Anda di halaman 1dari 107

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM RIAU

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

AKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK BIDAN


TERHADAP IBU HAMIL SELAMA MASA
MENGANDUNG DI RUMAH SAKIT KASIH IBU
RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU,
RIAU.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Pada Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau

ADE NABILA SAVITRI


NPM 179110220
PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan rahmat allah SWT, yang maha pengasih lagi maha peyayang dan atas

segala izin allah SWT. Maka saya persembahkan karya tulis (Skripsi) saya ini

untuk kedua orang saya yaitu ayahanda Rizaldi tercinta dan ibunda tersayang

Kartina Rosady. Dari merekalah saya bisa sampai dititk ini. Atas izin, doa restu

dan berkat jerih payah dari mereka berdualah saya dapat mendapatkan pendidikan

yang tinggi setinggi-tingginya semoga ini semua menjadi jariah untuk mereka

berdua kelak sebagai saksi dan bukti dihadapan Allah Subhanahu wa ta'ala.

Kepada kakak tercinta Dessy Mia Audina Oct, S.Pd., yang sudah banyak

membantu mulai dari memberikan materi, berdebat hebat, ceramah muka dimah

dan dorongan agar dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Serta untuk adik

perempuan saya yang juga sedang berjuang dalam mendapatkan gelar sarjanahnya

Jikti Khoirina, S.H dan adik laki-laki Muhammad Firdaus (Keba) terimakasih

untuk segala bentuk pertanyaan yang membuat diri ini terdorong untuk segera

menyelesaikan skripsi dan membuat diri ini bersemangat untuk mengerjakannya

sampai dengan selesai.


MOTTO

“Displin Adalah Jembatan Antara Cita-Cita Dan Pencapaiannya”.

(John Rohn)

“Allah Tidak Membebani Seseorang Itu Melainkan Sesuai Dengan

Kesanggupannya”.

(Al-Baqarah 286)

“Do Not Let What You Cannot Do Interfere With What You Can Do”.

(John Wooden)
KATA PENGANTAR

Al-hamdu lillahi rabbil’alamin,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat

dan karunia ilmu yang didapat sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan

skripsi ini. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Studi Strata-1 atau

S1 pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Riau (UIR), dengan judul “Aktivitas Komunikasi Terapeutik Antara Bidan

Terhadap Ibu Hamil Selama Masa Mengandung Di Rumah Sakit Kasih Ibu

Rengat Kabupaen Indragiri Hulu, Riau”.

Peneliti sangat menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan

serta hambatan dan tantangan yang didapat dalam menyelesaikannya. Oleh sebab

itu dengan kerendahan hati yang dalam peneliti sangat membutuhkan segala kritik

dan saran yang bersifat membangun dan memotivasi guna memperbaiki demi

kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat peneliti mengucapkan ribuan terima

kasih untuk yang terkait dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Peneliti

menyadari bahwa ini semua tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari banyak

pihak. Untuk itu, rasa terima kasih sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada :

1. Rektor universitas islam riau, Bapak Prof.Dr. H. Syafrinaldy, S.H., MCL.

2. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Bapak Muhd.AR Imam

Riauan,M.I.Kom.

i
3. Dyah Pithaloka, M.Si., selaku Pembimbing yang telah banyak sekali

membantu, memberikan arahan, saran dan mengorbankan waktu dalam

membantu penyelesaian dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr. Fatmawati, S.IP., MM., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Benni Handayani, M.I.Kom., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Riau.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada peneliti.

7. Untuk kedua orang tuaku Ayahanda Rizaldi dan Ibundaku Kartina Rosadi

yang tiada hentinya memberikan dukungan baik dari moral, materi serta

keikhlasan hati dalam setiap doanya agar dilancarkan perkuliahan

sehingga sampai ke tahap penyusunan skripsi ini selesai, dan semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk kakak perempuanku Dessy Mia Audina Oct, S.pd., yang banyak

sekali membantu adik kesayangannya. Orang yang mau diajak berdebat

untuk beradu pendapat, dan memberikan dukungan secara materi agar

membantu penyelesaian skripsi sehingga bisa terselesaikan dengan baik

walaupun harus dipalak dulu baru dikirim.

9. Serta untuk adik-adiku Jikti Khoirina S.H dan Muhammad Firdaus (keba)

yang selalu memberikan senyuman hangat dan semangat kekeluargaan

yang begitu besar.

ii
10. Terimakasih untuk M.Ikhsan Hurasy yang turut ikut memberikan support,

dukungan, serta masukan yang berguna kepada peneliti.

11. Terimakasih sahabat-sahabat ku Megy Nur Ibza, Maryunis Sundari, Anta

Triana Putri dan Friliani Ulfi Khasana yang sama-sama sedang berjuang

mencapai gelar sarjananya masing-masing. Inilah orang-orang yang mau

direpotkan baik secara sengaja maupun tidak, Serta mau meluangkan

waktu dan ikut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

12. Terimakasih untuk teman-teman Fikom angkatan 2017 yang sudah banyak

sekali membantu saya semoga kita semua diberikan kemudahan dan tetap

semangat.

13. Kepala perpustakaan Universitas Islam Riau beserta staf.

14. Segenap karyawan/I Fakultas Ilmu Komunikasi yang dengan tulus dan

baik melayani urusan yang berkaitan dibidang akademis.

15. Pimpinan, staf pegawai beserta bidan-bidan di Rumah Sakit Kasih Ibu

Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

16. Serta pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Dan tentunya terimakasih banyak untuk diri saya sendiri yang mampu

mengerjakan dengan semangat dan penuh air mata. Akhirnya saya bisa

mengerjakan ini semua dengan hasil jerih payah saya sendiri.

Peneliti sangat menyadari penelitian ini tiada artinya tanpa bantuan dari

banyak pihak. Sekali lagi peneliti mengucapkan ribuan terimakasih kepada

semua yang

iii
terlibat. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, semoga apa yang telah didapat

dalam bentuk bimbingan, bantuan baik materi maupun moral, serta pengorbaan

dan keikhlasan yang diberikan selama ini akan menjadi amal kebaikan dan

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Pekanbaru, 07 Maret 2021

Ade Nabila Savitri


NPM : 179110220

iv
Daftar Isi

Judul (Cover)
Persetujuan Pembimbing Skripsi
Persetujuan Penguji Skripsi
Berita Acara Ujian Komprehensif Skripsi
Lembaran Pengesahan
Lembar Pernyataan
Halaman Persembahan
Halaman Motto
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................v
Daftar Tabel....................................................................................................viii
Daftar Lampiran.............................................................................................ix
Abstrak............................................................................................................x
Abstract.............................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah Penelitian................................................1
B. Identifikasi Masalah Penelitian......................................................5
C. Fokus Penelitian.............................................................................6
D. Rumusan Masalah..........................................................................6
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian......................................................6
1. Tujuan......................................................................................6
2. Manfaat Penelitian...................................................................7
a. Teoritis..............................................................................7
b. Praktis................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................9
A. Kajian Literatur.............................................................................9
1. Komunikasi Teraupetik............................................................9
a. Pengertian Komunikasi Teraupetik....................................9
b. Tujuan Komunikasi Teraupetik..........................................11
c. Manfaat Komunikasi Teraupetik........................................12
d. Sikap Dalam Komunikasi Terapeutik................................13
e. Tahapan Strategi Komunikasi Terapeutik..........................13
f. Teknik Komunikasi terapeutik...........................................15

v
2. Komunikasi Interpersonal........................................................20
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal................................20
b. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal...................................21
c. Peran Komunikasi Interpersonal........................................22
3. Bidan........................................................................................23
a. Pengertian Bidan................................................................23
4. Kehamilan................................................................................25
b. Pengertian Kehamilan........................................................25
B. Defenisi Operasional.....................................................................27
1. Komunikasi Teraupetik............................................................27
2. Bidan........................................................................................27
3. Ibu Hamil.................................................................................27
C. Penelitian Terdahulu......................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN................................................................31
A. Pendekatan Penelitian..................................................................31
B. Subjek Dan Objek Penelitian.......................................................31
1. Subjek Penelitian...................................................................31
2. Objek Penelitian....................................................................33
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian......................................................34
1. Lokasi Penelitian...................................................................34
2. Waktu Penelitian...................................................................34
D. Sumber Data................................................................................35
1. Data Primer...........................................................................35
2. Data Sekunder.......................................................................35
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................36
1. Observasi...............................................................................36
2. Wawancara............................................................................36
3. Dokumentasi.........................................................................37
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.........................................37
G. Teknik Analisis Data...................................................................38
1. Reduksi Data.........................................................................38
2. Penyajian Data......................................................................38
3. Verifikasi...............................................................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN.................................39
A. Gambaran Umum........................................................................39
1. Sejarah Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat...............................39
2. Visi, Misi Tujuan Dan Motto...............................................43
a. Visi................................................................................43
b. Misi................................................................................43
c. Tujuan............................................................................44
d. Motto.............................................................................45
3. Pelayanan Dan Fasilitas Di Rumah Sakit Kasih Ibu............45
B. Hasil penelitian............................................................................49

vi

1. Komunikasi Terapeutik Bidan Terhadap Ibu Hamil Selama


Masa Mengandung..................................................................52
2. Tahapan-Tahapan Dimana Bidan Dapat Membina
Hubungan Komunikasi Terapeutik Dalam Membantu Ibu
Hamil Selama Masa Mengandung..........................................54
3. Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Membantu Pasien
Ibu Hamil Selama Masa Mengandung....................................60
C. Pembahasan Penelitian................................................................66
BAB V PENUTUP..........................................................................................71
A. Kesimpulan..................................................................................71
B. Saran............................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan.......................................................27


Tabel 3.1 Jadwal Waktu Penelitian........................................................................35
Tabel 4.1 Daftar tenaga dokter RS Kasih Ibu Rengat............................................43
Tabel 4.2 Daftar tenaga keperawatan RS Kasih Ibu Rengat..................................44
Tabel 4.3 Daftar tenaga kebidan RS Kasih Ibu Rengat.........................................44
Tabel 4.4 Daftar tenaga kesehatan dan lainnya RS Kasih Ibu Rengat...................44
Tabel 4.5 Daftar tenaga penunjang Non-medis RS Kasih Ibu Rengat...................45
Tabel 4.6 Informan Bidan......................................................................................52
Tabel 4.7 Informan Pasien.....................................................................................54

viii
Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Daftar pertanyaan wawancara informan bidan

Lampiran 2 : Daftar pertanyaan wawancara informan pasien

Lampiran 3 : Dokumentasi wawancara dan seputar informasi RS Kasih Ibu

Lampiran 4 : Dokumentasi wawancara informan pasien

ix
Abstrak

Aktivitas Komunikasi Terapeutik Bidan Terhadap Ibu Hamil Selama Masa


Mengandung Di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragiri
Hulu, Riau.

Ade Nabila
Savitri 179110220

Bagi bidan interaksi yang dibangun dalam suatu praktek pelayanannya


pada pasien atau klien untuk membantu suatu kesembuhan itulah komunikasi
terapeutik. Dengan memiliki ketrampilan dalam komunikasi terapeutik, bidan
akan lebih mudah dalam menjalin hubungan saling percaya dengan klien sehingga
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan kebidanan yang diterapkan dengan
memberikan pelayanan secara professional. Dapat dilihat kecemasan, rasa takut
dan kekawatiran yang berlebihan terjadi disaat proses masa menuju persalinan.
Disinilah peran dari bidan untuk dapat membantu pasien dalam menyelesaikan
permasalahnya.penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Disini seorang bidan melakukan
interaksi secara langsung dengan pasien ibu hamil, agar dapat mengetahui
langsung apa saja keluhan yang dirasakan pasien dan perlu banyaknya edukasi
yang bidan berikan agar pasien nantinya lebih tenang dalam menghadapi proses
persalinan karena nantinya banyak hal yang tak terduga terjadi tanpa kita sadari.
Dalam proses ini bidan di rumah sakit menggunakan rencana tindakan kebidanan
untuk sebagai acuan kebidanan dalam membantu pasien ibu hamil selam masa
menggandung di rumah sakit kasih ibu. Tahapan-tahapan dimana bidan dapat
membina hubungan komuniksi terapeutik dan tahapan-tahapannya adalah sebagai
berikut : tahapan persiapan, tahapan orientasi, tahapan kerja, tahapan terminasi
bidan diharapkan agar lebih banyak memberikan edukasi-edukasi sejak dini
kepada masyarakat luas baik dari pelosok sekalipun. Karena masih minimnya
pengetahuan mereka tentang bagaimana jika menjadi ibu hamil apa lagi dengan
resiko-resiko tinggi yang akan terjadi.

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Bidan, Ibu hamil

x
Abstract

Therapeutic Communication Activities of Midwives to Pregnant Women During


Pregnancy at Kasih Ibu Rengat Hospital, Indragiri Hulu Rengat, Riau.

Ade Nabila
Savitri
1791190220

For midwives the interaction that is built in a practice of service to


patients or clients to help a healing is therapeutic communication. By having
skills in therapeutic communication, midwives will find it easier to establish a
trusting relationship with clients so that they are more effective in achieving the
goals of midwifery care that are applied by providing professional services. It can
be seen that excessive anxiety, fear and worry occur during the process of
childbirth. This is where the role of the midwife is to be able to assist patients in
solving their problems. This study uses qualitative research methods. Qualitative
research is research that intends to understand the phenomenon of what is
experienced by research subjects such as behavior, perception, motivation, action
and others. Here, a midwife interacts directly with pregnant women patients, so
that they can find out firsthand what complaints are felt by the patient and it is
necessary to provide a lot of education so that the patient will be calmer in
dealing with the delivery process because later many unexpected things will
happen without us realizing it. In this process, the midwife at the hospital uses the
midwifery action plan as a midwifery reference in helping pregnant women during
their pregnancy at the Kasih Ibu Hospital. The stages in which midwives can
foster therapeutic communication relationships and the stages are as follows:
preparation stage, orientation stage, work stage, midwife termination stage is
expected to provide more early education to the wider community from remote
areas though. Because they still lack knowledge about what if they become
pregnant women, what else with the high risks that will occur.

Keywords : Therapeutic Communication, Midwife, Pregnant women

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Ibu merupakan pelaku utama dalam asuhan kemamilan. Seorang sosok

ibu merupakan orang tua perempuan dari seorang anak yang akan dilahirkan

nantinya, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Kehamilan itu terjadi

dimulai dari proses pembuahan sampai dengan proses terjadinya persalinan.

Kecemasan meningkat pada ibu hamil umumnya terjadi pada masa proses

kandungan memasuki bulan ke 32 minggu.

Proses melahirkan pada setiap ibu hamil ada yang mudah sekali ada

juga yang sulit sekali bahkan memerlukan perawatan dan penanganan para ahli

kedokteran misalnya operasi atau pembedahan. Berbagai peristiwa dalam

proses melahirkan itu sendiri merupakan kodrat dan irodat Allah Maha

pencipta, peristiwa dan prosesnya sudah diatur dan ditentukan oleh Allah di

bawah sepengetahuannya.

Setiap orang bisa memahami bahwa lancar atau tidaknya proses

kelahiran itu banyak tergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi ibu

hamil yang bersangkutan. Namun dapat dimengerti bahwa hampir tidak ada

tingkah laku manusia (terutama yang disadari) dan biologisnya yang tidak

dipegaruhi oleh proses psikis. Maka harus dapat dipahami bahwa pada saat

akan membesarnya janin dalam kandungan itu akan mengakibatkan calon ibu

yang bersangkutan mudah merasakan kelelahan, tidak nyaman dengan

keadaan

1
2

dirinya, tidak bisa tidur dengan nyenyak, sering mendapatkan kesulitan dalam

bernafas dan macam-macam beban jasmani lain-lainnya di waktu kehamilan.

Kebidanan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan

seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan

menyusui, masa interval dan penganturan sesuburan, klimakterium dan

menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia serta

memberikan bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitas

(Megatsari, et al. 2019:10)

Bagi seorang bidan memiliki peran dan tanggungjawab dalam

memberikan asuhan kehamilan misalnya membantu ibu dan keluarganya untuk

mempersiapkan kelahiran dan kedaruratan yang mungkin terjadi, mendeteksi

dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan, baik yang

bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetric, serta meningkatkan dan

memelihara kesehatan fsik, mental dan sosial ibu serta bayi dengan

memberikan pendidikan, suplemen dan imunisasi dan Membantu

mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa nifas yang normal

serta menjaga kesehatan anak secara fsik, psikologis dan social (Fitriahadi

Enny 2017:13).

Komunikasi merupakan hal yang membangun hubungan antarsesama

manusia melalui pertukaran informasi serta untuk menguatkan sikap dan tingka

laku orang lain dan berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Book

dalam Cangara, 2018:22).


3

Komunikasi ini menciptakan hubungan antara bidan dengan pasien

untuk mengenal kebutuhan dan menentukan rencana tindakan. Kemampuan

berkomunikasi tidak terlepas dari tingkah laku yang melibatkan aktifitas fisik,

mental dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pengalaman, usia,

pendidikan dan tujuan. Serta agar dapat membantu para ibu hamil untuk

mendeteksi secara dini kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena yang akan

dapat memicu kesulitan pada proses mau melahirkan pada nantinya.

Menurut Stuart G.W dalam Abdul Nasir (2019:143) Komunikasi

Terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara konselor dan klien

melalui hubungan ini, konselor dan klien memperoleh pengalaman belajar

bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara

sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi

terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. Komunikasi

terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan bidan untuk membantu pasien

beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar

bagaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi terapeutik merupakan

hubungan interpesonal Antara bidan dengan pasien, dalam hubungan ini bidan

dan pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka

memperbaiki pengalaman emosional pasien (Lusa, 2009).

Dengan komunikasi terapeutik ini pasien sebagai komunikan dapat

diarahkan sehingga terjadi pertukaran pesan yang dapat menimbulkan

hubungan
4

sosial yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik ini juga bertujuan membantu

pasien nantinya dalam memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan

pikiran, serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.

Dari data dinas kesehatan Indragiri Hulu Rumah Sakit Kasih Ibu

Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau merupakan rumah sakit yang banyak

dilakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil selama masa mengandung dan ini

merupakan rumah sakit terbesar yang ada disana dengan segala fasilitas yang

sudah lengkap. Dari hasil wawancara dengan bidan di ruang bersalin yang

merawat langsung ibu‐ibu yang melahirkan diruang perawatan diketahui bahwa

ibu saat melakukan persalinan sering mengalami kecemasan yang ditandai

dengan tegang, bingung, sering bertanya kepada petugas tentang

perkembangan kemajuan persalinan, perasaan tidak menentu, gelisah, gampang

menangis, dan lain sebagainya. Komunikasi terapeutik disini digunakan untuk

mencapai suatu tujuan seperti penyusunan kembali kepribadian seseorang,

penemuan makna dalam hidup, penyembuhan gangguan emosional dan

peredaan kecemasan.

Adapun alasan peneliti menggambil komunikasi terhadap bidan ke ibu

hamil karena pada ibu hamil memerlukan banyaknya edukasi, pengajaran atau

pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah risiko-resiko sejak dini

atau komplikasi dan untuk membuat lebih tenang dalam menghadapi proses

persalinan, karena banyak hal yang tak terduga nantinya terjadi disinilah bidan

mampu memberikan edukasi yang lebih. Disini peneliti hanya menggambil

selama proses kehamilan saja karena peneliti mau mengetahui cara komunikasi

yang bagaimana nantinya dilakukan oleh bidan yang ada di rumah sakit

sehingga
5

terciptanya peningkatan program kesehatan ibu dan anak yang ada di rumah

sakit. Peneliti lebih memfokuskan kepada proses bagaimana cara

berkomunikasi yang dilakukan seorang bidan apakah sudah sesuai dengan

standar yang ada dan apakah sudah memberikan kepuasan kepada ibu hamil

agar terciptanya rasa nyaman dan aman. Adapun mengapa peneliti tidak

menggambil dokter yang bertugas disana karena jam tugas dokter disana hanya

ada dihari-hari tertentu dan tentunya jika ingin dengan beliau juga hanya

dipada saat-saat tertentu atau sudah memiliki janji seperti biasanya harus

melakukan operasi pada saat akan melahirkan dan beliau juga merupakan SPI

dirumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragiri hulu.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Aktivitas Komunikasi Terapeutik Bidan

Terhadap Ibu Hamil Selama Masa Mengandung Di Rumah Sakit Kasih Ibu

Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.” mengingat dampaknya sangat

berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan, terhadap kesehatan ibu dan

bayi, sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan pemberian asuhan

kepada ibu selama dalam masa mengandung.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Bagi bidan interaksi yang dibangun dalam suatu praktek pelayanannya

pada pasien atau klien untuk membantu suatu kesembuhan itulah komunikasi

terapeutik. Dengan memiliki ketrampilan dalam komunikasi terapeutik, bidan

akan lebih mudah dalam menjalin hubungan saling percaya dengan klien
6

sehingga lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan kebidanan yang

diterapkan dengan memberikan pelayanan secara professional. Dapat dilihat

kecemasan, rasa takut dan kekawatiran yang berlebihan terjadi disaat proses

masa menuju persalinan. Disinilah peran dari bidan untuk dapat membantu

pasien dalam menyelesaikan permasalahnya.

C. Fokus Penelitian

Dapat dilihat seperti apa terjadinya komunikasi terapeutik bidan

terhadap pasien ibu hamil yang sedang dalam proses mengandung. Apakah

komunikasi dari bidan yang bertugas sudah digunakan sesuai dengan pelayanan

yang diberikan agar memberikan manfaat kepada pasiennya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimanakah aktivitas komunikasi terapeutik bidan terhadap ibu hamil

selama masa mengandung di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten

Indragiri Hulu, Riau.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Atas dasar permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

ditetapkan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana

gambaran tentang aktivitas komunikasi terapeutik bidan terhadap ibu hamil


7

selama masa mengandung di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten

Indragiri Hulu, Riau.

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan

memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk dapat menambah

pengetahuan dan wawasan mengenai komunikasi terapeutik.

2. Untuk fikom sendiri ini berguna sebagaimana acuan serta referensi

pada penelitian selanjutnya yang sama dimasa yang akan datang.

3. Sedangkan bagi pembaca dapat mengetahui secara tertulis dan

mendapatkan informasi atau gambaran tentang aktivitas komunikasi

terapeutik dalam membantu ibu hamil selama masa mengandung di

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

b. Manfaat Praktis

1. Berguna sebagai pengembangan akademis agar lebih tau secara

langsung bagaimana proses komunikasi itu terjadi dimasyarakat,

sehingga tidak hanya memahami dari sisi teorinya saja.

2. Sebagai masukan bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya serta

berguna sebagai bahan informasi dan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan yang berkaitan dengan komunikasi terapeutik di dalam


8

memberikan pelayanan terhadap ibu hamil selama masa proses

mengandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian literatur
1. Komunikasi Terapeutik
a. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam

membantu pasien memecahakan masalah yang dihadapinya. Komunikasi

terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan secara sadar

dimana kegiatan dan tujuan untuk keseimbangan pasien (Uripni 2011:48).

Secara umum Komunikasi Terapeutik menurut Stuart dalam Suciati

(2015:199) menjelaskan Komunikasi Terapeutik merupakan bentuk

komunikasi yang bertujuan untuk menyembuhkan dan komunikasi ini

memggunakan prinsip komunikasi interpersonal. Istilah ini juga sering

dipakai dalam psikologi kongseling dalam hubungan konselor dan klien.

Klien secara sadar sukarela akan mengekpresikan perasaan dan pikirannya,

sehingga beban emosi dan ketegangan yang dirasakan dapat hilang sama

sekali dan kembali seperti semula.

Komunikasi terapeutik adalah sebagai komunikasi yang

direncanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk

kesembuhan pasien, maka komunikasi terapeutik mempunyai peranan yang

penting untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi pasien

(Handajani 2016:27).

9
10

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi untuk memahami

pasien, membuat pasien mampu beradaptasi terhadap gangguan psikologi

misalnya stres. Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah untuk

menerapi pasien dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Adapun tahapan komunikasi terapeutik adalah pra-interaksi, orientasi, kerja

dan terminasi. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu bentuk

komunikasi kesehatan namun juga termasuk kedalam komunikasi

interpersonal.

Komunikasi terapeutik yang digunakan seorang bidan kepada ibu

hamil trisemester akhir adalah kemampuan dan keterampilan dari bidan

dalam membantu ibu hamil beradaptasi pada keadaan fisik maupun

psikologis dalam menghadapi kehamilan, kelahiran dan menjadi seorang

orang tua. Komunikasi terapeutik digunakan oleh bidan untuk berhubungan

langsung dengan ibu hamil agar mengetahui keadaan yang dialami ibu hamil

trisemester akhir tersebut.

Terapeutik merupakan segala sesuatu yang memfasilitasi proses

penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah

komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuhan/pemulihan pasien (Damayanti 2010:11).

Ada beberapa pengertian komunikasi terapeutik dan di antaranya

adalah sebagai berikut.

1. Suatu kemampuan atau ketrampilan bidan dalam adalam membantu klien

beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologi dan belajar


11

bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse dalam Suryani,

2006).

2. Hubungan interpersonal anatar bidan dengan klien,sehingga memperoleh

pengalaman belajar yang sama dalam rangka memperbaiki pengalaman

emosional klien (Stuart,1998).

3. Komunikasi yang direncanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan

dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Uripni dkk,2003).

Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana komunikasi

terpeutik dapat diartikan sebagai suatu keterampilan atau proses interasi

secara sadar yang dilakukan oleh bidan pada klien untuk beradaptasi

terhadap gangguan baik secara fisik maupun psikologi sehingga bisa

membantu klien untuk mencapai kesembuhan atau mengatasi masalahnya.

b. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Dengan memiliki ketrampilan dalam komunikasi terapeutik, bidan

akan lebih mudah dalam menjalin hubungan saling percaya dengan klien

sehingga lebih efektip dalam mencapai tujuan asuhan kebidanan yang

diterapkan,memberikan pelayanan secara profesional.

Menurut Purwanto dalam Damayanti (2010:18) komunikasi

terapeutik memiliki beberapa tujuan sebagai berikut.

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan

dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yg

ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.


12

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal pengambilan tindakan yang

efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

3. Mempengaruhi orang lain. Lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Sedangkan menurut Stuart, Hunter dan Kruszweski dalam Uripni

(2011:49) tujuan komunikasi terapeutik yang diarahkan kepada

pertumbuhan klien meliputi.

1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat tinggi.

2. Indentitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.

3. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling

tergantung dan mencintai.

4. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta

mencapai tujuan personal yang realistis.

c. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik :

1. Mendorong kerjasama antara bidan dengan pasien melalui hubungan

bidan klien.

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah dan

mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh bidan.

Komunikasi terapuetik merupakan salah satu cara untuk membina

hubungan saling percaya terhadap pasien, dapat dipahami diatas dengan


13

menggunakan teknik-teknik tertentu akan membantu proses penyembuhan

pada pasien.

d. Sikap Dalam Komunikasi Terapeutik

Menurut Rgan dalam Keliat (1998), ada lima sikap dalam

berkomunikasi terapeutik.

1. Berhadapan

2. Kontak mata

3. Membungkuk kearah klien

4. Tetap rileks

e. Tahapan Strategi Komunikasi Teraupetik

Dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi) bidan mempunyai 4

tahapan yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus

diselesaikan oleh konselor menurut (Suryani 2015:47).

1. Tahap prainteraksi

Tahap ini adalah tahap persiapan sebelum berinteraksi dengan pasien.

a. Konselor menggali perasaan

b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya

c. Konselor mencari informasi tentang pasien

d. Merancang strategi untuk pertemuan dengan pasien


14

2. Tahap orientasi

Tahap ini merupakan tahap perkenalan yang dilakukan konselor saat

pertama kali bertemu dengan pasien. Bidan harus memperkenalkan dirinya

terlebih dahulu kepada pasien, dengan begitu akan adanya keterbukaan.

a. Membina rasa saling percaya

b. Merumuskan kontrak bersama pasien

c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah pasien

d. Merumuskan tujuan

3. Tahap kerja

Pada tahap kerja ini konselor dan pasien bekerj sama untuk mengatasi

masalah yang dihadapi pasien, Konselor dituntut mempunyai tingkat

analisis yang tinggi sehingga dapat mengekspolarasi, mendengarkan dengan

aktif, refleksi, berbagi presepsi, ,memfokuskan dan menyimpulkan.

4. Tahap terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dari pertemuan antara konselor

dengan pasien. Tahap terminasi ini dibagi menjadi dua yaitu terminasi

sementara dan terminasi akhir. Pertemuan antara konselor dan pasien terdiri

atas beberapa kali pertemuan. Setelah terminasi sementara, konselor akan

bertemu kembali dengan pasien pada waktu yang telah ditetapkan,

sedangkan terminasi akhir terjadi jika konselor telah menyelesaikan proses

kebidanan secara keseluruhan. Adapun tugas kebidanan pada tahap ini

adalah :
15

a. Melakukan evaluasi subjektif

b. Menyepakati tindakan lanjut terhadap interaksi

f. Teknik Komunikasi Terapeutik

Berikut ini teknik komunikasi teraupetik menurut (Handajani 2016:31)

sebagai berikut :

1. Mendengar Aktif dengan Penuh Perhatian

Teknik mendengar ada dua macam yaitu mendengar pasif dan

mendengar aktif. Mendengar pasif misalnya menganggukan kepala atau

kontak mata. Sedangkan mendengar aktif adalah mendengar dengan penuh

perhatian dan bertujuan untuk mengetahui perasaan orang lain. Keuntungan

mendengar aktif adalah pasien merasa dihargai dan merasa penting serta

pasien merasa didengarkan sehingga pasien merasa nyaman.

Mendengar aktif dengan penuh perhatian bisa dilakukan dengan cara-

cara sebagai berikut.

a. Pandang klien dan keluarga saat berbicara

b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk

mendengarkan

c. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian

d. Tidak menyilangkan kaki dan tangan

e. Menghindari gerakan yang tidak perlu

f. Anggukan kepala apabila klien membicarakan hal yang penting


16

g. Condongkan tubuh kearah lawan bicara.

2. Menunjukkan Penerimaan

Menunjukkan penerimaan berarti bersedia mendengarkan orang lain

tanpa keraguan tetapi bukan berarti bidan menyetuji semua hal. Bidan tidak

harus menerima perilaku klien tetapi harus menghindari ekspresi wajah

yang menunjukan tidak setuju, misalnya menggelengkan kepala atau

mengerutkan dahi/wajah.

Contoh sikap bidan yang menyatakan penerimaan adalah sebagai berikut.

a. Mendengarkan tanpa memutus pembicaraan

b. Memberikan umpan balik verbal

c. Memastikan bahwa isyarat verbal cocok dengan komunikasi verbal

d. Menghindari untuk berdebat

3. Mengajukan Pertanyaan yang Berkaitan

Bidan mengajukan suatu pertanyaan yang berkaitan adalah untuk

mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh

pasien atau keluarganya. Contoh: “Tadi Ibu katakan kalau anak Ibu ada tiga.

Anak yang mana yang paling dekat dengan Ibu?”

4. Mengajukan Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang

luas, sehingga pasien bisa mengemukakan masalah dan perasaannya dengan

kata-kata sendiri.
17

5. Mengulang Ucapan Klien

Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

6. Mengajukan Pertanyaan Klarifiksi

Pertanyaan klarifikasi tujuanya adalah untuk menglarifikasikan hal-hal

yang belum dimengerti untuk menghindari kesalahpahaman.

7. Menfokuskan

Menfokuskan tujuanya adalah untuk membatasi pembicaraan sehingga

pembicaraan menjadi lebih spesifik.

8. Menyampaikan Hasil Observasi

Menyampaikan hasil observasi bertujuan untuk memberikan umpan

balik dari hasil pengamatan yang dilakukan.

9. Menawarkan Informasi

Menawarkan informasi adalah untuk memberikan tambahan informasi

yang merupakan bagian dari pendidikan kesehatan.

10. Diam

Diam menurut Damayanti (2008) digunakan pada saat klien perlu

mengekpresikan ide tetapi klien tidak tahu bagaimana menyampaikan hal

tersebut. Sikap diam juga bisa digunakan, baik oleh klien ataupun bidan,

untuk mengorganisir pikirannya. Sikap diam memungkinkan klien untuk

dapat berkomunikasi secara internal dengan dirinya sendiri, mengorganisir

dan memproses informasi yang didapat.


18

11. Meringkas

Meringkas tujuanya untuk membantu bidan mengulang aspek penting

yang dibicarakan sehingga dapat dilanjutkan pembicaraan dengan topik

yang berkaitan.

12. Memberikan Penghargaan

Memberikan penghargaan dapat dilakukan bila pasien sudah mengalami

perubahan secara nyata,maka perlu disampaikan demikian

13. Menawarkan diri

Teknik komunikasi menawarkan diri dilakukan tanpa pamrih dan hanya

menyatakan kesediaan diri.

14. Memberikan Kesempatan pada Klien untuk Memulai Pembicaraan

Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan

bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk memiliki

inisiatif dalam memilih topik.

15. Menganjurkan Untuk Meneruskan Pembicaraan

Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan, teknik ini

menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang

mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti pembicaraan dan merasa

tertarik dengan apa yang akan dibicarakan.


19

16. Menempatkan Kejadian Secara Teratur

Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong bidan dan klien

untuk melihatnya dalam suatu persepektif.Bidan akan menentukan pola

kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang

memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhan.

17. Menganjurkan Klien untuk Menguraikan Persepsi

Teknik ini dilakukan denan cara menganjurkan klien untuk menguraikan

persepsinya dan meminta klien untuk menyampaikan apa yang sedang

dirasakan atau dipikirkan.

18. Refleksi

Refleksi artinya mengarahkan kembali ide, perasaan, atau isi pembicaraan.

19. Asertif

Asertif adalah kemampuan untuk meyakinkan dan nyaman untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan tetap menghargai orang lain.

20. Humor

Humor adalah hal yang penting dalam komunikasi verbal karena humor

akan mengurangi ketegangan dan stress sehingga bisa mendukung

keberhasilan dalam memberikan asuhan kebidanan. Selain itu hormon akan

merangsang katekolamin sehingga seseorang akan merasa sehat,

meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi kecemasan, serta menfasilitasi

relaksasi dan meningkatkan metabolisme.


20

2. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di

antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di

antara dua orang yang dapat langsung diketahui baiknya. Dengan

bertambahnya pendapat orang yang terlibat dalam komunikasi menjadi

menjadi bertambahlah pendapat orang dalam kejadian komunikasi sehingga

bertambah komplekslah komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal

adalah membentuk hubungan dengan orang lain (Muhammad, 2010:159).

Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang

berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka atau dapat

disebut juga secara langsung (Cangara, 2018:66).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara

dua orang atau dalam kelompok kecil. Komunikasi ini sering digunakan

dalam kegiaatan sehari-hari dan penting untuk kehidupan sosial, seperti

bertukar pikiran, menyelesaikan masalah, membuat keputusa dan

melakukan tindakan (Say’diyah, 2013:19).

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang

secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi

orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Hanani,

2017:15).
21

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sekurang-

kurangnya ada dua orang atau lebih, dilakukan secara tatap muka dan

tindakannya untuk menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.

b. Ciri- Ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal bersifat dialogis, dalam arti arus balik

antara komunikator dengan komunikan terjadi secra langsung, sehingga

pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan

dari komunikan, dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya

positif, negatif dan berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil, maka

komunikator dapat memberikan kesempatan kepada komunikan untuk

bertanya seluas- luasnya.

Menurut De Vito dalam Hanani (2017:23) bahwa ciri-ciri

komunikasi interpersonal yaitu :

1. Keterbukaan

2. Empati

3. Dukungan

4. Perasaan atau kesamaan

Sedangkan menurut Rogers dalam Hanani (2017:23) ciri-ciri

komunikasi interpersonal yaitu :

a. Arus pesan cenderung dua arah

b. Konteks komunikasi tatap muka


22

c. Tingkat umpan balik tinggi

d. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektif sangat tinggi

e. Kecepatan untuk mengjangkau tingkat sasaran sangat lambat

f. Efek yang terjadi di antaranya perubahan sikap

c. Peran komunikasi interpersonal

Sebagai makhluk sosial, komunikasi interpersonal sangat penting

bagi kebahagiaan hidup kita. Menurut Jhonso dalam Hanani (2017:24)

menunjukkan beberapa peran komunikasi interpersonal dalam rangka

menciptakan kebahagian hidup manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial

2. Membentuk identitas dan jati diri

3. Mengetahui lingkungan sosial dan sekitarnya

4. Meningkatkan kualitas komunikasi

Jadi, secara tidak langsung dengan berkomunikasi individu akan

mengenali jati dirinya. Komunikasi juga memberikan berbagai informasi

yang dapat membantu individu untuk belajar dan mengembangkan

kemampuan intelektualnya. Kondisi mental seseorang juga dipengaruhi oleh

kualitas komunikasinya. Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial

komunikasi interpsersonal merupakan hal yang penting bagi individu.


23

3. Bidan

a. Pengertian bidan

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat registrasi, diberi izin secara

sah untuk menjalankan praktek (Sari dan Rury, 2012:22).

Manfaat tenaga kesehatan (bidan) menggunakan komunikasi

terapeutik adalah untuk memudahkan mereka menjalin hubungan dengan

pasien. Hubungan tersebut adalah bentuk dari rasa kepuasan dan saling

kepercayaan pasien dalam sebuah asuhan tenaga kesehatan (bidan) yang

telah ditetapkan. Berikut adalah manfaat komunikasi terapeutik bagi bidan

dalam menanggani pasiennya sebagai berikut:

1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien

melalui hubungan bidan pasien .

2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan, dan mengkaji masalah dan

mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh bidan.

Komunikasi terapeutik termasuk kedalam komunikasi kesehatan

namun posisi komunikasi terapeutik ini berada pada komunikasi

interpersonal. Karena komunikasi terapeutik memfokuskan studinya pada

kesembuhan pasien dan kegiatannya biasanya bertatap muka langsung untuk

mencapai hunungan yang baik antara komunikator dengan komunikannya.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan

kesehatan baik bagi wanita sebagai pusat keluarga maupun masyarakat


24

umumnya, tugas ini meliputi antenatal, intranatal,postnatal, asuhan bayi

baru lahir, persiapan menjadi orang tua, gangguan kehamilan dan reproduksi

serta keluarga berencana. Bidan juga dapat melakukan praktek kebidanan

pada Puskesmas, Rumah sakit, klinik bersalin dan unit-unit kesehatan

lainnya di masyarakat (Nazriah, 2009:39).

Pada praktik kebidanan, komunikasi terapeutik lebih bermakna

karena merupakan modal utama dalam mengimplementasikan asuhan

kebidanan. Artinya, dalam komunikasi terapeutik bidan tidak hanya dituntut

memiliki pengalaman ilmu, intelektual, dan teknik menolong pasien, tetapi

juga didukung kasih sayang, peduli dan berkomunikasi dengan baik

Machfoedz dalam Ditha Prasanti (2009).

Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia

Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu

yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga

kesehatan juga memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat

mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

sebagai investasi bagi pembangaunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomi. tenaga kesehatan memiliki beberapa petugas

yang
25

dalam kerjanya saling barkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan

dan tenaga kesehatan medis lainnya (Miles dan Huberman, 2016:47).

4. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang

organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan.

Apabila kehamilan direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh

harapan, tetapi di sisi lain diperlukan kemampuan bagi wanita untuk

beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama kehamilan, baik

perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis (Fatimah, 2017:2).

Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari minggu ke

minggu atau dari bulan ke bulan, terjadi perubahan pada fisik dan mental.

Perubahan ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormone

progesteron dan hormon estrogen, yakni hormon kewanitaan yang ada di

dalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan. Adanya

ketidakseimbangan hormon ini akan merangsang lambung sehingga asam

lambung meningkat dan menimbulkan rasa mual hingga muntah jika

adaptasi ibu tidak kuat. Bahkan ada yang sampai tidak mampu lagi

menjalankan aktivitas kehidupan sehari- hari, misalnya memasak, mencuci,

mandi, makan, bahkan harus istirahat di tempat tidur hingga ada yang

dirawat di rumah sakit. Pada ibu hamil yang mampu beradaptasi dengan

perubahan keseimbangan hormon ini, perasaan


26

mual tidak begitu dirasakan, mereka dapat melaksanakan aktivitas sehari-

hari seperti saat tidak hamil.


27

B. Definisi Operasional

a. Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik ini yang digunakan seorang bidan dalam

proses penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik itu sendiri adalah

komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuhan atau pemulihan pasien. Dengan keterampilan berkomunikasi

terapeutik maka bidan akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya

dengan pasien, sehingga akan lebih efektif dalam memcapai suatu tujuan

asuhan kebidanan yang telah diterapkan.

b. Bidan

Bagi bidan interaksi yang dibangun dalam suatu praktek dalam

proses pelayanannya dengan pasien atau klien untuk suatu kesembuhan

itulah komunikasi terapeutik. Dengan memiliki ketrampilan dalam

komunikasi terapeutik, bidan akan lebih mudah dalam menjalin hubungan

saling percaya dengan klien sehingga lebih efektip dalam mencapai tujuan

asuhan kebidanan yang diterapkan, memberikan pelayanan secara

profesional.

c. Ibu Hamil

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis,

bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan

yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah

dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang


28

tidak terbukti manfaatnya. Bidan juga harus mampu melakukan asuhan

kebidanan sesuai dengan standar dan kompetensinya.

Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

continuity of care. Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan

pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil

tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi

mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi

lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi

asuhan.

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Tabel 2.1
Penelitian terdahulu yang relevan

No Nama Judul Hasil penelitian


1 Helmi/2018, Penerapan Komunikasi Metode penelitian ini
Pasca Sarjana Ilmu Terapeutik Oleh Bidan menggunakan metode kualitatif.
Komunikasi Kepada Ibu Hamil Hasil yang diperoleh bahwa proses
Fakultas Ilmu Dalam Kegiatan Ante pelayanan kegiatan Ante Natal
Komunikasi Uniska Natal Care Di Care di puskesmas Jelapat
Banjarmasin Puskesmas Jelapat Kecamatan Mekarsari Kabupaten
Kecamatan Mekarsari Barito Kuala mereka menggunakan
Kabupaten Barito Kuala. standar pelayanan Ante Natal Care
adalah pelayanan yang dilakukan
kepada ibu hamil dengan
memenuhi kriteria 10T sesuai
dengan Permenkes nomor 43 tahun
2016 tentang standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan.
ANC adalah pemeriksaan untuk
ibu hamil yang meliputi :
Anamnesa, dan pemeriksaan Fisik.
Dalam melakukan pemeriksaan
ante natal care, bidan memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai
standar terdiri dari :
1. T 1 = Timbang Berat
Badan dan ukur Tinggi
Badan,
2. T2 = Ukur Tekanan Darah,
3. T3 = Ukur Tinggi Fundus
Uteri, Presentasi Janin dan
Penilaian Detak Jantung
Janin,
29

4. T4 = Skrining Status
Imunisasi Tetanus dan
berikan Imunisasi Tetanus
Toksid (TT),
5. T5 = Beri Tablet tambah
darah (tablet besi),
6. T6 = Periksa laboratorium
rutin,
7. T7 = Nilai Status Gizi
(ukur lingkar lengan atas
LILA),
8. T8 = PMTCT (Preven
Mother To Cild
Tranmition),
9. T9 = Temu Wicara
(konseling) dan
10. T10 = Tatalaksana atau
penanganan khusus.
2 Abraham Wahyu Komunikasi Penelitian ini menggunakan
Nugroho/2009, Interpersonal Antara metode penelitian kualitatif. Hasil
program studi ilmu Perawat Dan Pasien penelitian terdapat komunikasi
komunikasi. Fakultas (Studi Deskriptif terapeutik yang diterapkan di
Ilmu Sosial Dan Ilmu Kualitatif Aktivitas RSUD Dr.Moewardi terdiri dari
Politik Komunikasi Terapeutik empat fase/tahap, yaitu fase pra
Universitas Sebelas Antara Perawat interaksi, fase tindakan, fase
Maret Terhadap Pasien di evaluasi, dan fase dokumentasi.
Rumah Sakit Umum Dalam melakukan komunikasi
Daerah Dr. Moewardi terapeutik dengan pasien, para
Surakarta) perawat di RSUD Dr.Moewardi,
menggunakan teknik-teknik
tertentu seperti mengenal serta
memanggil nama pasien,
memberikan salam atau sapaan,
berjabat tangan atau sentuhan,
menjelaskan tindakan medis yang
akan dilakukan, berusaha
mengetahui kondisi pasien melalui
komunikasi dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk
menjelaskan kondisinya, diam
sejenak, serta mengajukan
pertanyaan yang berkaitan.
Selain teknik komunikasi
terapeutik, perawat RSUD
Dr.Moewardi memperhatikan
sikapnya saat berkomunikasi
dengan pasien. Beberapa sikap
tersebut antara lain: Berhadapan
dengan pasien, menampilkan sikap
tubuh yang rileks,
mempertahankan kontak mata,
serta mempertahanan sikap
terbuka. Jalinan hubungan
antara perawat dengan pasien di
RSUD Dr.Moewardi merupakan
30

hal penting dalam komunikasi


terapeutik.
3 Wiwin Komunikasi Terapeutik Jenis penelitian yang digunakan
Setianingsih/2018, Bidan Desa dalam adalah penelitian kualitatif. Hasil
Program Pasca Sarjana Penanganan Pasien Ibu penelitian terdapat empat cara yang
Ilmu Komunikasi Hamil digunakan bidan dalam
Fakultas Ilmu menghadapi pasien ibu hamil Fase
Komunikasi prainteraksi, Fase Orientasi, Fase
Universitas Mercu kerja Dan Fase terminasi. Metode
Buana atau teknik komunikasi terapeutik
yang dilakukan meliputi
mendengarkan dengan penuh
perhatian, menanyakan keadaan
pasien, mengklarifikasi,
menawarkan
informasi, meringkas, memberikan
penghargaan kepada pasien,
memberi kesempatan kepada
pasien untuk memulai
pembicaraan, dan menganjurkan
pasien untuk meneruskan
pembicaraannya.
Bidan juga melakukan komunikasi
nonverbal dengan setuhan sopan
kepada pasien ketika melakukan
pemeriksaan. Komunikasi
terapeutik yang terjalin dengan
mengutamakan efektifitas
hubungan antarpribadi antara bidan
dan pasien-pasiennya. Hasil dari
komunikasi terapeutik yang
dilakukan adalah pasien merasa
tenang karena mendapatkan
informasi mengenai keadaannya.
Membandingkan persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu

dengan penelitian yang sedang diteliti :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Helmi, 2018, Fakultas Ilmu Komunikasi

Uniska Banjarmasin.

Perbedaan penelitian pada sebelumnya dengan penelitian sekarang

terletak pada kegiatan Ante Natal Care di puskesmas serta lokasi yang

akan dilakukan penelitiannya. Persamaan dari penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah sama-sama dengan menggunakan metode

kualitatif dan dari dua penelitian ini sama-sama mengkaji komunikasi

terapeutik dengan pasien ibu hamil.


31

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abraham Wahyu Nugroho, 2009,

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

Perbedaan penelitian pada sebelumnya dengan penelitian sekarang

terletak pada lokasi yang akan diteliti serta objek yang diambil

merupakan seorang perawat sedangkan yang kan diteliti nantinya seorang

bidan dan penelitian sebelumnya meneliti secara umum di Rumah Sakit

sedangkan penelitian saat ini lebih memfokuskan pada satu yaitu ibu

hamil. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama mengkaji

tetntang komunikasi terapeutik dan dilakukan di Rumah Sakit dan

metode yang digunakan juga sama-sama kualitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Setianingsih, 2018, Universitas

Mercu Buana

Perbedaan penelitian pada sebelumnya dengan penelitian sekarang

terletak pada lokasi penelitian dan pada penelitian sebelumnya hanya

melakukan penelitian dalam proses penanganan pasien ibu hamil

sedangkan penelitian sekarang berfokus pada ibu hamil selama masa

mangandung bukan hanya untuk ibu yang sedang hamil saja. Sedangkan

persaman dengan penelitian sebelumnya dengan saat ini adalah sama-

sama menggunkan komunikasi terapeutik dan menggunkan metode

kualitatif.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dengan cara deskriptif dalam

bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2011:6).

Penelitian kualitatif mengarah pada pendekatan deskriptif. Data yang

diperoleh atau dikumpulkan berasal dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi. Melalui pendekatan kualitatif diperoleh pemahaman dan

penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan dan fakta yang

relevan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan

gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan Arikunto dalam Reza

Juninda Putra (2013:234)

B. Subjek Dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian sering juga disebut

dengan istilah informan. Informan adalah orang yang dipercaya menjadi

31
32

narasumber atau sumber informasi oleh peneliti yang akan memberikan

informasi secara akurat untuk melengkapi data penelitian. Informan adalah

sebutan bagi sampel dari penelitian kualitatif. Sampel dalam penelitian

kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau

partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian (Sugiyono,

2014:216).

Menurut Moelong (2012:132), subjek penelitian merupakan orang

yang digunakan sebagai informan untuk mendapatkan informasi mengenai

situasi dan kondisi latar peneliti. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan narasumber yang memiliki informasi yang berkualitas

mengenai permasalahan yang ada untuk memperoleh data. Dalam memilih

narasumber peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Teknik

purposive merupakan teknik pemilihan sampel yang mencakup orang-

orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang ditentukan

oleh peneliti berdasarkan tujuan peneliti (Yusuf, 2014:369).

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian ada

empat orang yaitu penangung jawab diruangan kesehatan ibu dan anak di

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragirihulu, Riau. Dan tiga

orang bidan lainnya di antaranya adalah satu bidan kepala ruangan

dibagian kesehatan ibu dan anak, dan dua bidan merupakan bagian dari tim

diruangan kesehatan ibu dan anak. Mereka disinilah yang berperan dalam

menjalankan aktifitas dengan pasien ibu hamil selama masa mengandung.

Pemilihan subjek atau sebuah informan disini bersifat purposive

sampling ini
33

merupakan kriteria-kriteria tertentu yang telah diseleksi. Pertama bidan-

bidan di Rumah Sakit Kasih Ibu disini sudah berpengalaman dibidangnya

dengan standar D III, miniman sudah bekerja selama 5 tahun dan tentunya

sudah berpengalaman dibidang komunikasi terapeutik dalam menangani

ibu hamil selama masa mengandung baik secara teori maupun praktik.

Kedua kepala ruangan yang memberika langsung rekomendasi untuk dua

bidan karena sudah berpengalaman dan kesehariannya aktif menjalankan

komunikasi terapeutik dengan pasien ibu hamil selama masa mengandung.

Serta pasien di Rumah Sakit Kasih Ibu yang melakukan pemeriksaan

kehamilan di sini selama masa mengandung.

2. Objek penelitian.

Masalah penelitian adalah objek yang dipelajari dalam penelitian.

Data merupakan bagian penting dalam kegiatan penelitian. Data itu

berkenaan dengan masalah, sedangkan masalah direpsentasi oleh konsep

atau variable penelitian. Oleh karena itu, jika ada ingin mendapatkan data

berarti anda harus mengobservasi variabel yang merupakan representasi

dari fenomena atau masalah (Silalahi, 2010:35).

Objek dalam penelitian ini juga meliputi tetang sebuah

permasalahan yang sedang diteliti yaitu aktivitas komunikasi terapeutik

bidan terhadap ibu hamil selama masa mengandung di Rumah Sakit Kasih

Ibu Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.


34

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian disini merupakan tempat yang akan dilakukan

penelitian. Jadi penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Kasih Ibu

Rengat Kabupaten Indragirihulu, Riau. guna untuk mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

2. Waktu penelitian

Adapun sebuah penelitian diperlukannya rancangan waktu yang

akan dilakukan penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1
Jadwal Waktu Penelitian

NO. JENIS BULAN DAN MINGGU KE


KEGIATAN Feb-Mei Jun-Sep Okto-Nov Desember KET
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan dan X X X X X X
penyusunan up
2. Seminar up X
3. Riset X
4. Peneliti X
Lapangan
5. Pengolahan X
Dan Analisis
Data
6. Konsultasi X
Bimbingan
Skripsi
7. Ujian Skripsi X
8. Revisi Dan X
Pengesahan
Skripsi
Penggandaan
Serta
Penyerahan
9. Skripsi X
35

D. Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama

atau tangan pertama dilapangan. Sumber data ini bisa responden atau

subjek penelitian dari hasil observasi, wawancara dan juga dokumentasi

(Kriyantono, 2012:41).

Adapun yang menjadi sumber data primer melalui observasi dan

interview atau melakukan wawancara dalam penelitian ini. Adapun yang

menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah bidan terhadap ibu

hamil.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder. Data ini juga dapat diperoleh dari data primer penelitian

terdahulu yang telah diolah lebih lanjut sehingga menjadi informasi bagi

pihak lain, karena data sekunder ini bersifat melengkapi data primer

(Kriyantono, 2012:42).

Data sekunder dalam penelitian ini memperoleh informasi dari

keterangan-keterangan yang berasal dari dokumen, laporan dan sumber

lain yang masih relevan dengan masalah yang diteliti.


36

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langka yang paling strategi

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar yang di tetapkan (Sugiyono,

2012:224).

Untuk mendapatkan data yang lengkap peneliti melakukan tiga cara

teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Poerwardi (1998) berpendapat bahwa observasi merupakan

metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu

kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Istilah observasi diarahkan

pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang

muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena

tersebut (Gunawan, 2014:143).

Observasi yang dilakukan penelitian akan turun langsung guna

untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya aktivitas komunikasi

terapeutik antara bidan terhadap ibu hamil selama masa mengandung di

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaen Indragiri Hulu, Riau.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan tanyan jawab dengan tatap

muka (fase to fase) antara pewawancara (interviewer) dan yang

diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana

pewawancara
37

bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang

diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti (Gunawan,

2014:162).

Sebagai alat pendukung dari hasil wawancara maka akan ada alat

pendukung wawancara berupa catatan wawancara dengan tujuan hasil

jawaban dari nformasi yang didapat agar dapat disimpat dengan jelas dan

terinci.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk

melengkapi penelitian, baik merupakan sumber data yang digunakan untuk

melengkapi penelitian, baik berupa tertulis, film, gambar (foto), dan karya-

karya monumental (Gunawan, 2014:178).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi berasal

dari hasil dari dokumentasi pribadi berupa foto ketika saat melakukan

wawancara.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian ini menggunaan Teknik Triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Gunawan, 2014:219).

Sedangkan Moleong mendefinisikan Teknik Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
38

Teknik Triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya (Moleong, 2005:330).

Melalui teknik triangulasi, berarti peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda–beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber

yang berbeda – beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2014: 83).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:247-

252) dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :

1. Reduksi Data

Merangkum data-data yang penting dan memfokuskan pada hal-

hal penting agar dicari tema dan polanya. Sehingga membudahkan peneliti

untuk melalakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan

2. Penyajian Data

Setelah data reduksi maka ada langka selanjutnya yaitu penyajian

data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya.

3. Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Karena

rumusan masalah Sdalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

dan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat

Rumah Sakit Kasih Ibu merupakan salah satu rumah sakit swasta yang

berada di kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu yang berloksi di Jl. Azki

Aris, Kel. Kampung Dagang Rengat, yang mudah dijangkau oleh

kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang melewati jalan ini,

karena letaknya yang strategis. Rumah sakit kasih ibu yang mempunyai

luas lahan 499 M2 terdiri dari jalan, bangunan, parkir, taman dan lain-

lainnya

Rumah Sakit Kasih Ibu adalah milik PT. HADI MEDISINDO

UTAMA yang didirikan dengan Akte Notaris Himawan, SH. Nomor 69

tanggal 29 September 2009 dan Keputusan menteri Hukum Dan Hak

Azazi Manusia Rebublik Indonesia Nomor : AHU51677.AH.01.01. Tahun

2009, tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan.

Rumah Sakit Kasih Ibu ini merupakan sebagai salah satu wadah pusat

pelayanan untuk meningkatkan, memelihara, dan memperbaiki kesehatan

secara pribadi, kelompok keluarga ataupun masyarakat secara mendalam,

sistematik dan analitik dengan melibatkan tenaga kedokteran kesehatan

yang ahli di bidangnya, dalam rangka menyehatkan kehidupan masyarakat

Indonesia guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai

dengan tujuan kesehatan nasional.

39
40

Untuk mencapai maksud dan tujuan diatas, PT. Hadi Medisindo Utama

kemudian mendirikan Rumah Sakit “Kasih Ibu” pada tanggal 31 Mei

2010. Seiring dengan pelaksanaan pembangunan gedung rumah sakit yang

baru rampung dilaksanakan pada tahun 2015 agar terciptanya

kenyamannya disebuah Rumah Sakit.

Rumah Sakit Kasih Ibu saat ini mempunyai bangunan gedung baru

berlantai tiga direncanakan memiliki 50 tempat tidur dan produk jasa

pelayanan kesehatan lainnya. Lokasi Rumah Sakit Kasih Ibu sangat

srategis karena terletak di pinggir jalan raya yang sangat mudah dijangkau,

tempat parkir yang mudah dan luas, sehingga memudahkan masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari Rumah Kasih Ibu. Ruang

tunggu atau lobby yang nyaman, kantin (cafetaria). Pelayanan yang cepat,

tepat dan nyaman menjadi andalan dan motto Rumah Sakit Kasih Ibu,

yang semakin mantap dalam melayani masyarakat.

Rumah sakit kasih ibu saat ini mempunyai struktur yang dipimpin oleh

seorang Direktur yaitu Dr. Verdi Gunawan dan dengan Wakil Direkturnya

yaitu Hj. Yuni Arni, SST, MSi. Serta ada SPI Dr, Ardehlia Arin dan dr. H.

Nurhadi, SpOG, yang bertanggung jawab sebagai pengawas dirumah sakit

terkait pemeriksaan internal yang dilakukan dengan sepengetahuan Kepala

Rumah Sakit atau Direktur Rumah sakit.

Berikut ini merupakan jumlah klasifikasi tenaga kerja yang berada di

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat. Ini hanya bersifat sementara dan suatu saat
41

bisa berubah karena mulai banyaknya dibutuhkan tenanga kesehatan di

Rumah Sakit Kasih Ibu. Data ini diambil dari tahun 2020.

Tabel 4.1
Daftar tenaga dokter RS Kasih Ibu Rengat

NO JENIS TENAGA JUMLAH


A. Tenaga Medis
1. Dokter Spesialis Kandungan 2 Orang
2. Dokter Spesialis Bedah 1 Orang
3. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 Orang
4. Dokter Spesialis Anak 1 Orang
5. Dokter Spesialis Syaraf/Neurologi 1 Orang
6. Dokter Spesialis Anastesi 1 Orang
7. Dokter Spesialis Patologi 1 Orang
8. Dokter Spesialis Mata 2 Orang
9. Dokter Umum 8 Orang
Total 19 Orang
42

Tabel 4.2
Daftar tenaga keperawatan RS Kasih Ibu Rengat

NO JENIS TENAGA JUMLAH


B. Tenaga Keperawatan
1. S-1 Keperawatan 6 Orang
2. D-III Keperawatan 20 Orang
Total 26 Orang

Tabel 4.3
Daftar tenaga kebidan RS Kasih Ibu Rengat

NO JENIS TENAGA JUMLAH


C. Tenaga Kebidanan
1. D-IV Kebidanan 3 orang
2. D-III Kebidanan 20 orang
Total 23 Orang

Tabel 4.4
Daftar tenaga kesehatan dan lainnya RS Kasih Ibu Rengat

NO JENIS TENAGA JUMLAH


D. Tenaga Kesehatan Dan Lainnya
1. S-2 Ilmu Teknologi Kesehatan 1 Orang
2. S-1 Farmasi / Apoteker 1 Orang
3. D-III Farmasi 4 Orang
4. D-III Gizi 1 Orang
5. D-IV Analis 1 Orang
6. D-III Analis 4 Orang
7. D-III Anastesi 1 Orang
8. D-III Rekam Medik 1 Orang
Total 14 Orang
43

Tabel 4.5
Daftar tenaga penunjang Non-medis RS Kasih Ibu Rengat

NO JENIS TENAGA JUMLAH


E. Tenaga Penunjang Non-medis
1. S-1 IT 1 Orang
2. S-1 Ekonomi 2 Orang
3. SLTA / Sederajar 14 Orang
4. SLTP / Sederajat 4 Orang
5. SD / Sederajat 3 Orang
6. Tidak Tamat SD 1 Orang
Total 25 Orang

2. Visi, Misi, Tujuan Dan Motto

a. Visi

Visi Rumah Sakit Kasih Ibu adalah “MEWUJUDKAN

PELAYANAN RUMAH SAKIT YANG BERKUALITAS”.

b. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, dan profesional.

2. Mengutamakan keselamatan dan kepuasan pasien.

3. Memberikan pelayanan tanpa membedakan status social.

4. Meningkatkan kualitas SDM dengan mengikuti pelatihan dan

seminar.
44

c. Tujuan

Tujuan Rumah Sakit Kasih Ibu adalah :

1. Memberikan pelayanan prima dan profesional berdasarkan standar

yang ditetapkan.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai dengan

perkembangan.

3. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, memuaskan dan

profesional berdasarkan standar yang ditetapkan.

4. Senantiasa mengikuti perkembangan IPTEK yang mutakhir.

5. Mengembangkan penelitian dasar dan terapan untuk meningkatkan

mutu pelayanan.

6. Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai

pihak untuk menjalin jaringan kerja sama yang saling

menguntungkan.

7. Mewujudkan tingkat kepuasan konsumen baik internal maupun

eksternal secara optimal.

8. Memberdayakan seluruh potensi sumber daya yang ada di rumah

sakit.

9. Menjadikan rumah sakit islami yang mampu mewujudkan

fungsinya sebagai pelayanan pendidikan dan penelitian, serta

mampu memberikan manfaat untuk masyarakat.


45

d. Motto

Motto adalah slogan pencerminan dari sikap kerja karyawan

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat, yaitu : “MELAYANI DENGAN

HATI BEKERJA SECARA PROFESIONAL”.

3. Pelayanan dan Fasilitas Di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat

a. Unit Gawat Darurat 24 jam

Unit pelayanan ini menangani kasus-kasus yang bersifat kegawat

daruratan, yang terdiri dari kasus darurat bedah dan darurat non bedah.

Unit ini ditangani oleh 8 orang dokter umum, 5 orang tenaga perawat,

dan 5 oarng tenaga bidan.

Untuk menunjang kinerja dan kelancaran pelayanan selama 24 jam

unit ini juga ditunjang oleh unit-unit yang lain seperti Farmasi dan

Laboratorium.

b. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap memegang peranan penting dalam

menunjukan kemampuan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh sebuah rumah sakit, dengan kapasitas 53 tempat

tidur, pelayanan rawat inap diharapkan mampu menjawab kebutuhan

pelayanan kesehatan yang prima.


46

Layanan rawat inap juga ditunjang dengan layanan laboratorium,

farmasi, dan layanan ambulance.

c. Unit Ruang OK

Unit ini ditangani oleh 1 orang dokter spesialis bedah umum, 2

orang spesialis gynekologi, 1 orang spesialis mata, 1 orang spesialis

anesthesi, 1 orang penata anathesi, 8 orang perawat, dan 5 orang

Bidan.

d. Apotek

Pelayanan yang diberikan oleh apotik Rumah Sakit Kasih Ibu

berupa penyediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan bagi pasien

rawat jalan dan rawat inap, sekaligus pelayanan obat-obatan bagi

masyarakat luas. Unit ini buka 24 jam yang ditangani oleh 2 orang

Apoteker dan 4 orang asisten apoteker.

e. Laboratorium

Instalasi ini merupakan penunjang dalam upaya menentukan

diagnose penyakit pasien secara tepat dan akurat. Tindakan atau

treatment medis yang akan diberikan kepada pasien sangat

mempertimbangkan hasil laboratorium yang diperoleh. Jenis-jenis

pemeriksaan laboratorium yang dapat dilaksanakan di Rumah Sakit

Kasih Ibu terdiri dari :

1. Hematologi

2. Kimia darah
47

3. Imunoserologi

4. Urinalisa

5. Parasitologi

6. FDRL

f. Instalasi Gizi

Instalasi Gizi Rumah Sakit Kasih Ibu menangani gizi untuk pasien

rawat inap (pengadaan makanan pasien) serta menangani konsultasi

rawat jalan. Unit ini ditangani oleh satu orang tenaga gizi dan 5 orang

staf.

g. Ambulance

Unit bergerak ini memberikan pelayanan kegawat daruratan,

pelayanan ambulance jenasah dan referal pasien. Sarana yang ada

adalah 1 unit mobil ambulance pasien yang ditangani 1 orang supir.

h. Instalasi Rawat Jalan

1. Poliklinik Umum

2. Poliklinik Kebidanan dan KB

3. Poliklinik Gigi

4. Poliklinik Bedah

5. Poliklinik Syaraf

6. Poliklinik Penyakit Dalam

7. Poliklinik Anak

8. Poliklinik Mata
48

9. Poliklinik Paru-Paru

i. Fasilitas penunjang

1. IT

2. CS

3. UPSRS

4. Driver

5. Laundry

6. Security

7. Lahan parkir

8. Farmasi

9. Laboratorium

10. Kesling

11. Radiologi

12. Gizi

13. Rekam medis

14. Rawat Jalan Dan Rawat Inap

15. UGD

16. Ruang Intensif

17. Ruang OK

18. Ruang Jenazah

19. CSSD

20. Ruang tunggu

21. Lobby
49

22. Katin (cafetaria)

23. Gudang persedian barang

24. Gudang farmasi

25. Genset

26. Musholla

27. Kamar Mayat

28. Aula

B. Hasil Penelitian

Dalam bab IV disini merupakan hasil penelitian yang didapatkan pada

saat melakukan penelitian di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat. Peneliti telah

melakukan observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi untuk

mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh seorang

bidan terhadap ibu hamil selama masa mengandung di Rumah Sakit Kasih

Ibu Rengat. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dilapangan penulis

akan berpedoman pada indentifikasi masalah penelitian yang ada.

Diantaranya ada 4 orang bidan perempuan dengan masing-masing yang

sudah memiliki pengalaman kerja selama kurang lebih 7 tahun dan berperan

langsung dalam menangani pasien.

Berikut ini merupakan profil lengkap dari masing-masing narasumber

yang ikut terlibat dalam penelitian ini :


50

Tabel 4.6
Informan Bidan
No Nama Pendidikan Jabatan
terakhir
1 Neli Putri Yani A.Md.Keb D III Kebidanan Kepala Ruangan
2 Dona Agus Diana A.Md.Keb D III Kebidanan Katim
3 Deli Putri A.Md.Keb D III Kebidanan Katim II
4 Rita Gusna Rianda Lubis A.Md.Keb D III Kebidanan Anggota

Penelitian melaksanakan observasi di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat

dari bulan Juni. Observasi dilakukan langsung turun ke ruangan kesehatan

ibu dan Anak (KIA) di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat.

Observasi ini dilakukan di Ruangan Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) di

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat berlangsung dari tanggal 21-23 Juni 2021

dan tanggal 4-6 Oktober 2021 dengan jadwal yang sudah dijanjikan pada

pukul

08.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB. Disini peneliti mengikuti kegiatan

yang dilakukan kepala ruangan dan katim sampai dengan selesai. Pada

tahapan observasi ini peneliti disini melihat secara langsung bagimana

tahapan dan teknik seorang bidan dalam menangani pasien yang sedang

mengandung di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat. Disini seorang bidan

melakukan interaksi secara langsung dengan pasien ibu hamil, agar dapat

mengetahui langsung apa saja keluhan yang dirasakan pasien dan perlu

banyaknya edukasi yang bidan berikan agar pasien nantinya lebih tenang

dalam menghadapi proses persalinan karena nantinya banyak hal yang tak

terduga terjadi tanpa kita sadari.

Bidan disini juga memberikan arahan untuk pasien ibu hamil dan

keluarga terdekatnya agar dapat menjaga kandungannya dengan baik. Agar

terhindar
51

dari banyaknya resiko-resiko besar pasca melahirkan. Seperti pendarahan,

preeklamasi atau eklamasi ini semua bertujuan untuk mencegah terjadinya

hal-hal yang tidak diinginkan dan demi kesehatan ibu dan anak. Rentannya

untuk kemahilan muda terjadi keguguran karena akan pola hidupnya dan

serta rahim ibu yang bermasalah. Diawal kehamilsan hal-hal mendasar yang

ibu- ibu rasakan adalah mual muntah, pusing, susah tidur dan suasana hati

yang mudan berubah-ubah. Ini semua dilakukan agar dapat membantu

menggurangi angka kematian ibu (AKI).

Peneliti telah melakukan observasi atau pengamatan, wawancara dan

dokumentasi untuk mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik yang

dilakukan bidan kepada ibu hamil itu sudah berjalan dengan baik atau sudah

berjalan sesuai dengan asuhan kebidanan. Berikut ini merupakan data diri

dari pasien yang melakukan pemeriksaan selama masa mengandung

dirumah Sakit Kasih Ibu Rengat. Umumnya pasien yang dikategorikan

untuk bisa diwawancarai sudah memasuki usia kandungan 24 minggu atau

kurang lebih 6 bulan. Pasien disini ada yang hamil anak pertama dan hamil

anak yang kedua serta mereka semua melakukan pemeriksaan di Rumah

Sakit Kasih Ibu Rengat.

Tabel 4.7
Informan Pasien
No Nama Tempat Tanggal Lahir Usia Kehamilan
1 Sari Afdollia Rengat, 19 Juni 1997 6 Bulan
2 Aldita Luis Septivanny Rengat, 16 September 1999 5 Bulan
3 Yayang Sakinah Rengat, 10 Juli 1996 8 Bulan
52

Dari hasil observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi

dengan pasien yang ada dirumah sakit peneliti akan menjabarkan hasilnya

secara rinci dan melihat apakah komunikasi terapeutik yang dijalan bidan

sudah sesuai dengan asuhan kebidannya.

1. Komunikasi Terapeutik Bidan Terhadap Ibu Hamil Selama Masa

Mengandung

Komunikasi terapeutik disini menciptakan hubungan antara bidan yang

memberikan layanan dan pasien sebagai pengguna layanan agar dapat

mengenalkan kebutuhan dan menentukan rencana serta tindakan.

Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki bidan dapat mengakomodasikan

pertimbangan kesehatan yang dialami pasien apa lagi terkhusus ibu hamil.

Komunikasi terapeutik disini memperhatikan pasien baik secara fisik

maupun psikologis misalnya stres yang dihadapi sehingga disini bidan

dapat membantu pasien dan mengatasi masalah.

Pasien yang terlibat dalam penelitian disini merupakan seorang ibu

hamil selama masa mengandung. Komunikasi terapeutik disini berperan

membantu ibu hamil selama masa mengandung untuk dapat mendetaksi

sejak dini kejadian-kejadi pada saat nanti akan melahirkan. Yang cukup

kita banyak ketahui pada saat hamil perubahan hormon terjadi baik secara

fisik maupun mental. Ada beberapa yang tidak bisa menerima dengan

keadaan mereka dan disinila peran bidan harus dapat memberikan

edukasi penting
53

agar dapat diterima oleh para ibu hamil untuk membentuk suasa hati ibu

yang sedang mengandung karena akan berpengaruh kepada

kandungannya.

Dalam proses peningkatan aktivitas komunikasi disini bidan berperan

dengan sesuai bidangnya agar dapat menjangkau kesembuhan pasiennya.

Bidan melakukan komunikasi terapeutik dan memberika edukasi secara

langsung kepada pasien disini merupakan alat bantu juga untuk pasien agar

dapat mencegah dan mengontrol tingkat emosional yang dihadapi pasien.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil akan berdampak sekali

pada suasana psikologisnya seorang calon ibu. Dalam proses ini bidan di

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat menggunakan rencana tindakan kebidanan

untuk sebagai acuan kebidanan dalam membantu pasien ibu hamil selam

masa menggandung di Rumah Sakit Kasih Ibu.

Untuk mengetahui bagaimana bidan membantu pasien dan yang

menjadi penghambat didalam suatu komunikasi terapeutik. Dalam

penelitian ini dilakukan analisis dengan menggunakan 4 tahapan yang

digunakan. Dalam penelitian ini hasil dari wawancara peneliti uraikan

dengan sesuai pertanyaan yang diberikan.


54

2. Tahapan-Tahapan Dimana Bidan Dapat Membina Hubungan

Komunikasi Terapeutik Dalam Membantu Ibu Hamil Selama Masa

Mengandung

Ini merupakan tahapan-tahapan dimana bidan dapat membina

hubungan komuniksi terapeutik berikut merupakan tahapan-tahapan yang

dilakukan :

a. Tahapan persiapan

Dimana masa persiapan atau sebelum berinteraksi bidan terlebih

dahulu bertugas mengumpulkan informasi dari data tentang pasien

sehingga nantinya dapat mengetahui perasaan, harapan dan terutama

kecemasan yang dihadapi pasien, serta mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan pasien agar dapat lebih maxsimal dirinya sehingga dapat

bernilai terapeutik bagi pasien. Berikut merupakan hasil wawacara

dengan ibu Rita selaku anggota yakni :

“Dalam tahap ini biasanya pasien akan melakukan pendaftaran


langsung dan disinila nantinya sedikit banyak bidan mulai
mengetahui identitas pasien dan lain-lainnya yang dibutuhkan
untuk masuk ketahap orientasi. Agar mempermudah bidan untuk
lebih kenal dekat dengan pasien. Sehingga terjadinya
komunikasi yang nyaman dan aman”.(Rita Gusna Rianda Lubis
A.Md.Keb. 04 Oktober 2021).
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulannya bahwa

sebelum memasuki tahap orientasi disinilah bidan mendapatkan

informasi mengenai pasien. Agar nantinya mudah membantu

mendiaknosa apa yang dirasakan oleh pasien dan memudahkan

ditahapan orientasi atau perkenalan.


55

Ditambah lagi semuanya diperkuat lagi oleh wawancara dengan

kepala ruangan (Keru) yang hasil wawancaranya adalah sebagai

berikut

“Memang itu merupakan hal yang dasar dan umum dilakukan


sebelum menuju tahap orientasi bidan harus memiliki data-data
dari para pasien terlebih dahulu dan mengetahui sedikit
banyaknya apa yang dirasakan dan dialami oleh pasien yang
sedang mendaftar”.(Neli Putri Yani A.Md.Keb. 04 Oktober
2021).
Sudah cukup jelas dari kepala rungan jika hal yang mendasar

untuk memasuki tahap orientasi ada disini dimana segala data diri

pasien dan lain-lain sudah menjadi hal pendukung sebelum memasuki

tahap selanjutnya.

b. Tahapan orientasi
Orientasi atau perkenalan disini merupakan tahapan dimana

perkenalan diri oleh bidan agar nantinya dapat menimbulkan rasa

percaya, mengalikan pikiran, serta merumuskan tujuan bersama.

Berikut hasil wawancara dengan ketua tim II (Katim II) yakni sebagai

berikut :

“Dalam tahap ini memang sudah mejadi hal wajar agar


terciptanya komunikasi yang membuahkan hasil yang
diinginkan. Perkenalan diri yang nantinya kan membuat
hubungan baik agar pasien nantinya menjadi lebih terbuka dan
lebih percaya kepada bidan”.(Deli Putri A.Md.Keb. 04 Oktober
2021).
Kesimpulan yang didapat adalah agar terciptanya rasa nyaman,

aman dan tenang pada saat pemeriksaan memang diperlukan

perkenalan diri oleh para bidan yang ada. agar nantinya komunikasi

yang terjalin lebih mudah diterima dengan baik.


56

Baik pasien rawat jalan dan inap sekalipun sebelum ketahap yang

lebih jauh memang dibutuhkan yang namanya perkenalan diri terlebih

dahulu agar memudahkan bidan-bidan yang ada dalam menangani

pasien ini merupakan hal mendasar dalam kebidanan. Semua melalui

tahapan perkenalan agar memudahkan berkomunikasi.

Agar dapat membangun komunikasi yang lebih efektif tentunya

diperlukan rasa percaya baik dari mana pun datangnya. Hal-hal seperti

ini umum terjadi dalam komunikasi terapeutik dan ada pada setiap

tahapan-tahapannya. Dari hal inila nantinya timbul lingkungan

terapeutik itu sediri karena mudahnya berkomunikasi dan adanya rasa

nyaman dan aman yang didapatkan.

Dari hasil diatas diperkuat lagi dengan mewawancarai kepala

ruang (Keru) yaitu sebagai berikut :

“Tentunya bidan harus dapat memperkenalkan diri terlebih


dahulu agar nantinya pasien mengetahui jika ini bidan yang
nantinya akan ia temui untuk melakukan pemeriksaan. Disini
tentunya perawat harus dapat menjaga segala bentuk privasi
pasien agar ia pun dapat percaya dengan bidannya. Serta tidak
boleh menampakkan muka yang masam kepada para pasiennya
siapapun itu karena akan mempengaruhi rasa nyaman pasien
nantinya”.(Neli Putri Yani A.Md.Keb. 04 Oktober 2021).
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

komunikasi yang terjadi secara singkat dapat membantu, karena

semuanya berawal terjalinnya komunikai yang baik. Sehingga lama

kelamaan menciptakan kebiasaan jika bidan menanganinya.


57

Agar lebih diperkuatnya pernyataan yang telah disampaikan bidan-

bidan diatas maka peneliti juga mawawancarai pasien yang ikut

langsung melakukan pemeriksaan kandungan di Rumah Sakit Kasih

Ibu Rengat, dan juga ini merupakan kehamilan anak kedua dari ibu

tersebut. Berikut hasil wawancara dengan ibu Aldita Luis Septivanny.

“alhamdullillah ini sudah kehamilan anak kedua saya, saya


masih mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Rata-rata
mereka memang orangnya baik, ramah dan tau bagaimana
menanggapi pasiennya apa lagi ni bukan hanya dengan satu
macam tingkah laku. Biasanya ada hal-hal kecil yang dilakukan
seperti interaksi yang mereka lakukan langsung kek contohnya
ni gerakan- gerakan dan tingkah laku”.( Aldita Luis Septivanny.
10 Februari 2022)

c. Tahapan kerja

Disini bisa disebut bagaimana bidan dituntut untuk dapat

menganalisa dengan tinggi sehingga dapat mengexplorasi,

mendengarkan dengan aktif serta dapat memfokuskan dan

menyimpulkan apa saja yang sudah disampaikan oleh pasien.

Sehingga nantinya tercipta komunikai terapeutik itu sendiri. Ini juga

merupakan tahapan dimana biasanya pasien menyampaikan keluhan-

keluhan yang mereka rasakan. Disinilah bidan memfokuskan arah

pembicaraannya tentang apapun yang nantinya disampaikan pasien.

Berikut hasil wawancara dengan ketua tim (Katim) yaitu sebagai

berikut :

“Dalam tahap ini kita sebagai bidan biasanya wajib menanyakan


keadaan pasien seperti tentang bagaimana keluhan-keluhan yang
ia rasakan, apakah ada rasa nyeri yang pada umumnya terjadi
dikalangan ibu hamil. Kecemasan berlebihan, suasana hati yang
58

umunya sering berubah-ubah, serta bagaimana pola hidup


selama masa mengandung ini. Hal-hal yang mendasari terlebih
dahulu ditanya kepada pasien”.(Dona Agus Diana A.Md.Keb,
05 Oktober 2021).
Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan pasien yaitu ibu

Sari Afdolia yang merupakan hamil anak pertama.

“Saya ni merupakan orang nya cepat cemas terkadang suka


nengok google dan malah mendapatkan informasi yang salah
dan makin membuat panik. Maklum anak pertame. Mood
berubah- ubah selere makan naik turun lah kadang. Malam
susah betul nak tidur lah mulai keram-keram kaki. Itulah kadang
hal-hal yang umum saya rasean”.(Sari Afdolia, 7 Februari
2022).
Dalam pernyataan yang sudah disampaikan diatas baik dari bidan

maupun langsung dari pasiennya dapat dilihat bahwa fase kerja ini

bidan sudah memulai hubungan yang lebih jauh dengan pasien hingga

mulai dapat mengetahui segala keluhan yang dirasakannya dan bidan

juga harus dapat memberikan solusi jika pasien sudah mulai

menyampaikan segala keluh kesah yang mereka rasakan. Berikut

merupakan penjelasan dari narasumber langsung :

“Hal-hal yang mendasar bidan lakukan jika seorang ibu


mengalami kecemasan yang berlebihan biasanya bisa menjadi
serangan panik bidan memberikan bimbingan konseling, karena
ibu hamil sangat membutuhkan perhatian lebih terutama ada
dilingkungan sekitarnya seperti keluarga. Hal utama yang harus
dilakukan jika terjadi seperti ini bidan memberikan arahan untuk
coba menjaga suasana hati seperti apa yang tidak membuat
nyaman coba bicarakan ke pasangan, melakukan olaraga kecil
dirumah bersama pasangan karena ini nantinya akan membuat
suasana hati seorang ibu akan jadi jauh lebih baik, serta terapkan
pola makan sehat dan seimbang demi menjaga kesehatan ibu
dan anak yang ada didalamnya, dan tentunya istirahat yang
cukup agar tetap menjaga kesehatan ibu dan anak. Umunya ibu
hamil juga sulit untuk dapat tidur dengan nyenyak dan biasanya
bidan menyarankan untuk mencoba lakukan berendam di air
hangat agar otot-otot tubuh menjadi lebih rileks. Jelas disini
peran
59

keluarga tertutama pasangan disini sangatlah dibutuhkan karena


nantinya ia yang akan lebih banyak membantu ibu hamil agar
menjadi lebih baik”. (Dona Agus Diana A.Md.Keb, 05 Oktober
2021).
Dari hasil wawancara diatas bidan memberikan hal-hal dasar

kepala pasien agar dapat membantunya keluar dari rasa kecemasan

karena nantinya jika itu tidak segera diatasi akan membuat pasien

menjadi lebih buruk dan datang dengan kejadian-kejadian yang lebih

tidak bagus lagi untuk ibu dan anak yang ada dialamnya. Jangan

pernah pandang hal seperti ini kecil jika dibiarkan lama kelaman akan

merugikan ibu dan anak. Demi mejaga keadaan ibu dan anak maka

lakukan hal-hal yang berdampak positif untuk ibu yang nantinya akan

merubah suasana hatinya.

d. Tahapan terminasi

Merupkan tahapan akhir dalam komunikasi terapeutik dan akhir

dari pertemuan antara pasien dengan bidan, disini hendaknya bidan

dapat memberikan semangat dan meningkatkan hal yang sudah

diajarkan sehingga komunikasi bidan dengan pasien disini dapat

terjalin dengan baik. Berikut ini hasil wawancara dengan ketua tim

(Katim II) yaitu sebagi berikut :

“Biasanya kami para bidan disini coba untuk menanyakan


terlebih dahulu bagaimana setelah pemeriksaan berikutnya
apakah masih merasakan hal-hal yang sama atau malah jadi
lebih baik. Seiring bertambahnya usia kehamilan biasanya
berbagai macam rasa yang dirasakan. Biasanya untuk diakhir-
akhir kehamilan yang umum dirasakan para pasien adalah nyeri
pinggang, sering kencing ditengah malam. Bidan selalu
memberikan dampingan untuk bimbingan konseling, karena
60

memang semakin besar kehamilan jadinya janin itu menekan


kandung kemih kita jadinya sering kencing. Kalau untuk malam
hari coba dikurangi minum air putihnya. Jika hal ada hal yang
memang menggangu lebih lanjut diwajiban untuk mengatur
kembali jadwal kunjungan kerumah sakit dan ikuti tahapan yang
diberikan bidan”.(Deli Putri A.Md.Keb, 05 Oktober 2021).
Dari hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan jika bidan yang

melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien ibu hamil harus

bertahap dan terjadwal dengan baik, agar dapat mengetahui bagaimana

perkembanga ibu dan anak yang ada didalamnya.

3. Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Membantu Pasien Ibu Hamil

Selama Masa Mengandung.

Dalam menjalankan komunikasi terapeutik yang dilakukan seorang

bidan memiliki teknik yang digunakan agar dapat membantu pasiennya.

Dari banyaknya teknik dalam menjalankan komunikasi terapeutik bidan

hanya menggunakannya beberapa ini semua karena teori dan praktek

dilapangan kadang sedikit berbeda. Berikut ini merupakan teknik strategi

pelaksanaannya.

a. Mendengarkan Aktif Dengan Penuh Perhatian

Disini bidan biasannya menggunakan teknik dengan secara pasif dan

aktif agar nantinya dapat membantu pasien dengan baik. Karena

komunikasi yang dilakukan akan terasa maxsimal karena langsung

berfokus pada tujuan utama ada dipasien dan keluarga yang ikut

mendampinginya melakukan
61

pemeriksaan. Berikut merupakan wawancara dengan ibu Neli Putri Yani

A.Md.Keb selaku kepala rungan.

“Tetentunya kami akan melakukan perkenalan diri terlebih


dahulu, yang nantinya akan menimbulkan rasa aman dan
nyaman bagi pasien dan juga agar nantinya membuat
komunikasi antara bidan ke pasien lebih mudah dan tertata
dengan rapi. Tunjukan kepada pasien dan keluarganya jika kamu
seorang bidan yang memiliki jiwa empati yang tinggi dan
memiliki sikap yang baik. Coba berikan interaksi yang berbau
positif kepada pasien, seperti condongkan sedikit tubuh kepasien
jangan lakukan gerakkan yang tidak banyak guanya karena nanti
pasien mengira kita tidak nyama. Hal mendasar ini juga nanti
menjadi pertimbangan pasien melihat oh bidan disini cukup
ramah dan baik-baik dalam menjalankan tugas karena sedikit
saja rasa kecewa dari pasien akan berdampak besar untuk bidan
dan tentunya Rumah Sakit. Ini merupakan hal”.(Neli Putri Yani
A.Md.Keb 06 Oktober 2021).
Tahap ini merupakan langkah awal yang nantinya akan membentu rasa

kepercayaan lebih dari pasien sehingga ia lebih mudah untuk mencoba

terbuka karena dengan perhatian-perhatian, sikap dan juga sifat dari

seorang bidan yang mendorong pasien akan nyaman dan lebih terbuka

tentang apa yang ia rasakan. Dengan begitu akan lebih mempermudah

untuk bidannya melakukan pemeriksaan ketahap selanjutnya dan membuat

keluargapun menjadi tenang dan percaya sepenuhnya.

Untuk itu peneliti ingin langsung menanyakan apakah yang dilakukan

bidan-bidan sudah sesuai dengan yang ia sampaikan. Berikut ini

wawancara dengan ibu Aldita Luis Septivanny, Sari Afdolia dan Yayang

Sakinah.

“Kalau perikse disane bidan-bidan ni perhatian die, ia ada


beberapa juga yang judes tapi tertolong sama yang kebanyakan
baik. Biase e yang judes ni die senior ibarat e cume die
membantu saya tu pas melahikan anak pertame dengan baik
tindakan die bagus cepat sigap. Kite tak bise pulak menilai
orang nengok dari luar aje tapi tetap baik kok dan juge tau die
bagaimane membantu pasien e ngasi perhatian kek dari
tindakan kecil kalau
62

mendengarkan sangat mau die ape lagi anak kedue kan ini”.
(Aldita Luis Septivanny 10 Februari 2022)

“Selama melakukan pemeriksaan disane alhamdullilah tak ada


pelayanan yang buruk, bidan disana enak maklum anak pertama
saya agak panikan orang e jadi asal ape langsung wa nanye pasti
dibalas walaupun lama karena menyesuaikan jam kerje mereka
juge. Tidak cume pas jam pemeriksaan aje mereka tu de mau aje
pokok e membantu”.(Sari Afdolia, 7 Februari 2022).

“alhamdullillah saya sudah 8 bulan dan dari awal sampai


sekarang kalau mau perikse kesane enak aje. Baek dari awal
daftar sampai akhir e masok pemeriksaan, bidan e tak banyak
cerite kerje e gesit dan juge berusaha membuat pasien dan
keluarga e nyaman aman. Saye juga bukan yang tipikal panikan
jadi tak terlalu banyak keluhan dan selalu berusaha rutin
control”.(Yayang Sakinah 10 Februari 2022)

b. Mengajukan Pertanyaan Terbuka

Biasanya bidan lebih mencoba mengajukan pertanyaan dengan cara

yang agak sedikit spesifik dan nantinya akan membuat pasien lebih bisa

menyampaikan apa yang ia rasakan dengan mudah. Berikut hasil

wawancara dengan Dona Agus Diana A.Md.Keb yang merupakan kepala

tim (Katim) di Rumah Sakit Kasih Ibu.

“Biasanya nanti bidan akan mencoba memberikan pertanyaan ni


yang cenderung nantinya membuat pasiennya menjadi sapat
menceritakan apa yang ia rasakan dan secara singkat bidan
memberikan pertanyaan berupa, coba sedikit ceritakan apa yang
biasanya ibu lakukan jika ibu mengalami sakit seperti itu lagi?
Umunya pada ibu hamil sulit tidur dan mual-mual. Disinilah
nantinya bidan mendengarkan apa saja yang akan disampaikan
oleh pasiennya dan keluhan yang ia rasakan”.(Dona Agus Diana
A.Md.Keb 06 Oktober 2021)

Tujuan pertanyaan terbuka disini cenderung menjelaskan dengan

panjang agar nantinya dapat memudahkan bidan untuk tau bagimana

mengemukakan masalah dan perasaan pasien dengan kata-kata yang


63

dikeluarkan oleh pasiennya itu sendiri. Pertanyaan terbuka juga merupakan

hal yang memiliki jawaban yang bermakna. Disinilah biasaya pasien mulai

menyampaikan lebih dalam keluhan-keluhan yang ia rasakan, seperti yang

disampaikan ibu Sari Afdolia sebagai berikut :

“Bidan disini memahami saya dan calon bayi yang sangat aktif.
Diluar pemeriksaan ke Rumah Sakit saja saya diperbolehkan
tetap berkomunikasi agar bidan juga tau ni bagaimana keadaan
saya dan calon bayi. Jadi saya termasuk yang selalu mengeluh
dan berlebihan sekali dalam kehamilan anak pertama ini tapi
bidan tetap memberikan saya edukasi yang baik dari kejauhan”.
(Sari Afdolia 7 Februari 2022)

c. Mengarahkan Atau Memfokuskan

Bidan akan lebih memfokuskan dan mengarahkan pada tujuan utama

yaitu untuk kesembuhan pasien tentang apapun yang mereka rasakan dan

keluhkan. Biasanya jika diperlukan penangan yang lebih jauh bidan akan

menyampaikannya terlebih dahulu guna untuk kelesalamatan ibu dan anak

yang ada didalamnya nanti. Semua diperkuat juga dengan hasil wawancara

dengan Deli Putri A.Md.Keb selaku kepala tim II (Katim II) yaitu sebagai

berikut .

“Hal ini nampaknyan penting, maka perlu kita bicarakan lebih


lanjut dilain waktu yang sudah ditentukan untuk mendapatkan
hasilnya. Bidan akan memberikan pengetahuan secara jelas agar
tidak membuat si pasien takut dan bisa mengontrolnya kembali
sesuai dengan janji.(Deli Putri A.Md.Keb 06 Oktober 2021).

Dari hasil wawancara dengan bidan tersebut maka bidan harus berhati-

hati dalam menyampaikan sesuatu yang terjadi pada seoarang pasiennya,

tentang apapun itu agar tidak menjadi salah paham oleh pasien. Umunya
64

jika yang dirasakan pasien berdampak berlebihan akan dilakukan

pemeriksaan lanjutan dan dengan waktu yang sudah ditentukan bersama-

sama, sebelum itu tentunya dilakukan pemeriksaan mendasar untuk

mengetahui apa yang terjadi pada pasien tersebut.

d. Menyampaikan Hasil Observasi

Bidan akan menyampaikan hasil dan memberikan arahan untuk apa

yang akan dilakukan selanjutanya agar tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak

diingingkan untuk keselamatan ibu dan anak yang ada didalamnya. Berikut

hasil wawancara dengan Dona Agus Diana A.Md.Keb sebagai kepala tim

(Katim) sebagai berikut.

“Umumnya seorang ibu hamil biasanya memiliki rasa


kecemasan yang tinggi, kekhawatiran yang berlebihan, rasa
mual dan sulit tidur. Ada yang sampai paling berbahaya sekali
pun dirasakan pendarahan bahkan sampai keguguran. Biasanya
bidan memberikan saran agar seorang ibu tidak terlalu
memikirkan hal- hal yang dapat menggangu dirinya dan calon
anaknya. Jika ada yang membuatnya cemas untuk dapat
disampaikan baik kekeluarga atau kepasangannya. Bidan selalu
memberikan saran untuk ibu mengjaga pola hidupnya. Ini semua
menjaga agar tidak terjadinya resiko-resiko yang tidak
diiginkan. Contohnya begini terkdang bidan bertanya
kelihatannya ibu terlalu cemas? Apakah ibu merasa cemas
apabila ibu merasa jauh dari pasangan. Bisa jadi ini merupakan
perubahan suasana hati seorang ibu hamil yang ingin
diperhatikan secara lebih. (Dona Agus Diana A.Md.Keb 06
Oktober 2021).

Bidan harus dapat mengunakan bahasa yang bisa dipahami dan

dimengerti oleh pasiennya serta keluargnya karena komunikasi yang

diberikan bidan akan berdampak banyak baik seorang ibu hamil selama

masa mengandungnya. Ini merupakan tahap akhir yang bertujuan juga

untuk
65

memberikan umpan balik dari hasil pengamatan yang bidan lakukan

selama pemeriksaan berlangsung atau terjadi.


66

C. Pembahasan Penelitian

Pada pembahasan ini peneliti akan menyampaikan bagaimana

menganalisis seluruh hasil dari penelitian berdasarkan rumusan masalah

yang telah ditetapkan. Dalam proses ini peneliti menjawab persoalan

penelitian tentang Aktivitas Komunikasi Terapeutik Bidan Terhadap Ibu

Hamil Selama Masa Mengandung Di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat

Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Disini peneliti melihat bagaimana

aktivitas komunikasi terapeutik yang dilakukan bidan dalam membantu ibu

hamil selama masa mengandung.

Sebelumnya peneliti tidak diperbolehkan untuk membuat dokumentasi

pada saat melakukan proses pemeriksaan karena demi kenyamanan pasien

dan privasi dari pasien tersebut. Peneliti hanya diperbolehkan ikut masuk

kedalam dan melihat secara langsung bagaimana selama proses

pemeriksaan berlangsung. Dokumentasi akan dilakukan pada saat diluar

ruangan pemeriksaan.

Bidan sangat berperan penting dalam membantu ibu hamil. Disini

bidan melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien melalui beberapa

cara seperti melihat laporan setiap kali ia melakukan pemeriksaan seperti

apa perkembangannya. Terlebih lagi bidan juga harus dapat mendekatkan

diri dengan para pasiennya agar memudahkan proses pemeriksaan yang

nantinya akan terus berlangsung dan ini juga merupakan salah satu cara

agar terjalinya hubungan saling percaya anatara bidan dan pasiennya.


67

Pasien di Rumah Sakit Kasih Ibu ini umunya merasakan mual muntah,

pusing, susah tidur dan bahkan perubahan hormon yang terjadi membuat

mood ibu hamil yang kadanh berubah-ubah. Resiko besar yang sering

terjadi seperti pendarahan, preeklamasi atau eklamasi, tekanan darah tinggi

dan bisa juga terjadinya keguguran atau abortus. Hal ini umum terjadi

karena pola hidup ibu yang kurang baik dan bisa juga disebabkan oleh

rahim ibu yang bermasalah dan atau karena ganguan perkembangan

plasenta pada ibu hamil. Dari hal-hal tersebut bidan menggunkan empat

tahapan dalam membantu ibu hamil selama masa mengandung yakni

sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini awalnya bidan yang bertugas akan mengumpulkan

informasi dari data pasien yang akan nantinya melakukan pemeriksaan.

Bidan perlu mengetahui nama dari pasiennya, ini masih merupakan tahap

awal sebelum ketahap yang selanjutnya agar nanti bidan yang menangani

pasien dapat sedikit banyaknya bisa menganalisa apa yang pasiennya

rasakan. Tahap ini juga bertujuan agar bidan dapat membuat rasa percaya,

aman dan nyaman pasiennya.

2. Tahap orientasi

Tahap ini merupakan tahap awal bagi bidan dan pasien bertemu.

Perkenalan dilakukan oleh bidan agar nantinya komunikasi yang terjali

akan lebih mudah. Pada tahapan ini juga umunya bidan perlu menemukan

hal yang menjadi permasalahan pasiennya. Disini juga bidan harus dapat

membangun hubungan baik agar terciptanya rasa saling percaya pada


68

pasiennya. Selain itu selama dilakukannya tahapan ini bidan harus dapat

menunjukan rasa simpati dan empatinya, agar membuat pasiennya

percaya.

3. Tahap kerja

Pada tahap ini bidan harus dapat membantu dan memberikan solusi

terbaik kepada ibu hamil agar yang ia rasakan berkurang. Ini merupakan

inti dari hubungan bidan dan pasiennya dan disinilah nanti terlihat

bagaimana komunikasi terapeutik itu tercapai sesuai dengan tujuannya.

Bidan melakukan tahapan ini juga guna mengajarkan para ibu hamil agar

dapat menjaga dan membuat dirinya lebih baik dalam menjaga

kandungannya. Apa lagi umunya untuk para ibu-ibu yang tengah hamil

mudah itu sangat rentan sekali keadaannya.

4. Tahap terminasi

Ini merupakan tahap akhir dari komunikasi terapeutik, dan pada tahap

ini bidan mengevaluasi apakah yang dilakukan sudah mencapai tujuan

yang secara objektif, dan evaluasi terhadap hasil tindakan yang dilakukan.

Terminasi disini terbagi menjadi dua macam yaitu terminasi sementara dan

terminasi akhir. Jika terminasi sementara maka bidan akan menyarankan

untuk bertemu lagi di minggu selanjutnya dengan jadwal yang sudah

dijanjikan secara bersama untuk diambil rencana tindakan selanjutnya.

Namun pada tahap terminasi akhir perawat tidak menentukan kembali

waktu untuk melakukan pertemuan karena pasien sudah mampu

menyelesaikan masalahnya.
69

Ditambah lagi dengan adanya strstegi pelaksanaan (SP) yang sudah

ditetapkan oleh pihak rumah sakit membuat proses dalam menjalankan

bagaimana komunikasih terapeutik lebih terarah. Strategi pelaksanaan

pada pasien ibu hamil selama masa mengandung ini memliki 4 tahap

yaitu sebagai berikut :

a. Mendengarkan Aktif Dengan Penuh Perhatian

Dalam tahap ini bidan memperkenalkan diri mengajak agar pasien

nantinya akan mudah lebih terbuka jadi bidan juga harus dapat

memberikan respon yang tepat dengan mendengarkan apapun yang

pasiennya sampaikan. Pergerakan dari bahasa tubuh seorang bidan juga

mempengaruhi selama proses pemeriksaan berlangsung. Seperti

pandangan bidan yang langsung tertuju kepada pasien yang sedang

menyampaikan apa yang ia rasakan selama proses kehamilan dan gerakan

tubuh yang lebih sedikit dan membuat pasiennya merasakan nyaman.

b. Mengajukan Pertanyaan Terbuka

Dalam hal ini bidan akan memberikan pertanyaan apapun yang

berkaitan dengan apa yang dirasakan pasiennya dan yang nantinya akan

dijawab oleh pasiennya dengan jawaban yang bersifat luas sehingga lebih

memudahkan bidan membantu pasiennya. Umumnya bidan membuat

pasiennya nyaman dan membiarkan pasienya menyampaikan apapun keluh

kesah yang ia rasakan. Agar nantinya juga memudahkan bidan untuk

menganalisa apa yang harus ia sampaikan kepada pasiennya.


70

c. Mengarahkan Atau Memfokuskan

Bidan disini akan membantu pasien untuk lebih memfokuskan dan

mempersempit suatu informasi yang pasiennya berikan. Agar lebih

mempermudah untuk dipahami oleh satu sama lain, dan nantinya bidan

juga yang akan memberikan informasi kembali kepada pasiennya. Analisis

seorang bidan disini dituntut untuk lebih tinggi agar membantu pasiennya.

d. Menyampaikan Hasil Observasi

Disini bidan akan menyampaikan dengan menggunakan bahasa yang

baku, sopan dan juga tentunya santun. Bidan juga menyampaikan sesuai

dengan data dari hasil pemeriksaan pasien itu sendiri dan tujuannya agar

mendapatkan umpan balik dari pasiennya itu sendiri. Disini juga

merupakan kesimpulan dari yang pasiennya rasakan dan bidan

menyampaikan agar pasiennya lebih baik menjaga kehamilannya.

e. Hambatan dalam menyampaikan komunikasi terapeutik

Pada umunya terjadi jika kurangnya rasa percaya dari pasien kepada

bidannya dan juga dikait-kaitkan dengan hal-hal yang berbau mitos dan

beberapa dari bidannya sendiri yang menurut pasienya kurang baik atau

judes dan lain-lainnya. Biasanya untuk para calon pasien dari pedalaman

dan keluarganya yang kurang dapat memahami apa yang disampaikan

disini perlu sedikit lebih lama pemahamnya untuk mereka dari pada untu

calon ibu-ibu yang tinggal diperkotaan. Tanpa kita sadari masih banyak

yang percaya dengan hal-hal tersebut dari pada hal medis yang

diberikan oleh
71

bidan. Tentunya disini sangat disayangkan karena semuanya harus turut

serta dilihat dari dunia medis juga karena ibu yang sedang mengandung

tersebut sangat rentan sekali. Serta bidan-bidan senior yang kelihatan judes

yang belum sepenuhnya dikenal para calon pasien. Umunya yang terlihat

judes merupakan bidan yang membantu pada saat proses kelahiran bayi ini

tidak dapat disalahkan karena memang ada dibeberapa tempat tetapi

karena kesigapan dan bukti nyata dari kerjanya yang telah banyak

membantu para ibu hamil yang sedang berjuang, karena terkadang

banyaknya ibu hamil yang tidak mau berjuang dalam artian langsung

hanyan menyerah dan langsung melemah padahal bidan selalu berusaha

meyakinkan bahwa mereka bisa.

Dari hasil pembahasan diatas dapat peneliti simpulkan semuanya

dilakukan sesuai dengan prosedur dan sudah tersususun. Setiap

penghambat yang terjadi diusahakan bidan untuk dapat teratasi dengan

baik dengan cara memberikan edukasi-edukasi yang dapat mereka pahami

dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap Aktivitas Komunikasi

Terapeutik Bidan Terhadap Ibu Hamil Selama Masa Mengandung Di Rumah

Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Maka peneliti

mendapatkan hal-hal penting sebagai berikut :

1. Disini seorang bidan melakukan interaksi secara langsung dengan pasien

ibu hamil, agar dapat mengetahui langsung apa saja keluhan yang

dirasakan pasien dan perlu banyaknya edukasi yang bidan berikan agar

pasien nantinya lebih tenang dalam menghadapi proses persalinan karena

nantinya banyak hal yang tak terduga terjadi tanpa kita sadari. Dalam

proses ini bidan di rumah sakit kasih ibu Rengat menggunakan rencana

tindakan kebidanan untuk sebagai acuan kebidanan dalam membantu

pasien ibu hamil selam masa menggandung di rumah sakit kasih ibu.

2. Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dimana bidan dapat membina

hubungan komuniksi terapeutik dan tahapan-tahapannya adalah sebagai

berikut :

a. Tahapan Persiapan

b. Tahapan Orientasi

c. Tahapan Kerja

d. Tahapan Terminasi

71
72

3. Dalam menjalankan komunikasi teraupetik bidan memiliki teknik yang

digunakan guna untuk membantu bagaimana nantinya komunikasi

teraupetik dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini merupakan teknik-

teknik komunikasi terapeutik dalam membantu ibu hamil selama masa

mengandung.

a. Mendengarkan Aktif Dengan Penuh Perhatian

b. Mengajukan Pertanyaan Terbuka

c. Mengarahkan Atau Memfokuskan

d. Menyampaikan Hasil Observasi

B. SARAN

1. Bidan diharapkan agar lebih banyak memberikan edukasi-edukasi sejak

dini kepada masyarakat luas baik dari pelosok sekalipun. Karena masih

minimnya pengetahuan mereka tentang bagaimana jika menjadi ibu hamil

apa lagi dengan resiko-resiko tinggi yang akan terjadi.

2. Untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi semoga penelitian ini dapat

menjadi suatu acuan, referensi atau rujukan bagi mahasiswa yang nantinya

yang akan mengerjakan skripsi.

3. Serta bagi para pembaca semoga ini memberikan manfaat dan menambah

ilmu pengetahuan tentang apa itu komunikasi terapeutik di dalam Rumah

Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Astuti, Sri, Ari Indra Susanti, dkk. 2017. Asuhan Ibu Hamil dalam Masa
Kehamilan Buku Ajar Kebidanan-Antenatal Care (ANC). Jakarta:
Erlangga.

Cangga, Hafied. 2018. Pengantar Ilmu Komunikasi. Depok: PT Raja Grafindo


Persada.

Damayanti, M. 2010. Komunikasi teraupetik dalam praktik keperawatan.


Bandung: PT Refika Aditama.

Dedy, Mulyana. 2011. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Rosdakarya

Fatimah, 2017. Asuhan persalinan. Jakarta: In Media.

Gunawan, Imam. 2014. Metode penelitian kualitatif teori & praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Hanani, Silfia. 2017. Komunikasi antarpribadi teori & praktik. Jakarta: Ar-Ruzz
Media.

Handajani, Siti Rini. 2016. Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan. Jakarta: Selatan

Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Muhammad, Arni. 2010. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Miles B, Matthew & Huberman. 2016. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Metode-Metode Baru, Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Nazriah, 2009. Konsep Dasar Kebidanan, Banda Aceh: Yayasan Pena.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian. Bandung: Gaja Mada University Press.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.


Sari, Rury Narulita. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sya’diyah, Hidayatus. 2013. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik. Jakarta: EGC.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Uripni, Chistina Lia. 2011. Komunikasi Kebidanan. Jakarta. EGC.

Skripsi :

Putri Agil Herawati. 2019. Proses Komunikasi Terapeutik Bidan Dalam


Memotivasi Pasien. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Malang.

Reza Juninda Putra. 2019. Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Proses


Penyembuhan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Riau.
Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA


INFORMAN BIDAN
1. Profil dari masing-masing narasumber yang peneliti wawancarai
2. Bagaimana cara bidan dalam membantu pasien baik secara fisik maupun
psikologinya
3. Tahapan-tahapan atau pun fase-fase yang digunakan dalam menjalankan
komunikasi terapeutik
4. Teknik-teknik yang digunkan dalam menjalakan komunikasi teraupetik
5. Penghambat bagi bidan dalam menangani pasien ibu hamil tersebut
6. Bagaimana tanggapan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
ibu hamil yang umumnya lebih percaya dengan hal-hal mitos
7. Perubahan apa saja yang terjadi pada ibu hamil selama masa mengandung
8. Cara bidan dapat memberikan pengertian agar ibu hamil dan keluarganya
paham bagaimana edukasi yang diberikan.
9. Dampak dari perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa
mengandung
Lampiran 2

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA


INFORMAN PASIEN
1. Profil dari masing-masing narasumber (pasien ibu hamil) yang peneliti
wawancarai
2. Hal-hal apa saja yang pasien dapatkan pada saat akan melakukan
pemeriksaan baik pada saat awal datang sampai dengan selesai
pemeriksaan
3. Bagaimana pelayanan yang didapatkan pasien selama melakukan
pemeriksaan
4. Apakah komunikasi yang diberikan bidan sudah sesuai dan dapat di
mengerti oleh pasienya
5. Perubahan apa yang umumnya terjadi dan bagaimana saran dari bidan
6. Bagaimana seorang bidan melakukan komunikasi terapeutik kepada
pasiennya ibu hamil yang sedang melakukan pemeriksaan
7. Apa saja yang terjadi pada saat bidan melakukan pemeriksaan
8. Penghambat yang terjadi selama proses pemeriksaan berlangsung
9. Apakah ada teknik tertentu yang dilakukan bidan untuk membantu
pasiennya dalam proses pemeriksaan
Lampiran 3
Dokumentasi wawancara dan seputar informasi Rumah Sakit Kasih Ibu

Wawancara dengan bidan-bidan yang bertugas pada ruangan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA).

Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau.


Apotek Kasih Ibu Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau

Ruang pendaftaran dan ruang tunggu di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat
Kabupaten Indragiri Hulu Rengat Riau
Bersama bapak Hari Budin, S.Kep.,Ns selaku divisi kepala tata usaha (TU)
Lampiran 4
Dokumentasi wawancara informan pasien

Wawancara langsung dengan informan pasien pertama Sari Afdollia usia


kehamilan 6 bulan, alamat rumah di jalan Narasinga Kampung Dagang

Wawancara dengan informan pasien kedua Aldita Luis Septivanny usia kehamilan
5 bulan, alamat rumah di jalan askiaris jalan alatif gg hidayah
Wawancara dengan informan pasien ketiga Yayang Sakinah usian kehamilan 8
bulan, alamat rumah di jalan Danau Raja No.8
BIOGRAFI PENULIS

Nama : Ade Nabila Savitri


Npm 179110220
Tempat/Tanggal Lahir : Rengat, 23 Juni 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl.Narasinga Kp Dagang Gg M.Aris
No. Hp 0822 6886 9172
Email : Adhenab@Gmail.Com
Nama Orang Tua
Ayah : Rizaldi
Ibu : Kartina Rosady

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SD Negri 010 Rengat (2005-2011)


SMP : SMP Negri 2 Rengat (2011-2014)
SMA : SMA Negri 1 Rengat (2015-2017)
Strata Satu (S-1) : Universitas Islam Riau (2017-2022)

Anda mungkin juga menyukai