Skripsi
Oleh:
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
i
PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI
NIM : 11161110000002
Mengetahui, Menyetujui,
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
Interaksi Sosial Dalam Proses Pembelajaran Sistem Daring Selama Masa
Pandemi Covid-19 Di SMAN 5 Tangerang
Oleh
Mega Lestari Alhaddad
11161110000002
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Februari 2021.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
iii
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang interaksi sosial yang terjadi pada proses
pembelajaran daring. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana interaksi
sosial yang terjadi selama pembelajaran daring berlangsung di SMAN 5 Kota
Tangerang, serta melihat apa saja kendala yang menjadi penyebab cultural lag
selama pembelajaran daring diberlakukan. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang
digunakan adalah teori cultural lag dari William Fielding Ogburn. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa dalam kasus pembelajaran daring ini interaksi yang terjadi
selama proses pembelajaran terbilang sangat minim. Terbukti dengan tidak adanya
aktivitas kelompok yang biasanya dilakukan. Interaksi yang terjadi lebih sering
menggunakan whatsaap dibandingkan interaksi secara virtual menggunakan zoom.
Hal tersebut membuktikan adanya unsur yang mengalami ketertinggalan
diantaranya yaitu kompetensi atau pengetahuan guru terhadap teknologi yang
masih rendah, belum adanya kemandirian dari siswa dalam proses pembelajaran
daring, dan pola mengajar yang masih mengikuti kebiasaan pada saat mengajar
secara konvensional. Bentuk dari ketertinggalan tersebut menyebabkan
kesenjangan antara program pembelajaran daring yang dilaksanakan dengan
kondisi pola pikir dan tingkah laku dari guru dan siswa.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya sehingga
Karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak dan Ibu Wakil
Dekan, serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku ketua program studi Sosiologi FISIP
3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah S.Ag, M.Si selaku sekertaris program studi
v
membantu peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan penuh
5. Ibu Rohayati, selaku ibu dari peneliti yang selalu setia memberikan
dukungannya dengan rasa ikhlas kepada peneliti baik dalam materi maupun
6. Kakak-kakak peneliti Mas Rizki, Reza, Faisyal serta kakak ipar peneliti Kak
7. Pihak SMAN 5 Tangerang, Ibu Dewi selaku Wakil Kepala Sekolah bidang
9. Seluruh siswa-siswi yang menjadi informan dalam penelitian ini, Nur Arif,
Wildan, Komang, Adzra, Nabilla, dan Aura yang telah membantu peneliti
vi
11. Sahabat-sahabat peneliti Helda Hadiani, Ainun, Elsa, Fatur, Noval,
Erlangga, Buqy, yang selalu menjadi teman berbagi cerita dan motivasinya
Jakarta angkatan 2016 terima kasih karena telah menjadi teman yang baik
13. Staf Tata Usaha FISIP UIN Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
14. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
viii
BAB II : GAMBARAN UMUM
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 66
B. Saran ........................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 68
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal bulan Maret 2020, Indonesia digemparkan dengan adanya berita
mengenai korban positif Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Corona Virus
Disease 2019 merupakan sejenis virus yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang merupakan salah satu jenis virus yang
baru saja ditemukan. Kasus covid-19 ini pertama kali muncul di Provinsi Hubei
tepatnya di kota Wuhan, China (Susilo, 2020). Covid-19 merupakan penyakit menular,
yang penyebarannya melalui kontak fisik melalui hidung, mulut, mata, dan kemudian
suhu tubuh yang naik, demam, batuk, nyeri di tenggorokan, susah bernafas, dan kepala
covid-19. Meskipun himbauan tersebut telah diterapkan, namun pasien positif covid
semakin bertambah setiap harinya. Terhitung per tanggal 29 Agustus 2020, jumlah
1
Gambar I. 1 Grafik Kasus Covid-19 di Indonesia
positif covid-19 terbanyak di Asia Tenggara dan sampai saat ini pun jumlah
Indonesia, Pemerintah telah membentuk tim khusus untuk menangani covid-19 dan
korban positif covid-19 di Indonesia. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh
2
Melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan
diharuskan belajar dari rumah. Pertimbangan ini pun diambil guna mencegah
tertentu baik untuk guru, siswa serta orangtua. Untuk guru, kerutinan mengajar di kelas
sepanjang puluhan tahun lewat pembelajaran klasikal pasti tidak gampang untuk
waktu adaptasi yang begitu singkat, guru kemudian dibuat bingung. Kebingungan ini
Pertama, walaupun sesungguhnya para guru saat ini sudah tidak asing dengan
yang namanya internet, akan tetapi selama ini guru-guru banyak yang belum
yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2018
yakni sebesar (23,3%), dan sisanya digunakan untuk berita, informasi produk dan lain
sebagainya.
3
Kedua, pembelajaran daring dicoba dalam keadaan keterpaksaan tanpa adanya
persiapan yang cukup. Kesimpulannya hampir semua gagap mengalami realitas ini.
Bukan saja guru, siswa serta orangtua siswa, bahkan pemerintah pun menghadapi
lebih lambat.
Keadaan tersebut bisa berdampak pada interaksi sosial siswa dan juga
kelas yang berbeda dari sebelumnya. Budaya belajar para siswa dipaksa berubah oleh
hal yang paling penting. Menurut Garrison dan Shale, ada beberapa aspek penting
dalam proses pembelajaran jarak jauh antara lain (1) Pendidikan jarak jauh artinya
sebagian besar komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswanya terjadi secara
tidak bersamaan, (2) Harus melibatkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa
4
Menggunakan teknologi untuk tercapainya komunikasi secara dua arah. Garrison dan
interaksi antara guru, siswa dan konten. Jika tidak ada interkasi antara guru, siswa dan
konten, pembelajaran tidak mungkin akan terjadi (Garrison dan Shale, 1987).
Pernyataan tersebut juga serupa dengan pendapat Anderson yang menuturkan bahwa
pembelajaran daring harus terdapat keseimbangan yang tepat antara ketiga hal berikut
: (1) Interaksi antara guru dengan siswa, (2) Interaksi terhadap konten, (3) Interaksi
dilakukan secara daring menyebabkan interaksi sosial yang terjadi selama masa
pembelajaran menjadi berkurang. Dalam konteks ini, perilaku dan kebiasaan warga
kembali melalui proses interaksi secara virtual. Kondisi ini sekaligus mempertegas
bahwa fungsi teknologi menjadi sangat penting sebagai perantara atau penghubung
saat ini.
Perubahan dalam proses pembelajaran menjadi sistem daring membuat pendidik harus
beradaptasi dengan keadaan ini, mulai dari bahan ajar yang sudah didesain dan
Poin pentingnya adalah, guru mendapatkan tugas baru dalam kegiatan belajar mengajar
5
yakni bagaimana agar proses pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya
(Setiawan, 2020).
yang mengindikasikan kurangnya interaksi sosial pada saat proses pembelajaran daring
yang terjadi di SMA Negeri 5 Tangerang, dimana siswa kurang aktif dalam bertanya
saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya, tidak adanya lagi tugas kelompok
pada kurangnya interaksi antar siswa. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran daring
ini terbilang baru diberlakukan sehingga menyebabkan terjadinya cultural lag selama
pembelajaran yang berdampak pula pada proses interaksi sosial warga sekolah selama
penelti tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul “Interaksi Sosial Pada
B. Pertanyaan Penelitian
Bedasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam peneltian ini
adalah :
Tangerang?
SMAN 5 Tangerang?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
seperti berikut:
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
b. Secara Praktis
daring berlangsung.
7
D. Tinjauan Pustaka
memperkokoh dan juga memperluas data dan asumsi dari peneliti dalam penulisan
skripsi ini. Tinjauan pustaka peneliti berfokus pada sumber literatur yang relevan
dengan topik penelitian ini yaitu tentang interkasi sosial dan proses pembelajaran
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nur Hayati dalam jurnal Resiprokal
penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran jarak jauh yang dilakukan
pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah interaksi antara guru
dengan santri ataupun interakasi antar santri yang terjadi selama pembelajaran daring
berkurang karena tidak adanya tugas dalam bentuk diskusi. Semua pihak baik santri,
guru maupun orang tua mengalami culture shock dengan adanya sistem pembelajaran
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dini Budiani dalam artikel yang berjudul
2021). Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui interaksi yang terjadi
antara guru dan siswa pada pembelajaran daring. Pada penelitian ini menggunakan
8
penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data informasi dilakukan melalui
observasi partisipan dan juga wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
interaksi yang terjadi antara dosen dan mahasiswa cenderung bersifat prosedural
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Syahrida Norkhalifah dalam artikel yang
berjudul Pengaruh Pembatasan Interaksi Sosial di Masa Pandemi Covid-19 Pada Anak
(Norkhalifah, 2020). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memaparkan informasi
mengenai pengaruh pembatasan interaksi sosial pada masa pandemi covid-19. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian literatur berupa jurnal. Hasil
dari penelitian ini adalah pembatasan interaksi sosial sangat berdampak bagi anak
terutama pada anak usia dini, karena mereka membutuhkan interaksi sosial untuk bisa
membangun karakternya dan juga interaksi sosial merupakan salah satu hal yang
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Stevany Afrizal dkk dalam artikel yang
(Afrizal, 2020). Tujuan dalam penelitian ini adalah membahas mengenai perubahan
sosial pada budaya digital dalam pendidikan secara mendalam. Artikel ini
menggunakan metode kepustakaan melalui studi literatur dari buku, artikel dan jurnal.
Hasil penelitian ini adalah adanya perubahan budaya masyarakat yang begitu cepat
9
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Wening Sekar Kusuma dan Panggung
Sutapa dalam jurnal Obsesi Volume 5 No 2 (Sutapa, 2021), menuliskan suatu artikel
yang berjudul Dampak Pembelajaran Daring terhadap Perilaku Sosial dan Emosional
berdampak pada perilaku sosial dan emosional anak. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus melalui wawancara dengan analisis tematik. Hasil
dalam penelitian ini adalah menunjukkan bahwa secara umum perilaku sosial dan
emosional anak selama pembelajaran daring adalah anak kurang bersikap kooperatif
didapatkan dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah mengkaji mengenai
perubahan sistem pembelajaran menjadi sistem daring atau online, melihat bagaimana
terhadap interaksi sosial dan perilaku sosial baik dari guru maupun siswanya. Dari
beberapa penelitian sebelumnya metode yang digunakan sama yaitu kualitatif. Namun
jika dilihat dari perbedaan mengenai penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak
pada lokasi penelitian dan subjek yang diteliti. Selain itu, penelitian sebelumnya masih
pendekatan teoritis.
10
E. Kerangka Konseptual
1. Interaksi Sosial
Sedangkan proses sosial merupakan suatu interaksi atau hubungan timbal balik yang
berhubungan yang bisa dilihat apabila individu dan kelompok sosial saling bertemu
yang kemudian menentukkan sistem dan bentuk hubungan sosial (Soekanto, 2002).
Adapun pengertian proses interaksi sosial menurut Abu Ahmadi ialah cara-
cara interaksi (aksi dan reaksi) yang bisa diamati apabila perubahan-perubahan
mengganggu cara dan pola hidup yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya Ahmadi
juga memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara
pengertian proses sosial menurut Gillin dan gillin ialah cara berhubungan yang bisa
dilihat jika individu dan kelompok manusia saling bertemu lalu menentukkan sistem
dan bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi jika ada perubahan yang
dapat mempengaruhi cara-cara hidup yang sebelumnya sudah ada (Fayana, 2012).
Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk
11
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi memiliki
pengertian sebagai hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang saling
dilaksanakan secara jarak jauh tanpa harus berhadapan atau bertatap muka secara
Kekurangan yang paling terlihat dari pembelajaran daring adalah guru dan siswa
tidak terbiasa dengan pembelajaran daring. Apalagi dalam pembelajaran daring ini
ataupun laptop dan tidak semua siswa difasilitasi perangkat tersebut. Berikut adalah
2020).
12
a) Pengajar dan siswa bisa berkomunikasi menggunakan internet kapan
b) Pengajar dan siswa bisa menggunakan bahan ajar dan teratur melalui
internet
c) Siswa bisa mengulang materinya kapan saja dan dimana saja apabila
diperlukan
diantaranya :
a) Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dan interaksi antar
tugas
3. Pandemi Covid-19
CoV-2) merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini juga biasa
13
infeksi paru-paru yang berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Penularan virus
covid-19 ini melalui droplet dari orang yang telah terinfeksi virus covid-19 terlebih
dahulu. Awal mula kasus covid-19 dimulai dengan adanya kasus radang paru-paru
misterius pada bulan Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar
hewan di Huanan Kota Wuhan, pasar tersebut menjual berbagai jenis daging
binatang, baik yang biasa dikonsumsi hingga daging yang tidak biasa dikonsumsi
pada umumnya seperti kelelawar, tikus, ular dan lain sebagainya (Asy’ari, 2020).
Sampai saat ini, pandemi virus covid-19 masih terus menyebar di berbagai
Indonesia sendiri telah melakukan berbagai usaha dan imbauan untuk mengurangi
penyebaran virus ini. Beberapa diantaranya ialah pertama, tidak menyentuh atau
memegang benda-benda yang sering tersentuh oleh banyak orang. Hal tersebut
banyak bakteri yang menempel sehingga dikhawatirkan benda tersebut juga menjadi
faktor penyebab penularan virus covid-19. Kedua, harus selalu menjaga kebersihan
tangan dengan selalu mencuci tangan dengan sabun atau antiseptic secara berkala.
dan bersin dengan memakai masker. Kelima, selalu menjaga jarak dan menjauhi
keramaian.
Mengambil keterangan dari makalah yang ditulis oleh Rahayu Asy’ari, secara
umum gejala virus covid-19 ini ialah mengalami demam tinggi diatas 38 derajat,
14
mengalami batuk, sesak nafas (Asy’ari, 2020). Gejala tersebut biasanya dialami
dalam rentang waktu 14 hari. Pada tanggal 11 Maret 2020, World Health
pandemi. Hal tersebut menjadi pertimbangan dikarenakan virus ini telah menyebar
ke berbagai belahan dunia dengan total korban sebanyak 4.616 orang pada tahun
2020 lalu dan jumlah tersebut masih bertambah sampai sekarang (Asy’ari, 2020).
F. Kerangka Teoritis
salah satu teori yang diperkenalkan oleh salah satu sosiolog yang berasal dari Amerika,
William F Ogburn. Peneliti akan menggunakan teori ini untuk menganalisis kondisi
Dalam teori cultural lag ini, memiliki keterlibatan antara dua variable yang
berbeda, namun dengan adanya inovasi atau penemuan baru salah satu variable dapat
mengalami perubahan yang lebih cepat dibandingkan variable lainnya. Hal ini dapat
variable lain dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi (Laurer
1993:209).
kebudayaan, baik yang bersifat materiil maupun yang bersifat non-materiil. Yang
15
dimaksud kebudayaan materiil bisa mencakup seperti, teknologi, komputer, listrik,
materiil bisa meliputi norma, adat istiadat, aturan sosial dan lain sebagainya.
oleh OpenStax College, budaya memiliki dua bagian yang berbeda yaitu budaya
”Budaya material mengacu pada benda atau milik sekelompok orang. Misalnya
seperti tiket bus yang merupakan bagian dari budaya material, begitu pula mobil,
toko, dan struktur fisik tempat orang beribadah. Kebalikannya, budaya nonmateri
terdiri dari gagasan, sikap, dan keyakinan masyarakat" (OpenStax 2015:53).
Dapat disimpulkan bahwa budaya material mengacu pada semua benda konkret
gagasan yang lebih abstrak yang membentuk suatu budaya itu sendiri, seperti norma,
dll. Berdasarkan teori tersebut, teknologi dan internet yang digunakan dalam
tersebut juga dapat disimpulkan bahwa budaya material mencakup semua benda
konkret yang diciptakan dan budaya nonmateri meliputi setiap ide atau gagasan yang
utama dari kemajuan yang menjadi penggerak perubahan. Sedangkan kebudayaan non-
16
perkembangan kebudayaan materiil tersebut. Suatu kesenjangan budaya (cultural lag)
berlangsung, jika satu atau dua bagian dari sistem budaya masyarakat telah berubah.
Hal ini akan mengakibatkan unsur budaya yang lain tertinggal, sehingga terjadi
Seperti pemakaian alat komunikasi modern, alat produksi, ekonomi modern, dan
masih memegang nilai-nilai budaya lama misalnya dalam hal norma, pergaulan, adat
Ogburn memberikan alasan umum atau penyebab dari kelambatan budaya ini,
diantaranya :
Kekaguman pada kebiasaan dari budaya lama ataupun adat istiadat yang
sudah ada sejak lama terkadang membuat masyarakat sulit untuk melupakannya.
Hal tersebut dapat terjadi karena menganggap bahwa adat budaya dan kebiasaan
pada masa lalu sudah menyatu didalam tingkah laku dan kebudayaan di suatu
atau meninggalkannya dengan budaya yang baru, maka hal tersebut dianggap
17
b. Heterogenitas masyarakat.
berlaku pada suatu kelompok tertentu saja. Sedangkan perubahan itu harus
“The thesis is that the various pasrts of modern culture are not changing at
the same rate, some parts are changing musch more rapidly than others;
and that since there is a correlation and interdependence of parts, a rapid
change in one part of our culture requires readjusments through other
changes in the various correlated parts of culture.”
(Tesisnya adalah bahwa berbagai bagian budaya modern tidak berubah
pada kecepatan yang sama, beberapa bagian berubah jauh lebih cepat
daripada yang lain; dan karena ada korelasi dan saling ketergantungan
bagian, perubahan cepat di satu bagian budaya, membutuhkan penyesuaian
kembali melalui perubahan lain diberbagai bagian budaya yang berkorelasi)
(Ogburn 1922:200).
teknologi
18
c. Difusi (Difussion), yaitu proses pertukaran dan pergulatan gagasan seputar
berjalannya waktu dan mengikuti perubahan zaman yang terjadi secara global. Di sisi
lain, perubahan kebudayaan non-materil berjalan lebih lamban dan tidak mampu
material seringkali menjadi variabel bebas karena perubahan dan inovasinya yang
cepat, dan budaya nonmateri pada umumnya menjadi variabel dependen karena
cenderung bertahan dalam status quo hingga ada perubahan yang harus mereka ikuti.
Terlepas dari kenyataan ini, budaya nonmateri bisa terkadang menjadi variabel
independen jika ide abstrak tertentu terbukti berubah pertama sebelum budaya material.
menganggap bahwa teknologi memiliki peran yang paling penting dalam perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat. Akibat dari cepatnya perkembangan teknologi yang
19
"Technological progress produces rapid changes in the material aspect of our
culture, but the non-material aspects fail to adjust or they do so only after an
excessive time lag." (Kemajuan teknologi menghasilkan perubahan cepat dalam
aspek material budaya kita, tetapi aspek non-material gagal menyesuaikan atau
hanya terjadi setelah jeda waktu yang lama) (Ogburn 1957:41).
Hal tersebut didukung oleh pengamatan yang dilakukan oleh Ogburn yang
membawa perubahan, namun teknologi bukanlah inti dari penyebab terjadi perubahan
tersebut.
Apa yang dikatakan oleh Ogburn ini dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial
yang terjadi tidak hanya terjadi karena adanya penemuan ataupun kemajuan teknologi,
tetapi bisa disebabkan pula karena adanya gejala atau fenomena sosial yang sedang
20
Seperti halnya yang dilakukan peneliti dalam mengkaji Cultural lag dalam
pembelajaran ini terjadi setelah adanya program belajar dari rumah yang diperintahkan
cultural lag dari Ogburn untuk mengkaji bagaimana terjadinya cultural lag pada siswa
maupun guru akibat dari diberlakukannya sistem belajar daring tersebut. Selain itu,
teori ini juga akan membantu peneliti dalam melihat proses pembelajaran serta melihat
apakah ada perbedaan interaksi dan jarak sosial baik antara guru dengan siswa maupun
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Sehingga, laporan
21
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal dari wawancara, catatan lapangan,
foto, video dan dokumen pribadi (Zuriah, 2006). Penelitian ini, bermaksud untuk
Tangerang.
perlu memilih alat dan teknik pengumpulan data yang relevan. Pengguna-an
teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data
yang objektif (Zuriah, 2006). Pada penelitian kali ini, metode yang akan
a. Observasi
yang diamati, namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono,
22
2015). Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengamati proses belajar
mengajar melalui sistem daring/online pada guru dan siswa SMAN 5 Kota
b. Wawancara
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri
utama dari wawancara ini adalah adanya kontak langsung dengan tatap
pendapat responden.
wawancara agar proses wawancara tidak keluar dari konteks dan tetap fokus.
23
pembelajaran sistem daring dilaksanakan dan kendala apa saja yang
c. Dokumentasi
lainya baik cetak, tertulis ataupun rekaman yang berkaitan dengan apa yang
5 Kota Tangerang. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di
24
4. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
kenyataan yang berada di lapangan (Moleong, 2000). Oleh karena itu, letak
geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga harus menjadi
pertimbangan peneliti agar didapatinya waktu yang kondusif dan biaya yang
tidak terlalu banyak dalam melakukan suatu penelitian. Maka dari itu, untuk
mencapai data yang diinginkan oleh peneliti, lokasi penelitian yang peneliti pilih
dalam penelitian ini adalah sebuah sekolah yang terletak tidak jauh dari rumah
November 2020.
5. Proses Penelitian
a. Tahap Pertama
Pada tahap awal penelitian, peneliti saat itu sering melihat berbagai
25
tahu dengan menanyakan kepada kakak dari peneliti yang berprofesi
kakak peneliti yang juga seorang guru, akhirnya penulis berinisiatif untuk
b. Tahap Kedua
Tangerang dan bertemu dengan ibu Dewi, selaku Wakil Kepala Sekolah
dari awal sudah mengizinkan tapi karena kondisi sekolah yang sepi karena
kemudian Ibu Wulan yang merupakan salah satu guru di sekolah tersebut
wawancara guru, bisa dilakukan di sekolah pada saat jam sekolah karena
walaupun keadaan sekolah sepi, tetapi masih ada beberapa guru yang
26
c. Tahap Ketiga
Setelah diberi izin oleh Kepala Sekolah, kemudian pada tahap ini
penulis meminta kepada Ibu Dewi kontak dari perwakilan siswa yang
yang pada saat itu sedang berada di sekolah untuk mengetahui bagaimana
kedalam pola kategori dan satu uraian dasar (Moloeng, 2005). Tujuan analisis
27
a. Reduksi Data (Data Reduction)
pada masalah, baik data yang terdapat di lapangan maupun yang terdapat
diperlukan.
28
penjelasan yang terkait dengan apa yang di kemukakan informan. Serta
hasil akhir yang dapat ditarik sebuah kesimpulan secara garis besar dari
Penelitian yang dilakukan oleh penulis tentu tidak lepas dari kendala.
berlangsung.
H. Sistematika Penulisan
yang diteliti. Yaitu letak geografis, kondisi-kondisi umum Sekolah Menengah Negeri
29
Bab III : Temuan dan Hasil Penelitian. Pada bab ini akan mendeskripsikan
dan menganalisa data-data yang telah terkumpul, guna menjawab pertanyaan penelitian,
30
BAB II
SMA Negeri 5 Kota Tangerang merupakan salah satu sekolah menengah atas
yang terletak di Jalan Ciujung Raya No. 3 Perumnas I, Kecamatan Karawaci, Kota
Tangerang, Provinsi Banten 15116. SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini berada tidak
jauh dari Dinas Pendidikan Kota Tangerang dan pusat Pemerintahan Kota Tangerang,
dengan waktu tempuh 20 menit dan jarak 4,58 km. Selain dekat dengat pusat
pemerintahan kota, lokasi SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini juga dekat dengan
Lembaga kebudayaan seperti Museum Benteng Heritage. Tidak jauh dari sekolah juga
terdapat Universitas Pelita Harapan yang biasa ditempuh sekitar 15 menit dengan jarak
Letak SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini berada di dalam komplek salah satu
perumahan di Griya Cibodas Asri, maka tidak sulit menemukan banyak lembaga
bimbingan belajar dengan fasilitas belajar yang lengkap di sekitar sekolah. Melihat
lokasi yang berada di sisi jalan, SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini dapat dikatakan
cukup strategis dan mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi umum.
SMA Negeri 5 Kota Tangerang telah berdiri sejak 33 tahun yang lalu secara
resmi tepat di tanggal 24 Agustus 1987 yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak
31
Yogie Suwardi Memet selaku Gubernur Jawa Barat, dan Bapak Soeprapto selaku
Gubernur DKI Jakarta yang menjabat pada saat itu. SMA Negeri 5 Kota Tangerang
karena itu SMA Negeri 5 Kota Tangerang diberikan gelar "The Green School" karena
menambah sarana dan prasarana, termasuk menambah tenaga pendidik dan staf tata
usaha agar mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anak didik dan
warga masyarakat lainnya agar dapat bersaing dan mengikuti perkembangan dunia
September 2020.
menggembirakan, karena telah memiliki staf pengajar yang cukup banyak dengan
jumlah 52 orang, sudah termasuk guru tetap dan guru tidak tetap. Semua guru di SMA
Negeri 5 Tangerang terdiri dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan Pendidikan S1 dan
S2. Selain itu juga, SMA Negeri 5 Tangerang telah memiliki ruang belajar atau kelas
sebanyak 29 kelas dengan sistem Pendidikan seluruhnya dilaksanakan pada pagi hari
mulai dari pukul 07.00 wib sampai dengan pukul 14.45 wib. Kurikulum yang
32
digunakan SMA Negeri 5 Tangerang adalah kurikulum 2013 atau biasa disebut K-13.
perpustakaan, serta berbagai ruang kantor, termasuk ruang untuk pembinaan bidang
2. Ruang Guru 1
5. Ruangan Kelas 29
6. Laboraturium IPA 3
7. Laboraturium Bahasa 1
8. Laboraturium Komputer 1
9. Perpustakaan 1
33
17. Pergudangan 1
18. Kantin 1
keinginan yang sangat tinggi dari seluruh stakeholder SMA Negeri 5 Tangerang
dibawah para pimpinan para Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Tangerang dari generasi
siswi agar merasa nyaman ketika di sekolah. Fasilitas yang memadai ini dapat
Dalam segi kualitas, SMA Negeri 5 Kota Tangerang ini memperoleh akreditasi
A, dapat dikatakan bahwa SMA Negeri 5 Kota Tangerang merupakan sekolah dengan
penilaian baik mulai dari sistem kurikulum pendidikan, proses pembelajaran sekolah,
pendidikan, dan terakhir penilaian pendidikan hasil belajar oleh pendidik, satuan
34
Gambar II. 1 Data Akreditasi SMAN 5 Tangerang
distancing, hal tersebut berlaku juga untuk lingkungan sekolah. Sekolah terpaksa
Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid -19 di satuan Pendidikan
pada tanggal 9 Maret 2020. Dalam surat edaran tersebut dituliskan bahwa kegiatan
35
Gambar II. 2 Surat Edaran No.3 Tahun 2020
Sumber : Kemendikbud.go.id
rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid -19. Mendikbud juga mengimbau
36
tersebut, maka seluruh sekolah dan Perguruan Tinggi resmi diberlakukan belajar dari
rumah sebagai strategi untuk memenuhi hak pendidikan anak selama pandemik.
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Covid -19.
Dalam surat tersebut berisi tentang proses belajar dari rumah. Ketentuan yang diatur
diantaranya adalah semangat dasar pembelajaran daring, fokus belajar dari rumah,
aktivitas dan tugas pembelajaran selama belajar dari rumah, serta peran guru dalam
memberikan umpan balik. Surat Edaran Mendikbud 4/2020 tersebut diikuti dengan
Belajar dari Rumah (BDR) dalam masa pandemic Covid-19 pada 18 Mei 2020.
Sumber : Bersamahadapikorona.kemendikbud.go.id
37
Poin-poin penting yang tercantum dalam Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020,
diantaranya :
Pendidikan
b. Peran Pendidik
siswa
kondisi anak
38
c. Peran Siswa
7. Sampaikan ke guru atau orang tua jika ada kesulitan saat kegiatan belajar
hari ini
Selain itu, Surat Edaran Kemendikbud No. 4 tahun 2020 juga mengatur
penyelenggaraan belajar secara lebih rinci. Belajar dari rumah dilakukan dengan 2 cara,
yaitu pembelajaran daring dan luring. Pembelajaran secara daring dapat menggunakan
Pembelajaran Digital oleh Pusdatin, hingga mengambil dari berbagai buku digital yang
tersedia di internet. Sedangkan pembelajaran secara luring dapat diambil dari televisi,
radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak, dan alat peraga dari
lingkungan sekitar.
hand sanitizer, disinfektan, masker, dan juga untuk membiayai pembelajaran daring.
39
D. Ketersediaan Infrastruktur Terhadap Kebijakan Pemerintah
pendidikan dalam hal ini sekolah harus menentukkan model pengelolaan satuan
keluarnya Surat Edaran dari Kemendikbud tersebut, seluruh pendidik dan staff sekolah
melakukan rapat untuk menentukkan model dan sistem pembelajaran pada saat
pembelajaran dari rumah berlangsung. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Dewi
”…Waktu ada surat edaran dari kemendikbud, kepala sekolah langsung ngasih
info untuk diadain rapat mengenai pembelajaran daring. Pas rapat waktu itu yang
dibahas ada soal metode yang nantinya bakal dipakai pas belajar daring, bahas
juga soal penggunaan aplikasi-aplikasi buat belajar daring, terus juga dikasih tau
websitenya Kemendikbud supaya guru-guru bisa ngambil materi dari sana."
(Wawancara 16 Oktober 2020).
Tangerang telah melakukan proses pembinaan tersebut, namun nyatanya masih ada
pada saat awal proses pembelajaran daring berlangsung. Sekolah juga telah melakukan
40
Selain itu SMAN 5 Tangerang pun telah membentuk Tim Siaga Darurat untuk
mengecek ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih, sarana cuci
tangan dengan air mengalir, area wajib masker, tersedianya hand sanitizer di area
sekolah, memastikan area sekolah menyemprotkan disinfektan secara berkala dan lain-
lainnya. Dana untuk kebutuhan pencegahan virus Covid-19 ini diambil dari dana BOS,
sesuai dengan perintah dari Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020.
Pada tanggal 24 maret 2020, sesuai dengan perintah dari Menteri Pendidikan
untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah secara daring, SMAN 5 Kota Tangerang
pun melaksanakan program tersebut. Hal tersebut menjadikan tidak adanya kegiatan
apapun baik kegiatan belajar mengajar ataupun kegiatan ekstrakulikuler yang pada
Situasi sekolah sejak pertengahan Maret 2020 mengalami perubahan yang sangat
signifikan, ruang kelas yang biasanya dipenuhi oleh siswa kini berubah menjadi ruang-
ruang kosong tanpa penghuni. Kini, kelas berubah dan berada dalam setiap rumah
masing-masing siswa maupun guru. Mereka tidak lagi datang ke sekolah untuk
melakukan proses belajar-mengajar. Guru dan siswa hanya perlu di rumah atau di suatu
tempat yang memungkinkan untuk memberikan dan menerima materi. Modal utama
dalam pembelajaran daring ini adalah smartphone atai laptop/komputer, jaringan dan
akses internet.
41
Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kerumunan guna mencegah
kegiatan apapun di sekolah, guru dan murid melakukan proses kegiatan belajar
mengajar secara daring. Maka dari itu baik murid maupun guru diharuskan memiliki
smartphone ataupun laptop dan yang paling penting adalah tersedianya kuota internet.
Selain itu, guru dan murid diharuskan memiliki meng-install aplikasi pendukung untuk
sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah dan dilakukan secara
jarak jauh oleh guru dan siswa sehingga membutuhkan perangkat atau sistem
covid-19 digunakan oleh guru sebagai langkah dalam mengatasi pembelajaran secara
jarak jauh. Media daring secara umum ialah jenis media yang hanya bisa diakses
melalui internet yang didalamnya berisikan teks, suara, video, foto sebagai sarana
42
komunikasi. Adapun media daring yang digunakan dalam pembelajaran daring di
a. Media WhatsApp
Aplikasi whatsapp merupakan salah satu media utama yang digunakan oleh
guru dan siswa selama pembelajaran daring. menurut Larasati, aplikasi whatsapp
adalah aplikasi yang digunakan untuk berkirim pesan secara instan dan
note dan bisa juga dijadikan untuk media berdiskusi (Larasati, 2013). Penggunaan
digunakan untuk mendukung interaksi secara multiarah. Misalnya seperti fitur chat
dan voice note yang digunakan untuk mengirim materi pembelajaran dan tanya
jawab dalam bentuk tulisan maupun lisan. Fitur video juga bisa dimanfaatkan untuk
menyampaikan materi dalam bentuk tayangan. Kemudian ada fitur foto yang bisa
digunakan oleh siswa untuk mengirim tugas yang telah diselesaikan. Fitur dokumen
digunakan untuk memberikan materi yang biasanya berupa Word, Excel atau Pdf
SMAN 5 Tangerang ialah guru membuat group chat kelas yang digunakan untuk
memberikan materi atau soal yang harus dikerjakan oleh siswa kemudian biasanya
43
siswa akan bertanya menggunakan pesan pribadi dengan gurunya apabila ada materi
b. Media Zoom
berkomunikasi dimanapun dan kapanpun dengan banyak orang tanpa harus bertemu
secara langsung. Aplikasi ini digunakan sebagai salah satu media daring selama
berbagai macam fitur seperti fitur share screen yang bisa digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi yang dapat juga dilihat secara langsung oleh para siswanya
tetapi tanpa adanya pertemuan tatap muka. Berbagai fitur menarik lainnya juga bisa
digunakan selama pertemuan daring berlangsung, seperti fitur chat yang bisa
digunakan untuk mengirim pesan secara pribadi atau bisa juga ke semua peserta.
Kemudian ada fitur raise hand yang bisa digunakan oleh siswa ketika ingin bertanya
terciptanya ruang kelas di dunia maya. Menurut Herman, Aplikasi ini dapat
dijadikan sebagai media dalam distribusi tugas, submit tugas bahkan sampai menilai
44
tugas-tugas yang telah dikumpulkan (Hammi, 2017). Fitur-fitur yang tersedia dalam
aplikasi ini berupa create question, create assignment, create announcment dan reuse
post bisa digunakan oleh guru maupun siswa untuk mengunggah beberapa file,
45
BAB III
PEMBAHASAN
Pandemi covid-19 yang terjadi pada saat ini mengakibatkan perubahan sosial
secara cepat, tak terkecuali pada sistem pendidikan. Secara khusus dalam bidang
pendidikan di Indonesia terjadi perubahan yang signifikan dari cara belajar yang benar-
benar berubah dengan sistem pendidikan sebelumnya (Setiawan & Eti, 2020). Pada
masa pandemi ini membuat aktivitas pertemuan fisik secara langsung terpaksa harus
dibatasi dan dihindari. Oleh karena itu, Pemerintah mengubah sistem pembelajaran
menjadi sistem daring. Pada bulan Maret 2020 SMAN 5 Tangerang mulai
seperti biasa. Adapun untuk proses pembelajarannya dimulai pada pukul 07:00, siswa
diwajibkan untuk absen melalui google classroom ataupun di whatsapp group. Dalam
hal ini, siswa belajar secara mandiri dengan mempelajari materi yang telah diberikan
oleh guru melalui aplikasi tersebut, tanpa adanya tatap muka. Namun, terkadang guru
pemberian materi melalui aplikasi ini tidak dilakukan setiap hari, bisa dibilang tidak
46
ada jadwal khusus dalam penggunaannya, semuanya sesuai dengan situasi, kondisi dan
Setiap harinya, guru membuat materi yang nantinya akan diunggah di google
classroom ataupun di whatsapp sehingga bisa diakses oleh para siswa. Tidak hanya
memberikan materi saja, namun guru juga menyertakan tugas atau latihan-latihan yang
bisa digunakan siswa untuk menambah nilai mereka. Menurut pengakuan dari
beberapa siswa, materi dan tugas yang diberikan cukup banyak, tak jarang siswa
menjadi terbebani dengan adanya tugas yang menumpuk selama pembelajaran daring.
"…Gak semua materi bisa dimengerti sih kak, karena walaupun kami tetep dapet
materi pembelajaran di setiap pertemuan, tapi kan disitu guru juga ngasih tugas,
jadi kadang materinya itu gak sempet dibaca karena deadline tugas."
(Wawancara 5 Oktober 2020).
Hal yang sama juga dirasakan oleh Adzra yang merasakan tugas yang diberikan
oleh guru pada saat belajar daring terasa lebih banyak dibandingkan pada saat belajar
di sekolah.
"...Tugasnya lebih banyak, kayanya hampir setiap hari tuh ada aja gitu tugasnya.
Malesnya gitu doang sih kalo belajar daring dikasih tugas seabrek-abrek. Ya
walaupun dikasih waktu kadang 3 hari kadang nyampe seminggu cuman kan
beban tugas yang dikasih gak cuman 1 mata pelajaran doang kak, tiap mata
pelajaran ada aja gitu tugasnya jadi ya tetep aja kadang keteteran buat
ngerjainnya." (Wawancara 1 Oktober 2020).
daring yang seharusnya diterapkan, guru justru memberi banyak tugas kepada siswa
47
yang menjadikan siswa stress pada saat di rumah. Berbeda dengan tujuan awal dari
pembelajaran daring ini yang seharusnya dapat menjadi pengganti dari proses
Pada awalnya guru dan siswa merasa tertarik dan antusias dengan pemberlakua
pembelajaran daring ini, namun lama-kelamaan antusias tersebut mulai menurun. Baik
guru maupun siswa lebih memilih kegiatan belajar-mengajar tatap muka yang
materi yang diajarkan akan lebih terserap jika dilakukan secara tatap muka, kemudian
interaksi ataupun dialog antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa
lainnya pun lebih mudah dilakukan secara langsung dibanding harus menggunakan
media daring.
Interaksi merupakan hubungan antar manusia yang secara aktif dan kemudian
terdapat proses timbal baik, antar individu, individu dengan kelompok atau antar
dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah hubungan yang bersifat aktif dan saling
berbalas baik antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok.
interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa yang terjadi secara
48
langsung melalui tatap muka ataupun terjadi secara tidak langsung melalui daring.
Selama berlangsungnya proses pembelajaran terjadi interaksi yang timbal balik antara
guru dengan siswa untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Berikut ini adalah
proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama pemberlakuan pembelajaran
daring.
yang berkaitan dengan interaksi pembelajaran antara guru dan siswa. Bedasarkan
pengamatan dari peneliti, ditemukan bahwa ketika guru melakukan sesi tanya jawab
di kelas daring, sebagian besar dari siswa tidak merespon dan juga tidak menjawab
pertanyaan yang diajukan. Dari hasil observasi tersebut pun, guru memberikan
49
Gambar III. 1 Proses Pembelajaran Daring dengan Media Zoom
interaksi antar siswa menjadi semakin berkurang, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Ditambah lagi dengan fakta bahwa tidak semua guru membangun suasana
kelas yang nyaman, yang bisa membuat siswa leluasa untuk bertanya dan
berdiskusi. Hal tersebut membuat para siswa agak segan untuk menyampaikan
pendapatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Komang sebagai berikut :
“Ada guru yang selama belajar daring sama sekali gak nerangin materi kak,
misalnya kaya beliau ngasih tugas tapi gak ada penjelasan materinya ke kita.
Beda kan kalo pas belajar offline, kita bisa denger langsung mengenai materi
yang dikasih sama guru tersebut.” (Wawancara Rabu, 3 Maret 2021).
50
Biasanya saya ataupun teman-teman udah malas nanyain materi yang udah
dijelasin tadi di Zoom.”(Wawancara Rabu, 3 Maret 2021).
Interaksi yang terjadi cenderung satu arah dan kurang interaktif. Para siswa
merasa tidak nyaman, merasa malas, cenderung pasif dalam forum diskusi pada saat
kelas daring. Selain itu selama kelas daring proses diskusi juga kurang berjalan
dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyatan dari Pak Harno, sebagai berikut
“Iya emang kalo pas sesi nerangin mataeri dan tanya jawab, masing-masing
siswa responnya pasti beda-beda ya. Ada yang antusias nanya-nanya, ada juga
yang diem aja. Tergantung mood anak sama materi yang diajarkan sih kayanya.
(Wawancara Jum’at, 26 Februari 2021).
Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Komang, sebagai berikut :
“Kalo lagi kelas daring emang temen-temen termasuk saya juga kayanya
cenderung lebih pasif sih kak, pada males ngomong kalo emang gak dipanggil
namanya sama guru mah. kayanya temen. Palingan yang aktif ya cuma anak-
anak yang emang suka diskusi aja yang emang dari pas di sekolah dulu juga udah
sering ngomong di kelas. Kalo saya sendiri jarang ngomong pas kelas daring
karena suka malu kak, kurang pede (percaya diri) gitu, kayanya kalo mau
ngomong tuh diperhatiin banget gitu sama yang lain. Padahal mah kalo pas di
sekolah kalo mau ngomong ya tinggal ngomong aja kan, asal nyeletuk gitu. Nah
kalo pas daring kan gabisa asal nyeletuk gitu. (Wawancara Rabu, 3 Maret 2021).
Bedasarkan dari observasi yang telah dilakukan beberapa kali oleh peneliti,
interaksi yang terjadi antar siswa selama pertemuan daring ini terbilang minim.
Yang lebih sering terjadi hanya dialog antara guru dengan siswa saja. Selain itu juga,
penjelasan materi dengan cara presentasi kelompok siswa tidak terjadi selama
51
presentasi kelompok dapat menimbulkan interaksi-interaksi baik antara guru ke
siswa maupun interaksi antara siswa dengan siswa lainnya. Dulu, pada saat
dan spontan. Interaksi yang hadir dari adanya tanya jawab, diskusi, obrolan yang
biasa terjadi tidak terlihat lagi selama pembelajaran daring. Seperti yang dikatakan
“Bedanya sama belajar tatap muka mungkin dari pas mau nyampein pendapat.
Soalnya saya pas pertemuan daring gitu, kalo mau nyampein pendapat suka ragu,
jadinya tuh kaya mikir ini tuh perlu disampein gak ya, pengen ngomong kaya
gini tapi kayanya gausah deh, pengen ngomong kaya gitu deh tapi kayanya gak
penting-penting banget buat disampein, pengen bercanda tapi takut malah jadi
garing karena gak ada yang nanggepin. kaya gitu gitu kak jadi gak bisa langsung
nyeplos gituloh karena kan kalo pas belajar di sekolah mah yah kadang suka
nyeplos aja gitu. Terus temen yang lain juga suka nyautin kan.” (Wawancara
Jum’at, 12 Maret 2021).
leluasa, sehingga membuat para siswa enggan untuk bertanya atau mengeluarkan
pendapatnya di dalam kelas daring. Sebagai anak muda yang senang bergaul dengan
teman sebayanya, minimnya interaksi dengan temannya menjadi salah satu beban
juga bagi para siswa. Seperti yang dikatakan oleh Adzra sebagai berikut
52
“Kebanyakan temen-temen termasuk juga saya, dapet senengnya pas ke sekolah
ya karena bisa ngobrol sama temen, bisa bercanda juga. Kalo sekarang pas
online, ya otomatis semuanya hilang ditambah lagi gak ada aktivitas atau tugas-
tugas berkelompok gitu jadinya intensitas ngobrol atau berinteraksi sama temen-
temen semakin sedikit.” (Wawancara Rabu, 17 Februari 2021).
tatap muka sampai saat ini belum terlihat dalam pembelajaran daring. Hal tersebut
berdiskusi dengan teman sebayanya masih terbatas. Seperti yang diungkapkan oleh
“Sejauh ini belum ada tugas kaya kerja kelompok gitu kak. Semuanya masih
tugas individu. (Wawancara Jum’at, 12 Maret 2021).
“Selama pembelajaran jarak jauh tidak ada tugas kelompok, rata-rata tugas yang
dikasih dikerjakan secara individu aja sih kak. Komunikasi sama temen lebih
sering di group whatsapp.” (Wawancara 12 Maret 2021).
Selanjutnya dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga ditemukan
fakta bahwa intensitas interaksi yang berlangsung di kelas daring sangat terbatas.
Hal tersebut juga didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan
Retnasary yang menunjukkan bahwa pembelajaran online tidak efektif karena tidak
seperti pembelajaran tatap muka, siswa kesulitan dalam memberikan umpan balik
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru (Safitri, 2020). Hal tersebut juga
didukung dari hasil penelitian oleh Rigianti yang memperlihatkan bahwa proses
53
belajar-mengajar secara daring menghilangkan interaksi dan sosialisasi antar siswa
sehingga interaksi antar siswa tidak terjadi seperti pada saat pembelajaran tatap
muka (Rigianti, 2020). Bedasarkan dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
terbiasa dengan budaya belajar tatap muka yang biasa dilakukan secara langsung
sambil berbicara, bercanda dan bermain (Dewi, 2020). Hal tersebut juga sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto yang menunjukkan bahwa
siswa masih terkendala dengan suasana belajar yang baru karena belajarnya
Bedasarkan dari fakta yang didukung dari hasil penelitian dari peneliti sendiri, dapat
antara guru dengan siswa dan teman sekelas selama kelas daring berlangsung.
Proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswanya lebih sering
menggunakan whatsapp group. Whatsapp group dinilai lebih nyaman dan lebih
awam digunakan oleh guru karena aplikasi ini memang sudah digunakan untuk
54
berkomunikasi oleh para guru dan juga siswa sebelumnya. Interaksi yang terjadi
didalam group chat whatsapp ini berupa pemberian materi dan tugas oleh guru.
berinteraksi karena selama kelas daring interaksi yang terjadi antar siswa sangat
terbatas. Aplikasi ini dimanfaatkan untuk berdiskusi mengenai materi ajaran serta
tugas yang diberikan oleh guru ataupun berdiskusi tentang hal di luar materi ajaran.
55
Gambar III. 3 Interaksi Antar Siswa di Luar Kelas Daring
pertemuan daring. Hal tersebut didukung dengan penuturan dari Komang sebagai
berikut :
“Kita biasanya kalo mau diskusi ya di Whatsapp aja sih kak. Di Whatsapp kan
dibikin 2 group gitu, yang satu group kelas plus guru, yang satu lagi group kelas
tanpa guru. Kalo group yang ada gurunya kan buat ngasih dan ngirim materi gitu
kan, ya sekedar itu aja. Bahasa yang dipake juga masih harus formal lah ya, gak
boleh sembarangan karena kan masih ada guru. Nah kalo yang khusus group anak
kelasan aja baru deh bisa ngobrolin apa aja, ya soal materi atau tugas kek, yang
bercandaan kek, yang ngomel-ngomel, sampe buat bagi-bagi contekan pun juga
ada kak.” (Wawancara Jum’at, 12 Maret 2021).
56
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wildan, sebagai berikut :
“Iya kita kalo mau bercandaan atau interaksi sama temen kelas palingan cuman
bisa di group kelas aja yang gak ada guru. Soalnya pas pertemuan daring gitu kan
terbatas ya interaksinya, bercandanya juga gak bisa leluasa kaya waktu pas
ketemu langsung di kelas.” (Wawancara Jum’at, 12 Maret 2021).
terjalin antar siswa dengan menggunakan aplikasi whatsapp tidak seformal ketika
dilakukan oleh siswa lebih bebas. Situasi tersebut dikarenakan interaksi yang terjadi
tidak dalam pengawasan guru seperti halnya ketika mereka mengadakan pertemuan
daring. Para siswa bebas berdiskusi dan bercanda tentang hal di luar materi ajaran
tersebut, terjadi beberapa kendala yang dirasakan oleh siswa maupun guru.
Komplesitas respon guru dan siswa terhadap perubahan metode pembelajaran daring
bisa disebut dengan sebuah gejala "kesenjangan budaya" (cultural lag). Menurut
progress), namun hal tersebut terkadang dapat berbenturan dengan respon sosial
terhadap kemajuan teknologi yang terjadi. Melihat dari asumsi dasar "Middle
57
Technological Determinism", Ogburn menyatakan bahwa kesenjangan budaya terjadi
pada tahapan akhir dari empat tahapan dalam perkembangan teknologi, yaitu :
teknologi
pembelajaran secara daring yang harus dilakukan pada masa pandemi covid-19 serta
reaksi atau respon sosial yang ditunjukkan akibat perubahan tersebut. Pada saat
diri antara guru, siswa dengan perkembangan teknologi informasi mulai muncul ke
ketidaksiapan dari guru maupun dari siswanya sendiri dalam melaksanakan proses
dengan menggunakan teknologi dan internet. Penggunaan internet dan alat-alat modern
58
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan kemajuan teknologi tersebut. Berikut adalah
kebiasaan dari budaya lama ataupun adat istiadat yang sudah ada sejak lama
terjadi karena menganggap bahwa adat budaya dan kebiasaan pada masa lalu sudah
diartikan sikap dan cara berpikir dan tindakan adat istiadat yang diturunkan dari
generasi ke generasi. Faktor kebiasan, warisan turun temurun inilah yang menjadi
kesenjangan budaya. Seperti yang dikatakan oleh Pak Harno, sebagai berikut :
“Kalo saya sendiri jujur, lebih seneng belajar konvensional aja. Kalo belajar
daring gini ribet mba, ada banyak kendalanya. Interaksinya juga kan terbatas ya,
selama pembelajaran daring ini kurang ada dialog sama anak-anak walaupun
memang bisa menggunakan zoom sih tapi saya sendiri lebih nyaman mengajar
langsung di sekolah.”
59
terbiasa dengan metode pembelajaran daring yang secara teknis memang ada hal-
hal yang harus dipersiapkan sebelum masuk ke proses pembelajaran. Hal tersebut
daring.
Selain itu, budaya pembelajaran kita cenderung bersifat satu arah serta top
pasif, kurang inisiatif serta menunggu instruksi dari guru. Sementara itu, metode
belajar daring menuntut siswa untuk bertanggung jawab, disiplin, mandiri, serta
memiliki kepercayaan diri untuk aktif. Penemuan menunjukkan budaya belajar lama
dengan suasana ataupun budaya belajar baru. Hal tersebut seperti yang dikatakan
“Dalam pembelajaran online, saya dituntut untuk bisa bertanggung jawab dalam
melakukan sesi belajar sendiri.”(Wawancara Jum’at 12 Maret 2021).
leluasa, tanpa adanya pengawasan langsung dari guru dan keterikatan pada etika,
dalam proses pembelajaran daring. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nabilla
sebagai berikut :
“Kadang temen lain suka bercanda gitu, nggak nganggep sungguh-sungguh pas
pembelajaran lagi berjalan. Ada yang join zoom tapi ditinggal tidur atau kadang
ada yang suka ketauan lagi sibuk main hp, bahkan yang sambil nge-game pun
60
banyak. Apa yang sepatutnya tidak dilaksanain di kelas offline malah dilakuin di
kelas online ini.”(Wawancara daring Jum’at 12 Maret 2021)
Pembelajaran daring sendiri merupakan budaya yang baru dilakukan pada saat
penyebaran wabah virus Covid-19. Pada saat proses belajar daring perlu
penyesuaian pola pembelajaran yang sesuai dengan kondisi saat ini. Perlu adanya
perubahan mindset budaya belajar yang selama ini masih tertanam bahwa belajar
masyarakat dan adat istiadat yang telah berlaku di lingkungan masyarakat dalam
jangka waktu yang lama (Ogburn, 1922:257). Dalam hal ini yang dimaksud
perilaku, kebiasaan, warisan turun temurun ialah pola mengajar yang masih
mengikuti kebiasaan pada saat mengajar secara konvensional, yakni metode satu
arah yang sampai saat ini masih banyak diterapkan oleh guru-guru di Indonesia,
yang dimana dengan diberlakukannya pembelajaran daring ini, metode satu arah
yang biasa digunakan pada saat pembelajaran tatap muka akan berakibat pada
semakin kurangnya dialog atau interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
program pembelajaran daring yang dilaksanakan dengan kondisi pola pikir dan
tingkah laku dari guru dan siswanya. Seperti yang dikatakan oleh Ogburn bahwa
61
salah satu alasan atau penyebab dari adanya kesenjangan adalah karena adanya
kebiasaan, dan berbagai kegunaan budaya lama yang masih ingin dipertahankan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Adzra, selaku siswa SMAN 5 Tangerang sebagai
berikut,
“Lebih seneng belajar langsung di sekolah sih, soalnya bisa ketemu langsung
sama temen-temen, bisa ngobrol bareng, bisa diskusi bareng gitu, ya walaupun
sebenernya kalo pas belajar daring juga tetep bisa ngobrol sih atau nanya nanya
lewat chat sama guru atau temen tapi kaya sensasinya tuh beda aja loh kak, kaya
gak biasa aja gitu rasanya, kalo di rumah doang berasa kaya gak sekolahnya.”
Dalam hal ini kebiasaan dalam belajar mengajar secara konvensional dinilai
Terbiasa dengan pola belajar secara tatap muka merupakan faktor utama
secara langsung guru menerangkan menggunakan media papan tulis spidol, dan
mulai dari cara bagaimana mempersiapkan waktu, pola pengerjaan dan penerimaan
tugas, melaksanakan presentasi dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi kesulitan
tersendiri bagi guru maupun siswa. Tidak semua guru di SMAN 5 Tangerang siap
untuk menjalankan pembelajaran daring yang sangat mendadak ini. Guru butuh
62
Sebagaimana yang dikatakan oleh William F. Ogburn bahwa dalam suatu
unsur tertentu terhadap unsur lainnya yang erat hubungannya (Soekanto 2010:298).
Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Hatu yang mengatakan bahwa cultural
sementara kebudayaan non material lebih lambat dalam proses penyesuaian (Hatu
2011:5).
mengajar juga. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, pertemuan
daring menggunakan zoom yang diadakan oleh guru SMAN 5 Tangerang ini
terhitung sangat jarang. Para guru lebih sering menggunakan media whatsapp,
pembelajaran hanya bertumpu pada pemberian materi dan tugas saja. Hal tersebut
tersebut, masih tetap bisa dilakukan walaupun secara daring sekalipun. Tentunya
menunjang pembelajaran daring yang lebih interaktif lagi. Akibat dari minimnya
63
pengetahuan dan kompetensi guru, interaksi yang terjadi antar siswa dan interaksi
antara guru dengan siswanya menjadi terbatas. Ini juga yang disebut oleh Ogburn
3. Heterogenitas Masyarakat
Dalam hal ini berarti terdapat sebagian kalangan yang memang sudah siap
kalangan yang belum siap menerima perubahan tersebut, akhirnya terjadi yang
SMAN 5 Tangerang. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Wulan selaku guru Agama di
"...Saya sih gak begitu masalah sih kalo pake google classroom atau zoom,
awalnya juga gak begitu paham cara makenya gimana tapi abis itu langsung nyari
di google aja cara makenya gimana, ya Alhamdulillah sih abis itu langsung
ngerti." (Wawancara 9 Oktober 2020).
Keterangan lain diberikan oleh Pak Harno, selaku guru Sosiologi di SMAN 5
"...Kalo buat guru yang masih muda mungkin gak begitu kesulitan ya, tapi kalo
guru-guru yang udah tua kaya saya lumayan sih repot harus belajar dulu make
google classroom sama pake zoomnya. Saya juga diajarin sama anak saya, tapi
suka lupa lupa caranya, jadi kalo mau ngasih tugas ke anak-anak ya biasanya
saya suruh anak saya yang kirim tugasnya di google classroom, kalo mau ada
64
pertemuan di zoom juga yang nyiapin ya anak saya, gak ngerti saya mah."
(Wawancara 9 Oktober 2020).
Dari wawancara diatas bisa kita lihat bahwa belum semua guru melek
untuk mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi yang canggih. Bagi guru yang
teknologi informasi, hal ini tentunya tidak begitu menajadi masalah. Namun di sisi
lain, bagi guru yang sudah lebih senior dan umumnya belum paham mengenai
pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran secara daring ini akan menjadi kendala.
Hal tersebut menunjukkan bahwa guru-guru yang lebih muda cenderung lebih siap
mentalnya dalam menerima perubahan sosial yang terjadi. Sedangkan pihak lain,
membutuhkan proses adaptasi yang lebih lama untuk menyesuaikan perubahan yang
terjadi.
dengan mudah, masih membutuhkan usaha yang keras dan tentunya juga
memerlukan jangka waktu yang lama. Selain karena kompleksitas respon sosial
terhadap teknologi, internet dan persoalan kompetensi sumber daya, proses dari
penyesuaian diri dari kesenjangan budaya telah dibahas oleh Ogburn bahwa
biasanya memang memakan waktu yang cukup lama untuk bisa diterima di
65
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat pandemi covid-19, proses pembelajaran dilakukan secara daring. hal
lingkungan sekolah. Bedasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa interaksi yang
terjadi selama pembelajaran daring dilakukan menggunakan media whatsapp dan juga
media zoom. Aplikasi whatsapp digunakan untuk memberikan materi dan tugas,
sedangkan aplikasi zoom digunakan untuk interaksi secara virtual. Dalam prakteknya,
interaksi yang terjadi selama pembelajaran daring ini terbilang cukup minim. Hal
pendidikan mengalami kekagetan yang luar biasa. Hal tersebut dikarenakan adanya
kesenjangan budaya (cultural lag). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penyebab
pertama, karena adanya kekaguman pada masa lampau yang dimana pembelajaran
konvesional dinilai lebih baik dan nyaman dilakukan dibandingkan dengan belajar
Dengan minimnya kompetensi tersebut membuat interaksi yang terjadi selama proses
66
pembelajaran daring ini semakin berkurang. Ketiga, karena heterogenitas masyarakat
dalam artian terjadi perbedaan kesiapan mental dalam mengahadapi perubahan yang
dialami oleh para guru-guru di SMAN 5 Tangerang. Hasil tersebut sesuai dengan
memegang nilai-nilai budaya lama tentu akan membutuhkan waktu untuk menyesuai-
B. Saran
Karena sistem pembelajaran daring ini baru diberlakukan, sehingga masih sedikit
penelitian yang membahas pembelajaran daring khususnya dilihat dari aspek sosial.
Maka dari itu, untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mengkaji tentang
kan lagi bentuk-bentuk penyesuaian dalam mengejar ketertinggalan. Selain itu, untuk
peneliti selanjutnya bisa mencoba teori, kerangka berfikir atau fokus kajian yang
menjadi suatu penelitian yang baru. Saran ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
67
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Laurer, Robert H. 1993. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sumber Jurnal
Purwanto, Agus, Rudy Pramono, Masduki Asbari, Priyono Budi, Laksmi Mayesti, Cho
Chi Hyun, dan Ratna Setyowati. “Studi Eksploratif Dampak Pandemi Covid-
68
19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal Of
Education, Psychology And Counseling 2(1):1-12.
Aji, Rizqon Halal. 2020. “Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia : Sekolah,
Keterampilan, dan Proses Pembelajaran.” Jurnal Sosial dan Budaya Syari
7(5):395-402.
Anugrahana, Andri. 2020. “Hambatan, Solusi dan Harapan : Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar.” Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan 10(3):282-289.
Mulyanti, Budi dan Wawan Purnama. 2020. “Distance Learning in Vocational High
Schools during the COVID-19 Pandemic in West Java Province, Indonesia.”
Indonesian Journal of Science & Technology 271-282.
Deflem, Mathieu. 2017. “Anomie.” The Blackwell Encyclopedia of Sociology 1.
Dewi, Wahyu Aji. 2020. “Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran
Daring di Sekolah Dasar.” Jurnal Ilmu Pendidikan 55-61.
Hartati, Syafrida. 2020. “Bersama Melawan Virus Covid 19 di indonesia.” Jurnal
Social & Budaya Syar'i 7(6):495-508.
Hatu, Rauf. 2020. “Perubahan Sosial Kultural Masyarakata Pedesaan (Suatu Tinjauan
Teoritik Empirik).” Jurnal Inovasi 8(4):1-11.
Indonesia, Presiden Republik. 2003. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.” 147-73.
Herliandry, Nurhasanah, dan Maria. 2020. “Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-
19.” Jurnal Teknologi Pendidikan 22(1).
Ogburn, William Fielding. 1957. “Cultural Lag as Theory.” Sociology and Social
Research 41:167-74.
Setiawan, Rizki dan Komalasari. 2020. “Membangun Efektifitas Pembelajaran
Sosiologi Di Tengah Pandemi Covid-19.” Jurnal Ilmiah Penelitian dan
Pendidikan Sosiologi 4(1)
Firman, Sri Rahayu. 2020. “Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19.”
Indonesian Journal of Educational Science 2(2).
Susilo, Adityo. 2020. “ Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini.” Jurnal
Penyakit Dalam 7(1).
69
Sumber Online
“Basic Concepts of Cultural Lag”. Diakses pada 15 November 2020.
(http://www.sociologyguide.com).
OpenStax. 2015. Introduction to Sociology 2e. Houston, Texas: Rice University.
Diunduh 5 September 2020.(https://.org/details/books/intoduction-sociology-
2e)
Soetarno. 2004. Sumber Daya Pendidikan dengan Pendekatan Sistem. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Semarang.
United Nations Development Programme. 1996. Human Development Report. New
York: Oxford University Press.
Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan informan Nur Arif Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Selasa
15 September 2020.
70
Wawancara pribadi dengan informan Wildan Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Selasa
15 September 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Komang Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Kamis
1 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Adzra Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Kamis 1
Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Nabilla Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Senin 5
Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Aura Siswa SMAN 5 Kota Tangerang, Senin 5
Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Ibu Wulan Guru Agama Islam SMAN 5
Tangerang, Jum’at 9 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Pak Harno Guru Sosiologi SMAN 5 Tangerang,
Jum’at 9 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Ibu Dewi Guru Ekonomi SMAN 5 Tangerang,
Selasa 13 Oktober 2020.
Wawancara pribadi dengan informan Ibu Ratih Guru Matematika SMAN 5 Tangerang,
Selasa 13 Oktober 202
71
LAMPIRAN
pembelajaran daring?
9. Aspek apa saja yang menjadi bahan pertimbangan untuk menilai pada saat
pembelajaran daring?
11. Apakah pembelajaran daring yang dilaksanakan saat ini, sudah efektif?
12. Upaya apa saja yang telah dilakukan agar pembelajaran daring ini bisa efektif?
13. Apabila covid telah usai, setujukah bila sistem pembelajaran daring tetap diadakan?
xii
Nama Narasumber : Ibu Dewi (Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum/Guru Ekonomi)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 1 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)
xiii
Jadi disitu bikin murid-murid ngeluh juga kalo belajar daring ya gak seasik
waktu belajar di sekolah kaya biasanya
P : Apakah pihak sekolah memeberikan pelatihan untuk para guru-guru?
I : Sebenernya udah dikasih pelatihan juga kok waktu awal, cara-caranya gimana
mengajar secara daring, aplikasi-aplikasi apa aja yang sekiranya bisa dibutuhin
sama guru buat ngajar, terus juga dikasih tau website-website mana aja yang
bisa guru-guru lihat kalo butuh referensi dalam ngajar daring ini. Semuanya
udah dikasih tau pas diawal pembelajaran daring dimulai. Cuman ya namanya
kemampuan guru kan masing-masing beda ya mba. Kebanyakan guru yang
lebih berumur lebih gaptek pake-pake teknologi gitu kan, punya smartphone
tapi cuman tau buat ngechat sama telfon doang, gak dimanfaatin dengan
maksimal gituloh. Jadi banyak guru yang ngajarnya ya masih sekedar ngasih
materi bacaan terus tugas. Ngaruhnya ke anak-anak, anak-anak jadinya ngeluh
bosen belajar kan. Tapi ya kita terus coba evaluasi kok gimana enaknya ngajar,
biar guru sama murid-muridnya juga sama-sama enak kan gak bosen, gak
jenuh. Kan yang ngerasain jenuh, ngerasain bosen gak cuma murid -murid aja,
kami guru-guru pun ngerasain yang sama bosennya
P : Seberapa sering bu penggunaan google meet?
I : kalo pertemuan secara daring palingan cuma sebulan sekali atau dua kali aja,
sisanya tugas. Tapi sebenernya tergantung masing-masing dari gurunya sih
P : Apakah sekolah memberikan fasilitas baik kepada guru maupun siswa selama
pembelajaran daring ini diberlakukan?
I : Iya tentu ada, buat anak-anak yang memang tidak punya fasilitas untuk
pembelajaran daring kita sediakan perangkat-perangkatnya untuk dipinjamkan
selama proses pembelajaran. untuk mengenai kuota, awalnya memang
disediakan untuk anak-anak yang tidak mampu membeli kuota. Namun, setelah
itu ada bantuan kuota belajar kan pemerintah, jadi semuanya bisa dapet bantuan
dari guru maupun siswanya
P : Bagaimana interaksi berlangsung pada saat belajar mengajar berlangsung?
I : Ya interaksinya cuma bisa lewat online ya, pada saat peretemuan daring
berlangsung seperti tanya jawab antara guru dan siswa, tanya jawab baik
mengenai materi atau juga bisa tentang tanya jawab mengenai persoalan belajar
daring, keluhan-keluhan dari anak-anak dan diskusi mengenai metode
pembelajaran selanjutnya, seperti itu lah kira-kira ya
xiiii
P : Menurut ibu, bagaimana antusiasme pelajar terhadap pembelajaran daring
tersebut?
I : Antusiasmenya berbeda-beda ya dari masing-masing anak, ada yang ditanya
seneng gak belajar daring, ada yang jawab seneng karena bisa sambil rebahan,
ada juga yang bilang gak perlu ribet mandi karena gak perlu ke sekolah,
macem-macem lah jawabnya. Tapi ada juga yang kurang seneng, bahkan untuk
anak-anak yang dinilai pintar ya pada saat di sekolah, pada saat pembelajaran
daring mereka cenderung kurang antusias ya, motivasi selama belajar daring ini
cenderung menurun dibandingkan awal-awal pembelajaran daring
diberlakukan, semakin hari semakin menurun tuh antusiame dari anak-anak,
mungkin karena jenuh atau bosen juga kali ya
P : Bagaimana cara ibu dalam melakakukan penilaian ke siswa?
I : Untuk penilaian, jujur ini salah satu tantangan juga nih bagi kami para guru-
guru, karena kan pada saat pembelajaran daring ini kita sulit ya untuk
berinteraksi dengan para murid secara langsung gitu, tidak bisa melihat
langsung proses belajar dari anaknya itu sendiri, sehingga hal tersebut menjadi
faktor penghambat dalam memberikan secara objektif. Selama belajar daring
ini, guru guru hanya bisa memberikan dari tugas-tugas yang telah diberikan,
dari absen kehadiran, dan hasil dari UTS maupun UAS
P : Menurut ibu, adakah kelebihan dari diadakannya pembelajaran dengan
menggunakan sistem daring ini?
I : Nilai positifnya dari diberlakukannya pembelajaran daring diantaranya itu kita
jadi bisa lihat kemampuan belajar dari anak-anak ya, karena mereka pada saat
ini memang dituntut untuk bisa memahami materi secara mandiri, selain itu
anak-anak juga bisa lebih dekat dengan keluarga dengan orangtuanya karena
beberapa pelajaran ada tugas yang melibatkan antara anak dengan orang
tuanya. Selain itu untuk kami para guru juga bisa lebih kreatif ya, dalam hal ini
mengenai pemahaman tentang penggunaan teknologi, dimana yang tadinya
kami tidak tahu mengenai penggunaan google meeting untuk pembelajaran,
terus juga tugas-tugas yang bisa dikumpulkan melalui google classroom. Jadi
untuk pemahaman penggunaan teknologi sangat bermanfaat ya untuk
memudahkan proses pembelajaran daring ini
P : Menurut ibu, apakah pembelajaran dengan sistem daring ini efektif?
I : Kalo dibilang efektif tentu kurang efektif ya, tidak se efektif pada saat belajar
langsung di sekolah, karena pasti ada hal-hal tertentu yang tidak bisa
didapatkan pada saat pembelajaran daring, misal pembahasan materi yang
xiiiii
disampaikan ke anak-anak jadi kurang maksimal, sehingga membuat anak-anak
jadi tidak memahami materi secara utuh. Memang mereka bisa searching-
searching lewat google mengenai materi yang dirasa kurang paham, tapi kan
pemahamannya tetap tidak utuh ya sebagaimana seperti yang didapat dalam
proses pembelajaran di sekolah. Interaksi antara guru ke siswa atau siswa
dengan siswa lainnya juga jadi terbatas kan. Jadi saya pribadi merasa lebih
efektif kalo proses pembelajaran tetap dilaksanakan di sekolah, seperti itu mba.
P : Kalo sistem daring ini tetep diberlakukan walaupun covid-19 telah usai,
bagaimana pendapat ibu?
I : Ya gak setuju lah, karena seperti yang tadi saya bilang ya kalo belajar secara
daring ini kurang efektif, jadi kalo tetep diberlakukan sudah pasti tidak setuju.
Kecuali kalo misalnya pembelajaran sistem daring ini dikolaborasi, dalam
artian penggunaan teknologi yang sudah dipelajari atau diketahui pada saat ini
nantinya bisa dipakai dimanfaatkan untuk membantu dan memudahkan baik
guru maupun siswa pada saat pembelajaran. seperti misalnya kalo ada guru
yang berhalangan datang ke sekolah, bisa ya memanfaatkan google meet dan
pemberian tugas melalui google classroom sehingga proses belajar mengajar
tersebut tetap bisa berlangsung walaupun guru tersebut tidak hadir di dalam
kelas. Karena kan kalo selama ini kalo ada guru yang berhalangan hadir gitu
ya, itu artinya kelas jadi kosong gitu kan, nah dengan ini mungkin bisa ya
dikolaborasikan gitu antara sistem pembelajaran konvensional dengan
pembelajaran daring
P : Upaya apa yang sudah ibu lakukan agar pembelajaran daring ini dapat berjalan
dengan efektif?
I : Saya pribadi beberapa kali mengikuti webinar-webinar yang diadakan baik
dari sidiknas atau dari kemendikbud. Webinar yang diadakan cukup efektif
membantu saya untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana cara
mengajar untuk lebih efektif ke siswa. Selain itu, sekolah juga telah melakukan
beberapa kali rapat atau BIMTEK (Bimbingan Teknis). Nah, BIMTEK tersebut
memang diperuntukkan untuk guru-guru supaya bisa lebih memahami konsep
dari pembelajaran daring dan juga bagaimana cara mengajar pada sistem
pembelajaran daring tersebut. Mungkin pada awalnya ada rasa ragu dan
khawatir dari murid, dari orang tua, dan juga dari guru-guru sendiri tentang
bagaimana kita dapat menjalankan sistem tersebut karena ini merupakan suatu
hal yang baru, tapi sejalan dengan berjalannya waktu kami sama sama dapat
beradaptasi dengan sistem tersebut dan saya sendiri menilai bahwa progresnya
dari waktu ke waktu semakin membaik. Mungkin sistem pembelejaran daring
xivii
ini tidak akan semaksimal seperti sistem pembelejaran di sekolah pada
umumnya tapi ini adalah usaha maksimal yang sudah dilakukan oleh bak dan
ibu guru agar murid-murid mendapatkan materi pembelajaran dan tugas tugas
seperti di sekolah.
xvii
tugas, ngirim materi ke anak-anak, dan juga absen. Kalo google meet buat
ngadain pertemuan daring
P : Apakah ada kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi-aplikasi tersebut?
I : Saya sih gak begitu masalah sih kalo pake google classroom atau google meet,
awalnya juga gak begitu paham cara makenya gimana tapi abis itu langsung
nyari di google aja cara makenya gimana, ya Alhamdulillah sih abis itu
langsung ngerti
P : Kalo pertemuan daring gitu berapa kali diadainnya bu?
I : Masing-masing guru beda ya, kalo saya sendiri biasanya tiap abis ngasih
materi minggu depannya di diskusikan bareng lewat google meet, terus pas
ngasih materi itu biasanya sekalian kasih tugas misal hapalan surat gitu nanti
setornya lewat google meet di minggu depan, seperti itu. Tapi ya itu tergantung
juga ya, kadang ada aja kendalanya kan kalo pake google meet
P : Apa aja bu kendalanya selama pemakaian google meet?
I : Yang paling sering dikeluhin ya seperti masalah jaringannya ya, kalo jaringan
internet kan diluar kendali kita, jadi kadang suka ngadet tuh jaringan
internetnya, kalo udah ngadet ya palingan gak bisa make google meet, gak ada
pertemuan daring juga. Terus juga kadang ada siswa yang bilang kalo hpnya
rusak jadi lagi gak bisa dipake buat google meet atau ada juga yang laptopnya
lagi dipake sama kakaknya. Jadi ya kita sesuaikan aja sama kondisinya gimana,
memang enggak ada jadwal tetap kapan diadain pertemuan daring
P : Apakah sekolah memberikan fasilitas baik kepada guru maupun siswa selama
pembelajaran daring ini diberlakukan?
I : Ada, kan sekarang dana BOS juga bisa dipake buat keperluan belajar daring
jadi kalo misalnya ada anak-anak yang gak punya fasilitas hp atau laptop bisa
dipinjemin sementara, ada juga subsidi kuota buat anak-anak
P : Menurut ibu, bagaimana antusiasme pelajar terhadap pembelajaran daring
tersebut?
I : Kalo anak-anak antusiasnya pas di awal-awal kayanya, karena mungkin pada
kesenengan kali ya belajar di rumah. Tapi lama kelamaan banyak juga nih anak-
anak yang ngeluh bosen, sering itu saya liat status WA anak-anak. Ya kita
sebagai guru Cuma bisa ngasih motivasi aja supaya terus semangat
P : Bagaimana cara ibu dalam melakakukan penilaian ke siswa?
xviii
I : Aspek penilaian kan ada pengetahuan dan keterampilan, nah nilai
pengetahuan bisa kita ambil dari tugas-tugas yang mereka kirim ke group chat
atau classroom, sedangkan keterampilan bisa kita lihat dari absen yang mereka
kirim di group chat atau share loc dan juga yang mereka kirim video hapalan
P : Ada kesulitan gak bu dalam proses penilaiannya?
I : Ya sebenernya susah juga sih. Kalo kita nerapin belajar online kan jadi gak
bisa mantau anak-anaknya langsung. Jadinya harus lebih ekstra lagi buat nilai
anak-anak secara personal. Agak susah sebenernya, apalagi kalo anaknya gak
ada kuota atau jaringannya lagi jelek gitu, jadi kadang ada anak yang
ketinggalan ngumpulin tugas. Malah banyak juga yang alesan ketiduran lah ini
lah itu lah. Waktu itu malah pernah ada anak yang ketauan nyontek tugas punya
temennya, padahal videonya kan dikasih beda-beda ya, mungkin karena dia gak
liat dulu isi videonya yaudah akhirnya dia ikutin semua tulisan temennya, dikira
kita gak baca kali ya
P : Terus kalo gitu konsekuensinya apa bu ke siswanya?
I : Ya kalo gitu kan gak mungkin ya kita langsung kasih 0 (Nol) ke siswanya.
Palingan ya kita kasih tau ke dia di WA (Whattssapp), suruh ngerjain ulang
tugasnnya, cuman saya gak kasih nilai maksimal, sama hal nya anak-anak yang
ketinggalan ngirim tugas, kalo ketinggalan nilainya dikurangin, gitu.
P : Menurut ibu, adakah kelebihan dari diadakannya pembelajaran dengan
menggunakan sistem daring ini?
I : Selain karena waktunya lebih banyak dirumah, kami guru-guru juga bisa dapat
pengetahuan baru ya dari adanya sistem daring ini, mengenai aplikasi-aplikasi
yang memang bermanfaat untuk mempermudah proses belajar-mengajar.
P : Menurut ibu, apakah pembelajaran dengan sistem daring ini efektif?
I : kalo mengenai efektif atau tidaknya dengan pemakaian sistem daring ya dalam
proses belajar pasti tidak efektif ya karena memang kita tidak melihat secara
kualitas anak itu seperti apa, maksudnya secara mendalamnya itu tidak jelas
terlihat tapi kan kalo misalnya kita offline kita melihat sendiri begitu,
bagaimana cara anak tersebut dalam proses pembelajaran dan bagaimana anak
tersebut menerima materi yang telah kita sampaikan gitu. Tapi ya harus gimana
lagi, karena memang prosedurnya sekarang proses belajar mengajar harus
dilakukan secara daring.
P : Upaya apa yang sudah ibu lakukan agar pembelajaran daring ini dapat berjalan
dengan efektif?
xviiii
I : Usahanya ya kita guru guru terus belajar ya. Pihak sekolah ngajarin guru guru
lewat BIMTEK gitu kan di sekolahan, akhirnya kita semua guru-guru belajar
di sekolah, bagaimana cara mengajar online untuk lebih baik lagi salah satunya
menjelaskan pemakaian aplikasi-aplikasi yang lebih memudahkan dalam
pembelajaran online ini, seperti google classroom jadi kita bisa ngirim tugas
dan materi lewat situ, absen kelas dan juga kita menggunakan google meet
untuk berinteraksi sama anak-anak
P : Apakah ibu setuju, kalo misalnya sistem belajar daring gini masih terus
diterapkan?
I : Ya gak setuju lah, kalo misalnya covid itu udah berkurang dan yang positifnya
juga sudah berkurang, ada baiknya kita langsung mengajar secara offline
karena itu lebih efektif dibandingkan kita belajar secara online
Nama Narasumber : Ibu Ratih (Matematika)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 13 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)
xviiiii
I : Jadi ada beberapa cara, saya sendiri ada group wa, yang kemudian di group
tersebut saya kirim materi-materi pembelajaran yang nantinya dibaca oleh para
siswa. setelah itu saya kirim tugas yang nantinya harus dikerjakan oleh siswa
yang kemudian tugas-tugas tersebut akan dikumpulkan baik secara online atau
offline, tergantung sama tugas apa yang saya kasih.
P : Dari metode yang dipakai tersebut, bagaimana respon siswa mengenai metode
pembelajaran daring ini?
I : Untuk siswa sendiri sebenernya sudah lumayan baik, ya Cuma ada sedikit
yang mungkin belum begitu paham mengenai teknologi informasi, jadi kami
sebagai guru harus terus memberikan arahan ke anak-anak, bagaimana harus
melakukan ini, bagaimana harus melakukan itu, bagaimana harus mengakses
ini , seperti itu itu.
P : Ada kendala lain gak sih bu? Seperti hal nya penyampaian materi yang gak
tersampaikan dengan maksimal, karena keterbatasan jarak ini kan
I : Untuk penyampaian materi insyaallah semuanya sudah tersampaikan ya. Nah
untuk daya serap anak-anaknya sendiri untuk memahami materi saya sendiri
gak tau ya karena kan bedanya kita tidak bisa mengawasi siswanya itu sendiri
gimana, kalo tatap muka langsung kan kita bisa liat ya kemampuan atau
kompetensi anak-anak tersebut dalam memahami materi yang disampaikan
oleh guru
P : Lalu apakah ada siswa yang tidak memiliki sarana dalam mengikuti proses
pembelajaran daring ini?
I : Siswa yang tidak mempunyai smartphone atau sebagainya, kebanyakan dari
mereka terlebih dahulu meminjam ke kakak atau orang tuanya terlebih dahulu.
Namun, kalau memang anak-anak tersebut benar-benar tidak memiliki
perangkat untuk belajar daring, pihak sekolah sudah menyiapkan perangkat
untuk dipinjamkan ke anak-anak yang tidak mampu. Tapi kadang ya, ada yang
handphone nya rusak tapi gak mau lapor atau bilang ke sekolah, gatau kenapa.
Alhasil, dia jadi ketinggalan pelajaran dan tugas-tugas jadinya malah telat
dikirimkan kan. Padahal tugas itu jadi salah satu aspek yang saya
pertimbangkan untuk menilai murid-murid.
P : Ada pengaruh gak sih bu terhadap proses pembelajaran dari mata pelajaran
yang ibu ajarkan? Terutama pada saat pemaparan materi yang dilakukan via
google meeting
xixii
I : Nah ini memang sebuah dilema bagi kami para guru ketika aplikasi google
meeting tidak bisa diakses oleh semua siswa, kemudian materi yang udah
dikasih di wa tidak bisa dimengerti oleh siswa, dalam hal ini kami akan
memberikan pemahaman yang semaksimal mungkin, mislnya kalo ada siswa
yang tidak paham bisa ditanya langsung ke gurunya lewat group chat atau boleh
juga chat pribadi langsung. Ya soalnya mau bagaimana lagi kan, gak bisa
berharap banyak juga dengan pembelajaran daring kaya gini, semuanya
terbatas. Apalagi kalo materi yang dikasih itu sulit, sulit untuk dipahami apabila
hanya diberikan dalam bahan bacaan aja dan memang butuh penjelasan secara
lisan kan
P : Ibu sendiri sering melakukan pertemuan daring menggunakan google meet
bu?
I : Jarang sih, karena ketika saya meminta siswa untuk melakukan pertemuan
daring menggunakan google meet, banyak sekali siswa yang merasa keberatan
banyak yang bilang bu hp saya tidak support untuk melakukan meeting ataupun
mendownload aplikasi tersebut karena banyak juga siswa yang punya
smartphonenya yang jadul gitu ya jadi gabisa akses google meeting, segala
macem deh pokonya banyak sekali alasan. Jadi saya berusaha memahami
keadaan siswa, makanya selama pembelajaran lebih sering dilakukan via wa
saja
P : Apakah ada guru yang melakukan metode pembelajaran seperti membuat
video penjelasan materi yang nantinya bisa ditonton oleh siswa-siswa dari
rumah?
I : Untuk menanggapi hal itu, mungkin ada beberapa guru yang pakai metode
seperti itu ya. Tapi kalo saya sendiri tidak melakukan seperti itu, hanya sebatas
menjelaskan materi dengan menggunakan google meet biar ada interkasinya
gitu jadi kalo ada yang gak paham bisa langsung tanya, kalo ngasih video kan
interkasinya cuma satu arah saja.
P : Menurut ibu, apa sih kelebihan dari model pembelajaran daring ini?
I : Banyak hikmahnya juga ya selama saya mengajar daring ini, diantaranya saya
jadi lebih beradaptasi lagi dengan teknologi, saya banyak sekali belajar ya
sebagai guru saya masih terus belajar apalagi disaat kondisi seperti ini saya
jadi lebih sering ikut ikut webinar supaya saya nambah ilmu juga, wawasannya
jadi lebih luas terus pemikiran jadi terbuka. Kemudian saya juga jadi lebih
mengurangi standar atau mengurangi idealisme saya sebagai guru, istilahnya
lebih berempati pada kondisi siswa, istilahnya lebih memaklumi lah karena
xxii
namanya belajar daring gini kan banyak yang musti dipersiapkan mulai dari
smartphone ataupun laptop, jaringan, kuota internet dan lain sebagainya, agak
ribet memang. Jadi, saya sebagai guru memahami apabila ada anak-anak yang
ada kendala pada saat proses pembelajaran daring ini
P : Bagaimana harapan ibu untuk kedepannya, mengenai pembelajaran daring
ini?
I : Harapan kami semoga covid-19 ini cepat berlalu ya, supaya kami bisa
mengajar lagi secara tatap muka. Karena ini udah lumayan lama ya hampir
setahun kita proses belajar mengajar secara daring. Tentu ada rasa bosan
sehingga baik para siswa atau guru-guru sekalipun semangatnya sudah mulai
menurun
xxiii
P : Sebelumnya memang tidak ada pelatihan guru-guru untuk mempersiapkan
pembelajaran daring ini pak?
I : Ada sih, tapi itu setelah beberapa hari diberlakukannya sistem daring ini. Jadi
tuh awalnya kan pengumumannya itu lumayan agak dadakan ya jadi guru-guru
belum ada persiapan sama sekali buat pembelajaran secara daring ini. Setelah
adanya pengumuman tersebut, ya guru-guru cara ngajar masih menggunakan
group chat di WA (whattssapp) untuk ngasih materi dan tugas ke anak-anak.
Baru setelah beberapa hari diadain lah rapat atau BIMTEK (Bimbingan Teknis)
lah ya disebutnya. Dari situ baru deh dikasih tau tuh apa-apa aja yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran daring. Belajar lah disitu pakai aplikasi
classroom sama google meet.
P : Bapak sering adain pertemuan daring gak pak?
I : Kalo saya sendiri jujur enggak terlalu sering, seenggaknya sebulan sekali aja.
Ya walaupun udah dikasih pelatihan juga, saya sendiri masih belum terbiasa
makenya, masih proses belajar lah.
P : Pernah ada kendala sih pak pas lagi pertemuan daring gitu?
I : Oh iya ada waktu pertama kali tuh nyoba pake google meet dari 32 siswa yang
ikut Cuma 21 orang. Alasannya macem-macem ada yang kesiangan, ada juga
yang karena sinyalnya jelek, ada juga yang karena gak ada kuota, banyak lah
alasannya.
P : Apakah sekolah memberikan fasilitas baik kepada guru maupun siswa selama
pembelajaran daring ini diberlakukan?
I : Kalo buat guru rata rata sudah pada punya laptop ya, sedangkan kalo siswa
memang difasilitasi untuk peminjaman laptop apabila ada anak yang tidak
mempunyai perangkat untuk belajar daring, nanti laptopnya bisa dibawa pulang
tapi dengan surat perjanjian gitu atau bisa juga kalo mau minjem dan dipakenya
di sekolahan nanti mereka ngerjain tugasnya di ruangan gitu
P : Kalo penilaian gimana pak, aspek aja yang dipertimbangkan dalam menilai
siswa selama pembelajaran sistem daring ini diberlakukan?
I : Kalo penilaian kita liat dari absen sama tugas-tugas yang dikumpulkan
P : Ada kesulitan gak pak dalam proses penilaiannya?
I : Pasti, kita jadi bingung nih ngasih nilainya ke anak-anak gimana, gak bisa
ngeliat langsung gimana si anaknya itu. Kalo pas di sekolah kan bisa keliatan
ya mana anak yang serius belajar mana yang enggak, kalo dikasih tugas juga
xxiiii
keliatan nih mana anak yang paham mana anak yang enggak. Pokonya semua
keliatan langsung gitu sama kita, nah sekarang agak susah, orang pas dikasih
tugas tiba-tiba jadi pada bagus semua gitu.
P : Menurut bapak, apakah ada kelebihan dari diadakannya pembelajaran dengan
menggunakan sistem daring ini?
I : Waktunya lebih banyak dihabiskan di rumah, dalam artian kita jadi lebih
sering ngumpul bareng keluarga. Lebih fleksibel juga, bisa ngajar dimana aja
P : Menurut bapak, apakah pembelajaran dengan sistem daring ini efektif?
I : Kalo dibilang efektif ya kurang lah ya, masih lebih efektifan mengajar
langsung di sekolah. Karena kan interaksinya juga kan terbatas ya walaupun
memang bisa menggunakan google meet tapi interaksi yang dilakukan lewat
google meet ini banyak kendala-kendalanya begitu, jadi saya sendiri lebih
nyaman mengajarlangsung di sekolah
P : Apakah bapak setuju, kalo misalnya sistem belajar daring gini masih terus
diterapkan meskipun covid udah selesai?
I : Kurang setuju ya, karena masih banyak kendala disana-sini, masih banyak
yang harus diperbaiki kalo memang sistem daring ini masih tetep dipakai
xxiiiii
Pertanyaan Penelitian Untuk Siswa
1. Bagaimana tanggapan mengenai pembelajaran daring?
pembelajaran daring?
7. Bagaimana interaksi antara guru dengan siswa ataupun interaksi antar siswa selama
8. Apakah kamu setuju kalo covid sudah selesai, sistem pembelajaran daring ini tetap
dilaksanakan?
Transkrip Wawancara
Nama Narasumber : Nur Arif (Siswa SMAN 5 Tangerang)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 15 September 2020
Peneliti (P), Informan (I)
P : Kalo di SMAN 5 Tangerang, platform yang dipakai buat pelajaran daring apa
aja sih?
I : Pake classroom sama kalo ada petemuan daring gitu pakenya gmeet
P : Ada kendala gak sih selama proses belajar daring?
xxivii
I : Banyak kak. Kalo Kalo belajar daring kan minimal harus punya handphone
atau laptop kan ya kak, nah itu sih yang ribetnya soalnya saya sih punya
handphone cuman handphonenya gak bisa dipake buat google meet gitu
P : Terus kalo ada pertemuan yang pake google meet gitu kamu gimana? Pake
apa?
I : Jadi ya kalo ada pertemuan daring biasanya harus minjem handphone kakak
saya dulu. Kalo laptop juga punya kakak, ganti gantian sih makenya kalo dia
gak pake buat kuliah online ya saya yang pake laptopnya
P : Emang biasanya berapa kali pertemuan daring gitu dalam sebulan?
I : Tergantung guru masing-masing ya, kadang sebulan sekali atau dua kali,
malah ada juga yang enggak sama sekali.
P : Terus kalo jaringan internet gitu ada masalah gak?
I : Masalah kalo pas ada pertemuan daring pake gmeet, suka lemot gitu kan. Kalo
cuman sekedar ngirim tugas sih engga ada. Cuman beli kuotanya aja nih yang
lumayan
P : Gede banget ya? Biasanya harus beli kuota yang berapa tuh selama belajar
daring ini?
I : Lumayan kak, dulu kalo beli kuota palingan juga 50rb sebulan, sekarang kudu
beli yang 100rb malahan kadang belom sebulan aja udah abis duluan tuh kuota
P : Efektif gak sih belajar daring gini tuh?
I : Menurut saya sih engga ya kak, solanya guru malah banyakan yang ngasih
tugas doang
P : Ngasih tugas setiap hari gitu?
I : iya, tiap mata pelajaran tuh ada aja gitu tugasnya jadi kadang ada rasa males
gitu buat ngerjain saking banyaknya itu tugas, puyeng mau ngerjain yang mana
dulu
P : Kalo covid udah selesai setuju gak kalo sistem belajar daring kaya gini tuh
tetep ada?
I : Enggak deh, enakan belajar langsung di sekolah ketemu temen
xxvii
Nama Narasumber : Wildan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 15 September 2020
Peneliti (P), Informan (I)
P : Kesan pertama pas tau harus belajar daring dari rumah gimana?
I : Awalnya seneng, tapi pas dijalanin mah boro-boro seneng kak
P : Kenapa tuh?
I : Ribet sih, banyak yang harus disiapin kaya hp sama internet. Soalnya kan
yang belajar online gak saya doang, adek saya juga belajar online sedangkan
yang punya hp di rumah cuma bapak sama saya, hp bapak buat ngojek.
Otomatis adek adek saya belajar ya pake hp saya
P : Terus makenya ganti gantinya gitu?
I : Iya makenya gantian, soalnya kan adek saya yg SD juga belajar online kan,
dia juga gak punya hp, mamah punya hp sih cuman yang gak bisa dipake buat
internetan ya jadinya mau gak mau ya harus make punya saya juga kalo gurunya
ngasih tugas juga kan ngirimnya ke wa saya, jadi pokonya kalo ada tugas ya
dikerjain yang punya adek saya dulu, punya saya nanti belakangan
P : Emang gak ada bantuan gitu ya dari pihak sekolah?
I : Ada sih kayanya, waktu itu pernah denger dari guru gitu kalo ada yang gak
punya hp atau laptop buat belajar daring tinggal bilang aja nanti dipinjemin
P : Terus kamu gak coba bilang gitu? Maksudnya buat minjem hp atau laptop gitu
ke pihak sekolah?
I : Enggak sih, soalnya kayanya itu juga terbatas dan emang buat yg gak punya
sama sekali. Kalo saya kan masih punya ya walaupun makenya juga ganti-
gantian sih
P : Kalo ada pertemuan daring yang pake google meet gitu gimana?
I : Ya pake hp aja, untungnya kan kalo sekolahan adek saya belajarnya gak ada
yang pake google meet gitu kan, jadi gak ada bentrokan.
xxviii
P : Kalo kuota gimana? Keluar duit berapa tuh selama sebulan buat belajar
daring?
I : Kadang 100 ribu kadang nyampe 200 ribu juga tergantung pemakaian selama
sebulan buat apaan aja. Kaya misalnya kan kalo saya paling enggak sebulan
bisa dua atau tiga kali pertemuan daring gitu kan, itu lumayan banget nguras
kuota belom lagi hpnya barengan dipake adek
P : Selama belajar daring, kamu paham gak sih sama materi yang disampein sama
guru?
I : Paham gak paham sih, ya gimana ya kan materi yang disampein juga tulisan
kan gak dijelasin gitu, kita yang harus mahamin sendiri, kadang paham kadang
juga enggak
P : Emang gak ada penjelasan materi gitu kalo pas pertemuan di google meet?
I : Ya ada, cuman kan terbatas waktu juga, dijelasin sekenanya aja
P : Kalo misalnya sistem belajar daring kaya gini tetep dilaksanain setelah covid,
gimana menurut kamu?
I : Jangan deh, ribet kak mendingan sekolah kaya biasa aja, belajar daring
kebanyakan tugasnya
Wawancara Tambahan Wildan 3 Maret 2021
P : Terus gimana interaksi kamu sama temen-temen selama pembelajaran daring
ini?
I : Iya kita kalo mau bercandaan atau interaksi sama temen kelas palingan cuman
bisa di group kelas aja yang gak ada guru. Soalnya pas pertemuan daring gitu
kan, terbatas ya interaksinya, bercandanya juga gak bisa leluasa kaya waktu pas
ketemu langsung di kelas. Gak bisa lagi yang asal nyeletuk gitu sih.
P : Selama belajar daring, masih ada gak sih tugas kelompok gitu?
I : Sejauh ini belum ada tugas kaya kerja kelompok gitu kak. Semuanya masih
tugas individu.
P : Terus perbedaan belajar tatap muka sama belajar daring yang kamu rasain apa
aja sih?
I : Bedanya pas belajar di kelas sama daring ya dari segi interaksi sama temen
yang makin lama makin terbatas, biasanya kita kalo mau nyampein pendapat
tinggal langsung ngomong tapi karena sekarang belajar daring jadi sulit
pertama karena masalah jaringan yang kadang suka ngadet, kedua karena
xxviiii
emang di sekolah jarang banget ngadain kelas daring jadi interaksi baik ke
temen atau guru makin berkurang. Kalau pas sekolah kan saya biasa
berkomunikasi aktif sama teman-teman yang lain ya, kalo sekarang lama-lama
semakin dikit interaksinya karena kan emang gak ketemu langsung. Kadang itu
juga ngaruh ke semangat belajar saya sih, jadi turun
P : Alasan kamu suka ragu-ragu untuk nyampein pendapat selama belajar daring?
I : Salah satu yang bikin males ngomong selama pertemuan daring tuh ya karena
jaringan sih. Kalo pas belajar langsung di kelas kan langsung bisa tek-tokan
gitu ya sama guru atau sama temen yang lain. Nah kalo sekarang susah, apalagi
kalo jaringannya jelek suara ke delay-delay jadi kaya mikir lagi gitu yang
tadinya mau ngomong jadi ah gajadi lah.
xxviiiii
Pernah juga pas lagi pertemuan daring gitu tiba-tiba nge-lag gitu kan pas di cek
taunya kuota habis
P : Emang biasa beli berapa kuotanya? Ada perbedaan gak pas dulu sebelum
belajar daring sama yang sekarang?
I : lumayan sih, kuota jadi lebih boros. Karena kan kadang ada pertemuan daring
gitu kan pake google meet, nah itu satu jamnya kadang langsung abis 1-2gb.
Belom lagi kita harus download video-video yang dikasih sama guru gitu buat
ditonton
P : Pihak sekolah ngasih fasilitas pemberian kuota gitu gak sih?
I : Dikasih, baru pas semingguan lalu lah pas September kemarin, yang bantuan
dari pemerintah itu loh kak. Sebelumnya bantuan kuota dari pihak sekolah buat
yang gak mampu aja
P : Berarti lumayan ya buat ngebantu ngerungain beban beli kuota kamu, dapet
berapa tuh bantuannya?
I : Lumayan banget lah kak dapet 35gb
P : Terus ada lagi gak kendala yang dirasain? Soal penyampaian materi dari guru
misalnya?
I : Oh iya, karena belajar daring gini kan jadi gurunya juga gak nyampein materi
secara langsung. Beda kan pas dulu di sekolah diterangin langsung kalo ada
yang gak ngerti tinggal nanya. Nah kalo sekarang susah juga gak ada yang
nerangin soalnya materinya kan dikirim lewat online juga berupa bahan bacaan.
Ya kadang dikasih juga penjelasan materi dalam bentuk video, cuman kan kalo
kita ada yang gak ngerti tetep aja kan gak bisa yang nanya langsung gitu. Belom
lagi tugasnya makin banyak
P : Kalo kelebihannya? Ada gak kelebihan atau manfaat dari diadainnya belajar
daring gini?
I : Apa ya, mungkin jadi lebih santai aja sih kak, lebih banyak waktu di rumah
juga waktu belajarnya jadi lebih fleksibel
P : Eh orang tua kamu suka dampingin gak sih kalo lagi belajar daring?
I : Enggak, udah gede juga kan kayanya gak perlu sampe didampingin sih
palingan Cuma ngebangunin aja pas pagi
xxixii
P : Menurut kamu efektif gak sih belajar daring gini tuh dibanding sama belajar
di sekolah?
I : Kayanya tetep lebih efektifan belajar pas di sekolah deh kak
P : Kalo sistem belajar daring gini masih tetep diapakai wetelah covid selesai,
kamu setuju gak?
I : Enggak setuju, soalnya ya itu tadi kurang efektif aja gitu kalo belajar daring
mah
xxxii
Nama Narasumber : Adzra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Wawancara : 1 Oktober 2020
Peneliti (P), Informan (I)
xxxiii
P : Emang kenapa deh jarang ada pertemuan daring gitu?
I : Gatau juga ya, mungkin karena ada beberapa guru yang gak ngerti pake gituan
atau mungkin juga karena ngabisin kuota jadinya jarang-jarang diadain
P : Terus kalo gitu, proses belajar-mengajar daringnya gimana dong?
I : Ya itu tadi kak, kebanyakan guru cuma sekedar ngasih materi dan tugas aja.
P : Terus gimana tanggapan kamu mengenai materi yang dikasih sama guru?
I : Karena kebanyakan materi yang dikasih kan berupa tulisan aja ya, jadi kadang
ada beberapa yang gak bisa dimengerti gitu.
P : Tapi kalo misalkan ada materi yang gak dimengerti misa dikomunikasiin ke
gurunya kan?
I : Iya bisa sih, guru-guru juga pada bilang kalo misalkan ada materi yang mau
ditanyain ya bisa langsung aja konyak ke WAnya (Whatssapp)
P : Orang tua kamu suka ngawasin gak sih kalo kamu lagi belajar daring gitu?
I : Enggak sih, palingan cuman nanyain doang kalo lagi ada pertemuan daring
gitu, nanyain tadi abis belajar apaan. Tapi pernah juga sih waktu itu ditemenin
belajar daring gitu karena ada tugas
P : Tugas apaan tuh?
I : Tugas agama waktu itu, jadi gurunya ngasih link ceramah gitu nah kita disuruh
dengerin bareng sama ortu terus nanti dikirim bukti foto gitu ke gurunya
P : Terus ada lagi gak mata pelajaran yang ngelibatin orang tua gitu?
I : Baru itu doang sih
P : Menurut kamu ada gak kelebihan dari diadainnya pembelajaran daring?
I : Belajarnya lebih santai karena kan belajar di rumah bisa sambil rebahan, terus
jadi lebih mandiri aja sih nyari materi-materi bahan bacaan
P : Menurut kamu proses pembelajaran daring ini efektif gak sih?
I : Kurang sih,
P : Kalo nantinya sistem belajar daring gini tetep diadain walaupun covid nya
udah selesai, gimana pendapat kamu?
I : Kurang setuju sih kak
xxxiiii
P : Kenapa?
I : Lebih seneng belajar langsung di sekolah sih, soalnya bisa ketemu langsung
sama temen-temen, bisa ngobrol bareng, bisa diskusi bareng gitu, ya walaupun
sebenernya kalo pas belajar daring juga tetep bisa ngobrol sih atau nanya nanya
lewat chat sama guru atau temen tapi kaya sensasinya tuh beda aja loh kak, kaya
gak biasa aja gitu rasanya, kalo di rumah doang berasa kaya gak sekolahnya.
P : Ada saran gak sih supaya sistem belajar daring gini bisa lebih baik lagi gitu?
I : Apa ya, mungkin ini sih materi yang dikasih gak cuman berupa tulisan aja
karena kalo cuman dari tulisan kitanya malah gak ngerti. Coba bikin materi
yang lebih menarik dan kreatif lagi jadi kami para siswa juga jadi semangat
belajar. Dan untuk tugas, kalo bisa jangan ngasih tugas yang terlalu banyak dan
menyulitkan siswa. Itu aja sih kayanya.
xxxiiiii
P : Bedanya belajar tatap muka sama daring gini apa sih?
Bedanya sama belajar tatap muka mungkin dari pas mau nyampein pendapat.
Soalnya saya pas pertemuan daring gitu, kalo mau nyampein pendapat suka
ragu, jadinya tuh kaya mikir ini tuh perlu disampein gak ya, pengen ngomong
kaya gini tapi kayanya gausah deh, pengen ngomong kaya gitu deh tapi kayanya
gak penting-penting banget buat disampein, pengen bercanda tapi takut malah
jadi garing karena gak ada yang nanggepin. kaya gitu gitu kak jadi gak bisa
langsung nyeplos gituloh karena kan kalo pas belajar di sekolah mah yah
kadang suka nyeplos aja gitu. Terus temen yang lain juga suka nyautin kan.”
xxxivii
I : 1 atau 2 kali aja kak, tapi gak konsisten juga sih kadang ada yang enggak sama
sekali
P : Berarti peraturannya gak tetep gitu ya? Terserah gurunya gitu mau ngajar kaya
gimana?
I : Iya kak betul
P : Terus ada kendala lagi gak yang kamu rasain selama belajar daring?
I : Gak semua materi bisa dimengerti sih kak, karena walaupun kami tetep dapet
maateri pembelajaran di setiap pertemuannya, tapi kan disitu guru juga
memberi tugas jadi kadang materinya itu gak sempat kami baca karena ada
deadline tugas. Apalagi untuk pelajaran yang seharusnya kan dapet penjelasan
langsung gitu kaya mtk, fisika, kimia, dll.
P : Itu tiap hari dikasih tugas gitu?
I : Iya kak, beberapa kali aja yang kosong tugas. Biasanya kalo abis UTS karena
gurunya masih ngoreksi ulangan tapi paling juga cuma 1 atau 2 guru aja
P : Terus gimana tanggapan kamu mengenai materi yang dikasih sama guru?
I : Materi yang kebanyakan dikasih guru kan berupa tulisa aja ya, jadi kaya
misalnya guru chat di WA (Whatsapp) gitu, disuruh baca materi bab sekian
sampe sekian nanti baru deh dikasih tugas gitu
P : Kalo pas belajar daring gini, kalo ada materi yang gak dimengerti gimana tuh?
I : Biasanya cari tau dulu sendiri kak, kalu belum puas boleh tanya gurunya lewat
chat
P : Kalo belajar daring gini jadi ngaruh ke minat dalam belajar gitu gak sih?
I : Sebenernya kalo jadi males atau gimana gitu, tergantung dari masing-masing
orang sih, karena banyak juga kok temen-temen yang tetep semangat-semangat
aja belajarnya
P : Orang tua kamu suka ngawasin gak sih kalo kamu lagi belajar daring gitu?
I : Enggak yang nyampe diawasin juga sih, palingan ditanya aja lagi belajar apa
gitu misalnya
P : Menurut kamu apa aja sih kelebihan dari model pembelajaran daring gini?
I : Kreativitas meningkat sih ya kak, kaya yang tadinya kita gak bisa ngelakuin
itu, terus mau gak mau karena dituntut sikon ternyata kita jadi bisa, terus
xxxvii
muncul potensi-potensi yang tadinya kita gak menyadari kalo potensi itu
ternyata kita miliki, selain itu juga jadi bikin kita lebih mandiri, melatih
kekuatan mental juga sih terus yang pastinya jadi lebih bersyukur
P : Kalo menurut kamu nih, kalo covid udah selesai terus belajar online gini tetep
diadain kira kira setuju gak?
I : Enggak kak, karena menurutku lebih efektif offline aja, baik buat muridnya
ataupun untuk orang-orang rumah, apalagi buat para orang tua yang anaknya
masih butuh bimbingan
P : Kira-kira apa aja nih yang perlu diperbaiki dari belajar daring gini?
I : Salah satunya buat guru, bikin pembelajaran jadi lebih fun soalnya kadang
kami juga jenuh karena selama ini metode belajarnya lebih sering ngasih materi
dan tugas aja. Terus mungkin bisa menghindari pemberian tugas yang
sekiranya sulit untuk dilakukan para murid gitu kak.
xxxviii
P : Kenapa sih kamu lebih suka belajar tatap muka?
I : Kebanyakan dari siswa, termasuk juga saya itu dapet senengnya saat belajar
ya pas di sekolah, disana kita biasa berinteraksi, bercanda, curhat-curhatan,
sekedar ngobrol-ngobrol di kantin, ngerjain tugas di perpus dan lain-lain. Nah
dengan diberlakukannya pembelajaran daring ini otomatis kegiatan-kegiatan
seperti itu hilang. Karena selama belajar daring saya ngerasa proses
pembelajarannya terutama pada saat pertemuan daring ini jadi lebih serius.
xxxviiii
berupa bahan bacaan aja, sama susah buat konsentrasi pas belajar karena
kondisi rumah yang gak kondusif
P : Kalo pas belajar daring gini, kalo ada materi yang gak dimengerti gimana tuh?
I : Kalo pas pertemuan di gmeet biasanya langsung nanya ke guru ata
pelajarannya, tapi kadang kita cuman dikasih ppt nya aja sih, jadi tetep kita juga
yang mahamin sendiri, sejauh ini kayanya temen kelas nanya ke guru langsung
itu pas gmeet doang kalo gak paham
P : Menurut kamu kalo belajar daring gini jadi ngaruh ke minat dalam belajar gitu
gak sih?
I : Iya belajar daring jadi males, terlalu santai juga, terus minat buat mahamin
pelajaran jadi kurang soalnya kita kalo dapet tugas langsung cari jawabannya
di internet
P : Menurut kamu apa aja sih kelebihan dari model pembelajaran daring ini?
I : Kelebihannya sih kita jadi gak buta banget sama teknologi sekarang, bisa
belajar lewat online yang tadinya kurang wawasan tentang teknologi jadi tau
P : Kalo covid nantinya udah berkurang atau bahkan selesai, terus belajar daring
gini masih diterapin, apa kamu setuju?
I : Enggak sih, kalo belajar online gini gak efektif soalnya
P : Apa yang perlu diperbaikin dari pembelajaran dengan sistem daring gini?
I : Kalo untuk gurunya, mungkin karena online kita belajar di rumah jadi kadang
suka bablas gitu kalo ngasih tugas. Masih suka kepepet sama tugas-tugas dari
guru lain. Jadi mending materi dulu terus dijelasin materinya baru kita dapet
tugas.
xxxviiiii
DOKUMENTASI
xxxixii
Wawancara Via WhatsApp
xlii
xliii