Anda di halaman 1dari 117

PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBANGUN

KARAKTER REMAJA
(Studi Survey di Lingkungan Pulo Gadung RT004/ RW01 Jakarta Timur)
Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Program Strata Satu (S-1) pada Fakultas Agama Islam

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

Navigata Ndaru Hutami

31.18.110

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA

2022
ii

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Navigata NdaruHutami

NPM : 31.18.110

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 2001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “PERAN

KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBANGUN KARAKTER

REMAJA (STUDI SURVEY RT004 RW001 KELURAHAN PULO GADUNG”

adalah benar-benar karya asli saya. Seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam

skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan kaidah akademik yang berlaku.

Apabila terdapat kesalahan dan keliruan di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung

jawab saya dan saya bersedia dikenakan sanksi apabila terbukti melakukan

pelanggaran hukum.

Jakarta, 31 Juli 2022


penyusun

3118110
Navigata NdaruHutami

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBANGUN KARAKTER

REMAJA

(Studi Survay RT004 RW001 Kelurahan Pulo Gadung)

Nama: Navigata NdaruHutami

Npm: 31.18.110

Fakultas: Agama Islam

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Fakultas

Agama Islam Program Studi Strata Satu (S-1) Proram Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Jakarta.

Dosen Pembimbing

Suprapto, M.Pd.I

Mengetahui,

Wakil Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Jakarta

Dra. Maria Ulfah, M.Pd.I

Wakil Dekan
LEMBAR PENGESAHAN

PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBANGUN KARAKTER


REMAJA
(Studi Survay RT004 RW001 Kelurahan Pulo Gadung)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Strata Satu (S-1) Pada Fakultas Agama Islam
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Jakarta
Disusun Oleh:

Nama : Navigata NdaruHutami


Npm : 3118110

Di Bawah Bimbingan

Suprapto M.Pd.I

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi saudara NAVIGATA NDARUHUTAMI dengan NPM 31.18.110 yang


berjudul PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBANGUN
KARAKTER REMAJA
Telah diujikan pada tanggal 2022, pada sidang Munaqasyah Skripsi Tingkat Sarjana
Strata Satu (S-1) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama
Islam, Universitas Islam Jakarta.
Dinyatakan dengan Predikat “CUMLAUDE” dan diterima sebagai bagian dari
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Jakarta, 01 September 2021

Panitia Sidang Munaqosyah Skripsi


Ketua Sekretaris

(Dr. Syahrullah, M.Pd.I) (Dra. Maria Ulfah, M.Pd.I)

Anggota

1. Drs. Firdaus, M.Pd.I …………………………

1. Dinil Abror Shultani, M.Pd.I …………………………

v
ABSTRAK
Judul Skripsi :Peran Komunikasi Orang Tua dalam Membangun
Karakter Remaja
Penulis : Navigata Ndaruhutami
Kata Kunci : Komunikasi Orang Tua, Karakter Remaja

Masa remaja adalah masa dimana transisi perkembangan antara masa


anak-anak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan
biologis, kognitif, dan sosio-emosional, maka dari itu peran komunikasi orang
tua dengan anak sangat penting dalam tahap perkembangan masa remaja.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya peran
komunikasi orang tua, serta strategi apa saja yang diterapkan orang tua dalam
proses membangun karakter melalui komunikasi antara orang tua dengan
anak.
Penelitian ini merupakan penelitian lapamgan field research yaitu
penelitian dilakukan secara sistemasis dan mendalam yang menyangkut data-
data yang ada di lapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 5 orang tua, 5 remaja dan 1 ketua RT.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi yang bersifat
bebas dan tidak menekan anak akan memberikan hal positif pada anak dalam
berperilaku serta mengambil keputusan, dan menjadikan anak menjadi
mandiri. Serta strategi yang diterapkan secara konsisten akan memberikan
dampak positif dalam membangun karakter remaja.

Jumlah Halaman Permulaan: ii


Jumlah Halaman Isi Skripsi : 110
Jumlah Referensi : 30

Jakarta, 31 Juli 2022


Penulis

Navigata NdaruHutami
Npm: 31.18.110

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin puji syukur penelitian panjatkan kehadirat Allah

subahanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan segala nikmat Iman, Islam, Taufik dan

Hidayah, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

dihanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, yang

menjadi contoh dan sari tauladan yang baik bagi seluruh manusia dan rahmat bagi

semesta alam. Skripsi yang berjudul “Peran Komunikasi Orang Tua dalam

Membangun Karakter Remaja” disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan program Strata Satu (S-1) di Fakultas Agama Islam Program Studi

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini

peneliti banyak mendapatkan pengetahuan, bimbingan, arahan, motivasi serta

pengalaman dari berbagai pihak, baik berupa moral maupun berupa material untuk itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Farhana,SH, MH, M.Pd.I, Ketua Yayasan Universitas Islam Jakarta

yang telah meluncurkan hati dan fikiran serta tenaga untuk memimpin dan

memajukan Universitas Islam Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Raihan, M.Si, Rektor Universitas Islam Jakarta yang telah

berjuang untuk memimpin dan memajukan Universitas Islam Jakarta.

vii
3. Bapak Dr. Syahrullah M.Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Islam

Jakarta.

4. Ibu Dra. Maria Ulfah, M.Pd.I, Wakil Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Jakarta.

5. Ibu Kunaeni, M.Pd.I, Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Jakarta.

6. Bapak Firdaus, M.Pd.I, Sekertaris Program Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Jakarta dan Penasihat Akademik yang telah memberikan

motivasi serta arahan bagi penulis dalam menyelesaikan Program Strata Satu

(S-1) di Universitas Islam Jakarta

7. Bapak Suprapto, M.Pd.I sebagai pembimbing Skripsi, yang telah

membimbing dengan baik memberikan motivasi, arahan dan pengetahuan

engan cermat, telitit dan tanggung jawab yang ditandai dengan banyaknya

masukan-masukan yang bermanfaat dalam rangka penyempurnaan Skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Agama Islam yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat bafi penulis dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S-1)

di Universitas Islam Jakarta.

9. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Jakarta beserta staff yang telah

menyediakan referensi guna mendukung terselesaikannya Skripsi ini.

10. Kepada Ketua RT 004 RW 001 Kelurahan Pulo Gadung yang telah

memberikan izin dan tempat untuk melaksanakan penelitian Skripsi penulis

viii
dan berkenan membantu dalam penelitian yang oenulis kerjakan untuk Skripsi

ini.

11. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Agung Endro (alm) dan Ibu Siti

Khujrojiyah yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi, arahan, serta

dukungan berupa moril maupun materil hingga Skripsi ini selesai, dan kepada

Kaka Marini Ndaru Hutami dan kakak ipar saya Rendika Andani yang telah

mendoakan agar diberikan kelancaran dalam penulisan Skripsi ini.

12. Kepada Muhammad Alfa Rizki yang selalu mendo’akan, memberikan

motivasi, membantu dalam memberikan ide, memberikan arahan dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

13. Kepada teman-teman seperjuangan dan teman-teman kelas D angkatan 2018

yang telah banyak memberikan motivasi dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari, bahwa Skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna, baik dari

materi atau isi maupun dari segi teknik penyusunannya. Oleh karna itu penulis sangat

menerima dan menghargai bila ada kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

disampaikan demi menyempurnakan Skripsi ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 31 Juli 2022

Navigata NdaruHutami

3118110

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................i

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI.................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI..........................................................................v

ABSTRAK...................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR.................................................................................................vii

DAFTAR ISI.................................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................4

C. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah..........................................4

D. Kerangka Berfikir.......................................................................................5

E. Penelitian Yang Relevan.............................................................................7

F. Lokasi Penelitian........................................................................................8

BAB II KOMUNIKASI ORANG TUA......................................................................10

A. Komunikasi Orang Tua.............................................................................10

B. Membangun Karakter...............................................................................38

C. Anak Remaja............................................................................................56

A. Metode Penelitian.....................................................................................73

x
B. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................75

A. Analisa Dan Pembahasan.........................................................................89

BAB V PENUTUP......................................................................................................94

A. Kesimpulan...............................................................................................94

B. Saran.........................................................................................................95

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................96

LAMPIRAN BIMBINGAN SKRIPSI........................................................................98

LAMPIRAN SURAT IZIN RISET.............................................................................99

LAMPIRAN SURAT JAWABAN IZIN RISET......................................................100

LAMPIRAN WAWANCARA..................................................................................101

LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA......................................................102

BIODATA PENULIS................................................................................................106

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan

yang disampaikan melalu bentuk lambang yang mengandung arti tersendiri, dapat

dilakukan dengan penyampaian pesan (sumber dari komunikator) ditunjukan kepada

penerima pesan (receiver, komunikan, dan audience).

Komunikasi orang tua juga sangat penting untuk membangun perilaku positif

pada anak. Orang tua juga harus bisa membangun komunikasi yang baik di

lingkungan keluarga, menciptakan situasi kondisi yang dapat mengundang anak untuk

berdialog dengan orang tua.

Orang tua juga merupakan tempat pertama dan utama bagi perkembangan

pertumbuhan anak. Jika komunikasi antara orang tua dengan anak itu baik dan

menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik. Didalam keluarga peranan

orang tua sangat penting bagi pertumbuhan anak terutama ibu. Ibu merupakan

seorang yang dapat mengatur dan membuat rumah tangganya seperti surga bagi

anggota keluarga, dan menjadikan keluarga lebih hangat dan harmonis.

Orang tua memang berperan penting dalam mambangun karakter anak, akan

tetapi tidak hanya orang tua yang berpengaruh dalam membangun karakter anak,

tetapi lingkungan sekitar ikut berpengaruh.

1
Menurut Zubaedi (2011:13) membangun tersusun dalam tiga bagian yang

saling berhubungan satu sama lain yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan

prilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari pengetahuaan tentang kebaikan,

keinginan dalam berbuat kebaikan. Orang tua perlu menanamkan pembiasaa-

pembiasaan yang positif pada anak untuk membangun karakter remaja.

Dalam membangun karakter, sebaiknya diterapkan oleh orang tua,

sebagaimana anak mendapatkan contoh yang baik dari orang tua, maka anak akan

berkarakter sesuai dengan penanaman orang tua melalui pembiasaan-pembiasaan

yang diterpakan kepada anak. Terutama bagi remaja yang cenderung masih labil

dalam proses mencari jati diri, maka dari itu komunikasi memiliki peran penting

dalam membangun karakter remaja. Komunikasi yang berjalan dengan baik antara

orang tua dengan anak akan memberikan sisi positif pada anak dalam setiap

tindakannya. Secara tidak sadar bahwa komunikasi dapat membangun karakter anak,

dengan tata bahasa yang baik maka anak akan mampu menggunakan tatanan bahasa

yang baik kepada orang lain.

Namun membangun karakter bukan hanya dari lingkup komunikasi orang tua,

tetapi juga dari lingkungan sekitar yang bisa mempengaruhi karkter anak. Remaja

yang masih labil akan lebih gampang terpengaruh pada lingkungan yang buruk. Peran

orang tua di sini dimainkan dalam membangun karakter anak dengan tantangan yang

berasal dari lingkungan sekitar, sekolah, dan teman. Dengan terjalinnya komunikasi

yang baik maka anak akan lebih mudah dikontrol oleh orang tua.

2
Pendidikan karakter menurut Albertus (2010:5) adalah diberikannya tempat

kebebasan bagi setiap individu dalam menjalankan nilai-nilai yang dianggap sangat

baik, budi luhur, dan layak diperjuangkan bagi kehidupan pribadi yang berhadapan

pada dirinya, sesama dan Tuhan. Pendidikan karakter biasanya dimulai dengan

pemahaman atau pembiasaan yang baik. Biasanya anak akan menirukan atau akan

melakukan sebagaimana orang tua melakukannya. Jika dari awal orang tua sudah

membiasakan dan mencohntohkan hal hal kecil maka karakter anak akan terbentu

dengan sendirinya. Biasanya orang tua tidak memperhatikan apa yang dialakukan

sehingga sianak meniru hal yang negatif.

Peranan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak akan berdampak

pada karakter anak. Karakter itu sendiri juga dibangun melalui pembiasaan yang

dilakukan oleh orang tua kepada anak. Anak mampu meniru semua yang dilakukan

oleh orang tua. Peran komunikasi orang tua kepada anak merupakan hal yang sangat

berpengaruh kepada karakter anak, dalam komunikasi yang bersifat verbal maupun

non verbal.

Berdasarkan penjalasan yang telah dipaparkan di atas, maka menjadi titik

fokus bahasan dalam penelitian ini adalah membangun karakter. Mengingat

pentingnya komunikasi orang tua dalam mencegah anak terjerumus pada karakter

yang buruk, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam terkait peran orang tua

dalam membangun karakter remaja. Oleh karna itu, penulis tertarik mengambil judul

3
penelitian “Peran Komunikasi Orang Tua Dalam Membangun Karakter

Remaja”

B. Identifikasi Masalah

1. Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak berjalan dengan baik.

2. Strategi yang diterapkan orang tua dalam membangun karakter remaja.

C. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Batasan masalah ini bertujuan agar masalah yang dibahas lebih jelas dan

mencegah penjelasan yang menyimpang dari masalah yang akan diteliti, serta tidak

menimbulkan salah pemahaman. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Komunikasi secara dua arah yang berjalan efektif.

b. Membangun karakter remaja

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang dapat ditulis sebagai berikut:

a. Bagaimana peranan komunikasi orang tua dalam membentuk karakter remaja?

b. Apa saja strategi dalam membangun karakter remaja?

4
3. Tujuan Penulisan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk cara komunikasi yang baik dalam membangun karakter remaja

b. Untuk mengetahui strategi yang diterapkan orang tua dalam membangun

karakter remaja.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan rujukan kajian penelitian dengan tema yang serupa

b. Diharapkan dapat menambahkan wawasan untuk para orang tua dalam

membangun karakter remaja

c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman serta

pengetahuan dalam bidang penelitian pendidikan bagi penulis

D. Kerangka Berfikir

Komunikasi adalah suatu yang urgen dalam kehidupan manusia. Dan komunikasi

didalam islam mendapatkan dukungan yang cukup bagi manusia sebagai makhluk

Allah dan sebagai ciptaan Allah. Dan komunikasi tidak hanya dilakukan oleh sesama

manusia tapi juga dilakukan dengan Allah melalui doa. Dan dialam Al Qur’an juga

terdapat berbagai ayat yang menjelaskan tentang komunikasi. Salah satunya dengan

firman Allah yang dijelaskan pada surah As-Shaffat ayat 102:

‫َفَلَّم ا َبَلَغ َم َع ُه الَّسْع َي َقاَل ٰي ُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰر ى ِفى اْلَم َناِم َاِّنْٓي َاْذ َبُحَك َفاْنُظْر َم اَذ ا َتٰر ۗى َقاَل‬

‫ٰٓيَاَبِت اْفَع ْل َم ا ُتْؤ َم ُۖر َس َتِج ُد ِنْٓي ِاْن َش ۤا َء ُهّٰللا ِم َن الّٰص ِبِر ْيَن‬

5
Artinya:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail)
menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar.”

Komunikasi antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Islamil yang dijelaskan pada surah As-

Shaffat ayat 102. Didalam ayat tersebut dapat diberikan kesimpulan bahwa

komunikasi yang dilakukan antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail berupa komunikasi

Interaksional-dialogis-humanis. Dikatakan interaksional karena komunikasi yang

terjalin tidak sepihak. Dan dikatakan komunikasi dialogis karna komunikasi tersebut

membuka jalur komunikasi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Komunikasi

dialogis dapat membuka jalur komunikasi antara orang tua dan anak. Orang tua dapat

mengetahui kemampuan anak melalui dialog yang diucapkan. Dan dengan dialog

akan menemukan persamaan visi misi antara orang tua dengan anak, dan dapat

menentukan pendidikan karakter yang sesuai dengan kemampuan anak.

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan secara sengaja untuk

mengembangkan karakter yang baik pada anak good character. Berlandansan pada

kebajikan inti core virtues yang secara objektifbagi individual ataupun masyarakat.

Masih berkaitan dengan pendidikan karakter, tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah tersebut wajib ditaati dan diikuti. Dengan kata lain tujan pendidikan

itu sendiri tidak boleh menyimpang dengan tujuan dalam pendidikan karakter.

6
E. Penelitian Yang Relevan

Penulisan ini dilakukan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan sebagai bahan

perbandingan dan juga kajian. Adapun hasil hasil penelitian yang dijadikan

perbandingan dan kajian tidak jauh dari topic penelitian yaitu “Peran Komunikasi

Orang Tua dalam Membangun Karakter Remaja”.

Adapun hasil penelitian yang dijadikan bahan perbandingan dan kajian sebagai

berikut:

1. I Made Sutika “Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pendidikan

Karakter Anak Di Lingkungan Keluarga” Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan. Universitas Dwijendra Denpasar. Dalam

penelitian ini menyimpulkan bahwa pola komunikasi keluarga

dalam pendidikan karakter anak khususnya dalam aspek integritas

yang terdiri dari nilai kejujuran, komunikasi persamaan, pola

komunikasi tak seimbang. Adapun hambatan dalam pendidikan

karakter yaitu hambatan internal dan eksternal. Dimana hambatan

internal yaitu kurangnya intesitas komunikasi dalam keluarga

dikarnakan kesibukan orang tua yang bekerja, sedangkan

hambatan dalam eksternal berupa pergaulan anak dilingkungan

masyarakat dan pengaruh tekhnologi informasi dan komunikasi.

2. Alfon Pusungulaa “Pola Komunikasi Dalam Membentuk Karakter

Anak Di Kelurahan Beo Talaud”. Jurnal “Acta Diurna” Volume

7
IV. No 5. Tahun 2015. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa

untuk mencipakan karakter yang kuat dan jiwa yang baik pada

anak didalam keluarga, diperlukannya suasana keluarga yang

harmonis dan dinamis. Hal ini dapat tercipta jika adanya kordinasi

dan komunikasi dalam dua arah yang kuat antara orang tua dengan

anak. Pembentukan karakter anak akan tercapai apabila

komunikasi yang terjalin dengan lancar dan baik secara dua arah

3. Nuraidasyam “Peran Komunikasi Dalam Membentuk Karakter

Anak Di Lingkungan Padang Panga”. Universitas Muhammadiyah

Makasar. Dalam penalitian ini dikatan bahwa komunikasi yang

lancar dalam keluarga sangat penting. Karna didalamnya memiliki

keterkaitan yaitu saling berhubungan satu sama lain dan saling

memerlukan satu sama lain didalam keluarga. Karna itulah

komunikasi yang harmonis didalam lingkup keluarga sangatlah

penting untuk pendidikan karakter anak.

F. Lokasi Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian dalam sebuah penelitian digunakan untuk

menggambarkan bagaimana keadaan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan

selama 5 bulan terhitung dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2022.

Penelitian ini dilakukan di Rt 004 Rw 001 Kelurahan Pulo Gadung Kecamatan

Pulo Gadung yang terletak di Jalan Sunter 1 ± 630 m dari Terminal Pulo Gadung.

8
Luas wilayah Rt 004 Rw 001 ± 1000 m dengan jumlah penduduk 154 warga, 70%

Lansia dan Pra Lansia, 20% Pasangan Baru Menikah, dan 10% Anak Sekolah.

9
BAB II
KOMUNIKASI ORANG TUA

A. Komunikasi Orang Tua

1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris “Communication” yang berasal dari

bahasa latin “Communication” berasal dari “Communis” yang berarti “Sama” kata

sama disini merupakan pengertian “Sama makna” antara kedua belah pihak yang

terkait. Komunikasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang digunakan.

Komunikasi merupakan transmisi dari satu orang ke satu orang lainnya, dimana

pengirim informasi dan penerima informasi saling spesifik (Burhan Bungin, Cet.5

2011;125).

Komunikasi juga merupakan bentuk transmisi yang paling klasik dalam

sejarah umat manusia, karna manusia merupakan makhluk yang saling bergantung

dengan adanya komunikasi maka memudahkan manusia dalam segala hal yang saling

berkaitan.

Komunikasi merupakan hubungan kontak dan antara manusia baik individu

maupun dalam kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari ataupun tidak

komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Komunikasi juga

merupakan suatu proses penyampaian pesan dalam bentuk atau lambang yang

bermakna sebagai pemikiran dan perasaan yang bisa berupa ide, informasi

10
kepercayaan, harapan, himbauan dan sebagai suatu panduan yang dilakukan oleh

seorang komunikator kepada seorang kominikan lainnya, bisa berupa komunikasi

secara langsung atau menggunakan media lainnya denga bertujuan untuk mengubah

sikap pandangan atau perilaku.

Komunikasi adalah suatu proses dimana salah satu ide dialihkan dari sumber

kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

mereka. Dimana ada komunikator yang mengharapkan perubahan prilaku dan sikap

serta kebersamaan dalam menciptakan komunikasi yang pengertian dalam kelompok.

Menurut Ahmad (2013:10) Ragam penggunaan komunikasi adalah dapat

didefinisikan merupakan suatu ilmu prilaku atau ilmu sosial dan pengetahuan budaya.

Menurut Djaramah (2004:103) Komunikasi yang baik yaitu komunikasi yang

sesuai dengan etika Islam. Etika komunikasi dalam Islam ada dua yaitu: Etika

komunikasi transedental (hablumminaallah) dan komunikasi insani

(hablumminannas). Etika komunikasi transcendental adalah suatu etika komunikasi

manusia kepada Allah SWT yang berhubungan dengan sikap dan prilaku manusia.

Sedangkan etika komunikasi insane adalah etika komunikasi dengan sikap dan

prilaku manusia kepada manusia lainnya.

Dari definisi di atas apabila komunikasi antar manusia dengan Allah SWT dan

komunikasi antar sesama manusia berjalan dengan baik maka komunikasi antara

orang tua dan anak akan berjalan dengan baik pula. Peran komunikasi dalam keluarga

merupakan hal yang paling penting, karena keluarga merupakan lembaga pertama

11
anak dalam bersosialisasi dengan sesama manusia. Komunikasi merupakan salah satu

cara yang paling tepat dalam pembentukan karakter anak. Dimana peran orang tua

didalam komunikasi merupakan yang paling pokok dan komunikasi itu sendiri akan

terlihat bagaimana pesan yang disampaikan melalui media apa, dan siapa sumber

informasi tersebut akan berpengaruh pada pembentukan karakter anak.

Keluarga merupakan suatu system, system keluarga itu sendiri terdiri dari

sekelompok individu dan ketika semua individu saling berinteraksi maka akan

membuahkan tanggapan dan pola pikir serta pola perilaku, dan akan mempengaruhi

keluarga secara keseluruhan.

Didalam keluarga pasti setiap anggota keluarganya memiliki persepsi masing

masing tentang individu lainnya didalam keluarga, yang akan berpengaruh kepada

keyakinan-keyakinan, norma-norma, mitos-mitos, dan nilai-nilai. Dan tentunya dari

beberapa hal ini maka akan dikondisikan oleh sifat-sifat keperibadian dari setiap

individu. Dan didalam keluarga pasti memiliki pemikiran dan perilaku yang berbeda-

beda pada setiap anggotanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dalam

lingkungan keluarga. Setiap individu akan mengusahakan atau memperjuangkan

untuk memenuhi kebutuahan emosional dan fisiknya untuk meminimalisir setiap

kekhawatiran akan hal hal yang membuat mereka menjadi kurang nyaman atau tidak

puas dengan penampilannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi antar anggota keluarga

adalah suatu kegiatan yang paling pokok dalam berhubungan atau berkelompok.

12
Kegiatan komunikasi antar setiap anggota yang berdasarkan prinsip atau persepsi

masing-masing setiap anggota keluarga akan memberikan pengaruh kepada

keyakinan, norma, mitos dan nilai nilai dari sikap keluarga anggota tersebut. Persepsi

antar anggota keluarga yang berbeda-beda, yang tercermin dalam pemikiran dan

perilakunya guna untuk melakukan yang terbaik dalam upaya memnuhi kebutuhannya

sendiri dalam lingkup keluarga. Mungkin ada beberapa hal yang membuat orang tua

menjadi khawatir dengan hal-hal yang akan dilakukan atau diambil keputusan dalam

kehidupan anaknya, namun apabila interaksi yang berjalan dengan baik dan setiap hal

selalu dibicarakan maka kekhawatiran yang menggangu pemikiran orang tua akan

ternetralkan dengan sendirinya, karna anak sudah menjelaskan keputusan yang akan

diambilnya dan meminta restu atau pendapat orang tuanya lebih dahulu, dengan

adanya interaksi dua arah akan membuahkan pemikiran yang bisa diterima oleh kedua

belah pihak.

Komunikasi dikatakan efektif apabila makna yang disampaikan mirip atau

sama dengan yang dimaksud oleh komunikator. Komunikasi efektif bukan hanya

sekedar pengetahuan yang dimiliki oleh komunikator tapi bagaimana cara

mengaplikasikan pengetahuan itu secara kreatif. Komunikasi yang efektif juga

memiliki kepekaan dan keterampilan yang dapat dilakukan apabila telah memahami

proses dan kesadaran akan apa yang telah dilakukan selama berkomunikasi.

Komunikasi efektif apabila komunikan (anak) dapat menginterpretasi- kan

pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh komunikator (orang

13
tua). Kenyataannya, banyak sekali yang gagal dalam memahami maksud dari

komunikator. Sumber utama kesalah pahaman dalam komunikasi adalah cara

komunikan (anak) menangkap makna suatu pesan berbeda dengan yang dimaksud

oleh komunikator (orang tua), karna komunikator gagal dalam menyampaikan makna

dari ucapan dengan cara bicara yang tepat atau tata bahasa yang sulit dipahami

maknanya.

Dengan menciptakan komunikasi yang efektif, dimana komunikasi itu

menjanjikan komunikasi antara orang tua dengan anak untuk memiliki kontribusi

dalam peluang perkembangan prilaku atau karakter anak yang bersifat positif. Tujuan

dari menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak yakni menciptakan

suasana yang lebih nyaman dan hangat, sehingga anak lebih nyaman di dalam rumah

dari pada di luar rumah.

Pada hakikatnya, komunikasi yang menguntungkan kedua belah pihak yakni

komunikasi timbal-balik, kedua pihak terdapat spontanitas serta keterbukaan. Dalam

komunikasi orang tua dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan anak.

Keterbukaan orang tua memungkinkan anak mengubah pendirian, mendengarkan

ungkapan isi jiwa anak dan memahami anak. Dalam situasi tententu anak akan

berkembang dalam pemikirannya, karna dapat mengungkapkan pendapat sesuai

dengan penalarannya dari hasil komunikasi secara dua arah.

Suatu cara yang paling tepat dalam berkomunikasi dengan anak yaitu menjadi

pendengar yang baik, tidak perlu menyediakan jadwal dan waktu khusus untuk saling

14
bertemu dan berkumpul dengan orang tuanya, karna dengan adanya jadwal seperti itu

akan membatasi kebebasan anak daam mengungkapkan perasannya. Orang tua harus

bisa memberikan waktu untuk berbicara dengan anak maupun hanya sekedar

mendengarkan isi hati anak dengan begitu anak akan benar-benar merasa dihargai dan

diperdulikan. Dengan cara begitu maka komunikasi antara anak dengan orang tua

akan berjalan dengan efektif dan dapat mempererat hubungan keduanya.

2. Urgensi Komunikasi Keluarga

Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat kecil yang

biasanya terdiri dari suami-istri-anak. Pengertian tersebut mengandung dimensi

hubungan darah dan juga hubungan sosial. Dalam hubungan darah dan juga dalam

hubungan sosial. Dalam hubungan dapat dibedakan dengan keluarga besar dan

keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan

yang diikat dengan hubungan atau interaksi yang saling mempengaruhi meskipun satu

sama lain tidak terdapat hubungan darah.

Pengertian keluarga dapat dibedakan melalui perspektif psikologis dan

sosiologis. Secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan manusia yang hidup

bersama didalam tempat tinggal dan satu sama lain anggota keluarga dapat merasakan

adanya ikatan batin dan terciptanya saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan

saling menyayangi. Sedangkan dalam pengertian secara sosiologis, keluarga adalah

suatu persekutuan hidup yang dijalin dengan kasih sayang antara pasangan yang

15
dikukuhkan dengaan pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan diri

dan saling melengkapi satu sama lain.

Komunikasi keluarga biasanya mengacu pada pertukaran informasi secara

verbal (bahasa) dan nonverbal (tindakan) antar anggota keluarga. Komunikasi juga

melibatkan sebagian kemampuan untuk memperhatikan hal yang disampaikan,

dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Dengan kata lain, bagian penting dalam

komunikasi antar anggota keluarga tidak semata mata hanya berbicara tanpa tujuan,

tetapi menyimak apa yang dikatakan oleh orang lain.

Interaksi yang terjalin dalam komunikasi keluarga dianggap penting untuk

mencapai tujuan tertentu, biasanya dapat direncanakan dan diutamakan. Komunikasi

itu sendiri dapat dikatakan berhasil apabila berjalan dengan efektif. Tanpa komunikasi

keluarga terasa hambar dan asing, karna didalamnya tidak terdapat interaksi, bertukar

pikiran dan saling perduli satu sama lain, sehingga dapat menimbulkan kerenggangan

hubungan antara orang tua dan anak.

Menurut Dasrun (2012:44) Keluarga hendaknya menggunakan bentuk

komunikasi dengan orientasi konrormitas (conformity orientation) yaitu interaksi

keluarga yang menanamkan kepada kesetaraan keluarga dimana si anak dapat terlibat

mengambil keputusan, mempunyai karakter interaksi yang berfokus pada interaksi

keluarga yang menanamkan kesetaraan anggota keluarga sehingga si anak dapat

terlibat dalam mengambil keputusan.

16
Komunikasi merupakan cara yang paling baik untuk mengenal pribadi

seseorang termasuk anggota keluarga. Tidak semua orang memiliki komunikasi yang

baik kepada manusia yang lain, atau komunikasi didalam lingkup keluarganya

sendiri. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya pembiasaan komunikasi yang baik dari

waktu ke waktu bersama anggota keluarga yang lain dan menyebabkan kerenggangan

hubungan antara anggota keluarga.

Komunikasi bisa diperbaiki apabila setiap anggota keluarga dapat membuka

kesempatan untuk berkumpul bersama didalam rumah ataupun diluar rumah dengan

liburan bersama, menciptakan interaksi setiap hari dengan anggota keluarga, dan

saling menghargai agar terciptanya komunikasi yang baik dan karakter pribadi yang

baik pula pada setiap individu.

Dengan adanya komunikasi permasalahan yang terjadi diantara anggota

keluarga dapat dibicarakan baik-baik dengan tujuan menemukan solusi yang baik.

Didalam keluarga juga sangat dianjurkan untuk menciptakan atau mengembangkan

komunikasi atau interaksi dua arah yang terjalin dengan efektif agar terciptanya

keharmonisan didalam keluarga. Pembiasaan komunikasi meskipun hanya beberapa

menit disela sela kesibukan itu dapat menimbulkan sisi positif antara setiap anggota

keluarga dan saling menunjukan kata-kata kasih sayang terhadap anggota keluarga

yang lain. Komuikasi di dalam keluarga diterapkan untuk menciptakan keluarga yang

saling mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga. Dengan terjalinnya

17
komunikasi yang baik dapat mempererat hubungan keluarga serta membangun

keharmonisan di dalam keluarga.

3. Strategi Komunikasi Orang Tua

Pada komunikasi, strategi diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan

komunikasi agar tercipta komunikasi yang baik dan berjalan efektif. Dengan harapan,

strategi dapat menjadi modal bagi seorang komunikator yang menyampaikan pesan

untuk dapat menyampaikan komunikasi yang efektif. Strategi menurut Marthin-

Anderson (Cangara, 2013:61) adalah seni dimana melibatkan kemampuan intelegensi

atau pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai

tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien. Strategi dapat

dipadukan dengan komunikasi agar strategi nantinya dapat dijalankan sesuai dengan

kaidah komunikasi. Jadi strategi adalah segala bentuk upaya dalam perencanaan yang

dilakukan komunikator untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan

mempengaruhi agar dapat diterima dengan baik oleh komunikan yang terdampak

pada perubahan diri komunikan untuk menjadi lebih baik lagi.

Bentuk komunikasi keluarga adalah bentuk komunikasi antar pribadi, seperti

bentuk prilaku, dapat dikatakan sangat efektif dan dapat dikatakan pula sangat tidak

efektif. Hal ini tergantung pada kualitas umum yang dipertimbangkan dalam

komunikasi antar pribadi. Kualitas umum atau aspek aspek adalah keterbukaan

(openness), empati (emphaty), sikap mendukung (suportiveness), kesetaraan

(equality), dan sikap positif (positiveness)

18
a. Keterbukaan

Keterbukaan adalah sikap terbuka dan jujur mengenai perasaan dan pemikiran

masing masing tanpa adanya rasa takut dan kawatir untuk mengungkapkannya.

Keterbukaan adalah kemampuan untuk membuka atau memberikan ungkapan akan

apa yang ada dipikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain. Didalam keluarga

harus adanya keterbukaan untuk menjadikan hubungan semakin hangat dan akrab

satu sama lain. Selain itu adanya pembiasan keterbukaan sesama anggota keluarga

maka menjadikan keluarga yang harmonis dan kedekatan antar pribadi menjadikan

seseorang mampu mengutarakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka.

Keterbukaan didalam keluarga menjadikan hal yang penting, sebab dengan adanya

keterbukaan satu sama lain antar anggota keluarga menjadikan lahan untuk

bertukarnya pikiran dalam hal-hal tertentu, dan memberikan kesan positif untuk

meningkatkan kualitas diri melalui keritik setiap anggotanya.

b. Empati

Empati merupakan kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik.

Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak akan menjadikan anak merasa

dihargai sehingga anak akan merasa bebas dan tidak canggung mengungkapkan

perasaan serta keinginannya. Hal ini bisa berjalan dengan baik apabila didalam

keluarga menerapkan sikap sportif dan penuh kejujuran, setiap pernyataan yang

diutarakan benar adanya dan tidak dibuat buat. Anak akan sangat merasa dihargai

apabila pendapat yang disampaikan kepada orang tua diterima dengan baik dan

19
sebagai orang tua pun harus memiliki sikap yang bijaksana atas memberikan

pengertiannya yang mudah dipahami oleh anak.

c. Sikap Mendukung

Peran sikap mendukung sangat penting didalam keluarga. Setiap keluarga

harus saling mendukung agar terciptanya kepercayaan diri satu sama lain. Sikap

saling mendukung akan berjalan dengan baik apabila komunikasi dua arah terjalin

dengan baik pula. Selain komunikasi dua arah kerjasama yang baik didalam lingkup

keluarga akan menjadikan sikap saling mendukung tanpa disadari oleh setiap anggota

keluarga. Orang tua berperan mendukung dalam segi ekonomi, pendidikan, sandang

pangan dll. Selain itu anak sangat membutuhkan dukungan apabila dia ingin

meningkatkan kualitas dirinya dengan berbagai kegiatan pendidikan ataupun kegiatan

hobby, dari situlah peran orang tua sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam

mendukung kegiatan anak yang bersifat positif dibutuhkan.

d. Sikap Positif

Dalam keluarga diperlukannya saling memberikan sikap positif baik verbal

maupun non verbal. Dalam segi verbal setiap anggota satu sama lain memberikan

ucapan yang baik dengan tata bahasa yang baik pula. Dan dalam segi non verbal

merupakan prilaku yang baik sehingga memberikan sisi positif drngan menjadikan

keakraban satu sama lain antara setiap anggota keluarga. Dengan begitu akan

terciptanya sisi positif satu sama lain baik dari segi ucapan maupun dari segi perilaku

setiap anggota keluarga.

20
e. Kesamaan / Kesetaraan

Komunikasi yang dikatakan sebagai komunikasi yang sudah baik yakni

menghasilkan sesuatu yang diharpkan seperti kesamaan pemahaman perselisihan dan

perbedaan paham akan menjadikan masalah bila tidak ditangani dengan baik dan

bijaksana, sehingga memerlukan usaha-usaha komunikatif antar anggota keluarga

untuk memecahkan permasalahan dan menyudutkan pemikiran pada arah pemecahan

persoalan agar menghindari hal hal yang menyimpang dan menambahkan permasalah

dengan mencari kekurangan dan kesalahan. Dalam hal ini tidak dianjurkan

menerapkan “Kaka harus lebih dulu meminta maaf kepada adik, ataupun adik sebagai

orang yang lebih muda meminta maaf kepada kaka” karna dengan begitu tidak

berjalannya penerapan “Kesamaan / Kesetaraan” didalam lingkup keluarga. Adanya

masalah maka dicari tau penyebabnya melalui musyawarah antar anggota keluarga

untuk menemukan titik tengan dan meminta maaf lebih dulu yang bersalah bukan

dilihat dari umur untuk meminta maaf. Dengan begitu adanya penerapan hal ini akan

menanamkan karakter anak yang mengakui kesalahannya dan berani meminta maaf

atas kesalahan yang dilakukan.

Apabila pembiasaan keterbukaan, empaty, sikap mendukung, sikap positif dan

kesetaraan di dalam keluarga maka hubungan anak dengan orang tua tidak terasa

canggung serta dapat menjadikan orang tua sebagai sahabatnya. Anak akan merasa

dihargai apabila orang tua memberikan reaksi positif jika anak mendapatkan nilai atau

prestasi. Orang tua juga mendukung atau memberikan motivasi kepada anak apabila

21
nilai anak tidak bagus, biasanya anak yang mendapatkan dukungan dari orang tua

akan lebih merasa dianggap keberadaanya dan menjadikan anak lebih percaya diri.

Selain itu orang tua juga tidak boleh membeda-bedakan diantara anak, harus memiliki

sikap yang adil dengan anak. Banyak orang tua yang bersikap tidak adil membeda-

bedakan antara adik dengan kaka yang membuat salah satu pihak menjadi tertekan

karna tidak mendapat keadilan didalam keluarganya. Untuk meminimalisir hal ini

maka sebagai orang tua harus bisa menjadi panutan yang adil dan bijaksana kepada

anak. Orang tua memiliki peran penting dalam memberikan kenyamanan untuk anak

didalam rumah dan dalam berkomunikasi. Biasanya anak akan terbiasa dengan

kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua kepada anak dalam berkomunikasi dengan

keluarga.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Orang Tua dan Anak

Komunikasi pertama yang dilakukan anak adalah dengan orang tuanya, karna

komunikasi sudah terjalin semenjak anak masih didalam kandungan sampai anak

lahir hingga ia beranjak menjadi dewasa. Jadi, peran orang tualah sangat penting

dalam merangsang anak bercakap-cakap hingga akrab. Melalui percakapan dengan

anak maka diharapkan orang tua dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh

anaknya.

Dalam sebuah keluarga merupakan sebuah rumah pertama dan paling utama

bagi anak, dimana anak mengenal hal-hal baru dan mendapatkan pendidikan pertama

dari kedua orang tuanya.

22
Orang tua merupakan orang yang paling pertama dilihat oleh anak pada saat

lahir kedunia, maka dari itu komunikasi pertama yang dilakukan oleh anak yaitu

dengan orang tua. Komunikasi orang tua dan anak sangat penting dalam menjalin

hubungan agar makin erat.

Masalah yang ditemukan sering kali karna orang tua terlalu sibuk dengan

pekerjaannya sehingga anak merasa kesepian dan tidak diperhatikan, oleh karna itu

orang tua dan anak harus bisa memberikan waktu agar tetap terjalin komunikasi dan

dapat menciptakan suasana yang hangat secara konsisten. Jika komunikasi dua arah

antara orang tua dan anak tidak terjalin dengan baik maka tidak adanya kesempatan

bagi anak dan orang tua untuk saling bertukar pendapat dan mengutarakan setiap

masalah yang sedang dihadapi oleh masing-masing pihak. Maka dari itu komunikasi

orang tua dan anak harus tetap terjalin meskipun orang tua dan anak sama-sama

sibuk. Komunikasi bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja meskipun hanya

sekedar senda gurau dimeja makan. Dengan terjalinnya komunikasi yang lancar maka

hubungan antara orang tua dan anak didalam keluarga menjadi lebih hangat dengan

adanya sikap saling keterbukaan dan saling menyayangi, dengan begitu komunikasi

yang efektif akan berjalan dengan lancar.

Keluarga merupakan rumah pertama bagi anak dalam segala aspek pendidikan

dan pembelajaran dari orang tua yang mendidik anaknya. Di dalam keluarga selain

adanya komunikasi yang terjalin para orang tua juga memberikan peraturan agar

anak-anaknya terarah. Peraturan yang ada di dalam rumah tangga biasanya tidak lepas

23
dari komunikasi dua arah yang sama-sama disetujui oleh anak dan orang tua.

Peraturan itu biasanya seperti:

a. Konsistensi, orang tua memberikan kebebasan anak untuk berekspresi diluar

rumah dengan catatan sesuai dengan kaidah agama dan norma hukum. Dengan

begitu secara tidak langsung orang tua memberikan sikap tanggung jawab atas

hal yang dilakukan oleh anak atas konsekuensi yang akan diterima apabila

anak tidak konsisten dalam bertindak maupun berbicara.

b. Keterbukaan, dalam hubungan keluarga antara orang tua dan anak harus

adanya keterbukaan agar orang tua memahami maksud yang diinginkan oleh

anak, dan anak juga dapat memahami hal yang diinginkan oleh orang tua

untuk kenyamanan dalam kehidupan anak. Dengan adanya keterbukaan maka

kesalah pahaman juga jarang terjadi serta memberikan ruang untuk anak dan

orang tua dalam mengetahui hal-hal yang diharapkan.

c. Ketegasan, yaitu suatu ketegasan yang bersifat terbuka dengan contoh dan

prilaku yang konsisten akan memperjelas nilai-nilai, sikap, dan harapan-

harapan orang tua yang ditanamkan kepada anak. Ketegasan tidak selalu

bersifat otoriter, tetapi ketegasan yang dilakukan oleh orang tua benar-benar

mengharapkan anak berprilaku yang diharapkan oleh orang tua.

Dengan menanamkan praturan atau ketegasan didalam rumah maka anak akan

terarah sesuai dengan harapan orang tua. Menanamkan ketiga praturan di atas tidak

akan membuat anak merasa tertekan dengan adanya peraturan tersebut, jika orang tua

24
juga memberikan kebebasan anak dalam berekspresi atau berkarya diluar rumah.

Anak yang sudah biasa ditanamkan sikap tanggung jawab dalam setiap kegiatan

diluar rumah maka akan lebih terarah dan memiliki rasa tanggung jawab atas apa

yang akan dilakukan atau yang telah dilakukan, dan keputusan yang biasanya diambil

oleh anak akan dipertanggung jawabkan keberhasilannya dihadapan orang tua.

Ketegasan yang dimaksud bukan ketegasan yang melukai fisik tapi lebih

kearah ucapan yang dilakukan oleh orang tua dan anak dalam memutuskan keputusan

yang akan diambil oleh anak, sebagai suatu bentuk tanggung jawab dengan

dibebaskannya dalam mengambil keputusan.

Komunikasi dalam keluarga tidak hanya sekedar bertanya sudah makan? Atau

sedang dalam kegiatan apa? Tapi kearah keterbukaan dalam mengahadapi masalah

yang ada, saling bertukar pikiran, saling memberikan pendapat satu sama lain, dan

memberikan kasih sayang antara orang tua dan anak. Hal ini bisa dilakukan kapan

saja pada saat keluarga berkumpul dan meluangkan waktu agar hubungan keluarga

tidak canggung dan akan lebih terasa hangat.

5. Hambatan Komunikasi dalam Keluarga

Hambatan komunikasi dalam keluarga merupakan suatu factor yang dianggap

memberikan pengaruh besar dalam penelantaran anak. Anak-anak terlantar memang

memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk berkomunikasi, khususnya kepada

orang tua mereka. Karna kesibukan orang tua dan banyaknya masalah di dalam

keluarga yang menjadikan komunikasi kurang baik, dan anak juga kurang

25
mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Dan kadang pula orang tua tidak

mendengarkan atau memberikan perhatian kepada anak saat sianak bercerita dan jika

itu terus terulang maka anak akan menutup diri dari orang tuanya. Orang tua hanya

melakukan komunikasi kepada anak dengan seperlunya saja yang menimbulkan rasa

kurangnya kasih sayang orang tua dan anak. Dan hal ini akan menimbulkan rasa

kurang percaya diri atau menutup diri terhadap orang tuanya, sehingga komunikasi

antara orang tua dan anak ini biasanya akan menyebabkan anak bertingkah laku

agresif dan sungkan mengadakan kontak dengan orang tuanya apalagi komunikasi

yang melalu media.

Dalam komunikasi di dalam keluarga tentunya memiliki beberapa hambatan,

menurut Anna Surti Ariani selaku psikologi anak dan keluarga menerangkan, secara

umum terdapat empat hambatan komunikasi yang dihadapi kebanyakan orang,

khususnya terkait komunikasi dengan keluarga

(https://aura.tabloidbintang.com/psikologi/read/5306/4-hambatan-komunikasi-dalam-

keluarga )

a. Hambatan Fisik atau Lingkungan.

Biasanya hambatan ini dirasakan dan dihadapi oleh keluarga yang tinggalnya

terpisah satu sama lain akibat jarak dan pekerjaan orang tua yang mengharuskan

untuk jauh dari anak-anaknya. Hambatan ini bisa berjangka panjang apabila orang tua

terikat kontrak dengan perusahaan.

26
b. Hambatan Situasional

Biasanya hambatan ini terjadi apabila suasana hati seseorang tidak sedang

dalam kondisi yang baik, sehingga memiliki rasa enggan untuk berkomunikasi

dengan anggota keluarga atau dengan lingkungan sekitar. Apabila komunikasi tetap

dipaksa akibat yang terjadi adanya prilaku atau kalimat yang diucap memberikan

ketidak nyamanan bagi orang disekitarnya.

c. Adanya Hambatan Psikologis

Dimana seseorang yang tidak percaya diri untuk memulai lebih dulu dengan

alasan takut tidak diterima atau ditolak sebelum memulai percakapan. Biasanya orang

ini mempunyai sisi introvert yang menjadikan komunikasi dua arah antara sesama

anggota keluarga menjadi kurang hangat.

d. Hambatan Gender

Laki-laki yang mempunyai takhta tertinggi didalam keluarga yang menjadikan

apa-apa laki-laki menjadi yang utama dalam segala hal. Didalam keluarga yang sering

disuruh untuk mengerjakan hal-hal selalu perempuan dan anak laki-laki hanya duduk

seolah menjadi tuan. Cara didik orang tua seperti ini yang menjadikan hambatan

komunikasi didalam keluarga, karna bisa juga si anak perempuan menjadi kecil hati

dengan anak laki-laki. Banyak orang tua yang masih berfikiran untuk anak

perempuan tugasnya untuk urusan dapur dan rumah sedangkan laki laki diutamakan

dalam segi pendidikan.

27
Kegagalan komunikasi (miscommunication) dengan anak bisa berpengaruh

pada pertumbuhan anak, baik secara intelektualitas dan kualitas hidup anak. Dalam

beberapa kajian menunjukan bahwa komunikasi interpersonal antara orang tua dan

anak dapat terjalin dengan baik melalui komunikasi.

Dalam tugas akhir menurut Mila Fajawati (2011, 12) Menyebutkan bahwa
komunikasi yang demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua
dengan anak, dengan membuat kesepakatan-kesepakatan bersama dan orang tua juga
menghargai kemampuan anak.

Sikap terbuka antara orang tua merupakan cara parenting demokratis dimana

orang tua menghargai setiap kemampuan anak yang ada didalam dirinya, dan melatih

anak supaya membuat keputusan-keputusan yang dapat disepakati bersama dengan

tujuan untuk menjadikan anak berani dalam mengambil keputusan untuk

kehidupannya sendiri. Orang tua dan anak harus saling memiliki sikap terbuka agar

komunikasi dua arah yang terjalin dapat berjalan dengan efektif dan lancar. Dengan

adanya sikap terbuka maka anak dan orang tua akan sama sama dihargai dan

mengetahui masalah-masalah yang ada serta dapat memberikan solusi terkait masalah

yang sedang dihadapi. Dan masalah akan terasa lebih ringan apabila dapat

diselesaikan bersama-sama.

Proses komunikasi sangat berpotensi dalam mempengaruhi dan membujuk.

Komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dan anak secara intens berupa percakapan

atau dialog, mampu menghasikan sikap menghargai antara orang tua dengan anak.

Anak tidak merasa diabaikan disaat anak menceritakan sesuatu hal kepada orang tua.

Pembicaraan yang dilakukan secara positif antara orang tua dan anak membantu anak
28
dalam mengembangkan dirinya secara positif yang berawal dari lingkungan keluarga.

Sebaliknya orang tua yang cenderung acuh dalam berbicara pada anak menjadikan

anak menjadi pribadi yang ragu ketika bertindak dan mengambil keputusan.

Hambatan komunikasi didalam keluarga bisa berupa kurangnya intensitasnya

komunikasi didalam keluarga. Terbatasnya waktu bersama dengan anak karna

pekerjaan dan rutinitas orang tua dari pagi hingga sore. Meskipun ada waktu dimalam

hari kadang orang tua sudah lelah sehingga lebih memanfaatkan waktu istirahat dari

pada berkumpul. Selain dari orang tua anak-pun biasanya sudah memiliki rutinitas

sendiri yang tidak bisa di tunda sehingga menghambat komunikasi antara orang tua

dengan anak.

Peranan orang tua sebagai sumber pendidik anak yang pertama dan utama

nampaknya sudah terabaikan dengan alasan kesibukan orang tua, baik karna desakan

ekomoni, profesi ataupun hobi yang sering menjadi sumber masalah menyebabkan

kurangnya kedekatan orang tua dengan anak-anaknya, yang berarti tergangunya pola

komunikasi dan hubungan saling pengaruh diantara orang tua dan anak. Sementara itu

hubungan antara orang tua dengan anak memiliki banyak pengaruh kepada kehidupan

anak dan pertumbuhan anak.

6. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya, karna anak menerima

pendidikan pertama dari lingkup keluarga. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa

pendidikan pertama anak akan diperoleh dari keluarga atau orang tua.

29
Berbicara tentang orang tua yang tidak terlepas dalam ikatan keluarga.

Adapun keluarga menurut Meity Taqdir (2011:223) dalam kamus besar bahasa

Indonesia, keluarga merupakan sekelompok orang yang dimana terdiri dari ayah, ibu,

dan anak. Dalam konteks keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah

atau ibu kandung dengan memiliki tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga.

Orang tua sebagai pendidik memiliki tanggung jawab dalam pengasuhan, pembinaan,

dan pendidikan yang merupakan tanggung jawab primer.

Orang tua merupakan madrasah pertama bagi anak-anak. Tanpa adanya orang

tua maka anak tidak akan mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu anak

memerlukan bimbingan dan pengawasan yang teratur, agar anak tidak kehilangan

kemampuan untuk berkembang secara normal, dan orang tua juga harus memahami

anaknya dari segala aspek pertumbuhan, naik jasmani, rohani maupun sosial. Orang

tua juga harus mampu memperlakukan anak dalam memdidik dengan cara yang

membawa kebahagiaan serta kenyamanan dalam pertumbuhan sehingga menberikan

hasil pertumbuhan anak yang baik.

Menurut Thomas Lickona (2012:48) Orang tua juga menjadi pendidik dalam

pendidikan moral anak. Pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi

tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan keperibadian tiap-tiap anak.

Pendidikan yang diterima oleh anak akan menjadi dasar untuk mengikuti pendidikan

selanjutnya di sekolah (Fuad Ihsan, 2013:57).

30
Orang tua selain menjadi madrasah pertama bagi anaknya dalam pembentukan

moral dan budi pekerti juga menjadi madrasah dalam jenjang pengetahuan anak.

Karna orang tua lah yang menjadi panutan bagi anaknya dalam mengambil tindakan

atau keputusan. Selain itu orang tua juga harus memberikan komunikasi yang baik

dengan anak guna membuat nyaman anak saat berdekatan dengan orang tua.

Komunikasi antara orang tua dan anak yang terjalin memberikan pengaruh besar

dalam kehidupan anak. Orang tua yang terlalu sibuk dengan urusan pribadi maka

menjadikan anak yang introvert namun apabila orang tua yang bisa meluangkan

waktu untuk berkomunikasi dengan anak ditengah jadwal padat pekerjaan orang tua

akan menjadikan anak yang berwawasan luas. Maka dari itu peranan orang tua dalam

komunikasi terhadap anak sangat penting untuk pertumbuhan anak.

7. Peranan Orang Tua

Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing dan mendapingi anak-

anaknya baik dalam aspek pendidikan formal maupun non-formal. Peran orang tua itu

sendiri dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam aspek kognitif, efektif, dan

psikomotorik yang ada di dalam diri anak.

Menurut lestari (2012:153) peran orang tua merupakan cara yang digunakan

oleh orang tua yang berkaitan dengan pandangan mengenai tugas yan harus

dijalankan dalam mengasuh anak. Sedangkan menurut Hadi (2016:102) orang tua

memiliki kewajiban dan tanggung jawab penuh untuk mengasuh, memelihara,

mendidik dan melindungi anak.

31
Peranan keluarga menurut Jhonson (2010:9) sebagai berikut:

a. Ayah berperan sebagai mencari nafkan, pendidik, pelindung dan pemberi rasa

aman untuk istri dan anaknya serta sebagai kepala keluarga.

b. Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga, pelindung, pengasuh dan

pendidik anak-anaknya.

c. Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

Bedasarkan beberapa pengertian dapat disumpulkan bahwa keluarga

merupakan tempat terbaik untuk melakukan pendidikan dan dalam keluarga memiliki

interaksi satu sama lain dalam pendidikan pertama dan utama. Peran orang tua dalam

keluarga sebagai pendidik, pelindung, pengasuh dan pemberi contoh. Orang tua dan

anak memiliki kedudukan yang berbeda. Orang tua memiliki kewajiban dalam

memperdulikan, memperhatikan, dan mengarahkan anak-anaknya.

Keluarga merupakan suatu kelompok sosial pertama dalam kehidupan anak

pada saat ia belajar dengan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga

harus memiliki komunikasi agar setiap anggota memiliki ikatan yang dalam, serta

saling membutuhkan. Dalam komunikasi keluarga tanpa sadar juga menjadi suatu

proses dalam pembentukan karakter yang kelak menjadi bekal anak dikehidupan

selanjutnya. Dengan kata lain salah satu cara yang paling tepat dalam membentuk

karakter anak dalam keluarga.

32
Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya antara orang

tua dengan anak yang memiliki kontribusi bagi keduanya, karna dengan adanya

komunikasi yang efektif yang dilakukan secara terus menerut dapat menciptakan

keakraban, keterbukaan, perhatian yang lebih antara keduanya serta orang tua dapat

mengetahui perkembangan anak baik fisik maupun psikisnya.

Orang tua yang cenderung mendidik anak dengan komunikasi yang lembut,

mengedepankan kerja sama, terbuka, jujur, serta dengan penuh cinta kasih,

pembentukan anak tersebut juga akan sama seperti yang dilakukan oleh orang tuanya.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan utama anak dalam mengenal

segala sesuatu. Ketika peran dalam kehidupan keluarga lebih khusus orang tua jika

diabaikan maka berpengaruh pada pembentukan karakter anak. Oleh karna itu

komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak akan memberikan hasil positif

dari pembentukan karakter anak. Orang tua harus selalu memberikan arahan,

mengawasi, dan membimbing perkembangan anak melalui interaksi yang dibangun

dalam membentuk komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.

Peran orang tua tidak hanya memberikan uang jajan anak, tapi peran orang tua

sangat penting dalam perkembangan anak. Memberikan pendidikan yang baik dan

layak untuk anak, memberikan perlindungan, memberikan kehidupan yang nyaman,

dan menyayangi anak. Banyak sekali orang tua yang lalai akan tugasnya sebagai

orang tua karna terhimpitnya dengan kesibukan pekerjaan, sehingga banyak anak

yang tumbuh tanpa adanya pengawasan serta arahan dari orang tua yang menjadikan

33
karakter anak menjadi negatif. Padahal pendidikan yang paling utama itu berasal dari

orang tua, namun banyak anak yang tidak mendapatkannya dari orang tua karna

kesibukan akan urusan pribadi orang tua serta kurangnya interaksi dalam

berkomunikasi antara orang tua dengan anak. Dalam berkeluarga komunikasi

merupakan hal yang paling penting dalam lingkup keluarga, karna dengan adanya

komunikasi satu sama lain akan menjadikan keluarga yang harmonis.

Orang tua dan anak seharusnya saling berkomunikasi setiap hari guna

membangun keharmonisan di dalam hubungan keluarga. Keluarga yang harmonis dan

hangat akan membentuk karakter yang positif pada anak, selain itu anak mampu

menyuarakan pendapat-pendapat yang sesuai dengan nalarnya. Dalam keluarga pasti

memiliki perannya masing-masing, namun peran orang tua dalam mendidik anak

adalah hal yang paling utama. Maka dari itu pendidikan yang utama adalah keluarga,

dan peran orang tua lah yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peranan Orang Tua Dalam

Berkomunikasi Dengan Anak

Menurut Valeza (2017:32-39) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

orang tua dalam melakukan bimbingan belajar terhadap anak di dalam lingkungan

keluarga, yaitu sebagai berikut:

a. Latar belakang pendidikan orang tua

Pada umumnya orang tua yang berpendidikan tinggi dan berpengalaman lebih

luas dalam pengetahuannya, dan pandangannya dibandingkan dengan orang tua yang

34
berpendidikan rendah serta tidak memiliki pengalaman yang cukup dalam

melaksanakan kewajiban orang tua dalam mendidik anak. Meskipun tidak menutup

kemungkinan orang tua yang berpendidikan rendah sangat memperhatikan jenjang

pendidikan anaknya. Banyak pula orang tua yang berpendidikan rendah tidak ingin

anaknya seperti dirinya (orang tua). Sehingga mengharapkan anaknya akan hidup

lebih baik dengan jenjang pendidikan yang telah dijalani. Agar dapat melaksanakan

peran orang tua dalam membimbing anak diperlukannya pengetahuan yang cukup.

Dengan pengetahuan yang cukup orang tua akan menyadari betapa pentingnya peran

mereka dalam jenjang pendidikan anaknya dan dapat menjalankan tugas-tugasnya

dengan baik. Dengan penjelasan yang tadi dapat disimpulkan bahwa, latar belakang

pendidikan orang tua sangat berpengaruh dalam segala kegiatan yang dilakukan di

dalam rumah dalam membimbing dan cara berkomunikasi orang tua dengan anaknya.

b. Tingkat ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi orang tua sangat mempengaruhi keberadaan bimbingan

terhadap anaknya, sekalipun hal ini tidak dapat disama ratakan pada semua orang tua.

Pada umumnya orang tua yang memiliki penghasilan menengah ke atas lebih

memungkinkan untuk memenuhi fasilitas yang dibutuhkan anak-anaknya dalam

belajar. Sedangkan orang tua yang memiliki pengahasilan yang pas-pasan dapat

memenuhi fasilitas anaknya tapi tidak keseluruhan yang dapat dipenuhi atau hanya

sebagiannya. Meskipun orang tua yang memiliki penghasilan yang pas-pasan lebih

memiliki banyak kesempatan dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya. Dengan

35
begitu anak tidak merasa kesepian karna orang tuanya memiliki kesempatan yang

jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang tua yang berpenghasilan besar namun

jarang memiliki waktu bersama anak. Waktu bagi anak merupakan hal yang sangat

penting karna anak biasanya akan merasa nyaman dan senang jika terus bersama

dengan orang tuanya dan anak yang sering berkomunikasi dengan orang tuanya akan

lebih banyak idea tau gagasan yang didapat dari orang tua.

c. Jenis pekerjaan orang tua

Orang tua memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, sehingga ada orang

tua yang dapat memberikan waktu untuk anaknya sekedar berkomunikasi dan ada

juga orang tua yang tidak dapat memberikan waktu untuk anaknya karna tuntutan

pekerjaan. Waktu dan kesempatan orang tua dalam mendidik anak mempunyai

keterkaitan dengan pekerjaan orang tua. Yang dimana banyak kasus orang tua yang

sibuk hingga tidak memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan anaknya.

Kesempatan dalam berkomunikasi antara orang tua dengan anak biasanya dibatasi

dengan jenis pekerjaan orang tua. Orang tua yang bekerja dikantor mengharuskan

berangkat pagi hari dan pulang sore hari memiliki waktu yang sedikit dalam

berinterkasi dengan anak-anaknya, sedangkan orang tua yang jenis pekerjannya

sebagai guru memiliki waktu yang lebih banyak. Karna system kerjanya mengikuti

jam masuk dan pulangnya murid sehingga pekerjaan tidak terlalu lelah dan memiliki

waktu yang cukup banyak untuk berinteraksi dengan anak-anaknya.

36
d. Waktu yang tersedia

Orang tua dengan berbagai kesibukan mereka semestinya tetap meluangkan

waktu untuk dapat berkomunikasi dan memberikan bimbingan dalam berbagai hal,

terutama dalam bimbingan belajar pada anak dirumah. Sehingga masalah waktu yang

terhalang oleh tuntutan pekerjaan tidak menjadikan suatu alasan orang tua untuk

mendidik, membimbing dan berkomunikasi dengan anaknya. Orang tua yang

mempunyai banyak waktu dan selalu berkumpul dengan keluarganya, serta interaksi

antara orang tua dengan anak berjalan dengan baik, maka anak akan merasa senang

dan bahagia berada disisi orang tuanya yang selalu memberikan waktu tanpa

diminta.sebaliknya orang tua yang memiliki waktu dan kesempatan yang sempit

dalam berkumpul bersama dan berinteraksi antar anggota keluarga menjadikan anak

menjadi pribadi yang tertutup dan berpengaruh pada pembentukan karakter anak.

Dengan demikian sesama anggota keluarga harus saling memberikan waktu

dan kesempatannya disela-sela kesibukan yang orang tua dan anak jalani agar

kehangatan dan keharmonisan keluarga masih tetap terjaga dan memberikan banyak

kasih sayang antara setiap anggota keluarga.

e. Jumlah anggota keluarga

Banyaknya anggota keluarga yang ada didalam rumah akan membuat suasana

rumah menjadi gaduh dengan komunikasi antara anggota keluarga yang lain,

sehingga sulit bagi anak untuk belajar dan berkonsentrasipada pelajaran yang sedang

dipelajari. Dan memberikan banyaknya pendapat dalam mendidik anak, sehingga

37
anak menjadi bimbang mengikuti arahan orang tua atau anggota keluarga yang lain.

Orang tua memiliki kewajiban untuk menciptakan suasana di dalam rumah yang

harmonis dan penuh kebahagiaan, ketenangan, dan kenyamanan dalam keluarga.

Karna dengan suasana yang seperti ini akan memberikan komunikasi yang efektif

dibandingkan dengan rumah yang gaduh .

B. Membangun Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax” dan

di dalam bahasa inggris “character” dan dalam bahasa Indonesia “karakter”, dan

dalam bahasa Yunani “character” yang berasal dari kata “charassein” yang berarti

membuat tajam (Majid & Andayani 2012:11)

Suyatno dan Mansur Muclish (2011:70) menyatakan bahwa karakter

merupakan cara berfikir dan berperilaku seseorang yang manjadi ciri khas setiap

individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam keluarga maupun masyarakat.

Bedasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa karakter adalah ciri khas

seseorang dalam berperilaku yang dapat membedakan dengan orang lain.

Pengertian karakter adalah suatu watak, kepribadian (personality), dan

individu (individuality) memang sering tertukar dalam penggunaanya.Hal ini karna

istilah tersebut memang memiliki kesamaan yakni sesuatu yang asli dalam diri indiviu

seseorang yang cenderung menetap secara permanen.

38
Istilah watak, dalam pengertian karakter dan watak juga sulit

dibedakan.Didalam watak terdapat sikap, sifat dan temperamen yang ketiganya

merupakan komponen-komponen watak.Watak atau katakter ialah keseluruhan yang

nyata dalam tindakannya terlibat dalam situasi.Watak adalah struktur batin manusia

yang tampak dalam kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap.

Istilah karakter dan kepribadian (personality) dalam pengertiannya hamper

tidak dapat dibedakan keduanya. Karna keduanya sama sama memiliki makna yang

sama yaitu cirri khas atau khusus yang dimiliki seseorang. Kepribadian bisa diartikan

memalui dua sudut pandang yang berbeda.

Kepribadian menurut kegiatan sehari-hari adalah suatu istilah yang mengacu

pada gambaran-gambatan sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok

atau dari masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku

berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterima.

Kepribadian menurut psikologi, Sigmund Freud menyatakan bahwa

keperbiadian merupakan suatu struktur yang terdiri atas tiga system, yakni id, ego,

dan super-ego. Sedangkan tingkah laku tidak lain merupakan hasil dari konflik dan

rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut. Dari pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa kepribadian (personality) adalah ciri khas seseorang dalam

berperilaku sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya.

Istilah individu (individuality) berarti setiap orang itu mempunyai

keperibadaiannya sendiri yang khas, tidak identik dengan orang lain. Yang tidak

39
dapat digantikan atau disubstitusikan oleh orang lain. Jadi ada cirri-ciri atau sifat

individual pada aspek psikisnya yang bisa membedakan dengan orang lain.

Karakter juga dapat diartikan sebagai sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang

stabil merupakan hasil dari proses konsolidasi secara progresif dan dinamis. Samani,

dkk (2011:3) bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau

individu, ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian seseorang

dalam bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.

Menurut Sutarjo (2014:52) karakter merupakan istilah yang berorientasi pada

penerapan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku. Nilai-nilai kebaikan yang

mewakili karakter antara lain dapat berwujud nilai keagamaan dan sosial, apabila

seseorang mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka

orang tersebut dapat dikatakan berkatakter.

Menurut Hidayatullah (2010:17) mengemukakan bawa pembangunan karakter

dalam usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.Pembangunan

karakter bertujuan untuk pendidikan yang benar. Jika bukan mendidik dan mengasuh

anak-anak untuk berkembang tabiat yang luhur, buat apa sistem pendidikan tersebut.

Pendidikan karakter baik dalam keluarga maupun di sekolah maka guru dan orang tua

sadar bahwa membangun karakter yang baik adalah tugas mereka.

Interaksi seseirang dengan orang lain menumbuhkan karakter pada penerus

bangsa. Oleh karna itu, pengembangan kaakter remaja hanya dapat dilakukan melalui

pengembangan karakter pada setiap individu seseorang.Akan tetapi karna remaja

40
hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Pengembangan karakter remaja dalam suatu proses tidak melepaskan pada

lingkungan keluarga yang paling utama selain itu lingkungan pendidikan dan

lingkungan masyarakat. Dengan dikelilingi lingkungan yang memiliki karakter baik

maka anak pun akan menjadi pribadi yang baik, itulah mengapa lingkungan sekitar

sangat berpengaruh pada pengembangan karakter anak.

Pembentukan karakter anak membutuhkan waktu dan komitmen dari orang

tua dan sekolah untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter.Butuh usaha,

waktu dan perhatian dari lingkungan yang merupakan tempat anak bertumbuh

kembang.Tapi yang paling utama dalam pembentukan karakter adalah orang

tua.Orang tua merupakan tempat pertama anak dalam mengenal individu lainnya dan

mengenal sekitar, maka dari itu orang tua merupakan hal yang paling penting dalam

pembentukan karakter anak. Orang tua yang memiliki perhatian penuh dan

meluangkan waktu untuk menjadi teman anak akan memberikan kesan positif selam

anak dalam masa pertumbuhan dan menjadikan pribadi yang berkarakter.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter,

menurut beberapa ahli, kata dari pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda

tergantung pada sudut pandang, paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan yang

diterapkan. Menurut Doni (2007:80) Mengartikan bahwa pendidikan sebagai proses

internalisasi budaya kedalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.

41
Pendidikan karakter adalah dua kata yang mempunyai makna yang berbeda.

Pendidikan adalah proses pendewasaan untuk memanusiakan manusia melalui proses

pembelajaran, sedangkan karakter adalah identitas diri (jati diri) yang melekat pada

sosok masyarakat Bangsa dan Negara, yang mempunyai sifat terbuka dan lentur

untuk menghadapi perubahan untuk memilah-memilih secara kritis.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada peserta didik yang meliputin komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut serta menerapkan atau

memperaktikan dalam kehidupannya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan

sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan karakter adalah suatu pendekatan ideal yang memiliki peran

penting dalam pengembangan dan pengendalian remaja. Pendidikan karakter saat ini

akan sangat mempengaruhi karakter remaja dalam menentukan arah dan langkah

mereka. Pendidikan karakter akan membentuk remaja menjadi pribadi yang lebih baik

dalam segala aspek, baik dalam hubungan sosial dikeluarga, masyarakat, agama,

maupun dalam bidang akademis.

Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik

“moral knowing” Perasaan yang baik atau “loving good atau moral feeling”dan

perilaku yang baik “moral action” Sehingga terbentuk perwujudan kesatuan prilaku

dan sikap hidup pada anak.

42
Pendidikan karakter ditanamkan tidak hanya tata cara berprilaku tapi juga

melibatkan pengetahuan yang baik “moral knowing” dalam membentuk karakter

anak. Orang tua tidak boleh mendidikan anak dengan sesuka hati yang dimana semua

keputusan ada ditangan orang tua dan tidak memberikan kesempatan pada anak, dan

yang didapat dari anak hanya tuntutan orang tua. Dan menjadikan anak merasa

nyaman dan memiliki perasaan yang baik “moral feeling” dalam cara mendidik orang

tua kepada anak. Dengan seperti itu anak akan nyaman dan tidak merasa tertekan

dengan cara orang tua dalam mendidik anak. Dengan berlandasan pengetahuan yang

baik dan memberikan perasaan yang baik maka anak akan menjadi pribadi yang baik

“moral action” dalam segala aspek.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dalam keluarga pasti memiliki kejelasan tujuan yang

ingin dicapai.Sulit dibayangkan, jika upaya pendidikan karakter tidak memiliki tujuan

yang jelas.Demikian pentingnya tujuan tersebut tdak mengherankan jika dijumpai

kajian yang sungguh-sungguh dari para ahli mengenai tujuan pendidikan karakter

dalam keluarga tersebut.

Pendidikan karakter dianggap sebagai aspek penting dalam meningkatkan

Sumber Daya Manusia (SDM)., karena menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter

masyarakat yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini, dan

memberikan pembiasaan pada anak menginjak remaja. Dengan adanya pembiasaan

43
yang terus-menerus maka memberikan dampak positif bagi anak dan juga masyarakat

sekitar.

Pendidikan karakter bukan hal yang harus dihafal dengan logika.Pendidikan

karakter memerlukan pembiasaan.Pembiasaan dalam hal-hal baik, secara garis besar

karakter tidak terbentuk dengan instan tapi harus melalui pembiasaan dilingkungan

sekitar terutama di keluarga.

Pendidikan karakter memiliki beberapa fungsi :

a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, dan berperilaku baik.

b. Memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur

c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaluan.

Tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk menyempurnakan perilaku.

Selain itu tujuan pendidikan karakter untuk mengubah manusia menjadi manusia

yang bermartabat.Pendidikan karakter juga membawa orang pada kehidupan yang

bahagia.

Hakikat dari pendidikan karakter adalah menerapkan disiplin dalam setiap

perilaku sehari-hari. Disiplin merupakan sebagian dari karakter, maka dari itu

pendidikan karakter harus dibiasakan dalam kehidupan lingkungan keluarga.

Tujuan penting pendidikan karakter adalah memfasilitasi pengetahuan dan

pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak.

Pengetahuan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan karakter

bukanlah dogmatisasi nilai kepada anak, tapi sebuah proses untuk memahami dan

44
merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting dalam prilaku keseharian manusia,

termasuk juga anak. Pengembangan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses

pembiasaan yang disertai dengan logika terhadap proses dan dampak dari proses

pembiasaan yang dilakukan.

Masih dalam pembahasan tujuan pendidikan karakter, menurut Mohammad

Haitami Salim (2013:34) tujuan pendidikan karakter adalah membangun kepribadian

yang luhur sebagai modal dasar dalam berkehidupan di tengah-tengah masyarakat,

baik sebagai umat beragama, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika

kita melihat tujuan pendidikan karakter yang demikian yaitu pada dasarnya

pendidikan karakter itu adalah pendidikan karakter itu pendidikan akhlak terpuji,

yaitu pendidikan yang mengajarkan, membina, membimbing, dan melatih anak agar

memiliki karakter yang positif.

Dalam konteks keluarga menurut Mohammad Mukti (2010:94) tujuan

pendidikan karakter mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia anak

remaja secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan harapan dan cita-cita orang

tua. Jadi, secara khusus , tujuan pendidikan karakter dalam keluarga adalah

membentuk karakter positif atau akhlak terpuji pada diri anak remaja. Melalui

pendidikan karakter ini anak remaja diharapkan mampu memahami nilai-nilai

positif/terpuji dan menginternalisasikan dalam perilaku sehari-hari. Sedangkan secara

umum pendidikan karakter dalam keluarga adalah untuk membina anak remaja agar

45
menjadi pribadi yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, berbakti kepada orang tua,

bermanfaat dan berguna bagi , Agama, bangsa dan masyarakat.

Sependapat dengan pandangan di atas, Ali Firdaus (2011:16) menyatakan,

hakikat pendidikan karakter dalam keluarga bertujuan untuk menciptakan anak

remaja yang shaleh dan shalehah sesuai dengan dambaan setiap orang tua, yaitu anak-

anak yang mampu beribadah dengan benar, hormat dan berbakti kepada orang tua,

berakhlak mulia kepada sesama.

4. Macam-macam Karakter

Menurut G Ewald dalam buku Character Building (2020: 14-19) macam-

macam karakter ada empat yaitu sanguinis, melankolis, koleris, phlegmatic.

a. Karakter Sanguinis ditandai dengan sifat hangat, lincah, bersemangat dan

pribadi yang menyenangkan. Pada dasarnya mau menerima.

Pengaruh/kejadian luar dengan gampang masuk ke pikiran dan perasaan yang

membangkitkan respons yang meledak-ledak. Perasaan lebih berperan dari

pada pikiran refleksif dalam membentuk keputusan. Orang yang memiliki

kepribadian sanguinis sangat ramah kepada orang lain sehingga biasanya

dianggap sebagai orang yang ekstrovert.

Kelebihan:

Emosi kepribadian yang menarik, suka berbicara, menghidupkan situasi, rasa

humor yang hebat, emosional dan demonstratif, antusias, dan ekspresif,

46
periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik , lugu, polos, berhati

tulus dan ceria.

Kekurangan:

Merasa yang benar, mereka tidak menerima diri secara serius, suka bicara

banyak, mementingkan diri sendiri, punya ingatan yang belum dikembangkan,

pelupa, tidak tertib, memotong pembicaraan, dan tampak dewasa.

b. Karakter Melankolis. Memiliki sifat yang paling “kaya” diantara semua

tempramen. Dia seorang analisis, suka berkorban, bertipe perfeksionis dengan

sifat emosi yang mudah sensitive. Tidak seorangpun yang dapat menikmati

keindahan karya seni melebihi seorang melankolis. Sebenarnya dia mudah

menjadi introvert, tetapi ketika perasaanya lebih dominan dia masuk ke dalam

bermacam-macam keadaan jiwa. Kadang mereka berada pada kegembiraan

yang tinggi dan membuatnya bertindak lebih ekstrovert. Akan tetapi pada saat

lain dia akan murung dan depresi, dan selama priode ini dia akan menarik diri,

dan bisa menjadi seseorang yang bersifat antagonis.

Kelebihan:

Emosi yang mendalam dan penuh pikiran, analitis, serius dan tekun,

cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artsitik atau musika;, filosifis dan

puitis, menghargai keindahan, perasa terhadap orang lain, suka berkorban,

penuh kesadaran, dan idealis. Di dalam pekerjaan mereka seorang yang

perfeksionis, memiliki standar yang tinggi, gigih, cermat, tertiib dan

47
terorganisasi, teratur dan rapi. Dalam limgkup pertemanan seorang yang

memiliki karakter melankolis biasanya lebih berhati-hati dalam memilih

teman, tidak suka menjadi sumber perhatian, setia, mempu mendengarkan

keluhan, mampu memberikan solusi dalam masalah orang lain, sangat

memperhatikan orang lain. Dan apabila karakter melankolis menjadi orang tua

biasanya menetapkan standar yang tinggi untuk anak mereka, berusaha

melakukan pekerjaan dengan benar, menjaga rumah agar tetap rapi,

mengorbankan keinginan sendiri untuk kebutuhan yang lain, mendorong

intelegensi dan bakat pada anak.

Kelemahan :

Mudah tertekan, punya citra diri yang rendah, suka menunda-nunda,

mengajukan, tuntutan yang tidak realistis kepada orang lain.

c. Karakter Koleris. Seseorang yang memiliki karakter ini biasanya tampil

hangat, serba cepat, aktif , praktis, berkemauan keras, sanggup mencukupi

keperluannya sendiri, dan orang yang sangat mandiri. Cenderung tegas dan

berpendirian keras, dengan gampang dapat membuat keputusan bagi dirinya

dan bagi orang lain. Orang yang memiliki karakter koleris biasanya hidup

dengan aktif. Tidak butuh pergerakan dari luar, malah mempengaruhi

lingkungannya dengan gagasan-gagasannya, terencana, tujuan dan ambisinya

tidak pernah surut.

Kelebihan:

48
Berbakat dalam memimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan,

harus memperbaiki kesalahan, berkemauan perubahan, berkemauan kuat dan

tegas, tidak emosional dalam bertindak tidak mudah patah semangat, bebas

dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja. Dalam

ranah pekerjaan biasanya orang yang memiliki karakter ini bekerja dengan

mengorientasikan target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik,

mencari pemecahan praktis, bergerak cepat dalam bertindak, mendelegasikan

pekerjaan, menekan hasil, membuat target, menyusun kegiatan, berkembang

dalam persaingan. Dalam lingkup pertemanan biasanya mereka tidak terlalu

butuh teman, mau bekerja untuk kegiatan, mau memimpin dan mengorganisir,

biasanya selalu benar dalam tindakan, unggul dalam keadaan darurat. Dan

apabila mereka menjadi orang tua biasanya memberikan kepemimpinan yang

kuat, menetapkan tujuan, memotivasi keluarga sebagai suatu kelompok, tau

jawaban yang benar, mengorganisir rumah tangga.

Kelemahan:

Tuan tanpa salah, pekerja keras, harus terkendali, tidak tau bagaimana cara

menangani orang lain.

d. Phlegmatic adalah seseorang yang hidupnya tenang, gampangan, tidak pernah

merasa terganggu dengan suatu titik tindih yang sedemikian tinggi sehingga

dia hamper tidak pernah marah. Dia adalah seorang dengan type yang mudah

bergaul, dan paling menyenangkan diantara semua tempramen. Phlegmantis

49
berkaitan dengan apa yang dipikirkan oleh Hippocartes mengenai cairan

dalam badan yang menghasilkan “tenang”, “dingin”, “pelan”, tempramen

yang memiliki keseimbangan yang baik. Baginya hidup adalah suatu

kegembiraan, dan kadang menjauh dari hal-hal yang tidak menyenagkan. Dia

begitu tenang dan agak diam, sehingga, tak pernah terlihat marah

bagaimanapun keadaan sekitarnya. Dalam pekerjaan dia seorang yang cakap

dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif,

menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan,

menemukan cara yang mudah. Dan dalam pertemanan biasanya mudah diajak

bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung, pendengar yang baik,

selera humor yang tinggi, suka mengawasi orang, punya banyak teman, punya

belas kasihan dan perhatian. Dan sebagai orang tua, mereka mampu menjadi

orang tua yang baik, menyediakan waktu bagi anak-anaknya, tidak tergesa-

gesa, bisa membedakan yang mana yang baik dan yang buruk, tidak mudah

marah.

e. Kelemahan :

Hidup seperti monoton tidak pernah terlibat dalam suatu masalah, melawan

perubahan, tampaknya malas, punya kemauan baja yang tenang, tampak tidak

berpendirian

50
5. Strategi Pembentukan Karakter

Ada banyak cara yang digunakan untuk menanamkan karakter baik pada anak.

Pendidikan karakter di lingkungan keluarga dapat dilakukan secara efektif dan efisien

tidak hanya didukung oleh pembiasaan pada setiap kelompok keluarga.

strategi pengembangan karakter mencakup komponen berfikir, bersikap, dan

bertindak. Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam mengembangkan karakter

anak yaitu:

a. Komunikasi yang baik, karna orang tua hars bisa membangun komunikasi yang

baik dan tepat dalam mendidik serta berinteraksi dengan baik. Dengan

komunikasi yang berjalan dengan baik maka hubungan antara orang tua dan

anak tidak akan ada jarak diantara keduanya.

b. Menunjukan teladan yang baik dalam berperilaku dan membimbing anak untuk

berperilaku sesuai dengan teladan yang telah ditunjukan pada anak. Pada

hakikatnya anak akan mencontoh prilaku orang tuanya. Maka dari itu orang tua

diharuskan untuk memberikan contoh yang baik kepada anak dengan tujuan

anak akan mempunyai karakter yang baik.

c. Membiasakan anak untuk melakukan tindakan yang baik. Pembiasaan ini

seharusnya sudah dimulai pada anak usia dini, dan memberikan efek yang baik

pada saat remaja. Anak akan terbiasa dengan hal yang sering ditanamkan oleh

orang tuanya. Sebagai orang tua harus membiasakan anak untuk melakukan

tindakan yang baik.

51
d. Berdiskusi atau mengajak anak memikirkan tindakan yang baik, kemudian

mendorong mereka untuk berbuat baik.

Sebagai orang tua sudah sepatutnya untuk memberikan arahan kepada anak

terkait hal yang baik dan yang buruk. Anak akan bertindak sesuai dengan apa

yang mereka lihat/ajarkan, dan dengan begitu mengajak dalam hal kebaikan

merupakan hal yang diharuskan untuk menanamkan karakter yang baik pada

anak.

e. Bercerita dan mengambik hikmah dalam sebuah cerita. Anak biasanya suka

apabila orang tua menceritakan kisah/dongeng yang memiliki arti/makna

dalam setiap naskahnya. Biasanya banyak cerita zaman dahulu yang selalu

mempunyai makna tersembunyi dalam setiap perbuatan atau perkataan.

Dengan begitu anak akan tertarik untuk berfikir makna apa yang ada di dalam

setiap cerita. Dan dengan begitu anak akan mencontoh perbuatan-perbuatan

yang baik didalam cerita tersebut.

6. Proses Dalam Pembentukan Karakter Anak

proses pembentukan karakter anak terbentuk dari kebiasaan, kebiasaan akan

terbentuk dari prilaku, prilaku akan terbentuk dari ucapan, dan ucapan akan terbentuk

dari pola pikir. Tindakan, prilaku, dan sikap anak saat ini bukanlah sesuatu yang tiba-

tiba muncul atau terbentuk atau bahkan hadiah dari yang maha kuasa. Ada sebuah

proses panjang sebelumnya yang kemudian membuat sikap dan prilaku tersebut

52
melekat pada dirinya. Bahkan, sedikit atau banyaknya karakter anak sudah mulai

terbentuk sejak dia masih berwujud janin didalam kandungan.

Membentuk karakter merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup.

Anak-anak menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh di dalam lingkungan

yang berkarakter. Ada tiga pihak yang memiliki peran pentung dalam pembentukan

karakter anak yaitu: keluarga, sekolah, dan lingkungan. Kunci pembentungan karakter

pendidikan adalah keluarga. Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

utama dalam kehidupan anak, karna dari keluarga anak mendapatkan pendidikan

untuk pertama kalinya serta menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak dimasa

yang akan dating.

Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, dan moral

anak. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai

pendidik terhadap anak-anaknya.

Dalam membentuk karakter anak ada juga beberapa aspek yang perlu

diperhatikan. Oleh karna itu dalam pendidikan karakter anak harus meliputi berikut

ini:

a. Bagaimana memperkenalkan tuhan kepada anak, maksudanya memberikan

hal-hal yang konkrit, sebab anak-anak belum memahami apa itu pahala, siksa,

surga, dan juga neraka. Maka dengan cara mengenalkan melalui cara

menceritakan tentang ciptaan tuhan dengan menunjukan fatwa lingkungan

atau sekitar seperti: langit, gunung, pohon, dan laut merupakan viptaan tuhan.

53
Kemuian mengenalkan dengan cara keteladanan yaitu orang tua memberikan

contoh untuk selalu menunaikan ibadah sholat 5 waktu, bersedekah dan

mengaji anak akan bisa ikut meneladani apa yang telah dicontohkan oleh

orang tua, dan dengan cara ini anak akan mengenal tuhan dengan secara

perlahan.

b. Mengajarkan kesopanan pada anak. Sopan santun berasal dari hati yang tulus

dan ketika sopan santun menjadu sebuah pembiasaan, maka anak akan mampu

untuk menjalani dalam kehidupan sehari-hari. Mengajari sopan santun tidak

dengan cara memaksa atau mengancam. Pengajaran sopan santun bisa melalui

hal-hal yang dasar seperti: menyapa orang lain, berbicara baik dan sopan, cara

meminjam barang orang lain dengan perbuatan yang baik, dan memberikan

dukungan dan contoh kepada anak untuk selalu melakukan hal-hal sopan.

c. Membiasakan anak menjadi pribadi yang disiplin. Bisa dimulai dari hal yang

kecil dan sederhana untuk menjadi orang yang disiplin. Menghargai waktu

seperti, masuk sekolah tidak terlambat, menyelesaikan tugas dengan waktu

yang ditentukan, dan selalu minta izin kepada orang tua jika hendak keluar

rumah.

d. Mengajarkan kejujuran. Memberikan oemahaman tentang apa itu kejujuran,

ketika anak melakukan kesalahan maka harus tetap berkata jujur dan sebagai

orang tua harus memberikan nasihat yang baik tentang sebuah kejujuran.

54
Menurut Syamsul Kurniawan (2013:62) Karakter akan terbentuk karna

kebiasaan yang dilakukan, sikap, yang diamabil dalam mengambil keputusan didalam

suatu keadaan, dan kata-kata yang diucpakan kepada orang lain. Dari penjelasan di

atas jelas bahwa karakterakan terbentu karna kebiasaan. Karakter ini akhirnya akan

menjadi susuatu yang tertanam didalam diri seseorang.

Kebiasaan terbentuk dari tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Tindakan-tindakan tersebut awalnya disadari atau disengaja, tetapi karna begitu

seringnya tindakan itu berulang maka pada akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak

disadari oleh seseorang. Hal ini sesuai menurut Syamsul Kurniawan (2013:29-30)

Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang di ambil

dalam menangapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Proses

pembentukan karakter, dimulai dari pikiran kemudian keinginan, perbuatan, lalu

kebiasaan dan terciptalah karakter.

Orang tua harus memulai pembiasaan yang baik dalam tindakan, ucapan,

maupun tingkah laku pada anak pada usia dini dan pembiasaan yang terus berlanjut

akan menjadikan karakter pada anak remaja yang baik. Pembiasaan itu sendiri

biasanya dimulai secara dasar dan tidak disadari oleh orang tua maupun anak, tapi

pembiasaan itu yang menjadikan pembentukan karakter pada anak. Orang tua bisa

membiasakan anak untuk berperilaku dengan sopan kepada orang yang lebih muda

maupun yang lebih tua.

55
C. Anak Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.

Menurut Kemenkes RI (2015) Masa remaja merupakan periode ternjadinya

pertumbuhan dan perkembangan pesat baik secara fisik, psikologis maupun

intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai

petualangan dan tantangan serta berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa

didahului pertimbangan yang matang.

Menurut Word Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk rentang

usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 204, remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa mencakup

kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Dimana remaja mempunyai rasa

keingintahuan yang besar dan sedang mengalami proses perkembangan sebagai

persiapan memasuki masa dewasa.

Remaja sebagai kelompok manusia yang tengah meninggalkan masa kanak-

kanak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa

remaja ditandai dengan pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah dialami,

baik dalam bidang fisik-biologis maupun psikis atau kejiwaan. Remaja juga

merupakan masa strum and drang dimana masa yang berada dalam dua situasi, antara

56
kegoncangan emosi, penderitaan, asmara, dan pemberontakan otoritas kepada orang

dewasa. Remaja juga ditandai dengan perubahan fisik secara cepat, ketertarikan

kepada lawan jenis, dan keinginan untuk memberontak jika ada hal yang kurang

sependapat dengannya.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Meskipun selalu terdapat perbedaan mengenai definisi yang tepat untuk

menggambarkan remaja, namun secara umum perubahan masa kanak-kanak menjadi

remaja dapat dikenali bedasarkan pengelompokan usia manusia sebagai berikut:

a. Usia

Salah satu cara untuk mengenali remaja adalah usia mereka. Meskipun belum

terdapat kesepakatan terhadap usia remaja, namun sesuai dengan pertumbuhan fisik

dan perkembangan mentalnya, mereka dapat dikenali bedasarkan pengelompokan

usia manusia. Remaja terbagi menjadi dua masa yaitu remaja awal dan remaja akhir.

Remaja awal kisaran umur 12-17 tahun dan remaja akhir kisaran umur 17-20 tahun.

Dengan demikian kelompok remaja adalah mereka yang berusia 12 tahun sampai usia

20 tahun.

Pengenalan usia remaja sangat penting diketahui oleh orang tua, karna dengan

mengetahuinya usia remaja maka orang tua akan memperlakukan anak remajanya

sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas mereka. Apabila orang tua salah

menanganinya maka akan mengakibatkan mereka frustasi dan kehilangan

57
kepercayaan diri sehingga apabila memasuki masa dewasa dengan sikap ragu-ragu

dan pesimis.

b. Perubahan Fisik/Biologis

Remaja sangat erat dengan fase terjadinya perubahan fisik dan biologis, fisik

mereka mengalami perubahan bentuk menuju kearah pematangan dan kedewasaan.

Tiga ciri perubahan fisik remaja adalah :

1. Primer

Ciri utama remaja adalah perubahan yang berhungan dengan alat kelamin,

yakni kematangan kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon yang mengakibatkan adanya

pertumbuhan pada alat kelamin. Kematangan alat kelamin ditandai dengan menstruasi

pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki. Hal ini sekaligus

mengaktifkan fungsi-fungsi alat reproduksi mereka.

2. Sekunder

Ciri sekunder ditandai dengan pertumbuhan otot menjadi kekar, suara berubah

menjadi besar, jakun membesar, bahu melebar, tumbuh bulu-bulu ditempat tertentu.

Beberapa anak laki-laki disertai pertumbuhan kumis dan jenggot atau jambang yang

lebat. Hal yang dialami oleh remaja perempuan tidak jauh berbeda yakni, tumbuhnya

bulu-bulu ditempat tertentu, pinggul membesar, mendapati menstruasi, suara berubah,

dan payudara semakin berbentuk dan membesar.

58
3. Tersier

Beberapa remaja seringkali mengalami gerak motorik yang tidak terkendali,

bahkan beberapa remaja laki-laki sering kali mengalami suara yang naik turun

sendiri.

3. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada remaja diikuti oleh perkembangan pemikiran,

perasaan, penalaran, maupun emosional yang semakin kompleks. Beberapa aspek

yang sering menjadi ciri khas mereka adalah:

a. Kurang peduli dengan lingkungan

Ciri yang melekat pada diri remaja adalah kurang peduli dengan

lingkungannya. Kepedulian ini tampak dari minimnya partisipasi mereka untuk

melibatkan diri dengan lingkungan. Interaksi mereka dengan lingkungannya terbilang

rendah, apalagi jika tidak ada sangkut pautnya dengan diri mereka. Egosentrisme

masih berperan besar dalam pola interaksi mereka. Biasanya diusia mereka sempat

adanya kebingungan dalam status mereka di lingkungan yang mempengaruhi pola

interkasi mereka dan bagaimana mereka harus bersikap dengan lingkungan

sekitarnya.

b. Sering melakukan pertentangan

Penentangan, pemberontakan atau pembangkangan merupakan ciri khas

remaja yang selalu memusingkan orang tua. Hamper semua keputusan yang diambil

59
orang tua kemungkinan besar bermasalah dengan mereka sehingga mereka

menentangnya. Selain melakukan penentangan anak remaja juga seringkali terlihat

seolah-olah tidak menghargai atau menghormati orang tua, sering memotong

pembicaraan, tidak sabar, acuh tak acuh, mengabaikan tata krama, dan memiliki

sopan dan santun yang rendah. Semua tindakan ini bukanlah sikap permanen anak

remaja. Setelah melewati masa remaja, mereka akan menemnukan pola tata krama

yang lebih santun, menghargai etika, dan kesopanan

c. Cenderung mudah tersinggung dan menarik diri

Salah satu keunikan remaja adalah mudah tersinggung walaupun mereka

sendiri biasanya seringkali membuat orang lain tersinggung akibat perilaku

merekayang kurang menghargai tata krama, dan sopan santun. Perasaan tersinggung

sering kali mendorong mereka untuk menarik diri dari pergaulan. Tindakan ini

sebenarnya sangat merugikan perkembangan mental mereka yang sedang dalam

peruses menuju pendewasaan. Sebagai contoh: remaja yang merasa tidak menarik

(tidak cantik/tampan) biasanya akan menarik diri dari pergaulan kelompoknya.

Akibatnya mereka memiliki perasaan minder yang berlebihan dan lambat laun akan

tersingkirkan dari pergaulan kawan-kawannya dan menjadikan pribadi yang introvert.

d. Sering gelisah dan murung

Perubahan status dari anak-anak menjadi pra-remaja dan selanjutnya menjadi

remaja menjadikan mereka bingung dengan statusnya. Kebanyakan orang tua bahkan

sebagian besar masyarakat menganggap mereka “anak kemarin” yang masih

60
memerlukan bimbingan orang tua untuk mengambil keputusan, sebaliknya anak

remaja tidak ingin diperlakukan seperti anak-anak yang setiap keputusannya

diputuskan oleh orang tuanya. Situasi seperti ini yang membuat remaja menjadi ragu-

ragu dalam mengambil keputusan, gelisah dan murung apabila keputusan yang

diambil tidak sesuai dengan keinginannya.

e. Cenderung menghindari tanggung jawab

Kegelisahan remaja mendorong mereka kurang menghargai tanggung jawab

atau menghindari tanggung jawab. Seringkali mereka menyalahkan orang lain atas

kelalaian atau kesalahan mereka. Sebagai contoh: mereka mengalihkan tanggung

jawab nilai pelajaran yang buruk terhadap orang tua, guru, buku, sekolah ataupun

sistem pendidikan dan mengajaran yang buruk. Jika mereka melakukan kesalahan

mereka akan berusaha menghindari tanggung jawab sebaliknya menuduh orang lain

yang menjadi penyebab kesalahan mereka.

f. Kurang menghargai tata aturan

Kuatnya keinginan untuk melepaskan diri secara emosional dengan orang tua

atau orang-orang disekitar kehidupan mereka, seringkali menjadi alasan remaja tidak

menghargai tata krama dan nilai sopan santun. Sering kali remaja memandang tata

aturan menjadi kemapanan sikap orang dewasa yang membelenggu kebebasan bagi

mereka. Meskipun argument mereka memiliki kebenaran, namun belum tentu orang

tua mereka sepenuhnya membuat kesalahan. Oleh karna itu kecenderungan mereka

61
adalah melepaskan diri dari aturan tersebut. Mereka akan sengaja mengabaikan atau

melanggar dengan sengaja sebagai upaya untuk menyatakan ketidak setujuan mereka.

4. Perkembangan Potensial

Sebagian remaja dapat dikenai dari potensinya yang dahsyat. Pada usia

remaja, energi mereka seakan-akan tidak pernah habis sehingga tidak kenal lelah.

Pada umumnya remaja tidak mengenal rasa takut bahkan sebagian remaja akan nekad

sehingga banyak aktivitas mereka yang dapat dikatakan berbahaya. Sebagian remaja

menyukai hal-hal yang menentang keberanian, seperti: memanjat tebing, mendaki

gunung, olahraga balap, tinju dan menjelajah gua. Dengan adanya tekad yang dimiliki

oleh anak remaja akan menjadikan diri mereka menjadi orang yang tidak mengenal

rintangan dan menjadikan mereka pemberani akan hal-hal yang baru.

5. Perkembangan Intelektual

Pada usia remaja seseorang sedang mengalami kematangan intelektual.

Beberapa remaja sudah terlihat kehebatan dalam iltelektualnya dalam bidang

pemikiran dan perasaan sehingga mempu melahirkan karya-karya bermutu dalam

bidang seni, sains, dan tekhnologi. Tidak sedikit remaja yang terlibat dalam penelitian

dan mengembangkan berbagai penemuan hebat dalam bidangnya.

6. Tahap Perkembangan Remaja

Tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

a. Masa remaja awal (12-17 tahun), dengan ciri khas antara lain:

b. Lebih dekat dengan teman sebaya

62
c. Ingin bebas

d. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir.

e. Mencari identitas diri

f. Timbulnya keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis

g. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

h. Masa remaja akhir (17-20 tahun), dengan cirri khas antara lain

i. Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak

j. Berkhayal tentang aktivitas sex

k. Pengungkapan identitas diri

l. Lebih sekeltif dalam mencari teman sebaya.

m. Mempunyai citra jasmani dirinya

n. Dapat mewujudkan rasa cinta

7. Problematika Kenakalan Remaja

Ketika anak bertumbuh dan berkembang menuju tahap remaja, ia sedang

mengalami perubahan status sosial dari anak menjadi remaja. Pada saat terjadi proses

perubahan status inilah, seorang remaja mengalami krisis identitas sehingga mudah

sekali terinfeksi oleh berbagai informasi/pengaruh yang ada pada lingkungan

sekitarnya. Tidak jadi masalah jika informasi yang didapakan itu positif, namun yang

sering terjadi adalah informasi yang bersifat negatif diterimah remaja sehingga

mereka melakukan kenakalan atau perbuatan yang kadang membahayakan dirinya

sendiri.

63
Kenakalan remaja sebagai salah satu problem sosial sangat mengganggu

keharmonisan juga keutuhan segala nilai dan kebutuhan dasar kehidupan sosial.

Pada hakikatnya kenakalan remaja bukanlah suatu problem sosial yang hadir

dengan sendirinya ditengah-tengah masyarakat, akan tetapi problem tersebut bisa

muncul karna beberapa keadaan yang berkaitan, bahkan bisa mendukung kenakalan

itu. Kehidupan dalam keluarga memiliki pengaruh besar pada kenakalan remaja.

Keluarga yang hancur atau broken home juga menjadi pemicu anak menjadi nakal,

karna tidak adanya perhatian yang diberikan kepada anak, kurang aktifnya

komunikasi dua arah yang seharusnya dilakukan oleh orang tua dan anak. Berbeda

dengan keluarga yang harmonis biasanya komunikasi dua arah yang dilakukan oleh

orang tua dan anak berjalan lancar, pemberian kasih sayang kepada anak juga

tercukupi, serta pemberian motivasi pada anak yang sedang meranjak pada masa

remaja juga diberikan kepada anak dengan baik. Maka problematika anak remaja

pada kenakalannya tidak dapat disalahkan seutuhnya bisa jadi itu pemicu dari

lingkungan sekitar dan menjadi permasalahn yang biasanya ditemui oleh anak remaja

pada saat masa peralihan dari status anak menjadi remaja. Remaja yang memiliki

masalah didalam keluarga akan mencari kebebasan diluar rumah dan dapat

membahayakan dirinya.

64
8. Pembinaan Pendidikan Informal dalam Keluarga

Upaya mencegahan kenakalan remaja yang dapat dicegah dalam keluarga

secara umum adalah:

a. Menghindari terjadinya keretakan rumah tangga broken home

b. Menanamkan pendidikan agama sesuai dengan tingkatan perkembangan anak.

Nabi Muhammad saw bersabda, “perintahkanlah anak-anakmu untuk

mengerjakan sholat ketika sudah berumur 7 tahun, dan pukullah mereka

setelah mereka 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurmu dan tempat tidur

mereka” (HR. Abu Dawud)

c. Memelihara hubungan kasih sayang yang adil dan merata sesama anggota

keluarga. Hal tersebut sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw,

“sesungguhnya Allah Ta’ala suka agar kamu berbuat adil antara anak-

anakmu termasuk dalam memberi ciuman” (HR. Ibnu Najjar)

d. Mengajak atau melibatkan anak-anak dalam kegiatan yang bermanfaat dan

dapat menghibur mereka, sehingga mereka tidak mencari hiburan diluar

rumah dengan teman-temannya.

e. Memberikan pengertian pada anak-anak bahwa mereka memiliki tanggung

jawab dan kewajiban dalam kehidupan dan akan ditanggung jawabkan

diakhirat.

65
f. Membangun pola komunikasi dua arah yang baik secara efektif, dan

membangun keharmonisan di dalam lingkup keluarga agar anak menjadi

nyaman dilingkungan keluarga.

g. Memberikan pembiasaan dalam perbuatan baik dan cara bertutur kata dengan

orang yang lebih tua agar menjadi pribadi yang berkarakter baik kedepannya.

9. Program Pendidikan Karakter Remaja dalam Keluarga

Menurut Aan Hasanah (2012:134), program pendidikan karakter dapat

dilakukan melalui: pengajaran, permotivasian, peneladanan, pembiasaan, dan

penegakan aturan. Dengan demikian, program pendidikan karakter dalam keluarga

dapat ditempuh melalui cara berikut:

a. Pengajaran

Dalam konteks pendidikan karakter dalam keluarga, pengajran dapat diartikan

sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk memberikan pengetahuan

kepada anak tentang nilai-nilai karakter tententu, dan membimbing serta

mendorongnya untuk mengaplikasikan nilai-niali tersebut dalam kehidupan sehari-

hari

Selanjutnya kegiatan pengajaran juga dapat terjadi dengan direncanakan dan

dapat pula terjadi tanpa direncanakan. Pengajaran karakter yang direncanakan adalah

aktivitas pengajaran yang secara sadar dirancang untuk membantu peserta didik

dalam mengembangkan pengetahuan tentang nilai-nilai karakter yang berikutnya

diwujudkan dalam sikap dan prilaku keseharian. Sedangkan pengajaran yang tidak

66
direncakan adalah fenomena yang berupa peristiwa kehidupan tanpa disengaja atau

direncanakan, namun dampaknya dapat mempengaruhi, mengubah, dan

mengembangkan karakter serta kepribadian anak.

b. Motivasi

Motivasi mengandung tiga unsur yang saling berkaitan. Motivasi dimulai dari

adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul

dari perubahan-perubaan tertentu didalam sistem neurofisiologis dalam organisme

manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan

rasa lapar. Sumber motivasi terbagi dua macam: Pertama motivasi internal ini

diantaranya ditimbulkan oleh faktor-faktor yang muncul dari pribadi seseorang

terutama berkaitan dengan kesadaran dan manfaat yang akan diperoleh setelah

melakukan suatu perbuatan. Kedua, motivasi eksternal yaitu motivasi yang berasal

dari luar diri seseorang. Motivasi ini biasanya ditimbulkan oleh faktor-faktor yang

muncul dari pribadi seseorang.

Bedasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa permotivasian adalah

suatu proses mendorong anak untuk mengaplikasikan perbuatan-perbuatan tertentu

dengan unsur yang ada di dalam nilai-nilai karakter. Dengan bantuan dari orang tua

umtuk memberikan motivasi perbuatan baik dari internal yang tertanam melalui

kebiasaan ataupun ekternal yang dicontohkan oleh orang tua.

67
c. Peneladanan

Konsep dan persepsi pada diri anak yang dipengaruhi oleh unsur dari luar diri

mereka. Hal ini biasanya terjadi saat anak masih usia dini. Mereka mengikuti dan

melihat apa yang orang dewasa dan orang tua mereka lakukan atau ajarkan. Dalam

kehidupan sehari-hari perilaku yang dilakukan anak pada dasarnya lebih banyak

mereka peroleh dari meniru.

Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan kuat dari Al-

Qur’an. Sebab keteladan adalah sarana penting dalam pembentukan karakter

seseorang.

Satu kali perbuatan baik dicontohkan lebih baik dari seribu kata yang
diucapkan sebagaimana Allah telah berfirman dalam QS. Al-Ahzab [33]:21

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُج وا َهّٰللا َو اْلَي ْو َم اٰاْل ِخ َر َو َذ َك َر َهّٰللا‬
‫َك ِثْيًر ۗا‬

Artinya:
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”

Oleh karna itu keteladanan dalam mendidik karakter anak adalah sangat

penting. Sebagai orang tua yang diamani oleh Allah berupa anak, maka kewajiban

orang tua adalah mendidik dan memberikan keteladanan kepada anak. Oleh karna itu

keteladana merupakan suatu syarat utama dalam proses pendidikan karakter. Tidak

68
ada makna pendidikan karakter jika tidak adanya keteladanan. Menurut Suyatno

(2012:4) pendidikan memiliki tiga proses yang saling berkaitan dan saling

dipengaruhi satu dengan lainnya. Pertama, sebagai proses pengajaran dan

pembelajran teaching and learning process. Kedua, sebagai proses keteladana yang

dilakukan oleh para pendidik role mode. Dan yang ketiga, adalah sebagai proses

pembentukan kebiasaan habit formation.

Maka dari itu sebagai orang tua di dalam dirinya harus adanya transfromasi

ilmu dan transformasi nilai dan harus seimbang antara keduanya, jika kedua

transformasi tidak seimbang maka orang tua hanya fokus pada salah satunya.

Pendidikan hanya mengisi dimensi intelektualnya semata, namun mengabaikan

dimensi emosial dan etika anak-anaknya.

d. Pembiasaan

Anak dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini
anak akan mudah menerima kebaikan maupun keburkan, karna pada dasarnya anak
mempunyai potensi untuk menerima kebaikan ataupun keburukan yang diajarkan. Hal
ini dijelaskan pada firman Allah QS. Asy-Syamsy [91]: 7-10

‫َو َقْد َخ اَب َم ن‬, ‫َقْد َأْفَلَح َم ن َز َّك ٰى َها‬, ‫ َفَأْلَهَم َها ُفُجوَر َها َو َتْقَو ٰى َها‬,‫َو َنْفٍس َو َم ا َس َّو ٰى َها‬
‫َد َّس ٰى َها‬
Artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama

untuk membentuk karakternya, apakah dengan pembiasan yang baik atau pembiasaan
69
yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembiasaan dalam membentuk

karakter sangat terbuka luas. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan membawa

kegemaran atau kebiasaan tersebut menjadi semacam adat kebiasaan sehingga

menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kepribadiannya. Berkaitan dengan

hal tersebut anak merupakan amanah kepada orang tuanya. Dalam keadaan hati yang

kosong dan bersih bagai permata murni. Hati yang menerima setiap pengajaran lalu

bertumbuh sesuai dengan yang dia dapatkan.

Dari penjelasan di atas memperjelas kedudukan metode pembiasaan bagi

perbaikan dan pembentukan karakter melalui pembiasaan. Dengan demikian,

pembiasaan yang dilakukan sejak dini pada anak akan bertampak besar terhadap

kepribadian ketika mereka menjadi dewasa. Kebiasaan dalam memaikan peranan

sangat penting bagi kehidupan seorang anak. Dari kebiasaan-kebiasaan itu kita dapat

melihat bagaimana kemungkinan kehidupan seorang anak dimasa depan. Jika seorang

anak memiliki kebiasaan yang baik tentu akan mengantarkan kepada kehidupan yang

baik dan bahagia. Tetapi apabila anak memiliki kebiasaan yang buruk kemungkinan

besar kehidupan yang bersangkutan dimasa yang akan datang tidak akan sesuai

dengan yang diharapkan, hal ini sejalan dengan sebuah pepatah yang berkata “Orang-

orang tidak bisa menentukan masa depan. Mereka menentukan kebiasaa, dan

kebiasaan yang akan menentukan masa depan”.

70
e. Penegakan aturan

Bentuk usaha lain yang dapat diterapkan untuk membentuk karakter anak

dalam keluarga adalah penegakan aturan. Esensi pnegakan aturan adalah memberikan

batasan yang tegas dan jelas mana yang harus dan tidak harus dilakukan, serta mana

yang boleh diajarkan dan tidak boleh diajarkan oleh anak (Aan Hasanah, 2012:29).

Penegakan aturan dapat mendorong anak untuk melakukan kebaikan dan mencegah

mereka dari melakukan kesalahan. Tujuan penegakan aturan dalam keluarga

seseungghunya adalah menanamkan kesadaran kepada anak tentang pentingnya

sebuah kebaikan. Langkah awal untuk mewujudkan penegakan aturan adalah dengan

membuat peraturan dalam keluarga yang disepakati bersama dan dapat mengikat

semua anggota keluarga tanpa terkecuali. Dengan tujuan membentuk karakter anak

dan orang tua semakin baik.

Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter didalam

keluarga bisa dari pengajaran yang baik antara orang tua kepada anak, memberikan

motivasi yang positif kepada anak dalam melakukan hal kebaikan, memberikan

peneladanan pada anak sejak dini dimulai dari peniruan anak kepada orang tua. Yang

mengharuskan orang tua menjadi suri tauladan yang baik bagi anaknya, karna anak

akan meniru segala perbuatan ataupun ucapan orang tua. Selain itu membiasakan

anak dengan perbuatan yang baik guna untuk pembentukan karakter anak melalui

pembiasaan. Dan membuat peraturan atau penegakan atran didalam keluarga.

71
Penegakan aturan sesungghunya memberikan kesadaran kepada anak melalui hal hal

yang kecil dalam perbuatan yang buruk dan memberikan hukuman guna membuat

efek jera kepada anak dan anak dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Jika

semuanya sudah berjalan dengan baik maka pembentukan karakter akan berjalan

dengan lancar dan memberikan hasil akhir yang baik dalam kepribadian anak dimasa

yang akan datang.

72
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan teknik menjawab persoalan yang sudah disusun sejak awal

penelitian, metode ini merupakan tahap pengumpulan data dan pengumpulan data

(Fairuz,2017:44). Sedangkan metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan field

research, yaitu penelitan dilakukan secara sistematis dan mendalam yang

menyangkut data-data yang ada dilapangan (Sumandi, 2010:81). Dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, yang sumber data yang akan diambil dari

beberapa referensi buku yang telah ditentukan jumlahnya yang digunakan untuk

memperkaya teori dan mempermudah untuk menganalisis hasil penelitian yang

digunakan. Dan sumber data yang lainnya diperoleh memanfaatkan internet untuk

mengakses berbagai jurnal dan artikel yang sejenisnya.

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Dalam observasi,

cara pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah melalui pengamatan dan

pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya

73
langsung pada suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Dalam

menggunakan teknik ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap

peran komunikasi orang tua dalam membangun karakter remaja

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data atau informasi melalui tatap

muka atau daring antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau

penjawab (interviewer)”. Wawancara di penelitian ini dilakukan secara langsung.

Peneliti melakukan wawancara pada warga Rt 004 Rw 001 Kelurahan Pulo Gadung,

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat

mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian”. Dokumen

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan pada

pembelajaran jarak jauh, serta dokumen yang dapat mendukung penelitian ini

74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Komunikasi Orang Tua dengan Anak dan Cara Menyelesaikan Masalah

Antara Orang Tua dan Anak

Komunikasi efektif apabila komunikan (anak) dapat menginterpretasikan

pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh komunikator (orang

tua). Kenyataannya, banyak sekali yang gagal dalam memahami maksud dari

komunikator. Sumber utama kesalah pahaman dalam komunikasi adalah cara

komunikan (anak) menangkap makna suatu pesan berbeda dengan yang dimaksud

oleh komunikator (orang tua), karna komunikator gagal dalam menyampaikan makna

dari ucapan dengan cara bicara yang tepat atau tata bahasa yang sulit dipahami

maknanya.

Dengan menciptakan komunikasi yang efektif, dimana komunikasi itu

menjanjikan komunikasi antara orang tua dengan anak untuk memiliki kontribusi

dalam peluang perkembangan prilaku atau karakter anak yang bersifat positif. Tujuan

dari menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak yakni menciptakan

suasana yang lebih nyaman dan hangat, sehingga anak lebih nyaman di dalam rumah

dari pada di luar rumah.

Bedasarkan data hasil wawancara dan observasi penelitian dapat diuraikan

mengenai komunikasi orang tua dengan anak, seperti yang dikemukakan oleh

narasumber sebagai berikut:

75
“Alhamdulillah lancar mba selama ini mungkin ada sedikit konflik tapi itu kan wajar

ya mba, Alhamdulillah mba untuk komunikasi dua arah berjalan dengan baik selama

ini” (Irawati, Wwancara, 23 Juli 2022)

“Kalo untuk komunikasi kan pokok dari keharmonisan rumah tangga ya mba, jadi

saya sama anak selalu membiasakan buat komunikasi setiap hari, kan namanya satu

rumah kalo ga saling komunikasi juga pasti suasana di dalam rumah gak nyaman”

(Listiawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi saya sama anak si Alhamdulillah lancar mba, komunikasi dua arah juga

berjalan dengan baik mba. Saya membebaskan anak mau berpendapat apa dan mau

mengambil keputusan yang dia ingin yang penting dia bisa bertanggung jawab sama

keputusan yang dia ambil” (Nani,Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi saya ke anak selama ini berjalan dengan baik, untuk komunikasi dua

arah juga Alhamdulillah berjalan dengan baik juga, saya memberikan peluang untuk

anak mengambil keputusan dan menyuarakan pendapatnya, namun tetap saya arahkan

yang baik dan yang tidak baik” (Farida, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi di dalam rumah sama anak selama ini berjalan dengan baik dan lancar,

mungkin ada beberapa kendala karna anak kadang tidak bisa diatur tapi setelah

diberikan pengertian anak mulai bisa memahami bahwa tindakannya kurang baik”

(Yana, Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari hasil wawancara lapangan yang didapat dapat disimpulkan bahwa dari 5

narasumber mengatakan bahwa komunikasi di dalam keluarga antara orang tua

76
dengan anak berjalan dengan baik maupun komunikasi secara dua arah juga berjalan

dengan baik. Namun ada kendala yang dapat di atasi dengan secara diskusi antara

orang tua dengan anak. Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak akan

membantu tercapainya tujuan yang diinginkan, berikut yang menjadi alasan bahwa

komunikasi orang tua dengan anak menjadi sangat penting antara lain:

“Penting banget mba karna kan keluarga harus memiliki komunikasi agar tidak

seperti orang asing” (Listiawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi itu sangat penting karna biar semua kegiatan anak dapat kekontrol, kalo

ga saling komunikasi saya ga bakal faham apa yang lagi dirasakan sama anak”

(Irawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi dalam keluarga itu penting mba” (Farida, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi antara orang tua sama anak itu penting mba karna kan kita dalam satu

ikatan keluarga jadi harus saling komunikasi” (Nani, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi itu penting karna kan tanpa komunikasi semua ga bisa berjalan dengan

lancar” (Yana, Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari ke 5 narasumber semua mengutarakan bahwa komunikasi dalam keluarga itu

sangatlah penting, lalu bagaimana cara orang tua menyelesaikan masalah dengan

anak, sebagaimana dinyatakan oleh salah satu narasumber berikut ini:

“Biasanya didiskusikan terlebih dahulu, dinasihati secara face to face dengan begitu

anak tidak merasa minder, tapi kalo masih berlanjut masalahnya dan tidak adanya

77
perubahan dari anak maka itu menjadi urusan dia dengan bapaknya, karna biasanya

kalo bapaknya yang ngomong dia bisa nurut (Irawati, Wawancara, 23 Juli 2022).

Dalam menyelsaikan masalah dengan anak diperlukannya strategi dalam

berkomunikasi, berikut yang dikemukakan oleh salah satu narasumber:

“Biasanya saya selalu nanya ke anak apa ada masalah disekolah, atau saya yang

mincing anak supaya jujur akan apa yang lagi dirasain sama dia, dengan begitu saya

tau masalahnya dan mencari jalan keluarnya bersama dengan anak” (Farida,

Wawancara, 23 Juli 2022)

Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang tua yang menjadi

narasumber bahwa komunikasi yang berjalan dengan baik dan lancar akan

memberikan anak kenyamanan serta membuat anak lebih terbuka kepada orang tua,

dan cara orang tua menyelesaikan masalah dengan anak. Dengan berdiskusi dan

menasihati secara intim berdua agar anak merasakan kenyamanan dalam

menyelesaikan masalah, serta strategi orang tua yang biasanya dipakai dalam

berkomunikasi dengan anak yaitu dengan adanya pertanyaan-pertanyaan terkait

masalah disekolah, agar anak bercerita dan menjadikan anak lebih terbuka kepada

orang tua.

2. Faktor Penghambat Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak

Hambatan komunikasi dalam keluarga merupakan suatu faktor yang dianggap

memberikan pengaruh besar dalam penelantaran anak. Anak-anak terlantar memang

memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk berkomunikasi, khususnya kepada

78
orang tua mereka. Karna kesibukan orang tua dan banyaknya masalah di dalam

keluarga yang menjadikan komunikasi kurang baik, dan anak juga kurang

mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Dan kadang pula orang tua tidak

mendengarkan atau memberikan perhatian kepada anak saat sianak bercerita dan jika

itu terus terulang maka anak akan menutup diri dari orang tuanya. Orang tua hanya

melakukan komunikasi kepada anak dengan seperlunya saja yang menimbulkan rasa

kurangnya kasih sayang orang tua dan anak. Dan hal ini akan menimbulkan rasa

kurang percaya diri atau menutup diri terhadap orang tuanya, sehingga komunikasi

antara orang tua dan anak ini biasanya akan menyebabkan anak bertingkah laku

agresif dan sungkan mengadakan kontak dengan orang tuanya apalagi komunikasi

yang melalu media.

Bedasarkan data hasil wawancara dan observasi penelitian dapat diuraikan

mengenai hambatan komunikasi orang tua dengan anak, seperti yang dikemukakan

oleh narasumber sebagai berikut:

“Hambatan komunikasi biasanya karna anak udah kelelahan pulang sekolah dan

langsung istirahat, dan saya juga kelelahan berdagang jadi sama-sama sedikit waktu

luangnya untuk bercerita atau hanya sekedar mengobrol sebelum tidur” (Yana,

Wawancara, 23 Juli 2022)

Selebihnya narasumber yang merasa tidak adanya hambatan dikemukakan sebagai

berikut:

79
“Alhamdulillah selama ini ga ada faktor penghambat, walaupun saya kerja tergantung

bagaimana saya membagi waktu agar anak tidak kesepian dan merasa tidak

diperdulikan” (Irawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Kalo untuk faktor penghambat saat ini sih belum ada karna saya selalu bertanya

keseharian anak dan berusaha menjadi teman dekat anak agar anak juga merasa

nyaman apabila cerita sama orang tuanya” (Farida, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Faktor yang menjadi penghambat saat ini alhamdulillah masih bisa ditanganin, karna

faktor penghambat itu sendiri biasanya dari waktu yang kurang untuk anak dan

kurangnya perhatian, mungkin saya kerja tapi itu semua ga jadi masalah untuk

memberikan waktu luang dan memberikan perhatian kepada anak” (Listiawati,

Wawancara, 23 Juli 2022)

“Alhamdulillah ga ada karna saya sama anak masih jadi satu tidurnya jadi sebelum

tidur saya biasakan untuk saling bertukar cerita sama anak biar anak merasa

diperdulikan” (Nani, Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari wawancara yang didapat hanya ada satu narasumber yang memiliki hambatan

dalam berkomunikasi dengan anak disebabkan oleh kelelahan dalam kegiatan anak

maupun orang tua. Namun ada beberapa narasumber yang bekerja dan tidak adanya

hambatan dengan waktu yang diberikan kepada anak dengan begitu komunikasi

antara orang tua dengan anak tetap terjaga dan menjadikan anak merasa tidak

kesepian.

80
3. Strategi Komunikasi Orang Tua dengan Anak

Pada komunikasi, strategi diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan

komunikasi agar tercipta komunikasi yang baik dan berjalan efektif. Dengan harapan,

strategi dapat menjadi modal bagi seorang komunikator yang menyampaikan pesan

untuk dapat menyampaikan komunikasi yang efektif.

Bentuk komunikasi keluarga adalah bentuk komunikasi antar pribadi, seperti

bentuk prilaku, dapat dikatakan sangat efektif dan dapat dikatakan pula sangat tidak

efektif. Hal ini tergantung pada kualitas umum yang dipertimbangkan dalam

komunikasi antar pribadi. Kualitas umum atau aspek aspek adalah keterbukaan

(openness), empati (emphaty), sikap mendukung (suportiveness), kesetaraan

(equality), dan sikap positif (positiveness).

“Strategi yang saya terapkan itu komunikasi dengan baik kepada anak, saling bertukar

pikiran dan memberikan dukungan apabila anak ingin mengambil keputusan” (Farida,

Wawancara, 23 Juli 2022)

“Saling menghargai dan memberikan arahan apabila anak ingin mengambil

keputusan” (Yana, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Saya mengajak anak untuk saling betukar cerita dengan begitu saya sebagai orang

tua mengetahui apa yang sedang dialami oleh anak dan selalu memberikan dukungan

untuk anak” (Listiawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

81
“Apabila memiliki waktu luang biasanya saya dengan anak akan menghabiskan

waktu di luar rumah agar anak bisa lebih merasa dekat dengan orang tuanya” (Irawati,

Wawancara, 23 Juli 2022)

“Strategi untuk komunikasi dengan anak biasanya saya selalu mendukung anak dan

mengajak anak untuk mengungkapkan semua isi hati atau pikiran yang sedang dia

rasakan, dan tidak membedakan anak satu sama lain, dan selalu menghargai anak

dalam menyuarakan pendapat” (Nani, Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari keseluruhan narasumber yang telah diwawancara, orang tua memberikan waktu

kepada anak dan saling bertukar pikiran maupun hal yang sedang dirasakan, orang tua

juga memberikan dorongan atau dukungan kepada anak dalam setiap tindakan yang

diambil, lalu tidak membedakan antara anak dengan begitu anak akan merasa nyaman

di dekat orang tuanya.

4. Pendidikan Karakter Kepada Anak Remaja

Pengertian karakter adalah suatu watak, kepribadian (personality), dan

individu (individuality) memang sering tertukar dalam penggunaanya.Hal ini karna

istilah tersebut memang memiliki kesamaan yakni sesuatu yang asli dalam diri indiviu

seseorang yang cenderung menetap secara permanen.

Bedasarkan data dan hasil wawancara mengenai bagaimana cara penanaman

pendidikan karakter pada anak remaja yang dikemukakan oleh beberapa narasumber:

82
“Penanaman karakter dimulai dari anak masih kecil hingga remaja dan dilakukan

secara konsisten agar saat remaja anak dapat menjadi pribadi yang memiliki karakter

yang baik” (Irawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Untuk menanamkan karakter dimulai dari pembiasaan orang tua ke anak, karna anak

akan mencontoh perilaku orang tuanya dan selain itu memberikan bimbingan yang

baik dari anak yang masih kecil dan pada saat remaja anak sudah memiliki karakter

yang baik pada pembiasaan yang ditanamkan sejak dia masih kecil” (Farida,

Wawancara, 23 Juli 2022)

“Kalo saya biasanya memberi arahan dari cara berperilaku, tata bahasa, dan cara

bicara anak kepada yang lebih tua” (Listiawati, 23 Juli 2022)

“Saya membiasakan anak berkelakuan baik dari kecil agar menjadi manusia yang

berkarakter baik” (Yana, Wawancara 23 Juli 2022)

“Saya ngajarin sopan santun ke anak agar perilaku dan tata bahasanya sopan ke orang

yang lebih tua” (Nani, Wawancara 23 Juli 2022)

Dari hasil wawancara dari 5 narasumber yang berpendapat bahwa menanamkan

karakter dimulai sejak anak masih kecil agar saat anak menginjak usia remaja sudah

memiliki kebiasaan dalam berperilaku yang baik. Pembiasan itu sendiri didukung

oleh peran orang tua, karna orang tua sebagai contoh untuk anaknya.

5. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk menyempurnakan

perilaku.Selain itu tujuan pendidikan karakter untuk mengubah manusia menjadi

83
manusia yang bermartabat.Pendidikan karakter juga membawa orang pada kehidupan

yang bahagia.

“Tujuan saya pengen anak jadi pribadi yang mandiri, bisa membedakan mana yang

perbuatan baik dan mana perbuatan yang tidak baik, dan bisa menghargai orang yang

lebih tua” (Irawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Saya berharap anak saya bisa menjadi anak yang berprilaku baik dan bisa

menghargai orang yang lebih tua dari dia, serta bahasa yang baik saat berbicara baik

sama teman maupun sama yang lebih tua” (Listiawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Tujuan saya menanamkan pendidikan karakter karna pengen anak memiliki karakter

yang baik, dan anak juga bisa menghargai orang tuanya maupun orang yang lebih

tua” (Yana, Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari hasil beberapa narasumber yang telah diwawancara mengemukakan

bahwa tujuan dari orang tua menanamkan pendidikan karakter agar anak menjadi

pribadi yang baik serta memiliki karakter baik yang melekat pada diri anak. Dan

mengharapkan anak menjadi pribadi yang mandiri serta dapat menghargai orang yang

lebih tua, dan memiliki tata bahasa yang baik dan sopan kepada orang yang lebih tua

maupun teman sebayanya.

6. Strategi Membangun Karakter Pada Remaja

Ada banyak cara yang digunakan untuk menanamkan karakter baik pada anak.

Pendidikan karakter di lingkungan keluarga dapat dilakukan secara efektif dan efisien

84
tidak hanya didukung oleh pembiasaan pada setiap kelompok keluarga. Dari hasil

wawancara ada beberapa narasumber yang mengemukakan dibawah ini:

“Kalo untuk strategi saya mengacu pada komunikasi antara orang tua dan anak, dan

mencontohkan prilaku yang baik karna anak merupakan peniru” (Farida, Wawancara,

23 Juli 2022)

“Strategi yang saya gunakan komunikasi dijaga dengan baik antara orang tua dengan

anak, menjadi teladan yang baik untuk dicontoh oleh anak, membiasakan anak

berkelakukan baik” (Irawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Kalo saya berdiskusi sama anak untuk memutuskan suatu keputusan agar anak dapat

dorongan untuk berfikir, membiasakan anak melakukan tindakan yang baik

pembiasaan ini dimulai pada anak usia dini” (Listiawati, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Strateginya ya dimulai dari anak masih kecil dan member arahan untuk mengambil

keputusan dalam dirinya, dan membiasakan bertata krama pada orang yang lebih tua”

(Yana, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Kalo untuk strateginya saya membiasakan anak untuk lemah lembut saat bicara dan

memberikan nasihat agar anak dapat membedakan yang mana yang salah dan yang

mana yang tidak salah. Agar anak tetap terkontrol prilakunya” (Nani, Wawancara, 23

Juli 2022)

Bedasarkan penyataan narasumber dapat disimpulkan bahwa strategi dalam

menanamkan pendidikan karakter pada anak itu dimulai dari komunikasi yang baik

antara orang tua dengan anak, memulai pembiasaan baik dari anak masih kecil,

85
menjadi contoh atau teladan agar anak mencontoh hal yang baik, dan memberikan

kebebasan pada anak dalam mengambil keputusan serta mengajak diskusi anak saat

mengambil keputusan.

7. Faktor Penghambat dalam Menanamkan Pendidikan Karakter kepada

Remaja

Faktor yang menghambat dalam penanaman pendidikan karakter yaitu faktor

luar dan dalam faktor luar meliputi ada sebagian lingkungan keluarga atau masyarakat

dari siswa yang belum mendukung siswa dalam artian orang tua siswa yang sibuk

dalam kegiatan sendiri. Bedasarkan hasil wawancara lapangan dimana ada beberapa

narasumber yang mengemukakan pendapat terkait faktor penghambat menanamkan

pendidikan karakter pada anak sebagai berikut:

“Faktor penghambatnya karna waktu yang saya berikan kepada anak kurang banyak

dalam mengontrol anak dan faktor dari lingkungan yang kurang baik jadi saya harus

lebih berusaha lagi dalam menanamkan karakter kepada anak” (Yana, Wawancara, 23

Juli 2022)

“Mungkin faktor penghambat itu sendiri berasal dari lingkungan eksternal, karna

disini lingkungannya kurang baik kalo untuk pembentukan karakter anak. Jadi

sebagai orang tua yang harus lebih mengontrol setiap tindakan yang dilakukan oleh

anak” (Farida, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Untuk hambatannya berasal dari temen-temennya karna anak saya pernah menjadi

korban bullying di sekolah hingga pindah kesekolah lain demi kenyamanan anak

86
saya, dan itu sempat menjadikan anak yang pemurung beberapa waktu” (Nani,

Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari hasil wawancara 3 narasumber tersebut mengemukakan bahwa faktor

penghambat itu sendiri bisa berupa waktu yang diberikan kepada anak sangat sedikit

yang menjadikan anak dan orang tua tidak terlalu intens dalam berkomunikasi, faktor

lingkungan yang menjadikan penghambat bagi menanamkan karakter, dan faktor

teman sebaya di sekolah yang pernah mendapatkan perlakuan tidak menyengkan

hingga harus mengalami pindah sekolah demi memberikan kenyamanan pada anak.

8. Komunikasi Anak Dengan Orang Tua

Selain orang tua, komunikasi anak terhadap orang tua juga sangat penting bagi

kehidupan anak. Dari hasil wawancara lapangan ada beberapa narasumber yang

mengemukakan tentang komunikasi anak terhadap orang tua sebagai berikut:

“Komunikasi antara orang tua dengan anak sangat penting, karna saya sebagai anak

masih membutuhkan arahan orang tua” (Helen, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Sangat penting komunikasi anak kepada orang tua karna, orang tua sebagai pengarah

kehidupan anak dan dimana saat anak salah masih membutuhkan teguran anak agar

tidak mengulangi hal yang sama” (Indah, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Komunikasi anak ke orang tua menurut saya sangat penting” (Elsa, Wawancara, 23

Juli 2022)

“Komunikasi ke orang tua itu penting karna saya kalo ada masalah sering minta

bantuan orang tua untuk mencari jalan keluarnya” (Ayu, Wawancara, 23 Juli 2022)

87
“Sangat penting” (Ritto, Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari ke 5 narasumber mengemukakan bahwa berkomunikasi dengan orang tua itu

sangat penting bagi anak, karna selain menjadi lebih hangat juga menjadikan anak

nyaman didekat orang tuanya.

9. Cara Anak Mengambil Keputusan Dan Mengemukakan Pendapat.

Anak remaja biasanya sudah mampu mengambil keputusan untuk dirinya

sendiri, dan mengutarakan pendapat. Namun ada sebagian anak yang malu

mengutarakannya lantaran tidak percaya diri. Dapat dikemukakan oleh beberapa

narasumber sebagai berikut:

“Saya untuk memutuskan pendapat itu diberikan kebebasan namun harus tetap di

bawah bimbingan orang tua, dan saya mendapatkan peluang untuk mengutarakan

pendapat” (Indah, Wawancara, 23 Juli 2022)

“Saya dibebaskan untuk mengambil keputusan untuk diri saya sendiri, tapi harus tetap

bertanggung jawab akan keputusan yang saya ambil” (Ritto, Wawancara, 23 Juli

2022)

“Untuk mengambil keputusan dalam hidup saya sebenarnya dibebaskan tapi harus

tetap diarahkan oleh orang tua, dan untuk berpendapat orang tua sering bertanya

pendapat saya jadi banyak peluang yang saya dapatkan untuk mengemukakan

pendapat” (Ayu, Wawancara, 2022)

“Saya dibebaskan untuk berpendapat dan mengambil keputusan untuk kehidupan

saya” (Helen, Wawancara, 23 Juli 2022)

88
“Iya saya diberikan kesempatan untuk berpendapat dan mengambil keputusan yang

sekiranya saya mampu” (Elsa, Wawancara, 23 Juli 2022)

Dari hasil wawancara tersebut anak mendapatkan peluang yang besar untuk

mengambil keputusan dan mengutarakan pendapat di dalam rumah. Dengan

diberikannya kebebasan pada anak maka akan menjadikan anak lebih percaya diri

dalam menjalani keputusan yang telah dia pilih. Dan anak akan merasa dihargai

apabila anak diminta untuk mengutarakan pendapatnya, selain itu anak akan merasa

puas dengan keputusannya yang dia ambil apabila orang tua nya menginkan anak

tersebut.

A. Analisa Dan Pembahasan

1. Analisa Wawancara Dengan Sasaran Orang Tua

Komunikasi orang tua dengan anak di wilayah Rt 004 Rw 001 berjalan

dengan lancar dari 5 narasumber yang diwawancarai hanya ada 1 narasumber yang

memiliki hambatan dalam komunikasi dengan anak. Hambatan itu sendiri merupakan

waktu yang tidak terlalu banyak diberikan kepada anak, dengan alasan orang tua yang

selesai berdagang kelelahan hingga tidak memiliki waktu banyak dengan anak untuk

saling bertukar pikiran. Namun, ada beberapa narasumber yang bekerja tapi tetap bisa

membagi waktunya dengan anak, sehingga anak tidak merasa kesepian dalam

kegiatannya sehari-hari.

Dalam komunikasi juga adanya strategi agar komunikasi berjalan dengan

lancar. Narasumber mengemukakan bahwa komunikasi bisa berjalan dengan lancar

89
apabila dibiasakan dan ditanamkan sikap saling menghargai antara anggota keluarga.

Selain itu hasil data lapangan wawancara narasumber mengemukakan bahwa waktu

yang diberikan kepada anak akan mempengaruhi berjalannya komunikasi dengan

baik. Memberikan waktu kepada anak untuk saling bertukar pikiran dengan begitu

anak akan memiliki sikap keterbukaan dengan orang tuanya. Dan tidak adanya

perbedaan kasih sayang antara anak satu dengan yang lainnya. Serta memberikan

dukungan kepada anak dalam mengambil keputusan.

Dalam komunikasi juga pastinya memiliki hambatan namun hambatan itu bisa

diselesaikan apabila hubungan antara orang tua dengan anak berjalan dengan baik,

serta keterbukaan antara anak dengan orang tua. Selain itu cara orang tua

menyelesaikan masalah dengan anak remaja sudah tidak seharusnya menggunakan

kekerasan, anak remaja akan berfikir jika terus dinasihat bahwa perbuatannya tidak

baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dari narasumber yang peneliti

wawancara mengemukakan bahwa menyelesaikan masalah antara orang tua dengan

anak biasanya dengan menasihati secara tertutup agar anak juga merasa nyaman

apabila dinasihati. Dan selalu mengingatkan anak untuk melakukan perbuatan yang

baik.

Dalam komunikasi juga penting untuk menanamkan pendidikan karaker tanpa

disadari dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman karakter dimulai dari pembiasaan

anak yang dilakukan dari anak masih dibawah umur, sehingga saat menginjak masa

remaja anak akan tetap terkontrol dalam perilaku anak. Orang tua juga menjadi

90
contoh bagi anak- anak mereka. Anak akan mencontoh semua perilaku orang tua yang

dapat dilihat oleh anak karna anak merupakan peniru hebat dari orang tuanya. Selain

itu orang tua juga harus selalu memberikan arahan kepada anak dalam berperilaku

sehari hari anak.

Orang tua juga memiliki tujan dalam pembentukan karakter anak. Dari

beberapa narasumber yang telah peneliti wawancara mengemukakan bahwa, tujuan

dalam pembentukan karakter anak selain ingin anak memiliki tata krama atas

prilakunya orang tua juga mengharapkan anak memiliki tata bahasa yang baik dengan

orang yang lebih tua serta sikap menghargai pada orang yang lebih tua. Orang tua

juga selalu memberikan harapan penuh kepada anak agar menjadi pribadi yang lebih

baik seiring berjalannya waktu.

Tidak hanya komunikasi yang baik strategi yang baik juga diperlukan dalam

menanamkan karakter kepada anak. Karna anak merupakan peniru hebat orang

tuanya. Dari narasumber yang telah peneliti lakukan wawancara berpendapat bahwa

strategi penanaman karakter pada anak dimulai dari anak masih dibawah umur hingga

menginjak masa remaja, dengan tujuan memiliki karakter yang baik. Selain

menanamkan pembiasaan karakter yang baik orang tua juga harus memberikan

arahan kepada anak dalam setiap tindakannya. Selain dari faktor internal, faktor

eksternal juga menjadi acuan bagi orang tua dalam mendidik karakter anak dengan

baik.

91
Dalam strategi penanaman karakter pasti memiliki hambatan bisa dari lingkup

keluarga ataupun lingkungan sekitar. Maka orang tua harus selalu mengawasi anak

dalam bergaul. Menanamkan karakter pada anak juga merupakan inti dari kehidupan

anak. Karna dengan berkarakter akan menentukan masa depan anak. Hambatan itu

sendiri juga bisa berasal dari faktor internal, kurangnya waktu yang diberikan kepada

anak sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua yang sibuk. Faktor

teman juga bisa menjadi hambatan dalam menanamkan karakter anak, karna teman

bisa menjadi perangai yang buruk jika anak tidak pandai dalam memilih pergaulan.

Maka dari itu orang tua selain memberi nafkah dituntut untuk bisa menanamkan

karakter pada anak, dan memantau segala kegiatan anak agar tetap terarah.

2. Analisa Wawacara Dengan Sasaran Anak

Komunikasi di dalam keluarga tidak hanya komunikasi orang tua terhadap

anak, tapi juga mengcakup komunikasi anak terhadap orang tua. Karna anak masih

memerlukan bimbingan dari orang tua. Orang tua yang membebaskan anak

berpendapat akan menjadikan anak lebih kritis dalam berfikir dan lebih percaya diri

dalam menyampaikan pendapatnya di depan umum. Dan anak juga merasa puas jika

dalam berpendapat dihargai oleh orang tua atau sekitarnya.

Pendapat yang disampaikan juga dapat diolah kembali oleh orang tua agar

pendapat yang disampaikan oleh anak tetap terarah dan tidak menyimpang. Anak

yang mampu memberikan pendapat biasanya efek dari pembiasaan dalam pola didik

orang tua.

92
Selain berpendapat anak juga butuh peluang untuk memutuskan suatu

keputusan yang ingin diambil. Orang tua yang memberikan peluang pada anak secara

tidak sadar mendidik anak untuk berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab

dengan keputusan yang diambil. Biasanya anak yang diberikan kebebasan dalam

memutuskan keputusan merupakan anak yang berani dalam setiap tindakan dan

berfikir sebelum mengambil tindakan itu penting. Anak sebelum diberikan kebebasan

dalam memutuskan suatu masalah harus memikirkan apakah keputusan yang akan dia

ambil tidak akan merugikan dirinya sendiri. Di sinilah peran orang tua untuk memberi

arahan serta bimbingan kepada anak agar tetap sesuai dengan harapan orang tua.

Anak akan merasa sangat bahagia apabila keputusan dan pendapat yang anak

sampaikan itu mendapat dukungan oleh orang tua. Sebagai anak yang telah diberi

kepercayaan oleh orang tua dalam setiap tindakan yang dia ambil maka harus selalu

bertanggung jawab agar orang tua juga tidak kecewa telah memberikan kepercayaan

pada anak. Dalam segala hal yang dilakukan oleh anak dan orang tua harus dilandasi

komunikasi yang baik diantara keduanya baik komunikasi orang tua terhadap anak

maupun komunikasi anak terhadap orang tua.

93
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh

peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

Cara komunikasi orang tua terhadap anak menggunakan pola komunikasi

yang positif dengan menghindari pola komunikasi yang berdampak negatif. Hal ini

terbukti dengan hasil wawancara dengan orang tua tidak menggunakan bahasa

komunikasi yang kasar. Orang tua juga selalu memberikan kebebasan pada anak

untuk berpendapat serta memutuskan suatu keputusan pada diri anak. Dan selalu

mengajarkan sikap tanggung jawab pada anak atas setiap keputusan yang diambil.

Serta orang tua tidak pernah menekan anak untuk mengambil keputusan atas dasar

orang tua. Dengan begitu anak akan merasa dihargai setiap menyuarakan

pendapatnya. Orang tua juga selalu mendukung segala keputusan yang terbaik untuk

anak agar anak merasa nyaman dengan keputusannya.

Strategi dalam membentuk karakter dapat disimpulkan bedasarkan hasil

wawancara dan teori yang sebagai landasan dalam penelitian ini. Strategi yang

digunakan orang tua dalam membangun karakter remaja dengan dimulai dari

komunikasi yang berjalan dengan baik antara orang tua dengan anak, menunjukan

sikap atau teladan yang baik kepada anak, karna anak merupakan peniru orang tua,

maka dari itu orang tua harus memberikan contoh kepada anak. Membiasakan anak

94
melakukan tindakan yang baik, orang tua juga harus mampu memberikan

pembiasaan-pembiasaan dalam tindakan yang baik dari anak masih usia dini agar

disaat anak sudah memasuki fase remaja tidak terlalu sulit dalam menanamkan

karakter. Mengajak anak untuk berdiskusi dalam mengambil tindakan, anak diberikan

kebebasan dalam mengambil keputusan namun orang ta juga harus tetap

mengarahkan baik atau buruknya keputusan yang diambil oleh anak.

B. Saran

Bedasarkan kesimpulan maka peneliti dapat mengemukakan saran terkait hasil

penelitian:

1. Bagi orang tua dalam berkomunikasi dengan anak diusahakan untuk

berjalan baik secara dua arah tanpa adanya penekanan kepada anak dalam

berkomunikasi, dan pembentukan karakter anak tidak ada yang instan

harus melalui proses disetiap proses dalam membentuk karakter harus

adanya turut andil orang tua dalam memberikan contoh, dan memberikan

pembiasaan untuk anak agar proses membangun karakter anak berjalan

dengan baik

2. Bagi anak lebih menghargai setiap arahan yang diberikan oleh orang tua

karna setiap omongan yang orang tua bicarakan demi kebaikan anak.

95
DAFTAR PUSTAKA

A.Doni Koesuma, Pendidikan Karakter : Mendidik Anak Di Zaman Global,


Jakarta : Grasindo, 2007

Adi Susilo, J,R, Sutarjo. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2014

Ahmad, Ibnu, Komunikasi Dan Prilaku Manusia, Jakarta : Rajawali Pers, 2013

Albertus, Doni Koesum, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak, Jakarta : PT.
Gasindo, 2010

Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : PT. Kencana, Cet, 5, 2011

Cangara, Hafied, Perencanaan Dan Strategi Komunikasi, Jakarta : Raja Grafindo,


2013

Djaramah, Bahri Syaiful, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga,
Jakarta : PT. Reneka Cipta, 2014

Enjang, Komunikasi Keluarga, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, Cet 5, 2011,

Ewald, G, Character Building, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2020

Fajarwati, Mila, Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Remaja, Jawa Timur :
Universitas Pembangunan Nasional, 2011

Fairuzul, Mumtaz, Kupas Metode Penelitian, Jakarta : Pusaka Diantara, 2017

Hasanah, Aan, Pendidikan Karakter Berpersfektif Islam, Bandung : Insan


Komunikasi, 2012

Haitami Salim, Mohammad, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga, Yogyakarta


: Ar-Ruzz Media, 2013

Hidayat, Dasrun, Komunikasi Antar Pribadi Dan Medianya, Yogyakarta : Graha


Ilmu, 2012

Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2013

Kurniawan, Syamsul, Pendidikan Karakter, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013


96
Kurniawan, Syamsul, Pendidikan Karakter, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013

L. Jhonson, Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Nuha Medika, 2010

Lestari, Sri, Psikologi Keluarga, Surakarta : Universitas Muhammadiyah, 2012,

Majid, Abdul, dan Andayani, Dian, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,


Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2012

Mukti, Muhammad, Signifikasi Peran Keluarga Bagi Pendidikan Karakter :


Keharusan Struktural dan Kultural, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.XII, No 2, Juli
2010

Qodratillah, Meity Taqdir, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Jakarta : Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011

Suyatno dan Mansur, Muchlis, Pendidikan Karakter, Jakarta : Bumi Aksara, 2011

Suyatno, Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta : Kompas, 2012

Sumandi, Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta : Rajawali Pers, 2010

Valeza, Alsi Rizka, Peran Orang Tua, Lampung : UIN Raden Intan, 2017

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta : Prenada Media Group, 2011

Jurnal:

Firdaus, Ali, Peran Keluarga Dalam Pembentukan Karakter Bangsa, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol.XIII, No 1, 2011

Hadi, Abdul, Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga, Jurnal An-Nisa, 2016

Kemenkes RI, Info Datin Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan
Reproduksi Remaja, Jakarta : Kementrian Kesehatan, 2015

Mukti, Muhammad, Signifikasi Peran Keluarga Bagi Pendidikan Karakter :


Keharusan Struktural dan Kultural, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.XII, No 2, Juli
2010
Website:

https://aura.tabloidbintang.com/psikologi/read/5306/4-hambatan-komunikasi-dalam-
keluarga

97
LAMPIRAN BIMBINGAN SKRIPSI

98
LAMPIRAN SURAT IZIN RISET

99
LAMPIRAN SURAT JAWABAN IZIN RISET

100
LAMPIRAN WAWANCARA

101
LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA

Sasaran orang tua:

1. Siapakah nama Bapak/Ibu?

2. Apakah komunikasi didalam keluarga berjalan dengan lancar?

3. Apakah pola komunikasi secara 2 arah berjalan dengan baik?

4. Apakah Bapak/Ibu memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil

keputusannya sendiri?

5. Apakah Bapak/Ibu memberikan peluang pada anak untuk berpendapat?

6. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan etika berkomunikasi kepada anak terhadap

orang tua?

7. Menurut Bapak/Ibu apakah komunikasi didalam keluarga sangat penting?

Mengapa?

8. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menyelesaikan masalah dengan anak?

9. Strategi apa yang Bapak/Ibu terapkan untuk berjalannya komunikasi dalam

keluarga dengan baik?

10. Adakah faktor penghambat dalam berkomunikasi antara anggota keluarga?

11. Menurut Bapak/Ibu apakah peran orang tua sangat penting dalam kehidupan

anak selain mencari nafkah?

12. Menurut Bapak/Ibu apakah latar belakang pendidikan, ekonomi, jenis

pekerjaan orang tua dan waktu yang diberikan kepada anak menjadi

penghambat dalam mendidik anak?


102
13. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan pendidikan karakter kepada anak?

14. Bagaimanakah cara menanamkan pendidikan karakter kepada anak?

15. Menurut Bapak/Ibu tujuan apakah yang ingin dicapai dalam menanamkan

pendidikan karakter kepada anak?

16. Apakah perlu menanamkan karakter kepada anak?

17. Adakah faktor penghambat Bapak/Ibu dalam mendidik karakter kepada anak?

18. Apakah selama ini atau baru-baru ini adanya perubahan pada psikologis anak

Bapak/Ibu?

19. Apa sajakah perkembangan potensi pada anak Bapak/Ibu?

20. Menurut Bapak/Ibu bagaimana menghadapi masa-masa pubertas/awal

kenakalan pada anak remaja?

21. Upaya apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk pencegahan kenakalan anak secara

berkala?

22. Bagaimanakah menanamkan sikap tanggung jawab pada setiap hal yang

dilakukan oleh anak Bapak/Ibu?

23. Bagaimanakah cara memberikan efek jera pada anak yang baru melakukan

kesalahan?

24. Apasaja hasil yang diperoleh dari penerapan karakter kepada anak?

25. Apasaja hasil yang diperoleh dari komunikasi yang berjalan dengan baik?

103
Sasaran ketua RT:

1. Siapakah nama Ibu?

2. Berapa luas lingkup rt 004 kelurahan pulogadung?

3. Berapakah jumlah penduduk rt 004 kelurahan pulogadung?

4. Apakah mata pencaharian penduduk rt 004 kelurahan pulogadung?

5. Bagaimanakah tingkat pendidikan masyarakat rt 004 kelurahan pulogadung?

6. Sarana apa saja yang ada dilingkup masyarakat rt 004 kelurahan pulogadung?

(transportasi, kesehatan, alat komunikasi, dsb)

7. Bagaimanakah komunikasi satu sama lain sebagai masyarakat rt 004

kelurahan pulogadung?

8. Bagaimanakah cara memecahkan masalah yang ada dilingkup masyarakat

rt004 kelurahan pulogadung?

Sasaran anak:

1. Siapa nama anda?

2. Bagaimana anda berkomunikasi dengan orang tua?

3. Apakah komunikasi itu berjalan dengan lancar?

4. Apakah anda memiliki peluang untuk mengutarakan pendapat di dalam

rumah?

5. Bagaimana cara anda untuk mengambil keputusan?

6. Apakah anda diberi kebebasan dalam mengambil keputusan dalam diri anda?

7. Apa anda merasa dihargai ketika memberikan pendapat?

104
8. Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah yang sedang anda alami?

9. Menurut anda apakah izin orang tua dalam setiap tindakan untuk mengambil

tindakan itu penting?

10. Apakah anda merasa puas jika keputusan yang ingin anda ambil mendapatkan

izin dari orang tua?

105
BIODATA PENULIS

Nama : Navigata NdaruHutami

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Sunter 1 Rt 004 Rw 001 No 34

No. Handphone : 08881716870

Email : navigatandaruhutami14@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

SD MI SIROJUL HUDA 2006-2012

SMP PON-PES ATTAQWA 2012-2015

PUSAT PUTRI

SMA PON-PES ATTAQWA 2015-2018

PUSAT PUTRI

S-1 UNIVERSITAS 2018-2021

ISLAM JAKARTA

106

Anda mungkin juga menyukai