Anda di halaman 1dari 112

Skripsi

PERANAN BADAN PERMUSYARATAN DESA (BPD)

DALAM PROSES LEGISLASI PERATURAN DESA BATU BELERANG

KECAMATAN SINJAI BORONG KEBUPATEN SINJAI

SUPRIADI JAYA ABADI

105610445612

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan dan

hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik

sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan skripsi dengan judul

“Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Proses Lgislasi Peraturan

Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai” merupakan

salah satu syarat untuk menyelesaikan studi sarjana strata satu (S1) pada Program

Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad

SAW. Manusia pilihan terbaik dalam peradaban zaman dikarenakan perjuangan

beliau membawa panji risalah suci Islam dari zaman jahiliyah menuju zaman yang

bertaburkan aroma bunga firdaus. Semoga suri tauladan beliau senantiasa

mewarnai dan menafasi segala derap langkah dan aktivitas kita.

Serta selalu doa yang teriring oleh kedua orang tua penulis sehingga

penulis bisa seperti ini sampai sekarang, teruntuk Ayahanda tercinta, Jamaluddin

yang telah mendidik serta membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang. Dan

untuk ibunda tercinta Fatimang yang telah melahirkan dan membesarkan penulis
sampai saat ini. Penulis bukanlah apa-apa tanpa kalian. Semoga Allah senantiasa

melimpahkan rahmat dan kesehatan kepada beliau.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun yang berguna untuk penyempurnaan selanjutnya.

Penulis telah banyak menerima masukan, bimbingan dan bantuan selama penulis

mengikuti perkuliah di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas

Muhammadiyah Makassar. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Abd. Rahman Rahim, S.E.,MM selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Idris, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar beserta

seluruh stafnya.

3. Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi

Negara dan segenap Dosen pengajar dan staf pegawai di lingkungan

FISIP Muhammadiyah Makassar khususnya jurusan Ilmu Administrasi

Negara yang pernah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

4. Ibu Hj. Andi Nuraeni Aksa, SH.,MH selaku pembimbing 1 dan bapak

Adnan Ma’ruf, S.Sos.,M.Si selaku pembimbing 2 yang telah


meluangkan waktu untuk membimbing penulis dari awal proposal

hingga skripsi ini selesai.

5. Terima Kasih untuk segala pihak yang terlibat dalam hal ini

Pemerintah Kabupaten Sinjai, pemerintah kecamatan Sinjai Borong,

Pemerintah Desa Batu Belerang, Badan Permusyawaratan Desa

(BPD)Desa Batu Belerang dan para informan serta pihak-pihak yang

tidak dapat saya sebutkan semua yang sudah membantu dan

memberikan kontribusi kepada penulis selama penyusunan skripsi

6. Saudara-saudara penulis, Kak Ramli yang telah banyak membimbing

dan mendidik penulis selama ini, serta untuk adik Adam dan adik

Syamsuddin yang telah merelakan waktunya untuk memenuhi

Kebutuhan Penulis.

7. Terima kasih untuk Salmawati atas waktu, tenaga dan perhatiannya

selama ini. Semoga Allah senantiasa membalas segala yang telah kau

berikan untuk penulis.

8. Terima kasih untuk semua teman-teman kelas B angkatan 2012 yang

tak bisa saya sebut namanya satu persatu yang telah menjadi teman

seperjuangan selama masa perkuliahan.

9. Terima kasih untuk sahabat-sahabat dari SMA 1 Sinjai Borong yang

telah mengisi hari-hari penulis dalam masa putih abu-abu.

Akhirnya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat

menjadi karunia yang tidak terhingga dalam hidupnya. Penulis telah berupaya

dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis


menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam

memperkaya khasanah ilmu pendidikan dan juga dapat dijadikan sebagai salah

satu sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti hal yang

sama.

Sekian dan Terima Kasih

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 17 Agustus 2017

Penulis
Abstrak

Supriadi Jaya Abadi, 105610445612. Program Studi Ilmu


Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammdiyah Makassar. PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
(BPD) DALAM PROSES LEGISLASI PERATURAN DESA BATU
BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG KEBUPATEN SINJAI.
Dibimbing oleh pembimbing I Hj. Andi Nuraeni Aksa dan pembimbing II
Adnan Ma’ruf.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Peran Badan


permusyawaratan Desa (BPD) dalam Proses Legislasi peraturan Desa Batu
Belerang KecamatanSinjai Borong Kabupaten Sinjai terkhusus Tentang Proses
Legislasi Peraturan Desa Batu Belerang No.3 tahun 2016 tentang anggaran
Pendapatan Dan Belaja Desa (APBDesa). Penelitian ini berlangsung kurang lebih
1 bulan dan berlokasi di Desa Batu Belerang Kabupaten Sinjai. Tipe penelitian
yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, studi
dokumen, studi pustaka dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan peran BPD dalam Proses Legislasi


peraturan Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, yaitu
mengetahui bagaimana kinerja BPD dalam proses Legislasi peraturan di desa,
apakah mereka paham tentang teknisi pembuatan perturan di desa sesuai dengan
aturan perundang-undangan yang telah ada di Indonesia. Adapun tahap
pembuatan peraturan di Desa Batu Belerang yang terbagai menjadi 3 tahap yaitu;
(a) tahap inisiasi, (B)sosio-politis dan(C) tahap yuridis. Selain itu adapun faktor
yang mempengaruhi peran Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembuatan
peraturan Desa Batu Belerang terdiri dari faktor pendukung yakni rekruitmen atau
sistem pemilihan anggota BPD,masyarakat desa Batu Belerang dan faktor sosial
budaya yang ada di desa Batu Belerang,serta adapun Faktor penghambat Dalam
pembuatan Peraturan di Desa Batu Belerang yakni kurangnya kordinasi
Pemerintah Desa dengan BPD Batu Belerang dalam Proses pengumpulan
Aspirasi, serta lamannya pemerintah kabupaten dalam mengevaluasi peraturan
yang elah di tetapkan.

Kata kunci : Badan Permusyawaratan Desa, Peraturan Desa


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

ABSTRACK.......................................................................................................................

DAFTAR ISI ....................... .............................................................................................

DAFTAR TABEL................ .............................................................................................

DAFTAR BAGAN ............... .............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..... ........................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...... ........................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .... ........................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Dan Konsep Teori ............................................................................. 10
B. Kerangka Pikir .......... ......................................................................................... 24
C. Fokus Penelitian ........ ......................................................................................... 25
D. Deskripsi Fokus Penelitian.................................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu Dan Lokasi Penelitian.............................................................................. 27
B. Jenis Dan Tipe Penelitian .................................................................................... 27
C. Sumber Data .............. ......................................................................................... 28
D. Informan Penelitian ... ......................................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 29
F. Teknik Analisis Data . ......................................................................................... 30
G. Pengabsahan Data ..... ......................................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian ...................................................................... 33


1. Visi dan Misi Desa Batu Belerang ................................................................ 34
2. Kondisi Umum Desa Batu Belerang ............................................................. 35
3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Batu Belerang............................. 36
4. Sarana dan Prasarana Desa Batu Belerang .................................................... 38
5. Pemerintah Desa Batu Belerang .................................................................... 41
6. Badan Permusyawaratan Desa Batu Belerang .............................................. 43
B. Bentuk-bentuk peranan BPD ............................................................................... 45
C. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembuatan peraturan
Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ...................... 51
1. Tahap Inisiasi ..... ......................................................................................... 53
2. Tahap Sosio-Politis ...................................................................................... 73
3. Tahap Yuridis ...... ......................................................................................... 79
D. Kendala-kendala yang terjadi dalam proses legislasi peraturan desa ................. 85
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ............... ......................................................................................... 90
B. Saran ......................... ......................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .......... ......................................................................................... 93

LAMPIRAN ......................... ......................................................................................... 96


DAFTAR TABEL

Nomor halaman

3.1 Informan Penelitian ......... ................................................................................28

4.1 wilayah administrasi pemerintahan Desa Batu Belerang ................................ 36

4.2 perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki ........................37

4.3 Perbandingan tingkat kesejahteraan penduduk Desa Batu Belerang ..............37

4.4 Perbandingan Mata Pencaharian Penduduk Desa Batu Belerang ...................38

4.5 Sarana Umum Desa Batu Belerang .................................................................39

4.6 Sarana pendidikan Desa Batu Belerang .......................................................... 39

4.7 Sarana keagamaan di Desa Batu Belerang ......................................................40

4.8 Prasarana Transportasi Desa Batu Belerang ...................................................40

4.9 Kualitas Jalan di Desa Batu Belerang ............................................................. 41

4.10 Profil BPD Desa Batu Belerang .................................................................... 45

4.11 Peran Pemerintah Desa Batu Belerang Dalam Musyawarah Dusun .............66

4.12 Absensi rapat gabungan desa batu belerang.................................................. 71

4.13 Peran BPD Desa Batu Belerang Dalam Tahap Yuridis ................................ 85
DAFTAR BAGAN
Nomor halaman
1. Kerangka Pikir ...........................................................................................24
2. Struktur pemerintah Desa Batu Belerang ..................................................43
3. Struktur BPD Desa Batu Belerang ............................................................44
4. Alur Tahap Inisiasi ....................................................................................50
5. Alur Musyawarah Tingkat Dusun .............................................................63
6. Peran Pemerintah Desa Batu Belerang Dalam Musyawarah Tingkat Dusun 67
7. Peran Pemerintah Desa Batu Belerang Dan Alur Pengumpulan Aspirasi
Masyarakat ................................................................................................69
8. Alur Tahap Sosio-politis ........................................................................... 74
9. Alur Tahap Yuridis ...................................................................................80
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan konsepsi pemerintah daerah yang tertuang dalam Undang-

Undang Dasar 1945 pada pasal 18 menyatakan bahwa “pembagian daerah

Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya

ditetetapkan dengan Undang-Undang”. Pemerintah desa merupakan sub sistem

dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan nasional, sehingga desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Hal

ini bermakna bahwa pemerintah desa mendapat perhatian serius dalam

membina masyarakat desa.

Badan permusyawaratan desa, selanjutnya disingkat BPD bukanlah

lembaga baru. Dalam 15 tahun terakhir sejak era reformasi digulirkan tugas,

fungsi dan kedudukan BPD terus berubah-ubah. Perubahan tersebut tak

terlepas dari perubahan regulasi yang mengatur urusan desa. Istilah BPD

diperkenalkan oleh undang-undang No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah

sebagai lembaga legislatif desa. Peran BPD sebagai lembaga legislatif yang

kuat ditingkat desa selanjutnya ditekan dan dilunakan oleh undang-undang

tahun 2004 tentang pemerintah daerah. BPD bergeser dari pemerintahan desa.

Sebagai unsur pemerintah desa, BPD berwenang dan ikut mengatur dan

mengurus desa. Dalam undang-undang ini lembaga musyawarah desa (LMD)

diganti menjadi badan perwakilan desa pengaturan tetang BPD ini ada dalam

pasal 104 dan 105. Yang berbunyi “Badan permusyawaratan desa atau yang
1
2

disebut dengan nama lain berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat

peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta

melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa”. Dari

pasal tersebut terlihat bahwasanya BPD memiliki empat fungsi yaitu pertama

mengayomi adat istiadat, kedua membuat peraturan desa, ketiga menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat, keempat melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa akan tetapi dalam prakteknya

fungsi ini belum berjalan semuanya.

Kedudukan badan permusyawaratan desa berdasarkan undang-undang

No.6 tahun 2014 telah bergeser tidak sebagai unsure penyelenggara

pemerintahan desa hal tersebut di tegaskan pada pasal 23 undang-undang no. 6

tahun 2014 bahwa pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah desa.

Dengan demikian badan permusyawaratan desa berada diluar struktur

pemerintahan desa. Badan permusyawaratan desa menjadi lembaga yang

mandiri namun mempunyai fungsi pemerintahan.

Pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan

Perangkat Desa. Kepala desa dipilih langsung oleh rakyat dan kepala desa yang

terpilih ditetapkan langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh Bupati.

Sedangkan BPD dipilih dari dan oleh penduduk desa bersangkutan. Titik tolak

pembangunan yang dilaksanakan ditingkat pedesaan sebaiknya berdasarkan

kepemimpinan kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang ada, ini
3

hendaknya digalang secara baik besama-sama BPD sehingga keberhasilan

pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan bersama.

Desa merupakan pemerintahan terkecil dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dalam menjlankan tugasnya desa diperlukan sebuah lembaga yakni

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan mitra pemerintah desa yang

solit dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat. Pemerintah desa dan

badan permusyawartan desa diharapkan yang bisa membawa kemajuan dengan

memberikan pengarahan, masukan dalam membangun pemerintahan desa

menjadi baik terutama dalam penyusunan dan penetapan peraturan pemerintah

desa.

Berdasarkan Undang-Undang (UU) RI No.6 Tahun 2014 tentang Desa

pasal 1 ayat 1 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya di sebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul dan atau hak tradisonal yang di akui dan di hormati

dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia. Dari konsep

pemerintahan desa dapatlah diketahui bahwa desa sebagai suatu organisasi

pemerintahan yang dikelola oleh Kepala Desa yang difungsikan sebagai

menjalankan pemerintahan, sedangkan BPD difungsikan sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD merupakan badan legislatif desa

yang akan mengawasi kebijakan yang dilaksanakan oleh Kepala Desa dalam

menciptakan pembangunan desa.


4

Kehadiran BPD membawa nuansa tersendiri dalam kehidupan

demokrasi, karena salah satu tujuan dibentuknya BPD adalah untuk

mewujudkan pemerintahan ynag demokratis ditingkat desa, salah satu bentuk

yang harus dilakukan adalah berupaya menjadikan BPD sebagai institusi yang

profesional yakni suatu lembaga desa yang mampu bekerja secara professional

untuk mewujudkan visi dan misi yang telah diembankan atau dibebankan

masyarakat kepada lembaga tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa selain menganut demokrasi, di desa juga

memiliki otonominya sendiri yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Indonesia. Otonomi desa bukanlah menunjuk pada otonomi

pemerintah desa semata-mata, tetapi juga otonomi masyarakat desa dalam

menentukan diri mereka dan mengelola apa yang mereka miliki untuk

kesejahteraan mereka sendiri. Otonomi desa berarti juga memberi ruang yang

luas bagi inisiatif dari desa. Kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri dan

keterlibatan masyarakat dalam semua proses baik dalam pengambilan

keputusan berskala desa, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun

kegiatan-kegiatan lain yang dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat desa

sendiri.

Demi mewujudkan demokrasi dan otonomi di tingkat desa maka

dibentuklah lembaga yang serupa dengan lembaga legislatif yang disebut

dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai salah satu unsur

penyelenggara pemerintahan di desa. Hal ini termuat dalam Peraturan

Pemerintah (PP) tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Desa No. 43


5

tahun 2014 yang disebutkan bahwa BPD adalah lembaga yang merupakan

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan desa. BPD sebagai badan permusyawaratan

berasal dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka

agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Badan Permusyawaratan

Desa bukanlah lembaga legislasi yang pertama ditingkat desa karena ada

lembaga legislasi desa lainnya sebelum BPD yang merupakan cikal bakal

perwujudan demokrasi dan otonomi di desa yakni Lembaga Musyawarah Desa

(LMD) dan Badan Perwakilan Desa. Lembaga ini pada hakikatnya adalah

mitra kerja pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa dalam hal ini

bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan

laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati.

Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun

hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda dan bangunan serta dapat

dituntut dan menuntut di pengadilan. Untuk itu, kepala desa dengan

persetujuan Badan Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang untuk

melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling

menguntungkan. Sebagai perwujudan demokrasi, di desa dibentuk Badan


6

Permusyawaratan Desa ( BPD ) yang sesuai dengan budaya yang berkembang

di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga legislasi dan

pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa dan Keputusan Kepala Desa.

Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat

politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara-bangsa ini

terbentuk. truktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah

menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa

merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya

serta relatif mandiri. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi

membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkret.

Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

masyarakat desa mulai berkurang. Kondisi ini sangat kuat terlihat pada masa

orde baru yang melakukan sentralisasi, birokratisasi dan penyeragaman

pemerintahan desa. Pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat

desa.

Pemerintahan Desa terdiri atas pemerintah desa yang meliputi kepala

desa, perangkat desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala desa

merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. Badan Permusyawaratan Desa

merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa


7

bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara

musyawarah dan mufakat.

Badan Permusyawaratan Desa adalah wakil penduduk desa yang dipilih

dari dan oleh penduduk desa yang mempunyai fungsi mengayomi, adat istiadat,

membuat peraturan desa dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa.

Untuk itu BPD dan kepala desa menetakan peraturan desa. Dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, kepala desa bertanggung jawab kepada

rakyat melalui BPD dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada bupati.

Badan Permusyawaratan Desa merupakan suatu lembaga legislasi dan

wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja Pemerintah Desa

yang memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai lembaga

legislatif desa, BPD bertugas membuat peraturan desa (PERDES) dimana BPD

ikut serta dalam merumuskan dan menetapkan peraturan desa yang akan

ditetapkan dan dijalankan oleh pemerintah desa.

Badan Permusyawaratan Desa memiliki fungsi utama yakni

merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan

pemerintah desa (legislasi) serta menampung dan menyalurkan aspirasi dari

masyarakat kepada pemerintah desa (refresentasi). Proses pembuatan peraturan

desa, mencakup tiga bagian yaitu bagian perencanaan, penyusunan peraturan

desa oleh kepala desa dan penyusunan peraturan desa oleh BPD, pembahasan,

penetapan, pengundangan dan penyebarluasan. Bagian ini di atur dalam pasal 5


8

sampai 13 Permendagri No.111 tahun 2014 tentang pedoman teknis pembuatan

peraturan di desa. Selain fungsi dalam legislasi dan refresentasi, BPD juga

memiliki fungsi lainnya seperti mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat

istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang

menunjang kelangsungan pembangunan dan melakukan pengawasan yaitu

meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, anggaran

pendapatan dan belanja desa/APBDesa serta keputusan kepala desa.

Fungsi legislasi adalah salah satu tugas utama BPD dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan di desa. Berbicara tentang legislasi tentunya

kita mengarah pada adanya output yang dihasilkan dalam bentuk peraturan

perundang-undangan. Dilevel desa peraturan perundang-undangan disebut

dengan peraturan desa (Perdes). BPD melakukan koordinasi dengan

pemerintah desa yakni kepala desa beserta jajarannya dalam merumuskan dan

menetapkan peraturan desa. Badan permusyawaratan desa memiliki hak untuk

menyetujui atau tidak terhadap peraturan desa yang dibuat oleh pemerintah

desa dalam hal ini kepala desa dan perangkat desa lainnya. Lembaga ini juga

dapat membuat rancangan peraturan desa untuk secara bersama-sama

pemerintah desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa.

Proses legislasi peraturan desa umumnya melalui 3 tahapan yaitu tahap

inisiasi, tahap sosio-politis dan tahap yuridis. Tahap-tahap ini mencakup

pengusulan, perumusan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan.

Rancangan peraturan desa, dapat diajukan oleh pemerintah desa dan dapat juga

oleh BPD. Dalam menyusun rancangan peraturan desa, pemerintah desa dan
9

atau BPD harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang

berkembang di masyarakat. Rancangan peraturan desa yang berasal dari

pemerintah desa disampaikan oleh kepala desa kepada BPD secara tertulis.

Setelah menerima rancangan peraturan desa, BPD melaksanakan rapat

paripurna untuk mendengarkan penjelasan kepala desa. Jika rancangan

peraturan desa berasal dari BPD, maka BPD mengundang pemerintah desa

untuk melakukan pembahasan. Setelah dilakukan pembahasan, maka BPD

menyelenggarakan rapat paripurna yang dihadiri oleh anggota BPD dan

pemerintah desa dalam acara penetapan persetujuan BPD atas rancangan

peraturan desa menjadi peraturan desa yang dituangkan dalam keputusan BPD.

Setelah mendapatkan persetujuan BPD, maka kepala desa menetapkan

peraturan desa, serta memerintahkan sekretaris desa atau kepala urusan yang

ditunjuk untuk mengundangkannya dalam lembaran desa.

Tahap-tahap penyusunan dan penetapan peraturan desa yang ada harus

dijalankan seluruh desa di Indonesia dengan memperhatikan tiap tahapan, tidak

terkecuali dalam pembuatan Peraturan Desa di Desa Batu Belerang Kecamatan

Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. BPD merupakan salah satu Unsur

penyelenggara pemerintahan desa yang paling berperan dalam Pembuatan

Perdes, kurangnya sosialisasi peraturan yang dibuat oleh perangkat desa

dengan BPD yang menjadi permasalahan dalam proses penyusunan dan

penetapan peraturan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dengan

masyarakat sehingga masih banyak yang melanggar peraturan desa.


10

Atas dasar itu penyusun merasa tertarik untuk meneliti bagaimana

proses BPD dalam penyusunan dan penetapan peraturan desa di Desa Batu

Belerang, maka penyusun memandang penelitian ini harus dilakukan agar bisa

melakukan identifikasi proses BPD dalam penyusunan dan penetapan peraturan

desa, di Desa Batu Belerang berjalan secara konferensif (menyeluruh).

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji

permasalahan-permasalahan tersebut dengan mengangkat suatu judul penelitian

yaitu “Peranan Badan Permusyaratan Desa (BPD) Dalam Proses

Legislasi Peraturan Desa Batu Belerang ecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa

2. Apa saja kendala Badan Permusyawaratan Desa dalam Legislasi Peraturan

Desa di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami peran Badan Permusyawaratan Desa

dalam proses legislasi peraturan Desa;

2. Untuk mengetahui kendala-kendala Badan Permusywaratan Desa dalam

legislasi peraturan Di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai.
11

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah mampu menjadi acuan bagi

seluruh badan permusyawaratan desa seluruh penjuru tanah air khususnya BPD

di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai dalam

mengoptimalkan perannya sebagai penampung dan penyalur aspirasi

masyarakat sehingga mampu membangun tatanan desa yang beraturan dan

mapan dalam hal ekonomi, social, politik dan budaya.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dan Konsep Teori

1. Peranan

Peranan adalah berasal dari kata peran, yang menurut kamus besar

Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemain. Peran adalah orang yang

menjadi atau melakukan sesuatu yang khas, atau perangkat tingkah yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat. Jika

ditujukan pada hal yang bersifat kolektif didalam masyarakat, seperti

himpunan, gerombolan atau organisasi, maka peranan berarti “perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan

didalam sebuah masyarakat”.

Peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan

peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial

khusus. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam

harapan yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap

pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua

harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat

atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam

menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Menurut Soekanto (2009:243:244) dalam bukunya Sosiologi Suatu

Pengantar, mengatakan bahwa: “Peranan (role) merupakan aspek dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya

12
13

sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan”.

Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan

ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu

tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa

kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan

kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai

macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.

Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya

bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh

masyarakat kepadanya. Lebih lanjut Soekanto (2002:243-244) mengatakan

bahwa “Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan

posisi dalam pergaulan masyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat

(yaitu social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat

individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjukkan

pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses”. Jadi, seseorang

yang menduduki posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Levinson dalam Soekanto (2009:213) Peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peratutan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan masyarakat;

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi;


14

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku yang penting bagi

struktur sosial masyarakat .

Jadi peranan sangat penting didalam suatu organisasi, sebab

peranan merupakan suatu konsep prilaku yang dilakukan oleh seseorang

dalam masyarakat atau seorang pemimpin kepada bawahannya sesuai

dengan norma-norma. Menurut Ali (2002:464) menjelaskan: Peranan adalah

perilaku yang berlangsung atau tindakan yang berkaitan dengan kedudukan

tertentu dalam struktur organisasi”. Ditambahkan oleh Ali (2002:446)

menjelaskan bahwa: “Istilah peranan dipakai untuk menujukan gabungan

pola-pola kebudayaan yang berkaitan dengan posisi status tertentu. Peranan

meliputi sikap, nilai, dan perilaku yang ditentukan masyarakat kepada setiap

dan semua orang yang menduduki jabatan tertentu”. Suhardono mengatakan

peran adalah: “Peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi

perilaku yang mesti dilakukan seseorang, yang menduduki suatu posisi”.

Lebih lanjut dikatakan Suhardono yaitu: “Setiap Pelaku peran sadar akan

posisinya. Karena hal menduduki posisi ini membawa konsekuensi berupa

tekanan-tekanan yang datang dari sistem sosial dan belum tentu dapat

dipenuhi, maka akan muncul dua kemungkinan. Pertama, pelaku akan

memenuhinya secara lugas, atau kedua memenuhinya secara artificial”. Juga

dijelaskan oleh Suhardono (2009) yaitu: “Bagaimana seorang individu

menilai dirinya sendiri dan orang-orang lain di Sekitarnya, kepegawaian

seseorang dalam membawakan diri tersebut mempengaruhi orang lain, dan

lebih banyak lagi, kepiawaian tersebut meliputi perilaku belajar dan


15

motivasi, cara pemberian sanksi, konformitas dan independensi antar pelaku

dalam kancah sosial”.

Menurut Merton (dalam Raho 2007:67) mengatakan bahwa

peranan didefenisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan

masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sedangkan menurut

Dougherty dan Pritchard (dalam Baur 2003 : 56 ) mengemukakan bahwa

relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut

oleh para penilai dan pengamat (biasanya supervisior dan kepala sekolah)

terhadap produk atau autcame yang dihasilkan.

Peranan menurut Ambarwati (2009:15), menunjukkan cakupan

peran sebagai suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan dalam suatu

perusahaan. Sebagaimana dalam menjalankan sebuah perusahaan,

perusahaan tentu tidak bisa lepas dari peranan seluruh elemen perusahaan

termasuk public relation. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpilkan

bahwa peranan dapat diartikan sebagai langkah yang diambil oleh seseorang

atau sekelompok dalam menghadapi suatu peristiwa.

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan permusyawaratan desa (BPD) adalah lembaga yang

melaksanakan fungsi pemerintahan dibidang penyusunan dan penetapan

peraturan desa (PERDES), penampungan aspirasi masyarakat dalam rangka

perumusan program dalam anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes)

dan pengawalan kinerja pemerintah desa.


16

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana

demokrasi yang dimaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan aspirasi dari

masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga

masyarakat lainnya. Dalam Pemerintahan Desa BPD dapat dianggap sebagai

"parlemen"-nya desa karena memiliki peran sebagai pembuat dan pengesah

peraturan desa. BPD mempunyai kedudukan sejajar dengan pemerintah desa

(kepala desa) dengan kata lain BPD dan Pemerintah Desa merupakan mitra

yang saling bekerja sama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat

desa, maka disini terjadi mekanisme check and balance system dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa.

Dalam pencapaian tujuan mensejahterakan masayarakat desa,

masing-masing unsur Pemerintah Desa dan BPD dapat menjalankan

fungsinya dengan mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Oleh

karena itu menurut Wasistiono 2006:36 hubungan yang bersifat kemitraan

antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi antara lain:

a. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra;

b. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai;

c. Adanya niat baik untuk membantu dan saling mengingatkan;

d. Adanya prinsip saling menghormati.


17

Berdasarkan pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa, diamanatkan bahwa tugas Badan Permusyawaratan Desa

yaitu:

a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa

dan Peraturan Kepala Desa;

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;

d. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;

e. Menggali, menampung, menghimpun merumuskan dan

menyalurkan aspirasi masyarakat;

f. Menyusun tata tertib BPD.

Berdasarkan pasal 61 undang-undang No. 6 tahun 2014 Badan

Permusyawaratan Desa berhak:

a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan

Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa;

b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,

dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan

c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Dan dalam pasal 37 PP 72 Tahun 2005, anggota BPD mempunyai hak:

a. Pengajukan rancangan peraturan Desa;

b. Mengajukan pertanyaan;
18

c. Menyampaikan usul dan pendapat;

d. Memilih dan dipilih;

e. Memperoleh tunjanga.

3. Peraturan Desa

Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang

ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan

Permusyawaratan Desa (UU RI No. 6 Tahun 2014 Bab I, pasal 1 ayat 7).

Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa,

dengan demikian maka pemerintahan desa harus merupakan penjabaran

lebih lanjut dari peraturan-peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus memperhatikan kondisi

sosial budaya masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka panjang,

menengah dan jangka pendek.

Peraturan desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi

sosial budaya masyarakat setempat. Peraturan desa dilarang bertentangan

dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi. Secara teoritis, pembuatan produk hukum harus didasari oleh

paling tidak empat dasar pemikiran (Hamzah Halim, 2009:12) antara lain :

a. Dasar Filosofis, merupakan dasar filsafat atau pandangan hidup yang

menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat kedalam suatu


19

rancangan/draft peraturan perundang-undangan sehingga hukum yang

dibentuk tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral atau nilai-nilai adat

yang dijunjung tinggi dimasyarakat. Menurut Satjipto Raharjo, asas

hukum ini juga lazim disebut sebagai dasar/alasan bagi lahirnya suatu

peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum.

b. Landasan Sosiologis, bahwa Peraturan Perundang-undangan yang dibuat

harus dapat dipahami oleh masyarakat dan harus sesuai dengan

kenyataan hidup masyarakat yang bersangkutan. Aturan hidup yang

dibuat harus sesuai dengan keutuhan, keyakinan dan kesadaran

masyarakat.

c. Landasan Yuridis, bahwa yang menjadi landasan dalam pembuatan

peraturan perundang-undangan adalah peraturan atau sederet peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi dan dasar kewenangan seorang

pejabat atau badan membentuk Peraturan Perundang-undangan.

d. Dasar Hukum, Tolak ukur di atas dapat memberikan jaminan bahwa

rancangan peraturan perundang-undangan yang dibuat merupakan cikal

bakal peraturan perundang-undangan yang diterima oleh masyarakat

(acceptable), populis dan efektif. Populis, karena mengakomodir

sebanyak-banyaknya keinginan penduduk di daerah. Efektif, karena

peraturan yang dibuat itu operasional dan jangkauan peraturannya

mencakup sebanyak-banyaknya kepentingan masyarakat dan senantiasa

sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga setiap kebutuhan

masyarakat pada setiap era, mampu diwadahinya.


20

Peraturan desa yang wajib dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

72 tahun 2005 adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan

desa (pasal 12 ayat 5 );

2. Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Pasal

73 ayat 3);

3. Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJMD) (pasal 64 ayat 2);

4. Peraturan desa tentang pengelolaan keuangan desa (pasal 76);

5. Peraturan desa tentang pembentukan Badan Milik Usaha Desa (pasal 78

ayat 2), apabila pemerintah desa membentuk BUMD;

6. peraturan desa tentang Pembentukan Badan Kerjasama (pasal 82 ayat 2);

7. Peraturan desa tentang Lembaga Kemasyarakatan (pasal 89 ayat 2).

Selain peraturan desa yang wajib dibentuk seperti tersebut diatas,

pemerintah desa juga dapat membentuk peraturan desa yang merupakan

pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perundang-undangan

lainya yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat, antara lain:

a. Peraturan desa tentang pembentukan panitia pencalonan dan pemilihan

kepala desa.

b. Peraturan desa tentang penetapan yang berhak menggunakan hak Pilih

dalam pemilihan kepala desa.


21

c. Peraturan desa tentang penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan

kampanye, cara pemilihan dan biaya pelaksanaan pemilihan kepala desa.

d. Peraturan desa tentang pemberian penghargaan kepada mantan kepala

desa dan perangkat desa.

e. Peraturan desa tentang penetapan pengelolaan dan pengaturan

pelimpahan/pengalihan fungsi sumber-sumber pendapatan dan kekayaan

desa.

f. Peraturan desa tentang pungutan desa.

Selain hal diatas perlu juga diperhatikan bahwa dalam hal

pembahasan rancangan Peraturan Desa masyarakat berhak memberikan

masukan baik secara lisan maupun tertulis (Pasal 83 ayat (3) PP RI No 43

Tahun 2014) dan Peraturan Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota melalui camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan

paling lambat 7 hari setelah ditetapkan (Pasal 84 ayat (4) PP RI No 43

Tahun 2014). Adapun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang

telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3

(tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk di

evaluasi Guna untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa

menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa (Pasal

69 ayat(4) UU RI No.6 tahun 2014 tentang Desa).

4. Proses Legislasi Peraturan Desa

Secara umum, proses pembuatan Peraturan Desa melalui 3 (tiga)

tahapan yakni:
22

a. Tahap Inisiasi (Pengusulan dan Perumusan)

Pada tahap inisiasi ide atau gagasan dalam pembuatan

peraturan desa dapat datang dari dua belah pihak baik dari pemerintah

desa maupun dari BPD. Apabila usulan tersebut datangnya dari BPD,

maka rancangan tersebut diserahkan kepada kepala desa, begitupun

juga sebaliknya apabila usulan tersebut datangnya dari kepala desa

maka rancangan peraturan desa diserahkan kepada BPD artinya

keduanya mempunyai hak untuk mengajukan peraturan desa.

BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh ketua-ketua bidang

(bidang kemasyarakatan atau pemerintahan dan pembangunan) untuk

membahas usulan tersebut apabila disepakati perlu adanya peraturan

desa sesuai dengan usulan tersebut maka hasil rapat tersebut dijadikan

pra-rancangan peraturan desa. Usulan peraturan desa juga dapat dari

masukan anggota masyarakat yang secara langsung atau lewat BPD

kemudian dari BPD lalu dibahas semacam kepanitiaan kecil, bila

disetujui barulah rapat secara lengkap untuk membahas pantas tidaknya

peraturan desa setelah itu dibuat rancangan peraturan desa. Sebuah ide

atau gagasan pembuatan peraturan desa harus dibahas terlebih dahulu

melalui sidang pleno guna menetapkan apakah usulan tersebut disetujui

menjadi sebuah rancangan peraturan desa atau tidak.

Setelah mendapat persetujuan dari rapat BPD bahwa dari

usulan pembuatan peraturan desa menjadi rancangan peraturan desa,

maka sekretaris BPD membuat rancangan peraturan desa untuk


23

diserahkan kepada kepala desa dalam bentuk tulisan guna mendapat

persetujuan untuk menjadi peraturan desa. Setelah kepala desa

menerima rancangan peraturan desa, kepala desa mengadakan rapat

bersama dengan perangkatnya guna membahas rancangan yang

disampaikan oleh BPD. Hasil keputusan rapat tersebut akan dibahas

dalam rapat gabungan yang dihadiri oleh BPD, kepala desa dan

perangkatnya sebagaimana diketahui bahwa yang dimaksud dengan

perangkat desa sesuai dalam pasal 61 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 43 tahun 2014 tentang perangkat desa terdiri dari sekretariat

desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun

2006 pasal 10 ayat (1-3), Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, pungutan, dan penataan ruang yang telah

disetujui bersama dengan BPD, sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa

paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Hasil evaluasi rancangan Peraturan

Desa sebagaimana dimaksud diatas disampaikan oleh Bupati/Walikota

kepada kepala desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak rancangan

peraturan desa tersebut diterima. Apabila bupati/walikota belum

memberikan hasil evaluasi rancangan anggaran pendapatan dan belanja

desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak rancangan peraturan desa

tersebut diterima, maka kepala desa dapat menetapkan rancangan

peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa


24

(APBDesa) menjadi peraturan desa. Kemudian pada pasal 11 Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2006 dijelaskan bahwa evaluasi

rancangan peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa

sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dapat didelegasikan kepada

Camat.

b. Tahap Sosio-Politis (Pembahasan)

Rancangan peraturan desa yang telah diterima oleh pemerintah

desa, selanjutnya diadakan pembahasan dalam rapat gabungan antara

BPD, kepala desa serta perangkat desa. Peranan perangkat desa tersebut

dimaksudkan untuk menampung aspirasi masyarakat sehingga dalam

pelaksanaannya nanti Peraturan Desa dapat diterima. Dalam rapat

pembahasan ketua BPD memberikan penjelasan mengenai latar

belakang dan tujuan dibuatnya peraturan desa. Dalam rapat tersebut

diadakan tanya jawab berkaitan dengan Ranperdes. Pada waktu rapat

pembahasan, permasalahan yang ada dalam rancangan peraturan desa

dibahas satu persatu, dibacakan oleh ketua BPD, dan yang menetapkan

peraturan desa adalah kepala desa.

Rancangan peraturan desa yang diajukan bermula dari satu

pendapat atau satu pandangan dari pihak BPD, setelah dibahas bertemu

dengan kepala desa, sekretaris desa dan perangkat desa lainnya

sehingga menghasilkan kesepakatan bersama, maka peraturan desa

yang diajukan selalu mengalami perubahan yang bertujuan untuk

menyempurnakan isi dan materi peraturan desa, sehingga peraturan


25

desa yang dihasilkan dapat memenuhi aspirasi masyarakat dan

menyangkut kepentingan umum. Setelah diadakan pembahasan yang

mendalam maka dapat diambil sebuah keputusan dapat diterima atau

tidaknya rancangan tersebut menjadi sebuah peraturan desa.

Pengambilan keputusan tentang peraturan desa biasanya dilakukan

dengan cara musyawarah untuk mufakat. Namun tidak menutup

kemungkinan diadakan voting.

c. Tahap Yuridis (Pengesahan dan Penetapan)

Setelah rancangan tersebut mendapat persetujuan dari semua

pihak untuk dijadikan peraturan desa maka langkah selanjutnya adalah

kepala desa bersama BPD menetapkan rancangan peraturan desa

tersebut menjadi sebuah peraturan desa sesuai Pasal 83 ayat (4)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 tahun 2014 tentang desa. Namun

sebelumnya, rancangan peraturan desa yang telah disetujui bersama

kepala desa dan BPD tersebut disampaikan oleh pimpinan BPD kepada

kepala desa, penyampaian rancangan peraturan desa dilakukan dalam

jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal

persetujuan bersama (Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 214 pasal

84 ayat 1).

Setelah ditetapkan menjadi peraturan desa, kepala desa

memerintahkan sekretaris desa untuk mengundangkannya dalam

lembaran desa. Peraturan desa berlaku sejak ada ketetapan dari kepala

desa.
26

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori secara umum dan hasil

pengamatan dilapangan, maka adapun yang menjadi acuan penulis dalam

penelitian ini adalah Proses legislasi peraturan desa umumnya melalui 3

tahapan yaitu tahap inisiasi, tahap sosio-politis dan tahap yuridis. Tahap-tahap

ini mencakup pengusulan, perumusan, pembahasan, pengesahan dan

pengundangan. Rancangan peraturan desa, dapat diajukan oleh pemerintah

desa dan dapat juga oleh BPD.

Bagan.1
kerangka pikir

Peranan BPD dalam proses legislasi


peraturan desa

1. UU RI No.6 tahun 2014 tentang Desa


2. PP RI No. 43 Tahun 2014 tentang
peraturan pelaksanaan UU RI No.6
tahun 2014.

Peranan BPD dalam proses legislasi peraturan Desa

1. Tahap Inisiasi (Pengusulan & Perumusan)

2. Tahap sosio-politis (Pembahasan) Kendala


3. Tahap Yuridis (Penetapan/Pengesahan)

Peraturan Desa
27

C. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah peran Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) dalam proses legislasi peraturan desa dan kendala Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dalam legislasi peraturan desa di Desa Batu

Belerang.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

1) Tahap inisiasi (Perumusan dan Pengusulan) meliputi :

a. BPD dapat menyusun dan mengusulkan rancangan peraturan desa

b. Rancangan peraturan desa tentang rencana pembangunan jangka

menengah desa, rancangan peraturan desa tentang rencana kerja

pemerintah desa, rancangan peraturan tentang APB Desa dan rancangan

peraturan desa tentang laporan pertanggung jawaban realisasi

pelaksanaan APB Desa

c. Rancangan peraturan desa dapat diusulkan oleh anggota BPD kepada

pimpinan BPD untuk ditetapkan sebagai rancangan peraturan usulan

BPD.

2) Tahap sosio-politis (Pembahasan) meliputi :

a. Rancangan peraturan desa yang telah disusun wajib dikonsultasikan

kepada masyarakat desa

b. Rancangan peraturan desa dapat dikonsultasikan kepada camat untuk

mendapatkan masukan

c. Konsultasi diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat

yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan


28

d. Racangan peraturan desa yang telah dikonsultasikan disampaikan

kepala desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama

3) Tahap yuridis (Penetapan/Pengesahan) meliputi :

a. Rancagan peraturan desa yang telah dibubuhi tanda tangan kepala desa

disampaikan kepada sekertaris desa untuk diundangkan

b. Kepala desa tidak menandatangani perancangan peraturan desa tersebut

wajib dalam lembaran desa yang sah menjadi peraturan desa.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan kurang lebih 2 bulan mulai dari tanggal 24

juni sampai tanggal 24 Agustus 2017, lokasi penelitian yaitu di Desa Batu

Belerang Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai. Dengan dasar

pertimbangan karena tidak sesuai dengan legislasi peraturan desa, hal ini dapat

di lihat dari lemahnya kinerja dan fungsi BPD.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif menurut

Bogdan dan Taylor yang di maksud dengan penelitian kualitatif adalah

salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dalam

melaksanakan peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam proses

Legislasi Peraturan Desa.

2. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif yaitu

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena

atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel

yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti untuk memberikan

gambaran tentang pelaksanaan fungsi Legislasi Badan Permusyawaratan

Desa Batu Belerang, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai

29
30

C. Sumber Data

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari Informan, baik melalui

wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pelaksanaan fungsi

legislasi BPD setempat maupun melalui observasi yang erat kaitannya

dengan objek penelitian.

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dengan membaca buku literatur-

literatur, dokumen, majalah dan catatan perkuliahan yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti.

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan sebagai slah satu bentuk sumber data yang paling

penting (urgen) terhadap proses penelitian harus menggunakan teknik yang

tepat. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah purposive sampling, purposive sampling menurut sugiyono (2013:126)

adalah salah satu teknik sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 1.

No. Nama Inisial Jabatan Keterangan

1. Muh. Yasir M.Y Ketua BPD 1 orang


2. Irmawati IR Sekertaris BPD 1 orang

3. Bohari BH Anggota BPD 1 orang


4. Saiful SF Anggota BPD 1 orang
31

5. Marlina MR Anggota BPD 1 orang

6. Ahmad.P A.P Kepala Desa 1 orang

7. Sulaiman SL Sekertris Desa 1 orang

8. Muh. Ramli M.R Tokoh Masyarakat 1 orang

9. Asri AS Tokoh Masyarakat 1 orang

10. A. Baharuddin A.B Tokoh Masyarakat 1 orang

Jumlah 10 orang

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung yang ada di lapangan yang

erat kaitannya dengan objek penelitian. Adapun yang menjadi objek dalam

penelitian ini yaitu di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong.

2. Wawancara

Yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada sejumlah informan untuk

memperoleh informasi dan gagasan yang berkaitan erat dengan penelitian

ini. Adapun tujuan peneliti menggunakan metode wawancara ini adalah

untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang proses legislasi

peraturan Desa.

3. Dokumentasi

Teknik ini bertujuan melengkapi teknik wawancara dan observasi, berupa

catatan resmi yang berkaitan dengan objek penelitian.


32

F. Tekhnik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tersebut pengolahan data tidak harus

dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan

setelah pengolahan data selesai. Analisis data adalah proses penyederhaaan

data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpresentasikan. Data

yang di peroleh kemudian dianalisis secara bersama dengan proses

pengumpulan data, proses analisis yang dilakukan merupakan suatu proses

yang cukup panjang. Data dari hasil wawancara yang diperoleh kemudian

dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi sebuah catatan lapangan.

G. Keabsahan Data

Untuk mengabsahkan data diperlukan tekhnik pemeriksaan data.

Tekhnik keabsahan data atau biasa disebut validitas data didasarkan pada

empat kriteria yaitu kepercayaan, keterlatihan, ketergantungan, dan kepastian.

Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian dilapangan

diperlukan teknik sebagai berikut:

1. Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek baik

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang

berbeda dalam metode kualitatif.

2. Memanfaatkan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

derajat kepercayaan data dari pemanfaatan pengamat akan membantu

mengurangi bias dalam pengumpulan data


33

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

dengan sumber, dimana dalam triangulasi ini sumber-sumber yang ada

digunakan untuk membandingkan dan mengecek kembali hasil dari berbagai

macam metode yang digunakan dalam penelitian ini. Berarti disini diperlukan

format wawancara / protokol wawancara (dalam metode wawancara), catatan

pengamatan (dalam metode observasi), serta data-data lain yang akurat yang

dapat menunjang penelitian ini.

Triangulasi dengan sumber data dapat di tempuh dengan jalan sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi;

3. Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang sewaktu diteliti

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat pandangan orang seperti rakyat biasa, pejabat pemerintah,

orang yang berpendidikan, orang yang berbeda;

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Triangulasi dengan sumber data dalam penelitian ini adalah setelah

melakukan pengamatan terhadap keadaan sekitar didalam BPD maupun diluar

BPD kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil wawancara yang telah

dilakukan terhadap ketiga narasumber yaitu komponen masyarakat, BPD, dan


34

Pemerintah Desa. Perbandingan ini juga dilakukan atas dasar pertimbangan

dari hasil wawancara antar ketiga narasumber. Apakah ada kesesuaian satu

sama lainnya atau tidak. Selain itu perbandingan ini dilakukan agar hasil dari

penelitian ini akurat.


35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan gambaran umum lokasi penelitian yakni Desa

Batu Belerang kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai yang meliputi

gambaran umum Desa Batu Belerang, gambaran umum Pemerintah Desa Batu

Belerang dan gambaran umum Badan Permusyawaratan Desa Batu Belerang.

Gambaran umum Desa Batu Belerang mencakup kondisi fisik dan wilayah,

kependudukan, kondisi sosial, kondisi ekonomi, serta visi misi Desa Batu

Belerang. Gambaran umum Pemerintah Desa Batu Belerang dan BPD Desa

Batu Belerang terdiri dari kedudukan, tugas dan fungsi, serta struktur

organisasi.

A. Deskripsi Objek Penelitian

Desa Batu Belerang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai. Desa Batu Belerang terdiri atas empat Dusun yakni

Dusun Bontoe, Dusun Jeppara, Dusun Kalimbu dan Dusun MattiroTasi yang

masing-masing dusun memiliki Empat (4) Rukun Tetangga(RT) di dusun

Bontoe , Empat (4) Rukun Tetangga (RT) di Dusun Jeppara dan tiga (3) rukun

tetangga (RT) di Dusun Kalimbu, dan Dua Rukun Tetangga di Dusun

Mattirotasi. Desa Batu Belerang adalah Desa pertanian yang dominan

penduduknya hidup dari hasil pertanian seperti Padi, Tembakau, Jagung, Kopi

dll.

Desa Batu Belerang merupakan salah satu desa di wilayah di Sinjai

Borong yang terbentuk pada tahun 1960 dan pada saat itu desa Batu Belerang

35
36

masih merupakan wilayah perwakilan Kecamatan Sinjai Barat. Nama Batu

Belerang diambil dari kata “ERE” dan “BURU” yang artinya “air berbau”.

Dimana sungai tersebut terdapat belerang yang menyebabkan air yang

mengeluarkan bau. Tempat tersebut berada di Ma’ra yang sekarang terkenal

dengan Taman Hutan Raya.

P erjalanan pemerintahan di Desa Batu Belerang, kepala Desa pertama

adalah A.Muh.Saleh, pada tahun 1965-1970 dipimpin oleh saudara Mahmud.

Pada tahun 1970-1972 dipimpin oleh Baso Burhan, Tahun 1972-1978 oleh

Muh.Djafar Sudja, Tahun 1978 Ambo Sakka sampai 1986. 1998 bapak Ambo

Tang, kemudian pada tahun 1998-2015 adalah bapak Muh. Ali Hasan dan

tahun 2015 sampai sekarang dipimpin oleh Ahmad P.

1. Visi dan Misi Desa Batu Belerang

a. Visi Desa Batu Belerang

Terwujudnya Desa yang sejahtera, unggul dalam kualitas hidup,

terdepan dalam pelayanan publik.

b. Misi Desa Batu Belerang

1) Meningkatkan produktifitas dan pendapatan masyarakat Desa

melalui kebijakan ekonomi kerakyatan dan peningkatan

infrastruktur pedesaan.,

2) Meningkatkan sumber daya manusia dalam berbagai aspek

kehidupan.,

3) Mewujudkan manajemen pemerintahan Desa yang profesional,

pemerintahan yang amanah dan pelayanan publik yang berkualitas.


37

2. Kondisi Umum Desa Batu Belerang

1. Keadaan Geografis

1.1 Batas Wilayah

- Sebelah Timur : Desa Biji Nangka

- Sebelah Barat : Kabupaten Gowa

- Sebelah Utara : Desa Barambang

- Sebelah Selatan : Desa Bonto Tangnga

1.2 Luas Wilayah

Luas Desa Batu Belerang sekitar 3.446,65 Ha. Hampir semua

lahan yang ada di Desa Batu Belerang yaitu lahan pertanian.

1.3 Keadaan Topografi

Secara umum keadaan topografi Desa Batu Belerang adalah

daerah pembukitan dengan ketinggian 850 m diatas permukan laut dan

kemiringan tanah 35-65. Desa Batu Belerang terdiri dari beberapa

wilayah Dusun Bontoe, Dusun Jeppara, Dusun Kalimbu dan Dusun

Mattirotasi yang berada di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

yang berjarak sekitar 40 Km dari pusat kota Sinjai.

1.4 Iklim

Iklim Desa Batu Belerang sebagaimana desa-Desa lain di

wilayah Indonesia beriklim tropis dengan dua musim yakni musim

kemarau dan musim hujan.


38

1.5 Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa

Desa Batu Belerang terdiri atas empat (4) dusun yakni Dusun

Bontoe, Dusun Jeppara, Dusun Kalimbu dan Dusun Mattirotasi.

Wilayah administrasi pemerintahan Desa Batu Belerang memiliki

jumlah rukun tetangga (RT) sebanyak tiga belas (13) dan masing dusun

terdiri dari empat (4) RT di Dusun Bontoe, empat (4) rukun

tetangga(RT) di Dusun Jeppara, tiga (3) RT di Dusun Kalimbu dan dua

(2) rukun tetangga (RT) di Dusun Mattirotasi. Berikut wilayah

administrasi pemerintahan Desa Batu Belerang.

Tabel 4.1
wilayah administrasi pemerintahan Desa Batu Belerang
Nama Dusun Jumlah RT

Dusun I Bontoe 4

Dusun II Jeppara 4

Dusun III Kalimbu 3

Dusun IV Mattirotasi 2

Sumber : data profil Desa Batu Belerang tahun 2016

3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Batu Belerang

3.1 Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Batu Belerang terdiri atas 471 KK dengan total jumlah

jiwa 2.082 jiwa. Berikut perbandingan jumlah penduduk perempuan

dengan laki-laki.
39

Tabel 4.2
perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki
Laki-laki Perempuan Total
1.060 1.022 2.082
Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016
3.2 Tingkat kesejahteraan

Desa Batu Belerang yang memiliki 2082 jiwa dari 560 KK terbagi atas 2

klasifikasi dilihat dari tingkat kesejahteraannya yakni pra sejahtera dan

sejahtera.

Tabel 4.3
Perbandingan tingkat kesejahteraan penduduk Desa Batu Belerang
Prasejahtera Sejahtera Total

225 KK 335 KK 560 KK

Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

3.3 Mata pencaharian

Desa Batu Belerang merupakan daerah pegunungan. Olehnya itu

sebagian besar mata pencaharian penduduk bergantung pada hasil

pertanian, penduduk Desa Batu Belerang sebagian besar berprofesi sebagai

petani, pengrajin selebihnya ada yang berprofesi sebagai pedagang,

peternak dan juga berprofesi sebagai PNS (guru dan pegawai negeri

lainnya). Berikut perbandingan jumlah jenis mata pencaharian penduduk

Desa Batu Belerang.


40

Tabel 4.4
Perbandingan Mata Pencaharian Penduduk Desa Batu Belerang
Mata pencaharian Jumlah
1. Petani 972
2. PNS 19
3. Pengraji 5
4. Pedagang Barang Kelontong 10
5. Peternak 241
6. Montir 2
Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016
4. Sarana dan Prasarana Desa Batu Belerang

Seperti desa-Desa lainnya, Desa Batu Belerang juga memiliki

sarana dan prasarana yang meliputi berbagai aspek guna memenuhi

kebutuhan masyarakatnya. Desa Batu Belerang yang letaknya begitu jauh

dari pusat kota Sinjai memiliki sarana dan prasarana yang dapat dikatakan

cukup memadai. Berikut gambaran sarana dan prasarana yang ada di Desa

Batu Belerang.

4.1 Sarana Umum

Sarana umum meliputi semua sarana yang dapat digunakan dan

sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Batu Belerang pada umumnya.

Berikut sarana umum yang ada di Desa Batu Belerang


41

Tabel 4.5
Sarana Umum Desa Batu Belerang
Sarana Umum Jumlah
Masjid 4
Pasar 1
Lapangan 1
Poliklinik 1
Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

4.2 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan sangat dibutuhkan di semua tempat

termasuk Desa Batu Belerang. Sarana Pendidikan sangat penting bagi

pengembangan ilmu pengetahuan masyarakat di Desa Batu Belerang.

Olehnya itu beberapa sarana pendidikan dibangun di Desa Batu

Belerang. Berikut sarana pendidikan yang ada di Desa Batu Belerang.

Tabel 4.6
Sarana pendidikan Desa Batu Belerang
Sarana Jumlah

PAUD 1

TK 1

SD 2

SMA 1

Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

4.3 Sarana keagamaan

Dalam melaksanakan kegiatan rohani dibutuhkan sarana-sarana

keagamaan. Di Desa Batu Belerang yang semua masyarakatnya


42

menganut agama Islam memiliki beberapa Masjid sebagai sarana

keagamaan. Berikut sarana keagamaan di Desa Batu Belerang.

Tabel 4.7
Sarana keagamaan di Desa Batu Belerang
Sarana Jumlah
Masjid 4

Mushallah 1

Gereja -

Pura -

Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

4.4 Prasarana Transportasi

Dalam melancarkan akses ke dalam maupun ke luar suatu

daerah atau wilayah dibutuhkan prasarana transportasi sebagai media

dalam memudahkan penggunaan alat transportasi. Di Desa Batu

Belerang memiliki prasarana transportasi sebagai akses dalam

menjangkau wilayah Desa Batu Belerang itu sendiri dan Kabupaten

Sinjai dan Kepulauan. Berikut prasarana transportasi di Desa Batu

Belerang.

Tabel 4.8
Prasarana Transportasi Desa Batu Belerang
Prasarana Jumlah
Provinsi 200,00 KM
Kabupaten 45,00 KM
Kecamatan 5,00 KM
Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016
43

4.5 Kualitas Jalan

Kualitas jalan sebagai akses keluar masuk suatu daerah atau

wilayah sangat perlu diperhatikan. Hal ini dimaksudkan agar dapat

memperlancar segala macam kegiatan masyarakat yang membutuhkan

jalan sebagai media pendukungnya. Oleh karena itu, Desa Batu

Belerang yang memiliki lebih dari 2.000 penduduk membutuhkan

jalan yang memiliki kualitas yang baik agar dapat digunakan oleh

masyarakat Desa Batu Belerang itu sendiri. Desa Batu Belerang

memiliki beberapa jenis jalan berdasarkan kualitasnya mulai dari yang

memenuhi standar hingga yang sifatnya kurang memadai. Berikut jenis

jalan berdasarkan kualitasnya di Desa Batu Belerang.

Tabel 4.9
Kualitas Jalan di Desa Batu Belerang
Jalan Panjang
Aspal 7,00 KM
Pengerasan 10,00 KM
Tanah 0,50 KM
Beton -
Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

5. Pemerintahan Desa Batu Belerang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang

Desa, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
44

Kesatuan Republik Indonesia. Penyelenggaraan pemerintahan Desa merupakan

subsistem dari penyelenggaraan pemerintahan, sehingga Desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.

Adapun urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Desa mencakup:

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa;

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota; dan

4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang- undangan

diserahkan kepada desa.

Penyelenggaraan pemerintahan dan pembuatan APBDesa di Desa

ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. Adapun Penyelenggara

pemerintahan di Desa Batu Belerang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa,

Kaur Perencanaan, Kaur Keuangan, Kaur Tata Usaha dan Umum, Bendahara,

Kasi Pemerintahan, Kasi Kesejahteraan, Kasi Pelayanan, Kadus Bontoe ,

Kadus Jeppara, Kadus Kalimbu, Kadus Mattirotasi.

Selain yang telah disebutkan diatas, juga terdapat BPD yang

merupakan mitra pemerintah Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Ada pun struktur pemerintah Desa Batu Belerang dapat dilihat dalam bagan

berikut ini :
45

Bagan.2
Struktur pemerintah Desa Batu Belerang

Kepala Desa
Ahmad.P

Sekretaris Desa
Sulaeman

Kaur Perencanaan Kaur Keuangan Kaur tata usaha


Nirmawati, SP Fitriani dan umum
Kartini, S.Pd

Bendahara
Muh. Said, A.Md.,Pus

Kasi pemerintahan Kasi Kesejahteraan Kasi Pelayanan


Muh. Tahir Lukman, S.Pd Hartati

Kadus Bontoe Kadus Jeppara Kadus Kalimbu Kadus Mattirotasi


Aditya Saputra A.Muh. Darwis A.Baharuddin Hamis

Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

6. Badan Permusyawatan Desa Batu Belerang

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan mitra kerja

pemerintah Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa. Badan

Permusyawaratan Desa Batu Belerang disahkan pada tahun 2012 yang lalu,

lembaga ini terbentuk mengingat peraturan Mentri Dalam Negeri yang

mengatur tentang pedoman teknis pembentukan Badan permusyawaratan Desa


46

yaitu Peraturan Mentri Dalam Negri No.111 Tahun 2014. Badan

Permusyawaratan Desa Batu Belerang berjumlah 9 orang, yang terdiri atas :

1. Ketua : 1 orang

2. Sekretaris : 1 orang

3. Bendahara : 1 orang

4. Anggota : 6 orang

Mekanisme pembentukan anggota BPD Batu Belerang yaitu

dipilih melalui musyawarah mufakat. Mekanisme tersebut sesuai

dengan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang pedoman

pembentukan Badan Permusyawaratan Desa. Adapun struktur Badan

Permusyawaratan Desa Batu Belerang dapat dilihat pada bagan berikut

ini :

Bagan. 3
Struktur BPD Desa Batu Belerang

Ketua BPD
Muh. Yasir

Wakil Ketua BPD Sekertaris BPD


Hasma Irmawati

Anggota BPD

1. Bohari
2. Muzakkir Tahir
3. Ahmar
4. Marlina
5. Saiful
6. Muh.Yahya
47

Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

Table 4.10
Profil BPD Desa Batu Belerang
Nama Jabatan Keterangan

Muh. Yasir Ketua BPD Imam Dusun Bontoe

Hasma Wakil Ketua BPD Guru TK

Irmawati Sekertaris BPD Tokoh Masyarakat

Bohari Anggota BPD Tokoh Masyarakat

Muzakkir Tahir Anggota BPD Tokoh Masyarakat

Ahmar Anggota BPD Tokoh Masyarakat

Marlina Anggota BPD Tokoh Masyarakat

Saiful Anggota BPD Tokoh Masyarakat

Muh. Yahya Anggota BPD Tokoh Masyarakat

Sumber : laporan data profil Desa Batu Belerang 2016

B. Bentuk-Bentuk Peranan BPD

1. Peranan BPD dalam membahas dan menyepakati peraturan desa

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disingkat dengan BPD adalah

merupakan lembaga yang ada di desa yang memiliki tugas dan fungsi yang

strategis bagi kelancaran kegiatan pelaksanaan pembangunan desa apalagi

dikaitkan dengan kondisi masyarakat pedesaan yang memiliki dinamika dan

kehidupan yang sangat tinggi dalam demokrasi.

Selain itu juga kehadiran BPD telah memberikan ruang gerak yang

sangat positif dalam konfigurasi (wujud) demokrasi khususnya bagi

masyarakat desa dengan menyalurkan aspirasi politiknya.Sebagai lembaga


48

independen/lembaga social dalam tata pemerintahan desa BPD sebagai suatu

lembaga legislasi dan sebagai parlemen desa membawa nuansa baru dalam

menggerakan partisipasi rakyat desa dalam kehidupan demokrasi. Hal ini akan

mencerminkan dari wujudnya kesadaran masyarakat terhadap tanggung

jawabnya bagi kelangsungan masa depan desa mereka walaupun mungkin

akan terjadi perbedaaan diantara mereka.

Melalui Badan Permusyawaratan Desa masyarakat desa mulai

menyadari betapa pentingnya kehadiran mereka terhadap Pemerintah

Desa.Adat istiadat mulai rujuk yang dulunya dianggap tidak penting kini

digali untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan desa. Jika

dilihat, diamati tentang peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam

mengayomi adat istiadat, maka sesungguhnya sangat membantu pemerintah

desa khususnya dalam kelestarian ekosistem, kegiatan pembangunan,

penggalian potensi desa, bahkan pengaruh pada proses pembuatan peraturan

desa bersama dengan Kepala Desa.

Adat istiadat yang menjadi kesepakatan Badan Permusyawaratan Desa

khususnya di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong antara lain

panggilan adat tentang budaya tudang sipulung. Budaya tudang sipulung dari

hasil pengamatan penulis sudah mulai diangkat kembali menjadi modal dalam

mendukung kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan

desa Panggilan adat istiadat seperti budaya tudang sipulung mulai terasa bagi

masyarakat desa terutama dalam membangkitkan semangat gotong royong dan

unsur kebersamaan.Dengan dikembangkannya budaya tudang sipulung


49

berbagai program pembangunan perbaikan jalan, pembangunan sarana ibadah

dan berbagai prasarana lainnya kini mulai dikerjakan dalam bentuk

kebersamaan walaupun sebenarnya unsur kebersamaam seperti ini mulai

hilang namun masyarakat desa mulai merasakan manfaatnya.

Kerusakan lingkungan juga menjadi ancaman bagi kelestarian

ekosistem bagi masyarakat desa khususnya di Desa Batu Belerang Kecamatan

Sinjai Borong karena pada waktu yang lalu dengan adanya penebangan hutan

secara langsung dapat merusak kelestarian ekosistem, sehingga dapat

menurunkan daya dukung lingkungan, masyarakat melalui BPD menyalurkan

aspirasi kepada pemerintah desa. Melalui kesepakatan bagi anggota Badan

Permusyawaratan Desa pada beberapa desa khususnya di lokasi bencana, telah

melahirkan berbagai kesepakatan yang dilakukan secara tidak tertulis, namun

rakyat desa mulai menyadari bahwa pentingnya menjaga keseimbangan

lingkungan, kelestarian ekosistem apalagi ancaman bahaya terjadinya

bencana. Melalui pemerintah desa bersama Badan Permusyawaratan Desa

diupayakan berbagai kesepakatan yang diambil antara lain :

a) Dilarang menebang hutan ataupun merusak lingkungan yang ada disekitar.

b) Bagi masyarakat desa kiranya menjaga keamanan bersama dan

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan .

c) Bagi para pendatang agar supaya segera melapor selama 1 x 24 jam kepada

pemerintah desa melalui kepala jaga (Pala) ataupun kepada pemerintah.

d) Bagi masyarakat petani agar menanamkan kebersamaan dan membentuk

kelompok tani dalam meningkatkan produktivitas di bidang perta nian.


50

Berdasarkan hasil penelitian diatas, menyatakan pelaksanaan tugas-

tugas BPD sudah baik. dalam menyusun dan membuat peraturan desa, maka

selama di lokasi penelitian tentang peraturan desa, peran Badan

Permusyawaratan Desa sangat besar dalam menyangkut penggalangan aspirasi

karena dengan hadirrnya Badan Permusyawaratan Desa, maka aspirasi

masyarakat sudah mulai dimunculkan buktinya masyarakat desa sudah

memiliki keberanian dalam melakukan pengawasan serta meminta lembaga

pertanggungjawaban dari kepemimpinan Kepala Desa selama masa tugasnya.

Dari hasil penelitian mengenai peran BPD dalam menyerap aspirasi

masyarakat dalam pembuatan peraturan desa, menurut tokoh masyarakat

Bapak AS, mengatakan:

“peranan BPD dalam menyerap aspirasi masyarakat dalam


pembuatan peraturan desa cukup baik dan terbuka, mereka
mengundang masyarakat untuk meminta pendapat sebelum
membuat perdes, dengan demikian dapat menjaring kemauan
masyarakat”.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh masyarakat Desa Batu Belerang

dengan menjawab sesuai dengan jawaban bapak AS diatas. Dengan demikian

dapat diambil kesimpulan bahwa BPD di Desa Batu Belerang Kecamatan

Sinjai Borong cukup baik dalam menyalurkan aspirasi masyarakat dalam

membuat peraturan desa.

2. Peranan BPD dalam menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dalam pembangunan

Tugas-tugas dan fungsi seperti dalam mengayomi adat-istiadat,

terlihat adat istiadat menjadi pendorong bagi masyarakat setempat, seperti

budaya tudang sipulung memberikan rasa kebersamaan dalam membangun.


51

BPD di desa juga berfungsi sebagai proses pembelanjaran dalam menyalurkan

aspirasi.

Penyaluran aspirasi ini membantu masyarakat dalam mengemukakan

pendapat, mengajukan usulan-usulan penting demi kepentingan pembangunan

di desa, bahkan masyarakat bisa belajar membuat program-program yang

dulunya tidak pernah didapat.Bekal dan modal aspirasi langsung disalurkan

lewat mekanisme dalam rapat-rapat desa.

“Dengan adanya otonomi daerah yang terbaru dalam undang-


undang Nomor 6 Tahun 2014, memberi ruang gerak yang
sangat positif bagi daerah pedesaaan dalam berdemokrasi, hal
ini dapat dilihat dari fungsi BPD dalam menyalurkan aspirasi
masyarakat”. (wawancara dengan IR)

Di Desa Batu Belerang sebelum dibentuknya BPD maka dulunya

dikenal dengan LKMD, namun sebagai wadah partisipasi LKMD berfungsi

hanya sebagai perpanjangan tangan pemerintah Keputusan Presiden Nomor 28

Tahun 1980, justru menghambat partisipasi masyarakat, karena rakyat hanya

mengiyakan keputusan-keputusan yang dilakukan oleh pemerintah desa.

Tetapi kehadiran BPD melalui Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

pemerintahan desa dan tentang BPD, membawa angin segar bagi rakyat desa

dalam menyalurkan aspirasinya. Tugas dan fungsi BPD adalah sangat

dominan dimana BPD berfungsi sebagai lembaga legislasi, dan sebagai badan

yang memiliki kewajiban dalam mengawasi tugas Kepala Desa yang dulunya

syarat dengan berbagai kepentingan.

Desa Batu Belerang sebagai desa pertanian yang memiliki lahan

potensial yang bergerak dibidang perkebunan, seperti tanaman tembakau.


52

Walaupun masyarakatnya petani, namun mereka memiliki kepedulian yang

sangat tinggi dan berpartisipasi bagi kepentingan pembangunan desa.Oleh

karena itu lewat BPD masyarakat memiliki kedewasaan dalam menyampaikan

berbagai pendapat. Adat istiadat sudah dikembangkan sejak dahulu yakni

budaya tudang sipulung sangat berguna dalam membangun desa. Berdasarkan

data yang saya peroleh di lapangan tentang BPD, maka saya menyimpulkan

bahwa kehadiran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di desa Batu Belerang

sangat bermanfaat karena BPD telah melaksanakan fungsinya dalam

menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat guna menunjang

pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan seluruh masyarakat desa.

3. Peranan BPD dalam melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Dalam pembuatan perencanaan pembangunan desa yang berkaitan

dengan proyek masuk desa, maka sampai saat ini Kepala Desa sudah

bekerjasama dengan Badan Permusyawaratan Desa yakni dalam Rencana

Jangka Panjang Menengah, sehingga terjadi hubungan yang sangat baik antara

Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa. Kalau dulu setiap proyek

bantuan yang turun di desa tidak pernah dibicarakan melalui forum-forum

seperti ini, namun dengan kehadiran Badan Permusyawaratan Desa maka

mulai Nampak dilakukan secara aspiratif dan memberikan kepercayaan yang

nyata kepada masyarakat. Berdasarkan data yang saya peroleh di lapangan

tentang BPD. Saya mengambil kesimpulan bahwa BPD sangat bermanfaat,

karena selain tempat menampung, menyalurkan, dan membuat peraturan desa,

BPD juga memberi peran luas untuk partisipasi masyarakat desa dalam proses
53

pembuatan kebijakan tingkat desa dengan dibentuknya Badan

Permusyawaratan Desa. Kehadiran BPD telah membawa perubahan mendasar

dalam penyelenggaraan pemerintah desa karena peran dan fungsi BPD yang

sangat strategis.

Sampai dengan saat ini BPD telah dapat menjalankan tugas dan

fungsinya meskipun masih dalam taraf orientasi, terbukti dengan berhasilnya

desa menyelesaikan agenda desa yang penting menyangkut pemilihan Kepala

Desa dimana proses pemilihan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab

BPD. Dalam proses pengawasan maka tidak terlalu dipermasalahkan karena

Kepala Desa mampu bekerjasama dengan BPD dan kalaupun ada hal-hal yang

kurang berkenan maka kami lakukan dengan cara terbuka atau melakukan

dialog secara langsung. BPD pada dasarnya dituntut untuk melakukan

perannya antara lain mengenalkan nilai-nilai demokrasi Pancasila kepada

masyarakat desa pada umumnya dan pelaksanaan pemerintahan desa pada

khususnya. Selain itu BPD harus mampu membina kehidupan demokrasi

didesa serta menyelesaikan permasalahan yang timbul sesuai dengan

ketentuan yang disepakati di desa.

C. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Proses Legislasi

peraturan Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten

Sinjai

Peraturan pemerintah No. 43 tahun 2014 menegaskan bahwa ada

beberapa peraturan desa yang wajib dibentuk atau dibuat oleh pemerintah desa

di Indonesia, salah satunya yakni Peraturan Desa Tentang Anggaran


54

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Berdasarkan peraturan perundang-

undangan tersebut Kepala Desa dan BPD Desa Batu Belerang secara bersama-

sama membuat Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 tahun 2016 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) tahun 2016. Peraturan

desa tersebut merupakan pedoman sekaligus landasan dalam pembuatan

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) tahun 2016.

Dalam pembuatannya, peraturan desa tersebut telah melewati proses yang

panjang hingga dapat menjadi sebuah peraturan yang dapat diberlakukan di

Desa Batu Belerang.

Sesuai yang dikemukakan pada bab sebelumnya, dalam proses

legislasi peraturan desa dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yakni tahap inisiasi,

tahap sosio-politis dan tahap yuridis. Tahap-tahap tersebut menjadi pedoman

dalam proses legislasi peraturan desa tidak terkecuali dalam pembuatan

Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDesa) tahun 2016. Dalam pembuatan peraturan desa

tersebut melibatkan banyak pihak. Namun, dalam pembuatan peraturan desa

tersebut didominasi oleh BPD Desa Batu Belerang dan Pemerintah Desa Batu

Belerang. Dalam hal ini, BPD Desa Batu Belerang bertindak sebagai lembaga

legislasi di desa.

BPD Desa Batu Belerang yang merupakan lembaga legislasi di Desa

Batu Belerang tentunya memiliki peran-peran tersendiri. Peran-peran tersebut

sangat erat kaitannya dalam proses legislasi peraturan desa khususnya dalam

pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 tahun 2016 Tentang APBDesa
55

Tahun 2016 di Desa Batu Belerang. BPD Desa Batu Belerang dituntut

melaksanakan fungsi legislasinya semaksimal mungkin dalam pembuatan

peraturan desa tersebut. Oleh karena itu, dalam bab ini penulis akan mengulas

bagaimana pelaksanaan fungsi legislasi Badan Permusyawaratan Desa Batu

Belerang dalam Tahap Inisiasi, Sosio-politis dan Yuridis proses legislasi

Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun

2016.

Di dalam pemerintahan desa, BPD berkedudukan sejajar dan menjadi

mitra kerja pemerintah desa. Pengertian sejajar disini adalah bahwa kedudukan

BPD tidak lebih rendah dan tidak lebih tinggi dan bukan merupakan bagian

dari pemerintah desa. Seperti yang dinyatakan oleh sekertaris Desa Batu

Belerang bahwa

“Berkaitan dengan BPD sebagai mitra kerja pemerintah adalah dalam


melaksanakan tugasnya BPD dan pemerintah Desa wajib saling
menghormati, bantu-membantu, saling mengisi guna tercapainya
penyelenggaraan pemerintah desa yang efesien, efektif, serta
tercapainya kemakmuran desa, walaupun saat ini tidak ada peraturan
desa yang dibuat selain anggaran pendapatan dan belanja desa (
APBDes) serta rencana pembangunan jangka menengah desa (
RPJMDes)”. (wawancara dengan SL tanggal 10 Juli 2017)

1) Tahap Inisiasi Dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Batu Belerang

Tahap Inisiasi proses legislasi Peraturan Desa Batu Belerang No.3

tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016 merupakan tahap munculnya

gagasan oleh Pemerintah Desa Batu Belerang. Dalam pembentukan peraturan

desa tersebut, tahapan ini adalah tahapan yang paling awal. Dalam Tahap

Inisiasi ini, BPD Desa Batu Belerang tidak memiliki hak untuk mengajukan

usulan rancangan peraturan desa. Hal tersebut sesuai dengan Permendagri


56

No.111 Tahun 2014 pasal 7 (2). Namun hak untuk mengajukan usulan

rancangan peraturan Desa tentang APBDesa yaitu Pemerintah Desa.

Pemerintah Desa Batu Belerang berasumsi bahwa pada saat itu

Desa Batu Belerang memang sangat membutuhkan peraturan desa tentang

APBDesa, untuk membenahi Desa Batu Belerang dalam hal pembenahan

infrastruktur dan suprastrukur Desa Batu Belerang. Hal tersebut diungkapkan

oleh kepala Desa Batu Belerang, berikut pernyataannya.

“Dalam pembenahan desa Batu Belerang, peraturan desa


tentang APBDesa sangat dibutuhkan, karena untuk
menciptakan infrastruktur dan suprastuktur yang memadai
dibutuhkan aturan .apalagi sudah keharusan desa harus
memiliki peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan
belanja desa, atas dasar itulah kami sebagai Pemerintah Desa
Batu Belerang mengusulkan rancangan peraturan desa tentang
APBDesa kepada BPD desa Batu Belerang untuk di tindak
lanjuti”. (wawancara A.P pada tanggal 12 Juli 2017)

Berdasarkan dari uraian serta penyataan di atas yang dikemukakan oleh

salah satu informan dalam penelitian, di dapat alasan mengapa Pemerintah

Desa Batu Belerang melakukan pengusulan dalam pembentukan Peraturan

Desa Batu Belerang No. 3 tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016 antara

lain.

1. Menjalankan amanah Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 yang

mengharuskan pembuatan peraturan desa tentang Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Desa

2. Desa Batu Belerang sangat membutuhkan peraturan desa tersebut

dalam membenahi Desa Batu Belerang;


57

3. Dalam pembenahan infrastruktur dan suprastruktur harus dilandasi

dengan peraturan desa.

Dalam Tahap Inisiasi proses legislasi Peraturan Desa Batu

Belerang No. 3 tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016 diawali dengan

pengumpulan aspirasi masyarakat. Pengumpulan aspirasi ini dilakukan

dalam bentuk musyawarah. Musyawarah tersebut dilakukan di tingkat RT

dan dusun di Desa Batu Belerang. Setelah aspirasi masyarakat telah

dikumpulkan, proses atau langkah selanjutnya adalah melakukan

penyusunan dan pengusulan.

Penyusunan dan pegusulan dilakukan dalam rapat yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Batu Belerang, rapat ini bersifat

internal. Hasil dari rapat internal yang dilakukan pemerintah Desa

kemudian di konsultasikan kepada camat kecamatan Sinjai Borong

bersama dengan tokoh masyarakat yang berada Desa Batu Belerang, selain

menyusun dan mengusulkan rancangan peraturan desa , Pemerintah Desa

juga melibatkan BPD Desa Batu Belerang dalam proses penetapan

rancangan peraturan desa yang akan diajukan Selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas,Tahap Inisiasi proses legislasi Peraturan

Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai No. 3

tahun 2016 tentang APBDesa tahun 2016 dapat dibagi menjadi 3 subtahap,

yakni sebagai berikut :

a) Pengumpulan aspirasi masyarakat Desa Batu Belerang;


58

b) Penyusunan dan pengusulan rancangan peraturan desa yang di

konsultasikan bersama Camat Sinjai Borong dan Tokoh

Masyarakat Desa Batu Belerang;

c) Penetapan rancangan peraturan desa yang melibatkan BPD

Desa Batu Belerang.

Bagang. 4
Alur Tahap Inisiasi

Tahap Inisiasi Peraturan


Desa Batu Belerang

Pengumpulan Penyusunan dan Pengusulan Penetapan


Aspirasi Masyarakat rancangan peraturan Desa Rancangan peraturan
yang telah dikonsultasikan Desa

1.1 Proses Pengumpulan aspirasi masyarakat Desa Batu Belerang

Sebelum pemerintah Desa Batu Belerang melakukan

Pengusulan dan Penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa tahun 2016 Yang ditetepkan menjadi rancangan peraturan

desa oleh BPD dan pemerintah desa Batu Belerang ada proses yang

turut berperan dalam inisiasi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa

Batu Belerang. Proses tersebut adalah Pengumpulan Aspirasi

Masyarakat. Pengumpulan aspirasi tersebut terbagi atas Musyawarah

RT dan Musyawarah Dusun. Musyawarah RT dan Dusun tersebut

merupakan media bagi Pemerintah Desa dalam mengumpulkan


59

aspirasi masyarakat Desa Batu Belerang merupakan wadah bagi

masyarakat Desa Batu Belerang dalam menyalurkan aspirasinya

khususnya dalam proses pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang

No. 3 tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016. Hal ini didukung

oleh keterangan dari salah seorang dari tokoh masyarakat sekaligus

Salah seorang kepala dusun Kalimbu Desa Batu Belerang berikut ini :

“Sebelum Pemerintah Desa Batu Belerang merumuskan


ranperdes, Pemerintah Desa Batu Belerang mengumpulkan
aspirasi masyarakat yang dihasilkan dalam musyawarah RT
dan dusun. Saya bersama kepala-kepala dusun lainnya
memberikan hasil musyawarah dusun ke Pemerintah Desa
untuk dikumpulkan dan diajukan secara resmi untuk kemudian
dibahas secara bersama oleh Pemerintah desa Batu Belerang
Dan Camat Kecamatan Sinjai Borong” (Wawancara dengan
A.B, tanggal 13 Juli 2017).

Pengumpulan aspirasi oleh Pemerintah Desa Batu Belerang

didasarkan pada Peraturan Mentri Dalam Negri No. 111 tahun 2014

bahwa Pemerintah Desa memiliki fungsi dan wewenang dalam

menampung aspirasi masyarakat, sehingga dapat diartikan bahwa

Pemerintah Desa sebagai penyelenggaraan pemerintahan desa untuk

melakukan upaya untuk menggalang aspirasi masyarakat. Oleh karena

itu, Pemerintah Desa Batu Belerang berinisiatif untuk meminta kepada

aparat pemerintah dusun dan RT untuk mengumpulkan masyarakatnya

dalam forum musyawarah. Pengumpulan hasil dari musyawarah RT

dan dusun tersebut akan dikonsultasikan kepada Camat Kecamatan

Sinjai Borong sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan

rancangan peraturan desa tentang APBDesa tahun 2016, dan proses


60

selanjutnya pemerintah desa membahas rancangan peraturan desa

untuk di tetapkan menjadi rancangan peraturan APBDesa bersama

BPD Desa Batu Belerang.

Pengumpulan aspirasi masyarakat dalam proses legislasi

peraturan desa memiliki peranan tersendiri dalam pelaksanaan Tahap

Inisiasi, yaitu sebagai berikut :

1. Merupakan proses yang bersifat penunjang dalam menciptakan

peraturan desa yang berpihak kepada masyarakat desa;

2. Merupakan proses persiapan dalam melakukan perumusan

rancangan peraturan desa;

3. Mendorong tercapainya tingkat keefektifan dan efisiensi dalam

pembuatan sebuah peraturan desa.

Adapun Pengumpulan aspirasi masyarakat oleh Pemerintah Desa

Batu Belerang dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Musyawarah Tingkat RT

Dalam proses Pengumpulan Aspirasi Masyarakat di Desa Batu

Belerang terkait pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang No. 3

tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016, diawali oleh

musyawarah yang diadakan di tingkat RT yang ada di dusun-dusun

di Desa Batu Belerang. Di Desa Batu Belerang ada 4, Dusun Bontoe,

Dusun Jeppara, Dusun Kalimbu dan Dusun Mattirotasi yang masing-

masing dusun memiliki Empat (4) Rukun Tetangga(RT) di dusun

Bontoe , Empat (4) Rukun Tetangga (RT) di Dusun Jeppara, tiga (3)
61

rukun tetangga (RT) di Dusun Kalimbu, dan Dua (2) Rukun

Tetangga di Dusun Mattirotasi dengan demikian ada 13 musyawarah

tingkat RT yang dilaksanakan. Musyawarah RT ini bertujuan untuk

menyiapkan materi pembahasan dalam musyawarah dusun. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan toko masyarakat berikut ini

“Seminggu sebelum musyawarah dusun dilaksanakan, diadakan


musyawarah RT. Musyawarah ini bertujuan untuk mewadahi
masyarakat RT dalam memberikan gagasannya dan untuk
menyiapkan bahan yang akan dibahas dalam musyawarah dusun
nantinya.” (Wawancara dengan AS, tanggal 17 Juli 2017).

Berdasarkan uraian serta keterangan yang diperoleh dari

informan di atas, musyawarah tingkat RT yang diadakan di Desa Batu

Belerang memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Untuk mewadahi masyarakat tingkat RT dalam memberikan

gagasannya terkait pembuatan peraturan desa di Desa Batu

Belerang;

2. Untuk menyiapkan materi yang akan dibahas dalam

musyawarah dusun.

Dalam musyawarah RT ini forum yang ada bersifat informal

dan kekeluargaan namun tetap terpimpin. Musyawarah RT ini

dilaksanakan sekitar 1 minggu sebelum diadakannya musyawarah

dusun. Musyawarah RT dipimpin oleh ketua RT masing-masing atau

tidak menutup kemungkinan dapat dipimpin oleh tokoh masyarakat

setempat bila ketua RT berhalangan. Musyawarah RT ini dihadiri oleh

tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat di RT


62

masing-masing. Hasil yang didapatkan dari musyawarah ini

didasarkan atas kata mufakat atau kesepakatan bersama. Hasil

musyawarah ini dimaksudkan untuk memperkaya materi yang akan

dibahas dalam Musyawarah dusun nantinya.

1. Peran pemerintah Desa Batu Belerang Dalam

Musyawarah Tingkat RT

Dalam memaksimalkan pelaksanaan fungsinya Pemerintah

Desa Batu Belerang dituntut untuk melakukan banyak gebrakan

dan inovasi. Dalam pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang No.

3 tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016, Pemerintah Desa

Batu Belerang menggagas pelaksanaan Musyawarah RT dan

dusun sebagai media dalam menggalang aspirasi masyarakat Desa

Batu Belerang. Hal tersebut merupakan gebrakan Pemerintah

Desa Batu Belerang dalam menghasilkan rancangan peraturan

desa yang berkualitas. Dengan melibatkan langsung masyarakat

akan menambah kualitas Peraturan Desa Batu Belerang No. 3

tahun 2016 Tentang APBDesa tersebut sebagai peraturan

perundang-undangan.

Dalam melancarkan gebrakan tersebut, Pemerintah Desa

Batu Belerang berkoordinasi kepada aparat pemerintah RT untuk

meminta Ketua-Ketua RT mengumpulkan masyarakat dan

mengadakan musyawarah. Pemerintah Desa Batu Belerang

merupakan penggagas pelaksanaan musyawarah RT.


63

Pemerintah Desa Batu Belerang hanya bertindak sebatas

memantau hasil dari musyawarah RT ini. Dari penjelasan

tersebut, Pemerintah Desa dalam proses pelaksanaan Musyawarah

RT adalah sebagai berikut :

a. Sebagai penggagas dilaksanakannya musyawarah RT;

b. Sebagai pemantau hasil musyawarah

b. Musyawarah Tingkat Dusun

Musyawarah terkait pengumpulan aspirasi masyarakat desa

dalam pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 Tentang

APBDesa Tahun 2016, kemudian dilanjutkan di tingkat dusun.

Musyawarah dusun ini berguna sebagai wadah dalam pengumpulan

aspirasi masyarakat RT yang telah dilakukan sebelumnya sekaligus

wadah dalam penyatuan gagasan dari dua belas RT yang ada. Selain

itu, Musyawarah dusun juga dimaksudkan untuk mewadahi

masyarakat yang mungkin tidak sempat hadir dalam musyawarah RT

sebelumnya. Yang paling penting adalah hasil dari musyawarah ini

akan diberikan kepada Pemerintah Desa Batu Belerang sebagai bahan

pertimbangan dalam merumuskan rancangaan peraturan desa tentang

APBDesa tahun 2016. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari tokoh

masyarakat Desa Batu Belerang, berikut pernyataannya :

“Setelah musyawarah tingkat RT sudah memperoleh kata


mufakat, musyawarah kemudian dilanjutkan di tingkat dusun.
Di musyawarah dusun ini dikumpulkan hasil musyawarah RT
tapi tetap ada kesempatan untuk masyarakat yang tidak datang
pada musyawarah RT untuk memberikan pendapatnya”.
(Wawancara dengan M.R, tanggal 29 Juni 2017).
64

Berdasarkan penjelasan serta keterangan dari salah satu informan

di atas, fungsi Musyawarah Tingkat Dusun dalam pembuatan

peraturan desa di Desa Batu Belerang adalah sebagai berikut :

1. Sebagai wadah dalam pengumpulan aspirasi masyarakat

RT yang diperoleh dalam musyawarah RT;

2. Sebagai wadah dalam penyatuan gagasan dari RT yang ada

di dusun masing-masing;

3. Untuk mewadahi masyakat yang mungkin tidak sempat

hadir dalam musyawarah RT sebelumnya, dalam

menyampaikan aspirasinya.

4. Hasil dari musyawarah ini akan diberikan kepada

Pemerintah Desa Batu Belerang sebagai bahan

pertimbangan dalam merumuskan peraturan desa.

Pengumpulan aspirasi masyarakat yang dilakukan dalam bentuk

musyawarah dusun tersebut diadakan di 4 (empat) dusun yang ada di

Desa Batu Belerang. Musyawarah ini merupakan kelanjutan dari

pertemuan yang dilakukan di tingkat RT masing-masing dusun.

Dalam musyawarah ini unsur-unsur dusun yang hadir diberikan

kesempatan untuk memberikan gagasan dan ide-ide khususnya yang

berkaitan dengan pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang No. 3

tahun 2016 Tentang APBDesa. Selain itu, hasil musyawarah RT turut

dijadikan materi dalam pokok pembahasan musyawarah dusun ini,

guna memperkaya materi yang akan dibahas dalam musyawarah


65

dusun tersebut. Dengan demikian musyawarah ini tidak hanya

menghasilkan kesepakatan yang berasal dari materi-materi yang

muncul dalam musyawarah dusun itu sendiri, melainkan juga

mempertimbangkan hasil yang ada dari musyawarah RT sebelumnya.

Pada musyawarah dusun ini masyarakat diharapkan untuk

memberi sumbangsihnya dalam hal pemikiran terhadap Desa Batu

Belerang khususnya berkaitan dengan rancangan peraturan desa

tentang APBDesa tahun 2016. Musyawarah dusun ini sedikit

banyaknya dinilai dan terbukti dapat membantu dalam pembuatan

peraturan desa tersebut khususnya dalam tahap Inisiasi dalam

pembentukan Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 tahun 2016

Tentang APBDesa Tahun 2016.

Bagan.5
Alur Musyawarah Tingkat Dusun

Pemerintah Desa Batu


Musyawarah
Belerang sebagai penggagas
Tingkat Dusun
dan penyelenggara

Musyawarah Musyawarah Musyawarah Musyawarah


Dusun Bontoe Dusun Jeppara Dusun Kalimbu Dusun Mattirotasi

Mufakat
66

Musyawarah dusun ini dilaksanakan di 4 (empat) dusun yang ada

di Desa Batu Belerang yakni Dusun I Bontoe, Dusun II Jeppara,

Dusun III Kalimbu dan di Dusun IV Mattirotasi. Musyawarah dusun

ini tidak dilakukan secara serentak. Selain itu, musyawarah dusun ini

diadakan di tempat yang berbeda yakni di masing-masing dusun yang

di gagas dan di jalankan oleh pemerintah desa masing-masing yaitu

kepala dusun selaku pemerintah desa di tingkat Dusun. Dari segi

waktu, ketiga musyawarah dusun ini berlangsung kurang lebih selam

2 jam.

2. Peranan Pemerintah Desa Batu Belerang Dalam Musyawarah

Tingkat Dusun

Berdasarkan gambaran tentang proses pelaksanaan ketiga

musyawarah dusun di atas, BPD Desa Batu Belerang sama sekali

tidak terlibat langsung. BPD Desa Batu Belerang bahkan tidak ikut

hadir dalam musyawarah dusun tersebut. Oleh karena itu dalam

proses atau pelaksanaan musyawarah dusun, BPD Desa Batu

Belerang sama sekali tidak memiliki peranan. Namun, Musyawarah

dusun yang dijadikan sarana dalam menghimpun aspirasi masyarakat

adalah ide dari Pemerintah Desa Batu Belerang yang juga sebagai

pelaksana di tingkat musyawarah dusun. Atau dengan kata lain,

dalam melaksanakan fungsinya Pemerintah Desa Batu Belerang

bertindak sebagai penggagas dan penyelenggara pelaksanaan


67

musyawarah dusun dalam pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang

No. 3 tahun 2016 tentang APBDesa .

Peran pemerintah Desa Batu Belerang dalam menjalankan

fungsinya juga dapat dilihat ketika para Kepala Dusun diminta oleh

Pemerintah Desa Batu Belerang untuk menyerahkan hasil dari

musyawarah dusun tersebut. Dalam hal tersebut, Pemerintah Desa

Batu Belerang memiliki peran yakni dalam menghimpun aspirasi

masyarakat Desa Batu Belerang yang berasal dari proses

musyawarah dusun tersebut. Dan kemudian diolah oleh Pemerintah

Desa Batu Belerang menjadi rancangan peraturan desa yang akan di

konsultasikan bersama Camat Kecamatan Sinjai

Borong(Perumusan).

Berdasarkan pengamatan dan penjelasan di atas, peranan

Pemerintah Desa Batu Belerang menyangkut musyawarah dusun

adalah sebagai berikut.

1. sebagai penggagas dam pelaksanaan musyawarah dusun

dalam pembuatan peraturan APBDesa di Desa Batu

Belerang;

2. Menghimpun aspirasi masyarakat Desa Batu Belerang

yang berasal dari proses musyawarah dusun.


68

Table 1.11
Peran Pemerintah Desa Batu Belerang Dalam Musyawarah Dusun
Musyawarah Dusun Peran Pemerintah Desa Batu Belerang

Harsipan Sebagai Penggagas

Pelaksanaan Sebagai Pelaksana

Hasil Sebagai Pemantau Hasil Musyawarah

Sumber: Data Primer


Setelah menerima hasil musyawarah dusun dari para kepala dusun

di Desa Batu Belerang, pemerintah Desa Batu Belerang kemudian

mengambil langkah-langkah dalam mengolah hasil dari musyawarah

dusun tersebut. Langkah yang diambil Pemerintah Desa Batu

Belerang yakni dengan mengadakan Rapat Gabungan Pemerintah desa

yang dihadiri oleh Camat kecamatan Sinjai Borong untuk di

konsultasikan. Rapat ini bertujuan untuk mempertimbangkan hasil

dari musyawarah dusun untuk diajukan sebagai ranperdes tentang

APBDesa tahun 2016 dan untuk selanjutnya merumuskan dan

menetapkan ranperdes yang diajukan ke rapat gabungan atau rapat

pembahasan bersama BPD Desa Batu Belerang


69

Bagan. 6
Peran Pemerintah Desa Batu Belerang Dalam Musyawarah Tingkat Dusun

Pemerintah Desa Batu Musyawarah


Belerang Sebagai
Tingkat Dusun
Penggagas dan Pelaksana

Musyawarah Musyawarah Musyawarah Musyawarah


Dusun Bontoe Dusun Jeppara Dusun Kalimbu Dusun Mattirotasi

Pemerintah Desa Batu


Mufakat Rapat
Belerang Sebagai :
Gabungan
menghimpun
Keterangan:

Proses Selanjutya

Peranan

a) Peran Pemerintah Desa Batu Belerang Dalam Proses


Pengumpulan Aspirasi Masyarakat Terkait Pembuatan
Peraturan Desa Batu Belerang
Pemerintah Desa Batu Belerang memiliki peran dalam menggagas

terciptanya proses Pengumpulan Aspirasi Masyarakat sebagai proses

sebelum atau Pra-proses legislasi peraturan desa termasuk dalam proses

Legislasi Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 Tahun 2016 Tentang

APBDesa Tahun 2016. Pemerintah Desa Batu Belerang menghimbau

kepada aparat pemerintah tingkat RT dan Dusun dengan meminta aparat

pemerintah tingkat RT dan dusun mengumpulkan masyarakat di RT dan

Dusun masing-masing untuk kemudian dilakukan musyawarah.


70

Pemerintah Desa Batu Belerang terlibat langsung dalam musyawarah

tersebut. Pemerintah Desa Batu Belerang menggagas dan melasaksanakan

musyawarah tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan pemerintah

Desa Batu Belerang dalam merumuskan rancangan peraturan desa yang

akan di konsutrasikan Bersama Camat Kecamatan Sinjai Borong.

Berdasarkan penjelasan di atas, Peran Pemerintah Desa Batu

Belerang Dalam proses Pengumpulan Aspirasi Masyarakat di Desa

Batu Belerang adalah sebagai berikut :

1. Sebagai penggagas dan Pelaksana terciptanya proses

Pengumpulan aspirasi masyarakat dalam pembuatan peraturan

APBDesa di Desa Batu Belerang;

2. Menghimpun hasil dari musyawarah untuk menjadi bahan

pertimbangan Pemerintah dalam merumuskan rancangan

peraturan desa yang akan di konsultasikan Bersama Camat

Kecamatan Sinjai Borong.


71

Bagan. 7
Peran Pemerintah Desa Batu Belerang Dan Alur Pengumpulan Aspirasi
Masyarakat

BPD Desa Batu Belerang : Pengumpulan


Sebagai Penggagas dan Aspirasi Masyarakat
Pelaksana Desa

Musyawarah Musyawarah
Tingkat RT Tingkat Dusun

Pemerintah Desa Batu


Belerang : Menghimpun Mufakat
Hasil Musyawarah

Keterangan :

Proses Selanjutnya
Menghasilkan
Peranan
b) Proses Perumusan Dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Batu
Belerang
Dalam Tahap Inisiasi Proses Legislasi Peraturan Desa Batu

Belerang No. 3 tahun 2016 tentang APBDesa , Perumusan menjadi

kelanjutan dari proses pengumpulan aspirasi masyarakat. Proses

Perumusan ini memiliki peranan yang sangat vital dalam pembentukan

Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 tahun 2016 tentang APBDesa tahun

2016 karena dalam proses ini membutuhkan ketelitian, ketepatan dan

kemampuan dari Pemerintah Desa Batu Belerang untuk menerjemahkan


72

kondisi kekinian Desa Batu Belerang. Dengan memenuhi hal tersebut,

peraturan desa yang dibuat akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Desa Batu Belerang. Dalam Proses perumusan ini, hasil pengumpulan

aspirasi masyarakat yang telah dilakukan sebelumnya akan disimpulkan.

Penarikan kesimpulan ini dilakukan dalam forum rapat yakni Rapat

Pemerintah Desa Batu Belerang dan di konsultasikan Bersama camat

Kecamatan Sinjai Borong.

c) Rapat Gabungan Pemerintah Desa Batu Belerang


Dalam pembuatan Rancangan Peraturan Desa Tentang APBDesa

Tahun 2016 dilakukan oleh pemerintah Desa Batu Belerang. Pembuatan

Rancangan dilakukan dalam rapat Pemerintah Desa Batu Belerang yang

Bersifat Rapat Gabungan. Rapat dilaksanakan pada 8 Januari 2016. Rapat

ini dihadiri oleh Ahmad.P selaku kepala Desa Batu Belerang, Sulaeman

selaku sekretaris Desa Batu Belerang, Muh. Tahir, Lukman, S.Pd, Hartati,

Nirmawati, SP, Kartini, S.Pd, Fitriani, dan Muh.Zaid,A.Md.Pus sebagai

anggota Pemerintah desa Batu Belerang, Muh.Yasir selaku ketua BPD,

Irmawati selaku sekertaris BPD, Hasma selaku wakil ketua BPD, Bohari,

Muzakkir Tahir, Ahmar, Marlina, Saiful, dan Muh.Yahya selaku angguta

BPD. Dalam rapat ini turut hadir bapak Camat Drs. H. Zaenal Kecamatan

Sinjai Borong, dalam rapat ini juga juga turut hadir para kepala dusun di

Desa Batu Belerang, Aditya Saputra, A.Muh. Darwis, A.Baharuddin dan

Hamis yang menjadi tamu undangan guna diminta penjelasannya yang

berkaitan dengan hasil musyawarah dusun. Adapun absensi rapat


73

gabungan yang di lakukan Oleh Pemerintah desa dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.12
Absensi rapat gabungan desa batu belerang
Absensi Peranan Dalam Rapat
Ahmad.P Pimpinan Rapat
Sulaeman Notulis
Drs. H. Zaenal Peserta Rapat
Muh. Tahir Peserta Rapat
Lukman, S.Pd Peserta Rapat
Hartati Peserta Rapat
Nirmawati, SP Peserta Rapat
Kartini, S.Pd Peserta Rapat
Fitriani Peserta Rapat
Muh.Zaid,A.Md.Pus Peserta Rapat
Muh.Yasir Peserta Rapat
Irmawati Peserta Rapat
Hasma Peserta Rapat
Bohari Peserta Rapat
Muzakkir Tahir Peserta Rapat
Ahmar Peserta Rapat
Marlina Peserta Rapat
Saiful Peserta Rapat
Muh.Yahya Peserta Rapat
Aditya Saputra Tamu Undangan
A.Muh. Darwis Tamu Undangan
A.Baharuddin Tamu Undangan
Hamis Tamu Undangan
Sumber: data primer
74

Rapat BPD terkait perumusan Rancangan Peraturan Desa Tentang

APBDesa Tahun 2016 diadakan di Kantor Desa Batu Belerang di Dusun

Jeppara. Rapat ini bertujuan untuk membahas usulan dari musyawah

dusun yang telah diterima Pemerintah Desa. Rapat ini dipimpin dan

dibuka langsung oleh Ahmad.P sebagai Kepala Desa Batu Belerang.

Pimpinan Rapat kemudian memaparkan hasil musyawarah dusun kepada

peserta rapat karena sebelumnya Kepala Desa Batu Belerang telah

menerima hasil dari musyawarah dusun. Setelah semuanya telah selesai

dipaparkan oleh pimpinan rapat kemudian oleh pimpinan rapat meminta

tanggapan berupa kritik dan saran dari peserta rapat berkaitan dengan hasil

musyawarah dusun yang telah dipaparkan.

d) Peran BPD Dalam Proses Penetapan Ranperdes

Dalam proses Penetapan Ranperdes tentang APBDesa no 3 tahun

2016, peran BPD Desa Batu Belerang jelas terlihat pada proses Rapat

gabungan yang di selanggarakan oleh Pemerintah desa Batu Belerang.

Dalam Rapat Gabungan tersebut, BPD mempunyai peranan memberikan

masukan-masukan serta menetapan rancangan peraturan desa bersama

pemerintah desa tentang APBDesa no 3 tahun 2016 untuk selanjutnya di

bawa ketahapan sosio-politis, yaitu pembahasan rancangan peraturan

APBDesa menjadi Peraturan APBDesa yang nantinya akan di sahkan

menjadi peraturan desa. peran BPD Desa Batu Belerang dalam proses

Penetapan rancangan peraturan desa adalah sebagai berikut.


75

1. BPD dapat memberikan masukan-masukan mengeni rancangan

peraturan desa;

2. BPD bersama pemerinta Desa Batu Belerang menetapkan Ranperdes

yang akan di bahas di tahap selanjutnya

2) Tahap Sosio-Politis Dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Batu

Belerang

Tahap sosio-politis merupakan kontinuitas/kelanjutan dari Tahap Inisiasi

karena berperan sebagai tahap kedua dalam proses pembuatan Peraturan Desa

Batu Belerang No. 3 Tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016 setelah

Tahap Inisiasi. Tahap Sosio-politis merupakan tahap lanjutan dari tahap inisiasi

sebelumnya. Tahap ini dapat dikatakan sebagai penentu kualitas dari Peraturan

Desa Batu Belerang No. 3 Tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016 yang

akan dihasilkan nantinya. Peraturan desa akan memiliki kualitas sebagai

peraturan perundang-undangan jika isi dari peraturan desa tersebut memiliki

ketepatan dan kesesuaian antara aturan yang dihasilkan dengan apa yang

dibutuhkan masyarakat desa dalam kondisi kekinian desa tersebut.

Dalam Tahap sebelumnya rancangan peraturan desa yang telah

diusulkan oleh pemerintah Desa Batu Belerang diberikan kepada BPD Desa

Batu Belerang. Ranperdes tersebut diserahkan langsung oleh SL selaku

sekretaris Pemerintah Desa Batu Belerang di rumah M.Y dan diterima

langsung oleh M.Y. sendiri selaku Ketua BPD Desa Batu Belerang. Setelah

Ketua BPD Batu Belerang menerima Rancangan Peraturan Desa tersebut,

Ketua BPD Batu Belerang mengadakan rapat bersama dengan perangkatnya


76

guna membahas rancangan yang disampaikan oleh Pemerintah Desa Batu

Belerang tersebut secara internal BPD Batu Belerang (Ketua BPD dan

jajarannya). Setelah rapat tersebut barulah diadakan pembahasan dalam rapat

gabungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, Tahap Sosio-politis pembuatan peraturan desa

di Desa Batu Belerang terdiri dari :

1. Rapat Internal BPD;

2. Rapat Gabungan atau Rapat Pembahasan.

Bagan 8
Alur Tahap Sosio-politis

Tahap Sosio-politis

Rapat Internal Rapat Gabungan atau


BPD Rapat Pembahasan

BPD desa batu belerang


Ketua BPD beserta
Rancangan peraturan kepala desa dan unsur-
jajarannya
desa yang telah diterima unsur desa lainnya
dan disempurnakan

Keterangan :

Proses Selanjutnya
Hadir Dalam Rapat
a) Rapat Internal BPD Desa Batu Belerang
77

Rapat internal BPD Batu Belerang (Ketua BPD dan jajarannya)

dilaksanakan guna membahas rancangan peraturan desa tentang

APBDesa tahun 2016 di Desa Batu Belerang yang disampaikan oleh

BPD Desa Batu Belerang tersebut. Rapat ini diadakan pada akhir 8

Januari 2016, yang bertempat di rumah Muh. Yasir, Ketua BPD Batu

Belerang. Rapat ini dihadiri oleh Muh. Yasir. selaku Ketua BPD Batu

Belerang, Irmawati selaku Sekretaris BPD Batu Belerang, Bohari,

Muzakkir Tahir, Ahmar, Marlina, Saiful, Muh. Yahya selaku anggota

BPD Batu Belerang. Dalam rapat ini Ketua BPD Batu Belerang

memimpin langsung jalannya rapat. Rapat berlangsung sekitar 2 jam,

dimulai sekitar pukul 15.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita. Dalam rapat

ini yang menjadi pokok pembahasan adalah Rancangan Peraturan Desa

Tentang APBDesa Tahun 2016 di Desa Batu Belerang yang diajukan

oleh Pemerintah Desa Batu Belerang. Rapat ini bertujuan untuk

menyatukan pendapat dikalangan BPD Batu Belerang sehingga tidak

terjadi perpecahan persepsi terkait Rancangan Peraturan Desa Tentang

APBDesa Tahun 2016.

Hasil keputusan rapat tersebut kemudian dipersiapkan untuk

dibawa ke dalam rapat gabungan yang dihadiri oleh BPD dan Kepala

Desa Batu Belerang serta berbagai unsur desa lainnya yang ada di Desa

Batu Belerang untuk dibahas secara bersama-sama antar peserta rapat.

Selanjutnya oleh BPD dan Kepala Desa Batu Belerang menjadwalkan

pembahasan dalam rapat gabungan antara BPD Desa Batu Belerang dan
78

Pemerintah Desa Batu Belerang. Berdasarkan kesepakatan bersama pada

saat itu rapat gabungan atau rapat pembahasan dijadwalkan dilakukan

awal Februari 2016.

b) Rapat Gabungan/Rapat Pembahasan Desa Batu Belerang

1. Proses Rapat Gabungan

Rapat pembahasan rancangan peraturan desa tentang APBDesa

2016 Desa Batu Belerang dilaksanakan sesuai yang telah dijadwalkan

oleh BPD dan Pemerintah Desa Batu Belerang sebelumnya yakni pada

awal Februari 2016 tepatnya hari Senin tanggal 1 Februari 2016. Rapat

tersebut dilaksanakan di Kantor Desa Batu Belerang. Dalam rapat

pembahasan tersebut dihadiri oleh Ahmad.P Selaku Kepala Desa Batu

Belerang, Muh. Yasir selaku Ketua BPD Desa Batu Belerang, Irmawati

selaku sekretaris BPD Desa Batu Belerang, Sulaeman selaku sekretaris

Desa Batu Belerang, Hasma selaku Wakil Ketua BPD, Bohari, Muzakkir

Tahir, Ahmar, Marlina, saiful, Muh. Yahya selaku anggota BPD, Muh.

Zaid,A.Md,Pus selaku bendahara Desa batu belerang, Kartini, S.Pd

selaku kaur tata usaha dan Umum Desa Batu Belerang, Fitriani selaku

Kaur Keuangan, Nirmawati,SP selaku kaur perencanaan, Muh. Tahir

selaku Kasi Pemerintahan, Lukman S,Pd selaku kasi kesejahteraan,

Hartati selaku kasi pelayanan, Aditya Saputra selaku Kepala Dusun I

Bontoe, A. Muh. Darwis selaku Kepala Dusun II Jeppara, A. Baharuddin

selaku Kepala Dusun III Kalimbu, Hamis selaku kepala Dusun IV

Mattirotasi, semua ketua RT dusun I Muh. Arsyat Djafar, Gassing, Asri,


79

Genda, Sumappa, RT Dusun II Amri, Bakri Juma, Jumaing, Boha, RT

Dusun III saenal, Amring, Baco Ruma, RT Dusun IV Umar, Neni. tokoh

pemuda Desa Batu Belerang, Cahing dan Hukma selaku perwakilan dari

kelompok Tani Ballapale Batu Belerang, Ashari dan Asriani selaku

perwakilan dari kelompok PKK, Imam Desa Batu Belerang. Rapat

pembahasan dipimpin oleh ketua BPD Desa Batu Belerang.

Rapat gabungan ini dimulai dengan pemaparan latar belakang dan

tujuan dari ranperdes tentang APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang

oleh Ahmad.P selaku pimpinan rapat sekaligus Kepala Desa Batu

Belerang. Kepala Desa Batu Belerang memiliki tanggung jawab untuk

menjelaskan ranperdes tentang APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang

karena ranperdes tersebut diajukan atas nama Pemrintah Desa Batu

Belerang. Pemaparan oleh Kepala Desa Batu Belerang dimaksudkan

untuk memberi alasan sejelas-jelasnya kenapa rancangan peraturan desa

tentang APBDesa tahun 2016 perlu untuk dijadikan peraturan desa di

Desa Batu Belerang. Alasan tersebut ditujukan kepada Pemerintah Desa

Batu Belerang, perangkat desa, tokoh-tokoh masyarakat, unsur-unsur

desa lainnya dan terkhusus kepada masyarakat Desa Batu Belerang

sendiri yang melaksanakan peraturan desa.

Setelah Kepala Desa Batu Belerang selesai memaparkan latar

belakang dan tujuan rancangan peraturan desa tentang APBDesa tahun

2016 kemudian Ahmad.P selaku Kepala Desa Batu Belerang memberikan

kesempatan kepada semua unsur Desa Batu Belerang untuk


80

menyampaikan tanggapan/komentar, kritik maupun saran yang

berhubungan dengan ranperdes tersebut. Pada saat itu antusiasme unsur-

unsur Desa Batu Belerang yang hadir dirapat pembahasan sangatlah

besar. Mereka memberikan tanggapannya sehingga begitu banyak ide-ide

yang muncul yang sangat membantu dalam menyempurnakan Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang. Salah

satu tanggapan muncul dari peserta rapat pembahasan yaitu dari

Sekretaris BPD desa Batu Belerang.

“Perlu adanya poin dalam Rancangan Peraturan Desa


tentang APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang yang
memberikan penjelasan tentang pelaksanaan yang
kemungkinan tidak sesuai atau mengalami perubahan dari
APBDesa jika ada penyebab yang sulit
dihindari”.(wawancara dengan IR tanggal 18 Juli 2017).

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Desa Batu Belerang, berikut

pernyataannya :

“Dalam rapat pembahasan Rancangan Peraturan Desa


tentang APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang banyak
muncul ide-ide yang sangat membantu hingga dapat
disetujui menjadi peraturan desa. Salah satunya dari
anggota BPD Batu Belerang yang diwakili oleh Bohari.
Beliau menyarankan agar ada penjelasan tambahan
bilamana ada sesuatu hal yang menyebabkan perubahan
pelaksanaan anggaran Desa Batu Belerang nantinya”.
(Wawancara dengan A.P, tanggal 10 Juli 2017).

Saran yang diajukan tersebut oleh seluruh unsur desa disepakati

bersama untuk dimasukkan dalam Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang. Setelah diadakan pembahasan

yang mendalam maka diambil sebuah keputusan diterimanya rancangan

tersebut dengan segala perubahannya yang dihasilkan dalam rapat


81

pembahasan menjadi peraturan desa. Pengambilan keputusan tersebut

dilakukan dengan cara musyawarah mufakat oleh seluruh peserta rapat

pembahasan.

2. Peran BPD Desa Batu Belerang Dalam Rapat Gabungan

Proses Legislasi Peraturan Desa Batu Belerang

Sesuai penjelasan dan keterangan informan di atas, dalam

rapat pembahasan/gabungan peran BPD Desa Batu Belerang dalam

pembuatan peraturan desa Tentang APBDesa tahun 2016 adalah

sebagai berikut.

1. BPD Desa Batu Belerang dapat memberikan masukan dalam

pembahasan tersebut;

2. BPD beserta PemerintahDesa Batu Belerang menetapakan

Peraturan desa Tentang APBDesa tahun 2016 di Desa Batu

Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Dibalik peranan yang dipegang oleh BPD Desa Batu

Belerang dalam Rapat pembahasan tersebut, peran BPD Desa Batu

Belerang dapat dikatakan maksimal dalam menjalankan perannya

dalam rapat pembahasan tersebut.

3) Tahap Yuridis Dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Batu Belerang

Tahap Yuridis merupakan Tahap ketiga setelah Tahap Inisiasi dan

Tahap Sosio-politis sekaligus tahap terakhir dari tahap-tahap pembentukan

Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 Tahun 2016 Tentang APBDesa

Tahun 2016. Tahap Yuridis lebih singkat dan sederhana dibandingkan


82

tahap-tahap lainnya dalam pembuatan peraturan desa tersebut. Walaupun

demikian, Tahap Yuridis tetap memiliki peran yang sama pentingnya

dengan tahap-tahap sebelumnya.

Dalam tahap ini rancangan peraturan desa yang telah disetujui

dalam Tahap Sosial-politik ditetapkan menjadi peraturan desa (Penetapan)

dan disahkan oleh Pemerintah Desa (Pengesahan), dalam hal ini adalah

Kepala Desa Batu Belerang. Sebelum itu, dalam Tahap ini juga dilakukan

penyusunan bahan (ranperdes yang telah disetujui) ke dalam bentuk

Peraturan Perundang-undangan. Dan kemudian Kepala Desa Batu

Belerang memerintahkan Sekretaris Desa Batu Belerang setempat untuk

mengundangkannya dalam bentuk Lembaran Desa.

Bagan.9
Alur Tahap Yuridis

Tahap
Yuridis

Penyusunan Penetapan dan


Penyerahan
rancangan peraturan pengesahan
Ranperdes
desa

Peraturan Desa
Keterangan :

Proses Selanjutnya

a. Penyusunan Ranperdes

Penyusunan rancangan peraturan desa Batu Belerang tentang

APBDesa tahun 2016 dilakukan berdasarkan Legal Drafting (Teknik


83

Perundang-undangan). BPD Desa Batu Belerang yang melakukan

penyusunan ranperdes tersebut. Hal ini salah satu persyaratan agar

ranperdes tersebut dapat menjadi peraturan desa yang sesuai dengan

teknik perundang-undangan itu sendiri. Adapun sistematika penyusunan

peraturan desa yang menjadi pedoman bagi BPD Desa Batu Belerang

dalam menyusun rancangan peraturan desa tersebut menjadi peraturan

desa adalah sebagai berikut :

A. JUDUL

B. PEMBUKAAN

1. Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


2. abatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
3. Konsiderans
4. Dasar
5. Diktum
C. BATANG TUBUH

1. Ketentuan Umum
2. Materi Pokok yang diatur
3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
5. Ketentuan Penutup
D. PENUTUP

E. PENJELASAN (jika diperlukan)

F. LAMPIRAN (jika diperlukan)

b. Penyerahan Ranperdes Yang Telah Disetujui

Pada tahap sebelumnya, rancangan Peraturan Desa Batu

Belerang tentang APBDesa tahun 2016 telah mengalami pembahasan dan


84

telah disepakati bersama secara musyawarah mufakat. Rancangan

peraturan desa tentang APBDesa tahun 2016 tersebut pada rapat

gabungan/rapat pembahasan telah disetujui bersama oleh BPD dan

Kepala Desa Batu Belerang.

Pada saat ranperdes tersebut disetujui, turut disaksikan oleh

perangkat desa, berbagai unsur Desa Batu Belerang dan Masyarakat Desa

Batu Belerang sendiri. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa

tahun 2016 yang telah disetujui kemudian diberikan oleh Muh. Yasir

selaku Ketua BPD Desa Batu Belerang kepada Ahmad.P Selaku Kepala

Desa Batu Belerang. Penyerahan ranperdes tersebut dilakukan sekitar 2

hari setelah ranperdes tersebut disetujui untuk menjadi peraturan desa.

Penyerahan tersebut dilakukan karena pada saat rapat pembahasan

berakhir, rancangan peraturan desa tersebut hanya dipegang oleh BPD

Desa Batu Belerang untuk diubah sesuai hasil rapat pembahasan.

Sebelum diserahkan, ranperdes tersebut telah disusun berdasarkan Legal

Drafting (Teknik Perundang-undangan) yang ada.

c. Penetapan Dan Pengesahan Peraturan Desa

BPD Desa Batu Belerang dan Kepala Desa Batu Belerang

kemudian bersama-sama menetapkan rancangan peraturan desa tentang

APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang menjadi Peraturan Desa Batu

Belerang No. 3 Tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016. Namun

dalam penetapan, pengesahan dan pengundangannya Rancangan

peraturan desa tentang APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang


85

tersebut sangatlah lama. Rancangan peraturan desa tersebut disetujui

menjadi peraturan desa pada tanggal 14 Juli 2016. Alasan mengapa

dalam penetapan, pengesahan dan pengundangannya Rancangan

peraturan desa tentang APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang

tersebut mengalami keterlambatan dijelaskan dalam pernyataan Ketua

BPD Desa Batu Belerang berikut ini :

“Dalam penetapan Rancangan peraturan desa tentang


APBDesa tahun 2016 Desa Batu Belerang menjadi peraturan
desa sangat lama. Hal itu dikarenakan pemerintah kabupaten
Sinjai Borong memberikan Revisi terhadap Perturan Desa
No 3 tahun 2016 tentang Rancangan peraturan desa tentang
APBDesa tahun 2016 APBDesa Batu
Belerang.”(Wawancara dengan M.Y tanggal 21 Juli 2017).

Dari penjelasan Ketua BPD Desa Batu Belerang di atas, diperoleh

alasan mengapa dalam penetapan menjadi peraturan desa sangat lama.

Hal tersebut disebabkan karena pemerintah kabupaten Sinjai Borong

memberikan Revisi terhadap Perturan Desa No 3 tahun 2016 tentang

APBDesa Batu Belerang.

Rancangan tersebut ditetapkan menjadi peraturan desa oleh

Kepala Desa Batu Belerang bersama BPD Desa Batu Belerang di rumah

Ahmad.P pada tanggal 14 Juli 2016. Bersamaan dengan hal tersebut,

kemudian disahkan dengan ditanda tangani oleh Kepala Desa. Setelah

ditetapkan menjadi Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 Tahun 2016

Tentang APBDesa Tahun 2016, Sekretaris Desa Batu Belerang,

Sulaeman mengundangkan peraturan desa tersebut ke dalam Lembaran

Desa Batu Belerang Tahun 2016 Nomor 3 dengan menandatangani


86

lembaran desa tersebut. Dengan diundangkannya Peraturan Desa Batu

Belerang No. 3 Tahun 2016 Tentang APBDesa Tahun 2016 ke dalam

Lembaran Desa No.3 Tahun 2016 maka selesai sudah proses pembuatan

Peraturan Desa Batu Belerang No. 3 Tahun 2016 Tentang APBDesa

Tahun 2016 khususnya dalam Tahap Yuridis.

d. Peran BPD Desa Batu Belerang Dalam Tahap Yuridis

Dalam Tahap Yuridis Pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang

No. 3 tahun 2016 tentang APBDesa tahun 2016, BPD Desa Batu

Belerang telah menjalankan peranannya sebagai lembaga legislasi di

Desa Batu Belerang. Peranan tersebut dapat kita lihat mulai dari

penyususnan rancangan peraturan desa hingga ditetapkan dan disahkan.

Adapun peranan-peranan tersebut yakni antara lain.

1. BPD Desa Batu Belerang yang melakukan penyusunan

ranperdes tentang APBDesa tahun 2016 berdasarkan teknik

perundang-undangan (Legal Drafting);

2. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa tahun 2016 yang

telah disetujui kemudian diberikan oleh Ketua BPD Desa Batu

Belerang kepada Kepala Desa Batu Belerang. Penyerahan

ranperdes tersebut dilakukan sekitar 2 hari setelah ranperdes

tersebut disetujui untuk menjadi peraturan desa;

3. BPD Desa Batu Belerang menetapkan rancangan peraturan desa

tentang APBDesa tahun 2016 menjadi Peraturan Desa No. 3


87

tahun 2016 tentang APBDesa tahun 2016 bersama Kepala Desa

Batu Belerang.

Tabel 4.13
Peran BPD Desa Batu Belerang Dalam Tahap Yuridis
Tahap Yuridis Peran BPD Desa Batu Belerang

Penyusunan Dan Rancangan Melakukan penyusunan Rancangan


Peraturan Desa tentang APBDesa
Peraturan Desa
tahun 2016 berdasarkan teknik
perundang-undangan(Legal Drafting)
Penyerahan Ranperdes Ranperdes yang telah disetujui
diberikan oleh Ketua BPD Desa Batu
Belerang kepada Kepala Desa Batu
Belerang
Penetapan Dan Pengesahan Menetapkan rancangan peraturan
desa tentang RPJMDesa tahun 2016
menjadi Peraturan Desa No. 3 tahun
2011 tentang APBDesa tahun 2016
bersama Kepala Desa Batu Belerang

D. Kendala-Kendala yang terjadi dalam proses legislasi peraturan Desa

1. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

gagasan) dari satu pihak kepihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan

secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua bela pihak. Apabila

tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi

masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak gerik badan, menunjukkan


88

sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.

Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.

Komunikasi merupakan salah satu dari aktivitas manusia dan suatu

topik yang amat sering diperbincangkan sehingga kata komunikasi itu sendiri

memiliki arti beragam. Komunikasi memiliki variasi defenisi dan rujukan

yang tidak terhingga seperti: saling berbicara satu sama lain, televise,

penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi.

Hal ini salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para akademisi terkait

bidang keilmuan komunikasi; dapatkah kita menerapkan istilah” sebuah

subjek kajian ilmu” atas sesuatu yang sangat beragam dan memiliki banyak

manusia? Keraguan-keraguan dibalik pertanyaan seperti ini mungkin

memunculkan pandangan bahwa komunikasi bukan merupakan subjek

didalam pengertian akademik normal, namun sebuah bidang ilmu yang

multidisipliner.

“Menurut anggota BPD Desa Batu Belerang menyatakan


bahwa kami dalam internal BPD sendiri sudah
dikomunikasikan antara satu dengan yang lainnya, mengenai
peraturan desa untuk lebih jauhnya belum dilaksanakan dengan
baik. Demikian halnya BPD dengan pemerintah desa untuk
pertemuan yang lebih intens membicarakan terkait dengan
peraturan desa juga dikomunikasi yang terbangun belum terlalu
baik”(wawancara dengan MR tanggal 27 Juli 2017).

2. Disposisi

Disposisi merupakan suatu keinginan, kemauan dan kecenderungan

para pelaku kebijakan untuk melaksanakan serta mewujudkan kebijakan

tersebut secara sungguh-sungguh.


89

Disposisi merupakan salah satu kendala dalam anggota BPD Desa Batu

Belerang dalam pembentukan peraturan desa yaitu komitmen yang rendah

dalam BPD itu sendiri sehingga tidak bisa bertahan lama dalam menjalankan

program-program ketika ada hambatan yang ditemui. Program atau

kepentingan desa misalnya membicarakan porsi-porsi anggran yang lebih

intens, aspirasi masyarakat dan termasuk merumuskan peraturan desa lainnya.

“Hal ini senada yang disampaikan oleh anggota BPD Desa Batu
belerang yang menyampaikan bahwa BPD selalu duduk dan
membicarakan segala program dan kepentingan Desa, bahkan sudah
pada tingkatan pembicaraan terkait pembentukan peraturan Desa.
Untuk sejauh ini belum dilaksanakan dengan baik”(wawancara
dengan BH tanggal 31 Juli 2017).

3. Kurangnya Koordinasi Pemerintah Desa Dengan BPD

Koordinasi adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh

sekelompok orang dan pengambilan keputusan atau kesepakatan sehingga

semua pihak dan keputusan yang diambil tersebut dapat bersinergi dan

melakukan fungsinya masing-masing dengan maksimal dan efesien.

Beberapa tujuan dilakukannya koordinasi adalah :

a. Untuk memastikan dan menciptakan efektifitas organisasi atau kelompok

semaksimal mungkin dengan menjaga singkronisasi, keserasian,

kebersamaan dan keseimbangan setiap fungsi yang ada.

b. Menciptakan terjadinya konflik dan memaksimalkan terwujudnya setiap

poin dalam kesepakatan dengan efektif dan efesien sesuai dengan

keputusan yang telah diambil.


90

c. Melahirkan dan memelihara iklim kerjasama yang sehat dalam setiap lini

sehingga fungsi dan tujuan masing-masing unit dapat terlaksana dengan

baik.

Salah satu faktor penghambat efektivitas fungsi BPD adalah kurangnya

kordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa dapat dilihat pada saat jalannya

rapat yang diadakan oleh pemerintah desa namun BPD tidak di undang dalam

rapat tersebut yang di undang hanyalah RT beserta dusun, disinilah sebagai

faktor penghambat peran BPD dalam pembuatan Peraturan Desa tentang

APBDesa, hal tersebut juga diungkapkan oleh Anggota BPD yang mengatakan

bahwa :

“BPD merupakan perwakilan masyarakat di tingkat desa, oleh


karena itu seharusnya di dalam proses pengumpulan aspirasi
Pemerintah Desa seharusnya mengikutsertakan BPD dalam
Proses ini Mengingat bahwa salah satu fungsi dari BPD adalah
melakukan pengawasan terkait pelaksanaan peraturan maupun
dalam proses pembuatan aturan” (wawancara dengan SF,
tanggal 2 Agustus 2017)

4. Lambatnya Evaluasi Dari Pemerintah Kabupaten Sinjai Borong

Ada bebarapa tahapan sehingga Peraturan Desa tentang APBDesa Batu

Belerang Kecamatan Sinjai Borong bisa terselesaikan, mulai dari tahapan

pengusulan yang di buat oleh pemerintah desa selanjutnya di musyawarakan di

tingkat RT dan dusun setelah itu di konsultasikan di Kecamatan Sinjai Borong

dan tahapan selanjutnya di koordinasikan kepada BPD dan tahapan terakhir

adalah di evaluasi oleh pemerintah kabupaten Sinjai melalui camat Kecamatan

Sinjai Borong sebelum disahkan, hal tersebut yang menjadikan lamanya aturan

Peraturan Desa tentang APBDesa disahkan karena lambannya pemerintah


91

Kabuapten Sinjai Borong dalam hal evaluasi sebelum disahkan, hal tersebut di

ungkapkan oleh Ketua BPD Batu Belerang yang mengatakan bahwa :

“Hasil rancangan Peraturan Desa yang telah di kami sepakati


bersama pemerintah desa Batu Belerang kemudian kami
serahkan kepada Camat Kecamatan Sinjai Borong yang
kemuadian akan di serahkan kepada pemerintah Daerah
kabupaten Sinjai untuk di lakukan evaluasi untuk kemudian
nantinya akan di sahkan oleh pemerintah desa”( wawancara
dengan M.Y , tanggal 7 Agustus 2017).

Dari hasil wawancara yang ada di atas penulis melihat bahwa salah satu

faktor penghambat peran BPD dalam pembuatan peraturan desa adalah

lambannya evaluasi dari pemerintah Kabupaten Sinjai Borong sehingga

Peraturan Desa tentang APBDesa lambat dalam tahapan pengesahannya,

Peraturan Desa tentang APBDesa baru disahkan pada tanggal 14 Juli 2016.
92

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan penulis dengan judul “Peran Badan

Permusyawaratan (BPD) Dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Batu

Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai”, yang menjadi

kesimpulan yaitu :

1. Badan Permusyawaratan desa merupakan suatu lembaga legislasi dan

wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat. Badan Permusyawaratan Desa memiliki fungsi utama yakni

merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-sama dengan

pemerintah desa (legislasi) serta menampung dan menyalurkan aspirasi

dari masyarakat kepada pemerintah desa (refresentasi).

2. Peran BPD dalam Pembuatan Peraturan Desa Batu Belerang, muncul

berbagai faktor yang berpengaruh, adapun faktor yang berpengaruh dalam

pembuatan Peraturan Desa No 3 Tahun 2016 tentang APBDesa Batu

Belerang yaitu rekruitmen anggota BPD yang dipilih langsung dari tokoh

masyarakat yang berpengaruh ,serta masyarakat dan sosial budaya juga

merupakan faktor pendukung BPD dalam pembuatan peraturan Desa,

Karena masyarakat memberi dukungan kepada BPD dalam pembuatan

peraturan desa dan Keadaan sosial budaya yang masih kental akan

penghargaan membuat perdebatan yang lalot dalam pembuatan aturan bisa

terhindarkan. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat pembuatan

92
93

Pertauran Desa yaitu kurangnya kordinasi antara Pemerintah desa dan

BPD Desa Batu Belerang serta lambannya evaluasi dari Pemerintah

Kabupaten Sinjai yang menyebabkan Peraturan Desa No 3 Tahun 2016

Tentang APBDesa lama dalam tahap pengesahan , pengundangan dan

penyebarluasan.

3. Kendala-kendala dalam proses legislasi peraturan desa

a. Kurangnya komunikasi yang baik

b. Disposisi yaitu kurangnya komitmen dalam menetapkan suatu

rancangan peraturan desa.

c. Kurangnya Koordinasi Pemerintah Desa Dengan BPD

d. Lambatnya evaluasi dari Pemerintah Kabupaten Sinjai Borong

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka dikemukakan beberapa

saran sebagai berikut :

1. BPD Desa Batu Belerang kurang maksimal dalam melaksanakan peran

terkait fungsi legislasinya, khususnya dalam tahapan inisiasi yang di

laksanakan oleh pemerintah sebagai penggagas Legislasi Peraturan,

Dengan demikian BPD Desa Batu Belerang hendaknya melakukan

evaluasi dan mencari solusi atas penyebab kurang maksimalnya peran

BPD Desa Batu Belerang dalam Rapat Pembahasan tersebut. Sehingga

nantinya BPD Desa Batu Belerang dapat lebih meningkatkan perannya

dalam Tahap inisiasi


94

2. Kordinasi pemerintah desa dan BPD harus lebih ditingkatkan agar

Peraturan Desa yang ada di desa Batu Belerang dapat di tingkatka. serta

evaluasi dari pemerintah Kabupaten Sinjai Borong harus tepat waktu

dalam melakukan evaluasi.

3. Perlunya pembinaan dan pelatihan Bersama dalam meningkatakan

kapasitas/kemampuan dalam pembuatan Peraturan desa terkhusus di Desa

Batu Belerang.
95

DAFTAR PUSTAKA.

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Adisubrata, winarna surya. 2003. Perkembangan otonomi daerah di Indonesia.


Semarang: Aneka ilmu.

Agustian, Ade. 2014. “Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Di Desa Teluk Bakau Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan”. Jurnal Ilmu Pemerintahan Fakultas

Ilmu Social Dan Ilmu Politik.

Alam, Syah. 2014. “Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam

Pembangunan Desa Di Desa Mantang Lama Kecamatan Mantang

Kabupaten Bintan”. Jurnal Studi Ilmu Pemerintahan.

Badan Pemeriksaan Keuangan RI. 2015. “Pengelolaan Keuangan Pemerintah

Desa”, Jakarta.

Direktorat Jendral Perimbangan Keungan. 2015. “Himpunan Peraturan

Perundang-Undangan Mengenai Desa”, Jakarta.

Fitra, Melisa. 2009. “peranan badan permusyawaratan desa (BPD) dalam

penyelenggaran pemerintahan di desa buntu nanna kecamatan pondrang

kabupaten luwu”. Jurnal ilmu politik dan ilmu pemerintahan.

Marbun B.N. 2006. “Pengertian Pedesaan”. PT. Mandar Maju: Bandung.

Rasyid, Ryas. 2006. “Memahami Ilmu Pemerintahan”. PT. Grafindo Persada:

Jakarta.

Ruliana, Poppy. 2014. “Komunikasi Organisasi”. PT. Rajagrafindo Persada:

Jakarta.
96

Saputra, Prayoza. 2014. “Optimasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam Pembentukan Peraturan Desa”. Jurnal Hukum Kelembagaan

Negara.

Saibani, A. 2015. “Pedoman Umum Pnyelenggaraan Pemerintahan Desa”. Bee

Media Pustaka: Jakarta.

Sugiyono. 2008.“metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D”. Alfabeta:

Bandung.

Sujadi, Firman. 2015. “Buku Suplemen Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa”. Bee Media Pustaka: Jakarta.

Sujarweni, Wiratna. 2014. “Metodologi Penelitian”. Pustakabarupress:

Yogyakarta.

Sumartono. 2006. “Kemitraan Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan

Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa”. Jurnal Ilmiah

Administrasi Publik.

Solekhan, Moch. 2012. “Penyelenggaraan Pemerintahan Desa”. Serta Press:

Malang.

Syafei, Abdul. 2005. “Pengantar Ilmu Pemerintahan”. Jakarta : Bumi Aksara

Tim Visi Yustisia. 2015. “Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Dan Peraturan Terkait”. Visimedia: Jakarta Selatan.

Tim Editorial Tira Smart. 2017. “Undang-Undang Desa Dilengkapi Dengan

Peraturan pemerintah dan Peraturan Mentri”. Tirasmart: Tangerang.


97

Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Walangitan,Sonny.2016. “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam

Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Di Desa Kanonang Ii

Kecamatan Kawangkoan Barat)”. Fisip UNSTRAT.

Wardoyo, Gondang. 2010. “Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sebagai

Agen Demokratisasi”. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang.

Widjaja, A.W.2007.”Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia”. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Zulkarnain, Viky.2012.”Efektivitas Fungsi Badan Permusyawaratan Desa(BPD)

dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa di Kabupaten

Tulungangung(studi kasus di Desa Gesikan, Desa Pucung Kidul,Desa

Jati Mulyo). Universitas Negeri Malang”


98

LAMPIRAN

Wawancara bersama sekertaris Desa Batu Belerang

Wawancara bersama Anggota BPD


99

Wawancara bersama Anggota BPD

Profil Desa dan Kelurahan Batu Belerang tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai