukan Indonesia dengan masyarakat Lebanon. Setiap saat
LAF dapat membantu kontingen Indonesia apabila mengalami kesulitan. Ia pun
mengingatkan bahwa luasnya wilayah Lebanon yang dihadapkan dengan jumlah
tentaranya yang sedikit, tidak cukup LAF menempatkan pasukannya di seluruh area
Lebanon. Kedatangan pasukan Indonesia diharapkan dapat membantu posisi LAF.
Hingga tahun 2013 berdasarkan data statistik PBB, untuk peringkat negara
yang memiliki Kontribusi Pasukan pada operasi PBB atau Troops Contributing
Country (TCC) per 31 Maret 2013, Indonesia menduduki posisi ke-16 dengan total
1.730 personel dari 116 negara kontributor. Sementara 3 (tiga) besar negara TCC
diduduki oleh Bangladesh dengan total 8.826 personel; Pakistan dengan total 8.251
personel; dan India dengan total 7.812 personel.11
Sejak Indonesia ikut berkontribusi dalam pengiriman pasukan ke PBB,
Indonesia telah mengirimkan 34 polisi individu (individual police), 140 unit polisi
berseragam (formed police unit), 22 ahli pada misi (experts on mission), dan 1.535
kontingen pasukan (contingent troop).

B. Sejarah Pengiriman Pasukan ke Manca Negara


Pengiriman pasukan perdamaian Indonesia ke manca negara bila dilihat dari
fase pengiriman dapat dipetakan menjadi dua bagian. Bagian pertama pengiriman
pasukan dengan kekuatan setingkat kompi dan setingkat batalion. Bagian kedua
pengiriman pasukan dalam bentuk kelompok yang bekerja sebagai pengamat.
Kontingen Indonesia yang dikirim sebagai pasukan perdamaian dunia sampai dengan
tahun 1964 adalah pasukan dalam bentuk satuan besar. Selanjutnya pengiriman
kontingen dalam bentuk satuan besar setingkat kompi dan batalyon serta sebagai
pengamat (observer) baru dimulai lagi pada tahun 1973.
Pengiriman pasukan Indonesia dalam misi perdamaian dunia itu di samping
untuk memenuhi permintaan PBB, tidak terlepas pula dari amanat UUD 1945

                                                       
11Lihat
John B. Haseman and Eduardo Lachicha, “The TNI and International Peacekeeping
Operations: A Welcome Return” dalam The U.S. – Indonesia Security Relationship: The Next Steps.
(USINDO: Januari 2009): 91.
107 

Republik Indonesia melalui Pembukaan konstitusinya12 alinea keempat yang


mengamanatkan ”…turut memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan
dan perdamaian abadi....” Amanat tersebut menjadi landasan kiprah pasukan
Indonesia di dunia internasional untuk memelihara perdamaian dan ketertiban
dunia.13
Salah satu wujud nyata peran serta Indonesia dalam usaha membantu
perdamaian dunia adalah dengan pengiriman kontingen garuda14 (Konga) atau
Kontingen Indonesia (Kontindo) di bawah naungan bendera Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Pengiriman pasukan ini merupakan suatu kehormatan dan kesempatan
yang ditunjukan oleh bangsa Indonesia kepada dunia bahwa Indonesia menaruh
kepedulian besar terhadap kehidupan bangsa-bangsa di dunia.

1. Dari Terusan Suez hingga Lebanon


Pada bulan Januari 1957 untuk pertama kalinya Indonesia ikut serta dalam
misi perdamaian dunia, dengan tugasnya ke Timur Tengah. Hal itu dilakukan sebagai
implementasi dari amanat konstitusi Republik Indonesia yaitu untuk memelihara
ketertiban dunia.15
Alasan keikutsertaan Indonesia dalam misi perdamaian dunia untuk pertama
kali melalui suatu proses politik yaitu ketika pada 8 Nopember 1956 Pemerintah
Republik Indonesia menyatakan kesediaannya kepada PBB untuk ikut serta dalam
Pasukan Polisi PBB yang bertugas memelihara perdamaian di Mesir. Pemerintah
kemudian mengeluarkan pengumuman yang isinya antara lain:

1. Pemerintah Indonesia memutuskan untuk ikut serta dalam pasukan-


pasukan Polisi PBB seperti dimaksud oleh resolusi Sidang Umum
PBB tersebut di atas.
2. Besarnya sumbangan Indonesia dalam pasukan-pasukan polisi PBB
yang dimaksud itu, diberikan dalam batas-batas kekuatan Indonesia
hingga tidak mengurangi potensi pertahanan Indonesia sendiri.
3. Ikut sertanya Indonesia dalam pasukan-pasukan polisi PBB itu
didasarkan atas pengertian, bahwa pasukan-pasukan polisi itu ber-
tugas semata-mata untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah
dan tidak akan bersifat suatu campur tangan ke dalam urusan dalam
negeri di negara dimana pasukan-pasukan ditempatkan.16

Sementara itu Presiden Soekarno dalam amanatnya pada 31 Desember 1956


saat apel pasukan di Istana Merdeka Jakarta menyampaikan bahwa untuk pertama
                                                       
12Krissantono,
Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila (Jakarta: CSIS, 1976): xvii.
13Presdien
SBY pada Seminar Perspektif Sejarah di FIB Universitas Indonesia pada 20
Agustus 2015 di Balairung UI menyatakan bahwa alinea ini dalam pembukaan UUD merupakan bagian
penting dari hubungan internasional Indonesia baik dalam misi politik maupun militer dalam konteks
perdamaian.
14Lihat Buletin Diplomasi Kemenlu, Volume II No. 2 (2013): 2.
15Tabloid Diplomasi, Kemenlu RI, No. 30 Tahun III (15 April - 14 Mei 2010): 3-4.
16Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 47.
108 

kali tentara RI memikul tugas internasional, dan itu bukan untuk Indonesia saja tetapi
untuk seluruh dunia dan untuk perikemanusiaan. Selanjutnya Presiden menyerukan
supaya cita-cita bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan penuh, kerakyatan dan keadilan
sosial tetap dikobar-kobarkan dalam dada dan kepergian pasukan itu bukan hanya
dirasakan sebagai individu-individu, tetapi sebagai suatu bangsa yang memikul cita-
cita dan menjunjung tinggi nama Indonesia di luar negeri.17
Berselang beberapa waktu kemudian pada tahun 1960 Indonesia dipercaya
kembali untuk mengirimkan pasukan perdamaiannya ke Kongo. Kepala Staf
Angkatan Darat (KASAD), A.H. Nasution dalam amanatnya pada 9 September 1960
menyampaikan, bahwa tugas pasukan yang ke Kongo adalah lebih berat dari pada
satuan yang bertugas di Ghaza Mesir beberapa tahun yang lalu. Hal ini disebabkan
karena pasukan yang ke Kongo menghadapi situasi yang sulit dan kacau, baik dalam
kemiliteran maupun dalam bidang politik disebabkan karena adanya kekuatan dari
luar yang ikut memainkan peranan. Dalam melaksanakan tugas di Kongo agar
pasukan melaksanakan tugas dengan ketekunan dan baik. Pelaksanaan tugas itu
bukan semata-mata tugas militer, tetapi sebagai duta negara maka pasukan harus pula
mengharumkan nama Angkatan Perang bangsa dan negara Republik Indonesia.18
Kontingen Garuda yang dikirim ke Kongo adalah untuk melaksanakan tugas
sebagai pasukan PBB dalam memelihara keamanan dan ketertiban untuk
memungkinkan lancarnya roda pemerintahan Pemerintah Kongo yang sah. Di
samping tugas tersebut, pasukan Garuda memikul tugas negara yaitu sebagai duta
negara dan bangsa Indonesia dan duta TNI/ABRI.19 Keikutsertaan Pasukan
perdamaian Indonesia,20 yakni Kontingen Garuda (Konga) yang dikirim untuk
pertama kalinya dalam misi perdamaian terjadi pada 8 Januari 1957 dalam misi
United Nations Emergency Force (UNEF) ke Sinai Mesir. Saat itu Presiden Mesir
Gamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956 mengumumkan untuk menasionalisasi
Terusan Suez.21 Sejak saat itu terjadi konflik kepentingan antara Mesir dengan
negara-negara Barat.
Negara-negara Eropa seperti Inggris dan Perancis sebagai pemegang saham
terbesar Terusan Suez serta Amerika Serikat dan sekutunya mengutuk tindakan Mesir
tersebut. Maka pada 16 Agustus 1956 atas prakarsa Amerika Serikat diadakan
konferensi London guna membahas masalah Terusan Suez, Indonesia termasuk
diantara 24 negara yang diundang sedangkan Mesir dan Yunani memboikotnya.
Konferensi gagal mencapai kesepakatan karena terdapat dua pandangan yang
berbeda diantara pesertanya. Pandangan pertama yang berasas internasionalisme
menentang nasionalisasi dan pandangan kedua berasas nasionalisme, mendukung
nasionalisasi terusan Suez.
                                                       
17Dinas
Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 52.
18Dinas
Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 77.
19Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 81.
20Pengiriman Kontingen Garuda I ke Sinai tersebut merupakan upaya Presiden Soekarno

ketika itu untuk membalas pembelaan negara-negara Islam atau Liga Arab khususnya Mesir atas
pernyataan pengakuan kemerdekaan RI pada 18 November 1946. Lihat M. Zein Hassan Lc, Lt.,
Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri (Jakarta: Bulan Bintang, 1980). 130.
21 Pusjarah TNI. Sejarah Tentara Nasional Indonesia Jilid II (Jakarta, 2000), 132.
109 

Gambar 4.4
Seorang prajurit Mesir di Bunker Israel di Sinai yang dapat direbut tentara Mesir kembali.
Sumber: Koleksi pribadi Maret 2007

Pada 5 Oktober 1956, masalah Terusan Suez dibahas oleh Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB). Sesudah dilakukan perdebatan yang alot,
akhirnya Inggris, Perancis, dan Mesir sepakat untuk menyetujui usulan Sekjen PBB
yang berisi 6 pokok penyelesaian. Namun, sebelum persetujuan itu dilaksanakan,
pada 29 Oktober 1956 Israel melakukan serbuan kilat ke Sinai22 sampai tepi Terusan
Suez. Gerakan militer Israel ini didukung oleh Inggris dan Perancis. Dua hari
kemudian Inggris dan Perancis menyerang Mesir.
Pada 4 Nopember 1956 dua pelabuhan Mesir Port Said, Port Fuad, dan
Ismailia direbut Inggris dan Perancis sedang Israel berhasil dengan mudah menguasai
Sinai karena sebagian pasukan Mesir ditarik dari lokasi untuk menghadapi Inggris
dan Perancis. Sementara itu pada 7 Nopember 1956 Sidang Khusus Majelis Umum
PBB (MU PBB) menyerukan negara-negara yang bersengketa untuk melaksanakan
gencatan senjata. Seruan tersebut dipatuhi oleh Perancis, Inggris, Mesir dan Israel.23
UNEF hadir di Mesir setelah Majelis Umum PBB memutuskan membentuk
Pasukan Darurat PBB berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB nomor 1000 (ES-1)
pada 5 Nopember 1956. Pada 8 Nopember 1956 Indonesia menyatakan bersedia
untuk turut serta dalam UNEF dengan membentuk satu batalyon khusus Angkatan
Darat yang berkekuatan 400 personel yang oleh Presiden RI saat itu, Soekarno

                                                       
22Penulis mengunjungi lokasi pertempuran di Sinai pada Maret 2007 dan menyaksikan

terowongan dan tempat perlindungan yang dibuat oleh Israel. Berdasarkan cerita prajurit yang menjaga
lokasi itu terowongan tersebut dapat diambil kembali oleh Mesir setelah gurun pasir itu dialiri air beribu-
ribu kubik sehingga pasirnya mencair dan pertahanan tentara Israel dapat ditembus.
23Pusjarah TNI, Sejarah Tentara Nasional Indonesia Jilid II. (Jakarta, 2000), 132.
110 

diberinya nama Kontingen Garuda I24 dengan komandan kontingennya Letnan


Kolonel Inf. Hartoyo.
Pasukan UNEF terdiri dari pasukan Brasil, Kanada, Kolombia, Denmark,
Finlandia, India, Norwegia, Swedia, dan Yugoslavia dengan tugas pokoknya
mengamankan dan mengawasi gencatan senjata. Seluruh personel pasukan UNEF
berjumlah 5.977 orang dengan panglimanya Letjen E.L.M. Burns dari Kanada.
Pengiriman pasukan Garuda I itu menunjukan peran aktif Indonesia sebagai negara
anggota PBB dalam menjaga perdamaian dunia yang tergabung dalam UN PKO
(United Nation Peace Keeping Operation). Sejak saat itu bila diminta oleh PBB
Indonesia selalu mengirimkan pasukan perdamaiannya.
Indonesia mengirimkan kembali pasukan perdamaiannya ke Kongo (Zaire)
yang diberi nama Kontingen Garuda II pada 10 September 1960. Awal dari
pengiriman pasukan ini ke Kongo,25 saat perpecahan nasional yang hebat melanda
negara muda yang baru saja lepas dari penjajahan Belgia pada 20 Juni 1960.
Perpecahan itu disebabkan terjadinya perubahan sosial yang sangat cepat di tengah
masyarakatnya. Pengelompokan antar masyarakat terjadi untuk saling berlomba
memperoleh jabatan di pemerintahan. Kekacaauan di negara itu, oleh Dewan
Keamanan PBB dikategorikan sebagai masalah dunia dan akhirnya Sekretaris
Jenderal PBB, Dag Hammarskjold memutuskan untuk mengirimkaan pasukan PBB
ke Kongo untuk menangani kerusuhan.26
Indonesia sebagai anggota PBB mendukung kebijakan Sekjen PBB itu
dengan mengirimkan pasukaan perdamaiannya. Presiden Soekarno memerintahkan
Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal A.H. Nasution untuk mengirimkan pasukan
Indonesia ke Kongo yang tergabung dalam UNOC (United Nation Operation in
Congo) dengan kekuatan sebanyak 1074 personel dipimpin Kolonel Priyatna dan
Letkol Solichin Gautama sebagai Komandan Batalyon.
Di Kongo, Batalyon Garuda II mendapatkan tugas di bagian Selatan dari
Propinsi Equator, suatu propinsi yang terletak sebelah barat daya Republik Kongo.
Di daerah tersebut telah terjadi keributan-keributan yang diakibatkan oleh tentara
Kongo ANC (Army Nationale Congolaise) melepaskan diri dari pimpinannya yang
merupakan perwira-perwira dari Belgia dan akhirnya menimbulkan tindakan-
tindakan teror yang tidak dapat dikendalikan oleh Perwira-perwira Kongo. Kemudian

                                                       
24Pusjarah
TNI, Sejarah Tentara Nasional Indonesia Jilid II. (Jakarta, 2000), 132.
Tentang penamaan “garuda” pada nama kontingen, menurut Permadi, anggota Komisi 1 DPR
RI yang berkunjung ke Beirut bulan Juli 2007 dan bertemu Penulis di Markas Kontingen Garuda 23 A
di Adshit Al Qusaiyr, Lebanon, menyatakan bahwa penamaan Kontingen Garuda itu disampaikan oleh
Bung Karno di Istana Merdeka saat pasukan Indonesia (Kontingen Garuda) untuk pertama kalinya akan
berangkat menuju Sinai, Mesir. Bung Karno katakan, “Kontingen ini aku beri nama Garuda, agar mereka
kuat dan tangguh seperti burung garuda.” Atas pemberian nama itu lihat Kompas, 17 Okt 2006,.
25Saat itu Kongo (Zaire) dipimpin oleh Perdana Menteri Patrice Lumumba yang merupakan

sahabat Presiden Soekarno. Namanya diabadikan sebagai sebuah jalan di daerah Kemayoran Jakarta
Pusat
26Pusjarah TNI, Sejarah TNI jilid III. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000), 170.
111 

datang serbuan pasukan payung Belgia dengan alasan untuk menyelamatkan bangsa
kulit putih di daerah itu.
Dalam menghadapi situasi yang cukup gawat itu, Komandan Batalyon
Garuda II melakukan tindakan tegas dan dalam waktu satu bulan, keadaan di daerah
itu dapat dikuasai. Ketegasan tindakan yang ditunjukkan oleh Batalyon Garuda II,
berkali-kali dapat menghindarkan terjadinya pertumpahan darah. Tindakan-tindakan
tersebut antara lain:

1. Satu Regu dari Batalyon Garuda II berhasil menggagalkan tindakan


ANC yang berusaha merebut mesiu rampasan yang
ditimbangterimakan dari Kontingen Maroko kepada Batalyon
Garuda II. Regu tersebut dengan cepat menyusun posisi tempur,
sehingga fihak ANC tidak berani melaksanakan niatnya.
2. Kompi II Batalyon Garuda II berhasil menghalau Batalyon ANC
yang berusaha menduduki lapangan terbang. Komandan Kompi II
memerintahkan Batalyon ANC untuk kembali ke asramanya dan
diancam akan dihancurkan apabila membangkang.
3. Beberapa anggota Sipil UNOC yang ditawan oleh Gendar merie
berhasil dibebaskan oleh beberapa Perwira Batalyon Garuda II.
4. Polisi Militer Batalyon Garuda II dengan tindakan tegas telah
berhasil menyelamatkan jiwa para Menteri/Kabinet Gubernur
Propinsi dan rakyat yang mendapatkan penganiayaan dari
segerombolan pasukan ANC. Pasukan ANC itu kemudian diusir dan
mereka kembali ke asramanya.
5. Batalyon Garuda II berhasil menguasai lapangan terbang
sepenuhnya, anggota-anggota ANC dan Gendarmerie tidak
diperbolehkan berada di sekitar lapangan terbang dalam jumlah 5
orang.

Tindakan-tindakan tegas, tepat dan tangkas dengan disertai pameran


kekuatan pasukan mengakibatkan pasukan ANC mentalnya melemah dan kecut.
Setelah taraf itu tercapai kemudian diusahakan penanaman pengertian tentang
maksud baik dari Batalyon Garuda II. Penanaman pengertian dijalankan dengan cara
perkenalan pribadi, kunjungan-kunjungan, mengundang mereka apabila ada upacara
atau malam hiburan, mengadakan tukar-menukar souvenir. Setelah taraf tersebut
dicapai, mulai lagi dengan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan patroli,
penjagaan, dan patroli kota bersama. Dengan berhasilnya pendekatan, pada akhirnya
Batalyon Garuda II kekuatannya bukan lagi 1 Batalyon akan tetapi bertambah jadi 3
Batalyon yaitu dengan bertambah 1 Batalyon ANC dan 1 Batalyon Gendarmerie. 27
Di samping melakukan tugas-tugas kemiliteran seperti tersebut di atas, Batalyon
Garuda II melakukan pembinaan dan penguasaan masa dengan cara mengadakan
pendekatan kepada penduduk dan menghargai mereka sebagai bangsa yang telah

                                                       
27Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 83.
112 

merdeka.28 Kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan penerangan karya bhakti
pada obyek-obyek yang menjadi kepentingan umum misalnya membersihkan
sekolah, rumah sakit, pasar, gereja, dan mendirikan mesjid.
Dalam melakukan kegiatan penerangan kepada penduduk dan terutama di
sekolah-sekolah disampaikan juga penerangan tentang negara dan bangsa Indonesia
mulai dari dasar negara, susunan pemerintahan, pemimpin negara, kebudayaan, serta
kemajuan-kemajuan yang dicapai di segala bidang.29 Pendekatan dengan penduduk
setempat berhasil dengan baik. Terjalin hubungan yang akrab antara penduduk
dengan anggota-anggota Batalyon Garuda II. Demikian akrab hubungan tersebut
sehingga kesulitan-kesulitan biasa yang mereka alami dalam kehidupannya sehari-
hari mereka ajukan kepada Batalyon Garuda II bukan kepada alat-alat pemerintahan
mereka sendiri.
Pada 10 – 12 Nopember 1960 Panglima Pasukan PBB di Kongo, Letnan
Jenderal Carlson Von Horn mengadakan inspeksi terhadap kegiatan pelaksanaan
tugas dan keadaan intern Batalyon Garuda II yang sedang melakukan tugas di daerah
Equator. Dalam inspeksinya itu Letnan Jenderal Carlson Von Horn menyampaikan
ucapan penghargaan kepada Batalyon Garuda II, dengan menyatakan bahwa, “jika
batalyon yang dipimpinnya sama seperti batalyon Indonesia maka keadaan Kongo
dapat diatasi karena batalyon Indonesia termasuk pasukan kelas satu untuk ukuran
internasional. Ia berkeinginan mengajak pasukan keliling ke seluruh Kongo untuk
diperlihatkan kepada pasukaan lain bahwa pasukan Indonesia patut dicontoh. Ia juga
yakin jika pasukan Indonesia berada di suatu tempat yang bernama Leo, dapat
diyakinkan bahwa pihak Kongo tidak akan bereaksi. Ia juga menyampaikan bahwa
akan mengirimkan satu tim Swedia untuk dilatih oleh pasukan Indonesia. Batalyon
Indonesia dianggap batalyon yang baik dan selalu dekat dihatinya.”30
Ucapan-ucapan ini disampaikan pada waktu Letnan Jenderal Von Horn
rnenelaah keadaan daerah, kebersihan, kerapian tempat-tempat, demonstrasi
kemiliteran dan malam Indonesia yang disajikan guna menyambut kehadirannya.
Batalyon Indonesia berhasil menciptakan daerah yang menjadi tanggung jawabnya,
suatu daerah yang aman dan tenteram. Pada saat situasi aman telah dicapai, maka
Batalyon Garuda II dapat beristirahat dan menggunakan waktu senggang itu dengan
berdarmawisata, kegiatan olah raga, mengadakan malam gembira dan kegiatan-
kegiatan lainnya.
Hasil yang dicapai oleh Batalyon Garuda II tidak luput dari rintangan-
rintangan yang datang dari kalangan tertentu Kontingen PBB lainnya yang tidak
mengerti sikap bimbingan ke arah kedewasaan yang dilakukan oleh Batalyon Garuda
II. Di sisi lain pihak Belgia terus melancarkan agitasi yang menghendaki agar tetap
adanya ketegangan antara pihak PBB dan pihak Kongo. Sementara itu di Leopodville
terjadi tembak menembak antara pasukan ANC dengan pasukan PBB yang bertugas
                                                       
28Pusat Sejarah TNI, Sejarah TNI jilid III. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000),
170.
29Pusat Sejarah TNI, Sejarah TNI jilid III. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000),
170.
30Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 84.
113 

di daerah itu. Peristiwa itu meletus disebabkan berhasilnya infiltrasi pihak Belgia
pada pemimpin-pemirnpin Kongo. Pasukan PBB yang bertugas di daerah tersebut
mulai terdesak kedudukannya dalam posisi mempertahankan diri. Pasukan ANC
berhasil mendesak dengan bantuan pasukan berlapis baja dan artileri.
Dalam menghadapi keadaan di Leopodville, Letnan Jenderal Von Horn
segera memerintahkan 1 Peleton pasukan Infanteri dan 1 Peleton AT dari Batalyon
Garuda II untuk bergerak ke Leopodville digabungkan sebagai inti pertahanan
pasukan PBB. Kedua peleton dari Batalyon Garuda II tersebut bergerak menduduki
posisi-posisi yang strategis dengan tidak mengeluarkan satu tembakanpun dan
berhasil menekan pasukan ANC. Sikap dan tindakan-tindakan satuan-satuan
Batalyon Garuda II di Leopodville tersebut menarik perhatian pimpinan Pasukan
PBB di Kongo dan memberikan penghargaan yang tinggi atas kemampuan dalam
melaksanakan tugasnya.31
Pasukan Garuda II berhasil mengatasi kekacauan dan kerusuhan di daerah
selatan propinsi Equateur, Leoroldville, pangkalan udara Kamina, daerah Kabongo,
daerah Rwanda Burundi dan pelabuhan Matadi. Tugas pasukan Garuda II berhasil
dengan baik dan mendapat pujian dari Panglima Pasukan PBB di Kongo yaitu
Jenderal Von Horn (Swedia) pada 23 Mei 1961 pasukan PBB kembali ke tanah air.
Kontingen Garuda ke Kongo oleh PBB rupanya masih diperlukan. Maka
dikirimkan pula Pasukan Garuda III yang berkekuatan satu Brigade plus dengan
jumlah personel sebanyak 3.318 orang yang terdiri atas Batalyon Infantri (Yonif)
530/Brawijaya, Batalyon Kavaleri (Yon Kav) 7, Yonif 1/Bukit Barisan, Rai Arsu,
Unsur Bantuan Administrasi, masing-masing satu detasemen (Polisi Militer,
Peralatan, Perhubungan, Angkutan, Kesehatan, Intendan). Tim penerangan, Tim
Sejarah Militer, Tim Jasmani Militer dan Tim Pos Militer diberangkatkan ke Kongo
pada Mei 1961. Pimpinan Kontingen Brigjen Kemal Idris dan Komandan Brigade,
Kolonel Sabirin Mochtar.32
Kontingen Garuda III diganti namanya menjadi Komando Pasukan Indonesia
Garuda III (Kopasindo). Derah tugasnya ialah wilayah Katanga Utara dengan Pos
Komando Utama (Poskout) di Albertvile. Tugas yang paling berat ialah
menentramkan daerah Boudounville yang masih berada di tangan pasukan Gendar
Merie Katanga namun akhirnya suasana dapat dikuasai oleh Pasukan Garuda. Pada
Juli 1963 Kopasindo III kembali ke tanah air.
Situasi politik dalam negeri Indonesia periode tahun 1964 sampai dengan
1965 mengalami pergolakan yang sengit. Sekjen PBB U Thant dengan resmi
menyampaikan permintaan lewat Duta Besar RI di New York, agar pemerintah
Indonesia mengirimkan pasukannya sebanyak 1 Batalyon sebagai pengganti pasukan
yang pulang, namun pemerintah Indonesia dengan sangat menyesal tidak dapat
memenuhi permintaan itu karena politik luar negeri Indonesia saat itu sedang
mengalami krisis yaitu terjadinya konfrontasi dengan Malaysia. Pengiriman pasukan

                                                       
31Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 86.
32Pusat Sejarah TNI, Sejarah TNI jilid III. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000),
174.
114 

perdamaian Indonesia ke mancanegara akhirnya dihentikan.33 Demikian pula setelah


tahun 1965 perubahan politik di dalam negeri Indonesia tidak memungkinkan
dilaksanakannya pengiriman pasukan perdamaian ke luar negeri. Hal itu disebabkan
terjadinya pertikaian di dalam negeri sehingga menyebabkan enam perwira terbaik
Indonesia gugur akibat kudeta G30S/PKI dan bergantinya kekuasaan di tahun 1967.34
Sepuluh tahun kemudian di era pemerintahan yang berbeda Indonesia
mengirimkan pasukan perdamaiannya kembali. Kali ini terjadi pada 27 Januari 1973
ketika dimulainya gencatan senjata antara Pasukan Amerika Serikat dengan pasukan
Vietnam Utara yang disusul dengan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari
Wilayah Vietnam Selatan selama 60 hari.35
PBB membentuk International Commission of Control dan Supervision
(ICCS) dan Komisi Pengawasan International untuk mengawasi pelaksanaan
gencatan senjata tersebut. Pemerintah RI diminta oleh Pemerintah USA dan Vietnam
Utara untuk duduk dalam ICCS yang terdiri atas 4 negara yaitu Indonesia, Iran,
Hongaria dan Polandia. Pemerintah RI menyatakan bersedia untuk misi itu. Untuk
melaksanakan tugas tersebut maka Pemerintah RI mengirimkan Misi Republik
Indonesia Garuda (Misriga) dengan kekuatan 290 orang dipimpin oleh seorang ketua
yakni, Dubes Letjen TNI HR Dharsono, Deputi Politik, Imrad Idris, Deputi militer
merangkap Komandan Kontingen Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto. Tugasnya
meliputi: mengawasi dan mencegah pelanggaran serta menjaga status quo,
mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat perang, serta mengawasi pertukaran
tawanan perang.
Kontingen Garuda V bertugas sejak Agustus 1973 sampai dengan April 1974.
Dipimpin oleh Brigjen TNI Harsoyo dengan Kekuatan 290 personel. Berangkat
dengan pesawat udara pada 28 Juli 1973 dengan tugas seperti yang dilakukan oleh
Kontingen Garuda IV yaitu mengawasi pelaksanaan gencatan senjata. Selain
melaksanakan tugas pokoknya, pasukan melakukan kegiatan sosial untuk menjalin
persahabatan dengan rakyat dan meringankan penderitaan mereka.
Pendekatan yang dilakukan pasukan dengan masyarakat seperti berolah raga
bersama, memberikan sumbangan dana untuk pembangunan masjid di Congly 45
Saigon, memberikan bantuan perayaan natal, memberikan hewan qurban bagi yang
beragama Islam pada saat hari Raya Idul Adha dan sebagainya. Selain itu pasukan
menerima pengaduan dari kedua pihak yang sedang bertikai seperti pelanggaran
gencatan senjata seperti infiltrasi, penembakan senjata, mortar pemasangan ranjau
dan lain-lain. Pasukan kembali ke tanah air pada 27 April 1974.36
Misi ini dilanjutkan oleh Kontingen Garuda VII pada bulan April sampai
dengan Desember 1974 dengan kekuatan 202 personel dengan Komandan

                                                       
33Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 113.
34Pusat Sejarah TNI, Sejarah TNI jilid III. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000),
177.
35Pusat Sejarah TNI, Sejarah TNI jilid IV. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000),
205.
36Pusjarah TNI, Sejarah TNI jilid IV. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000), 205.
115 

Kontingennya Bigadir Jenderal Soekemi Soemantri sebelum digantikan oleh Brigadir


Jenderal Bambang Soemantri dan Ketua Misriganya Mayor Jenderal Kharis Suhud.
Tugas pasukan bertambah berat karena banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh kedua belah pihak. Perjanjian Paris tidak dipatuhi lagi sehingga fungsi
dan tugas ICCS tidak efektif lagi. Akhirnya dilakukan penarikan pasukan secara
bertahap. Misi Kontingen Garuda di Vietnam berakhir pada Juni 1975.
Misi perdamaian pasukan Indonesia di Asia Tenggara berakhir dilanjutkan
dengan misi perdamaian ke Timur Tengah kembali yang berlangsung sejak Desember
1973 sampai dengan Oktober 1979. Pasukan ini diberi nama Kontingen Garuda
(Konga VI sampai dengan Konga VIII-9).37 Pengiriman pasukan perdamaian
Indonesia akibat dari terjadinya Perang Arab-Israel yang pecah kembali pada bulan
Oktober 1973 dan merupakan perang yang ke-4 (Perang Oktober 1973). Dewan
Keamanan PBB menyerukan kepada kedua belah pihak untuk melakukan gencatan
senjata di sepanjang garis pertempuran Timur Tengah dan mengadakan perundingan
untuk mencari penyelesaian. Adapun tugas yang dibebankan pasukan Indonesia
dalam misi UNEF (United Nations Emergency Force ) ini sesuai dengan resolusi
PBB No. 340 tahun 1973 adalah : Mengawasi pelaksanaan gencatan senjata secara
penuh; Mengawasi pelaksanaan kembali kedudukan pada 16.50 GMT 23 Oktober
1973 bagi kedua belah pihak; mencegah timbulnya kembali pertempuran atau
persengketaan; Kerjasama dengan palang merah internasional dalam usaha
perikemanusiaan; Melaksanakan tugasnya bekerja sama dengan pengawas Militer
UNTSO (United Nation Truce Supervision Organisation).38
Pada 23 Oktober 1973 tercapai gencatan senjata Mesir-Israel dan Dewan
Keamanan mengesahkan pembentukan United Nations Emergency Force (UNEF)
pasukan darurat PBB untuk mengawasi gencatan senjata tersebut. Berdasarkan
permintaan PBB, Pemerintah RI mengirimkan pasukan Kontingen Garuda VI
berkekuatan sekitar 552 orang terdiri Yonif 512/Brigif 2 Brawijaya. Pimpinan
Brigjen TNI Himawan Susanto yang penempatan pasukannya di Ismailia (Mesir) dan
di Kairo.39 Pasukan Garuda tetap dipertahankan keberadaannya di Mesir hingga
tahun 1979 dengan 10 kali pergantian pasukan dalam rentang waktu enam tahun,
yakni antara tahun 1973 sampai dengan 1979.
Timur Tengah kembali bergolak namun kali ini bukan antara negeri Zionis
dengan Arab melainkan antara Iran dengan Irak. Persengketaan antara Irak dan Iran
menarik perhatian dunia Internasional. Pada 20 Agustus 1988 diadakan gencatan
senjata antara Irak dan Iran yang telah berperang selama 8 tahun sejak September
1980. PBB mengerahkan suatu tim dari 350 anggota pengamat yang disebut
UNIIMOG (United Nations Iran-Irak Military Observer Group) dari 30 negara
(termasuk Indonesia). Setiap negara mengirim 10 sampai 15 orang perwira
berpangkat Kapten sampai dengan Letnan Kolonel.

                                                       
37Pusjarah
TNI, Sejarah TNI jilid IV. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000), 210.
38Dinas
Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 112.
Lihat J.T. Rusman Pandjaitan, Rais Abin Dari Ngarai ke Gurun Sinai. (Jakarta: Djambatan 2003).
39Daud Sinjal dkk. Himawan Soetanto Menjadi TNI. (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009), 342.
116 

Pemerintah RI mengirim Kontingen Garuda IX pada 15 Agustus 1988


sebanyak 15 orang perwira (10 kapten, 4 mayor, 1 letkol) diambil dari TNI AD, TNI
AL, TNI AU di bawah pimpinan Letkol Inf Soetarto dari Kostrad. Tugas tim ini dalam
bagian dari UNIIMOG mengawasi dan mengamati pelaksanaan gencatan senjata
Iran-Irak dan selama 1 tahun berhasil dengan baik. Pada 22 Agustus 1989 Kontingen
Garuda IX gelombang II terdiri 15 perwira dipimpin Letkol Inf Fahrul Razi berangkat
bergabung dengan Tim UNIIMOG untuk melanjutkan tugas pengawasan gencatan
senjata Iran-Irak kembali ke tanah air pada 27 Desember 1990.40
Perang Iran – Irak belum lagi usai, Irak secara mengejutkan menyerang
Kuwait yang dituduhnya mencuri minyak dari wiayah Irak dan menjadi penyebab
turunnya harga minyak dunia. Irak menduduki wilayah Kuwait. Untuk meredakan
ketegangan itu berbagai usaha dilakukan. PBB mengeluarkan resolusi nomor 686
tentang pengunduran pasukan Irak dari wilayah Kuwait. Untuk mewujudkan
perdamaian Irak - Kuwait Indonesia mengirimkan pasukan perdamaiannya di bawah
bendera United Nations Iraq-Kuwait Observation Mission (UNIKOM) sejak 27 April
1991 hingga 17 Juni 2000 dengan berkekuatan empat hingga enam perwira dengan
sepuluh kali gelombang pemberangkatan.41 Di antara waktu itu, Indonesia
mengirimkan pasukan perdamaiannya ke Afrika yaitu ke Namibia pada 22 Juni 1989-
hingga 28 Maret 1990 di bawah bendera United Nations Transition Assistance Group
(UNTAG) dengan kekuatan 50 personel yang terdiri dari Perwira Kepolisian
Republik Indonesia (Polri). Pengiriman itu dilakukan untuk mengawasi transisi
pemilu menuju kemerdekaan Namibia.
Di Asia Tenggara terjadi pergolakan untuk kedua kalinya setelah di Vietnam,
kini Kamboja. Atas permintaan PBB, pemerintah RI mengirimkan pasukan Garuda
XII ke Kamboja secara bergelombang untuk mengawasi jalannya Pemilu sampai
terbentuknya negara Kamboja yang merdeka. Pasukan Indonesia tergabung dalam
UNTAC (United Nation Transition Authority in Cambodia) yang diberangkatkan
pada 5 Maret 1992. Tugas khusus yang diberikan oleh pasukan Indonesia adalah
mengamankan Ibu kota Kamboja Phnom Penh. Itu dilakukan atas permintaan pribadi
Pangeran Norodom Sihanok. Aktivitas Kontingen Garuda dititikberatkan di bidang
teritorial, bertujuan untuk menciptakan hubungan yang akrab dan simpatik antara
anggota kontingen dengan rakyat Kamboja. Pasukan ini berada di Kamboja hingga
19 Februari 1994 dalam 4 kali pengiriman pasukan dengan personelnya berjumlah 1
batalyon. Kontingen XII B dipimpin oleh Letkol Inf. Ryamizard.42
Di benua Afrika, Kontingen Garuda XIII di bawah United Nations Operation
in Somalia (UNOSOM), ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata
yang disebabkan oleh perang saudara di Somalia. Pasukan bertugas sejak 8 Juli 1992
hingga 3 Januari 1995 dengan 4 kali gelombang pemberangkatan dengan kekuatan 3
sampai dengan 5 orang personel yang ditugaskan sebagai Militer Observers.

                                                       
40Pusat Sejarah TNI, Sejarah TNI jilid V. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000),
93.
41Pusjarah TNI, Sejarah TNI jilid V. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000), 98.
42Ryamizard Ryacudu Saat ini menjadi menteri Pertahanan RI Kabinet Presiden Joko Widodo.
117 

Secara mengejutkan konflik etnik terjadi di Eropa Timur. Ini kemudian


menjadi perhatian dunia. Di Bosnia-Herzegovina pada awal tahun 1990-an menjelang
berakhirnya kekuatan Uni Soviet di Eropa Timur merupakan negara yang dilanda
konflik etnik. PBB di bawah bendera United Nations Protection Force
(UNPROFOR), United Nations Confidence Restoration in Croatia (UNCRO), United
Nation International Police Task Force (UNIPTF), United Nations Transitional
Administration for Eastern Slovania, Baranja and Western Sirnium (UNTAES),
United Nations Preventive Deployment (UNPREDEF), International Police Task
Force (IPTF), United Nations Observation Mission in Georgia (UNOMIG), meminta
kepada anggotanya untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian.
Indonesia mengirimkan pasukannya atas permintaan PBB sejak 17 Oktober
1993 sampai dengan 27 Oktober 2000 dengan kekuatan kecil berjumlah 20 - 25
personel ditambah dengan Batalyon Kesehatan sebanyak 219 - 450 personel. Pada 6
November 1995 sampai dengan 20 Maret 1996 pemerintah Indonesia menugaskan
Brigjen TNI Soesilo Bambang Yudhoyono43 dalam Struktur Pimpinan UNTAES
(United Nations Transitional Administration for Eastern Slovania, Baranja and
Western Sirnium) sebagai Chief Military Observer of the United Nations
Peacekeeping Forces (UNPF) di Bosnia Herzegovina. Di bawah mandat United
Nations Observer in Mozambique (UNOMOZ), untuk mengatasi kekacauan politik
dan militer di Mozambique, Indonesia mengirimkan kontingen perdamaiannya ke
Mozambik-Afrika dengan kekuatan 15 personel yang bertugas sejak 17 Juni 1994
sampai dengan 28 Desember 1994. Selanjutnya Kontingen Garuda dikirim kembali
ke Asia Tenggara. Kini ke negara tetangga Filipina yang bertugas untuk mengatasi
pertikaian antara pemerintah Filipina dengan gerilyawan Moro yang tergabung
dalam MNLF (Moro National Liberation Front) selama sekitar 6 tahun sejak 4
Oktober 1994 sampai dengan 10 Januari 2000 berkekuatan 4 sampai dengan 15
personel.44
Di Tajikistan, pemerintah Indonesia mengirimkan kontingen perdamaiannya
dalam United Nations Mission of Observer in Tajikistan (UNMOT) sejak 30
November 1997 sampai dengan 29 Januari 2000 dengan kekuatan 8 personel Perwira
TNI. Pengiriman ini untuk menjadi pengawas akibat terjadinya pertikaian politik
dalam negeri Tajikistan. Sementara itu di Benua Afrika lainnya di Sierra Leone, di
bawah United Nations Observer Mission in Sierra Leone (UNOMSIL), sejak 9
Oktober 1999 sampai dengan 9 Oktober 2000 dengan kekuatan 9 sampai dengan 10
personel dari TNI AD, TNI AL, dan TNI AU dikirim ke Sierra Leone untuk mengatasi
krisis politik yang menjurus ke perang saudara. Di Zaire atau Kongo, ternyata konflik
tidak berhenti sejak tahun 1950-an. Kontingen Garuda, untuk kedua kalinya dalam
rentang waktu yang relatif lama diberangkatkan kembali untuk meredakan konflik di
Benua Afrika yang kaya dengan tambang emasnya. Namun kali ini dikirimkan untuk
perbaikan infra struktur Kongo. Di bawah Mission del Organization des Nation Unies
en Repubique Democratique du Congo/United Nation Organization Mission in the
                                                       
43Susilo
Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke 6. Sekjen PBB, Ban Ki Moon menyebut
Yudhoyono sebagai kepala negara satu-satunya di dunia yang pernah ikut dalam misi perdamaian dunia.
44Pusjarah TNI, Sejarah TNI jilid V. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI dan Tradisi TNI, 2000), 24.
118 

Democratic of the Congo (MONUC) sejak 6 September 2003 hingga 28 September


2005 dengan kekuatan sebanyak 175 personel, sedangkan yang dikirim adalah Kompi
Zeni TNI.
Pada 11 November 2003 sampai dengan tahun 2006 Pasukan Indonesia
dikirim kembali ke Afrika. Yakni ke Liberia di bawah mandat United Nations
Observer Mission in Liberia (UNMIL) dengan kekuatan sebanyak 3 orang. Hingga
tahun 2005 Indonesia, melalui Kontingen Garuda XXII masih mengirimkan pasukan
perdamaiannya ke Afrika dengan kekuatan 4 personel perwira menegah TNI AD, di
bawah mandat United Nations Mission in Sudan (UNMIS). Pengiriman ini untuk
mengatasi perang saudara antara penduduk yang berada di wilayah Sudan bagian
utara dengan Sudan bagian Timur. Sampai dengan pengiriman ini, dalam rentang
waktu beberapa lama jumlah personel Kontingen Garuda (Konga) yang dikirimkan
dalam misi perdamaian dunia jumlahnya tidak besar baru kemudian pada Kontingen
Garuda 23 A di tahun 2006, Indonesia mengirimkan pasukannya dalam jumlah besar,
yakni 850 personel dengan perlengkapannya; alutsista dan logistik dalam jumlah
yang lengkap.45

2. Menantang Bahaya di Medan Tugas


Pengiriman pasukan Indonesia, Kontingen Garuda ke mancanegara bukanlah
tanpa resiko terhadap keselamatan personel. Tugas yang berat dan menantang itu
meski bukan untuk bertempur langsung dengan musuh sebagaimana yang
disampaikan Wapangab (Wakil Panglima Angkatan Bersenjata) pada upacara
peresmian pergantian kontingen garuda pada 2 Februaru 1976 yang mengatakan
bahwa; "Tugas yang dibebankan di atas pundak saudara-saudara adalah berat oleh
karena tugas Pasukan ini bukanlah untuk berperang atau bertempur melainkan justru
sebaliknya, yakni menjaga tetap tegaknya perdamaian antara pihak-pihak yang
bersengketa di Timur Tengah, yang menuntut kepada setiap prajurit disiplin yang
kuat serta kemampuan menahan diri dan keuletan dalam melaksanakan tugas rutin".46
Akan tetapi seperti disinggung sebelumnya, kecuali kesulitan dalam
menghadapi lautan pasir, persoalan ranjau meminta perhatian khusus pula. Ceritera-
ceritera ini menggambarkan betapa berbahaya dan penuh resikonya bertugas sebagai
pasukan pemelihara perdamaian. Sering kali Komandan Kompi maupun Komandan
Peleton mencari pos-pos peninjauan yang dilakukannya dengan berjalan kaki bila
daerah yang akan ditempuhnya masih diperkirakan berbahaya. Contoh yang nyata
misalnya ketika pasukan Indonesia berada di Mesir. Sekalipun semenjak Januari 1974
sampai April 1974 telah dibersihkan sebanyak 400.000 ranjau oleh pasukan Mesir,
namun besar kemungkinan masih banyak lagi yang belum di-"jinakkan". Jadi dalam
menjalankan tugasnya adalah lebih aman berjalan kaki daripada menggunakan
kendaraan. Kerugian-kerugian akibat ranjau-ranjau ini cukup besar.
Selama waktu pembersihan yang dilakukan oleh pasukan-pasukan Mesir
tidak kurang dari 23 orang anggotanya jatuh menjadi korban. Dari pihak UNEF
                                                       
45Pernyataan
ini disampaikan oleh As Ops, Mayjen Bambang Dharmono ketika mengunjungi
Lebanon dan bertemu pasukan di HQ Indobatt pada Februari 2007.
46Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 244.
119 

tercatat 2 orang pasukan Finlandia tewas, 4 orang luka-luka demikian pula dari
Austria 2 orang luka-luka dan ditambah beberapa kendaraan hancur karenanya. Suatu
kejadian yang cukup tragis ialah peristiwa tertembak jatuhnya sebuah pesawat
terbang UNEF. Pesawat yang diberi nama Buffalo ini pada 9 Agustus 1974 sedang
melaksanakan penerbangan rutin Kairo - Beirut - Damaskus. Secara tiba-tiba antara
pada pukul 09.50 dan 09.53 GMT kena tembakan, padahal menurut pengawas "Air
Traffic" Damaskus Airport, pesawat itu berada di daerah lintas yang dibenarkan.
Pesawat itu terbang di koridor yang dibenarkan dan dalam ketinggian yang
juga dibenarkan dibuktikan dengan hasil penelitian Tim Penyelidik Kanada tanggal
24 Agustus 1974. Walaupun demikian kecelakaan ini tetap meminta korban 9 orang
anggota Kontingen Kanada yang terdiri dari 5 orang Crew dan 4 orang penumpang.47
Di daerah Lao Bao, Vietnam bahaya mengancam pasukan perdamaian PBB. Sebuah
pesawat helikopter ditembak jatuh pada 7 April 1973 yang menewaskan 9 orang
penumpang, 1 diantaranya adalah Letkol Gunawan SF. Dari Kontingen Indonesia.48
Kisah prajurit Indonesia dalam ancaman bahaya diceriterakan pula oleh
Letjen Himawan Sutanto49 dalam penugasannya di Konggo pada tahun 1974. Pada
suatu siang, Kepala Staf Komando UNOC, Kolonel Quinn masuk ke ruangan operasi
markas besar UNOC Leopoldville. Ia bertanya siapa di antara perwira di ruangan itu
yang dari Indonesia. Himawan langsung berdiri dan menyatakan dirinya dari
Indonesia. Kolonel Quinn memerintahkan Himawan untuk menghadap ke kamarnya.
Begitu Himawan masuk, Quinn menyambut, 'You are Major Soetanto, right? "Yes
Sir! Jawab Himawan. .......Quinn sambil mengibas-ngibaskan secarik kertas yang
berisi radiogram memberondongkan pertanyaan, "Is this the way you do in your army
if you don't agree with the order of your superior? Is this the way in your army?"
Himawan tidak mengerti mengapa pimpinan UNOC sampai bersikap demikian
garang. Ia minta izin untuk membaca radiogram tersebut. Ternyata di situ tertulis
kalimat "I will never follow your order". Pesan itu dikirim oleh Kapten Harahap,
komandan kompi Indbatt yang ditempatkan di Kabongo. Begitu membaca kata-kata
itu Himawan sudah bisa menduga bahwa ini adalah soal ketidakmampuan Harahap
untuk mengungkapkan sesuatu dengan bahasa Inggris yang benar. Himawan meminta
waktu untuk menelepon pihak Indbatt agar mendapatkan penjelasan tentang duduk
persoalan sebenarnya. Ia mengontak Asisten Operasi Indbatt Kapten AH Rahman.50
Duduk persoalannya: Kapten Harahap saat itu bertugas di Kabongo, di daerah
suku Baluba yang masih 'liar' yang selama ini tidak sudi dimasuki oleh kekuasaan
lain dari pihak mana pun. Daerah itu terletak di bilangan provinsi Katanga yang
pemerintahannya tidak mau mengakui pemerintahan Republik Demokrasi Kongo
yang berpusat di Leopoldville. Pemerintahan separatis Katanga pimpinan Moise
Tshombe, yang berasal dari suku Balunda, bisa berdiri dengan kuat berkat dukungan
pasukan Belgia dan tentara bayaran lainnya. Suku Baluba tidak ingin wilayahnya
                                                       
47DinasSejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 217.
48DinasSejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional (1982), 150.
49Daud Sinjal dkk. Himawan Soetanto Menjadi TNI. (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009), 349.
50Daud Sinjal dkk. Himawan Soetanto Menjadi TNI. (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009), 349.
120 

dikontrol oleh pemerintahan Moise Tshombe dan orang-orang Balunda. UNOC


melakukan pendekatan ke Katanga demi menghindarkan pertempuran antara pasukan
asing Katanga dan Tentara Nasional Kongo (ANC), serta tawuran di antara suku-suku
yang berada di wilayah itu.
Kapten Harahap berhasil menempatkan pasukannya di Kabongo yang
merupakan garis depan dari wilayah suku Baluba yang berhadapan dengan wilayah
yang dikontrol Katanga. Perwira Indonesia dari suku Batak dengan pasukan
Siliwanginya merupakan satu-satunya kekuatan asing yang diterima masuk ke
Baluba. Bahkan Harahap sendiri sudah secara adat diangkat oleh Kepala Suku Baluba
Jason Sendwe menjadi warga Baluba. Namun pada perkembangan berikutnya
pemerintah Moise Tshombe, yang ingin menghimpun semua wilayah selatan dalam
satu kesatuan Katanga yang merdeka, mengerahkan pasukannya untuk menaklukkan
Baluba. Untuk itu pasukan UNOC yang berpos di Kabongo harus dienyahkan terlebih
dahulu. Menurut Himawan pos Kabongo diserbu oleh pasukan Katanga. Bukan oleh
Katanga hitam, tapi pasukan mercenaries itu. Tentara bayaran ini terdiri dari pasukan
komando-para. Harahap berhasil menangkis serangan itu. Tapi setelah menghalau
pasukan penyerbu tersebut, datang perintah dari markas UNOC supaya pos Kabongo
dilepaskan. Mungkin PBB tidak melihat suku Baluba sebagai faktor.
Bagi PBB faktor yang lebih besar adalah bagaimana mempertemukan
kekuatan-kekuatan besar Kasavubu-Mobutu di Leopoldville. Lumumba-Gizenga di
Stanleyville dan Moise Tshombe-Kapitalk Asing — untuk berdamai. "Tapi bagi
Harahap pribadi nasib Baluba sangat penting. Karena kalau Kabongo dilepas, maka
kekuatan Baluba sangat tidak imbang untuk melawan Katanga yang dibantu pasukan
asing. Haharap memikirkan nasib yang akan menimpa suku Baluba, karena
mengingat sifat suku-suku setempat yang masih primitif dan buas, pasti suku Baluba
akan dibantai habis oleh orang-orang Balunda, sukunya Tshombe. Harahap tidak bisa
menerangkan ini kepada atasannya dalam bahasa Inggris. Satu-satunya jalan adalah
menolak perintah atau setidaknya menangguhkan pelaksanaan perintah dan
sementara itu membereskan dulu persoalan setempat".
"Setelah mendapatkan penjelasan dari Indbatt saya segera menghadap
pimpinan UNOC, kali ini langsung pada Panglimanya, Letnan Jenderal MacEuwon.
Kepadanya dijelaskan apa yang dimaksudkan Harahap dan kendalanya untuk
mengekspresikan dengan baik dalam bahasa Inggris. Samasekali tidak ada niatan dari
perwira Indonesia untuk melakukan insubordinasi."
Pendirian Harahap kemudian dipakai sebagai pertimbangan oleh UNOC. Pos
Kabongo tidak akan dilepaskan. Tapi kompi Harahap tetap ditarik ke Leopoldville
dan kedudukannya di Kabongo digantikan oleh pasukan Ethiopia. Entah mengapa,
komandan UNOC untuk sektor Katanga, Brigadir Wilson, rupanya tidak tahu bahwa
Harahap telah ditarik dari Kabongo. Suatu hari Wilson muncul di ruangan operasi di
markas besar UNOC Leopoldville. Dia bilang, "saya kehilangan Harahap, di mana
dia sekarang?" Harahap sudah hilang lagi dari Leopoldville, ia sudah di-airlift ke
Goma. 'Keramaian' baru sedang menunggunya di sana.
121 

Cerita lainnya51 suatu kali 342 terjadi clash antara pasukan ANC dengan
pasukan Belgia dari Kisenji, wilayah di seberang perbatasan yang ketika itu masih
merupakan daerah mandat Belgia (kini jadi negara merdeka bernama Rwanda).
Sebab-musababnya adalah karena ada seorang anggota tentara Belgia dari Kisenji
yang kesasar sampai masuk ke Goma. Prajurit Belgia itu ditangkap oleh pasukan
ANC dan dianiaya sampai mati. Pasukan Belgia melakukan pembalasan dengan
menyerang kedudukan-kedudukan tentara ANC di perbatasan. Pasukan PBB yang
ditempatkan di sana, yaitu kompi dari Nigeria, tidak mampu mengatasi. Lagipula
tentara Nigeria itu memang sudah bersiap-siap meninggalkan Goma karena waktu
penugasannya sudah selesai.
Perang perbatasan itu sudah merambat sampai ke Goma. Ketika pasukan
Indonesia mendarat, mereka menyaksikan baku tembak yang liar dan sengit antara
ANC dengan tentara Belgia, Sementara pasukan Nigeria sudah berada di atas truk-
truk. Jadi begitu Kompi Harahap tiba, tentara Nigeria itu langsung berangkat tanpa
pakai timbang terima. Pasukan Indonesia tidak tahu bagaimana harus melerai pasukan
yang masih saling bersahut-sahutan dengan peluru. Namun entah dari mana ia
mendapatkan ide gilanya; Harahap menyambar bendera PBB mengikatnya pada
tongkat yang tinggi, lalu ia memerintahkan peniup sangkakala untuk membunyikan
terompet sekeras-kerasnya. Harahap dengan mengangkat tinggi panji PBB diiringi
tiupan terompet yang melengking-lengking memimpin kompinya berbaris dengan
langkah tegap tepat di tengah-tengah pasukan yang sedang baku tembak itu. Sikap
tegar yang ditunjukkan oleh pasukan perdamaian PBB membuat kedua belah pihak
yang sedang berkelahi tertegun. Mereka berhenti menembak.
Dari tengah-tengah gelanggang Kapten Harahap dan komandan-komandan
dari para-pihak yang bertempur itu. Dengan suara yang tegas dan lantang ia berteriak
kepada komandan Belgia, "You want peace?" Lalu kepada komandan ANC, "You
want peace?" Kemudian menyimpulkan sambil menunjuk kepada kedua orang yang
bermusuhan itu dan kepada dirinya sendiri, "You want peace and you want peace. I
want peace. Sign here" Harahap mengajak kedua belah pihak ke pinggir jalan dan
menandatangani perdamaian.
Ternyata kisah Goma belum berakhir. Dua hari kemudian markas Indbatt di
Goma kedatangan seorang mayor Inggris yang adalah komandan kompi Nigeria.
Rupanya ia kembali untuk mengambil barang-barangnya yang masih tertinggal.
Kedatangannya menimbulkan sedikit ketegangan mungkin dikarenakan sikapnya
yang congkak, mungkin juga karena masalah berkomunikasi. Haharap yang sedang
tidur terbangun oleh suara-suara ribut di luar. Ia mengintip. Lalu beranjak keluar
hanya dengan celana dalam dan pisau komando di tangan. Ia berteriak pada tamu tak
diundang itu "I hate you, go away. Mayor Inggris itu pergi. 52

                                                       
51Daud Sinjal dkk. Himawan Soetanto Menjadi TNI. (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009), 342.
52Daud Sinjal dkk. Himawan Soetanto Menjadi TNI. (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009), 343.
122 

C. Resolusi PBB No 1701


“War is not politics by other means”, but “represents a catastrophic, failure
of political skill and imagination” – perang bukanlah politik dengan cara lain namun
menyajikan kegagalan tragis atas keterampilan dan imajinasi politik,” tegas Sekjen
PBB, Kopi Anan.53
Hal itu diungkapkannya dengan kekecewaan yang sangat kepada Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) yang belum mencapai titik
kesepakatan atas cara penghentian permusuhan yang menelan banyak korban warga
sipil dalam perang antara Lebanon/Hezbollah dengan Israel pada 12 Juli – 14 Agustus
2006. Selanjutnya ia menegaskan “Segenap anggota dalam DK PBB/Sidang/Council
ini harus sadar bahwa ketidakmampuan bertindak secara cepat telah semakin
merusakkan keyakinan dunia dalam otoritas dan integritasnya.” 54
Ucapan keras Kopi Annan itu barangkali yang memaksa DK PBB
menyatakan keprihatinan mendalam atas terjadinya pertempuran antara
Lebanon/Hezbollah dengan Israel yang terjadi pada 12 Juli 2006. DK PBB
menyerukan diakhirinya permusuhan, meningkatkan kekuatan UNIFIL, memperluas
Mandat, mendesak segenap pihak untuk menghindari aksi apapun yang
membahayakan personel PBB, dan meminta izin kepada mereka agar membiarkan
pasukan PBB menata ulang posisinya, melakukan serta menyelamatkan operasi demi
personel PBB dan melakukan tindakan apa saja yang dianggap penting untuk
memastikan keselamatan personelnya.
Pada pertempuran dahsyat itu 16 staf PBB terluka, dan secara tragis
menewaskan lima personelnya, namun UNIFIL terus menempati semua posisinya
dan memainkan peranan aktif dan konstruktif di bawah mandat yang diembannya.
Selain mengurangi kebrutalan atas kekerasan yang sedang berlangsung, pasukan
penjaga perdamaian UNIFIL tetap melaksanakan pengamatan militer, membantu
upaya kemanusiaan dan menyediakan bantuan medis, dengan segala risikonya.
Dewan Keamanan PBB juga menyetujui rekomendasi Sekjen PBB melalui
resolusi 1697 pada 31 Juli 2006 untuk memperpanjang mandatnya sampai 31 Agustus
2007. Adopsi resolusi dicapai setelah terjadi perdebatan intensif selama seminggu
antara Perancis dan AS, yang telah diintroduksi pada 5 Agustus 2006.55 Perdebatan
tersebut menemui tantangan keras dari para pemimpin Arab, yang menganggap
negosiasi itu menguntungkan Israel. Utusan senior Liga Arab bertemu dengan Sekjen
PBB dan menyajikan dalam sidang deal yang didukung Arab, termasuk permintaan
pemerintah Lebanon untuk gencatan senjata yang luas, dan menyerukan pertukaran
tawanan antara Israel dan Hezbollah.
Untuk membantu keamanan gencatan senjata secara permanen dan solusi
konflik jangka panjang, DK PBB menciptakan zone penyangga bebas dari siapa saja
personel bersenjata, asset dan segenap senjata selain dari pasukan Pemerintah
                                                       
53Lihat Eduardo Lachica, “Jakarta’s Foray into Armed Diplomacy.” The Far Eastern

Economic Review No. 5 Vol 170 (June 2007): 38-44.


54Lihat Karim Makdisi, Reconsidering Struggle over UNIFIL in Southren Lebanon.

(University of California: Press Journal of Palestine Studies, 2014): 24.


55Tempo, 27 Agustus 2006.
123 

Lebanon dan UNIFIL di antara blue line (garis biru) yang terhampar di Lebanon
selatan hingga Sungai Litani, dan menyerukan baik kepada Israel dan Lebanon untuk
mendukung gencatan senjata permanen dan solusi komprehensif atas krisis tersebut.
Pada 11 Agustus 2006, DK PBB melalui negosiasi yang alot, meloloskan
resolusi 1701 yang menyerukan penghentian permusuhan total perang itu dengan
perhatian utama pada “penghentian segera serangan yang dilakukan oleh Hezbollah
dan penghentian segera operasi militer ofensif yang dilakukan Israel di Lebanon.
Resolusi ini menekankan perlu diakhirinya kekerasan, namun pada saat yang sama
menekankan perlunya mencari penyebab yang telah menimbulkan krisis, termasuk
pelepasan tanpa syarat tentara Israel yang diculik. “Sadar atas sensitifnya persoalan
tahanan, teks juga mendesak upaya yang dimaksudkan untuk menyelesaikan
persoalan tahanan Lebanon yang dipenjara di Israel.56 Melalui Resolusi 1701, DK
PBB memperluas mandat UNIFIL hingga Agustus 2007, dan meningkatkan kekuatan
pasukannya (dari 2.000 personel pada Agustus 2006, ke maksimum 15.000 personel).
Di samping membawa mandat di bawah resolusi PBB no. 425 dan 426
(1978), UNIFIL juga diantara tugas lainnya, mengawasi penghentian permusuhan
(cessation of hostilities); mendampingi dan mendukung angkatan bersenjata Lebanon
ketika mereka menebarkan pasukan sebanyak 15.000 tentara bersenjata di kawasan
selatan; dan mempeluas bantuan guna menjamin akses kemanusiaan kepada
kembalinya warga sipil yang mengungsi.
Mencermati hal itu, Sekjen PBB tetap menjaga kontak dengan PM Lebanon
dan PM Israel, serta aktor-aktor relevan lainnya dan pihak-pihak yang peduli dengan
konflik Israel – Lebanon yang meledak di kawasan Lebanon selatan. Sekjen juga
mengirim sejumlah misi berlevel atas ke kawasan yang bersangkutan. Mengingat
pentingnya pelaksanaan resolusi DK PBB no 1701, Sekjen PBB mengunjungi
kawasan itu. Ia menghadiri pertemuan level menteri luar biasa Uni Eropa di Brussel
pada 25 Agustus 2006, dan mengunjungi Lebanon, Israel, kawasan Palestina yang
diduduki, Yordania, Republik Arab Syria, Republik Islam Iran, Arab Saudi, Qatar,
Mesir, Turki dan Spanyol, serta bertemu dengan kepala negara, kepala pemerintahan,
menteri luar negeri, dan pejabat senior lainnya. Ditegaskannya bahwa dukungan luas
untuk implementasi resolusi 1701 diperoleh dari banyak negara, dan didorong oleh
komitmen umum untuk memperbaiki keamanan dan stabilitas di kawasan Timur
Tengah. Dukungan itu diperolehnya dari negara-negara yang menurunkan pasukan
perdamaiannya sebagai bagian dari UNIFIL, dan membuka sepenuhnya blokade laut
dan udara Israel atas Lebanon.
Dalam 30 hari sejak resolusi 1701 diloloskan Sekjen melaporkan dua kali
kepada DK PBB (18 Agustus dan 12 September 2006) bahwa Israel dan Hezbollah
menanti penghentian permusuhan itu, kendati terdapat pelanggaran yang dilakukan
pasukan Israel ketika menyerang Lebanon timur pada 19 Agustus 2006.57 Periode
berikutnya PBB dan agen-agennya membantu Pemerintah Lebanon dengan kerja
berupa bantuan kemanusiaan dan membantu kembalinya sejuta orang Lebanon yang
                                                       
56Tempo, 27 Agustus 2006.
57Berita Lebanon dari UNIFIL tentang mandat UNIFIL diperpanjang sampai dengan 31
agustus 2008.
124 

mengungsi. Sekjen juga mencatat kemajuan penting berupa mundurnya secara


gradual IDF dan masuknya tentara Lebanon serta UNIFIL untuk memainkan peran
koordinasi diantara kedua belah pihak.
Keluarnya Resolusi 1701/2006 (cessation of hostilities) pada 14 Agustus
2006 di New York yang ditandatangani oleh 15 negara anggota Dewan Keamanan
PBB, semakin melengkapi mandat UNIFIL sebelumnya dan mencoba mengubah
gencatan senjata sementara menjadi damai yang lebih tahan lama. Resolusi tersebut
memuat poin-poin sebagai berikut;58

1. Memonitor perjanjian penghentian permusuhan antar pihak


yang bertikai.
2. Mendampingi dan membantu proses penggelaran LAF (Lebanese
Armed Forces) di wilayah Lebanon Selatan, bersamaan dengan
proses pengunduran pasukan Israel.
3. Mengkoordinasikan proses pengunduran diri Israel.
4. Memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat sipil setempat
serta membantu mengamankan proses kembalinya masyarakat yang
telah mengungsi dan terpisah selama terjadinya perang.
5. Membantu LAF dalam proses mewujudkan wilayah antara Blue Line
dan Sungai Litani bebas dari personel bersenjata dan aset-aset militer
lainnya selain milik Pemerintah Lebanon dan UNIFIL (United
Nations Interim Force in Lebanon).
6. Meyakinkan bahwa wilayah tanggung jawab yang telah diberikan
tidak digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan yang dapat
menyebabkan konflik antara pihak-pihak yang bertikai.
7. Atas permintaan, membantu pemeritah Lebanon dalam
mengamankan garis-garis batas negara dan titik-titik infiltrasi.

Sementara implementasi Resolusi DK PBB 1701/2006 itu dibagi menjadi 5


tahap pelaksanaan yang terdiri atas:

1 Gencatan Senjata antar pihak yang bertikai.


2. Pengunduran Israel Defence Forces (IDF) dari Lebanon Selatan.
3. Membantu pengembalian fungsi LAF di wilayah negara Lebanon.
4. Membantu pengembalian stabilitas seluruh komponen kehidupan di
Lebanon.
5. Pengurangan serta penarikan mundur tentara PBB di wilayah
Lebanon.

Tahap kesatu dan kedua dari 5 tahapan itu oleh pasukan PBB yang berada di
Lebanon (UNIFIL) telah dilalui dengan cukup baik. Saat ini, seluruh satuan tugas

                                                       
58Tempo, 27 Agustus 2006.
125 

PBB yang ada di Lebanon secara bertahap mengimplementasikan tahapan ketiga dari
implementasi Resolusi DK PBB 1701/2006.

1. Skeptisisme Resolusi
Skeptisisme masyarakat Internasional terhadap keluarnya Resolusi itu
sesungguhnya masih menguat. Efektifitas Resolusi masih dipertanyakan karena
sebelum munculnya Resolusi 1701 telah ada Resolusi No. 425 yang terbit pada 19
Maret 1978 yang menyerukan penarikan mundur pasukan Israel dari Lebanon serta
menghormati integritas teritorial, kedaulatan, dan kemerdekaan politik Lebanon
namun beberapa catatan telah memperlihatkan Israel seringkali melanggar resolusi
itu.59
Dalam suatu kesempatan, seorang penduduk di Dier Siriane, Lebanon Selatan
pada Akhir Desember 2006 menanyakan kepada pasukan Indobatt,60 bila Israel
menyerang Lebanon kembali dengan masuk ke wilayah Lebanon, pasukan UNIFIL
berada di pihak mana? Pertanyaan ini menunjukan sikap yang tidak percaya
sepenuhnya terhadap efektifitas pasukan UNIFIL yang berada di Lebanon pasca
keluarnya Resolusi 1701. Pernyatan dari masyarakat Lebanon sendiri terungkap
seperti ini, "Terus terang kami kurang percaya dengan UNIFIL karena sejak
keberadaannya pada tahun 1949 tidak mampu mencegah Israel menduduki lahan
pertanian Shebaa.61
Tahun 1982, pasukan internasional tidak bisa mencegah agresi Israel hingga
mencapai kota Beirut. Jadi, kami sesungguhnya tidak menggantungkan pada pasukan
internasional, tapi pada kekuatan diri."62 Demikian juga dengan perdebatan alot yang
disampaikan oleh Utusan Señior Liga Arab sesaat sebelum keluarnya Resolusi 1701.
Sebagai gambaran untuk memperjelas keberadaan pasukan PBB (United Nation
Interim Force in Lebanon/UNIFIL) di Lebanon dapat dilihat melalui Resolusi DK
PBB No. 425 tahun 1978. Tujuan UNIFIL ketika itu adalah memastikan penarikan
mundur pasukan Israel, mengembalikan perdamaian dan keamanan internasional, dan
membantu Pemerintah Lebanon memastikan kembalinya kewenangan efektif
pemerintahan di seluruh wilayahnya.
Resolusi tersebut dikeluarkan menyusul ketegangan di perbatasan Israel-
Lebanon yang telah berlangsung bertahun-tahun, yang kemudian menyebabkan
sebagian wilayah selatan Lebanon diduduki Israel. Catatan sejarah memperlihatkan
bahwa Resolusi 425 itu tidak pernah berhasil "mengusir" Israel dari wilayah selatan
Lebanon yang didudukinya. Bahkan pada Juni 1982, Israel menginvasi Lebanon dan
secara sepihak menetapkan zona keamanan sendiri di dalam wilayah Lebanon, yang
tetap bertahan sampai mereka menarik diri pada Juni 2000. Meski Israel kemudian
mundur, Pemerintah Lebanon meminta UNIFIL tetap dipertahankan karena mereka
belum sepenuhnya mendapatkan kembali wilayah selatan yang ditetapkan Israel
                                                       
59Kompas,23 Desember 2006.
60Data
di lapangan. Diceritakan oleh Perwira Rohani, Kapten Ridwan saat mengunjungi
keluarga tersebut untuk memberikan hewan kurban pada Desember 2006.
61 Kompas, 23 Desember 2006.
62Tempo, 27 Agustus 2006.
126 

secara sepihak sebagai zona keamanan. Sejak itu pula Lebanon terus menuntut
dipenuhinya Resolusi 425, meski PBB kemudian menetapkan garis biru sebagai
pengakuan internasional atas wilayah Lebanon. Di sepanjang garis biru itulah
UNIFIL melakukan aktivitasnya hinggá saat ini.
Selama periode 1978 sampai dengan 2006 PBB telah memberikan mandat
lepada UNIFIL melalui 4 resolusinya yaitu: Resolusi No. 425 pada 19 Maret 1978,
No. 426 pada 19 Maret 1978, No. 511 18 Juni 1982, dan terakhir No. 1701 pada 11
Agustus 2006. Pada sisi lain Resolusi 1701 itu menyisakan dua tugas bagi PBB, yaitu
penempatan pasukan PBB untuk bersama-sama pasukan Pemerintah Lebanon
mengawasi zona penyangga keamanan antara Lebanon dengan Israel, dan
mengupayakan penyelesaian permanen atas konflik yang terus muncul antara Israel
dengan Lebanon. Disamping itu Resolusi tersebut juga dinilai kurang rinci dalam hal
mandat untuk pasukan penjaga perdamaian, apalagi sampai memberikan petunjuk
pelaksanaan yang jelas.
Berbagai persoalan itu yang membuat beberapa negara Eropa yang
diharapkan menjadi tulang punggung pasukan di bawah mandat PBB itu ragu untuk
menawarkan pasukan dalam jumlah banyak. Di Markas Besar PBB New York,
ketidakjelasan mandat dan petunjuk pelaksanaan yang sempat mengganggu rencana
penggelaran pasukan PBB untuk Lebanon akhirnya bisa diselesaikan dalam
pertemuan negara-negara calon penyumbang tentara. Akhirnya Italia segera
menerobos kegamangan dengan tawaran 3.000 tentaranya, dan kesiapan memimpin
pasukan PBB.
Di pihak lain, tiga negara berpenduduk mayoritas Muslim menawarkan
tentaranya untuk bergabung dalam pasukan PBB untuk Lebanon (UNIFIL), seperti
Indonesia menawarkan tentaranya sebanyak 1.000 personel yang direalisir menjadi
850 personel yang disebut Indonesia Battalyon (Indobatt). Malaysia menawarkan
tentaranya sebanyak 2.000 personel yang teralisir sebanyak 350 personel yang disebut
dengan Malaysia Contingen (Malcon), dan Bangladesh menawarkan sebanyak 1.000
personel tetapi tidak jadi mengrimkannnya. Belakangan, dukungan tentara dari
negara-negara Uni Eropa pun bisa dipastikan. Perancis yang semula hanya
menyanggupi 200 tentara, akhirnya menawarkan 2.000 tentara.63
Mandat baru UNIFIL itu, menurut PBB memiliki beberapa kewenangan
untuk melaksanakan tugasnya di Lebanon, seperti; berwenang melakukan segala
tindakan yang diperlukan di wilayah-wilayah tempatnya ditempatkan, termasuk
menggunakan kekuatannya serta apa pun yang bisa dilakukan sesuai dengan
kapabilitasnya. UNIFIL juga harus memastikan di wilayah operasinya tidak
digunakan untuk kegiatan permusuhan dalam bentuk apa pun, sehingga UNIFIL juga
berhak melawan upaya-upaya dengan cara kekerasan, untuk mencegah mereka
mengabaikan kewajiban-kewajiban yang dimandatkan DK-PBB.
Di samping itu UNIFIL juga berhak melawan upaya-upaya dengan cara
kekerasan, untuk mencegah mereka mengabaikan kewajiban-kewajiban yang
dimandatkan DK-PBB, dan UNIFIL juga harus mampu melindungi para personel

                                                       
63Kompas, 2 September 2006.
127 

PBB, fasilitas-fasilitasnya, instalasi dan perlengkapan, serta memastikan keamanan


dan kebebasan bergerak bagi personel PBB, pekerja kemanusiaan, dan tanpa
berprasangka buruk terhadap tanggung jawab Pemerintah Lebanon, juga melindungi
warga sipil yang terancam kekerasan fisik.
Dari wewenang UNIFIL tersebut Annan menegaskan sebetulnya jelas sekali
bahwa UNIFIL memang tidak diberi tugas untuk melucuti Hezbollah, sebagaimana
keinginan Israel. Sementara itu sikap Lebanon yang berkaitan dengan keluarnya
resolusi DK PBB Nomor 1701 yang menyerukan gencatan senjata atau upaya
penghentian perang, melalui Menteri Penerangannya Ghazi al Aridi, mengatakan
bahwa setelah mempelajari dan mengkaji semua aspeknya, Pemerintah Lebanon
memutuskan menerima resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 meskipun ada
keberatan terhadap beberapa butirnya. Sedangkan Perdana Menteri Lebanon Fouad
Siniora juga menyatakan, resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 merupakan
kemaslahatan bagi Lebanon.64
Sikap Pemerintah Lebanon itu disampaikan hanya beberapa saat setelah
Hassan Nasrallah menyampaikan lima butir sikap Hezbollah atas resolusi Dewan
Keamanan PBB yaitu; Pertama, Hezbollah berkomitmen menjalankan gencatan
senjata. Kedua, Hezbollah akan membantu pengungsi pulang ke kampung
halamannya. Ketiga, Hezbollah mendukung dan siap bekerja sama dengan pasukan
Lebanon serta pasukan perdamaian internasional (UNIFIL) yang akan digelar di
Lebanon selatan. Keempat, selama Israel masih bercokol di Lebanon, seluruh rakyat
Lebanon berhak melawan pendudukan Israel. Kelima, Hezbollah setuju gencatan
senjata; ini juga merujuk pada kesepahaman bulan April 1996.

2. Perpanjangan Mandat Resolusi


Pada 28 Agustus 2007, saat pasukan Indonesia tengah berada di Lebanon
Selatan, muncul kabar bahwa mandat UNIFIL diperpanjang hingga 31 agustus
2008.65 DK PBB telah memutuskan mandat United Nations Interim Force in Lebanon
(UNIFIL) diperpanjang untuk satu tahun dan meminta semua pihak untuk berperan
serta dalam penghentian permusuhan antara Israel dan Hezbollah menjadi genjatan
senjata yang permanen dan penyelesaian dalam jangka panjang. Anggota DK PBB
memutuskan dengan suara bulat perpanjangan mandat UNIFIL sampai dengan
tanggal 31 Agustus 2008, dan menyatakan penggelaran peacekeeping mission
bersama Lebanese Armed Forces telah membantu menciptakan lingkungan strategis
baru di Lebanon Selatan.
Menlu Israel Tzipi Livni66 menyambut baik perpanjangan mandat UNIFIL
dan mendesak masyarakat internasional menunjukkan ketegasan dalam pelaksanaan
Resolusi 1701, termasuk pembebasan tentara Israel yang diculik dan perlucutan
senjata Hezbollah. UN Ambassador Dan Gillerman menyambut baik perpanjangan
mandat UNIFIL, namun menyatakan keprihatinannya dengan masih adanya hal-hal
                                                       
64Kompas, 8 September 2006.
65Berita Lebanon dari UNIFIL tentang mandat UNIFIL diperpanjang sampai dengan 31
agustus 2008.
66Kompas 25 Juni 2007.
128 

yang belum diselesaikan: nasib dua tentara Israel, berlanjutnya penyaluran senjata
dan tetap adanya pejuang Hezbollah di Lebanon Selatan. France's Deputy UN
Ambassador Jean-Pierre Lacroix, yang negaranya mensponsori resolusi menyatakan
masih banyak yang harus dilakukan untuk mewujudkan stabilitas jangka panjang di
Lebanon.
Sementara itu, US Deputy Ambassador Alejandro Wolff menyatakan
keprihatianan yang mendalam mengenai illegal weapons transfers di sepanjang
perbatasan Syria-Lebanon dan menegaskan bahwa insiden pemboman tanggal 24
Juni 2007 yang menewaskan enam tentara Spanyol dan insiden penembakan roket
tanggal 17 Juni 2007 ke Israel menunjukkan perlunya milisi di Lebanon dilucuti
senjatanya. Menurutnya perdamaian tidak akan tercapai tanpa hal tersebut dan
mendesak Iran dan Syria untuk menghormati embargo senjata. Selain itu, insiden
dengan Fatah al-Islam di Lebanon Utara juga menunjukkan perlunya implementasi
dari Taif Accord dan Resolusi 1559, yang menghimbau pembubaran dan perlucutan
senjata semua milisi di Lebanon.67

D. Pasukan Garuda ke Lebanon


Lebanon merupakan negara yang dilanda perang berkepanjangan, yang
terjadi sejak tahun 1948. Kedatangan pasukan Indonesia dalam misi penjaga
perdamaian di Lebanon sangat diharapkan dapat meredam konflik berkepanjangan
yang tidak saja melibatkan antar negara tetapi menjadikan pula perang saudara
diantara masyarakat Lebanon sendiri.
Menurut Bambang Darmono, Asisten Operasi Panglima TNI dalam
pembekalannya kepada pasukan yang akan berangkat ke Lebanon menyatakan
bahwa, konflik Timur Tengah berdimensi agama dan politik. Israel merupakan
masyarakat yang tertutup secara keyakinan. Kutukan terhadap bangsa Israel bukan
berarti harus bermusuhan apalagi harus dihapuskan dari peta dunia.68
Sesuai dengan pembukaan UUD 45, bangsa Indonesia memiliki komitmen
untuk berperan aktif dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia. Oleh karena itu
sejak tahun 1957, pasukan Indonesia sudah terlibat dalam pasukan perdamaian
PBB.69 Peran aktif Indonesia dalam mengirim pasukan perdamaian ke dunia
internasional merupakan amanat bangsa yang tertuang dalam konstitusi.

                                                       
67Lihat Eduardo Lachica, “Jakarta’s Foray into Armed Diplomacy.” The Far Eastern

Economic Review No. 5 Vol 170 (June 2007):38-44.


68Arahan As Ops Kasum TNI, Mayjen TNI Bambang Darmono pada pembekalan pasukan

Garuda 23 A di Cilodong Depok pada 4 Desember 2006. Lihat perbedaan antara pernyataan pemerintah
Indonesia dengan Malaysia. Malaysia sulit diterima oleh Israel karena perwakilan tetapnya di PBB
secara lantang menyatakan Israel harus lenyap dari muka bumi. Sementra Indonesia dapat diterima oleh
PM Israel, untuk menjadi pasukan perdamaian di perbatasaan Lebanon dengan tanah pendudukan Israel.
Lihat Kompas, 2 September 2006.
69Lihat UU TNI Nomor 34 tahun 2004 pasal 5 TNI berperan sebagai alat negara di bidang

pertahanan negara yang dalam menjalankan tugasnya didasarkan kebijakan politik Negara. Pasal Tugas
pokok TNI adalah dilakukan dengan Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain
Perang (OMSP). Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik Luar Negeri.
129 

Gambar 4.5
Mayjen Bambang Darmono Asisten Operasi Panglima TNI memberikan arahan
ke pasukan Indobat di Markas Indobat Adsit Al Qusayr.
Sumber: Koleksi pribadi 27 Agustus 2007

1. Awal Keberangkatan Pasukan


Alur cerita pengiriman pasukan ke Lebanon itu sendiri bermula ketika pada
17 Juli 2006 seminggu setelah Israel menyerbu Lebanon Presiden Yudhoyono
menginstruksikan kepada Panglima TNI untuk membentuk Batalyon Mekanik TNI
yang akan diberangkatkan atau dilibatkan sebagai misi pemelihara perdamaian (peace
keeping). Alasan pembentukan itu menurut Presiden karena ia tidak ingin melihat
para warga yang tidak bersalah menjadi korban dalam konflik. Pembentukan
Batalyon Mekanik dan pemberangkatan Satgas ini dimaksudkan sebagai rasa
tanggungjawab pemerintah untuk mengantisipasi warga Indonesia yang akan
berangkat sendiri-sendiri dengan tujuan solidaritas dunia Islam dan merupakan suatu
kepentingan negara untuk memainkan peran dalam politik global sesuai dengan
konstitusi negara.
Dalam penyiapan pasukan itu, Indonesia diharapkan memiliki standard dan
kemampuan yang sudah digariskan oleh PBB melalui Departement Peace Keeping.
Materi yang harus di kuasai oleh pasukan PBB antara lain:

1. Operation of checkpoint
Tempat untuk memeriksa kendaraan atau orang yang akan masuk ke
area operasi pasukan sesuai dengan standar operasi pasukan.
2. Observation post, Patrolling
Pos atau tempat mengobservasi dengan cara melakukan patrol yang
diatur sesuai prosedur yang dilakukan berdasarkan waktu yang telah
ditetapkan.
3. Map reading
130 

Kemampuan membaca peta bagi personel di daerah operasi. Ini


untuk mempermudah jalur-jalur yang dilintasi pasukan.
4. Identification of weapons and equipment
Pengetahuan tentang identitas senjata maupun peralatan lainnya baik
yang dimiliki pasukan maupun yang dimiliki pihak lain
5. Culture and habit local people
Pemahaman tentang budaya dan kebiasaan-kebiasaan penduduk
setempat yang berada dalam area operasi pasukan.
6. Sniper training
Pelatihan menembak bagi personel yang ditugaskan oleh pasukan.
Latihan ini disesuaikan waktunya sesuai kebutuhan pasukan.
7. Environment survival.
Perhatian tentang pemahaman lingkungan hidup penduduk, alam
maupun manusia
8. First aids, ROE
Pertolongan pertama pada insisden-insiden yang sering terjadi di
lapangan serta aturan keterlibatan pasukan di daerah operasi.
9. Contingency drill
Latihan continjensi yang dilakukan terus menerus untuk menghadapi
situasi genting yang seringkali didapatkan di daerah operasi.
10. Civil disturbance techniques
Teknik mengatasi gangguan-gangguan yang sering terjadi pada
masyarakat sipil di area operasi militer.
11. Search and seizure techniques
Teknik pencarian dan penyitaan terhadap benda atau manusia yang
dianggap membahayakan
12. Legal consideration
Pertimbangan hukum dilakukan oleh para perwira hukum pasukan
apabila terjadi kasus yang melibatkan anggota pasukan dengan
masyarakat maupun dengan pihak yang bersengketa.
13. Air assault operations
Pemahaman tentang operasi serangan udara yang dilakukan oleh
pihak bersengketa.
14. Detecting and clearing land mines
Pemahaman tentang mendeteksi dan membersihkan ranjau darat. Ini
dilakukan oleh pasukan yang ditugaskan untuk melakukannya.
15. Field sanitation and hygiene
Sanitasi dan kebersihan lapangan dilakukan sebulan sekali. Yang
membidangi diberikan pembekalan dari laporan yang masuk ke HQ.
16. Communications
Komunikasi yang dilakukan oleh seluruh pasukan di bawah mandate
PBB yang berada di area operasi pasukan UN.70
                                                       
70Lihat Harvey J. Langholtz (editor), Peacekeeping and International Conflict Resolution

(New York USA: Unitar Poci, Dag Hammarskjold Centre, 2000), 129.
131 

17. Civil military cooperation


Kerjasama sipil militer yang dilakukan oleh pasukan dengan
masyarakat sipil atau penduduk setempat.

Penguasaan materi yang telah diberikan oleh PBB itu menjadi pedoman dari
setiap pasukan untuk melaksanakan tugasnya di medan operasi UNIFIL di Lebanon.

Tabel 4.6
Komposisi Personel Konga 23 A
Sumber: Buku Kenangan Konga 23 A 2008.

Pengiriman pasukan Indonesia diawali dengan pemberangkatan tim Kargo


dari Tanjung Priok pada 1 November 2006. Ini merupakan titik cerah kepastian
keberangkatan pasukan Indonesia ke Lebanon setelah menunggu lama yang
diselingi dengan penundaan keberangkatan. Sementara tim Advance yang
berkekuatan 125 personel berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Beirut
pada Rabu 8 November 2006. 71
Sementara tim Advance yang berkekuatan 125 personel berangkat dari
Bandara Soekarno Hatta menuju Beirut pada Rabu 8 November 2006. Sepuluh
hari kemudian Kru Panser VAB menuju Perancis pada 18 November 2006 dari
bandara Soekarno Hatta. Akhirnya berturut-turut pada 23-24 dan 25 November 2006
seluruh personel pasukan meninggalkan tanah air dari Bandara Soekarno Hatta
menuju Beirut melengkapi tim Advance yang telah berada disana sebelumnya.
Penugasan di medan operasi pun dimulai. 72
Pagi dini hari 27 November 2006 waktu setempat, pesawat komersial
American Tranport Asociation (ATA) yang membawa 236 Prajurit dari 850
Prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda XXIII A yang berangkat
dari Jakarta sejak 25 November 2006, mendarat di Bandara Rafik Hariri, Beirut.
Rombongan itu merupakan kelompok terakhir yang tiba di Lebanon dan
melengkapi seluruh pasukan dari Indonesia yang tergabung dalam misi perdamaian
Dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa.

                                                       
71Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 63.


72Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 94.


132 

Agama Jumlah Personel


Islam 778
Nasrani 55
Hindu 17
Total Jumlah 850
Tabel 4.7
Komposisi Personel Konga 23 A Berdasar Agama
Sumber: Buku Kenangan Konga XXIII-A 2008.

Penugasan di medan operasi dimulai. Sejak tiba di Lebanon, pasukan


melakukan kegiatan pembenahan pangkalan yang saat itu belum tertata. Gedung
Masatgas yang berlantai 5, penuh sesak ditempati anggota yang belum
terdistribusi ke kompi-kompi sehingga satu ruangan terisi lebih dari 10 orang
personel.73 Udara yang sangat dingin menjadi bagian dari penyambutan pasukan
Indonesia yang berasal dari daerah tropis. Sebelumnya tidak menduga bila cuaca
berganti sangat ekstrem yang mencapai 4 derajat celcius. Selimut, jaket, maupun
kantong tidur yang dikenakan, sedikit menolong dari terjangan udara dingin
tersebut, di samping tentu saja kamar yang terisi sesak membantu menghangatkan
suhu tubuh. Beberapa waktu kemudian anggota pasukan banyak yang membeli
selimut tebal dan heater penghangat dengan berbagi bentuk, yang menggunakan
listrik maupun tradisional.
Pasukan yang berada di tenda, seperti; kompi Bantuan, kompi Motoris dan
kompi BTR, mengalami situasi yang tidak lebih baik daripada yang berada di gedung.
Sementara pasukan yang berada di pos 8-33 dan 9-63 kondisinya lebih baik karena
bangunan yang ditempatinya adalah bangunan permanen yang telah tertata bekas
tempat pasukan Spanyol yang sebelumnya menempati pos itu sehingga dapat
terlindung dari hembusan angin dingin yang jauh lebih kencang dibandingkan tempat
pasukan yang berada di di pos 7-1 Adshit Al Qusayr. Akan tetapi di musim dingin
itu sampai dengan pergantian musim, personel pasukan Indonesia tidak ada yang sakit
disebabkan oleh alam atau cuaca yang berbeda dengan di tanah air.74
Pembenahan pangkalan terus dilakukan. Penggalian parit, pendirian tenda-
tenda, menutup celah-celah lubang yang ada di gedung Makosatgas, membangun WC
lapangan yang dibawa dari Jakarta dan kegiatan lain untuk membenahi pangkalan
yang masih dilakukan. Pengambilan air untuk MCK dan lainnya yang diangkut oleh
mobil tanki air berkapasitas 5000 liter, dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Semula

                                                       
73Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 106.


74Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 106.


133 

pengambilan air itu di Marjayoun (Mako India), kemudian pindah ke Markabe, Banni
Hayyan dan terakhir di Attaibe.
Pada 4 Desember 2006, Pasukan Spanyol (Spanbatt) menyerahkan tugas
tanggung jawab area operasinya ke pasukan Indonesia (Indobatt), sejak saat itu
aktifitas patroli pasukan dilakukan. Kegiatan lainnya mulai ditangani oleh setiap staf
Indobatt. Duty Officer yang disebut dalam bahasa sandi ”Pandawa” melakukan
tugasnya secara bergilir yang dilaksanakan oleh para perwira Indonesia. Pos-pos
Cakra (pos jaga di depan pintu utama markas) melakukan aktifitasnya di setiap sudut
area pos 7-1.
Pada awal Maret 2007 pergantian komandan UNIFIL baru saja dilaksanakan.
Sebelumnya dijabat oleh Mayjen Alain Pellegrini dari Prancis. FC UNIFIL
menjalankan tugasnya dalam mengimplementasikan Resolusi DK PBB 1701/2006 di
wilayah Lebanon Selatan dari kota Naqoura di wilayah Barat daerah operasi UNIFIL.
Untuk memudahkan komando dan pengendalian, maka wilayah operasi
UNIFIL dibagi menjadi 2 Komando Sektor yaitu Komando Sektor Barat dibawah
pimpinan negara Italia (berpusat di kota Tibnine) dan Komando Sektor Timur yang
dipimpin oleh negara Spanyol (berpusat di kota Marjayoun). Dalam penugasan
sehari-harinya, Satgas pasukan Indonesia, Konga 23 A yang biasa disebut dengan
sebutan INDOBATT (Indonesian Battalion) berada di bawah naungan Komando
Sektor Timur bersama dengan India, Nepal dan Spanyol. Komandan Sektor Timur
adalah Brigjen Juan Sanchez Garcia dari negara Spanyol.
Di bawah bendera UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon )
keberadaan dan keselamatan Pasukan Perdamain yang berasal dari berbagai negara
yang bertugas di wilayah kewenangannya menjadi tanggung jawabnya. Penugasan
pasukan PBB di Lebanon saat itu berkekuatan sekitar 15.000 orang, dipimpin oleh
Mayor Jenderal Claudio Grazioni yang berasal dari Italia dengan jabatan UNIFIL
Force Commander.

2. Pembenahan Pangkalan
Pembenahan pangkalan hingga bulan September 2007 terus dilakukan.
Ablution (Kamar Mandi) yang terbuat seperti kontainer telah menggantikan WC
lapangan yang jauh lebih bagus dan bersih di Masatgas maupun di kompi-kompi yang
berada di 7-1. Jalan-jalan yang berada di area pos 7-1 Adshit Al Qusayr telah diaspal
hingga di depan Masatgas dan lapangan Upacara sehingga kegiatan olah raga yang
dilakukan oleh para personel Indobatt dapat dilaksanakan di lapangan dan di jalanan
yang tidak berdebu.
Shelter tempat perlindungan pasukan bila keadaan genting, sudah hampir
selesai seluruhnya dibuat, di samping itu pos-pos cakra yang semula dibuat dari
tumpukan karung pasir dengan atap dari seng, telah berganti dengan bangunan
berbentuk silinder beton. Tower seperti yang dimiliki kompi Indobatt yang berada di
9-63 dan 8-33, dibuat juga di pos 7-1; sedangkan pagar pembatas area Indobatt
dengan tanah masyarakat telah dibuat dengan pagar kawat permanen. Demikian pula
dengan pintu gerbang yang telah dibuat permanen dari pipa dan kawat baja. Di kompi
luar, penambahan ruangan dilakukan juga sementara di Adshit Al Qusayr hanya
134 

kompi Bantuan yang masih menggunakan tenda. Klinik yang dimiliki Indobatt
semula menggunakan tenda tetapi sejak bulan Maret telah diganti dengan bangunan
permanen berbentuk Corimec. Sementara peralatan medis yang dimiliki telah
didatangkan dari Jakarta dengan standar Rumah Sakit level 2.75
Kegiatan-kegiatan pasukan dibuat bervariasi meski tugas pokoknya adalah
melaksanakan patroli. Latihan SEMR (Sector East Mobile Reserve), latihan
kesiapan pasukan, latihan posko mobil, latihan evakuasi, latihan menghadapi
kontak antara LAF dengan IDF dan lainnya menjadi kegiatan yang dilakukan
pasukan Indobatt.
Pertemuan-pertemuan antarstaf di jajaran Sektor Timur turut pula
dilakukan. Begitu pula kunjungan-kunjungan ke pasukan tetangga kerapkali
dilaksanakan oleh pasukan Indobatt. Staf inti dan staf khusus melakukan
kegiatannya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sementara itu setiap
anggota personel yang memiliki tugas, melaksanakan pekerjaannya yang sesuai
dengan bagiannya.76 Sementara itu masing-masing staf bekerja di bidangnya. Staf
yang memiliki jalinan kerja dengan Sektor Timur di Marjayoun melakukan
kordinasi kerja sesuai bidangnya. Demikian pula dengan Markas Besar UNIFIL
di Naqoura yang selalu dikunjungi oleh staf terkait Indobatt yang memiliki jalinan
kerja dengan HQ (Headquarter) UNIFIL seperti staff logistik, keuangan, dan
sebagainya.
Konstelasi konflik Timur Tengah yang di dalamnya melibatkan Lebanon
masih terus berkecamuk. Pengiriman pasukan Indonesia ke mancanegara yang
dimulai sejak tahun 1956 memberikan kontribusi penting dalam misi perdamaian
dunia dan membangun citra politik luar negeri Indonesia melalui diplomasi totalnya.
Bab berikut ini memberikan gambaran tentang perjumpaan Pasukan Indonesia di
Lebanon Selatan dan Interaksinya dengan masyarakat setempat.

                                                       
75Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 139.


76Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 111.


BAB V
MISI DAMAI DAN PERJUMPAAN PASUKAN INDONESIA

Hubungan Lebanon dengan Indonesia bermula saat diumumkannya


pernyataan pengakuan de jure atas Republik Indonesia oleh Presiden Lebanon,
Bechara El-Khoury pada 29 Juli 1947. Lebanon merupakan negara ketiga yang
mengakui kemerdekaan Indonesia setelah Mesir dan Syria. Sementara hubungan
diplomatik kedua negara telah dirintis sejak dekade 50-an dengan
mengakreditasikan Duta Besar RI di Kairo untuk merangkap Lebanon. Pada
pertengahan dekade itu juga pemerintah RI memutuskan untuk membuka
perwakilannya di Beirut meski masih berstatus Kuasa Usaha, sedangkan Duta
Besarnya masih dirangkap di Kairo.
Dalam bab ini akan diuraikan interaksi masyarakat Lebanon dengan
masyarakat Indonesia yang diwakili pasukan perdamaian Indonesia dan
penerimaan masyarakat Lebanon terhadap pasukan serta keberhasilan tugas
pasukan Indonesia dalam berinteraksi dengan masyarakat Lebanon.

A. Daerah Operasi Pasukan


Pada tahun 1995 Lebanon membuka perwakilannya di Jakarta dengan
menempatkan seorang Duta Besar Berkuasa Penuh, sedangkan Indonesia
membuka perwakilannya kembali di Beirut pada tahun 1996 dengan
menempatkan Duta Besarnya setelah ditutup pada saat perang saudara 1975-
1990.1 Jalinan dalam hubungan diplomatik itu terjadi lagi, ketika konflik
Lebanon – Israel pada bulan Juli 2006 Indonesia menawarkan diri untuk menjadi
pasukan perdamaian dalam menengahi konflik Lebanon – Israel. Pada bulan
Nopember 2006 dimulai pengiriman pasukan Indonesia untuk bergabung dengan
pasukan internasional dalam operasi perdamaian dunia, memasuki wilayah
Lebanon.
Daerah operasi pasukan Indonesia di Lebanon Selatan berada di
ketinggian antara 400 sampai 900 m di atas permukaan laut. Permukaan
medannya bergelombang yang dibentuk oleh bukit-bukit dan barisan gunung batu
yang ditumbuhi belukar. Jarang sekali ditemukan pohon-pohon besar. Lindung
tinjau untuk pasukan dari udara tidak baik. Di antara bukit-bukit terdapat dataran
rendah dengan medan terbuka. Pada musim panas, permukaan geografis sangat
gersang. Di dataran rendah terdapat Sungai Litani yang kecil dan dangkal namun
airnya cukup bersih. Sungai Litani berjarak kurang-lebih 20 km dari perbatasan
Lebanon-Israel dan merupakan batas belakang daerah operasi pasukan UNIFIL.
Pada musim hujan, permukaan tanah mudah berubah menjadi lumpur dan sumber
air sangat sulit ditemukan. 2

                                                       
1Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 24.


2Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 28.


136 

Pada November - Desember sampai dengan Februari, suhu siang hari 20◦
C akan terus turun hingga 15◦ C. Pada malam hari 15◦ C akan terus turun hingga
10◦ C. Sementara pada Juli sampai September terjadi musim panas dengan suhu
rata-rata 25◦ C hingga 30◦ C. Angin dingin bertiup cukup kencang pada 3 minggu
terakhir.

 
Gambar 5.1
Daerah Operasi UNIFIL
Sumber: Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII –A/UNIFIL
di Lebanon (Jakarta: Pusjarah TNI, 2008)

Di lokasi itu terdapat 3 pemukiman penduduk, masing-masing di Kfar


Kila, El Taybe, dan Ebel Saqi Marjayoun. Jaringan jalan di wilayah selatan sangat
terbatas. jalan-jalan yang ada pada umumnya sempit dan beberapa ruas jalan
dalam keadaan rusak atau dalam perbaikan. Di wilayah perbukitan, banyak
tikungan tajam, sempit, dan menurun.3
Jalan-jalan di Beirut Selatan sangat membingungkan meskipun ada tanda-
tanda terkenal yang jadi pijakan, tanda-tanda itu sering pula ada yang mirip,
sementara jalan untuk menuju suatu tempat tertentu tidak hanya satu jalan, namun
dengan bangunan-bangunan dan perkampungan yang mirip, menyebabkan
banyak orang terjebak dan tersesat dalam perjalanan.
                                                       
3Tim CIMIC, Data Geodemokonsos Desa Binaan Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-

2007 (Jakarta: Satgas Konga XXII A: 2007), 1-43.


137 

Di sisi lain, masyarakatnya tidak bisa menerima orang yang mencari


tempat melalui peta (map) apalagi di ruang terbuka. Mereka lebih senang apabila
seseorang yang kesulitan dalam perjalanan menanyakannya langsung kepada
penduduk karena ini dianggap lebih sopan dibandingkan dengan mencarinya
melalui peta (map). Namun akibat perang pula, kebanyakan penduduk saat ini
curiga atau tidak mau ada orang asing yang memfotonya. Suatu kejadian yang
pernah dialaminya adalah setelah difoto, terjadi pembunuhan terhadap orang
tersebut.4

C  C OY

HQ
 L UAS : 112 K M2

B  C OY
 K E D AL AMAN :  13 K M
 B L UE  L INE :  11 K M
CSS 
ADS H IT  AL  QUS A YR C OY

INDO B AT T
C INDO B AT T
X
 ADS HIT  AL  Q US AY R A A  C OY
 E T T  T AIB E
E L   A ADE IS S E
 DE IR  S IR IANE E ‐446
A
 AL  Q US AY R
 G HANDUR IY AH X
 P OS N 7‐1 : 447 P E R S D
 AL  Q ANT AR AH
 MAY ON : 110 P E R S E ‐442
 E L  AADE IS S E
 K I‐B : 142 P E R S
 R AAB AT  T AL AME
 K I B A NT : 147 P E R S D C OY
 MAR K AB E
 P OS N 9‐63  (K I‐A) : 137 P E R S INDO B AT T AB B AD TO MB

 B ANI HAY Y AN
 P OS N 8‐33  (K I‐D) : 157 P E R S E ‐440
 POST N 9‐2 (K
HAL L USI‐CAH
) : 157 P E R S
 
Gambar 5.2
Sumber: Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di
Lebanon (Jakarta: Pusjarah TNI, 2008)

Wilayah Lebanon Selatan merupakan daerah tertinggal. Keadaan


masyarakatnya sangat sederhana. Di kampung-kampung, akibat perang (34 hari)
dengan Israel, meski banyak rumah yang sangat bagus, banyak rumah yang
bolong tersambar mortir ataupun peluru bahkan hancur.
Pada awal perang, banyak sekali rumah yang hancur, tetapi perlahan
mereka perbaiki sehingga mulai berbentuk rumah lagi. Mayoritas rumah besar
yang tampak di sepanjang daerah ketinggian dimiliki oleh orang kota. Di
perkampungan, rumah-rumah masyarakat berhimpitan. Sementara di jalan-jalan,
                                                       
4Anonymous, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-A/UNIFIL

Lebanon 2006-2007 (Jakarta: Satgas Konga XXII A: 2007), 7.


138 

banyak dijumpai foto para mujahid dan foto pemimpin spiritual Hasan Nasrullah,
dan terdapat pula foto pemimpin Iran Imam Ayatollah Khomeini.5
Dalam perjalanan, hanya terlihat laki-laki dewasa atau perempuan tua
yang mengenakan jilbab. Jarang terlihat anak-anak atau perempuan dewasa
berlalu lalang. Yang menarik adalah cara membedakan wanita muslim dengan
nonmuslim dari cara berpakaiannya. Pakaian non muslim lebih terbuka sementara
yang muslim mengenakan jilbab. Apabila bertemu dengan dua orang laki-laki dan
perempuan Lebanon Selatan, salami dulu yang laki-laki.

Gambar 5.3
Masyarakat Lebanon Selatan menyapa pasukan Indobatt
Sumber: Koleksi pribadi 2007

Setelah disalami, biasanya laki-laki itu meletakkan tangan kanannya di


dada sebelah kiri. Kemudian lihat perempuannya, jika ia hanya meletakkan
tangan kanannya ke dada sebelah kiri, berarti ia tidak bersedia disalami.
Kebiasaan lainnya adalah apabila telah merasa dekat dan sangat menyukai
keberadaan kita, laki-laki Lebanon langsung mendekatkan kedua pipinya ke pipi
kita secara bergantian.6 Tegur sapa pada pasukan Indonesia sering dilakukan.
Pada saat-saat menjelang salat sering terdengar orang mengaji sebelum
dikumandangkan azan. Tidak ada pasar di Lebanon Selatan selain hanya toko-
toko kecil yang terpencar di berbagai tempat.

                                                       
5Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 94.


6Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 30.


139 

Pasar yang ada hanya buka pada hari Rabu dan buka tidak sampai sore
hari, hanya dari pukul 09.00-12.00. Jarang ditemukan orang berkumpul dalam
kelompok besar, walaupun pada malam hari ada pula yang berkumpul. Kebiasaan
ini baru terjadi setelah Israel menyerang Lebanon Selatan.
Di suatu pekuburan, baru tampak orang berkumpul saat berziarah. Laki-
laki dewasa banyak memegang tasbih di tangan kirinya. Mereka berpakaian biasa,
celana panjang, t shirt dan jas tanpa dasi, tidak berpakaian seperti layaknya orang-
orang revolusioner. Anak-anak sekolah kerapkali ditemukan dengan pakaian
yang tidak seragam, mereka hanya berpakaian rapi dan sopan, tetapi sekolah
mereka tidak menampakkan sebuah gedung sekolah. Pembangunan sekolah
mereka mendapat bantuan dari Uni Emirat Arab. Bila pagi tiba, banyak anak
sekolah menunggu mobil bus atau minibus untuk diangkut menuju sekolah.
Sekolah Dasar dan Menengah yang terdapat di daerah itu: Tujuh Sekolah
Dasar, yaitu SD negeri Aadeisse, 2. SD negeri At Taebe, 3. SD negeri Markabe,
4. SD negeri Raabatt Tallathine, 5. SD Al Ahlih Markabe, 6. SD negeri
Ghandouriyyah, 7. SD negeri Deir Siriane; Dua Sekolah Menengah: Sekolah
Menengah At Taebe dan 2. Sekolah Menengah Al Qantarah.7
Di Lebanon Selatan, kendaraan-kendaraan menggunakan stir kiri dan
mobil-mobil tidak ada yang bagus, kotor dan banyak penyok di kanan-kiri
badannya. Bagi mereka, kemungkinan kendaraan tidak perlu bagus, yang penting
faktor kegunaannya. Oleh karena itu, banyak mobil di Lebanon Selatan yang tidak
utuh lagi bodinya meski mobilnya bermerek bagus. Kekhawatiran lain adalah
sempit dan curamnya jalan serta ketidakdisiplinan pengendara yang akan
mengakibatkan kecelakaan bagi pengendara Indonesia. Pengendara mobil lebih
cenderung tidak disiplin berlalu lintas dalam ukuran Indonesia. Di tengah jalan
apabila ingin berbicara dengan pengendara lainnya, mereka akan berhenti saat
berpapasan, meski di belakangnya ada kendaraan lain.
Pemerintah pusat jarang melakukan pembangunan di Lebanon Selatan.
Legitimasi pemerintah pusat lemah sementara legitimasi kelompok Hezbullah
yang besar pengaruhnya di Lebanon Selatan sangat kuat sehingga membuat
lingkaran setan di dalam pemerintahan Lebanon. Pemerintah pusat enggan
berurusan dengan kelompok Hezbollah sedangkan pelayanan sosial diserahkan
kepada Badan Internasional.8

1. Lokasi Pasukan Indonesia


Ada 14 desa di Lebanon Selatan yang berada di daerah operasi pasukan
Indonesia, yaitu: desa Al Qusayr, Al Qantarah, Deir Siriane, Attaibe, Al Aadeisse,
Houle, Raabatt Talame, Markabe, Talloussah, Bani Hayyan, Adshit al Qusayr,
Burj Qalawiyah, Ghanduriyah, dan Frun. Lokasi penempatan pasukan Indonesia

                                                       
7Tim CIMIC, Data Geodemokonsos Desa Binaan Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-

2007 (Jakarta: Satgas Konga XXII A: 2007), 1-43.


8Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 31-32.


140 

di Lebanon Selatan (Nabatiye) berada pada tiga desa, yaitu di wilayah Attaibe
(7-1), Addaise (963), dan Houla (833).9
Dalam pelaksanaan tugasnya, pasukan Indonesia atau Indonesia Battalion
(Indobatt) membagi wilayah operasi yang telah ditetapkan oleh Komando Sektor
Timur ke dalam 3 posisi, yaitu:

1. Pos UN 7-1 Adshit Al Qusayr tempat Markas Batalyon, Kompi


Bantuan (Gurita), Kompi VAB-2 (Crocodile), dan Kompi BTR
(Hiu).
2. Pos UN 9-63 Addaiseh tempat Kompi VAB-1 (Singa).
3. Pos UN 8-33 Houla Sheikh Abbad Tomb tempat Kompi
Motoris.

Ketiga pos tempat pasukan Indonesia berada memiliki karakteristik yang satu
dengan lainnya berbeda.
Pasukan Indonesia (Indobatt) di Lebanon memiliki 5 kompi yaitu Kompi
Bantuan (Gurita), Kompi VAB 2 (Crocodile), Kompi BTR (Hiu), Kompi VAB 1
(Singa) dan Kompi Motoris. Markas Satuan Tugas (Masatgas). Kompi Bantuan,
Kompi VAB2 dan Kompi BTR berada di satu lokasi yaitu di desa Adshit Al Qusayr
(7-1). Sementara itu Ki VAB 1 berada di desa Addaiseh (9-63) dan Ki Motoris berada
di desa Houle (8-33).
Dalam perjalanan waktu terjadi pertukaran tempat. Kompi VAB 2 di Pos UN
8-33 bergeser ke Kompi Motoris di Pos UN 7-1 dan sebaliknya. Perpindahan itu
disebabkan beberapa kali terjadi insiden di tempat itu namun yang menjadi berita
besar adalah pada 3 Maret 2007 ketika seorang penduduk Lebanon yang sedang
mencari kabel bekas digiring oleh tentara Israel menuju pagar pembatas negara
Lebanon menuju ke Israel. Kejadian tersebut membuat heboh dan menjadi
pembicaraan pejabat UNIFIL di HQ Naqoura. Sejak peristiwa itu Kompi VAB 2 yang
semula menempati Pos 8-33 bertukar tempat dengan Kompi Motoris yang berada di
Pos 7-1.
Daerah tugas dari masing-masing kompi itu adalah 1. Kompi VAB-1
meliputi daerah: Aadeiseh, Rabatalame, dan Attaibe. Kompi VAB-2 meliputi Adshit
Al Qusayr, Al Qantarah dan Ghanduriyah; Kompi Motoris meliputi; Bani Hayyan,
Thalusah, dan Markabe. Sedangkan Kompi BTR meliputi daerah Dier Siriane, Al
Qusayr dan Azziqiyah.

2. Pos UN 8-33 Houla: Sheikh Abbad Tomb


Pos UN 8-33 merupakan titik perbatasan Israel-Lebanon. Di tempat itu
terdapat markas militer Israel yang berhadapan langsung dengan pos pasukan
Indonesia. Jarak markas militer Israel dan pos Indobatt itu hanya selemparan batu dan
hanya dipisahkan bukit kecil. Bangunan beton berbentuk mirip kapal itu dilengkapi
tiang penuh dengan berbagai macam radar. Pada tiang ini pula, beberapa kamera
                                                       
9Tim CIMIC, Data Geodemokonsos Desa Binaan Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-

2007 (Jakarta: Satgas Konga XXII A: 2007), 1-43.


141 

mengarah ke wilayah Lebanon, termasuk pos tentara Indonesia yang berada di bawah
bukit itu.10

Gambar 5.4
Pos UN 8-33 Sheikh Abbad Tomb tempat Kompi Motoris
Sumber: Koleksi pribadi 2007

Di kalangan pasukan Indonesia, markas tentara Israel di balik garis biru di


Syeikh Abbad tomb itu mengibaratkannya kapal induk. Mereka merasa seperti
nelayan di hadapan kapal induk mengingat besarnya bangunan pertahanan Israel dan
perbedaan antara perlengkapan militer pasukan Indonesia dengan Israel.11
Menurut keterangan prajurit Ghana, ketika pertama kali ia mengunjungi
tempat itu, markas pasukan Israel baru berupa pos kecil. Saat itu, tentara Israel
langsung bermunculan dari pos mereka ketika ia tiba. 12 Pasukan penjaga keamanan
sementara PBB di Lebanon atau UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon),
yang waktu itu banyak dari Ghana, mengingatkan prajurit Indobatt agar berhati-hati.
Kesalahpahaman di garis perbatasan bisa memicu ketegangan. Itu sebabnya,
kehati-hatian dalam bertugas di tempat itu sangat diutamakan karena ketegangan di
tempat itu juga tak lepas dari keberanian anak-anak muda Hezbollah menghadapi
tentara Israel. Namun sejauh ini, kinerja pasukan Indonesia dinilai bagus berkat
kemampuannya beradaptasi dengan warga Lebanon Selatan. Kemampuan tersebut
sangat penting mengingat ketegangan sering muncul di sepanjang garis perbatasan
Lebanon Selatan.

                                                       
10
 Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di
Lebanon (Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 101.  
11Kompas, 14 Mei 2007
12Data di lapangan itu diceriterakan oleh Danki Kapten Hendriawan yang lebih dahulu tiba di

Lebanon pada November 2007.


142 

Gambar 5.5
Lokasi Makam Syeikh Abad dan menara Israel dilihat dari ketinggian
Sumber: Koleksi Pribadi 2006

Dari ketiga Pos UN yang ditempati pasukan Indonesia (Indobat) yaitu Pos 9-
63 Aadaiseh, Pos 7-1 Adshit Al Qusayr dan Pos 8-33 Syeikh Abbad Tomb, Pos
terakhir itu yang tergolong sangat rawan terhadap provokasi tentara Israel yang
berada di seberang tembok towernya maupun masyarakat Libanon.
Keberadaan Pos 8-33, sebetulnya berada di desa Houle yang bukan wilayah
operasi pasukan Indonesia tetapi masuk dalam wilayah operasi Battalyon Nepal
namun meski bukan dalam wilayah operasi pasukan Indonesia, pos itu menjadi
tanggungjawab pasukan Indonesia apalagi seringnya masyarakat Houle yang datang
ke tempat itu untuk ziarah maupun keperluan lain.
Sheikh Abbad Tomb, demikian daerah itu disebut, yaitu sebuah makam yang
telah berumur ratusan tahun tempat dikuburnya seorang suci yang bernama Syeikh
Abbad. Makam itu berada di sebuah bukit perbatasan antara Houla Timur, Lebanon
Selatan dan Kibbutz Manara, Israel. Lebanon mengakui tempat itu sebagai makam
pendiri pergerakan Muslim Syiah, yang hidup pada abad ke-15 sehingga Sheikh
Abbad, dianggap menjadi hak dan milik Libanon. Sebaliknya pada saat Pasukan
Israel menguasai wilayah Lebanon Selatan pada 1978, mereka menemukan sebuah
makam tua yang diyakini sebagai makam Rabbi Ashi, pendeta yahudi, seorang
Jewish Talmudist yang hidup pada abad ke-5. Dengan kemampuannya, Rabbi Ashi
berhasil menjadikan Sura sebagai pusat cendikiawan bagi Yahudi Babylonia.
Menurut kepercayaan bangsa Yahudi, setelah Rabbi Ashi wafat, ia dimakamkan di
Pada Juni 2000 tercapai kesepakatan. Blue line PBB membelah dua bagian
makam secara vertikal pada bagian tengahnya sehingga makam itu menjadi dua
bagian yakni kiri dan kanan badan makam lalu PBB mengizinkan kedua belah pihak
143 

memberi penghormatan pada makam ini. bukit sekitar Kibbutz Manara Israel yang
berbatasan langsung dengan Houla Timur, Libanon Selatan.13
Bukit itu sekarang diklaim sebagai tempat peristirahatan leluhur masing-
masing kedua bangsa tersebut. Setelah konflik yang berlangsung lama maka pada
2000, atas desakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pasukan Israel diminta
mundur dari wilayah-wilayah yang dipersengkatakan dan PBB sebagai penengah
diminta menentukan batas wilayah masing-masing. Namun, Israel tetap
mempertahankan kepemilikan makam Rabbi Ashi sebagai tempat suci bangsa Yahudi
dan berhak atas wilayah tersebut. Klaim Israel atas makam Sheikh Abbad menjadi
isu sensitif tatkala Lebanon pun bersikeras menguasai makam tersebut sepenuhnya.
Berbagai opsi dibicarakan dari satu perundingan ke perundingan lain namun kedua
belah pihak tetap pada pendiriannya.
Tempat ini bila musim panas sering dikunjungi oleh warga Lebanon maupun
masyarakat lain untuk melihatnya. Menurut keterangan jarang yang melakukan doa
di tempat ini. Setelah melihat-lihat mereka lalu berlalu. Bila ingin mengunjungi
tempat itu maka harus dilakukan dengan meminta ijin kepada pasukan PBB yang
sedang berjaga di tempat itu. Setelah dibolehkan maka pasukan yang berada di tempat
itu memeriksa untuk meyakinkan tidak membawa senjata, kemudian pasukan itu
membawa bendera PBB untuk menuju ke makam itu yang berada di atas bukit yang
terhalang oleh pagar tembok beton setebal setengah meter milik Israel. Namun ada
aturan lain yang sesuai dengan prosedur UNIFIL, bahwa pasukan tetap wajib
menggunakan senjatanya ke tempat itu karena dikhawatirkan akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan. Menurut keterangan pasukan di tempat itu, selama ini yang
berlaku adalah melepaskan senjata, termasuk saat Dansektor Timur maupun
komandan UNIFIL (FC) datang ke tempat itu, mereka menanggalkan senjatanya dan
tidak dipersoalkan tentang prosedur yang berlaku.14
Saat Ini pasukan Indonesia mendapatkan tugas di pos itu. Di balik pagar
pembatas, berdiri pos Israel yang berdiri kokoh dengan menara dan monitor tv yang
siap memantau siapapun yang datang ke pos pasukan Indonesia dan makam itu.
Konon, wisata Israel sering mengunjungi makam itu pula dari balik pagar batas kedua
Negara itu namun dari sisi Libanon sulit memantaunya karena bukit yang tinggi itu
merupakan wilayah yang direbut Israel dari tanah Palestina. Yang terlihat hanya
mobil bis wisata dari kejauhan.
Memasuki tempat tersebut tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Monitor
Israel dari balik tembok akan terus mengikuti setiap gerakan orang-orang yang berada
di wilayah Lebanon. Kejadian-kejadian yang bersifat provokasi seringkali di lakukan
di daerah ini. Maka menurut catatan di tempat tersebut sudah sering pasukan berganti-
ganti. Pasukan India pernah terkurung selama seminggu tidak dapat meninggalkan
tempat karena mortir berlalulalang melintasi di atas pos itu saat terjadi perang 34 hari
antara Lebanon (Hezbollah) dan Israel. Menurut keterangan yang didapat di bawah
bukit-bukit itu ada terowongan atau bunker yang digunakan Hezbollah untuk
                                                       
13
 Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 102. 
14Panglima TNI, Marsekal Djoko Suyanto pada 03 Februari 2007 mengunjungi tempat itu.
144 

meluncurkan roketnya ke arah Israel. Memang sulit untuk menembus bunker itu dan
ini yang kemudian dikatakan oleh wakil Menhan Israel, bahwa pejuang Hezbollah
adalah gerilyawan sejati.15
Saat pasukan Spanyol menempati pos itu hanya selama sekitar 2 bulan,
menggantikan India terjadi permasalahan dengan masyarakat. Pada bulan Ramadhan
2006, ada masyarakat yang akan mengunjungi makam Syeikh Abbd. Karena khawatir
akan terjadi permaslahan yang tidak diiinginkan karena sering terjadi saling ejek
antara masyarakat dengan tentara Israel yang berada di balik pagar, Danki Spanyol,
Carmona, melarang masyarakat mengunjungi makam itu. Tidak beberapa lama
kemudian di siang hari pos jaga Spanyol yang berada di tower setinggi 25 meter,
ditembak oleh orang tak dikenal dari arah Lebanon yang mengakibatkan kaca tower
pecah tetapi tidak ada korban. Pasukan Spanyol akhirnya menggeledah rumah
penduduk yang dicurigai menembak towernya. Ini menurut Carmona dilakukan
sesuai dengan prosedur UNIFIL. Yang terjadi adalah resistensi dari masyarakat
terhadap Spanyol. Akibatnya banyak masyarakat yang tidak menyukai Spanyol.
Menurut Carmona, ia tidak yakin masyarakat Libanon yang menembak towernya
meski arah tembakan dari perkampungan penduduk. Karena menurutnya di Libanon
Selatan sendiri masih banyak mata-mata Israel apalagi dahulu pernah terbentuk SLA
(South Libanese Army) milisi bentukan Israel.
Akibat resistensi masyarakat tersebut yang kemudian di blow up media
massa, Kompi Spanyol itu menjadi sorotan UNIFIL karena telah terjadi issue politik
yang berkembang dengan dahsyat yang merugikan pihak Spanyol di Lebanon
Selatan. Carmona dicecar peranyaan-pertanyaan dan disalahkan oleh Unifil dari
Sektor Timur hingga ke HQ UNIFIL di Naqura. Akhirnya Carmona menjawab bahwa
ia hanya Komandan Kompi Infantry yang lingkupnya hanya sebatas kompi, tidak
mengetahui permainan politik yang dibuat di tingkat atas maupun konspirasi apapun,
katanya. Pada konteks ini menurut Carmona yang diuntungkan pihak Israel, yang dari
awal memang menentang keberadaan Unifil di Libanon Selatan.
Pasukan Spanyol yang berada di tempat itu, tidak mau membukakan pintu
Syeikh abbad Tomb untuk diziarahi maupun orang melihat-lihat di tempat itu karena
khawatir dengan resiko yang dihadapi sehingga pada saat ada tentara dari Belgia yang
datang, ditolaknya. Pasukan Spanyol merasa gembira ketika diketahui mereka akan
diganti oleh pasukan lain yaitu Indonesia.16
Pantauan lensa monitor Israel yang di arahkan ke barak-barak yang terbuat
dari kontainer rupanya dapat menembus tembok atau dinding pembatas antara
kontainer itu. Ini diceritakan oleh pasukan Spanyol yang mengatakan Dankinya
Carmona tidak pernah keluar ruangan selama lebih dari satu bulan awal tetapi saat
tentara Israel bertemu di pagar pembatas, ia katakan, bahwa Danki anda orangnya
memakai jenggot! 17
                                                       
15Lihat
Kompas, 10 September 2006.
16
Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 103.
17
 Diceritakan oleh Danki Motoris Kapten Hendriawan pada Maret 2007.
 
145 

Keberadaan Syeikh Abad Tomb yang menjadi pos dari satu kompi pasukan
Indonesia sesungguhnya sangat rawan. Di tempat ini sering terjadi insiden antara
penduduk Libanon dengan tentara Israel. Tempat tersebut sesungguhnya bisa
dikatakan akal-akalannya Israel. Karena baru pada tahun 1978 setelah Israel dapat
menduduki wilayah Libanon, tempat itu di klaim juga oleh Israel sebagai makam
salah satu rabi-nya sementara sebelumnya tidak pernah ada data tentang itu. Namun
dari keterangan yang didapat dan dari pantauan pasukan Indonesia, beberapa kali
mereka melihat ada yang datang dari pihak Israel dengan menggunakan jubah
keagamaan Yahudi yang mengunjungi tempat itu dari wilayah Israel.
Bila melihat letak tempat makam itu berada di daerah ketinggian. Dalam
taktik militer, pihak yang menguasai daerah ketinggian, yang akan berhasil merebut
kemenangan dalam perang. Barangkali ini yang menyebabkan Israel bersikeras
mengklaim bahwa makam Syeikh Abbad adalah tempat leluhur mereka juga yang
harus di klaim sebagai miliknya.

3. Pos 9-63 El Aadeisse


Pos berikutnya yang relatif rawan adalah pos 9-63 yang ditempati oleh
Kompi VAB-1. Pos itu berada di desa Aadeise dengan jumlah penduduknya 3600
pada musim panas dan 2400 pada musim dingin. Kebanyakan dari mereka adalah
anggota Hezbollah dan partai Amal.

Gambar 5.6
Pos UN 9-63 Addaiseh tempat Kompi VAB-1
Sumber: Koleksi pribadi 2007

Sepanjang Aadaisse hingga Kfar Killa terdapat border/blueline (Panjang


keseluruhan 121 Km) yang dari kedua perbatasan dibatasi oleh pagar kawat yang
tidak terawat yang berada di wilayah Libanon dan pagar kawat dengan aliran listrik
yang berada di wilayah Israel. Dari kedua sisi itu dapat dilalui kendaraan. Di kedua
                                                       
 
146 

sisi jalan tersebut sering terjadi ketegangan antara masyarakat Lebanon dengan
tentara Israel dan antara tentara Israel dengan tentara Libanon. Saling berhadap-
hadapan antar kendaraan tempur kerap terjadi.

4. Pos UN 7-1 Adshit Al Qusayr


Pos pasukan Indobatt yang relativ tenang adalah di Adshit Al Qusayre
yang terletak di sebelah barat Et Taebe, di Barat Daya Deir Siriane dan di Timur
laut dari Al Qantarah. Tidak terdapat sungai yang mengalir melewati desa ini ,
termasuk juga tidak memiliki sumur artesis. Desa ini memiliki ketinggian sekitar
450 meter di atas permukaan laut. Medannya berbatu dan udaranya berkisar 10
derajat celcius. Temperaturnya bisa mencapai 0 derajat C saat musim dingin pada
bulan Desember - Februari. Selama musim semi temperatur sedang dan mencapai
35 derajat C pada musim panas. Penduduknya sekitar 1250 orang yang
kebanyakan dari mereka bekerja di kota-kota besar di Libanon dan di luar negeri.
Pos UN 7-1 Adshit Al Qusayre merupakan tempat Markas Komando
Taktis (Makotis) pasukan Indonesia dan disana berada pula Kompi Bantuan dan
Kompi BTR. Kompi BTR yang semula berada di Pos 7-1, sejak 17 September
2007 pindah ke desa Azziqiyah di Pos 9-2.18

Gambar 5.7
Pos UN 7-1 Adshit Al Qusayre tempat Markas Batalyon Indobatt,
Kompi BTR dan Kompi Markas.
Sumber: Koleksi pribadi 2007

Pada tahun 2007 itu, dua puluh negara turut berpartisipasi memberi
kontribusi dengan mengirimkan pasukannya ke Lebanon. Diperkirakan kekuatan
personelnya saat itu sekitar 15.000 orang. Komandan Pasukan (Force

                                                       
18Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 33.


147 

Commander) Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) saat itu adalah


General Alain Pellegrini dari Prancis yang kemudian pada awal Maret 2007
digantikan oleh Mayor Jenderal Claudio Graziono yang berasal dari Italia.
Force Comander menjalankan tugasnya dalam mengimplementasikan
Resolusi DK PBB 1701/2006 dari kota Naqoura, wilayah barat daerah operasi
UNIFIL. Untuk memudahkan komando dan pengendalian, wilayah operasi
UNIFIL dibagi menjadi 2 Komando Sektor, yaitu Komando Sektor Barat di
bawah pimpinan Italia (berpusat di kota Tibnine); dan Komando Sektor Timur
yang dipimpin oleh Spanyol (berpusat di kota Marjayoun).
Dalam penugasan sehari-harinya, Satgas Konga XXIII-A/UNIFIL ini
yang biasa disebut dengan sebutan INDOBATT (Indonesian Battalion) berada di
bawah naungan Komando Sektor Timur bersama dengan India, Nepal, dan
Spanyol. Komandan Sektor Timur adalah Brigjen Juan Sanchez Garcia dari
Spanyol.

A. Perjumpaan dan Ketegangan dengan Pasukan Israel.


Dua pos pasukan Indonesia di Lebanon yaitu di Pos UN 9-63 Addaiseh yang
ditempati Kompi VAB-1 dan Pos UN 8-33 Sheikh Abbad Tomb ditempati Kompi
Motoris. Keberadaan dua kompi itu berhadapan langsung di titik perbatasan Israel-
Lebanon.19 Markas militer Israel dan pos pasukan Indonesia saling berhadapan yang
hanya dipisahkan oleh lahan parkir kendaraan beraspal. Jarak markas militer Israel
dan pos pasukan Indonesia diistilahkan hanya selemparan batu dan hanya dipisahkan
bukit kecil.

Gambar 5.8
Wakil Ketua DPR RI, AM. Fatwa saat mengunjungi Kontingen Garuda XXIII-A
Di Mako Indobatt Adshit Al Qusayr
Sumber: Koleksi pribadi 19April 2007

                                                       
19Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 101-104.


148 

Di samping bukit, bertengger markas tentara Israel. Bangunan beton besar


milik Israel berbentuk mirip kapal yang dilengkapi tiang penuh dengan berbagai
macam radar. Pada tiang itu pula, beberapa kamera mengarah ke wilayah Lebanon,
termasuk pos pasukan Indonesia yang berada di bawah bukit itu. Kamera di menara
pos Israel mengarah ke pos pasukan Indonesia. Gerak-gerik pasukan Indonesia
terpantau dengan jelas sementara pasukan Indonesia tidak bisa melihat tentara
Israel.20 Ketegangan di tempat itu sering tejadi, hal itu tidak terlepas dari keberanian
anak-anak muda Hezbollah menghadapi tentara Israel. Anak-anak muda setempat
bahkan berani memotong kawat dan kabel-kabel di dekat markas Israel itu.
Di sini banyak kisah unik dialami oleh anggota pasukan Indonesia selama
bertugas di lokasi Syeikh Abbad tomb. Seorang tentara, misalnya, pernah
mengirimkan SMS kepada keluarganya dalam bahasa Indonesia. Tak lama kemudian,
ia mendapat balasan dalam bahasa Indonesia, tetapi diyakini itu bukan berasal dari
keluarganya. Ada keyakinan, pesan-pesan SMS itu bisa disadap. "Akhirnya, setiap
kali kirim SMS ke Indonesia, menggunakan bahasa Jawa. Biar walaupun disadap,
mereka tidak tahu maksudnya." 21

1. Insiden di Pos 8-33


Ketegangan kecil dengan tentara Israel pernah terjadi di lokasi ini ketika
pasukan Indonesia mengumandangkan azan dengan pengeras suara. Mereka mengira
itu semacam pernyataan perang dari Hezbollah. Setelah itu, tidak ada lagi azan yang
dikumandangkan dengan pengeras suara. Di menara Israel terpasang kamera-kamera
dalam jumlah yang banyak. Mereka bisa melihat ke pos pasukan Indonesia tetapi
tidak sebaliknya.
Pasukan Israel yang berada di pos mereka yang berbatasan dengan Pos
pasukan Indonesia tidak saling mengganggu. Pasukan Indonesia sesuai dengan SOP
(standar operation procedure), tentu saja tidak akan melakukan perjumpaan
langsung dengan pasukan Israel, namun ada insiden-insiden di lapangan yang
akhirnya pasukan Indonesia bertemu langsung dengan pasukan Israel yang berada di
balik pagar besi pemisah (Technikal fence) Lebanon dan tanah pendudukan Israel.
Dalam kasus yang terjadi pada 2 Maret 2007 siang hari waktu Lebanon,
pasukan Israel yang berada di pos E-440 (sebelah timur markas kompi B pasukan
Indonesia di pos 8-33) membuka tembakan yang diikuti dengan penahanan terhadap
Penduduk sipil Lebanon bernama Mahmoud Hsane Elwajj (15 tahun) yang berasal
dari desa Houle, tidak jauh dari Pos Israel. Elwajj menggunakan Scooter menuju pos
itu lalu berjalan menuju makam Sheikh Abbad melalui parit di depan technical fence
yang berada diantara posn 8-33 (pasukan Indonesia) dan pos E-440 (Israel). Di sana
Elwajj mengamati pos Israel E-440 dan juga pos pasukan Indonesia di posn 8-33.22
                                                       
20Kompas,
22 April 2007.
21Penuturan
seorang anggota Indobatt saat wartawan dari Jakarta datang ke hombase pasukan
Indonesia. Lihat Kompas, 22 April 2007.
22Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 129-132.


 
149 

Prajurit pasukan Indonesia memperingatkan laki-laki tersebut untuk berhenti


dan segera meninggalkan area, namun ia tidak mengindahkan peringatan tersebut.
Beberapa saat kemudian ia meninggalkan makam Sheikh Abbad melalui parit yang
terletak antara pos Indobatt 8-33 dan pos Israel E-440 kembali menuju scooter nya
untuk mengambil palu, pisau dan tang. Ia kemudian kembali menuju ke parit di depan
technical fence Israel yang nampaknya untuk mengambil kabel. Prajurit Indobatt
memperingatkan laki-laki tersebut untuk meninggalkan lokasi, namun tetap tidak
diindahkan. Tiba-tiba tiga orang personel tentara Israel keluar dari posnya dan
memperingatkan Elwajj untuk segera meninggalkan lokasi, tetapi perintah itu tidak
didengarnya.
Selanjutnya seorang prajurit Israel melepaskan tembakan peringatan.
Beberapa saat kemudian lima belas prajurit Israel keluar dari posnya dan mengambil
posisi siap membidik. Kejadian berikutnya Elwajj meninggalkan parit menuju
scooternya dengan dua tangan diangkat ke atas. Sesaat kemudian sebelum Elwajj
mencapai scooternya, prajurit Israel memerintahkannya berhenti dan mengambil
posisi tiarap. Selama rentang waktu tersebut terjadi penambahan jumlah personel
tentara Israel di lapangan.
Prajurit Indonesia, Pratu Budi Hastomo, yang fasih berbahasa Arab mencoba
berkomunikasi dengan tentara Israel dan juga kepada Elwajj untuk menyelesaikan
tindakan yang membahayakan tersebut namun prajurit Israel menolak bernegosiasi
dengan prajurit Indobatt dan melarang prajurit Indobatt untuk mendekati Elwajj yang
sedang tiarap tersebut sambil mengarahkan laras senjatanya ke arah prajurit Indobatt.
Satu jam kemudian satu unit Jeep Israel dengan 7 personel tiba. Pasukan
Israel tersebut turun dari Jeep dan menyebar melingkar sepanjang pagar, selanjutnya
seorang personel Israel tersebut memerintahkan Elwajj berdiri dan segera berjalan
menuju technical fence sambil memerintahkannya berhenti dan membuka jaketnya.
Tentara Israel mengarahkan Elwajj berjalan menelusuri technical fence menuju
kearah samping kiri dari pos Israel E-440. Tiba-tiba Elwajj hilang dari pandangan
mata personel Indobatt.
Peristiwa itu oleh prajurit Indobatt dilaporkan kepada tentara Lebanon yang
segera datang ke lokasi kejadian dipimpin Kapten Nasir. Berikutnya APC Kavaleri
Spanbatt (Unit Reaksi Cepat Sektor Timur) dipimpin Lettu Jose Garcia juga tiba
dilokasi kejadian. Pada waktu tidak lama perwira Indobatt dari Mayon (7-1) dipimpin
Kasi Intel Indobatt Kapten Pnb Tio Hutapea dan LO tentara Lebanon Letkol Ibrahim
tiba ditempat kejadian demikian juga dengan OGL (MILOBS di Lebanon) untuk
membantu proses negosisasi.
Mereka mencoba berkomunikasi dengan tentara Israel yang berada di bagian
lain dari technical fence dan menanyakan keberadaan Penduduk sipil tersebut kepada
tentara Israel dan meminta untuk menghadirkan penduduk sipil tersebut untuk
membuktikan bahwa benar penduduk sipil tersebut berada di tangan Israel. Tentara
Israel menjawab bahwa penduduk sipil tersebut sudah berada di negara mereka
(Israel) dan menolak menghadirkannya. Sore hari Pukul 15.14 UNIFIL-MPIO-
SNR/UNIFIL menerima laporan dari Tentara Israel bahwa Israel telah menahan
seorang penduduk sipil Lebanon yang ditahan pada hari jum’at di dekat technical
150 

fence sebelah timur desa Houle dan menyerahkannya kepada UNIFIL di Naqoura.
23
Satu jam kemudian satu tim UNIFIL dari HQ Naqoura, diikuti tim satu tim Sektor
Timur dipimpin Mayor Marcos Llago (Kasi Ops Sektor Timur) tiba di lokasi
kejadian.
Pada pukul 17.45 perwira siaga Satgas Indobatt menerima informasi dari
Mayor Sembiring (JOC WATCH KEEPER) bahwa personel sipil tersebut telah
diserahkan kepada Periwra UNIFIL di Naqoura. Selanjutnya perwira staf Indobatt
meninggalkan lokasi kejadian menuju Mayon (7-1). Peristiwa tersebut
menghebohkan para petinggi UNIFIL di Naqoura bahkan setelah terjadinya peristiwa
tersebut, lokasi pasukan Indonesia menjadi terkenal dan banyak dikunjungi pasukan,
dan duta besar dari negara lain, seperti dari Duta Besar Australia untuk Lebanon pada
tanggal 6 Agustus 2006 yang tidak melalui prosedur kedatangan yang benar, serta
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki moon. Melihat dari kejadian tesebut, anak remaja
Lebanon itu tidak berdaya menghadapi todongan senjata militer Israel, sehingga
mengikuti perintah prajurit Israel menuju ke pagar pembatas negara Lebanon menuju
ke negara Israel tanpa dapat dicegah oleh pasukan Indobatt. Israel tampaknya
memiliki kekuatan untuk memaksakan tindakannya meski yang dilakukannya adalah
bentuk sebuah pelanggaran.
Peristiwa pelanggaran udara yang dilakukan oleh Israel di Lebanon bukanlah
sesuatu yang asing demikian pula dengan saling berhadap-hadapan antara LAF dan
IDF di blue line, menjadi pemandangan yang setiap saat terjadi seperti kejadian pada
15 Mei 2007 pukul 13.25 di B-82 (coordinat 738-683) 2 orang personel IDF dengan
menggunakan 2 mobil Humvee yang mengarahkan senjatanya ke arah 10 personel
LAF di belakang technical Fence wilayah Israel.
Peristiwa lainnya di lokasi itu pula terjadi lagi pada 6 Agustus 2007 saat 3
orang pemulung yang berada di belakang lokasi Pos 8-33 dengan jarak sekitar 400
meter dengan membawa peralatan las untuk mencari sisa besi. Tiba-tiba pasukan
Israel yang berada di posnya siaga dengan mengarahkan moncong senjatanya ke arah
pemulung yang jaraknya relatif jauh itu. Anggota 8-33 tersentak lalu siaga
menghalangi gerakan IDF itu agar tidak menembakkan senjatanya ke pemulung
tersebut. Lalu pesawat Israel sudah mengudara memata-matainya. Pasukan Indonesia
menyampaikan ke LAF agar pemulung itu menyingkir, dijawab oleh anggota LAF
bahwa mereka berada di tanahnya jadi Israel tidak bisa semaunya bertindak seperti
itu. Pasukan PBB seharusnya yang harus mengatasi gerakan tentara Israel (IDF) itu.
Akhirnya kasus tersebut selesai karena setelah diketahui IDF bahwa pemulung itu
tidak membahayakan.
Situasi itu sering terjadi dan sementara hingga saat itu masih dapat
dipisahkan oleh pasukan UNIFIL termasuk oleh Indobatt.24 Di sini ketegangan
sempat terjadi antara penduduk Lebanon dengan pasukan Israel di pos pasukan

                                                       
23Wawancara dengan anggota Pratu Budi Hastomo pada bulan Maret 2007 di Kompi VAB 2.

Pratu Budi, seorang prajurit Indobat yang mampu berkomunikasi dengan Bahasa Arab.
24Lihat Eduardo Lachica, “Jakarta’s Foray into Armed Diplomacy.” The Far Eastern

Economic Review No. 5 Vol 170 (June 2007): 38-44.


151 

Indonesia. Tentara Lebanon oleh UNIFIL tidak diperkenankan masuk terlibat dalam
masalah itu karena bila terlibat akan muncul ketegangan yang lebih parah.

2. Insiden di Pos 9-63


Menghadapi keadaan seperti itu Pasukan Indonesia mengalami situasi sulit.
Hal itu terbukti pada peristiwa yang terjadi pada 15 Mei 2007 ketika 6 anggota IDF
(Israel Defence Force) yang menggunakan 2 mobil Humvee mengarahkan senjatanya
ke 10 anggota LAF (Libanese Arm Force) dari balik technical fence wilayah teritorial
Israel. Saat itu pasukan Indonesia yang berada di Pos 9-63 berusaha mencegahnya
dengan menyampaikan ke IDF agar tidak mengarahkan senjatanya ke LAF. Setelah
disetujui anggota tentara Israel itu berlalu meninggalkan pasukan Indonesia menuju
ke pangkalannya.
Di area operasi Pos 9-63 ini peristiwa yang menghebohkan terjadi pula pada
bulan Juni 2007 ketika orang tak dikenal meluncurkan roket dari Addaiseh menuju
Israel. Tidak diketahui siapa yang melakukannya namun dugaan berkembang
dilakukan oleh orang Palestina. Ketika itu tengah terjadi konflik antara pengungsi
Palestina dengan tentara Lebanon di Tripoli. Peristiwa itu menjadi catatan penting
HQ UNIFIL di Naqoura. Peristiwa-peristiwa seperti itu akan selalu dihadapi oleh
pasukan Indonesia yang berada di Pos 9-63 sepanjang check point LAF di Aadeise
hingga checkpoint LAF di Kfar Killa untuk melewati daerah yang disebut Fatimah
Gate.25
Pasukan Indonesia setelah itu akan terus menghadapi tantangan dan
hambatan dalam bertugas di pos atau area operasi itu. Karena seringkali anak-anak
muda Lebanon datang ke tempat itu lalu mengejek tentara Israel bahkan
melemparinya dengan batu. Kemungkinan akan masih banyak lagi peristiwa-
peristiwa lain yang akan terjadi di daerah itu. Ini tentu saja akan selalu merepotkan
pasukan Indonesia yang menempatkan pasukannya di dua daerah itu. Sementara
masyarakat yang datang ke daerah tersebut bukanlah masyarakat dari daerah binaan
pasukan Indonesia melainkan di area operasinya pasukan Nepal. Sementara pasukan
Nepal sendiri yang tidak berbatasan langsung dengan Israel, tidak mengalami
gangguan apapun untuk mengatasi masyarakat di area operasinya. Masyarakat akan
terus mengganggu pasukan Israel di pagar kawat perbatasan yang disana ditempatkan
pos pasukan Indonesia.
Di dalam pasukan Israel sendiri saat mereka bertugas di perbatasan Lebanon-
Israel sebetulnya mewakili dua karakter berbeda.26 Terdapat dua masyarakat Israel
yang ditugaskan sebagai tentara wajib militer. Mereka berasal dari Timur Tengah dan
sekitarnya serta yang datang dari Eropa dan Amerika. Dalam menangani insiden di
lapangan, Tentara Wamil yang berasal dari Amerika dan Eropa mereka lebih kaku

                                                       
25Wawancara
dengan Danki VAB 1 Kapten Andre pada bulan Mei 2007. Dan diceritakan pula
oleh Perwira Khusus Pasukan Kapten Tio Hutapea yang meninjau langsung ke tempat kejadian.pada
bulan Mei 2007 yang meninjau langsung ke tempat kejadian.
26Data di lapangan yang diceritakan oleh seorang prajurit Indobatt saat penulis mengunjungi

pasukan Indobatt di lokasi Syeikh Abbad Tomb. Lihat Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa
Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon (Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 129.
152 

dan memiliki tingkat ketakutan yang lebih tinggi bila berhadapan dengan masyarakat
Lebanon. Sementara mereka yang berasal dari wilayah Timur Tengah, mereka akan
lebih baik hubungannya dengan pasukan PBB dalam hal ini dengan pasukan
Indonesia. Mereka masih mau melambaikan tangan dari pos mereka yang berbatasan
langsung dengan pasukan Indonesia.27 Kadangkala mereka menampakkan dirinya di
tembok tinggi markas mereka untuk menyapa pasukan Indonesia dan tidak melarang
gedungnya untuk menjadi background berfoto.
Hal itu berbeda dengan tentara wajib militer (wamil) yang berasal dari Eropa
- Amerika. Mereka sangat tinggi tingkat ketakutannya. Setiap saa berlatih menembak
hingga larut malam yang menyebabkan pasukan Indonesia sulit memejamkan mata
karena mendengar suara tembakan yang sangat berisik dan mengganggu sepanjang
siang dan malam hari. Mereka terus menerus memperhatikan gerak-gerik pasukan
Indonesia.28 Apabila ada anggota pasukan Indonesia menatap ke markasnya, segera
mereka keluar dan meneriakkan kata-kata untuk tidak memandangi markas mereka
terlalu lama. Berfoto dengan arah kamera ke markasnyapun dilarangnya. Banyak
insiden yang terjadi dengan masyarakat Lebanon, karena mereka ketakutan sendiri.
Tugas pasukan UNIFIL telah diatur dalam prosedur tetap (protap). Mereka
tidak boleh melibatkan diri jika terjadi kontak senjata antara Israel dan Hezbollah.
Tidak jarang tentara Israel unjuk kekuatan dengan ”menggeber” tank-tank mereka di
jalur yang mereka bangun di sepanjang garis perbatasan. Namun di sisi lain di daerah
Kfar Kila, warga setempat sengaja menempatkan sebuah tank Israel yang hancur di
dekat pos tentara Israel untuk meneror mental militer Israel.
Dengan terjadinya peristiwa-peristiwa semacam itu tidak boleh membuat
pasukan UNIFIL terpancing. Jika terjadi kontak senjata antara Israel - Hezbollah,
mereka diinstruksikan berlindung di dalam shelter. Shelter itu berupa ruangan
berdinding beton atau tumpukan batu. Di dalamnya sudah tersedia pasokan makanan
yang mencukupi untuk bertahan tiga pekan. Tugas ini yang membedakan antara
penjaga perdamaian (peacekeeper), dan pembuat perdamaian (peacemaker).
Sejauh ini, kinerja pasukan Indonesia dinilai bagus berkat kemampuan
mereka beradaptasi dengan warga Lebanon Selatan. Kemampuan tersebut sangat
penting mengingat ketegangan sering muncul di sepanjang garis perbatasan Lebanon
Selatan. Dengan keluwesan mereka bergaul, para tentara Indonesia bisa membuat
kawasan rawan konflik tersebut menjadi aman dan damai.

3. Insiden Peluncuran Mortir di AO Indobatt


Minggu, 17 Juni 2007 sore TV LBC (Lebanese Broadcasting Corporation)
menyiarkan, 2 Katyusha 160 mm diluncurkan dari daerah antara Aadeisse dan Att
Taibe (AO Indobatt) ke Kreiyat Shnona (Israel Utara). Menurut berita itu sebanyak 4
mortir yang diluncurkan. Pasukan Israel yang berada di perbatasan langsung
                                                       
27Sempat diisukan diinternet bahwa pasukan Israel berhubungan langsung dengan pasukan

Indonesia terutama tentara wanita Israel. Heboh ini sempat menjadi pembahasan dan pembicaraan
pejabat TNI yang datang ke Markas Indobatt di Adshit Al Qusyair, Lebanon Selatan.
28Wawancara dengan anggota pasukan kompi VAB 2 yang berpatroli di Area Operasi kompi

VAB 2 di Lebanon Selatan. Juni 2007.  


153 

membunyikan alarm siaga. Di wilayah Lebanon (technical fence) LAF melakukan


sweeping sehingga memacetkan pengendara hingga mencapai 1 km, namun
kehidupan masyarakat di sekitar tampak tenang seperti tidak terjadi peristiwa apapun.
Kompi A (VAB 1) di Pos 9.63 dengan menggunakan 2 kendaraan tempur berpatroli
menuju ke Northern Road dan Att Taibe.
Dari Masatgas Indobatt yang berjarak sekitar 9 km dari lokasi, sebanyak 48
personel 7 ranpur; 2 panhard 2 APC, 1 ambulans dan 2 VAB diterjunkan menuju ke
lokasi perbatasan Israel-Lebanon dipimpin Danki VAB 2, Kapten Andi, Kapten Tio
dan penerjemah Bahasa Arab, Kapten Ridwan. Di Posko Mobil disiapkan personel
sebanyak 24 prajurit. SMR UNIFIL, Spanyol, datang ke lokasi dari Mako Sektor
Timur, Marjayoun. Di daerah Att Taibe, patroli Indobatt telah menemukan mortir
yang diluncurkan di Co. 083 dan bendanya telah difoto oleh tim Indobatt (VAB 1).
Awalnya tidak terdengar ledakan, hanya desingan suara dari lintasan peluru yang
meluncur. Di C0 3501-8289. Di 73550- 6287 tempat ledakan ditemukan misil,
ledakan berada di kebun Zaitun sebelah kanan jalan dari Ett Taibe.29
Dua ledakan itu belum terdeteksi ke mana arahnya, diprediksi adalah ke
Israel namun jenisnya belum diketahui. Info ini didapatkan dari anggota patroli
Indobatt dan seorang Kolonel dari LAF. Pada pukul 18.30 dua ranpur VAB 1 yang
berisi pasukan sebanyak 24 orang bersama Letnan Gultom dari Kompi Motoris
menjaga helipad di PB Mar. Letda Adit mengawal SMR sampai di landasan helipad
PB Mar. Informasi terakhir roket itu diluncurkan oleh Fattah el Islam. Namun
kebenarannya masih ditelusuri karena Fattah el Islam bukanlah kelompok Syiah
melainkan dari Sunni, jadi agak sulit diterima bila itu dilakukan oleh Fattah El Islam
di daerah Syiah karena mereka harus berkompromi dulu dengan Hezbollah.
Jika dilakukan oleh Hezbollah, ini pun tidak diakui oleh Hezbollah. Namun
kemungkinan yang besar adalah ini dampak dari pertikaian Palestina di Gaza dan
Tepi Barat untuk mengalihkan perhatian dunia terhadap konflik internal Palestina.
Apabila ini yang terjadi bisa saja dilakukan oleh Hezbollah, namun Hezbollah tentu
tidak sembarang mengakui ini. Bila hal ini Hezbollah yang melakukan, ini bisa saja
terjadi karena pengadilan atas pembunuhan Hariri dari kelompok Sunni yang konon
dibunuh oleh Suriah, sementara Hezbollah selalu membela Suriah yang dikatakan
oleh kelompok lain terlibat pembunuhan itu.
Pengalihan-pengalihan ini bisa saja dilakukan. Lalu bagaimana dengan posisi
Israel, apa ia juga yang memperkeruh suasana? Namun bila melihat mortir itu sampai
menembus Israel tentu Israel akan membalasnya jauh lebih keras. Akan tetapi perlu
juga melihat mantan SLA (South Lebanese Army/Tentara yang dibiayai Israel) yang
masih tetap ada di Lebanon Selatan yang kemungkinan dapat saja melakukan
tindakan itu untuk tetap memperkeruh suasana. Kemungkinan yang mendekati
adalah, ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian atau memperlambat proses
pengadilan Hariri dan mengalihkan perhatian Palestina yang bertikai serta
mengalihkan perhatian dari konflik Fattah el Islam dengan LAF. Diinginkan dari
kejadian itu adalah agar tercipta musuh bersama Palestina dan Lebanon atau dunia

                                                       
29Data didapatkan dari Kapten Yudha, Pasi Operasi pasukan Indonesia. Juni 2007
154 

Arab bukan antarmereka tetapi musuh mereka sesungguhnya yaitu Israel. Israel
sendiri mengakui bahwa itu dilakukan bukan oleh Lebanon atau Hezbollah.30
Seluruhnya, desingan peluru berjumlah empat. Israel mengakui bahwa dua
roket mengenai kotanya sedangkan satu mengguncang Pos 9.63 (Indobatt) sehingga
seluruh pasukannya masuk ke Shelter. Satu lagi terdapat di Att Taibe mungkin tidak
meledak sehingga dapat diketahui jenis dan lokasi peluncurannya. Yang sangat
mencengangkan dari kejadian itu adalah, ketika informasi itu diketahui datang
terlebih dahulu lalu disampaikan oleh pasukan Penemuan mortar Spanyol, bukan oleh
pasukan Indonesia meski letaknya di wilayah Indobatt.
Sehari kemudian Deputy Spokeperson UNIFIL Yasmine Bouzine
menyatakan, penembakan kemarin adalah serius dan merupakan ancaman terhadap
resolusi 1701.4 UNIFIL dan LAF melakukan investigasi terkait hal tersebut di tempat
kejadian. Force Commander (FC) UNIFIL melakukan kontak dengan LAF dan IDF.
TV Al Manar memberitakan dua roket itu jatuh di kota Shamuna Israel namun tidak
ada korban. Hezbollah melalui TV al Manar menolak terlibat atas penembakan
Katyusha itu. Menurut kantor berita Reuters, pejuang Palestina mungkin sebagai
pelakunya. Pejabat Israel yang menemani Olmert di AS menyatakan hal serupa.
Pada 19 Juni 2007 Kelompok Brigade Jihad Badar Cabang Lebanon hari
Senin menyatakan bertanggung jawab atas serangan roket ke Israel dan berjanji akan
melanjutkan serangannya kepada Israel. Mobil yang digunakan untuk itu dari mobil
Honda warna hijau dan sebuah mercedes putih yang merupakan mobil sewaan. Pada
saat yang bersamaan, Israel menembakkan roket ke Lebanon Selatan yang jatuh di
daerah pegunungan Birkat Naggar dan Jabal Saddanah dekat Kota Shebaa, namun
tidak ada korban.31
PM Lebanon, Fouad Siniora berpendapat serangan itu merupakan
rongrongan bagi LAF dan UNIFIL karena ingin memberi kesan keduanya tidak
mampu melindungi masyarakat dan perbatasan. UNIFIL tidak ada wewenang
membuka tembakan kepada teroris yang melancarkan roket tersebut karena tidak ada
dalam mandat, serta jenis senjata yang dipunyai UNIFIL bukan untuk itu. Ini
disampaikan oleh pejabat UNIFIL dalam merespons keinginan Israel agar menembak
secara langsung kelompok yang melanggar dan mengganggu Israel. Israel tidak akan
membalas atas penembakan roket tersebut, namun segera akan mengerahkan
kekuatan besar bila melukai penduduk Israel, ujar Menlu Israel Tzippi Livni.
Juru bicara Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, Miri Eisin, menyatakan,
kemungkinan roket itu ditembakkan sebuah kelompok Palestina yang berusaha
memicu reaksi Israel, dan bukan dari Hezbollah. Menurut radio Israel, roket-roket
“kiriman” tipe Katyusha itu mempunyai daya jangkau sejauh 20 kilometer. Khawatir
ada serangan lanjutan, Kepala Kepolisian di wilayah Galilee Israel utara, Nir Mariash,
mengimbau masyarakat bersikap tenang. “Untuk sekarang roda kehidupan harus
tetap berputar seperti biasa. Insiden ini masih bisa kami tangani,” ujarnya.
                                                       
30Data di lapangan atas analisis Kapten Leonard Hutabarat, Diplomat, penterjemah pasukan

Indonesia dari Kemenlu RI. Juni 2007.


31
 Data didapatkan dari Kapten Yudha, Pasi Operasi pasukan Indonesia. Juni 2007.
 
155 

Militer Lebanon menyebutkan serangan roket ke wilayah Israel itu


merupakan serangan balasan, setelah pasukan Israel menembakkan lima mortir ke
daerah Lebanon selatan. Namun, pernyataan itu dibantah Israel. Israel menegaskan
pihaknya tidak dengan sengaja menyasar wilayah Lebanon. “Kami hanya sedang
mengecek kalibrasi penembakan. Peluru yang kami pakai itu semuanya kosong dan
semua ditembakkan ke arah wilayah Israel yang terbuka,” ujarnya.
Sementara itu Panglima Komando Utara Israel menyampaikan serangan itu
menunjukkan bukti keluhan Israel bahwa penyelundupan senjata ilegal telah masuk
ke Lebanon Selatan.
Israel berharap UNIFIL memenuhi mandatnya di Lebanon Selatan dan LAF
bertanggung jawab atas apa yang terjadi di daerah teritorialnya. Banyak pengamat
heran bagaimana mungkin penyusup berhasil menerobos keamanan yang ketat dari
UNIFIL dengan menembakkan roket lalu berhasil melarikan diri. Dengan kekuatan
pasukan yang lebih 13.000 yang profesional dan terlatih, seharusnya UNIFIL lebih
berhasil menjaga daerah tanggung jawabnya bersama LAF. 54 Konsideran keluarnya
Resolusi PBB no 1773, didasarkan oleh peristiwa tersebut.
Pasukan Indonesia berada di dalam wilayah itu tetapi tidak mendeteksi lebih
awal kejadian tersebut. Selama ini Intelijen hanya mendapatkan info dari intelijen
Sektor Timur. Patroli yang dilakukan Indobatt kemungkinan sudah terbaca oleh
masyarakat yang menguji roket itu. Kemarin disebutkan oleh Sektor Timur bahwa
peristiwa terjadi pada pukul 17.00 namun Indobatt melaporkannya ke Sektor Timur
pada pkl 17.20. Ini dibantah oleh Indobatt karena pada pukul 17.05 info itu sudah
dilaporkan ke Mako Sektor Timur. 32

B. Operasi-Operasi di Medan Tugas


1. Operasi “Wadi Saluki”
Pada 21 Februari 2007 Indobatt diperintahkan UNIFIL untuk menggelar
operasi-operasi keamanan pembersihan wilayah seperti mencari dan menghancurkan
bunker-bunker penyimpanan amunisi, senjata maupun infrastruktur unsur bersenjata
lainnya di daerah Wadi Saluki. Operasi persiapan pasukan Indonesia untuk menyisir
daerah Wadi Saluki di Lebanon Selatan yang diindikasikan banyak terdapat senjata,
amunisi dan bunker-bunker Hezbollah atas perintah UNIFIL pada 22 Februari 2007
yang telah disiapkan. Pada pukul 12.00 pasukan Indonesia telah mengadakan
pengecekan daerah dengan membawa 1 panser panhard (3 personel) dan 4 panser
VAB (12 personel). Tampaknya ini merupakan target dari UNIFIL keseluruhan
sesuai dengan Resolusi 1701 yang berlaku satu tahun.
Wadi Saluki merupakan daerah yang mayoritas penduduknya adalah muslim
Syiah yang sangat militan. Sikap militansi masyarakatnya kemungkinan terjadi
mengingat di daerah itu pernah terjadi pembantaian yang dilakukan oleh Israel yang
dibantu SLA (South Lebanese Army), pasukan milisi Kristen Lebanon yang pro-Israel
                                                       
32
Data didapatkan dari Kapten Yudha, Pasi Operasi pasukan Indonesia. Juni 2007. Lihat
Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon (Jakarta:
Pusjarah TNI, 2008), 129.
 
156 

terhadap warga setempat. Di daerah itu pun dibangun tugu peringatan pembantaian
oleh warga setempat. Operasi yang mencengangkan dan sekaligus menegangkan
adalah ketika UNIFIL memerintahkan untuk menggelar Operasi Wadi Saluki.33
Pada 18 Februari 2007, Satgas Indobatt menerima Frago No. 015 “Recce
Operation of Areas of Suspected AE Activity in the Vicinity of Houle”. Seterimanya
Frago tersebut, Staf Operasi menyusun produk Perintah Operasi dengan nama “PO
Wadi Saluki” Operasi pembersihan wilayah itu direncanakan dimulai pada 22
Februari 2007. Penyusunan pentahapan operasi dilakukan dengan operasi penutupan
di daerah yang dicurigai, operasi pengintaian terhadap daerah yang dicurigai, dan
operasi pembersihan daerah penemuan infrastruktur AE.
Secara umum operasi yang digelar oleh Komando Sektor Timur di Wadi
Saluki ini merupakan penerapan konsep Blue / Red Ring dan Blue / Red Box, yaitu
suatu konsep operasi gabungan yang melibatkan beberapa satuan jajaran UNIFIL dan
LAF. “Blue” merupakan simbol dari pasukan UNIFIL, sedangkan “Red” merupakan
simbol dari pasukan LAF. “Ring” merupakan suatu taktik pengepungan / penutupan
dengan cara menggelar personel untuk menduduki sejumlah check point dan
membentuk lingkaran terhadap suatu sasaran tertentu. “Box” merupakan simbol bagi
pasukan / unit yang terlibat dalam operasi pembersihan secara langsung di lapangan,
yang meliputi Tim EOD, Recce unit, Infanteri unit, NST (Night Surveillance Team)
dan FMT (Forward Medical Team).
Untuk kepentingan operasi pembersihan “Wadi Saluki” ini Satgas Indobatt
mengerahkan 1 peleton (kekuatan 40 personel menggunakan 4 unit VAB APC)
sebagai bagian dari pasukan Blue Ring. Selain itu, pasukan Blue Ring Indobatt
bertanggung jawab untuk memelihara komunikasi / koordinasi dengan pasukan Blue
Ring Nepal Battalion (NEPBATT) serta pasukan LAF yang berada di Red Ring untuk
mencegah terjadinya pergerakan AE / masyarakat sipil, baik dari dalam keluar Blue
Ring maupun sebaliknya.
Operasi ini telah matang direncanakan oleh Indobatt maupun koordinasi
dengan pasukan tetangga lainnya. Indobatt ditetapkan oleh UNIFIL sebagai inti
pasukan dalam operasi itu, namun hasil operasinya nihil, karena pelaksanaan operasi
pembersihan “Wadi Saluki” secara sepihak dibatalkan oleh pihak LAF dengan alasan
akan mencari waktu lain yang lebih baik. Keterangan lain menyebutkan andaikan
operasi ini jadi dilaksanakan, situasi Lebanon Selatan akan memanas kembali dan
LAF akan menjadi sasaran tembak Hezbollah dan kemungkinan lainnya keberadaan
LAF di Selatan Lebanon akan menjadi sulit, Padahal keberadaan LAF, sebagai
tentara pemerintah Lebanon, baru sejak pertempuran 34 hari, atas dasar Resolusi
1701, mereka berada di Lebanon Selatan.
Bisa jadi LAF menyadari posisi lemahnya bila berhadapan dengan Israel
sendirian karena selama ini yang selalu bertahan menghadapi Israel adalah
Hezbollah. LAF pun tidak mau mengambil risiko harus berhadapan dengan
                                                       
33
Data didapatkan dari Kapten Yudha, Pasi Operasi pasukan Indonesia. Juni 2007.Lihat Lihat
Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon (Jakarta:
Pusjarah TNI, 2008), 134.
 
157 

Hezbollah apabila operasi itu dilaksanakan. Saat ini, komposisi tentara LAF 35%
adalah warga Syiah. Ini pun akan mengandung risiko bagi LAF yang tentu saja akan
berhadapan langsung dengan anggota pasukannya sendiri. Letkol Hayk, yang
merupakan LO LAF yang berada di pasukan Indonesia, tidak bersedia ikut di pasukan
Indonesia yang akan bergerak ke Wadi Saluki, meskipun Dansatgas memintanya
untuk ikut. Ia katakan ia tidak akan berangkat apabila tidak ada perintah dari
komandannya di LAF.

2. Operasi “Fork”34
Sampai dengan pergantian Komando Sektor Timur dari Brigade Legion ke
Brigade Paracaidista (SPAIN ARMY), Frago No. 015 “Recce Operation of Areas of
Suspected AE Activity in the Vicinity of Houle” tentang operasi pembersihan
wilayah “Wadi Saluki” tidak pernah terealisasi. Faktor utama yang melatarbelakangi
hal tersebut adalah keengganan LAF untuk terlibat dalam konsep operasi Blue / Red
Ring. Namun demikian, G-3 Komando Sektor Timur (Brigade Para) pada tanggal
2007 mengeluarkan Frago “Fork” sebagai upaya untuk melanjutkan rencana operasi
pembersihan wilayah Wadi Saluki, Houle. Secara umum konsep manuver yang
digunakan dalam operasi “Fork” ini serupa dengan konsep operasi sebelumnya, yaitu
aplikasi dari Blue / Red Ring dengan melalui 3 tahap, yaitu:
Penutupan, Pengintaian dan Pembersihan. Perbedaannya hanya pada tahap 3,
di mana jika menemukan infrastruktur AE, maka tidak langsung dibersihkan oleh Tim
EOD Komando Sektor Timur (pasukan Blue Box), melainkan akan segera diserahkan
kepada Tim EOD Brigade 11 LAF (pasukan Red Box) untuk penanganan selanjutnya.
Dengan demikian, peran LAF menjadi lebih besar. Keterlibatan Satgas Indobatt
dalam operasi “Fork” ini tidak mengalami perubahan, yaitu menduduki dan
menguasai 4 check point yang telah ditentukan sebagai bagian dari pasukan Blue
Ring serta memelihara komunikasi / koordinasi dengan pasukan kawan untuk
mencegah terjadinya pergerakan AE / masyarakat sipil, baik dari dalam keluar Blue
Ring maupun sebaliknya.
Hasil Operasi ‘fork” ini pun nihil, karena pelaksanaan operasi pembersihan
di wilayah Wadi Saluki, Houle ini untuk yang kedua kalinya dibatalkan oleh pihak
LAF dengan alasan bahwa pasukan LAF sedang dikonsentrasikan untuk menghadapi
perlawanan bersenjata dari kelompok milisi Fatah al Islam terhadap tentara LAF di
Camp Nahr al Bared, Lebanon Utara. Dengan demikian operasi “Fork” ditunda
sampai dengan waktu yang belum ditentukan.35

3. Operasi “Quiet River”


Pada 1 September 2007, Satgas Indobatt menerima Frago “QRF Long Range
Patrol II Sector East” dari HQ UNIFIL tanggal 31 Agustus 2007 tentang pelaksanaan
                                                       
34
Data didapatkan dari Kapten Yudha, Pasi Operasi pasukan Indonesia. Juni 2007. Lihat
Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon (Jakarta:
Pusjarah TNI, 2008), 134.
35
Lihat Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di
Lebanon (Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 134.
158 

patroli jarak jauh di daerah operasi Komando Sektor Timur dan operasi pembersihan
“Quiet River” di sepanjang Sungai Litani antara M-2 dan M-3 yang merupakan
daerah operasi Indobatt.
Operasi ini dilaksanakan oleh Pasukan Reaksi Cepat (QRF) UNIFIL
(FRENCH-LECLERC) dimulai pada 4 - 6 September 2007 di daerah operasi Indobatt
dengan penahapan dan konsep operasi sebagai berikut :
a. QRF menggelar satu skuadron Tactical Command Post (TCP) / Posko
Mobil mulai 4 – 5 September 2007 di Ketinggian 580 dengan menggunakan 2 unit
Rantis Komando, 1 unit Rantis Komunikasi jenis VAB, 1 unit truk angkut personel
Infanteri dan 1 unit Ambulans APC dalam rangka melaksanakan observasi wilayah
dan mengendalikan pelaksanaan patroli berkendaraan seluruh jajarannya.
b. QRF melaksanakan patroli berkendaraan dengan menggunakan Main
Battle Tank (MBT) mulai 4 September 2007 dari arah UN Pos 9-1 menuju helipad
PB MAR, setibanya di helipad membentuk static point dan melaksanakan observasi
terhadap daerah sekitar mulai 4 – 5 September 2007. Patroli MBT QRF bergerak dari
helipad PB MAR menuju Ketinggian 580 mulai 05 September 20 pukul 0700 sampai
dengan 05 September 2007 pukul 07.00, setibanya di Ketinggian 580 membentuk
static point, stand-by dan berperan sebagai pasukan cadangan bagi unit yang sedang
melaksanakan patroli jalan kaki di sepanjang Sungai Litani antara M-2 dan M-3.
c. Skuadron TCP QRF bergeser ke kedudukan berikutnya, yaitu di Alman
(KV 730-687) pada 5 September 2007, setibanya di Alman melaksanakan observasi
dan mengendalikan pelaksanaan patroli jalan kaki jajarannya mulai 5 September 2007
sampai dengan 5 September 2007 dalam rangka operasi pembersihan “Quiet River”
di sepanjang Sungai Litani antara M-2 dan M-3.
d. Satu peleton Infanteri QRF dengan perkuatan berupa Tim EOD QRF dan
Recce Unit Sektor Timur melaksanakan patroli jalan kaki mulai 05 September 07
pukul 00 sampai dengan 05 September 2007 pukul 1700 dalam rangka operasi
pembersihan “Quiet River” di sepanjang Sungai Litani antara jembatan M-2 dan
jembatan M-3 untuk mengumpulkan informasi tentang sejumlah titik/daerah infiltrasi
/penyeberangan sungai serta kemungkinan aktivitas dari Kelompok Bersenjata
(Armed Element).
Staf Operasi Indobatt menyiapkan seluruh jajaran dalam rangka mendukung
pelaksanaan patroli jarak jauh QRF dan operasi pembersihan “Quiet River” tersebut
berdasarkan tugas yang diberikan kepada Satgas Indobatt. Keterlibatan jajaran Satgas
INDOBATT sebagai berikut : 36
1) Kompi Mekanis A melaksanakan operasi imbangan di daerah tanggung
jawab Kompi dan mengeluarkan 1 regu patroli dengan kekuatan 2 APC dan 14
personel untuk membentuk static point di Jembatan M-2 mulai 05 September 2007
sampai dengan 5 September 2007 dalam rangka memonitor pelaksanaan operasi

                                                       
36
Data didapatkan dari Kapten Yudha, Pasi Operasi pasukan Indonesia. Juni 2007. Lihat Lihat
Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon (Jakarta:
Pusjarah TNI, 2008), 135.
 
159 

pembersihan “Quiet River” serta setiap saat siap memberikan bantuan / perkuatan
kepada pasukan QRF bila terjadi suatu insiden dalam pelaksanaannya.
2) Kompi Mekanis B melaksanakan operasi imbangan di daerah tanggung
jawab Kompi dan mengeluarkan patroli untuk secara berkala melaksanakan link-up
dengan unit TCP QRF yang berada di Ketinggian 580 mulai 4 September 2007
sampai dengan 5 September 2007 serta setiap saat siap memberikan bantuan /
perkuatan kepada pasukan QRF bila terjadi suatu insiden dalam pelaksanaannya.
3) Kompi Mekanis C melaksanakan operasi imbangan di daerah tanggung
jawab Kompi dan mengeluarkan 3 regu patroli (6 APC) untuk membentuk 3 static
point di Ketinggian 476, Alman dan Jembatan M-3 mulai 5 September 2007 sampai
dengan 5 September 2007 dalam rangka memonitor pelaksanaan operasi pembersihan
“quiet river” serta setiap saat siap memberikan bantuan / perkuatan kepada pasukan
QRF bila terjadi suatu insiden dalam pelaksanaannya.
4) Kompi Mekanis D melaksanakan operasi imbangan di daerah tanggung
jawab Kompi dan mengeluarkan patroli untuk secara berkala melaksanakan link-up
dengan patrol MBT QRF yang melaksanakan static point di helipad PB MAR mulai
4 September 2007 sampai dengan 5 September 2007 serta setiap saat siap
memberikan bantuan / perkuatan kepada pasukan QRF bila terjadi suatu insiden
dalam pelaksanaannya.
5) Kompi Bantuan mendukung seluruh unsur pelayanan bagi Satjar
INDOBATT dalam pelaksanaan operasi imbangan “Quiet River” QRF. Hasil operasi
dari “quiet river” berdasarkan informasi yang diperoleh dari QRF dan Komando
Sektor Timur, pelaksanaan operasi pembersihan “Quiet River” adalah sejumlah
lapangan ranjau / sisa-sisa cluster bomb di sepanjang Sungai Litani.
Tim EOD QRF tidak secara langsung melaksanakan pembersihan / disposal,
hanya memberikan tanda “Danger Mines” di lokasi penemuan. Selama tahap
pelaksanaan tidak terjadi hal-hal menonjol baik dari segi keamanan pasukan maupun
dinamika lainnya yang menghambat jalannya operasi. Namun demikian, Staf Operasi
dalam beberapa kesempatan (baik sebelum dan sesudah pelaksanaan operasi)
menanyakan G-3 Komando Sektor Timur tentang alasan tidak dilibatkannya jajaran
Satgas Indobatt untuk secara langsung melaksanakan operasi gabungan (joint-
operation) dengan QRF UNIFIL dalam rangka pembersihan rute / daerah sepanjang
Sungai Litani yang secara definitif merupakan bagian dari daerah tanggung jawab
Indobatt. Sampai berakhirnya operasi tersebut, alasan yang dikemukakan oleh G-3
Komando Sektor Timur tidak pernah memuaskan.

4. Penemuan Bungker Sisa Perang37


Dua buah bungker yang digunakan Hezbollah saat perang lalu, ditemukan
oleh Konga 23-A tanggal 13 Juni. Berdasarkan informasi intelijen, personel
kontingen Indonesia dipimpin Kapten Tio, melakukan penyisiran di daerah Az
Ziqqiyah. Penyisiran tersebut memerlukan beberapa waktu karena tempat tersebut

                                                       
37
 Data didapatkan dari Kapten Yudha, Pasi Operasi pasukan Indonesia. Juni 2007.
 
160 

sangat tersembunyi. Layaknya daerah pertahanan, saat mendekati lokasi, terdapat


kawat berduri yang dipasang melintang sebelum tiba di bungker tersebut.

Gambar 5.9
Bungker Hezbollah
Sumber: Koleksi Pribadi 19 Juni 2007.

Dengan pemeriksaan yang hati-hati, karena tidak menutup kemungkinan


dipasang ranjau, tim melakukan pengecekan mengikuti jejak kaki yang terlihat di
permukaan tanah. Tim yang berjumlah 5 orang ini akhirnya berhasil menemukan
lokasi. Bungker tersebut diberi tanda. Terdapat dua buah bungker di tempat yang
tidak berjauhan. Lokasinya berada di lereng bukit, antara bungker yang satu berada
di atas bungker lainnya. Bekas makanan, karung pasir, kelongsong rocket launcher
dan air minum kemasan berserakan di dalam bungker tersebut. Ini menunjukan bahwa
lubang perlindungan tersebut baru ditinggalkan sekitar 2 bulan yang lalu. Untuk
meyakinkan akan kondisi lobang pertahanan tersebut, personel Indobatt melakukan
pemeriksaan ke dalam bunker tersebut. Dengan lebar lubang sebesar 2 x 2 meter,
terowongan menembus ke dalam perut gunung dan memiliki dua saluran (berbentuk
T). Kedalaman ruangannya 6 meter ke kiri dan ke kanan. Sedangkan sebuah bungker
lainnya merupakan bentuk alami namun jalan masuk ke dalam bungker, lubangnya
lebih kecil dan tersamar di antara pepohonan.
Penemuan terhadap bungker merupakan hal yang sangat khusus. Meskipun
masyarakat setempat sudah akrab dan dekat dengan pasukan Indonesia, mereka tidak
akan melaporkan hal tersebut. Mereka yang sudah terbiasa dengan konflik bersenjata,
paham akan posisi mereka sebagai masyarakat yang harus melindungi diri mereka
sendiri. Meskipun wilayah Lebanon Selatan merupakan basis kuat Hezbollah, namun
161 

tidak secara menyeluruh masyarakat mendukung Hezbollah. Perbedaan politik di


antara mereka membuat negara ini memiliki sejarah panjang terhadap konflik.
Berdasarkan data, bahwa bukit dan pengunungan yang ada di wilayah
Lebanon Selatan merupakan basis pertahanan dari unsur bersenjata (Hezbollah) saat
perang lalu. Pada bulan April kontingen Spanyol juga menemukan bungker yang
lebih besar dengan kedalaman 20 meter dari permukaan tanah, dengan bangunan
beton bertulang. Di dalam bungker tersebut ditemukan senjata peluncur roket dan
bubuk bahan peledak yang tersimpan rapi di dalam tong-tong kayu. Daerah penemuan
tersebut merupakan AOR (Area of Responsibility) Spanyol, yaitu di Desa Rachaya
Foukhar. Penemuan bungker yang dihasilkan oleh Indobatt selain bungker bawah
tanah di (Az Ziqqiyah) itu, terdapat juga bungker bawah tanah di (Wadi Saluki) dan
Depot logistik di (Sungai Litani).

B. Perjumpaan Muslim Indonesia di Lebanon Selatan


Berselang seminggu setelah kedatangan pasukan Indonesia di Lebanon,
suasana politik dalam negeri Lebanon berkembang semakin tajam. Suhu politik
di dalam negeri semakin memanas. Hal itu diwarnai dengan perbedaan pendapat
di antara beberapa fraksi ditambah aksi damai yang dilakukan oleh ribuan
masyarakat setempat yang menentang berbagai macam kebijakan pemerintahan
yang dianggap kurang mengakomodir berbagai kepentingan rakyat. 38 Kondisi itu
secara tidak langsung mempengaruhi keberadaan pasukan perdamaian yang berada
di Lebanon.

Gambar 5.10
Masyarakat Muslim Indonesia di Lebanon mengunjungi pasukan Indobatt
di Mako Indobatt Adshit Alqusayre pada Idul Fitri 2007.
Sumber: Koleksi pribadi 2007

                                                       
38Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Satgas Konga XXIII A: 2007), 84-116.
162 

UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) ikut bertanggung


jawab atas keselamatan pasukan perdamaian yang berasal dari berbagai negara
itu. Situasi tersebut ditindaklanjuti dengan memberikan sinyal Yellow Light
sebagai pertanda agar kewaspadaan ditingkatkan dan sebagian alat perlengkapan
personel harus dipakai manakala mendapat tugas khusus, yaitu pada saat dinas jaga
maupun dinas luar atau keluar home base (Kesatrian). Helm, body fest, senjata
organik perorangan lengkap dengan amunisinya dikenakan.
Situasi itu disikapi personel pasukan dengan kewaspadaan yang tinggi
mengingat keberadaan pasukan belum terlalu lama sehingga memerlukan adaptasi
medan di area operasi pasukan Indonesia. Bagaimana mengatasi udara dingin
Lebanon saat itu dan memahami kultur masyarakat setempat.

1. Briefing KUAI Beirut


Dalam menghadapi suasana itu Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Beirut
Anindita Harimurti Axioma datang ke home base pasukan Indonesia di Lebanon
Selatan. Ia secara sistematis menguraikan satu per satu penjelasan tentang keadaan
Lebanon dan rencana kegiatan yang akan dilakukan KBRI Beirut dengan
kedatangan pasukan Indonesia. Axioma39 menjelaskan tentang keadaan Lebanon
menyangkut masalah politik terkini, konstelasi politik lokal dan asumsi-asumsi ke
depan tentang keadaan Lebanon, terutama Beirut yang akan berpengaruh pada
keadaan di Lebanon Selatan pasca terbunuhnya Piere Gemayel, menteri
perindustrian dari partai Phalangis/Kabayat, dan demonstrasi Hezbollah yang
menuntut penambahan kursi di parlemen serta menentang pengadilan internasional
atas kematian Rafik Hariri dari kelompok Sunni.
Pasukan Indonesia tidak akan melibatkan diri dalam persoalan politik
dalam negeri Lebanon, namun penjelasan itu sangat berguna bagi pasukan
Indonesia di lapangan yang akan berhadapan langsung dengan masyarakat di
Lebanon Selatan. Bagaimana interaksi dapat tercipta antarmasyarakat Lebanon
dengan personel pasukan.40 Kemampuan bahasa Arab yang dimiliki oleh beberapa
anggota pasukan sangat membantu dalam interaksi pasukan dengan masyarakat
setempat, meski kadang interaksi itu terbangun dengan bahasa isyarat yang
digunakan. Cepatnya interaksi pasukan Indonesia dengan masyarakat setempat
yang dapat merebut hati mereka41 adalah melalui berita di media pada waktu
sebelumnya yang menyatakan, bahwa pasukan Indonesia ditolak kontribusinya
oleh Israel.42 Hal itu membawa kesan pasukan Indonesia adalah musuh Israel
sehingga oleh warga Lebanon (selatan) dianggap sebagai kawan.
                                                       
39Penjelasan Kuasa Usaha Indonesia di Beirut Harimurti Axioma di Markas Indobat Adshit

Al Qusayre pada Desember 2006.


40Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Satgas Konga XXIII A: 2007), 269.
41Lihat Agus Yudhoyono di majalah terbitan Pusjarah TNI. Senakatha No. 33 tahun 2007, 95-

97. Ia katakan penyelesaian peperangan harus dilalui dengan menguasai penduduk di dalam genggaman
dan mengisolasi para pejuang gerilyanya. Ini disebut dengan penguasaan jiwa dan pikiran. (Hearts and
minds)
42Lihat Kompas Desember 2006 dan media lokal November 2006.
163 

2. Mengunjungi Sekolah Islam menjelang Natal


Jumat, 22 Desember 2006 pagi, belasan anggota pasukan Indonesia
bergegas menuju ke sekolah yang terletak di desa Attaibe, setengah jam
perjalanan dari mako Indobatt. Hari itu ada seratusan mainan anak diangkut dua
mobil Mitsubishi Strada, yang akan diberikan kepada anak-anak sebagai hadiah
istimewa di sekolah bernama “Sekolah Attaibah Al-Ahl”, sekolah swasta terbaik
sedistrik Nabatiyeh.

Gambar 5.11
Mengunjungi Sekolah di Nabatiye
Sumber: Koleksi Pribadi 2006

Kepala Sekolah, Muhammad Hbeich dan seorang aparat desa Attaibeh,


Husein Yahya, yang merupakan alumni sekolah itu, menyambut kedatangan
pasukan Indobatt.43 Sekolah Al ahli Attaibe memiliki 800 murid dengan 42 guru,
merupakan sekolah swasta yang dibangun secara swadaya oleh masyrakat sejak
tahun 1978. Suasananya tidak menampakkan sebuah sekolah layaknya di
Indonesia. Gedungnya tidak besar tetapi tertata rapi. Di halaman tengah terdapat
tempat bermain anak-anak, sedangkan kelas-kelasnya berada di pinggir
mengeliligi halaman tengah.
Di sekolah ini diajarkan 3 bahasa: Inggris, Prancis, dan Arab. Sementara
tingkatan sekolah dimulai dari 2 tahun Taman kanak-kanak, 6 tahun sekolah
dasar, dan 3 tahun sekolah menengah. Aktivitas sekolah dimulai sejak pukul
07.00 pagi hingga siang dan sore hari. Setelah dilakukan perkenalan, anggota

                                                       
43Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 144. Ikut serta dalam rombongan itu terdiri atas Kepala Staf, Mayor Mar.
Alamsyah, Mayor Irawadi, Mayor Kusuma, Kapten Bangkit, Kapten Zaim, Letda Yoyon, Sersan
Wawan, Sersan Akmadi, Sersan Ismadi dan beberapa anggota lainnya.
164 

Indobatt diantar masuk ke kelas Taman kanak-kanak yang akan dibagikan


mainan. Di kelas, hiasan gambar mainan terpampang di tembok.
Di sudut kelas berdiri pohon natal kecil dan anak-anak mengikuti pelajaran
sekolah dari seorang guru. Seluruh murid beragama Islam tetapi pohon natal itu
disajikan untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan masyarakat
Lebanon yang plural. Keceriaan menghiasi sebagian besar wajah anak-anak
sekolah itu meski belum mengetahui maksud kedatangan pasukan Indobatt.
Mainan pun diberikan. Anak-anak menyambut dengan gembira tetapi tiba-tiba
ada suara mengejutkan dari beberapa anak yang berteriak dan menangis ketika
ada anggota Indobatt yang akan menyerahkan mainan dan menolak menerimanya.
Rupanya anak itu takut melihat orang berpakaian tentara karena ketika
perang berlangsung, orang tuanya dibunuh tentara Israel di hadapan mereka.
Husein Yahya, aparat desa Attaibe, membenarkan kejadian itu. Perang
menyisakan kegetiran bagi anak-anak tetapi sampai kapan perang berhenti tidak
ada yang mengetahui secara pasti. Bisa jadi anak itu akan membalas kematian
orang tuanya dengan menimbulkan perang baru ketika ia berangkat dewasa.
Adanya wilayah Lebanon yang direbut Israel tentunya akan menjadi alasan
penguat anak itu kelak untuk ikut bertempur mempertahankan wilayah negaranya.

3. Brief On Indonesia
Berselang beberapa waktu kemudian setelah awal terjadinya interaksi, di
sebuah toko di desa Markabe, bendera merah putih berkibar dengan bendera PBB
yang dipasang secara sukarela oleh masyarakat.

Gambar 5.12
Bendera Merah Putih berkibar di perkampungan masyarakat Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 2007.
165 

Berbeda dengan desa Markabe yang bisa cepat akrab dengan pasukan
Indonesia, Desa Deir Siriane terkenal sebagai desa yang sangat tidak bersahabat
dengan pasukan UNIFIL, termasuk untuk sementara dengan pasukan Indonesia.
Desa itu terletak di sebelah barat dari Markas pasukan Indonesia (Indobatt). Sama
dengan desa lainnya, lokasi desa itu di tanah berbatu-batu, rumah-rumah tampak
sederhana, namun sudah berkesan modern. Anak-anak menggunakan celana jins,
jaket-jaket untuk menahan udara dingin yang dikenakannya dengan merek-merek
terkenal. Perangkat rumah tangga maupun keperluan desa sudah dijamah oleh
barang-barang produk pabrik yang modern.
Suatu kali di rumah seorang kepala desa (mereka menyebutnya
Moukhtar), saat memberikan lima ekor kambing korban saat Idul Adha, istri
Moukhtar, yang cantik dengan mengenakan pakaian dan jilbab serba hitam, tanpa
diduga bertanya, ”Bila Israel menyerang kami, dan Anda ada di Lebanon, apa yang
Anda lakukan?”44 Sulit menjawabnya tetapi itu yang terjadi di desa tersebut. Keras,
berani, dan menantang.
Indonesia belum dikenal luas oleh masyarakat setempat, terutama generasi
mudanya, meski Lebanon merupakan satu dari tiga negara Arab yang pertama kali
mengakui kemerdekaan Indonesia setelah Suriah dan Mesir pada tahun 1946.
Memperkenalkan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia
perlu dilakukan. Hal itu dilakukan mengingat pasukan Indonesia baru pertama kali
ikut terlibat dalam misi perdamaian di Lebanon. Di samping adanya target
keberhasilan dalam misi itu.

Foto 5.13
Serka Hajar dan interpreter Amal Janho sedang memberikan
penjelasan tentang Indonesia.
Koleksi: Pribadi 2007.

                                                       
44
Informasi didapatkan dari Komandan Kompi BTR, Kapten Kresno Prastowo saat
tugas patroli pasukan Indonesia yang melintasi daerah itu. Januari 2007. Lihat Anonymius,
Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-2007
(Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 281.
166 

Contoh aktual adalah ketika pasukan Indonesia berada di Pelabuhan Beirut


saat akan menjemput panser VAB dari Prancis, seseorang menyapa dengan salam,
sambil mengatakan, ”Malaysia!” Rupanya yang diketahuinya adalah Malaysia
karena saat Malcon (Malaysia Contingent) datang, koran Beirut memperlihatkan
tentara Malaysia yang difoto sedang berdoa.45
Brief On Indonesia direncanakan dan dilaksanakan di tempat itu. Berawal
dari Amal Kahwaji Janho, seorang interpreter lokal untuk pasukan Indonesia yang
menguasai tiga bahasa; Perancis, Inggris, dan Arab, ikut dalam patroli bersama
pasukan Indonesia dengan menggunakan panser. Ia mendapatkan masyarakat Deir
Siriane yang tampak tidak bersahabat, lalu ia memperkenalkan pasukan dari
Indonesia, dan untuk lebih akrabnya ia bersedia memperkenalkan Indonesia secara
visual di hadapan masyarakat desa itu agar lebih akrab dengan pasukan Indonesia.
Pada Minggu 4 Maret 2007 pukul 10.00 waktu setempat, Brief on
Indonesia dilaksanakan di desa itu. Acara diselenggarakan di sebuah Balai
Pertemuan, mereka menyebutnya dengan Huseiniyah, yang mengabadikan nama
cucu Nabi Muhammad, Husein. Di seluruh Lebanon Selatan, nama Huseiniyah
menunjukkan sebagai balai pertemuan. Di tempat seluas sekitar 100-an meter
persegi, dihadiri oleh 150-an masyarakat dewasa, ibu-ibu, anak-anak dan remaja,
Indonesia diperkenalkan.
Presentasi dilakukan oleh Amal, interpreter lokal, yang menerangkan
tentang Indonesia dari segi agama, budaya, pemerintahan, dan kota-kota wisata.
Serka Hajar yang memiliki kemampuan bahasa Arab yang cukup baik memberikan
penjelasan pula tentang itu.46 Ketika terjadi perbincangan antara masyarakat
dengan personel Indobatt, mereka meminta bantuan lebih dari segi materi kepada
pasukan Indonesia. Amal, mengatakan, “Bagaimana kami mau memberi
sementara masyarakat belum bersahabat dengan kami.” Setelah kegiatan berakhir
oleh pasukan Indobatt, masyarakat dibagikan kornet dan makanan kecil lainnya.

4. Puskesmas model Indonesia


Dari sisi kesehatan, tim kesehatan pasukan Kontingen Garuda XXIII-A
bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bertugas di Lebanon
mengadakan pengobatan gratis terhadap penduduk desa Dier Seirine pada Sabtu
30 Juni 2007. Kerjasama yang dilakukan adalah hasil koordinasi dengan lembaga
Khiam Rehabilitation Center yang merupakan LSM yang bergerak di bidang
penentangan penyiksaan dan penahanan terhadap masyarakat Lebanon. LSM
                                                       
45Masyarakat Beirut belum bisa membedakan dua negara bertetangga antara Indonesia dengan

Malaysia. Dari sumber KBRI Beirut menyatakan bahwa dalam rapat yang diadakan oleh pemerintah
Lebanon bila Malaysia datang terlebih dahulu dianggap Malaysia sudah merupakan representasi
Indonesia. Jelas ini merugikan tetapi klaim itu sering dilakukan oleh Malaysia. Lihat Al Mannar Beirut
di akhir bulan November saat Malaysia tiba di Beirut menampilkan gambar tentara Malaysia sedaang
berdoa.
46Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile.,9 Maret 2007. Saat itu

hadir, Mayor Kusuma, Lettu Danang, Lettu Mar Bryan Prang, Sersan Atmadi, Sersan Wawan, dan
anggota kompi BTR.
167 

tersebut menyediakan pengobatan secara medis, psikologis, dan bantuan sosial


terhadap pasien dengan gratis.
Pasukan Indonesia yang memiliki tenaga medis memberikan bantuan
pengobatan di tempat tersebut. Kegiatan yang berlangsung seminggu sekali,
secara administatif didukung oleh Khiam Center. Obat-obatan yang dimiliki
lembaga tersebut termasuk lengkap dan baik. Sarana tempat pengobatan yang
terintegrasi dengan ruangan konseling, ruangan komputer dan ruang praktik
menjahit, tertata dengan baik. Kerjasama pengobatan itu merupakan peluang yang
baik, karena secara praktik di lapangan, tim kesehatan Indonesia memperluas
cakupan kedekatan dengan masyarakat, sedangkan untuk fasilitas dan obat-
obatan disediakan oleh LSM tersebut.

Gambar 5.14
Tim Kesehatan Indobatt sedang memeriksa kesehatan masyarakat
Di desa Bany Hayn Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 2007

Khiam Rehabilitation Center didanai oleh masyarakat Uni Eropa untuk


waktu beroperasi selama tiga tahun. Kegiatan pengobatan dilakukan pada hari
Selasa, Kamis, dan Sabtu, sedangkan hari lainnya direncanakan untuk
memberikan pelajaran komputer dan menjahit. Para remaja di desa Dier Seirine
yang akan menjadi sasaran kegiatan keterampilan tersebut.47

5. Memberi Kursus Bahasa Inggris


Di tempat yang berbeda, yaitu di Husainiyah (balai desa) Addaisse,
dilaksanakan kursus bahasa Inggris untuk masyarakat setempat. Kontingen
                                                       
47Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 06 Jul 2007
168 

Indonesia membuka kursus kepada masyarakat setempat yang dilakukan


seminggu dua kali.48 Masyarakat sangat antusias untuk belajar bahasa Inggris.
Antusiasme itu terlihat dari banyaknya peserta, antara 35 hingga 40 orang dengan
usia yang tidak dibatasi antara 17 tahun hingga 55 tahun. Dengan penerjemah
lokal bernama Shalma, yang ada di kontingen Indonesia sebagai penterjemah dari
bahasa Arab ke bahasa Inggris, dan Lettu Yudhi sebagai guru, kursus tersebut
berlangsung kontinyu.
Seorang kakek berusia 55 tahun, Jaudat Askhamar, menyampaikan
keinginannya untuk bisa berbahasa Inggris. ”Saya ingin berkomunikasi langsung
dengan orang Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim,” ujar kakek yang
juga guru bahasa Prancis ini. Sedangkan Fatimah, 29 tahun, mengucapkan
terimakasih kepada kontingen Indonesia atas pelaksanaan kursus ini.

Gambar 5.15
Seorang prajurit Indobatt dengan interpreter lokal bahasa Arab
sedang memberikan kurssus bahasa Inggris di Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 26 Juni 2007

”Saya mewakili peserta kursus yang lain, menginginkan kegiatan ini tetap
berlangsung, karena sangat membantu kami yang tidak memiliki latar belakang
bahasa Inggris,” ujar penjaga toko suvenir tersebut dalam bahasa arab.49 Kesan
positif dari penduduk setempat atas kegiatan ini mendorong untuk meningkatkan
kegiatan berikutnya, yaitu memberikan pelajaran bahasa Indonesia. Kegiatan
lanjutan ini, bertujuan memperkenalkan budaya dan tradisi Indonesia kepada
masyarakat.

                                                       
48Kompas,
8 Agustus 2007
49Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 144.
169 

Saat itu direncanakan pula kegiatan pemutaran film tentang Indonesia dan
profil TNI, sesaat sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan itu dimaksudkan agar
terjadi interaksi aktif antar dua komunitas masyarakat dan masyarakat Lebanon
akan semakin mengetahui tentang Indonesia dengan lebih baik.50 Kegiatan yang
sama dilakukan di desa Talusah yang dikunjungi pula oleh pejabat tinggi TNI
untuk menyaksikan langsung kegiatan pasukan.51

6. Membangun Irigasi di Adshit


Saluran irigasi sepanjang 200 meter dibangun bersama antara penduduk
setempat dengan kontingen Indonesia. Dari kompi B Konga XXIII-A, sebanyak 20
personel yang dilengkapi dengan Backhoe Loader diterjunkan dalam pembangunan
itu. Kegiatan yang berlangsung selama lima hari dilakukan secara simultan oleh
pasukan TNI (31/05/07). Dari mulai penggalian gorong-gorong sampai pembuatan
tanggul pembatas irigasi dengan dana pembuatannya didapatkan dari bantuan sebuah
badan PBB (UNDP) yang diberikan kepada pemerintah Lebanon. Daerah yang
mendapatkan dana itu membuat proposal sesuai kebutuhan yang diajkan kepada
pemerintah. 52

Gambar 5.16
Bermain sepeda dengan anak-anak di Alqantara Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi me 2007

Keterlibatan pasukan Indobatt dalam kegiatan itu dikarenakan tenaga kerja


yang ada di Lebanon Selatan sangat sedikit dan juga mahal. Sehingga dalam
                                                       
50Lihat
http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Juni 2007
51Kompas,
8 Agustus 2007
52Diceritakan oleh Pasi CIMIC Pasukan Indonesia, Kapten Bangkit. Lihat Anonymius, Tulisan

Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta,
Satgas Konga XXIII A, 2008), 62.
  
170 

pembangunan seperti ini, partisipasi kontingen Indonesia sangat dirasakan


manfaatnya oleh penduduk setempat. Di samping itu pembangunan yang berlangsung
di seluruh wilayah Lebanon adalah untuk mendorong roda perputaran ekonomi
masyarakat. Menurut kepala desa Adshit, Ghalib Ballut, irigasi ini direncanakan
untuk mengairi tanaman tembakau. Penduduk di Selatan Lebanon sebagian besar
adalah petani, sehingga infrastruktur seperti irigasi sangat penting, terutama
menjelang musim panas, yang merupakan saat yang baik untuk bercocok tanam.
Daerah Lebanon yang berbatu dan terbuka, memiliki sumber air terbatas, karena itu
tidak semua daerah pertanian memiliki air yang cukup, maka solusi pembuatan irigasi
sangat bermanfaat.
Kegiatan yang terkait dengan masyarakat, berada di bawah koordinasi Cimic
(Civil Military Coordination). Secara harafiah Cimic yang dilakukan di PBB adalah
koordinasi dan kolaborasi antara pasukan PBB, staf sipil PBB, NGO dan pemerintah
setempat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun pada dasarnya
kegiatan Cimic tersebut hampir serupa dengan kegiatan teritorial yang selalu
dilaksanakan TNI di Indonesia. Sejak November 2006 hingga Mei 2007 kontingen
Indonesia telah melaksanakan karya bhakti 46 kali, jumlah pasien yang diobati 823
orang dan penemuan ranjau sebanyak 135 buah. Apabila dilihat secara kualitatif,
jumlah ini tentunya belum optimal. Akan tetapi dihadapkan dengan tugas pokok
Yonif Mekanis, kegiatan di atas sangat membantu eksistensi kontingen Indonesia.
Pendekatan dan anjangsana yang dilakukan pasukan TNI, menimbulkan rasa simpati
masyarakat Lebanon. Prinsip untuk selalu dekat dengan rakyat, sangat mujarab
diimplementasikan di Lebanon.

7. Ritual Salat Menghindari Bahaya


Seminggu setelah kedatangan gelombang pasukan terakhir dari Batalyon
Indonesia, dilakukan salat Jumat untuk pertama kalinya. Tepat pukul 12.00 waktu
setempat, pelaksanaan ibadah itu dilakukan di gedung utama markas Batalyon atau
(Komando Utama) di Adsith Al-Qusyaire. Bertugas sebagai khatib adalah Letkol
Tit Munim Ritonga, seorang dari tiga pegawai Departemen Luar negeri yang
ditugaskan sebagai penerjemah bahasa Arab dalam Kontingen Garuda XXIII-A di
Lebanon. Secara rutin kegiatan salat Jumat dilakukan di tempat itu. Pada Kamis,
21 Desember 2006 salat Magrib dilaksanakan pada pukul 16.30, tetapi tradisi
masyarakat di Adsith Al-Qusyaire, atau umumnya di Lebanon Selatan,
masyarakatnya yang muslim Syiah, salat magrib dilaksanakan dengan cara
mendekatkannya dengan waktu salat Isya.
Ketika beberapa saat akan melaksnakan salat Isya, mereka terlebih dahulu
melaksanakan salat Magrib. Rentang waktu antara dua waktu salat itu diisi dengan
pembacaan ayat suci Alqur’an yang terdengar dengan syahdu dari kejauhan.
Alunan bacaan ayat itu sama dengan yang sering didengar masyarakat Indonesia
melalui kaset-kaset yang dijual di Jakarta.
Rintik hujan menetes di Lebanon Selatan. Pasukan Indobatt pertama kali
merasakannya ketika tahlilan malam Jumat. Udara terasa bertambah dingin meski
musim dingin yang ekstrem pada bulan Januari-Februari belum tiba. Di dalam
171 

Markas Komando (Mako) pengajian yasinan berlangsung sejak pukul 17.00 waktu
setempat, yang berakhir pukul 18.00, diikuti sekitar empat puluhan anggota.
Inisiatif yasinan datang dari personel Praka Ahsanudin, namun kegiatan yasinan
itu rupanya tidak hanya dilakukan di Mako saja. Kompi pasukan lain, seperti di
Kompi VAB 1 yang dipimpin Kapten Andre, telah berlangsung setiap malam
selepas salat Magrib yang diikuti oleh seluruh anggota yang tidak ada tugas
khusus. 53
Yasinan yang dilakukan sesungguhnya sangat baik sebagai doa untuk
meminta keamanan, keselamatan, dan keberhasilan dalam bertugas dan untuk
meningkatkan keimanan prajurit yang tengah bertugas di daerah yang jauh dari Tanah
Air. Sulit dibayangkan bila Israel menyerang dengan pesawat tempur dan tank
merkava dan Hezbollah menyerang dengan rudal dan roket yang semuanya dilakukan
melalui lintasan udara di atas home base pasukan Indobatt. Dua kompi Indobatt
berada hanya beberapa meter dari pos pemantauan Israel yang terus memonitor setiap
gerakan pasukan Indonesia melalui kamera-kamera canggih yang mereka pasang.54
Sementara masyarakat Lebanon sering pula mendatangi kawasan itu dengan
melempari pos-pos Israel. Apabila terjadi kontak senjata antara kedua pihak seperti
yang terjadi pada waktu lalu, tidak ada tempat berlindung yang aman dan memenuhi
syarat kecuali hanya satu shelter (tempat perlindungan) dengan ukuran 8x3 meter.

Gambar 5.17
Shelter tempat perlindungan pasukan Indobatt
Sumber: Koleksi pribadi 2007.

                                                       
53
Wawancara Perwira Rohani, Kapten Ridwan Januari 2007.
54Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 149.
172 

Rasa kekhawatiran terhadap ancaman yang terjadi seperti itu dan


kesalahpahaman yang mungkin saja terjadi dengan penduduk maupun tentara
Lebanon dan Israel, membawa ketegangan tersendiri bagi pasukan. Fungsi siraman
rohani dengan berdoa (yasinan) memberikan peranan bagi penguatan mental-
rohani yang penting kepada pasukan Indonesia.
Siraman rohani yang diberikan perwira rohani pasukan memberikan
penyegaran rohani sekaligus hiburan yang sangat berarti bagi prajurit di tengah
sepinya daerah tugas. Tanya jawab yang dilakukan antara penceramah dan anggota
prajurit yang berjumlah ratusan orang tentang masalah agama ini bagai memberi air
hangat di tengah udara yang sangat dingin. Apalagi tema yang disampaikan adalah
tentang persaudaraan Islam dan bangsa.55 Kegiatan yasinan maupun ceramah agama
dilakukan untuk memperkuat moril prajurit di medan tugas. Jauhnya wilayah tugas
dengan keluarga dan tanah air membuat prajurit sangat membutuhkan bimbingan
keagamaan agar mereka tidak salah langkah di medan tugas.
Buku Kapten James Yee56, seorang chaplain, perwira rohani Islam dalam
militer Amerika, memberikan gambaran penting tentang perlunya bimbingan rohani
kepada prajurit agar mereka selalu siap mental dalam menghadapi tugas yang berat.
Medan Lebanon dengan empat musimnya, perilaku masyarakat di daerah perang
yang sangat berbeda dengan di wilayah damai, akan mudah mengubah sikap mental
prajurit. Melalui media pembinaan rohani, pesan keagamaan maupun pesan
kesehatan, tentu akan lebih mudah diterima oleh prajurit dibandingkan perintah
formal semata karena dilakukan dengan pendekatan yang menyentuh. Demikian pula
dalam menghadapi suasana perang yang tidak dapat diprediksi, pesan-pesan rohani
akan sangat bermanfaat.
Di sini relevan dengan catatan Malinowski yang menjelaskan tentang
agama dan ilmu melalui teori fungsionalis, yang menurutnya agama memberi
dorongan psikologis dalam menghadapi bahaya dan kematian. Agama sering
berfungsi mengikat masyarakat yang berkait dengan tantangan bahaya yang
mengancam.57 Ritual magis, sesuatu yang memang berada dalam ranah agama,
sebagaimana yang dilakukan pasukan Indonesia itu, diyakini menjamin sukses dan
keselamatan prajurit di medan tugas. Ketaatan kepada agama dengan menjalankan
ritual agama, menjadi bagian penting dalam bertugas sebagai pasukan perdamaian
yang berlatarbelakang beragama Islam.
Tesis Malinowski58 dalam konteks “bahaya” itu dapat dihubungkan
dengan sikap prajurit dalam beragama. Pasukan Indonesia, dibekali dengan alasan
                                                       
55
Ceramah rohani diberikan secara bergantian oleh Letkol Abdul Munim, Kapten
Ridwan, Kapten Ali dan prajurit lain yang memiliki kemampuan untuk ceramah agama.
Wawancara dengan Letkol Abdul Munim Desember 2006.
56Lihat James Yee, For God and Country: Korban Paranoid Amerika, Dastan Books, Jakarta

Juli 2006. Terjemahan dari For God and Country: Faith and Patriotism Under Fire, 2005.
57Lihat Marc Manganaro, “Malinowski, ‘narative’ Naration, and The Ethnographer’s magic”,

(Princeton University Press January 2009), 78-104.


58Lihat Tulisan Bronislaw Malinowski, “Science and Religion” (1930) yang dianalisis oleh

Hellen Tilley, dalam Global Histories, Vernacular Science, and African Genealogies; or, Is the History
of Science Ready for the World? (ISIS Vol. 101. No. 1. March 2010), 110-119.
173 

kebaragamaan, sebagai bentuk keimanan dan keyakinan bahwa bahaya akan sirna
manakala mereka beribadah kepada Tuhan.59
Weber dalam The Sociology of Religion60 juga membahas tentang makna
dan doktrin-doktrin religius, termasuk keyakinan tentang Tuhan, teodisi, atau
penjelasan mengenai sejarah penyelamatan, dan jalan untuk memperoleh kekuatan
atau kasih sayang Tuhan, yang memperkuat pandangan keberagamaan ini.

Gambar 5.18
Salat Jum’at di Mako Indobatt
Sumber: Koleksi Pribadi 2007.

Siraman rohani yang diberikan oleh Letkol Munim Ritonga seperti


dilakukan di kompi VAB1 pada malam Jumat, 15 Desember 2006, memberikan
penyegaran rohani sekaligus hiburan yang sangat berarti bagi prajurit di tengah
sepinya daerah tugas. Tanya-jawab yang dilakukan antara penceramah dengan
anggota prajurit yang berjumlah seratusan orang tentang masalah agama seperti
memberi air hangat di tengah udara yang sangat dingin. Apalagi tema yang
disampaikan adalah tentang persaudaraan Islam dan bangsa.
Kegiatan yasinan maupun ceramah agama itu memberikan kehangatan
bagi prajurit di medan tugas. Bimbingan keagamaan sangat dibutuhkan agar
prajurit tidak salah langkah dalam menjalankan amanat di medan tugas.

                                                       
59Lihat Afzalur Rahman, Nabi Muhammad sebagai seorang Pemimpin Militer (Jakarta:

Amzah, 2002), 84-95. yang mengutip Alqur’an surat 2 ayat 249 dan surat 3 ayat 110 untuk
membangkitkan spiritualitas prajurit.
60Lihat Michael Symonds and Jason Pudsey, The Forms of Brotherly Love in Max Weber’s

Sociology of Religion (Sociological Theory, Vo. 24, No. 2, Jun., 2006), 133-149.
174 

Buku Kapten James Yee, seorang perwira rohani Islam dalam Satuan
Batalyon Sandi ke-29 Fort Lewis Amerika Serikat, memberikan gambaran penting
tentang perlunya bimbingan rohani kepada prajurit agar mereka selalu siap mental
dalam menghadapi tugas yang berat. Medan Lebanon yang mengalami empat
musim, beda iklim Indonesia, juga perilaku masyarakat di daerah perang yang
sangat berbeda dengan di wilayah damai, akan mudah mengubah sikap mental
prajurit. 61 Melalui media pembinaan rohani dan pesan-pesan keagamaan, pesan
kesehatan maupun sanksi atas pelanggaran dari UNIFIL, akan lebih mudah
diterima oleh prajurit, dibandingkan perintah formal karena dilakukan dengan
pendekatan yang menyentuh.
Mengenai kesehatan, KBRI Beirut mengingatkan tentang bahaya
HIV/AIDS yang menjangkiti Lebanon. Kenyataan ini sesungguhnya sangat
riskan bagi prajurit yang bertugas di Lebanon meski UNIFIL memberikan aturan
larangan sangat ketat tentang sex abuse. Terdapatnya dua sanksi seperti itu, yakni
sanksi terkena penyakit secara langsung dan sanksi dari UNIFIL, hal ini harus
dicegah agar tidak terjadi pada prajurit kontingen Indonesia. Demikian pula
dalam menghadapi suasana perang yang tidak dapat diprediksi, pesan-pesan
rohani sangat bermanfaat. Di lingkungan prajurit Indonesia dalam misi
perdamaian di Lebanon itu terdapat seorang Rohaniawan berpangkat Kapten,
yang bernama Ridwan62 yang berasal dari Batalyon di Jawa Timur. Ia membina
mental prajurit dan membimbing prajurit untuk menjalankan kewajiban agama di
tengah situasi bahaya perang. Banyak dari prajurit Indonesia yang melaksanakan
puasa sunah Senin – Kamis, salat Tahajud, salat tepat waktu, dan amalan ibadah
agama lainnya.
Pada bulan Ramadhan, kegiatan kerohanian turut diselenggarakan.
Kegiatan tarawih bersama, buka bersama, dan tadarusan dilaksanakan di Mako
satgas dan kompi-kompi. Peringatan Nuzulul Qur’an turut pula diselenggarakan.
Yang menarik adalah minat untuk melaksanakan ibadah umrah dari pasukan
Indobatt. Tercatat sebanyak 641 orang personel dari 850 personel melaksanakan
ibadah Umrah pada cuti periode pertama, sedangkan yang lain ada yang cuti di
tempat dan menuju ke Indonesia, Eropa, Afrika, dan Asia.63

8. Renovasi Masjid
Kegiatan keagamaan internal pasukan Indonesia tidak berhenti sampai di
lingkungan sendiri. Kegiatan itu mulai merambah ke lingkungan sekitar.
Dilakukan kegiatan bersama dengan penduduk setempat.
Al Qantarah merupakan sebuah desa tetangga yang paling dekat dengan
Mako Indobat. Letaknya sedikit ke sebelah utara, tidak lebih dari 15 menit dengan
                                                       
61Lihat James Yee, For God and Country: Korban Paranoid Amerika, Dastan Books, Jakarta

Juli 2006. Terjemahan dari For God and Country: Faith and Patriotism Under Fire, 2005.
62
Lihat Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 104.
63Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 138.  


175 

menggunakan mobil melalui tikungan tajam dan jurang curam yang siap menelan
benda apapun yang jatuh ke dalamnya.
Penduduknya sedikit sekali, sekitar 1200 orang dari hasil penghitungan
berdasar pemilihan kepala desa (masyarakat menyebutnya dengan Presiden)
namun karena berada di perbukitan batu dengan rumah-rumah yang tidak rapat
maka terkesan sangat lengang. Menurut Husein Hazazi (54 tahun) penduduk
setempat, penduduk Al Qantarah tidak tetap berada di desanya, tergantung
musim. Saat musim dingin ada yang tinggal di Beirut, ada pula yang mengikuti
sekolah lanjutan di Beirut atau kota besar lainnya di Lebanon. Setelah itu mereka
kembali ke Al Qantarah.

Gambar 5.19
Kerja bakti pasukan Indobatt di masjid Al Amin desa Alqantara Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 2007
176 

Memasuki desa Al Qantarah, akan terlihat foto dalam ukuran besar


bergambar para mujahid Hezbollah dan foto pemimpin spiritual Syekh Hasan
Nasrallah dan pemimpin Syiah Amal Nabih Berri di pintu gerbang desa. Pom
bensin dengan 3 mesin pompanya tampak berada di desa itu. Al Qantarah, meski
sebuah desa, kesan modern telah tampak. Listrik, telepon, genset besar, pemanas
suhu, traktor kebun, mobil-mobil sedan sebagai alat transportasi telah dimiliki
oleh setiap rumah.
Di desa tersebut ada sebuah masjid (masyarakat menyebutnya dengan
Jami’) bernama “Al Amien”, berkubah hijau dan memiliki sebuah menara yang
terdapat dua bekas hantaman peluru tank Merkava Israel di atasnya. Luasnya
sekitar 100 m2. Di depan sebelah kiri terdapat bekas bangunan UNIFIL yang
hancur tembok luar dan bagian dalamnya akibat diserang tank Merkava. Pada
bagian pintu utama tertulis dalam huruf Arab kalimat Allah, Muhammad,
Fatimah, Ali, Hasan, dan Husein. Tentu saja ini berbeda dengan di Indonesia yang
mencantumkan nama sahabat seperti Abubakar, Umar, Usman, dan Ali.
Di tempat itu pada 18 Desember 2006 pasukan perdamaian Indonesia
melakukan kerja bakti untuk mencuci masjid dan membersihkan halamannya
dengan memotong rumput liar yang tumbuh di sekitar halaman serta mencat
dinding masjid. Air wudu masjid belum berfungsi karena galon air maupun pipa
air yang menghubungkan ke keran air maupun ke toilet belum terpasang.
Demikian pula dengan karpet di dalam masjid yang belum tergelar, menjadi
bagian dari kerja bakti yang dilakukan oleh pasukan Indobatt. Kerja bakti itu
dilakukan bersama warga setempat dengan jumlah yang tidak banyak.64

Gambar 5.20
Minum teh bersama masyarakat setelah kerja bakti membersihkan masjid
di desa Alqantara Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi Mei 2007
                                                       
64Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 139. Prajurit Indobatt yang terlibat dalam kegiatan itu dipimpin oleh
Kapten Bangkit beserta beberapa perwira Indobatt, seperti: Kapten Ali, Kapten Zaim Nasution, Kapten
Tio, Letda Yoyon dan anggota dari Kompi BTR. Ikut pula dalam rombongan itu Mayor Kusuma dan
Letkol Munim.
177 

Perhatian dari masyarakat desa tersebut cukup baik. Senda-gurau pun


terjadi meski kadangkala dengan bahasa isyarat yang “kacau” karena saling tidak
mengerti namun akhirnya “saling paham”. Ada satu anak kecil yang bernama
Khatim, usia sekitar 12 tahun yang mampu berbahasa Inggris dengan baik, yang
menjadi penerjemah interaksi dua bangsa tersebut. Pasukan Indobatt terbantu
untuk berkomunikasi ketika datang Kapten Zaim Nasution dan Letkol Munim
Ritonga yang dapat berbahasa Arab dengan para orang tua dan kepala desa
setempat.

Gambar 5.21
Para Mujahid Hezbollah di Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 2007

Siang hari, tanpa terduga seorang tua membawa minuman teh dan
makanan kecil, buah korma, dan buah zaitun untuk disajikan kepada anggota
Indobatt yang baru saja melakukan kerja bakti. Canda-tawa menyertai istirahat
siang tersebut dengan bahasa tubuh yang sama dimengerti. Anak-anak kecil
bermain sepak bola dengan beberapa anggota Indobatt. Ada pula yang bermain
sepeda dengan anak-anak. Pasukan Spanyol tertegun ketika lewat di depan masjid
tersebut menyaksikan keriangan dan keakraban itu.
Keberadaan pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon bukannya akan
memberikan harapan agar Lebanon terbebas dari agresi militer Israel dan
membebaskan tanah Lebanon yang masih diduduki Israel, melainkan
memberikan kesegaran pada masyarakat Lebanon dalam pergaulan dengan
pasukan dari negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Hal itu dapat
memberikan kenyamanan dan kepercayaan masyarakat pada pasukan perdamaian
Indonesia.
178 

Durkheim dalam tesisnya memberikan penjelasan dalam deskripsi


simbolik yang menurutnya dapat menyatukan interaksi antarmasyarakat. Hal itu
terjadi di Lebanon saat pasukan Indonesia berinteraksi dengan masyarakat.
Kesamaan agama antara dua komunitas itu memiliki makna tersendiri dalam
pergaulan antarpasukan perdamaian dengan masyarakat yang mengharapkan
perlindungan. Melalui pendekatan antropologis, Malinowski65 melihat interaksi
masyarakat dari totalitas fungsional, yaitu, seluruh adat kebiasaan dan praktik
harus dipahami dalam totalitas konteksnya dan dijelaskan dengan melihat
fungsinya. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh penduduk atau warga harus
dijelaskan dengan melihat perannya saat itu. Interaksi antar dua komunitas itu
diwujudkan dengan melaksakan pekerjaan-pekerjaan pasukan yang melibatkan
masyarakat. 66
Metode inovatif dari Malinowski, yakni hidup bersama masyarakat yang
sedang diteliti, lalu ambil bagian dalam aktivitas sehari-hari, belajar berbicara
dengan mereka dengan bahasa mereka tanpa bantuan seorang penerjemah dan
merekam segala sesuatu, membantu keberadaan prajurit dalam pergaulannya
dengan masyarakat. Metode lainnya yakni observasi partisipan. Metode dan teori
ini beriringan pada waktu yang bersamaan. Hidup dalam satu tempat dalam
jangka waktu yang lama sangat kondusif untuk melihat segala sesuatu sebagai hal
yang terkait dengan sesuatu yang lain (holisme).67
Metode Malinowski itu secara tidak langsung telah diterapkan oleh
pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon. Mereka menyapa masyarakat,
membantu pengobatan dengan mendirikan balai pengobatan, melakukan kegiatan
dokter keliling, salat di masjid-masjid yang masyarakat dirikan, membantu
renovasi masjid yang hancur akibat bom maupun tembakan mortir saat bertempur
dengan Israel, dan berbagai kegiatan yang memikat hati masyarakat setempat.

9. Idul Qurban menarik Simpati Masyarakat


Pagi hari, Sabtu, 30 Desember 2006 pukul 07.30 waktu setempat
dilaksanakan salat Id di Mako Indobatt yang menempati gedung empat lantai, tiga
lantai digunakan untuk salat sementara di lantai dasar digunakan untuk khatib
berkhotbah. Dingin yang menusuk tubuh memberikan alasan untuk salat dengan
tiga lantai gedung Indobatt. Dengan pelantang yang ditempatkan pada tiga lantai,
yang disambungkan dengan kabel ke sound system yang berada di bawah. Letkol
Abdul Munim Ritonga memulai salat dan khotbahnya. Salat Id itu dihadiri

                                                       
65Peter
Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), 29.
66Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 140. Para pedagang masyarakat Lebanon, mendatangi home base
Indonesia lalu menjajakan barang dagangannya berupa alat elektronik, kamera, pakaian, sepatu, parfum,
dan kerajinan Lebanon. Barang-barang itu dijajakan dengan harga yang relatif murah, katanya karena
diambil langsung dari pelabuhan Beirut jadi tidak dikenakan bea masuk. Tempat-tempat pasukan
Indonesia yang didatangi seperti di Adshit Al Qusaiyr, Syeikh Abad Tomb, dan dua tempat lainnya.
67Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), h. 25. Lihat

Mudji Sutrisno, Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 2005).


179 

seratusan anggota yang berasal dari Mako Indobatt, Kompi Bantuan, Kompi
Motoris, dan Kompi BTR.68
Khotbah Letkol Ritonga membahas tentang komitmen hamba terhadap
Tuhannya dan pentingnya sikap istikamah pasukan Indobatt terhadap ajaran Islam
meski jauh dengan keluarga. Sementara itu di Kompi VAB 1 di Aadaiseh (9.63),
salat Id dilaksanakan di ruang serbaguna dengan khatib Praka Basyuni dengan
dihadiri perwakilan dari Mako Indobatt, sedangkan di Kompi VAB 2 di Syeikh
Abbad Tomb (8.33), salat Id dilaksanakan di ruang serbaguna dengan khatib
Praka Syarif Hidayat dan dihadiri oleh perwakilan dari Mako Indobatt.

Gambar 5.21
Membeli domba pada masyarakat setempat. Idul Adha 30 Desember 2006
Sumber: Koleksi pribadi 30 Desember 2006

Hewan kurban yang dapat dikumpulkan oleh gabungan Mako Indobatt


dengan 3 kompi di Adshit Al Qusyair berjumlah 19 ekor. Kompi Bantuan
mengumpulkan sebanyak 8 ekor kambing, kompi Motoris 2 ekor kambing, dan
perorangan dari kompi Motoris atas nama Serda Sugiarto, Praka Resdianto dan
Pratu Supardi masing-masing 1 ekor kambing. Dari Mako Indobatt kurban
kambing sebanyak 9 ekor.
Di Kompi VAB 1, hewan kurban yang terkumpul sebanyak 16 ekor
kambing yang berasal dari hasil pengumpulan uang anggota. Daging kambing
yang telah dipotong, ada yang diberikan ke masyarakat sekitar dan sebagian
dimasak untuk dimakan sendiri oleh anggota kompi, sedangkan di Kompi VAB
2 tidak ada pemotongan hewan kurban, tetapi mereka membeli daging kambing
lalu dimakan bersama.
                                                       
68Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 149.  


180 

Kambing-kambing kurban yang tidak dipotong yang berasal dari Mako


Indobatt dan 3 kompi di Adshit Al Qusyaire disalurkan masing-masing ke desa
Adshit Al Qusyaire sebanyak 4 ekor, Dier Seryane 4 ekor, Al Qantarah 3 ekor,
dan desa Bani Hayan sebanyak 4 ekor yang diterima oleh Kepala Desa bernama
Fouad Shahab. Di desa ini dibicarakan tentang rencana membuka klinik
kesehatan untuk warga Bani Hayn atas permintaan Kepala Desa yang diterima
oleh dokter Putu dan merencanakannya membuka klinik tiap hari minggu.

Gambar 5.22
Membagi hewan kurban di desa Bani Hayan Lebanon Selatan.
Sumber: Koleksi pribadi 31 Desember 2006

Melihat keadaan warga masyarakat setempat, sesungguhnya warga


masyarakat di Lebanon Selatan bukan warga yang tidak mampu, namun
pendekatan kemanusiaan yang ditampilkan oleh pasukan Indobatt ke setiap desa
dengan memberikan beberapa ekor kambing kurban sebagai rasa simpati pasukan
Indobatt ke masyarakat, mendapatkan tanggapan yang positif. Hal tersebut
mendapat apresiasi dari Kepala Desa Adsith Al Qusyaire, Hamoud Balouth, yang
memberikan 2 ekor kambing ke Indobatt.69
Di Lebanon Selatan, salat Idul Adha dilaksanakan 2 hari, yaitu 30
Desember dan 31 Desember 2006. Sebagian besar warga Syiah di Lebanon
Selatan, melaksanakan salat Id pada hari Minggu, 31 Desember 2006 yang

                                                       
69Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 143. Lihat tulisan Agus Yudhoyono dalam majalah terbitan Pusjarah
TNI, Senakatha No. 33, 2007. Untuk merebut hati masyarakat kegiatan kerohanian yang melibatkan
masyarakat dilakukan oleh pasukan Indonesia.
181 

dipusatkan di Nabatiyeh, dengan Khatib Hasan Nasrallah.70 Sementara yang lain


salat id dilaksanakan di desanya masing-masing, namun dengan jumlah jemaah
yang tidak banyak. Beberapa anggota Indobatt melaksanakan salat Ied di masjid
Al-Qantarah pada 30 Desember 2006 dengan jumlah jemaah yang tidak mencapai
40 orang, lebih banyak anggota Indobatt. Kegiatan saat Idul Adha di Lebanon
Selatan tidak seramai di Indonesia. Tidak tampak kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat setempat. Menurut seorang kepala desa, hal itu dipengaruhi oleh
cuaca. Bila Idul Adha bertepatan dengan musim panas atau semi, kegiatan yang
dilakukan lebih semarak dibandingkan di musim dingin seperti saat Indobatt
bertugas di Lebanon Selatan.

Gambar 5.23
Salat Idul Adha di perkampungan masyarakat Lebanon Selatan
dipimpin oleh Imam dari masyarakat setempat
Sumber: Koleksi pribadi 30 Desember 2006.

Informasi tentang aktivitas pasukan Indonesia di Lebanon ternyata


mendapat tanggapan positif masyarakat muslim setempat. Seorang staf KBRI
Beirut, Aziz, memberitahukan ke pasukan tentang adanya keinginan ulama
Lebanon berkunjung ke home base pasukan Indonesia. Dengan difasilitasi Aziz
pada 8 April 2007 sejumlah ulama Lebanon mengunjungi kontingen Indonesia
untuk menjalin silaturahmi. Ulama tersebut dipimpin oleh Syekh Abdurrahman
Ammasy yang merupakan pimpinan lembaga nonprofit yang membidangi

                                                       
70Informasi dari masyarakat setempat maupun dari staf KBRI Hasan Nasrullah yang menjadi

khatib. Namun kabar ini diragukan mengingat Nasrullah akan diburu oleh Israel apabila diketahui
keberadaannya . 
182 

berbagai yayasan di Beirut.71 Universitas Global adalah salah satu hasil karya
lembaga tersebut dan dikelola secara profesional. Di sana terdapat tujuh
mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu dengan beasiswa yang
diberikan oleh universitas tersebut. Pada saat kunjungan itu, dua orang mahasiswa
Indonesia turut hadir dalam rombongan.
Kegiatan yang dilakukannya adalah untuk mengetahui secara langsung
keadaan kontingen Indonesia. Menurut Abdurrahman Ammansy, yang
merupakan lulusan Al Azhar Kairo, keinginan untuk mengunjungi kontingen
Indonesia muncul saat pasukan Indonesia tiba di Lebanon dan kegiatan yang telah
dilakukannya selama itu.

Gambar 5.24
Salat Berjamaah pasukan Indonesia dengan Ulama Lebanon dipimpin oleh Syeikh
Abdurrahman Ammasy pimpinan lembaga nonprofit yang membidangi
berbagai yayasan di Beirut di markas Indobat Adsit Al Qusayr.
Sumber: Koleksi pribadi 8 April 2007.

Ia mengatakan, “Kedatangan kami kesini adalah untuk mengikat tali


persaudaraan antara umat Islam Lebanon dan Indonesia. Insya Allah
keberadaan pasukan Indonesia dapat membantu permasalahan masyarakat
Lebanon”72
Kedatangan Syekh Abdurrahman itu disambut dengan acara pembacaan
Alquran oleh personel Indonesia dan rombongan ulama. Selanjutnya
melantunkan Nasyid untuk menghibur pasukan Indonesia. Syekh Abdurrahman
juga memberikan pesan-pesan untuk pasukan Indonesia agar dapat bekerja sama
dengan masyarakat Lebanon demi kemaslahatan. Salat Lohor bersama dilakukan
di Mako Indobatt yang dilanjutkan dengan makan siang dan diakhiri pertukaran
cendera mata. Jabat tangan erat dari ulama Syekh Abdurrahman Ammansy
kepada setiap personel Indonesia dilakukan ketika akan mengakhiri kunjungan
itu. Rasa bahagia terpancar di mata para ulama Lebanon tersebut saat hendak
                                                       
71Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile 10 April 2007.
72Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile 10 April 2007.
183 

meninggalkan Mako Satgas Indonesia. Rasa persaudaraan antardua komunitas


masyarakat Lebanon dan Lebanon tecermin dengan iringan doa para ulama
Lebanon agar pasukan Indonesia berhasil dan selamat dalam bertugas di Lebanon.
Dalam konteks sosiologis,73 pertemuan ulama Lebanon dan salat Idul
Adha dengan Imam masyarakat setempat di sebuah perkampungan di Lebanon
Selatan dengan pasukan Indonesia itu dapat dijelaskan melalui gambaran tentang
bentuk-bentuk solidaritas dalam interaksi masyarakat. Sebagaimana yang
Durkheim74 teorikan dalam solidaritas mekanik bahwa “kesadaran kolektif”
menunjukkan pada totalitas kepercayaan dan sentimen bersama yang rata-rata ada
pada warga masyarakat yang sama.
Solidaritas mekanik ini tergantung pada individu-individu yang memiliki
sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama.
Ciri khas yang penting dalam solidaritas mekanik didasarkan pada suatu tingkat
homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen dan sebagainya. Agama
dalam kondisi seperti itu dapat menyatukan anggota suatu masyarakat melalui
deskripsi simbolik75 umum mengenai kedudukan mereka dalam kosmis, sejarah,
dan tujuan mereka dalam keteraturan segala sesuatu. Agama menyakralkan pula
kekuatan atau hubungan-hubungan yang terbangun dalam komunitas.76 Agama
menjadi sumber keteraturan sosial dan moral yang mengikat anggota masyarakat
ke dalam suatu proyek sosial bersama, sekumpulan nilai, dan tujuan sosial
bersama.77

10. Prajurit Umrah


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pasukan Indonesia dan dimainkannya
deskripsi simbolik dalam konteks solidaritas mekanik itu menyebabkan pasukan
Indonesia dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat karena kesadaran
kolektif terbangun dengan sendirinya. Contoh menarik adalah di sebuah desa
yang terkenal tidak berkompromi dengan pasukan UNIFIL, namun ramah dengan
pasukan Indonesia.78 Performans pasukan Indonesia yang tengah bertugas di

                                                       
73Dalam teori sosiologi, tidak ada inovasi yang langsung diterima oleh masyarakat. Setiap

pembaruan harus melalui beberapa proses untuk diterima menjadi bagian integral dari masyarakat. Dan
kadangkala proses itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Lihat Badri Yatim, Sejarah Sosial
Keagamaan Tanah Suci, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. hal. 177.
74Lihat Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Jakarta: Gramedia, 1990,

jilid 1), hal. 181-183.


75Lihat Media Indonesia, 2 April 2007 atas pernyataan Wapres Yusuf Kalla yang mengunjungi

Kontingen Garuda saat umrah di Mekkah.


76Lihat Wouter W. Belier, Durkheim, Mauss, Classical Evolution and The Origin of Religion

(Method, Theory in the Study of Religion, Vol. 11. No. 1. 1999), 24-46.
77Lihat Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta: LKIS, 2002), 17.
78Lihat bab 2 tentang berita ini. Desa itu bernama Wadi Saluki merupakan desa yang terkenal

dengan ketidaksukaan mereka pada pasukan perdamaian dari negara Eropa. Masyarakat Lebanon di
daerah operasi pasukan Indonesia mendatangi puskesmas pasukan yang sesungguhnya hanya
diperuntukan bagi personel Indonesia, namun mereka memiliki keberanian untuk mendapatkan
pengobatan di home base pasukan. Lihat Perintah Operasi Wadi Saluki. Lihat Anonymius, Tulisan
184 

Lebanon tidak semata bertugas dalam misi kemanusiaan dengan menjaga


perbatasan antara Lebanon dengan tanah yang diduduki Israel, namun diperlukan
juga untuk “mengambil hati” masyarakat setempat agar pekerjaan menjaga misi
perdamaian PBB dapat berjalan dengan baik.
Deskripsi simbolik melalui kegiatan ibadah prajurit merupakan
implementasi untuk kelancaran tugas prajurit. Pemaknaan itu diwujudkan melalui
pelaksanaan ibadah umrah prajurit ketika mendapatkan cuti sebagai pasukan
perdamaian PBB. Pada kesempatan yang berbeda Wapres Jusuf Kalla ketika
mengunjungi pasukan Indonesia yang tengah berada di Mekkah untuk
melaksanakan umrah mengimbau agar anggota pasukan tidak melupakan ibadah,
khususnya salat dalam keadaan apapun juga.79 Terdapat pemikiran yang sama
antara pelaksanaan ibadah umrah pasukan secara individu dengan performans
pasukan yang ingin menunjukkan kesamaan pandangan dengan masyarakat
setempat dalam ritual ibadah. Hal itu tanpa sadar tercipta dan dapat membantu
untuk keberhasilan prajurit di medan tugas.
Pada 1 Maret 2007 pukul 06.00 waktu setempat gelombang cuti pertama
pasukan Indonesia dilaksanakan. Cuti ini merupakan kejadian yang aneh bagi
pasukan, karena tidak ada cuti untuk penugasan di dalam negeri. Maka cuti ini
menjadi peristiwa yang menarik karena sebagian besar personel melakukannya
saat tugas di luar negeri seperti di Lebanon.

Gambar 5.25
Pasukan cuti umrah dan ke Indonesia.
Latihan Manasik di lapangan Indobatt Adshit Alqusayre
Sumber: Koleksi pribadi 25 Februari 2007

                                                       
Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta,
Satgas Konga XXIII A, 2008), 280.
79Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 238. Lihat Situs Kantor Berita Antara, 30 Maret 2007.
185 

Cuti pertama didapatkan setelah pasukan berdinas selama 3 bulan dari


batas waktu 6 bulan lama penugasan. Bila berdinas selama 12 bulan maka cuti
berikutnya didapatkan setelah tiga bulan kedua dari 6 bulan berikutnya.
Semuanya direncanakan empat gelombang pemberangkatan cuti namun apabila
pada gelombang pertama ini terjadi pelanggaran atas aturan yang berlaku maka
gelombang berikutnya tidak akan diberikan cuti. Karena yang sangat
dipentingkan pada kesempatan itu bukan cutinya melainkan keberadaan pasukan
Indobatt di Lebanon yang membawa nama bangsa. Dengan demikian apabila
terjadi keterlambatan dalam cuti berarti melalaikan tugas negara.
Pada cuti gelombang pertama ini, yang cuti ke Indonesia sebanyak 41
orang, 6 orang umrah dan cuti ke Indonesia, sedangkan yang lainnya melakukan
ibadah umrah ke Mekkah. Sebanyak 152 menuju Mekkah. Cuti ini istimewa
karena hanya menggunakan uang sebesar US$157, sudah dapat melaksanakan
cuti selama 10 hari dengan daerah yang dikunjungi, Suriah, Yordania, dan Arab
Saudi. Rombongan umrah pertama dipimpin oleh Dansatgas, Kolonel
Surawahadi. Sementara yang ke Indonesia yang tertua adalah Kapten Yudha.
Sesuai standar PBB, setiap enam bulan pasukan diberi hak cuti selama 21 hari.
Agar pasukan tidak cuti bersamaan. 75 persen tetap bertugas dan 25 persen yang
cuti. Mereka mendapatkan uang cuti sebesar 70 dolar. Cuti tersebut dibagi ke
dalam empat gelombang.80
Pada cuti gelombang kedua, yang berlangsung pada akhir Maret 2007,
pasukan bertemu dengan Wakil Prseiden Jusuf Kalla di Mekkah setelah Wapres
menghadiri KTT Liga Arab di Riyadh. Saat berdialog dengan Pasukan, Wapres
menanyakan berbagai hal. Mulai soal udara, kondisi di lapangan, makanan,
maupun soal pacaran bagi prajurit yang masih lajang dengan wanita Lebanon
yang dikenal cantik.
''Di tempat kami bertugas, kebetulan 100 persen Syiah. Mereka sangat
ketat soal itu. Memandang pun tak boleh. Ini pernah menjadi masalah saat seorang
tentara dari Spanyol bertindak seperti itu. Ini bisa menyulitkan tugas kami,'' kata
Mayor Kusuma, ketua rombongan cuti tersebut. ''Ya melihat sebentar kan tidak
apa-apa. Barangkali ingin memperbaiki keturunan,'' sahut Kalla sambil melirik
dan tersenyum ke Salim Segaf Aljufri, Dubes RI untuk Saudi, yang juga seorang
ustad dan petinggi di Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Wapres menyampaikan sikap pemerintah Lebanon saat ia bertemu PM
Lebanon di KTT Liga Arab. ''Mereka puas dengan kinerja prajurit TNI yang
membangun desa mereka,'' katanya.81 Keberangkatan pasukan untuk umrah
memberi kontribusi penting bagi pasukan Indonesia mengingat kelancaran tugas

                                                       
80Republika 2 April 2007. Letkol Abdul Mun’im dari Deplu dan Rohaniawan Pasukan Kapten

Ridwan serta Kapten Leonard memiliki pekerjaan yang berat untuk mengatur keberangkatan cuti umrah
ini. Kapten Ridwan dan Letkol Munim mengatur prajurit yang akan berangkat Umrah sementara Kapten
Leonard yang mengurus tiket prajurit Umrah. Lihat Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas
Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008),
104 dan 139.
81 Republika, 2 April 2007
186 

operasi bisa dikarenakan deskripsi simbolik pasukan melalui ritual agama yang
dijalaninya, masyarakat Lebanon pun menerimanya karena adanya kesamaan
agama.
Aspek ikatan emosional keagamaan ini disinggung pula oleh Wapres Jusuf
Kalla saat mengunjungi pasukan Indonesia di Mekkah bahwa keberhasilan
pasukan "tidak lain karena adanya ikatan emosional keagamaan (religious
solidarity) di antara sesama muslim.”82

Gambar 5.26
Wapres Jusuf Kalla mengunjungi Pasukan Indobatt yang tengah cuti umroh di Mekkah.
Sumber: Koleksi pribadi 30 Maret 2007

Memasuki bulan Oktober 2007 pasukan Indonesia melakukan ibadah puasa


ramadhan hingga datangnya Idul Fitri. Hari Jumat pukul 07.00 Waktu Lebanon,
matahari di sudut selatan masih bersembunyi di balik awan. Sinarnya belum
memenuhi langit. Suasana redup tampak terasa ketika 500-an jemaah personel
pasukan Indonesia melaksanakan salat Ied di lapangan upacara Indobatt. Takbir
menggema di lapangan upacara sejak malam sebelumnya hingga menjelang salat hari
raya. Suasana salat tidak berbeda dengan yang dilakukan di tanah air, hanya situasi
mendadak sangat terasa. Malam hari masih ada yang melakukan salat tarawih, tetapi
menjelang salat tarawih berakhir, datang informasi dari KBRI Beirut, menyatakan
hasil keputusan pemerintah Lebanon yang menetapkan Salat Idul Fitri dilaksanakan
pagi hari tanggal 12 Oktober 2007.

                                                       
82Media Indonesia, 2 April 2007
187 

Di Timur Tengah, hanya Mesir dan Oman yang menyelenggarakan Salat Idul
Fitri pada tanggal 13 Oktober 2007, negara lainnya seperti Arab Saudi Salat Id
dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Oktober 2007. Hasil pengumuman pemerintah
Lebanon itu yang disampaikan KBRI Beirut membuat persiapan salat Id esok harinya
di jajaran Indobatt tergesa-gesa. Para juru masak, Kopda Edy segera mempersiapkan
menu Lebaran, ketupat yang wadahnya diambil dari plastik, dan sayur kentang, opor
ayam dan makanan kecil. Kapten Teddy, seksi logistik, harus mengambil kue di Kota
Tyre pada pagi dini hari. Kapten Ridwan dan stafnya mempersiapkan mimbar dan
sekat background mimbar serta karpet untuk persiapan salat. Perwira Komunikasi,
Kapten Rohman dan anggotanya mempersiapkan sound system hingga pagi harinya.
Semuanya serba terdadak.
Salat Id berlangsung khidmat. Muazin Kopda Syarif mengumandangkan
takbir panggilan salat, Imam Kopda Syahrozi memimpin salat Id dan Khatib Letkol
Abdul Munim membawakan khutbahnya. Salat di pagi hari itu dihadiri Dansatgas,
Kol Surawahadi, Wadan Satgas, Letkol Fadhillah, Kepala Staf Letkol Mar Alamsyah
dan perwira lainnya, termasuk perwira yang datang dari HQ UNIFIL Naqoura serta
anggota lainnya. Usai salat, Jemaah bermaaf-maafan dengan bersalam-salaman,
dilanjutkan dengan makan bersama di tenda depan gedung Masatgas.
Zakat dari Indobatt dikelola oleh Pabintal Kapten Ridwan yang dibantu oleh
Kopda Sabari yang diberikan kepada masyarakat sekitar Area Operasi Indobatt.
Terkumpul zakat sebesar US$10,536.66 dengan perincian Masatgas US$240,33,
Kompi VAB 1 US$305, Kompi VAB 2 US$264, Kompi BTR US$236, Kompi D
US$274, Kompi E US$244,33. Pembagian zakat kepada masyarakat disesuaikan
dengan wilayah operasi dari tiap-tiap kompi. Namun secara simbolis diberikan
kepada ulama Att Taibe, Sayid Husein Muhammad yang akan membagikannya ke
desadesa se-area operasi Indobatt.
Masyarakat di Lebanon Selatan yang mayoritas Syiah, pada satu hari
menjelang hari raya Fitri, berkumpul di Balai Pertemuan (Huseiniyah) setelah
sebelumnya mengadakan ziarah ke kuburan (Nyekar). Ini juga dilakukan sehari
sebelum awal puasa. Salat Tarawih tidak dilakukan di masjid sehingga masjid masjid
tampak lengang. Mereka hanya melakukan salat wajib 5 waktu sebagaimana
biasanya. Tidak ada keramaian yang dilakukan layaknya masyarakat Indonesia,
hanya saja mereka melakukan salat Id sebagaimana masyarakat muslim lainnya.
Dalam perjumpaan setelah melakukan salat Id, mereka bersalaman sebagaimana
muslim di tempat lain, tetapi tidak sesemarak dan semeriah Idul Fitri yang ada di
Indonesia.
Salat Id di negeri orang, apalagi di medan operasi tentu berbeda dengan
merayakan Lebaran di tanah air. Rasa rindu keluarga, rindu makanan khas Lebaran,
rindu suasana perkampungan di tanah air tentu dialami para prajurit. Namun
kebersamaan yang tercipta antarprajurit di medan tugas, setidaknya meringankan
beban terhadap kerinduan tanah air.
188 

11. Kebaktian dan Perayaan Natal


Bagi prajurit yang beragama Nasrani, ritual iabadahnya dilaksanakan pula.
Pada hari Senin, 25 Desember 2006, telah dilaksanakan kegiatan Perayaan Natal dan
kebaktian bagi anggota Satgas Batalyon Mekanis Konga XXIII-A/UNIFIL di
Lebanon Selatan. Perayaan Natal diawali dengan kebaktian yang diikuti 55 anggota
yang berasal dari kompi-kompi yang ada dalam satgas. Kebaktian yang dilakukan
secara oikumene baik Protestan dan Katolik ini mengambil tema “Dialah Damai
Sejahtera Yang Telah Mempersatukan.” Dalam renungan, disampaikan perlunya
membagikan setiap berkat yang telah diberikan Tuhan. Pembawa renungan
mengingatkan bahwa Tuhan menginginkan menjadikan manusia yang penuh kasih.
Kelahiran Yesus mengingatkan kembali kasih Allah kepada manusia dan begitu
banyak berkat yang telah diberikan kepada manusia. Selain itu, dalam renungan juga
disampaikan ajakan untuk menjadi terang dunia dan memperlihatkan ciri khas hidup
kristiani, termasuk untuk saling mengasihi. 83

Gambar 5.27
Kebaktian Minggu dilakukan oleh prajurit Indobatt
di kota Marjayoun Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi Pribadi Februari 2007

Kapten Leonard menekankan perlunya mengasihi dengan kasih yang tulus


seperti yang telah dipraktikkan oleh Yesus sebagai teladan kristiani. Kebaktian
ditutup dengan acara ramah-tamah dan dilanjutkan ucapan selamat dari seluruh
anggota dan unsur pimpinan pasukan Indobatt kepada anggota satgas yang
merayakan Natal.

                                                       
83Kebaktian Natal 2006 ini dipimpin oleh Kapten Leonard Hutabarat. Leonard bukanlah

rohaniawan Kristen pasukan tetapi ia yang tertua yang ditugaskan untuk memimipin kebaktian.
189 

Pasukan Indonesia yang melaksanakan ibadah ke gereja berbaur dengan


masyarakat Lebanon Selatan. Disini persepsi masyarakat setempat dibangun oleh
pasukan Indonesia melalui ritual ibadah. Perjumpaan Pasukan Indonesia dengan
masyarakat beragama Kristen Maronit melalui sarana peribadatan meraih simpati
masyarakat Lebanon yang berbeda agama.84 Perjumpaan itu memperlancar tugas
pasukan Indonesia di Lebanon Selatan yang masyarakatnya sebagian beragama
Kristen Maronit.

12. Hari Raya Galungan


Prajurit Indobatt yang beragama Hindu memeringati hari raya Galungan
secara sederhana. Bertempat di sebuah ruangan RS Husada milik pasukan, Sejumlah
17 personel prajurit TNI, pada tanggal 27 Juni 2007 melakukan upacara ritual
layaknya di tanah air. Mayor Putu Arya sebagai salah satu perwira, memimpin
kegiatan agama tersebut tanpa menghilangkan arti dan makna Galungan meskipun
jauh dari tanah air. Hari Raya Galungan mempunyai makna kemenangan Dharma
melawan Adharma yang merupakan simbol kalahnya keangkaramurkaan. Secara
rohani manusia harus mengendalikan hawa nafsu yang sifatnya mengganggu
ketenteraman batin yang nantinya berekspresi dalam kegiatan sehari-hari baik secara
individu maupun kelompok.

Gambar 5.28
Prajurit Beragama Hindu sedang bersembahyang
Sumber: Koleksi pribadi 12 September 2007

                                                       
84Penterjemah lokal yang yang dikontrak UNIFIL untuk pasukan Indonesia bernama Salma

dan Amal beragama Kristen Maronit. Melalui mereka pasukan diperkenalkan kepada masyarakat
Lebanon Selatan yang beragama Kristen Maronit. Hubungan pasukan dengan masyarakat setempat
menjadi sangat baik. Ini kemungkinan diluar dugaan masyarakat Lebanon Selatan yang Maronit bahwa
di dalam pasukan Indonesia ada yang beragama Nasrani. Salma memperkenalkan sanak keluarganya ke
home base pasukan Indonesia dengan membawa makanan khas Lebanon. Di Lebanon Selatan sebagian
masyarakatnya beragama Kristen Maronit disamping Islam Syiah yang mendominasi wilayah Selatan.
190 

Umat Hindu hendaknya benar-benar dapat mengendalikan tiga nafsu, yaitu


ingin berkuasa, ingin mengalahkan, ingin menang. Di hari raya Galungan itu
diharapkan prajurit dapat menegakkan dan mengibarkan panji-panji kemenangan dan
kemerdekaan spiritual sehingga dapat melepaskan pikiran dari kesusahan, merasa
tenang, tenteram, gembira baik secara individu dan kelompok. itulah intisari
peringatan hari raya Galungan.
Dalam sasanti yang disampaikan, Mayor Arya85 bahwa tugas yang diemban
harus dilaksanakan dengan baik. Di mana pun bertugas, umat Hindu harus tetap
melaksanakan ajaran dan anjuran Dharma. Keberhasilan pasukan, mencerminkan
sumbangsih dari semua unsur yang ada di dalamnya. Dalam pelaksanaan peringatan
Galungan diperlukan beberapa sarana yang wajib ada seperti dupa, kembang/bunga
dan air suci (tirta). Air suci tersebut dibawa oleh Arya dari pura Jagatnatha, sedangkan
penggunaan Bija, tanda di kening berwarna putih, berasal dari sari beras yang telah
dicampur dengan air suci tersebut.
Sembahyang bersama dipimpin oleh Praka Dewa Putu Jana, dilanjutkan doa
bersama untuk keselamatan dan keberhasilan pasukan TNI di Lebanon. Sesuai tradisi,
kegiatan ditutup dengan acara makan bersama sebagai rasa syukur atas anugerah yang
telah diberikan oleh Sang Pencipta.

C. Penerimaan Pasukan Perdamaian Indonesia


oleh Masyarakat Lebanon Selatan
Saling kunjung mengunjungi antar pasukan tetangga sering dilakukan.
Kunjungan dari pejabat-pejabat Indonesia; anggota MPR/DPR, Menlu, Panglima
TNI, Pangkostrad, Kasum TNI, Dephan, Dubes Suriah, Staf KBRI Beirut, Athan
Kairo, PSSI U-21, dan sebagainya turut mewarnai perjalanan pasukan perdamaian
Indonesia yang berada di Lebanon Selatan. Kegiatan olah raga seperti jogging, volley
ball, sepak takraw dan sepak bola untuk mengisi waktu dan melatih kebugaran fisik,
nampak dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pada hari peringatan HUT RI ke 62 pada
17 Agustus 2007, diselenggarakan lomba-lomba ketangkasan dan permainan volley
ball dan Tenis Meja.
Indobatt turut pula diundang dalam kejuaraan Volley ball di India Battalyon,
Belgia, dan Sektor Timur dengan prestasi yang membanggakan mendapatkan juara I
dan II. Keikutsertaan dalam lomba lari di Spanyol dan Nepal, menunjukan
kerterlibatan Indobatt berinteraksi dengan pasukan mancanegara.
Peringatan hari besar, HUT TNI ke 62, HUT Satuan, HUT personel, acara
kenaikan pangkat, menonton film bersama menjadi kegiatan yang menyenangkan di
tengah penugasan yang jauh dari sanak keluarga karena biasanya menu makanan
yang disajikan berbeda dengan yang disajikan sehari-hari.
Upacara-upacara layaknya pasukan-pasukan yang berada di Indonesia,
diselenggarakan pula di Lebanon. Puncak upacara dari pasukan Indobatt adalah
                                                       
85Mayor Arya merupakan dokter pasukan Indonesia yang beragama Hindu. Lihat Satgas

menyampaikan, Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 107.
 
191 

ketika diselenggarakannya upacara Parade Medali dan HUT RI ke 62 yang


diselenggarakan pasukan Indonesia di Lapangan upacara Indobatt yang dihadiri FC
(Force Commander) UNIFIL, Mayjen Claudio Graziano, DFC (Deputy Force
Commander) UNIFIL, Brigjen Nehra, pasukan tetangga dan para kepala desa se AO
(Area Operation) Indobatt. 86
Di desa Addaiseh dilaksanakan acara perpisahan antara Spanyol Battalion
(Spanbatt) dengan masyarakat di kantor Kepala Desa Addaiseh, selanjutnya
dilaksanakan silaturahmi pasukan Indonesia dengan kepala Desa El Aadeisseh,
Usamah Ramal.87 Acara ini berlangsung pada 12 Desember 2006 dengan sangat
sederhana, dengan seloki kopi pahit hangat yang disediakan di meja, sedikit
softdrink serta makanan kecil. Zaim Nasution, dari Deplu menerjemahkan kalimat
demi kalimat yang disampaikan oleh Dansatgas maupun kepala desa Usamah
dengan bahasa Arab yang fasih dan lancar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Civil Military Coordination (CIMIC)
yang dilakukan Indobatt terhadap masyarakat yang bertepatan pula dengan serah
terima area penugasan dari Spanbatt ke pasukan Indonesia (Indobatt). Kegiatan
ini bagi pasukan Indonesia merupakan kali kedua setelah dilakukannya di desa
Deir Siriane. Tujuan dari silaturahmi adalah untuk pendekatan kepada masyarakat
agar kedatangan pasukan Indonesia tidak disalahpahami sehingga melancarkan
tugas perdamaian di Lebanon.88
Kegiatan CIMIC ini tampaknya perlu dilakukan oleh pasukan Indonesia
mengingat masyarakat di Lebanon Selatan tidak terlalu menerima kedatangan
pasukan UNIFIL. Sebagai contoh adalah ketidaksukaan mereka pada pasukan
dari Eropa, seperti Prancis dan Spanyol.
Banyak anak-anak maupun orang dewasa yang selalu menunjukkan ibu
jari ditelungkupkan ke bawah atau tangan mereka ditempelkan ke leher saat
pasukan itu berpatroli. Demikian pula pada mulanya yang terjadi dengan pasukan
Indonesia, diperlakukan seperti itu. Kegiatan CIMIC merupakan salah satu cara
agar pasukan Indonesia dapat diterima oleh masyarakat.
Suatu kejadian penting yang dapat dicatat adalah, hampir setiap peristiwa
penemuan senjata maupun mortir atau bom cluster yang dijatuhkan oleh Israel
sebagai ranjau saat perang yang didapat pasukan Indonesia adalah berkat laporan
masyarakat setempat kepada pasukan Indonesia. Ini berbeda dengan pasukan
Spanyol yang telah berada di area itu pada waktu sebelumnya. Masyarakat enggan
melaporkan ke Spanbatt dan apabila Spanbatt mendapatkannya, mereka
menemukannya sendiri, bukan atas laporan masyarakat.

                                                       
86Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 154.
87Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-A/UNIFIL

Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 5. Ikut serta dalam pertemuan itu
Dansatgas, Kol Surawahadi, Letkol. Hayek dari LAF, dokter Putu, Kapten Bangkit, Kapten Yudha,
Kapten Tit Zaim (Deplu), Mayor Kusuma, dan Mayor Andi. 
88Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 150.


192 

Pasukan Indonesia yang berada di kawasan El Aadeisseh adalah Kompi


VAB1 di bawah pipinan Kapten Inf. Andre dan Lettu Kav. Yudha. Mereka
bersama pasukannya melakukan pendekatan-pendekatan yang sangat baik kepada
masyarakat sehingga dari anggotanya yang sedang patroli atau piket di pos yang
dekat dengan masyarakat selalu didekati untuk diajak ngobrol dan diberi teh atau
makanan hangat. Para orangtua di tempat itu sering pula mencium kening mereka
saat orangtua itu mengunjungi posnya.
El Aadeisseh adalah kawasan desa yang berbatasan langsung dengan
Israel. Sementara Kompi VAB 1 Indobatt berada hanya terpaut seratus meter dari
pagar kawat perbatasan Israel-Lebanon. Tampak di kejauhan menara tinggi dan
antena pemancar yang terpasang di kawasan Israel. Bila tank Israel berpatroli,
tampak jelas gerakan mereka karena sangat dekatnya, yang hanya dipisahkan oleh
pagar kawat.

Gambar 5.29
Prajurit Indobatt berbincang dengan warga Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 20 Februari 2007

El Aadeisseh merupakan perkampungan yang sangat dekat dengan Kompi


VAB 1, berbeda dengan Kompi yang berada di Syeikh Abbad Tomb (8-33)
maupun Kompi Motoris, Kompi BTR maupun Kompi Bantuan yang berada di
Adshit al Qusyair (7-1), yang jaraknya jauh dari masyarakat. Di kompi VAB,
kedekatan pasukan dengan masyarakat sangat menonjol. Oleh karena itu
pergaulan yang baik harus dapat ditampilkan.
Pasukan Prancis maupun Spanyol yang semula berada di area itu tidak
pernah mandapati kehangatan itu, berbeda dengan pasukan Indonesia yang justru
193 

berusaha didekati mereka, dari anak-anak hingga orang dewasa.89 Pasukan


Spanyol pun datang saat perang, dengan bawaan beberapa kendaraan tempur yang
belum sempat diberi cat warna putih UN. Akibatnya, masyarakat terkadang
mengira kendaraan tempur itu milik Israel yang membuat masyarakat trauma.
Usamah sangat berharap kerjasama yang baik dapat terjalin, bahkan sampai
mengangankan suatu saat ada hubungan yang baik pula antara desa El Aadeisseh
dengan desa yang ada di Indonesia.90

Gambar 5.30
Kegiatan bermain di luar ruang pasukan Indobatt dengan anak-anak
Sumber: Koleksi pribadi 20 Oktober 2007

1. CIMIC mendekatkan Pasukan dengan Masyarakat


Cimic (Civil Military Coordination)91 adalah kegiatan pasukan yang
terkait dengan masyarakat, yang otoritas dan perannya di bawah koordinasi dan
kolaborasi antara pasukan PBB, staf sipil PBB, NGO, dan pemerintah setempat
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pada dasarnya, kegiatan Cimic
tersebut hampir serupa dengan kegiatan teritorial yang dilaksanakan TNI di

                                                       
89Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 151.
90Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 113.


91Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 143.


194 

Indonesia.92 Sejak kedatangan pasukan Indonesia pada November 2006 hingga


Mei 2007, kontingen Indonesia telah melaksanaan karya bakti sebanyak 46 kali,
sementara di bidang kesehatan, jumlah pasien yang diobati oleh dokter pasukan
sebanyak 823 orang dan penemuan ranjau yang dilakukan pasukan Indonesia
sebanyak 135 buah.93
Apabila dilihat secara kualitatif, jumlah ini belum optimal, namun
dihadapkan dengan tugas pokok pasukan, kegiatan tersebut sangat membantu
interaksi pasukan Indonesia dengan masyarakat, dan keberadaan pasukan
Indonesia di Lebanon Selatan dengan kegiatan itu dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat Lebanon. Pendekatan dan anjangsana yang dilakukan pasukan
TNI untuk menumbuhkan rasa simpati masyarakat Lebanon menjadi prioritas
utama. Prinsip untuk selalu dekat dengan rakyat, sangat mujarab
diimplementasikan di Lebanon.
Kegiatan pengobatan (medical assistance) CIMIC yang bersentuhan
dengan masyarakat menjadi aktivitas rutin pasukan Indobatt dengan mengunjungi
desa-desa di Lebanon Selatan. Dan pada waktu selanjutnya aktivitas itu
dikembangkan melalui kegiatan smart car94, pengajaran bahasa Inggris dan
komputer, di samping pendekatan ke masyarakat melalui renovasi rumah ibadah,
balai pertemuan, pertemuan dengan para kepala desa, dan sebagainya. Kegiatan
ini dilakukan pula oleh kompi-kompi yang dimiliki Indobatt, di samping tugas
rutin melakukan patroli.
Pada Agustus 2007 Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono memberikan
bantuan seperangkat laptop dan printer sebanyak 90 unit dan peralatan sekolah
anak-anak ke desa-desa di Area Operasi Indobatt. Sumbangan itu akan diberikan
kepada sembilan sekolah dasar dan SMP. Selain itu, juga akan diserahkan
pembangkit listrik (genset) dan alat tulis.95
Klinik Indobatt yang semula menggunakan tenda, telah diganti dengan
bangunan permanen berbentuk corimec (sejenis kontainer). Sementara peralatan
medis yang dimiliki telah didatangkan dari Jakarta dengan standar Rumah Sakit
level 2. Waktu libur di Lebanon Selatan merupakan waktu yang panjang. Masa
libur pendidikan berlangsung pada musim panas (summer) selama tiga bulan.
Waktu yang banyak itu diisi oleh para pelajar untuk melakukan kegiatan
ekstrakurikuler. Kontingen Indonesia memanfaatkan waktu itu untuk bermain
bersama. Kegiatan terpadu tersebut telah dilaksanakan di sebuah tempat rekreasi
summer camp di Ebel el Saqi.
Pasukan Indonesia mengisi kegiatan liburan dengan membawa smart car
untuk berinteraksi dengan para pelajar tersebut. Smart car yang dimiliki pasukan
merupakan prototype dari mobil pintar yang dibuat di Indonesia yang menjadi

                                                       
92Lihat
Kompas 7 Agustus 2007. Menurut Komandan Satuan Tugas UNIFIL/Lebanon.
Kolonel Surawahadi, kegiatan sosial kemasyarakatan semacam itu sudah biasa dilaksanakan di
Indonesia.
93Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 20 Mei 2007.
94Lihat Kompas 7 Agustus 2007. Ide ini datang dari Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono.
95Kompas, 7 Agustus 2007
195 

inspirasi pasukan untuk melakukan kegiatan cimic (civil military cooperation).


Gagasan membuat mobil pintar muncul dari kreativitas perwira untuk
mengimbangi kemampuan dari kontingen lain.
Setiap kontingen di UNIFIL memiliki kemampuan yang didukung oleh
negaranya. Kontingen India, memberikan pelajaran tentang yoga dan bantuan
kaki palsu (prostetik) secara gratis. Kontingen Spanyol melakukan perbaikan
jalan utama yang menjadi urat nadi transportasi di wilayah Lebanon Selatan.
Nepal memberikan pendidikan bahasa Inggris dan komputer. Pasukan Nepal
memberikan sertifikat tanda tamat belajar kepada para peserta kursus tersebut
setelah mengikuti pendidikan selama 2 bulan.96
Dengan sedikit memodifikasi kendaraan yang ada, berupa ambulans,
mobil itu (smart car) dimodifikasi menjadi mobil pintar yang berisi buku bacaan
berbahasa Arab, Inggris, dan Prancis, menyesuaikan dengan bahasa di Lebanon.
Kegiatan ini membuat para pelajar antusias.

Gambar 5.31
Mobil pintar pasukan Indobatt mengisi liburan anak-anak Lebanon Selatan
Sumber: Koleksi pribadi 10 Agustus 2007

Film tentang Indonesia, APE (Alat Permainan Edukasi) sejumlah 5 unit,


play station 1 unit, sound system 1 unit, tersedia di dalam mobil pintar tersebut.
Sementara buku yang dimiliki berjumlah 90 buah. Mobil pintar ini ditampilkan
dalam TV spot lokal untuk kegiatan kemanusiaan.97 Beberapa waktu kemudian

                                                       
96Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 18 Juli 2007.
97Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile18 Juli 2007.
196 

pada 17 Oktober 2007, datang 2 unit mobil Smart Car bantuan dari Ibu Ani
Yudhoyono dengan isi permainan yang lebih lengkap.98
Mengisi liburan bagi anak-anak Lebanon yang dihantui suasana perang
sepanjang masa memang sangat membantu untuk memulihkan mentalitasnya.
Antusiasme anak-anak mengunjungi permainan yang dimiliki pasukan Indonesia
sangat wajar karena mereka haus hiburan oleh deraan perang terus-menerus. Bagi
pasukan Indonesia, pendekatan kepada anak-anak Lebanon sangat bermanfaat
demi kelancaran tugas operasi pasukan. Pada bagian lain, membangun
infrastruktur berupa pembangunan irigasi, meski tidak tergolong besar yang dapat
dimanfaatkan kegunaannya oleh masyarakat, menjadi bagian penting tugas
pasukan. Saluran irigasi sepanjang 200 meter dibangun bersama antara penduduk
setempat dengan pasukan Indonesia. 20 personel dari Kompi B Konga XXIII-A,
dilengkapi dengan Backhoe Loader diterjunkan di lapangan. Pembiayaan
pembuatan irigasi berasal dari bantuan UNDP (United Nations Development
Program) kepada pemerintah Lebanon. Dana UNDP itu dapat diserap untuk
setiap daerah dengan cara membuat proposal sesuai kebutuhan yang diajukan
kepada pemerintah Lebanon.
Kegiatan itu berlangsung selama lima hari, yang dilakukan secara simultan
oleh pasukan TNI. Dari mulai penggalian gorong-gorong sampai pembuatan
tanggul pembatas irigasi. Tenaga kerja yang ada di Lebanon Selatan sangat sedikit
dan juga mahal sehingga dalam pembangunan seperti ini, partisipasi kontingen
Indonesia sangat dirasakan manfaatnya oleh penduduk setempat. Di samping itu,
pembangunan yang berlangsung di seluruh wilayah Lebanon adalah untuk
mendorong roda perputaran ekonomi masyarakat. Menurut kepala desa Adshit,
Ghalib Ballut, irigasi ini direncanakan untuk mengairi tanaman tembakau.
Mayoritas penduduk di Lebanon Selatan adalah petani sehingga infrastruktur
seperti irigasi sangat penting, terutama menjelang musim panas yang merupakan
saat yang baik untuk bercocok tanam.
Solusi pembuatan irigasi bagi masyarakat setempat sangat bermanfaat
karena tidak semua daerah pertanian memiliki air yang cukup. Daerah Lebanon
yang berbatu dan terbuka, sumber air terbatas, membuat masyarakat sangat
menghormati dan tidak semena-mena dengan air.99

2. Sumbangan Indonesia ke Masyarakat Lebanon


Siang hari jam menunjukkan pukul 12.00 waktu Lebanon, pada
pertengahan Juli 2007 KUAI (Kuasa Usaha Ad Interim) Beirut, Anindita
Harimurti Axioma datang ke Mako Indobatt. Dansatgas dan para perwira Indobatt
yang tersisa mendengarkan brifing. Ia menyampaikan rencana kegiatan yang akan
dilakukannya, berupa penyerahan sumbangan pemerintah Indonesia sebesar 1
juta dolar untuk rekonstruksi pascaperang 34 hari dengan Israel.

                                                       
98Tim
Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan
Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Mabes TNI: 2007), 357.
99Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 31 Mei 2007
197 

Sumbangan itu rencananya akan diberikan kepada dua desa yang


penduduknya mayoritas Kristen, desa Klaya dan Ebel El Saqi. Hal itu
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh TB. Silalahi,
penasihat Presiden dan mantan Menpan RI. Kedua desa itu bukan desa yang
berada dalam cakupan wilayah penugasan pasukan Indonesia melainkan di daerah
penugasan tentara Spanyol. Desa itu dipilih sesuai kesepakatan antarpemerintah
Lebanon dan RI. Menurut pemerintah Lebanon, bila bantuannya terbatas, lebih
bagus diberikan kepada dua desa tersebut karena bila di desa lain yang luas, dana
sebesar itu tidak mencukupi.100
Menurut KUAI, sebetulnya yang telah direncanakan adalah desa di daerah
Blida tetapi rencana itu mengalami perubahan setelah mendapat masukan dari
pemerintah Lebanon. Terlepas dari itu, di daerah penugasan pasukan Indonesia,
hubungan baik mulai terjalin antara masyarakat Lebanon Selatan dengan anggota
pasukan Indonesia.

Gambar 5.32
Laptop bantuan Presiden Indonesia diberikan ke desa-desa di area operasi pasukan Indobatt
Sumber: Koleksi pribadi Agustus 2007

3. FC Sector East dan Kegiatan Pasukan Indonesia


Hari Sabtu biasanya anggota pasukan UNIFIL selain Indobatt menerapkan
CTO (Contemporary Time Off), libur akhir pekan. Namun Sabtu siang itu, 2 Juni

                                                       
100Pluralisme masyarakat dan nama baik Indonesia yang plural diperlihatkan. Hal itu tentu saja

akan berpengaruh pada hubungan baik antara pasukan Indonesia dengan masyarakat setempat yang
beragama Kristen Maronit bila saja masyarakat sekitar tidak mendapatkan bantuan meski hanya berupa
basa-basi pergaulan saja, padahal wilayah mereka sering pula dilalui pasukan Indonesia saat akan
menuju markas besar UNIFIL di Naqoura.
198 

2007, Komandan Sektor Timur UNIFIL yang berasal dari Spanyol, Brigadir
Jenderal Martin Amrosio, dan stafnya Mayor Gamez (G-9 bidang CIMIC),
Daljeet Bagga (civil affair), dan empat perwira lainnya mengadakan pertemuan
dengan para Kepala Desa dalam wilayah tugas operasi Indobatt di Lebanon
Selatan, yaitu: Ghanduriyah, Al Qantarah, Attaebe, Deir Siriane, Aadeise, Banni
Hayyan, Raabatt Talame, Al Qusayr, Markabe, Talussah, dan Adshit Al Qusayr
di Mako Indobatt.
Pertemuan itu merupakan perintah langsung Dansektor Timur kepada
pasukan Indonesia dengan maksud sebagai perkenalan kepada para kepala desa,
dan sebagai arena untuk menyampaikan program kegiatan UNIFIL selama
bertugas di daerah itu. Di samping itu, pertemuan tersebut dijadikan pula sebagai
bentuk jalinan komunikasi antara pasukan UNIFIL yang terdiri dari beberapa
negara dengan masyarakat setempat.
Pada pertemuan itu Kapten Bangkit101, Ka CIMIC pasukan Indonesia
memberikan pengantarnya, disusul kemudian dengan sambutan Dansatgas
pasukan Indonesia, Kol. Surawahadi yang menyampaikan keinginannya untuk
berbuat yang terbaik di lingkungan di mana pasukannya berada. Ia ingin
silaturahmi kepada masyarakat tidak terputus hingga akhir penugasan. Sementara
itu, Dansektor Timur, Brigjen Martin Amrosio, dalam sambutannya yang tidak
jauh berbeda dengan Dansatgas Indonesia, akan melakukan silatutahmi kepada
masyarakat di bawah area operasi pasukan Indonesia dan juga melalui stafnya ia
ingin memberi info tentang pekerjaan yang dilakukan oleh pasukan UNIFIL di
bawah komandonya. Ia adalah peacekeeper yang bersama LAF menginginkan
adanya keamanan di tengah masyarakat: melalui patroli untuk memelihara
stabilitas masyarakat yang lebih baik; juga ingin masyarakat menerima pasukan
UNIFIL yang dipimpinnya dengan baik. Sedangkan Staf G-9 (membidangi
CIMIC), Mayor Gomez menyampaikan kegiatan terhadap masyarakat oleh
pasukan yang berada di bawah tanggung jawab Sektor Timur.
Pasukan Indonesia, katanya, melalui kegiatan CIMIC akan sering bertemu
dengan masyarakat dalam melakukan kegiatannya, seperti yang telah
dilakukannya selama ini. Menurutnya, bukanlah suatu keajaiban bahwa kegiatan
CIMIC dapat memberikan sesuatu yang sangat baik dan sempurna, namun
kegiatan itu akan terus dilakukan. Penjelasan berikutnya dilakukan oleh Humas
UNIFIL, seorang sipil yang berasal dari India, Daljeet Bagga. Akan tetapi terjadi
sedikit ketegangan sebelum diskusi dilakukan ketika seorang kepala desa dari
Adshit Al Qusayr, Galeb Balout, menginginkan wartawan yang sengaja diundang
oleh UNIFIL untuk meliput kegiatan itu diikutsertakan dalam arena diskusi.
Dansektor tampak keberatan karena menurutnya ini diskusi terbatas yang
tidak perlu diliput media lokal yang datang saat itu. Akhirnya diskusi tetap
dilaksanakan dengan kekecewaan Galeb Balout. Barangkali Galeb ingin

                                                       
101
Lihat Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 62.
 
199 

keberadaan wartawan di arena diskusi itu dapat memberitakan hal yang dilakukan
UNIFIL karena saat itu di samping ada Komandan UNIFIL, ikut pula LO LAF
(Lebanese Arm Force), 4 orang perwira Spanyol, para Danki, dan para Perwira
Staf pasukan Indonesia.102
Sammir Hammoud,103 Kepala Desa Markabe, yang semula tidak dapat
mengikuti kegiatan itu, ternyata datang. Ia tampak sangat intelektual. Pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan sangat kritis. Dari mulai keberadaan pasukan
UNIFIL, konstelasi politik lokal hingga apa langkah UNIFIL apabila Israel
menyerang kembali wilayahnya, lalu untuk apa melakukan patroli ke desanya
yang aman. Sementara itu Kepala Desa Talussah, Fouad Termos, menyampaikan
pasukan UNIFIL yang berpatroli dengan tank di desanya merusakkan jalan,
mengambil foto-foto desa dan masyarakatnya, dan tidak sopan terhadap
masyarakat. Ia membandingkan dengan pasukan Indonesia yang menurutnya jauh
lebih bagus dibandingkan dengan pasukan lainnya, terutama dari Eropa.
Dansektor tampak agak terkejut dengan berondongan pertanyaan yang mungkin
tidak diduga sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi yang tampaknya tidak diduga ini
membuat suasana agak tegang, meski Dan Sektor, Brigjen Martin dapat
menjawabnya dengan analogi berupa komparasi pasukan di bawah
kepemimpinannya yang telah bekerja di lain tempat tetapi tidak memiliki masalah
dengan masyarakat. Namun secara keras disampaikan oleh seorang kepala desa
lainnya bahwa Lebanon tentu berbeda dengan negara lain yang ia sebutkan.104
Sensitivitas masyarakat yang masih tinggi ini mungkin berkait dengan perang
yang selalu menghantui mereka. Apalagi pasukan penjaga perdamaian yang
didatangkan oleh PBB ke Lebanon, lebih didominasi oleh pasukan dari Eropa
yang mungkin menurut masyarakat lebih sering dekat dengan Israel daripada
dengan masyarakat Arab seperti di Lebanon Selatan.
Pasukan Indonesia bukannya tanpa hambatan pada awalnya. Keluhan dari
kepala desa dan masyarakat kerap juga didapatkan, bahkan LO LAF pernah
menyampaikan langsung kepada pasukan Indonesia.105 Namun sikap rendah hati
dan kesamaan agama dari mereka, dilihatnya lebih berbeda dengan pasukan dari
negara lainnya. Kini masalahnya, mampukah pasukan Indonesia
mempertahankan performansnya terhadap masyarakat untuk beberapa waktu ke
depan. Selain itu tentu saja sebuah metode atau formula untuk menangani suatu
permasalahan di tengah masyarakat yang kemungkinan muncul, dan penanganan
yang berhubungan dengan senjata yang dimiliki masyarakat, serta saat terjadi
ketegangan antara masyarakat dengan Israel maupun LAF dengan IDF. Hal ini
                                                       
102Kusuma,
dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 154.
103Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 156.  


104Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 160.


105Kusuma, dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon

(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008), 161.


200 

akan menentukan penampilan pasukan Indonesia ke depan di Lebanon Selatan


karena sikap kritis masyarakat sebagaimana yang terjadi dalam diskusi itu bisa
jadi akan dialami oleh pasukan Indonesia.106

4. Mengundang Masyarakat Lebanon


Dalam membina hubungan baik dengan masyarakat, pasukan Indonesia
sering mengundang para kepala desa dan kepala daerah se Lebanon Selatan ke
Markas pasukan Indonesia di Adshit Al Qusyaire. Pertemuan Mochtar (Kepala
Kampung) dan Mayor (Kades) searea operasi pasukan Indonesia dilaksanakan
pada Sabtu pagi, 1 September 2007 di depan gedung Indobatt.
Pertemuan itu diperluas dengan mengundang Komandan Sektor Timur,
Brigjen Prieto Jose Martinez dari Spanyol. Pertemuan itu dihadiri pula oleh
Wadansektor Timur, Kolonel Miguel Alcaniz Comas; PIO Sektor, Letkol
Dalmau; Civil Affair Mr. Darjet; dan para perwira pasukan Indonesia: Dansatgas,
Wadansatgas, Kapten Rino, Mayor Kusuma, Kapten Leo, interpreter bahasa Arab
Kapten Zaim, Kapten Tedi, Kapten Valian, Letda Yoyon, dan Lettu Danang.
Pertemuan itu merupakan kali kedua yang diadakan pasukan Indonesia dengan
para kepala desa tersebut setelah pertemuan pertama dilakukan pada Juni 2007.
Kegiatan itu diadakan sekaligus sebagai ajang perkenalan Brigjen Prieto sebagai
komandan sektor timur baru dengan para kepala desa di wilayah tugas pasukan
Indonesia.
Terpaan angin yang masuk menembus ke tenda yang terbuka sisi-sisinya
membuat suasana segar pada diskusi yang terselenggara saat itu. Peristiwa
tersebut sangat berbeda dengan pertemuan pertama saat Dansektor sebelumnya,
Brigjen Amrosio yang dicecar dengan pertanyaan keras dan keluhan masyarakat
atas tentara UNIFIL yang bertugas di bawah kepemimpinannya, yang menurut
mereka tidak berlaku sopan dan tidak mengindahkan budaya setempat.
Pertanyaan yang diajukan saat itu seputar pemberian laptop yang tidak
sampai ke desa di Bani Hayan dan pembuatan jalan yang rusak, juga jalanan yang
dibuat oleh Israel itu menempati lahan masyarakat. Masyarakat minta agar desa
yang belum diberikan laptop supaya diberi dan jalan yang rusak agar diperbaiki.
Permintaan masyarakat tentang laptop, membuat Dansektor terkejut karena
Sektor Timur UNIFIL tidak pernah memberikan laptop kepada masyarakat,
sedangkan mengenai jalan, ia akan pikirkan karena itu merupakan janji Dansektor
lama.
Sembilan puluh unit laptop yang diberikan ke masyarakat itu
sesungguhnya bukan dari UNIFIL melainkan bantuan pemerintah Indonesia ke
sekolah-sekolah di Lebanon Selatan, namun dianggap oleh masyarakat
merupakan pemberian UNIFIL yang ditujukan ke Baladiyah (desa). Keterkejutan
Dansektor Timur tentu saja beralasan karena pemberian itu belum

                                                       
106Tim Deplu, Tinjauan Mengenai Perkembangan Konflik Lebanon-Israel dan Peranan

Indonesia dalam Pasukan Perdeamaian PBB (UNIFIL) (Jakarta: Satgas Konga XXIII A : 2007), 311.
201 

diinformasikannya kepada Sektor Timur sebagai atasan langsung pasukan


Indonesia. 107
Para Mayor (kepala desa) dan Moukhtar (kepala kampung), tidak
semuanya hadir. Dari sebelas desa yang diundang, hanya delapan yang datang,
yaitu: Mayor Osama Ramal (ElAdeise), Mayor Ali Mahmud Barahat (Raabat
Tallame), Mayor Galeb Balout (Adshit Al Qusayr), Moukhtar Nawaf Sabra (Al
Qantara), Mayor Mohammad Hammoud (Ghanduriyah), Mayor Rofik Karim
(Deir Siriane), Mayor Mohammad Shaab (Bani Hayan), Mayor Jihad Hamoud
(Markabe), Mayor Jihad Termos (Tallusah).
Bagi para kepala desa, keberadaan pasukan Indonesia di wilayahnya tidak
terlalu bermasalah sebagaimana dengan pasukan lain terutama dari Eropa.
Barangkali pendekatan-pendekatan yang dilakukan prajurit Indonesia ke
masyarakat berjalan lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Yang sering
dilakukan pasukan Indonesia adalah menyapa dengan salam, memberi hormat,
rendah hati dan membantu. Ini juga yang menjadi pertanyaan seorang peneliti dari
Amerika Serikat, Eduardo Lachica108 saat berkunjung ke pasukan Indonesia pada
April 2007 yang mempertanyakan apakah pasukan Indonesia meminta daerah
operasi yang ditempati saat ini kepada UNIFIL. Barangkali pertanyaan itu perlu
disampaikan olehnya mengingat tempat pasukan Indonesia adalah daerah yang
dianggapnya menyenangkan bagi pasukan Indonesia, tetapi tidak bagi pasukan
lain. Tentu saja tidak ada tempat yang menyenangkan di daerah operasi seperti di
Lebanon, namun tingkat kedekatan dan sedikitnya permasalahan pasukan dengan
masyarakat, yang menyebabkan Lachica bertanya seperti itu.109
Kredit poin itu bagi pasukan Indonesia harus dapat dipertahankan hingga
penugasan pasukan di Lebanon berakhir. Ini dapat terlaksana manakala
keharmonisan antarelemen di dalam pasukan dapat dipertahankan dan komitmen
bersama untuk membawa nama baik bangsa dapat dipelihara pasukan dengan
baik. Kekurangan yang dimiliki oleh pasukan seperti pada alat perlengkapan di
homebase dapat tertutupi dengan sikap pasukan di mata masyarakat Lebanon.110
Pertemuan dengan para Mayor dan Moukhtar searea operasi pasukan
Indonesia itu berakhir dengan menyenangkan karena di mata masyarakat
Lebanon, pasukan Indonesia tidak mendapatkan kritikan pedas maupun cela
dalam melaksanakan tugasnya. Ajang pertemuan itu menjadi evaluasi pasukan
yang tengah bertugas.

5. Amanat Panglima TNI


Amanat Panglima TNI, Marsekal Djoko Suyanto yang dibacakan Asintel
Kepala Staf Umum TNI Mayjen Eddi Budianto, pada kunjungannya ke pasukan

                                                       
107Kusuma,dkk. Memenuhi Amanat Bangsa Kontingen Garuda XXIII -A/UNIFIL di Lebanon
(Jakarta: Pusjarah TNI, 2008),150.
108Lachica, Eduardo, Jakarta’s Foray into Armed Diplomacy, The Far Eastern Economic

Review, No. 5 Vol 170 June 2007.


109Lachicha datang ke home base pasukan Indonesia pada bulan April 2007.
110Lihat Catatan Penugasan Mayor Kusuma
202 

Indonesia pada Agustus 2007, memberikan bekal pasukan Indonesia untuk


bersikap.111 Panglima TNI menyatakan bahwa tugas di Lebanon itu merupakan
implementasi dari tugas pokok TNI yang tertuang dalam UU RI no 24 tahun 2004
tentang operasi militer selain perang yang salah satunya adalah tugas untuk
melaksanakan misi perdamaian dunia yang sesuai dengan konstitusi RI. Menurut
Panglima, penugasan di luar negeri selain pengabdian kepada negara, juga
merupakan kesempatan yang diberikan kepada prajurit TNI untuk membuka
wawasan dengan bergabung bersama masyarakat internasional, bekerjasama
dengan pasukan PBB di Lebanon yang merupakan modal prajurit di masa depan.
Untuk tugas itu Panglima TNI memberikan dukungan dengan mengirimkan
bantuan moril dan materil berupa bingkisan. Menurutnya, itu bentuk kepedulian
TNI yang selalu memerhatikan pelaksanaan tugas di luar negeri. Panglima TNI
mengingatkan bahwa tugas yang diemban oleh prajurit TNI di Lebanon akan
berimplikasi pada nama baik bangsa.
Panglima TNI memberikan penekanan agar menjaga nama baik negara
dan bangsa di lingkungan masyarakat internasional; Melaksanakan tugas-tugas
PBB sebaik-baiknya sebagai perwakilan bangsa dan negara di luar negeri dan
turut serta dalam menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia serta tetap
menjaga stabilitas dan netralitas; Agar selalu memegang teguh nilai-nilai jati diri
TNI hingga tetap mempunyai arah dan tindakan; Selalu waspada dan
mengantisipasi gejala-gejala yang menjadi kemungkinan terburuk yang akan
menghambat segala tugas; dan agar selalu menjaga stamina, kesehatan, dan selalu
berdoa kepada Allah SWT agar dapat melaksanakan tugas yang mulia denga
baik. Sebagai prajurit TNI, Panglima meyakini bahwa prajurit mempunyai
motivasi dan dedikasi untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
demi nama baik Indonesia. Panglima tidak lupa mengucapkan terima kasihnya
dan penghargaan yang tulus kepada prajurit TNI yang hingga kini telah berhasil
melaksanakan tugas dengan baik, dan berharap serta berdoa agar selalu
mendapatkan perlindungan dari Tuhan YME sehingga dapat menjalankan tugas
dengan baik dan kembali ke Indonesia dalam keadaan sehat wal afiat.112

D. Faktor Keberhasilan di Lebanon Selatan


Keberhasilan dalam bertugas bagi sebuah pasukan yang diterjunkan ke
medan tugas merupakan dambaan para prajurit dan satuan militer, apalagi bila
penugasan itu dilakukan untuk misi internasional yang melibatkan tentara dari
berbagai negara. Keberhasilan itu dapat diraih dengan berbagai cara yang positif
seperti meraih simpati masyarakat di area penugasan dengan melaksnakan
kegiatan teritorial untuk kasus pasukan Indonesia atau kegiatan CIMIC untuk
pasukan PBB. Di antara kegiatan yang dibuat untuk meraih simpati itu tentu saja
ada kegiatan lain yang dilaksanakan untuk internal pasukan sendiri. Pasukan
                                                       
111Lihat
Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 8 Agustus 2007.
112Informasi
didapatkan dari PIO (Public Information Officer) pasukan Letkol Irawadi pada
Agustus 2007. Lihat Anonymus, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 94.
203 

Indonesia secara rutin melaksanakan kegiatan untuk memberikan pemahaman


kepada prajuritnya melalui pengarahan, ceramah, dan sebagainya yang
merupakan bekal untuk meraih keberhasilan dalam rangka berhubungan dengan
masyarakat setempat.113

1. Ceramah dan konstelasi politik Lebanon


Hal itu dilakukan oleh para perwira khusus pasukan Indonesia seperti yang
terjadi pada 13 Januari 2007 dengan melaksanakan brifing/ pengarahan masalah
hukum dan hubungan internasional kepada anggota pasukan. Secara bergantian
perwira khusus itu mendatangi lokasi-lokasi pasukan Indonesia yang tersebar di
empat lokasi penugasan di Lebanon Selatan. Di Kompi VAB-1 di Pos 9-63
Addaisseh, brifing masalah hukum disampaikan oleh Perwira Hukum, Mayor
Andi Ruskandi, SH, sementara topik hubungan internasional, termasuk aspek
hukum internasional dijelaskan oleh Kapten Leonard F. Hutabarat, Ph.D.
Dalam pengarahan masalah hukum ditekankan oleh Mayor Andi
Ruskandi, SH agar anggota satgas dapat menjaga sikap dan perilakunya di daerah
operasi sehingga tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang melanggar
hukum. Disampaikan pula bahwa pelanggaran hukum yang terjadi tidak hanya
akan berdampak pada individu prajurit TNI, tetapi juga akan tercatat dalam
kesatuan masing-masing.114 Dalam pengarahan masalah hukum internasional,
Kapten Leonard F. Hutabarat, Ph.D., juga menyampaikan penjelasan aspek
hukum internasional dalam keterlibatan Satgas Batalyon Mekanis TNI Konga
XXIII-A sebagai bagian dari Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB (UNIFIL).
Selain itu juga dijelaskan aspek politis dan kebijakan luar negeri Indonesia dalam
pengiriman Kontingen Garuda sebagai bagian dari Pasukan Pemelihara
Perdamaian PBB. Dalam pengarahan tersebut, anggota satgas juga diingatkan
kembali untuk selalu membaca dan memahami aturan pelibatan (rules of
engagement/ROE) yang ada sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.115
Dalam konteks sejarah masyarakat setempat, Mayor Kusuma pada 23
Januari 2007 memberikan penjelasan tentang Sejarah Asyura. Penjelasan ini
diperlukan kepada pasukan mengingat masyarakat Lebanon Selatan yang
dihadapi oleh pasukan adalah penganut paham Syiah yang tentu saja sangat
mengagungkan peristiwa Karbala, ketika Husein, cucu Nabi Muhammad SAW
tewas dibunuh pasukan Yazid bin Muawiyah. Penjelasan itu diperlukan untuk
memahami keyakinan masyarakat setempat sehingga pasukan tidak melakukan
kesalahan dalam berinteraksi disebabkan ada beberapa ritual keagamaan yang
berbeda sebagaimana yang dilakukan oleh anggota pasukan yang berpaham

                                                       
113Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-

A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 5.


114Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-

A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 81.


115Lihat Anonymus, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-

A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 144.


204 

Sunni.116 Kegiatan itu Dihadiri seratusan personel kompi BTR di tenda BTR di
Adsyit Al Qusaiyre.
Menggapai keberhasilan di medan tugas kerap dilakukan pasukan
Indonesia. Interaksi yang dilakukan tidak terbatas kepada masyarakat namun juga
terjadi pada pasukan tetangga, yakni pasukan multinasional yang turut terlibat
dalam misi perdamaian PBB.

2. Toko Indonesia dan Membangun Komunikasi


Interaksi itu diwujudkan dengan membuka kios toko.117 Toko tersebut
dibuka dan dikelola oleh personel TNI yang berada di penugasan PBB, Di
lingkungan personel PBB di Lebanon. Mereka lebih suka menyebut toko yang
ada di kontingen masing-masing, sebagai PX (Post Exchange). Terminologi dari
PX lebih akrab bagi angkatan darat seperti Amerika, Australia, dan negara Eropa.
Sedangkan untuk angkatan laut mereka lebih familiar dengan NEX (Navy
Exchange), sedang angkatan udara adalah BX (Base Exchange). Karena di
Amerika Serikat dan Inggris, marinir adalah korps tersendiri, untuk jenis toko
tersebut mereka menyebutnya MCX (Marine Corps Exchange).

Gambar: 5.33
Toko Indonesia di Adshit Al Qusayre
Sumber: Koleksi Pribadi 7 Juni 2007

Bagi negara-negara maju tersebut, harga barang yang ada di PX (toko


militer) lebih murah dibandingkan harga yang ada di luar. Hal ini karena
pemerintahnya tidak mengenakan pajak terhadap barang-barang tersebut. Dengan

                                                       
116Lihat
Murtadha Muthahari, Mereka Meluruskan Revolusi Ashura, (Papyrus Publishing,
Jakarta, 2013), 81-132.
117Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 14 Juni 2007.
205 

catatan setiap pembeli, menunjukkan ID card sebagai anggota militer. Sasaran


yang ingin dicapai dari pembukaan PX pasukan Indonesia atau Konga XXIII-A
adalah sebagai ajang promosi dan silaturahmi sesama pasukan penjaga
perdamaian yang ada di Lebanon. Di samping tentu saja memperkenalkan hasil
produk Indonesia kepada kontingen lain dan tidak untuk tujuan keuntungan
(profit oriented).118 Barang yang dijual di PX pasukan Indonesia adalah produk
asli Indonesia. Kaos, ransel, pisau militer, stiker merah putih, topi militer, dan
kompas. Barang-barang itu membantu anggota pasukan Indonesia yang
membutuhkan perlengkapan militer selain yang diberikan satuan mengingat
barang yang ada di Lebanon relatif mahal karena negara ini memiliki
ketergantungan atas bahan baku.
Toko Indonesia mulai diperkenalkan juga ke pasukan UNIFIL lainnya.
Penyampaian melalui media internet kepada seluruh kontingen UNIFIL
mendapat respons positif. Terlihat dengan banyaknya peminat dari kontingen lain
membeli produk dari unit toko Indonesia. Harga barang yang relatif murah,
seperti sebuah kaos berkerah dijual seharga 10 dolar di kontingen Indonesia,
namun di kontingen Italia dengan motif yang sama, dijual 24 dollar. Perbedaan
yang cukup signifikan menyebabkan peminat lebih suka mengunjungi PX
Indonesia.
Inisiatif membuka toko itu merupakan salah satu cara untuk melakukan
total diplomacy politik luar negeri Indonesia yang dilakukan pasukan Indonesia.
Upaya diplomasi itu coba dikembangkan oleh pasukan Indonesia dengan
kemampuan yang dimiliki. Kegiatan ini termasuk diplomasi publik secara
inovatif dan kreatif. Salah satu kunci diplomasi publik ini adalah kontinuitas dan
kredibilitas untuk bisa merebut perhatian khalayak. Keunggulan apapun yang
dimiliki Indonesia, harus ditampilkan di forum UNIFIL. 119

3. Apresiasi FC UNIFIL
Inovasi dan kreativitas pasukan Indonesia sebagai pasukan perdamaian
PBB sekaligus melakukan total diplomasi itu mendapatkan apresiasi dari Force
Commander UNIFIL, Major General Allain Pellegrini (berasal dari Prancis).
Pellegrini120 menyampaikan apresiasinya atas segala yang telah
diupayakan Kontingen Indonesia. Ia menekankan perlunya Kontingen Indonesia
memahami daerah wilayah tugasnya, khususnya dalam pelaksanaan misi
UNIFIL. Dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: meyakinkan bahwa di wilayah
operasi Indobatt tidak ada pergerakan senjata ilegal dan tidak muncul hostile
activities di Area of Operation (AO) yang menjadi tanggung jawab pasukan
Indobatt.

                                                       
118Anonymius,Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 8.
119Lettu Kav Ossy Darmawan dipercayakan untuk mengelola PX pasukan Indonesia.
120Lihat Catatan Mayor Kusuma dan Situs Puspen TNI 29 Desember 2006. Pagi hari itu, 28

Desember 2006, Jenderal Pellegrini yang baru datang dari HQ UNIFIL Naqoura, mengunjungi Mako
Indobatt di Adsith Al Qusyair (7.1) dengan menggunakan helikopter. 
206 

Sementara itu dalam kesempatan brifing kepada perwakilan kompi-kompi


BTR, Motoris, VAB 1 dan VAB 2 di tenda serbaguna Kompi Motoris, Pellegrini
menyampaikan penghargaan dan rasa puasnya terhadap upaya yang telah
dilakukan anggota Indobatt di lapangan dalam rangka misi UNIFIL. Anggota
Indobatt sudah dapat melaksanakan misi UNIFIL dalam tugas operasionalnya
sesuai instruksi yang ada. Ia pun mengharapkan agar anggota Indobatt dapat
memahami tugas yang dilaksanakan dalam rangka menjaga perdamaian dan
menjalankan tugasnya di daerah operasi sesuai dengan mandat UNIFIL.
Keberhasilan dalam menjalankan tugas di daerah operasi merupakan kebanggaan
tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi UNIFIL.
Kunjungan Jenderal Pellegrini ke pasukan Indonesia menjadi istimewa
karena ia dihadapkan dengan kesungguhan pasukan Indonesia untuk bekerja
dengan baik membawa misi PBB dan membangun dirinya untuk melakukan
diplomasi total negara. Itu merupakan bagian image construction dari pasukan
Indonesia. Pencitraan itu ingin dibentuk agar kesan terhadap Indonesia bukanlah
sebagai negara terbelakang, karena masyarakat setempat dan pasukan lain,
banyak yang tidak tahu tentang Indonesia. Tentu saja istilah pencitraan ini bukan
dalam arti sebagai istilah dalam sosiologi pengetahuan yang disebut simulakra.121
Di sisi lain pencitraan itu secara implisit mengandung pesan bahwa
keberadaan pasukan Indonesia di UNIFIL memang layak menjadi bagian dari
pasukan perdamaian PBB. Membangun kesan itu harus terus dikembangkan oleh
pasukan Indonesia sehingga akan membuat suatu kebanggaan tersendiri bagi
Indonesia sebagaimana yang terjadi pada pasukan Prancis yang bangga dengan
negaranya saat melihat Indonesia menggunakan kendaraan tempur “Panhard”
buatan Prancis, lalu ia mengatakan, “that is France car”.122

4. Apresiasi Panglima LAF


Membangun citra baik bagi pasukan Indonesia dan berharap mendapatkan
tanggapan posistif pihak lain ternyata mendapat jawaban yang mengesankan.
Panglima Sektor Selatan Litani, Brigjen Boulous Mattar yang merupakan
panglima yang bertanggung jawab atas deployment dari tentara Lebanon setelah
perang Juli 2006 yang didampingi oleh komandan Brigade 11, Brigjen Rafik
Hamoud, memberikan kesan positif kepada pasukan Indonesia.
Brigjen Mattar yang merupakan lulusan Akademi Militer Lebanon tahun
1976 menyampaikan kesannya di depan prajurit Indonesia yang melaksanakan
upacara. Ia katakan bahwa, “kedatangan Indonesia disambut sangat baik, oleh
karena itu anggaplah Lebanon sebagai second home. Kami sangat menghargai
kerja yang telah dilakukan oleh pasukan Indonesia, seperti melakukan

                                                       
121Lihat
Jean Baudrillard, The Gulf War did not Take Place (1985).
122Data
di lapangan seorang perwira Perancis saat berkunjung ke HQ Indobatt. Sebelum ia
memasuki gedung Indobatt, ia melihat-lihat kendaaraan tempur Indonesia yang terparkir di luar. Lalu ia
menunjukkan satu kendaraan tempurnya; “Itu mobil saya”, katanya.
207 

pengobatan dan rehabilitasi masjid sehingga masyarakat merasakan hasil


bantuan Indonesia.”123
Dalam sambutannya, Kolonel Surawahadi menyampaikan bahwa
hubungan yang terjalin di lapangan antara personel pasukan Indonesia dengan
tentara Lebanon terjalin baik. Diharapkan selanjutnya dapat meningkatkan
koordinasi agar tugas bersama dapat terlaksana dengan baik sesuai resolusi PBB
1701. Pasukan Garuda yang baru pertama kali diterjunkan untuk menjadi pasukan
perdamaian PBB di Lebanon menjadi sorotan dunia saat persiapan pasukan
hingga tiba di daerah penugasan Lebanon. Media massa di Indonesia selalu
membidik berita di dalam negeri sementara ketika tiba di Lebanon, media lokal
turut pula memberitakan.124

5. Komentar The Asian Wall Street Journal


Sementara itu Eduardo Lachica,125 seorang wartawan The Asian Wall
Street Journal dan The South China Morning Post, seperti yang tertulis di
biodatanya dan tinggal di Washington DC pada 23-25 April 2007 termasuk yang
membidik pasukan Indonesia dengan mengunjungi homebase pasukan Indonesia.
Lachica datang ke Lebanon Selatan untuk meneliti pasukan Indonesia atas izin
yang diberikan oleh pemerintah Indonesia kepadanya.
Ia memahami tentang militer Indonesia dan politik nasional Indonesia
karena ia merupakan anggota dari The Institute for Conflict Analysis and
Resolution’s Southeast Asia Working Group at George Mason University and The
Inter-University Seminar on Armed Forces and Society. Ia merupakan pula
seorang anggota LSM dari Southeast Asian Security Studies/Usindo).
Sesekali obrolan diarahkan ke situasi politik dalam negeri Indonesia yang
berkaitan dengan TNI. Lalu ia membandingkan TNI dengan militer negara ketiga.
Demikian pula keterlibatan pasukan Indonesia dalam misi perdamaian dunia
sejak kali pertama ikut serta, menjadi titik perhatian lain yang dikemukakannya
di samping pertanyaan yang menuju kepada karier seseorang yang menurutnya
akan memiliki peluang mobilitas vertikal yang sangat baik apabila terlibat dalam
pasukan ini.126
Lachica ingin mengetahui kegiatan yang dilakukan pasukan Indonesia.
Bagi pasukan Indonesia, bukan cara mudah untuk menunjukkan kegiatan yang

                                                       
123Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile 11 April 2007. Acara itu

dihadiri oleh Wakil KBRI Beirut, Anindita Axioma.


124Di Lebanon media yang dimiliki Hezbollah adalah Al Mannar dan media lokal lainnya

adalah Annahar.
125Lachica datang siang hari dan dijemput oleh Letnan Ossy dan Kapten Leonard, oleh KBRI

Beirut dijamu makan malam di restoran khas Lebanon di kota Beirut. Turut serta makan pada malam
itu, KUAI, Anindita Axioma, Dansatgas Kolonel Surawahadi, Mayor Kusuma, Kapten Leonard, Letnan
Ossy dan staf KBRI bidang komunikasi dan humas, Mukhlisin.
126Lachicha menjelaskan itu sejak penjemputannya di Beirut hingga ia bermalam di Homebase

pasukan Indonesia di Lebanon Selatan. Wawancara dengan Lettu Ossy Dermawan, Perwira Penghubung
pasukan Indonesia. Lihat Anonymius, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga
XXIII-A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 129.
208 

dilakukan pasukan seperti kegiatan Civil Military Coordination (CIMIC),


keberadaan pasukan di posn 8.33 Syeikh Abbad Tomb, Houla; posn 9.63
Addaiseh, dan di Adshit Al Qusyaire karena titik lemah pasukan tentu akan
didapatkan, apalagi komentar dari negara lain yang tergabung dalam pasukan
PBB, seperti yang disampaikan kepada Edi, bahwa pasukan Indonesia lemah,
tidak siap menghadapi medan operasi seperti Lebanon.
Malaysia sebagai negara tetangga di Asia Tenggara pun, menurut KUAI
Beirut, Anindita,127 mencitrakan buruk pula tentang pasukan Indonesia di
Lebanon. Meski hal ini sering dibantah oleh Anindita dalam pertemuan antarduta
besar di Beirut. Di sisi lain Eduardo Lachica, mendapatkan info dari DFC (Deputy
Force Commander) Brigadir Jenderal Mehta (dari India), bahwa pasukan yang
berada di Sector East memiliki kekhasan dalam berhubungan dengan masyarakat.
Spanyol dengan memberi pelajaran bahasa Spanyol, Nepal melatih keterampilan
komputer dan bahasa Inggris, India membuatkan kaki palsu.
Jadi bila disebut nama negara itu, masyarakat akan tahu apa yang
dilakukan. Indonesia, menurutnya, kegiatan yang dilakukan biasa saja, tidak ada
ciri khasnya, karena yang dilakukannya, pasukan lain pun melakukan. Lachica
pun menanyakan tentang biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan
CIMIC pasukan Indonesia dan didapatkan darimana.128

Gambar 5.34
Eduardo Lachicha diapit perwira Indobatt saat mengunjungi pasukan Indonesia
di Mako Indobat Adshit Alqusayre.
Sumber: Koleksi pribadi 20 April 2007

                                                       
127Penjelasan
Anindita di Beirut pada April 2007.
128Hal
itu disampaikan dan ditanyakan oleh Lachicha saat kunjungannya ke homebase
Indonesia pada akhir Maret 2007 yang diterima oleh Wadansatgas Indobat, Letkol Fadillah.
209 

Rabu, 25 April 2007 pukul 08.20 Edi tiba di Adshit Al Qusyaire, markas
pasukan Indonesia. Setelah tiba di Mako Indobatt, Adshit Al Qusyair, Edi makan
pagi bersama perwira Indobatt dan dilakukan perkenalan para perwira kepada
Edi, namun Edi meminta dibuatkan secara tertulis nama-nama anggota perwira
Indobatt. Setelah makan pagi, ia mendapatkan presentasi dari Wadan, MS
Fadillah yang mewakili Dantsatgas yang sedang cuti ke Jakarta, dilanjutkan
dengan pertanyaan Edi kepada Wadan dan perwira lainnya. Setelah selesai sesi
itu, dengan 3 mobil strada dan 1 panhard, Edi diantar berjalan menuju kompi-
kompi di Adshit dan posn 8.33 melihat lokasi Syeikh Abbad Tomb, melihat Blue
Line di posn 9.63 Addaiseh sambil berbincang dilanjutkan ke Rabat Talame
melihat pengobatan yang dilakukan pasukan Indonesia yang dipimpin oleh dr.
Ike, dan ke Alqusyair melihat pembuatan irigasi yang dilakukan oleh Indobatt.129
Malam hari, dilaksanakan kegiatan merayakan HUT Yonif Linud 330 ke
55 di Kompi VAB2 di Adshit. Pukul 20.30 acara dibuka dengan sambutan
Wadansatgas Indobatt, Letkol Fadilah yang mengemukakan pentingnya pedoman
moral dan moril prajurit karena norma-norma itu yang dapat menentukan
keberhasilan suatu tugas maupun pertempuran. Peralatan yang kecil maupun
besar dan lengkap menurutnya tidak akan bermakna atau dapat berhasil manakala
moral dan moril anggota tidak baik.
Selama keberadaan Edi di kontingen Indonesia, semua kegiatan yang
sedang dilakukan oleh personel Indonesia berjalan sesuai jadwal dan dilihat
langsung olehnya. Seperti halnya di desa Adshit dan Alqantara, Edi menyaksikan
prajurit Indonesia membantu membangun saluran irigasi sepanjang 200 meter
bersama penduduk setempat.
Pemeliharaan dan pembersihan Masjid Alqantarah, dan di desa ini Edi
melihat secara langsung sambutan penduduk terhadap kontingen Indonesia. Bagi
pasukan Indonesia, kegiatan tersebut sudah biasa. Bekerja bergotong royong
dengan penduduk setempat dan juga istirahat minum teh bersama merupakan hal
yang mengembirakan personel TNI. Kejadian ini membuat Edi terkesan, sehingga
tangan dan kameranya tidak berhenti untuk mencatat dan mengabadikan
kejadian-kejadian yang ada.130 Selain itu, keterampilan personel Garuda
memeragakan STIR (Standarised Tactical Incident Reaction) ketika harus
mengatasi kelompok bersenjata dan prosedur negosiasi dilihat Edi secara
kronologis. Latihan ini untuk menghindari korban, baik dari pihak Indonesia
maupun kelompok bersenjata tersebut. Berdasarkan Resolusi 1701, diamanatkan
bahwa pasukan keamanan Lebanon (LAF) diberdayakan bersama dengan
pasukan PBB.131
Bagi peneliti sekaligus penulis buku Toward A Stronger U.S – Indonesia
Relationship dan Examining the Role of Foreign Assistance in Security Sector
Reforms, Edi merasakan nuansa yang berbeda selama 2 hari berkumpul dengan
                                                       
129Ikut serta dalam rombongan itu. Kapten Tio, Kapten Zaim, Kapten Leonard, Letnan Ossy,

Letnan Yoyon, dan letnan Agus.


130Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Mei 2007.
131Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Mei 2007.
210 

pasukan Indonesia. Dialog yang terjadi mengungkapkan bahwa suasana yang


tercipta antara kontingen Indonesia dengan masyarakat setempat terjalin
harmonis.132 Sedangkan kesan yang paling mendalam sebelum meninggalkan
Military Soekarno Base terhadap pasukan Indonesia adalah ”Dengan
keterbatasan pasukan TNI tetap tersenyum”. Hal ini terungkap saat pria yang
lulusan Universitas Harvard tahun 1968 bidang politik ini, terus terang atas
keadaan yang dimiliki Konga XXIII-A. Di sisi lain, kemampuan profesionalisme
yang dimiliki setiap prajurit TNI tercermin dari sikap yang selalu bersemangat
dengan segala konsekuensinya.133
Ketertarikan Edi untuk melakukan riset tentang pasukan Indonesia di
Timur Tengah antara lain, bahwa Indonesia pernah mengirimkan kontingen
Garuda VI sampai VIII, dalam rentang waktu 6 tahun untuk bergabung dengan
UNEF (Unitied Nations Emergency Force).
Rais Abin merupakan Force Commander (Panglima) UNEF yang ketiga
dengan waktu tugas dari Desember 1976 sampai Desember 1979 di Sinai. Ini
salah satu hal yang ditanyakan Edi melalui e-mail ke kontingen Indonesia sebagai
perbandingan saat sekarang dengan Konga VI-VIII tersebut.134 Rais Abin saat itu
merupakan Panglima UNEF ketika Konga VIII ditugaskan di Sinai Mesir. Ia
dianggap berhasil menjalankan tugasnya sehingga Indonesia diberi penghargaan
sebagai pasukan yang memiliki kemampuan sebagai pasukan perdamaian PBB.

6. Pameran Kegiatan di Markas UNIFIL


Kunjungan Edi ke homebase Indonesia berakhir. Di tempat lain suasana
berbeda ditampilkan pasukan Indonesia di Markas UNIFIL di kota Naqoura,
Lebanon Utara, ketika bendera merah putih berada di tengah pasukan yang
dibawa oleh Lettu Mar Rino135 saat mengiringi peringatan HUT UNIFIL ke-29.
Pasukan upacara terdiri dari berbagai negara. Upacara yang dilaksanakan di
markas UNIFIL di Naqoura diselenggarakan secara sederhana, dipimpin
langsung oleh Force Commander UNIFIL Mayjen Graziano dari Italia.
Hal unik di upacara peringatan tersebut, adalah perwakilan pasukan dari
setiap kontingen yang menunjukkan perbedaan dalam tata upacara. Hal ini terlihat
dari seragam, persenjataan, bahkan cara penghormatan. Namun semuanya dapat
dilaksanakan dengan harmonis dan kompak dalam satu aba-aba. Selain upacara
militer, digelar pula pameran foto kegiatan setiap pasukan. Kontingen Indonesia
mengetengahkan foto-foto yang bersentuhan dengan masyarakat, seperti foto

                                                       
132Lihat
http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Juni 2007.
133Lihat
http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Juni 2007.
134Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Juni 2007. Lihat
Anonymus, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-A/UNIFIL Lebanon
2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 144. Informasi disampaikan oleh Kapten Tit Leonard
Hutabarat, seorang diplomat Kemenlu yang diperbantukan sebagai tenaga penerjemah di pasukan
Kontingen Garuda XXIII-A. Mei 2007.
135
 Lihat Anonymus, Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 72. 
211 

pengobatan kepada masyarakat, berkomunikasi dengan masyarakat lokal,


olahraga antar kontingen, hingga penemuan ranjau.
Koleksi foto dari kontingen Indonesia banyak dilihat oleh pengunjung,
termasuk Kuasa Usaha KBRI, Anindita Axioma dan Mayjen Graziano, yang
sempat mengatakan, ”The frame and pictures are very nice and creative of it.”
Pigura yang dibentuk model tradisional digabung dengan Barong Bali,
merupakan daya tarik tersendiri. Jurubicara (Spokeperson) UNIFIL, Liam Mc
Dowell, dan perwira penerangan dari kontingen lain mengagumi kreativitas yang
dibuat oleh Indonesia.136 Sentuhan seni dan kreativitas pasukan Indonesia yang
ditampilkan dalam acara-acara penting yang tidak ada kaitannya dengan perang
saat bertugas di Lebanon membawa warna tersendiri yang dapat membuat segar
suasana. Salah satu wartawan An Nahar, bernama Ronith Daher mengungkapkan
apresiasinya, hingga menanyakan bagaimana caranya pasukan Indonesia dapat
melakukan tugas operasi pasukan perdamaian dengan penampilan kreatif seni
yang mengesankan.137

7. HUT RI dan Parade Medali


Pada acara yang lain, penampilan pasukan Indonesia menjadi bagian
penting dalam menampilkan kreasi seni dalam setiap kegiatan nonmiliter.
Contohnya pada Parade Medali (Medal Parade), demikian kegiatan itu
disebutnya. Kegiatan itu berlangsung dan diselenggarakan oleh setiap Batalyon
yang bertugas di Lebanon setelah menjalaninya selama 3 bulan-berturut-turut
dalam waktu penugasan selama 6 bulan. Apabila pasukan yang bertugas selama
lebih dari 6 bulan atau 12 bulan maka medali penghargaan itu tidak diberikan
dengan cara melalui upacara melainkan dengan menambah bilangan angka pada
medali yang diberikan seperti angka dua untuk masa satu tahun berturut-turut.
Ciri dari kontingen yang telah mendapatkan medali itu adalah angka 2 dan
seterusnya pada tengah medali yang didapatkan atau brevet yang diletakkan di
baju sebelah kirinya.
Sementara itu acara penyematan medali dilakukan langsung oleh
komandan yang tertinggi ke komandan di bawahnya dan seterusnya ke anak
buahnya. Tentu saja penyematan itu berbeda dengan yang dilakukan oleh setiap
negara, namun penyebutan parade itu dapat menunjukkan jenis kegiatan yang
dilakukan, yaitu penyematan pada saat dilakukan parade militer.
Hari istimewa bagi pasukan Indonesia di Lebanon adalah ketika
mengadakan upacara bendera dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI
ke-62 yang dikombinasikan dengan upacara Parade Medali penyematan
penghargaan lencana pasukan perdamaian PBB untuk Batalyon Indonesia. Hari
itu, 17 Agustus 2007, pukul 09.15 waktu Lebanon, berkibar bendera 10 negara
yang tergabung dalam wilayah Sektor Timur UNIFIL: China, Finlandia, India,
Indonesia, Italia, Irlandia, Malaysia, Nepal, Spanyol, dan Polandia. Lima personel
pembawa bendera kompi berada di depannya. Tiga tiang bendera Lebanon, PBB
                                                       
136Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Maret 2007.
137Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 20 Agustusn 2007.
212 

dan Indonesia serta mimbar upacara beratapkan terpal hijau berumbai merah putih
berada di sebelahnya. Mayor Jenderal Claudio Graziano, Komandan UNIFIL
(FC), berasal dari Italia, menjadi inspektur upacara itu.
Semua mata menatap ke tengah lapangan ketika pembawa acara yang
menggunakan tiga bahasa; Indonesia, Inggris dan Arab, yang masing-masing
disampaikan oleh Sersan Wan Fahrudin, Kapten Leonard, dan interpreter lokal,
Salma, membacakan rangkaian kegiatan upacara itu. FC Mayjen Graziano telah
berada di mimbar untuk menerima penghormatan. DFC Brigjen Nehra (dari
India) dan Dansektor Timur Brigjen Martinez (dari Spanyol) dan Komandan
Brigade 11 LAF, Brigjen Charle Chykane berada di tenda tamu bersama
komandan kontingen lainnya. Upacara diawali dengan pemeriksaan pasukan oleh
FC yang diikuti oleh komandan upacara Letkol M.S Fadillah, Dansatgas, Kolonel
Surawahadi, ajudan FC (seorang perwira Italia) dan Lettu Ossy (Perwira Indobatt
sebagai ajudan lokal).

Gambar 5.35
Penyematan Medali PBB oleh DFC Brigjen Nehra ke Pasukan Indonesia
Sumber: Koleksi Pribadi 17 Agustus 2007.

Di lapangan upacara, perwakilan penyematan medali penghargaan (Medal


Parade), mulai berjalan menuju ke mimbar upacara. FC Mayjen Graziano telah
menunggu. Personel penerima penyematan lencana pasukan perdamaian PBB
telah siap disematkan. Lagu “Padamu Negeri” mengiringi penyematan medali
tersebut. Kolonel Surawahadi, Letkol Fadhillah, Letkol Mar Alamsyah, Letkol
Andi, Mayor Asril, Letkol Sulthon, Letkol Sarwono pada baris pertama,
disematkan oleh FC Mayjen Graziano. Di baris kedua; Mayor Putu Arya, Mayor
Imam, Kapten Beni, Letkol Munim, Mayor Kusuma, Kapten Hendriawan, dan
Lettu Agus Yudhoyono disematkan oleh DFC Brigjen Nehra. Di baris ketiga,
213 

Kapten Valian, Mayor Adam, Kapten Amrul, Kapten Daniel, Kapten Mar Kresno,
Kapten Andi, Kapten Andre, medali disematkan oleh Dansektor Timur, Brigjen
Martinez.
Penyematan medali itu merupakan ritual yang akan selalu dilaksanakan
oleh setiap pasukan perdamaian PBB di mana pun, termasuk yang berada di
Lebanon. Penyematan itu dilanjutkan secara bersamaan kepada anggota di 5
kompi pasukan Indonesia dengan komandan kontingen negara lain turut
menyematkannya. Pembacaan doa oleh Praka Syarif dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Arab, mengakhiri upacara tersebut.
Upacara itu sangat menarik karena tidak mengikuti TUM (Tata Upacara
Militer) sebagaimana biasanya melainkan dikombinasikan dengan acara Parade
Medali sehingga tiga bendera PBB, Lebanon, dan Indonesia dikerek bergantian
oleh 9 personel Indobatt dengan diiringi lagu PBB, Lebanon, dan Indonesia Raya.
Rangkaian upacara awal mengalir biasa saja namun saat instrumen lagu Indonesia
Raya berkumandang yang diikuti oleh seluruh pasukan Indonesia, terasa getaran
yang menyengat di hati. Air mata, tak tertahan mengalir dari mata yang telah
ditutupi kacamata hitam yang dipakai oleh seluruh peserta upacara.
Lagu Indonesia Raya yang berkumandang seperti memberikan kesadaran
bahwa pasukan Indonesia di Lebanon tengah menjadi perhatian pasukan
mancanegara dan masyarakat Lebanon.138 Teks Proklamasi kemerdekaan RI
dibacakan dalam tiga bahasa dan didengar oleh seluruh pasukan mancanegara
yang hadir saat itu di tengah udara yang tidak panas sebagaimana biasanya. Rasa
haru bercampur bangga menyatu dalam rasa dan asa karena dunia jadi tahu
Indonesia menjadi pelopor kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia dari penjajahan
bangsa asing. Dengan naskah sederhana namun penuh makna akan kemerdekaan
suatu bangsa, naskah proklamasi yang dibacakan siang itu menjadi bagian tak
terpisahkan dari upacara saat itu.139
Upacara yang dihadiri oleh para komandan pasukan yang berada di bawah
UNIFIL dan para kepala desa (Moukhtar/Major) itu berlangsung meriah. Kursi
undangan sebanyak 300-an dari 263 orang yang diundang, hanya sedikit yang
tidak terisi. Wartawan dari seluruh media yang ada di Lebanon turut hadir.
Kemeriahan bertambah saat diberikan suvenir oleh pasukan Indonesia berupa tas
berwarna merah putih bertuliskan kontingen garuda yang berisi T-shirt hitam
bergambar burung garuda bertuliskan kontingen garuda XXIII-A, pin merah putih
garuda, stiker kontingen garuda, leaflet dan majalah tentang budaya Indonesia
yang sengaja didesain dan dipesan dari Indonesia atas prakarsa Lettu Agus
Yudhoyono. Suvenir itu tidak didapatkan oleh semua anggota kontingen karena
terdapat personel kontingen yang tidak diundang, tetapi turut hadir pada acara
itu.140

                                                       
138Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 17 Agustus 2007.
139Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 17 Agustus 2007.
140Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 17 Agustus 2007.
214 

8. Atraksi dan Kreasi Seni Pasukan


Atraksi kesenian Indonesia turut mewarnai kegiatan tersebut. Tari Saman
dari Aceh membuka pentas kesenian pasukan Indonesia yang kesemuanya
dilakukan oleh para prajurit yang berpakaian celana hijau PDH dengan sepatu lars
cokelat dipadu dengan baju koko putih dan hijau telur asin, serta selempang
merah putih dengan topi lancip segi tiga putih dan hijau (2 kelompok) dilapisi
kuning emas bagian atasnya yang menempel di kepala 36 penari. Praka Eko
membaca narasi dalam bahasa Aceh sambil memandu para penari Saman dengan
berpakaian hitam-hitam dan tutup kepala lancip segitiga.
Atraksi menarik ditampilkan oleh para penari Kecak. 28 orang penari dari
Kompi BTR bertelanjang dada, dengan memakai celana longjon putih ditutup
sarung kotak-kotak warna-warni. Satu kompi prajurit berpakaian tentara
mendukung tarian itu. Pengibaran bendera merah putih oleh dua orang prajurit
tampak di sudut-sudut lapangan. Peran dukun yang dimainkan Sersan Boflen
mengawali pertunjukan tari Kecak. Ia berjubah putih dengan topi sebagai seorang
pedande Bali memercikkan air dari mangkok yang dibawanya kepada para penari.
Dewi Shinta yang diperankan Pratu Teguh Prayogi, berlenggok lembut yang
membuat Rahwana yang diperankan Kopda Anwar, dan Burisrawa yang
diperankan Sertu Anjar, mengejarnya.

Gambar 5.36
Peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 dirayakan digabung dengan acara Parade
Medali di lapangan Mako Indobatt Adshit Alqusaayr menampilkan kesenian Tari Kecak.
Sumber: Koleksi pribadi

Hanoman yang diperankan Sertu Oo Sudarno berusaha menyelamatkan


Dewi Shinta dari kejaran dua raksasa. Pertunjukan itu menyita perhatian tentara
mancanegara dan undangan yang hadir. Itulah misi kesenian yang
dikombinasikan dengan misi perdamaian dari pasukan Indonesia di Lebanon.
215 

Pluralisme etnik dan budaya Indonesia ditampilkan oleh pasukan Indonesia


melalui penampilan kesenian. Pembawa acara memperkenalkan kesenian tari
Saman Aceh yang merupakan representasi dari komunitas Islam di Indonesia,
demikian pula tari Kecak yang disebutkannya sebagai seni tari bernuansa Hindu
yang telah ada di alam Indonesia sejak lama.141
Pasukan Indonesia mendapatkan apresiasi yang baik dari media lokal
maupun masyarakat setempat, begitu pula komentar bagus disampaikan oleh
beberapa orang dari tentara mancanegara yang hadir.142 Media berpengaruh di
Lebanon, Al Mannar, milik Hezbollah, menampilkan gambar tari kecak di
halaman utama sebagai apresiasi terhadap pasukan perdamaian Indonesia yang
tengah bertugas di wilayah basis mereka di Lebanon Selatan.143

Gambar 5.37
Peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 dirayakan digabung dengan acara Parade
Medali di lapangan Mako Indobatt Adshit Alqusaayr menampilkan kesenian Tari Saman.
Sumber: Koleksi pribadi

Hadirin termasuk wartawan lokal, mengabadikan momen yang atraktif


dan jarang mereka saksikan. Salah satu wartawan An Nahar bernama Ronith
Daher mengungkapkan apresiasinya, bagaimana cara pasukan Indonesia dapat

                                                       
141Kesenian itu menggambarkan, meskipun anggota pasukan Indonesia beragama Islam tetapi

mampu memainkan tarian kecak yang merupakan tarian tradisi Hindu dengan baik. Deskripsi yang
digambarkan oleh Prof Bambang sangat menarik karena orang Jawa, penganut Islam tetapi anak-
anaknya diajak untuk menonton dan berlatih seni tradisi Hindu dan tidak ada maslah dengan
keimanannya. Lihat Bambang Pranowo. Memahami Islam Jawa. (Pustaka Alavabet, 2011),4.
142Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 17 Agustus 2007.
143Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 17 Agustus 2007.
216 

melakukan tarian secara bersama-sama dan kompak di samping melaksanakan


tugas peace keeping.144

9. Sate Ayam dan Sambutan FC. UNIFIL


Selepas pertunjukan, para undangan menikmati hidangan makanan
Indonesia yang telah tersedia di tenda makan. Pemotongan tumpeng HUT RI oleh
Dansatgas diserahkan ke FC dan DFC. Makanan Indonesia seperti sate ayam
dengan bumbu kacang khas Indonesia banyak diminati oleh tentara mancanegara
itu sehingga antrean panjang menjadi pemandangan yang menarik, mengalahkan
makanan khas Arab yang disediakan pula pada acara itu. Mungkin diplomasi
kesenian dan makanan dapat dikedepankan untuk memperkenalkan dan menarik
perhatian dunia pada Indonesia, di samping untuk menutupi kekurangan yang ada
pada pasukan Indonesia, seperti terbatasnya peralatan pasukan maupun kendaraan
tempur yang masih harus diimpor dari negara lain.145
Secara lengkap sambutan Force Commander Mayjen Claudio Graziano
pada upacara HUT RI ke-62, 17 Agustus 2007 dan Parade Medali sebagai berikut:
“Para hadirin yang terhormat, para Mayor dan Mokhtar, Saudara-
saudaraku dari Libanese Arm Force, staf militer dan sipil UNIFIL, perwakilan
KBRI Beirut, serta anggota pasukan perdamaian Indonesia. Suatu kebanggaan
saya dapat hadir pada hari ini dalam acara penganugerahan medali kehormatan
untuk kontingen Indonesia dan sekaligus hari kemerdekaan RI.
Hari ini UNIFIL atas nama PBB menganugerahkan medali kehormatan
kepada 856 anggota pasukan penjaga perdamaian PBB dari kontingen Indonesia.
Medali kehormatan ini merupakan pengakuan PBB terhadap kontribusi Saudara
kepada UNIFIL. Pada hari ini juga merupakan hari yang penting bagi Indonesia
karena merayakan HUT RI ke-62. Saya ingin mengucapkan selamat dari hati yang
paling dalam kepada seluruh masyarakat Indonesia dalam kesempatan ini.
Ini adalah misi pertama kontingen Indonesia di UNIFIL dan saya bangga
dengan prestasi saudara sejak pergelaran di Lebanon Selatan tanggal 10
November 2006. Saudara sangat efektif di area operasi saudara. Saya puas dengan
upaya-upaya dan dedikasi saudara saat menjalankan tugas dalam misi saudara
telah menangani pos yang sangat penting dan vital di daerah operasi di sepanjang
blue line.
Dalam amanatnya, Force Commander Mayjen Claudio Graziano
menyampaikan bahwa Penyematan medali PBB di tengah-tengah peringatan
HUT RI ke-62 merupakan kebanggaan tersendiri baginya. “This day holds
another important significance to the Indonesians as today they celebarate their
62nd Independence Day. I would like to express my heartiest felicitations to the
entire Indonesian community on this occasion.”
Saudara juga telah melaksanakan kegiatan CIMIC, dengan komitmen dan
profesionalisme yang sama. Saudara telah menyelenggarakan kursus komputer
dan bahasa Inggris dengan bantuan teknologi terkini guna membantu untuk lebih
                                                       
144Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 20 Agustus 2007.
145Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 17 Agustus 2007.
217 

memberdayakan masyarakat Lebanon. Ide Saudara untuk merancang smart car


adalah sangat positif dengan mengunjungi setiap desa dan menyediakan mainan
yang bersifat mendidik dan alat-alat multimedia edukatif lainnya bagi anak-anak.
Saya juga ingin menyampaikan rasa puas saya terhadap penyelenggaraan
parade yang sangat baik yang ditunjukkan anggota pasukan perdamaian PBB dari
Indonesia. Saya harap Saudara semua akan tetap melanjutkan upaya-upaya
saudara ini di masa yang akan datang. Sekali lagi selamat untuk Saudara,
lanjutkan tugas, terima kasih untuk media dan seluruh dukungan masyarakat
Lebanon.”146

Gambar 5.38
FC UNIFIL Mayjen Claudio Graziano
Menjadi Irup HUT RI dan penyematan Medal Parade
Sumber: Koleksi Pribadi 17 Agustus 2007

10. Kunjungan Sekjen PBB


Pasukan Indonesia yang melaksanakan tugas di Lebanon merupakan yang
pertama kali ditugaskan di wilayah itu. Perhatian akan Indonesia menjadi bagian
penting dalam sejarah pasukan. Di sisi lain keberadaan pasukan Indonesia di
Lebanon menjadi perhatian utama karena sejak UNIFIL berada di Lebanon,
Indonesia, meski telah beberapa kali mengirimkan pasukannya untuk menjaga
perdamaian dunia tetapi belum pernah sekalipun ditugaskan ke Lebanon.
Pada kesempatan itu pula merupakan suatu kehormatan untuk Indonesia
dalam diplomasi internasional tentang perdamaian dunia ketika pasukan Indonesia
dikunjungi oleh Sekjen PBB, Ban Ki Moon. Tidak semua kontingen yang bertugas
di UNIFIL mendapat kehormatan dikunjungi Sekjen PBB. Kunjungan tersebut

                                                       
146Transkrip dari rekaman kaset Letkol Irawadi, Staf Penerangan Pasukan, 17 Agustus 2007.
218 

hanya dilakukan di markas Sektor Barat (Italia), di Sektor Timur (Spanyol), pos
Indonesia dan pos India.147
Kunjungan resmi itu dilaksanakan pada 31 Maret 2007 dengan jumlah
delegasi sebanyak 25 orang yang merupakan personel PBB New York, dan
sepuluh orang lain merupakan pejabat teras dari UNIFIL, termasuk Force
Commander UNIFIL, Mayjen Claudio Graziano yang bertujuan untuk melihat
dari dekat kondisi kontingen yang melaksanakan mandat PBB di bawah kendali
UNIFIL (United Nation Interm Force In Lebanon).
Salah satu personel rombongan Sekjen PBB terdapat Lynn Pascoe yang
merupakan mantan duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia. Di PBB ia
bertugas sebagai Kepala Departemen Politik di bawah Sekjen PBB. Saat
berbincang dengan Lynn Pascoe, Ban Ki Moon berkelakar dengan Lynn,
“Welcome home Lynn, you are in your second country.” Lynn tersenyum dan
berkata, “Yes, I am here.”148 Dari pihak KBRI, diwakili KUAI Beirut, Anindita
Axioma.
Sekjen PBB, Ban Ki Moon, melakukan kunjungan di salah satu pos satuan
tugas Indonesia yang merupakan hotspot dari lokasi pertikaian Lebanon-Israel,
yakni pos yang dikenal dengan sebutan pos 8-33 atau pos Syeikh Abbad Tomb
yang menjadi barometer situasi kondisi Lebanon-Israel.

Gambar 5.39
Sekjen PBB Ban Ki Mom sedang menerima cinderamata
dari Dankontingen Indobatt Kol. Surawahadi
Sumber: Koleksi foto pribadi 31 Maret 2007

                                                       
147Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 2 April 2007.
148Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 2 April 2007.
219 

Lokasi ini dibatasi pagar pembatas dengan membagi dua posisi makam
yang masing-masing sisi dimiliki oleh Israel dan Lebanon.149 Di makam ini
Sekjen PBB, menerima uraian singkat dari komandan kontingen, Kolonel
Surawahadi, tentang situasi, tugas dan struktur organisasi pasukan Indonesia dan
tentang posisi makam dan siapa sesungguhnya Syeikh Abbad menurut sejarah.
Di akhir kunjungannya Ban Ki Moon menuliskan kesannya, “I highly
commend the dedicated contribution of the Indonesian Battalion of UNIFIL for
preserving peace security and prosperity of the world. Good success and
healt.”150
Sebelum meninggalkan pos tersebut, komandan kontingen Indonesia,
Kolonel Surawahadi memberikan suvenir kepada Sekjen PBB, berupa plakat
garuda, koin Indonesia, dan DVD film tentang pariwisata di Indonesia. Saat
menerima cendera mata tersebut, Ban Ki Moon mengucapkan terimakasih atas
atensi dari Indonesia dan akan menyimpan barang indah tersebut di ruang kerja,
ujarnya antusias.

11. TV Korea Terpikat Pasukan Indonesia


Keberadaan pasukan Indonesia di Lebanon menjadi daya tarik tersendiri
bagi negara-negara lain di kawasan Asia, seperti Korea Selatan. TV Korea, TV
KBS (Korean Broadcasting System) mengunjungi pasukan Indonesia untuk
meliput kegiatan pasukan. Kegiatan liputan itu dilakukan, terkait Korea akan
mengirim kontingennya untuk bergabung dengan UNIFIL.151 Rombongan
tersebut selanjutnya menerima penjelasan secara singkat tentang situasi dan
kegiatan kontingen Indonesia. Hal ini untuk memberikan gambaran secara garis
besar tentang aktivitas pasukan Indonesia sebelum melihat kondisi di lapangan
secara langsung.
Kegiatan kursus bahasa Inggris yang diberikan terhadap penduduk oleh
pasukan Indonesia di desa El Aadaisse, mendapat apresiasi dari kru TV.
Wawancara terhadap peserta juga dilakukan. Sesuai rencana hasil liputan akan
disiarkan oleh jaringan TV tersebut pada 22 Juli 2007. Dengan judul ”Liputan
khusus KBS”, program dokumenter dengan durasi 60 menit ini akan mengulas
lebih mendalam tentang peranan UNIFIL, sehingga TV KBS berusaha
mengungkap secara objektif situasi di Lebanon.
Agenda kegiatan yang ada di kontingen Indonesia dilakukan sesuai jadwal
mingguan yang telah dibuat oleh perwira operasi. Sehingga tidak dibuat secara
khusus untuk liputan kegiatan TV tersebut. Berdasarkan program pada hari itu,
kontingen Indonesia melakukan pengobatan dan kursus bahasa Inggris. Sehingga
objek tinjauan TV tersebut adalah meliput di lokasi kegiatan dimaksud.152
Pengobatan terhadap penduduk desa Markabe menjadi perhatian khusus
dari TV tersebut. Komunikasi dengan penduduk yang sedang menunggu
                                                       
149Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 2 April 2007.
150Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 2 April 2007.
151Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 10 Juli 2007.
152Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 10 Juli 2007.
220 

pengobatan, terungkap bahwa masyarakat sangat berterima kasih atas bantuan


yang mereka terima. Pengobatan tersebut sangat bermanfaat bagi mereka. Pasien
yang datang pada hari itu didominasi oleh para wanita dan orang tua yang pada
umumnya mengalami gangguan pernapasan.153
Kim, produser KBS TV yang turut serta dalam liputan tersebut
mengungkapkan, bahwa pasukan Korea Selatan yang akan bergabung dengan
UNIFIL berjumlah 350 orang, dengan kemampuan sebagai pasukan tempur,
digunakan sebagai pasukan reaksi cepat dan pengintai UNIFIL. Hal tersebut
menurut Kim, akan lebih bermanfaat bila pasukan Korea juga dilengkapi
kemampuan untuk melaksanakan kegiatan humanitarian assistance seperti yang
dilakukan kontingen Indonesia.154
Hasil liputan tersebut diharapkan oleh Kim akan memberikan wawasan
dan masukan agar pemerintah Korea Selatan memberikan kemampuan tambahan.
Karena saat ini kegiatan membantu masyarakat menjadi prioritas UNIFIL,
sehingga kontingen Korea akan segera dilengkapi sarana pendukung agar dapat
berinteraksi dengan penduduk lokal.155

12. Kunjungan Pasukan Mancanegara


Keberhasilan dari sebuah misi, terutama pada situasi yang tidak menentu,
merupakan tantangan tersendiri bagi kemampuan prajurit di lapangan.
Kemampuan memelihara hubungan yang baik dengan penduduk di Lebanon dan
pasukan tetangga, seperti pasukan Perancis, India, Nepal, Italia, Spanyol, dan
lainnya menjadi bagian penting dalam misi menjaga perdamaian di wilayah
Lebanon. Hal itu yang selalu ditanyakan oleh berbagai kalangan di Lebanon. Staf
UNIFIL di Naqoura mempertanyakan pula hal tersebut. UNIFIL berkeinginan
memperoleh gambaran secara komprehensif mengenai interaksi pasukan dengan
masyarakat setempat dan implementasi dari mandat yang diberikannya.156
Demikian pula yang dilakukan oleh delegasi Departemen Pertahanan
Spanyol ke pos kontingen Indonesia, yang ingin memperoleh data akurat tentang
situasi area operasi pasukan Indonesia di Lebanon untuk disampaikan kepada
pemerintahnya karena Spanyol saat itu memimpin sektor Timur di Lebanon
Selatan dan pasukan perdamaian Indonesia di bawah kendalinya. Tiga orang
perwira Spanyol diutus untuk melakukan pengamatan kinerja dan kerjasama
pasukan Spanyol dengan kontingen lain.
Kegiatan tour of operation area itu dimulai dengan melakukan dialog
kepada kontingen Indonesia. Dua orang perwira diutus untuk melakukan
pengamatan kinerja dan kerjasama pasukan Spanyol dengan kontingen lain.
Kolonel Surawadi, Dansatgas Indonesia dalam pertemuan itu, menyampaikan
secara ringkas tentang situasi dan kondisi atas daerah tanggung jawab yang
dimiliki Indonesia.
                                                       
153Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 10 Juli 2007.
154Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 10 Juli 2007.
155Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 10 Juli 2007.
156Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 16 Juli 2007.
221 

Hubungan yang terjalin antara kontingen Indonesia dan Spanyol berjalan


harmonis. Saat kedatangan tim pendahulu Indonesia ke Lebanon awal November
2006, kontingen Spanyol memberikan perhatian dan kerjasama yang baik
terhadap pasukan Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Surowahadi kepada
delegasi Dephan Spanyol, dan menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
dari kontingen Indonesia kepada pemerintah Spanyol.157
Di pasukan Spanyol, Letkol Saentz, Mayor Castro, dan Mayor Ferrando
menyampaikan pula rasa terima kasih atas koordinasi dan kerjasama yang
ditunjukan oleh pasukan Indonesia. Menurutnya, selama ini kontingen Indonesia
selalu menampilkan rasa saling menghormati sehingga tidak terjadi hambatan di
lapangan. Selain itu Letkol Saenz dalam kesan dan pesannya menulis dalam
bahasa Spanyol, bahwa dia bangga dan kagum atas profesionalitas dari pasukan
Indonesia dan berharap kelak dapat mengunjungi Indonesia. Pada akhir
kunjungannya, Komandan Kontingen Indonesia memberikan kaset DVD tentang
pariwisata di Indonesia serta koin TNI sebagai suvenir. Pemberian kedua suvenir
tersebut untuk mempromosikan Indonesia dan TNI di mata pasukan
internasional.158

Gambar 5.40
Kunjungan Spanbatt ke Kompi VAB Indobatt.
Sumber: Koleksi pribadi Juni 2007

Pada 25 Mei 2007 tanpa diduga pasukan Indonesia yang menempati pos
8.33 dikunjungi oleh Sekjen Dephan Spanyol. Delegasi Departemen Pertahanan

                                                       
157Anonymius,
Tulisan Penugasan Perwira Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
A/UNIFIL Lebanon 2006-2007 (Jakarta, Satgas Konga XXIII A, 2008), 6.
158Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 15 Mei 2007.
222 

Spanyol, yang dipimpin oleh Sekjennya, Mr Cuesta Luis dikawal langsung oleh
batalyon Spanyol. Agendanya adalah melihat dari dekat pasukan yang tergabung
dalam UNIFIL. Kunjungan itu terbilang unik karena rombongan Dephan Spanyol
langsung menuju pos 8.33 Syekh Abbad Tomb, lokasi Kompi D pasukan
Indonesia berada. Berdasarkan daftar perjalanan yang diterima kontingen
Indonesia dari Komandan Sektor Timur Brigjen Martin Amrozio, disebutkan
bahwa perjalanan delegasi negaranya dari Beirut langsung ke pos pasukan
Indonesia. Mr. Cuesta Luis menerima paparan dari Chief of Staf Sektor Timur,
Letkol Francisco Rosaleny di pos 8.33. Paparan secara ringkas menggunakan
bahasa Spanyol, tentang situasi di Sektor Timur secara umum. Selanjutnya
Komandan pasukan Indonesia menyampaikan brifing singkat tentang keadaan
dari pos 8-33.
Saat dikonfirmasi tentang kunjungan delegasinya, salah satu anggota
rombongan Depertemen Spanyol, Brigjen Javier Monuz mengungkapkan, bahwa
situasi yang berkembang, membuat pemerintah Spanyol berhati-hati. Terjadinya
kekerasan di Lebanon utara membuat pemerintahnya berusaha untuk ”melindungi
keberadaan pasukannya”. Melalui kunjungan-kunjungan resmi dan bernegosiasi
dengan pihak Lebanon, diharapkan keadaan membaik. Di samping itu donasi
yang dikeluarkan oleh pemerintahnya terbilang besar.
Rombongan delegasi tersebut terdiri dari 12 personel, termasuk dari
kementerian luar negerinya diketuai oleh Sekjen Kerjasama internasional
Spanyol, Brigjen Martin. Di sela-sela perbincangan, sesaat sebelum
meninggalkan makam Syeikh Abbad, Brigjen Juan Carlos, juga anggota delegasi,
menyampaikan secara pribadi kepada Kolonel Surawahadi tentang kunjungan
tersebut. ”Keberadaan pasukan Indonesia telah diakui kemampuan
profesionalismenya, dan dapat bekerjasama dengan kontingen lain secara baik.
Hal inilah yang membuat delegasi Departemen Pertahanan Spanyol ingin melihat
langsung keberadaan kontingen TNI, dan kami menyaksikannya.”159
Tradisi militer di Indonesia berusaha diterapkan ke pasukan mancanegara.
Itu terjadi ketika dilakukan upacara melepas Komandan Sektor Timur, Brigjen
Amrosio yang berasal dari Spanyol di home base pasukan Indonesia. Pasukan
Indonesia menyelenggarakan kegiatan upacara perpisahan tersebut.

13. Perpisahan Komandan Sektor Timur dan Pasukan Indonesia


Upacara perpisahan itu dianggapnya sebagai kunjungan yang terakhirnya
di Indobatt. Dansektor Timur menyampaikan bahwa pasukan Indonesia yang
berada di bawah perintahnya adalah pasukan yang bergengsi dan penuh tradisi.
Ini telah dibuktikannya dengan tingkat kesiapan yang tinggi dan yang lebih
penting lagi menurutnya adalah upaya pasukan Indonesia yang telah bekerja
dengan sangat baik dengan bekerja keras dan melakukan sumbangsih bagi
kebanggaan TNI.

                                                       
159Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 25 Mei 2007.
223 

Pasukan Indobatt juga telah mengikuti jalur yang benar dan harus diyakini
bahwa itu satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan. Amrosio juga mengingatkan
bahwa harus memandang masa depan dengan harapan dan melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepada kita dengan baik karena harus diingat bahwa
negara (Lebanon) ini membutuhkan kita.160
Pada bagian lainnya, Komandan pasukan Indonesia, Kolonel Surawahadi
berharap agar persahabatan antara pasukan Spanyol dan Indonesia dapat
berlangsung abadi dan bahkan menjadi pemicu bertambah eratnya persahabatan
di tataran pergaulan dunia dan juga berdoa untuk keberhasilan dan keselamatan
Komandan Sektor dalam berkarier sebagai tentara serta keberhasilan seluruh
prajurit Brigada Paracaidista161 pada khususnya, dan tentara Spanyol pada
umumnya dalam perjuangan menegakkan perdamaian dunia.
Dansatgas Surawahadi meminta doa restu Dansektor dan seluruh
kontingen Spanyol yang akan kembali ke negaranya agar pasukan Indonesia dapat
melaksanakan tugas sampai akhir waktu penugasan dengan berhasil.162
Satu tahun telah berlalu, pasukan Indonesia, Kontingen Garuda XXIII A
berada di Lebanon. Tidak terasa waktu terus bergulir. Musim dingin di awal
kedatangan, berubah menjadi musim semi. Musim panas telah dilalui dan kini
memasuki musim dingin kembali meski salju belum menunjukan tanda-tanda
menjumpai kembali, namun pasukan Indonesia bergegas untuk berganti.
Kebanggaan sebagai bagian dari pasukan internasional tertanam di hati tetapi
menunjukan prestasi bertugas sebagai pasukan Indonesia di luar negeri
merupakan bakti pada ibu pertiwi. Ini merupakan akhir penugasan Kontingen
Garuda XXIII-A di Lebanon yang akan digantikan pasukan berikutnya.
Peperangan adalah kelanjutan dari perundingan yang gagal, dan
perundingan adalah kelanjutan dari peperangan yang terhenti, Maka pihak ketiga
dalam sebuah konflik, baik militer, tokoh politik, atau lainnya dapat memaksakan
perundingan dengan menghindari korban-korban lebih jauh.
Perang Arab-Israel hingga kini belum selesai, namun upaya untuk
mendamaikannya pun terus ditempuh, meski masyarakat Lebanon sendiri tidak
dapat memprediksi kapan perang akan berakhir. Pasukan Indonesia yang
dikirimkan ke Lebanon dengan membawa misi perdamaian itu adalah bagian dan
pihak ketiga (dalam bentuk militer) yang turut serta dalam mendamaikan pihak
yang bertikai dengan tujuan menghindari korban yang lebih banyak. Itu telah
dilakukan pasukan Indonesia sejak tahun 1957 ketika menjalankan misi pasukan
perdamaiannya di Lembah Sinai, Mesir, dalam perang Arab-Israel.
Perdamaian di daerah konflik adalah sesuatu yang mahal harganya, namun
keinginan akan kedamaian adalah idaman setiap manusia yang sehat nuraninya.
Suatu misi mulia telah dijalankan oleh pasukan Indonesia di Lebanon, yaitu
memelihara perdamaian dari dua kekuatan yang bertikai; maka implementasi

                                                       
160Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Maret 2007.
161Pasukan penerjun spanyol
162Lihat http://www.tni.mil.id/index.php?aksi=versi&versi=mobile, 21 Maret 2007.
224 

antara amanat konstitusi dengan keadaan nyata telah diemban secara bersama-
sama.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang 34 hari antara Lebanon dan Israel yang terjadi pada bulan Juli -
Agustus 2006 menjadi masalah besar dalam krisis Timur Tengah. Sekelompok
masyarakat Indonesia yang berada jauh dari lokasi konflik, menuntut kepada
pemerintah untuk diberangkatkan ke medan konflik untuk membantu masyarakat
Lebanon yang tengah mempertahankan wilayahnya dari agresi militer Israel.
Pemerintah Indonesia mencari jalan keluar untuk meredakan konflik
tersebut dan mengakomodasi keinginan masyarakat Indonesia dengan cara
mengirimkan pasukan TNI untuk terlibat dalam misi perdamaian di Lebanon.
Studi ini telah berusaha mempelajari bahwa pengiriman pasukan
Indonesia ke mancanegara dalam misi perdamaian dunia dalam hal ini Lebanon
adalah penting. Ada beberapa alasan yang mengemuka dalam pengiriman itu
yakni, pertama disebabkan oleh solidaritas dunia Islam. Lebanon termasuk ke
dalam negara-negara yang berbasis Islam serta salah satu negara yang pertama kali
mengakui kemerdekaan Indonesia. Lebanon sebagai negara Arab berusaha
berjuang untuk membebaskan wilayahnya dari penjajajahan Israel. Ini merupakan
semangat yang dibangun dalam konstitusi Indonesia, “bahwa kemerdekaan adalah
hak segala bangsa.”
Kedua adalah membangun citra politik luar negeri Indonesia, hal ini
merupakan kepentingan negara untuk memainkan peran dalam politik global
sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945, yaitu …”turut memelihara
perdamaian dunia yang berdasarkan keadilan dan perdamaian abadi.” Amanat
tersebut, menjadi landasan kiprah pasukan Indonesia di dunia internasional untuk
memelihara perdamaian dan ketertiban dunia.
UU TNI Nomor 34 pasal 20 ayat 3 menegaskan tentang penggunaan
kekuatan TNI dalam tugas perdamaian dunia sesuai dengan politik luar negeri
Indonesia, merupakan penjabaran dari tekad tersebut. Sementara pengiriman
pasukan Indonesia ke Lebanon itu sesungguhnya tidak murni sebagai operasi
militer karena lebih banyak unsur politiknya, di antaranya adalah untuk
meningkatkan citra politik luar negeri RI.
Pasukan Perdamaian Indonesia secara otomatis membawa citra politik luar
negeri RI. Di sisi lain pemerintah Indonesia yang ketika itu berambisi untuk
menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada sidang PBB berikutnya,
menjadi titik tolak keterlibatan Indonesia dalam misi perdamaian dunia. Melalui
diplomasi militer pemerintah Indonesia berusaha mengupayakan penghentian
konflik Lebanon – Israel.
Upaya melalui diplomasi militer, itu menjadi bagian dari diplomasi total.
Ini yang menjadi alasan diplomatik Indonesia dengan misi utamanya yaitu
memulai secara serius bagaimana dapat menggunakan kedudukan Indonesia yang
baru terlibat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamananan PBB. Dengan cara
itu Indonesia mendapatkan simpati dunia yang berlanjut dengan pembaruan
alutsista yang dimiliki Indonesia. Alutsista Indonesia ternyata sangat jauh
226 
 

tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga lainnya setelah diembargo


Amerika untuk beberapa waktu.
Kiprah para prajurit TNI di Lebanon memainkan peran diplomasinya
melalui berbagai pendekatan dan negosiasi dengan masyarakat yang tengah
bertikai maupun dengan sesama pasukan penjaga perdamaian yang berasal dari
negara-negara lain. Diplomasi pasukan Indonesia dalam kerangka Soft Power
diplomasi, memandu perilaku prajurit TNI yang membuat Kontingen Garuda
senantiasa memiliki daya tarik tersendiri dibanding kontingen negara lainnya.
Diplomasi militer dalam pelaksanaan tugas kontingen garuda ini
memperkuat teori Paul Sharp yang menyatakan bahwa diplomasi publik
merupakan proses interaksi langsung pasukan dengan masyarakat Lebanon yang
sedang memperjuangkan kepentingan nasionalnya dan untuk pasukan Garuda
dalam rangka menyebarkan nilai-nilai yang dimilikinya. (the process by which
direct relations with people in a country are pursued to advance interests and
extend the values of those being represented).
Disertasi ini memperkuat pula argumentasi Anthony Pratkanis yang
mendefinisikan diplomasi publik sebagai the promotion of the national interest by
informing and influencing the citizen of other nations. Dalam hal ini, diplomasi
ditujukan pada warga negara dari negara lain dan bukan ditujukan pada elit
pemerintahan maupun political entities negara itu sebagaimana berlaku dalam
diplomasi standar atau tradisional.
Di samping itu, diplomasi publik juga merupakan upaya promosi terhadap
kepentingan nasional melalui pengaruh-pengaruh berupa perubahan maupun
pembentukan opini dan persepsi publik, kepercayaan, sikap dan kebiasaan,
harapan serta motivasi ke arah yang diinginkan. Keuntungan-keuntungan lainnya
yang paling penting adalah bahwa peace keeping menjadi arena diplomasi pasukan
yang akan mengubah dan meningkatkan image Indonesia tidak hanya sebagai
pasukan perdamaian, tetapi juga pasukan yang bisa mengambil hati rakyat dan
penduduk setempat.
Metode yang dipergunakan oleh para prajurit Kontingen Garuda yang
bertugas di Lebanon dalam misi menjaga perdamaian dunia dapat terlihat melalui
diplomasi militer yang dipraktikkan dengan menerapkan prinsip-prinsip diplomasi
publik dalam rangka merebut hati dan pikiran masyarakat.
Disertasi ini membuktikan bahwa pengiriman pasukan Indonesia untuk
menjaga perdamaian di Lebanon memberikan secercah harapan pada masyarakat
Lebanon untuk kedamaian. Keberadaan pasukan Indonesia yang pertama kali
ditugaskan ke wilayah itu memberikan kesegaran pada masyarakat Lebanon dalam
pergaulan dengan pasukan dari negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Hal
itu dapat memberikan kenyamanan dan kepercayaan masyarakat pada pasukan
perdamaian Indonesia.
Deskripsi simbolik yang digambarkan Durkheim yang menurutnya dapat
menyatukan interaksi antar masyarakat, itu terjadi dari penugasan pasukan
perdamaian Indonesia. Disebabkan kesamaan agama antara dua komunitas itu
memiliki makna tersendiri dalam pergaulan antar pasukan perdamaian dengan
227 
 

masyarakat setempat yang mengharapkan perlindungan keamanan dari serangan


tentara Israel.
Interaksi pasukan Indonesia dengan masyarakat Lebanon Selatan itu
diwujudkan dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pasukan yang melibatkan
masyarakat seperti mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan yang
dikreasi pasukan Indonesia seperti program “mobil pintar”, “pengobatan gratis”,
melaksanakan kegiatan idul qurban ke masyarakat dengan shalat id di lingkungan
mereka, memberinya domba untuk disembelih dan sebagainya sehingga
memungkin masyarakat menerima keberadaan pasukan Indonesia.
Interaksi lain adalah membeli dagangan penduduk Lebanon Selatan yang
menjajakan dagangannya baik di home base pasukan maupun di pasar tradisional
mereka.
Disertasi ini membuktikan bahwa interaksi yang dibangun oleh pasukan
Indonesia di tengah masyarakat Lebanon yang tengah bertikai menghantarkan
pasukan Indonesia dipercaya untuk terus terlibat dalam misi perdamaian di
Lebanon.
Relasi antara kedua masyarakat itu terjalin dengan sifal simbiosis
mutualisme. Dalam setiap interaksi sosial, hampir dapat dipastikan akan terjadi
pertukaran aktifitas, keuntungan, dan nilai antara masyarakat yang satu dengan
yang lainnya, baik secara nyata maupun tidak. Pertukaran dalam interaksi tersebut
mempersyaratkan adanya relasi timbal balik (reciprocal relations). Pasukan
Indonesia merasa nyaman dan masyarakat Lebanon merasa aman.
Konsekuensinya interaksi antar kedua masyarakat akan terhenti jika syarat
timbal balik tidak terpenuhi, misalnya salah satu dari yang menjalin interaksi
tersebut berbuat curang, atau melanggar kesepakatan yang telah ditetapkan. Akan
tetapi sejauh ini belum ada indikasi ke arah itu karena masyarakat Lebanon
maupun dewan keamanan PBB masih menginginkan keberadaan pasukan
Indonesia di wilayahnya.
Disertasi ini memperkuat pendapat Durkheim yang menurutnya simbol
dapat menyatukan interaksi antar masyarakat. Kesamaan agama antara dua
komunitas itu memiliki makna tersendiri dalam pergaulan antar pasukan
perdamaian dengan masyarakat yang mengharapkan perlindungan.
Demikian pula dengan pendapat Malinowski yang melihat interaksi antar
masyarakat dalam pendekatan Antropologis. Masyarakat dilihat dari totalitas
fungsional yaitu, seluruh adat kebiasaan dan praktik harus yang dipahami dalam
totalitas konteksnya dan dijelaskan dengan melihat fungsinya.
Menurutnya, sama sekali tidak tepat menggunakan gagasan survivals
evolusionis untuk menjelaskan segala sesuatu. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh
penduduk atau warga harus dijelaskan dengan melihat perannya saat itu, bahkan
ada kebiasaan yang tampak sebagai sisa dari periode sebelumnya mesti memiliki
satu fungsi, dan fungsi itu adalah penjelasan yang sesungguhnya atas keberadaan
adat kebiasaan tersebut.
Metode inovatif dengan observasi partisipan, Malinowski rupanya
diterapkan oleh pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon. Mereka menyapa
masyarakat, membantu pengobatan dengan mendirikan balai pengobatan,
228 
 

melakukan kegiatan dokter keliling, shalat di masjid-masjid yang masyarakat


dirikan, membantu renovasi masjid yang hancur akibat bom maupun tembakan
mortir saat bertempur dengan Israel, dan berbagai kegiatan yang memikat hati
masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan itu yang menyebabkan pasukan Indonesia
diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.

B. Implikasi Penelitian
Penelitian tentang relasi pasukan Indonesia dengan masyarakat Lebanon
menghadirkan warna yang menarik. Diantaranya adalah konstruksi pasukan yang
“sangar” di dalam negeri menjadi lembut ketika ditugaskan ke luar negeri. Ini
membawa pengaruh besar pada diplomasi militer Indonesia untuk menjadi
pasukan perdamaian yang disenangi masyarakat setempat dan membawa
keberhasilan dalam diplomasi politik luar negeri Indonesia.
Bagi personel pasukan, pengalaman menjalankan misi perdamaian dunia
memberikan rasa percaya diri yang kuat bahwa pengabdian sebagai tentara
membawa pada kemaslahatan umat manusia. Penelitian ini belum sempurna, maka
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat data dan fakta sehingga
didapatkan penelitiaan yang mendekati kesempurnaan.
Kata Bung Hatta, yang mengutip penyair Prancis, Rene de Cerck, “Hanya
ada satu tanah air yang disebut tanah airku, ia berkembang dengan amal dan amal
itu adalah amalku.” Kita dapat beramal pada Indonesia meskipun sedikit dan salah
satunya adalah membawa nama harum Indonesia di Lebanon.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Achcar, Gilbert dan Michel Warschawski, The 33-Day War: Israel’s war on
Hezbollah in Lebanon and is Consecuences (Paradigm Publisher, 2007)
Al-Marâghî, Ahmad Mushthafâ, Tafsîr al-Marâgî (Mesir, Mushthafâ al-Bâbî
al-Halabî,.cet. ke-5 Jilid 27. 1974)
Al-Nugaimasyî, Ibrâhîm ibn Sulaimân, “Perdamaian Dunia dan Jihad” dalam Azhar
Arsyad, et al,. Islam dan Perdamaian Global (Yogyakarta: Madyan
Press. 2002)
Azra, Azyumardi, “Islam and Democracy; The Indonesian Experience”.
Islamika. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses pada 02-04- 2012.
Azra, Azyumardi. Indonesia, Islam, and Democracy: Dynamics in a Global
Context. Jakarta: Equinox Publishing, 2006.
Antonio, Muhammad Syafii, Ensiklopedi Peradaban Islam, (Jakarta: Tazkia
2012).
Armstrong, Karen. Jerusalem: One City, Three Faiths, Babbie, Earl. ThePractice of
Social Research, Third Edition. (California: Wadsworth Publishing Company
Belmont, 1983).
Armstrong, Karen, Perang Suci, (Jakarta, Serambi, 2003).
Arafat Yasser., Konflik dan Dinamika Etnik Dayak-Madura di Kalimantan
Barat,Tesis S-2 Sosiologi, (Yogyakarta, UGM, 1998).
Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah, (Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2002).
Bachtiar, Tiar Anwar, Hamas Kenapa dibenci Israel? (Jakarta, Hikmah 2008).
Blair, Dennis, edt. Military Engagement Influencing Armed Forces Worldwide to
Support Democratic Transitions, (Brookings Institution Press, June 2013).
Bogdan, Robert C. Qualitatif Research for Education: An Introduction to
Theorryand Methods. (USA: Sari Knopp Biklen, 1992).
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1991).
Connolly, Peter. Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKis, 2001).
Cormack, Patricia. Sociology and Mass Culture Durkheim, Mills, and
Baudrillar, University of Toronto Press July 2002.
Coulon, Jocelyn. Soldiers of Diplomacy the United Nations, Peacekeeping, and the
New World Order, (University of Toronto Press: March 1999).
Daniel, Donald C. F. and others, Eds. Peace Operations Trends,Progress,
and Prospects,(Georgetown University Press, July 2008).
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008).
Dinas Sejarah TNI AD, Dharma Bhakti TNI AD dalam Tugas Internasional.
(Jakarta, 1982).
Disbintalad, Kepemimpinan Rasulullah SAW. dalam Kemiliteran. (Jakarta:
CV Derwindo Prima, 2011).
El Dadl, Khaled M. Abou. Melawan Tentara Tuhan, (Jakarta, Serambi 2003).
230

El Ibrahimy, M. Nur. Inggris dalam Pergolakan Timur Tengah, (Bandung:


NV. Al. Ma’arif, 1955)
Esposito, John L., Unholy War, (Yogyakarta, Ikon Teralitera, 2003).
Frederik, William H. Pandangan dan Gejolak: masyarakat kota dan lahirnya
revolusi Indonesia (Surabaya 1926-1946), (Jakarta: Gramedia, 1989).
Giddens, Anthony. Kelompok, Kekuasaan dan Konflik. (Jakarta: Rajawali,
1987).
Golding, Louis. The Jewish Problem, (England: Penguin Books Limited, 1938).
Gurr, Ted. Why Man Rebel, Priceton University Press, 1971.
Gentry, Caron E. and Amy E. Eckert, edt. The Future of Just War New Critical
Essays, (University of Georgia Press, January 2014).
Goemans, H. E. War and Punishment The Causes of War Termination and
the First World War, (Princeton University Press, January 2012).
Griffiths, Martin and Tery O Callaghan: International Relations: The Key
Concepts, (2002).
Hannase, Mulawarman. Ideologi Yahudi tentang Jerusalem dan Gerakan
Politiknya. (Kudus: Maseefa Jendela Ilmu, 2011).
Hassan, Fuad. Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2005).
Hassan, M. Zein Lc, Lt., Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1980).
Howard, Michael and Peter Paret, On War, (Princeton University Press, September
2008).
Hugh, Mial, et.al., Resolusi Damai Konflik Kontemporer. (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2000).
Imad Harb, Lebanon’s Confessionalism: Problems and Prospects, (United
States Institute of Peace, Maret 2006).
Johnson, James Turner. Perang Suci Atas Nama Tuhan, Bandung, (Pustaka
Hidayah, 2002).
Johnson, Doyle Paul. Teori Sosilogi Klasik dan Modern, jilid I, (Jakarta: Gramedia,
1990).
JW Lotz, Mircea Windham. Master Plan Yahudi; Poros Asia dan Timur Tengah.
(Yogyakarta: Pustaka Solomon, Get. I, 2010).
Kazhim, Musa. Hizbullah Sebuah Gerakan Perlawanan Ataukah
Terorisme?( Jakarta: Noura Book, 2013).
Kartodirdjo, Sartono. Pemberontakan Petani Banten 1888: Kondisi, Jalan
Peristiwa, dan Kelanjutannya. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984).
Kinloch, Graham C. Sosiological Theory, (US: McGraw-Hill Inc.1977).
Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1992).
Koya, Abdar Rahman. Hisbullah, (Jakarta: Hikmah, 2006).
Lubis,Akhyar Fenomenologi-Hermeneutika Sebagai Seni Memahami Jaringan
Makna Pada Ilmu Sosial-Budaya (Jakarta: Departemen Filsafat Fakultas
Ilmu Budaya UI, 2012/2013)
Lang Jr, Anthony F., and others, Eds. Just War Authority, Tradition, and Practice,
(Georgetown University Press, July 2013).
La Ode, M.D., Peran Militer Dalam Ketahanan Nasional, (Jakarta, Sinar Harapan,
2006).
231

McFalls, Laurence. Max Weber's 'Objectivity' econsidered, (University of Toronto


Press Series: German and European Studies, October 2007).
Manganaro, Marc, “Malinowski, ‘narative’ Naration, and The Ethnographer’s
magic”, (Princeton University Press January 2009)
Maulani, Z.A., Perang Afghanistan, (Jakarta, Dalancang Setia, 2002).
Montefiore, Simon Sebag. Jerusalem the Bioghraphy. (Jakarta: Alvabet, Januari
2012).
Moleong, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda Karya, 1999).
Murphy, James G. War's Ends Human Rights, International Order, And the
Ethics of Peace, (Georgetown University Press, January 2014).
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia (Jakarta:Rajawali Press, 1987),
Nasution, Debby. Kedudukan Militer dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Amanah
Daulatul Islam, 2001).
Nata, Abuddin, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta, Prenada Media Group, 2011).
Nazir, M. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Galia Indonesia, 2003).
Norton, Augustus Richard. Hezbollah A Short History, (Princeton University
Press, January 2009).
Nurdi, Herry. Membongkar Rencana Israel Raya. (Jakarta: Cakrawala Publishing,
Get. I, 2009).
Nye, Joseph S. Jr, Soft Power, (2004).
Patterson, Eric D. Ending Wars Well Order, Justice, and Conciliation in
Contemporary Post-Conflict, (Yale University Press, August 2012).
PBB, “Handbook on UN Mutidimensional Peacekeeping Operations,”(2003).
Piliang, Indra J. Bouraq-Singa Kontra Garuda Pengaruh Sistem Lambang
dalam Separatisme GAM terhadap RI. (Yogyakarta: Ombak, 2010).
Pranowo, Bambang M. Memahami Islam Jawa. (Pustaka Alavabet, 2011)
Pratkanis, Anthony. Public Diplomacy in the International Conflict. In N.S. Taylor
(Ed.) Routledge Handbook of Public Diplomacy. (Routledge. 2009).
Pusat Sejarah TNI. Sejarah TNI Jilid 1-5. (Jakarta: Pusat Sejarah TNI, 2000).
Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984).
Pruitt, Dean G. & Jeffrey Z. Rubin, Social Conflict: Escalation, Stalemate,
and Settlement. (New York: McGraw-Hill, 1986).
Rachmadi, L. Christiawan.. Menjawab Tantangan Operasi Perdamaian Masa Depan
Dari Komunitas Internasional. (Jakarta: Unhan. 2012).
Rahman, Afzalur. Nabi Muhammad sebagai seorang Pemimpin Militer (Jakarta:
Hamzah, 2002).
Reynolds, Henry. Forgotten War, (UNSW Press, July 2013).
Regan, Richard j. Just War, Second Edition, (Catholic University of America
Press, May 2013).
Reiter, Dan. How Wars End, (Princeton University Press, August 2009).
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berwajah Ganda, (Jakarta: Rajawali
Press, 1982).
Ritzer, George. Sociological Theory, (New York: Alfred A. Knopf, 1983).
Ritzer, George dkk. Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2004).
Robertson, Ian. Sosiology. (New York: Worth PublisherInc. 2nd edition, 1981).
Robertson, William G. dan Lawrence A. Yates. Block by Block The
232

Challenges of Urban Operations. (Jakarta: 2010).


Saksono, H.L. Konflik Israel – Palestina dan Pergerakan Teroris, (Jakarta,
YKPI, 2002).
Sanderson, Stephen. Sosiologi Makro. Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995).
Scaff, Lawrence A. Max Weber in America, (Princeton University Press, January
2011).
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Akademik
Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011-2015, (Jakarta: 2011).
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan
Bahasa Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes dalam Karya Ilmiah.
Jakarta: 2011).
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, Vol. 5, 2002).
Sinjal, Daud dkk. Himawan Soetanto Menjadi TNI, (Jakarta: Kata Hasta Pustaka,
2009).
Sunardi, R.M., ABRI dan PBB, (Dephan RI, 1995).
Susan, Novri. Sosiologi Konflik dan Isu-isi Konflik Kontemporer, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2009).
Sutanto, Himawan. Menjadi TNI, (Jakarta: Kata Penerbit, 2009).
Suryohadiprojo, Sayidiman, Pengantar Ilmu Perang, (Jakarta, Pustaka Intermasa,
2008).
Suryohadiprojo, Sayidiman. Sivis Pacem Para Bellum, (Jakarta, Gramedia,
2005).
Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial, terjemahan dari “The Sociology of
Social Change” oleh Alimanda, (Jakarta: Prenada,
2004).
Taufiqulhadi, T. Satu Kota Tiga Tuhan. (Jakarta: Paramadina, 2000).
Turner, Bryan S. Relasi Agama dan Teori Sosial Kontemporer. (Yogyakarta:
IRCisod, 2012).
Usman, Sunyoto, Sosiologi: Sejarah Teori, dan Metodologi, (Yogyakarta,
CIReD, 2004).
Von Clausewitz, Carll. On War, (London: N Trubner, 1873).
Von Hilgers, Philipp. War Games A History of War on Paper, (The MIT Press,
March 2012).
Yatim, Badri. Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci, (Jakarta, Logos, 1999).
Yulianto, Mayor Ari. Lebanon. (Jakarta: Gramedia, 2010).
Waugh, Joan, and Gary W. Gallagher, edt. Wars within a War Controversy and
Conflict over the American Civil War, (University of North Carolina Press,
June 2009).

B. Peraturan Perundang-undangan

Kepres Nomor 15 tentang Kontingen Garuda 2006


Surat Tugas Kontingen Garuda, Mabes TNI 2006
UUD 1945
233

UU TNI Nomor 34 tahun 2004

C. Koran, dan Majalah

Al Mannar 14 July 2016


Angkasa, Edisi Koleksi, Perang Hizbullah Israel, 2006.
Annahar 14 July 2016

Harian Pelita, 29 Agustus 2014.


Kompas, 2 April 2001, 8 September 2006, 22 Agustus 2006, 28 Agustus
2006, 4 September 2006, 20 September 2006, 2 Nopember 2006, 4
Nopember 2006, 23 Desember 2006, 5 Februari 2007.
Sinar Harapan, 3 November 2006
Sindo, Oktober 2006
Tempo, Desember 2000
The Jakarta Post, 25November 2014. Amirio, Dylan, “RI, Lebanon to focus
partnership on educational exchange, people-to-people relations”

D. Jurnal Internasional

Allee, Susan S. “UN Blue: An Examination of the Interdependence between


UN Peacekeeping and Peacemaking”, International Journal of Peace Studies,
Volume 14, Number 1. (Spring/summer, 2009).
Belier, Wouter W. Durkheim, Mauss, Classical Evolution and the Origin of
Religion, Method, Theory in the Study of Religion, Vol. 11. No. 1. (1999).
Byman, Daniel. Should Hezbollah Be Next, Foreign Affairs, Vol 82 No 6 (Nov-Dec
2003).
Childs, Steven. From Identity to Militancy: The Shi’a of Hezbollah,“Routledge,
Taylor & Francis Group, Routledge, Taylor & Francis Group, Comparative
Strategy”, 30:363-372 (2011).
Edmon Melhem, Dr”Workings and Shortcomings of the Lebanese Political System”,
Middle East Quarterly, Vol. 3, Number 10 (1996) Diakses 14-07-2016.
El Husseini, Rola. Hezbollah and the Axis of Refusal: Hamas, Iran and Syria,
“Routledge, Taylor & Francis Group.Third World Quartly”, Vol. 31, No 5, pp
803-815. (2010)
Goldberg, Chad Alan and Emile Durkheim Sociological heory,Introduction to
Emile Durkheim's "Anti-Semitism and Social Crisis", American
Sociological Association Vol. 26, No. 4, pp. 299-323 (Dec., 2008)
Goksel, Timur, Mr. UNIFIL Reflects on A Quarter Century, of Peacekeeping in
South Lebanon, University of California Press, Journal of Palestine Studies,
(2007).
Hagen, Roar. Rational Solidarity and Funcional Differentiation, University of
Tromse, Norway, Scandinavia Sociological Association, Acta Sociological.
(2000).
Harvey J. Langholtz. (Editor), History of United Nations Peacekeeping Operations
Following the Cold War: 1988 to 1996. New York USA: Unitar Poci, Dag
234

Hammarskjold Centre, (2006).


Harvey J. Langholtz (editor), Peacekeeping and International Conflict Resolution,
New York USA, Unitar Poci, Dag Hammarskjold Centre, (2000).
Harvey J. Langholtz (editor), International Humanitarian Law and The Law of Armed
Conflict. New York USA: Unitar Poci, Dag Hammarskjold Centre, (2000).
Haseman, John B. dan Eduardo Lachicha, The TNI and International Peacekeeping
Operations: A Welcome Return, dalam The U.S. – Indonesia Security
Relationship: The Next Steps. USINDO (Januari 2009).
Imad Harb, “The Lebanon War” by A.J. Abraham, Middle East Studies
Association Bulletin, Vol. 32, No. 1. Pp.108-109 (Summer 1998)
Imad Harb,”Dilemmas of Democracy and Political Parties in Sectarian Societies: The
Case of the Progressive Socialist Party of Lebanon, 1949-1996” by Nazih
Richani, International Journal of Middle East Studies, Vol. 31, No. 3 . pp.
(Aug., 1999)
Imad Harb, “Lebanon’s Confessionalism: Problems and Prospects.” United States
Institute of Peace, (March 30, 2006). Diakses 14-07-2016.
Ims, Knut J and Ove D. Jacobsen, Cooperation and Competition in the Context of
Organic and Mechanic Worldview - A Theoritical and Case based
Discussion, Journal of Busines Ethic, Vol. 66, pp. 19-32 (springs 2006)
Julia Choucair, Lebanon: Finding a Path from Deadlock to Democracy, Carnegie
Endowment for International Peace Papers, no 64, (January 05, 2006): 4-6.
John, Norton Moore, edt. The Arab-Israeli Conflict, Volume IV, Part I the Difficult
Search for Peace (1975-1988), Princeton University Press, (July 2014).
KA Muthanna, Military Diplomacy Perspectives. Journal of Defence Studies
Military Diplomacy Vol 5. No 1, (January 2011).
Kekes, John. War, Cambridge University Press on behalf of Royal Institute of
Philosophy, Vol. 85, No. 332. pp. 201-218 (April 2010).
Lachica, Eduardo, Jakarta’s Foray into Armed Diplomacy, The Far Eastern
Economic Review, No. 5 Vol 170 (June 2007).
Lugo, Meredith. Israel: Hezbollah Violating Arms Embargo Arms Control Today,
Vol. 38, No. 8, pp. 36-37. (October 2008)
Malinowski, Bronislaw, “Science and Religion” (1930) yang dianalisis oleh Hellen
Tilley, dalam Global Histories, Vernacular Science, and African
Genealogies ; or, Is the History of Science Ready for the World? (ISIS Vol.
101. No. 1. March 2010)
Ray, Larry, August Comte and the Religion of umanity: The Post-Theistic Program
of French Social Theory by Andrew Wernick, Sociology Vol. 37, No. 1
(February 2003).
ROL Cécile, Animisme et Totémisme: Durkheim vs Wundt L’Année Sociologique
(1940/1948- ) Troisième série, Presses Universitaires de France Vol. 62,
No. 2, Émile Durkheim: "Les Formes élémentaires de la vie religieuse", un
siècle après, pp. 351-366, (2012)
Salamey, Imad and Frederic Pearson. Hezbollah: A Proletariat Party with an
Islamic Manifesto – A Sociopolitical Analysis of Islamist Populism in
Lebanon and the Middle East, “Small Wars and Insurgencies”, Vol 18, N0.
13, 416-438, (September 2007).
235

Makdisi, Karim. Reconsidering the Struggle over UNIFIL in SouthernLebanon,


University of California Press Journal of Palestine Studies, Vol. 43, No. 2,
pp. 24-41 (Winter 2014)
Norton, August Richard. The Role of Hezbollah in Lebanese Domestic Politics. “The
International Spectator: Italian Journal of International Affairs”, (06 Dec
2007).
O’Regan, Mary (School of Communications, Dublin City University), “In the
Shadow of War: Irish Press Frames and Political Discourses on the Israeli –
Hezbollah War (July-August 2006)” Irish Studies in International Affairs Vol.
21, (2010).
Parker, James. Unifil and Peacekeeping the Defences Forces inExperience, Royal
Irish Academy Irish Studies in International Affairs, Vol 2 No. 2. (1986).
Pratkanis, Anthony. Public Diplomacy in the International Conflict, Routledge
Handbook of Public Diplomacy, Routledge. (2009).
Perinbanayagan, R. S. Telic Reflections: Interactional Processes as such. Symbolic
Interaction, Vol. 26, No. 1. (2003).
Ray, Larry. August Comte and the Religion of Humanity: The Post-Theistic Program
of FrenchSocial Theory by Andrew Wernick. Sociology, Vol. 37, No. 1,
(February 2003).
Seed, David. Future Wars the Anticipations and the Fears, Liverpool Science Fiction
Texts and Studies Volume: 42, (June 2012).
Serpe, Richard T. Stability and Change in Self: A Structure SymbolicInteractionis
Explanation, American Sociological Association, Social Psychology
Quarterly, Vol. 50, No. 1, 44-55. (1987)
Sheikh ‘Abd al-wahhab al-Turayri, Research Committee of
Islam, ,http//en.islamtody.net/artshow-387-3403.htm. (07/10/2008)
Simon Haddad, The Origins of Popular Support for Lebanon’s Hezbollah,
“Routledge, Taylor & Francis Group. Studies in Conflict & Terrorisme”,
29:21-34, (2006).
The American Sociologist, Examining Community Life “in the Making”: Emile
Symonds, Michael and Jason Pudsey. The Forms of Brotherly Love in Max
Weber’s Sociology of Religion (Sociological Theory, Vol. 24, No. 2, Jun.,
2006)
Durkheim’s Moral Education, , Volume 42, Issue 1, pp 56-111 (March 2011) Tilley,
Hellen. Global Histories, Vernacular Science, and African Genealogies; or,
Is the History of Science Ready for the World? ISIS Vol. 101. No. 1. (March
2010).
Wiegand, Krista E. Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese
Political Party, “Routledge, Taylor & Francis Group Studies in Conflict &
Terrorisme”, 32: 669-680, (2009).

www.un.org
www.unifil.org
www.tni.mil.id
http://ahmadiyyatuvalu.wordpress.com/.
http://literaturhabibalawiyin.blogspot.com
236
GLOSARIUM

ANC (Army Nationale Congolaise) Tentara Nasional Kongo


AO (area of operation) Wilayah batas operasi pasukan
Duty Officer Perwira Siaga
Backhoe Loader Alat berat yang digunakan untuk
membangun pangkalan
Baladiyah Desa
Body fest Alat/ baju untuk menghindari peluru
bersarang di tubuh.
Brief On Indonesia Pengenalan tentang Indonesia yang
dilakukan oleh prajurit Indobatt di daerah
tugasnya
Blue Line Garis biru istilah yang membatasi wilayah
Lebanon - Israel
Brigada Paracaidista Sebutan untuk pasukan Spanyol
Buffer zone Zona penyanggah
BTR (Bronetransporter ) Jenis panser yang digunakan pasukan
Indonesia buatan Kroasia
BX (Base Exchange) Toko untuk penyebutan di Angkatan Udara
Cease fire Gencatan Senjara
Civil Affair Bagian dari kehumasan pasukan
Cessation of fire Gencatan Senjata
Cessation of hostilities Penghentian permusuhan
Cluster bomb Munisi yang bertebaran di semua tempat di
Lebanon Selatan akibat serangan Israel
pada perang 34 hari
Confessionalism politics Sistem politik yang mengamanatkan
agar perimbangan antara komunitas-
komunitas konfesional dipertahankan di
pemerintah, parlemen, dan seluruh jajaran
pemerintahan
Contingent Troop Kontingen Pasukan
Corimec Sejenis kontainer yang ditata untuk tempat
tinggal pasukan
CTO (Contemporary Time Off) Waktu cuti yang didapatkan personel
pasukan perdamaian dalam enam bulan
dapat cuti dua minggu
Der Judenstaat Negara Israel
Experts on mission Ahli pada misi
Eretz Yisrael Tanah Israel
Formed police unit Unit polisi berseragam
Force Commander Panglima
Home Base Kesatrian
Haganah Korp pertahanan. Palmach sebagai sayap
238 
 

komandonya,
IDF (Israel Defence Force) Pasukan tentara Israel
Illegal weapons transfers Pasokan senjata tidak resmi
Individual police Polisi Individu
Indobatt Nama pasukan Indonesia yang disingkat
menjadi Indonesia Battalyon
in-group Kelompok dalam
KUAI Singkatan dari Kuasa Usaha Ad Interim
Indonesia. Pengganti sementara dari duta
Besar Republik Indonesia
Mayor Kepala Desa
MCX (Marine Corps Exchange) Toko yang akrab disebut kalangan marinir
Amerika Serikat dan Inggris.
Medical Assistance Bantuan kesehatan yang dilakukan oleh
tim kesehatan Indobatt ke tengah
masyarakat yang membutuhkan
pertolongan kesehatan
Military Observer Petugas yang berasal dari berbagai negara
di dunia yang bertugas di suatu negara
yang sedang bertikai atau sedang
menghadapi masalah keamanan.
Military zone Zona Militer
Mouchtar Kepala Kampung
Medal Parade Parade Medali pemberian penghargaan
kepada prajurit yang telah berdinas selama
enam bulan di lingkungan PBB
Multidimensional peacekeeping Penjaga perdamaian berbagai dimensi
NATO (North Atlantic Treatry
Organization) Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Suatu
gabungan kekuatan militer yang dimiliki
oleh negara-negara Barat saat perang
dingin namun masi hada hingga saat ini
NEX (Navy Exchange) Toko lebih familiar penyebutannya di
kalangan Angkatan Laut.
Peacekeeping Force Pasukan Pemelihara Perdamaian
Peacekeeper Penjaga Perdamaian
Peacemaker Pembuat perdamaian
Prostetik Bantuan kaki palsu yang diperkenalkan
pasukan India
Pogrom Pertempuran pemusnahan
Panhard Jenis panser body ramping yang digunakan
pasukan Indonesia buatan Perancis dengan
yang digunakan untuk pengintaian musuh
Public Diplomation Diplomasi publik adalah suatu proses
dilaksanakannya hubungan langsung
dengan masyarakat di suatu negara untuk
239 
 

memperjuangkan kepentingan nasional dan


dalam rangka menyebarkan nilai-nilai yang
dimilikinya.
PX (Post Exchange) Toko. Terminologi dari PX lebih akrab
bagi Angkatan Darat seperti Amerika,
Australia, dan negara Eropa.
Qodho’ Koordinator desa
Qoim al Maqam Semacam camat
Out-group Kelompok luar
RoE (Rules of Engagement ) Adalah aturan pelibatan pasukan (aturan
main) dalam situasi tertentu disebabkan
adanya keadaan genting yang
menyebabkan boleh tidaknya sebuah
pasukan terlibat dalam pengamanan.
Reciprocal relations Relasi timbal balik
Shelter Tempat Perlindungan bagi pasukan PBB
apabila pertikaian tidak dapat dihentikan
dan terjadi kontak senjata antara yang
bertikai.
Sex abuse Pelecehan seksual yang harus dihindari
yang mungkin terjadi di kalangan pasukan
perdamaian
Smart Car Mobil pintar yang berisi permainan untuk
anak-anak yang diperkenalkan oleh
pasukan Indobatt.
SLA (South Lebanon Army) Milisi Lebanon yang pro-Israel
Soft Power Diplomasi, Istilah dalam diplomasi yang berarti
diplomasi non kekerasan
SOP (Standar Operation Procedure) Prosedur standar dalam operasi
Spokeperson Juru bicara (kepala penerangan)
Taif Accord Persetujuan Taif
Technical fence Pagar pembatas antara negara Lebanon
dengan Israel (tanah pendudukan)
Tour of Operation Area Perpindahan tugas di wilayah operasi
Traditional peacekeeping Penjaga perdamaian Tradisional
Troika Membagi kepemimpinan nasional ke
dalam 3 kelompok, yaitu Kristen Maronite
menjabat sebagi Presiden, Islam Sunni
sebagai Perdana Menteri, dan Islam Syiah
sebagai Ketua Parlemen.
Underlying cause of conflict Tindakan yang paling awal untuk
mencegah terjadinya konflik adalah
mengidentifikasi apa yang menjadi akar
konflik.
VAB (Ve’hicule de l’Avant Blinde’) Jenis panser yang digunakan pasukan
Indonesia buatan Perancis
240 
 

Yonif Singkatan dari Batalyon Infantri. Batalyon


yang dikirim Indonesia ke Lebanon
berjumlah 850 orang.
241 
 

INDEX

Addaiseh, 153, 158, 160, 164, 206, 146, 221, 222, 233, 234, 242, 243,
224, 225 245
Adshit Al Qusayr, 30, 144, 145, 152, diplomasi militer, 21, 24, 25, 26, 30,
153, 155, 159, 161, 213, 214, 216 242, 243, 245
Al Qaeda., 88, 93, 95 diplomasi pertahanan, 24, 25
Alawite, 80 diplomasi total, 21, 24, 25, 26, 29, 30,
112, 113, 114, 222, 242
Ali Alatas, 114
Djoko Suyanto, 13, 27, 156, 217
Amerika Serikat, 41, 46, 60, 61, 76,
82, 99, 100, 119, 125, 188, 217, Druze, 22, 66, 68, 71, 80, 82, 83, 90,
220, 235 93, 106
Amrosio, 13, 106, 213, 214, 216, 239 Eduardo Lachicha, 17, 24, 117, 225
Ban Ki Moon, 107, 110, 128, 234, Ehud Olmert, 96, 100, 103, 107, 168
235, 236
Fatah, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 114,
Bangladesh, 8, 117, 138 139, 171
Bashir Assad,, 84
Force Commander, 145, 160, 167,
blue line, 10, 14 206, 221, 224, 226, 227, 233, 234
Blue Line, 10, 136, 225 Fouad Siniora, 80, 81, 83, 89, 90,
113, 138, 167
BTR, 11, 55, 144, 152, 153, 159, 179,
181, 191, 194, 202, 208, 219, 222, Gemayel, 71, 79, 82, 83, 84, 176
230
Ghazar City, 41, 42
cessation of fire, 10
HAMAS, 75, 76
cessation of hostilities, 134, 135
Hariri, 71, 72, 80, 81, 82, 84, 85, 86,
Cimic, 185, 209 87, 88, 89, 93, 94, 100, 104, 105,
108, 143, 167, 176
Claudio Graziano, 107, 206, 228,
233, 234 Hassan Nasrallah, 48, 84, 86, 87, 138
confessionalism politics, 67 Hassan Wirajuda, 114
David Ben Gurion, 75 Hezbollah, 1, 9,11, 17, 40, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56,
diplomasi, 8, 14, 21, 24, 25, 26, 27,
62, 69, 70, 71, 72, 79, 81, 82, 83,
28, 29, 30, 57, 112, 113, 114, 115,
84, 85, 86, 87, 93, 94, 95, 96, 97,
242 
 

98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 210, 211, 212, 213, 214, 215, 216,
105, 106, 107, 108, 133, 134, 135, 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223,
138, 139, 152, 154, 156, 158, 160, 224, 225, 226, 227, 228, 229, 230,
161, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237,
173, 174, 175, 176, 186, 190, 192, 238, 239, 240, 242, 243, 244, 245
223, 232
Iran, 29, 46, 69, 70, 72, 82, 83, 86,
Huseiniyah, 47, 181, 202 87, 88, 99, 100, 106, 125, 127, 135,
139, 150
IDF, 10, 14
Islam, 8, 9, 10, 18, 21, 22, 27, 29, 35,
Indobatt, 8, 13, 15, 35, 37, 39, 55, 62,
38, 39, 40, 41, 43, 48, 51, 56, 58,
104, 105, 106, 114, 115, 129, 136,
60, 71, 72, 73, 75, 76, 79, 80, 83,
138, 144, 145, 146, 151, 152, 153,
88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 104, 105,
154, 159, 161, 162, 163, 164, 165,
106, 108, 119, 126, 135, 139, 141,
166, 167, 168, 169, 170, 171, 172,
143, 166, 167, 171, 177, 187, 188,
173, 174, 175, 176, 177, 178, 179,
194, 197, 204, 231, 242
181, 182, 183, 184, 185, 186, 188,
189, 190, 191, 192, 193, 194, 195, Israel, 1, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,
196, 197, 199, 200, 202, 204, 206, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 30, 34,
207, 208, 209, 210, 211, 212, 213, 35, 36, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45,
216, 222, 225, 228, 229, 231, 232, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 63,
236, 238, 239 64, 66, 69, 71, 72, 73, 75, 76, 77,
78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 87,
Indonesia, 1, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
88, 89, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
101, 102, 103, 104, 105, 106, 107,
24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33,
116, 120, 126, 133, 134, 135, 136,
34, 35, 36, 37, 38, 40, 42, 51, 53,
137, 138, 139, 140, 141, 147, 148,
54, 55, 56, 59, 60, 62, 63, 75, 76,
150, 151, 153, 154, 155, 156, 157,
78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 87,
158, 160, 161, 162, 163, 164, 165,
88, 89, 90, 98, 99, 101, 102, 103,
166, 167, 168, 169, 170, 175, 177,
104, 105, 106, 107, 108, 110, 112,
178, 179, 186, 191, 192, 193, 196,
113, 114, 115, 116, 117, 118, 119,
199, 207, 208, 211, 212, 215, 216,
120, 121, 123, 124, 125, 126, 127,
235, 240, 242, 244, 245
128, 129, 130, 131, 132, 138, 139,
140, 141, 143, 144, 145, 146, 147, Israel Defence Force (IDF), 14
148, 151, 152, 153, 154, 155, 156,
Jusuf Kalla, 199, 200, 201, 202
157, 158, 159, 160, 161, 162, 163,
164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, Kofi Annan, 101, 112
172, 173, 174, 175, 176, 177, 178,
179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, Konga, 9, 10, 13, 118, 119, 126, 129,
186, 187, 189, 191, 192, 193, 195, 143, 144, 145, 149, 152, 160, 173,
196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 175, 177, 180, 184, 189, 199, 200,
203, 204, 205, 206, 207, 208, 209,
243 
 

203, 205, 206, 211, 214, 215, 218, Malaysia, 8, 54, 125, 138, 140, 180,
219, 220, 224, 226, 227, 238 224, 228
Kopral Eldad, 96 Military Observer, 12, 127, 128
KUAI, 9, 25, 26, 29, 176, 212, 213, Mobil Pintar, 36
223, 224, 235
multidimensional peacekeeping, 110
LAF, 27, 28, 35, 98, 104, 105, 106,
Muslim, 1, 8, 9, 18, 33, 66, 77, 82,
116, 117, 135, 136, 146, 163, 164,
83, 85, 138, 155, 175, 176
166, 167, 168, 169, 170, 171, 206,
214, 215, 222, 226, 228 Nabih Berri, 48, 80, 86, 88, 113, 190
Lebanese Army Force (LAF), 27, 104 NATO, 13
Lebanon, 1, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, Operasi “Fork”, 170
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24,
25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, Operasi “Quiet River”, 171
36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, Operasi “Wadi Saluki”, 169
46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54,
55, 56, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, Palestina, 14, 17, 18, 40, 41, 42, 43,
70, 71, 72, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 46, 50, 60, 61, 64, 65, 71, 73, 74,
80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 75, 76, 77, 78, 79, 88, 89, 90, 91,
89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 92, 93, 94, 95, 96, 99, 101, 102,
98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 103, 104, 105, 107, 108, 114, 135,
105, 106, 107, 108, 110, 112, 113, 156, 164, 166, 167, 168
114, 115, 116, 117, 118, 121, 129,
PBB, 1, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16,
133, 134, 135, 136, 137, 138, 139,
17, 18, 19, 21, 25, 26, 30, 34, 36,
140, 141, 142, 143, 144, 145, 146,
37, 44, 46, 54, 60, 61, 62, 64, 75,
147, 148, 149, 150, 151, 152, 153,
78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 87,
154, 155, 156, 157, 159, 160, 161,
88, 89, 93, 94, 96, 98, 99, 101, 102,
162, 163, 164, 165, 166, 167, 168,
103, 107, 109, 110, 111, 112, 113,
169, 170, 171, 172, 174, 175, 176,
114, 116, 117, 118, 119, 120, 121,
177, 178, 179, 180, 181, 182, 183,
123, 124, 125, 126, 127, 128, 130,
184, 185, 186, 187, 188, 189, 190,
131, 132, 133, 134, 135, 136, 137,
191, 192, 193, 194, 195, 196, 197,
138, 139, 140, 141, 142, 145, 154,
198, 199, 200, 201, 202, 203, 204,
155, 156, 160, 163, 164, 165, 168,
205, 206, 207, 208, 209, 210, 211,
175, 177, 178, 184, 185, 199, 200,
212, 213, 214, 215, 216, 217, 218,
209, 211, 215, 218, 219, 220, 221,
219, 220, 223, 224, 226, 227, 228,
222, 223, 224, 226, 227, 228, 229,
229, 230, 231, 232, 233, 234, 235,
233, 234, 235, 236, 242, 243, 244
236, 237, 238, 239, 240, 242, 243,
244, 245 peacekeeping, 8, 10, 14, 60, 109, 111,
112, 114, 139
244 
 

peacekeeping force, 10 170, 185, 190, 195, 201, 202, 204,


219
Peacemaking, 14
Syria, 11, 40, 46, 54, 64, 71, 72, 74,
Peacemaking), 14
75, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 86,
Phalangis, 71, 82, 176 88, 89, 90, 93, 94, 95, 98, 99, 100,
104, 106, 108, 115, 135, 139, 147
PLO, 10, 75, 76, 78, 79, 89
Taif Agreement, 80
pogrom, 73
technical fence, 101, 104, 162, 163,
Resolusi, 10, 17, 21, 59, 61, 81, 102, 164, 166
107, 121, 133, 134, 135, 136, 137,
139, 145, 160, 168, 169, 170, 226 TNI, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18,
25, 26, 27, 28, 30, 64, 66, 69, 71,
resolusi 1701, 10 75, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84,
Rules of Engagement (RoE), 10 85, 86, 87, 88, 89, 96, 97, 98, 99,
100, 101, 110, 111, 113, 115, 116,
Shebaa Farm, 41, 42, 79 117, 118, 119, 120, 121, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130, 131,
SLA, 98, 105, 157, 167, 169
132, 133, 140, 141, 143, 144, 145,
smart car, 210, 234 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152,
153, 156, 157, 159, 160, 162, 165,
Soeharto, 118 168, 169, 170, 171, 172, 177, 180,
Soekarno, 118, 119, 121, 143, 226 183, 184, 185, 186, 189, 191, 193,
194, 195, 199, 200, 201, 204, 205,
Soft Power, 8, 27, 243 206, 207, 208, 209, 210, 211, 212,
214, 215, 216, 217, 218, 219, 220,
solidaritas, 9, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
222, 223, 224, 226, 227, 238, 239,
47, 48, 49, 50, 51, 141, 198, 242
242, 243
South Lebanon Army (SLA, 10
traditional peacekeeping, 110, 111
Spanbatt, 144, 163, 206, 207, 238
Troika, 80
Sunni, 9, 22, 49, 66, 78, 80, 82, 83,
UNIFIL, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
85, 86, 88, 89, 90, 93, 100, 104,
17, 36, 56, 60, 64, 66, 69, 71, 75,
166, 167, 176, 219
77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85,
Syeikh Abbad, 43, 44, 45, 154, 155, 86, 87, 88, 89, 93, 96, 97, 98, 99,
158, 160, 165, 194, 208, 224, 225, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106,
235, 239 107, 108, 113, 133, 134, 135, 136,
137, 138, 139, 142, 143, 144, 145,
Syiah, 9, 22, 42, 44, 47, 48, 68, 69, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152,
70, 71, 72, 78, 80, 83, 84, 85, 86, 153, 154, 156, 157, 159, 160, 162,
94, 96, 98, 100, 104, 155, 166, 169, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169,
245 
 

170, 171, 172, 173, 175, 177, 178,


180, 183, 184, 186, 189, 191, 193,
194, 195, 198, 199, 200, 202, 203,
204, 205, 206, 207, 208, 209, 210,
211, 212, 213, 214, 215, 216, 217,
218, 219, 220, 221, 222, 224, 227,
228, 230, 232, 233, 234, 235, 236,
237, 238
UU TNI, 8, 140, 242
VAB, 11, 104, 115, 143, 152, 153,
158, 160, 163, 164, 165, 166, 169,
170, 171, 180, 185, 194, 202, 207,
208, 219, 222, 238
Walid Jumblatt, 82, 93
Yahudi, 18, 40, 41, 42, 43, 60, 62, 64,
72, 73, 74, 75, 100, 155, 156, 158
Yudhoyono, 7, 8, 9
246 
 
247 
 

CURICULUM VITAE

1. Data Diri
Nama : KUSUMA
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 6 November 1966.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin (dua anak)
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Permata Depok Regency E 18/1 Ratujaya
Kota Depok
No Handphone : 08561143654
E-mail : kusuma_sp2000@yahoo.com

2. Pendidikan Formal
2016 S-3 Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2001 S-2 Sosiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
1992 S-1 Sejarah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
1985 SMA Negeri 1 Jakarta Pusat
1982 SMP Negeri 17 Jakarta Pusat

3. Pendidikan Non Formal


1977 -1981 Madrasah Diniyah “Annur” Pasar Baru Jakarta
Pusat.

4. Pengalaman Organisasi Sekolah


1981-1982 Ketua Umum OSIS SMP Negeri 17 Jakarta
1984-1985 Sekretaris Umum OSIS SMA Negeri 1 Jakarta
1981-1982 Redaksi Majalah Dinding SMP Negeri 17 Jakarta
1983-1985 Redaksi Majalah Ibnu Siena SMA Negeri 1 Jakarta

5. Pengalaman Organisasi
2013 Wakil Ketua Bidang Pertahanan Majelis Nasional
KAHMI
2000 Anggota Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)
1988-1989 Ketua Umum Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
UGM.
1989-1991 Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Sastra
UGM.
1990 Wakil Ketua Badan Pelaksanan (BP) SM UGM.
(BEM UGM)
1989 Redaksi Buletin Dian Budaya FS. UGM
Redaksi Buletin Boulevard Shalahudin UGM.
248 
 

1987 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang


Bulaksumur Yogjakarta.

6. Kegiatan Ekstra Universitas.


1991 Simposium Nasional Mahasiswa Indonesia di
UGM Yogyakarta.
1991 Simposium Ilmu-ilmu Humaniora di UGM
Yogyakarta.
1990 Seminar Mahasiswa Sejarah Tingkat Nasional di
Universitas Andalas Padang Sumatera Barat.
1989 Seminar Mahasiwa Sejarah Tingkat Nasional di
UGM Yogyakarta
1988 Seminar Sejarah Masyarakat Sejarawan Indonesia
(MSI)
1988 Panel Forum Pembangunan Politik Indonesia di
UNS Solo.

7. Penelitian yang pernah dilakukan


1989 Ekspedisi Perburuan Ikan Paus di Lamalera Flores
Timur NTT, Pencinta Alam Fakultas Sastra
(Kapalasastra) UGM.

8. Pelatihan yang pernah diikuti


1991 Penataran P4 Pemuda Tingkat Nasional (Calon
Manggala) Perwakilan UGM di Kantor Menpora
Jakarta.
1986 Kursus Jurnalistik Mahasiswa se Jakarta di
Iniversitas Nasional Jakarta

9. Kegiatan Profesi
1987 – 1991 Anggota (Pemain) Sepak Bola Fakultas Sastra
UGM.
1985 Anggota Klub Fotografi Candranaya Jakarta
1982 Anggota (Pemain ) Klub Persatuan Sepak Bola
(PS) Jayakarta Jakarta.
1978 Anggota (Pemain ) Klub Sekolah Sepak Bola
MBFA Jakarta

10. Pekerjaan
1993 Kodam VIII/Trikora Irian Jaya
1995 Korem 174/Pattimura Ambon Maluku
2000 Kodam XVI/Pattimura Maluku
2003 BAIS TNI Jakarta
2008 Pusjarah TNI Jakarta
249 
 

11. Penugasan Operasi


2002 - 2003 Opspamwil Maluku
2004 – 2006 Ops Intel Strategis Nanggroe Aceh Darussalam
2006 – 2007 Ops UNIFIL Lebanon
2008 ICMH Italia
2015 ICMH China

12. Kegiatan Selama Bekerja


2016 Moderator pada Konferensi Nasional Sejarah X (Hotel
Grand Sahid Jaya Jakarta)
2011 Peserta pada Konferensi Nasional Sejarah IX (Hotel
Bidakara Jakarta).
2015 Pemakalah pada Konferensi International Commision of
Military History di Beijing China.
2008 Peserta pada Konferensi International Commision of
Military History di Trieste Italia.
2012 Pemakalah pada Konferensi Sejarah Asia IAHA di Solo
Jawa Tengah
2015 Narasumber Diskusi Interaktif Hari Kesaktian Pancasila
RRI Jakarta
2015 Narasumber “Belajar dari Soedirman” acara Mata
Najwa Metro TV.
2013 Narasumber Talkshow TVRI Jakarta HUT Veteran RI

2015 Tim Penilai Gelar Pahlawan Nasional Daerah DKI


Jakarta (Dinas Sosial DKI Jakarta).

2013 Pemandu Presiden RI pada Peresmian Monumen Pancasila


Sakti di Jakarta
2013 Pemandu Presiden RI pada Peresmian Monumen Trikora di
Morotai Maluku Utara
2012 Pemandu Presiden RI pada Peresmian Monumen
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Mabes TNI
Cilangkap Jakarta.
2008 Pemandu Presiden RI pada Peresmian Monumen Trikora di
Mabes TNI Jakarta.
2011 Pemandu Panglima TNI pada Peresmian Museum Bhakti
TNI di Mabes TNI Cilangkap.

2012 – 2014 Panitia Nasional Hari Peringatan Kesaktian Pancasila di


Lubang Buaya Jakarta.
2016 Semiloka Keveteranan RI Kementerian Pertahanan Jakarta.
2015 Seminar Kebangsaan dan Pengusulan Lafran Pane sebagai
Pahlawan Nasional di Universitas Indonesia Depok.
2015 Seminar Hari Sejarah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan di Jakarta.
250 
 

2011 Sarasehan Kepahlawanan (Kemsos RI)


2008 Semiloka Perjuangan Panglima Besar Soedirman
(Kembudpar RI Jakarta)

2013 Peserta Jakarta International Defense Dialogue (Kemhan RI


Jakarta)
2012 Peserta Jakarta International Defense Dialogue (Kemhan
RI Jakarta)

13. Kegiatan Mengajar


2004 Universitas Nasional Jakarta
2012 Universitas Pancasila Jakarta
2006-2015 Kodiklat TNI Jakarta
2014-2015 BIN Jakarta

14. Tulisan yang dipublikasikan


a. Buku
“Provokator”, Paradigma Kritis di tengah Konflik: Penyadaran Masyarakat
Pasca Pertikaian antar Komunitas di Ambon. Awan Indah, Jakarta,
Juni 2004.
“Memenuhi Amanat Bangsa”, Kontingen Garuda XXIII-A/UNIFIL di
Lebanon, Pusat Sejarah TNI, Jakarta, Juni 2008.
“Soedirman, Patriotisme, Gerilya dan Martabat Bangsa”, Departemen
Budaya dan Pariwisata, Jakarta, Desember 2008,
“Menuju Indonesia Harmonis dalam Visi Historis Integratif”, April 2013.
“Plain Living High Thinking Refleksi Untuk Masa Depan Bangsa,” Mei
2013.
“Armytect Asabri 2009-2014”, 2014.
“Lebur Hanyut dalam TGP”, Biografi Soewarso Pawaka, Juni 2014.
“Sewindu Pusjarah TNI dalam Kongres (Komisi Sejarah Militer Internasional”,
Oktober 2015.

b. Artikel/Kolom
Betwen Chris and Rera Wulan, majalah Voice of Nature, 1990.
Sejarah dari Sisi Kekuasaan, majalah Mahasiswa, Balairung,
12/th.IV/1990.
Konflik di Ambon: Penafsiran Sosiologis atas Pengamatan Konflik
Januaru-Mei 1999, Jurnal Ilmu Sosial dan Politik UGM, Volume 2,
Nomor 3 Maret 2000.
Otonomi Daerah dan Ancaman Kerusakan Lingkungan, Jurnal Ilmu dan
Budaya, Edisi XVII, September 2001.
Struktur Mediasi dan Penciptaan Masyarakat Madani, Jurnal Profetik, Vol
1 No. 2 Juli-Agustus 2000.
Bagaimana Pola Kepemimpinan Mahasiswa Pasca Pemilu 1992,
Sriwijaya Pos, 25 April 1992
Terminologi Korupsi, Suara Maluku, 10 September 1997.
251 
 

Esensi Demokrasi bukan Format Demokrasi, Suara Maluku, 17 September


1998.
Mencari Anatomi Demonstrasi Mahasiswa, Suara Maluku, 24 November
1998.
Antara Katabelece dan Kebijakan Kekuasaan, Cenderawasih Pos, 31 Maret
1994.
Rekontemplasi Korupsi, Suara Maluku, 6 Oktober 1998.
Miiter dalam Civil Society, Suara Maluku, 8 Oktober 1996
Keadilan Untuk Semua, Ambon Ekspres, 1 November 2001.
Korupsi dan Pembinaan Mental Anak, Harian Waspada, Medan 30 Juni
2005
Demi Rakyat Aceh, Berdamailah!, Harian Waspada, Medan 29 Juli 2005.
Cegah Konflik Horizontal, Harian Waspada, Medan 15 Agustus 2005.
MoU Helsinki Harus Ikhlas, Harian Waspada, Medan 21 September 2005.
Tentara Naik Haji, Majalah Paras, Mei 2008
Latar Belakang Konflik Israel – Lebanon. Majalah Senakatha, 05 Oktober
2007
Visi Sejarah Pewarisan dan Makna Hari Pahlawan, Senakatha, November
2008
Membangun Kesadaran Sejarah dalam Perspektif Ketahanan Nasional
Senakatha Des 2009
Serangan Oemoem 1 Maret: Antara Fakta Sejarah dan Legitimasi Politik,
Senakatha, 2013
Satu Gambar Seribu Makna: Catatan Perjalanan ke negeri Kungfu Panda,
Senakatha 2015
Soedirman Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa, Senakatha, 2016

Anda mungkin juga menyukai