Anda di halaman 1dari 131

RASIONALITAS PEMILIHAN LINTAS JURUSAN

PADA LULUSAN SEKOLAH KEJURUAN


(Studi Kasus Lulusan SMK yang Memutuskan Berkuliah di FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh:

Putriana Ramaida

11161110000066

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021/1443 H
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Putriana Ramaida

NIM : 11161110000066

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

RASIONALITAS PEMILIHAN LINTAS JURUSAN PADA LULUSAN

SEKOLAH KEJURUAN

(Studi Kasus Lulusan SMK yang Memutuskan Berkuliah di FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta)

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Tangerang Selatan, 13 September 2021

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati, M. Si. Kasyfiyullah, M.Si


NIP: 197609182003122003 NIP: -

iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
RASIONALITAS PEMILIHAN LINTAS JURUSAN PADA LULUSAN
SEKOLAH KEJURUAN
(Studi Kasus Lulusan SMK yang Memutuskan Berkuliah di FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta)
Oleh
Putriana Ramaida
11161110000066
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15
Oktober 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharotul Jamilah, S.Ag., M.Si


NIP. 1976091820031220 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Mohammad Hasan Ansori, Ph.D Muhammad Ismail, M.Si


NIP. - NIP. 196803081997031002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 14 Desember


2021
Ketua Program Studi Sosiologi,
FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si


NIP. 1976091820031220

iv
ABSTRAK

Skripsi ini membahas rasionalitas pemilihan lintas jurusan pada lulusan


sekolah menengah kejuruan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif,
pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada 15 informan
yang merupakan lulusan SMK yang sedang dan telah selesai melanjutkan
pendidikan di dengan jurusan yang berbeda serta orang sekitar yang memberi
pengaruh kepada keputusan lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi. Teori yang digunakan adalah teori tindakan rasional Max
Weber, dengan tujuan untuk melihat permasalahan lulusan SMK yang
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan melihat
alasan lulusan SMK memilih FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
perguruan tinggi dan bidang keahlian yang dipilih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak pertimbangan yang kemudian
mempengaruhi lulusan SMK dalam memutuskan untuk melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi dan memilih perguruan tinggi serta bidang keahlian yang
diinginkan. Empat tipe tindakan rasional Weber, (1) rasionalitas instrumental
seperti gelar sarjana, pekerjaan yang lebih baik, dan pendapatan yang lebih tinggi
menjadi alasan lulusan SMK melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. (2)
rasionalitas nilai yang dipercaya lulusan SMK yaitu nilai agama dan nilai estetika.
(3) tindakan afektif berdasarkan koneksi yang ditimbulkan karena pengalaman
orang lain sehingga memotivas lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi. (4) tindakan tradisional yang membuat tindakan lulusan SMK
untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena adanya habitus atau
kebiasaan yang sudah menjadi tradisi.

Kata Kunci: SMK, Rasionalitas, Perguruan tinggi, Jurusan.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahi wal hamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah mencurahkan rezeki, nikmat, berkat, dan

kasih sayangnya kepada punulis. Sehingga skripsi yang berjudul Rasionalitas

Pemilihan Lintas Jurusan Pada Lulusan Sekolah Kejuruan dapat penulis

selesaikan. Tak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarganya yang dimuliakan.

Penulis merasa bahwa dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis

mendapatkan begitu banyak pengalaman dan pelajaran baru. Walaupun skripsi ini

tidak lepas dari kesalahan dan jauh dari sempurna. Namun, penulis bersyukur

skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Pertama, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada diri penulis yang

telah berusaha melawan rasa malas, ketertinggalan, dan ketakutan yang sering kali

muncul dengan mencoba untuk bangkit lagi, semangat lagi, dan berusaha lagi

hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Meskipun prosesnya berat, dengan

pandemi dan segala keterbatasannya, akan tetapi keinginan dan keyankinan untuk

meyelesaikan skripsi ini lebih besar dari segala keresahan yang penulis rasakan.

Maka dari itu, teruntuk diri penulis, ”Terima kasih ya, kamu keren. Walaupun ini

mungkin baru permulaan dan ke depannya bisa jadi lebih berat dari ini, tapi

selama masih punya keyakinan dan semangat, aku yakin kamu bisa hadapi

semuanya seperti biasanya. Semangat!!”

vi
Selain itu, penulis bersyukur bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis

tidak sendiri. Ada banyak pihak yang membantu dan mendukung penulis selama

proses pembuatan skripsi ini, terutama dari pihak keluarga. Terima kasih penulis

ucapkan kepada Mama, Bapak, bang Fitra, bang Oki, teteh Anis, Kak Sinta,

Julian, Kak Lutfi, serta dua keponakan yang ganteng dan cantik, Zein Habibi dan

Nazwa Amalia Putri. Terima kasih telah selalu mendukung, menyemangati,

mendoakan, dan menemani penulis. Itu semua menjadi kekuatan serta menambah

semangat penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah limpahkan

keberkahan, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan dalam segala hal

disepanjang hidup kalian.

Kemudian pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada mereka yang akan penulis sebutkan di bawah ini sebagai bagian dari

proses perjalanan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Bapak Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Juhorotul Jamilah, S.Ag,. M.Si, selaku Sekretaris Program Studi

Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Kasyfiyullah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan

sabar telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam

proses pembuatan skripsi ini hingga akhirnya skripsi ini selesai.

vii
5. Segenap Dosen Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Terima kasih atas segala pengetahuan, pelajaran, motivasi serta

pengalaman yang telah diberikan selama masa perkuliahan, baik itu di

dalam kelas maupun di luar kelas.

6. Para staf pengurus Bidang Akademik dan Bidang Administrasi FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima Kasih telah memberikan kemudahan

kepada penulis khususnya dalam kepengurusan administrasi.

7. Seluruh informan yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian

ini, khususnya teman-teman SMK penulis yang ada di Padang. Juga untuk

teman-teman yang ada di Bekasi, Serang, Depok, dan Tangerang Selatan.

Terima kasih berkat kalian skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

8. Teman-teman Diwa Kost. Khususnya Dwi Prasetya Candra, yang bersedia

kost-nya penulis singgahi untuk penulis melepas penat setelah kuliah

bahkan sampai penulis berada pada tahap pembuatan skripsi. Bilal Adji

Zaelani yang selalu bersedia mengantar penulis pulang setelah dari kost, dan

Andre Reva Utama yang juga bersedia menjadi informan dalam penelitian

ini. Terima kasih karena telah bersedia menjadi teman diskusi disaat-saat

penulis kehilangan arah dalam proses pembuatan skrispi ini. Berkat kalian

skripsi ini terasa lebih mudah dari yang penulis perkirakan.

9. Teman-teman Sosiologi 2016 yang telah menjadi bagian dalam perjalanan

perkuliahan dan perjalanan skripsi penulis, Sudrajat Wibisono, Pingky

Pratiwi, Zalfa Alifia Desvinar, Erdyani Wellianda, Akhmad Rozaq,

Muhammad Sarno, Arya Nabali, Mahmud Alfadil, Ahmad Kurniawan, dan

viii
teman-teman lainnya yang tidak penulis sebutkan. Terima kasih kehadiran

kalian sangat berarti bagi penulis.

10. Kucing-kucing peliharaan penulis di rumah. Finn yang telah pergi

meninggalkan dunia ini dan meninggalkan penulis, terima kasih telah

menjadi kucing yang selalu pengertian. Semoga kamu tenang di sana. Untuk

Marco, Onet, Mila, Lilo, Loli dan 3 anaknya, serta Momo dan 5 anaknya.

Terima kasih telah menemani penulis, menjadi pendengar yang baik serta

menjadi moodbooster penulis.

Demikian rangkaian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan. Semoga ini

semua dapat diterima di dalam hati mereka dan semoga Allah limpahkan

kebahagiaan, keberkahan, kenikmatan dan kedamaian kepada mereka atas

support, bantuan, semangat, dan motivasi yang telah mereka berikan kepada

penulis. Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang Selatan, 15 September 2021

Putriana Ramaida

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii

BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 10
F. Kerangka Teoritis ...................................................................................... 14
G. Metode Penelitian ...................................................................................... 19
H. Sistematika Penulisan................................................................................. 26

BAB II ................................................................................................................ 28
PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA ........................................................ 28
A. Sekolah Menengah Kejuruan ...................................................................... 28
1. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan ................................................... 28
2. Sejarah SMK di Indonesia ....................................................................... 30
3. SMK dalam Pendidikan di Indonesia ........................................................ 31
B. Pendidikan dan Mobilitas Sosial .................................................................. 33
C. Pendidikan dan Kelas Sosial ....................................................................... 35

BAB III............................................................................................................... 38
RASIONALITAS PEMILIHAN LINTAS JURUSAN PADA LULUSAN SEKOLAH
KEJURUAN........................................................................................................ 38
A. Rasionalitas Lulusan SMK dalam Memutuskan Melanjutkan Pendidikan ke
Perguruan Tinggi............................................................................................ 38
1. Rasonalitas Instrumental (Instrumental Rasionality) ................................... 39

x
2. Rasionalitas Nilai (Value Rationality) ....................................................... 43
3. Tindakan Afektif (Affectual Action) ......................................................... 44
4. Tindakan Tradisonal (Traditional Action) ................................................. 45
B. Rasionalitas Lulusan SMK Berkuliah Lintas Jurusan ..................................... 52
1. Rasionalitas Instrumental (Instrumental Rasionality) .................................. 52
2. Rasionalitas Nilai (Value Rationality) ....................................................... 54
3. Tindakan Afektif (Affectual Action) ......................................................... 56
4. Tindakan Tradisional (Traditional Action) ................................................ 58
BAB IV .............................................................................................................. 59
PENUTUP .......................................................................................................... 59
A. Kesimpulan............................................................................................... 59
B. Saran........................................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62


LAMPIRAN ........................................................................................................ xiii

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.A.1. Bagan Asal Sekolah Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2016-2021 .............................................................. 6

Gambar I.A.2. Bagan Bidang Keahlian SMK Asal Sekolah Mahasiswa FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta ........................................................... 7

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi hal yang sangat krusial bagi kehidupan manusia. Selain

berguna sebagai batu loncatan seseorang untuk meningkatkan kualitas hidupnya,

pendidikan juga berguna untuk menciptakan sumber daya manusia yang lebih

unggul sehingga dapat memacu pertumbuhan perekonomian suatu negara. Peran

pendidikan dalam hal ini adalah menciptakan tenaga kerja yang ahli dan kompeten

melalui pengajaran ilmu pengatahuan serta pelatihan keterampilan yang

ditanamkan dalam institusi pendidikan. Salah satu institusi pendidikan yang

menerapkan dua hal tersebut adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan

pendidikan kejuruan sebagai sistem pembelajarannya. Sekolah menengah

kejuruan berada pada jenjang menengah, setara dengan Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), dsb. Pendidikan kejuruan ini telah ada di

Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda (Kurniawan et al., 2015). Ambacht

School Van Soerabaia yang didirikan di Surabaya pada tahun 1853, merupakan

sekolah kejuruan pertukangan pertama yang ada di Indonesia. Sebagaimana yang

diketahui, saat itu pemerintahan di Indonesia masih dikuasai Belanda, sehingga

tujuan diciptakannya pendidikan kejuruan tak lain hanya sebagai pemenuh

kebutuhan tenaga kerja Belanda.

Hingga pada akhirnya Jepang datang ke Indonesia dan pemerintahan

Belanda mengalami keruntuhan. Hal tersebut kemudian mengakibatkan

1
pendidikan di Indonesia mengalami krisis. Banyak sekolah yang didirikan pada

zaman Belanda ditutup oleh pemerintahan Jepang (Kurniawan et al., 2015).

Hingga tahun 1969, jumlah sekolah teknik di Indonesia mencapai 126 STM.

Namun, tujuan STM saat itu masih tidak jelas. Sehingga STM hanya dianggap

sebagai batu loncatan untuk menyelesaikan pendidikan. Kemudian pada era 1970-

an, sekolah kejuruan di Indonesia mulai diperhatikan pemerintah. Kurikulum

SMK muncul pada tahun 1976/1977 yang kemudian menjadi pedoman bagi STM

dan SMK yang ada pada saat itu. Sekolah kejuruan pada era tersebut dianggap

sebagai sekolah yang menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai.

Sekolah kejuruan di Indonesia memiliki nama dan jenis yang sangat

beragam, seperti STM (Sekolah Teknik Menengah), SMEA (Sekolah Menengah

Ekonomi Atas), SMIK (Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan), SMM

(Sekolah Menengah Musik), SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata), dsb.

Hingga dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1997 yang menyatakan penyeragaman nama-

nama sekolah kejuruan menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Akhirnya

membuat nama STM yang dipakai dari jaman pemerintahan Jepang berganti

menjadi SMK.

Jumlah SMK selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan

data referensi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, saat ini jumlah

SMK yang ada di Indonesia yaitu sebanyak 14.360 SMK. Jumlah tersebut terdiri

dari 3.645 SMK Negeri dan 10.746 SMK Swasta. SMK memiliki tujuan yang

selalu berfokus dengan dunia kerja, Oleh karena itu, SMK menyiapkan peserta

2
didiknya dengan ilmu pengetahuan dan pelatihan keterampilan sesuai dengan

bidang keahlian yang diminati pesarta didiknya. Cara tersebut dilakukan SMK

agar dapat menyiapkan peserta didiknya menjadi tenaga kerja yang profesional

dan siap pakai. Sehingga lulusan SMK dapat langsung bekerja setelah lulus dari

SMK.

Hal ini menjadi salah satu penyebab SMK tak lagi menjadi batu loncatan

masyarakat untuk menyelesaikan pendidikan, melainkan sebagai pilihan

masyarakat agar dapat memasuki dunia kerja (Lestari & Mudzakir, 2016). Karena

hal itu pula, masyarakat ekonomi kelas bawah cenderung memilih SMK. Mereka

melihat SMK sebagai jalan pintas untuk memperbaiki masa depan dan membuat

mereka menghemat biaya pendidikan karena tidak harus menempuh pendidikan

tinggi (Parker & Nilan, 2013).

Kemajuan industrialisasi menuju era globalisasi membuat SMK terus

mengembangkan bidang-bidang keahliannya mengikuti industri yang ada. Bidang

keahlian seperti bidang teknologi, kesehatan, agribisnis, perikanan dan kelautan,

bisnis dan manajemen, pariwisata, dan seni, dan akan terus bertambah seiring

berkembangnya industri. Keberagaman bidang keahlian yang ada di SMK juga

membuat SMK menjadi pilihan masyarakat. Karena dengan keberagaman tersebut

masyarakat dapat memilih bidang keahlian yang sesuai dengan minat dan

bakatnya (Santoso, 2014).

Dampak industrialisasi pun terlihat dari bagaimana SMK mencetak peserta

didiknya menjadi tenaga kerja yang siap pakai agar dapat memenuhi kebutuhan

pasar yang menyesuaikan industri. Maka dari itu, SMK tak lain hanyalah sebuah

3
pabrik tenaga kerja. Pabrik yang hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pasar

(industri), tanpa melihat apakah tenaga kerjanya berkualitas atau tidak.

Masalahnya, banyak lulusan SMK yang ternyata menganggur daripada bekerja.

Bahkan, SMK menempati urutan tertinggi dalam mencetak pengangguran di

Indonesia.

BPS (2020) mencatat setidaknya pada Februari 2020, sebelum pandemi,

tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan yang paling tinggi

adalah SMK, yaitu mencapai 8,49% dari jumlah TPT sebanyak 6,88 juta jiwa.

Tren ini mengalami penurununan dari tahun sebelumnya. Pasalnnya pada tahun

2019, TPT berdasarkan pendidikan SMK mencapai 8,63%, turun sebesar 0,14%.

Namun, SMK tetap menjadi urutan pertama dalam menyumbang pengangguran

yang ada di Indonesia (Jayani, 2020).

Permasalahan itu disebabkan oleh berbagai hal, seperti misalnya tidak

sejalannya kurikulum serta kompetensi yang digunakan SMK dengan dunia usaha

dan dunia industri, pendirian SMK yang tidak relevan dengan potensi daerah

didirikannya SMK, jumlah guru produkif yang terbatas, hingga fasilitas yang tak

memadai untuk setiap bidang keahlian yang ada di SMK (Sitorus, 2016). Semua

itu akan berdampak pada kualitas dari lulusan SMK itu sendiri. Maka, tak heran

jika banyak lulusan SMK yang menganggur daripada yang bekerja.

Namun, dari sekian banyaknya lulusan SMK yang menganggur tersebut,

beberapa diantaranya memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Pada tahun 2017 misalnya, terdapat setidaknya 10 persen dari 4,6 juta siswa SMK

memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (Jawapos.com, 2017).

4
Adapun faktor-faktor lulusan SMK dalam memilih melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi adalah agar dapat menciptakan mobilitas vertikal, keinginan

untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kompetensi di dunia

kerja (Sudarwati & Raditya, 2013).

Terciptanya mobilitas sosial sering kali dijadikan alasan kuat seseorang

untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal itu pula yang dilakukan

oleh lulusan SMK. Memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan

tujuan untuk meningkatkan mobilitas sosial sehinga dapat mencapai strata sosial

tertentu dan dapat merubah status sosial yang disandangnya (Sudarwati &

Raditya, 2013). Keputusan yang diambil lulusan SMK dalam memilih

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak serta merta diputuskan sendiri,

melainkan ada faktor-faktor lain, seperti peran orang sekitar (peran orang tua,

guru, dan teman sebaya), tingkat pendidikan keluarga dan peran lingkungan

(Sudarwati & Raditya, 2013), serta status sosial ekonomi keluarga (Mar’ati,

2018).

Keputusan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang telah dipilih

oleh lulusan SMK tersebut tidak diiringi dengan kesiapan dan kemantapan

menentukan perguruan tinggi mana dan jurusan apa yang akan mereka pelajari

nantinya. Sehingga, sering kali lulusan SMK ini merasa bingung ketika

dihadapkan dengan berbagai pilihan perguruan tinggi dan berbagai bidang

keahlian yang ada di perguruan tinggi (Setyowati, Prabowo, & Yusuf, 2019).

Perasaan bingung dalam memilih bidang keahlian atau jurusan ini disebabkan

lantaran mereka dihadapkan pada dua pilihan, yakni memilih jurusan yang sejalan

5
dengan jurusan ketika di SMK atau memilih jurusan yang jauh berbeda dengan

jurusan sebelumnya.1

Gambar I.A.1. Bagan Asal Sekolah Mahasiswa FISIP UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta Tahun 2016-2021

SMA SMK MA PESANTREN


236
202 207 207
183

120

61 60 67 62

15 15 20 17 23
12 11 11 13
3

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber: Pustipanda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Teknologi Informasi dan

Pangkalan Data UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menunjukkan bahwasannya

peminat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 2016-2020 tersebar dari

berbagai jenis sekolah menengah atas, seperti SMA, SMK, MA, dan Pesantren.

Jumlah peminat dari SMA merupakan yang tertinggi, kemudian disusul oleh MA,

dan selanjutnya diisi oleh SMK & Pesantren yang memenuhi kuota mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Peminat dari SMK terlihat sempat

mengalami peningkatan di tiga tahun pertama, tetapi turun kembali di dua tahun

terakhir. Data tersebut membuktikan bahwasannya lulusan SMK memiliki

1“Lulusan SMK Lanjut Kuliah? Bisa, Kok!” https://rencanamu.id/post/panduan-masuk-


smk/panduan-persiapan-kuliah-untuk-lulusan-smk/lulusan-smk-lanjut-kuliah-bisa-kok (diakses
pada 1 November 2021, pukul 20.17).

6
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. SMK bahkan

memiliki kuota tersendiri di perguruan tinggi, walaupun jumlahnya tidak

sebanyak SMA.

Gambar I.A.2. Bagan Bidang Keahlian SMK Asal Sekolah


Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5% 1% 3% SMK SOSIAL

22% SMK SENI

26% SMK ANALIS


SMK AKUNTANSI
22%
SMK EKONOMI
21%
SMK PARIWISATA
SMK TEKNIK

(Sumber: Pustipanda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Berdasarkan data pada diagram di atas, peminat Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik tahun 2016-2020 yang berasal dari SMK tersebar dari berbagai

bidang keahlian. Mulai dari bidang sosial, seni, analis, akuntansi, ekonomi,

pariwisata, hingga teknik. Sebanyak 52% mahasiswa yang berasal dari SMK

masih sejurus dengan program studi yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, sisanya, yaitu sebesar 48 % berasal dari jurusan yang dapat dikatakan

berbeda, bahkan menyimpang dari program studi yang ada di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Dengan adanya data tersebut memperlihatkan bahwa lulusan

SMK yang memilih jurusan yang berbeda cukup banyak, bahkan hampir

7
menyamai jumlah lulusan SMK yang memilih jurusan yang sama dengan jurusan

sebelumnya di SMK.

Dari uraian di atas, menjadi menarik melihat bagaimana lulusan SMK yang

memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ternyata tidak

diiringi dengan kesiapan dalam menentukan perguruan tinggi dan bidang keahlian

atau jurusan yang akan mereka pilih. Dengan menggunakan pendekatan Tindakan

Rasional Max Weber, penelitian ini akan mencoba melihat bagaimana rasionalitas

dapat membuat lulusan SMK menentukan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai perguruan tinggi dan bidang keahlian yang mereka pilih.

8
B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan

tersebut dalam pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Mengapa lulusan SMK memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi?

C. Tujuan Penelitian

Berlandaskan pertanyaan penelitian yang telah diuraikan di atas, tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan mengapa lulusan SMK memutuskan melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

D. Manfaat Penelitian

Sebagai penulis dari penelitian ini, tentu memiliki harapan agar penelitian

ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak. Adapun manfaat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

pengalaman, serta menjadi refrensi untuk peneliti yang akan datang,

khususnya bagi peneliti yang akan mengkaji permasalahan lulusan

SMK yang melanjutkan pendidikan dengan jurusan yang berbeda.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan bidang

keilmuan Sosiologi, terlebih lagi untuk mata kuliah Sosiologi

9
Pendidikan terkait dengan permasalahan dunia pendidikan,

khususnya SMK yang lulusannya banyak yang melanjutkan

pendidikan di perguruan tinggi dengan jurusan yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih, masukan

serta gagasan bagi Kementerian Pendidikan agar lebih memperhatikan

SMK dan berbenah. Sehingga jumlah pengangguran yang dihasilkan

SMK berkurang, dan SMK dapat menghasilkan tenaga kerja yang benar-

benar berkualitas serta dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja dunia usaha

dan dunia industri. Yang kemudian akan berdampak pada kemajuan

perekonomian negara Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang mengangkat tema siswa

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun, belum ada penelitian yang

membahas secara langsung permasalahan lulusan SMK, khususnya lulusan SMK

yang memtuskan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rika Kartika (2020) yang berjudul

“The Problem of Poor Student Education: Capital Limitation & Decision

Making in Higher Education”, membahas tentang permasalahan pendidikan

masyarakat miskin yang terhalang akibat keterbatasan modal. Penelitian ini

menggunakan deskriptif kualitatif, dengan studi dokumen, wawancara dan

observasi yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Hasil dari

10
penelitian ini terbagi menjadi dua, yang pertama terkait modal individu. Menurut

Rika, keterbatas modal ekonomi dapat menyebar ke beberapa modal lainnya,

sehingga membuat posisi siswa di sekolah menjadi lemah karena keterbatasan

modal tersebut. Selanjutnya, hasil yang kedua mengenai keterbatasn modal

ekonomi mempengaruhi keputusan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi. Banyak dari siswa yang berprestasi dan mendapatkan bantuan

dana untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi memilih untuk tidak

meneruskan pendidikannya dan cenderung lebih memilih untuk langsung

bekerja.

Penelitian lainnya oleh Josipa Roksa & Karen Jeong Robinson (2017)

yang berjudul “Cultural Capital and Habitus in Context: The Importance of

High School College-going Culture”, membahas tentang hubungan antara modal

budaya, habitus, dan transisi ke pendidikan tinggi di sekolah menengah atas

dengan budaya kuliah rendah dan tinggi di Amerika Serikat. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 7930

siswa dari sekolah menengah atas yang ada di Amerika Serikat.

Hasil yang ditemukan dalam studi ini menyatakan bahwa modal budaya

dan transisi ke pendidikan tinggi memiliki hubungan yang hanya terwujud di

sekolah dengan budaya kuliah yang tinggi. Kemudian, menurut hasil

menyatakan juga bahwa siswa dari latar belakang yang kurang beruntung

mendapat manfaat lebih dari modal budaya daripada siswa berlatar belakang

beruntung, dan ini terjadi di sekolah yang memiliki budaya kuliah rendah.

11
Selanjutnya, penelitian dari Christophe Delay (2020) dengan judul

“Youngsters’ Choice within the Field of Vocational Education in French-

speaking Switzerland: the interplay of Institutional Influences, Peer-group and

Habitus”, yang berfokus pada keputusan anak muda kelas pekerja dalam

menentukan pendidikan kejuruan setelah menyelesaikan pendidikan bahasa

Prancis di Swiss. Lebih jelasnya, penelitian ini membahas pengaruh institusi,

teman sebaya dan habitus terhadap keputusan siswa dalam memilih pendidikan.

Hasilnya menunjukkan bahwa dalam memutuskan pendidikan, siswa mendapat

pengaruh dari guru untuk memilih sekolah kejuruan daripada sekolah akademik.

Selain itu, latar belakang orang tua yang berasal dari kelas pekerja juga

mempengaruhi pilihan mereka terhadap pendidikan yang mereka ambil.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Diane Reay, Miriam David dan

Stephen Ball (2001) yang berjudul “Making a Difference?: Institutional

Habituses and Higher Education Choice”, secara umum membahas pengaruh

habitus yang ada di institusi terhadap keputusan seseorang memasuki perguruan

tinggi. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu kuantitatif dan

kualitatif dengan menyebarkan kuesioner terhadap 500 siswa dan wawancara

mendalam dengan 120 siswa. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa

kesenjangan dapat terjadi akibat habitus institusional lebih melihat modal

budaya individu dibanding dengan modal kolektif. Selain itu, hasil dari study

tersebut digunakan untuk melihat dan memahami bagaimana institusi pendidikan

dapat membuat perbedaan dalam pilihan pendidikan tinggi.

12
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Eric Grodsky dan Catherine

Riegle-Crumb (2010) yang berjudul “Those Who Choose and Thoose Who

Don’t: Social Background and College Orientation”, yang membahas tentang

habitus yang dihasilkan dari perkuliahan. Banyak siswa yang beranggapan

bahwa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah sesuatu yang harus

mereka lakukan setelah menyelesaikan sekolah menengah atas. Namun, pada

kenyataannya ada beberapa aspek yang mempengaruhi keputusan siswa

sehingga bisa atau tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Seperti yang dihasilkan oleh penelitian ini, dikatakan bahwasannya latar

belakang keluarga, kelas social, bahkan ras mempengaruhi keputusan seseorang

untuk dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, peneliti belum menemukan

penelitian yang secara spesifik membahas permasalahan tindakan lulusan SMK

yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dengan

menggunakan teori Tindakan Rasional Max Weber, peneliti berusaha melihat

alasan mengapa lulusan SMK memutuskan melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi dan memilih FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

perguruan tinggi dan bidang keahlian atau jurusan yang mereka pilih.

13
F. Kerangka Teoritis

1. Definisi Konseptual

a. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah menengah kejuruan atau (SMK) adalah sekolah menengah yang

tingkatannya setara dengan SMA/MA. SMK sendiri merupakan pendidikan

formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan

menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, disebutkan pengertian SMK sebagai pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik untuk siap bekerja dalam bidang tertentu. Dalam

proses belajar mengajarnya, SMK tidak hanya membekali peserta didiknya

dengan ilmu pelajaran secara teori saja, melainkan juga secara praktik yang

berguna untuk menyiapkan peserta didik yang profesional dan kompeten sesuai

pada bidang keahliannya.

SMK memiliki banyak bidang keahlian. Dengan menyesuaikan

kebutuhan kerja dan minat masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Serta

dalam setiap bidang keahlian tersebut masing-masingnya memiliki program

keahlian tersendiri, begitupun program keahliannya memiliki paket keahlian

tertentu, yang mana disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada.

Bidang keahlian SMK menurut Permendikbud No.70 Tahun 2013

tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SMK, adalah sebagai berikut:

(1) Teknologi dan Rekayasa; (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (3)

Kesehatan; (4) Agribisnis dan Agroteknologi; (5) Perikanan dan Kelautan; (6)

14
Bisnis dan Manajemen; (7) Pariwisata; (8) Seni Rupa dan Kriya; dan (9) Seni

Pertunjukan. Bidang keahlian ini akan terus bertambah dan berkembang seiring

berkembangnya teknologi dan industri yang ada (Kurniawan et al., 2015).

b. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sebagai bagian dalam sistem pendidikan, SMK juga memiliki tujuan,

salah satunya yaitu menciptakan tenaga kerja siap pakai. Namun, tujuan SMK

bukan hanya dalam hal menciptakan tenaga kerja saja, melainkan ada tujuan-

tujuan lainnya. Seperti yang tertera dalam Undang-undang Nomor 20 tahun

2003 yang mengatakan bahwa tujuan SMK sendiri terbagi menjadi dua, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus.

Umumnya, SMK yang merupakan bagian dari satuan pendidikan,

memiliki tujuan yang hampir sama dengan satuan pendidikan lainnya, yakni

seperti meningkatkan religiusitas peserta didik, membuat peserta didik agar

menjadi warga negara yang baik, cinta tanah air, peduli lingkungan, serta

mengembangkan potensi diri peserta didik agar menjadi lebih baik, kreatif,

inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

Sementara itu, tujuan khusus dibuatnya SMK adalah untuk dunia kerja.

SMK menyiapkan peserta didik untuk menjadi manusia produktif yang

harapannya dapat mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia kerja. Hal

tersebut tentu diiringi dengan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang memadai agar dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan

terlatih. Selain itu, SMK juga membekali peserta didiknya dengan kompetesi-

kompetensi program keahlian yang sesuai dengan yang ada di dunia kerja agar

15
peserta didik yang akan menjadi tenaga kerja ini dapat beradaptasi bahkan

bersaing di dunia kerja (Munandar, 2005).

2. Kajian Teori

a. Teori Tindakan Rasional Max Weber

Tindakan rasional merupakan bagian dari konsep teori tindakan sosial

yang dikembangkan oleh Max Weber (Sudarwati & Raditya, 2013). Tindakan

sosial adalah tindakan individu yang memiki makna atau arti subyektif. Suatu

tindakan dapat dikatakan sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut

ditujukan atau mempertimbangkan keberadaan orang lain (Upe, 2017).

Artinya, tidak semua tindakan yang dilakukan manusia itu merupakan

tindakan sosial.

Dalam tindakan sosial, Weber memberikan fokusnya pada tindakan

rasional. Rasional sendiri memiliki arti sebagai pemikiran atau pertimbangan

yang logis. Tindakan rasional menurut Weber adalah tindakan yang

berdasarkan pada pemikiran atas kesadaran akan pilihan yang nyata (Upe,

2017).

Weber mengelompokan tipe-tipe tindakan sosial menjadi dua, yakni

tindakan rasional dan tindakan nonrasional (Sudarwati & Raditya, 2013).

Tindakan rasional ini mencakup rasionalitas instrumental dan rasionalitas

berorientasi nilai, sedangkan tindakan nonrasional adalah tindakan afektif dan

tindakan tradisional.

16
Empat tipe tindakan menurut Weber terdiri dari:

1. Tindakan rasional instrumental (Instrumental Rationality)

Tindakan social tipe rasional instrumental merupakan tindakan

yang paling tinggi tingkat rasionalitasnya (Sudarwati & Raditya,

2013). Tindakan tipe ini sangat bisa diterima, karena tindakan ini

logis dan memiliki hubungan dengan tujuan dari tindakan yang

dilakukan.

The first means-ends rationality, or action that is


“determined by expectations as to the behaviour of objects in
the environment and of other human beings; these
expectations are used as 'condition' or 'means' for the
attainment of the actor's own rationally pursued and
calculated ends” (Weber, 1921:24 dalam Ritzer, 1996).

Individu dalam tipe tindakan rasional instrumental ini

memperhitungkan sendiri tindakannya secara rasional guna

mencapai tujuan yang diinginkan seacara efisien dan efektif.

2. Tindakan yang berorientasi nilai (Value Rationality)

Tindakan yang kedua yaitu tindakan yang berorientasi nilai

(Value Rationality). Weber mendefinisikan tindakan tipe ini sebagai:

“determined by a conscious belief in the value for its own


sake of some ethical, aesthetic, religious, or other form of
behaviour, independently of its prospect for success” (Weber,
1921:24 dalam Ritzer, 1996).

Dalam tipe tindakan berorientasi nilai ini tindakan individu

ditentukan berdasarkan kesadaran akan nilai. Individu yang

melakukan tindakan ini memiliki keyakinan bahwa tindakan yang

dilakukan itu telah memiliki tujuan yang jelas. Sehingga individu

17
akan bertindak sesuai dengan kepercayaan yang telah dimilikinya

tersebut.

3. Tindakan afektif (Affectual Action)

Selanjutnya yang ketiga, yaitu tipe tindakan afektif. Tipe

tindakan ini tidak terlalu diperhatikan oleh Weber. Karena tindakan

tipe ini berdasarkan keadaan emosional yang ada di individu.Maka

dari itu, tipe ini masuk ke dalam kelompok tipe tindakan non

rasional.

4. Tindakan Tradisional (Traditional Action)

Terakhir, yakni tipe tindakan tradisional. Tindakan tadisional

merupakan tipe tindakan yang ditentukan atau disebabkan oleh

kebiasaan yang dilakukan. Tindakan dalam tipe ini dilakukan tanpa

adanya kesadaran, dan juga tidak mengetahui tujuan secara jelas.

Namun, karena sudah menjadi tradisi maka tindakan tersebut tetap

dilakukan oleh actor.

Tipe-tipe tindakan di atas memperlihatkan bahwa tindakan social

merupakan tindakan individu yang berorientasi pada satu tujuan tertentu.

Peneliti merasa teori ini dapat membantu menjelaskan dan mengarahkan

pembahasan dalam penelitian ini. Keempat tipe tindakan social Weber akan

menjelaskan mengapa lulusan SMK memutuskan untuk melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

18
G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu pendekatan yang berfokus pada pencarian data yang

dilakukan secara menyeluruh. Pendekatan ini melihat secara rinci terhadap

suatu permasalahan yang sedang diteliti. Sehingga dapat tercipta suatu

deskriptif atau gambaran dari suatu permasalahan tersebut.

Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah karena

penulis membutuhkan data atau informasi yang lebih mendalam mengenai

permasalahan SMK di Indonesia, khususnya permasalahan lulusan SMK yang

memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain itu, penulis ingin

memahami permasalahan lulusan SMK ini dari kacamata sosiologi, karena

selama ini belum banyak yang mengangkat permasalahan ini dalam bingkai

sosiologi, akan tetapi sudah banyak dibahas dalam bidang keilmuan

pendidikan.

2. Subjek Penelitian

Dalam pemilihan informan, peneliti berusaha mencari informan yang

dapat memenuhi standar atau kriteria yang sesuai dengan penelitian ini.

Maka, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Purposive Sampling. Sugiyono (2016) mengartikan Purposive

Sampling sebagai suatu cara dalam pengambilan sampel dengan standar

tertentu.

19
Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 15 informan yang terdiri

dari 13 orang merupakan lulusan SMK yang melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi berdasarkan keinginan sendiri dan dorongan orang lain.

Kemudian 2 orang merupakan orang tua yang mendorong anaknya yang

merupakan lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Adapun kriteria informan adalah sebagai berikut:

a. Merupakan Lulusan SMK yang sedang melanjutkan pendidikan di

perguruan tinggi atau sudah menyelesaikan pendidikan di perguruan

tinggi;

b. Melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atas dasar minat atau

pun pengaruh dari orang sekitar

c. Merupakan pemengaruh keputusan lulusan SMK untuk berkuliah

d. Memilih jurusan kuliah yang berbeda dengan jurusan ketika di SMK.

20
Kategori Lulusan SMK yang sedang Melanjutkan Pendidikan di Perguruan

Tinggi

No Asal Jurusan Hari/


Nama Domisili VC/ TM
. Sekolah Kuliah Tanggal

1. Arya Depok SMK UIN Syarif Minggu, Video

Nabali Wisata Hidayatullah 29 Call

Indonesia Jakarta November

(Jurusan (Jurusan 2020

Perhotelan) Sosiologi)

2. Amelia Tangerang SMK Universitas Selasa, 15 Tatap

Selatan Negeri 1 Pamulang Desember Muka

Tangerang (jurusan 2020

Selatan Manajemen

(Jurusan SDM)

Pastry Tata

Boga)

3. Yoga Tangerang SMK Universitas Selasa, 15 Tatap

Adnan Selatan Baskara Pamulang Desember Muka

Depok (jurusan 2020

(Jurusan Manajemen

TKJ) SDM)

4. Reza Ardi Tangerang SMK Universitas Selasa, 15 Tatap

Selatan Negeri 1 Pamulang Desember Muka

21
Tangerang (jurusan 2020

Selatan Manajemen

(Jurusan SDM)

Pastry Tata

Boga)

5. Yuniar Tangerang SMK Universitas Selasa, 15 Tatap

Setyowati Selatan Taruna Pamulang Desember Muka

Terpadu 1 (jurusan 2020

Bogor Manajemen

(Jurusan SDM)

Multimedia)

6. Andre Serang SMK Al- UIN Syarif Rabu, 16 Tatap

Reva Ikhlas Hidayatullah Desember Muka

Jawilan Jakarta 2020

(Jurusan (Jurusan

TKJ) Ekonomi

syariah)

7. M. Bekasi SMK Insan UIN Syarif Rabu, 16 Video

Farizan Nasional Hidayatullah Desember Call

(Jurusan Jakarta 2021

TKJ) (Jurusan

Bimbingan

Penyuluhan

22
Islam)

8. M. Adi Bekasi SMK Insan UIN Syarif Kamis, 17 Video

Satria Nasional Hidayatullah Desember Call

(Jurusan Jakarta 2020

Teknik (Jurusan

Mesin) Manajemen

Dakwah)

9. Rendi Tangerang SMK Universitas Kamis, 17 Video

Ferdiana Selatan Negeri 1 Pamulang Desember Call

Gunung (Jurusan Ilmu 2020

Sindur Hukum)

(Jurusan

TKJ)

10. Yosep Tangerang SMK UIN Syarif Selasa, 22 Video

Anggara Selatan Negeri 1 Hidayatullah Desember Call

Gunung Jakarta 2020

Sindur (Jurusan

(Jurusan Manajemen

TKJ) Pendidikan)

23
Kategori Lulusan SMK yang Telah Menyelesaikan Pendidikan di Perguruan

Tinggi

Asal Jurusan Hari/


No. Nama Domisili VC/TM
Sekolah Kuliah Tanggal

1. Mulia Padang SMK STIA Minggu, Video

Putri Negeri 6 Adabiah 29 Call

Padang (Jurusan November

(Jurusan Administrasi 2020

Tata Boga) Publik)

2. Lia Padang SMK UIN Imam Senin, 14 Video

Andini Negeri 6 Bonjol Desember Call

Padang (Jurusan 2020

(Jurusan Manajemen

Tata Boga) Perbankan

Syariah)

3. Dwi Padang SMK Universitas Senin, 6 Video

Fitri Negeri 6 Dharma Desember Call

Febriani Padang Andalas 2020

(Jurusan (Jurusan

Tata Boga) Akuntansi)

24
Kategori Pemengaruh Keputusan Lulusan SMK Berkuliah

Hari/
No. Nama Domisili VC/TM
Tanggal

Yeti Avita Padang Senin, 6 Voice Call

1. B. Ac Desember

(51 Tahun) 2020

Rabu, 16 Voice Call

2. Supendi Serang Desember

2020

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif memiliki beberapa teknik pengumpulan data,

diantaranya adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan diskusi

mendalam. Penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu teknik wawancara

dan studi pustaka sebagai teknik mengumpulkan data.

a. Teknik Wawancara

Teknik wawancara dilakukan dengan cara menanyakan langsung

kepada informan terkait objek yang diteliti. Kemudian peneliti akan

mendapatkan informasi langsung terkait objek tersebut dari informan.

Adapun teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara tidak

terstruktur (Marvasti, 2004). Yang mana dengan teknik tersebut peneliti dapat

membuat interaksi dengan informan terasa lebih santai, sehingga informan

lebih terbuka dan dapat membagi kisahnya dengan peneliti.

25
Informan pada penelitian ini tersebar di beberapa wilayah, yaitu Padang,

Tangerang Selatan, Depok, Serang dan Bekasi. Maka dari itu, proses

pembicaraan dalam wawancara dilakukan secara tatap muka sebanyak 35%

dan virtual sebanyak 65% melalui aplikasi Video Call dan ada juga yang

dilakukan melalui Voice Call. Namun, penggunaan aplikasi Voice Call

dilakukan dengan alasan bahwa informan merupakan orang tua, sehingga cara

ini dipilih agar tidak mempersulit informan ketika proses pengambilan data

dilakukan. Selain itu, pembicaraan dalam penelitian ini dilakukan secara

virtual sebagian besar dikarenakan mengingat pandemi Covid 19 yang masih

melanda dunia, begitupun Indonesia, di mana pembatasan sosial masih

diberlakukan guna mengurangi angka penyebaran Covid 19.

b. Studi Pustaka

Penelitian ini menggunakan data tambahan yang berguna untuk

menyempurnakan informasi dari hasil penelitian yang dilakukan penulis. Data

tersebut merupakan data sekunder, atau data yang berasal di luar dari data

primer, seperti buku, jurnal, artikel, atau karya ilmiah lainnya yang memiliki

korelasi dengan tema penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan

Guna mendapatkan gambaran serta memudahkan pembahasan dalam

skripsi ini, maka penulisan disusun secara sistematik dengan

mengelompokkan pembahasan ke dalam empat bab, yakni:

26
BAB I Pendahuluan, berisikan Latar Belakang, Pertanyaan Penelitian,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi

Peneitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Pendidikan Kejuruan di Indonesia, berisikan tentang

penjelasan dari Sekolah Menengah Kejuruan, Sejarah SMK, melihat

bagaimana SMK sebagai Pendidikan di Indonesia, dan melihat hubungan

Pendidikan dan Mobilitas Sosial sertaPendidikan dan Kelas Sosial.

BAB III Temuan dan Hasil, berisikan hasil dari penelitian yang

dilakukan di lapangan. Bab ini terbagi menjadi tiga sub-bab. Yakni Latar

Belakang Lulusan SMK Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi,

Faktor Penyebab Lulusan SMK Berkuliah Lintas Jurusan, Proses Modal

Sosial Mempengaruhi Lulusan SMK.

BAB IV PENUTUP, berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang

telah dilakukan, serta saran yang penulis berikan untuk berbagai pihak.

27
BAB II

PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA

A. Sekolah Menengah Kejuruan

1. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, terdapat pengertian dari

sekolah menengah kejuruan yang dinyatakan dalam pasal 1 ayat 15:

“Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK


adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang
diakui sama atau setara SMP atau MTs.”

Sebagai satuan pendidikan pada jenjang menengah, SMK setara

tingkatannya dengan sekolah menengah atas (SMA). Hanya saja terdapat

pebedaan baik itu secara metode pembelajaran maupun tujuan dari kedua

lembaga pendidikan tersebut. SMK menyelenggarakan pendidikan kejuruan

sebagai sistem pendidikannya.

Menurut Evans (dalam Muliati 2007) mengartikan pendidikan kejuruan

sebagai system pendidikan yang menyiapkan individu agar lebih mampu

bekerja pada satu kelompok atau satu pekerjaan diantara banyaknya bidang

pekerjaan yang ada. Kemudian Djohar (2007) mendefisnisikan pendidikan

kejuruan sebagai system pendidikan yang bertujuan menciptakan individu


siap
(peserta didik) menjadi tenaga kompeten dan professional dan juga untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, dalam

28
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

disebutkan pengertian pendidikan kejuruan sebagai pendidikan menengah

yang mempersiapkan peserta didik untuk siap bekerja dalam bidang tertentu.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kejuruan merupakan system pendidikan yang diciptakan untuk menyiapkan

tenaga kerja yang kompeten dan mampu untuk masuk ke dunia kerja. Dengan

membekali pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didiknya, serta

menggunakan metode pembelajaran teori dan praktek, diharapkan SMK dapat

menghasilkan lulusan-lulusan yang produktif, professional dan kompeten

pada bidang keahliannya sehingga mampu menghadapi persaingan di dunia

kerja.

SMK memiliki beragam bidang keahlian yang menyesuaikan dengan

kebutuhan kerja dan minat masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Serta

dalam setiap bidang keahlian tersebut masing-masingnya memiliki program

keahlian tersendiri, begitupun program keahliannya memiliki paket keahlian

tertentu, dan disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Menurut

Permendikbud No.70 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur

kurikulum SMK, terdapat sembilan bidang keahlian untuk SMK yaitu: (1)

Teknologi dan Rekayasa; (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (3)

Kesehatan; (4) Agribisnis dan Agroteknologi; (5) Perikanan dan Kelautan; (6)

Bisnis dan Manajemen; (7) Pariwisata; (8) Seni Rupa dan Kriya; dan (9) Seni

Pertunjukan.

29
Dengan banyaknya bidang keahlian yang ada di SMK, membuat peserta

didik menjadi lebih leluasa dalam memilih bidang keahlian yang diminatinya.

Selain itu, kurikulum yang ada di SMK juga dibuat sedemikian rupa sesuai

dengan yang dibutuhkan di dunia kerja sehingga membuat peserta didik

terbiasa dan tidak mengalami kesulitan ketika masuk ke dunia kerja. Dan

juga, dengan disesuaikannya kurikulum ini juga diharapkan dapat membuat

peserta didik menjadi lulusan yang kompeten dan mampu bekerja pada

bidang keahlian yang ditekuninya selama di SMK.

2. Sejarah SMK di Indonesia

Pendidikan kejuruan telah ada di Indonesia bahkan jauh sebelum

Indoneisa merdeka. Didirikan pertama kalioleh pemerintahan Belanda,

pedidikan kejuruan dibuat dengan berbagai corak, seperti kelompok sekolah

bercorak kewanitaan, kelompok sekolah teknik, dan kelompok sekolah

pertanian (Kurniawan et al., 2015). Karena didirikan oleh pemerintah

Belanda, tentu pendidikan di Indonesia tak lepas dari budaya Belanda pada

saat itu. Nama-nama sekolah yang menggunakan bahasa belanda, kurikulum,

serta metode pembelajaran yang digunakan pun berpusat pada pendidikan

Belanda. Ini berjalan hingga akhirnya Jepang datang ke Indonesia.

Sekolah-sekolah di Indonesia pernah sempat ditutup dikarenakan

situasi perang ketika Jepang datang. Namun, hal itu tidak berlangsung lama

karena pada saat pemerintahan Jepang sekolah-sekolah kembali dibuka, akan

tetapi hanya beberapa saja dari sekian banyaknya sekolah yang ada pada

zaman Belanda. Hal ini membuat pendidikan di Indonesia mengalami krisis.

30
Banyak guru yang kehilangan pekerjaannya, banyak siswa yang terancam

putus sekolah (Kurniawan et al., 2015). Terlebih lagi pada masa itu bahasa

jepang menjadi bahasa wajib selain bahasa indonesia. Guru-guru diberikan

pelatihan kilat agar dapat menguasai bahasa jepang dan mengajarkan siswa-

siswinya dengan menggunakan bahasa tersebut.

Dalam era ini corak pendidikan kejuruan masih sama seperti pada

zaman Belanda, akan tetapi dengan adanya pengurangan sekolah baik itu

ditiadakan maupun digabung menjadi satu, membuat pendidikan kejuruan di

Indonesia mengalami penurunan. Nama-nama sekolah serta system

pendidikan yang tadinya berpusat ke Belanda pun runtuh. Seperti dalam

kelompok sekolah bercorak kewanitaan, diganti menjadi Sekolah Kepandaian

Putri (SKP) dan Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP), dan nama

pendidikan kejuruan untuk kelompok teknik pada tingkat menengah menjadi

Sekolah Teknik Menengah (STM), yang mana istilah tersebut aktif digunakan

oleh pemerintah hingga tahun 1998 (Suharno, Pambudi, & Harjanto, 2020).

3. SMK dalam Pendidikan di Indonesia

Sebagai salah satu lembaga pendidikan menengah yang

menyelenggarakan pendidikan kejuruan, SMK memiliki peran penting dalam

meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Dengan adanya dua

metode pembelajaran di SMK, yaitu secara teori dan praktik, diharapkan

dapat menghasilkan SDM yang bermutu sehingga lulusannya mudah

mendapatkan pekerjaan (Munandar, 2005).

31
Kehadiran SMK ini membawa angin segar dalam pendidikan di

Indonesia. Membuat peserta didik memiliki pilihan sekolah diantara

SMA/MA dan bahkan pesantren. Bidang keahlian yang beragam, membuat

SMK semakin diminati oleh peserta didik. Selain itu, SMK juga menyiapkan

fasilitas yang memadai sesuai dengan bidang keahlian yang ada, bahkan guru-

guru yang mengajar pun memiliki pengalaman tidak hanya dalam pendidikan,

tetapi juga dalam dunia industri. Hal ini didukung oleh pernyataan Lyn Parker

yang mengatakan bahwa:

“Vocational schools ideally have facilities that mimic actual work


places, and teachers who have industry experience. The tourism
school, for instance, has a mock hotel lobby, bar and restaurant and a
motel suite, so that students can learn the skills of the receptionist,
waiter and house-keeper. Teachers put a great deal of effort into
arranging work experience for their students, and this period is often
seminal for young people, inspiring their career aspirations (Parker &
Nilan, 2013).

Menurut Lyn, dengan adanya fasilitas-fasilitas yang memadai, serta

guru-guru yang berpengalaman itu membuat peserta didik terinspirasi untuk

karir yang akan mereka capai di masa depan. Selain itu fasilitas juga sangat

berguna untuk menunjang keberlangsungan metode pembelajaran yang

berlaku di SMK. Metode dalam proses belajar di SMK tidak hanya secara

materi, akan tetapi juga melalui praktik yang mengasah keterampilan peserta

didiknya.

Selain itu, peserta didik juga akan menjalani program praktik kerja

industri (Prakerin). Program ini merupakan bentuk kerja sama SMK sebagai

32
lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industry (DU/DI). Siswa

siswi SMK akan menjalani program ini guna mempraktekkan apa yang sudah

dipelajari di sekolah. Adapun manfaat dari diadakannya prakerin ini adalah

untuk membantu siswa mengembangkan keahliannya dan membuat siswa

terbiasa dengan dunia kerja.

Sesuai dengan tujuan awal didirikannya SMK, yaitu untuk

menyiapkan lulusannya agar siap bekerja. SMK memang memberikan metode

pembelajaran yang mendukung untuk tujuan tersebut. Meskipun pada

akhirnya SMK merupakan penyumbang pengangguran tertinggi di Indonesia.

B. Pendidikan dan Mobilitas Sosial

Masyarakat memandang pendidikan sebagai solusi untuk memperoleh

posisi yang lebih baik. Dengan beranggapan bahwa semakin tinggi

pendidikan yang dikenyam maka semakin besar pula tujuan yang didapat. Ini

membuat terbukanya kesempatan untuk meningkatkan golongan social yang

dimiliki. Sehingga pendidikan dapat disimpulkan sebagai factor dalam

menciptakan mobilitas social (Nasution, 2009).

Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

20 tahun 2003 merupakan suatu usaha dalam meningkatkan potensi diri

peserta didik melalui pembelajaran. Usaha ini bukan hanya kecerdasan yang

dikembangkan, melainkan juga pengendalian diri kepribadian, akhlak mulia

dan juga keterampilan yang dibutuhkan peserta didik maupun masyarakat.

Sedangkan mobilitas social adalah suatu pergerakan dalam struktur

social. Mobilitas social memiliki dua tipe pergerakan, yaitu mobilitas social

33
vertical dan mobilitas social horizontal. Dalam mobilitas social vertical

terdapat moblitas vertical naik (social climbing) dan mobilitas vertical turun

(social sinking). Mobilitas vertical merupakan perpindahan posisi dari yang

tidak punya derajat ke derajat yang lebih tinggi maupun sebaliknya.

Sedangkan mobilitas horizontal merupakan peralihan individu dari suatu

kelompok ke kelompok lainnya, dimana dalam mobilitas ini tidak terdapat

perubahan derajat dalam posisi yang dimiliki (Seknun, 2015).

Pendidikan dan mobilitas social memiliki hubungan yang saling

berkaitan. Sebagai salah satu factor terjadinya mobilitias social, pendidikan

memiliki peranan penting di masyarakat. Hal ini dijelaskan oleh Pattinasarany

(Arifin, 2017) dalam penelitiannya yang dilakukan di Jawa Barat dan Jawa

Timur. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan

suatu individu maka semakin besar pula individu tersebut mendapatkan

mobilitas vertical ke atas.

Dalam mencapai pendidikan tinggi itu sendiri dibutuhkan mobilitas

social. Latar belakang keluarga (family background), baik itu dari segi

social-ekonomi maupun budaya juga sangat berperan dalam membantu

mewujudkan tercapainya mobilitas social tersebut (Gao dalam Arifin 2017).

Kemudian, Havemen dan Smeedy (2006) mengungkapkan bahwa terdapat

banyak studi yang menyatakan bahwa antara status social ekonomi, peluang

pendidikan serta mobilitas social itu memiliki hubungan yang sangat erat.

Salah satunya adalah Pattinasarany (dalam Arifin 2017) yang

mengungkapkan bahwa pola mobilitas vertical itu lebih banyak dijumpai pada

34
kelompok golongan menengah ke atas. Pernyataan tersebut didukung oleh

Boudon yang mengatakan bahwa dalam mencapai pendidikan tinggi dapat

mencegah penuruan pangkat bagi mereka yang berasal dari golongan

menengah ke atas, sedangkan bagi golongan bawah atau kelas pekerja dapat

menghindari penurunan pangkat dengan cara tidak mengejar pilihan tersebut

(Van De Werfhorst, Sullivan, & Cheung, 2003).

Berdasarkan pernyataan di atas, maka tak heran jika masyarakat

berlomba-lomba mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Meskipun, tidak

semua golongan dalam struktur masyarakat dapat mengenyam pendidikan

hingga perguruan tinggi, pendidikan tetap menjadi salah satu factor penting

untuk mencapai mobilitas social.

C. Pendidikan dan Kelas Sosial

Sangat mudah melihat bagaimana pendidikan mereproduksi

ketidakadilan social. Sekolah menciptakan kelas sosial, sehingga dalam

pendidikan terdapat stratifikasi sosial (Parker & Nilan, 2013). Terlebih lagi

dalam mereproduksi ketidakadilan kelas, sekolah merupakan alat yang

digunakan untuk mempertahankan keberadaan kelas dominan (Martono,

2012). Kelas dominan di sini merupakan kalangan yang memiliki modal

budaya. Dengan modal yang dimilikinya, kelas ini dapat menjadikan sekolah

sebagai alat untuk mempertahankan posisinya sebagai bagian dari golongan

tersebut.

Kelas social terbagi menjadi tiga, kelas atas, kelas menengah dan

kelas bawah. Sebagai kelas yang berada dalam strata tertinggi, tentunya

35
membuat kelas atas dapat mendominasi kelas-kelas yang ada di bawahnya.

Kecerdasan, gaya, selera, bahkan kemahiran yang hanya dimiliki oleh kelas

atas merupakan budaya yang memang ada dalam kelas ini. Kemudian kelas

atas menggunakan sekolah sebagai alat untuk mempengaruhi kelas bawah

dengan mentranformasikan habitus kelas dominan menjadi modal budaya

yang masuk ke dalam kurikulum yang tak nampak (Hidden Curriculum)

(Martono, 2012).

Habitus dari kelas atas tentu tidak akan sesuai dengan habitus kelas

bawah. Maka dari itu, sekolah dikatakan juga sebagai alat seleksi (Bourdieu

dalam Martono 2012). Karena dengan habitus tersebut, akan menciptakan

keberhasilan dan kegagalan dari suatu kelas. Bagi yang habitusnya sesuai

maka akan berhasil, sedangkan yang tidak sesuai maka akan gagal.

Kelas bawah dapat menghindari kegagalan itu dengan cara meniru

habitus dari kelas atas atau disebut juga sebagai proses borjuasi (Martono,

2012). Namun, jika ternyata proses borjuasi ini tidak berhasil, maka posisinya

akan tetap sama. Begitupun posisi dari kelas atas. Akan selalu berada di atas.

Itulah kenapa sekolah dikatakan sebagai alat untuk mempertahankan posisi

dari suatu kalangan.

Dari pernyataan di atas dapat simpulkan bahwa pendidikan, melalui

sekolah akan selalu menciptakan kesenjangan social. Pendidikan hanya

menguntungkan bagi kalangan yang berasal dari kelas atas. Keberuntungan

yang dilatar belakangi oleh keluarga menjadikan kalangan atas lebih siap

bersaing di sekolah dengan modal budaya yang dimilikinya. Berbeda dengan

36
kalangan kelas atas, kelas bawah menggunakan sekolah sebagai satu-satunya

sarana agar dapat mengenal dunia luar. Sekolah juga menjadi satu-satunya

media yang mampu menjanjikan cita-cita keberhasilan social bagi kelas

bawah (Haryatmoko dalam Martono 2012).

Banyak sekolah yang akhirnya memberikan keterampilan untuk

peserta didiknya yang berasal dari kelas bawah. Kursus computer, menjahit,

bahasa asing, perbankan dan lain sebagainya. Keterampilan seperti itu adalah

habitus yang dimiliki oleh kelas dominan. Nampaknya kelas dominan bukan

hanya ingin menjadikan individu menjadi kelas bawah di sekolah, namun

juga menjadikan kelas bawah dalam dunia kerja (Martono, 2012). Selain itu,

pemilihan sekolah antara kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah pun

berbeda. Kelas atas cenderung memilih sekolah internasional, kelas

menengah memilih sekolah umum, sedang kelas bawah memilih sekolah

kejuruan agar dapat langsung bekerja ketika lulus (Parker & Nilan, 2013).

37
BAB III

RASIONALITAS PEMILIHAN LINTAS JURUSAN PADA LULUSAN

SEKOLAH KEJURUAN

Bab ini akan menjelaskan hasil dari penelitian lapangan yang telah

dilakukan peneliti, yakni mengenai alasan lulusan SMK memutuskan melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi dan apa saja yang menyebabkan lulusan SMK

memilih jurusan yang berbeda dengan jurusan ketika di SMK. Seperti yang

diketahui bahwa SMK merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan

pendidikan kejuruan pada tingkat menengah. SMK memiliki visi, yaitu

menyiapkan peserta didiknya agar siap masuk ke dunia industri. Namun di sisi

lain, SMK juga tidak menutup kemungkinan jika peserta didiknya ingin

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi walaupun dengan menanggalkan

kejuruan yang telah dipelajarinya ketika di SMK.

Peneliti akan menganalisis mengenai alasan lulusan SMK memutuskan

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta alasan mengapa lulusan SMK

memilih FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai peguruan tinggi dan

bidang keahlian yang mereka pilih.

A. Rasionalitas Lulusan SMK dalam Memutuskan Melanjutkan

Pendidikan ke Perguruan Tinggi

Dalam konteks rasionalitas, tindakan dilakukan berdasarkan pemikiran dan

pertimbangan yang sadar. Lulusan SMK yang seharusnya bekerja setelah lulus

sekolah nyatanya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Keputusan lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

38
merupakan tindakan rasional. Dikatakan rasional karena keputusan lulusan SMK

tersebut melalui pemikiran dan pertimbangan yang logis dan memiliki tujuan.

Perubahan haluan ini akan penulis jabarkan dengan menggunakan tipe-tipe

tindakan rasional Max Weber.

1. Rasonalitas Instrumental (Instrumental Rasionality)

Rasionalitas instrumental merupakan rasionalitas yang memiliki tingkatan

yang paling tinggi diantara tipe rasionalitas lainnya. Menurut Ana Sudarwati dan

Ardhie Raditya (2013) rasionalitas instrumental menjadi tindakan sosial yang

paling tinggi tingkatannya dikarenakan rasionalitas ini diiringi dengan

petimbangan dan pilihan yang berdasarkan tujuan.

Lulusan SMK memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi adalah karena memiliki tujuan, seperti:

a. Gelar Sarjana

Lulusan SMK yang memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi jumlahnya masih sedikit, yaitu 10% dari total 4,6 juta siswa SMK pada

tahun 2017 (Jawapos.com, 2017). Nampaknya memang sedikit sekali, akan tetapi

perlu diingat bahwa tujuan awal SMK adalah menyiapkan peserta didiknya untuk

siap bekerja dan kompeten di bidangnya. Sehingga membuat sebagian lulusan

SMK lebih memilih untuk langsung bekerja, bahkan sebagian dari mereka

memang dari awal sengaja memilih SMK agar dapat langsung bekerja tanpa harus

pusing memikirkan kuliah.

Mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi dan

mendapatkan gelar sarjana mungkin sudah menjadi hal wajar pada saat ini.

39
Namun, bagi sebagian orang, mengenyam pendidikan hingga mendapatkan gelar

sarjana merupakan suatu prestige yang dapat dibanggakan. Seperti yang di

ungkapkan oleh informan yang bernama Mulia Putri berikut ini:

“gua mau kuliah karena gua mau punya gelar dan untuk dapetin
gelar itu kan harus mengenyam pendidikan lagi kan. Gua punya gelar
itu biar bisa gua tulis di undangan pernikahan gua nanti. Biar orang-
orang liat gua punya gelar hahahaha” (Wawancara Pribadi dengan
Mulia Putri, 29 November 2020)

Pernyataan yang dilontarkan informan di atas menyatakan bahwa tujuannya

melanjutkan kuliah adalah untuk meraih gelar agar dapat diperlihatkan dan

dibanggakan. Lain halnya dengan pernyataan informan di atas, informan Rendi

Ferdiana menyatakan bahwa tujuannya mendapatkan gelar sarjana dengan

berkuliah adalah untuk mencari pekerjaan. Berikut peryataan yang diucapkan oleh

informan:

“Enggak. Emang gua pengen dapet gelar Sarjana aja. Karena kata
abang kan (cari) kerja tanpa gelar sarjana kan susah.” (Wawancara
Pribadi dengan Rendi Ferdiana, 17 Desember 2020)

Pernyataan yang diungkapkan oleh informan di atas mengartikan bahwa

informan mempercayai ucapan kerabatnya yang mengatakan sulitnya mencari

pekerjaan tanpa adanya gelar di belakang nama. Walaupun keinginan

mendapatkan gelar sarjana merupakan keinginan pribadi, tetapi informan

mempertimbangkan dan mempercayai apa yang kerabatnya ucapkan. Dengan

anggapan gelar sarjana akan membuat seseorang lebih dipandang dan lebih mudah

mendapat pekerjaan, maka tak heran jika ada sebagian orang yang lebih memilih

untuk melanjutkan pendidikan ketimbang langsung bekerja.

40
b. Pekerjaan yang Lebih Baik

SMK adalah salah satu bentuk sekolah kejuruan pada tingkat menengah

yang ada di Indonesia. Pendidikan kejuruan yang diterapkan di SMK, bertujuan

untuk menyiapkan peserta didiknya agar siap dan kompeten di bidangnya. Dengan

menggunakan pembelajaran secara teori dan praktik, SMK membuat skill peserta

didik bertambah dan terasah. Tak hanya itu, SMK juga menerapkan kerjasama

dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), yang mana ini akan bermanfaat

untuk peserta didik, karena mereka akan melaksanakan PKL (Praktik Kerja

Lapangan) guna melatih skil yang mereka dapatkan dari sekolah.

PKL yang dilaksanakan oleh peserta didik tentu sesuai dengan bidang

keahlian yang dipilih di sekolahnya, contohnya seperti bidang keahlian perhotelan

maka akan melakukan PKL di hotel. PKL biasanya dilaksanakakan minimal

selama 2 bulan, dan maksimal 6 bulan. Pada saat ini siswa akan diperlakukan

sebagaimana orang kerja pada umumnya. Beberapa DU/DI memberikan imbalan

kepada siswa yang telah melaksanakan PKL di tempatnya sebagai ucapan terima

kasih. Namun, banyak juga DU/DI yang tidak memberikan imbalan kepada

siswa/siswi yang melaksanakan PKL di tempat tersebut. Seperti informan Arya

Nabali yang merupakan salah satu siswa yang tidak mendapatkan imbalan setelah

menjalani PKL ketika di SMK. Arya mengatakan:

“Gua kuliah ya karena gua emang pengen kuliah. Faktornya itu ya


karena dulu gua SMK Perhotelan, gua PKL dong. Ketika gua PKL gua
mikirnya harusnya anak PKL itu seenggaknya dapet upah gitu lah,
pikiran gua sih begitu, tapi nyatanya gua ngga dapet. Lu tau sendiri
kan housekeeping kerjanya gimana gitu kan.. menurut gua ngga ini
banget lah. Gila lu, lu bayangin aja gua dikasih target bisa sampe 30
kamar sehari, itu gua ngebersihin kamar kotor bisa sampe 25 ke atas,

41
ini kalo lagi rame. Kalo lagi sepi yaa gua bisa sampe 10 ke atas, ngga
pernah kurang dari 10. Trus juga ditambah ngga dapet upah, makanya
gua mikir kalo gua lulus langsung kerja masa gua kerja begini gitu ya
kan. Percuma dong gua bertahun-tahun sekolah. Makanya gua
mutusin buat banting stir dah tuh kuliah ke sosiologi.” (Wawancara
Pribadi dengan Arya Nabali, 29 November 2020)

Pernyataan yang diungkapkan oleh informan bermakna bahwa

keputusannya untuk berkuliah memang berasal dari diri sendiri, atas kemauannya.

Namun, dorongan atas pengalaman ketika melaksanakan PKL membuatnya tidak

ingin mendapatkan pekerjaan yang sama seperti saat informan melaksanakan

PKL. Dorongan tersebut membuat informan memutuskan untuk melanjutkan

pendidikan atau berkuliah.

Seperti yang diketahui bahwa SMK menyiapkan peserta didiknya agar

kompeten di bidangnya. Karena hanya menyiapkan peserta didik untuk kompeten

di salah satu bidang tertentu, yang mana ini membuat pekerjaan yang diterima

oleh lulusan SMK hanya pada bidang yang mereka pelajari saja. Sehingga

membuat pilihan pekerjaan untuk lulusan SMK terbatas. Pernyataan ini dipertegas

oleh salah satu informan bernama Mulia Putri:

“Karena ya menurut gua sekolah SMK aja itu ya ngga cukup, emang
sih abis SMK bisa langsung kerja apalagi kan gua lulusan SMK
Pariwisata jurusan tata boga pasti kan kerjanya kalo ngga di
restaurant ya di hotel. Masalahnya gua ngga suka kerja yang kaya
gitu, kerja di hotel gitu-gitu meskipun dulu gua pernah magang di
hotel, tapi ya gua ngga suka aja, lu tau sendiri lah ya hotel itu kek
gimana (mengenai pengalaman pekerjaan ketika PKL, sistem kerja
dan lingkungan hotel). (Wawancara Pribadi dengan Mulia Putri, 29
November 2020)

Pernyataan yang dilontarkan oleh informan di atas memperlihatkan

bahwasannya pendidikan sampai tingkat SMK saja tidak cukup. Selain itu,

42
informan yang merupakan lulusan SMK Pariwisata jurusan Tata boga ini tidak

menyukai bidang pekerjaan yang akan didapatinya ketika lulus dan merasa bahwa

pekerjaan yang didapatinya akan sama seperti pekerjaan yang informan lakukan

ketika PKL. Hal ini lah yang akhirnya mendorong informan untuk melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi atau berkuliah.

c. Upah yang Lebih Tinggi

Selain untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, pendidikan tinggi juga

dianggap dapat membuat seseorang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

seperti yang dikatakan oleh informan Yosep Anggara berikut ini.

“Iya, sekarang itu minimal banget aja SMA/SMK, itu buat cari kerja,
itu minimal banget, itu gajinya juga yaa.. Mungkin di bawah UMR
gitu..” (Wawancara Pribadi dengan Yosep Anggara, 22 Desember
2020)

Pernyataan yang dilontarkan informan Yosep menyatakan bahwa

menurutnya pendidikan saat ini semakin penting dan tingkatannya semakin tinggi.

SMA/SMK saja sudah paling minim seseorang untuk mencari kerja, dan menurut

informan, pendidikan di level itu gajinya tidak memenuhi UMR. Maka dari itu,

banyak orang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

2. Rasionalitas Nilai (Value Rationality)

a. Nilai Agama

Rasionalitas yang berorientasi pada nilai akan bertindak sesuai dengan apa

yang mereka percayai sebagai nilai-nilai yang ingin mereka capai. Seperti

tindakan yang dilakukan informan Lia Andini ketika memutuskan untuk

43
melanjutkan pendidikan ke UIN Imam Bonjol Padang. Lia mendapatkan saran

dari kakakrnya untuk memilih UIN Imam Bonjol dikarenakan UIN merupakan

universitas yang islami.

“…kakak gua nyaranin gua masuk situ, cobalah katanya lagi juga itu
UIN kan pasti islami, gitu..” (Wawancara Pribadi dengan Lia Andini,
15 Desember 2020

3. Tindakan Afektif (Affectual Action)

Tindakan afektif merupakan tingakan yang mengedepankan perasaan

individu. tidak ada kesadaran dalam tindakan ini sehingga tindakan ini bukan

bagian dari tindakan rasional.

a. Motivasi dari Lingkungan Sekitar

Peserta didik menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Mereka belajar,

bermain, bersosialisasi dengan warga sekolah. Interaksinya di sekolah lebih

banyak dengan guru dan teman-temannya. Guru yang merupakan salah satu warga

sekolah, memiliki peran sebagai tenaga pendidik yang akan mencerdaskan murid-

muridnya. Guru dianggap sebagai orang tua di sekolah. Sebagaimana orang tua

pada umumnya, guru juga ingin murid-muridnya sukses di masa depan. Guru juga

dijadikan suri tauladan, atau contoh bagi peserta didiknya. Mereka harus menjaga

sikap dan perilakunya di depan siswa-siswinya. Hal ini tak jarang membuat

peserta didik termotivasi olehnya. Seperti pernyataan informan M. Farizan berikut

ini:

“Alasan kuliah karena motivasi sih. Liat guru-guru banyak yang dulu
di sekolah, yang kuliah kan banyak ngasih motivasi buat lanjutin
pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi gitu kan. Ada salah satu guru
yang dia lulusan UGM waktu itu, kebetulan dia jadi wali kelas dulu
tuh pas kelas 12. Dia tuh lebih concernnya sebenernya ke sejarah kan,

44
dia kan ngajar di dua tempat, MA sama SMK. Kalo di saya dia
ngajar… dia ngajar apa dulu yak… dia ngajar.. Bentar saya juga
lupa ini.. Oh dia yg ngajar produktif karena dulu kan gurunya ada
pulang kampung apa gimana gua lupa gitu. Jadi dia yang nanganin,
soalnya itu kan udah limit ya, udah semester 2 trus gurunya ngga bisa
nemenin kita sampe lulus, jadi dituker dulu. Karena kebetulan dia
juga cukup paham buat masalah teknologi gitu. Karena banyak
cerita-cerita dia yang bikin kita termotivasi kaya.. perjalanan hidup
dia aja yang menurut gua seru, pas saat-saat sebagai anak kuliahan
gitu-gitu. Jadi gua pengen nyoba, sayang juga kan kalo kita ada
kesempatan tapi ngga dimanfaatin. Makanya dari situ gua mau
kuliah, di Jogja, meskipun bukan di kampus yang sama yang penting
gua kuliah gitu. Tapi ternyata gua ngga dapet di Jogja, yaudah gua
coba yang disini dan dapet di UIN, jalanin deh gitu.” (Wawancara
Pribadi dengan M. Farizan, 16 Desember 2020)

Pernyataan yang dilontarkan informan M. Farizan di atas menyatakan

bahwa keputusannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah

karena termotivasi oleh gurunya di sekolah. Guru yang memotivasinya ini

merupakan guru yang menggantikan posisi wali kelasnya ketika informan berada

di kelas 12. Guru ini merupakan lulusan salah satu universitas ternama di

Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada. Informan termotivasi oleh gurunya

karena ketika di sekolah, gurunya sering berbagi cerita mengenai perjalanan

hidupnya, seperti pengalaman kuliah di Jogja. Hal ini membuat informan akhirnya

memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Menurutnya ia

ingin memanfaatkan kesempatan yang masih ia miliki, yaitu berkuliah.

4. Tindakan Tradisonal (Traditional Action)

Tindakan tradisional merupakan tindakan atau perilaku yang dihasilkan oleh

kebiasaan. Dalam tindakan ini juga tidak memiliki kesadaran. Sehingga sering

45
kali individu bertindak akan sesuatu namun tidak memiliki tujuan yang jelas,

mereka cenderung mengikuti kebiasan yang telah menjadi tradisi.

a. Budaya Kuliah dalam Keluarga

Adanya peranan keluarga ini mempengaruhi keputusan lulusan SMK dalam

memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pernyataan ini

dinyatakan oleh beberapa informan, seperti berikut ini:

”waktu itu tahun 2014 gua lulus smk tuh ya, saat itu temen-temen gua
dan pacar gua pada mau kuliah gitu trus gua ikut-ikutan tuh. Gua ikut
daftar SBMPTN waktu itu tapi gua ngga lolos. Nah karena ngga lolos
kan yaudah tuh gua nganggur setahun. Pas tahun 2015 mama gua
nyuruh gua kuliah, sebenernya gua ngga mau kuliah kan gua maunya
kerja aja tapi nyokap gua nih kekeh pengen gua kuliah, dia bilang
“kuliah dong, nanti mama beliin motor sama laptop deh” gitu, ya
karena gua pengen banget punya motor kan ya agak-agak mikir tuh
gua Akhirnya gua daftar dah tuh kuliah, kalo ngga salah bulan
september udah akhir-akhir pendaftaran dan pokoknya udah mau
tutup dah pendaftarannya..” (Wawancara Pribadi dengan Dwi Fitri,
6 Desember 2020)

Dari pernyataan yang disampaikan oleh Dwi Fitri di atas menunjukan

bahwa keinginannya setelah lulus adalah bekerja. Namun, orang tuanya terus

merayunya agar ia mau melanjutkan pendidikannya atau berkuliah.

“Sabananyo patang ko ndak ado upaya mama tu do, Ipit lulus tu


mama tanyo apo nan inyo nio, kiroe nyo ndak nio kuliah mah, nyo nio
karajo se keceknyo. Nyo patang tu kan lai ikuik-ikuik SBM keceknyo
nak, ah tu mama senang tuh Ipit lai ada keinginan ikuik tes kek itu.
kironyo ndak lolos do, mama tanyo kan apo ndak nio mancubo di
kampus lain, nyo kecekan nyo ndak nio, abis tu mama tawarkan
motor, laptop bagai supayo inyo nio kulia, ruponyo ndak lo nio,
sampai satahun mama rayu taruih tu nak, akhirnyo lai lah tu, Ipit nio
untuk kuliah, tuh sanang mama nyo akhirnyo. Ipit tanyo kan ke mama,
nyo nio kuliah di UPI tapi ndak mama buliahkan, mama suruah se
cari yang lain, akhirnyo dipiliahlah Dharma Andalas tu, akhirnyo
kuliah lah ipit di Dharma Andalas, tuh mama kasih pula nan mama
janjikan sabalumnyo, iyo motor jo laptop itu juo.

46
“Sebenernya waktu itu mama ngga mengupayakan apa-apa, Ipit lulus
SMK trus mama (sebagai orang tua) nanya apa yang dia mau,
ternyata dia ngga mau kuliah, katanya mau kerja aja. Tapi kemarin
itu dia sempet ikut-ikut tes SBM katanya kan, nah itu mama seneng
tuh Ipit masih ada keingina untuk ikut tes-tes semacam itu. Ternyata
dia ngga lolos, trus mama tanya kan apa ngga mau coba di kampus
lain, katanya ngga mau, yaudah setelah itu mama tawarin motor sama
laptop aja supaya Ipit mau kuliah, tapi ternyata ngga mau juga.
Sampai setahun mama coba rayu Ipit, akhirnya mau deh tuh, seneng
lah mama akhirnya. Ipit tanya mau kuliah di UPI tapi ngga mama
bolehin, mama suruh cari kampus lain, akhirnya dia pilih Dharma
Andalas itu, yaudah dia kuliah di sana, trus mama kasih juga apa
yang mama janjikan sebelumnya, motor dan laptop itu.” (Wawancara
Pribadi dengan Ibu Yeti Avita, ibu dari Informan Dwi Fitri, 6
Desember2020)

Dari ungkapan yang dinyatakan oleh informan di atas menjelaskan bahwa

beliau tidak henti merayu anaknya agar bersedia melanjutkan pedidikan ke

perguruan tinggi. Dengan upaya yang dilakukan informan Yeti Avita selaku orang

tua dari informan Dwi Fitri, yaitu dengan memberikan motor dan laptop, ia

berharap agar anaknya mau menuruti keinginannya, yaitu melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi. Informan Yeti Avita menyatakan sebagai berikut:

“Indak ado do, mama tu nio Ipit kuliah yo karena memang keinginan
mama jo apaknyo ipit se supayo Ipit kuliah, ndak cuma Ipit se,
kakaknyo kan lai kuliah lo mah, adiaknyo kuliah juo, mama jo apak ko
emang nio anak-anaknyo berpendidikan tinggi, amak jo apak kan
tamatan d3, tu maso iyo anaknyo hanyo lulusan SMK se? tu ndak nio
mama, makonyo mama suruh Ipit kuliah, pendidikannyo harus labiah
tinggi dari mama jo apaknyo.”

“Ngga ada sih, mama itu ingin Ipit kuliah ya karena memang
keinginan mama dan papanya Ipit aja biar Ipit kuliah. Sebenernya
ngga cuma ipit, kakaknya kan juga kuliah, adiknya juga kuliah, mama
sama bapaknya ini cuma mau anak-anak berpendidikan tinggi, mama
sama bapak kan tamatan D3, masa iya anaknya cuma lulusan SMK?
Ya mama ngga mau, makanya Ipit mama suruh kuliah, pendidikannya
harus lebih tinggi lah dari orang tuanya.” (Wawancara Pribadi
dengan Ibu Yeti Avita, ibu dari Informan Dwi Fitri, 6 Desember2020)

47
Pernyataan tersebut disampaikan kepada peneliti ketika informan

ditanyakan mengenai pengaruh dari pihak luar terkait dengan keputusan informan

Yeti Avita selaku orang tua Dwi Fitri. Dengan pernyataan itu, informan

menjelaskan bahwa tindakan yang ia lakukan ke anaknya, dengan menyuruh

anaknya agar melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah karena

keinginanannya yang didorong oleh latar belakang pendidikannya. Informan

merupakan lulusan D3, dan itu bukan hanya informan yang merupakan ibu dari

Dwi Fitri, melainkan suaminya yang merupakan ayah dari Dwi Fitri juga

merupakan lulusan D3.

“Mama jo apak ko tamatan D3 Akuntansi, tapi mama jo apak lai


babedo kampusnyo. Mama di AAI (Akademi Akuntansi Indonesia) iko
kampusnyo di Padang, kok apak tu di AAB (Akademi Akuntansi
Borobudur) kampusnyo ado di Jakarta.”

“Mama sama Bapak tuh tamatan D3 Akuntansi, tapi mama sama


bapak beda kampus. Mama di AAI (Akademi Akuntansi Indonesia)
kampusnya di Padang, kalau bapak di AAB (Akademi Akuntansi
Borobudur) kampusnya yang di Jakarta” (Wawancara Pribadi
dengan Ibu Yeti Avita, ibu dari Informan Dwi Fitri, 6 Desember2020)

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh informan membuat informan

Yeti Avita dan suami memutuskan agar anak-anaknya memiliki pendidikan yang

lebih tinggi jenjangnya dari pada mereka. Informan mengatakan anak-anaknya

karena memang bukan hanya Dwi Fitri yang mereka harapkan untuk

berpendidikan tinggi, melainkan semua anak-anaknya. Kakak dari Dwi Fitri telah

menyelesaikan pendidikan S1-nya, adiknya sedang mengenyam pendidikan S1,

dan dua adiknya yang masih kecil akan di kuliahkan juga nantinya oleh orang

tuanya.

48
Meskipun informan Yeti Aviati selaku orang tua dari Dwi Fitri tidak

memaksa agar anaknya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi ia

sebagai orang tua agar mengusahakan agar anak-anaknya mau melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi.

“awalnya kan emang ngga mau tuh kan, soalnya gua tuh males mikir,
udah capek lah mikir-mikir gitu, pusing. Gua mau cari duit aja yang
banyak, lagian kan dulu gua pengen banget punya motor tapi ya
belum sanggup beli sendiri, ya lu tau sendiri lah gimana. Nah tu pas
awal-awal lulus sekolah tuh emang mama gua nanya, “ngga kuliah?
Nanti mama beliin motor deh, laptop juga” gitu kan tapi emang
guanya gamau kan ya karena itu tadi gua udh males mikir, belum lagi
nanti kalo mau lulus kan ada sempro, seminar, kompre gitu-gitu kan,
sakit kepala gua bayanginnya. Dan lu tau juga kan gua tuh agak
gagap kalo ngomong, apalagi di depan orang banyak. Seminar kan di
depan orang banyak gitu kan, tuh gua mikir kan dan gua bilang
“gamau ah mah” gitu. Trus juga kan ujung-ujungnya juga bakalan
kerja kok gitu lho. Nah pas itu kan gua nganggur tuh setahun, gua
kerja tuh pas nganggur itu. Gua kerja di minimarket ketemu lah sama
pacar gua, dia mau kuliah juga. Dia coba SBMPTN pas tahun 2015,
tapi ngga lolos tuh, akhirnya dia dafar di UPI, masuk kan tuh di UPI.
Dia nyaranin gua untuk kuliah, dia bilang “kuliah lah, biar kita bisa
berangkat kuliah bareng, ngerjain tugas bareng, wisuda bareng” gitu
dan gua jadi termotivasi buat kuliah. Yaudah tuh gua mau kan kuliah,
tadinya gua mau di UPI juga biar bisa barengan ama dia, tapi mama
gua ngga ngebolehin, katanya UPI ngga berbobot, yaudah deh gua
pilih yang tiga tadi kan tapi akhirnya gua milih Dharma Andalas
karena selain gedungnya baru dan ya lumayan bagus, dia juga deket
UPI, jadi gua bisa sama dia terus, ngebucin hahahaha. Dan setelah
gua coba jalanin kuliah, ternyata asik, santai, ngga terikat, dan suka-
suka kita aja apalagi gua swasta kan. Trus juga dosennya begitu aja,
kalo mau belajar ya belajar kalo ngga ya terserah” (Wawancara
Pribadi dengan Dwi Fitri, 6 Desember 2020)

Dari pernyataan informan di atas bermakna bahwasannya informan pada

awalnya memang tidak memiliki ketertarikan sedikitpun untuk melanjutkan

pendidikan bahkan setelah orang tuanya membujuknya dengan membelikan motor

dan laptop. Informan merasa lelah untuk berpikir lagi ketika berkuliah dan merasa

bahwa dengan kuliah ataupun tidak pada akhirnya ia akan bekerja juga. Namun

49
keputusannya itu berubah setelah ia bekerja di salah satu minimarket dan

menemukan seseorang yang akhirnya menjadi pacarnya pada saat itu. pernyataan

informan tersebut menegaskan bahwa ternyata keputusannya melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi tidak murni dari pengaruh orang tua, melainkan

karena adanya pengaruh dari pacarnya.

Informan merasa termotivasi dengan bujukan dari pacarnya yang

menyuruhnya untuk kuliah agar bisa menjalankan kuliah bersama dengannya. Hal

itu membuat informan ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang

sama dengan pacarnya, akan tetapi hal itu ditentang oleh ibunya, yaitu Yeti Avita

yang menganggap kampus yang anaknya pilih itu tidak bagus dan akhirnya

membuat informan Dwi Fitri memilih Dharma Andalas yang dekat dengan UPI

agar bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan pacarnya.

Menurut informan Dwi Fitri, orang tuanya tidak mengetahui bahwa

keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah karena

termotivasi oleh pacarnya. Informan mengatakan bahwa hubungannya dengan

pacarnya saat itu tidak diketahui oleh orang tuanya, sehingga orang tuanya

menganggap bahwa keputusan Dwi Fitri untuk melanjutkan pendidikan adalah

karena rayuan serta upaya dari orang tuanya.

b. Kepentingan sekolah

Minimnya informasi mengenai perguruan tinggi di sekolah membuat

keputusan informan Adi Satrio dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Contoh

di sini adalah sekolah. Keputusan informan Adi Satrio bekerja setelah lulus SMK

ditolak dan dipaksa untuk nurut kepada kepala sekolah dan guru yang

50
menyuruhnya memilih perguruan tinggi. informan Adi Satrio berkata bahwa

dirinya terpaksa berkuliah karena kehendak gurunya.

“ceritanya dulu saya pas kelas 12 itu emang ngga ada ketertarikan
untuk kuliah ya, kemudian saya tuh tertariknya karena sekolah ini, smk
ini lanjutannya nanti akan bekerja ya jadi saya emang niatnya untuk
bekerja kan, membantu orang tua saya kan ya menafkahi, bantu-bantu
lah. Kemudian ada guru saya, beliau juga dulunya kuliah, lulusan
UGM sama Unpad juga kalo ngga salah. Nah beliau mengurusi siswa-
siwanya, bagaimana caranya siswa tersebut bisa untuk apa, pokoknya
supaya bisa kuliah gitu kak. Jadi guru saya itu mengurusinya, dari
awal pendaftaran hingga akhir. Nah kemudian waktu saya, awalnya
tuh dari pas SNMPTN, SPAN, dan itu saya didaftarin semua itu nah
kemudian yang lolos yang SPAN ini kak. Kenapa saya bisa lolos, yang
tadinya ngga niat kuliah jadi kok kuliah. Nah karena pas dipanggil
satu-satu itu sama guru saya kan disuruh masuk ke ruangan, setelah
masuk ke ruangan ditanya sama guru saya “gimana di, mau ngambil
jurusan apa? Trus saya jawab “ngga tau pak saya bingung, terserah
bapak aja, saya mah ngikut” kata saya. Soalnya sebelum dipanggil itu
kak, saya kan ada kelas kak, mata pelajaran matematika itu yang
ngajar kepala sekolah saya, perempuan. Dibilangin sama kepala
sekolah saya, ini beliau ngomong ke murid-muridnya, saya dan temen-
temen saya di kelas. Di kelas beliau ngomong gini kak “nanti kalian
apabila dipanggil sama Pak Sofyan, kalo ditanya mau kuliah di mana
dan jurusan apa manut aja, ngikut aja pak sofyan”. Pak sofyan ini
yang daftarin anak-anak buat kuliah kak, yaudahlah saya ambil
keputusan manut aja sama pak sofyan. Soalnya kan saya buta juga
sama dunia perkuliahan. (Wawancara Pribadi dengan Muhammad Adi
Satria, 17 Desember 2020)

Dari pernyataan informan Adi Satrio di atas bermakna bahwa keinginannya

setelah SMK adalah bekerja agar dapat membantu perekonomian orang tuanya.

Namun, ketika di kelas 12, salah satu gurunya yang merupakan lulusan

Universitas Gadjah Mada dan Universitas Padjajaran memanggilnya untuk

mengurus pendaftaran kuliah. Informan menyatakan bahwa ia tidak tahu akan

mengambil universitas apa dan jurusan apa, sehingga pilihan ujian, universitas

dan jurusan ditentukan oleh gurunya tersebut. Selain itu, perkataan dari kepala

sekolanya yang menyuruhnya untuk patuh kepada keputusan gurunya juga

51
membuat ia patuh atas pilihan ujian tes, universitas dan jurusan yang dipilihkan

untuknya.

B. Rasionalitas Lulusan SMK Berkuliah Lintas Jurusan

Untuk dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tentu banyak

persiapan. Dimulai dari pemilihan ujian tes masuk perguruan tinggi, pemilihan

universitas, sampai pemilihan jurusan. Semua itu dibutuhkan pertimbangan agar

dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Terutama dalam menentukan jurusan,

pemilihannya harus sesuai dengan minat dan kemampuan agar mudah dijalani.

Jangan sampai salah jurusan dan menjalani kuliah secara terpaksa sehingga

menderita karena jurusan yang tidak tepat.Pemilihan jurusan ini juga dilakukan

oleh para lulusan SMK yang berkuliah dengan jurusan yang berbeda ketika di

SMK.

1. Rasionalitas Instrumental (Instrumental Rasionality)

a. Terbebas dari Ilmu Eksak

Ilmu eksak merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang pasti, dan

identik dengan mempelajari perhitungan angka. Salah satu informan dalam

penelitian ini memutuskan untuk memilih jurusan yang diminatinya agar terbebas

dari ilmu eksak tersebut. Informan itu adalah M. Farizan atau Ijan.

Ketertarikannya pada bidang ilmu sosial dikarenakan menurutnya bidang

ilmu tersebut jauh dari yang namanya hitung-hitungan. Informan yang merupakan

lulusan SMK dengan kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan, membuat informan

52
memilih jurusan yang tidak ada hitung-hitungannya seperti Bimbingan

Penyuluhan Islam.

“Alesannya ya pertamanya itu kan suka aja gitu sama ilmu sosial
karena ilmu sosial itu jauh dari itung-itungan yaa, soalnya udah
bosen juga itung-ituan pas di SMK kan. Dulu kan ngga paham yang
kaya gitu-gituan pas masih di SMK. Jalur masuknya juga UMPTKIN
dan itu juga baru gua doang yang nyoba dari sekolah gua itu. Karena
dulu kan pas milih itu kan tulisannya BK ya Bimbingan Konseling,
dari pribadi emang suka yang berbau-bau “benerin orang” gitu lah.
Tapi, ya ngga tau, ya asal aja mencet-mencet gitu dan ternyata yang
kepilih BPI.” (Wawancara Pribadi dengan M. Farizan, 16 Desember
2020)

Keterbatasan pengetahuan mengenai jurusan dan jalur masuk universitas

yang dialami informan membuatnya memilih jurusan yang agak melenceng dari

apa yang dia inginkan. Meskipun begitu, informan tetap menerima jurusan yang

telah dipilihnya tersebut. Karena menurutnya, Ia tetap bisa mempelajari psikologi

dalam jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

“…ya balik lagi kan karena gua suka pelajaran yang berbau-bau
psikologi ya mungkin kalo sekarang gua udah tau. Kalo dalam BPI itu
kan bedanya sama BK, kalo konseling kan pendidikan, kalo kita itu ke
psikologi dan sosialnya. Jadi dari semester 1 kita udah kenalan sama
pelajaran psikologi, nah dari situ jadi gua lebih “kayaknya udah deh
gua bertahan di sini karena ada pelajaran psikologinya”, gitu.”
(Wawancara Pribadi dengan M. Farizan, 16 Desember 2020)

b. Pekerjaan Impian

Mendapatkan pekerjaan impian menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi minat seseorang. Seperti informan Lia Andini yang memiliki

minat dalam dunia perbankan. Memilih jurusan perbankan syariah rupanya

merupakan sebuah jalan untuk mencapai cita-citanya. Informan Lia mengaku

memiliki cita-cita untuk bekerja di bank. Cita-cita itu telah ada bahkan ketika

53
informan masih mengenyam pendidikan di SMK. Ketika diberi kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, akhirnya informan memberanikan

diri untuk memilih jurusan yang akan mengantarnya pada cita-citanya.

“Gua pengen aja kuliah jurusan itu, dari dulu di SMK kan gua
tertarik dunia perbankan ya, gua suka aja kerja di tempat kaya bank
gitu. Jadi, mumpung ada kesempatan pas kuliah gua ambil aja itu.”
(Wawancara Pribadi dengan Lia Andini, 15 Desember 2020)

Informan lainnya yang memilih jurusan berdasarkan referensi pekerjaan

adalah Amelia. Pemilihan jurusan yang dilakukannya awalnya adalah untuk

membantunya mengembangkan usaha yang ingin dibuatnya kelak. Walaupun

terdapat pergantian jurusan kuliah, dari pemasaran ke manajemen SDM, informan

merasa kedua jurusan tersebut tetap bisa membantunya mengelola usaha yang

akan dirinya buat.

“hmm milih jurusan manajemen itu kan karena awalnya sukanya


sama pemasaran dulu gua kak, karena gua pengen bikin usaha karena
gua dari jurusan tata boga pas SMK kan. Nah gua mau ngambil
jurusan pemasaran biar sekalian belajar buat ngejualin produk gua
gitu. Cuma makin ke sini makin ngga terlalu semangat gitu, makin
ngga tertarik buat pemasaran, tapi keinginan gua untuk buka usaha
masih ada karena itu cita-cita gua juga kan. Akhirnya gua
ngambilnya manajemen SDM gitu. Itung-itung belajar biar bisa
memanage usaha gua nanti.” (Wawancara Pribadi dengan Amelia, 15
Desember 2020)

2. Rasionalitas Nilai (Value Rationality)

a. Nilai Estetika

Minat menjadi salah satu faktor penyebab lulusan SMK berkuliah dengan

jurusan yang berbeda dengan jurusan ketika di SMK Minat merupakan dorongan

yang berasal dari dalam diri manusia. Minat menimbulkan rasa ketertarikan

terhadap suatu hal atau objek yang menjadi pilihan. Sehingga ketika manusia

54
memilih sesuatu atas dasar minat atau ketertarikan ia akan cenderung lebih puas

dengan pilihannya.

Informan Arya Nabali mengatakan bahwa alasannya memilih jurusan

Sosiologi adalah karena dirinya mengaku memiliki ketertarikan atau menyukai

jurusan tersebut. Sosiologi yang merupakan jurusan cadangan yang dipilih oleh

informan telah diapelajari sedikit ketika informan di SMK.

“Gua bisa masuk sosiologi itu awalnya karena gua pengen masuk ISI
atau IKJ gitu kan tapi ngga dibolehin karena orang tua gua punya
pandangan kalo seni itu lebih baik lu jadiin hobi aja, ngga lu jadiin
kerjaan professional. Selain itu juga kan masuk IKJ juga biayanya
gede ya, ya itu salah satu factor sih. Yaudah tuh akhirnya gua
ngambil sosiologi deh, lagi juga kan gua di SMK gua belajar IPS juga
ya, gua ngerasa tertarik aja gitu, gua belajar tentang struktur, tentang
struktur masyarakat gitu lah yaa, Gua belajar kelas, belajar apa cuma
tertarik aja lah ya. Trus juga nilai MTK gua, nilai statistic gua juga
lumayan gitu. Karena gua sekolah pariwisata ya kan ya itu
dijejelinnya sejarahnya. Nah itu gua demen juga sih sejarah. Kalo di
Ips tuh gua suka sejarah, tapi di situ juga gua suka yang pelajaran
adalah tuh pasti lu juga sempet nemuin ada yang namanya kasta,
gitu-gitu ya kan pas lu SMK. Nah gua suka juga belajar itu, makanya
gua pikir kan sosiologi awalnya lebih ke strukturnya doang kan,
ternyata banyak. Trus ditambah lagi ada juga nih kita nemuin
sosiologi sejarah nah makanya pas skripsi gua dibilang bang Karib
telusuri SOPSI aja ya gua okein karena gua suka juga.”(Wawancara
Pribadi dengan Arya Nabali, 29 November 2020)

Ketika ditanya lebih lanjut mengenai keputusannya memilih jurusan

Sosiologi, informan menyatakan bahwa dengan memilih jurusan yang didasarkan

atas dasar suka, seperti yang informan lakukan membuatnya menjadi lebih santai

dan lebih menikmati perkuliahan yang dijalaninya.

“mungkin dengan gua pernah belajar IPS di SMK, apalagi gua


sekolah pariwisata, banyak pelajaran IPS yang dikasih kayak yang
udah gua bilang sebelumnya, tentang sejarah, struktur masyarakat,
dll. Gua merasa lebih santai aja kuliahnya, ya karena gua kuliah
dijurusan yang gua suka, ya apalagi coba kan gua bilang gua
ngelakuin sesuatu karena gua suka, jadinya gua seneng, gua enjoy,

55
santai. Makanya lu kan kalo lu liat gua kuliah kaya kaga ada beban
masalah gitu kan hahaha” (Wawancara Pribadi dengan Arya Nabali,
29 November 2020)

3. Tindakan Afektif (Affectual Action)

Memilih adalah hak setiap manusia. Namun, seringkali pilihan yang telah

dipilih tersebut tidak menjadi milik yang memilih. Maka, untuk itu dibutuhkan

pilihan cadangan atau opsi kedua agar tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud.

Hal tersebut juga dialami oleh lulusan SMK yang ingin berkuliah. Dalam memilih

jurusan di perguruan tinggi, beberapa dari mereka memilih jurusan yang sama

dengan jurusan ketika di SMK. Meskipun pada akhirnya kesempatan itu tidak

berpihak padanya karena beberapa hal. Keputusannya untuk berkuliah tidak putus

sampai di situ, tetapi mereka menyiapkan opsi kedua, yaitu menyiapkan jurusan

cadangan agar mereka tetap dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Pernyataan ini dipertegas oleh informan Mulia Putri. Berikut pernyataan dari

informan:

“Tadinya gua tuh pengen kuliahnya tata boga juga biar pas lulus
nanti gua kerja jadi guru tata boga, gua ikut SBMPTN 2 kali pilih
universitas UNP sama UNJ taunya kaga diterima. Karena gue ngga
diterima SBMPTN itu, akhirnya ada nih tetangga gua yang anaknya
kuliah di STIA Adabiah jurusan Administrasi public nah dia nyaranin
gue untuk kuliah di sana. Gua coba nih daftar di sana, gua ambil
jurusan yang sama kaya tetangga gua ini dan ternyata gua diterima
kuliah di sana. (Wawancara Pribadi dengan Mulia Putri, 29
November 2020)

Pernyataan yang disampaikan informan Mulia Putri di atas adalah

keputusannya dalam memilih jurusan Administrasi Public merupakan jalan keluar

dari kegagalan yang ia alami. Memilih jurusan yang sama dengan jurusan ketika

56
ia SMK telah dicoba dengan mengikuti tes SBMPTN sampai 2 (dua) kali di dua

universitas negeri ternama. Namun, hasilnya sama saja, ia tidak diterima. Mimpi

untuk menjadi guru Tata Boga juga sirna ketika akhirnya hasil tes itu keluar.

Meskipun begitu, keinginannya untuk mencari ilmu tidak padam hanya karena

tidak diterima tes SBMPTN. Ia mencoba untuk tetap melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi setelah tetangganya menyarankan untuk berkuliah di kampus

tempatnya berkuliah. Informan memutuskan untuk berkuliah di perguruan tinggi

tempat tetangganya itu berkuliah, dan informan juga memilih jurusan yang sama

dengan tetangganya tersebut, yakni Administrasi Publik.

Selanjutnya, tindakan afektif lainnya juga dilakukan oleh informan Rendi

Ferdiana, informan menyatakan bahwa pemilihan jurusan hukum yang

dilakukannya adalah karena sang kakak dahulu juga berkuliah hukum dan sudah

bekerja di bidang hukum.

“Hahaha iya, dia mempengaruhi banget. Gua disuruh kuliah sama


dia, biaya kuliah gua dia yang tanggung. Gua cuma tinggal jalanin
aja kuliahnya. “Gua milih hukum karena abang gua di Hukum juga
kerjanya. Dia sebagai lawyer. Punya kantor hukum sendiri di daerah
Kuningan, Jakarta Selatan. (Wawancara Pribadi dengan Rendi
Ferdiana, 17 Desember 2020)

Sebagai seorang anak bungsu, informan Rendi diminta oleh orang tuanya

untuk mengikuti jejak sang kakak, yakni melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi dan emmilih jurusan yang sama agar kelak sukses seperti sang kakak.

“..Emang gua disuruh kuliah sama orang tua juga. Harus kuliah.
Orang tua ngomong harus ikutin abang gua yang pertama. Harus
kaya gini harus jadi kaya gini gitu. Harus bener-bener rajin biar bisa
kaya abang gua.” (Wawancara Pribadi dengan Rendi Ferdiana, 17
Desember 2020

57
4. Tindakan Tradisional (Traditional Action)

a. Habitus Pekerjaan

Kebiasaan juga dapat mempengaruhi individu dalam bertindak. Hal itu yang

terjadi pada informan Reza Ardi.

“Sebelumnya tuh ya gua kan SMK jurusan akuntansi, cuman kan kalo
ngelanjutin ke akuntansi lagi kaya udah keberatan beban pikiran ya,
trus alhamdulillah dapet kerjaan di bidang HRD. Nah karena gua
banyak interview orang, yang mana rata-rata lulusan S1 trus bos gua
nyuruh gua kuliah, katanya lu kuliah aja, yang penting ada gelar yang
sesuai sama jabatan lu makanya tuh gua ambil jurusan SDM yang
cocok sama HRD.”(Wawancara pribadi dengan Reza Ardi, 15
Desember 2020)

Informan menyatakan bahwa jurusan SDM yang dipilihnya adalah karena

pekerjaan yang dimilikinya, yakni sebagai HRD di suatu perusahaan. Sebagai

seorang HRD, informan Reza banyak memiliki pengalaman interview. Informan

merasa kurang percaya dirii karena calon-calon kandidiat yang melamar ke

perusahaan tempatnya bekerja memiliki gelar, sedangkan ia tidak. Hal tersebut

akhirnya membuat informan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi.

58
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang bertujuan

untuk menciptakan tenaga kerja yang siap pakai dan kompeten di bidangnya.

SMK berperan sebagai pemasok tenaga kerja untuk industri. Dengan

menggunakan pembelajaran secara teori dan praktek kepada peserta didiknya,

diharapkan SMK mampu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri.

Namun, hal itu tidak terwujud sehingga akhirnya menciptakan SMK sebagai

pemasok pengangguran tertinggi di Indonesia saat ini. Kejadian itu menyebabkan

munculnya fenomena lulusan SMK yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi.

Perubahan haluan dari yang seharusnya bekerja setelah lulus SMK ke

memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ini merupakan tindakan

yang dilakukan secara sadar. Lulusan SMK memutuskan melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi karena memiliki tujuan yang nyata yang dipikirkan dan

dipertimbangkan. Konsep tindakan rasional Weber menjadi cocok dengan

pembahasan dalam penelitian skripsi ini. Dengan tipe-tipe tindakan sosial Weber

yang terdiri dari (1) rasionalitas instrumental; (2) rasionalitas nilai; (3) tindakan

afektif; dan (4) tindakan tradisional.

Rasionalitas instrumental lulusan SMK dalam memutuskan melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi adalah untuk mendapatkan gelar sarjana, yang

mana dengan gelar tersebut dapat membantu lulusan SMK mendapatkan

59
pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan atau upah yang lebih tinggi. Kemudian

rasionalitas lulusan SMK dalam menentukan jurusan dan memilih jurusan yang

berbeda adalah agar terhindar dari ilmu eksak, atau menghindari ilmu yang

mempelajari perhitungan angka. Selain itu, memilih jurusan yang berbeda juga

agar dapat mendapatkan pekerjaan impian.

Kemudian, dari tipe rasionalitas nilai lulusan SMK melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi khususnya memilih melanjutkan pendidikan di UIN Syarif

Hidayatullah disebebkan karena nilai agama. Lulusan SMK menganggap bahwa

dengan memilih universitas yang islami seperti UIN Syarif Hidayatullah bagus

untuk mereka, karena mereka akan mendapat pelajaran agama yang lebih dari

universitas biasa. Untuk pemilihan jurusan nilai yang muncul adalah nilai estetika

atau keindahan. Lulusan SMK merasa jika memilih jurusan yang diminati dapat

membuat mereka lebih menikmati perkuliahan dan membuat ilmu yang dipelajari

dapat lebih mudah untuk dipahami.

Selanjutnya, yaitu tipe tindakan afektif yang merupakan tindakan yang

mengedepankan perasaan. Dalam tipe ini, tindakan yang dilakukan lulusan SMK

hadir dari dalam diri yang disebabkan karena adanya koneksi yang dirasakan.

Lulusan SMK memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena

termotivasi oleh orang sekitar yang memiliki pengalaman saat melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi. Pengalaman orang sekitar ini juga menyebabkan

rasa koneksi pada diri lulusan SMK. Yang kemudian perasaan tersebut

mempengaruhi lulusan SMK dalam memutuskan memilih jurusan di perguruan

tinggi.

60
Terakhir, yaitu tindakan tradisional atau kebiasaan. Pada tindakan ini,

keputusan lulusan SMK memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

adalah karena adanya budaya kuliah dalam keluarga yang membuat mereka mau

tidak mau harus melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kemudian,

keterbatasan pengetahuan akan perguruan tinggi juga membuat tindakan mereka

diarahkan untuk memenuhi kepentingan pihak lain, seperti kepentingan sekolah

agar dapat meningkatkan akreditasi dan meningkatkan penilaian sekolah.

B. Saran

Pendidikan kejuruan tingkat menengah (SMK) merupakan sekolah yang

mengajarkan keterampilan kepada peserta didiknya. Meskipun begitu, SMK tetap

harus meningkatkan kualitasnya, bukan hanya dalam menciptkan tenaga kerja

dengan menambah keterampilan baru. Namun juga, menyelaraskan antara

kebutuhan dan permintaan tenaga kerja di industri berdasarkan wilayah industri

itu berada. Agar lulusannya dapat memenuhi kebutuhan tenanga kerja dan tidak

menanggalkan kejuruannya dengan berkuliah lintas jurusan. Selain itu, pendidikan

juga seharusnya bukan hanya berperan dalam menciptakan tenaga kerja, tetapi

juga berperan dalam menciptakan pelaku usaha. Karena selama ini, pedidikan

membentuk seseorang untuk menjadi tenaga kerja, menjadi pekerja, bukan

menjadi pelaku usaha. Maka dari itu, diharapkan ke depannya pendidikan di

Indonesia mejadi lebih baik, terutama pendidikan kejuruan yang saat ini mulai

sedikit tertinggal dari SMA. Diharapkan juga peluang lulusan SMK untuk

berkuliah semakin besar untuk ke depannya.

61
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. H. (2017). Memahami Peran Pendidikan Tinggi terhadap Mobilitas


Sosial di Indonesia. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 22(2), 139–158.
https://doi.org/10.7454/mjs.v22i2.7697
BPS. (2020). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. 1–229.
Delay, C. (2020). Youngsters’ choices within the field of vocational education in
French-speaking Switzerland: the interplay of institutional influences, peer-
group and habitus. Journal of Youth Studies, 0(0), 1–20.
https://doi.org/10.1080/13676261.2020.1849583
Djohar, A. (2007). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Pedagogiana
Press.
Grodsky, E., & Riegle-Crumb, C. (2010). Those Who Choose and Those Who
Don’t: Social Background and College Orientation. Annals of the American
Academy of Political and Social Science, 627(1), 14–35.
https://doi.org/10.1177/0002716209348732
Haveman, R., & Smeeding, T. (2006). The role of higher education in social
mobility. Future of Children, 16(2), 125–150.
https://doi.org/10.1353/foc.2006.0015
Jawapos.com. (2017). Baru 10 Persen Lulusan SMK Melanjutkan Kuliah.
Retrieved from
https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/23/01/2017/baru-10-persen-
lulusan-smk-melanjutkan-kuliah/
Jayani, D. H. (2020). Lulusan SMK, Tingkat Pengangguran Tertinggi. In
Ketenagakerjaan.
Kartika, R. (2020). The problem of poor student education: Capital limitation &
decision making in higher education. Journal of Social Studies (JSS), 16(1),
1–18. https://doi.org/10.21831/jss.v16i1.32268
Kurniawan, A. W., Akbar, W. J., Widjajanti, C., Razik, A. L., Suliswanto, H.,
Djokosumbogo, B., & Chatib, A. (2015). SMK dari Masa ke Masa.
Retrieved from https://www.berkasedukasi.com/2017/02/buku-sejarah-smk-
dari-masa-ke-masa-dan.html
Lestari, S., & Mudzakir, M. (2016). Rasionalitas Memilih Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Studi Kasus di Desa Dingil Kecamatan Jatirogo
Kabupaten Tuban.

62
Mar’ati, F. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Melanjutkan Studi
ke Perguruan Tinggi Siswa SMK Muhammadiyah 1 Bantul Tahun Ajaran
2017/2018. Pendidikan Ekonomi, 367–374.
Martono, N. (2012). Kekerasan Simbolik di Sekolah Sebuah Ide Sosiologi
Pendidikan Pierre Bourdieu. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 01).
Marvasti, A. B. (2004). Qualitative Research in Sociology.
Muliati, A. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda Suatu Penelitian
Evaluatif berdasarkan STake’s Countenance Model Mengenai Program
Pendidikan Sistem Ganda Pada Sebuah SMK di Sulawesi Selatan. 1–44.
Munandar, A. T. (2005). Peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untuk
Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Di Indonesia. Seminar
Nasional Pendidikan Teknik Otomotif, 75–78.
Nasution. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Parker, L., & Nilan, P. (2013). Adolescents in Contemporary Indonesia. 634.
Reay, D., David, M., & Ball, S. (2001). Making a Difference ?: Institutional
Habituses and Higher Education Choice. Sociological Research, 5(4).
Ritzer, G. (1996). Sociology Theory (internatio).
Roksa, J., & Robinson, K. J. (2017). Cultural Capital and Habitus in Context: The
Importance of High School College-going Culture. British Journal of
Sociology of Education, 38(8), 1230–1244.
https://doi.org/10.1080/01425692.2016.1251301
Santoso, J. T. B. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa SMP N di Kota
Semangang Memilih SMK. Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan,
IX(1), 1–20.
Seknun, M. Y. (2015). Pendidikan sebagai media mobilitas sosial. 2(36), 131–
141.
Setyowati, R., Prabowo, W., & Yusuf, M. (2019). Pengambilan Keputusan
Menentukan Jurusan Kuliah Ditinjau Dari Student Self Efficacy Dan
Persepsi Terhadap Harapan Orang Tua. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan
Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Konseling,
5(1), 42–48. https://doi.org/10.26858/jppk.v5i1.7460
Sitorus, R. A. (2016). Tantangan dan Harapan Pendidikan Kejuruan di Indonesia
dalam Mewujudkan SMK yang Memiliki Daya Saing Ketenagakerjaan.
(September), 1–20.

63
Sudarwati, A., & Raditya, A. (2013). Alasan rasional lulusan smk berkuliah. 1–7.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT. Alfabet.
Suharno, Pambudi, N. A., & Harjanto, B. (2020). Vocational education in
Indonesia: History, development, opportunities, and challenges. Children
and Youth Services Review, 115(May), 105092.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2020.105092
Upe, A. (2017). Tradisi Aliras dalam Sosiologi (1st ed.). Depok: Rajawali Pers.
Van De Werfhorst, H. G., Sullivan, A., & Cheung, S. Y. (2003). Social class,
ability and choice of subject in secondary and tertiary education in Britain.
British Educational Research Journal, 29(1), 41–62.
https://doi.org/10.1080/0141192032000057366

64
LAMPIRAN

Lampiran 1: Transkrip Wawancara

Transkrip Wawancara 1
Keterangan:
P : Peneliti
N : Narasumber

Mulia Putri
Minggu, 29 November 2020
Video Call
Pkl. 11.00 – 12.30 WIB

P : Apa alasan lu kuliah?


N : Karena ya menurut gua sekolah SMK aja itu ya ngga cukup, emang sih
abis SMK bisa langsung kerja apalagi kan gua lulusan SMK Pariwisata
jurusan tata boga pasti kan kerjanya kalo ngga di restaurant ya di hotel.
Masalahnya gua ngga suka kerja yang kaya gitu, kerja di hotel gitu-gitu
meskipun dulu gua pernah magang di hotel, tapi ya gua ngga suka aja, lu
tau sendiri lah ya hotel itu kek gimana (mengenai pengalaman pekerjaan
ketika magang, sistem kerja dan lingkungan hotel). Selain itu juga gua
mau kuliah karena gua mau punya gelar dan untuk dapetin gelar itu kan
harus mengenyam pendidikan lagi kan. Gua punya gelar itu biar bisa gua
tulis di undangan pernikahan gua nanti. Biar orang-orang liat gua punya
gelar hahahaha

P : Bagaimana proses lu sampai bisa berkuliah di sana?


N : Tadinya gua tuh pengen kuliahnya tata boga juga biar pas lulus nanti gua
kerja jadi guru tata boga, gua ikut SBMPTN 2 kali pilih universitas UNP
sama UNJ taunya kaga diterima. Karena gue ngga diterima SBMPTN itu,
akhirnya ada nih tetangga gua yang anaknya kuliah di STIA Adabiah
jurusan Administrasi public nah dia nyaranin gue untuk kuliah di sana.
Gua coba nih daftar di sana, gua ambil jurusan yang sama kaya tetangga
gua ini dan ternyata gua diterima kuliah di sana.

P : Apa hal yang mendasari lu untuk pilih jurusan itu?

xiii
N : Gua ngambil jurusan itu ya karena emang di STIA Adabiah tuh cuma ada
dua jurusan, administrasi bisnis sama administrasi public. Nah gua nggak
minat sama bisnis, pasti kan dia tentang keuangan ya banyak itung-itungan
gitu kan, otak guanya gak mampu kalo itung-itungan tuh. Yaudahlah gua
pilih aja administrasi public ya kan, yang mana dia kaga ada itung-itungan
dan bisa gua tebak-tebak juga kan hahaha.

P : Bagaimana rasanya kuliah dengan jurusan yang berbeda?


N : Kuliah dengan jurusan yang berbeda dengan jurusan pas di SMK ya
menurut gua biasa aja walaupun gua harus memulai dari 0 lagi, tapi kan
ngga semuanya pelajaran pas SMK itu belajar tata boga. Ada juga ilmu-
ilmu lainnya yang dipelajarin contohnya kaya matematika, IPS, IPA,
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dll. Dan itu ngga begitu jadi masalah
buat gua. Kendala pas kuliah ya ada, tapi ya ngga berat-berat banget sih.
Misalnya ya kaya gua kan ngambil jurusan administrasi public ya nah ini
kan ada sangkut pautannya sama IPS, nah gua kan belajar di smk itu cuma
dasar-dasarnya aja ngga sama kaya anak SMA. Kalo anak SMA kan udah
dibidangin ya, kaya IPS ya dia belajar IPS, yang IPA ya belajar IPA. Kalo
gua ya karena cuma dasar-dasarnya aja jadi ya harus banyak belajar, tapi
ya ngga masalah soalnyakan ada buku yang bisa gua baca, ada dosen yang
ngejelasin dan bisa gua tanya, dan yaa.. bisa menyesuaikan diri aja sih.

P : Bagaimana lu bisa bertahan kuliah dengan jurusan tersebut?


N : Ya gampang aja soalnya gua udah ngga perlu pusing mikirin yang lain-
lain, biaya kuliah gua ditanggung bidikmisi itu juga termasuk uang saku,
trus juga kakak sepupu gua kan suka ngirimin uang buat gua jajan, jadi ya
tanggung jawab gua cuma nyelesain kuliah gua. Gua lulus Februari 2019
dan cumlaude loh hahahaha

P : Bagaimana ceritanya lu bisa dapet bidikmisi?


N : Bidikmisi itu gua terima dari awal kuliah. Jadi ceritanya dulu pas awal-
awal kuliah ngurus pengajuan bidikmisi, ini disuruh pihak kampus.
Awalnya tuh pihak kampus minta nilai raport, trus gua disuruh buat surat
keterangan tidak mampu, foto rumah, dll. Untuk diajuin dan ternyata gua
lolos dan dapet bidikmisi. Tiap semester itu dapetnya kalo gak salah 5
jutaan ya, ini gua udh agak lupa jadi ya seingetnya gua aja. 3 juta buat
uang saku trus 2 juta buat uang semester, itu sama selama gua kuliah 4
tahun.

P : Bagaimana respon orang tua lu mengenai keputusan lu buat kuliah?

xiv
N : Respon orang tua gua ya gitu, kaya orang tua pada umumnya, mereka
mendukung gua kuliah. Mereka mendukung keputusan gua ini, buktinya
mereka masih ngasih gua makan dan tempat tinggal, kebutuhan gua masih
terpenuhi lah. Dan juga di rumah gua kan yang kuliah bukan cuma gua,
ada kakak gua yang udah kuliah duluan, dia kuliah di UIN Imam Bonjol
ngambil jurusan Hukum Islam dan lulus tahun 2012.

P : Apakah dengan kakak lu yang kuliah itu lu jadi terpengaruh buat kuliah?
N : Iya bisa dibilang begitu tapi ya dikit banget sih, soalnya gua pengen
kuliah ya atas keinginan gua sendiri. Seperti yang gua bilang sebelumnya
gua mau jadi guru tata boga kan awalnya tapi ya gua diterimanya di
jurusan lain yaudah gua jalanin karena emang gua mau kuliah. Paling
mereka cuma jadi penyemangat kali ya, kakak gua, kakak sepupu gua yang
suka ngirimin gua duit, mereka memotivasi gua kaya “kalo orang tua
nggak berpendidikan setidaknya anaknya berpendidikan lah” gitu.

P : Apa pendidikan orang tua lu dan apa pekerjaannya?


N : Mama gua Cuma lulusan SMP/SMA gitu gua lupa, tapi yang jelas
pendidikan mama gua lebih tinggi dari Bapak gua, soalnya bapak gua
cuma tamatan SD. Kerjaan Bapak gua itu tukang, jadi kalo ada orang
bangun rumah atau renovasi rumah trus nyuruh bapak gua ya dia baru ada
kerjaan, kalo ngga ada yg nyuruh ya ngga kerja dia. Trus mama gua cuma
ibu rumah tangga, sama ngurus cucu aja di rumah.

P : Apa kegiatan lu setelah lulus kuliah?


N : Pas baru-baru lulus ya gua nyari-nyari lowongan, trus waktu itu ada
lowongan di salah satu sekolah SMP gitu jadi operator kesiswaan, gua
coba masukin lamaran gua disitu eh taunya gua diterima. Yaudah tuh gua
kerja jadi operator kesiswaan di SMP 34 Lubuk Buaya, Padang. Kalo
sekarang sih udah ada 9 bulanan gua kerja. Kerjanya tuh gua entriin nama
siswa, bikin absen, bikin rekap nilai siswa, ngurus data PIP (Program
Indonesia Pintar) nah gua yang entriin nama anak-anaknya buat dimasukin
ke aplikasinya. Gua juga yg ngurus dana PIP itu, jd kalo dananya cair gua
nih yang hubungin orang tuanya buat tanda tanganin dan bagiin uangnya.
Selama corona ini uangnya dibagiin sekolah secara kolektif, tp dulu
sebelum ada corona uangnya bisa diambil sama orang tuanya sendiri-
sendiri. Dan satu lagi, gua juga ngurusin surat pindah siswa, semisal ada
anak yang mau pindah atau keluar dari sekolah tempat gua nah gua yg
bikin datanya. Pokoknya kerjaan gua yang bersangutan sama siswa deh.

xv
P : Apa kegiatan lu selain kerja?
N : Selain kerja ya paling gua bantuin mama gua aja di rumah, kaya masak,
beberes rumah gitu gitu.. sama tidur sih gua hahahaha. Gua jarang ikut
perkumpulan-perkumpulan gitu, paling gua ikut pengajian aja di mushalla
Al-Mukarramah deket rumah gua, ngajinya ya ngaji biasa baca Qur’an gitu
hampir tiap hari, tapi klo ada ustadz ya ngajinya dengerin ceramah aja, itu
biasanya seminggu sekali sih. Gua ngaji di mushalla itu sama mama gua,
tapi sekarang gua udah ngga soalnya gua ngerasa udah beda aja dunia gua,
jadi gua ngaji paling sendiri lagian sekarang ada youtube gua bisa ngaji
lewat itu, dan sekarang kan karena corona dan ngga boleh ada
perkumpulan gitu, jadi yaudah gua ngaji sendiri aja, tapi mama gua masih
ngaji sih guanya aja yang udh ngga.
Oiya gua sekarang lagi ikut jadi panitia KPPS, iya gua ikut lagi untuk
pilkada 9 Desember besok nih. Sebelumnya kan gua ikutan tuh yang
pemilihan walikota tahun berapa gitu gua lupa, trus juga gua ikut pas
pilpres 2019 kemaren, lumayan cari duit buat tambahan. Gaji gua tuh
kecil, 1 juta doang sebulan, udh mana sekolahnya tuh jauh dari rumah gua
kan, bensin pulang pergi abis 350 rb sebulan, makan beda juga jadi ya 200
rb buat gua makan, trus kasih mama gua 150 rb, masih ada 300 rb itu buat
pegangan makanya tapi masih suka kurang kadang gua jajannya lebih dari
itu hahahah.

P : Apa kegiatan kakak lu sekarang?


N : Kakak gua sekarang jadi ibu rumah tangga aja, dulu sempet pernah kerja
di Pengadilan Agama Padang tapi berhenti. Karena waktu itu mama gua
pernah sakit saraf kejepit jadi anaknya gak ada yang ngurus. Sebelumnya
tuh emang anaknya diurus mama gua pas dia kerja, nah karena mama gua
sakit trus kakak gua disuruh berhenti kerja sama suaminya biar dia bisa
ngurus anak, ya jadi ibu rumah tangga lah. Anaknya ini ada dua, yg
pertama umur 5 tahun , yg kedua umur 3 tahun. Suaminya kerja jadi
Satpol PP.

P : Mengenai kakak sepupu lu, apa kegiatan dia sampe ngirimin lu duit
begitu?
N : Kakak sepupu gua ini kerja di Kementerian Hukum dan Ham, gua ngga
terlalu tau kerjanya tapi ya ngurusin hak paten gitu, misalkan ada artis mau
metenin lagu atau film, ya semacam itu lah kerjanya. Dulu dia kuliah S1 &
S2 di Universitas Andalas ngambil akuntansi. Dia bukan cuma ngasih gua
duit aja, dia juga sering ngebeliin gua tiket pesawat ke Jakarta ini biasanya
tiap gua liburan, gua pernah ke Bandung juga, gua diajak-ajak gitu ya buat

xvi
nemenin dia sih, soalnya kan dia di Cengkareng sendiri, kakak-kakaknya
di Padang, orang tuanya juga. Tapi sekarang udah ngga ngasih duit,
mungkin karena gua udh gede juga, trus dia udah nikah dan punya anak,
dan kakaknya dia udah ada di Cengkareng juga, berkeluarga di sana.

P : Emang dia sepupu dari keluarga nyokap atau bokap?


N : Dia sepupu dari keluarga mama gua, mamanya dia ini kakaknya mama
gua. Tapi mamanya udah meninggal, kalo ngga salah setahun yang lalu
lah. Dan bapaknya sekarang tinggal sama anaknya yg kedua. Anaknya ada
4, dua di Padang dan duanya lagi di Cengkareng, yaitu sepupu gua ini
sama kakaknya.

xvii
Transkrip Wawancara 2
Arya Nabali
Minggu, 29 November 2020
Video Call
Pkl. 20.59 – 21.53

P : Apa alasan lu kuliah?


N : Alasan gua kuliah apa ya? Gua malah bingung kalo ditanya begini.
Soalnya gua tuh tipikal orang yang melakukan sesuatu atas dasar
keinginan sih. Contohnya ya kuliah ini. Gua kuliah ya karena gua emang
pengen kuliah. Faktornya itu ya karena dulu gua SMK Perhotelan, gua
PKL dong. Ketika gua PKL gua mikirnya harusnya anak PKL itu
seenggaknya dapet upah gitu lah, pikiran gua sih begitu, tapi nyatanya gua
ngga dapet. Lu tau sendiri kan housekeeping kerjanya gimana gitu kan..
menurut gua ngga ini banget lah. Gila lu, lu bayangin aja gua dikasih
target bisa sampe 30 kamar sehari, itu gua ngebersihin kamar kotor bisa
sampe 25 ke atas, ini kalo lagi rame. Kalo lagi sepi yaa gua bisa sampe 10
ke atas, ngga pernah kurang dari 10. Trus juga ditambah ngga dapet upah,
makanya gua mikir kalo gua lulus langsung kerja masa gua kerja begini
gitu ya kan. Percuma dong gua bertahun-tahun sekolah. Makanya gua
mutusin buat banting stir dah tuh kuliah ke sosiologi.

P : Bagaimana proses lu sampai bisa berkuliah di sana?


N : Jadi kan gua udah ditanya tuh awalnya, kan lulus nih. Awalnya yang
nanya kakek gua, kamu mau langsung kerja apa mau kuliah lagi gitu kan.
Gua jawablah gua pengen kuliah lagi pengennya gitu kalo bisa sih kuliah
lagi, kakek gua mendukung tuh akhirnya kan katanya “yaudah kuliah lagi,
soalnya dulu kakek ngga bisa sekolah” gitu kan ngomongnya biasalah
orang tua. Nah trus beberapa hari kemudian emak gua nanya juga, trus
katanya yaudah kalo emang mau kuliah cari kampusnya. Nah kebetulan
gua jalan ke Jogja waktu itu. Gua ngga ikut yang SNMPTN, SBMPTN
gitu-gitu gua ngga ikut dah. Gua jalan ke Jogja, gua nanya saudara gua
yang di sana dia ngajuin gua ke UGM tuh. Gua sempet test tuh di UGM.
Trus gua pulang, balik lagi tuh ke rumah, saudara gua yang di sini kan dia
anak UIN tuh, dia nyaranin gua tes di uin katanya “Coba aja noh tes di
UIN, di UIN kan juga lagi ada tes mandiri kan”. Akhirnya gua ikutlah tes
SPMB itu. Trus ternyata hasilnya gua lolos nih di UGM sama di UIN. Gua
pilih sosiologi tuh di dua kampus itu. Ya karena gua lolos dua-duanya ya
gua milih di UGM dong eh tapi emak gua nyuruhnya gua di UIN aja, dia
bilang “yaudah yang di UIN aja, yang deket gak usah jauh-jauh toh juga

xviii
jurusannya sama”. Jadi ya gua masuk UIN ya karena kejebak emak gua,
bukan karena gua mau di UIN, gitu.

P : Apa hal yang mendasari lu untuk pilih jurusan itu?


N : Gua bisa masuk sosiologi itu awalnya karena gua pengen masuk ISI atau
IKJ gitu kan tapi ngga dibolehin karena orang tua gua punya pandangan
kalo seni itu lebih baik lu jadiin hobi aja, ngga lu jadiin kerjaan
professional. Selain itu juga kan masuk IKJ juga biayanya gede ya, ya itu
salah satu factor sih. Yaudah tuh akhirnya gua ngambil sosiologi deh, lagi
juga kan gua di SMK gua belajar IPS juga ya, gua ngerasa tertarik aja gitu,
gua belajar tentang struktur, tentang struktur masyarakat gitu lah yaa, Gua
belajar kelas, belajar apa cuma tertarik aja lah ya. Trus juga nilai MTK
gua, nilai statistic gua juga lumayan gitu. Karena gua sekolah pariwisata
ya kan ya itu dijejelinnya sejarahnya. Nah itu gua demen juga sih sejarah.
Kalo di Ips tuh gua suka sejarah, tapi di situ juga gua suka yang pelajaran
adalah tuh pasti lu juga sempet nemuin ada yang namanya kasta, gitu-gitu
ya kan pas lu SMK. Nah gua suka juga belajar itu, makanya gua pikir kan
sosiologi awalnya lebih ke strukturnya doang kan, ternyata banyak. Trus
ditambah lagi ada juga nih kita nemuin sosiologi sejarah nah makanya pas
skripsi gua dibilang bang Karib telusuri SOPSI aja ya gua okein karena
gua suka juga.

P : tapi apa cuma ngerasa tertarik aja atau ada dorongan lainnya gitu
mengenai keputusan lu milih Sosiologi?
N : Mungkin dengan gua pernah belajar IPS di SMK, apalagi gua sekolah
pariwisata, banyak pelajaran IPS yang dikasih kayak yang udah gua bilang
sebelumnya, tentang sejarang, struktur masyarakat, dll. Gua jd merasa
lebih santai aja kuliahnya, ya karena gua kuliah dijurusan yang gua suka,
ya apalagi coba kan gua bilang gua ngelakuin sesuatu karena gua suka,
jadinya gua senen, gua enjoy, santai. Makanya lu kan kalo lu liat gua
kuliah kaya kaga ada beban masalah gitu kan hahaha

P : Bagaimana respon orang tua lu mengenai keputusan lu buat kuliah?


N : Orang tua gua mah ngedukung banget, pas gua bilang mau kuliah kan
nyokap gua langsung nanyain mau kuliah dimana, nyuruh gua nyari
tempatnya (universitas), nyuruh gua ikut tes, gitu gitu. Terus bokap gua
kalo gua mintain ini itu buat kuliah dia ngasih dia mah. Makanya kan gua
disuruh focus aja nyelesain skripsi. Kakek gua apalagi, dia support banget
sih buat gua kuliah, sering memotivasi gua biar gua semangat kuliah gitu.

xix
P : Di keluarga lu ada yang kuliah ngga selain lu?
N : Ngga ada, Gua kan lima bersaudara nih ya, tapi yang kuliah di keluarga
inti gua ya baru gua doang. Kakak gua cewe, dia tamatan SMK Perhotelan,
sama kek gua. Dia sempet kerja di restaurant cuma gua ngga terlalu tau dia
kerja bagian apanya. Trus kakak gua berhenti kerja pas hamil kemaren tapi
sekarang udah lahir anaknya cowok. Suaminya kerja dibengkel Honda
kalo ngga salah, gua lupa. Sekarang kakak gua tinggal di Bekasi ikut sama
lakinya.
Adek gua yang pertama itu cowok udah kerja di PLN. Tapi untungnya
emak bapak gua ngga banding-bandingin ama adek gua. Biasanya kan ada
tuh orang tua yang suka banding-bandingin kaya “adek lu udah kerja lu
kuliah aja kaga kelar-kelar” kaya gitu kan. Nah emak bapak gua ngga
begitu, emak gua cuma nyuruh gua nyelesain skripsi gua aja, dia pengen
foto wisuda ama gua mimpinya mah hahaha. Dulu gua wisuda SMK
sendirian soalnya, tau dah tuh emak bapak gua ke mana waktu itu. Adek
gua yang kedua itu cewek masih sekolah SMP kelas 3, trus yang paling
kecil dia cowok masih SD kelas 3. Jadi anak emak gua 3 cowok 2 cewek.
Ada paling sepupu gua yang kuliah, itu yang di Jogja, sepupu dari
keluarga bokap yang nyaranin gua kuliah di UGM. Nah kalo yang di sini
itu yang nyaranin gua kuliah di UIN itu sepupu dari keluarga nyokap, dia
juga kuliah di UIN anak FIDKOM dia, tapi pas kita masuk dia udah lulus.

P : Apakah dengan sepupu lu yang kuliah itu lu jadi terpengaruh buat


kuliah?
N : Ngga sih, mereka cuma nyaranin tempat aja, di universitas mana gitu,
nyatanya kan jurusannya gua pilih sosiologi juga di dua kampus itu. Paling
kakek gua sih yang paling berpengaruh, trus juga orang tua secara mereka
yang bantu secara materi dan memotivasi gua kan. Ada nih beberapa
temen gua yang usianya di atas gua gitu gua liat kaya keren banget gitu,
wawasannya luas, kalo ditanya orang apa aja dia tau gitu. Trus juga kalo
misalnya ada rapat-rapat apa gitu, kan dulu gua aktif gitu di kepemudaan,
waktu itu loh ya, kalo ada yang tanya apa ke dia gitu dia pasti tau. Entah
kenapa gua tertarik aja gitu. Gua jadi semakin ingin kuliah jadinya. Kalo
temen-temen gua ini mempengaruhinya ngga secara langsung sih.

P : Apa pendidikan orang tua lu dan apa pekerjaannya?


N : Emak bapak gua tamatan SMA. Emak gua itu anak ke 3 dari 11
bersaudara, dia adeknya banyak trus dia juga perempuan ya dia ngga
kepikiran aja buat kuliah, dia mau ngidupin adek-adeknya aja. Kalo dari
ceritanya sih gua nangkepnya begitu. Sehari-harinya emak gua jualan

xx
semacam foodcourt gitu, makanan-makanan sunda biasa. Kalo bapak gua
itu aslinya kan Magelang ya, pas lulus itu dia merantau ke Jakarta nyari
kerja di sini. Bapak gua kerja di Jayamix, proyek konstruksi gitu, dia
dibagian listrik. Sekarang lagi ada di Lampung, tau dah nih akhir tahun
pulang apa ngga soalnya udah berapa bulan tuh dia di sana. Ditambah
corona kan, biar kata pesawat udah bisa juga paling dia males ngurus surat
jalan, paling dia males bikinnya. Di sana dia ngerjain kantor Bupati yang
baru gitu ya, jadi itu mau dipindahin ke deket laut, nah daerahnya masih
hutan banget. Kata bapak gua aja depannya jalanan, pantai nah belakang
gedungnya itu hutan masih ada ada suara monyetnya gitu.

P : Apa kegiatan lu sekarang?


N : Sekarang gua lagi sibuk ngerjain skripsi aja palingan kan gua udah
disuruh nyeselain plus ditanyain mulu tuh sama emak gua kapan sidang
hahaha ya bersyukur sih gua emak gua cuma nyuruh gua nyelesain skripsi
doang. Gua juga masih suka latihan ngeband, biasanya seminggu sekali
gua latihan. Karena kan lagi corona gini jadi gua ngga bisa ngisi di mana-
mana ya. Di foodcourt tempat emak gua tuh biasanya gua ngisi kan,
sekarang gua kaga bisa, emang udah buka sih tapi kan kaga boleh ada
kerumunan gitu ya, orang tempat duduknya aja dibatesin diatur gitu kan.
Nah selain itu juga gua gantiin emak jaga, jadi kalo malem gua yang
megang itu, gua jual-jual minuman sama rokok buat orang nongkrong,
soalnya kan gua liat potensinya kalo malem emang banyakan orang
nongkrong ya, mungkin kalo siang makanan emak gua ada yang beli tapi
kan kalo malem belom tentu soalnya kan yang nongkrong banyakan anak
muda ya, makanya kalo malem gua yang megang.

xxi
Transkrip Wawancara 3
Lia Andini
Senin, 15 Desember 2020
Video Call
Pkl. 11.31 – 11.59

P : Hallo, assalamu’alaikum
N : Wa’alaikumsalam
P : Apa kabar, li?
N : Alhamdulillah sehat
P : Alhamdulillah, Sibuk apa sekarang?
N : Nganggur, Put. Belum dapet kerja. Sekarang kan gua di Bukittinggi,
sama ibu bapak gua. Tu gua ngurus ibu bapak gua juga, bantuin mereka
berladang.
P : Ladang apa tuh? Udah berapa lama?
N : Ladang Tebu aja, gua baru disini, setahunan ini. Sebelumnya kan gua di
Padang tuh, di tempat kakak gua.
P : Oh gitu. Kemarin ini lu kuliah kan ya?
N : Iya gua kuliah di UIN Imam Bonjol, gua ngambil jurusan manajemen
perbankan syariah.
P : Kenapa lu ambil jurusan itu li?
N : Gua pengen aja kuliah jurusan itu, dari dulu di SMK kan gua tertarik
dunia perbankan ya, Jadi, mumpung ada kesempatan pas kuliah gua ambil
aja itu.
P : Emang apa yang bikin lu tertarik dengan perbankan?
N : Gua suka duit haha. Karena gua suka duit itu makanya gua tertarik sama
perbankan, gua suka aja kerja di tempat kaya bank gitu. Ya ngga tau dah
gua emg suka aja
P : Apa rasanya kuliah dengan jurusan yang berbeda dari jurusan smk lu, li?
N : Seru-seru aja tuh ya, soalnya kan beda jauh ya, tu beda juga pelajarannya.
Susah emang awalnya, harus memulai dari awal lagi soalnya kan jurusan
gua ini apa namanya tuh, dasarnya ekonomi ya, kadang tuh ada pelajaran
akuntansinya, pajak, tu gua ngga ngerti sama sekali, nah gua belajarnya
kadang sama teman-temen, belajar bareng lah.
P : Hmm, terus kenapa lu milih UIN Imam Bonjol?
N : Karena dia deket dari rumah kakak gua dulu, kakak gua nyaranin gua
masuk situ, cobalah katanya lagi juga itu UIN kan pasti islami, gitu
P : Trus gimana prosesnya lu bisa masuk UIN?
N : Gua kan sempet nganggur tuh dua tahun setelah lulus SMK, setahun
sebelumnya tuh gua sempet coba ikut SBMPTN bareng MP, Mia, gitu kan

xxii
tapi ngga lolos, yaudah tuh gua ikut jualan sama kakak gua. Selama dua
tahun nganggur itu gua ikut jualan sama kakak gua, jualan roti, donat, gitu
gitu. Nah tahun depannya baru dah tuh gua coba di UIN Imam Bonjol,
masuk tuh, yaudah kuliah di situ.
P : Apa yang bikin lu bertahan sampe lulus?
N : Ya harus bertahan lah, masa setengah-setengah. Lagian kan kuliah gua 3
tahun, gua tuh D3, apa yg harus diberhentikan, nanggung semuanya, dari
segi biaya juga udah nanggung kan, orang tua gua juga yg biayain, masa
gua harus berhenti ditengah jalan.
P : Emang apa kerjaan Ibu Bapak lu, Li?
N : Berladang aja di sini, di Puncak Lawang itu lho. Ibu bapak gua berladang
tebu, ladangnya punya ibu gua.
P : Oh iya ya, Bapak lu kan Medan ya. Trus rumah di Medan gimana?
N : Ada tapi disewakan
P : Lu berapa bersaudara sih Li?
N : Gua 4 bersaudara, abang gua yg pertama di Medan kerja jadi satpam di
pabrik gitu, udh berkeluarga anaknya 2, abang gua yang kedua udh
meninggal, kakak gua yang di Padang kemarin nih udh pindah ke
Pekanbaru,udh berkeluarga juga anaknya 4. Dia punya toko roti gitu
usahanya, pas di Padang waktu itu gua bantuin dia kelola toko rotinya.
P : Selain lu, ada ngga anggota keluarga lain yang kuliah?
N : Ngga ada, Cuma gua aja. Itu lah, karena tinggal gua sendiri makanya
kakak gua nyaranin gua untuk kuliah, seenggaknya pendidikan gua harus
lebih tinggi dari dia gitu katanya.
P : Oh gitu, tapi ada ngga kakak-kakak lu bantu secara ekonomi atau jadi
temen diskusi gitu pas lu kuliah?
N : Ekonomi paling ya, itu abang gua yang di Medan suka ngirim duit buat
uang jajan gua, kalo diskusi gitu-gitu sih ngga ada.
P : Hmm iya iya. Trus berarti lu di Bukittinggi bertiga aja tuh sama ibu
bapak lu?
N : Ngga, di sini berempat put. Ada satu keponakan bapak gua dari Medan
yang bantu-bantu. Lagi juga kan gua baru setahun ya di sini. Sebelumnya
kan gua kuliah, nah dia yang bantu-bantu ibu bapak gua waktu itu.
P : Oh gitu, oke deh Li, terima kasih yaa, maaf banget nih mengganggu
waktunya.
N : Iya gpp Put, santai aja.

xxiii
Transkrip Wawancara 4
Dwi Fitri F.
Senin, 6 Desember 2020
Video Call
Pkl. 16.40 – 15.13

P : Assalamu’alaikum Pit
N : Waalaikumsalam
P : Ini gua ganggu ngga vc sekarang?
N : ngga kok, gua emang mau pergi tapi nanti kok.
P : Oke deh. Sibuk apa lu sekarang pit?
N : gua sibuk kerja aja paling, selain itu ya cuma bisa tidur aja di rumah haha
capek gua kerja dari jam 8 sampai jam 6
P : kerja di mana tuh?
N : gua kerja di PT. pengadaan barang, namanya PT. Multi Niaga, bergerak
dibidang pengadaan barang, proyek dinas, gitu-gitu. Gua bagian
accounting, kurang lebih 6 bulan. Gua masuk juni 2020. Sebenarnya ini
perusahaan kedua, yang pertama itu terdampak corona jd ada pengurangan
pegawai nah gua kena diberhentikan. Setelah kompre itu gua banyak cari
kerjaan trus keluar masuk keluar masuk gitu, ada yg cuma sebulan gua
kerjanya gitu.
P : Apa alasan lu kuliah pit?
N : gua kuliah biar menambah wawasan, biar dapet kerjaan yang bagus,
sekalian nyari pacar juga hahaha.
P : emang kalo wawasan lu udah bertambah terus kenapa? Apa untungnya?
N : ya banyak dong, misal untuk anak-anak gua nanti, kan gua yang bakalan
ngajarin mereka duluan. Dan di dunia kerja juga kan ilmu itu dibutuhkan,
kalo kitanya kurang wawasan kan bisa dicurangi rekan kerja, atau bisa jadi
sama atasan.
P : hmm, lu kuliah dimana kemarin?
N : Gua kuliah di Universitas Dharma Andalas jurusan akuntansi
P : gimana ceritanya lu bisa kuliah di situ?
N : waktu itu tahun 2014 gua lulus smk tuh ya, saat itu temen-temen gua dan
pacar gua pada mau kuliah gitu trus gua ikut-ikutan tuh. Gua ikut daftar
SBMPTN waktu itu tapi gua ngga lolos. Nah karena ngga lolos kan
yaudah tuh gua nganggur setahun. Pas tahun 2015 mama gua nyuruh gua
kuliah, sebenernya gua ngga mau kuliah kan gua maunya kerja aja tapi
nyokap gua nih kekeh pengen gua kuliah, dia bilang “kuliah dong, nanti
mama beliin motor sama laptop deh” gitu, ya karena gua pengen banget
punya motor kan ya agak-agak mikir tuh gua. Kebetulan pas tahun itu juga

xxiv
gua ada pacar lagi kan, nah pacar gua ini kuliah, dia dukung gua dan
motivasi gua supaya gua kuliah. Akhirnya gua daftar dah tuh kuliah, kalo
ngga salah bulan september udah akhir-akhir pendaftaran dan pokoknya
udah mau tutup dah pendaftarannya..
P : kenapa lu pilih Dharma Andalas?
N : gua tuh daftar 3 kampus sebenernya, AKBP Padang, STKIP PGRI, sama
Universitas Dharma Andalas. Dari ketiga kampus ini AKBP ini gua
kurang suka karena kampusnya gedung lama, kalo STKIP PGRI itu juga
sama dan juga dia kalo kuliah pake rok nah itu gua males, trus gua pilih
Dharma Andalas soalnya dia ini masih terbilang baru lah, dulu tuh
namanya STIE gitu nah di tahun 2014 atau 2015 kalo ngga salah, itu dia
baru berubah jadi Universitas gitu.
P : kalo jurusan kenapa lu pilih akuntansi?
N : gua pilih akuntansi itu pertama karena gua suka itung-itungan, gua dari
tata boga tuh ngga mungkin gua milih matematika dong, trus juga gua
ngerasa akuntansi itu lebih cocok lah sama gua. Lagi juga gua ngga suka
jurusan kaya manajemen, psikologi, sosiologi yang banyak hapalannya.
Gua ngga suka kalo ujian trus gua ngarang, gua sukanya yg itung-itungan
dah, nah maka dari itu gua ambil akuntansi
P : apa alasan mama lu nyuruh lu kuliah?
N : ya gimana ya, orang tua gua ini kan latar belakangnya emang orang yang
berpendidikan gitu lah, bapak sama mama gua itu lulusan D3 akuntansi.
Mama gua di AAI dulu kalo ngga salah namanya itu di Padang, trus bapak
gua di AAB Jakarta. Karena mereka berpendidikan otomatis kepengen
dong anaknya lebih tinggi pendidikannya dari mereka..
P : oh gitu, apa jurusan kuliah lu terpengaruh dari jurusan orang tua lu?
N : Gua kalo jurusan itu ya terserah gua, misalnya pas smk waktu itu gua
ngambil tata boga karena someone, tp akuntansi itu ya karena emg gua
ngerasa cocoknya disitu dan gua juga ngga mungkin kan pilih jurusan
matematika..
P : Kenapa ngga mungkin pilih matematika?
N : ya gimana ya, iya ngga masalah sih buat gua kalo gua ambil matematika.
Lagi pula pas kuliah itu kan pas awal-awal ngga langsung menjurus gitu
kan, tahun pertama kan masih mata kuliah umum ya, masih belajar
pengantar-pengantar, ya kalo kita serius pasti bisa lah. Ya tergantung kita
aja gimana kuliahnya. Bagi gua sih ngga ada kesulitan, cuma ya gua
kurang begitu suka aja, lebih cocok ke akuntansi.
P : Kan nyokap lu nyuruh lu kuliah tuh ya, kok lu mau sih?
N : awalnya kan emang ngga mau tuh kan, soalnya gua tuh males mikir,
udah capek lah mikir-mikir gitu, pusing. Gua mau cari duit aja yang

xxv
banyak, lagian kan dulu gua pengen banget punya motor tapi ya belum
sanggup beli sendiri, ya lu tau sendiri lah gimana. Nah tu pas awal-awal
lulus sekolah tuh emang mama gua nanya, “ngga kuliah? Nanti mama
beliin motor deh, laptop juga” gitu kan tapi emang guanya gamau kan ya
karena itu tadi gua udh males mikir, belum lagi nanti kalo mau lulus kan
ada sempro, seminar, kompre gitu-gitu kan, sakit kepala gua bayanginnya.
Dan lu tau juga kan gua tuh agak gagap kalo ngomong, apalagi di depan
orang banyak. Seminar kan di depan orang banyak gitu kan, tuh gua mikir
kan dan gua bilang “gamau ah mah” gitu. Trus juga kan ujung-ujungnya
juga bakalan kerja kok gitu lho. Nah pas itu kan gua nganggur tuh setahun,
gua kerja tuh pas nganggur itu. Gua kerja di minimarket ketemu lah sama
pacar gua, dia mau kuliah juga. Dia coba SBMPTN pas tahun 2015, tapi
ngga lolos tuh, akhirnya dia dafar di UPI, masuk kan tuh di UPI. Dia
nyaranin gua untuk kuliah, dia bilang “kuliah lah, biar kita bisa berangkat
kuliah bareng, ngerjain tugas bareng, wisuda bareng” gitu dan gua jadi
termotivasi buat kuliah. Yaudah tuh gua mau kan kuliah, tadinya gua mau
di UPI juga biar bisa barengan ama dia, tapi mama gua ngga ngebolehin,
katanya UPI ngga berbobot, yaudah deh gua pilih yang tiga tadi kan tapi
akhirnya gua milih Dharma Andalas karena selain gedungnya baru dan ya
lumayan bagus, dia juga deket UPI, jadi gua bisa sama dia terus, ngebucin
hahahaha. Dan setelah gua coba jalanin kuliah, ternyata asik, santai, ngga
terikat, dan suka-suka kita aja apalagi gua swasta kan. Trus juga dosennya
begitu aja, kalo mau belajar ya belajar kalo ngga ya terserah.
P : terus gimana rasanya pas kuliah, kan beda tuh sama jurusan smk?
N : gua sih menikmati aja, lagian gua juga suka kan sama jurusan akuntansi.
Ya tergantung kita aja gimana belajarnya, walaupun beda jurusan tapi kalo
suka mah ya mudah aja. Kalo ngga suka kan pasti bertentangan ya, nah
kalo suka kan pasti dengan senang hati, mengerjakannya dengan niat, gitu.
P : ada kendala ngga pas kuliah?
N : ngga ada sih, paling gua ngga bisa kerja aja. Gua kan mau kerja ya, otak
gua tuh isinya duit duit duit gitu, tapi kan kuliah gua reguler ya, jadwalnya
tuh ngga tentu nah itu bikin gua ngga bisa kerja karena gua harus kuliah.
P : apa yang bikin lu bertahan kuliah sampe lulus?
N : bertahan tuh ya karena gua pengen jadi sarjana kan, trus juga mama gua
juga udah mengeluarkan banyak uang buat gua kuliah, dan gua juga sadar
kan kalo kuliah gua di swasta, nah itu kan duitnya itu lebih banyak
daripada buat kakak gua, dan adik gua yang kuliah di negeri kan. Jadi ngga
mungkin dong gua sia-siakan, tuh gua harus bertahan walaupun sulit gitu
kan, dan rasa bosen-bosen gitu kan pasti ada juga tapi mau bagaimanpun
ya harus bertahan sih.

xxvi
P : kakak sama adek lu kuliah dimana emang?
N : kakak gua tuh lulusan S1 fisika UNP sekarang lg nganggur, masih
mencari sih. Nah klo adek gua kuliah di Universitas Andalas jurusan ilmu
tanah, semester 3.
P : Oh gitu, lu berapa bersaudara sih?
N : gua lima bersaudara, kakak gua itu satu, gua anak kedua, adek gua yg
kuliah itu adek pertama, adek gua yg kedua itu cowok dia SMP, nah yang
ketiga itu SD.
P : apakah orang tua lu akan menguliahkan adik-adik lu juga?
N : oh iya itu sih pasti, tapi kan masalahnya itu tergantung anaknya. Kalo
anaknya mau ya mama gua pasti support, tapi kalo anaknya ngga mau
yaudah ngga bisa maksa kan.
P : tapi selama lu kuliah, orang tua lu pernah jadi temen diskusi atau bantuin
lu belajar ngga?
N : Iya dong, soalnya kan mama bapak gua jurusan akuntansi ya, jadi kalo
ada yang kurang paham tuh ya gua tanya ke mereka. Dalam akuntansi kan
ada bahasa inggrinya kan, nah bahasa inggris di akuntansi itu ngga sama
kaya bahasa inggris pada umumnya kan, itu gua ngga paham ya gua tanya
ke bapak atau mama gua kan dari situ itu gua bisa paham apa artinya itu.
Kalo belajar sama bapak gua tuh ya, apa yang keliatan di jalan misal ada
akuntansi atau pajak-pajak gitu pasti dia tanya, dia tuh pengen anaknya
ngerti semuanya gitu.
P : oh gitu, biaya kuliah lu gimana? Ditanggung orang tua?
N : iya dong, gua mana ada uang segitu banyak. Iya mungkin ngga begitu
besar dibanding kuliah di Jakarta, tapi menurut gua ini besar mah apalagi
dibanding sama uang kuliah kakak dan adik gua. Semester kakak gua aja
900 rb, gua 3 juta coba hahaha. Nah kalo uang saku gua nyari sendiri,
kerja sampingan.
P : emang apa kerjaan mama bapak lu?
N : bapak gua petani, mama gua ibu rumah tangga. Dulu bapak gua sempet
jualan tapi bangkrut akhirnya jadi petani. Ngurus sawah di kampung,
Lubuk Alung, dia yang turun langsung. Biasanya kalo udah musim tanam
bibit bapak gua ke kampung, kalo udah saatnya panen dia ke kampung
lagi, paling kalo untuk ngecek sawah biar ngga dimakan hama ya sebulan
sekali lah ke sawah.
P : oh jadi biaya hidup, biaya pendidikan semuanya dari sawah ya?
N : ngga juga, soalnya gua kan punya rumah kontrakan ya mama gua. Satu
yang disebelah rumah, trus ada ruko juga, sama sawah dan tanah yang
disewain gitu dipake buat sekolah islam, gitu.

xxvii
P : oalah gitu, oke deh pit sepertinya sudah cukup nih, terima kasih ya sudah
bersedia diwawancara, maaf nih ganggu waktu lu.
N : loh udah? Cepet banget hahaha. Iya put sama-sama yaa. Ngga kok ngga
ganggu, santai aja hehehe

xxviii
Transkrip Wawancara 5
Yeti Avita B. Ac (51)
Senin, 6 Desember 2020
Voice Call
Pkl. 15.15 - 15.30

P : Hallo Assalamu’alaikum
N : Ya Wa’alaikumsalam
P : Ini Puput ma, temennya Ipit SMK dulu
N : oh iyo Ipit alah carito ka mama kapatang, jadi baa Put?
P : Iyo ma, jd puput nio mawawancara mama, lai ndak baa tu ma?
N : iyo ndak baa tu do Put
P : Iyo ma, wak mulai se langsuang yo ma. Apo alasan mama manyuruah
ipit kuliah ma?
N : Iyo put, Alasannyo apo yo.. yo karna manuruik mama kuliah ko penting
mah, yang namonyo mencari ilmu tu kan ndak ado nan sio-sio nak, kalo
ndak untuak kini yo untuak masa depan. Yang jaleh mama ko nio anak-
anak mama kuliah sadonyo, namonyo urang gaek tu pasti ingin anaknyo
lebih baik darinyo. Urang gaek tu pasti akan mengusahakan baa caronyo
agar anak-anak nyo hiduiknya lebih baik dari mereka, iyo ndak tu? Ah iyo
kek itu makanya mama suruah Ipit kuliah.
P : Baa kok harus kuliah ma?
N : Tu harus nyo, kok kuliah kan awak jadi punyo banyak ilmu kek itu nak,
ah itu kan lai bisa berguna untuk awak juo tentunyo
P :Emang apo nan didapek dari kuliah ma?
N :lai banyak nyo.. awak tu kok iyo kuliah, awak lai bisa mandapekan karajo
nan lebih baik nyo daripada katiko awak hanyo sebagai lulusan SMK se,
awak lai punyo ilmu labiah lo, berguna lo untuk awak katiko wak
bakaluarga nantinyo.
P :Baa caro mama, kok bisa mambuek ipit nio kuliah?
N : Sabananyo patang ko ndak ado upaya mama tu do, Ipit lulus tu mama
tanyo apo nan inyo nio, kiroe nyo ndak nio kuliah mah, nyo nio karajo se
keceknyo. Nyo patang tu kan lai ikuik-ikuik SBM keceknyo nak, ah tu
mama senang tuh Ipit lai ada keinginan ikuik tes kek itu. kironyo ndak
lolos do, mama tanyo kan apo ndak nio mancubo di kampus lain, nyo
kecekan nyo ndak nio, abis tu mama tawarkan motor, laptop bagai supayo
inyo nio kulia, ruponyo ndak lo nio, sampai satahun mama rayu taruih tu
nak, akhirnyo lai lah tu, Ipit nio untuk kuliah, tuh sanang mama nyo
akhirnyo. Ipit tanyo kan ke mama, nyo nio kuliah di UPI tapi ndak mama
buliahkan, mama suruah se cari yang lain, akhirnyo dipiliahlah Dharma

xxix
Andalas tu, akhirnyo kuliah lah ipit di Dharma Andalas, tuh mama kasih
pula nan mama janjikan sabalumnyo, iyo motor jo laptop itu juo.
P : Ado ndak ma yang mampangaruhi mama untuak manyuruah Ipit kuliah?
N : Indak ado do, mama tu nio Ipit kuliah yo karena memang keinginan
mama jo apaknyo ipit se supayo Ipit kuliah, ndak cuma Ipit se, Kakaknyo
kan juga kuliah mah, adiaknyo kuliah juo, mama jo apak ko emang nio
anak-anaknyo berpendidikan tinggi, amak jo apak kan tamatan d3, tu maso
iyo anaknyo hanyo lulusan SMK se? tu ndak nio mama, makonyo mama
suruh Ipit kuliah, pendidikannyo harus labiah tinggi dari mama jo
apaknyo.
P :Tuu baa jo pamilihan universitas dan jurusannyo ma, lai ado mama suruah
lo untuak ambil univ iko, jurusan iko?
N : Kok pemilihan univ jo jurusan tu mama bebaskan se, Cuma kan patang
nyo minta kuliah di UPI nak, ah itu mama ndak buliahkan, menurut mama
ko UPI tu ndak bagus makonyo mama minta nyo cari kampus nan lain, ah
dapeklah Dharma Andalas tu, kampus baru keceknyo, yo ndak baa lah
yang penting kini ko Ipit kuliah. Kok jurusan tu yo apo nan ada di kampus,
Ipit pilih surang jurusannyo, mama jo apak tu ndak memaksa harus iko
atau iko, yo bebas se, sampai nyo pilih akuntansi , kiroe sama jo jurusan
mama jo apak dulu.
P : Apo pendidikan terakhir mama jo apak?
N : Mama jo apak ko tamatan D3 Akuntansi, tapi mama jo apak lai babedo
kampusnyo. Mama di AAI (Akademi Akuntansi Indonesia) iko
kampusnyo di Padang, kok apak tu di AAB (Akademi Akuntansi
Borobudur) kampusnyo ado di Jakarta.
P : Apo pendidingan mama jo apak mempengaruhi mama untuak manyuruah
Ipit kuliah?
N : Tu iyo. Dek mama jo apak tamatan D3 makonyo manyuruh Ipit kuliah,
yo nio Ipit lebih baik lah, pendidikannyo, hiduiknyo, kan kok inyo tamatan
S1 lai bisa dapek karajo nan rancak nak.
P : Ado ndak anggota keluarga lain nan alah kuliah labiah dulu?
N : Lai, selain mama jo apak ko, kakaknyo ipit ko lai kuliah, lah tamaik lo,
nyo kuliah di UNP jurusan Fisika, tuh kini ko adiaknyo kuliah di UNAND
jurusan ilmu tanah, kini ko lah semester 3 nyo.
P : apo itu mampangaruhi mama?
N : Iyo, seperti nan mama kecekan tadi, pendidikan mama jo apak tu nan
cumo D3, ya intinyo mama jo apak ingin anak-anak ko pendidikannyo
lebih bagus, lebih tinggi dari mama jo apak
P : Baa dengan lingkungan tampek tinggal, lai ado mama ikuik organisasi
atau pengajian?

xxx
N : Ndak ado do, mama jo apak ndak ikuik apo-apo, mama sibuk mengurus
rumah, kok apak nyo kan ngurus sawah mah nak, iyo ndak tiap hari tapi
kan panek juo, ntah lah, lah panek se samo urusan rumah keknyo
P : Apo karajo mama jo apak?
N : Mama ko ibu rumah tangga, kok apak wiraswasta
P : Baa jo biaya kuliah Ipit ma?
N : Kok biaya Alhamdulillah ado se rezeki, yo mama rezeki ko akan selalu
ado, selama awak ko masih berusaha tu yo rezeki ndak mungkin ndak ado,
pasti ado ntah dari ma nyo kan yo itu kuasa Allah, yg penting masih ado
usaha, itu se. untuangnyo Ipit ko anaknyo pinter, samo inyo ko suka
karajo, jadi nyo mancari pitih balanjonyo surang, mama ko hanyo
mambiayai kuliahnyo se, Alhamdulillah maringankan beban mama jo apak
lo.
P : Bara jumlah anggota kaluarga ma?
N : 7 ya, mama jo apak, kakaknyo Ipit, Ipit, tu adiaknyo 3
P : Apo ado niatan mama untuk manguliahkan anak-anak mama nan lain?
N : Itu tergantung anaknyo, kok inyo nio sendiri yo lai rancak mah, tapi kok
inyo ndak nio yo mama usahakan supaya kuliah juo seperti akak-akaknyo
P : hmm kek itu, iyo ma. Ma, iko sepertinyo alah cukuik ma datanyo, wak
takuik lo manggangu waktu mama.
N : alah tu? Iyo ndak baa do, lai mama sedang santai lo. Apo jurusan puput
ko? Kok skripsinyo tentang iko?
P : Sosiologi ma, iyo di sosiologi kan ado nan namonyo sosiologi
pendidikan, nah iko masuak ka sinan.
N : oh begitu, iyo iyo semoga lancar nak skripsinyo, semoga capek salasai
P : Iyo ma, aamin tarimo kasih, Puput tarimo kasih lo mama alah nio puput
wawancara.
N : ndak baa tu do put, mama ko sanang lo dapek mambantu ma. Iko alah
cukuik nak? Mama nio agkek jemuran, puput mangecek se jo ipit yo. Maaf
yo put, assalamu’alaikum
P : iyo ma alah cukuk, iyo ndak baa ma, siapp. Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

xxxi
Transkrip Wawancara 6
Amelia
Selasa, 15 Desember 2020
Warung Tenda Pamulang
Pkl. 20.00 - 20.15

P : Mel, lu sebelumnya smk di mana dan jurusan apa?


N : Gua di SMK Negeri 1 Tangsel jurusan Pastry Tata Boga karena pengen
yang beda aja dan ngga ada itung-itungan. Ya walaupun masih ada itung-
itungan di pelajaran gizi, tapi itu seru aja karena kan sambil masak ya, nah
kalo misalnya kita itung-itungan angka doang gitu kan monoton ya.
P : terus sekarang kuliah ngambil jurusan apa dan di mana?
N : gua kuliah di Unpam kak, ngambil jurusan manajemen SDM.
P : kenapa lu ambil jurusan itu?
N : hmm milih jurusan manajemen itu kan karena awalnya sukanya sama
pemasaran dulu gua kak, karena gua pengen bikin usaha karena gua dari
jurusan tata boga pas SMK kan. Nah gua mau ngambil jurusan pemasaran
biar sekalian belajar buat ngejualin produk gua gitu. Cuma makin ke sini
makin ngga terlalu semangat gitu, makin ngga tertarik buat pemasaran,
tapi keinginan gua untuk buka usaha masih ada karena itu cita-cita gua
juga kan. Akhirnya gua ngambilnya manajemen SDM gitu. Itung-itung
belajar biar bisa memanage usaha gua nanti.
P : trus kenapa lu milih UNPAM?
N : karena fleksibel waktu kuliahnya, dan awalnya paginya harus kerja jadi
cari yang emang bisa sambil kuliah, kalo bisa sih waktunya yang malem.
Karena kan ngga bisa kalo weekend terus ya
P : emang kerja di mana mel?
N : gua kerja di optik Tangsel kak, gua kerja pagi sampe sore nah malemnya
kuliah, gitu aja tiap hari.
P : apa rasanya kuliah beda jurusan gitu?
N : rasanya gimana ya, ya bener-bener dari awal lagi belajarnya. Karena kan
emang ngga ngelanjutin jurusan yang di smk ya, jadi bener-bener dari
awal ya awalnya sih bingung, kaget gitu. Karena kan itu manajemen itu
masuknya ke pembukuan juga, belajar tentang akuntansi juga, dan itu ngga
pernah ada di smk, yang pasti sih bingung juga sih pas awal-awal,
kesulitan lah. Kendalanya ya disitu aja pas awal-awal sulit memahami
mata kuliah, karena ya masih asing aja gitu, belum terbiasa.
P : trus apa yang bikin lu bertahan?

xxxii
N : karena ternyata semakin lama dirasain malah semakin seru, kalo
ngerasain sulitnya pasti ada serunya juga, jadi ya oke aja sih maksudnya
dilanjut juga gak masalah
P : gimana respon orang tua?
N : orang tua sih positif aja ya responnya, karena mereka ngedukung apa
yang anaknya mau kerjain yang penting kan penuh niat dan mau, ngga
setengah-setengah, kalo bisa jangan sampe begitu
P : dari keluarga ada yang kuliah ngga selain lu?
N : ada kak, abang saya yang pertama kuliah di STIE Ciputat dia udah lulus
dan kerja, trus kakak saya itu yang kedua sekolah perawat awalnya trus
lanjut ke S1 perawatnya dan sekarang lagi ambil kursus nurse gitu, trus
adek saya juga kuliah dia lulusan SMA trus masuk Unpam juga tapi
ngambil jurusan matematika, belum berkeluarga semua sih
P : lu kuliah keinginan sendiri atau gimana?
N : gua itu emang diharuskan kuliah kak, orang tua gua ngedukung gua
kuliah. Itu kakak-kakak gua kan kuliah, adek gua juga makanya kan gua
dibilang kalo emang mau kerja kenapa ngga sekalian cari yang bisa sambil
kuliah gitu, jadi emang didukung gua tuh
P : pekerjaan orang tua lu apa?
N : bapak pegawai swasta, klo ibu guru agama awalnya tuh di sekolah, tp
sekarang udah di rumah aja ngajar-ngajar ngaji aja sih paling, privat juga
sih
P : pendidikan terakhir orang tua lu?
N : bapak ibu gua tamatan SLTA
P : terus biaya kuliah gimana mel?
N : alhamdulillah kak gua bayar sendiri uang semester gua dari awal kuliah,
karena kan gua kerja ya masa masih dibayarin ortu kan ya gak bagus juga.
P : terus sekarang kuliah gimana, online kan?
N : iya kak online, nih sekarang kan semester 7 ya lagi sibuk ama sempro
aja, ini bab 2 ngga kelar-kelar hahaha. Gua bahas tentang disiplin kerja,
motivasi dan kinerja karyawan, ya tentang SDM lah.

xxxiii
Transkrip Wawancara 7
Yoga Adnan
Selasa, 15 Desember 2020
Warung Tenda Pamulang
Pkl. 20.20 - 20.35

P : Yoga, lu sebelumnya sekolah di mana?


N : sebelumnya gua sekolah di SMK Baskara Depok, gua emang orang
Depok kak
P : trus lu sekarang di UNPAM?
N : iya gua kuliah di UNPAM ambil manajemen SDM
P : lah itu gimana ceritanya?
N : dulu sih STM ya, ngga ada niatan mau kuliah tuh, apalagi STMnya itu
lumayan sejenis Sasmita yang suka berantem. Jadi sebenernya ngga ada
niatan untuk kuliah, cuma kemauan orang tua juga ingin guanya kuliah.
Yaudah deh gua kuliah buat nyenengin orang tua gitu pikir gua.
P : oh jadi ada pengaruh orang tua ya?
N : ada, karena kan siapa lagi sih masih muda selain bahagiain orang tua
P : trus kenapa lu pilih manajemen SDM?
N : sebelumnya kan gua dari ini ya, TKJ, cuma karena pengen masuk dunia
ekonomi, kan manajemen ada hubungannya sama ekonomi ya, jadi adalah
sedikit penasarannya. Alesannya kan ya apalagi perekonomian Indonesia
makin lama makin maju ya, jadi mau ngga mau cobalah ke dunia ekonomi
karena penasaran juga kan. Dan juga dunia komputer itu lumayan pusing
juga, soalnya banyak itung-itungannya, dan lebih banyak ke IT yan kalo
dibilang, angka-angka dia harus hafal banget. Ya walaupun ekonomi ada
itung-itungan juga, tapi masih terjangkau. Kan kalo misalkan anak IT itu
pusing lah apalagi udah coding, itu pusing banget sih.
P : emang manajemen itu belajar tentang apa sih?
N : kalo misalkan untuk ke SDMnya ya, sama aja kalo dibilang tuh, ada
itung-itungannya, misal pas semester awal tuh masih ada pelajaran SMK
ya, nah paling di atas semester 5 tuh baru penjurusan.
P : hmm gimana rasanya kuliah dengan jurusan manajemen?
N : ya ada tantangannya sendiri sih kalo kaya gini, tapi kan harus jalanin
karena kita udah milih jurusan ini. Kalo kendala mah banyak ya, kaya
temen nih, temen SMK kan lebih banyak yang kerja ya, mereka kaya
ngehasut kita untuk ikutan kerja juga, kaya gitu. Tapi mah ya kita yang
kuliah kalo emang nyambi sambil kerja kan ya harus balance ya antara
kerjaan sama kuliah, biar salah satunya ngga keteteran. Karena saya ketua
kelas ya kak, saya sering merhatiin temen-temen kalo di kelas, siapa yang

xxxiv
masuknya telat, siapa yang bolos, gitu. Karena kan saya ini kuliah di
UNPAM ngambil kelas malem ya, namanya regular B. Itu masuknya dari
jam setengah 7 sampe jam 9an. Rata-rata sih yang kerja ngambil kelas
malem gitu, jadi saya suka perhatiin aja temen-temen saya gimana pas di
kelas.
P : emang sistem kuliahnya UNPAM tuh gimana sih?
N : iya jadi di UNPAM itu ada regular A, B, sama C. regular A itu masuk
pagi sampe siang/sore, regular B masuk abis maghrib sampe jam 9an, nah
regular C itu masuk hari sabtu
P : lah lu kenapa ngambil regular B?
N : gua kan dulu SMK ya, bandel gitu, buat mikir bangun pagi trus kuliah itu
sama aja balik kaya sekolah biasa dong kalo masuk pagi.
P : trus siangnya lu ngapain?
N : biasanya sih sering latihan buat ikut kompetisi Esport, udah lumayan
banyak ikut tapi ya susah begitu dah lumayan susah juga.
P : terus apa yang bikin lu bertahan sampe sekarang nih?
N : ada motivasi sendiri, kaya misalkan kita tuh, semua orang pasti akan
punya target di dalam dirinya sendiri kaya contohnya saya pengen ini, nah
karena saya pengen ini maka saya harus bisa kaya gini, gitu.
P : emang lu pengen jadi apa?
N : yang jelas sih gua mau banggain orang tua gua, bikin seneng mereka,
lagian kan gua doang yang kuliah di keluarga, jadi harapan orang tua gua
dah gua itu di keluarga.
P : lu berapa bersaudara emang?
N : lima bersaudara, gua anak terakhir dan kita bukan dari keluarga yang
mampu ya. Abang gua yang pertama itu tamatan SD, jaraknya jauh sama
abang saya yang ini soalnya salah satu anaknya dia udah ada yang sebesar
gua. Kalo yang kedua itu juga tamatan SD, sudah berkeluarga dan anaknya
2 juga. Jadi dua orang tamatan SD, 3 tamatan SMK termasuk gua dan
sudah berkeluarga plus punya anak kecuali gua.
P : berarti ada pengaruh orang tua dong ya lu kuliah ini?
N : ada dan itu mempengaruhi banget, jadi gini orang tua, kaya misalkan
orang tua mungkin kaya tadi si Amel gitu misalnya orang tuanya bisa aja
kaga nyuruh kuliah ya tapi ada dari pikiran anak misalnya mau banggain
orang tua, kek gua gitu kan
P :hmm kegiatan orang tua lu sekarang ngapain?
N : ibu gua mah di rumah aja dia ibu rumah tangga, bapak gua penjual sayur
keliling
P : kenapa orang tua lu nyuruh lu kuliah?

xxxv
N : ya kerena mereka ingin hidup gua lebih baik dari mereka, dengan gua
kuliah kan gua punya pendidikan yang lebih, nah itu bisa membuat gua
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik ke depannya, dan itu kan membuat
mereka bangga juga kalo gua kuliah sampe sarjana, setidaknya kan uang
yang udah mereka cari dan dikasih ke gua ada hasilnya gitu. Itulah kenapa
mereka selalu ngedukung anak-anaknya, karena ngga ada orang tua yang
mau anak-anaknya seperti dia, pasti mereka maunya anak-anaknya lebih
baik dari dirinya
P : terus kenapa lu mau?
N : ya gimana kan orang tua gua udah nyuruh, mereka yang biayain kuliah,
gua cuma tinggal ngejalanin dan mereka naro harapan ke gua ya mau ngga
mau gua harus jalanin. Ya seenggaknya gua harus berpendidikan lebih
tinggi aja karena keempat sodara gua ngga ada yang kuliah kan. Terus juga
yang kaya gua bilang tadi, mereka mau anak-anaknya lebih baik dari dia
gitu
P : hmm kegiatan lu selain kuliah apa?
N : saya kan sebelumnya kerja di BFI Finance sebagai marketing, cuma
karena covid gini kan ada dampaknya jadi ya saya di rumah aja. Yang
pasti saya itu sebenernya asisten RT, kalo di kampung itu lumayan
terkenal, bantu-bantu Pak RT kaya misalkan nertibin anak-anak nongkrong
aja sih, yang pastinya kaya sekarang kan itu yang nongkrong-nongkrong
gitu dibatesin, disuruh main di rumah masing-masing aja, jangan ada
ngumpul-ngumpul, gitu.
P : berapa lama kerja di BFI Finance?
N : belum lama sih, malah baru 3 bulan terus pandemi kan ada pengurangan
pegawai, dan itu masih masuk sebagai mitra, gua sebagai vendornya.

xxxvi
Transkrip Wawancara 8
Reza Ardi
Selasa, 15 Desember 2020
Warung Tenda Pamulang
Pkl. 20.39 - 21.07

P : za, lu sebelumnya sekolah di mana?


N : gua di SMK Negeri 1 Tangerang Selatan, sama kaya Amel cuma duluan
gua kak, gua lulus tahun 2014, di bawah lu setahun kayanya yaa
P : wah 2014? Sama dong kalo gitu sama gua, cuma gua gap year 2 tahun
trus baru dah kuliah
N : oh kalo gua gap year 3 tahun kak, kerja dulu soalnya
P : hmm, lu udh kerja ngapain kuliah?
N : justru gua kuliah karena pekerjaan. Sebelumnya tuh ya gua kan SMK
jurusan akuntansi, cuman kan kalo ngelanjutin ke akuntansi lagi kaya udah
keberatan beban pikiran ya, trus alhamdulillah dapet kerjaan di bidang
HRD. Nah karena gua banyak interview orang, yang mana rata-rata
lulusan S1 trus bos gua nyuruh gua kuliah, katanya lu kuliah aja, yang
penting ada gelar yang sesuai sama jabatan lu makanya tuh gua ambil
jurusan SDM yang cocok sama HRD.
P : kenapa lu mau di suruh Bos lu kuliah?
N : karena pertama guanya ngeluh duluan, maksudnya tuh gua malu duluan
gitu. Pas interview, setiap yang gua interview itu tamatan universitas-
universitas bagus, kaya Unsoed S1 Komunikasi ini, gua SMK trus
interview dia kan kaya tekanan batin sendiri. Akhirnya gua bilang ke Bos,
“bos kayanya gua kuliah deh” trus bos gua “oh yaudah kalo mau kuliah,
gpp”, yaudah tuh gua kuliah.
P : trus kenapa lu pilih UNPAM?
N : karena deket dari rumah, dia satu jalur dari kantor. Biasanya gua pulang
ngantor pulang dulu, mandi trus baru ke kampus, mobilisasinya lebih
mudah trus juga untuk jurusan SDM di UNPAM ada kan, yaudah tuh gua
pilih lah UNPAM.
P : rasanya kuliah gimana, kan lu udh kerja tuh, bagi waktunya gimana?
N : rasanya kuliah sama aja kaya sekolah, cuma ini lebih makan waktu sih.
Trus juga kan gua gap year 3 tahun ya, pas kuliah tuh kaya shock aja
ketemu sama anak-anak yang baru lulus, yang lebih ambis kaya mereka-
mereka ini (Amel, Yoga, Yusniar) sedangkan gua otaknya yang sudah
agak lamban, karena kan udh kerja lumayan lama dan udah mikir duit,
mikir ini itu, ilmunya tuh udah rada susah masuknya. Untungnya ya ada
temen-temen kan, masih bisa bantu lah kalo ada kesulitan. Kalo masalah

xxxvii
bagi waktu ya biasa aja sih, kan kerja mah pagi sampe sore ya, gua
kuliahnya malem, dari jam setengah 7 sampe jam 9, jadi ya santai aja.
P : trus pandemi gini kuliah gimana?
N : online sih sama aja kaya yang lain, cuma ya ngga efisien. Ngga ada itu
zoom-zooman, paling ada cuma tugas-tugas doang, suruh jawab
pertanyaan-pertanyaan gitu, udah mana ngga berbobot gitu pertanyaannya,
gua bisa belajar dari google lah intinya.
P : terus jadwalnya gimana, kuliah masih tiap hari?
N : iya kalo pas semester-semester awal sih gitu, senin sampai jum’at. Cuma
kalo sekarang kan udah semester 7 ya, jadi jadwal kita tuh cuma 3 malem
aja kuliahnya.
P : respon orang tua lu gimana?
N : orang tua sih ngga pernah mempersalahkan apapun ya, apa yang mau kita
ambil ke depannya tuh ya asal yang penting tanggung jawab jangan sampe
setengah-setengah
P : latar belakang orang tua lu gimana?
N : ayah ibu gua tamatan SMEA. pekerjaan ayah gua wirausaha, ibu gua ibu
rumah tangga
P : hmm, selain lu siapa lagi yang kuliah di keluarga?
N : Ada, adek gua, di Politeknik Ketenagakerjaan dia baru semester 3. Gua
cuma dua bersaudara doang.
P : biaya kuliah berarti bayar sendiri dong, Za?
N : iya gua bayar sendiri
P : lu kerja dari lulus SMK kan?
N : iya alhamdulillah gua lulus SMK langsung dapet kerjaan cuma ngga
langsung jadi HRD, apalagi kan gua lulusan SMK jadi pas awal-awal ya
masih karyawan biasa.
P : apa sih yang dipelajari di Manajemen SDM?
N : alhamdulillah, sekarang semester 7 binder saya masih full kosong dari
semester 1. Saya tidak pernah ganti binder, kertas binder saya masih ada
setengah, masih kosong alhadulillah.
P : terus lu kuliah ngapain dong, cuma buat gelar?
N : ya bisa dibilang, tapi ya berhubung saya pinter ya jadi materi-materi dari
dosen itu ya langsung masuk ke otak, saya anaknya gak bisa nulis tapi
cepet nangkep dan cepet lupa. Ya gitulah kekurangannya.
P : trus sempro lu bahas apa?
N : sekarang bahas kompensasi sama motivasi deh kayanya, lupa gua saking
kebanyakan yag mau dibahas, lu bayangin aja dalem dua malem gua dapet
3 judul, gonta ganti gitu tapi udah sih kayanya yg itu aja tadi.

xxxviii
Transkrip Wawancara 9
Yuniar Setyowati
Selasa, 15 Desember 2020
Warung Tenda Pamulang
Pkl. 21.15 - 21.32

P : hallo Yuniar, aku manggilnya siapa nih?


N : panggil neng aja kak, biasa dipanggil itu soalnya
P : oh ok ok. Neng, sebelumnya sekolah di mana nih?
N : sebelumnya SMK Taruna Terpadu 1 Bogor
P : loh kok jadi ke sini?
N : iya aku ikut kakak di sini, di Cinangka situ
P : terus di Bogor?
N : masih ada Mama di sana, kan rumah tetep di sana
P : oh gitu, jurusan apa kemaren neng?
N : jurusan multimedia
P : oh MM ya, belajar photoshop, premiere, gitu-gitu kan?
N : iya aku belajar photoshop, premiere, corel draw, adobe flash, tentang
adobe semua
P : terus kenapa lu kuliah?
N : jadi gua itu kerja kan di bagian penjualan di bidang otomotif, bengkel
Nawilis. Aku dulu bagian customer service, cuma dia tuh semuanya
dikerjain gitu kak, kaya kasir, bagian penjualan, trus nge-loby konsumen,
kan semua tuh kaya cs cs yang di BCA gitu, jadi kayanya aku tertarik aja
gitu ngambil manajemen SDM ini. Karena aku dari situ tau gitu karakter-
karakter konsumen aku kaya apa, trus aku menerapkan itu juga sama
rekan-rekan kerja aku ternyata ini ngga sama kaya gini, trus cara kita
memanagenya kaya gimana, kaya gitu sih kak
P : Kenapa kamu pilih UNPAM?
N : karena deket dari tempat kerjaku, aku sebelumnya kan di Nawilis
Pamulang tuh nah karena deket yaudah tuh aku pilih UNPAM, dan juga
fleksibel kan, ngga makan waktu di jalan
P : apa rasanya neng kuliah dengan jurusan yang beda dengan jurusan SMK?
N : tadinya aku sempet mikir sih, salah ngga ya cuma ternyata karena emang
ini yang aku pengen banget gitu jadi ngga susah sih, ya udah biasa ajasih.
Malah menurutku lebih susah dulu pas di SMK, kan jurusan MM harus
praktek kan, bikin project. Kalo ini kita cuma mikir trus nerapin gitu kan,
MM malah lebih susah, apalagi dulu tuh aku animasinya kak, lebih ribet.
Paling ada sih kek bentrok-bentroknya pas kuliah itu, aku kan juga ada sift
malem ya, kalo misalkan aku lagi lembur itu. Kan aku kalo sift pagi itu

xxxix
dari jam 7 sampe jam setengah 4, kalo aku lembur misalkan mobil aku
belom kelar gitu kan aku harus nungguin sampe mobil itu selesai, biasanya
tuh abis maghrib nah itu mepet banget sama jam kuliah. Di situ sih yang
bikin aku telat beberapa kali, dan kuliahnya kan malem ya, suka ada tugas
gitu paling tugasnya aku bawa ke kerjaan, aku kerjain di sana.
P : trus respon bos gimana tuh pas kamu kuliah dan bawa tugas ke tempat
kerja gitu?
N : ngga kenapa-kenapa sih, soalnya aku udh izin juga sebelumnya. Dan juga
kan dari awal tuh pas aku acc kerjaan itu ditanya tuh, “kamu mau kuliah?”
ya karena aku mau ya aku bilang mau kan, yaudah mereka nerima. Trus
pas aku udah mulai kuliah mereka ngertiin sih.
P : emang jarak kamu dari lulus sekolah ke kuliah itu berapa lama?
N : dua tahun ya, aku kan harusnya 2015 tuh, soalnya aku lulus SMK di
tahun itu, tapi aku baru kuliah 2017, gitu. Kalo kerjanya di Nawilis itu
udah 6 tahunan lah sampe sekarang.
P : trus apa yang bikin kamu bertahan sampe semester 7?
N : ya karena kan udah semester 7 ya, nanggung gitu lah, udah gitu kan
karena aku emang ngejar S1 ya, pengen banget masa iya aku lepas gitu aja,
kan sayang banget rasanya
P : dari Bogor ke sini itu gimana ceritanya neng?
N : ceritanya itu pas itu sekitar tahun 2015an kakak aku nikah tuh dapet
suaminya orang sini, aku ikut kan ke sini. Awalnya tuh aku mau cari kerja
juga, iseng ngelamar ke nawilis itu eh ternyata alhamdulillah dapet tuh.
Sebelumnya aku sempet kerja di indosat, dimasukin kerja di situ sama
sodara, tapi cuma semingguan kalo ngga salah karena aku orangnya ngga
mau dimasukin kerja sama sodara gitu, yaudah abis itu kosong kan tuh
nganggur aku pas juga saat itu kakak aku lagi sakit-sakitan juga yaudah
aku urus kakak aku, baru deh coba ke Nawilis iseng-iseng gitu cuma
ternyata dia lagi butuh karyawan yaudah tuh hari itu juga aku dikabarin
kalo aku diterima kerja di sana. Malah pas interview itu kan aku disuruh
ke Tanah Abang tuh, karena aku ngga tau jalannya akhirnya HRD-nya
yang ke sini.
P : trus gimana respon orang tua pas kamu mau kuliah?
N : sebenernya tuh dulu aku ada beasiswa bidikmisi, aku udah mau ke UNJ
cuma mamaku bilang “mama kayanya ngga bisa biayain neng kuliah”
karena mamaku ini single parent kan. Akhirnya yaudah tuh aku udah sedih
banget karena kan udah tinggal masuk doang gitu paling biaya sehari-hari
aja lagi kan, terus mamaku ngga bisa katanya “neng kalo bisa kerja dulu”
yaudah tuh akhirnya aku batalin lah yang di UNJ itu, trus nyari-nyari kerja
dari situ. Mama sebenernya dukung aku kuliah cuma aku harus kerja dulu,

xl
yaudah akhirnya aku nurut tuh. Jadi,orang tua tuh support banget sih kalo
aku kuliah, cuma ya itu harus dengan keringet aku sendiri.
P : di keluarga kamu ada yang kuliah ngga selain kamu?
N : cuma aku aja kak, kakakku yang pertama itu tamatan pesantren sekarang
jadi ibu rumah tangga, yang kedua tamatan SMK jurusan akuntansi, trus
yang ketiga tamatan STM. nah aku ikut kakakku yang kedua, yang
tamatan SMK itu. Sekarang dia jadi ibu rumah tangga juga, anaknya dua
yang satunya udah TK yang satu masih bayi. Kalo kerjanya paling
sambilan dia jualan-jualan online gitu.
P : pendidikan orang tua dan pekerjaannya?
N : mama aku tamatan SMA kak, kegiatannya sehari-hari dagang ya, buka
kelontong gitu di rumah. Mama kan sendiri udah lama, papa itu meninggal
pas aku umur 1 tahun.
P : oh udah lama ya?
N : iya udah lama tapi mama bertahan sendiri, makanya dia ngga sanggup
biayain aku kuliah itu juga yang bikin aku nurut sama mama untuk kerja
dulu baru kuliah.
P : iya iya bener sih, trus sekarang kuliah gimana?
N : yah gitu kak, udah semester 7, lagi bikin sempro tapi masih stuck di latar
belakang haha
P : tapi kelas masih full ngga?
N : ngga sih sekarang sih cuma senin selasa aja, kan tinggal 3 matkul doang
deh seinget aku. Dan juga sekarang kan online ya kuliahnya, jadi bisa agak
nyantai sih. Aku sekarang kan ngga di Nawilis Pamulang kak, aku megang
yang di cabang Parung sekarang, makanya ada bersyukurnya juga sih
kuliah online, ngga kebayang soalnya kalo dari Parung langsung ke
kampus.
P : kenapa kok di cabang Parung sekarang?
N : iya aku disuruh gantiin kepala di sana, soalnya dia resign trus aku disuruh
jadi kepala cabang yang di sana. Lumayan lah tugasnya jadi gede banget
sih emang, mikirin omset gitu-gitu kan. Makanya aku ngga berani bawa
tugas kuliah ke tempat kerja kan takut ngga kepegang dan nambah pusing.
Ya walaupun cabang yang aku pegang ini ngga serame yang di Pamulang,
tapi lumayan pusing juga sih kak.
P : udah berapa lama dipindahin ke cabang yang di Parung?
N : 4 bulanan ya, september, oktober, november, desember.
Alhamdulillahnya selama aku pegang itu omset cuma turun di bukan
oktober, november itu yang bagus naiknya itu udah lebih dari 100%. Di
sini aku mengepalai 15 orang.
P : hmm bagus-bagus. Btw biaya kuliah disini berapa dah?

xli
N : pokoknya dia itu persemester 1,4 juta , dan itu bisa dicicil perbulan 200k,
trus kalo lagi ada uts atau uas gitu di bulan apa gitu misalnya bayarnya jadi
250k.
P : Oh begitu, oke deh terima kasih ya Neng udah meluangkan waktunya.
N : Iya kak sama-sama.

xlii
Transkrip Wawancara 10
Andre Reva
Selasa, 16 Desember 2020
Kost Andre
Pkl. 13.25-14.00

P : Lu kemaren SMK di mana ndre?


N : Gua sebelumnya sekolah di SMK Al-Ikhlas Jawilan jurusan TKJ
P : Apa alasan lu kuliah?
N : Awalnya emang gak niat kuliah. Awalnya tuh gak niatan kuliah dulu tuh.
Abis lulus sekolah pengen kerja atau pesantren karena pengen perdalam
ilmu agama. Tapi bilang ke orangtua bilangnya gini, pengen kerja aja deh
lulus sekolah. Trus papa gua bilang “gak gak gausah kerja kerja, udah
udah cari kampus kemana yang dipengen, kuliah aja yang bener. Toh
disini mana ada pabrik yang mau nerima orang cacat”. Bapak gua bilang
gitu soalnya posisi gua kan minus matanya. Rabun. Dan emang bener
karyawan pabrik di sana emang ngga ada yang pake kacamata kaya gua
dan gada yang rabun kaya gua gitu kan. Trus yaudah gua ikut kemauan
orang tua. Gua bener-bener waktu itu bener-bener buta soal perkuliahan.
Buta soal yang namanya kampus dan jurusan. Yaudah gua cuma sekedar
tau jurusan dikit-dikit gitu kan. Trus nanya-nanya sodara yang kuliah
dikit-dikit. Trus katanya “di UIN Jakarta aja ngambil Perbankan Syariah”.
Trus gua gatau, gua googling waktu itu dan gua baca-baca profilenya kan.
“Yaudah gapapa deh coba di sini”, Gua bilang gitu. Trus tiba nih keluar
jadwal SNMPTN, nah yaudah gua daftar. Waktu itu tuh pilih dua kampus.
Satu kampus yang se-provinsi sama tempat tinggal dan satu bebas dimana
aja. Dan satu kampus itu pilih bebas dua jurusan. Nah pilihan pertama gua
isi UIN Jakarta itu tuh gua milih dua jurusan perbankan syariah ga ngerti
gimana ekonomi syariah dan perbankan syariah berdekatan dan gua malah
ngeklik yang ekonomi syariah, trus pilihan keduanya di UIN Jakarta juga
tapi jurusan psikologi. Yang kampus satu provinsi gua pilih UNTIRTA.
Gua pilih ilmu komunikasi waktu itu.
P : Kenapa lu pilih itu?
N : Gua gatau mau apa sebenernya karena gua bener-bener buta dan ga ngerti
gimana lulus SNMPTN. Tiba pengumuman dan setelah gua baca ternyata
gua masuk di Ekonomi Syariah, trus gua mikir bukannya gua dulu
milihnya Perbankan Syariah. Tapi yaudah akhirnya gua jalanin sampe
sekarang. Gua sempet depresi. Semester 1-2 masih gua jalanin aja gitu
kan. Semester 3 udah ngerasa capek dan ngerasa bukan jurusan gua tapi
sayang juga karena gua pengen ngikutin kemauan orang tua gitu kan trus

xliii
kalo mau berhenti gua harus ngulang dari awal. Trus yaudah gua lanjutin.
Semester 5 gua masuk ke sisi terendah gua lagi, semester 5-6 itu titik
terendah gua yang ngerasa capek, depresi. Apalagi semester 6 KKN pula
kan, yaudah gua jalanin dengan berat hati mau gamau sampe sekarang.
Sekarang gua lagi nyusun skripsi.
P : Kenapa kemaren sempet tertunda?
N : Gimana ya, gua tuh orangnya minderan. Trus, jadi dulu tuh gua disuruh
bantu kerja di kantor om gua. Gua bolak balik ciputat-kantor dan tidak
mengindahkan matakuliah jadinya jeblok dan gua akhirnya memutuskan
buat udahan magangnya.
P : Tapi waktu itu lu ngekos?
N : Ngekos dari awal kuliah. Semester 1-2 ngekost. Semester 3 temen kosan
gua meninggal. Semester 3-4 gua pulang pergi. Semester 5 gua ngekos
lagi sampe semester 7.
P : Nah waktu lu magang itu lu apa posisinya?
N : Waktu magang di kantor om gua yah. Jadikan waktu itu posisinya
guakan ga jelas. Jadi waktu itu tuh di Kantor pengawas keuangan gitu.
Gua gatau bagian apa tapi gua disuruh investigasi gitu. Investigasi waktu
itu soal program air bersih masyarakat. Trus dikasih list gitu tempat-
tempatnya buat diliat sesuai gak sama anggaran nih bangunannya.
Makanya gua bolak balik kantor – ciputat terus.
P : Itu semester berapa?
N : Semester 3 – 4 kalo gak salah. Jadi habis KKN, temen-temen gua udah
pada kompre, gua masih ngulang matkul, tapi gua susul juga dengan gua
kompre kan. Tapi waktu gua kelar kompre itu temen gua udah pada sidang
skripsi gitu gitu. Disitu gua mulai down lagi dan gua emang udah ada
judul skripsi waktu itu. Posisinya gua udah ada judul skripsi dan proposal
juga udah jadi. Tapi gua down dan kaya ngilang gitu beberapa tahun dan
bangkit lagi tahun kemaren, ngerombak skripsi gua sampe bab 3 dan
malah dosen gua bilang kalo suruh ganti judul karena judulnya udah
pasaran. Trus mulai bangkit nih, mulai judul baru eh sakit sekarang. Tapi
sekarang udah ada judul baru dan udah diterima dan lagi kuesinoner lagi.
P : Berarti ada pengaruh orang tua dalam lu kuliah?
N : Ada jelas. selain dari segi finansial yaa.
P : Tapi ada gak mereka bantu lu dalam diskusi gitu gitu?
N : Gua tuh emang orangnya terbuka sama orang tua dalam hal apapun.
Misalkan gua aktivitas hari ini apa aja atau kegiatan gua pas magang di om
gua tuh gua cerita-cerita juga. Tapi kalo soal kuliah, gua kuliah jarang
sharing ke mereka bukan karena mengunderestimate kan mereka. Tapi
orang tua gua kan gak merasakan bangku perkuliahan, jadi kalopun gua

xliv
mau sharing sama mereka soal perkuliahan paling ya yang dasar-dasar aja
yang mereka paham. Kaya misalkan gimana nih KKN begini-begini. Jadi
mereka ngasih tau solusi yang mereka tau aja. Tapi kalo misalkan soal
materi kuliah, IPK dan segala macem gua gak pernah cerita karena ngga
mau mereka kepikiran juga gitu.
P : Kan lu bilang orangtua lu ngga mengenyam bangku kuliah, emang
pendidikan terakhirnya apa?
N : Papah gua terakhir SMA kalo mamah gua SLTP
P : Terus pekerjaannya?
N : Papa gua pegawai swasta, kalo mama ibu rumah tangga sama jualan juga.
P : Seinget gua lu pernah bilang kalo Bapak lu punya bengkel dah, masih
jalan tuh?
N : Iya punya tapi udah jarang buka, sepi ya. Trus karena pandemi juga jadi
yaudah ditutup aja.
P : Trus biaya kuliah berarti dari warung nyokap?
N : Iya uang kuliahnya dari hasil nyokap gua jualan nasi uduk sama warung
juga. Jadi, gua juga bantu jagain warung, gua bantuin juga jualan, bantu
belanja keperluan gitu-gitu
P : Trus bolak balik gini (kosan-rumah), orang tua lu gapapa? Lu kaga
bantuin jaga warung dong?
N : Gapapa. Karena gua sekarang juga nunjukin gitu progress gua sampe sini
gitu gitu. Kalo kemaren pas beberapa tahun itu iya sempet tertutup banget
semenjak gua depress itu. Gua tertutup sama orang tua, sama orang sekitar
juga. Pokoknya menutup diri aja. Ya gua bantuin kalo lagi di rumah aja.
P : Di keluarga inti apa lu yang baru kuliah?
N : Di keluarga inti gua baru gua. Adek gua yang kedua baru SMA, Adek
gua yang ketiga SMP dan yang terakhir TK. Kalo di keluarga besar udah
banyak.
P : Kalo sepupu lu yang menyarankan di UIN itu udah lulus?
N : Udah lulus dia, udah nikah juga. Dia lulus tahun 2015/2016an kalo ngga
salah. Jurusannya itu sastra arab.
P : Berarti yang membuat lu bertahan adalah orang tua?
N : Iya karena orang tua.
P :Kenapa lu mau disuruh kuliah sama orang tua lu?
N : Iya karena gua sadar diri juga karena waktu itu gua punya planning kalo
ga kerja ya pesantren. Tapi yang gua bilang ke orang tua Cuma pengen
kerja ga gua bilangin pesantrennya. Trus orang tua nyuruh kuliah dan gua
ikutin maunya. Dan gua mikir, posisinya gua anak pertama dan bakal jadi
tulang punggung keluarga. Logikanya kalo lulusan SMK mau jadi apa sih.

xlv
Maksudnya, orang tua juga punya ekspektasi lebih ke gua jadi gua juga
gak mau ngecewain.
P : Kan tadi lu punya banyak kendala ya, nah gimana cara lu menanggapi
kendala mata kuliah itu?
N : Nah beruntungnya gua, gua punya temen temen yang care waktu itu. Jadi
waktu gua ga paham materi kuliah itu, gua nanya ke mereka, mereka
dengan sabarnya mau ngejelasin ulang bahkan gua rela ke kosannya buat
belajar ulang. Termasuk pas gua kompre gitu, mereka yang ngasih tau
materi suruh belajar ini ini gitu.
P : Kompre tuh semester berapa sih?
N : Semua mata kuliah udah diambill aja, bisa dah tuh langsung kompre. Ya
rata-rata sih semester 7-an. Kalo waktu angkatan gua gada sidang
proposal. Jadi kompre dulu baru sidang skripsi.
P : Di ekonomi Syariah belajar apa aja?
N : Banyak. Mulai tentang ekonomi moneter, ekonomi pembangunan,
ekonomik matematika, ekonomi islam.
P : Ah gitu.. Mending mana sama TKJ?
N : Sama aja lah. Sama-sama bikin pusing. Semester-semester awal masih
umum dan masih dasar-dasar jadi lumayan paham. Tapi setelah semester 3
keatas gua baru menyadari kalo ternyata gua salah jalan. Ya tapi bakal
tetep gua selesain lah, nanggung nih dikit lagi juga.
P : Tapi adek adek lu nantinya bakal kuliah gak?
N : Oh Insha Allah harus. Gua dengan keluarga gua yang terbatas,
perekonomian bahkan pengetahuan ibaratnya merasa beruntung karena
orang tua melek pendidikan. Gua kaget aja dulu gua gak mikir kuliah trus
tiba-tiba papah gua bilang gak usah kerja, kuliah aja udah. Pilih kampus.
Trus gua ya yang, ya ampun. Apapun deh yang penting negeri karena kalo
swasta kemahalan belum tentu mampu. Pokoknya selagi mampu mah pasti
dikuliahin.
P : Oke deh Andre sepertinya sudah cukup, terima kasih banyak nih atas
waktunya.
N : Udah? Lah gua kira masih lama kelarnya haha. Iya put sama-sama loh ya,
santai aja.

xlvi
Transkrip Wawancara 11
Supendi (50)
Selasa, 16 Desember 2020
Voice Call
Pkl. 14.33 - 14.52

P : Hallo Assalamu’alaikum pak, saya Puput temennya Andre


N : Hallo, wa’alaikumsalam, iya
P : Pak, saya Puput mahasiswa UIN yang sedang melaksanakan penelitian
untuk skripsi saya, kebetulan Andre cocok untuk jadi narasumber saya,
trus saya tanya apa boleh kalo bapak saya wawancara juga? Soalnya ada
hubungannya pak
N : Oh iya gpp neng, Andre juga udh tanya ke bapak
P : Gpp ya pak saya minta waktunya sedikit untuk saya tanya-tanya?
N : iya gpp atuh neng
P : iya pak, saya mulai aja ya pak. Ini kebetulan tentang keputusan bapak
nyuruh Andre kuliah pak
N : Oh gitu, iya iya gpp neng, sok atuh
P : Iya pak, Sebenarnya apa sih pak alasan Bapak nyuruh Andre kuliah?
N : Alasannya karena orang tua andre mah kaya Bapak sama Ibunya ga
pernah ngerasain kuliah. Jadi pengennya kalo bisa punya anak yang
pendidikanya lebih tinggi. Biar gampang nyari kerja nantinya kalo udah
sarjana. Kan sekarang mah susah ya neng nyari kerja ya kalo Cuma
lulusan SMK juga. Awalnya andre mah bilangnya pengen kerja aja trus
Bapak bilangin suruh kuliah aja soalnya lulusan SMK kan susah ya neng
buat kerja trus kalo ada jadi buruh pabrik juga gabisa atau susah aja gitu
kerja di pabrik soalnya andrenya mah pake kacamata gitu.
P : oh gitu, Kenapa Andre harus kuliah pak?
N : Kenapa harus kuliah ya menurut bapak mah ya neng, kalo bisa anaknya
bisa sekolah tinggi-tinggi. Orang tua lain juga pastikan pengennya
anaknya punya pendidikan yang lebih tinggi kan yaa daripada pendidikan
orang tuanya. Trus juga alhamdulillahnya masih ada rejeki buat belajar
andre ke perguruan tinggi. Siapa tau nantinya bapak sama ibuk udah
gabisa kerja lagi kan jadi ada andre yang bisa gantian nyekolahin adek
adeknya soalnya kan andre kan masih punya 3 adek yang butuh
pendidikan jugaa.
P : hmm emang apa keuntungan yang didapat dari kuliah?
N : Keuntungan? Maksudnya keuntungan dari kuliah buat bapak atau buat
andre? Kalo bapak mah ya neng namanya juga kewajiban orang tua kan
ngasih pendidikan yang sebaik baiknya untuk anak kalo ditanya untung

xlvii
atau enggaknya ya bapak mah gak ngerti ya. Ya, pertama orang tua jadi
bangga kan ya walaupun orang sederhana tapi bisa nguliahin anak sampe
sarjana kaya orang-orang kaya, kedua harapannya dengan kuliah mah anak
bisa punya kehidupan yang lebih baik daripada orang tuanya nantinya trus
bisa bantu orang tua juga nyekolahin adek-adeknya kalo bisa biar sampe
sarjana juga.
P : Upaya apa yang bapak lakuin supaya andre mau kuliah pak?
N : Bapak mah gada upaya apa apa ya neng sebenernya mah. Cuma kan
emang dulunya si andre itu gamau kuliah, mau kerja aja ceunah. Tapi mah
bapak juga mikir, sekarang lulusan SMA aja nyari kerja udah susah. Andre
juga matanya minus dan gabisa kerja kalo dipabrik kan yaa. Ya bapak mah
akhirnya nyuruh andre aja buat kuliah kan kalo biaya mah ya neng yang
namanya rejeki anak pasti ada gituu.
P : Apakah ada yang mempengaruhi bapak ketika menyuruh andre kuliah?
N : Mempengaruhi maksudna orang gitu? Kalo yang nyuruh andre kuliah
mah murni dari bapak sendiri ya neng, karena liat kondisi yang sekarang
juga. Kaya yang udah bapak jelasin tadi juga alasannya.
P : oh gitu, trus dalam pemilihan universitas sama jurusan, gimana pak?
N : Kalo bapak mah terserah anak ya neng. Kan bapak mah ga ngerti ya ada
jurusan naon, universitas naon kan kurang paham aja gitu. Jadi mah orang
tua mah ngikut anak aja mau milih jurusan apa soalnya kan anak sekarang
mah lebih ngerti gitu sama gampang nyari informasi dari internet. Tapi
kalo bapak mah paling nanya ke sodara sodara gitu, sama andrenya bapak
suruh nanya sodara sodara masalah kuliah mah.
P : mohon maap pak sebelumnya, pendidikan bapak sama ibu apa ya pak?
N : Kalo Bapak mah SMA/SLTA. Kalo ibuk SMP/SLTP.
P : Apakah pendidikan bapak mempengaruhi bapak ketika menyuruh Andre
untuk kuliah?
N : Kalo dibilang mempengaruhi sih ya ada sedikit gitu neng. Kan bapaknya
lulusan SMA, ibuknya lulusan SMP. Nah pengennya kalo bisa nyekolahin
anak yang lebih tinggi gitu dari pendidikan orang tuanya. Kan namanya
juga orang tua pengen juga liat anaknya pendidikannya bagus, mapan
kerjanya gitu.
P : Ada ngga pak dari anggota keluarga yang sudah berkuliah?
N : Anggota keluarga inti mah baru andre doing, Cuma kalo keluarga besar
dari keluarga bapak atau ibuk mah udah banyak juga. Teteh tetehnya
sodara andre juga udah ada yang lulus dari UIN juga.
P : Apakah itu mempengaruhi bapak?
N : Enggak juga sih ya neng soalnya emang bapak juga pengen nyekolahin
anak sampe setinggi tingginya kalo bisa.

xlviii
P : Bapak sama ibu ada ikut organisasi ngga di rumah?
N : Bapak mah dulu ikutan karang taruna tapikan sekarang udah ada bengkel
ya sama warung depot air juga jadi udah ga begitu aktif gitu. Cuma kalo
dimintain tolong mah atau ada perlu pertolongan apa juga mau ikut mau
terlibat gitu.
P : oiya pak, Apa pekerjaan bapak sama ibu ?
N : Kalo Bapak mah wiraswasta, Ibu pedagang nasi uduk sama ibu rumah
tangga
P : trus untuk biaya kuliah andre gmn pak?
N : Kalo masalah biaya mah ya neng, yah percaya aja sama yang diatas,
rejekinya anak gitu. Biasanya dari warung sama depot air, dari penghasilan
bengkel juga atau dari hasil dagang uduk ibunya andre gitu sih neng.
P : Berapa jumlah anggota keluarga?
N : Ada 6, bapak, Ibu, Andre, sama 3 adeknya andre. Anak Bapak kedua
masih SMA, trus yang ketiga SMP trus yang ke empat yang ini baru
masuk TK.
P : Apakah anak-anak bapak yang lain akan bapak kuliahkan juga?
N : Yah neng kalo ditanya mau nguliahin mah juga mau aja ya Bapak sama
Ibu mah. Tapi mah insyallah ya kalo diberi kesehatan, lancer rejeki sama
Allah pengennya sih juga pengen nguliahin semuanya gitu biar hidupnya
mapan nantinya gitu. Biar bisa lebih dari bapak ibunya.
P : Oh gitu. Iya pak sepertinya sudah cukup ya pak pertanyaannya itu saja,
saya terima kasih banget ini sama bapak karena mau meluangkan waktu
untuk saya tanya-tanya
N : oh uda cukup? Iya atuh sama-sama ya neng, si Andre kan juga lagi
skripsi, ya saling membantu aja ya, itu si andrenya juga ajakin kerjain
skripsi ya kalo di kosan, biar cepet selesai.
P : Iya pak, siap itu mah. Yaudah ya pak, terima kasih banyak ini atas
waktunya.
N : iya neng, bapak tutup ya. Assalamu’alaikum
P : Wa’alaikumsalam pak.

xlix
Transkrip Wawancara 12
M. Farizan
Selasa, 16 Desember 2020
Video Call
Pkl. 21.43 - 22.00

P : Hallo, Assalamu’alaikum
N : Wa’alaikumsalam
P : Dengan Farizan ya?
N : Iya kak, Farizan ngga pake H hehe. Panggilnya Ijan aja, biar lebih santai.
P : Oh gitu oke deh ijan. Sebelumnya SMK dimana jan?
N : SMK Insan Nasional namanya, di kecamatan Setu kabupaten Bekasi
P : Jurusan apa tuh Jan?
N : Teknik Komputer Jaringan (TKJ)
P : Sekarang kuliah ngambil jurusan apa dan di mana?
N : Kuliah ngambil jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) di UIN
Ciputat kak
P : Oh di UIN? Udah semester berapa?
N : Iya sekarang jalan semster 5 kak
P : Apa alasan ijan ngambil BPI jan?
N : Alesannya ya pertamanya itu kan suka aja gitu sama ilmu sosial. Karena
dulu kan pas milih itu kan tulisannya BK ya Bimbingan Konseling, dari
pribadi emang suka yang berbau-bau “benerin orang” gitu lah.
P : Kenapa ngga masuk Psikologi aja?
N : Dulu kan ngga paham yang kaya gitu-gituan pas masih di SMK. Jalur
masuknya juga UMPTKIN dan itu juga baru gua doang yang nyoba dari
sekolah gua itu. Tapi ya ngga tau, ya asal aja mencet-mencet gitu dan
ternyata yang kepilih BPI.
P :Hmm gitu.. Trus kenapa pilih UIN jan?
N : Sebenernya UIN Jakarta tuh pilihan kedua ya, eh pilihan pertama cuma
saya pilihnya, gimana ya, saya pengen pilih UIN Jogja nih karena saya
kira kalo saya taro dipilihan pertama nih saya ngga bakalan dapet. Yaudah
saya taro UIN Jakarta pilihan pertama. Sebenernya nggak mesti UIN juga
sih, karena dua jalur umum itu saya ngga dapet (SNMPTN & SBMPTN),
jadi yaudah saya manfaatin aja apa yang ada di depan saya.
P : trus ngga coba jalur mandiri pada saat itu?
N : Jalur mandiri saat itu ngga sempet sih… iya ngga sempet. Karena emang
kan maunya di Jogja ya, jaraknya kan jauh jadi ya ngga sempet waktunya.
P : Hmm gitu, emang alasan lu kuliah apa sih?

l
N : Alasan kuliah karena motivasi sih. Liat guru-guru banyak yang dulu di
sekolah yang kuliah kan banyak ngasih motivasi buat lanjutin pendidikan
ke jenjang lebih tinggi lagi gitu kan.
P : Lebih jelasnya, guru apa yang memotivasi lu?
N : Ada salah satu guru yang dia lulusan UGM waktu itu, kebetulan dia jadi
wali kelas dulu tuh pas kelas 12. Dia tuh lebih concernnya sebenernya ke
sejarah kan, dia kan ngajar di dua tempat, MA sama SMK. Kalo di saya
dia ngajar… dia ngajar apa dulu yak… dia ngajar.. Bentar saya juga lupa
ini.. Oh dia yg ngajar produktif karena dulu kan gurunya ada pulang
kampung apa gimana gua lupa gitu. Jadi dia yang nanganin, soalnya itu
kan udah limit ya, udah semester 2 trus gurunya ngga bisa nemenin kita
sampe lulus, jadi dituker dulu. Karena kebetulan dia juga cukup paham
buat masalah teknologi gitu.
P : Motivasi apa yang dikasih guru lu sampe lu memutuskan untuk kuliah?
N : Karena banyak cerita-cerita dia yang bikin kita termotivasi kaya..
perjalanan hidup dia aja yang menurut gua seru, pas saat-saat sebagai anak
kuliahan gitu-gitu. Jadi gua pengen nyoba, sayang juga kan kalo kita ada
kesempatan tapi ngga dimanfaatin. Makanya dari situ gua mau kuliah, di
Jogja, meskipun bukan di kampus yang sama yang penting gua kuliah gitu.
Tapi ternyata gua ngga dapet di Jogja, yaudah gua coba yang disini dan
dapet di UIN, jalanin deh gitu.
P : Gimana rasanya kuliah dengan jurusan yang berbeda?
N : Kalo menurut gua pribadi sih ngga masalah ya karena yang gua cari kan
bukan keilmuannya, yang gua cari kan pengalamannya gitu ya. Mungkin
senengnya karena ilmu sosial itu jauh dari itung-itungan yaa, soalnya udah
bosen juga itung-ituan pas di SMK kan. Pengen nyoba hal yang lain gitu.
Lebih kesitu sih tepatnya.
P : Jadi ngga ada kendala nih?
N : Ngga ada sih, ya balik lagi kan karena gua suka pelajaran yang berbau-
bau psikologi ya mungkin kalo sekarang gua udah tau. Kalo dalam BPI itu
kan bedanya sama BK, kalo konseling kan pendidikan, kalo kita itu ke
psikologi dan sosialnya. Jadi dari semester 1 kita udah kenalan sama
pelajaran psikologi, nah dari situ jadi gua lebih “kayaknya udah deh gua
bertahan di sini karena ada pelajaran psikologinya”, gitu.
P : Oh gituu, trus respon orang tua lu pas lu memutuskan kuliah?
N : Orang tua mah seneng, apalagi keputusan ini munculnya dari gua sendiri
kan. Jadi ya mereka mendukung keputusan gua.
P : Selain lu, siapa lagi yang kuliah di keluarga lu?
N : Gua punya abang dua ya, gua ngga punya ade karena gua anak bontot.
Abang gua nih dua-duanya dulu sempet kuliah cuma ngga rampung. Kaya

li
misal nih di semester 5 trus keluar, karena pengen kerja, trus ada juga yang
mau lanjutin pendidikan agamanya.
P : Kuliah di mana tuh dulunya?
N : Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi deket Pasar Cikarang, yang kedua tuh
dulu di mana ya namanya, gua lupa pokoknya dia di Sukabumi aja.
P : udah pada berkeluarga abang-abang lu?
N : Iya udah pada berkeluarga, yang pertama belom punya anak, yang kedua
udah punya 1.
P : Oiya biaya kuliah gimana?
N : iya gua masih ditanggung orang tua.
P : Pendidikan orang tua gimana jan?
N : Bapak gua SMA, emak gua SPG. Pernah denger ngga? Sekolah guru
jaman dulu ada tuh. Mutakhir emak gua tuh. Itu tuh sekolah pendidikan
guru, mungkin kalo sekarang d3nya keguruan. Ya semacam itu lah.
P : Oh gitu, gak pernah denger gua haha. Trus pekerjaan orang tua sekarang
apa?
N : Bapak gua kerja di karyawan swasta, kalo emak gua jadi guru SD sama
guru les-les di rumah.
P : Kegiatan lu selain kuliah apa?
N : Paling gua ikut organisasi aja Mapala, kaga seru emang kegiatan gua,
gini-gini aja haha
P : Trus balik ke Cikarang berapa minggu sekali?
N : Ngga tentu sih, paling cepet ya 2 minggu sekali, paling sering itu ya
P : Bawa kendaraan sendiri tuh?
N : Tergantung sih, kadang bawa motor kadang naik KRL.
P : Oh gitu, yaudah deh jan, sepertinya udah cukup nih. Terima kasih ya atas
waktunya, semangat kuliah onlinenya yaa. Assalamu’alaikum jan
N : Iya kak, sama-sama. Iya semangat juga nyelesain skripsinya kak.
Wa’alaikumsalam.

lii
Transkrip Wawancara 13
Muhammad Adi Satria
Rabu, 17 Desember 2020
Video Call
Pkl. 12.48 - 13.05

P : Hallo assalamu’alaikum Mas Adi


N : Wa’alaikumsalam mba
P : Mas adi sebelumnya sekolah smk di mana?
N : SMK Insan Nasional Kec. Setu Kabupaten Bekasi jurusan Teknik mesin
P : trus skrg kuliah di mana dan jurusan apa?
N : saya kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Managemen
dakwah semester 5
P : wah lumayan jauh ya dari teknik mesin ke dakwah, gimana ceritanya tuh
mas?
N : ceritanya dulu saya pas kelas 12 itu emang ngga ada ketertarikan untuk
kuliah ya, kemudian saya tuh tertariknya karena sekolah ini, smk ini
lanjutannya nanti akan bekerja ya jadi saya emang niatnya untuk bekerja
kan, membantu orang tua saya kan ya menafkahi, bantu-bantu lah.
Kemudian ada guru saya, beliau juga dulunya kuliah, lulusan UGM sama
Unpad juga kalo ngga salah. Nah beliau mengurusi siswa-siwanya,
bagaimana caranya siswa tersebut bisa untuk apa, pokoknya supaya bisa
kuliah gitu kak. Jadi guru saya itu mengurusinya, dari awal pendaftaran
hingga akhir. Nah kemudian waktu saya, awalnya tuh dari pas SNMPTN,
SPAN, dan itu saya didaftarin semua itu nah kemudian yang lolos yang
SPAN ini kak. Kenapa saya bisa lolos, yang tadinya ngga niat kuliah jadi
kok kuliah. Nah karena pas dipanggil satu-satu itu sama guru saya kan
disuruh masuk ke ruangan, setelah masuk ke ruangan ditanya sama guru
saya “gimana di, mau ngambil jurusan apa? Trus saya jawab “ngga tau pak
saya bingung, terserah bapak aja, saya mah ngikut” kata saya. Soalnya
sebelum dipanggil itu kak, saya kan ada kelas kak, mata pelajaran
matematika itu yang ngajar kepala sekolah saya, perempuan. Dibilangin
sama kepala sekolah saya, ini beliau ngomong ke murid-muridnya, saya
dan temen-temen saya di kelas. Di kelas beliau ngomong gini kak “nanti
kalian apabila dipanggil sama Pak Sofyan, kalo ditanya mau kuliah di
mana dan jurusan apa manut aja, ngikut aja pak sofyan”. Pak sofyan ini
yang daftarin anak-anak buat kuliah kak, yaudahlah saya ambil keputusan
manut aja sama pak sofyan. Soalnya kan saya buta juga sama dunia
perkuliahan.

liii
P : tapi ada ngga sih pengaruh dari guru-guru di sekolah, kan tadi kata mas
adi gurunya ada yang kuliah di UGM dan Unpad gitu membuat kamu jadi
pengen kuliah?
N : kalo saya sih ngga ada ketertarikan untuk kuliah, walaupun guru saya
alumni universitas negeri UGM, dll. Itu saya ngga ada ketertarikan,
soalnya apa ya.. ya seperti yang saya bilang di awal kalo saya mau kerja
aja, gitu, iya kerja bantu-bantu keluarga.
P : trus berarti kamu mau kuliah karena udah didaftarin aja ya?
N : hmm iya, gimana ya saya emang seandainya kalo kuliah itu SNM,
SPAN, SBM didaftarin gitu, saya mah maunya tetep kerja kak. Cuma
mungkin ya karena motivasi dan doa dari orang tua yang akhirnya
membuat saya jadi mau kuliah. Pas didaftarin itu saya cerita ke orang tua,
trus kata orang tua “kamu kuliah mas, kalo bisa di univ negeri” gitu.
P : Kenapa kamu bisa di UIN akhirnya?
N : Jadi itu saya didaftarkannya kan SPAN PTKIN, saya pernah sempet lagi
tes kaya gitu ditanyain “kamu mau kuliah di mana jurusan apa?” ini pas
SBMPTN tuh, trus saya bilang “saya mau UNM Malang pak” karena
jurusan SMK saya kan teknik mesin tuh, nah saya ngambil teknik mesin
di sana.. Trus ditanya “di mana lagi?”, kan ada tiga tuh pilihannya ya kalo
nga salah, nah tuh sama UNS kalo ngga salah, nah itu saya ambil teknik
mesin juga. Ini untuk SBM ya kak. Nah kemudian didaftarkan SPAN
PTKIN, itu saya nurut aja sama guru saya, ditanyain tuh “ kamu mau
kuliah di mana jurusan apa?” trus saya bilang “gatau pak, saya bingung”.
Lah kan saya kan jurusan teknik mesin ya, saya juga bingung saat itu saya
juga sempet nanya “di UIN ada teknik ngga pak?” trus kata guru saya “ah
kamu ngaco aja, itu univ islam, jurusannya islam, ya ngga adalah”. Ya
saya bilang “yaudah pak saya ngikut bapak aja, bapak yang milih”. Yang
pertama tuh di UIN Syarif Hidayatullah, SPAN PTKIN. Nah yang kedua
itu ada di IAIN apa.. Pokoknya IAIN gitu kak daerah Solo apa di mana
gitu, trus yang ketiga UNJ. Di UIN kan ngambil Managemen dakwah,
trus yang di IAIN eh STAIN kak, iya STAIN Kediri itu ngambil
managemen dakwah juga. Nah yang di UNJ ngambil PAI.
P : trus yang di STAIN sama UNJ lolos ngga?
N : Ngga, itu ngga lolos. Justru yang waktu itu saya, abis tes SBMPTN
bareng temen-temen saya di Depok, kebetulan waktu itu tempat tesnya di
Depok kan. Setelah tes SBMPTN itu kami ngumpul tuh di salah satu
rumah temen saya malemnya, pada nginep gitu. Dan disitu juga, malem
hari itu juga pengumuman hasil SPAN PTKIN. Kan dibikinin grupnya
tuh, saya mah udah acuh ngga acuh kan ya. Kalo lolos alhamdulillah kalo
ngga yaudah. Setelah itu temen saya tuh ada yang getol, emang pengen

liv
kuliah anaknya, dia anak madrasah aliyah. Kan kalo di pondok saya, saya
kan juga sembari mondok ya, itu dia yayasan kak dari mulai RA, TK,
SDI, MI, MTS, MA, dan SMK. Nah kebetulan kak Sarno ini kakak kelas
saya di Madrasah Aliyahnya. Trus temen saya yang anak MA ini ngecek
grup tuh, guru saya umumin kan siapa-siapa yang lolos. Pertama ada
nama ini, temen saya lolos di Univ ini jurusan ini, nah tiba-tiba ada nama
saya kak “Muhammad Adi Satrio lolos di UIN Jakarta”, trus saya dikata-
katain kan ya sama temen saya “bel bel lu lolos bel”, masa sih gitu kan.
Tapi saya masih biasa aja kayak “oh yaudah lolos tinggal lolos kan
alhamdulillah”, biasa aja ngga ada bahagia-bahagianya pisan.
P : trus respon orang tua gimana tuh?
N : kalo respon orang tua sih ya mereka seneng “alhamdulillah tuh mas kalo
keterima, negeri kan itu?” beliau sempet nanya kedua orang tua saya nih,
ya saya bilang “iya UIN negeri di Ciputat”, semepet tanya jurusan juga
“jurusan apa?” “manajemen dakwah, itu juga yang milihin Pak Sofyan bu
yang ngurusin”, “yaudah tuh bilang sama Pak Sofyan makasih udah
diurusin” gitu kak.
P : oh gituu… trus gimana rasanya kuliah dengan jurusan yang berbeda
gitu?
N : gimana ya.. Hmm menurut pandangan saya sih, saya kan selain dari
SMK kan juga mondok ya, istilahnya di yayasan itu emang belajar agama
juga. Nah maka dari itu mungkin guru saya daftarin ke UIN dengan
jurusan tersebut. Mungkin karena melihat saya memiliki ilmu agama
juga. Saya setelah dipanggil masuk tuh, setelah dipilihin jurusan itu saya
sempet nanya “manajemen dakwah itu apa pak” trus kata guru saya
“hahaha ngga tau, nanti juga kamu tau sendiri” gitu kata guru saya.
Mungkin ya itu suatu jalan juga sih, setelah saya masuk manajemen
dakwah itu kemudian Ibu saya ingin setelah saya selesai kuliah untuk
bekerja di kementrian agama. Kan saya tuh jurusan manajemen dakwah
ranahnya ke sana, gitu.
P : hmm gitu, tapi kuliah aman kan?
N : Alhamdulillah aman kak, cuma kan sekarang kuliahnya lagi online ya,
agak kurang suka sih soalnya jadi ngga maksimal belajarnya.
P : Hmm.. tapi sekarang di rumah kan?
N : Iya di rumah, tapi kalo di sana saya juga tinggal di sekret kak
P : Oh ngga ngekos? Sekret apa tuh?
N : Ngga, saya tinggal di sekret PMII, kebetulan saya udah jadi pengurus di
bidang kesekretariatan.
P : ada kendala ngga pas kuliah?

lv
N : kalo kendala mah ada kak, itu di semester 1 dan 2, IP saya ngga nyampe
3. Karena saya jarang absen di kelas, dulu kan masih baru tuh, ya
namanya aktivis kak, berkegiatan di organisasi. Bangunnya siang padahal
kuliah pagi kan, gitu-gitu aja.
P : Apa yang bikin kamu bertahan kuliah sampe semester ini?
N : Nah ini pertanyaan yang sangat menarik kak, jadi kenapa saya bisa
bertahan itu karena sekarang kan saya udah di semester 5 nih. Nah di
semester ini ada 3 konsentrasi kak, yg pertama itu MHU (Manajemen
Haji dan Umroh), kedua ZISWAF (Zakat, Infaq, Shodaqoh, dan wakaf),
dan yang ketiga itu LKS (Lembaga Keuangan Syariah). Dari ketiga
konsentrasi ini saya mengambil konsentrasi yang pertama, yaitu
manajemen haji dan umroh, ini satu konsentrasi yang bikin saya bertahan.
Yang mana saya berniatan memperdalam ilmu ini, dan suatu hari nanti
saya bisa memberangkatkan kedua orang tua saya haji dan umroh. Gitu
kak yang bikin saya bertahan.
P : Btw di, kamu berapa bersaudara?
N : Tiga bersaudara, saya anak pertama. Di keluarga ini ya baru saya yang
kuliah, adik saya yang pertama itu laki-laki kelas 2 SMP, nah yang
terakhir laki-laki juga masih 4 tahun.
P : Orang tua pekerjaannya apa?
N : Kalo bapak Wiraswasta, kalo ibu ya Ibu rumah tangga.
P : Pendidikan terakhirnya apa?
N : Bapak saya SLTA, Ibu saya SMP.
P : Biaya kuliah gimana di?
N : Biaya kuliah saya masih ditanggung orang tua kak
P : Orang tua kamu mempengaruhi kamu untuk kuliah ngga?
N : Ngaa ada kak, mungkin sih ya itu karena saya nurut sama guru saya sih
ya yang pertama, yang kedua ya doa orang tua aja kenapa saya bisa
kuliah seperti sekarang ini kan emang ngga pernah terpikirkan sama saya.
P : Kenapa kamu nurut sama guru kamu di?
N : karena gurunya emang the best kak, beliau ini laki-laki kan, lulusan
UGM jurusan Sejarah. Kata kepala sekolah saya, beliau kan perempuan,
kata-kata perempuan kan emang menyentuh banget gitu kan. “Udah kamu
ikutin aja apa yang dibilang pak sofyan” gitu, yaudah saya nurut.
P : emang kenapa dengan kata-kata yang keluar dari mulut wanita di?
N : Ngena banget kak, ibaratnya itu kepala sekolah yang bilang begitu ya
kaya ibu saya gitu. Kan orang tua kedua kak guru tuh di sekolah. Ibu saya
yang di rumah tinggal mengabulkan aja, mendoakan, sama mendukung
saya.

lvi
P : oalah hahaha oke oke. Yaudah di, sepertinya sudah cukup nih, terima
kasih banyak ya sudah mau meluangkan waktunya.
N : Iya kak sama-sama, semangat skripsiannya ya.
P : iya terima kasih di, semangat juga kuliahnya di. Assalamu’alaikum
N : Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

lvii
Transkrip Wawancara 14
Rendi Ferdiana
Rabu, 17 Desember 2020
Video Call
Pkl. 19.24-19.50

N : Ya, hallo Assalamualaikum


P : Wa’alaikumsalam, Dengan Rendi?
N :Yak betul
P : Perkenalan diri dulu dong ya?
N :Hahaha…Yak Boleh Boleh
P : Nama Panjang lu siapa ren?
N :Rendy Ferdiana, umur 20 tahun. Kuliah di Unpam, tingal di Gunung
Sindur.
P :SMK nya kemaren di mana dan jurusan apa Ren?
N :Saya sekolah di SMK 1 Gunung Sindur, jurusan TKJ
P : Oh gitu… Sekarang kuliah ngambil jurusan apa?
N :Ngambil Hukum
P : Hukum di Unpam?
N : Iya kan udah saya bilang di chat
P : Oh haha maaf maaf.. gua baru tau soalnya kalo UNPAM ada hukumnya.
N : Iya ada kok udah lama malah. Eh btw ini, lu record kan yak?
P : Apa? Iya gua record
N : Ngomongnya gua lu gapapa kan?
P : Gapapa kok, santai aja haha. Oiya ren, alasan lu kuliah tuh apa sih?
N : Pengen dapet gelar Sarjana, trus pengen ikut jalur… jalur keluarga
(ketawa).
P : Hah? Gimana?
N : Enggak emang gua pengen dapet gelar Sarjana aja. Karena kan kata
abang kan kerja tanpa gelar sarjana kan susah.
P : oke, trus kenapa lu pilih hukum?
N : Gua milih hukum karena abang gua di Hukum juga kerjanya. Dia sebagai
lawyer. Punya kantor hukum sendiri di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.
P : Dulu abang lu kuliahnya dimana emang?
N : Abang gua kuliah di Unpad, dia kuliah dan lulus pas gua masih kecil
sekitar umur 3-4 tahunan gitu. Jarak umur gua ama dia emang juah sih
soalnya gua anak terakhir juga di keluarga. Gua anak keempat.
P : Udah berkeluarga semuanya?
N : Udah.. udah pada berkeluarga semua, tinggal gua aja
P : Kenapa lu pilih Unpam?

lviii
N : Sebenernya awalnya gua milih UI, cuma gua gagal kan pake jalur
mandiri. Trus gua mau coba ngambil di UIN, gua bilang ke abang gua,
“gua gak kuat ambil di UIN ya”. Trus kata dia “Lah kenapa kan gampang
tesnya”. “Agamanya gua takut”, gua gituin. Iya, gua takut sama mata
kuliah agama di UIN. Tugas tugasnya juga kan pastilah. Padahal gua ngaji
dan guru ngaji gua juga nyaranin gua masuk ke UIN aja. Tapi kaga dah,
gua pusing agamanya. Yaudah dah tuh gua pilih Unpam, toh sama aja
jurusannya hukum-hukum juga.
P : Tapi itu murni dari diri lu sendiri apa dorongan dari abang lu juga?
N : Enggak. Gua awal lulus tuh gua bingung nih. Nah gua sama temen gua,
wawan kenal tuh sama temen gua yang namanya Asma, nah gua sama dia
daftar polisi. Gua udah urus urus berkas sama dia, ama temen gua. Nah
kebetulan gua didaftarin ama abang gua tes di UI. Nah itu kedua-duanya
tesnya bareng. Nah gua mau gamau gua ngambil yang UI kan karena gua
udah bayar 500rb an gitu. Gua tinggalin tuh tes polisinya. Di UI abang gua
pilihin hukum sama Fisip, lupa jurusannya. Eh taunya kaga masuk di UI,
yaudah deh.
P : Trus gimana rasanya kuliah dengan jurusan yang berbeda?
N : Awalnya sih gua semester 1, Gimana yak? Linglung. Bingung gitu.. nih
kok belajar apa ini gua? kayanya gua doang disitu yang gak ngerti apa-apa.
Gua bingung kan loh kok kaya gini yak. Apa yang harus gua pelajari. Gua
baca baca. Naik semester 2, 3. Oh iyaa iyaa gua udah ngerti dah apalagi
sekarang gua semaster 5 kan. Paham dari situ, dari yang gatau apa apa kan
basicnya. Jadi mulai paham semakin kesini. Yah belajar dari awal gitu.
P : Ada gak kendalanya?
N : Kendalanya? Kalo gua bilang kendala sih banyak. Ya gua mau gamau
mah harus jalanin aja. Yang penting mah lu harus rajin-rajin ngebaca aja
sih, ga perlu dihafal.
P : oiya lu di UNPAM ngambil kelas regular apa?
N : Gua ambil yang regular B, yang malem. Paginya tidur hahaha. Soalnya
gua kan kerja baru diajak dan baru lima bulan lalu.
P : oh lu kerja apa emang?
N : kerja di tempat abang gua kak, ngikut ama dia. Pas awal kuliah kan gua
ga punya basic apa apa, makanya disuruh kuliah. Nah semester 5 ini baru
gua diajak kerja ama dia, bantu-bantu dia gitu.
P : Gimana rasanya kerja di ranah Hukum?
N : Kalo gua bilang mah enak. Tapi kerja dihukum tuh pusingnya kalo habis
sidang. Kita disuruh bikin laporan dan harus bikin transkrip lagi. Kalo gua
bilang pusing. Tapi kayanya gua salah ngambil jurusan ngambil hukum
hahaha

lix
P : Emang lu kerjanya bagian apa?
N : Gua apa aja. Disuruh sidang ikut, disuruh bikin transkrip ya hayuk.
Disuruh bikin laporan abis sidang juga gua bikin. Ngikut ajalah, namanya
diajak kan yak, itung-itung cari pengalaman kerja biar ngga kaget pas lulus
nanti.
P : Hmm gitu, nah terus perasaan salah jurusan milih hukum tuh karena apa?
N : Iya karena kadang pusing aja kalo harus ngadepin sidang trus setelahnya
bikin laporan, transkrip gitu-gitu. Belum lagi harus tau UU ini, pasal ini itu
segala macemnya. Kan ngomongnya aja udah pusing ini, gimana
ngejalaninnya coba hahaha
P : Trus apa yang buat lu bertahan sampe semester 5?
N : Asik. Iya, ternyata lama-lama asik kak. Gua ngerasa semakin gua jalanin
semakin timbul penasaran-penasaran di diri gua akan dunia hukum itu.
Gua bisa tau kalo di dalam kehidupan sehari-hari tuh ada pelanggarannya.
Bisa tau ada pasal ini, pasal itu, undang undang ini, undang-undang itu.
Gitulah. .
P : Apakah dengan belajar hukum membuat lu melek hukum?
N : Tentu dong kak, ya makanya itu asiknya tuh disitu.
P : Tapi lu masih melanggar hukum ngga?
N : Masih hahahaha
P : Yah sama aja dong hahaha. Berarti lu kuliah terpengaruh abang lu dong
ya?
N : Hahaha Iya, dia mempengaruhi banget. Gua disuruh kuliah sama dia,
biaya kuliah gua dia yang tanggung. Gua cuma tinggal jalanin aja
kuliahnya.
P : Kalo sama-sama bidang hukum, sering jadi temen diskusi lu dong?
N : Kaga. Sebenernya gua takut kalo diskusi sama dia. Gua gak pernah
ngomong/ diskusi gitu sama dia. Paling yang cuma jawab-jawab aja kalo
dia nanya, canggung aja rasanya.
P : Lah trus gimana kalo misalkan lu ada kesulitan?
N : Gua lebih suka ngobrol sama kakak gua yang kedua. Nyablak gitu. Jadi
gua lebih terbuka ke dia. Kalo abang gua yang pertama mah kaga berani
gua, soalnya dia anak berpendidikan gitu kan. Beda banget ama gua yang
seruntulan kaya gini.
P : trus gimana respon orang tua lu mengenai kuliah lu?
N : Respon orang tua gua yaa ngedukung. Emang gua disuruh kuliah sama
orang tua juga. Harus kuliah. Orang tua ngomong harus ikutin abang gua
yang pertama. Harus kaya gini harus jadi kaya gini gitu. Harus bener-bener
rajin biar bisa kaya abang gua.
P : Hmm.. Emang kerja apa orang tua lu?

lx
N : Bokap gua pensiunan dari Bank Mandiri udah lama, Nyokap gua Ibu
rumah tangga.
P : Trus sekarang kegiatan Bokap lu?
N : Jogging kali. Sepedaan tiap hari hahaha
P : Wow hahaha… Btw pendidikan orang tua apa ren?
N : Bokap gua SMA kalo gak salah dah. Nyokap gua SD kalo gak salah
denger-denger. Orang gua kalo ditanya pendidikan terakhir disuruh tulis
SD aja gitu katanya. Nyokap gua mah emang gitu.
P : trus kegiatan lu apa lagi selain kuliah, tidur, sama kerja di kantor abang
lu?
N : Gua dulu pernah ngeGrab, tapi sekarang udah enggak, gak boleh karena
covid kan. Itu gua juga sebenernya diomelin sama abang gua yang
pertama, gua harus bener-bener kuliah aja gua gak boleh kerja. Pokoknya
gua harus bener-bener fokus kuliah. Gua ngegrab gak bilang-bilang itu.
P : Oh iya kerja lu di kantor abang lu tuh tiap hari atau gimana?
N : Kerjannya selama di kantor abang gua tiap hari. Sabtu Minggu libur tapi.
P : oh gitu, lu ikut perkumpulan apa aja selain ngaji sama Wawan?
N : Kalo di luar ngga. Emang tadinya gua pengen ikut ini itu, tapi udah males
duluan. Tapi kalo dirumah banyak, kaya ikut organisasi relawan ambulan
gitu gitu, trus paling komunitas-komunitas motor gitu.
P : Tadi lu bilang kan abang-abang lu udah pada berkeluarga ya, mereka
tinggal bareng di rumah orang tua lu apa pisah?
N : Pada misah yaa, tapi sekarang abang gua yang kedua ikut di rumah.
Tadinya kan dia ngontrak, tapi pas kakak gua yang ketiga meninggal,
rumah jadi sepi tuh. Trus abang gua yang pertama nyuruh abang gua yang
kedua buat tinggal sama-sama di rumah biar orang tua gak kesepian kan.
Abang gua yang kedua kan takut juga sama abang gua yang pertama, jadi
abang gua yang kedua nurutin.
P : Ini lu lagi kuliah nih sekarang?
N : Iya gua lagi ngumpulin tugas, tugas nyatet. Kan apa banget tugas nyatet
tulis tangan, soalnya kalo dikomputer pada copy paste katanya. Hadehhh
P : Oalah gitu hahaha. Yaudah kalo gitu ren, segitu aja. Makasih banyak yak.
Assalamu’alaikum
N : Iya sama-sama kak, Wa’alaikumsalam.

lxi
Transkrip Wawancara 15
Yosep Anggara
Selasa, 22 Desember 2020
Video Call
Pkl. 14.33 - 15.05

P : Hallo Assalamu’alaikum mas


N : Wa’alaikumsalam mba
P : Mas Yosep, mohon maaf sebelumnya, nama lengkapnya siapa ya mas?
N : Iya nama lengkap saya Yosep Anggara
P : oke mas Yosep, kegiatannya sekarang apa mas?
N : Kegiatan.. Oke monitoring jaringan sih untuk sekarang ini, mantau
jaringan, kaya kerja-kerja masang wifi gitu sih
P : oh kerja ya, trus kuliah masih mas?
N : masih mba di UIN
P : oh di UIN mas, jurusan apa?
N : Jurusan managemen pendidikan semester 4 mba
P : tarbiyah ya, gedungnya di Ciputat apa yang di Ppg?
N : yang di Ppg mba, justru itu lebih deket sama rumah saya, kan saya di
Gunung Sindur. Rumah saya ngga jauh dari rumah wawan mba
P : oh gitu, berarti satu pengajian sama wawan ya mas?
N : iya mba satu pengajian
P : hmm iya iya. Btw mas sebelumnya SMK jurusan apa dan di mana ya?
N : SMK N 1 Gunung Sindur jurusan TKJ
P : oh sama kaya si Rendi ya mas?
N : oh iya itu temen saya, satu kelas malah, dia juga kan kuliahnya lintas
jurusan juga kan, ngambil hukum dia
P : Iya bener mas, saya wawancara dia juga soalnya beberapa hari yang lalu,
ini masnya kenapa ngambil jurusan managemen pendidikan mas?
N : awalnya bingung saya mau kuliah tapi ngga bisa, yang saya liat-liat yang
menjurus ke jurusan yang saya mau sih managemen pendidikan, itu kan
ada managemennya, saya juga mau belajar managemennya aja kebetulan..
Kenapa ada pendidikannya bukan managemen biasa karena emang saya
ada tujuan di pendidikan si di edukasi, jadi melihat bangsa ini yang begitu
buruk di pendidikan, jadi niat baiknya ingin memperbaiki, tapi ya ngga tau
(ketawa) sanggup atau nggaknya, yang penting kan ada itikad baik
(ketawa)
P : ada ngga mas yang mempengaruhi untuk ambil jurusan managemen
pendidikan?
N : ngga ada sih, itu pilihan saya sendiri

lxii
P : hmm gitu, trus kenapa pilih UIN mas?
N : karena UIN itu univ negeri yang paling deket dari sini mba (ketawa).
Karena kan negeri yang lain jauh-jauh, makanya saya nyari yang paling
deket aja dah, yaudah tuh UIN
P : waktu itu gimana bisa masuk UIN?
N : pas lulus itu saya gap year dulu setahun, namanya dari SMK kan pasti
mau ngerasain kerja dulu ya, yaudah itu setahun saya kerja, trus pas itu
saya coba cari-cari temen, ada yang kuliah di UIN jurusan PAI, tanya
masih ada ngga pendaftaran, dicari sama dia “oh masih ada nih tinggal 1
gelombang”, yaitu SPMB itu kan, okelah saya coba, jurusan pertama saya
pilih Teknik Informatika biar nyambung sama jurusan SMK , tapi saya
ngga pede masuk (ketawa) ngga pede lolos di TI itu makanya pilihan
keduanya managemen pendidikan, dan alhamdulillahnya diterima
P : apa sih motivasi mas yosep berkuliah, apalagi kan masnya dari SMK nih,
bisa langsung kerja, kenapa milih kuliah?
N : orang tua..satu dari orang tua, karena kan kalo keinginan kuliah emang
keinginan saya, cuma orang tua ngedukung saya kuliah mungkin
maksudnya supaya saya memiliki pendidikan yang lebih baik dari mereka,
ya itu jadi motivasi buat saya sendiri sih. Yang kedua juga emang..
Gimana ya, ngeliat ini aja, apa.. perkembangan zaman aja, globalisasi, jadi
kalo pendidikannya rendah ya tertinggal. Sekarang aja mungkin S1 aja
udah ngga ada apa-apanya ijazahnya, bagaimana nanti kan kalo misalnya 5
tahun ke depan (ketawa) mungkin ada S6 (ketawa). Iya, sekarang itu
minimal banget aja SMA/SMK, itu buat cari kerja, itu minimal banget, itu
gajinya juga yaa.. Mungkin di bawah UMR gitu..
P : oh gitu iya iya. Terus gimana tuh rasanya kuliah dengan jurusan yang
berbeda gitu?
N : iya betul ini kan beda ya, tapi enaknya itu karena sudah tau basic di TKJ
kan sudah terbiasa dengan komputer yaa. Jadinya kuliah pendidikan-
pendidikan ini kan sekarang banyakan presentasi ya, udah banyak main di
laptop atau komputer gitu, jadi ya biasa aja, udah enak tinggal
menyesuaikan
P : kendala-kendala gitu ada ngga mas?
N : awalnya iya ada, karena kan adaptasi juga, kebetulan di kelas tuh.. Saya
yang lebih dewasa, yang lain itu temen-temen kebanyakan baru lulus, jadi
emang mereka tuh ya semangat belajarnya masih ada lah gitu beda sama
saya yang udah kerja setahun, nunda, jadi ketemu buat belajar lagi tuh
nyesuain lagi, jadi semangat buat belajarnya ngikutin mereka
P : di keluarga udah ada yang kuliah mas?

lxiii
N : kayanya.. Di keluarga inti ngga ada, saya kan cuma dua bersaudara,
kakak saya udah nikah, cuma saya yang kuliah. Kalo di keluarga besar...
belum ada juga, iya baru saya aja
P : oh jadi bisa dibilang masnya sebagai pendobrak ya dalam keluarga?
N : iyaa mudah-mudahan sih gitu, ya saya juga.. salah satunya juga itu.
Biasanya kan kalo orang di sini tuh, biasanya suka maaf nih ngebanding-
bandingin gitu “liat tuh dia tuh.. Dia mah kuliah” biasanya gitu, ya mudah-
mudahan jadi termotivasi, gitu tujuannya
P : hmm gitu, pendidikan orang tua apa mas?
N : orang tua pendidikan.. Mungkin karena orang jaman dulu, jadi cuma
sampe SD aja, iya SD dua-duanya
P : trus pekerjaannya gimana mas?
N : kalo pekerjaan sehari-hari sih buruh biasa gitu, klo ibu mah ibu rumah
tangga
P : kalo kakak gimana, udah punya anak? pendidikan nya apa kakakmu?
N : udah punya anak 3, hmm pendidikannya cuma sampe SD juga sama
P : hmm gitu.. respon orang tua gimana tuh pas kamu memutuskan untuk
kuliah?
N : seneng banget. Saya dari SMK itu emang pengen kuliah, cuma saya gap
year tuh setahun kan, kerja, terus diingetin sama orang tua “katanya mau
kuliah?” “oiya (ketawa)” karena udah nyaman ya jadi lupa (ketawa),
untungnya sih di ingetin, kalo ngga mah ya ngga tau dah (ketawa). Kerja
kan pulang malem, kadang emang masuk shift malem, mungkin orang tua
kasian kan liat makanya ditanyain, jadi saya keingetan, yaudahlah coba
aja, dan kalo ngga diterima di UIN saya bakalan lanjut kerja
P : kenapa tu? Kenapa ngga masuk univ swasta, kan sama aja
N : karena gimana ya, emang tujuannya di UIN ya ambil negerinya aja, kalo
UIN bukan negeri juga saya ngga ke UIN (ketawa). Karena saya dari SD
juga sekolahnya negeri terus, SMK N 1 Gunung Sindur aja kalo bukan
negeri juga saya ngga mau, wajib negeri deh
P : oh gitu, oke-oke. Trus kuliah sekarang gimana? Kan online tuh
N : gimana yaa.. Sebenernya lebih enak kuliah tatap muka sih dari pada
online, trus juga IPK saya turun terus selama online (ketawa), karena
kuliahnya cuma absen aja (ketawa), paling kuat itu cuma 30 menit kuliah
online, abis itu tidur atau ketiduran. Berusaha buat nahan banget, susah.
Paling kuat-kuat cuma 1 matkul aja, kan satu hari kadang ada tiga matkul,
sisanya gak kuat (ketawa)
P : ah gitu, trus kerja jadwalnya gimana? Apa ngga bentrok sama kuliah?
N : hmm kalo di jaringan sebenarnya terserah saya sih.. Dan ada tim juga,
cuma ya kalo ada kerjaan yaudah jalan, kalo ngga ada yaudah gitu, istilah

lxiv
kerennya mah freelance gitu (ketawa). Bentrok mah ngga ya, karena
online kan.. kadang ya itu yang penting kuliah absen, saya ya itu, begitu
(ketawa)
P : kalo untuk biaya kuliah gimana mas?
N : jadi masih belom bisa mandiri sih, masih dibantu orang tua, cuma
kebutuhan sehari-harinya sendiri.
P : menurutmu apa sih yang didapet dari pendidikan, sampe kamu pengen
banget kuliah gini?
N : yang didapat tentu pekerjaan dan penghasilan yang lebih bagus, dan juga
di keluarga atau di lingkungan masyarakat juga beda pandangan antara
orang yang kuliah, atau sarjana dengan yang cuma lulusan SMA/SMK
bahkan di bawahnya, yah lebih terpandang lah (Status Sosial) lebih di
dengar, sering dimintai pendapat, gitu-gitu
P : hmm, di Gunung sindur, tempatmu tinggal banyak ngga yang
melanjutkan pendidikan sampe kuliah gitu?
N : masih sedikit, baru mulai-mulai ini.. Mulai-mulai sadar sih
alhamdulillah, mungkin kerasa persaingan di dunia industri dan dunia
kerja itu kaya gimana, jadi mereka sadar kalo pendidikan itu penting
P : oiya mas yosep ikut organ ngga nih selain pengajian sama Wawan?
N : di kampus ikut PMII, saya ketua rayon, kalo di rumah ya itu pengajian
sama karang taruna cuma ya belom jalan sih
P : hmm gitu. Yang bikin bertahan sampe semester ini apa?
N : karena ya.. Ini kan emang niatnya kita baik ya, cari ilmu ya kalo udah
kecebur ya sekalian aja. Saya juga berusaha terus ngga ini, apa.. Sayang
juga kan, dari awal kita udah berjuang mati-matian ditengah jalan kalah
kan, perjalanan masih panjang boy (ketawa). Masa cuma nyerah sampe
disitu aja, ini aja ngebangkitin-ngebangkitin semangat aja, kalo lagi down,
inget-inget masa dulu perjuangan buat masuk, perjuangan buat
adaptasinya, gimana bangganya orang tua, bikin semangat lagi udah
P : tapi menurutmu penting ngga sih lulusan SMK untuk kuliah?
N : wajib. Kalo saya wajib, karena SMK aja ngga cukup, udah gitu yang saya
dapet kalo yang SMK atau sekolah itu ilmunya minim, kalo yang
sekarang, ini ya yang di Gunung Sindur, ngga tau ya kalo yang lain
mungkin juga sama (ketawa). Dan saya dapet ilmunya itu justru pas saya
ini.. Kerja freelance ini, ini kan saya masih ada hubungannya dengan TKJ,
dan ternyata waktu SMK itu ngga ada apa-apanya, itu belajar sendiri.
ilmunya lebih banyak didapet ketika di dunia kerja daripada di sekolah.
Kalo kita lulus bener-bener tok lulus sekolah langsung kerja, kaya sama
aja kita kaya orang biasa yang ngga sekolah ngga apa trus kerja, sama aja,
kita ngga tau apa-apa, makanya masih kurang. Udah gitu kan ijazah masih

lxv
SMK, nanti kalo misal ada yang S1.. di indonesia kan masih mandang
kaya gitu, kalo ada promosi jabatan pasti dilihat pendidikannya, pasti S1
duluan dah yang naik daripada SMK/SMA. Udah gitu kalo misalkan
lulusan SMK kerja mending kuliah, tapi kalo lulusan SMK usaha, ngga
apa-apa, tapi ya harus siap mental sih, setidaknya mencoba cuma ya itu,
siap mental
P : hmm iya iya.. Eh dulu pas SMK magang di mana?
N : saya ada.. Kebetulan ada 2 kali saya.. Karena kan dari sekolah itu
maksimal 3 bulan dan minimal 2 bulan. Nah saya yang di tempat pertama,
yang di Pustekom ini yang sebelum pasar, sebelah kanan deket Pom
Bensin. Itu waktu di Acc saya disitu magang udah jalan seminggu, baru
dikasih tau sama pembimbing di perusahaannya kalo PKL disitu cuma bisa
1 bulan. Saya juga kaget dong, kenapa ngga dari awal ngasih taunya,
kenapa udah jalan seminggu baru dikasih tau dan saya laporan ke
pembimbing di sekolah kan, kalo di sekolah tuh ngga bisa PKL kalo cuma
1 bulan. Akhirnya mau ngga mau saya tuntasin 1 bulan di situ, dan sisanya
2 bulan itu saya pindah ke perusahaan lain, di Jakarta Selatan itu di
Kebayoran Lama, kantornya PT. Primakata Solusindo, saya bagian
lapangan waktu itu di landmark Pluit. Lumayan jauh, 4 jam perjalanan dari
sini (Gunung Sindur). karena di bagian lapangan kan makanya jauh, kalo
di kantor sih emang deket cuma udah penuh, gak ada kerjaan di situ, udah
di pegang semua, dan kebanyakan ada kerjaan itu di lapangan, makanya
saya di lempar ke lapangan dan kebetulan adanya di Landmark Pluit,
mungkin sekarang udah bagus kali, saya juga belum ke sana lagi. Dulu itu
baru dibangun masih kosong, saya bangun jaringan, pasang kabel, tapi
sekarang udah cakep mungkin, udah bagus.
P : pasang-pasang kabel gitu apa kaga takut kesetrum?
N : kalo di kabel jaringan sih ngga ada setrumnya mba, kalowaktu PKL sih
ya happy aja, happy karena kan biasa setiap hari kita ketemu buku, belajar
materi, di tempat PKL kita belajarnya melalui praktek, jadi langsung
dapet. Kalo saya tuh lebih mending praktek daripada teori.
P : trus managemen pendidikan emangnya ada praktek?
N : ada mbaa, cuma karena online nih, harusnya ada ini saya praktek, tapi
karena online jadi ngga ada, aduhhh. Iya makanya saya jenuh juga, 2
semester, mungkin kalo misalkan semester 4 online juga jadi 3 sester ini
saya online. Iya paling teori-teorinya dikit aja yang saya ambil, kaya dulu
waktu semester berapa gitu ada akuntansi, karena kan managemen jadi ada
akuntansi, itu saya ambil, saya praktekkin, disini. Untuk menagemennya
itu managemen SDM, saya liat potensi orang sekitar kita, kepake, dikit itu.
Saya ambil yang.. ini aja, yang ada di lingkungan saya. Iya jadi langsung

lxvi
saya praktekin sendiri. Teori yang saya dapet dari dosen, atau dari makalah
temen-temen, ya coba diimplementasiin di sekitar saya. Jadi yang jelek-
jelek ya ngga saya praktekkin (ketawa). Sebenernya materi yang semester
2-3 ini bagus-bagus saya bilang, karena emang menjurus ke jurusan
managemen pendidikan, dimana ada managemen mutu pendidikan, itu
penting banget, dan syaratnya emang kita harus ke sekolah-sekolah, cuma
karena pandemi ya gitu dah
P : emang kalo managemen pendidikan itu lebih fokus ke mana sih?
N : ya lebih ke pendidikannya sih, jadi kaya semacam kurikulum, mutu
pendidikan, fasilitas sekolah, pokoknya lebih ke ininya lah.. Apa tuh saya
jadi bingung (ketawa), pokoknya ngga ngajar, kaya kepala sekolah aja,
pengawas, lebih ke situ sih, makanya saya pilih managemen pendidikan,
gitu
P : oh gitu, oke deh mas yosep sepertinya sudah cukup nih, maaf banget nih
jadi lama gini ngobrolnya, jadi gak enak saya. Terima kasih ya mas,
assalamu’alaikum
N : oh udah? Beneran udah cukup? Kalo belom mah ditanyain aja, saya suka
ditanya-tanya soalnya (ketawa). Iya mba sama-sama, wa’alaikumsalam

lxvii

Anda mungkin juga menyukai