Anda di halaman 1dari 214

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEKERJA INFORMAL DI

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

LIANDI RAHLI

NIM. 11161110000058

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa Mahasiswa:

Nama : Liandi Rahli

NIM : 11161110000058

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul:

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEKERJA INFORMAL DI


JAKARTA SELATAN

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji

Jakarta, 24 Oktober 2020

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Dr. Iim Halimatusa’diyah, M.A.


NIP. 197609182003122003 NIP. 19810112201101200

iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pekerja Informal di Jakarta Selatan


Oleh
Liandi Rahli

11161110000058
Telah dipertimbangkan dalam sidang ujian skripsi di fakultas Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 13 November 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada program studi Sosiologi.

Jakarta, 13 November 2020


Ketua Sidang Sekretaris

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.

NIP. 197609182003122003 NIP. 1968081619970302002


Penguji I Penguji II

Prof. Dr. H. Yusron Razak, M.A. Dr. Saifudin Asrori, M.Si.


NIP. 195910101983031003 NIP. 197701192009121001

Ketua Program Studi Sosiologi


FISIP UIN JAKARTA

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si.


NIP. 197609182003122003

iv
ABSTRAK

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan strategi


meminimalkan dampak pandemi Covid-19 terhadap pekerja informal di Jakarta
Selatan, khususnya para pedagang kaki lima dan ojek online. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam pengumpulan datanya
menggunakan data primer, yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pandemi Covid-19 tidak hanya
berdampak pada hal kesehatan, namun juga berdampak pada perekonomian
masyarakat, khususnya para pekerja informal yang sangat bergantung pada
penghasilan harian. Dalam menganalisis penelitian ini, penulis menggunakan Teori
Masyarakat Risiko dari Ulrich Beck yang berfokus pada masyarakat risiko, dan
modernitas reflektif.
Berdasarkan hasil analisis, penulis menemukan beberapa dampak pandemi
Covid-19 terhadap para pedagang kaki lima dan ojek online, di antaranya risiko
terinfeksi virus, dampak pembatasan sosial berskala besar yang menyebabkan
berkurangnya pendapatan, dan risiko tidak terpenuhinya kebutuhan hidup. Faktor ini
yang disebut Beck sebagai masyarakat risiko, yaitu di mana para pedagang kaki lima
dan ojek online mengalami kondisi ketidakpastian dan memiliki risiko. Penulis juga
menememukan beberapa strategi meminimalkan dampak pandemi Covid-19 yang
dilakukan para pedagang kaki lima dan ojek online, di antaranya berdagang musiman,
berdagang secara online, mengikuti bisnis lain, pulang ke kampung halaman,
meminjam uang, menggunakan wi-fi, menjadi ojek reguler, menjual barang, back up
pekerjaan kerabat, dan berusaha lebih keras. Kondisi ini yang disebut Beck sebagai
modernitas reflektif, yaitu respon atau tanggapan dari individu dalam mengatasi
keadaan yang tidak pasti dan memiliki risiko, dengan kemampuan serta kreativitas
mereka.

Kata Kunci: Covid-19, Pekerja Informal, Masyarakat Risiko

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak akan lupa selalu tercurahkan

kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, baik kepada keluarga-Nya, sahabat-

Nya, serta umat-Nya yang telah memberikan cahaya terang benderang untuk keluar

dari zaman kegelapan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini

tidak akan berhasil tanpa arahan, bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak.

Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Lubis, Lc, M.A selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Iim Hailimatusa’diyah, M.A selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta masukan kepada penulis

vi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Joharatul Jamilah, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Sosiologi

FiSIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada kedua orang tua dan kakak penulis yang tercinta yaitu ayahanda

Thaharuddin S.H., M.M, ibunda Sihalini, dan kakak Hana Irtiyah Arviani

S.I.Kom, yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi, materi, dan

doa kepada penulis.

8. Tiara Angelia yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada

penulis hingga skripsi ini selesai.

9. Teman-teman Sosiologi Angkatan 2016, Saqa, Fatah, Zamzam, Fathur,

Hana Arya, Iqbal, Sarno, Ajeng, Dhania, Dino, Obi, Ludiansah dan teman-

teman lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

10. Teman-teman FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bang Aji, Bang

Fulki, Bang Alif, Bang Permana, Bang Fauzan, Joy, Fiqi, Ihsan, Alim,

Yoga, Mesa, Amar dan teman-teman yang lain yang tidak bisa di sebutkan

satu persatu.

11. Noel, Putra, Andra, Reza, Adit, Mahmud, Rendi, Abyan, Alvin, Riza, Rian

vii
selaku sahabat penulis yang telah menemani selama proses penulisan

hingga penyelesaian skripsi ini.

12. Ulin, Rais, Alifa, Zakiyah, Mami, Roro, Mishel, Hafiz, Rafa, Dewo, Uun,

Iseu, Latif, Aziz, Nisa, Fatma, dan Siska, selaku teman-teman KKN

DRESTANTA 59. Terimakasih atas pengalaman, dan pembelajaran

kepada penulis.

13. Para pedagang kaki lima dan ojek online yang telah bersedia meluangkan

waktunya kepada penulis untuk membantu penulis mengumpulkan data-

data yang dibuthkan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua yang turut membantu dengan kebaikan yang diberikan kepada

penulis selama proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai, mendapatkan balasan

kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa penulisan

skripsi masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala

kritik dan juga saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya

Jakarta 24 Oktober 2020

Liandi Rahli

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL…………………………………………………………………... I

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.............................................................. II

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….…………………….. III

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPS…………………………………….. IV

ABSTRAK………………………………………………………………………..… V

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. VI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… IX

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………....... 1

B. Pertanyaan Penelitian………………………………………….… 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………..… 6

C.1. Tujuan Penelitian…………………………………………... 6

C.2. Manfaat Penelitian………………………………………..... 7

D. Tinjauan Pustaka……………………………………………….... 7

E. Kerangka Teoritis………………………………………………... 12

F. Metode Penelitian………………………………………….…….. 14

F.1. Pendekatan Penelitian………………………………….…... 14

F.2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data…………….…... 15

G. Sistematika Penulisan………...……………………………..…... 22

ix
BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA INFORMAL

A. Sektor Informal…………………………………..………............ 24

A.1. Penjelasan Status Pekerjaan Utama…………….…………. 26

B. Gambaran Umum Pekerja Informal di Indonesia……..……........ 29

B.1. Jumlah Pekerja Informal di Indonesia Tahun 2019.………. 30

B.2. Jumlah Pekerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia

Tahun 2015- 2019……..……………………….........…...... 31

B.3. Sektor Formal atau Informal di Indonesia Berdasarkan

Jenis Kelamin………………………..…………..……….... 32

C. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta……..…………..……… 33

C.1. Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019…....... 36

D. Gambaran Umum Pekerja Informal di Provinsi DKI Jakarta….... 37

D.1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Menurut Kegiatan Formal

atau Informal Tahun 2017-2018……………………….….. 37

D.2. Pekerja Informal Menurut Lapangan Kerja di Provinsi

DKI Jakarta Tahun 2019…..……………………………..... 39

D.3. Pekerja Informal Menurut Lapangan Kerja dan Jenis

Kelamin di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019…..……….... 40

E. Gambaran Umum Kota Jakarta Selatan…………………….….... 42

F. Gambaran Umum Pekerja Informal di Jakarta Selatan……......… 43

F.1. Pekerja Formal dan Informal di Jakarta Selatan Tahun

2019………………………..…….…………………...……. 43

x
F.2. Pekerja Informal Menurut Lapangan Kerja dan Jenis

Jenis Kelamin di Jakarta Selatan Tahun 2019…….….……. 44

G. Pedagang Kaki Lima…………………………………….….…… 46

H. Ojek Online…………………………………………………....… 48

H.1. Sejarah Transportasi Ojek Online di Indonesia…….……... 50

H.2. Sejarah Perjalanan Transportasi Online: Gojek dan Grab

………………………………………………………..…… 51

BAB III DAMPAK DAN STRATEGI MEMINIMALKAN DAMPAK

PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEKERJA INFORMAL

DI JAKARTA SELATAN

A. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kehidupan Pekerja

Pedagang Kaki Lima………………………………….….........…. 56

A.1. Risiko Terinfeksi Virus Covid-19……………….…..……… 56

A.2. Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar……...…….…... 58

A.3. Risiko Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Hidup……..………. 63

B. Strategi Pedagang Kaki Lima Dalam Meminimalkan Dampak

Dampak Pandemi Covid-19………………………………..……. 66

B.1. Berdagang Musiman……………………………….….……. 66

B.2. Berdagang Online…………………………………………... 68

B.4. Pulang Kampung.................................................................... 73

B.5. Meminjam Uang…………………..………………………... 74

xi
C. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kehidupan Ojek Online

…………………………………………….…………................. 75

C.1. Risiko Terinfeksi Virus Covid-19…..................................... 76

C.2. Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar…..................... 77

C.3. Risiko Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Hidup..................... 84

D. Strategi Ojek Online Dalam Meminimalkan Dampak Pandemi

Pandemi Covid-19 ………………………………………..…..… 86

D.1. Menggunakan Wi-Fi............................................................. 86

D.2. Ojek Konvensional……………………………………….... 87

D.3. Menjual Barang……………………………………….….... 89

D.4. Back Up Pekerjaan………………………………..……….. 90

D.5. Berusaha Lebih Keras………………………………..…….. 91

D.6. Meminjam……………………………………….…….….... 92

E. Pengintegrasian Temuan dan Teori……………………….….…... 93

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………....….... 96

B. Saran………………………………………………..……………. 99

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....… 94

LAMPIRAN…………………………………………………………………...…... cix

xii
DAFTAR TABEL

Tabel I.1…………………………………………………………….. 17

Tabel I.2…………………………………………………………….. 20

Tabel II.1………………………………………………………….… 30

Tabel II.2……………………………………………………………. 32

Tabel II.3……………………………………………………………. 36

Tabel II.4……………………………………………………….…… 39

Tabel II.5……………………………………………………………. 41

Tabel II.6………………………………………………………...….. 45

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1………………………………...………………………. 34

Gambar II.2……………………………...…………………………. 43

Gambar II.3…………………………...……………………………. 47

Gambar II.4…………………………...……………………………. 49

Gambar III.1………………………………………………………... 67

Gambar III.2………………………………………………………... 68

Gambar III.3…………………………………………………..……. 83

xiii
DAFTAR GRAFIK

Grafik II.1……………………………………………………...…… 31

Grafik II.2…………………………………………………….…….. 38

Grafik II.3……………………………………………………….….. 44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Wawancara …………………………………...……… cix

Lampiran 2. Dokumentasi……………………………….………... cxci

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian ini akan membahas mengenai dampak Covid-19 terhadap

masyarakat miskin terutama bagi mereka yang bekerja di sektor informal di Jakarta

Selatan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada penghasilan harian.

Mereka yang bekerja pada sektor informal membutuhkan penghasilan demi untuk

mencukupi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarga mereka (ILO, 2020: 1). Mereka

tidak dapat bergantung pada kompensasi penggantian pendapatan maupun tabungan

karena mereka sangat bergantung pada pendapatan sehari-hari, mereka

mempertaruhkan risiko terhadap virus Covid-19 demi mendapatkan pendapatan demi

menafkahi keluarga mereka, “Harus mati karena kelaparan atau karena virus”

merupakan dilema yang sangat nyata yang sedang mereka hadapi saat ini di

perekonomian sektor informal (ILO, 2020: 1). Pekerja informal, menyumbang sekitar

61 persen dari tenaga kerja global sangat rentan selama pandemi Covid-19 karena

harus menghadapi risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang lebih tinggi dan

kurangnya perlindungan yang memadai (ILO, 2020: 6). Bekerja dengan tidak adanya

perlindungan, seperti cuti sakit dan tunjangan pengangguran, menyebabkan para

pekerja informal berada pada pilihan risiko antara kesehatan atau pendapatan, yang

1
berisiko terhadap kesehatan mereka, kesehatan orang lain serta keselamatan ekonomi

mereka (ILO 2020: 8).

Indonesia pertama kali mengumumkan atau menginformasikan dua infeksi

Covid-19 pertamanya pada tanggal 2 Maret 2020, yang diduga berasal dari salah satu

warga negara Indonesia yang melakukan kontak langsung dengan warga negara asing

yang berasal dari Jepang (Hanoatubun, 2020: 149-150). Informasi tersebut telah

diumumkan langsung oleh bapak Presiden Joko Widodo (Hanoatubun, 2020 149-

150). Semakin bertambahnya hari, penyebaran virus Covid-19 mengalami

peningkatan yang sangat signifikan, Jakarta yang merupakan pusat ekonomi menjadi

pusat penyebaran Covid-19 dengan kasus positif paling banyak di Indonesia.

Daftar 10 provinsi dengan kasus positif Covid-19 terbanyak per 9 Juni 2020:

DKI Jakarta: 8.355 kasus, 3.371 sembuh, 533 meninggal Jawa Timur: 6.533 kasus,

1.584 sembuh, 514 meninggal Jawa Barat: 2.448 kasus, 962 sembuh, 161 meninggal

Sulawesi Selatan: 2.194 kasus, 704 sembuh, 97 meninggal Jawa Tengah: 1.674 kasus,

508 sembuh, 103 meninggal Kalimantan Selatan: 1.438 kasus, 118 sembuh, 104

meninggal Sumatera Selatan: 1.188 kasus, 402 sembuh, 42 meninggal Papua: 1.108

kasus, 78 sembuh, 7 meninggal Banten: 1.061 kasus, 391 sembuh, 72 meninggal

NTB: 830 kasus, 325 sembuh, 25 meninggal (Tirto, 2020: 1)

Meningkatnya jumlah pasien yang diakibatkan Covid-19 menyebabkan

pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan berbagai kebijakan

2
demi untuk menahan gelombang penyebaran Covid-19 dan dapat secepatnya

menyelesaikan permasalahan virus Covid-19, salah satu caranya adalah dengan

mensosialisasikan gerakan social distancing (Nabilla & Nurwati, 2020: 2). Social

Distancing adalah menjaga jarak dari satu orang ke orang lainnya dengan jarak

minimal 2 meter atau tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain secara

berdekatan (Nabilla & Nurwati, 2020: 2). Selain social distancing pemerintah

menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 mengenai kebijakan PSBB

(Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang mengatur atau membatasi aktivitas

masyarakat demi untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, aktivitas yang dibatasi

antara lain kegiatan belajar mengajar secara langsung, kegiatan keagamaan,

pembatasan moda transportasi, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan hal

yang dapat berkumpulnya orang-orang, untuk sementara dibatasi (Nabilla & Nurwati,

2020: 2). Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak terjadinya Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK) oleh beberapa perusahaan, hal tersebut dilakukan dengan terpaksa

dengan alasan untuk bertahannya perusahaan dan mengurangi dampak kerugian

akibat pandemi Covid-19 (Nabilla & Nurwati, 2020: 3).

Menurut pemantauan ILO (International Labour Organization) adanya

tindakan mengenai karantina penuh demi untuk mencegah adanya penyebaran virus

Covid-19, hal tersebut berdampak pada hampir 2,7 miliar pekerja, yang artinya

sekitar 81 persen tenaga kerja dunia terdampak adanya tindakan karantina akibat

pandemi Covid-19 (Nabilla & Nurwati, 2020: 3). Dalam situasi pandemi Covid-19

3
saat ini, usaha di sektor ekonomi sedang menghadapi krisis yang dapat mengancam

perekonomian dan kehidupan, terutama di sektor perusahaan kecil yang pada

dasarnya memang sudah rentan dalam segi ekonomi dan tidak mendapatkan

keuntungan yang besar ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 ini mereka

semakin terpuruk (Nabilla & Nurwati, 2020: 3). Karantina penuh akibat pandemi

Covid-19 juga menyebabkan jutaan pekerja rentan kehilangan pekerjaan dan

pendapatan serta mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) (Nabilla & Nurwati,

2020: 3). Dari kelompok pekerja yang mengalami dampak langsung dari pandemi

Covid-19 ini salah satunya adalah pekerja informal

Pemikiran atau konsep mengenai sektor informal pertama kali diperkenalkan

oleh Keith Hart yang merupakan antropologi Inggris pada tahun 1973 (Manning &

Tadjuddin, 1985: 75). Pemikiran atau konsep tentang sektor informal menurut Hart

(1973) didapatkan dari hasil penelitianya di Aggra, Ghana pada tahun 1973 (Manning

& Tadjuddin, 1985: 75). Hart (1973) membedakan penduduk kota dalam kegiatan

kerja dalam dua sektor yaitu sektor formal dan sektor informal (Manning &

Tadjuddin, 1985: 75). Hart membedakan sektor formal dan sektor informal

berdasarkan pendapatan yang berasal dari gaji atau pendapatan dari usaha sendiri

(wirausaha) (Manning & Tadjuddin, 1985: 75). Sektor ekonomi informal adalah

kegiatan ekonomi yang berskala kecil, namun sektor informal juga dianggap sebagai

gambaran pertumbuhan kerja di negara yang sedang berkembang (Manning &

Tadjuddin, 1985: 75). Orang-orang yang berada pada sektor informal pada umumnya

4
adalah masyarakat kelas bawah, kebanyakan dari mereka adalah para migran

(Manning & Tadjuddin, 1985: 75).

Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi atau kemiskinan telah menjadi

pusat perhatian dan telah dilakukan beberapa penelitian. Penelitian dari The SMERU

Research Institute yang ditulis oleh Suryahadi, Al Izzati, Suryadarma (2020)

memfokuskan pada estimasi atau perkiraan dampak Covid-19 mengacu pada

pengalaman kemiskinan yang terjadi pada tahun 2005-2006. Kemudian penelitian

yang dilakukan oleh SaifulMujani Research & Consulting (2020) melihat pada sikap

warga atas kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi warga dalam pandemi Covid-

19 di Indonesia

Sejauh ini sudah ditemukan beberapa penelitian mengenai dampak Covid-19

terhadap masyarakat miskin tetapi belum ditemukan penelitian yang memfokuskan

pada mereka yang bekerja di sektor informal terutama yang mata pencahariannya

sangat bergantung pada penghasilan harian khususnya di Jakarta yang merupakan ibu

kota, pusat ekonomi, sekaligus yang menjadi pusat penyebaran Covid-19 di

Indonesia. Terlebih lagi, studi yang ada hanya menggunakan data kuantitatif saja jadi

tidak bisa memahami secara mendalam dampak ekonomi yang di hadapi oleh kelas

bawah yang bekerja di sektor informal. Pemberlakuan Social distancing dan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tentunya akan menimbulkan dampak

karena tentunya pendapatan mereka akan terancam seiring dengan tidak adanya

konsumen.

5
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mencari tahu lebih dalam mengenai

dampak pandemi Covid-19 bagi kehidupan pekerja informal di Jakarta Selatan, dan

apa strategi yang dilakukan para pekerja informal untuk meminimalkan dampak

tersebut.

B. Pertanyaan Penelitian

Mengacu pada pernyataan penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

pertanyaan dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana dampak pandemi Covid-19 bagi kehidupan pekerja informal di

Jakarta Selatan?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan pekerja informal untuk meminimalkan

dampak tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

1. Utamanya, tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dampak pandemi

Covid-19 bagi kehidupan pekerja informal di Jakarta Selatan

2. Selanjutnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang

dilakukan pekerja informal untuk meminimalkan dampak tersebut

6
C.2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat mengisi kekosongan atau memberi data terkini

dalam kajian dampak pandemi Covid-19 bagi kehidupan pekerja informal di Jakarta

Selatan, utamanya di Sosiologi, dapat berguna untuk menambah wawasan serta

menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan kajian terhadap penelitian

yang relevan kedepannya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian diharapkan dapat berguna bagi seluruh praktisi atau instansi dalam

menanggulangi maupun meminimalkan dampak Covid-19 bagi para pekerja informal

di Jakarta Selatan, serta menjadi sumbangsi peneliti terhadap proses pemerintahan

dalam menghadapi pandemi Covid-19

D. Tinjauan Pustaka

Studi mengenai dampak Covid-19 terhadap ekonomi atau kemiskinan sudah

dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan

oleh SaifulMujani Research & Consulting (2020); Suryahadi, Al Izzati., dan

Suryadarma (2020); dan Hanoatubun (2020). Penelitian yang dilakukan oleh

SaifulMujani Research & Consulting (2020) yang berjudul “Wabah Covid-19 Sikap

Atas Kebijakan dan Kondisi Ekonomi Warga”. Penelitian dilakukan menggunakan

metode penelitian kuantitatif dengan mengambil sampel dari beberapa Provinsi yaitu

7
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Penelitian ini menemukan bahwa satu bulan setelah terjadinya pandemi Covid-19 di

Indonesia menyebabkan memburuknya kondisi ekonomi sebagian besar warga

terutama warga dengan kondisi menengah ke bawah, dan pekerja pada sektor

informal yang sangat bergantung pada penghasilan harian. Sekitar 50 juta warga

secara nasional atau 25 persen mengatakan sudah tidak dapat untuk memenuhi

kebutuhan pokok mereka tanpa meminjam dari orang lain. Pemberlakuan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) dan social distancing untuk menahan gelombang

penyebaran Covid-19 umumnya sudah dipahami oleh masyarakat, namun anjuran

tersebut cenderung dilanggar oleh masyarakat dengan alasan ekonomi menengah ke

bawah yang bergantung pada pendapatan harian tersebut. Penelitian kedua yang

dilakukan Suryahadi, Al Izzati., dan Suryadarma (2020) yang berjudul “Dampak

Wabah Covid-19 Terhadap Kemiskian: Estimasi Untuk Indonesia”. Penelitian

dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penelitian kepustakaan

yaitu proses pengambilan datanya tidak memerlukan terjun ke dalam lapangan secara

langsung. Penelitian ini menemukan bahwa perkiraan dampak pandemi Covid-19

terhadap perekonomian masyarakat di Indonesia yang paling ringan yaitu tingkat

kemiskinan akan meningkat dari 9,2 persen pada bulan September 2019 bertambah

menjadi 9,7 persen pada akhir tahun 2020, yang berarti 1,3 juta orang yang akan jatuh

ke dalam kemiskinan. Kemudian penelitian ini memperkirakan dampak pandemi

Covid-19 terhadap perekeonomian masyarakat di Indonesia yang paling parah yaitu

dari 9,2 persen pada bulan September 2019 bertambah menjadi 12,4 persen pada

8
akhir tahun 2020, yang berarti 8,5 juta orang yang akan jatuh ke dalam kemiskinan.

Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Hanoatubun (2020) yang berjudul “Dampak

Covid-19 Terhadap Perekonomian di Indonesia”. Penelitian dilakukan menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan penelitian kepustakaan yaitu proses pengambilan

datanya tidak memerlukan terjun ke dalam lapangan secara langsung. Penelitian ini

menemukan bahwa dampak pandemi Covid-19 bagi perekonomian di Indonesia

sangat bergantung dengan cara penanganan yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia, dalam hal ini cara penanganan pertama yaitu skenario penanganan

minimal yaitu himbauan untuk menjaga jarak dan untuk tetap di rumah saja, lalu cara

penanganan kedua yaitu dengan skenario penanganan kuat yaitu Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB) yang secara tegas mengatur untuk tidak melakukan kegiatan

yang menyebabkan berkumpulnya orang-orang secara ramai. Hasil analisis penelitian

ini menyimpulkan bahwa skenario penanganan kuat dapat menurunkan pertumbuhan

ekonomi yang lebih parah dibandingkan dengan skenario penanganan secara minimal

dikarenakan terjadi banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), akan tetapi

analisis penelitian ini juga menemukan bahwa jika dalam jangka yang panjang, maka

skenario penanganan minimal lebih merugikan dibandingkan dengan skenario

penanganan maksimal yang disebabkan dari mortalitas yang tinggi.

Selain terkait dengan Covid 19, telah ada banyak studi mengenai dampak

ekonomi dan kemiskinan yang terjadi akibat bencana atau wabah seperti penelitian-

penelitian yang dilakukan oleh Muryani et al (2012); Himelein (2014) dan; Yunida,

9
Kumalawati, Arisanty (2017). Penelitian yang dilakukan oleh Muryani et al (2012)

yang berjudul “Dampak Flu Burung Terhadap Perekonomian: Tinjauan Aspek

Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Nasional” Penelitian dilakukan menggunakan

metode penelitian kuanitatif dengan menggunakan data primer, data primer diperoleh

dengan wawancara menggunakan kuisioner terstruktur dengan peternak unggas di

Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menemukan bahwa penyebaran virus flu burung

menyebabkan kerugian ekonomi yang besar, khususnya bagi industri peternakan

unggas. Penyakit flu burung yang menyebar antara unggas ke unggas lain tidak

terlepas karena adanya faktor lingkungan, karakteristik peternak unggas yakni umur,

pendidikan, dan tujuan berternak menentukan risiko unggas terinfeksi, dengan

pendidikan yang tinggi tentunya para peternak lebih mengetahui bagaimana cara agar

unggas mereka tidak tertular virus flu burung dengan memikirkan jarak antar kadang,

saluran limbah kotoran, unggas dan kebersihan halaman kandang. Faktor lingkungan

sosial juga berperan dalam penanganan penyebaran virus flu burung, laporan unggas

mati, dan penyuluhan tentang cara penanganan penyebaran virus tersebut di

lingkungan peternak. Penyebab penyebaran penyakit flu burung bukan hanya terjadi

karena penularan di antara para unggas, namun faktor lingkungan, pengetahuan

peternak dan lingkungan sosial menjadi faktor pencegah terjadiya risiko. Penelitian

kedua yang dilakukan oleh Himelein (2014) yang berjudul “Dampak Sosial-Ekonomi

Ebola di Liberia”. Penelitian dilakukan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini

menemukan bahwa penyebaran virus Ebola sangat mempengaruhi perekonomian

Liberia di semua sektor pekerjaan, yang paling berdampak adalah pekerja yang telah

10
mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dikarenakan dalam masa virus

Ebola tidak diizinkan untuk beraktivitas di luar rumah sehingga banyak perusahaan

memutuskan untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi untuk

meminimalkan kerugian, dan juga mereka yang bergantung pada upah atau

pendapatan harian seperti pedagang kecil. Kelompok ini sangat retan pada kondisi

tersebut karena, mereka tidak menerima gaji yang tetap dan tidak mampu untuk

menemukan pekerjaan alternatif atau cara mendapatkan penghasilan lain. Penelitian

terakhir yang dilakukan oleh Yunida, Kumalawati, Arisanty (2017) yang berjudul

“Mengelola Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kemiskinan”. Penelitian dilakukan

menggunakan metode penelitian kuantitatif yang dilakukan di Kecamatan Batu

Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Penelitian ini

menemukan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu

Sungai Tengah, Kalimantan selatan bekerja sebagai petani. Banjir yang terjadi

menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak, namun masyarakat Kecamatan Batu

Benawa mampu menghadapi kondisi tersebut karena hampir semua masyarakat

Kecamatan Batu Benawa memiliki pekerjaan lain selain menjadi petani seperti

beternak, buruh, dan berdagang.

Meski telah ada beberapa kajian terkait dampak sosial ekonomi Covid-10,

belum banyak penelitian yang membahas mengenai Covid-19 dan dampak sosial

ekonominya terhadap pekerja informal

11
E. Kerangka Teoritis

Penelitian ini akan menggunakan teori masyarakat risiko dari Ulrich Beck

(1992). Ulrich Beck (1992: 3-4) mengatakan bahwa perubahan besar telah terjadi dari

modernitas awal menuju ke modernitas lanjut. Modernitas awal merupakan

masyarakat indsutri yang memiliki permasalahan mengenai pendistribusian kekayaan

secara merata, sedangkan modernitas lanjut merupakan masyarakat risiko yang

memiliki permasalahan mengenai bagaimana cara untuk meminimalkan atau

mengantisipasi risiko-risiko yang telah terjadi ataupun yang belum terjadi (Beck,

1992: 3-4). Masyarakat risiko adalah masyarakat yang telah mengetahui bagaimana

menangani atau mengatasi keadaan yang tidak pasti sesuai dengan kemampuan atau

kreativitas mereka yang disebut “Modernitas Reflektif” (Reflective Modernization)

(Beck, 1992: 7). Ulrich Beck (1992: 7) menjelaskan bahwa modernitas reflektif

merupakan respon atau tanggapan dari individu atau institusi terhadap suatu hal atau

kondisi yang tidak pasti dan memiliki risiko. Ulirch Beck (1992: 209-210)

mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat berlawanan atau

bertentangan karena hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya risiko, namun di lain

sisi juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi risiko tersebut. Ulrich Beck (1992: 15-

16) juga mengatakan bahwa risiko yang dimaksud tidak hanya mencakup risiko yang

ditimbulkan oleh kerusakan alam seperti pemanasan global, namun banyak risiko

lainnya yang tidak disadari oleh masyarakat, yang membutuhkan pakar berkualitas

untuk mengetahui dan menghadapi risiko tersebut seperti, pencemaran nuklir atau

12
kimiawi, dan penyakit peradaban seperti epidemic atau pandemi, juga risiko yang

harus dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan seperti kemiskinan dan

pengangguran

Selanjutnya Ulrich Beck (1992: 27) menjelaskan mengenai distribusi risiko

yang merujuk dengan kelas sosial individu dalam masyarakat. Distribusi risiko

menunjukan bahwa kemiskinan yang terjadi menyebabkan banyak risiko yang

berakibat permasalahan yang besar, sebaliknya kekayaan atau kemakmuran dapat

menjadi penyelamat dan kebebasan dari risiko (Beck, 1992: 27). Menjadi

pengangguran dan para pekerja yang hanya mempunyai keterampilan rendah lebih

berisiko terhadap stress dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan dan

keterampilan (Beck, 1992: 27).

Virus Covid-19 merupakan penyakit yang menyebar ke seluruh dunia atau

yang disebut pandemi yang dimulai pada tahun 2019, yang masyarakatnya sudah

berada pada tahap modern. Apabila dikaitkan dengan teori masyarakat risiko dari

Ulrich Beck (1992: 15-16) yang menyatakan banyak risiko yang tidak disadari oleh

masyarakat yang membutuhkan pakar berkualitas untuk mengetahui dan menghadapi

risiko tersebut seperti penyakit peradaban epidemi dan pandemi, juga risiko yang

harus dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan seperti kemiskinan dan

pengangguran, tentunya teori ini sangat berkaitan dengan pandemi Covid-19 karena

teori ini membahas risiko yang harus dihadapi masyakarat modern yang berkaitan

dengan pandemi Covid-19. Kemudian apabila teori masyarakat risiko dari Ulrich

13
Beck (1992) dikaitkan dengan para pekerja informal yaitu, dengan melihat bagaimana

cara atau strategi para pekerja informal untuk meminimalkan dampak risiko dari

pandemi Covid-19 itu atau yang dijelaskan oleh Ulrich Beck (1992: 7) sebagai

Modernitas Reflektif (Reflective Modernization) yang merupakan respon atau

tanggapan dari individu atau institusi terhadap suatu hal atas kondisi yang tidak pasti

dan memiliki risiko seperti halnya dalam pandemi Covid-19 ini.

F. Metode Penelitian

F.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk mengetahui lebih dalam mengenai dampak

pandemi Covid-19 bagi para pekerja informal di Jakarta Selatan yang mata

pencahariannya bergantung pada penghasilan harian. Peneliti juga berusaha

mengetahui strategi para pekerja informal dalam meminimalkan dampak tersebut

sebagai bentuk kreativitas untuk meminimalkan dampak dari risiko yang dihadapi

oleh pekerja informal. Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif yakni

pendekatan dengan mengeksplorasi dan memahami makna yang dimiliki oleh

sejumlah individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan (Creswell, 2010: 4-5).

Peneliti melakukan interaksi atau komunikasi yang intensif dengan pihak

yang diteliti, termasuk di dalamnya bahwa peneliti harus mampu memahami dan

mengembangkan kategori-kategori, pola-pola, dan analisis terhadap proses-proses

14
sosial yang terjadi di tengah masyarakat yang diteliti (Creswell, 2010: 4-5). Peneliti

merasa pendekatan ini tepat untuk memahami dan mengetahui dampak dan strategi

meminimalkan Covid-19 bagi para pekerja informal.

F.2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari lapangan, atau dapat

disebut juga dengan “first-hand information”, dan data sekunder yaitu dengan

perantara. (Silalahi, 2010: 289). Teknik pengumpulan data primer yang digunakan

yaitu wawancara dan observasi, proses wawancara dilakukan dengan tatap muka

(face to face interview) dengan partisipan (Creswell, 2010: 4-5). Sedangkan data

sekunder didapatkan dari studi dokumen seperti buku, jurnal maupun berita dari

media massa (Silalahi, 2010: 289). Kemudian, wawancara juga dapat dilakukan

dengan cara tidak terstruktur (unstructured interviews) yaitu peneliti dan informan

saling berinteraksi dengan cair (Marvasti, 2004: 35-36), dan juga menggunakan

wawancara terbuka dengan informan (Moeloeng, 2006: 5-6).

Wawancara dilakukan dengan rata-rata waktu 4-8 menit, wawancara

dilakukan satu kali untuk masing-masing informan. Wawancara dilakukan secara

langsung (face to face) dengan cara mendatangi para ojek online yang sedang

beristirahat atau menunggu pesanan, dan mendatangi para pedagang kaki lima (PKL)

yang sedang berdagang.

15
Informan dapat dipetakan sebagai orang yang (1) dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitian yang tidak dapat dijawab oleh orang lain; (2) orang yang dapat

merekomendasikan peneliti kepada informan lain dengan kapasitas pengetahuan yang

kurang lebih sama; (3) menyediakan akses dan mengembangkan kesadaran peneliti

mengenai bagian-bagian latar dan; (4) orang yang membantu peneliti untuk

menafsirkan makna dari observasi peneliti (Marvasti, 2004: 5-6).

Dalam penelitian ini pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive

sampling, yang didasarkan pada siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan. Hal ini biasanya digunakan pada penelitian

lapangan (Ritzer, 2012: 256). Informan dalam penelitian ini melibatkan 2 jenis

informan. Pertama, Ojek Online dengan usia di atas 20 tahun, 5 orang yang sudah

berkeluarga, 5 orang yang belum berkeluarga, dan berdomisili atau bekerja di Jakarta

Selatan. Jumlah informan yang telah diwawancara berjumlah 10. Kedua, Pedagang

Kaki Lima (PKL) dengan usia di atas 20 tahun, 5 orang berjenis kelamin wanita, 5

orang berjenis kelamin pria, dan berdomisili atau bekerja di Jakarta Selatan. Jumlah

informan yang telah diwawancara untuk kategori ini berjumlah 10. Jadi secara

keseluruhan ada 20 orang informan yang telah diwawancara dalam penelitian ini.

Detail dari masing-masing informan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini:

16
Tabel I.1

Pedagang Kaki Lima

NO Nama Jenis Pekerjaan Status Pendidikan Lama Bekerja

Kelamin (Lokasi) Terakhir Sebagai Pedagang

(Usia) Kaki Lima

1 Hariati Perempuan Pedagang Sudah Sekolah Dasar 17 Tahun

(51 Tahun) Air Minum Berkeluarga

(Kebayoran

Lama)

2 Haryati Perempuan Pedagang Sudah Tidak Sekolah 11 Tahun

(54 Tahun) Air Minum Berkerluarga

(Kebayoran

Lama)

3 Butet Perempuan Pedagang Sudah Bek Sekolah 8 Tahun

(44 Tahun) Air Minum, Berkeluarga Menengah Atas

Rokok &

Masker

(Kebayoran

Baru)

4 Ipeh Perempuan Pedagang Sudah Sekolah 8 Bulan

17
(41 Tahun) Nasi Uduk Berkerluarga Menengah Atas

(Tanah

Kusir)

5 Malah Perempuan Pedagang Sudah Sekolah 15 Tahun

(35 Tahun) Lumpia Berkeluarga Menengah Atas

(Tanah

Kusir)

6 Jupri Laki-Laki Pedagang Sudah Tidak Sekolah 19 Tahun

(53 Tahun) Toge Berkeluarga

Goreng

( Tanah

Abang)

7 Hendi Laki-Laki Pedagang Sudah Sekolah 5 Tahun

(35 Tahun) Cilok Berkeluarga Menengah

(Tanah Pertama

Abang)

18
8 Iwan Laki-Laki Pedagang Sudah Sekolah 2 Tahun

(35 Tahun) Gorengan Berkeluarga Menengah

(Tanah Pertama

Abang)

9 Yadi Laki-Laki Pedagang Sudah Sekolah Dasar 10 Tahun

(41 Tahun) ES Berkeluarga

(Tanah

Abang)

10 Suharjo Laki-Laki Pedagang Sudah Sekolah Dasar 10 Tahun

(32 Tahun) Bakpao Berkeluarga

(Palmerah)

Informan pedagang kaki lima kebanyakan berusia sekitar 40 tahun, dan rata-

rata sudah berdagang di atas 10 tahun. Informan pedagang kaki lima yang berusia

sekitar 50 tahun, rata-rata berpendidikan terakhir sekolah dasar (SD), yang berusia

berkisah 40 tahun, rata-rata berpendidikan terakhir sekolah menengah atas (SMA),

dan yang berusia berkisar 30 tahun, berpendidikan terakhir sekolah menengah

pertama (SMP).

19
Tabel I.2

Ojek Online

NO Nama Jenis Pekerjaan Status Pendidikan Lama Bekerja

Kelamin (Lokasi) Terakhir Sebagai Ojek

(Usia) Online

1 Sulthan Laki-laki Ojek Online Belum Sekolah 3 Tahun

(21 Tahun) (Pesanggrahan) Berkeluarga Menengah Atas

2 Ranto Laki-laki Ojek Online Sudah S1 3 Tahun

(35 Tahun) (Pesanggrahan) Berkeluarga

3 Tamrin Laki-laki Ojek Online Sudah Sekolah 4 Tahun

(32 Tahun) (Pesanggrahan) Berkeluarga Menengah Atas

4 Sutrisno Laki-laki Ojek Online Sudah Sekolah 5 Tahun

(42 Tahun) (Pesanggrahan) Berkeluarga Menengah

Pertama

5 Angga Laki-laki Ojek Online Sudah Sekolah 4 Tahun

(38 Tahun) (Pesanggrahan) Berkeluarga Menengah

Pertama

20
6 Nurkholis Laki-Laki Ojek Online Sudah Sekolah 1,5 Tahun

(43 Tahun) (Pesanggrahan) Berkeluarga Menengah

Kejuruan

7 Hendar Laki-Laki Ojek Online Belum Sekolah 2 Tahun

Fauzi (23 Tahun) (Pesanggrahan) Berkeluarga Menengah

Kejuruan

8 Ahmad Laki-Laki Ojek Online Belum Sekolah 4 Tahun

Sofyan (30 Tahun) (Kebayoran Berkeluarga Menengah

Baru) Kejuruan

9 Hermansyah Laki-Laki Ojek Online Belum Sekolah 5 Tahun

(49 Tahun) (Kebayoran Berkeluarga Menengah Atas

Baru)

10 Arif Laki-Laki Ojek Online Belum Sekolah 2 Tahun

Hermansyah (32 Tahun) (Kebayoran Berkeluarga Menengah Atas

Baru)

21
Informan ojek online kebanyakan berusia sekitar 30 tahun, dan rata-rata sudah

bekerja sebagai ojek online selama 4 tahun. Informan ojek online yang berusia sekitar

40 tahun, rata-rata berpendidikan terakhir sekolah menengah pertama (SMP) dan

sekolah menengah kejuruan (SMK), yang berusia sekitar 30 tahun rata-rata

berpendidikan terakhir sekolah menengah atas (SMA), dan yang berusia sekitar 20

tahun rata-rata berpendidikan terakhir sekolah menengah atas (SMA).

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini akan terdiri dari:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini penulis memberikan penjelasan tentang pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum

Bab ini berisikan tentang gambaran dan tren umum mengenai pekerja

informal di Jakarta Selatan.

BAB III Hasil Penelitian

Bab ini membahas hasil berisikan tentang deskripsi hasil temuan selama

penelitian dan juga akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana dampak

22
pandemi Covid-19 bagi para pekerja informal di Jakarta Selatan, serta strategi

mememinimalkan dampak tersebut.

BAB IV Penutup

Bab keempat merupakan bab terakhir dalam penelitian ini akan berisi

kesimpulan dari semua hasil dan temuan penelitian dan penutup yang akan mencakup

saran serta masukan kepada segenap pihak yang terkait tema penelitian ini.

23
BAB II

Gambaran Umum Pekerja Informal

A. Sektor Informal

Asal muasal pengertian “sektor informal” mulai dikenal setelah perang dunia

ke II, di mana asal istilah sektor informal tersebut berasal dari pemikiran Raul

Prebisch yaitu “pusat vs pinggiran”, pemikiran Arthur Lewis yaitu “penawaran tenaga

kerja yang tidak terbatas, lalu pemikiran Harvey Leibenstein yaitu “tekanan besar,

dan yang terakhir W.W Rostow yaitu “tahapan pertumbuhan ekonomi (Bangasser,

2000: 3). Argumen pemikiran tokoh-tokoh tersebut tentang sektor informal

cenderung relatif sama yaitu mengenai kurangnya kapasitas atau tidak tertampungnya

tenaga kerja di sektor formal, sektor formal merupakan sektor yang membutuhkan

keterampilan yang tinggi, orang-orang yang tidak tertampung tersebut kebanyakan

orang-orang yang berasal dari sektor subsisten atau sektor pertanian di perdesaan

berpenghasilan rendah, serta tidak memiliki keterampilan yang tinggi sehingga sektor

informal menjadi adalah pilihan atau batu loncatan mereka (Bangasser, 2000: 3).

Pada tahun 1973 Keith Hart memperkenalkan istilah sektor informal yang

didasari oleh penelitian yang dilakukannya di Aggra, Ghana (Kay, 2011: 9). Ia

mendefinisikan sektor formal sebagai pekerjaan yang dapat menghasilkan upah atau

gaji tetap dan mendefinisikan sektor informal sebagai pekerjaan yang berusaha

sendiri atau berwirausaha (Kay, 2011: 9). Sektor informal menurut Hart merupakan

24
jalan pintas bagi mereka yang ingin mendirikan usaha atau bekerja sebagai pengusaha

(Kay, 2011: 9). Sektor informal didasari oleh rendahnya tingkat modal dan

ketetampilan, dengan demikian sektor ini dipandang sebagai cara bagi mereka yang

ingin atau memulai usaha dengan biaya yang rendah (Kay, 2011: 9).

Konsep sektor informal muncul sejak 1970-an, yang mengacu pada

penyediaan lapangan kerja dan perusahaan kecil dengan karyawan sedikit maupun

berusaha sendiri, atau yang tidak terdaftar secara resmi (ILO, 2013: 15). Pada

Konfersi Internasional Statistisi Perburuhan ke 17 pada tahun 2002 konsep “Sektor

Informal” diubah atau dikembangkan menjadi “Ekonomi Informal” (ILO, 2013: 15).

Dengan konsep terkini yang lebih luas informalitas kini dapat diketahui atau

ditemukan dalam pekerjaan yang menghasilkan upah maupun wirausaha pada sektor

ekonomi yang beragam yang dapat muncul pada sektor informal maupun informal

(ILO, 2013: 16). Walaupun seharusnya pekerja informal hanya ditemukan di sektor

informal, akan tetapi banyak pekerja pada perusahaan formal bekerja secara informal

(ILO, 2013: 16). Faktanya 12 sampai 20 persen pekerja pada negara-negara tertentu

bekerja secara informal namun di luar sektor informal atau berada pada sektor formal

(ILO, 2013: 16).

Secara lebih rinci ILO (2013) mendefinisikan ekonomi informal ke dalam tiga

konsep utama, yakni:

25
Pertama, sektor informal mengarah pada produksi dan lapangan pekerjaan

yang tidak terdaftar secara remi (ILO, 2013: 16). Kedua, ekonomi informal berfokus

pada pekerjaan di luar peraturan perlindungan tenaga kerja, baik di dalam perusahaan

formal maupun informal (ILO, 2013: 16). Ketiga, ekonomi informal yang mencakup

seluruh perusahaan, pekerja, dan aktivitas yang berlangsung pada ekonomi informal

tersebut, berada di luar kerangka peraturan dan hasil ketenagakerjaan setempat (ILO,

2013: 16).

A.1. Penjelasan Status Pekerjaan Utama

Status pekerjaan utama adalah kedudukan seseorang dalam melakukan

pekerjaan di suatu unit usaha atau kegiatan (BPS, 2016: 80). Sejak tahun 2001 satus

pekerjaan utama dibedakan menjadi 7 kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko

secara ekonomi seperti tidak kembalinya biaya produksi yang telah dikeluarkan

dalam rangka usaha, tidak menggunakan pekerja dibayar ataupun pekerja yang tidak

dibayar. Contoh dari status pekerjaan utama berusaha sendiri yaitu, sopir lepas (tidak

mendapatkan gaji), tukang ojek, tukang becak, tukang kayu, tukang pijat, agen koran,

dokter atau bidan yang buka praktik sendiri, dan lain sebagainya (BPS, 2016: 80).

2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau buruh tidak dibayar, adalah bekerja

atas risiko sendiri dengan mempekerjakan buruh atau karyawan yang tidak dibayar

atau buruh atau karyawan tidak tetap. Buruh tidak tetap atau buruh tidak dibayar

26
adalah buruh yang bekerja pada orang lain seperti kantor atau perusahaan yang hanya

menerima upah atau gaji berdasarkan pada waktu kerja atau banyaknya pekerjaan

yang dikerjakan. Contoh dari status pekerjaan utama berusaha dibantu buruh tidak

tetap atau buruh tidak dibayar yaitu pengusaha warung atau toko yang dibantu oleh

anggota keluarga atau anggota rumah tangga mereka, pedagang keliling yang dibantu

orang lain yang hanya diberi upah ketika membantu berdagang saja, lalu petani yang

memiliki lahan pertaniannya sendiri dengan dibantu pekerja yang tidak dibayar,

walaupun ketika panen petani tersebut memberikan hasil panen tersebut (BPS, 2016:

80).

3. Berusaha dibantu buruh tetap atau buruh dibayar, adalah berusaha atau risiko

sendiri dengan mempekerjakan minimal satu orang buruh atau karyawan tetap yang

dibayar. Buruh tetap atau buruh dibayar adalah seseorang yang bekerja pada orang

lain seperti kantor atau perusahaan yang menerima upah atau gaji dengan tetap tidak

berdasarkan pada waktu kerja, dan tidak berdasarkan banyaknya pekerjaan. Contoh

berusaha dibantu buruh tetap atau buruh dibayar yaitu pemilik toko buku yang

mempekerjakan satu atau lebih pekerja tetap, pengusaha pabrik tahu yang

mempekerjakan buruh tetap (BPS, 2016: 80).

4. Buruh/karyawan/pegawai, adalah seseorang yang bekerja kepada orang lain

seperti kantor atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji berupa

uang maupun barang. Buruh yang tidak memiliki majikan tetap tidak dapat

digolongkan sebagai buruh/karyawan/pegawai, melainkan sebagai pekerja bebas.

27
Seseorang dapat dianggap memiliki majikan tetap jika hanya memiliki majikan yang

sama dalam sebulan terakhir (BPS, 2016: 80).

5. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain

atau majikan lain, tetapi memiliki lebih dari satu majikan dalam satu bulan terakhir

(tidak tetap) di usaha pertanian baik yang merupakan usaha rumah tangga maupun

bukan yang merupakan usaha rumah tangga, dengan menerima upah atau gaji atas

dasar balas jasa. Beberapa usaha di bidang pertanian yaitu pertanian tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan perburuan. Contoh pekerja bebas

di pertanian yaitu buruh panen padi, pekerja cangkul sawah atau lading, buruh panen

udang tambak, buruh pemetik kopi, cengkeh, dan sebagainya (BPS, 2016: 80).

6. Pekerja bebas di non pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain

atau majikan lain, tetapi memiliki lebih dari satu majikan dalam satu bulan terakhir

(tidak tetap) di usaha non pertanian, dengan menerima upah atau gaji atas dasar balas

jasa. Contoh pekerja bebas di non pertanian yaitu calo tiket angkutan umum, kuli

angkut di pasar, stasiun atau tempat-tempat lainnya yang tidak memiliki majikan

tetap, tukang cuci keliling, pemulung, tukang parkir bebas, kuli bangunan, dan

sebagainya (BPS, 2016: 80).

7. Pekerja keluarga atau tidak dibayar, adalah seseorang yang bekerja dengan

membantu orang lain yang memiliki usaha, tetapi tidak mendapatkan upah atau gaji,

baik berupa uang maupun barang. Contoh pekerja keluarga atau tidak dibayar yaitu

Anggota rumah tangga yang membantu usaha warung keluarga, istri yang membatu

suaminya berkebun, dan lain sebagainya (BPS, 2016: 80).

28
Dari semua kategori di atas, yang termaksud pekerja informal adalah

Berusaha Sendiri, Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap atau Buruh Tidak Dibayar,

Pekerja Bebas di Pertanian, Pekerja Bebas di Non Pertanian, dan Pekerja Keluarga,

dan yang termaksud pekerja formal adalah Berusaha Dibantu Buruh Tetap, dan

Pegawai atau Karyawan

B. Gambaran Umum Pekerja Informal di Indonesia

Sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang

selama ini dilakukan, tingkat pertumbuhan ekonomi yang pada awalnya diunggulkan

sebagai hal yang besar untuk tercapainya pembangunan justru menyebabkan

terjadinya kesenjangan sosial (Joko, 2007: 130). Bentuk pembangunan yang

mengarah pada sektor modern, industri, mekanisasi pertanian, dan pembangunan

perkotaan menyebabkan terjadinya ketidakmerataan, hal tersebut menyebabkan

kontradiksi antara sektor formal dan informal dalam perekonomian di Indonesia,

sebagaimana perbedaan antara orang kaya dengan orang miskin (Joko, 2007: 130).

Pekerja informal adalah pekerja yang status pekerjaannya adalah berusaha sendiri,

berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, pekerja bebas di pertanian, pekerja

bebas di non pertanian, dan pekerja tidak dibayar (BPS, 2016: 80).

29
B.1. Jumlah Pekerja Informal di Indonesia Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel jumlah pekerja informal di Indonesia tahun 2019

berdasarkan status pekerjaan utama, Badan Pusat Statistik menggolongkan pekerja

informal dengan status pekerjaan utama yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu

buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, dan

pekerja keluarga/tidak dibayar.

Tabel II.1.

Status Pekerjaan Utama Pekerja Informal

Berusaha sendiri 25,584,324

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 18,402,254

Pekerja bebas di pertanian 5,190,593

Pekerja bebas di non pertanian 6,719,368

Pekerja Keluarga/ tidak dibayar 14,590,269

Jumlah/Total 70,496,808

Sumber: BPS, 2019: 81

Dari seluruh jumlah pekerja sektor informal di Indonesia yaitu lebih dari 70

juta orang, status pekerjaan utama yang terbanyak yaitu berusaha sendiri berjumlah

lebih dari 25 juta orang, diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap yaitu lebih dari

30
orang, pekerja keluarga/tidak dibayar lebih dari 14 jura orang, pekerja bebas di non

pertanian dan yang paling sedikit adalah pekerja bebas di pertanian yaitu berjumlah

hampir 12 juta orang orang.

B.2. Jumlah Pekerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia 2015-2019

Berikut ini adalah grafik pekerja sektor formal dan informal di Indonesia

2015-2019, Grafik berwarna merah adalah pekerja informal dan grafik berwarna biru

adalah pekerja formal.

Grafik II.1.

Jumlah Pekerja Sektor Formal dan Informal


di Indonesia 2015-2019
80,000,000.00
70,000,000.00
60,000,000.00
50,000,000.00
40,000,000.00 formal
30,000,000.00 informal
20,000,000.00
10,000,000.00
0.00
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Databoks, 2019: 1

Pekerja sektor Informal masih mendominasi dibandingkan dengan pekerja

sektor formal di Indonesia dari tahun 2015-2019 dan kedua sektor selalu terjadi

31
peningkatan setiap tahunya. Pada tahun 2015 pekerja sektor formal berjumlah

48,506,730 orang, tahun 2016 berjumlah 50,207,787 orang, tahun 2017 berjumlah

52,001,697 orang, tahun 2018 berjumlah 53,521,691 orang dan tahun 2019 berjumlah

56,108,311. Pada tahun 2015 pekerja sektor informal berjumlah 66,312,469 orang,

tahun 2016 berjumlah 68,204,186 orang, tahun 2017 berjumlah 69,020,726 orang,

tahun 2018 berjumlah 70,483,259, dan pada tahun 2019 berjumlah 70,496,808.

B.3. Sektor Formal atau Informal di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Daerah

Berikut ini adalah sektor formal dan informal di Indonesia berdasarkan jenis

kelamin dan daerah, Daerah dibedakan menjadi perkotaan dan perdesaan.

Tabel II.2.

Formal 56, 018,313 Informal 70,496,808


No Jumlah Jumlah
(44,28 persen) (55,72 persen)

1 Perkotaan 69,17 persen Perkotaan 43,21 persen

2 Perdesaan 30,83 persen Perdesaan 56,79 persen

3 Laki-Laki 65,80 persen Laki-laki 58,03 persen

4 Perempuan 34,20 persen Perempuan 41,97 persen

Sumber: BPS, 2019: 81

32
Pekerja sektor formal maupun informal lebih didominasi oleh jenis kelamin

laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi perempuan yang bekerja di

sektor informal cenderung lebih tinggi dibandingkan mereka yang bekerja di sektor

formal. Pekerja sektor formal di perkotaan juga lebih mendominasi dibandingkan

dengan perdesaan, berbanding terbalik dengan pekerja sektor informal karena di

perkotaan lebih sedikit dibandingkan dengan perdesaan. Mayoritas pekerja di

Indonesia bekerja di sektor informal, dengan persentase 55,27 persen sektor informal

dibanding 44,28 persen di sektor formal. Persentase pekerja sektor formal

diperkotaan sebesar 69,19 persen dan di sektor informal 43,21 persen. Sedangkan di

perdesaan, presentase sektor formal adalah 30,83 dan di sektor informal 56,79 persen.

Berdasarkan jenis kelamin Laki-laki yang bekerja di sektor formal di Indonesia yaitu

65,80 persen dan di sektor informal 58,03, sedangkan Perempuan di sektor formal

34,20 persen dan di sektor informal 41,97%.

C. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

Secara astronomis Provinsi DKI Jakarta terletak antara 6⁰12⁰ Lintang Selatan

dan 106⁰48‘ Bujur Timur (BPS, 2020: 3). Kota Jakarta merupakan dataran rendah

dengan ketinggian rata-rata +7 meter di atas permukaan laut (BPS Provinsi DKI

Jakarta, 2020: 3). Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

Nomor 171 tahun 2007, adalah berupa daratan seluas 662,33 km2 dan berupa lautan

seluas 6,977,5 km2 (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2020: 3).

33
Wilayah DKI memiliki tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di

Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai

sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan (BPS Provinsi DKI Jakarta,

2020: 3). Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-

batas: di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang ±

35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, yang

berbatasan dengan Laut Jawa, sementara di sebelah selatan dan timur berbatasan

dengan wilayah Provinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan Provinsi Banten (BPS

Provinsi DKI Jakarta, 2020: 3). Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan

ketinggian rata-rata +7 meter di atas permukaan laut, DKI Jakarta merupakan wilayah

dengan jumlah waduk/situ yang relatif banyak Sungai atau kanal yang melewati

wilayah DKI Jakarta berjumlah 17 sungai (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2020: 4).

Gambar II.1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta

Sumber: BPK RI

34
Menurut Undang-Undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Indonesia bahwa Provinsi DKI Jakarta adalah daerah khusus yang berfungsi sebagai

Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom

pada tingkat provinsi (Bappeda DKI Jakarta, 2018: 27). Dengan otonomi Provinsi

DKI Jakarta yang diletakkan pada tingkat provinsi maka Penyelenggaraan

Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta harus mengikuti dan menuruti asas otonomi, asas

dekonsentrasi, asas tugas pembantuan, dan kekhususan sebagai Ibukota Negara

Kesatuan Republik Indonesia (Bappeda DKI Jakarta, 2018: 27).

Selanjutnya pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2007 tersebut juga

disebutkan bahwa Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai Ibukota Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung

jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan

perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional (Bappeda DKI

Jakarta, 2018: 27).

35
C.1. Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta pada tahun

2019.

Tabel II.3

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1,
Laki-laki 5,285,321

2,
Perempuan 5,272,489

Total 10, 557,810

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2020: 83

Penduduk berjenis kelamin Laki-laki di Provinsi DKI Jakarta lebih banyak

12,832 orang dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jumlah penduduk di

Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 mencapai 10, 557,810 jiwa yang terdiri dari

5,285,321 laki-laki dan 5,272,489 perempuan. Pertumbuhan penduduk per tahun

sebesar 1,19 persen, kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2019 adalah 15,900 jiwa

36
setiap 1 km2. Kota Jakarta Barat memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi

DKI Jakarta yaitu sebesar 20,813 jiwa/km2.

D. Gambaran Umum Pekerja Informal di Provinsi DKI Jakarta

D.1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Menurut Kegiatan Formal/Informal

Tahun 2017-2018

Berikut ini adalah grafik pekerja sektor formal dan informal di Provinsi DKI

Jakarta dari Agustus 2017-Agustus 2018. Secara sederhana Badan Pusat Statistik

menggolongkan kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat

diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan, Pekerja formal mencakup status berusaha

dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja

informal,yaitu yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja

bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, dan pekerja keluarga/tidak

dibayar.

37
Grafik II.2.

Jumlah Penduduk DKI Jakarta Menurut


Kegiatan Formal/Informal 2017-2018
4,000,000.00
3,500,000.00
3,000,000.00
2,500,000.00
2,000,000.00 Informal
1,500,000.00 Formal
1,000,000.00
500,000.00
0.00
Agustus 2017 Februari 2018 Agustus 2018

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2018: 5

Sektor pekerjaan di DKI Jakarta masih didominasi oleh sektor pekerja formal

dibandingkan dengan sektor pekerja informal, masih terjadi peningkatan dan

penurunan dikedua sektor dengan pola yang sama yaitu sedikit naik pada Februari

2018 lalu turun kembali pada Agustus 2018. Pekerja sektor formal pada Agustus

2017 berjumlah 3,226,047 (71,55 persen), terjadi peningkatan pada Februari 2018

sehingga berjumlah 3,451,080 (67,17 persen), lalu terjadi penurunan pada Agustus

2018 sehingga berjumlah 3,300,010 (68,82%), Pekerja sektor informal pada Agustus

2017 berjumlah 1,282,070 (28,45 persen), terjadi peningkatan pada Februari 2018

sehingga berjumlah 1,687,029 (32,93 persen), lalu terjadi penurunan pada Agustus

2018 sehingga berjumlah 1,426,068 (30,18 persen).

38
D.2. Pekerja Informal Menurut Lapangan Kerja di Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel pekerja informal menurut lapangan kerja di Provinsi

DKI Jakarta 2019. Badan Pusat Statistik menggolongkan pekerja informal dengan

status pekerjaan utama yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap,

pekerja bebas di pertanian,pekerja bebas di non pertanian, dan pekerja keluarga/tidak

dibayar,

Tabel II.4.

Industri
Status Pekerjaan Utama Pertanian Jasa JumlahTotal
Pengolahan

Berusaha sendiri 7,804 54,225 982,692 1,044,721

Berusaha dibantu buruh tidak


27 14,526 200,762 215,315
tetap

Pekerja Bebas di pertanian 338 - - 338

Pekerja bebas di non pertanian - 28,527 70,193 98,720

Pekerja Keluarga/ tidak dibayar 593 8,136 158,218 166,947

Jumlah/Total 8,762 105,414 1,411,865 1,526,041

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2019: 42

39
Lapangan kerja sektor informal di Provinsi DKI Jakarta didominasi oleh jasa

dengan angka paling banyak di setiap status pekerjaan utama. Status pekerjaan utama

yang terbanyak sebagai berusaha sendiri yaitu 1,044,721 orang, Diikuti status

berusaha dibantu buruh tidak tetap 215,315 orang, dan pekerja keluarga/ tidak dibayar

166,947, pekerja bebas non pertanian yaitu 99,058 orang, dan yang paling sedikit

adalah pekerja bebas di pertanian yaitu 338 orang. Dari seluruh penduduk bekerja

pada tahun 2019 terjadi penambahan 99,973 orang pada sektor informal dibandingkan

pada tahun 2018 (Tabel II.D.1).

D.3. Pekerja Informal Menurut Lapangan Kerja dan Jenis Kelamin di

Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel pekerja informal menurut lapangan kerja dan jenis

kelamin di Provinsi DKI Jakarta 2019. Badan Pusat Statistik menggolongkan pekerja

informal dengan status pekerjaan utama yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu

buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, dan

pekerja keluarga/tidak dibayar.

40
Tabel II.5.

Status Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan JumlahTotal

Berusaha sendiri 707,897 336,824 1,044,721

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 125,017 90,298 215,315

Pekerja Bebas di pertanian dan non pertanian 66,451 28,527 99,058

Pekerja Keluarga/ tidak dibayar 39,204 127,743 166,947

Jumlah/Total 938,569 587,472 1,526,041

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2019: 40-41

Dari seluruh penduduk pekerja sektor informal di Provinsi DKI Jakarta pada

tahun 2019 laki-laki masih mendominasi di sektor informal dengan jumlah 938,569

orang. Status pekerjaan utama berusaha sendiri merupakan yang terbanyak dengan

707,897 orang, 125,017 berusaha dibantu buruh tidak tetap, 66,451 pekerja bebas di

pertanian dan non pertanian, dan 39,204 pekerja keluarga atau tidak dibayar,

Sementara perempuan dengan jumlah 587,472 orang yaitu 336,824 berusaha sendiri,

90,298 berusaha dibantu buruh tidak tetap, 28,572 pekerja bebas di pertanian dan non

pertanian, dan 127,743 pekerja keluarga atau tidak dibayar.

41
E. Gambaran Umum Kota Jakarta Selatan

Secara astronomis Kota Administrasi Jakarta Selatan terletak antara 6⁰ 15’

40,8” Lintang Selatan dan 106⁰45’0,00” Bujur Timur (BPS Kota Administrasi Jakarta

Selatan, 2019: 3). Jakarta Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-

rata 26,2 meter di atas permukaan laut (BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan, 2019:

3). Luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, berdasarkan SK Gubernur

Nomor 171 tahun 2007, adalah 141,27 km2 (BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan,

2019: 3).

Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Administrasi Jakarta Selatan

berbatasan langsung dengan Kota Administrasi Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta

Timur, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Depok, Wilayah

administrasi Kota Administrasi Jakarta Selatan terbagi menjadi 10 Kecamatan, yaitu:

Jagakarsa, Pasar Minggu, Cilandak, Pesanggrahan, Kebayoran Lama, Kebayoran

Baru, Mampang Prapatan, Pancoran, Tebet, dan Setia Budi, masing-masing dengan

luas daratan seluas 24,87 km2, 21,69 km2, 18,16 km2, 12,76 km2, 16,72 km2, 12,93

km2, 7,73 km2, 8,53 km2, 9,03 km2 dan 8,85 km (BPS Kota Administrasi Jakarta

Selatan, 2019: 3).

42
Gambar II.2. Peta Wilayah Jakarta Selatan

Sumber: Google.

F. Gambaran Umum Pekerja Informal di Jakarta Selatan

F.1. Pekerja Formal dan Informal di Jakarta Selatan Tahun 2019

Berikut ini adalah grafik pekerja formal dan informal di Jakarta Selatan tahun

2019.

43
Grafik II.3.

Pekerja Formal dan Informal di Jakarta


Selatan tahun 2019
800,000.00 689615
Formal
600,000.00
Informal
331104
400,000.00

200,000.00

0.00
Formal Informal

Sumber: BPS Kota Jakarta Selatan, 2019: 31

Pekerja sektor formal masih mendominasi sektor pekerjaan di Jakarta Selatan

dengan jumlah 689,615 orang berbanding dengan 331,104 orang pada sektor

informal.

F.2. Pekerja Informal Menurut Lapangan Kerja dan Jenis Kelamin di

Jakarta Selatan Tahun 2019

Berikut ini adalah tabel pekerja informal menurut lapangan kerja dan jenis

kelamin di Jakarta Selatan tahun 2019, Badan Pusat Statistik menggolongkan pekerja

informal dengan status pekerjaan utama yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu

buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, dan

pekerja keluarga/tidak dibayar,

44
Tabel II.6

Status Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan JumlahTotal

Berusaha sendiri 150,366 62,343 212,709

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 32,798 21,498 54,296

Pekerja bebas di pertanian 0 0 0

Pekerja bebas di non pertanian 13,192 7,192

Pekerja keluarga/ tidak dibayar 10,517 33,198 43,715

Jumlah/Total 206,873 124,231 331,104

Sumber: BPS Kota Jakarta Selatan, 2019: 31

Dari seluruh penduduk pekerja sektor informal di Jakarta Selatan pada tahun

2019, laki-laki masih mendominasi di sektor informal dengan jumlah 206,873 orang

dan tidak ada satu pun pekerja di pertanian di Jakarta Selatan. Status pekerjaan utama

berusaha sendiri merupakan yang terbanyak dengan 150,336 orang, 32,798 berusaha

dibantu buruh tidak tetap, 13,292 orang pekerja bebas di non pertanian, 10,517 orang

pekerja keluarga atau tidak dibayar, dan tidak ada pekerja bebas di pertanian.

Sementara perempuan dengan jumlah 124,231 orang yaitu 62,343 berusaha sendiri,

21,498 orang berusaha dibantu buruh tidak tetap, 33,198 orang pekerja keluarga atau

tidak dibayar, 7,192 pekerja bebas di non pertanian, dan tidak ada pekerja bebas di

pertanian.

45
G. Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan penjelasan status pekerjaan dari Badan Pusat Statistik, maka

pedagang kaki lima merupakan pekerjaan dengan status pekerjaan berusaha sendiri.

Pedagang kaki lima merupakan salah satu sektor informal yang banyak dapat

ditemui di daerah perkotaan (Alisyahbana, 2005: 203). Pedagang kaki lima

merupakan kegiatan ekonomi skala kecil yang menghasilkan atau mendistribusikan

barang dan jasa, barang-barang yang dijual di pinggir jalan dan pusat kota yang ramai

akan pengunjung (Alisyahbana, 2005: 203). Pedagang kaki lima menyediakan

barang-barang kebutuhan bagi golongan tersebut, tetapi tidak jarang mereka yang

berasal dari golongan ekonomi atas juga ikut membeli dagangan sektor informal

(Alisyahbana, 2005: 203).

Sektor informal mempunyai peranan penting dalam kontribusi pembangunan

perkotaan, dikarenakan sektor informal dapat menyerap tenaga kerja terutama

masyarakat kelas bawah, sehinga hal tersebut dampat mengurangi pengangguran

diperkotaan dan dapat meningkatkan penghasilan bagi kaum miskin diperkotaan

(Alisyahbana, 2005: 203). Selain dapat menyerap tenaga kelas bawah, mengurangi

pengangguran diperkotaan, dan dapat meningkatkan penghasilan bagi kaum miskin,

sektor informal juga memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintah kota, akan

tetapi sektor informal juga dapat memberikan dampak negatif dikarenakan

sebagaimana kita ketahui banyak pedagang kaki lima yang berdagang ditempat-

46
tempat yang tidak seharusnya menjadi public space, public space merupakan tempat

umum di mana masyarakat dapat bersantai, berbincang, dan menikmati pemandangan

di kota (Alisyahbana, 2005: 203).

Gambar II.3 Pedagang Kaki Lima

Sumber: Google.

Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka yang melakukan

kegiatan usaha berdagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usaha

berdagangnya menggunakan tempat-tempat yang merupakan fasilitas umum, seperti

trotoar, pinggir-pinggir jalan umum, dan lain sebagainya (Hatta, Perdana & Dwi,

2005: 111).

47
H. Ojek Online

Berdasarkan penjelasan status pekerjaan dari Badan Pusat Statisk, maka ojek

online meruupakan pekerjaan dengan status pekerjaan berusaha sendiri.

Di zaman modern seperti saat ini, kita dituntut untuk selalu terbuka atau

menerima dengan adanya perubahan dan perkembangan dalam masyarakat (Amalia

& Yunita, 2019: 158). Perkembangan sangat pesat terjadi dalam beberapa tahun

terakhir di sektor teknologi yang tentunya juga mempengaruhi sektor lainnya, seperti

sektor transportasi penggabungan antara kedua sektor tersebut akhirnya dapat

menghasilkan sebuah penemuan baru dalam sektor transportasi dengan menggunakan

aplikasi dan internet (Amalia & Yunita, 2019: 158). Transportasi yang menggunakan

aplikasi online bukan hanya menjadi penemuan baru, akan tetapi juga menjadi

pemecah kebuntuan dalam mewujudkan efektivitas, dan kemudahan, dibandingkan

dengan ojek konvensional yang mengharuskan penumpang untuk mencari-cari

keberadaan pangkalan ojek tersebut, ojek online memberikan kemudahan yaitu

melalui pemesanan melalui aplikasi (Amalia & Yunita 2019: 158). Peralihan ojek

konvensional yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat yang lalu beralih ke ojek

online disebabkan oleh masyarakat lebih merasa terjamin keamananya karena data

pengemudi ojek online telah terdaftar dan terverifikasi oleh perusahaan serta adanya

asuransi selama perjalanan menggunakan ojek online (Amalia & Yunita, 2019).

Perusahaan ojek online terbesar yang ada di Indonesia saat ini adalah Gojek dan

Grab, Gojek merupakan nama dari perusahaan Aplikasi Karya Anak Bangsa yang

48
menawarkan layanan ojek online yang diberi nama Goride, lalu Grab merupakan

nama dari perusahaan Solusi Transportasi Indonesia yang menawarkan layanan ojek

online yag diberi nama Grab Bike (Amalia & Yunita, 2019: 158).

Gambar II.4. Ojek Online

Sumber: Google

Penelitian yang dilakukan oleh Google, Temasek dan Brain & Company yang

berjudul E-Conomy SEA 2019, jumlah pemasukan atau pangsa pasar (gross

merchandise value) jasa layanan makanan dan transportasi menggunakan aplikasi

online di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) sebelumnya hanya sebesar 3 milliar US

Dollar, namun pada tahun 2019 meningkat menjadi 12,7 US Dollar, dan diperkirakan

akan menjadi 40 US Dollar pada tahun 2025 (Buddy, 2019: 1). Pada tahun 2015

49
Indonesia memiliki gross merchandise value sebesar 980 juta US Dollar, lalu

meningkat menjadi 5,7 miliar US Dollar pada tahun 2019, dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 18 miliar US Dollar pada tahun 2025, yang menjadikan Indonesia

sebagai pengguna terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) (Buddy, 2019: 1).

H. 1. Sejarah Transportasi Ojek Online di Indonesia

Masyarakat menggunakan transportasi untuk memperlancar atau

mempercepat mereka untuk mencapai tempat yang dituju, seperti ke tempat kerja,

sekolah, dan tempat lainnya (Tumuwe, Damis, & Mulianti 2018: 2). Semakin hari

semakin banyak orang-orang yang membutuhkan atau bergantung pada angkutan

umum, namun kebutuhan tersebut tidak dimbangi dengan penyediaan dan kapasitas

angkutan umum yang memadai, hal tersebut menyebabkan permasalahan di

perkotaan yaitu kemacetan lalu lintas, kurangnya kondisi angkutan umum masih

belum memenuhi harapan masyarakat (Tumuwe, Damis, & Mulianti 2018: 2).

Masalah lain yang muncul umum yaitu dengan tingginya tingkat kriminal di dalam

angkutan umum yang menyebabkan semakin bertambahya ketidaknyamanan

masyarakat dengan angkutan umum konvensional (Tumuwe, Damis, & Mulianti

2018: 2).

Pengunaan teknologi internet di bidang transportasi saat ini sangat

berpengaruh pada kehidupan masyarakat (Agustin, 2017: 25). Banyaknya pengguna

smartphone baik pengguna sistem android maupun IOS menjadikan masyarakat

50
bergantung pada smartphone dan internet, hal tersebut menjadikan peluang bagi

pendiri ojek online (Gojek) untuk menghadirkan ojek berbasis aplikasi online

(Agustin, 2017: 25). Transportasi online saat ini sedang menjadi pilihan utama

masyarakat karena pemesanan dari aplikasi yang mudah untuk digunakan oleh

pengguna smartphone, berbagai macam pilihan layanan yang diberikan juga menjadi

daya tarik sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam layanan

transportasi umum (Agustin, 2017: 25).

H.2. Sejarah Perusahaan Transportasi Online: Gojek dan Grab

Gojek merupakan perusahaan transportasi Aplikasi Karya Anak Bangsa yang

merupakan penyedia layanan ojek online melalui aplikasi yang terhubung dengan

internet (Markey, 2019: 1). Pendiri Gojek merupakan orang asli Indonesia yang

bernama Nadiem Makarim (Markey, 2019: 1). Awal mula ia mendirikan Gojek

Indonesia yaitu berasal dari pengalamanya yang setiap hari harus menembus

kemacetan di Ibu Kota dengan menggunakan ojek konvensional (Markey, 2019: 1).

Sebelum mendirikan Gojek, Nadiem Makarim merupakan Managing Editor Zalora

Indonesia sekaligus Chief Innovtion Officer Kartuku (Markey, 2019: 1). Berdasarkan

pengalaman Nadiem Makarim yang menggunakan ojek hampir setiap hari akhirnya ia

dapat menyimpulkan bahwa ojek konvensional lebih banyak menghabiskan waktu di

pangkalan, padahal waktu yang terbuang tersebut dapat lebih dimaksimalkan untuk

mendapatkan pemasukan yang lebih apa bila bisa mendapatkan lebih banyak

penumpang (Markey, 2019: 1). Karena pengalamanya tersebut akhirnya Nadiem

51
Makarim mendapatkan sebuah inovasi tentang peluang yang dapat menghubungkan

antara penumpang dengan para ojek, hal-hal tersebut yang akhirnya menyebabkan

beridirinya Gojek Indonesia pada tanggal 13 Oktober 2010 (Markey, 2019: 1). Pada

awal berdirinya Gojek Indonesia, mitra atau pengemudinya hanya berjumlah 20

dengan menggunakan sistem Call Center untuk pemesananya, namun setelah 4 tahun

berjalan akhirnya Nadiem Makarim mulai mendapatkan banyak tawaran investasi,

puncaknya pada tanggal 7 Januari 2015, Gojek Indonesia resmi merilis sebuah

aplikasi di Android dan IOS dengan menggantikan sistem pemesanan yang lama

yaitu Call Center (Markey, 2019: 1). Gojek Indonesia akhirnya mampu untuk

menunjukan kepada publik tentang perluasan wilayah yang berbarengan dengan

jumlah pengemudi Gojek yang tersebar ke 4 Negara Asia Tenggara yaitu Thailand,

Filipina, Singapura, dan Vietnam, kini perusahaan Gojek sudah tersedia di lebih dari

50 kota di Indonesia (Markey, 2019: 1).

Anthony Tan dan Hooi Ling Tang merupakan dua orang warga negara

Malaysia yang mendirikan perusahaan Grab, karena melihat adanya dampak negatif

dari sistem transportasi pada saat itu yang tida efisien (Fahrurrozi, Sayyidi & Ali,

2020: 149). Dari dampak negatif tersebut akhirnya mereka memiliki ide untuk

membuat sebuah pemesanan transprotasi, khususnya taksi yang kemudian pada tahun

2011 menjadikan mereka sebagai finalis dalam kontes Harvard Business School’s

Business Plan (Fahrurrozi, Sayyidi & Ali, 2020: 149). Grab akhirnya menjadi

aplikasi layanan transportasi online terpopuler atau paling diminati di kawasan Asia

52
Tenggara, Grab telah menghubungkan lebih dari 10 juta penumpang dan 185.000

pengemudi di seluruh kawasan Asia Tenggara khususnya di negara singapura,

Filipina, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia, Grab hadir di Indnesia pada

tanggal 14 Juli 2016 (Fahrurrozi, Sayyidi & Ali, 2016: 149).

53
BAB III

DAMPAK & STRATEGI MEMINIMALKAN DAMPAK PANDEMI COVID-

19 TERHADAP PEKERJA INFORMAL DI JAKARTA SELATAN

Bab tiga ini menjelaskan tentang analisis data penelitian lapangan yang telah

dilakukan peneliti mengenai dampak Covid-19 terhadap kehidupan pekerja informal

di Jakarta Selatan & bagaimana strategi yang dilakukan pekerja informal untuk

meminimalkan dampak tersebut. Dalam bab ini penulis ingin menganalisis

bagaimana dampak Covid-19 terhadap ojek online dan pedagang kaki lima (PKL)

serta strategi yang dilakukan untuk meminimalkan dampak tersebut menggunakan

teori masyarakat risiko dari Ulrich Beck (1992).

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa dampak yang terjadi

akibat pandemi Covid-19 terhadap para pekerja informal khususnya pedagang kaki

lima dan ojek online, beberapa dampak tersebut yakni, risiko terpapar virus Covid-19

karena mereka berada dalam pilihan antara kesehatan atau ekonomi. Kedua,

pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan risiko

larangan dagang bagi para pedagang kaki lima dan larangan menarik penumpang bagi

pada ojek online yang menyebabkan risiko terhadap penurunan penghasilan yang

signifikan bagi para pedagang kaki lima dan ojek online. Ketiga, risiko terhadap

bertambahnya pengeluaran di masa pandemi Covid-19 dan yang terburuk adalah

tidak terpenuhinya kebutuhan hidup para pedagang kaki lima dan ojek online.

54
Perbedaan risiko yang terjadi terhadap pedagang kaki lima dan ojek online adalah

dalam masa pandemi Covid-19 para pedagang kaki lima dilarang untuk berdagang,

sedangkan para ojek online dilarang untuk menarik penumpang

Penelitian ini juga menemukan strategi atau cara meminimalkan risiko yang

terjadi akibat pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima dan

ojek online. Strategi atau cara meminimalkan risiko yang dilakukan oleh para

pedagang kaki lima yakni, berdagang musiman, berdagang secara online, mengikuti

bisnis atau berbisnis lain, pulang ke kampung halaman, dan meminjam uang kepada

orang lain. Strategi atau cara meminimalkan risiko yang dilakukan oleh para ojek

online yakni menggunakan Wi-fi, menjadi ojek konvensional, menjual barang-barang

miliknya, back up pekerjaan kerabat, berusaha lebih keras, dan meminjam uang

kepada orang lain. Strategi atau cara meminimalkan risiko yang ditemukan peneliti

antara pedagang kaki lima dan ojek online adalah berbeda, kecuali dengan cara

meminjam uang kepada orang lain.

Penjelasan lebih detail mengenai risiko yang diakibatkan terjadinya pandemi

Covid-19 terhadap pedagang kaki lima dan ojek online, serta strategi atau cara

meminimalkan risiko yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima dan ojek online

akan dijelaskan di bawah ini.

55
.A. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kehidupan Pedagang Kaki Lima

Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa dampak atau risiko yang

terjadi terhadap kehidupan pedagang kaki lima, yang tentunya dalam masa pandemi

Covid-19 kondisi ini sangat berpengaruh bagi mereka, karena memang pada dasarnya

mereka sudah berada dalam ekonomi menengah kebawah. Berberapa dampak atau

risiko yang terjadi antara lain:

A.1. Risiko Terinfeksi Virus Covid-19

Pekerja di sektor informal khususnya pedagang kaki lima, sangat bergantung

pada penghasilan harian. Kebayakan dari mereka tidak memiliki tabungan yang

cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup, jika mereka tidak berdagang di masa

pandemi Covid-19. Tetap diam di rumah saja mengikuti peraturan pemerintah dengan

tidak berdagang berarti mereka kehilangan pendapatan mereka untuk kehidupan

sehari-hari, namun jika tetap bekerja memunculkan risiko terpaparnya virus Covid-

19. Hal terebut menjadi dilema yang sekarang sedang terjadi pada para pedagang kaki

lima.

Dalam masa pandemi Covid-19 sangat disarankan untuk di rumah saja atau

bekerja di rumah (Work From Home). Menjaga jarak dengan orang lain (Social

Distancing) dan juga menjauhi kerumunan orang banyak demi mencegah penyebaran

atau tertularnya virus Covid-19, juga sangat dianjurkan di kondisi seperti sekarang.

Berbeda dengan para pedagang kaki lima (PKL) yang mengandalkan pendapatan

56
harian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tetap bersikeras untuk berdagang

di jalan dengan risiko tertular virus Covid-19 dengan persentase yang lebih besar

dengan mempertaruhkan pilihan antara pendapatan atau kesehatan mereka.

Pernyataan ini dipertegas oleh salah satu informan bernama Iwan:

“Yaa karena kalo di rumah terus yang nafkahin anak istri siapa?
Pemerintah kan gamungkin ngebantu kita sepenuhnya, istri juga engga
ada penghasilan di rumah jadi ibu rumah tangga gaada penghasilan di
kampung” (Wawancara pribadi dengan Iwan/Pedagang Gorengan, 8
Agustus 2020).

Pernyataan yang dinyatakan oleh informan bermakna bahwa jika ia memilih

untuk berdiam diri di rumah dan hanya menunggu ketidakpastian kapan pandemi

Covid-19 ini berakhir, maka risiko lain selain terkena virus Covid-19 itu sendiri yaitu

adalah tidak terpenuhinya kebutuhan keluarganya. Jika hanya mengandalkan bantuan

dari pemerintah, bantuan itu tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka.

Beberapa informan juga mengatakan hal yang sama, seperti informan Hendi dan

Suharjo yang mengatakan:

“Yaa kalo di rumah aja bantuan dari pemerintah ga cukup bang, kecuali
kalo bantuanya dikasih setiap hari gitu bang, baru bisa di rumah aja, istri
juga cuma ibu rumah tangga aja engga ada penghasilan, udah pernah
nyari cuman susah juga” (Wawancara pribadi dengan Hendi/Pedagang
cilok, 08 Agustus 2020).
“Yaa alesannya yaa buat biaya sehari-hari biar bisa ngehidupin
keluarga saya, istri yaa nganggur, gaada kerjaan juga orang-orang aja
pada di PHK, bantuan juga dapet ya sembako, beras sama mie instant,
tapi itu juga engga cukup buat setiap hari” (Wawancara pribadi dengan
Suharjo/Pedagang Bakpao, 08 Agustus 2020)

57
Di masa pandemi Covid-19 orang yang sudah tua sangat disarankan untuk

tetap di rumah. Alasan tersebut dikarenakan imun tubuh yang sudah tidak kuat

layaknya saat masih muda, serta risiko jika terkena virus Covid-19 akan sangat fatal

terlebih jika mereka memiliki riwayat penyakit kronis. Beberapa informan pedagang

kaki lima (PKL) mengesampingkan risiko tersebut dengan alasan kebutuhan hidup.

Pernyataan tersebut dipertegas oleh beberapa informan:

“Ya buat kita makan, kalo ga nyari duit yang yang nyari duit siapa?, anak
kita yang ngasih makan siapa?,biasanya kalo ga corona itu dapet
200.000, sekarang buat bayar kontrakan aja kadang-kadang kurang”
(Wawancara pribadi dengan Haryati/Pedagang Minuman, 8 Agustus
2020).

“Kalo umur saya sebenernya orang-orang nyaranin jangan keluar, tapi


yang gimana buat nyari makan kita tetep keluar, Istri saya yaa cuman
petani penghasilan sedikit” (Wawancara pribadi dengan Jurpii/Pedagang
Toge Goreng, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang dinyatakan oleh kedua informan bermakna bahwa mereka

menyadari dan mengetahui bahwa risiko fatal yang sedang mereka hadapi, orang lain

pun memperingati mereka untuk jangan tidak keluar dari rumah, akan tetapi mereka

tetap keluar dengan mempertaruhkan kesehatan mereka demi mendapatkan makan

dan kebutuhan hidup lainnya untuk dirinya dan keluarga.

A.2. Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan peraturan yang di

bentuk oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020, yang

bertujuan untuk menahan gelombang persebaran virus Covid-19 dan percepatan

58
penanganan Covid-19 (Kemenkes, 2020: 7-8). Pembatasan sosial berskala besar

(PSBB) mengatur tentang peliburan sekolah, kampus, tempat kerja, pembatasan

kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan

kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi dan pembatasan kegiatan

lainnya terkait aspek pertahanan dan kemanan (Kemenkes, 2020: 7-8)

Selain risiko dari virus Covid-19 tentunya di masa pandemi ini aturan terkait

pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan adanya larangan dagang

untuk pedagang kaki lima (PKL) demi menahan gelombang penyebaran serta

percepatan penangan virus Covid-19. Hal tersebut tentunya menyebabkan semakin

terpuruknya pedagang kaki lima (PKL) di tengah pandemi. Pedagang kaki lima

(PKL) mau tidak mau tetap berdagang dengan secara diam-diam demi memenuhi

kebutuhan hidup mereka. Pernyataan ini dipertegas oleh salah satu informan yaitu

Butet:

“Kalo larangan dagang ada dari kantip satpol PP, tapi ya gimana kalo
kami ga dagang mau makan dari siapa? ya kucing-kucingan, jadi nanti
kalo mereka udah pergi kami dagang lagi aja ya mau gimana kondisinya
lagi kaya gini” (Wawancara pribadi dengan Butet/Pedagang Rokok &
Masker, 8 Agustus 2020).

Hal yang dimaksud oleh informan adalah, pada saat pandemi Covid-19

terjadi, terdapat larangan dagang karena adanya peraturan pembatasan sosial berskala

besar (PSBB). Penertiban tersebut dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol

PP). Informan tetap berdagang dengan cara “kucing-kucingan”, jika diusir ia akan

pergi, lalu kembali berdagang jika petugas sudah tidak ada. Jika ia tidak berdagang

59
maka ia dan keluarganya tidak dapat untuk makan. Beberapa informan juga

mengatakan hal yang sama, seperti informan Haryati dan Iwan yang mengatakan:

“Ada, ini aja ada spanduknya dilarang jualan, tapi saya jualan aja orang
buat makan haha, kalo ngikutin laranga dagang kalo mau saya di sini
dibantu buat bertahan dikasih bantuan gamain asal larang aja”
(Wawancara pribadi dengan Haryati/Pedagang Minuman, 8 Agustus
2020).
“Ya kalo larangan keluar entar gabisa jualan, engga setuju sih jelas
berdampak penghasilan jadi turun orang pada libur gara-gara PSBB, Iya
ada yang larang cuman mau gimana lagi kan terpaksa jadi kalo diusir ya
balik lagi” (Wawancara pribadi dengan Iwan/Pedagang Gorengan, 8
Agustus 2020).

Walaupun beberapa pedagang kaki lima (PKL) mendapatkan larangan dagang

di tengah pandemi Covid-19, namun ada beberapa juga yang tidak mendapatkan

larangan dagang. Sebaliknya ada pedagang kaki lima (PKL) yang sebelum pandemi

Covid-19 mendapatkan larangan dagang, namun setelah terjadinya pandemi Covid-19

justru tidak adanya larangan dagang. Pernyataan ini dinyatakan oleh salah satu

informan yaitu Hariati:

“Ada dulu sebelum corona biasanya ada kantip lewat, kalo sebelum
corona ada kalo disuruh pergi-pergi, kalo dulu kan orang rame jadi
dagang diusir sama satpol PP pengenya kaya sekarang kan ga diusir
sama sekali sama satpol PP” (Wawancara pribadi dengan
Hariati/Pedagang Air Minum, 8 Agustus 2020).

Hal di atas menunjukan bahwa sebelum adanya pandemi Covid-19, ada

petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang lewat untuk melakukan larangan dagang,

lalu jika ia diperintahkan untuk pergi maka ia akan pergi. Sebelum adanya pandemi

Covid-19 biasanya banyak pedagang yang berjualan maka dari itu sebab adanya

60
larangan berdagang. Semenjak adanya pandemi Covid-19 tidak ada larangan dagang

dan pengusiran dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) karena jumlah pedagang

kaki lima (PKL) yang berkurang.

Masa pandemi Covid-19 ini tentunya sangat berdampak yaitu penurunan

penghasilan bagi para pedagang kaki lima (PKL). Pembatasan sosial berskala besar

(PSBB) yang dilakukan demi mencegah penyebaran covid-19 seperti penutupan

sekolah, kantor, dan kampus, sangat berpengaruh karena tidak adanya konsumen atau

pembeli yang berlalu-lalang seperti biasanya. Pernyataan ini dipertegas oleh salah

satu informan yang bernama Iwan:

“Ya kalo dampak masalah corona ya pasti kurang pasti lah, kalo dulu
penghasilan kotornya kadang-kadang 200.000, sekarang mah paling
30.000,40.000 kurang banget kurang, karena kan perputaran uang dari
orang kantor juga kalo istirahat kerja atau pas pulang kerja pada beli
kalo sekarang kan jarang, sepi” (Wawancara pribadi dengan
Iwan/Pedagang Gorengan, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang dimaksud oleh informan adalah, karena adanya pandemi

Covid-19 pendapatan yang ia hasilkan sangat kurang untuk kebutuhan sehari-hari.

Biasanya ia bisa mendapatkan penghasilan bersih hingga Rp200.000 perhari dan

semenjak adanya pandemi Covid-19 terjadi penurunan penghasilan bersih yang

signifikan menjadi hanya Rp30.000 hingga Rp40.000 per hari. Penurunan tersebut

disebabkan oleh karena adanya penerapan kerja dari rumah (Work From Home) yang

diterapkan, sehingga target konsumen informan yang merupakan karyawan

61
perkantoran yang biasanya membeli dagangan informan di saat istirahat atau pulang

kerja menjadi tidak ada, sehingga berdampak bagi penghasilan informan.

Beberapa informan juga mengatakan hal yang sama mengenai dampak

penutupan kantor, kampus dan sekolah terhadap penghasilan mereka seperti informan

Hariati dan Ipeh yang mengatakan:

"Waduh dampaknya minta ampun mas, ampun, ampunan, kadang jualan


kaya gini aja buat makan aja cukup Alhamdulillah, biasanya orang kantor
pada lewat dari stasiun beli, sekarang sepi” (Wawancara pribadi dengan
Hariati/Pedagang Air minum, 8 Agustus 2020
“Ya sebelum corona kan ya namanya pembeli juga banyak, sekarang kan
lagi corona gini orang jadi pada takut keluar jadi dampaknya kesitu,
biasanya rame jadi sepi, kalo sebelum corona mah ya cukup
Alhamdulillah, buat nyeleng-nyeleng bisa, ya sekarang kadang kalo buat
makan aja, ya pas-pasin aja kalo buat makan sama modal dagang lagi ya
pas lah, berdampak kaya sekolah, biasanya anak-anak seklolah bisa beli-
beli juga kalo sekarang mah kan gaada anak sekolah ya sepi
(Wawancara pribadi dengan Ipeh/Pedagang Nasi Uduk, 8 Agustus 2020).

Dari pernyataan informan Hariati di atas menunjukan bahwa dampak

perkantoran libur sangat besar terhadap penghasilanya karena target konsumen atau

pembeli informan adalah orang-orang perkantoran yang lewat di dekat stasiun tempat

di mana informan berdagang. Ketika tidak adanya target pembeli, hal itu

menyebabkan dampak penurunan penghasilan yang besar hingga penghasilanya

hanya cukup untuk makan saja, tetapi tidak dengan kebutuhan yang lain. Berbeda

dengan informan Iwan dan Hariati yang memiliki target pembeli atau konsumen yaitu

karyawan perkantoran, Informan Ipeh memiliki target pembeli atau konsumen yaitu

anak sekolah, sebab ia berdagang di sekitaran sekolah. Sebelum terjadinya pandemi

62
Covid-19 penghasilan yang ia dapatkan dapat disisihkan untuk ditabung, namun

semenjak pandemi Covid-19 penghasilanya menurun, sehingga hanya dapat

digunakan untuk makan dan untuk kembali dijadikan modal berdagang.

A.3. Risiko Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Hidup

Ulrich Beck (1992) menjelaskan mengenai distribusi risiko yang merujuk

dengan kelas sosial individu dalam masyarakat. Distribusi risiko menunjukan bahwa

kemiskinan yang terjadi menyebabkan banyak risiko yang berakibat permasalahan

yang besar, sebaliknya kekayaan atau kemakmuran dapat menjadi penyelamat dan

kebebasan dari risiko (Beck, 1992: 27). Pedagang kaki lima (PKL) yang merupakan

pekerja sektor informal pada dasarnya adalah mereka yang sudah rentan dalam hal

ekonomi, ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan makin

memburuknya perekonomian mereka. Para pedagang kaki lima harus tetap

menghidupi atau memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. Beberapa

informan mengatakan penghasilan mereka setelah adanya pandemi Covid-19 hanya

cukup untuk sekedar makan, namun kebutuhan hidup bukan hanya sekedar makan.

Selain itu keluarga informan yang biasanya dapat membantu perekonomian keluarga

turut terimbas dampak Covid-19 berupa pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pernyataan ini dinyatakan oleh salah satu informan yang bernama Hariati:

“Waduh mas biasanya ibaratnya bisa pulang lebaran, jadi gabisa pulang
karena gini, terus anak juga udah dikeluarin dari kerjaan, terus sekarang
saya jualan aja cuma bisa buat makan doang mas, Ya kalo sebelum
corona sih cukup ya kaya buat kontrakan, makan, buat setoran juga, kan

63
punya utang juga, jadi harus setoran terus setiap bulan, kalo sekarang sih
susah banget sih mas, gacukup lah kadang dibantu sama anak buat bayar-
bayar, kalo penghasilan saya cuma cukup buat makan” (Wawancara
pribadi dengan Hariati/Pedagang Air Minum, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang dimaksud informan Hariati adalah, sebelum terjadinya

pandemi Covid-19 biasanya informan hariati dapat pulang kampung setiap lebaran

dari hasil berdagangnya. Setelah terjadinya pandemi Covid-19 ia tidak dapat pulang

kampung pada saat lebaran dikarenakan pendapatanya di kondisi yang terjadi saat ini

sangat menurun. Sebelum pandemi Covid-19 terjadi penghasilanya juga dapat ia

pergunakan untuk membayar kontrakan rumah dan untuk membayar setoran hutang

setiap bulan. Setelah terjadinya pandemi Covid-19 pembayaran kontrakan dan setoran

hutang setiap bulan tidak dapat dilakukan, penghasilanya hanya cukup untuk sekedar

makan. Anak dari informan yang biasanya membantu untuk membayar tanggungan

tersebut ikut terkena imbas pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga di kondisi

sekarang sangat sulit untuk membayar tanggungan tersebut.

Dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia pendidikan menyebabkan kegiatan

belajar mengajar yang biasanya dilakukan di ruang kelas sekolah berganti menjadi

belajar secara daring atau belajar online. Dampak tersebut menyebabkan makin

terpuruknya kondisi ekonomi pedagang kaki lima (PKL), karena harus tetap

melakukan pembayaran demi tetap berjalanya kegiatan sekolah untuk anak-anak

mereka. Walaupun proses belajar mengajar untuk sementara tidak dilaksanakan di

sekolah, namun pembayaran uang semester sekolah dan pendaftaran ulang tetap

berlaku tanpa adanya pengurangan biaya. Pembelian pulsa atau kuota internet dirasa

64
juga menambah beban pengeluaran lebih, ditambah program bantuan di bidang

pendidikan yang biasa diberikan oleh pemerintah DKI Jakarta khususnya bagi

kalangan kurang mampu yaitu Kartu Jakarta Pintar (KJP) justru tidak dapat

dipergunakan di masa sulit akibat pandemi Covid-19. Pernyataan ini dipertegas oleh

salah satu informan Malah yaitu:

“Ya pengeluaran makin banyak, kuota yak an, bayaran tetep bayaran
bayaran tetap sma, daftar ulang tetep daftar ulang, sekarang aja dek
buktinya anak sekolah aja KJP aja udah ga keluar, biasanya keluar,
mungkin karena engga pada sekolah kali ya libur jadi engga keluar”
(Wawancara pribadi dengan Malah/Pedagang Lumpia, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang disampaikan oleh informan Malah adalah, pengeluaran

karena adanya sistem belajar dari rumah atau secara daring yang menggantikan

kegiatan belajar mengajar seperti biasanya di ruang kelas sekolah, menyebabkan

pengeluaran biaya yang lebih. Pengeluaran biaya yang lebih terjadi karena harus

membeli kuota internet yang tidak sedikit, tidak adanya pengurangan biaya semester,

dan tidak adanya pengurangan biaya daftar ulang. Bantuan Kartu Jakarta Pintar (KJP)

yang biasanya dapat dipergunakan di masa pandemi justru tidak dapat dipergunakan,

kemungkinan hal tersebut terjadi karena tidak ada kegiatan belajar di sekolah seperti

biasanya.

65
B. Strategi Pedagang Kaki Lima Dalam Meminimalkan Dampak Pandemi

Covid-19

Masyarakat risiko adalah masyarakat yang telah mengetahui bagaimana

menangani atau mengatasi keadaan yang tidak pasti sesuai dengan kemampuan atau

kreativitas mereka yang disebut “Modernitas Reflektif” (Reflective Modernization)

(Beck, 1992: 7). Ulrich Beck (1992: 7) menjelaskan bahwa modernitas reflektif

merupakan respon atau tanggapan dari individu atau institusi terhadap suatu hal atau

kondisi yang tidak pasti dan memiliki risiko. Dalam masa pandemi Covid-19,

pedagang kaki lima (PKL) tentunya harus bisa meminimalkan dampak menurunya

penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara dan kemampuan

mereka sendiri. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain:

B.1. Berdagang Musiman

Pedagang adalah seseorang yang melakukan transaksi penjualan kepada

konsumen yang berupa barang atau jasa, sedangkan pedagang musiman adalah orang

yang melakukan transaksi penjualan kepada konsumen yang berupa barang atau jasa

yang dilakukan pada waktu atau tempat tertentu. Di masa pandemi Covid-19 masker,

hand sanitizer, dan face shield adalah beberapa barang yang sangat dicari oleh

masyarakat demi mematuhi protokol kesehatan yang telah anjurkan oleh pemerintah.

Hal tersebut menyebabkan banyak pedagang kaki lima (PKL) yang melakukan

strategi meminimalkan dampak penurunan penghasilan dengan penjualan barang-

66
barang tersebut, demi meningkatkan penghasilan di masa pandemi Covid-19 ini.

Pernyataan ini dinyatakan oleh salah satu informan yang bernama Butet:

“Paling ini dagang masker sama yang lan, musiman nyari yang lagi
dicari sama orang, tapi lumayan lah nambah-nambah, tapi belom tentu
juga sehari laku, kalo lagi laku ya ada yang beli, kalo engga ada ya engga
ada” (Wawancara pribadi dengan Butet/Pedagang Air Minum & Masker,
8 Agustus 2020).

Gambar III.1. Berdagang Musiman

Sumber: Dokumentasi Penulis

Pernyataan yang disampaikan oleh informan adalah, usaha yang dilakukannya

selain berdagang air minum dan rokok, yaitu dengan berjualan masker, face shield

dan hand sanitizer. Hal itu dilakukan untuk mencari barang-barang yang sedang

dicari oleh masyarakat atau musiman. Hasil yang informan dapatkan lumayan

67
membantu untuk menambah penghasilan di masa pandemi Covid-19 ini, namun

berdagang masker, face shield, hand sanitizer dan sarung tangan juga belum tentu

setiap hari laku terjual.

B.2. Berdagang Online

Jual beli secara online atau yang disebut e-commerce merupakan perpaduan

antara teknologi aplikasi yang tersambung dengan internet, yang menghubungkan

perusahaan dan komunitas melalui transaksi melalui media elektronik tanpa bertemu

satu sama lain antara penjual dan pembeli (Widodo & Arief, 2000: 14). Ulirch Beck

(1992: 209-210) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat

berlawanan atau bertentangan karena hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya

risiko, namun di lain sisi juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi risiko tersebut.

Gambar III.2. GrabFood dan Gofood

Sumber: Google

68
Dalam masa pandemi Covid-19 pedagang kaki lima (PKL) yang telah

mendaftarkan atau menghubungkan daganganya dengan jasa online yang terdapat

pada aplikasi Gojek yaitu GoFood, dan Grab yaitu Grabfood, tanpa disadari

menyelamatkan mereka dari dampak penurunan penghasilan dagang yang berlebih

akibat terjadinya pandemi Covid-19. Anjuran untuk tetap di rumah, peliburan

sekolah, perkuliahan, kantor dan beragam aktivitas lainnya guna memberhentikan

penyebaran virus Covid-19, membuat orang-orang yang mengikuti anjuran tersebut

tentunya membutuhkan persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Menggunakan

jasa ojek online untuk membeli kebutuhan sehari-hari, demi mengikuti anjuran

tersebut menjadi pilihan banyak orang di masa pandemi Covid-19. Pernyataan itu

dipertegas oleh salah satu informan yang bernama Malah:

“Kalo online, nah itu ngebantu banget selama corona, Malah parahan
sekarang new normal, sama lockdown parahan sekarang, mending di lock
down dek , serius kan kita jujur ya, biasanya saya keluar jam 1 siang jam
6 udah pulang, kalo sekarang, yaa gitu, jadi mendingan pas lock down,
mikirnya gini kali ya kalo makanan ini kan sehat jadi orang mikirnya buat
kesehatan juga kali, kan orang selama lock down di rumah doang tuh
terus juga orang-orang buat pada nyemil jadi mesen lewat online gitu,
jadi yang ngambil gojek, kalo sekarang mungkin orang udah pada berani
keluar jadi banyak pilihan yang lain ya, tapi tetep bagusan hasil ngejual
pas sebelum corona, Alhamdulillah disyukurin aja” (Wawancara pribadi
dengan Malah/Pedagang Lumpia, 8 Agustus 2020).

Hal di atas menunjukan bahwa dalam masa pandemi Covid-19 penjualan

secara online sangat membantu dalam penjualan, karena kondisi pandemi Covid-19

menyebabkan orang-orang untuk tidak beraktivitas seperti biasanya. Penghasilan dari

penjualan pada saat dilakukan kondisi new normal lebih rendah dibandingkan dengan

69
ketika sedang dilakukan lockdown, biasanya informan keluar untuk mulai berdagang

dari jam 1 siang hingga jam 6 sore. Setelah diberlakukanya new normal jam

berjualanya menjadi lebih lama dari biasanya dikarenakan daganganya belum habis.

Informan berasumsi bahwa selama lockdown di rumah, orang-orang membutuhkan

camilan dan makanan yang sehat, karena di saat masa pandemi Covid-19 kondisi

kesehatan harus sangat diperhatikan. Setelah diberlakukanya new normal orang-orang

yang sebelumnya berdiam diri di rumah kembali memiliki keberanian untuk keluar

rumah dan menemukan banyak pilihan variasi makanan yang tidak ditemui di aplikasi

online namun tetap penghasilan dagangnya lebih baik sebelum terjadinya pandemi

Covid-19. Salah satu informan yang bernama Ipeh juga mengatakan hal yang sama:

“Kalo ini baru semenjak corona jadi belum berasa banget masih baisa
aja, tapi lumayan si penambahanya ada aja yang mesen lewat gojek pas
lagi corona gini orang kan pada takut keluar” (Wawancara pribadi
dengan Malah/Pedagang Lumpia, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang dimaksud informan adalah, bahwa ia baru saja mendaftarkan

daganganya secara online melalui jasa Gojek semenjak terjadinya pandemi Covid-19,

jadi hasil yang ia dapatkan belum terlalu terlalu besar. Berdagang secara online di

masa pandemi tetap menghasilkan penambahan yang lumayan, dikarenakan di masa

pandemi Covid-19 ini orang-orang masih takut untuk keluar rumah.

Di saat para pedagang kaki lima (PKL) yang telah mendaftarkan atau

menghubungkan daganganya dengan jasa online yang terdapat aplikasi Gojek yaitu

GoFood, dan Grab yaitu Grabfood, yang tanpa mereka sadari menyelamatkan mereka

70
dari dampak penurunan penghasilan dagang yang berlebih akibat adanya pandemi

Covid-19. Beberapa pedagang kaki lima (PKL) yang lain tidak mendaftarkan atau

menghubungkan daganganya secara online karena dagangannya tidak dapat dijual

secara online. Di sisi lain mereka juga tidak mengerti cara mendaftarkan dagangan

mereka dan tidak mengerti cara mendaftarkan dagangan mereka (Gagap Teknologi).

Pernyataan ini dipertegas oleh infoman yang bernama Haryati & Jupri:

“Kalo minuman gini mana bisa, kalo misalkan taichan gitu baru bisa,
kalo gini mana bisa, gangerti juga saya daftarnya caranya, gangerti juga
gimana cara make-makenya nanti malah ribet sendiri haha” (Wawancara
pribadi dengan Haryati/Pedagang Air Minum, 8 Agustus 2020).

“Engga saya kan ga ngerti main gitu-gituan gapunya hp engga ngerti,


kalo misalkan saya make gituan juga ngerinya malah nanti-nanti salah-
salah apalah, jadi yang biasa-biasa aja yang penting orang pada tau
dagangan saya” (Wawancara pribadi dengan Jupri/Pedagang Toge
Goreng, 8 Agustus 2020).

Hal di atas menunjukan bahwa dagangan yang informan Haryati jual tidak

dapat didaftarkan secara online dikarenakan ia hanya menjual minuman yang siap

seduh seperti susu, kopi dan teh. Informan juga tidak mengerti bagaimana cara

mendaftarkan dan mengaplikasikan daganganya untuk dijual secara online. Kemudian

pernyataan yang dimaksud oleh informan Jupri adalah, iya tidak mengerti

menggunakan atau mengaplikasikan teknologi (Gagap Teknologi). Informan juga

tidak memiliki handphone, jadi ia tidak mengerti sama sekali mengenai berdagang

secara online atau teknologi.

71
B.3. Mengikuti Bisnis

Bisnis merupakan usaha utama yang menunjang perekonomian, kata “bisnis”

berasal dari bahasa Inggris “bussines” (Jones & Lindawaty, 2007: 25). Bisnis secara

umum memilki arti suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen

untuk mendapat keuntungan (Jones & Lindawaty, 2007: 25). Dalam artian sibuk

mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan (Jones &

Lindawaty, 2007: 25). Dalam masa pandemi Covid-19 tentunya para pedagang kaki

lima (PKL) harus berusaha mendapatkan cara untuk dapat meningkatkan penghasilan

mereka demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga. Mengikuti bisnis lain

selain menjadi pedagang adalah salah satu caranya. Pernyataan tersebut dipertegas

oleh informan yang bernama Ipeh:

“Kalo aku ikut inian apa bisnis lain, 3I, punyanya salim group punya,
CAR, jadi itu kita nabung itu dapet asuransi juga, terus kita misalkan
jalanin bisnisnya kita ajak orang-orang juga nabung kita dapet uang
tambahan bonusnya, hasilnya ya Alhamdulillah udah berasa”
(Wawancara pribadi dengan Ipeh/Pedagang Nasi Uduk, 8 Agustus 2020).

Hal yang dimaksud oleh infornan Ipeh adalah, ia mengikuti bisnis untuk

mendapatkan pendapatan lebih di masa pandemi Covid-19. Bisnis yang ia ikuti

bernama 3I CAR (Investment, Insurance, Income) program bisnis dari Salim group.

Dalam bisnis tersebut hal yang pertama dilakukan adalah dengan menabung

(Investasi). Jika sudah tergabung, otomatis anggota mendapatkan asuransi. Dalam

menjalankan bisnisnya, jika informan mengajak orang lain untuk bergabung dan

72
menabung (Investasi), maka ia akan mendapatkan bonus tambahan berupa uang. Dari

bisnis tersebut ia sudah dapat merasakan hasilnya.

B.4. Pulang Kampung

Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa pedagang kaki lima (PKL)

memutuskan untuk sementara berhenti berdagang karena terjadinya penurunan

penghasilan bahkan tidak adanya pembeli. Hal tersebut menyebabkan mereka

memutuskan untuk pulang ke kampung halaman untuk mencari usaha lain di sana.

Diberlakukanya new normal akhirnya menyebabkan keberanian untuk kembali

berdagang. Pernyataan tersebut dipertegas oleh informan Hariati dan Jupri:

“Ini saya aja baru pulang kampung, baru seminggu dagang lagi gara-
gara sepi, di kampung bantu-bantu di sawah orang,kalo aku gapunya
sawah, kalo punya sawah kan enakan di kampung mending saya ga
cuman bengong kaya sekarang gaada yang beli tapi haha” (Wawancara
pribadi dengan Hariati/Pedagang Air Minum, 8 Agustus 2020).
“Setelah corona yaa sempet ke kampung di kampung 4 bulanan, cuman
kebetulan sambil tani, kebetulan panen padi, padi orang kita bantuin,
akhirnya dagang lagi yaa udah kecapean aja di kampung, 4 bulanan sama
istri juga, katanya juga udah mulai normal tapi masih sepi orang-orang di
sana, kata yang punya rumah juga, biarin deh dapet 1 piring juga gapapa
sebenarnya yang penting usaha aja” (Wawancara pribadi dengan
Jupri/Pedagang Toge Goreng, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang dimaksud oleh informan Hariati adalah, bahwa ia telah

kembali berdagang sejak satu minggu lalu semenjak pulang kekampung halaman. Di

kampung ia membantu di sawah orang lain karena ia tidak memiliki sawah. Jika saja

ia memiliki sawah, ia lebih memilih untuk tetap diam di kampung dalam kondisi

pandemi Covid-19 ini. Kemudian pernyataan yang sampaikan oleh informan Jupri

73
adalah, semenjak adanya pandemi Covid-19, ia sempat untuk pulang ke kampung

halaman selama kurang lebih 4 bulan bersama istrinya untuk bertani, karena

kebetulan ada sawah milik orang lain yang sedang panen jadi ia turut untuk

membantu. Alasan ia memberanikan diri untuk kembali berdagang adalah telah

kelelahan bekerja di kampung, karena penghasilanya tidak sepadan dengan kerja yang

ia lakukan. New normal adalah alasan ia untuk memberanikan diri untuk kembali ke

Jakarta.

B.5. Meminjam Uang

Di saat tidak ada lagi cara untuk dapat mendapatkan penghasilan untuk

menggantikan penghasilan yang hilang akibat pandemi Covid-19 bagi para pedagang

kaki lima (PKL), cara terakhir yang mereka lakukan adalah dengan meminjam uang

ke kerabat atau saudara yang sekiranya dapat meminjamkan mereka untuk sementara

lalu diganti dikemudian hari. Hal tersebut dilakukan demi untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka dan keluarga cara ini adalah cara yang mereka pilih.

Pernyataan tersebut pertegas oleh informan Hariati dan Hendi:

“Kita kan minjem sama sodara dulu entar dikembaliin gitu, tapi kan kalo
minjem terus juga engga enak juga kan kita, nanti dibalikinya juga makin
banyak kan beban kita, paling sama anak saya bahasa nya dikasih uang
bulanan lah” (Wawancara pribadi dengan Hariati/Pedagang Air Minum, 8
Agustus 2020).
“Ya paling minjem-minjem dulu ke sodara, tapi kan itu mau nyoba online,
rencana insya Allah bulan-bulan ini mau daftarin ke gojek sama grab biar
ningkatin penghasilaan saat corona, sama sekalian buat bisa bayar utang
” (Wawancara pribadi dengan Hendi/Pedagang Cilok, 8 Agustus 2020).

74
Dari pernyataan di atas informan Hariati mengatakan, ia sementara meminjam

uang terlebih dahulu ke saudara dan anaknya demi untuk memenuhi kebutuhan di

masa pandemi Covid-19. Apabila kondisinya sudah kembali seperti dulu maka akan

dikembalikan. Kemudian pernyataan yang dinyatakan informan Hendi adalah, untuk

sementara ia meminjam terlebih dahulu uang ke saudaranya demi memenuhi

kebutuhan hidup di masa pandemi Covid-19. Kemudian ia ingin mencoba untuk

mendaftarkan daganganya secara online untuk dapat membayar hutang kepada

saudaranya.

C. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kehidupan Ojek Online

Sama hal nya dengan para pedagang kaki lima (PKL), ojek online juga

merupakan pekerja informal yang mata pencahariannya sangat bergantung pada

penghasilan harian. Di tengah pandemi Covid-19, diberlakukanya lock down atau

pembatasan sosial berskala besar (PSBB) demi meghentikan penyebaran virus Covid-

19, tentunya sangat berpengaruh bagi penghasilan harian yang didapatkan oleh para

ojek online. Peliburan sekolah, perkuliahan, kantor, dan ditambah adanya larangan

untuk menarik penumpang di tengah pandemi Covid-19, tentunya sangat berdampak

bagi penghasilan para ojek online. Belum lagi risiko yang harus dihadapi yaitu

terpapar virus Covid-19. Beberapa dampak tersebut antara lain:

75
C.1. Risiko Terinfeksi Virus Covid-19

Dalam masa pandemi Covid-19 menjaga jarak dengan orang lain dan

mematuhi protokol kesehatan adalah hal yang sangat dianjurkan. Anjuran dari

pemerintah untuk tetap di rumah saja, tentunya menjadi dilema untuk para ojek online

dikarenakan harus tetap mencari penghasilan untuk dirinya dan keluarga, ditambah

risiko tertularnya keluarga para ojek online jika tidak menjaga protokol kesehatan.

Sama hal nya dengan pedagang kaki lima (PKL), para ojek online juga berpendapat

bahwa jika tetap diam di rumah saja mengikuti peraturan pemerintah dengan tidak

berdagang, berarti mereka kehilangan pendapatan mereka untuk kehidupan sehari-

hari, namun jika tetap bekerja memunculkan risiko terpaparnya virus Covid-19.

Pernyataan tersebut dipertegas oleh informan Angga dan Ranto:

“Kalo saya motivasinya masih tetep satu yaitu keluarga, anak, yakan,
saya orang merantau, yakan kebutuhan tiap hari pasti ada, jajan anak,
kontrakan, kebutuhan makan, dan segala macem makanya saya, sepi atau
rame tetep keluar”(Wawancara pribadi dengan Angga/Ojek Online, 8
Agustus 2020).

“Kalo di rumah aja ya siapa yang mau ngasih makan gitu ya, cuman
dikasih beras gitu, tapi lauknya ga ada, emang mau mekan beras doang
gitu?, cuman kita juga antisipasinya ya engga narik penumpang sampe
sekarang gitu aja, jadi engga kontak langsung sama orang, jadi go food
sama gosend aja”(Wawancara pribadi dengan Ranto/Ojek Online, 8
Agustus 2020).

Dari pernyataan yang disampaikan oleh informan Angga, berarti motivasinya

untuk tetap berani keluar rumah mencari penghasilan sebagai ojek online adalah

keluarga dan anak. Informan merupakan seorang yang merantau, jadi kebutuhan

76
untuk setiap hari tentunya ada, seperti untuk jajan anak, bayar membayar kontrakan,

makan, dan kebutuhan lainnya. Walaupun sepi atau ramai ia tidak mempedulikan

himbauan untuk di rumah saja demi keluarga dan anak-anaknya. Kemudian

pernyataan yang dinyatakan informan Ranto adalah, jika ia memilih untuk di rumah

saja, maka siapa yang akan memberikan ia dan keluarga makan. Bantuan yang ia

dapatkan hanya beras tanpa lauk, tidak mungkin hanya memakan nasi saja. Walaupun

ia memilih untuk tetap keluar rumah mencari penghasilan sebagai ojek online, ia

tidak menarik penumpang sama sekali semenjak terjadinya pandemi Covid-19, jadi ia

tidak kontak langsung dengan orang lain dan hanya mengandalkan penghasilan dari

pengantaran makanan dan barang.

C.2. Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Larangan untuk menarik penumpang, penutupan sekolah, kuliah, dan kantor

untuk sementara di masa pandemi Covid-19 yang diatur dalam pembatasan sosial

berskala besar (PSBB), tentunya menyebabkan penurunan penghasilan terhadap para

ojek online. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19 tentunya menarik penumpang dari

anak-anak sekolah, mahasiswa, dan pegawai kantor yang ingin berangkat atau pulang

kerja menjadi target utama dari para ojek online. Namun setelah terjadinya pandemi

Covid-19, yang menjadi andalan para ojek online adalah melayani pembelian

makanan dan mengantar barang atau yang disebut gofood dan gosend di Gojek dan

grab food dan grab express di Grab. Di masa pandemi Covid-19 layanan antar makan

77
dan barang tersebut turut sepi dari pesanan orang lain. Pernyataan tersebut dipertegas

oleh informan Angga:

“Berdampak banget buat saya, dulu setiap pagi biasanya saya online
deket rumah aja langsung nyangkut, orang kuningan, orang mau ke
kantor SCBD, anak sekolah jam 6 aja udah nyangkut, anak-anak yang
deket-deket sekolahnya, sekarang ngandelin siapa anak sekolah libur, ya
kan mahasiswa juga libur, perkatoran di shift sama banyak yang di
rumahkan kaya gitu, Kalo PSBB tuh kan dari pemerintah ya bang, kalo itu
sih saya ngikut sebagai masyarakat ya kan untuk kedepannya untuk yang
lebih baik yak an untuk mengurangi corona atau gimana ini ya setuju aja
bang, ya, paling ngandelin go food, kalo go food udah ada jamnya ya
paling maghrib baru dapet, kalo siang-siang gini ya cuman nongkrong-
nongkrong kaya gini doang” (Wawancara pribadi dengan Angga/Ojek
Online, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang dinyatakan informan Angga adalah, pembatasan sosial

berskala besar (PSBB) sangat berdampak bagi penghasilanya sebagai ojek online.

Sebelum terjadinya pandemi Covid-19 ketika ia mengaktifkan aplikasi untuk ojek

online setiap pagi, selalu ada pesanan masuk untuk menarik penumpang yang berasal

dari orang-orang yang ingin kerja ke kantor, dan anak-anak sekolah. Lokasi rumah

informan, berada dekat dari sekolah yang menjadikan banyaknya pesanan untuk

menarik penumpang dari anak sekolah. Setelah terjadinya pandemi Covid-19, anak-

anak sekolah, mahasiswa, pegawai kantor menjadi libur, yang membuatnya menjadi

kebingungan untuk mendapatkan pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari. Layanan

go food tidak bisa menggantikan hasil dari menarik penumpang, karena hanya ketika

sore hari ia baru bisa mendapatkan pesanan go food. Jika masih siang hari ia hanya

duduk menunggu orderan yang tidak pasti, namun ia tetap setuju dengan adanya

78
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang ditetapkan oleh pemerintah karena

demi mengurangi angka corona dan kedepan yang lebih baik

Setelah diberlakukanya lockdown selama beberapa bulan, akhirnya

pemerintah memberlakukan new normal yang akhirnya membuat para ojek online

dapat untuk kembali menarik penumpang, tetapi dengan tetap menaati protokol

kesehatan, dan mentaati jalur hijau (Aman) dan jalur merah (Bahaya) yang telah

ditentukan oleh pemerintah. Hal tersebut dapat menjadi risiko terjadinya tindak

penilangan oleh pihak kepolisian karena ketidaktahuan para ojek online mengenai

jalur hijau (Aman) dan jalur merah (Bahaya). Pernyataan tersebut dipertegas oleh

informan Nurkholis:

“Kalo setuju apa engga sama PSBB ya setuju ga setuju ya namanya kita
ikutin pemerintah jadi ya ngikut aja, kalo psbb berdampak sekali, kaya
kemaren pas narik penumpang PSBB di Jakarta malah kena tilang
gaboleh bawa penumpangkan, kan kalo di aplikasi gojek ini jalur merah
emang gaboleh emang gabisa orderkan, kemaren jalur hijau jadi bisa,
cuman lewatnya jalur merah ketilang polisi suruh turunin, padahal
orderanya jalur hijau, cuman lewatnya jalur merah, Gofood go send
berpengaruh banget sekarang, berpengaruh banget, soalnya otomatiskan
dari masyarakat ini yang biasa order go food mungkin dari anak sekolah
yang tadinya masuk jadi pengeluaranya mungkin pada di bagi gitu di
bagi-bagi jadi ada yang mungkin buat pulsa atau ditabung, new normal
Sama aja masih susah, malah makin parah tambah sepi, udah pada
berani keluar kan jadi beli makanan sendiri gabutuh order, tapi kan
sekolah kantor, mahasiswa masih pada libur jadi gaada penumpang sama
aja” (Wawancara pribadi dengan Nurkholis/Ojek Online, 8 Agustus
2020).

Dalam pernyataan di atas informan Nurkholis mengatakan bahwa setuju

dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena ikut mendukung

79
pemerintah, namun tidak dapat dipungkiri hal tersebut berdampak baginya. Informan

mendapatkan penilangan dari pihak kepolisian di daerah Jakarta karena melewati

zona merah, padahal ia mendapatkan pesanan menarik penumpang dari zona hijau.

Informan juga mengatakan bahwa go food dan go send juga berpengaruh akibat

adanya pandemi Covid-19. Ia memperkirakan hal tersebut terjadi karena tidak adanya

kegiatan belajar seperti biasanya di sekolah yang digantikan menjadi sekolah online.

Hal tersebut menyeabkan pengeluaran orang-orang dipergunakan untuk membeli

pulsa untuk anak-anak mereka bersekolah online dan untuk ditabung. Dalam kondisi

new normal masyarakat juga sudah berani untuk keluar, jadi tidak butuh memesan

ojek online lagi. Di sisi lain walaupun sudah new normal, namun sekolah dan

perkuliahan masih belum berjalan seperti sebelumnya, yang menjadikan kondisi new

normal masih tidak meningkatkan hasil.

Jika informan Angga dan Nurkholis setuju dengan adanya pembatasan sosial

berskala besar (PSBB) karena mendukung pemerintah demi menghentikan

gelombang penyebaran virus Covid-19, namun hal tersebut berbanding terbalik

dengan pernyataan yang dipertegas oleh informan Hendar Fauzi:

“Wah psbb engga setuju bang gimana bang ya kalo psbb ribet gabisa
narik penumpang, saya maunya orderan tetep masuk bang jadi semuanya
kebates, susah juga buat narik orderan kalo kondisi lagi kaya gini”
(Wawancara pribadi dengan Hendar Fauzi/Ojek Online, 8 Agustus 2020).

Hal di atas menunjukan bahwa informan Hendar Fauzi tidak setuju dengan

adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang ditetapkan oleh pemerintah.

80
Hal tersebut dikarenakan di masa pandemi Covid-19 ini, ojek online untuk sementara

tidak dapat untuk menarik penumpang, dan layanan antar makanan ataupun barang

juga ikut berdampak di kondisi seperti ini

Pandemi Covid-19 tentunya sangat berdampak terhadap penghasilan para ojek

online. Sistem belajar dari rumah dan kerja dari rumah yang diterapkan bagi sekolah,

kampus, dan kantor, serta ditutupnya sementara layanan mengangkut penumpang

goride dari gojek, grab bike dari grab yang merupakan bagian dari pembatasan sosial

berskala besar (PSBB) demi memutus penyebaran virus Covid-19, tentunya

menurunkan penghasilan para ojek online. Pernyataan tersebut dipertgas oleh

informan Sultan dan Sutrisno:

“Penghasilan berdampak bangetsih soalnyakan didi kondisi yang saat ini


ya mungkin banyak yang di PHK, jadi berdampak sama orderan juga,
kurang apa namanya ya, kurang segalanya lah, yang mesen jadi ngurang,
apa namanya orang yang belanja go food segala macem itu sih berkurang
banget sih, soalnya kalo sebelom corona bisa buat anak-anak sekolah,
kalo pas corona gini siapa yang mau dibawa?. Anak- anak sekolah pada
liburkan soalnya, Kalo sehari bisa sampe dapet 20 sampe 25, sehari
penghasilan ya lumayan bisa sampe gope, empat ratus lima puluh, kalo
sekarang jauh banget, sehari cuma dapet 10 orderan paling, paling
banyak 10, 11 lah, kalo sekarang ya lebih irit aja dicukup-cukupin
(Wawancara pribadi dengan Sultan/Ojek Online, 8 Agustus 2020).

“Yakan biasanya kan kalo kita bersih bisa bawa pulang ke rumah
150.000, udah bersih ya bensin segala macem, sekarang nyari cepe aja
susah banget, paling sampe rumah 30.000, 40.000, 50.000” (Wawancara
pribadi dengan Sutrisno/Ojek Online, 8 Agustus 2020).

Pernyataan informan Sultan menunjukan bahwa penghasilan yang ia dapatkan

di masa pandemi Covid-19 sangat menurun. Penurunan pesanan terhadap ojek online

81
terjadi karena tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah pandemi

Covid-19, sehingga orang-orang lebih memilih untuk berhemat. Penurunan

penghasilan paling dirasakan yaitu karena adanya larangan menarik penumpang.

Menarik penumpang adalah penghasilan terbesar khususya anak sekolah yang

menjadi target utama informan. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19 ia biasanya

mendapatkan 20 hingga 25 pesanan ojek online, namun setelah terjadinya pandemi

Covid-19 pesanan yang ia dapatkan sangat menurun yaitu hanya 10 hingga 11

pesanan ojek online. Kemudian pernyataan informan Sutrisno menunjukan bahwa

biasanya sebelum terjadinya pandemi Covid-19, biasanya peghasilanya setiap hari

dikurangi dengan biaya makan, bensin dan kebutuhan lainnya mampu mendapatkan

Rp150.000, namun setelah terjadinya pandemi Covid-19 untuk mendapatkan

Rp100.000 perhari sangat sulit ia dapatkan, penghasilan bersihnya saat ini hanya

berkisar sekitar Rp30.000 hingga Rp 40.000

82
Gambar III.3 Penurunan Penghasilan

Sumber: Informan Sultan

Maksud dari gambar di atas (Gambar B.2) yaitu merupakan contoh yang

diberikan informan Sultan kepada penulis. Ia mengatakan bahwa semenjak terjadinya

pandemi Covid-19 atau tepatnya pada tanggal 30 Juli 2020, ia menarik ojek online

dari jam 5 pagi hingga jam 11 malam tetapi hasilnya tidak mencapai Rp100.000.

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi ia mengatakan Rp100.000 bukanlah hal yang sulit

untuk ia dapatkan dengan berprofesi sebagai ojek online.

83
C.3. Risiko Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Hidup

Ulrich Beck (1992: 27) menjelaskan mengenai distribusi risiko yang merujuk

dengan kelas sosial individu dalam masyarakat. Distribusi risiko menunjukan bahwa

kemiskinan yang terjadi menyebabkan banyak risiko yang berakibat permasalahan

yang besar, sebaliknya kekayaan atau kemakmuran dapat menjadi penyelamat dan

kebebasan dari risiko (Beck: 1992: 27). Dalam masa pandemi Covid-19, penurunan

penghasilan bagi para ojek online yang sangat bergantung pada penghasilan harian

tentunya sangat berisiko terhadap kekurangan biaya untuk memenuhi kebutuhan

hidup seperti biaya makan, biaya kontrakan, dan ditambah dengan para ojek online

yang sudah berkeluarga yang harus membiayai anak-anak mereka untuk tetap

sekolah. Di masa pandemi Covid-19 sekolah secara daring atau online dirasa lebih

memerlukan biaya yang lebih, hal tersebut tentunya menambah beban dan dampak

terhadap para ojek online. Pernyataan tersebut dipertegas oleh informan Arif

Hermansyah dan Angga

“Kalo sebelum corona malah lebih dari cukup lah kalo bisa dibilang, kalo
setelah corona yah, kaya gini lah bang 5 aja susah, gacukup lah bang
buat isi bensinya, makanya, paling sampe rumah 20.000-30.000, makan
jadi susah bang harus dikurangin” (Wawancara pribadi dengan Arif
Hermansyah/Ojek Online, 8 Agustus 2020)

“Kalo sebelum corona Alhamdulillah Wa Syukurilla cukup, sedikit-sedikit


walaupun kecilnya 10.000 bisa buat nabung ya, buat jaga-jaga, kalo
sekarang mah gali lubang tutup lubang asli, cuma buat bertahan doang
ibarat kata yang di rumah biar pada ga nangis gitu kira-kira, pas ini pas
sebelum corona kan saya paling, ngasih uang saku ke anak ya, kalo
sekarang kan engga, cumankan belajar onlinenya ini loh, beli kuotanya
kadang-kadang hp gentian kaya gitu, kalo jajan anak sd kan kecil ya, kalo

84
sekarang beli pulsa ya lebih banyak pengeluaranya, engga ada bantuan
pulsa juga” (Wawancara pribadi dengan Angga/Ojek Online, 8 Agustus
2020)

Pernyataan yang disampaikan informan Arif Hermansyah adalah, sebelum

terjadinya pandemi Covid-19 ia bisa mendapatkan penghasilan yang lebih dari cukup

dari kebutuhan sehari-hari. Semenjak terjadinya pandemi Covid-19 penghasilanya

tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk sehari-hari. Penghasilan yang ia

dapatkan dikurangi dengan pembelian bensin dan makan saat menarik ojek online

hanya berkisar antara 20.000 hingga 30.000, sehingga menyebabkan ia harus

mengurangi porsi makan dari biasanya. Kemudian pernyataan yang disampaikan

informan Angga adalah, sebelum terjadinya pandemi Covid-19, ia sangat bersyukur

bisa mendapatkan kebutuhan yang lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Informan dapat menabung dari hasil menarik ojek online setiap hari walaupun

jumlahnya tidak banyak. Semenjak terjadinya pandemi Covid-19, ia mengibaratkan

hanya cukup untuk bertahan hidup supaya keluarganya di rumah tidak menangis

karena kelaparan. Kegiatan belajar sekolah yang dilakukan secara daring atau online

membuat pengeluaranya semakin besar karena adanya pembelian pulsa, ditambah ia

tidak mendapatkan bantuan pulsa. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19,

pengeluaran yang ia butuhkan hanya untuk jajan anaknya yang masih sekolah dasar

(SD) dan itu dirasa ringan karena jajan anak sekolah dasar (SD) tidak memerlukan

jumlah yang besar.

85
D. Strategi Ojek Online Dalam Meminimalkan Dampak Pandemi Covid-19

Masyarakat risiko adalah masyarakat yang telah mengetahui bagaimana

menangani atau mengatasi keadaan yang tidak pasti sesuai dengan kemampuan atau

kreativitas mereka yang disebut “Modernitas Reflektif” (Reflective Modernization)

(Beck, 1992: 7). Ulrich Beck (1992: 7) menjelaskan bahwa modernitas reflektif

merupakan respon atau tanggapan dari individu atau institusi terhadap suatu hal atau

kondisi yang tidak pasti dan memiliki risiko. Dalam masa pandemi Covid-19, ojek

online tentunya harus bisa meminimalkan dampak menurunya penghasilan demi

memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara dan kemampuan mereka sendiri.

Beberapa strategi yang dilakukan antara lain:

D.1. Menggunakan WI-fi

Untuk sementara di masa pandemi Covid-19 ini, kegiatan belajar mengajar

untuk anak sekolah yang biasanya langsung dilakukan di ruangan kelas digantikan

dengan belajar mengajar secara daring atau online. Penulis menemukan bahwa

beberapa informan mengatakan bahwa, pengeluaran biaya yang dirasa karena belajar

secara daring justru lebih besar dikarenakan harus membeli pulsa yang tidak sedikit.

Di sisi lain penulis juga menemukan bahwa beberapa informan justru berpendapat

bahwa belajar secara daring dirasa mengurangi pengurangan biaya. Pernyataan

tersebut dipertegas oleh informan Nurkholis dan Ranto:

86
“Alhamdulillah sih malah lebih sedikit soalnya kan anak saya ga jajan
juga, kalo internet juga saya pake Wi-fi, kebetulan saya patungan sama
tetangga saya bagi parallel, jadinya ringan ga biaya besar” (Wawancara
pribadi dengan Nurkholis/Ojek Online, 8 Agustus 2020).

“Pengeluaran ya kalo misalnya kita pake kuota pasti ya abis, apa lagi
kalo yang harus make video call gitukan nyedot kuotanya banyak yakan,
cuman kita andalin pake wi-fi ya pake yang murah aja jad ilebih irit,
jadinya kerasa lebih murah” (Wawancara pribadi dengan Ranto/Ojek
Online, 8 Agustus 2020).

Dari pernyataan di atas, informan Nurkholis bersyukur bahwa pengeluaran

biaya anaknya sekolah secara daring di masa pandemi Covid-19 ini justu berkurang.

Pengurangan tersebut terjadi karena anaknya tidak perlu untuk jajan dan tidak perlu

untuk membeli pulsa karena ia menggunakan wi-fi bersama tetangganya dan

membayar secara setengah-setengah dari biaya wi-fi tersebut. Kemudian pernyataan

yang dimaksud informan Ranto adalah, jika ia tidak menggunakan wi-fi, maka

pengeluaran untuk membeli kuota demi anaknya bersekolah akan lebih besar.

Informan akhirnya memutuskan untung menggunakan wi-fi yang menyebabkan tidak

perlunya melakukan pembelian kuota dan biaya yang harus dikeluarkanya menjadi

berkurang

D.2. Ojek Konvensional

Ulirch Beck (1992: 209-210) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan

teknologi bersifat berlawanan atau bertentangan karena hal tersebut dapat

menyebabkan terjadinya risiko, namun di lain sisi juga dapat menjadi solusi untuk

mengatasi risiko tersebut. Sebelum tren ojek online dikenal oleh masyarakat, ojek

87
konvensional atau ojek tanpa aplikasi merupakan salah satu transportasi umum

andalan yang dicari-cari oleh masyarakat untuk mencapai tujuan. Setelah tren ojek

online muncul, ojek konvensional mulai ditinggalkan karena ojek online dinilai lebih

aman dikarekana data para driver ojek online sudah terdaftar di pihak gojek maupun

grab. Ojek online juga mudah untuk dicari karena menggunakan aplikasi, sehingga

tidak lagi harus menuju tempat pangkalan ojek konvensional seperti sebelumnya. Di

masa pandemi Covid-19 ojek online tidak diizinkan untuk menarik penumpang dan

hanya bisa memberikan layanan antar makanan ataupun barang. Hal tersebut

menyebabkan kembalinya para ojek online menjadi ojek konvensional demi bisa

mendapatkan pendapatan lebih di masa pandemi Covid-19 ini. Pernyataan tersebut

dipertegas oleh informan Ranto dan Tamrin:

“Paling jadi ojek regular, tapi Cuma 1.200.000 sebulan, anter jemput
langgangan gitu, kalo gapunya itu ya repot juga kita penghasilan lagi
mampet gini kalo engga ada itu ya pasti pusing, jadinya pasti ngutang ke
mana mana” (Wawancara pribadi dengan Ranto/Ojek Online, 8 Agustus
2020).
“Ya paling anter-anterlah, jadi ojek tapi gapake aplikasi, kalo ada orang
yang minta anter ya kita anter, ojek biasa, ya gitu aja, lumayan dikit-dikit
ngebantu, udah ada langganan juga Alhamdulillah” (Wawancara pribadi
dengan Tamrin/Ojek Online, 8 Agustus 2020).

Hal di atas menunjukan bahwa informan Ranto dalam usaha mendapatkan

penghasilan lebih di kondisi pandemi Covid-19, yaitu sebagai ojek konvensional.

Informan mendapatkan langganan antar jemput sebagai ojek konvensional dan

mendapatkan penghasilan perbulan yaitu Rp1.200.000. Hal tersebut sangat

membantunya di masa pandemi Covid-19 ini, jika tidak mendapatkan penghasilan

88
dari ojek konvensional, maka ia akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kemudian pernyataan yang dimaksud informan Tamrin adalah, untuk mendapatkan

penghasilan tambahan di masa pandemi Covid-19, ia menjadi ojek konvensional,

tetapi belum ada langganan yang setiap hari harus ia antar jemput. Jika ada yang

memintanya untuk diantar baru ia akan mengantarnya, hal tersebut tentunya

membantu walaupun tidak sepenuhnya.

D.3. Menjual Barang

Di masa pandemi Covid-19 tentunya penurunan penghasilan menjadi sangat

berisiko terhadap para ojek online yang pada dasarnya sudah rentan terhadap

perekonomian. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga,

tentunya para ojek online harus mencari cara untuk bertahan dan mendapatkan

penghasilan lebih demi tercukupinya kebutuhan hidup mereka. Menjual barang

menjadi salah satu cara untuk bertahan di masa pandemi Covid-19 ini. Pernyataan

tersebut dipertegas oleh informan Nurkholis:

“Kalo setelah ya kurang, saya aja sampe jual-jual barang, motor, salon,
speaker apa aja yang ada kita jualin haha, jual-jual ini aja yang bisa
dijual barang-barang, kaya motor kan udah dijual tuh motor saya tuh,
nanti motor ini (menunjuk motor yang sedang dipakai) menyusul nih, jual
salon lah apa lah itu” (Wawancara pribadi dengan Tamrin/Ojek Online, 8
Agustus 2020).

Pernyataan di atas menunjukan bahwa semenjak terjadinya pandemi Covid-19

penghasilan yang informan Nurkholis dapatkan kurang untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut ia menjual barang-barang

89
miliknya yang sekiranya dapat untuk dijual seperti salon speaker, dan motor. Jika

dirasa hasil penjualan barang miliknya masih kurang maka motornya yang lain turut

akan dijual demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari

D.4. Back Up Pekerjaan

Dalam masa pandemi Covid-19 banyak terjadinya pemutusan hubungan kerja

(PHK) yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada karyawanya demi mengurangi

kerugian yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Hal tersebut membuat ketika ada

karyawan yang jatuh sakit, tentunya pihak perusahaan membutuhkan orang pengganti

untuk sementara menggantikan pekerjaan karyawan yang sakit. Hal tersebut yang

dilakukan oleh salah satu informan yang bernama Hendar Fauzi, demi untuk bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya di masa pandemi Covid-19 ini selain berprofesi

sebagai ojek online

“Paling saya nunggu-nunggu back up an kerjaan kalo dari kantor,


misalkan ob kan di sana lagi pada kena PHK nih, nah kalo ada yang sakit
saya back up. ya paling gitu, engga ada lagi kerjaan bingung juga kondisi
kaya gini mau nyari di mana orang laen aja pada di PHK” (Wawancara
pribadi dengan Hendar Fauzi/Ojek Online, 8 Agustus 2020).

Pernyataan yang dimaksud oleh informan Hendar Fauzi adalah, usaha yang ia

lakukan untuk mendapatkan penghasilan lebih di masa pandemi Covid-19 ini adalah

menunggu panggilan bantuan dari kantor untuk menjadi office boy (OB). Di tempat

informan sedang bekerja sedang banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ketika ada office boy (OB) yang sakit, iya akan menggantikanya untuk sementara.

90
Informan tidak tahu lagi bagaimana untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan

lain karena melihat orang lain yang justru banyak terkena pemutusan hubungan kerja

(PHK) di masa pandemi Covid-19 ini.

D.5. Berusaha Lebih Keras

Untuk mendapatkan penghasilan lebih di masa pandemi Covid-19, tentunya

dibutuhkan penghasilan tambahan dikarenakan penurunan penghasilan yang

menyebabkan para ojek online harus berusaha lebih ekstra demi bisa memenuhi

kebutuhan hidup untuk sehari-hari. Pernyataan tersebut dipertegas oleh informan

Hermansyah dan Ahmad Sofyan

“Ya kita semangat orderan kemana aja jauh kita bawa, kalo dulukan
maunya yang deket-deket aja ngambilnya sekarang yang jauh juga kita
ambil, kalo bisa dibilang dulu masih ada malesnya, masih ada takut
capeknya, takut kemaleman, kalo sekarang kemana aja kita gas”
(Wawancara pribadi dengan Hermansyah/Ojek Online, 8 Agustus 2020).

“Ya sekarang pengen usaha juga belom ada yang pertama modal,
modalnya juga bang gaada, kita juga butuh modal kan kalo usaha, kedua
juga kan keaadan juga kaya gini, buat usaha juga bingung kitanya apa
yang kita misalkan mau buka usaha ya belum normal, Ya jalanin ojek
online terus bang terus berusaha aja jangan kendor jam nariknya
ditambah” (Wawancara pribadi dengan Ahmad Sofyan/Ojek Online, 8
Agustus 2020).

Pernyataan yang disampaikan informan Hermansyah adalah, sebelum

terjadinya pandemi Covid-19 ia hanya menerima pesanan ojek online yang berjarak

tidak jauh, karena penghasilanya saat itu dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Setelah terjadinya pandemi Covid-19, ia tidak lagi memikirkan jarak

91
pesanan ojek online nya demi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Kemudian

pernyataan yang dimaksud informan Ahmad Sofyan adalah sebenarnya ia

menginginkan untuk membuka usaha tetapi terhalang oleh urusan modal, dan jika

seandainya modal itu ada, di kondisi pandemi Covid-19 ini maka usaha tersebut juga

akan ikut tersendat. Informan terus berusaha lebih keras dalam pekerjaanya sebagai

ojek online dan menambah jam kerjanya demi untuk bisa mencukupi kebutuhan

hidupnya di masa pandemi Covid-19.

D.6. Meminjam Uang

Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan pendapatan bagi para ojek

online. Di saat mereka sudah berusaha maksimal untuk mendapatkan penghasilan dari

ojek online, namun hasil yang dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, meminjam uang kepada saudara terdekat adalah pilihan terakhir mereka.

Pernyataan tersebut dipertegas oleh informan Angga:

“Kalo saya udah berusaha ya, mungkin di ojol lagi sepi, nyari info-info ke
temen-temen, tapi kan temen-temen juga sama berdampak ada yang udah
kerja katanya ke lock down, kaya gitu, sampai saat ini belum bang masih
fokus di ojol paling minjem-miinjem uang ke sodara kalo kurang-kurang
kaya gitu” (Wawancara pribadi dengan Angga/Ojek Online, 8 Agustus
2020).

Hal yang dimaksud oleh informan Angga adalah, ia sudah berusaha keras

dalam mencari penghasilan dari ojek online, tetapi hasil yang ia dapatkan dari situ

tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Informan sudah mencari info

mengenai pekerjaan kepada rekan-rekanya, namun tidak membuahkan hasil karena

92
rekanya pun turut terkena dampak dari pandemi Covid-19 ini. Sampai saat ini

informan masih terus berusaha keras mencari penghasilan sebagai ojek online, namun

ketika sudah merasa kekurangan, meminjam uang sementara adalah cara terakhirnya.

E. Pengintegrasian Temuan dan Teori

Dampak yang terjadi akibat pandemi Covid-19 terhadap para pekerja informal

khususnya pedagang kaki lima dan ojek online, beberapa dampak tersebut yakni,

risiko terpapar virus Covid-19 karena mereka berada dalam pilihan antara kesehatan

atau ekonomi. Kedua, pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

menyebabkan risiko larangan dagang bagi para pedagang kaki lima dan larangan

menarik penumpang bagi pada ojek online yang menyebabkan risiko terhadap

penurunan penghasilan yang signifikan bagi para pedagang kaki lima dan ojek online.

Ketiga, risiko terhadap bertambahnya pengeluaran di masa pandemi Covid-19 dan

yang terburuk adalah tidak terpenuhinya kebutuhan hidup para pedagang kaki lima

dan ojek online. Perbedaan risiko yang terjadi terhadap pedagang kaki lima dan ojek

online adalah dalam masa pandemi Covid-19 para pedagang kaki lima dilarang untuk

berdagang, sedangkan para ojek online dilarang untuk menarik penumpang.

Dampak Pandemi Covid-19 yang ditemukan oleh peneliti melihat bahwa

risiko tidak terdistribusi secara merata antara kelompok masyarakat tingkat atas, dan

kelompok miskin. Dalam hal ini pekerja informal menghadapi risiko yang lebih

tinggi dibandingkan kelompok lainnya di masyarakat atau kelompok pekerja formal

93
yang berpenghasilan lebih stabil, memiliki gaji tetap dan tidak bergantung pada

penghasilan harian. Temuan risiko yang peneliti temukan tersebut sama halnya

dengan yang dikatakan oleh Ulrich Beck (1992: 27) mengenai distribusi risiko.

Distribusi risiko menunjukan bahwa kemiskinan yang terjadi menyebabkan banyak

risiko yang berakibat permasalahan yang besar, sebaliknya kekayaan atau

kemakmuran dapat menjadi penyelamat dan kebebasan dari risiko. Menjadi

pengangguran dan para pekerja yang hanya mempunyai keterampilan rendah lebih

berisiko terhadap stress dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan dan

keterampilan (Beck, 1992: 27).

Strategi atau cara meminimalkan risiko yang terjadi akibat pandemi Covid-19

yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima dan ojek online. Strategi atau cara

meminimalkan risiko yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima yakni, berdagang

musiman, berdagang secara online, mengikuti bisnis atau berbisnis lain, pulang ke

kampung halaman, dan meminjam uang kepada orang lain. Strategi atau cara

meminimalkan risiko yang dilakukan oleh para ojek online yakni menggunakan Wi-fi,

menjadi ojek konvensional, menjual barang-barang miliknya, back up pekerjaan

kerabat, berusaha lebih keras, dan meminjam uang kepada orang lain. Strategi atau

cara meminimalkan risiko yang ditemukan peneliti antara pedagang kaki lima dan

ojek online adalah berbeda, kecuali dengan cara meminjam uang kepada orang lain.

Strategi meminimalkan dampak pandemi Covid-19 yang ditemukan oleh

peneliti melihat bahwa para pekerja informal memiliki cara mereka masing-masing

94
sesuai kemampuan untuk meminimalkan atau menambah penghasilan di tengah

pandemi Covid-19. Perkembangan teknologi juga membantu para pekerja informal

untuk meminimalkan risiko seperti berjualan atau bisnis online dan penggunaan wi-fi,

meskipun banyak para pedagang kaki lima dan ojek online yang juga tidak bisa

memanfaatkan teknologi karena keterbatasan kemampuan atau gagap teknologi.

Strategi yang dilakukan oleh para pekerja informal yang memiliki keterbatasan

kemampuan atau gagap teknologi yaitu dengan melakukan strategi yang masih

bersifat konvensional seperti pulang kampung dan meminjam uang. Temuan strategi

meminimalkan dampak pandemi Covid-19 yang dilakukan para pekerja informal

yang peneliti temukan tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Ulrich Beck (1992:

7) mengenai modernitas reflektif (Reflective Modernization). Modernitas relflektif

menjelaskan mengenai respon atau tanggapan dari individu atau institusi terhadap

suatu hal atau kondisi yang tidak pasti dan memiliki risiko (Beck, 1992: 7). Ulirch

Beck (1992: 209-210) juga mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi

bersifat berlawanan atau bertentangan karena hal tersebut dapat menyebabkan

terjadinya risiko, namun di lain sisi juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi risiko

tersebut

95
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

berjudul Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pekerja Informal Di Jakarta Selatan,

mengacu pada pertanyaan penelitian yatu dampak pandemi Covid-19 bagi kehidupan

pekerja informal, khususnya pedagang kaki lima dan ojek online di Jakarta Selatan

dan strategi yang dilakukan pekerja informal untuk meminimalkan dampak tersebut.

Penelitian ini menemukan bahwa pandemi Covid-19 sangat berdampak

terhadap pedagang kaki lima dan ojek online. Para pedagang kaki lima dan ojek

online sangat menyadari dan banyak orang yang mengingatkan terutama bagi

pedagang kaki lima dan ojek online yang sudah berumur bahwa risiko akan

tertularanya virus Covid-19 jika mereka tetap berdagang atau menarik ojek online di

masa pandemi Covid-19 ini, namun mereka tetap bertahan untuk melakukan hal

tersebut demi untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan keluarga.

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tentunya memiliki risiko penurunan

penghasilan terhadap para pedagang kaki lima dan ojek online. Akibat adanya

pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pedagang kaki lima mendapatkan larangan

untuk berdagang di tengah pandemi Covid-19 ini oleh petugas Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP). Para pedagang kaki lima akan kembali berdagang jika petugas

96
tersebut sudah tidak ada ditempat, hal itu dilakukan dengan alasan jika mereka tidak

berdagang maka mereka dan keluarga tidak dapat untuk makan. Sebaliknya penelitian

ini juga menemukan dikarenakan pandemi Covid-19, menyebabkan tidak adanya

larangan berdagang seperti sebelum terjadinya pandemi. Peliburan sekolah, kampus

dan kantor atau digantikanya sistem belajar atau bekerja secara daring atau online

juga berdampak pada tidak adanya pembeli yang biasanya menjadi target pembeli

konsumen mereka. Hal-hal tersebut tentunya sangat mengurangi penghasilan

berdagang para pedagang kaki lima.

Dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terhadap ojek online

adalah, untuk sementara di masa pandemi Covid-19 mereka tidak dapat untuk

menarik penumpang. Hal tersebut tentunya sangat mengurangi penghasilan para ojek

online karena hasil tersebesar dari berprofesi sebagai ojek online adalah dengan

menarik penumpang seperti anak sekolah, mahasiswa, dan karyawan kantor yang

ingin berangkat atau pulang. Pemesanan layanan makanan dan barang yang

disediakan oleh ojek online juga turut berimbas karena orang lain lebih memilih

untuk mengurangi pengeluaran ditengah pandemi Covid-19.

Penurunan penghasilan tentunya memunculkan dampak terhadap tidak

terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari para pedagang kaki lima (PKL) dan ojek

online karena mereka sangat bergantung pada penghasilan harian demi memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Sebelum terjadinya pandemi Covid-19 para pedagang kaki

lima (PKL) dan ojek online merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka

97
dan keluarga dari penghasilan mereka berdagang dan menarik ojek online. Semenjak

terjadinya pandemi Covid-19 dan terjadi penurunan penghasilan menyebabkan tidak

terpenuhinya kebutuhan hidup mereka dan hanya cukup untuk makan, namun dengan

porsi yang berkurang.

Kebutuhan hidup bukan hanya sekedar untuk makan mereka perlu membayar

kontrakan, hutang, listrik, uang sekolah anak dan lainnya. Sistem belajar secara

online atau daring juga dirasa justru memerlukan biaya yang lebih karena bayaran

sekolah tetap berjalan tanpa ada pengurangan dan harus membeli kuota internet yang

harganya tidak murah. Namun ada juga yang merasakan bawah sekolah secara daring

atau online justru mengurangi biaya karena mereka mengakalinya dengan

menggunakan wi-fi. Sistem belajar secara daring juga menyebabkan tidak turunya

bantuan dana bagi masyarakat menengah kebawah atau yang disebut Kartu Jakarta

Pintar (KJP).

Strategi yang dilakukan pedagang kaki lima dalam meminimalkan dampak

akibat pandemi Covid-19 yaitu menjual barang-barang yang sedang dibutuhkan oleh

masyarakat atau berdagang musiman seperti masker, faceshield, dan hand sanitizer,

pulang kekampung untuk mencari penghasilan yang lebih, mengikuti bisnis lain,

berdangang online, dan meminjam uang kepada orang lain. Pedagang kaki lima

(PKL) yang menggunakan cara berdagang online berhasil mengurangi dampak

penurunan penghasilan akibat pandemi Covid-19 sepeti, namun beberapa tidak

memilih berdagang online karena tidak mengerti teknologi (gagap tekonologi) dan

98
dagangan mereka tidak dapat dijual secara online. Sebaliknya ojek online yang

menggunakan aplikasi online beralih menjadi ojek konvensional karena layanan

aplikasi menarik penumpang di ojek online sementara ditiadakan di masa pandemi

Covid-19 seperti yang dikatakan Ulrich Beck (1992: 209-210) bahwa ilmu

pengetahuan dan teknologi sebetulnya bersifat bertentangan sebab dapat menjadi

penyebab terjadinya risiko namun juga dapat menjadi solusi untuk mengatasi risiko

tersebut. Strategi lainnya yang digunakan ojek online selain menjadi ojek

konvensional dalam meminimalkan dampak akibat pandemi Covid-19 yaitu

menggunakan wi-fi untuk mengurangi pengeluaran lebih akibat diberlakukanya

sekolah secara daring, menjual barang pribadi seperti speaker dan motor, back up

pekerjaan kerabat, berusaha lebih keras atau menambah jam kerja, dan meminjam

uang kepada orang lain.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, penulis ingin menjabarkan beberapa saran demi

menjadi masukan kepada pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Bagi para pedagang kaki lima (PKL) dan ojek online agar lebih

memperhatikan risiko kesehatan terkait virus Covid-19, patuhi protokol

kesehatan dari pemerintah, demi menghentikan gelombang penyebaran virus

Covid-19, karena jika tidak maka keluarga kalian juga berisiko tertular virus

tersebut

99
2. Bagi pemerintah juga harus dapat untuk lebih lagi dalam memperhatikan

risiko terkait kebijakan yang dipilih agar tidak merugikan rakyat-rakyat kecil

yang sudah rentan dengan masalah yang berhubungan dengan ekonomi. Di

kondisi seperti ini bantuan yang diberikan harus bisa untuk mencukupi

kebutuhan hidup mereka sementara di masa pandemi Covid-19.

3. Bagi pemerintah juga harus dapat memberikan bantuan pengurangan biaya

pendidikan agar mereka tidak terbebani dengan pendidikan secara daring atau

online ditengah pandemi Covid-19 ini

100
DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku/E-Book:

Alisyahbana. 2005. Marginalisasi Sektor informal Perkotaan. Surabaya: ITS Pres.

Alma, Buchari. 2001. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta .

Bangaser, Paul E., (2000), The ILO and the Informal Sector: An Institutional History.

International Labour Organization Employment Paper.

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/ed_emp/documents/publication/wc

ms_142295.pdf diakses 15 Agustus 2020

Beck, Ulrich. 1992. Risk Society: Towards a New Modernity. London: Sage

Publication Ltd.

BPS. 2016. Indonesia- Survei Penduduk Antar Sensus 2015.

https://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/714/datafile/F2/V132

diakses 15 Agustus 2020

BPS Provinsi DKI Jakarta. 2019. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus

2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

https://www.bps.go.id/publication/2019/11/29/96138ece33ccc220007acbdd/k

eadaan-angkatan-kerja-di-indonesia-agustus-2019.html diakses 6 Juni 2020

101
BPS. 2019. Kota Administrasi Jakarta Selatan Dalam Angka 2019.

https://jakselkota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=MzY2ODIy

MWQzODZlNTVmNmY0ZTRlMjJi&xzmn=aHR0cHM6Ly9qYWtzZWxrb3RhL

mJwcy5nby5pZC9wdWJsaWNhdGlvbi8yMDE5LzA4LzE2LzM2NjgyMjFkMzg

2ZTU1ZjZmNGU0ZTIyYi9rb3RhLWFkbWluaXN0cmFzaS1qYWthcnRhLXNlb

GF0YW4tZGFsYW0tYW5na2EtMjAxOS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0

xMC0wMiAwMjowNDo0MA%3D%3D diakses 6 Juni 2020

BPS Provinsi DKI Jakarta. 2020. Provinsi DKI Jakarta dalam Angka 2020. Jakarta:

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta.

https://jakarta.bps.go.id/publication/2020/04/27/20f5a58abcb80a0ad2a88725

/provinsi-dki-jakarta-dalam-angka-2020.html diakses 31 Mei 2020

BPS Kota Jakarta Selatan. 2019. Keadaan Angkatan Kerja Kota Jakarta Selatan

Agustus 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

https://jakselkota.bps.go.id/publication/2020/06/18/e85e21e27105b4c5d6f6f6

ea/keadaan-angkatan-kerja-kota-jakarta-selatan-agustus-2019.html diakses 6

Juni 2020

Creswell, John W. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed

Approaches (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gilbert, Alan & Josef Gugler. 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga

(terjemahan). Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

102
International Labour Organization, (2013), Women and Men in the Informal

Economy: A Statistical Picture. Second Edition. Geneva.

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---dgreports/---

stat/documents/publication/wcms_234413.pdf diakses 14 Agustus 2020

Jones, Ibrahim & Sewu Lindawaty. 2007. Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia

Modern. Bandung: PT Refika Aditama

Manning, Chris & Tadjoedin Noer Effendi. 1985. Urbanisasi, Pengangguran. dan

Sektor Informal di Kota. Jakarta : Gramedia.

Marvasti, Amir B. 2004. Qualitative Research in Sociology: An Introduction. New

Delhi-London: SAGE Publications.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ritzer, G. 2012. Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

SaifulMujani Research & Consulting. 2020. Wabah Covid-19: Sikap Atas Kebijakan

dan Kondisi Ekonomi Warga. https://saifulmujani.com/wabah-covid-19-sikap-

atas-kebijakan-dan-kondisi-ekonomi-warga/ diakses 24 April 2020

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.

103
Suryahadi, Asep, Ridho, Al Izzati., & Daniel Suryadarma .2020. Dampak Wabah

Covid-19 Terhadap Kemiskinan : Estimasi Untuk Indonesia.

https://www.smeru.or.id/id/content/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-

kemiskinan-estimasi-bagi-indonesia diakses 24 April 2020

Widodo, Purbo dan Anang Arief Wahyudi. 2000. Mengenal e-Commerce. Jakarta:

Alex Media computendo.

Referensi Jurnal:

Agustin, A. 2017. Persepsi Masyarakat Terhadap Penggunaan Transportasi Online

(Go-Jek) Di Surabaya dalam Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. 6 (9)

September 2017, ISSN : 2461-0593.

Amalia, Ananda T & Hilda Yunita S. 2019. Implementasi Sifat Hukum Pengangkutan

Dalam Pelaksanaan Ojek Online. Perspektif. 24(3) 156-167.

Clark, Nigel. 1997. Panic Ecology: Nature In The Age Of Superconductivity. Theory,

Culture and Society 14:77-96.

Fahrurrozi, & Sayyidi, & Idrus Ali. 2020. Analisis Layanan Ojek Online PT. Grab

Indonesia Wilayah Surabaya dalam Perspektif Bisnis Islam. Jurnal Ekonomi

& Ekonomi Syariah. 3(1) 147-157.

104
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid – 19 terhadap Prekonomian

Indonesia. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and

Counseling, 2(1), 146-153.

Hatta, Kurniawan K, & Ardi Perdana S, & Efandi Dwi K. 2015. Analisis Dampak

Sosial Ekonomi RelokasiPedagang Kaki Lima Tergadap PKL. JKMP 3(1)

107-116.

Joko, Agus Pitoyo. 2007. Dinamika Sektor Informal di Inddonesia: Prospek,

Perkembangan, dan Kedudukanya dalam Sistem Ekonomi Makro. Populasi

18(2) 130-146.

Kalateh, Ahmad Sadati, & Mohammad Hossein B Lankarani, & Kamran Bagheri

Lankarani. 2020. Risk Society, Global Vulnerability and Fragile Resilience;

Sociological View on the Coronavirus Outbreak. Shiraz E-Medical Journal

(21) 4 1-2.

Muryani, Dedi Budiman Hakim, Bunasor Sanim, Yusman Syaukat, and Djoni

Hartono. 2012. Dampak Flu Burung Terhadap Perekonomian: Tinjuan Aspek

Lingkungan, Sosial Dan Ekonomi Nasional. Majalah Ekonomi (2):106–15.

Tumuwe, Riswanto, Mahyudin Damis, & Titiek Mulianti. 2018. Pengguna Ojek

Online Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal

Holistik (21):16.

105
Yunida, Reni, & Rosalina Kumalawati, & Deasy Arisanty. (2017). Dampak Bencana

Banjir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batu

Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. 4 (4): 42-52

Referensi Tesis:

Kay, David Duane. 2011. The Relationship Between Formal and Informal

Employment in South Africa. Thesis of the University of Ilinois at Urbana-

Champaign

Referensi Internet dan Berita:

Bappeda DKI Jakarta.2018. Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2018 tentang RPJMD

Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022

https://bappeda.jakarta.go.id/uploads/document/2018-07-

12/65/65__RPJMD_DKI_Jakarta_2017-2022.pdf diakses 5 Juni 2020

BPS. 2016. Indonesia – Survei Penduduk Antar Sensus 2016. Sub Direktorat Statistik

Demografi: Badan Pusat Statistik

https://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/714 diakses 11 Juni

2020

BPS Provinsi DKI Jakarta. 2018. Keadaan Ketenagakerjaan DKI Jakarta Agustus

2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

106
https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2018/11/05/322/keadaan-

ketenagakerjaan-dki-jakarta-agustus-2018.html diakses 5 Juni 2020

Budy, Viva Kusnandar. 2019. Pangsa Pasar Jasa Layanan Transportasi Online

Kawasan Asia Tenggara (2015-2025).

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/05/berapa-pangsa-pasar

jasalayanan-transportasi-online-indonesia diakses 31 Mei 2020

Databoks. 2019. Sektor Informal Mendominasi Pekerja di Indonesia 2019.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/21/sektor-informal-

mendominasi-pekerjaan-di-indonesia-2015-2019 diakses 7 Juni 2020

Himelein, Kristen. 2014. Dampak Sosial-Ekonomi Ebola di Liberia (terjemahan).

https://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/Poverty%20do

cuments/Socio-

Economic%20Impact%20of%20Ebola%20on%20Households%20in%20Liber

ia%20Nov%2019%20(final,%20revised).pdf diakses 12 April 2020

International Labour Organization. 2020. Krisis COVID-19 dan sektor informal:

Respons langsung dan tantangan kebijakan.

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-

jakarta/documents/publication/wcms_744424.pdf diakses 14 Agustus 2020

Markey. 2019. https://markey.id/blog/bisnis/gojek-indonesia diakses 30 Juli 2020

107
Nabilla, Syeikha & Nunung Nurwati. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Tenaga

Kerja di Indonesia.

https://www.researchgate.net/publication/340925534_Dampak_COVID-

19_terhadap_Tenaga_Kerja_di_Indonesia diakses 31 Mei 2020

Tirto. 2020. https://tirto.id/update-Covid-19-9-juni-2020-indonesia-dan-dunia-

sebaran-data-kasus-fGjY diakses 11 Juni 2020.

Kemenkes. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2020.

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__9_Th_2020_ttg

_Pedoman_Pembatasan_Sosial_Berskala_Besar_Dalam_Penanganan_COVID

-19.pdf diakses 19 Agustus 2020

108
LAMPIRAN 1

Pedoman Wawanacara

Pertanyaan Untuk Informan Ojek Online Sudah Berkeluarga

a. Sudah berapa lama anda menjadi ojek online?

b. Bagaimana anda merasakan dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan

anda? Sebelum ada Covid-19 berapa biasanya pendapatan sehari-hari anda?

Ada kenaikan pengasilan atau penurunan kah setelah ada Covid-19? Kenapa ada

kenaikan? Atau penurunan?

c. Virus Covid-19 itu berbahaya dan pemerintah menyarankan untuk dirumah saja

mengapa anda tetap menarik ojek online di tengah pandemi Covid-19 ini?

d. Apakah anda setuju atau tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah yaitu

Pembatasan Sosial Berskala Besar? Kenapa? Apakah menurut anda itu

berdampak bagi penghasilan anda?

e. Apakah peliburan sekolah, kantor, dan kampus berpengaruh terhadap

pendapatan anda? Mengapa cukup? Atau tidak cukup?

f. Apakah pendapatan anda sebelum adanya Covid-19 mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga? Mengapa cukup? Atau tidak cukup?

g. Apakah pendapatan anda setelah adanya Covid-19 mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga? Mengapa cukup? Atau tidak cukup?

h. Bagaimana anda mengatasi kondisi pandemi Covid-19 ini? Apakah anda

memiliki usaha lain untuk meningkatkan penghasilan? Apakah usaha itu?


Mengapa memilih meningkatkan penghasilan? Jika tidak memilih

meningkatkan penghasilan kenapa?

i. Apakah suami/istri atau anggota keluarga anda memiliki pekerjaan? Jika iya,

apakah penghasilanya dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga?

Jika tidak, mengapa tidak memiliki pekerjaan?

j. Adakah rencana untuk pulang kekampung halaman? Mengapa ada? atau

Mengapa tidak?.

k. Apakah anda mendapatkan bantuan dari orang lain atau oraganisasi non

pemerintah? Jika iya, apakah bantuan tersebut? Jika tidak, mengapa tidak

mencari bantuan?

l. Apakah anda mendapatkan bantuan dari pemerintah? Jika iya, apa bantuan

tersebut?. apakah bantuan tersebut dapat membantu dalam situasi pandemi ini?

Jika tidak mengapa tidak mendapatkan bantuan? Mengapa tidak mencari

bantuan?

m. Bentuk bantuan seperti apa yang anda harapkan dimasa sulit Covid-19 ini?

Mengapa?

n. Bagaimana soulusi dan harapan anda kedepannya kepada pemerintah dalam

kondisi seperti ini?

cx
Pertanyaan Untkuk Informan Ojek Online Belum Berkeluarga

a. Sudah berapa lama anda menjadi ojek online?

b. Bagaimana anda merasakan dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan

anda? Sebelum ada Covid-19 berapa biasanya pendapatan sehari-hari anda?

Ada kenaikan pengasilan atau penurunan kah setelah ada Covid-19? Kenapa ada

kenaikan? Atau penurunan?

c. Virus Covid-19 itu berbahaya dan pemerintah menyarankan untuk dirumah saja

mengapa anda tetap menarik ojek online di tengah pandemi Covid-19 ini?

d. Apakah anda setuju atau tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah yaitu

Pembatasan Sosial Berskala Besar? Kenapa? Apakah menurut anda itu

berdampak bagi penghasilan anda?

e. Apakah peliburan sekolah, kantor, dan kampus berpengaruh terhadap

pendapatan anda? Mengapa cukup? Atau tidak cukup?

f. Apakah pendapatan anda sebelum adanya Covid-19 mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan? Mengapa cukup atau tidak cukup?

g. Apakah pendapatan anda sesudah adanya Covid-19 mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan? Mengapa cukup atau tidak cukup?

h. Bagaimana anda mengatasi kondisi pandemi Covid-19 ini? Apakah anda

memiliki usaha lain untuk meningkatkan penghasilan? Apakah usaha itu?

Mengapa memilih meningkatkan penghasilan? Jika tidak memilih

meningkatkan penghasilan kenapa?

cxi
i. Apakah orang tua atau saudara anda memiliki pekerjaan? Jika iya, apakah

penghasilanya dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga? Jika

tidak, mengapa tidak memiliki pekerjaan.

j. Adakah rencana untuk pulang kekampung halaman? Mengapa ada? atau

Mengapa tidak?

k. Apakah anda mendapatkan bantuan dari orang lain atau oraganisasi non

pemerintah? Jika iya, apakah bantuan tersebut? Jika tidak, Mengapa tidak

mencari bantuan?

l. Apakah anda mendapatkan bantuan dari pemerintah? Jika iya, apa bantuan

tersebut? apakah bantuan tersebut dapat membantu dalam situasi pandemi ini?

Jika tidak mengapa tidak mendapatkan bantuan? Mengapa tidak mencari

bantuan?

m. Bentuk bantuan seperti apa yang anda harapkan dimasa sulit Covid-19 ini?

Mengapa?

n. Bagaimana soulusi dan harapan anda kedepannya kepada pemerintah dalam

kondisi seperti ini?

cxii
Pertanyaan Untuk Informan Pedagang Kaki Lima

a. Sudah berapa lama anda berdagang?

b. Bagaimana anda merasakan dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan

anda? Sebelum ada Covid-19 berapa biasanya pendapatan sehari-hari anda?

Ada kenaikan pengasilan atau penurunan kah setelah ada Covid-19? Kenapa ada

kenaikan? Atau penurunan?

c. Virus Covid-19 itu berbahaya dan pemerintah menyarankan untuk dirumah saja

mengapa anda tetap menarik ojek online di tengah pandemi Covid-19 ini?

d. Apakah anda setuju atau tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah yaitu

Pembatasan Sosial Berskala Besar? Kenapa? Apakah menurut anda itu

berdampak bagi penghasilan anda?

e. Apakah ada larangan dagang selama masa pandemi Covid-19? Mengapa?

f. Apakah peliburan sekolah, kantor, dan kampus berpengaruh terhadap

pendapatan anda? Mengapa cukup? Atau tidak cukup

g. Apakah pendapatan anda sebelum adanya Covid-19 mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan? Mengapa cukup atau tidak cukup?

h. Apakah pendapatan anda sesudah adanya Covid-19 mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan? Mengapa cukup atau tidak cukup?

i. Bagaimana anda mengatasi kondisi pandemi Covid-19 ini? Apakah anda

memiliki usaha lain untuk meningkatkan penghasilan? Apakah usaha itu?

cxiii
Mengapa memilih meningkatkan penghasilan? Jika tidak memilih

meningkatkan penghasilan kenapa?

j. Apakah suami/istri,orang tua atau saudara anda memiliki pekerjaan? Jika iya,

apakah penghasilanya dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga?

Jika tidak, mengapa tidak memiliki

k. Adakah rencana untuk pulang kekampung halaman? Mengapa ada? atau

Mengapa tidak?

l. Apakah anda mendapatkan bantuan dari orang lain atau oraganisasi non

pemerintah? Jika iya, apakah bantuan tersebut? Jika tidak, Mengapa tidak

mencari bantuan?

m. Apakah anda mendapatkan bantuan dari pemerintah? Jika iya, apa bantuan

tersebut? apakah bantuan tersebut dapat membantu dalam situasi pandemi ini?

Jika tidak mengapa tidak mendapatkan bantuan? Mengapa tidak mencari

bantuan?

n. Bentuk bantuan seperti apa yang anda harapkan dimasa sulit Covid-19 ini?

Mengapa?

o. Bagaimana soulusi dan harapan anda kepada pemerintah kedepannya dalam

kondisi seperti ini?

cxiv
WAWANCARA PEDAGANG KAKI LIMA

Informan 1

Nama : Hariati (Pedagang Air Minum)

Usia : 51 Tahun

Pendidikan Terakhir : SD

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 17 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan lagi corona gini ya bu itu berdampak banget ga terhadap


penghasilan ibu?

Informan : Waduh mas biasanya ibaratnya bisa pulang lebaran, jadi gabisa pulang
karena gini, terus anak juga udah dikeluarin dari kerjaan, terus
sekarang saya jualan aja cuma bisa buat makan doang mas

Peneliti : Terus anak ibu setelah di PHK ga kerja lagi bu?

Informan : Engga kerja diem aja dirumah tadinya tapi seleah di phk sampe
sekarang kerjanya di GBK, jadi cleaning service taman

Peneliti : Penghasilan ibu sebelum corona cukup ga bu buat sehari-hari?

Informan : Ya kalo sebelum corona sih cukup ya kaya buat kontrakan, makan,
buat setoran juga, kan punya utang juga, jadi harus setoran terus setiap
bulan

cxv
Peneliti : Kalo semenjak corona bu?

Informan : Waduh kalo sekarang sih susah banget sih mas, gacukup lah kadang
dibantu sama anak buat bayar-bayar, kalo penghasilan saya cuma
cukup buat makan

Peneliti : Ibu punya usaha lain gas elain dagang?

Informan : Engga ada, gaada modalnya

Peneliti : Terus biar ibu bisa ngecukupin buat kebutuhan sehari-hari dikondisi
sekarang gimana bu?

Informan : Kita kan minjem sama sodara dulu entar dikembaliin gitu, tapi kan
kalo minjem terus juga engga enak juga kan kita, nanti dibalikinnya
juga makin banyak kan beban kita, paling sama anak saya bahasa nya
dikasih uang bulanan lah

Peneliti : Kan sekolah libur tuh bu, sama orang-orang kantor pada libur, itu
berdampak banget ga sama hasil dagang ibu?

Informan : Waduh dampaknya minta ampun mas, ampun, ampunan, kadang


jualan kaya gini aja buat makan aja cukup Alhamdulillah, biasanya
orang kantor pada lewat dari stasiun beli, sekarang sepi

Peneliti : Pernah ada larangan dagang ga bu?

Informan : Ada dulu sebelum corona biasanya ada ada kantip lewat, kalo
semenjak corona engga ada

Peneliti : Kan ada PSBB ya bu, itu berdampak ga sama penghasilan ibu?

Informan : Berdampak sih mas, jadinya sepi banget minta ampun bener-bener,
sekarang udah new normal lagi udah mendingan

cxvi
Peneliti : Tapi ibu setuju sama PSBB ga bu?

Informan : Ya setujulah mas

Peneliti : Setuju kenapa bu?

Informan : Ya namanya kan penertiban jadi kita harus tertib, buat kebaikan
bersama juga

Peneliti : Ibu engga ada niatan coba buat dagang online bu?

Informan : Engga kan saya engga ada aplikasinya, engga ngerti hp

Peneliti : Ibu dapet bantuan dari organisasi gitu engga bu?

Informan : Engga ada

Peneliti : Kenapa ga nyari bu?

Informan : Ya saya engga ngerti masi nyari-nyari gimana

Peneliti : Kalo dari pemerintah dapet gab u?

Informan : Engga dari RT aja engga dapet

Peneliti : Ibu engga nanya RT nya kenapa?

Informan : Engga katanya kalo ktp kampung engga dapet

Peneliti : Bentuk bantuan apasih yang sebenernya ibu harapin sama pemerintah?

Informan : Ya seikhlasnya dari pemerintah aja ya mas apa aja, pengen sih ngeliat
temen-temen dapet ya pengen ya, abis kalo gadapet mau gimana lagi

Peneliti : Harapan sama solusi ibu terhadap pemerintah apa bu saat kondisi
corona gini?

cxvii
Informan : Harapan kita ya jualan biar lancar, tenang, rame kaya dulu, tapi kalo
dulu kan orang rame jadi dagang di usir sama satpol PP pengenya kaya
sekarang kan ga diusir sama sekali sama satpol PP

cxviii
Informan 2

Nama : Haryati (Pedagang Air Minum)

Usia : 54 Tahun

Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 11 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan lagi corona gini bu, penghasilan ibu berdampak ga, ada kenaikan
atau penurunan?

Informan : Turun banyak

Peneliti : Bisa diceritain ga bu gimana?

Informan : Biasanya kalo ga corona itu biasanya dapet 200:000, orang paling
bayar kontrakan aja kadang-kadang kurang

Peneliti : Ibu kalo sebelum corona cukup buat sehari-hari ga bu?

Informan : Engga, ya kan buat modal lagi, buat makan aja paling

Peneliti : Kalo setelah corona perbandinganya gimana bu?

Informan : Makin anjlok, makin ajlok banget, buat makan aja kurang

Peneliti : Kan sekarang kantor sama sekolah lagi libur tuh bu itu berdampak
banget ga bu?

cxix
Informan : Sepi banget, Iya ngurang aja yang beli biasanya pada beli kalo naik
motor berenti

Peneliti : Ada larangan dagang ga bu semenjak corona?

Informan : Ada, ini aja ada spanduknya dilarang jualan, tapi saya jualan aja orang
buat makan haha, kalo ngikutin larangan dagang kalo mau saya di sini
dibantu buat bertahan dikasih bantuan gamain asal larang aja haha

Peneliti : Pemerintah kan nyaranin selama corona lebih baik dirumah ya bu,
terus ibu alesanya tetep berdagang apa?

Informan : Ya buat kita makan, kalo ga nyari duit yang yang nyari duit siapa?,
anak kita yang ngasih makan siapa?

Peneliti : Ibu setuju sama PSBB engga bu?

Informan : Engga, ya kalo aku ganyari makan dijalan nyari makan dimana, beda
kalo punya duit banyak ya punya modal, ya kalo gapunya duit mau
nyari dimana kita

Peneliti : Anak ibu kerja apa bu kalo boleh tau?

Informan : Yang udah nikah 2, sisanya engga kerja, mau kerja apa susah lagi
corona gini

Peneliti : Kalo sebelum corona tapi kerja?

Informan : Kerja di konveksi, tapi konveksinya tutup kena PHK

Peneliti : Ibu engga nyoba dagang yang lain bu?, usaha lain gitu?

Informan : Dagang apa yang lain, yang lain juga pasti ga laku

Peneliti : Kalo dagang online engga bu?

cxx
Informan : Kalo minuman gini mana bisa, kalo misalkan taichan gitu baru bisa,
kalo gini mana bisa, gangerti juga saya daftarnya caranya, gangerti
juga gimana cara make-makenya nanti malah ribet sendiri haha

Peneliti : Ibu dapet bantuan dari organisasi ga bu?

Informan : Engga ada, paling pas bulan puasa kemaren kadang ada 1-2 orang tuh
ada yang ngasih sembako, kalo sekarang boro-boro ada yang ngasih,
kalo kita ganyari kita ga makan hahaha

Peneliti : Kan bulan puasa tahun ini kondisinya corona gini bu, beda ga sama
tahun lalu?

Informan : Beda banget, sebelum corona kan mending, hasil penghasilan dagang
lumayan lah, buat makan mah, buat ngasih makan jajan anak saya,
kalo sekarang mah kurang, dagang dari pagi aja boro-boro ada yang
beli

Peneliti : Dapet bantuan dari pemerintah ga?

Informan : Engga, kan ktp kampung

Peneliti : Ibu engga ada niatan pulang kampung bu?

Informan : Ini saya aja baru pulang kampung, baru seminggu dagang lagi gara-
gara sepi

Peneliti : Kalo di kampung kerja apa bu?

Informan : Bantu-bantu di sawah orang,kalo aku gapunya sawah, kalo punya


sawah kan enakan di kampung mending saya, ga cuman bengong kaya
sekarang gaada yang beli haha

Peneliti : Harapan solusi ibu terhadap pemerintah apa bu?

cxxi
Informan : Ya pastinya minta bantuan, ini minta bantuan aja ga dikasih-kasing,
dikampung aja yang dikasih bantuan ya di pilih-pilih, pilih kasih, yang
orang punya-punya malah yang dikasih, yang orang-orang kaya kita
yang ga dikasih

cxxii
Informan 3

Nama : Butet (Pedagang Rokok & Masker)

Usia : 44 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 8 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Lagi corona gini ya bu itu berdampak banget terhadap hasil dagang
ibu?

Informan : Iya berdampak banget

Peneliti : Bisa deceritain ga bu gimana?

Informan : Ya hari-harinya cukup buat makan, kontrakan ujung-ujungnya nunggak


sampe berapa bulan, gitu aja

Peneliti : Kalo sebelum corona dulu gimana bu?

Informan : Ya kalo dulu bisa buat memenuhi semuanya kan

Peneliti : Pemerintahkan nyaranin buat dirumah aja ya bu, terus kenapa ibu tetap
berdagang bu?

Informan : Kalo misalnya dirumah aja yang ngasih makan kami siapa, gitu

cxxiii
Peneliti : Sekolah sama kantor kan libur bu, itu berdampak ga bu terhadap
penghasilan ibu?

Informan : Ya ada ajasih satu-satu ya tapi engga kaya dulu, engga rame kaya dulu

Peneliti : Kan ada PSBB ya bu, ibu setuju ga sama PSBB?

Informan : Kalo PSBB ya tergantung, tapi sebenernya PSBB engga terlalu


berpengaruh sih sama kami, setuju-setuju aja

Peneliti : Tapi pernah ada larangan dagang ga bu?

Informan : Kalo larangan dagang ada dari kantip satpol PP, tapi ya gimana kalo
kami ga dagang mau makan dari siapa?, kucing-kucingan aja, jadi
nanto kalo mereka udah pergi kami dagang lagi aja, ya mau gimana
kondisiya lagi kaya gini

Peneliti : Ada usaha lain ga selain dagang?

Informan : Paling ini dagang masker, musiman nyari yang lagi dicari sama orang,
tapi lumayan lah nambah-nambah, tapi belom tentu juga sehari laku,
kalo lagi laku ya ada yang beli, kalo engga ada ya enngga ada

Peneliti : Ibu ga ada niatan nyoba buat dagang online gitu bu?

Informan : Engga, dulu pernah soalnya kebanyakan nanya doang, terus


kebanyakan nyari yang termurah, sedangkan kita ngambilnya kan yang
bagus jadi males lagi

Peneliti : Ibu dapet bantuan dari organisasi gitu ga bu?

Informan : Engga ada gapernah ada yang ngasih, kadang ada yang bagi-bagiin
gitu, tapi kita gapernah dapet bagian gapernah dikasih engga tau
kenapa

cxxiv
Peneliti : Kalo dari pemerintah bu?

Informan : Engga ada, apa lagi dari pemerintah, tidak ada sama sekali

Peneliti : Kenapa engga nyari bu?

Informan : Udah bilang pak RT, kebanyakan nanya dimana, domisili dimana
padahal ktp Jakarta Barat, kebanyakan pro kontra jadi ya udahlah, di
persulit gitu

Peneliti : Harapan dan solusi ibu terhadap pemerintah gimana?

Informan : Kalo masalah itu kami ngurang ngerti, kami taunya Cuma berdagang
aja kaya gini supaya rejeki itu supaya kaya dulu kembali, ekonomi
pulih dulu, sebenernya pemerintahan Jokowi udah bagus sih jadi
dampaknya ga terlalu besar gitu

cxxv
Informan 4

Nama : Ipeh (Pedagang Nasi Uduk)

Usia : 41 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 8 Bulan

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan lagi corona gini ya bu itu berdampak ga buat penghasilan ibu?

Informan : Iyalah iya pasti

Peneliti : Gimana bu bisa diceritain ga gimana?

Informan : Ya sebelum corona kan ya namanya pembeli juga banyak, sekarang


kan lagi corona gini orang jadi pada takut keluar jadi dampaknya
kesitu, biasanya rame jadi sepi

Peneliti : Kalo penghasilan ibu sebelum corona itu cukup ga buat sehari-hari?

Informan : Kalo sebelum corona mah ya cukup Alhamdulillah, buat nyeleng-


nyeleng bisa

Peneliti : Kalo setelah corona bu?

Informan : Ya sekarang kadang kalo buat makan aja, ya pas-pasin aja kalo buat
makan sama modal dagang lagi ya pas lah

cxxvi
Peneliti : Terus ibu ada usaha lain ga bu buat ningkatin penghasilan saat corona
gini?

Informan : Kalo aku ikut inian apa bisnis lain

Peneliti : Ohh, Itu bisnis bisnis apa tuh bu kalo boleh tau?

Informan : 3I, punyanya salim group punya, CAR, jadi itu kita nabung itu dapet
asuransi juga, terus kita misalkan jalanin bisnisnya kita ajak orang-
orang juga nabung kita dapet uang tambahan bonusnya

Peneliti : Hasilnya udah ada belum bu?

Informan : Ya Alhamdulillah udah berasa

Peneliti : Kan sekarang lagi corona bu, pemerintah kan nyaranin buat dirumah
aja bu, terus apa alesan ibu tetep dagang?

Informan : Ya kalo dirumah gimana dapet duitnya yakan gamakan lah

Peneliti : Sekolah sama kantor kan libur ya tuh bu, itu berdampak banget ga
terhadap hasil dagang ibu?

Informan : Ya berdampak kaya sekolah, biasanya anak-anak seklolah bisa beli-beli


juga kalo sekarang mah kan gaada anak sekolah ya sepi

Peneliti : Ada larangan dagang ga bu selama corona?

Informan : Engga ada sih Alhamdulillah

Peneliti : Kan ada PSBB ya bu, ibu setuju ga sama PSBB? Itu berdampak ga
buat ibu?

Informan : Ya kalo itukan sebetulnya buat keamanan juga ya setuju-setuju aja,


kalo dibilang berdampak sih ya berdampak jadi sepi banget hasilnya

cxxvii
cuman kan asal kitanya bisa kaya gunain masker sama protokol
pemerintah gapapa dagang, dari pada ga dagang

Peneliti : Ibu dagang online ga bu?

Informan : Iya ini udah di daftarin sama gojek

Peneliti : Penghasilanya gimana bu setelah daftar dagang online?

Informan : Kalo ini baru semenjak corona jadi belum berasa banget masih baisa
aja, tapi lumayan si penambahanya ada aja yang mesen lewat gojek
pas lagi corona gini orangkan pada takut keluar

Peneliti : Ibu dapet bantuan dari organisasi gitu ga bu?

Informan : Paling dari pemerintah

Peneliti : Bentuk bantuanya apa bu?

Informan : Paling ya kaya beras, indomie terus sarden gitu, sebulan sekali

Peneliti : Bentuk bantuan apasih bu yang sebenernya ibu harapin sama


pemerintah di saat kondisi kaya gini bu?

Informan : Ya kalo sembako utama, duit juga perlu juga yakan buat bayar-bayar
yang lain

Peneliti : Harapan sama solusi ibu terhadap pemerintah apa bu?

Informan : Harapanya apa ya soalnya kan corona gabisa di ilangjn cepet juga ya,
kita juga gatau bakal ilangnya kapan, paling engga bantuanya
dilebihkanlah gitu

Peneliti : Ibu anaknya berapa bu?

Informan : 3 orang masih sekolah semua

cxxviii
Peneliti : Nah kan lagi corona gini ya bu itu berdampak banget ga sih ada
kenaikan atau penurunan pengeluaran?

Informan : Berdampak banget 3 orang lagi, dirumah tetep bayaran anak saya kan
sekolahnya swasta ya, itu sekolahnya dirumah tapi pulsa harus ada,
terus bayaran tetep jalan, pengenya kalo misalkan itu gausah bayaran
kalo bisa, pulsa kalo bisa dapet bantuan lah dari pemerintah kalo
misalnya gaada pengurangan, pulsa kan soalnya anak 3, tiga-tiganya
sekolah semua harus beli pulsa

cxxix
Informan 5

Nama : Malah (Pedagang Lumpia)

Usia : 35 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 15 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan corona ya bu itu berdampak ga bu terhdap pendapatan ibu

Informan : Ya berdampak lah mas tapi 70% ga berdampak sih, biasanya penjualan
bagus jadi kurang

Peneliti : Kalo penghasilan sebelum corona cukup ga buat sehari-hari?

Informan : cukuppeh

Peneliti : Kalo setelah corona?

Informan : Di cukup-cukupin, diatur aja yang bener

Peneliti : Ibu ada usaha lain ga bu selain dagang

Informan : Engga ada

Peneliti : Kalo online?

Informan : Adaa kalo online, nah itu ngebantu banget selama corona

cxxx
Peneliti : Kan pemerintah nyaranin buat dirumah aja ya bu, terus alasan ibu
tetep dagang apa?

Informan : Emang pemerintah mau ngasih saya makan, jadi tetep dagang aja

Peneliti : Terus sekolah sama kantor kan pada libur ya tuh bu itu berdampak ga
bu terhadap hasil dagang ibu?

Informan : Engga aja sih biasa aja malah gara-gara online,

Peneliti : Ibu setuju sama PSBB ga?

Informan : Setuju aja saya mah, ikutin pemerintah aja, yang lain ngikutin kalo kita
engga nanti malah ditutup lagi usaha kita gaboleh dagang lagi ya kan

Peneliti : Pernah ada larangan dagang ga bu?

Informan : Sempet tutup 4 hari karena takut karena PSBB, katanya kan gaboleh
ada yang dagang, ya abis temen-temen yang lain tetep dagang, kalo
kita ga dagang makan apa nanti yakan

Peneliti : Ibu dapet bantuan dari pemerintah ga?

Informan : Dapet dong beras sekarung kecil

Peneliti : Setiap sebulan sekali apa gimana?

Informan : Kadang sebulan sekali kadang kaga, jadi engga nentu

Peneliti : Kalo dari organisasi gitu ada ga bu?

Informan : Engga ada, paling dari tetangga indomie,indomie gitu dikasih, paling
buat persediaan seminggu

Peneliti : Bentuk bantauan yang di harapin sama pemerintah apa bu di saat


corona gini?

cxxxi
Informan : Sebetulnya mah duit, tapi gakeluar duitnya haha, yakan KJP aja ga ada
yang keluar anak-anak sekolah, KJP aja engga yang keluar

Peneliti : Harapan dan solusi sama pemerintah saat kondisi kaya gini gimana?

Informan : Ya pengenya kaya dulu lagi deh, stabil lagi, orang pada dagang kerja
pada enak lagi, engga kaya sekarang yak an, sekarang aja dek buktinya
anak sekolah aja KJP aja udah ga keluar, biasanya keluar, mungkin
karena engga pada sekolah kali ya libur jadi engga keluar

Peneliti : Berarti sekolah bayaran tetep sama bu?

Informan : Sama tetep, tetep sama

Peneliti : Kan sekarang sekolah lagi dirumah aja ya bu, nah pengeluaran makin
banyak apa kurang?

Informan : Ya makin banyak, kuota yak an, bayaran tetep bayaran, daftar ulang
tetep daftar ulang

Peneliti : Sekarang kan lagi new normal nih bu ya itu udah perlahan-lahan
kembali kaya dulu apa gimana?

Informan : Malah parahan sekarang, sama lockdown parah sekarang, mending di


lock down dek , serius kan kita jujur ya, biasanya saya keluar jam 1
siang jam 6 udah pulang, kalo sekarang, yaa gitu, jadi mendingan pas
lock down, mikirnya gini kali ya kalo makanan ini kan sehat jadi
orang mikirnya buat kesehatan juga kali, kan orang selama lock down
dirumah doang tuh terus juga orang-orang buat pada nyemil jadi
mesen lewat online gitu, jadi yang ngambill gojek, kalo sekarang
mungkin orang udah pada berani keluar jadi banyak pilihan yang lain
ya, tapi tetep bagusan hasil ngejual pas sebelum corona, Alhamdulillah
disyukurin aja

cxxxii
Informan 6

Nama : Jupri (Pedagang Toge Goreng)

Usia : 53 Tahun

Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 19 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Terus kan lagi corona gini pak, itu berdampak ga pak sama penghasilan
bapak

Informan : Yaa berdampak sih

Peneliti : Kaya gimana pak? Bisa di certain ga

Informan : Orang sepi, biasanya kan kalo hari-hari biasa 3 kilo abis, sekarang mah
bawa 2 kilo juga gapernah abis:

Peneliti : Terus kalo penghasilan bapak sebelum corona tuh biasanya dapet
berapa? Terus itu cukup buat sehari-hari gak pak? Kalo sebelum
corona

Informan : Yaa alhamdulillah sih cukup, bisa buat anak sekolah sampe sekarang
SMA

Peneliti : Terus kalo setelah corona pak?

Informan : Setelah corona yaa sempet kekampung di kampung 4 bulanan

Peneliti : Ohh sempet pulang kampung pak yaa

cxxxiii
Informan : Iyaa

Peneliti : Terus ini ga pak, kan sekolah sama kantor kan libur ya pak,
berpengaruh ga tuh pak?

Informan : Yaa ngaruh juga orang-orang pada sepi, orang-orang kantoran sebagian
yang masuk

Peneliti : Bapak udah berapa lama pak dagang?

Informan : Ini sepuluh tahunan

Peneliti : Oh brarti bapak pas Corona sempet berenti 4 bulan yaa?

Informan : Berenti 4 bulan

Peneliti : Itu di kampung bapak nyari usaha lain ga pak?

Informan : Engga, Cuman kebetulan sambil tani, kebetulan panen padi, padi orang
kita bantuin

Peneliti : Terus bapak akhirnya berani dagang lagi gimana pak

Informan : Yaa udah kecapean aja di kampung, 4 bulanan sama istri juga, katanya
juga udah mulai normal tapi masih sepi orang-orang disana, kata yang
punya rumah juga, biarin deh dapet 1 piring juga gapapa sebenarnya
yang penting usaha aja

Peneliti : Istri bapak kerja apa?

Informan : Istri saya yaa cuman petani penghasilan sedikit

Peneliti : Ohh di kampung

Informan : Iyaa

Peneliti : Bapak ga nyobain pake dagang online gitu, pake gojek misalkan di
daftarin

cxxxiv
Informan : Engga sayakan ga ngerti main gitu-gituan gapunya hp, Engga ngerti,
kalo misalkan saya make gituan juga ngerinya malah nanti salah-salah
apalah, jadi yang biasa-biasa aja yang penting orang pada tau
dagangan saya

Peneliti : Teruskan ada PSBB tuh pak, yang melarang orang-orang buat keluar-
keluaran gitu tuh berdampak banget ga pak?

Informan : Yaa berdampak sih dagangnya jadi sepi

Peneliti : Bapak setuju ga pak sama PSBB?

Informan : Kalo umur saya sebenernya orang-orang nyaranin jangan keluar, tapi
yang gimana buat nyari makan kita tetep keluar, setuju aja

Peneliti : Apasih pak Usaha bapak buat mendapatkan pendapatan lebih saat lagi
Corona gini

Informan : Paling itu jadi petani, kan tadinya dagangnya sepi jadi jadi petani aja di
kampung

Peneliti : Terus bapak dapet ini ga bantuan dari pemerintah?

Informan : Kalo di kampung mah dapet

Peneliti : Ohh KTP nya kampung yaa

Informan : Iyaa

Peneliti : Itu bentuknya apa pak?

Informan : Yaa biasa beras, telor gitu

Peneliti : Itu tapi sebulan sekali atau gimana?

Informan : Sebulan sekali

Peneliti : Itu rutin tuh?

Informan : Iyaa

cxxxv
Peneliti : Berarti kalo disini gadapet yaa?

Informan : Disini mah engga

Peneliti : Kalo dari organisasi gitu gadapet pak?

Informan : Engga

Peneliti : Bentuk bantuan apa sih pak yang sebenarnya bapak harapin sama
pemerintah selain sembako?

Informan : Yaa kalo itu mah duit biar bisa beli kebutuhan yang lain

Peneliti : Harapan dan solusi bapak terhadap pemerintah saat Corona gini
gimana?

Informan : yaa pengen dibiasain aja kaya dulu lagi biar rame lagi

Peneliti : Pernah ada larangan dagang ga pa selama corona?

Informan : Ada sering tapi ya gimana kita kucing-kucingan aja

cxxxvi
Informan 7

Nama : Hendi (Pedagang Cilok)

Usia : 35 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 5 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : kan sekarang lagi Corona gini nih bang yaa, itu berdampak banget ga
buat penghasilan abang?

Informan : Sangat berdampak sekali bos

Peneliti : Bisa certain ga bang gimana?

Informan : Yaa biasanya dapet cilok bawa 1000 sekarang cuman separo nya 500

Peneliti : Itu habis setiap hari kalo sebelum Corona?

Informan : Alhamdulillah sih kalo sebelum Corona alhamdulillah

Peneliti : Itu kalo sebelum Corona penghasilan abang cukup buat sehari-hari ga
bang?

Informan : Cukup alhamdulillah

Peneliti : Kalo setelah Corona perbandingannya gimana?

Informan : Yaa hampir 50% lah berkurangnya

cxxxvii
Peneliti : Terus kan lagi Corona gini bang yaa, kan pemerintah nyaranin buat di
rumah aja gitu bang, terus alesan abang tetep berdagang apa?

Informan : Yaa kalo di rumah aja bantuan dari pemerintah ga cukup bang, kecuali
kalo bantuanya dikasih setiap hari gitu bang baru bisa di rumah aja, ya
gamakan kalo ga dagang

Peneliti : Teruskan sekolah sama kantor tuh lagi libur, itu berdampak banget ga?

Informan : Yaa berdampak lumayan sih sekolah pada libur jadi gaada yang jajan
gitu bang yaa

Peneliti : Kan sekarang lagi PSBB tuh bang, abang setuju sama PSBB ga?

Informan : Iyaa setuju

Peneliti : Itu alesannya kenapa bang?

Informan : PSBB yaa pastinya biar ga terlalu nyebar wabah itu yaa Iyaa biar cepet
selesai

Peneliti : Terus abang ga nyoba daftarin daganganya ke ojek online gitu bang
biar orang bisa mesen aplikasi

Informan : Belum belum

Peneliti : Kenapa engga bang? Kalo lagi kondisi sekarang kan, kayanya lebih
enak gitu

Informan : Belum, rencana mau insyaallah bulan-bulan ini mau daftarin ke gojek
sama grab Biar ningkatin penghasilan saat Corona, sama sekalian buat
bisa bayar utang

Peneliti : Abang ga ada usaha lain selain dagang cilok?

Informan : Gaada

cxxxviii
Peneliti : Terus cara abang biar dapet penghasilan buat cukup sehari-hari saat
coroan gini gimana bang?

Informan :Ya paling minjem-minjem dulu ke sodara, tapi kan itu mau nyoba
online

Peneliti : Terus ada sempet larangan dagang ga?

Informan : Gaada

Peneliti : Istri kerja apa bang kalo boleh tau

Informan : Istri juga cuma ibu rumah tangga aja

Peneliti : Kalo lagi Corona gini di ga nyari buat kerjaan gitu bang, buat nyari
penghasilan lebih gitu/

Informan : Gaada

Peneliti : Kenapa ga nyari bang?

Informan : Udah pernah nyari cuman susah juga

Peneliti : Abang pernah dapet bantuan dari organisasi ga atau komunitas gitu?

Informan : belum ada

Peneliti : kalo dari pemerintah dapet ga bang?

Informan : Dapet Uang

Peneliti : Itu setiap bulan atau setiap apa?

Informan : Iyaa setiap bulan dapet 600 ribu

Peneliti : Terus bentuk bantuan apa sih bang, yang abang harapin gitu sama
pemerintah?

Informan : Yaa sembako kebutuhan pokok juga, uang juga gitu setiap bulan

cxxxix
Peneliti : terus terkahir bang: Harapan sama solusi abang apaan bang? Buat
pemerintah

Informan : Indonesia bisa biar lebih maju lagi kaya dulu lagi balik normal lagi

cxl
Informan 8

Nama : Iwan (Pedagang Gorengan)

Usia : 45 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 2 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Terus kan lagi Corona gini bang yaa itu berdampak banget ga sama
penghasilan abang dagang?

Informan : Pasti

Peneliti : Bisa certain ga bang?

Informan : Yaa kalo dampak masalah Corona yaa pasti kurang kurang pasti lah

Peneliti : Terus kalo misalkan sehari tuh gorengan abis berapa? Sebelum Corona

Informan : Yaa penghasilan kotornya yaa kadang-kadang 200:000

Peneliti : Kalo setelah?

Informan : Sekarang mah paling 30:000, 40:000kurang banget kurang

Peneliti : Pemerintahkan menyarankan buat di rumah aja, terus alesan abang


tetep dagang setiap hari tuh apa bang?

Informan : Yaa karna kalo di rumah terus yang nafkahin anak istri siapa?
Pemerintah kan gamungkin ngebantu kita sepenuhnya

cxli
Peneliti : Sekolah sama kantor pada libur tuh, berdampak ga?

Informan : Berdampak sih, karenakan perputaran uang dari orang kantor juga
orang kalo istirahat kerja atau pas pulang kerja pada beli kalo sekarang
kan jarang sepi

Peneliti : Terus abang setuju sama PSBB ga? Terus itu berdampak ga terhadap
penghasilan abang?

Informan : Yaa kalo larangan keluar entar gabisa jualan, ya engga setuju sih jelas
berdampak penghasilan jadi turun orang pada libur gara-gara PSBB
jadi penghasilan turun

Peneliti : Ada larangan dagang ga selama Corona?

Informan : Iyaa, ada yang larang cuman mau gimana lagi kan terpaksa jadi kalo
diusir ya balik lagi

Peneliti : Istri abang kalo boleh tau kerja apa bang?

Informan : Di rumah ibu rumah tangga Gaada, gaada penghasilan di kampung

Peneliti : Terus kalo lagi Corona gini bang, biar abang bisa Menuhin kebutuhan
sehari-hari tuh gimana? Usahanya? Ada usaha lain gitu?

Informan : Gaada cuman jualan gorengan Iyaa paling minjem tetangga haha
minjem-minjem

Peneliti : Terus, abang ada ini gak, usaha dagang online gitu? Gaada ya?

Informan : Gaada, cuman bisanya ini jual gorengan gangerti online

Peneliti : Abang dapet bantuan dari pemerintah ga?

Informan : Kalo disini engga, kalo di kampung sih ada

Peneliti : KTP kampung ya?

Informan : Iyaa

cxlii
Peneliti : Kalo di kampung tuh bentuk bantuannya apa bang?

Informan : Bantuan itu uang uang tunai, yang 600 ribu

Peneliti : Itu setiap bulan ya?

Informan : Setiap bulan

Peneliti : Kalo dari komunitas atau organisasi gitu selain pemerintah dapet ngga?
Engga ya?

Informan : Gaada, dari pemerintah aja udah

Peneliti : kenapa ga nyari bang?

Informan : gatau, kita mah gangerti masalah organisasi gitu

Peneliti : Terus bentuk bantuan yang diharapin sama pemerintah apa bang? Yang
sebenernya abang harapin gitu selain uang?

Informan : Kalo rakyat-rakyat kaya saya mah paling di ini aja, apa Namanya ya di,
kaya dulu lagi gitu maksudnya di normalin gitu, biar enak lah

cxliii
Informan 9

Nama : Yadi (Pedagang ES)

Usia : 41 Tahun

Pendidikan Terakhir : SD

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 10 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Teruskan lagi Corona gini pak yaa, itu berdampak sama penghasilan
bapak ga sehari-hari?

Informan : Berdampak

Peneliti : Bisa di certain ga pak kaya gimana

Informan : Yaa biasanya rame jadi sepi, biasanya dagang buat sehari jadi dua hari

Peneliti : Teruskan Corona kata pemerintah disuruh di rumah nih pak, alesan
bapak tetep keluar tuh apa?

Informan : Yaa kalo dulukan manusia kan belajar harus mencari rezeki gitu kalo
ga keluar gadapet rezeki

Peneliti : Terus pernah ada larangan dagang ga pak?

Informan : Gaada, engga ada

Peneliti : Teruskan sekolah sama kantor kan libur pak ya, itu berdampak ga sama
penghasilan bapak?

cxliv
Informan : Yaa berdampak aja biasanya mangkal disekolah jadi sepi pada libur

Peneliti : Terus, penghasilan kalo sebelum Corona tuh cukup ga pak buat sehari-
hari pak?

Informan : Cukup aja

Peneliti : Kalo setelah perbandingannya gimana?

Informan : Kalo setelah yaa buat makan-makan ada aja

Peneliti : Terus kan ada PSBB nih pak, sempet ada PSBB kan, itu bapak
berdampak ga sama PSBB? Setuju ga?

Informan : Yaa, setuju-setuju aja sih

Peneliti : Alesan setuju kenapa pak?

Informan : berdampak tapi ya setuju aja, kalo ga setuju gimana kita cuma bisa
bersabar diri aja

Peneliti : Terus Istri bapak kerja apa pak?

Informan : Yaa ada ajalah, ibu rumah tangga

Peneliti : Kalo lagi kondisi gini di aga nyari penghasilan lebih gitu pak?

Informan : Ada aja cari-cari uang dari jaitan

Peneliti : Terus bapak kan katanya kurang nih pak buat sehari -hari sekarang,
buat nambah penghasilan bapak saat Corona tuh ada usaha lain ga
pak?

Informan : Gaada

Peneliti : Berarti kalo buat menuhin kebutuhannya pake apa pak?

Informan : Engga ada, kalo sekarang cukup tapi buat makan ada aja minjem-
minjem

Peneliti : Bapak dapet bantuan dari pemerintah ga?

cxlv
Informan : Dapet

Peneliti : Bentuk bantuannya apa?

Informan : Bentuk bantuannya ada sembako, ada uang tunai

Peneliti : Itu setiap bulan?

Informan : Iyaa setiap bulan

Peneliti : Kalo dari organisasi gitu gaada?

Informan : Kalo organisasi ada aja sembako juga ga nentu

Peneliti : Bentuk bantuan apa sih pak yang sebenernya bapak harapin sama
pemerintah

Informan : Yaa ini ajalah udah saya berharap kedepannya jadi lebih baik

Peneliti : Terus terakhir nih pak, harapan sama solusi bapak sama pemerintah
saat lagi kondisi gini apa? Misalkan kaya Corona cepet kelar gitu

cxlvi
Informan 10

Nama : Suharjo (Pedagang Bakpao)

Usia : 32 Tahun

Pendidikan Terakhir : SD

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Berdagang : 10 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan lagi Corona gini bang ya, itu berdampak ga sama penghasilan
abang dagang?

Informan : Yaaa lumayan berkurang banget

Peneliti : Bisa di certain ga bang biasanya perhari tuh yang beli berapa, setelah
Corona jadi berapa perbandingan?

Informan : Yaa sebelum Corona itu biasanya yaa 50, 60 bakpao habis, setelah
Corona ini kurang lebih paling mentok-mentok 20, 12 Ga tentu juga

Peneliti : Terus kalo sebelum Corona tuh cukup ga buat sehari-hari

Informan : Yaa kurang banget

Peneliti : Kalo sebelumnya cukup?

Informan : Sebelumnya yaa, dikit-dikit bisa nyisain lah

Peneliti : Terus kan sekolah sama kerja pada libur nih bang, itu berdampak
banget ga bang? Buat dagang?

cxlvii
Informan : Enakan dulu enak waktu masih aktif sekolah itu mas enak orang pas
masih pada kerja

Peneliti : Abang jadi mangkal gitu bang yaa

Informan : Iyaa

Peneliti : Sekarang sepi jadinya ya?

Informan : Iyaa sepi banget

Peneliti : Ada larangan dagang ga bang? Pernah ga?

Informan : Yaa kadang-kadang ada, kadang-kadang diusir, terus balik lagi

Peneliti : Kucing-kucingan?

Informan : Iyaa kucing-kucingan aja iyaa

Peneliti : Kan Corona kata pemerintah disuruh di rumah bang yaa, alesan abang
tetep dagang tuh apa?

Informan : Yaa alesannya yaa buat biaya sehari-hari Biar bisa ngehidupin keluarga
saya

Peneliti : Abang setuju sama PSBB ga? Kan ada PSBB tuh yang dilarang dagang
itu tuh, abang setuju ga?

Informan : Yaa kalo PSBB sih kurang setuju

Peneliti : Kurang setujunya gimana bang? Kenapa?

Informan : Yaa kurang setujunya yaa, ntar makannya sehari-hari kebutuhan sehari-
hari dari mana kalo gaboleh jualan

Peneliti : Berdampak banget bang yaa?

Informan : Iyaa

Peneliti : Terus istri abang kalo boleh tau kerja apa?

cxlviii
Informan : Istri yaa, nganggur

Peneliti : Ga nyari kerja bang lagi Corona gini?

Informan : Gaada kerjaan juga orang pada di phk

Peneliti : Terus abang lagi Corona gini gaada strategi buat cari penghasilan lebih
gitu bang?

Informan : Susah banget mas

Peneliti : Terus buat bertahan di kondisi begini gimana bang?

Informan : Yaa cuman ikhtiar aja

Peneliti : Terus ini ga daftar ke ojol gitu bang? gabisa ngambil gitu?

Informan : Gabisa yaa

Peneliti : Kenapa ga di daftarin bang?

Informan : Ga ngerti caranya buat daftarnya itu loh

Peneliti : Abang dapet bantuan dari organisasi gitu ga?

Informan : Gaada yaa

Peneliti : Kalo dari pemerintah?

Informan : Yaa kemaren di kasih sih

Peneliti : Apaan bentuknya bang?

Informan : Yaa sembako, beras sama mie instant, tapi itu juga engga cukup buat
setiap hari

Peneliti : Itu sebulan sekali atau gimana?

Informan : 2 bulan baru dapet sekali sih

Peneliti : Bentuk bantuan apa yang sebenernya abang harapin sama pemerintah
gitu?

cxlix
Informan : Yaa uang tunai setiap bulan

Peneliti : Terus nih bang terakhir, harapan sama solusi abang terhadap
pemerintah apa?

Informan : Solusi nya yaa biar Misalkan kaya sekolah masuk lagi gitu, biar kaya
dulu lagi Yaa solusinya biar kaya dulu lagi lah asal jaga kondisi
Kesehatan

cl
WAWANCARA OJEK ONLINE

Informan 1

Nama : Sulthan

Usia : 21 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Belum Berkeluarga

Lama Bekerja : 3 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Corona tuh berdampak ga bang terhadap penghasilan abang?

Informan : Berdampak bangetsih soalnyakan di kondisi yang saat ini ya mungkin


banyak yang di PHK, jadi berdampak sama orderan juga, kurang apa
namanya ya, kurang segalanya lah, yang mesen jadi ngurang, apa
namanya orang yang belanja go food segala macem itu sih berkurang
banget sih

Peneliti : Kan corona disaranin sama pemerintah diem dirumah aja ya bang, apa
yang membuat abang tetep baut keluar gitu nyari nafkah?

Informan : Mungkin biaya tanggungan juga sih, biaya tanggungan hidup juga,
buat jajan juga, kalo gua ga keluar, ya gaada jajan juga gua, yagitusi

Peneliti : Sekolah sama kantorkan pada libur tuh bang ya, itu berdampak banget
ga sama abang?

cli
Informan : Berdampak banget soalnya kalo sebelom corona bisa buat anak-anak
sekolah, kalo pas corona gini siapa yang mau di bawa?. Anak- anak
sekolah pada liburkan soalnya

Peneliti : Terus kan kemaren lebaran idul fitri tuh , itu berdampak ga?, berbeda
ga kaya lebaran tahun-tahun lalu?

Informan : Itu orderanya makin banyak, makin lumayan, soalnya banyak yang gak
keluarkan, banyak yang ga mudik juga, jadi pake go send pake go
food, jadi lumayan gitu penghasilanya, dibandingin sama tahun
kemaren

Peneliti : Kalo penghasilan sebelum corona, abang biasanya rata-rata berapa


tarikan bang?

Informan : Kalo sehari bisa sampe dapet 20 sampe 25, sehari penghasilan ya
lumayan bisa sampe gope, empat ratus lima puluh,

Peneliti : Kalo itu cukup buat sehari-hari bang?

Informan : Cukup, cukup banget

Peneliti : Kalo perbandingan pendapatan sama setelah corona gimana?

Informan : Jauh banget, sehari cuma dapet 10 orderan paling, paling banyak 10,
11 lah, kalo sekarang ya lebih irit aja di cukup-cukupin

Peneliti : Kan kalo PSBB tuh ini bang ya, cuma gaboleh narik penumpang aja tu,
go food juga berpengaruh ya?

Informan : Berpengaruh banget sih, ya kurangnya orderan juga sama ya


banyaknya masyarakat yang mungkin pada males belanja kali
kebetulankan kan pada irit kondisi kaya gini

clii
Peneliti : Abang setuju ga sama PSBB? Itu berdampak ga buat penghasilan
abang?

Informan : Dibilang setuju sih ya setuju ya, mengurangi dampak dari apa covid
juga kan, karena semakin banyak kita yang keluar, ya mungkin
kesadaran masyarakat jadi kurang juga buat corona, kalo ditanya
berdampak ya berdampak banget, buat semuanyalaha bukan buat
gojek doang

Peneliti : Dapet bantuan dari komunitas gojek atau organisasi gitu?

Informan : Saya sih sebenernya apa namanya Single Fighter jadi gaada komunitas
gitu-gitu, jadi gaada komunitas-komunitas jadi di jalan aja

Peneliti : Ohh Kalo sembako-sembako di jalan gitu dapet bang?

Informan : Kalo itu dapet sih dapet, ya paling sehari pas semenjak covid bisa 2-3
sembako kalo dapet, kalo lagi istirahat duduk-duduk gini ada aja yang
dateng ngasih indomie paling, nasi beraskan ada aja

Peneliti : Kalo dari pemerintah ada ga bang?

Informan : Kalo dari pemerintah sih gua engga dapet sama sekali, kaya sembako
gitu ga dapet

Peneliti : Kenapa engga nyari bang?

Informan : Engga aja, gangerti gimana

Peneliti : Kalo dari RT gadapet bang?

Informan : Ohh kalo dari RT mah dapet cuman sekali doang kali ya, sembako
sekalimah paling

cliii
Peneliti : Apasih bang bantuan yang abang harapin sama pemerintah gitu?

Informan : Ya mungkin buat kedepannya ya pemerintah lebih bisa apa ya


namanya ya, menampung emang wadah-wadah yang kurang mampu
tuh emang banyak banget yang kurang di apa, di peduliin gitu, soalnya
ga rata-banyak bantuan sembako tuh yang gak rata, lebih diratain,
terus lebih di perbanyak

Peneliti : Harapan sama solusi abang sama pemerintah tuh apa bang saat kondisi
kaya gini?

Informan : Kalo solusi gua sih apa namanya apa ya?, ya lebih perhatian lah sama
rakyat-rakyat kecil kaya kita kan, pokoknya lebih dapet bantuan-
bantuan lebih lah

Peneliti : Abang ada usaha lain ga bang selain ojek online?

Informan : Engga ada ini doang gua, sambil kuliah

Peneliti : Ga nyari kerja yang lain bang?

Informan : Engga yang udah kerja aja di phk gimana gua mau masuk haha

Peneliti : Terus pas kondisi kaya gini kan susah bang ya, cara abang buat dapet
penghasilan lebih tuh gimana?

Informan : Ya paling gua reguleran sih apa namanya jadi ojek gapake aplikasi tapi
ada langganan dirumah kalo dia mau nyari sayur itu, atau apalah gua
anterin itu jugas ga setiap hari, ya serabutan lah, apa aja yang disuruh
gua kerjain kalo disuruh ngecat ya gua ngecat, apa aja pokoknya

cliv
Informan 2

Nama : Ranto

Usia : 35 Tahun

Pendidikan Terakhir : S1

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Bekerja : 3 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Corona tuh berdampak ga bang terhadap penghasilan abang?, ada


kenaikan atau penurunan?

Informan : Kalo berdampak ya pasti lah, pasti berdampak, turunlah turun drastis
lah, hampir ya paling kita bisa bawa uang pulang Cuma 30% dari
biasanya, jadi sepi engga kaya biasanya

Peneliti : Kan pemerintah tuh menyarankan dirumah aja ya bang, terus alesan
abang tetep kerja setiap hari tuh karena apa bang?

Informan : Kalo dirumah aja ya siapa yang mau ngasih makan gitu ya, cuman
dikasih beras gitu, tapi lauknya ga ada, emang mau mekan beras doang
gitu?, cuman kita juga antisipasinya ya engga narik penumpang sampe
sekarang gitu aja, jadi engga kontak langsung sama orang, jadi go food
sama gosend aja

Peneliti : Kan kalo PSBB tuh cuma orang doang yang engga boleh di tarik kan
bang, nah kalo go food sama gosend berpengaruh juga ga?

clv
Informan : Kalo go foodnya sih, kan semuanya berpengaruh nih, orang yang order
go food juga berkurang gitu, berkurang juga, tapi mau gamau harus
dari pada gamakan

Peneliti : Terus sekolah sama kantorkan libur bang ya itu berdampak ga bang?

Informan : Ya pastilah, makanya kita udah gaada narik penumpang, makanya kita
cuma ada di go food sama di barang doang

Peneliti : Penghasilan abang sebelum corona tuh cukup ga buat sehari-hari

Informan : Kalo penghasilan sebelum corona, bisa buat bayar kuliah sih berarti
lebih dari cukup ya kan

Peneliti : Kalo sebelum corona tuh biasanya tarikan dapet berapasih bang?

Informan : Ya kalo sama bonus, waktu kemaren masih ada bonus ya 300-400
megang

Peneliti : Ohh kalo setelah corona bonusnya ilang bang?

Informan : Iya ilang

Peneliti : Kalo setelah corona cukup ga bang buat sehari-hari?

Informan : Paling ngandalin program berkat doang 70 ribu

Peneliti : Itu program berkat apa bang?

Informan : Jadi bonusnya cuman ada dari program berkat, jadi misalkan poinya 6
kita dapet bonus, kalo mau diterusin, gojek ngasih 70 ribu walaupun
walaupun kita ganyampe 70 ribu, misalkan kita dapet 4 tarikan dapet
poinya 6 dapet 50 ribu, nah 20 ribunya gojek yang nambahin, kalo
dari 70 ribu kita gak ditambahin, gitu aja

clvi
Peneliti : Abang setuju ga sama PSBB?

Informan : Kalo PSBB kita yang penting sih sehat, jadi kita ikutin aja gitu, yaa
kita ikutin aja lah

Peneliti : Tapi PSBB tuh berdampak ga buat penghasilan abang?

Informan : Ya berdampak tanggung juga, misalkan gaada PSBB juga semuanya


sakit gimana lagi?

Peneliti : Kalo istri kalo boleh tau kerja apa bang?

Informan : Dirumah aja, mau nyari kerja juga pada di PHK semua

Peneliti : Terus abang ada usaha lain gas elain jadi ojek online?

Informan : Masih freelance ajasih bantu-bantu temen yang kerja di kantor kalo ada
nginput atau yang lain, kalo ada panggilang ya jalan, kalo gaada
panggilang ya ngojek

Peneliti : Terus abang pas lagi corona gini cara biar dapet menuhin kebutuhan
sehari-hari gimana bang?, biar dapet penghasilan lebih gitu?

Informan : Paling jadi ojek regular, tapi Cuma 1.200.000 sebulan, anter jemput
langgangan gitu, kalo gapunya itu ya repot juga kita penghasilan lagi
mampet gini kalo engga ada itu ya pasti pusing, jadinya pasti ngutang
ke mana-mana

Peneliti : Abang dapet bantuan ga dari organisasi atau sesama komunitas ojol
gitu?

clvii
Informan : Kalo komunitas sih, yang lebih berada gitu ya paling kita juga
nyumbang kalo misalnya, kita narik kita gaeenak juga, ada yang lebih
dibawah kita gitu susahnya

Peneliti : Kalo sembako-sembako di jalan?

Informan : Kalo ada yang ngasih kita ambil sembako, tapi ga setiap hari

Peneliti : Abang udah punya anak anak belom bang?

Informan : Udah, udah sekolah

Peneliti : Sekolah kan lagi online gitu ya bang, pengeluaran makin banyak ga sih
bang?

Informan : Pengeluaran ya kalo misalnya kita pake kuota pasti ya abis, apa lagi
kalo yang harus make video call gitukan nyedot kuota nya banyak
yakan, cuman kita andalin pake wi-fi ya pake yang murah aja jadi
lebih irit, jadinya kerasa lebih murah

Peneliti : Kalo bantuan dari pemerintah dapet ga bang?

Informan : Ya itu dia dapetnya beras

Peneliti : Itu setiap bulan apa gimana?

Informan : Engga tiap bulan, ya kalo lagi ada program, misalnya ada program, itu
kan setiap bulantuh tuh muter pasti kebagian sih

Peneliti : Bentuk bantuan apa sih bang yang sebenernya abang harapin sama
pemerintah?

Informan : Kalo bantuan apa yang mau dikasih sih, ya kita terimasih, kalo diminta
apa juga kan orang kebutuhanya beda-beda, kalo beras juga ya ada,

clviii
yang dari kampung juga ngirim, kalo ngirim duit juga abis juga pasti
gitu ya kan, ya yang penting ya bantuanya tuh yang pemerintah tuh
bisa liat rakyatnya tuh butuh apasih, ada yang minta bantua tunai, ada
yang minta sembako yak an, ya kalo bisa dua-duanya ya, misalkan
sembakonya dikurangin, kasih uang tunai juga gitu, gitu aja jangan
sembako semua, misalkan kemaren dikasih beras 25 kilo, selanjutnya
kasih sembako 10 kilo, sisanya dijadikan BLT lah bantuan tunainya

Peneliti : Apasih bang harapan sama solusi abang terhadap pemerintah saat
kondisi kaya gini?

Informan : Ya kalo solusinya ya kita gatau sampe kapan, apakah ini terus sampe
2021 pasti kondisinya akan begini terus, karena belom ada soulusinya,
vaksin sama segala macemnya belom ketem yakan, pada saat ada yang
nemuin vaksin sama obat kenapa ga dicoba dulu gitu di dukung dulu,
di analisa dulu tuh obatnya bener apa engga, terus buat pemerintahnya
juga ya kalo emangnya bisa dilakukan kegiatan ekonominya cari
solusi-solusi yang lain ya kenapa engga gitu, kenapa harus monoton

clix
Informan 3

Nama : Tamrin

Usia : 32 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Bekerja : 4 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan sekarang lagi corona gini bang ya itu berdampak ga sih bang sama
penghasilan abang?

Informan : Jauh, jauh banget berdampaknya

Peneliti : Gimana tuh bang berdampaknya bisa di ceritain ga?

Informan : Berdampaknya dari penghasilan, ke penghasilanya aja, biasanya


seadainya dua ratus lima puluh rebu sekarangmah engga sampe seratus
rebu, orang yang buituh naik ojol jadi gaada

Peneliti : Pemerintahkan menyarankan buat dirumah aja ya bang, terus apasih


bang alesan abang tetep narik setiap hari

Informan : Alesanya buat ke perut lah karena kan engga ada penghasilan lain, ya
penghasilanya dari ngojek aja

clx
Peneliti : Kan sekolah sama kantor lagi libur ya bang, itu berpengaruh ga bang
sama narik biasanya?

Informan : Iya sangat berpengaruh, karena kan sekolah pada di liburin semua kan,
jadi belajar dirumah, biasanya kan orderan paling banyak dari sekolah-
sekolah, sekolah kan banyak tuh, ada aja orderan-orderan kaya pendek
gitu kaya 3 kilo, jadi dampaknya besar sekali

Peneliti : Penghasilan sebelum corona abang biasanya dapet berapa tarikan


bang? Terus itu cukup ga buat sehari-hari

Informan : Ya kalo dibilang cukup sih di cukup-cukupin, pokoknya sebelum


corona nih selama 5 bulan ini jauh, jauh banget, kaya yang tadi saya
bilang penghasilanya bisa sampe 300 rebu, kalo sekarang nyampe 100
rebu susah, orderanya paling sekarang ini Cuma 3-4 kalo sebelum
corona pasti di atas 10, itu tripnya jauh-jauh saya mainya yang jauh-
jauh

Peneliti : Terus di kondisi kaya gini bang, apasih bang cara abang biar bisa dapet
pendapatan lebih gitu?

Informan : Ya paling anter-anterlah jadi ojek tapi gapake aplikasi, kalo ada orang
yang minta anter ya kita anter, ojek biasa, ya gitu aja, lumayan dikit-
dikit ngebantu, udah ada langganan juga Alhamdulillah

Peneliti : Abang setuju ga sama PSBB?

Informan : Kalo itu lebih baik PSBB nya dilakukan gamasalah dilakukan buat
saya si, yang penting kita kalo kaya gini kan harus jaga-jaga juga
kebersihanya lebih ekstra kebersihanya engga kaya dululah, engga
sembarangan, setuju aja engga ada masalah sih

clxi
Peneliti : Tapi itu berdampak sama penghasilan abang ga?

Informan : Ya berdampak karena, apa lagi Jakarta WFH, dia pada mereka
kerjanya dirumah, jadi schedulenya seminggu paling orang dua kali
orang berangkat buat masuk kantor itu pun sedikit, yang lebih banyak
itu kan yang dirumahin, yang di PHK banyak, jauh, jauh banget dah
penghasilan

Peneliti : Kan kalo PSBB tuh gaboleh narik penumpang doang kan bang, kalo
gofood sama gosend ikutan berdampak juga ya?

Informan : Sama aja berdampak juga, karena orang tingkat buat beli itu makan
sekarang pun jarang, ada pun kali ya kelas-kelas atas ajalah yang
punya penghasilan lebih, kalo yang buat yang biasa-biasa jarang sekali
semenjak corona karena mungkin ya lebih milih mereka jalan sendiri
irit ongkos kirim, kalo yang penghasilan lebih malah ngindarin buat
keluar rumah jadinya mesen itu juga jarang

Peneliti : Anak abang udah sekolah bang?

Informan : Iya sekolah dua-duanya

Peneliti : Kan sekolah pada sekolah dirumah tuh bang ya itu berdampak gasih
bang? Pengeluaranya lebih banyak apa lagih sedit

Informan : Ya malah makin boros, beli pulsa melulu, kalo tadinya kan jajan aja,
terus juga bayaran sama aja engga ada pengurangan saat kondisi kaya
gini

Peneliti : Terus abang dapet bantuan dari organisasi atau bantuan sesama
komunitas ojek online gitu ga bang?

clxii
Informan : Ya sejauh ini sih engga ada, paling pernah dari gojeknya pernah dapet
sembako tuh, itu udah 2 bulan yang lalu

Peneliti : Itu cuma sekali?

Informan : Iya sekali aja

Peneliti : Abang dapet bantuan dari pemerintah ga bang?

Informan : Beras, terakhir saya dapet bantuan tunai tuh BLT sekali tuh di bulan
lalu, gatau kalo bulan ini dapet lagi apa engga belom keliatan

Peneliti : Bentuk bantuan apa sih bang yang abang harapin sama pemerintah?

Informan : Kalo bentuk bantuan ya pengenya mah uang terutama uang kita bisa
beli sembako kan, ya kalo ada bantuanya ada dari pemerintah paling
beras, kebanyakan beras 3 liter, itupun gabanyak bantuanya juga
jarang-jarang harusnya di persering

Peneliti : Apasih bang harapan dan solusi abang terhadap pemerintah?

Informan : Harapan ya lapangan kerja sih ya sebenernya pengenya kerja lagi, apa
lagi pendidikan terakhir SMA ya gapunya title keahilan pun engga ada
paling kerja lapangan kalo boleh lah apa aja kondisi kaya gini biar bisa
dapet penghasilan yang lebih-lebih lagi

clxiii
Informan 4

Nama : Sutrisno

Usia : 42 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Bekerja : 5 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan lagi corona gini ya bang, terus itu berdampak ga sih bang terhadap
penghasilan abang?

Informan : Ya berdampak

Peneliti : Gimana bang bisa diceritain ga?

Informan : Yakan biasanya kan kalo kita bersih bisa bawa pulang kerumah
150.000, udab bersih ya bensin segala macem, sekarang nyari cepe aja
susah banget, paling sampe rumah 30.000, 40.000, 50.000

Peneliti : Terus sebenernya kan corona berbahaya ya bang, disarankan buat


dirumah aja, terus alasan abang tetep keluar narik apa bang?

Informan : Ya gimana kita buat nyari kebutuhan keluarga kan, kita harus nyari
uang buat makan, buat dirumah, buat anak juga kan

Peneliti : Sekolah sama kantor kan libur bang ya, itu berdampak banget ga bang?

clxiv
Informan : Berdampak banget, apa lagi anak-anak sekolah pada libur kan katanya
mulai awal januari baru pada masuk jadi sepi biasanya rame dari anak
sekolahan

Peneliti : Penghasilan sebelum corona cukup ga bang buat sehari-hari?

Informan : Ya Alhamdulillah sih cukup

Peneliti : Kalo dibandingin sama semenjak corona gimana bang?

Informan : Waduh jauh banget, jauh, engga cukup kalo buat kondisi kaya gini

Peneliti : Abang setuju ga sama PSBB?

Informan : Sebenernya sih setuju gak setuju ya, ya karena kita mau gimana lagi
gitu aja, ikutin pemerintah aja kalo emang disuruh pake masker ya
pake masker ikutin aja, kalo berdampak ya sangat berdampak orderan
jadi sepi

Peneliti : Kan PSBB cuman gaboeh narik orang aja kan bang, kalo go food atau
gosend berdampak juga ga bang?

Informan : Iyasih berkurang setengahnya ga kaya dulu, sekarang kan kendalanya


kan kalo kita nganter orang gamau nerima langsung, ditaro di kotak
palingan

Peneliti : Istri abang kalo boleh tau kerja apa bang?

Informan : Dirumah

Peneliti : Pas kondisi kaya gini engga nyoba cari penghasilan lebih bang?

Informan : Ya sebenernya ngurus anak, cuman kan kalo misalkan mau kerja
bingung mau kerja apa, kondisi kaya gini bingung kan bang

clxv
Peneliti : Kalo anak abang sekolah ga bang?

Informan : Anak udah sekolah

Peneliti : Kan lagi sekolah dirumah bang ya, itu pengeluaranya lebih apa
berkurang sih bang?

Informan : Ya lebih, buat pulsanya, buat jajanya biasanya sehari 15.000 sekarang
20.000 lebih

Peneliti : Abang ada usaha lebih ga disaat kondisi kaya gini buat dapet
penghasilan lebih?

Informan : Paling ada sampingan kerjaan aja, kalo ada panggilan ngojek ya, sekali
panggilan, Alhamdulilah sehari dapet

Peneliti : Abang dapet bantuan dari organisasi atau komunitas sesama ojol ga?

Informan : Engga ada, palingan dari gojek itu ada sembako itu

Peneliti : Itu setiap bulan apa gimana?

Informan : Engga, pas puasa tuh yang dapet 25 kilo beras, tapi itu engga merata,
engga semua driver dapet, Cuma pas yang di Alfamart dapet vocher
100.000 waktu puasa, tapi kan itu engga cukup paling Cuma dapet
beras, udah paling itu gula engga dapet

Peneliti : Kalo dari pemerintah dapet ga bang?

Informan : Dapet tapi ga merata Cuma 5 liter, paling sebulan 5 liter terus sebulan
lagi kadang engga dapet, enggak nentu

Peneliti : Sebenernya bentuk harapan apasih bang yang abang harapin sama
pemerintah?

clxvi
Informan : Ya sebenernya sih yang saya mau sembako sama uang ya, karena kan
sembako ada, pengen beli sayur aja buat diirumah kalo ada uang,
pengenya kalo emang dapet ya, kalo ga dapet yaudah, rezeki mah ada
yang ngatur, ya yang penting kita berusaha, kalo dirumah doang ga
ada yang ngasih rezeki

Peneliti : Harapan sama solusi abang sama pemerintah pas corona gini gimana?

Informan : Ya harapan saya maunya pulih kembali ya, ekonomi pulih, sekolah
pada buka, biasanyakan sekolah pada rame, mahasiswa juga sepi juga
sekarang, kalo dulukan kalo misalnya gofood sepi kita dari goride,
nganter sekolah, sekarang nganter gofood sama gosend itu juga jarang-
jarang kan

Peneliti : Sekarangkan udah new normal bang, udah kembali rame kaya dulu
belum?

Informan : Ya agak bedasih, kalo kemarenkan masih agak ketakutan orang-orang


sekarang udah pada mulai rame jalanan, perlahan-lahan aktif lagi
biasanya sepi, tapi tetep belom kaya dulu kalo secara ekonomi

clxvii
Informan 5

Nama : Angga

Usia : 38 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Bekerja : 4 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Pas lagi corona gini, itu berdampak ga bang terhadap penghasila
abang?, ada kenaikan apa penurunan?

Informan : Kalo untuk pribadi saya ada penurunan, sangat sangat signifikan
menurunya, saya sendiri ngerasain ngojek online dari jam 7 pagi start
sampe muter muter terus belum dapet, sekalinya dapet dikasihnya jam
2, jam 3, itu satu trip doang, kadang argo Cuma 9,600, kadang 12.000
udah lelah di jalan ya kan, kaya gitu kalo saya

Peneliti : Pemerintah tuh kan nyaranin buat dirumah aja tuh bang, apasih yang
ngebuat abang tetap bertahan nyari uang keluar?

Informan : Kalo saya motifasinya masih tetep satu yaitu keluarga, anak, yakan,
saya orang merantau, yakan kebutuhan tiap hari pasti ada, jajan anak,
kontrakan, kebutuhan makan, dan segala macem makanya saya, sepi
atau rame tetep keluar

Peneliti : Sekolah sama kantor libur tuh berdampak banget ga bang?

clxviii
Informan : Berdampak banget buat saya, dulu setiap pagi biasanya saya online
deket rumah aja langsung nyangkut, orang kuningan, orang mau ke
kantor SCBD, anak sekolah jam 6 aja udah nyangkut, anak-anak yang
deket-deket sekolahnya, sekarang ngandelin siapa anak sekolah libur,
ya kan mahasiswa juga libur, perkatoran di shift sama banyak yang
dirumahkan kaya gitu.

Peneliti : Biasanya kalo sebelum corona tuh narik berapa tarikan bang?, terus itu
cukup ga buat sehari-hari?

Informan : Kalo sebelum corona Alhamdulillah Wa Syukurilla cukup, sedikit-


sedikit walaupun kecilnya 10.000 bisa buat nabung ya, buat jaga-jaga,
kalo sekarang mah gali lubang tutup lubang asli, cuma buat bertahan
doang ibarat kata yang dirumah biar pada ga nangis gitu kira-kira

Peneliti : Terus disaat kondisi kaya gini biar apa bisa dapetin pendapatan lebih
gimana?

Informan : Kalo saya udah berusaha ya, mungkin di ojol lagi sepi, nyari info-info
ke temen-temen, tapi kan temen-temen juga sama berdampak ada yang
udah kerja katanya ke lock down, kaya gitu

Peneliti : Kalo jadi ojek regular gitu engga bang?

Informan : Belom dapet bang, belom dapet rejekinya yang pas, belom dapet mitra
nya gitu yang pas yang mau

Peneliti : Berarti engga ada kerjaan lain bang di kondisi susah kaya gini?

Informan : Sampai saat ini belum bang masih fokus di ojol paling minjem-
miinjem uang ke sodara kalo kurang-kurang kaya gitu

clxix
Peneliti : Abang setuju ga sama PSBB?

Informan : Kalo PSBB tuh kan dari pemerintah ya bang, kalo itu sih saya ngikut
sebagai masyarakat ya kan untuk kedepannya untuk yang lebih baik
yak an untuk mengurangi corona atau gimana ini ya setuju aja bang

Peneliti : Tapi PSBB berdampak ga buat abang?

Informan : Ya, berdampak paling ngandelin go food, kalo go food udah ada
jamnya ya paling maghrib baru dapet, kalo siang-siang gini ya cuman
nongkrong-nongkrong kaya gini doang

Peneliti : Kalo perbandingan pas sebelum corona gimana bang?

Informan : Jauh, jauh jauh, kan kita bisa main tiga, nah biasanya tuh go ride yang
gacor, go send, go food, kalo sekarang kan ngandelin Cuma go send
sama go food, yang go ridenya udah bener-bener mati

Peneliti : Itu alesan go food sama go send sepi juga kenapa sih bang?

Informan : Ya mungkin kondisi pandemii kaya gini, orangkan gimana ya, engga
setiap hari mesti jajan yakan kalo dulu kan sekolah masuk, kantor
masuk ada aja yang jajan, yakan berimbas juga gitu

Peneliti : Istri kalo boleh tau kerja apa bang?

Informan : Istri ya ngurus anak, anak 2, yang gede kelas 3 SD, yang satu kelas 1
SD

Peneliti : Teruskan pas corona gini sekolah di liburin bang ya, itu pengeluaran
buat sekolah anak-anak lebih banyak apa lebih sedikit?

clxx
Informan : Pas ini pas sebelum corona kan saya paling, ngasih uang saku ke anak
ya, kalo sekarang kan engga, cumankan belajar onlinenya ini loh, beli
kuotanya kadang-kadang hp gentian kaya gitu, kalo jajan anak sd kan
kecil ya, kalo sekarang beli pulsa ya lebih banyak pengeluaranya,
engga ada bantuan pulsa juga

Peneliti : Abang dapet bantuan dari organisasi atau dari sesame komunitas ojol
ga bang?

Informan : Engga kalo dari organisasi atau dari komunitas ojol engga dapet

Peneliti : Kalo dari gojeknya bang?

Informan : Kalo dari gojek beras yang 25 kilo yang dari pulo gadung dapet, sama
vocher Alfa, itu Cuma sekali

Peneliti : Kalo bantuan dari pemerintah dapet ga?

Informan : Engga gadapet

Peneliti : Terus abang kenapa engga coba cari?

Informan : Kemaren katanya ada kenapa cuman katanya gatau kenapa data saya
gamasuk, saya udah ngumpulin KTP, KK, terus segala macemlah dari
situnya kan, terus abis itu udah saya kumpulin ke RT cuman ya
nyatanya sampai sekarang saya ganerima sama sekali gituloh, malah
dapet dari orang-orang komplek customer saya :” ini pak buat bapak”
“Alhamdulillah” Indomie beras se liter

Peneliti : Bentuk bantuan apa sih bang yang sebenernya abang harapin sama
pemerintah?

clxxi
Informan : Untuk kaya gini ya sembako itu, ya uang buat anak untuk beli pulsa,
kuota yakan, kan pelajaran belajarnya masih kaya gini, kalo hasil
ngojek saya kan ngandalin engga pasti

Peneliti : Apasih bang harapan dan solusi abang terhadap pemerintah?

Informan : Ya kalo saya pribadi semoga pandemi ini segera berakhir, aktivitas
normal kembali seperti semula, anak sekolah, perekonomian segala
macem lancar, biar seperti semula pendapatan buat gojek gitu

clxxii
Informan 6

Nama : Nurkholis

Usia : 43 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMK

Status : Sudah Berkeluarga

Lama Bekerja : 1,5 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Corona berdampak ga bang terhadap pendapatan abang ada kenaikan


atau penurunan?

Informan : Ya berdampak sekali

Peneliti : Bisa di ceritain ga bang kalo sebelum corona tuh gimana kalo setelah
corona tuh gimana?

Informan : Kalo sebelum corona kita paling cari 200.000 bisa lah ya, kalo
sekarang kita nyari 100.000 aja dari pagi sampe malem susahnya
minta ampun, kadang-kadang paling Cuma dapet 50.000, paling gede
70.000 gitu.

Peneliti : Kalo penghasilan sebelum corona itu cukup ga bang buat sehari-hari?

Informan : Alhamdulilah cukup kalo sebelum corona mah

Peneliti : Kalo setelah nya ?

clxxiii
Informan : Kalo setelah ya kurang, saya aja sampe jual-jual barang, motor, salon,
speaker apa aja yang ada kita jualin haha

Peneliti : Abang ada usaha lain ga selain jadi ojol?

Informan : Engga ada

Peneliti : Terus buat bisa memenuhin kebutuhan pas lagi corona gini apa bang?

Informan : Ya itu jual-jual ini aja yang bisa di jual barang-barang, kaya motor kan
udah di jual tuh motor saya tuh, nanti motor ini (menunjuk motor yang
sedang di pakai) menyusul nih, jual salon lah apa lah itu

Peneliti : Kalo jadi ojek regular gitu langganan engga bang?

Informan : Engga belum, belum dapet

Peneliti : Kan corona kata pemerintah disaranin buat dirumah aja ya bang, terus
apa alesan abang buat tetep narik setiap hari itu apa bang?

Informan : Ya kerena tuntutan, yakan kalo kita dirumah doang kewajiban suami
gugur, kalo dirumah aja kan kita engga punya usaha sama sekali, entar
bini malah ngomel-ngomel

Peneliti : Sekolah sama kantor libur tuh beda banget ga bang?, berdampak ga?

Informan : Beda banget, beda banget, kalo sekolah sama kantor lagi dulu kan
masuk, setiap pagi ngojek tuh rame kan ya, kalo sekarang mah sepi
banget berdampak banget

Peneliti : Kan lagi ada PSBB tuh bang, itu abang setuju ga sama PSBB? Itu
berdampak ga terhadap penghasilan abang

clxxiv
Informan : Kalo setuju apa engga ya setuju ga setuju ya namanya kita ikutin
pemerintah jadi ya ngikut aja, kalo psbb berdampak sekali, kaya
kemaren pas narik penumpang PSBB di Jakarta malah kena tilang
gaboleh bawa penumpangkan, kan kalo di aplikasi gojek ini jalur
merah emang gaboleh emang gabisa orderkan, kemaren jalur hijau jadi
bisa, cuman lewatnya jalur merah ketilang polisi suruh turunin,
padahal orderanya jalur hijau, cuman lewatnya jalur merah.

Peneliti : Teruskan PSBB tuh cuman gaboleh narik penumpang aja kan bang,
kalo go food sama gosend juga jadi sepi juga ga?

Informan : Gofood go send berpengaruh banget sekarang, berpengaruh banget,


soalnya otomatiskan dari masyarakat ini yang biasa order go food
mungkin dari anak sekolah yang tadinya masuk jadi pengeluaranya
mungkin pada di bagi gitu di bagi-bagi jadi ada yang mungkin buat
pulsa atau di tabung.

Peneliti : Kan sekarang udah new normal ya bang, kalo sekarang udah ada
peningkatan penghasilan perlahan-lahan apa masih susah?

Informan : Sama aja masih susah, malah makin parah tambah sepi, udah pada
berani keluar kan jadi beli makanan sendiri gabutuh order, tapi kan
sekolah kantor, mahasiswa masih pada libur jadi gaada penumpang
sama aja

Peneliti : Istri abang kalo boleh tau kerja apa bang?

Informan : Tadinya kerja di kantin di pesantren, cumankan pesantren diliburin jadi


dirumahkan juga otomatis

Peneliti : terus belom dapet kerjaan lain bang?

clxxv
Informan : Belom belom, paling dirumah bikin kerajinan, bikin bunga, buat di
jualin ke tetangga

Peneliti : Abang dapet bantuan dari organisasi atau komunitas ojek online ga?

Informan : Organisasi gapernah ya, kalo dari gojek pernah sekali vocher 100,000
lagi awal-awal corona sekali itu juga sekali vochernya bisa ditukerin di
indomaret

Peneliti : Terus anak abang kan sekarang lagi sekolah dirumah ya kan bang, itu
pengeluaranya lebih banyajk apa lagi sedikit sih bang?

Informan : Alhamdulillah sih malah lebih sedikit soalnya kan anak saya ga jajan
juga, kalo internet juga saya pake Wi-fi, kebetulan saya patungan sama
tetangga saya bagi parallel, jadinya ringan ga biaya besar

Peneliti : Kalo bantuan dari pemerintah dapet ga bang?

Informan : Pernah sekali Beras 25 kilo, itu juga sekali juga sama selama corona

Penelitian : Bentuk bantuan apasih bang yang sebenernya di harapin sama


pemerintah?

Informan : Ya bantuan kalo, sandang pangan kalo ini ya, BLT juga

Peneliti : Harapan solusi sama solusi abang terhadap pemerintah apa bang?

Informan : Ya harapan saya mah cepet pulih kembali aja, sama ini kalo bisa mah
apa bayaran anak sekolah, yakan maksudnya kan anak sekolah
diliburin Cuma sekolah online dirumah ni, ya kalo bisa bulaanya di
potong 50% apa 75% inikan normal anak saya bulanan 380,000 udah
pernah ngajuin katanya emang gabisa gitu katanya

clxxvi
Informan 7

Nama : Hendar Fauzi

Usia : 23 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMK

Status : Belum Berkeluarga

Lama Bekerja : 2 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Corona tuh berdampak ga bang terhadap penghasilan abang ada


kenaikan atau penurunan?

Informan : Berdampak sih saya kan dulu juga kerja sambil narik, sekarang lagi
dirumahin ya, kalo dari perusahaan udah kondusif baru nanti di
panggil lagi

Peneliti : Emang dimana kerjanya bang?

Informan : Saya di OTO Fatmawati

Peneliti : Kan sekarang lagi corona gini ya bang, pemerintahkan menyarankan


buat dirumah aja gitu, terus alesan abang buat tetep narik ojol itu apa
bang?

Informan : Ya gimana ya kalo dirumah kan kita penghasilan engga dapet bang, ya
mau gimana mau gimana kita harus keluar nyari uang

clxxvii
Peneliti : Sekolah sama kantor di liburin tuh berdampak banget ga bang?

Informan : Berdampak banget bang biasanya narik dapet anak-anak sekolah yak
an, kalo orderan sekarang paling sesekali doang dapet 2, dapet 3 paling
gitu-gitu doang bang

Peneliti : Terus kalo penghasilan sebelum corona tuh biasanya dapet berapa
tarikan sih bang?

Informan : Sebelum corona ya biasanya paling 150.000 ke atas

Peneliti : Itu cukup buat sehari-hari ga bang?

Informan : Ya kalo buat saya bujang sih cukup bang haha, kalo yang udah punya
istri mah gatau bang haha

Peneliti : Kalo setelah corona gimana bang perbandinganya?

Informan : Kalo seakrang kurang banget bang paling sehari dapet 20.000, 23.000,
15.000 ganentu juga sih bang

Peneliti : Itu cukup ga bang buat sehari-hari?

Informan : Ya kalo sekarang mah di cukup-cukupin aja bang yang penting jangan
boros ga kaya dulu yang bisa dapet pego

Peneliti : Abang setuju ga sama PSBB?

Informan : Wah engga bang

Peneliti : Kenapa bang?

clxxviii
Informan : Gimana bang ya kalo psbb ribet gabisa narik penumpang, saya maunya
orderan tetep masuk bang jadi semuanya kebates, susah juga buat
narik orderan kalo kondisi lagi kaya gini

Peneliti : Kalo PSBB kan gaboleh narik penumpang doang ya bang kalo go food
sama go send berdampak ga?

Informan : Ya gini bang sekalinya dapet paling sehari dua atau tiga dari 7 pagi
sampe 8 malem gitu, dari lama juga gini-gini doang, kalo dulu normal
mah bisa 7-8 oderan plus penumpang

Peneliti : Abang ada usaha lain ga selain jadi ojek online?

Informan : Engga bang paling saya nunggu-nunggu back up an kerjaan kalo dari
kantor, misalkan ob kandisana lagi pada kena PHK nih, nah kalo ada
yang sakit saya back up

Peneliti : Oh berarti cara abang dapet penghasilan lebih gitu ya?

Informan : Iya paling gitu, engga ada lagi kerjaan bingung juga kondisi kaya gini
mau nyari dimana orang laen aja pada di PHK

Peneliti : Abang dapet bantuan dari bantuan dari organisasi atau komunitas ojol
gitu ga bang?

Informan : Kalo saya belom pernah dapet bang, vocher-vocher juga gadapet

Peneliti : Kenapa ga dapet bang?

Informan : Gatau sih ya mau nyari juga bingung gimana emang karena ga merata
aja kali ya jadi belom kebagian

Peneliti : Kalo dari pemerintah bang?

clxxix
Informan : Kalo dari pemerintah sih ada beras, indomie, indomie dapet 15, sama
sarden, sardenya 5

Peneliti : Itu seitiap bulan sekali apa gimana bang?

Informan : Engga sebulan sekali sih bang, tapi beberapa kali udah tergantung KK
sih kan kalo di cek dari KK , dapet lagi baru dapet lagi

Peneliti : Bentuk bantuan yang di harapin sama pemerintah di saat kaya gini apa
bang?

Informan : Ya kalo bisa sih ya kaya apa beras terus uang, ya uangnya yang ga
seberapasih, yang penting cukup aja buat keluarga

Peneliti : Harapan sama solusi abang terhadap pemerintah saat kondisi kaya gini
tuh gimana bang?

Informan : Saya sih pengenya cepet-cepet aja selesai corona cepet kaya dulu lagi
deh normal lagi, vaksinya cepet di temuin

clxxx
Informan 8

Nama : Ahmad Sofyan

Usia : 30 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMK

Status : Belum Berkeluarga

Lama Bekerja : 4 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan lagi corona gini ya bang, itu berdampak ga terhadap penghasilan
abang ada kenaikan atau penurunan?

Informan : Wah dampaknya dampak banget bang penurunan yang ada gaada
kenaikan

Peneliti : Bisa di ceritain ga bang kenapa penurunan?

Informan : Ya satu ya dari orderanya mungkin cutomernya mungkin jadi jaga


jarak, jadi rada sepi lah

Peneliti : Kan pemerintah nyaranin buat dirumah aja gitu ya bang, alesan abang
buat tetep narik setiap hari tuh apa sih bang?

Informan : Ya kebutuhan ekonomi bang, kalo kita sehari-hari keluar dirumah


gamakan nanti

clxxxi
Peneliti : Penghasilan abang sebelum corona biasanya dapet berapa? Terus itu
cukup buat sehari-hari ga bang?

Informan : Kalo sebelum corona ya Alhamdulillah tercukupkan bang biasanya


sehari bisa dapet 10-15 orderan

Peneliti : Kalo setelah corona bang?

Informan : Dibawah 5 lah itu juga 5 udah Alhamdulillah paling dapet 2 atau 3

Peneliti : Terus sekolah sama kantor diliburin tuh berdampak ga sih bang?

Informan : Pasti bang,

Peneliti : Gimana bang bisa diceritain?

Informan : Ya sekarang kita penghasilan kita kebanyakan dari orang kita ngangkut
bang, kalo diliburin seperti ini ya penurunan berasa banget bang kita
gabisa narik orang, orderan dari go food pun ya sekarang terbatas juga

Peneliti : Oh kan PSBB tuh gaboleh narik orang doang kan bang, go food juga
berdampak bang ya?

Informan : Berdampak bang sama sepi juga

Peneliti : Kan sekarang udah new normal nih bang, tetep masih sepi bang
perbandinganya gimana?

Informan : Sama masih sama, belom ada perubahan sama sekali

Peneliti : Abang setuju sama PSBB ga?

Informan : Sebenernya setuju sama ga setuju sih bang

clxxxii
Peneliti : Kenapa tuh bang?

Informan : Kalo setujunya sih ya kita masih bisa jaga kesehatan lah bisa menjaga
juga, ga setujunya ya dampaknya penurunan orderan kaya begini bang

Peneliti : Abang ada usaha lain gas elain ojek online?

Informan : Ya sekarang pengen usaha juga belom ada yang pertama modal,
modalnya juga bang gaada, kita juga butuh modal kan kalo usaha,
kedua juga kan keaadan juga kaya gini, buat usaha juga bingung
kitanya apa yang kita misalkan mau buka usaha ya belum normal

Peneliti : Terus abang biar bisa dapet pendapatan lebih buang ngecukupin sehari-
hari gimana bang?

Informan : Ya jalanin ojek online terus bang terus berusaha aja jangan kendor jam
nariknya ditambah

Peneliti : Kata abang tadikan dari hasil ojek online kurang tuh biar dapet lebih
gitu gimana?

Informan : Ya palingkan biasanya narik dari pagi jam 9 pagi sampe maghrib, kalo
sekarang lebih lama lagi pokoknya target sehari minimal 5 orderan
buat makan sehari-hari aja keluarga

Peneliti : Kalo jadi ojek reguler gitu engga bang?

Informan : Engga belom ada yang mau

Peneliti : Abang dapet bantuan dari organisasi atau dari komunitas gitu ga?

Informan : Kalo dari organisasi sih gaada, tapi paling dari gojek dapet

Peneliti : Itu bentuknya apa bang?

clxxxiii
Informan : Sembako

Peneliti : Itu sebulan sekali apa gimana?

Informan : Ya gak nentu kadang 3 bulan, ya tergantung dari pihak gojeknya yang
ngasih sembako

Peneliti : Kalo dari pemerintah?

Informan : Kalo dari pemerintahkan tergantung RT RW nya

Peneliti : Tapi abang belom dapet sejauh ini?

Informan : Oh udah sih ya sembako ga nentu juga

Peneliti : Bentuk bantuan apasih bang yang sebenernya di harapin sama


pemerintah?

Informan : Ya kalo buat dirumah aja kemungkinan sembako, kitakan kebanyakan


dirumah doang jadi kemungkinan ya sembako tapi ya jangan jarang-
jarang kalo bisa

Peneliti : Harapan sama solusi abang terhadap pemerintah apa bang?

Informan : Ya semoga bisa cepet-cepet ngilangin corona ini biar kembali bisa
normal gitu aja

clxxxiv
Informan 9

Nama : Hermansyah

Usia : 49 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Belum Berkeluarga

Lama Bekerja : 5 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Kan lagi corona gini ya bang berdampak ga terhadap penghasilan


abang?

Informan : Berdampak

Peneliti : Bisa diceritain ga bang berdampak gimana?

Informan : Dari awal nih kalo dulu awalnya enak narik, setelah corona tuh
langsung anjlok, pendapatan dari biasanya dapet 200.000-300.000
sekarangmah turun banget jauh

Peneliti : Kalo sebelum corona cukup ga bang buat sehari-hari

Informan : Cukup, cukup banget

Peneliti : Kalo setelah corona perbandinganya gimana?

Informan : Jauh, jauh banget ga cukup buat sehari-hari

clxxxv
Peneliti : Corona kan bahaya bang ya pemerintah kan nyaranin buat dirumah aja
gitu, terus apa alesan abang buat tetep narik setiap hari?

Informan : Buat kebutuhan keluarga ya kalo ganarik keluarga mau makan apa

Peneliti : Sekolah sama kantor libur itu berdampak ga bang terhadap pendapatan
abang?

Informan : Berdampak banget, berdampaknya ke penarikan sekarang cuman


nganterin go food sama express doang kalo narik, kalo dulu bocah
sekolah pada masuk, orang kerja, kuliah ya rame sekarang gaada sama
sekali

Peneliti : Kalo go food sama go send berdampak juga bang ya sepi juga gitu?

Informan : Ya sepi banget juga engga sih ada juga ada aja yang order, tapi ya
engga kaya biasa-biasanya kemaren sebelum corona

Peneliti : Abang setuju sama PSBB ga?, terrus itu berdampak ga buat
penghasilan abang?

Informan : Tidak setuju saya

Peneliti : Kenapa bang ga setuju?

Informan : Karena merugikan, merugikan driver, karena penumpang gaboleh naik


selama PSBB jadi berdampak banget

Peneliti : Abang ada usaha lain ga selain jadi ojol?

Informan : Kaga ada

Peneliti : Terus abang biar dapet memenuhin kebutuan sehari-hari gimana bang?

clxxxvi
Informan : Ya kita semangat orderan kemana aja jauh kita bawa, kalo dulukan
maunya yang deket-deket aja ngambilnya sekarang yang jauh juga kita
ambil, kalo bisa dibilang dulu masih ada malesnya masih ada takut
capeknya, takut kemaleman, kalo sekarang kemana aja kita gas

Peneliti : Kalo jadi ojek reguler gitu engga bang?

Informan : Engga ada, belom ada yang nawar

Peneliti : Abang dapet bantuan dari bantuan dari organisasi dari komunitas ga
bang?

Informan : Engga, kalo dari gojeknya dapet itu tergantung notif aja, kalo ada notif
muncul berarti dapet misalnya sembako gitu ya dapet

Peneliti : Itu ganentu bang bantuanya?

Informan : Engga ga nentu

Peneliti : Kalo dari pemerintah bang?

Informan : Dapet sebulan sekali sembako Indonesia dari Jokowidodo yang merah
putih, beras, indomie, minyak

Peneliti : Bentuk bantuan dari pemerintah apa bang yang sebenernya abang
harapin?

Informan : Yang di harapin ya sembako keperluan juga, itu aja sih cukup

Peneliti : Apasih bang harapan dan solusi abang terhadap pemerintah disaat
kondisi kaya gini?

Informan : Ya supaya cepet normal aja kaya sedia kala gitu bang, sama lebih
perhatian sama ojek online karena

clxxxvii
Informan 10

Nama : Arif Hermansyah

Usia : 23 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Belum Berkeluarga

Lama Bekerja : 2 Tahun

Hari & Tanggal : Sabtu, 08 Agustus 2020

Peneliti : Corona tuh berdampak ga bang buat penghasilan abang ada kenaikan
atau penurunan?

Informan : Ya berdampak lah bang, yang tadinya kerja lancar jadi susah,
penghailanya jelas berukurang banget

Peneliti : Kalo perbandinganya sebelum sama sesudah corona gimana bang?

Informan : Ya jauh beda lah kalo sebelumnya mah, kalo semenjak corona ini
bener-bener anjlok

Peneliti : Kalo penghasilan sebelum corona tuh cukup ga bang buat sehari-hari?

Informan : Malah lebih dari cukup lah kalo bisa dibilang

Peneliti : Kalo sebelum corona tuh dapet berapa tarikan biasanya bang?

Informan : Ya bisa 10, 15 ,20 poin kalo dulu mah

clxxxviii
Peneliti : Kalo sekarang bang biasanya berapa cukup ga buat sehari-hari?

Informan : Yah, kaya gini lah bang 5 aja susah, gacukup lah bang buat isi
bensinya, makanya, paling sampe rumah 20.000-30.000, makan jadi
susah bang harus dikurangin

Peneliti : Sekolah, kampus, kantor pada libur tuh berdampak banget ga bang?

Informan : Ya berdampak lah

Peneliti : Gimana tuh bang berdampaknya?

Informan : Ya biasanya waktu masih bisa narik dulu sekolah kantor buka kan kita
bisa bawa orang, sekarang kan udah gabisa, dulu biasanya mangkal
deket stasiun cepet dapetnya sekarangkan engga

Peneliti : Selama PSBB kan gaboleh narik penumpang ya bang go food sama go
send tuh berdampak juga ya bang?

Informan : Sepi juga sih bang berdampak juga, mungkin orang pada takut juga ya
ga mau kontak sama orang lain

Peneliti : Abang setuju ga sama PSBB? Itu berdampak ga buat penghasilan


abang?

Informan : Sebenernya sih ya setuju, bisa sih ya PSBB tapi jangan lama-lama bang
kan kita juga butuh buat hidup berdampak banget

Peneliti : Abang ada usaha lain ga selain jadi ojol?

Informan : Engga ada bingung mau usaha apaan kondisi kaya gini orang aja pada
diliburin

clxxxix
Peneliti : Terus abang kondisi kaya gini apa sih bang caranya biar dapet
pendapatan lebih gitu?

Informan : Ya Semangat aja, terus jadi ojek mangkal lagi, kalo ada tetangga yang
nganter deket-deket ya sayaa bawa lumayan nambah-nambahin buat
sehari-hari

Peneliti : Dapet bantuan dari organisasi dari komunitas gitu ga bang?

Informan : Paling dari gojek si sembako, bantuanya juga kadang-kadang

Peneliti : Kalo dari pemerintah dapet ga bang?

Informan : Sama sembako juga sama jarang juga

Peneliti : Bentuk bantuan apa sih bang yang harapin sama pemerintah?

Informan : Sembako sih bang tapi jangan cuman sekali aja

Peneliti : Harapan sama solusi abang terhadap pemerintah apa bang?

Informan : Harapanya ya semoga kembali seperti dulu aja cepet normal kaya dulu
bisa lancar

cxc
DOKUMENTASI INFORMAN OJEK ONLINE

(Proses wawancara dengan informan Ranto )

(Proses wawancara dengan informan Tamrin)

cxci
(Proses wawancara dengan informan Sutrisno)

(Proses wawancara dengan informan Angga)

cxcii
(Proses wawancara dengan Hendar Fauzi)

(Proses wawancara dengan informan Nurkholis)

cxciii
(Proses wawancara dengan informan Ahmad Sofyan)

(Proses wawancara dengan informan Hermansyah)

cxciv
(Proses wawancara dengan informan Hermansyah)

cxcv
DOKUMENTASI INFORMAN PEDAGANG KAKI LIMA

(Proses wawancara dengan informan Jupri)

(Proses wawancara dengan informan Hendi)

cxcvi
(Proses wawancara dengan informan Iwan)

(Proses wawancara dengan informan Yadi)

cxcvii
(Proses wawancara dengan informan Suharjo)

(Proses wawancara dengan informan Hariati)

cxcviii
(Proses wawancara dengan informan Haryati)

(Proses wawancara dengan informan Butet)

cxcix
(Proses wawancara dengan informan Ipeh)

(Proses wawancara dengan informan Malah)

cc

Anda mungkin juga menyukai