ARTIKEL ILMIAH
Oleh
2020
POLA KEMAMPUAN MENGIDENFIKASI VARIABLE PENELITIAN SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 KALIWUNGU
Artikel Ilmiah
Oleh
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
AZALEA NURUL
JUNIA 16320061
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pemikiran orang lain,
baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,…………………………
NPM 16320061
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Hiduplah seperti ‘Killer Whale Orcinus Orca’ Berkerja keras, Pantang menyerah
dan terlihat lucu namun berbahaya.
2. 力 拔 山河氣蓋世 (lì bá shānhé qì gàishì)” I could pull the mountains with my
might.
Persembahan :
1. Allah SWT yang selalu memberikan segala puji syukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan kekuatan, kemudahan dan kesehatan.
Sholawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad S.A.W.
2. Keluarga, Terutama dengan Keluarga inti yaitu kedua orangtuaku
kandung Bapak Drs.Sumanto dan Ibu Tuti Windarti kemudian
orangtuaku angkat Bapak Budi Setyo Pramono S.E dan Ibu Supriyanti
yang selalu mendoakan, mensupport dan segalanya untuk saya.
Kemudian Kakakku Sida Alifta Julia beserta keponakan saya Hanif
Maulana Ahsan yang selalu memberikan saya semangat.
3. Dosen-dosen Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang,
khususnya Pembimbing Artikel Skripsi Ibu Fenny Roshayanti, S.Pd.,
M.Pd dan Ibu Rivanna Citraning R. S.Pd, M.P.d.
4. Sahabat karib sejak kecil hingga sekarang, Sahabat semasa abad
kejayaan “RADIO GILA FM” ,Getuck Trio, No Search dan Hello Honey
yang selalu menghujad saya jika saya malas mengerjakan artikel skripsi
ini.
5. Keluarga kelas paguyuban anak-anak lushu dan paling kompak “Hallo
Bio B’16” yang selalu memberikan pengalaman berharga dan sudah
seperti saudara sendiri.
6. NCT dan 硬 糖 少 女 303/Yìng Táng Shàonǚ 303 yang lagunya selalu
menemani saya dalam memngerjakan artikel skripsi.
7. Almamater Universitas PGRI Semarang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan penelitian sehingga dapat dilakukan penyusunan
artikel : “POLA KEMAMPUAN MENGIDENFIKASI VARIABLE PENELITIAN
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KALIWUNGU”. Artikel yang disusun ini
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi Universitas PGRI
Semarang.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dan luput dari suatu kesalahan dan hambatan,
tanpa bantuan beberapa pihak yang selalu membimbing, memberikan saran dan kritik
dari dosen pembimbing. Sehingga penulis menyampaikan dan mengucapkan
terimakasih kepada :
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
POLA KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
SISWA KELAS VIII SMP N 1 KALIWUNGU
Abstract
This study aims to obtain a pattern of ability to identify research variables in class VIII
students of SMP Negeri 1 Kaliwungu. This type of research is qualitative research with
sampling using proportional probability sampling stratified random sampling. The
population in this study were all students of class VIII with a sample size of 156
students. The instrument used was a test question sheet with a total of 21 questions
developed by the American Association For The Advancement of Science
(http://assessment.aaas.org/topics/1/MO#/0). The results showed that the study
participants identified the ability variable of SMP Negeri 1 Kaliwungu students who
had an average ability of 23.75 in the "very low" category. Therefore, it is necessary to
conduct a similar study to determine the ability to identify students in other junior high
schools.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003) yaitu : “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban manusia
yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman , bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat berilmu , cakap , kreatif ,
mandiri , dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan sains memiliki peranan dalam menyiapkan SDM yang berkualitas
untuk menghadapi era globalisasi. Pendidikan merupakan modal dasar sumber daya
manusia untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan diri. Pentingnya
peran pendidikan secara eksplisit tercemin dalam sistem Pendidikan Nasional Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 , yakni pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan ,
pengendalian dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara. Pendidikan harus diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas, mapu bersaing, dan memiliki budi pekerti yang
luhur serta moral yang baik. (Astuti et al, 2012).
Gürses, et al (2015) menyatakan bahwa keterampilan proses sains adalah
keterampilan dasar yang memfasilitasi pembelajaran dalam ilmu sains, memungkinkan
siswa untuk aktif, mengembangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pembelajaran
dan metode penelitian. Keterampilan proses sains adalah suatu keterampilan seseorang
dalam menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu hasil tertentu. Selain itu menurut Ongowo & Indoshi (2013)
berpendapat bahwa keterampilan proses sains membantu siswa untuk mengembangkan
rasa tanggung jawab dalam pembelajaran serta meningkatkan betapa pentingnya metode
penelitian dalam proses pembelajaran. Dari beberapa pendapat ahli tersebut bertujuan
agar siswa dapat lebih aktif dalam memahami serta menguasai rangkaian yang
dilakukannya seperti melakukan kegiatan mengamati/observasi,
mengelompokkan/klasifikasi, manafsirkan/intepretasi, meramalkan/prediksi,
berhipotesis, merencanakan percobaan/ penelitian, dan berkomunikasi (Prasasti, 2017;
Rustaman, 2005). Keterampilan ini perlu dipahami oleh guru karena merupakan hal
penting dalam pembelajaran sains (Rauf, et al 2016).
Berdasarkan pada studi PISA (Progamme for international Student Assesment)
yang digagas oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali untuk siswa-siswi dengan 3 aspek yaitu berupa
keterampilan sains , bahasa dan matematika didapatkan hasil bahwa pendidikan di
Indonesia mengalami penurunan peringkat pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2015.
Tahun 2018 indonesia berada di peringkat 9 dari bawah (71) yakni dengan rata-rata skor
396. Berada diatas Negara Arab Saudi dengan rata-rata skor 386 dan peringkat satu
diduduki China rata-rata skor 590. Penurunan kompetensi sains ini kurangnya minat dan
bakat siswa terhadap pembelajaran sains tersebut, kenyataannya sains ini memiliki
peranan yang sangat besar dalam usaha mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Hal ini disebabkan karena sains merupakan dasar dari teknologi, sedangkan
teknologi sendiri merupakan tulang punggung kemajuan suatu Negara. Sementara itu,
kenyataannya pendidikan di beberapa wilayah di Indonesia masih jauh dari harapan.
Mengetahui Mengetahui hasil studi PISA tersebut, peneliti mencoba meneliti
Salah satu wilayah di Indonesia yang sebelumnya belum pernah diteliti oleh peneliti
lainnya yaitu pada SMP Negeri 1 Kaliwungu , yang terletak pada Kabupaten Kendal,
Provinsi Jawa Tengah. Menurut hasil pemantauan nilai yang di dapatkan dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di ketahui hasil nilai Ujian
Nasional pada Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah sendiri merupakan provinsi yang
menduduki peringkat 3 nilai UN tingkat SMP tahun ajaran 2018/2019. Kemudian pada
salah satu Kabupaten yang berada pada Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kendal.
Kabupaten Kendal pada perolehan UN tingkat SMP Negeri tahun ajaran 2018/2019
menduduki peringkat 28 dari 35 Kabupaten yang ada dalam Provinsi Jawa Tengah, ini
meningkat 1 ke posisi 28 karna sebelumnya Kabupaten Kendal berada pada peringkat
29 pada tahun ajaran 2017/2018. Fakta fenomena yang sama ditemukan juga pada SMP
Negeri 1 Kaliwungu merupakan sekolah menengah pertama yang di ketahui hasil nilai
Ujian Nasional di SMP Negeri 1 Kaliwungu sendiri pada tahun 2018/2019 mendapatkan
reratan nilai 55,76 dan menduduki peringkat 13 dari 50 sekolah yang ada di kabupaten
Kendal. Capaian nilai ujian nasional ini mengalami peningkatan dari hasil sebelumnya
yaitu perolehan hasil nilai ujian nasional mata pembelajaran IPA pada tahun 2017/2018
dengan perolehan nilai 53,04 dan pada tahun 2016/2017 dengan perolehan nilai 49,40.
Hasil ini menunjukkan adanya kenaikan pemahaman siswa terhadap keterampilan
proses sains , namun sejatinya siswa pengetahuan siswa terhadap kemamapuan proses
sains masih terbilang rendah. (hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/)
Dari hasil tersebut, dapat di katakan jika SMP Negeri 1 Kaliwungu yang berada
pada Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah memiliki pencapaian nilai UN tingkat
SMP Negeri dalam kategori baik. Peneliti disini ingin meneliti kepahaman siswa akan
pengetahuannya akan kemampuan Science Process Skills dalam Pola kemampuan
mengidentifikasi variable siswa SMP Negeri 1 Kaliwungu dan Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Science Process Skills dalam menentukan Pola kemampuan
mengidentifikasi variable siswa SMP Negeri 1 Kaliwungu. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi informasi utama bagi Guru IPA SMP Negeri 1 Kaliwungu
dalam upaya untuk menyiapkan siswa menghadapi abad 21.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian tentang keterampilan proses Sains ( Sains Process Skill )
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta fakta , konsep konsep , atau prinsip prinsip saja , merupakan suatu proses
penemuan , pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar , serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajah dan agar memahami alam sekitar secara ilmiah.
Presentase Kemampuan
Mengidentifikasi Variabel
Sangat Baik
Baik
Cukup
8% Kurang
Sangat Kurang
47%
45%
Gambar 1 menunjukan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Kaliwungu memiliki kemampuan science process skills yaitu termasuk kategori
“Sangat Kurang” dengan perolehan rata-rata nilai 23,75 yang di peroleh dari hasi tes
menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliwungu masih sangat kurang memiliki
science process skills khususnya dalam identifikasi variabel penelitian. Hal tersebut dapat
disebabkan kurangnya siswa dalam memahami dalam pembelajaran IPA. Fakta ini dapt terjadi
karena, siswa kurang dilatih dalam menerapkan keterampilan proses sainsnya. Hal ini didukung
dari data wawancara yang dilakukan terhadap siswa, yang masih kesulitan menemukan konsep
sains pada pembelajaran IPA.
Hal ini didukung dari data wawancara yang dilakukan terhadap siswa pada tanggal 1
Agustus 2020 , yang masih kesulitan menemukan konsep sains pada pembelajaran IPA.
Peneliti : “Saat mendengarkan penjelasan guru apakah kamu mengalami kesulitan untuk
memahami materi?”
Siswa G : “saya mengalami kesulitan memahami materi karna saya sulit berkonsentrasi dan
fokus saat guru menjelaskan materi”
Siswa F : “saya sulit untuk focus dalam pembelajaran, namun saya terkadang mencatat hal
hal penting yang guru menerangkan atau saat guru tulis di papan tulis”.
Sementara itu menurut Subali (2010) ilmu sains menekankan pada pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung melalui pengelaman belajar yang memuat keterampilan proses
sains. Pembelajaran IPA seharusnya melibatkan langsung melalui pembelajaran yang memuat
keterampilan proses sains.
35
30
29 29 28
25
24
20 21 21
20
15 18
10
0
8A 8B 8C 8D 8E 8F 8G 8H
Bedasarkan Gambar 2 dapat diketahui rata-rata kemampuan siswa pada science process
skills yang paling tinggi yaitu pada kelas 8D dan 8F dengan perolehan nilai rata-rata 29.
Berdasarkan hasil analisis hasil tes Pola Kemapuan Mengidentifikasi Variabel Penelitian Siswa
SMP Negeri 1 Kaliwungu. Menunjukkan bahwa pada setiap indikator memiliki nilai rata-rata
yang berbeda. Hasil dari kemampuan science process skills dapat dilihat secara rinci pada setiap
aspeknya . Indikator yang digunakan dalam penelitian kemampuan science process skills siswa
SMP Negeri 1 Kaliwungu meliputi empat indikator yang dikembangkan oleh American
Association for the Advabcement of Science atau AAAS Science Assessment
(http://assessment.aaas.org/topics/1/MO#/0) yaitu :
1. Uji Hipotesis Dan Pengaturan Eksperimental
2. Pengaturan Eksperimental Untuk Menguji Pengaruh Variabel pada Hasil Eksperimen
3. Indentifikasi Variabel Yang Diuji Dalam Pengaturan Eksperimental Terkontrol
4. Percobaan Dengan Dua Variabel Pada Saat Yang Sama
1 Indikator 1 26 Kurang
2 Indikator 2 30 Kurang
3 Indikator 3 28 Kurang
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa siswa yang lebih menguasai soal indikator 2
“Pengaturan eksperimental untuk menguji pengaruh variabel pada hasil eksperimen” dengan
nilai rata-rata 30. Sedangkan untuk yang lebih sulit adalah soal indikator 4 yaitu “Percobaan
dengan dua variabel pada saat yang sama” dengan nilai rata-rata 7,1.
Guru : “Guru SMP Negeri 1 Kaliwungu sudah menggunakan keterampilan proses sains
dalam pembelajaran IPA, karena keterampilan proses sains untuk membimbing peserta
didik melalui tahapan-tahapan untuk menjadi tahu dan paham apa yang di ajarkan”.
Data hasil penelitian yang dihimpun berupa data keterampilan proses sains dan data hasil
belajar. Keterampilan proses sains yang diamati terdiri dari empat keterampilan yaitu:
keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan mengamati/observasi, keterampilan
mengelompokkan/ klasifikasi, dan keterampilan berkomunikasi (Rustaman, 2007). Secara umum
hasil penelitian menunjukkan tingkat kemampuan proses sains siswa masih terbilang rendah.
Dilihat dari tiap-tiap indikator dapat diketahui presentase pada tiap kelas sebagai berikut :
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Gambar 3 Hasil Kemampuan Science Process Skills Indikator 1 Siswa Kelas 8 SMP
Negeri 1 Kaliwungu.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Gambar 4 Hasil kemampuan Science Process Skills Indikator 2 Siswa kelas 8 SMP
Negeri 1 Kaliwungu.
Peneliti : “Apakah siswa dapat menguji pengaruh variabel pada hasil eksperimental,
ketika semua variabel semua variabel bersifat relevan sudah disediakan pada
pembelajaran IPA?”
Guru : “Sebagian tersebut mampu menguji pengaruh variabel dari hasil pratikum
variabel yang bersifat relevan. Namun tidak sedikit juga siswa perlu bimbangan arahan
dari guru agar siswa tersebut tidak salah konsep dan paham akan materi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, dapat diketahui bahwa guru kelas VIII SMP
Negeri1 Kaliwungu bahwa siswanya masih perlu di bimbingan oleh guru dalam melakukan uji
pengaruh variabel pada hasil eksperimentalnya, siswa juga mencoba-coba untuk mengetahui
hasil percobanya, setelah mereka mengetahui hasil percobaannya guru akan memperkuat hasil
percobaanya tersebu, artinya siswa kelas VIII H ingin mengetahui hasil uji pengaruh variabel
pada hasil eksperimental ketika hasil tersebut bersifat relevan dalam pembelajaran IPA.
Sementara untuk kelas VIII D menjelaskan bahwa siswa masih perlu bimbingan dan tuntunan
dari guru saat melakukan uji pengaruh variabel pada hasil eksperimentalnya. Padahal
bimbinganyang tepat yang diberikan oleh guru sehingga peserta didik dapat merencanakan
percobaan sesuai dengan hasil observasi, rumusan masalah dan hipotesis yang disusun
sebelumnya Handayani, et, al (2016).
4.Kemampuan Siswa Pada Indikator 4 “Percobaan Dengan Dua Variabel Pada Saat
Yang Sama”
Hasil penelitian dapat diketahui dari hasil kemampuan science process skills pada
indikator 4. Dari hasil kemampuan science process skills pada indikator 4 siswa kelas 8 SMP
Negeri 1 Kaliwungu yang dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut :
140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Sangat Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Kurang
Gambar 6 Hasil Kemampuan Science Process Skills Indikator 4 Siswa kelas 8 SMP
Negeri 1 Kaliwungu.
Pada Gambar 6 indikator 4 yaitu “percobaan dengan dua variabel pada saat yang
sama”menunjukkan 0 (0%) siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Kaliwungu memiliki science process
skills dengan kategori “Sangat Baik” , Kemudian sebanyak 1 (0,6%) siswa memiliki kemampuan
science process skills dengan kategori “Baik” , serta sebanyak 7 (4,5%) siswa memiliki
kemampuan science process skills dengan kategori “Cukup”, sedangkan siswa memiliki
kemampuan science process skills dengan kategori “Kurang” yaitu 27 (17,4%) siswa, dan siswa
yang memiliki kemampuan science process skills dengan kategori “Sangat Kurang” yaitu 121
(77,5%) siswa.
Hasil wawancara guru pada gambar 6 menunjukkan menunjukkan menunjukkan bahwa
guru kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliwungu sudah menerapkan keterampilan proses sains dalam
pembelajaran. Namun penerapan tersebut masih belum bisa berjalan dengan maksimal karena
siswa masih perlu dituntun dan diarahkan dalam berhipotesis dalam menentukan variabel.
Berikut merupakan hasil wawancara dengan guru kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliwungu yang
dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2020.
Peneliti : “Apakah siswa dapat menarik kesimpulan mengenai masing-masing variabel?”
Guru : “Siswa secara individual masih malu-malu dan ragu untuk menarik kesimpulan
mengenai masing-masing variabel. Tapi jika berkelompok siswa mampu menarik
kesimpulan tersebut.”
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa guru kelas VIII SMP Negeri 1
Kaliwungu mengatakan jika siswa masih ragu dengan jawabannya dalam menarik kesimpulan
mengenai masing-masing variabel, namun jika di ucapkan secara berkelompok siswa dan dengan
sedikit pengarahan dari guru mampu menarik kesimpulan pada pembelajaran IPA maupun pada
saat Pratikum.
Dari pembahasan berikut mendapatkan hasil penelitian menunujukkan bahwa siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Kaliwungu, Kabupaten Kendal memiliki kemampuan science process skills
yaitu termasuk dalam kategori “Sangat Kurang” dalam perolehan rata-rata 23,75. Pada Gambar 1
dapat ditunjukkan dari 156 siswa, sebanyak 0% atau 0 siswa memiliki kategori “Sangat Baik”
dan “Baik” , 8% atau setara 13 siswa memiliki kemampuan dengan kategori “Cukup” , 45% atau
setara 70 siswa memiliki kemampuan dengan kategori “Kurang” dan 47% atau setara 73 siswa
memiliki kemampuan dengan kategori “Sangat Kurang”.
Berdasarkan hasil penelitian pola kemampuan mengidentifikasi variabel penelitian siswa
SMP Negeri 1 Kaliwungu dapat diketahui bahwa setiap kelas memiliki rata-rata yang tidak jauh
berbeda. gambar 2 dapat ditunjukkan terdapat 2 kelas yang memilikinnilai rata-rata dengan
kategori “Sangat Kurang” yaitu kelas VIII C dan VIII E , sedangkan yang memiliki nilai rata-rata
“Kurang” pada kelas VIII A , B , D , F ,G dan H. Tidak ada kelas VIII yang mendapat kategori
“Cukup” , “Baik” , “Sangat Baik”.
Kelas yang memperoleh nilai rata-rata yang paling tinggi dalam kemampuan Science
Process Skills adalah kelas VIII D dan VIII F dengan perolehan nilai rata-rata 29 “Kurang” ,
kelas yang mempunyai rata-rata yang paling rendah dalam kemampuan science process skills
adalah kelas VIII C 18 “Sangat Kurang”. Kemampuan science processing skills tersebut dapat
disimpulkan bahwa kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliwungu belum sepenuhnya memiliki
kemampuan science process skills dengan baik dan belum memahami kemampuan science
process skills dalam pembelajaran. Hal ini dapat di dukung dengan hasil wawancara siswa
sebagai berikut :
Bedasarkan hasil wawancara dengan siswa pada tanggal 1 Agustus 2020 tersebut,
diketahui bahwa siswa D dan F mengatakan bahwa saat pratikum tidak begitu mengalami
kesulitan karna sebelum melakukan pratikum mereka belajar terlebih dahulu dan didukung
adanya LKS yang diberikan oleh guru. Berbeda dengan siswa kelas VIII C yang terkadang
mengalami kesulitan dalam memahami isi LDS sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya
dalam melaksanakan pratikum. Hal ini disebabkan kurangnya keterampilan sains, konsentrasi ,
dan pemahaman konsep pada pembelajaran IPA. Siswa kelas VIII C kurang konsentrasi dalam
pembelajaran sehingga mengalami kesulitan. Menurut (Bati, et,al,2010) keterampilan proses
sains dalam pembelajaran IPA memungkin siswa aktif dalam proses pembelajaran dan dapat
mengembangkan rasa tanggung jawab dalam diri siswa, yang artinya siswa Kelas VIII C kurang
aktif dalam pembelajaran dikelas. Hal ini dapat dijelaskan pada hasil wawancara dengan guru
pembelajaran keterampilan proses sudah dilakukan pada siswa. Dibawah ini cuplikan wawancara
dengan guru SMP Negeri 1 Kaliwungu yang dilaksanakan 29 Juli 2020.
Peneliti : “Apakah siswa diarahkan sesuai dengan keterampilan proses sains pada saat
kegiatan pratikum dengan menggunakan konsep IPA? Dan biasanya pratikum
apa?”
Guru : “Iya, adanya bimbingan dalam khususnya praktikum, ini bertujuan agar siswa
paham. Dan pada dasarnya keterampilan proses sains pada praktikum ini konsep
IPAnya di tujukkan untuk menyelidiki , menganalisa. Contohnya menyelidiki
gejala-gejala alam yang hidup.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 1 Kaliwungu dapat diketahui
bahwa guru sudah menerapkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA sesuai dengan
materi yang sedang berlangsung, siswa diarahkan pada saat pratikum agar tidak salah konsep
IPA. Namun hasil perolehan tes siswa kurang akibatnya kurangnya siswa berkonsentrasi , malu
bertanya, dan kurang dalam pemahaman materi atau faktor lain seperti siswa kurang aktif di
dalam kelas dan kemampuan siswa yang berbeda-beda. Padahal pada keterampilan proses sains
kurang dalam keterampilan proses sains seharusnya harus lebih aktif didalam kelas menurut
(Aviant R.el,al 2015) keterampilan proses sains membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif,
aktif, terampil dalam berpikir dan terampil dalam memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu ,
guru harus meningkatkan lagi keterampilan proses sains pada siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran. Dilihat dari wilayah SMP Negeri 1 Kaliwungu berada di pedesaan disekitar rumah
warga , kebun dan pemakaman umum. Sarana dan prasarana SMP Negeri 1 Kaliwungu juga
cukup baik, sehingga atau sarana prasarana tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan
proses sains.
Sementara itu Kelas yang masuk dalam kategori “Sangat Kurang” VIII E dengan nilai
rata-rata 20 dan VIII C dengan memperoleh nilai rata-rata 18 . Hal ini disebabkan kurangnya
siswa memahami konsep keterampilan proses sains pada IPA. Pada wawancara guru yaitu sudah
menerapkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA, namun siswa yang mengalami
kesulitan yaitu mendengarkan penjelasan guru dalam memahami materi yaitu karena mereka
kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi didepan , sulitnya materi dalam
pembelajaran IPA. Padahal menurut Putra, et, al (2015) pemahaman konsep akan lebih
bermakna apabila siswa menemukan sendiri konsep yang di pelajari melalui proses sains dan
proses pembelajaran dapat melatih keterampilan proses sains dan mengembangkan sikap ilmiah
pada siswa.
Berdasarkan soal nomor 21 pada gambar 6 dapat diketahui hasil kemampuan science
process skills pada indikator 4 percobaan dengan dua variabel pada saat yang sama” memiliki
nilai rata-rata 7,1 dan termasuk pada kategori “Sangat Kurang”, artinya siswa kelas VIII di SMP
Negeri 1 Kaliwungu kurang memiliki kemmapuan dalam pecobaan dengan dua variabel pada
saat yang sama. Dapat dilihat pada tabel 4.8 sebanyak sebanyak 1 (0,6%) siswa memiliki
kemampuan yang termasuk dalam kategori “Baik” dan 121 (77,5%) siswa masuk kedalam
kategori “Sangat Kurang”.Hasil tes kemampuan science process skills siswa dilihat pada tabel
4.3 nilai rata-rata tertinggi pada indikator 4 diperoleh pada kelas VIII F yaitu 14,0 “Sangat
Kurang”. Sementara nilai rata-rata terendah yaitu kelas VIII C dengan perolehan nilai rata-rata
2,5 “Sangat Kurang”. Berikut cuplikan jawaban siswa pada soal indikator 4 pada soal nomor 21.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 29 Juli 2020 dapat diketahui bahwa guru kelas VIII
SMP Negeri 1 Kaliwungu mengatakan jika siswa masih ragu dengan jawabannya dalam menarik
kesimpulan mengenai masing-masing variabel, namun jika di ucapkan secara berkelompok siswa
dan dengan sedikit pengarahan dari guru mampu menarik kesimpulan pada pembelajaran IPA
maupun pada saat Pratikum. Berdasarkan hasil penelitian (Agustina & Saputra, 2016), bahwa
keterampilan mengkomunikasikan yang baik yaitu memunyai keterampilan menyampaikan
sesuatu secara lisan, tertulis maupun melalui gambar. Menurut Dimyati & Mudjiono (2002),
kemampuan berbicara siswa harus mampu menunjukkan kemahiran memilih dan menggunakan
kalimat, sehingga informasi, ide atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah
oleh pendengarnya. Berdasarkan hasil observasi guru sudah meminta siswa untuk
mengkomunikasikan hasil percobaan, namun siswa masih ragu mengkomunikasikan dengan baik
hasil percobaan yang telah dilakukan.
Diperkuat oleh penelitian (Rahmazani, Adlim, & Rini, 2017), yang melakukan penelitian
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa, namun indikator keterampilan proses sains
yang tidak mengalami peningkatan setelah perlakuan adalah indikator berkomunikasi. Hal ini
disebabkan karena siswa tidak mudah dalam memahami konsep yang abstrak dan rumit jika
tidak disertai dengan contoh-contoh yang konkrit ketika proses pembelajaran berlangsung.
Sesuai dengan pernyataan (Ambarsari, Santosa, & Maridi, 2013), siswa akan mudah memahami
sebuah konsep yang rumit dan abstrak jika saat proses pembelajaran berlangsung disertai dengan
contoh konkrit, karena hal tersebut menjadi salah satu alasan perlunya diterapkan keterampilan
proses sains.
Kemudian, sebagian faktor yang mendukung siswa SMP Negeri 1 Kaliwungu kurang
dalam kemampuan process sains menurut ahli adalah, Salah satu penyebab dari perubahan besar
ini adalah dikarenakan pembelajaran online ini dilakukan secara tiba-tiba, hal ini berakibat besar
pada kesiapan sekolah, guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang belum memadai.
Terlebih lagi akibat dari dampak pandemik corona yang melanda sehingga pembelajaran tidak
berjalan maksimal karena harus tetap di rumah dan menerapkan physical distancing (Abidin,et,al
2020). Dengan belajar di rumah, kesulitan yang paling besar yang dihadapkan bagi guru adalah
saat menjalankan metode belajar di rumah. Oleh sebab itu, segala cara harus dilakukan supaya
ada peningkatan yang signifikan meskipun pembelajaran dilakukan secara online. Peran orang
tua sangatlah dibutuhkan ketika pembelajaran online ini berlangsung (Noveandini, 2010)
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pola kemapuan mengidentifikasi variabel penelitian siswa
SMP Negeri 1 Kaliwungu dapat diambil kesimpulan bahwa Kemampuan science process skills
dalam menentukan variabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliwungu masuk dalam kategori
“Kurang” dengan perolehan nilai rata-rata 23,75 (45%). Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil dari science process skills pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliwungu
yaitu tidak keseriusan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, ditambah pembelajaran sekolah
dilaksanakan secara online siswa semakin tidak maksimal dalam pemebelajaran sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Zainal,Rumansyah,dan Kurniawan Arizona.2020.Pembelajaran Online Berbasis Proyek
Salah Satu Solusi Kegiatan Belajar Mengajar Di Tengah Pandemi COVID-19. Lombok
Timur. http://www.jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/view/111
Agustina, P., & Saputra, A. (2016). Analisis keterampilan proses sains (KPS) dasar mahasiswa
calon guru biologi pada matakuliah anatomi tumbuhan (Studi kasus mahasiswa prodi
pendidikan biologi FKIP UMS tahun ajaran 2015/2016). In Prosiding Seminal Nasional
Pendidikan Sains (SNPS) (pp. 71–78). Retrieved from
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snp s/article/view/9816
Anisa, N. 2017. Analisis Ketereampilan Proses Sains Siswa Pada Metode Pratikum Kelas XI
Materi Jaringan Tumbuhan Di SMA PGRI Kendal.
Astuti, R 2012. Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi Dan Eksperimen terbimbing
Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian UNS. (2012)
51-59
Avianti, R dan Bertha Yonata. 2015 . Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran kooperatif Materi Asam Basa Kelas XI SMAN 8 Surabaya. UNESA
journal of chemical education (2015) 224-231.
Dimyati, & Mudjiono. (2002). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gürses, A., Çetinkaya, S., Doğar, Ç., & Şahin, E. (2015). Determination of levels of use of basic
process skills of high school students. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 191,
644–650. https://doi.org/10.1016/J.SBSPRO.2015.0 4.243
Handayani L.S.S, dkk. 2016. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran
Biologi Melalui Model Bounded Inqury Lab.
https://www.eurekapendidikan.com/2015/02/Keterampilan-Proses-Sains.html
https://smp1kaliwungu.sch.id/2020/04/06/Profil-smp-negeri-1-kaliwungu/
hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/
Noveandini, R., & Wulandari, M. S. (2010). Pemanfaatan Media Pembelajaran Secara Online
(E-learning) Bagi Wanita Karir Dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas Dan Fleksibilitas
Pemantauan Kegiatan Belajar Anak Siswa/I Sekolah Dasar. In Seminar Nasional Aplikasi
Teknolog Informasi (SNATI).
Novia, R. 2018. Pengembangan dan Karakterisasi Tes Keterampilan Berpikir Kritis Materi
Tekanan Berdasarkan Teori Respon Butir. Skripsi FPMIPA UPI Bandung.
Ongowo, R. O., & Indoshi, F. C. (2013). Science process skills in the Kenya certificate of
secondary education biology practical examinations. Creative Education, 04(11), 713–717
Putra Rahmad Azis Nur. et.al. 2015. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Dan Sikap Ilmiah
Terhadap Pemahaman Konsep IPA.
Rahmazani, R., Adlim, A., & Rini, S. (2017). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida
statis. In Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah (pp. 172–
Rauf, R. A. A., Rasul, M. S., Mansor, A. N., Othman, Z., & Lyndon, N. (2013). Inculcation of
science
\process skills in a science classroom. Asian Social Science, 9(8), 47.
https://doi.org/10.5539/ass.v9n8p47
Rustaman, dkk. 2005. Strategi belajar Mengajar Biologi. Bandung : UPI
https://www.eurekapendidikan.com/2015/02/keterampilan-proses-sains.html
Subali, et.al.2016.Kemampuan Berpikir Divergen Dalam Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik SMA Negeri Di Kabupaten Sleman Pada Mata Pembelajaran Biologi Ditinjau Dari
Perbedaan Lokasi Sekolah.
Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tes Science Process Skills (Keterampilan Proses Sains) Dalam Menentukan Variabel
Keterangan :
Tes pemahaman ini ditujukan bagi peserta didik SMA. Tes yang diberikan
merupakan soal-soal dalam menentukan variabel. Tes ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan pemahaman peserta didik mengenai Science Process Skill dalam
menentukan variabel.
Petunjuk pengerjaan :
1. A B C D
6. Perhatikan dan bacalah secara seksama dengan teliti sebelum anda menjawabnya.
7. Kerjakan soal ini dengan cara mandiri dan tanggung jawab.
8. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal adalah 60 menit.
9. Semua data dan hasil tidak mempengaruhi nilai anda dan akan menjadi rahasia
peneliti.
. . . . . . . . . . . Selamat Mengerjakan . . . . . . . . . . .
1. Seorang petani membeli dua buah cabai yang berbeda. Supaya tanaman cabai
tersebut tumbuh dengan subur dan cepat berbuah maka petani tersebut
memberikan pupuk cair organik setiap 1 kali hari. Petani tersebut memutuskan
untuk memberikan pupuk dengan jumlah yang sama dan jenis yang sama untuk
membandingkan seberapa cepat tanaman cabai tersebut dapat tumbuh subur.
Seorang petani tersebut menggunakan pupuk organik cair untuk kedua jenis
tanaman cabai.
Tanaman Cabai A
Pupuk
Tanaman Cabai B
Cair
Mengapa kedua jenis tanaman cabai harus mendapatkan jenis pupuk yang sama?
a. Dengan menggunakan jenis pupuk yang sama, petani dapat mengetahui jenis
tanaman cabai mana yang dapat tumbuh subur dan jumlah pupuk yang
memberikan tanaman cabai tumbuh subur.
b. Dengan menggunakan jenis pupuk yang sama, petani dapat mengetahui jenis
pupuk cair mana yang dapat membuat tanaman tumbuh subur dengan baik.
c. Jika tanaman cabai tidak mendapatkan jenis pupuk yang sama, maka petani
tidak dapat mengetahui jenis tanaman cabai yang dapat tumbuh subur secara
baik .
d. Tidak penting untuk kedua jenis tanaman cabai menggunakan jenis pupuk yang
sama. Karena petani tidak menguji jenis pupuk yang dapat memberikan
tanaman cabai tersebut tumbuh subur.
2. Seorang petani berpikir bahwa jenis tanah dan jumlah air mempengaruhi
pertumbuhan tanaman wortelnya, dan dia ingin mengetahui apakah hal tersebut
adalah benar. Pertama kali petani menguji apakah jenis tanah mempengaruhi
pertumbuhan tanaman wortel. Dia menggunakan tiga jenis tanah yang berbeda,
dan dia menempatkan 10 tanaman wortel di setiap jenis tanah. Dia
menggunakan jumlah air yang sama untuk semua tanaman.
Mengapa penting menggunakan jumlah air yang sama untuk semua tanaman?
a. Dengan menggunakan jumlah air yang sama, petani dapat mengetahui
tentang efek dari jumlah air dan efek dari jenis tanah.
b. Jika dia tidak menggunakan jumlah air yang sama, maka petani tidak dapat
mengetahui tentang efek dari jenis tanah.
c. Dengan menggunakan jumlah air yang sama, petani dapat mengetahui
tentang pengaruh jumlah air.
d. Tidak penting untuk menggunakan jumlah air yang sama karena petani tidak
menguji efek dari jumlah air.
3. Sekelompok siswa melakukan pengukuran volume pernafasan dengan
menggunakan botol air mineral. Mereka berpikir bahwa dengan individu yang
berbeda dan jenis botol yang berbeda dapat mempengaruhi seberapa jauh dan
tinggi volume pernafasanya. Siswa pertama menguji apakah jenis botol
mempengaruhi seberapa tinggi volume pernafasanya. Dengan menggunakan
alat pengukur volume pernafasan dengan jenis botol yang sama dan bentuk
botol yang sama
Mengapa penting bentuk botol sebagai alat pengukuran tinggi volume pernafasan
memiliki bentuk yang sama?
a. Jika mereka tidak menggunakan bentuk botol yang sama, para siswa tidak
dapat mengetahui tentang pengaruh terhadap volume individu
b. Dengan menggunakan bentuk botol yang sama, siswa dapat mengetahui
tentang pengaruh bentuk botol.
c. Dengan menggunakan desain yang sama, siswa dapat mengetahui tentang
pengaruh bentuk botol dan pengaruh jenis botol.
d. Tidak penting bagi individu yang berbeda untuk memiliki desain yang sama
karena siswa tidak menguji pengaruh bentuk botol.
4. Peneliti berfikir bahwa umbi kentang dan larutan yang mereka gunakan dapat
mempengaruhi proses osmosis. Peneliti memutuskan untuk menguji apakah
umbi kentang membuat perbedaan seberapa cepat dapat melakukan osmosis.
Mereka menggunakan dua percobaan. Kedua percobaan tersebut memakai
berbagai potongan kentang dan larutan yang sama.
Mengapa penting kedua percobaan memakai larutan yang sama?
a. Dengan memakai larutan yang sama, peneliti dapat mengetahui tentang
pengaruh larutan dan pengaruh kentang.
b. Dengan memakai larutan yang sama, peneliti dapat mengetahui tentang
pengaruh larutan
c. Jika peneliti tidak menggunakan larutan yang sama, peneliti tidak dapat
mengetahui pengaruh kentang.
d. Tidak penting untuk memakai larutan dengan jenis yang sama, karena peneliti
tidak ingin mengetahui pengaruh larutan.
5. Kelas sains ingin mengetahui apakah bentuk dan massa benda yang terbuat dari
logam yang sama dapat memengaruhi seberapa cepat benda-benda ini
tenggelam dalam air. Satu kelompok menguji efek bentuk, dan kelompok lain
menguji efek massa.
Para siswa yang menguji efek dari bentuk menggunakan tiga objek yang memiliki
massa yang sama tetapi bentuk yang berbeda. Para siswa menjatuhkan setiap
benda ke dalam tangki air besar dan mengukur berapa lama yang dibutuhkan
setiap benda untuk mencapai bagian bawah tangki.
a.
b.
c.
d.
9. Seorang siswa ingin mengetahui apakah Bleach X atau Bleach Y lebih baik
dalam menghilangkan noda. Dia berencana untuk menggunakan dua kemeja
putih, menodai dengan mustard, dan kemudian mencuci masing-masing
menggunakan pemutih, dia dapat mengubah ukuran noda dibaju dan jumlah
pemutih yang ditambakan ke air. Dua tes mana yang harus disiapkan siswa, ttes
dalam A,B,C, atau D?
a.
b.
c.
d.
10. Seorang siswa ingin mengetahui apakah jenis tanaman tertentu tumbuh lebih
baik di bawah sinar matahari atau di bawah naungan. Dia memiliki dua
tanaman yang identik. Dia menempatkan satu tanaman di pasir dan mengatur
tanaman di bawah sinar matahari. Dia menambahkan mineral dan air ke pasir.
Sinar matahari
Air dan mineral
b.
Usia Usia 6
3 bul
b an
u Usia 9
l bula
a n
n
5kg 7kg 10kg
c.
Usia Usia 5
5 bul
b an Usia 5
u bula
l n
a
n
5kg 7kg 10kg
d.
13. Seorang siswa berpikir bahwa ada tiga variabel (X, Y dan Z) yang dapat
mempengaruhi hasil eksperimennya.
Dia memutuskan untuk mengubah hanya variabel X, dan membiarkan variabel Y
dan Z tetap sama.
Apa yang siswa coba cari tahu?
e. Jika variabel X memengaruhi hasil eksperimennya.
f. Jika variabel X dan Y mempengaruhi hasil eksperimennya.
g. Jika variabel Y dan Z memengaruhi hasil eksperimennya.
h. Jika variabel X, Y, dan Z memengaruhi hasil eksperimennya.
14. Siswa ingin mengetahui pertumbuhan kecambah pada tanaman kedelai dari 3
keadaan cahaya. Setiap pertumbuhan diberikan keadaan cahaya yang berbeda.
Siswa memutuskan untuk melakukan percobaan berikut :
Mereka memilih kecambah kedelai yang sama dari setiap kecambah dan
meletakanya dibawah keadaan cahaya yang berbeda dan memeriksa setiap dua
hari untuk melihat pertumbuhan kecambah kedelai.
Usia
5
b Usia 6 Usia 9
u bul bula
an n
Keadaan l Keadaan Keadaan
Caha a Cahay Caha
ya n a ya
5kg
Gela 7kg
Redup 10kgTera
p ng
Apa yang bisa diketahui siswa tentang pertumbuhan kecambah dari melakukan
eksperimen ini?
e. Jika keadaan cahaya mempengaruhi berapa lama perkecambahan harus
tumbuh.
f. Jika keadaan cahaya mempengaruhi berapa lama kecambah tumbuh.
g. Jika keadaan cahaya dan lama waktu mempengaruhi berapa lama kecamb harus
tumbuh.
h. Jika kecambah, keadaan cahaya dan lama wktu mempengaruhi berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
15. Sekelompok siswa menggunakan tanah liat untuk membuat perahu dengan
berbagai bentuk. Semua kapal yang mereka buat memiliki berat yang sama.
Para siswa menambahkan empat sendok makan garam ke dalam air di dalam
tangki dan mencampur air. Mereka menempatkan perahu di tangki dan melihat
apakah perahu mengapung atau tenggelam.
Para siswa ingin mengetahui apakah ukuran bola mempengaruhi sejauh mana bola
itu bisa bergulir. Mereka juga ingin mengetahui apakah ketinggian tanjakan
mempengaruhi seberapa jauh bola bisa bergulir.
Mereka melakukan percobaan berikut:
Apa yang bisa mereka simpulkan dari percobaan ini?
e. Mereka dapat menyimpulkan bahwa ukuran bola mempengaruhi seberapa jauh
bola menggulung.
f. Mereka dapat menyimpulkan bahwa ketinggian landai memengaruhi seberapa
jauh bola bisa berputar.
g. Mereka dapat menyimpulkan bahwa ukuran bola mempengaruhi seberapa jauh
bola bergulir dan bahwa ketinggian landai mempengaruhi seberapa jauh bola
bergulir.
h. Tidak mungkin untuk menyimpulkan dari percobaan ini jika ukuran bola
mempengaruhi seberapa jauh bola menggulung atau jika ketinggian landai
mempengaruhi seberapa jauh bola bergulir.
19. Seorang siswa membeli pupuk kompos kering. Dia ingin mengetahui apakah
cair dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanaman. Dia juga ingin mencari
tahu apakah dengan jenis pupuk yang lainya dapat mempengaruhi seberapa
tingkat kesuburan tanaman. Siswa memutuskan untuk membandingkan dua
model pupuk dengan jenis yang berbeda :
MODEL 1 MODEL
2
Pupuk cair Pupuk
dari cair
tumbuha dari
n hew
an
Siswa memberi pupuk tersebut pada tanaman. Dia memberikan pupuk cair tiap 3
hari sekali untuk melihat tingkat kesuburan tanaman. Dia memberikan pupuk
pada tanaman yang sama untuk semua dicobakan. Dia berfikir bahwa pupuk
cair yang satu jauh lebih baik dengan model 1.
Apa yang bisa dia simpulkan dari uji coba tersebut?
e. Siswa dapat menyimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanaman dapat
mempengaruhi seberapa tingkat kesuburan tanaman tersebut dengan
menggunakan pupuk.
f. Siswa dapat menyimpulkan bahwa jenis pupuk seberapa tingkat kesuburan
tanaman.
g. Siswa dapat menyimpulkan bahwa tingkat kesuburan tanaman dapat
mempengaruhi seberapa banyak dalam menyemprotkan pupuk dan jenis pupuk
mempengaruhi seberapa kualitas pupuk cair tersebut.
h. Tidak mungkin untuk menyimpulkan uji coba ini jika tingkat kesuburan
tanaman mempengaruhi seberapa baik pupuk cair atau jika jenis pupuk lain
mempengaruhi seberapa baik kualitas pupuk tersebut.
20. Siswa berencana untuk menanam tanaman dari biji. Mereka ingin mengetahui
yang mana dari dua suhu, 60 ° F atau 90 ° F, yang lebih baik untuk menanam
tanaman ini. Mereka juga ingin mengetahui apakah satu gelas air atau dua gelas
air lebih baik untuk menanam tanaman ini. Mereka melakukan percobaan
berikut :
Mereka menggunakan dua nampan dengan tanah yang identik dan mereka
menanam sepuluh biji di setiap baki. Mereka menjaga Baki X pada 90 ° F dan
Baki Y pada 60 ° F. Mereka menggunakan dua cangkir air untuk Baki X dan
satu cangkir air untuk Baki Y. Setelah beberapa hari, mereka menghitung
berapa banyak tanaman yang tumbuh di setiap baki.
No Indikator Kode
1 Ide untuk diuji (hipotesis) dan pengaturan Ind.1
eksperimental , mengapa variabel tertentu (atau
harus) dijaga konstan.
2 Pengaturan eksperimental untuk menguji pengaruh Ind.2
variabel pada hasil eksperimen, ketika semua
variabel yang relevan disediakan
3 Identifikasi variabel yang sedang diuji dalam Ind.3
pengaturan eksperimental terkontrol yang
diberikan.
4 Diberikan percobaan dengan dua variabel berubah Ind.4
pada saat yang sama , tentukan bahwa tidak ada
kesimpulan yang dapat ditarik mengenai pengaruh
masing-masing variabel individu.
LAMPIRAN 10 . Hasil Presentasi Kemampuan Science Process Skills Dalam
Menentukan Variabel Siswa SMP Negeri 1 Kaliwungu
Sekolah Indikator
Ind.1 Ind.2 Ind.3 Ind.4
VIII A 21 27 24 7,5
VIII B 26 31 28 6,3
VIII C 21 25 20 2,5
VIII D 29 37 41 5
VIII E 23 21 22 12
VIII F 33 31 32 14
VIII G 22 29 23 6,6
VIII H 30 37 35 2,2
LAMPIRAN 12 . Hasil Science Process Skills setiap Siswa.
Kota/Kabupaten :
Nama Sekolah :
Nama Guru :
Mapel Guru :
Hari/Tanggal Wawancara :
Pertanyaan Jawaban
Apakah Ketrampilan proses sains
digunakan dalam menerapkan pembelajaran
IPA?
Apakah siswa diarahkan agar sesuai dengan
Ketrampilan proses sains pada saat
kegiatan praktikum dengan menggunakan
konsep IPA?
Apakah dalam kegiatan praktikum IPA,
guru selalu menggunakan fasilitas
laboratorium?
Bagaimana keadaan alat-alat laboratorium
masih layak digunakan atau tidak?
Apakah siswa memiliki kemampuan ide
untuk diuji (hipotesis) dalam menentukan
variabel pembelajaran IPA?
Apakah siswa memiliki kemampuan untuk
mengatur eksperimental dalam menentukan
variabel dalam pembelajaran IPA?
Apakah siswa dapat menguji pengaruh
variabel pada saat hasil eksperimental,
ketika semua variabel yang bersifat relevan
sudah disediakan pada pembelajaran IPA?
Apakah siswa dapat mengidentifikasi
variabel pada hasil eksperimental terkontrol
dalam pembelajaran IPA?
Apakah siswa dapat menarik kesimpulan
mengenai masing-masing variabel?
Apakah ada faktor-faktor yang
mempengaruhi ketrampilan proses sains
pada siswa? Misalnya faktor apa?
LAMPIRAN 14 . Pedoman Wawancara Siswa
Kota/Kabupaten :
Nama Sekolah :
Nama Guru :
Mapel Guru :
Hari/Tanggal Wawancara :
Pertanyaan Jawaban
Saat mendengarkan penjelasan guru apakah
kamu mengalami kesulitan untuk
memahami materi?
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam
kegiatan praktikum yang sedang dilakukan
dalam pembelajaran IPA?
Apakah dalam kegiatan praktikum IPA
selalu menggunaka fasilitas laboratorium?
Apakah kamu dapat menemukan ide dalam
uji (hipotesis) dalam menentukan variabel
di pembelajaran IPA?
Apakah kamu dapat mengatur
eksperimental dalam menentukan variabel
dalam pembelajaran IPA?
Apakah kamu dapat mengetahui hasil
eksperimental, ketika semua variabel yang
bersifat relevan sudah disediakan pada
pembelajaran IPA?
Apakah kamu kesulitan dalam menentukan
variabel yang harus digunakan dalam
praktikum atau soal? Berikan alasanya
Apakah kamu dapat mengidentifikasi
variabel pada hasil eksperimental terkontrol
dalam pembelajaran IPA?
Apakah kamu dapat menarik kesimpulan
mengenai masing-masing variabel?
LAMPIRAN 15 . Surat Menyurat
LAMPIRAN 16 . Bimbingan Dosen 1
LAMPIRAN 17 . Bimbingan Dosen 2