Anda di halaman 1dari 35

Kue dan Minuman Khas

Sulawesi Selatan
Kelompok 5 B

Amalia Kusuma Wardani 2108427


Sherina Widyawati Rochmah 2108768
Yesinka Dewi 2109169

Pendidikan Tata Boga 2021 - B


Provinsi Sulawesi Selatan
Kondisi Geografis
Provinsi Sulawesi Selatan
terletak antara 0˚ 12’ sampai
dengan 8˚ Lintang Selatan dan
116˚48’ sampai dengan 122˚36’
Bujur Timur,
Provinsi Sulawesi Selatan
Kondisi Demografis

Ada 4 suku mayoritas antara lain ada suku Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar.
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Sulawesi Selatan adalah bahasa Indonesia.
Menurut Badan Bahasa pada 2019, terdapat 13 bahasa daerah di Sulawesi Selatan.
Mappalili menjadi tanda untuk mulai menanam padi, untuk daerah kosong yang akan
ditanam, disalipuri (Bugis) atau dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang
biasanya mengurangi atau mengganggu proses serta hasil produksi.
KUE KHAS
SULAWESI SELATAN
Di daerah makassar kue ini disebut bannang-bannang dan di
daerah bugis disebut dengan nennu-nennu. Nennu-nennu terbuat
dari tepung beras yang adonannya dicampur dengan gula
merah, lalu digoreng dengan cara ditaburkan diatas minyak
panas. Bentuk yang dihasilkan berupa benang yang saling kait
mengait atau benang kusut. Kue ini memiliki rasa yang manis
dengan tekstur yang renyah. Kue ini sering dihidangkan ketika
ada acara pernikahan. Makna yang terkandung dalam kue ini
diacara pernikahan adalah diharapkan pengantin dapat
merangkai kehidupan dalam rumah tangga. Ibarat untaian
KUE BANNANG-BANNANG/NENNU-NENNU benang yang saling mengait dimaknai sebagai kerjasama antara
suami dan istri yang tak putus sampai akhir hayat.
SIKAPORO
Kue sikaporo dioalah dari bahan telur,
gula, santan, yang diberi pewarna hijau
dan kuning. Kue ini pada awalnya hanya
dibuat di kalangan bangsawan saja
sebagai kue persembahan kepada raja.
Masyarakat makassar mengenal kue ini
dengan nama serikaya, akan tetapi
serikaya orang makassar menggunakan
gula merah. Makna simbolik dari kue ini
yaitu kehormatan yang agung.
Kue biji Nangka adalah salah satu kue sebagai jajanan khas
makassar dengan citarasa manis dan gurih, kue biji Nangka ini
berbahan dasar kentang. Rasanya manis karena dimasak dengan
air gula. Dinamakan biji Nangka adalah karena bentuk dan
warnanya menyerupai buah Nangka yang sudah dikupas. Kue biji
Nangka banyak ditemukan di acara adat, perkawinan dan biasa
disajikan camilan. Pada zaman dahulu, biji Nangka hanya dibuat
untuk para bangsawan. Di acara pernikahan biji Nangka ini
memiliki makna simbolik yaitu sebagai mamminasa yaitu cita-cita
BIJI NANGKA/BATU PANASA dan harapan yang baik bagi mempelai pengantin akan kehidupan
rumah tangganya.
DOKO-DOKO CANGKULING
Doko-doko cangkuning merupakan kue dengan adonan bugis.
Sebutan cangkuling berarti makanan yang dibungkus dengan
daun pisang. Bentuk kue ini adalah segitiga meruncing seperti
piramida. Kue ini dibungkus dengan daun pisang dan bahan
dasarnya adalah tepung beras putih dan tepung beras hitam
yang diisi dengan unti. Kue ini memiliki symbol yang bermakna
yaitu memberi isyarat pada masyarkat jika ada yang
mengadakan sebuah pesta perkawinan dan membuat kue ini
maka pernikahan akan dilaksanakan 3 hari lagi. Isi unti dalam
kue ini mengandung makna bahwa kehidupan kedua mempelai
selalu berisi atau terpenuhi semua kebutuhannya, tidak
mengalami kekosongan sebagaimana isi yang ada didalam kue
doko-doko cangkuling
Kue putu cangkiri merupakan kue yang terbuat dari ketan yang
bentuknya mirip dengan bagian bawah cangkir jika posisinya
dibalik. Putu cangkiri terdiri atas dua suku kata, yaitu “Putu”
yaitu panggangan dari beras ketan dan “Cangkiri” yang berarti
cangkir. Putu cangkiri biasanya dibuat dengan dua varian rasa,
yaitu manis dengan gula merah dan putih. Penggunaan gula
berpengaruh pada warna akhir kue.

PUTU CANGKIRI
ONDE-ONDE
Kue tradisional yang terbuat dari tepung beras ketan, kelapa
parut, dan gula merah. Kue ini biasa disajikan pada acara
penikahan. Kue ini merupakan symbol kehidupan yang
mengandung makna sebagai pengharapan akan sesuatu yang
baik. Bahan yang digunakan memiliki simbol tersendiri. Tepung
beras sebagai symbol perekat, kelapa parut yang gurih serta
gula merah yang manis sebagai symbol kenikmatan. Dari ketiga
symbol itu diharapkan pengantin senantiasa menjalani kehidupan
dengan saling menyatu, seia, sekata didalam kehidupan yang
sejahtera. Dibeberapa daerah lain onde-onde dikenal sebagai
umba-umba (Makassar) dan klepon (Jawa).
Kue lapis adalah kue tradisional yang bentuknya berlapis-lapis,
dan diolah daru bahan tepung beras yang dibuat berlapis-lapis
dan diberi pewarna untuk setiap lapisannya. Kue lapis ini
disajikan ketika ada acara pernikahan dan acara adat lainnya.
Pemberian warna pada kue lapis ini menunjukkan symbol strata
sosial yang ada pada masyarakat. Warna-warna yang sering
digunakan yaitu merah, putih, dan hijau. Makna yang terkandung
dalam setiap warna yaitu untuk warna hijau adalah symbol bagi
keturunan anak pattola (anak raja), merah bagi keturunan anak
LAPISI/ KUE LAPIS cera, dan putih untuk indo pasusu.
BOLU PECA/BOLU SAMBAWA
Bolu peca terbuat dari tepung beras, telur, dan gula merah.
Cara pembuatannya sama dengan membuat bolu kukus yang
kemudian dihidangkan dalam bentuk potongan kemudian disiram
dengan rebusan air gula merah. Kue ini merupakan kue khas
masyarakat di Kabupaten Bone yang disajikan dalam berbagai
upacara adat, ritual, dan acara pernikahan. Di acara pernikahan
kue ini dimaknai sebagai symbol yang penuh dengan
pengharapan agar kelak kehidupan pengantin akan berkembang,
sebagaimana bolu yang mengembang. Juga siraman air gula
yang digunakan mengandung arti bahwa kelak kedua mempelai
dapat berbagi hal baik kepada orang-orang disekelilingnya
Kue ini merupakan kue tradisional yang sangat
familiar bagi masyarakat bugis dan makassar.
Orang biasa menyebutnya beppa
botting/kanrejawa bunting. Kue ini terbuat dari
kuning telur yang dicampur dengan kenari atau
kelapa goreng, dimasak dengan menggunakan
air gula pasir, sehingga rasanya sangat manis.
Kue ini menjadi hidangan utama yang disaijkan
CUCURU ITTELLO/CUCURU BAYAO
dalam bosara di masyarakat bugis dan
makasar.
INDO BEPPA
Indo beppa dalam Bahasa bugis memiliki arti “ibu kue” yang
merupakan kue utama dalam tiwi-tiwi/erang-erang. Kue ini
disajikan secara utuh dalam wadah bosara. Kue bolu ini terbuat
dari tepung terigu, gula, telur, dan mentega. Bolu ini banyak
disajikan sebagai hantaran pernikahan. Seiring berkembangnya
zaman, kue bolu ini mulai dilapisi dengan coklat dan diberi tulisan
ucapan selamat perkawinan. Kue bolu ini diolah dengan cara
dipanggang di dalam oven. Sebelum ada oven, alat yang
digunakan untuk membakar kue bolu ini adalah palekko (oven
yang terbuat dari tanah liat) dengan bahan bakar kayu.
Buppa pute (kue putih) merupakan salah satu kue yang wajib yang harus
ada dalam tiwi-witi (hantaran pengantin pria) karena kuai ini disimbolkan
sebagai perempuan. Beppa pute terbuat dari tepung beras yang bentuknya
beragam, lalu diolah dengan cara digoreng dengan lumuran tepung gula. Di
masyarakat Makassar bentuknya menyerupai timba sehingga disebut
dengan kue Se’ro-Se’ro(timba). Kue ini memiliki tekstur ranyah dengan
citarasa manis. Di pernikahan adat Bugis kue ini dimaknai sebagai sosok
perempuan yang suci sehingga pengantin pria mengharapkan perempuan
yang masih suci. Jika perempuan yang dipersunting adalah janda maka tidak
diperkenankan untuk membawa kue ini. Berbeda dengan adat masyarakat
Makassar, kue ini mengandung makna simbolik bahwa pengantin akan saling
melayani mengacu pada bentuk kue yang seperti timba. Konon pada zaman
BEPPA PUTE
dahulu, pasangan pengantin baru harus menimbah bargantian di sumur,
sehingga kue ini melambangkan symbol dalam kehidupan rumah tangga
adalah saling mengisi satu sama lain sebagai suami istri.
BEPPA LAIYYA
Beppa laiyya merupakan kue yang harus ada pada tiwi-tiwi,
karena berpasangan dengan beppa pute. Menurut Andi
Najamuddin Petta Ile, beppa laiyya adalah symbol dari laki-laki.
Beppa laiyya terbuat dari tepung beras dengan gula merah dan
ditabuti dengan lengnga atau biji wijen lalu dibentuk anlalu dan
digoreng. Beppa laiyya memiliki tekstur renyah dengan citarasa
manis. kue ini dibuat khusus apabila ada upacara pernikahan.
.
Kue tradisional ini terbuat dari nasi ketan yang dimasak bersama dengan
gula merah dan santan. Kue ini ada dalam bentuk kering maupun basah yang
dikenal dengan nama baje silele di masyarakat Kabupaten Bone karena
bentuknya lebih lembek. Baje merupakan kue utama dalam tiwi-tiwi yang
dibawa pengantin laki-laki ketika menre kawing (akad nikah). Baje silele
biasa ditempatkan dalam kempu, kemudian dibungkus kain putih, sehingga
makanan ini merupakan makanan yang disakralkan dalam prosesi
perkawaninan adat di Kabupaten Bone. Baje memiliki bentuk yang agak
padat dan dipotong-potong, disajikan dalam bosara untuk hidangan tamu
yang datang. Makna simbolik dari baje silele ini diharapkan bahwa kedua
BAJE mempelai selalu menyatu dalam manisnya kehidupan seperti menyatunya
nasi ketan dalam gula dan santan.
Barongko
Barongko merupakan kue khas Bugis-Makassar. Barongko
memiliki makna filosofis yang tinggi. Barongko terbuat dari
pisang kemudian dibungkus menggunakan daun pisang
melambangkan nilai budaya dan prinsip hidup yang agung.
Barongko terbuat dari bahan utama pisang kepok atau dalam
Bahasa Bugis “utti manurung”. Pisang dicampurkan dengan
santan, gula dan telur kemudian dihaluskan dan dibungkus
dengan daun pisang menyerupai bentuk segitiga lalu dimasak
dengan teknik kukus.
Minuman Khas
Sulawesi Selatan
Sarabba
Sarabba merupakan minuman khas suku bugis
yang terbuat dari campuran jahe, kuning telur,
gula aren, santan dan merica bubuk. Sarabba
memiliki kemiripan dengan wedang jahe di
Jawa Tengah tetapi yang membedakan yakni
sarabba menggunakan campuran gula aren
dan santan yang membuatnya lebih kental.
Ballo Ballo merupakan minuman keras khas Sulawesi Selatan yang
memiliki beragam jenis berdasarkan sumbernya
> pohon nipa = Ballo nipa
> Pohon aren/ena = Ballo inru
> beras diberi ragi = Ballo ase
> Pohon tala = Ballo tala

hal yang dipersiapkan dalam membuat ballo:


1) Pohon tala
2) Tanrang
3) Tongka
4) Pisau tajam
5) Pangngepeki
Minas adalah minuman khas yang berasal dari Kabupaten
Sinjai, Sulawesi Selatan. Bahan baku minas berasal dari bahan
Minas
hasil fermentasi yaitu tape singkong yang dicampur dengan
kelapa muda, telur dan air gula. Minuman ini hanya bertahan
selama 7 hari karena tidak menggunakan bahan pengawet.

Pada awalnya, minuman ini dinamakan ires karena dianggap


sebagai minuman penambah energi dan penghangat tubuh.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya telah berganti nama
hingga menjadi minas sebagai akronim dari minuman khas
Sinjai karena hanya diproduksi di Sinjai. Minuman ini digemari
oleh masyarakat karena rasanya yang manis, beraroma khas,
berkhasiat menambah stamina dan menyegarkan badan.
Trutatea Wedang
Turatea wedang merupakan minuman yang berasal dari
pemanfaatan buah lontar atau yang dikenal dengan sebutan
buah tala’ yang diinovasikan menjadi sebuah produk yang
lebih menarik dan memiliki nilai jual tinggi.

Pohon tala banyak tubuh di daerah Jeneponto sehingga


masyarakat lokal memanfaatkan bagian air buah tersebut
menjadi minuman yang memiliki banyak khasiat yang disebut
nira.
Sirup Markisa

Sirup markisa merupakan hasil produksi dari buah markisa


yang banyak tumbuh di Makassar, Sulawesi Selatan.
Minuman ini memiliki manfaat yakni sebagai Pereda nyeri,
anti-kejang, kolitis, penenang dan anti radang. Sirup
markisa juga telah dikemas dengan kemasan praktis dan
sering dijadikan sebagai oleh-oleh asli Makassar.
Es Poteng Es poteng merupakan minuman berisi dingin khas dari
Sulawesi Selatan yang menggunakan bahan utama poteng.
Poteng merupakan makanan fermentasi khas yang berasal
dari Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Makanan ini terbuat dari varietas singkong mentega atau


ubi kayu mentega yang direbus setengah matang kemudian
diberi ragi atau yang di Jawa disebut dengan tape. Es
poteng dibuat dari poteng yang diberi es serut dicampur
dengan sirup dan ditambahkan susu kental manis yang
memberikan sensasi segar.
Es Pisang Ijo
Es pisang ijo merupakan minuman berisi khas Makassar
yang diolah dari buah pisang raja, ambon, atau kepok yang
sudah matang. Es pisang ijo memiliki makna filosofis yakni
warna hijau dalam balutan pisang melambangkan
kesakralan dan kesucian. Selain itu, memberikan rasa sejuk
dan tentram. Pembuatannya yakni pisang dibalut dengan
adonan tepung berwarna hijau lalu dikukus dan untuk
penyajiaannya pisang yang telah dikukus dipotong lalu
diletakkan di piring lalu diberi bubur sumsum, disiram
dengan sirup berwarna merah khas Makassar, lelehan susu
kental dan es serut
Kolak Khas Sulawesi
Selatan
Pallu Butung (Es Kolak Pisang)
Pallu butung merupakan kolak dingin dengan
bahan utama pisang kepok. Pisang yang dipilih
yakni pisang kepok yang telah tua atau matang.
Pisang kemudian dikukus hingga matang lalu
dipotong-potong kecil kemudian diberi bubur
sumsum. Ditambahkan es serut dan susu kental
manis serta untuk menarik penampilan biasanya
diberikan sirup berwarna merah.
Kolak Pisang Toping Durian
Kue Kolak pisang toping durian
merupakan makanan kegemaran
masyarakat bugis ketika waktu bulan
ramadhan yang disajikan ketika berbuka
puasa.
bahan: pisang kepok, gula merah, santan,
gula pasir, daun pandan, garam dan durian.
Bella walo merupakan kolak yang umum ditemui di
Indonesia, tetapi di Sulawesi Selatan memiliki arti
Kolak Labu (Bella Walo) tersendiri yakni menjadi pengantar manisnya
kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan dari filosofi
makanan ini yang berbahan dasar labu kuning, gula
merah dan santan.

Labu kuning sesuai dengan keberadaannya yang tidak


pernah tenggelam di air diyakini dapat menjadi
pengantar seseorang untuk tidak tenggelam dalam
arus kehidupan melainkan hidupnya selalu manis dan
gurih/nikmat sebgaimana keberadaan gula dan santan
yang selalu macenning na malunra’ (manis dan nikmat
atau gurih).
BUBUR
KHAS SULAWESI SELATAN
Bubur Bassang
.Bassang adalah makanan sejenis bubur dengan bahan baku utama adalah
jagung pulut (jagung ketan). Makanan ini cocok dijadikan sebagai menu
sarapan atau cemilan pada sore hari dan sangat nikmat jika dimakan dalam
kondisi masih panas atau hangat.
Bubur Baro-baro
baro-baro merupakan perpaduan dari dua
jenis bubur. Bubur yang digunakan adalah beras
putih dan bercita rasa gurih pada bagian
bawahnya. Sementara, di bagian bawah adalah
bubur dari beras putih yang diberi gula merah
sehingga rasanya lebih manis. Bubur ini
digunakan dalam acara selamatan kelahiran
bayi.
BELLA PITUNRUPA
Bella Pitunrupa menurut kepercayaan Bugis adalah bentuk rasa
syukur atas rezeki yang diperoleh setahun terakhir, serta
harapan agar selalu diberkahi selama setahun ke depan.

Ada tujuh bahan dasar dari Bella Pitunrupa yakni nangka,


pisang, jagung, beras biasa, beras ketan putih, labu, dan kacang
hijau. Tujuh bahan baku bubur adalah simbol dari panen
pertanian yang hasil atau buahnya berada di atas permukaan
tanah.
Terima kasih !
Kelompok 5B

Anda mungkin juga menyukai