Anda di halaman 1dari 125

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PERNIKAHAN DINI PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN


(Studi Kasus Desa Nagori Tongah, Kecamatan purba, kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti lain dan tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya
bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Maret 2019


Penulis

Lastrika Saragih

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Lastrika Saragih 140905098 (2019). Judul skripsi PERNIKAHAN DINI PADA


MASYARAKAT SIMALUNGUN (Studi Kasus di Desa Nagori Tongah Kecamatan
Purba Kabupaten Simalungun). Skripsi ini terdiri 5 bab, 105 halaman, 6 Foto, 5 Tabel.
Penelitian ini membahas tentang PERNIKAHAN DINI PADA MASYARAKAT
SIMALUNGUN. Masalah pernikahan dini yang merupakan masalah yang sering di dengar
pada media sosial, media cetak, dan bahkan sering dibicarakan di kalangan masyarakat.
Masalah pernikahan dini merupakan masalah yang tidak henti-hentinya dibahas di kalangan
masyarakat saat ini dan tidak hanya terjadi pada masyarakat modern saja tetapi juga pada
masyarakat tradisional yang tinggal didesa.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data
yang dilakukan yaitu teknik pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara,
teknik pengumpulan data sekunder dengan mencari buku, jurnal, dan situs internet yang
berhubungan dengan judul penelitian. Sumber informasi dalam penelitian adalah anak yang
melakukan pernikahan dini, penatua adat, orangtua dari anak yang melakukan pernikahan
dini dan masyarakat sekitar yang tinggal dekat dengan peneliti. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui alasan aatau penyebab yang membuat masyarakat simalungun menerima
adanya pernikahan dini.
Hasil dari penelitian ini adalah pernikahan dini masih banyak terjadi di Desa Nagori
Tongah, dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pendidikan seksualitas membuat anak
anak remaja yang tinggal di desa banyak melakukan pernikahan dini. Orangtua yang
menganggap bahwa membahas tentang seks itu kepada anak merupakan hal tabu atau kotor
untuk dibahas sehingga banyak anak yang tidak mengerti dengan kesehatan reproduksi dan
minimnya pengetahuan tentang seks. Pendidikan seks yang didapat dari sekolah juga sangat
minim diperoleh membuat anak anak remaja yang ada di Desa Nagori Tongah menganggap
tidak masalah cepat menikah selagi itu tidak merugikan orang lain dan tidak berpikiran untuk
dirinya sendiri.

Kata kunci : Pernikahan dini, Adat Perkawinan Simalungun, Masyarakat Simalungun

ii

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena kasih dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik. Adapun judul skripsinya adalah: PERNIKAHAN DINI PADA MASYRAKAT

SIMLAUNGUN.

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai gelar sarjana S1 Antropologi Sosial Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama penyelesaian skripsi ini,

penulis banyak menerima masukan, bantuan, serta motivasi dari dosen pembingbing dan

berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

Kepada orangtua penulis bapak L. Saragih dan Ibu D. Sinaga yang saya cintai.

Terimakasih atas nasehat yang telah di berikan kepada saya, didikan, motivasi selama

penulisan, doa yang selulu menyertai saya, dan dana yang selalu diberikan kepada saya

sampai pada saat ini. Semoga selalu sehat dan tambah rejeki. Tuhan Yesus menyertai di

setiap perjalanan hidup mereka.

Bapak Fikarwin Zuska dan bapak Drs. Agustrisno selaku ketua dan sekretaris

departemen antropologi sosial universitas sumater utara.

Kepada Ibu Rita Tambunan, selaku dosen penasehat akedemik yang selalu menasehati

dan memberikan motivasi selama saya melakukan perkuliahan di Antropologi Sosial.

Bapak Nurman Achmad sebagai pembingbing saya selama penulisan skripsi yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, materi, dan pikiran selama penulisan skripsi mulai

dari penulisan proposal sampai skripsi ini selesai. Dorongan yang selalu diberikan supaya

penulisan skripsi ini cepat selesai. Segala ilmu dan dukungan berharga disampaikan dengan

tulus, sabar dan canda tawa yang diberikan mendorong sengat saya untuk menulis skripsi ini.

iii

Universitas Sumatera Utara


Semoga ilmu yang berharga dan bingbingan yang baik selulu dapat di perlihat dengan baik di

mana pun penulis berada. Semoga tuhan selau menyertai bapak.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pegawai dan staf pengajar

Departemen Antropologi: Ibu Aida, Pak Herman, Ibu Sabaria, Ibu Tjut, Ibu Rytha, Pak

Lister, Pak Wan, Pak Yance, Pak Hamdani, Pak Zulkfli, dll, yang telah memberikan berbagai

ilmu penngetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada informan saya, kususnya anak remaja

dan orangtua yang ada di desa Nagori Tongah.

Saudara-saudara saya yaitu Ronal saragih, selaku abang yang memberikan dorongan

penuh dan juga dana yang membantu saya selama perkuliahan ini. Kaka saya Mariani Denny,

Meriana, Bestaria selaku kakak yang selalu cerewet dan tidak lupa memberi dukungan dan

doa kepada saya dan adik-adik Murni, Robet, Josep, dan Rikawati yang baik yang selu

mendukung dan memberi dukungan dan doa kepada saya selama penulisan skripi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat penulis sejak semester 1(satu)

hingga saat ini yang meberikan perhatian, bantuan, dukungan, dan dorongan yang sangat

membatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Santi, Jesika Dan Monika, penulis sangat

bangga berteman dengan kalian, semoga pertemanan kita tetap terjaga. Dan seluruh teman

stambuk 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Sangat bangga bisa bersama

menuntut ilmu di Antropologi Sosial ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Teman Kelompok Kecil Estomihi

yaitu Kak Eka purba, Deni Lumban gaol, dan Ranita Saragih yang selalu menyemangati dan

memotivasi dan selalu ada buat penulis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman satu kost: Ka Juli, Ka gres, ka Jeni,

Vivi, Lidya, Desy, Yuyun, Friska, Ramasta, Sriulina, dan Raniwaty yang selalu menanyakan

perkembangan skripsi penulis, dan selalu memberikan motivasi terbaik.

iv

Universitas Sumatera Utara


Terimakasih juga kepada teman gila saya yang ada sewaktu merayakan ulang Tahun

dan jalan-jalan saja grup (Hita do tong) yaitu Bang Nardo, Bang Marwan, Ka Relina, Resmi.

Terima kasih banyak semuanya. Semoga Tuhan membalas kebaikan yang telah

diberikan oleh semua pihak kepada penulis.

Medan, Maret 2019


Penulis

Lastrika Saragih

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP
Lastrika Saragih, yang lebih sering disapa dengan

panggilan Tika, lahir pada tanggal 31 maret 1995

di Tigarunggu, Kabupaten Simalungun, Sumatera

Utara. Beragama Kristen Protestan, anak ke-7 dari

11 bersaudara dari Pasangan ayahanda L. Saragih

dan ibunda D. Br Sinaga.

Penulis memulai pendidikan dasar di SD

Negeri 094168 Nagapane Kecamatan Purba 2002-

2008. Setelah tamat Sekolah Dasar melanjutkan

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1

Purba Kecamatan Purba 2011. Menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1

Purba Tigarunggu 2014.

Kemudian tahun 2014 melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada jurusan

Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Alamat email

yang bisa dihubungi Lastrikasaragih31@gmail.com.

Penulis pernah mengikuti kegiatan selama masa studi, antara lain :

1. Peserta Inisiasi Antropologi USU pada tahun 2014

2. Panitia Cadangan Inisiasi Antropologi pada tahun 2015

3. Panitia Natal Antropologi pada tahun 2015

4. Panitia Inti Inisiasi Antropologi Sosial 2016

5. Anggota INSAN Antropologi USU dari tahun 2014 hingga saat ini

vi

Universitas Sumatera Utara


6. Anggota Organisasi kedaerahan IMAS-USU (Ikatan Mahasiswa Simalungun

Universitas Sumatera Utara)

7. Anggota pemuda di GKPS PADANG BULAN MEDAN tahun 2016 hingga sekarang

8. Anggota KMK USU (Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera) tahun

2015

9. Peserta Training of Fasilitator (TOF) angkatan ke-VII oleh Departemen Antropologi

Sosial di Hotel Candi Medan.

10. Melakukan PKL-TBM (tinggal bersama masyarakat) di desa Rumah Pil-Pil

Kecamatan Sibolangit pada tahun 2017.

vii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk segala berkat

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Pernikahan Dini pada Masyarakat Simalungun di Desa Nagori Tongah, Kecamatan

Purba, Kabupaten Simalungun.

Adapun tujuan penulis menyelesaikan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Skripsi ini disusun oleh penulis berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

di lapangan bersama dengan informan yang menjadi penyedia informasi dalam skripsi ini.

Adapun penguraian yang dilakukan oleh penulis pada skripsi ini adalah: Bab I memuat

deskripsi mengenai latar belakang dari penulisan, tinjauan pustaka, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian yang dilakukan, metode penelitian, dan pengalaman peneliti di

lapangan.

Bab II menjelaskan tentang lokasi penelitian, baik dari keadaan geografisnya, maupun

struktur penduduk yang ada di lokasi penelitian. Di bab ini juga dipaparkan pengamatan

penulis terhadap lokasi penelitian. Bab III berisi tentang sistem perkawinan masyarakat

Simalungun. Bab IV mengenai faktor dan dampak dari pernikahan dini.

Bab V memuat kesimpulan dan saran penelitian tentang pernikahan dini. Sebagai

penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang

dalam penulisan. Penulis telah melakukan berbagai usaha, dan sebisa mungkin memberikan

waktu dan tenaga yang optimal dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun kearah

perbaikan. Banyak hal-hal yang terkadang menyulitkan penulis dalam menyelesaikan skripsi

viii

Universitas Sumatera Utara


ini, tetapi penulis optimis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan berusaha

menyusun skripsi yang berkualitas.

Penulis berharap semoga skripsi ini memiliki manfaat untuk semua pihak, dan semoga

kebaikan yang diterima oleh penulis dari semua pihak yang ikut serta memberi bantuan

dalam proses penyusunan skripsi ini dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Maret 2019


Penulis,

Lastrika Saragih

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS.................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... x
DAFTAR FOTO............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tinjauan Pustaka................................................................................................7
1.2.1 Resiko dan Bahaya dari Pernikahan Dini................................................11
1.2.2 Ciri-ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja.............................................13
1.2.3 Sumber Masalah Seks Remaja................................................................14
1.2.4 Perilaku Seksual Remaja.........................................................................16
1.2.5 Batas Usia Kawin Menurut Hukum Adat...............................................17
1.2.6 Batas Usia Kawin Menurut Undang-Undang Nasional..........................19
1.2.7 Batas Usia Kawin Menurut Hukum Internasional..................................20
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................................20
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.........................................................................21
1.5 Metode Penelitian.............................................................................................22
1.5.1 Metode Penelitian...................................................................................22
1.5.2 Teknik Analisis Data..............................................................................26
1.5.3 Pengalaman Penelitian............................................................................27

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN..............................................30


2.1 Sejarah Desa Nagori Tongah.............................................................................30
2.2 Letak Geografis Desa Nagori Tongah...............................................................30
2.3 Pertumbuhan Penduduk Desa Nagori Tongah...................................................32
2.4 Mata Pencaharian Penduduk.............................................................................32
2.5 Sarana dan Prasarana.........................................................................................34
2.6 Sejarah Simalungun..........................................................................................37
2.10 Filosofi Hidup Orang Simalungun...................................................................45
2.11 Filosofi dalam Budaya Adat............................................................................48

BAB III SISTEM PERKAWINAN MASYARAKAT SIMALUNGUN.......................52


3.1 Perkawinan Masyarakat Simalungun.................................................................52
3.2 Partongahjabuan Orang Simalungun..................................................................55
3.3 Adat Perkawinan Anak Laki-laki.......................................................................59

Universitas Sumatera Utara


3.3.1 Pamit kepada Paman (mangalop bona tulang)........................................59
3.3.2 Mufakat dalam Keluarga Pengantin (riah tongah jabu)..........................61
3.3.3 Menyambut Menantu di Rumah..............................................................62
3.4 Adat Perkawinan Anak Perempuan....................................................................63
3.4.1 Mufakat dalam Rumah (pajabu parsahapan)..........................................64
3.4.2 Penjemputan Calon Pengantin Perempuan (marindahan paralop)..........65
3.5.3 Marpadan, pamasumasuon dan Resepsi Adat.........................................66
3.5 Konseling Pernikahan.........................................................................................68
3.5.1 Tujuan Dari Konseling Persiapan Pernikahan...................................................69

BAB IV FAKTOR DAN DAMPAK DARI PERNIKAHAN DINI...............................79


4.1 Studi Kasus Pernikahan Dini.............................................................................79
4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Simalungun melakukan
pernikahan dini.......................................................................................................92
4.3 Dampak pernikahan dini pada masyarakat Simalungun....................................86
4.4 Tanggapan Pemerintah Desa Terhadap Pernikahan Dini..................................98
4.5 Tanggapan Masyarakat Terhadap Pernikahan Usia Muda di Simalungun........99
4.6 Tanggapan Gereja Terhadap Orang yang melakukan Pernikahan Dini............100

BAB V PENUTUP............................................................................................................102
5.1 Kesimpulan........................................................................................................102
5.2 Saran..................................................................................................................103

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................104

LAMPIRAN

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR FOTO

Foto 1. Kondisi jalan Raya menuju ke Desa Nagori Tongah................................ 34


Foto 2. Sekolah Dasar yang ada di Desa Nagori Tongah.......................................36
Foto 3. Salah satu gereja di Desa Nagori Tongah................................................. 37
Foto 4. Ayam yang diatur(dayok nabinatur) dalam acara adat Simalungun........ 49
Foto 5. Foto pengantin Simalungun yang menikmati Ikan Mas Arsik.................. 51
Foto 6. Pengantin Simalungun dalam pesta adat....................................................54

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Nagori Tongah................................................................... 32


Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Nagori Tongah.................................................. 32
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan................................................. 35
Tabel 4. Tempat Ibadah di Desa Nagori Tongah................................................................... 37
Tabel 5. Urutan upacara perkawinan pada orang simalungun............................................... 58

xiii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Hubungan antara laki-laki dan perempuan memiliki keunikan tersendiri.

Adanya hubungan biologis sebagai suatu kebutuhan mutlak manusia melahirkan

suatu pranata yang dinamakan pernikahan. Pernikahan berisi serangkaian

peraturan-peraturan yang memformalkan hubungan antara laki-laki dan

perempuan di mata masyarakat. Dengan kata lain terbentuklah kontrak permanen

antara laki-laki dan perempuan untuk membangun sebuah ikatan. Sudah menjadi

hukum alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu

pergaulan hidup. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, manusia

membutuhkan manusia lain untuk hidup bersama dan bekerja sama. Ia telah

ditentukan harus hidup berkelompok dan hidup bermasyarakat. Dalam kehidupan

manusia di dunia ini yang berlainan jenis kelaminnya, secara alamiah mempunyai

daya tarik-menarik antara satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup

bersamanya atau untuk membentuk suatu ikatan lahir dan batin dengan tujuan

menciptakan suatu keluarga atau rumah tangga yang rukun, bahagia, sejahtera,

dan abadi.1

Arti pernikahan itu adalah suatu ikatan antara dua orang yang berlainan

jenis kelamin, antara seorang pria dan seorang wanita, di mana mereka

1
Djaren Saragih SH, Djisman Samosir SH, Djaja Sembiring SH. Hukum Pernikahan Adat Batak
(Bandung: Tarsito 1980) hal, 20

Universitas Sumatera Utara


mengikatkan diri, untuk bersatu dalam kehidupan bersama. Proses yang mereka

lalui dalam rangka mengikatkan diri ini, tentunya menurut ketentuan-ketentuan

yang terdapat dalam masyarakat.2

Pernikahan merupakan lembaga yang berkaitan langsung dengan kodrat

manusia untuk mempertahankan hidup dan mempertahankan jenisnya. Melalui

pernikahan, manusia dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya

secara lebih baik serta dapat mengembangkan kebudayaan untuk meningkatkan

kenyamanan hidupnya. Sampai saat ini, meskipun teknologi telah berkembang

pesat, secara umum manusia berkembang lebih baik untuk mempertahankan

jenisnya melalui pernikahan secara alami.

Sebagai suatu lembaga, pernikahan baru dapat memenuhi fungsinya

tersebut apabila dilakukan dalam suatu tata aturan, dengan menjungjung tinggi

harkat martabat kemanusiaan. Tata aturan pelaksanaan pernikahan tidak lepas dari

budaya dan lingkungan di mana pernikahan tersebut dilaksanakan. Faktor

pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, dan agama yang dianut masyarakat

mempengaruhi bagaimana suatu pernikahan dilaksanakan. Pada umumnya

pernikahan tidak cukup hanya diatur oleh norma agama maupun norma

kesusilaan, tetapi juga diatur dengan norma hukum.3

Masyarakat simalungun menggunakan hukum perkawinan eksogami

dimana seorang anak itu disarankan untuk menikahi putri dari tulang. Pada masa

sekarang masyarakat simalungun di desa nagori tongah tidak harus

mempersalahkan apakah dia harus menikah dengan pariban atau tidak. Di sisi lain
2
KBBI online.
3
Proff. H Rusdi Malik, SH, MH. Peran Agama Dalam Hukum Pernikahan di Indonesia (Jakarta:
Universitas Trisakti 2010) hal, 1

Universitas Sumatera Utara


masyarakat simalungun di tempat ini juga sudah banyak melakukan pernikahan

diluar suku sendiri. Di dalam beberapa kasus peneliti menemukan, jika di desa

nagori tongah sudah banyak terjadi pernikahan yang tidak sesuai dengan

pernikahan ideal menurut masyarakat simalungun ataupun secara umum.

Pernikahan tersebut adalah pernikahan dini.

Fenomena pernikahan dini yang marak terjadi di desa Nagori Tongah,

Kec.Purba, Kab. Simalungun. Permasalahan yang menurut peneliti menarik

karena mayoritas penduduk di desa Nagori Tongah yaitu bersuku batak

Simalungun dan beragama Kristen Protestan. Pernikahan ideal secara umum,

dimana perempuan berusia 21 tahun ke atas dan pada laki-laki di usia 23 tahun ke

atas. Tetapi yang terjadi di desa Nagori Tongah, sudah banyak remaja yang

melakukan pernikahan di usia yang tidak seharusnya. Para remaja yang

melakukan pernikahan dini tersebut harus bekerja untuk mencari nafkah, menjadi

ibu rumah tangga, dan menjalin hubungan kekerabatan dan status sosial yang baru

di mana seharusnya mereka masih menempuh pendidikan.

Dari beberapa penelitian tentang pernikahan dini yaitu, skripsi yang

berjudul “Dampak menikah dini di kalangan perempuan” ditulis oleh Rusmini.

Inti dari skripsi ini bahwa banyak yang menjadi faktor mengapa banyak orang

menikah pada usia dini, seperti hamil diluar nikah, perjodohan, kekhawatiran

orangtua, pacaran, dan masih banyak faktor lainnya. Dalam skripsi ini yaitu di

dusun Tarokko Desa Batulappa Kecamatan Batulappa Kabupaten Pinrang, faktor

yang menjadi penyebab terjadinya pernikahan usia dini, disebabkan karena

perjodohan keluarga dan karena ada suatu kebiasaan yang sudah ada sejak lama

Universitas Sumatera Utara


terjadi dalam kehidupan masyarakat yang ada di Desa Batulappa terutama di

Dusun Tarokko yaitu menikahkan anaknya pada usia 18 tahun kebawah.4

Skripsi yang berjudul “ Dampak psikologis pernikahan dini bagi kaum

wanita” yang ditulis oleh Riska Apriyanti ini juga menuliskan bahwa faktor yang

menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini adalah, pertama faktor ekonomi

disebabkan karena alasan membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga,

berhubungan dengan rendahnya tingkat ekonomi keluarga, dimana orangtua tidak

memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kedua faktor

pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orangtua, anak,

dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya

yang masih di bawah umur.5

Ternyata maupun sama ataupun berbeda pada daerah yang satu dengan

daerah yang lain tentang terjadinya pernikahan dini tetap mengarah pada dampak

yang dialami wanita. Karena pengaruh yang lebih besar efeknya ketika terjadi

pernikahan dini adalah pada kaum perempuan. Dimana mereka mempunyai resiko

besar mengalami kematian dikarenakan kondisi fisik perempuan yang belum atau

kurang mampu untuk melahirkan. Lalu apakah sama hal ini terjadi pada

masyarakat simalungun di Desa Nagori Tongah, yang menurut saya di

simalungun tersebut memiliki adat yang kuat, mempunyai keyakinan yang tinggi,

dan mempunyai pengetahuan tentang pernikahan ideal yang selayaknya

dilakukan.

4
Rusmini, skripsi :“ Dampak menikah di kalangan perempuan” ( Makassar : UNHAS, 2015) Hal. 92
5
Riska Apriyanti, skripsi “ Dmpak psikologis pernikahan dini bagi kaum wanita” ( Lampung : UIN,
2017) Hal. 85

Universitas Sumatera Utara


Pernikahan adalah ikatan hidup bersama antara seorang pria dan wanita,

yang bersifat komunal dengan tujuan mendapatkan generasi agar kehidupan

persekutuan atau clannya tidak punah yang didahului dengan upacara adat.

Bahwa tujuan dan hikmah pernikahan itu untuk mendapatkan anak dan keturunan

yang sah. Dengan demikian, pernikahan seseorang dapat berinteraksi dengan

lingkungan masyarakat lebih nyaman, tenang dan terkendali dimana semua

kebutuhannya dapat dipenuhi dan tercukupkan.

Untuk mewujudkan kelanggengan suatu pernikahan dalam rumah tangga

dibutuhkan beberapa syarat, diantaranya pendidikan. Pendidikan yang memadai

merupakan salah satu yarat untuk mengarungi kehidupan bahtera rumah tangga.

Dalam kehidupan berumah tangga sering terjadi perselisihan disebabkan

minimnya pengetahuan mereka tentang pernikahan, khusus nya pasangan yang

telah menikah pada usia muda, sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan

persoalan dengan hati yang jernih, pikiran yang tenang, dan kebanyakan dari

mereka lebih mengedepankan emosional dibandingkan dengan akal sehat.

Sedangkan dari sisi ekonomi, maraknya perceraian yang terjadi pada

pasangan pernikahan usia muda, disebabkan oleh ketidakmapanan ekonomi atau

kategori ekonomi lemah. Kelayakan ekonomi merupakan salah satu fakto

keberlangsungan atau ketidakberlangsungan pernikahan. Apalagi di zaman

sekarang kebutuhan hidup terus meningkat, harga bahan pokok mengalami inflasi

dan beban yang harus ditanggung pun terasa semakin berat. Sehingga banyak

diantara mereka yang telah membina rumah tangga nya harus berakhir dengan

perceraian.

Universitas Sumatera Utara


Pada masyarakat simalungun dulunya pernikahan yang ideal itu adalah

sudah menstruasi bagi perempuan dan bagi laki-laki sudah dapat mencari makan

sendiri, sudah mampu bekerja keladang. Semakin majunya zaman pengetahuan

orang simalungun tentang resiko dari pernikahan dini, sehingga tidak lagi

syaratnya menstruasi tetapi sudah dewasa dalam umur, idealnya 21 tahun bagi

perempuan dan bagi laki-laki 23 tahun. Selain secara fisik orang simalungun juga

melarang pernikahan semarga atau satu clan karena menurut mereka satu marga

merupakan satu darah, yang ideal bagi orang simalungun adalah pernikahan

marpariban yaitu menikahi putri tulang atau paman.

Desa Nagori Tongah adalah desa yang terletak di Jalan Raya

Pematangsiantar-Kabanjahe, berjarak kurang lebih 50 Km ke Pematangsiantar dan

hanya kurang lebih 22 Km ke pusat pemerintahan kabupaten di pematang Raya

yaitu 25 Km ke arah Pematangsiantar. Desa Nagori tongah merupakan salah satu

kawasan yang dekat di pinggiran Danau Toba. Hanya 35 menit perjalanan

menggunakan kendaraan pribadi, kita dapat menikmati indahnya pemandangan

danau Toba dari perbukitan yaitu Dolok Simarjarunjung.

Secara kultural Nagori Tongah didiami oleh masyarakat Simalungun,

subetnis dari Suku Batak. Suku simalungun berbeda dengan Batak Toba yang

dikenal dengan logat yang kental suara yang lantang. Subetnis simalungun khas

dengan bahasa yang lembut. Nagori Tongah yang memiliki tanah subur

mengundang minat masyarakat daerah lain untuk mendiami desa ini seperti

subetnis batak lain seperti Toba dan karo maupun diluar suku batak seperti Jawa.

Daerah ini dikenal karena tanahnya yang subur dan udara yang dingin sehingga

Universitas Sumatera Utara


cocok untuk kegiatan bercocok tanam maka karena itu pula sebagian besar

penduduk bermatapencaharian sebagai petani.

Jumlah penduduk di Simalungun pada tahun 2016 yaitu 854.489 jiwa, laki-

laki berjumlah 425.794 jiwa dan perempuan berjumlah 428.695 jiwa. Pada

Kecamatan Purba jumlah penduduk 23.708 jiwa. Di Kecamatan Purba memiliki

14 desa. Salah satunya adalah desa Nagori Tongah. Di desa Nagori Tongah

memiliki 6 dusun, dengan jumlah laki laki 815 jiwa dan jumlah perempuan

berjumlah 870 jiwa. Jadi keseluruhan jumlah penduduk di desa Nagori Tongah

adalah 1.685 jiwa.6

Secara budaya dan agama sangat dilarang hamil di luar nikah karena

merupakan aib bagi keluarga apalagi pasangan yang hamil di luar nikah masih

dalam pendidikan. Anak dalam keluarga merupakan anugrah atau sebuah

gambaran dari keberhasilan dari suatu keluarga. Sehingga orang tua pun berusaha

untuk membimbing anak nya lebih baik dan menyekolahkan anak ke jenjang yang

lebih tinggi.

Langkah anak tidak dapat di awasi orang tua karena orang tua sibuk

dengan ke sibukannya mencari nafkah bagi anak-anaknya dan anak sibuk dengan

aktivitas anak setiap harinya. Karena anak dan orarag tua hanya memiliki waktu

bersama di malam hari.

1.2. TINJAUAN PUSTAKA

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan bantuan dan

hidup bersama dengan manusia lain. Kehidupan antara sesama manusia akan

6
Badan Statistik Kabupaten Simalungun

Universitas Sumatera Utara


berlangsung dalam berbagai bentuk salah satunya komunikasi. Komunikasi di

dalam kehidupan bermasyarakat berakibat terjadinya interaksi dan di dalam

interaksi ini manusia saling mengenal satu samalain. Hubungan dan interaksi

sesama ini akhirnya melahirkan rasa simpatik dan ketertarikan pada lawan

jenisnya. Rasa simpatik inilah yang yang mengantarkan manusia ke jenjang

pernikahan.7

Pernikahan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia selain

merupakan panggilan alamiah pernikahan juga dianggap suci untuk

meneruskan keturunan. Dalam pernikahan, kita tidak pernah luput dari masalah

atau persoalan mengenai syarat-syarat pernikahan yang harus kita penuhi

karena tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga, rumah tangga yang

kekal dan bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagaimana

dinyatakan dalam UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawianan Pasal 2 ayat (1);

Pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Rukun dan syarat dalam pernikahan

menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau

tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh M. Idris (2004: 48) bahwa dalam kesepakatan para ulama akad nikah itu baru

terjadi setelah dipenuhinya rukunrukun dan syarat-syarat nikah, yaitu: pertama,

Adanya calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan; kedua, Calon

pengantin itu kedua-duanya sudah dewasa dan berakal (akil baligh); ketiga,

Persetujuan bebas antara calon mempelai tersebut(tidak ada paksaan); keempat,

7
Anggreni Atmei Lubis, “ Latar belakang wanita melakukan pernikahan usia dini” Jurnal ilmu
pemerintahan dan sosial politik. Vol.2 No.4, 2016, hal.150.

Universitas Sumatera Utara


Harus ada wali bagicalon pengantin perempuan; kelima, Harus ada mahar (mas

kawin) dari calon pengantin laki-laki yang diberikan setelah resmi menjadi suami

istri kepada istrinya; keenam, Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua)

orang saksi yang adil dan laki-laki Islam merdeka; 7) Harus ada upacara ijab dan

qabul; 8) Sebagai tanda telah resmi terjadinya akad nikah (pernikahan) maka

seyogianya diadakan walimah (pestapernikahan) walaupun hanya sekedar

saja.Sebagai bukti autentik terjadinya pernikahan, harus diadakan ilanun nikah

(pendaftaran nikah) kepada Pejabat Pencatat Nikah.

Terjadinya pernikahan usia muda berarti telah melanggar rukun dan syarat

nikah yang menyatakan bahwa kedua calon pengantin harus sudah dewasa. Dalam

hal kedewasaan masyarakat terkadang masih keliru, ini diakibatkan banyaknya

peraturan dan atau undangundang yang mengatur masalah kedewasaan, setiap

peraturan tersebut berbeda pendapat dalam menetapkan pada usia berapakah

seseorang dikatakan dewasa.

Pernikahan dini (early mariage) merupakan suatu pernikahan formal atau

tidak formal yang dilakukan dibawah usia 18 tahun (UNICEF, 2014). Suatu ikatan

yang dilakukan oleh seseorang yang masih dalam usia muda atau pubertas disebut

pula pernikahan dini (Sarwono, 2007). Sedangkan Al Ghifari (2008) berpendapat

bahwa pernikahan muda adalah pernikahan yang dilaksanakan diusia remaja.

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan remaja adalah antara usia 10 – 19 tahun dan

belum kawin.8

8
Irne W. Desiyanti “ Faktor-faktor yang berhubungan terhadap pernikahan dini pada usia subur
di kecamatan mapangaet Kota Manado” JIKMU. Vol.5 No.2, 2015, hal.271.

Universitas Sumatera Utara


Seseorang yang telah melakukan ikatan lahir batin antara pria dengan

wanita sebagai seorang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, baik yang

dilakukan secara hukum maupun secara adat/kepercayaan dapat dikatakan pula

sebagai pernikahan. Apabila suatu pernikahan tersebut dilakukan oleh seseorang

yang memiliki umur yang relatif muda maka hal itu dapat dikatakan dengan

pernikahan dini. Umur yang relatif muda yang dimaksud tersebut adalah usia

pubertas yaitu usia antara 10-19 tahun. Sehingga seorang remaja yang berusia

antara 10-19 tahun yang telah melakukan ikatan lahir batin sebagai seorang suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga dikatakan sebagai pernikahan dini atau

pernikahan muda.

Pernikahan dini dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor

berikut:

a. Kemauan sendiri, karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan

sehingga mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih

terpengaruh untuk melakukan pernikahan di usia muda.

b. Ekonomi, pernikahan usia muda karena keadaan keluarga yang hidup

digaris kemiskinan, untuk meringankan beban orangtuanya maka anak

perempuannya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.

c. Pendidikan, rendahnya tinggal tingkat pendidikan maupun pengetahuan

orangtua, dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan

menikahkan anak masih di bawah umur.

d. Keluarga, karena orangtua tidak sanggup menyekolahkan anaknya

sehingga ia cepat-cepat dinikahkan, juga karena kurangnya kemauan anak

10

Universitas Sumatera Utara


untuk melanjutkan sekolah dan faktor takut jadi perawan tua, maka satu-

satunya jalan keluar menikahkan secepatnya mana kala ada jodohnya.

e. Tradisi, pernikahan usia muda terjadi karena masih memandang hal yang

wajar apabila pernikahan dilakukan pada usia anak-anak atau remaja,

bahwa sudah menjadi tradisi yang sulit untuk dihilangkan dalam

lingkungan masyarakat tersebut.9

Bahwa pernikahan usia muda merupakan suatu tindakan sosial atau

perilaku sosial yang sesuai, sebagaimana diungkapkan oleh Weber mengatakan

bahwa, tindakan sosial merupakan tindakan yang terjadi ketika individu

meletakkan makna subjektif pada tindakan mereka.

Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa

kesadaran penuh dan dapat dikatakan tindakan yang dilakukan merupakan reaksi

spontanitas atas suatu peristiwa sehingga tidak sesuai dengan tujuan pernikahan

itu sendiri. Seperti bertindak untuk melakukan pernikahan usia muda demi

melampiaskan nafsu mereka tanpa perencanaan atau kesiapan yang matang.

1.2.1. Resiko Dan Bahaya Dari Pernikahan Dini

a. Kehamilan prematur

Kehamilan pada usia dapat membawa akibat yang berbahaya, baik bagi ibu

mud maupun bayinya. Menurut UNICEF, tidak seorang gadis pun boleh hamil

sebelum usia 18 tahun, karena secara fisik dan mental ia belum siap untuk

melahirkan anak. Ibu muda itu beresiko melahirkan bayi prematur dengan berat

badan dibawh rata-rata.

9
Irne W. Desiyanti “ Faktor-faktor yang berhubungan terhadap pernikahan dini pada usia subur
di kecamatan mapangaet Kota Manado” JIKMU. Vol.5 No.2, 2015, hal.54.

11

Universitas Sumatera Utara


b. Kematian ibu ( maternal mortality)

Risiko kesehatan pada ibu yang muda usia juga tidak kalah besarnya

dibanding bayi yang dikandungnya. Persalinan yang berujung pada kematian

merupakan faktor paling dominan dalam kematian gadis antara usia 15-19

tahun.

c. Masalah kesehatan

1. Kerusakan tulang panggul

Karena pertumbuhan tulang ibu muda belum lagi lengkap, risiko

kerusakan tulang panggul sangat tinggi. Pasalnya, bayi yang baru

dilahirkan jauh lebih besar dari kemampuan tulang panggulnya.

2. Kekurangan nutrisi

Di Negara berkembang, pada umumnya tingkat rata-rata konsumsi makanan

pada ibu hamil dan menyusui berada jauh dibawah rata-rata kaum laki-laki.

d. Tidak berpendidikan

Hampir bisa dipastikan, pengantin kanak-kanak adalah generasi putus sekolah.

Kesempatan mereka untuk mengenyam level pendidikan yang lebih tinggi

menjadi terkebiri bahkan tidak sedikit pula yang tidak menyelesaikan bangku

pendidikan dasar (primary education). Akibatnya banyak diantara mereka

yang buta aksara (illiterate).10

10
Eny Kusmiran, Kesehatan reproduksi remaja dan wanita, Penerbit Salemba Medika, Jakarta,
2011, halaman 12.

12

Universitas Sumatera Utara


1.2.2. CIRI-CIRI KEJIWAAN DAN PSIKOSOSIAL REMAJA

a. Sikap protes terhadap orangtua

Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orangtuanya,

sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orangtuanya. Mereka

berusaha mencari identitas diri dan sering kali disertai dengan menjauhkan diri

dari orangtuanya.

b. Preokupasi dengan badan sendiri

Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang cepat

sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri

remaja.

c. Kesetiakawanan dengan kelompok seusia

Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan dan

kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok

senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.

d. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak

Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan

dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan

diri.

e. Perilaku yang labil dan berubah-ubah

Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada suatu

waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa

bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan

perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam

13

Universitas Sumatera Utara


diri remaja terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan penanganan

yang bijaksana.11

1.2.3. Sumber Masalah Seks Remaja

Perilaku negatif remaja terutama hubungannya dengan penyimpangan

seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan diri mereka saja., melainkan ada

faktor pendukung atau mempengaruhi dari luar ( faktor eksternal). Faktor-faktor

yang menjadi sumber penyimpangan tersebut adalah Pertama, kualitas diri remaja

itu sendiri seperti perkembangan emosional yang tidak sehat, mengalami

hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma agama,

ketidakmampuan mempegunakan waktu luang, tidak mampu dalam mengatasi

masalah sendiri, berada dalam kelompok yang tidak baik, dan memiliki kebiasaan

negatif terutama dirumah atau kurng disiplin dalam menjalani kehidupan dirumah.

Kedua, kualitas lingkungan keluarga yang tidak mendukung anak untuk

berlaku baik seperti, anak kurang bahkan tidak mendapatkan kasih sayang berarti

akibat kesibukan kedua orang tua diluar rumah, dan pergeseran norma positif

seperti tidak adanya pendidikan dan kebiasaan melakukan norma agama. Di

samping itu, keluarga tidak memberikan arahan tentang seks yang sehat.

Ketiga, minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai

akibat globalisasi. Akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang

mendapatkan informasi sehat dalam hal seksualitas. Bahkan justru media massa

11
Eny Kusmiran, Kesehatan reproduksi remaja dan wanita, Penerbit Salemba Medika, Jakarta,
2011, halaman 5.

14

Universitas Sumatera Utara


kini terutama media remaja cenderung mengutamakan bisnis dengan lebih banyak

mengekspose seksualitas yang tidak sehat dengan mengesampingkan pendidikan

moral.12

Menurut Sarwono salah satu faktor terjadinya pernikahan dini lainnya

adalah pendidikan remaja dan pendidikan orang tua. Dalam kehidupan seseorang,

dalam menyikapi masalah dan membuat keputusan termasuk hal yang lebih

kompleks ataupun kematangan psikososialnya sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan seseorang. Alfiyah mengemukakan juga tingkat pendidikan maupun

pengetahuan anak yang rendah dapat menyebabkan adanya kecenderungan

melakukan pernikahan di usia dini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nandang, dkk yang menunjukkan bahwa remaja muda yang

berpendidikan rendah memiliki resiko (ods ratio) 4,259 kali untuk menikah dini

daripada remaja muda yang berpendidikan tinggi. Remaja yang memiliki latar

belakang pendidikan yang tinggi memiliki resiko lebih kecil untuk menikah dini

dibandingkan dengan remaja yang memiliki latar pendidikan rendah. Tingkat

pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

menyikapi masalah dan membuat keputusan ataupun kematangan psikososialnya.

Pendidikan orang tua juga memiliki peranan dalam keputusan buat

anaknya, karena di dalam lingkungan keluarga ini, pendidikan anak yang pertama

dan utama (Nandang, 2009). Juspin (2012) mengemukakan bahwa peran orang tua

terhadap kelangsungan pernikahan dini pada dasarnya tidak terlepas dari tingkat

pengetahuan orang tua yang dihubungkan pula dengan tingkat pendidikan orang
12
Abu Al-Ghifari. Gelombang kejahatan seks Remaja Modern, Muhajid, Bandung, 2001 halaman
23.

15

Universitas Sumatera Utara


tua. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nandang, dkk (2009)

yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan orang tua pada wanita

dewasa muda dengan resiko sebesar 7,667 kali lipat. Remaja yang memiliki latar

belakang orang tua berpendidikan rendah maka memiliki resiko lebih besar untuk

menikah dini daripada remaja yang memiliki latarbelakang orang tua

berpendidikan tinggi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan

pihak orang tua terhadap anaknya salah satunya yang menonjol adalah faktor

pendidikan keluarga.

1.2.4. Perilaku Seksual Remaja

Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa

remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual (testosteron untuk

laki-laki dan progesteron untuk perempuan). Hormon-hormon inilah yang

berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Perilaku sosial memiliki

pengertian yang berbeda dengan aktivitas seksual dan hubungan seksual. 13

Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi

dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau

seksual melalui berbagai perilaku. Cara yang biasa dilakukan orang untuk

menyalurkan dorongan seksual antara lain :

a. Menahan diri dengan berbagai cara

b. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas

c. Menghabiskan tenaga dengan berolahraga

13
Eny Kusmiran, Kesehatan reproduksi remaja dan wanita, Penerbit Salemba Medika, Jakarta,
2011 halaman 39

16

Universitas Sumatera Utara


d. Menyalurkannya melalui mimpi erotis

e. Berkhayal atau berfantasi tentang seksual

f. Masturbasi atau onani

g. Melakukan aktivitas seksual nonpenetrasi14

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja antara lain:

1. Perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan

hormonal dapat menimbulkan perilaku seksual.

2. Kurangnya pengaruh orangtua melalui komunikasi antara orangtua dan

remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya

penyimpangan perilaku seksual.

3. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan

perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.

4. Remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung

lebih sering memunculkan aktivitas seksual dibandingkan remaja dengan

prestasi yang baik sekolah.

5. Perspektif sosial kognitif diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang

menyediakan pemahaman perilaku seksual kalangan remaja.15

1.2.5. Batas Usia Kawin Menurut Hukum Adat

Perkawinan dan aturannya merupakan produk budaya yang

dinamikanya mengikuti perkembangan budaya masyarakat. Ia berinteraksi

14
Abu Al-Ghifari. Gelombang kejahatan seks Remaja Modern, Muhajid, Bandung, 2001 halaman
45.
15
Eny Kusmiran, Kesehatan reproduksi remaja dan wanita, Penerbit Salemba Medika, Jakarta,
2011 halaman 32

17

Universitas Sumatera Utara


dan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, dan

keagamaan yang dianut masyarakat. Demikian pula halnya dengan hukum

perkawinan di indonesia itu bukan hanya dipengaruhi oleh ajaran agama

tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh adat budaya masyarakat setempat.

Hal itu pada gilirannya berakibat pada “lain padang lain belalan, lain lubuk

lain ikannya, lain masyarakat lain pula aturan perkawinannya”. Karenanya,

meskipun bangsa indonesia kini telah mempunyai hukum perkawinan

nasional (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974) sebagai aturan pokok,

namun kenyataannya di kalangan masyakat Indonesia masih tetap berlaku

adat dan tata upacara perkawinan yang beragam. Kita masih menemukan

berlakunya aturan perkawinan yang bersendi keibuan (matrilineal) dalam

masyarakat Minangkabau, bersendi kebapakan (patrilineal) pada

masyrakat Batak, atau bersendi keorangtuaan (parental) dalam masyarakat

Jawa, dan banyak pula yang sifatnya campuran.

Terkait dengan batas usia kawin, hukum adat pada umumnya tidak

mengaturnya. Itu artinya, hukum adat membolehkan perkawinan semua

umur. Adapun terkait dengan dengan prasyarat izin orangtua untuk

perkawinan di bawah umur (seperti tercantum dalam UU Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974). Pasalnya, struktur kekerabatan dalam masyarakat

adat yang satu dengan yang lain itu berbeda-beda. Ada yang menganut

struktur kekerabatan matrilineal, patrilineal, dan parental.

18

Universitas Sumatera Utara


1.2.6. Batas Usia Kawin Menurut Undang-Undang Nasional

Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, seseorang

yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orangtua

terlebih dahulu untuk melangsungkan perkawinan. Yang perlu mendapat izin

orangtua untuk melakukan perkawinan ialag pria yang berumur 19 tahun dan

wanita yang berusia 16 tahun.

Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan

pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun (Pasal 7 [1] UU Perkawinan Nomor 1

Tahun 1974).

Jika kedua calon mempelai tidak memiliki orangtua lagi atau orangtua

yang bersangkutan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin yang

dimaksud dapat diperoleh dari wali atau keluarga yang mempunyai hubungan

darah dengan kedua calon mempelai.

Seandainya terjadi hal-hal yang tidak terduga, misalnya mereka yang

belum mencapai usia 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita, karena

pergaulan bebas yang permisif itu hamil sebelum perkawinan, maka UU

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 memberikan kemungkinan untuk menyimpang

dari batas usia tersebut. Dalam keadaan darurat seperti itu, diperbolehkan untuk

meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua

orangtua dari pihak pria maupun pihak wanita.

19

Universitas Sumatera Utara


1.2.7. Batas Usia Menurut Hukum Internasional

Hukum Perdata Internasional (HPI) adalah hukum yang berhubungan

dengan peristiwa atau perkara perdata internasional. Ketentuan-ketentuan HPI

tidak terkumpul di dalam satu undang-undang. Termasuk dalam kelompok HPI,

instrumen Hak Asasi Manusia Internasional (International Human Rights Law)

yang disusun oleh PBB dengan maksud untuk memberikan perlindungan terhadap

anak.

Instrumen HAM Internasional memnag tidak menyebutkan secara ekplisit

batas usia perkawinan. Namun Internasional Convension on the Rights of the

Child (Konvensi Hak Anak) Tahun 1989, yang telah diratifikasi pemerintah

melalui Keppres Nomor 36 Tahun 1990, menyebutkan bahwa yang disebut anak

adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun.

Selain International Convention of the Rights of the Child Tahun 1989,

terdapat kesepakatan internasional lainyang berkaitan dengan batas usia

perkawinan, yakni Convention on Consent to Marriag, Minimum Age for

Marriage, and Registration of Marriages (Konvensi tentang Kesepakatan untuk

Menikah, Umur minimum Menikah, dan Pencatatan Pernikahan) tahun 1964.

1.3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan diatas maka yang menjadi rumusan masalah dari

penelitian ini adalah:

Bagaimana pernikahan dini pada masyarakat simalungun?

Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian yaitu :

20

Universitas Sumatera Utara


1. Apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya pernikahan dini?

2. Bagaimana tanggapan orang yang melakukan pernikahan dini tersebut?

3. Apa dampak yang dihasilkan dari pernikahan dini tersebut ?

4. Bagaimana sistem perkawinan pada masyarakat simalungun?

5. Bagaimana pandangan masyarakat dan gereja terhadap pernikahan dini?

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian tentu harus memiliki tujuan dan manfaat penelitian, adapun

tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa sebenarnya yang

menyebabkan pernikahan dini begitu marak terjadi pada masyarakat simalungun di

Desa Nagori Tongah, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun dan mengtahui

bagaimana dampaknya pernikahan dini tersebut.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui alasan atau penyebab apa

yang membuat masyarakat di Simalungun menerima adanya pernikahan dini terjadi

dan manfaat penelitian ini adalah untuk menyumbang pengetahuan dalam bidang

keilmuan.

Penelitian ini juga bermanfaat untuk dapat menyumbang pengetahuan bagi

para pembaca, memperbanyak pengetahuan serta menyumbang ilmu pada bidang

pendidikan mengenai kebudayaan simalungun.

21

Universitas Sumatera Utara


1.5. METODE PENELITIAN

1.5.1. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah studi etnografi. Spradley

(1997:3) mengungkapkan bahwa etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan

suatu kebudayan yang bertujuan untuk memahami suatu pandangan hidup dari

sudut pandang penduduk asli.Sehingga dengan metode yang dipilih oleh penulis

diharapkan dapat mendapatkan semua informasi-informasi di balik peran anak.

Penulis akan berusaha menggali informasi secara holistik16sehingga

mampu menjelaskan kepada pembaca seluk-beluk mengapa anak selalu

dimarginalisasikan dalam masyarakat.Selain itu penulis juga akan melakukan

wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Dalam melakukan observasi

partisipasi penulis juga harus membangun rapport terhadap masyarakat dan

menyampaikan tujuan penelitian kepada masyarakat secara terbuka memberikan

informasi.

Untuk mendapatkan informasi terkait topik penelitian, penulis juga akan

membuat kriteria informan. Penulis akan mengacu pada pendapat Spardley

(2007:65), ada lima syarat menentukan informan:

1. Enkulturasi penuh, yaitu orang yang mengetahui budaya miliknya dengan baik.

Penulis akan mewawancarai aktivis yang sudah lama dilakukan seperti paran

anak dalam menopang ekonomi keluarga.

2. Keterlibatan langsung, yaitu orang yang berda pada kasus yang di teliti, seperti

mengikuti aktivitas anak dalam bekerja.

16
Holistik artinya Penelitian secara Mendalam

22

Universitas Sumatera Utara


3. Suasana budaya yang tidak di kenal, biasanya akan semakin menerima

tindakan budaya sebagai mana adanya, tidak ada basabai

4. Memiliki waktu yang cukup

5. Non-analistik

Riset yang mengambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang mampu

memberikan suatu sumbangan pemikiran dalam proses kebijakan pembangunan

dimana riset etnografi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami dan

yang sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat. Pada penelitan pengumpulan data

digunakan dengan menggunakan metode obserpasi, wawancara dengan informan

kunci.

a. Observasi

Observasi adalah suatu tindakan untuk mengamati gejala peristiwa yang

secara cermat dan langsung di lapangan ataupun lokasi penelitian, kemudian

mencatat perilaku dan kejadian pada keadaan sebenarnya. Observasi

merupakan langkah pengamatan terhadap segala kondisi yang ada di lapangan

penelitian. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui lingkungan yang ada di

sekitar lokasi penelitian. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran

dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Observasi adalah instrumen yang

sering di jumpai dalam penelitian. Di dalam Antropologi, pengamatan tidak

hanya dalam hal melihat tetapi juga mendengar dan merasakan. Pengamatan

yang baik adalah pengamatan yang mampu melibatkan semua inderayang

dimiliki manusia. Dengan menggunakan observasi akan membuat peneliti

mampu mendapatkan fakta-fakta yang belum tentu didapatkan dari buku

23

Universitas Sumatera Utara


referensi maupun wawancara. Penelitian dengan metode observasi digunakan

dalam rangkat menerapkan pendekatan yang lebih interaksi dan interaktif

antara peneliti dengan informan. Dalam penelitian observasi akan melihat

kondisi ekonomi, sosial, dan yang berkaitan dengan masyarakat yang diteliti.

Dalam penelitian ini observasi di lakukan untuk melihat kondisi, sosial,

ekonomi, pola asuh orangtua dan kebiasaan anak setiap harinya. Observasi

langsung dilakukan secara formal dan informal untuk mengetahui peristiwa

yang terjadi selama mengadakan penelitian di desa Purba Tongah tetang

peran anak dalam menopang ekonomi keluarga.

2. Sumber data

Dalam penelitian ini data dikategorikan atas dua bagian yaitu :

a. Data Primer

Merupakan data utama yang diperoleh dari observasi dan waancara.

Observasi adalah suatu tindakan untuk mengamati gejala peristiwa yang

secara cermat dan langsung di lapangan ataupun lokasi penelitian,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian pada keadaan sebenarnya.

Observasi merupakan langkah pengamatan terhadap segala kondisi yang

ada di lapangan penelitian. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui

lingkungan yang ada di sekitar lokasi penelitian. Observasi dilakukan

selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir.

Observasi adalah instrumen yang sering di jumpai dalam penelitian. Di

dalam Antropologi, pengamatan tidak hanya dalam hal melihat tetapi

juga mendengar dan merasakan. Pengamatan yang baik adalah

24

Universitas Sumatera Utara


pengamatan yang mampu melibatkan semua inderayang dimiliki

manusia.

Dengan menggunakan observasi akan membuat peneliti mampu

mendapatkan fakta-fakta yang belum tentu didapatkan dari buku

referensi maupun wawancara. Penelitian dengan metode observasi

digunakan dalam rangkat menerapkan pendekatan yang lebih interaksi

dan interaktif antara peneliti dengan informan. Dalam penelitian

observasi akan melihat kondisi ekonomi, sosial, dan yang berkaitan

dengan masyarakat yang diteliti.

Dalam penelitian ini observasi di lakukan untuk melihat kondisi,

sosial, ekonomi, pola asuh orangtua dan kebiasaan anak setiap harinya.

Observasi langsung dilakukan secara formal dan informal untuk

mengetahui peristiwa yang terjadi di desa nagori Tongah tetang orang-

orang yang melakukan pernikahan dini..

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan terlebih

dahulu, membangun hubungan yang nyaman atau rapport dengan

masyarakat disana. Wawancara dilengkapi dengan alat perekam suara

(recorder), sebagai alat bantu peneliti untuk menyimpan semua informasi

saat melakukan dokumentasi setiap wawancara dengan informan, dan

juga menggunakan kamera sebagai alat bantu peneliti untuk melakukan

dokumentasi setiap wawancara dan juga pada setiap keadaan yang

memerlukan dokumentasi selama proses penelitian.

25

Universitas Sumatera Utara


Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam dimana

peneliti berusaha mendapat informasi dari tanya jawab dengan bertemu

langsung dengan informan. Interview yang digunakan untuk

mendapatkan data tentang tanggapan masyarakat di desa nagori Tongah

yang melakukan pernikahan dini sesuai dengan kebenaranya (fakta).

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai 8 orang informan dan

yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Armel

Damanik. Informan selanjutnya yaitu Diana saragih, Hottani haloho,

Hasnani purba, Karolina bangun, Mordin saragih, Darmalina sinaga,

Hendra purba.

Peneliti juga menggunakan peralatan tulis untuk membuat catatan

kecil, agar memudahkan peneliti menggali lebih dalam lagi tentang setiap

situasi yang dihadapi saat melakukan penelitian, dan sebagai acuan untuk

mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan baru yang lebih relevan.

b. Data Sekunder

Merupakan data pendukung yang dapat menyempurnakan hasil

observasi dan wawancara. Data berupa jumlah penduduk di desa

Nagori tongah.

1.5.2. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini yang berhubungan dengan penelitian

baik berupa data primer maupun data sekunder diolah serta dianalisis secara teliti

dan cermat dan logis berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini. Supaya

26

Universitas Sumatera Utara


mampu memperoleh kesimpulan terhadap masalah dalam penelitian. Pekerjaan

menganalisi data ini memerlukan kekuatan, ketelitian dan perhatian khusus.

Analisis data dapat berupa interpretative dan di sajikan dalam bentuk

deskriptif yang dipercayai sebagai kekuatan untuk penulisan dalam pendekatan

kualitatif. Untuk menjaga ke aslian data, selama dan sesudah penelitindilakukan

pengecekan, seprti tehnikreiterviw pada setiap jawaban yang diberikan oleh

informan pada saat wawancara.

1.5.3. Pengalaman penelitian

Dalam melakukan penelitian mengenai pernikahan dini yang terjadi pada

masyarakat di desa nagori tongah. Penulis melakukan penelitian mulai awal bulan

april sebelum surat penelitian dikeluarkan karena penulis masih menulis proposal

peneliti. Namun sebenarnya lokasi penelitian ini adalah kampung halaman

peneliti. Peneliti mengangkat judul skripsi ini atas saran dari ketua jurusan dan

saya tertarik untuk menelitinya.

Melakukan penelitian bukanlah hal yang mudah bagi penulis, karena

dalam melakukan penelitian, pastinya kita harus bertemu dengan orang-orang

dengan sifat yang berbeda-beda, latar belakang yang berbeda-beda juga. Sebagai

mahasiswa Antropologi yang tidak dapat dipungkiri adalah menjadi seorang

peneliti yang harus dapat berbaur dengan masyarakat. Menjadi peneliti berarti

menjadi seseorang yang mau tidak mau harus bersifat ramah dan berperilaku

santun untuk dapat memulai komunikasi yang baik dengan calon informan.

27

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, penampilan juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya

dalam melakukan penelitian. Penampilan yang tampak rapi, bersih dan

menggunakan pakaian yang sopan dapat menjadi salah satu faktor penentu kita

bisa diterima dengan baik atau tidak oleh calon informan penelitian kita. Pada saat

saya melakukan penelitian, yang pertama saya lakukan adalah berjalan-jalan di

daerah penelitian untuk melihat dan mengamati lebih jelas lagi bagaimana

sebenarnya lingkungan penelitian saya tersebut. Saat melakukan perjalanan, saya

juga sekaligus melihat-lihat orang-orang yang bisa dijadikan informan. Meskipun

saya berada di tempat tinggal saya sendiri penelitian tapi saya sangat susuh untuk

mendapatkan informan saya. Saya sangat heran saya sudah lama mengenal

mereka tetapi mereka sangat susuah untuk memberikan informasi kepada saya.

Minggu pertama bulan april saya terjun ke lapangan, yang pertama saya

lakukan adalah pergi ke kantor kepala desa dengan tujuan menjumpai Sekretaris

desa. Jarak dari rumah peneliti ke kantor Kepala desa sekitar 2km, jadi saya

mengendarai sepedamotor. Sesampainya tiba di tempat saya sangat kecewa karena

kantor kepala desa tersebut ditutup dan tidak ada satu orang di sana. Saya sangat

kesal kenapa kantor itu bis atutup dan tidak ada aparat desa yang bisa saya jumpai

padahal itu jam hari kerja. Saya bertanya kepada masyarakat setempat yang

rumahnya dekat dari kantor kepala desa tersebut mengapa kantornya bisa tutup

dan tidak ada orang, mereka mengatakan mungkin mereka lagi ada urusan

makanya itu tutup. Tapi yang saya bingungkan kenapa harus tutup, kan aparat

yang bekerja di kantor desa banyak, apakah memang kebetulan masing-masing

punya urusan sendiri sehingga tidak asatu puun datang ke kantor desa.

28

Universitas Sumatera Utara


Akhirnya saya pulang ke rumah dengan membawa rasa kekecewaan dan

sampai di rumah, mama saya heran begitu melihat saya cepat pulang. Dan dia

bertanya apa yang terjadi kenapa secepat itu saya kembali, saya hanya katakan

bahwa kantor itu tutup. Keesokan harinya saya kembali pergi ke kantor kepala

desa itu. Sesampainya disana, akhirnya kantornya sudah dibuka dana saya melihat

sudah ada 2 parkir sepeda motor. Saya memasuki kantor kepala desa tersebut dan

saya mengamati kantor tersebut, saya melihat banyak kotoran debu mengitari

rungan tersebut. Saya bertanya –tanya kenapa bisa seperti itu, apa kantor ini

jarang ditempati atau bahkan jarang dibersihkan. Tetapi saya tidak menanyakan

hal itu kepada sekretaris desa tersebut , karena tujuan utama saya adalah

mengambil data penduduk dan informasi tentang desa nagori tongah. Saya

mengatakan maksud dan tujuan saya kepada sekretaris desa itu, Dia tersenyum

ramah dan karena dia memang mengenal saya. Saya bercerita tentang kuliah saya

dan saya mau menyusun skripsi dan lokasi penelitian saya tentang pernikahan dini

yang terjadi di desa nagori tongah. Sekretaris desa ini pun membenarkan

pernyataan saya, karena memang fenomenanya seperti itu. Dan dia juga

mengatakan bahwa dia merasa minder dengan hal itu, saya bingung dengan

pernyataannya. Ternyata dia pria lajang yang sudah berumur bisa dikatakan tua

lah, karena umur nya sudah mencapai diatas 30 an dan dia belum menikah juga.

29

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. SEJARAH DESA NAGORI TONGAH

Desa Nagori Tongah adalah salah satu bagian terkcil dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara Kabupaten

Simalungun Kecamatan Purba berdasarkan pendapat para tokoh masyarakat desa

nagoritingah sudah ada sejak tahun 2012 dengan jumlah penduduk 1.400 orang

yang dihuni oleh masyarakat suku Batak Simalungun, namun dengan

perkembangan transmigrasi yang terjadi desa Nagori Tongah mengalami

pertumbuhan yang sangat signifikan dalm jumlah penduduk, kini Desa

Nagoritogah sudah memiliki penduduk lebih kurang 1947 jiwa dengan bergbagai

macam suku diantaranya Jawa, Batak Toba, Batak Simalungun, Batak desa

Karo, Batak Mandailing, Padang.

2.2. LETAK GEOGRAFIS DESA NAGORI TONGAH

Desa Nagori Tongah merupakan salah satu desa di Kecamatan Purba,

Kabupaten Simalungun. Desa Nagori Tongah ini terdiri dari 5 dusun: Dusun

Nagori Tongah, Dusun Simpang Naga Pane I, Dusun Sauhur, Dusun Simpang

Naga Pane II, dan Dusun Simpang Parjakkaan.

Secara administratif desa Nagori Tongah berbatasan dengan wilayah lain

yaitu:

Sebalah Barat : Desa Purba Dolok

Sebelah Timur : Desa Parjalangan, Kecamatan Dolok Pardamean

Sebelah Utara : Kelurahan Tigarunggu

30

Universitas Sumatera Utara


Sebelah Selatan : Desa Urung Pane

Ditinjau dari letak geografisnya, desa Nagori Tongah merupakan

permukiman dataran tinggi dengan luas wilayah desa 2400 km 2. Rata-rata

suhunya sekitar 26-280C dan keadaan curah hujan 1150 mm/tahun. Berdasarkan

topografi kemiringan tanah desa Nagori Tongah berada pada kawasan dataran

tinggi sehingga menyebabkan masyarakat desa cenderung lebih memilih ptetani.

Memasuki wilayah perkampungan, dapat dilihat permukiman yang

bertingkat dengan dominasi bangun rumah yang terbuat dari dinding bambu,

dinding papan, dan hanya sedikit yang permanen. Dari bangunan rumah dapat

dilihat sosial ekonomi yang menunjukkan status sosial desa Nagori Tongah.

Didesa ini rumah berada pada sepanjang jalan besar dan luas lahan pertanian yang

luas. Pertumbuhan jumlah penduduk cukup tinggi persentasenya di desa ini,

karena banyak terjadinya pernikahan dini.

Di desa ini tidak ada pasar tradisional sehingga masyarakat desa ini pergi

ke pasar Tingarunggu untuk membeli kebutuhan pokok setiap hari Jumat dengan

jarak 7km dari desa Nagori Tongah. Pekerjaan umum masyarakat desa Nagori

Tongah mayoritas petani, sehingga tidak heran setiap hari desa ini sangat sunyi

karena pergi pagi pulang sore dari ladang. Desa ini mayoritas petani kopi, sayur-

sayuran dan padi. Desa Nagori Tongah ini memiliki tanah yang sangat subur,

sehingga tanaman dapat tumbuh sangat bagus. Dulunya tanaman yang paling

umum adalah padi, kopi, dan jagung, sekarang petani banyak menanam sayur-

sayuran, buah-buahan, bahkan kopi sudah mulai jarang karena hampir beralih ke

31

Universitas Sumatera Utara


jeruk. Desa ini bukan merupakan kategori desa yang tertinggal tetapi tidak juga

dikatakan desa yang maju.

2.3. PERTUMBUHAN PENDUDUK DESA NAGORI TONGAH

Jumlah penduduk Desa Nagori Tongah berdasarkan profil desa tahun 2016

sebanyak 1.495 jiwa yang terdiri dari 734 laki-laki dan 761 perempuan dan jumlah

kepala keluarga 327 keluarga.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Desa Nagori Tongah

No JenisKelamin Jumlah Satuan

1 Laki-laki 734 Jiwa

2 Perempuan 761 Jiwa

Jumlah 1495 Jiwa

Jumlah Kepala Keluarga 327 KK

Sumber : Data Desa 2016

2.4. MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

Sebagian besar penduduk Desa Nagori Tongah bekerja di sektor pertanian,

secara detail mata pencaharian penduduk Desa Nagori Tongah pada tahun 2016

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Nagori Tongah

No Mata Pencaharian Jumlah / KK

1 Pertanian 251

2 Industri Pengolahan -

32

Universitas Sumatera Utara


3 Pedagang 50

4 PNS 7

5 BuruhTani 10

6 Pengrajin Industri Rumah Tangga 0

7 Peternakan 0

8 Montir 5

9 Pensiunan TNI/PNS/POLRI 4

Sumber : Data Desa.

Penduduk desa Nagori Tongah mayoritas menggantungkan hidupnya pada

sektor pertanian. Selain sebagai petani, masyarakat mempunyai beberapa

pembagian pekerjaan seperti guru, perawat, pedagang. Walaupun ada masyarakat

yang sudah berprofesi pegawai swasta atau negeri termasuk juga pedagang tetapi

juga da yang memiliki lahan pertanian untuk digarap dan ditanami sendiri.

Dengan perbedaan temperatur siang dan malam mencapai 27-28 C, lahan

pertanian sangat subur untuk diatanami tanamana. Tanaman yang ada di daerah

ini berbagai jenis diantaranya ada tanaman kasar dan ada tanaman muda.

Tanaman kasar dan tanaman muda semua di tanami masyarakat karena di

Indonesia umumnya neniliki dua musim yaitu musim hujan dan musim panas,

sehingga masyarakat pada musim hujan menanam tanaman muda dan pada musim

panas petani tetap memeiliki penghasilan dari tanaman kasar.

Pada dasarnya tanaman muda merupakan tanaman andalan di desa Nagori

Tongah. Alasan utama petani adalah karena mudah mengurusa dan cepat panen,

seperti sayur-sayuran, cabai, tomat, kentang, padi, jagung, dan lain sebagainya.

33

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan tanaman tua yaitu tanaman kopi, alpukat, dan jeruk.

2.5. SARANA DAN PRASARANA

 Sarana Jalan dan Transportasi

Sarana jalan yang terdapat di daerah penelitian berada dalam kondisi yang

sangat baik, karena desa Nagori Tongah berada di jalan lintas. Sarana transportasi

yang di gunakan adalah transportasi umum, untuk bepergian kemana saja di desa

Nagori Tongah tidak terlalu sulit karena setiap waktu ada transportasi umum.

Transportasi lain yaitu kendaraan pribadi seperti sepeda motor, mobil, dan becak.

Sarana jalan selain jalan umum, jalan keladang pun sudah tergolong bagus,

dibuabatu supaya tidak terlalu becek saat hujan Masala.

Foto 1. Kondisi Jalan Raya menuju ke Desa Nagori Tongah

Sumber : Dokumentasi Pribadi

 Sarana Pendidikan

34

Universitas Sumatera Utara


Di desa Nagori Tongah memiliki sarana pendidikan sekolah dasar. Sekolah

dasar yang ada di Desa Nagori Tongah hanya 1 sekolah. Tetapi anak-anak yang

ada di desa nagori Tongah tidak semua sekolah disana. Mereka sekolah di

seberang desa lain yang jaraknya tidak jauh dri rumahnya sendiri bahkan lebih

dekat sekolah kesitu dibanding sekolah yang ada di desa Nagori Tongah.

Masyarakat desa Nagori Tongah untuk melanjut SMP dan SMA ada SMP

dan SMA yang dekat dari desa Purba Tongah sekitar 4- KM dari desa Nagori

Tongah, ada juga anak yang melanjutkan keluar desa Nagori Tongah seperti ke

Pematang Siantar, Saribudolok, Kabanjahe ,Raya, Medan dan ketempat yang lain.

Beberapa dari orangtua sangat memperhatikan pendidikan anaknya sampai ke

jenjang yang lebih tinggi lagi tetapi ada juga orangtua yang tidak mampu

menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih Tinggi karena tidak

mampu secara ekonomi dan pandangan orangtua terhadap pendidikan kurang

memadai.

Tabel 2.5.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Tamat Pendidikan Jumlah Satuan
1 Tidak tamat SD 160 Jiwa
2 Tamat SD 350 Jiwa
3 Tamat SMP 375 Jiwa
4 Tamat SMA 522 Jiwa
5 Tamat Akademi 81 Jiwa
Sumber : Data Desa.

35

Universitas Sumatera Utara


Foto 2. Sekolah Dasar yang ada di Desa Nagori Tongah

Sumber: Dokumentasi Pribadi


 Sarana Ibadah

Di desa Nagori Tongah ada 3 agama yang berkembang yaitu beragama

Kristen Protestan, beragama katolik dan Islam. Agama yang paling banyak

umatnya adalah beragama Kristen Protestan Simalungun. Gereja Kristen Protestan

Simalungun (GKPS) ada 2 Gereja, Gereja Katolik ada 1 gereja, untuk agama

Islam beribadah ke Mesjid di desa sebelah yaitu ke desa Tigarunggu. Meskipun

berbeda agama dalam desa ini tetapi ketika ada kegiatan atau acara selalu bekerja

sama seperti acara adat saling tolong menolong.

36

Universitas Sumatera Utara


Foto salah satu gereja di Desa Nagori Tongah

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.5.3 Tempat Ibadah di Desa Nagori Tongah

Tempat Ibadah Jumlah Bangunan


Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) 2
Gereja Katolik 1
Mesjid -
Sumber : Data Desa Nagori Tongah

2.6. Sejarah Simalungun

Etnis Simalungun merupakan salah satu suku Batak yang sekaligus

menjadi nama sebuah Kabupaten di Sumatera Utara. Kabupaten Simalungun

berbatsan dengan lima Kabupaten tetangga yaitu : Kabupaten Serdang Bedagai,

Kabupaten Karo, Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir dan Kabupaten Asahan.

Luas Kabupaten Simalungun adalah 4.386.6 atau 6, 125% dari luas wilayah

provinsi sumatera utara. Sekarang Kabupaten ini terdiri dari 32 Kecamatan, dan

302 desa (nagori).

37

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ilmiah menunujukkan bahwa semua penduduk nusantara berasal

dari Hindia Belakang (India Selatan). Menurut penelitian Prof.G.Ferrand,

kedatangan penduduk terjadi dalam dua periode. Periode pertama disebut

“protomelayu” yang dat ang sekitar 1000 tahun SM, yang diperkirakan menjadi

penduduk pertama Nusantara. Pada mulanya penduduk protomelayu banyak

mendiami pesisir pantai di pulau-pulau nusantara. Kelompok ini antara lain adalah

Batak (termasuk Simalungun), Toraja, Dayak, dan Nias.

Arti kata “halak” dalam kamus “ Simaloengoen Bataks Verklarend

Woordenboek” (Pdt. J. Wismar Saragih), diterjemahkan dengan kata “orang” atau

“sekelompok orang” beserta seluruh sifat (karakter) kepribadian yang melekat

pada orang tersebut. Jadi kata “halak” menjelaskan sekelompok orang, dengan

karakter kelompok orang tersebut.

Suatu hal yang sangat spesifik dijumpai pada orang Simalungun adalah

adanya “ ahap Simalungun”. Pengertian “ahap” sulit untuk didefinisikan secara

kamus namun dapat dirasakan. Secara umum banyak orang menerjemahkan

“ahap” dengan kata “perasaan”. “Ahap” adalah suatu perasaan sepenanggungan

dan seperjuangan (sada saparmaluan), yang tidak perlu untuk diungkapkan namun

sudah saling mengerti. Sudah saling memahami apa yang dirasakan oleh orang

lain dan selalu ada rasa keberpihakan pada suku Simalungun.

Dalam bahasa Simalungun ada ungkapan yang mengatakan “madabuh

jarum bani napotpot lang taridah mata tapi taridah uhur” (jarum terjatuh di tempat

di tempat gelap tidak terlihat di mata namun terasa di hati). Artinya, meskipun

38

Universitas Sumatera Utara


perasaan seseorang tidak diungkapkan secara langsung, diharapkan orang lain

dapat memahami dan merasakan, serta memiliki rasa keberpihakan kepada semua

orang Simalungun.

 Sifat dan Karakter Orang Simalungun

Pada masyarakat Simalungun dapat dilihat karakter melalui sifat yang

mendominasi pada masyarakat Simalungun. Karakter tersebut sudah ada sejak

jaman nenek moyang orang Simalungun yang diturunkan secara turun-temurun

dan hingga saat ini masih melekat pada diri orang Simalungun. Karakter adalah

sikap yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Dr.Sortaman Saragih

(2008:114) yaitu:

a. Memilih untuk mundur

Kebanyakan orang Simalungun memilih untuk mundur dari pada mencoba

sesuatu hal yang lebih beresiko. Lebih baik menghindar dari pada menanggung

resiko. Akibat dari karakter ini banyak orang Simalungun yang lemah yang

tidak mampu berkarya, tidak mampu berjuang apalagi memperebutkan sesuatu.

Orang Simalungun lebih memili untuk mengalah. Sehingga tidak heran orang

Simalungun kurang dikenal karena mereka tidak mampu bersaing dan tidak

memiliki kepercayaan diri untuk maju,tetapi dalam bekerja orang Simalungun

sangat displin dan tekun, tetapi kalau di suruh untuk bersaing mereka kurang

percaya diri.

b. Tidak banyak bicara

Dalam kehidupan sehari-hari orang Simalungun tidak begitu banyak

berbicara, mereka terima saja dengan pernyataan yang diberikan kepada

39

Universitas Sumatera Utara


mereka, jarang terjadi perdebatan. Orang Simalungun lebih banyak menyimpan

sakit di dalam hati. Karena menurut orang Simalungun karma pasti ada.

Sehingga jiwa bersaing hanya ada dalam hati sangat kasat mata, kelihatan

hanya diam dan santai saja, tetapi dapan menenggelamkan saingannya. Karena

orang Simalungun bekerja secara diam-diam tidak suka bersaing secara nyata.

c. Rasa curiga yang tinggi

Rasa curiga membuat orang Simalungun lebih melihat apa dampak negatif,

dibanding apa dampak positifnya dari segala sesuatu. Rasa curiga itu

mendorong orang Simalungun membuat antisipasi pertahanan diri. Artinya,

pada masa itu lebih mempelajari ilmu pengetahuan beladiri. Di Simalungun

ada seni bela diri yang khas yang tidak dimiliki oleh orang batak lainya, yang

dikenal dengan dihar17. Wujud rasa curiga juga menjadi gampang terhasut.

Dan karena mudah terhasut mereka sangat mudah menerima isu yang tidak

tahu kebenarannya dan langsung curiga.

d. Kurang bergaul

Orang Simalungun kurang mampu membentuk relasi antara mereka. Antar

wilayah kurang mampu mebentuk suatu kekuatan, sehingga tidak heran sering

terjadi perselisihan antara wilayah yang ada di Simalungun. Sehingga tidak

heran jarang orang Simalungun saling membantu, bahkan yang bersaudara

saling bersaingan untuk lebih makmur, di perantauanpun orang Simalungun

tidak mampu menolong sesama orang Simalungun yang ada di perantauan,

lebih suka untuk berjuang sendiri-sendiri, dapat dilihat di daerah perantauan


17
Dihar artinya merupakan sebuah seni bela diri yang mengunakan gerak-gerakan selayaknya
tarian (jika cuman dilihat dengan mata) sebenarnya merupakan silat yang mengunakan tenaga
dalam.

40

Universitas Sumatera Utara


orang Simalungun tidak banyak yang makmur, hanya sekelompok orang yang

dapat hidup di kota.

e. Bermalas-malasan

Tanah orang Simalungun sangat subur dan prairan yang luas membuat

orang Simalungun kurang semangat untuk bekerja karena kebutuhan pokok

yang mudah di dapat, membuat orang Simalungun malas untuk bekerja,

sehingga orang Simalungun susah untuk maju. Pemikiran orang Simalungun

yang menggap memenuhi hidup mudah membuat orang Simalungun lebih suka

duduk di warung bercerita, memancing dan hal yang lain untuk berhura-hura.

Menurut Dr.Sortaman Saragih, SH (2008:166) karakter orang Simalungun

dapat dilihat dari kelemahan dan kelebihan orang Simalungun.

 Kelemahan Suku Simalungun

a. Introvert

Introvert adalah sikap yang dominan memberikan ide-ide tapi kurang

melaksanakannya, lebih sering menyendiri dan tidak butuh untuk di kenal

banyak orang. Kepribadian ini tidak salah tapi konsikuensinya kurang bisa

menjadi pemimpin bagi orang lain. Lebih banyak perencanaan dari pada aksi

untuk melaksanakan nya.

b. Apatis

Apatis adalah sikap yang kurang bersemangat dalam sesuatu hal. Bukan

tidak bisa menjadi orang unggul, namun kurang tertarik untuk menjadi orang

unggul. Lebih melihat dari segi kesulitannya untuk menjadi unggul dan

akhirnya kurang termotivasi untuk menjadi yang terbaik. Kondisi ini dapat

41

Universitas Sumatera Utara


menjadi lebih buruk jika sampai pada penilainnya, dirinya tidak dapat menjadi

unggul. Lebih banyak melihat dari sisi negatifnya dari pada sisi positifnya.

c. Resenty (pasrah)

Resenty adalah sikap yang sering menyimpan rasa sakit hati

(ketersinggungan) atas sikap orang lain. Menyimpan bukan berarti

mendendam. Menyimpan sakit hati bukan berarti untuk membalaskan kelak.

Orang Simalungun tidak termasuk orang pendendam tapi pemaklum. Tidak

langsung mengutarakan apa yang tidak cocok di hatinya, sehingga orang lain

bisa berburuk sangka dengan sikap tersebut. Karakter ini membuat orang

Simalungun lebih banyak menunggu dari pada membuat prakarsa untuk

bertindak. Lebih baik diam dari pada mengungkapkan sesuatu yang tidak baik

di hatinya.

d. Prejudice (pencurigaan)

Suatu sikap berprasangka kepada orang lain. Orang Simalungun tidak

langsung percaya begitu saja dengan penjelasan orang lain. Mereka lebih hati-

hati menganalisa nilai kebenaran sesuatu informasi. Oleh sebab itu orang

Simalungun juga sulit untuk percaya penuh kepada seseorang sebelum melihat

buktu. Demikian juga dalam menyimpan rahasia, mereka kuat menyimpan

rahasia sebab mereka tidak gampang mempercayai orang lain. Konsekuensinya

orang Simalungun kurang peduli dengan orang lain. Dibutuhkan waktu untuk

meyakinkan diriya, baru tergerak untuk peduli kepada orang lain.

e. Submisif (tertutup)

42

Universitas Sumatera Utara


Suatu karakter yang mau menerima pandangan atau keinginan orang lain,

tanpa banyak mengemukakan pendapat sediri. Meskipun terkadang emosi,

mereka jarang menerima kehidupan yang ada. Orang lain sering merasa

kewalahan bila bertemu pertama sekali dengan karakter ini. Karakter ini

membuat orang Simalungun kelihatan kurang peduli dan kurang tanggap.

Kesempatan inilah yang seing di pergunakan oleh orang lain untuk mendonasi

dan mengendalikan suatu yang terjadi pada suku Simalalungun.

 Kelebihan Orang Simalungun

a. Simply (sederhana)

Secara umum orang Simalungun cukup sederhana dalam kehidupan sehari-

hari. Mereka tidak pernah memamerkan apa yang di milikinya, baik kekayaan

maupun pengetahuan. Senang dilihat oleh orang lain lebih sederhana dari keadaan

yang sesungguhnya. Dalam dunia pekerjaan juga demikian, mereka tidak sulit

untuk di atur asal jangan dibohongi. Sekali orang Simlaungun tidak percaya,

keyakinannya hampir sulit untuk di pulihkan.

b. Carefully (hati-hati)

Orang Simalungun berusaha untuk melakukan segala sesuatu dengan

keberhati-hatian. Sikap harus penuh dengan kehati-hatian, jangan sampe menjadi

bahan cemohan di depan umum. Jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

c. Malu meminta

43

Universitas Sumatera Utara


Bila di telusuri lebih jauh, orang Simalungun termasuk kelompok manusia

yang tidak suka meminta. Orang Simalungun merasa suatu aib jika tidak diberi.

Jadi dari pada tidak kecewa tidak mendapatkan yang di harapkan, lebih baik tidak

meminta sama sekali. Demikian sebalik nya adalah suatu aib jika memberi tetapi

tidak di terima oleh orang lain.

d. Maturity (matang)

Banyak pertimbangan dalam menyikapi sesuatu, penuh kehati-hatian, takut

menyesal kemudian. Bahkan terbawa-bawa dalam berbicara. Membicarakan

sesuatu selalu penuh dengan pertimbangan, jangan sampe dijerat omongan

sendiri.

e. Pateinty (sabar)

Orang Simalungun termasuk tipe manusia penyabar, tidak gegabah dalam

menanggapi masalah. Tidak emosional dan cenderung tidak suka berkelahi untuk

menyelesaikan masalah. Teguh dalam pendirian, sekali di putuskan untuk

melakukan sesuatu, sulit orang lain untuk mengubah untuk mempengaruhinya.

Dengan demikian orang Simalungun lebih sering terlihat tenang, damai dan tertib.

Dengan adanya karakteristik orang Simalungun di atas, dapat dilihat dalam

mendidik anak juga orang Simalungun memperhatiakan kepribadian umum orang

Simalungun. Orangtua berusaha supaya anaknya mampu tunduk pada

orangtuanya. Anak juga pada dasarnya sudah di latih sejak anak-anak harus tidak

bisa melawan dan patuh pada orangtua. Dalam perkembangan anak tidak jarang

dilihat banyak anak yang hanya diam dan penurut padaperkataanorangtuanya

44

Universitas Sumatera Utara


meskipun tidak disukai oleh anak, dan ada yang memberontok dengan melawan

orangtuanya dan akibatnya anak bandal dan tidak menghargai orangtua.

Orangtua juga banyak yang tidak dapat mendidik anaknya dengan baik,

karena kurangnya pendidikan orangtua, dan karena ekonomi yang membaut

perhatian orangtua kurang ke pada anak. Bahkan anak di suruh untuk membantu

ekonomi orangtua.

Pada masyarakat Simalungun banyak orangtua yang tidak tamat sekolah

bahkan juga buta huruf, dan banyak juga keluarga yang masih miskin pada

masyarakat Simalungun. Orangtua juga ada yang putus sekolah karena hamil di

luarnikah membuat orangtua itu harus nikah di usia dini sehingga belum mampu

mendidik anaknya.

Kepribadian anak pertama sekali di bentuk di lingkungan keluarga, dimana

anak dididik oleh orangtua. Anak yang medapat didikan dari orangtua yang baik

akan besar kemungkinan anak akan hidup baik sesuai yang dididik kepada anak

dan yang dilihat anak itu baik.Kepada anak yang mendapatkan perlakuan buruk

dalam keluarganya anak akan bersikap kasar dan tidak dapat mengendalikan

dirinya. Anak menjadi gambaran bagaimana orangtuanya mendidik anak.

2.7. Filosofi Hidup Orang Simalungun

Dalam bukunya yang berjudul “Orang Simalungun”, Sorataman (2008)

mengungkapkan filosofi hidup orang Simalungun, yaitu :

1. Habonaron do bona (Kebenaran adalah pangkal)

45

Universitas Sumatera Utara


Budaya terdiri dari adat istiadat. Berdasarkan hasil seminar yang diadakan,

maka ditetapkan dasar budaya Simalungun adalah “Habonaron do Bona” yang

artinya kebenaran adalah pangkal. Filosofi ini telah dijadikan sebagai motto

lambang Kabupaten Simalungun. Terdapat suatu pemahaman yang sangat kental

pada orang Simalungun bahwa Naibata (Tuhan) adalah Maha Kuasa, Maha Adil,

dan Maha Benar. Sehingga manusia sebagai ciptaan juga dituntut untuk bersikap

benar dan segala sesuatu harus didasarkan pada hal yang benar. Inilah prinsip

dasar dari Filosofi “Habonaron do Bona” pada masyarakat Simalungun. Falsafah

Habonaron do Bona merupakan filosofi hidup bagi orang Simalungun. Habonaron

do bona artinya adalah “kebenaran adalah dasar segala sesuatu”. Artinya

masyarakat Simalungun menganut aliran pemikiran dan kepercayaan segala

sesuatu harus dilandasi oleh kebenaran.

Begitu juga dengan “Sapangambei manoktok hitei” yang artinya adalah

bersama-sama membangun jembatan atau gotong-royong/bahu-membahu untuk

membangun. Falsafah budaya Simalungun tercermin pada “Tolu Sahundulan

Lima Saodoran” . Tolu sahundulan artinya tiga pada satu tempat yaitu, sanina,

tondong, boru. Semboyan Tolu Sahundulan sama artinya dengan sanina

pangalopan riah, tondong pangalopan podah, boru pangalopan gogoh. Marsanina

ningon pakkei, manat. Martondong ningon hormat, sombah pakon marboru

ningon elek, pandei (Pihak yang semarga tempat bermusyawarah, pihak marga

pemberi istri sebagai pemberi nasehat, kepada teman semarga harus sopan,

berhati-hati. Kepada pihak pemebri istri harus tetap hormat dan kepada pihak

46

Universitas Sumatera Utara


kelompok marga lelaki yang mengawini putri marga pemberi istri harus

berpengertian).

2. Marbija (Bersumpah)

Untuk membuktikan kejujuran dulu sering dilakukan “bersumpah” dalam

bahasa Simalungun disebut marbija. Apabila orang lain mencurigai seseorang

melakukan kejahatan, maka orang tersebut bisa mengangkat sumpah dengan

mempertaruhkan sesuatu miliknya yang sangat berharga. Misalnya jiwa anaknya.

Jika terbukti melakukan kesalahan tersebut maka anak nya akan menjadi tumbal.

Dalam bersumpah seseorang harus jujur karena jikalau bersumpah palsu maka

tumpal sumpahnya akan menjadi nyata. Orang tidak berani berdusta hanya untuk

kesalahan sesaat. Cara untuk mengankat sumpah-sumpah bermacam-macam. Ada

yang bersumpah dengan sederhana, yakni hanya menyebut tumbalnya. Tetapi jika

tidak ada yang ditumbalkan maka dapat juga bersumpahkan dengan menumbalkan

diri sendiri. Disamping bersumpah di Simalungun dulu ada suatu cara menguji

kejujuran yakni dengan menyerukan sumpah kepada Naibata (Tuhan). Artinya

biarlah Naibata yang nantinya akan membalaskan kepada pelaku kejahatan

tersebut. Dan juga sebaliknya kalau seseorang menerima perlakuan yang kurng

pantas orang itu tidak perlu terburu-buru melakukan pembalasan, mereka yakin

Naibata yang maha Adil akan tetap membalasnya. Nilai-nilai falsafah ini sangat

positif dalam membentuk keharmonisan hidup dengan sesama. Falsafah ini

membimbing manusia untuk hidup dalam kejujuran.

47

Universitas Sumatera Utara


2.11. Filosofi dalam Budaya Adat

Kepribadian dan karakter Orang Simalungun juga dpat dilihat dari falsafah

adat yang berkembang dalam masyarakat. Tatanan dan manajemen sosial

tercermin dalam cara pelaksanaan adat. Secara prinsip, dalam adat Simalungun

adalah suatu tatanan kehidupan yang digambarkan “ 3 sahundulan 5 saodoran”.

Tolu sahundulan artinya adalah bahwa dalam masyrakat Simalungun,

secra manajemen untuk menentukan suatu keputusan ditentukan oleh kesepakatan

dari tiga pihak keluarga. Mereka duduk bareng untuk berembuk dan memutuskan

bentuk kebijakan yang akan diambil. Ketiga pihak tersebut yakni : Suhut (pihak

tuan rumah), tondong (pihak keluarga si istri), boru (pihak keluarga si suami).

Suhut sebagai keluarga tuan rumah dalam menentukan suatu kebijakan

harus meminta nasehat dan pendapat dari tondong (saudara laki-laki dari snag

istri). Sementara dari pihak bori (saudara perempuan dari sang suami) harus

meminga kesediaan tenaga untuk mengerjakan rencana kebijakan yang dibuat.

Namun dalam merencanakan kebijakan besar harus melibatkan dua pihak lagi

yakni harus meminta nasehat dari Tondong ni Tondong dan meminta bantuan

tenaga dari Boru ni Boru. Sehingga pada rencana kerja yang lebih besar disebut

dengan prinsip “Tolu Sahundulan lima Saodoran”.

Aplikasi prinsip adat ini bagi orang Simalungun adalah, setiap orang

memiliki ikatan kekeluargaan yang begitu luas dan begitu kuat. Untuk

merencanakan sesuatu program kerja, harus terlebih dahulu mengundang dan

meminta pendapat dari empat pihak keluarga lain. Di sisi lain hal ini membuat

kebijakan yang lamban dan tidak dapat cepat disimpulkan. Prinsip ini terbawa-

48

Universitas Sumatera Utara


bawa dalam semua sisi kehidupan orang Simalungun, lebih banyak berembuk

daripada berbuat.

 Filosofi Ayam dalam Adat

Satu hal yang sangat penting dicermati dalam tatanan adat Simalungun

adalah menggunakan “ayam (Dayok Nabinatur) sebagai makanan adat. Alasan

memilih ayam sebagai makanan ternak karena ada bebrapa sifat dan prinsip ayam

yang pantas untuk ditiru oleh manusia yakni, mengerami telurnya, melindungi

anaknya dan disiplin terhadap waktu. Untuk mengerami telurnya artinya

menahan diri dan berpuasa demi mendapatkan tujuannya. Melindungi anaknya

artinya selalu menjaga anaknya didalam lindungan sayapnya (menghargai anak).

Disiplin artinya setiap tubuh pada jam yang sama selalu berkokok tanpa mengenal

hari dan musim.

Foto Dayok Nabinatur

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Konsekuensi model adat seperti ini bagi orang Simalungun, adalah adanya

ikatan keluarga yang sangat kuat dqan sangat luas. Hal tersebut akan terbawa ke

dalam pola hidup pribadi setiap orang Simlaungun. Segala sesuatu harus penuh

dengan pertimbangan dan diskusi denganpihak disekitar keluarganya. Pribadi

49

Universitas Sumatera Utara


seseorang bukanlah miliknya sendiri tetapi milik dari keluarganya.

Tanggungjawab juga bukan hanya menangungjawabi dirinya sendiri tetapi ikut

menanggungjawabi keluarganya. Secara psikologi Orang Simalungun dituntut

untuk lebih banyak bertanggungjawab. Tapi di sisi lain karena keputusan selalu

diambil melalui diskusi yang alot, sering juga Orang Simalungun lamban dan

kaku dalam memutuskan suatu kebijakan. Terlalu bimbang untuk memutuskan

dan melakukan sesuatu.

Selain itu, alasan pemakaian ayam sebagai makanan adat mencerminkan

pola hidup Orang Simalungun yang disiplin, rela berkorban demi anak dan selalu

melindungi anak. Akan tetapi resiko yang terlalu melindungi anak, sering

menjadikan orangtua kurang mendidik anak, dan justru dominan membela anak.

Konsekuensinya adalah anak menjadi kurang mandiri dan kurang mampu untuk

bersaing dengan orang di sekitarnya.

 Filosofi Ikan Mas dalam adat Simalungun

Ikan mas dalam masyarakat Batak mengandung filosofi yang cukup dalam,

walau sudah menjadi sajian sehari-hari dan dapat ditemukan di restoran atau

rumah-rumah makan, namun Ikan mas arsik merupakan salah satu simbol penting

yang harus ada dalam berbagai rangkaian kegiatan adat bagi masyarakat

Simalungun. Khususnya di upacara pernikahan simalungun, Ikan mas arsik harus

ada dan wajib ada dibawa oleh keluarga dari pihak perempuan.

Dengke (ikan mas) menjadi alas dalam menyampaikan harapan, doa, dan

mimpi-mimpi. Dengke bisa menjadi penyedia penyampai berkat dari pihak laki-

laki (tulang) kepada pihak boru. Dalam adat Batak disebutkan harus somba

50

Universitas Sumatera Utara


marhula-hula. Somba artinya menyembah atau hormat. Tulang/paman menempati

posisi yang sangat dihormati dalam tradisi batak. Posisinya diatas ayah kita

sendiri. dilihat dari filosofinya, ikan mas merupakan dekke sitio-tio dan dekke

simudur-mudur. Dekke sitio-tio menggambarkan kehidpan yang masih murni dan

bersih. Ikan mas hidup di air tawar yang bening dan belum tercemar. Oleh karena

itu, diharapkan orang yang memakan dekke ini hidupnya selalu bersih. Dekke

simudur-mudur melambangkan hidup yang selalu harmoni dalam bebebrapa

keturunan. Ikan mas hidupnya selalu bergerombol dan terlihat berenang ramai-

ramai secara teratur (marudur-udur).

Kebiasaan hidup ikan mas ini lah yang diharapkan akan menjadi

kebiasaan bagi keluarga yang diberkati. Hidup bersih dan harmoni dalam

masyarakat.

Foto Pengantin Simalungun yang menikmati Ikan Mas Arsik

Sumber : Dokumentasi Pribadi

51

Universitas Sumatera Utara


BAB III

SISTEM PERKAWINAN MASYARAKAT SIMALUNGUN

3.1. Perkawinan Masyarakat Simalungun

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat sebab perkawinan tidak hanya menyangkut perempuan dan

laki-laki saja, tetapi juga orangtua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan

keluarga-keluarga mereka masing-masing. Pekawinan ditandai oleh adanya ikatan

yang dilakukan “hanya oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan‟.

Pernyataan ini menegaskan bahwa perkawinan yang sah menurut hukum positif

Indonesia adalah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Monogami).

Perkawinan homoseksual (jenis kelamin yang sama) baik antara laki-laki (gay),

maupun antara seorang perempuan dengan perempuan (lesbian) bukanlah suatu

ikatan perkawinan. Demikian pula hukum positif perkawinan di Indonesia tidak

mengizinkan perkawinan poligami, baik poligini maupun poliandri. Aturan

pernikahan ini berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk Masyarakat

Simalungun. Dalam masyarakat Simalungun sistem perkawinan dibagi menjadi 2

yaitu perkawinan yang ideal dan perkawinan tidak ideal (pernikahan ideal).

Membina rumah tangga membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh

sehingga terbentuk perkawinan yang mengikat suami istri ataupun calon suami

dan calon istri dalam kedudukan mereka yang dilekatkan pada kesucian ikatan

berdasarkan norma agama dan norma adat. Oleh karena itu perkawinan bukanlah

semata-mata menyangkut unsur lahiriah saja, tetapi juga menyangkut unsur yang

bathiniah. Pada masa sekarang ini, perkawinan dianggap sah apabila memenuhi

52

Universitas Sumatera Utara


hukum adat maupun hukum agama, kemudian ditujukan pada sistem

pemerintahan, melalui pelaporan agar dilakukan pencatatan perkawinan berupa

akta pernikahan yang dilakukan oleh instansi yang berwenang.

Adapun yang menjadi persyaratan perkawinan diatur dalam Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1974 adalah sebagai berikut :

1. Perkawinan harus didasarkan persetujuan kedua belah mempelai

2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21

tahun harus mendapatkan ijin kedua orang tuanya.

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau

dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin yang

dimaksud diperoleh dari orangtua yang mampu menyataan kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan

tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka ijin diperoleh dari

wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan

darah dalam garis keturunan keatas selama mereka masih hidup dan dalam

keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

5. Masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan

tidak menentukan lain (Seagama)

Perkawinan sebagaimana disebut oleh Koentjaraningrat (1981) adalah

peralihan terpenting pada siklus kehidupan (Life-cycle) semua manusia di muka

bumi yaitu peralihan dari tingkat remaja atau dewasa ke tingkat berkeluarga.

Sebagai pengantar peralihan dari sebelum berkeluarga ke masa berkeluarga, maka

dilakukan serangkaian upacara (ritual) perkawinan. Oleh sebab itu ritual

53

Universitas Sumatera Utara


perkawinan dimaknai bukan saja sebagai legitimasi kehidupan seksual dalam

upaya mempertahankan kelangsungan generasi, tetapi juga peralihan penting dari

era lajang (single) ke era berkeluarga18. Penegasan ritual perkawinan ini sangat

penting terutama untuk menghindari adanya hubungan seks bebas, kumpul kebo

atau perselingkuhan yang terjadi diluar perkawinan. Akan tetapi nyatanya masih

banyak orang mengabaikan tujuan dari ritual perkawinan tersebut. Sehingga

masih banyak ditemukan khususnya anak remaja yang melakukan hubungan seks

bebas, kumpul kebo dan sampai akhirnya ditemukan kehamilan diluar nikah.

Kehamilan yang terjadi diluar pernikahan ini memaksa mereka untuk menikah

meskipun usia mereka dibawah standar usia yang disarankan atau biasa disebut

dengan pernikahan dini.

Foto Pengantin Simalungun dalam Pesta Adat

Sumber: Dokumentasi Pribadi

18
Erond L Damanik, Ritus Peralihan Upacara Adat Simalungun Seputar Kelahiran, Perkawinan
dan Penghormatan Kepada Orangtua serta Kematian,(Medan : Simetri Institute, 2016), hlm 68

54

Universitas Sumatera Utara


3.2. Partongahjabuan Orang Simalungun

Paham patrilineal pada orang Simalungun tampak jelas pada penarikan

atau penyusunan garis keturunan dari laki-laki. Bentuk patrilineal dalam

masyarakat Simalungun tampak tampak dari marga (klan) yang dikenakan

dibelakang namanya yan diwarisi dari ayahnya seperti Damanik, Saragih, Purba,

Sinaga, Girsang, dan lain-lain.

Adat perkawinan pada budaya Simalungun sering disebut “parunjukon”

yang berasal dari kata dasar „unjuk‟yang berarti „pataridahkon‟ (menunjujkkan

atau memperlihatkan). Oleh karena itu, perkawinan dalam adat budaya

Simalungun adalah memperlihatkan kepada masyarakat tentang rencana

perkawinan yang akan dilaksanakan sekaligus memperkenalkan calon mempelai

kepada masyarakat. Biasanya, kata „parunjukon‟ dialamatkan kepada jenis-jenis

pekerjaan adat malas ni uhur ataupun sukacita.

Dalam tatanan adat perkawinan (partongahjabuan) orang Simalungun yang

patrilineal itu, dikenal paham perkawinan yang eksogami marga (clan exsogamy).

Pembatasan jodoh dalam perkawinan yang eksogami marga adalah pantangan

kawin yang tidak hanya melarang kawin dengan saudara kandung tetapi juga

larangan kawin dengan saudara semarga, seperti sesama klan Damanik dengan

Damanik, klan Saragih dengan Saragih. Perkawinan yang dilakukan terhadap

saudara kandung maupun saudara satu marga dianggap sebagai „perkawinan

sumbang‟ (inces) atau „mardawan begu‟. Pembatasan kawin lainnya seperti

eksogami desa (nagori) maupun eksogami dusun (huta) pada masyarakat

Simalungun yang tidak ditemukan.

55

Universitas Sumatera Utara


Perkawinan dalam masyarakat Simalungun tidak hanya dilakukan untuk

mengikat seorang jejaka dan seorang anak gadis untuk fungsi regenerasi, tetapi

juga sekaligus mengikat dua keluarga besar dari pihak laki-laki dan pihak

perempuan. Oleh karena itu, perkawinan dalam orang Simalungun dimaknai

sebagai perkawinan dari dua keluarga besar pihak laki-laki dan pihak perempuan.

Perkawinan ini dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yakni dengan pembayaran

mas kawin, jujuran, mahar.

Perkawinan Simalungun mengandung azas monogami, yakni perkawinan

yang dilakukan oleh seorang jejaka (parana) dengan seorang anak gadis

(panakboru) pada suatu waktu yang bersamaan. Suatu pengecualian adalah pada

era kerajaan Simalungun, dimana raja-raja cenderung kawin berazaskan poligini,

yakni seorang laki-laki (raja) menikah dengan banyak perempuan pada suatu

waktu bersmaan.

Perkawinan dalam masyrakat Simalungun adalah „ambil alih‟ yakni

mengambil istri dari klan orang lain serta membawanya ke dalam klan

keluarganya. Dengan demikian, istri diboyong (dibawa) ke dalam kerabat laki-laki

akan memutuskan otoritas (wewenang) adatnya dikeluarga sebelumnya maupun

keluarga luasnya.

Pada umumnya, adat menetap setelah menikah pada orang Simalungun

adalah utrolokal, yakni memberikan kebesasan kepada mempelai untuk tinggal

menetap di sekitar kediaman orang tua (kerabat) pihak laki-laki atau orangtua

(kerabat) pihak perempuan. Adat menetap ini deisebut dengan manjae yakni

tinggal menetap dirumah sendiri yang terpisah dari orang tua pihak laki-laki

56

Universitas Sumatera Utara


ataurumah orangtua pihak perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi

keleluasan mengelola sumber daya ekonomi dan sosial dalam pembentukan

keluarga inti (nuclear family) yang baru. Dengan demikian, mempelai yang baru

menikah harus belajar ulet, gigih, dan bekerja keras untuk menopang rumah

tangga yang baru dibentuknya.

Rumahtangga yang baru terbentuk karena perkawinan itu disebut dengan

keluarga inti (nuclear family), yakni kelompok kekerabatan yang masih terdiri

dari seorang suami ( bapa atau pargotong) dengan seorang istri (inang atau

parinangon) yakni orangtua (namatoras) dari anak-anaknya (niombah) kelak.

Sebagai akibat dari perkawinan, maka kedua individu (seorang laki-laki dan

seorang perempuan) yang mengikat diri membentuk rumah tangga (household).

Perkawinan pada orang Simalungun bukan hanya berdampak pada

terpolanya hubungan kekerabatan, tetap juga pada muculnya sistem istilah

kekerabatan. Sistem istilah kekerabatan (partuturon) dalam budaya Simalungun,

terkait erat dengan kebudayaan Simalungun yang diucapkan dalam bahasa

Simalungun dengan sistem kekerabatannya. Dalam hal ini sistem istilah

kekerabatan dibedakan menjadi dua yakni; isitilah menyapa dan istilah menyebut.

Konsep yang disebut dengan pertama adalah sapaan yang dilakukan oleh
ego(individu) apabila ia (ego) berhadapan langsung dengan kerabat yang
disapanya. Misalnya menyapa ayah dengan istilah seperti bapak (bapa) atapaun
mamak (inang). Sedangkan konsep yang disebut kedua adala sebutan ego
(individu) terhadap kerabat lain atau berbicara tentang seorang kerabat sebagai
orang keiga. Misalnya, namatoras adalah sebutan untuk orangtua (ayah dan ibu),
niombah (sebutan untyk anak-anak baik laki-laki ataupun perempuan), butet
(sebutan anak perempuan yang baru lahir), ucok (sebutan anak laki-laki yang baru

57

Universitas Sumatera Utara


lahir). Demikian juga garama (sebutan perjaka), dan anakboru (sebutan anak
gadis).
Tabel 1. Urutan upacara perkawinan pada orang simalungun

NO KOMPONEN KETERANGAN
UPACARA
1. Manririd Menjajagi calon pengantin perempuan dan
biasanya tahapan ini adalah percakapan yang
dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang sepakat untuk membentuk
rumah tangga (parsahapan ni parana pakon
panakboru)
2. Marhusip-husip Berbisik yakni utusan keluarga laki-laki
mendatangi rumah kediaman calon mempelai
perempuan
3. Pajabu parsahapan Musyawarah keluarga di keluarga di keluarga
calon mempelai perempuan setelah adanya
kesepakatan untuk menikah dari orangtua kedua
belah pihak.
4. Mangalop bona boli Calon pengantin laki-laki dengan orangtuanya
pamit ke rumah paman ( keluarga saudara laki-
laki ibunya) untuk pamit sekaligus menerima
bona boli (pangkal mahar)
5. Parpadanan Adalah akad nikah atau janji nikah yang
mengikat kedua calon mempelai dalam
membentuk rumah tangga yang disaksikan oleh
masyarakat luas. Pada awalnya, akad nikah ini
dilakukan oleh pengetua adat namun saat ini
peran manrahut atau mambuhul padan (mengikat
janji) telah diambil alih oleh agama (pendeta,
ustad atau haji).

58

Universitas Sumatera Utara


6. Pamasu-masuon Adalah peresmian (pemberkatan) nikah yang
biasanya diikuti dengan resepsi perkawinan.
Pemberkatan nikah pada awalnya dilakukan oleh
pengetua adat serta disaksikan oleh masyarakat
luas. Namun pada saat itu, pemberkatan itu telah
diambil alih oleh pengetua agama seperti pendeta
atau ulama.
7. Patandangkon hu rumah Adalah membawa pengantin ke rumah mertua
ni tulang (paman) oramg tua perempuan yang dilakukan
setelah dua atau tiga minggu pasca pemberkatan
(pamasumasuon) perkawinan.
Sumber : Ritus Peralihan upacara adat simalungun, 2016.

3.3. Adat Perkawinan Anak Laki-Laki

Perkawinan anak pada Simalungun dibedakan menjadi dua, i) paoppo

anak (mengawinkan anak laki-laki) dan ii) palaho boru (mengawinkan anak

gadis). Tacara adat perkawinan pada kedua perkawinan ini adalah berbeda.

Perkwinan aka dilangsungkan apabila telah terdapat kemufakatan antara kedua

belah pihak, baik orangtua laki-laki (paranak) maupun orangtua pihak anak gadis

(parboru). Hanya setelah kemufakatan (sapanriah) maka acara perkawinan dapat

dilangsungkan terutama setelah kemufakatan calon mempelai.

3.3.1. Pamit kepada paman (mangalop bona tulang)

Sebelum sampai kepada acara lebih lanjut, yakni marpadan dan

pamasumasuon, maka seorang calon pengantin pria harus terlebih dahulu permisi

atau pamit kepada pamannya. Oleh karena itu, tahapan pertama setelah

kemufakatan kawin antara calon pengantin pria dan perempuan adalah membawa

calon pengantin pria pamit kepada paman (saudara laki-laki dari ibu calon

59

Universitas Sumatera Utara


pengantin). Calon pengantin pria adalah keponakan (panagolan) dari pamannya,

yakni saudara laki-laki ibu. Sedangkan paman adalah tondong dari orangtua calon

pegantin pria.

Makna perkawinan seperti itu adalah mendambakan perkawinan marboru

ni tulang (menikah dengan putri paman). Hubungan antara anak-anak dari paman

dan anak-anak dari saudara perempuan paman adalah sepupuan. Tapi kekhususan

dari sepupu ini adalah marpariban dan dapat saling menikah. Oleh karena itu, jika

seorang calon pengantin pria akan menikah tetapi bukan dengan putri langsung

dari pamannya, maka pengantin pria tersebut wajib permisi kepada pamannya.

Inti pembicaraan „pembicaraa‟ kepada tulang adalah mengharapkan agar

paman tetap mengganggap calon mempelai perempuan sebagai putri kandungnya.

Dengan „pamit‟ tersebut, maka paman tidak sakit hati terhadap rencana panogolan

(keponakan) nya untuk menikah. Pada waktu „pamit‟ ini, maka paman akan

memberikan bona boli (pangkal mahar) kepaa keponakan yang akan menikah

sebagai simbol bantuan mahar yang dibayarkan calon pengantin pria kepada

tulang dan atturang calon simatua (calon mertua) yakni orangtua calon istri.

Biasanya, calon pengantin pria telah mempersiapkan segala sesuatunya

yang akan diberikan oleh pamannya kepadanya terutama menyangkut „bona boli’.

Tetapi jika paman telah mempersiapka, maka calon pengantin pria yang sedang

pamit harus melebihkan batu ni demban (sejumlah uang pada sirih) sewaktu

selesai makan bersama. Setrelah selesai makan bersama, maka disuguhkan sirih

siap makan kepada paman kemudian diikuti dengan pembicaraan yang telah

diawali sewaktu penyuguhan apuran sihol mangan ( sirih sebelum makan). Inti

60

Universitas Sumatera Utara


pembicaraan selesai makan ini adalah memberikan nasehat kepada keponakan

(calon pengantin pria) agar paman tetap melihat (mangkawah) dan menyapa

(manisei) calon istrinya kelak serta harapan agar calon istrinya itu tetap dianggap

sebagai putri kandung paman sendiri.

Setelah paman membe rikan nasehat kepada calon penganten pria yang

sedang pamit itu, maka paman akan menyuguhkan sejumlah uang kepada ibu

calon pengantin. Besaran uang tidak ditentukan tetapi tergantung kepada situasi

dan kondisi ekonomi keluarga paman.

3.3.2. Mufakat dalam keluarga pengantin pria (riah tongah jabu)

Setelah acara pamit kepada paman (mangalop bona tulang), maka langkah

selanjutnya adalah mufakat dalam keluarga (riah tongah jabu). Adapun yang

dibicarakan pada musyawarah ini adalah besar kecilnya adat yang akan dilakukan,

demikian pula seandainya pamasu-masuon dan resepsi dilakukan di pihak

keluarga laki-laki. Namun, biasanya jika anak laki-laki yang menikah, maka

pekerjaan adat ditempat laki-laki hanyalah menyambut calon menantu perempuan

(parumaen), sedangkan inti pesta ada di kediaman perempuan. Akan tetapi,

dewasa ini di Simalungun lajim terjadi bahwa marpadan di lakukan di kediaman

perempuan, sedangkan pamasumasuon dan resepsi dilakukan di kediaman laki-

laki.

Adapun yang dibicarakan pada riah tongah jabu adalah menyoal

kedudukan hiou (pakaian khas orang Simalungun) terutama hiou suhi ni ampang

na opat (pakaian terhadap kedudukan sosial yang segi empat). Adapun suhi

siampang na opat (sudut segi empat), terditri dari:

61

Universitas Sumatera Utara


1. Parsimatuaon (pihak mertua ayah dari mempelai laki-laki)

2. Parbapatuaon ( saudara tertua ayah dari mempelai laki-laki)

3. Parnasikahaon (istri dari bapatua yakni saudara tertua ayah mempelai

laki-laki)

4. Anakboru jabu ( pihak boru dari saudara ayah mempelai laki-laki).

Setelah selesai penyampain hiou kepada masing-masing suhi si ampang na

opat diatas, maka dilanjutkan dengan pemberian hiou tanda hela (pakaian tanda

menantu).

3.3.3. Menyambut menantu di rumah ( par das ni parumaen i rumah)

Sebagaimana disebut diatas bahwa, jika laki-laki menikah, maka rangkaian

pesta kawin dilakukan di kediaman perempuan. Namun demikian, sering pula

dilakukan bahwa marpadan dilakukan di tempat perempuan, sedangkan

pamasumasuon di tempat laki-laki. Jika perkawinan anak laki-laki dipusatkan di

kediaman perempuan, maka tugas pihak laki-laki adalah menyambut pengantin di

rumah orangtua laki-laki.

Biasanya, kedua pengantin di tepung tawari (iusei) di halaman rumah.

Artinya bahwa, bulang (penutup kepala perempuan sesuai adat Simalungun) dan

gotong (penutup kepala laki-laki, sesuai adat Simalungun) yang dikenakan

sebelumnya dibuka. Kedua penutup kepala itu (baik bulang dan gotong)

digantikan oleh gotong dan bulang dari mertuanya. Setelah itu, amboru, (saudara

perempuan ayah) membimbing pengantin hingga pintu masuk (labah bolon)

rumah. Selanjutnya, rumah itu, menantu wanita (parumaen) disambut dan

diterima oleh ibu dari mempelai laki-laki, sedangkan anak laki-laki disambut dan

62

Universitas Sumatera Utara


diterima oleh bapak dari laki-laki. Kemudian, beras dalam bakul diberikan kepada

parumaen (menantu perempuan) untuk menaburkan beras sebanyak tiga kali

kepada seisi rumah. Setelah itu, tangan kiri mempelai laki-laki akan menyentuh

kepala mempelai perempuan agar pengantin perempuan itu duduk ditempat yang

telah disediakan.

Ibu menyambut parumaen adalah perlambang bahwa dirumah tersebut

telah ada ibu sebagai pewaris mahkota keluarga dimasa yang akan datang.

Sementara bapak menyambut anaknya yakni sebagai pelambang bahwa anak

tersebut telah menjadi bapak dirumah itu pada sejak saat mereka menikah.

Dengan demikian, penyambutan pengantin dirumah adalah simbolisasi penerusan

tahta rumah tangga, kepemimpinan dan nilai-nilai luhur kultural lainnya.

Dewasa ini, paoppo anak biasanya dilaksanakan dalam sehari saja yang

disebut dengan horja sadari. Adapun maksud dari horja sadari ini, adalah

rangkaian adat terutama pamasumasuon yang dilaksanakan dalam atu hari saja.

hal ini dilakukan mengingat penghargaan terhadap waktu sehingga tampak lebih

efektif. Namun demikian, makna-makna yang dikandung dalam seluruh rangkaian

proses partongahjabuan (perkawinan) tersebut tetap dilaksanakan.

3.4. Adat Perkawinan Anak Perempuan

Setelah mufakat untuk menikah dari calon mempelai pria dan perempuan,

maka rencana tersebut disampaikan oleh masing-masing calon mempelai kepada

orangtua masing-masing. Calon mempelai laki-laki akan melangsungkan seluruh

rangkaian adat yang harus dilakukannya, sedangkan perempuan pun

melaksanakan seluruh rangkaian adat yang harus dilakukannya. Jadi, pada saat

63

Universitas Sumatera Utara


adanya pemufakatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan dicapai, maka

kedua belah pihak akan melakukan segala sesuatu yang berkenaan dengan rencana

pernikahan anak-anak mereka.

3.4.1. Mufakat dalam rumah ( pajabu parsahapan)

Biasanya, adatb perkawinan anak gadis(palaho boru), maka pihak

mempelai perempuan ( parboru) akan melakukan beberapa hal yang berkenaan

dengan rencana pernikahan putrinya. Orangtua akan mengajari serta menyuruh

anak gadisnya untuk memberitahukan rencana pernikahannya kepada orangtua

laki-laki agar mereka hadir ke rumah makkela (suami saudara perempuan ayah)

atau ke rumah anak boru jabu ( yakni posisi boru yang senantiasa membantu boru

atau saudara perempuan ayah). Selanjutnya, makkela akan membantu orangtua

mempelai laki-laki untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan

rencana pernikahan di rumah laki-laki.

Saat ini, untuk mempermudah percakapan (parsahapan) adat, maka

ditetapkanlah model pekerjaan satu hari (horja sadari) yakni bentuk apresiasi

kepada waktu. Jika mencontoh adat perkawinan pada era dahulu, maka seluruh

rangkaian rencana pernikahan dapat memakan waktu berhari-hari atau bahkan

berbulan-bulan. Jadi, horja sadari adalah implementasi terhadap penghargaan

waktu di era modern sekarang ini.

64

Universitas Sumatera Utara


3.4.2. Penjemputan calon pengantin perempuan (marindahan paralop)

Rangkaian acara setelah pajabu parsahapan sebelum melangkah ke tahap

selanjutnya yakni marpadan dan pamasumasuo, maka dilakukan maralop atau

sering disebut dengan marindahan paralop. Prosesi penjemputan i i dimaksudkan

untuk menjemput mempelai perempuan ke lingkungan kerabat laki-laki sebelum

memasuki acara adat selanjutnya.

Untuk prosesi marindahan paralop, maka pihak paranak mempersiapkan

beberapa hal seperti :

1. Tombuan marindahan balutan ( bakul dengan nasi yang dibalut pada

pandan).

2. Dayok ni lompah ibagas rantang marindahan balutan (ayam sembelihan

dan nasi yang dibalut dengan pandan) .

3. Dayok ni lompah ibagas piring binatur ( ayam sembelihan yang diatur

dalam pinggan).

4. Partadingan domu hubani padan ( jumlah jujuran tanda adat

keberangkatan mempelai sesuai janji terdaghulu).

5. Apuran baggal ni partadingan ( sirih tanda keberangkatan mempelai

perempuan).

6. Tobus huning ( kunyit yang disertai dengan sejumlah uang pada wadah

kain).

Selanjutnya terdapat acara mandembani tutur (memberikan sirih kepada

kerabat) yakni sirih yang di dalam lipatannya terdapat partadingan (jujuran atau

mahar). Biasanya, pihak paranak yang mempersiapkan sirih yang akan

65

Universitas Sumatera Utara


disuguhkan kepada kerabat. Jika ayah yang menerima sirih, maka jumlah sirih

untuk Bapak sebanyak delapan lembar (buah) sementara jika ibu yang menerima

sirih, maka jumlahnya sebanyak enam lemabar.

3.4.3 Marpadan, Pamasumasuon dan Resepsi Adat

Marpadan (berjanji atau akad nikah) adalah bagian inti dari adat

perkawinan bagi orang Simalungun. Hal ini karena marpadan adalah pengucapan

janji (akad) untuk membentuk rumah tangga (household) yakni sekali untuk

seumur hidup. Adapun pelaksana upacara adat marpadan ini adalah pengetua

agama dan adat. Pada awalnya, untuk melaksanakan akad nikah ini, maka kedua

pengantin biasanya dirias dengan menggunakan pakaian adat Simalungun.

Peran daripada orangtua dan masyarakat ialah sebagai pihak yang

menyaksikan janji nikah tersebut. Biasanya, pada acara marpadan ini, kedua

pengantin ditanyakan kesiapan lahir dan batin untuk berumah tangga. Demikian

pula bahwa keduanya tidak lagi memiliki „ikatan lain‟ dengan laki-laki (bagi

perempuan) ataupun perempuan (bagi laki-laki). Demikian pula kepada

masyarakat yang menyaksikan upacara ikatan janji tersebut akan ditanya bahwa

apakah masyarakat mengetahui bahwa kedua mempelai masih memiliki ikatan

dengan pihak lain.

Jika semuanya dianggap telah bersih, dalam arti bahwa kedua mempelai

mengaku tidak lagi memiliki ikatan dengan pihak lain, demikian pula ikatan

tersebut diakui oleh masyarakat yang hadir, maka marpadan dilanjutkan oleh

pengetua adat dan agama, tetua adat serta dipersaksikan oleh kedua orangtua dari

mempelai serta masyarakat. Kedua mempelai berdiri dan saling berhadapan serta

66

Universitas Sumatera Utara


berjabat tangan di depan anjab-anjab panumbahan (altar pemujaan). Pendeta

disaksikan oleh pengetua adat dan orangtua kedua mempelai memegang erat

kedua tangan mempelai yang berjabat tangan itu sambil menyatakan bahwa

mereka telah resmi berjanji untuk menikah. Peneguhan janji ialah berupa ikrar dan

pengakuan tulus mempelai laki-laki untuk menjadikan perempuan menjadi

istrinya (sinrumah) seumur hidup, sementara ikrar dan pengakuan perempuan

ialah menjadikan laki-laki sebagai suaminya (pargotong) seumur hidup. Dengan

pengakuan ikrar dan pengakuan tersebut, maka kedua calon pengantin telah sah

berjanji untuk bersatu seumur hidup dalam dukacita (pusok ni uhur) maupun

sukacita (mals ni uhur).

Pada masa kini, ikatan janji (akad) nikah tersebut dibarengi dengan tukar

cincin maupun Alkitab (kristen) maupun seperangkat alat sholat ataupun cincin

(islam). Seperangkat alat sholat, cincin dan Alkitab ini adalah penegasan ikatan

yang melingkari serta mengikat kedua calon mempelai dalam satu ikatan yang

utuh. Pamasu-masuon adalah pamungkas dari upacara dari adat Simalungun.

Pamasu-masuon atau pemberkatan perkawinan biasanya dilakukan satu

minggu atau dua minggu setelah marpadan (akad nikah. Pada masa sekarang,

pemberkatan nikah ini diambil alih oleh pendeta (agama kristen) dan ulama bagi

yang beragama islam. Peneguhan janji suci nikah dihadapan ulam kristen maupun

ulama muslim ini adalah untuk mempertegas bahwa janji nikah tersebut tidak

dilakukan kepada manusia tetapi adalah Tuhan yang disembah oleh kedua

mempelai itu.

67

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, jika marpadan adalah penyampaian janji nikah dari kedua

mempelai dihadapan Tuhan, maka pamasu-masuon adalah peneguhan janji

tersebut dihadapan Tuhan. Dengan kata lain, pada upacara marpadan, maka calon

pengantin mengaku akan m enikah dan pengakuan itu disaksikan oleh masyarakat

dan Tuhan. Sementara pada acara pamasu-masuon, Tuhan melalui perantara

Pendeta meneguhkan janji suci pernikahan tersebut.

3.5. Konseling Pernikahan Kristen

Konseling pranikah Kristen membantu menunjukkan segala sesuatu secara

terbuka dan memberi kesempatan kepada pasangan untuk melihat lebih jelas siapa

mereka berdua dan siapa pihak lain di luar mereka. Lalu, mereka dapat

mengatakan dan mengetahui apakah mereka ingin menjalani sisa hidup mereka

dengan orang ini atau apakah mereka sendiri tidak siap untuk berkomitmen.

Kita tidak akan pernah sungguh-sungguh mengenal seseorang sampai Anda

menikah dengannya, bahkan Anda akan tetap menemukan banyak hal tentang

pasangan Anda selamanya.

Saat ini seorang pembimbing yang sudah menikah selama 42 tahun dan

mereka masih mempelajari banyak hal tentang satu sama lain. Namun, konseling

pranikah Kristen yang dilakukan dengan cara yang benar, yang dipimpin oleh Roh

Allah setidaknya akan memberi Dia lebih banyak informasi dan kebenaran

daripada kondisi awal Dia memulai ketika Anda berdua kedapatan berada dalam

momen yang memanas sebelum Anda datang untuk konseling.

68

Universitas Sumatera Utara


Konseling ini akan menolong Dia memutuskan apakah Dia benar-benar jatuh

cinta atau hanya nafsu. Dia tahu ada perbedaan di antara keduanya. Beberapa

pasangan melakukan hubungan intim dan merasa bersalah karenanya, lalu

memutuskan bahwa mereka akan mengesahkan hubungan mereka.

3.5.1. Tujuan Dari Konseling Persiapan Pernikahan

Konseling persiapan pernikahan bertujuan untuk mempersiapkan dan

menolong individu, pasangan-pasangan, bahkan kadang-kadang anggota keluarga

yang lain untuk menciptakan suasana pernikahan yang bahagia. Seperti halnya

dengan pencegahan penyakit yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit

dan menjaga kesehatan tubuh, demikian juga dengan bimbingan persiapan

pernikahan. Bimbingan persiapan pernikahan diharapkan dapat mencegah

timbulnya kesulitan dalam pernikahan dan kehidupan rumah tangga, disamping

tentunya untuk menolong membangun hubungan pernikahan yang sehat dan

memuaskan. Dalam konseling ini, paling tidak ada lima goal (tujuan) yang harus

diperhatikan.

1. Keputusan untuk siap menikah

Walaupun tidak ada rumusan yang tepat kapan seseorang siap untuk menikah

tetapi ada beberapa petunjuk umum yang dapat diperhatikan.

a. Alasan untuk menikah. Sepasang pria dan wanita yang sudah

mengikatkan diri satu dengan yang lain dapat memberikan

beberapa alasan, mengapa mereka terdorong untuk segera

69

Universitas Sumatera Utara


menikah. Alasan-alasan ini antara lain, pimpinan Tuhan, kebutuhan

seksual dan kebutuhan untuk bersatu dalam ikatan kasih. Kadang-

kadang ada juga alasan-alasan yang tidak sehat untuk memasuki

suatu pernikahan, misalnya tekanan sosial, membalas dendam pada

orangtua atau bekas kekasih, mencegah pandangan umum bahwa ia

"tidak laku", lari dari keluarga yang tidak bahagia, kesepian, dan

sebagainya. Menikah dengan seseorang karena terpaksa atau

perasaan bersalah, tidak akan memberi jaminan untuk kestabilan

pernikahan, demikian juga hubungan seksual dan kehamilan tidak

boleh menjadi alasan untuk menikah.

b. Latar belakang yang hampir sama. Pernikahan biasanya lebih

sukses bila pasangan itu mempunyai cita-cita dan standar (nilai)

yang hampir sama, latar belakang dan tingkat kehidupan sosial-

ekonomi, adat istiadat, pendidikan, dan iman yang sama. Tentu

saja ada beberapa perkecualian dimana ada pasangan-pasangan

suami-istri yang dapat mencapai sukses dalam pernikahan tanpa

persamaan ini. Namun harus diakui, bahwa untuk itu, mereka harus

bergumul dan bekerja dengan lebih keras untuk membangun

hubungan pernikahan yang baik.

c. Usia. Setiap kebudayaan mempunyai perbedaan dalam menentukan

usia yang ideal untuk menikah dan dalam beberapa masyarakat

sepasang suami- istri yang masih sangat muda dapat membangun

pernikahan yang baik. Seringkali, penyesuaian diri dalam

70

Universitas Sumatera Utara


pernikahan lebih baik bila pasangan lebih dewasa dalam usia.

Meskipun harus diingat, bahwa kedewasaan tidak selalu otomatis

sesuai dengan pertambahan usia seseorang. Kedewasaan memang

menolong seseorang untuk dapat memutuskan dan

mempertahankan hubungan yang baik dan mengatasi persoalan-

persoalan hidup dengan lebih efektif.

Perbedaan umur juga sangat penting. Bila suami jauh lebih tua atau

muda dari istrinya, banyak sekali perbedaan dalam cita-cita dan

kebutuhan fisik, kesulitan mencari teman, dan kecenderungan

untuk suami-istri yang lebih tua untuk bertindak sebagai orangtua

terhadap istri/suaminya.

d. Sikap terhadap pernikahan. Kadang-kadang ada orang-orang yang

jijik terhadap hubungan seksual, ragu-ragu terhadap pernikahan itu

sendiri, berbeda pendapat mengenai anak-anak yang akan

dilahirkan, punya perbedaan pandangan dalam peran/kedudukan

dalam rumah tangga, bahkan perbedaan rencana untuk hari depan,

dan sebagainya. Perbedaan- perbedaan sikap terhadap pernikahan

yang serius harus terlebih dahulu dibereskan sebelum pernikahan.

Untuk itu, kemungkinan besar kita memerlukan bantuan konselor.

e. Pengaruh dari luar. Seringkali pengaruh dari luar dapat menambah

tekanan dalam pernikahan yang masih muda, termasuk rencana

untuk melanjutkan studi, banyak hutang, keuangan yang pas-pasan,

71

Universitas Sumatera Utara


pertentangan dengan orangtua, kedudukan dalam pekerjaan yang

menyebabkan ia harus berpisah dalam jangka waktu yang lama,

dan sebagainya. Banyak pasangan memutuskan untuk tetap

menikah walaupun sudah menimbang kesulitan-kesulitan ini, tetapi

ada juga yang lebih suka menunggu.

f. Kematangan spiritual. Tentu seseorang tidak siap untuk menikah

secara Kristen bila ia bukan seorang percaya, tidak seiman, atau

belum betul-betul menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.

Ketika kita percaya, kita menyerahkan diri kepada Kristus, menjadi

anak-anak-Nya dan mencari kehendak-Nya, sehingga bila kita

menikah dengan orang yang tidak seiman, akan timbul banyak

kesulitan dalam pernikahan karena perbedaan keyakinan, dan

pelayanan kita sebagai orang Kristen pun menjadi tidak efektif.

Karena itu sangat penting bagi orang Kristen untuk mendapatkan

saudara seiman sebagai pasangan hidupnya supaya keduanya dapat

melayani Tuhan dengan baik.

Hal ini tentu saja tidak menjadi jaminan suksesnya suatu pernikahan

secara otomatis (orang Kristen atau bukan tidak pernah lepas dari persoalan-

persoalan kehidupan), tetapi yang jelas kesulitan pasti timbul bila mempunyai

pasangan yang "tidak seimbang" atau seorang percaya yang menanggung beban

dengan orang yang buta rohaninya (2Korintus 6:14).

72

Universitas Sumatera Utara


2. Tahu dan siap menghadapi tekanan-tekanan dalam kehidupan pernikahan.

Dua orang dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda, tentunya

menghadapi banyak hal yang harus disesuaikan. Jikalau tekanan-tekanan dalam

kehidupan pernikahan sudah dipersiapkan untuk sama-sama dihadapi, tentu

penyesuaian diri akan menjadi lebih mudah.

Hal-hal yang menimbulkan tekanan hidup pernikahan tidak selalu sama

antara pasangan yang satu dengan yang lain, tergantung kepada keunikan

pasangan itu dan masyarakat dimana mereka hidup. Dalam suatu penyelidikan

terhadap beberapa ratus pasangan yang sudah menikah ternyata, bahwa

penyesuaian dalam hubungan seksual, pengaturan keuangan, kebutuhan sosial dan

rekreasi, persoalan dengan mertua dan ipar-ipar, perbedaan dalam kepercayaan,

konflik dalam memilih sahabat merupakan hal-hal utama dalam penyesuaian

pernikahan. Tentu saja daftar ini dapat menjadi lebih panjang untuk mereka yang

mempunyai latar belakang yang berbeda.

Tentulah akan sangat menolong, apabila konselor Kristen dapat

memikirkan terlebih dahulu "apa yang menjadi sebab-sebab utama tekanan-

tekanan hidup pernikahan dalam masyarakat kita". Tanyakan pada pemimpin-

pemimpin gereja dan mintalah pendapat mereka. Kemudian, rencanakan untuk

mengetengahkan persoalan ini kepada calon pasangan atau mempelai sebelum

mereka menikah. Bila seseorang diperingatkan dengan lemah lembut sebelum

persoalan itu sendiri muncul, dan bila konselor dapat memberikan bimbingan

73

Universitas Sumatera Utara


yang realistis mengenai cara-cara menanggulanginya, tentu saja penyesuaian

dalam pernikahan akan menjadi lebih mudah.

Kebanyakan masyarakat di abad modern ini membuat rencana untuk

berbulan madu setelah menikah. Hal ini memang penting tetapi seringkali juga

merupakan persoalan tersendiri. Bulan madu sebenarnya masih merupakan masa

transisi dari kehidupan bujang ke kehidupan bersama. Memang ini merupakan

kesempatan bagi pasangan yang baru menikah untuk menyendiri dan memulai

menyesuaikan diri dengan status mereka yang baru, baik secara fisik maupun

psikis.

Walaupun seringkali masa bulan madu sudah dipersiapkan dengan baik

dan sangat dinantikan, namun biasanya diselingi dengan kekakuan- kekakuan, dan

banyak hambatan lain yang membutuhkan waktu untuk mengatasinya, misalnya

dalam hubungan seksual dimana masing-masing merasa canggung, malu, dan bisa

menjadi sumber frustasi.

Konselor harus selalu ingat untuk tetap memegang kebenaran firman

Tuhan mengenai kehidupan seksual yang suci sebelum pernikahan. Walaupun

hubungan seksual sebelum pernikahan sudah menjadi biasa, tetapi bagi pasangan

Kristen tetap harus dijaga sampai memasuki kehidupan pernikahan yang

sesungguhnya. Memang pengalaman seksual sebelum pernikahan dapat

mengurangi kecanggungan dalam hubungan seksual waktu berbulan madu, tetapi

perasaan bersalah, dan dorongan untuk menunjukkan "kemampuan seksual di atas

tempat tidur" dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan yang terus-menerus dan

74

Universitas Sumatera Utara


kegelisahan yang mendalam selama bulan madu. Pada masa kini, semakin jarang

ada pasangan-pasangan yang sama sekali bebas dari ketakutan dan kegelisahan

dalam malam pernikahan mereka.

Jadi, sangat penting untuk diingat, bahwa hal-hal yang dihadapi oleh kedua

belah pihak untuk bulan madu mereka harus disinggung pada percakapan sebelum

pernikahan. Seringkali diskusi semacam ini terjadi dalam percakapan lingkungan

keluarga, tetapi tidak selalu. Bila Anda sebagai pemimpin gereja merasa sungkan

untuk membicarakan hal-hal semacam ini, atau apabila peraturan gereja melarang

pendeta untuk membimbing dalam hal ini, ada baiknya untuk minta anggota

jemaat atau pasangan yang lain yang dapat menjelaskan mengenai seks dan bulan

madu dengan baik. Seringkali dapat juga meminta nasihat dari dokter untuk

menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan persetubuhan pada waktu

pemeriksaan fisik sebelum menikah.

Tentu tidak boleh melebih-lebihkan fakta, seolah-olah semua persoalan

sebelum dan sesudah menikah pasti dapat diatasi jikalau pasangan belajar

berkomunikasi. Dibutuhkan usaha dan ketekunan bagi kedua belah pihak, suami

atau istri untuk dapat saling mendengarkan dengan baik, mengerti dan

mengutarakan isi hatinya dengan jujur dan penuh kasih belajar untuk saling

menghargai. Tentunya jika hal ini dilakukan, hubungan dalam pernikahan akan

menjadi lancar dan usahanya tidak sia-sia. Mengutarakan secara jujur tentang

sikap hidup, perasaan, dan pergumulan-pergumulan pribadi, adalah sama

pentingnya dengan mengutarakan cinta dan pengharapan. Tetapi tentu saja

75

Universitas Sumatera Utara


pengaturan semacam itu tidak dimulai pada masa bulan madu, oleh karena

seharusnya telah dimulai jauh-jauh hari sebelum pernikahan, dimana seorang

premarital konselor mendorong dan membimbing ke arah pengembangan

kemampuan berkomunikasi.

3. Bimbingan untuk mengenal diri sendiri.

Dalam pernikahan, kemampuan untuk dapat melihat dengan jujur keadaan diri

kita sendiri adalah modal yang paling utama. Tuhan Yesus dengan jelas

memperingatkan murid-murid-Nya, supaya mereka dapat melihat balok di mata

mereka sendiri sebelum mengambil selumbar di mata orang lain (Matius 7:3-5).

Namun sayang, banyak di antara kita yang justru menghindarkan diri dari

pengenalan terhadap diri sendiri. Memang tidak ada orang yang senang melihat

kesalahannya sendiri, lebih mudahlah baginya untuk mendapatkan kesalahan

dalam diri orang lain. Tidak heran bila terjadi perbedaan pendapat baik pada masa

pertunangan maupun masa- masa setelah menikah, kita cenderung melupakan

persoalan yang ada dan menganggap diri sendiri benar dengan menyalahkan orang

lain, tanpa menyadari, bahwa sumber dari segala persoalan itu mungkin adalah

dari dirinya sendiri.

Jadi, sangatlah penting pada masa-masa pertunangan untuk melakukan usaha

pengenalan diri sendiri. Memang tidak semua kebudayaan mengijinkan hal-hal ini

dibicarakan sebelum pernikahan, tetapi sesungguhnya akan sangat menolong

apabila masing-masing pasangan menyadari akan kelemahan dan kelebihannya

76

Universitas Sumatera Utara


sendiri dan secara terbuka mengutamakan prinsip-prinsip dan pengharapan-

pengharapannya sambil melihat reaksi atau tanggapan dari pasangannya. Penilaian

terhadap diri sendiri yang seperti ini dapat menolong pasangan yang akan

menikah untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, bahkan dapat menolong

suami/istri bila problema-problema seperti ini muncul di masa-masa mendatang.

4. Pertimbangan padangan Alkitab mengenai pernikahan.

Setelah Tuhan menciptakan dunia dengan isinya, Ia melihat bahwa "tidak

baik manusia itu seorang diri saja" dan Ia memulai lembaga pernikahan

sambil menyatakan, bahwa seorang laki-laki harus "bersatu dengan

istrinya dan menjadi satu daging" (Kejadian 2:18, 24).

Beberapa bagian dari Alkitab dapat menolong kita mempelajari konsep-

konsep pernikahan yang dikehendaki Allah. Bila pasangan Kristen sudah

memutuskan untuk memulai hidup sebagai suami/istri, mereka seharusnya

mengerti apakah tujuan pernikahan yang dikehendaki Allah dan rencana

Allah atas diri mereka berdua.

5. Merencanakan pernikahan

Persiapan pernikahan yang bagaimanakah yang diperlukan oleh calon-

calon pasangan suami istri? Persiapan pernikahan bagi mereka ialah persiapan

bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri, karena selama ini mereka adalah

dua pribadi dari latar belakang berlainan dan sekarang akan hidup bersama-

77

Universitas Sumatera Utara


sama. Jadi kita perlu mempersiapkan bagaimana mereka nanti bisa secara

harmonis hidup bersama-sama.

Pernikahan adalah ikatan seumur hidup paling serius yang dapat

dilakukan oleh sepasang kekasih sepanjang hidup mereka. Tetapi banyak

pasangan memasukinya dalam keadaan kurang dewasa dan tidak cukup

pengertian. Semakin meningkatnya jumlah perceraian, menunjukkan betapa

pentingnya mempersiapkan kaum muda memasuki pernikahan mereka.

78

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

FAKTOR DAN DAMPAK DARI PERNIKAHAN DINI

4.1. STUDI KASUS PERNIKAHAN DINI

 Kasus Pertama ( Diana Saragih)

Diana saragih lahir di desa nagori tongah pada tahun 1993, dia adalah anak

dari bapak Jaiman Saragih dan Ibu M.Siahaan. Dia salah satu orang yang menikah

pada usia dini. Dia menikah pada usia 18 tahun. Saat ini dia adalah seorang ibu

rumah tangga yang memiliki 3 orang anak. Kehidupan masa kecil diana sangat

keras dan kejam. Dimana ayahnya sangat kejam memperlakukan dia dan adik-

adiknya yang masih kecil. Mereka bersaudara 8 orang, Diana anak ke 5. Jadi dia

menyekolahkan adik-adiknya semua. Mereka dipaksa ikut bekerja ke ladang

orang dan upah mereka itu digunakan untuk biaya kehidupan mereka, seperti

membeli beras dan mencukupi kebutuhan rumah tangga. Dan sebagiannya lagi

diserahkan kepada ayahnya. Ibu mereka meninggal ketika mereka masih kecil dan

adik paling kecilnya masih berumur 6 tahun.

Ayahnya dulu tidak peduli kepada mereka. Dia hanya mementingkan diri

sendiri. Ayahnya memiliki sifat pemabuk berat, dan perokok dan ketika mereka

melakukan kesalahan, dia tidak segan-segan untuk memukul mereka. Jadi

kehidupan yang mereka jalani sangat keras dan juga memprihatinkan. Ketika

mereka tidak pergi ke ladang orang mengambil upah, maka mereka tidak akan

makan. Ayahnya itu sendiri tidak pernah mencari nafkah. Akibat dari kehidupan

mereka yang sangat keras, mereka akhirnya terbengkalai jadi sekolah. Dan pada

waktu kelas 2 SMP diana berhenti sekolah karena keadaan dan ekonomi tidak

79

Universitas Sumatera Utara


mencukupi. Dan dia bekerja untuk menyekolahkan adiknya yang masih SD. dan

bukan hanya itu Diana juga harus selalu menyerahkan uang setoran kepada

bapaknya untuk beli rokok dan uang simpanan bapaknya. Sementara bapaknya

kerjanya hanya di warung tuak (lapo) sepanjang hari menghabiskan hari-harinya.

Dia tau nya hanya mengatur dan menyuruh-nyuruh anak-anaknya, tetapi tidak

memberi contoh dan teladan yang baik kepada anak-anaknya. Tetapi Diana dan

juga adik-adiknya tetap mengasihi dan menyayangi bapaknya. Hingga diana

berusia 17 tahun dia menikah dengan seorang laki-laki yang bernama Benni

purba.

Awal mereka menjalani kehidupan rumah tangga bermula romantis dan

harmonis, tetapi setelah menjelang setahun mulai terjadi percekcokan antara si

Diana dengan mertua perempuannya. Sebenarnya mertua Diana ini baik, tapi

memang Diana yang sifatnyaagak keras kepala, dan juga karena mulai kecil dia

sudah di didik keras oleh ayahnya. Jadi dia udah terbiasa dengan pendirinnya

yang keras dan terbawa-bawa terus hingga dia menikah. Padahal itu tidak baik

untuk kehidupan rumah tangga nya. Dan juga karena mereka masih tinggal

serumah dengan mertuanya, jadi harus nya dia bisa menyesuaikan diri di tempat

orang tua suaminya. Diana juga berperilaku kurang sopan terhadap suaminya. Dia

sesuka hatinya saja mengatur dan menyuruh-nyuruh suaminya. Dia tidak

menghargai dan menghormati suaminya selayaknya seorang suami yang baik dan

sebagai kepala pemimpin rumah tangga di dalam keluarga mereka.

Diana juga dalam hal mengurus anak masih dikatakan masih belum baik,

dimana dia terkadang membiarkan anaknya tergeletak di lantai dan dibiarkan

80

Universitas Sumatera Utara


begitu saja. dan ketika anaknya juga menangis merengerk-rengek minta minum

ASI dia hanya mengabaikan nya saja, dan menunggu lama dulu baru diberi ASI

nya. Seperti pernah saya tanya kenapa dia memperlakukan anaknya seperti itu, dia

mengungkapkan :

“Terserah saya lah memperlakukan dia seperti apa, kan dia

anak saya. Kenapa pulak mengurusinya. Lagian anakku ini bandal

kali, gak tau keadaan mamak bapaknya seperti apa. Harusnya dia

tau dan mengerti, bapak dan mamaknya udah capek-capek banting

tulang bekerja mencari makan’’.

Saya hanya diam dan terheran-heran aja mendengar pengakuan dia.

Tetapi dia juga tidak memakai akal dan pikiran dalam mengungkapkan kata-

kata. Bagaimana mungkin dia berkata seperti itu kepada anaknya yang

masih berumur 1 tahun. Anak kecil belum tau apa-apa dan belum mengerti

soal apapun. Yang bisa dia lakukan hanya menangis dan menangis terus

saja.

Diana sekarang sudah memiliki 3 anak perempuan. Yang pertama

berumur 3 tahun, kedua berumur 2 tahun yang paling kecil berumur 1 tahun.

Dan jarak mereka itu sangat rapat sekali. Jarak nya hanya berbeda setahun

saja, anak kedua masih bisa belajar jalan saja, dan masih butuh pengawasan

untuk mengurusnya, anak ketiga masih minum ASI dan masih di gendong

juga. Dan terkadang Diana kewalahan untuk mengurus anak nya yang 3 itu.

Dia jadinya lebih sering melimpahkankannya kepada suaminya. Suaminya

akhirnya lebih sering mengurus anak-anaknya dibanding Diana. Untuk

81

Universitas Sumatera Utara


memandikan anak-anaknya juga terkadang suaminya dan bahkan untuk

memasak di dapur pun terkadang suaminya melakukannya. Diana oernah

mengungkapkan seperti ini :

“Walaupun dia suami saya, saya tetap bebas berbuat sesuka

hati kepada dia. Kalo dia tidak terima dengan sikap saya, yaudah

saya suruh dia untuk cari istri baru. Lagian mana ada lagi mau

sama dia, selain aku. Jadi apapun yang saya bilang, pasti dia turuti.

Saya cukup sewaktu anak gadis diperlakukan bapak saya keras,

sekarang saatnya saya untuk menikmati hidup yang selayaknya.

Walaupun suami saya yang terkadang tidak terima dengan

perlakuan saya”. (Diana Saragih,23).

Suami Diana bukannya tidak mau memberi perlakuan tegas kepada Diana,

tapi dia hanya berfikir untuk tidak membuat masalah dalam keluarga kecil mereka

karena mereka juga udah bertengkar kepaa orangtuanya sendiri akibat kelakuan

Diana. Sifat bawaan yang dimiliki suami Diana juga sangat lembut dan penyayang

sehingga dia selalu mengalah dan selalu menurut apa saja yang diperintahkan

Diana. Dalam rumah tangga mereka ini juga yang memimpin sepenuhnya ada di

tangan Diana. Kehidupan ekonomi rumah tangga Diana sangat rendah. Supaya

bisa makan sehari-hari itu, mereka harus pergi ke ladang orang setiap harinya dan

mendapat upah yang sesuai. Dan hasil gaji yang mereka dapat itulah, mereka buat

untuk membeli beras dan kebutuhan yang lainnya. Dan pendapatan mereka itu

sangat lah pas-pasan untuk menghidupi 5 orang dalam satu keluarga.

82

Universitas Sumatera Utara


Anak-anak diana juga kurang aktif dalam segala hal. Biasanya anak-anak

balita sangat aktif dalam bergerak atau berkata-kata. Tetapi beda dengan anak

Diana yang hanya kebanyakan diam duduk dan tidak ada gerakan. Mungkin itu

pengaruh asupan makanan yang diberi kurang vitamin. Anak-anak Diana tidak

ada yang diberi susu untuk gizi dan makanan hanya seadanya. Diana juga sering

membetak anak-anak nya sendiri dengan cara yang berlebihan dan tidak sesuai

denga umur yang masih balita. Sehingga membuat anaknya sering ketakutan

sendiri kepada Diana dan suaminya dan kepada orang-orang disekitarnya juga

terkadang anaknya hanya bisa diam aja.

Begitulah seorang Diana mengurus anak dan suaminya, dikarenakan dari

masa kecilnya yang sangat kejam dari ayahnya dan juga hidupnya yang sangat

keras untuk menafkafi ayah dan adek-adeknya sendiri. Sehingga dia jadi terbiasa

untuk menjalani kehidupan yang keras. Akhirnya Diana pun secara tidak sadar

ikut memerintah dan mengatur suaminya. Sehingga dia ynag menjadi pemimpin

keluarga dalam rumah tangga nya. Terkadang dia mengabaikan posisi suaminya

yang menjadi pemimpin keluarga.

 Kasus Kedua (Hasnani Purba)

Hasnani purba adalah seorang anak perempuan yang lahir di Desa Dolok

Huluan pada tahun 1996, Hasnani adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Dia

menikah di usia 17 tahun dengan seorang laki-laki yang bernama Jamin Saragih

yang berusia beda satu tahun dengannya yaitu 18 tahun. Hasnani harus menikah

muda karena Hasnani telah hamil diluar nikah. Hasnani melakukan pernikahan

dengan Jamin Saragih disaat usia kandungan Hasnani 7 bulan dan saat ini anak

83

Universitas Sumatera Utara


mereka telah lahir dengan jenis kelamin perempuan yang bernama Felicia

Dameyanti Saragih. Setelah menikah, Hasnani bekerja sebagai petani diladang

keluarga suaminya. Pekerjaan ini dilakukan oleh Hasnani sebagai kewajiban dia,

kerena mereka telah membangun rumah tangga, mau tidak mau ia harus menjadi

petani membantu sang suami untuk memenuhi kehidupan keluarga barunya.

Hasnani dan suami berserta anaknya tinggal satu rumah bersama dengan

mertua Hasnani di Desa Nagori Tongah. Perjalanan pernikahan mereka banyak

pertentangan di antara pihak keluarga masing-masing. Dimana orangtua dari

suaminya, sangat menentang keras hubungan mereka dan tidak merestui

sedikitpun hubungan mereka. Sifat dari orangtua suaminya sangat tinggi hati dan

sangat overprotektif kepada anak-anaknya, dimana mereka menginginkan calon

menantunya memiliki status pekerjaan yang baik seperti guru, bidan, pns dan

sebagainya. Sementara si Hasnani hanya seorang perempuan biasa yang baru

menamatkan pendidikan sekolah menengah atas dan tidak memiliki perkerjaan

dan dia juga berasal dari keluarga sederhana yang hanya bekerja di ladang sendiri

dan di ladang orang dengan mendapatkan upah yang sesuai. Begitupula dengan

orangtua Hasnani tidak menerima dari perlakuan keluarga Jamin Saragih, yang

merendahkan keluarga mereka sehingga menentang hubungan antara Hasnani

Purba dan Jamin Saragih.

Hubungan mereka yang ditentang oleh kedua keluarga mereka masing-

masing tidak mempengaruhi untuk memutuskan hubungan pacaran mereka,

sehingga mereka tetap bertekad menjalani hubungan mereka. Dibalik hubungan

mereka yang telah dijalani, ternyata mereka telah menyimpang ke hal-hal yang

84

Universitas Sumatera Utara


negatif yaitu melakukan hubungan diluar nikah sehingga Hasnani mengandung

anak dari Jamin Saragih. Seiring berjalannya waktu, kandungan Hasnani semakin

lama semakin membesar. Pada awalnya mereka mencoba untuk menutupinya dari

pihak keluarga mereka agar tidak diketahui. Tetapi usaha mereka untuk menutupi

tidak berhasil karena keadaan badan Hasnani Purba menandakan bahwa dia

sedang mengandung dan akhirnya diketahui oleh orangtua Hasnani.

Orangtua Hasnani yang telah mengetahui anak perempuannya hamil diluar

nikah atas perbuatan dari Jamin Saragih membuat orangtua Hasnani meminta

pertanggungjawaban atas perbuatan Jamin Saragih. Orangtua Hasnani dan

Hasnani datang menemui orangtua Jamin Saragih secara baik-baik dan

kekeluargaan. Dengan adanya musyawarah kedua belah pihak keluarga, akhirnya

Jamin Saragih dan Hasnani Purba direstui untuk menikah.

Rumah tangga yang dimulai oleh keluarga kecil Jamin Saragih dan

Hasnani Purba dan hadirnya seorang anak perempuan yang bernama Felicia

Dameyanti Saragih tidak berjalan harmonis yang disebabkan percekcokan

diantara mereka berdua dimana mereka memiliki sifat ego yang tinggi dan keras

kepala apalagi suaminya yang sebagai kepala keluarga seharusnya sebagaimana

perilaku yang baik sebagai suami dan ayah dari anaknya. Sementara dia

melakukan tindakan kekerasan pada fisik dan mental istrinya seperti memukul,

menampar dan memaki-maki. Dan istrinya juga tidak mau mengalah atas

perbuatan suaminya tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa kepada suaminya hanya

saja ia terkadang melampiaskan amarah dan kekesalannya kepada anaknya dengan

85

Universitas Sumatera Utara


cara membentak dan memarahi serta tidak mengurus anaknya dengan baik.

Hasnani mengungkapkan perasaannya :

“Saya tidak dapat berbuat apa-apa sewaktu suami saya

memarahi bahkan memukul saya, tetapi saya juga akhirnya emosi

dan melampiaskannya kepada putri saya Felicia padahal dia tidak

tahu apa-apa dan belum mengerti dengan apa yang terjadi terhadap

saya” (Hasnani Purba, 22).

Perlakuan mereka sangat mencerminkan perilaku yang tidak baik di rumah

tangga mereka, sehingga ini tetap dapat memicu percekcokan antar mereka. Ini

semua juga disebabkan akibat dari umur mereka membangun rumah tangga yang

belum cukup matang baik dari segi emosional dan psikologi.

Hasnani juga mendapat perlakuan yang kurang baik dari mertua karena

memang sebelumnya mertuanya tidak menyetujui hubungan mereka, sehingga

setelah mereka menikah sifat mertuanya yang pada dasarnya tidak senang selalu

melakukan hal yang semena-mena kepada menantunya seperti memakinya

walaupun didepan umum. Hal ini menyebabkan Hasnani merasa tertekan akibat

perlakuan mertuanya, ditambah lagi sang suami tidak pernah membelanya.

Hasnani terkadang diperlakukan bukan sebagai menantu tetapi layaknya seperti

seorang pembantu di rumah itu. Tetapi Hasnani hanya bisa diam dan bersabar

terhadap perlakuan mertuanya karena ia merasakan memang perbuatan mertuanya

tersebut akibat dari perbuatannya sendiri. Hasnani menyadari bahwa sejak masa

pacaran keberadaan Hasnani memang tidak diterima di keluarga suaminya

86

Universitas Sumatera Utara


ditambah lagi mereka menikah akibat hubungan mereka yang diluar batas yang

menyebabkan Hasnani hamil diluar nikah. Ketika Hasnani di marahi mertua

maupun suaminya terkadang Hasnani pergi atau kembali kerumah orangtuanya

dan membawa anaknya karena merasa tidak nyaman maupun sakit hati akibat

perlakukan tersebut. Terkadang Hasnani takut bahwa hubungan keluarga mereka

yang tidak harmonis berdampak pada psikis anaknya karena anaknya harus

melihat ayah ibunya dan mertuanya yang sering bertengkar. Seperti yang pernah

diungkapkannya,

“Saya tidak mau membuat anak saya ketakutan atau terkejut

ketika melihat perlakuan suami yang sewaktu dia memukul atau

menyenggak saya. Jadi saya selalu membawa senyum aja dan

berusaha mengajak anak saya bermain dan mengalihkan

perhatiannya supaya tidak fokus melihat bapak dan mamaknya

bertengkar. (Hasnani Purba,22).

Mertua Hasnani juga memperlakukan anak hasnani berbeda dengan cucu

nya yang lain. Cucu dari menantu yang lain diperlakukan mertua nya seperti anak

kandung nya sendiri dan sangat menyanyangi cucu lainnya. Sementara Felicia,

anak dari Hasnani terkadang diabaikan oleh mertua nya sendiri. Yang lebih sadis

nya adalah mertua laki-lakinya. Mulai felicia lahir dan sampe setahun mertua laki-

lakinya gak pernah mau menggendong mau pun menyentuh Felicia. Begitulah

sangkin tidak sukanya mertua Hasnani kepada dirinya sendiri sampai anaknya

juga ikut korban dari ketidaksukaan mertuanya. Sementara jika dilihat dari sisi

logikanya, anaknya tidak ada berbuat salah tapi malah ikut juga terlibat. Berbeda

87

Universitas Sumatera Utara


dengan mertua perempuan Hasnani yang begitu menyayanginya. Mertua Hasnani

bersikap netral kepada semua cucunya, seperti halnya kepada Felicia anak dari

Hasnani, dia juga begitu menyayanginya. Dia merawat Felicia sebaik mungkin.

Dan tetap menasehati dan menegur Hasnani secara sopan dan baik selayaknya

seorang ibu kepada putrinya sendiri.

Kehidupan rumah tangga hasnani terlihat seperti bahagia dan harmonis

karena dia sangat pintar menyembunyikan kekurangannya dan sosialisasi nya ke

luar sangat baik. Dia ketika bergaul diluar dengan orang-orang setempat bawaan

nya selalu senang dan bahagia, dia juga tidak mau mengumbar-umbar masalah

dalam dalam keluarganya kepada orang lain, hanya kepada oramg terdekat saja

dia mau bercerita. Salah satu kepada mama saya yang kebetulan juga kami masih

keluarga. Mertua laki-lakinya adalah abang kandung bapak saya sendiri.

Hasnani mau sekali-sekali cerita kepada mama saya ketika dia ada

masalah dengan mertua dan suaminya. Dan mama selalu memberi nasehat dan

memberi wejangan kepadanya dan juga membukakan sifat-sifat asli dari

mertuanya. Mama memberi nasehat supaya Hasnani harus dan mau memaklumi

sifat dari mertuanya, karena bagaimana pun juga keadaan orangtua si Jamin,

suaminya itu adalah tetap menjadi mertuanya. Seperti yang sering mamak

ungkapkan,

“Kamu harus tetap sabar dan menerima kenyataan nang,

mereka adalah mertuamu sendiri, bagaimanapun dan sampai

kapanpun selamanya mereka menjadi mertuamu. Karena tidak

mungkin bisa orangtua nya si si Benny mertuamu. Memang sifat

88

Universitas Sumatera Utara


mertua mu itu sangat keras kepala sama seperti anaknya sendiri,

yaitu suamimu itu. Jadi kamu sebagai menantu harus menengahi

mereka ketika mau terjadi perselisihan. Apalagi mertua laki-lakimu

itu sifatnya melebihi seorang perempuan yang cerewet nya minta

ampun, dan keinginannya juga harus selalu dituruti.

Begitulah kehidupan di kampung yang pemikiran nya tidak terlalu luas,

hanya memiliki mindset yang rendah. Seharusnya mertua nya senang melihat

kehadiran cucunya sendiri bukan malah ikut membencinya, kepada Hasnani tidak

masalah dia benci atau tidak suka tetapi kepada cucunya sendiri, mertuanya

seharusnya menyayangi cucunya sendiri, dan seharusnya Dia bersyukur sudah

diberi cucu yang sehat dan baik oleh menantunya. Sebagian mertua yang tidak

suka kepada menantunya tetapi ketika menantunya memberikan seorang cucu

kepada mertuanya, akhirnya sang mertua bisa luluh kepada menantunya itu. Dia

tidak peduli lagi kepada menantunya karena dia sudah mendapat seorang cucu.

Sekalipun begitu perlakuan mertua Hasnani kepadanya, dia tetap

memperlakukan mertuanya seperti orangtua kandung sendiri. Dia menyayangi dan

mengasihi mertuanya. Dia menganggap bahwa ini adalah pilihan terbaik yang ia

pilih. Karena memang dia sendiri yang memilih Jamin menjadi pendamping

hidupnya. Jadi bagaimanapun nanti perjalanan kehidupan rumah tangga nya mau

tidak mau harus bisa dia hadapi dan selalu sabar dan tabah dalam menghadapinya.

 Kasus Ketiga (Ristauli Haloho)

Rista adalah seorang wanita yang baru berumur 19 tahun. Dia menikah

sewaktu masih kelas 2 SMA. Sekarang dia telah memiliki anak 1 orang. Anaknya

89

Universitas Sumatera Utara


berumur satu tahun. Suaminya bernama Dodi saragih yang berumur 23 tahun.

Rista menikah dengan Dodi atas keinginannya sendiri. Sebelumnya mereka

menjalan hubungan pacaran. dan Dodi adalah cinta pertama atau bisa dikatakan

orang pertama pacarnya Rista. jadi mereka pacaran selama 4 bulan, Rista disitu

manjalani pendidikan kelas 2 SMA. pada akhir bulan ke 4 mereka pacran Rista

tidak pernah datang ke sekolah. Dan dirumah nya pun dia tidak ada. setelah dicari

dan dihubungi ternyata dia ada di rumah pacarnya dan tidak mau balek ke

rumahnya sendiri.

Akhirnya Dodi sendiri yang mengantar Rista kembali ke rumahnya karena

Rista tidak mau disuruh pulang. Dan orang tua rista biasa saja dengan sikap Rista

yang seperti itu. Di dalam keluarga Rista selalu terjadi broken home. Orangtua

Rista sering sekali bertengkar dalam masalah sepele sekalipun. Ayah Rista selalu

memarahi dan membentak-bentak Ibu Rista, dan Ibu Rista juga tidak mau kalah

dan tidak mau disalahkan dan hanya ingin menang sendiri walaupun itu salah dia

sendiri. Karena Ibu Rista adalah seorang Ibu rumah tangga dan istri yang tidak

baik dan tidak bertanggung jawab dalam mengurus anak dan suaminya, pada

akhirnya suaminya selalu memarahi dan memaki-makinya. Ibu Rista juga tidak

peduli kepada anak-anaknya. Dan tau nya hanya mengomel dan memarahi anak-

anaknya saja. termasuk Rista juga.

Kehidupan ekonomi keluarga Rista sangat sederhana dan pas-pasan.

Mereka untuk membiayai hidupnya harus ke ladang orang dulu untuk mengambil

upah. Dan Rista juga mengambil upah ke ladang orang supaya bisa membayar

biaya ongkosnya ke sekolah. Karena orangtuanya sering tidak memberi uang

90

Universitas Sumatera Utara


kepada nya untuk biaya ongkos transportasi nya ke sekolah. Terpaksa mereka

harus ke ladang orang supaya dapat upah, begitu juga dengan adeknya yang masih

SMP. Ayah Rista bisa dibilang baik, karena ayahnya memberi kebebasan untuk

anak-anaknya. Dan orangtua Rista juga terlalu memberi kebebasan untuk Rista

untuk melakukan kemauan sesuai keinginannya. Dan ketika Rista punya pacar,

orangtua tidak pernah menanyakan atau membahas tentang pacarnya. Setelah 4

bulan lebih, Rista menghilang dari rumah dan tidak datang ke sekolah. Ternyata

dia ada di rumah Dody, pacarnya. Setelah 2 minggu ada disana, pihak dari

keluarga Dody datang ke rumah Rista untuk mengabari bahwa putri mereka ada di

rumah Dody. Ternyata pihak keluarga Dody belum sanggup menikahkan Dody

dengan Rista alasan dikarenakan biaya untuk pesta belum ada mencukupi.

Jadi keputusan dari pihak keluarga Dody yaitu mereka tetap diizinkan

bersama dan dinikahkan tetapi hanya diberkati tanpa dibuat pesta adat dan tidak

ada mahar. Setelah mendengar penjelasan dari pihak keluarga Dody awalnya,

orangtua Rista tidak setuju dengan keputusan tersebut. Mereka menyuruh supaya

Rista secepatnya dipulangkan. Sebenarnya keluarga Dody tidak ada menahan atau

memaksa Rista untuk tetap tinggal disana, tetapi karena kemauan Rista sendiri

dan dia yang tidak mau pulang ke rumahnya. Akhirnya orangtua Rista mengalah

dan merestui hubungan mereka walaupun tidak ada mahar dan tidak diadati dan

hanya di berkati di gereja dan makan bersama keluarga dekat. Dan disitu orangtua

Rista tidak boleh hadir karena tidak ada berjalan adat. Di dalam adat Batak

Simalungun, jika seorang perempuan tidak ada mahar atau biasa di bilang sinamot

maka orangtuanya atau pihak keluarga dekat si perempuan tidak boleh datang

91

Universitas Sumatera Utara


menghadiri. Hanya 2 orang perwakilan saja yang dapat dikirim ke sana untuk

saksi semata.

Orang-orang di kampung itu pada heran mengapa Rista cepat menikah

padahal dia masih mengikuti pendidikan SMA. Pemikiran orang-orang terhadap

Rista makanya cepat menikah yaitu, orang-orang beranggapan bahwa Rista pasti

telah hamil di luar nikah. Ternyata sesudah beberapa lama menikah Rista belum

mengandung. Setelah ada setahun baru ada dapat kabar dia sedang mengandung

sewaktu dia datang berkunjung ke rumah orangtuanya. Suami Rista juga masih

muda.

Jadi bisa dikatakan mereka berdua masih menikah dibawah umur. Dan

pemikiran nya juga masih belum terlalu dewasa dan belum bisa mengaml

tindakan sendiri. Disitu dapat dilihat sewaktu menjelang pernikahan, dia tidak bisa

dengan tegas menyatakan kepada orangtua nya bahwa ia ingin menikahi Rista.

Tetapi dia sepenuhnya patuh kepada orangtua nya terlebih kepada mamanya. Dan

memang sifat nya penurut terlebih kepada orangtua nya.

4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Simalungun

Melakukan Pernikahan Dini

 Kurangnya ekonomi

Tinggi rendahnya angka pernikahan di usia muda sangat dipengaruhi oleh

rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat dalam keluarga di desa Nagori

Tongah. Maka tidak heran bila pernikahan di usia muda biasanya terdapat di

daerah pedesaan yang relatif tertinggal secara ekonomi. Oleh karena itu, banyak

remaja dan pemuda yang tinggal di kampung dan tidak melanjutkan sekolah atau

92

Universitas Sumatera Utara


kuliah. Bahkan ada yang hanya sampai sekolah di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) saja.

Seorang ibu ada yang mengatakan seperti ini,

“kalo udah gak sekolah laginya ngapai lama-lama menikah. Biar

berkurang juga beban orangtua nya. Dan supaya bisa dia mencari nafkash

sendiri dan tidak merepotkan orangtuanya lagi” (Rosita 60 tahun).

Ketika mereka tidak sekolah lagi, maka kegiatan yang mereka lakukan

yaitu pergi ke ladang orang untuk mendapatkan upah. Banyak remaja yang ada di

Desa Nagori Tongah yang akhirnya menikah di usia muda disebabkan mereka

merasa tidak ada yang yang perlu dilama-lamakan. Jadi mereka berpikiran tidak

masalah menikah usia sekarang karena pada akhirnya nanti ujung-ujungnya akan

menikah juga, padahal usia nya masih dini. Seperti yang disampaikan oleh salah

satu warga yang di Nagori Tongah,

“ya terserah dia mau cepat menikah, kalo dia udah siap menikah yaudah

menikah.intinya gada yang menghasut atau memaksa dia supaya cepat menikah.

Keputusan tetap ditangannya sendiri. Jadi orangtua pun tidak usah melarang-

larangnya”(Dameria, 45 tahun).

 Tidak Melanjut Sekolah

Dikarenakan rendahnya pendidikan ataupun pengetahuan orangtua, anak

dan masyarakat di Desa Nagori Tongah, hal ini menyebabkan adanya

kecenderungan untuk menikahkan anaknya yang masih di bawah usia untuk

menikah, dimana seharusnya anak yang berusia 16 sampai 20 tahun masih

melakukan pendidikan tapi harus menikah. Seperti yang peneliti temukan di

93

Universitas Sumatera Utara


lapangan, banyak masyarakat Nagori Tongah yang tidak mengerti dan paham

tentang bagaiamana pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat khususnya

pendidikan seksualitas terhadap anak. Seperti yang dikatakan informan,

“menurut saya kebanyakan orangtua yang kurang paham dengan

pendiidkan makanya kebanyakan tidak dilanjutkan ke jenjang kuliahan dan

selebihnya karena ekonomi rendah yang tidak bisa membiayain pedidikan

anaknya” (Eko damanik, 28 tahun).

Ketika membahas tentang seks mereka menganggap itu tabu dan kotor untuk

dibahas. Jadi dalam mindset mereka itu tidak boleh dibicarakan secara terang-

terangan. Jadi anak-anak remaja tidak pernah t ahu bagaimana pendidikan seks

yang sebenarnya dan tidak tahu bagaimana resiko yang dialami orang-orang

menikah dini. Dan di sekolah juga tidak banyak mengajarkan secara mendalam

tentang pedidikan seks, hanya membahas seadanya saja. sehingga anak-anak

remaja di Desa Nagori Tongah sangat minim pengetahuannya tentang pendidikan

seks. Seperti yang diungkapan seorang informan remaja,

“kami di sekolah tidak ada mempelajari tentang seksualitas dan materi

tentang seks juga tidak banyak dibahas. Kami belum sepenuhnya paham resiko

yang dialami wanita yang menikah muda. Di rumah juga sepeti itu orangtua kami

gak pernah dan enggan membahas tentang seks. Ya jadinya kami hanya melihat

dan memilih kehidupan yang ada” (Devi purba, 19 tahun).

 Hamil Di Luar Nikah

Hamil merupakan anugrah Tuhan yang diberikan pada kaum hawa.

Umumnya perempuan mengalami kehamilan ketika mereka sudah menikah.

94

Universitas Sumatera Utara


Namun tidak menutup kemungkinan mereka juga hamil sebelum menikah. Hamil

sebelum menikah merupaka aib bagi keluarga. Jadi ketika orangtua mengetahui

gadisnya hamil, orangtua segera menikahkan anaknya dengan laki-laki yang telah

menghamilinya.

Seperti yang terjadi pada Hasnani yang hamil diluar nikah. Sebenarnya

orangtua suami dari hasnani tudak merestui hubungan mereka. Jadi sewaktu

masih pacaran, orangtua dari Jamin sudah melarang keras dengan hubungannya.

Tapi mereka tetap menjalaninya, hingga mereka melakukan hubungan intim dan

akhirnya Hasnani telah hamil diluar nikah. Lalu orangtua Hasnani mengantar nya

ke rumah si Jamin supaya mereka dinikahkan, pada akhirnya mau tidak mau

orangtua Jamin harus merestui hubungan mereka dan menikahkan anaknya.

 Tidak Merantau

Anak-anak yang ada di Desa Nagori Tongah sebagian besar tidak melanjut

sekolah. Ada yang sekolah hanya samapi di jenjang SMP dan ada yang tidak

smapai tamat SMA. Jadi mereka yang putus sekolah itu kebanyakan merantau

keluar di kampung itu. Mereka pergi ke kota yang jauh dari kampungnya untuk

memulai hidup yang lebih baik atau mencari pekerjaan yang lebih baim dikota

dibanding di kampung. Jadi ada juga sebagian yang hanya tinggal dikampung

saja. Mereka yang tinggal di kampung itulah, banyak yang sudah melakukan

pernikahan dini. Menurut mindset mereka, tidak ada lagi mau dilama-lamakan.

Jadi tidak masalah untuk langsung menikah.

95

Universitas Sumatera Utara


4.3. Dampak Pernikahan dini pada Masyarakat Simalungun

a. Dampak Positif

Adapun dampak positif dari pernikahan dini yang terjadi di Desa Nagori

Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun yaitu,

a. Mengurangi beban ekonomi Orangtua, karena dengan menikahkan

anaknya maka semua kebutuhan anak akan dipenuhi oleh suaminya, bahkan

orangtua juga berharap beban ekonominya juga akan dibantu. Seperti yang

pernah diungkapan oleh mamak Rista,

“baguslah dia menikah cepat, biar berkurang beban

ekonomi yang mau ditanggung. Dia juga sudah bisa nya

mengurus diri sendiri, apalagi sesudah memiliki suami.

Pastinay dia lebih baik kehidupannya nanti” (Ibu Linda

Naibaho, 54 tahun).

b. Mencegah terjadinya perzinahan di kalangan remaja, karena

dengan menikahkan anak maka perbuatan yang tidak baik seperti

melakukan hubungan suami istri sbelum menikah dapat dicegah,

secara tidak langsung juga mencegah terjadinya hamil diluar nika di

kalangan remaja.

96

Universitas Sumatera Utara


b. Dampak Negatif

a. Dampak terhadap pasangan suami istri

Adakalanya pasangan suami istri yang melangsungkan pernikahan di

usia dini tidak bisa memenuhi atau tidak hak dan kewajibannya sebagai

suami istri. Kenyataan ini akan menimbulkan dampak atau akibat yang tidak

baik bagi pasangan suami istri itu sendiri. Ketidaktahuan hak dan

kewajibannya disebabkan karena pasangan usia dini secara fisik maupun

mental belum matang, dimana masing-masing pihak ingin menang sendiri

dan akibatnya pertengkaran tidak dapat dihindari.

Seperti yang yang terjadi pada keluarga Jamin Saragih dan Hasnani

Purba, pernah suatu saat ketika Hasnani ingin membeli susu SGM untuk

anak mereka Felicia, jadi dia minta uang belanja kepada Jamin dan Jamin

tidak memberi karena memang dia tidak memiliki uang, sementara uang

untuk beli rokoknya tetap ada. Disitu kemarahan Hasnani memuncak dia

memaki suaminya dan pertengkaran pun terjadi. Disitu Jamin secara tidak

sadar tidak tahu kewajiban sebagai suami dan bapak untuk memenuhi

kebutuhan anak dan istrinya sendiri. Dia hanya fokus untuk dirinya sendiri.

b. Dampak terhadap orangtua masing-masing

Menurut Armel Damanik sebagai penatua di Desa Nagori Tongah,

rendahnya pendidikan yang didapat yang rata-rata hanya tamat Sekolah

Dasar (SD), maqka pasangan susami istri pernikahan dini kurang

97

Universitas Sumatera Utara


memeprhatikan keharmonisan terhadap orang tua “mertua” masing-masing,

mereka hanya mengalah jika orangtua memarahinya.

Seperti yang terjadi pada pasangan Rista Haloho yang pada saat menikah

usia 17 tahun, mereka sering bertengkar dan jika bertengkar Rista pulang ke

rumah orangtuanya dan menjelaskan perselisihan yang mereka alami. Jika

mereka sedang bertengkar maka akan mengadukan pada orangtua masing-

masing, dan hal itu akan membuat permasalahan semakin rumit, karena

masing-masing orangtua akan membela anak-anaknya sendiri, sehingga

hubungan antar besan akan menjadi renggang.

4.4. Tanggapan Pemerintah Desa Terhadap Pernikahan Dini

Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara

Desa dan pengurus desa yang lain. Memang dari kabupaten dan kecamatan belum

ada sosialisasi yang dilakukan di desa dalam mencegah terjadinya pernikahan

dini. Seperti yang pernah diungkapkan Kepada desa Pak Haloho (64):

“Di desa ini belum ada dilakukan sosialisasi tentang

kesehatan dari puskesmas untuk mencegah bahaya dan resiko dari

pernikahan dini. Karena kurangnya perhatian masyarakat dalam

menanggapi hal tersebut. Mereka berpikiran begini, itu kan pilihan

nya untuk menikah muda”.

4.5. Tanggapan Masyarakat Terhadap Pernikahan Usia Muda

98

Universitas Sumatera Utara


Desa Nagori Tongah merupakan salah satu desa yang masyarakatnya

paling banyak melakukan pernikahan dini dibandingkan dengan desa lainnya yang

ada di Simalungun. Dari hasil yang ditemukan oleh si peneliti, ada bebrapa

informan masyarakat sekitar yang memberi tanggapan tentang pernikahan yang

dilakukan wanita di usia remaja. Dimana seharusnya mereka lebih memikirkan

masa depan dan membals jasa orangtua dahulu sebelum memutuskan untuk

menikah muda. Seperti yang diungkapan seorang informan,

“sebenarnya sayang sekali usia muda mereka kalau harus memutuskan

untuk menikah, kan mereka bisa lanjut kuliah kalau sudah tamat SMA, soal biaya

kan bisanya kuliah sambil kerja kalau memang ada keinginan dan niat dalam

dirinya”( Denny saragih, 32 tahun).

Remaja di Desa Nagori Tongah yang penulis temuin hampir rata-rata tidak

melanjutkan ke jenjang perkuliahan, walaupun tdak semua begitu. Tetapi

kebanyakan mereka tamat SMA memutuskan untuk bekerja ke ladang orang atau

merantau ke kota keluar dari kampung halaman nya untuk bekerja di PT atau

pabrik yang mereka inginkan. Mereka berpikir bahwa unag kuliah itu sangat

mahal, taku tidak bisa bayar dan berhenti ditengah jala. Setelah tamat SMA semua

ujung-ujungnya memilih menikah muda dan tidak berpikir dampak dari

pernikahan muda itu. Masyarakat sekitar yang melihat banyaknya pernikahan dini

tidak bisa terlalu banyak komentar. Seperti yang diungkapkan seorang warga,

“lihat anak zaman sekarang kok enak kali main nikah-nikah saja, gak mikir ke

depannya gimana? Ujung-ujungnya cerai dan menyusahkan orangtua. Tapi iya

mau gimana lagi, kami sebagai masyarakat sekitar gak bisa ngomong apa-apa

99

Universitas Sumatera Utara


toh mereka yang menjalanin, iya paling hanay memberi nasihat aja, sebelum

memutuskan sesuatu itu berpikir dulu.

4.6 Tanggapan Gereja terhadap Pernikahan Usia Muda

Gereja sangat tegas melarang para remaja untuk menikah pada usia muda

tetapi pada sekarang ini seiring berkembangnya zaman banyak anak-anak muda

tetap menikah di usia muda dikarenakan banyak faktor. Persekutuan Gereja-

Gereja di Indonesia (PGI) secara tegas menolak batas usia pernikahan 16 tahun

bagi anak perempuan dalam pasal 7 ayat (1) UU no.1 tahun 1974 tentang

perkawinan.

Pada GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) orang yang menikah

muda sekarang sudah dapat diberkati oleh pendeta. Mereka tetap diberi konseling

pranikah sebelum melakaukan pemberkatan. Sewaktu dikonseling pasangan muda

ini akan di tanya seluruhnya kehidupan sesama mereka. Apakah mereka sudah

siap menikah dan bagaiamana hubungan sesama mereka apakah sudah

mengetahui karakter masing-masing. Dan mereka juga akan ditanya apakah

mereka telah melakukan hubungan layaknya suami istri. Ketika mereka

mengatakan tidak pernah melakukan nya, tetapi di selang berapa bulan setelah

acara pemberkatan mereka si perempuan sudah ketahuan lahiran. Mereka akan

dikeluarkan dari jemaat gereja yang disebut dengan anggota siasat.

Anggota siasat berlaku untuk pasangan menikah muda yang melahirkan

belum pada saat nya. Maksudnya terlalu cepat waktu nya melahirnya setelah acara

pernikahan, itu artinya si wanita hamil di luar nikah dan tidak jujur mengatakan

100

Universitas Sumatera Utara


kepada jemaat gereja. Dan anggot siasat diabut ketika mereka rajin beribadah ke

gereja tanpa absen sekali berturut turut selama 26 bulan penuh.

Beda dengan aliran gereja karismatik yang menerima sepenuhnya orang

yang hamil di luar nikah dan tetap memberkatinya. Makanya ketika ada jemaat

GKPS yang ketahuan hamil diluar nikah, mereka akan pindah langsung ke gereja

karismatik supaya diberkati disana. Di aliran gereja karismatik memiliki prinsip

dimana semua orang telah jatuh ke dalam dosa dan semua dosa nya itu sama tidak

ada besar kecil. Dan tugas mereka menyelamatkan orang-orang yang berdosa dan

membawanya kembali ke jalan yang benar. Mereka tetap memberkati orang yang

hamil diluar nikah karena prinsip mereka adalah membawa jiwa-jiwa yang hilang.

101

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas maka

kesimpulan dalam penelitian mengenai pernikahan dini di Desa Nagori Tongah

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Pertama, pernikahan dini yang terjadi di Desa Nagori Tongah semakin

lama semakin meningkat dikarenakan karena minimnya pengetahuan masyarakat

setempat tentang dampak dan bahaya dari pernikahan dini sehingga banyak merea

secara tidak sadar menanam penyakit yang sangat beresiko ketika mereka

melakukan pernikahan dini.

Kedua, faktor yang mempengaruhi pernikahan dini di Desa Nagori Tongah

adalah lemahnya ekonomi orangtua sehingga banyak anak-anaknya tidka bida

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, anak –anak di Desa Nagori

Tongah tidak merantau keluar setelah tamat sekolah atau ketika tidak sekolah lagi,

dan anak yang hamil diluar nikah.

Ketiga, ketika anak di Desa Nagori Tongah melakukan pernikahan dini,

masyrakat setempat teatp melakukan adat upacara ritual seperti yang dilakukan

untuk pernikahan yang ideal. Tidak ada perbedaan yang dibuat dalam upacara

pernikahan. Sehingga anak yang melakukan pernikahan dini tidak merasa aneh

baginya.

102

Universitas Sumatera Utara


Akibat yang dilakukan oleh pernikahan dini ini adalah banyak anak

kekurangan fisik dan mental. Dan akibat dari orangtua nya yang merawat anaknya

kurang paham dengan bagaimana cara mengurus anak dengan baik

5.2. Saran

Setelah saya meneliti dan mengamati permasalahan sebagaimana tersebut

di atas, maka saya mencoba untuk mengemukan saran sebagai berikut : Pertama,

kepada masyarakat Simalungun, supaya tetap mempertahankan nilai-nilai adat

yang diwariskan oleh leluhur, karena adat adalah salah satu identitas yang bisa

kita tunjukan kepada orang lain bahwa kita adalah masyarakat Batak Simalungun.

Kedua, kepada masyarakat Simalungun supaya pendidikan tentang seksual

agar lebih ditingkatkan, dan untuk masyarakat Simalungun agar mengajarkan

anaknya secara terang-terangan dan terbuka tentang pengetahuan seksual.

Ketiga, memberikan pengetahuan tentang agama sejak dini agar setiap

orang dapat membedakan apa yang baik dan apa yang salah.

Keempat, melakukan pembekalan dan sosialisasi tentang pernikahan

dengan tepat sasaran karena itu merupakan bekal seseorang untung membangun

rumah tangga.

103

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghifari Abu. Gelombang kejahatan seks Remaja Modern, Muhajid, Bandung,


2001

Apriyanti Riska. 2017. Dampak psikologis pernikahan dini bagoi kaum wanita.
Kesehatan Masyrakat. Fakultas Kesehatan Masyakat. Universitas Islam
Negeri. Lampung.

Atmei Anggreani, Lubis. “ Latar belakang wanita melakukan perkawinan usia


dini” Jurnal ilmu pemerintahan dan sosial politik. Vol.2 No.4, 2016,
hal.150.

Damanik Erond L. 2016. Ritus Peralihan (upacara adat simalungun seputar


kelahiran, perkawinn,penghormatan kepada orangtua dan kematian).
Medan. Simetri institute.

Danandjaja James. Antropologi psikologi. Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada


Desiyanti Irne W. “ Faktor-faktor yang berhubungan terhadap pernikahan dini
pada usia subur di kecamatan mapangaet Kota Manado” JIKMU. Vol.5
No.2, 2015, hal.271.

Eka Rini Setiawati. 2018. “Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Keharmonisan


Pasangan Suami Dan Istri Di Desa Bagan Bhakti Kecamatan Balai Jaya
Kabupaten Rokan Hilir” Jom FISIP Volume 4. Hal 6-7
Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Koentjaranigrat. 2009. pengantar ilmu antropologi. Jakarta. Rineka cipta.
Kusmiran Eny. 2011. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.
Lestari Nurhajati, Damayanti. 2012. Wardyaningrum “Komunikasi Keluarga
dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan di Usia Remaja” 236 Jurnal
Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol. 1, No. 4.
Malik Rusdi SH. 2010. Peran agama dalam hukum pernikahan di
Indonesia.Jakarta: Trisakti.
Rusmini. 2015. Dampak menikah di kalangan perempuan. Psikologi. Fakultas
Psikologi. Universitas Hasanuddin.
Saragih, Djaren SH., Djisman Samosir SH., Djaja Sembiring SH.
“Hukum Perkawinan Adat Batak” , Bandung: Penerbit Alumni, 1977.
Sortaman Saragih. 2008. Orang Simalungun. Depok : CV Citama Vigora.
Spradly James P. 1997. Metode etnografi. Yogja. Tiara Wacana Yogja.

104

Universitas Sumatera Utara


Susabda, Yakub, Konseling Pranikah : Sebuah Panduan untuk membimbing
Pasangan-pasangan yang akan Menikah, Pionir Jaya dan Mitra Pustaka
http://www.academia.edu/6546241/Makalah-pernikahan-dini
http://windidewanto.blogspot.co.id/2015/03/makalah-pernikahan-dini.html
http://journal.unri.ac.id 20 maret 2018, hal 6-7
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/kenakalan-remaja-dan-cara.html
“Perkawinann dan keluarga dalam kajian”, diakses melalui
http://ukh-puji.blogspot.co.id/2009/12/perkawinan-dan-keluarga-dalam-
kajian.html
https://books.google.co.id/books?id. konseling+pra+nikah+kristen&hl
http://www.marriageinspiration.com/christian-premarital-counseling.html
http://simalungunkab.bps.go.id/2017badan-statistik-simalungun.html

105

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Gambar diatas adalah kantor Kepala Desa Nagori Tongah

Foto salah satu kebun jeruk yang ada di Desa Nagori Tongah

Universitas Sumatera Utara


Foto salah satu Informan yang melakukan Pernikahan Dini beserta dengan
putrinya. Kelihatan seperti adik sendiri, ternyata anaknya.

Tanah yang membentang luas di Desa Nagori Tongah

Universitas Sumatera Utara


Foto salah sat informan yang melakukan pernikahan dini di Desa Nagori
Tongah.

Foto pernikahan orang myang menikah dini.

Universitas Sumatera Utara


Nama-Nama Informan yang melakukan Pernikahan Dini
No Nama Usia

1. Hasnani Purba 18
2. Lamsar Rajagukguk 17
3. Hottani Haloho 18
4. Jamin Saragih 18
5. Rosfita Haloho 18
6. Hissa Purba 18
7. Marlina Samosir 17
8. Resdelina Sinaga 17
9. Tiurlina Sinaga 16
10. Agus Saragih 18
11. Daniartauli Sipayung 18
12. Endang Sipayung 19
13. Donna Lingga 17
14. Tania Damanik 18
15. Radovan Sinaga 18
16. Megasari Haloho 17
17. Diana Saragih 16
18. Ristauli Haloho 16
19. Dewi Purba 18
20. Betti Saragih 17
21. Wanfernando Sipayung 16
22. Tanti Girsang 17
23. Linda Haloho 17
24. Roma santa Saragih 16

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai