Anda di halaman 1dari 78

KEPERCAYAAN MASYARAKAT KARO

TERHADAP LEGENDA DANAU LINTING DI DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR


KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG:
PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Oleh

RIBKA DEVINA SEMBIRING


140701030

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Medan
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEPERCAYAAN MASYARAKAT KARO
TERHADAP LEGENDA DANAU LINTING DESA SIBUNGA-BUNGA
HILIR KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG:
PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA

Oleh

Ribka Devina Sembiring


NIM 140701030

Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang saya

kutip dalam naskah ini dan dituliskan di dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya

buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, April 2018

Peneliti,

Ribka Devina Sembiring


NIM 140701030

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEPERCAYAAN MASYARAKAT KARO
TERHADAP LEGENDA DANAU LINTING DESA SIBUNGA-BUNGA
HILIR KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG:
PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA

Oleh

Ribka Devina Sembiring


NIM 140701030

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana Fakultas

Ilmu Budaya dan telah disejui oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Hariadi Susilo, M.Si.


NIP: 195805051978031001

Program Studi Sastra Indonesia

Ketua,

Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP


NIP: 195909071987021002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEPERCAYAAN MASYARAKAT KARO
TERHADAP LEGENDA DANAU LINTING DESA SIBUNGA-BUNGA
HILIR KECAMATAN STM HULU KABUPATEN DELI SERDANG:
PENDEKATAN ANTROPOLOGI SASTRA

ABSTRAK

Oleh

Ribka Devina Sembiring


NIM 140701030

Penelitian ini dibahas mengenai Kepercayaan Masyarakat Karo terhadap Legenda Danau
Linting Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang:
Pendekatan Antropologi Sastra. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah
kepercayaan masyarakat Karo terhadap Legenda Danau Linting di Desa Sibnunga-bunga
Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian adalah Untuk
mendeskripsikan kepercayaan masyarakat Karo terhadap legenda Danau Linting. Landasan
teori yang digunakan adalah antropologi sastra. Dalam penelitian ini digunakan metode
kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa masyarakat Karo khususnya yang
tinggal di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang
mempercayai legenda tersebut yaitu: “kutukan dari seorang nenek, percaya bahwa Danau
Linting jelmaan dari seekor kucing, percaya bahwa Danau linting berpenghuni seorang
wanita, percaya bahwa tidak boleh mengucapkan bahasa yang tabu, percaya bahwa air
Danau Linting mendatangkan kenyamanan dan pengobatan”.

Kata Kunci : Kepercayaan, Masyarakat Karo, dan, Legenda Danau Linting.

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Prakata

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

seizin dari-Nya serta rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Kepercayaan Masyarakat Karo Terhadap Legenda Danau Linting Desa Sibunga-

bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deliserdang: Pendekatan Antropologi Sastra.

Penulisan skripsi ini sangat banyak kesulitan yang penulis alami. Namun, berkat saran

dan dukungan dari semua pihak, semua hambatan dapat penulis atasi. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas Sumatera Utara. Terimakasih atas kesempatan

dan fasilitas-fasilitas yang telah penulis gunakan selama kuliah di Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih atas arahan dan bimbingan yang diberikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan tepat waktu di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Sastra Indonesia Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. dan Sekretaris

Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. Terimakasih atas semua petunjuk yang telah diberikan

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan semua urusan administrasi di

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

4. Dosen Pembimbing Dr. Hariadi Susilo, M.Si. Terima Kasih karena telah membimbing

penulis dengan sungguh-sungguh, sehingga penulis dapat memahami proses

penelitian dari awal sampai akhir.

5. Seluruh dosen dan para staf, terutama Bapak Selamet yang telah banyak memberikan

ilmu serta bantuan yang bermanfaat selama penulis mengikuti kegiatan akademis di

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Keluarga tercinta saya terutama kepada Ibunda yang sangat saya cintai Elisabeth

Barus dan Ayahanda Asli Sembiring Terima kasih atas semua usaha dan do‟a yang

telah diberikan kepada penulis baik berupa materi maupun nasehat-nasehat, sehingga

penulis dapat meraih gelar sarjana pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Kepada saudari saya Yuni Lestari

Sembiring dan Putri Deliana Sembiring yang selalu menjadi tempat pelepas kepenatan

dan pelipur lara serta selalu medukung saya dalam proses penulisan skripsi.

7. Keluarga Permata gereja yang selalu mendoakan saya dalam penyusunan skripsi ini

supaya lancar dan memuaskan.

8. Teman-teman saya yang ikut membantu dalam penelitian Junico Barus, Adi Putra

Sembiring dan Rudiantono Simamora. Dan juga teman-teman terdekat saya di

kampus Novita Sari Siregar, Khairunissa Nadya Nasution, Mitha Hidayani Putri,

Suriyani Fatimah, Anggun Andryani yang selalu memberi motivasi dan menjadi

teman yang saling bertukar pikiran dalam penyusunan skripsi saya.

9. Saudara-saudara saya Misvania Tarigan dan Juniana Tarigan yang membantu saya

dalam mengerjakan penelitian memudahkan proses penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala

bentuk bantuannya dengan tulus dan ikhlas memberikan do‟a dan dukungan hingga

dapat terselesaikannya skripsi ini. Namun, penulis tetap mengenangnya sampai akhir

hayat.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulisan skripsi ini telah berusaha dengan sungguh-sungguh. Namun demikian, jika

ada kekurangan dan kelemahan, penulis bersedia menerima saran yang bersifat membangun

dan membina demi sikap ilmiah dan perbaikan bagi penulis pada masa mendatang.

Medan, Maret 2018

Penulis,

Ribka Devina Sembiring


NIM 140701030

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK................................................................................................................................i

PRAKATA..............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1

1.2 Batasan Masalah...................................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................................3

1.4.1 Tujuan Penelitian...............................................................................3

1.4.2 Manfaat Penelitian.............................................................................3

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA.........................5

2.1 Konsep....................................................................................................................5

2.1.1 Kepercayaan..................................................................................................5

2.1.2 Masyarakat Karo............................................................................................6

2.1.3 Legenda..........................................................................................................8

2.2 Landasan Teori.......................................................................................................9

2.2.1 Antropologi Sastra..........................................................................................9

2.3 Tinjauan Pustaka...................................................................................................10

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................14

3.1 Metode Penelitian ................................................................................................14

3.2 Teknik Pengumpulan Data...................................................................................14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3 Teknik Analisis data.............................................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................15

4.1 Kepercayaan Masyarakat Karo Terhadap Legenda Danau Linting......................15

4.1.1 Percaya Bahwa Adanya Legenda Danau Linting..................................15

4.1.2 Danau Linting dari Jelmaan Seekor Kucing..........................................18

4.1.3 Danau Linting Berpenghuni Seorang Wanita........................................19

4.1.4 Tidak Boleh Mengucapkan Bahasa Yang Tabu....................................21

4.1.5 Danau Linting Sudah Memakan Bebarapa Korban Laki-laki...............23

4.1.6 Air Danau Linting Mendatangkan Kenyamanan...................................24

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................27

5.1 KESIMPULAN.....................................................................................................27

5.2 SARAN.................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................31

LAMPIRAN

1. Legenda Danau Linting............................................................................33

2. Data Informan dan Jawaban Pertanyaan...................................................36

3. Dokumentasi Penelitian............................................................................62

4. Surat Izin Penelitian..................................................................................69

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dikenal sebagai negara yang religius yang mempercayai ajaran

agama namun, ada kebiasaan masyarakat Indonesia sampai sekarang masih tetap

berlangsung. Kebiasan tersebut bertentangan dengan ajaran agama, yaitu masih tetap

percaya pada hal-hal bersifat mistis yang mereka anggap bahwa legenda tersebut adalah

suatu yang sakral.

Legenda ini dikatakan sakral karena mereka mempercayai Danau Linting tersebut

merupakan jelmaan dari seekor kucing yang konon dulunya merupakan peliharaan dari

seorang nenek yang bertempat tinggal di desa Tinggi Raja. Terjadinya Danau Linting ini

yaitu disebabkan oleh ulah seekor kucing yang memakan makanan untuk nenek tua yang

telah lama memelihara kucing tersebut. Murkalah nenek tersebut dan mengutuk ketiga

kucingnya. kucingnya itu menjadi Danau Linting ada juga yang menjadi debuk-debuk

dan satu lagi menjadi sibiru-biru.

Masyarakat memang belum terlalu banyak yang mengetahui legenda Danau Linting

ini tetapi ada beberapa yang menegetahui kepercayaan legenda ini salah satunya juru

kunci dan mempercayai tentang legenda Danau Linting itu bahkan tinggal sudah

berpuluh tahun di Danau Linting tersebut.

Koentjaraningrat (1998:210) mengatakan seperti berikut ini, ”Kepercayaan secara

singkat adalah kepercayaan pada berbagai bentuk dewa, jiwa, serta akhirat, maupun

kepercayaan pada benda-benda atau hal-hal yang mengandung kekuatan sakti, dan

kelahiran kembali, dalam pikiran orang yang benar-benar meyakininya tentu merupakan

suatu kompleks pikiran yang saling berkaitan dan tidak pisah-pisah. Orang yang dalam

hidupnya sangat terpengaruh oleh pikiran seperti itu biasanya tidak akan dapat memberi

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
uraian yang tepat mengenai rincian kepercayaan tersebut, karena ia memang hanya

merasakannya saja dan tidak pernah memikirkannya secara khusus. Sebaliknya, berbagai

gambaran yang ada dalam pikiran dan kepercayaan akan dunia gaib itu dapat dibekukan

dalam kesusastraan suci sehingga diperoleh bentuk-bentuk yang lebih tegas.”

Legenda Danau Linting, berkaitan erat dengan unsur kepercayaan seperti pendapat

Fowler (Cremers, 1995: 57) bahwa kepercayaan merupakan suatu fenomena rasional yang

tidak dapat diredukasikan. Legenda Danau Linting dalam banyak kebudayaan dan

kepercayaan di seluruh Indonesia termasuk di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM

Hulu Kabupaten Deli Serdanng.

Legenda merupakan bagian dari karya sastra, yaitu sastra lama sebagaimana yang

dijelaskan oleh (Tantawi, 2014: 51) Karya sastra tidak pernah dan tidak dapat dipisahkan

dari masyarakat yang menciptakannya atau melahirkannya. Legenda sering kali dipandang

dengan sejarah kolektif (folk hitory), legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat

berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda (Danandjaya,

1991: 66).

Sastra adalah karya tentang sikap dan perilaku manusia secara simbolis. Sastra dan

antropologi selalu dekat. Keduanya dapat bersimbiosis dalam mempelajari manusia lewat

ekspresi budaya (Endraswara, 2013: 2).

Berdasarkan uraian latar belakang, maka penelitian tertarik menelaah kepercayaan

masyarakat karo terhadap legenda cerita rakyat Danau Linting Desa Sibunga-bunga Hilir

Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada kepercayaan masyarakat Karo terhadap legenda

Danau Linting di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli

Serdang.

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.3 Rumuan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;

Bagaimanakah kepercayaan masyarakat Karo terhadap Legenda Danau Linting?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah;

Untuk mendeskripsikan kepercayaan masyarakat Karo terhadap legenda

Danau Linting.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1.4.2.1 Manfaat Teoritis

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama

ilmu sastra dan budaya, khususnya dalam bidang Antropologi

Sastra.

2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan bagi

peneliti-peneliti lainnya yang berminat untuk mengembangkan

penelitian ini karena penelitian yang berhubungan dengan suku

Karo masih terbatas atau minim sekali. Penelitian ini juga

bermanfaat untuk mengetahui legenda danau linting yang dipercayai

Masyarakat Karo di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM

Hulu Kabupaten Deli Serdang.

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4.2.2. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca untuk menikmati dan

memahami legenda Danau Linting.

2) Untuk menambah informasi bagi masyarakat Suku Karo dalam

preferensi legenda Danau Linting bagi generasi muda di zaman ini.

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP

Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini:

2.1.1 Kepercayaan

Armayanti (2011:13), mengatakan bahwa.

“Kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa

adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Kepercayaan

didefenisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain

berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang

mempercayainya.”

Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran, aturan agama, dongeng suci

tentang riwayat dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantum dalam suatu himpunan buku-

buku yang biasanya juga dianggap sebagai kesusastraan suci (Koentjaraningrat, 1990: 377).

Masyarakat karo memiliki bentuk kepercayaan terhadap sesuatu objek berupa

legenda Danau Linting, adapun bentuk kepercayaan ialah sebagai berikut:

(1) Percaya bahwa tidak boleh mengucapkan bahasa yang tabu.

(2) Percaya bahwa Danau Linting dari jelmaan seekor kucing.

(3) Percaya bahwa Danau Linting berpenghuni seorang wanita.

(4) Percaya bahwa Danau Linting sudah memakan korban tenggelam yang konon

katanya ditarik dari dalam danau dan jasadnya akan mengambang keesokan

harinya. Seluruh korban berjenis kelamin laki-laki.

(5) Percaya bahwa air Danau Linting bisa mendatangkan kenyamanan seperti

memandikan kendaraan dengan airnya, dan airnya juga bisa sebagai pengobatan.

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.2 Masyarakat Karo

Berbicara tentang masyarakat Karo Tarigan (2014: 31) mengatakan seperti

berikut,“Masyarakat Karo adalah sekumpulan manusia yang hidup pada wilayah yang

dinamakan kuta (desa), dan memiliki iri-iri dengan memakai bahasa, nilai, adat-istiadat, dan

ikut dalam marga si lima, tutur siwaluh, perkaden-kaden sepuluh dua dan ciri budaya karo

lainnya.”

Dahlyana (2013:2) menjelaskan bahwa,“Masyarakat atau Suku Karo adalah suku

yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini merupakan salah

satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama

kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo.

Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo.”

Ginting (2014:60) berpendapat bahwa,“Suku Karo dikenal sebagai salah satu sub

suku Batak, yang secara historis memiliki wilayah asalnya di daerah pegunungan (Bukit

Barisan) di wilayah Provinsi Sumatera Utara sekarang. Khususnya di wilayah Kabupaten

Karo dan sekitarnya, mereka menyebut menyebut daerah tersebut dengan sebutan Taneh

Karo Simalem (Tanah Karo yang Sejuk).”

Selanjutnya Ginting (2014: 63) menjelaskan bahwa, ”Secara geografis, Kabupaten Karo

berada pada ketinggian 400 sampai 1600 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah

seluruhnya kira-kira 2.127,25 km persegi, atau 27,9% dari luas keseluruhan Provinsi

Sumatera Utara. Berdasarkan klimatologi atau iklimnya Kabupaten Karo mempunyai iklim

yang sejuk dengan suhu berkisar16-17 derajat Celcius. Kabupaten Karo terletak pada

koordinat 2º 50‟ lintang utara sampai 3º 19‟ lintang utara dan 97º 55‟ bujur timur sampai 98º

38‟ bujur timur.”

Selain itu Silalahi (2007: 34) mengatakan tentang suku Karo seperti berikut ini,“Suku

Karo adalah salah satu sub suku yang berdiam di dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli

Hulu dan sebagian daerah Dairi. Wilayah tersebut merupakan bagian dari kabupaten Karo

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan ibu kota Kabanjahe di provinsi Sumatera Utara. Menurut Neuman (dalam Saragih

1972:8) Wilayah Karo adalah suatu wilayah yang luas,yang terlepas dari perbedaan-

perbedaan antar suku, yang menganggap dirinya termasuk kedalam Karo, yang berbeda

dengan Toba, Pakpak, Simalungun. Seluruh perpaduan suku-suku Karo diikat oleh suatu

dialek yang dapat dimengerti dimana-mana dan hampir tidak ada perbedaannya antara yang

satu dengan yang lain.”

Silalahi (2007: 37) menjelaskan tentang daerah Karo seperti berikut ini.

“Pada masa penjajahan Belanda, pemerintahan jajahan Belanda membagi daerah Karo

menjadi 5 wilayah yang terdiri dari : (a) wilayah Lingga, (b) wilayah Sarinembah, (c)

wilayah Suka, (d) wilayah Barusjahe, dan (e) wilayah Kutabuluh. Dan masing-masing

mempunyai beberapa desa. Pada masa pemerintahan Jepang, wilayah ini tidak mengalami

perubahan. Namun setelah Indonesia merdeka, wilayah ini masuk menjadi bagian daerah

tingkat II kabupaten Karo yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di

Kabanjahe. Hingga sampai sekarang kabupaten Karo terdiri dari 13 kecamatan mencakup

kecamatan Barus Jahe, kecamatan Tiga Panah, kecamatan Kabanjahe, kecamatan Merek,

kecamatan Payung, kecamatan Tiganderket, kecamatan Kutabuluh, kecamatan Munte,

kecamatan Laubaleng, kecamatan Tiga Binanga, kecamatan Juhar, keamatan Mardindin, dan

kecamatan Simpang Empat.”

2.1.3 Legenda

Legenda merupakan suatu warisan budaya Indonesia yang berkembang di tengah-

tengah masyarakat yang disampaikan dari mulut ke telinga sehingga tidak diketahui siapa

nama pengarangnya. Legenda biasanya bersifat perseorangan atau milik ras, suku, golongan

tertentu.

Putera (2015: 50) menjelaskan tentang legenda seperti berikut ini, “Legenda atau

dalam bahasa latinnya legere merupakan salah satu ragam dongeng yang kebenarannya

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dianggap nyata oleh masyarakat lokal setempat. Keberadaan cerita legenda sering menjadi

penanda akan keberadaan suatu tempat atau benda. Legenda juga acap kali dianggap sebagai

„sejarah‟ kolektif. Maksudnya dongeng ini layaknya sebuah sejarah yang menceritakan asal-

usul suatu tempat atau benda, tentang kejadian alam, atau kejadian di suatu tempat atau

daerah yang kebenarannya diyakini secara bersama oleh masyarakat pemiliknya. Namun,

karena tidak tertulis pada awalnya maka ceritanya terkadang telah mengalami distrosi

(penyimpangan) sehinngga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.”

Sedangkan jika kita mencari pengertian legenda di Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) sering mendefinisikan legenda sebagai cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada

hubungannya dengan peristiwa sejarah.

Putera (2014:50-51) menjelaskan seperti berikut ini, “Beberapa tokoh seperti William R.

Bascom, seorang antropolog dan peneliti tentang cerita rakyat Amerika Serikat memberi

pengertian legenda sebagai cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu

dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Sementara itu, seorang peneliti asal

Belanda, Hooykass menjelaskan bahwa legenda merupakan dongeng tentang hal-hal yang

berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang

menandakan kesaktian.”

Oleh karena itu, legenda sering disamakan dengan cerita rakyat karena disampaikan

turun-temurun lewat mulut ke telinga oleh masyarakat yang memiliki legenda tersebut. Hal

ini juga disampaikan Putera (2015: 51) yang menyatakan bahwa legenda sering diidentikkan

dengan cerita rakyat.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Antropologi Sastra

Sastra dan antropologi adalah cabang keilmuan yang humanistis. Keduanya

dipandang humanistis karena banyak terikat dengan kehidupan manusia. Kaitan antara

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
antropolohi dan sastra adalah salah satu ilmu yang banyak memperhatikan estetika seni

(Endraswara, 2013: 15).

Endraswara (2011: 110) Analisis antropologi sastra semestinya akan mengungkapkan

berbagai hal, antara lain:

1) Penelitian pertama-tama harus menentukan terlebih dahulu karya mana yang banyak

menampilkan aspek-aspek etnografis. Bahan kajian hendaknya benar-benar

merefleksikan kehidupan tradisi yang telah mengakar di hati pemiliknya.

2) Yang diteliti adalah persoalaan pemikiran, gagasan, falsafah, dan premis-premis

masyarakat yang terpantul dalam karya sastra. Berbagai mitos, legenda, dongeng,

serta hal-hal gaib (kepercayaan) juga sangat diperhatikan oleh peneliti.

3) Perlu diperhatikan struktur cerita, sehingga akan diketahui kekuatan apa yang

mendorong pembaca meyakini karya sastra tersebut.

4) Selanjutnya analisis ditunjukkan pada simbol-simbol ritual serta hal-hal tradisi yang

mewarnai masyarakat dalam sastra itu.

2.3. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengetahuan penulis belum ada yang mengkaji mengenai kepercayaan

masyarakat Karo terhadap legenda Danau Linting sebagai objek penelitian, namun ada

beberapa penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian ini yaitu, pertama

Hotsri Hanti Tamba dalam skripsinya yang berjudul “kepercayaan Masyarakat Terhadap

Tempat Keramat (Studi Kasus Daerah Tamba Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir

Provinsi Sumatera Utara). Kedua, Muhammad Muhadi dalam skripsinya yang berjudul

“Kepercayaan Masyarakat Terhadap Sumur Tua Prespektif Sosiologi (Studi Deskriftif: di

Kelurahan Tunggurono Kecamatan Binjai Timur)”. Ketiga, Rahmad Fadhlan Syahdi dalam

skripsinya yang Berjudul “Nilai Budaya Legenda Tengku Raden Di Masyarakat Melayu

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kualuh-Leidong”. Berikut dijelaskan beberapa penelitian yang relevan dan kontribusinya

penelitian ini.

Tamba (2014) mendeskripsikan bahwa daerah Tamba adalah salah satu daerah yang

masih mempercayai tempat keramat dari zaman dahulu hingga pada saat ini. Masyarakat

Daerah Tamba sudah mencapai kemajuan atau disebut sebagai daerah yang tidak tertinggal

jika dilihat dari tingkat ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.Penelitian yang digunakan

merupakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi kasus yang

bertujuan untuk mengetahui apa makna kepercayaann masyarakat terhadap tempat keramat

dan bagaimana peran masyarakat mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat.

Penelitian ini dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada informan, yang menjadi

informan dalam penelitian ini adalah tokoh pendidikan, tokoh agama, tokoh adat, kepala

desa, mahasiswa dan orang yang berada di luar Daerah Tamba tetapi pernah dan mengetahui

tempat keramat.

Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa mempercayai tempat keramat memiliki

makna bagi masyarakat Daerah Tamba. Hal ini dapat kita lihat dari kepercayaan masyarakat

Daerah Tamba terhadap tempat keramat bisa bertahan sampai sekarang. Selain kepercayaan

terhadap tempat keramat ini memiliki makna, peneliti juga menemukan bahwa masyarakat

Daerah Tamba juga memiliki peran untuk mempertahankan kepercayaan ini, sehingga

sampai sekarang kepercayaan terhadap tempat keramat dapat bertahan.

Muhadi (2009) dalam skripsinya yang berjudul Kepercayaan Masyarakat Terhadap

Sumur Tua (Studi Deskriptif : di Kelurahan Tunggurono Kecamatan Binjai Timur).

Kepercayaan Sumur Tua di masyarakat Jawa adalah fenomena yang telah mulai sejak nenek

moyang ada. Fenomena ini ternyata masih berlanjut hingga saat ini, tidak terkecuali di

Kelurahan Tunggurono Kecamatan Binjai Timur. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk

mengetahui bagaimana perilaku sosial masyarakat terhadap kehadiran Sumur Tua serta

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi masyarakat percaya terhadap Sumur Tua

tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Menurut teori Merton, melalui perilaku sosial masyarakat

tersebut ternyata bersifat fungsional bagi sesama penganut kepercayaan ini, yaitu dapat

mengintetgrasikan masyarakat Jawa yang memiliki kepercayaan ini di Kelurahan

Tunggurono.

Hasil penelitiannya ialah adanya perilaku sosial masyarakat terhadap kehadiran

Sumur Tua yaitu menimbulkan solidaritas sosial, mempererat ikatan kekeluargaan, serta

motivasi dalam membangun lingkungan sekitar. Kemudian juga faktor-faktor yang

melatarbelakangi masyarakat percaya terhadap Sumur Tua, yaitu faktor Pendidikan, faktor

lingkungan, sosialisasi dalam keluarga, kepercayaan Tradisi (keturunan), ajaran keselamatan,

serta memiliki persamaan dengan agama santri. Di dalam kepercayaan ini juga

mengakibatkan disfungsional karena pada kenyataanya terjadi perselisihan diantara mereka.

Syahdi (2013) dalam penelitiannya membahas tentang unsur-unsur intrinsik dan

nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legenda Tengku Raden tersebut. Dengan tujuan

untuk memaparkan unsur-unsur intrinsik laegenda Tengku Raden serta menguraikan nilai-

nilai budaya yang terkandung dalam legenda Tengku Raden. Seperti yang diungkapkan

Teeuw (1984:135),”Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan

secara cermat keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang

bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh”. Secara garis besar sastra terbagi atas dua

bagian yaitu : sastra lisan dan sastra tulisan. Sasgtra lisan dalam penyampaiannya adalah dari

mulut ke mulut yang berisi cerita-cetita terhadap sesama (sastra oral) yang merupakan

warisan turun-temurun dan mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu dikembangkan misalnya

mitos, legenda, dan dpngeng. Sastra tulisan dalam penyampaiannya adalah melalui tulisan

yang sudah dibukukan dan dibaca orang banyak.

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Semua hasil penelitian yang dijadikan rujukan pembahasan banyak yang sudah

meneliti tentang Kepercayaan Masyarakat Karo. Akan tetapi, belum ada yang membahas

lebih mendalam tentang kepercayaan yang merupakan sesuatu Kepercayaan pada masyarakat

Karo tentang Danau Linting.

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah data yang

berbentuk kata, skema, dan gambar. Menurut (Tantawi, 2014: 61) penelitian metode

kualitatif adalah data yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data penelitian ini adalah data lapangan yaitu melalui wawancara dengan

beberapa informasi yang tinggal di desa itu, tepatnya berlokasi di Desa Sibunga-bunga Hilir

Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang. Dalam melakukan wawancara dengan

informan, penulis menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan yang

diajukan penulis dalam melakukan wawancara dengan informan. Alat bantu yang

dipergunakan yaitu alat rekam (ape recorder), pulpen dan buku tulis.

Menurut Chourmain(2006:249) wawancara berarti menggali informasi sebanyak-

banyaknya dari informan. Tantawi (2014:62) menyatakan bahwa wawancara adalah salah

satu cara memperoleh data dari seseorang yang memiliki kompetensi tentang sesuatu.

Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini Mahsun

(1995:106) yaitu:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita.

2. Berusia antara 25-65 tahun.

3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang

atau tidak pernah meninggalkan desanya.

4. Berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.

5. Pekerjaannya berntani atau buruh.

6. Dapat berbahasa Indonesia dan memiliki kemampuan menggunakan bahasa

daerahnya.

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Sehat jasmani dan rohani.

8. Berpendidikan (minimal tamat SD dan sederajat)

Teknik observasi digunakan untuk mengenal wilayah penelitian yang

Sebenarnya dan untuk menentukan informan yang menjadi sumber untuk mendapatkan cerita

rakyat yang diharapkan.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskripsi kualitatif dan analisis data dilakuakan sejak

observasi. Dalam hal ini kata-kata, ungkapan, kalimat, dan teks gambar dianalisis secara

keseluruhan, “direduksi” sehingga tersusun dalam tekstual, kontekstual domain yang

berbentuk narasi, kemudian didistribusikan ke dalam subheadline bentuk paparan dan

analisis data, lima nilai budaya kearifan lokal, dan representatif nilai budaya kearifan lokal

cerita rakyat karo. Disamping itu prediksi dan kontrol serta pemahaman berlangsung terus

menerus dari awal sampai akhir penelitian.

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kepercayaan Masyarakat Karo Terhadap Legenda Danau Linting

4.1.1 Percaya Bahwa Adanya Legenda Danau Linting

Masyarakat Karo khususnya yang tinggal di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan

STM Hulu Kabupaten Deli Serdang sampai saat ini masih mempercayai adanya legenda

Danau Linting. Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa

Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek

yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua sehingga dia tidak bisa lagi untuk membuat

makanannya sendiri.

Nenek ini mempunyai tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di

setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai seorang cucu

yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap harinya mengantar

makanan untuk nenek tua ini.

Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan makanan

kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka tinggal tersisa tulang

ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah

tinggi raja ini”.

Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing

tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu

berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau

Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang

kucing terakhir berlari ke arah sibiru-biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru.

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ketiga tempat tersebut merupakan jelmaan dari seekor kuncing yang terkutuk karena

memakan makanan nenek tua yang merupakan majikan yang sudah lama merawat ketiga

kucing itu. ketiga tempat ini merupakan tempat perairan yang mana mempunyai aliran air

yang sama.

Danau Linting ini merupakan tempat yang sangat keramat dan berpenghuni.sehingga

ketika bertingkah laku dan bertutur kata haruslah yang baik dan sopan untuk di dengar. Di

Danau Linting ini tidak pernah memakan korban perempuan tetapi malah penghuni yang

menjaga Danau Linting ini adalah sesosok perempuan yang kadang muncul di tengah danau,

kadang ia berwujud seperti manusia dan kadang bahkan berwujud setengah manusia dan

setengah naga dan memiliki sisik. Sering terjadi penampakan sehingga tidak terlalu banyak

yang berminat bermain ke Danau Linting ini. Apalagi berenang ketengah jika tidak memakai

ban (alat bantu renang) dan ia tidak terlalu mahir berenang maka akan tenggelamlah ia

kedalam Danau Linting itu.

Masyarakat desa Sibunga-bunga ini banyak yang menyuci kain dan mandi di Danau

Linting ini tentu saja dengan bertingkah laku yang bgaik dan sopan tidak akan terjadi apa-

apa tetapi entah apa yang terjadi kepada seorang Ibu tua yang mandi di Danau Linting itu ia

melihat sesosok manusia yang berambut panjang sehingga menutupi wajahnya berdiri tidak

jauh darinya, setelah itu Ibu tua itu lari ketakutan. Banyak juga kejadian janggal yang terjadi

di Danau Linting ini yaitu saat mengabadikan gambar Danau Linting ini pernah didapatkan

warga seperti bayangan samar yang diduga seperti bentuk kucing ada juga yang mengatakan

seperti anak kecil yang baru saja meninggal karena tenggelam di Danau Linting ini.

Air Danau Linting ini merupakan air yang bisa mengobati penyakit. Air Goa Tao

namanya. Berau sembiring yang mendapatkan bisikian dari leluhur bahwa ada air bagian dari

Danau Linting yang bisa di jadikan air pengobatan dan dipercayai oleh masyarakat sekitar

karena kenyataanpun membuktikan bahwa masyarakat yang berobat dan mandi di air

pengbatan maka akan sembuh dengan melakukan syarat yang sudah ditentukan yaitu yang

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mandi di air goa Tao tidak bleh memakai sabun/shampo, diharuskan berpakaian, waktu

mandi pun di batasi yaitu 15 menit per orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih,

berekeramas harus menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan

berganti pakaian di ruang ganti yang telah disediakan. Danau yang merupakan kutukan dari

seorangh nenek terhadap kucingnya ini juga mempunyai manfaat yang besar bagi

masyarakat yang mempunyai sakit penyakit. Leluhur merupakan orang tua yang mungkin

sudah tiada tetapi rohnya masih menyala-nyala yang harus dihargai ketika mendapatkan

bisikan yang jarang dan mendatangkan penyembuhan. Sehingga yang lebih tua di Desa ini

masing sangat dihargai dan segani.

Ritual yang diadakan di Danau Linting ini yaitu merupakan ritual menaburkan bunga

ke Danau Linting ini oleh pihak saudara yang telah menjadi korban meninggal, dipercaya

oleh keluarga bahwa roh saudaranya ataupun anaknya masih berada di Danau Linting ini.

Sempat menjadi sesuatu yang ditakutkan bahwa Danau Linting ini memakan korban setiap

tahunnya tetapi pernyataan itu tidak dibenarkan karena memang tidak rutin setiap tahun ada

yang meninggal tetapi sampai sekarang walaupun tidak rutin masih saja ada yang meninggal

di Danau Linting ini baik itu karena tenggelam ataupun tertarik kedalam air Danau Linting

yang tidak disangka-sangka. Dan semua korban sampai saat ini tidak ada yang berjenis

kelamin perempuan.

Dilarang diadaakan pemujaan di Danau Linting ini walaupun masih merupakan

tempat yang keramat tetapi tidak ada pemujaan ataupun ritual rutin tertentu untuk Danau

Linting ini. Danau Linting ini menjadi tempat keramat yang sudah dari turun temurun

merupakan tempat yang dipercayai oleh masyarakat karo sekitar bahwa merupakan jelmaan

dari seekor kucing yang dikutuk oleh seorang nenek tua, dan Danau Linting merupakan

tempat yang sudah ada sejak dahulu kala.

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.2 Danau Linting Sebagai Dongeng dari Jelmaan Seekor Kucing

Masyarakat karo khususnya di Desa Sibunga-bunga percaya bahwa Danau Linting ini

merupakan jelmaan seekor kucing. Danau Linting ini sudah ada dari ratusan tahun karna

masyarakat yang paling tua pun pada saat ia masih berumur dini Danau Linting ini sudah

ada. Masyarakat karo mempercayai hal tersebut karena masih kuatnya adat istiadat yang

didapatkannya dari orang tuanya.Mereka percaya akan hal ini karena mendengar ceritanya

dari orang tuanya, dan juga terbukti bahwa tempat ini masih keramat sampai sekarang.

Penulis bertanya kepada informan kita yaitu Pak Ponten sembiring, “Bagaimana

tentang Danau Linting ini yang Bapak ketauhui dan bagaimana kepercayaan masyarakat karo

di Desa Sibunga-bunga ini?” Pak Ponten Sembiring menjawab, “Pada zaman dahulu kala di

sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang

menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua

sehingga dia tidak bisa lagi untuk membuat makanannya sendiri.

Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di setiap

harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai seorang cucu yang

tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap harinya mengantar makanan

untuk nenek tua ini.

Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan makanan

kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka tinggal tersisa tulang

ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah

tinggi raja ini”.

Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing

tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu

berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau

Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang

kucing terakhir berlari ke arah sibiru-biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru. Dan masyarakat

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sini masih percaya akan semua tentang Danau ini karena juga merupakan turun temurun

samapai dengan sekarang Ketiga air ini merupakan air yang sama alirannya, sama panasnya

dan berbau belerang.”

Apalah daya nasib ketiga kucing tersebut sehingga terkutuk karena sudah lancang

memakan makanan dari majikiannya yaitu seorang nenek tua yang sudah tidak bisa lagi

mempersiapkan makananya. Sebenarnya yang diketahui oleh nenek ini sicucunyalah yang

tega memakana makanannya itu sehingga yang keluar dari mulut nenek itu untuk cucunya

tetapi karena pada kenyataanya yang memakan adalah kuncingnya sehingga kucingnyalah

yang terkutuk menjadi Danau Linting karena memang pada kenyataanya ketiga kucing

tersebutlah yang tega memakan makanan nenek tersebut.

Kemurkaan seorang nenek ini membuat ketiga kucing itu terkutuk menjadi Danau

Linting selamanya, sehingga Danau Linting itu menjadi suatu tempat yang keramat,

berpenhuni dan juga memakan korban yang semuanya berjeni kelamin laki-laki. Danau ini

menjadi tempat yang sangat ditakutkan karena begitu banyak kejadian tenggelam yang

memakan nyawa korban.

4.1.3 Danau Linting Sebagai Mitos Berpenghuni Seorang Wanita

Danau Linting adalah tempat yang keramat dikarenakan salah satunya Danau tersebut

merupakan jelmaan dari seekor kucing yang dikutuk oleh nenek tua yaitu pengasuh kucing

tersebut dan juga dikarenakan Danau Linting itu merupakan tempat yang berpenghuni

seorang siluman setengah ular dan setengah ikan terkadang ia berwujud wanita seperti

manusia. Jarang masyarakat setempat bisa melihat penampakannya tapi pernah ada yang

melihat wujud penghuni Danau Linting tersebut, terkadang berwujud setengah ular dan

setengah ikan dan terkadang berwujud manusia yaitu seorang wanita di tengah Danau

Linting tersebut.

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menanyakan kepada informan Buk Njileiken Tarigan dalam bahasa karo. “

Danau Linting e lit penghunina, Bik?”, yang artinya “Danau Linting ini berpenghuni,Buk?”

Informan menjawab dalam bahasa Karo kata Bu Njileiken Tarigan “Ue, lit. Diberu

penghunina. Sekali kunen ia i tengah-tengah Danau e sanagan lit barenda kalak dilaki

tenggelam bas Danau Linting e. ” Artinya: “ Iya, ada. Perempuanlah penghunina. Saya

pernah melihatnya ditengah Danau Linting itu waktu ada kejadian yaitu tenggelamnya

seorang laki-laki di Danau Linting tersebut.”

Tak hanya itu, penulis juga melanjutkan wawancaranya kepada yang lainnya yaitu Bu

Juniana Tarigan, seorang Ibu yg membuka kedai makanan di tepi-tepian Danau Linting

tersebut. Penulis menayakan kepada informan,”Apakah Ibu pernah melihat penghuni Danau

Linting ini?” dan Bu Juniana Tarigan menjawab, “Saya memang tidak pernah tetapi orang

tua teman saya sewaktu berkunjung ke Danau ini pernah ketakutan karena ia melihat sesosok

siluman setengah ular dan setengah ikan di Danau Linting ini, dan ini dikarenakan memang

orang tua teman saya ini mempunyai indra keenam oleh karena itu bisa melihat penampakan

penghuni tersebut.”

Seraya informan bertanya menyambunglah seorang Ibu yang lainnya merupakan

pedagang di Danau tersebut itu juga yang bernama Yulianti Damanik yang tempat tinggalnya

di Danau Linting itu sendiri, ia mengatakan,”waktu saya menemani anak saya mandi di

tepian Danau Linting itu saya sedang asik mengabadikan gambar anak saya dengan kamera

handphone saya, dan setelah melihat hasilnya saya mendapatkan bayangan putih samar

padahal tidak ada siapa-siapa pada saya mengambil gambar tersebut.” Ditambahkan lagi oleh

Bu Ridaw,”Pernah dulu teman saya sehabis ia pulang dari ladang yang tak jauh dari Danau

Linting ini mandi di danau ini, teman saya ini perempuan dan ketika dia meletakkan

sabunnya di tepi batu Danau Linting dan ia membasuh wajahnya kedalam air setelah itu dia

hendak mengambil sabunnya kembali untuk dipakainya lagi tetapi sabunnya sudah tidak ada

ditempat yang ia letakkan tadi, dia melihat kearah depan ia melihat seorang perempuan

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berada tidak terlalu jauh di depannya yang berambut panjang menutupi wajahnya, dan teman

saya ini pun lari ketakutan.”. Penualis bertanya lagi, “Apakah ada ritual khusus yang

dilakukan di Danau ini?” Bu Ridaw menjawab, “Dulu ada, ritual seperti menaburkan bunga

ke Danau Linting ini karena ia ingin mengenang anaknya yang sudah meninggal karena

tenggelam di Danau Linting ini.”

Jelas di sini bahwa informasi dari informan kita bahwa Danau Linting ini

berpenghuni seorang wanita, entah itu manusia yang suda meninggal ataupun seorang

siluman, dan yang bisa melihatnya adalah orang yang memiliki indra keenam. Penulis

bertanya kepada Bu Ridaw, “apakah kejadian aneh yang pernah terjadi di Danau ini ya Anda

ketahui?” Bu Ridaw menjawab,” dulu pernah terjadi kesurupan disini yaitu serang wanita

kesurupan setelah berdua-duaan dengan kekasihnya, ini mungkin karna dia kurang sopan

atau mempunyai niat tidak baik di Danau Linting ini. Wanita ini kesurupan yang dimasuki

oleh penghuni Danau Linting ini yang merupakan seorang wanita maka dari itu tubuh yang

ia masuki adalah tubuh wanita.”

Penghuni ini ingin menjaga Danau Linting ini agar jauh dari tempat jinah jauh dari

ketidak baikkan ataupun perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan. Penghuni ini

dapat berubah-ubah wujud seperti siluman. Tetapi selama kita tidak mengganggu dan

berprilaku yang baik dan menebarkan kebaikkan maka tidak akan terjadi hal yang tidak kita

inginkan.

4.1.4 Mitos Tidak Boleh Mengucapkan Bahasa Yang Tabu

Selayaknya jika berkunjung kemana-mana tidak diperbolehkan untuk mengucapkan

hal yang tabu ataupun berkata kasar dan sejenisnya beguitu juga di daerah Danau Linting ini

tidak diperbolehkan mengucapkan Bahasa yang tabu dan kasar, harus beprilaku yang sopan

dan santun agar lebih menghargai masyarakat atau pun penghuni yang ada. Tetapi seiring

berjalannya waktu Danau Linting sudah menjadi wisata dan lumayan banyak orang-orang

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang berkunjung kesana tetapi tetap saja tidak diberlakukan mengucapkan bahasa yang tabu

dan kasar karna akan mendapatkan kualat tersendiri.

Penulis bertanya kepada informan yang bernama Ridaw Kristiana Sembirig,” Apakah

di Danau Linting ini diperbolehkan berkata sesukanya termasuk cakap kotor(bahasa yang

tabu)?” informan menjawab,”Tidak, dulu tempat ini sangatlah keramat, apapun yang kita

lakukan haruslah meminta izin terlebih dahulu agar tidak terjadi masalah apalagi berkata

kotor(bahasa yang tabu) sangat tidak diperbolehkan agar tidak mendapatkan kualat

tersendiri. Juga haruslah menjaga kebersihan, dan bertingkah laku yang sopan dan santun”.

Penulis bertanya kepada informan lagi yaitu Bu Ridaw Kristiana Sembiring, “Apakah Anda

pernah mengucapkan kata-kata atau pun bahasa yang tabu di Danau Linting ini?” infrman

menjawab, “ Mungkin secara tidak langsung pernah, ya seperti keceplosan pada waktu itu

karena saya memarahi anak saya yang bermain hujan di dekat tepian danau dan saya

mengucapkan bahasa yang tabu karena kemarahan saya yang tidak terkontrol mungkin,

tetapi setelah itu saya terpeleset karena licin dan itulah tanda saya terkena kualat karena telah

mengucapkan bahasa yang tabu karena seharusnya ditempat yang keramat dan berpenghuni

ini seharusnya kita bisa lebih menjaga cara berbicara kita, cara berperilaku kita yang

tandanya ita menghargai tempat itu dan kita menghargai penghuni yang menjaga di Danau

Linting itu”.

Dimanapun bahkan ditempat asing manapun kita sudah seharusnya menghargai

tempat tersebut karena merupakan bukan wilayah kita dan kita pun tidak tau kebiasaan orang

daerah tersebut bagaimana maka dari itu kita sudah seharusnya tidak mengucapkan bahasa

yang tabu agar kita tidak mendapatkan celaka ataupun kualat.

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.5 Danau Linting Sebagai Mitos Sudah Memakan Bebarapa Korban Laki-laki

Danau Linting sudah memakan korban dan keseluruhannya adalah berjenis kelamin

laki-laki tak satu pun perempuan. Hal ini disebabkan karena Danau Linting ini berpenghuni

seorang perempuan, maka dari itu korban yang tenggelam adalah selalu berjenis kelamin

laki-laki. Korban menjadi tenggelam karena berenang ketengah dengan tidak memakai alat

bantu renang apapun dan konon katanya ditarik dari bawah sampai korban kehabisan nafas

dan akhirnya meninggal dunia.

Dan jasadnya tidak akan mengambang dihari itu juga melainkan keesokan harinya

dipagi hari. Hal ini didapatkan penulis dari informan-informan yang diwawancarai. Penulis

menanyakan kepada informan kita yaitu Pak Payau Tarigan, “Apakah pernah ada yang

tenggelam di Danau Linting ini?” Pak Payau Tarigan menjawab, “Pernah, dan semua korban

tenggelam yaitu laki-laki.” Penulis menanyakan lagi,”Mengapa korban tersebut bisa sampai

tenggelam? Apakah beliau tidak bisa berenang sehingga dia tenggelam dan meninggal?” Pak

Payau Tarigan menjawab,”Bukan karena ia tidak bisa berenang tetapi karena ia berenang

ketengah dan tidak memakai ban atau alat berenang yang aman sehingga di tengah ia tertarik

dan tenggelam, jasadnya pun tidak akan ditemukan pada saat itu juga melainkan keesokan

paginya.” Pak Payau Tarigan menambahkan,”Tidak ada satu pun perempuan yang tenggelam

dan meninggal disini karena penghuninya Danau Linting ini ya seorang perempuan, ia akan

tertarik pada laki-laki. Baru-baru ini anak kecilah yang menjadi korban tenggelam di Danau

Linting ini. Anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang berumur 4 tahun tenggelam ketika ia

bermain lari-larian di tepi Danau Linting bersama dengan abangnya sehingga iya terjatuh ke

Danau Linting dan tenggelam, abangnya ketakutan dan menyembunyikan dan tidak

memberitahukan kalau adiknya sudah tenggelam karena ia takut dimarahi sehingga jasad

adiknya mengapung diesok hari di Danau Linting tersebut”.

Korban yang selalu berjenis kelamin laki-laki ini menjadi tolak ukur bagi kaum laki-

laki untuk tidak usah berenang jika tidak benar-benar mahir berenang, jika hendak berenang

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dianjurkan untuk memakai alat bantu renang agar menjauhkan diri dari kejadian yang tidak

diinginkan. Baik itu tua, muda, dewasa, remaja jika berjenis kelamin laki-laki dianjurkan

untuk lebih berhati-hati jika ingin berenang apalagi ketengah Danau Linting. Air tenang

menghanyutkan.

4.1.6 Air Danau Linting Sebagai Mitos Mendatangkan Kenyamanan dan Pengobatan

Mendatangkan kenyamanan disini artinya airnya bisa dijadikan sebagai kenyamanan

untuk sesuatu hal jika kita mempercayainya, seperti keluarga penulis sendiri pernah memakai

air Danau Linting yang dicampurkan oleh beberapa bunga dan disiramkan ke mobil orang

tua si penulis. Hal ini dipercayai agar saat mengendarai mobil tersebut nantinya akan terasa

nyaman dan aman. Dan yang menyiram mobil tersebut bukan sembarang melainkan kakek si

penulis yang sudah tinggal lama di Desa si Bunga-bunga tersebut. Sudah dua kali tradisi ini

dilakukan di Danau Linting dengan airnya tersebut dan terbukti mobil yang dikendarai tidak

pernah tabrakan dan nyaman saat dikendarai.

Airnya juga dipercayai untuk pengobatan. Air untuk pengobatan dan untuk

kenyamanan itu dibedakan dengan air yang biasanya untuk mandi dan untuk para wisata

biasa namun airnya masi tetap satu aliran. Airnya terletak tidak jauh dari danau yang besar.

Dan airnya ini di bagi-bagikan sesuai dengan 5 marga yang ada di budaya karo yaitu Ginting,

Sembiring, Peranginangin, Tarigan, Karo-karo dan ada juga yang bernama air Putri Hijau

karena ketika kita lihat air itu tergenang akan berwarna hujau dan jika kita pegang airnya dan

melihat dari dekat airnya akan berwarna putih bening seperti air biasa. Air Danau Linting ini

merupakan air yang bisa mengobati penyakit. Air Goa Tao namanya. Berau sembiring yang

mendapatkan bisikian dari leluhur bahwa ada air bagian dari Danau Linting yang bisa di

jadikan air pengobatan dan dipercayai oleh masyarakat sekitar karena kenyataanpun

membuktikan bahwa masyarakat yang berobat dan mandi di air pengbatan maka akan

sembuh dengan melakukan syarat yang sudah ditentukan yaitu yang mandi di air goa Tao

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak bleh memakai sabun/shampo, diharuskan berpakaian, waktu mandi pun di batasi yaitu

15 menit per orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih, berekeramas harus

menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan berganti pakaian

di ruang ganti yang telah disediakan. Danau yang merupakan kutukan dari seorangh nenek

terhadap kucingnya ini juga mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat yang

mempunyai sakit penyakit. Leluhur merupakan orang tua yang mungkin sudah tiada tetapi

rohnya masih menyala-nyala yang harus dihargai ketika mendapatkan bisikan yang jarang

dan mendatangkan penyembuhan. Sehingga yang lebih tua di Desa ini masing sangat

dihargai dan segani.

Penulis menanyakan kepada informan kita yaitu Pak Meter Ginting, “Mengapa

airnya dibedakan dan dibagi-bagi seperti ini pak?” Pak Meter Ginting menjawab,”Dulu

airnya ini sebenarnya menyatu semua tetapi dibagi-bagi seperti ini karena yang mengelola

bagian dari air ini mendapat bisikan dari leluhur kalau air ini harus dibagi-bagi sesuai marga

yang ada di dalam suku karo maka terjadilah seperti ini.” Penulis menanyakan lagi kepada

Pak Meter Ginting,”Apakah masih ada yang datang meminta pengobatan?” Pak Meter

menjawab,”Masih ada dan lumayan banyak untuk meminta pengobatan terutama

dikarenakan sudah cukup banyak yang berobat dengan menggunakan air tao ini dan selalu

disembuhkan bagi orang-rang yang percaya bahwa dia akan sembuh dengan air ini”.

Walau air ini terkadang akan terkena hujan tetapi tidak akan merubah fungsinya

selama memakai aturan yang telah disediakan dan tidak melanggarnya sedikitpun. Air ini

menjadi keunggulan di Danau Linting ini karena memiliki fungsi yang positif dan

bermanfaat bagi orang banayak.

Penulis bertanya kepada informan kita lagi yaitu Pak Meter Ginting, “Apakah Bapak

pernah berobat ke Danau Linting ini?” informan menjawab, “Dulu saya pernah berobat ke

Danau Linting ini dengan menggunakan air Danau linting ini yang dinamakan air tao dan

melakukan semua peraturan yang di tentukan dan tidak melanggarnya sehingga saya bisa

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sembuh dan tidak sakit lagi, waktu itu saya sakit gatal-gatal dan sakit pada pundak bagian

kanan saya dan akhirnya saya sembuh setelah berobat dengan menggunakan air pengobatan

tersebut”.

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Legenda Danau Linting adalah sebuah cerita yang berasal dari Desa Sibunga-bunga

mengisahkan sebuah kutukan. Kucing dari seorang nenek yang sudah lama tinggal bersama

di daerah Tinggi Raja yang dikutuk menjadi Danau Linting karena memakan makanan nenek

tersebut yang telah diantarkan oleh cucunya. Ada tiga kucing yang dikutuk yg lainnya

dikutuk menjadi sibiru-biru dan debuk-debuk.

Nenek yang murka ini sebenarnya mengira bahwa cucunya yang memakan makanan

yang telah diantarkannya yang seharusnya untuk nenek tersebut maka yang keluar dari mulut

nenek tersebut adalah “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah tinggi raja ini”.

Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing

tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu

berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau

Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang

kucing terakhir berlari ke arah sibiru-biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru.

Masyarakat Karo khususnya yang tinggal di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan

STM Hulu Kabupaten Deli Serdang mempercayai legenda tersebut, dan disampaikan turun

temurun ini bertujuan supaya budaya tetap terjaga, dan tidak akan hilang sampai ke genrasi

selanjutnya. Karena Danau Linting ini merupakan cerita rakyat yang dimiliki oleh suku kar

yang menjadi kemajuan bagi suku karo sehingga harus dilestarikan.

Penulis menganalisis kepercayaan masyarakat karo khususnya di Desa Sibunga-

bunga yang terkandung dalam legenda Danau Linting, maka penulis mengambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Masyarakat Karo khususnya yang tinggal di Desa Sibunga-bunga Hilir

Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang mempercayai legenda

tersebut yaitu kutukan dari seorang nenek tua yang berasal dari desa

Tinggi Raja.

2. Masyarakat Karo di Desa Sibunga-bunga percaya bahwa Danau Linting

jelmaan dari seekor kucing yang dikutuk oleh nenek yang sudah lama

mengasuh kucing tersebut karena kucing itu memakan makanan nenek itu

yang telah diantarkan oleh cucunya kepadanya tetapi dimakan oleh ketiga

kucing tersebut sehingga membuat nenek itu marah dan mengutuk kucing

tersebut.

3. Masyarakat Karo di Desa Sibunga-bunga percaya bahwa Danau Linting

berpenghuni seorang wanita yang konon katanya kadang berbentuk

setengah ular dan setengah ikan dan juga terkadang berwujud seorang

wanita tetapi sudah jarang sekali memperlihatkan wujudnya lagi.

4. Masyarakat Karo di Desa Sibunga-bunga percaya bahwa tidak boleh

mengucapkan bahasa yang tabu seperti cakap kotor dan hal-hal yang tidak

sopan karna akan mendapatkan bala ataupun kualat tersendiri bahkan bisa

menghilangkan nyawa sendiri.

5. Masyarakat Karo di Desa Sibunga-bunga percaya bahwa Danau Linting

sudah memakan korban tenggelam yang konon katanya ditarik dari dalam

Danau Linting dan jasadnya akan mengambang keesokan harinya. Korban

yang sudah ada keseluruhannya adalah berjenis kelamin laki-laki yang

dikarenakan penghuni Danau Linting tersebut merupakan seorang

perempuan.

6. Masyarakat Karo di Desa Sibunga-bunga percaya bahwa air Danau

Linting bisa mendatangkan kenyamanan ataupun pengobatan tradisional

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bagi yang mempercayainya sesuai dengan menggunakan syarat dan

ketentuan yang telah dibuat jika ingin berobat di air pengobatan yang

disebut dengan air tao. Dan jika seperti mendatangkan kenyamanan cukup

dengan menggunakan air Danau Linting itu dan menggunakan dedaunan

dan bermaca, bunga-bunga dan juga jeruk purut setelah itu di siramkan ke

bagian yang ingin dinyamankan seperti misalnya kendaraan yaitu mobil,

mobil, motor, becak, sepeda, dll. Syarat pengbatan yang sudah ditentukan

yaitu yang mandi di air goa Tao tidak boleh memakai sabun/shampo,

diharuskan berpakaian, waktu mandi pun di batasi yaitu 15 menit per

orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih, berekeramas harus

menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan

berganti pakaian di ruang ganti yang telah disediakan. Jika tidak mandi

dilang untuk memegang air tersebut.

5.2 SARAN

Adapun saran yang penulis sampaikan dari penulisan skripsi ini antara lain sebagai

berikut :

1. Agar penelitian terhadap karya sastra baik lisan maupun lisan tertulis dan

budaya-budaya tradisional terus dilaksanakan supaya terjaga

kelestariaanya dan dapat diketahui oleh masyarakat banyak sehingga

menambah wawasan pembelajaran.

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Hendaknya kajian terhadap legenda lebih digiatkan lagi untuk mengetahui

budaya-budaya lain yang masih belum terangkat kepermukaan( yang

belum diketahui masyarakat luas)

3. Membuat Audio Visual berupa drama atau fragmen untuk melestarikan

Legenda Danau Linting supaya tidak hilang di masyarakat. Sehingga

generasi selanjutnya nanti dapat mendengar atau menyaksikan cerita

legenda tersebut.

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

Armayanti, Novita. 2011. Gambaran Kepercayaan Konsumen Terhadap Pembelian Melalui


Media Internet (Skripsi). Medan: Fakultas Psikologi USU.

Chourmain Imam, Adiguru. 2006. Acuan Normatif Penelitian untuk Penulisan Skripsi (Tesis
dan Disertasi). Al-Haramain Publishing House.Jakarta.
Cremers, Agus. 1995. Tahap-Tahap Perkembanagan Kepercayaan Menurut James W.
Fowler.Yogyakarta: Kanisius.

Dahlyana, Lely. 2013. Pengenalan Budaya dan Adat Istiadat Karo Berbasis Web (Skripsi).
Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

Danandjaja, James. (2002).Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
Grafiti.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Antropologi Sastra. Yogyakarta: Ombak.


Endraswara, Suwardi 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.

Ginting, Usaha. 2014. Katoneng-Katoneng Pada Upacara Cawir Metua Dalam Budaya Karo:
Kajian Fungsi, Struktur Musik, dan Makna Tekstual” (Tesis). Medan: Fakultas
Ilmu Budaya USU.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi II: pokok-pokok etnografi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Muhadi, Muhammad. 2009. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Sumur Tua Prespektif


Sosiologi (Studi Deskriftif: di Kelurahan Tunggurono Kecamatan Binjai Timur)
(Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

Putera, Prakoso Bhairawa. 2015. Mengenal dan Memahami Ragam Karya Prosa
Lama.Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Silalahi, Afriana Berliana. 2007. Fungsi Dan
Makna Ornamen Rumah Adat Karo: Kajian: Semiotik (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra
USU.
Susilo, Hariadi. 2017. Wacana Kohesi dan Kearifan Lokal Dalam Cerita RakyatMasyarakat
Karo (Disertasi).Medan : Fakultas Ilmu Budaya USU.

Syahdi, Rahmad Fadhlan. 2013. Nilai Budaya Legenda Tengku Raden Di Masyarakat
Melayu Kualuh – Leidong (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.

Tamba, Hotsri Hanti. 2014. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Tempat Keramat (Studi
Kasus di Daerah Tamba Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir) (Skripsi).
Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

Tantawi, Isma. 2014. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media.

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tarigan, Terangta. 2014. Keberadaan Pemeluk dan Penerapan Nilai-Nilai Aliran
Kepercayaan Pemena di Desa Pergendangen, Kabupaten Karo (Studi Kasus di
Desa Pergendanngen Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo) (Skripsi). Medan:
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 1. LEGENDA DANAU LINTING

Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja

ini dahulu banyak orang yang menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek yang sudah

tua. Nenek ini sudah sangat tua sehingga dia tidak bisa lagi untuk membuat makanannya

sendiri.

Nenek ini mempunyai tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di

setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai seorang cucu

yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap harinya mengantar

makanan untuk nenek tua ini.

Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan makanan

kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka tinggal tersisa tulang

ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah

tinggi raja ini”.

Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing

tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu

berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau

Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang

kucing terakhir berlari ke arah sibiru-biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru.

Ketiga tempat tersebut merupakan jelmaan dari seekor kuncing yang terkutuk karena

memakan makanan nenek tua yang merupakan majikan yang sudah lama merawat ketiga

kucing itu. ketiga tempat ini merupakan tempat perairan yang mana mempunyai aliran air

yang sama.

Danau Linting ini merupakan tempat yang sangat keramat dan berpenghuni.sehingga

ketika bertingkah laku dan bertutur kata haruslah yang baik dan sopan untuk di dengar. Di

Danau Linting ini tidak pernah memakan korban perempuan tetapi malah penghuni yang

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjaga Danau Linting ini adalah sesosok perempuan yang kadang muncul di tengah danau,

kadang ia berwujud seperti manusia dan kadang bahkan berwujud setengah manusia dan

setengah naga dan memiliki sisik. Sering terjadi penampakan sehingga tidak terlalu banyak

yang berminat bermain ke Danau Linting ini. Apalagi berenang ketengah jika tidak memakai

ban (alat bantu renang) dan ia tidak terlalu mahir berenang maka akan tenggelamlah ia

kedalam Danau Linting itu.

Masyarakat desa Sibunga-bunga ini banyak yang menyuci kain dan mandi di Danau

Linting ini tentu saja dengan bertingkah laku yang bgaik dan sopan tidak akan terjadi apa-

apa tetapi entah apa yang terjadi kepada seorang Ibu tua yang mandi di Danau Linting itu ia

melihat sesosok manusia yang berambut panjang sehingga menutupi wajahnya berdiri tidak

jauh darinya, setelah itu Ibu tua itu lari ketakutan. Banyak juga kejadian janggal yang terjadi

di Danau Linting ini yaitu saat mengabadikan gambar Danau Linting ini pernah didapatkan

warga seperti bayangan samar yang diduga seperti bentuk kucing ada juga yang mengatakan

seperti anak kecil yang baru saja meninggal karena tenggelam di Danau Linting ini.

Air Danau Linting ini merupakan air yang bisa mengobati penyakit. Air Goa Tao

namanya. Berau sembiring yang mendapatkan bisikian dari leluhur bahwa ada air bagian dari

Danau Linting yang bisa di jadikan air pengobatan dan dipercayai oleh masyarakat sekitar

karena kenyataanpun membuktikan bahwa masyarakat yang berobat dan mandi di air

pengbatan maka akan sembuh dengan melakukan syarat yang sudah ditentukan yaitu yang

mandi di air goa Tao tidak boleh memakai sabun/shampo, diharuskan berpakaian, waktu

mandi pun di batasi yaitu 15 menit per orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih,

berekeramas harus menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan

berganti pakaian di ruang ganti yang telah disediakan. Danau yang merupakan kutukan dari

seorangh nenek terhadap kucingnya ini juga mempunyai manfaat yang besar bagi

masyarakat yang mempunyai sakit penyakit. Leluhur merupakan orang tua yang mungkin

sudah tiada tetapi rohnya masih menyala-nyala yang harus dihargai ketika mendapatkan

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bisikan yang jarang dan mendatangkan penyembuhan. Sehingga yang lebih tua di Desa ini

masing sangat dihargai dan segani.

Ritual yang diadakan di Danau Linting ini yaitu merupakan ritual menaburkan bunga

ke Danau Linting ini oleh pihak saudara yang telah menjadi korban meninggal, dipercaya

oleh keluarga bahwa roh saudaranya ataupun anaknya masih berada di Danau Linting ini.

Sempat menjadi sesuatu yang ditakutkan bahwa Danau Linting ini memakan korban setiap

tahunnya tetapi pernyataan itu tidak dibenarkan karena memang tidak rutin setiap tahun ada

yang meninggal tetapi sampai sekarang walaupun tidak rutin masih saja ada yang meninggal

di Danau Linting ini baik itu karena tenggelam ataupun tertarik kedalam air Danau Linting

yang tidak disangka-sangka. Dan semua korban sampai saat ini tidak ada yang berjenis

kelamin perempuan.

Dilarang diadaakan pemujaan di Danau Linting ini walaupun masih merupakan

tempat yang keramat tetapi tidak ada pemujaan ataupun ritual rutin tertentu untuk Danau

Linting ini. Danau Linting ini menjadi tempat keramat yang sudah dari turun temurun

merupakan tempat yang dipercayai oleh masyarakat karo sekitar bahwa merupakan jelmaan

dari seekor kucing yang dikutuk oleh seorang nenek tua, dan Danau Linting merupakan

tempat yang sudah ada sejak dahulu kala.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN II

DATA INFORMAN DAN JAWABAN PERTANYAAN

1.Nama : Ponten Sembiring

Umur : 75 Tahun

Perkerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Alamat : Desa Sibunga-bunga

Pendidikan Terakhir : SR

Wawancara pada tanggal 30 Maret

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawaban : Ya, saya tahu

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : sejak kecil sekitaran saya berumur 14 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawan : Saya terima dari nenek saya dulu sewaktu beliau masih hidup.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain).

Jawab : Pada siang hari yaitu ketika saya dan nenek saya berkunjung ke Danau

Linting.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Tujuannya untuk mengetahui asal-usul dan juga menambah wawasan

terhadap fenomena yang ada

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

Jawab : Masyarakat percaya akan legenda Danau Linting ini, karena Danau

Linting ini merupakan tempat yang sangatlah keramat dulunya bahkan banyak

kejadian-kejadian yang terjadi di Danau ini. Bahkan hingga yang meninggal pun

terjadi di danau ini, ini disebabkan karena adanya penghuni yang menjaga Danau

Linting ini yaitu seorang perempuan dan korban yang pernah meninggal karena

tenggelam di sini adalah berjenis kelamin laki-laki tidak satu pun perempuan.

Danau ini memiliki juga air untuk pengobatan yaitu bisa mengobati orang sakit.

Airnya yang berada di dekat goa dan memiliki lima jenis air yang dinamai sesuai

dengan marga yang ada di suku karo yaitu Ginting, Sembiring, Perangin-nangin,

Tarigan, Karo-karo.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Jika dahulu sering tetapi sekarang sudah hampir punah karena sekarang

Danau Linting sudah menjadi tempat wisata dan cukup ramai pengunjung yang

datang ke Danau Linting ini.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Menurut saya legenda ini perlu dikembangkan karena sudah sangat

sedikit yang mengetahui tentang Danau Linting ini. Dikembangkan lagi agar

generasi selanjutnya menghetahui bahwa ada fenomena budaya karo yaitu

legenda Danau Linting yang dulu mulanya terjadi karena kutukan dari seorang

nenek terhadap kucingnya. Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa

Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang menanam padi.

Disana hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua

sehingga dia tidak bisa lagi untuk membuat makanannya sendiri.

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di

setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai

seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap

harinya mengantar makanan untuk nenek tua ini.

Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan

makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka

tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya

perbuatan cucuku ini goodbye lah tinggi raja ini”.

Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka

kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang

berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah

danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-

debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-

biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru.

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.Nama : Joit Tarigan

Umur : 49 Tahun

Perkerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Alamat : Desa Sibunga-bunga

Pendidikan Terakhir : SMA

Wawancara pada tanggal 30 Maret

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Umur saya sekitar 16 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : Dari orang tua saya

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Pada saat sore hari ketika sedang santai bersama dengan orang tua.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Menurut saya untuk adat istiadat agar lebih menghargai leluhur.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

Jawab : Masyarakat yang tinggal di Desa Sibunga-bunga ini bahkan desa-desa

sebelah masih percaya dengan legenda Danau Linting ini tetapi sekarang sudah

mulai punah karena legenda ini sudah tidak banyak lagi diceritakan karena sudah

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi tempat wisata bagi pengunjung-pengunjung luar. Tidak banyak yang

menceritakan kepada generasi baru atau anak-anaknya sehingga ceritanya

legenda ini hampir lenyap. Sangat disayangkan padahal danau ini memiliki

legenda yang cukup unik dan bahkan bisa menjadi karya untuk pendidikan.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Sudah lumayan jarang tetapi kami akan segera menuturkannya kembali

sebisa mungkin.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Cerita ini saya sangat percaya karena saya juga sudah lama tinggal disini

yaitu sejak lahir sehingga tau banyak tentang keramatnya tempat ini dahulu kala.

Cerita legenda Danau Linting ini bisa menjadi karya yang berpendidikan jika

dikembangkan sebaiknya harus di jaga dan dilestarikan. Banyak cerita simpang

siur tentang cerita legenda Danau Linting ini tetapi yang saya ketahui sesuai

dengan yang diceritakan orang tua saya bahwa Danau Linting ini adalah jelmaan

dari seekor kucing yang di kutuk oleh majikannya yaitu seorang nenek yang

tinggal sebatang kara di desa Tinggi Raja. Danau ini yaitu danau yang dikelilingi

tanah putih dan airnya satu aliran dengan debuk-debuk dan sibiru-biru yaitu yang

merupakan kucing lain yang dikutuk oleh nenek tersebut.

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Nama : Ridaw Kristiana Sembiring

Umur : 45 Tahun

Perkerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Desa Sibunga-bunga

Pendidikan Terakhir : SD

Wawancara pada tanggal 31 Maret

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah.

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Saya mendengar dan mengetahui cerita ini sekitar saya berumur 20 tahun.

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : Cerita legenda ini saya dapatkan dari kepala dinas.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Pada saat rapat lingkungan di desa ini.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Tujuannya untuk generasi selanjutnya mengetahui bahwa adanya legenda

Danau Linting ini dan ikut melestarikannya.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

Jawab : Masyarakat terutama di desa ini masih percaya dengan adanya legenda

itu dan masih menuturkannya walaupun sudah tidak seperti dulu. Itu desebabkan

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
karena Danau Linting kini sudah menjadi wisata alam yang dinikmati pengunjung

begitu sajam, mereka tidak mengetahui legenda Danau Linting ini sama sekali.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Menurut saya masih biasa dan sering dituturkan dalam masyarakat.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Jika pendapat saya cedrita legenda Danau Linting ini sebaiknya tetap

dituturkan ke masyarakat bahkan kepada pengunjung agar mereka tahu sedikit

banyaknya tentang Danau Linting. Karena banyak cerita yang berlainan tetapi

warga ataupun masyarakat disini dan saya pun percaya bahwa danau linting ini

dahulu karena kutukan dari seekor kucing yang dikutuk menjadi danau dari

seorang nenek yang merupakan pengasuh kucing itu. danau ini juga merupakan

danau yang masih keramat dan harus dijaga cara berbicara dan cara bertingkah

laku agar sang penghuni tidak merasa terganggu. Agar pengunjung juga tidak

berenang terlalu ketengah agar lebih menjaga keselamatan karena konon katanya

yang tenggelam itu ketika dia berenang ketengah danau dan tenggelam karena

kakinya ditarik dari bawah danau dan jasadnya akan mengapung keesokkan

harinya. Pernah dulu teman saya sehabis ia pulang dari ladang yang tak jauh dari

Danau Linting ini mandi di danau ini, teman saya ini perempuan dan ketika dia

meletakkan sabunnya di tepi batu Danau Linting dan ia membasuh wajahnya

kedalam air setelah itu dia hendak mengambil sabunnya kembali untuk

dipakainya lagi tetapi sabunnya sudah tidak ada ditempat yang ia letakkan tadi,

dia melihat kearah depan ia melihat seorang perempuan berada tidak terlalu jauh

di depannya yang berambut panjang menutupi wajahnya, dan teman saya ini pun

lari ketakutan.

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. . Nama : Yulianti Damanik

Umur : 24 Tahun

Perkerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Desa Sibunga-bunga

Pendidikan Terakhir : SMP

Wawancara pada tanggal 01 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah.

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Sejak saya berumur sekitar 12 Tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : Dari orang tua dilingkungan saya ini yaitu Desa Sibunga-bunga.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Sewaktu siang hari lagi berbincang-bincang bersama-sama.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Menurut saya agar tidak punahnya asal usul ataupun cerita adat di suku

karo ini, karena seharusnya ini dilestarikan

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

Jawab : Menurut saya sendiri masyarakat disini ada yang tahu dan ada yang tidak

tahu, ada yang percaya ada juga yang tidak percaya. Tetapi jika saya melihat

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lebih banyak yang percaya. Yang tidak percaya seperti pendatang baru yang

menempat di desa ini. Mungkin karena tidak tau, dan juga Danau Linting ini

belum banyak yang mengetahui keberadaannya. Belum banyak yang tahu jika

Danau Linting ini ada.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Masih sering bahkan baru-baru ini kepala Dinas membahas juga tentang

Danau Linting ini.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Menurut saya legenda ini perlu dikembangkan sebagai tanda

dilestarikannya cerita ataupun legenda dari suku Karo yang ada, karena cukup

menarik dan dapat menambah wawasan pendidikan bagi generasi selanjutnya.

Dahulu kala di sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini

dahulu banyak orang yang menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek yang

sudah tua. Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu

menemani di setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga

mempunyai seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang

senantiasa setiap harinya mengantar makanan untuk nenek tua ini.

Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan

makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka

tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya

perbuatan cucuku ini selamat tinggal lah tinggi raja ini”.

Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka

kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang

berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah

danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-

biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru.

Waktu saya menemani anak saya mandi di tepian Danau Linting itu saya

sedang asik mengabadikan gambar anak saya dengan kamera handphone saya,

dan setelah melihat hasilnya saya mendapatkan bayangan putih samar padahal

tidak ada siapa-siapa pada saya mengambil gambar tersebut. Danau Linting ini

merupakan tempat yang berpenghuni tetapi akan baik-baik saja jika kita tidak

mengganggu atau berbuat yang tidak di tempat ini.

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Nama : Juniana Tarigan

Umur : 28 Tahun

Perkerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Desa Durian Empat Mbelang

Pendidikan Terakhir : SMP

Wawancara pada tanggal 02 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah.

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Kira-kira sejak saya berumur 12 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : Saya mendengar dari orang tua sekitar yang berada di Danau Linting ini.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Sewaktu sore hari, selagi santai.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Menurut saya tujuannya yaitu agar banyak yang mengetahui bahwa

Danau Linting ini memiliki lagenda yang banyak orang tidak mengetahuinya.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

Jawab : Sejauh yang saya ketahui masyarakat di daerah sini percaya terhadap

cerita ini bahkan desa-desa sebelah juga mengetahui dan percaya terhadap cerita

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ini dah bahkan berobat ke Danau Linting ini, dari itu kita bisa mengetahui bahwa

mereka yaitu masyarakat sekitar percaya akan cerita Danau Linting ini.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Menurut saya sudah hampir jarang, mungkin karena tempat ini sudah

menjadi tempat wisata, dan dari tempat ini dijadikan tempat wisata berkurang

pula cerita ini didengar.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Saya pribadi percaya dengan cerita Danau Linting ini bahwa jelmaan dari

seekor kucing yang dikutuk oleh nenek tua yaitu pengasuhnya dan ia menjadi

Danau Linting. Saya juga percaya Danau Linting ini berpenghuni karena waktu

dulu orang tua teman saya sewaktu berkunjung ke Danau ini pernah ketakutan

karena ia melihat sesosok siluman setengah ular dan setengah ikan di Danau

Linting ini, dan ini dikarenakan memang orang tua teman saya ini mempunyai

indra keenam oleh karena itu bisa melihat penampakan penghuni tersebut.

Harusnya cerita ini dapat diturun temurunkan agar menambah wawasan bahwa

suku karo mempunyai lagenda tentang Danau Linting ini.

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Nama : Berau Sembiring

Umur : 40 Tahun

Perkerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Alamat : Desa Durian Empat Mbelang

Pendidikan Terakhir : SD

Wawancara pada tanggal 03 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah.

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Saya kurang tahu, sejak saya kecil mungkin sekitar umur 13 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : saya mendengar cerita ini dari lingkungan dan dari mulut ke mulut.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Sewaktu malam hari ketika bermain-main bersama teman-teman.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Menurut saya tujuannya adalah untuk menurunkan cerita ini kebanyak

orang hingga banyak yang mengetahui tempat ini beserta legendanya karena

mengingat situasi dan kemajuan tempat ini kurang banyak yang mengetahuinya.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Menurut saya masyarakat desa ini pastilah percaya karena sudah lama

tinggal disini pastilah mengerti akan cerita dan percaya.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Sudah mulai jarang karena mungkin sekarang kebanyakan pendatang

baru dan mereka kurang tahu bagaimana cerita Danau Linting ini.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Pendapat saya yaitu saya percaya tentang cerita ini bahwa Danau Linting

adalah jelmaan dari seekor kucing yang terkutuk hingga menjadi Danau Linting.

Dan airnya bisa menjadi sarana pengobatan. Yaitu air yang berada di dekat goa

Tao karena air pengobatan berbeda dengan air yang di danau linting yang besar

tetapi merupakan aliran air yang sama yaitu Danau Linting. Jika mandi di air

pengobatan itu yaitu 1. Tidak boleh memakai sabun ataupun sampo.

2. Diharuskan berpakaian.

3. Waktu mandi lima belas menit/orang

4. Lima menit sekali wajib minum air putih

5. Keramas pakai jeruk purut

6. Dilarang kencing sambil mandi

7. Ganti pakaian di ruang ganti.

Peraturan ini diberlakukan untuk yang ingin mandi di air Danau Linting yang

berada di dekat goa Tao.

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6.Nama : Sita Br Karo

Umur : 72 Tahun

Perkerjaan : Petani

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Desa Sibunga-bunga

Pendidikan Terakhir : SR

Wawancara pada tanggal 03 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawaban : Ya, saya tahu

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : sejak kecil sekitaran saya berumur 14 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawan : Saya terima dari nenek saya dulu sewaktu beliau masih hidup.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain).

Jawab : Pada sore hari yaitu ketika saya dan nenek saya berkunjung ke danau

linting setelah pulang dari meladang.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Tujuannya untuk mengetahui asal-usul dan juga menambah melestarikan

cerita legenda yang ada di suku karo.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Masyarakat percaya akan legenda Danau Linting ini, karena Danau

Linting ini merupakan tempat yang sangat keramat dulu dan sekarang walaupun

sudah berkurang bahkan banyak kejadian-kejadian yang terjadi di Danau ini.

Hingga yang meninggal pun terjadi di danau ini, ini disebabkan karena adanya

penghuni yang menjaga Danau Linting ini yaitu seorang perempuan dan korban

yang pernah meninggal karena tenggelam di sini adalah berjenis kelamin laki-laki

tidak satu pun perempuan. Danau ini memiliki juga air untuk pengobatan yaitu

bisa mengobati orang sakit. Airnya yang berada di dekat goa dan memiliki lima

jenis air yang dinamai sesuai dengan marga yang ada di suku karo yaitu Ginting,

Sembiring, Perangin-nangin, Tarigan, Karo-karo dan ada juga yang bernama Putri

Hijau dinamakan putri Hijau karena jika dilihat warnanya hijau tetapi jika kita

pegang dan kita naikkan ke atas permujkaan dia akan berwarna bening seperti air

lainnya.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Sudah berkurang, mungkin karena semakin banyak manusia yang lebih

moderen dan tidak adanya keingintahuan tentang kelestarian alamnya sendiri..

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Menurut saya legenda ini perlu dikembangkan karena sudah sangat

sedikit yang mengetahui tentang Danau Linting ini. Dikembangkan lagi agar

generasi selanjutnya menghetahui bahwa ada fenomena budaya karo yaitu

legenda Danau Linting yang dulu mulanya terjadi karena kutukan dari seorang

nenek terhadap kucingnya. Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa

Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang menanam padi.

Disana hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua

sehingga dia tidak bisa lagi untuk membuat makanannya sendiri.

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di

setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai

seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap

harinya mengantar makanan untuk nenek tua ini.

Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan

makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka

tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya

perbuatan cucuku ini goodbye lah tinggi raja ini”.

Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka

kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang

berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah

danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-

debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-

biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru.

Danau ini memang berpenghuni tetapi tidak rutin tiap tahunnya meminta tumbal

walaupun masih ada saja yang meninggal. Intinya jika kita datang ke suatu

tempat kita haruslah berniat baik, bukan hanya kedanau ini tetapi kemana pun itu

haruslah berniat baik.

52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7.Nama : Payau Tarigan

Umur : 58 Tahun

Perkerjaan : Petani

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Alamat : Durian Empat Mbelang

Pendidikan Terakhir : SD

Wawancara pada tanggal 04 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Umur saya sekitar 10 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : Dari orang tua saya

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Pada saat malam hari ketika sedang santai bersama dengan orang tua.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Menurut saya untuk adat istiadat agar lebih menghargai leluhur dan juga

untuk lebih menjaga keprilakuan jika mengunjungi tempat yang masih bisa

dikatakan keramat

53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

Jawab : Masyarakat yang tinggal di Desa Sibunga-bunga ini bahkan desa-desa

sebelah masih percaya dengan legenda Danau Linting ini tetapi sekarang sudah

mulai punah karena legenda ini sudah tidak banyak lagi diceritakan karena sudah

menjadi tempat wisata bagi pengunjung-pengunjung luar. Tidak banyak yang

menceritakan kepada generasi baru atau anak-anaknya sehingga ceritanya

legenda ini hampir lenyap. Sangat disayangkan padahal danau ini memiliki

legenda yang cukup unik dan bahkan bisa menjadi karya untuk pendidikan.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Sudah lumayan jarang tetapi kami akan segera menuturkannya kembali

sebisa mungkin.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Cerita ini saya sangat percaya karena saya juga sudah lama tinggal disini

yaitu sejak lahir sehingga tau banyak tentang keramatnya tempat ini dahulu kala.

Cerita legenda Danau Linting ini bisa menjadi karya yang berpendidikan jika

dikembangkan sebaiknya harus di jaga dan dilestarikan. Banyak cerita simpang

siur tentang cerita legenda Danau Linting ini tetapi yang saya ketahui sesuai

dengan yang diceritakan orang tua saya bahwa Danau Linting ini adalah jelmaan

dari seekor kucing yang di kutuk oleh majikannya yaitu seorang nenek yang

tinggal sebatang kara di desa Tinggi Raja. Danau ini yaitu danau yang dikelilingi

tanah putih dan airnya satu aliran dengan debuk-debuk dan sibiru-biru yaitu yang

merupakan kucing lain yang dikutuk oleh nenek tersebut. Kemungkinan

danaunya ini akan dibuat legendanya oleh kepala dinas dengan seiringnya

berjalan kewisataannya akan dibuat di satu pamplet dan diletakkan di bagian dari

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
danau linting tersebut agar pengunjung bisa melihat dan membacanya, agar

terlestarilah Danau Linting ini.

8.Nama : Meter Ginting

Umur : 77 Tahun

Perkerjaan : Petani

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Alamat : Durian Empat Mbelang

Pendidikan Terakhir : SR

Wawancara pada tanggal 05 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawaban : Ya, saya tahu

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : sejak kecil sekitaran saya berumur 11 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawan : Saya terima dari nenek saya dulu sewaktu beliau masih hidup.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain).

Jawab : Pada siang hari yaitu ketika saya dan keluarga saya berkunjung ke danau

linting.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Tujuannya untuk mengetahui asal-usul dan menambah kepercayaan

orang-orang sekitar bahwa Danau ini mempunyai legenda khusus yang orang lain

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banayak yang tidak mengetahuinya karena kurangnya publikasi tentang Danau

Linting ini. Bahkan objek Danau Linting ini samapai sekarang belum sangat

buming di kalangan orang banyak.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

Jawab : Menurut saya sendiri masyarakat disini ada yang tahu dan ada yang tidak

tahu, ada yang percaya ada juga yang tidak percaya. Tetapi jika saya melihat

lebih banyak yang percaya. Yang tidak percaya seperti pendatang baru yang

menempat di desa ini. Mungkin karena tidak tau, dan juga Danau Linting ini

belum banyak yang mengetahui keberadaannya. Belum banyak yang tahu jika

Danau Linting ini ada.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Jika dahulu sering tetapi sekarang sudah hampir punah karena sekarang

Danau Linting sudah menjadi tempat wisata dan cukup ramai pengunjung yang

datang ke Danau Linting ini.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Dikembangkan lagi agar generasi selanjutnya menghetahui bahwa ada

fenomena budaya karo yaitu legenda Danau Linting yang dulu mulanya terjadi

karena kutukan dari seorang nenek terhadap kucingnya. Di Desa Tinggi Raja

hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini mempunya tiga ekor kucing

peliharaannya yang selalu menemani di setiap harinya. Nenek ini juga

mempunyai seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang

senantiasa setiap harinya mengantar makanan untuk nenek tua ini.

Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan

makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka

tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan mengutuk kucingnya itu.

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka

kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang

berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah

danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-

debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-

biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru. Banyak juga simpang siur tentang cerita

Danau Linting ini tetapi yang saya tahu beginilah ceritanya karena saya tahunya

dari nenek saya sendiri. Entah bagaimana kebenarannya tapi saya percaya jika

Danau Linting ini jelmaan dari seekor kucing yang dikutuk karena pada waktu

nenek saya kecil pun Danau Linting ini sudah ada.

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9.Nama : Togoh Tarigan

Umur : 70 Tahun

Perkerjaan : Petani

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Alamat : Durian Empat Mbelang

Pendidikan Terakhir : S.R.

Wawancara pada tanggal 05 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Umur saya sekitar 16 tahun

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : Dari orang tua saya

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Pada saat siang hari ketika sedang santai bersama dengan orang tua.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Menurut saya untuk adat istiadat dan agar menjaga cerita legenda Danau

Linting supaya bisa dikenal banyak orang.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Masyarakat yang tinggal di Desa Sibunga-bunga ini masih percaya

dengan legenda Danau Linting ini. Karena sudah cukup lama tinggal di desa ini

dan sudah menyaksikan sendiri kejadian-kejadian yang ada di Danau Linting ini.

Tidak banyak yang menceritakan kepada generasi baru atau anak-anaknya

sehingga ceritanya legenda ini hampir lenyap. Sangat disayangkan padahal danau

ini memiliki legenda yang cukup unik dan bahkan bisa menjadi karya untuk

pendidikan dan juga melestarikan cerita budaya khususnya suku Karo.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Sudah jarang mungkin karena sudah banyak orang baru yang menetap

dan mereka kurang tahu juga tentang legenda Danau Linting ini.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Cerita ini saya sangat percaya karena saya juga sudah lama tinggal disini

yaitu sejak lahir sehingga sudah menyaksikan sediri kejadian –kejadian dahulu

kala. Cerita legenda Danau Linting ini bisa menjadi karya yang berpendidikan

jika dikembangkan sebaiknya harus di jaga dan dilestarikan. Banyak cerita

simpang siur tentang cerita legenda Danau Linting ini tetapi yang saya ketahui

sesuai dengan yang diceritakan orang tua saya bahwa Danau Linting ini adalah

jelmaan dari seekor kucing yang di kutuk oleh majikannya yaitu seorang nenek

yang tinggal sebatang kara di desa Tinggi Raja. Danau ini yaitu danau yang

dikelilingi tanah putih dan airnya satu aliran dengan debuk-debuk dan sibiru-biru

yaitu yang merupakan kucing lain yang dikutuk oleh nenek tersebut.

59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Nama : Adi Putra Tarigan

Umur : 27 Tahun

Perkerjaan : Wiraswasta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Alamat : Desa Sibunga-bunga

Pendidikan Terakhir : SMA

Wawancara pada tanggal 06 April

1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?

Jawab : Pernah.

2. Kapan Bapak/Ibu/Saudara mendengar/menerima cerita itu? (Umur berapa?)

Jawab : Saya mendengar dan mengetahui cerita ini sekitar saya berumur 20 tahun.

3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,

atau orang lain).

Jawab : Cerita legenda ini saya dapatkan dari orang tua sekitar.

4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam

menjelang tidur, dan lain-lain)

Jawab : Pada saat saya bermain ke Danau Linting.

5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,

tuntunan hidup, pendidikan, dan lain-lain).

Jawab : Tujuannya untuk generasi selanjutnya mengetahui bahwa adanya legenda

Danau Linting ini dan ikut melestarikannya.

6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?

60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Masyarakat terutama di desa ini masih percaya dengan adanya legenda

itu dan masih menuturkannya walaupun sudah tidak seperti dulu. Itu desebabkan

karena Danau Linting kini sudah menjadi wisata alam yang dinikmati pengunjung

begitu sajam, mereka tidak mengetahui legenda Danau Linting ini sama sekali.

7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat

sampai sekarang?

Jawab : Menurut saya masih biasa dan sering dituturkan dalam masyarakat.

8. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang cerita itu?

Jawab : Jika pendapat saya cedrita legenda Danau Linting ini sebaiknya tetap

dituturkan ke masyarakat bahkan kepada pengunjung agar mereka tahu sedikit

banyaknya tentang Danau Linting. Karena banyak cerita yang berlainan tetapi

warga ataupun masyarakat disini dan saya pun percaya bahwa danau linting ini

dahulu karena kutukan dari seekor kucing yang dikutuk menjadi danau dari

seorang nenek yang merupakan pemilik kucing itu. Danau ini juga merupakan

danau yang masih keramat dan harus dijaga cara berbicara dan cara bertingkah

laku agar sang penghuni tidak merasa terganggu. Airnya juga bisa jadi

pengobatan dan masih banyak yang mempercayai pengobatan tersebut dan juga

terbukti karena saudara saya pernah berobat ke sana dan saudara saya sembuh.

61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PENELITIAN

Pamflet Danau Linting

Bersama dengan Kepala Desa


Desa Sibunga-bunga

62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kantor Kepala Desa Desa Sibunga-bunga

Informan

63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Informan

Saat mewawancarai informan

64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemberian cendramata kepada informan

Saat mewawancarai informan

65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Informan

Danau Linting

66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AIR PENGOBATAN

PERATURAN MANDI DI AIR PENGOBATAN

67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AIR PENGOBATAN

68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai