Anda di halaman 1dari 87

PERAN KALIMBUBU PADA UPACARA PERKAWINAN

ERDEMU BAYU DESA KUTA RAYAT KECAMATAN NAMAN


TERAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

NOPRI BR SITEPU
NIM. 3162122005

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
ABSTRAK
Nopri Br Sitepu. Nim 3162122005. Tahun 2022. Judul Skripsi. Peran
Kalimbubu Pada Upacara Perkawinan Erdemu Bayu Desa Kuta Rayat
Kecamatan Naman Teran. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Skripsi ini meneliti tentang “Peran Kalimbubu Pada Upacara Perkawinan


Erdemu Bayu Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran” yang bertujuan untuk
mengetahui peran kalimbubu pada upacara perkawinan Erdemu Bayu di Desa
Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran. Kajian di fokuskan pada peran kalimbubu
pada upacara perkawinan erdemu bayu. Penelitian menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data data dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, serta dokumentasi . Informan terdiri atas 6 orang yaitu
tokoh adat yang ada di desa Kuta Rayat. Analisis data menggunakan tiga alur
yaitu reduksi data mendisplay data dan menarik kesimpulan. Kajian
menyimpulkan bahwa peran kalimbubu dalam upacara perkawinan erdemu bayu
adalah untuk memberikan kata nasihat kepada keluarga dan juga kedua
mempelai yang menikah. Tata cara upacara perkawinan erdemu bayu ialah
penyambutan tamu, musyawarah, adu pengantin, panggung sukut, panggung
kalimbubu, panggung teman meriah, panggung anak beru.

Kata Kunci: kalimbubu, peran, erdemu bayu, perkawinan

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunianya

penulis masih diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat

mnyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kalimbubu Pada Upacara Perkawinan

Erdemu Bayu Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran”. Tanpa kekuatan

daripadaNya pastilah penulis tidak mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Oleh karena itu penulis ucapkan puji, syukur dan hormat kepada Nya Maha

mendengarkan doa.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan terutama kepada Idupta Sitepu selaku

ayah kandung tercinta dan Aslina br Sembiring ibu kandung tercinta yang selalu

mendoakan penulis guna kekuksesan studinya. Mereka tetap sabar dan tabah di

saat penulis mengalami ketertinggalan studi selama tiga semester lebih berhubung

sakit. Mereka tetap mendukung dan memberikan segala yang mereka punya

berupa doa dan ridho guna penulis dapat menyelesaikan studinya. Penulis

berharap kepada Yang Maha Kuasa agar mereka senantiasa diberikan rahmat

kesehatan dan rizki yang melimpah agar kelak dapat melihat kesusksesan anak-

anaknya.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang di tulis guna

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan gelar Sarjana Pendidikan pada

ii
Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih terhadap pihak-pihak yang

telah memberikan motivasi dukungan, serta konstribusi dalam membantu dan

membimbing penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi. Olehkarena

itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Syamsul Gultom, SKM, M. Kes selaku Rektor di Universitas

Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan di Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan beserta seluruh jajarannya.

3. Ibu Dr. Rosramadhana Nasution, M.Si selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Antropologi yang telah banyak memberikan arahan dan

banyak memberikan motivasi kepada penulis.

4. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos, MSP selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama berada

di Program Studi Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Medan dan

selaku penguji utama penulis yang telah mengarahkan dan memberikan

saran yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini agar

menjadi lebih baik.

5. Dr. Murni Eva Marlina,S.Sn, M.Si. selaku dosen pembimbing penulis

yang selalu memberikan arahan, masukan serta motivasi dengan penuh

kesabaran terhadap penulis sehingga penulis dapat lebih mudah dalam

menyelesaikan skripsi.

iii
6. Dr. Nurjannah,M.Pd selaku dosen penguji kedua penulis yang

memberikan bimbingan, kritik dan saran yang membangun kepada

penulis sebagai perbaikan dalam skripsi ini.

7. Ibu Ayu Febryani, S.Pd, M.Si selaku dosen penguji ketiga penulis yang

memberikan bimbingan, kritik dan saran yang membangun kepada

penulis sebagai perbaikan dalam skripsi ini.

8. Seluruh dosen di Pendidikan Antropologi yang telah mendidik penulis

dari awal semester hingga pada akhirnya penulis mendapatkan gelar

sarjana. Terimakasih banyak penulis ucapkan atas ilmu, nasihat dan

berbagai pengalaman berharga yang kalian berikan demi kebaikan

penulis dimasa yang akan datang.

9. Nur Indah Sembiring, S.E yang telah banyak membantu penulis dalam

setiap urusan administrasi yang diperlukan penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

10. Kenal sitepu selaku adik penulis karena dia yang selalu bersedia untuk

menemani penulis untuk bertemu dengan informan sekaligus sebagai

potografer penulis.

11. Seluruh keluarga atas doa serta dukungan dan bantuan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

12. Ok Nurhapifah, Hamidah Azhara, Pudun Manalu, Debora Pasaribu, Dan

Maya Prastika Siahaan selaku sahabat penulis yang selalu memiliki

respon yang baik kepada penulis dan yang selalu mensuport penulis
iv
sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi dengan baik.

13. Adik kos penulis Dilla, Milla dan Khairunisa di Jalan Pimpinan Gang

Saudara No. 10 yang selalu menemani penulis saat menyelesaikan

skripsi ini dan membantu penulis ketika penulis mengalami kesulitan

dalam mengerjakan skripsi.

14. Seluruh keluarga besar Prodi Pendidikan Antropologi, khususnya

Keluarga Besar A regular 2016 dan adik adik A Reguler 2019.

Terimakasih penulis ucapkan yang selalu bersama dari semester 1 hingga

akhir. Begitu banyak kenangan suka dan duka bersama kalian yang sulit

untuk dilupakan.

15. Kepada Kepala Desa Kuta Rayat Satar Ginting beserta perangkat

perangkat desa yang telah membimbing penulis dalam melaksanakan

KKN.

16. Seluruh informan dan perangkat desa di Desa Kuta Rayat, yang telah

menyisihkan waktu luang untuk membantu penulis mendapatkan data

penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Penulis sadar masih banyak kekurangan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang

membangun sebagai perbaikan yang positif terhadap skripsi penulis. Demikian lah

yang dapat penulis sampaikan, bila ada kata kata yang kurang berkenan penulis

mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih

sedalam-dalamnya atas partisipasi yang telah diberikan oleh pihak-pihak yang

v
membantu penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat

serta kasih sayangnya kepada kita.

Alhamdulillahirabbil’alamin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, Januari 2022

Penulis

Nopri Br Sitepu

NIM. 3162122005

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................

BAB I....................................................................................................................................................

PENDAHULUAN.................................................................................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................

1.3. Tujuan....................................................................................................................................

1.4. Manfaat..................................................................................................................................

BAB II...................................................................................................................................................

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS..........................................................................

2.1. Kajian Relevan...........................................................................................................................

2.2. Landasan Teori Peran Ralph Linton.........................................................................................

2.3. Kerangka Konseptual................................................................................................................

2.3.1. Etnis Karo..........................................................................................................................

2.3.3. Kalimbubu.........................................................................................................................

2.3.4. Erdemu Bayu.....................................................................................................................

2.3.5 .Peran..................................................................................................................................

2.4. Kerangka Berpikir....................................................................................................................

BAB III................................................................................................................................................

METODE PENELITIAN..................................................................................................................

3.1. Jenis Penelitian.........................................................................................................................

3.2. Informan Penelitian..................................................................................................................

3.3 Lokasi Penelitian.......................................................................................................................

3.4. Teknik pengumpulan data.........................................................................................................

vii
3.4.1. Observasi...............................................................................................................................

3.4.2. Teknik Wawancara............................................................................................................

3.4.3.Teknik Dokumentasi..........................................................................................................

3.5. Teknik Analisis Data................................................................................................................

3.5.1. Reduksi Data......................................................................................................................

3.5.2.Penyajian Data....................................................................................................................

3.5. 3. Penarikan Kesimpulan......................................................................................................

BAB IV...............................................................................................................................................

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................................................

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.........................................................................................

4.1.1. Sistem Kekerabatan di Desa Kuta Rayat............................................................................

4.1.2. Sistem Perkawinan di Desa Kuta Rayat.............................................................................

4.1.3. Peran Kalimbubu Pada Upacara Perkawinan Erdemu Bayu...............................................

4.2. Tata Cara /Proses Upacara Perkawinan Erdemu Bayu..............................................................

BAB V.................................................................................................................................................

PENUTUP...........................................................................................................................................

5.1. Kesimpulan...............................................................................................................................

5.2. Saran.........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA.....................................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

4.1. Kalimbubu memberi sirih pada tamu. ………………………….…………. 42


4.2. Kado adat dari kalimbubu ……………………………………….……….…51
4.3. Ngalo-ngalo kalimbubu ……………………………………………..….…...53
4.4. Perincian mahar………………………..……………...…………………….54
4.5. Adu pengantin upacara erdemu bayu …………………………………….....55

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Desa Kuta Rayat adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Naman

Teran. Secara umum masyarakat desa ini terdiri dari Etnis Karo, Batak Toba,

Etnis Melayu, dan juga Etnis Jawa. Desa Kuta Rayat didominasi oleh Etnis Karo.

di Desa Kuta Rayat ini terdapat satu balai desa yang dimana fungsinya ialah

tempat menyelenggarakan sebuah perta perkawinan adat, balai desa ini dinamakan

dengan Lost. Lost atau sering di sebut dengan balai desa berfungsi sebagai tempat

musyawarah masyarakat dan sekaligus tempat melaksanakan segala peradatan

yang ada di Desa Kuta Rayat.

Desa Kuta Rayat kehidupan yang memegang teguh adat istiadatnya dan

kebersamaan merupakan hakikat kehidupan manusia yang saling memiliki

keterikatan antara satu dengan yang lain. Mereka sadar akan dependensi dapat

diatasi dengan meningkatkan solidaritas terhadap adat istiadat. Bentuk kepedulian

terhadap nenek moyang yang telah menciptakannya, mempertahankan

kebersamaan, mengutamakan kedamaian antar warga, dan menghindari konflik

intern. Kebersamaannya terlihat mereka berperan aktif dalam suatu peradatan

yang ada di desa kutarayat ini, mereka akan hadir mulai dari awal acara hingga

acara peradatan tersebut selesai.

Etnis Karo merupakan etnis yang mendominasi di Desa Kuta Rayat, hal ini

karena Desa Kuta Rayat memiliki nenek moyang yang membangun awal desa ini

1
2

bermargakan karo atau sering di sebut simantek kuta . Dalam Etnis Karo terdapat

banyak peradatan yang dilaksanakan mulai dari seorang anak yang masi bayi

sampai dengan saat seseorang itu telah meninggal. Adapun beberapa peradatan

yang dilaksanakan dalam Etnis Karo yang ada di Desa Kuta Rayat ini ialah

ngembah manuk mbur atau syukuran tujuh bulanan anak pertama. Erpangir ku

lau atau buang sial, cawir bulung atau ikat tendi, nangkih atau kawin lari,

ngembah belo selambar atau meminang, nganting manuk atau meminta

persetujuan orang tua, kerja adat erdemu bayu atau upacara perkawinan, ngulihi

tudung atau menghitung pengeluaran, mbere ciken ciken atau memberi makan

lansia, dan ada juga yang dinamakan dengan cawir metua atau acara yang

diberikan kepada orang tua yang lanjut usia apa bila dia telah tiada.

Diantara peradatan tersebut sebagian besar masih dilaksanakan di Desa

Kuta Rayat namun diera modern kini sudah melakukan beberapa perubahan

namun tanpa mengubah makna yang tersirat dalam peradatan tersebut. Hanya saja

waktu yang digunakan dalam melaksanakan peradatan tersebut sering kali

dipersingkat namun hal hal penting dalam peradatan tersebut masih dilaksanakan

dalam waktu yang singkat.

Perkawinan dalam Etnis Karo di Desa Kuta Rayat merupakan perkawinan

yang dianggap sakral, adapaun tata cara perkawinan Etnis Karo pada umumnya

ialah dimulai dari nangkih, dalam tradisi nangkih pihak pria membawa si wanita

kerumah pihak anak beru dan meninggalkan suatu yang dinamakan penading,

selanjutnya ada yang dinamakan ngembah belo selambar dalam ngembah belo

selambar ini pihak laki laki menanyakan ketersediaan perempuan untuk diperistri
3

dan sekaligus menanyakan persetujuan dari orang tua perempuan maupun saudara

dari perempuan tersebut. Nganting manuk ialah pihak keluarga laki laki datang

bersama keluarga guna memusyawarahkan mahar yang akan diberikan kepada

pihak perempuan. Selanjutnya itu ada yang dinamakan kerja adat atau kerja

erdemu bayu, bila yang melakukan pesta bertutur impal sedangkan upacara yang

terakhir ialah ngulihi tudung dimana pengantin wanita mengambil barang

barangnya dari rumah orang tuanya guna untuk ikut dengan suaminya.

Perkawinan dalam Etnis Karo di Desa Kuta Rayat terdiri dari beberapa

jenis upacara, diantaranya ialah dinamakan dengan kerja sintua, pada

pelaksanaannya lauk yang akan di potong dalam upacara kerja sintua ini ialah

lembu yang dibeli di pajak kemudian di potong di desa ini secara langsung, yang

kedua dinamakan dengan kerja sintengah yang membedakan dengan kerja sintua

ialah lauk yang digunakan dalam upacara pesta ini adalah lembu yang sudah

dipotong dari pajak, sedangkan yang terakhir ialah kerja singuda, adapun lauk

dalam pelaksaan upacara pesta ini ialah berupa ayam potong saja.

Etnis Karo di Desa Kuta Rayat memiliki system kekerabatan yang

dinamakan dengan merga silima, rakut sitelu, tutur si waluh, perkaden Kaden

sepuluh dua. Marga yang termasuk dalam merga silima ialah, karo karo, ginting,

sembiring, perangin-angin, dan tarigan, sedangkan rakut sitelu yang termasuk di

dalamnya adalah senina/ sembuyak, kalimbubu, anak beru. Tutur siwaluh yang

termasuk didalamnya adalah: sipemeren, siparibanen, sipengalon, anak beru,

anak beru menteri, anak beru singukuri, kalimbubu puang kalimbubu. Terakhir

ada yang dinamakan perkaden sepuluh dua yang termasuk di dalamnya adalah:
4

nini, bulang, kempu, bapa, nande, anak, bengkila, bibi permen, mama, mami, dan

bere-bere.

Pada pelaksanaan pesta adat perkawinan di Desa Kuta Rayat peran rakut

sitelu sangatlah memiliki peranan yang sangat penting, dimana yang termasuk

dalam rakut sitelu ini ialah anak beru, yaitu pihak yang mengatur berjalannya

acara suatu perkawinan mulai dari awal pernikahan itu berlangsung sampai

dengan selesainya upacara perkawinan itu sudah menjadi tanggung jawab anak

beru baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Ada pula Senina merupakan

orang yang satu merga tapi lain cabang dengan kita. Senina adalah yang

memimpin pembicaraan dalam masyarakat, hubungan perkerabatan senina disebut

satu clan. Pada acara adat yang dilakukan dijambur senina akan duduk dan berdiri

ketika ada acara ada berdampingan dengan Sukut. Terakhir merupakan kalimbubu

dimana kalimbubu ialah saudara laki laki dari pihak isteri, dalam budaya Suku

Karo kalimbubu sangat dihormati dan diagungkan yang disebut sebagai Dibata Ni

idah (Tuhan yang terlihat) yaitu tingkatan tertinggi dalam keluarga Etnis Karo.

Pada setiap membuat acara adat Karo terlebih dahulu yang ditanya adalah

Kalimbubu. Konsep kalimbubu sebagai tuhan yang terlihat di sebabkan oleh tugas

dan tanggung jawab mereka yang diidentikkan sebagai penasehat dalam peradatan

Etnis Karo, dengan kata lain kalimbubu memiliki tugas mengawal keseluruhan

acara dalam peradatan Etnis Karo. Pengaruh itu ditandai dengan kalimbubu

menjadi tumpuan dan wadah masyarakat Karo ketika ingin melakukan peradatan,

mempersiapkan sampai menyelenggarakan peradatan tersebut.


5

Oleh karena itu kalimbubu sangat disegani dalam sistem kekerabatan Etnis

Karo dikarenakan memiliki peran yang sangat penting karena dia adalah pemberi

dara bagi keluarga. Kalimbubu dapat diartikan sebagai paman dari ibu individu

Karo. Biasaya kalimbubu memiliki kewajiban untuk memberikan saran-saran

kepada etnis karo disekitarnya dapat pula memaksakan kehendaknya sesuai

dengan kehendaknya. Sehingga kalimbubu menjadi prioritas utama dalam

pelaksanaan adat Etnis Karo. Itu sebabnya menyegani kalimbubu berarti

menghormati peradatan yang sedang berlangsung.

Kalimbubu adalah pihak ibu yang melahirkan. Karena itu dikatakan

kalimbubu Simupus takal piher. Pada adat Etnis Karo kalimbubu harus dihormati,

dihargai, disegani, dalam pembicaraan maupun tingkah laku. Sebagai yang

melahirkan maka kalimbubu dianggap mempunyai peran dan tanggung jawab

untuk menjadi penengah dalam suatu musyawarah. Oleh karena pandangan

tersebut maka dalam Etnis Karo kalimbubu sering di sebut dibata siidah.

Pada upacara adat erdemu bayu peran kalimbubu diantaranya adalah

kalimbubu harus memakai tudung dalam acara tersebut dan menyambut tamu

tamu yang datang pada upacara perkawinan tersebut. Kalimbubu juga harus hadir

mulai dari awal acara ampai acara tersebut selesai dilaksanakan, apabila

kalimbubu tidak hadir sampai selesai upacara perkawinan tersebut maka upacara

tersebut dianggap kurang hikmat dan kurang penghargaan orang lain terhadap

pihak yang melaksanakan upacara perkawinan kerja adat tersebut.

Sesuai penjelasan di atas, penulis memilih judul penelitian “Peran

Kalimbubu Pada Upacara Perkawinan Erdemu Bayu Desa Kuta Rayat Kecamatan
6

Naman Teran”. Berikut merupakan sebuah penelitian yang mendeskripsikan

tentang bagaimana peran kalimbubu pada suatu upacara perkawinan erdemu bayu

yang ada di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran. Untuk mengetahui peran

kalimbubu pada upacara perkawinan tersebut, diharapkan anak muda dapat

mengetahui bagaimana pentingnya peran kalimbubu dalam suatu upacara

perkawinan, karena hanya dengan adanya suatu perkawinan lah maka anak muda

dapat mengetahui siapa siap saja kalimbubunya yang belum pernah ditemuinya.

Pada umumnya hanya mengenal kalimbubu yang dekat saja sementara mereka

tidak mengenal kalimbubunya yang tinggal diluar daerahnya dan tidak saling

bertatap muka apabila tidak ada upacara perkawinan. Kepada mahasiswa

antropologi diharapkan dapat memberi masukan serta menambah pengetahuan

mahasiswa mengenai peran kalimbubu pada upacara perkawinan Erdemu Bayu

dalam Etnis Karo.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses Upacara Perkawinan Erdemu Bayu di Desa Kuta Rayat?

2. Bagaimana Peran Kalimbubu pada Upacara Perkawinan Erdemu Bayu di

Desa Kuta Rayat?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses upacara perkawinan Erdemu Bayu di

Desa Kuta Rayat.


7

2. Untuk mengetahui bagaimana Peran Kalimbubu pada Upacara Perkawinan

Erdemu Bayu di Desa Kuta Rayat.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah

1. Secara Teoretis

1. Peneliti dapat menambah referensi pengetahuan ranah program studi

Pendidikan Antropologi

2. Sebagai sumber referensi bagi mahasiswa lainnya baik dalam penelitian

maupun penugasan mata kuliah .

2. Secara Praktis

Memberikan informasi secara luas kepda publik mengenai studi deskriptif

peran kalimbubu pada upacara ada pada upacara perkawinan erdemu bayu Desa

Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran. Sehingga menjadi suatu informasi yang

penting bagi seseorang yang kurang pahaman Etnis Karo


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1. Kajian Relevan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sumber jurnal, artikel, skripsi

ataupun kajian kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian yang bertujuan

untuk di jadikan sebagai referensi dari tinjauan pustaka. Melalui tinjauan pustaka

ini di harapkan mampu menjelaskan focus penelitian yang akan dilakukan dan

mengembangkan topik ini menjadi penelitian yang berguna baik secara praktis

maupun akademik.

Penelitian relevan yang pertama, yaitu penelitian oleh Saragih (2019) yang

berjudul “Analisis Kata Nasihat Dalam Acara Pesta Perkawinan Adat Karo Ke

Dalam Bahasa Indonesia.” Jurnal ini tidak menyebutkan teori yang digunakan

secara tertulis namun saat kita membaca dan memaknai jurnal dapat kita ketahui

bahwa teori yang digunakan dalam jurnal ini ialah teori peran, hal ini dikarenakan

dan dalam jurnal ini ialah teori peran, hal ini dikarenakan dalam jurnal ini

menganalisis tentang bagaimana peran rakut sitelu dalam mengampaikan nasihat

dalam upacara perkawinan dalam Etnis Karo. Metode yang digunakan dalam

jurnal ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif,

pendekatan analisis isi, dan di buat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai

data yang dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara. Data yang telah di

kumpulkan kemudian dianalisis terlebih dahulu pada semua teks nasihat

perkawinan tersebut ditranskripsikan bercetak miring berspasi tunggal kemudian

8
di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam tanda kutip tunggal ; selanjutnya

teks tersebut dianalisis berdasarkan tafsiran yang sesuai dengan verivikasi kepada

informan yang berstatus ahli Adat Karo.

Adapun isi dari jurnal ini adalah Bagaimana bentuk teks Pedah Pedah atau

kata nasihat yang disampaikan para tokoh anak beru dalam acara pesta pernikahan

adat Rista Tarigan dengan Irma Yani Br Sembiring. Selain daripada itu dalam

jurnal ini juga membahas mengenai bagaimana bentuk teks pedah pedah atau kata

nasihat yang disampaikan oleh pihak senina dalam acara pesta pernikahan adat

Rista Tarigan dengan Irma Yani Br Sembiring. Kemudian jurnal ini juga

membahas tentang peran kalimbubu dalam bentuk teks pedah-pedah yang

disampaikan oleh tokoh kalimbubu dalam acara pesta pernikahan adat Rista

Tarigan dengan Irma Yani Br Sembiring

Hubungan penelitian ini dengan penelitian yang akan lakukan oleh peneliti

yaitu peneliti juga membahas tentang bagaimana peran tokoh kalimbubu dalam

upacara perkawinan adat karo dan juga terdapat pada metode penelitiannya

dimana penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan pendekatan

deskriptif, sama halnya dengan pendekatan yang terdapat dalam jurnal sama ama

menggunakan pendekatan dekriptif. Adapun perbedaanya dengan penelitian yang

akan dilakukan peneliti ialah peneliti khusus memfokuskan kajiannya tentang

bagaimana peran kalimbubu dalam upacara perkawinan Etnis Karo. Sedangkan

dalam karya dari Feronika Br Purba, Rosmawati Harahap, Alkausar Saragih yang

berjudul tentang Analisis Kata Nasihat Dalam Acara Pesta Pernikahan Adat Karo

Kedalam Bahasa Indonesia. Memfokuskan tentang bagaimana peranan rakut sitelu

21
dalam menyampaikan kata nasihat pada pesta adat Rista Tarigan dengan Irma

Yani Br Sembiring.

Adapun penelitian relevan yang kedua adalah skripsi Purba (2013)

“Peranan Hula – Hula Dalam Pelaksanaan Perkawinan Menurut Adat Batak Toba

Di Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten

Humbang Hasundutan”. Adapun isi dari skripsi ini adalah Hula – hula adalah

kelompok dalam suatu masyarakat tempat maupun muasal dari ibu yang

melahirkan kita dan merupakan sekelompok orang yang posisinya sangat dihargai

dalam kehidupan sehari hari. Hula hula dapat juga disebut atau kata lainnya

adalah somba mashula hula kebahagiaan dan ketentraman. Menurut Adat Batak

Toba hula hula memiliki peranan penting dalam pelaksaan perkawinan adat, salah

satu diantaranya ialah memberikan ulos kepada pihak pengantin dan keluarganya.

Ulos dalam hal ini ialah dimaknai sebagai simbol adat Batak Toba yang

mempunyai arti tertentu. Manfaat ulos yang diberikan oleh hula hula kepada boru

yakni sebagai tanda cinta terhadap boru yang fungsimya untuk menjaga boru dan

pada saat memberikan ulos tersebut hula hula mengatakan dengan disertai pantun

pantun yang memiliki mkna tertentu. Mengulosi maknanya hula hula memberikan

keberkatan kepada borunya asa horas jala gabe. Hula hula memilki peran yang

penting mulai dari awal hingga selesainya suatu adat perkawinan. Tanpa

kedatangan hula hula dalam pesta perkawinan, maka pesta tersebut tidak berjalan

dengan baik.

Karena begitu pentingnya peran hula hula dalam pesta perkawinan hula

hula tidak boleh meninggalkan pesta perkawinan tersebut apabila pesta

22
perkawinan tersebut belum selesai dilaksanakan. Perkawinan bagi masyarakat

Batak Toba ialah perkawinan yang mengikat kedua belah pihak tersebut dalam

suatu ikatan kekerabatan yang baru yang juga berarti akan membentuk satu

dalihan na tolu yang baru. Dalihan na tolu itu muncul ketika perkawinan yang

menghubungkan dua keluarga besar, yang pada akhirnya akan membentuk sistem

kekerabatan yang baru.

Adapun persamaan penelitian yang ingin di teliti oleh peneliti dengan

skripsi Purba (2013) yang berjudul Peranan Hula-Hula Dalam Pelaksanaan

Perkawinan Menurut Adat Batak Toba Di Desa Lumban Purba Saitnihuta

Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Ialah sama sama

meneliti tentang bagaimana peran kalimbubu dalam suatu upacara perkawinan

dimana dalam etnis batak toba dinamakan dengan hula-hula, dimana hula hula ini

dengan kalimbubu memiliki makna yang sama. Sedangkan perbedan skripsi Purba

(2013) yang berjudul Peranan Hula-Hula Dalam Pelaksanaan Perkawinan

Menurut Adat Batak Toba Di Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan ialah terletak pada

pendekatannya dimana pendekatan yang akan peneliti gunakan dalam

penelitiannya ialah pendekatan diskriptif sementara dalam skripsi Sartika Salome

Purba tidak ditemukan pendekatan sama sekali

2.2. Landasan Teori Peran Ralph Linton

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupan bersosial dalam suatu

masyarakat. Oleh karena itu setiap peran yang dilakukan sering kali mengandung

harapan. Dalam terdapat dua jenis harapan, yaitu pertama harapan harapan dari

23
masyarakat terhadap pemegang pranata atau kewajiban kewajiban dari pemegang

peran dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap

masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam

menjalankan peranan atau kewajibannya. Ketika seseorang individu melakoni

perannya secara baik maka secara pribadi ia telah menjawab harapan-harapan dari

masyarakat.

Pada realita kehidupan masyarakat, baik individu maupun kelompok selalu

terikat satu dengan yang lain ketika terjadi kontak sosial. Oleh karena itu peran

seseorang sangat mempengaruhi khalayak dimana seseorang berada. Peran adalah

kumpulan dari perilaku yang secara relative dan diharapkan dari seseorang yang

menempati posisi sosial yang di raihnya ataupun diberikan dalam kontes hidup

bermasyarakat. Ralph Linton berpendapat bahwa peran (role) adalah aspek

dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka seseorang tersebut menjalankan

suatu peranan. Dengan kata lain antara peran dan kedudukan keduanya tidak dapat

dilepas pisahkan karena saling ketergantungan satu dengan lainnya. Tidak ada

peran tanpa kedudukan atau sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa peran.

Teori peran merupakan kombinasi antara disiplin ilmu psikologi, sosiologi

dan antropologi. Ketiga bidang ilmu tersebut mengambil istilah peran dari dunia

teater. Pada pertunjukan teater, seorang actor harus berperan sebagai tokoh

tertentu ( Ralph Linton dalam Sarwono,2015:215). Setiap peran yang diberikan

telah memiliki sebuah kekhasan yang membedakan masing masing individu

mengenai siapa dan bagaimana individu berbuat dalam situasi tertentu. Pada tahun

24
1936, seorang antropolog bernama Robert Linton telah berhasil mengembangkan

teori peran yang mengggambarkan interaksi sosial termoinologi actor-aktor yang

bermain sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh budaya. Harapan-harapan peran

akan menuntut seseorang untuk berperilaku dalam kehidupan sehari hari. Oleh

karena itu, individu tersebut diharapkan berperilaku sesuai dengan peran tersebut

(Ralph Linton dalam Mustafa, 2011). Teori peran pada literature perilaku

organisasi menyatakan bahwa suatu kawasan organisasi dapat menghasut harapan

setiap individu mengenai perilaku seseorang dalam menjalankan peran. Harapan

akan peran tesebut dapat berasal dari peran itu sendiri, individu yang

mengendalikan peran tersebut, masyarakat, atau pihak lain yang berkepentingan

terhadap peran tersebut (Ralph Linton dalam Hutami &Chairi, 2011).

Setiap individu mempunyai serangkaian peran yang berasal dari berbagai

pola dalam pergaulan hidupnya. Hal ini memperlihatkan bahwa peran menentukan

apa yang diperbuat bagi masyarakat dan apa yang diharapkan dari masyarakat.

Menurut Ely Chinoy dalam Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa pentingnya

peranan karena hal tersebut mengatur perilaku seseorang yang menyebeabkan

seseorang pada batas batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang

lain, sehingga yang bersangkutan dapat menyesuaikan perilakuan sendiri dengan

kelompoknya. Hubungan - hubungan sosial yang terjalin dalam masyarakat itulah

mencerminkan adanya hubungan anatara peran-peran individu dalam masyarakat.

Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku.

Dari penjelasan tersebut maka dapat dipahami fungis dan peran masing-

masing individu dalam lingkungan di dalamnya tidak terlepas dari

25
keterlibatannya, dalam setiap aktivitas yang dilakukannya baik dalam kehidupan

maupun kelompok. Horton dan Hunt menjelaskan bahwa (role) adalah perilaku

yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status.

Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi

sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu dan peran adalah dua aspek dari

gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, peran adalah

pemeran dari perangkat kewajiban dari hak-hak tersebut. Norma-norma

kebudayaan dipelajari terutama melalui belajar peran, walaupun beberapa norma

berlaku bagi semua anggota masyarakat, sebagian besar norma berbeda sesuai

dengan status yang disandang karena apa yang benar bagi suatu status mungkin

saja salah bagi status yang lainnya. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran

merasa sama terikatnya dengan peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan

dengan peran lainnya. Semua factor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak

ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-

benar sama. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa peran

adalah suatu sikap yang didalamnya terdapat status dan kedudukan yang dimiliki

baik dalam masyarakat maupun dalam lingkungan kerja, sehingga peran selalu

berhubungan dengan harapan-harapan baik individu ataupun kelompok.

26
2.3. Kerangka Konseptual

2.3.1. Etnis Karo

Etnis karo adalah masyarakat “asli” yang mendiami Tanah Karo. Dari segi

pengertian wilayah, Tanah Karo berbeda dengan Kabupaten Karo. Tanah Karo

melingkupi Kabupaten Karo sekarang sebagian Kabupaten Deli Serdang,

Sebagian Kabupaten Langkat, sebagian Kabupaten Simalungun, dan sebagian

Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan sebagian

Kabupaten Dairi.

Pengertian Etnis Karo Asli “adalah Etnis Karo yang meneriman dan

tunduk pada hukum Adat Karo dalam kehidupannya dan secara pasti tidak lagi

diketahui asal usulnya”. Dari segi budaya dan adat Etnis Karo. Etnis Karo asli

yang dikenal sekarang juga merupakan percampuran dari suku-suku lain

khususnya suku-suku yang mendiami sumatra bahagian utara dan bangsa lain

seperti, Indhia, Thailand, Arab dan sebagainya.

2.3.2. Upacara Perkawinan Etnis Karo

Perkawinan dalam Etnis Karo ialah terjadinya suatu ikatan oleh seorang

gadis dengan seorang lajang dimana telah dapat persetujian dari ayah ibu, paman

maupun bibi. Pada perkawinan etnis karo dinamakan dengan erdemu bayu

dikarenakan seorang laki laki menikah dengan impalnya yaitu anak dari abang

mamaknya laki laki terebut.

2.3.3. Kalimbubu

Kalimbubu merupakan suatu kelompok (marga) yang berasal dari pihak

wanita, baik itu berasal dari istri, ibu atau pun nenek kita. Pada suatu acara adat

27
yaitu pernikahan, kalimbubu itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu kalimbubu yang

berasal dari pihak perempuan atau Si Nereh dan pihak laki-laki atau Si Empo,

yang dimana kalimbubu dari pihak perempuan terdiri dari kalimbubu singalo

bere-bere (kalimbubu sierkimbang dari bapak pihak perempuan), kalimbubu

Singalo perkempun (puang kalimbubu), dan kalimbubu singalo Perninin

(kalimbubu puang ni puang), dan ketiga kalimbubu yang berasal dari pihak

perempuan ini sering disebut kalimbubu Telu Sedalanen. Sedangkan kalimbubu

dari pihak laki-laki terdiri dari kalimbubu Singalo Emas (kalimbubu sierkimbang

bapak), kalimbubu Singalo Ciken-Ciken (kalimbubu Singalo perkempun), dan

kalimbubu Singalo Perninin (kalimbubu dari kalimbubu Singalo Ciken- Ciken).

2.3.4. Erdemu Bayu

Erdemu bayu yaitu pesta perkawinan, suatu pesta upacara yang melibatkan

banyak orang, baik dari pihak pengantin pria, pihak pengantin wanita, kalimbubu,

anak beru dan sembuyak. Pada perkawinan karo pihak wanita masuk ke

dalam pihak pria dan pihak pria harus membayar tukur (mas kawin) kepada

kalimbubu.

Menurut Sarjani Tarigan dalam bukunya dinamika peradatan orang karo

erdemu bayu adalah adi tumbuk erjabu ras “impal”janah pengalon anak beru “

perkekembaren” sebab si empo kembarna anak beru (erdemu bayu adalah

perkawinan antara dua marga yang berbeda).

28
2.3.5 .Peran

Menurut Soerjono Soekanto (2002:243) Peran merupakan aspek dinamis

kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Hakekatnya peran

juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan

oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana

peran itu harus dijalankan atau diperankan pimpinan tingkat atas, menengah

maupun bawahakan mempunyai peran yang sama. Peran merupakan tindakan atau

perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam

status sosial.

Adapun syarat-syarat peran dalam Soerjono Soekanto (2002:243) mencakup

tiga hal penting, yaitu :

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemsyarakatan.

2. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh

individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Menurut Veithzal Rivai (2004:148) Peranan di artikan sebagai perilaku yang

diatur dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu. Miftha Thoha (2005:10)

peranan sebagai suatu rangkaian perilaku yang timbul karena suatu jabatan. Jadi,

29
peran adalah suatu rangkaian kegiatan yang teratur yang ditimbulkan karena suatu

jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecendrungan untuk hidup

berkelompok. Salam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara

anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lainnya. Timbulnya

interaksi diantar mereka ada saling ketergantungan. Dengan adanya saling

ketergantungan tersebutlah maka suatu peran tersebut akan terbentuk.

Dari beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa peran adalah

suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok

orang terhadap seseorang yang memiliki status dan kedudukan tertentu.

30
2.4. Kerangka Berpikir

Etnis Karo Desa Kuta


Rayat Rayat

Budaya Etnis Karo

Upacara perkawinan

Proses Perkawinan
Peran Kalimbubu dalam Upacara
Erdemu Bayu
Perkawinan Erdemu Bayu

Desa Kuta Rayat merupakan salah satu desa yang mana penduduknya

dominan beretnis Karo. Di desa ini terkhususnya Etnis Karo masi melestarikan

kebudayaan yang ada sejak dahulunya. Salah satu kebudayaan yang masi terjaga

kelestariannya hingga saat ini ialah upacara perkawinan. Di desa ini upacara

perkawinan di kenal dengan upacara perkawinan erdemu bayu. Pada perkawinan

erdemu bayu ada terdapat tiga unsur yang harus ada agar upacara perkawinan

tersebut dapat terlaksana dengan baik. Tiga unsur yang harus ada ketika upacara

perkawinan berlangsung ialah kalimbubu, sembuyak/senina, dan anak beru. Pada

31
ketiga unsur tersebut memiliki peranan masing masing. Upacara perkawinan

erdemu bayu memiliki tata cara atau proses pelaksanaannya. Adanya tata cara

pelaksanan tersebut kita dapat mengetahui bagimana peran kalimbubu pada suatu

upacara perkawinan erdemu bayu.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian

dalam penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

menyeluruh, dan dengan cara deskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah (Moleong, 2012).

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic

karena penelitiannya dilakukan pada kondidi alamiah (natural setting); disebut

juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak

digunakan untuk penelitian di bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode

kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Tujuan penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, karena untuk

memahami hal-hal yang ingin diteliti secara primer, mendalam dan akurat yaitu

tentang peran kalimbubu pada upacara perkawinan erdemu bayu di Desa Kuta

Rayat Kecamatan Naman Teran. Data di lapangan berasal dari hasil wawancara,

catatan dilapangan, poto dan juga video.

33
22

Selain melalui penelitian di lapangan, digunakan juga studi pustaka untuk

menambah literatur yang relevan. Literatur tersebut dapat berupa buku-buku,

jurnal, artikel dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya, serta internet yang memuat

berbagai karangan-karangan ilmiah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

peran kalimbubu pada upacara perkawinan erdemu bayu. Di Desa Kutarayat.

Kajian literatur digunakan untuk memperkuat data yang akan didapatkan di

lapangan.

3.2. Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif istilah sampel di sebut dengan informan yaitu

orang yang merupakan sumber informasi. Sebelum itu peneliti informan terlebih

dahulu sesuai dengan focus penelitian yang telah direncanakan. Teknik yang

digunakan dalam pemilihan informan dengan teknik purposive sampling. Dengan

teknik purposive sampling maka peneliti akan mendapatkan informasi yang

diperlukan sesuai dengan tema penelitian dalam halini peneliti harus memilih

informan yang dianggap mengetahui dan pernah mendapat peran sebagai

kalimbubu dalam upacara perkawinan erdemu bayu di Desa Kuta Rayat tersebut.

Adapun yang menjadi kreteria informan dalam penelitian ini yaitu

1. Sekretaris Desa orang yang paham akan kondisi sosial Desa Kuta Rayat

2. Orang tua yang lebih paham akan adat istiadat di Desa Kuta Rayat tersebut.

3. Simantek kuta ( orang yang dituakan dalam Desa Kuta Rayat )


23

3.3 Lokasi Penelitian.

Peneliti menetapkan lokasi penelitian di Desa Kuta Rayat Kecamatan

Naman Teran. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena di desa ini

masih mempertahankan adat istiadat perkawinannya terutama peran kalimbubu

dalam suatu erdemu bayu. Sehingga peneliti dapat lebih mudah untuk

mendapatkan informasi dari masyarakat setempat dan sudah mengetahui lokasi

penelitian karena desa ini adalah desa tempat tinggal peneliti. Sehingga peneliti

sudah benar benar mengetahui bagaimana keadaan alam maupun sosialnya lokasi

penelitian yang akan digunakan peneliti untuk meneliti tentang peran kalimbubu

dalam upacara perkawinan erdemu bayu di desa tersebut. Adapun masyarakat di

Desa Kuta Rayat tersebut merupakan etnis dari peneliti sendiri sehingga mudah

untuk dimengerti oleh peneliti tanpa menggunakan perantara bahasa etnis

tersebut.

3.4. Teknik pengumpulan data

3.4.1. Observasi

Observasi menjadi salah satu pengumpulan data dalam penelitian ini

alasan peneliti melakukan teknik observasi adalah untuk melihat bagaimana

gambaran nyata dan menjawab pertanyaan yang relevan denagn penelitian

berdasarkan pengamatan objek penelitian dalam lapangan. Pengamatan yang

dilakukan dengn cara melihat langsung suatu peristiwa dan mencatat semua

peristiwa yang ada untuk mengetahui kebenaran atau fakta dalam lapangan.

Menurut widoyoko (2014:46) observasi merupakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada
24

objek penelitian. Pada metode penelitian kualitatif observasi terbagi menjadi dua

yaitu observasi partisipan (peneliti terlibat secara langsung) dan observasi non

partisipan (peneliti tidak terlibat atau hanya sebagai pengamat).

Pada hal ini observasi yang dilakukan oleh peneliti ialah observasi non

partisipant diamana peneliti tidak ikut serta dalam mengambil peranan kalimbubu

upacara perkawinan tersebut. peneliti hanya mengamati peran kalimbubu dan

meggali secara mendalam bagaimana peran kalimbubu dalam suatu upacara

perkawinan adat erdemu bayu tersebut.

3.4.2. Teknik Wawancara

Sugiyono 2019 megungkapkan bahwa wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apa bila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya

sedikit atau kecil. Wawancara dapat dilakukan secara struktur dan tidak struktur,

dalam penelitian ini peneliti lebih memilih wawancara tidak terstruktur di

harapkan agar peneliti dapat menggali lebih dalam lagi hal hal yang ingin peneliti

ketahui seputar tema penelitian. , dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti

belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti

lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan. Berdasarkan

analisis terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti dapat

mengajukan pertanyaan betikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.


25

Pada penelitian ini yang diwawancarai adalah orang tua yang asli ber Etnis

Karo yang umurnya sudah terbilang tua, hal ini dikarenakan orang tua lebih

paham akan adat dan budaya yang ada di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman

Teran.

3.4.3.Teknik Dokumentasi

Sugiyono (2009: 240), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Di dalam penelitian, dokumentasi yang

dimaksud adalah gambar yang menyangkut kegiatan yang dilakukan informan

pada saat penelitian sehingga penulis dapat memperoleh dukungan data yang

mengangkut penelitian penulis. Dokumentasi ini penting agar penulis kaya akan

data dan memperoleh data yang akurat. Dalam penelitian ini, dokumentasi

menyajikan bagaimana situasi upacara perkawinan erdemu bayu di desa Kuta

Rayat, dan juga berupa foto dan gambar mengenai peran yang sedang di lakoni

oleh kalimbubu yang berada di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran.

Dokumentasi-dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto bersama

beberapa informan yaitu orang tua yang lebih paham akan tema penelitian, kepala

desa dan simantek kuta yang berada di desa Kuta Rayat Hasil penelitian dari

observasi dan wawancara akan semakin memperkuat data yang telah didapatkan

di lapangan yang terdapat di lampiran.

3.5. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan analisis data dalah proses mencai dan menyusun secara

sisematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
26

ainnya, shingga dapat mudah dipahami dan temuannya apat diinformasikan

kepada orang lain. Sedangkan Susan stain back, mengemukakan bahwa analisis

data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis

digunakan untuk memahami hubungn dan konsep dlam data sehingg hipotesis

dapat dikembangkan dan dievaluasi.

3.5.1. Reduksi Data

Data yang di peroleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merekam, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang telah

direduksikan telah memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Untuk mendukung penelitian ini,

peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya baik data yang bersala dari

wawancara dengan informan, observasi serta studi pustaka.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh teori dan tujuan yang

akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh

karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu

yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang

harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data .

Reduksi data merupakan proses berfikir sesnsitif yang memerluka

kecerdasan, dan keluasan, kedalaman wawasan yang tinggi . bagi peneliti yag

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau
27

oang lain yng dipandang ahli, sehingga wawasan peneliti akan berkembang dalam

mereduksi data

3.5.2.Penyajian Data

Setelah reduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. Miles dan Huberman

(1994) menyatakan bahwayang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif. Peneliti

menggunakan metode kualitatif dengan penyajian data bersifat naratif dalam

penelitian ini.

3.5. 3. Penarikan Kesimpulan

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dari himpunan seluruh data selama penelitian. Setelah direduksi dan

disajikan akan menunjukkan apakah penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-

remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas yang dapat berupa

hubungan kasual atau interaktif, hipotesis, atau teori


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Kuta Rayat adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan

Naman Teran Kabupaten Karo, sebelum berubah desa ini dinamai dengan Desa

Kampung Toraja Berneh. Toraja Berneh dibentuk oleh empat golongan yaitu

golongan kalimbubu (bermerga Karo), golongan kalimbubu yang berstatus

sebagai pemilik tanah, golongan anak beru, dan golongan yang dituakan yang

memiliki kekuatan magis. Golongan kalimbubu berfungsi sebagai penanggung

jawab atas peralatan yang diperlukan termasuk didalamnya adalah temasuk dalam

bidang keamanan. Kalimbubu yang berstatus sebagai pemilik tanah berfungsi

sebagai penasihat. Golongan Anak beru berfungsi sebagai pelaksana pembentukan

kampung, pelaksana pembangunan rumah sementara, pelaksana keamanan,

pelaksana perhubungan, pelaksana adat istiadat serta budaya. Golongan yang

dituakan berfungsi sebagai menentukan waktu dimulai pelaksanaan pembentukan

kampung, tim penyelidik tanda-tanda adanya penyakit yang bakal muncul

sehingga menghalangi proses pembentukan kampung, dan menyediakan obat

obatan untuk berbagai kemungkinan datang penyakit.

Dari ke-4 golongan diatas tersebut maka diambil suatu keputusan

berdasarkan musyawarah mufakat untuk dimulai pembentukan kampung yang

rencana letaknya pada 1 Km di arah Timur di Desa Kuta Rayat yang sekarang
28
29

bernama Tambak Emas. Berselang waktu 25 tahun kampung Toraja Berneh di

wilayah perdeleng terjadi perpindahan akibat peperangan dengan desa lain.

Perpindahan Kampung Toraja Berneh ke sebelah utara Desa Kuta Rayat sekarang

ini lebih kurang 0, 5 Km dari desa sekarang yang namanya Lau Njulu.

Pada waktu kurang lebih 20 tahun kampong Toraja Berneh mengalami

perpindahan dari Lau Njulu ke wilayah pemukiman sekarang ini yani Desa Kuta

Rayat, namun keadaan tidak berubah sebab dalam waktu yang tidak lama terjadi

peperangan dengan desa lain. Setelah kejadian itu diadakan musyawarah kembali

antara keempat golangan maka diambil keputusan untuk mengumpulkan penghulu

(tokoh masyarakat) namun sekarang disebut pengulu (pemerintah) seluruhnya

didaerah teran untuk memusyawarahkan penyelesaian persengketaan yang kerap

terjadi di setiap kampung di daerah Teran.

Pada musyawarah tersebut keseluruhan pengulu di daerah Teran maka

diambil suatu keputusan mengadakan sayembara yang disebut dengan Bahasa

Karo Mengket Salep atau dalam artinya pertandingan ketangkasan, kecepatan

antara anak beru pilihan disetiap kampung daerah teran ini. Adapun permainan

dalam sayembara ketangkasan dan kecepatan itu yakni semua utusan berbaris

saling berbatasan dengan pembatas pelepah pohon enau /aren dengan arti tidak

boleh melewati batas yang ditentukan. Pada masing masing menggenggam senjata

laras panjang yang di sebut Jojal dilengkapi peluru dan saling tembak. Sayembara

tersebut dimenangkan perwakilan anak beru dari Kampung Toraja Berneh yang

bernama Pa Nggendak Ginting dan pada saat itu dinobatkan gelar kepada

pemenang sayembara tersebut sebagai SIMBISA TORAJA BERNEH


30

Sumber: Abun Ginting (2001)

Perkawinan Erdemu bayu di desa Kuta Rayat biasanya pelaksanaannya

menurut kalender Karo. Setelelah di temukan hari yang baik untuk pelaksananya

maka di beritahukan kepada khalayak umum tanggal berapa perkawinan tersebut

akan dilaksanakan. Setelah menentukan tanggalnya kemudian akan di cetak dan di

sebarkan undangan berdasarkan tanggal yang telah di sepakati keluarga kedua

belah pihak. Biasanya pelaksaan perkawinan erdemu bayu sehari sebelumnya

telah dilaksanakan mbah belo selambar, nganting manuk akad nikah apabila islam

dan pasu pasu apabila Kristen protestan. Malam sebelum perkawinan berlangsung

biasanya diadakan musyawarah mengenai keperluan yang di perlukan saat

pelaksanaan perkawinan erdemu bayu berlangsung. Untuk memulai musyaarah

tersebut maka akan berkumpullah di lost atau balai desa sangkep nggeluh kedua

belah pihak mempelai. Jika telah menemukan titik sepakat maka runggu/

musyawarah tersebut dapat di bubarkan, runggu terebut juga dilaksanakan setelah

makan malam bersama dilaksanakan di lost.

4.1.1. Sistem Kekerabatan di Desa Kuta Rayat

Pemahaman menganai masyarakat Etnik Karo, terlebih dahulu seseorang

harus paham menganai apa yang dimaksudkan dengan sangkep nggeluh

pengertian sangkep nggeluh adalah keutuhan hidup seseorang yang bila dimaknai

lebih dalam lagi ialah dengan keutuhan yaitu unsur unsur tatanan adat yang

mengatur masyarakat Karo. Pada sangkep nggeluh masyarakat Etnis Karo

terdapat beberapa unsur yang menentukan sangkep nggeluh yaitu : merga silima,

tutur siwaluh, perkade Kaden sepuluh dua tambah sada dan rakut sitelu. Merga
31

silima adalah identitas masyarakat Karo yang di ambil dari marga ayah atau di

sebut dengan clan. Merga tersebut di letakkan di belakang nama seseorang. Marga

digunakan sebagai nama belakang anak laki laki dan beru sebagai nama belakang

anak perempuan. Marga dan beru pada Etnis Karo di warisi sejak jaman dahulu

dan berdasarkan patrilineal (garis keturunan berdasarkan ayah), dengan tidak

mengesampingkan garis keturunan ibu yang disebut bere bere. Masyarakat etnis

Karo memiliki lima induk merga (klan) yaitu Tarigan, Ginting, Perangin-Angin

Karo-Karo dan Sembiring. Kelima merga dan beru tersebut menjadi cirikhas

utama masyarakat Etnis Karo dalam bermasyarakat dan berbudaya. (Brepin

Tarigan : 2016).

Sistem kekerabatan berbeda penamaannya di setiap etnik adapun pada

etnik Angkola sistem kekerabatan ini dinamakan dengan dalihan natolu yang

secara etimologi di artikan tiga tungku yang sejajar dan seimbang. Adapun ketiga

tunku tersebut dinamakan kahanggi (teman semerga), anak boru (keluarga dari

pihak menantu laki laki atau penerima wanita atau isteri) dan mora keluarga dari

pihak isteri atau pemeri wanita atau/isteri) (Pulungan Abbas : 2018). Sedangkan

pada Etnis Karo khususnya di Desa Kuta Rayat sistem kekerabatan sering disebut

dengan merga silima, rakut sitelu, tutur si waluh, perkaden kaden sepuluh dua.

Rakut sitelu yang di dalamnya termasuk adalah senina/ sembuyak,

kalimbubu, anak beru. Kalimbubu diartikan sebagai pihak pemberi dara atau

sering di sebut dengan Allah yang terlihat. Kalimbubu ialah seseorang yang sangat

disegani dan biasa diatakan sebagai pemberi berkah. Kalimbubu berkewajiban

memberikan saran atau nasihat kepada orang karo atau kerabat terdekatnya.
32

(Darwin prints: 2012). Adapun arti dari sembuyak yaitu mereka yang memiliki

satu merga atau atu clan biasanya yang termasuk dalam sembuyak yaitu mereka

yang memiliki merga yang sama namun berbeda cabang ataupun juga yang

memiliki marga dan cabang marge yang sama juga di sebut dengan sembuyak.

Sedangkan kalimbubu ialah orang yang di hormati dalam masyarakat adat dan

nasihatnya dianggap benar dan kerap sekali dijuluki dengan dibata niidah atau

tuhan yang terlihat sehingga pernyataannya sering kali dianggap benar. Adapun

anak beru yaitu saudara perempuan dari bapak atau mereka yang memiliki clan

merga yang sama dengan bibik atau saudara perempuan dari bapak. Pada upacara

adat biasanya anak beru ini lah yang paling capek kerjanya karena dialah yang

bertanggng jawab masalah makanan dan juga dia yang mempersiapkan segala

sesuatunya mengenai tempat dilasanaknnya upacara adat tersebut.

Tutur siwaluh yang termasuk didalamnya adalah: sipemeren, siparibanen,

sipengalon, anak beru, anak beru menteri, anak beru singukuri, kalimbubu puang

kalimbubu. Terakhir ada yang dinamakan perkaden sepuluh dua yang termasuk di

dalamnya adalah: nini, bulang, kempu, bapa, nande, anak, bengkila, bibi permen,

mama, mami, dan bere-bere.

Pada sistem kekerabatan ini merupakan unsur utama terbentuknya suatu

upacara perkawinan di Desa Kuta Rayat karena jika satu unsur saja tidak

menghadiri upacara perkawinan di Desa Kuta Rayat ini maka dapat menghambat

terjadinya upacara erdemu bayu yang baik pada satu upacara perkawinan.

Sistem kekerabatan di Desa Kuta Rayat tidak hanya berfungsi pada

upacara perkawinan saja namun sistem kekerabatan ini juga berjalan dengan baik
33

pada upacara kematian maupun upacara memasuki rumah baru, hanya saja pada

upacara perkawinan, upacara kematian, dan upacara memasuki rumah baru sistem

kekerabatan tersebut memiliki hak dan kewajiban yang berbeda beda.

Di Desa Kuta Rayat dan dalam Etnis Karo pada umumnya sangat di larang

melaksanakan peernikahan dengan semerga atau sering di sebut dengan sumbang.

Apabila hal tersebut terjadi maka akan di sebut melanggar adat dan dikucilkan

dari masyarakat setempat. Seperti yang dikatakan oleh informan penulis Ridho

Ginting 78 Tahun bahwa:

“Perjabun sada merga ras beruna emekap sinikataken perjabun


sila arus ras ikataken encedaken peradaten kalak karo, entah pe
perjabun turang seperemeren (nandena ersenina).

Adi perjabun ras tutur erturangku (anak puang kalimbubu) banci


denga i ranaken, maka igelari perjabun nabei (nggalar) tapina adi
ia sada merga lalit si nggit ngerunggukenca. Tapi adi si seri bere
bere sidilaki ras sidiberu banci dengan i rungguken perjabunna”.

Artinya:

“Perkawinan seclan kerapkali di sebut orang yang tidak beradat


dalam masyarakat setempat. Berbeda jika dia menikah dengan
turang sepemerennya atau kedua pihak itu memiliki clan bere bere
yang sama, itu masi boleh di musyawarahan, tapi jika di menikah
dengan seclan maka tidak ada yang mau memusyawarahkannya.
Tapi bila yang sama bere berenya harus ada yang
menihkankannnya atau dia yang menikahkan dia bukanlah orang
tua kandungnya”.

Pendapat informan di atas menjelaskan bahwa perkawinan semerga atau

seclan sering kali di sebut orang yang tidak memiliki adat dalam masyarakat

setempat. Namun berbeda halnya apabila dia menikah dengan turang


34

sepemerennya atau mereka memiliki clan bere bere yang sama, itu masi dapat di

musyawarahkan, tetapi jika dia menikah dengan seseorang yang memiliki clan

yang sama dengannya maka tidak ada yang mau untuk memusyawarahkannya

atau yang mengaturkan kerja adatnya. Tetapi apabila dengan yang sama bere bere

nya harus ada yang menikahkannya atau yang menikahkan mereka bukan lah

orang tua kandungnya.

4.1.2. Sistem Perkawinan di Desa Kuta Rayat

Ada beberapa etnis di Desa Kuta Rayat sehingga membuat perbedaan

antar etnis yang satu dengan yang lain dalam melaksanakan upacara

perkawinan. Salah satu contoh ialah Etnis Batak Toba, apabila etnis Batak

Toba melangsungkan pernikahan dengan Etnis Karo maka tata cara

pelakanaan perkawinannya tidak hanya mengikutkan peradatan Etnis Karo

namun juga pada upacara perkawinan tersebut di dijalankan juga peradatan

Etnis Batak Tobanya, sehingga dalam tata cara pelaksanaan peradatannya ada

dua yaitu peradatan Etnis Karo dan juga peradatan Etnis Batak Toba. Pada hal

tersebut kita ketahui bahwa masyarakat desa Kuta Rayat sangat menjunjung

tinggi kemajemukan budaya yang ada di desa tersebut. Lain halnya dengan

etnis lain, sepeti Etnis Jawa dan Etnis Melayu apabila kedua etnis ini

melangsungkan perkawinan dengan Etnis Karo maka kebanyakan penulis

melihat mereka tidak melaksanakan salah satupun dari peradatan , namun

kedua etnis ini pada umumnya hanya melaksanakan akad pernikahan saja
35

tanpa melaksanakan peradatan salah satu atau pun peradatan keduanya.

Sehingga di Desa Kuta Rayat ini terkhusus mereka yang ber etnis Melayu dan

Jawa kerapkali di sebut dengan kalak silaradat atau masyarakat yang tidak

beradat. Pada umumnya di desa ini apabila kita mandat atau ingin menetap di

desa Kuta Rayat kita wajib membuat orang tua angkat kita di desa ini, hal ini

dilakukan agar kita di hargai dan di segani oleh masyarakat penduduk asli

desa Kuta Rayat. Namun yang sebenarnya terjadi masih banyak juga orang

pendatang yang tidak memiliki orang tua angkat di Desa Kuta Rayat ini

sehingga menyebabkan mereka terasing di desa ini. Jika mereka tidak

memiliki orang tua angkat di desa Kuta Rayat maka mereka tidak akan di

undang dalam berbagai peradatan di Desa ini, baik dalam upacara kematian

atau pun upacara perkawinan. Hal tersebut dapat menyulitkan masyarakat

pendatang tersebut apabila ia ingin mengawinkan anaknya maka ia harus

kembali ke kampung halamannya atau harus dapat menerima konsekuensi

akan banyak masyarakat yang tidak menghadiri upacara perkawinan anak

tersebut.

4.1.3. Peran Kalimbubu Pada Upacara Perkawinan Erdemu Bayu

Perkawinan adalah suatu peraihan life cycle dari tingkat hidup remaja ke

tingkat hudup berumah tangga dari semua manusia di jagat raya. (Mahendra

wijaya: 2015). Perkawinan lebih bersifat fungsionalistik, dalam hal ini

perkawinan secara sengaja diperbuat oleh manusia agar manusia dapat memenuhi

keperluan hidupnya sehingga manusia dapat menempatkan diri pada fungsi dan

peranannya masing-masing dalam suatu perkawinan. (Koentjaraningrat, 1992:9)


36

Etnis karo sangat identic dengan upacara perkawinan, yang mana jika

seorang anak hanya nikahkan saja maka orang tuanya akan kurang menyetujuinya

karena bagi mereka jika anak mernikah itu harus menyelesaikan utang adatnya

agar tidak terkendala urusan yang lainnya di kemudian hari. Terlebih orang tua

walaupun mereka sedang tidak memiliki biaya tapi mereka akan berusaha untuk

menyelesaikan pesta adat anak anaknya, karena menurut mereka jika anak

tersebut tidak di selesaikan pesta adatnya mereka bilang mereka akan rugi karena

mereka la ngalo atau tidak menerima mahar dari si anak terlebih jika anak

tersebut perempuan. Di Desa Kuta Rayat apabila seorang anak tidak membayar

utang adatnya akan terkendala apabila dia mempunyai anak dan anak itu menikah

ingin dipestakan maka orang tua anak tersebut harus terlebih dahulu membayar

utang adatnya barulah upacara perkawinan anaknya dapat dilangsungkan. Pada

upacara perkawinan Erdemu Bayu ada banyak peran yang harus ada guna

berlangsungnya upacara Erdemu Bayu. Diantaranya ialah ada yang dinamakan

kalimbubu atau saudara laki laki dari pihak ibu kita, ada juga anak beru atau orang

yang akan bekerja selama berlangsungnya perkawinan erdemu bayu tersebut,

mulai dari persiapan masak memasak hingga yang meminimbangkan tikar untuk

diduduki. Kemudian adapula yang dinamakan sukut atau keluarga dekat dari

kedua pihak pengantin. Karena beradatnya masyarakat Desa Kuta Rayat jika

mereka meninggal dalam keadan belum membayar utang adatnya maka dalam

sebelum penguburannya akan diselesaikan terlebih dahulu pembayaran utang

adatnya kemudian baru mayit tersebut dapat di kuburkan. Bahkan apabila seorang
37

anak meninggal masi lajang dan belum berumah tangga maka dalam

penguburannya anak tersebut akan dijodohkan dan di selesaikan utang adatnya.

Pada upacara perkawinan erdemu bayu peran kalimbubu sangatlah

berpengaruh dalam keberlangsungan perkawinan. Pada upacara perkawinnan yang

ada di Desa Kuta Rayat salah satu informan saya mengatakan bahwa apabila suatu

upacara adat kalimbubu inti keluarga tersebut tidak hadir maka upacara adat

tersebut tidak dapat berlangsung dengan baik.

Ada beberapa macam kalimbubu, yaitu kalimbubu dari pihak laki laki

yaitu pertama kalimbubu singalo ulu emas merupakan adik ataupun abang

kandung dari ibu mempelai laki laki tersebut. Adapun tugas dari kalimbubu

singalo ulu emas ialah menyampaikan nasihat kepada orang tua maupun kedua

mempelai pengantin dalam upacara perkawinan Erdemu bayu. Kedua kalimbubu

singalo ciken ciken yaitu merupakan bere bere nande ataupun marga nenek

mempelai pengantin pria. Adapun yang ketiga yaitu kalimbubu siperdemui yaitu

kalimbubu dari pihak keluarga istri kita.

Terkait dengan peran kalimbubu pada upacara perkawinan Erdemu Bayu

di Desa Kuta Rayat peneliti melakukan wawancara kepada Sastrawan Ginting

selaku sekretaris desa di Kuta Rayat sekaligus beliau juga sering menjadi protocol

dalam sebuah upacara erdemu bayu sehingga beliau banyak mengetahui tentang

peradatan yang ada di Desa Kuta Rayat ini , beliau menjelaskan bahwa :

“Kalimbubu biasa I gelari kalimbubu dibata niidah, si ertina:


perbahanen entah sifat, cara ras tingkah laku Kalimbubu (orang
yang di Tuaken) ibas sigedang gedang warina banci jadi ikuten
(contoh), pada umumna Kalimbubu jadi penengah ibas sada
38

runggu (arih-arih) ras sekalak jelma sibanci tuhu tuhu tek kita
man bana ibas sada keluarga”.

Menurut sastrawan ginting peran kalimbubu emekap:

1. Pehagaken, maka ibas kerja kerja mehuli entah pe kerja kurang


hulina erdalan bagi sinisuraken keluarga bage pe sangkep
geluh .tentram ras damai, tanpa cekcok,
2. Mbereken pedah pedah, perkataanna e ianggap jadi kiet-kite ku
dibata.
3. Ngata-ngatai, emkap si seri ia mergana, sepemerenn,
kalimbubuna, ras anak beruna. Sebab adi kalimbubu si ngata
ngatakenca lapang kalak la reh , perbahan kalimbubu e lebih
meherga. Janahpe adi kalimbubu singata-ngatai timbul tanggung
jawab man si atakenn e jadi lebih kel galangna.
4. Kalimbubu si masang tudung si sereh bagepe masang bulamg-
bulang si empo, janah ia kange kari simbukakensa.

5. Kalimbubu harus mempersiapken luah adat si isina amak


tayangen, ingan perdakanen, lengkap lampu ras peberasna, ras
manuk asuhen.

Artinya :

“Kalimbubu ialah yang sering disebut dengan Tuhan yang terlihat,


yang artinya harus menjadi teladan dalam keluarga, karena pada
umunya kalimbubu merupakan penengah pada satu musyawarah
dan juga kalimbubu ialah orang yang benar benar terpercaya oleh
satu keluarga”.
Menurut sastrawan ginting peran kalimbubu yaitu :
1. Berharga karena pesta terlihat baik, terlihat dalam keluarga
tentram dan damai, tantpa ada pertengkaran
2. Memberikan kata nasihat, dan perkataannya dianggap telah
sampai kepada Tuhan.
3. Turut ikut mengundang yaitu mereka yang memiliki marga yang
sama, sepemerenna, dan anak berunya. Oleh karenanya jika
kalimbubu turut ikut orang yang di di undang maka mereka yang di
undang takut untuk tidak menghadirinya. Dan juga jika kalimbubu
turut mengundang akan timbul tanggung jawab pada yang di
undang jadi lebih besar.
4. Kalimbubu yang memasang tudung yang perempuan dan juga
memasang bulang-bulang mempelai pria dan dia juga nantinya
yang akan melepaskannya
39

5. Kalimbubu harus mempesiapkan kado adat yang isinya tikar


untuk tidur, tempat masak, lengkap lampu dan berasnya, dan ayam
peliharaan.

Pendapat informan di atas menjelaskan bahwa dalam Etnis Karo

kalimbubu dianggap sebagai Tuhan yang terlihat yang artinya kalimbubu harus

mampu menjadi teladan dalam satu keluarga, karena pada umumnya kalimbubu

merupakan penengah atau pihak yang harus netral dalam mengambil keputusan

dalam suatu musyawarah mufakat, dan juga kalimbubu ialah orang yang benar

benar terpercaya oleh satu keluarga. Dari pendapat informan tersebut juga

menjelaskan bahwa kehadiran kalimbubu dianggap sangat berharga kadena

denagn hadirnya kalimbubu maka pesta akan terlihat baik, serta dalam keluarga

terlihat tentram dan damai, tanpa ada suatu pertengkaran, selain dari pada itu

beliau mengatakan peran kalimbubu pada satu upacara erdemu bayu ialah

memberikan pedah ajar dan nasihat kepada yang melangsuknag perkawinan, dan

perkataannya dianggap telah sampai atau pasti akan dikabulkan oleh Tuhan Yang

Maha Esa.
40

(sumber: dokumentasi penelitian 12 Mei 2021)


Gambar 4.1. kalimbubu memberi sirih pada tamu

Sedangkan menurut informan saya yang bernama Terem Sitepu (66), mengatakan
bahwa :
“Kalimbubu emekap turang nande I gelari kalimbubu singalo bere
bere (adi si erjabu Diberu), adi Dilaki si erjabu maka kalimbubu
rah turang nandeta I gelari Kalimbubu singalo ulu emas”.

Nina terem Terem sitepu ngerana adina upacara perkawinan


erdemu bayu kalimbubu harus make tanda-tanda bagi beka buluh
gelahna ia itandai , perban adi la ia make tanda tanda akap kalak
perkaden kadenna la rembak. Lit ka me peran kalimbubu menurut
terem sitepu, emekap ngalo ngalo sibiakna ras kalimbubuna, adi si
diberu si erjabu turang nande ras sembuyakna si ertanda-tanda,
raspe menurutna ka pe erbuena si ertanda tanda ermehagana
suatu kerja.

Artinya :
41

“Kalimbubu merupakan abang dan adik laki laki dari pihak


penangantin perempuan yang namanya paman dan apabila dari
pihak pengantin laki- laki merupakan abang dan adik laki laki dari
ibu kandung pengantin pria yang sering di sebut kalimbubu singalo
ulu emas”. Menurut bapak Terem Sitepu berkata pada upacara
perkawinan erdemu bayu kalimbubu wajib memakai tanda tanda
berupa beka buluh agar iya dikenali, karena jika dia tidak memakai
tanda tanda di kira orang bahwa dia hanya saudara jauh. Dan
adapun juga peran kalimbubu menurut Terem sitepu ialah
menyambut teman sejawatnya dan kalimbubunya. Jika yang
menikah adalah perempuan maka yang memakai tanda tanda ialah
abang mamaknya dan temannya sejawat yang memakai tanda tanda
menurut beliau juga semakin banyak yang memakai tanda tanda
maka upacara perkawinan tersebut semakin terlihat mewah.”

Pendapat informan diatas menjelaskan bahwa kalimbubu merupakan

abang dan adik laki laki dari pihak pengantin perempuan yang sering kali di sebut

dengan sebutan paman. Dan apabila dari pihak pengantin laki laki merupakan

abang dan adik laki laki pengantin pria yang sering disebut dengan kalimbubu

singalo ulu emas. Adapun menurut bapak Terem sitepu peran kalimbubu ialah

untuk menyambut tamu tamu yang datang ke upacara perkawinan sembari

menawarkan rokoknya kepada tamu laki laki dan juga memberikan sirih beserta

perlengkapannya kepada tamu yang perempuan. Dan juga berdasarkan wawancara

dengan informan di aatas menjelaskan bahwa kalimbubu di wajibkan untuk

memakai tanda tanda berupa beka buluh, hal tersebut diwajibkan karena agar si

kalimbubu ini dapat di kenali dengan mudah, dan bila iya tidak memakai tanda

tanda mereka yang hadir akan mengklaim bahwa kalimbubu tersebut hanyala

saudara mereka dari jauh. Apabila yang melaksanakan perkawinan iyalah

perempuan maka yang harus memakai tanda tanda adalah abang dari ibu

perempuan ini dan juga temannya sejawat. Dan dapat kita ketahui bahwa semakin
42

banyak kalimbubu yang memakai tanda tanda maka semakin terlihat mewahlah

suatu perkawinan erdemu bayu tersebut.

Mengingat pentingnya suatu kalimbubu dalam upacara perkawinan

erdemu bayu di Desa Kuta Rayat, maka penulis mewawancarai apa saja yang

menjadi peran kalimbubu pada upacara perkawinan erdemu bayu di Desa Kuta

Rayat, sebelum itu penulis juga menulis pendapat tentang peran dimana peran

Ralph Linton berpendapat peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan.

Apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka ia dikatakan telah menjalankan suatu peran

Terkait dengan peran pada upacara perkawinan Erdemu Bayu di Desa

Kuta Rayat Kecamatan. Terkait dengan upacara perkawinan erdemu bayu

memiliki perbedaan mulai dari zaman dahulu hingga jaman pada saat ini berikut

wawancara penulis dengan salah satu informan yaitu dengan Bapa Mawarti beliau

mengatakan bahwa :

“Perbedaan kerja Nereh Empo (Erdemu Bayu) adi si nai (si adi)
ras si genduari teridah Perbedaanna, sada contoh emekap : adi
perjabun si nai (sidekah) lenga lit kalak si erjabu (sidilaki/si
diberu) istilah adu penganten., Alu perkembangen zaman si
genduari enggo I bahan adu penganten, si e ikataken jile-jile
zaman gundari ,adi turi-turin adat kalak karo labo lit Adat Adu
Penganten.
Janah ibas wari nganting manuk pe di si dekah labo bagi si
genduari kerna perpulung sangkep nggeluh perterem na, adi si
dekah (pihak sidiberu) piga-pigas aja itenahken si biak Sukut
(senina bapa), piga-piga Kalimbubu singalo bere-bere ,piga-piga
kalimbubu singalo perkempun, piga-piga kalimbubu singalo
perbibin, piga-piga itenahken singalo perbibin, bagepe tegun
sirembah ku lau ras anak beru

Adi zaman si genduari ibas acara Nganting Manuk melala kita


erbahan undangen janah ibas perpulung pe lanai terjeng keluarga
si deher ras kita.sebab genduari ibas acara Nganting Manuk e I
43

lakoken acara adu penganten , Janah melala ka ibas wari kerja


adat erdemu bayu ilakoken adu pengantin , kenca nggo dung
runggun pedalan utang adat.
Janah adi kerna Beras Piher (penampat sangkep nggeluh) berupa
sen (I gelari Pertama), adina si dekah Beras Piherna ibabana
beras,tualah rassideban na, adi genduari Beras Piher na ibabana
Sen”.

Artinya:

Perbedaan upacara pekawinan (erdemu bayu) yang dulu dengan


yang sekarang terlihat perbedaanya, salah satu contoh ialah: jika
perkawinan yang dulu (yang lama) belum ada orang yang menikah
(laki-laki/perempuan) istilah adu manten, dengan adanya
perkembangan zaman yang sekarang sudah di buat adu manten, ini
di buat untuk mempercantik adat, jika cerita adat karo zaman dulu
tidak ada adat adu manten.
Setelah itu di hari membawa ayam , jika dulu bukan seperti yang
sekarang ini karena yang berkumpul teman hidup ramainya, jika
dulu (pihak perempuan) hanya beberapa yang di undang pihak
saudara (saudara ayah), beberapa saja yang di undang pihak
saudara ayah (saudara ayah), beberapa kalimbubu yang menerima
mahar, beberapa kalimbubu singalo perkempun, beberapa
kalimbubu singalo perbibin, beberapa singalo perbibin, begitu juga
tegun sirembah kulau dan anak beru.

Jika masa kini dalam acara membawa ayam banyak dari kita
membuat undangan terus dalam pertemuannya pun sudah tidak
hanya keluarga yang dekat saja yang hadir , karena sekarang pada
acara ngambil ayamlah diadakan adu manten, terkadang pada
upacara adat dapat juga dilakukan adu manten, dan setelah selesai
musyawarah dilakukan menjalankan utang adat

Terus jika karena beras keras (bantuan dari saudara) berupa uang
(yang di namakan pertama) jika dulu beras pihernya berupa beras,
kelapa dan lain lain. Jikalau sekarang beras pihernya berupa uang”.
44

Dalam melaksanakan perannannya maka tidak akan terlepas dari hak dan

kewajiban adapun hak kalimbubu pada upacara perkawinan Erdemu bayu menurut

informan peneliti Edi Primsa mengatakan bahwa :

“Ibas Kerja Mehuli entah pe Kerja Kurang Hulina , ibas kita


pedalan utang adat kerja Nereh Empo entah pe Utang Adat
Kematen maka ibas si e lit Hak kalimbubu ( biasa igelari Iket-iket
Pertendin ) , contohna: I bas sada kuta itetapken Batang Unjuken
(Tukur si sereh) entahpe Ulu Emas (siempo) buena Rp.986.000,-
(siwah ratus waluh puluh enem ribu) maka si pedalan lebe
emekap Rp. 936.000,- (siwah ratus teluh puluh enem ribu), emaka
si turiken man kalimbubu enda dalin arih Kalimbubu, e maka reh
nina Kalimbubu Singalo Ulu Emas tatap perpulung/perterem kami
nina, e maka itambahi sukut si empo me 50.000 (Lima puluh ribu)
nari mak engo dem Rp.986.000,- (siwah ratus waluh puluh enem
ribu) , bagepe enda dalin arih kalimbubu dengan nge nina anak
beru si empo ,emaka reh nina kalimubu Singalo Ulu Emas adi
kerna Sen bas kami guro guro mata ngenca tapi kurang galang
denga kap kami nina ngerana , emaka ibas si e itaruhken bapa si
empo , bere-berena si Anak Perana dengan sibanci man suruh
suruhen Kalimbubu ,si enda bage kin turi-turin adat ibas kalak
karo. Endam ertina Ambat-Ambat Pertendin”.

Artinya :
Pada pesta yang baik maupun kurang baik, dalam kita
memperjalankan utang adat pesta kawin mengawinkan ataupun
membayar utang adat kematian, maka dari itu di dalamnya ada hak
kalimbubu (kerap kali disebut dengan mengikat batin), contohnya
pada satu desa diterapkan mahar (mahar perempuan) ataupun
mahar yang diberikan (laki laki) banyaknya Rp. 986.000,-
(Sembilan ratus delapan puluh enam ribu) maka di jalankan
terlebih dahulu yaitu Rp 936.000,-( Sembilan ratus tiga puluh enam
ribu). Karena yang di antarkan kepada kalimbubu ini jalan
musyawarah kalimbubu,karna itu kalimbubu yang memberikan
mahar berkata lihatlah keramaian kami katanya, maka di tambahi
sukut yang kawinlah Rp.50.000,- (lima puluh ribu) lagi maka telah
terkumpul penuh Rp. 986.000,- (Sembilan ratus delapan puluh
enam ribu), ini pun masih jalan kalimbubu untuk mufakat kata anak
beru yang kawin berbicara, oleh karena itu datanglah kalimbubu
yang kawin sambil berkata pada kami uang hanyalah permainan
mata saja tapi masih kurang besar kami rasa ucapnya , karena itu di
antar bapak yang kawin , bere berenya yang sudah lajang agar
45

dapat menjadi pembantu kalimbubu, inilah. Pada cerita cerita adat


dalam etnis Karo. Inilah yang dinamakan ikat mengikat batin.

Pendapat informan di atas menjelaskan apa upacara yang baik maupun

kurang baik pada adat Karo dalam menjalankan utang adat perkawinan atau

membayar utang adat atau pun membayar utang adat kematian, di dalamnya

terdapa hak kalimbubu (sering kali di sebut dengan mengikat batin). Adapun salah

satu contohnya pada satu desa di terapkan mahar (mahar perempuan) ataupun

mahar yang diberikan laki-lakiyang banyaknya Rp. 986.000 maka terlebih dahulu

Rp. 963.000,-. Karena itu masih di musyawarahkan lagi oleh kalimbubu dan

kalimbubu masih merasa kurang dan setelah itu ditambahi lagi oleh sukut yang

kawin Rp. 50.000,- maka telah terkumpulah uang itu sebanyak Rp. 986.000,- ini

pun masih kurang juga rasa kalimbubu karena mereka yang hadir begitu ramai.

Kata mereka uang hanyalah permainan mata bagi mereka namun mereka masih

merasa kurang dengan itu. Oleh karena itu datanglah bapak yang laki laki

mengantarkan anak laki-laki yang sudah dewasa untuk menjadi pesuruh

kalimbubunya.pada Etnis Karo ini dinamakan ikat mengikat batin.

Dalam terlaksananya upacara perkawinan erdemu bayu di Desa Kuta Rayat

maka kalimbubu wajib hadir mulai dari awal upacara perkawinan dilaksanakan

hingga akhir, jika mereka pergi sebelum selesainya upacara perkawinan Erdemu

bayu maka akan ada gunjingan oleh masyarakat dan mempertanyakannya

mengapa mereka pergi sebelum acara tersebut selesai. Pakaian kalimbubu dalam

pelaksanaan upacara perkawinan juga sangat berpengaruh terhadap terhormat atau

tidaknya keluarga yang menyelenggarakan upacara terebut. Jika banyak


46

kalimbubu yang memakai jas dan juga tudung maka keluarga kedua mempelai

akan dianggap keluarga tersebut merupakan keluarga terhormat, terlebih jika

kalimbubu tersebut membuat baju seragam maka masyarakat yang melihatnya

menganggap keluarga mereka merupakan keluarga yang sangat tentram. Namun

apabila kalimbubu memakai pakaian yang biasa biasa saja maka akan sulit untuk

tamu yang hadir untuk mengenalinya sehingga mereka di anggap hanya memiliki

sedikit sanak saudara.

Konsekuensi yang di terima apabila seorang kalimbubu tidak hadir dalam

upacara perkawinan Erdemu bayu, maka akan ada orang yang bertanya tanya apa

sebabnya kalimbubu tersebut tidak hadir dalam upacara perkawinan erdemu bayu,

lain halnya bila kalimbubu tersebut sedang sakit atau sedang ada halangan yang

penting. Begitu juga jika kalimbubu tidak hadir maka akan diangggap jika

keduanya memiliki perseteruan yang menyebabkan kalimbubunya tidak datang.

Menurut informan penulis terem sitepu 66 konsekuensinya apabila

kalimbubu tidak menghadiri upacara perkawinan erdemu bayu ialah:

“Adi kalimbubu la reh bas sada kerja maka kerja e banci la


erdalan alu mehuli erkiteken lalit si nggit ngaloken batang
unjukenna adi lalit ia piga piga si hadir”.

Artinya:

“Jika kalimbubu tidak hadir pada suatu pesta maka pesta tersebut
dapat berjalan dengan tidak baik, hal itu disebabkan karena tidak
ada yang mau untuk menerima mahar jika tidak beberapa dari
mereka yang hadir.”
47

Dari pendapat informan tersebut dijelaskan bahwa apabila kalimbubu tidak

hadir pada satu upacara erdemu bayu maka upacara tersebut akan mengalami

kendala dan bahkan tidak akan berjalan dengan lancar, hal tersebut disebabkan

oleh tidak ada yang mau menerima mahar jika tidak ada beberapa kalimbubu yang

hadir pada upacara erdemu bayu tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas jika dikaitkan dengan pandangan Ralph

Linton yang mengatakan bahwa peran (role) adalah aspek dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka seseorang tersebut menjalankan suatu peranan. Dengan kata

lain antara peran dan kedudukan keduanya tidak dapat dilepas pisahkan karena

saling ketergantungan satu dengan lainnya. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau

sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa peran.

Teori peran merupakan kombinasi antara disiplin ilmu psikologi, sosiologi

dan antropologi. Ketiga bidang ilmu tersebut mengambil istilah peran dari dunia

teater. Pada pertunjukan teater, seorang actor harus berperan sebagai tokoh

tertentu (Ralph Linton dalam Sarwono,2015:215). Setiap peran yang diberikan

telah memiliki sebuah kekhasan yang membedakan masing masing individu

mengenai siapa dan bagaimana individu berbuat dalam situasi tertentu. Pada tahun

1936, seorang antropolog bernama Robert Linton telah berhasil mengembangkan

teori peran yang mengggambarkan interaksi sosial termoinologi actor-aktor yang

bermain sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh budaya. Harapan-harapan peran

akan menuntut seseorang untuk berperilaku dalam kehidupan sehari hari. Oleh
48

karena itu, individu tersebut diharapkan berperilaku sesuai dengan peran tersebut

(Ralph Linton dalam Mustafa,2011). Teori peran pada literature perilaku

organisasi menyatakan bahwa suatu kawasan organisasi dapat menghasut harapan

setiap individu mengenai perilaku seseorang dalam menjalankan peran. Harapan

akan peran tesebut dapat berasal dari peran itu sendiri, individu yang

mengendalikan peran tersebut, masyarakat, atau pihak lain yang berkepentingan

terhadap peran tersebut (Ralph Linton dalam Hutami &Chairi, 2011).

Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi

sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu dan peran adalah dua aspek dari

gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, peran adalah

pemeran dari perangkat kewajiban dari hak-hak tersebut. Norma-norma

kebudayaan dipelajari terutama melalui belajar peran, walaupun beberapa norma

berlaku bagi semua anggota masyarakat, sebagian besar norma berbeda sesuai

dengan status yang disandang karena apa yang benar bagi suatu status mungkin

saja salah bagi status yang lainnya. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran

merasa sama terikatnya dengan peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan

dengan peran lainnya. Semua factor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak

ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar-

benar sama. Berkaitan dengan pendapat yang dikatakan Ralph Linton tersebut

bahwa peran kalimbubu pada suatu perkawinan erdemu bayu tidak dapat terlepas

dari status sosialnya sebagai orang yang menjadi panutan dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka peran kalimbubu yaitu :


49

1. Memberikan kata nasihat dan perkataanya dianggap telah sampai

kepada Tuhan.

2. Menyambut tamu undangan yang datang ke upacara perkawinan

erdemu bayu baik itu kalimbubunya ataupun teman sejawatnya.

3. Turut ikut mengundang yaitu mereka yang memiliki marga yang sama,

sepemerenna, dan anak berunya. Oleh karenanya jika kalimbubu turut

ikut orang yang di di undang maka mereka yang di undang takut untuk

tidak menghadirinya. Dan juga jika kalimbubu turut mengundang akan

timbul tanggung jawab pada yang di undang jadi lebih besar.

4. Kalimbubu yang memasang tudung yang perempuan dan juga

memasang bulang-bulang mempelai pria dan dia juga nantinya yang

akan melepaskannya

5. Kalimbubu harus mempesiapkan kado adat yang isinya tikar untuk

tidur, tempat masak, lengkap lampu dan berasnya, dan ayam

peliharaan.
50

4.2. Kado adat dari kalimbubu


(Sumber : dokumentasi penelitian 12 Mei 2021)

4.2. Tata Cara /Proses Upacara Perkawinan Erdemu Bayu

Dalam pelaksanaan upacara perkawinan erdemu bayu di desa Kuta Rayat

ada beberapa proses yang harus dilaksanakan agar upacara perkawinan erdemu

bayu dapat berjalan dengan lancar. Proses ini merupakan proses umum yang

dilakukan setiap kali melangsungkan perkawinan erdemu bayu di Desa Kuta

Rayat.

Menurut informan penulis Sastrawan Ginting adapun tata cara

pelaksanaan perkawinan erdemu bayu di desa kuta rayat ialah

1. Ngalo ngalo
2. Runggu
3. Pedalan ulu emas
4. Adu pengantin
5. Panggung sukut
51

6. Panggung kalimbubu
7. Panggung anak beru

Artinya

1. Penjemputan
2. Musyawarah
3. Pemberian mahar
4. Pengantin menari
5. Panggung sukut
6. Panggung kalimbubu
7. Panggung anak beru

Menurut informan tersebut dapat di jelaskan bahwa tata cara perkawinan

erdemu bayu di mulai dengan adanya penjemputan oleh anak beru menjemput

kedua mempelai ke jambur ikut dengan kalimbubunya. Setelah berkumpul

sangkep nggeluh di jambur kemudian di adakan lah runggu atau musyawarah,

yang mana musyawarahnya ialah mengenai mahar perempuan yang menikah.

Selesai musyawarah tersebut mencapai kata mufakat maka dilanjutkan lah acara

yaitu memberikan mahar kepada pihak mempelai perempuan. Setelah acara itu

dilanjutkan dengan mengadu kedua mempelai agar saling menari menyanyikan

beberapa buah lagu. Setelah itu akan ada penyampaian kata nasihat atau pedah

peda yang di mulai dari panggung sukut, kalimbubu dan terakhir pangggung anak

beru.

Berdasarkan observasi langsung yang diamati oleh penulis tepat pada

tanggal 12 Mei 2021 pada upacara adat erdemu bayu yang bernama Elustania Br

Sembiring SH dengan Nano Rafelius Sitepu. Berikut di bawah merupakan hasil

observasi penulis pada upacara erdemu bayu di Desa Kuta Rayat.


52

Proses tata cara pada perkawinan erdemu bayu Elustania Br Sembiring SH

dengan Nano Rafelius Sitepu ialah :

1. Ngalo ngalo (menjemput). Pertama-tama mereka akan berjalan dari

rumah mempelai pria kemudian ke jambur dan pada sampai di depan jambur

mereka akan disambut dengan menghamburkan beras, setelah itu mereka

berangkat lagi ke rumah mempelai wanita dan menjemput orang tua perempuan

dan juga sesampainya di jambur di sambut juga dengan menghambur hamburkan

bersa kepada mereka. Selanjutnya mereka berangkat ke rumah kalimbubu ulu

emas dengan cara anak beru memberikan kampil kepada kalimbubu ulu emas

tersebut setelah itu mereka berangkat bersama dengan anak beru ke jambur, anak

beru ini bertugas untuk membawa luah kalimbubu ke jambur dan juga di sambut

dengan menghambur-hamburkan beras. Yang terakhir mereka berangkat dari

rumah kalimbubu singalo bere bere dengan memberikan kampil oleh anak beru

kepada kalimbubu singalo bere-bere dan kemudian anak berunya itu membawa

luah kalimbubu singalo bere bere itu ke dalam jambur dan juga di sambut oleh

anak beru yang lain dengan cara menghambur-hamburkan beras juga.


53

Gambar 4.3. Ngalo ngalo kalimbubu


(sumber : dokumentasi penelitian 12 Mei 2021)

2. Runggu atau musyawarah. Setelah berkumpul kerabat dari ayah dan ibu

mempelai pengantin atau sering disebut dengan sangkep nggeluh maka akan

dimulai dengan sebuah runggu atau musyawarah , dimana musyawarah ini

merupakan musyawarah pada malam sebelum upacara erdemu bayu dimulai.

Adapun isi dari musyawarah itu ialah membuat kesepakatan mengenai tentang

batang unjuken yang akan dijalankannya.


54

3. Pedalan ulu emas, yaitu memberikan mahar kepada pihak perempuan

Gambar 4.4. Perincian mahar


(Sumber: dokumentasi penelitian 12 mei 2021)

4. Adu pengantin, yaitu kedua mempelai mempersembahkan beberapa lagu

, dimana pada umunya pertama di persembahkan untuk orang tuanya, jika orang

tuanya telah meninggal biasanya mereka menyanyikan lagu berupa kenangan

sewaktu mereka masih hidup, adapun judul lagu yang sering mereka nyanyikan

ialah, teran sora, oh bapa dan oh nande. Adapun lagu jika orang tua kedua

mempelai masi sehat wal afiat mereka akan menyanyikan lagu cawir metua dan

rudang rudang kegeluhan. Adapun lagu yang selanjutnya yang akan dinyanyikan

kedua mempelai biasanya tentang kasih sayang mereka kepada satu sama lain atau

pun juga lagu bahwa mereka telah ditakdirkan untuk bersama jenis lagunya pun

angat banyak variasinya dan tidak dapat disebutkan penulis satu persatu. Adapun
55

di saat menari maka mereka akan di berikan sumbangan , guna dari sumbangan

yang mereka dapatkan ini ialah untuk modal awal dan juga bantuan dari keluarga

untuk modal pertama mereka dikala membentuk rumah tangga yang baru.

Gambar 4.5. Adu pengantin upacara erdemu bayu


(sumber: dokumentasi penelitian 12 mei 2021)

5. Panggung sukut, sebelum saya menjelaskan mengeni panggung sukut

terlebih dahulu saya akan menjelaskan mengenai apa itu arti daripada sukut. Sukut

adalah keluarga yang sedang melaksanakan upacara perkawinan erdemu bayu.


56

Biasanya sukut memiliki merga yang sama dengan mempelai pria, namun

memiliki cabang marga yang berbeda. Pada panggung sukut ini akan berbicara

beberapa orang di antara mereka sebagai perwakilan, yaitu untuk menyampaikan

terimaksih karena telah hadir pada upacara perkawinan erdemu bayu ini dan juga

menggungkapkan kata maaf bila penyambutan tamunya kurang berkenan di hati

para tamu.

Pada penelitian yang dilakukan peneliti mengobservasi salah satu pedah

ataupun nasihat sukut pada upacara perkawinan erdemu bayu yang bernama

elustania br sembiring SH dengan Nano Rafelius Sitepu yang isinya adalah

sebagai berikut:

Perpulungen si kelengi tuhan , perpulungen si meriah ukur , man


kam sembuyak senina sepemeren si pengalon ibas pejabuken
emkap anakta elustania br sembirng. Bujur ikataken man kami
man bandu ibas pejabun anakta entah uga gia sekali pengalo-
ngalo kami ula sangkut sangkut ukur entah uga gia pemere kami
isap entah pe belo ula sangkut-sangkut ukur man bandu sembuyak
senina, sipemeren si pengalon, berendu kalah kari kata ajar man
anak kami raspe pasu-pasu.
Man kam kerina sembuyak senina siparibanen si pengalon melala
bujur kataken kami man bandu erkiteken ngo isempatkenndu reh
pertunggungken dahin anakta enda mindo maaf kami adi lit salah
cakap bas kami ula tambah-tambah sangkut ukurndu tambahlah
kejuah-juahen pagi man banta jenda nari terus kupudi labo ban
karus kami man kam kerina sangkep geluh kami kini labaluhen
kami nge tambahna em kam kerina.
Anak sembuyak senina ndu nanak beru ndu kalimbubu ndu anak
beru kami man ajar-ajarenndu bas sie kerina bas kerehenndu
pasu-pasundu nandangi anak kempu permen kami pe la lupa ertoto
man dibata maka berena man bandu kesehataen rezeki si simper.
Kimulih totondu nandangi kami kerina sangkep nggeluhndu.
Ka tengah ikut minkam bas kini riahen ukur kami ei bapa tengah
mama tengah mama nguda lalaplah ngarak-ngarak pertendin ndu
ibas perjabun kempundu ei bapa, ka tengah bapa seri lalaplah kam
ikut ibas keriahen kami ei.
Bagem man kam kerina sembuyak senina kami bas panggung ndu
kari bere kendu kata pedah kata ajar nandangi anak kempu gelah
57

enteguh pagi perjabunna ei bagi sura-sura ta , seh pagi sura-


surana malemka pagi ateta natap perjabunna aku pe bage ngenca
gedangna ngerana bujur ras mejuah-juah ita kerina.
Artinya:

Pertemuan yang di sayangi Tuhan, pertemuan yang bersuka cita,


untuk kamu sembuyak senina sepemeren si pengalon pada
perkawinan yaitu anak kita elustania br sembiring. Terima kasih
kami ucapkan pada kalian yang telah hadir pada perkawinan anak
kita ini, bagaimana pun kami dalam penyambutan kami jangan
dibawa ke hati, untukmu sembuyak senina sepemeren si pengalon.
Berilah nanti kepada anak kami ini kata ajar dan doa restu.
Untuk kalian semua sembuyak senina siparibanen si pengalon
banyak terimakasih kami ucapkan untukmu dikarenakan sudah
disempatkannya datang untuk memantaskan pesta anak kita ini
mohon maaf kami jika ada kesalahan kami dlaam berbicara jangan
tambah sakit hati kalian tambahlah keselamatan untuk kita dari sini
terus ke belakang bukan karna kami tsak sopan namun ketidak
pandaian kami nya semuanya.

Teruntuk kita semua sembuyak senina siparibanen si pengalon


banyak terima kasih kmi ucapkan pada kalian karna sudh
menyempatkan waktunya untuk penghormatan pesta anak kita.
Kami minta maaf jika ada salah dalam tutur kata kami jangan di
ambil hati tambah sehat sehatlah besok kita dari sini terus
belakangnya, bukan karna kesengajaan kami untukmu semua
kerabat kami karna kekurangan kami lah ini semua.
Anak sembuyak seninamu anak berumu kalimbubumu anak beru
kami unntuk kalian ajarkan kerna itu semua pada kedatangan kalian
berilah berkat kepada anak cucu sepupu kami pun tak lupa berdoa
kepada tuhan maka diberikannya nikmaht kesehatan dan rezeki
yang berlimpah.

Penjelasan di atas merupakan kata nasihat yang di sampaikan pihak sukut

kepada orang tua dan juga kepada kedua mempelai. Pada umumnya isi

nasihat panggung sukut iyalah menyatakan kekurangannya atas

terlaksananya pesta tersebut. Mulai dari kekurangannya dalam

penyambutan, memberikan rokok, memberikan sirih pada tamu tamu

mereka yang datang. Pihak sukut juga meminta agar para tamu undangan
58

nantiknya berdiri di panggungnya masing masing untuk memberikan

pedah ajar ataupun nasihat kepada kedua mempelai.

6. Panggung kalimbubu. Kalimbubu adalah pihak yang di tuakan atau di

hormati dalam upacara adat dan orang yang dianggap mampu memberikan contoh

dan petuh hidup yang baik kepada sukut atau pihak pesta. Adapun isi dari pihak

kalimbubu dalam menyampaikan nasihatnya dalam upacara adat erdemu bayu

yang bernama Elustania Br Sembiring SH dengan Nano Rafelius Sitepu yang

isinya adalah sebagai berikut:

Pertama tama lebe kataken kami man bandu sitepu mergana


bagepe kam beru kami ras turang ku bagepe bere bere kami
kamsen ras anak kami. Ija selama nda idah kami uga ibas kamla
erlatih latih ngepkep bere bere kami singuda meriah kel ukur kami
ibas kam tetap ersada arih.mindo kami kalimbubu ndu tetap
ersada arih ndu. Gelah arah kini ersadaan arih ndu la teridah
kami kalimbubu ndu la beluh. Emaka man kam bere bere kami ras
anak kami tania, ija nakku ibas wari nderbih kam nggo ngaloken
pasu pasu. Iduru dibata nari kelang kelangken pastor, adi idat
kami rebih maknana kata pastor ah ndai nakku kam nggo ngasup
ngaloken uga litna.
Jadi ate kami teta pertahankenndu, tetap kam ersada arih nakku.
Kelengi mamindu ras mama ndu anakku nano lah bancika ikelengi
tania ei nande ndu ras bapa ndu ei. Kampe tetaplah si keleng
kelengen, arah kam sikeleng kelengen kam nggo nampati keluarga
kedua belah pihak. Jadi ertoto kami kalimbubu ndu jumpa rezeki
kam, jumpa anak dilaki, anak diberu. Tetap ersada arih ndu ibas
kam manteki jabu simbaru. Tetap kam si keleng kelengen tetap kam
arih arih, tetap dibata ban penggurun ndu ibas tengah tengah jabu
ndu. Lah malem ningen meriah ukurta ibas kam nggo masuki
perjabun simbaru ei. Aku pe la beluh gedang ngerana sibarem
bujur.

Artinya:
59

Pertama-tama terlebih dahulu kami ucapkan padamu sitepu


merganya begitu juga untukmu beru kami dan turangku begitujuga
dengan bere bere kami kmsen dengan anak kami. Dimana selama ini
kami lihat bagai mana kamu tidah bercapek-capek membesarkan
bere bere kami anak yang paling muda kami bahagia dalam tetap
bersatunya hatimu. Kami minta kalimbubu mu tetap bersatu hatimu.
Supaya dari bersatunya hatimu tidak terlihat kami kalimbubumu
tidak terampil Karna itu padamu bere bere kami dan anak kami
Tania, pada sehari yang lalu kam sudah menerima pemberkatandari
tuhan erkelang pastor kalau kami cerna makna dari pastor itu nakku
kamu sudah snggup menerima apa adanya.
Jadi kami inginkan pertahankanmu lah, tetaplah kamu bersama
nakku. Sayangi mama dan mamimu, nakku Nano. Agar nantinya
Tania juga akan menyayangi ayah dan ibumu nak. Kalian pun berdu
tetaplah saling menyayangi karna itu menandakan bahwa kalian
telah membantu keluarga kedua belah pihak.jadi kami kalimbubumu
berdoa murah rezekimu mendapat anak laki laki dan anak
perempuan .tetaplah kamu teguh dalam menempuh hidup yang baru
ini . Tetaplah kamu saling menyayangi tetaplah bersatu hati tetaplah
tuhan menjadi panutan dalam hidupmu agar senang hati kami dalam
kamu memasuki hidup yang baru. Aku tak pandai panjang berbicara
cukup sekian dan terimakasih.

7. Panggung teman meriah, teman meriah ini ialah teman sejawat yang

melangsungkan perkawinan bisa saja teman rekan kerja mereka ataupun juga

alumni sekolah mereka. Biasanya mereka membawa kado yang bersifat pribadi.

Eme ibas ndungi peradaten anak kekelengenta ibas wari si sendah.


Kami enda kerina teman seperjuangen Nano, Tania, Robbi, Lewi I
pasar induk. Jadi meriah ukur kami ibas ndungi peradaten teman
kami sejawat ibas paksa enda. Jadi jenda nari kataken kami man
keluarga kedua belah pihak sitepu ras sembiring selamat ibas
pejabuken anak, sehat kerina jenda nari terus kulebe. Sada nari
tujuken kami man Nano ras Tania meriah ukur kami nakku seh
sura-surata me bagei. Jadi ningkami selamat menempuh hidup
baru tetap erpengendes man tuhan dibata gelah bancu ikayuh
kenndu rumah tangga ndu enda ibas perkuah ate tuhan dibata.
Keluargandu pe si ngena ate dibata. ula kam ndeahsa kuta lah ras
kai ta bas pasar induk .jadi bagem peseh kami sitik kata enda
60

bagepe man anak kami robi ras lili sehat sehat kena kerina gelah
jenda nari terus ku lebe gelah banci jadi tawar itengah tengah
keluarga sekali nari kataken kami selamat menempuh hidup baru.
Bujur ras mejuah juah kita kerina.

Artinya :

Pada terselesainya peradatan anak kesayangan kita pada hari ini.


Kami semua teman seperjuangan nano, tania, robbi Lewi Di Pasar
induk. Jadi bahagia hati kami. Pada selesainya peradatan teman
kami sejawat, pada saat ini.jadi dari sini kami ucapkan kepada
keluarga kedua belah pihak sitepu dan sembiring dalam
mengawinkan anak, sehat sehat semua dari sini terus ke depan.
Satu lagi kami tujukan pada nano dan Tania bahagia kami nakku
karna tercapinya kenginan kita, kan begitu. Jadi kami mengucapkan
selamat menempuh hidup baru tetaplah berdoa kepada tuhan agar
dapat kau kayuh rumah tanggamu ini dalam kasih Tuhan. Jangan
lah kamu terlalu lama di kampung agar kita dapat bersama di pasar
induk. Begitulah kami sampaikan ucapan selamat ini begitu juga
pada anak kami robbi dan lili sehat sehat kalian semua, agar
kedepannya dapat jadi obat di tengah keluarga. Sekali lagi kami
ucapkan selamat menempuh hidup baru. Cukup sekian dan
terimakasih.

7. Panggung anak beru


61

Gambar 4.6. Anak beru menyiapkan makan siang


(Sumber: dokumentasi penelitian 12 Mei 2021)

Gambar di atas merupakan salah satu peran dari anak beru yaitu

mempersiapkan makan pagi hingga sore yang berupa pangan lengkap beserta

laukpuknya. Gambar di atas juga menunjukkan bahwa betapa pentingnya

kehadiran suatu anak beru dalam suatu upacara erdemu bayu. Karena apabila

anak beru tidak satupun mereka hadir dalam upacara suatu perkawinan maka akan

mengganggu berjalannya upacara tersebut. Karena tanggung jawab anak beru

sangat di tuntut pada upacara perkawinan erdemu bayu. Berjalan baik tidaknya

suatu upacara perkawinan itu tergantung pada anak berunya apabila anak berunya

bertanggung jawab dalam melaksanakan perannya maka lancar lah upacara

perkawinan tersebut. Namun sebaliknya apa bila anak berunya kurang

bertanggung jawab dalam menjalankan perannya maka akan banyak kekurangan

terutama pada urusan makanan.


62

Adapun anak beru juga memiliki panggung untuk menyampaikan pedah

ajarnya kepada pihak sukut atau keluarga yang kawin. Berikut merupakan salah

satu perwakilan dari pembicara anak beru :

Man kam permen kami si beru sembiring, selamat kam menempuh


hidup baru permen ras anak kami sitepu morgana. Mejuah-juah
kam duana jumpa kam pagi sini arapknndu jumpa kam anak dilaki
jumpa anak diberu. Man kam anak kami sidilaki mungkin aku labo
tandai ndu nakku tapi bicara lape ndai iperdemu ndu impal ndu
tetep nge kam erbapa man bangku emaka bagem sitek kukataen
bandu idahna kerina anak berundu sipulung enterem mungkin
sibagin ndai bas dapur ah. Adi bagi kami permen gelah nggo teh
ndu ateku. Mungkin kami ersentabi aku man bandu terlebih si
jenda anak beru gurukinayan, ningku lebe lanai bopiga sitading ije
permen em anak beru aslina tapi sitading enda nak beru pandia
emaka ningku sekali man bandu aku bengkila ndu tuhu permen
dareh sibaba ndu bru gurkinayan tapi tading kam kuta rayat enda
kam ningku bru pandia emka bagem gelah nggo teh ndu . Maka
bagem ningku entah ija gia kampagi tading entah kuta mbelin
entah kuta rayat , jenda lit pagi lit dahin-dahin bas tengah jabu
sembiring mergana ula pagi ernobah idah ndu bas jabu
gurkinayan ras jabu pandia gelah ibaba –babaindu pagi anak
kami e sada gurkinayan ras pandia gelah alu bage permen japagi
lit dahin-dahin itengah tengah jabu kalimbubu tampak kami kerina
anak beru bagepe raskam kerina gelah seri kam pagi ras teman
ndu sedalanen enda sebab kam nge pagi sileben jenda asang kami
bengkila ndu sidarat. Emakaa em ngenca kata tersinget kusehken
bandu ermen bengkilana. Sangap kam mejuah-juah ibas njabuken
bana. Akupe sibar em erbelas kataku e kata tambahaen apai kita
sinambahisa. Bujur ras mejuah-juah kita kerina.

Artinya:

Kepada permain kami yang br sembiring selamat menempuh hidup


baru permen dengan anak kami siepu merganya. Sehat sehat kalian
duanya tersampailah seerti yang kamu harapkan, keemu anak laki-
laki, ketemu anak perempuan .untukmu anak kami yang laki-laki
mungkin aku belum kam kenla nakku tetapi walaupun kamu tidak
mengawini impalmu tetapnya kamu bertutur bapak kepadaku. Oleh
63

karena itu sedikit ku sampaikan padamu tampaklah semua anak


berumu yang ramai berkumpul ini ungkin sebagian tadi di dapur
itu. Jika seperti kami permen sagar kamu tahu. Mungkin kami anak
beru gurukinayan ku bilang terlebih dahulu, karena tak seberapa
yang tinggal disini permen, itulah anak beru aslinya tetapi yang
tinggal disini anak beru pandia karena dari itu ku katakana
kepadamu aku pamanmu benarnya permain, darah yang kau bawak
itu darah gurukinayan tetapi karna kam tinggal di kuta rayat ini ku
bilang kamu bru pandia agar kamu tahu . Oleh karena itu entah
dimana pun nantinya kamu tinggal, entah Kuta Mbelin entah Kuta
Rayat. Dimana nanti ada pesta di tengah keluarga sembiring
merganya jangan tak sama kam lihat di keluarga pandia maupun
gurkinayan. Agar kamu bawak nanti anak kami ini satu gurkinayan
dan pandia oleh karena itu permain dimana besok ada pesta pesta di
tengah keluarga kalimbubu samalah kami semua anak beru begitu
pula dengan kalian semua agar sama kau lihat besok dan teman
temanmu sejalan .ini sebab kamulah yang akan lebih dahulu hadir
disini daripada kami bengkilamu yang berdiri di luar. Karena dari
itu hanya itu kata nasihat yang kusampaikan padamu permen
bengkilanya sangap kam sehat sehat dalam menempuh hidup yang
baru. Akupun hanya itu yang dapat kusampaikan masih banyak
kami yang menambahinya. Cukup sekian dan terima kasih.

Berdasarkan wawancara diatas maka dapat disimpulkan tata cara urutan

perkawinan erdemu bayu ialah sebagai berikut:

1. Ngalo-ngalo, ngalo-ngalo adalah saat kedua mempelai menjemput

kalimbubu berjalan bersama mereka ke jambur agar acara perkawinan

erdemu bayu dapat diselenggarakan.

2. Runggu atau musyawarah, adalah saat snak saudara telah berkumpul di

jambur atau kerap kali disebut dengan sangkep nggeluh. Jika sangkep

nggeluh telah berkumpul maka akan dimusyawarahkan mengenai batang

unjuken atau sering di sebut dengan mahar.


64

3. Adu pengantin, dilaksanakan apabila kesepakatan terkait batang unjuken

ataupun mahar menemui kata mufakat. Kedua pengantin akan bernyanyi

masing masing dua lagu, yang dimana akan di cokong oleh sanak

saudaranya atau sangkep geluhnya yang kemudian uang cokongan tersebut

akan menjadi modal pertama dalam mereka membina rumah tangga.

4. Panggung sukut ialah panggung yang didalamnya terdiri dari kerabat

mereka yang melaksanakan upacara perkawinan erdemu bayu, adapun isi

dari pembicaraan sukut ini ialah memberi kata penyambutan kepada

segenap mereka yang hadir dan juga meminta maaf jika ada kesalahan

selama upacara perkawinan erdemu bayu ini berlangsung.

5. Panggung kalimbubu ialah panggung orang yang jadi panutan dalam suatu

kelurga, adapun isi dari panggung ini ialah memberikan pedah nasihat

kepada kedua orang tua yang melaksanakan pesta dan juga kepada yang

sedang melangsungkan upacara perkawinan erdemu bayu ini. Adapun

pedah yang di ajarkannya di percayai telah sampai kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

6. Panggung teman meriah, adalah panggung kepada rekan kerja kedua

mempelai ataupun rekan kerja kedua orang tua, yang isi dari panggung

teman meriah ini menyampaikan perasaan bahagianya karena ahkirnya

kedua mempelai dapat melanjutkan hubungannya kepada jenjang

pernikahan , kata nasihat dan doa agar mereka murah rezeki , memperoleh

momongan dan masi banyak lagi.


65

7. Panggung anak beru ialah panggung kepada orang orang yang

bertanggung jawab besar terhadap lauk pauk di upacara perkawinan

erdemu bayu. Adapun mereka juga memiliki panggung yang mana isi

panggungnya ialaah memberikah pedah nasihat kepada pihak sukut atau

kepada yang menyelenggarakan upacara perkawinan erdemu bayu.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penuliskan

beberapa hal utama yang menjadi kesimpulan dalam penelitian yang berjudul “

Peran Kalimbubu pada Upacara Perkawinan Erdemu Bayu Desa Kuta Rayat

Kecamatan Naman Teran” yaitu sebagai berikut:

1. Suatu upacara erdemu bayu tidak dapat berlangsung apabila kalimbubu inti

tidak hadir pada acara tersebut, karena tidak ada yang boleh menerima

mahar kecuali kalimbubu inti atau saudara kandung dari ibu.

2. Kalimbubu berperan pada suatu upacara erdemu bayu iyalah

menyampaikan kata nasihat, yang di anggap sebagai kata Tuhan karena

pasti terkabul.

3. Kalimbubu turut ikut dalam mengundang mereka yang memiliki clan

marga yang sama, sepemerennya dan anak berunya. Oleh karenanya jika

kalimbubu turut ikut orang yang di di undang maka mereka yang di

undang sungkan untuk tidak menghadirinya. Dan juga jika kalimbubu turut

mengundang akan timbul tanggung jawab pada yang di undang jadi lebih

besar.

66
67

4. Kalimbubu inti turut serta dalam memsangkan tudung mempelai pengantin

perempuan dan memasang topi adat pada mempelai pria dan juga setelah

kerja adat selesai mereka juga yang akan melepaskannya

5. Kalimbubu harus mempesiapkan kado adat yang isinya tikar untuk tidur,

tempat masak, lengkap lampu dan berasnya, dan ayam peliharaan.

Adapun kesimpulan yang peneliti peroleh mengenai proses perkawinan

erdemu bayu di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran

1. Ngalo-ngalo, ngalo-ngalo adalah saat kedua mempelai menjemput

kalimbubu berjalan bersama mereka ke jambur agar acara perkawinan

erdemu bayu dapat diselenggarakan.

2. Runggu atau musyawarah, adalah saat sanak saudara telah berkumpul

di jambur atau kerap kali disebut dengan sangkep nggeluh.

3. adu pengantin, dilaksanakan apabila kesepakatan terkait batang

unjuken ataupun mahar menemui kata mufakat. Kedua pengantin akan

bernyanyi masing masing dua lagu, yang dimana akandi cokong oleh

sanak saudaranya atau sangkep geluhnya yang kemudian uang

cokongan tersebut akan menjadi modal pertama dalam mereka

membina rumah tangga.

4. Panggung sukut ialah panggung yang didalamnya terdiri dari kerabat

mereka yang melaksanakan upacara perkawinan erdemu bayu.

5. Panggung kalimbubu ialah panggung orang yang jadi panutan dalam

suatu kelurga, adapun isi dari panggung ini ialah memberikan pedah
68

nasihat kepada kedua orang tua yang melaksanakan pesta dan juga

kepada yang sedang melangsungkan upacara perkawinan erdemu bayu

ini.

6. Panggung teman meriah, adalah panggung kepada rekan kerja kedua

mempelai ataupun rekan kerja kedua orang.

7. Panggung anak beru ialah panggung kepada orang orang yang

bertanggung jawab besar terhadap lauk pauk di upacara perkawinan

erdemu bayu.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat merumuskan beberapa

saran yaitu sebagai berikut:

1. Saran kepada kalimbubu agar senantiasa melaksanakan peran nya

pada upacara perkawinan erdemu bayu khusus desa Kuta Rayat

Kecamatan Naman teran

2. Kepada tokoh adat agar menjaga kelestarian budaya etnis karo

terkhususnya, pada upacara perkawinan erdemu bayu di Desa Kuta

Rayat Kecamatan Naman Teran dengan cara mengenalkan lebih

dulu peran peran yang ada pada upacara perkawinan erdemu bayu,

agar semakin di kenal di kalangan anak muda bangsa yang ber

Etnis Karo terkhususnya.

3. Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan bacaan

kepada mahasiswa pendidikan antropologi yang mengambil judul


69

yang berkaitan dengan penelitian ini. Sehingga penelitain ini dapat

lebih bermanfaat kepada mahasiswa khususnya jurusan pendidikan

antropologi.
68

DAFTAR PUSTAKA

Darwan, P. (2012). Adat Karo. Medan: Bina Media Perintis.


Diana Feronika Br. Purba, Rosmawati Harahap ,Alkausar Saragih. (2009). Analisis
Kata Nasihat Dalam Acara Pesta Pernikahan Adat Karo Ke Dalam Bahasa
Indonesia. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Sastra, 4, 1-6.
Hasven Stamadova, H. Y. (2019). Peranan Tokoh Adat Dalam Mempertahankan Adat
Tunggu Tubang Pada Masyarakat Semendo. semendo: Junal Sosiologi.
Koentjaraningrat. (1992). Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia . Jakarta:
Djambatan.
M.Sinuhaji. (2013). Pelestarian Adat Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Karo
Sebagai Atraksi Wisata Dalam Menunjang Kepariwisataan Di Kabupaten
Daerah Tingkat II Karo. Jurnal geografi, 5, 1-10.
P.Purba. (2018). Melestarikan Adat Nggeluh Kalak Karo. Kaban Jahe: CV. RG. Pinem
Medan .
Pulungan, A. (2018). Dalihan Natolu . Yogyakarta : Perdana Publishing.
purba, S. S. (2013). Peran Hula-Hula Dalam Pelaksanaan Perkawinan menurut Adat
Batak Toba di Desa Lumban Purba Sinihuta Kecamatan Dolok Sanggul
Kecamatan Humbang Hasundutan. Medan: unimed .
R.Nainggolan. (2019). Peran Dalihan Na Tolu dalam Pelaksanaan Upacara
Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Kelurahan Tanjung Penyembal kota
Dumai . Jurnal sosiologi , 6, 1-14.
S.Tarigan. (2018). Dinamika Peradatan Orang Karo . Kaban Jahe : Balai Adat
Budaya Indonesia.
S.Tarigan. (2018). Lentera Orang Karo dalam Berbudaya. Medan : Balai Adat
Budaya Karo.
Wijaya, M. (2015). Pemaknaan Perkawinan : Studi Kasus pada Perempuan Lajang
yang Bekerja di Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Analisa
Sosiologi, 4(pemaknaan perkawinan), 75-90.
69

GLOSARIUM/ KOSA KATA

Kalimbubu : pihak yang dihormati dan diteladani dalam


keluarga
Runggu : musyawarah mufakat
Anak beru : sebutan untuk pihak yang mengambi istri dari
keluarga tertentu
Sukut : saudara seclan atau pihak yang
menyelenggarakan pesta
Erdemu bayu : salah satu upacara perkawinan dalam etnis
karo
Senina/sembuyak : saudara yang meiliki clan marga yang sama
Kalak si laradat : orang yang tidak mempunyai adat
Perkade-kaden sepuluh dua : persaudaraan yang berjumlah dua belas
Sumbang : perkawinan semarga
Pedalan ulu emas : memberikan mahar kepada pihak perempuan
Tutur siwaluh : kekerabatan yang terdiri dari delapan
golongan
Dibata niidah : tuhan yang terlihat
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Daftar pertanyaan wawancara yang dibuat ini berguna untuk menjawab rumusan
masalah pada penelitian skripsi yang berjudul “Peran Kalimbubu Pada Upacara
Erdemu Bayu Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran”. Berikut daftar
pertanyaan wawancara untuk menjawab rumusan masalah yang sudah peneliti
buat yaitu bagaimana peran Peran Kalimbubu Pada Upacara Erdemu Bayu Desa
Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran.

Pertanyaan :

1. Menurut ibu/ bapak apa yang dimaksud dengan kalimbubu?

2. Apa saja yang menjadi peran kalimbubu dalam suatu perkawinan erdemu bayu?

3. Apa sanksi sosial apa bila seorang kalimbubu tidak hadir dalam upacara
perkawinan erdemu bayu?

4. Bagaimana pakaian kalimbubu dalam menghadiri upacara perkawinan erdemu


bayu?

5. Apa makna pakaian yang dipakai kalimbubu perkawinan erdemu bayu?

6. Mulai dari kapan kalimbubu wajib hadir dalam suatu upacara perkawinan
erdemu bayu?

7. Apa hak dan kewajiban kalimbubu dalam suatu upacara perkawinan erdemu
bayu?

8. Bagaimana urutan tata acara dalam perkawinan erdemu bayu di Desa Kuta
Rayat Kecamatan Naman Teran ?

9. Bagaimana urutan tata cara pra perkawinan dalam Etnis Karo?

10. Pada saat kapan mempelai memakai pakaian adat lengkap dalam perkawinan
Etnis Karo ?

11. Berapa mahar setiap beru dalam Etnis Karo?


12. siapa yang menerima mahar perempuan dalam perkawinan erdemu bayu di
Desa Kuta Rayat ?
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Sastrawan Ginting


Usia : 51 Tahun
Jabatan : Sekretaris Desa
Agama : Islam

2. Nama : Terem Sitepu


Usia : 66 Tahun
Jabatan : Petani
Agama : Islam

3. Nama : Edi Primsa Sembiring


Usia : 57 Tahun
Jabatan : Petani
Agama : Kristen Protestan

4. Nama : Gun-Gun Sitepu


Usia : 76 Tahun
Jabatan : Petani
Agama : Kristen Protestan

5. Nama : Ridho Ginting


Usia : 84 Tahun
Jabatan : Petani
Agama : Kristen Protestan

6. Nama : Tandan Pandia


Usia : 60 Tahun
Jabatan : Petani
Agama : Kristen Protestan
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 Wawancara Penulis dengan Bapak Edi Primsa Sembiring (L)


Sumber : dokumentasi pnelitian 12 Mei 2021

Gambar 2. Wawancara Penulis dengan Bapak Terem Sitepu (L)


Sumber : Dokumentasi Penelitian 12 Mei 2021
Gambar 3. Wawancara Penulis Dengan Bapak Gun Gun Sitepu (L)
Sumber : Wawancara Penelitian 12 Mei 2021

Gambar 4. Wawancara Penulis dengan Sastrawan Ginting (L)


Sumber : Dokumentasi Penelitian 12 Mei 2021
Gambar 5 Wawancara Penulis dengan Bapak Tandan Pandia (L)
Sumber : Dokumentasi Penelitian 12 Mei 2021

Gambar 6 Wawancara Penulis Dengan Bapak Ridho Ginting (L)


Sumber : Dokumentasi Penelitian 12 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai