TESIS
Oleh
RISNA DEWI
097024062/SP
TESIS
Oleh
RISNA DEWI
097024062/SP
Menyetujui
Komisi Pembimbing
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Penulis,
Risna Dewi
The city of Lhokseumawe partially used for residential needs. Needs housing
and residential infrastructure is increasing with the growing population. Slums tend
to issue residence status and problems of settlements as a place to live that have
quality below the minimum standard in an unhealthy environment and is not
supported by city services such as drinking water, sanitation, drainage (culverts),
pedestrian paths and roads emergency access. For now a major concern of the
shanty town of Lhokseumawe city government.
This study formulated the problem of how to profile the social, economic and
environmental slums in the Village District Pusong Lhokseumawe Banda Sakti and
how sustainable development concepts in slum settlements Gampong Pusong District
Lhokseumawe Banda Sakti. This study used a qualitative approach with descriptive
methods. Techniques of collecting data through direct observation, in-depth
interviews, questionnaires, focus group discussions, and documentation.
The results showed that the profile of social, economic, environmental slums
in Gampong Pusong Banda Sakti subdistrict yet toward sustainable development.
Total all good indicators of social, economic and environment has a low inclination.
Development of the concept of good settlement by authors is the utilization of
sustainable marine-based society by developing the concept of Minapolitan.It is
recommended to the city of Lhokseumawe to be more committed and serious for the
handling of slums in Gampong Pusong. For the settlers carried out the reduction rate
of population growth Pusong region. This can be done by limiting the number of
people who enter and stay in the region. Necessary to improve policing in Gampong
Pusong plot land through land consolidation. Need for the government's desire began
to Village, District until the City to work with communities in improving the quality of
the environment through environmentally sustainable community development.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Salawat dan
salam kepada nabi besar Muhammad SAW beserta sahabatnya yang telah membawa
Alhamdulillah selesai sudah penulis menyusun tesis ini, keberhasilan ini tidak
terlepas dari dukungan berbagai pihak. Terutama pihak keluarga, oleh karenanya
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang teristimewa kepada suami
tercinta yang selalu mendampingi penulis baik suka maupun duka dan terima kasih
atas pengorbanan anak-anak tersayang Jihan dan Naila yang selalu memberi doa dan
motivasi untuk penulis, dan kedua orang tua, M. Yacob Ahmad dan Nurhasanah yang
selalu memberikan doa restu dan kasih sayang sehingga penulis dapat menjejakkan
bantuan dari beberapa pihak. Selanjutnya dalam kesempatan ini izinkanlah penulis
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM &
H, M. Sc (CTM), Sp. A(k).
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M, Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Program Studi
Pembangunan SPs. Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Husni Thamrin, S. Sos., MSP, selaku Pembimbing dan Penguji yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan guna kesempurnaan tesis ini.
11. Perangkat aparatur Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama yang telah
12. Sahabatku Badiuzzaman dan Ibu Maryam yang senantiasa selalu memberikan
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada segenap keluarga yang
telah memberikan doa dan motivasi, baik selama perkuliahan sehingga penyelesaian
tesis ini.
Penulis berharap agar tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
RISNA DEWI
IDENTITAS
Nama : Risna Dewi
NIM : 097024062
Tempat/Tgl. Lahir : Loskala/ 7 Februari 1982
Alamat : Jl. Medan-B.Aceh Lrg Puskesmas Muara Dua
Kota
Lhokseumawe
Agama : Islam
Pekerjaan : Tenaga Pengajar (Dosen)
Status Perkawinan : Kawin
Nama Suami : Tibrani
Nama Orang Tua :
Bapak : M. Yakob Ahmad
Ibu : Nurhasanah
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri No 2 Cunda : 1994
2. SLTP Negeri 7 Lhokseumawe : 1997
3. SMU Negeri 3 Lhokseumawe : 2000
4. Strata Satu (S1) IAN FISIP Unimal : 2006
5. Strata Dua (S2) MSP USU : 2011
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iii
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
The city of Lhokseumawe partially used for residential needs. Needs housing
and residential infrastructure is increasing with the growing population. Slums tend
to issue residence status and problems of settlements as a place to live that have
quality below the minimum standard in an unhealthy environment and is not
supported by city services such as drinking water, sanitation, drainage (culverts),
pedestrian paths and roads emergency access. For now a major concern of the
shanty town of Lhokseumawe city government.
This study formulated the problem of how to profile the social, economic and
environmental slums in the Village District Pusong Lhokseumawe Banda Sakti and
how sustainable development concepts in slum settlements Gampong Pusong District
Lhokseumawe Banda Sakti. This study used a qualitative approach with descriptive
methods. Techniques of collecting data through direct observation, in-depth
interviews, questionnaires, focus group discussions, and documentation.
The results showed that the profile of social, economic, environmental slums
in Gampong Pusong Banda Sakti subdistrict yet toward sustainable development.
Total all good indicators of social, economic and environment has a low inclination.
Development of the concept of good settlement by authors is the utilization of
sustainable marine-based society by developing the concept of Minapolitan.It is
recommended to the city of Lhokseumawe to be more committed and serious for the
handling of slums in Gampong Pusong. For the settlers carried out the reduction rate
of population growth Pusong region. This can be done by limiting the number of
people who enter and stay in the region. Necessary to improve policing in Gampong
Pusong plot land through land consolidation. Need for the government's desire began
to Village, District until the City to work with communities in improving the quality of
the environment through environmentally sustainable community development.
PENDAHULUAN
dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula
menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan terlarang dan minuman
keras. Di berbagai negara miskin, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah
sekarang ini mencoba menangani masalah kawasan kumuh ini dengan memindahkan
kawasan perumahan tersebut dengan perumahan modern yang memiliki sanitasi yang
baik (umumnya berupa rumah bertingkat). Beberapa indikator yang dapat dipakai
untuk mengetahui apakah sebuah kawasan tergolong kumuh atau tidak adalah
bangunan serta kualitas sarana dan prasarana yang ada dalam kawasan tersebut.
Namun demikian kondisi kumuh tidak dapat digeneralisasi antara satu kawasan
dengan kawasan lain karena kumuh bersifat spesifik dan sangat bergantung pada
tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis.
itu adalah kumuh. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya
dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok
pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi,
umumnya.
pemahaman terhadap makna hubungan timbal balik antara tiga dimensi utama
kehidupan yang saling berinteraksi secara terus menerus, yaitu dimensi sosial,
lingkungan hidup yang berkelanjutan. Dengan demikian jelas bahwa kemiskinan serta
cara yang berbeda-beda, tidak universal, melainkan tergantung kepada kondisi sosial-
budaya dan ekonomi masyarakat serta lingkungan hidup masyarakat itu sendiri.
diatas dan dengan pemahaman bahwa kemiskinan dan kerusakan lingkungan adalah
sosial, artinya keadilan dan kesetaraan akses terhadap sumber daya alam dan
pelayanan publik, menghargai diversitas budaya dan kesetaraan gender. Kedua, pro
semua anggota masyarakat, dapat dicapai melalui teknologi inovatif yang berdampak
penduduk kota dan peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan telah membuat
subsistem lingkungan yang menderita kerusakan (seperti pencemaran air, udara dan
tanah, kelangkaan air bersih dan pemukiman yang kumuh). (Gondokusumo dalam
abad XX. Saat itu Lhokseumawe diisi oleh bangunan-bangunan pemerintah umum,
militer dan perhubungan kereta api milik Pemerintah Belanda. Pada tahun 1956
Seiring ditemukannya sumber gas alam cair di Arun Kabupaten Aceh Utara
gas alam cair PT. ARUN Liquefied Natural Gas (LNG) di Kecamatan Muara Dua
rata-rata nasional pada saat itu (Bappeda Kabupaten Aceh Utara dalam Rencana
kawasan secara baik dan ideal dari pemerintahan Aceh Utara pada saat itu, sehingga
penduduk baru di Kota Lhokseumawe yang disebabkan oleh migrasi, mengisi ruang-
ruang yang ada secara tidak teratur. Sebagian daripadanya membentuk komunitas
halnya yang terjadi di Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama yang dominan mata
4.673 rumah tangga sehingga menyebabkan pemukiman yang padat. Muncul berbagai
pemukiman tempat tinggal yang baik dan sehat. Melihat kenyataan tersebut,
Gampong Pusong Lama dan Gampong Pusong Baru dikategorikan sebagai kawasan
kumuh dan tujuh Gampong lainnya (Keude Aceh, Teumpok Teungoh, Mon Geudong,
Jawa Lama, Hagu Selatan, Ujong Blang, Ulee Jalan) ditetapkan sebahagian kumuh di
Kecamatan Banda Sakti (Hasil observasi awal, data dari Bappeda Kota
kumuh dan dengan kemiskinan. Padahal dengan melihat letak geografis Pusong Baru
itu sendiri merupakan bagian strategis dari wilayah pusat Kota Lhokseumawe.
Informasi dari Geuchik Gampong Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Kota
pada saat ini lebih memprioritaskan infrastruktur, namun untuk diketahui, sedikit pun
belum menyentuh bagian dari luas 20 Ha Gampong Pusong Baru. Jumlah warga
6.000 jiwa, “40 persen warga kumuh dan penduduk miskin mencapai 60 persen.
Serta seluas 6 Ha dari 20 Ha desa acap terendam air laut dikala pasang purnama.
Kendati bagian strategis dari pusat Kota Lhokseumawe dan meski berganti-ganti
walikota, namun Gampong ini tak pernah tersentuh pembangunan, bahkan terabaikan.
Berdasarkan data terkini yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Lhokseumawe, 39 persen warga masuk dalam kategori rumah tangga miskin secara
yang dinilai, yakni kondisi rumah yang dihuni, pendidikan anak-anak, penghasilan
per bulan di bawah Rp 600 ribu, frekuensi makan per hari, tidak punya sepeda motor,
frekuensi beli baju per tahunnya, susu bagi anak, dan sejumlah kategori lainnya.
“Dari 14 item itu, jika ada yang mengalami sembilan saja, maka sudah bisa dikatakan
keluarga miskin.
Data yang dibawa petugas lapangan selanjutnya dikirim ke BPS Pusat. Hasil
pendataan dari 33.995 rumah tangga di Kota Lhokseumawe, 13.269 (39 persen)
rumah tangga, Muara Dua 3.336, Muara Satu 2.769, dan Banda Sakti 4.673 rumah
tangga. Dengan kondisi ini tentunya perlu terobosan-terobosan yang cepat dari
miskin.
Sudah fenomena alamiah, warga kumuh dan miskin selalu kurang beruntung.
Demikian yang dialami masyarakat Pusong Baru dan Pusong Lama. Kondisi mereka
dari tahun ke tahun hidup di rumah tidak layak huni yang kelihatan sangat kontras,
Gampong Pusong Baru, berprofesi tukang jemur ikan teri dengan produksi per bulan
tidak kurang dari 50 ton. 80 persen dari 1000 KK penduduk berprofesi nelayan
menengah ke atas,” (T. Zulkifli Ilyas, Geuchik Gampong Pusong Baru dalam
Waspada: Kamis, 28 Januari 2010). Wajarkah warga miskin ini dikonotasikan dengan
borok kota. Wajarkah mereka ini dimarginalkan. Masyarakat Pusong yang berada di
lingkungan tidak sehat sampai dengan sekarang ini, dengan tumpukan sampah di
sekitar rumah warga, ketika bau menyebar, warga mengaku sulit bernafas. Selain itu
1. Mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini
konsep ini mengarah bukan hanya kepada fisiknya saja yaitu membangun
ekologi).
Manfaat dalam penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis :
TINJAUAN PUSTAKA
jaman tanpa melihat prospek kedepan. Perkembangan masyarakat yang serba instan
dan asal jadi, budaya konsumtif telah mendarah daging pada sebagian besar
pembangunan yang berkelanjutan yang tidak parsial, instan dan pembangunan kulit.
lingkungan alam demi masa depan, generasi yang akan datang. “Pembangunan yang
terjemahan dari Bahasa Inggris sustainabel development. Salah satu faktor yang harus
sebagai terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling
penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam”. Dengan
namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan
keadaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk
hal interaksi, interrelasi dan interdependesi. Yang erat kaitannya juga dengan aspek
tetap bisa eksis untuk menjalani kehidupan serta mempunyai sampai masa
laki, perempuan, anak-anak sebagai tujuan, untuk memperbaiki kondisi manusia dan
memperbesar pilihan manusia. Salah satu yang menjadi bagian dari pembangunan
berkelanjutan adalah dimensi manusia atau bisa juga disebut dengan ‘pembangunan
alam, masyarakat dan ekonomi untuk menaikan kesejahteraan generasi masa depan.
Jadi, jika generasi saat ini bisa maju, maka generasi anak-anak kitapun minimal bisa
Sehingga kemudian terdapat alur ekonomi yang berjalan terus menerus, tanpa
yang terpelihara terus menerus, sehingga dijaga agar jangan sampai terjadi bahwa
masyarakat yang sekarang lahir 5 tahun kemudian berantakan dan bubar. Masyarakat
yang sustainable, masyarakat yang berlanjut, tidak mengenal konflik sosial, dan juga
dimana kita menghirup udara bersih. Alam memberikan kita air dimana kita minum
air bersih. Alam memberikan tanah sehingga kita bisa menanam. Alam, air, tanah,
udara, dan iklim mampu menghidupi manusia. Persoalan sekarang adalah bisakah
jalan kalau keberlanjutan sosial berantakan. Keberlanjutan ekonomi dan sosial tidak
bisa jalan juga kalau lingkungan berantakan, pertama adalah dengan menempatkan
modal alam sebagai faktor utama. Jika cara berpikir sebelumnya adalah ekonomi
menguasai, sosial penting nomor 2 dan lingkungan penting nomor 3, maka sekarang
harus dibalik. Sekarang yang nomor 1 adalah modal alam, sebab alam sudah berada
dalam keadaan yang berbahaya, (Prof. Dr. Emil Salim, 2003, dalam orasi ilmiah
kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang
dan mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang adalah pembangunan yang
dilakukan dimasa sekarang itu jangan sampai merusak lingkungan, boros terhadap
SDA dan juga memperhatikan generasi yang akan datang. Generasi yang akan datang
juga jangan terlalu dimanjakan dengan tersedianya semua fasilitas. Tetapi mereka
diatas dan dengan pemahaman bahwa kemiskinan dan kerusakan lingkungan adalah
penduduk kota dan peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan telah membuat
BURUK
- Pekerjaan
- Penghasilan
- Lingkungan
- Pelayanan
publik
SOSIAL: EKOLOGIS :
BURUK BURUK
- Pendidikan - Udara
- Kesehatan - Lahan
- Informasi
hidup dalam kesehatan yang baik, sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik
(sanitasi sehat, air bersih, pengelolaan sampah), rumah sehat, dan pelayanan
pendidikan. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya kepemilikan hak atas tanah
dilihat dari kondisi air, tanah dan udara yang telah tercemar. Pencemaran itu
disebabkan dari berbagai sumber dari dalam kota akibatnya tidak berfungsinya
pengelolaan sampah dan limbah cair serta adanya tumpukan sampah. Air kotor yang
tidak mengalir didalam saluran air kotor karena tersumbat sampah. Akibatnya bau
berkelanjutan.
keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi : Pertama adalah dimensi
waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa yang
akan datang. Kedua adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem
Pezzey (1992) dalam Fauzi, 2004 melihat aspek keberlajutan dari sisi yang
berbeda. Keberlanjutan dari sisi statik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya
alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dari
dengan tingkat teknologi yang terus berubah. Karena adanya multidimensi dan multi-
interpretasi ini, maka para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa
konsep keberlanjutan ini dengan mengajukan lima alternatif pengertian: (1). Suatu
tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun sepanjang waktu (non-
declining consumption), (2) keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam
(3) keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam (natural capital stock)
tidak berkurang sepanjang waktu (non- declining), (4) keberlanjutan adalah kondisi
dimana sumber daya alam dikelola untuk mempertahankan produksi jasa sumber
daya alam, dan (5) keberlanjutan adalah adanya kondisi keseimbangan dan daya
Haris (2000) dalam Fauzi 2004, melihat bahwa konsep keberlajutan dapat
diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, (1) keberlajutan ekonomi yang diartikan
sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu
ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri. (2)
memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan
keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak
secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, penyediaan
setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang
dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi,
secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak
secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal
yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar,
walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang
datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini
bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan
merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai
dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau
antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka
pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam
kelembagaan.
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi
dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah
perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek
mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan.
Hingga saat ini yang banyak mendominasi pemikiran para pengambil keputusan
dalam pembangunan adalah kerangkapikir jangka pendek, yang ingin cepat
mendapatkan hasil dari proses pembangunan yang dilaksanakan. Kondisi ini
sering kali membuat keputusan yang tidak memperhitungkan akibat dan
implikasi pada jangka panjang, seperti misalnya potensi kerusakan hutan yang
telah mencapai 3,5 juta Ha/tahun, banjiryang semakin sering melanda dan
dampaknya yangsemakin luas, krisis energi (karena saat ini kita telah menjadi
nett importir minyak tanpa pernah melakukan langkah diversifi kasi yang
maksimal ketika masih dalam kondisi surplus energi), moda transportasi yang
tidak berkembang, kemiskinan yang sulit untuk diturunkan,dan seterusnya.
ekologis, (2) ekonomi, (3) sosial budaya, (4) politik, dan (5) keberlanjutan pertahanan
Kalimantan dan beberapa suku lain yang memiliki filosofi harmonisasi dengan alam.
akan dapat tercapai melalui kebijaksaaan ekonomi makro yang tepat guna dalam
proses struktural yang menyertakan disiplin fiskal dan moneter. Sementara itu
sektoral ini dalam bentuknya yang spesifik akan mendasarkan pada perhatian
terhadap sumber daya alam yang bernilai ekonomis sebagai kapital. Selain itu koreksi
terhadap harga barang dan jasa, dan pemanfaatan sumber daya lingkungan yang
sosial dinyatakan dalam keadilan sosial. Hal-hal yang merupakan perhatian utama
keputusan.
berkelanjutan. Apabila selama ini terjadi ketimpangan, maka yang terjadi adalah
disharmonisasi yang berdampak pada hal yang lebih luas yaitu yang menyangkut
pertahanan keamanan :
a. Keberlanjutan Ekologis
sebagai berikut:
sumber yang tidak terpulihkan mempunyai jumlah absulut dan berkurang bila
dimanfaatkan.
Oleh karena itu pada kondisi seperti ini konsep sustainable tidak boleh
sumberdaya ini tidak menciut akan tetapi bervariasi sesuai dengan kualitasnya.
b. Keberlanjutan Ekonomi
kondusif bagi pengembangan usaha, dan terbukanya kesempatan yang luas bagi
pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna,
keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia.
tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas
sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan
pembangunan ekonomi.
prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk
berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan harus selaras dengan
distribusi aset produksi yang adil dan efektif, kesenjangan antar regional dan desa,
kota, perlu dihindari melalui keputusan lokal tentang prioritas dan alokasi sumber
daya.
d. Keberlanjutan Politik
individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan politik,
ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung
pengertian lain, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan dalam arti sempit dan arti
yang tidak menurunkan kapasitas genarasi yang akan datang untuk melaksanakan
lain baik oleh sumber daya manusia maupun sumber daya kapital. Sedangkan dalam
Tetapi dengan menjaga agar fungsi sumber daya alam dan lingkungan yang ada tidak
sosial. Ketiga unsur pokok tersebut idealnya berjalan sinergis, tetapi seringkali
yang sejahtera akan mudah menerima arahan dan aturan untuk mematuhi rencana tata
ruang atau menjalankan semua aturan yang berlaku terkait pengembangan perumahan
pekerjaan yang tidak mudah. Jumlah penduduk yang sudah mencapai 220 Juta Jiwa
serta tingkat pendapatan masyarakat yang masih banyak dibawah standar, telah
pembangunan di perkotaan. Menyebabkan kondisi tanah, air dan udara menjadi rusak.
Bidang perumahan dan permukiman yang membutuhkan lahan yang sesuai, tidak
dapat dipenuhi karena banyak lahan yang sudah dikuasai oleh pihak lain. Harga tanah
berdimensi sosial menjadi sulit terealisasi karena biaya tinggi dalam proses
pembangunannya.
Tantangan ini akan terus terjadi apabila pemerintah tidak segera menyiapkan
diperlukan sebuah Lembaga Bank Tanah (land banking) yang bertugas khusus
masyarakat.
dan permukiman. Jika tidak ada lahan proses pembangunan akan terkendala. Selain
itu juga perencanaan kawasan yang terpadu dari mulai pemerintah pusat hingga
perumahan.
harus memiliki dampak sosial. Aspek sosial ini terkait dengan komitmen pemerintah
dan dunia usaha untuk membantu penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
terjangkau, bebas biaya uang muka atau penyediaan hunian massal yang bersifat
sosial.
masyarakat. Juga para pelaku pembangunan perumahan. Selanjutnya perlu ada upaya
kemerosotan serta kerusakan lingkungan (Mitchell, Setiawan & Rahmi 2003). Isu
internasional di forum regional dan multilateral sejak tahun 1972 setelah pelaksanaan
khususnya setelah Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil tahun
1992. Konferensi Tingkat Tinggi Bumi 1992 menghasilkan Deklarasi Rio de Janeiro,
Agenda 21, Forests Principles, serta Konvensi Perubahan Iklim dan Keanekaragaman
Berkelanjutan yang mengandung tiga pilar utama yang saling terkait dan saling
ekonomi dan kualitas lingkungan sebagai tempat hidup dan bekerja semua orang. Inti
pendukung, baik ruang dan lingkungan, alam, kelembagaan dan finansial maupun
sumber daya lainnya secara memadai. Untuk itu pembangunan yang dilakukan perlu
yang berkelanjutan baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial dan budaya.
Oleh karena itu, perlu pengalihan orientasi dari membangun rumah ke membangun
permukiman.
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
Permukiman adalah tempat atau daerah untuk bertempat tinggal dan menetap
(Kamus Tata Ruang 1997) Permukiman di dalam kamus tata ruang terdiri dari tiga
pengertian yaitu :
a. Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
b. Kawasan yang didomisili oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai
tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat
kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk
mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman
tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c. Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.
Permukiman adalah suatau lingkungan hidup yang meliputi masalah lapangan
kerja, struktur perekonomian dan masalah kependudukan yang bukan saja
mencakup mengenai pemerataan dan penyebaran penduduk melainkan juga
menyangkut kualitas manusia yang diharapkan pada generasi mendatang
(Hardriyanto. D, 1986: 17 dalam Laode Masrun diakses tanggal 16/02/2011).
Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala
unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman
dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan
perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan
Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai
akibat. Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh tetap menjurus pada sesuatu hal
a. Segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam seperti air
dan udara,
b. Segi masyarakat / sosial, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusia
sendiri seperti kepadatan lalulintas, sampah.
gambaran standar yang berlaku, baik standar secara umum tentang sikap dan tingkah
laku yang rendah dilihat dari standar hidup persyaratan rumah sehat, kepadatan
bangunan, kebutuhan sarana dan penghasilan kelas menengah. Dengan air bersih,
sanitasi maupun persyaratan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai kelengkapan
prasarana jalan, ruang tanda atau cap yang diberikan golongan terbuka, serta
kelengkapan fasilitas sosial atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang
Kawasan kumuh menurut ILO 2008 dalam Edi Suharto 2009 : 69 adalah
tempat tinggal yang kumuh, pendapatan yang rendah dan tidak menentu, serta
lingkungan yang tidak sehat dan bahkan membahayakan dan hidup penuh resiko dan
pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial
miskin, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya
penduduk tinggal di kawasan yang sangat berdekatan sehingga sangat sulit untuk
Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak
memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu
serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi
dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan
Rumah kumuh dipandang sebagai suatu masalah terutama dilihat dari sisi
penampilan fisiknya. Rumah kumuh selalu menjadi kambing hitam bagi
kumalnya wajah kota dan menyiratkan terlalu vulgar tentang kegagalan
pembangunan, sesuatu yang haram bagi kebanyakan pemimpin. Lingkungan
yang kotor, becek, sanitasi yang buruk, bangunan yang semrawut, penampilan
yang jorok, sumur yang tercemar, kepadatan bangunan dan hunian yang
tinggi, penggunaan bahan bangunan bekas dan murahan, dan sebagainya,
Mengingatkan rumah layak huni adalah isu hak asasi manusia. Karena itu,
Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan
kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah dapat
bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, Secara garis besar, rumah memiliki
empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia,
yaitu:
1984) adalah :
1. Fisik :
a. Berpenghuni padat > 500 orang/Ha
b. Tata letak bangunan kondisinya buruk dan tidak memadai
c. Konstruksi bangunan kondisinya buruk dan tidak memadai
d. Ventilasi tidak ada, kalau ada kondisinya buruk dan tidak memadai
e. Kepadatan bangunan kondisinya buruk dan tidak memadai
f. Keadaan jalan kondisinya buruk dan tidak memadai
g. Drainase tidak ada dan kalau ada kondisinya buruk dan tidak memadai
h. Persediaan air bersih tidak tersedia, kalau tersedia kualitasnya kurang baik
dan terbatas, tidak/kurang lancar.
i. Pembuangan limbah manusia dan sampah tidak tersedia, kalau tersedia
kondisinya buruk atau tidak memadai.
2. Non Fisik :
a. Tingkat kehidupan Sosial ekonomi rendah
b. Pendidikan didominasi SLTP ke bawah
c. Mata pencaharian bertumpu pada sektor informal
d. Disiplin warga rendah
2. Permukiman kumuh tersebut dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel,
karena adanya pertambahan penduduk yang alamiah maupun migrasi yang tinggi
dari desa.
3. Permukiman kumuh tersebut dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah atau
berproduksi subsistem, yang hidup di bawah garis kemiskinan.
4. Perumahan di permukiman tersebut berkualitas rendah atau masuk substandard
housing condition), yaitu dalam kategori rumah darurat ( bangunan rumah yang
terbuat dari bahan-bahan tradisional, seperti : bambu, kayu, ilalang, dan bahan-
bahan cepat hancur lainnya.
5. Kondisi kebersihan dan sanitasi rendah.
6. Langkanya pelayanan kota (urban service), seperti : air bersih, fasilitas MCK,
sistem pembuangan kotoran dan sampah serta perlindungan dari kebakaran.
7. Pertumbuhan tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun tidak teratur dan
terurus.
8. Secara sosial terisolir dari permukiman lapisan masyarakat lainya.
9. Permukiman tersebut pada umumnya berlokasi disekitar pusat kota dan
seringkali tak jelas pula status hukum tanah yang di tempati (Adi Prasetyo : 2009
diakses tanggal 23/01/2011).
untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial menurut (Parsudi
jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan jumlah keluarga,
maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi mereka ingin menempati
2. Urbanization (Urbanisasi) : Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan
menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota.
Kaum urbanis yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka
usaha di pusat kota, tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar
Menurut Danisworo dalam Khomarudin (1997: 83-112) bahwa kita harus akui
aspek lingkungan, pendidikan yang rendah, serta timbulnya konflik sosial antar
masyarakat. Permukiman kumuh yang terjadi memberikan pengaruh negatif baik bagi
karena tidak memiliki izin resmi mendirikan bangunan. Sedangkan bagi masyarakat
kota. Selain itu, terdapat beberapa dampak lain yaitu karakteristik penduduk
tidak sadar lingkungan seperti sifat mengotori dan mencemari sumber-sumber air,
ketersediaan air bersih, ketersediaan ventilasi udara, serta standar minimum ruangan
untuk tiap individu. Penyediaan perumahan untuk masyarakat yang dilakukan oleh
Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang
dekat dengan air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan
sampah, dekat dengan sarana pembersihan, serta berada ditempat dimana air hujan
dan air kotor tidak mengenang. Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk
dihuni harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : bebas dari kelembapan; mudah
mandi dan buang kotoran; serta mempunyai fasilitas yang cukup untuk menyimpan,
Pada tahun 1947 di Inggris ada sebuah Sub Committee on standards of Fitness
for habitation yang membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni ( Wahid
Menurut Amos (2007 : 25) lingkungan adalah berasal dari kata lingkung yaitu
dideskripsikan dalam 3 (tiga) dimensi menurut Soeryani, 1992 dan Soertaryono, 2000
berupa kekuatan (strongs) atau potensi dan modal dasar dalam pembangunan
sehingga perlu dipahami apa saja yang mempegaruhi lingkungan dengan dalam
kegiatan ekonomi dan tehnologi, makin besar dirasakan perlunya untuk mengelola
sebagai usaha sadar dan berencana untuk mengurangi dampak kegiatan terhadap
lingkungan hidup sampai pada tingkat yang minimum dan untuk mendapatkan
manfaat yang optimum dari lingkungan hidup untuk mencapai kesejahteraan yang
hidup serta managemen lingkungan hidup. Dasar dan prinsip pengelolaan lingkungan
sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan dapat dipisahkan. (Baiquni, M dan
Susilawardani : 2002).
21/1/2011).
diikuti oleh tindakan perlindungan yang memadai. Sikap dan kelakuan itu juga
masyarakat tentang fungsi ekologi lingkungan hidup yang memberikan layanan pada
manusia. Akibatnya adalah terjadi kerusakan lingkungan hidup yang parah yang
mengancam keberlanjutan kehidupan. Untuk mengatasi hal ini sikap dan kelakuan
Menurut Otto (2001 : 92-94) ada tiga cara untuk mengubah sikap dan kelakuan yaitu :
dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada di
Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit
Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas
lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan,
serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya
kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas
lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan
yang ditetapkan.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya
sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan. Diakses tanggal
17/02/2011.
generasi-generasi yang masih akan lahir kemudian”. Maknanya yang hakiki ialah
bahwa generasi yang hidup sekarang ini berkewajiban mutlak untuk memelihara dan
aman, nyaman, sehat, terpelihara, dan tidak rusak diwariskan kepada generasi-
generasi yang akan datang. Tidak ada yang salah apabila generasi yang hidup
berwawasan lingkungan.
lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara
saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula.
sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang
kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi
mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya
tetapi masih banyak di temui permukiman masyarakat miskin hampir setiap sudut
miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian
kota yang mesti disingkirkan. Penyebab kemiskinan di kota-kota besar hampir sama
tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang ada dimana lapangan pekerjaan
2. Daerah Kumuh : Dampak dari kemiskinan yang ada di kota besar, kini muncul
sudut kota. Dengan bangunan dan lahan seadanya, mereka membangun tempat
tinggal di bantaran kali, pinggiran rel kereta api dan kolong jembatan.
Daerah slum adalah daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang terdapat
di kota atau perkotaan. Daerah slum umumnya dihuni oleh orang-orang yang
memiliki penghasilan sangat rendah, terbelakang, pendidikan rendah, jorok, dan lain
sebagainya. Banyak terdapat daerah slum baik di tengah maupun pinggiran kota.
Kumuh Di perkotaan
1. Membuka Balai Latihan Kerja : salah satu faktor kemiskinan adalah tidak
perusahaan. Sehingga mereka yang tidak memenuhi kriteria para pencari kerja
hijau atau daerah resapan banyak yang sudah berubah fungsi menjadi daerah
menunjang hidup.
kolong jembatan, ataupun di pinggiran rel kereta api memang tidak dibenarkan.
Biaya perumahan yang sangat tinggi itulah yang menjadi alasan mereka untuk
kumuh.
lingkungan sosial budaya masyarakat bertumpu pada dua aspek utama yakni :
ketiga, terutama disebabkan oleh masalah-masalah sosial budaya, yaitu segala sesuatu
yang menyangkut kehidupan manusia. Masalah sosial budaya yang kerap muncul di
jumlahnya ketimbang tenaga kerja terdidik. Golongan tenaga kerja seperti ini
tidak mampu bersaing pada sektor-sektor ekonomi formal. Di pihak lain, krisis
Akibatnya, bahkan tenaga kerja terdidik pun tidak dapat terserap oleh minimnya
2. Kemiskinan : tidak seimbangnya jumlah tenaga kerja dan lapangan kerja yang
kemiskinan adalah salah satu masalah besar yang dihadapi oleh banyak kota di
3. Kriminalitas dan rawan konflik : merupakan salah satu efek dari tingginya
kecemburuan etnis.
di perkotaan. Hal inilah salah satu penyebab mengapa kaum miskin kota lebih
banyak tinggal di tepi sungai, terutama untuk kebutuhan air dan sarana MCK
yang buruk, sehingga akan berpengaruh pula terhadap kualitas kesehatan warga.
upaya warga miskin kota untuk survive di perkotaan, yang secara fisik-
6. Good governance dan partisipasi publik : masa orde baru di Indonesia ditandai
tidak terakomodasi secara baik dan adil dalam pembangunan dan rencana kota. Dalam
2.15 Kemiskinan
melihatnya dari segi moral dan evaluatif. Meskipun sebagian besar konsepsi
menyangkut pula dimensi material, sosial, kultur, institusional dan struktural. Piven
dan Cloward (1993) dan Swanso (2001) dalam Edi Suharto, 2009 : 15 - 16 yaitu :
perumahan.
Berdasarkan studi SMERU, Suharto (2006 : 132) dalam Edi Suharto 2009 : 16
1. Faktor individual. Terkait dengan aspek patologis, termasuk kondisi fisik dan
psikologis si miskin. Orang miskin disebabkan oleh perilaku, pilihan atau
kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam mengahadapi hidupnya.
2. Faktor sosial. Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang
menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, gender, etnis yang
menyebabkan seseorang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini adalah
kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan
kemiskinan antar generasi.
3. Faktor kultural. Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan.
Faktor ini secara khusus sering menunjukkan pada konsep kemiskinan kultural
atau “budaya kemiskinan” yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan
hidup atau mentalitas. Sikap-sikap negatif seperti malas, fatalisme atau menyerah
pada nasib, tidak memiliki jiwa wirausaha dan kurang menghargai etos kerja.
4. Faktor struktural. Menunjukkan pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak
sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok
orang menjadi miskin. Sebagai contoh, sistem ekonomi neoliberalisme yang
diterapkan di Indonesia telah menyebabkan para petani, nelayan, dan pekerja
sektor informal terjerat oleh, dan sulit keluar dari, kemiskinan. Sebaliknya,
stimulus ekonomi, pajak dan iklim investasi lebih menguntungkan orang kaya dan
pemodal asing untuk terus menumpuk kekayaan. Edi Suharto (2009 : 18).
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan
yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Dinas Sosial mendefinisikan orang miskin adalah mereka yang sama sekali
tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasar mereka yang layak bagi kemanusiaan dan mereka yang sudah mempunyai mata
kemanusiaan.
yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, adanya bencana alam dan
lain-lain. Dengan kata lain kemiskinan yang disebabkan mereka memang miskin.
yang mendalam tentang profil kemiskinan itu sendiri. Sehingga aktivitas ekonomi
masyarakat hidup dari sumber-daya alam yang kaya-raya tanpa ditunjang dengan
kebijakan yang memihak pada masyarakat miskin. Artinya jika masyarakat yang
tinggal di lingkungan kaya akan sumberdaya alam dan mendapat kebijakan yang
menyentuh mereka, maka mereka akan lebih bijak dan peduli dalam mengolah
sumberdayanya.
mikro yang telah berhasil diterapkan di Bangladesh yang terkenal dengan nama
berupa “16 keputusan” (sixteen decisions) antara lain melaksanakan KB, mendidik
diri dari membayar atau memakai “mahar” dalam perkawinan anak-anaknya. Semua
sumpah/janji ini dapat diringkas dalam 4 asas hidup Grameen Bank, yaitu disiplin,
bersatu, berani, dan bekerja keras. Grameen Bank yang mulai beroperasi tahun 1976,
lima (5) tahun setelah kemerdekaan Bangladesh, telah terbukti dapat mengurangi
Kebijakan Wajib belajar sembilan tahun kiranya patut ditinjau ulang untuk
berpendidikan SMA. Kebijakan ini perlu diiringi dengan kebijakan lain yang dapat
menampung dan mengatasi anak putus sekolah yang cenderung menjadi anak jalanan.
lebih baik sehingga kesadaran masayarakat akan masa depan menjadi lebih baik.
Kondisi ini akan mendorong masyarakat untuk lebih berkreasi dalam meningkatkan
taraf hidupnya.
meningkatkan saving (S) dan investasi (I), baik investasi domestik maupun foreign
4. Membudayakan Entrepreneurship
mereka dapat menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan orang lain. Dengan
kata lain peran entrepeneur sangat besar, yaitu: (1) menambah produksi nasional(2)
devisa bagi pemerintah (6) menambah sumber pendapatan negara dengan membayar
pajak.
bersih, sanitasi, fasilitas persampahan, saluran pembuangan air hujan, dan sebaginya
memberi rasa aman dan nyaman kepada keluarga untuk hidup, berusaha dan bekerja.
Lingkungan permukiman yang sehat disertai dengan perilaku hidup sehat akan
ekonomi keluarga.
tempat usaha dan sosial. Maka, pembangunan perumahan dan permukiman dapat
permukiman yang dihadapi cukup beragam, diantaranya arus urbanisasi yang pesat,
langkanya lahan murah, tingkat disiplin kebersihan penduduk kota yang masih
rendah, lemahnya pengendalian tata ruang, kebutuhan perumahan yang cukup tinggi,
terhadap rumah dan lingkungan sehat, serta kebiasan-kebiasaan dan tradisi yang tidak
mendukung perilaku hidup sehat. Semua ini dapat menyebabkan kuantitas dan
kualitas perumahan dan permukiman jauh dari harapan ideal, yakni setiap keluarga
permukiman adalah :
sumberdaya yang ada dan daya dukungnya sejak tahap perencanaan, pengelolaan dan
permukiman kumuh dan upaya pencegahan terjadinya permukiman yang tidak sehat
(kahficenter.wordpress.com/tridaya_melawan_keterbatasan_mewujudkan
kegiatan yang sifatnya fisik, tetapi yang lebih penting juga bukan fisik yaitu
memberdayakan masyarakat.
a. Pemberdayaan
belaka. Oleh karenanya, penanganan masalah dan kebutuhan akan perumahan perlu
masyarakat.
Ada tiga pendekatan atau strategi yang dapat ditempuh untuk pembangunan
perumahan dan permukiman yang melibatkan peran serta masyarakat. Pertama adalah
tergolong dalam kelompok yang rentan atau sangat miskin, seperti kelompok
masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, pengungsi akibat konflik sosial
dan etnis, yang memerlukan uluran tangan dari pemerintah atau pihak luar agar dapat
hidup layak.
birokrasi masih dominan. Dalam strategi ini masyarakat yang dibantu adalah mereka
yang berpenghasilan rendah dan secara ekonomi kurang aktif atau mereka yang
terkena bencana alam atau musibah lainnya, seperti pergusuran, krisis ekonomi,
dengan tujuan memulihkan kembali kepada kehidupan normal atau kondisi yang
empowerment strategy dimana peran masyarakat dominan. Fokus dari strategi ini
adalah kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah dan aktif secara ekonomi
serta tidak memiliki akses kepada sumber daya perumahan. Tujuan dari pendekatan
kata bina lebih diartikan sebagai obyek pembinaan (top-down) dari pemerintah,
sedang kata daya lebih kepada prakarsa dan potensi yang tumbuh dari masyarakat.
Masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah, yang diperankan oleh fasilitator atau
konsultan pembangunan, adalah mereka yang menerima manfaat langsung atau yang
terkena dampak dari proyek pemerintah. Melalui daya manusia, dilaksanakan proses
pembangunan yang tidak mereka miliki. Melalui daya usaha, penerima manfaat
proyek diberi bekal pengetahuan dan keterampilan usaha yang dapat membantu
kampung sendiri atau self-assessment survey. Hasil survey dipaparkan dalam acara
rembug warga. Dari hasil rembug warga kemudian diputuskan prioritas pembangunan
komponen prasarana dan sarana lingkungan, yang hasilnya berupa Rencana Tindak
Komunitas atau Community Action Plan. Melalui proses penyadaran (diseminasi dan
Pola pemberdayaan yang diterapkan dewasa ini sudah lebih mendalam, karena
menjadi dominan. Konsep modal sosial (social capital) menjadi perhatian terhadap
komunitas/akar rumput. Semua ini dilaksanakan agar resiko dalam penggunaan dana
dikenali yang dapat menghambat proses perkuatan kapasitas organisasi dan lembaga
masyarakat. Tingkat pendidikan yang belum tinggi dan merata membuat sulit untuk
ekonomi masyarakat yang masih rendah juga cukup sulit untuk memperoleh
kelompok.
Kondisi alam (ekologi) kepulauan dan kondisi fisik lingkungan yang beragam
yang telah mengakar di masyarakat. Irama dan gaya kehidupan di perkotaan dan
keefektifan dari proses pemberdayaan, serta keterlibatan instansi lain yang terikat
development
dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu
keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan strategis
yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi,
dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi,
program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar
lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya lokal,
(www.pemberdayaan.com/pemberdayaan-masyarakat-pembangunan-berkelanjutan
diakses 27/08/2011)
kembali suatu lingkungan permukiman melalui berbagai kegiatan penataan fisik, baik
menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki sebuah kawasan.
fisik dan sosial, serta kualitas alam (lingkungan. sosial, budaya). Langkah ini
dilakukan dalam bentuk penataan fisik terhadap prasarana dan sarana lingkungan.
pembangunan atau dalam hal ini revitalisasi lingkungan permukiman kumuh itu
setempat dengan fasilitasi para stake-holder dapat memperoleh nilai-nilai baru yang
proses perubahan tersebut memerlukan situasi atau kesiapan, baik segi social maupun
masalah kurangnya kesadaran komunitas atas masalah sosial yang ada pada
sosial yang ada guna menangani masalah sosial dari dan oleh masyarakat sendiri.
inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan utama. Dengan
lingkungan permukimannya sendiri. Maka seluruh komunitas harus diajak agar dapat
berperan aktif pada seluruh tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pertama adalah penyadaran. Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi
pengetahuan yang bersifat kognisi, belief, dan healing. Prinsip dasarnya adalah
pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka sendiri. Setelah menyadari, tahap
kedua adalah pengkapasitasan. Inilah yang sering disebut capacity building atau
yang bersangkutan harus memiliki kemampuan. Tahap ketiga adalah pemberian daya.
Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas atau peluang.
Gampong terdiri dari Keuchik dan Badan Permusyarawatan Gampong yang disebut
Gampong dipimpin oleh Keuchik yang dipilih secara langsung dan oleh
anggota masyarakat untuk masa jabatan enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya
berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa dan dalam hal penyelenggaraan
Pemerintahan Gampong merupakan bagian yang tidak terpisahkan (sub sistem) dari
kekuasaan eksekutif. Tuha peut adalah lembaga adat yang berwenang sebagai
tuha peut mempunyai fungsi dan kewenangan yang berbeda namun saling
berhubungan satu sama lainnya. Selain itu, Keuchik dan Tuha Peuet Gampong juga
menjadi hakim perdamaian antara penduduk gampong, dan apabila ada perselisihan
antar warga gampong kedua lembaga ini harus bermusyawarah bersama sehingga
persoalan yang ada bisa terselesaikan dan tercipta keharmonisan dalam hidup di
gampong.
gampong, Keuchik diberikan beberapa tugas dan kewajiban yang harus dijalankan.
Adapun tugas dan kewajiban tersebut diatur dalam Pasal 12 Ayat (1) Qanun No. 5
Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong dinyatakan bahwa tugas dan kewajiban
Tuha peut berfungsi sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 35 Qanun No. 5
kerukunan dan ketertiban masyarakat. Tugas lembaga adat terdiri dari menyelesaikan
diberikan prioritas utama oleh aparat penegak hukum untuk menyelesaikan berbagai
kasus.
sebagai ketua sidang. Imeum meunasah, tuha peut, ulama/cendikiawan dan tokoh adat
lainnya sebagai anggota sidang. Dalam persidangan peadilan adat bersifat terbuka
Nomor 3 Tahun 1997 adalah : sebuah organisasi kemasyarakatan, baik yang sengaja
dibentuk maupun yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah timbul dan
masyarakat hokum adat tertentu dengan wilayah hokum adapt tersebut,serta hendak
kehidupan yang berkaitan dengan dan mengaju adat istiadat dan hukum adat yang
berlaku.
METODE PENELITIAN
individual, situasi dan kelompok tertentu termasuk hubungan, sikap dan pandangan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif diartikan dari makna yang
Penelitian ini mengambil lokasi di Gampong Pusong Lama dan Pusong Baru
atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial. Untuk memberikan batasan yang tegas
dan jelas dari konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian sehingga dapat
menghindari adanya salah pengertian, maka definisi beberapa konsep yang dipakai
masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi yang
akan datang.
segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman.
Kawasan Kumuh adalah Tempat tinggal yang kumuh, pendapatan yang rendah
dan tidak menentu, serta lingkungan yang tidak sehat bahkan membahayakan dan
hidup penuh resiko dan senantiasa dalam ancaman penyakit dan kematian.
alam, kelembagaan dan finansial maupun sumber daya lainnya secara memadai.
tingkat yang minimum dan untuk mendapatkan manfaat yang optimum dari
lingkungan hidup.
bangunan (toilet, lampu) dan partisipasi, segala hal yang berkaitan dengan
MCK.
2. Tempat tinggal yang kumuh, pendapatan yang rendah, lingkungan yang tidak
sehat, kotor, becek, sanitasi yang buruk, bangunan yang semrawut, sumur yang
3.5 Informan
tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2001: 90). Mengingat informasi
dalam penelitian ini cukup luas ruang lingkupnya (mencakup seluruh masyarakat di
Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe (1 orang)
Lhokseumawe (1 orang)
berdasarkan pada ciri atau sifat yang ada dalam populasi yang sudah di ketahui
sebelumnya.
diwawancarai.
3. Siapa yang akan dikejar sebagai informan harus disesuaikan dengan petunjuk
yang di pilih makin lama makin terarah sejalan dengan terarahnya fokus
penelitian.
karakteristik yaitu mereka yang berusia 15 tahun ke atas sampai 65 yang berjumlah
1.438 KK Gampong Pusong Lama dan 1.119 KK Gampong Pusong Baru. Mengingat
objek peneliti sangat luas, maka penulis menggunakan sampel. Sampel yang penulis
gunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sample (sampel bertujuan). Jumlah
keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden
kuesioner.
antara lain :
untuk mengamati pola kehidupan dan tingkah laku masyarakat terkait profil
kepada informan yang telah ditentukan secara porpusive sampling yaitu Kepala
100 (seratus) orang masyarakat yang tersebar di Gampong Pusong Baru dari
1.119 KK dan 100 (seratus) orang masyarakat Pusong Lama dari 1.438 KK di
secara menyeluruh terhadap kondisi lapangan yang sebenarnya agar penelitian yang
diskusi dengan tema-tema yang telah dipersiapkan sejak awal oleh peneliti.
banyaknya tentang satu tema yang dijadikan fokus penelitian (Idrus, 2009 : 110).
Rekaman dan Situasi : Catatan diskusi, rekaman audio visual, hasil diskusi
5. Dokumentasi yaitu data tambahan yang mendukung data utama yang didapatkan
ilmiah, jurnal, internet dan arsip. Dokumen pribadi dan dokumen resmi, foto, dan
Gampong Pusong.
Pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder yaitu :
1. Sumber data primer adalah berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui
2. Sumber data sekunder adalah berupa data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca dan menelaah buku-buku dan
catatan-catatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang di teliti, melihat atau
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik analisis data dengan model
interaktif. Model ini terdiri dari tiga hal utama menurut Miles dan Huberman (1992)
dalam Idrus (2009 : 147- 151) yaitu (1) Reduksi data ; proses pemilahan, pemusatan
muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. (2) Penyajian data ; sekumpulan
telah ditampilkan. Peneliti dapat saja melakukan verifikasi hasil temuan kembali
dilapangan. Dengan begitu, kesimpulan yang diambil dapat sebagai pemicu peneliti
wawancara dan kuesioner sehingga dalam metode analisis data mengandung data
kualitatif dan data kuantitatif keduanya saling mendukung dan menguatkan suatu
kenyataan atau gambaran di lapangan (Arikunto, 2006 : 239). Hal ini juga
dimaksudkan agar satu sama lain saling melengkapi dan menyertai serta menutupi
Ya dan Tidak, sehingga adanya interval nilai (score) terhadap alternative jawaban
sebagai berikut :
jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal
berupa dua pilihan “ya” dan “tidak” yang bersifat kategorikal dapat diberi symbol
angka-angka sebagai berikut : jawaban “ya” diberi angka 1 dan tidak diberi angka 0.
n = Jumlah responden
d. Kriteria/ Kategori tidak baik, jika hasil pengukurannya = kurang dari 40%
Asal Kata Lhokseumawe adalah "Lhok' dan 'Seumawe". Lhok artinya dalam,
teluk, palung laut, dan Seumawe artinya air yang berputar - putar atau pusat mata air
pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan Sekitarnya. Sebelum abad ke XX
negeri ini telah diperintah oleh Uleebalang Kutablang. Tahun 1903 setelah
perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai dikuasai.
Lhokseumawe menjadi daerah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe
menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku Abdul
Pada Dasawarsa kedua abad ke XX itu, diantara seluruh daratan Aceh, salah
satu pulau kecil luas sekitar 11 Km2 yang dipisahkan Sungai Krueng Cunda diisi
Pemerintah Belanda. Pulau kecil dengan desa-desa Kampung Keude Aceh, Kampung
Kampung Hagu, Kampung Uteuen Bayi, dan Kampung Ujong Blang yang
Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang
pemerintahan.
digabung dengan Bestuurder Van Cunda. Penduduk didaratan ini makin ramai
berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh Blang Ara, Matangkuli, Blang
Jruen, Lhoksukon, Nisam, Cunda serta Pidie. Pada tahun 1956 dengan Undang -
kabupaten dalam lingkup daerah Propinsi Sumatera Utara, dimana salah satu
Kemudian Pada Tahun 1964 dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh
Banda Sakti dalam Kecamatan Muara Dua, dijadikan Kecamatan tersendiri dengan
Kota Administratif, pada tanggal 14 Agustus 1986 dengan Peraturan Daerah Nomor
pada tanggal 31 Agustus 1987. Dengan adanya hal tersebut maka secara De Jure dan
de Facto Lhokseumawe telah menjadi Kota Administratif dengan luas wilayah 253,87
Km2 yang meliputi 101 desa dan 6 kelurahan yang tersebar di lima kecamatan yaitu :
Muara Batu dan Kecamatan Blang Mangat. Sejak Tahun 1988 gagasan peningkatan
kecamatan, yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan Muara Satu
yang merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Muara Dua sejak tahun 2006.
Muara Satu
Banda Sakti
Muara Dua
Blang Mangat
luas. Kecamatan ini memiliki luas 57,80 Km2 atau hampir 31,92% dari keseluruhan
luas wilayah kota ini. Kecamatan Blang Mangat memiliki luas wilayah seluas 56,12
Km2 atau 31% dari luas kota Lhokseumawe. Sementara Banda Sakti adalah
kecamatan paling kecil luas wilayahnya, yaitu hanya 11,24 Km2 atau 6,21% dari total
luas daerah ini. Kecamatan Muara Satu, sebagai wilayah pemekaran dari Kecamatan
dari 79.009 jiwa laki-laki dan 79.751 jiwa perempuan. Dengan demikian, sex ratio
penduduk kota Lhokseumawe adalah 99,1. Lihat tabel 4.2 dibawah ini tingkat
jiwa (45,01%) dari total penduduk Lhokseumawe, disusul oleh Kecamatan Muara
Dua, penduduknya adalah 36.956 jiwa (23,32%) dan Kecamatan Muara Satu Jumlah
penduduk 31.468 jiwa (19,82%). Sementara penduduk yang paling sedikit adalah di
Berdasarkan kondisi fisik dasar yang ada, terdapat beberapa hal yang dapat
Dari karakteristik topografi (uraian tempat atau daerah), sebagian besar wilayah ini
sangat potensial untuk dijadikan kawasan budidaya terutama karena daerahnya yang
datar, namun jenis pengembangannya juga harus disesuaikan dengan jenis tanahnya.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah letak kota Lhokseumawe yang berada
pada daerah rawan gempa dan tsunami, sehingga untuk pengembangan di masa depan
beberapa daerah yang dianggap menjadi titik rawan gempa dan Tsunami di wilayah
potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam bahari serta dilengkapi
dengan sarana dan prasarana pendukung. Potensi lain yang dimiliki adalah potensi
wisata alam lingkungan pantai pada pertemuan antara sungai dan laut yang dapat
dilalui oleh perahu nelayan, Pantai Ujong Blang juga memiliki Industri Perahu (boat)
serta perkampungan Nelayan. Pantai Ujong Blang juga berpotensi sebagai Tempat
garam.
3. Kota Lhokseumawe berada diantara dua patahan (sebelah Timur – Utara dan
4. Berada pada pertemuan Plate Euroasia dan Australia berjarak + 130 km dari garis
6. Kota Lhokseumawe, secara khusus Kecamatan Banda Sakti sangat rentan terhadap
kemungkinan ancaman abrasi pantai dan gelombang pasang laut serta luapan
sungai-sungai.
menimbulkan ancaman abrasi pantai. Dan diperkirakan kerusakan hutan ini setiap
pengendalian aktivitas pada lahan kritis yang ada di Kecamatan Muara Dua.
Akibatnya, secara nyata kondisi tersebut menjadi ancaman erosi pada saat musim
Jumlah angkatan kerja yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan di Kota
penduduk. Untuk itu Pemerintah Kota Lhokseumawe mempunyai tujuan yang harus
segera dicapai, yaitu memperluas kesempatan kerja baik dalam jangka pendek
kemiskinan. Kendala atau permasalahan yang dihadapi pada sektor tenaga kerja
adalah masalah konflik yang terjadi di Provinsi Aceh khususnya Kota Lhokseumawe,
sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Hal ini dianggap sangat penting agar tidak
pada masa yang akan datang. Angkatan kerja yang terdidik yang belum mendapat
Proporsi
No Jenis Pekerjaan
(%)
1 2 3
1 PNS 8.91
2 Tni / Polri 2.33
3 BUMN 2.67
4 Pertambangan / Penggalian 0.34
5 Pengangkutan / Komunikasi 3.02
6 Industri & Pengolahan 2.00
7 Dagang / Jualan 18.98
8 Pertanian 11.86
9 Nelayan 12.43
10 Bangunan 10.79
11 Lain-lain 26.67
Lhokseumawe 100.00
tahun 2006 sebanyak 45.261 orang. Empat jenis lapangan pekerjaan yang paling
4.1.5 Kesehatan
secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau
prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun
terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Secara garis
besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
d. Pemberantasan Vektor
manusia dan produktifitas yang dapat meningkatkan taraf hidup. Salah satu tolok
ukur keberhasilan adalah meningkatnya derajat kesehatan yang optimal dan islami
yang memungkinkan setiap individu hidup sehat dan produktif secara sosial dan
menurunnya kasus kekurangan gizi pada usia bayi, balita, usia produktif, dan
Lhokseumawe
Gampong Pusong terbagi menjadi dua yaitu Gampong Pusong Baru dan
Gampong Pusong Lama. Gampong Pusong Baru luas 20 ha dengan 1.119 KK dan
Gampong Pusong Lama luas wilayah 14 ha dengan 1.438 KK. Pusong Baru dan
Pusong Lama merupakan Gampong yang berada dikawasan pesisir pantai kota
satuan kehidupan tradisional Aceh yang terdiri atas beberapa Gampong. Berdasarkan
data Bappeda Kota Lhokseumawe dan BPS Kota Lhokseumawe bahwa jumlah
keadaan geografis Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama memiliki iklim yang
tropis dengan suhu berkisar 28o c - 32o c dan memiliki curah hujan 1.704 mm/tahun
pada ketinggian 2 M diatas permukaan laut dan juga tinggi daratan 17 ha dan daerah
pesisir 2 ha.
Luas sebagian besar wilayah Pusong Baru dan Pusong Lama dipergunakan
berbentuk tepian pantai, dan juga dibeberapa bagian lainnya berbentuk rawa. Tidak
hanya itu pemanfaatan wilayah Pusong tidak ada yang dipergunakan sebagai lahan
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Pusong Baru dan Gp. Kota
Lhokseumawe
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong laut selat malaka (Arsip Kantor
Dilihat dari letak geografis menunjukkan bahwa wilayah Pusong Baru dan
Pusong Lama berbentuk tanjung berada tepat di tepi muara sungai. Kondisi geografis
sumber penghasilan penduduk Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama, yang
menyebabkan sebagian besar penduduk Pusong Baru dan Pusong Lama memiliki
mata pencaharian sebagai nelayan. Selain bekerja sebagai nelayan, ada juga sebagai
pedagang, buruh bangunan, dan pegawai dibeberapa usaha terdapat di pusat kota baik
sebagai wiraniaga maupun pramuniaga toko. Letak wilayah Pusong Lama yang tepat
memilih untuk melaut sebagai mata pencaharian, sampai saat ini Pusong Lama
merupakan satu-satunya wilayah produksi hasil laut di Kota Lhokseumawe. Ini juga
didukung dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai tempat untuk
secara otomatis menjadikan Pusong dikelola dengan baik, secara sosial dan
ekonomis. Hal ini dapat dilihat dari kondisi perumahan penduduk yang tinggal di
wilayah tersebut sebahagian besar dengan pola penataan perumahan dan pemukiman
02 Dusun II 192 433 565 998 110 226 184 332 146
04 Dusun IV 281 634 598 1,232 172 286 203 407 164
05 Dusun V 232 566 454 1,02 153 174 169 386 134
Jumlah 924 2,286 2,148 4,434 618 928 837 1,465 586
BANGUNAN KEKAYAAN
No Nama Dusun Semi Roda Roda
Darurat Perman Permanen Becak Truck
en Dua Empat
1 2 3 4 5 6 7 8 9
01 Dusun I 4 20 25 5 25 2 -
02 Dusun II 6 32 16 11 48 4 -
03 Dusun III 3 18 12 8 16 2 -
04 Dusun IV 127 26 5 20 82 2 -
05 Dusun V 102 5 1 14 20 1 -
Jumlah
242 101 59 58 191 11 -
02 Dusun II - - 4 5 1 -
03 Dusun III - - 2 4 1 -
04 Dusun IV - - - 10 1 5
05 Dusun V - - - 7 1 5
Jumlah 1 - 7 29 5 10
1 2 3 4 5 6 7 8
01 Dusun I 1 - 1 - - -
02 Dusun II 1 - - - 1 -
03 Dusun III - - - - - -
04 Dusun IV - - - - -
1
05 Dusun V - - - - -
Jumlah 3 - 1 - 1 -
PENDUDUK
No. Nama Dusun Jumlah Luas Gampong
Laki
KK Pr Laki-laki +
Laki
Perempuan
1 2 3 4 5 6 7
3 RAWA JAYA Lr. III 220 489 513 1002 60 120 237 406 179
4 NELAYAN LR. IV 240 731 763 1494 96 210 403 460 323
5 PASI LR. V 360 743 757 1500 104 217 401 458 320
Jumlah 1175 2603 2603 2773 5376 295 686 1175 1995
KELOMPOK PROFESI
No Nama Dusun
Buruh/ Swasta PNS TNI Pensiunan Pengusaha
Nelayan Tukang POLRI
1 2 3 4 5 6 7 8
1 DARUSSALAM LR. I 1 - 1 1 1 2
2 PANCASILA LR. II - - 1 1 1 1
4 NELAYAN LR. IV - - - 1 1 2
5 PASI LR. V - 1 - 1 1 7
Jumlah 1 1 2 5 5 13
1 DARUSSALAM LR. I - - - 1 - - - 1 1
2 PANCASILA LR. II - - - 1 - - - - 1
4 NELAYAN LR. IV - - - 1 - - - - 2
5 PASI LR. V - - - 1 1 - - - 4
Jumlah - - - 5 1 - - 1 9
Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama yang berada di pemukiman kumuh menjadi
perhatian utama pemerintah kota Lhokseumawe dan pihak terkait agar masyarakat
tersebut dapat menikmati kehidupan sebagai warga masyarakat secara sehat dan
layak.
perumahan di bawah standar minimal dalam lingkungan yang kurang sehat dan tidak
didukung oleh jasa pelayanan kota seperti air minum, sanitasi, drainase (gorong-
gorong), jalur pejalan kaki dan jalan akses darurat. Ciri lain permukiman kumuh
adalah tingkat kepadatan yang tinggi dan kurangnya akses ke fasilitas sekolah,
kesehatan, ruang bersama. Status permukiman kumuh seringkali tidak jelas baik dari
status administrasi dan hukum tanah, maupun kesesuaian dengan rencana tata ruang
Baru ditandai dengan pemukiman yang kotor dan tumpukan sampah, rumah tidak
layak huni dan lingkungan yang tidak sehat sehingga warga mengalami kehidupan
Gampong Pusong Lama masih terlihat dengan lingkungan yang kotor, becek, sanitasi
yang buruk, bangunan yang tidak teratur. Masyarakat dusun IV dan V masih tinggal
Nomor : 225 tahun 2010. Pemukiman kumuh yang tumbuh secara spontan dengan
kualitas rumah di bawah standar minimal atau rumah yang tidak layak huni serta
tidak didukung oleh akses pelayanan yang memadai seperti air minum, sanitasi dan
drainase.
Wawancara dengan Kepala Dusun III M. Ali Amin Gampong Pusong Baru
Gampong Pusong Baru bangunan rumah yang berhimpitan, ukuran kecil, tidak
Sarana untuk menjemur pakaian dilakukan di depan rumah. Bangunan rumah darurat
mencapai 242, semi permanen 102 dan rumah permanen hanya 59 rumah.
bahwa masyarakat Gampong Pusong Baru sangat terlihat kontras kumuh, bangunan
rumah darurat mencapai 242 dan Pusong lama yang masih kumuh terdapat di Dusun
Nelayan Lr. IV dan Dusun Pasi Lr. V sehingga belum tercipta lingkungan yang sehat
karena masih terdapat tumpukan sampah dan genangan air di sekitar rumah warga,
rumah panggung yang tidak layak seperti tidak adanya pembatas ruang, tidak adanya
ventilasi udara dan pengap. Kondisi rumah yang berhimpitan, akses jalan berupa
tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis.
Mengingatkan rumah layak huni adalah isu hak asasi manusia. Karena itu, semua
dengan pembangunan perumahan yang terjangkau (low cost housing). Secara umum
yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air
bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan
sarana pembersihan, serta berada ditempat dimana air hujan dan air kotor tidak
mengenang.
kawasan tergolong kumuh atau tidak adalah diantaranya dengan melihat : tingkat
kepadatan kawasan, kepemilikan lahan dan bangunan serta kualitas sarana dan
prasarana yang ada dalam kawasan tersebut. Sebab kumuh (kumuh adalah
kemunduran atau kerusakan lingkungan hidup) dilihat dari: Segi fisik, yaitu gangguan
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam seperti air dan udara. Segi
lain : kondisi perumahan yang buruk, penduduk yang terlalu padat, fasilitas
lingkungan yang kurang memadai, tingkah laku menyimpang, budaya kumuh, apati
dan isolasi.
kumuh di Gampong Pusong Baru dikarenakan adanya potensi sumberdaya alam yaitu
laut. Warga mulai berdatangan untuk mengadu nasib dan pada akhir membangun
mengatakan bahwa :
Pusong Baru dan Pusong Lama munculnya pemukiman kumuh disebabkan oleh
pendatang yang mengadu nasib dengan melihat potensi sumberdaya alam yaitu hasil
rumah seadanya dan ketika ada famili yang berkunjung kemudian menetap dan
pekerjaan yang baik, akhirnya memutuskan untuk mencari nafkah sebagai nelayan.
Pada awalnya lahan yang ditempati masih berupa rawa yang ditumbuhi pohon bakau,
tidak terurus oleh pemerintah. Rencana semula warga pendatang hanya menumpang
hidup untuk sementara waktu, dan proses kehidupan terus berlangsung sampai
beberapa keturunan, hingga tanah yang tidak bertuan itupun akhirnya menjadi hak
milik masyarakat, sampai dengan sekarang sudah ada sebahagian masyarakat yang
Ada dua alasan mengapa permukiman kumuh tetap berkembang : alasan yang
perkotaan semakin tinggi. Pertumbuhan ini dapat berasal melalui migrasi dari
Beberapa faktor terjadinya mirgasi ke kota adalah karena faktor dorong dan tarik.
Faktor dorong misalnya terjadinya bencana alam atau perubahan ekologi yang
Seringkali migrasi terjadi secara temporer dan rutin, di mana masyarakat desa pergi
ke kota dan mencari peluang kerja dengan menjadi pedagang kaki lima atau berjualan
pemerintah yang kurang baik juga dapat memicu pertumbuhan permukiman kumuh.
Pemerintah seringkali tidak mengakui hak masyarakat miskin dan melibatkan mereka
kumuh.
justru tidak mampu disediakan pemerintah atau swasta. Karena ketidak tersediaan
kebutuhannya akan hunian dengan menempati tanah dan membangun gubuknya, atau
menyewa rumah petak yang ada tanpa mempedulikan status tanahnya, hal ini seperti
yang terjadi di pemukiman kumuh Gampong Pusong, karena tidak adanya perhatian
dan tanggap dari pemerintah sehingga pemukiman kumuh semakin tidak dapat
kejelasan status lahan yang di huni (ilegal) baik dari status administrasi dan hukum
“Rumah Liar yang ada di Pusong itu tidak ditangani atau tidak masuk
dalam program penanganan pemukiman kumuh dengan alasan bila
ditangani mereka akan semakin banyak. Lahan rumah liar tersebut akan
dikosongkan dengan membuat strategi legal dengan cara menggusur”
(wawancara, 25 Juli 2011).
KONDISI BANGUNAN
a. Kepadatan 22 Jiwa/km2
b. Pertumbuhan 1,8%
Dari uraian wawancara dan tabel diatas, status lahan di Gampong Pusong Baru
dan Pusong Lama sebahagian besar adalah ilegal, kepadatan penduduk yang tinggi
Pusong lama masih belum tertangani, dan hanya berupa regulasi saja, namun untuk
serius dalam penanganannya karena dari dahulu hingga sekarang hanya berupa
Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh PBB menargetkan perbaikan kehidupan 100
juta penghuni permukiman kumuh pada tahun 2020. Jadi pemerintah kota
tersebut.
kumuh seperti masyarakat Gampong Pusong adalah bagian dari penduduk kota
lingkungan.
4 Dusun IV 8 12
5 Dusun V 7 13
Jumlah 29 71 100
Persentase 29 % 71 %
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011.
lain selama perbaikan pemukiman dikategorikan tidak baik dengan jumlah responden
4 Nelayan Lr IV 8 12
5 Pasi Lr V 9 11
Jumlah 24 76 100
Persentase 24 % 76 %
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011.
lain selama perbaikan pemukiman dikategorikan tidak baik dengan jumlah responden
pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tidak memadai serta lemahnya partisipasi
contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok masyarakat miskin, hal ini terlihat
yang baik, sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air bersih,
terlihat dari tidak adanya kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni.
Bukhari mengatakan :
Pusong masih kurang memadai, dengan melihat fenomena sarana dan prasarana
No Jenjang Pendidikan
Baru yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD), 1088 orang yang tamat SD, 721 orang
yang tamat SLTP, 1314 orang yang tamat SLTA, dan 9 orang yang menamatkan
Diploma II, 28 Diploma III, yang selesai pendidikan Strata I sebanyak 21 orang, serta
seperti yang terlihat di tabel menunjukan masih rendah pendidikan warga sehingga
mereka tidak mampu untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup, baik untuk
orang, yang tamat SD sebanyak 1202, yang tamat SLTP sebanyak 813 orang, tamat
SLTA sebanyak 1615 orang, diploma II sebanyak 14, diploma III senyak 44 orang,
yang menyelesaikan Strata I sebanyak 70 orang, Strata II sebanyak 2 orang dan Strata
Lama tidak jauh berbeda dengan Gampong Pusong Baru, hanya saja kondisi jenjang
pendidikan di Pusong Lama sudah sedikit lebih meningkat, dilihat tingkat Diploma
pendidikan tersebut.
4 Dusun IV 4 16
5 Dusun V 3 17
Jumlah 34 66 100
Persentase 34 % 66 %
Dapat dilihat bahwa dari jawaban responden yang berpendidikan di Gampong
Pusong Baru dikategorikan tidak baik. Adapun jumlah responden yang memilih “ya”
sebanyak 34 dan 66 yang menjawab “tidak” dengan rasio 66 %. Maka kategori tidak
Pusong Lama sedikit lebih baik dari Pusong Baru. Adapun jawaban responden yang
menjawab “ya” 50 dan jawaban “tidak” 50 dengan rasio 50%. Maka dikategori
lingkungan yang buruk. Dimana pada tahun 2007 penduduk yang terkena penyakit
diare berjumlah 6.573 jiwa dari sebelumnya 5.176 jiwa pada tahun 2006. Sebahagian
besar penduduk yang terkena penyakit diare ini berada di Kecamatan Banda Sakti dan
dengan adanya PUSTU Puskesmas Pembantu dan masyarakat sudah dapat berobat
dengan adanya program pemerintah Provinsi NAD yaitu JKA guna untuk menjamin
dengan adanya PUSTU dan JKA, namun masih menunjukkan potensi untuk tetap
berkembang dan meluas bibit penyakit yang disebabkan oleh kualitas lingkungan
mengatakan :
Pusong Lama masih kurang memadai dengan hanya ada Puskesmas Pembantu dan
ruang yang kecil dan kurang sarana dan prasana pendukung lainnya sehingga
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden terhadap akses
responden dapat di katagorikan kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40% s/d
55%.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban responden terhadap akses
responden dapat di katagorikan kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40% s/d
55%.
Status permukiman kumuh seringkali tidak jelas baik dari status administrasi dan
hukum tanah, maupun kesesuaian dengan rencana tata ruang kota. Terkait status
hukum atas tanah, biasanya hal ini yang membedakan permukiman kumuh (slum)
dihuni warga mencapai 50 %, dan 50 % warga yang telah jelas status lahan yang
mereka huni.
Masyarakat Pusong Lama sekitar 600 KK yang telah mendapatkan sertifikat atas
tanah mereka dan selebihnya mereka belum membuat sertifikat tanah. Di Dusun Pasi
Pusong Lama berdasarkan hasil wawancara dengan Keuchik adalah Dusun yang
pemerintah.
Dari hasil jawaban responden yang terdapat dalam tabel diatas menunjukkan
orang dari lima Dusun di Gampong Pusong Baru dengan rasio 47 % dan yang
menjawab “tidak” 53 orang dengan rasio 53 %, dari hasil jawaban responden ini
dapat dikatagorikan kurang berdasarkan hasil pengukuran antara 40% s/d 55%.
Dari hasil jawaban responden yang terdapat dalam tabel diatas menunjukkan
orang dari lima Dusun di Gampong Pusong Lama dengan rasio 56 % dan yang
menjawb “tidak” 44 orang dengan rasio 44 %, dari hasil jawaban responden ini dapat
masyarakat, keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung
jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam upaya
dari masyarakat.
“Kami sudah terbiasa dengan keadaan kumuh di sini, kami BAB (Buang
Air Besar) dan buang sampah langsung dibawah rumah kami masing-
masing, karena tidak ada WC dan tempat sampah. Sebelum adanya
waduk, BAB dan sampah dapat terseret ke laut dengan air laut, tetapi
setelah adanya pembangunan waduk raksasa itu air laut tidak sampai
lagi ke rumah panggung kami, sehingga BAB dan sampah bertumpuk di
bawah rumah dan menjadi bau”(wawancara, 18 Agustus 2011).
Wawancara dengan Salahuddin Kasubbag perencanaan kegiatan dokumentasi
Gampong Pusong Baru dan Pusong Lama masih kurang berperan disebabkan oleh
kehidupan yang masih terbiasa dengan budaya jorok dan kumuh dan mereka sangat
bergantung dengan alam. Mereka berfikir bahwa mereka tidak akan sakit bila pun
kondisi lingkungan mereka kotor seperti membuang hajat langsung di bawah rumah
dan mereka menganggap sudah menyatu dengan alam. Menurut penulis, warga
Pusong yang tinggal di pemukiman kumuh itu sendiri yang tidak mau merubah
keadaan mereka, tidak mau tahu dan apatis. Mereka sudah terbiasa dan selalu
berharap bantuan dari pemerintah setelah terjadi tsunami beberapa tahun yang lalu.
dengan TV, parabola, Kulkas dan sepeda motor, tetapi WC (jamban) tidak ada, dan
bertahun-tahun mereka buang hajat langsung dibawah rumah, air laut akan menyapu
dan menyeret kotoran itu ke laut. Namun ada juga sebahagian masyarakat yang
sehat dan berkelanjutan juga yang menjadikan mereka tetap masih kumuh.
Ketidaktahuan dan tidak adanya kesadaran akan makna hidup sehat sehingga mereka
masih bertahan dengan kondisi itu dan tidak mampu untuk menumbuhkan tingkat
berperan serta atau partisipasi untuk menjaga lingkungan untuk menuju kepada
pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu partisipasi atau peran serta masyarakat
lingkungan sekitar, kerja bakti hanya dilakukan pada saat menyambut hari-hari besar
agama, tidak ada upaya perbaikan sarana dan prasarana di permukiman kumuh secara
pekerjaanpun di nilai sangat perlu. Identifikasi angkatan kerja terdidik yang belum
bekerja masih ditemui dalam jumlah yang relatif besar disamping angkatan kerja
oleh tenaga kerja sehingga empat jenis lapangan pekerjaan yang paling banyak
bangunan.
bahwa :
masyarakat Pusong Baru sebahagian besar adalah sebagai nelayan sejumlah 979, dan
sebahagian kecil sebagai swasta tukang sejumlah 225, PNS sejumlah 22, Tni/Polri
tukang, namun yang berada di Dusun Nelayan Lr IV dan Pasi Lr V lebih besar
bermata pencaharian sebagai nelayan dan lebih cenderung kumuh dan padat
penduduknya.
pencaharian dominan adalah nelayan yang mendapatkan penghasilan yang tidak pasti
atau tidak menentu tergantung dengan keadaan cuaca. Jumlah penduduk miskin di
Gampong Pusong mencapai 600 KK dari 1.119 KK. Penilaian miskin di lihat dari
hasil pendapatan warga, keadaan rumah hunian, akses terhadap air minum dan
mengatakan :
di Gampong Pusong Lama sekitar 400 KK dengan melihat hasil pendapatan, kondisi
rumah, septic tank dan akses air minum. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
1.000.000. Dari hasil jawaban responden dapat dikategori kurang berdasarkan hasil
1.000.000. Dari hasil jawaban responden dapat dikategori cukup berdasarkan hasil
mengatakan :
namun bila sumberdaya alam tidak diberdayakan dengan baik maka masyarakat
semestinya harus dapat melihat apa kebutuhan masyarakat setempat dan butuh
pemerintah, sehingga masyarakat di pemukiman kumuh ini terkesan malas dan selalu
berharap kepada bantuan-bantuan itu dan tidak ada upaya untuk merubah kondisi
pencemaran air, udara dan tanah, pengelolaan limbah, kelangkaan air bersih dan
memberikan kita air dimana kita minum air bersih. Alam memberikan tanah sehingga
kita bisa menanam. Alam, air, tanah, udara, dan iklim mampu menghidupi manusia.
seutuhnya dan mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan
dapat dipisahkan.
a. Drainase
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
satu prioritas yang perlu mendapatkan penanganan. Karena gangguan dan kerugian
akan masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak penurunan kondisi
Taiburrahman mengatakan :
“Puluhan tahun kami tidak ada paret, tidak ada saluran, air tergenang
waktu naik air pasang” (wawancara, 22 Agustus 2011).
memadai, dengan kondisi yang cukup lama warga tersebut tidak memiliki saluran
Lhokseumawe) menyatakan :
tidak menunjukkan kelayakan karena tidak ada sistem drainase di Gampong Pusong
tersebut, pembangunan drainase lebih kepada syarat kelengkapan pada jalan yang ada
seperti di simpang legos, dan itupun masih terjadi genangan air pada saluran tersebut,
Gampong Pusong pada saat musim hujan sangat jarang terjadi banjir, hal ini
disebabkan oleh kondisi jenis tanah berpasir yang memiliki sifat dapat menyerap air
dalam waktu cepat. Terjadi air pasang laut di Gampong Pusong dan akan surut
kembali.
4 Dusun IV 0 20
5 Dusun V 0 20
Jumlah 2 98 100
Persentase 2% 98 %
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2011.
diatas menunjukkan yang menjawab “ya” sebanyak 2 orang dengan rasio 2 %, dan
yang menjawab “tidak” sebanyak 98 orang dengan rasio 98 %. Maka dari hasil
Pusong Baru tidak baik berdasarkan hasil pengukuran kurang dari 40%.
diatas menunjukkan yang menjawab “ya” sebanyak 3 orang dengan rasio 3 %, dan
yang menjawab “tidak” sebanyak 97 orang dengan rasio 97 %. Dari hasil jawaban
b. Persampahan
dan bila kondisi yang ada saat ini dibiarkan terus berlanjut maka akan menimbulkan
permasalahan yang lebih besar lagi dimasa mendatang. Permasalahan sampah ini
Sampah Permukiman, Sampah ini berasal dari rumah tangga. Sampah ini berasal dari
aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain.
tangga langsung dibuang di bawah rumah warga tidak ada bak sampah khusus untuk
terbiasa dengan keadaan yang tidak baik ini. Upaya untuk menjaga lingkungan bukan
semata-mata dari petugas kebersihan tetapi upaya warga itu sendiri untuk
Lhokseumawe mengatakan :
saat ini adalah mengandalkan truk pengangkut sampah yang mengambil sampah dari
rumah ke rumah, dan di tempat pembuangan sampah sementara. hal ini dirasa kurang
efektif karena memerlukan armada truk pengangkut yang tidak sedikit untuk dapat
untuk itu BLHK Lhokseumawe membuat tempat penampungan sampah tertutup yang
dijadwalkan setiap 2 hari akan diangkut oleh truk pengumpul sampah. Pada jadwal
sampah dan diletakkan di depan rumah atau di tempat pengumpulan (collecting point)
dapat membuang sampah pada tempat yang telah di sediakan atau menumpuk di
depan rumah dan akan diangkut oleh petugas kebersihan. Namun berdasarkan
observasi penulis, warga yang dipinggir jalan aspal sudah sebahagian yang
menumpuk sampah didepan rumah dan diangkut oleh petugas, namun Lr IV dan Lr V
ada upaya untuk membakar atau adanya penyediaan tempat penampungan sampah.
sementara di Gampong Pusong Baru dari lima dusun dalam tabel diatas menunjukkan
yang menjawab “ya” sebanyak 0 orang dengan rasio 0 % dan yang menjawab
“tidak” sebanyak 100 orang dengan rasio 1 %. Dari hasil jawaban responden dapat
sementara di Gampong Pusong Lama dari lima dusun dalam tabel diatas
menunjukkan yang menjawab “ya” sebanyak 0 orang dengan rasio 0 % dan yang
menjawab “tidak” sebanyak 100 orang dengan rasio 1 %. Dari hasil jawaban
responden dapat dikategori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran kurang dari
40%.
c. Air Bersih
memenuhi kebutuhan airnya. Dari data profil kesehatan lingkungan ada yang
menggunakan sumur gali (pada kategori memenuhi syarat). Sedangkan ada juga
rumah yang menggunakan sumur gali yang tidak memenuhi syarat. Metode lain yang
mengandalkan sumur pompa, namun ada juga masyarakat yang menggunakan sumur
Sumber air bersih lainnya yang digunakan oleh masyarakat adalah PAH
(penampungan air hujan). Sumber air bersih lainnya yang umumnya digunakan oleh
“Sampai saat ini tidak ada akses air bersih. Di Gampong Pusong
Baru hanya ada satu sumur bor yang mencukupi Lr IV dan V sekitar
600 KK” (wawancara, 25 Agustus 2011).
Wawancara dengan Keuchik Gampong Pusong Lama mengatakan :
“Warga Pusong Lama sebahagian besar memakai air isi ulang dan air
dari sumur bor dan sebahagian kecil menggunakan PDAM”
(wawancara, 25 Agustus 2011).
Berdasarkan wawancara dengan Kasubag perencanaan kegiatan dokumentasi
yang masih sangat kurang untuk kebutuhan kota terutama daerah pusat kota Banda
Sakti termasuk Gampong Pusong, maka rencana pendistribusian air bersih di masa
Masyarakat Gampong Pusong menggunakan sumur bor, air isi ulang dan sebagian
Tabel 24. Jawaban Responden terhadap Akses Pelayanan Air Bersih PDAM
Dari hasil jawaban responden dalam tabel diatas menunjukkan bahwa akses
masyarakat Gampong Pusong Baru terhadap pelayanan air bersih yang menjawab
“ya” sebanyak 0 orang dengan rasio 0 % dan yang menjawab “tidak” 100 orang
dengan rasio 1 %. Maka dapat dikatagori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran
Dari hasil jawaban responden dalam tabel diatas menunjukkan bahwa akses
masyarakat Gampong Pusong Lama terhadap pelayanan air bersih yang menjawab
“ya” sebanyak 7 orang dengan rasio 7 % dan yang menjawab “tidak” 93 orang
dengan rasio 93 %. Maka dapat dikatagori tidak baik berdasarkan hasil pengukuran
seperti air bersih, saluran pembuangan air, listrik, sarana bermain anak dan tidak
memanfaatkan sungai untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus), mengambil air dan juga
membuang sampah.
sendiri di tiap-tiap rumah karena keterbatasan lahan dan ekonomi. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, mereka menggunakan sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) umum
yang digunakan secara bersama-sama dengan penduduk lain. Sebagian besar kondisi
MCK di permukiman kumuh tidak memadai, walaupun tersedia sarana MCK, jumlah
MCK yang terbatas tidak sesuai dengan jumlah masyarakat yang menggunakannya.
warga masih memanfaatkan laut untuk membuang kotoran, dan sebahagian besar
warga tidak mempunyai jamban dirumah dan hanya 10 % warga yang sudah
memilki dua sumur bor. Dan dari hasil biaya bersama yang warga kumpulkan
berpartisipatif untuk membangun jamban berupa (bagan) tanpa kloset, dan dinding
papan. Tetapi alternatif warga ini menurut penulis masih mencemari lingkungan,
Wawancara dengan Dr. Hj. Ratna Zahara, M. Kes Kabid Program Pencegahan
tersebut. Jamban yang diupayakan oleh masyarakatpun belum cukup memadai dari
menjadi indikator penting yang menunjukkan pola hidup masyarakat yang sehat dan
lingkungan yang sehat pula. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung
jamban dirumah terlihat dalam tabel diatas yang menunjukkan masyarakat dari lima
dusun yang menjawab “ya” sebanyak 10 orang dengan rasio 10 % dan yang
Dari hasil tabel diatas ketersediaan jamban di rumah warga Gampong Pusong
Lama yang menjawab “ya” sebanyak 32 orang dengan rasio 32 %, dan yang
selanjutnya yaitu melakukan Forum Group Discusion (FGD) yang melibatkan unsur
yang berpengaruh dalam hal ini yaitu : Pemerintah, Akademisi dan Tokoh
Masyarakat. Dalam hal pembahasan FGD dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 29. Forum Group Discution (FGD) antara: Pemerintah, Akademisi dan
Tokoh Masyarakat
Keterlibatan masyarakat
adalah indikator penting
dalam perencanaan dan
pengadaan fasilitas-
fasilitas sanitasi karena
akan meningkatkan rasa
kepemilikan mereka
yang akan membantu
pemeliharaan fasilitas
secara swadaya untuk
mencapai pemukiman
berkelanjutan
Dari hasil Forum Group Discusion antara pemerintah, akademisi dan tokoh
(pemanfaatan potensi wilayah pesisir). Untuk relokasi warga Pusong yang tinggal di
dalam pemberian bantuan abrasi dari BRR. Untuk ini pemerintah mengambil
tindakan untuk melakukan renovasi pemukiman secara bertahap per dusun. Misalnya
Upaya perbaikan fisik rumah dilakukan sebagian berupa rumah panggung dan
sebagian rumah permanen sederhana, ini akan disesuaikan dengan keadaan lokasi.
Upaya perbaikan lingkungan dilakukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memenuhi
bibir pantai tidak ada perbaikan pemukiman perumahan, karena dianggap masih
sepadan pantai.
sifatnya fisik, tetapi yang lebih penting juga bukan fisik. Tidak semata-mata
membangun prasarana mendukung seperti jalan, air minum, sanitasi, tetapi juga
memberdayakan masyarakat.
Upaya pembinaan dan pengaturan agar tercipta iklim pembangunan yang lebih
yang dapat menjadi sarana pembinaan generasi muda, dan menjamin berlanjutnya
merupakan salah satu obyek wisata yang paling digemari masyarakat local. Karena di
lokasi tersebut terdapat waduk raksasa pengendali banjir dan benteng pengendali
abrasi laut yang panjang. Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat mengambil kebijakan
Membangun rumah sehat sederhana. Ditetapkan bagi warga yang tinggal dan
memiliki surat hak milik. Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat bekerjasama dengan
pihak pengembang, sehingga kawasan tersebut dapat terbebas dari kekumuhan dan
pengadaan boat (perahu) dan jaring ikan dan mengembangkan pariwisata banyak
mendatangkan manfaat bagi masyarakat baik secara ekonomi, sosial dan budaya.
Wisata Pantai bahari yang islami berbasis masyarakat perlu dikelola secara
pendayagunaan sarana dan prasarana lingkungan sebagai satu kesatuan yang tidak
apabila Gampong Pusong ini terbebas dari kekumuhan, teratur, bersih dan nyaman,
Memanfaatkan potensi dan sumber sosial yang ada guna menangani masalah
sosial dari dan oleh masyarakat sendiri melalui pemberdayan masyarakat yang
internal atas sumber daya pembangunan, baik materi maupun non material dengan
Pemko dengan SK Walikota tentang penetapan kawasan kumuh dan membuat strategi
dan kekuatan internal serta peran aktif perangkat Gampong, Kecamatan dan
pencemaran lingkungan dan bahaya bermukim di tempat beresiko tinggi seperti laut
berjualan, membuat usaha ikan asin, budidaya ikan kerapu dapat menambah
pendapatan.
lingkungannya rendah menjadi suatu tatanan sosial ekonomi yang baru yang mampu
pelepasan tidak terlepas dengan monitoring dan evaluasi sehingga Gampong Pusong
menjadi pemukiman yang tertata dan berkelanjutan seperti rumah sehat, lingkungan
adalah dengan melihat pengertian Kawasan kumuh menurut ILO 2008 dalam (Edi
Suharto 2009) adalah tempat tinggal yang kumuh, pendapatan yang rendah dan tidak
menentu, serta lingkungan yang tidak sehat dan bahkan membahayakan dan hidup
memberikan sumbangan pemikiran apa yang telah dikemukakan oleh Edi Suharto
migrasi dari desa ke kota sehingga menambah kepadatan hunian, berada di tanah
milik negara sebagai hunian liar, terjadi budaya menyimpang baik sosial maupun
pencemaran lingkungan.
: 1984) adalah :
Dari penelitian yang penulis lakukan, penulis hanya ingin menambahkan apa
yang di kemukakan oleh (Parsudi Suparlan : 1984) pada point No 2, bahwa hasil
katagori miskin hanya 400 KK, tetapi di lokasi penelitian ini masih di jumpai
Gampong Pusong tidak terkatagorikan sepenuhnya miskin. Dan dari hasil wawancara
dan observasi penulis di lapangan masyarakat Gampong Pusong tidak mutlak miskin
hanya saja masih terbiasa dengan budaya kumuh. Jadi kesimpulannya, ciri-ciri
pemukiman kumuh bukan hanya ditandai dengan kondisi hunian rumah dan
kurang mampu atau miskin tetapi juga karena kebiasaan dengan budaya kumuh
(kebiasaan secara turun temurun) ditambah tidak adanya kesadaran dan disiplin
meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan, yang bukan hanya didukung oleh
secara berkelanjutan. Adapun penentu dalam konteks ini adalah dengan pendekatan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan benar adanya tiga indikator ini
terutama dalam memperbaiki kondisi sosial, kondisi ekonomi dan kualitas lingkungan
Penulis juga sependapat dengan Prof. Dr. Emil Salim, 2003, yang mengatakan
jalan kalau keberlanjutan sosial berantakan. Keberlanjutan ekonomi dan sosial tidak
bisa jalan juga kalau lingkungan berantakan, pertama adalah dengan menempatkan
modal alam sebagai faktor utama. Jika cara berpikir sebelumnya adalah ekonomi
menguasai, sosial penting nomor 2 dan lingkungan penting nomor 3, maka sekarang
harus dibalik. Sekarang yang nomor 1 adalah modal alam, sebab alam sudah berada
manfaatkan yaitu laut. Laut telah memberikan kehidupan sosial ekonomi warga
Gampong Pusong. Mereka ketergantungan dengan hasil laut, dan kehidupan mereka
menjadi tidak tertata dan kumuh karena bermukim di dekat laut. Seperti hasil
laut sangat identik dengan kumuh karena mereka menganggap kotoran (BAB) dan
sampah rumah tangga dapat dibawa oleh arus laut ke laut, padahal logika berfikir,
laut tidak menerima sampah rumah tangga, sampah itu akan terbawa kembali ke
daratan.
mereka menjadi kumuh. Maka perlu memperhatikan dan menempatkan modal alam
dan keberlanjutannya pada pilar yang pertama, dan selanjutnya didukung oleh pilar
karena banyak pengunjung, otomatis aspek sosial warga pun akan berkelanjutan.
aplikasikan, karena mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan faktor
ekologi, tetapi faktor ekologi pula perlu diperhatikan jangan terjadi eksploitasi
hasil penelitian bahwa dari hasil laut dapat mengejar pertumbuhan ekonomi dan dapat
sekitar (untuk terlepas dari kekumuhan) dan memperoleh manfaat dalam jangka
panjang ataupun lestari antar generasi. Maka penelitian ini mempertajam apa yang
Hasil analisa penulis dalam penelitian ini mengenai program pemerintah yang
pemerintah selalu menggunakan konsep-konsep asing yang sama sekali tidak sesuai
sampai masyarakat menjadi mandiri dan lepas dari ketergantungan dan keterpurukan.
permukiman. Sehingga lahan pelabuhan yang sudah tidak aktif menjadi lebih optimal.
keinginan dan harapan Pemerintah Kota Lhokseumawe dan seluruh warga Gampong
Pusong seperti halnya yang telah diaplikasikan di negara maju. Sebenarnya bila di
kaji konsep ini cukup baik, namun seperti yang kita ketahui bersama umumnya
konflik, rawan bencana tsunami dan daerah yang mengimplemtasikan syariat islam,
dengan beberapa indikator ini sehingga kurang tepat untuk pengembangan program
tersebut.
penangkapan ikan di laut maka dengan adanya program tersebut secara otomatis akan
di negara maju.
yang termarjinalisasikan, di tambah dengan konsep yang sama sekali baru bagi
mereka, kemungkinan besar penerapan konsep ini akan “gagal total”. Pemerintah
Lhokseumawe adalah bukan menerapkan konsep asing yang tidak tepat sasaran yang
berkelanjutan, baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dengan pemanfaatan
Berdasarkan dari hasil FGD dan hasil penelitian di lapangan serta kohesi
teori-teori yang relevan, maka konsep pemukiman yang baik menurut penulis adalah :
Sumber : Olah data dari hasil FGD dan wawancara penelitian, 2011.
dan dengan melihat historis masyarakat yang dasar daerah konflik dan bencana
menerima perubahan, terisolasi (jarang interaktif dengan komunikasi luar) dan masih
terbiasa dengan budaya kumuh, umumnya dalam seminggu para nelayan 6 hari di laut
dan 1 hari di darat. Adapun tingkatan nelayan di Gampong Pusong, tingkat atas :
pemilik kapat boat besar penangkap ikan dilengkapi dengan tehnologi kompas, jaring
besar pukat harimau (Rumpon); tingkat menengah : pemilik boat kecil; dan tingkat
perikanan secara baik. Dinas Kelautan, perairan dan peternakan kota Lhokseumawe
mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Upaya untuk
Menimbulkan rasa memiliki atas sumber daya dan pemukimannya, yang membuat
masyarakat lebih bertanggung jawab untuk keberlanjutan sumber daya dalam jangka
panjang, akan mencapai keharmonisan aspek sosial, ekonomi dan ekologi yang
berkelanjutan.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat
yang kurang sehat dan tidak didukung oleh jasa pelayanan kota seperti air minum,
sanitasi, drainase (gorong-gorong), jalur pejalan kaki dan jalan akses darurat.
kawasan kumuh dan menjadi prioritas untuk penanganannya dan Pemerintah Kota
adanya potensi laut. Banyak warga pendatang dari Sigli, Panton Labu, Nisam dan
masih banyak warga dari Gampong lainnya yang mengadu nasib mencari nafkah
sebagai nelayan, dan pada akhirnya menetap dan membuat pemukiman dengan
membangun rumah apa adanya (rumah darurat). Profil kondisi sosial, ekonomi,
a. Dari profil kondisi sosial, warga masih rendahnya kesadaran dan partisipasi
rutinitas kerja bakti. Kerja bakti hanya dilakukan untuk menyambut hari-hari
tamat SD, dan masih terbiasa dengan budaya kumuh yang diadopsi secara
turun temurun seperti BAB dan buang sampah rumah tangga langsung
yang terkena diare, batuk dan DBD dan penyakit ringan lainnya. Warga yang
telah memiliki kejelasan atas status tanah mereka sekitar 60 % dan 40 % lagi
Pusong Baru dan Pusong Lama sebahagian besar adalah ilegal, kepadatan
hanya sia-sia saja karena tidak ada pemantauan. Jumlah penduduk miskin di
Gampong Pusong Baru mencapai 600 KK dari 1.119 KK dan 400 KK dari
lihat dari hasil pendapatan warga, keadaan rumah hunian, akses terhadap air
prasana lingkungan belum memadai, dari dulu hingga sekarang tidak memiliki
saluran drainase, sehingga tidak ada saluran pembuangan air rumah tangga
dan air hujan. Tidak terjangkau petugas kebersihan dan pengelolaan sampah
di bawah rumah, dengan anggapan sampah itu akan terbawa arus laut. Akses
air bersih sebagian besar menggunakan sumur bor, dan sebagian kecil
menggunakan PDAM, dan untuk minum warga ada yang membeli air isi
ulang. MCK (mandi, cuci, kakus) warga Pusong mandi dan cuci
tanpa kloset, dari biaya partisipasi warga itu sendiri, namun bagan tersebut
hanya terbuat dari dinding papan ada yang beratap dan ada yang tidak ada
laut, cicin sumur itu di buka, dan kotoran terbawa arus pasang ke laut.
persampahan, air bersih, MCK dan kondisi jalan tidak memadai, lemahnya
dari bibir pantai tidak ada perbaikan pemukiman perumahan, karena dianggap
sifatnya fisik, tetapi yang lebih penting juga bukan fisik. Tidak semata-mata
membangun prasarana mendukung seperti jalan, air minum, sanitasi, tetapi juga
warga dengan berjualan, membuat usaha ikan asin, budidaya ikan kerapu
5.2 Saran
berikut :
baik perbaikan fisik rumah hunian maupun perbaikan sarana lingkungan dapat
swasta.
daya sosial, daya ekonomi dan daya lingkungan dalam meningkatkan kualitas
budaya kumuh).
pelatihan dan keterampilan SDM, seperti usaha ikan asin dan lain-lain.
A. Buku
Adreas Pramudianto, S.H., MSi, 2008, Diplomasi Lingkungan Teori dan Fakta,
Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Fauzi. A, 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi,
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Iskandar, Dr. MPd, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta, Gaung Persada
(GP Press).
Idrus, Muhammad, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
kuantitatif, Yogyakarta, Penerbit Erlangga.
Ir. Mulyono Satyo Utomo, 2008, Manajemen Kota dan Wilayah, Jakarta, Penerbit
Bumi Aksara.
Sumarwoto, O (ed), 2003, Menuju Jogya Propinsi Ramah Lingkungan Hidup, Agenda
21 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Daerah Istimewa, Yogyakarta.
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, 2008, Ilmu Kesehatan Masyarakat :Teori
dan Aplikasi, Gresik, PT. Salemba Medika.
B. JURNAL
Ngakan Putu Sueca, 2004, Jurnal Permukiman Natah Vol. 2 No. 2 Permukiman
Kumuh, Masalah Atau Solusi, Universitas Udayana.
Prof. Dr. Emil Salim Orasi Ilmiah Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup 2003
Kampus IPB Baranangsiang, SAINS DAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN di akses tanggal 17/02/2011.
Salim, E. 2003, Makalah untuk Pertemuan Hukum oleh BPHN tanggal 15 Juli 2003
di Bali.
Wahyuni Zahrah (USU), 2009, Jurnal Model People Centered Ecological City (Suatu
Kajian tentang Masalah Sosial Budaya dan Perencanaan Kota dalam
Kerangka Pembangunan Berkelanjutan.
C. INTERNET :
D. Dokumen
SK Walikota Lhokseumawe No 225 Tahun 2010 tentang penetapan kawasan
kumuh dalam wilayah kota Lhokseumawe.
PANDUAN WAWANCARA
IN-DEPTH INTERVIEW
1. Nama :
2. Umur/Usia :
3. Pendidikan terakhir :
4. Pekerjaan :
5. Agama :
6. Lama Tinggal :
10. Mengapa munculnya pemukiman kumuh di Gampong Pusong ini? Kira-kira menurut Bapak,
penyebabnya apa?
(memberikan penjelasan
singkat)................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
11. Menurut Bapak, Bagaimana penanganan kawasan kumuh yang tepat di pemukiman kumuh ini
? dan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pemko dalam menangani permasalahan
Aspek sosial
12. Bagaimana pelayanan pendidikan dan tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Gampong
Pusong?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
13. Menurut Bapak apakah ada pelayanan kesehatan yang memadai di Gampong
Pusong?...............................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
14. Menurut Bapak bagaimana dengan kesetaraan gender di bidang sosial, ekonomi dan
lingkungan di Gampong Pusong ?
.............................................................................................................................................................
.
.............................................................................................................................................................
16. Menurut Bapak bagaimana partisipasi masyarakat dalam upaya menciptakan lingkungan sehat
dan berkelanjutan?..............................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
Aspek Ekonomi
17. Yang Bapak ketahui, apa upaya pemerintah dalam peningkatan perekonomian masayarakat
Gampong Pusong melalui pemberdayaan
?...........................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
...........................................................................................................
19. Menurut Bapak, Bagaimana pengelolaan kualitas lingkungan di Gampong Pusong selama ini?
mohon dijelaskan :
a. Di bidang Drainase (gorong-gorong)
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
b. Di bidang Persampahan
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
c. Air Bersih
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
d. MCK
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
20. Menurut Bapak apa yang menjadi hambatan dan kendala dalam pemeliharaan kualitas
lingkungan di khususnya di Gampong Pusong?..................................................................................
.............................................................................................................................................................
IN-DEPTH INTERVIEW
1. Nama :
2. Instansi :
3. Jabatan :
9. Menurut Bapak apakah ada pelayanan kesehatan yang memadai di Gampong Pusong ?
.................................................................................................................
.............................................................................................................................
10. Menurut Bapak bagaimana dengan kesetaraan gender di bidang sosial, ekonomi dan
lingkungan di Gampong Pusong ?
.............................................................................................................................................................
.
.......................................................................................................................................................
12. Menurut Bapak bagaimana partisipasi masyarakat dalam upaya menciptakan lingkungan sehat
dan berkelanjutan?..............................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
Aspek Ekonomi
13. Yang Bapak ketahui, apa upaya pemerintah dalam peningkatan perekonomian masayarakat
Gampong Pusong melalui pemberdayaan
?.......................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.
.............................................................................................................................................................
.
Aspek Ekologi
16. Menurut Bapak apa yang menjadi hambatan dan kendala dalam pemeliharaan kualitas
lingkungan di khususnya di Gampong Pusong?....................................................................
..............................................................................................................................
1. Nama
: …………………………………………………………...........................................................
2. Umur/Usia
: ………… tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan
4. Alamat
: …………………………………………………………................................................................
……….........................................................................................................................................
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
a. PNS/TNI/Polri
6. Berapa jumlah anggota keluarga Bapak/Ibu yang menjadi tanggungan saat ini?
a. 2 orang
b. 4 orang
c. 3 orang
d. Lainnya, sebutkan ………….orang
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
rumah
Pengembangan Infrastruktur :
a. Air bersih
b. Drainase
c. Persampahan
ekonomi dan ekologi dengan metode tridaya yang diterapkan dalam seluruh
Pelepasan.
Lampiran 5.