Anda di halaman 1dari 18

ETNIS SIMALUNGUN

DISUSUN OLEH :
Nama:Lamtio manullang
Nim:2212230002
Nama: Nabilla oktaviani manurung
Nim: 2211230005
Nama :Nataniel Sitorus
Dosen Pengampu: Nurwani
Mata kuliah: Filsafat Seni

SENI PERTUNJUKAN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
1. Letak geografis dan kehidupan masyarakat simalungun
Memiliki ketinggian rata-rata 369 m di atas permukaan laut. Luas daerah Simalungun sekitar
4.386,60 km² (6,12% dari luas wilayah Sumatera Utara) yang terdiri dari 30 kecamatan dan 311
kelurahan/desa. Wilayah Pemerintahan Kabupaten Simalungun berada di antara Kabupaten-Kabupaten
lain di Sumatera Utara, dengan tata letak sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Deli Serdang 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Toba Samosir 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan Jika ditinjau secara
keseluruhan Kabupaten Simalungun termasuk daerah yang berbukit-bukit, daerah tersebut berada di
dataran tinggi dan dialiri sungaisungai, antara lain Sungai Bah Bolon (118 Km), Sungai Bah Tonggiman
(91 Km), Sungai Bah Sibalakbak (98 Km). Sedangkan gunung (dolok) yang terdapat di daerah
Simalungun antara lain, Gunung Sipiso-piso, Gunung Singgalang, Gunung Simarsolpah, Gunung
Simarjarunjung, Gunung Simbolon dan Gunung Simarsolpit. Dan juga daerah Simalungun masih
memiliki hutan-hutan yang cukup luas. Keadaan suhu di sebagian besar daerah Simalungun termasuk
dingin, seperti di daerah Pematang Raya, Tiga Runggu, Parapat, Pematang Purba, Simarjarunjung

2. Budaya tradisional simalungun

a. Paabingkon
Paabingkon pada mulanya adalah sebuah kebiasaan masyarakat Simalungun pada dahulu kala,
yaitu cucu pertama yang tidak memiliki adik harus dipaabingkon kepada kakek atau neneknya sebagai
tanda pertalian darah sah antara cucu pertama dengan kakek atau neneknya.
Hingga kini paabingkon menjadi upacara adat yang resmi pada budaya Simalungun yang selalu
dilestarikan oleh orang di Simalungun. Mereka menganggap suku Simalungun merupakan suku yang
sangat kuat yang disatukan oleh bahasa Simalungun. Sehingga paabingkon ini sangatlah penting
dilaksanakan.
b. Manobah
Upacara adat Manobah merupakan ucapara yang menyimbolkan rasa kedekatan masyarakat
Simalungun kepada Tuhannya. Sejak zaman dahulu masyarakat Simalungun merupakan masyarakat yang
percaya tentang keselamatan dan kehidupan yang mereka dapatkan adalah berasal dari Tuhan yang
disembah. Mereka juga mengakui bahwa kedatangan Tuhan mutlak, sehingga mereka berkewajiban untuk
mendekatkan diri padanya.

c. Mangiliki
Upacara adat Memiliki merupakan bentuk penghormatan untuk orang yang sudah meninggal
yang sudah memiliki cucu. Penghormataan inti bertujuan untuk memberikan simbol kepada yang
meninggal untuk melihat keberadaan keluarga, kerabat, orang-orang terdekat, dari orang tersebut.
d. Mamongkot Ruma Bayu
Upacara adat Mamongkot Ruma Bayu merupakan tradisi saat akan memasuki rumah baru.
Upacara adat Simalungun yang satu ini bertujuan untuk memberdikan doa kepada orang yang akan
bertempat tinggal di rumah tersebut. Doa yang diberikan bertujuan agar orang tersebut dimudahkan
rezekinya, dan dijauhi dari segala masalah dan musibah. Selain itu, tujuan diadakannya mamongkot ruma
bayu adalah menjalin silaturahmi untuk mempererat persaudaraan kepada orang yang akan bertempat
tinggal di rumah tersebut.
e. Managgir
Upacara adat Simalungun selanjutnya adalah upacara adat yang bertujuan untuk membersihkan
raga, dan batin seseorang dari perbuatan yang buruk, karena roh halus yang memberi pengaruh buruk
kepada seseorang tersebut. Upacara adat Manyanggar dilakukan dengan memerlukan bahan-bahan inti
seperti jeruk purut, air bersih, dan bunga tujuh rupa. Bahan-bahan tersebut dipakai untuk memandikan
orang tersebut, sehingga diharapkan pengaruh buruk dari roh halus hilang bersama air yang telah terbasuh
dan jatuh dari tubuh seseorang tersebut.
f. Marhajabuan
Para pengantin di Simalungun memiliki kewajiban untuk melakukan upacara adat Simalungun
yaitu Marhajabuan. Marhajabuan adalah upacara pemberian berkat atau restu setelah usai pelaksananan
pernikhan. Jika, upacara marhajabuan tidak dilaksanakan, pernikahan antara kedua mempelai yang telah
berlangsung sebelumnya dianggap tidak sah.
g. Rondang Bittang
Acara Rondang Bittang merupakan upacara adat Simalungun yang pada dahulu dilaksanakan
setiap tahun untuk menyambut panen masyarakat Simalungun yang melimpah, selain itu juga bertujuan
untuk mencari jodoh bagi pemuda-pemudi Simalungun yang belum menemukan jodohnya. Namun, kini
upacara rondang bittang dilakukan untuk tujuan mempererat silaturahmi antar desa-desa di Simalungun
yang dilaksanakan setiap tahun. Upacara adat Simalungun rondang bittang juga bertujuan untuk
melestarikan budaya dan sarana untuk melestarikan kesenian daerah Simalungun.
h. Upacara kematian sayur matua merupakan upacara adat kematian yang berlaku ketika seluruh anak-
anaknya sudah menikah dan memiliki cucu dari anaknya perempuan ataupun anaknya laki-laki. Dalam
hal ini peneliti melihat adanya dorongan motivasi rumah tangga yang bahagia, adanya gaya hidup sehat,
motivasi yang seimbang antara anak dan keturunannya, serta motivasi kematian ideal bagi masyarakat
ataupun kerabatnya yang artinya adanya dorongan agar mereka juga meninggal sayur matua, ingin hidup
lama tetapi sempurna. Itulah sebabnya upacara kematian ini menjadi cita-cita setiap orang Simalungun.
1.Pakaian tradisional simalungun

Kekhasan dari pakaian adat Batak Simalungun ternyata masih tidak jauh beda dari pakaian adat Batak
Toba, yang mana juga masih menggunakan kain ulos. Hanya saja, kain ulos yang dipakai oleh Suku
Simalungun ini mempunyai ornamen khas yang disebut dengan Hiou.
Terdapat aksesoris yang membuat pakaian adat Suku Simalungun lebih berciri khas, yaitu akseosorisnya
yang berupa gotong dan bulang. Kemudian, ada pula suri-suri atau kain selendang kebanggaan dari
Simalungun.

2. Rumah tradisional simalungun

Rumah Adat Batak Simalungun memiliki arsitektur yang unik, bangunannya berbentuk rumah panggung
yang memiliki kolong dengan tinggi sekitar dua meter. Kolong tersebut biasanya dipergunakan untuk
memelihara hewan, seperti babi, ayam, dan juga dijadikan sebagai gudang atau fungsi lainnya. Pintu
rumah ini memiliki kemiripan dengan rumah adat batak lainnya, yaitu pintu yang pendek sehingga tamu
harus menunduk untuk masuk ke dalam, hal ini menandakan bahwa tamu harus menghormati pemilik
rumah.
Rumah adat ini dibangun menggunakan bahan-bahan bangunan yang terdiri dari kayu dengan tiang-tiang
yang besar dan kokoh. Dindingnya dari papan atau tepas, lantainya juga dari papan sedangkan atap dari
ijuk atau daun rumbiah. Rumah adat ini juga tidak menggunakan paku, tapi diikat kuat dengan tali. Walau
tanpa paku, rumah ini tetap berdiri kokoh selama lebih dari setengah abad lho.
Ciri khas utama dari rumah adat ini terdapat pada bagian bawah atau kaki bangunan. Kaki bangunannya
selalu berupa susunan kayu yang masih bulat-bulat atau gelondongan. Kayu-kayu tersebut menyilang dari
sudut ke sudut. Ciri khas lainnya adalah bentuk atap pada anjungan yang diberi limasan berbentuk kepala
kerbau lengkap dengan tanduknya.

3. Kain tenun dan permainan simalungun

Partonun Hiou. Hiou ialah sebutan untuk kain tenun khas Simalungun. Dahulu digunakan sebagai
penghangat tubuh dan dalam berbagai ritus kehidupan seperti kelahiran, pernikahan hingga kematian.
Galapang adalah permainan lomba balapan dan adu cepat antara satu dengan yang lain. Alat balapan
dibuat dari bambu sebagai setir tempat roda serta potongan kayu sebagai rodanya. Seumpama sedang
mengemudikan mobil, demikianlah pemainnya berusaha menjadi yang tercepat dan menjadi pemenang.

4. seni bela diri simalungun


Salah satu ragam silat yang ada di Indonesia adalah Silat Dihar yang berasal dari daerah Simalungun,
Sumatera Utara. Silat Dihar, yang mulai berkembang ditengah masyarakat adat Simalungun sekitar abad
ke-16, ini merupakan intuisi pertahanan yang dilatih dan dikembangkan berdasarkan pengalaman hingga
memunculkan karakter pertahanan yang khas.
Lebih jauh, sikap dasar, langkah-langkah, ekspresi dan gaya Silat Dihar menjadi akar atau dasar untuk
memulai gerak Tari Tor-tor Simalungun, dengan kata lain Tor-tor Simalungun berpondasi pada Silat
Dihar. Tanpa itu, maka Tor-tor Simalungun akan kehilangan roh dasarnya. Artinya, untuk belajar Tari
Tor-tor Simalungun, harus terlebih dahulu mempelajari Silat Dihar. Silat Dihar terbagi dalam beberapa
jurus, yakni Sitarlak, Natar, Bona Uhur, Horbou Sihalung, Rimau Putih dan Balang Sahua.
Sikap dasar silat ini sarat akan pesan-pesan religius dan petuah kehidupan. Pertama yakni Biar Mangidah
Naibata, atau pesan untuk takut akan Tuhan. Kemudian, Toruh Maruhur atau pesan untuk selalu rendah
hati. Terakhir, Pakkoromon Diri atau penguasaan diri.
Silat Dihar adalah teknik bela diri Simalungun yang lebih mengutamakan pertahanan dibandingkan
serangan, ditambah sifat-sifat ksatria yang sangat ditekankan kepada para pesilat Dihar. Sebagai contoh,
pesilat Dihar tidak akan menyerang lawan atau musuh yang sedang terjatuh saat bertarung, melainkan
menunggunya untuk bangkit dan memulai pertarungan lagi.
Seni Beladiri Dihar Simalungun selain untuk pertahanan diri, biasanya dilakukan masyarakat Simalungun
dalam suatu prosesi adat maupun kegiatan resmi untuk menyambut tamu-tamu kehormatan seperti Raja
Simalungun. Sebahagian masyarakat Simalungun menyebut dihar merupakan tortor dihar karena
digunakan untuk penyambutan, kadang juga ditampilkan sebagai pertunjukan oleh sebab itu, dihar sering
dikenal sebagai tari apalagi dihar ini diiringi musik jadi semakin jelas bahwa dihar ini merupakan tari
penyambutan.

5. Falsafah habonaron do bona

Ada suatu pemahaman yang sangat kental pada orang simalungun bahwa Naibata itu Maha kuasa, Maha
adil dan Maha benar. Manusia juga dituntut untuk bersikap benar. Segala sesuatu harus didasarkan pada
hal yang benar. Inilah prinsip dasar dari Filosofi “Habonaron Do Bona” pada masyarakat simalungun.
Falsafah Habonaron Do Bona merupakan filosofi hidup bagi orang simalungun. Habonaron Do Bona
artinya adalah “ kebenaran adalah dasar segala sesuatu”. Artinya masyarakat simalungun menganut aliran
pemikiran dan kepercayaan segala sesuatu harus dilandasi oleh kebenaran. Filosofi Habonaron Do Bona
tercatat pertama sekali kurang lebih abad XV dalam pustaka kuno simalungun. “Pustaka Parmungmung
Bandar Syah Kuda”. Bahwa suatu waktu , kerajaan Nagur simalungun mendapat serangan dari kerajaan
Samidora Samudera Pasai Terjadi pertarungan sengit antara Sang MA jadi sebagai putera Mahkota
kerajaan Nagur dan putera mahkota kerajaan Samidora yang hendak menguasai kerajaan Nagur. Putera
mahkota kerajaan Samidora ingin menguasai kearajaan Nagur. Karena Sang Ma jadi adalah pihak yang
benar jujur dalam peperangan ini, maka Sang Ma Jadi mendapat pertolongan dari Naibata. Yakni dari
langit turun seekor burung Nanggordaha Garuda melerai pertarungan tersebut. Pada saat burung
Nanggordaha melerai mereka terdengar suara seruan sebanyak tiga Universitas Sumatera Utara kali yang
mengucapkan “ Habonaron Do Bona, Habonaron Do Bona, Habonaron Do Bona “. Tetapi Putera
mahkota Samidora ingin tetap menguasai kerajaan nagur sehingga tidak peduli dengan seruan tersebut.
Dia tetap ingin mengalahkan Putera mahkota kerajaan Nagur. Akhirnya Burung Nanggordaha marah dan
membunuh Putera kerajaan Samidora. Akhirnya putera kerajaan Nagurlah yang menang, sejak saat itulah
Habonaron Do Bona menjadi filosofi hidup bagi masyarakat simalungun. Para orang tua juga selalu
menanamkan prinsip Habonaron Do Bona kepada anak cucunya. Harus bijaksana dalam bergaul ditengah
masyarakat. Bagi masyarakat simalungun ada falsafah yang mengatakan “ totik mansiatkon diri,
marombow bani simbuei. Artinya cermat bijak membawakan diri dan mengabdi kepada halayak umum.
Sehingga selalu menyenangkan bagi orang lain. Hal inilah yang menjadikan orang simalungun lebih
banyak beradaptasi menyesuaikan diri dengan suku lain. Ini juga yang membuat masyarakat simalungun
sering melepaskan identitasnya, hanya untuk menyesuaikan diri dengan orang disekitarnya. Dari Filosofi
“Habonaron Do Bona”, tercermin prinsip – prinsip hidup masyarakat simalungun. Misalnya kata –kata
nasehat dan prinsip hidup dalam bentuk ungkapan, pepatah dan perumpamaan. Habonaron Do Bona
menanamkan kehati - hatian, hidup bijaksana, matang dalam berencana sehinggga tidak terjadi
penyesalan dikemudian hari. Universitas Sumatera Utara Menurut MD. Purba ada delapan nilai
kebenaran yang terkandung dalam filosofi Habonaron Do Bona yakni :
1. Berpandangan yang benar
2. berencana beniat yang benar
3. Berbicara yang benar
4. Bekerja yang benar
5. Berkehidupan yang benar
6. Berusaha berkarya yang benar
7. Berprinsip yang benar
8. Berpikiran yang benar. .

6. Tolu sahundulan dan lima saodoran

Simalungun memiliki meyakini dan menjalankan budaya tolu sahundulan 3 pilar musyawarah dan 5
saodoran 5 pilar pelaksana. Simalungun dengan tolu cahundulan memiliki dan meyakini bahwa di dalam
bermasyarakat atau berkeluarga yang untuk mencapai kebahagiaan seseorang wajib melibatkan tiga unsur
dalam bermusyawarah untuk mengambil keputusan yang terbaik yakni condong Sania dan buruh yang
dengan perannya masing-masing mampu membawa kebahagiaan pada seseorang. Seseorang
menghormati condongnya dan meminta nasihat daripadanya sebelum memeluk agama samawi dalam adat
dan masyarakat Simalungun condong diibaratkan seperti Tuhan kedua dalam hal memberi kebahagiaan
kepada seseorang Oleh karena itu seseorang hormat dan patuh kepada condongnya. Seseorang meminta
bantuan atau material dan non material kepada Sani nanya seseorang selalu cermat dan berhati-hati dalam
berbicara dan bertindak terhadap senimannya agar hubungan keduanya terus langgeng dalam saling
membantu buruh adalah pihak suami dari bibi atau saudara perempuan dari bapak dan suami dari anak
perempuan seseorang seseorang memohon tenaga fisik dari buruhnya untuk mengerjakan tugas terutama
dalam peralatan adat dengan kata lain buruh merupakan unsur pekerja eksekutor tugas dari condongnya
seseorang Simalungun cenderung membujuk menjalankan tugas atau menyatakan buruhnya sehingga para
buruh siap merealisasikan tugas. Secara metamorfosis Tondong Sania dan buruh pada badan manusia
masing-masing berfungsi seperti kepala badan kaki atau tangan yang masing-masing berfungsi sebagai
pemikir pembantu dan pelaksanaan pekerja. Simalungun mengaplikasikan budaya 5 saudara yang
menyatakan bahwa dalam tindakan operasional ada lima kelompok yang terkait Tondong Sania Boru
condong-tondong atau condong dari Tondong dan boru atau boru dari boru.

7. Garis patrilineal dan marga simalungun

Marga Simalungun merujuk pada marga yang dipakai di belakang nama depan masyarakat suku
Simalungun. Ada empat marga asli suku ini, yaitu Damanik, Purba, Saragih, dan Sinaga.

Keempat marga tersebut berasal dari marga raja-raja di Tanah Simalungun. Beberapa marga dari luar
Simalungun kemudian menganggap dirinya sebagai bagian dari keempat marga tersebut. Sebagai Salah
satu Suku yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, marga pada Batak Simalungun diturunkan
melalui garis ayah, Oleh karena itu orang yang memiliki marga yang sama dianggap sebagai kakak-adik
sehingga tidak diperbolehkan untuk saling menikah.

Sejarah asal usul dari marga-marga tersebut sangatlah minim, Namun, beberapa sumber tertulis
menyatakan bahwa ada 4 marga asli dalam Suku Batak Simalungun yang biasa diberi akronim
SISADAPUR.

Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Batak Simalungun yang berarti Tonduy,
Sumangat, Tunggung, Halanigan (Bersemangat, Berkharisma, Agung/Terhormat, Paling cerdas).

Raja ini berasal dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12 Masehi, keturunan dari Raja Nagur mendapat
serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang
Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya:

Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan
Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)
Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu,
Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola)
Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok)
Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong,
Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata,
sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Keturunannya adalah:

Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya.


Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang.
Saragih Garingging kemudian pecah menjadi 2, yaitu:

Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei


Dajawak, merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.
Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada 2 keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim
terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip,
Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk.

Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal
dari daerah Samosir.

Purba.
Menurut versi Batak Toba, beberapa marga Simamora/Purba Toba dari Bakkara melalui Samosir untuk
kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora ini ke Raja
Banua Purba bermarga Purba.
Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat masa datang,
pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.
Keturunannya adalah:
Purba Tambak berasal dari Dolog Silou yang merantau ke Tanah Karo dan menjadi marga Tarigan
Tambak. Purba Tambak adalah marga dari raja-raja di Kerajaan Dolog Silou.
Purba Sidasuha (lebih sering Purba Dasuha) berasal dari Panei, Simalungun. yang pecah menjadi Purba
Sidadolog dan Purba Sidagambir. Purba Dasuha merupakan marga dari raja-raja di Kerajaan Panei.
Purba Sigumonrong berasal dari daerah Cingkes, Dolok Silau, Simalungun yang keturunannnya
menyebar ke berbagai daerah, salah satunya ke Tanah Karo menjadi marga Tarigan Gerneng.
Purba Tua yang juga merantau ke Tanah Karo menjadi marga Tarigan Tua.
Kemudian ada lagi marga Purba Siboro, Purba Tanjung, Purba Pakpak, Purba Girsang, Purba Tondang,
Sihala, Tambunsaribu, dan Raya.
Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari mudian menjadi Purba Manorsa dan tinggal di
Tangga Batu dan Purbasaribu.
Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penebab Gempa dan
Tanah Longsor.Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan.
Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang
dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan mengaku bahwa dirinya adalah
Sinaga.
Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan
marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan
Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon).Tideman, 1922
Beberapa Sumber mengatakan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari India, salah
satunya adalah menrurut Tuan Gindo Sinaga keturunan dari Tuan Djorlang Hatara.
Beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah Nagaland
(Tanah Naga) di India Timur yang berbatasan dengan Myanmar yang memang memiliki banyak
persamaan dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun
dan Batak lainnya.
Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau Samosir, Silalahi, Karo, dan
Pakpak menimbulkan marga-marga baru. Sebagian besar dari marga-marga ini merupakan marga yang
telah ada di daerah/suku lain. Marga-marga tersebut yaitu:
Saragih Purba Malau
Sunting Sunting Limbong
Sumbayak Manorsa Sagala
Simarmata Simamora Gurning
Garingging Sigulang Batu Tomok
Sitanggang Parhorbo Manikraja
Munthe Pantomhobon Maringga
Siadari Sigumonrong Sinaga
Sidabutar Pak-pak Sunting
Sidabalok Manalu Sipayung
Sidauruk Siboro Sihaloho
Simanihuruk Damanik Sinurat
Sijabat Sunting Sitopu
Sebagian marga di atas dikategorikan ke dalam salah satu marga Simalungun karena hubungan
persaudaraan, perjanjian atau kerjasama antara kedua marga. Selain itu ada juga marga-marga lain yang
bukan marga Asli Simalungun tetapi kadang merasakan dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun,
seperti Lingga, Manurung, Butar-butar, Sirait, Parhusip dan Tambunan.

Zaman raja-raja Simalungun, orang yang tidak jelas garis keturunannya dari raja-raja disebut “jolma tuhe-
tuhe” atau “silawar” (pendatang). Fenomena sosial ini diakibatkan adanya hukum marga yang keras di
Simalungun menyatukan dirinya dengan marga raja-raja agar mendapat hak hidup di Simalungun.
Demikianlah sehingga makin bertambah banyak marga di Simalungun. Tetapi meski demikian sejak
dahulu hanya ada empat marga pokok di Simalungun yakni Sisadapur : Sinaga, Saragih, Damanik dan
Purba.

Setelah raja-raja dikuasai Belanda sejak ditandatanganinya Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) tahun
1907 dan dihapuskannya kerajaan/feodalisme dalam aksi Revolusi Sosial tanggal 3 Maret 1946 sampai
April 1947, peraturan tentang marga itu menghilang dengan sendirinya di Simalungun. Masing-masing
marga kembali lagi ke marga aslinya dan ke sukunya semula.
Ambarita(Dmk) Permata(Srg)[7] Sidadihoyong (Sng)
Bariba(Dmk) Porti (Sng) Sidadolog(Prb)
Bayu (Dmk) Rampogos(Dmk) Sidahan Pintu (Sng)
Bonor (Sng) Raja/Raya(Dmk) Sidajawak(Srg)
Damanik Repa (Dmk) Sidagambir(Prb)
Dajawak(Srg) Rih (Dmk) Sidamuntei(Srg)
Damuntei(Srg)[5] Ruma Horbo(Srg) Sidapulou(Srg)
Dasalak(Srg)[6] Sagala(Dmk) Sidasuha(Prb)
Garingging(Srg) Saragih Sidasuhut(Sng)
Girsang(Prb) Sarasan(Dmk) Sidasalak(Srg)
Gurning(Dmk) Siallagan(Srg) Sidauruk(Srg)
Hajangan(Dmk) Siboro (Prb) Sidoulogan(Sng)
Hinalang(Prb) Siborom Tanjung Sigumonrong (Prb)
Lingga Sidabalok(Srg) Sihala (Prb)
Malau(Dmk) Sidabahou(Srg) Sijabat (Srg)
Malayu(Dmk) Sidabariba(Sng) Silangit(Prb)
Munthe(Srg) Sidabuhit(Srg) Simaibang(Sng)
Purba Sidabungke(Srg) Simandalahi(Sng)
Pakpak(Prb) Sidabutar(Srg) Simanihuruk(Srg)
Simanjorang(Sng) Sitio (Srg) Tondang(Prb)
Simaringga(Dmk) Sola (Dmk) Tua (Prb)
Simarmata(Srg) Sumbayak(Srg) Turnip (Srg)
Sinapitu(Srg) Tanjung(Prb) Tambak(pasaribu)
Siparmata(Srg) Tamba (Srg) Uruk (Sng)
Sipayung(Sng) Tambak(Prb) Usang(Dmk)
Sinaga Tambun Saribu (Prb)
Sitanggang(Srg) Tomog(Dmk)
3, Bahasa simalungun

Bahasa batak simalungun atau Sahap Simalungun (dalam bahasa Simalungun) adalah salah satu bahasa
dalam rumpun bahasa Batakyang dituturkan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten
Simalungun, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Dairi dan Kota Pematangsiantar di Sumatra Utara,
Indonesia.

Menurut P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat sebagai taalambtenaar Simalungun
tahun 1937), bahasa Simalungun berada pada posisi menengah antara rumpun Batak Utara dan rumpun
Batak Selatan.[1] Penelitian lain yang dilakukan oleh A. Adelaar menunjukkan bahwa bahasa
Simalungun merupakan cabang dari rumpun Batak Selatan yang terpisah dari bahasa-bahasa Batak
Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailingyang sekarang.[2]

Pandangan umum mengkategorikan Bahasa Simalungun sebagai bagian dari Bahasa Batak, tetapi Uli
Kozok (filolog) mengatakan bahwa secara sejarah bahasa ini merupakan cabang dari rumpun selatan yang
berbeda/terpisah dari bahasa-bahasa Batak Selatan sebelum terbentuknya bahasa Toba atau Mandailing.
[3]Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memang memiliki persamaan dengan bahasa Toba atau Karo
yang ada di sekitar wilayah tinggalnya suku Simalungun, tetapi Pdt. Djaulung Wismar Saragih
menerangkan bahwa ada banyak kata yang penulisannya sama dalam bahasa Simalungun dan Toba
namun memiliki makna yang berlainan.[4]

Bahasa Simalungun mempunyai ciri-ciri konservatif dan merupakan bahasa dalam rumpun bahasa Batak
yang terdekat secara fonologis dengan bahasa induknya yaitu Proto-Batak:

"Uy" dalam kata babuy dan apuy.


"G" dalam kata dolog dan balog
"B" dalam kata abab.
"D" dalam kata bagod.
"H" dalam kata babah atau sabah.
"Ei" dalam kata simbei.
"Ou" dalam kata lopou atau sopou.
Dialek dan Ragam Bahasa
Sunting
Henry Guntur Tarigan membedakan dialekbahasa Simalungun ke dalam 4 macam dialek:[5]

Silimakuta (Simalungun Atas/Simas).


Raya.
Topi Pasir (Horisan).
Jahe-jahe (pesisir pantai timur).

4. Seni rupa simalungun


a. Arsitektur simalungun
Gaya khas arsitektur Rumah Bolon dapat dilihat dari bentuk atapnya yang menyerupai pelana kuda.
Beberapa masyarakat juga menyebutnya mirip tanduk kerbau. Atap rumah dibuat tinggi dengan sudut-
sudut kecil. Uniknya, bagian atap Rumah Bolon juga dihiasi dengan ukiran atau lukisan khas Sumatera
Utara.

Rumah Bolon berbentuk persegi panjang memanjang ke belakang. Strukturnya berupa rumah panggung
dengan tiang-tiang penyangga dengan ketinggian mencapai 1,75 meter dari permukaan tanah. Rumah
Bolon terbagi menjadi beberapa area yang memiliki fungsinya masing-masing, yaitu:

Ruang Tampar Piring adalah ruangan untuk menyambut tamu.


Jabu Tonga Rona Ni Jabu Rona adalah ruangan tempat berkumpul keluarga yang ukurannya paling luas
dibandingkan ruang lainnya
Jabu Bong adalah ruang atau kamar untuk kepala keluarga yang terletak di sudut kanan Rumah Bolon.
Jabu Soding adalah ruang atau kamar khusus bagi anak perempuan yang terletak di sudut kiri rumah dan
berhadapan dengan Jabu Bong.
Jabu Suhat adalah ruang khusus bagi laki-laki yang sudah menikah dan terletak di bagian depan sudut kiri
rumah, tepatnya bersebelahan dengan ruang Tampar Piring.
Kolong adalah area di bawah rumah panggung yang digunakan untuk kandang hewan ternak. Bisa juga
difungsikan sebagai tempat menyimpan bahan makanan.
Satu hal lagi yang tidak kalah unik dari Rumah Bolon adalah ukiran yang biasanya terdapat di atas pintu
depan. Ukiran ini disebut dengan Gorga. Selain untuk mempercantik rumah, Gorga juga menyimpan
makna pada setiap coraknya, yaitu:

Ukiran bercorak kerbau, maknanya sebagai rasa syukur untuk kerbau yang telah bekerja keras dalam
membantu masyarakat Batak dalam bertani.
Ukiran bercorak ular, mengacu pada kepercayaan masyarakat Batak yang meyakini bahwa pemilik rumah
akan mendapat banyak berkah bila rumahnya dimasuki ular. Makna dari ukiran ular adalah berkah yang
berlimpah.
Ukiran bercorak cicak merupakan simbol persaudaraan yang erat dalam Suku Batak. Dimanapun mereka
berada, hubungan persaudaraan tidak akan pernah putus.
Dalam perkembangannya saat ini, Rumah Bolon terbagi menjadi 3, yaitu Rumah Bolon kecil, sederhana,
dan besar. Rumah Bolon kecil biasanya berupa gazebo yang terletak di depan rumah utama.

Rumah Bolon sederhana memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, namun secara konstruksi masih
mempertahankan bentuk asal Rumah Bolon. Sementara Rumah Bolon besar terdiri dari 2 lantai yang
lantai atasnya juga difungsikan untuk kegiatan tertentu. Rumah Bolon yang terakhir ini memiliki tiang
yang sangat tinggi.

b. Pinar Sihilap Bajaronggi

Sihilap adalah melambangkan sikap kesetia kawanan, saling , mengenang dan kharisma. Sedangkan
Bajaronggi sendiri adalah tumbuhan lalap yang subur di tanah berair.
2. Pinar Suleppat
Pinar Suleppat adalah bentu gambaran tangan yang berkaitan antara satu dengan lainnya
menggambarkan keharmonisan persatuan dan kesatuan dan salling berkaitan antara satu dengan lainnya
sehingga menghasilkan kekuatan, persatuan dan kesatuan, keselarasan dalam bertindak. Sehingga tercipta
keserasian dan keharmonisan dalam kehidupan.
3. Pinar Bohi – Bohi
Pinar Bohi – Bohi adalah menggambarkan wajah manusia dengan bentuk yang abstrak sebagai
simbol pengusir roh jahat. Sebagian lagi berpendapat merupakan kombinasi mulut kuda dan wajah
manusia ( wanita ). Digunakan pada ujung sambahou rumah bolon, balei bolon, pangkal dan ujung losung
tradadisional.
4. Pinar Andor Hadukka
Pinar Andor Hadukka artinya menggambarkan tumbuhan Hadukka yang tumbuh merambat dengan subur.
Ornament ini melambangkan berkembangnya tuah dan rezeki yang datang. Ornament ini terdapat pada
tiang nanggar lopou Rumah Bolon.
5. Pinar Andorni Tabu Mangganupi Desa
Pinar Andorni Tabu Mangganupi Desa menggambarkan Tumbuhan labu yang tumbuh dengan suburnya
merambat ke segala penjuru Ornament ini merupakan simbol dalam penyesuaian diri dalam usaha
kepentingan yang lebih besar dan umum. Ornamen terdapat pada peralatan rumah tangga seperti tabung
buluh, tulldak dan kotak perhiasan.
6. Pinar Appul – Appul
Layaknya appul – appul atau hewan kupu – kupu yang indah, bersih, dan berperan dalam penyerbukan
tumbuhan, maka ornamen ini menyiratkan makna kebersihan, keindahan dan kebaikan.
7. Pinar Assi-Assi
Pinar Assi – Assi adalam tumbuhan berkhasiat obet, sehingga ia melambangkan kesehatan.
8. Pinar Assimun Riris
Pinar Assimun Riris artinya menggambarkan tumbuhan assimun dalam bahasa indonesia dinamakan
Mentimun yang tumbuh subuur dan menjakar lebat pada pohon. Ornamen ini melambangkan ke suburan.
9. Pinar Bindu Matoguh
Gambar Pinur Bindu Matoguh
Pinar Bindu Matoguh yang mempunyai arti memanggil delapan penjuru angin untuk menyeimbangkan
alam dan cuaca. Ornamen ini sangat tepat sekali digunakan pada sebuah gedung karena motif geometris
nya.
10. Pinar Bodat Marsihutan
Pinar Bodat Marsihutan
Pinar Bodat Marsihutan sebuah filosofi saling mengingatkan satu sama lain agar tetap bersatu padu
menjalankan tugas dan inilah melambangkan gotong royong dan sama bekerja untuk mencapai tujuan.
11. Pinar Boras Pati
Pinar Boras Pati
Boras Pati adalah sebuah hewan sejenis kadal. Di simalungun hiasan ini berbentuk geometris yang dibuat
dari bahan Ijuk. Boraspati merupakan simbol supranatural untuk penangkal kekuatan gaib.
11. Pinar Bulung Andudur
Pinar Bulung Andudur adalah tumbuhan menjalar yang dilambangkan sebagai kesetiaan, menepati janji
dan memahami kepentingan bersama.
12. Pinar Bunga Bong – Bong
Pinar Bunga Bong – Bong adalah suatu hal yang dilambangkan untuk hal – hal yang buruk. Ornamen ini
terbuat dari benang tiga warna hitam, merah dan Putih.
5. Musik dan tarian etnis simalungun

a. Alat musik tradision simalungun


1. Ingon- Ingon
Alat musik tradisional Simalungun ingon-ingon terbuat dari kayu dan bambu, yang berfungsi sebagai
kincir dan sumber bunyi. Alat musik tradisional ini tergolong jenis membrafron, dimainkan sebagai
penghibur untuk para petani yang sedang bekerja di ladang pagi.
Ingon-ingon merupakan alat musik tradisional Simalungun yang terus lestari, memiliki keunikan dalam
memainkannya yaitu dimainkan menggunakan angin, bukan dari pergerakan manusia. Cara
memainkannya yaitu angin akan meniup kincir dan bamboo akan bergerak menghasilkan nada-nada indah
sesuai keinginan pemain.
2. Sarune bolon
Sarune Bolon (budaya-indonesia.org)
Sarune bolon merupakan alat musik tradisional Simalungun yang masih lestari, berfungsi sebagai
pembawa melodi. Cara memainkan yaitu ditiup dua lidah atau double reed.
Alat musik tradisional Simalungun satu ini terbuat dari timah di bagian nalih, di bagian tumpak bibir
terbuat dari tempurung, dan di bagian badan terbuat dari bahan silatrum.
3. Husapi
Husapi Simalungun (YouTube/triadil saragih)
Alat musik tradisional Simalungun yang sumber bunyinya berasal dari getaran senarnya. Sehingga alat
musik ini diklasifikasikan sebagai alat musik chordopone.
Husapi ini dulunya terbuat dari bahan kayu arang dan dapat pula dibuat dari kayu ingul dan tambalahut.
Dan saat ini husapi ini sudah banyak terbuat dari kayu Jior (Cassia- Siamea Lamk) dan juga kayu Pinasa
(Arto Carpus Integramer). Husapi ini terdiri dari empat bagian besar sesuai dengan konstruksinya yaitu
ulu (bagian kepala), bargok (bagian leher), boltok (bagian perut), dan ihur (bagian ekor).
4. Gonrang sipitu-pitu (Gonrang bolon)
Gonrang Sipitu (Lembaga Batindo Nusantara)
Fungsi dari alat musik tradisional Simalungun yang terus lestari selanjutnya adalah pengiring upacara
adat yang diselenggarakan 2 sampai 3 kali dalam setahun. Alat musik tersebut memiliki nama gonrang
sipitu-pitu yang terdiri tujuh buah gendang yang tersusun.
Gonrang sipitu-pitu terbuat dari kayu, dan kulit kamping. Kulit kambing berfungsi melapisi bagian atas
gorang siputu-pitu, dan kayu berfungsi untu menutupi bagian bawahnya. Suara yang dihasilkan nada yang
sangat indah, sehingga sangat wajar bila musik tradisional Simalungun gonrang sipitu-pitu terus lestari
hingga kini.
5. Arbab
Arbab (beritasimalungun.com)
Cara memainkan alat musik tradisional Simalungun yang terus lestari selanjutnya ialah dengan di gesek,
yang terbuat dari bahan ijuk dari pohon enau. Alat musik tradisional ini memiliki nama Arbab.
Arbab tergolong kedalam jenis alat musik kordofon, yang terbuat dari tempurung, bamboo, kulit binatang
biayanya kancil atau biawak, dan benang. Resonator terbuat dari bahan tempurung, tali senar terbuat dari
bahan benang, dan lempeng atas terbuat dari bahan bamboo.
6. Ogung
Ogung terbuat dari bahan besi atau kuningan sebagai bossed gong. Alat musik tradisional Simalungun
yang terus lestari ini memiliki suara yang nyaring, dan digunakan pada alat musik seperangkat gonrang
sidua-dua.
Fungsi alat musik Simalungun ogung yaitu menghibur masyarakat Simalungun pada upacara adat atau
resepsi pernikahan.
7. Hodong-hodong
Hodong-hodong berfungsi sebagai alat musik penghibur yang terbuat dari bilah, dan kawat. Merupakan
alat musik tradisional Simalungun yang pada dahulu kala memliki fungsi sebagai alat komunuksi para
lelaki dengan kekasih mereka.

KULINER SIMALUNGUN
*Dayok Nabinatur
Hampir setiap kuliner khas Simalungun memiliki filosofi dan makna tersendiri. Seperti halnya Dayok
Nabinatur yang kental akan budaya dan adat istiadat. Kuliner ini awalnya hanya disajikan ketika ada acara
adat, pernikahan, khitan, dan lainnya. Namun saat ini cukup banyak ditemui di acara lain dan bahkan di
warung.
Keunikan dari olahan makanan ini adalah dari pemilihan bahan utamanya. Dayok Nabinatur terbuat dari
bahan utama ayam kampung jantan. Untuk acara adat tertentu, warna bulu ayam juga harus diperhatikan.
Proses memasaknya tidak ada yang istimewa, namun untuk rempahnya tergolong spesial sehingga
menghasilkan rasa sedap dan nikmat.

* Hinasumba
Hinasumba menjadi makanan khas daerah ini yang sangat unik. Bukan hanya itu, proses pembuatannya
juga cukup sulit jika dibandingkan dengan olahan masakan lainnya. Kuliner ini terbuat dari ayam yang
telah di cincang halus, kemudian diberi rempah pilihan yang menjadikan rasanya sedap menggugah
selera.

Keunikan semakin terlihat dari warna ungu kemerahan ketika disajikan. Warna tersebut berasal dari
bahan alami, tepatnya pohon Sikkam. Dikarenakan pohon tersebut langka, jenis makanan ini jua semakin
jarang ditemukan. Meski demikian, bukan berarti sudah punah, anda bisa mendapatkannya pada acara
tertentu jika beruntung.

*Obbut
Bagi anda pecinta sayur, tidak ada salahnya menikmati makanan khas Simalungun yang dikenal dengan
nama Obbut. Mungkin anda akan merasa heran jika mengetahui bahan utama yang digunakan. Obbut
terbuat dari batang pisang muda, tepatnya bagian dalam. Olahan makanan ini cukup sederhana karena
hanya dipotong tipis dan dimasak dengan rempah pilihan.
Meski demikian, rasanya tidak boleh diabaikan dan bisa dikatakan nikmat. Apalagi bumbu yang
digunakan termasuk khas dengan rempah andalan warga Simalungun. Supaya mendapatkan citarasa lebih
gurih dan sedap, tidak sedikit yang mencampurkan daging yang masih menempel pada tulangnya.

DESTINASI WISATA SIMALUNGUN

*Air Terjun Katasa


Destinasi pertama yang wajib Anda kunjungi adalah air terjun Katasa atau juga dikenal sebagai air terjun
kembar. Hal itu dikarenakan terdapat 2 buah air terjun dalam satu lokasi. Uniknya, meskipun disebut
kembar kedua air terjun itu tidak berdampingan. Selain itu, di sekitar lokasi air jatuh terdapat pasir putih
yang menambah eksotisme air terjun kembar ini. Wisata yang cocok sekali bagi Anda yang suka ber
swafoto.

Di atas air terjun terdapat jembatan yang melintang, atau biasa disebut Titi oleh warga setempat.
Jembatan itu digunakan untuk menyebrang ke desa tetangga. Air terjun ini buka hari senin sampai
minggu dari pukul delapan pagi sampai dengan 5 sore. Tiket yang dikenakan cukup murah, yaitu sebesar
10 ribu rupiah perorang.
Lokasi: Tonduhan, Kec. Hatonduhan, Kab. Simalungun

*Air Terjun Tonduhan


air terjun Tonduhan yang terletak di Desa Buntu Bayu, Kecamatan Tonduhan, Simalungun. Untuk dapat
menikmati jernihnya air terjun ini pengunjung harus menuruni anak tangga. Namun untuk yang malas
turun kebawah tidak perlu bersedih, Anda dapat menikmati indahnya air terjun Tonduhan dari kejauhan.

*Kebun Teh Sidamanik


Simalungun juga mempunyai wisata alam pegunungan yang menyajikan hamparan luas kebun teh yang
hijau menyejukkan mata. Anda dapat berjalan-jalan santai ataupun duduk-duduk santai menikmati
pemandangan lanskap perkebunan teh sambil menikmati udara segar pegunungan yang membuat Anda
sejenak melupakan hiruk pikuk pekerjaan.

Lokasi: Jl. Pematang Purba – Parapat, Ambarisan, Kec. Sidamanik, Kab. Simalungun.

* Pemandian Alama Aek Manik


Tidak hanya menawarkan air kolam yang jernih dan menyegarkan, pemandian ini juga memiliki pesona
keindahan alam yang masih terjaga. Udara disekitar pemandian ini juga masih segar, pilihan tepat bagi
Anda yang ingin melepas penat.

Pemandian ini buka setiap hari dari jam 8 pagi sampai dengan jam 6 sore dengan tiket masuk sebesar 7
ribu rupiah perorang. Wisata ini tidak hanya diperuntukkan bagi orang dewasa tetapi juga untuk anak-
anak karena kolamnya tidak terlalu dalam.

Anda mungkin juga menyukai