Anda di halaman 1dari 197

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Antropologi Sosial Skripsi Sarjana

2016

Musik dan Ritual Keagamaan (Studi


Tentang Musik Gereja HKBP Pasar 6
Padang Bulan Medan)

Silalahi, Sari Gokmaria

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2737
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
MUSIK DAN RITUAL KEAGAMAAN
(Studi Tentang Musik Gereja HKBP Pasar 6
Padang Bulan Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi Sosial

Oleh:
Sari Gokmaria Silalahi
120905048

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

MUSIK DAN RITUAL KEAGAMAAN


(Studi Tentang Musik di Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan )

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakaan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya

nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan

gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2016

Penulis

Sari G Silalahi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Sari Gokmaria Silalahi 120905048 (2016).Judul Skripsi MUSIK DAN
RITUAL KEAGAMAAN (Studi Tentang Musik di Gereja HKBP Pasar 6
Padang Bulan Medan). Skripsi ini terdiri dari 184 halaman, 5 gambar, 7 tabel,
18 foto dan surat pernyataan penelitian.Penelitian membahas tentang bentuk
penyajian dan pemanfaatan musik serta bagaimana fungsi dan perubahan musik
yang terjadi di Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Penelitian ini
dilakukan di daerah Padang Bulan, tepatnya di Ressort Padang Bulan distrik X
Medan Aceh (Kelurahan Beringin Medan Selayang) sebagaimana tempat
berdirinya Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Adapun
teknik pengumpulan dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan informan
yang sangat mengetahui betul tentang musik gereja tersebut, jemaat, dan
masyarakat yang berada di sekitar Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.
Wawancara yang dilakukan penulis yaitu wawancara mendalam serta membuat
kuisioner. Selain wawancara, penulis juga melakukan pengamatan langsung
dengan menggunakan alat bantu kamera, video, dan hasil rekaman
wawancara.Gereja HKBP Pasar 6 merupakan tempat peribadatan/ritual
keagamaan bagi umat kristen khususnya berlatarbelakang etnis batak di daerah
Padang Bulan Medan. Musik menjadi komponen utama dalam kegiatan gereja
tersebut baik dalam peribadatan maupun kegiatan lainnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gereja tersebut memiliki bentuk sajian musik tersendiri yang
tidak terlepas dari aturan HKBP pusat dan falsafah hidup masyarakat batak.
Musik sangat berperan penting dalam kegiatan gereja tersebut sehingga memiliki
banyak fungsi. Namun seiring perkembangan zaman, terjadi proses perubahan
musik dalam Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

Kata kunci: Ritual, Religi, Musik, Fungsi , Perubahan.

ii

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puj Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini

dengan judul Musik dan Ritual Keagamaan (Studi Tentang Musik di Gereja

HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan). Penelitian ini dilakukan guna mencapai

gelar Sarjana S1 Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini dapat saya selesaikan tak lain karena doa dan

dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak

V.Silalahi dan Ibu H.Butar-butar, beserta dengan kakak, abang, dan adik-adik ku

tercinta.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Drs. Lister Berutu, MA, selaku dosen pebimbing penulisan skripsi

yang selalu membimbing serta memberi masukan dan motivasi bagi penulis. Dan

terima kasih kepada bapak Drs. Kumalo Tarigan, MA, selaku dosen penguji. Tak

lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska

selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial sekaligus sebagai dosen penasihat

akademik penulis, Bapak Drs. Agusutrisno, M.SP selaku Sekretaris Departemen

Antropologi Sosial dan juga kepada seluruh dosen-dosen Antropologi Sosial yang

sudah membina saya dalam perkuliahan selama empat tahun ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada

teman-teman mahasiswa/i Antropologi Sosial Angkatan 2012, atas pengalaman-

iii

Universitas Sumatera Utara


pengalaman dan persahabatan selama masa perkuliahan, kepada teman-teman

Devi Priantie, Lasni Nadeak, Natalia Sinulingga, Halimah Hasibuan, Wildani,

Zayanti lubis, Hendra Simangunsong, Rodifatul, dan teman-teman lain yang

sangat banyak dan tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. Terima kasih pula

penulis ucapkan kepada abang dan kakak senior yang memberikan saran, nasihat,

maupun motivasi bagi penulis terutama untuk kak wening dan yang namanya

tidak bisa penulis ucapkan satu persatu. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk

adik kelas yaitu Veranisa Nasution, Hepranito, Ami Sinaga, Tabitha, dan

semuanya.

Terima kasih banyakkepada informan-informan penulis yang tentunya

sangat banyak membantu penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa saya ucapkan

dengan kata-kata. Semoga Tuhan memberikan kemudahan bagi kita semua.

Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran ataupun kritik demi

perbaikan ke depannya. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, September 2016

Penulis

Sari G Silalahi

iv

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP
Sari G Silalahi lahir pada tanggal 04 Januari
1994 di Sidikalang, Kabupaten Dairi. Anak
keenam dari sembilan bersaudara dari
orangtua V.Silalahi dan H.Butar-Butar.

Menyelesaikan pendidikan di SD Negeri


INPRES Batang Beruh pada tahun 2007,
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri
3 Sidikalang pada tahun 2009, dan Sekolah
Menengah Kejuruan di SMK Negeri
1Sidikalangpada tahun 2012. Kemudian,
tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke
jenjang Perguruan Tinggi dengan Jurusan
Antropologi Sosial di Universitas Sumatera
Utara. Penulis dapat dihubungi melalui via
email: sarishelalahe@gmail.com

Beberapa kegiatan yang diikuti selama masa perkuliahan, yaitu:

 Sebagai Peserta Inisiasi Antropologi pada tahun 2014.


 Pernah menjadi anggota IMADA (Ikatan Mahasiswa Dairi).
 Peserta Gamadiksi Green Camp Season 2 pada tahun 2014
 Peserta Seminar Gamadiksi Expo 2015
 Melakukan kegiatan PKL I di Samosir pada tahun 2014
 Mengikuti pelatihan ―Training of Fasilitator” (TOF) Angkatan VI tahun
2015.
 Penerima Beasiswa Bidikmisi tahun 2012 – 2016.
 Sebagai peserta kuliah umum Hary Tanoe dari MNC di Auditorium USU
pada tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Pernyataan Originalitas......................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................... ii
Ucapan Terima Kasih .......................................................................................... iii
Riwayat Hidup...................................................................................................... iv
Daftar Isi .............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ........................................................................................................ viii
Daftar Gambar ..................................................................................................... ix
Daftar Foto..............................................................................................................x

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.2. Tinjauan Pustaka .................................................................................8
1.3. Rumusan Masalah .............................................................................33
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................34
1.5. Lokasi Penelitian...............................................................................35
1.6. Metode Penelitian .............................................................................36

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


2.1. Deskripsi Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan ................................42
2.2. Sejarah dan Struktur Organisasi HKBP Padang Bulan.....................47
2.3. Pelayanan di HKBP Padang Bulan ...................................................52
2.4. Sejarah Musik Gereja HKBP Padang Bulan .....................................56
2.4.1.Sejarah Musik Gereja Dalam Konteks Alkitab........................57
2.4.2.Sejarah Musik HKBP ..............................................................68
2.4.3.Sejarah Musik Tradisional Batak Toba (Batak Toba sebagai
Jemaat Gereja HKBP Padang Bulan) ...............................................75
2.5. Sumber Tim Musik Gereja HKBP Padang Bulan.............................84
2.6. Latar Belakang Pendidikan Tim Musik/Tim Ibadah Gereja HKBP
Padang Bulan ....................................................................................85

BAB. III. BENTUK SAJIAN DAN PEMANFAATAN MUSIK DI GEREJA


HKBP PASAR 6 PADANG BULAN MEDAN
3.1. Musik di Gereja HKBP Padang Bulan..............................................89
3.2. Alat Musik Yang digunakan .............................................................92
3.3. Musik dalam Ibadah Rutin ................................................................98
3.3.1. Musik dalam Ibadah Sekolah Minggu ...................................110
3.3.2. Musik dalam Ibadah Minggu Pagi .........................................111
3.3.3. Musik dalam Ibadah Minggu Siang .......................................114
3.3.4. Musik dalam Ibadah Minggu Sore .........................................120
3.4. Musik dalam Hari-hari Besar Keagamaan ......................................125
3.4.1. Natal .......................................................................................125
3.4.2. Jumat Agung .............................................................................128
3.4.3. Paskah ....................................................................................129

vi

Universitas Sumatera Utara


3.5. Musik dalam Kegiatan Gereja Lainnya ..........................................130
3.5.1. Musik dalam Pernikahan............................................................131
3.5.2. Musik dalam Kematian ...............................................................132
3.5.3. Kaitan Musik dalam Pernikahan dan Kematian.........................135
3.6. Musik untuk Perayaan.....................................................................133
3.6.1. Pesta Pembangunan ...............................................................137
3.6.2. Pesta Gotilon ..........................................................................147
3.6.3. Pesta Parheheon .....................................................................148
3.6.4. Inti Semua Musik dalam Pesta Perayaan ...............................148

BAB. IV. FUNGSI DAN VARIAN MUSIK SERTA PERUBAHAN MUSIK


DI GEREJA HKBP PASAR 6 PADANG BULAN MEDAN
4.1. Nilai-nilai Yang Terkandung dalam Musik Gereja HKBP Padang
Bulan Medan ...................................................................................150
4.2. Fungsi Musik di Gereja HKBP Padang Bulan ................................151
4.2.1. Fungsi Musik dalam Ibadah Gereja HKBP Padang Bulan ...153
4.2.2. Fungsi Musik dalam Pesta Perayaan Gereja HKBP Padang
Bulan ...............................................................................................157
4.3. Perubahan dalam Musik dan Tata Ibadah Gereja HKBP Padang
Bulan ...............................................................................................163
4.3.1. Perubahan Penggunaan Alat Musik dan Penambahan Jadwal
Ibadah..............................................................................................166
4.3.2. Penambahan MC, Prolog, dan Musik Instrumental ..............172
4.3.3. Perubahan Makna dan Penggunaan Musik pada Pesta
Perayaan ..........................................................................................168

BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan .....................................................................................175
5.2. Saran ...............................................................................................177

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................179


LAMPIRAN(DATA INFORMAN)..................................................................183

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR FOTO

Foto 1 : Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan pada tahun 2010 .......................50
Foto 2 : Tim musik/tim ibadah saat melakukan latihan ....................................87
Foto 3 : Tim musik/tim ibadah saat melakukan latihan ....................................88
Foto 4 : Alat Musik dan Pemusik Gereja ..........................................................97
Foto5 : Format duet Keyboard dalam ibadah minggu pagi ...........................113
Foto6 : Format Solo Keyboard dalam ibadah minggu siang .........................119
Foto 7 : Format Musik Band dalam ibadah sore .............................................125
Foto8 : Sajian musik pada pesta pernikahan ..................................................132
Foto 9 : Sajian musik pada pesta kematian .....................................................134
Foto 10 : Alat Musik Terompet ........................................................................139
Foto 11 : Alat Musik Tagading .........................................................................139
Foto 12 : Alat Musik Seruling ..........................................................................140
Foto 13 :Alat Musik Organ… ...........................................................................140
Foto 14 : Alat Musik Kecapi.............................................................................141
Foto 15 : Alat Musik Gitar Bass .......................................................................141
Foto 16 : Alat Musik Saxophone ......................................................................142
Foto 17 : Format Musik band............................................................................142
Foto 18 : Pesta Gotilon HKBP Pasar 6 Padang Bulan ......................................147

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Wilayah Penyebaran Jemaat Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan ....44
Tabel 2 : Komposisi Jemaat Gereja Berdasarkan mata pencaharian ..................45
Tabel 3 : Komposisi Jemaat Gereja Berdasarkan Suku ......................................46
Tabel 4 : Latar Belakang pendidikan tim musik gereja ......................................86
Tabel 5 : Pengklasifikasian lagu-lagu dalam Buku Ende .................................117
Tabel 6 : Beberapa Kelompok Musik Batak di Medan ....................................138
Tabel 7 : Beberapa lagu yang dinyanyikan dalam pesta perayaan ...................149

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi Gereja HKBP pasar 6 ..........................................51


Gambar 2 : Agenda HKBP .....................................................................................71
Gambar 3 : Contoh lagu Buku Ende dalam minggu siang ...................................120
Gambar 4 : Lagu Kidung Jemaat No.314 .............................................................122
Gambar 5 : Contoh lagu yang diinstrumentalkan ................................................170

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan mayarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar ( Koentjaraningrat, 1985:180)1. Sistem religi adalah salah satu dari

unsur kebudayaan. Kata religi berasal dari bahasa latin yaitu religio. Kata ini

terdiri dari dua patah kata yakni re dan ligare. Re berarti ―kembali‖, dan ligare

berarti ―mengikat‖. Jadi kata religio berarti ikatan atau pengikatan diri. Dalam

kata inggris religi berarti religion(yang berarti menambatkan) yang kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti―agama‖(Koentjaraningrat,

1990:24-27).

Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan

atas suatu getaran jiwa,yang biasanya disebut emosi keagamaan/religious emotion

(C.Kluckhohn, 1953)2. Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap

manusia,walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa

detik saja,untuk kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan itulah yang

mendorong orang melakukan tindakan-tindakan bersifat religi. Suatu sistem religi

dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat

mungkin memelihara emosi keagamaan itu di antara pengikut-

1
. Raga Maran, Rafael ―Manusia & Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar‖ (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm.26.
2
. Koentjaraningrat ―Beberapa Pokok Antropologi Sosial‖(Jakarta: Dian Rakyat, 1985), hlm.230

Universitas Sumatera Utara


pengikutnya.Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam

suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain yaitu : (a)Sistem keyakinan;

(b)Sistem Upacara Keagamaan(Ritual Keagamaan); (c)Suatu umat yang menganut

religi itu (Rafael, R 2000:70).

Keempat unsur religi itu diwujudkan manusia dalam bentuk ibadah3.

Zaman sekarang ini ibadah dapat dikatakan sebagai ritual khusus untuk agama

yang menganutnya,namun tidak mengarah kearah magic atau mistis. Ritual dapat

dikatakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan terutama untuk nilai

simbolis mereka.Hal ini mungkin dijadikan tradisi masyarakat, termasuk oleh

komunitas agama. Ritual dapat memenuhi kewajiban agama atau cita-cita,

memenuhi kebutuhan spiritual atau emosional,memperkuat ikatan sosial,

menyediakan pendidikan sosial dan moral, menunjukkan rasa hormat atau

penyerahan, memungkinkan seseorang untuk menyatakan afiliasi4 seseorang,

mendapatkan penerimaan sosial atau persetujuan untuk beberapa event- atau

ritual.

Dalam ritual dan ibadah ada unsur yang sangat penting yaitu seni. Seni

merupakan salah satu elemen aktif-kreatif-dinamis yang mempunyai pengaruh

langsung atau pembentukan kepribadian suatu masyarakat. Atau dalam kata-kata

Christoper Dawson5, seni sebagai salah satu unsur spiritual kebudayaan.Sebagai

unsur spiritual,seni merupakan salah satu unsur spiritual, seni merupakan suatu
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini memiliki arti : perbuatan atau pernyataan bakti
terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama.
4
Berafiliasi : mempunyai hubungan pertalian dan berhubungan sabagai anggota/cabang (KBBI).
5
Raga Maran, Rafael ―Manusia & Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar‖(Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm.104.

Universitas Sumatera Utara


energy pendorong perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. Musik

merupakan bagian dari seni. Musik dan ibadah/ritual itu erat kaitannya, sekalipun

alat musik yang digunakan sangat sederhana.Karena musik berfungsi untuk

mengiringi ibadah/ritual keagamaan, terutama dalam ibadah/ritual kaum nasrani.

Berbicara mengenai musik,Merriam (1964:218) mengatakan bahwa musik

tidak lepas dari tingkah laku manusia. Musik merupakan bagian dari kesenian,

kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan , dan merupakan salah satu

kebutuhan manusia secara unversal (Boedhisantoso,1982:23) yang tidak pernah

lepas dari masyarakat.

Tidak ada tradisi musik yang murni, tanpa pengaruh kebudayaan lain,

perubahan musik itu bisa muncul dari dalam, akan tetapi perubahan yang lebih

dinamis terjadi karena pertemuannya dengan kebudayaan musik lain. Dalam

musik terdapat istilah ―music model in culture‖ (Shin Nakagawa, 2000:17), yaitu

konsep tentang sebuah musik, namun dalam kenyataannya musik itu tidak selalu

sesuai dengan konsepnya, contoh musik-musik eksperimen. Namun demikian,

apapun bentuk musik itu adalah sebagian realisasi model itu sendiri. Kadang-

kadang realisasinya keluar dari model, sehingga model musik itu agak longgar.

Model inilah yang memelihara identitas kebudayaan kebudayaan musik. Model

musik yang demikian itu dipengaruhi oleh pertemuannya dengan musik lain atau

sebagainya. Biasanya pengaruh dari luar sangat luas sehingga model musiknya

berubah.

Universitas Sumatera Utara


Gereja merupakan lembaga sosial dan lembaga adat yang resmi dan

tempat ibadah bagi umat Kristen, salah satu agama yang diakui di negara

Indonesia.Dan hampir semua gereja di Indonesia menyajikan musik dalam setiap

peribadatannya.Walaupun sebagian besar setiap gereja membawakan musik yang

berbeda atau masing-masing sesuai alirannya.

Dari sekian banyak kegiatan dalam ibadah, musik (instrument dan vocal)

merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak dalam persekutuan Kristen. Selain

media ekspresi, pengajaran, doa, dan lain-lain, bahkan musik mampu menyentuh

manusia ketika bahasa biasa tidak mampu menyentuh manusia. Gereja-gereja di

Indonesia terdiri dari berbagai aliran (denominasi), seperti Lutheran , Calvinis,

Methodis, Pentakosta, juga Katolik (Abineno, 2005). Tentu saja gereja-gereja

tersebut mempunyai bentuk penyajian musik dan unsur-unsur musik-musik yang

berbeda satu dengan yang lain.

Perkembangan gaya musik mengikuti perkembangan zaman dimana musik

mengalami perubahan-perubahan, baik dari kegunaan musik, alat, serta ragam

musik itu sendiri. Dalam gaya termasuk unsur-unsur melodi, harmoni, dan irama

atau ritmeyang terpadu dalam musik. Perkembangan musik bermanfaat di

berbagai kegiatan seperti hiburan, terapi jiwa, kegiatan sosial, acara ritual dan

keagamaan juga digunakan sebagai media komunikasi. Hal ini juga dapat kita

lihat dalam tata ibadah pada Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan di

Medan.

HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) merupakan gereja suku yang

mempunyai cara sendiri dalam bentuk penyajian musiknya, dan sudah mengalami

Universitas Sumatera Utara


banyak perubahan dan variasi. Tapi tidak mau terlepas dari musik yang bersifat

himne. Dalam kehidupan kebudayaan lokal yang mengelilinginya Gereja HKBP

tumbuh dan berkembang tidak lepas dari budaya sekitarnya yaitu budaya Batak.

Dalam konteks kehidupan tradisional masyarakat Batak Toba, kegiatan bermain

musik merupakan sesuatu yang menonjol. Berbagai kegiatan musik dapat dilihat

dari dua konteks kegunaan, yakni :1) kegiatan musik yang dilakukan untuk

sesuatu yang sifatnya hiburan atau nonseremonial, dan 2) kegiatan pertunjukan

musik yang dilakukan dalam konteks adat dan ritual keagamaan (Rithaony

Hutajulu, 2005:15).

Dalam perkembangan musik gereja HKBP, peranan musik cukup

mendapat tempat dalam kemasan ibadahnya. Unsur-unsur liturgi disajikan dalam

bentuk musik dan nyanyian. Perkembangan yang terjadi saat ini di beberapa

Gereja HKBP dalam hal penulisan liturgi gereja adalah membuatnya dalam

bentuk fotocopy, menggantikan papan tulis yang digantung di dinding ke dua sisi

gereja. Beberapa Gereja HKBP dalam kertas fotocopi-an tersebut sudah

menyertakan teks himne yang dinyanyikan dalam setiap ibadah minggu. Hal ini

dilakukan oleh gereja dikarenakan sudah banyak jemaat yang tidak membawa

Buku Ende6 saat kebaktian minggu.

Ibadah akan berbeda jika tidak ada musik dalam gereja, yang mempunyai

peranan penting dalam pembinaan rohani jemaat. Begitu juga dengan Gereja

HKBP Pasar 6 Padang bulan, musik mempunyai fungsi dan peranan penting

6
Buku Ende adalah sebuah buku yang berisi lagu-lagu pujian dalam bahasa Batak yang dipakai di
dalam kebaktian gereja Kristen Batak di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


dalam proses ibadahnya. Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan merupakan salah

satu gereja HKBP Medan yang berdomisili di Padang Bulan Medan, dan berada di

wilayah yang didominasi oleh suku Batak Toba (setelah suku Karo).

Dalam penggunaan musik, aransemen juga dapat digunakan dalam tata

ibadah di gereja yang bukanlah sebagai tambahan, melainkan hal yang umum di

Indonesia dalam ibadah umat Kristiani dan jemaat gereja-gereja di seluruh

indonesia, seperti HKBP. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh Gereja HKBP

Pasar 6, melakukan aransemen khususnya dalam ibadah sore. Dalam Kamus Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dinyatakan bahwa aransemen merupakan

penyesuaian komposisi musik dengan suara penyanyi atau instrumen lain yang

didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada, sehingga esensi musiknya tidak

berubah.

Bentuk format yang biasa dilakukan dalam mengiringi tata ibadah di

gereja HKBP Pasar 6 terdiri dari organ dan keyboard. Namun seiring

perkembangan telah terjadi penambahan dan perubahan alat musik yang

digunakan oleh kelompok musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

Seperti halnya biola dan saxophone merupakan hal baru dalam penyajian musik

Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan. Dilihat dari bentuk lagu tekstur musiknya

dan struktur aransemennya juga berbeda dalam mengiringi tata ibadah di Gereja

HKBP Pasar 6 dengan gereja lain. Musik tidak hanya berperan penting dalam

ibadah rutin Gereja HKBP Pasar 6, namun diluar dari kegiatan ibadah rutin,

musik tetap berperan penting.

Universitas Sumatera Utara


Namun Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan sebagai gereja yang

berada di bawah naungan HKBP, tidak bisa terlepas dari aturan dan peraturan

HKBP Pusat, dalam hal apapun, semuanya sudah diatur, bahkan untuk satu tahun

gerejawi sudah diatur dalam buku Almanak7. Begitu pun dengan musik gereja.

Sumber nyanyian sudah ditentukan, yang pada akhirnya berimbas kepada sajian

dan bentuk musiknya. Namun demikian, HKBP tidak membatasi dalam

penggunaan alat musiknya.

Dalam hal ini peneliti tertarik ingin meneliti secara rinci bagaimanakah

sajian musik di Gereja HKBP Pasar 6, serta perubahan dan fungsi musik di Gereja

HKBP Pasar 6 dalam ibadah rutin, di hari-hari besar keagamaan, dan kegiatan

atau upacara Gereja HKBP Pasar 6 diluar dari ibadah rutin dan hari-hari besar

keagamaan.

7
HKBP Memiliki Kalander Gerejawi yang sudah dimiliki bersama yaitu: Almanak HKBP.
Almanak HKBP adalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan untuk satu tahun berdasarkan tahun
Gerejawi. Yang dimaksud Tahun Gerejawi adalah hari raya liturgi yang tersusun berdasarkan
kehidupan Yesus.HKBP memulai tahun liturginya pada Minggu Advent Pertama. Karena itu,
Minggu sebelum Advent, yaitu Minggu ke-24 atau juga bisa jatuh pada Minggu ke-27 setelah
Minggu Trinitatis, disebut juga sebagai Minggu ujung tahun, di sinilah dibacakan nama jemaat
yang telah meninggal sepanjang tahun tersebut. HKBP menentukan Minggu Advent ini dengan
menghitung mundur 4 hari Minggu dari Hari Natal.(hkbp.lagu-gereja.com diakses pada tanggal 5
Mei 2016).

Universitas Sumatera Utara


1.2 Kajian Pustaka

1.2.1 Konsep Kebudayaan

Untuk melakukan penelitian ini, yaitu bentuk dan pemanfaatan musik,

serta fungsi dan perubahan musik gereja HKBP Pasar 6 maka penulis mengacu

pada konsep E.B.Tylor tahun 1873 tentang kebudayaan yang menyatakan

―keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia

dalam pengalaman historisnya‖. Termasuk disini ialah―pengetahuan, kepercayaan,

seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang

diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat‖(Rafael, R. 2000:26)

Antropologi dimulai dengan suatu defenisi kebudayaan, sebagaimana

diusulkan oleh E.B Tylor yang memandang bahwa kebudayaan sebagai totalitas

pengalaman manusia. ―Kebudayaan atau peradaban, diambil dalam pengertian

etnografi yang luas adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,

keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kapabilitas dan kebiasaan-

kebiasaan lainnya yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat.‖ Tylor

juga mengemukakan bahwa ―sasaran teoritis (antropologi) mestilah untuk

mengetahui semua kebudayaan dengan kedalaman yang setara‖, menggunakan

konsep kebudayaan bagi lingkup luas fenomena manusia : ―kebudayaan adalah

penjumlahan total apa yang dicapai individu dari masyarakatnya...keyakinan-

keyakinan, adat istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan makan, dan ukiran-

ukiran yang dimilikinya...sebagai warisan dari masa lampau, yang disampaikan

melalui pendidikan formal atau tidak formal (Saifuddin, Ahmad 2005:82).

Universitas Sumatera Utara


Dalam pemakaian sehari-hari perkataan ―kebudayaan‖ berarti kualitas

yang wajar dapat diperoleh dengan mengunjungi cukup banyak sandiwara dan

konser tarian dan mengamati karya seni pada sekian banyak gedung kesenian.

Tetapi seorang ahli antropologi, mempunyai defenisi yang lain. Dalam ringkasan

berikut ini Ralph Linton menjelaskan bagaimana defenisi kebudayaan :

― Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang


manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu
yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih
diinginkan. Dalam arti cara hidup masyarakat itu kalau diterapkan
pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya
dengan main piano atau membaca karya sastrawan terkenal. Untuk
seorang ahli ilmu sosial, kegiatan seperti main piano itu,
merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan
kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti
mencuci piring atau menyetir mobil dan untuk tujuan mempelajari
kebudayaan. Hal ini sama derajatnya dengan ―hal-hal yang lebih
halus dalam kehidupan‖. Karena itu, bagi seorang ahli ilmu sosial
tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan.
Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun
sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah mahkluk
berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam sesuatu
kebudayaan‖. ( T.O. Ihromi, 2006 :18).

Jadi kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan. Kata itu

meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga

hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok

penduduk tertentu. Kita masing-msing dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan

yang bersifat kompleks dan kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara

hidup serta cara berlaku yang akan kita ikiuti selama hidup kita. (T.O Ihromi,

2006:18).

Dalam setiap kebudayaan ada suatu sistim bunyi yang dipakai sebegai alat

komunikasi yang disebut bahasa; juga terdapat aktivitas-aktivitas atau kegiatan-

Universitas Sumatera Utara


kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti makanan,

pakaian dan sebagainya, yang dinamakan aktivitas dalam lapangan ekonomi.

Begitu pula dalam setiap kebudayaan ada institusi-institusi sosial yang mengatur

hubungan antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok-

kelompok, ada unsur-unsur yang mengenai hidup keagamaan dan ada aktivitas

yang bertujuan untuk mewujudkan perasaan-perasaan keindahan dalam hasil-hasil

kesenian. Koentjaraningrat menyebut tujuh unsur-unsur kebudayaan yang

universal dan merupakan unsur-unsur kebudayaan yang pasti bisa didapatkan

disemua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan yang

kecil dan terpencil, maupun dalam masyarakat kekotaan yang besar dan

kompleks. Unsur-unsur universal itu, yang sekalian merupakan isi dari semua

kebudayaan yang ada di dunia ini adalah : (1) sistim religi dan upacara

keagamaan, (2) sistim organisasi kemasyarakatan, (3) sistim pengetahuan, (4)

bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian hidup, dan (7) sistim teknologi

dan peralatan (Salim, Warsani 1978:57).

Berdasarkan persamaan yang ada antara kebudayaan-kebudayaan (Clark

Wissler)8 membuat postulasi tentang apa yang disebutnya : universal culture

pattern (pola-pola kebudayaan yang universal), dimana kesemuanya terdiri atas 9

(sembilan) kategori : (1) speech (bahasa), baik lisan maupun tertulis, (2) material

traits (unsur-unsur kebendaan), (3) art(seni) : seni ukir, seni lukis, menggambar,

musik, dan sebagainya, (4) mythology and scientific knowledge (mitologi dan ilmu

pengetahuan), (5) religious practises (kebiasaan-kebiasaan keagamaan) : bentuk-

8
Salim, Warsani ―Pengantar Antropologi Budaya‖ (Medan: Penerbitan Fakultas Hukum USU,
1978 : 59-60).

10

Universitas Sumatera Utara


bentuk upacara, perlakuan terhadap orang sakit, perlakuan terhadap orang mati,

(6) family and social systems (keluarga dan sistim sosial), (7) property (milik), (8)

government (pemerintahan), (9) perang.

Suatu kebudayaan tidaklah pernah besifat statis, melainkan selalu berubah.

Walaupun benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat

dimasukkan ke dalam kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan

pada kebudayaan itu, kita harus mengingat, bahwa kebudayaan tidaklah bersifat

statis, ia selalu berubah. Tanpa adanya gangguan yang disebabkan oleh masuknya

unsur budaya asing sekalipun suatu kebudayaan dalam masyarakat tertentu, pasti

akan berubah dengan berlalunya waktu. Dalam setiap kebudayaan selalu ada suatu

kebebasan tertentu pada para individu dan kebebasan individu memperkenalkan

variasi dalam cara-cara barlaku dan variasi itu yang pada akhirnya dapat menjadi

milik bersama, dengan demikian dikemusian hari menjadi bagian dari

kebudayaan. Atau mungkin beberapa aspek dari lingkungan akan berubah, dan

memerlukan adaptasi kebudayaan yang baru. Bahwa kebudayaan selalu berubah.

Ternyata kalau orang memperhatikan sebagian besar dari adat kita. Cara-cara

berpakaian umpamanya, mengalami perubahan. Jelaslah bahwa kebudayaan

manusia bukanlah suatu hal yang timbul sekali atau yang bersifat sederhana. (T.O.

Ihromi, 2006 :32).

Merriam menjelaskan tentang perubahan kebudayaan :

―culture change can be viewed from two vantage points. It can be


observed either as it has occured in the past or as it occuring in the
present. The former is ussually subsumed under the rubric of
diffusion, defined as ―achieved cultural transmission,‖ while the
latter is approached under the heading acculturation, defined in this

11

Universitas Sumatera Utara


frame of reference as ―cultural transmission in process‖(Herskovits
1948:525). Change can also be viewed as it originates from within
a culture, or internally, as opposed to change which comes from
outside a culture, or externally. Internal change is usually called
―innovation‖ while external change is associated with the processes
of acculturation‖.

Bahwa perubahan dapat berasal dari dalam lingkungan kebudayaan atau

internal, dan perubahan juga dapat berasal dari luar kebudayaan atau eksternal.

Perubahan secara internal adalah perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan

oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri dan disebut juga inovasi. Sedangkan

perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh dari luar

lingkup kebudayaan tersebut (Merriam, 1964:303).

Teori fungsionalisme dalam ilmu antropologi mulai dikembangkan oleh

seorang pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu

Bronislaw Malinowski (1884-1942)9. Ia mulai mengembangkan suatu kerangka

teori baru untuk menganalisis fungsi kebudayaan manusia, yang disebut dengan

teori fungsionalisme kebudayaan atau a functional theory of culture. Menurut

penjelasan Ihromi (1987:59-61)10 Malinowski mengusulkan sebuah orientasi teori

yang dinamakan fungsionalisme, yang ditulis Malinowski dalam artikel bertajuk

―the group and the individual in functional analysis‖ dalam journal of sociology,

jilid 44 (1939), halaman 938-964. Dalam artikel ini Malinowski beranggapan atau

berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana

unsur itu terdapat. Selain Malinowski pakar teori fungsionalisme dalam ilmu

9
Takari, Muhammad ―Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara‖ (Medan : USU Press,
2008), hlm.16.
10
Ibid hlm.18

12

Universitas Sumatera Utara


antropologi lainnya adalah Arthur Reginald Radclife Brown 11. Seperti

Malinowski ia mendasarkan teorinya mengenai perilaku manusia pada konsep

fungsionalisme. Namun berbeda dengan Malinowski ia mendasarkan teorinya

mengenai perilaku manusia pada konsep fungsionalisme. Namun berbeda dengan

Malinowski, Radclife Brown merasa bahwa berbagai aspek perilaku sosial,

bukanlah berkembang untuk memuaskan keinginan individual, tetapi justru timbul

untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat. Struktur sosial sebuah

masyarakat adalah keseluruhan jaringan dari hubungan-hubungan sosial yang ada.

Jalan pikiran mengenai masalah fungsi dari unsur-unsur kebudayaan

terhadap kehidupan suatu masyarakat, disebut aliran fungsionalisme, yang mulai

muncul setelah terbitnya tulisan Malinowski tentang integrasi kebudayaan

Trobiand yang berpusat pada perdagangan kula. Dalam aliran ini ada berbagai

pendapat mengenai fungsi dasar dari unsur-unsur kebudayaan manusia. Menurut

Malinowski, berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat

gunanya untuk memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia. Karena itu unsur

―kesenian‖ misalnya, berfungsi untuk memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia

akan keindahan; unsur ―sistem pengetahuan‖ untuk memuaskan hasrat untuk tahu

(Koentjaraningrat, 2013:88).

1.2.2 Manusia dan Religi

Kajian antropologi dalam memahami unsur religi sebagai kebudayaan

manusia tidak dapat dipisahkan dari religious emotion atau emosi

keagamaan.Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang

11
Ibid hlm.19

13

Universitas Sumatera Utara


mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang bersifar religious.Emosi

keagamaan ini pula yang memunculkan konsepsi benda-benda yang dianggap

sakral dan profane dalam hidup manusia.

Religi berasal dari bahasa latin religio, ligare yang berarti mengikat.

E.B.Tylor merumuskan bahwa religi itu adalah kepercayaan akan adanya jiwa.

Theolog Schleiermacher mengatakan religi adalah perasaan takluk secara mutlak.

Kant mengatakan bahwa religi adalah yang berkenaan dengan kehidupan

kerohanian manusia dan yang mempunyai nilai-nilai ethik yang tinggi. Sedangkan

menurut Max Muller (pengikut Kant), religi itu adalah kemampuan batin yang

memungkinkan orang memahami yang tak terbatas terlepas dari pengamatan dan

akal budi. J.Van Baal merumuskan religi itu sebagai ―keseluruhan anggapan yang

benar yang mempunyai hubungan kepada kebenaran yang tidak empiris dan

segala perbuatan yang berhubungan dengan anggapan tersebut. Dengan ringkas

dapat dikatakan bahwa religi adalah suatu sistim kepercayaan dan upacara-

upacaranya dalam setiap kebudayaan manusia, jadi religi itu bersifat universal

(Salim, Warsani 1978:175).

Teori Tylor mengenai asal mula dan inti dari suatu unsur universal seperti

religi atau agama, tegasnya mengapa manusia percaya kepada suatu kekuatan

yang dianggapnya lebih tinggi darinya, dan mengapa manusia melakukan

berbagai macam cara untuk mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi,

telah menjadi objek perhatian para ahli pikir sejak lama. Ada bermacam-macam

pendirian dan teori yang berbeda-beda mengenai masalah tersebut, dan

diantaranya teori-teori yang terpenting menyebutkan bahwa perilaku manusia

14

Universitas Sumatera Utara


yang bersifat religi itu terjadi karena ; (1) manusia mulai sadar akan adanya

konsep ruh, (2) manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tak dapat

dijelaskan dengan akal, (3) keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis

yang senantiasa dialami manusia dalam daur hidunya, (4) kejadian-kejadian luar

biasa yang dialami manusia di alam sekelilingnya, (5) adanya getaran (yaitu

emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai warga dari

masyarakatnya, (6) manusia menerima suatu firman dari Tuhan (Koentjaraningrat,

2005:194-195).

Untuk mendeskripsi religi diantara ribuan kebudayaan di dunia, dan

khususnya di antara suku-suku bangsa di Indonesia yang jumlahnya melebihi 600

suku bangsa, sesuai dengan kelima sub-unsur pokok yang diajukan oleh

E.Durkheim, dalam antropologi religi dibagi ke dalam unsur-unsur tersebut : (1)

emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia didorong

untuk berperilaku keagamaan, (2) sistem kepercayaan atau bayangan-banyangan

manusia tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, maut dan sebagainya, (3)

sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan

dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan tersebut, (4) kelompok keagamaan

atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi

berikut sistem upacara-upacara keagamaannya, (5) alat-alat fisik yang digunakan

dalam ritus dan upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 2005 : 201-202).

Adapun sistem ritus dan upacara itu melaksanakan dan melambangkan

konsep-konsep yang terkandung di dalam sistem keyakinan. Sistem upacara

merupakan wujud kelakuan (behavioral manifestasion) dari religi. Seluruh sistem

15

Universitas Sumatera Utara


upacara itu terdiri dari aneka macam upacara yang bersifat harian, musiman, atau

kadangkala. Upacara itu masing-masing terdiri dari kombinasi dari berbagai

macam unsur upacara, seperti misalnya ; berdoa, bersujud, bersaji, berkorban,

berpuasa, intoxikasi, bertapa, bersamadi. Acara-acara dan tata urut daripada unur-

unsur tersebut sudah tentu buatan manusia dahulu kala, dan merupakan ciptaan

akal manusia. Apalagi peralatan dari upacara seperti gedung pemujaan (mesjid,

gereja, pagoda, stupa, dan sebagainya), patung-patung dewa, alat bunyi-bunyian

untuk membuat musik suci (orgel, genderang, gong, seruling, dan sebagainya),

semuanya adalah hasil akal manusia, dan karena itu merupakan bagian

kebudayaan, walaupun demikian, upacara agama belum lengkap kalau tidak

dihinggapi dan dijiwai emosi keagamaan (Koentjaraningrat, 1997:47).

Ritual adalah serangkaian tindakan yang dilakukan terutama untuk nilai

simbolis mereka. Hal ini mungkin dijadikan tradisi masyarakat, termasuk oleh

komunitas agama.Ritual dapat memenuhi kewajiban agama atau cita-cita,

memenuhi kebutuhan spiritual atau emosional, memperkuat ikatan sosial,

menyediakan pendidikan sosial dan moral, menunjukkan rasa hormat atau

penyerahan, memungkinkan seseorang untuk menyatakan afiliasi seseorang,

mendapatkan penerimaan sosial atau persetujuan untuk beberapa event- atau ritual

yang kadang-kadang dilakukan hanya untuk kesenangan ritual itu sendiri.

Setiap orang boleh saja berpikir mengenai makna ritual itu menurut

kehendak hatinya, asal saja ritual itu dilaksanakan tanpa cela. Mitos yang

menjelaskan tentang ritus, tidak merupakan inti ritus. Yang diwajibkan ialah ritus,

dan bukan kepercayaan. Karena itu asal usul ritus seharusnya tidak dicari dalam

16

Universitas Sumatera Utara


mitos, sebaliknya asal-usul mitos itulah yang dicari dalam ritus. Dalam

argumentasi Robertson Smith ialah perhatiannya terhadap makna sosial dari

religi. Ritus itu merupakan bagian dari kehidupan sosial kelompok yang

terorganisasi, yang di dalamnya orang dilahirkan. Setiap orang menunaikan

kewajiban keagamaannya menurut wataknya, artinya dengan lebih atau kurang

bergairah, tetapi tidak ada seorang pun yang tidak beragama, sebab pelaksanaan

ritual adalah kewajiban sosial. Oleh sebab itu religi itu tidaklah “for the saving of

souls, but for the preservation and welfare of society” (30), suatu pendirian, yang

kemudian dijadikan pendirian aliran Prancis . Religi menurut Robertson Smith

adalah suatu pertalian antara para anggota persekutuan bersama dan suatu

kekuasaan, yang memperhatikan kesejahteraan persekutuan dan melindungi

hukum-hukum dan ketertiban susilanya (Van Baal, J 1987:105-106).

Arti Ritual (www.sridanti.com/pengertianritualdiakses pada tanggal 25

maret 2016) secara harfiah dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh

sekelompok orang atau perorangan dengan tata cara tertentu:

 Menurut ilmu sosiologi, Arti Ritual adalah aturan-aturan tertentu yang

digunakan dalam pelaksanaan agama yang melambangkan ajaran dan yang

mengingatkan manusia pada ajaran tersebut.

 Berdasarkan ilmu antropologi agama, ritual dapat diartikan sebagai perilaku

tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala,

bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan menunjuk

pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan atau

kekuatan-kekuatan mistis.

17

Universitas Sumatera Utara


 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengatakan arti ritual adalah hal

ihwal ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan. Upacararitualatau

ceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau

hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai

macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.

1.2.3 Manusia dan Seni (Musik)

Berdasarkan indera pendengaran manusia, maka kesenian dibagi dalam:

(1) seni musik (termasuk seni musik tradisional), dan (2) seni kesusteraan. Cabang

kesenian yang tersebut terakhir ini juga termasuk dalam bagian ini karena dapat

pula dinikmati dan dinilai keindahannya melalui pendengaran (yaitu melalui

pembacaan prosa dan puisi). (Koentjaraningrat, 2005 : 20).

Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung

irama, lagu, dan keharmonisan terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat

yang dapat menghasilkan irama Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi,

untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk

seni. (https://id.wikipedia.org/wiki/Musik diakses pada tanggal 7 Juli 2016).

Defenisi lain mengatakan bahwa musik adalah ekspresi seni yang

berpangkal pada tubuh. Musik terdiri dari atas suatu peredaran atau feedback atau

arus balik dari membunyikan, mendengarkan, dan membunyikan kembali.

Membuat musik sama artinya berdialog dengan tubuh. Jika kita sedang belajar

musik, kita pasti menjadi sadar bahwa gerakan tubuh kita itu bukan gerakan tubuh

kita itu bukan gerakan tubuh kita sehari-hari. Misalnya, ketika kita belajar rebab

18

Universitas Sumatera Utara


atau biola, gerakan tubuh kita tidak sama dengan gerakan ketika sedang tidur atau

kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari (Shin Nakagawa, 2000:42). Sama

halnya dengan gerakan tubuh kita pada saat mendengar musik (respon tubuh dan

jiwa kita atas musik tersebut.

Untuk menjelaskan musik tersebut kita harus menyadari bahwa musik itu

hidup dalam masyarakat; musik dianggap sebagai cerminan sistem sosial atau

sebaliknya. Ketika kita pertama kali mengenal sebuah musik, biasanya kita

mengamati akustiknya: melodi (lagu), ritme, tempo, warna nada, dan lain-lain.

Dalam tahap ini kita mengamati musik sebagai kejadian akustik saja. Namun

dalam studi etnomusikologi ( dan ilmu antropologi/The Anthropology Of Music)

hal demikian tidak cukup, kita harus menghubungkannya dengan masalah

kemasyarakatannya. Kita dapat meneliti fungsi dan makna musik, misalnya

bagaimana musik itu dipelihara dalam masyarakat. Memang mencari struktur

musik menjadi tujuan utama peneliti, akan tetapi hal itu harus dihubungkan

dengan struktur sosial dan unsur-unsur kebudayaan yang lain yang ada di

dalamnya, misalnya masalah politik, seni yang lain. Pendek kata, objek

penelitiannya bukan semata-mata struktur musik itu sendiri; akan tetapi lebih luas

lagi. Shin Nakagawa menjelaskan masalah tersebut dengan menggunakan istilah

teks dan konteks (Nakagawa, 2000:6). Teks artinya kejadian akustik, sedangkan

konteks adalah suasana, yaitu keadaan yang dibentuk oleh masyarakat pendukung

musik tersebut. Kita harus menghubungkannya dengan unsur kebudayaan lain

atau menghubungkan teks dengan konteksnya.

19

Universitas Sumatera Utara


Merriam mengatakan bahwa musik tidak lepas dari tingkah laku manusia.

Merriam juga mengatakan ada 10 (sepuluh) fungsi musik (1964:218-226).

These observations comprehend but a fraction of the uses of music in

human society and yet they indicate the enormous range of activity in

which music plays a part, sometimes tangentially but often centrally.

Theimportance of music, as judged by the sheer ubiquity of its

presence, isenormous, and when it is considered that music is used both

as asummatory mark of many activities and as an integral part of many

otherswhich could not be properly executed, or executed at all, without

music,its importance is substantially magnified. There is probably no

otherhuman cultural activity which is so all-pervasive and which

reaches into,shapes, and often controls so much of human

behavior.When we turn to the functions of music, the problems become

moreinvolved, for we are searching primarily for generalizations which

areequally applicable to all societies. In attempting to make an

initialassessment of such functions viewed as cultural univcrsals, we are

usingthe word "function" primarily in Nadcl's fourth sense, i.e., "the

specificeffectiveness of any element whereby it fulfills the requirements

of thesituation, that is, answers a purpose objectively defined; this is

theequation of function with purpose. . . ." There is, however, a

broadeningof this usage since we are attempting to discover the

purposes, or functions,of music viewed in the widest possible sense. It

must also be restated that on this level we arc concerned with analytical

and not folk evaluations—we are searching for answers to the question

of what music docs for andin human society. I should like to propose

ten such major and overallfunctions, as opposed to uses, of music, and

each will be discussed below inno special order of significance.

20

Universitas Sumatera Utara


(Observasi ini mengkaji sebagian kecil dari penggunaanmusik

dalammasyarakat, namun mereka menunjukkan kisaran besar kegiatan

dimana musik memainkan bagian, kadang-kadang tangensial tetapi

sering terpusat. Itupentingnya musik, sebagaimana dinilai semata-mata

kehadirannya, adalahbesar, dan ketika itu dianggap musik yang

digunakan baik sebagai penandaan banyak kegiatan, dan sebagai bagian

integral dari banyak orang lainyang tidak dilaksanakan sama sekali,

atau dieksekusi sama sekali, tanpa musik,pentingnya secara substansial

diperbesar. Mungkin tidak ada yang lainkegiatan budaya manusia yang

begitu semua meresap dan yang mencapai ke dalam,bentuk, dan sering

mengontrol begitu banyak perilaku manusia.Ketika kita beralih ke

fungsi musik, masalah menjadi lebih banyak yang terlibat, karena kita

sedang mencari terutama untuk generalisasi yangsama berlaku untuk

semua masyarakat. Dalam upaya untuk membuat awal. Penilaian fungsi

seperti dilihat sebagai budaya yang universal, kita menggunakankata

"fungsi" terutama dalam arti keempat ini, yaitu, "spesifikefektivitas dari

setiap elemen mana itu memenuhi persyaratansituasi, yaitu, menjawab

tujuan yang ditetapkan secara objektif; ini adalahpersamaan fungsi

dengan tujuan. . . . "Ada, bagaimanapun, pelebaran sebuahpenggunaan

ini karena kami sedang berusaha untuk menemukan tujuan, atau

fungsi,musik dilihat dalam arti seluas mungkin. Hal ini juga harus

disajikan kembali bahwa pada tingkat ini kita busur prihatin dengan

evaluasi rakyat analitis dan tidak-kita mencari jawaban pertanyaan

tentang apa musik , untuk apa dalam masyarakat. Saya ingin

mengusulkan sepuluh seperti besar dan secara keseluruhanfungsi,

sebagai lawan menggunakan, musik, dan masing-masing akan dibahas

di bawah di bawah ini, dalam makna khusus).

21

Universitas Sumatera Utara


1. The function of emotional expression. There is considerable evidencetoindicate
that music functions widely and on a number of levels as ameans of emotional
expression. In discussing song texts, we have hadoccasion to point outthat one
of their outstanding features is the fact thatthey provide a vehicle "for
theexpression of ideas and emotions not revealedin ordinary discourse.An
important function of music, then, is the opportunity it gives for avariety of
emotional expressions—the release of otherwise unexprcssiblethoughts and
ideas, the correlation of a wide variety of emotions and music, the opportunity
to "let offsteam" and perhaps to resolve socialconflicts, the explosion of
creativity itself,and the group expression ofhostilities. It is quite" possible that
a much wider variety of emotionalexpressions could be cited, but the examples
given hereindicate clearly theimportance of this function of music.

(Fungsi ekspresi emosional.Ada bukti yang cukupuntuk menunjukkan bahwa

fungsi musik secara luas dan pada sejumlah tingkat sebagaiekspresi

emosional.Dalam membahas teks lagu, menunjukkan bahwa salah satu fitur yang

luar biasa mereka adalah kenyataan bahwa teks lagu tersebutmenjadi cara "untuk

ekspresigagasan dan emosi tidak terungkap‖ dalam wacana

biasa.Fungsipenting dari musik adalah untuk memberikan berbagai ekspresi emosi

onal yang tidak dapat diekpresikan, pikiran dan ide ide, korelasi berbagai emosi d

an musik, kesempatan untuk "melepaskan uap" dan mungkin untuk

menyelesaikankonflik sosial, ledakan kreativitas itu sendiri, dan luapan ekspresi

kelompok.Hal ini sangat-sangat mungkin bahwa lebih luas berbagai

emosionalekspresi bisa dikutip, tapi contoh yang diberikan di sini menunjukkan

dengan jelaspentingnya fungsi musik tersebut).

2. The function of aesthetic enjoyment. The problem of aesthetics inrespect to


music is not a simple one. It includes the aesthetic both fromthe point of view
of the creator and of the contemplator, and if it is to beconsidered as one of the
major functions of music it must be demonstrablefor cultures other than our
own. Music and an aesthetic are clearlyassociated in Western culture, as well
as in the cultures of Arabia, India,China, Japan, Korea, Indonesia, and perhaps
some others as well. Butwhether the association is present in the cultures of the
nonliterate worldis a moot point. Involved here is the primary question of what,
exactly, anaesthetic is, and particularly whether it is a culture-bound concept.

22

Universitas Sumatera Utara


Theseare important questions to which we will devote Chapter 13; at this
point,it must be left in doubt, and it can only be said that the function
ofaesthetic enjoyment is clearly operative in some cultures of the world,
andperhaps present in others.

(Fungsi kenikmatan estetika.Masalah estetika dalammusik tidak ada yang

sederhana. Ini mencakup estetika baik darisudut pandang dari pencipta dan

contemplator, dan jika itu dianggap menjadi sebagai salah satu fungsi utama dari

musik itu harus dibuktikanuntuk budaya lain dari kita sendiri. Musik dan estetika

yang jelasterkait dalam budaya Barat, serta dalam budaya Arab, India,China,

Jepang, Korea, Indonesia, dan sebagainya. Tapiapakah asosiasi hadir dalam

budaya dunia yang buta huruf masih diperdebatkan.Termasuk di sini adalah

pertanyaan utama apa, tepatnya, sebuahestetika, dan terutama apakah itu adalah

konsep budaya terikat. Iniadalah pertanyaan penting yang akan dijelaskan pada

Bab 13; pada saat ini,itu harus dibiarkan dalam keraguan, dan itu hanya dapat

mengatakan bahwa fungsikenikmatan estetika jelas terdapat di beberapa budaya

dunia, danmungkin hadir pada semua budaya).

4. The function of communication. Wc have had occasion to discussmusic as a


communication device in Chapter 1, and it will be recalled thatthe major
problemis that while wc know music communicates something,we are not clear as
to what, how, or to whom. Music is not a universallanguage, but rather is shaped
interms of the culture of which it is a part.In the song texts it employs, it
communicates direct information to thosewho understand the language in which it
is couched. It conveys emotion,or something similar to emotion, to those who
understand its idiom. Thefact that music is shared as a human activity by all
peoples may mean thatit communicates a certain limited understanding simply by
its existence.Of all the functions of music, the communication function is perhaps
leastknown and understood.

(Fungsi komunikasi. Wc telah mendiskusikanmusik sebagai alat komunikasi

dalam Bab 1, dan ingat bahwamasalah utama adalah musik berkomunikasi

sesuatu,kita tidak jelas seperti apa, bagaimana, atau kepada siapa. Musik bukan

23

Universitas Sumatera Utara


bahasa universal, melainkan berbentuk segi budaya yang merupakan

bagian.Dalam teks-teks lagu, ia berkomunikasi memberikan informasi langsung

kepada merekayang memahami bahasa di mana ia ditulis. Disampaikannya

emosi,atau sesuatu yang mirip dengan emosi, bagi mereka yang memahami idiom-

nya. Itu Fakta bahwa musik bersama sebagai aktivitas manusia oleh semua orang

mungkin berarti musik mengkomunikasikan pemahaman tertentu hanya dengan

keberadaannya. Dari semua fungsi dari musik, fungsi komunikasi mungkin paling

mudah diketahui dan dipahami).

5. The function of symbolic representation. There is little doubt thatmusic


functions in all societies as a symbolic representation of otherthings, ideas, and
behaviors.

(Fungsi representasi simbolis. Ada sedikit keraguan bahwafungsi musik dalam

semua masyarakat sebagai representasi simbolis lainnyahal, ide-ide, dan perilaku)

6. The function of physical response. It is with some hesitation that this "function"
of music is put forward, for it is questionable whether physicalresponse can
orshould be listed in what is essentially a group of socialfunctions. However, the
fact that music elicits physical response is clearlycounted upon in its use in human
society, though the responses may beshaped by cultural conventions. Possession,
for example, is clearly elicitedin part at least by music functioning in a total
situation, and withoutpossession certain religious ceremonials in certain cultures
arc consideredunsuccessful (see for example, Herskovits 1938b:II, 189). Music
alsoelicits, excites, and channels crowd behavior; it encourages physicalreactions
of the warrior and the hunter; it calls forth the physical responseof the dance,
which may be of prime necessity to the occasion at hand.The productionof
physical response seems clearly to be an importantfunction of music; thequestion
of whether this is primarily a biologicalresponse is probably overridden by the
fact that it is culturally shaped.

("Fungsi" musik dikemukakan, untuk itu dipertanyakan apakah tanggapan

fisikdapat atau harus tercantum dalam apa yang pada dasarnya fungsi kelompok

sosial. Namun, faktabahwa musik memunculkan respons fisik jelas dapat dilihat

dalam penggunaannya di masyarakat, meskipun respon mungkindibentuk oleh

24

Universitas Sumatera Utara


konvensi budaya. Kepemilikan, misalnya, jelas menimbulkansebagian setidaknya

oleh fungsi musik dalam situasi total, dan tanpakepemilikan seremonial

keagamaan tertentu dalam budaya tertentu dianggapberhasil (lihat misalnya,

Herskovits 1938: II, 189). Musik juga memunculkan, menggairahkan, dan saluran

kerumunan perilaku; mendorong fisikreaksi dari prajurit dan pemburu; panggilan

balik respon fisikdari tarian, yang mungkin menjadi kebutuhan utama dan

kesempatan di tangan. Produksi respon fisik tampaknya jelas menjadi fungsi

musik yang penting).

7. The function of enforcing conformity to social norms. Considerablediscussion


has been devoted to this function of music in Chapter 10.Songs of social control
play an important part in a substantial number ofcultures, both through direct
warning to erring members of the societyand through indirect establishment of
what is considered to be properbehavior. This is also found in songs used, for
example, at the time ofinitiation ceremonies, when the younger members of the
community arespecifically instructed in proper and improper behavior. Songs of
protestcall attention as well to propriety and impropriety. The enforcement
ofconformity to social norms is one of the major functions of music.

(Fungsi menegakkan sesuai dengan norma-norma sosial. Penjelasan tentang

fungsi musik ini lebih dalam dijelaskan dalam bab 10. Lagu-lagu kontrol sosial

memainkan peran penting dalam budaya, baik melalui peringatan langsung

kepada anggota masyarakat yang berdosa dan melalui pembentukan langsung dari

tingkah laku apa yang dianggap tepat. Ini juga ditemukan dalam lagu yang

digunakan, misalnya, pada saat upacara inisiasi, ketika anggota muda masyarakat

yangkhusus diperintahkan dalam perilaku yang tepat dan tidak tepat. Lagu protes

dan perhatian juga untuk kepatutan dan ketidakpantasan. Penegakan sesuai

dengan norma-norma sosial adalah salah satu fungsi utama dari musik).

25

Universitas Sumatera Utara


8. The function of validation of social institutions and religious rituals.While
music is used in social and religious situations, there is littleinformation toindicate
the extent to which it tends to validate theseinstitutions and rituals. In respect to
the Navaho, Rcichard says that "theprimary function of song is to preserve order,
to co-ordinate theceremonial symbols. . . ." (1950:288), and Burrows comments
that oneof the functions of song in the Tuamotus is "imparting magical potencyby
incantations" (1933:54). Wc may also recall Freeman's assertion thatstabilizing
verses are sung when there exists "a long-term frustration orconflict in personal
needs or cultural demands which is tied in with themores of the society"; in such a
case the conflict is described and asanctioned solution suggested. "Thus,
stabilizing verses permit the personto 'let off steam' and they tend to validate the
social system" ( 1957: 220).Religious systems are validated, as in folklore,
through the recitation ofmyth and legend in song, as well as through music which
expressesreligious precepts. Social institutions arc validated through songs
whichemphasize the proper and improper in society, as well as those which tell
people what to do and how to do it. This function of music, however,needs to be
further studied and more concisely expressed.

(Fungsi validasi/pengesahan lembaga sosial dan ritual keagamaan.Sementara

musik digunakan dalam situasi sosial dan agama, ada sedikit informasi untuk

menunjukkan sejauh mana ia cenderung untuk memvalidasilembaga dan ritual.

Rcichard mengatakan bahwa "Fungsi utama dari lagu adalah untuk

mempertahankan ketertiban, untuk mengkoordinasikan simbol seremonial. . . .

"(1950:288), dan Burrows memberi komentar bahwa salah satu fungsi lagu dalam

Tuamotus adalah "menanamkan potensi magismantera "(1933: 54). WC juga

mengingatkan pernyataan Freeman yangmenstabilkan ayat yang dinyanyikan

ketika terdapat "frustrasi jangka panjang atau konflik dalam kebutuhan pribadi

atau tuntutan budaya yang diikat dengan adat istiadat masyarakat ", dalam kasus

seperti konflik dijelaskan dansolusi sanksi yang disarankan. "Dengan demikian,

menstabilkan ayat mengizinkan orang untuk 'melepaskan uap' dan mereka

cenderung untuk memvalidasi sistem sosial "(1957:220). Sistem keagamaan

divalidasi, seperti dalam cerita rakyat,melalui pembacaanmitos dan legenda dalam

26

Universitas Sumatera Utara


lagu, serta melalui musik yangmengekspresikanajaran agama. Lembaga sosial

divalidasi melalui penekanan lagu-lagu yangtepat dan tidak tepat dalam

masyarakat, serta orang-orang yang memberitahu orang-orang apa yang harus

dilakukan dan bagaimana melakukannya. Fungsi musik ini, bagaimanapun,perlu

lebih dipelajari dan lebih ringkas diungkapkan).

9. The function of contribution to the continuity and stability of culture.If music


allows emotional expression, gives aesthetic pleasure, entertains,communicates,
elicits physical response, enforces conformity to socialnorms, and validates
socialinstitutions and religious rituals, it is clear thatit contributes to the continuity
and stability of culture. In this sense,perhaps, it contributes no more or no less
than any other aspect of culture,and we are probably here using function in the
limited sense of "playing apart."

(Fungsi kontribusi terhadap kelangsungan dan stabilitas budaya/ kesinambungan

budaya.Jika musik memungkinkan ekspresi emosional, memberikan kesenangan

estetika,menghibur,berkomunikasi, memunculkan respons fisik, memaksa

kesesuaian dengan norma sosial , dan memvalidasi lembaga sosial dan ritual

keagamaan, jelas bahwamemberikan kontribusi untuk kelangsungan dan stabilitas

budaya. Dalam arti ini,mungkin, memberikan kontribusi tidak lebih atau tidak

kurang dari aspek lain dari budaya, dan kita mungkin di sini menggunakan fungsi

dalam arti terbatas "memainkanbagian.")

10. The function of contribution to the integration of society. In a sensewe have anticipated this
function of music in the preceding paragraph, forit is clear that in providing a solidarity point
around which members ofsociety congregate, music docs indeed function to integrate society.
Thisfunction has been commented upon by a number of writers. Nketia,speaking of the Yoruba
musician in Accra, says, "For the Yoruba in Accra,performances of Yoruba music . . . bring both
the satisfaction ofparticipating in something familiar and the assurance of belonging to agroup
sharing in similar values, similar ways of life, a group maintainingsimilar art forms. Music thus
brings a renewal of tribal solidarity"( 1 9 5 8 : 4 3 ) . Elkin remarks that while the varied activities
of the AustralianSongman might bring him admiration, "it would not make a socialinstitution. This
arises from his function as a unifying and integratingfactor in his clan and tribe" (1953:92).
Freeman's remarks (1957)concerning Hawaiian folksong suggest that songs of social protest
mayallow the individual to let off steam and thus to "adjust to social conditionsas they are," or
they "may accomplish social change throughmobilizing group sentiment. In cither case such verses

27

Universitas Sumatera Utara


function to reducesocietal imbalance and to integrate the society." We may also recall
Keil'sdichotomy (1962) between the "solidarity" and "release" functions ofmusic, in which
composers are "attempting to express cultural unity" intheir music and inviting "the listener to
identify with the collectiveAmerican experience, binding every conceivable musical device to
thatpurpose." Finally, in speaking of the Andamanese dance, Radcliffe-Brownstresses the
integrative function:The Andamanese dance (with its accompanying song) maytherefore be
described as an activity in which, by virtue of theeffects of rhvthm and melody, all the members of
a communityare able harmoniously to cooperate and act in unity . . .The pleasure that the dancer
feels irradiates itself over everythingaround him and he is filled with geniality and good-
willtowards his companions. The sharing with others of an intense pleasure, or rather the sharing
in a collective expression of pleasure,must ever incline us to such expansive feelings.....

(Fungsi kontribusi terhadap integrasi masyarakat. Sedikit banyakkami telah

mengantisipasi fungsi ini musik di paragraf sebelumnya, untuk lebih jelas bahwa

dalam memberikan titik solidaritas sekitar anggotamasyarakat yang berkumpul,

musik memang berfungsi untuk mengintegrasikan masyarakat. Fungsi ini telah

dikomentari oleh sejumlah penulis. Nketia,berbicara tentang musisi Yoruba di

Accra, mengatakan, "Untuk Yoruba di Accra,pertunjukan musik Yoruba. . .

membawa kedua kepuasanberpartisipasi dalam sesuatu yang akrab dan jaminan

milikkelompok , berbagi nilai yang sama, cara yang sama hidup, kelompok

mempertahankanbentuk seni yang sama. Sehingga musik membawa pembaharuan

solidaritas suku "(1958:43). Elkin menyatakan bahwa sementara kegiatan

bervariasi dari AustraliaSongman mungkin menyatakan kekagumannya, "itu tidak

akan membuat lembaga sosial. Ini muncul dari fungsinya sebagai pemersatu dan

mengintegrasikanfaktor dalam marga dan sukunya "(1953: 92) pernyataan

Freeman (1957).tentang Folksong Hawaii menunjukkan bahwa lagu-lagu protes

socialmemungkinkan individu untuk melepaskan uap dan dengan demikian untuk

"menyesuaikan diri dengan kondisi socialseperti mereka, "atau mereka" dapat

mencapai perubahan sosial melaluimemobilisasi sentimen kelompok. Dalam hal

cither, ayat tersebut berfungsi untuk mengurangiketidakseimbangan sosial dan

28

Universitas Sumatera Utara


untuk mengintegrasikan masyarakat. "Kami juga mungkin ingat Keil inidikotomi

(1962) antara "solidaritas" dan "release" fungsimusik, di mana komposer yang

"berusaha untuk mengekspresikan kesatuan budaya" dimana musik mereka dan

mengundang "pendengar untuk mengidentifikasi dengan kolektif, mengikat setiap

perangkat musik mungkin untuk yang memiliki tujuan. "Akhirnya, dalam

berbicara tentang tarian Andaman, Radcliffe-Brownmenekankan fungsi

integratif:The Andaman tari (dengan lagu yang menyertainya). Oleh karena itu

digambarkan sebagai suatu kegiatan di mana, berdasarkan dariefek ritem dan

melodi, semua anggota komunitasmampu harmonis untuk bekerja sama dan

bertindak dalam kesatuan. . .Kenikmatan yang penari terasa menyinari sendiri atas

segala sesuatusekelilingnya dan dia penuh dengan keramahan dan baik-

kehendakterhadap teman-temannya. Berbagi dengan orang lain dari kesenangan

intens, atau lebih tepatnya berbagi dalam ekspresi kolektif kesenangan, harus dan

cenderung untuk mengembangkan perasaan).

 Proses Perubahan Musik :

Menurut konsep Margaret Kartoni (cultural contact) dalam buku ―musik dan

kosmos‖ proses-proses perubahan kebudayaan musik dapat terjadi dalam 6

bentuk, yaitu :

a) Penolakan secara tegas musik. Penolakan secara tegas musik biasanya

terjadi karena hambatan khusus, misalnya masalah ekologi, masalah

politis, atau masalah konseptual. Penolakan juga terjadi karena emosional

sebagai usaha mempertahankan kemurnian kebudayaannya atau

29

Universitas Sumatera Utara


kebanggaan terhadap kebudayaan sendiri atau etnosentrisme, namun

dalam hal ini etnosentrisme dapat mempunyai arti positif dan negatif.

b) Pengambil alihan ciri khusus musik. Dalam musik sering terjadi

peminjaman ciri khusus dari suatu budaya musik. Transfer ciri khusus

tersebut tidak selalu disertai dengan perubahan besar rasa musik, sikap,

atau konsepnya. Dalam hal ini instrumen tersebut tidak harus disertai

dengan konsep lamanya. Ciri khusus juga diadopsi oleh komposer inovatif

dari sumber musik asing dan hal ini merupakan masalah penting dalam

musik.

c) Pluralisme musik yang hidup berdampingan. Pluralisme kebudayaan

biasanya terjadi pada masyarakat urban yang anggota masyarakatnya bi-

(dua) atau multietnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik, pertama

saling mencampur unsur –unsur musik yang ada menjadi sintetis baru dan

kedua masing-masing hidup berdampingan.

d) Kebangkitan unsur musik lokal. Sebuah kebudayaan yang telah lama di

bawah dominasi kebudayaan lain dan mengabaikan kebudayaan sendiri,

secara tiba-tiba sadar akan kepunahan musiknya sendiri dan berusaha

menghidupkan kembali dengan membuat musik tersebut sebagai sesuatu

yang nasionalistik, prestise ras, kesejarahan, nostalgia, turistik, atau alasan

artistik.

e) Penghapusan musik. Melupakan musik dapat terjadi karena pemaksaan

atau alamiah. Dalam kasus pemaksaan, sekelompok orang menekan

30

Universitas Sumatera Utara


masyarakat lain dalam bidang militer, agama, sosial politik, budaya, atau

kombinasi dari itu dan menyebakan perubahan radikal yang negatif.

f) Pemiskinan musik. Pemiskinan musik terjadi bersamaan dengan proses

asimilasi imigran yang akhirnya diserap oleh masyarakat dominan. Hal ini

dapat terjadi karena kebudayaan masyarakat dominan (cara hidup dan

rasa) dihargai lebih daripada kebudayaan setempat dan ditempatkan pada

posisi puncak. Kemungkinan yang terjadi adalah repertoarnya dilupakan

atau teknologi tradisi dan instrumen diganti dan kemudian terjadi

standardisasi dan penyerdehanaan.

Sebuah karya musik, misalnya sebuah nyanyian, dapat dipandang sebagai

sejumlah nada yang tersusun dalam ruang-ruang birama. Namun pandangan ini

adalah sama seperti pandangan seorang penganalisis di laboratorium kimia yang

memandang sebuah berlian hanya sebagai gabungan dari sejumlah molekul dan

atom saja. Keindahan berlian kini tidak ditanggapi sama sekali. Godaaan dari ilmu

analisis musik adalah sama ; ―memotong‖ dan memperhatikan detil sambil

melupakan keseluruhan dari sebuah karya musik. keseluruhan berarti :

memandang awal dan akhir dari seluruh lagu serta beberapa perhentian sementara

ditengahnya; gelombang-gelombang naik turun dan tempat puncaknya; dengan

kata lain: dari segi struktur. Pandangan ini mirip dengan seorang yang

memandang sebuah berlian sebagai kristal yang tersusun dari sudut-sudut yang

teratur dan mengkilat-kilatkan sinar secara berlimpah. Analisis musik yang

dipraktekkan disini mengikuti cara yang kedua tadi, ialah berpangkal dari

keseluruhan lagu. hanya dengan cara ini dapat kita temukan kesenian yang

31

Universitas Sumatera Utara


termuat di dalam musik, di dalam bentuk musik. Kalau sorang pianis hanya

menghadap nada-nada yang dibaca dan dibunyikan satu persatu, maka jiwa musik

tidak akan nampak. Hal yang sama berlaku juga untuk paduan suara yang sedang

melatih lagu baru. ―menguasai materi‖ tentu menjadi dasar untuk setiap musik.

Namun tidak cukup. Perlu pula ‗penjiwaan‘. Untuk itu perlu suatu ‗pola‘.

Misalnya, keras lembutnya musik adalah suatu tuntutan umum untuk menghindari

bahwa musik menjadi bosan. Namun, dimana harus keras, dimana harus lembut.

Musik mirip dengan bahasa : terjadinya dalam urutan waktu, di dalam potongan-

potongan : (1) dalam bentuk tertutup, potongan tersebut biasanya tersusun

sedemikian, hingga nampak teratur atau dalam bahasa ilmu bentuk ‗simetris‘.

Musik ini terdiri dari kalimat musik, (2) potongan lagu yang tidak teratur atau

tidak simetris terdapat juga, meskipun sedikit. Termasuk disini lagu seruan atau

sahut-menyahut, lagu resitatif , misalnya lagu suluk dalam wayang, kebanyakan

lagu Gregorian, lagu motet atau yang disebut bentuk terbuka. (Prier, 1996 :1)

Menurut Prier (1996:2) bentuk musik adalah suatu gagasan/ide yang

nampak dalam pengolahan atau susunan semua unsur musik dalam sebuah

komposisi (melodi, irama, harmoni, dan dinamika). Ide ini mempersatukan nada-

nada musik terutama bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu persatu

sebagai kerangka. Bentuk musik dapat dilihat juga secara praktis sebagai wadah

yang diisi oleh seseorang komponis dan diolah sedemikian hingga menjadi musik

yang hidup. Bentuk musik secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian :

a. Homophony

32

Universitas Sumatera Utara


Gaya ini disebut homofon, artinya ‗satu bunyi‘. Gaya homofon adalah

musik yang disusun secara ‗vertikal‘, artinya masing-masing suara pada

setiap saat menghasilkan salah satu akor yang menentukan juga kombinasi

nada yang dipakai oleh masing-masing suara (Prier, 1996:102). Suara-

suara mulai dan berakhir bersama(dalam ‗blok‘); kata-kata syair diucapkan

bersama. Kesannya : kompak, meyakinkan, penuh-tetapi juga berat, statis.

b. Poliphony

Di samping musik homofon terdapat pula musik poliphony atau polifon

yang artinya ‗bunyi dalam banyak suara‘. Gaya polifon adalah musik yang

disusun secara ‗horisontal‘ dan vertikal, artinya diusahakan agar masing-

masing suara berdikari, dengan insting sendiri-sendiri (tidak bersama-

sama), suara yang satu dikejar (juga) oleh suara yang mulai sesudahnya,

sambil meniru (imitasi), namun dengan usaha pula agar bunyi

menghasilkan interval yang konsonan (atau juga disonan).

c. Monophony

Menurut Banoe dalam ―kamus musik‖, monophony adalah suara tunggal.

Karya musik berupa melodi tanpa dukungan harmoni maupun suara lain

yang kontras/kontrapungtis.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka seperti sudah diuraikan di

atas, maka penulis membuat pembatasan masalah agar penjelasan tulisan ini lebih

33

Universitas Sumatera Utara


akurat dan terperinci, dan menghindari luasnya ruang lingkup permasalahan.

Adapun pokok permasalahan yang penulis tentukan di dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana bentuk penyajian dan pemanfaatan musik di Gereja HKBP Pasar

6 Padang Bulan Medan.

2. Bagaimana fungsi dan perubahan musik di Gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan Medan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui atau menggambarkan

pengetahuan musik dan ritual keagamaan di Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

Medan.Selain itu juga untuk menjelaskan perkembangan musik Gereja HKBP

Pasar 6 Padang Bulan Medan.Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat

dikemukakan dari dua sisi, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan di

bidang pendidikan, khususnya tentang ilmu Antropologi dan Musik dan

penerapan musik dalam kebudayaan manusia, terutama dalam melihat realita

masyarakat saat ini yang membutuhkan ide-ide yang lebih kreatif dalam

berkarya khususnya dalam musik. Bagi Gereja dan Lembaga Agama lainnya,

penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya

ilmu pengetahuan tentang Antropologi dan kebudayaan dan Musik.

2. Manfaat Praktis

- Bagi penulis sendiri,penelitian ini bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan di bidang musik,serta dapat mengaplikasikan

34

Universitas Sumatera Utara


ilmu pengetahuan yang didapatkan selama di perkuliahan, yaitu ilmu

Antropologi.

- Dan memberikan karya yang komprehensif tentang perkembangan musik di

gereja-gereja khususnya di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

- Bagi Lembaga Pendidikan, penelitian ini dapat menambah ilmu tentang

Antropologi, khususnya Antropologi kesenian (musik) dan menjadi acuan

pendidikan seni dan musik.

1.5Ruang Lingkup Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan Selayang,

Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Jemaatnya sebagian besar suku Batak Toba.

Adapun alasan penulis memilih tempat penelitian tersebut dikarenakan berbagai

fenomena perubahan dan pengembangan musiknya yang cenderung terus

bervariasi terutama pada alat musik dan bentuk aransemennya yang menjadi daya

tarik bagi jemaatnya, penulis juga merupakan jemaat Gereja HKBP Pasar 6

namun tidak jemaat menetap (perantauan), sehingga sudah jelas adanya hubungan

langsung dari pada kajian penulis yang sangat mendukung dari lokasi penelitian

tersebut. Dan lokasi penelitian tersebut juga merupakan tempat latihan bagi

kelompok musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan, Medan. Peneliti juga

melakukan studi awal guna mengumpulkan data-data sebagai gambaran umum

jauh dari sebelum penyusunan.

35

Universitas Sumatera Utara


1.6 Metode Penelitian

Penelitian dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusian didefenisikan oleh LIPI

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) adalah sebagai berikut: ―segala aktivitas

berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklaskan, menganalisa,

dan menafsir fakta-fakta serta hubungan-hubungan antara fakta-fakta alam,

masyarakat, kelakuan, dan rohani manusia guna menemukan prinsip-prinsip

pengetahuan dan metode-metode baru dalam usaha menanggapi hal-hal tersebut.

(Koentjaraningrat, 1973).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang terjadi dan dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku,persepsi motivasi,tindakan dan lain-lain secara holistic dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,pada suatu konteks yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode kualitatif

yaitu berupa pengamatan, wawancara, dan studi kepustakaan.Dalam penelitian ini

ada 2 jenis data yang digunakan,yaitu data primer dan data skunder.Data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui

observasi dan wawancara.Data skunder digunakan untuk melengkapi data primer

yang diperoleh dari berbagai buku ilmiah,jurnal, media massa serta internet.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk

mendapatkan data primer antara lain adalah :

36

Universitas Sumatera Utara


1.6.1. Wawancara

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan

tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian

mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.

(Koentjaraningrat, 1973:129). Pada wawancara, sifat pertama yang penting adalah

memilih orang yang memiliki keahlian tentang pokok wawancara. Pada

wawancara sifat kedua, yang penting adalah penyusunan sampel yang

representasif dari orang-orang yang akan diwawancara. Dalam melakukan

wawancara peneliti menentukan beberapa informan sebagai sumber informasi

yang terkait dengan topik penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sebuah catatan lapangan atau

disebut dengan catatan etnografis dalam ilmu Antropologi. Penulis menggunakan

teknik wawancara mendalam kepada informan. Jumlah informan sebanyak 10

orang diantaranya kantor gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan yang

diwakili oleh Tata Usaha gereja, dikarenakan bagian administrasi dan

pemberkasan gereja berada di kantor gereja HKBP Pasar 6, yang diwakili oleh

kakak Sendang Bako, SH (staff tata usaha). Selanjutnya penulis juga

mewawancarai tim musik dan tim ibadah gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan dan sajian musik yang mereka

laksanakan. Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa pengurus gereja

dan para pendeta yang meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancarai.

Dalam hal ini peneliti merasa kesulitan karena beberapa pendeta menolak untuk

37

Universitas Sumatera Utara


diwawancarai dengan alasan sibuk, dan karena baru beberapa bulan menjabat di

gereja HKBP Pasar 6. Sehingga penulis mencoba menghubungi pendeta yang

sebelumnya menjabat di gereja tersebut, namun sudah pindah tugas ke gereja

HKBP Sudirman. Penulis juga mewawancarai beberapa jemaat dan masyarakat

lingkungan sekitar gereja dikarenakan para informan tersebut sedikit banyaknya

mengetahui tentang ibadah dan musik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis juga menggunakan alat

bantu perekam suara/rekording menggunakan aplikasi handphone (HP) untuk

merekam informasi yang disampaikan oleh informan. Tak hanya itu, penulis juga

mencatat hal-hal penting dalam catatan kecil penulis. Informan yang telah

disebutkan oleh penulis di atas merupakan sumber infromasi penulis dikarenakan

memberikan informasi ataupun jawaban mengenai musik di gereja HKBP Pasar 6

Padang Bulan Medan.

1.6.2. Teknik observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang

tampak pada saat penelitian.Observasi dilakukan peneliti untuk melihat

langsung,mendengarkan,dan mencatat kegiatan-kegiatan di

Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Dalam pengumpulan data ini peneliti

menggunakan teknik observasi partisipan. Peneliti mengadakan pengamatan

langsung dengan cara melihat langsung sajian musik pertunjukan yang dimainkan

oleh kelompok musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan dalam mengiringi

ibadah. Dalam proses pengamatan langsung peneliti menggunakan alat bantu

kamera foto dan video. Peneliti juga melakukan pengamatan diluar jadwal ibadah

38

Universitas Sumatera Utara


gereja, yaitu melalui wawancara dengan pelayan musik, kelompok musik gereja,

jemaat dan juga wawancara terhadap masyarakat sekitar gereja.

1.6.3. Studi Kepustakaan

Selain data primer, penelitian juga menggunakan data skunder, yaitu data

yang berasal dari kepustakaan seperti buku, artikel, dan media elektronik (media

sosial dan internet) dengan menyebutkan sumbernya. Data dari pustaka yang

digunakan sesuai dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama sekali

yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan yaitu dengan cara

mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan judul atau topik

pembahasan dalam skripsi tersebut. Penulis mencari dan mengumpulkan

informasi dari skripsi, buku, tesis, artikel, dan jurnal untuk membantu melengkapi

penulisan skripsi tersebut.

1.7. Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari lapangan ke dalam skripsi ini dicatat dalam

bentuk catatan lapangan dan dibantu dengan alat perekam menggunakan

handphone (HP) pada saat wawancara dengan informan. Selain itu, penulis juga

melakukan observasi atau pengamatan di lapangan mengenai pendapat tentang

musik di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, serta respon jemaat dan

respon dari masyarakat sekitar.

1.8. Pengalaman Penelitian

39

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini dilakukan di daerah Padang Bulan Medan, atau lebih tepatnya

secara geografis terletak di jalan Jamin Ginting Gang Gereja KM 6.1 Padang

Bulan Bulan Medan. Sebelum melakukan penelitian, penulis sudah pernah dan

sering melihat langsung gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan dan

penampilan (performance) dari tim musik di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

Medan. Di tempat penelitian ini kebetulan kantor Tata usaha gereja berada satu

lokasi dengan gereja tau lebih tepatnya di belakang gereja, yang dijaga oleh staff

Tata usaha gereja. Tentu hal ini sangat membantu penulis karena sedikit banyak

memberikan informasi dan menyarankan penulis kepada informan yang tepat dan

mengetahui betul tentang musik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

Setelah judul disetujui departemen dan mendapatkan surat ijin penelitian

penulis langsung menuju lokasi penelitian pada tanggal 2 Mei 2016. Sebelum

melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melapor dan memperkenalkan diri

kepada staff Tata usaha gereja. Setelah melapor dan memperkenalkan diri, penulis

memaparkan tujuan penulis dalam hal penelitian tentang musik gereja tersebut.

Lalu mewawancarai staff Tata usaha gereja tersebut yaitu kakak Sendang Bako,

mengenai sejarah dan informasi tentang jemaat gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan Medan. Namun staff Tata usaha tidak begitu banyak mengetahui tentang

musik gereja tersebut, sehingga penulis diarahkan untuk mewawancarai pendeta

dan tim musik/tim ibadah gereja tersebut. Hari-hari berikutnya penulis mencoba

menghubungi pendeta, namun pak pendeta tidak bersedia diwawancari karena

sibuk. Lalu penulis juga mewawancarai tim musik/tim ibadah gereja, namun di

awal proses mewawancarai, penulis mengalami kesulitan, dikarenakan mulainya

40

Universitas Sumatera Utara


latihan para tim musik tidak sesuai dengan jadwal yang diberitahu oleh staff Tata

usaha gereja, yang awalnya dikatakan mulai pada jam 7 malam, namun setelah

penulis menunggu beberapa jam, ternyata para tim musik/tim ibadah tak kunjung

datang. Beberapa kali penulis mengalami hal tersebut, hingga akhirnya penulis

meminta kontak para pemain musik dan tim ibadah gereja tersebut. Selain

wawancara penulis juga mengambil foto pada saat tim musik melakukan latihan,

dan segala kegiatan gereja yang berkaitan dengan musik, dan meminta beberapa

foto dokumentasi yang dimiliki oleh informan dalam penelitian ini.

BAB II

41

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Deskripsi Gereja HKBP Pasar 6 Ressort Padang Bulan Medan

Keadaan umum gereja HKBP Padang Bulan Medan, Ressort Padang

Bulan terletak di pusat kota yang mudah dijangkau dari daerah lain, dan

merupakan lingkungan yang memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi.

Letak gereja HKBP Padang Bulan Medan, Ressort Padang Bulan sangat strategis

dan disekitarnya banyak fasilitas umum yang bisa kita jumpai, seperti pusat

perbelanjaan, pusat pendidikan, pusat kesehatan dan sarana lainnya. Padang Bulan

Medan merupakan daerah ramai siang dan malam, mengingat kemacetan sudah

menghampiri daerah padang bulan terutama perempatan simpang Pos.

Gereja HKBP Padang Bulan Medan, Ressort Padang Bulan distrik X

Medan Aceh secara geografis terletak di jalan Jamin Ginting gang Gereja KM 6,1

Padang Bulan Medan, kelurahan Beringin kecamatan Medan Selayang kota

Medan provinsi Sumatera Utara.

Daerah padang bulan sebagai tempat HKBP Padang Bulan Medan, Ressort

Padang Bulan dihuni oleh banyak masyarakat yang berlatar belakang multi

budaya dan etnis, multi agama. Dengan kepadatan tingkat penduduk yang tinggi

maka tidak heran jika padang bulan termasuk pusat perpolitikan. Walaupun

seperti itu kita bisa melihat keadaan perpolitikan di padang bulan sangat stabil dan

kondusif. Keadaan masyarakat di padang bulan tergolong hidup dalam kerukunan

antar umat beragama yang berlatar belakang multi budaya dan kepercayaan.

Mengingat padang bulan sebagai tempat gereja HKBP Padang Bulan Medan,

42

Universitas Sumatera Utara


Ressort Padang Bulan didiami oleh banyak suku seperti suku Batak Toba, Batak

Karo, Batak Simalungun, Pakpak, suku Jawa, Aceh, Melayu, India, Cina dan

beberapa suku lainya. Namun walaupun dihuni oleh multi budaya dan multi suku

daerah ini tergolong rukun dalam hubungan antar etnis.

Gereja HKBP Padang Bulan Medan, Ressort Padang Bulan yang

bertempat di padang bulan KM 6,1 didiami oleh mayoritas agama Kristen. Hal ini

bisa kita lihat melalui keberadaan beberapa rumah ibadah. Selain gereja HKBP

Padang Bulan Medan, Ressort Padang Bulan, disekitarnya bisa kita jumpai gereja

Katolik santo Petrus, gereja Batak Karo protestan (GBKP), Gereja Kristen

Protestan Simalungun (GKPS), Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD),

dan Gereja Pentakosta Indonesia.

Jumlah jemaat Gereja HKBP Pasar 6 Padang bulan pada tahun 2013 yaitu

sebanyak 760 KK (kepala kelurga)/ 4055 orang, dan tidak banyak mengalami

perubahan data hingga sekarang. Keadaan umum jemaat HKBP Padang Bulan

Medan menyebar, hal ini bisa kita lihat melalui tempat tinggal para jemaat HKBP

Padang Bulan tersebar dalam daerah yang sangat luas. Jemaat HKBP Padang

Bulan Medan menyebar mulai dari pringgan, ke jalan Jamin Ginting, Jalan

Ngumban surbakti, ke Jalan A.H. Nasution bahkan ke Johor. Hal ini menunjukkan

bahwa jemaat HKBP Padang Bulan menyebar tidak tinggal dalam satu kelompok

tertentu. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan perumahan yang

baru yang mempengaruhi penyebaran tempat tinggal masyarakat pada umumnya

dan juga termasuk jemaat HKBP Padang Bulan pada khususnya.

43

Universitas Sumatera Utara


Sektor (wilayah) Penyebaran Penatua/sintua

I Jln.Parang I, Jl.Luku II, Jl.Luku III St.M.Br Sinaga

II Jl.Pintu Air I, Jl.Sari Rejo St.M.Sitohang

III Jl. Beringin, Jl.Saudara, Jl.Gereja St.E.Br Sinurat

IV Jl.Bunga Ester, Jl.Bunga Kantil, Jl.Ngumban St.J.Sianipar

Surbakti, Jl.Pasar 7

V Jl.Bunga Mawar, Jl.Bunga wijaya, Jl.Mesjid St.H.Siregar

syuhada

VI Jl.Saudara, Jl.Cinta Karya St.E.Br Sigiro

VII Jl.Bahagia St.M Gultom

VIII Jl.Jamin Ginting gang kamboja St.E.Br.Rajagukguk

IX Johor indah permai, Jl.Eka Rasmi St.E.Br.Malau

X Jl.Penerbangan, Jl.Bunga Ncole St.Br Hutabarat

XI Jl.Pintu air 4, simalingkar B St.H.Sipahutar

XII Gang Mandor, Jl.Dwi Warna St.M.Sihombing

Tabel 1 : Wilayah Penyebaran Jemaat Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan
Sumber : Olahan data penulis dari database Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan
Medan

Jemaat HKBP Padang Bulan mayoritas tamat dari perguruan tinggi, dan

kita bisa melihat dari data base puluhan orang jemaat telah menyandang gelar

magister. Walaupun disamping itu masih banyak jemaat yang hanya memiliki

pendidikan formal hanya SMA atau sederajat, bahkan masih ada yang dibawah

SMA atau sederajat.Tingkat ekonomi jemaat HKBP Padang Bulan didominasi

oleh jemaat berekonomi menengah. Berdasarkan data base sekitar 50% bekerja

sebagai wiraswasta termasuk berdagang, sekitar 25% pegawai negeri, 20%

44

Universitas Sumatera Utara


pegawai swasta dan sisanya adalah polri atau TNI bahkan menurut database

jemaat masih ada yang bertani walaupun hanya beberapa orang saja dan

kemungkinan sebagai mata pencaharian sampingan atau tambahan. Kita juga bisa

melihat dari data base jemaat kira kira 40% jemaat ekonomi menengah keatas dan

sekitar 60% jemaat ekonomi menengah kebawah.

Sektor/ Pekerjaan

wilayah PNS Wiraswasta TNI Polri Petani Dagang

I 26 135 1 1 7 10

II 20 43 1 1 1 4

III 14 43 0 2 0 6

IV 54 105 4 4 10 7

V 42 98 2 4 0 6

VI 9 57 3 0 0 4

VII 13 71 1 0 1 9

VIII 6 16 1 1 2 1

IX 15 47 1 0 0 1

X 31 48 0 1 0 2

XI 41 93 1 2 5 7

XII 11 94 1 0 2 10

Jumlah 282 850 16 16 28 67

Tabel 2 : Komposisi Jemaat Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Berdasarkan


Mata Pencaharian
Sumber : Olahan data penulis berdasarkan database Gereja HKBP Pasar 6 Padang
Bulan

45

Universitas Sumatera Utara


Adapun profesi Jemaat HKBP Padang Bulan sangat beragam. Mulai dari

pegawai negeri, pegawai swasta, TNI, Polri, petani, wiraswasta atau pedagang

bahkan Pengusaha yang bergerak diberbagai bidang kehidupan, namun melalui

database profesi jemaat HKBP Padang Bulan didominasi oleh wiraswasta dan

diikuti oleh pegawai negeri dan pegawai swasta.

Sektor/wilayah Suku

Batak Toba Pakpak Simalungun Karo Nias Mandailing

I 318 45 2 3 0 0

II 218 10 5 7 0 7

III 255 4 3 0 1 0

IV 584 8 4 2 0 0

V 483 0 1 1 0 0

VI 173 0 0 0 0 0

VII 195 0 0 0 0 0

VIII 67 7 0 0 0 0

IX 118 3 1 1 0 1

X 179 3 0 2 0 0

XI 289 1 5 0 0 0

XII 227 18 0 0 0 0

Jumlah 3106 99 21 17 1 8

Tabel 3 : Komposisi jemaat Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan


berdasarkan Suku.
Sumber : Olahan data penulis berdasarkan database Gereja HKBP Pasar 6 Padang
Bulan

46

Universitas Sumatera Utara


2.2 Sejarah dan Struktur Organisasi Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

Adapun gereja HKBP Padang Bulan Medan Ressort Padang Bulan Medan

adalah pertama dibangun diatas sebidang tanah milik sintua J. Tumanggor yaitu

seorang guru huria angkatan yang pertama dan sekaligus sebagai tokoh yang

mengupayakan peribadahan jemaat HKBP Padang Bulan Medan Ressort Padang

Bulan. Letak tanah sebagai tempat HKBP Padang Bulan Medan resort Padang

Bulan yang beralamat di jalan Jamin Ginting gang Gereja sekarang pertama

adalah sebagai hak pakai. Yang ketika itu diberikan oleh sintua J. Tumanggor

karena tidak ada tempat peribadahan. Pada awalnya tanah tempat bedirinya

gedung gereja HKBP Padang Bulan Medan resort Padang Bulan adalah sawah

dan sekitarnya juga persawahan yang terletak sekitar 100M dari jalan Jamin

Ginting sehingga harus ditimbun supaya ketika musim hujan air tidak tergenang

(tim sejarah gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan).

Adapun luas areal pertama adalah 100 M x 50 Meter dan disamping

sebalah kiri dibeli lagi sekitar 50 M x 10 M pada masa kepemimpinan

J.Tumanggor sebagai guru huria, diperuntukkan sebagai lokasi gedung sekolah

SMP HKBP Padang Bulan Medan. Pada tahun sekitar 1953 para jemaat

mengumpulkan uang untuk diberikan kepada sintua J.Tumanggor akan tetapi

karena saat itu hujan dan angin kencang merobohkan bagunan gereja yang masih

sangat sederhana sehingga uang tersebut tidak jadi diberikan kepada sintua

J.Tumanggor namun dialokasikan sebagai dana menambah perbaikan rumah

ibadah yang rusak disaat itu.Karena ada beberapa hal sintua sintua J.Tumanggor

pindah huria dan membentuk gereja GKPI yang sekarang menjadi GKPI Pamen

47

Universitas Sumatera Utara


maka urusan tentang pengalihan hak milik atas sebidang tanah yang menjadi

tempat gereja HKBP Padang Bulan menjadi alot. Karena surat tanah masih

dipegang oleh sintua J.Tumanggor dan belum ada proses dan pelaksanaan bahwa

tanah itu dibeli dari sintua J.Tumanggor. Dan beberapa kali para sintua meminta

surat tanah maka tanah yang menjadi lokasi gereja HKBP Padang Bulan sintua

J.Tumanggor menolaknya dan mengatakan bahwa tanah itu tetap hak miliknya

dan memang belum ada pembicaraan sebelumnya tentang jual beli sebidang tanah

(tim sejarah gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan).

Namun disuatu saat ketika parhalado yang dipimpin oleh sintua J.

Sitanggang melakukan perehapan asbes, maka ada seorang anak dari sintua

J.Tumanggor yaitu Viktor Tumanggor mengingatkan kepada sintua J. Sitanggang

supaya surat tanah itu diperjelas kepada orang tuanya yaitu sintua J.Tumanggor.

mengingat sintua J.Tumanggor sudah tua dan jika hal itu berlarut ke generasi

muda maka akan semakin rumit. Maka mulai saat itu ada keseriusan yang lebih

untuk meminta surat tanah sintua J. Tumanggor yang menjadi lokasi gereja. Maka

sintua J. Sitanggang yang saat itu sebagai guru huria angkatan beserta dengan

sintua J. Tumanggor (bukan pemilik tanah) yang saat itu sebagai sekretaris gereja

melakukan diplomasi dengan mengunjungi sintua J.Tumanggor (pemilik tanah).

Melalui kunjungan itu sintua J.Tumanggor (pemilik tanah) mengatakan supaya

parhalado HKBP Padang Bulan melakukan musyawarah bagaimana jalan terbaik,

namun sintua J. Sitanggang meminta kepada sintua J.Tumanggor (pemilik tanah)

supaya sintua J.Tumanggor (pemilik tanah) yang memberikan petunjuk dan

48

Universitas Sumatera Utara


bagaimana cara tentang surat tanah itu (tim sejarah gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan Medan).

Singkat cerita parhalado gereja HKBP Padang Bulan akan mengadakan

pesta makan bersama beserta para jemaat dan para undangan, sesuai dengan

keinginan sintua J.Tumanggor (pemilik tanah) supaya hal itu dilaksanakan

digereja saja dan dia akan bersedia hadir. Sintua J.Tumanggor (pemilik tanah)

juga menginginkan supaya dua orang sebagai peyumbang dana ke gereja HKBP

Padang Bulan pada masa kepemimpinannya sebagai guru huria angkatan di gereja

HKBP Padang Bulan juga di undang karena menurut penuturannya masih ada

utang yang belum terlunasi kepada kedua vigur penyumbang dana termasuk

penyediaan Asbes dan podium disaat itu Prof. Apul panggaben manyumbang

Asbes, Komisaris Marpaung, PT. Perkebunan Viola manyumbang langgatan.

Namun karena disaat akan diadakannya pesta kedua vigur penyumbang dana

tersebut pergi kejakarta maka hal urusan tanah hanya urusan sintua J.Tumanggor

(pemilik tanah). Dan saat itu diberikan sebuah cendera mata sebagai penghargaan

dan uang sebesar 500 Ribu rupiah sebagai penghargaan atas pemberian lahan

untuk lahan gereja. Setelah itu pihak gereja HKBP Padang Bulan yang diwakili

St. J. Sitanggang dengan sintua J.Tumanggor (pemilik tanah) menyelesaikan

pergantian nama surat tanah yang menjadi lokasi gereja, di kantor kelurahan.

Maka tanah yang menjadi tempat gereja HKBP Padang Bulan sah menjadi hak

milik HKBP Padang Bulan Medan. Yang kini telah disertipikatkan. Setalah tahun

2011 Ressort HKBP Padang Bulan Medan mengadakan jubileum untuk

pengadaan tanah tambahan sebagai wilayah gereja maka hasil dari jubileum tanah

49

Universitas Sumatera Utara


disamping gereja sebelah kiri dibeli dengan ukuran sekitar 50 M x 10 M.Dan

tempat gereja HKBP Padang Bulan kini telah memiliki sertifikat hak milik.

Tentang jalan dari Jamin Ginting menuju gereja yang memiliki panjang sekitar

100M x 2 M adalah dibeli sekitar tahun 1951 supaya ada jalan para jemaat untuk

datang beribadah ke gereja HKBP Padang bulan Medan (tim sejarah gereja HKBP

Pasar 6 Padang Bulan Medan).

Foto 1 : Gereja HKBP Pasar 6 pada tahun 2010


Sumber : Dokumentasi Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

50

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1 : Struktur Organisasi Gereja HKBP Pasar 6
Sumber : Buku Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 (Setelah
amandemen kedua) Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

51

Universitas Sumatera Utara


2.3 Pelayanan di HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

Pelayanan dalam perjalanan sejarah HKBP Padang Bulan Medan sangat

berkembang. Dan pelayanan untuk pembentukan dan dukungan pada pos-pos

parmingguon yang dibentuk Tuhan melalui gereja HKBP Padang Bulan Medan

telah nyata melalui banyaknya pos parmingguon yang telah menjadi huria nagok

bahkan telah menjadi resort. Hal ini menunjukkan kesediaan jemaat dan

parhalado HKBP Padang Bulan Medan untuk dipakai Tuhan menumbuhkan

kekristenan di tengah-tengah dunia ini, pada hususnya di kota medan atau Padang

Bulan sekitarnya.

Dalam pelayanannya dalam bidang diakoni, koinonia dan marturia,

sebagai sebuah huria HKBP Padang Bulan Medan disaat ini membentuk atau

memilih parhalado untuk melayani dibidang-bidang tertentu. Secara terperinci

pelayanan dalam bidang Koinonia, Marturia dan Diakonia adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan dalam bidang Koinonia (Parsaoran)

Dewan Koinonia adalah organ pelayanan di tingkat jemaat, yang

merencanakandan melaksanakan pelayanan untuk memantapkan persekutuan

yang sehati, sepikir, dan seperasaan yang mencakup seksi sekolah minggu, seksi

remaja, seksi pemuda, seksi perempuan, dan seksi bapak. ( Tata dasar dan tata

laksana HKBP 2002 setelah amandemen kedua).

a. Pelayanan dalam ibadah Sekolah Minggu.

Ada dua tempat peribadahan sekolah minggu di HKBP Padang Bulan

medan. Pelayanan dilaksanakan dengan baik yaitu satu di gereja HKBP

Padang Bulan dan satu lagi di sector I. Pelayanan dilakukan sangat baik

52

Universitas Sumatera Utara


oleh guru-guru sekolah minggu dan dipandu oleh setiap parhalado supaya

terjadi keseragaman dan kelancaran pelayanan. Banyak bentuk pelayanan

yang bisa kita banggakan dalam pelayan mereka di tahun 2013 seperti:

Paskah Sikola Minggu, di bulan April 2013, Natal Sikola Minggu, dan lain-

lain.

b. Ibadah minggu pagi.

Peribadahan di minggu pagi semakin berkembang dengan semakin

banyaknya jumlah jemaat yang hadir di ibadah minggu pagi. Dalam

peribadahan minggu pagi adapun nyanyian yang dipakai yaitu dari buku

kidung jemaat. Dalam ibadah minggu pagi diusahakan hanya satu atau dua

koor saja karena mengingat jarak waktu yang sangat singkat antara ibadah

minggu pagi dan ibadah minggu siang. Dan warta jemaat yang akan

dibacakan dalam ibadah minggu pagi Minggu Siang.

c. Ibadah Minggu Malam.

Ibadah minggu malam memberdayakan para remaja dan naposo bulung

untuk berperan aktif dalam pelayanan ibadah malam atau dengan memakai

bentuk yang dimodifikasi supaya lebih mengena kepada kaum generasi

muda. Adapun nyanyian yang dipakai dalam ibadah malam adalah dari

buku Kidung Jemaat, Yamuger dan dari BLP (Buku Lagu Pujian dan Buku

Lagu Perkantas). Dalam ibadah ini para remaja dan naposo bulung

berkreasi membentuk ibadah yang lebih menarik terhadap muda mudi

tanpa melanggar aturan peribadatan HKBP.

d. Guru Sekolah Minggu.

53

Universitas Sumatera Utara


Pelayanan kepada ibadah anak-anak sekolah minggu berjalan dengan baik

dan lancar. Dan para guru sekolah minggu sangat rajin dalam mengikuti

sermon guru sekolah minggu yang dilaksanakan pada hari jumat malam

pukul 20.00 WIB.

e. Remaja dan Naposobulung(Muda-mudi).

Pelayanan terhadap remaja naposo bulung berjalan dengan baikdan banyak

kegiatan yang mereka lakukan didalam perjalanan pelayanan gereja. Hal

ini bisa terlihat dengan keaktifan mereka dalam melayani di dalam ibadah

minggu malam. Pelayanan dalam remaja naposo bulung sangat

berkembang di gereja HKBP Padang Bulan Medan.

f. Kategorial ama(Ayah).

Pelayanan dalam kategorial ama berjalan dengan baik dan di gereja HKBP

Padang Bulan Medan dibentuk perkumpulan ama huria dan berjalan

dengan baik.

g. Kategorial Ina(ibu).

Pelayanan kategorial ina berjalan dengan baik dimana ada tida punguan

ina di HKBP Padang Bulan Medan yaitu: punguan Ina P. Kamis, Ina

Hanna, Ina Ester, dohot Ina Sektor(kumpulan). Selain latihan koor setiap

minggu juga diadakan PHD setiap minggu kepada punguan ina dan

pelayanan ini sangat berjalan dengan baik

h. Kehidupan Masyarakat, Oikumene dan bernegara.

Hal ini masih berjalan biasa biasa saja dan kerukunan antar umat

beragama di Padang Bulan berjalan sangat kondusif.

54

Universitas Sumatera Utara


2. Pelayanan di bidang Marturia (Panindangion):

Dewan marturia adalah organ pelayanan di tingkat jemaat, yang

merencanakan dan melaksanakan pekerjaan memberitakan injil di tengah-tengah

jemaat dan masyarakat, yang mencakup seksi pekabaran injil dan seksi musik.

(Tata dasar dan tata laksana HKBP 2002 setelah amandemen kedua).

Pelayanan dalam bidang marturia termasuk pengetahuan akan firman

Tuhan, Zending, Musik, Evangelisasi, Pendidikan. Pembinaan Pastoral dohdan

kunjungan ke rumah rumah jemaat. Ketua dewan marturia di HKBP Padang

Bulan Medan adalah Dra.E Br.Malau dan dibantu oleh seksi-seksi.

a. Sermon12 Huria. Berjalan dengan baik yang dilakukan pada hari jumat

dimulai pukul 17.00 sekaligus menjadi sermon resort.

b. Sermon Calon Sintua. Dilakukan sermon khusus kepada para calaon sintua

dan sejauh ini berjalan dengan baik.

c. Sermon Ressort.Sermon resort adalah mencakup langsung sebagai sermon

huria di HKBP Padang Bulan dan berjalan dengan baik setiap hari jumat

dimulai pukul 17.00. WIB

d. Sermon Distrik. Berjalan dengan baik .

e. Sermon ni Guru Sikola Minggu. Berjalan dengan baik yang seetiap

minggu dipimpin oleh para pelayan fulltimer. Dan masih banyak

pelayanan lainnya yang berjalan dengan cukup baik dalam bidang

marturia.

3. Pelayanan dalam bidang Diakonia:

12
Kegiatan pendalaman alkitab dan persiapan ibadah secara teratur setiap minggu (Tata dasar dan
tata laksana HKBP 2002 setelah amandemen kedua).

55

Universitas Sumatera Utara


Dewan diakonia adalah organ pelayanan di tingkat jemaat, yang

memikirkan dan melaksanakan pelayanan diakonia, meningkatkan pengetahuan

dan keshatan, demikian juga melaksanakan percakapan dan komunikasi dengan

masyarakat sekitar maupun pemerintah, yang mencakup seksi diakonia sosial,

seksi pendidikan, seksi kesehatan, dan seksi kemasyarakatan. ( Tata dasar dan tata

laksana HKBP 2002 setelah amandemen kedua).

Ketua dewan Diakonia adalah St.S.H. Siregar, SE. Dibantu oleh beberapa

seksi yang berada dibawah naungan dewan diakonia. Dewan diakonia

melaksanakan pelayanan dibanyak bidang seperti pelayanan Pendidikan,

Kesehatan dan Sosial. Pelayanan diakonia selama ini masih banyak di bidang

sosial. Dalam bidang diakonia gereja HKBP Padang bulan memiliki sekolah yaitu

SD dan SMP yang berlokasi disekitar gereja.

2.4 Sejarah Musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa pengurus gereja

HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, bahwa sejarah musik gereja HKBP secara

umum sama semua. Dan beberapa pengurus gereja tidak begitu mengetahui

tentang sejarah musik gereja tersebut, bahkan ada yang tidak mengetahui sama

sekali. Dari semua informan hampir semua mengatakan bahwa sejarah musik di

gereja HKBP secara umum sama semua dan bahkan hampir persis, hal tersebut

dikarenakan gereja HKBP adalah gereja suku yang menjadi satu kesatuan dan

tidak dapat dipisahkan, terutama dalam aturan dan peraturan segala hal yang

menyangkut tentang gereja termasuk dalam hal musik, hanya saja dalam

perbedaan waktu terjadinya, atau proses keberadaannya dalam setiap gereja

56

Universitas Sumatera Utara


HKBP (dalam setiap cabang/distrik gereja HKBP) 13. Musik gereja HKBP di

manapun merupakan musik yang tidak lepas dari sejarah-sejarah sebelumnya,

terutama sejarah musik gereja dunia (dalam hal ini sejarah musik dalam alkitab)

dan sejarah musik tradisional Batak Toba, dimana hal ini terjadi pada semua

gereja HKBP di hampir semua wilayah 14. Oleh karena itu penulis akan

memaparkan tentang sejarah musik gereja dari alkitab, sejarah musik HKBP, dan

sejarah musik tradisional Batak Toba yang sangat erat kaitannya dengan musik

gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Namun hampir semua informan tidak

mengetahui sebagian informasi tersebut, dan informasi yang diberikan kurang

lengkap, dan bahkan menyuruh penulis mencarinya dalam buku dan internet.

Akhirnya penulis mencari dari beberapa buku, dan berhasil merangkumnya dalam

sub judul dibawah ini.

2.4.1. Sejarah Musik Gereja Dalam Konteks Alkitab

―Musik-gereja‖ atau musica eccelsiastica adalah istilah yang digunakan

oleh para pengikut Kristus atau Gereja ketika persekutuan beriman ini menyadari

kekahasannya dalam mengekspresikan iman lewat musik terutama dalam ibadat

atau liturgi. Istilah ini mengacu pada tatanan bunyi dengan melodi tertentu tanpa

teks atau sesuai dengan bentuk teks yang mengungkapkan baik isi hati umat

beriman maupun ajaran dan iman Gereja. Musik ini dapat dihasilkan dengan

bantuan alat/instrumen atau/dan dengan suara penyanyi. Karena mengungkapkan

iman yang diajarkan dan dihayati oleh umat beriman maka musik gereja memiliki

kekhasan dibandingkan dengan musik dari umat yang beragama lain meskipun
13
Wawancara dengan St.P.R.Sianipar
14
Wawancara dengn Pdt.Jusuf Turnip, Pdt.Antoni Manurung, St.P.R.Sianipar

57

Universitas Sumatera Utara


dipengaruhi juga oleh musik agama lain misalnya dari musik orang Yahudi.

Musik gereja pada umumnya adalah salah satu bentuk dari musik-religus atau

musik-rohani.Yang dimaksudkan dengan “musik-religius” (musica religiosa)

atau “musik-rohani‖ adalah musik yang mengungkapkan atau mengandung tema-

tema rohani. Musik atau lagu rohani ini dimiliki umat agama manapun. Bahkan

ada tema musik-rohani yang umum diterima oleh umat manapun karena bersifat

universal. Baik melodi maupun teksnya mengungkapkan pengalaman rohani yang

diterima oleh orang beriman dari berbagai agama. Ketika suatu musik/lagu rohani

mengungkapkan pengalaman khusus dari umat agama tertentu, maka ia menjadi

musik/lagu yang khas misalnya lagu-rohani khas Yahudi atau khas Hindu dan

Budha atau khas Kristen dan Islam. Musik-rohani itu jadi khas Kristiani bila

mengungkapkan keyakinan iman akan Kristus Tuhan dan Penyelamat atau akan

Tritunggal Mahakudus serta pokok iman lain yang diyakini orang Kristiani. Itulah

yang dinamakan secara umum musik-gereja. Di dalam lingkup gereja

sendiri, musik-rohani dalam arti sempit berarti segala macam musik/lagu yang

mengungkapkan pengalaman rohani khas gereja tetapi tidak dimaksudkan untuk

digunakan dalam perayaan-perayaan liturgis.Ada juga istilah ―musik-

suci‖ (musica sacra) yang pernah dipakai oleh Gereja Katolik dalam arti segala

macam musik-rohani atau musik-gereja yang digubah khusus untuk ibadat atau

perayaan-perayaan liturgis. Kini istilah yang lebih populer adalah ―musik-

liturgis‖. Karena itu sekedar untuk membedakan musik-suci dari musik-liturgis,

menurut Gelineau (Voices and Instruments in Christian Worship: Principles,

Laws, Applications, Collegeville: The Liturgical Press, 1964) musik-suci dalam

58

Universitas Sumatera Utara


arti tertentu mengacu pada semua macam musik yang inspirasinya atau maksud

dan tujuan serta cara membawakannya mempunyai hubungan dengan iman

gereja15.(https://hyasintasalang.wordpress.com/2014/05/05/musik-liturgis/diakses

pada tanggal 20 agustus 2016).

“Musik-liturgis” (khususnya melodi yg dihasilkan oleh alat-alat musik)

dan “nyanyian-liturgis” (khususnya teks atau tindakan liturgis yang diberi

melodi), dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai

pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas

mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang

apa yang dilakukan Allah (karya agung Allah yang menyelamatkan) dan

tanggapan manusia beriman(syukur-pujian, sembah-sujud, dan

permohonan).Umat Kristen menggunakanistilah“musik liturgis”danbuka

n “musik dalam liturgi” karena dengan ―musik-liturgis‖ mau digarisbawahi

pandangan gereja tentang musik sebagai bagian utuh dari perayaan liturgi dan

bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan

liturgis seakan-akan suatu barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di

tengah perayaan liturgi.Sebagai bagian utuh dari liturgi, musik-liturgi

itu merupakan doa dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan

tontonan. Memang musik-liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-

persyaratan seni musik/nyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik-

liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan musik atau nyanyian-

liturgis sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan

15
Tulisan ini pernah dimuat sebagai artikel dalam Majalah Bulanan Kristiani INSPIRASI, Lentera
Yang Membebaskan, No 24, Tahun II Agustus 2006, hlm 27-29.

59

Universitas Sumatera Utara


seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik

(budi, perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dan lain-lain).

Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan

menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan

maksud-tujuan musik/nyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Ini

memang cocok dengan hakekat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang

melibatkan banyak orang demi kepentingan umum (kemuliaan Tuhan dan

keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri). Oleh karena itu gereja

mewarisi pandangan bahwa orang yang menyanyi dengan baik sebenarnya berdoa

dua kali (si bene cantat bis orat). Sekali lagi, nilai yang tinggi itu tercapai kalau

ada kurban dengan meninggalkan diri sendiri dan bersatu dengan yang lain

dalam menyanyi atau bermusik demi kepentingan bersama.Musik-liturgis

sebagai karya seni (bukan tontonan atau pertunjukan) sebenarnya membantu

kita semua sebagai peraya untuk mengarahkan seluruh diri kepada inti

misteri yang dirayakan dalam liturgi yaitu kepada Tuhan sendiri sebagai

sumber segala karya seni. Oleh karena itu cara-cara yang mengalihkan perhatian

kita kepada hal lain atau kepada tokoh tertentu perlu diwaspadai. Bisa saja kita

memilih seorang artis sebagai pemazmur atau penyanyi solo tetapi ketika ia

menjalankan tugasnya tidak boleh ditonjolkan keartisannya, tetapi ―fungsi

liturgisnya‖. Memberikan aplaus kepada si pemazmur atau solist karena suaranya

yang bagus lebih merupakan bagian dari suatu acara panggung pertunjukan.

Demikian juga pembawa homili yang memilih dan membawakan lagu yang

sedang populer di tengah atau di akhir homili (karena ada kaitan dengan tema

60

Universitas Sumatera Utara


homili) yang langsung ditanggapi oleh umat dengan tepuk tangan meriah, perlu

dipertimbangkan apakah hal seperti itu punya fungsi atau makna liturgis. Padahal

ketika imam menyanyikan Prefasi atau Kisah Institusi dalam Doa Syukur Agung

dengan suara yang bagus tidak diberi aplaus.Pertimbangan yang sama dapat kita

pakai untuk menilai kebiasaan koor menyanyikan semua lagu selama perayaan

liturgis. Sebetulnya koor dengan dirigen yang bagus sungguh berfungsi

liturgis kalau dapat membantu semua peraya yang lain untuk menyanyi

bersama dengan lebih baik seperti atau mendekati cara koor

menyanyi. Kalau dari awal sampai akhir semua nyanyian dibawakan hanya oleh

koor, meskipun semuanya sangat mempesona, sebetulnya telah mengurangkan

maknanya sebagai musik/nyanyian liturgis. Perlu ada suatu pembagian yang lebih

seimbang dalam hal ini. (https://hyasintasalang.wordpress.com/2014/05/05/musik-

liturgis/ diakes pada tanggal 20 agustus 2016).

Musik/nyanyian yang ada di dalam buku-buku nyanyian yang diterbitkan

dengan nihil obstat dan imprimatur pimpinan gereja, dipandang sebagai musik-

liturgis. Tentu melewati proses seleksi yang dibuat oleh orang-orang yang punya

kemampuan dalam bidangnya hingga mendapat persetujuan dari pimpinan gereja.

Kesempatan terbuka bagi para komponis untuk mencipta lagu-lagu bagu yang

lebih sesuai dengan rasa seni musik orang setempat, namun untuk dipakai sebagai

musik/nyanyian liturgis perlu menempuh prosedur seleksi hingga mendapat

pesetujuan resmi untuk dipakai dalam perayaan liturgi. Patut kita puji inisiatip-

inisiatip untuk mencipta dan menemukan lagu-lagu baru yang lebih seusai dengan

budaya setempat dan kebutuhan liturgis, misalanya dalam misa dengan ―lagu-lagu

61

Universitas Sumatera Utara


alternatif‖. Akan tetapi perlu kita waspadai kecenderungan menggunakan

nyanyian-nyanyian baru itu tanpa peduli pada proses untuk ―menjadi milik

besama‖ dari gereja, apalagi kalau yang jadi patokan utama adalah rasa suka,

tertarik, tersentuh tanpa mengindahkan persyaratan liturgis.Kadang terjadi bahwa

kita memilih musik/nyanyian tertentu untuk perayaan liturgi karena sudah bosan

dengan yang lama padahal yang baru itu belum tentu memenuhi persyaratan

liturgis. Ini tantangan buat kita: merasa bosan dengan musik/nyanyian liturgis

karena terus menerus menyanyikan yang sama (lama) atau merasa tidak tertarik,

tidak suka, tidak tersentuh, tidak tergerak. Kita cendrung tersentuh dengan yang

baru. Maka serta merta kita mencari dan membawakan musik/nyanyian baru

dalam liturgi, tetapi tanpa pertimbangan atau seleksi. Dengan demikian dapat

terjadi bahwa kita menggunakan musik/nyanyian yang sebenarnya tidak

memenuhi persyaratan untuk perayaan liturgis.Jadi bukan soal utama suka atau

tidak suka, menarik atau tidak menarik, menyentuh atau tidak menyentuh, baru

atau lama tetapi apakah telah menjadi ―milik bersama‖ dari gereja karena

disepakati sebagai musik/nyanyian liturgis. Sebuah nyanyian atau musik diterima

sebagai ―milik bersama‖ bukan hanya karena telah dimasukkan ke dalam buku

nyanyian resmi tetapi juga karena dilatih bersama, dinyanyikan bersama dan

dipahami serta dihayati bersama maknanya dalam perayaan.Musik-liturgis

diterima atau diakui oleh gereja sebagai miliknya, milik persekutuan demi

kepentingan bersama (dikenal tradisi untuk tidak menulis si komponisnya dalam

buku-buku resmi nyanyian-liturgis, tetapi nama mereka ditulis dalam catatan

sejarah penyusunan buku). Perlu ada proses menjadikan musik-liturgis itu sebagai

62

Universitas Sumatera Utara


milik bersama. Dalam proses ini gereja melihat betapa pelunya membuat latihan

untuk menguasai dan menghayati musik/nyanyian bersama sebagai nyanyian dari

hati, nyanyian yang mempengaruhi seluruh pribadi peraya. Jadi ada proses

meninggalkan diri sendiri (rasa dan keinginan pribadi atau kelompok khusus) lalu

menerima yang umum dan menjadikannya bagian atau milik pribadi demi

kepentingan umum. Ini sebuah proses yang tidak gampang, karena yang menjadi

tantangan adalah kecenderungan untuk mengutamakan rasa atau keinginan

pribadi/kelompok khusus. Aspek personalnya lebih nampak dari pada aspek

liturgis (yang umum). Kepentingan pribadi lebih menonjol dari pada kepentingan

umum.Untuk memenuhi persyaratan sebagai bagian utuh dari liturgi, musik-liturgi

juga mesti berfungsi liturgis dalam arti baik teks maupun lagunya sesuai dengan

unsur atau tindak liturgis dalam keseluruhan tata perayaan liturgis. Maka kita

dapati nyanyian yang cocok untuk liturgi pembaptisan tetapi tidak sesuai untuk

liturgi pernikahan. Nyanyian-liturgis untuk Ekaristi juga mesti sesuai dengan teks

liturgi Ekaristi dan tindakan liturgis dalam unsur-unsur atau bagian-bagian

tertentu dari liturgi Ekaristi. Sebuah lagu pembuka tentu tidak cocok untuk

kesempatan seruan ―kudus-kudus‖, meskipun dari sudut kebenaran teks dan

keindahan lagu tak ada cacat. Dalam hal ini tempat liturgis lagu pembuka itu tidak

cocok atau nyanyian itu tidak mempunyai fungsi liturgis karena dinyanyikan pada

saat ―kudus kudus‖.Perlu diketahui juga teks-teks liturgis mana saja yang dapat

dinyanyikan (khususnya dalam liturgi Ekaristi). Ada teks-teks baku-tetap (antara

lain Tuhan Kasihanilah Kami, Kemuliaan, Aku Percaya, Kudus-Kudus, Bapa

Kami, Anak Domba Allah). Nyanyian ini disebut ordinarium. Ada juga teks-teks

63

Universitas Sumatera Utara


yang dapat berubah atau bervariasi rumusannya sesuai dengan perayaan pada hari

bersangkutan dan disebut proprium (Antifon Pembuka atau Lagu Pembuka untuk

mengiringi perarakan masuk, Mazmur Tanggapan untuk menanggapi Sabda Allah

yang telah dimaklumkan, Alleluia-Bait Pengantar Injil untuk menyiapkan diri

mendengarkan pemakluman Injil, Antifon Komuni atau Lagu Komuni selama atau

sesudah komuni, Nyanyian Persiapan Persembahan untuk mengiringi perarakan

bahan-bahan persembahan dan Lagu Penutup untuk mengiringi perarakan

kembali). Teks-teks ini sangat kaya dan berhubungan erat dengan tindakan

liturgis, unsur-unsur liturgis, tema perayaan, masa liturgis serta bacaan-bacaan

dalam perayaan liturgi. Suatu hal yang patut dipuji adalah kebiasan menyanyikan

Mazmur Tanggapan dan Alleluia-Bait Pengantar Injil dengan teks yang bervariasi

sesuai dengan hari atau pestanya. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah lagu

yang sesuai dengan teks-teks antifon (Pembuka dan Komuni) yang sebenarnya

sangat kaya dan bervariasi serta biblis.Dalam hubungan dengan teks-teks liturgi,

terutama yang harus atau boleh dinyanyikan, diharapkan agar susunannya tepat

serta mudah dan indah kalau dinyanyikan. Dalam hal ini lagu melayani teks dan

bukan sebaliknya. Baiklah kita waspadai nyanyian-nyanyian yang mengorbankan

ketepatan dan kebenaran iman demi mempertahankan suatu melodi. Misalnya

lagu Bapa Kami Filipina, demi penyesuaian dengan melodinya diubahlah rumusan

―jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga‖ menjadi ―jadilah

kehendak-Mu di bumi dan di surga‖. Mengganti ―seperti‖ dengan ―dan‖

sebenarnya mengubah iman kita akan surga, bahwa di surga dan di bumi

kehendak Tuhan tidak selalu terjadi. Padahal kita percaya bahwa kehendak Tuhan

64

Universitas Sumatera Utara


selalu terjadi di surga sedangkan di bumi tidak selalu terjadi karena ulah manusia

yang suka melawan kehendak Tuhan, maka kita mohon agar kehendak Tuhan

terjadi di bumi seperti di surga. Kalau prinsip ―melodi melayani teks‖

diperhatikan, maka ketepatan dan kebenaran teks-teks liturgis juga dapat lebih

dijamin. (https://hyasintasalang.wordpress.com/2014/05/05/musik-liturgis/ diakes

pada tanggal 20 agustus 2016).

‖Pujilah (Allah) dengan tiupan tanduk. Pujilah dia dengan

alat musik bersenar dan harpa. Pujilah dia dengan rebana

dan tarian yang membentuk lingkaran. Pujilah dia dengan

alat-alat musik bersenar dan seruling. Pujilah dia dengan

simbal yang merdu bunyinya. Pujilah dia dengan simbal

yang gemerencang.‖ (MAZMUR 150:3-5)

Alat-alat musik yang disebutkan dalam Alkitab dibuat dari kayu yang

bagus, kulit binatang yang diregangkan, logam, tanduk, dan tulang. Ada juga yang

dilapisi gading. Senar dibuat dari serat tumbuhan atau usus binatang. Meskipun

alat-alat musik kuno itu hampir tidak ada lagi sekarang, gambar-gambarnya masih

ada. Alat musik pada zaman Alkitab bisa dibagi menjadi tiga kategori dasar: alat

musik bersenar, misalnya harpa, lira (1), dan kecapi (2); alat musik

tiup, misalnya tanduk, atau syofar (3), trompet (4), dan seruling yang disukai

banyak orang (5); alat musik perkusi, misalnya rebana (6), kelentung (7), simbal

(8), dan giring-giring (9). Para pemain musik menggunakan alat-alat ini untuk

mengiringi nyanyian yang puitis dan tarian yang bersemangat. (1 Samuel 18:6,7)

Yang terpenting, mereka menggunakannya dalam ibadat kepada Allah yang telah

65

Universitas Sumatera Utara


menganugerahkan karunia musik. (1 Tawarikh 15:16) Cermatilah setiap

kelompok alat musik. Alat Musik Bersenar Harpa dan lira adalah alat musik

yang ringan dan mudah dibawa, dan memiliki senar-senar yang direntangkan pada

bingkai kayu. Daud memainkan sebuah alat musik bersenar untuk menenangkan

jiwa Raja Saul yang resah. (1 Samuel 16:23) Alat-alat ini digunakan dalam

orkestra pada penahbisan bait Salomo dan pada acara lain yang menggembirakan,

misalnya perayaan. (2 Tawarikh 5:12; 9:11). Kecapi bentuknya berbeda dengan

harpa. Senar-senarnya direntangkan pada rangka kayu yang dilengkapi papan

bunyi. Getaran senarnya menghasilkan nada-nada merdu yang mirip dengan gitar

klasik. Senarnya terbuat dari serat sayuran atau usus binatang yang dipintal. Alat

Musik Tiup Alat musik jenis ini sering disebutkan dalam Alkitab. Salah satu

yang paling kuno adalah tanduk, yang dikenal sebagai syofar, yang digunakan

orang Yahudi. Tanduk domba jantan yang dibuat berongga ini menghasilkan

bunyi yang nyaring dan tajam. Bangsa Israel menggunakan syofar untuk

menghimpun pasukan dan mengerahkan bangsa itu untuk bertindak.(Hakim

3:27; 7:22). Alat musik tiup lainnya adalah trompet dari logam. Sebuah dokumen

yang ditemukan di antara Gulungan-Gulungan Laut Mati menunjukkan bahwa

trompet dapat menghasilkan nada yang sangat bervariasi. Yehuwa memerintahkan

Musa membuat dua trompet dari perak untuk digunakan di tabernakel. (Bilangan

10:2-7) Belakangan, pada penahbisan bait Salomo, 120 trompet turut

menyemarakkan perayaan itu dengan bunyinya yang megah. (2 Tawarikh

5:12, 13) Para perajin membuat trompet yang panjangnya berbeda-beda. Ada yang

panjangnya lebih dari 91 sentimeter, dari bagian yang ditiup sampai ujungnya

66

Universitas Sumatera Utara


yang berbentuk lonceng. Seruling adalah alat musik tiup favorit bangsa Israel.

Bunyinya yang menyenangkan dan merdu memeriahkan suasana di pertemuan

keluarga, pesta, dan pernikahan. (1 Raja 1:40; Yesaya 30:29) Bunyi seruling yang

dramatis juga terdengar pada pemakaman, karena alat ini dimainkan sebagai

bagian dari ritual perkabungan (Matius 9:23). Sewaktu bangsa Israel mengadakan

perayaan, ada beragam alat musik perkusi yang digunakan. Bunyinya yang

berirama turut membangkitkan perasaan yang meluap-luap. Rebana, yang dibuat

dari kulit binatang yang diregangkan pada bingkai kayu bundar, menghasilkan

bunyi seperti gendang saat sang pemain atau penari menabuhnya dengan tangan.

Sewaktu rebana digoyangkan, kerincingan logamnya menghasilkan bunyi

gemerincing yang berirama. Alat musik perkusi lainnya disebut kelentung. Alat

ini berupa kerincingan dalam bingkai logam berbentuk oval yang ada

pegangannya. Jika digoyangkan dengan cepat, kelentung menghasilkan bunyi

dencing yang tajam dan nyaring. Simbal dari perunggu menghasilkan bunyi yang

lebih tajam. Ada dua ukuran piringan simbal. Piringan simbal yang besar

dimainkan dengan cara saling dibenturkan, sedangkan yang lebih kecil dimainkan

di antara dua jari. Keduanya menghasilkan bunyi gemerencang yang kekuatannya

berbeda―Mazmur 150:5‖(http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1200003137diakses

pada tanggal 2 April 2016).

2.4 .2. Sejarah Musik HKBP

Huria Kristen Batak Protestan (disingkat HKBP) adalah gereja yang

beraliran Kristen Protestan terbesar di kalangan masyarakat Batak, bahkan juga di

antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia, dan menjadikannya pula

67

Universitas Sumatera Utara


organisasi keagamaan terbesar ketiga setelahNahdlatul

'Ulama dan Muhammadiyah. Saat ini, HKBP memiliki jemaat sekitar 4.5 juta

anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar

negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, dan di

negara bagian Colorado. Meski memakai nama Batak, HKBP juga terbuka bagi

suku bangsa lainnya (https://id.wikipedia.org/wiki/HuriaKristenBatakProtestan di

akses pada tanggal 2 April 2016 ).

HKBP adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Allah, Bapa,

Anak, dan Roh kudus yang dipanggil dari dalam dunia, dihimpun dan dikuduskan

menjadi gereja, serta diutus ke dalam dunia memberitakan injil Allah dalam Yesus

Kristus menjadi berkat bagi dunia, bagian dari gereja yang esa, kudus dan am.

HKBP berdiri sejak 7 oktober 1861 di tanah Batak sebagai buah pemberitaan injil

yang disampaikan oleh missionaris Rheinische Missions Gessellschaft (RMG),

dan dalam perjalanan sejarah HKBP telah berkembang ke seluruh tanah Batak,

Indonesia, dan dunia. HKBP selalu mempersembahkan dirinya menjadi alat Allah

untuk melaksanakan misi Allah sebagaimana disaksikan oleh Alkitab berdasarkan

iman, kasih, dan pengharapan. Dalam ketaatan melaksanakan misi Allah ini

HKBP dipanggil senantiasa menghayati teladan Tuhan Yesus memberi, berbagi,

dan berkorban. (Tata dasar dan tata laksana HKBP 2002 setelah amandemen kedua).

Sejak pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten

Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak sekitar 1 km dari pusat

kota Tarutung, ibu kota kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang

terletak di sepanjang jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli

68

Universitas Sumatera Utara


Tengah). Kompleks perkantoran HKBP, pusat administrasi organisasi HKBP,

berada dalam area lebih kurang 20 hektare. Di kompleks ini juga Ephorus /uskup)

sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor.HKBP adalah anggota Persekutuan

Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan

anggota Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD).Sebagai gereja yang berasaskan

ajaran Lutheran, HKBP juga menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-Dunia (

Lutheran World Federation) yang berpusat di Jenewa, Swiss (https://id.wikipedia.

org/wiki/Huria_Kristen_Batak_Protestan diakses pada tanggal 2 April 2016).

Liturgi HKBP berasal dari Kerajaan Prosia, Jerman. Pada waktu itu (abad

ke-18) terdapat bermacam-macam denominasi Gereja di Jerman, tetapi secara

umum hanya ada dua aliran Gereja yang ada, yakni Lutheran dan Calvinis.

Keyakinan Kaisar yang memerintah Jerman waktu itu adalah apabila agama

bersatu (dan hanya satu), maka negara akan menjadi kuat, dan apabila negara

kuat, berarti kekuasaan Kaisar juga kuat. Karena itu negara berkepentingan untuk

menyatukan berbagai denominasi yang ada di Jerman pada waktu itu, dan salah

satu caranya adalah menyatukan tata ibadah yang ada agar menjadi sama di

seluruh Jerman. Proses penyatuan ini juga memakan waktu bertahun-tahun dan

akhirnya diputuskan untuk menggunakan tata ibadah yang adalah gabungan dari

tradisi Lutheran dan Calvinis.Versi tata ibadah yang di pakai sekarang adalah

penggabungan kedua tradisi tersebut (dikenal juga sebagai Tata Ibadah Union),

yang lahir sebagai sebuah liturgi kompromi di dalam pertentangan.Tata ibadah

HKBP sendiri telah beberapa kali mengalami perubahan. Agenda pertama yang

dipakai dicetak pada tahun 1894. Agenda yang dipakai pendeta non-Batak

69

Universitas Sumatera Utara


berbeda dengan yang dipakai oleh Guru Huria. Tata ibadah yang dipakai oleh

Guru Huria tidak memiliki Votum karena dianggap kurang pantas untuk

mengucapkan kata-kata tersebut. Tahun 1907, Agenda dicetak ulang tetapi tidak

memiliki perubahan yang signifikan. Pada tahun 1918 Agenda disamakan, dan

cetakan tahun 1937-lah yang dipakai pada saat

ini16.(http://binsar.berteologi.net/?p=858 diakses pada tanggal 2 Mei 2016)17.

Agenda (atau Tata Ibadah HKBP) adalah sebuah buku kumpulan tata

ibadah yang dipakai oleh gereja-gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP).Kata "Agenda" berasal dari bahasa Latin yang berarti

menunjukkan sebuah daftar tentang hal-hal yang akan dikerjakan; kemudian kata

itu digunakan oleh gereja-gereja protestan di Jerman Agende atau

―Kirchenagende‖, yaitu sebuah buku kumpulan tata ibadah yang dipakai oleh

gereja, antara lain: kebaktian minggu biasa, kebaktian dengan perjamuan kudus,

dengan baptisan, naik sidi, pemberkatan nikah, pemakaman, ordinasi (die

Ordination zum Predigtamt), dan lain-lain. Padanannya sebelum masa Reformasi

adalah "Agenda missarum" (perayaan messe), "agenda mortuorum" (perayaan

mengenang para orang mati), dan lain-lain.Kumpulan Tata Ibadah HKBP pun

dikenal dengan nama ―Agende‖ (dulu) atau ―Agenda‖ (kini) sesuai dengan

16
Tidak banyak keterangan yang bisa diberikan mengenai perbedaan tata ibadah-tata ibadah ini.
Mungkin yang paling jelas adalah perbedaan letak persembahan. Persembahan tadinya diberikan
sesudah kotbah namun kemudian ditambahkan dengan sebelum kotbah karena alasan kepraktisan.
Persembahan yang diberikan tiga kali akan terlihat merepotkan apabila diberikan pada satu
kesempatan saja. Akhirnya kesempatan untuk memberikan persembahan ditambahkan juga pada
waktu sebelum kotbah (https://dongants.wordpress.com/2010/04/18/mengenal-liturgi-tata-ibadah-
hkbp/).

17
Disampaikan pada sebuah seminar liturgi di HKBP Tanjung Priuk, 2005

70

Universitas Sumatera Utara


pemakaian kata itu oleh gereja-gereja asal para misionaris yang bekerja di Tanah

Batak (1861 – 1940).(https://id.wikipedia.org/wiki/Agenda_(HKBP) tahun 1904-1998

diakses pada tanggal 2 april 2016).

Gambar 2 : Agenda HKBP


Sumber : Wikipedia

Sesuai dengan pengalaman misi dalam pertumbuhan gereja di tanah Batak

maka para misionaris memanfaatkan musik dalam mempercepat perkembangan

Gereja Batak selanjutnya. Beberapa hal yang diajarkan adalah, yakni :

1. Alat Musik Tiup

Dalam konteks tradisi umat Allah dalam Perjanjian Lama, terompet

digunakan pada masa peperangan dan tiupan terompet digunakan sebagai adanya

tanda bulan baru, tahun Yobel, gerakan militer, upacara sipil, penobatan raja, puji-

pujian, serta penyembahan. Pada dasarnya alat musik ini dibuat bukan untuk

mengiringi pujian, tetapi untuk memberikan tanda/ peringatan (Martasudjita, E

71

Universitas Sumatera Utara


dan Karl Edmund, 2009 :35-36)18.Kebaktian menjadi bagian dari masyarakat

Batak Toba Kristen. Perhatianmasyarakat terhadap eksistensi gereja juga didorong

oleh pengetahuan tambahanterhadap pengenalan musik-musik gereja yang berasal

dari Eropa. Setiap acarakebaktian gereja, jemaat dikenalkan dengan lagu-lagu

melalui notasi Barat.Bersamaan dengan itu para misionaris memperkenalkan alat-

alat musik seperti:trumpet, saksofon alto, saksofon tenor, trombon, dan Bariton.

Instrumen tersebutdipakai untuk mengiringi nyanyian-nyanyian

gereja.Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih

baru bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja

yangbertangga nada diatonik. Instrumen musik brass yang pertama hanya terdiri

darisebuah trumpet, yang digunakan untuk mengiringi kebaktian di gereja yang

dimainkan oleh Berausgeben Van D. Johansen Ruhlo, putra Nommensensendiri,

mengingat saat itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang

dapatmemainkannya (Martasudjita, E dan Karl Edmund, 2009:68-69)19.Setelah

penjajahan berakhir tahun 1943, para zending Jerman juga meninggalkan Tanah

Batak, namun aktivitas kerohanian tetap berjalan. Para Pendeta yang telah diajar

kerohanian dan pengenalan musik oleh para misionaris mengambil alih

kepemimpinan gereja. Selain digunakan untuk kegiatan gereja,brass band juga

digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang hendak

berperang, seperti saat pemberangkatan tentara yang hendak berperang. Dan alat

musik yang digunakan bukan milik gereja melainkan milik tentara Jepang yang

dibawa dari Jepang.


18
Perdede, BP ―Perkembangan Musik HKBP.‖ Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara‖, Medan, 2011.
19
Ibid.

72

Universitas Sumatera Utara


Demikian sekilas masuknya alat musik tiup ( saksofon) dan lainnya dalam

Gereja HKBP.

2. Organ

Menjelang akhir abad 18 mutu musik organ dalam ibadat tidak lagi seperti

tahun 1750-an. Jabatan organis merupakan suatu tugas sampingan dan sering

dipegang oleh orang pensiunan. Maka komposisi organ pun menurun. Dalam

ibadat selama abad 19 permainan organ terbatas pada iringan nyanyian Gregorian

dalam Katolik. Perkembangan organ Gereja pada awal abad 19 pun mengalami

penurunan drastis dan hampir hilang, dibandingkan dengan piano yang mengalami

peningkatan ekspresi, dimana organ dirasakan statis.(Martasudjita, E dan Karl

Edmund, 2009 :36-37)20.

Buku Ende Sebagai Kumpulan Nyanyian Gereja HKBP

Buku Ende merupakan salah satu dari banyaknya kumpulan buku nyanyian

rohani. Buku Ende merupakan kumpulan nyanyian yang dipakai dan diakui gereja

HKBP selain daripada Kidung jemaat. Buku Ende adalah sebuah buku yang berisi

lagu-lagu pujian dalam bahasa Batak yang dipakai di dalam kebaktian gereja

Kristen Batak di Indonesia. Buku ini disusun dan sekarang diterbitkan oleh

Percetakan HKBP di Pematang Siantar, Indonesia. Jumlah lagu dalam buku ini

adalah 556 lagu. Untuk cetakan yang baru, Buku Ende telah dilengkapi dengan

tambahan 308 lagu (BE-557 s/d BE-864) yang disebut dengan "Buku Ende

Sangap Di Jahowa" (https://wikipedia/buku_ende diakses pada tanggal 02 April

2016).

20
Ibid.

73

Universitas Sumatera Utara


3. Kidung Jemaat

Kidung Jemaat adalah sebuah buku himne yang dipakai di dalam

kebaktian gerejadi Indonesia. Buku ini disusun dan sekarang diterbitkan

oleh Yayasan Musik Gerejadi Indonesia. Penerbitan perdana pada tahun 1986

oleh Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia. Jumlah lagu dalam buku ini

adalah 478.

Ada kurang lebih tiga puluh orang penggubah lagu dan penulis syair lagu

Indonesia yang dapat ditemukan namanya dalam buku Kidung Jemaat terbitan

Yamuger pada tahun 1985. Beberapa di antaranya adalah: Ayub B.E. Polii, A.E.

Wairata, A. Simanjuntak, A. Soetanta, S.J., Ben Silangit, F.E. Lango, J.T. Silangit

dan Subronto Kusumo Atmojo. Karya-karya mereka selain ditulis dalam tangga

nada diatonis Barat, ada juga yang digubah berdasarkan sistem tangga

nada pentatonik, misalnya slendro dan pelog, serta dapat ditemukan pada lagu-

lagu berikut ini:

 Haleluya! Pujilah (KJ No. 1),

 Muliakan Tuhan Allah (KJ No. 14),

 Ya Allah Bapa (KJ No. 23), dan

 SabdaMu Abadi (KJ No. 50a).

Selain itu, dalam sebagian lagu baru gubahan para komponis Indonesia ini,

juga ditemukan lagu yang teksnya mengungkapkan pergumulan teologis yang

sangat membumi. Pasca kelahiran "Kidung Jemaat", maka pada

tahun 1999 Yamuger menerbitkan sebuah buku suplemen baru yaitu "Pelengkap

74

Universitas Sumatera Utara


Kidung Jemaat". Pada buku nyanyian yang baru ini, enam puluh persen dari 308

buah lagu yang ada merupakan komposisi baru gubahan para komponis

Indonesia21.

4. Yayasan Musik Gereja

Yayasan Musik Gereja (disingkat Yamuger) adalah sebuah sebuah

yayasan Kristen di Indonesia yang bergerak di bidang musik gerejawi dan

berkantor pusat di Jakarta. Yayasan ini didirikan tanggal 11 Februari 1967 oleh

Johannes Ludwig John Chrysostom Abineno, Epaphroditus Lawrence Pohan,

Dr. Alfred Simanjuntak, Lauw Kian Joe ( J. L. Aulia ), Kiem Tan Swan(

Tanutama),Pieter Domingus Soplanit, dan Yap Heng Ghie (Ruben

Budhisetiawan). Yamuger dikenal sebagai pelopor upaya

mengkontekstualisasikan musik gerejawi di lingkungan gereja Protestan22.

2.4.3. Sejarah Musik Tradisional Batak Toba (Batak Toba sebagai Jemaat

Gereja HKBP)

Gereja Suku Batak Toba (HKBP) adalah kelompok gereja-

gereja Kristen yang jemaatnya sebagian besar dari suku Batak etnis Toba. Gereja-

gereja itu umumnya dimulai di wilayah Provinsi Sumatera Utara, tetapi ada pula

yang dibentuk oleh orang-orang Suku Batak Toba yang merantau keluar kampung

halaman mereka dan berdiam di tempat-tempat lain baik di Indonesia, bahkan

sampai di luar negeri.

21
Rama Listya , Agastya "Kontekstualisasi Musik Gerejawi : Sebuah Keniscayaan".‖ Skripsi
Sarjana, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2010).
22
Ibid.

75

Universitas Sumatera Utara


Dalam konteks kehidupan tradisional tradisional masyarakat Batak Toba,

kegiatan bermain musik merupakan sesuatu yang menonjol. Berbagai kegiatan

musik dapat dilihat dari dua konteks kegunaan, yakni : (1) kegiatan musik yang

dilakukan untuk sesuatu yang sifatnya hiburan/nonseremonial, dan (2) kegiatan

pertunjukan musik yang dilakukan dalam konteks adat dan ritual keagamaan.

Aktivitas musik yang bersifat hiburan umumnya ditampilkan dalam bentuk

nyanyian atau permainan alat-alat musik tunggal. Adapun jenis kegiatan musik

yang bersifat seremonial/ritual yang disebut gondang umumnya dimainkan dalam

bentuk ensambel. Contoh-contoh dari kegiatan musik yang bersifat

nonseremonial/nonritual dalam bentuk nyanyian (ende) diantaranya adalah

andung (nyanyian kematian/lament), turia-turian (nyanyian bercerita/naratif),

ende mandideng (nyanyian menidurkan anak), dan ende sibaran (nyanyian

ungkapan penderitaan). Bentuk-bentuk pertunjukan musik

nonseremonial/nonritual menggunakan peralatan musik, diantaranya adalah sulim

(sejenis suling bambu), saga-saga (genggong bambu), sidideng (sejenis rebab dua

senar), tanggetang (zither bambu), talatoit (suling bambu yang memiliki satu

lubang hembusan dengan sisi kanan dan kiri terbuka), dan hasapi (alat petik dua

senar). Beberapa alat-alat musik yang bersifat hiburan tersebut digolongkan ke

dalam kategori uning-uningan (secara harfiah : ―bunyi-bunyian‖). Aktivitas

musikal yang digunakan di dalam konteks seremonial adat dan ritual keagamaan,

di masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutan gondang. Hal ini terungkap

dalam sebuah falsafi tradisional masyarakat Batak Toba yang menyatakan bahwa

gondang merupakan ―alat utama‖ untuk mencapai hubungan antara manusia dan

76

Universitas Sumatera Utara


Sang Pencipta yang disebut Debata Mulajadi Na Bolon (Hutajulu, R dan

Irwansyah Harahap, 2005:15).

Ensambel musik pada masyarakat Batak Toba merupakan hal yang sangat

penting. Dapat dikatakan bahwa tidak ada sebuah bentuk seremonial-tradisional

pun, baik dalam kegiatan adat maupun dalam kegiatan adat maupun dalam

kegiatan ritual keagamaan, yang tidak melibatkan ensambel. Di masyarakat Batak

Toba terdapat dua jenis ensambel musik yang penting, yang gondang hasapi dan

gondang sabangunan. Kedua ensambel musik selalu bagian dari aktivitas upacara

ritual dan adat. Mereka pada umumnya mengiringi tarian sosial (tor-tor). Di

dalam melakukan tarian bersama atau manortor, salah seorang penari biasanya

bertindak sebagai pemimpin kelompok penari, sekaligus sebagai orang yang

bertugas untuk meminta lagu, yang disebut paminta gondang. Harahap

mengatakan pada masyarakat Batak Toba, kata gondang mengandung banyak

pengertian, diantaranya adalah : sebuah ensambel musik, sebuah komposisi,

sebuah repertoar, tempo komposisi, upacara atau bagian dari satu rangkaian

upacara. Lebih dari itu, bagi kelompok masyarakat Batak Toba (misalnya

parmalim), gondang dimaknai sebagai pujian atau doa( (Hutajulu, R dan

Irwansyah Harahap, 2005:17-19).

Tortor dan Margondang Tor-tor adalah tarian seremonial yang disajikan

dengan musik gondang. Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun

makna yang lebih dari gerakangerakannya menunjukkan tor-tor adalah sebuah

media komunikasi, dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara

partisipan upacara. Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama

77

Universitas Sumatera Utara


pelaksanaan upacara ritual keagamaan. Juga menari dilakukan juga dalam acara

gembira seperti sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan

mistik (kesurupan). Acara pesta adat yang membunyikan gondang sabangunan

(dengan perangkat musik yang lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para

Dewa dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu. Tetapi itu dapat

dilaksanakan dengan mengikuti tata cara dan persyaratan

tertentu.(horasbataknese.blogspot.com diakses pada tanggal 29 september 2016).

Umpamanya sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah

(hasuhutan) melakukan acara khusus yang dinamaknai Tua ni Gondang, sehingga

berkat dari gondang sabangunan. Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang

dari hasuhutan (yang mempunyai hajat akan meminta permintaan kepada penabuh

gondang dengan kata-kata yang sopan dan santun sebagai berikut : ―Amang

pardoal pargonci……. 1- ―Alu-aluhon ma jolo tu omputa Debata Mulajadi

Nabolon, na Jumadihon nasa adong, na jumadihon manisia dohot sude isi ni

portibion.‖ 2- ―Alu-aluhon ma muse tu sumangot ni omputa sijolo-jolo tubu,

sumangot ni omputa paisada, omputa paidua, sahat tu papituhon.‖ 3- ―Alu-aluhon

ma jolo tu sahala ni angka amanta raja na liat nalolo.‖ Setiap selesai satu

permintaan selalu diselingi dengan pukulan gondang dengan ritme tertentu dalam

beberapa saat. Setelah ketiga permintaan/ seruan tersebut dilaksanakan dengan

baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor (menari) mengatur

susunan tempat berdirinya untuk memulai menari. Kembali juru bicara dari

hasuhutan meminta jenis gondang, satu persatu jenis lagu gondang, ( ada 7 jenis

lagu Gondang) yang harus dilakukan Hasuhutan untuk memdapatkan (tua ni

78

Universitas Sumatera Utara


gondang). Para melakukan tarian dengan semangat dan sukacita. Adapun jenis

permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti : permohonan kepada

Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga suhut yang mengadakan acara diberi

keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah ruah, dan

upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber berkat bagi suhut dan

seluruh keluarga, serta para undangan. Sedangkan gondang terakhir yang

dimohonkan adalah gondang hasahatan. Didalam menari banyak pantangan yang

tidak diperbolehkan, seperti tangan sipenari tidak boleh melewati batas setinggi

bahu keatas, bila itu dilakukan berarti sipenari sudah siap menantang siapapun

dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat, atau adu tenaga batin dan

lain lain. Tarian (tor-tor) Batak ada empat gerakan (urdot) yaitu : 1) Pangurdot

(yang termasuk pangurdot dari organ-organ tubuh ialah daun kaki, tumit sampai

bahu. 2) Pangeal (yang termasuk pangeal dari organ tubuh adalah Pinggang,

tulang punggung sampai daun bahu/sasap) 3) Pandenggal (yang masuk

pandenggal adalah tangan, daun tangan sampai jari-jari tangan). 4) Siangkupna

(yang termasuk Siangkupna adalah leher). Didalam menari setiap penari harus

memakai Ulos23. Didalam menari orang Batak mempergunakan alat musik/

Gondang yaitu terdiri dari: Ogung sabangunan terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang

dari empat ogung maka dianggap tidak lengkap dan bukan Ogung sabangunan dan

dianggap lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinamakan

Hesek. Kemudian Tagading terdiri dari 5 buah. Kemudian Sarune (sarunai harus

memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah). Peralatannya cukup sederhana namun
23
Ulos adalah kain adat batak. Secara harfiah arti ulos adalah selimut, tetapi dalam kehidupan
nyata ulos pada awalnya kain tenununan yang digunakan untuk melindungi tubuh dari cuaca atau
dari hal-hal yang bersifat fisik, juga untuk melindungi jiwa dan raga.

79

Universitas Sumatera Utara


kalau dimainkan oleh yang sudah berpengalaman sangat mampu menghipnotis

pendengar. Menari juga dapat menunjukkan sebagai pengejawantahan isi hati saat

menghadapi keluarga atau orang tua yang meninggal, tariannya akan berkat-kata

dalam bahasa seni tari tentang dan bagaimana hubungan batin sipenari dengan

orang yang meninggal tersebut. Juga Menari dipergunakan oleh kalangan muda

mudi menyampai hasrat hatinya dalam bentuka tarian, sering tarian ini dilakukan

pada saat bulan Purnama. Kesimpulannya bahwa tarian ini dipergunakan sebagai

sarana penyampaian batin baik kepada Roh-roh leluhur dan maupun kepada orang

yang dihormati (tamutamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan

rasa hormat. (horasbataknese.blogspot.com diakses pada tanggal 29 september

2016).

Walaupun Tari Tortor dan Margondang selalu berkaitan dan takkan pernah

pisah dalam suatu acara adat . Akan tetapi Margondang sendiri punya

pengklasifikasian dari mulai di temukannya Margondang tersebut. Secara umum

dikalangan masyarakat Batak Toba, ensambel gondang hasapi dan gondang

sabaguan selalu disertakan dalam setiap upacara, baik upacara adat maupun

upacara religi.Upacara yang menyertakan gondang dalam pelaksanaannya di sebut

dengan margondang (memainkan gondang ). Sedangkan nama dari upacara

dimana gondang tersebut dimainkan di dentik dengan nama margondang tersebut,

misalnya margondang adat, margondang saur matua dan sebagainya. Hal tersebut

diatas merupakan suatu persepsi yang utuh tentang peranan gondang yang sangat

esensial dalam upacara adat maupun religi. Pada dasar kegiatan margondang pada

masyarakat batak dapat dikalisifikasikan menurut zamannya , yaitu margondang

80

Universitas Sumatera Utara


pada masa purba dan margondang pada masa sekarang.

(horasbataknese.blogspot.com diakses pada tanggal 29 september 2016).

Yang dimaksud dengan masa purba adalah masa dimana sebelum

masuknya pengaruh agama Kristen ketanah batak, dimana pada saat itu masih

menganut aliran kepercayaan yang bersifat polytheisme. Pada masa purba

penggunaan gondang dalam konteks hiburan maupun pertunjukan belum didapati

masyarakat. Keseluruhan kegiatan di tujukan untuk upacara adat maupun upacara

religi yang bersifat sakral.Oleh karena itu upacara margondang pada masa purba

dapat dibagi dalam 2 bagian ,yaitu : 1. Margondang adat, yaitu suatu upacara yang

menyertakan gondang, merupakan akualisasi dari aturan-aturan yang dibiasakan

dalam hubungan manusia dan manusia (hubungan horizontal), misalnya : gondang

anak tubu (upacara anak yang baru lahir), gondang manape goar (upacara

pemberian nama/ gelar boru kepada seseorang), gondang pagolihan anak

(mengawinkan anak), gondang mangompoi huta (peresmian perkampungan baru),

gondang saur matua (upacara kematian orang yang sudah beranak cucu) dan

sebagainya. Walaupun upacara margondang masa purba dibagi ke dalam dua

bagian, namun hubungan dengan adat dan religi dalam suatu upacara selalu

kelihatan dengan jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari tata cara yang dilakukan

pada setiap upacara adat yang selalu menyertakan unsur religi dan juga sebaiknya

pada setiap upacara religi yang selalu menyertakan unsur adat. Unsur religi yang

terdapat dalam upacara adat dapat dilihat dari beberapa aspek yang mendukung

upacara tersebut, misalnya : penyertaan gondang, dimana dalam setiap

pelaksanaan gondang selalu diawali dengan membuat tua ni gondang (

81

Universitas Sumatera Utara


memainkan inti dari gondang), yaitu semacam upacara semacam meminta izin

kepada mulajadi nabolon dan juga kepada dewa-dewa yang dianggap sebagai

pemilik gondang tersebut. Sedangkan unsur adat yang terdapat dalam upacara

religi dapat dilihat dari unsur dalihan na tolu yang selalu disertakan dalam pada

setiap upacara. Menurut Manik, bahwa pada mulanya agama dan adat etnik Batak

Toba mempunyai hubungan yang erat, sehingga tiap upacara adat sedikit

banyaknya bersifat keagamaan dan tiap upacara agama sedikit banyaknya diatur

oleh adat (1977: 69). Walaupun hubungan dari kedua adat dan religi selalu

kelihatan jelas dalam pelaksanaan suatu upacara, perbedaaan dari kedua upacara

tersebut dapat dilihat dari tujuan utama suatu upacara dilaksanakan. Apabila suatu

upacara dilaksanakan untuk hubungan manusia yang disembahnya, maka upacara

tersebut di klasifikasikan kedalam upacara religi. Apabila suatu upacara dilakukan

untuk hubungan manusia dengan manusia , maka upacara tersebut dapat di

klasifikasikan ke dalam upacara adat. (horasbataknese.blogspot.com diakses pada

tanggal 29 september 2016).

Margondang pada masa sekarang merupakan perkembangan dari cara

berpikir masyarakat setelah pengaruh gereja sudah sangat kuat pada masyarakat

Batak Toba. Dalam ajaran Kristiani, gereja hanya mengakui satu Tuhan yang

harus disembah yaitu Tuhan Yesus Kristus, apabila ada anggota gereja masih

melakukan penyembahan terhadap roh roh nenek moyang dan kepercayaan

mereka yang lama, maka orang tersebut akan dikeluarkan dari anggota gereja

tersebut. Oleh karena itu, muncul beberapa masalah yang bersifat problematik

tentang penggunaan gondang batak dalam kegiatan adat maupun keagamaan. Di

82

Universitas Sumatera Utara


satu pihak orang Batak ingin mempraktikkan dan menghayati gondang itu

menurut visi dan tradisi yang sudah sangat mendarah daging, dilain sisi ada

kelompok yang menolak gondang untuk dipergunakan dalam upacara adat

maupun keagamaan, karena mereka melihat unsur-unsur animism pada gondang

tersebut , ada ketakutan mereka mempelajari sejarah batak dan menghidupi unsur-

unsur kebudayaannya. Ketakutan ini timbul karena adanya predikat yang kurang

baik seperti kafir, kolot dan tuduhan lain yang diberikan penganut kebudayaan

tersebut (Sangti 1977:17). Pada bagian yang lain ada juga kelompok agama

tradisional pada masyarakat Batak Toba yang menentang ajaran Kristen.

Kelompok ini masih mempertahankan nilai-nilai kebudayaan tradisional dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, terdapat banyak variasi-variasi pemikiran

tentang hubungan antara kebudayaan tradisional dengan agama Kristen yang

datang dari pihak gereja seperti tertulis oleh Verkuyl (1960:36 ), antara lain : 1)

Sikap antagonis (sikap menetang atau sikap negatif) terhadap kebudayaan yang

ada. 2) Sikap akomodatif dan kapitulatif (skap menyesuaikan diri ) terhadap

kebudayaan yang ada. 3) Sikap dominasi (sikap menguasai) dari pihak gereja

terhadap kebudayaan. 4) Sikap dualistik (sikap serba dua) atau sikap memisahkan

iman dengan kebudayaan dan 5) Gagasan tentang pengudusan kebudayaan atau

motif pertobatan kebudayaan. Hingga saat ini keseluruhan sikap diatas masih

sering terjadi dalam kegiatan-kegiatan tradisional. Dengan demikian banyak

variasi-variasi tersebut adalah berdasarkan konsep pemikiran oleh yang

melakukan kegiatan. Dalam hal ini, konsep margondang pada masa sekarang

dapat dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu : a. Margondang pesta, suatu kegiatan

83

Universitas Sumatera Utara


yang menyertakan gondang dan merupakan suatu ungkapan kegembiraan dalam

konteks hibuan atau seni pertunjukkan, misalnya : gondang pembangunan gereja,

gondang naposo, gondang mangompoi jabu (memasuki rumah) dan sebagainya.

b. Margondang adat, suatu kegiatan yang menyertakan gondang, merupakan

aktualisasi dari system kekerabatan dalihan na tolu, misalnya : gondang

mamampe marga (pemberian marga), gondang pangolin anak (perkawinan),

gondang saur matua (kematian), kepada orang diluar suku Batak Toba, dan

sebagainya. c. Margondang Religi, upacara ini pada saat sekarang hanya

dilakukan oleh organisasi agamaniah yang masih berdasar kepada kepercayaan

batak purba. Misalnya parmalim, parbaringin, parhudamdam Siraja Batak.

Konsep adat dan religi pada setiap pelaksanaan upacara oleh kelompok ini masih

mempunyai hubungan yang sangat erat karena titik tolak kepercayaan mereka

adalah mulajadi na bolon dan segala kegiatan yang berhubungan dengan adat serta

hukuman dalam kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan tata aturan yang

dititahkan oleh Raja Sisingamangaraja XII yang dianggap sebagai wakil mula jadi

na bolon (horasbataknese.blogspot.com diakses pada tanggal 29 september 2016).

2.5 Sumber Tim Musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

Untuk memberikan hasil yang maksimal dalam pelayanan gereja,

khususnya di bidang marturia atau musiknya, gereja HKBP Pasar 6 semakin

memberikan ruang bagi seksi musik gereja itu sendiri. Dimana seksi musik di

gereja HKBP Pasar 6 dibentuk dan dikhususkan menjadi tim musik gereja, lalu

disatukan dengan tim ibadah sehingga diberikan penamaan tim musik/tim ibadah.

Adapun sumber tim musik gereja HKBP Pasar 6 terbagi atas 2, yaitu :

84

Universitas Sumatera Utara


1. Tim musik yang berasal dari dalam gereja atau dibentuk oleh gereja sendiri.

Dalam hal ini yang dibentuk adalah pemusik, song leader, dan MC

(Pemimpin ibadah). Semua anggota merupakan jemaat gereja HKBP Pasar 6,

dan menggunakan alat musik yang disediakan oleh gereja.

2. Tim musik yang diundang atau disewa dari luar. Dalam hal ini, berdasarkan

wawancara penulis dengan beberapa penatua/sintua gereja, tim musik yang

biasa disewa baik oleh gereja maupun jemaat adalah tim ―Patra Musik‖. Yang

disewa bukan hanya pemain musik, tetapi juga alat-alat musik yang

digunakan, dimana tim Patra Musik adalah salah satu tim musik yang berada

di kawasan medan yang menyediakan jasa menyewakan berbagai alat musik

Batak.

2.6 Latar Belakang Pendidikan Tim Musik/Tim Ibadah Gereja HKBP Pasar

6 Padang Bulan Medan

Meskipun dinamakan dengan tim musik/tim ibadah, hal tersebut tidak

mengharuskan anggotanya berisikan orang-orang yang berlatarbelakang ilmu seni

musik. Hal ini diketahui penulis setelah meninjau ke lapangan dan mendapat

datanya. Yang menarik adalah bahwa satupun dari anggota tim musik tidak ada

yang berlatarbelakang ilmu musik, namun khusus pemusik mengikuti kursus

musik.

Berikut merupakan latar belakang pendidikan para tim musik :

No Nama Jabatan Umur Pendidikan

85

Universitas Sumatera Utara


1 Trito Guna Silitonga Pemusik 27 Ekonomi Manajemen Usu

2 Hiras Lumbantoruan Pemusik 31 tahun Kehutanan USU

3 Kristian Perdana Pakpahan Pemusik 22 tahun Fisip USU

4 Lektro Ganda Pemusik 21 tahun Teknik Elektro USU

5 Yoki Oppungsunggu Pemusik 18 tahun SMA 17 MEDAN

6 Yohannes Pemusik 17 tahun SMA 5 MEDAN

7 Jekson Manalu Pemusik 22 TI Budidarma

8 Imanuel Sitompul Pemusik 20 tahun Tamat SMA

9 Sonta Sinurat Song Leader 30 tahun Santa Petrus Medan

10 Ribka Saragih Song Leader 25 tahun D3 Medicom

11 Sepdita Silaban Song Leader 25 tahun S1 Perpustakaan USU

12 Suci Siallagan Song Leader 24 tahun D3 AkPar Medan

13 Ayu Sibuea Song Leader 19 tahun MIPA USU

14 Kristian Siburian Song Leader 17 tahun SMA Santa Petrus Medan

15 Marta Panjaitan Song Leader 24 tahun D3 Medicom

16 Weldi Marbun Song Leader 18 tahun SMA Santa Petrus Medan

18 Christopel Siregar Song Leader 18 tahun Polmed

19 Romauli Lumbantoruan MC 30 tahun S2 Sosiologi USU

20 Sandova Manurung MC 22 tahun Fisip USU

21 Rotua Situmorang MC 31 tahun Fisip USU

22 Metova Sibuea MC 23 tahun Psikologi USU

23 Mardina Sigiro MC 27 tahun STMIK Budidarma

Tabel 4 : Latar belakang pendidikan tim musik


Sumber : Hasil wawancara penulis dengan tim ibadah Gereja HKBP Pasar 6
Padang Bulan Medan
Sebelum menampilkan musik, baik dalam ibadah rutin maupun ibadah

lainnya, tim musik dan tim ibadah HKBP Pasar 6 melakukan latihan. Latihan

86

Universitas Sumatera Utara


yang dilakukan oleh tim musik/tim ibadah gereja HKBP Pasar 6 yaitu setiap hari

rabu dan jumat, pukul 19.30 hingga selesai. Sebelum memulai latihan, tim ibadah

melakukan kebaktian singkat atau doa bersama. Namun terkadang dalam latihan

ini, pemusik yang memainkan alat musik tambahan tidak ikut latihan, mereka

sudah latihan khusus. Yang paling sering latihan bersama adalah tim song leader

dan pemusik inti. Dalam hal ini pemusik inti adalah keyboard dan organ. Dan

latihan musik untuk ibadah pagi, siang, dan ibadah sore, disatukan. Pada

umumnya didominasi oleh naposobulung. Walaupun ada beberapa remaja, dan

orang tua yang menjadi song leader untuk ibadah minggu siang.

Foto 2 : Tim musik/tim ibadah saat melakukan latihan


Sumber : Dokumentasi Penulis

87

Universitas Sumatera Utara


Foto 3 : Tim musik/tim ibadah saat melakukan latihan
Sumber : Dokumentasi Penulis

Sebelum kebaktian/ibadah dimulai, parhalado/majelis pengurus gereja

beserta tim musik berkumpul dahahulu di ruang konsistori. Seluruh anggota

parhalado/majelis pengurus gereja harus hadir. Di konsistori parhalado/majelis

pengurus gereja memerikasa seluruh acara yang akan diselenggarakan. Kemudian

acara itu dibawa dalam doa, semua acara dari permulaan hingga akhir. Setelah

parhalado/majelis pengurus dan tim musik gereja berdoa, maka lonceng/musik

setengah suara dibunyikan. Setelah parhalado/majelis pengurus gereja dan tim

musik memasuki gereja, maka ibadah pun dimulai.

BAB III

88

Universitas Sumatera Utara


BENTUK SAJIAN DAN PEMANFAATAN MUSIK DI GEREJA HKBP

PASAR 6 PADANG BULAN MEDAN

3.1 Musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

Penyajian dan penggunaan musik di gereja HKBP Pasar 6 ini menyangkut

kepada lagu-lagu yang dinyanyikan dalam ibadah dan disesuaikan dengan atau

dalam konteks apa acara gereja tersebut berlangsung 24. Karena tidak semua lagu

(dari sumber-sumber lagu HKBP Pasar 6) dapat dinyanyikan, dimana setiap lagu

mengandung arti yang berbeda. Semua nyanyian yang disajikan harus mendukung

kepada tema minggu tersebut25. Teks lagu adalah hal yang utama dalam

penentuan lagu apa yang tepat untuk mengiringi ibadah di gereja HKBP Pasar 6

Padang Bulan Medan. Bukan bunyi alat musiknya, atau seperti apa musik yang

dihasilkan, tetapi lebih menitikberatkan pada bunyi teks lagunya, karena teks lagu

berkaitan erat dengan yang namanya ―unsur-unsur musik‖ sehingga memberikan

penguatan terhadap teks lagu. Dengan semakin lengkapnya alat musik yang

digunakan maka tim musik gereja HKBP Pasar 6 mempermudah dan memperkuat

teks lagu melalui nyanyian yang mereka iringi dengan alat musik, dimana setiap

alat musik menghasilkan suara yang berbeda. Suara yang berbeda maka berbeda

pula keindahan yang dihasilkan, hal tersebut menyangkut melodi dan harmoni

yang dihasilkan.

Musik dan ibadah di gereja HKBP Pasar 6 adalah suatu kesatuan yang

harus saling berdampingan dan saling berpengaruh. Atau dengan kata lain apabila

ibadah dimulai, musik pun dimulai. Ibadah yang dimaksud dalam penelitian ini

24
Wawancara dengan Pdt.Jusuf Turnip 09 Juli 2016.
25
Yang dimaksud adalah Almanak.

89

Universitas Sumatera Utara


adalah ibadah rutin dan diluar ibadah rutin yang menjadi suatu ritual keagamaan,

dimana bagi HKBP Pasar 6 ritual keagamaan sama dengan ritus seperti yang

dikatakan oleh Pdt Fungsionaris Jusuf Turnip26. Hal tersebut menunjukkan bahwa

musik sebagai salah satu unsur kebudayaan sangat terkait dengan unsur

kebudayaan lain yaitu sistem religi. Seperti yang yang sudah dipaparkan penulis

sebelumnya tentang unsur kebudayaan oleh Koentjaraningrat. Berikut merupakan

gambaran umum musik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan yang menjadi

puncak daripada keseluruhan gambaran musik HKBP Pasar 6 dari segala aspek,

baik dari segi adat maupun agama.

―Musik gereja HKBP Pasar 6 lebih bersifat himne, istilahnya kalau


bahasa bataknya lebih tongam dia kalau bahasa indonesia nya lebih teduh
tapi gak monoton juga dek“( Mardina Sigiro, 27 tahun)

“musik HKBP Pasar 6 ini dapat digambarkan dengan satu alat musik
keyboard saja, karena dari alat musik keyboard kita bisa mengeluarkan
semua suara alat musik, dan bisa mengiringi semua lagu, tapi sudah
banyak penambahan alat musik lain di gereja HKBP Pasar 6 ini, dan
menurut saya itu sangat bagus” (Tri Toguna, 25 tahun).

“musik gereja tidak bisa lepas dari liturgi gereja atau puji-pujian atau
nyanyian-nyanyian gereja, karena di alkitab kan dikatakan bahwa dulu
bernyanyi diiringi kecapi, seruling, dll kan, jadi gereja HKBP Pasar 6
berusaha sekali setiap kegiatannya diiringi dengan musik” (Tri Toguna ,
27 tahun)

“bahwa musik HKBP Pasar 6 ini menggunakan alat musik yang ada, jadi
alat musik yang dipakai untuk ibadah ya alat musik ya ada, tidak
mengharuskan alat musik tradisionalkah, atau modern kah, tapi yang
penting bahwa nyanyian-nyanyian dalam ibadah itu tidak mnyimpang dari
sumber lagu HKBP ataupun sudah ditentukan dari pusat” (Pdt.Jusuf
Turnip 29 tahun)

26
Wawancara pada tanggal 09 Juli 2016.

90

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa informan disimpulkan

bahwa musik gereja HKBP Pasar 6 ini bahwa musiknya bersifat himne dan sangat

terikat dengan yang namanya aturan. Bahkan untuk ibadah rutin harus disesuaikan

dengan tema minggu. Merujuk dari pernyataan bapak Pdt Jusuf Turnip, maka

penulis meminta keterangan untuk tema setiap minggunya. Hal tersebut

dinamakan dengan Almanak.

Tema minggu dalam Almanak HKBP menjadi suatu keharusan bagi gereja

HKBP Pasar 6 untuk menjadi acuan dalam hal nyanyian dan pujian. Namun tidak

demikian dengan jemaat. Bahkan terkadang jemaat lupa, maka gereja yang

mengingatkan melalui tata ibadah yang diberikan kepada jemaat setiap memasuki

ibadah gereja, terutama dalam ibadah rutin.

― jadi kan dek, terkadang jemaat gereja ini kurang peduli nya dengan
tema-tema gereja itu, yang penting gereja. Padahal kan dari tema itulah
ditentukan lagu-lagu yang akan dibawakan, dari lagu-lagu yang
dibawakan juga kita dapat melihat kekmana musiknya kan dek. Jadi kan
tanpa disadari, lagu-lagu HKBP terkadang hanya dari kidung jemaat,
buku ende, sama buku logu lah paling. Kan hanya itu yang dicantumkan di
almanak. Jadi kalau gereja mau buat lagu-lagu untuk tiap minggunya,
khususnya untuk ibadah rutin, ya harus dari almanak la, untuk hari besar
juga gitu lah dek. Memang lagu seperti dibatasi, tapi untuk musik enggak
dek, sudah dikasih kebebasan sama tim musik untuk dimodifikasi, untuk
hari-hari besar pun sudah mulai ada cara hiburan khusus untuk
musiknya” (Sendang Bako, 25 tahun)

Namun dikatakan lagi oleh tata usaha gereja HKBP Pasar 6 bahwa tema

minggu diatas sudah terangkum atas tema minggu ibadah rutin dan hari-hari besar

keagamaan, tapi tidak termasuk untuk acara-acara khusus HKBP secara nasional

dan HKBP Pasar 6 secara khusus.

“kalau itu dek tata ibadah sama nyanyian uda disepakati oleh semua
pihak yang bertugas di gereja, dan harus disesuaikan dengan tema gereja
setiap minggunya, terutama untuk ibadah pagi dan siang, tapi untuk

91

Universitas Sumatera Utara


ibadah malam, diserahkan sepenuhnya sama muda-mudi atau tim ibadah
lah kita bilang, nanti mereka sendiri yang buat, tapi gak keluar dari
aturan HKBP Pasar 6 ini dek” (Sendang Bako, 25 tahun)

3.2 Alat Musik Yang Digunakan

Alat musik yang digunakan oleh gereja HKBP Pasar 6 sejak berdirinya

adalah alat musik ‗poti marende‘27, atau alat musik organ. Setelah menggunakan

‗poti marende‘, gereja HKBP Pasar 6 lalu menggunakan piano. Pada saat itu

pengurus gereja dan jemaat menyebutnya sebagai piano, yang ukurannya lebih

besar dari ‗poti marende‘.

“sejak diberdirikannya gereja HKBP pasar 6 alat musik


yang digunakan adalah poti marende, atau kalau dalam
bahasa indonesia organ gereja, tapi organ yang dipake
masih organ yang bagian bawahnya ditekan dengan kaki
atau organ pipa” (St.E.Malau, 50 tahun).

Hal yang paling utama dalam memainkan ‗poti marende‘ pada saat itu

adalah menguasai not balok. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu ibadah

menggunakan bahasa batak dan buku logu (buku ende) dalam ibadahnya. Buku

logu menggunakan not balok dan menjadi sumber lagu yang mudah dipahami

oleh pemain organ pada saat itu (parorgan)28. Dalam notasi balok dan buku logu

kunci yang umumnya dipakai adalah kunci ―G‖ dan ―F‖. Dalam buku logu kunci

―G‖ dan ―F‖ tampil secara bersamaan .

Untuk alat musik lain yang sudah lama ada di gereja HKBP pasar 6 adalah

―Clavinova”. Setelah menggunakan ‗Clavinova‘, gereja HKBP mulai

menggunakan alat musik ‗keyboard‘. Hal tersebut disampaikan oleh ketua

koordinator tim ibadah kepada penulis.

27
Wawancara dengan St.Dra.E.Malau pada tanggal 1 Agustus 2016.
28
Wawancara dengan St.Dra.E.Malau pada tanggal 1 Agustus 2016.

92

Universitas Sumatera Utara


“setahu kakak dulu itu (sekitar tahun 90-an lah) alat musik gereja HKBP
Pasar 6 hanya Clavinova dek. Clavinova itu dek alat musik dengan musik
yang kalau secara kasat mata sulit kita bedakan dengan organ dan
electrone, sama keyboard juga sama tapi clavinova yang lebih dulu dan
sudah lama dipakai di gereja HKBP Pasar 6, mungkin hanya beda
penamaan dan merk aja dek (mungkin ya?), kakak kurang paham juga
dek. Tapi secara teknis fungsinya sama dengan organ, Cuma ukurannya
yang agak jauh lebih besar, tapi sekarang gak ada lagi dek, dan gak
dipakai lagi, karena uda banyak penambahan alat musik lain, terutama
alat musik yang modern. Setelah Clavinova yang muncul itu kemudian
keyboard dek”(Mardina Sigiro, 27 tahun).

Adapun alat musik yang dipakai di gereja HKBP Pasar 6 diluar dari daftar

inventaris barang (berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara atau dengan

status ―ada‖ )dan dipakai untuk keseluruhan kegiatan ibadah maupun hiburan/

atau aktivitas lainnya di Gereja HKBP Pasar 6 yaitu :

“sampai saat ini alat musik yang digunakan ada keyboard,


gitar, biola, perkusi, kemudian ada saxophone, ada juga
seruling tapi *untuk alat musik seruling dan saxophone,
kita panggil pemainnya dari luar karena alat musik itu
punya milik pribadi” (Tri Toguna, 27 tahun).

1. Organ

Organ adalah alat musik berbentuk seperti piano yang menghasilkan suara

tetapi bukan dari ketukan palu terhadap senar. Organ dibagi dalam dua jenis yaitu

Organ Pipa dan Organ Elektronik. Organ pipa adalah organ yang memiliki pipa-

pipa raksasa. Organ pipa memiliki deretan tuts lebih dari satu dan tombol analog

yang sangat banyak. Suara yang dihasilkan dari organ yaitu akustik, suara pipa.

Suaranya yang dihasilkan berasal dari pipa-pipa raksasa tersebut dan yang

dihasilkan hanya suara organ, tapi bisa berbagai variasi. Organ elektornik berbeda

dengan organ pipa, organ elektronik memiliki tuts 2-3 baris dan pedal kaki yang

sangat banyak melebihi organ pipa. Suara yang dihasilkan organ elektronik adalah

93

Universitas Sumatera Utara


elektronik dan bermacam-macam variasi. Tombol pada organ elektronik lebih

banyak dan sudah bersifat digital29.

2. Keyboard

Alat musik keyboard diciptakan untuk meniru piano, dan harganya lebih

terjangkau. Keyboard sudah dilengkapi dengan fasilitas suara alat musik yang

beragam sehingga tidak terlalu membutuhkan tuts yang banyak. Keyboard sudah

dilengkapi dengan fitur metronom maupun irama pengiring untuk membantu

pemain pemula untuk memainkan musik dengan tempo yang tepat, jadi tidak

perlu membeli metronom lagi secara terpisah tidak seperti piano yang harus

membeli metronom secara terpisah karena piano tidak mempunyai fitur

metronom30.

3. Piano

Alat musik piano memiliki tuts yang lebih banyak dibandingkan keyboard

dan juga lebih tebal dan agak keras jika ditekan. Hal ini memang disebabkan

karena piano diciptakan pada awalnya untuk permainan solo, untuk menjangkau

nada mulai dari yang sangat rendah hingga sampai sangat tinggi, supaya semakin

variasi31.

4. Gitar

Adalah alat musik yang sangat populer dikalangan masyarakat manapun.

Alat musik ini terdiri dari 6 senar dan dimainkan dengan cara dipetik dan

29
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 2 Agustus 2016.
30
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 2 Agustus 2016.
31
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 2 Agustus 2016.

94

Universitas Sumatera Utara


dirambas (dalam bahasa bataknya). Gitar dapat digunakan sebagai alat musik

tunggal maupun sebagai pengiring, dan jangkaunnya melebihi dari 3 oktaf32.

5. Biola

Biola adalah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Nada

yang dihasilkan biola terdengar dengan lebih jelas dari alat musik klasik yang

lain, menjadikannya cocok untuk memainkan bagian melodi musik dan dapat

mengeluarkan ekpresi musikal yang luar biasa33.

6. Perkusi

Perkusi adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau

ditabuh, yang menghasilkan suara ketukan yang bergetar dan besar. Alat musik

tersebut dapat dipukul dengan tangan dan dapat diduduki sambil memainkannya 34

7. Saxophone*

Saxophone adalah alat musik tiup yang terbuat dari logam. Alat ini

dimainkan dengan cara ditiup dengan jangkauan nada dan kemampuan ekspresi

yang besar. Secara teknis hampir sama dengan terompet, namun nada-nada yang

dihasilkan lebih variatif dan lebih indah. Namun alat musik tersebut termasuk

jarang dipakai dalam ibadah di gereja HKBP Pasar 6, dikarenakan alat musik

tersebut adalah alat musik milik pribadi35.

8. Seruling*

Seruling atau biasa disebut juga dengan suling adalah alat musik yang

terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara ditiup, dan menghasilkan suara

32
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 2 Agusutus 2016.
33
Wawancara dengan tim musik pada tangggal 2 Agustus 2016.
34
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 2 Agustus 2016.
35
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 2 Agustus 2016.

95

Universitas Sumatera Utara


yang lembut. Alat musik tersebut merupakan alat musik yang bersifat tradisional,

dalam suku batak toba disebut dengan sulim. Sulim ini mempunyai 6 lobang nada

dengan jarak antara satu lobang nada dengan lobang nada lainnya dilakukan

berdasarkan pengukuran-pengukuran tradisional. Melodi yang dihasilkan alat

musik ini cenderung menghasilkan tangga nada mayor atau musik yang bersifat

riang, namun dapat juga menghasilkan dimainkan untuk nada-nada yang bersifat

nada minor juga36.

Berdasarkan alat musik yang telah dipaparkan diatas, maka alat tersebut

musik dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi dan perasaan yang dihasilkan

dalam permainan alat musiknya (hal tersebut sangat berkaitan dengan ensambel

musik) , yaitu :

1. Alat musik melodis

Alat musik melodis adalah alat musik yang berfungsi untuk menghasilkan

nada-nada atau yang disebut dengan melodi. Di gereja HKBP Pasar 6 alat

musik tersebut yaitu terdiri dari saxophone, biola, dan seruling(sulim)

2. Alat musik Harmonis

Alat musik harmonis adalah alat musik yang berfungsi untuk

menghasilkan dan mengiringi jalannya melodi lagu, baik yang dihasilkan

sendiri oleh alat musik tersebut, maupun yang dihasilkan oleh alat musik

melodis. Di gereja HKBP pasar 6, alat musik tersebut terdiri dari piano,

organ, keyboard dan gitar. Namun alat musik tersebut dapat juga

36
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 2 Agustus 2016.

96

Universitas Sumatera Utara


dinamakan dengan alat musik soliter atau alat musik yang dapat berdiri

sendiri.

3. Alat musik ritmis

Alat musik ritmis adalah alat musik yang berfungsi untuk mengatur lagu

atau jalannya irama musik. Di gereja HKBP Pasar 6 alat musik tersebut

adalah perkusi.

Foto 5 : Alat musik (Keyboard, biola, gitar, dan Piano) dan Pemain Musik Gereja
HKBP Pasar 6.
Sumber : Dokumentasi Tim Musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan.

Berdasarkan keterangan diatas dan hasil wawancara dari semua informan bahwa

Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan meskipun merupakan gereja suku (batak

toba) namun gereja tersebut tidak memiliki alat musik tradisional, justru alat

musik modern yang tersedia. Maka penulis menanyakan hal tersebut mengapa hal

tersebut terjadi.

97

Universitas Sumatera Utara


“gereja bukannya tidak mau menyediakan alat musik tradisional,
malah ingin sekali. Namun keterbatasan biaya dan SDM gak
memungkinkan “(Pdt. Antoni Manurung, 50 tahun).

Alasan tidak tersedianya alat musik tradisional di Gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan medan yaitu bahwa ternyata alat musik tradisional batak merupakan alat

musik yang mahal, bisa sampai puluhan juta, ditambah lagi alat musik tersebut

langka, misal harga taganing bisa mencapai 7 juta. Ditambah lagi dengan

kebutuhan akan pemusik nya. Gereja belum mampu menyediakan SDM yang

lengkap dan betul-betul mampu memainkan alat musik tradisional. Sedangkan alat

musik modern seperti keyboard misalnya, terbilang banyak jemaat Gereja HKBP

Pasar 6 yang mampu memainkannya.

3.3Musik dalam Ibadah Rutin Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

Dalam sistem religi tentu ada kegiatan yang bersifat seremonial yang

dilakukan berulang-ulang dalam jarak waktu yang ditentukan dan bersifat sakral.

Hal tersebut juga dilakukan oleh gereja HKBP pasar 6. Dimana gereja melakukan

ibadah rutin setiap minggunya, yang wajib dilaksanakan oleh gereja. Dalam

bahasa awamnya sering disebut dengan kebaktian minggu. Musik digunakan

dalam berbagai kegiatan olehgereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Yang

utamanya musik ini ada di dalam ibadah-ibadah. Diantaranya adalah ibadah di

hari Minggu, yang didalamnya mengandung sistem upacara keagamaan dan emosi

keagamaan (unsur-unsur religi) yang telah berulang-ulang dilakukan jemaat

Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan ini.

98

Universitas Sumatera Utara


Kebaktian dalam arti khusus yaitu sebagai suatu ―upacara‖. Salah satu

contohnya adalah kebaktian setiap minggu di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

Medan. Kebaktian minggu di gereja HKBP pasar 6 terbagi atas 4 bagian 37, dan

memiliki sajian musik tersendiri, yaitu: (1) ibadah sekolah minggu/untuk anak

kecil masuk pukul 08.00 Wib-09.30 Wib, (2) ibadah minggu pagi/untuk umum

masuk pukul 07.30 Wib-09.30 Wib, (3) ibadah minggu siang/lansia masuk pukul

10.15 Wib-12.00, dan (4) ibadah minggu malam masuk pukul 18.00 Wib-19.30

Wib.

Musik dalam ibadah rutin gereja HKBP Pasar 6 antara lain bisa dikatakan

juga sebagai nyanyian jemaat38. Karena dalam nyanyian jemaat lah semua musik

muncul. Istilah jemaat berasal dari bahasa Yunani yaitu ekklesia. Terjemahan kata

ekklesiayaitu sidang jemaat Allah, yang berarti orang-orang yang dipanggil

keluar.Arti jemaat HKBP dalam tulisan ini adalah persekutuan orang-orang yang

percaya kepada Kristus. Jemaat HKBP Pasar 6 meliputi : Pendeta Ressort, Guru

huria, Biblevrouw, Sintua(Penatua Gereja), Tim Musik, Peserta koor, dan ruas ni

huria HKBP Pasar 6 (dan wilayah-wilayah HKBP Pasar 6, dan semua orang yang

terdaftar sebagai jemaat/hadir di gereja HKBP Pasar 6). Oleh karena itu nyanyian

jemaat adalah, segala nyanyian yang dinyanyikan oleh jemaat, baik itu nyanyian

bersama, nyanyian koor, paduan suara, dan lainnya yang berbentuk nyanyian atau

instrumen musik.

37
Wawancara dengan Bibelvrow HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan
38
Wawancara dengan Tata Usaha HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

99

Universitas Sumatera Utara


“Contoh nyanyian jemaat yaitu :Lagu dari Buku Ende No. 462 : 1-
3, Lagu dari Kidung Jemaat No. 232 : 1-2, Persembahan koor dari
NHKBP (naposobulung/muda-mudi HKBP), Nyanyian bersama
dari Buku Lagu Perkantas untuk ibadah sore” (Sendang bako, 25
tahun).

a. Koor

Koor berasal dari kata khorusi dalam bahasa latin dan khoros dalam

bahasa Yunani yang berarti dua kelompok penyanyi atau penari. Istilah koor

digunakan gereja HKBP untuk menyebutkan dua kelompok penyanyi yang

bernyanyi secara berbalas-balasan dalam ibadah minggu. Hingga saat ini istilah

―koor‖ masih digunakan dalam beberapa literatur tentang musik dan nyanyian

gereja. Begitupun dengan gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan yang hingga

sekarang tetap menampilkan koor sebagai sumber nyanyian dan pelengkap dalam

ibadah minggu.

“peserta koor di gereja HKBP Pasar 6, yaitu :Koor ina P.kamis


(parari kamis), Koor ama Immanuel, Koor Anugerah, Koor Ama
Bona Kasih, Koor gabungan sektor VII, dan masih banyak
lagi”(Mardina Sigiro, 27 tahun)

b. Song leader

Song leader adalah orang yang bertugas memimpin jemaat menyanyikan

lagu-lagu/puji-pujian dalam suatu Ibadah. Apakah itu ibadah umum, ibadah

pemuda & remaja, ibadah Pendalaman Alkitab dan ibadah dalam persekutuan

lainnya. Namun song leader berbeda dengan MC (master of ceremony). Song

leader khusus untuk memimpin jemaat dalam hal nyanyian. Song leader bisa

terdiri dari satu hingga tiga orang, atau lebih.

“song leader itu menjadi suara atau vokal manusia yang paling
menonjol, supaya bisa mengimbangi jemaat supaya teratur

100

Universitas Sumatera Utara


bernyanyi, dan sekalian mengajari jemaat nyanyian baru apabila
jemaat belum tahu lagunya. Song leader di gereja HKBP pasar 6
ini lumayan banyak, beda untuk minggu pagi, beda untuk siang,
beda lagi untuk song leader ibadah malam” (Merry
lumbansiantar, 35 tahun).

c. Pemusik

“Pemusik merupakan orang yang memainkan alat musik untuk


mengiringi nyanyian dan pujian ibadah.. Ia harus memahami
fungsi dan tugasnya. Dari segi spiritualitas ia adalah rekan dari
pelayan firman, yang melayani dalam bidang musik. bukan untuk
menunjukkan kebolehannya dalam bermain namun sekedar
merupakan cara untuk memberitakan kabar baik melalui musik
yang dia tampilkan”( Tri Toguna, 27 tahun)

Adapun pemusik di gereja HKBP Pasar 6 pada saat ini adalah :Johannes,

Paulina, Trito, Saur, Ganda, Rut, Hiras , Naomi, dan Christian.

d. Paduan Suara

Paduan suara secara umum sebagai suaru bentuk seni suara yang klasik 39.

Paduan Suara adalah sajian musik vokal oleh beberapa orang dengan memadukan

berbagai jenis suara (timbre) menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat

mengungkapkan jiwa lagu yang dinyanyikan.Dimana paduan suara itu memiliki

karakter religius dalam tampilan dan misinya. Dengan kata lain, lagu-lagu yang

dibawakan dalam paduan suara harus nyanyian rohani yang tenang dan dapat

dihayati agar jemaat gereja juga dapat memaknai lagu yang dibawakan oleh

paduan suara. Dalam hal ini, gereja tidak membatasi sumber nyanyian yang

dibawakan harus dari buku ende atau kidung jemaat, namun lebih ditekankan

kepada nyanyian rohani. Contoh lagu yang dibawakan yaitu lagu ―Bapa yang

kekal‖, atau lagu dalam versi batak yaitu ―Ama na Manontongi‖.

39
Wawancara dengan pemusik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

101

Universitas Sumatera Utara


“ paduan suara yang paling sering muncul di gereja HKBP Pasar
6 ini ya paduan suara paduan suara RHKBP (Remaja HKBP)
sama paduan suara NHKBP (naposobulung/muda-mudi HKBP),
lagu yang dibawakan bebas dari mana saja sumbernya, tidak
harus dari buku lagu yang dipakai oleh gereja HKBP, namun pasti
diwajibkanlah membawa lagu rohani yang bersifat tenang, boleh
girang, memakai alat musik juga boleh namun tidak melebihi atau
seperti konser”(Mardina, 27 tahun).

Dalam paduan suara yang dibawakan boleh menggunakan alat musik

apapun, sepanjang tidak mengganggu jalannya ibadah dan ketenangan jemaat.

Dalam beberapa contoh, paduan suara yang dibawakan oleh remaja HKBP Pasar 6

padang bulan menggunakan perkusi, gitar da galon aqua. Galon aqua yang

dimaksud adalah galon aqua yang sudah kosong lalu bagian bawahnya dipukul

(persis seperti menggunakan tagading).

Paduan suara terbagi atas beberapa bagian :

1. Paduan suara kecil (jumlah anggota)

a. Bentuk Duet : Sajian musik vokal oleh 2 orang penyanyi

b. Bentuk Trio : Sajian musik vokal oleh 3 orang penyanyi

c. Bentuk Kwartet : Sajian musik vokal oleh 4 orang penyanyi

d. Bentuk Kuintet : Sajian musik vokal oleh 5 orang penyanyi

e. Bentuk Sektet : Sajian musik vokal oleh 6 orang penyanyi

f. Bentuk Septet : Sajian musik vokal oleh 7 orang penyanyi

g. Bentuk Octet : Sajian musik vokal oleh 8 orang penyanyi

Dari beberapa bentuk paduan suara diatas yang paling sering tampil dalam ibadah

gereja HKBP Pasar 6 adalah bentuk paduan suara Octet.

102

Universitas Sumatera Utara


2. Paduan suara besar (sudah dalam bentuk konser)

Paduan suara yang memiliki banyak anggota, dipimpin oleh dirigen40

(conductor ) yang memimpin kelompok paduan suara tersebut. Gereja HKBP

pasar 6 menampilkan paduan suara besar apabila ada kegiatan festival dan lomba,

baik festival yang diselenggarakan gereja, maupun diselenggarakan oleh gereja

lain.

Adapun sumber lagu-lagu pujian/nyanyian penyembahan (selain acara

hiburan) gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan yang disimpulkan penulis dari

semua informan adalah :

1. Buku Ende

Buku Ende adalah sebuah buku nyanyian yang berisi lagu-lagu pujian

dalambahasa Batak yang dipakai di dalam kebaktian gereja

Kristen Batak di Indonesia. Buku lagu ini merupakan adaptasi dari lagu rohani

jerman yang dibawakan oleh para missionaris. Buku ini disusun dan sekarang

diterbitkan oleh Percetakan HKBP di Pematang Siantar,Indonesia. Jumlah lagu

dalam buku ini adalah 556 lagu. Untuk cetakan yang baru, Buku Ende telah

dilengkapi dengan tambahan 308 lagu (Buku Ende 557 sampai dengan Buku

Ende 864) yang disebut dengan "Buku Ende Sangap Di Jahowa". Mulai dari

diterbitkannya hingga sekarang, buku ende mengalami banyak perubahan, yaitu

berupa penambahan beberapa lagu. dan berdasarkan keterangan dari St.E.Malau

bahwa buku ende sudah banyak versi akibat perubahan tersebut. Namun gereja

40
Dirigen atau konduktor ialah orang yang memimpin sebuah pertunjukan musik melalui gerak
tangan.

103

Universitas Sumatera Utara


HKBP Pasar 6 memakai buku logu atau ―buku ende sangap di Jahowa‖ dalam

ibadah dan kegiatan lain yang bersifat religi.

2. Kidung jemaat

Kidung Jemaat adalah sebuah buku nyanyian rohani yang dipakai di dalam

kebaktian gerejadi Indonesia, don konsisten dipakai dalam gereja HKBP,

termasuk gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Buku ini disusun dan

sekarang diterbitkan oleh Yayasan Musik Gerejadi Indonesia. Penerbitan perdana

pada tahun 1986 oleh Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia dengan

jumlah lagu dalam buku ini adalah 47841.

Pelengkap kidung jemaat

Pelengkap Kidung Jemaat (disingkat PKJ) adalah buku nyanyian rohani

(himne) yang dibuat untuk melengkapi Kidung Jemaat. Lagu-lagu dalam

Pelengkap Kidung Jemaat biasa digunakan dalam perayaan ibadah di

berbagai gereja Kristen. Buku ini terdiri dari 308 lagu yang di dalamnya terdapat

12 lagu Taize. Taize sebenarnya adalah doa dalam agama katolik, namun

dijadikan sebagai nyanyian. Doa taize telah melahirkan bentuk musik ibadah yang

unik dengan mencerminkan sifat meditatif. Musik taize menekankan ungkapan-

ungkapan sederhana, biasanya kalimat-kalimat pendek dari Mazmur atau bagian-

bagian lain dari Kitab Suci yang diulang-ulang dan kadang juga dinyanyikan

dalam bentuk kanon. Melalui lagu kita mencari dan memperoleh suasana sakral,

hening, khidmat, menyentuh hati dan meditatif yang melahirkan doa itu

sendiri.Yayasan Musik Gereja (Yamuger) di Indonesia sudah empat kali

41
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 5 Agustus 2016.

104

Universitas Sumatera Utara


menerbitkan Pelengkap Kidung Jemaat dan yang terakhir diterbitkan pada

tahun 2007. Saat ini sudah diterbitkan Pelengkap Kidung Jemaat versi 4 suara42.

3. Buku lagu pujian

Buku lagu pujian hampir sama dengan kidung jemaat, namun nyanyian

dalam buku lagu pujian ini lebih bersifat nyanyian mazmur, atau nyanyian yang

berdasarkan atas teks ayat alkitab43. Lagu-lagu dalam buku lagu pujian ini banyak

berasal dari lagu pop rohani. Contohnya yaitu ― Allah Yang Setia‖ dan ―Allah

Peduli‖.

4. Buku lagu perkantas

Buku lagu perkantas adalah buku nyanyian rohani yang berisi lagu-lagu

pujian, namun tidak ada dalam buku ende, kidung jemaat, dan buku lagu pujian.

Buku lagu perkantas merupakan buku nyanyian yang sering dipakai oleh pelajar

dan mahasiswa dalam kebaktiannya. Lagu-lagu dalam buku ini kebanyakan lagu-

lagu yang bersifat girang44. Ada sekitar 60 lagu dalam buku lagu perkantas,

beberapa diantaranya yaitu : ―Kasih Mu tiada duanya‖, ―Segala Puji Syukur‖,

―Seperti yang Kau ingini‖, dan masih banyak lagi.

Berikut merupakan tata ibadah dalam kebaktian minggu secara ringkas

dan yang telah ditentukan dari pusat HKBP (sudah dicantumkan di beberapa situs

internet) di gereja HKBP Pasar 6 :

I. Nyanyian bersama.Nyanyian pembukaan ini merupakan

nyanyian panggilan beribadah. Hati jemaat sudah harus

siap mengikuti ibadah sejak lonceng dibunyikan/musik


42
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 5 Agustus 2016.
43
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 5 Agustus 2016.
44
Wawancara dengan tim musik pada tanggal 5 Agustus 2016.

105

Universitas Sumatera Utara


setengah suara dibunyikan. Dan nyanyian ini adalah

kesiapan hati jemaat untuk mengikuti panggilan ibadah

tersebut.

II. Votum45-Introitus dan Doa Pembukaan (menjadi satu

rangkai). Votum adalah pertanda bahwa Allah hadir dalam

ibadah tersebut dengan ucapan ―di dalam nama Allah

Bapa, dan nama anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan

nama Roh Kudus‖. Hal inilah yang membedakan

kebaktian minggu di gereja HKBP Pasar 6 dengan

pertemuan biasa. Dimana ibadah menurut HKBP Pasar 6

adalah persekutuan umat percaya yang menyambut

kedatangan dan kehadiran Allah. Introitus adalah ajakan

atau pernyataan yang dikutip dari nats alkitab. Bacaan ini

diambil berdasarkan minggu gerejawi. Nats Alkitab juga

menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana

perayaan minggu gerejawi tertentu. Nats Alkitab ini

disambut jemaat dengan menyanyikan ―Haleluya‖ yang

artinya pujilah Tuhan! Sambutan jemaat disusul dengan

doa pembukaan yang menekankan unsur kebersamaan.

Doa ini disampaikan bersama, memohon agar Tuhan

Allah memimpin ibadah tersebut.

45
Votum merupakan suatu pernyataan atau proklamasi bahwa Tuhan Sang Pencipta adalah yang
melandasi peribadahan tersebut.

106

Universitas Sumatera Utara


III. Nyanyian bersama (yang kedua kali).Dimana nyanyian ini

merupakan nyanyian yang harus sesuai dengan Hari raya

gerejawi dan merupakan respon jemaat terhadap doa

pembukaan.

IV. Pembacaan hukum taurat.Lanjutan dari nyanyian

pembukaan dalam ibadah. Dengan memperdengarkan

serta memahami hukum taurat Allah, anggota jemaat yang

beribadah seperti teringat dan sadar akan kesalahan-

kesalahan dan pelanggaran yang dia lakukan. Hukum

taurat yang dibacakan juga berfungsi sebagai peringatan

dan cermin akan dosa kita dan jemaat memohon kekuatan

untuk melakukan Hukum Taurat-Nya.

V. Nyanyian bersama (ketiga kali).Nyanyian ini berisi respon

jemaat atas harapan Allah untuk menjalankan hukum

Tuhan dan isi nyanyian harus berkaitan dengan hukum

taurat.

VI. Pengakuan dosa.Jemaat mengaku dosa-dosanya dihadapan

Tuhan. Melalui doa pengampunan dosa, jemaat memohon

dalam kerendahan hati agar dosanya diampuni. Untuk

masuk ke dalam persekutuan Allah, maka segala dosa

harus terlebih dahulu dibersihkan. Setelah berdoa, janji

Allah tentang pengampunan dosa akan dibacakan. Allah

mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan

107

Universitas Sumatera Utara


menyesali dosa-dosanya. Setelah doa pengampunan dosa,

jemaat besukacita dan memuji Tuhan dengan

mengucapkan ―kemuliaan di bagi Allah di tempat yang

maha tinggi.Amin‖.

VII. Nyanyian bersama (keempat kali).Nyanyian ini

menjadi respon jemaat atas pengampunan dosanya.

VIII. Pembacaan epistel (pembacaan ayat/firman).Setelah

jemaat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa

umat-Nya melalui firman yang dibacakan sebagai

petunjuk hidup baru. Pembacaan epistel menjadi surat

kiriman untuk mendorong umat/jemaat berbuat baik dan

bersaksi. Setelah pembacaan epistel, liturgis membacakan

―berbahagialah mereka yang mendengarkan dan

memelihara firman Allah.Amin.‖ perkataan ini bermaksud

agar jemaat mengingat bahwa firman Allah adalah untuk

diindahkan, bukan didiamkan saja.

IX. Nyanyian bersama (kelima kali).Nyanyian ini adalah

respon jemaat atas pembacaan epistel, dan nyanyiannya

juga harus sesuai dengan pembacaan epistel.

X. Pengakuan iman rasuli.Bagian ini adalah bagian yang

harus ada dalam setiap ibadah umat kristen khususnya

HKBP. Karena melalui bagian ini kita mengucapkan

pengakuan iman kita atas Trinitatis ; Allah Bapa, Tuhan

108

Universitas Sumatera Utara


Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Jemaat mengakui karena

dosa telah dihapuskan dan epistel yang telah dibacakan

mendorong jemaat untuk mengakui iman kepercayaan

jemaat.

XI. Warta jemaat.Bagian ini tidak menjadi keharusan dalam

ibadah. Namun, di HKBP Pasar 6 warta jemaat

dimasukkan sebagai bagian dari ibadah karena semua

kegiatan gereja dan jemaat adalah karya Allah. Dan warta

jemaat hanya berisi hal-hal yang ada kaitannya langsung

dengan kehidupan jemaat. Setelah pembacaan warta,

jemaat akan mendoakannya dengan dipimpin oleh

pembaca warta jemaat.

XII. Nyanyian bersama (keenam kali).Nyanyian ini

merupakan respon jemaat atas pengakuan imannya, dan

sekaligus sebagai pengantar untuk khotbah yang akan

didengarkan. Dan pada waktu ini, persembahan pertama

dikumpulkan. Dimana hal ini berarti bahwa mereka yang

bersaksi melalui pengakuan iman, juga bersaksi melalui

pengakuan akan berkat yang diterimanya dan kesediaan

hatinya untuk memberikan persembahan syukur sesuai

dengan taurat.

XIII. Khotbah. Khotbah adalah puncak dari acara

kebaktian Minggu. Semua bagian dari ibadah minggu

109

Universitas Sumatera Utara


tidak boleh lepas dari pembacaan nats alkitab yang

diterangkan secara teologis oleh Pendeta HKBP.

XIV. Nyanyian bersama (ketujuh kali).Nyanyian ini

menjadi respon jemaat atas firman Tuhan yang baru saja

didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali

kotbah tersebut. Karena kotbah adalah puncaknya, maka

sebaiknya tidak ada lagi acara inti yang dilakukan setelah

kotbah.

XV. Doa persembahan dan nyanyian

persembahan.Sebelum pulang ke rumah masing-masing,

jemaat masih diajak untuk mendoakan persembahan

karena segala sesuatu perlu dibawa dalam Doa dan Dia.

Jemaat menyambut doa tersebut dengan nyanyian

bersama, yang menyatakan bahwa segala sesuatu harus

diserahkan kepada Tuhan.

XVI. Doa penutup (Bapa kami).

XVII. Doksologi (menyanyikan Doa Bapa

Kami).Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa kami yang

dinyanyikan jemaat sebagai respon atas seluruh karya

anugerah Allah, dan atas selesainya ibadah minggu

tersebut.

XVIII. Doa berkat.Melalui doa berkat ini jemaat

memahami bahwa Allah juga telah memberkati Jemaat

110

Universitas Sumatera Utara


dengan berkat yang sama. Sebagai sambutan iman dan

respon jemaat, maka jemaat menyanyikan ―Amin, Amin,

Amin‖.

XIX. Epilog. Jemaat berdoa masing-masing di tempatnya, mendoakan hidupnya

sendiri dan mengaminkan seluruh ibadah sebelum masuk kembali ke dalam

kehidupannya sehari-hari dan saling menyalami jemaat lain yang berada di

samping kanan kirinya. Pendeta dan penatua pun bergerak ke pintu menyambut

jemaat di pintu untuk menyalam jemaat.

3.3.1 Musik dalam Ibadah Sekolah Minggu

Ibadah sekolah minggu adalah ibadah yang dihadiri oleh anak-anak dan

balita, namun dipimpin oleh guru, atau lebih sering disebut Guru Sekolah Minggu

(GSM). Anak-anak sekolah minggu dibagi ke dalam horong atau ruangan kelas.

Misal, horong satu merupakan tempat anak yang berumur 2-4 tahun. Jumlah

jemaat atau anak-anak yang hadir pada ibadah sekolah minggu sekitar 70 orang

jika ditotalkan semua ruangan46. Ada dua tempat peribadahan sekolah minggu di

HKBP Padang Bulan medan. Pelayanan dilaksanakan dengan baik yaitu satu di

gereja HKBP Padang Bulan dan satu lagi di sektor (wilayah) I.Ibadah sekolah

minggu tidak menggunakan alat musik apapun, mereka hanya belajar menyanyi

dari guru-guru sekolah minggunya.Lagu-lagu yang dibawakan hanyalah nyanyian

rohani anak-anak, dimana nada-nada yang dibawakan tidak rumit, cukup hanya

46
Wawancara dengan Tata Usaha HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

111

Universitas Sumatera Utara


dengan menyuruh anak-anak bernyanyi sambil bertepuk tangan. Tetapi setelah

belajar menyanyi dan mendengarkan firman dari dalam horong, mereka (anak-

anak), masuk ke dalam gereja untuk beberapa saat (khusus ibadah sekolah

minggunya dilakukan di samping gereja HKBP Pasar 6). Mereka berkumpul

kembali untuk menyanyikan satu atau dua lagu dari kidung jemaat,buku ende dan

buku nyanyian rohani anak-anak dan untuk menerima doa berkat dan doa

penutup (digabungkan dengan jemaat ibadah minggu pagi). Hal tersebut

dilakukan karena ketika di dalam horong mereka hanya dipimpin oleh Guru

Sekolah Minggu dan Sintua. Ibadah akan sah apabila menyanyikan lagu doa

berkat dan doa penutup yang dipimpin oleh pendeta.

“kalau untuk sekolah minggu jarang nya pakek musik. Namanya juga
anak-anak, paling apa yang dinyanyikan guru sekolah minggunya, itulah
yang diikuti mereka. Baru, paling ikut tepuk tangan, kekmana lah lagu
rohani anak-anak, tapi setelah belajar nyanyi di dalam horong (ruangan
kelas) mereka massuk ke dalam gereja sebentar untuk dihibur dengan
musik untuk nyanyian dan doa berkat/penutup, di dalam kegiatan lain
mereka juga dihibur dengan musik, misal dalam kegiatan minggu ceria”
(Pdt. Jusuf Turnip, 29 tahun).

Pada minggu-minggu tertentu, ibadah sekolah minggu dibawakan dengan

memainkan musik keyboard/organ, gitar, atau alat musik lain yang mudah diikuti

oleh anak-anak47. Namun itu sangat jarang, dikarenakan guru-guru sekolah

minggu di gereja HKBP Pasar 6 belum terlalu paham dan tidak ada yang dari latar

belakang musik. Untuk menyewa pemain musik, gereja tidak mempunyai cukup

dana. Tidak cukup dana dikarenakan persembahan/kolekte anak-anak tidaklah

47
Wawancara dengan Pdt. Jusuf Turnip pada tanggal 09 Juli 2016

112

Universitas Sumatera Utara


seberapa, apalagi mereka harus dipisah-pisah ke beberapa ruangan sesuai umur,

setiap ruangan dipimpin oleh 1 atau 2 orang Guru Sekolah Minggu (GSM) 48.

“Tetapi semaksimal mungkin gereja mengupayakan karena Pelayanan


dilakukan sangat baik oleh guru-guru sekolah minggu dan dipandu oleh
setiap parhalado. Banyak bentuk pelayanan yang bisa dibanggakan gereja
dalam pelayanan mereka di tahun 2013 seperti: Paskah Sikola Minggu, di
bulan April 2013 yang lalu, Natal Sikola Minggu, dan lain-lain”.(Sendang
Bako, 25 tahun).

3.3.2 Musik dalam Ibadah Minggu Pagi

Untuk ibadah minggu pagi jumlah jemaat yang hadir sekitar 300 orang,

yang terdiri dari muda-mudi, orang tua yang masih baru berumah tangga, dan

beberapa anak kecil yang dibawa oleh orang tuanya.

Untuk kebaktian minggu pagi dalam bahasa indonesia menggunakan

ansambel49vokal dan musik duet keyboard (terdiri dari 2 keyboard, keyboard yang

1 memainkan suara organ, dan keyboard ke 2 memainkan suara piano) serta

dibantu dengan alat musik biola dan beberapa song leader (boleh remaja, naposo,

atau orang tua).Format ansambel musik adalah gabungan dari berbagai instrumen

musik seperti dua atau tiga keyboard ; keyboard dengan organ, keyboard dengan

saxophone, dan sebagainya. Jadi musiknya agak sedikit lebih ramai walaupun

lagu yang dibawakan bersumber dari Kidung Jemaat.

Berikut adalah rangkaian ibadah minggu pagi per tanggal 22 Mei 2016.

Sebelum acara dimulai terlebih dahulu para pelayan gereja dan penatua gereja

berkumpul di konsistori dan berdoa. Setelah itu, mereka memasuki gereja dan

menempati posisi masing-masing sesuai dengan tugas pelayanan pada minggu itu.

48
Wawancara dengan Pdt. Antoni Manurung pada tanggal 20 Agustus 2016.
49
Ansambel artinya rombongan musik. sedangkan musik ansambel adalah bermain musik secara
bersama-sama dengan menggunakan beberapa alat musik dan kemudian memainkan lagu dengan
aransemen yang sederhana.

113

Universitas Sumatera Utara


Liturgis kemudian mengajak jemaat untuk saat teduh yang diiringi oleh musik (

hohom martangiang.....organ berbunyi setengah suara dengan lagu ―Singkop do

asi ni roha‖). Setelah saat teduh dilanjutkan dengan nyanyian dari Kidung Jemaat

(Kj.Yamuger No.244 : 1-3) dan dilanjutkan dengan jemaat berdiri untuk Votum.

Selanjutnya menyanyikan lagu dari Kidung jemaat (Kj. Yamuger No.16 : 1-3).

Dilanjutkan dengan pembacaan hukum taurat. Setelah itu persembahan koordari

NHKBP (Naposobulung/muda-mudi HKBP Pasar 6 Padang Bulan). Lalu kembali

bernyanyi dari Kidung Jemaat (Kj.No 359 : 1-2) dan jemaat diajak untuk berdiri.

Setelah itu pembacaan doa pengakuan dosa dan diiringi dengan Organ/musik

setengah suara dengan judul lagu ―Mampirlah dengar doaku‖ dari Kidung Jemaat

No 26. Setelah selesai doa pengakuan dosa kembali dilanjutkan dengan koor ama

Huria. Lalu bernyanyi kembali nyanyian dari Kidung Jemaat No.402 : 2 + 3).

Dilanjutkan dengan pembacaan Epistel. Setelah itu bernyanyi kembali dari lagu

kidung jemaat No.72 : 1+3, jemaat diundang untuk berdiri kembali. Setelah itu

pembacaan doa Pengakuan Iman Rasuli, lalu persembahan koor lagi dari

Gabungan Sektor XII50. Setelah itu pembacaan warta jemaat dan doa syafaat.

Persembahan koor lagi. Setelah itu bernyanyi kembali dari Kidung Jemaat No.52 :

1........ sambil mengumpulkan persembahan. Setelah itu khotbah dari Pendeta.

Setelah khotbah bernyanyi kembali dari kidung jemaat No.222 : 1.............. sambil

mengumpulkan persembahan yang kedua. Setelah itu doa persembahan, Doa Bapa

Kami, Doa Berkat. Lalu menyanyikan kata Amin sebanyak 3 kali, setelah itu

ibadah pun selesai.

50
Nama pembagian wilayah/tempat jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

114

Universitas Sumatera Utara


Foto5 : Format ansambel duet keyboard dalam mengiringi kebaktian minggu pagi
di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan
Sumber : Dokumentasi Tim Musik HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

3.3.3 Musik dalam Ibadah Minggu Siang

Musik kurang ditonjolkan dalam ibadah siang di Gereja HKBP Pasar 6

Padang Bulan Medan ini. Alat musik yang dipakai hampir sama dengan ibadah

minggu pagi, yaitu solo keyboard, biola, dan beberapa song leader, tapi gak boleh

ada penambahan alat musik lain. Kemudian penulis menanyakan kepada Pak

Sianipar mengapa musik tidak begitu ditonjolkan dalam ibadah minggu siang.

―mereka gak begitu suka terhadap musik yang hingar bingar. Ingat
itu, itu menjadi salah satu masukan juga. Orang-orang tua yang
sudah berumur 60 tahun keatas, itu gak begitu suka musik yang
banyak kali”(Pak Sianipar, 50 tahun).

Hal ini dikarenakan hampir 98 % jemaat yang hadir adalah lansia, yang

sudah berumur 60 tahun ke atas. Sebenarnya tidak ada patokan umur untuk jemaat

yang hadir, namun dikarenakan bahasa yang digunakan dalam ibadah siang adalah

115

Universitas Sumatera Utara


bahasa batak, membuat para remaja dan anak-anak sedikit enggan mengikuti

ibadah minggu siang. Bukan hanya itu, kemudian Pak Sianipar menambahkan :

“musik ini kan terbagi-bagi lagi atas pendengarnya, ya kan. Ada


yang suka musik tunggal, ada yang suka ada tambahan-tambahan
peralatan lain, kan gitu, karena bagi kita orang Batak ini, kalau
dia udah berumur 60 keatas, alat musik ini kalau dibuat keyboard
atau piano, mereka gak begitu suka, itu udah berlaku umum bagi
orang tua batak, mereka merasa terusik kalau ada alat musik
tambahan yang notabene mereka anggap alat musik tambahan itu
mengganggu kekusukan ibadah itu”(Pak Sianipar, 50 tahun).

Namun dalam ibadah siang sering muncul koor yang dibawakan oleh

orang tua juga, dan disinilah sering dipakai alat musik tradisional, dan lagu yang

dibawakan lagu rohani batak.

“tapi jangan salah, ada juga pada saat ibadah ada koor. Koor
kaum batak. Mereka membawa kecapi, seruling, tapi tergantung
kumpulan koor nya” (Pak Sianipar, 50 tahun).
Dalam ibadah minggu siang, sering juga menggunakan Musik Box Gereja

(MBG). MBG adalah satu perangkat CPU/Laptop menggunakan sistem operasi

Linux yang khusus untuk mengiringi nyanyian gereja. Program ini dirancang dan

disusun secara profesional oleh Tim Musik HKBP dengan iringan tipe

orchestra/full band/tradisional/etnis, dan telah dijemaatkan pada tahun Marturia

HKBP 2008 sebagai salah satu program Departemen Marturia HKBP

(www.koleksikoor.com diakses pada tanggal 20 Agustus 2016).

Dengan jumlah 20.000 lebih lagu/iringan musik yang mandiri dan

dilengkapi dengan Bible dalam 60 bahasa (Ibrani, Yunani, Inggris, Indonesia,

Batak, dan lain-lain). Adapun tujuan utama pengadaan Musik Box Gereja ini

adalah sebagai berikut:

116

Universitas Sumatera Utara


1. memenuhi keinginan setiap pelayan gereja dan jemaat untuk mendapatkan

pelayanan musik yang baik.

2. menciptakan suasana rohani (penjiwaan isi lagu) yang diinginkan.

3. menjadi solusi bagi kendala pelayanan musik pada kebaktian gereja

terutama gereja di pedesaan yang tidak memiliki organ dan/atau organis;

diharapkan anak rantaunya dapat mendanai pengadaan Musik Box Gereja

ini.

4. khususnya bagi gereja yang telah memiliki team musik dapat

menggunakannya sebagai referensi dalam mengaransemen musik agar

suasan kebaktian mennjadi lebih hidup.

5. sebagai sarana karaoke lagu rohani keluarga dalam mengisi waktu luang di

rumah terutama pada hari Minggu.

Music Box Gereja dari album berikut:

1. Acara pernikahan

2. Buku Ende HKBP No: 001-864

3. Himne dan mars

4. Instrument piano

5. Jau song

6. Kidung jemaat no: 001-478

7. Kidung jemaat pelengkap no: 001-308

8. Koor gabungan (SATB)

9. Koor mannen (pria)

10. Koor wanita (misses choir)

117

Universitas Sumatera Utara


11. Lagu sekolah minggu (SKM)

12. Musik classic

13. Nyanyian kidung baru no: 001-230

14. Pop batak

15. Pop indonesia

16. Pop international

17. Pop rohani

18. Sound effect

19. Tor-tor

20. Upacara kebaktian HKBP

21. Upacara kebaktian pagi

22. Vocalist

Nyanyian dalam ibadah minggu siang 100 % dari buku ende. Karena itu

merupakan sebuah keharusan. Dengan demikian, untuk lebih spesifiknya,

pengurus gereja mengacu pada buku almanak dan sudah membagikan sajian-

sajian nya dalam setiap ibadah dari nomor judul dan urutan lagu. Berikut

merupakan klasifikasinya :

No Tema nyanyian Dalam Buku Ende (BE)

1 Nyanyian untuk puji-pujian BE no 1 – 6

2 Untuk nyanyian doa BE no 1 – 18

3 Nyanyian untuk sebelum khotbah BE no 19-34

4 Nyanyian untuk ibadah minggu advent BE no 35-38

5 Nyanyian untuk kelahiran Tuhan Yesus BE no 39-46

118

Universitas Sumatera Utara


6 Nyanyian untuk kematian Tuhan Yesus BE no 47-49

7 Nyanyian untuk kebangkitan Tuhan Yesus BE no 50-58

8 Nyanyian untuk kenaikan Tuhan Yesus BE no 59-61

9 Nyanyian untuk turunnya roh kudus BE no 62-64

10 Nyanyian untuk baptisan kudus BE no 65

11 Nyanyian untuk perjamuan kudus BE no 66-70

12 Nyanyian tentang penderitaan BE no 84-87

13 Nyanyian untuk penghapusan dosa BE no 88-92

14 Nyanyian untuk kematian dan pengharapan BE no 93-102

15 Nyanyian tambahan BE no 103-121

Tabel 5 : Pengklasifikasian lagu-lagu dalam penyajian buku ende dalam


ibadah minggu siang
Sumber : Almanak Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa isi dari buku ende itu sudah

terstruktur dan sudah memiliki porsi masing-masing untuk dipakai dalam ibadah.

Hal itu jugalah yang menjadikan gereja HKBP Pasar 6 tetap menggunakan buku

ende dalam penyajian lagu-lagu untuk ibadah minggu siang.

“lagu-lagu di buku ende itu uda punya porsi masing-masing untuk


dipake dalam ibadah siang, jadi gereja pun gak bingung lagi mau
buat lagu.” (Pak Sianipar, 50 tahun).

Lagu-lagu dalam buku ende lebih mudah dan enak bila diiringi dengan

keyboard saja. Musik dengan iringan keyboard lebih fleksibel dalam hal tempo

dan instrumen sehingga ketika bernyanyi, sehingga jemaat dalam minggu siang di

HKBP pasar 6, yang sudah berumur/natua-tua tidak merasa kejar-kejaran antara

musik dan mereka.

119

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah rangkaian ibadah untuk minggu siang di Gereja HKBP

Pasar 6 Padang Bulan Medan per tanggal 22 Mei 2016. Sebelum kebaktian,

pelayan dan penatua gereja terlebih dahulu berdoa di ruang konsistori dan

kemudian memasuki ruang ibadah gereja. Lalu saat teduh dengan musik organ

setengah suara dengan lagu ―singkop do asi ni roha‖. Liturgis kemudian

memimpin jalannya ibadah dan selanjutnya mengajak jemaat bernyanyi dari Buku

Ende (BE No.648 : 1-3, jemaat diundang berdiri). Dilanjutkan dengan

Votum/Introitus dan kemudian bernyanyi dari Buku Ende ( BE No.113 : 1-2).

Lalu pembacaan Patik/Hukum Taurat ( Patik I-X dohot Lapatanna/Artinya).

Setelah itu persembahan koor dari Ina.P.Kamis. Lalu bernyanyi kembali dari

Buku Ende ( BE. No. 688 : 1-2, jemaat diundang untuk berdiri). Dilanjutkan

dengan Tangiang Manopoti Dosa/Doa Pengakuan Dosa diikuti dengan musik

organ setengah suara dari BE.No.174 : 3 ―torop dope na siat i‖. Setelah itu

persembahan koor lagi dari koor Ama Sektor V. Dilanjutkan dengan bernyanyi

kembali dari Buku Ende ( BE.No.116 : 2-3). Lalu pembacaan Epistel. Setelah itu

bernyanyi kembali dari Buku Ende ( BE.No.185 : 2-3, jemaat diundang untuk

berdiri). Lalu manghatindangkon haporseaon/pengakuan iman rasuli). Dilanjutkan

dengan persembahan koor lagi. Lalu pembacaan Tingting/warta jemaat. Lalu

bernyanyi kembali dari Buku Ende ( BE.No.392 : 1.............,sambil

mengumpulkan pesembahan). Setelah itu khotbah dari Pendeta. Lalu bernyanyi

kembali dari Buku Ende (BE.No. 691 : 1.........,sambil mengumpulkan

persembahan). Dilanjutkan dengan tangiang pelean/doa persembahan dan

120

Universitas Sumatera Utara


tangiang ale amanami/doa Bapa kami. Lalu menyanyikan Amin sebanyak 3 kali.

Dan ibadah minggu siang pun selesai.

Foto6 : Format ansambel Vokal dan Solo keyboard atau organ tunggal dalam
mengiringi kebaktian minggu siang di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan
Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis

121

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3 : Contoh lagu dari buku ende yang dinyanyikan dalam ibadah minggu
siang.
Sumber : Buku Logu/Buku Ende

3.3.4 Musik dalam Ibadah Sore


Ibadah minggu sore menggunakan alat musik yang lebih variatif, yaitu

menggunakan format ansambel vokal dan musik band, duet keyboard, gitar, dan

biola. Terkadang juga dipakai seruling, saxophone. Semua penggunaan alat musik

tersebut untuk memberikan kesan dan nuansa yang berbeda, dimana musik nya

terasa lebih ramai dan semangat. Dikatakan variatif adalah dalam hal musiknya.

Dimana banyak hal yang dimodifikasi oleh tim musik/pemusik dalam setiap lagu

yang dibawakan dalam ibadah minggu.

Berikut adalah rangkaian ibadah untuk minggu sore per tanggal 22 Mei

2016. Sebelum kebaktian, pelayan dan penatua gereja terlebih dahulu berdoa di

ruang konsistori dan kemudian memasuki ruang ibadah gereja. Lalu saat teduh

dengan musik organ setengah suara dengan judul lagu ―mampirlah dengar doaku‖.

Setelah itu bernyayi dari Kidung Jemaat (KJ 243 : 1-3 ―haleluya!terpujilah!‖,

jemaat diundang berdiri). Lalu dilanjutkan dengan Votum. Setelah itu bernyanyi

NR‖Roh Kudus Kau Hadir Disini‖. Lalu pembacaan Hukum Taurat. Kemudian

bernyanyi kembali dari kidung Jemaat (353 : 1-2). Lalu Doa Pengakuan Dosa dan

Janji Pengampunan Dosa. Setelah itu Persembahan Koor dari RHKBP(Remaja

HKBP Pasar 6 Padang Bulan). Setelah itu bernyanyi kembali dari Buku Lagu

Perkantas(BLP No.83 : 1-2). Lalu pembacaan Epistel. Bernyanyi kembali NR

122

Universitas Sumatera Utara


―Aku Hendak Bersyukur Kepada Tuhan‖. Lalu doa Pengakuan Iman Rasuli dan

pembacaan warta jemaat. Setelah itu bernyanyi kembali dari Kidung Jemaat ( KJ

No.57 : 1-3). Lalu khotbah dari pendeta. Setelah itu bernyanyi kembali dari

Kidung Jemaat (KJ.370 : 1-3). Lalu doa persembahan dan berkat. Setelah itu

menyanyikan Amin sebanyak 3 kali. Lalu ibadah minggu sore pun selesai.

Contoh modifikasi musik oleh gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan :

Gambar 4 : Lagu ―Pujilah Sumber Hidupmu‖ Kidung Jemaat No. 314

Dalam hal ini contoh lagu ini tim musik gereja HKBP Pasar 6 sudah

melakukan bentuk musik poliphony. Seperti yang sudah dipaparkan oleh penulis

123

Universitas Sumatera Utara


di bagian konsep dan teori, poliphony adalah musik yang disusun secara

horizontal dan vertikal, agar masing-masing suara berdikari dengan insting

(naluri), sendiri-sendiri (tidak bersama-sama), suara yang satu dikejar dengan

suara yang mulai sesudahnya sambil meniru.

Dimana pada birama 1 sampai birama 2 merupakan bagian intro yang

dimainkan oleh semua instrument51. Di melodi pertama/utama intro dimainkan

oleh biola atau istilah dalam ilmu musik disebut sebagai sopran (suara dan nada

tinggi) dari lagu tersebut. Kemudian saxophone mengambil suara dua atau dalam

ilmu musik disebut dengan alto (suara dan nada rendah). Keyboard/organ

mengambil suara 4 atau istilah lainnya sebagai bass (suara yang besar atau untuk

mempertegas nyanyian) dan juga menggunakan banyak variasi melodi. Lalu

dilanjutkan lagi dari birama 3 dan seterusnya oleh semua instrument/alat musik,

hingga selesai bait satu, lalu dilanjutkan dengan bait kedua. Masih dengan partitur

lagu yang sama (nada-nada di bait kedua sama persis dengan bait pertama, hanya

syair yang berbeda) :

Bait ke (2)

―Sion, elukan Rajamu;

sungguh, dikaulah yang dicari

sampai didapati-Nya

Sion, elukan Rajamu!

Songsonglah Yang datang

dalam nama Tuhan dan terima Dia,

51
Berdasarkan wawancara dengan tim musik .

124

Universitas Sumatera Utara


jadilah milikNya!

Pujilah sumber hidupmu!

Saat menyanyikan bait kedua, pemusik memainkan bentuk musik yang

Homophony. Seperti yang telah dipaparkan penulis dibagian bab 1 bahwa, bentuk

musik homophony adalah bunyi yang dimainkan secara serempak (bersamaan).

Semua instrument/alat musik memainkan nada-nada secara serempak tanpa ada

terkecuali, mulai dari keyboard/organ, gitar, biola, saxophone, yang sesekali

ditambahi alat musik nya dengan yang lain misal perkusi dan seruling52.

“susunan lagu dalam ibadah sore itu ada sembilan. 1.lagu saat teduh
2.lagu pemanggilan jemaat, 3.lagu penyembahan, 4. Lagu persiapan
pengakuan dosa, 5.lagu respon pengakuan dosa, 6.lagu pengakuan iman,
7.lagu mau mendengarkan firman, 7.lagu setelah respon firman, dan
8.lagu respon penampunan dosa”(Mardina Sigiro, 25 tahun).
Menjadi ketentuan bahwa apabila salah satu point dalam tata ibadah

membutuhkan lagu dan nyanyian dimainkan dalam waktu yang lama, tim pemusik

mengajak jemaat bernyanyi secara bergantian53. Misal untuk bait ketiga khusus

dinyanyikan oleh jemaat yang wanita, dan bait kelima khusus dinyanyikan oleh

jemaat pria. Lalu untuk permainan musiknya dalam hal ini (agar jemaat tidak

bosan menunggu point acara selanjutnya, misal saat persembahan), maka tim

pemusik memainkan musik bentuk musik monophony, dimana monophony adalah

karya musik berupa melodi tanpa dukungan harmoni maupun suara lain. Dalam

hal ini musik hanya dimainkan oleh alat musik yang bersifat sangat melodis, yaitu

biola dan saxophone. Atau monophony dapat juga dikatakan sebagai musik

52
Berdasarkan wawancara dengan tim musik.
53
Berdasarkan wawancara dengan tim ibadah.

125

Universitas Sumatera Utara


instrumental. Secara ringkas format musik yang dibawakan tim musik gereja

HKBP Pasar 6 yaitu format musik band.

Foto 7 : Format ansambel vokal dan musik band dalam mengiringi Ibadah
kebaktian Minggu Sore
Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis

3.4 Musik dalam Hari-Hari Besar Keagamaan

Setiap agama pasti memiliki hari-hari besar keagamaan, hari yang berbeda

dari seperti biasanya. Begitupun dengan gereja HKBP Pasar 6. Sebagai gereja

Batak yang beraliran protestan, gereja HKBP Pasar 6 juga merayakannya, tak

lepas dari musik.

3.4.1 Natal

126

Universitas Sumatera Utara


Sebelum merayakan natal, gereja dan jemaat HKBP Pasar 6 merayakan

ibadah minggu-minggu advent. Minggu advent adalah minggu menyambut

kelahiran Tuhan Yesus. Advent berasal dari kata latin yaitu adventus yang artinya

kedatangan. Dalam minggu advent tersebut, gereja dan jemaat menyambut dan

memperingati hari kelahiran Tuhan Yesus yaitu dengan merayakan pesta natal.

Advent dimulai pada minggu tersekat dengan tanggal 30 November hingga

malam natal 24 Desember setiap tahunnya. Karena minggu tersebut adalah

minggu menyambut dan merayakan kelahiran Tuhan Yesus, maka lagu-lagu yang

disajikan berbeda dengan minggu biasanya. Dan pada minggu-minggu ini gereja

HKBP Pasar 6 hanya melaksanakan ibadah minggu pagi dan minggu siang,

namun ibadah sore ditiadakan. Hal tersebut dikarenakan pada saat sore, gereja

dipakai atau disewa oleh pihak luar dan pihak gereja sendiri untuk melaksanakan

pesta natal. Adapun lagu-lagu yang dinyanyikan pada saat ibadah minggu pagi

saat natal adalah KJ dari No.92 – 127 (lagu yang berisikan tentang kelahiran

Tuhan Yesus), contohnya :

Kidung Jemaat No.92 : MALAM KUDUS


1.Malam kudus, sunyi senyap; dunia terlelap.
Hanya dua berjaga terus
Ayah bunda mesra dan kudus;
Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.
2.Malam kudus, sunyi senyap.
Kabar baik menggegap;
bala sorga menyanyikannya,
Kaum gembala menyaksikannya:
―Lahir Raja Syalom,
Lahir Raja Syalom!‖

Di gereja HKBP Pasar 6 kegiatan natal dibagi menjadi dua :

127

Universitas Sumatera Utara


1. Natal yang diselenggarakan oleh Gereja

2. Natal yang dilakukan oleh pihak luar (meminjam/menyewa gereja sebagai

tempat merayakan natal)

Untuk natal yang diselenggarakan oleh gereja, sepenuhnya menjadi

tanggung jawab gereja. Contohnya untuk natal muda-mudi. Sebelum hari-H natal

mereka membentuk panitia natal, termasuklah didalamnya seksi musik. Karena

musik menjadi faktor yang utama dalam setiap kegiatan natal. Namun biasanya,

untuk alat musik pemakaian nya disewa oleh muda-mudi/naposobulung. Karena

tidak mungkin hanya menggunakan alat musik yang tersedia di gereja saja.

Sehingga panitia natal memaksimalkan semua kemampuan muda-mudi dalam

bermusik. Jadi selain alat musik yang ada di gereja, mereka tambahilah, biasanya

yang paling umum ditambahi itu soundsystem. Atau bisa juga alat musik masing-

masing, tapi disini digunakan sistem honor atau uang transport untuk semua acara

natal yang diselenggarakan gereja hampir sama semua, seperti natal kategorial

ama, ina, natal sekolah minggu.

Tapi untuk natal sekolah minggu ditampilkan operet, dengan memakai

musik yang sudah direkam. Untuk lagu yang disajikan, semua lagu sesuai dengan

Kidung jemaat dan suplemennya, Buku Ende dan suplemennya, kadang juga dari

buku lagu perkantas (BLP). Sehingga lagu-lagu yang muncul tidak ada yang

keluar dari aturan HKBP. Untuk lagu natal yang bersumber dari buku ende yaitu

buku ende dari ―nomor 595-616‖. untuk contoh lagu natal dari buku Perkantas

yaitu lagu ―Seribu Lilin‖.

128

Universitas Sumatera Utara


Biasanya pada saat ibadah natal, lagu yang bersumber selain dari yang

disebutkan diatas tidak diperkenankan, terkecuali saat selesai ibadah. Selalu ada

acara hiburan, pada saat acara hiburan lah muncul lagu-lagu daerah dan lainnya.

Setelah semua acara natal yang diselenggarakan oleh gereja dan acara natal dari

luar, gereja mengadakan natal umum pada tanggal 24 Desember.

3.4.2 Jumat Agung

“untuk perayaan jumat agung, itu alat musiknya yang tersedia di gereja
aja. Jumat agung itu gak pernah dirayakan secara besar-besaran oleh
gereja HKBP Pasar 6, maksudnya gak dirayakan secara besar-besaran,
ya gak ada penambahan alat musik lain, ya apa yang ada di gereja lah”
(Pak Sianipar, 50 tahun).
Jumat Agung adalah hari jumat sebelum Paskah. Ibadah jumat agung

dalam gereja HKBP dikenal dengan ibadah mengenang kematian Tuhan Yesus.

Melalui ibadah jumat agung jemaat gereja HKBP menyadari bahwa Allah yang

menganggung dosa manusia. Pengharapan jemaat HKBP adalah peneguhan bagi

keampunan dosa dan damai yang telah dianugerahkan Tuhan bagi manusia.

Dengan melihat makna ibadah jumat agung dalam gereja HKBP, maka pemilihan

nyanyian dalam ibadah tersebut tidak terlepas dari teks nyanyian yang mendukung

makna dari ibadah. Dalam hari besar ini, jemaat lebih banyak merenung dan

menyanyikan lagu yang sedih. Contohnya lagu ― Loas Au‖ dan lagu ― marolop-

olop tondingki‖. Dan musik yang ditampilkan pada saat Jumat Agung kebanyakan

hanya musik, atau musik setengah suara, dan musik instrumental. Karena pada

saat ini jemaat kebanyakan diajak untuk merenung atas kematian Yesus di kayu

salib.

129

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah salah satu contoh lagu yang dinyanyikan dalam ibadah

Jumat Agung dan analisisnya. Buku Ende No.83 ―na lao do birubiru i‖, : Pada

bait pertama disebutkan na lao do biru-biru i, mamorsan angka dosa. Ni nasa

hajolmaon di benget ni rohana. Diporsan sahit ta i, di lehon do diriNa i tu tangan

ni pamunu. Ditaonido na bernit i, ro di na tos hosaNa i, didok naeng porsanonhu,

yang artinya bahwa Sang anak domba maju terus memikul dosa manusia. Ia rela

menebus dosa orang bersalah. Ia merasakan sakit dan lesu, Ia disiksa tanpa

mengeluh, Ia dihina dan dicerca dan Ia mati disalibkan di Golgata. Dari isi teks

lagu, maka lagu tersebut sesuai dinyanyikan pada ibadah minggu Jumat Agung.

Contoh lagu lain pada ibadah minggu Jumat Agung, yaitu :

1. BE No. 80 ―Mauas Jesus‖

2. KJ No. 168 ―hai dunia, lihat Tuhan‖

3. BE No. 618 ―di dia Ho‖

4. KJ No. 167 ―Yesus, Tuhanku, Apakah dosaMu‖

Yang berbeda dalam perayaan Jumat Agung yaitu jemaat yang hadir lebih

banyak dari biasanya, bahkan kadang gereja penuh dan ada di halaman gereja.

Dan diadakannya sakramen atau perjamuan kudus sambil diiringi nyanyian

pujian. Lalu pada pukul 18.30 diadakanlah acara nonton bersama yaitu film ―The

Passion of Christ‖. Dan ditambahi dengan kegiatan sakramen atau perjamuan

kudus.

3.4.3 Paskah

Paskah adalah hari raya kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang-

orang mati. Pada hari perayaan ini gereja HKBP Pasar 6 tetap melakukan ibadah

130

Universitas Sumatera Utara


seperti biasa. Hanya saja nyanyian yang dinyanyikan berbeda dari minggu

biasanya. Dan ibadah menjadi satu kali, semua disamakan menjadi ibadah minggu

siang, dan menggunakan bahasa Batak. Namun hal tersebut adalah perayaan

paskah secara umum oleh jemaat HKBP Pasar 6.

Tanpa kebangkitan, iman kristen tidak akan mungkin muncul. Makna

ibadah kebangkitan Tuhan Yesus adalah ungkapan terimakasih dan pujian umat

manusia karena melalui kebangkitan telah melahirkan pengharapan yang hidup.

Jemaat gereja HKBP memohon kasih dan pertolongan Tuhan agar jemaat tidak

bimbang dalam menghadapi maut. Dari makna kebangkitan Tuhan Yesus, maka

pemilihan nyanyian rohani dalam ibadah ini akan disesuaikan dengan makna

tersebut. Beberapa lagu yang dinyanyikan pada saat paskah adalah Buku Ende

No. 92 ―puji ma na manaluhon‖, BukuEnde No. 96 ―nunga talu hamatean‖, Buku

Ende No. 89 ―ate di dia soropmi‖, Buku Ende No. 90 ―sai tapuji Debatanta‖, BE

No. 93 ―pesta paskah hatuahon‖.

Ada juga kegiatan lain yang dilakukan muda-mudi pada saat paskah. Tapi

tidak tepat pada hari jatuhnya paskah, namun satu atau dua minggu setelah

paskah. Hal tersebut dilakukan semacam memperingati. Acara tetap seperti ibadah

biasa tapi dilaksanakan seminar dan diundang pembicara. Pada saat seminar ada

alat musik tambahan yang disewa dari luar.

3.5 Musik dalam Kegiatan Gereja Lainnya

Selain dari ibadah rutin dan hari besar keagamaan tentu gereja memiliki

kegiatan lain, untuk mendukung aspek kebudayaan manusia. Namun kegiatan

131

Universitas Sumatera Utara


tersebut sangat berkaitan dengan gereja. Atau dengan kata lain gereja juga

memiliki hal lain yang ingin diekspresikan melalui kegiatan lainnya yang

notabenenya tidak jauh dari kegiatan rutin gereja itu sendiri. Demikian juga

dengan gereja HKBP pasar 6 yang memiliki kegiatan lain yang mendukung aspek

kebudayaan, dalam hal ini adalah kebudayaan batak.

3.5.1 Musik dalam Pernikahan

Sebelum melaksanakan acara pernikahan, gereja lebih dahulu melakukan

acara ―martumpol‖ yang wajib dilakukan karena gereja HKBP Pasar 6 adalah

gereja suku Batak. Martumpol adalah salah satu tahap yang wajib dilakukan

dalam prosesi perkawinan adat batak (beragama kristen). Dalam acara martumpol,

dilakukan ibadah seperti biasa, namun jemaat yang hadir hanyalah jemaat dari

pihak keluarga calon mempelai dan beberapa tamu yang diundang. Dalam hal ini

tidak ada keharusan musik-musik tertentu. Karena berupa ibadah biasa. Hanya

saja lagu-lagu yang diambil berasal dari Buku Ende, karena pada saat acara

martumpol diharuskan berbahasa batak.

Setelah acara martumpol, barulah beberapa minggu kemudian gereja

melaksanakan pernikahan untuk kedua mempelai. Pada saat pernikahan, keluarga

ditanya terlebih dahulu apakah ada pemusik dan pemandu pujian dari pihak

keluarga, jika tidak ada, maka kewajiban gereja untuk menyediakannya.

“biasanya kalau untuk pernikahan di gereja HKBP Pasar 6 ini, ditanya


dululah dulu keluarga calon pengantin, ada gak musik yang disewa orang
itu untuk ibadah gereja dari luar. Kalau gak ada, ya gereja wajib
menyediakan pemusik, tapi itu untuk selama ibadah dalam gereja”(Pak
Hutagalung, 40 tahun).

132

Universitas Sumatera Utara


Sebelum masuk ke dalam gereja, tim musik gereja menyajikan atau

membuat lagu ―penyambutan‖ untuk kedua mempelai dan keluarga. Musik yang

selalu dimainkan pada saat penyambutan yaitu musik ―Ave Maria‖ atau lagu

―Givethanks‖, namun pemilihan musik penyambutan itu terserah kepada pihak

pengantin, namun harus tetap bernuansa rohani. Dalam hal ini alat musik yang

paling sering digunakan adalah keyboard, dan terompet (disediakan oleh

keluaraga). Dimana alat musik terompet menjadi bonus dari gereja. Lalu

dilanjutkan dengan acara pemberkatan dan bertukar cincin. Setelah bertukar

cincin, ibadah selesai, lalu pengantin diiring keluar dari gereja menuju gedung

pesta pernikahan. Dalam hal ini pemusik gereja masih memainkan musik untuk

mengiringi pengantin keluar dari gereja. Setelah keluar dari gereja, gereja tidak

terlibat lagi dalam pelayanan musiknya. Hal itu menjadi tanggung jawab keluarga

pengantin.

Foto 8 : Sajian Musik pada saat pesta pernikahan jemaat gereja HKBP Pasar 6
oleh tim Patra Musik
Sumber : Dokumen pribadi informan (Patra Musik)

3.5.2 Kematian

133

Universitas Sumatera Utara


“sebenarnya musik untuk pesta pernikahan dan kematian kan itu menjadi
tanggung jawab pihak keluarga, apalagi kalau sudah keluar dari ibadah
gereja. Jadi untuk sajian musiknya itu tergantung kemampuan keuangan
keluarganya. Kalau keluarga sanggup sewa soundsystem, gondang, sama
alat musik lain, ya silahkan. Tapi kalau di dalam gereja, ya harus menjadi
tanggung jawab gereja menyediakannya” (Pak Sianipar, 50 tahun).

Untuk acara kematian, musik gereja sama sekali tidak terlibat. Hanya saja

gereja mengumumkan jemaat yang meninggal. Setelah itu datang ke rumah duka

atau orang yang meninggal. Kemudian pendeta dan sintua ditugaskan untuk

melaksanakan ibadah untuk penguburan. Untuk musik sama sekali tidak

ditampilkan, hanya nyanyian bersama dari Buku Ende, terutama untuk anak-anak,

remaja, atau pun untuk orang tua yang belum ―saur matua‖. Saur matua adalah

meninggal setelah mencapai umur yang tinggi, dan semua anak-anaknya sudah

menikah, dan memiliki cucu. Pada saat acara saur matua inilah musik sangat

berperan. Terutama untuk alat musik tradisional batak.

Dalam acara saur matua, musik sepenuhnya diserahkan oleh Gereja

HKBP pasar 6 kepada pihak keluarga, atau dengan kata lain, keluargalah yang

bertanggung jawab menyediakan alat musik nya. Dimana satu atau dua hari

sebelumnya, pihak keluarga melakukan diskusi atau rapat seperti apa gambaran

acara saur matua yang akan dilaksanakan. Atau mendiskusikan keperluan teknis

menyangkut peralatan upacara54 yaitu : pengadaan peti mati, penyewaan alat

musik beserta pemain musik, dan alat-alat makan untuk tamu/orang-orang yang

melayat.

54
Wawancara dengan ―Patra Musik‖.

134

Universitas Sumatera Utara


Menjadi keharusan sebenarnya bagi masyarakat Batak, terutama Batak

Toba, untuk memakai gondang sebagai alat musik pengiring upacara kematian,

namun itu hal itu kembali tergantung dari kemampuan ekonomi keluarga 55.

“memang wajib nya pakai gondang, tapi kan tergantung ekonomi


keluarganya nya ito, karena bedanya sewanya kalau hanya sewa
keyboard dan soundsystem sama harga lengkap dengan gondang,
ya kalau tambah gondang, tambah lagi lah sewa, jadi paling
sering kami melayani acara saur matua untuk jemaat gereja
HKBP pasar 6 ya pakai keyboard, karena fungsi gondang itu
diganti sama suara musik dari keyboard lah”(Ahli Nujum, 42
tahun)

Foto 9 : Sajian musik pada saat acara kematian salah satu jemaat gereja HKBP
Pasar 6 Padang Bulan Medan
Sumber : Dokumentasi pribadi informan (Patra Musik)

Setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti, dan ditaruh ditengah-tengah

keluarga, maka ada acara pembagian jambar56. Setelah acara pembagian jambar

dilanjutkanlah dengan acara penghiburan untuk menghibur keluarga yang berduka

55
Wawancara dengan ―Patra Musik‖
56
Hak bagian/hak perolehan dari milik bersama.

135

Universitas Sumatera Utara


cita oleh berbagai pihak keluarga dan tamu secara bergantian. Setiap pergantian

kata (orangnya) penghiburan maka dilakukan atau diselingi dengan tari tor-tor57.

Dalam hal ini alat musik batak khususnya gondang dan seruling sangat berperan

besar dan menjadi alat musik utama58. Secara fisik tortor merupakan tarian, akan

tetapi maknanya adalah sebagai medua komunikasi, dimana melalui gerakan yang

disajikan terjadi interaksi antara semua peserta upacara adat.

“kalau zaman yang dulu-dulu itu kan, upacara kematian atau saur
matua ini diiringi dengan musik ensambel yang namanya gondang
sabangunan, tapi untuk sekarang ini udah jarang dimainkan, uda
lebih sering musik tiup atau brass band namanya, terus digabung
lah dengan musik tradisional lain, misal hasapi” (Ahli Nujum, 42
tahun).

3.5.3. Kaitan Musik dalam Pernikahan dan dalam Kematian

Dalam tradisi di zaman masyarakat batak dahulu bahwa musik masuk bagi

keluarga dan kaum bangsawan atau tokoh orang kaya 59. Merekalah yang mampu

memanggil musik gondang sabangunan dulunya. Namun di zaman sekarang ini

sudah terdapat berbagai macam musik. yang pertama adalah musik yang

mengikuti gondang sabangunan atau untuk orang batak yang masih bersifat

ortodoks , dan yang kedua yaitu ada kolaborasi dengan alat musik tradisional dan

modern60. Alat musik tradisional adalah alat musik yang berasal atau diciptakan

oleh suku itu sendiri (dalam hal ini suku (batak toba) antara lain, gondang,

seruling (sulim), taganing, hesek, dan kecapi/hasapi. Alat musik modern yaitu alat

musik yang sudah bersifat elektronik dan digital (umumnya dari negara luar)

antara lain keyboard, drum, saxophone, gitar bass, dan banyak lagi. Namun saat

57
Tor-toradalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang.
58
Wawancara dengan tim Patra Musik pada tanggal 5 September 2016.
59
Wawancara dengan Pdt. Antoni Manurung pada tanggal 28 September 2016.
60
Wawancara dengan Pdt. Antoni Manurung pada tanggal 28 September 2016.

136

Universitas Sumatera Utara


ini yang paling banyak dipakai adalah kolaborasi alat musik tradisional dan

modern.

Musik yang ditampilkan atau diberikan gereja hanya sebatas pada saat

ibadah di dalam gereja ataupun di tempat jemaat (terbatas dalam ibadah, baik

untuk yang menikah maupun yang meninggal). Sehingga musik diluar dari

kegiatan gereja adalah menjadi tanggung jawab kelurga. Pemesanan musik

tergantung dari pihak keluarga baik yang menikah maupun yang meninggal.

Musik untuk yang meninggal adalah tergantung dari status atau

tingkatannya. Musik lebih berperan banyak bahkan penuh dalam acara kematian

yang sudah saur matua61. Untuk yang sudah saur matua semua alat musik

dimainkan yaitu kolaborasi alat musik tradisional dan modern, namun kembali

bahwa hal tersebut tergantung pada ekonomi keluarga. Untuk yang belum saur

matua, atau masih sari matua62, maka alat musik yang digunakan hanya

menggunakan kolaborasi tradisional tapi tidak terlalu lengkap (dan sering

ditambahi dengan alat musik hesek/alat musik botol kaca).

Musik yang menikah juga tergantung kepada pihak keluarga yang

menikah dan tidak berdasarkan status atau tingkatan hidupnya dalam falsafah

batak. Hal tersebut tergantung kepada ekonomi keluarganya. Namun dalam pesta

pernikahan musik yang paling sering digunakan adalah musik kolaborasi

tradisional dan modern.

61
Saur matua adalah meninggal setelah mencapai umur yang tinggi, dan semua anaknya sudah
menikah serta sudah berketurunan (sudah memiliki cucu dari kesemua anaknya).
62
Sari matua adalah seseorang yang meninggal sudah mencapai umur tinggi namun tugasnya
belum terlaksana (ada anaknya yang belum menikah dan belum memiliki anak).

137

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal pemilihan kelompok musik batak yang dipakai untuk

mengiringi pestanya, baik pesta pernikahan maupun pesta kematian, jemaat gereja

HKBP Pasar 6 memiliki 2 cara pendekatan untuk pemesanan musiknya :

1. Karena kelompok musik tersebut murah (biaya sewanya)

2. Dan adanya hubungan emosional dan hubungan keluarga.

3.6 Musik untuk Pesta Perayaan

Pada saat perayaan besar, ibadah rutin dirangkum menjadi satu ibadah,

yaitu ibadah minggu siang, dan tetap berbahasa Batak. Pesta-pesta tersebut

menjadi agenda rutin gereja. Namun hal itu menjadi otonomi gereja. Ingin

menyelenggarakannya seperti. Bisa saja hanya berupa acara makan-makan, atau

pesta. Untuk memulai acara pesta ada kewajiban dilaksanakan yang namanya

ibadah. Ibadah tidak boleh dilupakan baik untuk acara apapun. Selalu sebelum

mulai acara pesta, selalu diawali dengan ibadah. Setelah ibadah dimulailah

kegiatan yang penuh dengan musik atau yang dinamakan dengan acara hiburan.

“yang namanya musik, kalau kegiatan besar, gereja selalu


menyewa dari luar. Alat musik sama pemusik dari gereja uda gak
dipake lagi. Karena alat musik sama pemusik yang disewa uda
satu paket” (Pak Sianipar, 50 tahun).

Hal tersebut mengharuskan gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

untuk menyewa kelompok musik yang menyajikan musik tradisional batak.

Berdasarkan wawancara penulis dengan Pdt. Antoni Manurung bahwa ada banyak

kelompok musik yang ada di kota medan, antara lain :

138

Universitas Sumatera Utara


Nama kelompok Perangkat

Tonggo Musik Gondang Sabangunan, Drum Set, Terompet, Saxophone, Trombone,

Keyboard, Sulim, Gitar Strings, Gitar Bass.

Anugerah Musik Gondang Sabangunan, Drum Set, Terompet, Saxophone, Trombone,

Keyboard, Sulim, Gitar Strings, Gitar Bass.

Tambunan musik Gondang Sabangunan, Drum Set, Terompet, Saxophone, Trombone,

Keyboard, Sulim, Gitar Strings, Gitar Bass.

Marcellino Musik Terompet, saxophone, Trombone, Gitar Strings, Sulim, Keyboard,

Drum set, Gitar bass

Sopo Nauli Musik Gondang Sabangunan, Drum Set, Terompet, Saxophone, Trombone,

Keyboard, Sulim, Gitar Strings, Gitar Bass (Namun Kelompok Musik

Tersebut Sudah Bubar, Dan Beralih Bergabung Dengan Patra Musik).

Patra Musik Gondang Sabangunan, Drum Set, Terompet, Saxophone, Trombone,

Keyboard, Sulim, Gitar Strings, Gitar Bass, Tagading.

Tabel 6 : Beberapa Kelompok Musik di Kota Medan


Sumber : Keterangan yang diberikan oleh Informan dan mewawancarai langsung
kelompok musik tersebut diatas (Pdt. Manurung).

Kelompok musik yang biasa dan sering dipakai oleh gereja HKBP Pasar 6

adalah tim ―PATRA MUSIC‖, terutama pesta-pesta gereja. Hal tersebut diketahui

oleh penulis dari bendahara gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

Merujuk dari pernyataan diatas, penulis kemudian menghubungi tim

―PATRA MUSIC‖ setelah diberi kontak oleh gereja, dan melakukan wawancara.

Alat musik tersebut adalah :

139

Universitas Sumatera Utara


1. Terompet

Foto 10 : Alat musik Terompet


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang).

2. Tagading (Taganing)

Foto 11 : Alat musik Tagading


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang)

140

Universitas Sumatera Utara


3. Seruling/sulim

Foto 12 : Alat musik Seruling


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang)

4. Drum

Foto : Alat Musik Drum

Foto 13 : Alat musik Drum


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang)

141

Universitas Sumatera Utara


5. Keyboard

Foto 14 : Alat musik Organ


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang)

6. Kecapi (hasapi dalam bahasa batak)

Foto 15 : Alat musik Kecapi


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang)

142

Universitas Sumatera Utara


7. Gitar bass

Foto 16 : Alat musik Gitar Bass


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang).

8. Saxophone

Foto 17 : Alat musik Saxophone


Sumber : Dokumentasi Pribadi Informan Penulis (Ahli Nujum Situmorang)

143

Universitas Sumatera Utara


Keterangan untuk alat musik diatas :

1. Terompet

Alat musik tiup yang terbuat dari logam dengan tabung yang sempit,

lobang silindris, dan corong yang lebar dan mengembung. Nada yang dihasilkan

cenderung menghasilkan musik jazz. Namun demikian alat musik terompet

hampir selalu digunakan dalam pesta perayaan gereja HKBP Pasar 6 terutama

untuk kegiatan yang bersifat sangat tradisional63.

2. Tagading (taganing)

Tagading atau yang dulunya disebut taganing adalah alat musik gendang

yang berfungsi sebagai ―pengaba‖ atau ―dirigen‖ dalam group pemain alat musik

gendang (gondang), dan bertanggung jawab dalam penguasaan repetoar dan

memainkan melodi bersama-sama dengan sarune64 dan sebagai pemberi semangat

kepada pemain musik lainnya.

3. Seruling/sulim

Seruling atau dalam bahasa batak disebut dengan sulim adalah alat salah

satu alat musik tradisional batak toba. Alat musik ini terbuat dari bambu,

memiliki enam lobang dan satu lubang tiupan. Alat musik tersebut dimainkan

dengan cara meniup dari samping. Alat musik ini biasanya memainkan lagu-lagu

yang bersifat melankolis ataupun lagu-lagu yang sedih. Atau dengan kata lain

pemusik batak toba sering memainkannya untuk lagu-lagu yang bersifat sedih

(lagu andung-andungan). Contoh lagunya yaitu lagu ―Anakku Naburju”.

63
Wawancara dengan tim patra musik pada tanggal 10 Agustus 2016.
64
Alat musik tiup berlidah ganda.

144

Universitas Sumatera Utara


4. Drum

Drum adalah alat musik yang termasuk ke dalam golongan alat musik

perkusi, yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik tersebut dapat

digunakan sebagai penentu ketukan bagi pemusik lain, atau dengan kata lain

untuk mempertegas musik yang disajikan agar bersifat ―power‖ atau kuat‖.

5. Keyboard

Alat musik tersebut sudah penulis jelaskan dalam sub judul alat musik

yang digunakan dalam ibadah rutin. Hanya saja alat musik yang ada dalam gereja

tidak sembarangan untuk diangkat-angkat keluar dari gereja, maka gereja tetap

harus menyewa alat musik keyboard. Ditambah lagi alat musik tersebut selalu ada

dalam daftar alat musik yang dibawakan oleh kelompok musik yang disewa.

6. Kecapi

Kecapi atau dalam bahasa batak disebut dengan hasapi adalah alat musik

petik yang memiliki dua senar. Hasapi dapat dibedakan menurut fungsinya.

Hasapi yang berperanan sebagai pembawa melodi utama disebut dengan hasapi

ende, sedangkan yang berperan sebagai pembawa melodi saja atau mengikuti alat

musik lain disebut dengan hasapi taganing.

7. Gitar bass

Gitar bass secara teknis tidak berbeda dengan gitar listrik. Namun

memiliki bentuk yang lebih besar dan memiliki empat senar, suaranya lebih besar

dan senar yang lebih tebal.

8. Saxophone

145

Universitas Sumatera Utara


Alat musik saxophone sudah dijelaskan penulis dalam subjudul alat musik

yang digunakan dalam ibadah gereja.

Tidak semua alat musik yang tersebut diatas dipakai secara bersamaan

atau secara keseluruhan dipakai semua setiap kegiatan, namun setelah dirangkum

oleh penulis bahwa alat-alat musik yang dipakai di semua kegiatan gereja HKBP

Pasar 6 adalah alat musik yang tersebut diatas.

3.6.1 Pesta Pembangunan

Pesta pembangunan adalah kegiatan atau acara yang bertujuan untuk

menggalang dana secara besar-besaran yang nantinya dipergunakan untuk

membiayai kelanjutan pembangunan gereja HKBP. Banyak cara yang dilakukan,

yaitu dengan menyebar undangan beberapa minggu sebelum pesta dimulai,

menjual makanan atau bazar, dan meminta sumbangan dari para donatur. Dalam

acara inilah menjadi puncak penggalangan dana. Oleh karenanya, panitia pesta

pembangunan berusaha untuk membuat acara semeriah mungkin dengan

menampilkan musik-musik yang disenangi para jemaat, yaitu musik yang ramai.

Dan dalam pesta inilah banyak muncul alat-alat musik batak seperti gondang65,

dan lagu-lagu yang bersifat tradisionil.

“begitu masuk acara pesta, itu pertama kalikan kalau orang batak
istilahnya tua ni gondang. Itu biasanya permintaan dari parhalado, dan
majelis pengurus gereja. Setelah dimainkan gondang, main lah lagi
ogung, seruling, sama tagading”

65
Gondang ; alat musik dan ansambel musik tradisional Batak Toba.

146

Universitas Sumatera Utara


Setelah selesai acara kebaktian, prosesi dilakukan di halaman gereja.

Dimana di halaman gereja sudah disediakan tenda dan panggung. Pada saat

prosesi tim patra musik sudah mulai mengiringi acara hiburan. Dimulai dengan

memainkan gondang. Lalu semua pengurus gereja ―manortor66‖ dengan urutan

sebagai berikut :

1. Panitia pesta pembangunan

2. Parhalado/majelis pengurus gereja

3. Lalu utusan setiap sektor atau wilayah

4. Muda-mudi/NHKBP

5. Guru sekolah minggu dan anak sekolah minggu

Setelah selesai acara manortor secara bergantian, dilanjut lah dengan acara

menyanyi bebas. Walaupun penyanyi utama sudah disediakan, tapi jemaat ikut

turut serta dalam bernyanyi.

“namanya juga pesta, apalagi pesta pembangunan, ujung-ujunganya


untuk mengumpulkan uang nya kan, jadi mulai dari awal sampe pesta itu,
musik bermain terus, baik manortor, nyanyi, dan lelang” (Ahli Nujum
Situmorang, 40 tahun).

Dalam hal bernyanyi, gereja tidak membatasi nyanyian yang dinyanyikan.

Sepanjang syair dari nyanyian tersebut baik dan tidak menghina. Namun sangat

diwajibkan oleh panitia untuk menyanyi lagu yang sangat menggugah sehingga

banyak orang yang menyumbang. Dimana, uang sumbangan yang didapatkan itu

diserahkan kepada panitia atau gereja.

66
Tarian seremonial Batak Toba yang disajikan dengan gondang (bataknese.blogspot).

147

Universitas Sumatera Utara


“intinya pemain musik harus menguasai lagu, dan musiknya enak
didengar, suara penyanyinya bagus dan harmonis, pasti banyak yang
menyumbang” (Pak Hutagalung, 40 tahun).

4.6.2 Pesta Gotilon

Pesta gotilon adalah pesta panen dan pesta syukur bagi gereja HKBP Pasar

6. Dalam hal ini, jemaat datang membawa persembahan kepada Tuhan dalam

bentuk hasil panen, dan dipersembahkan bagi gereja. Untuk merayakannya, gereja

menyelenggarakan pesta. Pesta Gotilon ini tidak berbeda jauh bentuknya dengan

pesta pembangunan. Dimana gereja membuat acara hiburan setelah selesai ibadah.

Dan acara hiburannya sama seperti acara hiburan pesta pembangunan. Jemaat

gereja HKBP Pasar 6 membawa persembahannya berdasarkan sekto atau wilayah-

wilayah jemaat masing-masing.

Foto 18 : Pesta Gotilon HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan


Sumber : Dokumentasi pribadi informan (Ahli Nujum Situmorang)

148

Universitas Sumatera Utara


3.6.3 Pesta Parheheon

Pesta parheheon merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh gereja

HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Pesta ini bertujuan untuk membangkitkan

semangat dan rasa persaudaraan antar jemaat semakin kuat. Dalam pesta ini,

banyak kegiatan dilaksanakan. Mulai dari lomba koor, lomba cerdas cermat

alkitab, hingga pertandingan sepakbola antar sektor atau antar wilayah jemaat

gereja. Selain itu, pesta ini juga menampilkan serangkaian acara hiburan. Dan

yang paling menonjol disini adalah kesenian musik batak. Namun acara pesta

parheon di gereja HKBP Pasar 6 tidak jauh berbeda dengan pesta pembangunan

dan pesta gotilon.

“kalau pesta di gereja HKBP pasar 6 ini umumnya sama nya


semua, siap ibadah, masuk ke hiburan, di hiburan itu lah banyak
musik muncul, terutama lagu-lagu batak sama alat-alat musik
batak” (Pak Hutagalung, 40 tahun).

Dalam pesta parheheon juga menampilkan rangkaian acara hiburan yang

utamanya adalah tarian tor-tor dan terkadang menampilkan atau mengundang artis

ibukota untuk ikut turut memeriahkan acara pesta tersebut. Bagi gereja HKBP

Pasar 6, pesta parheheon tersebut merupakan kegiatan tahunan gereja yang

didalamnya tidak hanya memiliki unsur agama/religi saja, karena didalamnya juga

terdapat nilai-nilai kebudayaan Batak.

3.6.4. Inti semua Musik dalam Pesta Perayaan Gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan Medan

Gereja HKBP Pasar 6 belum memiliki alat musik yang bersifat tradisional

yang bisa dipakai baik dalam ibadah maupun pesta-pesta perayaan. Maka dari itu

149

Universitas Sumatera Utara


gereja selalu menyewa dari luar untuk kegiatan yang bersifat pesta besar dan

melibatkan banyak orang, termasuk semua jemaat.

Dalam setiap kegiatan pesta besarnya, gereja HKBP pasar 6 selalu

menampilkan tor-tor, karena bagi gereja HKBP pasar 6 tor-tor adalah kegiatan tari

yang bersifat religi67. Dalam kegiatan pesta perayaan juga terdiri dari permainan

alat musik gondang dan permintaan gondang.

Inti dari semua kegiatan pesta di gereja HKBP Pasar 6 adalah penyembahan

kepada Allah dan untuk persekutuan.

Sebenarnya setiap musik dituntut harus mengetahui musik apa yang

ditampilkannya, karena menurut keparcayaan jemaat Kristen batak (jemaat HKBP

Pasar 6), semua musik yang ditampilkan adalah untuk kemuliaan nama Tuhan.

Berikut merupakan beberapa lagu yang dinyanyikan dalam pesta perayaan di

Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan :

Judul lagu Genre Gaya Asal

O Tano Batak Pop daerah Blues68 Batak Toba

Segala Puji Syukur Pop rohani Slow Rock Nasional

Cikale pongpong Pop daerah Pop Pakpak

Siantar man Pop daerah Slow Rock Batak Toba

Marolop-olop Pop rohani Mars Pop rohani ( batak toba)

Kasih-Nya seperti sungai Pop rohani Rumba69 Pop rohani

Biring manggis Pop daerah Pop Karo

Tabel 7 : Beberapa lagu yang dinyanyikan dalam pesta perayaan


Sumber : hasil wawancara dengan beberapa informan

67
Wawancara dengan Pdt. Antoni Manurung .
68
Musik slow dan sedih, biasanya digunakan dalam lagu jazz.
69
Menggunakan tarian yang riang

150

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

FUNGSI DAN VARIAN MUSIK SERTA PERUBAHAN MUSIK GEREJA

HKBP PASAR 6 PADANG BULAN MEDAN

4.1 Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Musik Gereja HKBP Pasar 6

Padang Bulan Medan

Menurut Koentjaraningrat (1987:85), nilai budaya terdiri dari konsepsi-

konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat

mengenai hal-hal yang mereka anggap sangat mulia. Nilai budaya sendiri

merupakan konsep-konsep yang ada dalam pikiran manusia. Nilai budaya ini

dianggap bernilai, berharga, dan penting oleh sebagian besar manusia.

Menurut Horrocks bahwa nilai adalah sesuatu yang memungkinkan

individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang ingin

dicapai atau sebagai sesuatu yang dibutuhkan.

Dari kedua pengertian nilai diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah

sesuatu yang dijadikan sebagai panduan dalam hal mempertimbangkan keputusan

yang akan diambil kemudian.

Dalam hal tersebut, musik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan memiliki

nilai-nilai tersendiri. Seperti yang dijelaskan oleh tim ibadah berikut :

“jadi menurut kami kan dek nilai-nilai musik gereja HKBP pasar 6 ini kan
lebih ke penyembahan vertikal, dan komitmen-komitmen. Dimana kami
sebagai tim musik diwajibkan untuk menampilkan musik yang sangat
kreatif namun nyanyian dan lagu-lagu tidak boleh melenceng atau keluar
dari ketentuan, pokoknya diharuskan lagu dan musiknya sesuai himne

151

Universitas Sumatera Utara


karena itu udah kesepakatan kami semua dek, tapi musiknya kami
usahakan semaksimal mungkin mampu menghibur dan tidak
membosankan, atau sudah jauhlah dari istilah monoton”(Mardina Sigiro,
27 tahun).

Sesuai dengan hasil wawancara, maka penulis merangkum nilai-nilai

musik gereja HKBP sebagai berikut :

a. Musik itu adalah suatu cara gereja dan jemaat Gereja HKBP Pasar 6

berkomunikasi dengan Tuhan, dengan musik yang tenang dan damai namun

riang dan gembira, jauh dari musik yang bersifat sangat keras dan membuat

suasana gereja menjadi sangat heboh.

b. Musik gereja HKBP Pasar 6 merupakan musik yang tidak lekang oleh

waktu.

c. Bagi gereja dan tim musik gereja HKBP pasar 6 musik yang ditampilkan di

gereja tersebut bukan musik yang hanya sebatas untuk memenuhi selera

jemaatnya, namun merupakan musik yang mengandung prinsip kebudayaan

yang kuat, dan sangat alkitabiah, karena gereja dan tim musik sangat

memperhatikan lirik dan gaya musik yang dibawakan.

4.2 Fungsi Musik di Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

Seperti apa yang dikatakan Malinowski, yang dimaksud dengan fungsi itu

intinya adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud

memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah keinginan naluri mahkluk manusia

yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai salah satu

unsur kebudayaan, dan musik sebagai salah satu bagiannya terjadi karena pada

152

Universitas Sumatera Utara


dasarnya manusia ingin memuaskan keinginan nalurinya terhadap kebutuhan

religi atau agama.

Sesuai dengan pendapat Malinowski, musik di dalam kehidupan jemaat di

gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan tetap eksis dan berkembang, karena

diperlukan untuk memuaskan suatu rangkaian keinginan naluri masyarakat yang

haus akan ritual keagamaannnya atau ibadahnya ( dalam hal ini kelompok

masyarakat batak beragama Kristen ).

Sesuai dengan pandangan Radclife-Brown tentang ―fungsi‖ adalah

kontribusi aktivitas parsial menjadi bagian aktivitas keseluruhannya, musik di

dalam kehidupan jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, merupakan bagian

dari struktur sosial mereka. Musik dalam hal ini merupakan salah satu bahagian

aktivitas yang bisa menyumbang kepada keseluruhan aktivitas, yang pada

akhirnya berfungsi bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat

pengamalnya, dalam hal ini jemaat gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

Merriam menjelaskan bahwa fungsi musik digunakan dalam situasi

tertentu dan menjadi bagian dari mereka, tetapi mungkin atau tidak mungkin juga

memiliki fungsi yang lebih dalam ( 1964 : 210). Fungsi musik tersebut dapat

dianalisis sebagai fungsi kesinambungan dan fungsi pelestarian keturunan.

Pada bab 1 penulis telah memaparkan fungsi musik oleh Alan. P . Meriam

(dalam bukunya the Antropology Of Music). Berdasarkan hal tersebut dan hasil

penelitian penulis, penulis memakai teori tersebut untuk melihat fungsi musik di

gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

153

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui bagaimana pendapat jemaat HKBP Pasar 6 Padang

Bulan tentang fungsi musik, penulis melakukan wawancara dan memberi

kuisioner dengan pertanyaan terbuka yang memungkinkan jemaat/responden

memberikan pendapatnya.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa yang dilakukan oleh penulis,

maka penulis membagi dua bagian atas fungsi musik yang terdapat di gereja

HKBP Pasar 6. Yang pertama yaitu fungsi musik dalam ibadah, dan yang kedua

adalah fungsi musik dalam pesta perayaan (dalam hal ini mengacu kepada

kegiatan hiburan).

4.2.1. Fungsi Musik dalam Ibadah Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

Medan

Ada sepuluh fungsi musik seperti yang dipaparkan oleh Merriam, namun

kesepuluh fungsi musik tersebut tidak dapat dipaksakan untuk digunakan dalam

menganalisis fungsi musik yang terdapat dalam setiap kegiatan bermusik agar

fungsi musik itu sendiri tidak menjadi rancu (Tarigan, Kumalo). Maka penulis

memaparkan fungsi musik yang ada di gereja HKBP Pasar 6 dalam ibadah, yaitu :

1. Pengungkapan Emosional

Dalam ibadah rutin di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan musik

berfungsi sebagai media bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaan atau

emosinya. Musik dimainkan oleh pemusik. Lalu jemaat ikut bernyanyi sesuai

dengan alunan musik. Melalui musik yang dimainkan dan nyanyian yang

dinyanyikan, mereka mengungkapkan emosi pemain ataupun pendengarnya.

154

Universitas Sumatera Utara


“musik sangat mempengaruhi kegiatan gereja, terutama dalam
ibadah rutin. Karena kalau musik gak enak aja jemaat mengeluh,
dan jadi malas. Jadi musik itu menggambarkan mood pemain sama
jemaatnya”. (Tri Toguna, 27 tahun).

2. Penghayatan Estetis

Musik di gereja HKBP pasar 6 tidak hanya sebagai pelengkap ibadah,

tetapi harus menjadi penguatan akan konteks atau isi kegiatan ibadah. Dimana

kegiatan dalam ibadah lebih banyak bernyanyi. Musik gereja harus mampu

mempertajam pengungkapan makna iman.

“karena ibadah bukan hanya jatuh akal perasaan aja, tetapi


membantu mengekspresikan sedikit jauh kedalaman spiritual,
itulah diekspresikan melalui musik” (Tri Toguna, 27 tahun).

Melalui musik gereja HKBP pasar 6, ibadah menjadi ruang penghayatan

spiritual dan kesadaran tentang kebesaran Tuhan.

3. Perlambangan

Musik memiliki fungsi untuk melambangkan sesuatu. Karena dalam musik

ada aspek utama, yaitu alat musik itu sendiri dan musik yang dihasilkan. Jika

musiknya lambat, maka hal itu dapat melambangkan kesedihan. Kalau musiknya

cepat, maka dapat melambangkan kegembiraan. Demikian juga dengan musik

gereja HKBP pasar 6 Padang Bulan Medan. Musiknya dapat melambangkan

kesedihan dan kegembiraan. Baik dari musik yang dihasilkan maupun alat musik

yang digunakan.

“sebenarnya dari alat musik yang digunakan aja kita uda tau
seperti apa musik yang dihasilkan, dan kita tahu kebudayaannya
apa. Misal kalau gereja ini kan sering pake gondang kalau pesta,
ya karena memang itu adalah alat musik khas batak”. (Tri Toguna,
27 tahun).

155

Universitas Sumatera Utara


4. Reaksi jasmani

Musik dapat menggerakkan reaksi jasmani kita, dapat merangsang sel-sel

saraf manusia sehingga tubuh bergerak mengikuti irama musik. Demikian yang

sering tergambar, baik dalam ibadah rutin maupun acara pesta gereja HKBP Pasar

6. Beberapa jemaat menggerakkan tubuhnya. Namun di gereja HKBP tidak boleh

ada gerakan yang berlebihan, misal bertepuk tangan, atau mengangkat tangan

tinggi-tinggi.

“jemaat menggeleng-gelengkan kepala, atau gak menepuk-nepuk


pahanya saat lagu pujian, berarti musik disitu menggerakkan
jasmani kita kan dek?” (Mardina Sigiro, 27 tahun).”

5. Hiburan

Seperti yang sudah dijelaskan penulis dalam bab 3 bahwa gereja

menyelenggarakan pesta, dan membuat acara hiburan. Yang paling ditonjolkan

adalah musik. Sehingga sudah sangat jelas musik itu mempunyai fungsi untuk

menghibur. Namun tidak hanya itu, musik gereja HKBP pasar 6 juga dapat

menghibur para jemaat yang sedang berduka atau sedang dalam banyak masalah

atau cobaan hidup.

“banyak juga sebenarnya jemaat itu hadir ke gereja bukan karena


mau mendengar firman Tuhan, tapi untuk menghibur diri dengan
datang ke gereja dan mendengarkan musiknya” (Pak Sianipar, 50
tahun).

6. Menjadi Norma Sosial

Nyanyian dan pujian di gereja HKBP Pasar 6 selalu disertai dengan teks

yang menyampaikan tentang hal-hal yang harus dilakukan jemaatnya.

156

Universitas Sumatera Utara


kebanyakan teks-teks nyanyian yang dinyanyikan di gereja HKBP pasar 6

merupakan nyanyian yang berisi aturan. Salah satu contohnya adalah lagu

―Serikat Persaudaraan (KJ 249)70‖, dimana lagu tersebut dimainkan dengan

musik.

Isi lagu dari KJ 249 ―Serikat persaudaraan :

Ayat (1). Serikat persaudaraan, berdirilah teguh!


Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu.
Bersama-sama majulah, dikuatkan iman.
Berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan!

Sehingga dapat dikatakan bahwa musik di gereja HKBP Pasar 6 berfungsi

sebagai media pengajaran akan norma-norma atau peraturan-peraturan bagi

jemaatnya.

“terkadang dari lagu dan musik kita menjadi tahu mana yang buruk dan

mana yang baik untuk dilakukan” (Tri Toguna, 27 tahun).

7. Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama

Fungsi musik disini berarti bahwa sebuah musik memiliki peranan penting

dalam suatu upacara. Musik merupakan salah satu unsur yang penting dan

menjadi bagian dalam upacara, bukan hanya sebagai pengiring.Melalui musik

gereja HKBP Pasar 6 yang dinaikkan oleh tim musik, kesatuan warga gereja

dipererat dan keterlibatan warga gereja dalam kehidupan gereja dan dilingkungan

masyarakatnya dapat semakin terlihat. Dari musik yang ditampilkan juga dapat

70
Wawancara dengan jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan (Desi Purba)

157

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan keberadaan lembaga itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

musik gereja HKBP Pasar 6 mempunyai makna sosial.

“meskipun ditampilkan di gereja, yang namanya fungsi sosial itu


gak bisa lepas, gereja HKBP pasar 6 ya harus konsisten dengan
musik batak dan lagu rohani batak dari buku ende, sekaligus untuk
menunjukkan siapa pemilik nya’. (Pak Hutagalung, 40 tahun).

8. Fungsi lain

Fungsi lain diluar dari kesepuluh fungsi yang dikatakan oleh merriam

bahwa musik di gereja HKBP Pasar 6 berfungsi sebagai penghormatan, yaitu

penghormatan kepada Sang Pencipta. Untuk menyatakan rasa hormat kepada sang

pencipta, gereja dan jemaat memuji melalui nyanyian dan musik yang dimainkan.

Dengan demikian tim musik gereja HKBP Pasar 6 selalu berusaha menampilkan

musik yang memang musik rohani dalam ibadah.

4.2.2 Fungsi Musik dalam Pesta Perayaan Gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan Medan

1. Kesinambungan Kebudayaan

Adat atau budaya batak yang masih kuat dalam lagu-lagu dan penyajian

musik di gereja HKBP pasar 6 memberikan fungsi tersendiri dari musik tersebut.

Hal inilah yang membuat gereja HKBP pasar 6 masih konsisten tetap

menggunakan Buku Ende dalam ibadahnya, dan lagu-lagu tradisional dalam

setiap pesta perayaan. Karena melalui musik tersebutlah, anak-anak muda

khususnya Batak bisa tetap mendengar musik yang bernuansa Batak. Dan musik

Batak tidak lekang dimakan waktu.

158

Universitas Sumatera Utara


“sedangkan sekarang termasuk sedikit kuantitas nya dibanding
lagu berbahasa batak, banyak anak muda batak ini lupa sama
lagu-lagu rohani batak, apalagilah kalau sama sekali gak
dinyanyikan, kekmana lagi lah itu, kekmana lah supaya budaya
batak ini bertahan, jadi ya lagu rohani batak, dari buku ende
khususnya diwajibkan dinyanyikan di ibadah siang, pun kalau ada
pesta perayaan, diharuskan ada lagu pop rohani batak, sama lagu-
lagu daerah batak” (Pak Sianipar, 50 tahun).

2. Pengintegrasian Masyarakat

Suatu musik jika dimainkan secara bersama-sama, tanpa disadari musik

tersebut dapat menimbulkan rasa kebersamaan diantara pemain atau pendengar

musik itu sendiri. Demikian juga yang terjadi di gereja HKBP pasar 6. Dengan

lagu-lagu yang bersumber dari Buku Ende dan Kidung Jemaat pada saat ibadah,

dan musik-musik tradisional serta lagu-lagu daerah batak pada saat hiburan, maka

hal itu membuat atau menimbulkan adanya rasa kebersamaan diantara jemaat

semua.

“musik apa yang ditampilkan otomatis jemaat ikut juga bernyanyi


kan, jadi ketika jemaat sama-sama bernyanyi, secara reflek itu
jemaat merasa kompak lah, merasa semua saudaranya” (Pak
Hutagalung, 40 tahun).

3. Hiburan

Musik tradisional dan tari tradisional (tor-tor) yang ditampilkan membuat

musik dalam pesta perayaan gereja HKBP Pasar 6 semakin meriah. Ditambah

dengan tarian tor-tor yang semangat maka akan menambah semangat dan hiburan

tersendiri kepada jemaat dan penonton. Dimana banyak jemaat yang tersenyum

lepas dan tertawa gembira71.

4. Fungsi Lain
71
Wawancara dengan tim Patra musik.

159

Universitas Sumatera Utara


Musik dalam berbagai acara di gereja HKBP (pesta perayaan), khususnya

musik untuk pesta pernikahan, memiliki 2 fungsi yaitu fungsi penghormatan

kepada Sang pencipta (horizontal) dan fungsi penghormatan kepada sesama

(vertikal). Atau lebih singkatnya disebut dengan fungsi musik yang horizontal dan

vertikal. Fungsi penghormatan kepada Sang Pencipta yaitu dalam ibadahnya (saat

acara pernikahan) di gereja. Fungsi penghormatan kepada sesama manusia dalam

artian menjalankan ―dalihan natolu”. Dalihan natolo adalah sistem kekerabatan

orang batak yang melandasi sistem kemasyarakatan orang batak, yang terdiri dari

hula-hula (pemberi perempuan/istri), boru (penerima perempuan/pihak suami),

dan dongan sabutuha (teman semarga).

Selain dari fungsi musik diatas, ada beberapa fungsi musik lainnya bagi jemaat

gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan :

1. Sebuah lagu yang dinyanyikan di dalam ibadah/musiknya di gereja

HKBP Pasar 6 tidak hanya bersifat memuaskan hati dan telinga

jemaat, namun juga memiliki fungsi untuk mengajar, mendidik, serta

mendewasakan iman jemaat. Oleh sebab itu, kita harus melihat dan

memaknai syair lagunya, apakah hanya berisi ungkapan emosi pribadi

semata, atau memang mengandung teologi (refleksi iman) yang

mendalam di dalam hubungannya dengan Allah Pencipta dan keadaan

manusia sebagai ciptaan72.

2. Lagu dan nyanyian ibadah gereja HKBP Pasar 6 berfungsi untuk

menggerakkan jemaat agar semakin berkomitmen di dalam mengikut

72
Wawancara dengan jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan ( Evi sipayung), pada tanggal 19
Mei 2016.

160

Universitas Sumatera Utara


TUHAN. Untuk dapat menggerakan jemaat, maka lagu ibadah

pertama-tama harus mampu menyentuh hati jemaat. Untuk dapat

menyentuh hati jemaat, maka lagu ibadah harus disajikan dengan baik.

Artinya baik pemandu pujian maupun pemusik gereja harus mampu

memberi intro, tempo yang tepat, serta menjiwai lagu yang

dinyanyikan73.

3. Musik gereja HKBP Pasar 6 memiliki fungsi untuk mencerahkan hati

dan akal budi jemaat. Mencerahkan di sini dalam arti memberi

penerangan, pengertianyang disampaikan melalui syair lagu yang

dinyanyikan. Karena itu syair lagu ibadah hendaknya jelas dan mudah

dimengerti, tidak memakai nada-nada yang rumit dan mudah diikuti

oleh jemaat74.

4. Musik gereja HKBP Pasar 6 berfungsi sebagai cerita dan ungkapan

hati atas kehadiran Tuhan di tengah jemaat, ungkapan hati atas

perbuatan Tuhan bagi kita, ungkapan hati untuk memperkuat iman

jemaat semua75.

5. Sebagai doa, karena didalam nyanyian dan pujian gereja banyak yang

berisi teks dan syair yang menyatakan permohonon kita atas kehidupan

yang lebih baik76.

73
Wawancara dengan jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan .(Hotmarison Silalahi), pada
tanggal 19 mei 2016.
74
Wawancara dengan jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. (Desi Purba), pada tanggal 19
Mei 2016.
75
Wawancara dengan jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, pada tanggal 19 Mei 2016.
76
Wawancara dengan jemaat HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, pada tanggal 19 Mei 2016

161

Universitas Sumatera Utara


Dan fungsi musik bagi komisi kesenian yang merangkap sekaligus sebagai jemaat

(pemusik, tim ibadah, paduan suara, koor, song leader) berdasarkan wawancara

adalah sebagai berikut :

1. Merupakan eksistensi komisi kesenian dan jemaat dalam pelayanan

gereja. Dimana menjadi salah satu tim musik menunjukkan eksistensi

seseorang dalam pelayanan di gereja. Atau dengan kata lain

kebanggaan tersendiri bagi seorang jemaat HKBP pasar 6 apabila

dapat menjadi tim musik ibadah gereja77.

2. Merupakan wadah belajar musik. Menjadi anggota tim musik gereja

HKBP Pasar 6 tidak harus pandai bermain musik, namun apabila

sudah menjadi tim musik, maka diharuskan untuk mengikuti latihan

gereja. Dimana dalam latihan mereka mendapatkan mendapatkan

berbagai pengetahuan tentang musik dalam hal cara membaca notasi,

nilai not, tempo, melodi, dan lainnya78.

3. Sebagai motivasi mengikuti ibadah dan pelayanan-pelayanan lainnya

diluar ibadah minggu 79. Menjadi tim musik gereja HKBP Pasar 6,

maka diharuskan untuk hadir beribadah setiap minggu, dimana mereka

lah yaang tampil dalam mengiringi musik ibadah gereja. Dan mereka

juga diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik.

77
Wawancara dengan pemusik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, pada tanggal 20 Mei
2016
78
Wawancara dengan pemusik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Meda, pada tanggal 20 Mei
2016.
79
Wawancara dengan pemusik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, pada tanggal 20 Mei
2016.

162

Universitas Sumatera Utara


4. Sebagai wadah bertukar pikiran, baik dalam pergumulan kehidupan

sehari-hari maupun dalam pembicaraan tentang iman. Sebelum

memulai latihan biasa tim musik melakukan pembicaraan atau

semacam diskusi tentang pergumulan sehari-hari baik dalam hal

keluarga, pendidikan, pekerjaan, cinta, cita-cita, dan lain-lain.

5. Sebagai lambang keberhasilan80. Bila gereja HKBP Pasar 6 mampu

mengorganisir semua sumber daya yang dimiliki dan sekaligus

mengembangkannya, maka akan terlihat kepaduan sebuah tim musik.

Keberhasilan ini pasti akan berdampak dalam ibadah kebaktian.

Penampilan dan persiapan yang baik akan memberikan kualitas musik

gereja yang baik pula.

4.3 Perubahan dalam Musik dan Tata Ibadah Gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan Medan

Suatu kebudayaan tidaklah pernah bersifat statis, melainkan selalu

berubah. Perubahan itu tidaklah harus perubahan yang besar atau perubahan total.

Karena perubahan itu tergantung dari sumber perubahan itu sendiri.

80
Wawancara dengan pemusik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan, pada tanggal 20 Mei
2016.

163

Universitas Sumatera Utara


Perubahan dapat berasal dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal,

dan perubahan juga dapat berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan

secara internal adalah perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh

pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri atau disebut juga inovasi. Sedangkan

perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh dari luar

lingkup kebudayaan tersebut.

Demikian juga yang terjadi di dalam musik dan tata ibadah gereja HKBP

Pasar 6, dimana mau tidak mau gereja sedikit melakukan perubahan atau inovasi,

untuk memenuhi kebutuhan jemaatnya yang beragam. Berikut merupakan

perubahan yang terdapat dalam musik dan tata ibadah gereja HKBP pasar 6

Padang Bulan Medan.

4.3.1 Perubahan Penggunaan Alat Musik dan Penambahan Jadwal Ibadah

Seperti yang sudah dipaparkan penulis sebelumnya, bahwa alat musik

yang sudah sejak lama ada di gereja HKBP Pasar 6 adalah Clavinova. Setelah itu

muncul organ dan keyboard. Namun alat musik organ dan keyboard ini bertahan

lama, dan menjadi alat musik utama dalam mengiringi segala kegiatan yang ada di

gereja HKBP Pasar 6. Baik dalam ibadah rutin, hari-hari besar keagamaan, dan

perayaan-perayaan atau pesta besar yang diselenggarakan gereja tersebut.

Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan variasi musik itu

muncul. Terutama dari kalangan remaja dan muda-mudi. Bahkan keinginan untuk

memiliki acara ibadah tersendiri sangat kuat di kalangan remaja dan muda-mudi

gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan.

164

Universitas Sumatera Utara


“kebutuhan musik yang bersifat riang dan banyak varian musiknya
itu sangat kuat bagi remaja dan muda-mudi gereja ini, apalagi
banyaknya muncul gereja kharismatik dengan musiknya yang
sangat rame, jadi untuk menghindari perginya remaja dan muda-
mudi gereja HKBP pasar 6 ini ke gereja lain, ya dibuat lah ibadah
sore khusus remaja dan muda-mudi, trus ditambahi lah alat
musiknya”(Pak Sianipar, 50 tahun).

Ibadah sore di gereja HKBP pasar 6 padang bulan muncul sekitar tahun

201181. Untuk memenuhi kebutuhan remaja dan muda-mudi gereja, maka ada

penambahan alat musik seperti yang telah dipaparkan penulis pada bab 3. Tapi

untuk penambahan alat-alat musik tradisional tidak ada. Yang awalnya hanya

menggunakan keyboard, ditambahi dengan alat musik biola, gitar, seruling,

saxophone, dan terkadang memakai alat musik perkusi82. Namun yang paling

sering dan selalu digunakan setiap minggunya adalah keyboard, organ, gitar, dan

biola. Dan sumber nyanyian tetap dari kidung jemaat, pelengkap kidung jemaat,

buku ende, dan buku lagu perkantas.

“dulu sempat dibuat lagu rohani pop, tapi untuk sekarang dan
seterusnya disepakati tidak boleh lagu rohani pop, semua harus
bersumber dari buku lagu yang sudah ditentukan gereja HKBP,
karena itu dapat mengurangi konsep musik HKBP yang
tongam/teduh” .(Mardina Sigiro, 27 tahun).

Sehingga musik dalam ibadah minggu sore tetap pada konsep musik

HKBP namun musiknya banyak dimodifikasi dan lagunya banyak diaransemen.

Namun begitu, tetap juga ada kerinduan dari remaja dan muda-mudi untuk

mendengarkan musik yang berciri khaskan batak, terutama dari alat musiknya.

81
Hasil wawancara dengan bendahara (Pak Sianipar) dan tim ibadah(Mardina Sigiro).
82
Alat musik perkusi (disebut pula alat musikpukul atau tabuh) adalah alat musik yang
menghasilkan suara dengan dipukul, ditabuh, digoyang, digosok, atau tindakan lain yangmembuat
objek bergetar, baik dengan suatu alat, tongkat, maupun dengan tangan
kosong.(www.psychologymania.com/2013/05/pengertian-alat-musik-perkusi.html)

165

Universitas Sumatera Utara


Untuk memenuhi hal tersebut, tim musik mencoba mencari ilmu baru dibidang

musik yang ternyata dapat menambah ilmu dalam bidang musik.

“walaupun namanya ibadah sore khusus untuk remaja sama


muda-mudi, kan tetap aja ada kerinduan dari muda-mudi itu
sendiri untuk mendengarkan musik dari kebudayaannya sendiri.
Terutama suara dari musik tradisionalnya, apalagi kalau orang
batak ini kan sebenarnya banyak alat musik tradisionalnya yang
bisa digunakan untuk semua kegiatan. Tapi itu semua kan gak
gampang dapatnya dek, ya kita harus sewa, padahal biaya sewa
uda berapa, harganya sangat jauh lah dari kemampuan dana
gereja. Jadi untuk menyiasatinya kami mainkan lah dari
keyboard” (Tri Toguna, 27 tahun).

Lalu penulis menanyakan kembali apa yang dilakukan pemusik untuk

menyiasatinya dengan menggunakan alat musik keyboard.

“jadi kan dek keyboard itu kan alat musik yang bisa menghasilkan
banyak suara. Trus irama sama temponya bisa kita atur. Jadi
kalau misal pemusik ingin menampilkan alat musik seperti seruling
misalnya, ya kami buat jadi menu flute dari kyboard, kalau mau
suaranya seperti tagading ya kami setel dari menu drum nya,
kalau mau dengar suara seperti hasapi, ya kami buat dari menu
gitar keyboard. Itunya bolak-balik kami buat dek, supaya
nuansanya seperti nuansa musik batak. Tapi agak ada lah bedanya
dikit dari suara asli alat musiknya” (Tri Toguna, 27 tahun).

Dimana ada pola/melodi pukulan alat musik tertentu yang dapat

diterapkan dalam alat musik keyboard. Misal untuk menghasilkan suara tagading,

maka dimasukkan pola pukulan tagading namun melalui menu drum. Contoh

kedua yaitu untuk menghasilkan musik menjadi seperti suara seruling, maka

dimasukkan pola pukulan seruling melalui menu flute. Dan untuk contoh yang

ketiga yaitu untuk menghasilkan suara hasapi/kecapi, maka dimasukkan pola

pukulan hasapi dari menu gitar keyboard. Dan masih banyak lagi, dimana ada

nada-nada tertentu yang menentukan suatu musik itu dalah musik batak. Dengan

166

Universitas Sumatera Utara


menggunakan tangga nada yang menjadi ciri khas nada batak83 yaitu : ―do, re, mi,

so, la‖84.

4.3.2Penambahan MC, Prolog dan Musik Instrumental dalam Ibadah

Minggu Malam Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

Satu hal lagi yang membedakan acara ibadah gereja HKBP Pasar 6 dengan

ibadah gereja suku lain yaitu adanya penambahan MC, Prolog, dan Musik

Instrumental. Dimana MC lah yang menjadi pemimpin ibadah, bukan lagi oleh

sintua atau penatua.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan tim Musik (Dinaria Sidabutar) :

“kalau menurut kami sebagai tim musik dek gak terlalu adanya
perbedaannya. Tapi kan kalau kami perhatikan, penambahan MC, prolog,
sama yang hanya musik itu kan dek, jadi itulah yang menjadi kelebihan
gereja HKBP Pasar 6 ini dibandingkan sama yang gereja suku juga. Jadi
kan jemaat semakin merasa dipandu, dan ibadah itu seperti hidup, atau
nuansa karismatik lah kita bilang, tapi kan tetap nya bersifat himne dia
dek”(Mardina Sigiro, 27 tahun).

Prolog adalah istilah lain dari kalimat pembuka dalam karya sastra

(kamusq.com diakses pada tanggal 20 Agustus 2016). Istilah prolog dapat kita

jumpai dalam berbagai buku cerita ataupun film dan drama. Prolog adalah bagian

naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal yang merupakan pengantar

naskah yang dapat berupa dialog, kilas balik suatu peristiwa yang terjadi atau

dapat juga berupa keterangan tentang cerita yang akan disajikan. Demikian juga

dalam alur ibadah minggu malam di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan. Dalam

setiap ibadahnya selalu menyisipkan sebuah kata-kata pengantar untuk setiap

83
Wawancara dengan pemusik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan (Tri Toguna)
84
Wawancara dengan pemusik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan (Tri Toguna)

167

Universitas Sumatera Utara


bagian prosesi ibadahnya atau yang disebut oleh tim ibadah dan tim musik gereja

HKBP Pasar 6 sebagai sebuah prolog.

Dimana prolog ini bertujuan untuk menjadi pengantar bagi jemaat,

memandu jemaat atau mengajak jemaat agar larut dan semakin meresapi makna

ibadah85. Prolog ini merupakan saduran dari versi ibadah karismatik namun tidak

100%. Prolog ini tidak bertujuan untuk membuat jemaat menari-nari atau

bertopak-topak, tapi hanya supaya jemaat merasa semangat dan tidak jenuh

menunggu berlalunya setiap prosesi ibadah.

Sembari prolog diucapkan atau dibacakan oleh MC/pemimpin ibadah, saat

itu juga pemusik melantunkan musik rohani yang bersifat instrument, atau dengan

kata lain musik instrumental. Musik instrumental adalah suatu komposisi atau

rekaman musik tanpa lirik atau musik vokal dalam bentuk apapun, dimana semua

dihasilkan melalui alat musik (https://id.m.wikipedia.org/instrumental).

Dengan ditambahi atau dimasukkannya musik instrumental tersebut, maka

ibadah pun terasa semakin kusuk, dan seperti menentramkan jiwa-jiwa para

jemaat, atau adanya getaran emosi yang dirasakan oleh jemaat86. Hal tersebut

menjadi ciri khas bagi gereja HKBP Pasar 6 padang Bulan Medan.

Berikut contoh penambahan prolog dan musik instrumental dalam ibadah

Minggu malam di gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan :

Saat pertama masuk ke dalam gereja, jemaat disambut oleh seksi penerima tamu

dan diantar ke tempat duduk. Lalu setelah jemaat sudah banyak yang berdatangan

atau dengan kata lain tepat pukul 18.00 maka ibadah dimulai. Di gereja ini,

85
Berdasarkan wawancara dengan koordinator tim ibadah (Mardina sigiro)
86
Berdasarkan wawancara dengan pemusik (Trito)

168

Universitas Sumatera Utara


penandaan dimulainya ibadah tidak lagi dengan membunyikan lonceng, namun

dengan memainkan musik setengah suara dan ucapan syalom dari MC/pemimpin

ibadah. Setelah itu dimulai lah dengan saat teduh, dimana para jemaat dipimpin

untuk berdoa sebelum memulai ibadah sama sekali. Untuk memulai saat teduh

MC membacakan sebuah prolog. Namun prolog yang akan dibacakan harus

disesuaikan juga dengan tema minggu ibadahnya. Contoh prolog saat memulai

saat teduh :

“ Allah kita adalah Allah yang TriTunggal, Bapa Putra dan Roh Kudus,
berlimpah rahmat, sumber kasih yang besar. Mari kita sambut Dia, kita
bernyanyi dari KJ 58 : 1-3 “Maha Kasih Yang Ilahi”(Prolog memulai
saat teduh).

Setelah bernyanyi masuk ke dalam Votum.

Setelah pembacaan votum maka dilanjut lagi ke dalam prolog oleh MC untuk

bernyanyi :

“sebab Dia Raja yang penuh dengan kasih, yang memberikan roh kudus
untuk menuntun kita kepada Bapa, maka layaklah nyanyian kita kepada
Dia. Kita sembah Dia dan bernyanyi dari KJ 8 : 1+4 “BagiMu Tuhan
Nyanyianku”.(Prolog untuk pembacaan hukum taurat)

Masuk ke pembacaan Hukum Taurat. Setelah pembacaan Hukum Taurat, MC

kembali membacakan sebuah prolog untuk bernyanyi kembali :

“ketika kita kehilangan pengharapan karena beratnya tantangan hidup


karena keberdosaan kita. Tetapi Yesus tak pernah mengabaikan kita. Mari
datang padaNya, kita bernyanyi dari KJ 358 : 1+2 “Semua yang letih
lesu”.(Prolog untuk pengakuan dosa dan pengampunan dosa).

Masuk kedalam doa Pengakuan Dosa dan Pengampunan Dosa.

Disaat doa pengakuan dosa dan pengampunan dosa diucapkan, tim pemusik

memainkan musik instrumental. Lagu yang menjadi musik instrumental

merupakan lagu dari kidung jemaat tapi dimainkan secara instrumental oleh

169

Universitas Sumatera Utara


pemusik, terkadang diinstrumentalkan dengan piano, kadang biola, kadang

seruling, dan kadang saxophone. Dalam hal ini bentuk musik gereja HKBP Pasar

6 merupakan bentuk musik Monophony, dimana hanya ada suara tunggal, atau

hanya satu alat musik. Contoh lagu yang diinstrumentalkan oleh pemusik gereja

HKBP Pasar 6 dengan menggunakan alat musik biola ―Aku Tuhan Semesta (PKJ

No.117)‖. Dalam hal ini semua nada-nada lagu hanya dimainkan oleh pemain

biola tanpa ada suara dari pemusik lain, hingga selesainya doa pengakuan dan

pengampunan dosa.

170

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5 : Contoh Lagu yang di instrumentalkan oleh Tim Musik Gereja HKBP
Pasar 6 saat doa pengakuan dan pengampunan dosa
Sumber : Pelengkap Kidung Jemaat

Namun dimulai saat ini (saat penelitian tersebut) lagu pop rohani

disepakati oleh tim musik tidak akan dipersembahkan dalam ibadah rutin/ibadah

minggu. Semua lagu harus berasal dari sumber-sumber lagu HKBP yang sudah

ada. Namun untuk musik sangat diperbolehkan untuk dimodifikasi.

Semua bait lagu diatas dimainkan secara instrumental hingga berakhirnya

doa pengakuan dan pengampunan dosa.

Setelah itu MC kembali membacakan prolog untuk bernyanyi lagi :

“ kita bukan lagi tawanan dosa, karena oleh kasih karunia kita ditebus
oleh Anaknya Yesus Kristus dan mengutus Roh kudus menjadi penghibur
kita. Kita bernyanyi dari KJ 34 : 1-2.”(Prolog untuk pembacaan epistel)

171

Universitas Sumatera Utara


Setelah itu pembacaan epistel. Lalu MC membacakan prolog untuk acara

selanjutnya :

“Allah kita adalah Allah yang berdaulat penuh atas seluruh ciptaanNya,
yang mengagumkan kita, marilah kita ungkapkan kekaguman kita dan
bernyanyi dari KJ 237 : 1-3 “Bila kulihat bintang gemerlapan”.(Prolog
untuk pembacaan warta jemaat).

Lanjut ke pembacaan warta jemaat. Setelah itu doa syafaat. Lalu dilanjutkan ke

khotbah, sebelum khotbah jemaat bernyanyi sambil mengumpulkan persembahan,

dan MC kembali membacakan prolog :

―turunnya roh kudus , merupakan pemenuhan janji Yesus, sewaktu dia


masih di dunia ini, kita akan mendengarkan kebenaran firman Tuhan, kita
bernyanyi dari KJ 237 : 1-3 “Roh kudus tetap teguh”.(Prolog untuk
mendengarkan khotbah).

Setelah berkotbah, jemaat diajak bernyanyi kembali sambil mengumpulkan

persembahan. Sebelum bernyanyi MC membacakan prolog :

“sungguh indah firman Tuhan, marilah kita mengambil komitmen untuk


mengikut Dia, kita respon firman Tuhan, kita bernyanyi dari BLP 184 : 1-
3 “ Jadikan Aku Saluran Berkat”(Prolog untuk mengumpulkan
persembahan).

Setelah itu doa persembahan dan berkat yang diserahkan sepenuhnya kepada

sintua/penatua dan pendeta.

Dan ibadah selesai. Namun untuk pemain musik, bagi mereka ibadah

belum selesai mereka tetap bermain musik dan bernyanyi dengan riang sembari

menunggu semua jemaat telah keluar dari gereja, atau dengan kata lain,

mengantarkan jemaat pulang penuh dengan sukacita.

4.3.3 Perubahan Makna dan Penggunaan Musik pada Pesta Perayaan

172

Universitas Sumatera Utara


Seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa kebudayaan tidak

pernah bersifat statis. Musik tradisional Batak dalam kebudayaan batak itu sendiri

sudah mengalami banyak pergeseran makna dan perubahan fungsi, terkhususnya

alat musik tradisional batak ―gondang‖ dan tari tradisional batak ―tor-tor”. Hal

tersebut jelas terlihat dalam pesta-pesta perayaan di gereja HKBP Pasar 6 Padang

Bulan Medan.

Aktivitas musikal yang digunakan di dalam konteks seremonial adat dan

ritual keagamaan, di masyarakat batak toba dikenal dengan sebutan gondang. Hal

ini terungkap dalam sebuah falsafi tradisional masyarakat Batak Toba yang

menyatakan bahwa gondang merupakan ―alat utama‖ untuk mencapai hubungan

antara manusia dengan sang pencipta yang disebut Debata Mula Jadi Na Bolon

(Rithaony, 2005 :15). Sama halnya dengan ―tor-tor‖, yang menjadi tarian untuk

penyembahan Debata Mula Jadi Na Bolon.

Ensambel musik pada masyarakat Batak Toba merupakan hal yang sangat

penting. Dapat dikatakan bahwa tidak ada sebuah bentuk seremonial-tradisional

pun, baik dalam kegiatan adat maupun dalam kegiatan ritual keagamaan, yang

tidak melibatkan ensambel musik. Di masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis

ensambel musik yang penting, yakni gondang hasapi dan gondang sabangunan.

Kedua ensambel musik ini selalu menjadi bagian dari aktivitas upacara ritual dan

adat. Mereka pada umumnya mengiringi tarian sosial (tor-tor). Di dalam

melakukan tarian bersama atau manortor, salah seorang penari biasanya bertindak

sebagai pemimpin kelompok penari, sekaligus sebagai orang yang bertugas untuk

meminta lagu (Rithaony dan Irwansyah, 2005:17)

173

Universitas Sumatera Utara


Pergeseran makna dan perubahan fungsi yang dimaksud adalah bahwa

Gereja HKBP Pasar 6 HKBP tidak memakai alat musik gondang pada saat ibadah,

justru pada saat hiburan atau pesta perayaan. Demikian juga dengan tor-tor, baha

tarian tor-tor tidak ditampilkan dalam ibadah gereja, namun dalam acara hiburan.

Dimana hiburan tersebut memiliki maksud dan tujuan tertentu lain yang tidak bisa

dipungkiri. Proses perubahan tersebut sangat terkait dengan proses-proses

perubahan kebudayaan musik seperti menurut konsep Margaret Kartoni. Bentuk

proses perubahan kebudayaan musik yang terjadi dalam hal ini adalah bentuk

kebangkitan unsur musik lokal namun sekaligus sebagai proses pemiskinan

musik.

Proses perubahan kebudayaan musik dalam bentuk kebangkitan unsur

musik lokal adalah dimana suatu kebudayaan yang telah lama di bawah dominasi

kebudayaan lain dan mengabaikan kebudayaan sendiri, secara tiba-tiba sadar akan

kepunahan musiknya sendiri dan berusaha menghidupkan kembali dengan

membuat musik tersebut sebagai sesuatu yang nasionalistik, prestise ras,

kesejarahan, nostalgia, turistik, atau alasan artistik.

“HKBP Pasar 6 ini kan gereja yang jemaatnya mayoritas batak,


tapi walaupun gitu uda banyak jemaat ini yang lupa sama musik-
musik batak, jadi supaya semakin bangkit jiwa-jiwa orang batak
ini dalam hal musik batak, khususnya bagi jemaat gereja HKBP
Pasar 6, ya dibuatlah musik-musik dan tor-tor batak dalam acara
hiburan dalam pesta-pesta perayaan, tapi dalam ibadah tidak
digunakan, hanya dalam acara hiburan, terutama dalam hal pesta
penggalangan dana lah, kekmanalah supaya semangat orang
menyumbang, apalagi kalau lagu batak” (Pak Sianipar, 50 tahun).

Proses perubahan kebudayaan musik dalam bentuk pemiskinan musik

bahwa kemungkinan yang terjadi adalah repertoarnya dilupakan atau teknologi

174

Universitas Sumatera Utara


tradisi dan instrumen diganti dan kemudian terjadi standardisasi dan

penyerdehanaan (konsep Margareth Kartoni). Yang dimaksud penulis dalam hal

ini bahwa walaupun musik batak menjadi hal yang wajib digunakan oleh Gereja

HKBP Pasar 6, namun banyak terjadi pemiskinan musik dalam penyajiannya.

Dimana penggunaan gondang menjadi universal dipakai ke dalam semua musik

yang akan disajikan.

“ya kekmana lah, yang paling sering dipake itu ya ogung sama
tagading lah, itulah semua kami buat diibaratkan gondang,
sedangkan itupun harganya mahal, beda sama kalau hanya nyewa
alat musik yang biasa dipake acara-acara ya ito. Kalau sanggup
bayar ya kami bawa trus kami mainkan gondangnya. Gak mesti
kayak dulu-dulu lagi ito, harus gondang inilah, gondang inilah,
kan jenis gondang itu banyak. Gak tersediakan kami semua, jadi
yang paling sering dipake ya ogung, tagading, lagian kan untuk
pesta hiburannya” (Ahli Nujum Situmorang, 40 tahun).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini mengkaji tentang musik dan ritual keagamaan (studi

deskriptif Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan). Dalam hal ini yang lebih

dalam dikaji adalah bentuk musik, fungsi dan perubahan musik bagi gereja dan

Jemaat gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Berdasarkan hasil analisis

175

Universitas Sumatera Utara


data melalui wawancara, observasi, dokumentasi, maka dapat disimpulkan adalah

sebagai berikut :

1. Bentuk musik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan sudah

variatif, namun untuk sumber nyanyian dan lagu yang dibawakan tidak

terlepas dari aturan dan peraturan HKBP pusat, yang pada akhirnya

mempengaruhi sifat musik gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan

2. Bahwa musik Gereja HKBP masih bersifat Himne, atau dalam bahasa

bataknya disebut dengan Tongam, dan dalam bahasa indonesianya

musk yang tenang dan damai. Musiknya sudah banyak dimodifikasi

sedemikian rupa agar lebih indah, namun tetap diharuskan bersifat

himne.

3. Gereja HKBP membedakan yang namanya musik untuk hiburan dan

musik untuk ibadah. Ibadah dulu baru acara pesta dan acara hiburan.

Namun demikian gereja menggunakan musik (khususnya musik batak

toba) sebagai hiburan dan untuk menggalang dana pada saat perayaan

besar atau pesta.

4. Meskipun Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan merupakan

gereja suku (batak toba) namun tidak memiliki alat musik tradisional,

hal tersebut dikarenakan keterbatasan dana dan SDM.

5. Instrument/Alat musik yang digunakan dalam ibadah di Gereja HKBP

Pasar 6 Padang Bulan terdiri dari instrument melodis. Yang paling

utama yaitu Biola, Saxophone, Seruling, dan Gitar. Organ/keyboard

berfungsi memainkan intro, lagu, dan ending pada sebuah lagu.

176

Universitas Sumatera Utara


6. Sebelum tampil dalam ibadah, tim musik/tim ibadah melakukan

latihan, dan kebaktian singkat. Hal ini dilakukan agar ibadah berjalan

lancar dan bagus, karena ibadah bersifat sakral.

7. Tata ibadah gereja HKBP Pasar 6 sudah tidak serumit tata ibadah pada

waktu sebelum-sebelumnya. Namun maknanya lebih dalam lagi.

8. Latar belakang musik tidak menjadi hal yang penting bagi Gereja

HKBP Pasar 6, namun keinginan untuk melayani yang kuat yang

sangat dibutuhkan oleh gereja.

9. Sangat banyak fungsi musik Gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan

Medan, seperti yang sudah dipaparkan di bagian bab empat. Namun

penulis mengambil intinya sebagai berikut :

a. Untuk penghormatan kepada Sang pencipta (Horizontal), dan

untuk penghormatan kepada sesama (vertikal), dalam hal ini

disebut dalihan natolu.

b. Sebuah lagu yang dinyanyikan di dalam ibadah/musiknya di gereja

HKBP Pasar 6 tidak hanya bersifat memuaskan hati dan telinga

jemaat, namun juga memiliki fungsi untuk mengajar, mendidik,

serta mendewasakan iman jemaat.

c. Lagu dan nyanyian ibadah gereja HKBP Pasar 6 berfungsi untuk

menggerakkan jemaat agar semakin berkomitmen di dalam

mengikut TUHAN.

177

Universitas Sumatera Utara


d. Musik gereja HKBP Pasar 6 mempunyai makna sosial. Mereka

bernyanyi bukan saja untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk

jemaat.

10. Tidak terlalu banyak perubahan khususnya untuk musik di Gereja

HKBP Pasar 6, hal tersebut dikarenakan Gereja HKBP Pasar 6 tetap

berpegang teguh dengan prinsip musik yang bersifat himne atau teduh.

Perubahan yang menonjol yaitu pada ibadah minggu sore, dengan

menggunakan alat musik yang lebih banyak dan musiknya variatif

(penambahan musik intrumental).

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang telah didapat, sekiranya penulis dapat memberikan

saran agar lagu gereja HKBP Pasar 6 tidak hanya berasal dari sumber lagu yang

sudah ada sebelumnya (BE dan KJ), dimainkan juga dari lagu pop rohani yang

bersifat teduh juga, apabila gereja HKBP Pasar 6 memang harus mempertahankan

musik yang bersifat himne. Dan perlunya bagi gereja HKBP Pasar 6 untuk

memperhatikan latar belakang musik setiap anggota musik agar musik yang

ditampilkan semakin indah dan menambah daya tarik jemaat untuk beribadah di

gereja HKBP Pasar 6 Padang Bulan Medan. Perlu juga untuk melengkapi alat

musik tradisional, karena gereja HKBP adalah gereja suku dengan membawa suku

batak toba, walaupun alat musik tradisional batak sekarang ini terbilang mahal.

Hal ini justru menambah keinginan jemaat, terutama muda-mudi untuk

mempelajari musik batak, sehingga musik batak menjadi lestari. Dan yang

terakhir bahwa menurut tim musik kepemilikan alat musik yang modern oleh

178

Universitas Sumatera Utara


Gereja sangat penting agar proses latihan dan tampilnya lebih maksimal lagi, atau

dengan kata lain agar gereja menambah alat musik yang sudah ada di gereja dan

masuk ke dalam inventaris barang gereja HKBP Pasar 6 padang Bulan Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Habib Mustopo,M.

1983.Ilmu Budaya Dasar.Surabaya:Usaha Nasional.

Raga Maran,Rafael.

179

Universitas Sumatera Utara


2000.Manusia dan Kebudayaan.Jakarta:PT.Rineka Cipta.

Koentjaraningrat.

1985.Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Jakarta:PT.Dian Rakyat.

1997.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: Djambatan.

2005.Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi.Jakarta: PT.Rineka

Cipta.

2013 (Cetakan IX).Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Van Ball,J.

1987.Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi

Budaya.Jakarta:PT.Gramedia.

Saifuddin, Ahmad.

2005.Antropologi Kontemporer.Jakarta: Prenada Media

Salim, Warsani

1978.Pengantar Antropologi Budaya.Medan: Penerbitan Fakultas Hukum

USU

Boedhisantoso.

1982.Kesenian dan nilai-nilai budaya.Jakarta : Depdikbud.

Ember R, Carol dan Marvin Ember.

1986.‖Teori dan Metoda Antropologi Budaya” dalam Pokok-Pokok

Antropologi Budaya (T.O. Ihromi editor).Jakarta : Gramedia.

180

Universitas Sumatera Utara


Abineno, Dr.J.L.Ch.

2005.Unsur-Unsur Liturgia.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.

Aritonang, Jan. S.

1995.Berbagai Aliran Dalam Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Merriam, Alan P.

1964.The Antropology Of Music. UK: Northwestern University.

Edmund Prier Sj,Karl.

1991.Sejarah Musik Jilid 1.Yogyakarta:Pusat Musik Liturgi.

1996.Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi.

Nakagawa, Prof.Shin.

2000.Musik dan Kosmos. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Hutajulu, Rithaony.

2005.Gondang Batak Toba.Bandung :P4ST UPI.

Banoe, Pono.

1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Yogyakarta: Kanisius.

2003.Kamus musik. Yogyakarta: Kanisius.

Kodijat, Latifah.

1986.Istilah-istilah Musik. Jakarta: PT. Jambatan.

Takari, Muhammad dan Heristina Dewi.

2008.Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara.Medan : USUPress.

Suharso, Ana Retnoningsih.

181

Universitas Sumatera Utara


2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Semarang: Widya Karya.

Skripsi :

Perdede, BP ―Perkembangan Musik HKBP.‖ Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011.

Rama Listya, Agastya ―Kontekstualisasi Musik Gereja .― Skripsi Sarjana

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Data Online :

Oki-Sukiman.blogspot.co.id/2007/01/Sistem-Kepercayaan-religi.html.(diakses

pada tanggal 20 Maret 2016).

KBBI.Web.id/ibadah (diakses pada tanggal 20 Maret 2016)

http//:www.amazon.com (diakses pada tanggal 20 Maret 2016)

www.sridanti.com/pengertian dan defenisi manusia menurut para ahli (diakses

pada tanggal 25 Maret 2016)

(http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/AstyaRamaListya_Kontekstu

alisasi musik gereja_Full text."Kontekstualisasi Musik Gerejawi: Sebuah

Keniscayaan". (diakses pada tanggal 25 Maret 2016).

(https://dongants.wordpress.com/2010/04/18/mengenal-liturgi-tata-ibadah-hkbp/)

(diakses pada tanggal 25 Maret 2016).

www.eduspense.com/2015/08/Fungsi Musik Secara Umum dan penjelasan

(diakses pada tanggal 28 Maret 2016)

www.myday.info/result/detail sejarah musik dunia (diakses pada tanggal 28 Maret

2016)

182

Universitas Sumatera Utara


https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_Gereja (diakses pada tanggal 2 April 2016)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Huria_Kristen_Batak_Protestan) (diakses pada

tanggal 2 April 2016).

Hkbp.or.id (diakses pada tanggal 5 April 2016).

www.pengertianpakar.com (diakses pada tanggal 20 Agustus 2016).

www.koleksikoor.com diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.

www.kamusq.com diakses pada tanggal 20 Agustus 2026.

Data Informan
1. Nama : Mardina Sigiro
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Status : Tim Ibadah Gereja
2. Nama : Tri Toguna Silitonga

183

Universitas Sumatera Utara


Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Pegawai Kantor
Status : Pemusik Gereja
3. Nama : Sendang Bako
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Pegawai Kantor
Status : Tata Usaha Gereja
4. Nama : St.P.R.Sianipar
Pekerjaan : Pegawai
Umur : 50 tahun
Status : Bendahara Gereja
5. Nama : Pdt.Jusuf Turnip
Pekerjaan : Pendeta
Umur : 29 tahun
Status : Mantan Pendeta Fungsionaris (Pindah tugas).
6. Nama : Pdt. Antoni Manurung
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Pendeta
Status : Pendeta Ressort HKBP Padang Bulan
7. Nama : Amang Hutagalung
Pekerjaan : Pegawai
Umur : 40 tahun
Status : Keluarga Pengurus Gereja (suami biblevrow).
8. Nama : Ahli Nujum Situmorang
Pekerjaan : Pemusik Tradisional Batak
Umur : 40 tahun
9. Nama : St.E.Malau
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Pegawai
Status : Sintua/Penatua (Ketua Dewan Marturia).
10. Nama : Merry Lumban Siantar

184

Universitas Sumatera Utara


Pekerjaan : Biblevrow
Umur : 37 tahun
Status : Biblevrow Gereja
11. Nama : Hotmarison Silalahi
Pekerjaan : Mahasiswa
Umur : 19 tahun
Status : Jemaat Gereja
12. Nama : Melva Pandiangan
Pekerjaan : Pegawai
Umur : 40 tahun
Status : Jemaat Gereja

185

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai