SKRIPSI
Oleh
HISA AUDRINA GINTING
1416031064
Oleh
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki kurang lebih 633 macam suku.
Bermacam tradisi pun lahir dari macam-macam suku tersebut, salah satunya suku
Batak Karo yang mempunyai sebuah tradisi yaitu ertutur. Tradisi ertutur adalah
salah satu cara untuk mencapai bentuk kesepakatan yang berhubungan dengan
kekeluargan pada awal perjumpaan. Pada penelitian ini akan dibahas bagaimana
pola komunikasi mahasiswa perantau di Bandar Lampung dalam tradisi ertutur
yang menggunakan metode etnografi komunikasi oleh Dell Hymes. Dalam tradisi
ertutur terdapat dua orang individu yang saling memberikan informasi diri mereka
masing-masing dengan tujuan mencapai kesepakatan tutur yang nantinya sangat
berdampak dalam kehidupan mereka di tanah perantauan yaitu di Bandar
Lampung. Pola komunikasi mahasiswa perantau di Bandarlampung juga tercipta
dari beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh IMKA (Ikatan Mahasiswa
Karo) di Bandarlampung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa
perantau di Bandar Lampung melakukan tradisi ertutur untuk mencari keluarga
dan impal di tanah perantauan. Dimana dalam masyarakat suku Batak Karo,
seorang individu tidak bisa menikah dengan seseorang yang mempunyai marga
sama dengan dirinya. Selain itu, tradisi ini dapat dilakukan dimana saja ketika
individu tersebut mempunyai ketertarikan untuk mengenal lawan bicaranya.
Oleh
HISA AUDRINA GINTING
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
putri dari Bpk. Hiskia Juana Ginting dan Ibu Sari Malem Br.
Way Halim Permai yang diselesaikan pada tahun 2002, SD Xaverius 3 Way
Halim Permai yang diselesaikan pada tahun 2008, Fransiskus Tanjung Karang
yang diselesaikan pada tahun 2011, dan SMAN 9 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui
Jalur SNMPTN pada tahun 2014. Selama penulis menjadi mahasiswa, penulis
aktif sebagai anggota HMJ Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang Advertising
periode Januari 2017. Penulis juga menerapkan hasil dari bangku kuliah pada
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Biro Humas dan Protokol Provinsi Lampung
Kupersembahkan karya yang penuh perjuangan ini untuk kedua orang tua
tercinta Sari Malem Br. Karo dan Ayahku Hiskia Juana Ginting. Untuk
biasa berharga.
SANWACANA
Puji syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Karena Atas Limpahan Kasih
gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kata
sempurna dan tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun,
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, serta berkat bantuan dari
berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan dalam kesempatan
1. Tuhan Yesus Kristus, karena berkat kasih dan anugerah-Nya penulis sudah
ini.
2. Kedua orang tuaku tercinta. Terima kasih atas segala bentuk dukungan
yang ibu dan bapak berikan kepada Hisa. Terima kasih untuk semua doa
dan dukungan kalian yang tidak pernah putus sehingga Hisa selalu
diberikan kemudahan dan kebahagian melimpah di dunia ini. Kasih sayang
semangat yang telah diberikan. Semangat studinya, biar bisa buat bangga
keluarga.
5. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
6. Ibu Dhanik S. S.Sos, M.Comn and Media St, selaku Ketua Jurusan Ilmu
8. Ibu Dr. Tina Kartika, S.Pd, M.Si selaku sebagai dosen pembimbing skripsi
saya. Terimakasih atas semua kritik dan saran yang membangun serta
hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas semua ilmu
9. Bapak Dr. Ibrahim Besar, S.Sos, M.Si selaku dosen pembahas skripsi.
Terima kasih atas bimbingan dan kebaikannya selama ini serta sudah
10. Untuk Bapak, Ibu Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip,
Universitas Lampung.
11. Untuk IMKA Rudang Mayang Lampung yang telah berperan penting
12. Untuk Kakak Chiethatek yang tidak lelah mengajarkan adiknya, Kak Mia
13. Untuk sahabatku Noni Meylisa dan Dianty, terimakasih atas semangat
yang tak pernah putus. Akhirnya kita sarjana juga. Semoga kelak
Audrya, Niki, Nita, Intan, Pebi, Nicho, Silvia. Terimakasih sudah mengisi
semangat semuanya.
15. Untuk teman sepermainan dan turang-turang terbaik, Oren, Median dan
ini ya. Semangat mengejar gelar magister dan sarjana teknik nya ya,
16. Untuk rumah tercinta, Sonora Lampung. Terimakasih telah jadi tempat
favorit untuk mengerjakan skripsi. Begitu juga untuk Dina, Selvi, Arin,
Azal, Bella, Imam, Kak Yuan dan SonoGenk lainnya. Terima kasih buat
canda tawa yang tidak pernah habis dan selalu menghiburku setiap
harinya.
Koreaku.
18. Untuk keluarga ku Ilmu Komunikasi 2014 Terima kasih untuk doa dan
Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bisa bermanfaat dan
memberikan keluasan ilmu bagi semua pihak yang telah membantu. Terimakasih
banyak untuk segala bentuk doa dan dukungan yang kalian berikan.
Penulis,
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR BAGAN………………………………………………………………iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... ………10
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 11
1.4 Identifikasi Masalah.........................................................................................11
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
seseorang untuk memahami satu sama lain sehingga tercipta suatu tujuan
Hal ini akan dipengaruhi oleh bahasa, latar belakang (budaya) dan tujuan,
pada cara setiap pihak dalam mengkomunikasikan diri (verbal maupun non
yang sama.
Selain itu pengakuan satu sama lain menjadi pondasi yang penting dalam
Menurut sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statisik pada tahun
2015, sebanyak 633 kelompok macam suku ada di Indonesia. Setiap suku
suku lain. Secara eksplisit, budaya suatu suku bangsa lebih banyak tampak
dalam hal makanan khas, pakaian adat khas, bahasa, kegiatan adat dan lain
sebagainya. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku
bangsa. Identitas tersebut tampak dari budaya yang dimiliki baik yang
3
dapat dilihat secara nyata maupun kasat nyata. Salah satu identitas budaya
yang tidak terlihat secara langsung tapi bisa dirasakan keaadannya adalah
proses komunikasi untuk membangun relasi yang kuat antara satu dengan
yang lainnya didalam suku tersebut. Suku Batak memiliki sub-sub salah
satunya adalah Suku Batak Karo. Suku Batak Karo memiliki tradisi yang
dilakukan oleh setiap orang Batak ketika pertama kali berjumpa dan
bertemu.
Pada umumnya semua suku Batak melakukan hal tersebut, karena bagi
Yulius Limbong dalam bukunya berjudul “Orat Tutur Karo” tahun 1995
bentuk yang paling sederhana sekali, kita akan dapat menemui suatu
Dalam tradisi Suku Karo, harus dipahami terlebih dahulu tentang Sangkep
kekeluargaan pada masyarakat Karo yang secara garis besar terdiri dari
Senina, Anak Beru dan Kalimbubu. Pusat dari Sangkep Nggeluh itu adalah
keturunan ibu (matrilineal) yang melekat pada setiap individu suku Karo
Kalimbubu Sukut
Anak beru
Ertutur yaitu seni berkenalan yang melibatkan banyak nilai budaya yang
Meski pun tidak ada pertalian darah diantara si penutur dengan lawan
5
Merga/beru, Bebere (Beru ibu), Kempu (beru ibunya ibu kita), Binuang
(beru ibunya ayah kita), Kampah (beru ibunya kakek kita; dari ayah) dan
Soler (beru ibunya nenek kita; dari ibu). Hal mendasar ini menjadi yang
lain. Identitas dasar ini menjadi hal yang akan terus dipakai, jadi perlu
kampah soler
binuang kempu
menentukan di posisi manakah dia sedang berada. Ketika dia dalam posisi
6
Anak Beru, berarti dia harus siap untuk diminta tolong kapan saja, apabila
dia dalam posisi Senina/Sembuyak, maka dia harus siap menjadi teman
cerita dan ketika dia dalam posisi Kalimbubu dia harus mampu memberi
kezaman namun tidak akan lekang oleh waktu. Oleh karena itu, perlu
itu Karo dan Karo itu Bertutur. (wawancara dengan Tokoh Masyarakat
Dalam tradisi ertutur ini, sangat dibutuhkan keterbukaan atau dalam ilmu
komunikasi sering disebut dengan (self disclosure), dan yang lain adanya
rasa ingin tahu (bertanya). Rasa ingin tahu dan keterbukaan sangatlah
penting sebab tujuan dari tradisi Ertutur ini yakni membentuk suatu
(Merga Silima), tutur delapan (Tutur Siwaluh) dan ikatan tiga (3) macam
Dalam 5 tahun belakangan ini, banyak generasi muda Batak Karo yang
di kota Bandar Lampung. Menurut data yang ada, tiap tahunnya jumlah
1 2012 13
2 2013 14
3 2014 16
4 2015 20
5 2016 34
6 2017 39
7. 2018 41
Karena semakin tahun, jumlah mahasiswa perantau Suku Batak Karo terus
Suku Batak Karo yaitu IMKA berbudaya, belajar tarian Batak Karo,
Gendang Guro-Guro Aron dan masih banyak lagi. Selain itu, ada juga
Generasi muda Karo di Bandar Lampung cukup beragam, hal ini dilihat
dari asal dari setiap kaum muda. Namun setiap tahun hampir ada
pertemuan yang digagas tidak hanya oleh generasi muda, tetapi juga
bertemunya orang Batak satu sama lain. Pertemuan awal tersebut tentu
dilakukan dengan tradisi ertutur. Ketika orang Batak Karo pertama kali
ertutur sekarang ini mulai terkikis dan sudah seadanya saja. Hanya
Kempu, Binuang, Soler dan Kampah sudah sangat jarang ditanyakan. Hal
ini disebabkan generasi muda sudah tidak mengetahui apa saja garis
Binuang, Soler dan Kampah juga sudah merupakan istilah yang asing bagi
generasi muda Karo. Jika ditanyakan istilah Kempu dan Binuang, rata-rata
generasi muda sudah tidak mengetahui, tetapi jika ditanya Bere-bere ayah
atau Beru ibunya ayah dan Bere-bere ibu atau Beru ibunya ibu, generasi
muda masih bisa menjawab dan masih mengetahui apa Beru dari masing-
dengan yang lainnya. Tapi fakta yang ada bahwa generasi muda
mahasiswa perantau suku Batak Karo sebagian besar masih kurang paham
dengan tradisi ini dan masih takut untuk memulai komunikasi untuk
berkomunikasi dalam tradisi tersebut. Hal ini tampak dari peranan gadget
atau HP, sosial media dan semua sarana komunikasi yang sulit untuk
dengan orang yang baru dikenal, sehingga terkadang proses ertutur tidak
Lampung menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti jika dilihat dari
Adanya kegiatan pertemuan Suku Batak Karo dalam berbagai acara dan
10
perantau Suku Batak Karo di Bandar Lampung. Selain itu akan diketahui
nantinya kegiatan apa saja yang dibuat IMKA Rudang Mayang Lampung
membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas, namun tetap
Lampung?
Bandar Lampung
berikut:
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang
pesanoleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi
interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami
komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,
:13).
Harari).
balik
2004:165-168 ) :
sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah
laku pribadi.
jumlah informasi yang datang dari media massa hal itu seringkali
interaksi interpersonal.
18
atau salah.
menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah
6. Untuk Membantu
mengarahkan kliennya.
1. Keterbukaan (Openness)
stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak
terhadap apa yang diucapkan. Tidak ada yang lebih buruk daripada
2. Empati (empathy)
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidak setaraan. Salah
cantik, atau lebih atletis daripada yanglain. Tidak pernah ada dua
disumbangkan.
22
2010:151).
23
2010:151-153).
lebih intim dalam berkomunikasi dan hal ini merupakan tujuan dari
adalah tanggung jawab kedua belah pihak. Jadi pada model ini
24
komunikasi interpersonal.
berlangsung.
dan adat istiadat.Salah satu suku yang memiliki tradisi untuk menentukan
Suku Batak dominan berasal dan menetap dari Provinsi Sumatera Utara.
Suku Batak terdiri dari beberapa sub suku yang dikategorikan sebagai
“Bangso Batak” yakni Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Toba, Batak
mitos yang masih berkembang sampai dewasa ini, nenek moyang orang
sampai pada garis pantai selatan Danau Toba. Perkembangan Orang Batak
Sumatera Utara. Salah satu keturunan Raja Batak ini adalah Karo. Kata
“Karo” adalah “orang yang kerap disebut sebagai Nini Karo” (Neumann,
1972:8). Nini Karo memiliki lima anak yang bernama Ginting, Karo-Karo,
26
suku Batak Karo (Neumann, 1972:8). Kelima marga tersebut dewasa ini
menjadi lima marga besar bagi Orang Batak Karo. Kelima marga tersebut
dikenal sebagai Merga Silima, yang adalah menjadi cikal bakal dalam
Kata “Marga” dalam bahasa Batak Karo disebut dengan Merga atau
diri dan kekerabatan dalam keluarga sangat dijunjung tinggi oleh Orang
Batak Karo. Marga menjadi suatu hal yang esensial dan hakiki bagi Orang
Seluruh Suku Batak melakukan tradisi Ertutur, bagi suku Batak Toba
silsilah (kekerabatan) antara orang Batak, dalam konteks ini Batak Karo.
Silima adalah lima marga besar dalam suku batak Karo yakni
Permen (Sebutan
keponakan dari
bibi ke anak
saudara laki-
lakinya)
Mama (saudara
laki-laki dari ibu)
Mami(istri dari
saudara laki-laki
ibu)
Bere-
bere(Sebutan
keponakan dari
Mamake anak
saudara
perempuannya)
Dan tambah satu
yakni Teman
Meriah
(Sumber : Gintings, E.P. 1995. Adat Istiadat Karo: Kinata Berita Si Meriah
Ibas Masyarakat Karo. Percetakan GBKP Abdi Karya : Kaban Jahe,
Indonesia.)
sebagainya.
ertutur-nya ditarik dari marga Ayah dan beru Ibu dan juga dari
tinggal jauh atau sudah lama tinggal diperantauan. Selain itu dalam
Suku Karo ada yang dikenal dengan “Rebu”. Rebu adalah pantang
merujuk pada Rakut Sitelu serta Tutur Siwaluh. Output dari tradisi
1. Karo-karo
2. Tarigan
3. Ginting
4. Sembiring
5. Peranginangin
belakang nama. Selain itu bagi Orang Batak Karo tidak hanya
yakni beru ibu kandung (Limbong, 1995: hal. 4-5). Oleh sebab itu
Tentu hal ini berbeda dengan marga yang ada di Suku Batak yang
B. Rakut Sitelu
(Prinst,2004:285-286).
1995:66).
C. Tutur Siwaluh
Kalimbubu I Iperdemui.
34
yang sama.
bersaudara kandung.
keluarga, diperistri.
dua. Selain tiga dan delapan ada juga dua belah Orat Tutur
lainnya.
Anak Beru, Anak Beru Menteri, Anak Beru Pengapit. Ada dua
Generasi muda Karo setiap tahunnya sudah mulai banyak secara kuantitas
mencari ayah dan ibu angkat di tempat tujuan merantau mereka, sehingga
jika nanti terjadi sesuatu ada yang membantu ataupun bertanggung jawab.
muda suku Batak Karo menjadi suatu wadah yang mampu memberikan
bertumbuh dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah
Dewasa ini banyak sekali generasi muda Karo, orang-orang Batak pada
sebagai kajian yang memerikan suatu masyarakat atau etnik, maka dalam
interaksi antar manusia artinya, tradisi ini lebih melihat hubungan interaksi
etnologi),dan sebagainya.
komunikasi yang dipakai komunitas atau budaya daapt diterima akal sehat.
ini
menggunakan kode, sebuah alat, keadaan, bentuk pesan, topik dan sebuah
Komunitas percakapan sangat berbeda satu sama lain dan ini menyulitkan
generalisasi.
dalam komunitas
g. Komponen speech act atau apa yang dianggap menjadi elemen dari
menuntaskan
SPEAKING.
1. Situation
tempat tutur berlangsung dan scene mengacu pada situasi tempat dan
berbeda sebagai contoh berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada
keadaan sunyi.
2. Participants
Tradisi Ertutur yang dijalankan suku Batak Karo selain untuk menjalin
dalam berelasi. Ertutur dilakukan oleh dua orang yang saling bertanya-
ditentukan dari latar belakang atau pengalaman dari kedua individu yang
Etnografi Komunikasi
Kegiatan IMKA :
2. IMKA berbudaya
3. Pengepkepen IMKA
(penetapan orang tua
asuh)
Kesepakatan tutur
(hubungan kekerabatan dan
penentuan sikap/perilaku)
Memungkinkan
peneliti menemukan
teori-teori lainnya
setelah penelitian
dilakukan
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
perantauan.
Pengumpulkan data sesuai ungkapan hati orang (yang diteliti) itu sendiri,
sikap dan tingkah laku mereka serta pedekatan yang mengarah kepada
lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi
dan tidak hanya mendengar apa yang mereka katakan tetapi mengambil
1989). Dalam hal ini peneliti dianjurkan untuk lebih menelaah melalui
etnografi bertujuan untuk menemukan arti budaya yang terjadi pada group
Pada penelitian ini peneliti sebagai bagian dari suku yangakan diteliti
penelitian ini. Fokus etnografi yang ingin ditelaah cara generasi muda
akan lebih mengamati dinamika pola komunikasi dan tradisi Ertutur itu
data yang diperoleh dilapangan dan juga akan tidak relevan dengan tema
atau judul dalam penelitian ini, dengan demikian penelitian ini dibatasi
juga.
konteks ini Batak Karo. Dimana silsilah tersebut lebih kepada suatu
3. Mahasiswa suku Batak Karo pada zaman ini banyak sekali yang
3.4 Informan
dengan masalah yang diangkat oleh peneliti, yaitu tentang tradisi Ertutur
Mayang Lampung)
ini.
permasalahan.
berdasarkan jenis dan posisinya, mulai dari yang paling nyata sampai
dengan yang paling samar-samar, dan mulai dari yang paling terlibat
sampai dengan yang bersifat sekunder. Sumber data utama pada penelitian
seperti sumber data tertulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini
adalah:
49
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur (buku,
adalah:
1. Wawancara
2. Dokumentasi
penelitian tersebut.
50
3. Observasi
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
analisis ini, peneliti akan awali dengan mengumpulkan data dari hasil
dan cara orang Batak jika bertemu dengan orang batak lainya hingga
masuk pada dinamika tradisi ertutur yang diterapkan ketika pertama kali
perilaku orang Karo dalam pertama kali berjumpa dengan sesama Batak.
kali bertemu atau sudah lama bertemu. Tentu hal ini untuk mencari
Hasil tersebut peneliti akan menganalisis data temuan dari observasi dan
tersebut
data yang telah terkumpul dan masih tidak beraturan menjadi suatu bentuk
laporan utuh, yang menarik dan bermakna secara sistematis dan logis
1994: 20)
1. Pengumpulan Data
hal ini juga dapat digunakan untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh.
2. Reduksi Data
Pada langkah ini hal yang akan dilakukan adalah peneliti akan
analisis.
3. Penyajian Data
Guna mengabsahkan data yang telah digali, diteliti, dan dikumpulkan dalam
sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Wiliam Wiersma dalam
wawancara
sepanjang waktu
54
BAB IV
GAMBARAN UMUM
organisasi mahasiswa yang berdarah Karo atau mau belajar budaya Karo
alam semesta.
Lampung
organisasi
berikut;
Ketua Umum
(Chaplin Sapenta Tarigan
Sekretaris Umum
(Adeivo Trivosa Ginting)
Bendahara Umum
(Hosinta Surbakti)
1. Ketua
ke luar
strategis.
kepengurusan
2. Sekretaris
organisasi.
organisasi.
3. Bendahara
untuk memenuhinya
4. Bidang Pendidikan
kepemimpinan.
kemampuan akademis.
dimiliki.
Mayang Lampung.
berwirausaha.
transparan
8. Bidang Olahraga
olahraga.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
berikut:
6.2. Saran
peneliti mengenai hasil temuan data dan pembahasan atau analisis yang
kehidupan beradat.
Barus, U.C. dan Mberguh Sembiring. 1995. Sejemput Adat Budaya Karo (Sekilas
Adat Budaya Karo).Medan.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Teori Dan Praktik Ilmu Komunikasi. Resdakaya :
Bandung.
Gintings, E.P. 1995. Adat Istiadat Karo: Kinata Berita Si Meriah Ibas
Masyarakat Karo. Percetakan GBKP Abdi Karya : Kaban Jahe, Indonesia.
Kozok, Uli. 1999. Warisan Leluhur Sastra Lama dan Aksara Batak. Gramedia :
Jakarta.
Kurniawati, Rd. Nia Kania. Komunikasi Antar Pribadi; Konsep dan Teori Dasar.
Graha Ilmu : Yogyakarta.
Meliala, Dyan Avando. 2017. Sistem pakar hubungan kekerabatan (ertutur) dalam
adat istiadat masyarakat suku batak Karo.Jurnal Teknologi Informasi,
Vol. XXI, 2 Juli 2017, hal 1-3. UNRIYO.
Siahaan. N. 1964. Sejarah Kebudayaan Batak. CV. Napitupulu & Sons :Medan.
Sitepu, Sempa. 1993. Sejarah- Pijer Podi Adat Ngeluh Suku Karo Indonesia.
Medan, Indonesia: Bali “Scan & Percetakan”.
Suka, S.K. Ginting. 2001. Ranan Adat; Orat ngeluh- Rikut Kiniteken Kalak Karo
Ope Tubuh seh Idilo Dibata. Merga Silima :Medan, Indonesia
Tarigan, Krista Juniati. 2007. Studi Deskriptif mengenai Value Schwartz pada
Masyarakat Desa “X” dengan Latar Belakang Budaya Karo di Kabupaten
Karo.Sarjana Psikologi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.