Anda di halaman 1dari 117

BROKOHAN

(Studi Etnografi tentang Tradisi Selametan Kelahiran Lembu pada


Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan, Kecamatan Bandar Pulau,
Kabupaten Asahan, Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh

Ayu Wulan Sari

150905011

ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

BROKOHAN
(Studi Etnografi tentang Tradisi Selametan Kelahiran Lembu pada Masyarakat
Jawa di Desa BandarPulauPekan, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan,
Sumatera Utara)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan
disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar
kesarjanaan saya.

Medan, Juli 2019

Penulis

Ayu Wulan Sari

Nim. 150905011

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Ayu Wulan Sari 150905011 (2019) BROKOHAN (Studi Etnografi tentang


Tradisi Selametan Kelahiran Lembu pada Masyarakat Jawa di Desa
BandarPulauPekan, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan,
Sumatera Utara).

Masyarakat Jawa merupakan salah satu masyarakat yang memiliki


beragam tradisi. Salah satunya yakni, Tradisi Selametan Brokohan. Tradisi
Selametan Brokohan merupakan tradisi yang dilaksanakan pada saat kelahiran
bayi manusia sebagai rasa syukur dan memohon keselamatan bagi bayi yang
dilahirkan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tradisi membentuk
suatu nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang menjadi pedoman bagi
masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sampai saat ini, ada beberapa
desa di Kabuputen Asahan yang mempertahankan tradisi selametan, yakni Desa
Bandar Pulau Pekan Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan. Tulisan ini
bertujuan untuk menunjukkan salah satu keberadaan tradisi selametan brokohan
lembu di Desa Bandar Pulau Pekan, yang memiliki nilai positif seperti untuk
silaturahmi atau menyambung ikatan persaudaran dan hubungan masyarakat, serta
ucapan rasa syukur kita akan rahmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sehingga menghasilkan
data deskriptif untuk memecahkan permasalahan yang menjadi tujuan dalam
penelitian dengan mendeskripsikan dan menggambarkan keadaan subjek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lokasi penelitian. Peneliti
bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data dari hasil
observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang
berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu
mereka diwawancarai, sedangkan data tambahan berupa dokumen.
Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sejarah tradisi selametan brokohan lembu, merupakan warisan budaya
turun-temurun dari nenek moyang serta masyarakat di Desa Bandar Pulau Pekan
memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam menilai tradisi selametan
brokohan lembu. Sebagian masyarakat memiliki keinginan atau motivasi untuk
melaksanakan tradisi tersebut. Sebagian lagi menilai bahwa kegiatan selametan
brokohan lembu tidak perlu dilakukan karena tidak ada dasar kewajiban untuk
melaksanakan tradisi tersebut.
Kata-kata Kunci: Brokohan Lembu, Masyarakat Jawa, selametan, tradisi

ii

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena

kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi

dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsi penulis adalah:

BROKOHAN (Studi Etnografi tentang Tradisi Selametan Kelahiran Lembu pada

Masyarakat Jawa di Desa BandarPulauPekan, Kecamatan Bandar Pulau,

Kabupaten Asahan, Sumatera Utara).

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai gelar sarjana S1 Antropologi

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama

penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima masukan, bantuan, serta

motivasi dari dosen pembimbing dan berbagai pihak, oleh sebab itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada: Orangtua penulis Bapak Wagiman dan Ibu

Rosmawati yang selalu banting tulang untuk pendidikan penulis, terimakasih telah

memberikan yang terbaik untuk masa depan penulis dan telah memberikan

motivasi setiap hari tanpa mengenal lelah. Terimakasih atas nasehat yang telah di

berikan kepada penulis, didikan, motivasi selama penulisan, doa yang selulu

menyertai penulis, dan dana yang selalu diberikan kepada penulis sampai pada

saat ini. Semoga selalu sehat dan murah rejeki. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, MA selaku Ketua Departemen

Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Bapak Drs. Agustrisno MSP, selaku Sekretaris Departeman

Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen penasehat

akedemik, yang selalu menasehati dan memberikan motivasi selama penulis

iii

Universitas Sumatera Utara


melakukan perkuliahan di Antropologi Sosial dan sebagai pembimbing penulisan

skripsi. Terimakasih kepada penulis ucapkan karena telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga, materi, dan pikiran selama penulisan skripsi mulai dari penulisan

proposal sampai skripsi ini selesai. Dorongan yang selalu diberikan supaya

penulisan skripsi ini cepat selesai. Segala ilmu dan dukungan berharga

disampaikan dengan tulus, sabar dan canda tawa yang diberikan mendorong

semangat penulis untuk menulis skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pegawai dan

staf pengajar Departemen Antropologi: Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, Drs.

Zulkifli Lubis, MA, Drs. Lister Berutu, MA, Drs. Zulkifli, MA, Dra. Tjut

Syahrini, M.SOC, Sc, Dra. Sabariah Bangun, M.Soc, Sc, Dra. Nita Savitri,

M.Hum, Alm. Drs. Ermansyah, M.Hum, Drs. Yance, M.Si, Dra. Rytha

Tambunan, M.Si, dll, yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang berbeda-beda dan penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada kak Nur dan Kak sry yang telah membantu dalam hal pengurusan berkas

maupun surat-surat.

Penulis juga mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya kepada Kepala

Desa dan para staffnya serta semua masyarakat Desa Bandar Pulau Pekan, begitu

juga dengan para informan penulis yang telah banyak membantu berjalannya

proses belajar penulis selama dilapangan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat penulis sejak

semester 1(satu) hingga saat ini yang meberikan perhatian, bantuan, dukungan,

dan dorongan yang sangat membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Mia

Kaban, Alifathul Jannah, Niki Setriyani, Intan Anggraini, Rupitha Sary, penulis

iv

Universitas Sumatera Utara


sangat bangga berteman dengan kalian, semoga pertemanan kita tetap terjaga. Dan

seluruh teman-teman stambuk 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu. Sangat bangga bisa bersama menuntut ilmu di Antropologi Sosial ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman satu kost: Tiwi, Nur,

Faizah, Kak Selly yang selalu menanyakan perkembangan skripsi penulis, dan

selalu memberikan motivasi terbaik.

Medan, Juli 2019

Penulis

Ayu Wulan Sari

Nim.150905011

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 23 September 1997 di

Desa Bandar Pulau Pekan. Penulis merupakan

anak sulung dari tiga bersaudara, buah hati dari

pasangan Bapak Wagiman dan Ibu Rosmawati.

Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah

Dasar Negeri (SDN) 010132 Bandar Pulau Pekan

Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan pada

tahun 2003. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bandar Pulau Pekan

Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan. Penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kisaran Kecamatan Kisaran Timur

Kabupaten Asahan pada tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun

2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Antropologi Sosial melalui jalur

SNMPTN. Penulis dapat dihubungin via email wayu68138@gmail.com.

Penulis memiliki pekerjaan sampingan selain fokus untuk kuliah yakni terjun

langsung ke dunia bisnis yang dimulai sejak semester 4 kuliah hingga sekarang

ini. Bisnis yang dikerjakan bergerak di dalam bidang pemasaran produk dan

marketing plan MLM (Multi Level Marketing) berupa produk Health dan Beauty

Care di PT. MSI (Mahkota Sukses Indonesia).

Penulis pernah mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti:

1. Peserta Inisiasi Antropologi USU pada tahun 2015.

vi

Universitas Sumatera Utara


2. Panitia Cadangan Inisiasi Antopologi pada tahun 2016.

3. Panitia Inti Inisiasi Antropologi Sosial Sebagai Koordinator Komsumsi pada

tahun 2017.

4. Peserta Training Of Facilitator (TOF) pada Mata Kuliah Pengembangan

Masyarakat tahun 2017.

5. Peserta dalam seminar “Sosialisasi PILKADA Kota Medan” yang dilaksanakan

di Gedung Magister Studi Pembangunan USU.

6. Penerima Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM).

7. Peserta dalam seminar “Arkeologi sebagai Penguat Karakter Bangsa” yang

dilaksanakan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Sumatera Utara.

8. Panitia Konsumsi dalam acara Festival Karo Sehari tahun 2018.

9. Melakukan PKL di BAKUMSU (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Advokasi

Rakyat Sumatera Utara)

vii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis aturkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “BROKOHAN (Studi Etnografi tentang
Tradisi Selametan Kelahiran Lembu pada Masyarakat Jawa di Desa
BandarPulauPekan, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan,
Sumatera Utara Tahun 2019)” kemudian syalawat beriringan salam tidak lupa
pula penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa Ilmu
Pengetahuan dari alam yang kurang berilmu menjadi alam yang berilmu
pengetahuan, seperti saat sekarang ini.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam jenjang perkuliahan Strata 1 (SI) Universitas Sumatera Utara. Dalam
penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat
bimbingan, bantuan, nasehat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak,
khususnya pembimbing, segala hambata n tersebut akhirnya dapat diatasi dengan
baik.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.
Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan
datang.
Akhir kata penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada seluruh pihak,
semoga segala bantuan yang telah diberikan, menjadi amal sholeh dan mendapat
Ridho di sisi Allah SWT. Hanya kepada Allah penulis meminta ampun, dan hanya
kepada manusia penulis meminta maaf.
Medan, Juli 2019
Penulis

Ayu Wulan Sari


150905011

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS ............................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR FOTO ............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 7
1.2.1 Pengertian Brokohan ......................................................................... 8
1.2.2 Konsep Selametan ............................................................................. 10
1.2.3 Pengertian Tradisi ............................................................................. 11
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 12
1.4 Tujuan dan Manfaat ................................................................................... 13
1.5 Metode Penelitian....................................................................................... 14
1.6 Pengalaman Penelitian ............................................................................... 21
1.7 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 24
1.8 Sistematika Penulisan................................................................................. 25

BAB II. GAMBARAN UMUM DESA BANDAR PULAU PEKAN.......... 27


2.1 Letak Geografis Desa Bandar Pulau .......................................................... 27
2.2 Sejarah Desa Bandar Pulau ........................................................................ 33
2.3 Kondisi Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan ............................................ 37
2.4 Demografi Desa Bandar Pulau Pekan ........................................................ 39
2.5 Sarana dan Prasarana.................................................................................. 43
2.5.1 Sarana Jalan dan Transportasi .......................................................... 43
2.5.2 Sarana Pendidikan ............................................................................ 44
2.5.3 Sarana Ibadah ................................................................................... 46
2.6 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ........................................................... 47
2.7 Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan.......................................... 48

BAB III. LEMBU BAGI MASYARAKAT JAWA DI DESA BANDAR


PULAU PEKAN ............................................................................................. 57
3.1 Pemilihan Hari Yang Baik Untuk Membeli Lembu .................................. 58
3.2 Pembuatan Kandang................................................................................... 61
3.2.1 Cara Pemilihan Bahan Untuk Kandang ........................................... 62
3.2.2. Hari Baik Untuk Membuat Kandang .............................................. 64
3.3 Cara Merawat Sapi ..................................................................................... 64
3.3.1. Pembersihan Kandang Sapi ............................................................ 65
3.3.2. Pemberian Makanan dan Minuman ................................................ 67

ix

Universitas Sumatera Utara


3.3.3. Pemberian Obat Cacing .................................................................. 70
3.3.4. Memandikan Lembu ....................................................................... 71

BAB IV. TRADISI SELAMETAN BROKOHAN LEMBU....................... 72


4.1 Brokohan Lembu ........................................................................................ 75
4.1.1 Tahap Persiapan ............................................................................... 75
4.1.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan ........................................................... 79
4.1.3 Tempat Pelaksanaan Brokohan Lembu ............................................ 79
4.1.4 Pihak-pihak Yang Terlibat ............................................................... 82
4.1.5. Proses Pelaksanaan Tradisi Selametan Brokohan Lembu .............. 83

BAB V. KESIMPULAN................................................................................. 86
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 86
5.2 Saran........................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Asahan ................................................................ 28


Gambar 2.3 Suasana Siang hari di Desa Bandar Pulau .................................... 32
Gambar 2.4 Suasana Malam memperingati Hari Kemerdekaan ...................... 37

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR FOTO

Foto 3.1 Pasar Lintas Sumatera Utara .............................................................. 29


Foto 3.2 Tugu Perjuangan ................................................................................ 33
Foto 3.3 Nama Tokoh yang mengibarkan bendera .......................................... 34
Foto 3.4. Foto Informan Nek Ongah ................................................................ 35
Foto 3.5 Peresmian Tugu ................................................................................. 36
Foto 3.6 Kondisi Jalan desa Bandar Pulau ....................................................... 43
Foto 3.7 Kondisi Dusun 4 desa Bandar Pulau.................................................. 43
Foto 3.8 Wawancara dengan Informan (Mbah Tukimen) ................................ 59
Foto 3.9 Kandang lembu milik masyarakat ..................................................... 65
Foto 3.10 Induk lembu yang baru melahirkan sedang diberi makan ............... 66
Foto 3.11 Induk lembu baru melahirkan .......................................................... 67
Foto 3.12 Induk lembu sedang minum air campuran garam ............................ 68
Foto 3.13 Anak lembu yang sedang diminumkan susu formula SGM ............ 69
Foto 3.14 Bahan-bahan pelengkap tradisi brokohan ........................................ 75
Foto 3.15 Kondisi cendol yang sudah dimasak dan siap untuk dicetak ........... 76
Foto 3.17 Gula merah yang dicairkan dan dicampur cendol ........................... 77
Foto 3.18 Telur rebus yang di potong-potong.................................................. 78
Foto 3.19 Adonan peyek udang halus .............................................................. 78
Foto 3.20 Adonan urap ketika dimasak di wajan ............................................. 78
Foto 3.21 Adonan Urap yang siap di campur .................................................. 79
Foto 3.22 Pemberian cendol dan urap untuk induk lembu............................... 82
Foto 3.23 orang-orang yang ikut berpartisipasi ............................................... 83

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pendayagunaan Tanah di Desa Bandar Pulau Pekan.....................31


Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari Jenis
Kelaminnya.....................................................................................32
Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari
Sukunya..........................................................................................40
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari Segi
Agamanya.......................................................................................41
Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari Mata
Pencahariannya...............................................................................42
Tabel 4.6 Latar Belakang Pendidikan Anak di Desa Bandar Pulau Pekan....46
Tabel 4.7 Data Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau berdasarkan Jenis
Kelaminnya.....................................................................................50
Tabel 4.8 Latar Belakang Pendidikan Anak Masyarakat Jawa di Desa Bandar
Pulau Pekan....................................................................................52
Tabel 4.9 Keadaan Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat
Dari Mata Pencahariannya..............................................................53
Tabel 4.10 Klasifikasi Dalam Primbon Untuk Menghitung Saat dan Hari Baik
menurut kepercayaan masyarakat Jawa..........................................61

xiii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk

lainnya. Kesempurnaan itu dimiliki manusia karena manusia memiliki kelebihan-

kelebihan dibandingkan makhluk lain. Kelebihan-kelebihan itu diantaranya adalah

kemampuan untuk berfikir dan berkarya. Manusia mempunyai akal untuk berfikir

tentang baik dan buruk, benar dan salah, bahkan untuk memikirkan tentang

sesuatu yang diluar panca indera. Manusia juga harus memiliki kemampuan untuk

berkarya dalam mengisi hidupnya 1.

Salah satu hasil karya manusia adalah kebudayaan. Hal ini sesuai dengan

pengertian kebudayaan menurut Selo Soemardjan yang menyebutkan bahwa

kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat 2.

Sedangkan pengertian kebudayaan menurut Koentjaraningrat merupakan

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan

masyarakat dijadikan milik diri manusia dengan belajar.3 Pada dasarnya definisi

kebudayaan itu sangat luas dan banyak tokoh budaya (budayawan) yang

memaparkan mengenai definisi kebudayaan.

Kebudayaan yang merupakan ekspresi dari suatu masyarakat tertentu sering

kali berkaitan dengan agama. Dengan demikian kebudayaan tidak dapat terlepas

11
Lailatul Munawaroh, Makna Tradisi Among-Among bagi Masyarakat Desa Alasmalang Kemranjeng
Banyumas, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun2015.
2
Lailatul Munawaroh, Makna Tradisi Among-Among bagi Masyarakat Desa Alasmalang Kemranjeng
Banyumas, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun2015.
3
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta, Jakarta. Hal 144

Universitas Sumatera Utara


dari agama baik dari segi asal usul maupun tata cara pelaksanaannya. Jika

membicarakan tentang agama yang ada di masyarakat tidak terlepas dari tradisi-

tradisi ataupun ritual keagamaan (upacara) yang dilakukan dalam komunitas suatu

masyarakat tertentu. Hingga saat ini, ritual keagamaan atau upacara keagamaan di

Indonesia, khususnya di tanah Jawa masih banyak dijumpai. Bagi masyarakat

Jawa, ritual semacam itu sangat sulit untuk ditinggalkan, bahkan dapat dikatakan

sudah mendarah daging. Hal itu dikarenakan sebagian masyarakat sulit untuk

membedakan mana yang agama dan mana yang bukan agama (budaya) 4.

Siklus kehidupan masyarakat Jawa penuh dengan nilai-nilai dan norma-norma

kehidupan yang tumbuh secara turun temurun. Nilai-nilai dan norma-norma

tersebut adalah untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Hal

tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat yang pada

akhirnya membentuk adat istiadat. Dan adat istiadat diwujudkan dalam bentuk

tata upacara adat. Tiap-tiap daerah mempunyai adat istiadat sendiri-sendiri sesuai

dengan lingkungan setempat5.

Indonesia merupakan Negara yang besar dan kaya akan nilai-nilai budaya,

setiap masyarakat memiliki beranekaragam budaya sebagai ciri khas dari

masyarakat tersebut. Dari ciri khas yang dimiliki masyarakat itu dapat terlihat

perbedaan-perbedaan budaya yang dimiliki antara masyarakat yang satu dengan

masyarakat yang lainnya. Nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dalam

masyarakat sangat berguna untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

dan dapat menjadi adat istiadat yang diwujudkan masyarakat dalam bentuk

4
Lailatul Munawaroh, Makna Tradisi Among-Among bagi Masyarakat Desa Alasmalang Kemranjeng
Banyumas, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun2015
5
Bratawijaya, Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa hal.117

Universitas Sumatera Utara


upacara. Upacara tersebut dilakukan dengan harapan pelaku upacara adalah agar

hidup senantiasa dalam keadaan selamat6. Hal tersebut antara lain adalah seperti

halnya tradisi turun temurun yang masih berkembang dalam masyarakat di Desa

Bandar Pulau Pekan, yakni tradisi brokohan bayi manusia dan brokohan lembu.

Brokohan merupakan salah satu upacara tradisi Jawa untuk menyambut

kelahiran bayi manusia. Kata brokohan sendiri berasal dari kata brokoh-an, yang

artinya memohon berkah dan keselamatan atas kelahiran bayi manusia. Siklus

kehidupan ini sangat dihormati dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami

istri. Kelahiran seorang anak merupakan kebahagiaan yang tak terkira bagi

pasangan-pasangan yang memang sangat mengharapkan kehadiran seorang anak.

Ketika menyambut kelahiran bayi manusia, masyarakat Jawa memiliki beberapa

upacara penting yang biasa dilakukan. Berbagai upacara ini bertujuan sebagai rasa

syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa

momongan yang menjadi harapan setiap keluarga. Selain sebagai salah satu

bentuk syukur, berbagai tradisi Jawa dalam menyambut kelahiran bayi manusia

biasanya juga dilangsungkan sebagai salah satu bentuk doa agar si jabang bayi

dan keluarganya selalu diberi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan bagi yang

Kuasa7.

6
Payerli Pasaribu dan Desi Amanda Sitepu, Kajian Antropologi Religi Masyarakat Karo tentang Upacara
Mesai Nini di Kampung Kemiri Binjai, Program Studi Pendidikan Antropologi, Universitas Negeri Medan,
Tahun 2015.
7
Listiyani Widiyaningrum, Tradisi Adat Jawa Dalam Menyambut Kelahiran Bayi, Jom Fisip Vol. 4 No. 2 –
Oktober 2017

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini beberapa tradisi yang dilakukan untuk saat kelahiran bayi manusia:

Mengubur Ari-ari

Bagi masyarakat Jawa ari-ari memiliki jasa yang cukup besar sebagai batir

bayi (teman bayi) sejak dalam kandungan. Oleh karena itu sejak fungsi utama ari-

ari berakhir ketika bayi lahir, organ ini akan tetap dirawat dan dikubur sedemikian

rupa agar tidak dimakan binatang ataupun membusuk di tempat sampah. Upacara

mendhem ari-ari biasanya dilakukan oleh sang Ayah, berada di dekat pintu utama

rumah, diberi pagar bambu dan penerangan lampu minyak selama 35 hari.

Brokohan

Brokohan merupakan salah satu upacara tradisi Jawa untuk menyambut

kelahiran bayi manusia yang dilaksanakan sehari setelah bayi manusia iu lahir.

Kata brokohan sendiri berasal dari kata brokoh-an, yang artinya memohon berkah

dan keselamatan atas kelahiran bayi manusia. Acara ini biasanya para tetangga

dekat dan sanak saudara berdatangan berkumpul sebagai tanda turut bahagia atas

kelahiran bayi manusia yang dapat berjalan dengan lancar.

Sepasaran

Sepasaran menjadi salah satu upacara adat Jawa yang dilakukan setelah lima

hari sejak kelahiran bayi manusia. Dalam acara ini pihak keluarga mengundang

tetangga sekitar beserta keluarga besar untuk mendoakan atas bayi manusia yang

telah dilahirkan. Acara sepasaran secara sederhana biasanya dilakukan dengan

kenduri, bagi yang memiliki rezeki biasanya dilaksanakannya seperti orang punya

hajat (mantu). Adapun inti dari acara sepasaran ini adalah upacara selametan

sekaligus mengumumkan nama bayi manusia yang telah lahir.

Universitas Sumatera Utara


Puputan

Upacara puputan dilakukan ketika tali pusar yang menempel pada perut bayi

manusia sudah putus. Pelaksanaan upacara ini biasanya berupa kenduri memohon

pada Tuhan Yang Maha Esa agar si anak yang telah puput puser selalu diberkahi,

diberi keselamatan dan kesehatan. Orang tua zaman dahulu melaksanakan upacara

puputan dengan menyediakan sesaji, namun masyarakat modern biasanya acara

puputan dibuat bersamaan dengan upacara sepasaran ataupun selapanan, hal ini

tergantung kapan tali pusar putus dari pusar bayi manusia.

Aqiqah

Akulturasi budaya Jawa-Islam sangat terlihat dalam acara aqiqahan. Upacara

yang dilakukan setelah tujuh hari kelahiran bayi manusia ini biasanya

dilaksanakan dengan penyembelihan hewan kurban berupa domba atau kambing.

Apabila anak yang dilahirkan laki-laki biasanya menyembelih dua ekor kambing

dan apabila anak yang dilahirkan perempuan maka akan menyembeli satu ekor

kambing.

Selapanan

Upacara selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi manusia. Upacara

selapanan ini dilangsungkan dengan berbagai rangkaian acara bancakan weton

(kenduri hari kelahiran), pemotongan rambut bayi manusia hingga gundul dan

pemotongan kuku bayi manusia. Pemotongan rambut dan kuku bayi manusia ini

bertujuan untuk menjaga kesehatan kulit kepala bayi manusia dan jari bayi

manusia tetap bersih. Sedangkan bancakan selapanan dimaksudkan sebagai rasa

syukur atas kelahiran bayi manusia, sekaligus sebuah doa agar kedepannya si

Universitas Sumatera Utara


jabang bayi manusia selalu diberi kesehatan, cepat besar, dan berbagai doa

kebaikan lainnya8.

Dalam masyarakat Jawa banyak ditemui berbagai bentuk ekspresi

keberagamaan yang unik, seperti tradisi kelahiran bayi manusia yang telah

dipaparkan diatas. Selain itu keunikan lain yang dapat di temui pada masyarakat

Jawa salah satunya di Desa Bandar Pulau Pekan, yakni tradisi brokohan lembu.

Brokohan disini bukan hanya tradisi untuk menyambut kelahiran bayi manusia

saja, akan tetapi juga digunakan untuk menyambut kelahiran anak hewan,

misalnya lembu dan kambing, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di

Desa Bandar Pulau Pekan. Tujuan dilakukannya tradisi brokohan lembu ini

sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu terdapat

juga harapan dari diadakannya tradisi ini yakni lembu yang di brokohan-kan

semoga waris/terus berkembang biak untuk mengahasilkan banyak anak. Hewan

yang di brokohan-kan ini berasal dari jenis hewan raja kaya, yaitu hewan yang

berkaki empat, seperti kambing, sapi atau kerbau. Mengapa dikatakan hewan raja

kaya? Hal ini dikarenakan hewan-hewan tersebut dari daging, kulitnya, susunya

hingga kotorannya memiliki manfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Seiring berkembangnya zaman, tradisi selametan brokohan lembu sudah

jarang ditemui. Akan tetapi masyarakat di Desa Bandar Pulau Pekan masih rutin

melakukannya meskipun waktu pelaksanaanya tidak teratur. Hal tersebut terjadi

karena ada beberapa faktor dari luar maupun dari dalam. Faktor dari luar seperti

munculnya teknologi dan perubahan gaya hidup. Faktor dari dalam seperti

8
Listiyani Widiyaningrum, Tradisi Adat Jawa Dalam Menyambut Kelahiran Bayi, Jom Fisip Vol. 4 No. 2 –
Oktober 2017

Universitas Sumatera Utara


keyakinan, karena setiap orang memiliki sudut pandang keyakinan yang berbeda-

beda terhadap menilai sesuatu yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Selain itu

faktor ekonomi juga menjadi pertimbangan, dimana di dalam upacara tradisi

selametan brokohan lembu, pemilik menyediakan nasi among-among yang

dilengkapi dengan tambahan lainnya seperti urap, cendol, dan lain-lain.

Berdasarkan hal ini, maka peneliti begitu tertarik untuk meneliti lebih lanjut agar

mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai tradisi selametan brokohan

lembu di Desa Bandar Pulau Pekan, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten

Asahan.

1.2 Tinjauan Pustaka

Aktivitas selametan yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa hal ini

sering menjadi perdebatan, mengingat keberadaannya dianggap sebagai bentuk

kepercayaan atau keagamaan masyarakat Jawa karena di dalamnya perwujudan

banyak mempergunakan doa-doa Islami. Ketika agama Islam masuk ke Jawa, para

wali mengadakan pendekatan. Oleh para wali, unsur-unsur dalam upacara tidak

dihapuskan seluruhnya, tetapi beberapa doa diganti dan disesuaikan dengan doa

Islami.

Sapi/lembu adalah hewan ternak. Sapi yang telah dikebiri dan biasanya

digunakan untuk membajak sawah dinamakan lembu. Sapi dipelihara terutama

untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil

sampingan, seperti kulit, jeroan, tanduk dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan manusia. Disejumlah tempat sapi juga dipakai sebagai

penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain

Universitas Sumatera Utara


(seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini, sapi telah lama menjadi

bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama9.

1.2.1 Pengertian Brokohan

Brokohan berasal dari kata “brokoh” yang berarti kenduri untuk anak. Jadi,

bisa dikatakan bahwa Brokohan adalah selametan untuk anak. Brokohan atau

Bancaan secara etimologi berasal dari Bahasa Arab Baraka atau berkah di dalam

Bahasa Indonesia. Manurut Syam10 Bancaan berasal dari baca dalam bahasa Jawa

(bancah) yang berarti ada sesuatu yang dibaca ialah doa-doa.

Menurut Sholikhin11, Brokohan yakni kenduri dalam rangka mengekspresikan

rasa syukur kepada Allah atas kelahiran bayi manusia yang selamat (selamatan

kelahiran bayi, walimah al-maulid). Ritual Brokohan bayi pada umumnya

dilaksanakan pada siang dengan membagikan nasi berkat (nasi dilengkapi dengan

urap, telur, peyek) kepada tetangga menandakan telah lahir seorang bayi manusia

dalam keadaan sehat walafiat dan malam hari berupa kenduri dengan mengundang

bapak-bapak untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur‟an dan doa-doa keselamatan

pada hari bayi manusia dilahirkan. Jika bayi manusia lahir di rumah bersalin atau

rumah sakit, ritual dapat dilaksanakan pada hari kelahiran, atau hari pertama

sepulangnya bayi manusia dari rumah sakit. Brokohan merupakan salah satu

selamatan sebagai simbol ritual dan sebagai simbol spritual yang menggunakan

sarana tumpeng dengan berbagai macam ubarampe12 seperti ayam yang dimasak

9
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sapi.
10
Retnia yuni safitri, Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi Brokohan di desa Jepara Kecamatan Way
Jepara Kabupaten Lampung Timur, Skripsi. Tahun 2015
11
Retnia Yuni Safitri, Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi Brokohan di Desa Jepara Kecamatan
Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, Skripsi, Universitas Lampung, Tahun 2018
12
Ubarampe artinya perlengkapan (https://kamuslengkap.com/kamus/jawa-indonesia/arti-kata/ubarampe)

Universitas Sumatera Utara


dan disajikan secara utuh yang disebut ingkung13, telur, kacang panjang,

gudangan, dan terkadang menggunakan jenang baro-baro.

Sudarsono14 mengemukakan bahwa setelah kelahiran anak diadakan upacara

selamatan yang biasanya disebut Brokohan. Seperti layaknya selamatan pada

umumnya, dalam Brokohan disajikan tumpeng beserta lauk pauknya dan berbagai

macam buah-buahan. Maksud selamatan ini ialah menyatakan rasa syukur kepada

Tuhan dan mohon agar ibu beserta bayinya diberikan keselamatan.

Menurut Sutiyono15 dalam suatu ritual kelahiran seorang bayi disertai

menanam ari-ari setelah dibersihkan dari darah dan dimasukkan ke dalam kwali

yang dilengkapi dengan jarum, benang dan secarik kertas bertuliskan aksara Jawa.

Untuk ari-ari anak laki-laki ditanam di sisi kanan pintu rumah depan, sedangkan

ari-ari anak perempuan ditanan di sisi kiri pintu rumah depan. Upacara selamatan

yang diselenggarakan bagi bayi yang baru saja lahir disebut Brokohan.

Tradisi Brokohan merupakan salah satu rangkaian upacara selamatan dalam

siklus hidup manusia. Slamatan siklus hidup manusia sendiri dibagi menjadi

peristiwa kelahiran, supitan, tetesan, mantenan sampai kematian. Untuk slamatan

peristiwa kelahiran dibagi menjadi dua yakni, Brokohan dan Bubaran.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa Brokohan adalah sebuah upacara

yang dilaksanakan pada saat kelahiran bayi dan sebagai rasa syukur kepada Tuhan

13
Ingkung artinya ayam yang dimasak utuh, leher dan kakinya diikat (https://kamuslengkap.com/kamus/jawa-
indonesia/arti-kata/ingkung)
14
Retnia Yuni Safitri, Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi Brokohan di Desa Jepara Kecamatan
Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, Skripsi, Universitas Lampung, Tahun 2018
15
Retnia Yuni Safitri, Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi Brokohan di Desa Jepara Kecamatan
Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, Skripsi, Universitas Lampung, Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


serta agar sang ibu dan anak yang baru saja dilahirkan mendapatkan

keselamatan16.

1.2.2 Konsep Slametan

Selametan merupakan suatu upacara makan bersama, makanan yang telah

diberi doa (berupa pembacaan ayat-ayat Al-qur‟an seperti Al Fatiha, Al- Insyiroh,

Al- Qadr, serta doa keselamatan dan sholawat nabi) sebelum dibagi-bagikan.

Hampir semua selametan ditujukan untuk memperoleh keselamatan hidup dengan

tidak ada gangguan-gangguan apapun. Aspek terpenting dalam upacara

keselamatan adalah mitos kepercayaan. Tanpa hadirnya mitos kepercayaan,

upacara tidak memiliki roh, yang berarti akan mudah ditinggalkan oleh

masyarakat pendukungnya. Tujuan dari upacara slamatan adalah untuk

mendapatkan keselamatan baik yang menyelenggarakan selametan dan maupun

yang diselamati17. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa

upacara selamatan adalah sebuah upacara yang dilaksanakan oleh suatu

masyarakat suku Jawa dengan maksud dan tujuan memperoleh keselamatan dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Dr. Nur Syam18, mengemukakan bahwa Upacara Selametan dapat

digolongkan ke dalam empat macam sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam

kehidupan manusia sehari-hari yakni, sebagai berikut:

16
Retnia Yuni Safitri, Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi Brokohan di Desa Jepara Kecamatan
Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, Skripsi, Universitas Lampung, Tahun 2018
17
Retnia Yuni Safitri, Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi Brokohan di Desa Jepara Kecamatan
Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, Skripsi, Universitas Lampung, Tahun 2018
18
Eka Yuliani, Makna Tradisi “ Selametan Petik Pari” sebagai Wujud Nilai-nilai Religius Masyarakat Desa
Petungsewu Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Skripsi.Universitas Negeri Malang. Tahun 2010

10

Universitas Sumatera Utara


1. Selametan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, seperti hamil tujuh

bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara menyentuh

tanah pertama kali, upacara menusuk telinga, sunat, kematian, serta saat-

saat setelah kematian.

2. Selametan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah

pertanian, dan setelah panen padi.

3. Selametan berhubungan dengan bulan-bulan besar Islam.

4. Selametan pada saat tidak tertentu, berkenaan dengan kejadian-kejadian,

seperti membuat perjalanan jauh, menempati rumah kediaman baru,

menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul) dan lain-

lain.

1.2.3 Pengertian Tradisi

Tradisi (Bahasa Latin : traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam

pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama

dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari

suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling

mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke

generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu

tradisi dapat punah19.

Sumber tradisi pada umat bisa disebabkan karena sebuah „Urf (kebiasaan)

yang muncul di tengah-tengah umat kemudian tersebar menjadi adat dan budaya

atau kebiasaan tetangga lingkungan dan semacamnya kemudian dijadikan sebagai

19
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=tradisi%20adat%20dan%20budaya%20sedekah%20kamppn
gka%20barat%20-%20Indonesia&&nomorurut_artikel=333/2014/08/20/09:46

11

Universitas Sumatera Utara


model kehidupan. Tradisi memperingati atau merayakan peristiwa penting dalam

perjalanan hidup manusia dengan melaksanakan upacara merupakan bagian dari

kebudayaan masyarakat sekaligus manifestasi upaya manusia mendapatkan

ketenangan rohani, yang masih kuat berakar sampai sekarang20.

1.3 Rumusan Masalah

Penelitian ini merupakan sebuah Kajian Budaya yang membahas tentang salah

satu tradisi yang masih ada di Indonesia, khususnya pada Masyarakat Jawa yaitu

tradisi Selametan Brokohan Lembu yang berupa suatu tradisi acara makan

bersama/membagi-bagikan nasi berkat (nasi among-among) ucapan rasa syukur

karena telah lahirnya seekor anak lembu milik masyarakat Jawa di Desa Bandar

Pulau Pekan Kec. Bandar Pulau Kab. Asahan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis paparkan, maka

permasalahan dalam penelitian iniadalah tradisi Selametan Brokohan Lembu.

Penulis aplikasikan menjadi beberapa pertanyaan:

1. Bagaimanakah konsep lembu bagi masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau

Pekan serta tata cara merawat lembu oleh masyarakat Jawa di Desa Bandar

Pulau Pekan, Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan?

2. Apakah peralatan dan bahan-bahan di dalam tradisi Selametan Brokohan

Lembu?

3. Siapa sajakah pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan tradisi

Selametan Brokohan Lembu?

20
Nurul Huda (2016) Makna Tradisi Sedekah Bumi dan Laut (studi kasus di Desa Betahlawang Kecamatan
Bonang Kabupaten Demak). Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.

12

Universitas Sumatera Utara


4. Bagaimanakah proses berjalannya pelaksanaan Brokohan Lembu pada

Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan Kecamatan Bandar Pulau

Kabupaten Asahan itu dilakukan?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki suatu tujuan tertentu yang

ingin dicapai seperti halnya penelitian ini. Berdasarkan rumusan masalah di atas,

adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi selametan brokohan

lembu yang ada pada masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikonsep lembu bagi masyarakat

Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan serta tata cara merawat lembu oleh

masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan dan peralatan di

dalam tradisi selametan brokohan lembu di Desa Bandar Pulau Pekan

Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan.

4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui orang-orang yang terlibat di

dalam tradisi selametan brokohan lembu.

5. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui jalannya tradisi selametan

brokohan lembu pada masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan.

Proses pelaksanaan tradisi selametan brokohan lembu perlu dipaparkan

karena suatu tradisi merupakan kumpulan prosesi-prosesi yang bermakna

bagi masyarakat.

13

Universitas Sumatera Utara


Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperluas wawasan keilmuan, khususnya dalam bidang kajian budaya

masyarakat yang ada di Indonesia.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan kajian yang dapat memahamkan masyarakat setempat di Desa

Bandar Pulau Pekan agar dapat lebih memahami tujuan dari selametan

brokohan lembu secara turun menurun.

3. Secara metodologis, dapat menjadi kajian bagi peneliti selanjutnya

utamanya bagi yang meneliti pada hal yang sama dan sesuai dengan

kebutuhan praktis maupun teoritis dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan dan wawasan, se rta mengembangkan kajian budaya yang ada

di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian

Menurut Koentjaraningrat, metodologi merupakan pengetahuan tentang

berbagai macam cara kerja yang disesuaikan dengan objeknya terhadap studi-studi

ilmu yang bersangkutan, sedangkan metode artinya jalan (cara) dalam

mengadakan suatu penelitian agar dapat memahami objek yang menjadi sasaran-

sasaran ilmu-ilmu yang bersangkutan21. Metode penelitian adalah sebuah karya

ilmiah mempunyai peranan yang sangat penting karena akan memberikan aturan-

aturan yang harus ditaati sebagai standar penulisan skripsi sehingga akan

menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.

21
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia, 1985). Hal. 7

14

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan (field research) dengan

mengambil lokasi di Desa Bandar Pulau Pekan Kecamatan Bandar Pulau

Kabupaten Asahan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga

menghasilkan data deskriptif. Menurut Murdiyatmoko22, metode kualitatif

merupakan metode yang mengutamakan bahan yang diambil secara nyata dari

masyarakat dan tidak diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain

yang bersifat eksak.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan

secara akademik dan ilmiah, maka penelitian ini menggunakan metode sebagai

berikut:

Sumber data

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membaginya ke dalam dua sumber data,

yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data Primer: adalah sumber

data peneliti yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa

wawancara, jejak pendapat dari individu atau kelompok maupun dari observasi

dari suatu obyek. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data

dengan cara menjawab pertanyaan riset. Kelebihan dari data primer adalah data

lebih mencerminkan kebenaran berdasarkan dengan apa yang dilihat dan didengar

langsung oleh peneliti sehingga unsur-unsur kebohongan dari sumber yang

fenomenal dapat dihindari.

Data Sekunder: adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media

perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, jurnal, catatan, bukti yang

22
Lailatul Munawaroh, Makna Tradisi Among-Among bagi Masyarakat Desa Alasmalang Kemranjeng
Banyumas, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun2015.

15

Universitas Sumatera Utara


telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan

secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data atau

membaca buku yang berhubungan dengan penelitiannya.

Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang optimal dan relevan perlu memperhatikan

sumber data yang akan diperoleh dan metode pengumpulan data yang tepat.

Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Observation (pengamatan)

Observasi pada hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan

pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh

informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi

berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan

perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil

suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Menurut Bungin23 mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1).

Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. 2). Observasi

tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman

observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan

perkembangan yang terjadi di lapangan. 3). Observasi kelompok ialah


23
Lailatul Munawaroh, Makna Tradisi Among-Among bagi Masyarakat Desa Alasmalang Kemranjeng
Banyumas, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun2015.

16

Universitas Sumatera Utara


pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu

yang diangkat menjadi objek penelitian.

Adapun observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yakni observasi

partisipasi. Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ditempat

penelitian yaitu di Desa Bandar Pulau Pekan, Kecamatan Bandar Pulau

Kabupaten Asahan. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai

tradisi selametan brokohan lembu yang berada di Desa Bandar Pulau Pekan,

Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan, kemudian untuk mendapatkan data

mengenai konsep lembu bagi masyarakat Jawa serta tata cara merawat lembu,

serta proses berjalannya tradisi selametan brokohan lembu, sehingga diperoleh

pemahaman sebagai pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang

diperoleh sebelumnya. Pada dasarnya observasi ini bertujuan untuk

mendeskripsikan aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam

aktivitas serta makna tradisi upacara yang dapat diamati.

Penulis melakukan observasi secara langsung dan dibantu oleh Bapak

Wagiman untuk memperoleh data yang sesuai. Dimulai dari observasi kondisi

tempat penulis mencari data hingga mencari calon informan-informan dan

memilah-milahnya. Selain itu, dalam pelaksanaan tradisi brokohan lembu disini

penulis berpartisipasi langsung, merekam setiap prosesnya, mendengarkan dan

merasakan menjadi bagian sipenyelenggara tradisi selametan brokohan lembu dan

membantu mempersiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk

menyongsong keberhasilan jalannya acara tradisi selametan brokohan lembu ini

dari awal hingga selesai.

17

Universitas Sumatera Utara


Interview (wawancara)

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek

penelitian. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh

informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam

penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Menurut Yunus24 menyatakan Agar wawancara efektif, maka terdapat

beberapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). Mengenalkan diri, 2).

Menjelaskan maksud kedatangan, 3). Menjelaskan materi wawancara, dan, 4).

Mengajukan pertanyaan. Wawancara dapat dibagi menjadi dua yaitu: wawancara

mendalam (in-depthinterview) dan wawancara terarah (guidedinterview).

Wawancara mendalam (in-depthinterview) merupakan wawancara yang

mengharuskan peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat

langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa

pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga dapat menghidupkan

suasana, dan dilakukan berulang-ulang. Sedangkan wawancara terarah (guided

interview) adalah penulis menanyakan kepada informan hal-hal yang telah

disiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang sesuai

dengan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan wawancara mendalam.

Karena melalui wawancara dapat diperoleh data yang menyangkut permasalahan

dalam penelitian ini.

24
Payerli Pasaribu dan Desi Amanda Sitepu, Kajian Antropologi Religi Masyarakat Karo tentang Upacara
Mesai Nini di Kampung Kemiri Binjai, Program Studi Pendidikan Antropologi, Universitas Negeri Medan,
Tahun 2015.

18

Universitas Sumatera Utara


Disini penulis menggunakan metode wawancara mendalam untuk

mendapatkan data sedetailnya dengan dibantu oleh Bapak Wagiman. Hal ini

dikarenakan para informan penulis kurang fasih dalam berbahasa indonesia,

mereka lebih fasih berbahasa jawa. Sedangkan penulis kurang paham bahasa

jawa, oleh sebab itu penulis meminta bantuan Bapak Wagiman untuk

keberlangsungan proses wawancara. Penulis juga telah mempersiapkan pedoman

wawancara untuk menjadi acuan dalam memperoleh data yang terstruktur. Setelah

proses kegiatan wawancara, sepulang dari proses wawancara peneliti mulai

menyusun perlahan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah menerjemahkan hasil

yang diperoleh dari wawancara, karena proses wawancara keseluruhannya

menggunakan bahasa Jawa.

Dalam melakukan wawancara ini penulis juga membagi tiga tingkatan

informan yang nantinya diwawancarai yaitu:

• Informan Pangkal

Informan Pangkal merupakan informan yang bisa memberi petunjuk dan arah

menuju informan kunci. Informan ini biasanya berupa tokoh-tokoh masyarakat

misalnya Kepala Desa dan para Staffnya. Disini informan pangkal penulis

berjumalah 3 orang.

• Informan Kunci

Informan Kunci merupakan informan yang benar-benar khusus dalam bidang

tersebut. Informan Kunci di dalam penelitian ini adalah orang tua terdahulu yang

paling mengerti tentang tradisi selametan brokohan lembu. Informan kunci

penulis berjumlah 5 orang.

19

Universitas Sumatera Utara


• Informan Biasa

Informan Biasa merupakan informan yang umum atau informan yang sedikit

mengerti tentang tradisi selametan brokohan lembu. Informan biasa ini meliputi

masyarakat umum yang berada di desa Bandar Pulau Pekan.

Untuk dapat melakukan semua metode tersebut yang paling penting adalah

membangun rapport (menjalin hubungan baik) terlebih dahulu agar masyarakat

dan yang ingin penulis wawancari merasa nyaman sehingga mereka akan

memberikan jawaban yang sesuai kita inginkan dan tidak menyembunyikan

apapun.

Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pencarian data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, prasasti dan lain sebagainya. Dengan

dokumen ini dapat diperoleh data monografi dan demografi penduduk guna

memenuhi kelengkapan penulisan gambaran umum mengenai lokasi penelitian.

Selain itu dokumentasi yang peneliti lampirkan adalah semua real mengenai

kondisi seketika berada di lapangan tanpa ada rekayasa. Oleh sebab itu penulis

disini lebih banyak melampirkan hasil dokumentasi untuk menjadikan hasil dari

dokumentasi penulis tersebut dapat sedikit bercerita mengenai kondisi di Desa

Bandar Pulau Pekan.

Pengumpulan informasi dan pencarian data tidak akan bisa dilakukan tanpa alat

bantu, untuk penelitian dilakukan dengan menggunakan:

Kamera: digunakan untuk memfoto benda yang dianggap penting atau

mengabadikan hal yang memang perlu dibutuhkan dalam menunjang hasil

20

Universitas Sumatera Utara


penelitian agar hasil penelitian nya dibuat memiliki bukti yang kuat sehingga

dapat diakui penelitian tersebut.

Rekaman: digunakan untuk merekam hasil wawancara yang dilakukan agar hasil

dari wawancara dapat di dengar dan tidak lupa, dan menjadi bukti dari penelitian.

Alat tulis: digunakan untuk mencatat hal yang perlu agar tidak lupa dan hilang,

mencatat apa yang ingin kita tanyakan, agar pertanyaan yang diajukan tidak

kabur.

Metode Analisis Data

Hal pertama yang akan peneliti lakukan adalah membaca, mempelajari, dan

menelaah data yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi

yang terkumpul serta data-data lainnya. Langkah kedua, mereduksi data secara

keseluruhan dari data yang telah dibaca, dipelajari, dan ditelaah agar dapat

dikategorikan sesuai tipe masing-masing data. Dan selanjutnya akan ditulis dalam

bentuk laporan dari hasil yang diperoleh secara deskriptif analisis, yaitu penyajian

dalam bentuk tulisan yang menerangkan apa adanya sesuai dengan yang diperoleh

dari penelitian.

1.6 Pengalaman Penelitian

Penelitian ini penulis mulai pada bulan Desember 2018 sampai Februari 2019.

Penulis sebelumnya sudah dua kali datang untuk menyampaikan ide atau tema

yang akan penulis angkat untuk menjadi tugas akhir penulis, hanya saja belum

menemukan titik yang baik. Pertemuan kedua penulis dengan ketua jurusan

akhirnya menemukan solusi untuk tugas akhir yang penulis ingin tulis. Setelah itu

penulis memberitahukan kedua orangtua di kampung untuk siap sedia membantu.

21

Universitas Sumatera Utara


Selain itu penulis juga mulai mencari buku-buku dan jurnal untuk bahan bacaan

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Lokasi penelitian ini adalah tempat

penulis dibesarkan. Memang pada awalnya penulis sudah berkeinginan untuk

mengangkat judul skripsi di desa penulis karena menurut penulis banyak gejala

yang berhubungan dengan ilmu Antropologi Sosial, misalnya di dalam bidang

ekonomi kreatif, tradisi, dan sistem sosial serta ekonomi masyarakat di desa ini.

Melakukan penelitian bukanlah hal yang mudah bagi penulis, karena dalam

melakukan penelitian, pastinya kita harus bertemu dengan orang-orang dengan

sifat yang berbeda-beda, latar belakang yang berbeda-beda juga. Sebagai

mahasiswa Antropologi yang tidak dapat dipungkiri adalah menjadi seorang

peneliti yang harus dapat berbaur dengan masyarakat. Menjadi peneliti berarti

menjadi seseorang yang mau tidak mau harus bersifat ramah dan berperilaku

santun untuk dapat memulai komunikasi yang baik dengan calon informan.

Selain itu, penampilan juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya dalam

melakukan penelitian. Penampilan yang tampak rapi, bersih dan menggunakan

pakaian yang sopan dapat menjadi salah satu faktor penentu kita bisa diterima

dengan baik atau tidak oleh calon informan penelitian kita. Pada saat saya

melakukan penelitian, yang pertama saya lakukan adalah berjalan-jalan di daerah

penelitian untuk melihat dan mengamati lebih jelas lagi bagaimana sebenarnya

lingkungan penelitian penulis tersebut. Saat melakukan perjalanan, penulis juga

sekaligus melihat-lihat orang-orang yang bisa dijadikan informan sekaligus mulai

mendokumentasi kan hal-hal yang menurut penulis dibutuhkan. Selain itu penulis

juga menjumpai kepala desa dan menyampaikan tujuan saya serta memohon

bantuan untuk memenuhi data-data statistik kependudukan di desa Bandar Pulau.

22

Universitas Sumatera Utara


Kesulitan yang penulis dapatkan selama di lapangan adalah mengenai bahasa

yang digunakan. Oleh sebab itu penulis selalu mengajak ayah penulis sebagai

seseorang penerjemah yang mengerti tentang bahasa yang digunakan oleh calon

informan penulis. Penulis memang suku bangsa Jawa, hanya saja penulis tidak

terlalu memahami bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan ketika penulis lahir, suasana

di lokasi penelitian sudah berbaur antar berbagai suku bangsa sehingga bahasa

Jawa sudah jarang digunakan.

Beberapa kesulitan lain yang penulis hadapi adalah berinteraksi dengan

lembu. Ternyata jika lembu sudah melahirkan lembu tersebut akan berusaha

melindungi anaknya dan sedikit sensitif. Kejadian ini membuat penulis sedikit

takut, karena lembu ini ukuran badannya lebih besar dibandingkan penulis, bisa

saja karena mereka sensitif penulis di pukul dengan ekornya atau dengan kakinya.

Selain itu kesulitan lainnya adalah tradisi brokohan sapi sudah dilakukan sebelum

penulis hadir di lapangan, beberapa kali menemui informan ternyata mereka sudah

membuat tradisi brokohan ini. Beruntung saja ada salah satu informan yang

lembunya akan melahirkan kurang lebih dalam waktu sebulan, untuk itulah

penulis benar-benar memanfaatkan kesempatan ini. Mengapa demikian? Karena

fakta yang penulis dapatkan di lapangan lembu itu memiliki persamaan dengan

manusia yakni lama mengandung pada umumnya 9 bulan 10 hari bahkan bisa 1

tahun lamanya.

Pada hari sebelumnya penulis sudah memberitahukan tujuan dan maksud

penulis kepada pemilik lembu. Alhamdulillah pemilik lembu siap membantu dan

menerima penulis untuk berpartisipasi secara langsung untuk mengikuti tradisi

brokohan lembu. Pada hari ke-3 setelah lembunya melahirkan, pemiliknya pun

23

Universitas Sumatera Utara


membuat brokohan dan penulis hadir untuk meliput semua kegiatan dari awal

hingga selesai. Dimulai dari pagi meracik semua bumbu yang diperlukan,

kemudian memasak cendol dan mencetaknya dengan alat-alat yang sederhana.

Dalam proses mencetak cendol agak lumayan lama waktu yang saya perlukan,

selain itu harus dicetak dalam keadaan panas, karena jika adonan sudah dingin

akan lebih sulit lagi mencetaknya. Setelah itu sambil menunggu telur matang serta

rebusan sayur mayur empuk, penulis membantu menggoreng krupuk dan peyek.

Semua persiapan siap pada pukul 5 sore, lalu kami buru-buru menemui induk

lembu beserta anaknya. Dengan membawa dua baskom besar yang isinya cendol

serta urap (campuran dari sayur-mayur yang direbus serta kelapa yang dimasak

dan diberi bumbu). Induk lembunya menyambut kami dengan ramah, tanpa basa

basi dia langsung menyantap cendol kemudian memakan urap dengan lahap dan

habis tanpa sisa. Beruntungnya lembu yang penulis jumpain ini dia tidak sensitif

bahkan dia mau penulis elus-elus meskipun penulis sendiri ketakutan karena

badan nya yang besar. Begitulah pengalaman penulis seketika berada di lapangan.

1.7 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa

penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulisbaca diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Silvana Diah (2015) yang berjudul: “Nilai

Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa Karang

Tengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang”. Pada penelitian tersebut

dijelaskan mengenai nilai-nilai pendidikan islam berupa nilai Aqidah (berupa

penerapan enam rukun iman), nilai Ibadah (Dalam perspektif Islam, membagi-

24

Universitas Sumatera Utara


bagikan makanan seperti acara kenduri dan slametan dan termasuk tradisi

brokohan tergolong dalam sedekah), nilai Amaliah yang terkandung di dalam

tradisi brokohan tersebut. Letak persamaan di dalam penelitian ini adalah

pembahasan yang sama mengenai tradisi masyarakat Jawa yakni brokohan. Hanya

saja tradisi brokohan yang dibahas di penelitian ini mengenai kelahiran seorang

anak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Retnia Yuni Safitri (2018) yang berjudul:

“Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi Brokohan di Desa Jepara Kecamatan

Way Jepara Kabupaten Lampung Timur”. Pada penelitian tersebut dijelaskan

mengenai persepsi masyarakat tentang tradisi brokohan dari kalangan muda dan

kalangan tua, serta perbedaan menu/ramuan yang dipersiapkan oleh kalangan

muda dan kalangan tua.

Dari beberapa karya yang telah penulis paparkan diatas, belum ada yang

secara khusus membahas tentang selametan brokohan lembu sebagaimana yang

dimaksudkan oleh penulis. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang

tradisi selametan brokohan lembu. Selain itu, penulis juga memandang perlu

meneliti tentang tradisi selametan brokohan lembu karena tradisi selametan

brokohan lembu sebagai sebuah warisan nenek moyang yang perlu dipahami

maknanya baik masa dahulu maupun masa sekarang.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penyusunannya sebagai berikut:

25

Universitas Sumatera Utara


BAB 1 berisi latar belakang masalah, tinjauan pustaka, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian, pengalaman penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB 2 berisi gambaran umum lokasi penelitian diantaranya kondisi

masyarakatnya, kondisi geografi, demografi, pendidikan, agama serta

kebudayaan, dan gambaran mengenai masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau

Pekan.

BAB 3 berisi tentang bagaimana lembu itu bagi masyarakat Jawa di Desa Bandar

Pulau Pekan.

BAB 4 berisi tentang jawaban atas rumusan masalah, yakni tentang maksud dan

tujuan tradisi brokohan sapi serta perlengkapan yang digunakan di dalam

pelaksanaan tradisi ini.

BAB 5 berisi kesimpulan dari semua bab tentang keseluruhan hasil penelitian dan

juga saran dari hasil penelitian.

26

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM DESA BANDAR PULAU PEKAN KECAMATAN

BANDAR PULAU KABUPATEN ASAHAN

2.1 Letak Geografis Desa Bandar Pulau

Bandar Pulau adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara,

Indonesia. Bandar Pulau mekar menjadi 3 kecamatan pada tahun 2008 yaitu Aek

Songsongan, Bandar Pulau dan Rahuning. Kecamatan Bandar Pulau dialiri oleh

sungai Asahan yang berhulu di Danau Toba dan berakhir di Tanjung Balai.

Melalui sungai itulah Bandar Pulau menjadi kawedanan25 yang maju pada zaman

penjajahan Belanda, dengan Bandar Pulau sebagai pusat perdagangan antara

orang Toba yang membawa sayur mayur dengan orang Melayu dari Tanjung

Balai yang membawa hasil laut. Banyak tempat wisata yang terdapat di Bandar

Pulau antara lain:

1. Air Terjun Si Monang-monang, air terjun yang tinggi.

2. Arena Arum Jeram yang terdapat di Desa Tangga, di sana sering

diselenggarakan ajang Internasional.

3. Ponot, dengan keindahan alam dan air terjunnya.

4. Bedeng, jembatan gantung yang letaknya strategis.

Desa Bandar Pulau merupakan salah satu desa di Kecamatan Bandar Pulau

Kabupaten Asahan. Desa ini terdiri dari 4 dusun : Dusun 1 dan 2 Bandar Pulau,

Dusun 3 Batu Nanggar dan Aek Sakur, Dusun 4 Kebun Dokter.

25
Kawedanan (“ke-wedana-an”, bentuk bahasa Jawa) artinya wilayah administrasi kepemerintahan
yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku pada masa Hindia Belanda.

27

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Peta Kabupaten Asahan

Sumber : Gambar Google

Secara Administratif desa Bandar Pulau berbatasan dengan wilayah lain yaitu

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gunung Melayu. Sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Bukit Kijang. Sebelah barat berbatasan dengan Desa

RGM (Raja Garuda Mas). Sebelah timur berbatasan dengan Desa Padang Pulau.

Cara Menuju Desa Bandar Pulau

1. Menggunakan Sepeda Motor atau Mobil Pribadi

Jalan yang akan ditempuh jika menggunakan sepeda motor, mobil pribadi atau

angkutan umum adalah jalanan yang sama dan rute yang sama, tidak ada jalan

pintas yang membuat perjalanan kita lebih cepat sampai. Keuntungan jika

mengendarai kendaraan pribadi tidak akan berhenti karena tidak ada penumpang

lain yang diturunkan di tempat yang berbeda-beda dan keuntungan lain jika

menggunakan kendaraan pribadi bisa sampai ke lokasi tanpa harus berjalan kaki

atau menumpang-numpang.

2. Menggunakan Angkutan Umum

28

Universitas Sumatera Utara


Menggunakan angkutan umum kita harus naik angkot dulu dari tempat kita

menuju ke terminal Amplas. Angkutan yang biasa masuk ke desa Bandar Pulau

adalah Bus mini KUPJ dengan tarif Rp. 50.000 dari Medan ke Aek Song-songan

sekitar 5-6 jam jika tidak macet. Di Aek Song-songan kita bisa berjalan kaki atau

menumpang dengan kendaraan yang akan ke Bandar Pulau, biasanya saya

dijemput oleh orangtua saya.

Foto 3.1 Pasar Lintas Sumatera Utara

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Angkutan umum lain ada juga ada misalnya bus besar Medan Jaya, akan tetapi

mereka hanya lewat di pasar lintas Sumatera Utara saja, dan untuk menuju ke

Bandar Pulau kita harus berhenti di simpang seperti foto diatas kemudian kita

harus naik angkutan umum lagi seperti KUPJ, Opranto, dan Motor Genk (motor

grobak angkat buah sawit). Ketika masih pertama kali ke desa Bandar Pulau lebih

baik menggunakan KUPJ karena kita tidak akan tersesat di jalan, setelah turun di

loket KUPJ Aek Song-songan kita hanya perlu berjalan tanpa takut tersesat.

29

Universitas Sumatera Utara


Sambil berjalan menuju desa Bandar Pulau Pekan kita akan melihat sisi kanan

dan kiri jalanan berisikan rumah penduduk dan juga pepohonan sawit milik

masyarakat setempat, serta sungai Asahan yang meliput kegiatan di sekitarnya

yakni, penghisapan pasir dari dasar sungai, kemudian pemindahan krikil dari

kapal ke daratan, masyarakat yang menggunakan air sungai Asahan untuk mandi

dan mencuci, anak-anak yang terjun bebas dari titi ke sungai karena mereka hoby

berenang. Air sungai Asahan memiliki arus yang sedang jadi anak-anak dan

remaja mereka sering terjun dari titi ke sungai dengan berbagai gaya dan mereka

ahli berenang. Ada juga beberapa orang yang memancing di sungai Asahan ini.

Tentunya selama perjalanan ke desa Bandar Pulau kita tidak akan merasa jenuh.

Selain itu ada juga warung-warung di pinggir jalan, jika haus atau kita lapar, kita

tinggal singgah saja dan menikmati makanan yang tersedia.

Secara keseluruhan Desa Bandar Pulau Pekan memiliki luas wilayah

kurang lebih 2100 Ha. Lahan Desa secara umum dipakai sebagai sarana

pemukiman, dan sarana umum, namun diantara sebagian lahan tersebut

masyarakat juga memanfaatkannya sebagai sarana ladang/perkebunan, seperti

bercocok tanam rambung dan sawit. Sesuai dengan data statistik Kantor Kepala

Desa Bandar Pulau Pekan tahun 2018, menurut pendayagunaan areal pedesaan

dan pembagian daerah di Desa Bandar Pulau Pekan dibagi kepada beberapa

kategori seperti yang telah dijelaskan penulis akan dipaparka pada tabel berikut

ini.

30

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1

Pendayagunaan Tanah di Desa Bandar Pulau Pekan

NO. Jenis Pendayagunaan Luas/Ha

1 Lahan Pemukiman 850 Ha

2 Lahan Ladang/Perkebunan 1250 Ha

Total 2100 Ha

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan Tahun 2018.

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa pendayagunaan tanah di Desa Bandar

Pulau Pekan sangat baik untuk pertanian atau perkebunan. Hal ini dapat dilihat

pada tabel I bahwa pendayagunaan lahan untuk perkebunan merupakan lahan

terluas yang di manfaatkan penduduk Desa Bandar Pulau Pekan. Memasuki

wilayah perkampungan kita akan melihat bangunan rumah yang diantaranya

masih khas rumah pada masa penjajahan dan juga sudah terdapat bangunan rumah

yang permanen. Model bangunan rumah tidak terlalu menunjukkan strata sosial di

desa Bandar Pulau ini. Apabila mereka ingin mengganti model bangunan rumah

sebenarnya mereka mampu, hanya saja tidak semuanya yang ingin

memperbaharui bangunan rumah yang mereka tempati, mungkin banyak

kenangan yang tersimpan sehingga sebagian enggan memperbaharui bangunan

rumah mereka.

31

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Suasana siang hari di desa Bandar Pulau

Sumber : Dokumentasi pribadi oleh fb penulis (Ayu Wulan Sari)

Pertumbuhan penduduk di Desa Bandar Pulau cukup tinggi, hal ini

dikarenakan apabila sudah menikah sebagian masyarakat lebih memilih untuk

membangun rumah di sebelah rumah orangtua mereka.

Tabel 4.2

Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari Jenis Kelaminnya.

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 957 Jiwa

2 Perempuan 877 Jiwa

Total 1.834 Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan tahun 2018.

Berdasarkan data statistik pada tabel 4.2 bahwasannya jumlah penduduk di

Desa Bandar Pulau Pekan adalah 1.834 jiwa, namun bila di bandingkan dengan

luas wilayahnya (tabel 3.1) yang berukuran 2.100 Ha, maka daerah ini termasuk

32

Universitas Sumatera Utara


wilayah yang berstatus penduduknya padat. Di desa ini terdapat pasar tradisional

yang diadakan pada hari Senin, Selasa, Rabu, Jum‟at dan Sabtu. Pasar tradisional

ini selalu ramai dikunjungi pada hari Selasa yang bertempat di Desa Manis Pulau

Raja, pada Hari Rabu di Desa Gunung Sari, pada hari Jum‟at di Desa Aek Song-

songan, dan pada hari Sabtu di Desa Aek Song-songan dekat dengan Kantor Balai

Desa Aek Song-songan. Perjalanan yang ditempuh masyarakat untuk menuju

pasar tradisional sekitar 10-30 menit paling lama untuk masyarakat yang tinggal

di pedalaman Kecamatan Bandar Pulau.

2.2 Sejarah Desa Bandar Pulau Pekan

Foto 3.2 Tugu perjuangan

Sumber: dokumentasi pribadi

Desa Bandar Pulau Pekan merupakan kota perjuangan, yang mana Desa

Bandar Pulau Pekan merupakan tempat kedua pengibaran bendera merah putih

setelah Jakarta. Beberapa tokoh yang menjadi pelopor pengibaran bendera merah

putih ini diantaranya adalah, Hasbullah Panjaitan, Lobe Mustafa, Darmin,

Sukimin, Guru Husin, Bahmat Panjaitan, Amat Kelontong.Mereka juga sebagai

33

Universitas Sumatera Utara


pimpinan perang dalam menghadapi tentara belanda dalam membela Negeri

Indonesia ini khususnya di Desa Bandar Pulau Pekan.

Foto 3.3 Nama tokoh yang mengibarkan bendera merah putih

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sejarah Desa Bandar Pulau jika ditelusuri secara aslinya, masyarakat Bandar

Pulau tidak tahu sejarahnya, masyarakat Bandar Pulau hanya mendengar dari

orangtua terdahulu saja. Masyarakat yang masih hidup pada zaman penjajahan

hingga merdeka sekarang ini hanya dua orang yang dapat saya jumpai, salah

satunya yakni nek ongah. Beliau adalah saksi mata yang melihat kejadian

peperangan demi menegakkan bendera merah putih di Desa Bandar Pulau. Beliau

ketika ditanya hanya mengingat bagian bagian intinya saja, hal ini dikarenakan

ketika itu beliau masih kanak-kanak dan juga faktor umurnya yang sudah

memasuki 100 tahun.

34

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.4 Foto Informan Nek Ongah

Sumber : Dokumentasi pribadi

Beliau mengatakan bahwa untuk mendapatkan sebuah bendera merah putih itu

sangat susah. Nek Ongah mengatakan sebelum penegakkan bendera putih itu

berhasil, semua masyarakat yang tinggal di daerah Bandar Pulau ditangkap satu

persatu, kemudian ditanyain dan dipenggal kepalanya jika tidak mendukung

Belanda pada waktu itu. Di sisi lainnya, secara sembunyi-sembunyi para

pahlawan itu (Hasbullah Panjaitan, Lobe Mustafa, Darmin, Sukimin, Guru Husin,

Bahmat Panjaitan, Amat Kelontong) menjahit kain merah dan putih untuk

dikibarkan, dengan bantuan para teman-temannya mereka berhasil mengumpulkan

kain merah dan putih kemudian mereka satukan kedua kain tersebut. Dengan

penuh keyakinan para pahlawan bertempur habis-habisan dan akhirnya mereka

mampu menegakkan bendera merah putih dan Bandar Pulau adalah tempat saksi

kedua pengibaran bendera merah putih setelah Jakarta.

35

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.5 Peresmian tugu

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tugu juang yang ada di Desa Bandar Pulau Pekan yang letaknya tepat di jalan

besar Desa Bandar Pulau merupakan sebuah peninggalan dari peperangan pada

dahulunya ketika menghadapi tentara belanda. Pada setiap tanggal 17 Agustus,

sebagai tanda menghormati jasa pahlawan yang telah gugur di medan peperangan

demi memerdekakan bangsa Indonesia, di tugu juang ini setiap tahunnya sering

diadakan sebuah drama serta doa bersama. Drama yang dimainkan berupa cerita

yang di ambil pada zaman dahulu mengenai bagaimana perjuangan para pahlawan

untuk memerdekakan bangsa indonesia terutama di desa Bandar Pulau Pekan,

dengan diperankan oleh para remaja sekitar yang saling bekerja sama agar

terciptanya sebuah drama yang hikmat ketika di tonton oleh banyak orang. Tujuan

dibuat drama ini adalah untuk mengingatkan anak bangsa mengenai perjuangan

para pahlawan yang telah gugur. Selain itu, doa bersama juga digelar untuk para

pahlawan yang telah gugur. Sewaktu drama ini akan berlangsung semua lampu

disekitar tugu ini akan di padamkan dan selama acara ini berlangsung hanya

36

Universitas Sumatera Utara


menggunakan bantuan lilin yang dipasang keliling di sekitar tugu ini. Drama ini

dimulai tepat pada pukul 22.00 malam dan berakhir pada pukul 01.00 wib. Setelah

acara ini selesai, para hadirin yang ikut hadir dan berpartisipasi berkelilingi

membawa obor untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Gambar 2.3 Suasana malam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia

Sumber : Google

2.3 Kondisi Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan

Desa Bandar Pulau merupakan kawasan perkampungan yang bersifat agraris,

dengan mata pencaharian dari sebahagian besar masyarakatnya adalah bercocok

tanam terutama sektor perkebunan sawit, getah dan berladang semangka, cabai,

sayur mayur, melon, dll, selain itu juga berternak hewan misalnya, sapi/lembu,

kambing, kerbau dan ayam. Sebagian dari masyarakat lebih banyak yang memiliki

ternak sapi/lembu sekitar 40% dari semua masyarakat yang bertempat tinggal di

desa ini. Peternak sapi disini bukan hanya suku bangsa Jawa saja, akan tetapi suku

bangsa batak dan lainnya juga berternak sapi. Hanya saja tujuan berternak yang

berbeda. Kalau masyarakat suku bangsa Jawa bertenak sapi untuk dipelihara dan

37

Universitas Sumatera Utara


kelak menjadi aset mereka untukmembeli sebuah ladang atau rumah, jika suku

bangsa batak mereka memelihara sapi untuk kegiatan jual beli.

Perawatan di dalam memelihara sapi/lembu setiap suku hampir sama semua

suku bangsa jawa maupun batak. Jenis sapi/lembu rata-rata yang dipelihara oleh

masyarakat di Desa Bandar Pulau Pekan adalah sapi/lembu bali dan sapi/lembu

jawa. Ada juga satu atau dua orang masyarakat di desa ini yang memiliki ternak

kerbau, kambing, dan ayam.Masyarakat di desa Bandar Pulau Pekan ada juga

yang berladang, hanya saja tidak semua masyarakat yang melakukan berladang itu

di daerah tempat mereka tinggal. Beberapa diantaranya memiliki ladang di desa

lain, mereka sering pergi pagi-pagi sekali ke ladang mereka yang berada di desa

lain bahkan jika mendekati musim panen mereka tidak pulang kerumah.

Selain itu ada juga masyarakat di Desa Bandar Pulau Pekan yang mengerjakan

suatu bisnis besar yang bergerak di dalam penyediaan sumber daya, yakni tanah

putih. Di desa Bandar Pulau Pekan, setiap 1 tahun sekali bisnis tanah putih ini

pasti ada. Jika proyek tanah putih ada, maka tidak akan turun hujan, debu dimana-

dimana dan mengganggu kegiatan masyarakat lainnya. Setiap hari truk-truk

pengangkut tanah putih lewat-lewat di desa Bandar Pulau Pekan dan pada saat itu

juga debunya luar biasa. Pagi-pagi sekali ada truk yang menyiramin jalanan agar

tidak banyak debu, sekitar 2-3 jam jalanan disiram kembali begitulah seterusnya.

Penulis sempat bertanya kepada masyarakat sekitar mengenai tanggapan

mereka terhadap proyek tanah putih, beberapa diantaranya setuju jika melakukan

suatu penegasan agar tidak melakukan proyek tanah putih di desa Bandar Pulau.

Akan tetapi sebagian lagi berpendapat bahwa rumah-rumah yang jalannya selalu

38

Universitas Sumatera Utara


dilewatin oleh truk-truk tanah putih tersebut mereka diberi beras dan sembako

lainnya oleh pemilik proyek tanah putih, oleh karena itu bagi mereka yang diberi

sembako dengan adanya proyek tanah putih jelas tidak mengganggu mereka. Jika

tidak ada proyek tanah putih desa Bandar Pulau Pekan rasanya adem dan tentram

karena debu tidak berlebihan seperti jika ada proyek tanah putih, jalanan juga

tidak becek karena setiap pagi sebelum truk-truk datang untuk mengangkat tanah

putih jalanan yang dilewatin disiram oleh air, pada siang hari pun akan disiriam

kembali hingga sore nanti. Oleh karena itulah jalanan menjadi becek.

2.4 Demografi Desa Bandar Pulau Pekan

Tentang keadaan demografi, khususnya Desa Bandar Pulau Pekan

KecamatanBandar Pulau dapat dilihat dari sisi baik segi latar belakang etnis,

ekonomi, serta pendidikan penduduknya. Menurut penjelasan Ibu Kepala Desa

Bandar Pulau, sejak desa tersebut dihuni oleh masyarakat sampai saat ini telah

banyak mengalami peningkatan dinamika kehidupan masyarakat, baik dari segi

ekonomi, dan pendidikan penduduknya.

Mengenai suku bangsa yang bermukim di Desa Bandar Pulau Kecamatan

Bandar Pulau, sampai saat ini ada beberapa suku, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

39

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3

Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Dilihat dari Sukunya

No. Nama Suku Bangsa Jumlah

1 Batak 700 Jiwa

2 Jawa 1.084 Jiwa

3 Minang 45 Jiwa

4 Cina 5 Jiwa

Total 1834 Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan Tahun 2018.

Berdasarkan tabel di atas, maka suku bangsa yang terbanyak di Desa Bandar

Pulau Pekan adalah Suku Jawa dengan jumlah penduduk mencapai 1.089 jiwa,

sedangkan yang paling sedikit adalah Etnis Minang dengan jumlah penduduknya

hanya 45 jiwa dan etnis Cina dengan jumlah 5 jiwa.

Selain itu pula, agama merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat, diantaranya agama yang di anut oleh penduduk Desa

Bandar Pulau Pekan adalah sebagai berikut ini:

40

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4

Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari Segi Agamanya

NO. Nama Agama Jumlah Pemeluk

1 Islam 1.784 Jiwa

2 Kristen 45 Jiwa

3 Budha 5 Jiwa

Total 1.834 Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan Tahun 2018.

Berdasarkan data statistik di atas bahwa Agama Islam merupakan agama

mayoritas pemeluknya, kemudian pemeluk Agama Kristen berada pada urutan

yang ke dua, dengan jumlah pemeluknya 45 jiwa, kemudian Agama Budha pada

urutan ke tiga, dengan jumlah pemeluknya 5 jiwa.Disamping pemahaman agama

sebagai kebutuhan rohani, masyarakat Desa Bandar Pulau Pekan juga melakukan

usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka, yaitu sebuah profesi

yang mereka geluti dalam keseharian mereka.

Dalam hal ini mereka melakukan berbagai macam usaha dan menggeluti

berbagai macam bentuk pekerjaan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

41

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5

Keadaan Penduduk Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari Mata Pencahariannya

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 125 Jiwa

2 Berternak 100 Jiwa

3 Pegawai Negeri Sipil 55 Jiwa

4 Buruh Tani 262 Jiwa

5 Karyawan 15 Jiwa

6 Wiraswasta 26 Jiwa

7 Bidan 20 Jiwa

8 Pegawai Swasta 10 Jiwa

9 Pedagang 56 Jiwa

10 TNI/POLRI 4 Jiwa

11 Nelayan 3 Jiwa

Total 676 Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan Tahun 2018.

Data di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Bandar

Pulau Pekan Kecamatan Bandar Pulau mayoritas masyarakatnya adalah petani,

buruh tani, berternak, pedagang, dan pegawai negeri sipil, dan yang paling sedikit

adalah nelayan, TNI.

42

Universitas Sumatera Utara


2.5 Sarana dan Prasarana

2.5.1. Sarana Jalan dan Transportasi

Sarana jalan yang terdapat di daerah penelitian berada dalam kondisi yang

sangat baik. Sarana transportasi yang di gunakan adalah transportasi umum, untuk

bepergian misalnya mobil L300 yang senantiasa setiap pagi berkeliling untuk

mencari penumpang yang hendak berpergian. Transportasi lain yaitu kendaraan

pribadi seperti sepeda motor, mobil, dan becak.

Foto 3.6 Kondisi jalan desa Bandar Pulau

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Foto 3.7 Kondisi dusun 4 desa Bandar Pulau (lokasi penulis)

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

43

Universitas Sumatera Utara


2.5.2. Sarana Pendidikan

Dalam berkehidupan setiap manusia, pendidikan memiliki peran yang paling

utama untuk mengatur sistem hidup manusia agar dapat tertata dengan baik, sebab

tanpa pendidikan kehidupan manusia tidak akan dapat berjalan secara baik dan

orang tersebut tidak akan dapat hidup dengan sukses. Dari segi maknanya sendiri

pendidikan merupakan pengajaran yang di langsungkan di sekolah sebagai

pendidikan formal, dan pendidikan juga merupakan berbagai macam pengaruh

yang di usahakan setiap sekolah terhadap anak didiknya yang diserahkan

kepadanya agar memiliki kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh

terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.

Bagi masyarakat yang mengedepankan norma-norma pendidikan

selayaknyalah mereka mempersiapkan diri berada dalam keseksesan, karena bagi

masyarakat yang tidak memperdulikan norma-norma pendidikan akan terus

mundur dan terbelakang dalam menghadapi kehidupan ini. Karena pendidikan

sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, dan bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan-kemampuan setiap diri seseorang secara optimal dengan tujuan-

tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat memainkan

peranannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup dan

kelompok sosial.

Sarana-sarana pendidikan di Bandar Pulau terdiri dari 1 buah Sekolah Dasar

dan 1 buah Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk Sekolah Menengah Atas

(SMA) di desa Bandar Pulau tidak ada, bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA)

bertetanggaan dengan desa Bnadar Pulau hanya saja beda desa dan kecamatan,

44

Universitas Sumatera Utara


sehingga bagi yang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi harus pergi

ke kecamatan lain. Jarak tempuhnya tidak terlalu jauh sekitar 10-15 menit saja.

Masyarakat Desa Bandar Pulau Pekan Kecamatan Bandar Pulau, menurut

hasil penelitian penulis termasuk masyarakat yang memiliki minat yang baik

kepada pendidikan, terbukti dalam setiap tahunnya jumlah anak-anak yang

memasuki atau melanjutkan pendidikan ke sarana-sarana pendidikan semakin

meningkat. Namun disamping hal itu juga masih terdapat dari beberapa

masyarakat yang pendidikannya berhenti di tengah jalan di sebabkan oleh faktor

ekonomi yang kurang mampu, dan menurunnya minat anak setelah tumbuh

meranjak remaja, dan dewasa. Menurunnya minat anak setelah tumbuh remaja

beberapa sebagian disebabkan oleh faktor adanya diantara mereka yang sudah

mengenal narkoba, sudah mengenal lingkungan pekerja jadi mereka lebih memilih

untuk bekerja agar menghasilkan uang, dan lain sebagainya. Sehingga jika

ditinjau langsung ke lapangan, jumlah masyarakat yang putus pendidikannya

mencapai jumlah yang lumayan besar.

45

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6

Latar Belakang Pendidikan Anak di Desa Bandar Pulau Pekan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1 PAUD 5

2 Taman Kanak-Kanak 30 Jiwa

3 Sekolah Dasar 163 Jiwa

4 SMP 131 Jiwa

5 SMA 108 Jiwa

6 Pondok Pesantren 15 Jiwa

7 Akademi D1-D3 44 Jiwa

8 Sarjana S1 52 Jiwa

9 Putus Sekolah 45 Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan Tahun 2018.

2.5.3. Sarana Ibadah

Desa Bandar Pulau Pekan memiliki 2 mesjid dan 2 mushola untuk keseluruhan

wilayah desa Bandar Pulau, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk desa Bandar

Pulau Pekan beragama Islam. Sedangkan untuk penduduk yang beragama Nasrani

atau Budha mereka jika ingin berubadah harus ke desa tetangga, yang

memerlukan waktu sekitar 10-15 menit perjalanan menggunakan sepeda motor

atau mobil pribadi.

46

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat Desa Bandar Pulau Pekan, Kecamatan Bandar Pulau mayoritasnya

adalah pemeluk Agama Islam, dan mereka masih menjunjung tinggi nilai

keagamaan atas islam tersebut. Hal ini dapat di perhatikan dari jumlah penduduk

terbanyak di desa tersebut adalah populasi masyarakat yang memeluk Agama

Islam, dan penulis memperoleh informasi dari hasil wawancara dengan Kepala

Desa bahwa penduduk asli daerah tersebut semenjak di bentuknya Desa Bandar

Pulau Pekan adalah orang-orang yang memeluk Agama Islam, sementara sebagian

kecil penduduk yang beragama Kristen di dalamnya adalah orang-orang

pendatang dari luar daerah untuk mencari sumber kehidupan.

Selanjutnya selain agama, kebudayaan juga menjadi aspek penting dalam

kehidupan masyarakat Desa Bandar Pulau. Koentjaraningrat26 dalam bukunya

Pengantar Antropologi menyatakan bahwa kebudayaaan memiliki makna yaitu

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang di jadikan milik manusia dengan belajar. Menurut

pengertian tentang kebudayaan di atas, dalam kehidupan bermasyarakat tentu

tidak dapat terpisah antara yang satu dengan yang lainnya. Ide dan adat istiadat

mengatur dan memeberikan tujuan kepada tindakan dan karya manusia. Baik

pikiran-pikiran, dan gagasan-gagasan, maupun tindakan-tindakan dan karya

manusia untuk menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya

kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama

menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga dapat mempengaruhi

pola-pola tindakan bahkan juga cara berfikirnya.

26
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta, Jakarta. Hal 144

47

Universitas Sumatera Utara


Di desa Bandar Pulau Pekan masih mengenal budaya gotong royong. Budaya

gotong royong ini dalam rangka pembersihan daerah jalanan atau selokan setiap

hari Jum‟at, gotong royong dalam rangka pesta, kenduri, atau kemalangan (sakit

atau kematian), acara wirit setiap hari Kamis dan Jum‟at. Sesama tetangga juga

masih ada tolong menolong, sikap saling memberi jika memiliki sesuatu yang

berlebih misalnya makanan. STM (Serikat Tolong Menolong) merupakan salah

satu kebudayaan dari masyarakat yang tinggal di desa ini, yang maksudnya adalah

sebuah perkumpulan yang sengaja di lakukan di dalam rumah salah seorang

bagian dari mereka dengan tujuan untuk mengumpulkan dana bantuan bagi orang

yang sedang memiliki hajat, ataupun bagi orang yang baru saja mengalami duka.

Selain itu, among-among atau kenduri merupakan salah satu kebudayaan juga

dari masyarakat yang tinggal di desa Bandar Pulau Pekan, hal ini dimaksudkan

dengan adanya selametan atau syukuran akan sesuatu hal yang sudah tercapai atau

syukuran sebagai ucapan terimakasih misalnya syukuran karena sembuh dari

sakit, syukuran melahirkan, dll.

2.7 Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan

istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai

prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi27 Masyarakat Jawa di desa

Bandar Pulau rata-rata berasal dari daerah Wonogiri dan Banyumas. Masyarakat

di Desa Bandar Pulau Pekan pada umumnya ikut program kerja kontrak di

Sumatera mulai tahun 1965 dan akhirnya menetap hingga sekarang di desa ini.

27
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta, Jakarta

48

Universitas Sumatera Utara


Kondisi pemukiman di Desa Bandar Pulau sudah memiliki tempat tinggal

permanen, dengan kondisi jalanan untuk kegiatan transportasi sudah cukup baik.

Di Desa Bandar Pulau ada Mbah Tukimen namanya, beliau adalah salah satu

orang tertua di desa ini dan beliau adalah informan kunci penulis. Beliau berasal

dari Wonogiri. Melihat dari kondisi kediaman semuanya masih khas dan

menandakan suku bangsa Jawa asli. Jika berkunjung di rumah Mbah Tukimen

dapat kita jumpain pernak pernik aktor wayang yang di letakkan di depan pintu

masuk rumahnya serta bangunan rumahnya yang menggunakan kayu-kayu bulat

dan tebal. Selain itu, Mbah Tukimn juga setiap harinya mendengarkan musik

gamelan. Hal inilah yang menjadi penanda ke khasan masyarakat Jawa asli di

desa Bandar Pulau Pekan. Mbah Tukimen/Gareng sudah tidak bekerja lagi. Beliau

tinggal dirumahnya sendiri bersama istri dan diurusin oleh anak perempuannya.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa di desa Bandar Pulau adalah

sebagian bahasa Jawa dan sebagian lagi bahasa Indonesia. Akan tetapi jika

mereka bertemu dengan orang yang tidak paham bahasa Jawa mereka akan

menggunakan bahasa Indonesia. Miris rasanya jika tidak paham bahasa Jawa

apalagi keturunan orang Jawa. Hal itulah yang penulis rasakan, karena

perkembangan zaman dan penduduk di desa Bandar Pulau bertambah dari

berbagai suku yang datang, keberadaan bahasa Jawa mulai terpinggirkan oleh

sebab itu bahasa jawa hanya digunakan oleh masyarakat Jawa ketika bertemu

dengan sesamanya saja.

Masyarakat di desa Bandar Pulau Pekan ada juga yang berladang, hanya saja

tidak semua masyarakat yang melakukan berladang itu di daerah tempat mereka

tinggal. Beberapa diantaranya memiliki ladang di desa lain, mereka sering pergi

49

Universitas Sumatera Utara


pagi-pagi sekali ke ladang mereka yang berada di desa lain bahkan jika mendekati

musim panen mereka tidak pulang kerumah. Untuk hasil panen dari berladang

biasanya mereka menjualnya ke pedagang buah dan sayur serta untuk hasil panen

sawit dan getah mereka menjualnya ke pabrik terdekat.

Selain itu ada juga masyarakat di Desa Bandar Pulau Pekan yang mengerjakan

suatu kegiatan ekonomi kreatif (home industri), berupa pembuatan gula merah

dari kelapa sawit. Masyarakat Jawa yang ikut kegiatan ini sekitar 7 kepala

keluarga dan masing-masing mengerjakan home industri ini di tempat mereka

masing-masing. Untuk penjualan masing-masing dari kepala rumah tangga

memiliki tempat sendiri-sendiri dimana mereka menjualnya. Biasanya seminggu

sekali mobil pengangkut gula merah yang sudah jadi akan datang dan membawa

gula merah tersebut lalu memasarkannya.

Tabel 4.7

Data Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau berdasarkan Jenis Kelaminnya

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 400 Jiwa

2 Perempuan 689 Jiwa

Total Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan tahun 2018.

Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan merupakan penduduk dengan

jumlah terbanyak yakni 1.089 jiwa, memiliki kurang lebih 700 Kartu Keluarga per

Kepala Keluarga. Diklasifikasikan berdasarkan jenis kelaminnya 400 jiwa laki-

50

Universitas Sumatera Utara


laki dan 689 jiwa perempuan.Ditelusuri dalam hal pendidikan masyarakat Jawa di

Desa Bandar Pulau Pekan terlihat cukup baik, karena seiring perkembangan

zaman minat masyarakat Jawa untuk sekolah bahkan ke jenjang yang lebih tinggi

mulai terbuka. Masyarakat Jawa di desa Bandar Pulau dahulunya memiliki

pemahaman bahwa anak laki-laki saja yang boleh bersekolah tinggi, dan anak

perempuan hanya sebagatas SMA saja. Hal ini juga terjadi pada diri penulis.

Penulis sempat dilarang untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Akan tetapi melihat sekeliling masyarakat sekarang pendidikan lebih diutamakan,

penulis akhirnya diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang

lebih tinggi.

Dapat kita lihat di tabel berikut ini:

51

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8

Latar Belakang Pendidikan Anak Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1 PAUD 5 Jiwa

2 Taman Kanak-Kanak 10 Jiwa

3 Sekolah Dasar 100 Jiwa

4 SMP 90 Jiwa

5 SMA 85 Jiwa

6 Pondok Pesantren 5 Jiwa

7 Akademi D1-D3 5 Jiwa

8 Sarjana S1 10 Jiwa

9 Putus Sekolah Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan Tahun 2018.

Jika berbicara mengenai mata pencaharian masyarakat Jawa di desa Bandar Pulau

Pekan lebih condong kepada buruh tani dan petani. Hal ini disebabkan karena

wilayah Bandar Pulau Pekan merupakan wilayah yang bersifat agraris. Lahan di

desa ini cukup baik untuk kegiatan bertani/berladang. Ada juga yang menjadi

pedagang dan pegawai negeri sipil, serta wiraswasta. Dapat kita lihat pada tabel

berikut ini:

52

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9

Keadaan Masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan Di Lihat Dari Mata

Pencahariannya

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 80 Jiwa

2 Pegawai Negeri Sipil 4 Jiwa

3 Buruh Tani 124 Jiwa

4 Karyawan -

5 Wiraswasta 10 Jiwa

6 Bidan -

7 Pegawai Swasta 1 Jiwa

8 Pedagang 8 Jiwa

9 TNI/POLRI 1 Jiwa

10 Nelayan 0

11 Berternak Jiwa

Sumber Data : Data dari Kantor Kepala Desa Bandar Pulau Pekan Tahun 2018.

Selain itu, kegiatan masyarakat Jawa di desa Bandar Pulau Pekan yang dapat

dijumpain adalah berternak lembu dan kambing. Sekitar 50% masyarakat Jawa di

desa Bandar Pulau memiliki ternak berupa lembu atau kambing. Ada ternak yang

dirawat sendiri oleh pemiliknya, ada juga yang di titipkan ke peternak lain untuk

dirawat.

Dalam kehidupan masyarakat Jawa mengkehendaki keselarasan dan keserasian

dengan pola pikir hidup saling menghormati. Dengan hidup saling menghormati

53

Universitas Sumatera Utara


akan menumbuhkan kerukunan baik di lingkungan rumah tangga maupun di luar

rumah tangga atau di dalam masyarakat luas. Prinsip kerukunan hidup adalah

mencegah terjadinya konflik, karena bila terjadi konflik bagi masyarakat Jawa

akan berkesan secara mendalam dan selalu diingat atau sukar melupakan. Budaya

Jawa yang telah dianut dan diakui secara nasional adalah prinsip gotong royong

yang dilandasi adanya kerukunan hidup. Tanpa kerukunan semua anggota

masyarakat tidak mungkin gotong royong akan terwujud. Di desa Bandar Pulau

prinsip gotong royong masih dapat ditemukan meskipun kondisi pemukiman di

desa ini sudah modern. Beberapa diantaranya kegiatan gotong royong yang masih

sering dilakukan adalah bersih kampung setiap hari Jum‟at, gotong royong

kenduri, pasaran (pesta perkawinan, sunatan, aqiqahan), perwiritan, dan kenduri

kematian. Budaya masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dengan sumber budaya

yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat Jawa dan

telah mengakar beratus-ratus tahun bahkan telah mendarah daging.

Meskipun masyarakat tampak lekat dengan tradisi leluhur, bukan berarti lepas

sama sekali dari penghayatan dan pengamatan agama Islam. Mereka juga aktif

melaksanakan kegiatan keislaman berupa pengajian yang diadakan setiap hari

kamis dan jum‟at, kemudian pada setiap hari-hari besar Islam, khususnya Maulid

Nabi, Isra‟ Mi‟raj juga diadakan pengajian umum yang diadakan di mesjid. Jika

diamati secara seksama, pemeluk agama Islam di Desa Bandar Pulau Pekan dapat

dikategorikan menjadi dua yakni, Muslim-Jawa dan Jawa-Muslim. Karakteristik

Jawa Muslim lebih menonjolkan aspek syariat Islam, tetapi bukan berarti steril

sama sekali dari aspek hakekat. Karakteristik Muslim Jawa lebih terkesan kental

dengan aspek hakekat, tetapi bukan berarti meniadakan aspek syariat Islam. Hal

54

Universitas Sumatera Utara


ini dibuktikan ketika memasuki bulan Ramadhan, mereka juga melakukan puasa

sesuai syariat sebagaimana yang dilakukan Jawa Muslim, meskipun mereka juga

melakukan puasa-puasa yang lain. Ditinjau dari sudut keislaman, Jawa Muslim

dan Muslim Jawa mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jawa Muslim memiliki

kelebihan pada sisi kemurnian ajaran agama Islam, tetapi lemah dalam

mengapresiasikan kebudayaan. Sementara Muslim Jawa mempunyai kelebihan

dalam beradaptasi dengan kebudayaan, tetapi lemah dalam kemurnian ajaran

agama Islam.

Seperti beberapa tradisi yang ada pada masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau

Pekan dan masih dilaksanakan hingga saat ini diantaranya, tradisi brokohan

lembu. Tradisi brokohan lembu dimaknai sebagai bentuk rasa syukur pemilik

lembu karena bertambahnya hewan ternak mereka. Selain itu beberapa

diantaranya mengatakan bahwa mereka yang melaksanakan tradisi brokohan

lembu ini menganggap tradisi tersebut sebagai bentuk sedekah karena

membagikan makanan-makanan yang dimasak dengan suka cita karena bertambah

hewan ternak mereka kepada tetangga disekitar mereka. Adapun dari pelaksanaan

tradisi brokohan lembu ini terdapat harapan agar kelak lembu mereka tetap sehat

dan terus berkembang biak melahirkan banyak keturunan.

Pada masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan diantaranya juga masih

melaksanakan kenduri arwah. Tujuan dari dilaksanakannya kenduri arwah ini

adalah untuk mengirim doa-doa kepada arwah yang sudah meninggal dan mereka

menganggap bahwa ada waktu-waktu tertentu arwah orang yang sudah meninggal

mengunjungi sanak saudaranya. Mereka memaknai jika hal tersebut terjadi

dikarenakan arwah orang yang sudah meninggal meminta untuk dikirimin doa-

55

Universitas Sumatera Utara


doa. Selain itu masyarakat Jawa di Desa Bandar Pulau Pekan juga masih ada

beberapa diantaranya yang masih melaksanakan puasa weton, puasa ini dimaknai

sebagai sebuah kegiatan memperingati hari lahir diri kita sendiri. Mengikuti jejak

Nabi Muhammad yang setiap hari kelahirannya diperingati oleh seluruh umat,

bedanya disini untuk puasa weton hanya diperingati bagi diri sendiri saja.

Berdasarkan fakta di lapangan jika kita berhasil melakukan puasa weton selama

9x berturut-turut dalam setahun maka kita akan diperlihatkan dengan kembaran

kita di dunia. Fakta lain yang penulis temukan jika kita melakukan puasa weton

dipercaya akan diberi kemudahan untuk menjalankan semua aktivitas dan

dilindungi dari bahaya yang akan datang kepada kita.

Sumber budaya Jawa adalah berpusat pada pendidikan budi pekerti, budi luhur,

budi utama, sopan santun, lemah lembut, ramah tamah, sabar, menerima apa

adanya. Yang jelas masyarakat Jawa menginginkan kedamaian, keakraban, dan

kekeluargaan yang penuh kedamaian. Oleh sebab itu lingkaran hidup masyarakat

Jawa penuh dengan tradisi dan upacara yang ditujukan kepada Allah SWT dan

mengharapkan keselamatan serta kesejahteraan hidup untuk menjadi pribadi yang

lebih baik lagi. Berbagai tradisi dan upacara masyarakat Jawa dapat kita jumpain

di desa Bandar Pulau Pekan, salah satunya tradisi selametan brokohan lembu.

56

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KONSEP LEMBU BAGI MASYARAKAT JAWA DI DESA BANDAR

PULAU PEKAN

Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-

kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Taylor, dalam

Soeryono Soekanto, 1983)28. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang

dipelajari oleh manusia dari pola-pola perikelakuan yang normatif, yaitu

mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak.

Soemardjan dan Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai “semua hasil karya,

rasa, dan cipta masyarakat.” Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan

kebudayaan jasmani (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk

menguasai alam sekitarnya. Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala

kaedah-kaedah dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti yang luas, meliputi

agama, ideologi, kesenian dan semua unsur hasil ekpresi jiwa manusia.

Islam menentukan kegiatan manusia dimulai dengan menyebut nama Allah.

Dimulai dengan hubungan manusia dengan Allah, dan setiap detik kegiatan

manusia dalam kerangka mencari ridho Allah. Apakah hubungan itu hubungan

dengan manusia atau hubungan dengan makhluk lainnya, semua itu dnegan

berlandas pada mencari ridha Allah. Ridha Allah itu dikejar karena keinginan

untuk merealisasikan kebahagiaan umat manusia29.

28
Muchhtarom Zaini : Islam untuk Disiplin Ilmu Antropologi. Hal 114-116
29
Muchhtarom Zaini : Islam untuk Disiplin Ilmu Antropologi. Hal 114-116

57

Universitas Sumatera Utara


3.1 Pemilihan Hari yang Baik Untuk Membeli Lembu

Individu dicirikan oleh kepribadiannya. Kepribadian adalah sifat

jasmaniah, cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam tabiat, yang

secara khas membedakan seseorang dengan orang lain, suatu bangsa dengan

bangsa lain. Cara berfikirdan cara merasa menghasilkan Ilmu Pengetahuan,

Teknologi, Sistem Manajemen, Gaya Hidup dan Kesenian yang membentuk

kebudayaan. Hubungan kepribadian dengan kebudayaan berada dalam stau

kesatuan yang sulit dipisahkan. Kepribadian adalah bentuk “dalam” sedangkan

kebudayaan adalah bentuk “luar” suatu bangsa. Kebudayaan berwujud pada pola

tingkah laku masyarakat. Kepribadian membentuk kebudayaan. Kebudayaan

membentuk masyarakat. Masyarakat melalui pendidikan (sosialisasi dan

enkulturasi) membentuk kepribadian warga negaranya. Selanjutnya kepribadian

membentuk kebudayaan 30. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, ada suatu hari

dimana dikatakan hari itu hari baik dan juga hari tidak baik. Maksud tidak baik

disini adalah pada hari tersebut dipercayai akan memberikan suatu dampak yang

kurang baik. Akan tetapi tidak semua masyarakat percaya akan hal tersebut dan

tidak semua masyarakat yang ingin memelihara lembu masih memilih hari yang

baik untuk membeli calon lembunya tersebut.

30
Muchhtarom Zini: Islam untuk disiplin ilmu antropologi. Hal. 118

58

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.8. Wawancara dengan Informan (Mbah Tukimen)

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Salah satu informan kunci saya, Mbah Tukimen namanya. Beliau berusia 101

tahun, beliau orang tua di Bandar pulau, beliau masih percaya akan hal tersebut.

Beliau awal mula membeli lembu itu pada hari Jum‟at Wage. Pada hari tersebut

dipercaya akan membawa keberuntungan jika ingin merawat lembu. Jika ditanya

mengapa hari itu, beliau mengatakan itulah hari baiknya menurut perhitungan

masyarakat Jawa dan beliau disarankan oleh kakek buyutnya. Akan tetapi semua

kembali kepada Yang Maha Kuasa, manusia hanya bisa berencana akan tetapi

Yang Maha Esa dengan KuasaNya lah yang berkehendak.

Metode-metode perhitungan dan meramal biasanya dimuat dalam buku-buku

ilmu ghaib yang disebut „primbon‟. Hubungan asosiasi menjadi dasar untuk

mengkelaskan konsep-konsep dan hal-hal dalam alam ke dalam kategori-kategori

atau rangkaian-rangkaian tertentu31.

31
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta. Tahun 1997. Hal.
223-224

59

Universitas Sumatera Utara


Pada masyarakat Jawa seringkali mengaitkan suatu fenomena terhadap

primbon, baik itu akan memulai maupun berupa hasil. Primbon berasal dari

bahasa Jawa yang terdiri dari kata “bom” (“mbon” atau “mpon”) berarti induk,

lalu mendapat awalan “pri” yang berfungsi meluaskan kata dasar. Berarti,

primbon dapat diartikan sebagai induk dari kumpulan, catatan pemikiran orang

Jawa.Sementara dalam ensiklopedi kebudayaan Jawa, primbon merupakan kitab

yang memuat system perhitungan atau ramalan, meliputi: (1) perhitungan baik

buruknya waktu untuk melakukan sesuatu seperti upacara perkawinan,

mendirikan rumah baru, memulai bercocok tanam, dan sebagainya, (2)

perhitungan menurut hari kelahiran, (3) perhitungan watak manusia menurut hari

kelahirannya, (4) perhitungan yang bersifat gaib seperti mimpi, keduten, adanya

gerhana, gempa bumi, gunung meletus, (5) perhitungan baik buruk tempat

tinggal32.

Cara perhitungannya adalah, misalnya arah “timur” dikelaskan bersama dengan

warna putih (karena cahaya datangnya dari arah timur), watak serba cocok

dikelaskan dalam kategori yang sama, karena warna putih bersifat netral, tak

memihak. Demikian juga bertani termasuk dalam kategori ini pula, mungkin

karena pekerjaan itu sudah pada pagi hari, saat fajar yang putih menyingsing di

langit timur. Makanan pun termasuk kategori ini, karena makanan dengan mudah

dapat diasosiasikan dengan pekerjaan bertani (yang memproduksi pangan).

Dengan demikian terbentuk 5 rangkaian konsep seperti pada tabel di atas 33.

32
Zaini Muchtarom, Santri dan Abangan di Jawa, (Jakarta: INIS, 1998), II/hal. 28
33
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta. Tahun 1997. Hal. 223-224

60

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10

Klasifikasi Dalam Primbon Untuk Menghitung Saat dan Hari Baik

1 2 3 4 5

Penjuru Mata Timur Selatan Barat Utara Tengah

Angin

Warna Putih Merah Kuning Hitam Beragam

Warna

Logam Perak Perungggu Emas Besi Idem

Watak Serba Tamak Pamer Kaku Pandai

Cocok Berbicara

Pekerjaan Petani Pedagang Penyadap Pemotong Raja

Hewan

Pangan Makanan Uang Tuak Daging -

Gedung Pendapa Masjid Dapur Kandang Rumah

Hari Pasaran Legi Pahing Pon Wage Kliwon

Sumber: Zaini Muchtarom, Santri dan Abangan di Jawa, (Jakarta: INIS, 1998),

II/hal. 28.

3.2 Pembuatan Kandang

Kandang menurut masyarakat sekitar adalah tempat untuk peliharaan mereka

tinggal, misalnya lembu. Kandang adalah struktur atau bangunan dimana hewan

ternak dipelihara. Kandang seringkali dikategorikan menurt jumlah hewan yang

menempatinya, ada yang hanya berupa satu bangunan satu hewan, satu bangunan

61

Universitas Sumatera Utara


banyak hewan namun terpisah sekat, dan satu bangunan diisi banyak hewan tanpa

sekat34.

Kandang lembu di Desa Bandar Pulau jarang dijumpain, hanya beberapa

peternak lembu yang membuat kandang. Hal ini dikarenakan dengan adanya

kandang lembu disekitar rumah itu akan mengganggu para tetangga. Baik dari

segi kotorannya, bau kotoran, belum lagi tanaman yang dimakan oleh lembu.

Untuk mencegah ketidakharmonisan tersebut, beberapa peternak lembu

memutuskan untuk menempatkan lembu mereka di kebun atau dibelakang rumah

dan jauh dari perumahan penduduk setempat agar tidak mengganggu penduduk

lainnya. Untuk kotoran lembu peternak lembu cukup mengumpulkan dan

membuangnya ke tanaman kebun di belakang rumah mereka dan pada akhirnya

kotoran lembu tersebut dapat menjadi pupuk organik bagi tanaman yang disekitar

lembu tersebut.

3.2.1 Cara Pemilihan bahan untuk Kandang Sapi

Dalam memilih bahan yang akan digunakan untuk membuat kandang lembu

sebagian masyarakat menggunakan bahan-bahan biasa, misalnya kayu durian atau

kayu lainnya yang sifatnya kuat serta untuk atapnya ada yang menggunakan atap

darri daun rumbia dan ada juga yang menggunakan seng. Akan tetapi ada hal lain

yang saya dapatkan suatu pengetahuan baru mengenai pemilihan bahan-bahan

untuk membuat kandang. Menurut informan saya bahan-bahan yang baik

digunakan untuk kandang sapi adalah :

1. Pohon Kelapa yang tersambar Petir

34
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kandang

62

Universitas Sumatera Utara


2. Atapnya dari daun rumbia

Bahan pertama adalah pohon kelapa sawit yang sudah atau tersambar petir

dipotong-potong untuk menjadi tiang penyangga dan berjumlah 4 tiaang 4 sudut.

Mengapa harus pohon kelapa yang terkena petir? Kemudian beliau menjawab

kayu yang digunakan untuk kandang atau wadah lembu yang kita pelihara akan

tinggal adalah yang sudah tersambar petir. Hal ini dikarenakan kayu yang sudah

tersambar petir dipercaya akan menolak bala atau penyakit pada hewan tersebut.

Beliau mendapatkan pengetahuan ini dari orangtuanya dahulu kemudian

mewariskan kepada anak dan cucunya supaya dapat diteruskan kepada

keturunannya. Semua berasal dari kepercayaan masyarakat Jawa, dan kembali lagi

semua itu demi mengaharapkan Ridha Allah dan tidak ada tujuan untuk

menduakan-Nya.

Jika melihat keadaan sekarang, banyak perternak lembu yang sebagian

diantaranya tidak membuat kandang. Hal ini dikarenakan kotoran sapi akan

mengganggu para tetangga dan menyebabkan ketidakharmonisan. Oleh sebab itu

sebagian masyarakat Jawa di desa Bandar Pulau ada pun yang membuat kandang

untuk sapinya, mereka membangunnya agak jauh dari rumah mereka dan ada juga

yang bahkan tidak membuatkan kandang. Mereka menempatkan sapi peliharaan

mereka di kebun belakang rumah penduduk.

Desa Bandar Pulau dikelilingi kebun sawit hampir keseluruhannya, hanya

sebagian yang ditanami kebun karet (rambung). Oleh sebab itu mereka

menempatkan peliharaan mereka di belakang rumah dan dekat dengan kebun

sawit supaya kotorannya bisa menjadi pupuk bagi pohon sawit atau pohon karet

63

Universitas Sumatera Utara


yang terdapat disekitarnya. Ketika saya bertanya adakah kekhawatiran jika

peliharaan mereka dicuri, mereka menjawab tidak, karena di desa Bandar Pulau

memiliki tingkat solidaritas dan kepercayaan yang tinggi. Bilamana ada yang

mencuri mungkin bukan penduduk sekitar bisa saja orang baru.

3.2.2 Hari Baik untuk Membuat Kandang

Dalam membeli lembu untuk dirawat atau dipelihara sebagian masyarakat

percaya akan hari baik begitu juga dengan hari baik untuk membuat kandang atau

wadah untuk tempat tinggal lembu. Fakta yang saya dapat dari lapangan hari baik

untuk membuat kandang itu hari Jumat. Mbah Tukimen salah satu informan saya

yang masih mempercayai hal-hal mengenai hari baik dan ti dak baik. Pada

pembahasan saya diatas juga sudah saya berikan suatu pemaparan mengenai

klasifikasi saat dan hari yang baik untuk memulai suatu kegiatan. Penentuan hari

baik dan kurang baik itu berasal dari pengetahuan masyarakat Jawa sejak zaman

dahulu yang kemudian diwariskan secara turun temurun. Jika dikaitkan dengan

religi atau agama penetuan hari baik ada karena mengikuti sunnah Rasul dan

karena setelah masuknya Islam ke Indonesia masyarakat pemeluk agama Islam

percaya Tuhan itu satu.

3.3 Cara Merawat Sapi

Merawat lembu diumpamakan seperti merawat anak manusia. Mereka butuh

perhatian dan perlakuan yang baik, jika tidak mereka akan terlantar dan tidak

beraturan. Lembu juga seperti itu. Pada umumnya masyarakat yang memiliki

lembu mereka sangat memperhatikan peliharaan mereka, karena kelak jika

mereka merawatnya dengan baik lembu ini dapat menjadi aset yang berharga,

64

Universitas Sumatera Utara


dimana contohnya salah satu informan saya beliau sukses merawat lembunya

kemudian menjual semuanya untuk dibelikan ladang dengan harga yang fantastis.

Informan saya yang lainnya, mereka memelihara ternak lembu untuk diperjual

belikan saja. Merawatnya dengan baik dan telaten kemudian menawarkan lembu

mereka kepada orang-orang sekitar ataupun diluar desa. Berikut ini saya

memaparkan pola asuh atau tata cara merawat lembu menurut informan saya.

3.3.1. Pembersihan Kandang Sapi

Foto 3.9 Kandang lembu milik masyarakat

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bagi pemilik lembu pada pagi hari mereka mengeluarkan lembunya

meletakkan di tempat terbuka agar terkena paparan sinar matahari, kemudian

membersihkan kandang dengan menggosok lantainya dan menyirami lantainya

agar terlihat bersih. Ada juga yang membersihkan kandang lembu dengan

membuang kotoran-kotoran lembu saja, kemudian merapikan wadah temapt

lembu diberi rumput. Tujuan dibersihkan kandang lembunya itu agar lembu

tersebut dapat beristirahat dengan nyaman seperti rumah layaknya manusia.

65

Universitas Sumatera Utara


Rumah harus dibersihkan setiap hari. Bayangkan jika kita tidak membersihkan

rumah kita, tentu kita enggan berada di dalamnya.

Lain halnya jika pemilik lembu tidak memiliki kandang, jelas mereka tidak

terlalu repot. Mereka cukup mengunjungi pagi dan petang hari lembu mereka

kemudian memberikan makan dan minumnya. Lalu membuatkan bediang35,

mengikat lembu di pepohonan dan mengunjunginya besok pagi begitulah

seterusnya.

3.3.2. Pemberian Makanan dan Minuman

Foto 3.10 Induk lembu yang baru melahirkan sedang diberi makan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pemberian makanan untuk lembu ini dilihat dari sisi pemilik lembu yang

memiliki kandang dan tidak memiliki kandang. Jika pemilik memiliki kandang

maka mereka mencarikan makanan untuk lembu mereka setiap sore hari.

Makanan ini dicarikkan dan disediakan setiap harinya. Jika pemilik lembu yang

tidak memiliki kandang mereka tidak terlalu repot mencarikan makanan karena

35
Bediang artinya bara api yang sengaja dihidupkan untuk membuat lembu merasa hangat dan tidak digigit
nyamuk

66

Universitas Sumatera Utara


sapi mereka di letakkan di kebun yang terdapat rerumputan. Bagi pemilik lembu

yang tidak memiliki kandang, mereka hanya mencarikkan makan bagi lembu

mereka jika lembu mereka itu melahirkan. Hal ini dikarenakan induk dan anak

lembu tidak mungkin dibiarkan mencari-cari makanan sendiri.

Foto 3.11 Induk lembu baru melahirkan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Diibaratkan dengan manusia, jika baru melahirkan maka mereka dibiarkan

untuk beristirahat dan tidak dibenarkan untuk melakukan kegiatan berat yang

berhubungan dengan menguras tenaga. Pada foto diatas anaknya belum bisa

bangun karena masih lemah, sementara sang induk mengisi perutnya karena

kelaparan dan kehabisan tenaga mengeluarkan anaknya. Serta jika dilihat lebih

dekat lagi ada ari-ari anak lembu yang belum keluar semua masih menggantung di

67

Universitas Sumatera Utara


bokong induk lembu. Bentuknya seperti tali usus hanya saja ada sedikit darah dan

gumpala-gumpalan daging yang nyangkut di bokong induk lembu.

Pada umumnya induk lembu akan sedikit sensitif apabila ada yang

mendekatinya. Induk lembu beranggapan bahwa siapapun yang mendekatinya dia

akan mengambil anaknya. Oleh sebab itu dia menuntun anaknya untuk menjauh

dari orang yang datang, dan induk lembu menakuti orang yang tidak dikenalnya

tersebut dengan cara mengendus-ngendus yang menandakan induk lembu marah

kalau didekatin. Kecuali induk lembu sudah menandai bau keringat dari

pemiliknya. Jika bau keringat sama dengan pemiliknya induk lembu tidak akan

sensitif dan berusaha menjauhkan dia dan anaknya dari seseorang yang

mendekatinya.

Foto 3.12 Induk lembu sedang minum air campuran garam

Sumber: Dokumentasi Pribadi

68

Universitas Sumatera Utara


Pemberian minum bagi lembu harus dicampur dengan garam. Tujuannya

adalah untuk merangsang lembu agar mau makan. Air minumnya harus asin jika

tidak lembu tidak akan mau makan rumput. Ada beberapa fakta di lapangan yang

saya dapat, yakni minuman yang diberikan kepada lembu adalah susu SGM (susu

untuk bayi) khusus bagi anak lembu yang belum pandai menyusu kepada

induknya.

Foto 3.13 Anak lembu yang sedang diminumkan susu formula SGM

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada foto ini penulis mengambilnya pagi hari disaat pemilik sapi mengunjungi

sapi mereka yang ditempatkan di belakang rumah penduduk di dekat kebun sawit.

Anak lembu ini kehilangan induknya seketika dia dilahirkan, oleh sebab itu dia

diberi susu formula sgm untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya karena tidak

memiliki induk. Anak sapi ini sudah berumur 2 bulan namun masih terlihat seperti

baru lahir karena kurang nutrisinya. Terkadang dia mau menyusu kepada induk

lain, hanya saja sang induk mencium bau badan setiap anak lembu dan jika bau

nya ia kenal berarti keturunan si induk tersebut, jika bau nya berbeda si induk

69

Universitas Sumatera Utara


tidak mau memberikan susunya kepada anak lembu lainnya karena bukan

keturunannya.

Induk lembu mengenali anaknya dengan cara mencium baunya. Jika induk sapi

baru melahirkan terkadang jika tidak diketahui oleh pemiliknya maka induknya

lah yang membersihkan anaknya dengan menjilatin darah disekitar anaknya. Akan

tetapi jika induk sapi melahirkan diketahui oleh pemiliknya maka pemiliknya

membantu induknya melahirkan dengan cara menarik anak lembu jika sudah

kelihatan dan membersihkan anak lembu tersebut selagi induknya diberi makan

dan minum untuk mengembalikan tenaga mereka.

3.3.3. Pemberian Obat Cacing

Perawatan sapi selanjutnya adalah pemberian obat cacing dan jamu. Pemberian

obat cacing diberikan setiap 3 bulan sekali. Jika baru lahir maka memasuki usia 2-

3 bulan baru diberikan obat cacing. Kemudian untuk pemberian jamu ini

dilakukan jika lembu sakit. Tanda-tanda lembu sakit itu diantaranya, dia tidak

mau makan, lembu hanya duduk saja tidak mau bergerak kemanapun, lembu

mengeluarkan kotoran berupa cairan dan jika belum diketahui oleh pemiliknya

juga lembu bersuara-suara gelisah menandakan dia sakit dan tidak enak badan.

Ramuan jamu yang diberikan berupa jahe, lengkuas, gula merah, kunyit,

temulawak dan sedikit garam kemudian di haluskan dan ditambah dengan air lalu

diberikan kepada lembu yang sakit.

Pemiliknya memaparkan jika pada saat pemberian jamu atau obat cacing

mereka langsung memberikan kepada sapi dengan dibantu oleh Pak Mantri untuk

membuka mulutnya. Sewaktu saya berada di lapangan, ada anak lembu yang

70

Universitas Sumatera Utara


ditanduk oleh induk lainnya dan hal itu menyebabkan anak lembu tidak mampu

untuk berdiri. Pemilik lembu memberikan susu kedelai sebagai suplemen agar

anak lembu tersebut dapat berjalan lagi dan memiliki tenaga untuk berdiri.

Keadaan lembunya saya tidak dapat melihatnya karena dia di letak di kebun orang

dan jaraknya agak jauh. Hanya saja saya mewawancarain pemiliknya dan dia

menceritakan kalau anak lembunya sedang sakit. Setiap hari dia memberikan susu

kedelai kepada anaknya sekitar 5 gelas berukuran sedang.

3.3.4. Memandikan Lembu

Memandikan lembu adalah kegiatan tambahan lain dalam merawat lembu.

Pemilik lembu mengatakan mereka hanya memandikan lembunya disaat cuaca

panas supaya badan lembu cepat kering dan setiap minggu kadang hanya sekali

atau dua kali saja. Memandikan lembu ini dilakukan di sunge atau parit 36. Lembu

di masukkan ke sunge atau parit, kemudian badan mereka digosokkan oleh daun-

daun yang langu37 misalnya daun ubi. Tujuan penggunaan dedaunan yang langu

untuk digosokkan ke badan sapi/lembu adalah agar tidak ada kutu dan sapi/lembu

tersebut dalam kondisi yang sehat tidak sakit serta terbebas dari berbagai

penyakit.

36
Parit adalah aliran sungai yang kecil dan tingkat kedalamannya hanya berkisar seukuran lutut
sampai paha manusia dewasa.
37
Langu berarti mengeluarkan bau yang tidak sedap

71

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

TRADISI SELAMETAN BROKOHAN LEMBU

Pemaknaan agama oleh manusia adalah sesuatu yang dinamis. Ia berubah

seiring dengan perubahan waktu dan tempat. Ritual tertentu yang dianggap agama

di era klasik bisa jadi tidak lagi dianggap agama di era pertengahan dan modern.

Demikian juga dengan ritual yang dilakukan oleh komunitas tertentu, belum tentu

dianggap praktek agama oleh komunitas lain. Dengan kata lain, agama yang

dahulunya di era klasik merupakan peribadatan yang bersifat kolektif, namun di

era kontemporer seperti sekarang berubah menjadi hal yang bersifat individual.

Untuk itu perlu kiranya reformulasi pemaknaan terhadap agama38.

Masyarakat Desa Bandar Pulau Pekan Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten

Asahan merupakan daerah yang masih kental dengan tradisinya. Menurut Jamil39,

bagi orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara dan tradisi, baik yang berkaitan

dengan lingkaran hidup manusia maupun yang berkaitan dengan aktivitas

kehidupan. Upacara tradisional adat Jawa dilakukan demi mencapai ketentraman

hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tradisional, masyarakat memenuhi

kebutuhan spiritualnya. Upacara-upacara itu semula dilakukan dalam rangka

untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak dikehendaki

yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Dalam

berbagai kesempatan, upacara tradisional memang dilaksanakan dengan

melibatkan banyak orang. Mereka melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh

38
Novizal Wendry, Menimbang Agama dalam Kategori Antropologi Telaah Terhadap Pemikiran
Talal Asad
39
Silvana Diah, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa
KarangTengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi. IAIN Salatiga. Tahun 2015.
Hal. 48

72

Universitas Sumatera Utara


sesepuh dan pinisepuh masyarakat. Menurut Purwadi40 upacara tradisional juga

berkaitan dengan lingkungan hidup. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa

lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara ritual-ritual keagamaan yang

mengandung nilai kearifan lokal. Menurut Koentjaraningrat41 pergantian waktu

dan perubahan fase kehidupan merupakan saat-saat yang perlu dicermati.Untuk

itu mereka mengadakan “upacara peralihan” yang berupa slametan, makan

bersama (kenduri) dan sebagainya.

Brokohan merupakan salah satu upacara tradisi Jawa untuk menyambut

kelahiran bayi. Kata brokohan sendiri berasal dari kata brokoh-an, yang artinya

memohon berkah dan keselamatan atas kelahiran bayi. Di desa Bandar Pulau

tradisi brokohan bukan hanya dipersiapkan untuk menyambut kelahiran bayi

manusia saja, akan tetapi tradisi brokohan juga dipersiapkan apabila lembu yang

menjadi peliharaan masyarakat di desa Bandar Pulau telah melahirkan. Mbah

Tukimen memaparkan bahwa lembu berasal dari keringat Nabi Adam. Sejak

lahirnya lembu disitu juga lah tradisi brokohan ini sudah ada. Menurut beliau dari

pengetahuan yang beliau ketahui tujuan diadakannya brokohan lembu ini adalah

untuk mengucapkan terimakasih kepada Allah dan juga Nabi Sulaiman sebagai

Nabi yang berteman dengan hewan dan memiliki kemampuan untuk berbicara

dengan hewan dan karena telah merawat dan menjaga hewan ternak mereka

dengan baik. Mbah Tukimen juga memaparkan kepada penulis bahwa tradisi

brokohan tidak memiliki pantangan maupun dampak jika tidak dipersiapkan.

40
Silvana Diah, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa
KarangTengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi. IAIN Salatiga. Tahun 2015.
Hal. 48
41
Silvana Diah, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan di Dusun Kadipiro Desa
KarangTengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi. IAIN Salatiga. Tahun 2015.
Hal. 48

73

Universitas Sumatera Utara


Tradisi brokohan lembu merupakan suatu keinginan berbagi kepada para tetangga

dan berterimakasih kepada Allah SWT karena telah menambah rezeki pemilik

lembu. Jika pemilik lembu tidak membuat atau mempersiapkan tradisi brokohan

lembu tidak akan terjadi apa-apa. Semua kembali kepada pemilik lembu itu

sendiri, apakah dia mau berbagi kebahagiaan yang dia rasakan atau tidak.

Tradisi brokohan merupakan tradisi yang tidak diketahui kapan pastinya tradisi

ini dimulai. Masyarakat Jawa terkenal dengan keteguhannya dalam

mempertahankan dan melestarikan tradisi nenek moyangnya. Setelah Islam

masuk, para ulama seperti walisongo memodifikasi kebudayaan yang berbau

mistik dengan tradisi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tradisi jawa mengenai

brokohan lembu sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu. Lalu oleh wali songo

diubahlah kebiasaan tersebut menjadi sebuah tradisi yang Islami. Brokohan

artinya meminta doa dan keberkahan42.

Menurut pemahaman masyarakat sekitar, brokohan lembu ialah sebuah tradisi

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diberikan rezeki

dengan bertambahnya hewan ternak mereka. Dengan adanya rasa syukur tersebut

masyarakat mengungkapkan rasa syukur mereka dengan membuat makanan yang

dibagikan kepada para tetangga sekitar dan juga lembu peliharaan mereka. Tradisi

brokohan lembu diadakan karena lembu adalah salah satu hewan dari jenis Raja

kaya. Lembu memiliki banyak manfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Beberapa diantaranya adalah, dagingnya, susunya, kulitnya, bahkan kotorannya

dapat menjadi pupuk organik bagi tanaman. Oleh sebab itu lembu memiliki

keistimewaan. Lembu juga dapat digunakan untuk kendaraan pada zaman dahulu

42
Wawancara dengan mbah tukimen

74

Universitas Sumatera Utara


sebelum adanya sepeda, sepeda motor dan lain sebagainya. Lembu juga dijadikan

sebagai alat untuk membajak sawah selain itu juga ada kerbau.

4.1 Brokohan Lembu

4.1.1. Tahap persiapan

Bahan-Bahan dan Perlengkapan

Pada umumnya persiapan yang harus dilakukan adalah penyiapan

perlengkapan dan bahan-bahan yang akan digunakan sebagai pelengkap tradisi

ini. Penyiapan perlengkapan dan bahan-bahan bisa disediakan pada hari

pelaksanaan tradisi tersebut atau sehari sebelum hari yang ditentukan untuk

pelaksanaan tradisi selametan brokohan lembu.

Bahan-bahan yang digunakan untuk mempersiapkan acara ini adalah:

Bumbu dapur, seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan sayuran berupa

kacang panjang, kol, toge dan daun ubi.

Foto 3.14 Bahan-bahan pelengkap tradisi brokohan

Sumber: Dokumentasi pribadi

75

Universitas Sumatera Utara


Bahan-bahan untuk membuat cendol, yakni tepung kanji, kapur makan, tepung

beras, garam, dan pewarna makanan. Setelah adonan disatukan, kemudian adonan

dimasak di kompor dalam keadaan suhu sedang. Selama proses memasak kita

tidak boleh berhenti untuk mengaduk-aduk adonan agar tidak lengket dan gosong.

Setelah adonan matang, dalam keadaan panas kita harus langsung mencetaknya.

Jika dicetak dalam keadaan dingin tingkat kesulitan pencetakan akan lebih rumit

dibandingkan dengan kondisi baru matang langsung dicetak. Cendol disajikan di

dalam tradisi brokohan lembu dimaknai agar induk lembu itu terus berkembang

biak dan menghasilkan banyak keturunan sesuai dengan hasil dari adonan cendol

yang berbentuk kecil-kecil dan jumlahnya banyak.

Foto 3.15 Kondisi cendol yang sudah dimasak dan siap untuk dicetak

Sumber: Dokumentasi pribadi

76

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.16 Cendol sudah siap di cetak

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bahan-bahan untuk membuat air gula cendol yakni gula merah, santan kelapa dan

garam. Gula merah di panaskan hingga mencair, kemudian santan kelapa dan

garam di panaskan agar tahan hingga sore dan tidak basi.

Foto 3.17 Gula merah yang dicairkan dan dicampur cendol yang sudah dicetak

Sumber: Dokumentasi Pribadi

77

Universitas Sumatera Utara


Bahan tambahan yakni, telur yang direbuskan. Kemudian di potong-potong

menjadi beberapa bagian. Telur disajikan sebagai hidangan pelengkap tradisi

brokohan karena manusia atau hewan berasal dari telur.

Foto 3.18 Telur rebus yang di potong-potong

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bahan-bahan untuk membuat peyek, yakni udang halus, tepung beras, dan garam.

Foto 3.19 Adonan peyek udang halus

Sumber: Dokumentasi Pribadi

78

Universitas Sumatera Utara


Bahan-bahan untuk membuat bumbu urap, yakni kelapa, gula merah, serta cabai,

bawang, kencur yang sudah di haluskan. Kemudian di panaskan di wajan hingga

mengering. Bumbu ini wangi sekali aromanya.

Nasi urap terdiri dari nasi putih melambangkan niat yang tulus dan
bersih, wujud kesyukuran tertinggi kita dikarenakan merupakan
makanan pokok kita sebagai hasil bumi, tempat asal muasalanya
diri kita. Kemudian jenis sayur-mayur melambangkan berbagai
bentuk karakter manusia, pola pikir dan perbedaan yang ada.
Disajikan dengan merebusnya terlebih dahulu tanpa tambahan
bumbu apapun, disini bermakna bahwa semua ego, karakter dan
berbagai macam perbedaan hendaknya dilebur (direbus) dalam satu
posisi yang sama tanpa mengedepankan “bumbu” kekayaan,
kepangkatan dan lain-lain, semua sama dan setara. Setelah itu
seluruh rebusan sayur-mayur tersebut dicampur secara merata
dengan parutan kelapa melambangkang harmonisasi
keanekaragaman, kesetaraan yang merata, sama dirasa dan dibagi
dan siap berkarya bersama-sama43.

Foto 3.20 Adonan urap ketika dimasak di wajan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

43
Wawancara dengan wak Iyat

79

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.21 Adonan Urap yang siap di campur

Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.2. Waktu Pelaksanaan Brokohan Lembu

Brokohan lembu pada umumnya dilaksanakan setelah 3-7 hari induk lembu

melahirkan. Menurut informan saya wak Jumana, jika saat itu memiliki rejeki

yang lebih maka dapat dilaksanakan ketika induk lembu melahirkan. Selain itu

diperlukan persiapan untuk mencari bahan-bahan yang akan dihidangkan, karena

bisa saja ketika induk melahirkan ada kesulitan mencari bahan-bahan untuk

melaksanakan tradisi brokohan lembu. Ada juga informan saya mbah Ngapak

mengatakan, jika lembu beliau melahirkan dan ingin langsung melaksanakan

brokohan lembu maka beliau cukup membeli nasi yang lauk pauknya berisikan

urap serta membeli cendol yang dijual oleh pedagang keliling dan

meminumkannya ke induk lembu dan memberikan makan induk lembu dengan

nasi yang dibelinya tadi.

80

Universitas Sumatera Utara


4.1.3. Tempat Pelaksanaan Brokohan

Waktu kegiatan tradisi ini adalah sesudah semua persiapan selesai serta bahan-

bahan matang dan siap untuk di sajikan. Menurut informan saya mbah Tukimen,

beliau mengatakan waktu kegiatan tradisi selametan brokohan sapi ini diadakan

sebelum jam 12 siang. Akan tetapi beberapa informan saya, ketika saya bertanya

mengenai waktu kegiatan mereka menjawab setelah semua selesai baik dari segi

peralatan maupun bahan-bahan yang dimasak.

Jika semua persiapan sudah selesai, maka langkah yang harus dilakukan yakni

memberikan cendol dan makanan yang sudah matang terlebih dahulu untuk induk

lembu. Hal ini dikarenakan tradisi selametan brokohan lembu ditujukan untuk

Nabinya lembu, penjaga lembu sekaligus pemilik lembu. Setelah itu barulah

makanan di bungkus dan dibagikan kepada tetangga serta teman-teman angon

lembu44. Jika membicarakan mengenai tempat pelaksanaan tradisi ini adalah di

rumah atau di tempat induk lembu dan anaknya berada, tidak ada tempat khusus

untuk melaksanakan tradisi ini. Penulis disini ikut berpartisipasi langsung untuk

memberikan cendol dan urap. Sebelum diberikan kepada induk lembu, pertama-

tama si pemilik lembu memberitahukan tujuan dibuatnya tradisi brokohan lembu

ini, kemudian pemilik lembu juga memberikan nama untuk anak lembunya yang

baru. Nama anak lembu milik wak Jumana ini Raju. Biasanya wak Jumana ini

memberikan nama anak lembunya itu berdasarkan hari lahir, bulan lahirnya, atau

juga warna kulit si anak lembunya tersebut.

44
Angon lembu artinya membawa lembu ke suatu kebun yang ada rumputnya dan membiarkan
mereka untuk memakan rumput yang ada di sekitarnya secara bebas namun terarah tidak merusak
tanaman lainnya

81

Universitas Sumatera Utara


Foto 3.22 Pemberian cendol dan urap untuk induk lembu

Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.4. Pihak-pihak yang terlibat dalam tradisi Brokohan Lembu

Dalam tradisi selametan brokohan lembu ini orang-orang yang terlibat di

dalamnya adalah pemilik lembu, tetangga yang membantu proses pelaksanaan

tradisi ini dimulai dari penyiapan perlengkapan serta memasak bahan-bahan yang

akan disediakan bagi lembu dan juga para tetangga, serta teman-teman angon.

Pakaian yang digunakan juga sekedar pakaian biasa yang terpenting tertutup dan

tidak mengganggu pandangan orang-orang sekitarnya.

Jika ingin mengundang anak-anak untuk ikut memeriahkan kebahagiaan karena

bertambahnya rejeki pemilik lembu juga tidak apa. Namun hal ini sudah jarang

ditemukan. Penulis pernah hadir dan memeriahkan tradisi brokohan lembu

sewaktu penulis masih duduk di sekolah dasar, beramai-ramai datang ke rumah

pemilik lembu.

Di acara tradisi brokohan lembu milik wak Jumana ini, orang-orang yang ikut

berpartisipasi adalah, wak Jumana dan Istrinya, penulis, ibu penulis, dan kedua

82

Universitas Sumatera Utara


adik penulis, serta ada tetangga yang ikut berpartisipasi di acara ini dengan

melihat dari kejauhan.

Foto 3.23 orang-orang yang ikut berpartisipasi

Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis

4.1.5 Proses Pelaksanaan Tradisi Selametan Brokohan Lembu

Proses pelaksanaan tradisi selametan brokohan lembu ini dimulai dari

mempersiapkan makanan dan membedakannya menjadi dua bagian. Masing-

masing bagian berisikan nasi, urap, dan cendol. Pemisahan menjadi dua bagian ini

diperuntukkan satu bagian untuk dibagikan kepada para tetangga dan orang-orang

yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi selametan brokohan lembu,

sedangkan satu bagian lagi diperuntukkan kepada induk lembu yang baru

melahirkan. Satu bagian yang diperuntukkan kepada para tetangga dan orang-

orang yang berparitisipasi dibungkus dengan menggunakan kertas nasi, biasanya

jika memiliki daun pisang dibungkus dengan daun pisang. Di dalam bungkusan

tersebut berisikan nasi, urap, peyek, kerupuk. Untuk cendol dibungkus di dalam

plastik ukuran seperempat. Sedangkan satu bagian lainnya yang diperuntukkan

83

Universitas Sumatera Utara


kepada induk lembu di tempatkan disebuah wadah/baskom biar memudahkan

induk lembu memakan nasi dan urapnya serta meminum cendolnya.

Setelah pemisahan menjadi dua bagian selesai, hal yang selanjutnya dilakukan

adalah pergi menuju tempat dimana induk lembu melahirkan. Sebelum bungkusan

yang akan dibagikan kepada para tetangga dibagikan, terlebih dahulu

penyelenggara tradisi selametan brokohan lembu pergi ke tempat dimana induk

lembu melahirkan. Hal yang pertama kali dilakukan di tempat induk lembu

melahirkan adalah membawa bagian yang sudah dipersiapkan untuk induk lembu

kemudian penyelenggara atau pemilik lembu itu sendiri menyampaikan niatnya

mengapa beliau menyelenggarakan tradisi selametan brokohan lembu ini,

“hari ini aku sengaja membuat brokohan lembu karena suka cita ku dan
rasa bersyukur ku kepada ALLAH SWT bertambah lembuku dan semoga
induk lembu beserta anaknya sehat-sehat terus serta bisa melahirkan
atau berkembang biak dengan baik lagi dan karena suka citaku ini aku
mau membagikan kepada para tetangga supaya mereka juga ikut
merasakan suka cita yang sedang aku rasakan ini”
kemudian setelah itu beliau juga mengumumkan nama anak lembu yang baru

lahir kepada orang-orang yang ikut menyaksikan tradisi selametan brokohan

lembu ini. Setelah itu diberikanlah induk lembu cendol terlebih dahulu untuk

diminum, kemudian di sebelah wadah cendol ada wadah nasi yang dipersiapkan

untuk di makan induk lembu hingga habis.Setelah induk lembu selesai memakan

nasi dan meminum cendol barulah bungkusan yang telah disiapkan sebelumnya

dibagikan kepada para tetangga serta orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam

proses pelaksanaan tradisi selametan brokohan lembu tersebut.

Dalam tradisi selametan brokohan lembu ini praktis sekali persiapannya dan

lebih berkesan sederhana, karena pelaksanaannya yang penuh keikhlasan dan

84

Universitas Sumatera Utara


bersuka cita.Semua orang-orang yang ikut berpartisipasi pun ikut bergembira dan

hubungan silahturahmi pun terjalin dengan baik, karena bisa bertemu denga

tetangga lainnya dan bertegur sapa, bercerita banyak hal.

85

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Masyarakat Desa Bandar Pulau Pekan walaupun mayoritas beragama Islam,

tetapi dalam kepercayaan dan tradisi warisan nenek moyang masih kerap

dilaksanakan oleh sebagian masyarakatnya. Salah satu tradisi yang masih tetap

dilaksanakan masyarakat adalah tradisi selametan brokohan bayi manusia dan

selametan brokohan lembu yang berupa sedekah dengan harapan apa yang

menjadi keinginannya dapat terkabul.

Sebelum tradisi ini dilaksanakan, maka orang yang menyeleggarakan tradisi

tersebut harus terlebih dahulu mempersiapkan nasi dan lauk pauknya. Tradisi ini

bisa dikatakan sifatnya cukup sederhana dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Satu hal yang terpenting adalah tradisi selametan brokohan bayi manusia harus

dilaksanakan, sedangkan tradisi selametan brokohan lembu tidak memiliki

patokan harus dilaksanakan dan kedua tradisi ini tidak tergantung pada aspek

kemewahan.

Kebudayaan Hindu-Budha di Jawa merupakan kepercayaan yang tersebar sejak

dahulu. Akan tetapi, sebelum kepercayaan Hindu-Budha muncul, zaman dahulu

sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme pada zaman prasejarah.

Zaman dahulu lebih tepatnya zaman prasejarah, tradisi selametan semacam ini

masih menggunakan sesaji dan masih memuja roh-roh nenek moyang. Setelah

hadirnya wali songo, tradisi selametan brokohan lembu untuk sekarang ini sudah

86

Universitas Sumatera Utara


mengandung simbol nilai-nilai ajaran Islam. Hal itu dilakukan tanpa merubah

kebudayaan yang menjadi ciri khasnya.

Dari segi makanan yang disajikan sebagai contohnya, masyarakat dikenalkan

nama among-among lembu yang berisi nasi, urap, telur, peyek, kerupuk merah

putih. Seiring perkembangan zaman, beberapa masyarakat Desa Bandar Pulau

beberapa diantaranya tidak lagi menggunakan makanan yang dimasak langsung

sendiri, akan tetapi mereka lebih memilih untuk membeli beberapa bungkus di

warung untuk dibagikan ke tetangga sekitar. Untuk penyajian makanan,

masyarakat dahulunya menggunakan daun pisang, akan tetapi sekarang sudah

berubah menjadi kertas nasi.

Tradisi merupakan pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari

generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai yang diwariskan dari serangkaian

kegiatan tradisi selametan brokohan sapi masih dianggap baik dan relevan oleh

masyarakat. Tradisi semacam ini perlu diambil nilai positif yang terkandung oleh

masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, tradisi tersebut digunakan untuk

silaturahmi atau sekedar menyambung ikatan saudara dengan masyarakat satu

dengan yang lain agar terciptanya hubungan yang erat demi kepentingan bersama

serta sebagai ucapan rasa terimakasih atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa.

Selain itu penulis juga menyimpulkan beberapa pengaruh positif bagi kehidupan

bermasyarakat di Desa Bandar Pulau Pekan, yaitu:

1. Masyarakat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan selalu

bersukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.

2. Terjalin kehidupan yang rukun antar sesama umat disekitarnya.

87

Universitas Sumatera Utara


3. Adanya rasa kebersamaan yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.

5.2 Saran

Sehubungan dengan penelitian ini penulis menyadari masih banyak lagi yang

perlu digali terutama tentang tradisi-tradisi lokal yang berkembang di masyarakat.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pihak-

pihak untuk perbaikan skripsi ini. Untuk penelitian-penelitian selanjutnya

terutama yang berkaitan dengan tradisi selametan brokohan lembu semoga lebih

mendalam lagi mengkaji tentang tradisi tersebut.

Setelah penulis melakukan penelitian tentang tradisi Brokohan (studi etnografi

tentang tradisi Selametan kelahiran lembu), penulis ingin menyampaikan

beberapa hal yang akan menjadi saran atau rekomendasi, adapun saran dan

rekomendasi yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

(1). Bagi Masyarakat Desa Bandar Pulau

Penelitian ini mengharapkan masyarakat Desa Bandar Pulau mengetahui lebih

dalam mengenai makna-makna dan keterkaitan antara religi yang dianut oleh

masyarakat, serta mewariskan tradisi-tradisi yang diketahui oleh orang tua jawa

kepada anak dan cucunya, sehingga hal tersebut dapat berguna untuk

membangkitkan rasa pemuda desa untuk lebih mengenal tradisi yang telah turun

temurun ini dan dengan dengan diadakannya penelitian ini diharapkan menambah

karangan atau pustaka untuk masyarakat Desa Bandar Pulau sendiri.

(2). Bagi Generasi penerus bangsa

88

Universitas Sumatera Utara


Peneliti mengharapkan agar pemuda-pemudi generasi bangsa, khususnya di Desa

Bandar Pulau berkewajiban untuk menghargai hasil pemikiran kakek moyang

orang jawa dengan mempelajari dan mencari makna-makna yang terdapat pada

tradisi tersebut.

(3). Bagi peneliti lain

Peneliti mengharapkan supaya peneliti lain berniat untuk melakukan penelitian

yang selanjutnya dalam bidang budaya misalnya lebih mengenalkan nilai-nilai

yang terkandung dalam tradisi selamatan serta mampu melestarikan tradisi

tersebut meskipun di era globalisasi ini. Selain itu, penelitian ini dapat menambah

dan memperluas pengetahuannya tentang tradisi yang berkaitan dengan mitos atau

kepercayaan yang dimiliki oleh masing-masing daerah yang dianggap unik dalam

memelihara warisan leluhur yang dianggap positif bagi kehidupan masyarakat

Jawa.

89

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Buku/Literatur

Koentjaraningrat. (1972). Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian


Rakyat
Koentjaraningrat. (1980 jilid 2). Antropologi Budaya Suatu Perspektif
Kontemporer, Erlangga, Jakarta.
Koentjaraningrat. (1980). Sejarah Teori Antropologi I, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta.
Koentjaraningrat. (1997). Pengantar Antropologi Pokok-pokok Etnografi II. PT
Rineka Cipta, Jakarta.
Koentjaraningrat. (2004). Manusia & Kebudayaan di Indonesia, Jakarta:
Djambatan.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Wiyasa, Bratawijaya. (1997). Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa. PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Zaini Muchtarom. (1996). Islam Untuk Disiplin Antropologi. Departemen Agama
RI, Jakarta.
Zaini Muchtarom, Santri dan Abangan di Jawa, (Jakarta: INIS, 1998), II/h. 28

Jurnal
Agustina, Ira Audia dan Andryanto Wibisono, Analisis Sinkretisme Agama dan
Budaya Melalui Transformasi Elemen Visual Bernilai Sakral
pada Gereja Katolik Ganjuran. Vol. 2, No. 2, Desember 2017.
Aminulah. 2017. Sinkretisme Agama dan Budaya dalam Tradisi Sesajen di Desa
Prenduan. Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan
Sumenep.
Diah, Silvana. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Brokohan di
Dusun Kadipiro Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Program Studi Pendidikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Huda, Nurul. 2016 Makna Tradisi Sedekah Bumi dan Laut (Studi kasus di Desa
Betahlawang Kecamatan Bonang Kabupaten Demak).
Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.
Kusumo Eko, Sulistyo. 2015. Bentuk Sinkretisme Islam-Jawa di Mesjid Sunan
Ampel Surabaya. Program Studi Sastra Inggris. Universitas
Trunojoyo.
Munawaroh, Lailatul. 2015. Makna Tradisi Among-among bagi Masyarakat Desa
Alasmalang Kemranjen Banyumas. Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Pasaribu, Payerli dan Desi Amanda Sitepu. 2015. Kajian Antropologi Religi
Masyarakat Karo tentang Upacara Mesai Nini di Kampung
Kemiri Binjai. Program Studi Pendidikan Antropologi.
Universitas Negeri Medan.

90

Universitas Sumatera Utara


Safitri Retnia, Yuni. 2018. Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Tradisi
Brokohan Di Desa Jepara Kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Lampung
Sutiyono. 2006. Tradisi Masyarakat Sebagai Kekuatan Sinkretisme di Trucuk,
Klaten. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wendi, Novizal. 2016. Menimbang Agama dalam Kategori Antropologi Telaah
Terhadap Pemikiran Talal Asad. IAIN Imam Bonjol Padang.
Widyaningrum, Listiyani. 2017. Tradisi Adat Jawa dalam Menyambut Kelahiran
Bayi (Studi Tentang Pelaksanaan Tradisi Jagongan Pada
Sepasaran Bayi) di Desa Harapan Harapan Jaya Kecamatan
Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan.
Internet
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52794/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=787CBA54206C77ABD91A2AB1FC92D0BA?sequence=4
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sapi
https://kbbi.web.id
https://id.m.wikipedia.org/wiki/kawedanan
https://kamuslengkap.com/kamus/jawa-indonesia/arti-kata/ubarampe

91

Universitas Sumatera Utara


Daftar Lampiran

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

1. Jenis lembu apa sajakah yang dipelihara?

2. Berapa lamakah biasanya lembu mengandung?

3. Biasanya lembu melahirkan sering diketahui atau tidak?

4. Bagaimana pola asuh/tata cara merawat lembu?

5. Bagaimana persediaan makanan bagi lembu? Dicarikkan atau sudah

tersedia?

6. Sudah berapa lama mengenal tradisi brokohan lembu?

7. Kenapa sekarang masih melaksanakannya?

8. Apa sajakah makna dan tujuan mengenai pelaksanaan tradisi brokohan

lembu?

9. Bagaimana tradisi ini dilaksanakan hingga sekarang? Apakah diwariskan

atau bagaimana?

10. Menu atau ramuan yang biasa disediakan itu apa saja? Apakah makna dari

setiap menu yang disediakan? Peralatan apa sajakah yang digunakan?

11. Siapakah yang mempersiapkan menu atau ramuan tradisi brokohan lembu?

12. Apakah semua jenis lembu di brokohan-kan?

13. Dimanakah tempat untuk melaksanakan tradisi brokohan lembu?

14. Kapan waktu pelaksanaan tradisi brokohan lembu?

15. Siapa sajakah yang ikut berpartisipasi di dalam tradisi brokohan lembu?

Universitas Sumatera Utara


16. Adakah penggunaan pakaian khusus ketika tradisi ini hendak

dilaksanakan?

17. Berapa lamakah acara tradisi brokohan lembu ini berlangsung?

18. Adakah pantangan dalam hal mempersiapkan menu atau ramuan

pelengkap tradisi brokohan lembu?

19. Untuk mempersiapkan menunya biasanya diproleh darimana? Beli atau

sudah ada?

20. Apakah perbedaan antara brokohan lembu dan brokohan bayi?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2.

Informasi Informan

Informan 1

Nama : Mbah Tukimen (Mbah Gareng)

Umur : 101 tahun

Pekerjaan : Peternak Lembu

Deskripsi:

Mbah Tukimen adalah informan kunci saya, biasa sering disapa orang Mbah

Gareng, beliau adalah orang yang pertama kali membuka desa ini. Mbah Gareng

memiliki 9 orang anak, 2 diantaranya sudah meninggal dunia. Mbah Gareng dan

Istrinya tinggal di sebuah rumah yang sampai sekarang masih memiliki ke-khasan

budaya Jawa, salah satunya adalah musik gamelan yang senantiasa di dengarkan

setiap harinya serta gambar-gambar tokoh, seperti presiden soekarno, megawati

dan wayang kulit diantaranya beberapa tokohnya yakni, Hanoman, Petruk, dan

lain sebagainya. Mbah Gareng adalah orang yang senantiasa melaksanakan tradisi

Jawa hingga sekarang, bahkan mewariskan tradisi Jawa kepada anak hingga

cucunya. Beberapa diantaranya tradisi yang masih sering dilaksanakan adalah

tradisi selametan weton dan brokohan sapi.

Mbah Gareng awal mula memiliki 2 ekor sapi/lembu yang kemudian terus

berkembang biak hingga sekarang jumlahnya mencapai 30 ekor lebih. Jenis

sapi/lembu yang dimiliki Mbah Gareng adalah sapi Jawa (sapi biasa). Mbah

Gareng mengatakan bahwa pada umumnya lama sapi/lembu melahirkan hampir

Universitas Sumatera Utara


sama seperti manusia, yakni 9 bulan, dan biasanya jarang diketahui proses sapi

melahirkan. Hanya saja untuk beraga-jaga mbah Gareng mengetahui tanda-tanda

bahwa sapi nya akan melahirkan. Beberapa tanda diantaranya adalah, puting susu

si sapi lengket jika dipegang dengan tangan. Jika hal ini sudah terjadi maka di

haruskan untuk tidak membawa sapi jauh dari kandangnya karena induk sapi akan

melahirkan.

Dalam pengasuhan ternak sapi, mbah Gareng sangat telaten di dalam mengasuh

ternak sapinya. Beliau mengatakan kepada saya bahwa hari yang baik untuk

membeli sapi/lembu adalah hari Jum‟at (Wage). Menurut beliau hari itu adalah

hari yang baik untuk membeli sapi/lembu, terkadang tidak jatuh di hari Jum‟at

juga, semuanya berasal dari kepercayaan turun temurun yang diwariskan, serta

sunnah nabi, supaya dalam memelihara sapi/lembu senantiasa waris (terus

berkembang biak). Selain itu, dalam pemilihan kayu untuk membuat kandang juga

harus kayu kelapa yang sudah disambar petir, hal ini dikarenakan agar si sapi itu

terhindar dari penyakit, sehat-sehat terus si sapi, dan cantik-cantik si sapi.

Mbah Gareng mengatakan bahwa Tradisi Brokohan sudah diketahui sejak zaman

dahulu dan diturunkan oleh Nabi. Mbah Gareng pun masih rutin melakukan

tradisi ini, bahkan beberapa hari sebelum saya datang beliau baru saja mem

brokohan kan sapinya. Beliau mengatakan bahwa asal mula sapi itu adalah dari

keringatnya nabi Adam. Makna dari tradisi brokohan ini adalah untuk

mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dan Nabi nya sapi yakni

Nabi Sulaiman serta berterimakasih kepada orang-orang yang ikut merawat sapi.

Universitas Sumatera Utara


Mbah Gareng mewariskan tradisi ini ke anak dan cucunya. Beliau menerapkan

tradisi ini agar kelak anak dan cucunya tidak melupakan tradisi ini dan senantiasa

ikut melaksanakannya juga. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa orang-orang

sekarang mungkin tidak akan memahami makna diadakannya tradisi ini.

Informan 2

Nama : Wak Ijok

Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Peternak Lembu/Wiraswasta

Deskripsi:

Wak Ijok adalah salah satu informan saya. Wak ijok berusia 46 tahun. Beliau

adalah orang asli dari Jawa yang ikut trasnmigrasi ke Sumatera Utara dan sampai

sekarang menetap di Sumatera. Wak ijok memiliki 4 orang anak perempuan.

Keseharian wak ijok adalah petani lembu dan juga tukang panen di kebun orang.

Wak Ijok juga sering dipercaya sebagai penjaga lembu. Maksudnya adalah

pemilik lembu tidak tahu tata cara merawat lembu tapi ingin memiliki lembu, oleh

sebab itu pemilik lembu menitipkan lembunya kepada Wak Ijok dan pembagian

upah berupa anak lembu. Jika lembu pertama melahirkan untuk pemiliknya dan

lembu melahirkan untuk yang kedua kalinya anak lembu tersebut menjadi milik

Wak Ijok. Di dalam merawat lembu Wak Ijok tidak membedakan kasih sayangnya

kepada lembu yang milik dia dan lembu yang titipan orang. Mengenai tradisi

brokohan juga wak Ijok tidak membedakannya. Semua lembu yang tinggal

bersama Wak Ijok dibuatkan brokohan. Lembu yang dimiliki oleh Wak Ijok

adalah lembu jawa dan lembu biasa. Wak Ijok sudah lama mengenal tradisi

Universitas Sumatera Utara


brokohan lembu. Beliau juga mengenalkan tradisi ini kepada anak-anaknya.

Sampai sekarang beliau masih mempersiapkan tradisi brokohan lembu.

Informan 3

Nama : Wak Jumana dan Wak Ros

Umur : 55 tahun dan 50 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Deskripsi:

Wak Jumana dan Wak Ros adalah penduduk yang sudah lama menetap di Desa

Bandar Pulau sebelum kedua orangtua penulis datang. Wak Jumana adalah suku

bangsa Batak sedangkan wak Ros adalah suku bangsa Jawa. Mereka memiliki 1

anak perempuan dan 4 anak laki-laki. Mereka pemilik lembu sekaligus orang yang

masih melakukan tradisi brokohan lembu. Mereka memiliki jenis lembu yakni

lembu Bali dan lembu biasa. Lembu bali yang dimiliki mereka lah yang penulis

liput untuk melengkapi tugas akhir penulis. Lembu bali yang mereka punya

adalah lembu bali tertua dan hanya mereka yang memiliki lembu bali di desa

Bandar Pulau Pekan. Lembu yang dimiliki mereka tidak garang, bahkan sangat

ramah sekali. Maksudnya ramah adalah menerima oranglain dengan baik dan

disentuh pun mereka suka.

Informan 4

Nama : Wak Iyat

Umur : 58 Tahun

Universitas Sumatera Utara


Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Deskripsi:

Wak Iyat adalah ketua perwiritan perempuan di desa Bandar Pulau Pekan.

Keseharian wak Iyat adalah membuat sapu lidi dari sawit. Selain itu dia juga

merawat lembu. Awal mulanya wak Iyat memiliki 2 lembu dan sekarang sudah

menjadi 12 lembu. Lembu yang tinggal bersama wak Iyat ada beberapa lembu

milik anaknya. Wak Iyat memiliki 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Wak

Iyat berkata kepada penulis bahwa beliau selalu mengingatkan dan mewariskan

kepada anak-anaknya mengenai tradisi jawa yang ada. Wak Iyat mengetahui

tradisi Jawa dari kedua orangtuanya. Wak Iyat mengetahui tradisi brokohan bayi

dan tradisi brokohan lembu, selain itu wak Iyat juga mengetahui ada sebuah

tradisi tentang memperingatin hari kelahiran kita sendiri (weton). Biasanya wak

Iyat mempersiapkan brokohan lembu itu setelah 3-7 hari lembunya melahirkan

dan wak Iyat biasa membagikan makanan kepada tetangga dan juga anak yatim

piatu yang terdekat dengan rumahnya. Untuk perawatan lembu wak Iyat hampir

sama seperti Mbah Tukimen, Wak Ijok dan Wak Jumana. Tidak ada yang

berbeda.

Informan 5

Nama : Mbah Ngapak

Umur : 80 Tahun

Pekerjaan : Peternak Lembu

Deskripsi:

Universitas Sumatera Utara


Mbah Ngapak sebutan orang-orang memanggil beliau karena beliau berasal dari

Ngapak. Mbah Ngapak informan saya selanjutnya. Beliau adalah peternak lembu

dan juga informan saya yang masih melaksanakan tradisi brokohan lembu.

Terdapat perbedaan oleh mbah Ngapak. Beliau mengatakan karena rentan usia

yang sudah mulai lanjut terkadang beliau hanya lebih memilih untuk membeli

hidangan yang sudah jadi untuk prosesi brokohan lembunya. Akan tetapi jika

beliau merasa sanggup maka beliau mempersiapkan secara langsung keseluruhan

apa-apa saja yang dibutuhkan untuk prosesi brokohan lembu. Untuk perawatan

lembu sama dengan peternak lembu lainnya. Jika beliau rajin lembunya akan

dimandikan sesering mungkin. Akan tetapi pada umumnya hanya 2 kali dalam

seminggu saja.

Informan 6

Nama : Wak Udin

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Deskripsi:

Wak Udin informan saya selanjutnya. Beliau pemilik lembu dan masih

melaksanakan tradisi brokohan lembu meskipun jarang-jarang dan tidak teratur.

Beliau mengetahui tradisi ini dari kedua orangtua beliau. Beliau memiliki lembu

yang berbadan besar-besar namanya lembu brenggolo. Wak Udin sangat rajin

mengangon lembunya setiap hari. Biasanya wak Udin mengangon lembunya pada

pukul 2 sore. Beliau mengajak lembunya untuk memakan rerumputan secara

bebas namun tetap berarah agar tidak memakan tumbuhan milik masyarakat. Pada

Universitas Sumatera Utara


saat penulis menemui wak Udin di rumahnya, beliau mengatakn bahwa lembunya

baru saja sakit dan alhamdulillah sudahh sembuh. Lembu wak Udin ditanduk oleh

induk lembu lainnya, oleh sebab itu lembu wak Udin tidak bisa berdiri. Beliau

mengantisipasi dengan memberikan jamu dan susu kedelai setiap harinya. Dan

akhirnya lembunya dapat berdiri dan berjalan dengan normal kembali. Untuk

perawatan lembu wak Udin sama dengan informan saya yang lainnya.

Informan 7

Nama : Anton

Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Peternak Lembu

Deskripsi:

Pak Anton adalah seorang peternak lembu di desa Bandar Pulau. Beliau memiliki

lembuu dengan tujuan untuk dijual. Memberikan perawatan sama dengan peternak

lembu lainnya, dan jika sudah kelihatan ukurannya besar beliau menjualnya

kepada orang lain. Pak Anton dan keluarganya pernah mengetahui tradisi

brokohan lembu, hanya saja dia tidak pernah berpartisipasi dan ikut melaksanakan

tradisi ini. Beliau berkata kepada penulis pernah sekali melaksanakan tradisi ini

namun sekarang sudah tidak lagi, kemungkinan bakalan dilakukan lagi tapi tidak

tahu kapan. Mengingat waktu yang beliau miliki hanya fokus ke perawatan lembu

dan juga pekerjaan lainnya sebagai seorang supir.

Informan 8

Nama : Nek Ongah

Universitas Sumatera Utara


Umur : 100 Tahun

Pekerjaan :-

Deskripsi:

Nek Ongah adalah informan kunci saya yang berkaitan dengan sejarah desa.

Beliau tidak mengetahui tradisi brokohan lembu. Banyak hal yang dapat kita

perbuat untuk bersyukur kepada Allah SWT. Hal-hal yang kita lakukan itu

sebaiknya bertalian kepada Al-Quran dan Hadis. Beliau memaparkan bahwa kita

ini harus selalu bersyukur kepada Allah SWT karena dengan Kuasa-Nya lah

semua yang berkaitan dengan lingkaran hidup (kelahiran, tumbuh dan

berkembang, dan kematian) manusia ini berjalan sesuai dengan porsinya masing-

masing.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai