SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Dalam Bidang Antropologi
Oleh :
Antriyani Saragih
160905024
HALAMAN PENGESA}IAN
HALAMAN PERSETUruAN
Hari : Jumat
Pukul : 14.00-selesai
Tim Penguji :
iv
PERhTYATAA}.I ORIGINALITAS
SKRIPSI
Den_gan ini saya menyatakan batrwa dalam skripsi ini tidak terdapat karla _yan_g
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanarm di suatu perguruao tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yaog secara terfulis diacu
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini,
saya bersedia diproses hukum dan menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
htr
Antriy-ani Sara_gih
lil
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul
skripsi penulis adalah: KULINER DAYOK BINATUR (Studi Variasi, Arti dan
Makna) di Kabupaten Simalungun. Penulis susun dan ajukan untuk
menyelesaikan studi Strata 1 (S1) serta memperoleh Sarjana Sosial pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari
masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
ke depannya penulis dapat lebih memperbaiki karya ilmiah penulis, baik dari segi
substansi maupun dari segi metodologi penulisan. Semoga skripsi ini berguna
bagi kalangan umum dan khususnya orang yang berkecimpung di bidang kuliner
Simalungun.
Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua penulis,
Jan Horasman Saragih dan Ibu penulis Tiurma L. Damanik,S.Pd yang tak pernah
lelah mendoakan dan memberikan semangat serta tenaga dan keringat kepada
penulis untuk dapat menjalani dan menyelesaikan studi.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
Bapak Rektor USU Prof.Dr.Runtung Sitepu S.H.,M.Hum; Bapak Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU Dr.Muryanto,S.Sos.,M.Si; Bapak Wakil
Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU Husni Thamrin S.Sos.,MSP.
Bapak Dr.Fikarwin Zuska,MA, selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial
Universitas Sumatera Utara; Bapak Drs.Agustrisno MSP, selaku Sekretaris
Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara;
Bapak Drs.Lister Berutu, M.A selaku dosen pembimbing penulis yang
telah bersedia memberikan tenaga dan waktunya selama penulisan skripsi mulai
dari penulisan proposal sampai skripsi selesai. Dorongan yang selalu diberikan
agar penulisan skripsi penulis selesai. Segala ilmu dan dukungan berharga
disampaikan dengan tulus dan sabar diberikan mendorong semangat penulis untuk
menulis skripsi.
vi
Antriyani Saragih
vii
viii
ix
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: KULINER DAYOK BINATUR
(Studi Variasi, Arti dan Makna) di Kabupaten Simalungun.
Penulisan skripsi ini diajukan untu memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam jenjang perkuliahan Strata 1 (S1) Universitas Sumatera Utara. Dalam
penulisan skripsi tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat
bimbingan, bantuan, nasehat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak,
khususnya pembimbing, segala hambatan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan
baik.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.
Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan
datang.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
Antriyani Saragih
xi
xii
xiii
xiv
Indonesia merupakan negara yang terdiri berbagai jenis suku, budaya dan
bahasa. Salah satunya yaitu suku bangsa Simalungun. Suku bangsa Simalungun
dengan suku bangsa yang lain. Etnis batak Simalungun mempunyai khas makanan
adat yang berbeda dengan etnis lain. Jenis makanan khas adatnya antara lain:
masyarakat lain, Simalungun juga mengenal banyak aneka dan cita rasa makanan
adat. Ada beberapa makanan adat yang diperuntukkan bagi sebuah upacara adat,
ritual dan sebagainya. Adapun dalam melaksanakan kegiatan adat tersebut tidak
lepas dari adanya kuliner yang juga memiliki peranan penting. Kata kuliner
merupakan unsur serapan bahasa inggris yaitu culinary yang berarti berhubungan
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk
pauk, makanan dan minuman. Karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri
maka tidak heran jika setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda-beda.
Wisata kuliner dapat diartikan sebagai suatu pencarian akan pengalaman kuliner
yang unik dan selalu terkenang dengan beragam jenis, yang sering dinikmati
dalam setiap perjalanan, akan tetapi bisa juga kita menjadi wisatawan kuliner
makanan khas suatu suku bangsa. Makanan khas yaitu makanan yang dimiliki
oleh daerah itu sendiri, makanan yang menunjukkan identitas dari daerah itu
makanan adat adalah makanan yang dihidangkan pada saat upacara adat.
makanan, dan kuliner makan, dapat ditelusuri melalui dua poin yaitu nafsu makan
dan rasa lapar. Rasa lapar menurut Mennell merupakan dorongan biologis yang
kesadaran mental seseorang yang merujuk pada rasa lapar dan mendorong orang
nafsu makan menjadi bukan pemenuhan biologis yang wajar. Menurut Kivela dan
Crotts dalam jurnal Hugo. S Prabangkara (2018) kuliner adalah istilah yang
makanan khas suatu negara atau daerah. Sebelum memulai mengaitkan urusan
identitas dalam ranah kuliner, perlu ada pemahaman mengenai konsep identitas.
karena menyangkut tentang cara memasak, suka dan tidak suka, serta adanya
berbagai dampaknya. Dengan kata lain, kebiasaan makan atau pola makan tidak
peranan penting dan mendasar terhadap ciri-ciri dan hakikat budaya makan.
Berbicara tentang konsep makanan, maka makanan dapat berasal dari laut,
dengan kualitas biokimia, tetapi makanan dapat dilihat sebagai gejala budaya.
menurut Calhoun (1994), merujuk pada kebudayaan sebuah kelompok dan tidak
secara kolektif pada sebuah kelompok. Dari sini dapat ditemukan common culture
(kemiripan budaya) di dalam relasi antar individu dalam kelompok. Akan tetapi,
menjadi bermasalah apabila membayangkan identitas itu sama saja bahkan dalam
sebuah komunitas karena pada dasarnya tiap individu memiliki cara ekspresi
identitas yang beragam. Akan tetapi, ekspresi identitas nasional atau daerah
seseorang tidak melulu diungkapkan melalui bahasa dan juga seringkali menjadi
konsumsi pribadi. Rahyu Swisty Sipayung (2013) “falsafah dayok binatur pada
mengetahui latar belakang penyajian dayok binatur, makna dan nilai yang
terkandung dalam dayok binatur, serta pesan dan petuah yang diperoleh melalui
Juliati stefana sinaga (2009) ”makna tanda dalam dayok binatur”, hasil
penelitian ini membahas tentang tanda pada dayok binatur yang merupakan suatu
ataupun petuah yang disampaikan dari salah satu pihak keluarga ke pihak keluarga
lain. Aspek yang dikaji adalah tampilan dan makna tanda dalam dayok binatur
teori yang digunakan adalah petanda dan penanda oleh Ferdinand de Saussure.
Dina Mariana Saragih (2017) “manuk (dayok nabinatur): sejarah kuliner batak
Kabupaten Simalungun. Peran dan nilai manuk (dayok) nabinatur pada budaya
batak Simalungun. Makna dan fungsi manuk (dayok) nabinatur pada budaya
tindakan pola hidup masyarakat dan benda-benda hasil karya manusia. Makanan
adat dapat diartikan sebagai makanan yang disajikan atau diberikan (disurdukkan)
tradisi masyarakat dalam melaksanakan acara besar atau makanan tradisional dari
suatu suku bangsa/etnis yang biasanya dijadikan sebagai suatu lambang atau
bersangkutan.
Makanan adat dapat diartikan sebagai makanan yang disajikan atau disuguhkan
memiliki keunikan tersendiri baik dari segi bentuk hidangan, rasa, atau bahan
baku untuk membuatnya. Tentunya makanan adat tersebut memiliki makna dan
nilai yang dijadikan sebagai pedoman dan harapan bagi masyarakat yang
juga makanan adat, yaitu yang dikenal dengan dayok binatur. Dayok binatur di
samping berfungsi sebagai lauk makanan tetapi memiliki fungsi yang sangat
penting bagi setiap suku bangsa Simalungun. Selain mengkaji terkait nilai,
peneliti juga mengkaji tentang variasi, makna yang terkandung dalam penyajian
setiap acara adat pasti berbeda demikian juga makna yang disampaikan.
beserta makna dan arti dari setiap pengolahannya. Penelitian ini mengkaji tentang
penggunaan dan penyajian setiap dayok binatur dalam upacara adat Simalungun.
Terkhusus juga variasi dari setiap pengolahan dan penyajian dayok binatur dalam
wilayah yaitu Simalungun atas yang melingkupi Kecamatan Purba, Tiga runggu,
Peneliti mengkaji terkait variasi dari aspek pengolahan dari ketiga pembagian
dayok binatur. Pada tulisan sebelumnya belum ada yang menulis terkait
penggunaan dayok binatur pada upacara adat Simalungun, pada skripsi ini pada
bagian bab empat, penulis menuliskan tentang penggunaan dayok binatur dalam
1.2.Kajian Pustaka
1.2.1 Kuliner
memasak atau aktivitas memasak. Kuliner juga dapat dimaknai sebagai hasil
mempunyai masakan khas yang berbeda dengan cita rasa yang berbeda pula. Jika
diolah secara profesional menjadi makanan khas dan sajian kuliner yang lezat,
harus dijaga agar tidak diklaim oleh negara lain. Seperti halnya tarian, kuliner
Ditinjau dari aspek ilmu Antropologi bahwa makanan adalah yang tumbuh di
sawah, ladang dan kebun. Namun dari sudut ilmu antropologi atau foklore,
mereka; melainkan bagi anggota setiap kolektif, makanan selalu ditentukan oleh
diperoleh dahulu cap persetujuan dan pengesahan dari kebudayaaan, tidak semua
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan
belajar. Segala aspek kehidupan manusia, tingkah laku, hasil karya merupakan
wujud dari kebudayaan. Makan dan makanan merupakan bentuk dari kebudayaan,
fungsi ritual yang berhubungan dengan magis, ritual dalam penggunaan makanan
dalam suatu kegiatan adat. Fungsi sosial yaitu makna makanan di suatu
hubungan, komunikasi antar keluarga maupun antar wilayah dalam acara adat,
dipakai oleh Lévi-Strauss untuk menjelaskan antara sesuatu yang alami dan
makanan yang mentah ditempatkan oleh Lévi-Strauss sebagai bagian dari alam
tidak melalui proses pengolahan oleh manusia, dan digolongkan pada makanan
yang diproses adalah karena sumber makanan berupa tumbuhan harus terlebih
dahulu ditanam dan makanan berupa hewan harus lebih dahulu diperlihara atah
diburu.
tiga gagasan penting yang menambah pengertian tentang ritus sebagai sistem
perwujudan religi atau agama yang memerlukan studi dan analisis yang khusus.
Dalam agama upacaranya itu tetap, tetapi latar belakang, keyakinan, maksud atau
doktrinnya berubah. Gagasan kedua adalah bahwa upacara religi atau agama, yang
biasanya dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat pemeluk religi atau agama
10
mengenai fungsi upacara sesaji. Pada pokoknya dalam upacara seperti itu,
keagamaan, yang bersifat seremonial dan bertata. Ritus terbagi menjadi tiga
ibadah haji.
antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Menurut ilmu antropologi,
kemampuan naluri yang terbawa oleh mahluk manusia bersama gennya bersama
11
kebudayaan. Oleh karena itu, makanan bukan sebagai bahan produksi organisme
fungsi majemuk dalam masyarakat setiap bangsa. Fungsi tersebut bukan hanya
sebagai fungsi biologis, tetapi juga fungsi sosial, komunikasi, budaya dan agama.
manusia, yaitu energi yang diperolehnya dari bahan-bahan makanan dalam bentuk
“Pengantar Antropologi”:
dengan pelapisan sosial dan makanan dengan gaya hidup. Fungsi sosial makan
dan makanan juga berkaitan dengan dimensi etis. Dimensi etis (etika makanan)
terhadap pola perilaku makan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pola
makan seseorang atau masyarakat akan dibentuk oleh latar belakang budaya
12
terlebih dahulu, makan bersama baru dimulai setelah memanjatkan doa yang
dipimpin oleh orang yang dituakan atau tokoh agama, selama makan tidak
yang jauh dari jangkauan, pada tradisi tertentu, untuk menunjukkan seseorang
bahwa sudah selesai makan, sendok dan garpunya dapat ditengkurapkan atau
sendok dan garpu ditaruh secara silang di atas piring. Makanan tidak sekedar
keindahan.
manusia berhubungan satu sama lain. Makan dan makanan menjadi media
keluarga dapat terbangun pada saat makan bersama. Begitu pula makan bersama
yang dilakukan oleh keluarga besar dalam kaitannya dengan ritual siklus
kelompok dan berbagai makanan dalam upacara agama. Hal ini juga membawa
pesan tentang status, jenis kelamin, peran, etnis, agama, identitas, dan kontruksi
13
dan sistem simbol dan tugas antropolog adalah melihat, menafsirkan dan
tradisional, sebagai sebuah teks. Cara makanan merupakan teks untuk ditafsirkan
dan dianalisis.
tradisi dan kebiasaan makan. Tidak dapat dipungkiri bahwa makanan telah
dalam sebuah upacara. Banyak simbol religi atau magis dikaitkan pada makanan.
Makanan erat kaitannya dengan tradisi suatu masyarakat setempat, karena itu
tradisional dapat digunakan sebagai aset atau modal bagi suatu bangsa untuk
14
3. Bagaimana variasi dan arti makanan dayok binatur pada upacara adat
Simalungun?
Penelitian tentu harus memiliki tujuan dan manfaat penelitian, adapun tujuan
untuk mengetahui arti dan makna dari penyajian dan penyampaian makanan
dayok binatur baik dari makna bahan makanan tersebut dan cara penyampaian di
berbagai upacara adat. Selain itu juga dengan perumusan masalah di atas dapat
Simalungun.
adat Simalungun
15
Simalungun.
tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan
kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu, lebih
kualitatif proses itu paling penting dan bukan berarti hasil akhirnya tidak penting.
Maknanya, kalau proses sudah benar maka hasil pasti benar sehingga tidak
16
penelitian.
2. Ibu rumah tangga yang mengetahui cara pengolahan dan cara memasak
Simalungun)
17
dilakukan objek
dipanggang, dayok binatur yang digulai dan dayok binatur yang dilemang.
binatur ada beberapa macam dan dijelaskan di bab berikutnya. Pada saat penulis
jawaban yang terus berulang disampaikan informan kepada penulis. Hal itulah
18
penyusunan skripsi ini. Informan di atas sudah menjadi perwakilan dan data-data
yang dibutuhkan sudah terwakilkan oleh informan di atas demi keperluan untuk
penulisan skripsi.
primer. Data yang ditambahkan atau pelengkap yang bisa dapat dari
Metode penelitian yang dilakukan penulis ada dua jenis yaitu melakukan
yang dianggap layak dan mampu menjawab semua pertanyaan terkait dengan data
yang dipilih sebagai informan. Penulis dibantu oleh orang tua dan kerabat dalam
sering terlibat dalam kegiatan upacara adat dan sudah sangat layak dijadikan
penulis mengamati betul proses penyajian serta pengolahan dari makanan dayok
untuk pengumpulan data terkait topik penulisan skripsi ini. Informan dipilih
19
terkait keperluan data untuk penulisan skripsi ini. Informan yang dipilih diyakini
dapat mewakili jawaban dari setiap warga yang ada di Kabupaten Simalungun.
1. Bapak lurah yaitu Jon Sarwedi Purba,SE, selaku Lurah dari Kelurahan
Pematang Raya.
Maujana Simalungun)
3. Bapak Jalesman Saragih selaku tokoh masyarakat atau orang yang memahami
Simalungun tengah
6. Ibu Elmi Saragih,S.Pd Selaku ibu rumah tangga dan paham tentang masakan
dayok binatur
agama Islam
agama Islam
10. Sariansen Damanik selaku tokoh adat atau sering sebagai rajaparhata dalam
20
bawah.
adat Simalungun dimana tentunya menyajikan dayok binatur agar data untuk
skripsi semakin tercukupi. Ada beberapa kegiatan yang diikuti sekaligus diamati
2017.
21
Lintang Utara dan antara 980 32 990 3 dengan luas 4 372,5 km2 berada pada
22
Mandailing Natal dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak
yang cukup strategis serta berada di kawasan wisata Danau Toba Parapat.
Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota Pematang
siantar. Letak astronomisnya antara 02°36' - 03°18' lintang utara dan 98°32 '-
99°35' bujur timur dengan luas 4 372,5 km2 berada pada ketinggian 0 1 400 meter
di atas permukaan laut dimana 75 persen lahannya berada pada kemiringan 0-15%
Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak
23
Simalungun pada tahun 2018. keseluruhan jumlah luas wilayah 4.372,86. Jarak
kecamatan paling dekat ke ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Raya dan jarak
kecamatan yang paling jauh dari ibukota Kabupaten yaitu Kecamatan Silau
Kahean. Luas wilayah kecamatan yang paling tingi yaitu Kecamatan Hatonduhon
2.1.1 Pemerintahan
kecamatan, 27 kelurahan, 386 nagori (desa). Jumlah PNS Tahun 2018 sebesar
10.752 terdiri dari 3.438 laki-laki dan 7.314 perempuan dimana 75,06 persen
periode 2016-2021 terdiri dari bupati, wakil bupati, unsur pembantu pimpinan
24
berdasarkan tempat bekerja 6.650 orang atau 61,92 persen di dinas pendidikan
demokrat bersatu dengan 11 kursi disusul fraksi partai golongan karya 9 kursi.
Keputusan DPRD.
2018 sebanyak 862.228 jiwa yang terdiri atas 430.306 jiwa penduduk laki-laki
dan 433.387 jiwa penduduk perempuan. Dilihat dari kelompok umur, persentase
penduduk usia 0-14 tahun sebesar 30,03 persen, 15-64 tahun sebesar 63,99 persen
dan usia 65 tahun ke atas sebesar 5,96 persen yang berarti jumlah penduduk usia
produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif dengan rasio
beban ketergantungan sebesar 56,27 artinya setiap 100 orang penduduk usia
perhatian serius untuk menangani penduduk usia lanjut (lansia) yang berjumlah
25
kepadatan 908 dan 699 orang per km2 dan yang terjarang adalah Kecamatan
Simalungun pada tahun 2018 sebesar 443.478 jiwa dengan tingkat partisipasinya
pertanian (50,74%) kemudian disektor perdagangan besar, rumah makan dan jasa
Tabel 2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, rasio kelamin dan kecamatan di
26
Tabel di atas adalah tabel tentang jumlah penduduk menurut jenis kelamin, rasio
banyak yaitu di Kecamatan Bandar dan jumlah laki-laki paling sedikit diantara
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah laki-laki lebih sedikit
27
padi ladang sebesar 69.374 ton selama tahun 2018. Berarti Kabupaten Simalungun
menghasilkan padi sebesar 541.814 ton selama tahun 2018. Produksi padi sawah
tertinggi berasal dari Kecamatan Huta bayu Raja yaitu 57.190 ton dan Tanah Jawa
sebesar 52.392 ton. Sedangkan beberapa kecamatan yang tidak ada produksi padi
Dolok Pardamean, Silou Kahean, Bandar Masilam, dan Bosar Maligas. Sementara
produksi padi ladang tertinggi berasal dari Kecamatan Purba yaitu sebesar 24.866
ton dan terendah dari Kecamatan Girsang Sipangan Bolon sebesar 47 ton.
Tanaman bahan Makanan lainnya adalah jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Dari jenis tanaman palawija ini, produksi ubi kayu
2018, produksi ubi kayu sebesar 137.907 ton dengan tingkat produktivitas 326,19
kw/Ha dan jagung sebesar 168.158 ton dengan tingkat produktivitas 58,95 kw/Ha.
Penghasil ubi kayu terbesar adalah kecamatan Bandar sebesar 36.203 ton dan
tanaman sayuran selain tanaman pangan. Beberapa sayuran yang ditanam antara
lain bawang merah, bawang putih, cabai, kubis, kentang, petai. Luas panen
tanaman sayuran yang paling luas pada tahun 2018 adalah kubis, yaitu sebesar
2456 Ha dengan produksi 57.211 ton dan kentang sebesar 2.106 Ha dengan
28
sebesar 1026 Ha dengan produksi 23.906 ton. Luas panen kentang terbesar juga
berada di Kecamatan Purba sebesar yaitu sebesar 681 Ha dengan produksi `11.647
buahan terbesar adalah buah jeruk, pisang, dan durian. Produksi jeruk sebesar
121.918 ton dan terbesar di Kecamatan Raya sebesar 14.880 ton. Produksi durian
sebesar 2.561 ton dan terbesar di Kecamatan Silou Kahean dan Raya Kahean yaitu
460 ton, sedangkan produksi pisang yaitu 2276 ton dan terbesar di Kecamatan
Raya yaitu 302 ton. Tanaman perkebunan rakyat luas tanaman karet di Kabupaten
Simalungun pada tahun 2018 sebesar 5359,50 Ha dengan produksi 2678,94 ton.
kecamatan yang memiliki luas tanaman karet terluas. Luas tanaman karet yang
berdasarkan tata letak wilayahnya. Pembagian wilayah ini berdasarkan tata letak
bawah.
29
Kabupaten Karo dan daerah pesisir Danau Toba. Bahasa di daerah Simalungun
atas sudah banyak tercampur dengan bahasa Karo dan bahasa Toba. Bahasa yang
dipakai tidak lagi utuh bahasa asli Simalungun, hal itu disebabkan banyaknya
penduduk lain yang berbaur dari berbagai suku bangsa seperti Karo dan Toba.
daerah suku bangsa lain. Mata pencaharian di daerah Simalungun atas yaitu
jeruk, bawang, dll. Tanah di daerah Simalungun atas lebih subur sehingga petani
Simalungun tengah dan di daerah Simalungun bawah. Hal itu disebabkan daerah
Simalungun atas memiliki suhu yang lebih rendah dan lokasinya dekat dengan
gunung dan bukit sehingga tanahnya lebih subur untuk bercocok tanam.
2.Simalungun tengah
30
Kantor DPRD, Kantor Dinas. Penduduk di daerah Simalungun tengah masih asli
dominan suku bangsa Simalungun sehingga bahasa dan budaya masih asli
3.Simalungun bawah
Raya Kahean, Silou Kahean, Dolok silou, Gunung malela. Masyarakat di daerah
Simalungun bawah masih dominan suku bangsa Simalungun dan bahasa serta
Simalungun bawah yaitu karet, sawit, durian dan tanaman-tanaman keras lainnya
budaya Simalungun hal itu terlihat dari beberapa lambang Simalungun yang
31
= Laki-laki
= Perempuan
32
2. = Tua/ nenek
5. = Pihak parboru
6. = Pihak parboru
parboru)
33
tercermin pada falsafah adat Simalungun yaitu tolu sahundulan, lima saodoran.
1. Sanina: Saudara laki-laki dari ayah atau yang satu marga dengan
ayah.
2. Tondong: Saudara laki-laki dari ibu atau pihak dari orang tua ibu.
3. Boru: Saudara perempuan dari ayah atau pihak orangtua dari laki-
laki.
ningon hormat, sombah. Marboru ningon elek, pandei. Artinya: sanina sebagai
tempat untuk bermusyawarah terkait suatu upacara adat yang akan dilaksanakan,
Sedangkan tondong yaitu orang yang biasanya memberi nasihat, petuah yang
diterima dalam suatu perencanaan untuk upacara adat baik juga dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Sementara boru yaitu yang biasanya capek karena harus
34
apabila dalam suatu upacara adat yang dilakukan oleh pihak tondong-nya.
benang yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, hitam dan putih. Sehingga dalam
setiap upacara adat haruslah sejalan yang tiga ini demi untuk kelancaran upacara
adat. Kepada tondong harus memiliki rasa hormat. Ada kalimat mengatakan
bahwa: tondong adalah Tuhan yang terlihat. Tanaman sendiri di ladang saja bisa
layu apabila kita menyebut nama tondong sendiri. Bagi suku bangsa Simalungun
2. Tondong: Saudara laki-laki dari ibu atau pihak dari orang tua ibu
3. Boru: Saudara perempuan dari ayah atau pihak orang tua dari laki-laki
ayah.
Kepribadian dan karakter suku bangsa Simalungun juga dapat dilihat dari
falsafah adat yang berkembang dalam masyarakat. Tatanan dan manajemen sosial
tercermin dalam cara pelaksanaan upacara adat. Secara prinsip dalam adat
35
kebijakan yang akan diambil dalam upacara adat. Ketiga pihak tersebut yakni
suhut (pihak tuan rumah), tondong (pihak keluarga si istri), boru (pihak keluarga
si suami). Suhut sebagai keluarga tuan rumah meminta nasehat dan pendapat dari
tondong (saudara laki-laki si istri). Sementara dari pihak boru (saudara perempuan
dari si suami) harus meminta kesediaan tenaga untuk mengerjakan upacara adat
adat harus melibatkan dua pihak lagi yakni harus meminta nasehat lagi kepada
tondong ni tondong dan meminta bantuan tenaga kepada boru ni boru. Sehingga
pada upacara adat disebut tolu sahundulan lima saodoran. Aplikasi prinsip adat
ini bagi masyarakat Simalungun adalah setiap orang memiliki ikatan kekeluargaan
yang begitu luas dan begitu kuat. Untuk melakukan upacara adat harus terlebih
dahulu mengundang dan meminta pendapat dari empat pihak keluarga lain yakni
Sama halnya dengan suku bangsa lain, suku bangsa Simalungun juga
memiliki berbagai jenis upacara adat dalam kehidupannya. Mulai dari masa hamil,
masa balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga ke upacara adat perkawinan dan
upacara adat kematian. Selain dari ritus peralihan atau yang disebut dengan life
cycle ritus, terdapat juga jenis upacara adat yang dilakukan masyarakat
Simalungun yang berkaitan dengan ruang lingkup mereka seperti upacara adat
memasuki rumah baru. Dalam setiap upacara adat tentunya menyajikan makanan
36
upacara adat yang hampir sama, namun terdapat beberapa perbedaan dikarenakan
faktor lokasi dan faktor penduduk. Namun, setiap upacara adat yang sedang
bahwasanya itu upacara adat Simalungun baik itu dari segi makanan dan pakaian
adat Simalungun.
artinya kebenaran adalah pangkal. Motto ini sudah ditetapkan menjadi lambang
Terdapat suatu pemahaman yang sangat kental pada orang Simalungun pada
orang Simalungun bahwa Naibata (Tuhan) adalah maha kuasa, maha adil dan
maha benar. Sehingga manusia sebagai ciptaan juga dituntut untuk bersikap benar
dan segala sesuatu harus didasarkan pada hal yang benar. Inilah prinsip dasar dari
37
No JenisKuliner Simalungun
1 Dayok binatur
2 Labar
3 Hinasumba
4 Nitak
5 Sasagun
6 Na irandu
7 Salenggam
8 Tinuktuk
Sumber: Informan 2019
2.3.1 Labar
Foto 2. Labar
masyarakat Simalungun yang suka dengan makanan labar. Labar terbuat dari ubi
38
Cukup dengan satu ekor ayam dan ubi kayu yang secukupnya. Pada saat ini
banyak juga masyarakat Simalungun yang mengolah labar tidak mesti dengan
daging ayam, ada yang mengolahnya dengan hasil tangkapan berburu dihutan
seperti: tupai, burung. Daging ayam dibersihkan, lalu dipanggang. Setelah itu
dipotong hingga kecil-kecil. Ubi kayu yang mentah dikabus menggunakan sendok
makan, lalu diperas hingga airnya terbuang. Setelah itu dipotong kecil-kecil,
sekecil dan sehalus mungkin bersamaan dengan daging yang telah disiapkan.
Sediakan bumbu seperti cabai, garam dan serai. Bumbu dan bahannya cukup itu
dan sangat sederhana, namun memiliki rasa yang lezat dan membuat kenyang
2.3.2 Hinasumba
Foto 3. Hinasumba
ketika ada acara syukuran makan bersama kerabat terdekat keluarga penulis di
39
mengolahnya dari daging babi, daging ayam. Hanya menggunakan daging saja,
pendamping dalam penyajian makanan adat dalam suatu upacara adat. Hinasumba
Pertama daging yang telah dipilih direbus, lalu dipotong dadu kecil-kecil. Siapkan
darah yang telah diaduk dengan air perasan kulit sikkam. Sediakan bumbu untuk
secukupnya, bawang, kelapa gonseng, serai dan lengkuas. Setelah itu, semua
bumbu diaduk merata dengan darah yang telah diaduk dengan sikkam. Lalu
diaduk merata dengan daging yang telah dipotong dadu. Aduk sampai memiliki
2.3.3. Nitak
Foto 4. Nitak
Sumber: Lenda Saragih 2014.
40
dipadukan dengan dayok binatur untuk dihidangkan di dalam suatu acara, rasa
nitak sendiri yaitu manis dan juga rasa lada. Nitak terbuat dari tepung beras, gula
merah. Bahan yang lain yaitu : hosaya, jahe, bawang merah, kelapa, lalu dibakar.
Garam secukupnya, merica. Lalu diaduk keseluruhan bersama tepung beras dan
diaduk di atas tampi. Setelah itu dimasukkan dalam lesung untuk ditumbuk
menggunakan kayu yang disebut andalu: sebuah kayu untuk menghaluskan dan
merata, tepung akan masak di lesung perlahan bersamaan ketika ditumbuk terus
menerus dengan kuat, sampai mengeras, barulah nitak bisa dimakan dan disajikan.
2.3.4. Sasagun
Foto 5. Sasagun
Sumber: Antriyani Saragih ( 2019)
Foto di atas adalah salah satu kuliner Simalungun yang masih populer di
kalangan masyarakat hingga saat ini. Pada saat itu, ada acara lelang di gereja,
para sie wanita gereja memasak sasagun untuk dilelang mencari dana kas wanita.
Proses pembuatannya cukup mudah. Sasagun sering dijumpai pada waktu tahun
baru atau ada acara di gereja, bisa juga dijadikan salah satu cemilan. Sasagun
41
terbuat dari tepung beras, kelapa yang sudah diparut. Proses pembuatannya sangat
sederhana dan cukup mudah. Proses pembuatannya yaitu tepung beras diaduk
dengan kelapa yang telah diparut. Diaduk sampai merata, setelah itu digonseng
tanpa menggunakan minyak. Proses memasaknya cukup lelah, terus diaduk tidak
boleh berhenti dengan api yang kecil agar tidak mudah gosong. Ketika sudah
berubah warna menjadi kecokelatan, maka sasagun sudah bisa diangkat lalu
didinginkan. Sasagun dimakan dengan dengan gula pasir sesuai dengan selera.
2.3.5 Na irandu
Foto 6. Na irandu
yang sudah mulai langka dan sudah jarang dijumpai di masyarakat. Na irandu
artinya kumpulan jenis sayuran yang dicampurkan. Banyak jenis sayuran yang
bisa diolah dalam na irandu ada bayam, daun labu, hosaya, sarpaet, jengkol, suyu
beras, halosi, loharum, nasi-nasi, pucuk daun kacang, hubei, labu muda,
42
minyak.
2.3.6 Salenggam
Salenggam terbuat dari bagian ayam tulang-tulang dari punggung ayam, dipotong
kecil-kecil sampai halus. Bumbunya untuk salenggam yaitu kelapa gonseng, lada,
darah dan sikkam. Salenggam biasa makanan pendamping “dayok binatur” pada
zaman dulunya.
2.3.7. Tinuktuk
Foto 7. Tinuktuk
pada zaman dahulu sangat rajin membuat sambal tinuktuk. Sekarang sudah jarang
43
Tinuktuk sering digunakan untuk obat bagi ibu-ibu yang baru saja melahirkan.
struktur sosial dan falsafah budaya. Simalungun memiliki lambang dalam upacara
adat baik itu dari pakaian adat, makanan adat beserta lagu-lagu, tarian daerah dan
budaya Simalungun sangat perlu dijaga agar tetap dilestarikan ditengah kemajuan
zaman.
44
dikenal sebutan dayok pinamanggoluh, gulei dayok atur manggoluh, dayok nani
batur. Walaupun berbeda sebutan untuk makanan adat ini semuanya menujuk
pada dayok binatur. Dayok binatur yang terbuat dari daging ayam. Dayok binatur
inilah dijadikan sebagai simbol dan lambang makanan adat Simalungun. Dayok
binatur ini sebagai simbol dan khas makanan masyarakat Simalungun. Dayok
binatur ini memberikan makna hidup bagi masyarakat Simalungun dan diakui
secara konvensional, yaitu dapat kita lihat dari cara hidup ayam. Dayok binatur
juga disebut dayok atur manggoluh ini suatu petuah yang sangat berguna bagi
Makna yang terdapat dalamnya adalah berupa pesan atau petuah yang
khususnya dalam hidup bermasyarakat. Jadi penanda dan petanda yang dipakai
untuk menjabati upacara adat Simalungun adalah sumpah dan janji untuk
Dayok binatur ini dilambangkan ayam sejenis unggas yang dipelihara masyarakat
Simalungun (ayam kampung). Dayok binatur ini yang dipakai pada umumnya
terbuat dari daging ayam jantan namun beberapa tempat Simalungun ada pula
45
lihat dari sebutan yang lain dayok binatur (gulei dayok atur manggoluh) adalah
makanan adat yang biasanya disajikan pada acara pesta perkawinan, pesta
peresmian rumah baru, pesta syukuran maupun pada acara adat kematian
sayurmatua dan acara adat lainnya. Sementara itu, dayok binatur sering
dan sukses dalam suatu pekerjaan ataupun sukses dalam usaha ekonomi, karena
Oleh karena itu, perwujudan dari nilai–nilai dan norma-norma kultural ini
saat ini dan yang akan datang akan semakin terbuka sehingga batas-batas kultur,
daerah wilayah dan negara menjadi tidak tampak. Demikian halnya nilai–nilai
luhur adat budaya Simalungun sudah memulai terlupakan dan kalau dibiarkan
pasti sirna terutama di generasi penerus. Jadi perlu diangkat ke permukaan simbol
dan lambang bahasa sebagai nilai luhur adat budaya Simalungun yang sudah
tumbuh sejak dahulu. Dayok binatur yaitu salah satu makanan adat Simalungun.
Terbuat dari seekor ayam kampung, lalu dimasak sebagaimana sesuai kebutuhan
dalam upacara adat lalu disusun dengan teratur dalam sebuah piring. Makna kata
teratur (binatur) yaitu sesuai susunan organ tubuhnya sebagaimana kala seekor
ayam, mulai dari kepala, leher, badan hingga kaki. Dayok binatur hanya disajikan
46
secara sederhana, dayok binatur berarti ayam yang dimasak dan disajikan secara
Secara filosofis, dayok binatur merupakan simbol doa, harapan dan berkat, wujud
terima kasih serta rasa syukur. Representasi tampilan dayok binatur akan terlihat
membentuk sebagaimana ayam hidup. Daging ayam yang tersusun teratur sesuai
dengan adat Simalungun dan terlihat seperti ayam hidup. Nilai tanda atau nilai
lambang yang terdapat dalam dayok binatur memiliki makna yaitu berupa
nasehat, perintah, serta harapan. Dayok binatur memiliki tampilan dan makna.
mengerjakan tugas kita dengan penuh tanggung jawab, menempati posisi kita
menurut kuadratnya tidak dapat hidup tanpa orang lain, membina persatuan,
menghindari permusuhan.
Sebelum ayam menjadi salah satu makanan adat Simalungun, dahulu kala
yang sering disajikan di kerajaan Simalungun pada saat upacara adat adalah
hewan kerbau, sapi dan lembu. Ada nilai filosofi dari makanan dayok binatur
47
1. Ayam dipilih menjadi binatang yang digunakan dalam proses upacara adat,
yaitu karena ayam merupakan seekor binatang yang disiplin terhadap waktu,
paham terhadap waktu dan tekun bekerja untuk mengurus keperluan dalam
anak-anaknya.
2.Tekun dalam bekerja. Ayam jantan juga bertanggung jawab kepada anak dan
seekor ayam betina, ketika ia hendak mau menetas, ia mengetahui sendiri, kapan
waktunya ia harus berpuasa menahan lapar, haus demi untuk menetaskan telurnya.
Demikian juga ketika bencana datang misalnya ada seekor elang yang ingin
untuk melindungi dari bahaya elang. Dari hal tersebut tercermin kasih sayang
terhadap anak.
3. Dayok binatur terbuat dari ayam kampung, dimana seekor ayam kampung
memiliki tiga hal kebiasaan yang dapat dicontoh yaitu girah puho (bangun cepat
di pagi hari); marhaer lobe ase mangan (seekor induk ayam baik ayam jantan
berusaha untuk mencari makanan yang bisa untuk dimakan, dengan cara
mencakar tanah untuk mencari cacing yang bisa dimakan, demikian halnya yang
dicontoh masyarakat di Simalungun, bekerja dulu agar bisa makan, artinya untuk
48
(melindungi anaknya) ini biasa dilakukan oleh induk ayam, ketika ada serangan
dari elang, ataupun hujan deras, seekor induk ayam bisa mengepung semua
jumlah anaknya induk ayam tetap bisa melindungi anak-anaknya, hal itu yang
ditiru seorang induk bisa mengerti semua anaknya, berusaha melindungi anaknya.
Sama halnya orangtua selalu berusaha bekerja keras untuk melindungi dan
4. Tampilan dayok binatur yang tersaji dan tersusun secara teratur mulai dari
kepala, leher, sayap, dada, hngga ke ceker, mengandung makna pengharapan yaitu
suatu tanda kehidupan yang teratur, menyatu dan harmonis yang saling
yang dikenal dengan tolu sahundulan lima saodaran. Tolu sahundulan diartikan
tiga kelompok dalam satu kedudukan yang utuh dan menyeluruh, sedangkan lima
saodoran diartikan lima tapi satu rombongan perjalanan hidup. Hal ini
dimaksudkan bahwa setiap posisi itu memiliki fungsi dan tugas masing-masing
orang yang menikmati dayok binatur akan menerima berkat dan menemukan
keteraturan dalam hidup. Tak heran ketika menyerahkan dayok binatur, orang tua
menyertainya dengan doa-doa dan petuah yang berisi petuah-petuah agar si anak
49
layak dimakan itu tetap utuh (tidak hilang), karena akan menjadi sarana
penyampaian pesan luhur secara simbolik. Agar hidup teratur, maka saling
menghargai, saling membantu. Inti dari petuah dayok binatur adalah hidup yang
8. Ketika anak ayam sudah menetas, induk ayam tidak pernah memakan duluan
duluan sebelum anaknya makan, itulah kasih sayang ibu pada anak. Berbagai
usaha akan dilakukan agar anaknya mencapai cita-citanya, orang tua rela
menjadi salah satu falsafah budaya Simalungun dalam bidang makanan adat. Hal
itulah yang menjadi perbedaan tanggung jawab ayam jantan dan ayam betina.
9. Kepala memiliki nilai filsafat bagi suku bangsa Simalungun, karena kepala
ayam yang menghadap kepada si penerima dayok binatur pada saat ditata
Simalungun termasuk orang yang hormat dan memiliki sikap sopan santun,
setelah masuk injil ke Simalungun. Kalau dahulu daging ayam, daging lembu,
50
daging ayam dan setelah masuk injil maka diterimalah daging babi untuk
dikonsumsi. Maka daging ayam yang dimasak dan diberikan kepada masyarakat
Simalungun, secara tidak langsung ia mencontoh cara hidup ayam dimana tekun
masuk ke Simalungun semenjak ada kerajaan, bahkan kurang lebih 200 tahun,
Filosofi dari makanan dayok binatur yaitu bermula pada zaman dahulu
pada adat Simalungun bermula pada binatang yang bertanduk. Seperti kerbau,
keadaan ekonomi sangat rendah. Sehingga berganti menjadi ayam. Tetap memiliki
taji di kaki. Tentu dari segi biaya lebih ringan. Ada filosofi Simalungun
jangan membawa sifat ayam jantan melainkan membawa sifat ayam betina
dikarenakan ayam betina identik dengan lemah lembut berbeda dengan ayam
jantan yang identik dengan keras, tidak rendah hati, seolah-olah mencari lawan,
berlaga.
51
No Bahan Alat
1 Satu ekor ayam sekitar berat 1,5 Kg Pisau
2 Lengkuas Telenan
3 Serai Kuali
4 Garam secukupnya Sendok
5 Kunyit Panggangan
6 Cabai Bambu
7 Bawang merah Pinggan/piring kaca
8 Bawang putih Ember
9 Jahe Periuk
10 Merica Tampi
11 Kemiri
12 Beras
13 Kelapa
14 Sikkam/holat
15 Minyak goreng
16 Air
17 Daun pisang
18 Bunga kembang sepatu warna merah
19 Andaliman
20 Hosaya/ bawang batak
Sumber: Informan 2019
hasil tanaman masyarakat dan sisanya yang tidap terdapat di ladang diperoleh dari
pasar terdekat. Seperti bawang, merica dan alat-alat lainnya. Pemilihan bahan-
bahan untuk pengolahan dayok binatur seperti di atas guna meningkatkan rasa
52
Jenis pengolahan dayok binatur ada tiga jenis, yang pertama yaitu dimasak
bambu. Yang kedua dimasak dengan dipanggang, dayok binatur dipanggang lalu
disusun diatas piring kaca atau pinggan dan yang pengolahan ketiga yaitu dayok
sesuai upacara adat yang akan dilakukan. Setiap ayam yang dimasak baik
dilemang, digulai dan dipanggang akan disusun kembali sesuai organ dan seperti
ayam hidup mulai dari kepala sampai ke ceker, disusun di atas piring kaca atau
pinggan, maka disebutlah dayok binatur. Untuk proses pemotongan ayam, harus
memiliki cara agar darahnya keluar banyak sehinga banyak untuk diaduk dengan
bumbu dan holat atau sikkam. Pertama-tama penyembelihan ayam dilakukan oleh
dua orang. Satu orang memegang kaki ayam dan sayapnya agar ayam tidak lepas
saat disembelih. Tangan kanan memegang kuat sayapnya dan tangan satu lagi
memegang kuat kaki ayam. Kaki ayam atau badannya dinaikkan, karena
pengambilan darah dilakukan di leher ayam, satu orang yang megang pisau
terkumpul cukup, ayam yang telah mati disiram dengan air mendidih, didiamkan
beberapa menit lalu bulu ayam dicabuti hingga bersih. Setelah itu barulah
memotong ayam sesuai organ tubuhnya agar mudah disusun di atas piring. Setelah
53
sesuai selera. Dapat diolah dengan dipanggang, digulai maupun dimasak lemang.
yang dipanggang di bara api, ada juga yang dipangang dengan beralaskan besi.
Tapi yang sesuai dengan adat Simalungun, sesuai pada zaman dahulu yaitu
dipanggang di bara api lalu diolesi terlebih dengan santan agar tidak cepat gosong.
Bisa juga disantan dibuat bumbu dan garam agar memiliki rasa. Setelah
organ ayam seperti kepala, leher, kaki dan sebagainya. Setelah itu diaduk dengan
bumbu yang sudah disiapkan lalu dicampur dengan sikkam dan darah. Namun
54
santan kelapa, mereka tidak menggunakan “sikkam” dan darah. Setelah itu ibatur
(diatur) dalam pinggan panganan dan sudah diatur semua baru lah bisa
isurdukhon (diberikan) dan disediakan tutupnya yang terbuat dari bulung tinapak
bawang putih, merica, ketumbar, jahe, cabai, jahe dan bawang merah yang
menyebut itu boras sinaggar. Lengkuas dan serai. Lengkuas dan serai ini harus
yang mentah tanpa dibakar. Agar rasanya lebih khas dan nikmat. Semua bahan
bumbu dibakar selain lengkuas dan serai. Kelapa gonseng, kelapa yang diparut
penggunaan bumbu serai dan lengkuas ada takarannya. Takaran untuk satu sendok
lengkuas yaitu dua sendok makan serai agar perpaduan racikan bumbunya pas dan
dengan banyaknya jumlah daging ayam. Di sisi lain, telah disediakan darah
mentah dari ayam, lalu dicampur dengan holat. Setelah darah dan air perasan
holat tercampur maka dimasukkanlah bumbu yang sudah dihaluskan. Pada ayam
yang dipanggang, untuk rasa pedas, merica yang lebih dominan, bukan cabai,
cabai langsung dimasukkan bulat dalam hidangan dan diletakkan di atas ayam
55
menghangatkan perut.
Organ dalam dari ayam direbus, tidak dipanggang, setelah matang lalu
dilumuri dengan darah yang bercampur bumbu lalu disusun dengan organ lainnya.
Selain getah holat, masyarakat juga mau menggantikannya dengan sikkam sejenis
dari holat juga. Penggunaanya biasa dicampur dengan darah, manfaatnya dapat
membunuh kuman dan bakteri-bakteri yang terdapat dalam darah tersebut. Sikkam
baiknya dicicipi terlebih dahulu tingkat kekentalan rasa dari holat dalam darah
tersebut. Apabila perpaduan rasa sudah pas, maka dimasukkan lah bumbu yang
sudah dihaluskan beserta garam secukupnya. Lalu dimasukkan ayam yang telah
dipanggang dan dilumuri dengan darah yang telah teraduk dengan holat dan
Simalungun. Lebih dari itu juga sebagai alat komunikasi, alat perantara antar
dayok binatur. Selain pinggan ada juga sebagian menyusunnya dalam sapah.
Pinggan yaitu biasanya terbuat dari kaca, pinggan sering disebut piring kaca atau
piring keramik. Pada saat pencampuran darah dengan sikkam, yaitu bisa saja air
perasan dari sikkam dahulu diletakkan di wadah, lalu ayam dipotong lalu darahnya
56
daun serai, lalu dicampur dengan air perasan sikkam. Lalu dimasukkan bumbu.
Simalungun ada yang menyediakan jeruk purut untuk pendamping dari dayok
dahulu meminum jeruk purut yang telah dipotong belah empat namun tidak
terbagi empat, dan disediakan di mangkok kaca yang diisi dengan air minum.
Tujuan dari meminum air jeruk purut terlebih dahulu yaitu agar tubuh bersih
Sura-sura mar sir ni uhur yaitu ada niat yang dalam untuk makan dayok binatur,
bukan karena sekedar selera tapi ada niatan yang cukup dalam. Orang yang marsir
adat Simalungun. Selain memiliki rasa yang nikmat namun juga konon katanya
dayok binatur yang dipanggang merupakan makanan yang paling banyak disukai
raja-raja Simalungun dahulu sampai hingga sekarang ini, turun temurun pada suku
Makna dari penyajian dayok binatur yang dipanggang yaitu untuk memberikan
semangat kepada seseorang yang diberi makanan dayok binatur. Contohnya pada
57
tersendiri, makna yang berbeda bagi orang Simalungun. Demikian pula ketika
seseorang kembali dari perantauan, pada umumnya akan diberikan lagi dayok
binatur atau disambut dengan makanan dayok binatur agar seseorang semakin
lebih semangat lagi dalam melakukan pekerjaannya. Dayok binatur sudah menjadi
58
59
pada informan yang dari Simalungun atas yaitu bapak Santun beliau menjelaskan
persis seperti pada saat ayam mengeram telurnya yaitu cekernya menghadap
kedepan. Karena itulah sifat yang ditiru masyarakat Simalungun sikap peduli dan
yaitu daerah Kecamatan Raya Kahean menurut informan penulis bapak Jan Sehat
60
atas dan Simalungun tengah, hanya menggunakan santan dan kelapa yang
dominan menggunakan dayok binatur yang digulai tata letak penyusunan dan
dengan pengolahannya dayok binatur lainya. Bumbunya sama saja semua, hanya
saja pada saat memasak ayam yang digulai, tidak banyak menggunakan merica
dan tidak menggunakan kelapa gonseng, namun menggunakan santan, ayam yang
pada masakan ayam gulai, berbeda dengan ayam yang dipanggang. Dimasukkan
air santan. Pada pemasakan ini, tidak menggunakan holat ataupun sikkam untuk
sudah matang, maka setiap potongan ayam diambil dari wadah satu persatu tanpa
kuahnya. Setelah semua sudah terkumpul barulah disusun dan ditata dengan
teratur di atas pinggan atau piring kaca yang sudah disediakan. Jenis dayok
binatur yang lain ada juga dayok binatur na iloppah dan dayok binatur na
61
Isi dari tombuan yaitu dayok binatur na ilomang dan biasa digunakan pada pesta
lalu diberikan kepada pihak perempuan. Namun apabila siparunjuk berasal dari
62
perempuan, agar makanan yang dibawa tidak basi di perjalanan, maka bisa diganti
dengan beras. Tapongan yang mereka bawa diisi dengan beras, sementara dayok
binatur yang akan diperlukan dalam adat dimasak di rumah pihak perempuan.
Dimasak dalam bambu satu ruas. Ayam kampung jantan berwarna putih satu ekor.
Bumbu yang digunakan hampir sama dengan pengolahan ayam yang dipanggang
dan digulai, hanya saja pada ayam yang dilemang, kunyit yang lebih dominan.
Cabai, hosaya, merica, jahe, kunyit, lengkuas, serai, bawang, garam. Semua
bumbu dihaluskan lalu daging ayam dilumuri dan diaduk dengan bumbu. Setelah
itu dimasukkan dalam bambu. Memang yang dipanggang juga bisa untuk sir ni
uhur namun yang lebih cocok yaitu yang dimasak di bambu karena itu ayam
berwarna putih. Ketiga ada dayok binatur na ilomang yang didalam bambu. Ini
parsahapan di tempat tinggal calon pengantin perempuan dan pada saat kematian
sayur matua. Dayok binatur na ilomang akan dimasak di bambu yang disebut
tinombu dan dibawa dalam suatu wadah bernama tombuan. Tinombu satu paket
dengan tombuan. Dayok binatur akan dimasak di dalam bambu sebagaimana biasa
memasak lemang. Potongan ayam akan disusun seperti susunan ayam hidup di
dalam bambu. Kaki pertama dimasukkan, punggung, organ dalam, leher, kepala.
cabai, bawang, lada, lengkuas, serai, kunyit, kelapa yang sudah dihaluskan tanpa
digonseng, tanpa diperas santannya. Bambu dimasukkan keatas bara api seperti
63
ilomang, tidak perlu mengunakan air santan kelapa dan air, tetapi kelapa yang
sudah diparut langsung diaduk bersama daging dan bumbu, lalu air dalam bambu
yang akan menjadi air pemasakan dayok binatur na ilomang. Ayam yang
Penyusunan seperti itu agar mudah dalam penyusunan pada saat mengeluarkan
Simalungun. Karena pengolahannya lebih sulit dibanding yang lain. Namun ada
pada saat-saat tertentu digunakan, yaitu pada adat palaho hon boru (suatu adat pra
nikah) dan pada upacara adat kematian. Ayam yang sudah diaduk dengan bumbu
bambu yang sudah disediakan. Lalu dibakar di bara api. Setelah matang, diangkat
dari bara api lalu dikuliti menggunakan pisau. Kulit bambu dikupasi agar bersih
dan tidak ada bekas api. Setelah kulit bambu sudah terkelupas semua, maka
bagian ujung bambu dilapisi dengan daun pisang sebagai penutupnya. Daun
pisang diikat di atas dan pengikatnya berbeda dengan pada adat kematian. Apabila
pada adat kematian, daun pisang hanya dilipat dan tidak banyak dibelah artinya
dilemang sama. Diatur di atas piring kaca, atau orang Simalungun menyebutnya
64
di kerajaan, ketika makanan ada dibuat di atas pinggan pasu, maka jikapun ada
racun dalam makanan tersebut, racun itu akan mati. Makanan tersebut rasanya
menjadi hambar. Racun bisa terdeteksi oleh pinggan pasu. Maka racun nya akan
mati dan rasa dari makanan akan mati. Selain disajikan di atas pinggan atau piring
kaca, ada juga yang meyajikannya di atas sapah. Terbuat dari kayu. Sapah sudah
jarang dijumpai karena itu merupakan barang peninggalan nenek moyang. Setelah
daging disusun dengan teratur di atas pinggan, maka ada penutupnya yaitu bulung
tinapak. Namun pada saat diberikan atau isurdukhon, maka bulung tinapak
raya atau bunga kembang sepatu berwarna merah, potongan jahe dan bawang
merah, di atas dayok binatur. Bunga kembang sepatu juga dikonsumsi dengan
Makna dan nilai dari dayok binatur bagi suku bangsa Simalungun yaitu
tersebut. Makna dayok na binatur dalam upacara adat kematian yaitu untuk
penghormatan juga kepada keluarga yang berdukacita namun lebih dari itu untuk
penghiburan dan tanda bahwa mereka yang memberikan juga ikut merasa
65
binatur. Apabila yang memberikan adalah tondong, maka yang dipersiapkan tuan
rumah yaitu dayok binatur yang digulai (loppah), sebaliknya apabila yang
dayok binatur yang dipanggang (batur), karena dayok binatur yang dipanggang
Tidak sama dengan penyusunan dayok binatur pada saat acara syukuran maupun
sukacita. Perbedaanya terletak pada letak dari cabang yang terdapat pada dada
ayam. Tulang dari dada ayam yang memiliki cabang. Pada acara kemalangan
biasanya cabang dari tulang dada ayam menghadap ke atas, sehingga kepala ayam
tukkot atau tukkol osang, yaitu artinya bersedih, pilu. Sehingga orang-orang yang
datang bisa mengetahui itu acara adat kemalangan, dilihat dari simbol yang
terdapat dari penyajian dayok binatur yang terdapat pada adat tersebut. Demikian
menggunakan tukkot pada peletakan kepala ayam. Tulang dada ayam menghadap
66
Tabel di bawah ini adalah jenis ayam dalam versi bahasa Simalungun dan
No Sebutan Keterangan
1 Mirah Ayam jantan yang memiliki bulu warna kemerahan
2 Silopak Ayam jantan yang mana keseluruhan bulunya memiliki
warna putih
3 Sabur Ayam jantan yang memiliki bulu bintik-bintik putih
bittang
4 Pajom Ayam yang memiliki seluruh tubuhnya dan bulunya
warna hitam
5 Boru-boru Ayam betina
Sumber: Informan Jikner Damanik 2019
dimasak dengan proses dilemang. Dayok sabur bittang biasa dimasak dengan
proses dipanggang. Sementara itu, dayok pajom hanya digunakan untuk obat saja.
Tidak pernah digunakan untuk kegiatan adat. Biasa digunakan untuk obat yang
berbau mistik. Sedangkan dayok boru-boru dimasak dengan proses iloppah atau
digulai.
Ada juga namanya dayok pajom (ayam hitam), ini jarang bahkan tidak pernah
karena berwarna hitam. Paling hanya untuk lauk nasi saja namun untuk adat tidak
pernah dipergunakan. Kalau dahulu apabila untuk memasuki rumah, ayam hitam
dipotong dan dibakar pada tempat pemasakan dari tuan rumah tersebut, pada
rumah yang hendak dibangun. Hal itu dilakukan guna untuk mengusir roh jahat.
Namun sekarang tradisi itu sudah mulai hilang. Jadi alasan yang paling utama
67
yaitu pada dahulu kala di masa kerajaan di Simalungun gori, tulan (potongan-
potongan makanan dari hewan yang sudah diolah untuk dibagi dalam upacara
upacara adat, apabila tidak cukup untuk menggunakan hewan berkaki empat
dalam bahan penyajian makanan, dalam arti apabila tidak dengan pesta besar,
pesta kecil-kecilan pun dengan dayok binatur akan cukup dengan ke lima gori
tersebut. Daging ayam juga bisa digunakan sebagai alat demi untuk
keberlangsungan adat istiadat dalam acara adat Simalungun, dikarenakan hal tadi,
sudah terdapat lima gori yang dimaksud tadi. Meskipun demikian, ketika suhut
menyedikan berbagai jenis makanan dari hewan sapi, kerbau, babi sekalipun,
acara adat tidak akan sah tanpa adanya sajian dayok binatur. Meskipun banyak
tersedia jenis makanan, namun yang duluan dijalankan dalam adat (isurdukhon)
yaitu dayok binatur atau letak posisi makanan dayok binatur selalu di depan dan
Penggunaan jenis ayam juga dalam olahan makanan adat Simalungun tidaklah
sembarangan. Ada pembagian dari jenis ayam baik betina atau jantan, ada juga
dibakar, identik dengan kering dan tidak berair. Masyarakat Simalungun meyakini
bahwa mesti yang basah, yang berair lah yang diberikan kepada tondong. Seperti
68
berair, artinya semakin berlimpah rejeki oleh tondong-nya agar ada yang akan
mengonsumsi yang dipanggang, yang dipanggang lebih nikmat dan enak, jadi
diberikan lah yang paling enak dan nikmat kepada parboruon-nya, agar
pekerjaan atau kegiatan adat yang akan dilakukan oleh tondong. Hal ini bisa
dayok binatur yang digulai kepada tondong nya, demikian juga tondong
adat Simalungun, terbuat dari daging, dipotong kecil-kecil dan dibubuhi dengan
bumbu rempah pilihan dan dicampur dengan darah dan holat, dagingnya terlebih
Daging ayam yang dimasak disusun pada sebuah piring keramik atau pada
sapah sesuai dengan aturan adat yaitu ulu (kepala) di bagian depan, urutan
berikutnya adalah borgok (leher), tuppak (tulang dada), kemudian totok gulei
(potongan–potongan daging kecil tapi tidak termasuk dalam gori) yang diserap
69
(sayap) setelah diletakkan kanan dan kiri (paha tengah), setelah itu tulang hais–
hais (ceker). Selanjutnya di bagian tengah gori tuah (bagian dalam tubuh ayam
yang menghasilkan sel telur) kemudian urutan berikutnya dekke bagas (rempelo),
diatur pada makanan itu terakhir ihur (ekor). Setelah selesai penataan gori,
nampaknya makanan adat istiadat itu menggambarkan ayam hidup. Hal ini adalah
70
71
Artinya :
Raya, pada saat kegiatan sukacita tidak menggunakan tangkai leher pada kepala,
hanya digunakan pada saat kematian saja. Penyajiannya: Pertama daging yang
depan. Kepala disokong dada, leher, organ dalam, punggung dan ekor, paling
pinggir dibuat sayap, paha dan ceker. Setelah tersusun baru ditutup dengan daun
pisang. Jika pada suatu kegiatan dirumah memotong ayam dan ingin berbagi ke
72
e. Ibu/istri : usus
Pada adat Simalungun, dayok binatur biasanya dan seharusnya di masak dan
diolah oleh anak boru jabu dari tuan rumah ( suhut bolon ) dari pekerjaan adat
tersebut. Anak boru jabu dalam Simalungun yaitu yang berhak bekerja dan
memegang tata atur setiap pekerjaan adat di rumah tondong-nya. Anak boru jabu
Dilantik dalam arti khusus diberikan dayok binatur, pisau yang memiliki sarung,
kain sarung, diberikan hiou, bulang, gotong, ragi panei, hiou panakkut (pengikat),
biar mereka bekerja sama saling membantu pekerjaan adat di rumah tondong-nya.
Kedudukan ini bisa diberikan digantikan oleh anaknya apabila kelak sudah tidak
lagi bisa untuk mengerjakannya. Kedudukan sebagai anak boru jabu pun bisa
dicabut oleh tondongnya apabila pekerjaannya tidak beres dan tidak bagus. Pada
pekerjaan adat, yang berperan dalam proses menjalankan dayok binatur yaitu,
suhut, tondong, boru dan sanina. Maka dalam suku bangsa Simalungun, suatu
acara adat suka maupun duka, dayok binatur tetap memiliki peranan untuk
berlangsungnya upacara adat, baik itu yang dipanggang, digulai dan dilemang.
Pihak yang mengolah dayok binatur ialah orang yang berperan sebagai
boru/anak boru jabu dari suhut dalam suatu upacara adat. Selain itu yang
mengolah dayok binatur yaitu orang yang mengatahui biasanya ibu-ibu, bapak-
73
binatur boleh menyentuh. Bukan tidak boleh, namun masih ada orang yang lebih
pantas mengolah dayok binatur untuk suatu upacara adat yaitu parboruon dari
suhut pesta tersebut. Pengolahannya dilakukan sebelum upacara adat, pada pagi
dahulu bahan-bahan dikumpulkan oleh pihak suhut agar lebih mudah untuk
pada upacara adat. Penyampaian dayok binatur dalam upacara adat yang pertama
menyerahkan dayok binatur dari tondong kepada yang patut menerimanya (suhut)
selesai acara menyerahkan dayok binatur. Sesudah itu pihak yang punya pesta
menyerahkan dayok binatur sesuai dengan urutan yang menyerahkan duluan tadi.
Sesudah itu pihak yang memiliki pesta (suhut) menyampaikan dayok binatur
(manurduk ) dayok binatur selesai, diambil dan dikonsumsi duluan oleh yang
menerima tadi, kepada siapa diberikan makan ia lah duluan yang boleh
mengambil dayok binatur dari pinggan. Lalu dibagikan kepada orang yang ada di
pesta sesuai cukupnya dan sesuai selera. Meski tidak banyak, yang penting sudah
ditawarkan dan sudah kebagian meski hanya sedikit. Begitulah cara bentuk
menghargai dan bentuk penghormatan kepada tamu, boru, tondong yang ada di
74
75
76
77
daerah Simalungun dan terjemahannya. Mulai dari kepala sampai pada bagian
78
namun langsung diberikan satu ekor dayok binatur. Kalaupun itu ada secara
kebetulan saja. Misalnya pada zaman dahulu apabila tutur tulang datang dengan
tiba-tiba, maka jika hanya satu ekor ayam saja yang dimasak, maka gori yang
kepada tutur polu maka gori yang diberikan yaitu tulan parnamur. Karena tulan
parnamur disebut dengan yang paling banyak bekerja, yang paling sibuk dan
adat Simalungun. Menjadi simbol adat yang pertama di Simalungun dari aspek
makanan. Jadi pada zaman dahulu terkait dayok binatur di sinilah teraturnya
dayok binatur, apabila datang tondong maka bagian dayok binatur yang diberikan
ke tondong adalah kepalanya, tulan bolon, karena dulu tidak seperti sekarang
makanan dayok binatur. Demikian juga halnya apabila tondong yang datang dan
membawa seekor ayam, maka seekor ayam itulah diolah dijadikan dayok binatur
lalu dibagikan berdasarkan organ nya, makanya pada zaman dahulu masih zaman
Karena dibagi sedemikian rupa meski hanya satu potong, karena kembali
tadi, jumlah makanan dahulu tidak sebanyak jumlah dan jenis makanan sekarang
ini. Berbeda dengan zaman sekarang, pembagian bukan perpotong lagi, namun
apabila tondong atau parboru, dayok binatur langsung diberikan satu jenis, bukan
79
sudah satu ekor ayam yang dijalankan dan sudah membawa rombongan dan satu
kedatangan semakin ramai, semakin tunggung pula lah acara adat yang
binatur. Meskipun tersedia jenis makanan lain atau parrapahi (menambahi lauk),
namun yang pertama sekali dijalankan adalah dayok binatur, setelah itu barulah
dijalankan jenis makanan lain. Karena makanan adat utama di Simalungun adalah
dayok binatur.
bagian dari adat. Organ kepala, organ kaki ada pembagiannya, demikian dengan
organ lainnya. Namun tidak hanya pada hewan berkaki empat, pembagian gori
atau organ daging ayam juga sama halnya. Karena ada lima pembagian gori di
adat yang sedang berlangsung. Gori ulu (kepala) diberikan kepada tondong
(saudara laki-laki dari ibu). Gori tulan bolon/paha ayam (tondong ni tondong dari
ayah juga bisa dari anaknya saudara laki-laki ibunya ayah). Borgok (leher)
biasanya kepada sanina (saudara laki-laki ayah). Tulan parnamur (ceker ayam)
(punggung ayam) biasanya ini untuk suhut (tuan rumah acara adat Simalungun).
Demikian pembagian organ dayok binatur pada adat Simalungun apabila suatu
80
selalu satu ekor ayam yang dimasak, seekor dayok binatur yang diberikan
misalnya kepada tondong satu, kepada parboruon satu, tidak pernah hanya satu
potong atau satu organ saja. Hanya saja satu ekor dibagi ada berapa jumlah dari
parboru.
Purba, Tiga runggu, Saran padang. Masyarakat yang melakukan upacara adat
tetap menyajikan dayok binatur sebagai jenis makanan yang utama dan tentunya
memiliki nilai filosofi yang tinggi bagi suku bangsa Simalungun. Terdapat
menyajikan tiga jenis dayok binatur yaitu dayok binatur yang dipanggang, dayok
binatur yang digulai dan dayok binatur yang dilemang. Pengolahannya tentu
Begitu juga dengan ayam yang dilemang, tidak menggunakan darah dan dimasak
di bambu. Makna dari setiap penyajian dayok binatur di upacara adat yang
81
perkawinan.
menjadi keluarga yang rukun dan harmonis, dengan harapan menjadi keluarga
yang tetap harmonis sampai tua. Jenis dayok binatur yang dilemang digunakan
pada upacara adat parumah parsahapan dan upacara adat kematian sayur matua.
Pada bagian bab iv akan dijelaskan mengenai dayok binatur dalam upacara adat
ayam yaitu dimulai dari ulu (kepala), lalu borgok (leher), lalu habong (sayap)
dibuat di bagian samping, lalu bagian organ dalam, punggung dan ekor, di bagian
samping dibuat paha ayam dan ceker. Perbedaannya terletak pada ceker. Pada
kais-kais atau ceker disusun menghadap kedepan. Penyusunan seperti itu memiliki
82
dari bahaya.
Simalungun atas bahwa seorang ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Rela
betapa besar kasih seorang ibu kepada anak-anaknya. Meski memiliki anak-anak
yang banyak seekor induk ayam tetap berusaha melindungi keseluruhan anak-
anaknya dari serangan musuh dan bahaya dengan menggunakan kedua sayapnya.
Pada masyarakat Simalungun atas, jenis dayok binatur yang sering digunakan
yaitu dayok binatur yang digulai. Faktor alasannya yaitu dayok binatur yang
digulai memiliki proses pengolahan yang lebih mudah dan cepat daripada jenis
dayok binatur lainnya. Selain itu, terdapat juga perbedaan penyusunan gori dayok
binatur, seperti yang dijelaskan oleh informan Bapak Santun Manalu dan
dada ayam sebagai penyokong kepala ayam pada susunan dayok binatur.
tulang dada ayam hanya pada upacara adat kematian saja. Informan tidak
menjelaskan apa makna dari penggunaan tulang dada tersebut, informan hanya
atas. Tulang dada ayam tidak memiliki lambang dan makna tersendiri bagi mereka
83
raya, Hapoltakan, Raya bayu, Raya usang, Raya tongah. Setiap upacara adat yang
diungkapkan informan Bapak Sariansen Damanik yaitu jenis dayok binatur yang
Penggunaan setiap jenis dayok binatur pun tentu berbeda di setiap upacara adat.
Jika di Simalungun atas jenis dayok binatur yang dominan yaitu dayok binatur
yang digulai, di Simalungun tengah yang dominan yaitu dayok binatur yang
dipanggang. Hal itu diungkapkan oleh informan Bapak Djapaten Purba bahwa
dayok binatur yang dipanggang lebih nikmat dan dayok binatur yang dipanggang
pada umumnya yaitu jenis ayam jantan mirah. Sehingga seseorang yang diberikan
yang tinggi kepada seseorang yang menerima dayok binatur yang dipangang.
dipangang. Dari segi penampilan juga dayok binatur yang dipanggang lebih
menarik dan lebih mengunggah selera. Hal itu dikarenakan bahwa penyajian
dayok binatur yang dipanggang sering dihiasi dengan telur ayam kampung yang
direbus dan dihiasi dengan irisan bawang merah, irisan jahe, irisan cabai rawit dan
juga dihiasi dengan bunga kembang sepatu warna merah. Penyajian dayok binatur
yang digulai sering disajikan pada upacara adat perkawinan dan upacara adat
kematian. Jenis dayok binatur yang dilemang disajikan pada saat parumah
84
yaitu terletak pada penyusunan gori ayam. Pada Simalungun atas penyusunan
hanya pada upacara kematian saja. Tulang dada berbentuk cabang yang
Cabang yang terdapat pada tulang dada ayam dibuat menjadi penyokong
kepala ayam. Apabila upacara adat kematian, penyusunan kepala ayam dibuat di
atas tulang dada sehingga tulang dada ayam menjadi penyokong kepala ayam.
Sehingga masyarakat yang datang dan melihat proses penyusunan dayok binatur
upacara adat yang berlangsung yaitu upacara adat kematian. Hal tersebut
dijelaskan oleh informan Bapak Djapaten Purba. Makna dari penyajian dayok
binatur pada setiap upacara adat sama halnya dengan di daerah Simalungun atas
dan di daerah Simalungun bawah. Misalnya pada upacara adat marhajabuan atau
perkawinan.
85
pengantin menjadi keluarga yang rukun dan harmonis, dengan harapan menjadi
keluarga yang tetap harmonis sampai tua. Penggunaan dayok binatur pada
bawah juga menggunakan dayok binatur di setiap upacara adat yang dilakukan.
Terdapat tiga jenis pengolahan dayok binatur sama seperti di daerah Simalungun
atas dan di daerah Simalungun tengah, yakni dayok binatur yang dipanggang,
dayok binatur yang digulai dan dayok binatur yang dilemang. Masyarakat
ampas parutan kelapa. Berbeda dengan dayok binatur yang digulai di daerah
Jika di Simalungun atas dan Simalungun tengah dayok binatur yang digulai
hanya menggunakan santan kelapa saja, namun di Simalungun bawah ampas dari
kelapa yang diparut juga dimasukkan tanpa digonseng dan dihaluskan. Informan
Bapak Jansehat Saragih tidak menyebutnya pengunaan dari ampas kelapa parut
pada dayok binatur yang digulai. Sementara dayok binatur yang dipanggang dan
dayok binatur yang dilemang hanya digunakan pada upacara adat tertentu. Sama
86
binatur yang dilemang disajikan pada saat upacara adat parumah parsahapan dan
upacara adat kematian sayur matua saja. Penggunaan tulang dada pada
atas. Tulang dada ayam tetap digunakan pada setiap penyajian dayok binatur baik
upacara adat kematian maupun upacara adat perkawinan dan syukuran lainnya.
dayok binatur pada upacara adat sama maknanya dengan masyarakat Simalungun
Islam, makna dari penyajian dayok binatur di upacara adat sama saja dan akan
dipaparkan pada bab berikutnya. Misalnya pada upacara adat marhajabuan atau
perkawinan.
pengantin menjadi keluarga yang rukun dan harmonis, dengan harapan menjadi
keluarga yang tetap harmonis sampai tua. Misalnya untuk upacara adat kematian,
penyajian dayok binatur sebagai simbol yang memiliki makna sebagai bentuk
87
juga memiliki makna yang sama dimana diharapkan agar keluarga baru pengantin
menjadi keluarga yang tetap harmonis dan menjadi keluarga yang dapat ditiru di
tengah masyarakat.
Dalam pengolahan dayok binatur, setiap organ itu dipisah dan disusun
kembali dengan teratur sebagai mana layaknya seperti hidup. Mulai dari kepala,
leher, sayap, kaki, paha, ceker, punggung, ekor. Setiap potongan organ memiliki
dengan konsep lain. Makna intensional yakni makna yang dimaksud oleh pemakai
lambang. Menurut Maksud referent adalah segala sesuatu, objek, fakta, kualitas,
adalah konotasi, ide, pikiran, respon, psikologis. Sedangkan simbol berupa kata
atau gambar yang harus diartikan. Bilamana sebuah simbol diungkapkan, maka
muncullah makna. Simbol adalah tanda kehadiran yang absolut yang luar biasa.
88
dan pengalaman.
yang dicocokkan disebut symbola. Sebuah simbol pada mulanya adalah sebuah
benda, sebuah tanda, atau sebuah kata, yang digunakan untuk saling mengenali
dan dengan arti yang sudah dipahami. Simbol merupakan sebuah pusat perhatian
makna. Penyusunan dan penyajiannya dalam upacara adat berupa simbol yang
penyajian dalam dayok binatur dalam upacara adat Simalungun. Mulai dari
pemilihan dayok (ayam) sebagai binatang yang digunakan sebagai makanan adat
dimana ayam merupakan binatang yang disiplin dan taat terhadap waktu, ada juga
makna yang dapat ditiru oleh masyarakat Simalungun yaitu ayam merupakan
binatang yang peduli akan waktu dan kasih sayangnya terhadap anak sebagai
induk ayam dapat ditiru dan memiliki makna bagi masyarakat Simalungun.
makna tersendiri dan makna yang sudah diterima oleh masyarakat Simalungun.
Pada penyajian dayok binatur yang dilemang pada foto 12 dan foto 13 pada
89
dayok binatur memiliki makna bagi masyarakat Simalungun dalam upacara adat.
Pada foto 12 terdapat bentuk daun pisang hanya dilipat saja sementara di foto 13
terdapat bentuk daun pisang dibagi-bagi dan dipisah-pisah. Bentuk daun pisang
makna dimana pada foto 12 bentuk daun pisang memiliki makna bersedih,
tunduk, pilu, kesedihan. Sehingga bentuk daun pisang seperti itu pada penyajian
dayok binatur hanya digunakan pada upacara adat kematian ataupun dukacita.
daun pisang yang diurai dan dipisah, memiliki makna bergembira, ceria dan
ramai. Bentuk simbol daun pisang seperti itu digunakan pada penyajian dayok
binatur pada upacara adat marhajabuan ataupun perkawinan. Simbol daun pisang
yang diurai, meriah dan bahagia memiliki makna bersukacita bagi masyarakat
Simalungun.
binatur yang digulai dan dayok binatur yang dipanggang. Pada penyusunan gori
pada dayok binatur yang digulai maupun yang dipanggang, kepala ayam
menghadap ke depan dan posisi kepala di depan. Kepala merupakan simbol yang
memiliki makna bahwa masyarakat Simalungun memiliki rasa hormat dan sikap
sopan santun dan rendah hati. Ceker ayam pada masyarakat Simalungun atas
merupakan simbol yang memiliki makna seekor ayam yang merangkul semua
Simbol ceker ayam menghadap ke depan digambarkan makna seorang ibu yang
90
sayang.
Penyajian dayok binatur dalam upacara adat baik dalam syukuran dalam
Simalungun. Simbol yang dimaksud yaitu yang terlihat oleh mata berupa benda
dan makna yang terkandung dalam simbol tersebut yaitu makna yang telah
dijadikan sebagai simbol doa dan harapan dalam upacara adat Simalungun tentu
memiliki makna yang telah diterima dan disepakati oleh masyarakat Simalungun.
91
Keluarga bapak Enro purba melakukan upacara adat parhorasan. Istri dari
bapak Enro purba yaitu ibu Lina saragih sedang hamil anak pertama berusia tujuh
bulan.
92
bulan lagi mau melahirkan, maka ia akan diberi makanan oleh orangtuanya
nya, datanglah orangtua dari ibu nya membawa parhorasan kepada anak dan
menantu mereka atau si anak dan menantu datang kerumah orangtua dari
dilakukan pada foto di atas yaitu pada saat upacara adat parhorasan. Setelah
diberikan dayok binatur, maka si ibu dari calon bayi, atau si ibu yang sedang
hamil pertama diberikan beras oleh orangtuanya dan diletakkan di atas kepala ibu
tidak lemah menjelang masa melahirkan dan selamat pada saat proses persalinan.
93
datang kerumah orang tuanya beserta suami dan mertuanya membawa satu dayok
orang tuanya dan ditemani oleh suami dan mertuanya (manurduk). Kalimat yang
disampaikan :
hiou oleh orangtuanya dan hiou yang diberikan langsung dilebarkan pada mereka
harapan agar putrinya dikuatkan dan sehat sampai melahirkan nantinya dan sehat
juga bayinya. Diberikan makan agar putrinya kuat pada saat melahirkan.
94
Foto di atas diabadikan pada saat upacara adat perkawinan dari Frandi Saragih
dimana mereka sudah saling menyukai dan ada rencana untuk suatu ikatan
mereka berdua.
Pihak laki-laki yaitu anak boru jabu dari keluarga laki-laki yang akan menjadi
95
daun sirih kepada si perempuan yang diberikan anak boru jabu dari laki-laki.
Beberapa peralatan dari orang tua laki-laki seperti pisau dan telenan yang
dibungkus dengan salah satu pakain adat laki-laki Simalungun yaitu gotong.
bahwasanya mereka sudah ada ikatan janji berdua yang tidak bisa diingkari.
Anak boru jabu dari laki-laki beserta dengan calon pengantin laki-laki berangkat
kerumah anak boru jabu perempuan dan membawa makanan yaitu: nasi dan satu
dayok binatur. Tujuannya : untuk meminta nasihat, saran mengenai apa yang akan
96
lauk makan, daging sebagai menambah lauk si empat kaki biasanya babi.
Mengundang rombongan seperti: bapa tua, anak boru jabu, anak boru sanina,
(tulang) calon pengantin laki-laki. Atau disebut dengan mangalop bona boli.
perempuan lain. Mereka yang ikut pada saat mangalop bona boli kerumah tulang-
nya yaitu orang tua laki-laki, anak boru jabu mereka dan si laki-laki. Orang tua
dari laki-laki memberikan dayok binatur pada tulang dari laki-laki dan
mengucapkan:
biasanya juga memberikan dayok binatur pada laki-laki si calon pengantin dan
juga orang tua dari laki-laki sebagai parboruon mereka. Lalu ketika selesai
makan, orang tua dari laki-laki memberikan daun sirih di atas piring beserta uang
apa yang akan dijadikan laki-laki tersebut jadi istrinya sekaligus mengundang
97
Memberitahukan kepada sanak saudara mereka agar datang pada waktu yang telah
perempuan), bapa tua, sanina, anak boru mintori, oppung, tetangga rumah,
rumah orang tua dari calon pengantin perempuan. Ketika keluarga dan
maka anak boru jabu dari perempuan mulailah mempersiapkan dan mengatur
Ketika rombongan paranak tiba di depan pintu, maka datanglah anak boru
jabu perempuan dan mengambil apa-apa saja yang dibawa mereka sambil
paranak yaitu tombuan beserta isinya, nasi, daging (panrappahi) penambah lauk
makan. Tamu dari pihak rombongan keluarga laki-laki yang baru datang
depan paranak. Setelah itu memberikan sirih dari anak boru jabu paranak
kepada orang tua perempuan dan kepada seluruh keluarga pihak perempuan.
98
sirih.
Makna dari penyampaian daun sirih artinya sirih untuk menyapa dan untuk
perjanjian antara putra dan putri mereka dan mereka ingin membicarakan soal
persiapan perkawinan anak dari kedua belah pihak. Selain itu juga yang dibahas
pada upacara adat ini yaitu: tanggal pelaksanaan pesta perkawinan, jumlah
tamu undangan yang akan ditanggung oleh pihak paranak, karena upacara adat
yang menanggung biaya perkawinan yaitu pihak keluarga laki-laki. Pada saat itu
juga terjadilah transaksi antara kedua belah pihak melalui anak boru jabu
menyerahkan makanan yang dibawa oleh pihak paranak kepada pihak parboru
yaitu tombuan yang dibawa dan nasi, daging hewan berkaki empat yaitu babi
yang dibawa beserta pengiringnya dan diberikan kedepan pihak parboru. Dayok
binatur yang ada dalam bambu dibuat dalam piring kaca dan diberikan kepada
orang tua laki-laki dari si calon pengantin perempuan, lalu dayok binatur yang
dalam piring kaca diberikan kepada ibu dari si calon pengantin perempuan. Lalu
pihak orang tua dari perempuan juga menyuruh anak boru jabu-nya mengambil
makanan dayok binatur yang telah mereka sediakan lalu diberikan kepada orang
99
kepada orang tua laki-laki dan satu lagi kepada parboruon dari pihak laki-laki.
Pada saat itu semua anak boru jabu dari pihak perempuan sibuk melayani
yang berkaki empat yang dibawa pihak laki-laki lalu dibagikan kepada kerabat-
kerabat terdekat pihak perempuan. Karena yang dibawa pihak laki-laki daging
yang berkaki empat. Dayok binatur diberikan kepada orang tua dari perempuan,
sementara daging penambah lauk yaitu daging hewan berkaki empat diberikan
kepada tondong pamupus dan bapatua serta beberapa pihak yang patut
jumlah sarung yang disediakan oleh pihak laki-laki pada saat pesta perkawinan
anak dari kedua belah pihak tersebut; kapan dikabarkan diumumkan di gereja dan
berapa jumlah undangan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pesta
perkawinan.
diberikan kepada pihak perempuan). Pihak yang mengikutinya yaitu bapa tua,
anak boru jabu beserta satu perempuan yang membawa tapongan. Makanan yang
dibawa oleh pihak laki-laki yaitu satu tombuan, satu dayok binatur yang digulai
beserta nasi.
100
terdekatnya seperti bapa tua, bapa anggi, tulang serta sanak saudara yang patut
disuruh orang tuanya untuk didatangi sebagai ucapan pamitan dari putri mereka.
keperluan dan perencanaan pada saat pesta pernikahan baik itu dari segi biaya,
setelah itu dibuatlah tonggo raja (membuat suatu musyawarah satu kampung,
serikat arisan) di rumah laki-laki. Pada saat ini membicarakan pembagian tugas-
mengundang semua keluarga dan kerabat; menyediakan kain dan pakaian yang
akan dipergunakan dalam upacara adat perkawinan. Acara makan bersama pada
pesta perkawinan dan penyajian dayok binatur : sebelum makan bersama, anak
boru jabu dari setiap pihak perempuan dan pihak laki-laki memberikan
panganan baggal kepada hasuhuton, bapatua, tondong jabu, anak boru jabu,
101
boru sanina.
gereja, maka dipersiapkan oleh petugas tempat duduk, dan segala keperluan untuk
adat istiadat. Ketika telah tiba di halaman rumah atau sebelum tiba dalam gedung
pesta, kedua pengantin dipakaikan gotong dan bulang. Lalu dipakaikan juga hiou
kepada pengantin laki-laki dan hiou kepada pengantin perempuan. Ketika mereka
yang telah disiapkan, lalu diberikan beras oleh orang tua mereka atau di
Simalungun disebut boras tenger artinya agar meneguhkan dan menguatkan hati
dan kehidupan mereka dalam memulai keluarga baru. Sebelum makan siang
bersama, mereka terlebih dulu diberikan dayok binatur oleh orang tua dan sibiak
tutur pada saat itu. Orang tua laki-laki memberikan dayok binatur yang
dipanggang dan khusus dibuatkan untuk pengantin. Pada saat penyampaian dayok
penerima memegang piring kaca (pinggan), pada saat itu juga orang tua
menyampaikan pesan, harapan dan doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan agar
pengantin laki-laki dilanjut oleh orangtua pengantin perempuan. Lalu dilanjut oleh
sanina, tondong dan boru. Setiap yang menyampaikan juga mendapatkan dayok
binatur yang telah disediakan oleh tuan rumah yaitu pihak laki-laki. Kalimat yang
biasa di ucapkan pada saat menyampaikan dayok binatur pada pengantin yaitu:
102
Namun maknanya hampir sama yaitu agar kedua pengantin semakin dewasa,
sudah memiliki keluarga dan rumah tangga, sehingga tidak sama lagi kehidupan
sewaktu masih lajang dengan yang sudah menikah. Seorang istri akan mematuhi
dan hormat kepada suaminya, dan seorang suami akan bertangungjawab kepada
istrinya. Semoga menjadi keluarga yang disukai sesama manusia dan keluarga
yang takut akan Tuhan. Semoga menjadi keluarga yang langgeng hingga memiliki
sementara anaknya meninggal. Tidak sempat lahir dan hidup di dunia. Maka
disebut mati menerus. Acara agama dilaksanakan dalam acara seperti ini. Tapi
kalau di penguburan tergantung pada situasi bisa saja hanya oran tua dan keluarga
terdekat. Anak yang meninggal seperti ini dikuburkan di dekat rumah orang
tuanya. Acara penghiburan dilakukan oleh keluarga terdekat seperti tondong jabu/
dayok binatur kepada orang tua atau keluarga yang kehilangan si anak. Makna
dari pemberian dayok binatur yaitu penghiburan agar si orangtua tidak larut dalam
103
4. Mati gadis atau sudah menuju dewasa, yaitu usia 17 tahun sampai belum
menikah.
5. Mati tua/matalpok yaitu mati ketika sudah menikah dan belum memiliki
keturunan.
6. Mati sari matua yaitu mati pada saat anaknya belum menikah semua dan sudah
7. Mati sayur matua yaitu mati ketika semua anaknya sudah menikah dan sudah
memiliki cucu dari anaknya baik itu cucu dari anak laki-laki dan cucu dari anak
perempuan.
8. Mati layur martuah yaitu mati pada saat sudah memiliki cucu dari semua anak
Pada upacara adat kematian mati anak-anak, mati remaja dan mati menuju
agama lalu penguburan. Lalu masuk pada acara penghiburan yaitu pada saat
penghiburanlah dayok binatur diberikan oleh tondong pamupus dari orang yang
104
penyajian dayok binatur. Pada kematian sayur matua barulah menyajikan dayok
binatur, itupun pada malam harinya setelah jasadnya dimakamkan. Sayur matua
artinya seseorang yang meninggal dan sudah memiliki cucu dari anak laki-laki
dan anak perempuan, semua anaknya sudah menikah, tidak ada lagi
beragama Kristen Protestan, tuan rumah menyediakan makanan bagi orang yang
datang untuk melayat. Makanan yang disedikan pada umumnya yaitu untuk
makan siang pada hari penguburan yaitu nasi, daging babi, sayur, sop, daging
mereka juga menyediakan makanan tapi sekadarnya saja, karena yang makan
paling masyarakat atau saudaranya yang non muslim. Namun apabila sesama
muslim, mereka tidak mau makan pada kemalangan sesama muslim. Pada upacara
adat kematian Simalungun yang memiliki agama Islam tidak ada menyediakan
dayok binatur seperti yang diucapkan oleh bapak Sonam sebagai informan. Beliau
105
Foto di atas merupakan foto pada saat upacara adat mangari-ari pada saat
dilakukan pada malam hari setelah penguburan. Pada umumnya pada kematian
sayur matua. Pada siang hari sebelum dimakamkan, makanan yang disediakan
hanya seala kadar makan siang yaitu daging babi pada umumnya. Pelaksanaan
pada malam harinya disebut mangari-ari. Mangari-ari yaitu suatu upacara adat
keluarga yang baru saja kehilangan. Pemberian dayok binatur merupakan suatu
106
saat jenazah diantar ke kuburan. Sehingga sebagian keluarga yang bertugas yaitu
parboruon tinggal di rumah dan membuat dayok binatur untuk disajikan pada saat
mangari-ari pada saat nanti setelah makan malam. Jenis dayok binatur yang
Ketika hendak mau makan malam sekitar pukul 20.00 malam, semua
dunia. Pada saat itulah semua anak-anak, menantu, serta sanina, tondong dan
boru serta penatua kampung. Pertama-tama diatur terlebih dulu tata cara letak
duduk. Pihak keluarga anak dari yang meningal beserta menantu dan sanina
duduk sejajar satu baris dan tondong mereka duduk berhadapan dengan hasuhuton
anak-anak, menantu dan sanina tadi. Sementara parboruon duduk sebelah dapur
karena mereka yang akan menyajikan makan untuk makan bersama serta
keperluan untuk upacara adat mangari-ari seperti jeruk purut, tissue, mangkuk
berisi air. Hal yang unik pada saat itu yaitu terletak pada saat mangari-ari.
Tondong melepaskan kain porsa pada laki-laki yang ada di rumah itu dan
melepaskan bulang juga pada ibu-ibu yang sudah menikah pada rumah itu. Lalu
membasuh wajah serta meminum air dari jeruk purut yang terdapat dalam
mangkok yang disediakan. Pertama tondong membuka porsa dan bulang mereka
masing-masing. Lalu membuka porsa dan bulang yang masih dipakai oleh setiap
keluarga yang ada di rumah itu. Maknanya yaitu untuk melepas tanda kesedihan.
Setelah itu barulah meminum dan membasuh wajahnya sendiri dengan jeruk
purut.
107
untuk membasuh wajah. Setelah itu barulah membasuh dan memberi minum air
dari jeruk purut kepada keluarga yang ada di rumah itu. Laki-laki terlebih dahulu
melakukannya, lalu setelah itu perempuan yang membasuh dan meminum. Ketika
semua sudah selesai maka parboruon mengisi nasi dalam piring beserta lauk
pauknya yaitu daging babi yang dimasak serta sop nya. Serta membagikan
minuman dan cuci tangan. Pada saat makanan dibagi kepada masing-masing
orang yang datang, diberikan dayok binatur/pada saat itu dilakukan manurduk
dayok binatur. Pertama yang memberikan yaitu pihak tondong kepada anak dari
yang meninggal atau kepada tuan rumah (hasuhuton). Setelah itu diberikan juga
dayok binatur kepada sanina dari hasuhuton. Lalu diberikan kepada parboruon
dari hasuhuton. Sehingga jumlah dayok binatur yang disediakan oleh hasuhuton
selesai memberikan dayok binatur, maka gantian lagi yaitu pihak hasuhuton
yang memberikan dayok binatur kepada tondong. Jumlah dayok binatur yang
parboruon terdiri dari dua dan sanina serta tondong. Kalimat yang disampaikan
kesedihan, sudah cukup segala air mata, tidak ada lagi tangis atas kepergian,
108
Sebagai bentuk syukuran bahwa telah selesai membangun suatu rumah maka
orang banyak baik itu setiap kekerabatan. Kegiatan untuk melaksanakan upacara
dahulu adat kepada tukang yang membangun rumah, biasanya tukang diberi
makan oleh si pemilik rumah baru. Tapi pada masa ini tergantung kepada
tukangnya. Rumah yang baru dibangun dan belum ditempati untuk tidur
membawa beras setengah kaleng, tebu yang sudah dikupas dan yang masih utuh
dan pisang yang sudah matang. Sementara tondong pamupus membawa beras
rombongan sudah tiba di depan pintu, maka orang tua dari hasuhuton dan tondong
tuanya dan setiap tondong serta memberikan kunci kepada tondong pamupus
untuk membuka rumah. Serta tondong jabu menyalakan api di dapur. Ketika
109
dibersihkan semua dibuat beras kepada seluruh ruangan rumah. Dikelilingi semua
bagian rumah dan duduk di tempat yang telah ditentukan. Hasuhuton duduk di
atas tikar khusus yang dianyam dan orang tua duduk di samping hasuhuton,
tondong disebelah kanan, sanina sejajar dengan hasuhuton serta parboruon duduk
di sebelah kiri dan dekat dapur. Masuk ke acara agama yang dipimpin oleh
dayok binatur). Diberikan orang tua dayok binatur kepada hasuhuton, dengan
tujuan harapan dan doa agar kehidupan semakin teratur, dan diberkati Tuhan di
kehidupan pada rumah baru. Nitak dan tebu serta pisang yang matang diberikan
juga kepada hasuhuton dengan harapan dan doa agar kehidupan semakin suci dan
rejeki melimpah. Memberikan makanan kepada setiap kerabat yaitu dayok binatur
yang diberikan oleh hasuhuton kepada tondong, sanina dan boru. Pihak yang
memberikan yang memberikan dayok binatur duluan yaitu orang tua dari
hasuhuton kepada hasuhutan itu sendiri. Dilanjutkan oleh tondong, sanina dan
boru. Kalimat yang disampaikan oleh si pemberi kepada penerima dayok binatur
yaitu:
110
111
Lastrika saragih
Foto di atas yaitu pada saat memberikan dayok binatur pada Lastrika saragih,
bagi suku bangsa Simalungun, salah satunya penyajian dayok binatur diberikan
pada saat seseorang telah selesai menjalankan wisuda. Maka dibuat syukuran oleh
orang tuanya sebagai ucapan syukur kepada sang pencipta dan ucapan selamat
telah selesai perjuangan untuk menyelesaikan pendidikannya. Pada acara ini tidak
112
bisa juga hanya orangtua dan adik atau kakak-nya saja dan teman-temannya.
Foto 32. Memberikan dayok binatur pada acara syukuran Desi Damanik
Foto di atas diabadikan penulis pada saat keluarga dari Desi Damanik
syukuran dilakukan di Medan pada tahun 2019 di karenakan rumah mereka jauh
seseorang telah siap wisuda, maka diberikanlah dayok binatur oleh orang tuanya.
Pelaksanaannya bisa saja pada hari bersamaan dengan wisuda bisa juga setelah
wisuda berikutnya. Sebelum makan bersama, telah hadir semua orang yang patut
hadir dan yang diundang oleh orang tuanya seperti tondong, sanina dan boru.
Penyampaiannya dilakukan oleh orang tuanya terdahulu kepada si anak yang baru
saja melakukan wisuda. Jenis dayok binatur yang disampaikan yaitu dayok
113
piringnya di isi oleh orang yang bertugas. Sebelum makan dipimpin doa oleh
orang tua dari si anak. Si anak boleh mengambil dayok binatur terlebih dahulu
dan langsung dimakan. Itu khusus menjadi miliknya lalu ketika ia sudah
mencicipi duluan, barulah boleh dibagikan dan diberikan kepada yang lain atau
114
Foto 33. Memberikan dayok binatur pada saat ulang tahun Rildo Damanik
juga sering dilakukan pada saat perayaan ulang tahun. Di usia yang baru
seseorang tentunya akan berharap yang terbaik kepada dirinya, tidak sedikit juga
ulang tahun dan kado mungkin hal biasa. Namun pada masyarakat suku bangsa
Simalungun, pada acara syukuran ulang tahun juga banyak yang diberikan dayok
binatur. Makna dari pemberian dayok binatur yaitu dengan harapan agar memiliki
kehidupan yang teratur kedepannya. Semakin diberkati, sehat dan panjang umur,
115
tercapai.
116
Foto di atas yaitu acara syukuran ulang tahun dari ibu dari Lastrika Saragih,
117
Foto di atas yaitu momen diberikan dayok binatur pada saat syukuran
ulang tahun. Dayok binatur tidak hanya disajikan masyarakat Simalungun pada
saat upacara adat, namun pada syukuran ulang tahun juga banyak masyarakat
berulang tahun. Penyampaian dayok binatur pada dalam syukuran ulang tahun
yaitu sebagai simbol yang memiliki makna harapan dan doa-doa terhadap
penciptanya kepada seseorang yang sedang berulang tahun. Kalimat yang sering
118
Foto di atas adalah memberikan dayok binatur pada saat upacara adat
tardidi dari Delnia Purba, putri pertama dari pasangan Choco Purba dan Novra
Saragih. Upacara adat ini dilakukan oleh keluarga bapak Choco Purba dengan ibu
Novra Saragih sebagai orang tua dari si anak yang baru saja dibaptis di gereja.
Kristen protestan. Maka dalam keyakinan agama Kristen apabila seorang anak
yang lahir namun belum memiliki nama akan di baptis di gereja oleh pendeta.
Pemberian nama diberikan oleh orang tuanya dan si anak dibaptis di gereja. Orang
tuanya akan mendaftarkan si anak kepada penatua gereja lalu tiba saatnya ada
pembaptisan di gereja.
119
menyampaikan hal tersebut kepada orang tua mereka sebagai kakek dan nenek
dari si anak yang akan dibaptis. Mengundang pihak tondong, baik tondong orang
tua si anak maupun tondong si anak yang akan dibaptis. Mengundang anak boru
jabu, amboru atau parboru dari orang tua sebagai hasuhuton atau tuan rumah
seperti tulang, sanina, anak boru jabu, parboruon hingga kepada undangan satu
kampung, organisasi. Undangan yang banyak dan luas atau acara yang besar dan
upacara adat syukuran tardidi, namun tergantung kepada kesediaan dan keadaan
perekonomian orang tua yang akan membuat acara syukuran tersebut. Anak yang
dibaptis sekitar usia tiga bulan sampai lima bulan. Pada suku bangsa Simalungun
tidak ingin anaknya terlewati jika ada jadwal pembaptisan. Sehingga tidak jarang
dijumpai apabila usia si anak masih tiga bulan atau lima bulan namun telah
dibaptis di gereja. Karena pembaptisan di gereja biasanya ada dua kali dalam
acara adat yang dilakukan oleh orang tuanya di rumah setelah pulang dari gereja.
120
Foto di atas yaitu memberikan dayok binatur pada saat upacara adat
tardidi (dibaptis) dari Lovny Purba anak dari pasangan Nevi Garingging dan Jhon
Purba yang dilaksanakan pada Agustus 2020 di Nagori Silau buttu tepatnya di
Simalungun yang sesuai dengan acara tersebut. Pihak yang pertama memberikan
dayok binatur yaitu orangtua dari tuan rumah atau kakek dan nenek dari si bayi.
Kakek dan nenek dari orangtua laki-laki. Dayok binatur yang telah disediakan
oleh boru dari hasuhuton (tuan rumah) yaitu dayok binatur yang dipanggang.
Setelah orangtua, barulah setiap kerabat (sibiak tutur) yaitu sanina, tondong,
boru. Makanan yang diberikan kepada si anak melalui perantara orangtua. Nasihat
121
berhak menerimanya seperti kerabat terdekat dari tuan rumah yaitu pihak sanina,
tondong dan boru. Tamu undangan lainnya yang datang pada saat itu hanya
disediakan tuan rumah. Biasanya nasi dan lauk makan seperti daging, sayur dan
manurduk, barulah doa yang dipimpin oleh pendeta atau penatua gereja yang ada
di tempat itu. Semuanya makan bersama, setelah itu ketika sudah selesai makan
selamat, memberikan hadiah berupa kado. Sebelum itu ibadah singkat bersama
yang dipimpin pendeta atau penatua gereja, lalu memberikan ucapan selamat dan
nasihat kepada orangtua si bayi dan ditutup dengan doa. Setelah itu baru dilanjut
nasihat oleh kakek dan nenek dari si bayi, lanjut pada sanina, tondong dan boru.
Baru yang terakhir sekali yaitu tuan rumah yang menjadi penutup yang
upacara adat.
122
Foto 39. Memberikan dayok binatur pada saat upacara adat manaksihon
haporsayaon
Sumber: Andre damanik 2019
Foto di atas yaitu proses penyajian dayok binatur pada saat upacara adat
manaksihon haporsayaon (naik sidi) dari Andre damanik pada bulan Desember
upacara adat Simalungun, hanya kegiatan kewajiban dalam umat kristen saja.
manaksihon haporsayaon ataupun angkat sidi/naik sidi. Angkat sidi ataupun naik
sidi dalam agama Kristen protestan yaitu pendewasaan iman melalui dilakukannya
123
upacara adat disiapkan oleh boru dari tuan rumah, orangtua dari sianak. Maka
jarang jika boru dari tuan rumah ikut ke gereja, hanya membereskan untuk
keperluan acara adat nantinya ketika orangtua dan keluarga tuan rumah pulang
dari gereja. Beberapa hal yang harus dipersiapkan seperti membuat tikar,
Ketika sudah pulang dari gereja maka semuanya masuk ke dalam rumah
dan duduk di atas tikar yang telah disiapkan dari boru dari hasuhuton (tuan
rumah). Apabila tidak muat maka sebagian yaitu tamu undangan yang hadir
Sibiak tutur dan kerabat terdekat dari hasuhuton duduk dan berada di dalam
rumah juga seperti penatua gereja dan pendeta. Cara letak duduknya pun sudah
berada di sebelah kanan rumah, atau bisa juga duduk dan berhadapan dengan tuan
rumah atau hasuhuton. Sementara sanina duduk di samping dan sejajar dengan
tuan rumah. Boru duduk di dekat dapur atau disebut dengan talaga (tempat paling
pojok dalam rumah biasanya orang-orang yang sibuk, tukang masak di dapur
yang duduk di talaga yaitu parboru), tondong duduk di luluan (tempat yang
adat yang lainnya. Ketika semuanya sudah duduk sesuai tempat duduk dan tata
124
keperluan untuk makan disajikan oleh boru. Semua makanan disediakan di tengah
seperti nasi, sayur, daging dan air putih. Ketika semua sudah selesai mendapatkan
Dayok binatur yang disajikan yaitu dayok binatur yang dipanggang dan
yang digulai. Pihak yang memberikan dayok binatur pertama yaitu orangtua si
anak kepada si anak yang pada hari itu melakukan angkat sidi. Jenis dayok binatur
yang diberikan yaitu dayok binatur yang dipanggang. Pinggan atau wadah dari
makanan dayok binatur diangkat dan diberikan orang tua kepada si anak dan si
pinggan wadah dari dayok binatur maka disitulah disampaikan petuah dan nasihat,
tapi ketika sudah selesai yang memberikannya berbicara yaitu orangtuanya, maka
dayok binatur dilanjutkan lagi oleh sanina dari orangtua si anak baik itu bapatua
(abangnya bapak), bapa anggi (adiknya bapak). Penyampaian dayok binatur sama
sebagai penerima sama-sama memegang pinggan dan pada saat itu juga si
setelah sudah angkat sidi. Setelah sanina baru dilanjut oleh pihak tondong lalu
dilanjut oleh pihak boru. Dayok binatur diberikan kepada si anak yang pada hari
itu juga telah manaksihon haporsayaon di hadapan Tuhan dan juga dihadapan
manusia di gereja.
125
dalam upacara adat manaksihon haporsayaon yaitu harapan agar si anak memiliki
kehidupan yang teratur sama seperti teraturnya penyusunan dayok binatur yang
diberikan. Sudah angkat sidi berarti harus semakin dewasa dalam iman. Tidak
sama seperti sikap sebelumnya ketika belum angkat sidi. Dosanya juga sudah
ditangung diri sendiri di hadapan sang pencipta bukan lagi orangtua yang
menanggung dosanya. Maka tidak jarang apabila tamu undangan yang hadir juga
memberi selamat kepada orangtua dimana sudah lepas satu bebannya dimana
selama ini menanggung dosa dari anaknya. Pada saat angkat sidi, seorang anak
akan memperoleh satu ayat alkitab yang disampaikan pendeta di gereja dimana
ayat itu menjadi pedoman bagi seorang anak dalam kehidupan, umat Kristen
Protestan meyakini ayat tersebut untuk menjadi ayat pedoman dan pegangan
dalam kehidupannya.
Setelah selesai makan bersama dan sudah diberikan dayok binatur kepada
pihak yang berhak mendapatkan dan sudah dibersihkan peralatan makanan oleh
boru dan barulah kebaktian singkat oleh penatua gereja ataupun yang dipimpin
oleh pendeta. Bernyanyi dan berdoa sekalian memberikan ucapan selamat dan
sekilas penjelasan dari ayat alkitab yang diterima si anak lalu doa penutup. Setelah
itu barulah berjalan adat yang dimana setiap pihak menyampaikan pesan, nasihat
126
tadi sudah disampaikan oleh sanina, tondong, boru namun pada saat pembicaraan
setelah makan, di sini lebih panjang nasihat yang disampaikan baik pada si anak
127
Foto 40. Dayok binatur pada masyarakat yang menganut agama Islam
Sumber: Mawaris Saragih 2020
memotong hewan baik itu ayam, kambing, lembu dan sebagainya. Pemotongan
pada leher ayam dilakukan dengan tiga kali goresan pisau yang tajam, agar
mereka. Sebab haram bagi mereka apabila ayam tersebut mati di tangan mereka.
Memotong ayam harus dua orang, satu orang memegang sayam dan kaki, satu
orangnya lagi memegang sedikit dari leher ayam bagian untuk dipotong lalu satu
memegang pisau untuk memotong leher. Jika hendak memotong ayam, terlebih
“takbir allahuakbar”. Memotong leher ayam menggunakan pisau yang tajam dan
bersih. Ayam tidak boleh mati di tangan mereka, bagi mereka haram ketika ayam
128
dibiarkan sampai mati sendiri. Setelah ayam sudah mati, maka diambillah seluruh
perkakas dalamnya dari bagian ekor ayam. Lalu direndam atau disiram dengan air
Setelah bulu- bulu dicabuti, maka ayam tersebut dipanggang agar bulu halus ayam
terbuang. Perkakas dalam yang telah diambil dibersihkan, namun ada bagian
perkakas dalam yang dibuang yaitu usus dari ayam atau disebut bituha ulak-ulak.
Ayam dipotong menjadi beberapa bagian sesuai organ-organ ayam. Pertama yaitu
sayap ayam lalu ke bagian paha ayam lalu ke punggung atau yang disebut mereka
dodo mentok. Pada bagian dada ayam dan paha ayam ada diambil sedikit
beralaskan daun pisang, dimasak dengan setengah matang lalu dipotong kecil-
kecil. Ayam dipotong sesuai potongan atau sesuai organ-organ ayam yang
setiap organ ayam sama dengan yang dilakukan masyarakat di Simalungun pada
yang disebut mereka santan manis. Seperti yang diungkapkan oleh bapak
Bambang Purba:
129
Bumbunya juga hampir sama namun pada pengolahan masyarakat kaum Muslim
merah, jahe, kemiri, lengkuas, semua bumbunya dibakar atau digonseng juga bisa
agar wangi. Setelah diatur dalam pinggan ditutup dengan bulung tinapak. Proses
Simalungun ada dua jenis yaitu dimasak dengan dipanggang dan dimasak dengan
yang digulai atau iloppah. Pada proses pemasakan yang digulai, mereka tidak
menggunakan santan maupun kelapa gonseng. Daging ayam tadi diungkep dengan
paduan bumbu yang telah diracik. Bumbunya ketumbar, bawang merah, bawang
putih, merica, kunyit, jahe sedikit, lengkuas dan serai sedikit saja dan kemiri.
Semua bumbu dihaluskan lalu digonseng dengan minyak, setelah bumbu sudah
wangi dan sudah masak dimasukkanlah daging ayam yang telah dipotong-potong
sesuai dengan organ dan potongan ayam. Ditunggu sebentar lalu dimasukkan air
sedikit lalu ditutup. Daging ayam ditumis sampai airnya habis dan kering.
masyarakat yang menganut agama Islam di Simalungun yaitu padear goran atau
sekolah; memasuki rumah baru. Makna dari setiap penyajian dayok binatur dalam
beberapa upacara adat syukuran dilakukan dengan harapan selamat dunia akhirat
dan juga agar hidup lebih teratur. Membuat doa selamat dalam upacara adat
syukuran agar memiliki hidup yang teratur ketika diberikan dayok binatur.
130
binatur na i loppah atau yang digulai lebih dominan digunakan daripada yang
binatur diberikan oleh kakek dan nenek kepada orangtua si bayi yang baru
diberikan namanya.
Bapak Bambang Purba menjelaskan bahwa beliau memiliki 2 orang anak laki-laki
dan satu anak perempuan. Anak dari bapak Bambang purba sudah duduk di
bangku SMA bahkan sudah ada yang kuliah. Pada saat melakukan penabalan
nama kepada anaknya tepat pada saat anaknya berusia 36 hari. Acara syukuran
penabalan nama dilakukan di rumah keluarga bapak Bambang Purba yaitu di Raya
dayok binatur yang digulai. Makna dari penyampaian dayok binatur berupa
petuah, nasihat dan harapan agar anak yang baru saja diberikan namanya sehat-
Pada upacara adat syukuran khitanan atau sunat rasul, dayok binatur yang
disajikan yaitu dayok binatur na ipanggang. Diberikan oleh orang tua kepada si
anak, dilanjutkan oleh kerabat terdekat mereka seperti tulang, parboruon dan
sanina. Biasanya usia si anak yang dikhitan tidak dipatok hanya saja jika lebih
cepat dikhitan maka sedikit resikonya karena jika usia lebih muda, namun jika
semakin dewasa dikhitan maka semakin tinggi resiko atau juga sesuai keberanian
131
diberikan kepada si anak dengan harapan agar memiliki hidup yang teratur setelah
dikhitan dan mulailan mandiri. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sonam
Purba :
penyajian makanan lain yang disediakan oleh tuan rumah dan itu tidak diwajibkan
makanan lain hanya pelengkap atau penambah lauk saja, yang menjadi makanan
laki-laki, beliau tidak pernah merayakan dengan meriah upacara adat syukuran
132
oleh orang tua sesuai pada upacara adat yang dilakukan. Ketika makanan sudah
dipimpin oleh tokoh agama seperti ustad namun jika hanya upacara adat syukuran
seperti khitanan, doa dipimpin oleh orang tua dari si anak yang dikhitan. Namun
apabila ada suatu upacara adat yang dimana tamu undangan terdiri dari
masyarakat yang memeluk agama yang berbeda-beda maka yang memimpin doa
sesuai jumlah terbanyak, ada juga sesuai kesepakatan. Namun yang paling sering
Konsep sakral tidak hanya berlaku pada hal yang nyata/ril, namun lebih
tinggi terhadap sesuatu yang dianggap kudus (suci). Entitas yang kudus ini
ini berbicara tidak hanya dalam lingkup agama, namun lebih luas dari itu. Nilai
penyempitan, suatu yang sakral adalah adalah yang dianggap suci, keramat.
sederhananya yang ada di luar aspek religius. Sakral dan profan merupakan dua
komponen yang erat hubungannya antar satu dengan yang lain. Sakral dimaknai
sebagai suatu objek yang dianggap suci oleh sebagian orang, namun dilain sisi
133
dalam bentuk yang bermacam-macam, bisa dari wujud suatu benda, tempat, ritual/
upacara bahkan kebudayaan yang sudah menjadi kebiasaan dan norma di suatu
Rumah makan yang menerima pesanan dayok binatur selain rumah makan
“marsiarusan” yaitu rumah makan “raya bayu”, rumah makan “padaoh holsoh”.
Rumah makan tersebut menerima tempahan dayok binatur apabila ada orang
yang membuat pesanan. Di Kecamatan Raya juga terdapat rumah makan yang
menerima pesanan dayok binatur yaitu rumah makan “Jonsah”. Beserta catering
yang menerima tempahan dayok binatur untuk upacara adat dalam jumlah yang
dayok binatur. Dayok binatur bisa dipesan melalui catering dan bisa ditempah di
rumah makan tertentu di Simalungun. Untuk mengirit tenaga maka dayok binatur
bisa diperoleh di catering dan rumah makan tertentu di Simalungun. Tidak semua
rumah makan menerima pesanan dayok binatur. Hal ini disebabkan proses
membuat dan bahan-bahan yang lama dan sangat sedikit dipesan oleh orang lain.
dengan ayam dan bahan-bahan yang dipersiapkan sendiri. Karena apabila dipesan
134
dayok binatur. Apabila suatu keluarga hendak melakukan upacara adat yang
mengundang banyak orang atau melakukan pesta besar maka dipakailah catering.
Karena apabila memesan catering, pihak keluarga tidak perlu repot untuk
dibandingkan dengan dikerjakan oleh pihak keluarga dari tuan rumah. Dayok
binatur memiliki nilai jual pada masyarakat Simalungun. Sehingga dayok binatur
Namun, apabila hendak memesan dayok binatur kepada rumah makan tertentu
pengolahannya butuh waktu yang cukup lama. Jika ada yang memesan barulah
dimasak atau dikelola dayok binatur, tidak ada langsung tersedia dijual, tinggal
yang sakral bagi suku bangsa Simalungun sehingga masyarakat Simalungun lebih
sering membuat dan mengolah dayok binatur dengan diolah sendiri. Sementara
bagi suku bangsa lain yang berkunjung ke Kabupaten Simalungun dan ingin
mencicipi kuliner dayok binatur bisa ditempah dirumah makan tertentu. Suku
bangsa lain di luar suku bangsa Simalungun menganggap dayok binatur adalah
binatur sebagai makanan sakral karena makanan dayok binatur tersebut disajikan
dalam setiap upacara adat dalam kehidupannya. Setiap upacara adat yang
135
kehidupan.
daerah Simalungun atas dan Simalungun bawah juga terdapat beberapa rumah
makan yang bisa menempah dayok binatur sehingga dayok binatur memiliki nilai
jual bagi masyarakat. Di Simalungun atas tepatnya di Tiga runggu terdapat rumah
makan “Jeriko” nama pemilik Bapak Likkur Damanik, rumah makan “Robema”
Tiga runggu dan rumah makan “Astri” nama pemilik bapak Mando Saragih
Nagori dolok terdapat rumah makan “Parah siholan” alamatnya di jalan besar
Simanabun, rumah makan “Evan Siregar” alamatnya di jalan besar dolok saribu
bangun dan rumah makan “Cemerlang” alamatnya di jalan besar Nagori dolok.
Beberapa rumah makan tersebut bisa menempah dan memesan dayok binatur.
Baik itu untuk upacara adat maupun sekedar ingin menikmati kuliner dayok
binatur bagi masyarakat diluar suku bangsa Simalungun. Dayok binatur dapat
dipesan sesuai dengan selera dan pemilik rumah makan akan mengolahnya sesuai
dengan pesanan. Harga dari satu masakan dayok binatur yaitu sekitar
Rp.200.000,-.
Ketika dayok binatur disajikan masyarakat pada upacara adat maka akan
memiliki nilai dan makna berupa harapan, doa serta petuah yang akan
disampaikan dalam upacara adat tersebut. Sama seperti yang dilakukan oleh
136
selalu menyajikan dayok binatur. Adapun upacara adat yang dilakukan dan
upacara adat mulai dari upacara adat lingkaran hidup yaitu kelahiran, pernikahan
dan kematian. Upacara adat berupa syukuran juga akan disajikan dayok binatur.
Seperti pada saat syukuran ulang tahun, tamat wisuda, memasuki rumah baru,
dayok binatur, sembuh dari sakit pun seseorang bisa diberikan dayok binatur oleh
keluarga dekatnya. Namun, pada saat penyajian dayok binatur pada setiap upacara
adat dan syukuran yang berlangsung tentu memiliki makna yang berbeda. Kalimat
yang sering diucapkan sebagai kalimat awal yaitu ”agar memiliki kehidupan yang
sebelum masuk ke kalimat harapan, pesan, doa-doa dan petuah kepada yang
menyampaikan harapan, doa dan pesan serta petuah yang diucapkan kepada yang
bersangkutan.
Selain disajikan pada saat upacara adat, dayok binatur juga dijadikan
Simalungun. Dayok binatur memiliki nilai jual dan disediakan di rumah makan
137
Perubahan makna terjadi ketika dayok binatur hanya dijadikan sebagai penambah
nafsu makan dan menjadi lauk sebagaimana wajarnya. Hanya dianggap sebagai
makanan biasa saja oleh masyarakat yang tidak berasal dari suku bangsa
terhadap dayok binatur di rumah makan yaitu masyarakat yang tidak suku bangsa
Simalungun juga ada yang memesan dayok binatur pada catering atau rumah
makan yang menerima pesanan dayok binatur, tapi dengan alasan agar tidak
dipesan pada catering maupun rumah makan. Namun, apabila dalam jumlah yang
banyak, misalnya untuk kebutuhan untuk pesta, upacara adat yang membutuhkan
banyak dayok binatur dalam jumlah banyak, maka sangat banyak dijumpai
masyarakat yang memesan dayok binatur kepada catering dan ditempah kepada
Teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu teori segitiga
pengolahan makanan yaitu makanan yang diolah dengan dimasak, makanan yang
diolah dengan difermentasi dan makanan dimakan dengan mentah atau tanpa
138
Strauss yang digunakan dalam skripsi ini maka dayok binatur merupakan
makanan yang dimakan dengan dimasak terlebih dahulu bukan dimakan mentah
dan bukan juga olahan fermentasi. Dayok binatur merupakan makanan produk
budaya karena dijadikan sebagai makanan adat dalam upacara adat dan sudah
menjadi tradisi bagi suku bangsa Simalungun dalam upacara adat. Pemilihan
ayam menjadi salah satu binatang yang diolah dan dijadikan dalam upacara adat
bukan suatu hal yang praktis dan pengetahuan masyarakat dalam pengolahan serta
penyusunan dayok binatur menjadi produk budaya dari kebudayaan orang tua
pada zaman dahulu yang diturunkan kepada generasi dan menjadi kebudayaan
hingga sampai saat ini oleh masyarakat Simalungun. Serta makna dan simbol
yang terdapat dalam pemilihan ayam, pengolahan sampai pada penyajian dayok
binatur telah diakui oleh masyarakat Simalungun sebagai budaya dan adat
Penulisan skripsi ini juga menggunakan teori ritus yakni terdapat upacara
peralihan dalam kehidupan manusia atau yang disebut teori life cycle (teori
dan makna yang terdapat dalam penyajian dayok binatur dalam upacara adat
seputar lingkaran kehidupan manusia. Selain itu ada juga penyajian dayok binatur
rumah baru, tamat wisuda dan ada juga penyajian dayok binatur dalam syukuran
terkait keyakinan yang dianut seperti syukuran dibaptis pada agama Kristen dan
139
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang di dapat dari hasil penelitian
dan saran dari hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan
dari beberapa bab yang bisa dijadikan kesimpulan pada akhir penulisan skripsi ini.
Hal-hal yang dianggap penting dari secara keseluruhan isi tersebut dapat diringkas
5.1 Kesimpulan
berikut :
1. Dayok binatur merupakan salah satu makanan adat sekaligus kuliner yang
tingi bagi suku bangsa Simalungun. Sehingga tidak heran dayok binatur
masih dilestarikan dengan baik hingga saat ini. Dayok binatur salah satu
140
6. Dayok binatur tidak pernah lepas dari setiap upacara adat di Simalungun,
baik kegiatan suka maupun duka, karena suatu upacara dianggap tidak sah
orang lain.
5.2 Saran
yang memiliki nilai dan makna filosofi yang tinggi agar budaya
141
cara pengolahan dan cara penyajian dayok binatur, lebih sering mengajari
Simalungun dalam kegiatan adat istiadat tidak ada yang simpang siur
142
Putra, Ahimsa Heddy Shri, 2001. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya
Sastra. Yogyakarta. Galang Printika.
Presidium, Partuha,Maujana,2014. Buku Adatni Simalungun, Pematang Raya.
Saodoran, Tim Lima, 2013. Mengenal Nusantara Kabupaten Simalungun. Medan:
Cv. Mitra.
Adellin, R. “Kuliner Makanan”. https://dspace.uii.ac.id(akses 2016).
Ashar, Hasairin. “Variasi,Keunikan dan Ragam Makanan Adat Etnis Batak
Simalungun Suatu Kajian Prospek Etnobotani. http://digilib.unimed.ac.id/94/
(akses 30 Maret 2016).
Hadi Y. Sumandiyo. “Seni Dalam Ritual Agama”. digilib.uinsby.ac.id. (akses
2006)
Mauliana, Annisa Medika. “Review Teori Levi Strauss”.
http://blog.unnes.ac.id/annisamedika/2015/11/08/review-teori-levi-
strauss/.(akses 8 November 2015)
Nurti Yevita. “Kajian Makanan Dalam Perspektif Antropologi.”
http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/jantro/article/view/74.(aks
es 2017).
Permana, Tara Said.”Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata di Kota
Medan.” Repository.usu.ac.id.(akses 2011).
Prabangkara, Hugo S. ”Kuliner Yogyakarta,dari Identitas ke Komoditas”
http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb/article/view/5315. (akses 2018).
Sumbayak, Bosmar Wulan. ”Kuliner Dayok Binatur Dalam Adat Istiadat Batak
Simalungun di Kabupaten Simalungun”. https://jom.unri.ac.id. (akses Januari
2018).
143
:https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/dayok-binatur-makanan-adat-
masyarakat-simalungun/
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-kuliner.
http:Uin.sunan.kalijaya.yogyakarta..Librarianshendriirawan.blogspot.com.
http://blog.unnes.ac.id/zuhadrifqi2/2015/12/02/review-teori-teori-struktural-levi-
strauss/
https://www.sipayo.com/2017/12/ini-sejumlah-upacara-adat-yang-masih-lestari-
di-kabupaten-simalungun.html
https://www.pikniktoday.com/2019/10/makanan-khas-simalungun.html
https://www.pariwisatasumut.net/2019/03/6-makanan-khas-simalungun-yang-
lezat.html
https://docplayer.info/52682107-Bab-ii-kajian-toritis-teori-ritus-dikemukakan-
oleh-rebertson-smith-dalam-koentjaraningrat.html
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-kuliner
https://www.asilha.com/2019/12/11/konsep-sakral-dan-profan-dalam-ilmu-sosial-
dan-relevansinya-dalam-studi-hadis/
144
Anak boru jabu : Orang yang bekerja dalam suatu upacara adat, bisa dari
Pangangan baggal : Daging babi yang dibagikan pada kerabat terdekat dalam
kematian
145
ruas bambu
hasuhuton
Talaga : Bagian dari dalam rumah yang paling dalam atau dekat ke
seperti parboruon
Tombuan :Tempat dari ayam yang dilemang yang terbuat dari satu
ruas bambu
146