SKRIPSI
Oleh
Oleh
Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang saya
kutip dalam naskah ini dan dituliskan di dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya
Peneliti,
Oleh
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana Fakultas
Dosen Pembimbing
Ketua,
ABSTRAK
Oleh
Penelitian ini dibahas mengenai Kepercayaan Masyarakat Karo terhadap Legenda Danau
Linting Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang:
Pendekatan Antropologi Sastra. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah
kepercayaan masyarakat Karo terhadap Legenda Danau Linting di Desa Sibnunga-bunga
Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian adalah Untuk
mendeskripsikan kepercayaan masyarakat Karo terhadap legenda Danau Linting. Landasan
teori yang digunakan adalah antropologi sastra. Dalam penelitian ini digunakan metode
kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa masyarakat Karo khususnya yang
tinggal di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang
mempercayai legenda tersebut yaitu: “kutukan dari seorang nenek, percaya bahwa Danau
Linting jelmaan dari seekor kucing, percaya bahwa Danau linting berpenghuni seorang
wanita, percaya bahwa tidak boleh mengucapkan bahasa yang tabu, percaya bahwa air
Danau Linting mendatangkan kenyamanan dan pengobatan”.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Prakata
Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
seizin dari-Nya serta rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Kepercayaan Masyarakat Karo Terhadap Legenda Danau Linting Desa Sibunga-
bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deliserdang: Pendekatan Antropologi Sastra.
Penulisan skripsi ini sangat banyak kesulitan yang penulis alami. Namun, berkat saran
dan dukungan dari semua pihak, semua hambatan dapat penulis atasi. Oleh sebab itu, pada
1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas Sumatera Utara. Terimakasih atas kesempatan
dan fasilitas-fasilitas yang telah penulis gunakan selama kuliah di Fakultas Ilmu
2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih atas arahan dan bimbingan yang diberikan, sehingga penulis dapat
3. Ketua Program Studi Sastra Indonesia Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. dan Sekretaris
Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. Terimakasih atas semua petunjuk yang telah diberikan
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara
4. Dosen Pembimbing Dr. Hariadi Susilo, M.Si. Terima Kasih karena telah membimbing
5. Seluruh dosen dan para staf, terutama Bapak Selamet yang telah banyak memberikan
ilmu serta bantuan yang bermanfaat selama penulis mengikuti kegiatan akademis di
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Keluarga tercinta saya terutama kepada Ibunda yang sangat saya cintai Elisabeth
Barus dan Ayahanda Asli Sembiring Terima kasih atas semua usaha dan do‟a yang
telah diberikan kepada penulis baik berupa materi maupun nasehat-nasehat, sehingga
penulis dapat meraih gelar sarjana pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Kepada saudari saya Yuni Lestari
Sembiring dan Putri Deliana Sembiring yang selalu menjadi tempat pelepas kepenatan
dan pelipur lara serta selalu medukung saya dalam proses penulisan skripsi.
7. Keluarga Permata gereja yang selalu mendoakan saya dalam penyusunan skripsi ini
8. Teman-teman saya yang ikut membantu dalam penelitian Junico Barus, Adi Putra
kampus Novita Sari Siregar, Khairunissa Nadya Nasution, Mitha Hidayani Putri,
Suriyani Fatimah, Anggun Andryani yang selalu memberi motivasi dan menjadi
9. Saudara-saudara saya Misvania Tarigan dan Juniana Tarigan yang membantu saya
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala
bentuk bantuannya dengan tulus dan ikhlas memberikan do‟a dan dukungan hingga
dapat terselesaikannya skripsi ini. Namun, penulis tetap mengenangnya sampai akhir
hayat.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulisan skripsi ini telah berusaha dengan sungguh-sungguh. Namun demikian, jika
ada kekurangan dan kelemahan, penulis bersedia menerima saran yang bersifat membangun
dan membina demi sikap ilmiah dan perbaikan bagi penulis pada masa mendatang.
Penulis,
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK................................................................................................................................i
PRAKATA..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
2.1 Konsep....................................................................................................................5
2.1.1 Kepercayaan..................................................................................................5
2.1.3 Legenda..........................................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................15
5.1 KESIMPULAN.....................................................................................................27
5.2 SARAN.................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................31
LAMPIRAN
3. Dokumentasi Penelitian............................................................................62
vi
PENDAHULUAN
Negara Indonesia dikenal sebagai negara yang religius yang mempercayai ajaran
agama namun, ada kebiasaan masyarakat Indonesia sampai sekarang masih tetap
berlangsung. Kebiasan tersebut bertentangan dengan ajaran agama, yaitu masih tetap
percaya pada hal-hal bersifat mistis yang mereka anggap bahwa legenda tersebut adalah
Legenda ini dikatakan sakral karena mereka mempercayai Danau Linting tersebut
merupakan jelmaan dari seekor kucing yang konon dulunya merupakan peliharaan dari
seorang nenek yang bertempat tinggal di desa Tinggi Raja. Terjadinya Danau Linting ini
yaitu disebabkan oleh ulah seekor kucing yang memakan makanan untuk nenek tua yang
telah lama memelihara kucing tersebut. Murkalah nenek tersebut dan mengutuk ketiga
kucingnya. kucingnya itu menjadi Danau Linting ada juga yang menjadi debuk-debuk
Masyarakat memang belum terlalu banyak yang mengetahui legenda Danau Linting
ini tetapi ada beberapa yang menegetahui kepercayaan legenda ini salah satunya juru
kunci dan mempercayai tentang legenda Danau Linting itu bahkan tinggal sudah
singkat adalah kepercayaan pada berbagai bentuk dewa, jiwa, serta akhirat, maupun
kepercayaan pada benda-benda atau hal-hal yang mengandung kekuatan sakti, dan
kelahiran kembali, dalam pikiran orang yang benar-benar meyakininya tentu merupakan
suatu kompleks pikiran yang saling berkaitan dan tidak pisah-pisah. Orang yang dalam
hidupnya sangat terpengaruh oleh pikiran seperti itu biasanya tidak akan dapat memberi
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
uraian yang tepat mengenai rincian kepercayaan tersebut, karena ia memang hanya
merasakannya saja dan tidak pernah memikirkannya secara khusus. Sebaliknya, berbagai
gambaran yang ada dalam pikiran dan kepercayaan akan dunia gaib itu dapat dibekukan
Legenda Danau Linting, berkaitan erat dengan unsur kepercayaan seperti pendapat
Fowler (Cremers, 1995: 57) bahwa kepercayaan merupakan suatu fenomena rasional yang
tidak dapat diredukasikan. Legenda Danau Linting dalam banyak kebudayaan dan
Legenda merupakan bagian dari karya sastra, yaitu sastra lama sebagaimana yang
dijelaskan oleh (Tantawi, 2014: 51) Karya sastra tidak pernah dan tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat yang menciptakannya atau melahirkannya. Legenda sering kali dipandang
dengan sejarah kolektif (folk hitory), legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat
1991: 66).
Sastra adalah karya tentang sikap dan perilaku manusia secara simbolis. Sastra dan
antropologi selalu dekat. Keduanya dapat bersimbiosis dalam mempelajari manusia lewat
masyarakat karo terhadap legenda cerita rakyat Danau Linting Desa Sibunga-bunga Hilir
Penelitian ini dibatasi hanya pada kepercayaan masyarakat Karo terhadap legenda
Danau Linting di Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli
Serdang.
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.3 Rumuan Masalah
Danau Linting.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis
Sastra.
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4.2.2. Manfaat Praktis
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
2.1 KONSEP
2.1.1 Kepercayaan
“Kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa
adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Kepercayaan
didefenisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain
berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang
mempercayainya.”
Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran, aturan agama, dongeng suci
tentang riwayat dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantum dalam suatu himpunan buku-
buku yang biasanya juga dianggap sebagai kesusastraan suci (Koentjaraningrat, 1990: 377).
(4) Percaya bahwa Danau Linting sudah memakan korban tenggelam yang konon
katanya ditarik dari dalam danau dan jasadnya akan mengambang keesokan
(5) Percaya bahwa air Danau Linting bisa mendatangkan kenyamanan seperti
memandikan kendaraan dengan airnya, dan airnya juga bisa sebagai pengobatan.
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.2 Masyarakat Karo
berikut,“Masyarakat Karo adalah sekumpulan manusia yang hidup pada wilayah yang
dinamakan kuta (desa), dan memiliki iri-iri dengan memakai bahasa, nilai, adat-istiadat, dan
ikut dalam marga si lima, tutur siwaluh, perkaden-kaden sepuluh dua dan ciri budaya karo
lainnya.”
yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini merupakan salah
satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama
kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo.
Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo.”
Ginting (2014:60) berpendapat bahwa,“Suku Karo dikenal sebagai salah satu sub
suku Batak, yang secara historis memiliki wilayah asalnya di daerah pegunungan (Bukit
Karo dan sekitarnya, mereka menyebut menyebut daerah tersebut dengan sebutan Taneh
Selanjutnya Ginting (2014: 63) menjelaskan bahwa, ”Secara geografis, Kabupaten Karo
berada pada ketinggian 400 sampai 1600 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah
seluruhnya kira-kira 2.127,25 km persegi, atau 27,9% dari luas keseluruhan Provinsi
Sumatera Utara. Berdasarkan klimatologi atau iklimnya Kabupaten Karo mempunyai iklim
yang sejuk dengan suhu berkisar16-17 derajat Celcius. Kabupaten Karo terletak pada
koordinat 2º 50‟ lintang utara sampai 3º 19‟ lintang utara dan 97º 55‟ bujur timur sampai 98º
Selain itu Silalahi (2007: 34) mengatakan tentang suku Karo seperti berikut ini,“Suku
Karo adalah salah satu sub suku yang berdiam di dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli
Hulu dan sebagian daerah Dairi. Wilayah tersebut merupakan bagian dari kabupaten Karo
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan ibu kota Kabanjahe di provinsi Sumatera Utara. Menurut Neuman (dalam Saragih
1972:8) Wilayah Karo adalah suatu wilayah yang luas,yang terlepas dari perbedaan-
perbedaan antar suku, yang menganggap dirinya termasuk kedalam Karo, yang berbeda
dengan Toba, Pakpak, Simalungun. Seluruh perpaduan suku-suku Karo diikat oleh suatu
dialek yang dapat dimengerti dimana-mana dan hampir tidak ada perbedaannya antara yang
Silalahi (2007: 37) menjelaskan tentang daerah Karo seperti berikut ini.
“Pada masa penjajahan Belanda, pemerintahan jajahan Belanda membagi daerah Karo
menjadi 5 wilayah yang terdiri dari : (a) wilayah Lingga, (b) wilayah Sarinembah, (c)
wilayah Suka, (d) wilayah Barusjahe, dan (e) wilayah Kutabuluh. Dan masing-masing
mempunyai beberapa desa. Pada masa pemerintahan Jepang, wilayah ini tidak mengalami
perubahan. Namun setelah Indonesia merdeka, wilayah ini masuk menjadi bagian daerah
tingkat II kabupaten Karo yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di
Kabanjahe. Hingga sampai sekarang kabupaten Karo terdiri dari 13 kecamatan mencakup
kecamatan Barus Jahe, kecamatan Tiga Panah, kecamatan Kabanjahe, kecamatan Merek,
kecamatan Laubaleng, kecamatan Tiga Binanga, kecamatan Juhar, keamatan Mardindin, dan
2.1.3 Legenda
tengah masyarakat yang disampaikan dari mulut ke telinga sehingga tidak diketahui siapa
nama pengarangnya. Legenda biasanya bersifat perseorangan atau milik ras, suku, golongan
tertentu.
Putera (2015: 50) menjelaskan tentang legenda seperti berikut ini, “Legenda atau
dalam bahasa latinnya legere merupakan salah satu ragam dongeng yang kebenarannya
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dianggap nyata oleh masyarakat lokal setempat. Keberadaan cerita legenda sering menjadi
penanda akan keberadaan suatu tempat atau benda. Legenda juga acap kali dianggap sebagai
„sejarah‟ kolektif. Maksudnya dongeng ini layaknya sebuah sejarah yang menceritakan asal-
usul suatu tempat atau benda, tentang kejadian alam, atau kejadian di suatu tempat atau
daerah yang kebenarannya diyakini secara bersama oleh masyarakat pemiliknya. Namun,
karena tidak tertulis pada awalnya maka ceritanya terkadang telah mengalami distrosi
Sedangkan jika kita mencari pengertian legenda di Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) sering mendefinisikan legenda sebagai cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada
Putera (2014:50-51) menjelaskan seperti berikut ini, “Beberapa tokoh seperti William R.
Bascom, seorang antropolog dan peneliti tentang cerita rakyat Amerika Serikat memberi
pengertian legenda sebagai cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu
dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Sementara itu, seorang peneliti asal
Belanda, Hooykass menjelaskan bahwa legenda merupakan dongeng tentang hal-hal yang
berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang
menandakan kesaktian.”
Oleh karena itu, legenda sering disamakan dengan cerita rakyat karena disampaikan
turun-temurun lewat mulut ke telinga oleh masyarakat yang memiliki legenda tersebut. Hal
ini juga disampaikan Putera (2015: 51) yang menyatakan bahwa legenda sering diidentikkan
dipandang humanistis karena banyak terikat dengan kehidupan manusia. Kaitan antara
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
antropolohi dan sastra adalah salah satu ilmu yang banyak memperhatikan estetika seni
1) Penelitian pertama-tama harus menentukan terlebih dahulu karya mana yang banyak
masyarakat yang terpantul dalam karya sastra. Berbagai mitos, legenda, dongeng,
3) Perlu diperhatikan struktur cerita, sehingga akan diketahui kekuatan apa yang
4) Selanjutnya analisis ditunjukkan pada simbol-simbol ritual serta hal-hal tradisi yang
masyarakat Karo terhadap legenda Danau Linting sebagai objek penelitian, namun ada
beberapa penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian ini yaitu, pertama
Hotsri Hanti Tamba dalam skripsinya yang berjudul “kepercayaan Masyarakat Terhadap
Tempat Keramat (Studi Kasus Daerah Tamba Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir
Provinsi Sumatera Utara). Kedua, Muhammad Muhadi dalam skripsinya yang berjudul
Kelurahan Tunggurono Kecamatan Binjai Timur)”. Ketiga, Rahmad Fadhlan Syahdi dalam
skripsinya yang Berjudul “Nilai Budaya Legenda Tengku Raden Di Masyarakat Melayu
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kualuh-Leidong”. Berikut dijelaskan beberapa penelitian yang relevan dan kontribusinya
penelitian ini.
Tamba (2014) mendeskripsikan bahwa daerah Tamba adalah salah satu daerah yang
masih mempercayai tempat keramat dari zaman dahulu hingga pada saat ini. Masyarakat
Daerah Tamba sudah mencapai kemajuan atau disebut sebagai daerah yang tidak tertinggal
jika dilihat dari tingkat ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.Penelitian yang digunakan
merupakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi kasus yang
bertujuan untuk mengetahui apa makna kepercayaann masyarakat terhadap tempat keramat
Penelitian ini dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada informan, yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah tokoh pendidikan, tokoh agama, tokoh adat, kepala
desa, mahasiswa dan orang yang berada di luar Daerah Tamba tetapi pernah dan mengetahui
tempat keramat.
makna bagi masyarakat Daerah Tamba. Hal ini dapat kita lihat dari kepercayaan masyarakat
Daerah Tamba terhadap tempat keramat bisa bertahan sampai sekarang. Selain kepercayaan
terhadap tempat keramat ini memiliki makna, peneliti juga menemukan bahwa masyarakat
Daerah Tamba juga memiliki peran untuk mempertahankan kepercayaan ini, sehingga
Kepercayaan Sumur Tua di masyarakat Jawa adalah fenomena yang telah mulai sejak nenek
moyang ada. Fenomena ini ternyata masih berlanjut hingga saat ini, tidak terkecuali di
Kelurahan Tunggurono Kecamatan Binjai Timur. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk
mengetahui bagaimana perilaku sosial masyarakat terhadap kehadiran Sumur Tua serta
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi masyarakat percaya terhadap Sumur Tua
tersebut.
dengan pendekatan kualitatif. Menurut teori Merton, melalui perilaku sosial masyarakat
tersebut ternyata bersifat fungsional bagi sesama penganut kepercayaan ini, yaitu dapat
Tunggurono.
Sumur Tua yaitu menimbulkan solidaritas sosial, mempererat ikatan kekeluargaan, serta
melatarbelakangi masyarakat percaya terhadap Sumur Tua, yaitu faktor Pendidikan, faktor
serta memiliki persamaan dengan agama santri. Di dalam kepercayaan ini juga
nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legenda Tengku Raden tersebut. Dengan tujuan
untuk memaparkan unsur-unsur intrinsik laegenda Tengku Raden serta menguraikan nilai-
nilai budaya yang terkandung dalam legenda Tengku Raden. Seperti yang diungkapkan
secara cermat keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang
bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh”. Secara garis besar sastra terbagi atas dua
bagian yaitu : sastra lisan dan sastra tulisan. Sasgtra lisan dalam penyampaiannya adalah dari
mulut ke mulut yang berisi cerita-cetita terhadap sesama (sastra oral) yang merupakan
warisan turun-temurun dan mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu dikembangkan misalnya
mitos, legenda, dan dpngeng. Sastra tulisan dalam penyampaiannya adalah melalui tulisan
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Semua hasil penelitian yang dijadikan rujukan pembahasan banyak yang sudah
meneliti tentang Kepercayaan Masyarakat Karo. Akan tetapi, belum ada yang membahas
lebih mendalam tentang kepercayaan yang merupakan sesuatu Kepercayaan pada masyarakat
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah data yang
berbentuk kata, skema, dan gambar. Menurut (Tantawi, 2014: 61) penelitian metode
kualitatif adalah data yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek.
Sumber data penelitian ini adalah data lapangan yaitu melalui wawancara dengan
beberapa informasi yang tinggal di desa itu, tepatnya berlokasi di Desa Sibunga-bunga Hilir
Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang. Dalam melakukan wawancara dengan
diajukan penulis dalam melakukan wawancara dengan informan. Alat bantu yang
dipergunakan yaitu alat rekam (ape recorder), pulpen dan buku tulis.
banyaknya dari informan. Tantawi (2014:62) menyatakan bahwa wawancara adalah salah
satu cara memperoleh data dari seseorang yang memiliki kompetensi tentang sesuatu.
Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini Mahsun
(1995:106) yaitu:
3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang
daerahnya.
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Sehat jasmani dan rohani.
Sebenarnya dan untuk menentukan informan yang menjadi sumber untuk mendapatkan cerita
Analisis data dilakukan secara deskripsi kualitatif dan analisis data dilakuakan sejak
observasi. Dalam hal ini kata-kata, ungkapan, kalimat, dan teks gambar dianalisis secara
analisis data, lima nilai budaya kearifan lokal, dan representatif nilai budaya kearifan lokal
cerita rakyat karo. Disamping itu prediksi dan kontrol serta pemahaman berlangsung terus
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
PEMBAHASAN
STM Hulu Kabupaten Deli Serdang sampai saat ini masih mempercayai adanya legenda
Danau Linting. Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa
Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek
yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua sehingga dia tidak bisa lagi untuk membuat
makanannya sendiri.
Nenek ini mempunyai tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di
setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai seorang cucu
yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap harinya mengantar
Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan makanan
kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka tinggal tersisa tulang
ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing
tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu
berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau
Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ketiga tempat tersebut merupakan jelmaan dari seekor kuncing yang terkutuk karena
memakan makanan nenek tua yang merupakan majikan yang sudah lama merawat ketiga
kucing itu. ketiga tempat ini merupakan tempat perairan yang mana mempunyai aliran air
yang sama.
Danau Linting ini merupakan tempat yang sangat keramat dan berpenghuni.sehingga
ketika bertingkah laku dan bertutur kata haruslah yang baik dan sopan untuk di dengar. Di
Danau Linting ini tidak pernah memakan korban perempuan tetapi malah penghuni yang
menjaga Danau Linting ini adalah sesosok perempuan yang kadang muncul di tengah danau,
kadang ia berwujud seperti manusia dan kadang bahkan berwujud setengah manusia dan
setengah naga dan memiliki sisik. Sering terjadi penampakan sehingga tidak terlalu banyak
yang berminat bermain ke Danau Linting ini. Apalagi berenang ketengah jika tidak memakai
ban (alat bantu renang) dan ia tidak terlalu mahir berenang maka akan tenggelamlah ia
Masyarakat desa Sibunga-bunga ini banyak yang menyuci kain dan mandi di Danau
Linting ini tentu saja dengan bertingkah laku yang bgaik dan sopan tidak akan terjadi apa-
apa tetapi entah apa yang terjadi kepada seorang Ibu tua yang mandi di Danau Linting itu ia
melihat sesosok manusia yang berambut panjang sehingga menutupi wajahnya berdiri tidak
jauh darinya, setelah itu Ibu tua itu lari ketakutan. Banyak juga kejadian janggal yang terjadi
di Danau Linting ini yaitu saat mengabadikan gambar Danau Linting ini pernah didapatkan
warga seperti bayangan samar yang diduga seperti bentuk kucing ada juga yang mengatakan
seperti anak kecil yang baru saja meninggal karena tenggelam di Danau Linting ini.
Air Danau Linting ini merupakan air yang bisa mengobati penyakit. Air Goa Tao
namanya. Berau sembiring yang mendapatkan bisikian dari leluhur bahwa ada air bagian dari
Danau Linting yang bisa di jadikan air pengobatan dan dipercayai oleh masyarakat sekitar
karena kenyataanpun membuktikan bahwa masyarakat yang berobat dan mandi di air
pengbatan maka akan sembuh dengan melakukan syarat yang sudah ditentukan yaitu yang
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mandi di air goa Tao tidak bleh memakai sabun/shampo, diharuskan berpakaian, waktu
mandi pun di batasi yaitu 15 menit per orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih,
berekeramas harus menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan
berganti pakaian di ruang ganti yang telah disediakan. Danau yang merupakan kutukan dari
seorangh nenek terhadap kucingnya ini juga mempunyai manfaat yang besar bagi
masyarakat yang mempunyai sakit penyakit. Leluhur merupakan orang tua yang mungkin
sudah tiada tetapi rohnya masih menyala-nyala yang harus dihargai ketika mendapatkan
bisikan yang jarang dan mendatangkan penyembuhan. Sehingga yang lebih tua di Desa ini
Ritual yang diadakan di Danau Linting ini yaitu merupakan ritual menaburkan bunga
ke Danau Linting ini oleh pihak saudara yang telah menjadi korban meninggal, dipercaya
oleh keluarga bahwa roh saudaranya ataupun anaknya masih berada di Danau Linting ini.
Sempat menjadi sesuatu yang ditakutkan bahwa Danau Linting ini memakan korban setiap
tahunnya tetapi pernyataan itu tidak dibenarkan karena memang tidak rutin setiap tahun ada
yang meninggal tetapi sampai sekarang walaupun tidak rutin masih saja ada yang meninggal
di Danau Linting ini baik itu karena tenggelam ataupun tertarik kedalam air Danau Linting
yang tidak disangka-sangka. Dan semua korban sampai saat ini tidak ada yang berjenis
kelamin perempuan.
tempat yang keramat tetapi tidak ada pemujaan ataupun ritual rutin tertentu untuk Danau
Linting ini. Danau Linting ini menjadi tempat keramat yang sudah dari turun temurun
merupakan tempat yang dipercayai oleh masyarakat karo sekitar bahwa merupakan jelmaan
dari seekor kucing yang dikutuk oleh seorang nenek tua, dan Danau Linting merupakan
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.2 Danau Linting Sebagai Dongeng dari Jelmaan Seekor Kucing
Masyarakat karo khususnya di Desa Sibunga-bunga percaya bahwa Danau Linting ini
merupakan jelmaan seekor kucing. Danau Linting ini sudah ada dari ratusan tahun karna
masyarakat yang paling tua pun pada saat ia masih berumur dini Danau Linting ini sudah
ada. Masyarakat karo mempercayai hal tersebut karena masih kuatnya adat istiadat yang
didapatkannya dari orang tuanya.Mereka percaya akan hal ini karena mendengar ceritanya
dari orang tuanya, dan juga terbukti bahwa tempat ini masih keramat sampai sekarang.
Penulis bertanya kepada informan kita yaitu Pak Ponten sembiring, “Bagaimana
tentang Danau Linting ini yang Bapak ketauhui dan bagaimana kepercayaan masyarakat karo
di Desa Sibunga-bunga ini?” Pak Ponten Sembiring menjawab, “Pada zaman dahulu kala di
sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang
menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua
Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di setiap
harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai seorang cucu yang
tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap harinya mengantar makanan
Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan makanan
kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka tinggal tersisa tulang
ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing
tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu
berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau
Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang
kucing terakhir berlari ke arah sibiru-biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru. Dan masyarakat
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sini masih percaya akan semua tentang Danau ini karena juga merupakan turun temurun
samapai dengan sekarang Ketiga air ini merupakan air yang sama alirannya, sama panasnya
Apalah daya nasib ketiga kucing tersebut sehingga terkutuk karena sudah lancang
memakan makanan dari majikiannya yaitu seorang nenek tua yang sudah tidak bisa lagi
mempersiapkan makananya. Sebenarnya yang diketahui oleh nenek ini sicucunyalah yang
tega memakana makanannya itu sehingga yang keluar dari mulut nenek itu untuk cucunya
tetapi karena pada kenyataanya yang memakan adalah kuncingnya sehingga kucingnyalah
yang terkutuk menjadi Danau Linting karena memang pada kenyataanya ketiga kucing
Kemurkaan seorang nenek ini membuat ketiga kucing itu terkutuk menjadi Danau
Linting selamanya, sehingga Danau Linting itu menjadi suatu tempat yang keramat,
berpenhuni dan juga memakan korban yang semuanya berjeni kelamin laki-laki. Danau ini
menjadi tempat yang sangat ditakutkan karena begitu banyak kejadian tenggelam yang
Danau Linting adalah tempat yang keramat dikarenakan salah satunya Danau tersebut
merupakan jelmaan dari seekor kucing yang dikutuk oleh nenek tua yaitu pengasuh kucing
tersebut dan juga dikarenakan Danau Linting itu merupakan tempat yang berpenghuni
seorang siluman setengah ular dan setengah ikan terkadang ia berwujud wanita seperti
manusia. Jarang masyarakat setempat bisa melihat penampakannya tapi pernah ada yang
melihat wujud penghuni Danau Linting tersebut, terkadang berwujud setengah ular dan
setengah ikan dan terkadang berwujud manusia yaitu seorang wanita di tengah Danau
Linting tersebut.
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menanyakan kepada informan Buk Njileiken Tarigan dalam bahasa karo. “
Danau Linting e lit penghunina, Bik?”, yang artinya “Danau Linting ini berpenghuni,Buk?”
Informan menjawab dalam bahasa Karo kata Bu Njileiken Tarigan “Ue, lit. Diberu
penghunina. Sekali kunen ia i tengah-tengah Danau e sanagan lit barenda kalak dilaki
tenggelam bas Danau Linting e. ” Artinya: “ Iya, ada. Perempuanlah penghunina. Saya
pernah melihatnya ditengah Danau Linting itu waktu ada kejadian yaitu tenggelamnya
Tak hanya itu, penulis juga melanjutkan wawancaranya kepada yang lainnya yaitu Bu
Juniana Tarigan, seorang Ibu yg membuka kedai makanan di tepi-tepian Danau Linting
tersebut. Penulis menayakan kepada informan,”Apakah Ibu pernah melihat penghuni Danau
Linting ini?” dan Bu Juniana Tarigan menjawab, “Saya memang tidak pernah tetapi orang
tua teman saya sewaktu berkunjung ke Danau ini pernah ketakutan karena ia melihat sesosok
siluman setengah ular dan setengah ikan di Danau Linting ini, dan ini dikarenakan memang
orang tua teman saya ini mempunyai indra keenam oleh karena itu bisa melihat penampakan
penghuni tersebut.”
pedagang di Danau tersebut itu juga yang bernama Yulianti Damanik yang tempat tinggalnya
di Danau Linting itu sendiri, ia mengatakan,”waktu saya menemani anak saya mandi di
tepian Danau Linting itu saya sedang asik mengabadikan gambar anak saya dengan kamera
handphone saya, dan setelah melihat hasilnya saya mendapatkan bayangan putih samar
padahal tidak ada siapa-siapa pada saya mengambil gambar tersebut.” Ditambahkan lagi oleh
Bu Ridaw,”Pernah dulu teman saya sehabis ia pulang dari ladang yang tak jauh dari Danau
Linting ini mandi di danau ini, teman saya ini perempuan dan ketika dia meletakkan
sabunnya di tepi batu Danau Linting dan ia membasuh wajahnya kedalam air setelah itu dia
hendak mengambil sabunnya kembali untuk dipakainya lagi tetapi sabunnya sudah tidak ada
ditempat yang ia letakkan tadi, dia melihat kearah depan ia melihat seorang perempuan
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berada tidak terlalu jauh di depannya yang berambut panjang menutupi wajahnya, dan teman
saya ini pun lari ketakutan.”. Penualis bertanya lagi, “Apakah ada ritual khusus yang
dilakukan di Danau ini?” Bu Ridaw menjawab, “Dulu ada, ritual seperti menaburkan bunga
ke Danau Linting ini karena ia ingin mengenang anaknya yang sudah meninggal karena
Jelas di sini bahwa informasi dari informan kita bahwa Danau Linting ini
berpenghuni seorang wanita, entah itu manusia yang suda meninggal ataupun seorang
siluman, dan yang bisa melihatnya adalah orang yang memiliki indra keenam. Penulis
bertanya kepada Bu Ridaw, “apakah kejadian aneh yang pernah terjadi di Danau ini ya Anda
ketahui?” Bu Ridaw menjawab,” dulu pernah terjadi kesurupan disini yaitu serang wanita
kesurupan setelah berdua-duaan dengan kekasihnya, ini mungkin karna dia kurang sopan
atau mempunyai niat tidak baik di Danau Linting ini. Wanita ini kesurupan yang dimasuki
oleh penghuni Danau Linting ini yang merupakan seorang wanita maka dari itu tubuh yang
Penghuni ini ingin menjaga Danau Linting ini agar jauh dari tempat jinah jauh dari
ketidak baikkan ataupun perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan. Penghuni ini
dapat berubah-ubah wujud seperti siluman. Tetapi selama kita tidak mengganggu dan
berprilaku yang baik dan menebarkan kebaikkan maka tidak akan terjadi hal yang tidak kita
inginkan.
hal yang tabu ataupun berkata kasar dan sejenisnya beguitu juga di daerah Danau Linting ini
tidak diperbolehkan mengucapkan Bahasa yang tabu dan kasar, harus beprilaku yang sopan
dan santun agar lebih menghargai masyarakat atau pun penghuni yang ada. Tetapi seiring
berjalannya waktu Danau Linting sudah menjadi wisata dan lumayan banyak orang-orang
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang berkunjung kesana tetapi tetap saja tidak diberlakukan mengucapkan bahasa yang tabu
Penulis bertanya kepada informan yang bernama Ridaw Kristiana Sembirig,” Apakah
di Danau Linting ini diperbolehkan berkata sesukanya termasuk cakap kotor(bahasa yang
tabu)?” informan menjawab,”Tidak, dulu tempat ini sangatlah keramat, apapun yang kita
lakukan haruslah meminta izin terlebih dahulu agar tidak terjadi masalah apalagi berkata
kotor(bahasa yang tabu) sangat tidak diperbolehkan agar tidak mendapatkan kualat
tersendiri. Juga haruslah menjaga kebersihan, dan bertingkah laku yang sopan dan santun”.
Penulis bertanya kepada informan lagi yaitu Bu Ridaw Kristiana Sembiring, “Apakah Anda
pernah mengucapkan kata-kata atau pun bahasa yang tabu di Danau Linting ini?” infrman
menjawab, “ Mungkin secara tidak langsung pernah, ya seperti keceplosan pada waktu itu
karena saya memarahi anak saya yang bermain hujan di dekat tepian danau dan saya
mengucapkan bahasa yang tabu karena kemarahan saya yang tidak terkontrol mungkin,
tetapi setelah itu saya terpeleset karena licin dan itulah tanda saya terkena kualat karena telah
mengucapkan bahasa yang tabu karena seharusnya ditempat yang keramat dan berpenghuni
ini seharusnya kita bisa lebih menjaga cara berbicara kita, cara berperilaku kita yang
tandanya ita menghargai tempat itu dan kita menghargai penghuni yang menjaga di Danau
Linting itu”.
tempat tersebut karena merupakan bukan wilayah kita dan kita pun tidak tau kebiasaan orang
daerah tersebut bagaimana maka dari itu kita sudah seharusnya tidak mengucapkan bahasa
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.5 Danau Linting Sebagai Mitos Sudah Memakan Bebarapa Korban Laki-laki
Danau Linting sudah memakan korban dan keseluruhannya adalah berjenis kelamin
laki-laki tak satu pun perempuan. Hal ini disebabkan karena Danau Linting ini berpenghuni
seorang perempuan, maka dari itu korban yang tenggelam adalah selalu berjenis kelamin
laki-laki. Korban menjadi tenggelam karena berenang ketengah dengan tidak memakai alat
bantu renang apapun dan konon katanya ditarik dari bawah sampai korban kehabisan nafas
Dan jasadnya tidak akan mengambang dihari itu juga melainkan keesokan harinya
dipagi hari. Hal ini didapatkan penulis dari informan-informan yang diwawancarai. Penulis
menanyakan kepada informan kita yaitu Pak Payau Tarigan, “Apakah pernah ada yang
tenggelam di Danau Linting ini?” Pak Payau Tarigan menjawab, “Pernah, dan semua korban
tenggelam yaitu laki-laki.” Penulis menanyakan lagi,”Mengapa korban tersebut bisa sampai
tenggelam? Apakah beliau tidak bisa berenang sehingga dia tenggelam dan meninggal?” Pak
Payau Tarigan menjawab,”Bukan karena ia tidak bisa berenang tetapi karena ia berenang
ketengah dan tidak memakai ban atau alat berenang yang aman sehingga di tengah ia tertarik
dan tenggelam, jasadnya pun tidak akan ditemukan pada saat itu juga melainkan keesokan
paginya.” Pak Payau Tarigan menambahkan,”Tidak ada satu pun perempuan yang tenggelam
dan meninggal disini karena penghuninya Danau Linting ini ya seorang perempuan, ia akan
tertarik pada laki-laki. Baru-baru ini anak kecilah yang menjadi korban tenggelam di Danau
Linting ini. Anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang berumur 4 tahun tenggelam ketika ia
bermain lari-larian di tepi Danau Linting bersama dengan abangnya sehingga iya terjatuh ke
Danau Linting dan tenggelam, abangnya ketakutan dan menyembunyikan dan tidak
memberitahukan kalau adiknya sudah tenggelam karena ia takut dimarahi sehingga jasad
Korban yang selalu berjenis kelamin laki-laki ini menjadi tolak ukur bagi kaum laki-
laki untuk tidak usah berenang jika tidak benar-benar mahir berenang, jika hendak berenang
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dianjurkan untuk memakai alat bantu renang agar menjauhkan diri dari kejadian yang tidak
diinginkan. Baik itu tua, muda, dewasa, remaja jika berjenis kelamin laki-laki dianjurkan
untuk lebih berhati-hati jika ingin berenang apalagi ketengah Danau Linting. Air tenang
menghanyutkan.
4.1.6 Air Danau Linting Sebagai Mitos Mendatangkan Kenyamanan dan Pengobatan
untuk sesuatu hal jika kita mempercayainya, seperti keluarga penulis sendiri pernah memakai
air Danau Linting yang dicampurkan oleh beberapa bunga dan disiramkan ke mobil orang
tua si penulis. Hal ini dipercayai agar saat mengendarai mobil tersebut nantinya akan terasa
nyaman dan aman. Dan yang menyiram mobil tersebut bukan sembarang melainkan kakek si
penulis yang sudah tinggal lama di Desa si Bunga-bunga tersebut. Sudah dua kali tradisi ini
dilakukan di Danau Linting dengan airnya tersebut dan terbukti mobil yang dikendarai tidak
Airnya juga dipercayai untuk pengobatan. Air untuk pengobatan dan untuk
kenyamanan itu dibedakan dengan air yang biasanya untuk mandi dan untuk para wisata
biasa namun airnya masi tetap satu aliran. Airnya terletak tidak jauh dari danau yang besar.
Dan airnya ini di bagi-bagikan sesuai dengan 5 marga yang ada di budaya karo yaitu Ginting,
Sembiring, Peranginangin, Tarigan, Karo-karo dan ada juga yang bernama air Putri Hijau
karena ketika kita lihat air itu tergenang akan berwarna hujau dan jika kita pegang airnya dan
melihat dari dekat airnya akan berwarna putih bening seperti air biasa. Air Danau Linting ini
merupakan air yang bisa mengobati penyakit. Air Goa Tao namanya. Berau sembiring yang
mendapatkan bisikian dari leluhur bahwa ada air bagian dari Danau Linting yang bisa di
jadikan air pengobatan dan dipercayai oleh masyarakat sekitar karena kenyataanpun
membuktikan bahwa masyarakat yang berobat dan mandi di air pengbatan maka akan
sembuh dengan melakukan syarat yang sudah ditentukan yaitu yang mandi di air goa Tao
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak bleh memakai sabun/shampo, diharuskan berpakaian, waktu mandi pun di batasi yaitu
15 menit per orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih, berekeramas harus
menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan berganti pakaian
di ruang ganti yang telah disediakan. Danau yang merupakan kutukan dari seorangh nenek
terhadap kucingnya ini juga mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat yang
mempunyai sakit penyakit. Leluhur merupakan orang tua yang mungkin sudah tiada tetapi
rohnya masih menyala-nyala yang harus dihargai ketika mendapatkan bisikan yang jarang
dan mendatangkan penyembuhan. Sehingga yang lebih tua di Desa ini masing sangat
Penulis menanyakan kepada informan kita yaitu Pak Meter Ginting, “Mengapa
airnya dibedakan dan dibagi-bagi seperti ini pak?” Pak Meter Ginting menjawab,”Dulu
airnya ini sebenarnya menyatu semua tetapi dibagi-bagi seperti ini karena yang mengelola
bagian dari air ini mendapat bisikan dari leluhur kalau air ini harus dibagi-bagi sesuai marga
yang ada di dalam suku karo maka terjadilah seperti ini.” Penulis menanyakan lagi kepada
Pak Meter Ginting,”Apakah masih ada yang datang meminta pengobatan?” Pak Meter
dikarenakan sudah cukup banyak yang berobat dengan menggunakan air tao ini dan selalu
disembuhkan bagi orang-rang yang percaya bahwa dia akan sembuh dengan air ini”.
Walau air ini terkadang akan terkena hujan tetapi tidak akan merubah fungsinya
selama memakai aturan yang telah disediakan dan tidak melanggarnya sedikitpun. Air ini
menjadi keunggulan di Danau Linting ini karena memiliki fungsi yang positif dan
Penulis bertanya kepada informan kita lagi yaitu Pak Meter Ginting, “Apakah Bapak
pernah berobat ke Danau Linting ini?” informan menjawab, “Dulu saya pernah berobat ke
Danau Linting ini dengan menggunakan air Danau linting ini yang dinamakan air tao dan
melakukan semua peraturan yang di tentukan dan tidak melanggarnya sehingga saya bisa
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sembuh dan tidak sakit lagi, waktu itu saya sakit gatal-gatal dan sakit pada pundak bagian
kanan saya dan akhirnya saya sembuh setelah berobat dengan menggunakan air pengobatan
tersebut”.
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Legenda Danau Linting adalah sebuah cerita yang berasal dari Desa Sibunga-bunga
mengisahkan sebuah kutukan. Kucing dari seorang nenek yang sudah lama tinggal bersama
di daerah Tinggi Raja yang dikutuk menjadi Danau Linting karena memakan makanan nenek
tersebut yang telah diantarkan oleh cucunya. Ada tiga kucing yang dikutuk yg lainnya
Nenek yang murka ini sebenarnya mengira bahwa cucunya yang memakan makanan
yang telah diantarkannya yang seharusnya untuk nenek tersebut maka yang keluar dari mulut
nenek tersebut adalah “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah tinggi raja ini”.
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing
tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu
berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau
Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang
STM Hulu Kabupaten Deli Serdang mempercayai legenda tersebut, dan disampaikan turun
temurun ini bertujuan supaya budaya tetap terjaga, dan tidak akan hilang sampai ke genrasi
selanjutnya. Karena Danau Linting ini merupakan cerita rakyat yang dimiliki oleh suku kar
bunga yang terkandung dalam legenda Danau Linting, maka penulis mengambil beberapa
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Masyarakat Karo khususnya yang tinggal di Desa Sibunga-bunga Hilir
tersebut yaitu kutukan dari seorang nenek tua yang berasal dari desa
Tinggi Raja.
jelmaan dari seekor kucing yang dikutuk oleh nenek yang sudah lama
mengasuh kucing tersebut karena kucing itu memakan makanan nenek itu
yang telah diantarkan oleh cucunya kepadanya tetapi dimakan oleh ketiga
kucing tersebut sehingga membuat nenek itu marah dan mengutuk kucing
tersebut.
setengah ular dan setengah ikan dan juga terkadang berwujud seorang
mengucapkan bahasa yang tabu seperti cakap kotor dan hal-hal yang tidak
sopan karna akan mendapatkan bala ataupun kualat tersendiri bahkan bisa
sudah memakan korban tenggelam yang konon katanya ditarik dari dalam
perempuan.
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bagi yang mempercayainya sesuai dengan menggunakan syarat dan
ketentuan yang telah dibuat jika ingin berobat di air pengobatan yang
disebut dengan air tao. Dan jika seperti mendatangkan kenyamanan cukup
dan bermaca, bunga-bunga dan juga jeruk purut setelah itu di siramkan ke
mobil, motor, becak, sepeda, dll. Syarat pengbatan yang sudah ditentukan
yaitu yang mandi di air goa Tao tidak boleh memakai sabun/shampo,
orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih, berekeramas harus
menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan
berganti pakaian di ruang ganti yang telah disediakan. Jika tidak mandi
5.2 SARAN
Adapun saran yang penulis sampaikan dari penulisan skripsi ini antara lain sebagai
berikut :
1. Agar penelitian terhadap karya sastra baik lisan maupun lisan tertulis dan
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Hendaknya kajian terhadap legenda lebih digiatkan lagi untuk mengetahui
legenda tersebut.
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Chourmain Imam, Adiguru. 2006. Acuan Normatif Penelitian untuk Penulisan Skripsi (Tesis
dan Disertasi). Al-Haramain Publishing House.Jakarta.
Cremers, Agus. 1995. Tahap-Tahap Perkembanagan Kepercayaan Menurut James W.
Fowler.Yogyakarta: Kanisius.
Dahlyana, Lely. 2013. Pengenalan Budaya dan Adat Istiadat Karo Berbasis Web (Skripsi).
Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.
Danandjaja, James. (2002).Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
Grafiti.
Ginting, Usaha. 2014. Katoneng-Katoneng Pada Upacara Cawir Metua Dalam Budaya Karo:
Kajian Fungsi, Struktur Musik, dan Makna Tekstual” (Tesis). Medan: Fakultas
Ilmu Budaya USU.
Putera, Prakoso Bhairawa. 2015. Mengenal dan Memahami Ragam Karya Prosa
Lama.Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Silalahi, Afriana Berliana. 2007. Fungsi Dan
Makna Ornamen Rumah Adat Karo: Kajian: Semiotik (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra
USU.
Susilo, Hariadi. 2017. Wacana Kohesi dan Kearifan Lokal Dalam Cerita RakyatMasyarakat
Karo (Disertasi).Medan : Fakultas Ilmu Budaya USU.
Syahdi, Rahmad Fadhlan. 2013. Nilai Budaya Legenda Tengku Raden Di Masyarakat
Melayu Kualuh – Leidong (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.
Tamba, Hotsri Hanti. 2014. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Tempat Keramat (Studi
Kasus di Daerah Tamba Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir) (Skripsi).
Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tarigan, Terangta. 2014. Keberadaan Pemeluk dan Penerapan Nilai-Nilai Aliran
Kepercayaan Pemena di Desa Pergendangen, Kabupaten Karo (Studi Kasus di
Desa Pergendanngen Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo) (Skripsi). Medan:
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 1. LEGENDA DANAU LINTING
Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja
ini dahulu banyak orang yang menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek yang sudah
tua. Nenek ini sudah sangat tua sehingga dia tidak bisa lagi untuk membuat makanannya
sendiri.
Nenek ini mempunyai tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di
setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai seorang cucu
yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap harinya mengantar
Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan makanan
kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka tinggal tersisa tulang
ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya perbuatan cucuku ini goodbye lah
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka kucing
tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang berbeda. Yang satu
berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah danau yang dinamakan Danau
Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang
Ketiga tempat tersebut merupakan jelmaan dari seekor kuncing yang terkutuk karena
memakan makanan nenek tua yang merupakan majikan yang sudah lama merawat ketiga
kucing itu. ketiga tempat ini merupakan tempat perairan yang mana mempunyai aliran air
yang sama.
Danau Linting ini merupakan tempat yang sangat keramat dan berpenghuni.sehingga
ketika bertingkah laku dan bertutur kata haruslah yang baik dan sopan untuk di dengar. Di
Danau Linting ini tidak pernah memakan korban perempuan tetapi malah penghuni yang
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjaga Danau Linting ini adalah sesosok perempuan yang kadang muncul di tengah danau,
kadang ia berwujud seperti manusia dan kadang bahkan berwujud setengah manusia dan
setengah naga dan memiliki sisik. Sering terjadi penampakan sehingga tidak terlalu banyak
yang berminat bermain ke Danau Linting ini. Apalagi berenang ketengah jika tidak memakai
ban (alat bantu renang) dan ia tidak terlalu mahir berenang maka akan tenggelamlah ia
Masyarakat desa Sibunga-bunga ini banyak yang menyuci kain dan mandi di Danau
Linting ini tentu saja dengan bertingkah laku yang bgaik dan sopan tidak akan terjadi apa-
apa tetapi entah apa yang terjadi kepada seorang Ibu tua yang mandi di Danau Linting itu ia
melihat sesosok manusia yang berambut panjang sehingga menutupi wajahnya berdiri tidak
jauh darinya, setelah itu Ibu tua itu lari ketakutan. Banyak juga kejadian janggal yang terjadi
di Danau Linting ini yaitu saat mengabadikan gambar Danau Linting ini pernah didapatkan
warga seperti bayangan samar yang diduga seperti bentuk kucing ada juga yang mengatakan
seperti anak kecil yang baru saja meninggal karena tenggelam di Danau Linting ini.
Air Danau Linting ini merupakan air yang bisa mengobati penyakit. Air Goa Tao
namanya. Berau sembiring yang mendapatkan bisikian dari leluhur bahwa ada air bagian dari
Danau Linting yang bisa di jadikan air pengobatan dan dipercayai oleh masyarakat sekitar
karena kenyataanpun membuktikan bahwa masyarakat yang berobat dan mandi di air
pengbatan maka akan sembuh dengan melakukan syarat yang sudah ditentukan yaitu yang
mandi di air goa Tao tidak boleh memakai sabun/shampo, diharuskan berpakaian, waktu
mandi pun di batasi yaitu 15 menit per orangnya, lima menit sekali wajib minum air putih,
berekeramas harus menggunakan jeruk purut, dilarang membuang air kecil sambil mandi dan
berganti pakaian di ruang ganti yang telah disediakan. Danau yang merupakan kutukan dari
seorangh nenek terhadap kucingnya ini juga mempunyai manfaat yang besar bagi
masyarakat yang mempunyai sakit penyakit. Leluhur merupakan orang tua yang mungkin
sudah tiada tetapi rohnya masih menyala-nyala yang harus dihargai ketika mendapatkan
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bisikan yang jarang dan mendatangkan penyembuhan. Sehingga yang lebih tua di Desa ini
Ritual yang diadakan di Danau Linting ini yaitu merupakan ritual menaburkan bunga
ke Danau Linting ini oleh pihak saudara yang telah menjadi korban meninggal, dipercaya
oleh keluarga bahwa roh saudaranya ataupun anaknya masih berada di Danau Linting ini.
Sempat menjadi sesuatu yang ditakutkan bahwa Danau Linting ini memakan korban setiap
tahunnya tetapi pernyataan itu tidak dibenarkan karena memang tidak rutin setiap tahun ada
yang meninggal tetapi sampai sekarang walaupun tidak rutin masih saja ada yang meninggal
di Danau Linting ini baik itu karena tenggelam ataupun tertarik kedalam air Danau Linting
yang tidak disangka-sangka. Dan semua korban sampai saat ini tidak ada yang berjenis
kelamin perempuan.
tempat yang keramat tetapi tidak ada pemujaan ataupun ritual rutin tertentu untuk Danau
Linting ini. Danau Linting ini menjadi tempat keramat yang sudah dari turun temurun
merupakan tempat yang dipercayai oleh masyarakat karo sekitar bahwa merupakan jelmaan
dari seekor kucing yang dikutuk oleh seorang nenek tua, dan Danau Linting merupakan
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN II
Umur : 75 Tahun
Perkerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SR
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
Jawan : Saya terima dari nenek saya dulu sewaktu beliau masih hidup.
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
Jawab : Pada siang hari yaitu ketika saya dan nenek saya berkunjung ke Danau
Linting.
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?
Jawab : Masyarakat percaya akan legenda Danau Linting ini, karena Danau
Linting ini merupakan tempat yang sangatlah keramat dulunya bahkan banyak
kejadian-kejadian yang terjadi di Danau ini. Bahkan hingga yang meninggal pun
terjadi di danau ini, ini disebabkan karena adanya penghuni yang menjaga Danau
Linting ini yaitu seorang perempuan dan korban yang pernah meninggal karena
tenggelam di sini adalah berjenis kelamin laki-laki tidak satu pun perempuan.
Danau ini memiliki juga air untuk pengobatan yaitu bisa mengobati orang sakit.
Airnya yang berada di dekat goa dan memiliki lima jenis air yang dinamai sesuai
dengan marga yang ada di suku karo yaitu Ginting, Sembiring, Perangin-nangin,
Tarigan, Karo-karo.
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Jika dahulu sering tetapi sekarang sudah hampir punah karena sekarang
Danau Linting sudah menjadi tempat wisata dan cukup ramai pengunjung yang
Jawab : Menurut saya legenda ini perlu dikembangkan karena sudah sangat
sedikit yang mengetahui tentang Danau Linting ini. Dikembangkan lagi agar
legenda Danau Linting yang dulu mulanya terjadi karena kutukan dari seorang
nenek terhadap kucingnya. Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa
Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang menanam padi.
Disana hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di
setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai
seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap
Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan
makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka
tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka
kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang
berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah
danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-
debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.Nama : Joit Tarigan
Umur : 49 Tahun
Perkerjaan : Wiraswasta
Agama : Katolik
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
Jawab : Pada saat sore hari ketika sedang santai bersama dengan orang tua.
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
Jawab : Menurut saya untuk adat istiadat agar lebih menghargai leluhur.
sebelah masih percaya dengan legenda Danau Linting ini tetapi sekarang sudah
mulai punah karena legenda ini sudah tidak banyak lagi diceritakan karena sudah
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi tempat wisata bagi pengunjung-pengunjung luar. Tidak banyak yang
legenda ini hampir lenyap. Sangat disayangkan padahal danau ini memiliki
legenda yang cukup unik dan bahkan bisa menjadi karya untuk pendidikan.
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Sudah lumayan jarang tetapi kami akan segera menuturkannya kembali
sebisa mungkin.
Jawab : Cerita ini saya sangat percaya karena saya juga sudah lama tinggal disini
yaitu sejak lahir sehingga tau banyak tentang keramatnya tempat ini dahulu kala.
Cerita legenda Danau Linting ini bisa menjadi karya yang berpendidikan jika
siur tentang cerita legenda Danau Linting ini tetapi yang saya ketahui sesuai
dengan yang diceritakan orang tua saya bahwa Danau Linting ini adalah jelmaan
dari seekor kucing yang di kutuk oleh majikannya yaitu seorang nenek yang
tinggal sebatang kara di desa Tinggi Raja. Danau ini yaitu danau yang dikelilingi
tanah putih dan airnya satu aliran dengan debuk-debuk dan sibiru-biru yaitu yang
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Nama : Ridaw Kristiana Sembiring
Umur : 45 Tahun
Perkerjaan : Wiraswasta
Agama : Katolik
Pendidikan Terakhir : SD
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah.
Jawab : Saya mendengar dan mengetahui cerita ini sekitar saya berumur 20 tahun.
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
Jawab : Masyarakat terutama di desa ini masih percaya dengan adanya legenda
itu dan masih menuturkannya walaupun sudah tidak seperti dulu. Itu desebabkan
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
karena Danau Linting kini sudah menjadi wisata alam yang dinikmati pengunjung
begitu sajam, mereka tidak mengetahui legenda Danau Linting ini sama sekali.
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Menurut saya masih biasa dan sering dituturkan dalam masyarakat.
Jawab : Jika pendapat saya cedrita legenda Danau Linting ini sebaiknya tetap
banyaknya tentang Danau Linting. Karena banyak cerita yang berlainan tetapi
warga ataupun masyarakat disini dan saya pun percaya bahwa danau linting ini
dahulu karena kutukan dari seekor kucing yang dikutuk menjadi danau dari
seorang nenek yang merupakan pengasuh kucing itu. danau ini juga merupakan
danau yang masih keramat dan harus dijaga cara berbicara dan cara bertingkah
laku agar sang penghuni tidak merasa terganggu. Agar pengunjung juga tidak
berenang terlalu ketengah agar lebih menjaga keselamatan karena konon katanya
yang tenggelam itu ketika dia berenang ketengah danau dan tenggelam karena
kakinya ditarik dari bawah danau dan jasadnya akan mengapung keesokkan
harinya. Pernah dulu teman saya sehabis ia pulang dari ladang yang tak jauh dari
Danau Linting ini mandi di danau ini, teman saya ini perempuan dan ketika dia
kedalam air setelah itu dia hendak mengambil sabunnya kembali untuk
dipakainya lagi tetapi sabunnya sudah tidak ada ditempat yang ia letakkan tadi,
dia melihat kearah depan ia melihat seorang perempuan berada tidak terlalu jauh
di depannya yang berambut panjang menutupi wajahnya, dan teman saya ini pun
lari ketakutan.
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. . Nama : Yulianti Damanik
Umur : 24 Tahun
Perkerjaan : Wiraswasta
Agama : Katolik
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah.
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
Jawab : Dari orang tua dilingkungan saya ini yaitu Desa Sibunga-bunga.
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
Jawab : Menurut saya agar tidak punahnya asal usul ataupun cerita adat di suku
Jawab : Menurut saya sendiri masyarakat disini ada yang tahu dan ada yang tidak
tahu, ada yang percaya ada juga yang tidak percaya. Tetapi jika saya melihat
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lebih banyak yang percaya. Yang tidak percaya seperti pendatang baru yang
menempat di desa ini. Mungkin karena tidak tau, dan juga Danau Linting ini
belum banyak yang mengetahui keberadaannya. Belum banyak yang tahu jika
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Masih sering bahkan baru-baru ini kepala Dinas membahas juga tentang
dilestarikannya cerita ataupun legenda dari suku Karo yang ada, karena cukup
Dahulu kala di sebuah desa yaitu desa Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini
dahulu banyak orang yang menanam padi. Disana hiduplah seorang nenek yang
sudah tua. Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu
menemani di setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga
mempunyai seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang
Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan
makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka
tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka
kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang
berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah
danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-
Waktu saya menemani anak saya mandi di tepian Danau Linting itu saya
sedang asik mengabadikan gambar anak saya dengan kamera handphone saya,
dan setelah melihat hasilnya saya mendapatkan bayangan putih samar padahal
tidak ada siapa-siapa pada saya mengambil gambar tersebut. Danau Linting ini
merupakan tempat yang berpenghuni tetapi akan baik-baik saja jika kita tidak
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Nama : Juniana Tarigan
Umur : 28 Tahun
Perkerjaan : Wiraswasta
Agama : Katolik
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah.
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
Jawab : Saya mendengar dari orang tua sekitar yang berada di Danau Linting ini.
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
Jawab : Menurut saya tujuannya yaitu agar banyak yang mengetahui bahwa
Danau Linting ini memiliki lagenda yang banyak orang tidak mengetahuinya.
Jawab : Sejauh yang saya ketahui masyarakat di daerah sini percaya terhadap
cerita ini bahkan desa-desa sebelah juga mengetahui dan percaya terhadap cerita
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ini dah bahkan berobat ke Danau Linting ini, dari itu kita bisa mengetahui bahwa
mereka yaitu masyarakat sekitar percaya akan cerita Danau Linting ini.
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Menurut saya sudah hampir jarang, mungkin karena tempat ini sudah
menjadi tempat wisata, dan dari tempat ini dijadikan tempat wisata berkurang
Jawab : Saya pribadi percaya dengan cerita Danau Linting ini bahwa jelmaan dari
seekor kucing yang dikutuk oleh nenek tua yaitu pengasuhnya dan ia menjadi
Danau Linting. Saya juga percaya Danau Linting ini berpenghuni karena waktu
dulu orang tua teman saya sewaktu berkunjung ke Danau ini pernah ketakutan
karena ia melihat sesosok siluman setengah ular dan setengah ikan di Danau
Linting ini, dan ini dikarenakan memang orang tua teman saya ini mempunyai
indra keenam oleh karena itu bisa melihat penampakan penghuni tersebut.
Harusnya cerita ini dapat diturun temurunkan agar menambah wawasan bahwa
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Nama : Berau Sembiring
Umur : 40 Tahun
Perkerjaan : Wiraswasta
Agama : Katolik
Pendidikan Terakhir : SD
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah.
Jawab : Saya kurang tahu, sejak saya kecil mungkin sekitar umur 13 tahun
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
Jawab : saya mendengar cerita ini dari lingkungan dan dari mulut ke mulut.
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
Jawab : Menurut saya tujuannya adalah untuk menurunkan cerita ini kebanyak
orang hingga banyak yang mengetahui tempat ini beserta legendanya karena
mengingat situasi dan kemajuan tempat ini kurang banyak yang mengetahuinya.
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Menurut saya masyarakat desa ini pastilah percaya karena sudah lama
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
baru dan mereka kurang tahu bagaimana cerita Danau Linting ini.
Jawab : Pendapat saya yaitu saya percaya tentang cerita ini bahwa Danau Linting
adalah jelmaan dari seekor kucing yang terkutuk hingga menjadi Danau Linting.
Dan airnya bisa menjadi sarana pengobatan. Yaitu air yang berada di dekat goa
Tao karena air pengobatan berbeda dengan air yang di danau linting yang besar
tetapi merupakan aliran air yang sama yaitu Danau Linting. Jika mandi di air
2. Diharuskan berpakaian.
Peraturan ini diberlakukan untuk yang ingin mandi di air Danau Linting yang
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6.Nama : Sita Br Karo
Umur : 72 Tahun
Perkerjaan : Petani
Agama : Katolik
Pendidikan Terakhir : SR
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
Jawan : Saya terima dari nenek saya dulu sewaktu beliau masih hidup.
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
Jawab : Pada sore hari yaitu ketika saya dan nenek saya berkunjung ke danau
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Masyarakat percaya akan legenda Danau Linting ini, karena Danau
Linting ini merupakan tempat yang sangat keramat dulu dan sekarang walaupun
Hingga yang meninggal pun terjadi di danau ini, ini disebabkan karena adanya
penghuni yang menjaga Danau Linting ini yaitu seorang perempuan dan korban
yang pernah meninggal karena tenggelam di sini adalah berjenis kelamin laki-laki
tidak satu pun perempuan. Danau ini memiliki juga air untuk pengobatan yaitu
bisa mengobati orang sakit. Airnya yang berada di dekat goa dan memiliki lima
jenis air yang dinamai sesuai dengan marga yang ada di suku karo yaitu Ginting,
Sembiring, Perangin-nangin, Tarigan, Karo-karo dan ada juga yang bernama Putri
Hijau dinamakan putri Hijau karena jika dilihat warnanya hijau tetapi jika kita
pegang dan kita naikkan ke atas permujkaan dia akan berwarna bening seperti air
lainnya.
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Sudah berkurang, mungkin karena semakin banyak manusia yang lebih
Jawab : Menurut saya legenda ini perlu dikembangkan karena sudah sangat
sedikit yang mengetahui tentang Danau Linting ini. Dikembangkan lagi agar
legenda Danau Linting yang dulu mulanya terjadi karena kutukan dari seorang
nenek terhadap kucingnya. Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yaitu desa
Tinggi Raja. Di desa Tinggi Raja ini dahulu banyak orang yang menanam padi.
Disana hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini sudah sangat tua
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nenek ini mempunya tiga ekor kucing peliharaannya yang selalu menemani di
setiap harinya. Ia tinggal seorang diri dirumahnya. Nenek ini juga mempunyai
seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang senantiasa setiap
Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan
makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka
tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan berkata “kalau begininya
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka
kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang
berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah
danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-
debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-
Danau ini memang berpenghuni tetapi tidak rutin tiap tahunnya meminta tumbal
walaupun masih ada saja yang meninggal. Intinya jika kita datang ke suatu
tempat kita haruslah berniat baik, bukan hanya kedanau ini tetapi kemana pun itu
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7.Nama : Payau Tarigan
Umur : 58 Tahun
Perkerjaan : Petani
Agama : Katolik
Pendidikan Terakhir : SD
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
Jawab : Pada saat malam hari ketika sedang santai bersama dengan orang tua.
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
Jawab : Menurut saya untuk adat istiadat agar lebih menghargai leluhur dan juga
untuk lebih menjaga keprilakuan jika mengunjungi tempat yang masih bisa
dikatakan keramat
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap cerita itu?
sebelah masih percaya dengan legenda Danau Linting ini tetapi sekarang sudah
mulai punah karena legenda ini sudah tidak banyak lagi diceritakan karena sudah
legenda ini hampir lenyap. Sangat disayangkan padahal danau ini memiliki
legenda yang cukup unik dan bahkan bisa menjadi karya untuk pendidikan.
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Sudah lumayan jarang tetapi kami akan segera menuturkannya kembali
sebisa mungkin.
Jawab : Cerita ini saya sangat percaya karena saya juga sudah lama tinggal disini
yaitu sejak lahir sehingga tau banyak tentang keramatnya tempat ini dahulu kala.
Cerita legenda Danau Linting ini bisa menjadi karya yang berpendidikan jika
siur tentang cerita legenda Danau Linting ini tetapi yang saya ketahui sesuai
dengan yang diceritakan orang tua saya bahwa Danau Linting ini adalah jelmaan
dari seekor kucing yang di kutuk oleh majikannya yaitu seorang nenek yang
tinggal sebatang kara di desa Tinggi Raja. Danau ini yaitu danau yang dikelilingi
tanah putih dan airnya satu aliran dengan debuk-debuk dan sibiru-biru yaitu yang
danaunya ini akan dibuat legendanya oleh kepala dinas dengan seiringnya
berjalan kewisataannya akan dibuat di satu pamplet dan diletakkan di bagian dari
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
danau linting tersebut agar pengunjung bisa melihat dan membacanya, agar
Umur : 77 Tahun
Perkerjaan : Petani
Agama : Katolik
Pendidikan Terakhir : SR
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
Jawan : Saya terima dari nenek saya dulu sewaktu beliau masih hidup.
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
Jawab : Pada siang hari yaitu ketika saya dan keluarga saya berkunjung ke danau
linting.
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
orang-orang sekitar bahwa Danau ini mempunyai legenda khusus yang orang lain
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banayak yang tidak mengetahuinya karena kurangnya publikasi tentang Danau
Linting ini. Bahkan objek Danau Linting ini samapai sekarang belum sangat
Jawab : Menurut saya sendiri masyarakat disini ada yang tahu dan ada yang tidak
tahu, ada yang percaya ada juga yang tidak percaya. Tetapi jika saya melihat
lebih banyak yang percaya. Yang tidak percaya seperti pendatang baru yang
menempat di desa ini. Mungkin karena tidak tau, dan juga Danau Linting ini
belum banyak yang mengetahui keberadaannya. Belum banyak yang tahu jika
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Jika dahulu sering tetapi sekarang sudah hampir punah karena sekarang
Danau Linting sudah menjadi tempat wisata dan cukup ramai pengunjung yang
fenomena budaya karo yaitu legenda Danau Linting yang dulu mulanya terjadi
karena kutukan dari seorang nenek terhadap kucingnya. Di Desa Tinggi Raja
hiduplah seorang nenek yang sudah tua. Nenek ini mempunya tiga ekor kucing
mempunyai seorang cucu yang tinggal di desa sebelah. Cucunya inilah yang
Sehingga pada suatu hari nenek ini menyuruh cucunya untuk mengantarkan
makanan kepadanya. Yang seharusnya lauknya adalah ayam tetapi setelah dibuka
tinggal tersisa tulang ayam. Nenek ini marah dan mengutuk kucingnya itu.
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karena yang memakan makanan tersebut adalah ketiga kucing tersebut maka
kucing tersebut terkena kutukan, ketiga kucing itu pergi berlarian ke arah yang
berbeda. Yang satu berlari ke desa sibunga-bunga dan berubah menjadi sebuah
danau yang dinamakan Danau Linting lalu kucing yang kedua lari ke arah debuk-
debuk dan menjadi debuk-debuk dan yang kucing terakhir berlari ke arah sibiru-
biru dan terkutuk menjadi sibiru-biru. Banyak juga simpang siur tentang cerita
Danau Linting ini tetapi yang saya tahu beginilah ceritanya karena saya tahunya
dari nenek saya sendiri. Entah bagaimana kebenarannya tapi saya percaya jika
Danau Linting ini jelmaan dari seekor kucing yang dikutuk karena pada waktu
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9.Nama : Togoh Tarigan
Umur : 70 Tahun
Perkerjaan : Petani
Agama : Katolik
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
Jawab : Pada saat siang hari ketika sedang santai bersama dengan orang tua.
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
Jawab : Menurut saya untuk adat istiadat dan agar menjaga cerita legenda Danau
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Masyarakat yang tinggal di Desa Sibunga-bunga ini masih percaya
dengan legenda Danau Linting ini. Karena sudah cukup lama tinggal di desa ini
dan sudah menyaksikan sendiri kejadian-kejadian yang ada di Danau Linting ini.
sehingga ceritanya legenda ini hampir lenyap. Sangat disayangkan padahal danau
ini memiliki legenda yang cukup unik dan bahkan bisa menjadi karya untuk
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Sudah jarang mungkin karena sudah banyak orang baru yang menetap
dan mereka kurang tahu juga tentang legenda Danau Linting ini.
Jawab : Cerita ini saya sangat percaya karena saya juga sudah lama tinggal disini
yaitu sejak lahir sehingga sudah menyaksikan sediri kejadian –kejadian dahulu
kala. Cerita legenda Danau Linting ini bisa menjadi karya yang berpendidikan
simpang siur tentang cerita legenda Danau Linting ini tetapi yang saya ketahui
sesuai dengan yang diceritakan orang tua saya bahwa Danau Linting ini adalah
jelmaan dari seekor kucing yang di kutuk oleh majikannya yaitu seorang nenek
yang tinggal sebatang kara di desa Tinggi Raja. Danau ini yaitu danau yang
dikelilingi tanah putih dan airnya satu aliran dengan debuk-debuk dan sibiru-biru
yaitu yang merupakan kucing lain yang dikutuk oleh nenek tersebut.
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Nama : Adi Putra Tarigan
Umur : 27 Tahun
Perkerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
1. Apakah Anda pernah mendengar atau tahu cerita tentang legenda Danau Linting?
Jawab : Pernah.
Jawab : Saya mendengar dan mengetahui cerita ini sekitar saya berumur 20 tahun.
3. Cerita itu diterima dari siapa? (misalnya ibu, kakek, nenek, mertua, teman, guru,
Jawab : Cerita legenda ini saya dapatkan dari orang tua sekitar.
4. Cerita ini diterima dalam saat bagaimana? (misalnya waktu pesta, malam
5. Apa tujuan cerita itu dikisahkan? (misalnya mungkin untuk mengetahui asal-usul,
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab : Masyarakat terutama di desa ini masih percaya dengan adanya legenda
itu dan masih menuturkannya walaupun sudah tidak seperti dulu. Itu desebabkan
karena Danau Linting kini sudah menjadi wisata alam yang dinikmati pengunjung
begitu sajam, mereka tidak mengetahui legenda Danau Linting ini sama sekali.
7. Apakah cerita itu masih biasa, sering, atau jarang dituturkan dalam masyarakat
sampai sekarang?
Jawab : Menurut saya masih biasa dan sering dituturkan dalam masyarakat.
Jawab : Jika pendapat saya cedrita legenda Danau Linting ini sebaiknya tetap
banyaknya tentang Danau Linting. Karena banyak cerita yang berlainan tetapi
warga ataupun masyarakat disini dan saya pun percaya bahwa danau linting ini
dahulu karena kutukan dari seekor kucing yang dikutuk menjadi danau dari
seorang nenek yang merupakan pemilik kucing itu. Danau ini juga merupakan
danau yang masih keramat dan harus dijaga cara berbicara dan cara bertingkah
laku agar sang penghuni tidak merasa terganggu. Airnya juga bisa jadi
pengobatan dan masih banyak yang mempercayai pengobatan tersebut dan juga
terbukti karena saudara saya pernah berobat ke sana dan saudara saya sembuh.
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PENELITIAN
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kantor Kepala Desa Desa Sibunga-bunga
Informan
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Informan
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemberian cendramata kepada informan
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Informan
Danau Linting
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AIR PENGOBATAN
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AIR PENGOBATAN
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA