Anda di halaman 1dari 116

INTERAKSI SOSIAL DALAM PROSES

PEMBELAJARAN SISTEM DARING SELAMA MASA

PANDEMI COVID-19 DI SMAN 5 TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperolah Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Mega Lestari Alhaddad


11161110000002

PROGAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

Interaksi Sosial Dalam Proses Pembelajaran Sistem Daring Selama Masa

Pandemi Covid-19 di SMAN 5 Tangerang

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelas Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, Januari 2021

Mega Lestari Alhaddad

i
PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Mega Lestari Alhaddad

NIM : 11161110000002

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

Interaksi Sosial Dalam Proses Pembelajaran Sistem Daring Selama Masa

Pandemi Covid-19 di SMAN 5 Tangerang

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Tangerang, Februari 2021

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Muhammad Ismail, S.Ag.,

NIP. 197609182003122003 NIP. 196803081997031002

ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
Interaksi Sosial Dalam Proses Pembelajaran Sistem Daring Selama Masa
Pandemi Covid-19 Di SMAN 5 Tangerang
Oleh
Mega Lestari Alhaddad

11161110000002
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Februari 2021.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.


NIP.197609182003122003 NIP.196808161997032002
Penguji I, Penguji II,

Saifuddin Asrori, M.Si. Kasyifullah, M.Si.


NIP.197701192009121001 NIP .-
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si.


NIP.197609182003122003

iii
ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang interaksi sosial yang terjadi pada proses
pembelajaran daring. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana interaksi
sosial yang terjadi selama pembelajaran daring berlangsung di SMAN 5 Kota
Tangerang, serta melihat apa saja kendala yang menjadi penyebab cultural lag
selama pembelajaran daring diberlakukan. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang
digunakan adalah teori cultural lag dari William Fielding Ogburn. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa dalam kasus pembelajaran daring ini interaksi yang terjadi
selama proses pembelajaran terbilang sangat minim. Terbukti dengan tidak adanya
aktivitas kelompok yang biasanya dilakukan. Interaksi yang terjadi lebih sering
menggunakan whatsaap dibandingkan interaksi secara virtual menggunakan zoom.
Hal tersebut membuktikan adanya unsur yang mengalami ketertinggalan
diantaranya yaitu kompetensi atau pengetahuan guru terhadap teknologi yang
masih rendah, belum adanya kemandirian dari siswa dalam proses pembelajaran
daring, dan pola mengajar yang masih mengikuti kebiasaan pada saat mengajar
secara konvensional. Bentuk dari ketertinggalan tersebut menyebabkan
kesenjangan antara program pembelajaran daring yang dilaksanakan dengan
kondisi pola pikir dan tingkah laku dari guru dan siswa.

Kata kunci : Interaksi Sosial, Pembelajaran Daring, Cultural Lag

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penelitiannya yang diberi judul Interaksi Sosial

Dalam Proses Pembelajaran Sistem Daring Selama Masa Pandemi Covid-19

Di SMAN 5 Tangerang. Shalawat serta salam yang selalu peneliti curahkan

kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Alhamdulillah, dengan selesainya penelitian ini peneliti tidak lupa untuk

mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu maupun mendukung peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak dan Ibu Wakil

Dekan, serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu selama

masa kuliah penulis.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku ketua program studi Sosiologi FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah S.Ag, M.Si selaku sekertaris program studi

Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Muhammad Ismail, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan waktu luangnya, pikiran dan juga tenaga untuk

v
membantu peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan penuh

keikhlasan dan kesabaran.

5. Ibu Rohayati, selaku ibu dari peneliti yang selalu setia memberikan

dukungannya dengan rasa ikhlas kepada peneliti baik dalam materi maupun

non-materi, yang selalu memberikan doa, semangat serta kesabaran kepada

peneliti selama proses penulisan skripsi ini.

6. Kakak-kakak peneliti Mas Rizki, Reza, Faisyal serta kakak ipar peneliti Kak

Wulan yang telah sangat membantu menemani peneliti dalam proses

penelitian di SMAN 5 Tangerang.

7. Pihak SMAN 5 Tangerang, Ibu Dewi selaku Wakil Kepala Sekolah bidang

kurikulum yang telah membantu peneliti dalam proses perizinan untuk

melakukan penelitian di SMAN 5 Tangerang, Ibu Wulan, Bapak Harno, Ibu

Ratih yang juga telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

8. Guru-guru, staf tata usaha, serta seluruh karyawan SMAN 5 Tangerang

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9. Seluruh siswa-siswi yang menjadi informan dalam penelitian ini, Nur Arif,

Wildan, Komang, Adzra, Nabilla, dan Aura yang telah membantu peneliti

dalam meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan dari peneliti.

10. Kawan-kawan seperjuangan peneliti Adelia Puspitasari, Refani Dwi, Inas

Salsabilla, Alifia Fahira, Sifa Rohmawati yang selalu memberikan

motivasi, semangat, serta saran-saran yang bermanfaat untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

vi
11. Sahabat-sahabat peneliti Helda Hadiani, Ainun, Elsa, Fatur, Noval,

Erlangga, Buqy, yang selalu menjadi teman berbagi cerita dan motivasinya

dikala peneliti merasa pesimis dalam proses pengerjaan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2016 terima kasih karena telah menjadi teman yang baik

selama masa perkuliahan peneliti.

13. Staf Tata Usaha FISIP UIN Jakarta yang telah membantu peneliti dalam

membuat surat penelitian

14. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.................................................................................. i

PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI.............................................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.......................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
D. Tinjauan Pustaka............................................................................................. 8
E. Kerangka Konsep ......................................................................................... 11
F. Kerangka teori ............................................................................................. 15
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 21
2. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 22
3. Teknik Pemilihan Informan...................................................................... 24
4. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .................................................... 25
5. Proses Penelitian .................................................................................... 25
6. Teknik Analisis Data ................................................................................ 27
7. Kesulitan dalam Proses Penelitian ............................................................ 29

H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 29

viii
BAB II : GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografis SMAN 5 Tangerang ............................................................... 31


B. Sejarah Singkat SMAN 5 Tangerang................................................................ 31
C. Kebijakan Pemerintah Terkait Pembelajaran Daring........................................ 35
D. Ketersediaan Infrastruktur Terhadap Kebijakan Pemerintah ............................ 40
E. Situasi Sosial Sekolah Pada Saat Pembelajaran Daring ..................................... 41
F. Penggunaan Media Daring pada Proses Pembelajaran Daring ......................... 42

BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Kegiatan Pembelajaran Daring di SMAN 5 Tangerang...................................... 46


B. Proses Interaksi Pembelajaran Daring ............................................................ 48
1. Proses Interaksi di Kelas Daring dengan Menggunakan Media Zoom .......... 49
2. Proses Interaksi dengan Menggunakan Whatsapp .................................... 54

C. Implementasi Teori Cultural Lag dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring ...... 57


1. Kekaguman Pada Masa Lampau............................................................... 59
2. Kompetensi Guru dalam menguasai Teknologi ......................................... 62
3. Heterogenitas Masyarakat ...................................................................... 64

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................... 66
B. Saran ........................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 68

ix
DAFTAR TABEL

Tabel II.B.1 Fasilitas SMAN 5 Tangerang ...........................................................33

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Grafik Kasus Covid-19 Per Agustus 2020 ..........................................2

Gambar II.1 Data Akreditasi SMAN 5 Tangerang ..............................................35

Gambar II.2 Surat Edaran No.3 Tahun 2020 .......................................................36

Gambar II.3 Pedoman Pembelajaran Dari Rumah ...............................................37

Gambar III.1 Proses Pembelajaran Daring dengan Media Zoom ........................50

Gambar III.2 Interaksi Antara Guru dengan Siswa Menggunakan Whatsapp.....55

Gambar III.3 Interaksi Antar Siswa di Luar Pertemuan Daring ..........................56

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Transkrip Wawancara ............................................................................................... xii

Dokumentasi ...................................................................................................... xxxixii

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal bulan Maret 2020, Indonesia digemparkan dengan adanya berita

mengenai korban positif Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Corona Virus

Disease 2019 merupakan sejenis virus yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang merupakan salah satu jenis virus yang

baru saja ditemukan. Kasus covid-19 ini pertama kali muncul di Provinsi Hubei

tepatnya di kota Wuhan, China (Susilo, 2020). Covid-19 merupakan penyakit menular,

yang penyebarannya melalui kontak fisik melalui hidung, mulut, mata, dan kemudian

berkembang di paru. Tanda-tanda yang menunjukkan sesorang terkena covid-19 ialah

suhu tubuh yang naik, demam, batuk, nyeri di tenggorokan, susah bernafas, dan kepala

pusing (Hartati, 2020).

Sejak adanya kasus tersebut, aktivitas masyarakat Indonesia terpaksa harus

dikurangi dan Pemerintah Indonesia sendiri mulai menerapkan berbagai kebijakan

serta himbauan-himbauan yang dimaksudkan untuk menanggulangi penyebaran virus

covid-19. Meskipun himbauan tersebut telah diterapkan, namun pasien positif covid

semakin bertambah setiap harinya. Terhitung per tanggal 29 Agustus 2020, jumlah

terkonkirmasi positif covid-19 mencapai 169.195.

1
Gambar I. 1 Grafik Kasus Covid-19 di Indonesia

Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah

positif covid-19 terbanyak di Asia Tenggara dan sampai saat ini pun jumlah

terkonfirmasi positif masih terus meningkat. Sejak ditemukannya kasus covid-19 di

Indonesia, Pemerintah telah membentuk tim khusus untuk menangani covid-19 dan

juga memberlakukan kebijakan-kebijakan yang dimaksudkan untuk menekan jumlah

korban positif covid-19 di Indonesia. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah adalah dengan memberlakukan physical distancing. Physical distancing

diberlakukan guna membatasi segala kegiatan dan mengurangi keramaian yang

memungkinkan virus covid-19 ini menyebar. Dengan diberlakukannya kebijakan

tersebut, akhirnya berdampak pada segala kegiatan masyarakat seperti kegiatan

ekonomi, keagamaan, bekerja, belajar-mengajar dan lain sebagainya. Pemerintah

menghimbau kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di rumah masing-masing atau

dilakukan secara daring atau online.

2
Melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan

Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19),

tertanggal pada 24 Maret 2020, seluruh Sekolah dan Universitas di Indonesia

diharuskan belajar dari rumah. Pertimbangan ini pun diambil guna mencegah

terjadinya penyebaran virus covid-19 di wilayah sekolah (Kemendikbud.go.id) diakses

pada 25 Juli 2020.

Pembelajaran daring bagaimanapun juga telah menghadirkan berbagai tantangan

tertentu baik untuk guru, siswa serta orangtua. Untuk guru, kerutinan mengajar di kelas

sepanjang puluhan tahun lewat pembelajaran klasikal pasti tidak gampang untuk

berubah dengan menggunakan perantara teknologi dalam waktu sekejap. Dengan

waktu adaptasi yang begitu singkat, guru kemudian dibuat bingung. Kebingungan ini

bisa diakibatkan 2 perihal.

Pertama, walaupun sesungguhnya para guru saat ini sudah tidak asing dengan

yang namanya internet, akan tetapi selama ini guru-guru banyak yang belum

beradaptasi dengan teknologi untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Survei

yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2018

menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penggunaan internet di Indonesia hanya untuk

komunikasi, media sosial, bermain permainan/games, dan menonton film (60,8%).

Hanya sebagian kecil yang menggunakannya untuk mendukung materi pembelajaran,

yakni sebesar (23,3%), dan sisanya digunakan untuk berita, informasi produk dan lain

sebagainya.

3
Kedua, pembelajaran daring dicoba dalam keadaan keterpaksaan tanpa adanya

persiapan yang cukup. Kesimpulannya hampir semua gagap mengalami realitas ini.

Bukan saja guru, siswa serta orangtua siswa, bahkan pemerintah pun menghadapi

permasalahan yang sama. Situasi dimana pemerintah serta masyarakat tidak

mempunyai cukup kesiapan dalam menghadapi perubahan ini menimbulkan

kesenjangan. William F. Ogburn (1912) menghubungkan situasi ini sebagai cultural

lag. Ini merupakan fenomena sosial yang menggambarkan ketertinggalan manusia

dimana budaya material (teknologi) mengalami perubahan yang cepat, sedangkan

kecenderungan manusia menggunakan kebiasaan lama mengalami perubahan yang

lebih lambat.

Keadaan tersebut bisa berdampak pada interaksi sosial siswa dan juga

kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan, dikarenakan suasana

kelas yang berbeda dari sebelumnya. Budaya belajar para siswa dipaksa berubah oleh

keadaan untuk menerima kebudayaan baru. Kebiasan-kebiasaan laten tersebut tentu

saja sulit untuk dilaksanakan secara spontan dalam waktu segera.

Di bidang pendidikan, interaksi antar peserta pendidikan merupakan salah satu

hal yang paling penting. Menurut Garrison dan Shale, ada beberapa aspek penting

dalam proses pembelajaran jarak jauh antara lain (1) Pendidikan jarak jauh artinya

sebagian besar komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswanya terjadi secara

tidak bersamaan, (2) Harus melibatkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa

yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mendukung proses pendidikan, (3)

4
Menggunakan teknologi untuk tercapainya komunikasi secara dua arah. Garrison dan

Shale juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya pendidikan merupakan bentuk

interaksi antara guru, siswa dan konten. Jika tidak ada interkasi antara guru, siswa dan

konten, pembelajaran tidak mungkin akan terjadi (Garrison dan Shale, 1987).

Pernyataan tersebut juga serupa dengan pendapat Anderson yang menuturkan bahwa

pembelajaran daring harus terdapat keseimbangan yang tepat antara ketiga hal berikut

: (1) Interaksi antara guru dengan siswa, (2) Interaksi terhadap konten, (3) Interaksi

antar siswa (Anderson, 2003).

Namun dikarenakan adanya pandemi covid-19, proses pembelajaaran yang

dilakukan secara daring menyebabkan interaksi sosial yang terjadi selama masa

pembelajaran menjadi berkurang. Dalam konteks ini, perilaku dan kebiasaan warga

sekolah secara konvensional di masa sebelum pandemi covid-19, kemudian diatur

kembali melalui proses interaksi secara virtual. Kondisi ini sekaligus mempertegas

bahwa fungsi teknologi menjadi sangat penting sebagai perantara atau penghubung

dalam berinteraksi sosial selama pemberlakuan pembelajaran daring di masa pandemi

saat ini.

Kondisi ini dinilai memberikan tantangan tersendiri bagi komponen pendidikan.

Perubahan dalam proses pembelajaran menjadi sistem daring membuat pendidik harus

beradaptasi dengan keadaan ini, mulai dari bahan ajar yang sudah didesain dan

direncanakan sebelumnya sampai dengan media pembelajaran yang akan digunakan.

Poin pentingnya adalah, guru mendapatkan tugas baru dalam kegiatan belajar mengajar

5
yakni bagaimana agar proses pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya

(Setiawan, 2020).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan menunjukan bahwa terdapat gejala

yang mengindikasikan kurangnya interaksi sosial pada saat proses pembelajaran daring

yang terjadi di SMA Negeri 5 Tangerang, dimana siswa kurang aktif dalam bertanya

saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya, tidak adanya lagi tugas kelompok

dan presentasi kelompok selama pembelajaran daring berlangsung yang berdampak

pada kurangnya interaksi antar siswa. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran daring

ini terbilang baru diberlakukan sehingga menyebabkan terjadinya cultural lag selama

pembelajaran yang berdampak pula pada proses interaksi sosial warga sekolah selama

proses belajar-mengajar daring berlangsung. Bedasarkan dari latar belakang tersebut,

penelti tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul “Interaksi Sosial Pada

Proses Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 di SMAN 5 Tangerang”.

B. Pertanyaan Penelitian

Bedasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam peneltian ini

adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran sistem daring di SMAN 5

Tangerang?

2. Bagaimana interaksi sosial yang terjadi pada proses pembelajaran daring di

SMAN 5 Tangerang?

6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan

seperti berikut:

a. Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana pelaksanaan proses

pembembelajaran daring berlangsung di SMAN 5 Tangerang.

b. Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana interkasi yang terjadi

selama proses pembelajaran daring berlangsung di SMAN 5 Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta menjadi

tambahan literature review yang mengkaji mengenai interaksi sosial pada

proses pembelajaran daring

b. Secara Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan proses

pembelajaran daring yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk menyelesaikan kendala yang terjadi selama pembelajaran

daring berlangsung.

7
D. Tinjauan Pustaka

Dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian dalam skripsi ini, peneliti

mencoba meninjau kembali beberapa tulisan ataupun penelitian terkait, guna

memperkokoh dan juga memperluas data dan asumsi dari peneliti dalam penulisan

skripsi ini. Tinjauan pustaka peneliti berfokus pada sumber literatur yang relevan

dengan topik penelitian ini yaitu tentang interkasi sosial dan proses pembelajaran

menggunakan sistem daring.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nur Hayati dalam jurnal Resiprokal

Volume 2 No 2 menuliskan artikel yang berjudul Pembelajaran Jarak Jauh Selama

Pandemi di Pondok Pesantren Darunajah 2 Bogor (Hayati, 2020). Tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran jarak jauh yang dilakukan

oleh Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipinang, Bogor. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah interaksi antara guru

dengan santri ataupun interakasi antar santri yang terjadi selama pembelajaran daring

berkurang karena tidak adanya tugas dalam bentuk diskusi. Semua pihak baik santri,

guru maupun orang tua mengalami culture shock dengan adanya sistem pembelajaran

jarak jauh atau daring ini.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dini Budiani dalam artikel yang berjudul

Interaksi Dosen-Mahasiswa Pada Pembelajaran Daring Volume 5 no 1 (Budiani,

2021). Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui interaksi yang terjadi

antara guru dan siswa pada pembelajaran daring. Pada penelitian ini menggunakan

8
penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data informasi dilakukan melalui

observasi partisipan dan juga wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

interaksi yang terjadi antara dosen dan mahasiswa cenderung bersifat prosedural

dimana dosen memberikan instruksi mengenai pelaksanaan pembelajaran.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Syahrida Norkhalifah dalam artikel yang

berjudul Pengaruh Pembatasan Interaksi Sosial di Masa Pandemi Covid-19 Pada Anak

(Norkhalifah, 2020). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memaparkan informasi

mengenai pengaruh pembatasan interaksi sosial pada masa pandemi covid-19. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian literatur berupa jurnal. Hasil

dari penelitian ini adalah pembatasan interaksi sosial sangat berdampak bagi anak

terutama pada anak usia dini, karena mereka membutuhkan interaksi sosial untuk bisa

membangun karakternya dan juga interaksi sosial merupakan salah satu hal yang

mempunyai peran penting dalam proses perkembangan sosial anak.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Stevany Afrizal dkk dalam artikel yang

berjudul Perubahan Sosial Pada Budaya Digital Dalam Pendidikan Volume 3 No 1

(Afrizal, 2020). Tujuan dalam penelitian ini adalah membahas mengenai perubahan

sosial pada budaya digital dalam pendidikan secara mendalam. Artikel ini

menggunakan metode kepustakaan melalui studi literatur dari buku, artikel dan jurnal.

Hasil penelitian ini adalah adanya perubahan budaya masyarakat yang begitu cepat

dalam penggunaan teknologi digital selama masa pandemi covid-19.

9
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Wening Sekar Kusuma dan Panggung

Sutapa dalam jurnal Obsesi Volume 5 No 2 (Sutapa, 2021), menuliskan suatu artikel

yang berjudul Dampak Pembelajaran Daring terhadap Perilaku Sosial dan Emosional

Anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran daring

berdampak pada perilaku sosial dan emosional anak. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kasus melalui wawancara dengan analisis tematik. Hasil

dalam penelitian ini adalah menunjukkan bahwa secara umum perilaku sosial dan

emosional anak selama pembelajaran daring adalah anak kurang bersikap kooperatif

karena anak jarang bermain bersama, kurangnya sikap toleransi, kurangnya

bersosialisasi dengan teman dan terkadang merasa bosan.

Dari beberapa rangkuman hasil jurnal penelitian diatas, persamaan yang

didapatkan dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah mengkaji mengenai

perubahan sistem pembelajaran menjadi sistem daring atau online, melihat bagaimana

proses pembelajaran daring berlangsung, kendala apa yang dirasakan selama

pembelajaran daring, dan bagaimana dampak dari pemberlakuan pembelajaran daring

terhadap interaksi sosial dan perilaku sosial baik dari guru maupun siswanya. Dari

beberapa penelitian sebelumnya metode yang digunakan sama yaitu kualitatif. Namun

jika dilihat dari perbedaan mengenai penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak

pada lokasi penelitian dan subjek yang diteliti. Selain itu, penelitian sebelumnya masih

jarang ditemukan pembahasan yang diteliti dengan menggunakan pendekatan-

pendekatan teoritis.

10
E. Kerangka Konseptual

1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial mengacu pada hubungan sosial yang melibatkan individu,

individu dan kelompok, serta kelompok dengan kelompok (Suwarno, 2010).

Sedangkan proses sosial merupakan suatu interaksi atau hubungan timbal balik yang

saling mempengaruhi antar individu yang berlangsung di dalam masayarakat.

Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial dapat diartikan sebagai cara-cara

berhubungan yang bisa dilihat apabila individu dan kelompok sosial saling bertemu

yang kemudian menentukkan sistem dan bentuk hubungan sosial (Soekanto, 2002).

Adapun pengertian proses interaksi sosial menurut Abu Ahmadi ialah cara-

cara interaksi (aksi dan reaksi) yang bisa diamati apabila perubahan-perubahan

mengganggu cara dan pola hidup yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya Ahmadi

juga memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara

individu dan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan permasalahan

yang sedang dihadapi untuk mencapai tujuannya. Selaras dengan Ahmadi,

pengertian proses sosial menurut Gillin dan gillin ialah cara berhubungan yang bisa

dilihat jika individu dan kelompok manusia saling bertemu lalu menentukkan sistem

dan bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi jika ada perubahan yang

dapat mempengaruhi cara-cara hidup yang sebelumnya sudah ada (Fayana, 2012).

Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk

spesifiknya adalah aktivitas sosial (Soekanto, 2002).

11
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi memiliki

pengertian sebagai hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang saling

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku individu yang lain.

2. Sistem Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan proses dimana suatu pembelajaran

dilaksanakan secara jarak jauh tanpa harus berhadapan atau bertatap muka secara

langsung, proses pembelajarannya menggunakan teknologi dan jaringan internet

(Setiawan, 2020). Selaras dengan itu, Chandrawati juga menjelaskan bahwa e-

learning merupakan proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan

prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).

Pembelajaran daring juga memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri.

Kekurangan yang paling terlihat dari pembelajaran daring adalah guru dan siswa

tidak terbiasa dengan pembelajaran daring. Apalagi dalam pembelajaran daring ini

harus menggunakan aplikasi yang dalam penggunannya membutuhkan smartphone

ataupun laptop dan tidak semua siswa difasilitasi perangkat tersebut. Berikut adalah

kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran daring :

a. Kelebihan dalam Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring memiliki kelebihan, diantaranya ialah : (Suhery et al,

2020).

12
a) Pengajar dan siswa bisa berkomunikasi menggunakan internet kapan

saja tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu

b) Pengajar dan siswa bisa menggunakan bahan ajar dan teratur melalui

internet

c) Siswa bisa mengulang materinya kapan saja dan dimana saja apabila

diperlukan

d) Siswa akan lebih mudah mengakses tambahan informasi yang

berkaitan dengan bahan ajar tersebut melalui internet

e) Pembelajaran menjadi lebih efisien

b. Dalam prakteknya, pembelajaran daring juga memiliki kekurangan,

diantaranya :

a) Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dan interaksi antar

siswa dengan siswa lainnya menjadi berkurang

b) Pembelajaran yang dilakukan cenderng lebih membebankan ke

tugas

c) Banyak pengajar yang belum menguasai teknologi dan informasi

d) Belum meratanya fasilitas internet yang tersedia.

3. Pandemi Covid-19

Virus korona atau severe acute respiratoty syndrome coronavirus 2 (SARS-

CoV-2) merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini juga biasa

disebut dengan covid-19. Virus ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan,

13
infeksi paru-paru yang berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Penularan virus

covid-19 ini melalui droplet dari orang yang telah terinfeksi virus covid-19 terlebih

dahulu. Awal mula kasus covid-19 dimulai dengan adanya kasus radang paru-paru

misterius pada bulan Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar

hewan di Huanan Kota Wuhan, pasar tersebut menjual berbagai jenis daging

binatang, baik yang biasa dikonsumsi hingga daging yang tidak biasa dikonsumsi

pada umumnya seperti kelelawar, tikus, ular dan lain sebagainya (Asy’ari, 2020).

Sampai saat ini, pandemi virus covid-19 masih terus menyebar di berbagai

belahan dunia. Untuk mengantisipasi penyebarannya, WHO dan juga Pemerintah

Indonesia sendiri telah melakukan berbagai usaha dan imbauan untuk mengurangi

penyebaran virus ini. Beberapa diantaranya ialah pertama, tidak menyentuh atau

memegang benda-benda yang sering tersentuh oleh banyak orang. Hal tersebut

dikarenakan ada kemungkinan benda-benda yang sering tersentuh orang terindikasi

banyak bakteri yang menempel sehingga dikhawatirkan benda tersebut juga menjadi

faktor penyebab penularan virus covid-19. Kedua, harus selalu menjaga kebersihan

tangan dengan selalu mencuci tangan dengan sabun atau antiseptic secara berkala.

Ketiga, menjaga kebersihan setelah berpegian. Keempat, menerapkan etika batuk

dan bersin dengan memakai masker. Kelima, selalu menjaga jarak dan menjauhi

keramaian.

Mengambil keterangan dari makalah yang ditulis oleh Rahayu Asy’ari, secara

umum gejala virus covid-19 ini ialah mengalami demam tinggi diatas 38 derajat,

14
mengalami batuk, sesak nafas (Asy’ari, 2020). Gejala tersebut biasanya dialami

dalam rentang waktu 14 hari. Pada tanggal 11 Maret 2020, World Health

Organization (WHO) secara resmi menyatakan bahwa virus covid-19 sebagai

pandemi. Hal tersebut menjadi pertimbangan dikarenakan virus ini telah menyebar

ke berbagai belahan dunia dengan total korban sebanyak 4.616 orang pada tahun

2020 lalu dan jumlah tersebut masih bertambah sampai sekarang (Asy’ari, 2020).

F. Kerangka Teoritis

Teori Cultural Lag

Teori Cultural Lag yang memiliki arti ketertinggalan kebudayaan merupakan

salah satu teori yang diperkenalkan oleh salah satu sosiolog yang berasal dari Amerika,

William F Ogburn. Peneliti akan menggunakan teori ini untuk menganalisis kondisi

pembelajaran pada masa pandemi covid-19 di SMAN 5 Tangerang.

Dalam teori cultural lag ini, memiliki keterlibatan antara dua variable yang

berbeda, namun dengan adanya inovasi atau penemuan baru salah satu variable dapat

mengalami perubahan yang lebih cepat dibandingkan variable lainnya. Hal ini dapat

menyebabkan munculnya ketertinggalan kebudayaan akibat dari tidak mampunya

variable lain dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi (Laurer

1993:209).

Perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat meliputi unsur-unsur

kebudayaan, baik yang bersifat materiil maupun yang bersifat non-materiil. Yang

15
dimaksud kebudayaan materiil bisa mencakup seperti, teknologi, komputer, listrik,

handphone dan lain-lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan non-

materiil bisa meliputi norma, adat istiadat, aturan sosial dan lain sebagainya.

Sebagaimana dijelaskan dalam Introduction to Sociology (2015) yang diterbitkan

oleh OpenStax College, budaya memiliki dua bagian yang berbeda yaitu budaya

material dan budaya nonmateri.

”Budaya material mengacu pada benda atau milik sekelompok orang. Misalnya
seperti tiket bus yang merupakan bagian dari budaya material, begitu pula mobil,
toko, dan struktur fisik tempat orang beribadah. Kebalikannya, budaya nonmateri
terdiri dari gagasan, sikap, dan keyakinan masyarakat" (OpenStax 2015:53).

Dapat disimpulkan bahwa budaya material mengacu pada semua benda konkret

yang dimaknai oleh masyarakat sedangkan budaya nonmateri dikaitkan dengan

gagasan yang lebih abstrak yang membentuk suatu budaya itu sendiri, seperti norma,

nilai, pengambilan keputusan, pandangan dunia, pengetahuan, hukum, sikap, perilaku,

dll. Berdasarkan teori tersebut, teknologi dan internet yang digunakan dalam

pembelajaran daring dapat dikelompokkan ke dalam budaya material. Dari teori

tersebut juga dapat disimpulkan bahwa budaya material mencakup semua benda

konkret yang diciptakan dan budaya nonmateri meliputi setiap ide atau gagasan yang

sifatnya abstrak dan bisa juga disebut sebagai cara berfikir.

Ogburn mengatakan bahwa kebudayaan materiil merupakan salah satu penyebab

utama dari kemajuan yang menjadi penggerak perubahan. Sedangkan kebudayaan non-

material merupakan aspek yang harus menyesuaikan diri dengan adanya

16
perkembangan kebudayaan materiil tersebut. Suatu kesenjangan budaya (cultural lag)

berlangsung, jika satu atau dua bagian dari sistem budaya masyarakat telah berubah.

Hal ini akan mengakibatkan unsur budaya yang lain tertinggal, sehingga terjadi

ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, perkembangan

teknologi yang cepat mempengaruhi pola kehidupan material warga masyarakat.

Seperti pemakaian alat komunikasi modern, alat produksi, ekonomi modern, dan

sebagainya. Penggunaan alat-alat modern tersebut di tengah-tengah masyarakat yang

masih memegang nilai-nilai budaya lama misalnya dalam hal norma, pergaulan, adat

istiadat, dan sebagainya, jelas akan menimbulkan keguncangan masyarakat.

http://repository.uut.ac.id/4267/1/IPEM4439-M1.pdf. Diakses pada 24 Jui 2020.

Ogburn memberikan alasan umum atau penyebab dari kelambatan budaya ini,

diantaranya :

a. Kekaguman akan masa lampau

Kekaguman pada kebiasaan dari budaya lama ataupun adat istiadat yang

sudah ada sejak lama terkadang membuat masyarakat sulit untuk melupakannya.

Hal tersebut dapat terjadi karena menganggap bahwa adat budaya dan kebiasaan

pada masa lalu sudah menyatu didalam tingkah laku dan kebudayaan di suatu

lingkungan tersebut. Akibatnya, Ketika perubahan terjadi dengan menggantikan

atau meninggalkannya dengan budaya yang baru, maka hal tersebut dianggap

melenceng dari nilai masyarakat tersebut.

17
b. Heterogenitas masyarakat.

Banyak dari hambatan khusus dalam perubahan muncul karena

masyarakatnya yang heterogen, terdiri dari banyak kelas atau kelompok.

Akibatnya, perubahan pada suatu kebudayaan materiil ini terkadang hanya

berlaku pada suatu kelompok tertentu saja. Sedangkan perubahan itu harus

dilakukan oleh masyarakat secara keseluruhan. Hal inilah yang dapat

menghambat terjadinya perubahan tersebut (Ogburn 1922:257).

Lebih lanjut, William F. Ogburn menegaskan:

“The thesis is that the various pasrts of modern culture are not changing at
the same rate, some parts are changing musch more rapidly than others;
and that since there is a correlation and interdependence of parts, a rapid
change in one part of our culture requires readjusments through other
changes in the various correlated parts of culture.”
(Tesisnya adalah bahwa berbagai bagian budaya modern tidak berubah
pada kecepatan yang sama, beberapa bagian berubah jauh lebih cepat
daripada yang lain; dan karena ada korelasi dan saling ketergantungan
bagian, perubahan cepat di satu bagian budaya, membutuhkan penyesuaian
kembali melalui perubahan lain diberbagai bagian budaya yang berkorelasi)
(Ogburn 1922:200).

Menurut Ogburn teknologi merupakan vaariabel materiil yang berubah lebih

cepat daripada variable lainnya. Menurutnya, teknologi dapat mengubah masyarakat

melalui 4 tahap, yaitu :

a. Penemuan (invention), yaitu tahapan dimana teknologi pertama kali diciptakan

b. Akumulasi (accumulation), yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan

teknologi

18
c. Difusi (Difussion), yaitu proses pertukaran dan pergulatan gagasan seputar

teknologi yang pada gilirannya memunculkan temuan-temuan baru

d. Penyesuaian diri (adjustment), yaitu tahapan dimana aspek-aspek non-material

dari budaya merespon temuan-temuan dari teknologi tersebut. Keterlambatan

dari respon budaya non-material inilah yang dapat menyebabkan munculnya

Cultural Lag. (Goerge Ritzer dan J. Michael Ryan 2011:109)

Perubahan kebudayaan materiil ini cenderung terus menerus bergulir seiring

berjalannya waktu dan mengikuti perubahan zaman yang terjadi secara global. Di sisi

lain, perubahan kebudayaan non-materil berjalan lebih lamban dan tidak mampu

mengikuti perubahan kebudayaan materil yang terjadi, Ia berpendapat bahwa budaya

material seringkali menjadi variabel bebas karena perubahan dan inovasinya yang

cepat, dan budaya nonmateri pada umumnya menjadi variabel dependen karena

cenderung bertahan dalam status quo hingga ada perubahan yang harus mereka ikuti.

Terlepas dari kenyataan ini, budaya nonmateri bisa terkadang menjadi variabel

independen jika ide abstrak tertentu terbukti berubah pertama sebelum budaya material.

Teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh Ogburn pada awalnya

menganggap bahwa teknologi memiliki peran yang paling penting dalam perubahan

sosial yang terjadi di masyarakat. Akibat dari cepatnya perkembangan teknologi yang

terjadi menyebabkan kesenjangan dan ketertinggalan kebudayaan (cultural lag) antara

unsur materiil dengan non-materiil.

Ogburn mengatakan bahwa :

19
"Technological progress produces rapid changes in the material aspect of our
culture, but the non-material aspects fail to adjust or they do so only after an
excessive time lag." (Kemajuan teknologi menghasilkan perubahan cepat dalam
aspek material budaya kita, tetapi aspek non-material gagal menyesuaikan atau
hanya terjadi setelah jeda waktu yang lama) (Ogburn 1957:41).

Hal tersebut didukung oleh pengamatan yang dilakukan oleh Ogburn yang

melihat bahwa perubahan di masyarakat dapat terjadi karenya adanya berbagai

penemuan-penemuan dalam bidang teknologi. Dengan adanya penemuan teknologi

tersebut membuat perubahan sosial di masyarakat terjadi begitu pesat.

Namun setelah melakukan beberapa kajian, Ogburn mengemukakan kembali

bahwa teknologi bukanlah satu-satunya yang menjadi penyebab perubahan sosial

terjadi di masyarakat. Menurutnya, teknologi merupakan sebuah penemuan yang dapat

membawa perubahan, namun teknologi bukanlah inti dari penyebab terjadi perubahan

tersebut.

Ogburn mengatakan bahwa :

"Civilization is a complex of interconnection between social institutions and


customs on one hand and technology and science, on the others". (Peradaban
adalah kompleks interkoneksi antara institusi sosial dan adat istiadat di satu sisi
dengan teknologi dan sains di sisi lainnya)" (Ogburn, 1922).

Apa yang dikatakan oleh Ogburn ini dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial

yang terjadi tidak hanya terjadi karena adanya penemuan ataupun kemajuan teknologi,

tetapi bisa disebabkan pula karena adanya gejala atau fenomena sosial yang sedang

berlangsung di masyarakat tersebut yang lebih kompleks. Fenomena-fenomena

tersebutlah yang dapat membawa perubahan di suatu masyarakat.

20
Seperti halnya yang dilakukan peneliti dalam mengkaji Cultural lag dalam

Sistem Pembelajaran Daring di Sekolah SMAN 5 Tangerang. Perubahan sistem

pembelajaran ini terjadi setelah adanya program belajar dari rumah yang diperintahkan

oleh Kemendikbud akibat adanya pandemi covid-19. Peneliti menggunakan teori

cultural lag dari Ogburn untuk mengkaji bagaimana terjadinya cultural lag pada siswa

maupun guru akibat dari diberlakukannya sistem belajar daring tersebut. Selain itu,

teori ini juga akan membantu peneliti dalam melihat proses pembelajaran serta melihat

apakah ada perbedaan interaksi dan jarak sosial baik antara guru dengan siswa maupun

antar siswa selama pembelajaran daring berlangsung.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah (Moloeng, 2005). Peneliti sendiri merupakan instrumen kunci

dalam penelitian ini.

Bedasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis

dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Sehingga, laporan

21
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian

laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal dari wawancara, catatan lapangan,

foto, video dan dokumen pribadi (Zuriah, 2006). Penelitian ini, bermaksud untuk

mencermati Cultural Lag Dalam Pembelajaran Daring yang Terjadi di SMAN 5

Tangerang.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, disamping perlu menggunakan metode yang tepat, juga

perlu memilih alat dan teknik pengumpulan data yang relevan. Pengguna-an

teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data

yang objektif (Zuriah, 2006). Pada penelitian kali ini, metode yang akan

digunakan antara lain:

a. Observasi

Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Alasan peneliti

melakukan observasi yaitu untuk menyajikan gambaran realistis perilaku

manusia atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku

manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

dan melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Noor, 2011).

Dalam penelitian ini, jenis observasi yang digunakan peneliti adalah

observasi partisipasi pasif. Jadi, peneliti datang di tempat kegiatan orang

yang diamati, namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono,

22
2015). Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengamati proses belajar

mengajar melalui sistem daring/online pada guru dan siswa SMAN 5 Kota

Tangerang. Komponen yang diamati, meliputi cara guru mengajar dan

interaksi yang terjadi antara guru dan murid.

b. Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri

utama dari wawancara ini adalah adanya kontak langsung dengan tatap

muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi

(interviewee), yang bertujuan untuk memperoleh data atau informasi yang

berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan (Zuriah, 2006).

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam (in dept interview). Wawancara mendalam adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau

pedoman wawancara (Noor, 2011). Artinya Peneliti dapat menambahkan

pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk mengungkap lebih dalam

pendapat responden.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti harus menyiapkan pedoman

wawancara agar proses wawancara tidak keluar dari konteks dan tetap fokus.

Teknik ini digunakan peneliti untuk mengungkap bagaimana proses

23
pembelajaran sistem daring dilaksanakan dan kendala apa saja yang

dirasakan dari pihak guru maupun siswa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu cara yang dilakukan oleh peneliti,

dengan tujuan memperoleh informasi dari narasumber, melalui kegiatan

yang dilakukan sehari-hari, bentuknya dapat berupa dokumen atau media

lainya baik cetak, tertulis ataupun rekaman yang berkaitan dengan apa yang

sedang diteliti (Sukardi, 2007). Melalui dokumentasi ini peneliti berharap

akan memberi tambahan informasi yang berhubungan dengan proses

pembelajaran dengan menggunakan sistem daring.

3. Teknik Pemilihan Informan

Teknik pemilihan sampel sumber data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara purposive sampling. Purpose sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015).

Pertimbangan peneliti sesuai dengan fokus penelitian ini, yaitu meneliti

mengenai perubahan metode pembelajaran menjadi sistem daring serta proses

interaksi sosial yang terjadi selama pembelajaran daring berlangsung di SMAN

5 Kota Tangerang. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di

SMAN 5 Kota Tangerang.

24
4. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Dalam menentukkan sebuah lokasi penelitian harus mempertimbangkan

teori substansive dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan

kenyataan yang berada di lapangan (Moleong, 2000). Oleh karena itu, letak

geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga harus menjadi

pertimbangan peneliti agar didapatinya waktu yang kondusif dan biaya yang

tidak terlalu banyak dalam melakukan suatu penelitian. Maka dari itu, untuk

mencapai data yang diinginkan oleh peneliti, lokasi penelitian yang peneliti pilih

dalam penelitian ini adalah sebuah sekolah yang terletak tidak jauh dari rumah

peneliti, yakni SMAN 5 Tangerang. Meskipun begitu, lokasi tersebut telah

memenuhi semua yang menjadi karakteristik dalam penelitian. Karena sekolah

tersebut menerapkan pembelajaran daring sesuai dengan perintah dari

Kemendikbud dan guru maupun siswa di SMAN 5 Tangerang merasakan

berbagai macam kendala dari diberlakukannya pembelajaran daring tersebut.

Adapun rentang waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga

November 2020.

5. Proses Penelitian

a. Tahap Pertama

Pada tahap awal penelitian, peneliti saat itu sering melihat berbagai

macam pemberitaan di televisi mengenai permasalahan pembelajaran

daring pada masa pandemi covid-19. Kemudian peneliti mencoba mencari

25
tahu dengan menanyakan kepada kakak dari peneliti yang berprofesi

sebagai guru di SMAN 5 Tangerang. Dari cerita yang disampaikan oleh

kakak peneliti yang juga seorang guru, akhirnya penulis berinisiatif untuk

mengambil judul skripsi dengan tema pembelajaran daring.

b. Tahap Kedua

Pada tahap kedua ini peneliti mencoba untuk mendatangi SMAN 5

Tangerang dan bertemu dengan ibu Dewi, selaku Wakil Kepala Sekolah

SMAN 5 Tangerang. Lalu peneliti mulai menjelaskan tujuan datang ke

sekolah untuk meminta izin melakukan penelitian di SMAN 5 Tangerang

dengan mengangkat tema tentang pembelajaran daring. Ibu Dewi sendiri

dari awal sudah mengizinkan tapi karena kondisi sekolah yang sepi karena

sedang diperlakukannya pembelajaran daring, ia sempat menanyakan

bagaimana proses pengambilan data dapat diambil oleh peneliti. Tetapi

kemudian Ibu Wulan yang merupakan salah satu guru di sekolah tersebut

menyarankan untuk mengambil data ketika siswa datang ke sekolah untuk

mengumpulkan tugas, karena di SMAN 5 Tangerang sendiri, menggunakan

2 metode dalam pembelajaran, yakni daring dan luring. Sedangkan untuk

wawancara guru, bisa dilakukan di sekolah pada saat jam sekolah karena

walaupun keadaan sekolah sepi, tetapi masih ada beberapa guru yang

memiliki kepentingan di sekolah. Maka dari itu, peneliti memutuskan untuk

tetap melakukan penelitian di SMAN 5 Tangerang.

26
c. Tahap Ketiga

Setelah diberi izin oleh Kepala Sekolah, kemudian pada tahap ini

penulis meminta kepada Ibu Dewi kontak dari perwakilan siswa yang

biasanya datang ke sekolah untuk mengumpulkan tugas. Setelah mendapat

kontak tersebut, penulis mencoba untuk menghubungi dan membuat janji

temu di sekolah untuk diwawancarai. Selang beberapa hari akhirnya penulis

melakukan wawancara dengan Nabilla siswa kelas X MIPA 4. Lalu

beberapa hari setelahnya, dilanjutkan wawancara dengan Adzra dan

beberapa siswa yang lainnya. Penulis juga mewawancarai beberapa guru

yang pada saat itu sedang berada di sekolah untuk mengetahui bagaimana

proses pembelajaran daring berlangsung dan juga menanyakan kendala apa

saja yang dirasakan oleh masing-masing guru.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

kedalam pola kategori dan satu uraian dasar (Moloeng, 2005). Tujuan analisis

yaitu untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang muda dibaca d an

diimplementasihkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

pendekatan deskriptif yang merupakan suatu proses menggambarkan keadaan

sasaran yang sebenarnya. Langkah-langkah analisis data yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah:

27
a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data ialah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, mengorganisasikan data dengan

cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat diambil. Penulis

mengelola data dengan bertolak dengan teori untuk mendapatkan kejelasan

pada masalah, baik data yang terdapat di lapangan maupun yang terdapat

pada perpustakaan. Dengan demikian, data yang sudah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulisan

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan

seluruh permasalahan penelitian antara mana yang di butuhkan dengan

yang tidak, lalu dikelompokkan kemudian di berikan batasan masalah.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verivication)

Langkah selanjutnya dalam menganalisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang di kemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Upaya

penarikan kesimpulan dilakukan peneliti dalam hal pengumpulan data

melalui informan, setelah pengumpulan data, peneliti mulai mencari

28
penjelasan yang terkait dengan apa yang di kemukakan informan. Serta

hasil akhir yang dapat ditarik sebuah kesimpulan secara garis besar dari

judul penelitian yang diangkat.

7. Kesulitan dalam Proses Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tentu tidak lepas dari kendala.

Penulis merasakan kesulitan dalam proses pengumpulan data. Selama

pemberlakuan pembelajaran daring di SMAN 5 Tangerang, sangat jarang

dilakukan pertemuan daring. Hal tersebut membuat peneliti kesulitan untuk

mengobservasi bagaimana interaksi yang terjadi selama pembelajaran daring

berlangsung.

H. Sistematika Penulisan

Untuk menyampaikan hasil penelitian secara sistematis, peneliti membagi skripsi

ini kedalam 4 (empat) bab, dengan rincian sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan. Menerangkan latar belakang penelitian, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis,

pendekatan penelitian, dan ditutup dengan sistematika penelitian.

Bab II : Gambaran Umum. Memamparkan gambaran umum lokasi penelitian

yang diteliti. Yaitu letak geografis, kondisi-kondisi umum Sekolah Menengah Negeri

5 Kota Tangerang, visi misi, dan fasilitas sekolah.

29
Bab III : Temuan dan Hasil Penelitian. Pada bab ini akan mendeskripsikan

dan menganalisa data-data yang telah terkumpul, guna menjawab pertanyaan penelitian,

yakni bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring berlangsung serta peneliti juga

akan memaparkan bagaimana proses interaksi yang berlangsung selama pembelajaran

daring ini diberlakukan.

Bab IV : Penutup. Berisi tentang pembahasan kesimpulan dari hasil penelitian

dan juga saran dari peneliti.

30
BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Letak Geografis SMA Negeri 5 Tangerang

SMA Negeri 5 Kota Tangerang merupakan salah satu sekolah menengah atas

yang terletak di Jalan Ciujung Raya No. 3 Perumnas I, Kecamatan Karawaci, Kota

Tangerang, Provinsi Banten 15116. SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini berada tidak

jauh dari Dinas Pendidikan Kota Tangerang dan pusat Pemerintahan Kota Tangerang,

dengan waktu tempuh 20 menit dan jarak 4,58 km. Selain dekat dengat pusat

pemerintahan kota, lokasi SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini juga dekat dengan

Lembaga kebudayaan seperti Museum Benteng Heritage. Tidak jauh dari sekolah juga

terdapat Universitas Pelita Harapan yang biasa ditempuh sekitar 15 menit dengan jarak

tempuh 3,97 km.

Letak SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini berada di dalam komplek salah satu

perumahan di Griya Cibodas Asri, maka tidak sulit menemukan banyak lembaga

bimbingan belajar dengan fasilitas belajar yang lengkap di sekitar sekolah. Melihat

lokasi yang berada di sisi jalan, SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini dapat dikatakan

cukup strategis dan mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi umum.

B. Sejarah Singkat SMA Negeri 5 Kota Tangerang

SMA Negeri 5 Kota Tangerang telah berdiri sejak 33 tahun yang lalu secara

resmi tepat di tanggal 24 Agustus 1987 yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak

31
Yogie Suwardi Memet selaku Gubernur Jawa Barat, dan Bapak Soeprapto selaku

Gubernur DKI Jakarta yang menjabat pada saat itu. SMA Negeri 5 Kota Tangerang

merupakan salah satu pelopor Lembaga Pendidikan formal berbudaya lingkungan,

karena itu SMA Negeri 5 Kota Tangerang diberikan gelar "The Green School" karena

konsistensinya dalam melestarikan budaya cinta lingkungan.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan menuju SNBI (Sekolah

Naional Bertaraf Internasional) SMA Negeri 5 berupaya untuk meningkatkan dan

menambah sarana dan prasarana, termasuk menambah tenaga pendidik dan staf tata

usaha agar mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anak didik dan

warga masyarakat lainnya agar dapat bersaing dan mengikuti perkembangan dunia

pendidikan supaya menjadi sekolah yang terdepan dalam membangun dan

mengantarkan pribadi terdidik yang berakhlakul karimah dan berbudaya lingkungan

menuju sukses di era globalisasi www.sman5tangerangkota.sch.id diakses pada 10

September 2020.

Perkembangan SMA Negeri 5 Tangerang hingga sekarang sangat

menggembirakan, karena telah memiliki staf pengajar yang cukup banyak dengan

jumlah 52 orang, sudah termasuk guru tetap dan guru tidak tetap. Semua guru di SMA

Negeri 5 Tangerang terdiri dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan Pendidikan S1 dan

S2. Selain itu juga, SMA Negeri 5 Tangerang telah memiliki ruang belajar atau kelas

sebanyak 29 kelas dengan sistem Pendidikan seluruhnya dilaksanakan pada pagi hari

mulai dari pukul 07.00 wib sampai dengan pukul 14.45 wib. Kurikulum yang

32
digunakan SMA Negeri 5 Tangerang adalah kurikulum 2013 atau biasa disebut K-13.

Di SMA Negeri 5 Tangerang juga memiliki ruang penunjang KBM seperti :

Laboratorium IPA, Lab.Bahasa, Lab. Komputer, Ruang Multi Media, Ruang

perpustakaan, serta berbagai ruang kantor, termasuk ruang untuk pembinaan bidang

kesiswaan yang akan sangat membantu siswa dalam melaksanakan pendidikan.

Tabel II.B.1 Fasilitas SMAN 5 Tangerang

No. Jenis Ruang Jumlah


1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Guru 1

3. Ruang Tata Usaha 1

4. Ruang Bimbingan Konseling (BK) 1

5. Ruangan Kelas 29

6. Laboraturium IPA 3

7. Laboraturium Bahasa 1

8. Laboraturium Komputer 1

9. Perpustakaan 1

Ruang Unit Kesehatan Sekolah


10. 1
(UKS)/PMR

11. Ruang Ibadah/Mushalla 1

12. Ruang Koperasi Siswa 1

13. Ruang Osis 1

14. Ruang Fotografi 1

15. Kamar Mandi Siswa 4

16. Kamar Mandi Guru 2

33
17. Pergudangan 1

18. Kantin 1

19. Radio Sekolah 1

20.. Lapangan Upacara 1

21. Bangsal Kendaraan 1

22. Pos jaga 1

Sumber : Dokumen SMAN 5 Kota Tangerang

Berbagai kemajuan di atas tidaklah dapat dipisahkan dari komitmen dan

keinginan yang sangat tinggi dari seluruh stakeholder SMA Negeri 5 Tangerang

dibawah para pimpinan para Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Tangerang dari generasi

ke generasi. Sekolah selalu mengupayakan untuk memenuhi segala kebutuhan siswa-

siswi agar merasa nyaman ketika di sekolah. Fasilitas yang memadai ini dapat

mendorong prestasi cemerlang pada siswa-siswinya.

Dalam segi kualitas, SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini memperoleh akreditasi

A, dapat dikatakan bahwa SMA Negeri 5 Kota Tangerang merupakan sekolah dengan

penilaian baik mulai dari sistem kurikulum pendidikan, proses pembelajaran sekolah,

kompetensi lulusan, standarisasi pendidikan dan tenaga pendidik, standar penyediaan

sarana dan prasarana, pengelolaan sistem manajemen berbasis sekolah, pembiayaan

pendidikan, dan terakhir penilaian pendidikan hasil belajar oleh pendidik, satuan

pendidikan dan pemerintah.

34
Gambar II. 1 Data Akreditasi SMAN 5 Tangerang

Sumber : Data Referensi Kemendikbud

C. Kebijakan Pemerintah Terkait Pembelajaran Daring

Untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19, pemerintah menerapkan social

distancing, hal tersebut berlaku juga untuk lingkungan sekolah. Sekolah terpaksa

ditutup, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara daring dan berlangsung di

rumah masing-masing. Dengan diberlakukannya social distancing Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan menanggapinya dengan menerbitkan Surat Edaran

Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid -19 di satuan Pendidikan

pada tanggal 9 Maret 2020. Dalam surat edaran tersebut dituliskan bahwa kegiatan

pembelajaran masih dapat dilakukan di satuan Pendidikan (sekolah) dengan penerapan

protokol Kesehatan yang ketat.

35
Gambar II. 2 Surat Edaran No.3 Tahun 2020

Sumber : Kemendikbud.go.id

Namun seiring dengan berkembangnya virus Covid-19 yang begitu cepat,

kemudian Menteri Pendidikan (Kemendikbud) Kembali menerbitkan surat edaran

bernomor 3962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari

rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid -19. Mendikbud juga mengimbau

bahwa semua satuan Pendidikan dibawah naungan Kemendikbud untuk menunda

penyelenggaran kegiatan pertemuan, karena dapat menimbulkan kerumunan orang dan

menggantikan pertemuan tersebut secara daring dengan menggunakan video

conference atau komunikasi daring lainnya. Dengan diterbitkannya surat edaran

36
tersebut, maka seluruh sekolah dan Perguruan Tinggi resmi diberlakukan belajar dari

rumah sebagai strategi untuk memenuhi hak pendidikan anak selama pandemik.

Kemudian pada 24 Maret 2020, Mendikbud Kembali menerbitkan Surat Edaran

Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Covid -19.

Dalam surat tersebut berisi tentang proses belajar dari rumah. Ketentuan yang diatur

diantaranya adalah semangat dasar pembelajaran daring, fokus belajar dari rumah,

aktivitas dan tugas pembelajaran selama belajar dari rumah, serta peran guru dalam

memberikan umpan balik. Surat Edaran Mendikbud 4/2020 tersebut diikuti dengan

Surat Edaran Sekjen Kemendikbud 15/2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Belajar dari Rumah (BDR) dalam masa pandemic Covid-19 pada 18 Mei 2020.

Gambar II. 3 Pedoman Pembelajaran Dari Rumah

Sumber : Bersamahadapikorona.kemendikbud.go.id

37
Poin-poin penting yang tercantum dalam Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020,

diantaranya :

a. Peran Kepala Satuan Pendidikan

1. Menetapkan model pengelolaan satuan pendidikan darurat selama BDR dan

menentukan system pembelajaran

2. Membuat rencana keberlanjutan pembelajaran

3. Melakukan pembinaan dan pemantauan kepada guru

4. Membentuk Tim Siaga Darurat untuk penaganan Covid-19 di satuan

Pendidikan

5. Berkoordinasi dan memberikan laporan berkala kepada Dinas Pendidikan

dan atau Pos Pendidikan Daerah

b. Peran Pendidik

1. Memfasilitasi pembelajaran jarak jauh secara daring, luring, atau kombinasi

keduanya sesuai dengan kondisi dan ketersediaan sarana pembelajaran

2. Membuat mekanisme untuk berkomunikasi dengan orang tua/wali dan

siswa

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

kondisi anak

4. Menghubungi orangtua untuk mendiskusikan rencana pembelajaran yang

inklusif sesuai dengan kondisi siswa

5. Memastikan proses pembelajaran lancar

38
c. Peran Siswa

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran (buku, alat tulis, dan media lainnya)

2. Pastikan siswa dapat berkomunikasi secara lancar dengan guru

3. Ajak orang tua untuk mendukung proses pembelajaran

4. Siapkan tempat di rumah yang cukup nyaman untuk belajar

5. Aktif dalam diskusi dengan guru

6. Mengumpulkan tugas dan foto pembelajaran (jika ada)

7. Sampaikan ke guru atau orang tua jika ada kesulitan saat kegiatan belajar

hari ini

Selain itu, Surat Edaran Kemendikbud No. 4 tahun 2020 juga mengatur

penyelenggaraan belajar secara lebih rinci. Belajar dari rumah dilakukan dengan 2 cara,

yaitu pembelajaran daring dan luring. Pembelajaran secara daring dapat menggunakan

sumber dari Rumah Belajar dari Pusdatin Kemendikbud, TV edukasi Kemendikbud,

Pembelajaran Digital oleh Pusdatin, hingga mengambil dari berbagai buku digital yang

tersedia di internet. Sedangkan pembelajaran secara luring dapat diambil dari televisi,

radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak, dan alat peraga dari

lingkungan sekitar.

Selain itu, terkait pengelolaan dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

diperbolehkan untuk membeli barang sesuai kebutuhan, termasuk untuk membiayai

keperluan untuk pencegahan virus covid-19 seperti penyediaan alat-alat kebersihan,

hand sanitizer, disinfektan, masker, dan juga untuk membiayai pembelajaran daring.

39
D. Ketersediaan Infrastruktur Terhadap Kebijakan Pemerintah

Menurut Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 tahun 2020, bahwa satuan

pendidikan dalam hal ini sekolah harus menentukkan model pengelolaan satuan

pendidikan darurat selama BDR dan menentukan sistem pembelajaran. Setelah

keluarnya Surat Edaran dari Kemendikbud tersebut, seluruh pendidik dan staff sekolah

melakukan rapat untuk menentukkan model dan sistem pembelajaran pada saat

pembelajaran dari rumah berlangsung. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Dewi

selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum:

”…Waktu ada surat edaran dari kemendikbud, kepala sekolah langsung ngasih
info untuk diadain rapat mengenai pembelajaran daring. Pas rapat waktu itu yang
dibahas ada soal metode yang nantinya bakal dipakai pas belajar daring, bahas
juga soal penggunaan aplikasi-aplikasi buat belajar daring, terus juga dikasih tau
websitenya Kemendikbud supaya guru-guru bisa ngambil materi dari sana."
(Wawancara 16 Oktober 2020).

Sekolah pun harus melakukan pembinaan kepada guru bagaimana proses

pembelajaran daring akan berlangsung dan bagaimana cara menggunakan teknologi,

internet, dan sarana penunjang lainnya saat pembelajaran daring. Di SMAN 5

Tangerang telah melakukan proses pembinaan tersebut, namun nyatanya masih ada

guru-guru yang belum terbiasa menggunakan teknologi. Masih diperlukan adaptasi

pada saat awal proses pembelajaran daring berlangsung. Sekolah juga telah melakukan

pemantauan untuk memastikan ketersediaan gawai/komputer/laptop untuk fasilitas

pembelajaran daring yang diperlukan oleh guru dan siswa.

40
Selain itu SMAN 5 Tangerang pun telah membentuk Tim Siaga Darurat untuk

penaganan Covid-19 di satuan Pendidikan. Tim tersebut diperuntukkan untuk

mengecek ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih, sarana cuci

tangan dengan air mengalir, area wajib masker, tersedianya hand sanitizer di area

sekolah, memastikan area sekolah menyemprotkan disinfektan secara berkala dan lain-

lainnya. Dana untuk kebutuhan pencegahan virus Covid-19 ini diambil dari dana BOS,

sesuai dengan perintah dari Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020.

E. Situasi Sosial Sekolah Pada Saat Pembelajaran Daring

Pada tanggal 24 maret 2020, sesuai dengan perintah dari Menteri Pendidikan

untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah secara daring, SMAN 5 Kota Tangerang

pun melaksanakan program tersebut. Hal tersebut menjadikan tidak adanya kegiatan

apapun baik kegiatan belajar mengajar ataupun kegiatan ekstrakulikuler yang pada

biasanya dilaksanakan di sekolah.

Situasi sekolah sejak pertengahan Maret 2020 mengalami perubahan yang sangat

signifikan, ruang kelas yang biasanya dipenuhi oleh siswa kini berubah menjadi ruang-

ruang kosong tanpa penghuni. Kini, kelas berubah dan berada dalam setiap rumah

masing-masing siswa maupun guru. Mereka tidak lagi datang ke sekolah untuk

melakukan proses belajar-mengajar. Guru dan siswa hanya perlu di rumah atau di suatu

tempat yang memungkinkan untuk memberikan dan menerima materi. Modal utama

dalam pembelajaran daring ini adalah smartphone atai laptop/komputer, jaringan dan

akses internet.

41
Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kerumunan guna mencegah

menyebarnya virus Covid-19 di lingkungan sekolah. Karena tidak diperbolehkan ada

kegiatan apapun di sekolah, guru dan murid melakukan proses kegiatan belajar

mengajar secara daring. Maka dari itu baik murid maupun guru diharuskan memiliki

fasilitas penunjang pada saat diberlakukannya pembelajaran secara daring, fasilitas

penunjang tersebut diantaranya adalah perangkat elektronik yang digunakan seperti

smartphone ataupun laptop dan yang paling penting adalah tersedianya kuota internet.

Selain itu, guru dan murid diharuskan memiliki meng-install aplikasi pendukung untuk

memudahkan proses pembelajaran daring berlangsung, diantaranya adalah Google

Classroom, WhatsApp dan Zoom.

F. Penggunaan Media Daring Pada Proses Pembelajaran

Pembelajaran daring pada dasarnya membutuhkan media dalam proses belajar-

mengajarnya. Meidawati menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran daring

sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah dan dilakukan secara

jarak jauh oleh guru dan siswa sehingga membutuhkan perangkat atau sistem

telekomunikasi yang interaktif untuk menghubungkan keduanya (Meidawati, 2019).

Penggunaan media daring dalam proses belajar-mengajar pada masa pandemi

covid-19 digunakan oleh guru sebagai langkah dalam mengatasi pembelajaran secara

jarak jauh. Media daring secara umum ialah jenis media yang hanya bisa diakses

melalui internet yang didalamnya berisikan teks, suara, video, foto sebagai sarana

42
komunikasi. Adapun media daring yang digunakan dalam pembelajaran daring di

SMAN 5 Tangerang ialah sebagai berikut :

a. Media WhatsApp

Aplikasi whatsapp merupakan salah satu media utama yang digunakan oleh

guru dan siswa selama pembelajaran daring. menurut Larasati, aplikasi whatsapp

adalah aplikasi yang digunakan untuk berkirim pesan secara instan dan

memungkinkan penggunanya untuk saling mengirim gambar, foto,video atau voice

note dan bisa juga dijadikan untuk media berdiskusi (Larasati, 2013). Penggunaan

aplikasi whatsapp ini dinilai oleh guru lebih mudah digunakan.

Aplikasi whatsapp juga memberikan berbagai macam fitur yang bisa

digunakan untuk mendukung interaksi secara multiarah. Misalnya seperti fitur chat

dan voice note yang digunakan untuk mengirim materi pembelajaran dan tanya

jawab dalam bentuk tulisan maupun lisan. Fitur video juga bisa dimanfaatkan untuk

menyampaikan materi dalam bentuk tayangan. Kemudian ada fitur foto yang bisa

digunakan oleh siswa untuk mengirim tugas yang telah diselesaikan. Fitur dokumen

digunakan untuk memberikan materi yang biasanya berupa Word, Excel atau Pdf

dan lain sebagainya.

Adapun contoh penggunaan media Whatsapp dalam proses pembelajaran di

SMAN 5 Tangerang ialah guru membuat group chat kelas yang digunakan untuk

memberikan materi atau soal yang harus dikerjakan oleh siswa kemudian biasanya

43
siswa akan bertanya menggunakan pesan pribadi dengan gurunya apabila ada materi

soal yang belum dimengerti.

b. Media Zoom

Aplikasi zoom adalah suatu aplikasi yang bisa digunakan untuk

berkomunikasi dimanapun dan kapanpun dengan banyak orang tanpa harus bertemu

secara langsung. Aplikasi ini digunakan sebagai salah satu media daring selama

proses pembelajaran di SMAN 5 Tangerang. Aplikasi zoom dilengkapi dengan

berbagai macam fitur seperti fitur share screen yang bisa digunakan oleh guru untuk

menyampaikan materi yang dapat juga dilihat secara langsung oleh para siswanya

tetapi tanpa adanya pertemuan tatap muka. Berbagai fitur menarik lainnya juga bisa

digunakan selama pertemuan daring berlangsung, seperti fitur chat yang bisa

digunakan untuk mengirim pesan secara pribadi atau bisa juga ke semua peserta.

Kemudian ada fitur raise hand yang bisa digunakan oleh siswa ketika ingin bertanya

kepada gurunya. Tersedianya emotikon-emotikon lainnya yang juga bisa

diigunakan selama pertemuan daring berlangsung.

c. Media Google Classroom

Google Classroom merupakan salah satu aplikasi yang memungkinkan untuk

terciptanya ruang kelas di dunia maya. Menurut Herman, Aplikasi ini dapat

dijadikan sebagai media dalam distribusi tugas, submit tugas bahkan sampai menilai

44
tugas-tugas yang telah dikumpulkan (Hammi, 2017). Fitur-fitur yang tersedia dalam

aplikasi ini berupa create question, create assignment, create announcment dan reuse

post bisa digunakan oleh guru maupun siswa untuk mengunggah beberapa file,

memberi pengumuman, memberikan materi dan tugas dan lain sebagainya.

45
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kegiatan Pembelajaran Daring di SMAN 5 Tangerang

Pandemi covid-19 yang terjadi pada saat ini mengakibatkan perubahan sosial

secara cepat, tak terkecuali pada sistem pendidikan. Secara khusus dalam bidang

pendidikan di Indonesia terjadi perubahan yang signifikan dari cara belajar yang benar-

benar berubah dengan sistem pendidikan sebelumnya (Setiawan & Eti, 2020). Pada

masa pandemi ini membuat aktivitas pertemuan fisik secara langsung terpaksa harus

dibatasi dan dihindari. Oleh karena itu, Pemerintah mengubah sistem pembelajaran

menjadi sistem daring. Pada bulan Maret 2020 SMAN 5 Tangerang mulai

melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan sistem daring (online).

Pada pelaksaan pembelajaran daring ini, sekolah menggunakan aplikasi pendukung

diantaranya ialah aplikasi whatsapp, zoom, dan juga google classroom.

Selama pemberlakuan pembelajaran daring, siswa tetap melakukan kegiatan

seperti biasa. Adapun untuk proses pembelajarannya dimulai pada pukul 07:00, siswa

diwajibkan untuk absen melalui google classroom ataupun di whatsapp group. Dalam

hal ini, siswa belajar secara mandiri dengan mempelajari materi yang telah diberikan

oleh guru melalui aplikasi tersebut, tanpa adanya tatap muka. Namun, terkadang guru

juga memberikan sekaligus menerangkan materinya melalui media zoom. Tetapi

pemberian materi melalui aplikasi ini tidak dilakukan setiap hari, bisa dibilang tidak

46
ada jadwal khusus dalam penggunaannya, semuanya sesuai dengan situasi, kondisi dan

juga keputusan dari guru yang bersangkutan.

Setiap harinya, guru membuat materi yang nantinya akan diunggah di google

classroom ataupun di whatsapp sehingga bisa diakses oleh para siswa. Tidak hanya

memberikan materi saja, namun guru juga menyertakan tugas atau latihan-latihan yang

bisa digunakan siswa untuk menambah nilai mereka. Menurut pengakuan dari

beberapa siswa, materi dan tugas yang diberikan cukup banyak, tak jarang siswa

menjadi terbebani dengan adanya tugas yang menumpuk selama pembelajaran daring.

Seperti yang diungkapkan oleh Nabillla sebagai berikut,

"…Gak semua materi bisa dimengerti sih kak, karena walaupun kami tetep dapet
materi pembelajaran di setiap pertemuan, tapi kan disitu guru juga ngasih tugas,
jadi kadang materinya itu gak sempet dibaca karena deadline tugas."
(Wawancara 5 Oktober 2020).

Hal yang sama juga dirasakan oleh Adzra yang merasakan tugas yang diberikan

oleh guru pada saat belajar daring terasa lebih banyak dibandingkan pada saat belajar

di sekolah.

"...Tugasnya lebih banyak, kayanya hampir setiap hari tuh ada aja gitu tugasnya.
Malesnya gitu doang sih kalo belajar daring dikasih tugas seabrek-abrek. Ya
walaupun dikasih waktu kadang 3 hari kadang nyampe seminggu cuman kan
beban tugas yang dikasih gak cuman 1 mata pelajaran doang kak, tiap mata
pelajaran ada aja gitu tugasnya jadi ya tetep aja kadang keteteran buat
ngerjainnya." (Wawancara 1 Oktober 2020).

Dalam wawancara tersebut menunjukkan adanya kekeliruan mengenai belajar

daring yang seharusnya diterapkan, guru justru memberi banyak tugas kepada siswa

47
yang menjadikan siswa stress pada saat di rumah. Berbeda dengan tujuan awal dari

pembelajaran daring ini yang seharusnya dapat menjadi pengganti dari proses

pembelajaran yang tidak dapat dilakukan didalam kelas.

Pada awalnya guru dan siswa merasa tertarik dan antusias dengan pemberlakua

pembelajaran daring ini, namun lama-kelamaan antusias tersebut mulai menurun. Baik

guru maupun siswa lebih memilih kegiatan belajar-mengajar tatap muka yang

konvensional dibandingkan dengan pembelajaran daring. Hal tersebut dikarenakan

materi yang diajarkan akan lebih terserap jika dilakukan secara tatap muka, kemudian

interaksi ataupun dialog antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa

lainnya pun lebih mudah dilakukan secara langsung dibanding harus menggunakan

media daring.

B. Proses Interaksi dalam Pembelajaran Daring

Interaksi merupakan hubungan antar manusia yang secara aktif dan kemudian

terdapat proses timbal baik, antar individu, individu dengan kelompok atau antar

kelompok (Syani, 2007). Selanjutnya, menurut Gerungan interaksi merupakan hubung-

an yang saling mempengaruhi (Gerungan, 2004). Bedasarkan dari pendapat tersebut,

dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah hubungan yang bersifat aktif dan saling

berbalas baik antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok.

Rustaman menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya ialah proses

interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa yang terjadi secara

48
langsung melalui tatap muka ataupun terjadi secara tidak langsung melalui daring.

Selama berlangsungnya proses pembelajaran terjadi interaksi yang timbal balik antara

guru dengan siswa untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Berikut ini adalah

proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama pemberlakuan pembelajaran

daring.

1. Proses Interaksi di Kelas Daring dengan Menggunakan Media Zoom

Proses pembelajaran di SMAN 5 Tangerang pada saat pandemi covid -19

dilakukan secara daring. pembelajaran daring dilakukan dengan menggunakan

media zoom. Dalam proses pembelajaran daring muncul beberapa permasalahan

yang berkaitan dengan interaksi pembelajaran antara guru dan siswa. Bedasarkan

pengamatan dari peneliti, ditemukan bahwa ketika guru melakukan sesi tanya jawab

di kelas daring, sebagian besar dari siswa tidak merespon dan juga tidak menjawab

pertanyaan yang diajukan. Dari hasil observasi tersebut pun, guru memberikan

pernyatannya bahwa beberapa siswa tidak aktif berinteraksi dan menjawab

pertanyaan guru selama proses pembelajaran.

49
Gambar III. 1 Proses Pembelajaran Daring dengan Media Zoom

Sumber : Dokumen Pribadi

Pembelajaran daring membuat interaksi antara guru dengan siswa dan

interaksi antar siswa menjadi semakin berkurang, baik dari segi kualitas maupun

kuantitas. Ditambah lagi dengan fakta bahwa tidak semua guru membangun suasana

kelas yang nyaman, yang bisa membuat siswa leluasa untuk bertanya dan

berdiskusi. Hal tersebut membuat para siswa agak segan untuk menyampaikan

pendapatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Komang sebagai berikut :

“Ada guru yang selama belajar daring sama sekali gak nerangin materi kak,
misalnya kaya beliau ngasih tugas tapi gak ada penjelasan materinya ke kita.
Beda kan kalo pas belajar offline, kita bisa denger langsung mengenai materi
yang dikasih sama guru tersebut.” (Wawancara Rabu, 3 Maret 2021).

“Guru nerangin materinya secara singkat, nggak 2 arah karna keterbatasan


waktu. Pas sesi Zoom telah berakhir, kelas dipindahkan ke whatsapp group.

50
Biasanya saya ataupun teman-teman udah malas nanyain materi yang udah
dijelasin tadi di Zoom.”(Wawancara Rabu, 3 Maret 2021).

Interaksi yang terjadi cenderung satu arah dan kurang interaktif. Para siswa

merasa tidak nyaman, merasa malas, cenderung pasif dalam forum diskusi pada saat

kelas daring. Selain itu selama kelas daring proses diskusi juga kurang berjalan

dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyatan dari Pak Harno, sebagai berikut

“Iya emang kalo pas sesi nerangin mataeri dan tanya jawab, masing-masing
siswa responnya pasti beda-beda ya. Ada yang antusias nanya-nanya, ada juga
yang diem aja. Tergantung mood anak sama materi yang diajarkan sih kayanya.
(Wawancara Jum’at, 26 Februari 2021).

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Komang, sebagai berikut :
“Kalo lagi kelas daring emang temen-temen termasuk saya juga kayanya
cenderung lebih pasif sih kak, pada males ngomong kalo emang gak dipanggil
namanya sama guru mah. kayanya temen. Palingan yang aktif ya cuma anak-
anak yang emang suka diskusi aja yang emang dari pas di sekolah dulu juga udah
sering ngomong di kelas. Kalo saya sendiri jarang ngomong pas kelas daring
karena suka malu kak, kurang pede (percaya diri) gitu, kayanya kalo mau
ngomong tuh diperhatiin banget gitu sama yang lain. Padahal mah kalo pas di
sekolah kalo mau ngomong ya tinggal ngomong aja kan, asal nyeletuk gitu. Nah
kalo pas daring kan gabisa asal nyeletuk gitu. (Wawancara Rabu, 3 Maret 2021).

Bedasarkan dari observasi yang telah dilakukan beberapa kali oleh peneliti,

interaksi yang terjadi antar siswa selama pertemuan daring ini terbilang minim.

Yang lebih sering terjadi hanya dialog antara guru dengan siswa saja. Selain itu juga,

penjelasan materi dengan cara presentasi kelompok siswa tidak terjadi selama

pembelajaran daring berlangsung. Tidak diadakannya presentasi kelompok selama

pembelajaran daring berlangsung sangat disayangkan, karena biasanya dengan

51
presentasi kelompok dapat menimbulkan interaksi-interaksi baik antara guru ke

siswa maupun interaksi antara siswa dengan siswa lainnya. Dulu, pada saat

pembelajaran tatap muka siswa dapat menyampaikan pendapatnya secara langsung

dan spontan. Interaksi yang hadir dari adanya tanya jawab, diskusi, obrolan yang

biasa terjadi tidak terlihat lagi selama pembelajaran daring. Seperti yang dikatakan

oleh Adzra, sebagai berikut :

“Bedanya sama belajar tatap muka mungkin dari pas mau nyampein pendapat.
Soalnya saya pas pertemuan daring gitu, kalo mau nyampein pendapat suka ragu,
jadinya tuh kaya mikir ini tuh perlu disampein gak ya, pengen ngomong kaya
gini tapi kayanya gausah deh, pengen ngomong kaya gitu deh tapi kayanya gak
penting-penting banget buat disampein, pengen bercanda tapi takut malah jadi
garing karena gak ada yang nanggepin. kaya gitu gitu kak jadi gak bisa langsung
nyeplos gituloh karena kan kalo pas belajar di sekolah mah yah kadang suka
nyeplos aja gitu. Terus temen yang lain juga suka nyautin kan.” (Wawancara
Jum’at, 12 Maret 2021).

Pernyataan yang sama juga dituturkan oleh Nabilla sebagai berikut :


“Saya malah ngerasa kalo belajar daring gini malah jadi lebih serius gitu gak sih
kak, soalnya kalo di inget-inget selama belajar daring gini enggak ada lagi tuh
waktu untuk bercanda sama temen pas di kelas online. Semuanya pada fokus ke
materi aja.” (Wawancara Rabu, 3 Maret 2021).

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa spontanitas, fleksibilitas,

dan kenyamanan dalam berinteraksi berkurang. Diskusi sulit dilakukan dengan

leluasa, sehingga membuat para siswa enggan untuk bertanya atau mengeluarkan

pendapatnya di dalam kelas daring. Sebagai anak muda yang senang bergaul dengan

teman sebayanya, minimnya interaksi dengan temannya menjadi salah satu beban

juga bagi para siswa. Seperti yang dikatakan oleh Adzra sebagai berikut

52
“Kebanyakan temen-temen termasuk juga saya, dapet senengnya pas ke sekolah
ya karena bisa ngobrol sama temen, bisa bercanda juga. Kalo sekarang pas
online, ya otomatis semuanya hilang ditambah lagi gak ada aktivitas atau tugas-
tugas berkelompok gitu jadinya intensitas ngobrol atau berinteraksi sama temen-
temen semakin sedikit.” (Wawancara Rabu, 17 Februari 2021).

Aktivitas kerja kelompok pun yang biasanya terjadi selama pembelajaran

tatap muka sampai saat ini belum terlihat dalam pembelajaran daring. Hal tersebut

menyebabkan aktivitas-aktivitas yang menuntut siswa untuk berinteraksi seperti

berdiskusi dengan teman sebayanya masih terbatas. Seperti yang diungkapkan oleh

Wildan, sebagai berikut :

“Sejauh ini belum ada tugas kaya kerja kelompok gitu kak. Semuanya masih
tugas individu. (Wawancara Jum’at, 12 Maret 2021).

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Nabilla, sebagai berikut :

“Selama pembelajaran jarak jauh tidak ada tugas kelompok, rata-rata tugas yang
dikasih dikerjakan secara individu aja sih kak. Komunikasi sama temen lebih
sering di group whatsapp.” (Wawancara 12 Maret 2021).

Selanjutnya dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga ditemukan

fakta bahwa intensitas interaksi yang berlangsung di kelas daring sangat terbatas.

Hal tersebut juga didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan

Retnasary yang menunjukkan bahwa pembelajaran online tidak efektif karena tidak

seperti pembelajaran tatap muka, siswa kesulitan dalam memberikan umpan balik

dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru (Safitri, 2020). Hal tersebut juga

didukung dari hasil penelitian oleh Rigianti yang memperlihatkan bahwa proses

53
belajar-mengajar secara daring menghilangkan interaksi dan sosialisasi antar siswa

sehingga interaksi antar siswa tidak terjadi seperti pada saat pembelajaran tatap

muka (Rigianti, 2020). Bedasarkan dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa

interaksi antar siswa dalam pembelajaran daring/online berbanding terbalik dengan

interaksi yang terjadi dalam pembelajaran tatap muka.

Menurut penelitian lainnya, diakatakan bahwa pembelajaran daring

mempengaruhi interaksi antar siswa dengan teman-temannya karena siswa masih

terbiasa dengan budaya belajar tatap muka yang biasa dilakukan secara langsung

sambil berbicara, bercanda dan bermain (Dewi, 2020). Hal tersebut juga sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto yang menunjukkan bahwa

siswa masih terkendala dengan suasana belajar yang baru karena belajarnya

dilakukan secara mandiri di rumah, sehingga hal tersebut mengurangi interaksi

dengan teman dan guru selama proses pembelajarannya (Purwanto, 2020).

Bedasarkan dari fakta yang didukung dari hasil penelitian dari peneliti sendiri, dapat

disimpulkan bahwa terdapat permasalahan terkait interaksi pembelajaran daring

antara guru dengan siswa dan teman sekelas selama kelas daring berlangsung.

2. Proses Interaksi dengan Menggunakan Media Whatsapp

Proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswanya lebih sering

menggunakan whatsapp group. Whatsapp group dinilai lebih nyaman dan lebih

awam digunakan oleh guru karena aplikasi ini memang sudah digunakan untuk

54
berkomunikasi oleh para guru dan juga siswa sebelumnya. Interaksi yang terjadi

didalam group chat whatsapp ini berupa pemberian materi dan tugas oleh guru.

Gambar III. 2 Interaksi antara Guru dengan Siswa Menggunakan Whatsapp

Sumber : Dokumen Informan

Kemudian, Whatsapp group kelas juga digunakan oleh siswa untuk

berinteraksi karena selama kelas daring interaksi yang terjadi antar siswa sangat

terbatas. Aplikasi ini dimanfaatkan untuk berdiskusi mengenai materi ajaran serta

tugas yang diberikan oleh guru ataupun berdiskusi tentang hal di luar materi ajaran.

55
Gambar III. 3 Interaksi Antar Siswa di Luar Kelas Daring

Sumber : Dokumen Informan

Gambar diatas menunjukkan interaksi yang terjalin antar siswa di luar

pertemuan daring. Hal tersebut didukung dengan penuturan dari Komang sebagai

berikut :

“Kita biasanya kalo mau diskusi ya di Whatsapp aja sih kak. Di Whatsapp kan
dibikin 2 group gitu, yang satu group kelas plus guru, yang satu lagi group kelas
tanpa guru. Kalo group yang ada gurunya kan buat ngasih dan ngirim materi gitu
kan, ya sekedar itu aja. Bahasa yang dipake juga masih harus formal lah ya, gak
boleh sembarangan karena kan masih ada guru. Nah kalo yang khusus group anak
kelasan aja baru deh bisa ngobrolin apa aja, ya soal materi atau tugas kek, yang
bercandaan kek, yang ngomel-ngomel, sampe buat bagi-bagi contekan pun juga
ada kak.” (Wawancara Jum’at, 12 Maret 2021).

56
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wildan, sebagai berikut :

“Iya kita kalo mau bercandaan atau interaksi sama temen kelas palingan cuman
bisa di group kelas aja yang gak ada guru. Soalnya pas pertemuan daring gitu kan
terbatas ya interaksinya, bercandanya juga gak bisa leluasa kaya waktu pas
ketemu langsung di kelas.” (Wawancara Jum’at, 12 Maret 2021).

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Interaksi yang

terjalin antar siswa dengan menggunakan aplikasi whatsapp tidak seformal ketika

mereka sedang mengadakan pertemuan daring (kelas online). Interaksi yang

dilakukan oleh siswa lebih bebas. Situasi tersebut dikarenakan interaksi yang terjadi

tidak dalam pengawasan guru seperti halnya ketika mereka mengadakan pertemuan

daring. Para siswa bebas berdiskusi dan bercanda tentang hal di luar materi ajaran

tanpa takut ditegur oleh gurunya.

C. Implementasi Teori Cultural Lag dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring

Akibat perubahan yang sangat mendadak dalam proses pembelajaran daring

tersebut, terjadi beberapa kendala yang dirasakan oleh siswa maupun guru.

Komplesitas respon guru dan siswa terhadap perubahan metode pembelajaran daring

bisa disebut dengan sebuah gejala "kesenjangan budaya" (cultural lag). Menurut

William F. Ogburn, teknologi merupakan penggerak kemajuan (primary engine of

progress), namun hal tersebut terkadang dapat berbenturan dengan respon sosial

terhadap kemajuan teknologi yang terjadi. Melihat dari asumsi dasar "Middle

57
Technological Determinism", Ogburn menyatakan bahwa kesenjangan budaya terjadi

pada tahapan akhir dari empat tahapan dalam perkembangan teknologi, yaitu :

a. Penemuan (invention), yaitu tahapan dimana teknologi pertama kali diciptakan

b. Akumulasi (accumulation), yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan

teknologi

c. Difusi (Difussion), yaitu proses pertukaran dan pergulatan gagasan seputar

teknologi yang pada gilirannya memunculkan temuan-temuan baru

d. Penyesuaian diri (adjustment), yaitu tahapan dimana aspek-aspek non-material

dari budaya merespon temuan-temuan dari teknologi tersebut. Keterlambatan

dari respon budaya non-material inilah yang dapat menyebabkan munculnya

Cultural Lag. (Goerge Ritzer dan J. Michael Ryan 2011:109).

Uraian dari Ogburn diatas tepat untuk menggambarkan realitas sistem

pembelajaran secara daring yang harus dilakukan pada masa pandemi covid-19 serta

reaksi atau respon sosial yang ditunjukkan akibat perubahan tersebut. Pada saat

pembelajaran daring dilibatkan dalam dunia pendidikan, maka persoalan penyesuaian

diri antara guru, siswa dengan perkembangan teknologi informasi mulai muncul ke

permukaan. Persoalan yang terlihat dalam metode pembelajaran daring adalah

ketidaksiapan dari guru maupun dari siswanya sendiri dalam melaksanakan proses

belajar-mengajar, ditemukan beberapa hambatan terkait cara belajar dan mengajar

dengan menggunakan teknologi dan internet. Penggunaan internet dan alat-alat modern

ditengah-tengah masyarakat yang masih memegang nilai-nilai budaya lama tentu

58
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan kemajuan teknologi tersebut. Berikut adalah

penyebab-penyebab terjadinya Cultural Lag :

1. Kekaguman pada Masa Lampau

Kekaguman pada masa lampau menurut Ogburn adalah kekaguman pada

kebiasaan dari budaya lama ataupun adat istiadat yang sudah ada sejak lama

terkadang membuat masyarakat sulit untuk melupakannya. Hal tersebut dapat

terjadi karena menganggap bahwa adat budaya dan kebiasaan pada masa lalu sudah

menyatu didalam tingkah laku dan kebudayaan di suatu lingkungan tersebut

(Ogburn, 1922). Kekaguman disini diartikan sebagai kekaguman pada metode

pembelajaran konvensional. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:523)

menyatakan bahwa konvensional adalah tradisional, dan tradisional sendiri

diartikan sikap dan cara berpikir dan tindakan adat istiadat yang diturunkan dari

generasi ke generasi. Faktor kebiasan, warisan turun temurun inilah yang menjadi

salah satu faktor dimana ketika pembelajaran daring diberlakukan, terjadi

kesenjangan budaya. Seperti yang dikatakan oleh Pak Harno, sebagai berikut :

“Kalo saya sendiri jujur, lebih seneng belajar konvensional aja. Kalo belajar
daring gini ribet mba, ada banyak kendalanya. Interaksinya juga kan terbatas ya,
selama pembelajaran daring ini kurang ada dialog sama anak-anak walaupun
memang bisa menggunakan zoom sih tapi saya sendiri lebih nyaman mengajar
langsung di sekolah.”

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa bagi sebagaian guru,

pembelajaran daring dinilai memiliki tingkat kesulitannya tersendiri. Guru tidak

59
terbiasa dengan metode pembelajaran daring yang secara teknis memang ada hal-

hal yang harus dipersiapkan sebelum masuk ke proses pembelajaran. Hal tersebut

membuat sebagian guru merasa ribet ketika menerapkan metode pembelajaran

daring.

Selain itu, budaya pembelajaran kita cenderung bersifat satu arah serta top

down. Siswa tidak terbiasa berdialog ataupun menyatakan pendapatnya, cenderung

pasif, kurang inisiatif serta menunggu instruksi dari guru. Sementara itu, metode

belajar daring menuntut siswa untuk bertanggung jawab, disiplin, mandiri, serta

memiliki kepercayaan diri untuk aktif. Penemuan menunjukkan budaya belajar lama

masih terasa. Dampaknya, timbul kecemasan siswa dalam menyesuaikan diri

dengan suasana ataupun budaya belajar baru. Hal tersebut seperti yang dikatakan

oleh Nabilla sebagai berikut :

“Dalam pembelajaran online, saya dituntut untuk bisa bertanggung jawab dalam
melakukan sesi belajar sendiri.”(Wawancara Jum’at 12 Maret 2021).

Penemuan lain menunjukkan bahwa siswa menilai pembelajaran daring lebih

leluasa, tanpa adanya pengawasan langsung dari guru dan keterikatan pada etika,

aturan, formal ruang akademis. Dampaknya, siswa merasa kurang sungguh-sungguh

dalam proses pembelajaran daring. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nabilla

sebagai berikut :

“Kadang temen lain suka bercanda gitu, nggak nganggep sungguh-sungguh pas
pembelajaran lagi berjalan. Ada yang join zoom tapi ditinggal tidur atau kadang
ada yang suka ketauan lagi sibuk main hp, bahkan yang sambil nge-game pun

60
banyak. Apa yang sepatutnya tidak dilaksanain di kelas offline malah dilakuin di
kelas online ini.”(Wawancara daring Jum’at 12 Maret 2021)

Pembelajaran daring sendiri merupakan budaya yang baru dilakukan pada saat

penyebaran wabah virus Covid-19. Pada saat proses belajar daring perlu

penyesuaian pola pembelajaran yang sesuai dengan kondisi saat ini. Perlu adanya

perubahan mindset budaya belajar yang selama ini masih tertanam bahwa belajar

hanya bisa dilakukan di dalam kelas.

Teori cultural lag menjelaskan bahwa unsur non-materil menghadapi

perubahan dan transformasi yang lebih tertinggal, contohnya seperti perilaku

masyarakat dan adat istiadat yang telah berlaku di lingkungan masyarakat dalam

jangka waktu yang lama (Ogburn, 1922:257). Dalam hal ini yang dimaksud

perilaku, kebiasaan, warisan turun temurun ialah pola mengajar yang masih

mengikuti kebiasaan pada saat mengajar secara konvensional, yakni metode satu

arah yang sampai saat ini masih banyak diterapkan oleh guru-guru di Indonesia,

yang dimana dengan diberlakukannya pembelajaran daring ini, metode satu arah

yang biasa digunakan pada saat pembelajaran tatap muka akan berakibat pada

semakin kurangnya dialog atau interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa

dengan siswa lainnya dalam pembelajaran daring ini.

Bentuk dari ketertinggalan tersebut menyebabkan kesenjangan antara

program pembelajaran daring yang dilaksanakan dengan kondisi pola pikir dan

tingkah laku dari guru dan siswanya. Seperti yang dikatakan oleh Ogburn bahwa

61
salah satu alasan atau penyebab dari adanya kesenjangan adalah karena adanya

kebiasaan, dan berbagai kegunaan budaya lama yang masih ingin dipertahankan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Adzra, selaku siswa SMAN 5 Tangerang sebagai

berikut,

“Lebih seneng belajar langsung di sekolah sih, soalnya bisa ketemu langsung
sama temen-temen, bisa ngobrol bareng, bisa diskusi bareng gitu, ya walaupun
sebenernya kalo pas belajar daring juga tetep bisa ngobrol sih atau nanya nanya
lewat chat sama guru atau temen tapi kaya sensasinya tuh beda aja loh kak, kaya
gak biasa aja gitu rasanya, kalo di rumah doang berasa kaya gak sekolahnya.”

Dalam hal ini kebiasaan dalam belajar mengajar secara konvensional dinilai

lebih nyaman dibandingkan harus merubah sistem pembelajaran menjadi daring.

2. Kurangnya Kompetensi Guru dalam Menguasai Teknologi

Terbiasa dengan pola belajar secara tatap muka merupakan faktor utama

terjadinya cultural lag di SMAN 5 Tangerang. Jika dulu Ketika belajar-mengajar

secara langsung guru menerangkan menggunakan media papan tulis spidol, dan

perangkat pembelajaran seperti LCD Proyektor. Kini semuanya harus berubah,

mulai dari cara bagaimana mempersiapkan waktu, pola pengerjaan dan penerimaan

tugas, melaksanakan presentasi dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi kesulitan

tersendiri bagi guru maupun siswa. Tidak semua guru di SMAN 5 Tangerang siap

untuk menjalankan pembelajaran daring yang sangat mendadak ini. Guru butuh

proses adaptasi untuk mempersiapkan bahan ajar dalam bentuk digital.

62
Sebagaimana yang dikatakan oleh William F. Ogburn bahwa dalam suatu

perubahan kebudayaan memungkinkan untuk terjadinya cultural lag. Soekanto

menjelaskan mengenai arti ketertinggalan yaitu suatu keadaan tertinggalnya suatu

unsur tertentu terhadap unsur lainnya yang erat hubungannya (Soekanto 2010:298).

Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Hatu yang mengatakan bahwa cultural

lag merupakan suatu kondisi dimana kebudayaan material mengalami perubahan,

sementara kebudayaan non material lebih lambat dalam proses penyesuaian (Hatu

2011:5).

Kurangnya pengetahuan guru mengenai platform-platform yang bisa

digunakan untuk menunjang pembelajaran daring berdampak pada proses belajar-

mengajar juga. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, pertemuan

daring menggunakan zoom yang diadakan oleh guru SMAN 5 Tangerang ini

terhitung sangat jarang. Para guru lebih sering menggunakan media whatsapp,

dibandingkan aplikasi-aplikasi lain yang dapat menunjang interaksi antar siswa

dapat terjadi. Dengan minimnya komptensi guru tersebut, membuat proses

pembelajaran hanya bertumpu pada pemberian materi dan tugas saja. Hal tersebut

terbukti dengan ditiadakannya aktivitas seperti kerja kelompok ataupun presentasi

kelompok selama pembelajaran daring diberlakukan. Padahal kedua kegiatan

tersebut, masih tetap bisa dilakukan walaupun secara daring sekalipun. Tentunya

dengan memanfaatkan platform-platform yang memang telah tersedia untuk

menunjang pembelajaran daring yang lebih interaktif lagi. Akibat dari minimnya

63
pengetahuan dan kompetensi guru, interaksi yang terjadi antar siswa dan interaksi

antara guru dengan siswanya menjadi terbatas. Ini juga yang disebut oleh Ogburn

sebagai kesenjangan kebudayaan dimana penggunaan internet dan alat-alat modern

ditengah-tengah masyarakat yang masih memegang nilai-nilai budaya lama tentu

akan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan kemajuan teknologi tersebut.

3. Heterogenitas Masyarakat

Dalam hal ini berarti terdapat sebagian kalangan yang memang sudah siap

secara mental dalam menerima perubahan, tetapi kebalikannya terdapat sebagian

kalangan yang belum siap menerima perubahan tersebut, akhirnya terjadi yang

namanya kesenjangan (Ogburn 1922:257). Hal tersebut terjadi pada guru-guru di

SMAN 5 Tangerang. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Wulan selaku guru Agama di

SMAN 5 Tangerang sebagai berikut,

"...Saya sih gak begitu masalah sih kalo pake google classroom atau zoom,
awalnya juga gak begitu paham cara makenya gimana tapi abis itu langsung nyari
di google aja cara makenya gimana, ya Alhamdulillah sih abis itu langsung
ngerti." (Wawancara 9 Oktober 2020).

Keterangan lain diberikan oleh Pak Harno, selaku guru Sosiologi di SMAN 5

Tangerang yang mengalami kesulitan mengajar secara daring.

"...Kalo buat guru yang masih muda mungkin gak begitu kesulitan ya, tapi kalo
guru-guru yang udah tua kaya saya lumayan sih repot harus belajar dulu make
google classroom sama pake zoomnya. Saya juga diajarin sama anak saya, tapi
suka lupa lupa caranya, jadi kalo mau ngasih tugas ke anak-anak ya biasanya
saya suruh anak saya yang kirim tugasnya di google classroom, kalo mau ada

64
pertemuan di zoom juga yang nyiapin ya anak saya, gak ngerti saya mah."
(Wawancara 9 Oktober 2020).

Dari wawancara diatas bisa kita lihat bahwa belum semua guru melek

terhadap teknologi. Pendidik di Indonesia belum memiliki kemampuan yang sama

untuk mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi yang canggih. Bagi guru yang

berumur lebih muda dengan pengetahuan teknisnya mengenai penggunaan

teknologi informasi, hal ini tentunya tidak begitu menajadi masalah. Namun di sisi

lain, bagi guru yang sudah lebih senior dan umumnya belum paham mengenai

pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran secara daring ini akan menjadi kendala.

Hal tersebut menunjukkan bahwa guru-guru yang lebih muda cenderung lebih siap

mentalnya dalam menerima perubahan sosial yang terjadi. Sedangkan pihak lain,

membutuhkan proses adaptasi yang lebih lama untuk menyesuaikan perubahan yang

terjadi.

Namun, proses "penyesuaian diri" tersebut tidak akan langsung berjalan

dengan mudah, masih membutuhkan usaha yang keras dan tentunya juga

memerlukan jangka waktu yang lama. Selain karena kompleksitas respon sosial

terhadap teknologi, internet dan persoalan kompetensi sumber daya, proses dari

penyesuaian diri dari kesenjangan budaya telah dibahas oleh Ogburn bahwa

biasanya memang memakan waktu yang cukup lama untuk bisa diterima di

masyarakat, bahkan bisa membutuhkan puluhan tahun www.sociologyguide.com

artikel “Basic Concepts of Cultural Lag” diakses tanggal 15 November 2020.

65
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada saat pandemi covid-19, proses pembelajaran dilakukan secara daring. hal

tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran virus covid-19 di

lingkungan sekolah. Bedasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa interaksi yang

terjadi selama pembelajaran daring dilakukan menggunakan media whatsapp dan juga

media zoom. Aplikasi whatsapp digunakan untuk memberikan materi dan tugas,

sedangkan aplikasi zoom digunakan untuk interaksi secara virtual. Dalam prakteknya,

interaksi yang terjadi selama pembelajaran daring ini terbilang cukup minim. Hal

tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan berkurangnya aktivitas

kelompok yang biasanya dilakukan di dalam kelas.

Dengan diberlakukannya pembelajaran daring ini membuat para civitas

pendidikan mengalami kekagetan yang luar biasa. Hal tersebut dikarenakan adanya

kesenjangan budaya (cultural lag). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penyebab

kesenjangan budaya yang terjadi selama pembelajaran daring diantaranya ialah :

pertama, karena adanya kekaguman pada masa lampau yang dimana pembelajaran

konvesional dinilai lebih baik dan nyaman dilakukan dibandingkan dengan belajar

daring. Kedua, karena kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan teknologi.

Dengan minimnya kompetensi tersebut membuat interaksi yang terjadi selama proses

66
pembelajaran daring ini semakin berkurang. Ketiga, karena heterogenitas masyarakat

dalam artian terjadi perbedaan kesiapan mental dalam mengahadapi perubahan yang

dialami oleh para guru-guru di SMAN 5 Tangerang. Hasil tersebut sesuai dengan

pernyataan Ogburn yang mengatakan bahwa kesenjangan kebudayaan, dimana

penggunaan internet dan alat-alat modern di tengah-tengah masyarakat yang masih

memegang nilai-nilai budaya lama tentu akan membutuhkan waktu untuk menyesuai-

kan kemajuan teknologi tersebut.

B. Saran

Karena sistem pembelajaran daring ini baru diberlakukan, sehingga masih sedikit

penelitian yang membahas pembelajaran daring khususnya dilihat dari aspek sosial.

Maka dari itu, untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mengkaji tentang

pembelajaran daring menggunakan aspek-aspek sosiologis. Serta lebih menggambar-

kan lagi bentuk-bentuk penyesuaian dalam mengejar ketertinggalan. Selain itu, untuk

peneliti selanjutnya bisa mencoba teori, kerangka berfikir atau fokus kajian yang

berbeda untuk menggambarkan kondisi pembelajaran daring, sehingga nantinya akan

menjadi suatu penelitian yang baru. Saran ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

renungan bagi para akademisi selanjutnya.

67
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Laurer, Robert H. 1993. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Moloeng, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.


Ogburn, William Fielding. 1922. Social Change with Respect to Culture and Original
Nature. New York: B.W Huebsch, Inc.
Ritzer, Goerge dan Joseph Michael Ryan. 2011. The Concise Encyclopedia of
Sociology. Chichester, West Sussex, U.K: Wiley-Blackwell.
Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologi Dalam Pendidikan. Bandung: Karya
Putra Darwati.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:


Alvabeta.

Sukardi. 2007. Metode Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:


Bumi Aksara.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Suatu Kajian Pendekatan Struktural.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Sumber Jurnal
Purwanto, Agus, Rudy Pramono, Masduki Asbari, Priyono Budi, Laksmi Mayesti, Cho
Chi Hyun, dan Ratna Setyowati. “Studi Eksploratif Dampak Pandemi Covid-

68
19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal Of
Education, Psychology And Counseling 2(1):1-12.
Aji, Rizqon Halal. 2020. “Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia : Sekolah,
Keterampilan, dan Proses Pembelajaran.” Jurnal Sosial dan Budaya Syari
7(5):395-402.
Anugrahana, Andri. 2020. “Hambatan, Solusi dan Harapan : Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar.” Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan 10(3):282-289.
Mulyanti, Budi dan Wawan Purnama. 2020. “Distance Learning in Vocational High
Schools during the COVID-19 Pandemic in West Java Province, Indonesia.”
Indonesian Journal of Science & Technology 271-282.
Deflem, Mathieu. 2017. “Anomie.” The Blackwell Encyclopedia of Sociology 1.
Dewi, Wahyu Aji. 2020. “Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran
Daring di Sekolah Dasar.” Jurnal Ilmu Pendidikan 55-61.
Hartati, Syafrida. 2020. “Bersama Melawan Virus Covid 19 di indonesia.” Jurnal
Social & Budaya Syar'i 7(6):495-508.
Hatu, Rauf. 2020. “Perubahan Sosial Kultural Masyarakata Pedesaan (Suatu Tinjauan
Teoritik Empirik).” Jurnal Inovasi 8(4):1-11.
Indonesia, Presiden Republik. 2003. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.” 147-73.
Herliandry, Nurhasanah, dan Maria. 2020. “Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-
19.” Jurnal Teknologi Pendidikan 22(1).
Ogburn, William Fielding. 1957. “Cultural Lag as Theory.” Sociology and Social
Research 41:167-74.
Setiawan, Rizki dan Komalasari. 2020. “Membangun Efektifitas Pembelajaran
Sosiologi Di Tengah Pandemi Covid-19.” Jurnal Ilmiah Penelitian dan
Pendidikan Sosiologi 4(1)
Firman, Sri Rahayu. 2020. “Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19.”
Indonesian Journal of Educational Science 2(2).
Susilo, Adityo. 2020. “ Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini.” Jurnal
Penyakit Dalam 7(1).

69
Sumber Online
“Basic Concepts of Cultural Lag”. Diakses pada 15 November 2020.
(http://www.sociologyguide.com).
OpenStax. 2015. Introduction to Sociology 2e. Houston, Texas: Rice University.
Diunduh 5 September 2020.(https://.org/details/books/intoduction-sociology-
2e)
Soetarno. 2004. Sumber Daya Pendidikan dengan Pendekatan Sistem. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Semarang.
United Nations Development Programme. 1996. Human Development Report. New
York: Oxford University Press.

Sumber Berita Online


“Mendikbud Nadiem : Siswa Bisa Belajar Dari Rumah Lewat TVRI.”.
(https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/09/182324371/mendikbud-
nadiem-mulai-senin-siswa-bisa-belajar-dari-rumah-lewat-tvri?page=all).
Diakses 22 Juli 2020.
“SE Mendikbud: Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19.” (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03 /se-
mendikbud-pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-
penyebaran-covid19). Diakses 25 Juli 2020.
“Profil SMAN 5 Tangerang”. (https://www.sman5tangerangkota.sch.id) Diakses pada
10 September 2020.
“Luncurkan Program Guru Belajar, Kemendikbud Bantu Guru Laksanakan
Pembelajaran Jarak
Jauh”.(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/09/luncurkan-program-
guru-belajar-kemendikbud-bantu-guru-laksanakan-pembelajaran-jarak-jauh).
Diakses pada 18 November 2020.

Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan informan Nur Arif Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Selasa
15 September 2020.

70
Wawancara pribadi dengan informan Wildan Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Selasa
15 September 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Komang Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Kamis
1 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Adzra Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Kamis 1
Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Nabilla Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Senin 5
Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Aura Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Senin 5
Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Ibu Wulan Guru Agama Islam SMAN 5
Tangerang, Jum’at 9 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Pak Harno Guru Sosiologi SMAN 5 Tangerang,
Jum’at 9 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Ibu Dewi Guru Ekonomi SMAN 5 Tangerang,
Selasa 13 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Ibu Ratih Guru Matematika SMAN 5 Tangerang,
Selasa 13 Oktober 202

71
LAMPIRAN

Pertanyaan Penelitian Untuk Guru


1. Bagaimana tanggapan di sekolah mengenai covid-19, apakah sudah menerapkan

pembelajaran daring?

2. Bagaimana tanggapan guru-guru mengenai pembelajaran daring ini?

3. Sebelumnya apakah ada pelatihan untuk guru mengenai proses pembelajaran

daring yang akan dilaksanakan?

4. Bagaimana teknis pembelajaran daring?

5. Bagaimana interaksi antara siswa dengan guru selama pembelajaran daring?

6. Bagaimana respon siswa mengenai metode pembelajaran daring ini?

7. Apakah pihak sekolah memfasilitasi siswa yang tidak memiliki perangkat

pendukung selama proses pembelajaran daring?

8. Apakah ada pengaruh selama proses pembelajaran daring terhadap penyampaian

materi mata pelajaran guru?

9. Aspek apa saja yang menjadi bahan pertimbangan untuk menilai pada saat

pembelajaran daring?

10. Apa saja kelebihan dari sistem pembelajaran daring?

11. Apakah pembelajaran daring yang dilaksanakan saat ini, sudah efektif?

12. Upaya apa saja yang telah dilakukan agar pembelajaran daring ini bisa efektif?

13. Apabila covid telah usai, setujukah bila sistem pembelajaran daring tetap diadakan?

xii
Nama Narasumber : Ibu Dewi (Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum/Guru Ekonomi)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 1 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Bagaimana persiapan awal guru-guru SMAN 5 Tangerang pada saat


diberlakukannya pembelajaran daring ini?
I : Waktu ada surat edaran dari kemendikbud, kepala sekolah langsung ngasih
info untuk diadain rapat mengenai pembelajaran daring. Pas rapat waktu itu
yang dibahas ada soal metode yang nantinya bakal dipakai pas belajar daring,
bahas juga soal penggunaan aplikasi-aplikasi buat belajar daring, terus juga
dikasih tau websitenya Kemendikbud supaya guru-guru bisa ngambil materi
dari sana
P : Menurut ibu, bagaimana proses pembelajaran daring di SMAN 5 Tangerang?
I : Kalo dibilang lancar sih ya enggak lancar-lancar amat ya mba, namanya juga
masih baru nyoba belajar pake sistem daring gini kan
P : Aplikasi pendukung apa saja yang digunakan oleh guru SMAN 5 Tangerang
dalam proses pembelajaran daring?
I : Di sekolah kita pakainya Google Classroom sama Google Meet. Google
Classroom buat ngasih tugas ke murid-murid, kalo Google meet dipake kalo
ada pertemuan secara daring
P : Bagaimana proses pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi tersebut?
I : Kalo google classroom kita pake untuk ngasih materi dan tugas sedangkan
kalo google meet kita pake setiap ada pertemuan daring
P : Apakah ada kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi-aplikasi tersebut?
I : kesulitannya mungkin karena penerapan belajar online gini kan masih baru
ya, khususnya bagi SMAN 5 sendiri. Guru juga pada bingung nih cara ngajar
yang enak gimana, apalagi kan kalo daring udah pasti pake aplikasi gitu-gitu
kan, gak ketemu langsung, gak ngobrol langsung sama muridnya. Belom tentu
semua guru bisa ngerti, bisa manfaatin fitur-fitur dari teknologi dengan baik.

xiii
Jadi disitu bikin murid-murid ngeluh juga kalo belajar daring ya gak seasik
waktu belajar di sekolah kaya biasanya
P : Apakah pihak sekolah memeberikan pelatihan untuk para guru-guru?
I : Sebenernya udah dikasih pelatihan juga kok waktu awal, cara-caranya gimana
mengajar secara daring, aplikasi-aplikasi apa aja yang sekiranya bisa dibutuhin
sama guru buat ngajar, terus juga dikasih tau website-website mana aja yang
bisa guru-guru lihat kalo butuh referensi dalam ngajar daring ini. Semuanya
udah dikasih tau pas diawal pembelajaran daring dimulai. Cuman ya namanya
kemampuan guru kan masing-masing beda ya mba. Kebanyakan guru yang
lebih berumur lebih gaptek pake-pake teknologi gitu kan, punya smartphone
tapi cuman tau buat ngechat sama telfon doang, gak dimanfaatin dengan
maksimal gituloh. Jadi banyak guru yang ngajarnya ya masih sekedar ngasih
materi bacaan terus tugas. Ngaruhnya ke anak-anak, anak-anak jadinya ngeluh
bosen belajar kan. Tapi ya kita terus coba evaluasi kok gimana enaknya ngajar,
biar guru sama murid-muridnya juga sama-sama enak kan gak bosen, gak
jenuh. Kan yang ngerasain jenuh, ngerasain bosen gak cuma murid -murid aja,
kami guru-guru pun ngerasain yang sama bosennya
P : Seberapa sering bu penggunaan google meet?
I : kalo pertemuan secara daring palingan cuma sebulan sekali atau dua kali aja,
sisanya tugas. Tapi sebenernya tergantung masing-masing dari gurunya sih
P : Apakah sekolah memberikan fasilitas baik kepada guru maupun siswa selama
pembelajaran daring ini diberlakukan?
I : Iya tentu ada, buat anak-anak yang memang tidak punya fasilitas untuk
pembelajaran daring kita sediakan perangkat-perangkatnya untuk dipinjamkan
selama proses pembelajaran. untuk mengenai kuota, awalnya memang
disediakan untuk anak-anak yang tidak mampu membeli kuota. Namun, setelah
itu ada bantuan kuota belajar kan pemerintah, jadi semuanya bisa dapet bantuan
dari guru maupun siswanya
P : Bagaimana interaksi berlangsung pada saat belajar mengajar berlangsung?
I : Ya interaksinya cuma bisa lewat online ya, pada saat peretemuan daring
berlangsung seperti tanya jawab antara guru dan siswa, tanya jawab baik
mengenai materi atau juga bisa tentang tanya jawab mengenai persoalan belajar
daring, keluhan-keluhan dari anak-anak dan diskusi mengenai metode
pembelajaran selanjutnya, seperti itu lah kira-kira ya

xiiii
P : Menurut ibu, bagaimana antusiasme pelajar terhadap pembelajaran daring
tersebut?
I : Antusiasmenya berbeda-beda ya dari masing-masing anak, ada yang ditanya
seneng gak belajar daring, ada yang jawab seneng karena bisa sambil rebahan,
ada juga yang bilang gak perlu ribet mandi karena gak perlu ke sekolah,
macem-macem lah jawabnya. Tapi ada juga yang kurang seneng, bahkan untuk
anak-anak yang dinilai pintar ya pada saat di sekolah, pada saat pembelajaran
daring mereka cenderung kurang antusias ya, motivasi selama belajar daring ini
cenderung menurun dibandingkan awal-awal pembelajaran daring
diberlakukan, semakin hari semakin menurun tuh antusiame dari anak-anak,
mungkin karena jenuh atau bosen juga kali ya
P : Bagaimana cara ibu dalam melakakukan penilaian ke siswa?
I : Untuk penilaian, jujur ini salah satu tantangan juga nih bagi kami para guru-
guru, karena kan pada saat pembelajaran daring ini kita sulit ya untuk
berinteraksi dengan para murid secara langsung gitu, tidak bisa melihat
langsung proses belajar dari anaknya itu sendiri, sehingga hal tersebut menjadi
faktor penghambat dalam memberikan secara objektif. Selama belajar daring
ini, guru guru hanya bisa memberikan dari tugas-tugas yang telah diberikan,
dari absen kehadiran, dan hasil dari UTS maupun UAS
P : Menurut ibu, adakah kelebihan dari diadakannya pembelajaran dengan
menggunakan sistem daring ini?
I : Nilai positifnya dari diberlakukannya pembelajaran daring diantaranya itu kita
jadi bisa lihat kemampuan belajar dari anak-anak ya, karena mereka pada saat
ini memang dituntut untuk bisa memahami materi secara mandiri, selain itu
anak-anak juga bisa lebih dekat dengan keluarga dengan orangtuanya karena
beberapa pelajaran ada tugas yang melibatkan antara anak dengan orang
tuanya. Selain itu untuk kami para guru juga bisa lebih kreatif ya, dalam hal ini
mengenai pemahaman tentang penggunaan teknologi, dimana yang tadinya
kami tidak tahu mengenai penggunaan google meeting untuk pembelajaran,
terus juga tugas-tugas yang bisa dikumpulkan melalui google classroom. Jadi
untuk pemahaman penggunaan teknologi sangat bermanfaat ya untuk
memudahkan proses pembelajaran daring ini
P : Menurut ibu, apakah pembelajaran dengan sistem daring ini efektif?
I : Kalo dibilang efektif tentu kurang efektif ya, tidak se efektif pada saat belajar
langsung di sekolah, karena pasti ada hal-hal tertentu yang tidak bisa
didapatkan pada saat pembelajaran daring, misal pembahasan materi yang

xiiiii
disampaikan ke anak-anak jadi kurang maksimal, sehingga membuat anak-anak
jadi tidak memahami materi secara utuh. Memang mereka bisa searching-
searching lewat google mengenai materi yang dirasa kurang paham, tapi kan
pemahamannya tetap tidak utuh ya sebagaimana seperti yang didapat dalam
proses pembelajaran di sekolah. Interaksi antara guru ke siswa atau siswa
dengan siswa lainnya juga jadi terbatas kan. Jadi saya pribadi merasa lebih
efektif kalo proses pembelajaran tetap dilaksanakan di sekolah, seperti itu mba.
P : Kalo sistem daring ini tetep diberlakukan walaupun covid-19 telah usai,
bagaimana pendapat ibu?
I : Ya gak setuju lah, karena seperti yang tadi saya bilang ya kalo belajar secara
daring ini kurang efektif, jadi kalo tetep diberlakukan sudah pasti tidak setuju.
Kecuali kalo misalnya pembelajaran sistem daring ini dikolaborasi, dalam
artian penggunaan teknologi yang sudah dipelajari atau diketahui pada saat ini
nantinya bisa dipakai dimanfaatkan untuk membantu dan memudahkan baik
guru maupun siswa pada saat pembelajaran. seperti misalnya kalo ada guru
yang berhalangan datang ke sekolah, bisa ya memanfaatkan google meet dan
pemberian tugas melalui google classroom sehingga proses belajar mengajar
tersebut tetap bisa berlangsung walaupun guru tersebut tidak hadir di dalam
kelas. Karena kan kalo selama ini kalo ada guru yang berhalangan hadir gitu
ya, itu artinya kelas jadi kosong gitu kan, nah dengan ini mungkin bisa ya
dikolaborasikan gitu antara sistem pembelajaran konvensional dengan
pembelajaran daring
P : Upaya apa yang sudah ibu lakukan agar pembelajaran daring ini dapat berjalan
dengan efektif?
I : Saya pribadi beberapa kali mengikuti webinar-webinar yang diadakan baik
dari sidiknas atau dari kemendikbud. Webinar yang diadakan cukup efektif
membantu saya untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana cara
mengajar untuk lebih efektif ke siswa. Selain itu, sekolah juga telah melakukan
beberapa kali rapat atau BIMTEK (Bimbingan Teknis). Nah, BIMTEK tersebut
memang diperuntukkan untuk guru-guru supaya bisa lebih memahami konsep
dari pembelajaran daring dan juga bagaimana cara mengajar pada sistem
pembelajaran daring tersebut. Mungkin pada awalnya ada rasa ragu dan
khawatir dari murid, dari orang tua, dan juga dari guru-guru sendiri tentang
bagaimana kita dapat menjalankan sistem tersebut karena ini merupakan suatu
hal yang baru, tapi sejalan dengan berjalannya waktu kami sama sama dapat
beradaptasi dengan sistem tersebut dan saya sendiri menilai bahwa progresnya
dari waktu ke waktu semakin membaik. Mungkin sistem pembelejaran daring

xivii
ini tidak akan semaksimal seperti sistem pembelejaran di sekolah pada
umumnya tapi ini adalah usaha maksimal yang sudah dilakukan oleh bak dan
ibu guru agar murid-murid mendapatkan materi pembelajaran dan tugas tugas
seperti di sekolah.

Nama Narasumber : Ibu Wulan (Guru Agama Islam)


Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 9 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Bagaimana persiapan awal guru-guru SMAN 5 Tangerang pada saat


diberlakukannya pembelajaran daring ini?
I : Kita kan mulai daring itu Maret ya, jadi sebelumnya Maret itu ada UAS
(Ujian Akhir Sekolah), sedangkan kelas 10 dan kelas 11 nya itu diliburkan.
Setelah diliburkan dapetlah pengumuman bahwa sekolah tidak memberlakukan
lagi proses belajar mengajar secara tatap muka, akhirnya dilakukanlah secara
online. Awal awal kita itu proses belajar mengajar lewat WA (Whattssapp), beri
tugas lewat WA kaya gitu kan , di WA group, atau mereka kirim tugas lewat
email dan lain sebagainya hanya sekedar gitu-gitu aja. Jadi memang belum ada
persiapan secara mateng di awal awal pemberlakuan sistem online ini
P : Setelah diberlakukannya pembelajaran daring ini, proses pembelajaran
daringnya gimana bu? Lancar gak?
I : oh ya enggak begitu lah, seperti yang tadi dibilang kan pas awal-awal belum
ada persiapan yang mateng jadinya banyak yang bingung juga pas mau ngajar
harus bagaimana
P : Aplikasi-aplikasi apa aja bu yang digunain sama guru-guru di SMAN 5
Tangerang?
I : Ada group chat di WA (Whatssapp) terus pake juga google classroom sama
google meet
P : Aplikasi-aplikasi itu digunain untuk apa aja bu?
I : Kalo group WA kadang buat diskusi aja sama anak-anak, kadang juga buat
absen jadi absennya di shareloc gitu. Nah kalo google classroom buat ngasih

xvii
tugas, ngirim materi ke anak-anak, dan juga absen. Kalo google meet buat
ngadain pertemuan daring
P : Apakah ada kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi-aplikasi tersebut?
I : Saya sih gak begitu masalah sih kalo pake google classroom atau google meet,
awalnya juga gak begitu paham cara makenya gimana tapi abis itu langsung
nyari di google aja cara makenya gimana, ya Alhamdulillah sih abis itu
langsung ngerti
P : Kalo pertemuan daring gitu berapa kali diadainnya bu?
I : Masing-masing guru beda ya, kalo saya sendiri biasanya tiap abis ngasih
materi minggu depannya di diskusikan bareng lewat google meet, terus pas
ngasih materi itu biasanya sekalian kasih tugas misal hapalan surat gitu nanti
setornya lewat google meet di minggu depan, seperti itu. Tapi ya itu tergantung
juga ya, kadang ada aja kendalanya kan kalo pake google meet
P : Apa aja bu kendalanya selama pemakaian google meet?
I : Yang paling sering dikeluhin ya seperti masalah jaringannya ya, kalo jaringan
internet kan diluar kendali kita, jadi kadang suka ngadet tuh jaringan
internetnya, kalo udah ngadet ya palingan gak bisa make google meet, gak ada
pertemuan daring juga. Terus juga kadang ada siswa yang bilang kalo hpnya
rusak jadi lagi gak bisa dipake buat google meet atau ada juga yang laptopnya
lagi dipake sama kakaknya. Jadi ya kita sesuaikan aja sama kondisinya gimana,
memang enggak ada jadwal tetap kapan diadain pertemuan daring
P : Apakah sekolah memberikan fasilitas baik kepada guru maupun siswa selama
pembelajaran daring ini diberlakukan?
I : Ada, kan sekarang dana BOS juga bisa dipake buat keperluan belajar daring
jadi kalo misalnya ada anak-anak yang gak punya fasilitas hp atau laptop bisa
dipinjemin sementara, ada juga subsidi kuota buat anak-anak
P : Menurut ibu, bagaimana antusiasme pelajar terhadap pembelajaran daring
tersebut?
I : Kalo anak-anak antusiasnya pas di awal-awal kayanya, karena mungkin pada
kesenengan kali ya belajar di rumah. Tapi lama kelamaan banyak juga nih anak-
anak yang ngeluh bosen, sering itu saya liat status WA anak-anak. Ya kita
sebagai guru Cuma bisa ngasih motivasi aja supaya terus semangat
P : Bagaimana cara ibu dalam melakakukan penilaian ke siswa?

xviii
I : Aspek penilaian kan ada pengetahuan dan keterampilan, nah nilai
pengetahuan bisa kita ambil dari tugas-tugas yang mereka kirim ke group chat
atau classroom, sedangkan keterampilan bisa kita lihat dari absen yang mereka
kirim di group chat atau share loc dan juga yang mereka kirim video hapalan
P : Ada kesulitan gak bu dalam proses penilaiannya?
I : Ya sebenernya susah juga sih. Kalo kita nerapin belajar online kan jadi gak
bisa mantau anak-anaknya langsung. Jadinya harus lebih ekstra lagi buat nilai
anak-anak secara personal. Agak susah sebenernya, apalagi kalo anaknya gak
ada kuota atau jaringannya lagi jelek gitu, jadi kadang ada anak yang
ketinggalan ngumpulin tugas. Malah banyak juga yang alesan ketiduran lah ini
lah itu lah. Waktu itu malah pernah ada anak yang ketauan nyontek tugas punya
temennya, padahal videonya kan dikasih beda-beda ya, mungkin karena dia gak
liat dulu isi videonya yaudah akhirnya dia ikutin semua tulisan temennya, dikira
kita gak baca kali ya
P : Terus kalo gitu konsekuensinya apa bu ke siswanya?
I : Ya kalo gitu kan gak mungkin ya kita langsung kasih 0 (Nol) ke siswanya.
Palingan ya kita kasih tau ke dia di WA (Whattssapp), suruh ngerjain ulang
tugasnnya, cuman saya gak kasih nilai maksimal, sama hal nya anak-anak yang
ketinggalan ngirim tugas, kalo ketinggalan nilainya dikurangin, gitu.
P : Menurut ibu, adakah kelebihan dari diadakannya pembelajaran dengan
menggunakan sistem daring ini?
I : Selain karena waktunya lebih banyak dirumah, kami guru-guru juga bisa dapat
pengetahuan baru ya dari adanya sistem daring ini, mengenai aplikasi-aplikasi
yang memang bermanfaat untuk mempermudah proses belajar-mengajar.
P : Menurut ibu, apakah pembelajaran dengan sistem daring ini efektif?
I : kalo mengenai efektif atau tidaknya dengan pemakaian sistem daring ya dalam
proses belajar pasti tidak efektif ya karena memang kita tidak melihat secara
kualitas anak itu seperti apa, maksudnya secara mendalamnya itu tidak jelas
terlihat tapi kan kalo misalnya kita offline kita melihat sendiri begitu,
bagaimana cara anak tersebut dalam proses pembelajaran dan bagaimana anak
tersebut menerima materi yang telah kita sampaikan gitu. Tapi ya harus gimana
lagi, karena memang prosedurnya sekarang proses belajar mengajar harus
dilakukan secara daring.
P : Upaya apa yang sudah ibu lakukan agar pembelajaran daring ini dapat berjalan
dengan efektif?

xviiii
I : Usahanya ya kita guru guru terus belajar ya. Pihak sekolah ngajarin guru guru
lewat BIMTEK gitu kan di sekolahan, akhirnya kita semua guru-guru belajar
di sekolah, bagaimana cara mengajar online untuk lebih baik lagi salah satunya
menjelaskan pemakaian aplikasi-aplikasi yang lebih memudahkan dalam
pembelajaran online ini, seperti google classroom jadi kita bisa ngirim tugas
dan materi lewat situ, absen kelas dan juga kita menggunakan google meet
untuk berinteraksi sama anak-anak
P : Apakah ibu setuju, kalo misalnya sistem belajar daring gini masih terus
diterapkan?
I : Ya gak setuju lah, kalo misalnya covid itu udah berkurang dan yang positifnya
juga sudah berkurang, ada baiknya kita langsung mengajar secara offline
karena itu lebih efektif dibandingkan kita belajar secara online
Nama Narasumber : Ibu Ratih (Matematika)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 13 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Bagaimana tanggapan di sekolah mengenai covid-19, apakah sudah


menerapkan pembelajaran daring?
I : Iya memang sekolah sudah memberlakukan pembelajaran daring atau online,
terlebih setelah keluarnya surat edaran dari gubernur untuk melaksanakan
program pembelajaran jarak jauh. Kemudian sekolah langsung merespon
dengan membuat pembelajaran daring, membuat jadwal yang sesuai dengan
pembelajaran daring dan siswa diminta belajar di rumah.
P : Bagaimana tanggapan guru-guru mengenai pembelajaran daring ini?
I : Dari saya sendiri, awalnya cukup antusias karena dalam pembelajaran daring
ini kita harus memanfaatkan teknologi ya, tapi ya mungkin karena ini adalah
pembelajaran daring pertama jadi ada beberapa kendala yang mungkin
dirasakan oleh bapak ibu guru seperti bagaimana menkontrol siswa ketika
belajar di rumah, bagaimana nanti membuat materi agar senantiasa bisa
dimengerti siswa dan sebagainya.
P : Sebelumnya teknis dalam pembelajaran daring ini bagaimana ya? Apakah
siswa hanya diam di rumah lalu dikasih tugas atau bagaimana?

xviiiii
I : Jadi ada beberapa cara, saya sendiri ada group wa, yang kemudian di group
tersebut saya kirim materi-materi pembelajaran yang nantinya dibaca oleh para
siswa. setelah itu saya kirim tugas yang nantinya harus dikerjakan oleh siswa
yang kemudian tugas-tugas tersebut akan dikumpulkan baik secara online atau
offline, tergantung sama tugas apa yang saya kasih.
P : Dari metode yang dipakai tersebut, bagaimana respon siswa mengenai metode
pembelajaran daring ini?
I : Untuk siswa sendiri sebenernya sudah lumayan baik, ya Cuma ada sedikit
yang mungkin belum begitu paham mengenai teknologi informasi, jadi kami
sebagai guru harus terus memberikan arahan ke anak-anak, bagaimana harus
melakukan ini, bagaimana harus melakukan itu, bagaimana harus mengakses
ini , seperti itu itu.
P : Ada kendala lain gak sih bu? Seperti hal nya penyampaian materi yang gak
tersampaikan dengan maksimal, karena keterbatasan jarak ini kan
I : Untuk penyampaian materi insyaallah semuanya sudah tersampaikan ya. Nah
untuk daya serap anak-anaknya sendiri untuk memahami materi saya sendiri
gak tau ya karena kan bedanya kita tidak bisa mengawasi siswanya itu sendiri
gimana, kalo tatap muka langsung kan kita bisa liat ya kemampuan atau
kompetensi anak-anak tersebut dalam memahami materi yang disampaikan
oleh guru
P : Lalu apakah ada siswa yang tidak memiliki sarana dalam mengikuti proses
pembelajaran daring ini?
I : Siswa yang tidak mempunyai smartphone atau sebagainya, kebanyakan dari
mereka terlebih dahulu meminjam ke kakak atau orang tuanya terlebih dahulu.
Namun, kalau memang anak-anak tersebut benar-benar tidak memiliki
perangkat untuk belajar daring, pihak sekolah sudah menyiapkan perangkat
untuk dipinjamkan ke anak-anak yang tidak mampu. Tapi kadang ya, ada yang
handphone nya rusak tapi gak mau lapor atau bilang ke sekolah, gatau kenapa.
Alhasil, dia jadi ketinggalan pelajaran dan tugas-tugas jadinya malah telat
dikirimkan kan. Padahal tugas itu jadi salah satu aspek yang saya
pertimbangkan untuk menilai murid-murid.
P : Ada pengaruh gak sih bu terhadap proses pembelajaran dari mata pelajaran
yang ibu ajarkan? Terutama pada saat pemaparan materi yang dilakukan via
google meeting

xixii
I : Nah ini memang sebuah dilema bagi kami para guru ketika aplikasi google
meeting tidak bisa diakses oleh semua siswa, kemudian materi yang udah
dikasih di wa tidak bisa dimengerti oleh siswa, dalam hal ini kami akan
memberikan pemahaman yang semaksimal mungkin, mislnya kalo ada siswa
yang tidak paham bisa ditanya langsung ke gurunya lewat group chat atau boleh
juga chat pribadi langsung. Ya soalnya mau bagaimana lagi kan, gak bisa
berharap banyak juga dengan pembelajaran daring kaya gini, semuanya
terbatas. Apalagi kalo materi yang dikasih itu sulit, sulit untuk dipahami apabila
hanya diberikan dalam bahan bacaan aja dan memang butuh penjelasan secara
lisan kan
P : Ibu sendiri sering melakukan pertemuan daring menggunakan google meet
bu?
I : Jarang sih, karena ketika saya meminta siswa untuk melakukan pertemuan
daring menggunakan google meet, banyak sekali siswa yang merasa keberatan
banyak yang bilang bu hp saya tidak support untuk melakukan meeting ataupun
mendownload aplikasi tersebut karena banyak juga siswa yang punya
smartphonenya yang jadul gitu ya jadi gabisa akses google meeting, segala
macem deh pokonya banyak sekali alasan. Jadi saya berusaha memahami
keadaan siswa, makanya selama pembelajaran lebih sering dilakukan via wa
saja
P : Apakah ada guru yang melakukan metode pembelajaran seperti membuat
video penjelasan materi yang nantinya bisa ditonton oleh siswa-siswa dari
rumah?
I : Untuk menanggapi hal itu, mungkin ada beberapa guru yang pakai metode
seperti itu ya. Tapi kalo saya sendiri tidak melakukan seperti itu, hanya sebatas
menjelaskan materi dengan menggunakan google meet biar ada interkasinya
gitu jadi kalo ada yang gak paham bisa langsung tanya, kalo ngasih video kan
interkasinya cuma satu arah saja.
P : Menurut ibu, apa sih kelebihan dari model pembelajaran daring ini?
I : Banyak hikmahnya juga ya selama saya mengajar daring ini, diantaranya saya
jadi lebih beradaptasi lagi dengan teknologi, saya banyak sekali belajar ya
sebagai guru saya masih terus belajar apalagi disaat kondisi seperti ini saya
jadi lebih sering ikut ikut webinar supaya saya nambah ilmu juga, wawasannya
jadi lebih luas terus pemikiran jadi terbuka. Kemudian saya juga jadi lebih
mengurangi standar atau mengurangi idealisme saya sebagai guru, istilahnya
lebih berempati pada kondisi siswa, istilahnya lebih memaklumi lah karena

xxii
namanya belajar daring gini kan banyak yang musti dipersiapkan mulai dari
smartphone ataupun laptop, jaringan, kuota internet dan lain sebagainya, agak
ribet memang. Jadi, saya sebagai guru memahami apabila ada anak-anak yang
ada kendala pada saat proses pembelajaran daring ini
P : Bagaimana harapan ibu untuk kedepannya, mengenai pembelajaran daring
ini?
I : Harapan kami semoga covid-19 ini cepat berlalu ya, supaya kami bisa
mengajar lagi secara tatap muka. Karena ini udah lumayan lama ya hampir
setahun kita proses belajar mengajar secara daring. Tentu ada rasa bosan
sehingga baik para siswa atau guru-guru sekalipun semangatnya sudah mulai
menurun

Nama Narasumber : Pak Harno (Guru Sosiologi)


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 9 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Bagaimana proses pembelajaran di SMAN 5 Tangerang?


I : Sejauh ini masih pakai sistem daring karena ada korona ini kan, jadinya
memang terpaksa proses belajar mengajar diadakan di rumah masing-masing.
P : Apakah ada kendala selama proses pembelejaran daring pak?
I : Iya pasti, pasti ada beberapa kendala disana sini yang dirasain baik guru
maupun anak-anaknya sendiri kan. Terutama buat guru-guru yang memang
masih asing ya pake aplikasi-aplikasi untuk pembelajaran daring ini. Kalo buat
guru yang masih muda mungkin gak begitu kesulitan ya, tapi kalo guru-guru
yang udah tua kaya saya lumayan sih repot harus belajar dulu make google
classroom sama pake google meetnya. Saya juga diajarin sama anak saya, tapi
suka lupa lupa caranya, jadi kalo mau ngasih tugas ke anak-anak ya biasanya
saya suruh anak saya yang kirim tugasnya di google classroom atau kadang ya
yaudah kirim aja lewat WA (whatssapp), kalo mau ada pertemuan di google
meet juga yang nyiapin ya anak saya, gak ngerti saya mah

xxiii
P : Sebelumnya memang tidak ada pelatihan guru-guru untuk mempersiapkan
pembelajaran daring ini pak?
I : Ada sih, tapi itu setelah beberapa hari diberlakukannya sistem daring ini. Jadi
tuh awalnya kan pengumumannya itu lumayan agak dadakan ya jadi guru-guru
belum ada persiapan sama sekali buat pembelajaran secara daring ini. Setelah
adanya pengumuman tersebut, ya guru-guru cara ngajar masih menggunakan
group chat di WA (whattssapp) untuk ngasih materi dan tugas ke anak-anak.
Baru setelah beberapa hari diadain lah rapat atau BIMTEK (Bimbingan Teknis)
lah ya disebutnya. Dari situ baru deh dikasih tau tuh apa-apa aja yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran daring. Belajar lah disitu pakai aplikasi
classroom sama google meet.
P : Bapak sering adain pertemuan daring gak pak?
I : Kalo saya sendiri jujur enggak terlalu sering, seenggaknya sebulan sekali aja.
Ya walaupun udah dikasih pelatihan juga, saya sendiri masih belum terbiasa
makenya, masih proses belajar lah.
P : Pernah ada kendala sih pak pas lagi pertemuan daring gitu?
I : Oh iya ada waktu pertama kali tuh nyoba pake google meet dari 32 siswa yang
ikut Cuma 21 orang. Alasannya macem-macem ada yang kesiangan, ada juga
yang karena sinyalnya jelek, ada juga yang karena gak ada kuota, banyak lah
alasannya.
P : Apakah sekolah memberikan fasilitas baik kepada guru maupun siswa selama
pembelajaran daring ini diberlakukan?
I : Kalo buat guru rata rata sudah pada punya laptop ya, sedangkan kalo siswa
memang difasilitasi untuk peminjaman laptop apabila ada anak yang tidak
mempunyai perangkat untuk belajar daring, nanti laptopnya bisa dibawa pulang
tapi dengan surat perjanjian gitu atau bisa juga kalo mau minjem dan dipakenya
di sekolahan nanti mereka ngerjain tugasnya di ruangan gitu
P : Kalo penilaian gimana pak, aspek aja yang dipertimbangkan dalam menilai
siswa selama pembelajaran sistem daring ini diberlakukan?
I : Kalo penilaian kita liat dari absen sama tugas-tugas yang dikumpulkan
P : Ada kesulitan gak pak dalam proses penilaiannya?
I : Pasti, kita jadi bingung nih ngasih nilainya ke anak-anak gimana, gak bisa
ngeliat langsung gimana si anaknya itu. Kalo pas di sekolah kan bisa keliatan
ya mana anak yang serius belajar mana yang enggak, kalo dikasih tugas juga

xxiiii
keliatan nih mana anak yang paham mana anak yang enggak. Pokonya semua
keliatan langsung gitu sama kita, nah sekarang agak susah, orang pas dikasih
tugas tiba-tiba jadi pada bagus semua gitu.
P : Menurut bapak, apakah ada kelebihan dari diadakannya pembelajaran dengan
menggunakan sistem daring ini?
I : Waktunya lebih banyak dihabiskan di rumah, dalam artian kita jadi lebih
sering ngumpul bareng keluarga. Lebih fleksibel juga, bisa ngajar dimana aja
P : Menurut bapak, apakah pembelajaran dengan sistem daring ini efektif?
I : Kalo dibilang efektif ya kurang lah ya, masih lebih efektifan mengajar
langsung di sekolah. Karena kan interaksinya juga kan terbatas ya walaupun
memang bisa menggunakan google meet tapi interaksi yang dilakukan lewat
google meet ini banyak kendala-kendalanya begitu, jadi saya sendiri lebih
nyaman mengajarlangsung di sekolah
P : Apakah bapak setuju, kalo misalnya sistem belajar daring gini masih terus
diterapkan meskipun covid udah selesai?
I : Kurang setuju ya, karena masih banyak kendala disana-sini, masih banyak
yang harus diperbaiki kalo memang sistem daring ini masih tetep dipakai

xxiiiii
Pertanyaan Penelitian Untuk Siswa
1. Bagaimana tanggapan mengenai pembelajaran daring?

2. Apa kesan pertama terhadap proses pembelajaran daring?

3. Platform apa saja yang digunakan pada saat pembelajaran daring?

4. Kendala apa saja yang dirasakan selama proses pembelajaran daring?

5. Apa saja kelebihan dari pembelajaran daring?

6. Apakah pihak sekolah memfasilitasi siswa-siswanya untuk mendukung

pembelajaran daring?

7. Bagaimana interaksi antara guru dengan siswa ataupun interaksi antar siswa selama

pembelajaran daring berlangsung?

8. Apakah kamu setuju kalo covid sudah selesai, sistem pembelajaran daring ini tetap

dilaksanakan?

Transkrip Wawancara
Nama Narasumber : Nur Arif (Siswa SMAN 5 Tangerang)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 15 September 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Kalo di SMAN 5 Tangerang, platform yang dipakai buat pelajaran daring apa
aja sih?
I : Pake classroom sama kalo ada petemuan daring gitu pakenya gmeet
P : Ada kendala gak sih selama proses belajar daring?

xxivii
I : Banyak kak. Kalo Kalo belajar daring kan minimal harus punya handphone
atau laptop kan ya kak, nah itu sih yang ribetnya soalnya saya sih punya
handphone cuman handphonenya gak bisa dipake buat google meet gitu
P : Terus kalo ada pertemuan yang pake google meet gitu kamu gimana? Pake
apa?
I : Jadi ya kalo ada pertemuan daring biasanya harus minjem handphone kakak
saya dulu. Kalo laptop juga punya kakak, ganti gantian sih makenya kalo dia
gak pake buat kuliah online ya saya yang pake laptopnya
P : Emang biasanya berapa kali pertemuan daring gitu dalam sebulan?
I : Tergantung guru masing-masing ya, kadang sebulan sekali atau dua kali,
malah ada juga yang enggak sama sekali.
P : Terus kalo jaringan internet gitu ada masalah gak?
I : Masalah kalo pas ada pertemuan daring pake gmeet, suka lemot gitu kan. Kalo
cuman sekedar ngirim tugas sih engga ada. Cuman beli kuotanya aja nih yang
lumayan
P : Gede banget ya? Biasanya harus beli kuota yang berapa tuh selama belajar
daring ini?
I : Lumayan kak, dulu kalo beli kuota palingan juga 50rb sebulan, sekarang kudu
beli yang 100rb malahan kadang belom sebulan aja udah abis duluan tuh kuota
P : Efektif gak sih belajar daring gini tuh?
I : Menurut saya sih engga ya kak, solanya guru malah banyakan yang ngasih
tugas doang
P : Ngasih tugas setiap hari gitu?
I : iya, tiap mata pelajaran tuh ada aja gitu tugasnya jadi kadang ada rasa males
gitu buat ngerjain saking banyaknya itu tugas, puyeng mau ngerjain yang mana
dulu
P : Kalo covid udah selesai setuju gak kalo sistem belajar daring kaya gini tuh
tetep ada?
I : Enggak deh, enakan belajar langsung di sekolah ketemu temen

xxvii
Nama Narasumber : Wildan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 15 September 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Kesan pertama pas tau harus belajar daring dari rumah gimana?
I : Awalnya seneng, tapi pas dijalanin mah boro-boro seneng kak
P : Kenapa tuh?
I : Ribet sih, banyak yang harus disiapin kaya hp sama internet. Soalnya kan
yang belajar online gak saya doang, adek saya juga belajar online sedangkan
yang punya hp di rumah cuma bapak sama saya, hp bapak buat ngojek.
Otomatis adek adek saya belajar ya pake hp saya
P : Terus makenya ganti gantinya gitu?
I : Iya makenya gantian, soalnya kan adek saya yg SD juga belajar online kan,
dia juga gak punya hp, mamah punya hp sih cuman yang gak bisa dipake buat
internetan ya jadinya mau gak mau ya harus make punya saya juga kalo gurunya
ngasih tugas juga kan ngirimnya ke wa saya, jadi pokonya kalo ada tugas ya
dikerjain yang punya adek saya dulu, punya saya nanti belakangan
P : Emang gak ada bantuan gitu ya dari pihak sekolah?
I : Ada sih kayanya, waktu itu pernah denger dari guru gitu kalo ada yang gak
punya hp atau laptop buat belajar daring tinggal bilang aja nanti dipinjemin
P : Terus kamu gak coba bilang gitu? Maksudnya buat minjem hp atau laptop gitu
ke pihak sekolah?
I : Enggak sih, soalnya kayanya itu juga terbatas dan emang buat yg gak punya
sama sekali. Kalo saya kan masih punya ya walaupun makenya juga ganti-
gantian sih
P : Kalo ada pertemuan daring yang pake google meet gitu gimana?
I : Ya pake hp aja, untungnya kan kalo sekolahan adek saya belajarnya gak ada
yang pake google meet gitu kan, jadi gak ada bentrokan.

xxviii
P : Kalo kuota gimana? Keluar duit berapa tuh selama sebulan buat belajar
daring?
I : Kadang 100 ribu kadang nyampe 200 ribu juga tergantung pemakaian selama
sebulan buat apaan aja. Kaya misalnya kan kalo saya paling enggak sebulan
bisa dua atau tiga kali pertemuan daring gitu kan, itu lumayan banget nguras
kuota belom lagi hpnya barengan dipake adek
P : Selama belajar daring, kamu paham gak sih sama materi yang disampein sama
guru?
I : Paham gak paham sih, ya gimana ya kan materi yang disampein juga tulisan
kan gak dijelasin gitu, kita yang harus mahamin sendiri, kadang paham kadang
juga enggak
P : Emang gak ada penjelasan materi gitu kalo pas pertemuan di google meet?
I : Ya ada, cuman kan terbatas waktu juga, dijelasin sekenanya aja
P : Kalo misalnya sistem belajar daring kaya gini tetep dilaksanain setelah covid,
gimana menurut kamu?
I : Jangan deh, ribet kak mendingan sekolah kaya biasa aja, belajar daring
kebanyakan tugasnya
Wawancara Tambahan Wildan 3 Maret 2021
P : Terus gimana interaksi kamu sama temen-temen selama pembelajaran daring
ini?
I : Iya kita kalo mau bercandaan atau interaksi sama temen kelas palingan cuman
bisa di group kelas aja yang gak ada guru. Soalnya pas pertemuan daring gitu
kan, terbatas ya interaksinya, bercandanya juga gak bisa leluasa kaya waktu pas
ketemu langsung di kelas. Gak bisa lagi yang asal nyeletuk gitu sih.
P : Selama belajar daring, masih ada gak sih tugas kelompok gitu?
I : Sejauh ini belum ada tugas kaya kerja kelompok gitu kak. Semuanya masih
tugas individu.
P : Terus perbedaan belajar tatap muka sama belajar daring yang kamu rasain apa
aja sih?
I : Bedanya pas belajar di kelas sama daring ya dari segi interaksi sama temen
yang makin lama makin terbatas, biasanya kita kalo mau nyampein pendapat
tinggal langsung ngomong tapi karena sekarang belajar daring jadi sulit
pertama karena masalah jaringan yang kadang suka ngadet, kedua karena

xxviiii
emang di sekolah jarang banget ngadain kelas daring jadi interaksi baik ke
temen atau guru makin berkurang. Kalau pas sekolah kan saya biasa
berkomunikasi aktif sama teman-teman yang lain ya, kalo sekarang lama-lama
semakin dikit interaksinya karena kan emang gak ketemu langsung. Kadang itu
juga ngaruh ke semangat belajar saya sih, jadi turun
P : Alasan kamu suka ragu-ragu untuk nyampein pendapat selama belajar daring?
I : Salah satu yang bikin males ngomong selama pertemuan daring tuh ya karena
jaringan sih. Kalo pas belajar langsung di kelas kan langsung bisa tek-tokan
gitu ya sama guru atau sama temen yang lain. Nah kalo sekarang susah, apalagi
kalo jaringannya jelek suara ke delay-delay jadi kaya mikir lagi gitu yang
tadinya mau ngomong jadi ah gajadi lah.

Nama Narasumber : Komang


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 1 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Menurut kamu, bagaimana sih cara kerja pembelajaran daring yang


diberlakukan saat ini? Kan pasti ngerasain dong perbedaannya?
I : Beda banget lah kak pas belajar di sekolah sama di rumah
P : Apa aja tuh bedanya? Bisa kamu jelasin gak?
I : Ya kalo belajar di rumah kan butuh laptop atau paling enggak ada hp soalnya
kan apa apa dikirimnya lewat situ kaya tugas atau materi gitu. Terus sekarang
juga harus siap sedia kuota internet.
P : Pernah ngalamin kendala atau kesulitan gak selama proses pembelajaran
daring ini?
I : Masalah jaringan kali ya, soalnya beberapa kali pas pertemuan daring sering
bermasalah.
P : Bermasalah gimana tuh maksudnya?
I : Iya pas lagi ada pertemuan daring gitu kan pake google meet yah, nah itu
kadang jaringan internet suka lemot gitu, jadi kadang suka telat masuknya.

xxviiiii
Pernah juga pas lagi pertemuan daring gitu tiba-tiba nge-lag gitu kan pas di cek
taunya kuota habis
P : Emang biasa beli berapa kuotanya? Ada perbedaan gak pas dulu sebelum
belajar daring sama yang sekarang?
I : lumayan sih, kuota jadi lebih boros. Karena kan kadang ada pertemuan daring
gitu kan pake google meet, nah itu satu jamnya kadang langsung abis 1-2gb.
Belom lagi kita harus download video-video yang dikasih sama guru gitu buat
ditonton
P : Pihak sekolah ngasih fasilitas pemberian kuota gitu gak sih?
I : Dikasih, baru pas semingguan lalu lah pas September kemarin, yang bantuan
dari pemerintah itu loh kak. Sebelumnya bantuan kuota dari pihak sekolah buat
yang gak mampu aja
P : Berarti lumayan ya buat ngebantu ngerungain beban beli kuota kamu, dapet
berapa tuh bantuannya?
I : Lumayan banget lah kak dapet 35gb
P : Terus ada lagi gak kendala yang dirasain? Soal penyampaian materi dari guru
misalnya?
I : Oh iya, karena belajar daring gini kan jadi gurunya juga gak nyampein materi
secara langsung. Beda kan pas dulu di sekolah diterangin langsung kalo ada
yang gak ngerti tinggal nanya. Nah kalo sekarang susah juga gak ada yang
nerangin soalnya materinya kan dikirim lewat online juga berupa bahan bacaan.
Ya kadang dikasih juga penjelasan materi dalam bentuk video, cuman kan kalo
kita ada yang gak ngerti tetep aja kan gak bisa yang nanya langsung gitu. Belom
lagi tugasnya makin banyak
P : Kalo kelebihannya? Ada gak kelebihan atau manfaat dari diadainnya belajar
daring gini?
I : Apa ya, mungkin jadi lebih santai aja sih kak, lebih banyak waktu di rumah
juga waktu belajarnya jadi lebih fleksibel
P : Eh orang tua kamu suka dampingin gak sih kalo lagi belajar daring?
I : Enggak, udah gede juga kan kayanya gak perlu sampe didampingin sih
palingan Cuma ngebangunin aja pas pagi

xxixii
P : Menurut kamu efektif gak sih belajar daring gini tuh dibanding sama belajar
di sekolah?
I : Kayanya tetep lebih efektifan belajar pas di sekolah deh kak
P : Kalo sistem belajar daring gini masih tetep diapakai wetelah covid selesai,
kamu setuju gak?
I : Enggak setuju, soalnya ya itu tadi kurang efektif aja gitu kalo belajar daring
mah

Wawancara Tambahan Pada Tanggal 3 Maret 2021


P : BagaimanaInteraksi sama guru gimana selama belajar daring?
I : Ada guru yang komunikasinya cuman satu arah aja, misalnya kaya beliau
ngasih tugas tapi gak ada penjelasan materinya ke kita. Beda kan kalo pas
belajar offline, kita bisa denger langsung mengenai materi yang dikasih sama
guru tersebut.
P : Kalo di kelas daring, siswa-siswanya masih suka aktif gak sih?
I : Kalo pas pertemuan daring emang cenderung lebih pasif sih kak, kayanya
temen-temen lebih males ngomong kalo emang gak disuruh sama guru buat
ngomong. Palingan yang aktif ya cuma anak-anak yang pinter aja yang emang
dari pas di sekolah juga udah sering ngomong di kelas. Kalo saya sendiri jarang
ngomong pas kelas daring karena suka malu kak, kurang pede (percaya diri)
gitu kaya kalo mau ngomong tuh diperhatiin banget gitu sama yang lain.
Padahal mah kalo pas di sekolah kalo mau ngomong ya tinggal ngomong aja
kan, asal nyeletuk gitu. Nah kalo pas daring kan gabisa asal nyeletuk gitu
P : Terus interaksi atau diskusi sama temen-temen gimana?
I : Kita biasanya kalo mau diskusi ya di Whatsapp aja sih kak. Di Whatsapp kan
dibikin 2 group gitu, yang satu group kelas plus guru, yang satu lagi group kelas
tanpa guru. Kalo group yang ada gurunya kan buat ngasih dan ngirim materi
gitu kan, ya sekedar itu aja. Bahasa yang dipake juga masih harus formal lah
ya, gak boleh sembarangan karena kan masih ada guru. Nah kalo yang khusus
group anak kelasan aja baru deh bisa ngobrolin apa aja, ya soal materi atau
tugas kek, yang bercandaan kek, yang ngomel-ngomel, sampe buat bagi-bagi
contekan pun juga ada kak.

xxxii
Nama Narasumber : Adzra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 1 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Bagaimana tanggapan kamu mengenai proses belajar daring yang dijalanin


saat ini?
I : Proses belajar daring sekarang makin kesini makin terbiasa ya, pas awal-awal
agak lumayan hectic banget karena kebingungan juga, apalgi dari guru-gurunya
yang mungkin beberapa dari mereka masih ada yang belum familiar sama
pemakaian teknologi gitu jadi belajar daringnya cuma sekedar ngasih materi
terus tugas doang
P : Jenis aplikasi atau platform apa saja yang digunakan pada aat pembelajaran
daring?
I : Pake goole classroom sama google meet, kadang pake whatssapp juga
P : Gimana pelaksanaan pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi
tersebut?
I : Ada beberapa kendala sih, kaya masalah jaringan gitu kak. Kalo ada
pertemuan daring gitu kadang suka lemot tuh jaringan. Padahal di rumah juga
pake wi-fi cuman ya kadang-kadang juga suka lemot, apalagi kalo hujan. Terus
tugasnya juga jadi numpuk.
P : Tiap hari dikasih tugas gitu?
I : Tiap mata pelajaran pasti ada aja tugasnya kak
P : Dikasih waktu berapa lama tuh buat ngumpulin tugasnya?
I : Paling lama semingguan sih
P : Sering diadain pertemuan daring gitu gak yang pake google meet gitu?
I : Oh iya pernah, cuman gak sering sih, jarang jarang lah sebisa gurunya aja.
P : Sebulan bisa berapa kali ada pertemuan daring?
I : Palingan juga 2 kali doang

xxxiii
P : Emang kenapa deh jarang ada pertemuan daring gitu?
I : Gatau juga ya, mungkin karena ada beberapa guru yang gak ngerti pake gituan
atau mungkin juga karena ngabisin kuota jadinya jarang-jarang diadain
P : Terus kalo gitu, proses belajar-mengajar daringnya gimana dong?
I : Ya itu tadi kak, kebanyakan guru cuma sekedar ngasih materi dan tugas aja.
P : Terus gimana tanggapan kamu mengenai materi yang dikasih sama guru?
I : Karena kebanyakan materi yang dikasih kan berupa tulisan aja ya, jadi kadang
ada beberapa yang gak bisa dimengerti gitu.
P : Tapi kalo misalkan ada materi yang gak dimengerti misa dikomunikasiin ke
gurunya kan?
I : Iya bisa sih, guru-guru juga pada bilang kalo misalkan ada materi yang mau
ditanyain ya bisa langsung aja konyak ke WAnya (Whatssapp)
P : Orang tua kamu suka ngawasin gak sih kalo kamu lagi belajar daring gitu?
I : Enggak sih, palingan cuman nanyain doang kalo lagi ada pertemuan daring
gitu, nanyain tadi abis belajar apaan. Tapi pernah juga sih waktu itu ditemenin
belajar daring gitu karena ada tugas
P : Tugas apaan tuh?
I : Tugas agama waktu itu, jadi gurunya ngasih link ceramah gitu nah kita disuruh
dengerin bareng sama ortu terus nanti dikirim bukti foto gitu ke gurunya
P : Terus ada lagi gak mata pelajaran yang ngelibatin orang tua gitu?
I : Baru itu doang sih
P : Menurut kamu ada gak kelebihan dari diadainnya pembelajaran daring?
I : Belajarnya lebih santai karena kan belajar di rumah bisa sambil rebahan, terus
jadi lebih mandiri aja sih nyari materi-materi bahan bacaan
P : Menurut kamu proses pembelajaran daring ini efektif gak sih?
I : Kurang sih,
P : Kalo nantinya sistem belajar daring gini tetep diadain walaupun covid nya
udah selesai, gimana pendapat kamu?
I : Kurang setuju sih kak

xxxiiii
P : Kenapa?
I : Lebih seneng belajar langsung di sekolah sih, soalnya bisa ketemu langsung
sama temen-temen, bisa ngobrol bareng, bisa diskusi bareng gitu, ya walaupun
sebenernya kalo pas belajar daring juga tetep bisa ngobrol sih atau nanya nanya
lewat chat sama guru atau temen tapi kaya sensasinya tuh beda aja loh kak, kaya
gak biasa aja gitu rasanya, kalo di rumah doang berasa kaya gak sekolahnya.
P : Ada saran gak sih supaya sistem belajar daring gini bisa lebih baik lagi gitu?
I : Apa ya, mungkin ini sih materi yang dikasih gak cuman berupa tulisan aja
karena kalo cuman dari tulisan kitanya malah gak ngerti. Coba bikin materi
yang lebih menarik dan kreatif lagi jadi kami para siswa juga jadi semangat
belajar. Dan untuk tugas, kalo bisa jangan ngasih tugas yang terlalu banyak dan
menyulitkan siswa. Itu aja sih kayanya.

Wawancara Tambahan Adzra Pada Tanggal 12 Maret 2021

P : Kalo selama kelas daring, siswanya msih pada aktif gak?


I : Secara keseluruhan, kalo dilihat sih udah cukup aktif ya kak, maksudnya kalo
misal guru nanya ya kita jawab gitu. Walaupun ndak semuanya aktif di kelas
tapi setidaknya masih ada yang nanya gitu jadi gak terlalu diem atau pasif
selama proses belajar. Masih ada tek-tokannya antara guru sama murid.
P : Kalo diliat dari intensitas interaksi, kamu lebih seneng belajar daring atau
offline?
I : Kebanyakan temen-temen termasuk juga saya, dapet senengnya pas ke
sekolah ya karena bisa ngobrol sama temen, bisa bercanda juga. Kalo sekarang
pas online, ya otomatis semuanya hilang ditambah lagi gak ada aktivitas atau
tugas-tugas berkelompok gitu jadinya intensitas ngobrol atau berinteraksi sama
temen semakin sedikit.
P : Terus selama belajar daring diskusi sama temen-temennya gimana? Misal
nanya materi gitu. Kalo dulu kan suka nanya-nanya sama temen di kelas kalo
ada kesulitan.
I : Kalo pas guru ngasih materi sama tugas, terus ada yang gak saya ngerti
biasanya saya suka nanya ke temen, biasanya ke Nabilla sih dia paling pinter
kan tuh di kelas. Misal nanya soal matematika, nomer sekian cara ngerjainnya
gimana sih, gitu. Atau bisa juga waktu lagi pertemuan daring terus pas guru
random nanya ke anak-anak gitu ya, kalo ada yang gak bisa jawab kadang suka
dibantuin sama temen yang lain.

xxxiiiii
P : Bedanya belajar tatap muka sama daring gini apa sih?
Bedanya sama belajar tatap muka mungkin dari pas mau nyampein pendapat.
Soalnya saya pas pertemuan daring gitu, kalo mau nyampein pendapat suka
ragu, jadinya tuh kaya mikir ini tuh perlu disampein gak ya, pengen ngomong
kaya gini tapi kayanya gausah deh, pengen ngomong kaya gitu deh tapi kayanya
gak penting-penting banget buat disampein, pengen bercanda tapi takut malah
jadi garing karena gak ada yang nanggepin. kaya gitu gitu kak jadi gak bisa
langsung nyeplos gituloh karena kan kalo pas belajar di sekolah mah yah
kadang suka nyeplos aja gitu. Terus temen yang lain juga suka nyautin kan.”

Nama Narasumber : Nabilla


Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 5 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Bagaimana tanggapan kamu mengenai proses belajar daring yang dijalanin


saat ini?
I : Agak ribet ya karena banyak yang harus disiapin
P : Jenis aplikasi atau platform apa saja yang digunakan pada saat pembelajaran
daring?
I : Kami pake goole classroom dan sesekali ada pertemuan via gmeet (google
meet) atau zoom juga
P : Gimana pelaksanaan pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi
tersebut?
I : Pelaksanaannya lancar lancar aja sih sejauh ini
P : Gak ada kendala sama sekali?
I : Ada sih masalah jaringan palingan kalo lagi ada pertemuan daring aja, cuman
kan pertemuan daringnya juga jarang-jarang banget
P : Biasanya berapa kali dalam sebulan?

xxxivii
I : 1 atau 2 kali aja kak, tapi gak konsisten juga sih kadang ada yang enggak sama
sekali
P : Berarti peraturannya gak tetep gitu ya? Terserah gurunya gitu mau ngajar kaya
gimana?
I : Iya kak betul
P : Terus ada kendala lagi gak yang kamu rasain selama belajar daring?
I : Gak semua materi bisa dimengerti sih kak, karena walaupun kami tetep dapet
maateri pembelajaran di setiap pertemuannya, tapi kan disitu guru juga
memberi tugas jadi kadang materinya itu gak sempat kami baca karena ada
deadline tugas. Apalagi untuk pelajaran yang seharusnya kan dapet penjelasan
langsung gitu kaya mtk, fisika, kimia, dll.
P : Itu tiap hari dikasih tugas gitu?
I : Iya kak, beberapa kali aja yang kosong tugas. Biasanya kalo abis UTS karena
gurunya masih ngoreksi ulangan tapi paling juga cuma 1 atau 2 guru aja
P : Terus gimana tanggapan kamu mengenai materi yang dikasih sama guru?
I : Materi yang kebanyakan dikasih guru kan berupa tulisa aja ya, jadi kaya
misalnya guru chat di WA (Whatsapp) gitu, disuruh baca materi bab sekian
sampe sekian nanti baru deh dikasih tugas gitu
P : Kalo pas belajar daring gini, kalo ada materi yang gak dimengerti gimana tuh?
I : Biasanya cari tau dulu sendiri kak, kalu belum puas boleh tanya gurunya lewat
chat
P : Kalo belajar daring gini jadi ngaruh ke minat dalam belajar gitu gak sih?
I : Sebenernya kalo jadi males atau gimana gitu, tergantung dari masing-masing
orang sih, karena banyak juga kok temen-temen yang tetep semangat-semangat
aja belajarnya
P : Orang tua kamu suka ngawasin gak sih kalo kamu lagi belajar daring gitu?
I : Enggak yang nyampe diawasin juga sih, palingan ditanya aja lagi belajar apa
gitu misalnya
P : Menurut kamu apa aja sih kelebihan dari model pembelajaran daring gini?
I : Kreativitas meningkat sih ya kak, kaya yang tadinya kita gak bisa ngelakuin
itu, terus mau gak mau karena dituntut sikon ternyata kita jadi bisa, terus

xxxvii
muncul potensi-potensi yang tadinya kita gak menyadari kalo potensi itu
ternyata kita miliki, selain itu juga jadi bikin kita lebih mandiri, melatih
kekuatan mental juga sih terus yang pastinya jadi lebih bersyukur
P : Kalo menurut kamu nih, kalo covid udah selesai terus belajar online gini tetep
diadain kira kira setuju gak?
I : Enggak kak, karena menurutku lebih efektif offline aja, baik buat muridnya
ataupun untuk orang-orang rumah, apalagi buat para orang tua yang anaknya
masih butuh bimbingan
P : Kira-kira apa aja nih yang perlu diperbaiki dari belajar daring gini?
I : Salah satunya buat guru, bikin pembelajaran jadi lebih fun soalnya kadang
kami juga jenuh karena selama ini metode belajarnya lebih sering ngasih materi
dan tugas aja. Terus mungkin bisa menghindari pemberian tugas yang
sekiranya sulit untuk dilakukan para murid gitu kak.

Wawancara Tambahan Nabilla 12 Maret 2021


P : Bedanya belajar tatap muka sama belajar daring apa sih?
I : Saya malah ngerasa kalo belajar daring gini malah jadi lebih serius gitu gak
sih kak, soalnya kalo di inget-inget selama belajar daring gini enggak ada lagi
tuh waktu untuk bercanda sama temen pas di kelas online. Semuanya pada
fokus ke materi aja.
P : Kalo lagi kelas daring, gurunya neranginnya gimana?
I : Guru nerangin materinya secara singkat, nggak 2 arah karna keterbatasan
waktu. Pas sesi Zoom telah berakhir, kelas dipindahkan ke whatsapp group.
Biasanya saya ataupun teman-teman udah malas nanyain materi yang udah
dijelasin tadinya di Zoom.
P : Selama belajar daring masih ada gak sih belajar kelompok gitu?
I : Selama pembelajaran jarak jauh tidak ada tugas kelompok, rata-rata tugas
yang dikasih dikerjakan secara individu aja sih kak. Komunikasi sama temen
lebih sering di group whatsapp.
P : Kalo lagi ngezoom, suasana belajarnya gimana?
I : Kadang temen lain suka bercanda gitu, nggak nganggep sungguh- sungguh
pas pembelajaran lagi berjalan. Ada yang join Zoom tapi ditinggal tidur… apa
yang sepatutnya tidak dilaksanain di kelas offline malah dilakuin di kuliah
online ini.

xxxviii
P : Kenapa sih kamu lebih suka belajar tatap muka?
I : Kebanyakan dari siswa, termasuk juga saya itu dapet senengnya saat belajar
ya pas di sekolah, disana kita biasa berinteraksi, bercanda, curhat-curhatan,
sekedar ngobrol-ngobrol di kantin, ngerjain tugas di perpus dan lain-lain. Nah
dengan diberlakukannya pembelajaran daring ini otomatis kegiatan-kegiatan
seperti itu hilang. Karena selama belajar daring saya ngerasa proses
pembelajarannya terutama pada saat pertemuan daring ini jadi lebih serius.

Nama Narasumber : Aura


Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 5 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)

P : Sistem belajar di sekolah sekarang pake apa ra?


I : Sistem belajaranya kita pake google classroom sama google meet, nanti di
google classroom itu guru ngasih ppt mata pelajaraannya buat dipahamin dulu,
kalo untuk google meetnya buat pembahasan secara langsungnya
P : Kalo pembahasan pake google meet, berapa kali dalam sebulan?
I : Bisa dua kali dalam sebulan, sesuai kesepakatan siswanya pas lagi pertemuan
gitu kita bikin jadwal lagi kapan mau google meet lagi gitu, soalnya masih ada
siswa yang perangkat buat ikut gmeet tidak mendukung, internet juga jadi
masalah buat google meet
P : Biasanya berapa kali dalam sebulan diadain pertemuan daring?
I : Tergantung gurunya sama siswanya juga sih, kesepakatan bersama maunya
gimana belajarnya. Gak setiap guru ngadain pertemuan daring gitu, cuman
beberapa guru aja yang terjadwal gitu diadain pertemuan daring gitu, kaya
misalnya minggu kemaren enggak ada pertemuan daring, minggu depannya
iya. Gitu sih
P : Terus kendala apa aja sih yang kamu rasain selama proses belajar daring?
I : Akses internetnya nguras kuota banget kalo lagi belajar daring gini, terus
pemahaman materinya juga gak begitu paham karena materi yang dikasih

xxxviiii
berupa bahan bacaan aja, sama susah buat konsentrasi pas belajar karena
kondisi rumah yang gak kondusif
P : Kalo pas belajar daring gini, kalo ada materi yang gak dimengerti gimana tuh?
I : Kalo pas pertemuan di gmeet biasanya langsung nanya ke guru ata
pelajarannya, tapi kadang kita cuman dikasih ppt nya aja sih, jadi tetep kita juga
yang mahamin sendiri, sejauh ini kayanya temen kelas nanya ke guru langsung
itu pas gmeet doang kalo gak paham
P : Menurut kamu kalo belajar daring gini jadi ngaruh ke minat dalam belajar gitu
gak sih?
I : Iya belajar daring jadi males, terlalu santai juga, terus minat buat mahamin
pelajaran jadi kurang soalnya kita kalo dapet tugas langsung cari jawabannya
di internet
P : Menurut kamu apa aja sih kelebihan dari model pembelajaran daring ini?
I : Kelebihannya sih kita jadi gak buta banget sama teknologi sekarang, bisa
belajar lewat online yang tadinya kurang wawasan tentang teknologi jadi tau
P : Kalo covid nantinya udah berkurang atau bahkan selesai, terus belajar daring
gini masih diterapin, apa kamu setuju?
I : Enggak sih, kalo belajar online gini gak efektif soalnya
P : Apa yang perlu diperbaikin dari pembelajaran dengan sistem daring gini?
I : Kalo untuk gurunya, mungkin karena online kita belajar di rumah jadi kadang
suka bablas gitu kalo ngasih tugas. Masih suka kepepet sama tugas-tugas dari
guru lain. Jadi mending materi dulu terus dijelasin materinya baru kita dapet
tugas.

xxxviiiii
DOKUMENTASI

Proses Belajar Mengajar Daring

xxxixii
Wawancara Via WhatsApp

xlii
xliii

Anda mungkin juga menyukai