JENICA RANDAN
E211 16 308
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
KLEEASLIAN
iv
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, yang oleh
rahmat dan anugerah-Nya penulis ada hingga saat ini yang selalu menopang dan
skripsi ini, guna untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Publik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun
judul dari penulisan skripsi ini adalah ‘’Implementasi Program Kartu Identitas
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
hal itu disadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan setiap
motivasi, bantuan, serta bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak
Randan dan Mama Sarlotha Tanan atas cinta kasihnya kepada penulis.
Semangat dan harapan besar yang mereka pegang mendorong penulis untuk
untuk mencukupi kebutuhan yang sudah sampai disemester 12 ini bukanlah hal
v
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih
sebagai berikut:
Hasanuddin.
2. Prof. Dr. Armin, M.Si selaku Dekakn Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
penyelesaian skripsi.
vi
izin dan menerima penulis untuk melakukan penelitian. Terimakasih
11. Teman-temanku.
doa yang baik sampai saat ini. Senang rasanya melihat pencapaian
vii
12. Frame 2016, Humanis Fisip Unhas, dan D’B3 Voice. Terimkasih
13. Pmko Fisip Unhas terimakasih pernah menjadi tempat terbaik untuk
14. Jaisin Sequd, terimakasih untuk pertemanan baik ini dan saling
KKN yah.
Terimakasih atas doa dan dukungan dari setiap pihak. Terimakasih sebanyak-
menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita selalu diberi kesehatan dan diberkati.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi
yang memerlukannya.
Jenica Randan
viii
DAFTAR ISI
Sampul
Halaman Judul
ix
II.2.7 Impelementasi Program ..................................................................... 36
II.3 Kartu Identitas Anak (KIA) ........................................................................ 37
II.3.1 Pengertian Kartu Identitas Anak......................................................... 37
II.3.2 Jenis Kartu Identitas Anak ................................................................. 38
II.3.3 Tujuan dan Manfaat Kartu Identitas Anak .......................................... 38
II.4 Kerangka Pikir .......................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 41
III.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................ 41
III.2 Tipe Penelitian ........................................................................................ 41
III.3 Fokus Penelitian ...................................................................................... 41
III.4 Sumber Data ........................................................................................... 43
III.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 43
III.6 Informan Penelitian ................................................................................. 44
III.7 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 45
III.8 Teknik Analisis Data ................................................................................ 45
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 47
IV.1 Gambaran Umum Kabupaten Mimika ..................................................... 47
IV.1.1 Kondisi Geografis ............................................................................. 48
IV.1.2 Demografi ......................................................................................... 48
IV.2 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mimika .............. 48
IV.2.1 Visi dan Misi ..................................................................................... 49
IV.2.2 Struktur Organisasi ........................................................................... 53
IV.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia......................................................... 58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .......................................... 60
V.1 Komunikasi .............................................................................................. 60
V.2 Sumber Daya ........................................................................................... 63
V.3 Disposisi .................................................................................................. 65
V.4 Struktur Birokrasi ..................................................................................... 68
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 71
VI.1 Kesimpulan ............................................................................................. 71
VI.2 Saran ...................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
LAMPIRAN........................................................................................................ 76
x
DAFTAR GAMBAR
xii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
ABSTRAK
ABSTRAK
xiii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
ABSTRACT
ABSTRACT
This study aims to describe and analyze the implementation of Child Identity
Cards in Mimika Regency (a case study at the Department of Population and
Civil Registration). The method used in this study is a qualitative research
method and the data collection techniques in this study used the interview,
observation and documentation methods.
The results showed that the implementation of the MCH Program in Mimika
Regency was going quite well, taking into account the information provided to the
community, the readiness of resources, the attitude of the implementers and
those used. The MCH program aims to improve data collection, protection, and
fulfillment of children's rights. However, in its implementation there are still
deficiencies, there are still people who do not understand the functions and
benefits of MCH and do not understand the procedures and operations in making
MCH itself.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
makhluk individual dan yang kedua sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
berkembang dengan hanya mengandalkan dirinya sendiri oleh karena itu dia
penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa yang dialami
publik yang prima kepada masyarakat, Pemerintah melalui instansi terkait, yakni
Sipil ini juga berpengaruh besar bagi jalannya pemerintahan di Indonesia ini,
1
karena dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil itu sendiri bertugas
masyarakat juga lebih berperan aktif dalam pencatatan kependudukan ini, untuk
administrasi negara tersebut dan lebih tertib dalam dalam soal administrasi
kependudukan yang akurat bagi publik dan Pemerintah itu sendiri, karena suatu
pencatatan itu sebagai bukti otentik data setiap individu yang tinggal di wilayah
pula, risiko terjadinya sengketa antara pemerintah dengan warga negara pun
meningkat. Oleh karena itu, perlindungan bagi warga negara yang hak atau
ayat (3) ditegaskan bahwa ‘hal-hal mengenai Warga Negara dan Penduduk
2
dengan Undang-Undang Nomor 24 Pasal 1 ayat (1) Tahun 2013 yang bertujuan
3
pendaftaran dan pencatatan sipil. Dokumen kependudukan yang kini dimiliki oleh
Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, dan lain sebagainya. Dokumen E-KTP umumnya
dimiliki oleh seseorang yang sudah berusia lebih dari 17 tahun dan sudah
KIA dianggap penting mengingat hingga kini tidak ada kartu identitas bagi
anak, walaupun anak tersebut telah memiliki akta kelahiran dan atau tentunya
memiliki kartu pelajar. Hal ini yang mendorong pemerintah untuk membuat
dengan tujuannya, yakni sebagai identifikasi anak. KIA pun memiliki kegunaan-
gabungan data dari berbagai macam institusi pemerintah dan swasta. Sehingga
anak sebagai obyek kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual.
perlindungan untuk anak usia kurang dari 17 tahun, salah satunya dengan cara
4
memberikan Kartu Idenitas Anak (KIA) sebagai identitas diri anak. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak (KIA),
Pasal 1 ayat (7) menyatakan KIA adalah identitas resmi anak sebagai bukti diri
anak yang berusia kurang dari 17 tahun dan belum menikah yang diterbitkan
oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten dan kota. Pemerintah
berharap seluruh anak Indonesia memiliki bukti identitas diri berupa KIA
tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan
pelaksana satu dengan yang lainnya ikut pula menentukan keberhasilan sukses
judul Peran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bukittinggi dalam
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak mengatakan bahwa peranan
5
pemerintah dalam mengimplementasikan program ini masih kurang maksimal,
kurangngnya sosialisasi yang dilakukan dan juga belum adanya kerja sama yang
memaksimalkan program KIA ini. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya
KIA di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjarmasin, oleh Maria
bingung atau belum mengerti akan pentingnya dokumen tersebut bagi anak
maupun kepentingan individual. Selain itu, melalui KIA masyarakat tidak ingin
program. Masalah yang ada hingga saat ini adalah birokrasi kita belum
apabila program KIA pemerintah merupakan program matang, maka yang harus
dibenahi terlebih dahulu adalah masalah birokrasi yang sarat dengan praktik
masyarakat.
6
Dari berbagai uraian dan permasalahan yang telah dijelaskan, untuk itu
Kabupaten Mimika”
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
1. Akademis
2. Praktis
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diinginkan. Hal tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan
dalam masyarakat.
silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk
administrasi.
8
6. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit
maupun implisit.
lembaga pemerintah.
berbagai fenomena dan kegiatan yang terjadi di dalam wilayah tentang apa yang
dengan definisi yang beragam. Friedrich dalam Agustino (2008:7) yang berjudul
9
tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Kebijakan publik
dibuat oleh badan atau kantorpemerintah. Suatu kebijakan apabila telah dibuat,
menyelesaikan berbagai urusan publik, masalah publik dan sumber daya yang
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji, sebuah kebijakan
publik terkadang mempunyai sifat penekanan yang tegas dan memaksa sifat
10
inilah yang tidak membedakan antara organisasi pemerintahan dan swasta. Hal
ini berarti bahwa kebijakan publik menuntut ketaatan yang luas dari masyarakat.
bentuk hukum, karena jika suatu kebijakan tanpa adanya legalisasi dari hukum
publik adalah:
sumber daya publik yang lebih dari pada isu lain. Dalam penyusunan
agenda jugasangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan
para aktor mengenai arah tindakan yang telah atauakan ditempuh, atau
11
b. Tahap Formulasi Kebijakan
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.
12
dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain
Tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi
berikut:
Indonesia.
13
apadampak dari sutau kebijakan publik. Sebagai contoh studi untuk
menopang tujuanpembangunan.
dengandukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik
Kebijakan publik sepertii itu tidak akan mudah dicabut hanya karena
14
b. Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan
redistributive
kelompok sasaran.
bebas.
pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat kebijakan publik sebagai tindakan
yang mengarah pada tujuan, ketika kita dapat memerinci kebijakan tersebut
15
a. Tuntutan kebijakan (policy demands)
suatu masalah tertentu. Tuntutan ini dapat bervariasi, mulai dari desakan
masyarakat.
Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan
16
pernyataan kebijakan. Secara singkat keluaran kebijakan ini menyangkut
masyarakat.
daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.
17
d. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif,
program dilaksanakan.
penting yakni:
18
1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.
diterimadan dijalankan.
dan hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implemetasi mencakup
kebijakan dan program-program yang akan diterapkan oleh suatu organisasi atau
tersebut.
sebagai berikut:
19
1. Pendekatan Politik
yang ada dan serta merta dapat menjadi faktor penghambat dalam
2. Pendekatan Sruktural
Melalui pendekatan ini secara umum dapat dikenali bahwa struktur yang
mengembangkan proses dan prosedur yang tepat, termasuk dalam hal ini
20
adalah proses dan prosedur tatakelola beserta berbagai tehnik dan
4. Pendekatan Prilaku
manajemen yang paling terkenal adalah apa yang seringkali disebut para
termasuk pada dimensi sikap dan perilaku pejabat yang menduduki posisi
kunci.
21
II.2.3 Faktor-faktor Penentu Implementasi Kebijakan
implementasi berkaitan dengan dua faktor utama internal dan faktor utama
pertama, berhasil tidaknya implementasi suatu kebijakan ditentukan oleh dua hal,
yang tidak tepat seringkali tidak mampu memperoleh dukungan dari masyarakat.
Oleh sebab itu, banyak kegagalan yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh
implementasinya.
pendukung ini dalam pengertian ekonomi bisnis biasa disebut sebagai inputs.
Namun dalam beberapa hal ada perbedaan antara inputs dalam pengertian
publik ini. Input dalam pengertian ekonomi mikro meliputi apa yang disebut 6M
22
Dalam implementasi kebijakan pada umumnya, menurut Mulyadi (2016:
62) beberapa faktor yang mempersulit implementasi suatu kebijakan antara lain
tersedia pada waktu yang dibutuhkan, atau mungkin karena salah satu
23
Secara umum, suatu kebijakan dianggap berkualitas dan mampu
1. Tujuan yang ingin dicapai atau alasan yang dipakai untuk mengadakan
kebijakan itu. Tujuan atau alasan suatu kebijakan dapat dikatakan baik
a. Rasional
Artinya, tujuan tersebut dapat dipahami atau diterima oleh akal sehat.
b. Diinginkan
informasi yang kurang lengkap boleh jadi tidak sempurna atau tidak
lengkap.
24
a. Unsur Pelaksana
kesatuan.
organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang
25
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group.
rinci, dan
1. Komunikasi
26
2. Sumber Daya
3. Disposisi
pembuat kebijakan.
4. Struktur Birokrasi
27
1) Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga
dapat direalisir.
sebagainya.
28
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.sebuah program
besar.
2. Karakteristik kebijakan/undang-undang
a. Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah
implementasi program.
29
g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi
3. Variabel lingkungan
modern.
publik.
kebijakan.
30
dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan
kelayakan fisik dan politis tertentu bisa saja tidak berhasil mencapai
Persyaratan ini mengikuti syarat item kedua artinya disatu pihak harus
31
Dalam praktiknya implementasi program yang memerlukan perpaduan
pelaksanaannya.
peluang-peluang tersebut.
teori yang mendasari kebijakan jauh lebih kompleks dari pada sekedar
pada mata rantai yang amat panjang maka ia akan mudah sekali
32
lain semakin banyak hubungan dalam mata rantai, semakin besar pula
resiko bahwa bebarapa diantaranya kelak terbukti amat lemah atau tidak
organisasi ini haruslah pada tingkat yang minimal, baik dalam artian
33
kerap kali tidak dipahami dengan baik, mungkin karena komunikasi dari
pada saat awal tujuan dipahami dan disepakati namun tidak ada jaminan
tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap bagian yang terlibat. Kesulitan
atau badan yang terlibat dalam program. Hood (1976) dalam hubungan
yang sangat penting dalam proses implementasi karena data, syaran dan
34
10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan
harus ada ketundukan yang penuh dan tidak ada penolakan sama sekali
dan diantara badan yang satu dengan yang lain mungkin terdapat konflik
kepentingan.
mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi
c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
35
sasaran yang telah dinyatakan dalam kebijakan tersebut. Menurut Wahab (2012:
18) penjabaran suatu program sedikitnya terlihat dari 5 (lima) hal yaitu:
ketikaberbicara penerapan program baik itu yang bersifat sosial atau dalam
dalam Suryana (2009: 28) ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan
program yaitu:
1. Pengorganisasian
36
2. Interpretasi
Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerjadapat
program lainnya.
program merupakan tindakan yang didasarkan pada model teoritis yang jelas,
yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai
terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi
solusi terbaik, jadi dalam menentukan suatu program harus dirumuskan secara
matang sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan melalui partisipasi
mewujudkan hak terbaik bagi anak.Program KIA mulai dilakukan di tahun 2016
dan didukung oleh adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri No 2 tahun 2016
tentang Kartu Identitas Anak. KIA merupakan identitas resmi anak sebagai bukti
diri anak yang berusia kurang dari 17 tahun dan belum menikah dan diterbitkan
37
merupakan program dari Kementrian Dalam Negeri yang diturunkan kepada
Kartu Identitas Anak (KIA) ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Perbedaan dari keduannya terdapat pada ada tidaknya foto, untuk yang
berusia 0-5 tahun tidak terdapat foto, sedangkan untuk yang jenis 5-17 tahun
terdapat foto.
Kartu Identitas Anak ini juga mempunyai manfaat bagi anak maupun
KIA berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 2 tahun 2016 tentang Kartu
Identitas Anak.
38
a. Dalam hal anak kurang dari 5 tahun sudah memiliki akta kelahiran tetapi
persyaratan:
aktakelahiran aslinya,
b. Dinas menerbitkan KIA untuk anak usia 5 tahun sampai dengan usia 17
kelahiran aslinya,
3. KTP-el asli kedua orang tuanya/wali; dan pas foto Anak berwarna
bahwa pengurusan KIA juga membutuhkan peran serta atau respon positif dari
orang tua.Hal ini karena dalam pengurusannya masih mebutuhkan KTP orang
tua.Selain itu, karena KIA untuk usia 0-5 tahun yang tidak menampilkan foto, juga
tidak mensyaratkan adanya foto. Namun ketika, anak sudah berusia di atas 5
tahun, maka anak tersebut harus mengurus KIA baru sesuai dengan kelompok
dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka dari beberapa teori yang
39
setiap teori yang dikemukakan para ahli, memiliki fokus yang hampir sama,
tetapi dalam setiap teori dari beberapa ahli terdapat beberapa faktor yang
menonjol bahkan tidak sama dengan teori lain, hal ini dikarenakan setiap
menggunakan teori implementasi Edward III karena model ini sesuai dengan
fokus dari peneliti dengan judul “Implementasi Program Kartu Identitas Anak
40