Anda di halaman 1dari 190

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI

DI PONDOK PESANTREN UMMUL QURA


TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:
Syifa’ul Umah Febrianti
NIM 11140520000059

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Syifa’ul Umah Febrianti

NIM : 11140520000059

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERILAKU


HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI DI PONDOK
PESANTREN UMMUL QURA TANGERANG SELATAN adalah
benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan
plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya
orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakaan seperlunya.

Jakarta, 22 April 2020

Syifa’ul Umah Febrianti

NIM 11140520000059
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI
DI PONDOK PESANTREN UMMUL QURA
TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Oleh:
Syifa’ul Umah Febrianti
NIM. 11140520000059

Dibawah Bimbingan

Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si


NIP. 19650301 199903 1 001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


SANTRI DI PONDOK PESANTREN UMMUL QURA
TANGERANG SELATAN telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari
Selasa, 19 Mei 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 14 Juni 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si Artiarini Puspita Arwan, M.Psi
NIP. 19650301 199903 1 001 NIP. 19861109 201101 2 016

Anggota
Penguji I Penguji II

Abdul Azis, M.Psi Muhtar Mochamad Solihin, M.Si


NIDN. 0331 129201 NUPN. 9920113247

Pembimbing

Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si


NIP. 19650301 199903 1 001
ABSTRAK

SYIFA’UL UMAH FEBRIANTI, NIM 11140520000059,


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Santri di Pondok Pesantren
Ummul Qura Tangerang Selatan.

Bimbingan agama adalah suatu proses pemberian bantuan


kepada individu atau kelompok yang bertujuan untuk memfungsikan
nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari baik pribadi
individu itu sendiri maupun tatanan masyarakat, sehingga mampu
memberikan manfaat yang baik bagi individu, keluarga maupun
masyarakat sekitar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh bimbingan agama terhadap perilaku hidup bersih santri di
Pondok Pesantren Ummul Qura dan seberapa besar tingkat keeratan
hubungan antara variabel bimbingan agama terhadap perilaku hidup
bersih santri di Pondok Pesantren Ummul Qura. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan penelitian survey, dari 275 populasi ditemukan 80
sampel dengan menggunakan rumus Slovin. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda, uji koefisien
korelasi, uji koefisien determinasi, uji F-test dan uji t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh
bimbingan agama terhadap perilaku hidup bersih santri di Pondok
Pesantren Ummul Qura Tangerang Selatan berpengaruh positif dan
signifikan dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000 < 0.05 dan F
hitung 26,376 > F tabel 2.72. Nilai R sebesar 0.714 yang
menunjukkan bahwa secara serentak terdapat tingkat keeratan
hubungan antara variabel X (Bimbingan Agama) terhadap variabel
Y (Perilaku Hidup Bersih). Kemudian nilai R square sebesar 0,510
yang dikalikan 100% menjadi 51% yang menunjukkan bahwa
kontribusi variabel X (bimbingan agama) sebesar 51%
mempengaruhi variabel Y (perilaku hidup bersih) santri di Pondok
Pesantren Ummul Qura, sedangkan sisanya 49% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar model.

Kata Kunci: Bimbingan Agama, Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat, Santri Pesantren Ummul Qura.
KATA PENGANTAR

bismillahirrahmanirrahim

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


beribu-ribu limpahan nikmat yang Allah berikan kepada kita semua,
terlebih-lebih nikmat Iman dan Islam. Karena dengan nikmat-
nikmat itulah kita masih bisa beraktifitas sampai saat ini. Shalawat
beserta salam semoga seantiasa tercurah limpahkan kepada suri
tauladan kita yakni baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya sampai kepada kita
selaku umatnya yang senantiasa taat menjalankan perintah Allah
SWT dan Rasul-Nya hingga akhir zaman.

Bukanlah suatu hal yang mudah bagi penulis untuk


menyelesaikan skripsi ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
sedikit ilmu yang dimiliki penulis. Alhamdulillah berkat petunjuk
Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Santri di Pondok Pesantren Ummul Qura Tangerang
Selatan”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada


pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung demi kelancaran

i
penulis dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) di Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis dengan tulus memberikan


ucapan banyak terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Bapak
Abdul Shomad dan Ibu Jumrotin yang sangat luar biasa
memperjuangkan dan mendukung penulis untuk bisa meraih
Pendidikan setinggi-tingginya, selalu menasehati, memberi kasih
sayang dan selalu mendo’akan siang dan malam untuk kesuksesan
dan kebahagiaan penulis.

Selain itu, skripsi ini juga penulis persembahkan untuk


semua pihak yang telah membantu penulis dengan berupa
dukungan, semangat dan pendampingan ataupun dengan caranya
masing-masing. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu


Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Siti Napsiyah, MSW.,
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabuddin
Noor, M.A., selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., selaku wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam sekaligus sebagai dosen
pembimbing skripsi ini, yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran dengan penuh kesabaran tanpa lelah

ii
untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi., selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis selama menempuh Pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayayullah Jakarta yang telah
berbaik hati dalam memberikan referensi buku-buku yang
dibutuhkan penulis, sehingga bisa terselesainya skripsi ini.
6. Kepada seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Ummul
Qura Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan yang sudah
memberikan izin penelitian dan memberikan data selama
proses penelitian berlangsung.
7. Kepada kedua adikku tercinta, Fatimatuz Zahro’ dan
Muhammad Faatih Dliyaaulhaq, terimakasih kalian telah
memberikan dukungan dengan selalu menghibur penulis
disaat jenuh untuk tetap bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Juga kepada Rohman Safi’i S.Sos dan Widia Shintia Bella
S.Pd., yang tak pernah lelah memberikan dukungan,
masukan, dan menemani penulis dalam penyelesaian tugas
akhir ini.

iii
9. Teman-teman Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat, saran dan
masukan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak tercantum dalam pengantar ini yang
telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan
skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala


kebaikan serta ketulusan mereka dan semoga kesuksesan selalu
bersama kita dengan segala keridhoan-Nya. Aamiin. Penulis juga
mengucapkan Alhamdulillahi Robbil‟aalamiin semoga skripsi ini
bisa bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi pada umumnya, dan mahasiswa Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam pada khususnya.

Jakarta, 22 April 2020

Syifa’ul Umah febrianti

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ........................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................. 1


B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................ 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................... 12
D. Tinjauan Pustaka .............................................. 13
E. Sistematika Penulisan ...................................... 18

BAB II LANDASAN TEORI ............................................ 22

A. Bimbingan Agama ........................................... 22

v
1. Pengertian Bimbingan ................................ 22
2. Pengertian Agama ...................................... 25
3. Definisi Bimbingan Agama ........................ 27
4. Tujuan Bimbingan Agama ......................... 28
5. Fungsi Bimbingan Agama .......................... 29
6. Metode Bimbingan Agama ......................... 29
7. Materi Bimbingan Agama .......................... 32
8. Syarat-syarat Pembimbing Agama ............. 37
B. Perilaku Hidup Bersih ...................................... 38
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ...................... 49
D. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ........ 51
E. Kerangka Berpikir ........................................... 53
F. Hipotesis .......................................................... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................... 57

A. Pendekatan Penelitian ...................................... 57


B. Subjek dan Objek Penelitian ............................ 58
C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................... 58
D. Sumber Data .................................................... 59
E. Populasi dan Sampel ........................................ 59
F. Variabel Penelitian ........................................... 61
G. Definisi Operasional dan Indikator Variabel .... 62
H. Teknik Pengumpulan Data ............................... 63
I. Instrumen Penelitian ........................................ 64
J. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................... 65
K. Teknik Pengolahan Data .................................. 70

vi
L. Analisis Data ................................................... 71
1. Uji Normalitas ........................................... 71
2. Uji F-Test ................................................... 72
3. Uji Regresi Linier Berganda ....................... 72
4. Uji Parsial (Uji t) ........................................ 73
5. Uji Koefisien Determinasi .......................... 74
6. Uji Koefisien Korelasi ................................ 75

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS


DATA ................................................................... 77

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Ummul


Qura ................................................................. 77
1. Latar Belakang Pondok Pesantren .............. 77
2. Sejarah Pondok Pesantren Ummul Qura ..... 79
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren
Ummul Qura Pondok Cabe ........................ 81
4. Visi Misi dan Tujuan Pondok Pesantren
Ummul Qura Pondok Cabe ........................ 84
5. Kegiatan Santri Pondok Pesantren Ummul
Qura Pondok Cabe ..................................... 85
6. Profil Pondok Pesantren Ummul Qura ........ 90
7. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren
Ummul Qura Pondok Cabe ........................ 97
B. Identifikasi Responden ..................................... 98
C. Analisis Data ................................................... 102
1. Uji Normalitas ........................................... 102
2. Uji F .......................................................... 104

vii
3. Uji Regresi Linier Berganda ....................... 106
4. Uji Parsial (Uji t) ........................................ 109
5. Uji Koefisien Determinasi .......................... 112
6. Uji Koefisien Korelasi ................................ 114
D. Temuan Hasil Penelitian .................................. 118

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................... 126

A. Simpulan ......................................................... 126


B. Saran ............................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 128

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Variabel Bimbingan Agama .................... 62

Tabel 3.2 Blue Print Variabel Perilaku Hidup Bersih .............. 63

Tabel 3.3 Skala Likert ............................................................. 65

Tabel 3.4 Blue Print Skala Bimbingan Agama Sebelum Uji


Instrumen ................................................................ 66

Tabel 3.5 Blue Print Skala Bimbingan Agama Sesudah Uji


Instrumen ................................................................ 67

Tabel 3.6 Blue Print Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Santri Sebelum Uji Instrumen ................................. 67

Tabel 3.7 Blue Print Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Santri Sesudah Uji Instrumen .................................. 68

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Variabel X ...................................... 69

Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Variabel Y ...................................... 70

Tabel 3.10 Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan


Hubungan ............................................................... 75

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri ................................. 88

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Ummul


Qura ........................................................................ 98

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test ..... 103

Tabel 4.4 Uji F-Test ................................................................ 105

Tabel 4.5 Uji Regresi Linier Berganda .................................... 106

Tabel 4.6 Uji Parsial (Uji t) ..................................................... 110

Tabel 4.7 Analisis Hasil Uji t .................................................. 111

ix
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi ....................................... 113

Tabel 4.9 Uji Koefisien Korelasi ............................................. 115

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ................................................ 55

Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan Santri Putra ...................... 82

Gambar 4.2 Struktur Kepengurusan Santri Putri ...................... 83

Gambar 4.3 Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin ................................................................ 99

Gambar 4.4 Identifikasi Responden Berdasarkan Usia ............ 100

Gambar 4.5 Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan ........................................................... 100

Gambar 4.6 Identifikasi Responden Berdasarkan Kegiatan


yang Diikuti ......................................................... 101

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat-surat

Lampiran 2. Daftar Kuesioner

Lampiran 3. Dokumentasi

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Menggunakan Microsoft Excel

Lampiran 5. Hasil Tabulasi Kuesioner Menggunakan Microsoft


Excel

Lampiran 6. Lembar Validasi Skala Variabel Bimbingan Agama dan


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Lampiran 7. Hasil Uji Word

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga
Pendidikan Agama Islam dan tertua di Indonesia, didirikan oleh
para ulama dan para wali pada abad pertengahan. Pondok
Pesantren merupakan tempat belajar ilmu-ilmu Islam dan
menyebarkannya kepada masyarakat luas. Oleh karena itu tujuan
Pondok Pesantren pada awal berdirinya dititik beratkan untuk
menyiapkan tenaga mubaligh atau da’i dan akan menyampaikan
ajaran Islam kepada masyarakat.1 Secara umum, potret pesantren
adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para
siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu keagamaan di bawah
bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai
atau ustadz.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang kyai. Untuk
mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang
santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka
biasanya dalam pesantren disebut “lurah pondok”. Tujuan para
santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar
mereka belajar hidup mandiri dan dapat meningkatkan hubungan
yang baik dengan kyai dan juga Tuhan. Ada beberapa elemen
pesantren yang membedakan dengan lembaga Pendidikan lain,
yaitu (1) pondok tempat menginap para santri, (2) santri: peserta

1
Sriharini, “Pondok Pesantren Dan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat”, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2003), h 41.

1
2

didik, (3) masjid: sarana ibadah dan pusat kegiatan pesantren,


(4) kyai: tokoh atau sebutan seseorang yang memiliki kelebihan
dari sisi agama dan kharisma yang dimilikinya, (5) kitab kuning:
sebagai referensi pokok dalam kajian keislaman. 2
Pesantren pada dasarnya adalah lembaga tafaqqatu fi ad-
din, yaitu lembaga untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu-
ilmu keislaman (al-ulum al-syari‟ah). Pengajaran di lembaga
dan ditangani para ulama dan kyai ini bertumpu pada bahan
pelajaran dan termuat dalam kitab-kitab dan sudah baku dalam
dunia keilmuan islam dengan tradisi dan disiplin juga sudah
berjalan berkesinambungan berabad-abad.3
Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan
agama, dimana kyai, ustad, santri dan pengurus pondok
pesantren hidup bersama dalam satu tempat, berlandaskan nilai-
nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-
kebiasaannya sendiri, yang secara ekslusif berbeda dengan
masyarakat umum yang mengitarinya. Kehidupan dalam pondok
pesantren tidak lepas dari kontrol yang dilakukan oleh pengurus
pondok pesantren agar bisa membedakan suatu hal yang halal-
haram, wajib-sunnah, baik-buruk dan sebagainya. Maka dari itu
sangat dibutuhkan sebuah bimbingan agama dalam pondok
pesantren untuk membantu para santri dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang sudah tahu menjadi lebih tahu untuk

2
Imam Syafe’i, “Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan
Karakter”, Al - Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, vol 8, Mei 2017, hal 88.
3
Ali Yafie, Teologi Sosial Telaah Kritis Persoalan Agama dan
Kemanusiaan, (Yogyakarta: LKPSM, 1997), h 25.
3

mengetahui dan memahami berbagai hal dalam agama Islam


yang berangkat dari hukum agama Islam dan semua kegiatan
dipandang dan dilaksanakan sebagai bagian dari ibadah
keagamaan, dengan kata lain semua kegiatan dan aktivitas
kehidupan selalu dipandang dengan hukum Islam. Namun
seiring bertambahnya keilmuan para santri, mereka banyak dan
lalai terhadap aspek kebersihan pondok pesantren maupun diri
mereka. Padahal kebersihan sangat penting bagi santri untuk
menuntut ilmu, karna santri akan menjadi panutan bagi
masyarakat dan peranan santri diharapkan dapat menjadi agent
of change dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal tersebut sesuai dengan jurnal oleh Eka Yanuarti
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Curup Bengkulu (2018),
dengan judul “Pengaruh Sikap Religiusitas Terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Kabupaten Rejang
Lebong”. Dari jurnal Eka Yanuarti menyatakan bahwa sikap
religiusitas memiliki pengaruh kontribusi sebesar 83,80%
terhadap PHBS masyarakat dusun curup. Sikap religiusitas
masyarakat memiliki pengaruh terhadap perilaku bersih
masyarakat, seperti dimensi ritual beragama membawa pengaruh
terhadap perilaku penggunaan air bersih dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian dimensi konsekuensi beragama
masyarakat membawa pengaruh terhadap perilaku masyarakat
4

dalam memberantas jentik nyamuk. Pengaruh sikap religiusitas


terhadap kesehatan Psikis/Mental. 4
Salah satu lembaga pondok pesantren yang mengkaji dan
mengembangkan ilmu-ilmu keislaman yakni Pondok Pesantren
Ummul Qura, yang mana melalui pendidikan yang diterapkan di
pesantren tersebut diharapkan mampu memelihara,
mengembangkan dan melaksanakan tata nilai norma agama
semaksimal mungkin, sehingga mampu mencetak santri yang
berilmu tinggi, mengetahui, memahami dan mampu
mengamalkan aqidah dan syari’ah Islam, serta memiliki peran
dalam membentuk kepribadian serta mengembangkan diri
kearah yang lebih baik.
Kemudian observasi awal di Pondok Pesantren Ummul
Qura pada tanggal 27 Oktobaer 2019 dengan didampingi oleh
salah satu pengurus Pondok Pesantren Ummul Qura, kebersihan
dilingkungan pondok pesantren sangat memprihatinkan. Dengan
banyaknya sampah yang menumpuk ditempat sampah yang
sudah penuh, mengakibatkan sampah menjadi berserakan,
pakaian yang berjatuhan di jemuran santri yang tidak
dipedulikan, juga kebersihan diri sebagian santri yang kurang
terjaga akibat dari kurangnya kesadaran hidup bersih yang
mengakibatkan datang berbagai penyakit kulit juga penyakit
lainnya pada santri.

4
Eka Yanuarti, “Pengaruh Sikap Religiusitas terhadap Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Masyarakat Kabupaten Rejang Lebong”, Jurnal Kajian
Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol 3, no 1, 2018 hal 21-22.
5

Hal ini dapat diperkuat dengan hasil wawancara salah


satu pengurus Pondok Pesantren Ummul Qura yang dilakukan
secara tidak langsung, sebagai berikut:
“Kurangnya disiplin terhadap peraturan pondok pesantren, hal
tersebut dapat dilihat masih banyak santri yang lalai akan kewajiban
membersihkan pondok padahal sudah ada jadwal piket yang sudah
ditentukan, membuang sampah sembarangan, terlambat datang baik
disekolah maupun dalam kegiatan pondok dan kurang dapat menyesuaikan
diri dengan tuntutan pondok pesantren, padahal kewajiban untuk menjaga
kebersihan pondok dan diri sendiri akan berpengaruh baik pada kesehatan
diri santri itu sendiri.”5
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu strategi yang
dapat dilakukan untuk menghasilkan kemandirian peserta didik
di bidang kebersihan dan kesehatan baik disekolah (pesantren),
keluarga maupun di masyarakat. Proses pendidikan kesehatan
berlangsung secara sistematik, berulang-ulang dan memiliki
tujuan jangka panjang. Tujuan utama dari diajarkannya
pendidikan kesehatan di pondok pesanten yaitu sadarnya peserta
didik dalam menerapkan perilaku hidup bersih. Hal penting
diperhatikan karena keberhasilan dari pendidikan kesehatan,
bukan pada banyaknya pengetahuan tentang kesehatan yang
dimiliki peserta didik, tetapi pada kebiasaan hidup bersih yang
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan
hidup pada individu, keluarga dan masyarakat yang ada di
Pesantren berorientasi sehat, serta bertujuan untuk

5
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Siti Falihatul Fitria, di asrama putri
Pondok Pesantren Ummul Qura Tangerang Selatan, pada tanggal 27 Oktober
2019.
6

meningkatkan, melindungi dan memelihara kesehatan baik fisik,


mental, maupun sosial. Kondisi sehat dapat dicapai dengan
mengubah dan mempunyai keinginan dari diri sendiri para santri
untuk mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
bisa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di
pesantren.6 Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
(pesantren) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
(pesantren) atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.7 Dengan kondisi yang sehat dan
lingkungan yang bersih, maka akan dengan leluasa santri untuk
belajar dan menuntut ilmu dengan baik.
Hal seperti dijelaskan dalam sebuah hadits, yaitu:
ْ ْ َ ُ ُ َّ
)‫ (زواه مسلم عن أبي ما لك ألاشعسي‬.‫ىز شط ُس ْلا ًْ َم ِان‬‫الطه‬
Artinya: Kebersihan itu bagian dari keimanan (Riwayat Musim
Dari Abi Malik Al-asy’ari). 8
Melalui haditsnya ini, Rasulullah menegaskan bahwa
salah satu kualifikasi seorang mu’min adalah intensitasnya untuk
menciptakan dan memelihara citra hidup bersih dalam diri,
keluarga maupun masyarakat. Pernyataan tersebut sudah menuju

6
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
(Jakarta: Kemenkes RI, 2011), h 27.
7
Arikah Proverawati dan Eni Rahmawati, Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), h 21.
8
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik,
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2017), h 195-196.
7

pada budaya bersih dengan melekatkan citra kebersihan pada


kualifikasi keimanan yang ukurannya adalah perilaku. Dengan
demikian, salah satu tolok keimanan seseorang adalah
perhatiannya pada upaya mewujudkan citra hidup bersih, baik
untuk dirinya, keluarga maupun masyarakat.9
Secara teoritis, pernyataan tersebut sangat logis, karena
beriman adalah mempercayai akan ketuhanan Allah dan
keimanan tersebut bisa terlihat ketika seseorang melaksanakan
semua kehendak Allah yang diturunkan dalam bentuk syari’ah-
syari’ah-Nya. Salah satu tuntutan syari’ah tersebut adalah
identifikasi manusia terhadap Dzat-Nya. Dan Dzat Allah itu
Maha Suci, serta Maha Bersih. Oleh sebab itu, proses
identifikasi manusia terhadap Allah harus dimulai dengan
menciptakan budaya hidup bersih, agar bisa memulai upaya
pendekatan terhadap-Nya melalui proses identifikasi tersebut. 10
Dengan demikian, Allah bersama Rasul-Nya telah
memberikan suatu ajaran yang sangat bermakna bagi pembinaan
budaya manusia menuju citra umat terbaik dengan menekankan
akan pentingnya menciptakan dan memelihara budaya hidup
bersih, baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Dan kini merupakan tugas serta beban para pengikut dan
penerus ajaran beliau yang harus melanjutkan usaha untuk

9
Tramtib DKI Jakarta. dkk, Pemasyarakatan Gerakan Disiplin Nasional
Melalui Jalur Agama, (Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
1997), h 9.
10
Tramtib DKI Jakarta. dkk, Pemasyarakatan Gerakan Disiplin
Nasional Melalui Jalur Agama, (Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, 1997), h 9.
8

mewujudkan ajaran tersebut menjadi bagian dari budaya


kehidupan. 11
Berkaitan dengan penjelasan di atas mengenai perilaku
hidup bersih dan observasi awal peneliti, hal ini dapat dipertegas
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia mengenai
hubungan kebersihan pribadi dengan kejadian scabies di salah
satu pondok pesantren yaitu Pondok Pesantren As-Salam
Surakarta.
Pondok Pesantren tersebut mendapatkan hasil analisis
penelitian terhadap 62 santri terdapat 24 santri (39%) dengan
kebersihan pribadi yang kurang terjaga mengalami scabies,
terdapat enam santri (10%) dengan kebersihan pribadi yang
kurang terjaga tidak mengalami scabies dan 32 (51%) santri
dengan kebersihan pribadi yang terjaga tidak mengalami
scabies. 12 Hal ini masih banyak santri kurang akan menjaga
kebersihan yang mengakibatkan terserang penyakit kulit.
Selain terkait dengan kebersihan pribadi, salah satu
aspek yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan resiko
penularan penyakit infeksi adalah kebersihan lingkungan yang
dimana hal ini termasuk dengan kebersihan tempat tinggal. 13
Penelitian Widiastuti mengenai kondisi lingkungan dan
11
Tramtib DKI Jakarta. dkk, Pemasyarakatan Gerakan Disiplin
Nasional Melalui Jalur Agama, (Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, 1997), h 9.
12
Syafni Yulia Sistri, “Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta”, (Skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), h 12.
13
Benjamin A Miko. Dkk, “Personal and Household Hygiene,
Environmental Contamination and Health in Undergraduate Residence Halls in
New York City”. America: PLOS ONE Jurnal, volume 8 issue 11, (November
2013), h 6.
9

kebersihan pribadi dengan kejadian penyakit kulit pada salah


satu asrama Pondok Pesantren di Kabupaten Bekasi.
Pondok Pesantren “A” di Kabupaten Bekasi pada tahun
2014 melaporkan dari 106 santri terdapat 77 (73%) santri
menderita penyakit kulit. Berdasarkan hasil observasi pada
pondok pesantren tersebut didapatkan dari 10 sarana air bersih
masih terdapat enam sarana air bersih yang tidak memenuhi
syarat dan dari total 40 jamban atau kamar mandi yang ada di
asrama pesantren tersebut terdapat 25 jamban atau kamar mandi
yang tidak memenuhi syarat.14
Kaushik, dkk (2012) melaporkan prevalensi kejadian
infeksi kulit dan kebersihan pribadi pada siswa sekolah dasar di
India adalah 24,25%. Mayoritas terjadi pada anak perempuan
yaitu 39,5% dan 13,8% pada anak laki-laki. 15 Salah satu
penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku kebersihan
pada anak sekolah di Ethiopia oleh Alyssa, dkk didapatkan
sekitar 52% siswa memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai kebersihan. Kebanyakan siswa melaporkan mencuci
tangan sebelum makan yaitu sebesar 99%, tetapi hanya 36,2%
menggunakan sabun. Selain itu diketahui sebesar 76,7% dari
siswa mengatakan pentingnya mencuci tangan setelah buang air
besar, namun hanya 14,8% siswa yang mempraktikkan hal

14
Ani Widiastuti dan Dewi Susanna, “Kondisi Lingkungan dan Personal
Hygienie Dengan Kejadian Penyakit Kulit Di Asrama Pondok Pesantren “A”
Kabupaten Bekasi Tahun 2014”, Jurnal Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, h 9-10.
15
Kaushik Talukdar and Rupali Baruah, “Prevalence of Skin Infection
and Personal Hygiene Practices Amongst Primary School Children: A
Community Based Cross-Sectional Study in Kamprup (Rural) District of Assam”,
India: international Journal of Scientific Study, vol 3 issue 3 (June 2015), h 12-14.
10

tersebut.16 Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan


adanya kesenjangan antara pengetahuan dengan perilaku
kebersihan pribadi.
Berbagai penyakit yang terjadi akibat kebersihan pribadi
yang kurang terjaga sangat berkaitan dengan penyakit infeksi
yang dapat terjadi pada organ kulit, saluran pernapasan dan
saluran pencernaan. Penyakit tersebut dapat ditemukan di
masyarakat terutama dengan lingkungan pemukiman padat
penduduk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan juga tingkat
kebersihan lingkungan yang masih rendah. Selain itu penyakit
tersebut juga dapat dijumpai pada kondisi dengan interaksi
antara individu yang sering seperti pada asrama. Asrama
merupakan salah satu kondisi dengan faktor resiko transmisi
penyebaran mikroorganisme baik bakteri maupun virus yang
tinggi sehingga resiko terjadinya penyakit infeksi juga lebih
tinggi. 17
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut di Pondok Pesantren Ummul
Qura dengan judul “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Santri
Di Pondok Pesantren Ummul Qura Tangerang Selatan”.

16
Alyssa Vivas. Dkk, “Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) of
Hygiene Among School Children in Angolela Ethiopia”, (Ethiopia: J Prev Med
Hyg, 13 April 2011), h 4-5.
17
Benjamin A Miko. Dkk, “Determinants of Personal and Household
Hygiene among College Students in New York”, (New York: Am J Infect Control,
25 February 2013), h 6.
11

B. Batasan dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan diatas maka peneliti memfokuskan masalah agar
ruang lingkup pada penelitian ini fokus, terarah dan tidak
meluas. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan penelitian pada
pengaruh bimbingan agama terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat santri di Pondok Pesantren Ummul Qura di
Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan. Yang mana
didalam bimbingan agama mencakup metode, materi, media
dan lainnya, tetapi disini peneliti hanya memfokuskan
penelitian pada materi bimbingan agama saja, yakni meliputi
bimbingan akhlak, akidah dan ibadah. Kemudian terkait
perilaku hidup bersih dan sehat santri yakni kebersihan
pribadi meliputi kerapihan kamar, kebiasaan mencuci
pakaian, kebersihan tubuh dan kebersihan lingkungan
meliputi jadwal piket, tersedia tempat sampah, air bersih,
kerapihan ruangan dan dapur Pondok Pesantren Ummul
Qura di Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah terdapat pengaruh bimbingan agama terhadap
perilaku hidup bersih santri di Pondok Pesantren Ummul
Qura?
12

b. Seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara


variabel bimbingan agama terhadap perilaku hidup
bersih santri di Pondok Pesantren Ummul Qura?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan agama terhadap
perilaku hidup bersih santri di Pondok Pesantren
Ummul Qura.
b. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keeratan
hubungan antara variabel bimbingan agama terhadap
perilaku hidup bersih santri di Pondok Pesantren
Ummul Qura.
2. Manfaat
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah
keilmuan dan pengetahuan yang meliputi Ilmu
Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya berkaitan
dengan mata kuliah Psikologi Islam, Psikologi
Kepribadian, Metode dan Teknik Penyuluhan, dan
menjadi data untuk kurikulum Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan
yang fokus kajian tentang bimbingan agama dan
perilaku hidup bersih.
c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan bagi Pondok Pesantren Ummul Qura untuk
13

pengembangan keilmuan dalam proses melaksanakan


bimbingan agama kepada para santri.
D. Tinjauan Pustaka
Berikut ini akan dipaparkan beberapa kajian yang pernah
dibahas oleh peneliti sebelumnya.
Jurnal oleh Uud Wahyudin dan Agus Setiawan,
Universitas Padjadjaran Kabupaten Sumedang Jawa Barat
(2019), dengan judul “Karakteristik dan Peran Kyai dalam
Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
Pesantren”. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat
peranan pemuka agama dalam pelaksanaan kampanye
komunikasi PHBS di Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten
Sukabumi berada dalam kategori tinggi, sikap pemuka agama
terhadap kampanye komunikasi PHBS di Kecamatan Jampang
Tengah Kabupaten Sukabumi berada dalam kategori baik dan
semakin tinggi faktor internal dan eksternal yang dimiliki kyai
maka semakin tinggi pula tingkat peranan pemuka agama dalam
kampanye PHBS di pesantren pedesaan.
Jurnal oleh Eka Yanuarti Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAIN) Curup Bengkulu (2018), dengan judul “Pengaruh
Sikap Religiusitas Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Masyarakat Kabupaten Rejang Lebong”. Dari jurnal Eka
Yanuarti menyatakan bahwa sikap religiusitas memiliki
pengaruh kontribusi sebesar 83,80% terhadap PHBS masyarakat
dusun curup. Sikap religiusitas masyarakat memiliki pengaruh
terhadap perilaku bersih masyarakat, seperti dimensi ritual
beragama membawa pengaruh terhadap perilaku penggunaan air
14

bersih dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dimensi


konsekuensi beragama masyarakat membawa pengaruh terhadap
perilaku masyarakat dalam memberantas jentik nyamuk.
Pengaruh sikap religiusitas terhadap kesehatan Psikis/Mental.
Kelebihan: Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan
(field research) dengan pendekatan metode kombinasi (mixed
methods) model concurrent triangulation (metode campuran
kuantitatif dan kualitatif secara berimbang), hal ini dilakukan
supaya mendapatkan hasil yang maksimal, juga dalam penelitian
mencantumkan manfaat yang diperoleh dari berperilaku shalat
dan puasa. Kekurangan: Tidak sesuainya antara hasil angket
yang didapat dari masyarakat dengan hasil wawancara pada
ketua RT yang mengakibatkan simpang siur hasil yang diperoleh
peneliti sehingga peneliti lebih dominan kepada hasil presentase
yang didapatkan dari masyarakat, juga peneliti tidak
memberikan informasi pengetahuan kepada masyarakat terkait
manfaat yang diperoleh dalam kehidupan masyarakat jika
melaksanakan shalat dan puasa sesuai ketentuan yang sudah
ditetapkan.
Skripsi oleh Syahriani Syukri Mahasiswa Jurusan
Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(2017), dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Perilaku
Santri Mengenai Kebersihan Pribadi dan Tempat Tinggal Pada
Pesantren X Di Kabupaten Bogor”, hasil dari penelitian ini
menjelaskan bahwa sebagian besar santri memiliki pengetahuan
dan perilaku yang baik mengenai kebersihan pribadi, cuci tangan
15

dan kebersihan tempat tinggal, hanya saja pada pengetahuan


kebersihan reproduksi santri putri sebagian besar memiliki
pengetahuan yang buruk. Kelebihan: Dari hasil penelitian ini,
peneliti mampu membandingkan setiap hasil penelitian yang
diperoleh dengan penelitian orang lain. Kekurangan: Tidak
adanya bukti yang real terkait perilaku yang baik mengenai
kebersihan, dibuktikan dengan tidak adanya penjelasan maupun
pernyataan yang jelas apakah benar bahwasannya tempat tinggal
mereka bersih dan mampu untuk menjaga kebersihan dengan
baik, karena peneliti hanya menjelaskan dengan bukti presentase
yang didapat saja.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 11 No 2 oleh
Ahmad Zakiudin Akademi Keperawatan Al-Hikmah 2 Brebes
Jateng dan Zahroh Shaluhiyah Magister Promosi Kesehatan
Universitas Diponegoro Semarang (2016), dengan judul
“Perilaku Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Santri di Pondok
Pesantren Wilayah Kabupaten Brebes akan Terwujud Jika
Didukung dengan Ketersediaan Sarana Prasarana”. Dari
penelitian ini, menjelaskan bahwa perilaku kebersihan diri santri
di pondok pesantren wilayah Kabupaten Brebes dengan kategori
baik 42,0%, lebih sedikit dibandingkan dengan kategori kurang
baik 58,0%. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap
mempunyai kemungkinan santri untuk berperilaku melakukan
kebersihan diri yang baik dibandingkan dengan santri yang
ketersediaan sarana dan prasarananya kurang lengkap.
Kelebihan: Peneliti menjelaskan secara detail terkait perilaku
kebersihan diri (personal hygiene) selain dipengaruhi oleh ada
16

tidaknya sarana prasarana di pondok pesantren. Kekurangan:


Kurang menjelaskan terkait apa saja sarana prasarana yang
dibutuhkan untuk menjadikan santri di pondok pesantren di
wilayah Kabupaten Brebes berperilaku menjaga kebersihan diri
(personal hygiene).
Skripsi oleh Fajriah Septiani mahasiswi Jurusan
Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta (2015), dengan judul “Efektifitas Metode Bimbingan
Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor”. Penelitian ini
membahas tentang seberapa efektifnya metode bimbingan
agama yang digunakan dalam membina akhlak remaja di
pondok pesantren Nurul Hidayah, dengan hasil bahwa metode
bimbingan agama dalam membina akhlak remaja efektif.
Kelebihan: Dalam metodologi penelitian dijelaskan dengan rinci
pengertian sampai pembahasan hasil dari penelitian.
Kekurangan: Pada Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
Leuwisadeng Bogor hanya memiliki satu metode bimbingan
agama yakni ceramah.
Skripsi oleh Nur Fitri Haerani Mahasiswi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makkasar (2011),
dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Agama Dan
Sikap Terhadap Penerapan PHBS Tatanan Sekolah Di SMU
Negeri 1 Rilau Ale Kabupaten Bulukumba Tahun 2011”. Tujuan
dari penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara pengetahuan agama dan sikap terhadap penerapan PHBS
17

tatanan sekolah di SMA Negeri 1 Rilau Ale Kabupaten


Bulukumba 2011. Hasil penelitian Nur Fitri Haerani menyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan agama terhadap
penerapan PHBS tatanan sekolah di SMA Negeri 1 Rilau Ale.
Semakin baik pengetahuan agama responden maka semakin baik
pula penerapan PHBS dan dilakukan oleh responden ditatanan
sekolah. Dan ada hubungan antara sikap terhadap penerapan
PHBS tatanan sekolah di SMA Negeri 1 Rilau Ale. Semakin
baik sikap responden maka semakin baik pula penerapan PHBS
dan dilakukan oleh responden ditatanan sekolah. Kelebihan:
Adanya pree test dan post test dalam penelitian, sehingga
mampu memberikan perbandingan antara sebelum dan sesudah
diadakannya penyuluh. Kekurangan: Hanya memberikan
penyuluhan kepada seluruh siswa dan tidak memisahkan
responden yang memiliki tambahan pengetahuan agama di luar
jam sekolah dan yang tidak memiliki tambahan pengetahuan
agama di luar jam sekolah.
Skripsi oleh Sri Pitria Ningsih Mahasiswi Jurusan
Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang (2008), dengan judul “Budaya Hidup Sehat Di
Pondok Pesantren (Kasus Di Pondok Pesantren Assalafiyah
Desa Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes)”.
Dari hasil penelitian ini bahwasannya budaya hidup sehat di
pondok pesantren Assalafiyah tidak memenuhi pola hidup sehat
hal ini dapat dilihat pada indikasi kesehatan yaitu pola makan
santri tidak sehat dikarenakan tidak sesuai dengan keseimbangan
gizi dan tidak higenis walaupun secara kuantitas sudah sesuai
18

kesehatan yaitu sehari tiga kali. Santri dalam menjaga


kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar kurang sehat
karena masih banyak kekurangan seperti terlalu banyak jumlah
santri yang menyebabkan kumuh dan berdesakan dan masih
kurangnya ventilasi dalam kamar yang menyebabkan lembab.
Kelebihan: Peneliti dengan jelas mampu memberikan penjelasan
yang rinci mengenai pola perilaku hidup bersih santri di Pondok
Pesantren Assalafiyah. Kekurangan: Penelitian ini hanya
menjelaskan tentang budaya kebersihan yang terdapat di pondok
pesantren Assalafiyah, belum menjelaskan secara detail upaya
penanggulangan hidup sehat di pondok pesantren Assalafiyah.
Dari hasil temuan penelitian diatas, peneliti menyatakan
bahwa hasil penelitian peneliti sangat berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya. Penelitian ini berfokus pada “Perilaku
Hidup Bersih Santri Di Pondok Pesantren Ummul Qura
Tangerang Selatan”.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan serta teraturnya penulisan skripsi
ini, penulis memberikan gambaran yang jelas dan lebih terarah,
maka penulis membagi pembahasan skripsi ini menjadi enam
bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:18
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini menjelaskan
mengenai latar belakang, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat

18
Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Pedoman Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h 91.
19

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika


penulisan.

Bab II Landasan teori, dalam bab ini menjelaskan


mengenai deskripsi teori tentang bimbingan
agama yang mencakup pengertian bimbingan,
pengertian agama, definisi bimbingan agama,
tujuan bimbingan agama, fungsi bimbingan
agama, metode bimbingan agama, materi
bimbingan agama dan syarat-syarat
pembimbing agama. Selain itu bab ini juga
menjelaskan mengenai perilaku hidup bersih,
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
hidup bersih dan sehat, tatanan perilaku hidup
bersih dan sehat, kerangka berpikir dan
hipotesis.

Bab III Bab ini menjelaskan mengenai metodologi


penelitian, yang mencakup pendekatan
penelitian, subjek dan objek penelitian,
tempat dan waktu penelitian, sumber data,
populasi dan sampel, variabel penelitian,
definisi operasional dan indikator variabel,
teknik pengumpulan data, instrument
penelitian, uji validitas dan reabilitas, teknik
pengolahan data dan analisis data yang
didalamnya terdapat uji normalitas, uji F-test,
uji regresi linier berganda, uji parsial (uji t),
20

uji koefisien determinasi dan uji koefisien


korelasi.

Bab IV gambaran umum dan hasil analisis data, bab


ini menjelaskan tentang gambaran umum
Pondok Pesantren Ummul Qura yang
mencakup tentang latar belakang Pondok
Pesantren, sejarah Pondok Pesantren Ummul
Qura, struktur kepengurusan Pondok
Pesantren Ummul Qura, visi misi dan tujuan
Pondok Pesantren Ummul Qura, kegiatan
santri Pondok Pesantren Ummul Qura, profil
Pondok Pesantren Ummul Qura, sarana dan
prasarana Pondok Pesantren Ummul Qura.
Selain itu juga terdapat identifikasi responden
yang mencakup identifikasi responden
berdasarkan jenis kelamin, identifikasi
responden berdasarkan usia, identifikasi
responden berdasarkan tingkat pendidikan,
identifikasi responden berdasarkan kegiatan
yang diikuti lainnya. Kemudian analisis data
didalamnya terdapat uji normalitas, uji F-test,
uji regresi linier berganda, uji parsial (uji t),
uji koefisien determinasi dan uji koefisien
korelasi. Kemudian terdapat temuan hasil
penelitian.
21

Bab V Simpulan dan saran, dalam bab ini mencakup


simpulan hasil penelitian dan saran.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan
Secara harfiyyah kata bimbingan merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris “guidence” yang berarti:
menunjukkan, memberikan jalan, menuntun, bantuan,
arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari
kata dasar “to guidence” yang artinya “menunjukan,
menuntun, mempedomani, menjadi penunjuk jalan, dan
mengemudikan. 19 Secara terminologi, bimbingan adalah
suatu usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan
dan membangkitkan potensi yang dimiliki sehingga dengan
potensi itu ia akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni
dengan memahami dirinya maupun mengambil keputusan
untuk hidupnya. Maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan
kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat untuk masa
kini dan masa yang akan datang. 20 Adapun definisi
bimbingan sendiri menurut para ahli memiliki pendapat yang
berbeda-beda berdasarkan sudut pandang masing-masing.
Diantara pendapat para ahli tentang definisi bimbingan
adalah sebagai berikut:

19
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet ke-1, h. 1.
20
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h 6.

22
23

Stoops dan Walquist mendefinisikan “Guidance is


continous process of helping the individual develop to the
maximium of his capacity in the direction most beneficial to
himself and to society” yang bermaksud bimbingan adalah
proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan
individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum
dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik
bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Menurut Crow & Crow bimbingan diartikan bantuan
yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang
memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang
memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat
pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.
Menurut Dr. Rachman Natawidjaja, bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.
Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan
masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu
24

mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai


makhluk sosial. 21
Kemudian Samsul Munir memberikan pendapatnya
tentang bimbingan berarti pemberian bantuan kepada orang
lain dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan
dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-
tuntutan hidup.22 Menurut Jones pengertian bimbingan
adalah bantuan kepada individu dalam membantu suatu
pilihan yang cerdas atau tepat dalam penyesuaian kehidupan
mereka. Selanjutnya pula dikatakan bahwa kemampuan itu
bukan merupakan suatu faktor bawaan tetapi harus
dikembangkan. Sedangkan menurut Hamrin bimbingan
adalah membantu pemecahan masalah seseorang sehingga
dapat membuat keputusan yang tepat atau dengan kata lain
diharapkan memperoleh sebuah solusi dan perencanaan yang
tepat. Solusi dan perencanaan yang tepat ini dapat diartikan
untuk masa kini dan masa mendatang peserta didik. 23 Maka
dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu usaha
yang diberikan oleh seseorang untuk membantu orang lain
secara berkesinambungan dengan mengembangkan diri
secara optimal dalam menyesuaikan diri dalam setiap
rencana kegiatan sehingga mampu mengatasi hambatan guna
menuju masa depan yang lebih baik.

21
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h
4-5.
22
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), h 3.
23
Sutirna, Bimbingan dan Konseling (Pendidikan Formal dan
Nonformal dan Informal), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2013), h 3-4.
25

2. Pengertian Agama
Agama dalam segi bahasa dikenal dengan kata ad-
Dien yang artinya menguasai, menundukkan, balasan dan
kebiasaan. Sedangkan didalam bahasa sempit berarti
undang-undang atau hukum. 24 Agama menurut M. Arifin
dibagi menjadi dua aspek, yaitu:25
a. Aspek subyektif (pribadi manusia). Agama mengandung
pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai
oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin,
yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku
tersebut kepada pola hubungan dengan masyarakat serta
alam sekitarnya.
b. Aspek obyektif (doktriner). Agama dalam pengertian ini
mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat
menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan
kehendak ajaran tersebut. Berdasarkan aspek ini agama
juga dapat diartikan peraturan yang bersifat ilahi (dari
Tuhan) yang menuntun orang-orang berakal budi kearah
ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan
memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat.
Menurut Arif Budiman, melihat agama dalam dua kategori
yakni:26

24
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2011), h. 9.
25
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet ke-1, h. 1-2.
26
Arif Budiman, Agama Demokrasi Dan Keadilan, (Jakarta: PT
Gramedia, 1993). H 20.
26

a. Agama sebagai keimanan (doktrin). Dimana orang


percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, lalu
orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut.
b. Agama yang mempengaruhi perilaku manusia. Oleh
karena itu agama identik dengan kebudayaan.
Kemudian agama menurut para ahli yang lainnya,
yakni Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa
atau psikis manusia yang akan mengatur dan mengendalika
sikap, pandangan hidup, kelakuan dan cara mengahadapi
tiap-tiap masalah. 27 Melihat pengertian diatas bahwa agama
dilihat dalam dua kategori, pertama agama sebagai
keimanan, dimana seseorang percaya terhadap kehidupan
kekal dikemudian hari, lalu mengabdikan dirinya untuk
kepercayaan tersebut. Kedua agama sebagai yang
mempengaruhi perilaku manusia, dengan demikian agama
identik dengan kebudayaan. Agama adalah wahyu yang
diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama
adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu
manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang
sakral. 28 Maka disimpulkan bahwa konsep agama yang
digunakan dalam peneliti ini adalah kepercayaan kepada
Tuhan yang akan mengatur dan mempengaruhi perilaku
manusia kearah tujuan yang dikehendaki ajaran tersebut.

27
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1982), h 52.
28
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Prasada, 2006), h 1.
27

3. Definisi bimbingan Agama


M. Arifin mendefinisikan bimbingan dan penyuluhan
agama adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seorang
dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang
mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan
hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri
karena timbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri
pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup masa
sekarang dan masa depan. 29 Sedangkan menurut Rasyidan,
bimbingan agama adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada individu atau kelompok masyarakat, dengan tujuan
untuk memfungsikan seoptimal mungkin nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan pribadi atau tatanan
masyarakat, sehingga dapat memberikan manfaat bagi
dirinya dan masyarakat.30 Dengan demikian, bimbingan
agama adalah proses pemberian nasehat atau bantuan kepada
seseorang yang membutuhkan bimbingan kearah yang
bermanfaat, proses bimbingan sebagaimana bimbingan yang
lainnya tetap dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran
agama Islam Al-Qur’an dan As-Sunnah, individu dibantu
dan dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT.

29
M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 25.
30
Farid Imam Sayuti, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan
Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h
25.
28

Dalam hal ini konsep yang digunakan peneliti bahwa


dengan bimbingan agama dapat memberikan bantuan kepada
orang lain yaitu dengan memberikan pengertian,
pengetahuan dan nasehat kepada orang lain agar orang
tersebut dapat melakukan perbuatan yang didasari dengan
ajaran agama dan memecahkan masalah sesuai pedoman
agama yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
4. Tujuan Bimbingan Agama
Arifin berpendapat bahwa bimbingan dan
penyuluhan agama dimaksudkan untuk membantu si
terbimbing supaya memiliki religious reference (sumber
pegangan keagamaan) dalam memecahkan persoalan.31
Menurut Ainur Rahim Faqih, tujuan bimbingan agama
dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus: 32
Tujuan Umum yaitu, membantu individu guna
mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.
Sedangkan tujuan khususnya yaitu, pertama, membantu
individu agar tidak menghadapi masalah, maksudnya
pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai
individu menghadapi atau menemui masalah, dengan kata
lain membantu individu mencegahnya timbul masalah bagi
dirinya sendiri. Kedua, membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi. Ketiga, membantu

31
M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h 29.
32
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), h 36.
29

individu memelihara dan mengembangkan situasi dan


kondisi yang baik atau telah lebih baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik.
5. Fungsi Bimbingan Agama
Ainur Rahim Faqih merumuskan fungsi dari bimbingan
agama yaitu:
a. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi Kuratif atau Korektif, yaitu membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya.
c. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi
yang semula tidak baik menjadi lebih baik dan kebaikan
itu bertahan lama.
d. Fungsi Development dan pemeliharaan, yaitu membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik, sehingga tidak memungkinkannya
menjadi sebab masalah baginya. 33
6. Metode Bimbingan Agama
Secara etimologis metode berasal dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti
“melalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila digabungkan
maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”.
Dalam pengertian yang lebih luas metode diartikan sebagai
“segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai

33
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), h 36.
30

tujuan-tujuan yang diinginkan”. Namun yang lebih hakiki


dari metode adalah segala saran yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan34 Terdapat beberapa macam metode yang
dapat dipergunakan dalam bimbingan agama, diantaranya: 35
a. Wawancara. Wawancara adalah suatu percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan
proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih
berhadapan secara fisik.36 Hal tersebut merupakan suatu
cara untuk memperoleh fakta-fakta mental/kejiwaan
(psikis) yang ada pada diri pembimbing atau klien. Fakta
dan data itu dapat dijadikan bahan dan gambaran empiris
dari kondisi kejiwaan atau mental pada saat tertentu.37
b. Metode ceramah. Metode ceramah merupakan suatu
metode didalam bimbingan dengan cara penyajian atau
penyampaian informasinya melalui penerangan dan
penutupan secara lisan oleh pembimbing terhadap anak
bimbing, pembimbing juga sering menggunakan alat-alat
bantu seperti gambar, kitab, peta dan alat lainnya.
Metode ini sering dipakai dalam bimbingan agama yang
banyak diwarnai dengan ciri karakteristik bicara seorang
pembimbing pada kegiatan bimbingan agama. Metode

34
M Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah,2008), hlm 120.
35
Khairul Umam dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm 123.
36
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h 160.
37
Bimo Walgito, Bimbinggan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada, 1988), cet. III, h 66.
31

ini pembinaannya dilakukan secara kelompok dan


pembimbing melakukan komunikasi secara langsung.
c. Metode cerita (kisah). Metode cerita adalah cara
penyampaian dalam bentuk cerita. Cerita merupakan
media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai norma
yang baik sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi
yang disampaikan untuk membentuk sebuah kepribadian.
Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk
menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap
perasaan. Oleh Karen itu metode cerita dijadikan sebagai
salah satu pendidikan. Adapun metode cerita yang
disampaikan hendaknya mengandung muatan tentang
keimanan (tauhid), akhlak budi pekerti, hukum dan
contoh-contoh teladan, sehingga yang mendengarkan
cerita dapat mendeskripsikan ataupun dapat mengambil
pelajaran dari apa yang telah ia dengarkan dalam cerita.38
d. Metode Keteladanan. Merupakan bagian dari sejumlah
metode paling efektif dalam mempersiapkan dan
membentuk individu secara moral, spiritual dan sosial.
Sebab seorang pembimbing merupakan contoh ideal
dalam pandangan seseorang tingkah laku dan sopan
santunnya akan ditiru, yang disadari atau tidak, bahkan
semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan
perasaannya, dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang
bersifat material, inderawi maupun spiritual. Karenanya

38
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 2001), h 97.
32

keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya


seorang yang dibimbing. 39
7. Materi Bimbingan Agama
Pokok-pokok materi bimbingan agama meliputi: 40
a. Akidah. Dari segi bahasa adalah ikatan atau pengikat.
Sedangkan dalam arti teknis akidah yaitu suatu yang
mengikat (mempertalikan) antara jiwa makhluk yang
diciptakan dengan khalik yang menciptakan. Pokok
akidah Islam adalah mengEsakan Allah SWT, yaitu
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah
ayat 73:
َ َّ َ َ َ َ ُ َ َ َّ ْ ُ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ
‫هللا ث ِالث ثلث ٍت َو َم ِام ْن ِإل ٍه ِإَّل ِإل ٌه َو ِح ٌد‬ ‫لقد كفس ال ِرًن قالىا ِإن‬
ٌ ‫اب َأ ِل‬
.‫يم‬ ٌ ‫ًن َك َف ُس ْوا ِم ْن ُه ْم َع َر‬َ ‫َوإن َّل ْم ًَ ْن َت ُه ْىا َع َّما ًَ ُق ُىلى َن َل َي َم َّس َّن َّالر‬
ِ ِ

Artinya: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang


mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang
ketiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari
Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa
yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir
diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”41

39
Asmunir Syukri, Strategi-strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983), h 104.
40
M. Bambang Pranowo, dkk, Materi Bimbingan dan Penyuluhan Bagi
Penyuluh Agama Islam Terampil, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), h 5-35.
41
Al-Qur’an Robbani (Jakarta: PT Surya Prima Sinergi), QS. Al Maidah
ayat 73.
33

Mustahil seorang yang tidak memiliki iman untuk


memulai dirinya menjadi seorang muslim. Masalah
akidah merupakan hal yang fundamental. Aqidah sebagai
motor penggerak bagi seorang muslim. Dengan kata lain
bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang
mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah
dengan membenarkan dan mengakui wujud (eksistensi)
Allah, sifat, hukum-hukum Allah, kekuasaan Allah.
Adapun ruang lingkup akidah yaitu: iman kepada
Allah, iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada Kitab-
kitab-Nya, iman kepada Rasul-rasul-Nya, iman kepada
Hari Kiamat, yang terakhir iman kepada Qodha dan
Qodhar.
b. Syari’ah. Dalam segi bahasa berarti jalan, sedangkan
secara istilah yaitu sitem norma Ilahi atau peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia
dengan alam lainnya. Syari’ah terdiri dari:
1) Aspek ibadah. Ibadah dalam arti luas adalah segala
amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah yang
dilakukan dengan niat mencari keridhaannya.
Diantaranya mencakup Thaharah, shalat, zakat, puasa
dan haji.
2) Aspek muamalah meliputi: hukum perdata (Al-
qanunu ‟I khas) diantaranya muamalah (hukum
niaga), munakahat (hukum nikah), warastah (hukum
waris), dan dalam hukum publik (Al-qanunul „I „am)
34

diantaranya jinazah (hukum pidana), khilafah


(hukum kenegaraan), dan jihad (hukum perang dan
damai).
c. Akhlak. Dari segi bahasa istilah akhlak adalah bentuk
jama’ dari khuluq yang artinya tingkah laku, tabiat,
watak, perangai atau budi pekerti. 42 Sedangkan secara
istilah akhlak adalah sifat, perangai, tingkah laku yang
berakar pada batin seseorang yang melahirkan amal
perbuatan yang diselaraskan dengan tujuan manusia
diciptakan oleh sang khaliq yaitu Allah SWT. Kemudian
akhlak terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Akhlak terhadap Allah SWT.
a) Tunduk dan patuh kepada Allah, yaitu seperti
dijelaskan dalam firman Allah:
َ ُ ُ َّ َ َّ ‫هللا َو‬
.‫الس ُسى َل ل َعلك ْم ت ْس َح ُمىن‬ ُ ‫َو َأط‬
َ ‫يع ْىا‬
ِ
Artinya: “Taatlah kepada (perintah) Allah dan
(perintah) Rasul-Nya supaya kalian mendapat
rahmat.”43
b) Bersyukur kepada Allah, hal ini secara jelas
sebagaimana firman Allah:
ُ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ َ ُ َّ َ َ ْ
‫َوِإذ تؤذ َن َزُّبك ْم ل ِئن شك ْست ْم َل ِش ٍَد َّهك ْم َول ِئن كف ْست ْم ِإ َّن‬
َ َ َ
.‫َعر ِابى لش ِد ًٌد‬

42
Subarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina
Aksara, 1989), h 129.
43
Al-Qur’an Robbani (Jakarta: PT Surya Prima Sinergi) QS. Al-Imran:
132.
35

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu


memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih.”44
c) Ikhlas menerima keputusan Allah, adapun
penjelasannya terdapat dalam firman Allah:
ْ َ َ ً َ ًََ َ َ ْ َْ
‫ص ُّدوا َعن َس ِب ِيل ِه ِإ َّن ُه ْم‬ ِ ‫اشت َروا ِبئاً ِت‬
‫هللا ثمنا ق ِليًل ف‬
َ ُ ْ ُ َ
.‫َس َآء َما كاهىا ٌَ ْع َملىن‬
Artinya: “Dan alangkah baik jika mereka Ridha
dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya berikan
kepada mereka, sambil mereka berkata: cukuplah
Allah bagi kami, sesungguhnya Allah dan Rasul-
Nya akan memberi kepada kamu karunia-Nya,
sesungguhnya kami mencintai Allah.”45
2) Akhlak Terhadap Makhluk. Diantaranya adalah
akhlak terhadap Rasulullah, akhlak terhadap orang
tua, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap
keluarga dan karib kerabat, akhlak terhadap
tetangga.46 Akhlak terhadap makhluk berarti
menghindari sifat hasad (dengki/iri hati), yang mana

44
Ibid, QS. Ibrahim: 7.
45
Al-Qur’an Robbani (Jakarta: PT Surya Prima Sinergi), QS. At -
Taubah: 9.
46
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1998), h 357-358.
36

ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain, baik


berupa harta, jabatan/kekuasaan, kecerdasan/ilmu
pengetahuan maupun prestasi-prestasi yang lain,
serta mengharapkan agar nikmat tersebut lenyap dari
mereka dan beralih kepadanya. Akan tetapi keinginan
untuk memperoleh nikmat atau mencapai prestasi
sebagaimana yang telah dianugrahkan oleh Allah
SWT kepada seorang tanpa adanya rasa iri hati, maka
hal itu tidak disebut hasad yang diharamkan,
melainkan disebut munafasah (kompetisi) yang
diperbolehkan dan bahkan diperintahkan oleh Allah
SWT. “Dan untuk yang demikian itu, hendaklah
berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifin: 26). Dan
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Ia
menjadikan kamu sekalian terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebaikan.” (QS. Al-Maidah: 48).47
3) Akhlak kepada lingkungan hidup, yang antara lain:
sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup,
menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani
dan nabati, fauna dan flora yang sengaja diciptakan
Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk
lainnya, sayang pada sesama makhluk. 48

47
M. Hamdan Rasyid, Pesona Kesempurnaan Islam (Indahnya
Pancaran Ajaran Islam Dalam Aspek Kehidupan), (Jakarta: Zahira Press, 2009), h
300-301.
48
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1998), 359.
37

8. Syarat-syarat Pembimbing Agama


Pembimbing adalah orang yang memberikan
bimbingan. Sedangkan terbimbing adalah orang yang
mendapatkan atau menjadi objek bimbingan. Suatu
bimbingan agama akan tercapai tujuannya apabila
bimbingan tersebut berjalan secara efektif, serta didukung
oleh pembimbing yang professional, sehingga apa yang
disampaikan oleh pembimbing mampu dipahami oleh
terbimbing, karena ketika terbimbing memahami apa yang
disampaikan oleh pembimbing, maka akan dengan mudah
bagi terbimbing untuk menjalani materi-materi bimbingan
yang sudah diajarkan. Dengan demikian, syarat-syarat
pembimbing agama adalah: 49
a. Memiliki sifat baik, setidak-tidaknya sesuai ukuran si
terbantu.
b. Bertawakkal, mendasarkan segala sesuatu atas nama
Allah.
c. Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang
menentang keinginan untuk diberikan bantuan.
d. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan
dapat mengatasi emosi diri dan si terbantu.
e. Retorika yang baik, mengatasi keraguan si terbantu dan
dapat meyakini bahwa ia dapat memberikan bantuan.

49
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h 142.
38

f. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi


terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram
terhadap perlunya taubat atau tidak.
Disamping syarat-syarat yang tersebut di atas,
penting juga bagi seorang pembimbing yaitu, mengetahui
dan memahami materi bimbingan yang akan disampaikan
sebelum ia melakukan bimbingan. Karena, dengan demikian
pembimbing akan mampu memberikan solusi-solusi yang
tepat bagi terbimbing.
B. Perilaku hidup bersih
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu
dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang
paling nampak sampai yang tidak nampak, dari yang dirasakan
sampai yang tidak dirasakan. Untuk mengenali lebih lanjut
perilaku manusia, terdapat lima pendekatan utama tentang
perilaku, yaitu pendekatan neurobiologik, behavioristik,
kognitif, psikoanalisis, dan humanistik. Pendekatan
neurobiologik menitikberatkan pada hubungan antara perilaku
dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak dan saraf)
karena perilaku diatur oleh kegiatan otak dan sistem saraf.
Pendekatan behavioristik menitikberatkan pada perilaku yang
nampak, perilaku dapat dibentuk dengan pembiasaan dan
pengukuhan melalui pengkondisian stimulus. Pendekatan
kognitif, menurut pendekatan ini individu tidak hanya menerima
stimulus yang pasif tetapi mengolah stimulus menjadi perilaku
individu didorong oleh insting bawaan dan sebagian besar
perilaku itu tidak di sadari. Pendekatan humanistik, perilaku
39

individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna


pada lingkungan.50
Perilaku merupakan salah satu hal yang setiap saat
dilakukan oleh setiap orang. Pengertian perilaku sering dibatasi
kepada yang dapat dilihat dari luar, yang berkenaan dengan
kegiatan jasmaniah atau psikomotor. Menurut Skinner perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut
merespon. 51 Perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:52
1. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)
Perilaku tertutup adalah respons atau reaksi terhadap
rangsang (stimulus) yang masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain. Misalnya seorang siswa
tahu manfaat menggosok gigi secara teratur sangat
bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan gigi, namun
perilaku tersebut masih sering ditinggalkan.

50
Asti Nurlaeli, “Peranan Lingungan Sebagai Sumber Pembelajaran
Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku Keruangan Peserta Didik”.
Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 14 Nomor 1, (April 2014), h 44.
51
Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), h 97.
52
Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), h 134.
40

2. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)


Perilaku terbuka merupakan respons seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Misalnya seperti contoh diatas siswa
mengetahui manfaat dari menggosok gigi secara teratur dan
secara sadar sudah melakukannya secara teratur.
Meskipun perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi
terhadap rangsangan dari luar, namun dalam memberikan
respons sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor
lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa
meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon
tiap-tiap orang berbeda. Dari berbagai pendapat di atas, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa perilaku adalah segala aktivitas atau
respons yang ada pada individu yang timbul tidak dengan
sendirinya, melainkan sebagai hasil dari adanya stimulus dan
faktor luar yang didapatkan oleh individu tersebut.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, bersih adalah
bebas dari kotoran,53 maksudnya bahwa segala sesuatu yang
kotor harus dibersihkan, baik itu diri sendiri maupun lingkungan
masyarakat. Kebersihan itu sendiri merupakan salah satu unsur
pokok ajaran Islam yang meliputi aqidah, syariah dan
muamalah, dimana unsur-unsur tersebut satu sama lain saling

53
Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/bersih, diakses pada
14 Januari 2020 pukul 01.43.
41

berkaitan dan dimaknai secara komprehensif. 54 Kebersihan


dalam Islam tidak hanya dilihat dari aspek kebersihan lahiriah
semata, melainkan dapat dilihat pula dari aspek jasmaniah,
melihat keduanya amat erat korelasinya.
Dalam Islam, ada tiga istilah kebersihan yaitu thaharah,
nazhafah dan tazkiyyah. Islam mengajarkan untuk senantiasa
bersih dalam banyak hal, baik bersih diri maupun kebersihan
lingkungan, kebersihan jasmani maupun rohani. Keduanya
saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Istilah thaharah
bermakna kebersihan jasmani dan rohani yaitu kebersihan hati,
bersih dari usaha yang batil, kemunafikan dan kekafiran. Istilah
nazhafah mengarah pada kebersihan secara fisik seperti
pembahasan air, wudhu, mandi, tayamum dan lain-lain. Hal
tersebut merupakan cara-cara dalam membersihkan jasmani
yang kemudian pada akhirnya melahirkan kebersihan rohani.
Istilah kebersihan lainnya ialah tazkiyyah yang berkaitan dengan
kebersihan harta dan jiwa. 55
Dalam hal ini, penelitian dibatasi dalam istilah nazhafah
dan thaharah dengan makna kebersihan fisik dalam konteks
kebersihan diri dan lingkungan. Demikian juga dengan pesan
Rasulullah bahwa senantiasa mengajarkan kepada umatnya
untuk membiasakan hidup bersih karena Allah SWT menyukai

54
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik,
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2017), h 187.
55
Rulan Permata Sari, “Wawasan Kebersihan Lingkungan dan
Keberagamaan; Praktik Kebersihan Lingkungan Pada Civitas Akademika UIN
Imam Bonjol Padang”, Indonesian Journal of Religion and Society, volume 01
nomor 01 (2019), h 81.
42

kebersihan dan keindahan. Sebagaimana firman Allah dalam


surat At-Taubah ayat 108 yang berbunyi:
َّ ُ ْ ُ َّ ‫ َو‬.............................
﴾٨٠١﴿ ‫اَّلل ًُ ِح ُّب اْلط ِّه ِّسٍْ َن‬

Artinya: “………. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-


orang yang bersih.”
Tak lepas dari perilaku bersih, kesehatan juga sangatlah
penting, karena dengan berperilaku hidup bersih akan membawa
kita menuju kehidupan yang sehat dan nyaman untuk melakukan
segala aktifitas. Dalam hal ini Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.56
Kegiatan PHBS tidak dapat terlaksana apabila tidak ada
kesadaran dari seluruh anggota itu sendiri. Perilaku hidup bersih
dan sehat harus diterapkan sedini mungkin agar menjadi
kebiasaan positif dalam memelihara kesehatan. Menurut Ahmad
Kholid perilaku hidup bersih dan sehat adalah suatu respon
seseorang (organism) terhadap stimulus obyek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan. 57

56
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
(Kemenkes RI, 2011), h 7.
57
Ahmad Khalid, Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori
Perilaku Media dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h 29.
43

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mencakup


ratusan bahkan ribuan perilaku yang harus dipraktikkan dalam
rangka mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya. Kita akan
menjadi mulia kalau mampu memadukan secara imbang pola
hidup bersih dan sehat baik secara intelektual, spiritual, maupun
material. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
َ َ َ َ َ َ َّ ُّ ُ ٌ ْ َ َ ّ َ ُّ ُ ٌ ّ َ َ َّ َّ
،‫ ك ِسٍْ ٌم ًُ ِح ُّب الك َس َامت‬،‫النظافت‬ ‫ ه ِظيف ً ِحب‬،‫ِإن اَّلل ط ِيب ً ِحب الط ِيب‬
َ َ ‫عن‬ْ ‫ (زواه الترمري‬.‫الج ْى َد َف َت َن َّظ ُف ْىا َأ ْفن َي َت ُك ْم‬
ُ ‫َج َّى ٌاد ًُح ُّب‬
‫ص ِال ِح ْب ِن أ ِبي‬ ِ ِ
َ ‫َح َّس‬
)‫ان‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta‟ala adalah baik Dia
mencintai kebaikan, bersih Dia mencintai kebersihan, mulia
Dia mencintai kemuliaan, bagus Dia mencintai kebagusan,
maka bersihkanlah halaman rumahmu.” (H.R. al-Tirmidzi dari
Shalih ibnu Abi Hasan) 58
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Menurut
Becker perilaku kesehatan ini terdiri dari: 59
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu
seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi
yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang,

58
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik,
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2017), h 195.
59
Notoatmodjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
h 118-119.
44

tetapi juga tidak lebih) dengan kata lain sering disebut


dengan istilah empat sehat lima sempurna.
2. Olahraga teratur, yang mencakup kualitas (gerakan), dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan
untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan
tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok, merokok adalah kebiasaan jelek yang
mengakibatkan berbagai macam penyakit.
4. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan
minum miras dan mengkonsumsi narkoba, cenderung
meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa
diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum-minuman
keras.
5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan
hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan.
6. Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja,
dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Stres tidak
dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak
menyebabkan gangguan pada kesehatan, kita harus dapat
mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-
kegiatan yang positif.
Selain itu agar pola hidup bersih dan sehat terwujud,
maka kita harus membersihkan hati. Ia merupakan sifat lembut
keTuhanan yang terdapat dalam jiwa manusia. Ia digambarkan
oleh Rasulullah SAW sebagai mudhghah (segumpal daging,
potensi) yang akan menentukan baik buruknya kehidupan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
45

“Ingatlah! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging,


bila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh itu, dan bila ia rusak,
rusaklah ia seluruhnya, itulah dia kalbu” (H. R. Bukhari dan
Muslim). 60
Orang yang mampu menjaga hati agar tetap bersih dan
sehat adalah orang ikhlas. Ikhlas itu sendiri bermakna
membersihkan sesuatu dari kotoran sehingga menjadi jernih,
bening, dan bersih. Orang ikhlas adalah orang yang
membersihkan hatinya dalam setiap aktifitas murni hanya untuk
Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan
dengan yang lain serta tidak riya‟ (pamer) dalam beramal. Orang
yang ikhlas selalu memurnikan niat hanya mengharap ridha
Allah saja dalam setiap amal, tanpa menyekutukan-Nya dengan
yang lain. Hati yang ikhlas akan menyelamatkan seorang
mukmin dari siksa neraka. Allah berfirman:
ْ ََ َّ َ َ َ
.‫ ِإَّل َمن أتى َّاَّلل ِب َقل ٍب َس ِل ْي ٍم‬.‫ًَ ْى َم ََّلً َنف ُع َما ٌل َو ََّلبُنىن‬
Artinya: “Pada hari itu (kiamat), tidaklah bermanfaat harta dan
keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih” (Q. S. al-Syu’arâ’/26: 88-89).
Para ulama memahami qalb salîm (hati yang bersih dan
sehat) dalam ayat di atas sebagai hati yang bersih dari
segala syahawât (keinginan-keinginan) yang melampaui batas
yang dibenci Allah. Itulah hati ikhlas yang menyelamatkan
manusia dari siksa pedih dan menghantarkannya menggapai

60
Tim Lembaga Penelitian Universitas Islam Jakarta, Konsep Agama
Islam Tentang Bersih dan Implikasinya Dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta:
1993), h 31.
46

nikmat surga. Ibnul Qayyim al-Jauziyah menjelaskan: “Hati itu


adalah hati yang bersih dari segala syahwat/keinginan nafsu
yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah serta
terbebas dari segala syubhat yang bertentangan dengan berita
yang dikabarkan-Nya.”
Orang beriman sangat beruntung karena telah
mensucikan dirinya, menjadikan nafsu bersih terkendali (al-nafs
al-muthmainnah). Sebagaimana firman Allah
ُ َ ْ ُّ ‫الح َي َاة‬ َّ َ َ ّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ
َ ‫ َب ْل ُ ت ْؤث ُس َون‬.‫صلى‬
‫ َوألا ِخ َسة‬.‫الده َيا‬ ِ ‫ وذكساسم زب ِ ِه ف‬.‫قدأفلح من تصكى‬
َ
.‫َ ْخي ٌر َوأْب َقى‬
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), Dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir)
memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah
lebih baik dan lebih kekal”. Q.S. al-A’lâ/87: 14-17.

َ ‫ َو َق ْد َخ‬.‫َق ْد َأ ْف َل َح َمن َش َّك َها‬


.‫اب َمن َد َّس َها‬
Artinya: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya". Q.S. al-Syams/91: 9-10.
Seorang yang hatinya bersih dan sehat akan sanggup
merubah jiwa marah menjadi jiwa sejuk. Jiwa pendendam akan
berubah menjadi jiwa pemaaf. Jiwa kikir akan berubah menjadi
jiwa pemurah. Jiwa iri dengki akan berubah menjadi jiwa
lapang. Jiwa kerdil akan berubah menjadi jiwa besar. Jiwa
47

pesimistis negatif akan berubah menjadi jiwa optimistis


positif. Jiwa sombong akan berubah menjadi jiwa santun
bersahaja. Jiwa kebencian akan berubah menjadi jiwa kasih
sayang. Jiwa yang kotor dan jahat (al-nafs al-ammârah bi al-
sû', al-nafs al-lawwâmah), akan berubah menjadi jiwa bersih
terkendali (al-nafs al-muthmainnah). Jiwa itulah jiwa yang
diridhai Allah SWT dan akan mendapatkan nikmat surga tanpa
batas. Firman Allah SWT. yang artinya “Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-
Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Q.S. al-Fajr/89: 27-30)
Selain itu, ketika hendak menghadap Allah dalam Shalat.
Juga kita diharuskan dalam keadaan suci dan bersih. Bersih diri,
pakaian dan tempat. Aktifitas menjaga kebersihan diwajibkan
dalam syariat. Disebutkan dalam sebuah Hadist:

ْ ْ َ َّ
)‫ (زواه مسلم عن أبي ما لك ألاشعسي‬.‫ىز شط ُس ْلا ًْ َم ِان‬
ُ ‫الط ُه‬

Artinya: “kebersihan itu sebagai dari iman. (HR Muslim dan


Abu Malik Al-Asy‟ari)”.61 Bersih, suci (thâhir) adalah keadaan
tanpa najis/hadats, baik besar maupun kecil pada badan, pakaian,
tempat, air dan sebagainya. Sedangkan bersuci merupakan
aktifitas seseorang untuk mencapai kondisi suci, seperti
berwudhu, tayyamum dan mandi junub. Selain itu juga menjaga

61
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik,
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2017), h 195-196.
48

kebersihan makanan, minuman, menjaga kebersihan pakaian,


lingkungan dan lain-lain.
Kebersihan lingkungan erat kaitanya dengan masalah
kesehatan. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang
sehat. Kelalaian dalam menjaga kebersihan lingkungan
merupakan awal dari mewabahnya berbagai penyakit. Banyak
wabah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor.
Menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari kebiasaan
membuang sampah pada tempatnya, sebagimana ajaran mulia
yang menyetarakan membuang sampah dengan sedekah, Wa
imathah al-adza 'an al-tharîq shadaqah (menyingkirkn duri,
sampah, di jalan termasuk sedekah). Kita diperintah
membersihkan lingkungan, tempat tinggal dan tempat ibadah.
Kita juga diperintah untuk membersihkan harta dari unsur-unsur
haram baik secara materialnya maupun proses mendapatkannya,
termasuk mengeluarkannya dalam bentuk zakat, infaq,
shadaqah, wakaf dan lain-lain.
Mestinya makanan bersih adalah makanan seorang
muslim. Minuman bersih minuman muslim. Pakaian bersih
pakaian muslim. Harta bersih harta muslim. Rumah bersih
rumah muslim. Pasar bersih pasar muslim. Lingkungan bersih
lingkungan muslim. Masyarakat bersih masyarakat muslim.
Negara bersih negara muslim. Mari kita maknai kehidupan kita
dengan pola hidup bersih dan sehat guna membangun peradaban
global. Pola hidup bersih dan sehat dalam perspektif Islam,
bukan bersih dan sehat semu, tapi bersih dan sehat hakiki,
terwujud dalam banyak kegiatan kita secara pribadi maupun
49

kelompok. Bersih dan sehat secara lahir dan batin yang saling
melengkapi. Bersih dan sehat yang membuahkan kedamaian,
solidritas, tolong menolong, dan kasih sayang. 62
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
Penerapan PHBS terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi. Menurut Lawrence Green menjelaskan bahwa
faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama: 63
1. Faktor Pemudah (predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-
anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat sehingga
faktor ini menjadi pemicu terhadap perilaku yang menjadi
dasar bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan,
kepercayaan, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi,
seperti pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki
seseorang yang tidak merokok.
2. Faktor Pemungkin (enambling factor)
Faktor ini merupakan pemicu terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan jamban, dan makanan yang bergizi.
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

62
Shobahussurur, “Pola Hidup Bersih dan Sehat”, (Jakarta: Berita
Muhammadiyah), Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, (selasa 25 Maret 2011).
63
Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), h 89.
50

3. Faktor Penguat (reinforcing factor)


Faktor ini merupakan faktor yang menentukan
apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku
pengasuh santri seperti pengasuh memberikan keteladanan
dengan melakukan mencuci tangan sebelum makan, atau
selalu meminum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan
menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat.
Terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi PHBS,
sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut
faktor internal dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut
faktor eksternal (Dachroni, 2002: 105).
1. Faktor Internal
Faktor internal seperti keturunan. Seseorang
berperilaku tertentu karena memang sudah demikian
diturunkan dari orang tuanya. Sifat-sifat yang dimiliki adalah
sifat-sifat yang diperoleh oleh orang tua atau neneknya dan
sebagainya. Faktor internal lainnya adalah motif. Manusia
berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu.
Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya
kebutuhan yang dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis,
sosial dan ekonomi.
2. Faktor Eksternal
Faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi
seseorang untuk berbuat sesuatu yang disebabkan karena
adanya suatu dorongan atau unsur-unsur tertentu. Faktor
51

eksternal juga merupakan faktor yang terdapat diluar diri


individu.
D. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Manusia hidup di berbagai tatanan, yaitu berbagai tempat
atau sistem sosial dimana ia melakukan kegiatan sehari-harinya.
Disetiap tatanan, faktor-faktor individu, lingkungan fisik dan
lingkungan sosial berinteraksi dan menimbulkan dampak
terhadap kesehatan. Oleh sebab itu dapat pula dikatakan bahwa
suatu tatanan adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif
memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus
juga mengatasi masalah-masalahnya dibidang kesehatan. Jelas
bahwa setiap tatanan memiliki kekhasan, sehingga dengan
demikian pembinaan PHBS harus disesuaikan untuk masing-
masing tatanan. 64
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
2269/MENKES/PER/XI/2011 menyatakan bahwa tatanan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) membagi 5 tatanan,
yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan
tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas
kesehatan. 65 Peneliti mengutip dari berbagai tatanan PHBS,
kemudian peneliti membuat beberapa indikator sesuai dengan
data dari kemenkes RI 2011 tersebut.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran
dalam menilai PHBS di Pondok Pesantren, antara lain:

64
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
(Kemenkes RI, 2011), h 27.
65
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2017, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2018), h 263-264.
52

Kebersihan diri (badan, pakaian dan kuku), kerapian kamar,


mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, makan-makanan
yang bergizi dan bersih, gaya hidup tidak merokok, olahraga
teratur. Selain itu, tersedia tempat sampah, tersedia air bersih,
kebersihan tempat wudhu dan penggunaan jamban sehat dan
memadai, lingkungan pondok, dapur pondok, kebersihan asrama
(ruang kelas, aula, dll) dan kebersihan mushola. Beberapa
indikator yang digunakan sebagi dasar dalam pelaksanaan
perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Pesantren
diantaranya:
1. Setiap santri agar makan makanan yang mengandung unsur
zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur sebagai Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) dan menggunakan garam
beryodium untuk keperluan sehari-hari. Mengingat betapa
besar pengaruh makanan dan minuman bagi pertumbuhan
fisik dan kecerdasan akal manusia, maka Allah SWT
memberikan petunjuk kepada mereka agar mengkonsumsi
makanan dan minuman yang halal dan baik (halalan
thayyiba). Karena makanan dan minuman yang dikonsumsi
terdiri dari sel-sel, jaringan dan organ. Pada sel, ada bagian
yang bernama gen yang membawa sifat-sifat manusia.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh manusia akan sangat
berpengaruh pada sifat dan perilaku mereka. Dari sini dapat
dipahami, mengapa Rasulullah melarang umat manusia
mengkonsumsi binatang buas. Karena tidak mustahil, orang
53

yang suka makan daging binatang buas akan terpengaruh


oleh sifat buas binatang yang dimakannya. 66
2. Semua santri agar membuang air kecil atau tinja di jamban
atau WC.
3. Santri agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air
kecil/besar dan waktu akan makan.
4. Santri agar menggunakan air bersih untuk mandi dan untuk
minum agar dimasak terlebih dahulu.
5. Setiap asrama, halaman, mushola dan lain-lain agar selalu
bersih, bebas dari sampah dan bebas dari sarang nyamuk.
6. Santri agar menjaga kebersihan tubuh dengan menggosok
gigi paling sedikitnya 2 kali sehari, yaitu sesudah makan dan
sebelum tidur, keramas minimal 1 minggu sekali, potong
kuku seminggu sekali, dan lain sebagainya.
7. Tidak merokok.
8. Berolahraga secara teratur.
9. Pakaian bersih dan rapih.
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teoritik perilaku hidup bersih
merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan itu sendiri merupakan suatu kebutuhan pokok dari
manusia dan sehat tidak diperoleh secara otomatis, akan tetapi
harus diupayakan. Hal itu sesuai dengan yang dikatakan oleh

66
M. Hamdan Rasyid, Pesona Kesempurnaan Islam (Indahnya
Pancaran Ajaran Islam dalam Seluruh Aspek Kehidupan), (Jakarta: Zahira Press,
2009), h 283-284.
54

Shobahussurur bahwa “pola hidup bersih dan sehat dalam


perspektif Islam, bukan bersih dan sehat semu, tapi bersih dan
sehat hakiki, terwujud dalam banyak kegiatan kita secara pribadi
maupun kelompok. Bersih dan sehat secara lahir dan batin yang
saling melengkapi. Bersih dan sehat yang membuahkan
kedamaian, solidritas, tolong menolong, dan kasih sayang”. 67
Perilaku hidup bersih tidak muncul secara tiba-tiba, akan
tetapi harus melalui suatu proses pendidikan yang amat panjang
dan supaya terwujud dalam bentuk perubahan perilaku yang
bersih. Perubahan perilaku menjadi lebih baik merupakan tujuan
dari pendidikan atau penyuluhan agama. Hal itu dapat diketahui
dari bimbingan agama yang dilakukan terhadap faktor yang
mempengaruhi perilaku hidup bersih. Adapun bimbingan agama
yang diajarkan dalam Pondok Pesantren Ummul Qura adalah
bimbingan aqidah, ibadah dan akhlak. Kemudian faktor-faktor
perilaku hidup bersih meliputi faktor terhadap makanan dan
minuman yang bersih dan sehat, faktor terhadap kebersihan
diri/pribadi, faktor terhadap kebersihan lingkungan dan faktor
terhadap perilaku hidup yang teratur. Dari ke-4 faktor tersebut,
peneliti menggabungkan menjadi 2 faktor dikarenakan untuk
mempermudah dalam penelitian, hal ini menjadikan faktor
terhadap kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Dengan demikian untuk mengetahui pengaruh dan
tingkat keeratan hubungan antara bimbingan agama terhadap
perilaku hidup bersih santri di Pondok Pesantren Ummul Qura

67
Shobahussurur, “Pola Hidup Bersih dan Sehat”, (Jakarta: Berita
Muhammadiyah), Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, (selasa 25 Maret 2011).
55

Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan, dapat diungkap


melalui kuesioner yang berisi pernyataan tentang bimbingan
agama yang meliputi bimbingan aqidah, ibadah dan akhlak.
Kemudian tentang perilaku hidup bersih yang meliputi
kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. Apabila para
santri sudah bisa menerapkan perilaku hidup bersih dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan suatu perubahan yang
sangat baik. Dengan demikian diharapkan para santri dapat
mempertinggi tingkat kebersihan dengan adanya bimbingan
agama, supaya dapat menuntut ilmu dan melakukan aktivitas
baik dalam berhadapan dengan Allah maupun dengan sesama
manusia.
Dari penjelasan diatas, peneliti ingin mencari tahu
tentang pengaruh bimbingan agama terhadap perilaku hidup
bersih santri di Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe
Pamulang Tangerang Selatan dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Perilaku Hidup Bersih dan


Bimbingan Agama (X)
Sehat (Y)
- Materi Aqidah (X1) - Kebersihan Pribadi (Y1)
- Materi Ibadah (X2)
- Kebersihan Lingkungan
- Materi Akhlak (X3) (Y2)
56

F. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah sehingga harus di uji secara empiris. 68 Berdasarkan
perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis
yang akan di jawab dan dibuktikan dalam penelitian ini adalah:

Ha : β0 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan bimbingan

agama terhadap perilaku hidup bersih dan


sehat santri Pondok Pesantren Ummul Qura.

H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan


bimbingan agama terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat santri Pondok Pesantren
Ummul Qura.

68
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h 137.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan
menggunakan penelitian kuantitatif, menurut Azwar penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya ditekankan pada
data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode
statistik. Pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian untuk
pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya
pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. 69
Arikunto menyatakan penelitian kuantitatif merupakan
penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, interpretasi data hingga hasil dari penelitian tersebut
ditampilkan dengan angka yang disertai dengan table, grafik,
gambar dan lainnya. 70
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian survey, yaitu penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok.71 Kuesioner adalah daftar
pertanyaan atau pernyataan yang tersusun dalam suatu lembaran
yang diajukan kepada responden untuk menghimpun sejumah
data yang dibutuhkan.

69
Sarifuddin Azwar, Penyesuaian Sekala Psikologi, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2007), h 5.
70
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h 236.
71
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei,
(Jakarta: LP3ES,1995), cet ke-2, h 3.

57
58

B. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat
data untuk variabel penelitian melekat dan yang
dipermasalahkan.72 Dalam hal ini subjek penelitian skripsi ini
adalah santri Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe.
Sedangkan objek penelitian adalah barang yang hendak diteliti
oleh peneliti. 73 Adapun objek penelitian skripsi ini yaitu
bimbingan agama dan perilaku hidup bersih dan sehat santri
Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Pondok
Pesantren Ummul Qura, yang beralamat di gg. Pesantren RT
001/RW 004 Pondok Cabe Ilir Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan, Banten. Waktu penelitian dilaksanakan
selama kurun waktu 4 bulan, yaitu mulai bulan November 2019
sampai bulan Februari 2020.
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan
atas pertimbangan sebagai berikut:
1. Pondok Pesantren Ummul Qura merupakan lembaga
pendidikan Islam yang melaksanakan kegiatan bimbingan
agama bagi santri.
2. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang pengaruh
bimbingan agama terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
santri di Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe.

72
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta:
Ar Ruzz Media, 2011), h. 28.
73
Ibid, h. 29.
59

D. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini yaitu
subjek darimana data tersebut diperoleh. 74 Sumber data dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek
penelitian. 75 Sumber data pertama dalam penelitian ini yaitu
santri dan pengurus Pondok Pesantren Ummul Qura di
Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. 76
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan serta buku-buku.
E. Populasi dan Sampel
Sugiyono menyatakan bahwa populasi merupakan
keseluruhan penelitian. Sebagai suatu populasi, maka subyek ini
harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang mampu
membedakannya dari subyek lain. 77 Pada penelitian ini,
karakteristik populasi yang digunakan merupakan seluruh santri
Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe. Jumlah seluruh

74
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h 172.
75
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,
2010), h 122.
76
Ibid, h 122.
77
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018),
130-131.
60

populasi pada penelitian ini adalah 275 santri. Sampel adalah


bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel dapat didefinisikan sebagai anggota populasi
yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga
diharapkan dapat mewakili populasi. Adapun dalam menentukan
jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin.78

Dimana:
n = anggota sampel
N = jumlah populasi
d = perkiraan tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 10%
(margin eror).

3333333333 dibulatkan menjadi 80


Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa total sampel
penelitian digenapkan berjumlah 80 santri.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel.
Teknik pengambilan sempel yang peneliti gunakan yaitu

78
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 137.
61

probability sampling yakni teknik yang memberikan peluang


yang sama terhadap seluruh anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik sampling tersebut yakni teknik
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling),
yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. 79
F. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto menjelaskan bahwa variabel
merupakan objek penelitian yang menjadi titik perhatian dalam
suatu penelitian.80 Sedangkan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen atau variabel bebas (X)
Variabel independent merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen. 81 Variabel independent dalam
penelitian ini yaitu bimbingan agama yang meliputi materi
aqidah, materi ibadah dan materi akhlak.
2. Variabel Dependen atau variabel terikat (Y)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini yaitu perilaku hidup bersih
dan sehat meliputi kebersihan pribadi, kebersihan
lingkungan.

79
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan
Analisis Data Sekunder, (Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2011), h 75.
80
Ibid, h 118.
81
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h 39.
62

G. Definisi Operasional dan Indikator Variabel


Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan
pada sifat-sifat variabel yang diteliti, bersifat spesifik dan
menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan
juga hal-hal yang dianggap penting. Adapun definisi operasional
untuk variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel bimbingan agama merupakan proses bimbingan
yang diberikan oleh pembimbing (Kiai dan Ustadz) kepada
terbimbing (santri). Yang berkaitan dengan materi bimbingan
akidah, ibadah dan akhlak.
Tabel 3.1 Blue Print Variabel Bimbingan Agama
Aspek Indikator favorable unfavorable
1. Iman Kepada Allah 4 2
2. Iman Kepada
- 2
Malaikat
3. Iman Kepada Rasul 2 1
Materi Aqidah 4. Iman Kepada Kitab 3 -
5. Iman Kepada Hari
1 -
Akhir
6. Iman kepada Takdir
- 1
Allah
1. Dua Kalimat Syahadat 2 -
2. Shalat 5 2
Materi Ibadah 3. Puasa 3 -
4. Zakat - 1
5. Haji 1 -
1. Akhlak terhadap diri
9 -
sendiri
2. Akhlak terhadap orang
Materi Akhlak 1 -
tua dan ustadz
3. Akhlak terhadap
3 2
sesama muslim

Kemudian variabel perilaku hidup bersih dan sehat


segala aktivitas atau respon yang ada pada individu yang timbul
63

tidak dengan sendirinya, melainkan sebagai hasil dari adanya


stimulus atau faktor dari luar yang diterima oleh santri.
Tabel 3.2 Blue Print Variabel Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Aspek Indikator favorable unfavorable
1. Kebersihan badan 3 2
2. Kebersihan pakaian 5 2
3. Kebersihan mulut, gigi 1 1
4. Kebersihan kuku 1 1
Kebersihan 5. Kebersihan mencuci tangan 2 -
Pribadi 6. Kebersihan telinga dan
1 -
hidung
7. Kebersihan rambut 2 -
8. Pola makan yang bergizi
2 1
dan bersih
1. Kebersihan Kamar/asrama 2 2
2. Kebersihan kamar mandi
3 -
dan WC
3. Ketersediaan tempat
Kebersihan - 1
sampah
Lingkungan 4. Kebersihan dapur 1 -
5. Kebersihan kelas dan
1 -
mushola
6. Kebersihan lingkungan
2 1
pondok

H. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang akurat dalam penyusunan
skripsi ini penulis menggunakan:
1. Observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun
dari proses bologis dan psikologis. Dalam menggunakan
64

Teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan


pengamatan dan ingatan si peneliti. 82
2. Kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang
didistribusikan melalui pos untuk diisi. Dan dikembalikan
atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti. 83
Umumnya kuesioner ini digunakan untuk memperoleh
keterangan tentang fakta yang diketahui responden, namun
demikian bisa juga kuesioner digunakan untuk mengetahui
pendapat atau sikap responden terhadap suatu masalah.
3. Dokumentasi. Dokumentasi adalah salah satu Teknik
pengumpulan data dengan mengambil gambar, record, video
disetiap kegiatan bimbingan yang dilaksanakan ketika
memberikan angket/kuesioner, sumber dari buku, majalah,
literatur.
I. Instrument penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat pengumpulan
data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
social yang diamati. 84 Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data yang akurat
yaitu dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,

82
Husaini Umar dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial (Edisi Kedua), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 52.
83
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi
aksara, 2011), h. 128.
84
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R7D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 92.
65

yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. 85 Skala


likert yang dipilih oleh peneliti menggunakan 4 kategori pilihan
jawaban, diantaranya sebagai berikut:
Table 3.3 Skala Likert
Pilihan Jawaban Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Penggunaan skala dengan empat kategori pilihan


jawaban lebih memungkinkan untuk mendapatkan variabilitas
responden yang lebih maksimal dibandingkan skala tiga ataupun
dua. Selain itu juga, tidak adanya kesempatan untuk responden
bersikap netral terhadap suatu fenomena sosial apabila skala
yang digunakan lima kategori pilihan jawaban.
J. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.86
Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Uji validitas menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

85
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), h
152-153.
86
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 211.
66

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu


mengkorelasikan skor tiap butir dengan total yang
87
merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam hal ini jika r
hitung ≥ r tabel yaitu pada taraf signifikansi 5% atau 1%,
instrument tes yang diuji cobakan tersebut dapat dinyatakan
valid, dan jika r hitung yang diperoleh ≤ r tabel, maka
instrument tes yang diuji cobakan tersebut tidak dapat
dinyatakan valid atau tidak valid. 88
Table 3.4 Blue Print Skala Bimbingan Agama sebelum
Uji Instrumen
Dimensi
Variabel
No Butir Positif Butir Negatif Jumlah
Bimbingan
Agama
1,3,4,5,9,10,12,
1. Aqidah 2,6,7,8,11,16 16
13,14,15
17,18,19,20,21,
2. Ibadah 24,25,26,27,28, 22,23,29 14
30
31,32,33,34,35,
3. Akhlak 36,37,38,40,41, 39,42 15
43,44,45
Jumlah 45

Setelah dilakukan uji validitas terhadap skala


Bimbingan Agama kepada 30 Responden, dari 45 item
butir pertanyaan yang diujicobakan diketahui 27 item
butir pertanyaan valid dan 18 item butir tidak valid.
Dengan demikian maka 27 item butir yang valid akan

87
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h 141.
88
J. Supranto dan Limakrisna Nandan, “Petunjuk Praktis Penelitian
Ilmiah Untuk Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi”, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013), h 97.
67

peneliti gunakan untuk penelitian selanjutnya. Adapun


Blue Print 27 item butir yang valid terlihat dalam tabel
berikut:
Table 3.5 Blue Print Skala Bimbingan Agama sesudah
Uji Instrumen
Dimensi
Variabel Butir
No Butir Positif Jumlah
Bimbingan Negatif
Agama
1. Aqidah 9,10,12,13,14,15 8 7
2. Ibadah 20,21, 25,26,27,28 22,23 8
31,32,33,34,35,37,38,
3. Akhlak 39 12
41,43,44,45
Jumlah 27

Adapun blue Print skala Perilaku Hidup Bersih sebelum


dilakukan uji validitas terlihat seperti pada tabel berikut:
Table 3.6 Blue Print Skala Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Sebelum Uji Instrumen
Dimensi
Variabel
No Perilaku Butir Positif Butir Negatif Jumlah
Hidup Bersih
dan Sehat
1,3,6,8,9,11,12,
Kebersihan 2,4,5,7,10,16,20,
1. 13,14,15,17,18, 24
Pribadi 22
19,21,23,24
Kebersihan 26,27,28,30,31,
2. 25,29,35,37 13
Lingkungan 32,33,34,36
Jumlah 37

Setelah dilakukan uji validitas terhadap skala


perilaku hidup bersih terhadap 30 responden, dari 37
item butir pertanyaan yang diujicobakan, diketahui 24
item butir valid dan 13 item butir tidak valid. Dengan
68

demikian maka 24 item butir valid yang akan digunakan


untuk penelitian selanjutnya. Adapun Blue Print 24 item
butir yang valid tersebut terlihat dalam tabel berikut:
Table 3.7 Blue Print Skala Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Sesudah Uji Instrumen
Dimensi
Variabel
Butir
No Perilaku Butir Positif Jumlah
Negatif
Hidup Bersih
dan Sehat
Kebersihan 3,6,9,11,12,13,15,23, 2,4,10,16,
1. 14
pribadi 24 20,22
Kebersihan
2. 27,28,30,31,33,34,36 25,35,37 10
lingkungan
Jumlah 24

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa dalam


penelitian ini, setiap butir pertanyaan yang tidak valid akan
langsung digugurkan dan untuk butir pertanyaan yang valid
akan dipergunakan dalam penelitian ini. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa, dari 81 butir pertanyaan yang diuji
cobakan, terdapat 51 butir pertanyaan yang valid dan akan
dipergunakan dalam penelitian, dan 30 butir pertanyaan yang
tidak valid tadi akan langsung digugurkan.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan uji yang menunjukkan
tingkat konsistensi hasil pengukuran yang dilakukan
pengukuran ulang terhadap gejala dan alat ukur yang sama.
Instrument dikatakan reliabilitas apabila instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan
data karena instrument tersebut baik dan dapat diandalkan.
69

Uji reliabilitas dengan cronbach Alfa, maka setiap variabel


memperoleh nilai alfa > 0,6. Artinya hasil instrument dapat
dikatakan reliabel. 89
Sebelum pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrument yang telah dibuat, instrument
terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui tingkat
validitas dan realibilitasnya sehingga akan jelas item-item
mana yang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh
bimbingan agama terhadap perilaku hidup bersih santri di
Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe Pamulang
Tangerang Selatan.
Setelah dilakukannya uji validitas, kemudian data
penelitian akan di uji reliabilitas dengan hasil blue print Uji
Reliabilitas Variabel X dan Y dengan menggunakan SPSS
20.0 for Windows.

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Variabel X

Cronbach's Alpha N of Items

.807 45

89
J. supranto dan Nandan Limakrisna, Petunjuk Praktis Penelitian
Ilmiah Untuk Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013), h 99-100.
70

Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Variabel Y

Cronbach's Alpha N of Items

.869 37

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan hasil


dari pengujian reliabitias variabel X dan Y dengan skor
0.807 (variabel X) dan 0.869 (variabel Y) bisa dikatakan
reliabilitas karena nilai alfa cronbach ≥ 0.6.
K. Teknik Pengolahan Data
Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa
sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai
untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis
kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan,
kemudian diolah melalui tiga tahap yaitu memeriksa (editing),
proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan
(tabulating).90
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang
telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang telah
dikumpulkan tidak logis dan meragukan. Tujuannya untuk
menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada
pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi. Proses editing
dimulai dengan memberikan identitas pada instrument
penelitian yang telah terjawab. Kemudian memeriksa satu

90
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,
2010), h 164-169.
71

per satu lembar instrument pengumpulan data, kemudian


memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia.
2. Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data
yang termasuk dalam kategori yang sama. Maksudnya
bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas
sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.
3. Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data
yang telah diberikan kode sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan. Maksud tabulasi adalah memasukkan data pada
tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta
menghitungnya.
L. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Bila data
yang diteliti berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji
statistik parametik. Sedangkan bila tidak, maka digunakan
uji non parametik.
Untuk menguji data normalitas, peneliti
menggunakan SPSS 20.0 for windows dengan perhitungan
One Sample Kolmogorov Smirnov Test dengan dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika hasil uji memiliki nilai probabilitas > 0.05, maka
data dinyatakan berdistribusi normal.
b. Jika hasil uji memiliki nilai probabilitas ˂ 0.05 maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal.
72

2. Uji F-Test
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji anova.
Untuk mengetahui apakah secara serentak (bersama-sama)
koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh nyata
atau tidak terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan
pada uji F ini adalah:
a. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak
b. Jika F hitung ˂ F tabel maka H0 diterima
Hasil uji F dapat dilihat dalam table ANOVA dalam
kolom sig. menggunakan taraf signifikansi 5% (0.05), jika
nilai signifikansi ˂ 0.05 maka dapat dikatakan terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun jika nilai
signifikansi > 0.05 maka tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas dan
variabel terikat. Uji F bisa dilakukan dengan bantuan
software SPSS 20.0.
3. Teknik analisis regresi linear berganda
Regresi linier berganda adalah hubungan dimana
antara variabel terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari
satu variabel bebas, baik itu dua, tiga, dan seterusnya (X1,
X2, X3,……, Xn), namun masih menunjukkan diagram
hubungan yang liniear. Analisis ini untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif. Hal ini karena penelitian
ingin menguji hubungan antara beberapa variabel bebas
73

terhadap variabel terikat, apakah bernilai positif atau


negataif. 91
Bentuk umum persamaan regresi linier berganda
dapat ditulis sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ………+ bnXn
Keterangan:
Y = variabel terikat
a, b2, b3,..., bn = koefisien regresi
X1, X2, X3,…,Xn = variabel bebas
4. Uji Parsial (Uji t)
Uji koefisien korelasi parsial (uji t) yaitu uji statistik
yang digunakan untuk menganalisis bila peneliti bermaksud
mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel
independent dan dependen, dimana variabel lainnya dibuat
tetap atau konstan pada hubungan yang melibatkan lebih dari
dua variabel. 92 Hal ini berkaitan dengan kriteria uji koefisien
korelasi parsial (uji t) sebagai berikut:
a. Jika nilai sig ˂ 0.05 atau t hitung > t tabel, maka terdapat
pengaruh antara variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y).
b. Jika nilai sig > 0.05 atau t hitung ˂ t tabel, maka tidak
terdapat pengaruh variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y).

91
Priyatno, Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS, (Yogyakarta: Gaya Media, 2010).
92
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h 268.
74

5. Uji Koefisien Determinasi


Uji koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independent dalam
menjelaskan varians dari variabel dependen. Koefisien ini
juga disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi
pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians
yang terjadi pada variabel independent. Koefisien penentu
ini menjelaskan besarnya pengaruh nilai suatu variabel
(variabel X) terhadap naik-turunnya (varians) nilai variabel
lainnya (variabel Y). yang mana jika koefisien korelasi
dikuadratkan akan menjadi koefisien penentu atau koefisien
determinasi. Dengan koefisien determinasi dirumuskan: 93
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi atau koefisien penentu
(angka atau indeks yang digunakan untuk
mengetahui besarnya sumbangan suatu variabel
terhadap variasi variabel yang lain).
r2 = Kuadrat Koefisien Korelasi (Nilai R square dalam
output SPSS 20.0 for windows).
Koefesien determinasi dapat diketahui dari nilai R
square pada tabel model summary. Dimana menurut
Santoso, nilai R square dikatakan baik jika diatas 0.5, karena
nilai R square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Secara
umum sampel dengan data deret waktu (time series)

93
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h 248.
75

memiliki R square maupun Ajusted R square dikatakan


cukup tinggi dengan nilai diatas 0,5.94
6. Uji koefesien korelasi
Uji Koefisien Korelasi. Analisis ini digunakan untuk
mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau
lebih. 95 Uji koefesien korelasi dilakukan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan
arah hubungan antara variabel independen yaitu bimbingan
agama dan variabel dependen yaitu perilaku hidup bersih
santri di Pondok Pesantren Ummul Qura. Untuk mengetaui
kekuatan hubungan kedua variabel tersebut yaitu dengan
cara menginterpretasikan nilai yang diperoleh dari uji
koefesien korelasi dengan berpedoman pada ketentuan
berikut: 96
Tabel 3.10 Interval Koefesien Korelasi dan Kekuatan
Hubungan
No Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1. KK = 0,00 Tidak ada korelasi
2. 0,00 ˂ KK ≤ 0,20 Sangat rendah atau lemah sekali
3. 0,20 ˂ KK ≤ 0,40 Rendah atau lemah tapi pasti
4. 0,40 ˂ KK ≤ 0,70 Cukup berarti atau sedang
5. 0,70 ˂ KK ≤ 0,90 Tinggi atau kuat
Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat
6. 0,90 ˂ KK ≤ 1,00
diandalkan
7. KK = 1,00 Sempurna

94
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualit atif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2011), cet ke-14, h 187-188.
95
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
260.
96
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h 234.
76

Untuk menentukan besarnya koefesien korelasi


digunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai
berikut:97
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= Korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah responden
Σxy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Σx = Jumlah seluruh skor X
Σy = Jumlah seluruh skor Y
Pengambilan keputusan uji koefisien korelasi dalam
signifikansi > 0.05, maka H0 diterima atau tidak berkorelasi
dan sebaliknya, jika signifikansi ˂ 0.05 maka H0 ditolak atau
berkolerasi. Adapun penafsiran terhadap nilai koefisien
korelasi dapat dilihat sebagai berikut: Nilai korelasi (r) = (-1
≤ 0 ≥ 1). Kemudian untuk kekuatan hubungan, nilai
koefisien berada diantara -1 dan 1, sedangkan untuk arah
dinyatakan dalam bentuk positif (+) atau negatif (-).

97
Ibid, h 235.
BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Ummul Qura


1. Latar Belakang Pondok Pesantren
Tantangan Bangsa Indonesia semakin berat baik
tantangan yang bersifat ekstren maupun intern. Sebagai
bangsa yang mengutamakan kebersamaan pada
persatuan, maka tentunya tantangan tersebut bukan
hanya tugas pemerintah saja tetapi harus bisa di
pecahkan oleh semua unsur bangsa termasuk alim ulama’
dan kelompok keagamaan lainnya.
Keberagaman dan keterpaduan itu penting, sebab
dalam kaca negara-negara di dunia, Indonesia memang
harus menghadapi tantangan persaingan dengan dunia
internasional dalam segala hal, baik bidang idiologi,
politik, sosial budaya dan gaya hidup, maupun dalam
sektor ekonomi – perdagangan. Untuk itu di perlukan
adanya kekuatan ekonomi bangsa dan adanya daya tahan
dari kehidupan berbangsa.98
Secara interen, Bangsa kita juga mempunyai
tantangan yang tidak kalah berat perubahan sikap dan
orientasi masyarakat di bidang politik, ekonomi, sosial
dan budaya perlu mendapat perhatian khusus dari seluruh
unsur bangsa. Kegagalan dalam mengkordinir inisitif dan

98
Wawancara dengan salah satu pengurus Pondok Pesantren Ummul
Qura, Ust Arif Aminullah pada tanggal 13 Februari 2020 pukul 16:00 WIB.

77
78

aspirasi masyarakat akan menjadi anacaman serius bagi


integrasi bangsa dan sebaliknya akan mengakibatkan
adanya fiksi dan instabilitas nasional, akibatnya
pembangunan akan berjalan tersendat-sendat bahkan
akan terancam gagal.
Kebersamaan berbagai pihak itu merupakan salah
satu cara yang harus dilakukan dalam mempersiapkan
calon pemimpin bangsa di masa mendatang, yaitu
mempersiapakan para generasi muda. Mencetak pemuda
berarti menyiapkan masa depan baik secara moral dan
materil. Secara moral lembaga-lembaga keagamaan yang
secara intensif membimbing mental para pemuda yang
cukup banyak bertebaran di nusantara. Salah satu
lembaga penyiapan pemuda itu adalah pesantren.
Pesantren adalah satu lembaga pendidikan islam
milik swasta (umat islam) khususnya di Indonesia
umumnya didirikan oleh para jama’ah umat islam
dengan prakarsai sekaligus di pimpin oleh seorang
ulama’/kyai, Sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan
yang lain di Indonesia maka pondok pesantren juga
berperan untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagai amanat undang-undangan dasar tahun 1945
dengan falsafah pancasila. 99
Berdasarkan pemikiran tersebut, Arif Aminullah
selaku pengurus Pondok Pesantren Ummul Qura

99
Wawancara dengan salah satu pengurus Pondok Pesantren Ummul
Qura, Ust Arif Aminullah pada tanggal 13 Februari 2020 pukul 16:00 WIB.
79

menerangkan bahwa adanya sebuah lembaga pendidikan


yang multi dimensi (pesantren) bagi generasi muda
Indonesia, mutlak diperlukan, yaitu, lembaga yang secara
simultan menggarap kualitas keimanan ketakwaan,
akhlak, kecerdasan serta keterampilan bagi generasi
muda karena kesemuanya itu pada hakekatnya
merupakan hak para generasi (anak) dan sekaligus
merupakan kewajiban bagi generasi pendahulu (orang
tua).100
2. Sejarah Pondok Pesantren Ummul Qura
Ummul Qura merupakan Lembaga Pendidikan
Pondok Pesantren yang terletak di Jl. Raya Pondok Cabe
Ilir RT 001/004 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang
Selatan Banten, di sebelah lapangan udara Pondok Cabe.
Ummul Qura didirikan pada tahun 1994 oleh KH. Syarif
Rahmat RA, SQ, MA sebagai perintis dan dibantu oleh
dua orang ulama yaitu KH. Ismail Arifin (Alm) dan Prof.
KH. Ali Yafi sebagai penasehat dengan akta notaris Ny.
Supriyati Widodo, SH. No. 1 tanggal 01 Maret 1994.101
Pada mulanya Ummul Qura dirintis untuk
mewadahi para santri yang ingin tafaqquh fiddien atau
mendalami ilmu-ilmu agama, pada awalnya santri hanya
satu dua orang, namun dalam perkembangannya melihat

100
Wawancara dengan salah satu pengurus Pondok Pesantren Ummul
Qura, Ust Arif Aminullah pada tanggal 13 Februari 2020 pukul 16:00 WIB.
101
Budi, Pesantren Ummul Qura Tangerang Selatan,
https://www.laduni.id/post/read/63937/pesantren-ummul-qura-tangerang-selatan,
diakses pada 14 Februari 2020 pukul 18.34.
80

pentingnya bekal bagi para santri untuk menghadapi


perkembangan zaman, maka bapak KH. Syarif Rahmat
RA, SQ, MA berkeinginan tidak hanya membekali santri
dengan ilmu-ilmu agama saja, namun juga ilmu
pengetahuan sosial atau umum.
Akhirnya pada tahun 1995, beliau membuka
pendidikan formal yaitu tingkat Madrasah Tsanawiyah
dan tingkat Madrasah Aliyah dengan siswa pada waktu
itu masih sangat terbatas. Mengingat kondisi sarana dan
prasarananyapun masih sangat terbatas, untuk kegiatan
KBM, pihak sekolah masih meminjam tempat di bekas
sekolah Harapan Ibu yang kondisinya sebenarnya tidak
layak, sampai tahun 2000. Setelah tahun 2001,
Alhamdulillah semua kegiatan belajar mengajar sudah
dapat dilaksanakan di lokasi sendiri. Sampai sekarang
perkembangan santri mulai meningkat. Selain kegiatan
belajar formal, santri juga diwajibkan untuk mengikuti
program tahfidzul Qur’an dan kegiatan ekstra yang
lain. 102
Dalam perkembangannya disamping mendirikan
pendidikan formal untuk tingkat Mts dan MA, Ummul
Qura juga melaksanakan pendidikan nonformal tingkat
TKA/TPA yang siswanya dari sekitar masyarakat
Pondok Cabe, kemudian ditahun 2007 dibuka juga TK

102
Budi, Pesantren Ummul Qura Tangerang Selatan,
https://www.laduni.id/post/read/63937/pesantren-ummul-qura-tangerang-selatan,
diakses pada 14 Februari 2020 pukul 18.34.
81

Islam. Sampai sekarang Ummul Qura terus melakukan


perubahan kearah kemajuan. Ummul Qura merupakan
lembaga pendidikan formal yang terdiri TK, Mts, MA
dan nonformal yang terdiri dari TPA, Tahfidz Al-Qur’an,
Majlis Ta’lim, Lembaga Bedah Masalah dan Pondok
Pesantren.103
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Ummul
Qura Pondok Cabe

103
Budi, Pesantren Ummul Qura Tangerang Selatan,
https://www.laduni.id/post/read/63937/pesantren-ummul-qura-tangerang-selatan,
diakses pada 14 Februari 2020 pukul 18.34.
82

Gambar 4.1 STRUKTUR KEPENGURUSAN SANTRI PUTRA

PENGASUH PONDOK PESANTREN

KH. Syarif Rahmat, RA,. SQ., MA

PEMBINA SANTRI PUTRA


- Ust. M. Soim, SQ
- Ust. Agus Arif Adha
- Ust. M. Nabhani

LURAH PUTRA

Riski Pujiana

SEKRETARIS BENDAHARA

Ary Badruzzaman Arif Aminullah

DIVISI KEAMANAN DIVISI BAHASA


- Ust. M. Soim, SQ - Abdul Rofi
- M. Ariful Faqih - Maulana Jauhari
- Ainun Najib - Jakaria

DIVISI IBADAH DIVISI KESEHATAN


- Arif Rahman - Wawan Maulana
- Ghozali - Aldi

DIVISI KESEHATAN DIVISI KEBERSIHAN


- Fahmi Nudin - Detra
- Imam Maulana - Zidan Affa
- Nasirin - Deni
83

Gambar 4.2 STRUKTUR KEPENGURUSAN SANTRI PUTRI

PENGASUH PONDOK PESANTREN

KH. Syarif Rahmat, RA,. SQ., MA

PEMBINA SANTRI PUTRI

Siti Nuriyah, M.Pd

LURAH PUTRI
Syarifah Sakinah

SEKRETARIS BENDAHARA
Shoba Qudsiyyah Nida Nurjanah, S.Pd

DIVISI IBADAH DIVISI KEAMANAN

- Verawati Nugraga, S.Pd - Ening Purwaningsih


- Suciani - Nisa Usholihah
- Mega Bintang - Shoba Qudsiyyah

DIVISI BAHASA DIVISI KEBERSIHAN


- Milatus Syari’ah - Aisyah Aulia R
- Nisa Umami - Nisa Shofiatul Ummah
- Mutiara Hanan - Rima Melati
- Charliah A - Dewi Mustika

DIVISI PENDIDIKAN DIVISI lTTQ


- Siti Nurmila - Falihatul Fitria
- Dewi Puspita - Melda Slviani
- Kurnia Sri Utami - Zulfani Azizah

DIVISI KESENIAN DIVISI KESEHATAN


- Dewi Mustika - Iim H W - Zulfa Makbullah
- Nisa Az Zahra - Sholihatul F - Youlanda M D
- Meitri Vidia
84

4. Visi Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Ummul


Qura Pondok Cabe
Visi
Menjadi Pesantren yang kompetitif yang
mengintegrasikan pengetahuan umum, keagamaan dan
ke Al-Qur’anan mempuni, bersumber dari ulama-ulama
salaf dan kontemporer, serta penguasaan bahasa
internasional.
Misi
 Mengembangkan dakwah Islam melalui lembaga
pendidikan.
 Melaksanakan proses belajar-mengajar dengan
mengedepankan pendidikan agama yang di imbangi
dengan pengetahuan umum.
 Memberdayakan kemampuan santriwan dan
santriwati sedini mungkin di bidang pengetahuan
agama dan pengetahuan umum.
 Menanamkan nilai-nilai toleransi dalam
kemajemukan masyarakat Indonesia.
 Mengukuhkan komitmen keislaman dalam bingkai
kebangsaan.
Tujuan
 Terwujudnya generasi beriiman, bertaqwa,
berakhlakul karimah, berilmu pengetahuan, unggul
dan bermartabat
 Meningkatnya Prestasi Akademik dan non akademik
peserta didik dengan melaksanakan pembelajaran
85

yang aktif, inovatif dan efektif berorientasi


kecakapan hidup yang berdasarkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Terwujudnya hubungan yang harmonis dan dinamis
antar warga sekolah dan masyarakat.
5. Kegiatan Santri Pondok Pesantren Ummul Qura
Pondok Cabe
Pondok Pesantren Ummul Qura termasuk Pondok
Pesantren Modern dan termasuk banyak santriwan dan
santriwati didalamnya. Jumlah santri di Pondok
Pesantren Ummul Qura, berjumlah 275 santri yang
terdiri dari 135 santri laki-laki dan 140 santri perempuan.
Pada umumnya, baik kegiatan santriwan maupun
santriwati yang tinggal di Pondok Pesantren dibagi
menjadi kegiatan harian, mingguan, bulanan dan ada
juga kegiatan tahunan
Kegiatan harian diawali dengan pukul 03.00
suara alarm yang dibunyikan oleh pengurus kelurahan,
tanda waktu untuk melaksanakan shalat Tahajjud
berjama’ah. Kemudian pukul 03.30-04.00 waktu untuk
membersihkan seluruh area pondok sesuai jadwal piket
yang sudah ditetapkan, dilanjutkan shalat subuh
berjama’ah dengan seluruh santriwan dan santriwati.
Setelah Shalat subuh berjamaah, para santri
dipersilahkan untuk berkumpul dengan pembimbingnya
masing-masing untuk belajar membaca Al-Qur’an atau
adanya kegiatan pondok ba’da subuh yang sudah
86

ditetapkan sesuai jadwal, seperti tahfidz atau setoran


hafalan Al-Qur’an, pengembangan bahasa arab dan
inggris atau biasa disebut dengan ilqo’iyah, pembacaan
Qosidah Burdah dan juga Asma Ulhusna. Kegiatan ini
dilakukan hingga pukul 06.15 WIB. Pukul 06.15 hingga
pukul 07.15 santri bergantian mandi dan mempersiapkan
diri untuk berangkat sekolah. Sekolah sesi pagi dimulai
pukul 07.15 hingga pukul 12.00, setelah selesai para
santri menuju kamar masing-masing, ada juga sebagaian
yang lain beristirahat terlebih dahulu sebelum bersiap-
siap untuk shalat Dzuhur berjama’ah di mushola. Sampai
hampir pukul jam satu kurang 15 menit, para santri
dipersilahkan untuk berangkat ke sekolah sesi siang.
Kemudian sekitar hampir pukul dua siang pulang dari
sekolah, para santri beristirahat dan makan siang di
asrama masing-masing dan istirahat siang. Kadang juga
ada pula santri yang tidak beristirahat justru malah
mencuci pakaian atau mengerjakan tugas lainnya. 104
Kemudian memasuki waktu ashar, para santri
bersiap shalat ashar yang dilanjutkan dengan sekolah
sore, dimana Pondok Pesantren Ummul Qura
memadukan jadwal pelajaran pondok dan sekolah umum
dengan memindah jadwalkan pelajaran sekolah ada yang
di pagi hari juga ada yang disore hari, begitupun
sebaliknya dengan pengajaran pondok. Hal itu

104
Wawancara langsung dengan santri Pondok pesantren Ummul Qura
pada tanggal 13 Februari 2020 Pukul 17.00 WIB.
87

dikarenakan sesuai dengan kesanggupan dari dewan guru


yang mengajar, baik ustadz maupun ustadzah.
Kemudian setelah selesainya sekolah sore, para
santri bergegas ke asrama masing-masing sambil
istirahat dan persiapan shalat magrib berjamaah. Seusai
shalat magrib, para santri putri menuju aula dan santri
putra tetap di mushola untuk melaksanakan bimbingan
Al-Qur’an berkelompok sesuai dengan firkohnya
masing-masing. Kegiatan tersebut dilaksanakan hingga
adzan Isya berkumandang sekitar pukul tujuh malam
yang dilanjutkan dengan sekolah malam atau kegiatan-
kegiatan pondok diantaranya muhadharah 3 bahasa
secara bergiliran, pembacaan rawi, khutbah, sima’an Al-
Qur’an atau biasa disebut tasmian. 105
Dalam hal ini, bimbingan agama dilakukan pada
saat sekolah sore dan malam sesuai dengan kelasnya
masing-masing. Juga untuk bimbingan secara langsung
dilakukan tidak menantu, dikarenakan hal itu sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi santri, jika santri
memiliki masalah maka akan berkonsultasi dengan
pembimbing masing-masing dan jika pembimbing
mendapatkan masalah terhadap anak yang dibimbingnya
maka akan di panggillah santri untuk menghadap.
Kemudian setelah kegiatan sekolah malam selesai, maka
santri setelahnya diberi waktu untuk beristirahat sebelum

105
Wawancara langsung dengan santri Pondok pesantren Ummul Qura
pada tanggal 13 Februari 2020 Pukul 17.00 WIB.
88

mahkamah atau pemberian teguran bagi yang melanggar


peraturan pondok. Kemudian sekitar pukul sepuluh
malam, alarm berbunyi kembali menandakan waktu
istirahat sebelum esok hari melakukan aktifitas
kembali. 106

Table 4.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri

Waktu Kegiatan
Jenis
Jam
No Kegiata
Operasional Sen Sel Rab Kam Jum Sab Ming
n

1. Berbaha Setiap Waktu


sa Arab
dan
Inggris
2. Hafalan 05.00 – 06.00
Al-
Qur’an
3. Ilqoiyah 05.00 – 06.00
atau
Muhadh
asah
4. Qosidah 05.00 – 06.00
Burdah

5. Asma ul 05.00 – 06.00


Husna

6. Bimbin 18.20 – 19.10


gan Al-
Qur’an
dan
Rohani

7. Pembac 18.20 – 19.10


aan
Yasin
Bersam
a

106
Wawancara langsung dengan santri Pondok pesantren Ummul Qura
pada tanggal 13 Februari 2020 Pukul 17.00 WIB.
89

Jenis Waktu Kegiatan


Jam
No Kegiata
Operasional Sen Sel Rab Kam Jum Sab Ming
n
8. Pembel 18.20 – 19.10
ajaran
Shalawa
t
9. Praktek 18.20 – 19.10
Ibadah

10. Bimbin 19.30 – 21.30


gan
Agama
11. Tasmia 19.30 – 21.30
n
(Sima’a
n
Hafalan
)
12. Muhadh 19.30 – 21.30
arah
Tiga
Bahasa/
Rawian/
Khutba
h (untuk
putra)
13. Memba 21.30 – 22.00
ca Kitab
Munajat
14. Senam/ 06.00 – 09.00
Olah
Raga/
Kerja
Bakti
15. Eskul Mengkondisi
kan

Selain adanya kegiatan harian santri, Pondok


Pesantren Ummul Qura juga memiliki kegiatan Tahunan
yakni PPS (Program Pengabdian Santri) yang mana
program ini mengajarkan kepada para santri yang telah
menyelesaikan pendidikan Aliyah di Pondok Pesantren
90

agar mampu membiasakan diri ketika sudah berada di


tengah-tengah masyarakat, biasanya para santri ini akan
diletakkan di sebuah desa selama satu bulan lamanya.
Selain PPS, kegiatan tahunan di Pondok Pesantren
Ummul Qura ini ada juga Akhirussanah dan MAPESA
(Masa Perkenalan Santri).
Adapula para santri disibukkan pula dengan
kegiatan tambahan, yang mana hal ini mampu
memunculkan bakat para santri dan mampu dijadikan
hiburan para santri ketika lelah menjalankan aktifitas
sehari-hari, sebagaimana kegiatan tambahan tersebut
yakni: Drumband, angklung, Forum Pena Santri (FPS),
marawis, hadroh, voli, silat, badminton, tari saman, tenis
meja, futsal, medical santri, language club, kaligrafi,
catur, qori’.
6. Profil Pondok Pesantren Ummul Qura
a. Kyai
Pondok Pesantren Ummul Qura dipimpin
oleh seorang kyai bernama KHR Syarif Rahmat RA.,
SQ., MA. Beliau dilahirkan di Banjarsari Kabupaten
Ciamis Jawa Barat pada hari Senin 20 Januari 1964
dari pasangan Rd. Ahmad dan Shofiyah. Pendidikan
yang ditempuhnya antara lain dari SD Negeri V
Banjarsari, MTs Persatuan Ummat Islam (PUI)
Banjarsari, MAN Darus Salam Ciamis, MA Al
Ma’arif Banjarsari, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an
(PTIQ) Jakarta, Pendidikan Kader Ulama Majelis
91

Ulama Indonesia (PKU-MUI) DKI Jakarta,


Pendidikan Kader Ulama Majelis Ulama Indonesia
(PKU MUI) Pusat dan Pasca Sarjana Institusi Ilmu
Al-Qur’an Jakarta.
Prestasi yang pernah diraihnya antara lain
Juara Nasional Cerdas Cermat isi dan kandungan Al-
Qur’an, peserta Musabaqah Tahfizhul Qur’an 30 Juz
beserta Tafsirnya, Juara pertama lomba Ceramah
antar Mahasiswa PTIQ Jakarta, Juara pertama
Musabaqah Syahril Qur’an DKI Jakarta, peraih nilai
terbaik PKU MUI DKI dan PKU MUI Pusat dan
peraih nilai terbaik pada ujian masuk Pasca Sarjana
IIQ Jakarta. Penawaran beasiswa study ke Madinah
dan Al Azhar Mesir diberikan kepadanya, namun
karena kesibukan tidak sempat diambilnya.
Mendapat Penghargaan sebagai Pendidik yang
berprestasi dari Lembaga Profil Indonesia tahun
2001.
Selain pernah berceramah di berbagai Radio
dan salah satu Station TV, kini beliau kembali ke
Kampus sebagai Dosen PTIQ Jakarta dan mengasuh
Pondok Pesantren Ummul Qura. 107

107
Syarif Rahmat, Kitab Munajat (Wirid dan Do‟a Dalam Al-Qur‟an),
(Tangerang Selatan: Sabila Press, 2013), h 32
92

b. Mushola
Pondok Pesantren Ummul Qura memiliki satu
Mushola hasil dari pembebasan tanah sekitar Pondok
Pesantren. Kegiatan utama yang dilakukan di
Mushola tersebut adalah shalat berjama’ah, masing-
masing santri diwajibkan untuk shalat fardhu
berjama’ah di mushola dengan sebelum berjama’ah
biasanya mereka membiasakan untuk melantunkan 4
kitab (Aqidatul Awam, Hidayatus Sibyan, Su’abul
Iman, Tuhfatul Atfal) secara bergantian sesuai
jadwal. Pengawasan shalat berjama’ah dilakukan
oleh kepengurusan organisasi santri pondok
pesantren yang biasa mereka sebut OSPP, hal itu
mereka lakukan mulai dari pengarahan atau
pengingatan pada tiap-tiap waktu shalat sampai
sanksi bagi santri yang tidak mengikuti shalat
berjama’ah tanpa alasan yang jelas, pemberian sanksi
itupun dilakukan oleh OSPP dibawah pengawasan
dewan kelurahan.
Selain dipergunakan untuk shalat berjama’ah,
mushola ini juga digunakan untuk kegiatan para
santri putra, adapun kegiatan-kegiatan tersebut
adalah halaqoh (duduk melingkar) baca Al-Qur’an
dengan masing-masing firqoh 6 sampai 7 santri
sesuai tingkatan masing-masing, pelatihan
muhadharah tiga bahasa, Khutbah hingga kegiatan-
kegiatan santri putra lainnya. Kegiatan halaqoh Al-
93

Qur’an diadakan setiap hari Senin, Selasa, Rabu dan


Minggu seusai shalat Magrib. Kegiatan halaqoh
Qur’an ini dilaksanakan untuk memudahkan dalam
pembimbingan baca Al-Qur’an dan meningkatkan
santri agar giat dalam membaca Al-Qur’an, adapun
bentuk pelaksanaannya adalah dengan program-
program sebagai berikut: mengadakan pelatihan baca
Al-Qur’an, mengadakan seleksi pengelompokkan
baca Al-Qur’an bagi santri, melaksanakan bimbingan
baca Al-Qur’an sesuai dengan jadawal, mewajibkan
seluruh santri untuk mengikuti program bimbingan
baca Al-Qur’an tanpa terkecuali. Adapun tujuan
program tersebut adalah meningkatkan kualitas
dalam membaca Al-Qur’an, memudahkan proses
bimbingan, adanya peningkatan kemampuan santri
hasil bimbingan, dan terwujudnya disiplin baca Al-
Qur’an.
Adapun kegiatan muhadharah tiga bahasa
atau pidato tiga bahasa dilaksanakan pada hari Kamis
dan Sabtu malam setelah selesai mengerjakan shalat
Isya berjama’ah. Muhadharah tiga bahasa ini
dilakukan secara bergantian oleh para santri, penentu
jadwal dilakukan oleh organisasi santri. Muhadharah
tiga bahasa ini dilakukan dalam Bahasa Arab Inggris
dan Indonesia secara bergiliran, oleh karena itu
94

kegiatan muhadharah ini dimasukkan dalam program


kebahasaan organisasi santri. 108
c. Gedung Serbaguna/Aula
Pondok Pesantren Ummul Qura memiliki satu
Gedung serbaguna/ Aula yang mana aula ini
digunakan untuk dua kelas santri putri yang disekat
menggunakan hijab, selain digunakan untuk kelas,
aula ini juga dipergunakan untuk berbagai kegiatan
santri putri, adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah
halaqoh (duduk melingkar) baca Al-Qur’an dengan
masing-masing firqoh 6 sampai 7 santri sesuai
tingkatan masing-masing, pelatihan muhadharah tiga
bahasa, rawian hingga kegiatan-kegiatan santri putri
lainnya. Kegiatan halaqoh Al-Qur’an diadakan setiap
hari Senin, Selasa, Rabu dan Minggu seusai shalat
Magrib.
Kegiatan halaqoh Al-Qur’an ini dilaksanakan
untuk memudahkan dalam pembimbingan baca Al-
Qur’an dan meningkatkan santri agar giat dalam
membaca Al-Qur’an, adapun bentuk pelaksanaannya
adalah dengan program-program sebagai berikut:
mengadakan pelatihan baca Al-Qur’an, mengadakan
seleksi pengelompokkan baca Al-Qur’an bagi santri,
melaksanakan bimbingan baca Al-Qur’an sesuai
dengan jadwal, mewajibkan seluruh santri untuk

108
Wawancara langsung dengan ketua pengurus Pondok Pesantren
Ummul Qura Ust Riski Pujiana pada tanggal 16 Februari 2020 Pukul 13:56 WIB.
95

mengikuti program bimbingan baca Al-Qur’an tanpa


terkecuali. Adapun tujuan program tersebut adalah
meningkatkan kualitas dalam membaca Al-Qur’an,
memudahkan proses bimbingan, adanya peningkatan
kemampuan santri hasil bimbingan, dan terwujudnya
disiplin baca Al-Qur’an.
Adapun kegiatan muhadharah tiga bahasa
atau pidato tiga bahasa dilaksanakan pada hari Kamis
dan Sabtu malam setelah selesai mengerjakan shalat
Isya berjama’ah. Muhadharah tiga bahasa ini
dilakukan secara bergantian oleh para santri, penentu
jadwal dilakukan oleh organisasi santri. Muhadharah
tiga bahasa ini dilakukan dalam Bahasa Arab Inggris
dan Indonesia secara bergiliran, oleh karena itu
kegiatan muhadharah ini dimasukkan dalam program
kebahasaan organisasi santri. 109
Selain itu, aula ini biasa digunakan untuk
kegiatan bulanan bahkan tahunan santri, diantaranya
akhirussanah yang diadakan pada setiap akhir
semester, classmeeting biasa dilakukan pada akhir
tahun sebelum santri diliburkan untuk pulang
kerumah masing-masing, dan ada pula muhadharah
kubro atau muhadharah yang biasa dilaksanakan
setiap satu bulan sekali dengan petugas yang setiap

109
Wawancara langsung dengan ketua pengurus putri Pondok Pesantren
Ummul Qura Ustadzah Syarifah Sakinah pada tanggal 14 Februari 2020 Pukul
18:45 WIB.
96

bulannya bergiliran sesuai kelas masing-masing baik


santri putra maupun putri.110
d. Ruang Kelas
Pada Pondok Pesantren Ummul Qura terdapat
12 ruang kelas yang dimana adanya ruang kelas ini,
digunakan untuk belajar mengajar antara ustad atau
ustadzah dengan santri. Salah satu kegiatan yang
dilaksanakan di ruang kelas ini yakni kegiatan
pengkajian kitab kuning yang dilaksanakan pada
setiap hari Senin, Selasa Rabu dan Jum’at pada sore
dan malam hari yang dipimpin oleh beberapa ustad
dan ustadzah secara bergiliran sesuai jadwal.
e. Asrama
Pondok Pesantren Ummul Qura memiliki dua
asrama, yaitu asrama putra dan asrama putri, masing-
masing asrama yang disebut dengan ma’had banun
dan ma’had banat. Kepengurusan Organisasi Santri
Pondok Pesantren Ummul Qura (OSPP UQ) secara
kepengurusan bersifat independent yang bertanggung
jawab mengawasi semua kegiatan santri dan masing-
masing pengurus secara operasional melaksanakan
peraturan dan melaksanakan sanksi secara mandiri
dalam pengawasan para ustad dan ustadzah. 111

110
Wawancara langsung dengan ketua pengurus Pondok Pesantren
Ummul Qura Ust Riski Pujiana pada tanggal 16 Februari 2020 Pukul 13:56 WIB.
111
Wawancara langsung dengan Ustadzah Siti Falihatul Fitria pada
tanggal 15 Februari 2020 Pukul 16:00 WIB.
97

7. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Ummul


Qura Pondok Cabe
Sarana dan prasarana merupakan dua kata yang
tidak dapat dipisahkan. Sarana adalah alat yang
digunakan secara langsung untuk mencapai tujuan,
misalnya ruang kamar, buku, papan tulis, dan lainnya,
sedangkan prasarana adalah alat tidak langsung yang
digunakan untuk mencapai tujuan, seperti bangunan
sekolah, lapangan, bangunan aula serbaguna, dan
lainnya.
Kebutuhan akan sarana dan prasarana sangat
penting bagi peningkatan perilaku hidup bersih santri
guna untuk meningkatkan belajar santri. Oleh karena itu
Pondok Pesantren Ummul Qura selalu berusaha
menambah ataupun mengembangkan sarana dan
prasarana pendidikan dan fasilitas yang lainya agar
tujuan yang hendak dicapai dapat mudah terwujud.
Sarana dan prasarana yang telah tersedia di
Pondok Pesantren Ummul Qura adalah:
98

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren


Ummul Qura
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Ruang Kelas 12
2. Kamar Mandi Putra 12
3. Kamar Mandi Putri 13
4. Gedung Serbaguna (Aula) 1
5. Masjid/Mushola 1
6. Kamar Asrama Putra 13
7. Kamar Asrama Putri 12
8. Ruang Bimbingan Konseling (BK) 1
9. Lapangan Olah Raga 1
10. Perpustakaan 1
11. UKS 1
12. UQ Mart/ Koprasi Santri 1
13. Kantin 2
14. Dapur 2
15. Papan Tulis 12
16. LCD Proyektor 1

B. Identifikasi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah santri Pondok
Pesantren Ummul Qura di Pondok Cabe Pamulang
Tangerang Selatan. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 80. Jumlah tersebut sesuai dengan perhitungan
sampel yang telah dihitung menggunakan rumus slovin.
Adapun hasil dari identifikasi terhadap responden dalam
penelitian ini maka dapat dideskripsikan sebagai berikut:
99

1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.3 Identifikasi Responden


Berdasarkan Jenis Kelamin

40%
60%

laki-laki perempuan

Dari bagan diatas menunjukkan bahwa responden


perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki,
yaitu 60% responden perempuan dan sisanya 40%
responden laki-laki. karena pengambilan responden
dilakukan secara acak, sehingga ditemukan jumlah
frekuensi 32 responden santri laki-laki dan 48 responden
santri perempuan. Hal ini juga dikarenakan jumlah santri
perempuan lebih banyak dari santri laki-laki yaitu 140
santri perempuan dan 135 santri laki-laki.
100

2. Data Responden Berdasarkan Usia

Gambar 4.4 Identifikasi Responden


Berdasarkan Usia

9%

35%

56%

10 - 12 Tahun 13 - 15 Tahun 16 - 18 Tahun

Dari bagan diatas menunjukkan bahwa dari 80


responden penelitian terdapat 7 santri berusia 10 - 12
tahun dengan presentase 9%, 45 santri berusia 13 - 15
tahun dengan presentase 56%, 28 santri berusia 16 – 18
tahun dengan presentase 35%. Maka dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden berusia 13 – 15 tahun.
3. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 4.5 Idenrifikasi Responden


Berdasarkan Tingkat Pendidikan

40%

60%

Mts MA
101

Dari bagan diatas menunjukkan bahwa dari 80


responden penelitian terdapat 48 responden sedang
menempuh Pendidikan Madrasah Tsanawiyah dengan
persentase 60% dan 32 responden sedang menempuh
Pendidikan Madrasah Aliyah dengan persentase 40%.
Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
sedang menempuh Pendidikan Madrasah Tsanawiyah.
Hal ini dikarenakan pengambilan responden dilakukan
secara acak.
4. Data Responden Berdasarkan Kegiatan Yang Diikuti
Lainnya

Gambar 4.6 Identifikasi Responden


Berdasarkan Kegiatan Yang Diikuti
Lainnya

2%

39%
55%

4%

3 kegiatan 2 kegiatan tidak mengikuti apapun 1 kegiatan

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 80


responden penelitian terdapat 2 responden memiliki 3
kegiatan diluar kegiatan harian pondok dengan
persentase 2%, 31 responden memiliki 2 kegiatan diluar
kegiatan harian pondok dengan persentase 39%, 44
responden memiliki 1 kegiatan diluar kegiatan harian
102

pondok dengan persentase 55%, dan 3 responden tidak


memiliki kegiatan apapun selain kegiatan harian yang
berada dipondok dengan presentase 4%. Maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki satu
kegiatan diluar kegiatan harian pondok, hal ini
membuktikan bahwa mengikuti satu kegiatan saja diluar
kegiatan pondok mampu meningkatkan perilaku hidup
bersih daripada terlalu disibukkan dengan banyak
kegiatan.
C. Analisis Data
Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan data
penelitian yaitu menganalisis Pengaruh Bimbingan Agama
terhadap Perilaku Hidup Bersih dan sehat Santri di Pondok
Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe Pamulang Tangerang
Selatan. Data tersebut diolah menggunakan bantuan software
SPSS 20.0 for Windows. Hasil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji asumsi dasar untuk
meneliti berdistribusi normal atau tidaknya suatu data
yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.0 for windows
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
103

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov


Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 80

Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 6.44425063

Absolute .070

Most Extreme Differences Positive .048

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z .628

Asymp. Sig. (2-tailed) .825

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji Normalitas diatas, dapat


dilihat bahwa sebaran data variabel bimbingan agama
dan perilaku hidup bersih berdistribusi normal. Hal
ini diketahui dari nilai signifikansi uji Kolmogorov
smirnov yakni 0.825, yang mana hasil nilai
104

signifikansi lebih besar dari alpa yaitu 0.825 > 0.05,


maka dapat dikatakan berdistribusi normal.

2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara
bersama-sama, apakah keduanya memiliki pengaruh
yang nyata atau tidak. Pengambilan keputusan pada uji F
ini adalah:
a. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak
b. Jika F hitung ˂ F tabel maka H0 diterima
Hasil uji F dapat dilihat dalam table ANOVA
dalam kolom sig. menggunakan taraf signifikansi 5%
(0.05), jika nilai signifikansi ˂ 0.05 maka dapat
dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel
terikat. Namun jika nilai signifikansi > 0.05 maka tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji F ini
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 for
Windows sebagai berikut:
105

Tabel 4.4 Uji F-Test

ANOVAa

Model Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

Regression 3023.681 3 1007.894 26.376 .000b

1 Residual 2904.119 76 38.212

Total 5927.800 79

a. Dependent Variable: Kebersihan

b. Predictors: (Constant), Akhlak, Aqidah, Ibadah

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan


bahwa hasil F hitung sebesar 26.376 dengan F tabel
berdasarkan hasil output diatas memperoleh nilai df 1 = 3
dan df 2 = 76, dengan mendapatkan nilai F tabel pada
taraf kepercayaan signifikansi 0.05 yakni 2.72, yang
berarti 26.376 > 2.72 dengan tingkat signifikansi 0.000 ˂
0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara variabel bimbingan agama terhadap
perilaku hidup bersih santri Pondok Pesantren Ummul
Qura di Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan.
106

3. Uji Regresi Linier Berganda


Uji regresi linier berganda dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20.0 for Windows
dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 26.453 11.500 2.300 .024

1 Aqidah -.545 .494 -.102 -1.101 .274


Ibadah .695 .431 .190 1.611 .111
Akhlak 1.116 .202 .607 5.531 .000

Dari hasil diatas, maka diketahui bahwa nilai


koefisien regresi linier berganda adalah: Y (konstanta) =
26.453, pengaruh negatif 0.545 X1, pengaruh positif
0.695 X2, dan pengaruh positif 1.116 X3.
Bentuk persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Y = 26.453 – 0.545X1 + 0.695X2 + 1.116X3
Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
a. Nilai 26.453 merupakan nilai konstanta yang berarti
apabila nilai bimbingan agama nol, maka besarnya
perilaku hidup bersih 26.453.
b. Nilai koefisien regresi bimbingan agama terkait
aqidah (X1) sebesar - 0.545 yang artinya bahwa
107

bimbingan agama terkait aqidah secara negatif


mempengaruhi perilaku hidup bersih santri, jadi
semakin tinggi bimbingan agama terkait aqidah maka
semakin rendah perilaku hidup bersih santri karena
akan terjadi penurunan variabel perilaku hidup bersih
sebesar 0.545 yang didasarkan pada perubahan
variabel bimbingan agama terkait aqidah. Dalam hal
ini adanya kontribusi namun tidak signifikan pada
indikator aqidah yang diartikan bahwa bimbingan
agama terkait aqidah belum memadai. Hal ini
menunjukkan bahwasannya responden memiliki
beberapa hal yang mengakibatkan rendahnya nilai
aqidah atau seberapa banyak bimbingan yang
diberikan tentang aqidah oleh ustadz dan ustadzah di
pondok pesantren, sehingga hal itu mengakibatkan
rendahnya nilai aqidah.
c. Nilai koefisien regresi bimbingan agama terkait
ibadah (X2) sebesar 0.695 yang artinya bahwa akan
terjadi peningkatan variabel perilaku hidup bersih
sebesar 0.695 yang didasarkan pada perubahan
variabel bimbingan agama terkait ibadah. Indikator
ibadah ini berkontribusi namun tidak signifikan,
artinya indikator ibadah dalam penelitian ini tidak
menjadi acuan untuk resonden memiliki
kecenderungan akan seringnya melakukan bimbingan
ibadah dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku hidup bersih santri. Terlihat dari santri putri
108

yang meninggalkan ibadah ketika berhalangan atau


terdapat santri yang melanggar dalam bimbingan
ibadah yang terdapat di pondok pesantren. Peneliti
menduga sebagian santri lebih sering melakukan
bimbingan ibadah karena takut akan hukuman yang
diterapkan di pondok pesantren, bukan dari
kesadaran diri sendiri.
d. Nilai koefisien regresi bimbingan agama terkait
akhlak (X3) sebesar 1.116 yang artinya bahwa akan
terjadi peningkatan variabel perilaku hidup bersih
sebesar 1.116 yang didasarkan pada perubahan
variabel bimbingan agama terkait akhlak. Indikator
aqidah ini berpengaruh positif dan signifikan, yang
mana bimbingan agama terkait akhlak sangat
menunjukkan pengaruh terhadap perilaku hidup
bersih santri, artinya bahwa semakin baik bimbingan
akhlak yang diajarkan di Pondok Pesantren Ummul
Qura akan semakin baik pula perilaku hidup bersih
santri dalam menjaga kesehatan. Hal ini dibuktikan
bahwasannya jika individu sudah terbiasa berperilaku
baik dan mampu untuk menjaga diri untuk tidak
berbuat yang dilarang agama, maka santri akan
terbiasa untuk berperilaku hidup bersih. Selain itu,
para ustad dan ustadzah juga memberikan contoh
teladan dalam menjaga kebersihan baik diri sendiri
maupun lingkungan.
109

Jadi, koefisien regresi yang bertanda positif (+)


menandakan arah pengaruh yang searah, sedangkan
apabila koefisien regresi bertanda negatif (-)
menunjukkan arah pengaruh yang terbalik antara
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y)
yang mana dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
yang positif antara Bimbingan Agama terkait ibadah dan
akhlak terhadap perilaku hidup bersih santri Pondok
Pesantren Ummul Qura di Pondok Cabe Pamulang
Tangerang Selatan, sedangkan berbanding terbalik antara
bimbingan agama terkait aqidah terhadap perilaku hidup
bersih santri.
4. Uji Parsial (Uji t)
Uji koefisien korelasi parsial (uji t) digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
variabel independen dan variabel dependen, dimana
variabel dependen dibuat tetap atau konstan. Dalam
penelitian ini mengunakan bantuan software SPSS 20.0
for windows dengan hasil sebagai berikut:
110

Tabel 4.6 Uji Parsial (Uji t)

a
Coefficients

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Beta
Error

(Constant) 26.453 11.500 2.300 .024

Aqidah -.545 .494 -.102 -1.101 .274


1
Ibadah .695 .431 .190 1.611 .111

Akhlak 1.116 .202 .607 5.531 .000

a. Dependent Variable: Kebersihan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai T


tabel didapatkan dari df = n – k = 80 – 2 = 78. Karena
nilai “k” didapatkan dari dua variabel penelitian yang
diteliti (variabel bimbingan agama dan perilaku hidup
bersih), nilai “n” menunjukkan jumlah responden yang
diteliti, dan taraf kepercayaan signifikansi adalah 5%,
maka didapat nilai T tabel dalam taraf kepercayaan
signifikansi sebesar 1.99085. Hal ini berkaitan dengan
kriteria uji koefisien korelasi parsial (uji t) sebagai
berikut:
111

a. Jika nilai sig ˂ 0.05 atau T hitung > T tabel, maka


terdapat pengaruh antara variabel independen (X)
dengan variabel dependen (Y).
b. Jika nilai sig > 0.05 atau T hitung ˂ T tabel, maka
tidak terdapat pengaruh variabel independen (X)
dengan variabel dependen (Y).

Tabel 4.7 Analisis Hasil Uji t


Variabel
T hitung T table Kesimpulan
independen
H0 diterima, tidak
X1 Bimbingan terdapat pengaruh
-1.101 1.99085
Agama Aqidah signifikan X1
terhadap Y
H0 diterima, tidak
X2 Bimbingan terdapat pengaruh
1.611 1.99085
Agama Ibadah signifikan X2
terhadap Y
H0 ditolak, terdapat
X3 Bimbingan pengaruh yang
5.531 1.99085
Agama Akhlak signifikan X3
terhadap Y

Berdasarkan tabel di atas, maka uji koefisien parsial


dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Variabel bimbingan agama terkait aqidah (X1)
terhadap perilaku hidup bersih (Y). Dimana
bimbingan agama terkait aqidah (X1) memperoleh
nilai signifikansi sebesar 0.274 > 0.05 dan nilai t
hitung -1.101 ˂ t tabel 1.99085, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan agama terkait aqidah
memiliki kontribusi terhadap perilaku hidup bersih
santri Pondok Pesantren Ummul Qura di Pondok
112

Cabe Pamulang Tangerang Selatan tetapi tidak


signifikan.
b. Variabel bimbingan agama terkait ibadah (X2)
terhadap perilaku hidup bersih (Y). Dimana
bimbingan agama terkait ibadah (X2) memperoleh
nilai signifikansi sebesar 0.111 > 0.05 dan nilai t
hitung 1.611 ˂ t tabel 1.99085, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan agama terkait ibadah
memiliki kontribusi terhadap perilaku hidup bersih
santri Pondok Pesantren Ummul Qura di Pondok
Cabe Pamulang Tangerang Selatan tetapi tidak
signifikan.
c. Variabel bimbingan agama terkait akhlak (X3)
terhadap perilaku hidup bersih (Y). Dimana
bimbingan agama terkait akhlak (X3) memperoleh
nilai signifikansi sebesar 0.000 ˂ 0.05 dan nilai t
hitung 5.531 > 1.99085, maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan agama terkait akhlak berpengaruh
secara signifikan terhadap perilaku hidup bersih
santri Pondok Pesantren di Pondok Cabe Pamulang
Tangerang Selatan.
5. Uji Koefesien Determinasi
Uji koefisien determinasi berfungsi untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan varians dari variabel
dependen. Dimana menurut Santoso, nilai R square
dikatakan baik jika diatas 0.5, karena nilai R square
113

berkisar antara 0 sampai dengan 1. 112 Hal ini dapat


diketahui dari nilai R square koefisien determinasi
melalui tabel Model Summary. Dari hasil pengolahan
data menggunakan SPSS 20.0 for windows, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Adjusted Std. Error Change Statistics


Square R Square of the
Estimate R Square F Change
Change

a
1 .714 .510 .491 6.182 .510 26.376

a. Predictors: (Constant), Akhlak, Aqidah, Ibadah

Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai korelasi


atau pengaruh (R) yaitu sebesar 0.714. Dari output
tersebut diperoleh koefisien determinasi atau r2 (R
square) yaitu 0.510 dimana nilai koefisien determinasi
yang telah disesuaikan (Adjusted R square) sebesar
0.491. Selanjutnya koefisien determinasi dapat diketahui
dengan rumus:
KD = r2 x 100%
= 0.510 x 100%
= 51%

112
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualit atif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2011), cet ke-14, h 187-188.
114

Maka dari hasil tersebut, dapat disimpulkan


bahwa bimbingan agama mempunyai pengaruh sebesar
51% terhadap perilaku hidup bersih santri di Pondok
Pesantren Ummul Qura Pondok Cabe Pamulang
Tangerang Selatan. Selebihnya 49% dipengaruhi oleh
variabel-varibael lain yang terdapat diluar model.
6. Uji Koefesien Korelasi
Uji koefisien korelasi dilakukan dalam penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan
dan arah hubungan antara variabel independen yaitu
bimbingan agama dan ariabel dependen yaitu perilaku
hidup bersih santri di Pondok Pesantren Ummul Qura
Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan, dengan cara
menginterpretasikan nilai yang diperoleh dari uji
koefisien korelasi dengan berpedoman pada tabel
interval koefisien korelasi atau kekuatan hubungan. Dari
hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20.0 for
windows maka didapatkan hasil sebagai berikut:
115

Tabel 4.9 Uji Koefisien Korelasi

Correlations

Kebersihan Aqidah Ibadah Akhlak

Kebersihan 1.000 .203 .554 .701

Aqidah .203 1.000 .493 .347


Pearson
Correlation
Ibadah .554 .493 1.000 .681

Akhlak .701 .347 .681 1.000

Kebersihan . .035 .000 .000

Aqidah .035 . .000 .001


Sig. (1-tailed)
Ibadah .000 .000 . .000

Akhlak .000 .001 .000 .

Kebersihan 80 80 80 80

Aqidah 80 80 80 80
N
Ibadah 80 80 80 80

Akhlak 80 80 80 80

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat


hubungan yang tinggi atau kuat antara variabel Y dan X 3
dengan nilai korelasi 0.701. Hal ini memiliki hubungan
yang tinggi atau kuat antara bimbingan agama terkait
akhlak dengan perilaku hidup bersih santri. Hubungan ini
116

juga menunjukkan pengaruh positif (+) antara variabel Y


(Perilaku hidup bersih) dengan X3 (bimbingan akhlak).
Sebagaimana hal tersebut sejalan dengan pendapat Prof.
Muzayyin Arifin yang mengatakan bahwa bimbingan
agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang
berupa getaran batin yang dapat mengatur dan
mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola
hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan pola
hubungan antara manusia dengan masyarakat serta alam
sekitar.113
Sedangkan hubungan antara variabel Y dan X2
memiliki hubungan yang cukup berarti atau sedang
dengan nilai korelasi 0.554. Hal ini memiliki hubungan
yang cukup berarti atau sedang antara bimbingan agama
terkait ibadah terhadap perilaku hidup bersih santri.
Hubungan ini juga menunjukkan pengaruh positif (+)
antara variabel Y (perilaku hidup bersih) dengan X2
(bimbingan ibadah). Sebagaimana hal tersebut sejalan
dengan pendapat menurut Imam Gazali dalam Ihyaa
Uluumid Din, kebersihan merupakan pokok dasar agama:
“Ditegakkan agama atas dasar kebersihan”. 114 Hal ini
menunjukkan bahwa para ulama menyadari betul bahwa

113
Muzzayin Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1991), h 1.
114
Tim Lembaga Penelitian Universitas Islam Jakarta, Konsep Agama
Islam Tentang Bersih dan Implikasinya Dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta:
1993), h 12.
117

kebersihan merupakan landasan untuk melakukan segala


kegiatan, baik dalam ibadah madhlah maupun dalam
bentuk bermu’amalah. 115
Sementara itu terdapat hubungan yang rendah
atau lemah tapi pasti antara Y dengan X1 yang memiliki
nilai korelasi sebesar 0.203. hal ini memiliki hubungan
yang rendah atau lemah tapi pasti antara bimbingan
agama terkait aqidah terhadap perilaku hidup bersih
santri. Hubungan ini juga menunjukkan pengaruh positif
(+) antara variabel Y (perilaku hidup bersih) dengan X1
(bimbingan akhlak). Sebagaimana hal tersebut sejalan
dengan hadits riwayat Al-Bukhori dari Abu Hurairah r.a
yang artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah (perasaan percaya kepada Allah), maka orang
tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan
Majusi”. 116 Yang berarti bahwa, ketika santri istiqomah
dalam meyakini Allah sebagai Tuhannya sejak kecil dan
berpaut pada nilai-nilai Islam hingga sekarang maka
santri tersebut akan berperilaku hidup bersih, karena
sebagian keimanan seseorang itu adalah menjaga
kebersihan.

115
M Rusaini Rusin. dkk, “Laporan Hasil Penelitian Pandangan Ulama
Terhadap Sikap Hidup Bersih dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Sekitarnya
di Wilayah DKI Jakarta”. (Jakarta: Balai Penelitian Pusta Penelitian dan
Pengabdan Pada Masyarakat IAIN Syarif Hidayatullah, 1996). h 2.
116
Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami,
(Jakarta: Amzah, 2007), h 17.
118

D. Temuan Hasil Penelitian


1. Temuan Pengaruh Bimbingan Agama
a. Pondok Pesantren Ummul Qura didirikan pada tahun
1994 oleh KH. Syarif Rahmat RA, SQ, MA sebagai
perintis dan dibantu oleh dua ulama yakni KH. Ismail
Arifin dan Prof. KH. Ali Yafi sebagai penasehat
dengan notaris Ny. Supriyati Widodo, SH. No 1
tanggal 1 Maret 1994. Bermula dari mewadahi santri
yang ingin mendalami ilmu-ilmu agama hingga
menambahkan ilmu pengetahuan sosial atau umum
untuk membekali mereka. Dari mulai mengajarkan
ilmu-ilmu agama kemudian membuka 118endidikan
formal tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah tahun 1995, mewajibkan program tahfidzul
Qur’an dan kegiatan ekstra lainnya, juga TKA/TPA
untuk masyarakat sekitar dan tahun 2007
didirikannya TK Islam hingga sekarang.
b. Pada penelitian ini menggunakan teori bimbingan
agama dan Kemenkes RI 2011 sebagai landasan
penelitian.
c. Di dalam variabel bimbingan agama terdiri dari 3
indikator yang menjadi tolak ukur terbuatnya
pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini.
Diantaranya ada indikator aqidah, ibadah dan akhlak.
d. Pada variabel bimbingan agama terdapat 45
pernyataan diantaranya indikator aqidah ada 16
pernyataan, 7 pernyataan valid dan 9 tidak valid.
119

Indikator ibadah terdapat 14 pernyataan, 8


pernyataan valid dan 6 pernyataan tidak valid. Dan
terakhir indikator akhlak yang mana memiliki 15
pernyataan, 12 pernyataan valid dan 3 pernyataan
tidak valid.
e. Jadi jumlah keseluruhan pernyataan yang valid ada
27 pernyataan dan 18 pernyataan tidak valid.
f. Responden dalam penelitian ini ada 80 santri. Jumlah
tersebut merupakan hasil perhitungan menggunakan
rumus slovin dari jumlah populasi 275 santri.
g. Dari 80 santri terdiri dari 32 laki-laki dan 48
perempuan dilihat berdasarkan jenis kelamin. Jika
dilihat berdasarkan usia yaitu, terdapat 7 santri
berusia 10 - 12 tahun, 45 santri berusia 13 - 15 tahun,
28 santri berusia 16 – 18 tahun.
h. Dilihat berdasarkan tingkat Pendidikan yaitu, MA
ada 32 santri dan Mts ada 48 santri. Dan jika dilihat
berdasarkan kegiatan ekstra yang diikuti yaitu, santri
yang mengikuti 3 kegiatan ada 2 santri, santri yang
mengikuti 2 kegiatan ada 31 santri, santri yang
mengikuti 1 kegiatan ada 44 santri dan santri yang
tidak mengiktui apapun ada 3 santri.
i. Dari hasil analisis melalu uji regresi linier berganda
dan uji t menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang
positif dan signifikan antara variabel X3 akhlak
terhadap perilaku hidup bersih santri di Pondok
Pesantren Ummul Qura.
120

j. Sedangkan variabel lainnya X1 (Aqidah) dan X2


(ibadah) tidak berpengaruh secara signifikan pada
variabel Y (perilaku hidup bersih).
2. Temuan Besar Tingkat Keeratan Hubungan
a. Di dalam variabel perilaku hidup bersih terdiri dari 2
indikator yang menjadi tolak ukur terbuatnya
pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini.
Diantaranya ada indikator kebersihan pribadi dan
kebersihan lingkungan.
b. Pada variabel perilaku hidup bersih terdapat 37
pernyataan diantaranya indikator kebersihan pribadi
ada 24 pernyataan, 14 pernyataan valid dan 10
pernyataan tidak valid. Dan indikator kebersihan
lingkungan ada 13 pernyataan, 10 pernyataan valid
dan 3 pernyataan tidak valid.
c. Jadi jumlah keseluruhan pernyataan yang valid ada
24 pernyataan dan 13 pernyataan tidak valid.
d. Terdapat dua uji instrument yaitu uji validitas dan uji
reliabilitas. Kemudian terdapat 6 uji analisis data
dalam peneltian ini, terdiri dari uji normalitas, uji F-
Test, uji regresi linier berganda, uji t (parsial), uji
keofisien determinasi, uji koefisien korelasi.
e. Uji realibilitas pada penelitian ini menggunakan
teknik Cronbach Alfa dalam SPSS versi 20. Hasil
koefisien reliabilitas alfa dikatakan bahwa instrument
yang digunakan reliabel dengan koefisien
reliabilitas > 0.6, yang mana untuk mengetahui hasil
121

secara simultan atau keseluruhan adalah 0.807


(variabel X) dengan jumlah pertanyaan 45 butir dan
0.869 (variabel Y) dengan jumlah pertanyaan 37
butir, dimana 0.807 > 0.6 dan 0.869 > 0.6, maka
pertanyaan dapat dikatakan reliabel. Artinya,
pertanyaan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat ukur pengumpulan data.
f. Uji normalitas merupakan uji asumsi dasar untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Nilai yang diperoleh dari uji
Kolmogorov Smirnov diketahui nilai signifikansi
sebesar 0.825 dengan alfa 0.05. dimana sig>alfa,
maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
g. Uji signifikan simultan menghasilkan nilai F-hitung
sebesar 26.376. Dan taraf kepercayaan signifikansi
0.05 adalah 2.72. Dengan demikian F-hitung
26.376 > F-tabel 2.72 dengan tingkat signifikansi
0.000. yang artinya terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara variabel bimbingan agama (X)
terhadap perilaku hidup bersih santri (Y).
h. Dalam regresi linier berganda, konstanta sebesar
26.453 menyatakan bahwa:
1) Koefisien regresi bimbingan agama terkait aqidah
sebesar -0.545 menyatakan bahwa bimbingan
agama terkait aqidah secara negative
mempengaruhi perilaku hidup bersih santri, jadi
semakin tinggi bimbingan agama terkait aqidah
122

maka semakin rendah perilaku hidup bersih santri


karena akan terjadi penurunan variabel perilaku
hidup bersih sebesar 0.545 yang didasarkan pada
perubahan variabel bimbingan agama terkait
aqidah.
2) Koefisien regresi bimbingan agama terkait ibadah
sebesar 0.695 menyatakan bahwa bimbingan
agama terkait ibadah secara positif
mempengaruhi perilaku hidup bersih santri, jadi
semakin tinggi bimbingan agama terkait ibadah
maka semakin tinggi pula perilaku hidup bersih
santri karena akan terjadi peningkatan variabel
perilaku hidup bersih sebesar 0.695 yang
didasarkan pada perubahan variabel bimbingan
agama terkait ibadah.
3) Koefisien regresi bimbingan agama terkait akhlak
sebesar 1.116 menyatakan bahwa bimbingan
agama terkait akhlak secara positif
mempengaruhi perilaku hidup bersih santri, jadi
semakin tinggi bimbingan agama terkait akhlak
maka semakin tinggi pula perilaku hidup bersih
santri karena akan terjadi peningkatan variabel
perilaku hidup bersih sebesar 1.116 yang
didasarkan pada perubahan variabel bimbingan
agama terkait akhlak.
i. Pada penelitian ini variabel bimbingan agama terkait
akhlak merupakan variabel yang paling dominan
123

besar pengaruhnya. Selanjutnya variabel bimbingan


agama terkait ibadah dan diurutkan sampai yang
terkecil dilihat dari nilai koefisien regresi yang
dimiliki masing-masing variabel yakni bimbingan
agama terkait aqidah.
j. Hasil dari uji t berdasarkan masing-masing
pengaruhnya. Dan diketahui nilai t-tabel sebesar
1.99085.
1) Nilai sig pengaruh bimbingan agama terkait
aqidah terhadap perilaku hidup bersih santri
sebesar 0.274 > 0.05 dan nilai t-hitung -1.101 < t-
tabel 1.99085 dapat disimpulkan bahwa aqidah
berkontribusi namun tidak signifikan terhadap
perilaku hidup bersih santri.
2) Nilai sig pengaruh bimbingan agama terkait
ibadah terhadap perilaku hidup bersih santri
sebesar 0.111 > 0.05 dan nilai t-hitung 1.611 < t-
tabel 1.99085 dapat disimpulkan bahwa ibadah
berkontribusi namun tidak signifikan terhadap
perilaku hidup bersih santri.
3) Nilai sig pengaruh bimbingan agama terkait
akhlak terhadap perilaku hidup bersih santri
sebesar 0.000 < 0.05 dan nilai t-hitung 5.531 > t-
tabel 1.99085 dapat disimpulkan bahwa akhlak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
hidup bersih santri.
124

k. Hasil dari uji koefisien determinasi menjelaskan


besarnya nilai korelasi atau pengaruh (R) yaitu
sebesar 0.714. Dari output tersebut diperoleh
koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.510 dan
Adjusted R Square sebesar 0.491. hal ini berarti
variasi variabel bimbingan agama mempunyai
pengaruh sebesar 51% terhadap perilaku hidup bersih
santri, sedangkan sisanya sebesar 49% dipengaruhi
oleh variabel lain yang terdapat diluar bimbingan
agama.
l. Kemudian hasil koefisien korelasi, uji ini digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
kedua variabel, diantaranya:
1) Pada variabel bimbingan agama terkait aqidah
dengan perilaku hidup bersih santri, diperoleh
angka sebesar 0.203. Angka ini menunjukkan
bahwa bimbingan aqidah memiliki hubungan
yang lemah tapi pasti terhadap variabel perilaku
hidup bersih.
2) Pada variabel bimbingan agama terkait ibadah
dengan perilaku hidup bersih santri, diperoleh
angka sebesar 0.554. Angka ini menunjukkan
bahwa bimbingan ibadah memiliki hubungan
yang cukup/sedang terhadap perilaku hidup
bersih santri.
3) Pada variabel bimbingan agama terkait akhlak
dengan perilaku hidup bersih santri, diperoleh
125

angka sebesar 0.701. Angka ini menunjukkan


bahwa bimbingan akhlak memiliki hubungan
yang tinggi/kuat terhadap variabel perilaku
hidup bersih santri.
m. Kurangnya dari hasil besarnya pengaruh dari
penelitian ini menjadi jawaban penelitian sebesar
51%. Dari 3 indikator yang sudah di jelaskan diatas
memang sudah bisa menjadi tolak ukur penelitian.
Hanya saja diluar dari ke tiga indikator tersebut ada
indikator lain yang bisa mempengaruhi hasil dari
penelitian. Sudah terlihat bahwa indikator bimbingan
aqidah dan ibadah tidak bisa dijadikan patokan untuk
menjadi indikator yang paling besar pengaruhnya,
jika dilihat dari indikator tersebut seharusnya bisa
menjadi faktor yang nilai pengaruhnya lebih besar,
namun ternyata hasilnya justru sebaliknya.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan:
1. Hasil analisis melalui uji-F yang menunjukkan bahwa
hasil F hitung 26.376 > F table 2.72, hal ini menunjukkan
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara
serentak antara variabel X1 (aqidah), X2 (ibadah), X3
(akhlak) terhadap variabel Y perilaku hidup bersih dan
sehat santri. Dari hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa
adanya pengaruh yang positif (+) dan signifikan antara
variabel X3 (akhlak) terhadap variabel Y perilaku hidup
bersih dan sehat santri di Pondok Pesantren Ummul
Qura. Sedangkan variabl X1 Aqidah dan variabel X2
Ibadah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Y perilaku hidup bersih dan sehat santri di
Pondok Pesantren Ummul Qura.
2. Secara serentak terdapat tingkat keeratan hubungan
antara variabel X (bimbingan aqidah, ibadah dan akhlak)
terhadap variabel Y (perilaku hidup bersih dan sehat).
Hal ini terlihat dari nilai R sebesar 0.714. Kemudian
berdasarkan nilai Determinasi (R Square) terlihat bahwa
kontribusi variabel X (bimbingan aqidah, ibadah dan
akhlak) sebesar 51% mempengaruhi variabel Y,

126
127

sedangkan sisanya 49% dipengaruhi oleh variabel lain


diluar model.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah
dijelaskan mengenai pengaruh bimbingan agama terhadap
perilaku hidup bersih santri di Pondok Pesantren Ummul
Qura Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan, maka ada
beberapa hal yang bisa dijadikan saran:
1. Untuk pembimbing agama di Pondok Pesantren Ummul
Qura diharapkan dapat terus memantau kegiatan
bimbingan agama santri untuk selanjutnya mengevaluasi
dan meningkatkan bimbingan agama tersebut.
2. Untuk penelitian selanjutnya yang berminat melakukan
penelitian dilokasi yang sama, disarankan untuk
memperdalam mengenai proses dan metode bimbingan
agama agar dapat menyadarkan santri akan kesalahan
yang telah mereka lakukan dan mampu berubah menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Ciputat Pres, 2002).


Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1998).
Al-Qur’an Robbani (Jakarta: PT Surya Prima Sinergi).
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. (Jakarta:
Amzah, 2010).
Amin, Samsul Munir. Menyiapkan Masa Depan Anak Secara
Islami. (Jakarta: Amzah, 2007).
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama. (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982). Cet ke-1.
Arifin, M. Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan
Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
Arifin, Muzzayin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan Agama. (Jakarta: PT Golden Terayon Press,
1991).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Azwar, Sarifuddin. Penyesuaian Sekala Psikologi. (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2007).
Budi. Pesantren Ummul Qura Tangerang Selatan.
https://www.laduni.id/post/read/63937/pesantren-ummul-
qura-tangerang-selatan. diakses pada 14 Februari 2020 pukul
18.34.
Budiman, Arif. Agama Demokrasi Dan Keadilan. (Jakarta: PT
Gramedia, 1993).

128
129

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta:


Kencana, 2010).
Darajat, Zakiah. Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental.
(Jakarta: Bulan Bintang, 1982).
Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam.
(Yogyakarta: UII Press, 2001).
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik.
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013).
Hasan, M Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik
Deskriptif). (Jakarta: Bumi Aksara, 2005).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/bersih. diakses
pada 14 Januari 2020 pukul 01.43.
Khalid, Ahmad. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori
Perilaku Media dan Aplikasinya. (Jakarta: Rajawali Pers,
2012).
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik,
(Jakarta: Kamil Pustaka, 2017).
Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008).
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan
Analisis Data Sekunder. (Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada,
2011).
Mastuhu. Metodologi Penelitian Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Prasada, 2006).
130

Miko, Benjamin A, Dkk. “Determinants of Personal and Household


Hygiene among College Students in New York”. (New York:
Am J Infect Control, 25 February 2013).
Miko, Benjamin A, Dkk. “Personal and Household Hygiene,
Environmental Contamination and Health in Undergraduate
Residence Halls in New York City”. America: PLOS ONE
Jurnal, volume 8 issue 11, (November 2013).
Mu’awanah, Elfi dan Rifa Hidayah. Bimbingan dan Konseling Islam
di Sekolah Dasar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). (Jakarta: Bumi
aksara, 2011).
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 2001).
Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. (Jakarta: PT Grafindo
Persada, 2011).
Notoatmodjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta,
2003).
Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2007).
Nurlaeli, Asti. “Peranan Lingungan Sebagai Sumber Pembelajaran
Geografi Dalam Menumbuhkan Sikap Dan Perilaku
Keruangan Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan Geografi,
Volume 14 Nomor 1, (April 2014).
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
(Jakarta: Kemenkes RI, 2011).
131

Pranowo, M Bambang, dkk. Materi Bimbingan dan Penyuluhan


Bagi Penyuluh Agama Islam Terampil. (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003).
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian
Kuantitatif. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).
Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian.
(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011).
Priyatno. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS. (Yogyakarta: Gaya Media, 2010).
Proverawati, Arikah dan Eni Rahmawati. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat. (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012).
Rahmat, Syarif. Kitab Munajat (Wirid dan Do‟a Dalam Al-Qur‟an).
(Tangerang Selatan: Sabila Press, 2013).
Rasyid, M. Hamdan. Pesona Kesempurnaan Islam (Indahnya
Pancaran Ajaran Islam Dalam Aspek Kehidupan). (Jakarta:
Zahira Press, 2009).
Rusin, M Rusaini, dkk. “Laporan Hasil Penelitian Pandangan
Ulama Terhadap Sikap Hidup Bersih dan Dampaknya
Terhadap Masyarakat Sekitarnya di Wilayah DKI Jakarta”.
(Jakarta: Balai Penelitian Pusta Penelitian dan Pengabdan
Pada Masyarakat IAIN Syarif Hidayatullah, 1996).
Sari, Rulan Permata. “Wawasan Kebersihan Lingkungan dan
Keberagamaan; Praktik Kebersihan Lingkungan Pada
Civitas Akademika UIN Imam Bonjol Padang”. Indonesian
Journal of Religion and Society. volume 01 nomor 01
(2019).
132

Sayuti, Farid Imam. Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan


Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah. (Jakarta: Bulan
Bintang, 2007).
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2017. (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2018).
Shobahussurur. “Pola Hidup Bersih dan Sehat”. (Jakarta: Berita
Muhammadiyah). Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.
(Selasa 25 Maret 2011).
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei.
(Jakarta: LP3ES, 1995). cet ke-2.
Sistri, Syafni Yulia. “Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta”. (Skripsi,
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2013).
Sriharini. “Pondok Pesantren Dan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat”. (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2003).
Subarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. (Jakarta: Bina
Aksara, 1989).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2011). cet ke-14.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif. (Bandung: Alfabeta,
2018).
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2014).
Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2012).
133

Supranto, J dan Limakrisna Nandan. “Petunjuk Praktis Penelitian


Ilmiah Untuk Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi”.
(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013).
Sutirna. Bimbingan dan Konseling (Pendidikan Formal dan
Nonformal dan Informal). (Yogyakarta: CV Andi Offset,
2013).
Syafei’i, Imam. “Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan
Pembentukan Karakter”. Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan
Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
volume 8, Mei 2017.
Syukri, Asmunir. Strategi-strategi Dakwah Islam. (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983).
Talukdar, Kaushik and Rupali Baruah. “Prevalence of Skin Infection
and Personal Hygiene Practices Amongst Primary School
Children: A Community Based Cross-Sectional Study in
Kamprup (Rural) District of Assam”. India: international
Journal of Scientific Study. vol 3 issue 3 (June 2015).
Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Pedoman Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009).
Tim Lembaga Penelitian Universitas Islam Jakarta. Konsep Agama
Islam Tentang Bersih dan Implikasinya Dalam Kehidupan
Masyarakat. (Jakarta: 1993).
Tramtib DKI Jakarta, dkk. Pemasyarakatan Gerakan Disiplin
Nasional Melalui Jalur Agama. (Jakarta: Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, 1997).
134

Umam, Khairul dan Achyar Aminudin. Bimbingan dan Penyuluhan.


(Bandung: CV Pustaka Setia, 1998).
Umar, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian
Sosial (Edisi Kedua). (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Vivas, Alyssa, Dkk. “Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) of
Hygiene Among School Children in Angolela Ethiopia”.
(Ethiopia: J Prev Med Hyg, 13 April 2011).
Walgito, Bimo. Bimbinggan dan Penyuluhan di Sekolah.
(Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1988), cet. III.
Widiastuti, Ani dan Dewi Susanna. “Kondisi Lingkungan dan
Personal Hygienie Dengan Kejadian Penyakit Kulit Di
Asrama Pondok Pesantren “A” Kabupaten Bekasi Tahun
2014”. Jakarta: Jurnal Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Yanuarti Eka, “Pengaruh Sikap Religiusitas terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Kabupaten Rejang
Lebong”, Bengkulu: Jurnal Kajian Keislaman dan
Kemasyarakatan, Vol 3, no 1, 2018.
Yafie, Ali. Teologi Sosial Telaah Kritis Persoalan Agama dan
Kemanusiaan. (Yogyakarta: LKPSM, 1997).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat-surat
Lampiran 2. Daftar Kuesioner

LEMBAR KUESIONER

Judul: Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Perilaku Hidup


Bersih Santri di Pondok Pesantren Ummul Qura, Pondok Cabe
Pamulang Tangerang Selatan

A. Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sudah disediakan


sesuai dengan pendapat anda yang sebenarnya. Dengan
ketentuan pilihan sebagai berikut:
 SS : Sangat Setuju
 S : Setuju
 TS : Tidak Setuju
 STS : Sangat Tidak Setuju
B. Identitas Responden
Nama : …………………………….
Usia : ……tahun
Jenis kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

Kelas : …………………………….
Pendidikan : 1. Mts

2. MA

Ekstrakulikuler yang diikuti :


C. Daftar Pernyataan Bimbingan Agama
Pernyataan Pilihan Jawaban
NO
Aqidah SS S TS STS

1. Saya yakin bahwa Allah ada


Saya meyakini bahwa
2. terdapat pujaan selain
Allah
Saya meyakini bahwa Allah
3. adalah pencipta alam
semesta
Saya meyakini bahwa Allah
4. Maha Melihat semua
perbuatan manusia
Saya meyakini bahwa hanya
5. kepada Allah, manusia akan
kembali
Saya mohon pertolongan
dan perlindungan hanya
6.
kepada Allah jika dalam
kesulitan
Saya meyakini bahwa Allah
7. menciptakan malaikat untuk
membantu tugas-Nya
Saya bebas melakukan
8. kesalahan jika tidak dilihat
oleh Kyai/Ustadz
Saya meyakini Rasul
sebagai utusan Allah yang
9.
memberikan petunjuk bagi
manusia
Saya meyakini bahwa Allah
mengutus para Rasul
10.
sebagai teladan bagi
manusia
Rasul adalah seorang
11. manusia yang bisa saja
berbuat salah, oleh karena
itu tidak bisa dijadikan
pedoman
Saya meyakini Al-Qur’an
12. sebagai petunjuk tentang
kebaikan dan keburukan
Saya meyakini Al-Qur’an
13.
sebagai penerang jiwa
Saya secara suka rela
membaca, memahami,
14.
mengkaji dan mengamalkan
isi Al-Qur’an
Saya meyakini bahwa
segala perbuatan di dunia
15.
akan di mintai pertanggung
jawabannya di akhirat
Saya meyakini bahwa
16. sesuatu bisa terjadi tanpa
izin Allah
Ibadah
Saya dapat mengerti makna
17.
dua kalimat syahadat
Saya meyakini bahwa
seluruh ibadah yang
18.
dilakukan hanya
ditunjukkan kepada Allah
Saya melaksanakan shalat
19. lima waktu karena takut
kepada Allah
Saya melakukan wudhu
20.
dengan benar
Saya berusaha
melaksanakan ibadah shalat
21.
Sunnah ba’da dan qobla
shalat lima waktu
Saya melaksanakan shalat
22. Tahajjud agar tidak terkena
hukuman
Saya melaksanakan shalat
23.
Dhuha karena ingin dipuji
Saya meyakini bahwa shalat
24. dapat menghindari diri dari
perbuatan keji dan munkar
Setiap sehabis shalat saya
25.
selalu berdo’a kepada Allah

Saya melaksanakan ibadah


26.
puasa Ramadhan

Saya melaksanakan ibadah


27.
puasa Sunnah senin kamis
Saya memahami hikmah
puasa yakni sebagai media
untuk melatih kesabaran.
Sebagai sarana untuk
28.
menjaga kesehatan dan
untuk memperoleh
kejernihan hati dalam
berfikir dan beragama
Saya memiliki pengetahuan
zakat, infaq dan shadaqoh
29. berarti saya telah
mensucikan diri dari harta
yang bukan milik kita
Saya belajar bahwa haji
sebagai media untuk
30. berlatih menghadap
kesulitan dan merendahkan
diri

Akhlak

Saya bersabar dalam


31.
menghadapi segala hal
Ketika melalukan kesalahan
32.
saya bertaubat kepada Allah
Saya mensyukuri nikmat
33.
yang Allah berikan
Saya bertawakal kepada
34.
Allah
Ketika dalam keadaan
35. senang maupun sedih saya
selalu ikhlas menjalaninya
Saya mempunyai rasa
36. optimis dalam hal yang
positif
37. Saya selalu bersikap jujur
Saya makan dan minum
38. sesuai dengan tuntunan
agama
Saya selalu iri hati terhadap
39.
orang lain
Saya mengendalikan diri
dari perbuatan yang tercela
40.
dan yang tidak sesuai
dengan ajaran agama
Saya menghormati dan
41.
patuh kepada orang tua
Saya cuek ketika teman
42.
saya sedang sakit
Saya berbuat baik kepada
43.
sesama muslim
Saya menolong teman yang
44.
sedang kesusahan
Saya memanfaatkan
45.
lingkungan dengan baik

D. Daftar Pernyataan Perilaku Hidup Bersih

Pernyataan Pilihan Jawaban


NO
Kebersihan Pribadi SS S TS STS
Saya mandi minimal sehari dua
1.
kali
2. Saya malas mandi pagi dan sore
Saya mandi menggunakan sabun
3.
mandi
Saya mandi bergantian handuk
4.
bersama teman
Saya menggunakan pakaian
5.
yang sama lebih dari satu hari
Saya mencuci pakaian dua hari
6. sekali
Saya suka meminjam pakaian
7.
dengan orang lain
Saya mengganti pakaian dalam
8.
dua kali sehari
Saya mensetrika pakaian
9. sebelum dipakai
Saya malas menggosok gigi
sehabis sarapan dan sebelum
10.
tidur

Saya mencuci pakaian dengan


11.
detergen
12. Saya makan tiga kali sehari
Saya makan makanan empat
13.
sehat lima sempurna
Saya mengosok gigi dua kali
14.
sehari
Saya keramas dengan
15.
menggunakan shampoo
Saya keramas seminggu sekali
16.
Saya membersihkan telinga
17. dengan Cotton bud seminggu
sekali
Sebelum makan saya mencuci
18. tangan dengan sabun dan air
bersih
Saya mencuci alat makan dengan
19. sabun dan air bersih setelah
makan
Saya meletakkan makanan di
tempat terbuka dalam keadaan
20.
makanan tidak terbungkus atau
tidak tertutup rapat
Saya memotong kuku seminggu
21.
sekali
22. Saya malas membersihkan kuku
Saya mencuci sprei dan selimut
23.
setiap minggunya
Saya menggunakan alas kaki
24.
ketika keluar asrama
Kebersihan Lingkungan
Saya malas membuang sampah
sesuai pada tempat yang telah
25.
disediakan sesuai jenisnya
(organik dan non organik)
Saya membersihkan kelas secara
26.
teratur sesuai jadwal piket
Saya menggunakan air bersih
27.
secukupnya untuk mandi
Saya merapikan tempat tidur
28.
setelah bangun tidur
Saya membiarkan banyak baju
29.
bergelantungan di kamar
Saya meletakkan sepatu dan
30.
sandal di rak dengan rapih
Saya membersihkan dapur
31. setelah menggunakannya
(memasak, dll)
Saya membantu membersihkan
32. halaman pondok jika terlihat
kotor
Saya menyiram kamar
33. mandi/WC setelah buang air
kecil/besar
Saya membersihkan kamar
34. mandi dan mengurasnya setiap
seminggu sekali
35. Saya malas melaksanakan
jadwal piket di pesantren dengan
rutin
Jika ada kerja bakti di pondok,
saya ikut membantu
36.
membersihkan lingkungan
pondok
Saya malas membersihkan
37.
kamar setiap hari

~ Terimakasih atas waktu yang sudah diluangkan untuk mengisi


kuesioner ini ~
Lampiran 3. Dokumentasi

Uji Real Kuesioner di Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok


Cabe Pamulang Tangerang Selatan

Uji Percobaab Kuesioner di Pondok Pesantren Nurul Qur’an


Al-Islami Ciseeng
Kegiatan Bimbingan Agama yang diikuti oleh para santri
Pondok Pesantren Ummul Qura
Foto bersama Ketua Lurah dan dewan guru Pondok Pesantren
Ummul Qura
Kegiatan Kerja bakti Santri Pondok Pesantren Ummul Qura
Media Bimbingan Agama dan perilaku hidup bersih
Lampiran 4. Hasil uji validitas menggunakan Microsoft Excel
Lampiran 5. Hasil tabulasi kuesioner menggunakan microfost
excel

Jawaban responden variabel bimbingan agama


Jawaban responden variabel perilaku hidup bersih dan sehat
Lampiran 6. Lembar Validasi Skala Variabel Bimbingan Agama dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

LEMBAR VALIDITAS SKALA VARIABEL BIMBINGAN AGAMA

kategori
No Aspek No Indikator No Pernyataan F/UF
4 3 2 1
Materi Iman kepada
1. 1.1 1.1.1 Saya yakin bahwa Allah ada F
Aqidah Allah
1.1.2 Saya meyakini bahwa terdapat pujaan selain Allah UF
1.1.3 Saya meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta F
Saya meyakini bahwa Allah Maha Melihat semua
1.1.4 F
perbuatan manusia
Saya meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan
1.1.5 F
kembali
Saya mohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada
1.1.6 UF
Allah jika dalam kesulitan
Iman kepada Saya meyakini bahwa Allah menciptakan malaikat untuk
1.2 1.2.1 UF
malaikat membantu tugas-Nya
Saya bebas melakukan kesalahan jika tidak dilihat oleh
1.2.2 UF
Kyai/Ustadz
Iman kepada Saya meyakini Rasul sebagai utusan Allah yang
1.3 1.3.1 F
Rasul memberikan petunjuk bagi manusia
Saya meyakini bahwa Allah mengutus para Rasul sebagai
1.3.2 F
teladan bagi manusia
Rasul adalah seorang manusia yang bisa saja berbuat
1.3.3 UF
salah, oleh karena itu tidak bisa dijadikan pedoman
Iman kepada Saya meyakini Al-Qur’an sebagai petunjuk tentang
1.4 1.4.1 F
Kitab kebaikan dan keburukan
1.4.2 Saya meyakini Al-Qur’an sebagai penerang jiwa F
Saya secara suka rela membaca, memahami, mengkaji dan
1.4.3 F
mengamalkan isi Al-Qur’an
Iman kepada Saya meyakini bahwa segala perbuatan di dunia akan di
1.5 1.5.1 F
hari akhir mintai pertanggung jawabannya di akhirat
Iman kepada
1.6 1.6.1 Saya meyakini bahwa sesuatu bisa terjadi tanpa izin Allah UF
takdir Allah
Materi Dua kalimat
2. 2.1 2.1.1 Saya dapat mengerti makna dua kalimat syahadat F
Ibadah syahadat
Saya meyakini bahwa seluruh ibadah yang dilakukan
2.1.2 F
hanya ditunjukkan kepada Allah
Saya melaksanakan shalat lima waktu karena takut kepada
2.2 Shalat 2.2.1 F
Allah
2.2.2 Saya melakukan wudhu dengan benar F
Saya berusaha melaksanakan ibadah shalat sunnah ba’da
2.2.3 F
dan qobla shalat lima waktu
Saya melaksanakan shalat tahajjud agar tidak terkena
2.2.4 UF
hukuman
2.2.5 Saya melaksanakan shalat dhuha karena ingin dipuji UF
Saya meyakini bahwa shalat dapat menghindari diri dari
2.2.6 F
perbuatan keji dan munkar
2.2.7 Setiap sehabis shalat, saya selalu berdoa kepada Allah F
2.3 Puasa 2.3.1 Saya melaksanakan ibadah puasa Ramadhan F
2.3.2 Saya melaksanakan ibadah puasa sunnah Senin Kamis F
Saya memahami hikmah puasa yakni sebagai media untuk
melatih kesabaran. Sebagai sarana untuk menjaga
2.3.3 F
kesehatan dan untuk memperoleh kejernihan hati dalam
berfikir dan beragama
Saya memiliki pengetahuan zakat, infaq dan shadaqoh
2.4 Zakat 2.4.1 berarti saya telah mensucikan diri dari harta yang bukan UF
miliki kita
Saya belajar bahwa haji sebagai media untuk berlatih
2.5 Haji 2.5.1 F
menghadap kesulitan dan merendahkan diri
Akhlak
Materi
3. 3.1 terhadap diri 3.1.1 Saya bersabar dalam menghadapi segala hal F
Akhlak
sendiri
3.1.2 Ketika melakukan kesalahan, saya bertaubat kepada Allah F
3.1.3 Saya mensyukuri nikmat yang Allah berikan F
3.1.4 Saya bertawakal kepada Allah F
Ketika dalam keadaan senang maupun sedih saya selalu
3.1.5 F
ikhlas menjalaninya
3.1.6 Saya mempunyai rasa optimis dalam hal yang positif F
3.1.7 Saya selalu bersikap jujur F
3.1.8 Saya makan dan minum sesuai tuntunan agama F
Saya mengendalikan diri dari perbuatan yang tercela dan
3.1.9 F
yang tidak sesuai dengan ajaran agama
Akhlak
3.2 terhadap 3.2.1 Saya menghormati dan patuh kepada orang tua F
orang tua
Akhlak
terhadap
3.3 3.3.1 Saya selalu iri hati terhadap orang lain F
sesama
muslim
3.3.2 Saya cuek ketika teman saya sedang sakit UF
3.3.3 Saya berbuat baik kepada sesama muslim F
3.3.4 Saya menolong teman yang sedang kesusahan F
3.3.5 Saya memanfaatkan lingkungan dengan baik F
LEMBAR VALIDITAS SKALA VARIABEL PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

kategori
No Aspek No Indikator No Pernyataan F/UF
4 3 2 1
Kebersihan
1. 1.1 Kebersihan badan 1.1.1 Saya mandi minimal sehari dua kali F
pribadi
1.1.2 Saya malas mandi pagi dan sore UF
1.1.3 Saya mandi menggunakan sabun mandi F
1.1.4 Saya mandi bergantian handuk bersama teman UF
1.1.5 Saya menggunakan alas kaki ketika keluar asrama F
Kebersihan Saya menggunakan pakaian yang sama lebih dari
1.2 1.2.1 UF
pakaian satu hari
1.2.2 Saya mencuci pakaian dua hari sekali F
1.2.3 Saya suka meminjam pakaian dengan orang lain UF
1.2.4 Saya mengganti pakaian dalam dua kali sehari F
1.2.5 Saya mensetrika pakaian sebelum dipakai F
1.2.6 Saya mencuci pakaian dengan detergen F
1.2.7 Saya mencuci sprei dan selimut setiap minggunya F
Kebersihan mulut Saya malas menggosok gigi sehabis sarapan dan
1.3 1.3.1 UF
dan gigi sebelum tidur
1.3.2 Saya menggosok gigi dua kali sehari F
1.4 Kebersihan kuku 1.4.1 Saya memotong kuku seminggu sekali F
1.4.2 Saya malas membersihkan kuku UF
Kebersihan Sebelum makan saya mencuci tangan dengan sabun
1.5 1.5.1 F
mencuci tangan dan air bersih
Saya mencuci alat makan dengan sabun dan air
1.5.2 F
bersih setelah makan
Kebersihan
Saya membersihkan telinga dengan cotton bud
1.6 telinga dan 1.6.1 F
seminggu sekali
hidung
Kebersihan
1.7 1.7.1 Saya keramas dengan menggunakan sampo F
rambut
1.7.2 Saya keramas seminggu sekali F
Pola makan
1.8 1.8.1 Saya makan tiga kali sehari F
bergizi dan bersih
1.8.2 Saya makan makanan empat sehat lima sempurna F
Saya meletakkan makanan di tempat terbuka dalam
1.8.3 keadaan makanan tidak terbungkus atau tidak UF
tertutup rapat
Kebersihan Kebersihan
2. 2.1 2.1.1 Saya merapikan tempat tidur setelah bangun tidur F
lingkungan kamar/ asrama
Saya membiarkan banyak baju bergelantungan di
2.1.2 UF
kamar
Saya meletakkan sepatu dan sandal di rak dengan
2.1.3 F
rapih
2.1.4 Saya malas membersihkan kamar setiap hari UF
Kebersihan kamar Saya menggunakan air bersih secukupnya untuk
2.2 2.2.1 F
mandi/ WC mandi
Saya menyiram kamar mandi/ WC setelah buang
2.2.2 F
air kecil/ besar
Saya membersihkan kamar mandi dan
2.2.3 F
mengurasnya setiap seminggu sekali
Saya malas membuang sampah sesuai pada tempat
Ketersediaan
2.3 2.3.1 yang telah disediakan sesuai jenisnya (organic dan UF
tempat sampah
non organik)
Saya membersihkan dapur setelah
2.4 Kebersihan dapur 2.4.1 F
menggunakannya (memasak, dll)
Kebersihan kelas Saya membersihkan kelas secara teratur sesuai
2.5 2.5.1 F
dan mushola jadwal piket
Kebersihan
Saya membantu membersihkan halaman pondok
2.6 lingkungan 2.6.1 F
jika terlihat kotor
pondok
Saya malas melaksanakan jadwal piket di pesantren
2.6.2 UF
dengan rutin
Jika ada kerja bakti di pondok, saya ikut membantu
2.6.3 F
membersihkan lingkungan pondok
Lampiran 7. Hasil uji word

A. Uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 80

Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 6.44425063

Absolute .070

Most Extreme Differences Positive .048

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z .628

Asymp. Sig. (2-tailed) .825

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


B. Uji F

ANOVAa

Model Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Regression 3023.681 3 1007.894 26.376 .000b

1 Residual 2904.119 76 38.212

Total 5927.800 79

a. Dependent Variable: Kebersihan

b. Predictors: (Constant), Akhlak, Aqidah, Ibadah

C. Regresi Linier Berganda & Uji t (Pasial)

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 26.453 11.500 2.300 .024

Aqidah -.545 .494 -.102 -1.101 .274


1
Ibadah .695 .431 .190 1.611 .111

Akhlak 1.116 .202 .607 5.531 .000


Coefficientsa

Model Correlations

Zero-order Partial Part

(Constant)

Aqidah .203 -.125 -.088


1
Ibadah .554 .182 .129

Akhlak .701 .536 .444

a. Dependent Variable: Kebersihan

D. Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Adjusted Std. Error of Change Statistics


Square R Square the Estimate
R Square F
Change Change

1 .714a .510 .491 6.182 .510 26.376

Model Summary

Model Change Statistics

df1 df2 Sig. F Change

1 3a 76 .000
a. Predictors: (Constant), Akhlak, Aqidah, Ibadah

E. Uji Koefisien Korelasi

Correlations

Kebersihan Aqidah Ibadah Akhlak

Kebersihan 1.000 .203 .554 .701

Aqidah .203 1.000 .493 .347


Pearson
Correlation
Ibadah .554 .493 1.000 .681

Akhlak .701 .347 .681 1.000

Kebersihan . .035 .000 .000

Aqidah .035 . .000 .001


Sig. (1-tailed)
Ibadah .000 .000 . .000

Akhlak .000 .001 .000 .

Kebersihan 80 80 80 80

Aqidah 80 80 80 80
N
Ibadah 80 80 80 80

Akhlak 80 80 80 80

Anda mungkin juga menyukai