Anda di halaman 1dari 115

SKRIPSI

KEWARGANEGARAAN GANDA MASYARAKAT DI PULAU SEBATIK


KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN UTARA

Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mendapatkan Gelar


Sarsana Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

disusun oleh:
AYNANDHAR MASRIP
E111 13 302

JURUSAN ILMU POLITIK PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ABSTRAK

Aynandhar Masrip E11113302, dengan judul “Kewarganegaraan Ganda


Masyarakat di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara” di
bawah bimbingan Dr. Gustiana A. Kambo, S.IP, M.Si sebagai Pembimbing I
dan Andi Naharuddin, S.IP, M.Si sebagai Pembimbing II
Negara dan masyarakat memiliki ikatan politik yang berkaitan dengan
kewarganegaraan, dimana masyarakat memberi legitimasi sepenuhnya kepada
negara dalam mengatur segala kebijakan baik dalam segi sosial, ekonomi, dan
politik, serta hubungan dengan negara lain. Berubahnya peleggetimasiaan kepada
negara dapat di perlihatkan dari beberapa tingkah laku masyarakat. Seperti pindah
kewarganegaraan hingga menduakan menduakan negara yang dimilikinya atau
bisa disebut kewarga negaraan ganda. seperti yang terjadi di Pulau Sebatik
Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Ada beberapa masyarakat yang memiliki
dua kewarganegaraan atau kewarganegaraan ganda yakni warga negara Indonesia
dan warga negara Malaysia. Hal ini menarik diteliti, kenapa masyarakat di Pulau
Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara memilih untuk
Berkewarganegaraan ganda yakni warga negara Indonesia dan warga negara
Malaysia. Penelitian ini menggunakan teori pilihan rasional, rasionalitas
masyarakat, dan pendekatan psikologi politik.
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan
Kalimantan Utara. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan mei hingga juni 2017.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif.
Data primer yang diperoleh dari penelitian ini melalui proses wawancara kepada
beberapa informan yang tersebar di Pulau Sebatik dan kecamatan Nunukan.
Untuk menunjang data primer kemudian penulis menggunakan data sekunder
yang berasal dari sumber-sumber literatur, jurnal, dokumen, dan artikel yang
relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa munculnya masyarakat
berkewarganegaraan ganda di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan
Utara dipengaruhi oleh faktor kemiskinan, kekurangan infrastruktur, serta
minimnya pekerjaan yang tersedia untuk masyarakat. Dari permasalahan-
permasalan yang ada membuat masyarakat Pulau Sebatik harus bergantung pada
Malaysia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan berbekal faktor-faktor
tersebut masyarakat Pulau Sebatik dapat memiliki kewarganegaraan ganda.

Kata Kunci : Negara, Kewarganegaraan, Masyarakat Perbatasan

i
ABSTRAK

Aynandhar Masrip, Staple Number : E 111 13 302, Political Science Courses,


Hasanuddin University, with the title “Dual citizenship people in Sebatik
Island Nunukan Regency of North Borneo" under the guidance of Dr.
Gustiana a. Kambo, s. IP, M.Si as a Supervisor I and Andi Naharuddin, s. IP,
M.Si as Supervisor II

State and society have political bond that relate to citizenship, where
society give their full legitimacy to the state to rule every policy wheter in social
aspect, economic aspect, and political aspect, also its relation to other countries.
The changing of the way of legitimacy to the state can be seen from several
behaviours of society. Such as changing their citizenship untill having two
citizenship or so called double citizenship. As it happened in Sebatik Island,
Nunukan Regency, North Kalimantan. There are several people in that region that
have two citizenships or double citizenship, Indonesia and Malaysia citizenship. It
is interesting to observe, the reason why people in Sebatik Island, Nunukan
regency, North Kalimantan choose to have two citizenships, Indonesia and
Malaysia citizenship. This research use rational choise theory, society rasionality,
and political psychology approach.

This research was took place in Sebatik Island, Nunukan Regency, North
Kalimantan. Time of research was started from May untill June 2017. This
research use qualitative research method with descriptive type. Primer data of this
research was obtained through interview process with several informants spread in
Sebatik Island and Nunukan Sub Regency. To support the primer data, the writer
then use secondary data from several sources such as literatures, journals,
documents, and relevant articles to this research.

Result of this research show that double citizenship society in Sebatik


island, Nunukan Regency, North Kalimantan appear because of several factors,
such as poverty factor, lack of infrastructure, and also lack of available jobs that
make people in Sebatik Island must depend on Malaysia to fulfill their life need.
With these factors, the people in Sebatik Island can have double citizenship.

Key Words: State, Citizenship, Community Frontier

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji sukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

swt, karena berkat limpahan rahmat dan karunianyalah sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Dialah tuhan yang maha pengasih dan maha

penyayang yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayangnya kepada

penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Kewarganegaraan Ganda Masyarakat di Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur”. Demikian pula

salam dan shalawat penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad saw sang

revolusioner sejati yang membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam

yang terang benderang. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

wajib sebagai mahasiswa strata satu (S1) untuk menyelesaikan studi dan

meraih gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) pada Program Studi Ilmu Politik,

Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Hasanuddin.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta,

Ayahanda Massaeni dan Ibunda Krispina yang tidak pernah lelah dalam

menjaga, merawat, membesarkan dan mendidik penulis untuk menjadi orang

yang berguna. Kepada kedua kakakku, Aksyn Masrip, dan Ardyanto S

Masrip, beserta seluruh keluarga besar yang penulis tidak sempat sebutkan

iii
satu-persatu, terima kasih semua atas dorongan, motivasi, perhatian,

dukungan, dan doanya kala susah dan senang kepada penulis selama ini.

Dengan segala keramahan dan kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Ibu Dr. Gustiana A. Kambo, S.IP, M.Si dan Bapak Andi

Naharuddin, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, dalam membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa berbagai pihak telah memberikan petunjuk

dan bantuan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini, untuk itu pada

kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. selaku Rektor Universitas

Hasanuddin beserta jajarannya yang telah memberikan perubahan-

perubahan yang positif dalam sistem pendidikan di Universitas

Hasanuddin.

2. Bapak Prof. Dr. Alimuddin Munde, M.Si. selaku Dekan Fisip Unhas yang

telah memberikan banyak perubahan-perubahan yang positif dalam

lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Hasanuddin.

iii
3. Ibu Dr. Gustiana A. Kambo, S.IP, M.Si selaku Wakil Dekan I Fisip Unhas

yang telah memberikan banyak kemudahan serta bimbingannya terhadap

penulis dalam urusan-urusan akademik.

4. Bapak Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Si.. selaku Wakil Dekan II Fisip Unhas

yang telah memberikan banyak kemudahan terhadap penulis dalam

urusan-urusan administrasi.

5. Bapak Dr. Rahmat Muhammad, M.Si. selaku Wakil Dekan III Fisip Unhas

yang telah memberikan banyak kemudahan terhadap penulis dalam

urusan-urusan kemahasiswaan.

6. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik

dan Pemerintahan yang telah memberikan banyak kemudahan terhadap

penulis dalam urusan-urusan administrasi akademik di Program Studi Ilmu

Politik.

7. Bapak A. Naharuddin, S.IP, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Politik

dan Pemerintahan yang juga telah memberikan banyak kemudahan dan

bimbingannya terhadap penulis dalam urusan-urusan administrasi

akademik.

8. Seluruh dosen-dosen Program Studi Ilmu Politik : Bapak Prof. Dr. Kausar

Bailusy, MA., Bapak Prof. Dr. Armin Arsyat, M.Si, MA., Bapak Prof. Dr.

Muhammad, S.IP, M.Si., Bapak Drs. H. A. Yakub, M.Si., Bapak Dr.

Muhammad Saad, MA., Ibu Dr. Ariana, S.IP, M.Si., Bapak Ali

Armunanto, S.IP, M.Si., Ibu Sakinah Nadir, S.IP, M.Si., Bapak Sukri,

iii
S.IP, M.Si, dan Ibu Endang Sari, S.IP, M.Si. yang telah memberikan

banyak ilmu serta arahan agar penulis menjadi mahasiswa yang cerdas.

9. Seluruh pegawai dan staf Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan

khususnya Program Studi Ilmu Politik yang tidak pernah bosan-bosan

membantu penulis dalam urusan-urusan administrasi akademik.

10. Pemerintah Kabupaten Nunukan dan seluruh narasumber / informan yang

menjadi objek penelitian, atas kesediaannya menyisihkan waktu luang

bagi penulis untuk melakukan wawancara terkait data-data yang penulis

butuhkan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh warga KEMA Fisip Unhas, BEM Fisip Unhas, serta segenap

alumni, kakanda, adinda anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik

(HIMAPOL) Fisip Unhas. Saudara-saudariku “Konsolidasi 13” yang tidak

sempat disebutkan namanya, atas segala bantuan dan kebersamaan

yang telah kita bina bersama sejak pertama kali menginjakkan kaki di

kampus merah ini.

12. Seluruh Keluarga Besar Rumah Pelangi UKPM Unhas yang tidak sempat

disebutkan namanya satu persatu, atas segala kebersamaan, bantuan,

support dan kesan yang indah selama ini. Sebuah keluarga yang tak

tergantikan, tempat dimana penulis banyak belajar makna dari kehidupan,

tempat berjuang membela kaum-kaum tertindas, serta tempat orang-

orang kritis dan berfikir merdeka.

iii
13. Keluarga besar KKN Gelombang 93 UNHAS tahun 2016 Kabupaten

Enrekang khususnya Posko Kec. Bungin dan juga segenap warga Desa

Bungin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini

masih terdapat banyak kekurangan oleh karena keterbatasan ilmu yang

penulis miliki dan sebagai makhluk biasa yang senantiasa memiliki

keterbatasan. Namun penulis tetap yakin bahwa setiap kekurangan dan

kelebihan dalam skripsi ini akan ada banyak makna yang dapat dipetik untuk

kualitas hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, segala masukan, saran,

maupun kritik yang sifatnya membangun senantiasa terbuka bagi semua

pihak untuk peningkatan kualitas penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Makassar, 8 November 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

HALAMAN PENERIMAAN...................................................................................iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 13
a. Manfaat Akademis .............................................................................. 13
b. Manfaat Praktis................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Psikologi Politik .................................................................... 14


B. Teori Pilihan Rasional .............................................................................. 16
a. Rasionalitas Masyarakat..................................................................... 18
b. Tipe Rasionalitas ................................................................................ 21
c. Rasionalitas Dalam Berbagai Setting Sosial....................................... 23
C. Kerangka Pikir.......................................................................................... 28
D. Skema Kerangka Pikir.............................................................................. 32

xi
BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Dasar Penelitian ........................................................................ 33


B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 34
C. Jenis dan Sumber Data............................................................................ 34
1. Data Primer......................................................................................... 35
2. Data Sekunder.................................................................................... 35
D. Informan................................................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37
1. Wawancara......................................................................................... 37
2. Dokumen/arsip/literatur kepustakaan/hasil penelitian sebelumnya..... 37
F. Teknik Analisis Data................................................................................. 38

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan


Utara ........................................................................................................ 42
B. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Sebatik Kabupaten
Nunukan Kalimantan Utara ...................................................................... 52

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Permasalahan Kewarganegaraan Masyarakat di Pulau Sebatik ............. 62

B. Kewarganegaraan Ganda yang Dimiliki Masyarakat Pulau Sebatik

Kabupaten Nunukan Kalmantan Utara..................................................... 80

BAB VI PENUTUP

xi
A. Kesimpulan ............................................................................................ 101
B. Saran ..................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku ........................................................................................ 103

B. Sumber Dokumen .................................................................................. 104

C. Sumber Internet ..................................................................................... 104

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELANG

Negara merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah

yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah diakui dan ditaati oleh

rakyatnya. Dalam suatu negara erat kaitannya dengan warga negara.

Warga negara adalah rakyat yang menetap disuatu wilayah, dan

rakyat memiliki hubungan dengan negara. Dalam hubungan antara

warga negara dan negara, warga negara mempunyai kewajiban-

kewajiban terhadap negara dan sebaliknya warga negara juga

mempunyai hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara.

Hak warga negara dalam undang-undang kita telah mengatur

sedemikian rupa mengenai hak-hak bagi warga negara di Indonesia

seperti. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Tiap warga

negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan seperti yang tertera pada (pasal 27 ayat 2). Hak untuk

mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya

dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi,

seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi

kesejahteraan hidup manusia seperti yang tercantum pada (pasal 28C

1
ayat 1). Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya

secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan

negaranya (pasal 28C ayat 2). Hak atas pengakuan, jaminan,

perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang

sama di depan hukum bunyi dari (pasal 28D ayat 1). Hak untuk

mempunyai hak milik pribadi. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,

hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk

tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,

dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut

adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan

apapun bunyi dari (pasal 28I ayat 1).

Warga negara juga memiliki kewajiban yang telah diatur

dalam undang-undang seperti wajib menaati hukum dan pemerintahan

seperti pada Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi segala warga

negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahandan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara seperti pada Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan setiap

warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain seperti pada

Pasal 28J ayat 1 mengatakan Setiap orang wajib menghormati hak

2
asasi manusia orang lain. Wajib tunduk kepada pembatasan yang

ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan

dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan

maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai

dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan

ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. 1

Hak dan kewajiban warga negara erat kaitannya dengan

kewarganegaraan. Kewarganegaraan merupakan hal yang penting

dan harus dimiliki seseorang dalam berbangsa dan bernegara dalam

suatu negara. Berbicara mengenai masalah kewarganegaaran

merupakan hal yang sensitif karena kerap terjadi pelanggaran-

pelanggaran yang terkait tentang kewarganegaraan. Seperti halnya

kasus kewarganegaraan ganda. Berangkat dari itu masih teringat jelas

masalah kewarganegaraan ganda yang terjadi pada tahun 2016 lalu

yang menimpa mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) Archandra Tahar dan seorang siswi SMA Gloria Natapradja

Hamel.

1 UUD 1945

3
Undang-undang Pasal 23 UU Nomor 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia, WNI kehilangan

kewarganegaraannya jika yang bersangkutan memperoleh

Kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri, dan tidak menolak

atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang

bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu. Undang-undang ini

pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda ataupun

tanpa kewarganegaraan. Apabila seorang WNI kemudian diketahui

mempunyai kewarganegaraan ganda, maka dia harus melepaskan

salah satu kewarganegaraannya yang dia miliki. Apa bila dia tidak mau

melepaskan salah satu kewarganegaraannya, maka sanksi yang

didapatkan adalah kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia

hal ini sesuai dengan bunyi pasal 23 UU kewarganegaraan.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2016 tentang

kewarganegaraan Republik Indonesia menganut beberapa asas-asas

seperti. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan,

bukan berdasarkan negara tempat kelahiran. Asas ius soli (law of the

soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran,

yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan

4
yang diatur dalam Undang-Undang ini. Asas kewarganegaraan

tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi

setiap orang. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas

yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Kasus yang menimpa Archandra dengan masa kerja

sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terhitung

sangat singkat, yakni baru 20 hari. Dia baru saja dilantik sebagai

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setelah reshuffle

Kabinet Kerja Jilid II pada 27 Juni 2016 lalu. Status jabatan Menteri

harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai WNI yang diatur dalam

Pasal 22 UU No.39/2008 tentang Kementerian Negara. Arcandra

dianggap tidak memenuhi syarat tersebut karena memiliki dua

kewarganegaraan yakni Amerika Serikat dan Indonesia. Menyusul

kasus Archandra muncul nama Gloria Natapradja.

Gloria Natapradja Hamel, siswi calon Pasukan Pengibar

Bendera Pusaka (Paskibraka). Di tengah semangat akan mengibarkan

bendera pusaka di Hari Kemerdekaan, 17 Agustus 2016, Gloria harus

menerima keputusan bahwa dirinya digugurkan dari tim Paskibraka,

karena ia masih memegang paspor Prancis, jadi statusnya dianggap

5
WNA. Gloria lahir dari ibu berkebangsaan Indonesia dan ayah

berkebangsaan Prancis.

Pelanggaran kewarganegaraan ganda yang dialami

Archandra dan Gloria bukanlah sesuatu yang baru terjadi, kasus yang

sama juga terjadi di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan. Dimana di

Pulau Sebatik terdapat masyarakat yang memiliki kewarganegaraan

ganda yakni warga negara Indonesia dan warga negara Malaysia.

Munculnya masyarakat yang memiliki dua kewarganegaraan

diakibatkan karena Pulau Sebatik merupakan pulau terluar yang

berada di Kalimantan Utara dan berbatasan langsung dengan

Malaysia.

Masyarakat yang memiliki dua kewarganegaraan di Pulau

Sebatik dipengaruhi oleh kebutuhan akan pekerjaan yang tersedia di

Malaysia. Pasalnya kebenyakan masyarakat di Pulau Sebatik bekerja

di Malaysia sebagai pekrja kebun. Selain itu munculnya masyaraket

berkewarganegaraan ganda tidak terlepas dari kesalahan adminitrasi

penduduk yang terjadi di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.

Kewarganegaraan ganda di kawasan Pulau Sebatik bukanlah

menjadi sesuatu yang rahasia lagi, tapi melainkan informasi yang

sudah tersebar di kalangan warga sekitar. Namun, walaupun warga

6
sudah saling mengetahui satu sama lain, sikap mereka terhadap

status kewarganegaraan ganda yang mereka miliki, cendrung tertutup

untuk membahas persoalan itu.

Permasalahan kewarganegaraan ganda bukanlah

permasalahan baru yang terjadi di kalangan masyarakat di daerah

perbatasan, praktek seperti ini sudah terjadi sejak beberapa tahun

silam, walaupun hingga saat ini tidak di ketahui alasan jelas mengapa

masyarakat di daerah perbatasan rela memilih untuk memiliki dua

kewarganegaraan, dan bagaimana cara mendapatkannya.

Penduduk yang berewarganegaraan ganda bukan hanya

terdapat di Pulau Sebatik, selain di Pulau Sebatik permasalahan

kewarganegaraan ganda juga terjadi di beberapa wilayah perbatasan

di Indonesia. Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Bengkayang,

Provinsi Kalimantan Barat. Di Kabupaten Bengkayang ada warga di

sepanjang perbatasan dengan Negara Bagian Sarawak, Federasi

Malaysia, yang berkewarganegaraan ganda, yakni Warga Negara

Indonesia (WNI) dan Federasi Malaysia.

Negara Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang

melarang di pergunakannya kewarganegaraan ganda, tetapi konstitusi

negara tetangga seperti Malaysia juga tidak memperbolehkan

7
warganya memiliki dua kewarganegaraan. Seperti yang tercantum

dalam konstitusi Malaysia yang mengatakan bahwa “Jika Kerajaan

Persekutuan berpuas hati bahawa mana-mana warganegara telah

memperoleh kewarganegaraan mana-mana negara di luar

Persekutuan melalui pendaftaran, penaturalisasian atau perbuatan

sukarela dan formal yang lain (selain perkahwinan), maka Kerajaan

Persekutuan boleh melalui perintah melucutkan kewarganegaraan

orang itu. Jika Kerajaan Persekutuan berpuas hati bahawa mana-

mana warganegara telah menuntut dan menggunakan dengan

sukarela di mana-mana negara di luar Persekutuan apa-apa hak yang

terdapat untuknya di bawah undang-undang negara itu, iaitu hak-hak

yang diberikan secara khusus kepada warganegara negara itu, maka

Kerajaan Persekutuan boleh melalui perintah melucutkan

kewarganegaraan orang itu”.2

Pulau Sebatik adalah sebuah kecamatan di Kabupaten

Nunukan, yang merupakan bagian dari provinsi baru Kalimantan

Utara, Indonesia. Kecamatan Sebatik terletak di ujung timur

Kabupaten Nunukan, sebelumnya Kabupaten Nunukan masuk dalam

wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Pulau Sebatik merupakan salah

satu pulau kecil yang berbatasan langsung dengan wilayah Tawau

2
PERLEMBAGAAN PERSEKUTUAN, BAHAGIAN III-KEWARGANEGARAAN, BAB 2-Penamatan
Kewarganegaraan, Perkara 24, ayat (1) dan (2)

8
Malaysia, yang wilayahnya terbagi menjadi dua bagian.Sebagian

wilayah merupakan daerah wilayah negara Malaysia dan sebagian

masuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal di

daerah perbatasan pada umumnya jauh lebih rendah dibandingkan

dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga. Permasalahan

mendasar pembangunan di wilayah perbatasan adalah isolasi wilayah,

sehingga berdampak terhadap kegiatan pengembangan kawasan

pada seluruh bidang pembangunan, termasuk kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pertanian

dalam arti luas. Banyak faktor yang membuat pembangunan sosial-

ekonomi diwilayah perbatasan Indonesia di Sebatik tidak berkembang

pesat seperti pembangunan diwilayah perbatasan negara tetangga

Malaysia di bagian Tawau.

Faktor seperti sumber daya manusia, letak geografis serta

kebijakan yang di ambil oleh pemerintah yang kemudianhanya menjadi

sebuah implementasi tanpa sebuah praktek yang nyata adalah hal-hal

yang memang membuat pembangunan sosial-ekonomi di wilayah

perbatasan negara Indonesiasemakin tertinggal dengan negara

tetangganya ini. Dari faktor sumber daya manusianya, dapat dilihat

bahwa masyarakat yang ada di wilayah perbatasan masih kurang

9
akan rasa nasionalisme yang mereka miliki, serta pendidikan yang

kurang, sehingga dapat dengan mudah mendapat pengaruh-pengaruh

dari luar.

Perilaku ini dapat dilihat dari apa yang mereka lakukan

sehari-hari seperti, meraka lebih suka jika harus berbelanja kebutuhan

pokok atau melakukansebagian kegiatan mereka seperti bersekolah,

berdagang serta untuk mendapatkan pelayanankesehatan di wilayah

negara tetangga daripada harus melakukannya di wilayah negara

sendiri.

Berkewarganegaraan ganda merupakan suatu permasalahan

yang serius, hal ini merupakan bentuk ketidak kepercaan terhadap

negara dengan mempermainkan status kewarganegaraan dapat

merusak kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara

potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan

mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan

bangsa itu, yakni semangat kebangsaan. Nasionalisme dapat

dirumuskan sebagai satu paham yang menciptakan dan

mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan

satu identitas yang dimiliki sebagai ikatan barsama dalam satu

kelompok.

10
Warga negara merupakan hal yang penting dimiliki oleh

setiap masyarakat yang bermukim di suatu wilayah, guna memberikan

legitimasi atau kepercayaan sepenuhnya kepada negara. Dalam

aspek politik hubungan warga negara dengan negara sangat penting,

pasalnya dalam masyarakat demokrasi peran warga negara sangatlah

dibutuhkan untuk terciptanya masyarakat yang demokratis, sehingga

peran warga negara ini dapat menjadi acuan untuk terciptanya

pemerintahan yang demokratis pula. Dalam menciptakan masyarakat

yang demokratis maka tidak lain adalah keikut sertaan masyarakat

dalam perannya terhadap politik. Sehingga masyarakat yang ikut

berperan aktif dalam politik ikut mengmbangkan partisipasi politiknya

yang berpengaruh terhadap sistem politik Negara dan pemerintahan.

11
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan rangkaian skripsi ini penulis akan membahas

permasalahan yang berkaitan dengan kasus kewarganegaraan ganda di

Pulau Sebatik yang sangat menarik untuk dikaji. Secara garis besar

perumusan masalah adalah sebagai berikut :

Mengapa masyarakat di Pulau Sebatik memiliki dua kewarganegaraan

yakni sebagai warga negara Indonesia dan warga negara Malaysia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan

adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui secara jelas factor yang mendasari serta alasan

dibalik kewarganegaraan ganda yang dimiliki masyarakat di Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.

12
D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian dapat dibagi ke dalam dua sifat yaitu manfaat

penelitian yang bersifat teoretis dan manfaat penelitian yang bersifat

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Kegunaan secara teoretis penelitian ini adalah untuk

pengembangan kajian tentang ilmu politik, khususnya tentang

pendidikan politik sehingga dapat digunakan untuk referensi dalam

mata kuliah pendidikan politik ataupun yang berkaitan dengan

politik.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi pembaca

Menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca mengenai

permasalahan kewarganegaraan ganda yang terjadi di Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.

2. Bagi peneliti berikutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti

lain untuk mengadakan penelitian yang sejenis pada masa yang

akan datang.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam bab ini, penulis akan memaparkan aspek–aspek yang

membahas teori dan pendekatan-pendekatan yang akan di gunakan dalam

penelitian mengenai permasalahan kewarganegaraan ganda di pulau Sebatik

Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Untuk itu dibutuhkan teori–teori dan

konsep–konsep yang mendukung penelitian ini.

A. Pendekatan Psikologis Politik

Psikologi adalah ilmu sifat, dimana fungsi-fungsi dan fenomena pikiran

manusia dipelajari. Setiap tingkah laku dan aktivitas masyarakat dipengaruhi

oleh akal individu. Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku

masyarakat umum sehingga ilmu politik berhubungan sangat dekat dengan

psikologi.3

Pendekatan ini muncul karena reaksi atas ketidakpuasan mereka

terhadap pendekatan sosiologis. Secara metodologis, pendekatan sosiologis

dianggap sulit diukur, seperti bagaimana mengukur secara tepat sejumlah

indikator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama, dan sebagainya.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi

terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih.

3
Sulhardi, Op.Cit

14
Disini para pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh kekuatan

psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses

sosialisasi, artinya sikap seseorang merupakan refleksi dari kepribadian dan

merupakan variabel yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku

politiknya.

Pendekatan psikologis menganggap sikap sebagai variabel utama dalam

menjelaskan perilaku politik. Hal ini disebabkan oleh fungsi sikap itu sendiri,

menurut Greenstein ada 3 fungsi sikap, yakni4 :

1. Sikap merupakan fungsi kepentingan, artinya penilaian

terhadap objek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan

kepentingan orang tersebut.

2. Sikap merupakan fungsi penyesuaian diri, artinya

seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keinginan

orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh yang

diseganinya atau kelompok panutan.

3. Sikap merupakan fungsi eksternalisasi dan pertahanan

diri, artinya sikap seseorang itu merupakan upaya untuk

mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin

berwujud mekanisme pertahanan dan eksternalisasi diri.

4
Ibid

15
Namun, sikap bukanlah sesuatu hal yang cepat terjadi, tetapi

terbentuk melalui proses yang panjang, yakni mulai dari lahir sampai dewasa.

Pada tahap pertama, informasi pembentukan sikap berkembang dari masa

anak-anak. Pada fase ini, keluarga merupakan tempat proses belajar. Anak-

anak belajar dari orang tua menanggap isu politik dan sebagainya. Pada

tahap kedua, adalah bagaimana sikap politik dibentuk pada saat dewasa

ketika menghadapi situasi di luar keluarga. Tahap ketiga, bagaimana sikap

politik dibentuk oleh kelompok-kelompok acuan seperti pekerjaan, gereja,

partai politik, dan asosiasi lain.

Melalui proses sosialisasi ini, individu dapat mengenali sistem politik yang

kemudian menentukan sifat persepsi politiknya serta reaksinya terhadap

gejala-gejala politik di dalam kaitannya dengan pemilihan kepala daerah.

Sosialisasi bertujuan meningkatkan kualitas pemilih.

B. Teori Pilihan Rasional

Prinsip dasar teori pilihan rasional berasal dari ekonomi neoklasik. Dalam

sosiologi dipopulerkan oleh Coleman. Teori ini menjadi populer ketika

Coleman mendirikan journal rationality and society pada 1989 yang

dimaksudkan untuk menyebarkan pemikiran yang berasal dari perspektif

pilihan rasional. Teori pilihan rasional merupakan tindakan rasional dari

individu atau aktor untuk melakukan suatu tindakan berdasarkan tujuan

16
tertentu dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan. Tetapi Coleman

selanjutnya mengatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia

memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal

dari ilmu ekonomi, yang melihat aktor memilih tindakan yang dapat

memaksimalkan kegunaan atau yang memuaskan kegiatan dan kebutuhan

mereka.

Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor-aktor dipandang

sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya

aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai

tujuan itu. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai, keperluan, yang

penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan

yang sesuai dengan tingkatan pilihannya.

Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan weber dalam

klasifikasinya sampai mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan rasional

menurut weber berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan

bahwa tindakan itu dinyatakan.5 Pengertiaan rasional disini adalah masuk

akal, weber mencontohkan orang membeli baju dengan harga murah

ketimbang harga yang mahal merupakan hal yang rasional.

5 Dolle P. Jhnson,Teori Sosiologi Klasik dan Modern(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama,1994), 220

17
a. Rasionalitas Measyarakat

Rasionalitas, berasal dari kata “ rasio ” yang mengacu pada

bahasa Yunani Kuno, yang berarti kemampuan kognitif untuk memilah

antara yang benar dan salah dari Yang Ada dan dalam Kenyataan.6

Menurut Weber, secara garis besar ada dua jenis rasionalitas

manusia, yaitu pertama rasionalitas tujuan (Zwekrationalitaet) dan

kedua rasionalitas nilai (Wetrationalitaet).

Rasionalitas tujuan adalah rasionalitas yang menyebabkan

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu tindakan berorientasi

pada tujuan tindakan, cara mencapainya dan akibat-akibatnya. Ciri

khas rasionalitas ini adalah bersifat formal, karena hanya

mementingkan tujuan dan tidak mengindahkan pertimbangan nilai.

Rasionalitas nilai adalah rasionalitas yang mempertimbangkan

nilai-nilai atau norma-norma yang membenarkan atau menyalahkan

suatu penggunaan cara tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Rasionalitas ini menekankan pada kesadaran nilai-nilai estetis, etis,

dan religius. Ciri khas rasionalitas nilai ini adalah bersifat substantif,

sebab orang yang bertindak dengan rasionalitas ini mementingkan

komitmen rasionalitasnya terhadap nilai yang dihayati secara pribadi.

6
Listiyono Santoso, dkk, Epistemologi Kiri,Ar Ruzz Media, Yogyakarta, cetakan V, 2007, hlm
107

18
Dalam kenyataannya, kedua jenis raionalitas ini sering bercampur

aduk, dimana terjadi dominasi rasionalitas tujuan atas rasionalitas nilai,

begitu juga sebaliknya.

Selain kedua jenis tersebut, beberapa sosiolog lain menafsirkan

bahwa sebenarnya Weber mencetuskan jenis rasionalitas itu menjadi

tiga bagian, yakni rasionalitas instrumental, rasio yuridis dan rasio

kognitif / ilmiah. Ketiga rasio ini ( menurut beberapa sosiolog,

khususnya Ross Poole ) tidak secara eksplisit diungkapkan oleh

Weber, namun ketiga jenis rasio ini ada dalam ajaran rasionalitas

Weber.

Rasio Instrumental, merupakan bentuk rasio yang paling

dominan yang terwujud dalam pasar yang bersifat kapitalis. Rasio ini

menekankan efisiensi dan efektifitas dalam meraih tujuan-tujuan

tertentu. Dalam menerapkan rasio ini, ada beberapa hal yang harus

dilakukan, pertama, pengandaian adanya tujuan untuk rute-rute

alternatif. Kedua, pengandaian adanya pelaku yang menganggap

dirinya bebas untuk memilih rute – rute tersebut. Karena menekankan

pada efisiensi, rasio ini lebih memilih hasil yang kuantitatif atau yang

berdasarkan jumlah.

19
Rasio Yuridis, yakni rasio yang mengacu pada bentuk

rasionalitas yang secara obyektif terealisasi dalam bidang hukum dan

birokrasi. Rasionalitas ini menekankan prinsip konsistensi, dari pada

prinsip efisiensi (rasio Instrumental). Rasio ini tidak jarang mengalami

kontra dengan rasio lain, contohnya dengan rasio instrumental. Contoh

ekstremnya adalah ketika adanya penggunaan uang pelicin (uang

sogokan) untuk melancarkan suatu proyek atau usaha. Menurut rasio

ini, perbuatan itu bertentangan dengan moral dan tidak benar, namun

menurut rasio instrumental, tindakan ini sah – sah saja selama itu

mempermudah untuk mendapatkan sesuatu. Rasio Yuridis dalam hal

kekuasaan dalam suatu masyarakat berfungsi sebagai moralitas sosial

yang harus dipatuhi untuk membatasi kekuasaan. Namun dalam

masyarakat kapitalis rasio ini kalah dominasi dari rasio instrumental.

Rasio Kognitif, merupakan rasio yang menjelaskan bahwa

sasaran dari rasio adalah pengetahuan dalam rangka mencari

kebenaran yang sesuai dengan dunia. Perwujudan dari rasionalitas ini

terdapat di institusi pendidikan ataupun riset modern. Penerapan dari

rasio ini adalah bahwa kebenaran hanyalah dibatasi dengan

kebenaran yang sesuai dengan pernyataan dunia. Pengertian ini akan

menyebabkan ilmu menjadi adaptif terhadap kondisi yang ada. Ilmu

hanya akan melestarikan dan mendukung sistem yang ada. Akibat

20
lebih jauh dari penerapan rasio instrumental dan rasio ilmiah inilah

yang akhirnya menjadi titik acuan kritik dari para tokoh Teori Kritis

Mazhab Frankfurt di kemudian hari.

Ciri konsep rasio Max Weber yang pertama adalah adanya

matematisasi yang progresif terhadap pengalaman dan pengetahuan,

suatu matematisasi yang berawal dari ilmu-ilmu alam dan

keberhasilannya yang luar biasa pada ilmu dan segenap aspek

kehidupannya (perhitungan yang bersifat universal). Kedua, adanya

desakan tentang pentingnya pengalaman rasional dan bukti-bukti

rasional dalam organisasi ilmu seperti halnya dalam segenap aspek

kehidupan itu. ketiga, ada hasil dari organisasi ini yang sangat

meyakinkan bagi Weber, yaitu kejadian dan kesatuan suatu hal yang

universal, organisasi formal yang telah terlatih secara teknis

menjadikan ‘kondisi seluruh eksistensi kita tak dapat tertangani secara

mutlak

b. Tipe rasionalitas

Rasionalitas praktis adalah setiap jalan hidup yang memandang

dan menilai aktivitas-aktivitas duniawi dalam kaitannya dengan

kepentingan individu yang murni pragmatis dan egoistis. Tipe

rasionalitas ini muncul seiring dengan longgarnya ikatan magi primitif,

21
dan dia terdapat dalam setiap peradaban dan melintasi sejarah. Jadi

dia tidak terbatas pada Barat modern. Tipe rasionalitas ini berlawanan

dengan segala hal yang mengancam akan melampaui rutinitas sehari-

hari. Dia mendorong orang untuk tidak percaya pada seluruh nilai yang

tidak praktis, religius atau utopia sekuler, maupun rasionalitas teoretis

kaum intelektual.

Rasionalitas teoretis, tipe rasionalitas ini dijalankan pada awal

sejarah oleh tukang sihir dan pendeta ritual dan selanjutnya oleh filsuf,

hakim, dan lmuwan. Tidak seperti rasionalitas praktis, rasionalitas

teoretis menggiring aktor untuk mengatasi realitas sehari-hari dalam

upayanya memahami dunia sebagai kosmos yang mengandung

makna. Seperti rasionalitas praktis, rasionalitas ini juga bersifat lintas

peradaban dan lintas sejarah. Efek rasionalitas intelektual pada

tindakan sangat terbatas. Didalamnya berlangsung proses kognitif,

tidak mempengaruhi tindakan yang diambil, dan secara tidak langsung

hanya mengandung potensi untuk memperkenalkan pola-pola baru

tindakan.

Rasionalitas substantif, hakikatnya lebih mirip dengan

rasionalitas praktis dan tidak seperti rasionalitas teoretis.Rasionalitas

ini melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks

sistem nilai. Suatu sistem nilai ( secara substantif ) tidak lebih rasional

22
daripada sistem lainnya. Jadi, tipe rasional ini juga bersifat lintas

peradaban dan lintas sejarah, selama ada nilai yang konsisten.

c. Rasionalitas Dalam Berbagai Setting Sosial

1. Ekonomi

Dalam merasionalisasi sistem ekonomi, Weber

menggunakan rasionalitas untuk menganalisis ekonomi kapital

masyarakat Barat pada waktu itu.7 Meskipun pada umumnya

terjadi kecenderungan evolusi, namun Weber menunjukkan

bahwa ada berbagai sumber kapitalisme, jalur alternatif dan

beragam akibat yang ditimbulkan olehnya.

Dalam mengawali terhadap penguraian bentuk ekonomi,

Weber mengawali dengan bentuk ekonomi tradisional dan

irasional seperti ekonomi rumah tangga, desa, dan manorial.

Sebagai contoh, tuan tanah dalam feodalisme menurut Weber

memiliki sifat tradisional karena tidak bisa membangun bisnis

skala besar dimana para petani bisa dijadikan tenaga kerja.

Namun, feodalisme di Barat mulai runtuh ketika petani dan

tanah dibebaskan dari kontrol bangsawan dan ekonomi uang

7
George Ritzerdan Douglas j. Goodman, Teori sosiologi dari teori klasik sampai
perkembangan Mutakhir Teori sosiologi Posmodern, KREASI WACANA, cetakan V,
Yogyakarta, 2010, hlm 152

23
mulai beroperasi. Dengan ini, sistem feodalisme berkembang

menjadi sistem kapitalis.

Dengan adanya sistem kapitalis ini, secara tidak

langsung akan menimbulkan beberapa hal yang berbeda

dengan sistem feodal. Dalam perkembangannya sistem

kapitalis memunculkan tenaga terampil, sistem perbudakan,

sistem produksi domestik (produksi di desentralisasikan /

proses kerja berlangsung di rumah para pekerja), workshop

(tanpa mesin canggih) dan munculnya pabrik-pabrik.

Menurut Weber, yang paling jelas mendefinisikan sistem

kapitalis rasional adalah kalkulabilitasnya, yang

direpresentasikan oleh ketergantungan mereka pada tata buku

modern. Perkembangan sisitem kapitalis tergantung pada

berbagai perkembangan dalam ekonomi maupun dalam

masyarakat luas. Dalam sistem ekonomi, sistem kapitalis

memunculkan sejumlah prasyarat seperti pasar bebas, ekonomi

uang, teknologi murah dan rasional dan komersialisasi

kehidupan ekonomi yang melibatkan saham dan lain

sebagainya.

24
2. Agama

Dalam merasionalisasi agama, Weber memulainya dengan

mengamati perkembangan agama dari yag primitif menuju ke

agama yang rasional.

Agama awal terdiri dari dewa – dewi yang campur baur,

namun seiring dengan rasionalisasi, Tuhan yang lebih jelas dan

koheren pun muncul. Agama awal, menurut Weber, adalag

dewa rumah tangga, dewa marga, dewa penguasa lokal, dewa

pekerjaan dan dewa jabatan. Dan dengan adanya kekuatan

rasionalitas ( rasionalitas teoretis ) telah menghalangi atau

bahkan menghapus lahirnya dewa – dewa itu.

Contoh rasionalisasi agama terdapat dalam sistem

kependetaan. Pendeta, secara spesifik kependetaan yang

dididik secara profesional adalah pembawa dan pemercepat

rasionalisasi. Kependetaan bukan hanya kelompok yang

memainkan peran kunci dalam rasionalisasi. Nabi dan umat

juga penting dalam proses ini. nabi dapat dibedakan dari

pendeta berdasarkan panggilan pribadi, khotbah emosional,

dan proklamasi doktrin mereka. Peran kunci nabi adalah

mobilitasi umat, karena tidak akan ada agama tanpa

25
sekelompok pengikut. Tidak seperti pendeta, nabi tidak

cenderung menjadi kebutuhan kongregasi.

Weber membedakan dua jenis nabi, yaitu Nabi etis dan Nabi

teladan. Nabi etis ( Muhammad, Yesus Kristus, dan nabi-nabi

dalam kitab Perjanjian Lama ) percaya bahwa mereka telah

menerima perintah langsung dari Tuhan dan memerintahkan

kepatuhan dari pengikutnya sebagai satu tugas etis. Nabi

teladan ( Buddha adalah modelnya ) menunjukkan kepada

orang lain dengan contoh pribadi tentang jalan menuju

keselamatan religius.

3. Hukum

Sebagaimana dalam analisis agama, Weber mengawali

pembahasan hukumnya dengan hukum primitif, yang

menurutnya sangat irasional.8 Hukum primitif adalah sistem

norma yang belum terlalu terdiferensiasikan. Sebagai contoh,

tidak ada pembedaan antara perkara perdata dengan perkara

pidana. Kasus-kasus yang melibatkan perselisihan menyangkut

sebidang lahan dan pembunuhan cenderung ditangani, dan

pelanggar hukum, dengan cara yang sama. Selain itu, hokum

8
Ibid, hlm 155

26
primitive cenderung tidak memiliki perangkat resmi dan secara

umum hokum bebas dari formalitas dan aturan prosedural.

Dalam hukum, Weber menitikberatkan pada proses

profesionalisasi, Weber juga membedakan hukum dalam dua

jenis penddikan. Yang pertama adalah pendidikan profesi,

dimana murid belajar dari guru, khususnya selama praktek

hukum aktual. Pendidikan ini menghasilkan tipe hukum

formalistis yang didominasi oleh preseden.

Pendidikan hokum akademik, dalam sistim ini hokum

diajarkan di sekolah-sekolah khusus, yang memberikan

penekanan pada teori dan ilmu hukum. Dengan kata lain, tempat

fenomena hokum mendapatkan perlakuan sistematis dan

rasional. Di sini konsep yang dihasilkan berkarakter norma

abstrak dan penafsiran atas hukum-hukum ini terjadi secara

sangat formal dan logis.

4. Politik

Rasionalisasi politik terkait erat dengan rasionalisasi

hukum. Sebagai contoh, semakin rasional struktur politik, maka

secara sistematis dia cenderung makin menghapuskan elemen-

elemen rasional dalam hukum. Karena politik rasional tidak

27
dapat berfungsi dengan system hukum yang irasinal, begitu

sebaliknya. Weber mendefinisikan politik sebagai“ komunitas

yang tindakan sosialnya ditujukan untuk menyubordinasi

dominasi partisipan secara terarah terhadap suatu kawasan

territorial dan tindakan orang yang ada di dalamnya, melalui

kesediaan untuk berlindung di bawah kekuatan fisik, biasanya

termasuk dalam kekuatan bersenjata. Dan untuk melacak

perkembangan politik Weber kembali pada kasus primitive

sebagai strategi yang selalu di pakai.

C. Kerangka Pikir

Masalah perbatasan wilayah Indonesia bukan lagi menjadi hal baru

saat ini. Sejak Indonesia menjadi negara yang berdaulat, perbatasan

sudah menjadi masalah yang bahkan belum menemukan titik terang

sampai saat ini. Permasalahan yang paling sering muncul adalah

sengketa perbatasan dengan negara tetangga yang berbatasan langsung

dengan wilayah darat maupun wilayah laut Indonesia.Selain itu, masalah

kesejahteraan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan

juga perlu diperhatikan.

Permasalahan kewarnegaraan yang terjadi diwiayah perbatasan

bukanlah hal yang bisa dianggap sepele, karena kemakmuran

28
masyarakat indonesia harus dilakukan secara merata sesuai fungsi dari

sebuah negara dan juga apabila masalah kewarnegaraan yang terjadi di

wilayah perbetasan terus berlanjut akan berdampak pada kestabilan

ekonomi, politik dan budaya yang ada di negara indonesia. Utuk itu

diperlukan koneksi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk

meratakan kemakmuran disetiap wilayah indonesia dan juga dukungan

dari seluruh warga indonesia untuk dapat membantu saudara saudaranya

yang ada diperbatasan wilayah.

Daerah perbatasan merupakan pintu masuk suatu negara, oleh sebab

itu diperlukan perhatian lebih. Pembangunan dan juga fasilitas seperti

pendidikan, kesehatan, transportasi, informasi dan sebagainya harus

memadai. Masyarakat di daerah perbatasan harus lebih diperhatikan

kebutuhannya, sehingga mereka tidak terisolir dari dunia luar.

Penguatan pendidikan di daerah perbatasan, dengan meningkatkan

kualitas dan akses pembelajaran, serta meningkatkan status lembaga dari

swasta ke negeri merupakan program penting pendidikan di Indonesia.

Daerah perbatasan merupakan wilayah di mana manusia-manusianya

mengalami keterbelahan identitas. Keterpecahan identitas ini disebabkan

kebimbangan mengenali “rumah‘, yakni negara yang mengayomi dan

menempatkan masyarakat sebagai warga negara dengan konsekuensi

29
pemerataan pendidikan, informasi, dan akses politik.Seperti halnya di

wilaya perbatasan pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.

Adanya jarak ruang dan waktu antara pusat pemerintahan dan

perbatasan, terutama dalam pemerataan pendidikan dan pembangunan

menjadikan warga negara kehilangan identitas serta kecintaannya pada

negara. Keterbelahan identitas warga yang bimbang mengenai rumah

nasionalisme membuat manusia di perbatasan bergerak dalam konteks

mengenali ruang.

Dengan demikian, ruang dalam kondisi sosial warga negara di

perbatasan adalah ruang kultural dan politik. Pemahaman ruang politik

dipengaruhi oleh akses pendidikan, infrastruktur dan kedekatan

pemerataan program politik. Sedangkan ruang kultural adalah bagaimana

warga di perbatasan menjaga identitas budayanya di tengah gempuran

kebimbangan akan nasionalisme dan tawaran identitas budaya negeri

lain.

Peningkatan kualitas pendidikan di perbatasan merupakan langkah

penting untuk mengokohkan sistem pertahanan nasional di wilayah terluar

melalui pendidikan dan budaya. Peningkatan akses pendidikan di

perbatasan menghapus stigma kesenjangan politik nasional mengenai

30
peningkatan sumber daya dan infrastruktur; juga menjadikan warga di

daerah perbatasan merasa menjadi bagian dari negara Indonesia.

31
D. Skema Kerangka Pikir

Permasalahan
Kewarganegaraan

Kewarganegaraan Ganda di Daerah


Perbatasan Pulau Sebatik

Kewarganegaraan ganda
dipengaruhi oleh:
 Faktor rasionalitas
 Faktor psikologis

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. TIPE DAN DASAR PENELITIAN

Penelitian ini adalah metode kualitatif, karena metode kualitatif

memliiki varian yang beragam untuk menganalisis secara mendalam

masalah yang terjadi, agar dapat melihat kenyataan kenyataan yang ada

pada objek penelitian di pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan

Utara bahwa terdapat masyarakat yang memiliki kewarganegaraan ganda

sehingga peneliti dapat menjelaskan kenyataan tersebut secara ilmiah.

Metode kualitatif sangat penting dalam sebuah penelitian

permasalahan kewarganegaraan ganda sebab tujuan utama penelitian

adalah untuk memecahkan masalah dibalik kewarganegaraan ganda

yang di lakukan masyarakat di pulau Sebatik Kabupaten Nunukan

Kalimantan Utara, oleh karena itu, langkah-langkah yang ditempuh harus

relevan dengan masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian yang

digunakan penulis dalam membahas rumusan masalah yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya. Penelitian ini akan menggunakan

tipe penelitian deskriptif untuk memenuhi tujuan dan kerangka logika.

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan sejumlah

variabel-variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang sedang

33
diteliti permasalahan kewarga negaraan ganda di pulau Sebatik

Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Metode ini sangat berguna dalam

penelitian ini untuk mendapatkan variasi permasalahan karena berkaitan

dengan tingkah laku manusia (perilaku). Jadi dengan metode penelitian

ini, peneliti akan mudah untuk menggambarkan hasil penelitian bahwa

masyarakat yang memiliki kewarganegaraan ganda di pulau Sebatik

Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara memiliki alasan yang membuat

mereka memilih untuk memiliki kewarganegaraan ganda serta pengaruh

kewarganegaraan ganda terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang akan

diteliti.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di pulau Sebatik Kabupaten Nunukan

Kalimantan Utara. Hal yang menjadi pertimbangan memilih pulau Sebatik

menjadi fokus penelitian karena pulau Sebatik merupakan pulau terluar

yang berbatasan langsung dengan Malaysia yang berada di Kalimantan

Utara, serta merupakan daerah pelosok yang tertinggal dari segi

infrastrukturnya.

C. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini akan diperoleh dari dua sumber,

yaitu data primer dan data sekunder :

34
1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui lapangan

atau daerah penelitian yaitu pulau Sebatik Kabupaten Nunukan

Kalimantan Utara. Peneliti akanturun langsung ke masyarakan

yang akan diteliti yang berada di pulau Sebatik untuk

mengumpulkan data. Misalnya dari wawancara langsung ke

warga yang memiliki kewarganegaraan gandadan dari hasil

wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat, ataupun dengan

masyarakat sekitar.

2. Data Sekunder

Penulis juga melakukan telaah pustaka, yaitu

mengumpulkan data dari Penelitian sebelumnya berupa buku,

jurnal, koran, dan sumber informasi lainnya yang ada kaitannya

dengan masalah penelitian ini tentang “Permasalahan

Kewarganegaraan Ganda di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan

Kalimantan Utara”.

D. Informan

Informan adalah orang yang menjadi narasumber atau orang

yang memberikan informasi terkait data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Dalam peneltian ini informan yang menjadi narasumber

35
tidak mewakili jumlah populasi akan tetapi lebih cenderung mewakili

informasinya secara pribadi. Sebagai upaya untuk mendapatkan

informasi yang lebih mendalam, pada penelitian ini penulis memilih

masyarakat terkait sebagai informan yang berada pada lokasi

penelitian yang telah ditetapkan yaitu pada pulau Sebatik, Kabupaten

Nunukan, Kalimantan Utara, sehingga masyarakat yang dimaksud

dapat memberikan informasi tentang permasalahan kewarganegaraan

ganda yang terdapat di pulau Nunukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan sasaran

penelitian adalahinforman dan referensi. Data penelitian tersebut

dikumpulkan dengan menggunakan observasi langsung, teknik

wawancara dan dokumentasi sebagaiberikut:

1. Wawancara

Penulis memilih melakukan wawancara mendalam untuk

menghindari kehilangan informasi, maka penulis meminta ijin kepada

informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan

wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas

gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik

penelitian. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

36
pertanyaan yang sebelumnya telah disusun oleh penulis sebagai

acuan dan sifatnya tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan baru

yang muncul pada saat wawancara berlangsung terkait perilaku

memilih masyarakat yang di jadikan fokus penelitian.

2. Dokumen/ arsip/ literatur kepustakaan/ hasil penelitian sebelumnya

Metode atau teknik pengumpulan data dan informasi melalui

pencarian dan penemuan bukti-bukti.Metode dokumenter ini

merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber

seperti media. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar

belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian. Dokumen dan

arsip mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian

merupakan salah satu sumber data yang paling penting

dalampenelitian. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen tertulis,

gambar atau foto,atau film audio-visual, data statistik laporan

penelitian sebelumnya, tulisan-tulisan ilmiah tentang masalah yang

diteliti. Dengan adanya dokumentasi maka peneliti dapat mengenalisis

data yang sudah di ambil.

F. Analisis Data

Data yang dikumpulkan di lapangan diolah menggunakan analisis

kualitatif untuk menjelaskan hasil yang diperoleh pada saat penelitian.

37
Secara umum, analisa kualitatif yang dimaksud peneliti menggunakan

metode penalaran induktif. Selain itu digunakan metode deskriptif

analisis untuk menjelaskan data. Pada bagian ini akan dijelaskan

beberapa tahapan dalam analisiss data yang dirinci bagaimana

analisis data itu dilakukan:

1. Konsep Dasar Analisis Data

Konsep dasar dalam hal ini akanmempersoalkan pengertian, waktu

pelaksanaan, maksud dan tujuan, serta kedudukan analisis data. Perlu

digaris bawahi bahwa data yang terkumpul banyak sekali yang terdiri

dari catatan lapangan peneliti dan komentar peneliti, gambar, foto,

dokumen berupa laporan,biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan

analisis data dalam hal ini adalah

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan data-data yang sudah

terkumpul oleh peneliti. Prinsip pokok dari metode kualitatif adalah

menemukan teori dari data sehingga proses pengumpulan data yang

dilakukan peneliti dikerjakan secara intensif yaitu setelah

meninggalkan lapangan penelitian. Sehingga peneliti dapat melakukan

penafsiran dari hasil penelitian di lapangan tersebut agar data

penelitian dilapangan itu tidak menjadi dingin.

2. Menemukan Tema

38
Dari hasil menganalisis data di lapangan, peneliti juga mulai

menemukan tema. Pada analisis yang dilakukan secara lebih intensif,

tema lebih diperkaya dan lebih ditelaah lagi oleh peneliti dengan

menggabungkan dengan data dari sumber-sumber lainnya sebagai

berikut:

membaca kembali hasil catatan lapangan, memberi kode pada

beberapa judul pembicaraan tertentu yang dibahas oleh peneliti,

kemudian disusun menurut tipologi dari data yang sudah peneliti

kumpulkan dari masyarakat Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan

Kalimantan Utara, dan peneliti juga memperkaya dan memperdalam

kepustakaan yang ada kaitannya dengan topik yang dibahas oleh

peneliti yaitu Permasalahan Kewarganegaraan Ganda di Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.

3. Menganalisis Berdasarkan Fakta

Setelah memformulasikan Fakta, maka peneliti mengalihkan

pekerjaan analisisnya dengan mencari apakah fakta tersebut didukung

oleh data yang benar. Setelah peneliti menemukan seperangkat fakta

maka peneliti selanjutnya menyususn data tersebut kemudian data

yang sudah tersususn dikelompokkan berdasarkan fakta dasar.

Pekerjaan mencari data yang menunjang hipotesis biasanya

39
memerlukan kriteria. Kriteria ini didasarka dari pengalaman,

pengetahuan dari teori tertentu sehingga dapat membantu pekerjaan

peneliti. Data dari hasil wawancara dan observasi dari masyarakat

Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan sehari-hari dicatat serinci mungkin

dan dikumpulkan sehingga menjadi suatu catatan lapangan. Semua

data kemudian dianalisis secara kualitatif sehingga apa yang

terkandung di balik realitas pelanggaran kewarganegaraan di Pulau

Sebatik dapat segera terungkap.

40
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini ada dua aspek yang akan dibahas secara umum, yaitu :

Gambaran umum Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara dan

kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Sebatik Kabupaten Nunuknan

Kalimantan Utara. Ketiga hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut.

A. Gambaran Umum Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan

Utara

Sebatik adalah sebuah pulau yang kemudian dibagi menjadi dua

bagian. Pulau ini terletak di sebelah Timur Laut Kalimantan. Pulau yang

termasuk gugusan pulau-pulau kecil terluar (PPKT) Indonesia ini, bagian

utaranya merupakan wilayah Sabah, Malaysia dan di bagian selatannya

merupakan wilayah Indonesia yang merupakan bagian dari Propinsi

Kalimantan Utara. Di sebelah barat pulau ini terdapat Pulau Nunukan,

sedangkan di seberang utara terdapat Kota Tawau, Negara Bagian Sabah,

Malaysia. Batas wilayah antar negara memotong pulau dengan garis kurang

lebih sejajar khatulistiwa. Pulau ini bentuknya membujur dari arah Barat ke

41
Timur sepanjang kurang lebih 30 km. Sebagian besar potongan bagian

Selatan menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.9

Pembagian pulau ini menjadi dua bagian (Utara dan Selatan), diawali

oleh konvensi antara pemerintah Inggris dan Belanda, yakni pada tahun

1891 yang dikenal dengan Konvensi London atau sering disebut juga Traktat

Grenzen Borneo antara Hindia Belanda (Netderlandsche Indie) dan

protektorat Inggris di Borneo Utara (British North Borneo Protected).

Konvensi ini menjadi tonggak sejarah penting terbentuknya garis batas

(boundary line) antara vwilayah daratan Indonesia dan Malaysia di

Kalimantan. Perjanjian ini membagi wilayah daratan Pulau Kalimantan atau

Borneo dalam dua teritori kekuasaan yaitu, tiga koloni Inggris meliputi

Serawak, Brunai dan North Borneo (Sabah) disebelah utara, serta wilayah-

wilayah pengaruh kekuasaan Hindia Belanda di di sebelah selatan.10

Pada tahun 1916, sebuah perjanjian baru dibentuk yang terkenal

dengan nama Protokol London. Dalam konvensi tersebut ditetapkan bahwa

batas wilayah laut dan darat antara Belanda dan Inggris terletak pada garis

paralel 4 10' LU. Wilayah bagian Utara merupakan wilayah Inggris dan

Selatan adalah wilayah Belanda. Konvensi inilah yang kumudian membagi

9
Lina Puryanti dan Sarkawi B. Husain, op. cit., hlm. 48
10
Sugih Biantoro, “Masyarakat Perbatasan di Sebatik Masa Konfrontasi 1963-1966”. Tesis pada
Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011, hlm. 17

42
Pulau Sebatik menjadi dua bagian. Penanda batas wilayahnya adalah patok

beton yang masih dapat dijumpai hingga saat ini.

Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau kecil yang berbatasan

daratan dengan Malaysia, yang wilayahnya terbagi menjadi 2 (dua) bagian,

sebagian wilayah merupakan daerah wilayah Negara Malaysia dan sebagian

masuk dalam wilayah Indonesia. Belahan utara seluas 187,23 km²merupakan

wilayah Negara Bagian Sabah, Malaysia, sedangkan belahan selatan dengan

luas 246,61 km²masuk ke wilayah Indonesia di Kabupaten Nunukan, Provinsi

Kalimantan Utara. Dari luas 375, 52 hektare di antaranya merupakan

kawasan konservasi.

Dalam Buku Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara, Pulau

Sebatik merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas utama

pembangunan karena berbatasan langsung dengan negara tetangga. Di

Pulau Sebatik terdapat titik dasar CTD.036 dan titik referensi CTR.036.

43
GAMBAR 1

PETA AKSESIBILITAS PULAU SEBATIK

Pulau Sebatik terletak di Selat Makasar pada koordinat 04o 10’ 00’’ LU

- 4o 01’ 37” LU dan 117° 41’ 05” BT - 117o 55’ 56” BT. Secara geografis,

Kecamatan Sebatik di sebelah Utara garis lintang 4o 10’ 05” LU, berbatasan

langsung dengan Negara Malaysia bagian timur, sebelah Selatan garis

lintang 4o 01’ 37” LU, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bulungan dan

Kabupaten Malinau, Kaltim, sebelah Barat garis bujur 117° 41’ 05” BT,

berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur dan Kabupaten

44
Nunukan, dan sebelah Timur garis bujur 117o 55’ 56” BT, berbatasan dengan

laut Sulawesi.

Akses menuju ke Pulau Sebatik dapat dilakukan menggunakan

transportasi udara dan dilanjutkan melalui transportasi laut. Jalur transportasi

udara dilalui melalui jalur penerbangan Balikpapan - Kota Tarakan (pp)

dilayani oleh beberapa maskapai penerbangan dengan jenis pesawat

berbadan lebar dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, dan jalur penerbangan

Kota Tarakan - Kabupaten Nunukan (pp) dapat ditempuh dalam waktu 0,5

jam dengan penerbangan reguler (3 kali sehari). Perjalanan dari Kota

Tarakan juga dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi laut yaitu

menggunakan kapal cepat dengan jalur pelayaran dari Kota Tarakan ke

Kabupaten Nunukan pulang pergi atau Kota Tarakan – Pulau Sebatik pulang

pergi setiap sehari.Apabila menggunakan kapal perintis, perjalanan hanya

sampai di Pelabuhan Nunukan. Dari Kota Nunukan untuk menyeberang ke

Pulau Sebatik dapat menggunakan perahu motor tempel atau speed boat

yang membutuhkan waktu 10-15 menit. Perjalanan menuju pusat

Kecamatan Sebatik yaitu Sungai Nyamuk dapat menggunakan speed boat

membutuhkan waktu 1,5 jam, sedangkan perjalanan melalui darat

membutuhkan waktu 2-3 jam karena kondisi jalan yang belum baik. Kondisi

jalan Pulau Sebatik terbagi atas jalan yang telah diaspal, jalan yang berbatu

dan terakhir jalan tanah.

45
Pulau Sebatik adalah Pulau Terdepan dan Pulau Terluar di Indonesia

yang berada di Provinsi Kalimantan Utara. Pulau Sebatik terdiri dari 5

Kecamatan dan 19 Desa yang akan siap menjadi DOB (Daerah Otonomi

Baru). Kecamatan yang masuk di dalam administrative pulau sebatik yaitu

Kecamatan Sebatik Barat,Kecamatan Sebatik Induk, Kecamatan Sebatik

Timur, Kecamatan Tengah, dan Kecamatan Sebatik Utara. Kecamatan

Sebatik terdiri dari Desa Padaidi, Desa Sungai Manurung, Desa Tanjung

Karang dan Desa Balansiku, Kecamatan Sebatik Barat terdiri dari Desa

Setabu, Desa Binalawan, Desa Liang Bunyu dan Desa Bambangan,

Kecamatan Sebatik Tengah terdiri dari Desa Sungai LImau, Desa Maspul,

Desa Bukit Harapan dan Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Utara terdiri

dari Desa Seberang, Desa Lapri dan Desa Pancang, sedangkan Kecamatan

Sebatik Timur terdiri dari Desa Tanjung Harapan, Desa Sungai Nyamuk,

Desa Bukit Aru Indah dan Desa Tanjung Aru. Kecamatan-Kecamatan ini

adalah Kecamatan paling Timur dari Kabupaten Nunukan, Propinsi

Kalimantan Utara.

Sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Nunukan, Kecamatan

Sebatik Induk termasuk di dalamnya Pulau Sebatik mempunyai luas wilayah

sekitar 247,47 km2. Dasar pembentukan Kecamatan Sebatik terkait dengan

Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang pemekaran Kabupaten

Bulungan di Provinsi Kalimantan Timur. Secara administrasi, pusat

46
pemerintahan Kabupaten Nunukan terletak di Kota Nunukan dengan

kewenangan pemerintahan mencakup Kecamatan Sebatik Induk yang terdiri

dari empat desa, yaitu Desa Tanjung Karang sebagai pusat pemerintahan

Kecamatan Sebatik, Desa Pancang, Desa Sungai Nyamuk, Desa Tanjung

Aru, dan Desa Setabu. Pusat kegiatan perekonomian terpusat di Desa

Sungai Nyamuk.

Jumlah penduduk di lima kecamatan di pulau sebatik cukup beragam.

Penduduk dengan Kecamatan terbanyak dipulau sebatik iyalah kecamatan

sebatik timur dengan jumlah penduduk 12.996 jiwa, sebatik barat 8.193 jiwa,

sebatik induk 8.712 jiwa, sebatik tengah 7.121 jiwa, dan sebatik utara 6.113.

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan

Nama kecamatan Jumlah penduduk

Sebataik Barat 9.044 jiwa

Sebatik Timur 13.008 jiwa

Sebatik Tengah 8.041 jiwa

Sebatik Induk 5.680 jiwa

Sebatik Utara 7.066 jiwa

Total 42.839 jiwa

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan Tahun 2016

47
Kebutuhan listrik di Pulau Sebatik dipenuhi dari PLTD yang disuplai

dari Nunukan untuk Sebatik Selatan. Sedangkan untuk Sebatik Utara

dipenuhi dari Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTMH). Prasarana

transportasi yang tersedi di kecamatan Sebatik sampai saat ini terdiri dari 1

buah pelabuhan speed boat yang melayani ke Kota Tarakan dan Kota

Tawau, Malaysia dengan jumlah kapal yang lambat untuk pelayaran dalam

negeri berjumlah 1.146 dan pelayaran luar negeri berjumlah 102, serta

dermaga yang menyambungkan antara pulau sebatik dan ibukota Kabupaten

Nunukan. Untuk sarana perhubungan udara belum tersedia karena bandara

terdekat ada di Ibukota Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan yang relatif

masih bisa dijangkau oleh masyarakat Kecamatan Sebatik.

Topografi Pulau Sebatik cukup bervariasi berdasarkan bentuk relief,

kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Topografi sebagian

besar wilayah Pulau Sebatik mempunyai ketinggian antara 0-500 meter dari

permukaan laut (dpl), dimana 10 % wilayah dengan ketinggian 0-50 m dpl,

75 % wilayah dengan ketinggian 50-150 m dpl, dan 15 % wilayah dengan

ketinggian 150-500 m dpl. Ketinggian maksimum terdapat di pegunungan

tengah Pulau Sebatik yaitu 500 m dpl.

Bentuk lahan atau topografi Kecamatan Sebatik bervariasi terdiri atas

daerah cekungan (daerah pasang surut, rawa-rawa, endapan pantai, laut),

teras laut dan dataran, perbukitan, daerah bergelombang dan bergunung.

48
Dataran pantai mempunyai kemiringan lereng sebesar kurang dari 2 %,

wilayah cekungan (rawa dan teras laut) dengan kemiringan 2-25 %, daerah

perbukitan dan pegunungan tengah dengan kemiringan lereng 25-40 %.

Wilayah pesisir pantai Pulau Sebatik didominasi oleh vegetasi mangrove,

sedangkan wilayah pegunungan dibagian tengah ditumbuhi oleh hutan

sekunder dan sebagian dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan

perkebunan.

Pulau Sebatik memiliki iklim yang sama dengan iklim di Provinsi

Kalimantan Utara lainnya yaitu adanya musim kemarau dan musim hujan.

Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi oleh musim

peralihan.Selain itu, karena terletak di daerah katulistiwa maka iklim di Pulau

Sebatik dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat dan angin

Muson.

Pulau sebatik secara umum beriklim panas dengan suhu udara rata-

rata 27,8 oC, suhu terendah 22,9 oC pada bulan Agustus dan tertinggi 33,0

oC pada bulan April. Kelembaban udara berkisar antara 44 persen – 100

persen, dengan kecepatan angin rata-rata 0,5 knots. Penyinaran matahari

rata-rata 58,5 persen, terendah 44 persen pada bulan Juni dan tertinggi 76

persen pada bulan April. Berdasarkan data stasiun klimatologi periode 2010-

2014, curah hujan rata-rata 2.280 mm/tahun dengan bulan basah terjadi pada

bulan Mei, Juni, Oktober ,Desember (curah hujan > 200 mm/bulan) dan tanpa

49
bulan kering (< 100 mm/bulan). Di luar bulan-bulan tersebut curah hujan

berkisar 100-200 mm/bulan.

Kondisi oseanografi di wilayah Sebatik cukup bervariasi. Kondisi

pasang surut di pesisir Pulau Sebatik termasuk pasang surut campuran,

cenderung bersifat harian ganda (mixed prevailing semi diurnal) dengan 2

kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari dengan amplitudo dan periode

pasang surut yang berbeda serta tunggang air (tidal range) maksimum 2,8 m.

Kecepatan arus maksimum di perairan pesisir Pulau Sebatik terjadi pada saat

pergerakan pasang surut terbesar, yaitu saat neap tide dan spring tide,

dengan kecepatan arus rata-rata 87,5-102 cm/detik, arah arus pasang

mencapai 250o-333o dan arah surut 36o-130o. Kecepatan arus rata-rata

akibat densitas air laut sebesar 8,5-10,7 cm/detik dengan arah 15o-33o saat

spring tide dan arah 65o-82o saat neap tide. Kecepatan arus ini semakin

mengecil seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan.

B. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pulau Sebatik Kabupaten

Nunukan Kalimantan Utara

Perbatasan yang membagi dua wilayah dengan sebuah etnis yang

sama tentu saja jauh lebih rumit implikasi sosialnya dibandingkan dengan

sebuah perbatasan yang semata-mata hanya membagi kawasan secara

geografis. Perbatasan pada awalnya adalah sebuah pengertian dan konsep

50
yang bersifat geografis-spasial.Ia baru menjadi konsep sosial ketika

pembicaraan bergeser kepada masyarakat yang menjadi penghuni atau

melintasi kawasan perbatasan. Problem perbatasan dalam konsep geografis-

spasial jauh lebih sederhana, karena problem tersebut dengan mudah dapat

diselesaikan manakala negara-negara yang saling berbatasan sudah saling

menyetujui mengenai garis perbatasan tersebut. Permasalahan justru muncul

ketika perbatasan dilihat dalam perspektif sosial karena sejak itulah

perbatasan yang bersifat konvensional mencair.

Pergeseran konsep perbatasan dari geografis-spasial ke perspektif

sosial-kultural secara aktual dapat ditemukan di wilayah perbatasan di Pulau

Sebatik. Masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan, baik yang tinggal di

wilayah hukum Indonesia maupun di wilayah hukum Malaysia, sebagian

besar masih berkerabat. Oleh karena itu dalam keseharian mereka saling

berhubungan dengan baik dan saling berkunjung layaknya dengan tetangga

biasa. Aktifitas sosial sehari-hari mereka difasilitasi oleh pemerintah dengan

dikeluarkannya Pas Lintas Batas (PLB), yaitu sebuah dokumen yang mirip

dengan sebuah paspor, berwarna merah, berisi lima puluh halaman, yang

dikeluarkan oleh Pos Imigrasi Sebatik di Sungai Pancang. Setiap kali mereka

akan melintas batas, mereka harus melapor ke Pos Imigrasi, PLB mereka

akan distempel oleh petugas Pos Imigrasi, layaknya sebuah paspor.

51
Pada satu sisi memandang perbatasan dari aspek sosial-kultural

memang lebih menguntungkan, karena seolah-olah kondisi di kawasan

perbatasan senantiasa dalam keadaan harmoni, damai, dan tidak pernah ada

masalah. Negara nampaknya lebih memandang kondisi di Pulau Sebatik juga

semacam itu, yaitu sebuah kawasan perbatasan yang nyaris tidak ada

masalah, sehingga kehadiran negara di kawasan perbatasan tersebut juga

hanya untuk memfasilitasi aspek sosial-kultural masyarakat setempat.

Sebagai contoh misalnya, fasilitas untuk menjaga keamanan wilayah Sebatik

hanya terdiri satu Polisi Sektor (Polsek) dengan jumlah personil hanya 19

orang polisi, padahal jumlah penduduk yang harus dilayani berjumlah 42.839

jiwa.

Perbandingan antara jumlah personil dengan jumlah penduduk masih

terlalu besar. Fasilitas keimigrasian di Pulau Sebatik juga hanya merupakan

Pos Imigrasi yang hanya melayani pembuatan dan pengesahan Pas Lintas

Batas (PLB), tanpa memiliki kewenangan untuk menerbitkan paspor.

Pembuatan paspor hanya dilayani di kantor imigrasi Nunukan.

Perlu diketahui bahwa Pas Lintas Batas (PLB) merupakan dokumen

untuk melintasi Negara yang bersifat istimewa dan hanya ada di Pulau

Sebatik. Fasilitas tersebut hanya boleh digunakan untuk melintas ke

Malaysia, utamanya di kawasan Pulau Sebatik dan kota Tawau. Bagi

masyarakat yang ingin mengunjungi Negara Malaysia secara formal, dalam

52
arti menggunakan fasilitas paspor, hanya dilayani di kota Nunukan. Kondisi

ini tentu saja menyulitkan, mengingat jarak antara Pulau Sebatik dengan

Pulau Nunukan cukup jauh, dengan melalui jalur laut. Fasilitas Pas Lintas

Batas, pada satu sisi menguntungkan masyarakat setempat, namun pada sisi

yang lain sangat rawan disalahkan gunakan oleh orang-orang yang tidak

bertanggung jawab, baik untuk kejahatan antar Negara maupun untuk

menetap secara illegal di Negara lain. Banyak TKI illegal yang bermasalah di

Malaysia, awalnya menyeberang ke Negara tetangga tersebut dengan

menggunakan fasilitas Pas Lintas Batas.

Status administrasi kawasan Sebatik yang saat ini hanya berupa

kecamatan nampaknya cukup sulit untuk meningkatkan status berbagai

fasilitas Negara di kawasan ini. Sebagai contoh misalnya, Pos Imigrasi

Sebatik akan sulit dinaikan statusnya menjadi Kantor Imigrasi Sebatik jika

status administrasi kawasan ini masih kecamatan. Demikian pula

penambahan personil kepolisian juga akan sulit dilaksanakan jika status

kantor polisi di kawasan ini hanya berstatus Polisi Sektor (Polsek).

Penduduk Pulau Sebatik adalah mayoritas di dominasi oleh

masyarakat pendatang yang menetap di Pulau Sebatik seperti yang

kebanyakan yang berasal dari suku bugis Sulawesi Selatan. Kondisi ini

membuat masyarakat di Pulau Sebatik kental akan suasana-suasana bugis,

seperti percampuran bahasa dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Sedangkan

53
masyarakat penduduk asli Kalimantan seperti suku tidung dan dayak sangat

minim. Berdasarkan informasi dari penduduk setempat, sebelum bermukim di

Pulau Sebatik para pendatang adalah pekerja kebun (kakao dan sawit) di

Malaysia. Tingkat pendidikan masyarakat di kawasan perbatasan Pulau

Sebatik umumnya relatif rendah.Mayoritas petani kakao tidak tamat Sekolah

Dasar (SD).Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan oleh sarana dan

prasarana pendidikan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pada

saat itu kurang mendukung untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi.

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mata pencaharian utama

penduduk di Pulau Sebatik adalah sebagai petani dan nelayan, sedangkan

yang lain sebagai buruh, pedagang dan pegawai (negeri atau swasta), serta

bekerja di sektor lainnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Sebatik sangat akrab

dengan kota Tawau karena hampir semua kebutuhan sehari-hari harus dibeli

di kota Tawau. Bagi mereka, kota Tawau adalah pasar dari segala kebutuhan

sehari-hari dan pasar untuk menjual segala komoditi yang mereka miliki. Hal

tersebut terjadi karena kota Tawau merupakan kota terdekat bagi masyarakat

di pulau itu, padahal kota tersebut secara administratif berada di luar wilayah

Negara Indonesia. Dengan kata lain, kebutuhan sehari-hari masyarakat

Pulau Sebatik harus dibeli di luar negeri. Hubungan antara Pulau Sebatik

54
dengan kota Tawau dalam beberapa hal sebenarnya merugikan Negara

Indonesia dan menguntungkan Negara Malaysia.

Sebagian besar masyarakat Pulau Sebatik menjual komoditi yang

mereka hasilkan, seperti pisang, kelapa sawit, kelapa, buah-buahan, bumbu-

bumbu dapur, dan lain-lain ke kota Tawau. Namun mereka juga

membelanjakan sebagian besar uang hasil penjualan komoditi yang mereka

miliki juga di kota Tawau. Bahkan kebutuhan gas untuk memasak, batu alam,

kerikil, dan lain-lain juga harus dibeli di Tawau.Jika neraca perdagangan

kedua wilayah tersebut dihitung secara cermat, posisi perdagangan

Indonesia di kawasan ini sebenarnya minus.Hal tersebut tentu saja sangat

merugikan bagi bangsa Indonesia.Jika dibandingkan, antara Pulau Sebatik

dengan Kota Tawau terdapat kesenjangan yang luar biasa.

Penduduk di Pulau Sebatik dalam memenuhi kebutuhannya mereka

lebih ke kota Tawau, Malaysia, yang jaraknya sekitar kurang dari satu jam

perjalanan laut. Selain harga barang-barangnya lebih murah, seperti gula,

daging, telur, susu, dan bahkan gas elpiji, jarak tempuhnya pun lebih dekat

dibandingkan dengan ke kota Tarakan yang harus ditempuh sekitar tiga jam

perjalanan laut, dan pulau Nunukan. Sehingga tak heran Jika ada dua mata

uang yang beredar di sana, yakni rupiah dan ringgit. Tapi warga setempat

lebih menyukai ringgit karena nilainya lebih tinggi.

55
Jangan salahkan jika penduduknya kebingungan kalau harus

menentukan harga barang dalam mata uang rupiah. Mereka umumnya

menentukan harga barang dalam mata uang ringgit Malaysia. Bukan cuma

dalam soal harga barang mereka berpatokan pada Malaysia, untuk siaran

televisi pun mereka lebih sering menikmati tayangan televisi Malaysia, seperti

TV1, TV2, dan TV3 Malaysia. Sulitnya mendapatkan siaran tv nasional

dengan menggunakan antenna parabola menjadi alasannya.

Secara geografis, Pulau Sebatik lebih dekat ke Tawau yang hanya

ditempuh dalam waktu 15 menit, bila dibandingkan dengan ke Pulau

Nunukan yang memakan waktu 1,5 Jam dengan alat transportasi yang sama

dengan ongkos tiga kali lipat.

Perbedaan mencolok yang membuat iri masyarakat Indonesia di Pulau

Sebatik adalah jika pada malam hari menyaksikan Kota Tawau yang

bermandikan cahaya dengan gedung-gedung tinggi. Belum lagi ketiadaan

jaringan air bersih yang belum memadai bagi seluruh warganya dan jalan

rusak serta pelayanan kesehatan dan pendidikan yang minim, menambah

terkucilnya masyarakat Sebatik ditengah gemerlapan cahaya kemakmuran

negara jiran di depan matanya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa warga

Sebatik memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kota Tawau

karena segala macam kebutuhan sehari-hari lebih mudah didapatkan di kota

56
tersebut. Kondisi semacam itu memiliki implikasi yang besar terhadap aspek

politik, sosial, dan ekonomi.

Aspek politik menyangkut persoalan nasionalisme warga Indonesia

yang tinggal di wilayah perbatasan. Ketergantungan mereka yang sangat

tinggi terhadap wilayah di luar negeri bisa menyebabkan nasionalisme

mereka sedikit-demi sedikit terkikis. Negara Malaysia bisa saja sewaktu-

waktu memperalat mereka untuk melakukan infiltrasi di negeranya sendiri,

atau mempengaruhi batas wilayah dengan cara menggeser patok batas

Negara, atau melakukan aksi teror, dan lain-lain. Dari aspek ekonomi,

persoalan-persoalan penyelundupan bisa dengan mudah dilakukan oleh

warga yang tinggal di perbatasan jika kesadaran mereka berkaitan dengan

nasionalisme ekonomi luntur. Kejahatan antar Negara sangat mudah terjadi

di wilayah perbatasan, apalagi kondisi perbatasan di Pulau Sebatik sangat

terbuka dengan penjagaan yang cukup longgar. Sebagai contoh misalnya,

selama tahun 2016 terdapat delapan belas kali penyelundupan narkotika dan

obat-obatan terlarang (narkoba) dari Malaysia menuju Pulau Sebatik. Pelaku

dari tindak kejahatan antar Negara tersebut adalah warga Negara Indonesia

yang kemungkinan besar bekerja sama dengan warga Negara lain.

57
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan warga negara dalam meningkatkan semangat nasionalisme

dan patriotisme adalah dengan senantiasa bersedia melakukan tindakan dan

perilaku yang dapat membangun rasa memiliki bangsa, rasa kecintaan

terhadap bangsa, rasa kebanggaan, rasa menghargai jasa pendahulunya,

rasa bersalah bila mengkhianati bangsanya, rasa kebersamaan, dan sikap

membela jika ada bangsa atau orang lain yang merusak nama baik bangsa.

Dalam kerangka dimensi-dimensi sosial masyarakat, akan selalu

terkait dengan politik. Dimensi politik dalam masyarakat, menurut Franz

Magnis Suseno (1991) akan mencakup lingkaran-lingkaran kelembagaan

hukum dan negara serta sistem-sistem nilai dan ideologi-ideologi yang

memberikan legitimasi kepadanya.

Dari hasil penelitian penulis di lapangan, penulis mendapat temuan

penelitian yang kemudian penulis sinkronkan dengan teori yang digunakan.

Berikut rinciannya

No Pembahasan Hasil

1 Permasalahan masyarakat Kondisi sosial ekonomi masyarakat pulau

perbatasan pulau sebatik sebatik yang mengalami ketertingalan

58
dalam bidang sengi pembangunan

infrastruktur dan sumber daya manusia

serta lokasi yang terisolir yang membuat

masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan oleh

negara yang berdampak pada kemiskinan

yang dialami oleh masyarakat di pulau

sebatik, hal ini menyebabkan banyak

warga sebatik yang memilih Malaysia

sebagai tempat mencari penghasilah agar

dapat bertagan hidup.

2 Kewarganegaraan ganda Kebutuhan masyarakat terhadap pekerjaan

masyarakat Pulau Sebatik di negara Malaysia guna memenuhi

kebutuhan ekonomi serta kesehatan dan

pendidikan bagi keluarganya yang tidak

didapatkannya didalam negeri sendiri yang

menjadi faktor utama munculnya

masyarakat memiliki dua

kewarganegaraan, serta persoalan

amdministrasi yang rumit yang dialami

masyarakat Sebatik yang bermukim di

Malaysia.

59
3 Pandangan masyrakat Dua kewarganegaraan bukan lah menjadi

Sebatik mengenai suatu masalah bagi warga di Pulau Sebatik

kewarganegaraan ganda dikarenakan kebutuhan masyarakar akan

negara tetangga guna memenuhi

kebutuhan dan mendapatkan penghidupan

yang layak, yang menjadi masalah adalah

posisi negara sendiri terhadap

kesejahteraan warganya yang tidak

dirasakan oleh masyarakat sebatik.

Dari rincian diatas maka penulis mendapatkan bagaimana masyarakat

di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan memiliki kewarganegaraan ganda

yakni warga negara Indonesia dan warga negara Malaysia serta perilahu

masyarakat di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara dalam

menyikapi kewarganegaraan ganda yang beredar dikalangan masyarakat di

pulau sebatik yang dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan kali ini.

A. Permasalahan Kewarganegaraan Masyarakat di Pulau Sebatik

Masyarakat Pulau Sebatik adalah masyarakat yang berada dibagian

Utara pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia.

Pada umumnya masyarakat di pulau sebatik merupakan masyarakat

60
pendatang, mayoritas dari penduduk di Pulau Sebatik berasal dari Sulawesi

selatan.

Kodisi teritorial yang sangat dekat dengan negara Malaysia, bahkan

berbatasan langsung, membuat permasalahan-permasalaham yang

melibatkan kedua negara kerap bermunculan. Seperti halnya permasalahan-

permasalahan terkait warga negara yang kerap bermunculan. Proses keluar

masuk masyarakat di beberapa titik yang tidak terorganisir dengan baik

membuat masyarakat perbatasan bebas berlalu lalang melintasi kedua

negara tanpa pemeriksaan menjadi salahsatu akar permasalahannya.

Permasalahan yang paling sering muncul dikalangan masyarakat

perbatasan di Pulau Sebatik adalah status kewarganegaranaan yang mereka

miliki. Seperti berpindahnya warga negara yang mereka milikin, hingga

sampai munculnya masyarakat yang memiliki dua kewarganegaran di

perbatasan.

Wilayah perbatasan Kalimantan Utara memiliki arti yang sangat penting

baik secara ekonomi, geo-politik, dan pertahanan keamanan karena

berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga (Sabah) Malaysia

yang memiliki tingkat perekonomian relatif lebih baik. Potensi sumber daya

alam yang dimiliki di wilayah ini cukup melimpah, namun hingga saat ini relatif

belum dimanfaatkan secara optimal. Di sisi lain, terdapat berbagai persoalan

61
yang mendesak untuk ditangani karena besarnya dampak dan kerugian yang

dapat ditimbulkan.

Ketertinggalan secara ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat

perbatasan Kalimantan Utara seperti halnya di Pulau Sebatik juga dipicu oleh

minimnya infrastruktur dan aksesibilitas yang tidak memadai, seperti jaringan

jalan dan angkutan perhubungan darat maupun sungai masih sangat

terbatas, prasarana dan sarana komunikasi seperti pemancar atau transmisi

radio dan televisi serta sarana telepon relatif minim, ketersediaan sarana

dasar sosial dan ekonomi seperti pusat kesehatan masyarakat, sekolah, dan

pasar juga sangat terbatas. Kondisi keterbatasan tersebut akan semakin

nyata dirasakan oleh masyarakat perbatasan ketika mereka membandingkan

dengan kondisi pembangunan di negara tetangga Malaysia.

Adapun permasalahan-permasalahan yang di alama masyarakat di Pulau

Sebatik antara lain keterisolasian, keterbelakangan, kemiskinan, mahalnya

harga barang dan jasa, keterbatasan prasarana dan sarana pelayanan publik

(infrastruktur), rendahnya kualitas SDM pada umumnya, penyebaran

penduduk yang tidak merata, serta terjadinya penumpukan TKI akibat adanya

deportasi dari Malaysia

Dari sekian banyak problematika masyarakat di kawasan perbatasan

Pulau Sebatik, penulis mencoba mengerucutkan beberapa problem utama

62
masyarakat perbatasan yang dikutip dari data Dinas Lingkungan Hidup

Kalimantan Utara.

a. Tingkat Kemiskinan

Sebagian besar daerah di wilayah perbatasan Pulau Sebatik merupakan

daerah kawasan tertinggal dengan tingkat kemiskinan cukup yang tinggi dan

kesejahteraan yang minim. Jelas konsep otonomi daerah yang dicetuskan

pemerintah pun belum mampu untuk mengatasi pemerataan kesejahteraan

dengan kewenangan pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya yang

dimiliki bagi kesejahteraan masyarakatnya.

Walaupun saat ini kawasan perbatasan kaya dengan sumber daya alam

dan letaknya mempunyai akses ke pasar (Tawau), tetapi nyatanya

masyarakat di sebatik masih hidup dalam ketertinggalan. Jika dibandingkan

dengan penduduk Malaysia tampak adanya ketimpangan pendapatan yang

besar sekali. Akibatnya penduduk di kawasan perbatasan tidak memiliki

posisi tawar yang sebanding dalam kegiatan ekonomi di perbatasan. Akibat

lainnya adalah mendorong masyarakat semakin terlibat dalam kegiatan

ekonomi ilegal guna memenuhi kebutuhannya.

Aspek-aspek kurangnya infrastruktur berdampak langsung terhadap

kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan keterangan dari camat Sebatik

Utara bapak H. Zulkifli, kemiskinan di Pulau Sebatik yang berbatasan dengan

63
Malaysia ini lebih disebabkan tingginya biaya kehidupan yang berawal dari

mahalnya harga barang-barang kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan data

BPS 2016, di Sebatik, masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang

tergolong masyarakat miskin adalah 4.714 jiwa dari 42.839 jiwa penduduk.

Meskipun tidak semua keluaga miskin berkaitan dengan kondisi rumah,

namun beberapa kasus keluarga miskin di Pulau Sebatik, umumnya

bertempat di rumah yang layak huni. Penjelasan dari kasus dimaksud adalah

bila kita lihat pada status rumah atau kepemilikan rumah. Beberapa kasus

keluarga miskin menunjukkan bahwa mereka menempati rumah yang bukan

milik sendiri, tetapi miliki kerabat atau warisan dari orangtuanya.

Tabel 2.

Penduduk kurang mampu (pendapatan rendah) tiap kecamatan di

Pulau Sebatik tahun 2016

Kecamatan Masyarakat ekonomi rendah

Sebatik Barat 881

Sebatik 798

Sebatik Tengah 950

Sebatik Timur 1182

Sebatik Uatara 903

64
jumlah 714

Sumber : BPS kabupaten Nunukan Tahun 2016

Tingkat kemiskinan yang terjadi di kalangan masyarakat Pulau Sebatik

ialah disebabkan kurang tersedianya infrastruktur jalan, sehingga timbul

kelangkaan, dimana penduduk akan mencari komoditas yang sama dalam

waktu yang sama dengan jumlah barang yang terbatas. Hal ini akan

menimbulkan persaingan dalam masyarakat, dimana barang dalam jumlah

sedikit tersebut hanya mampu dijangkau oleh orang dengan kelas

sosial/ekonomi menengah ke atas, sedangkan orang dengan kelas

sosial/ekonomi menengah ke bawah akan kesulitan menjangkaunya. Sulitnya

akses ke area pedalaman juga mengakibatkan pembangunan mengalami

ketertinggalan, sehingga berpeluang timbul kesenjangan antar wilayah.

Kondisi ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas

kesejahteraan penduduk dengan penyebaran yang tidak merata

dibandingkan dengan luas wilayah, sehingga berimplikasi pada kegiatan

pelintas batas yang ilegal. Demikin pula banyak TKI maupun TKW yang

bekerja di luar negeri hanya sebagai buruh, pembantu rumah tangga dan

pekerja kasar lainnya, yang jelas-jelas menggambarkan rendahnya kualitas

SDM pada umumnya.

65
b. Kurangnya Infrastruktur

Infrastruktur adalah komponen penting untuk menunjang perekonomian

suatu wilayah. Sebagai sebuah kawasan yang baru berkembang,

infrastruktur di Sebatik masih dapat dikatakan tertinggal jika dibanding

dengan wilayah lainnya, terutama dengan Tawau, Sabah, Malaysia. Sebatik

sebagai wilayah yang tergolong daerah tertinggal mempunyai keterbatasan

infrastruktur, seperti sarana perhubungan, komunikasi, penyediaan air bersih,

sarana pendidikan, dan sarana kesehatan. Prasarana dan sarana kesehatan

yang ada di wilayah Pulau Sebatik saat ini hanya ada puskesmas ditiap-tiap

kecamataan, dan beberapa posyandu, serta bidan yang terbatas dan tidak

merata yang hanya ada di beberapa kecamatan saja. Hal ini merupakan

permasalahan sendiri bagi penduduk di Pulau Sebatik dalam mewujudkan

kesehatan keluarga dan masyarakat.

Minimnya fasilitas kesehatan jelas menghambat warga yang akan

berobat, terlebih jika ada salah seorang anggota keluarga yang sakit dan

hendak menjalani rawat inap sehingga banyak warga Sebatik yang akhirnya

harus dirujuk ke rumah sakit di Nunukan atau Tawau yang mempunyai

fasilitas yang lebih baik. Akibatnya, banyak warga Sebatik yang memilih

untuk berobat ke rumah sakit dari pada harus ke puskesmas. Hal ini jelas

menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat Sebatik dalam pemenuhan

kesehatan keluarga.

66
Oleh karena itu, banyak penduduk Sebatik yang masih mengandalkan

pengobatannya pada bantuan dukun melalui cara-cara tradisional, yang

dalam bahasa daerah/lokal disebut tatamba. Tatamba juga merupakan

kebiasaan adat (ritual) pengobatan bagi penduduk yang terkena bisa ular,

tenung yaitu cara penyembuhannya disembur dengan air putih yang sudah

diberi doa. Menurut mereka si sakit sembuh karena izin dari Allah. Beberapa

cara tradisional lainnya masih sering dilakukan penduduk, misalnya

pengobatannya dengan cara mengunyah pucuk daun jambu dan nangka,

merebus akar alang-alang, cabe rawit, butuh (kemaluan) tupai, lalu diminum.

Tabel 3.

Jumlah fasilitas kesehatan tiap kecamatan di Pulau Sebatik Tahun

2016

Kecamatan
Fasilitas
Sebatik Sebatik Sebataik Sebatik Jumlah
Kesehatan Sebatik
Barat Tengah Timur Utara
RSUD 0 0 0 0 0 0
RSU Swasta 0 0 0 0 0 0
RS khusus 0 0 0 0 0 0
Puskesmas 1 1 1 1 1 5
Klinik/Praktek
0 0 0 0 0 0
Dokter
Posyandu 14 8 9 11 7 39

67
Bidan
1 0 0 7 2 10
Praktek
Sumber : BPS Kabupaten Nunukan Tahun 2017

Kondisi tanah yang berbukit-bukit, sedikit sumber air, dan dekat dengan

laut menyebabkan kualitas air tanah maupun air pemukaan sangat rendah.

Oleh karena itu, penduduk Sebatik mengalami permasalahan dalam

penyediaan air bersih. Sumber air bersih utama mayoritas masyarakat saat

ini adalah air hujan. Sehingga pada musim kemarau penduduk mengalami

kekurangan air bersih. Saat tidak ada hujan sumber air bersih yang ada

kurang memadai, meskipun rendah kualitasnya adalah sumur umum dekat

sungai yang mulai mengering. Untuk itu, penduduk harus mengangkut air dari

sumber tersebut untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya.

Sarana jalan darat yang ada di Sebatik, baik jalan antar kecamatan

maupun antar desa sebagian besar berupa jalan darurat (jalan tanah dan

pasir batu). Sebagian jalan-jalan di Sebatik terutama pada musim penghujan

sulit dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Sementara itu,

jumlah sarana angkutan umum yang ada masih terbatas dan dengan biaya

yang cukup mahal. Kondisi seperti itu menjadi permasalahan tersendiri bagi

penduduk Sebatik, yakni mobilitas penduduk antar desa/kecamatan sangat

terbatas, termasuk masalah pengangkutan hasil pertanian/perkebunan

penduduk. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah Nunukan untuk

68
menciptakan sarana perhubungan yang relatif mudah dijangkau masyarakat

dan dengan frekuensi yang cukup memadai.

Sarana pendidikan yang ada saat ini masih terbatas, beberapa desa

hanya mempunyai sekolah sampai SD. Untuk wilayah kecamatan Sebatik

Barat, sekolah menengah atas (SMA) bahkan tidak tersedia di kecamatan ini.

Sehingga bagi anak-anak penduduk di kecamatan Sebaik Barat harus

menempuh jarak cukup jauh bila ingin melanjutkan pendidikan pada tingkat

SMA. Kondisi seperti ini menyebabkan banyak penduduk yang mengalami

kesulitan untuk melanjutkan sekolah, baik karena masalah jarak lokasi

maupun kemampuannya yang terbatas. Oleh karena itu, hanya beberapa

anak, khususnya dari golongan mampu yang dapat melanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi. Dengan demikian, dari segi pendidikan penduduk Sebatik

Barat sebagian besar rendah (hanya mencapai tingkat Sekolah Dasar (SD)

dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)).

Sarana Pendidikan Tiap Kecamatan Di Pulau Sebatik Tahun 2017

Kecamatan
Jenis
Sebatik Sebatik Sebatik Sebatik Jumlah
Pendidikan Sebatik
Barat Tengah Timur Utara
SD 8 5 6 7 3 29
SMP 2 3 2 2 2 11
SMA 0 1 1 1 1 4
Sumber : BPS Kabupaten Nunukan 2017

69
Saran komunikasi telepon kabel dan telepon umum di wilayah Pulau

Sebatik hingga saat ini belum tampak kehadiranya. Sementara ini, penduduk

banyak menggunakan sarana telepon seluler yang jaringanya masih

terbatas.. Jaringan/siaran televisi dan radio sebagian sudah dapat ditangkap

penduduk meskipun masih terbatas. Namun demikian masuknya

jaringan/siaran televisi asing (negara tetangga) tampaknya tidak bisa

dihindarkan mengingat letaknya yang cukup dekat. Bila siaran televisi

Indonesia tidak lebih kuat, maka dapat menghambat masuknya informasi

nasional dalam kehidupan masyarakat di Pulau Sebatik.

c. Pemanfaatan sumber daya alam belum optimal

Pulau Sebatik merupakan wilayah yang mempunyai potensi sumber daya

alam yang melimpah, terutama dari sektor pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun selama melakukan penelitian di

Sebatik, pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang sangat

potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi pendorong pertumbuhan

ekonomi warga Sebatik. Sebagai contoh, perkebunan sawit, kakao (cokelat),

kelapa maupun pisang terhampar luas hampir di seluruh sudut Pulau Sebatik

dan memberikan hasil yang cukup signifikan bagi perekonomian warga.

Berdasarkan sensus pertanian tahun 2013, bahwa sebagian besar sektor

pertanian adalah penggerak utama ekonomi masyarakat. Rata-rata luas

70
lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga usaha pertanian

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebesar 25,8 ribu meter persegi

dijadikan sebagai lahan yang digunakan dalam usaha pertanian, terutama

dari sektor padi dan palawija (BPS Kabupaten Nunukan, 2015b), sedangkan

luas lahan bukan sawah yang digunakan untuk kelapa sawit juga mengalami

peningkatan menjadi 23,7 ribu meter persegi. Peningkatan ini dikarenakan

semakin banyaknya lahan masyarakat yang beralih fungsi menjadi

perkebunan kelapa sawit. Hal ini juga dapat dilihat dari semakin

meningkatnya jumlah pohon kelapa sawit yang ditanam warga di mana

kurang lebih 3,5 juta pohon sawit memenuhi 1,778 ha kebun sawit di Pulau

Sebatik. Hasil sawit dari Sebatik sebagian besar dijual ke Tawau dalam

bentuk tandan buah segar (TBS) karena sampai saat ini belum ada pabrik

pengolahan kelapa sawit yang besar dan bekerja optimal di Sebatik.

Selain kelapa sawit, kakao merupakan areal perkebunan terbesar kedua

yang banyak diusahakan atau ditanam warga dan banyak tersebar di

Kecamatan Sebatik Timur dan Sebatik Barat. Sementara itu, kopi adalah

populasi ketiga terbesar yang paling banyak diusahakan di kecamatan

Sebatik Timur dan Barat. Pada awal tahun 2002, kopi pernah menjadi

primadona sektor perkebunan warga Sebatik dengan kualitas dan harganya

yang dapat bersaing dengan negara tetangga Malaysia, namun karena

kurangnya perhatian dalam pengelolaan hasil panen kopi, permintaan pun

71
menurun yang mengakibatkan harga kopi turun drastis sehingga masyarakat

beralih pada tanaman lainnya yang lebih menguntungkan. Di samping kelapa

sawit, kakao, dan kopi, komoditas pisang merupakan hasil bumi yang juga

banyak diusahakan di wilayah Sebatik dan sebagian besar hasil panen dijual

dalam bentuk pisang mentah ke Tawau, Malaysia, sedangkan sebagian lagi

diolah dan dikonsumsi sendiri oleh petani. Mayoritas pedagang di Tawau

tidak menerima hasil olahan pisang petani Sebatik dengan alasan tidak

bersegel dan yang tidak memenuhi standar.

Sebagian besar lahan di pulau Sebatik dikuasai oleh warga sebagai

pengusaha perkebunan dengan penghasilan yang besar dibanding dengan

pengepul, pekerja maupun penyedia transportasi. Di antara mereka, ada

yang membentuk kelompok usaha tani untuk mengelola dan

mendistribusikan hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Keuntungan yang

diperoleh (pengusaha atau kelompok usaha tani) berguna dalam mendorong

kemajuan dalam bisnis lainnya, seperti industri pengolahan keripik pisang

dan untuk budi daya peternakan serta perikanan.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan usaha perkebunan lainnya,

seperti pisang, kakao, dan kopi, sektor perkebunan kelapa sawit masih

terbilang baru. Namun, pada era pascareformasi dan seiring banyaknya

petani yang membuka lahan untuk perkebunan kepala sawit, subsektor ini

mampu menyerap banyak tenaga kerja dan dapat menjadi sumber devisa

72
terbesar di Sebatik setelah Kakao dan pisang. Dapat dibayangkan dengan

semakin bertambah luasnya usaha perkebunan kelapa sawit maka jumlah

lahan yang akan digunakan di pulau Sebatik untuk sektor kelapa sawit akan

semakin luas di masa mendatang.

Meski demikian, lahan kelapa sawit yang luas belum disertai dengan tata

kelola lahan yang baik sehingga berpotensi merusak lingkungan karena

dapat merusak ekosistem dan ketersediaan air, terutama untuk usaha sektor

perkebunan lainnya. Selain itu, dalam hal distribusi, hasil panen kelapa sawit

lebih banyak dipasarkan ke Tawau daripada ke wilayah lainnya. Hal itu dapat

dilihat dari banyaknya para pedagang atau pengumpul yang memasarkan

hasil bumi ke Tawau yang memang berdekatan dengan patok tiga

perbatasan Indonesia dan Malaysia. Sekitar puluhan ton hasil perkebunan

milik petani di wilayah Sebatik Indonesia setiap harinya dipasarkan oleh

pengumpul ke Malaysia dengan menggunakan kapal kayu ukuran besar yang

mampu memuat sekitar lima ton hasil perkebunan.

Kondisi itu dapat berdampak positif maupun negatif bagi masyarakat

Sebatik. Pada satu sisi, aktivitas perdagangan lintas batas di sektor pertanian

dan perkebunan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi setiap

tahunnya. Namun di sisi lain, maraknya aktivitas ilegal dan potensi sumber

daya alam yang belum dikelola secara optimal serta ketersediaan

infrastruktur yang masih kurang menjadikan nilai ekonomis pada sektor ini

73
menjadi belum teroptimalkan dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah

dituntut untuk menyediakan infrastruktur yang baik, terutama untuk

pengelolaan dan distribusi agar hasil panen perkebunan di wilayah Sebatik

dapat optimal.

Selain sektor perkebunan dan pertanian, potensi sumber daya laut di

wilayah perairan Sebatik merupakan aset yang besar dan perlu

dikembangkan lebih optimal. Potensi di sektor perikanan Sebatik meliputi

potensi ikan tangkap dan budi daya udang serta ikan pelagis yang tersebar di

sekitar perairan Sebatik. Karena potensi lautnya yang melimpah, perairan

Sebatik dikategorikan dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) IV Selat

Makasar dan Laut Arafuru serta WPP VII laut Sulawesi dan Samudera

Pasifik. Perairan Sebatik yang masuk dalam WPP VII diperkirakan

mempunyai potensi yang sangat besar untuk udang dan ikan pelagis

(Sebatik, 2016). Jika melihat dari dua kategori wilayah di atas, peluang untuk

pengembangan pemanfaatan perikanan di wilayah Sebatik yang tersebar di

sekitar Pulau Bukat masih sangat terbuka, terutama untuk ikan pelagis, ikan

demersal, ikan karang, dan lobster.

Potensi besar dari sumber daya perikanan di Sebatik ditandai dengan

semakin menggeliatnya usaha di sektor perikanan. Hal itu dapat dilihat dari

banyaknya jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan budi daya

ikan, baik ikan laut maupun rumput laut yang sarat manfaat dan berdaya jual

74
tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, hasil survei tahun 2016

menunjukkan bahwa di wilayah Sebatik terdapat 1.125 rumah tangga yang

bergerak dalam usaha penangkapan ikan dan sebanyak 1.105 rumah tangga

melakukan penangkapan ikan di laut lepas. (BPS Kabupaten Nunukan,

2017).

Meski kekayaan bahari di perairan Sebatik cukup melimpah dan aktivitas

budi daya dan penangkapan ikan menggeliat, namun nilai jual ikan hasil

tangkap ataupun budi daya di Sebatik masih sangat dipengaruhi oleh sistem

perdagangan lintas batas yang sebagian besar dipengaruhi oleh dermaga

Tawau, Malaysia. Dengan kata lain, hasil tangkapan ikan nelayan Sebatik

diberi harga yang sangat murah di pasaran Tawau dengan alasan ukuran

dan kualitas ikan hasil tangkap tidak memenuhi standar, khususnya dalam

hal pengemasan pengolahan ikan. Padahal jika dikelola dengan baik, nilai

jual hasil tangkapan nelayan bisa berdaya jual tinggi karena kualitas ikan di

perairan Sebatik yang berkualitas.

Selain itu, minimnya infrastruktur penangkapan dan pengelolaan ikan juga

menjadi persoalan dalam meningkatkan potensi sumber daya perikanan di

wilayah Sebatik. Banyak nelayan yang menjual hasil tangkapan ikan mereka

ke Tawau, Malaysia, karena harga yang tinggi dan supaya tidak ada hasil

tangkapan yang tersisa dan membusuk. Hal itu disebabkan belum

tersedianya cold storage atau tempat pembekuan ikan di wilayah Sebatik

75
Indonesia yang sangat dibutuhkan oleh para nelayan untuk menjual ikan hasil

tangkap sehingga ikan tidak cepat membusuk dan layak jual.

Di sisi lain, belum adanya pelabuhan berstandar nasional dan penutupan

Pas Lintas Batas (PLB) sebagai garda depan aktivitas lintas batas menjadi

kendala bagi para nelayan. Aktivitas perdagangan dan penangkapan ikan

masih dilakukan secara tradisional melalui jalur illegal serta dengan

menggunakan kapal kayu yang jauh dari standar internasional. Sementara

itu, jarak pelabuhan berstandar nasional di Kabupaten Nunukan yang cukup

jauh yang membutuhkan biaya cukup besar jika harus melalui nunukan.

Kondisi ini menjadikan para nelayan kesulitan untuk menjual hasil tangkap

ikan.

Selain itu, minimnya sarana dan prasarana penunjang menyebabkan para

nelayan kalah bersaing dengan para pedagang dan nelayan dari Tawau,

Malaysia. Akibatnya, banyak nelayan Sebatik lebih memilih memasarkan

ikannya di Tawau daripada ke Nunukan. Jauh daripada itu, banyak dari

kapal-kapal besar asing yang pada akhirnya memilih untuk bersandar dan

bertransaksi di dermaga Tawau. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat

bahwa sarana dan prasarana merupakan penunjang utama dalam

pengelolaan kekayaan hasil laut yang sangat potensial di perairan Sebatik.

Bahkan, banyak warga berharap adanya bantuan berupa kapal penangkap

ikan yang memenuhi standar sehingga dapat bersaing dengan nelayan dari

76
Malaysia. Selain itu, PLB yang sebelumnya sempat ditutup pada tahun 2011

dapat dibuka kembali untuk menggenjot aktivitas perekonomian wilayah

Sebatik dan menekan aktivitas perdagangan lintas batas ilegal.

Sementara itu, sektor sumber daya alam nonhayati berupa minyak bumi

dan gas alam di wilayah Sebatik Indonesia masih belum dieksplorasi secara

optimal. Potensi kedua sektor tersebut diperkirakan cukup besar, namun

hingga kini belum ada perusahaan yang melakukan riset dan eksplorasi lebih

jauh terkait dengan cadangan mineral di Sebatik. Hal ini berbeda dengan

Malaysia yang sudah memulai eksplorasi gas alam di sekitar wilayah

perbatasan Sabah dekat wilayah Bambangan. Kandungan pasir di wilayah

Sebatik Indonesia juga sangat potensial yang diperkirakan mencapai lima

ratus juta ton serta potensi lainnya yang begitu besar. Riset dan peran

pemerintah sangat diperlukan untuk menggali sumber daya mineral di

wilayah Sebatik yang belum terungkap.

B. Kewargangaraan Ganda Yang Dimiliki Masyarakat di Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara

http://artikel-fib.web.unair.ac.id/artikel_detail-170033-Makalah-

PERBATASAN%20LAUT%20SEBATIK%20INDONESIAMALAYSIA:%20%20

SEBUAH%20KAJIAN%20TENTANG%20SEJARAH%20DAN%20AKTIVITAS

%20MASYARAKAT%20DI%20WILAYAH%20PERBATASAN%20LAUT%20S

77
EBATIK,%20KABUPATEN%20NUNUKAN%20KALIMANTAN%20UTARA.ht

ml

Dari hasil pembahasan sebelumnya telah di ketahui permasalahan-

permasalahan yang di alami oleh masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik

Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Dari permasalahan-permasalahan itu

memicu munculnya masyarakat yang memiliki kewarganegaraan ganda di

Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan yakni sebagai warga negara Indonesia

dan warga negara Malaysia.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kewarganegaraan ganda

masyarakat Pulau Sebatik. Penulis akan lebih dulu menjelaskan secara

terperinci mengenai kewarganegaraan.

Kewarganegaraan menurut wolhoff adalah keanggotaan suatu bangsa

tertentu yakni ialah sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya

dikarenakan kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran

nasionalnya. Kewarganegaraan pun memiliki kemiripan dengan kebangsaan

yang membedakana ialah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan.

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan

hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan

diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan

adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.

78
Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,

kewarganegaraan adalah segala ikatan yang berhubungan dengan negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu

Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis. Kewarganegaraan dalam

arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan

negara. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan

hukum, tetapi ikatan emosionak, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan,

ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.

Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil. Kewarganegaraan dalam

arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika

hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.

Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari

status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

Negara dan masyarakat memiliki ikatan politik yang berkaitandengan

kewarganegaran, dimana masyarakat memberi legitimasai sepenuhnya

kepada negara dalam mengatur segala kebijakan baik dalam segi sosial,

ekonomi, dan politik, serta hubungan dengan negara lain.

Berubahnya pelegetimasian kepada negara dapat diperlihatkan dari

beberapa tingkah laku masyarakat. Seperti pindah kewarganegaran hingga

menduakan negara yang dimilikinya atau biasa disebut kewarganegaraan

79
ganda. Seperti yang terjadi di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan

Utara. Ada beberapa masyarakat yang memiliki dua kewarganegaraan atau

kewarganegaraan ganda yakni warga negara Indonesia dan warga negara

Malaysia.

Sebatik merupakan pulau terluar dan terbagi menjadi dua wilayah negara

yaitu sebelah Utara Wilayah Malaysia (Sabah), dan sebelah Selatan Wilayah

Indonesia (Provinsi Kalimantan Utara). Kondisi yang demikian menjadikan

penduduk Sebatik tidak terlepas dari pengaruh kehidupan masyarakat negara

tetangga. Pada satu sisi, penduduk Sebatik mendapat imbas kemajuan

ekonomi dari penduduk negara tetangga. Pada sisi lain, ada ketergantungan

masyarakat dengan negara tetangga, misalnya dalam pemasaran hasil dan

pemenuhan kebutuhan rumahtangga.

Seperti yang di kemukakan Colemen dalam teori pilihan rasional yang

memusatkn perhatian pada aktor-aktor dipandang sebagai manusia yang

mempunyai tujuan atau mempunyai maksut. Artinya aktor mempunyai tujuan

dan tindakan yang tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktorpun

dipandang mempunyai pilihan atau nilai, keperluan, yang penting adalah

kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai

dengan tingkatan pilihannya.

80
Ketergantungan masyarakat pada negara tetangga dapat mengurangi

rasa kebangsaan dan nasionalisme. Mereka akan lebih mementingkan

kebutuhan ekonomi daripada memperhatikan kedudukannya sebagai warga

negara Indonesia. Hal ini tampak dari informasi yang diperoleh bahwa

beberapa penduduk Sebatik, terutama yang dekat dengan perbatasan

mempunyai ID ganda. Alasan mereka adalah untuk kemudahan hubungan

dengan masyarakat negara tetangga yang dirasakan memberikan banyak

keuntungan. Sementara itu, akses komunikasi dan transportasi ke wilayah

Indonesia masih kurang memadai, sehingga sebagian besar penduduk

seolah-olah kurang menyatu dan berinteraksi secara intensif dengan

penduduk lainnya di wilayah Indonesia. Hal ini menjadikan Sebatik tertinggal

dalam berbagai pembangunan, baik pembangunan fisik maupun non fisik.

Munculnya masyarakat yang memiliki dua kewarganegaraan di Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara di pertegas dengan

pernyataan bapak Umbora Hadisusino, SE, M.Ap selaku sekertaris

DISDUKCAPIL Kabupaten Nunukan.

“ berbicara mengenai kewarganegaraan ganda atau dua


kewarganegaraan sebenarnya kita di Kabupaten Nunukan ini
sangat rawan akan terjadi kasus-kasus seperti itu. Melihat letak
geografis yang sangat dekat dengan Malaysia atau bisa
dibilang Kabupaten yang paling sudut karna kita berbatasan
langsung dengan Malaysia, bukan hanya berbatasan lautan
bahkan daratan, jadi proses keluar masuknya masyarakat antar
dua negara bisa dibilang sangat mudah dibeberapa titik.
Masyarakat yang memiliki dua warga negara untuk di Pulau

81
Sebatik, hampir tiap tahun selalu yang di peroses. Pada akhir
tahun 2016 kemarin, warga Sebatik Timur, yang kita peroses di
capil 5 orang. Mereka warga negara Indonesia yang juga
memiliki IC Malaysia. Sebenarnya kalau masyarakat yang
memiliki dua kewarga negaraan di Pulau Sebatik itu bisa di
bilang banyak tapi untuk mengetahu secara pasti itu cukup sulit
di karanakan masyarakat pastinya tidak mau bilang-bilang sama
petugas, tapi biasanya kalau ada yang didapati seperti itu di
selesaikan secara kekeluargaan saja, karna yang biasanya kita
tindaki disini ketika ada maslah perlintasan atau laporan dari
kantaor imigrasi atau kecamatan”11
Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa masyarakat yang

bermukim di Pulau Sebatik bukan hanya memiliki kewarganegaraan

indonesia saja, tapi melainkan ada di antara mereka yang memiliki dua

kewarganegaraan yakni warga negara Indonesia dan warganegara Malaysia.

Tindakan rasionl menurut Weber berhubungan dengan pertimbangan

yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan.12 Pengertian rasional

disini adalah masuk akal, Weber mencontohkan orang membeli baju dengan

harga murah ketimbang harga yang mahal merupakan hal yang rasional.

Seperti halnya yang terjadi di kalangan masyarakat Pulau Sebatik perihal

kewarganegaraan yang dimiliki.

Adanya masyarakat yang bekerja di Malaysia menimbulkan polemik,

seperti memiliki kewarganegaran Malaysia menjadi suatu hal menjadi

keharusan oleh beberapa orang. Hal ini dikarenakan seringnya masyarakat

11Wawancara dengan Bapak Unbora Hadisusin, SE, M. Ap Sekertaris DISDUKCAPIL


Kabupaten Nunukan
12
Dolle P. Jhnson,Teori Sosiologi Klasik dan Modern(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1994), 220

82
menyebrang antar dua negara hingga untuk memudahkan proses itu

masyarakat dituntut memiliki kartu tanda penduduk di Malaysia. Selain itu

kebutuhan yang disediakan negara dianggap masi belum bisa mencukupi

akan kebutuhan masyarakat, hal ini yang memicu ketergantungan

masyarakat akan negara Malaysia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

warga sebatik makin menjadi.

Negara yang harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya dimanapun

berada bahkan sampai di pelosok-pelosok nusantara dianggap oleh warga di

Pulau Sebatik tidak bisa lagi diandalkan dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat. Setiap tahun kunjungan pemerintah dari menteri, anggota

dewan Republik Indonesia, hingga persiden datang berkunjung ke Pulau

Sebatik. Pada tahun 2016 saja ada beberapa mentri yang datang berkunjung

di Pulau Sebatik seperti Menko Polhukam, kementrian luar negri, dan Menteri

kesehatan, bahkan bukan hanya itu pada tahun 2014 persiden Joko Widodo

pun ikut berkunjun di pulau sebatik, tapi tidak ada perubahan berarti terjadi

yang dirasakan masyarakat pulau sebatik terkait kunjungan-kunjungan

tersebut.

Pesimisme terhadap negara sendiripun muncul, kecintaan atas tenah

air terpaksa harus digadaikan, partisipasi dalam memilih kepala daerah

sampai presiden dianggap hanya sekedar partisipasi belaka tanpa ada

perubahan yang pasti yang dirasakan masyarakat setelahnya.

83
Menyikapi kewarganegaran ganda seperti memiliki warga negra

Indonesia dan Malaysia, bagi warga di Pulau Sebatik merupakan bentuk

perjuangan hidup dalam memenuhi kebutuhan. Dikarenakan jika bergantung

pada negara sejauh ini tidak ada perhatian yang nyata kepada masyarakat di

perbatasa. Seperti yang dinyatakan oleh H. Rustam.

“masyarakat Sebatik yang punya kartu penduduk malaysia


suadah dari dulu ada yang kaya begitu, pasalnya kita disini
dekat sekali dengan Malaysia. Macam di Malaysia itu,
masyarakat disana kalau sakit mudah saja untuk dapat
perawatan di rumah sakit, baru pendidikan anak-anak itu tidak
repot kita sebagai orang tua. Kalu disini kalu sakit kita jau betul
kalau mau berobat, harus kita ke Nunukan, kalau penyakit
kronis itu sempat mati di jalan, pasalnya di sini tidak ada rumah
sakit.Makanya banyak warga kalau sakit disini lebih memilih
menyebrang saja ke Tawau, soalnya 15 menit saja sampai.
Tapi masalahnya tidakbisa juga kita berobat di sana kalau tidak
punya keluarga orang sana, karna itulah orang-orang biasanya
urus kartu penduduk sana, pasalnya negara sendiri tidak mau
sudah dia perhatikan kita disini. Jadi untuk bertahan hidup itu
bisa dibilang warga disini itu lebih diperhatikan sama Malaysia
ketimbang Indonesia” 13
Masyarakat yang memiliki dua kewarganegaraan di Pulau Sebatik

bukanlah menjadi hal yang baru. Peristiwa seperti ini biasa terjadi

dikaranakan untuk mempermudah dalam memenuhi kabutuhan akses lintas

antar negara. Karen masyarakat khususnya di Pulau Sebatik dalam

memenuhi kebutuhan hudup sangat bergantung dengan negara Malaysia,

baik dalam keperluan pokok maupun keperluan ekonomi.

13
Wawancara dengan H. Rustam warga Pulau Sebatik

84
Dalam mempermudah peroses keluar masuknya masyarakat baik dari

indonesia ataupun dari Malaysia badan keimigraian Kabupaten Nunukan

sebenarnya telah melakukan kerja sama dengan petugas dari Malaysia

terkait kartu lintas negara. Kartu lintas negara iyalah kartu yang dikeluarkan

oleh kantor imigrasi guna mempermudah masyarakat dalam melintas dan

hanya berlaku beberapa hari saja, namun kebijakan ini banyak disalah

gunakan oleh masyarakat. Seperti yang di kemukakan kepala Imigrasi

Kabupaten Nunukan, Ferry Herling Ishak South, SH. Selain petugas imigrasi

juga mendapatkan masyarakat yang melintas memiliki dua warga negara

yakni warga negara Indonesia dan warga negara Malaysia.

“ masyarakat untuk asksesnya ke Malaysia atau keluar negeri


kita harus memiliki paspor. Namun untuk masyarakat di
Kabupaten Nunukan atau khususnya masyarakat yang
berbatasan langsung dengan Malaysia seperti Pulau Sebatik,
kita sudah buat kerjasama dengan petugas imigrasinya
Malaysia, yaitu pengadaan kartu lintas negara. Namun
terkadang ada beberapa masyarakat yang menyalah gunakan
kebijakan ini, alasan awalnya mau sebentar disana akhirnya dia
mengurus lintas, mungkin karna keasikan disana akhirnya lupa
kembali meskipun masa aktif lintasnya sudah habis. Pernah
juga tahun lalu kita melakukan pemeriksaan identitas di pos
imigrasi sungai pancang, ada 3 orang yang melintas datang dari
Malaysia. Begitu kita periksa-periksa barang bawaannya
ternyata dia punya KTP Indonesia berdomisili sebatik dan juga
memiliki IC Malaysia.”14
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ferry Herling Ishak

South selaku kepala imigrasi kabupaten Nunukan. Bandan imigrasi

14Wawancara dengan Ferry Herling Ishak South, SH. Kepala Kantor Imigrasi Kabupaten
Nunukan

85
kabupaten Nunukan sudah mempermudah akses keluar masuk perbatasan

negara dengan membuat kartu lintas batas. Hal ini dilakukan agar kiranya

masyarakat yang berbatasan langsung dengan malaysia dapat dengan

mudah melintas baik menjenguk kerabat maupun dalam memenuhi urusan-

urusan tertentu. Akan tetapi kebijakan tersebut dianggab oleh sebagian

masyarakat kurang memberikan mereka keleluasaan, pasalnya hanya

berlaku selama 3 hari.

Penulis menghubungkan hasil penelitian dan konsep rasionalitas

masyarakat maka ada terkaitan dari problematika masyarakat

berkewarganegaraan ganda di Pulau sebatik akibat dari sulitnya memenuhi

kebutuhan pokok masyarakat di Pulau Sebatik serta rendahmya

perekonomian masyarakat dan imbas kemajuan ekonomi dari penduduk

negara tetangga. Pada sisi lain, ada ketergantungan masyarakat dengan

negara tetangga, misalnya dalam pemasaran hasil dan pemenuhan

kebutuhan rumahtangga. Ketergantungan masyarakat pada negara tetangga

dapat mengurangi rasa kebangsaan dan nasionalisme. Mereka akan lebih

mementingkan kebutuhan ekonomi daripada memperhatikan kedudukannya

sebagai warga negara Indonesia.

Kewarganegaraan ganda yang di miliki masyarakat di pulau sebatik

bukanlah tanpa sebab. Hal ini terjadi akibat adanya ketimpangan-

ketimpangan yang memicu masyarakat melakukan hal tersebut seperti

86
kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap kesejahtraan masyarakat

perbatasan yang membuat masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan. Hal

ini yang memicu masyarakat Pulau Sebatik memilih negara Malaysia untuk

mensejahterakan hidup mereka. Selain itu hal yang juga yang menjadi

masalah adalah administrasi penduduk yang di bermasalah. Untuk lebih

jelasnya pengaruh kewarganegaraan ganda masyarakat Sebatik iayalah :

1. Memudahkan Pekerjaan

Menurut JACK CLARIDGE Pekerja adalah seorang individu yang

bertujuan untuk membantu orang-orang dalam masyarakat yang tidak

mampu atau kesulitan dalam menangani masalah kehidupan yang mereka

hadapi. Pekerja dapat melakukan tugas mereka di sekolah, rumah sakit,

organisasi, dan sektor publik lainnya.15

Bekerja merupakan suatu wujud dari pada pemenuhan kebutuhan, itu

dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai akal dan

pikiran yang melebihi makhluk lain dan memiliki berbagai kebutuhan. Untuk

terpenuhnya kebutuhan harus melakukan usaha dan bekerja, kebebasan

berusaha untuk menghasilkan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan

hidup sehari-hari merupakan hak seseorang.

15Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, hal. 16.

87
Kewarganegaraan ganda masyarakat Sebatit berkaitan dengan rasio

instrumental yang di gambarkan oleh Weber merupakan bentuk rasio yang

paling dominan yang terwujud dalam pasar yang bersifat kapitalis. Rasio ini

menekankan efisiensi dan efektifitas dalam meraih tujuan-tujuan tertentu.

Dalam menerapkan rasio ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan,

pertama, pengandaian adanya tujuan untuk rute-rute alternatif. Kedua,

pengandaian adanya pelaku yang menganggap dirinya bebas untuk memilih

rute – rute tersebut. Karena menekankan pada efisiensi, rasio ini lebih

memilih hasil yang kuantitatif atau yang berdasarkan jumlah.

Dari permasalahan-permasalahan yang di alami oleh masyarakat di

Pulau Sebatik mengakibatkan banyak masyarakat di Pulau Sebatik untuk

memenuhi kebutuhannya, mereka mencari pekerjaan di negara seberang

seperti Malaysia yang berbatasan langsung dengan Indonesi. Hal ini mereka

lakukan karena kurangnya pekerjaan yang mereka temukan di Pilau Sebatik,

selain itu upah yang dihasilkan para pekerja yang bekerja di Malaysia lebih

tinggi di bandinggkan upah yang mereka dapatkan di Pulau Sebatik.

Banyaknya perkebunan kelapa sawit yang terlatak dinegara Malaysia yang

membutuhkan buruh tani serta dekatnya akses ke kota Tawau dari Pulau

Sebatik menjadi salah satu alasan banyaknya masyarakat yang rela

meninggalkan tempat tinggalnya untuk mencari kerja. Masyarakat yang

88
mencari pekerjaan di malaysia pada umumnya bekerja di sektor perkebunan,

perdangangan, dan menjadi kuli. Seperti yang dikemukakan oleh bapak Raja

“ faktor utama yang membuat warga sebatik ke Malaysia itu


adalah untuk bekerja, pasalnya kalau kita di Sebatik saja,
paling cuma kerja-kerja kebun saja. Sedangkan kalau kita
menyebrang, macam banyak saja yang bisa di bikin disana
itu, selain banyak kerjaan bisa di masuki gajinya juga lebih
besar kalau kita keja disana di banding di sini”16

Banyaknya warga sebatik yang menyembrang ke Malaysia tidaklah

tanpa kendala, hambatan yang selalu mereka alami dalam proses pekerjaan

masyarakat Pulau Sebatik iyalah kewarganegaraan Indonesia yang mereka

miliki. Seperti adanya pemotongan penghasilan, terbatasnya akses

kebeberapa tempat hingga permasalahan administrasi di Malaysia.

Permasalahan-permasalahan seperti ini yang membuat beberapa

masyarakat di Pulau Sebatik yang bekerja di Malaysia mengurus kartu

kependudukan Malaysia atau IC Malaysia. Seperti yang di kemukakan

Rustam Amir yang bekerja sebagai pengendara speed boad jurusan Sebatik-

Tawau di dermaga sebatik.

“ kalau orang Sebatik yang punya IC Malaysia itu, kalau


dibilang ada, iya ada lah. soalnya banyak juga masyarakat
sebatik yang mencari nafka di Tawaukan, mereka bekerja
disana. Bahkan ada juga yang istrinya orang sana jadi
pulang balik tawau ke sebatik terus dia. Orang-orang yang
bekerja seperti disana itu, yang biasanya punya KTP
Indonesia dan punya juga IC Malaysia. Soalnya sedikit sulit
kita kalau mau lama-lama di sana baru kita orang Indonesia,
ketat penjagaannya disana baru tidak leluasa kita bergera

16
Wawancara dengan raja selaku petugas pelabuhan

89
karna diperiksa terus. Baru administrasinya disana itu susah
sekali kalau kita butuh, baru kita sebagai orang diluar dari
Malaysia. Seperti kaka iparku itu ada IC malaysianya dan
ada juga KTP indonesianya. Dia disana punya toko jual-
jualan sembako,terkadang itu barang dari sana saja dai
bawa kesini baru dia kembali lagi kesana. Dia disana sudah
lama, sekitar mau 10 tahunan sudah dia.”17
Masyarakat di Pulau Sebatik yang yang bekerja di Malaysia bukanlah

baru-baru ini saja terjadi, melainkan sudah sejak dahulu kala kelika Pulau

Sebatik masih bagian dari Kabupaten Bulungan yang sekarang telah

melakukan pemekaran menjadi Kabupaten Nunukan. Ketergantungan

masyarakat terhadap Malaysia di sebabkan karena kurangnya pasokan

kebutuhan pokok oleh negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Sebatik, serta sulitnya masyarakat menjual hasil panen yang mereka daptkan

dari kebun dan hasil pengeringan rumput laut mereka di negara sendiri dan

upah yang mereka dapatkan dengan menjual hasil panen yang mereka

hasilkan jauh lebih tinggi bila masyarakat menjual hasil panen mereka ke

Malaysia dibandingkan di Pulau Sebatik sendiri.

Dengan ketersediaannya pasar di Malaysia tepatnya di kota Tawau

yang dapat di tempuh dengan spedbut dalam waktu 15-20 menit, membuat

masyarakat di Pulau Sebatik kerab menghabiskan waktu berada di kota

tawau. Dengan diakuinya mereka sebagai warga negara Malaysia,

masyarakat dapat dengan mudah mengirim barang keperluan pokok di

17
Wawancara dengan Rustam Amir, warga Pulau Sebatik

90
Malaysia untuk di perjual belikan di Pilau Sebatik bahkan mencakup wilayah-

wilayah di Kabupaten Nunukan. Seperti yang di kemukakan oleh bapak H.

Andi Ilham.

“Andaikata, kita mau beli barang subsidi pemerintah Malaysia, kita


tidak ngomong akan dibawa ke Sebatik, harus ngomong barang
akan di bawa ke Sungai Melayu, karena itu wilayah Malaysia,
kalau kita tidak ngomong begitu maka kita tidak dikasih, seperti
botol gas (tabung gas). Untungnya kita ada perbatasan, jadi kita
bisa bilang mau di bawa ke Sungai Melayu. Karena kalau di
Malaysia, barang subsidi tidak boleh keluar. Dan tentara sudah
tau kalau kerjasama yang baik, karena kalau itu di embargo,
orang mau makan apa di sini. Sementara itu, hampir semua hasil
bumi, sampai daun pisang pun dikirim kesana. Nah kalau disana,
ada TW-nya (toke, cukong) itu untuk mempermudah masuk.
Kalau betul-betul itu Indonesia punya, tidak mungkin bisa masuk,
tapi kalau kita Malaysia mudah saja.”18

Keterbergantungan dalam bidang ekonomi ini menciptakan banyak

kesempatan bagi masyarakat untuk membangun relasi sosial lintas batas

serta memungkinkan terjadinya transfer budaya. Dalam kasus Sebatik yang

merupakan wilayah zona transisi dan bersifat terbuka terhadap pengaruh

pergerakan lintas batas, masyarakat akan terus menerus berorientasi pada

nilai-nilai, ide-ide, kebiasaan, tradisi, institusi, selera, dan perilaku wilayah

seberangnya. Masyarakat Sebatik yang dengan mudah bisa bepergian ke

Tawau untuk berbagai keperluan (belanja, berobat, mengunjungi keluarga,

tamasya, dan sebagainya) akan bisa melihat bagaimana kehidupan

masyarakat Tawau berlangsung.

18
Wawancara dengan H. Andil Ilham selaku pedagang

91
2. Kesalahan Administrasi Kependudukan

Menurut Ulbert administrasi secara sempit didefinisikan sebagai

penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis baik

internal maupun eksternal dengan maksud menyediakan keterangan serta

memudahkan untuk memperoleh kembali baik sebagian maupun

menyeluruh.19

Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia tentunya

membutuhkan administrasi kependudukan yang terorganisir dari pusat

hingga ke daerah. Administrasi kependudukan dimaksud menyangkut seluruh

masalah kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan

sipil, dan pengelolaan data informasi kependudukan.

Administrasi Kependudukan menjadi semakin penting karena selalu

bersentuhan dengan setiap aktivitas kehidupan masyarakat di Indonesia.

Diantaranya adalah saat pemilu legislatif, pemilu presiden, pemilu kepala

daerah, mengurus surat-surat kendaraan, mengurus surat-surat tanah, dan

lain sebagainya. Apabila kita akan berdomisili pada suatu wilayah maka kita

harus memiliki tanda domisili yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk

(KTP).

19
PENGERTIAN DASAR ADMINISTRASI, Tim Reality Publisher, Surabaya, 2008.

92
Munculnya masyarakat yang memiliki dua kewarganegaraan di Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara salah satu penyebabnya

adalah kesalahan dalam pengatministrasian penduduk di Kabupaten

Nunukan. Penyebabnya di karenakan Kabupaten Nunukan merupakan pintu

gerbang keluar masuknya masyarakat dari Indonesia ke Malaysia ataupun

sebaliknya. Termasuk didalamnya Pulau Sebatik yang memiliki jalur keluar

masuk yang sering di lalui dan mudah dilewati. Bukan hanya Malaysia saja

bahkan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina dan Brunai

Darusalam kerap bermunculan.

Bukan hanya masyarakat Kabupaten Nunukan saja yang sering

melintas antar negara banyak dari pendatang yang mayoritas di dominasi

dari Sulawesi selatan kerap datang melintas lewat Kabupaten Nunukan,

bahkan tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menetap dan

berdomisili di Kabupaten Nunukan. Hal ini kerap membuat dinas catatan sipil

kabupaten nunukan kerap kecolongan dalam memberikan NIK ke

masyarakat. Pasalnya ada dari mereka yang sebelumnya sudah menjadi

warga negaraan Malaysia dan masih mengurus kependudukan di Indonesia.

Hal ini diungkapkan sekertaris DISDUKCAPIL Kabupaten Nunukan

Kalimantan Utara bapak Umbora Hadisusino, SE, M.Ap.

“masyarakat yang memiliki kewarganegaraan Indonesia dan


kewargamegaraan asing di Pulau Sebatik itu ada. Bahkan
sampai perna kita proses. Hal ini terjadi karena proses

93
pengurusan berkas di RT di tiap desa dan kecamatan
kecolongan. Kita rawan di sini karena Kabupaten Nunukan
itu adalah daerah pelintasan, pintu masuknya di utara itu
kita. Apa lagi perlintasan antar negara kita di sini itu tidak
ketat sama seperti Malaysia juga begitu, dulu KTP itu yang
kuning mudah sekali di dapat, bahkan satu orang bisa
sampai dua atau tiga nama karna catatan kependudukan
kita waktu itu masi bermasalah. Namun semenjak ada SIAK
(System Informasi Administrasi Kependudukan) ini sudah
mulai tertata rapi, tapi masi belum bisa dibilang sempurna.
Karna banyak masyarakat Indonesia yang di Malaysia yang
belum perekaman, sementara mereka tidak punya dokumen
sama sekali, ini yang membuat masyarakat kita
diperbatasan itu banyak yang bermasalah. Terkadang orang
itu mengajukan persaratan, kita peroses, lalu keluar, tau-tau
ada dokumen paspor Malaysianya.”20
Kesalahan administrasi kependudukan juga tidak lepas dari

permasalahan di kepegawai tingkat desa di tiap-tiap kecamatan, rendahnya

tingkat pendidikan pegawai desa ditiap-tiap kecamatan dianggap sebagai

salah satu penyebab masalah pengadministrasian kependudukan dapat

terjadi. Hal ini terjadi karena dampak dari kurangnya falitas pendidikan yang

terbangun ditiap-tiap kecamatan di Pulau Sebatik.

Jumlah pegawai tingkat desa menurut pendidikannya di tiap-tiap

Kecamatan Pulau Sebatik

Kecamatan SD SMP SMA PT

Sebatik Barat 0 0 36 1

20
Wawancara dengan Umbora Hadisusino, SE, M.Ap seketaris DISDUKCAPIL Kabupaten Nunukan

94
Sebatik 0 0 0 0

Sebatik Tengah 1 0 0 42

Sebatik Timur 0 4 20 12

Sebatik Utara 1 17 5

Jumlah 1 5 73 60

Sumber : BPS Kabupaten Nunukan Tahun 2017

Kesalahan administrasi kependudukan sulit untuk di diatasi di negara

Indonesia ini, melihat Indonesia adalah negara yang besar dan memiliki

pulau-pulau serta jumlah penduduk yang banyak. Hal ini menjadi catatan

tersendiri bagi dinas catatan sipil Kabupaten Nunukan. Karena kejelasan

kewarganegaraan di Indonesia hanya mengakui satu kewarganegaraan,

yakni kewarganegaraan Indonesia yang sesuai dengan undang-undang kita.

Selain itu kewarganegaraan juga sangat berpengaruh dalam pengakuan

terhadap negara.

Karna itu tidaklah terlalu sulit bagi dinas catatan sipil untuk lebih

berkordinasi dengan camat di Pulau Sebatik. Meminta kiranya Untuk lebih

selektif dalam pengumpulan berkas-berkas dan tidak melauli metode

perwakilan.

Ketergantungan terhadap Malaysia membuat masyarakat Pulau

Sebatik pada umumnya lebih memilih bertransaksi menggunakan ringgit

95
dibandingkan dengan rupiah, walaupun mata uang yang beredar adalah

ringgit dan rupiah. Hal ini untuk mempermudah mereka jika harus ke

Malaysia bertransaksi, masyarakat tidak perlu repot-repot mencari penukaran

uang ringgit lagi.

Dimilikinya kartu penduduk Malaysia oleh beberapa warga di Pulau

Sebatik dianggap hanya untuk memenuhi kebutuhan prosedural administrasi

belaka di Malaysia. Banyak dari warga Sebatik masih tetap memilih untuk

diakui sebagai warga negara Indonesia, walaupun ada juga yang memilih

untuk menetap di Malaysia secara utuh. Faktor yang membuat masyarakat

masih memilih menjadi warga indonesi dikaranakan keluarga besar yang

mereka miliki masi bermukim di Indonesia, untuk itu masyarakat tidak mau

dipisahkan karena masalah beda kewarganegaraan. Seperti yang dikatakan

ibu Nurlaila,

“ kita disini memang lebih merasa sebagai warga negara


Malaysia kalau mau dibilang, soalnya barang-barang yang
beredar disini bisa dibilang dari sana semua. Namun walaupun
ada warga yang punya IC Malaysia dan punya juga KTP
Indonesia, kami disini masi tetap lebih memilih Indonesia
ketimbang Malaysia. Warga yang punya IC Malaysia itu hanya
keperluan pekerjaan saja, walaupun mungkin ada untuk
keperluan lain jugakan ya ,saya kurang tau jugalah. Tapi kalau
ditanya ya pasti pilih Indonesia. Karna keluarga kita di
Indonesia semua, kita lahir di Indonesia, dan besar di Indonesia
dan seharusnya mati juga di Indonesia.”21

21
Wawancara dengan Ibu Nurlaila, warga Pulau Sebatik

96
Kewarga negaran ganda bagi masyarakat sebatik merupakan suatu

hal yang biasa-biasa saja dikalangan mereka. Kurangnya perhatian dari

pemerintah yang membuat masyarakan mencari alternatif lain untuk bertahan

hidup, dan negara Malaysia yang dianggap bisa untuk memenuhi itu semua.

Seperti yang dikemukakan Bapak Ardyanto, S.H.

“ kewarganegaraan ganda masyarakat di Pulau Sebatik itu


bukan tanpa sebab pasti ada yang mendasari perilaku itu
terjadi. Alasannya masyarakat paling banyak bisa dibilang cari
kerja dan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pertanyaannya
disini jika kebutuhan mendasar seperti itu bisa mereka dapatkan
di wilayah mereka sendiri apakah mereka masi mau ke
malaysiah. Saya yakin tidak, disini dilihat sebenarnya peran
pemerintah terhadap daerah-daerah perbatasan seperti sebatik.
Lihat saja bagaimana kebutuhan pokok kita bisa terpenuhi
sedangkan akses pelabuhan kita saja tidak ada. Pelabuhan
yang saya maksut disini pelabuhan besar bukan pelabuhan-
pelabuhan kescil, nah ini yang membuat keperluah pokok
masyarakat sebatik sulit untuk terpenuhi jika mengandalkan
negara saat ini. Nunukan yang paling dekat dengan kita saja
akses kesananya masih ribet, stidaknya jalan diperbaguslah
untuk sampai di dermaga penyebrangan.”22

22
Wawancara dengan Bapak Ardyanto, S.H, warga di Pulau Sebatik

97
BAB VI

PENUTUP

A. Keimpulan

Penulis menarik kesimpulan dari hasil penelitian tentang

kewarganegraan ganda masyarakat di Pulau Sebatik Kalimantan

Utara dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah dalam memajukan

perekonomian di sektor perbatasan yang berdampak pada kurangnya

pekerjaan yang tercipta di Pulau Sebatik. Hal tersebut yang membuat

masyarakat Pulau Sebatik mengurus kartu kependudukan Malaysia

guna memudahkan masyarakat Pulau Sebatik dalam bekerja dan

mencari pekerjaan di Malaysia.

Selain itu, permasalahan di administrasi kependudukan juga

yang menjadi faktor utamanya. Mudahnya masyarakat mendapatkan

NIK dianggap memicu munculnya masyarakat yang memiliki dua

kewargnegaraan di Pulau Sebatik. Kordinasi antara dinas catatan sipil

dan camat serta jajaran yang paling bawah seperti RT dalam akurasi

data kependudukan masih bermsalah

Masyarakat Sebatik dalam menyikapi kewarganegaraan ganda

yang beredar dikalangan meraka, dianggap suatu hal yang biasa-

98
biasa saja. Hal ini mereka lakukan guna mempertahankan hidup

mereka yang merasa tidak di perhatikan lagi oleh negara.

B. Saran

1. Kewarganegaraan ganda yang di miliki masyarakat di Pulau

Sebatik menjelaskan bahwa masyarakat apatisme terhadap negara

yang berdampak pada menduakan negara yang mereka miliki

hanya sekedar simbois belaka. Hilangnya pelegetimasian

masyarakat terhadap negara sangat berpengaruh terhadap

jalannya roda-roda pemerintahan.

2. Presiden yang merupakan kepala pemerintahan tertinggi di

Republik Indonesia yang paling bertanggung jawab atas peristiwa

yang terjadi di pilau sebetik. Pemenuhan kebutahan pokok yang

harus sampai ke pelosok-pelosok nusantara, masih belum

maksimal hingga saat ini. Serta peningkatan ekonomi yang sejauh

ini masi tidak dirasakan oleh masyarakat Sebatik di negara sendiri

yang membuat keberganungan dengan negara lain.

3. Administarasi kependudukan yang harus di benahi, serta

prosedural tanpa di wakili harus diterapkan guna menghindari

cacatnya keakuratan data penduduk.

99
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Budiardjo, Miriam (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta :PT. Gramedia

Pustaka Utama

Dolle P. Jhnson, (1994).Teori Sosiologi Klasikdan Modern. PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Pahil Astrid, S. Susanto; 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.

Bina Cipta, Jakarta.

Harsojo, (1984)Pengantar Antropologi. Binacipta, Jakarta.

Rodee, C.C. et.al(2002), PengantarIlmuPolitik. PT RajaGrafindo, Jakarta.

Lalu Husni (2007). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi

Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

George Ritzer,Douglas J. Goodman (2004).Teori sosiologi Modern. Kencana

Prenada Media Grup, Jakarta.

Weber, Max (1946). Essays in Sosiology. Amerika Serikat : Oxford University

Press, diterjemahkan oleh Noorkholis dan Tim Penerjemah

Promothea (2006). Sosiologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

100
Kaelani dan Achmad Zubaidi(2007). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma, Yogyakarta.

Supar dan Dadang(2008). Pengantar Ilmu Sosial. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Hutauruk, M. Garisbesar (1984). Ilmu politik pelita keempat. Erlangga.

Jakarta.

Warsono, Nono (2010). Teori Pilihan Rasional. IAIN Syaikh Nurjati, Cirebon.

George Ritzerdan Douglas j. Goodman; (2010). Teori sosiologi dari teoriklasik

sampai perkembangan Mutakhir Terori sosiologi Posmodern,

KREASI WACANA, Yogyakarta.

Irawan, Prasetya (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta : DIA FISIP UI

SUMBER DOKUMEN

UUD 1945

SUMBER INTERNET

https://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-

indonesia

http://www.sinarharapan.co/news/read/31959/kewarganegaraan-ganda-di-

perbatasan-tak-terhindarkan

101
https://bayu96ekonomos.wordpress.com/artikel-artikel/artikel-politik/

102

Anda mungkin juga menyukai