SKRIPSI
Oleh :
150905038
ANTROPOLOGI SOSIAL
MEDAN
2019
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti lain dan tidak seperti yang saya nyatakan di sini,
saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan
saya.
II
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi
dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsinya adalah: KONSEP
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama
motivasi dari dosen pembimbing dan berbagai pihak, oleh sebab itu penulis
1. Bapak Dr. Nurman Achmad, S.Sos, M.Soc.Sc selaku dosen pembingbing yang
2. Bapak Fikarwin Zuska dan bapak Drs. Agustrisno selaku Ketua Dan
3. Kepada bapak Drs. Yance M.Si , selaku dosen penasehat akedemik yang
perkuliahan.
4. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh staf pegawai dan staf
pengajar Departemen Antropologi: Ibu Sry Alem, Ibu Sabariah, Ibu Tjut, Ibu
Rytha, Ibu Nita, Pak Lister, Pak Wan, Pak Hamdani, Pak Zulkfli, Ibu Aida,
III
segalanya dalam hidup kakak, sujud syukur dan bahagia memiliki orang tua
seperti kalian. Terimakasih buat perjuangannya Pak, Mak semoga kakak bisa
selalu membahagiakan kalian, buat abang Juan Alfredo Kaban dan adek Pegy
kita bisa menguatkan satu sama lain dalam kasih Tuhan Yesus.
6. Pak Uda Freddy Kaban dan Mak Uda Misalina Ginting terimakasih atas
dukungannya sehingga kakak bisa kuliah sampai selesai sekarang ini, tanpa
campur tangan kalian mungkin kakak tidak bisa sampai sekarang ini, buat
HATI ada Adytia Salmon Tarigan, Tri Setiaawan, Atzkia Lutfi Berutu,
Sudirman, Petrus Silalhi, Kiki Fahlevi Depari, Friska Sinaga, Elfredo, Kevin
dan semua teman-teman distambuk 2015, dan untuk kakak di stambuk 2014,
2013 dan adik-adik stambuk 2016, 2017,dan 2018 semoga Tuhan membalas
8. Selviani Sembiring terimakasih sudah menjadi teman dari kecil dan berbagi
dalam suka duka semoga kita suskes untuk membahagiakan orang tua kita,
IV
skripsi ini terkhusus buat kak Valemita dan bang Dedy yang sudah
penelitian.
Medan.........Januari 2019
Penulis
Nim : 150905038
Namaku Mia Audina Br Kaban, Mia Kaban adalah nama panggilanku, aku
terlahir dari keluarga sederhana, semua dicukupkan Tuhan walaupun terasa selalu
kekurangan namun indah kalau disyukuri. Aku terlahir tepat tanggal 2 Agustus
1996, dimana pemain bulu tangkis Mia Audina memenangkan juara dunia
bulutangkis dengan perigkat ke-2. Dari situlah asal usul namaku dan aku adalah
anak kedua dari tiga bersaudara. Dahulu, sebelum aku kuliah saat memasuki
kurang lebih 1 Km dengan berjalan kaki, semasa kecilku aku masih mengingat
bagaimana masa kecilku yang harus mencari kayu bakar ke hutan, mencuci
pakaian ke sungai dan tidak bisa bermain seperti teman-temanku karena harus
menjaga adikku dan ikut ke ladang, pernahkah kalian menginginkan permen tapi
tersebut dimakan oleh temanku namun aku tidak mampu membelinya karena tidak
ladang orang bekerja. Menggingat hal tersebut yang membuatku giat belajar dan
Aku menempuh SMA N 1 Barusjahe yang tidak jauh dari rumahku hanya berjarak
200 meter. Semasa kuliah di antropologi FISIP USU, aku tergabung dalam
berbagai kegiatan dari Jurusan. Untuk melaksanakan sebuah kegiatan aku adalah
orang yang loyalitas dan memegang prinsip kejujuran. Semua ku lakukan dengan
VI
yang membuat sebuah pelajaran untuk pendewasaan diri. Terkadang banyak hal
yang salah tapi seakan hal tersebut sudah lumrah dan benar dilakukan, seperti
meyontek, hal tersebut lumrah dilakukan dan cenderung salah dan dianggap
bodoh bagi orang yang tidak menyontek, disitu kadang saya sedih, hal wajar bagi
seorang manusia tapi dengan pikiran yang jernih bukan saya yang bodoh tapi saya
mempunyai prinsip untuk tidak berbohong bahkan menipu karena hal tersebut
merugikan saya. Jangan takut ketika kamu berbuat salah langsung kena sangsi dan
teguran sedangkan orang lain baik-baik saja, ingat Tuhan tidak mengkehendakimu
VII
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kerena berkat dan kasihnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan suatu syarat dalam
tersebut penulis menulis skripsi yang berjudul KONSEP SEHAT DAN SAKIT
KARO.
dengan Lansia di desa Munte mengenai sehat dan sakit serta pengobatan da
keluarga dalam menunjang kesehatan Lansia dan hal ini dipengaruhi oleh peran
adat.
berkenan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini mulai dari penelitian
sampai pada saat ini. Kepada dosen pembingbing yang memberikan waktu dan
Semoga tulisan ini bermanfaaat bagi pembaca, dan penulis juga menyadari
bahwa banyak kekurangan dari skripsi ini, oleh karena itu penulis menghadapkan
kritik ataupun nasehat yang bersifat membangun guna meperbaiki skripsi ini
Penulis
VII
I
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORIGINALITAS...............................................................................i
ABSTRAK......................................................................................................................ii
UCAPAN TERIMAKASIH..........................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xi
DAFTAR FOTO.............................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xv
DAFTAR BAGAN.........................................................................................................xvi
GLOSARRY...................................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tinjauan Pustaka............................................................................................21
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................25
1.4 Lokasi Penelitain............................................................................................25
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian.....................................................................26
1.6 Metode Penelitian..........................................................................................27
1.7 Informan.........................................................................................................29
IX
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................106
XI
2017.........................................................................................................................7
2016-2017 ............................................................................................................... 8
Kabupaten/Kota, 2017.............................................................................................9
2017.........................................................................................................................11
Foto 9. Untuk banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
tahun 2017...............................................................................................................12
XII
XII
I
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
XI
V
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR BAGAN
XV
1. Kesain : Dusun
4. Aron : Buruh/Pekerja
6. Percian : Iri
7. Juma : Ladang
9. Rebu : Tabu
XV
I
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
meningkatkan perhatian pada lintas budaya mengenai sistem kesehatan, juga pada
faktor bioekologi dan sosial budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan serta
timbulnya penyakit, baik pada masa kini maupun di sepanjang sejarah kehidupan
manusia. Para ahli antropologi yang meneliti tentang kesehatan jiwa, penyalahan
obat, defenisi mengenai sehat dan penyakit, latihan petugas kesehatan, birokrasi
medis, pengaturan dan pelaksanaan rumah sakit, hubungan antara dokter pasien, dan
kontium dengan bagian yang satu disebut kutub biologi dan bagian dua disebut kutub
sosial budaya. Kutub biologi terdapat ahli antropologi yang pokok perhatiannya
Tingkahlaku sakit, hubungan antara dokter pasien serta dinamika dari usaha
1
Foster/Anderson, “Antropologi Kesehatan”, (Jakarta : UI PRESS, 1986),Cet 1, hal 1.
Universitas Sumatera
memperkenalkan pelayanan kesehatan Barat kepada masyarakat tradisional.
dan penyakit2. Antropologi kesehatan adalah istilah yang digunakan oleh ahli-ahli
ringkahlaku manusia di masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan praktis dari
hubungan antara gejala bio-sosial budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan
tingkahlaku sehat kea rah yang diyakini akan meningkatkan yang lebih baik.
bahwa negara Indonesia akan menjadi negara dengan jumlah penduduk lansia
terbesar ke sepuluh di dunia,3 dalam waktu tiga dekade mendatang, proporsi lansia
akan lebih besar dibandingkan proporsi di bawah usia 14 tahun. Sebagai negara
dan kesejahteraan lansia, di satu sisi peningkatan angka harapan hidup membawa
kebaikan bagi salah satu indikator kesehatan bangsa, namun di sisi lain hal ini juga
2
Foster/Anderson, “Antropologi Kesehatan”, (Jakarta : UI PRESS, 1986),Cet 1, hal 3.
3
http: m.cnnindonrsia.com (diakses pada 10 oktober 2018, pukul 20.00 WIB)
Universitas Sumatera
Dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan peneliti
di Indonesia. Kesehatan lansia juga dipengaruhi oleh (1) tingkat pendidikan yang
rendah, (2) lapangan pekerjaan yang terbatas, (3) sarana/prasarana publik yang buruk,
(4) perhatian pemerintah yang kurang, (5) pergeseran nilai-nilai sosial budaya, serta
(6) kualitas sumber daya manusia yang rendah menjadi penyebab masalah kesehatan
lansia di Indonesia.
seperti penyediaan Posyandu lansia, dan perawatan dirumah, namun hal ini kurang
dipahami dan berjalan baik di Indonesia. Masalah lansia yang hidup sendiri, untuk
masalah sosial budaya mengenai migrasi golongan usia muda ke kota ataupun ke luar
disfungsi sosial ekonomi. Perawatan dan peran keluarga sangat dibutuhkan oleh
hidup janda atau pun duda agar senantiasa baik. Selain itu lansia mengalami
perubahan peran dalam keluarga, sosial ekonomi maupun sosial masyarakat yang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah
Universitas Sumatera
Dibalik keberhasilan peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup) terselip
beban tiga yaitu disamping meningkatnya angka kelahiran dan beban penyakit
(menular dan tidak menular), juga akan terjadi peningkatan Angka Beban
Tanggungan penduduk kelompok usia tidak produktif. Ditinjau dari aspek kesehatan,
kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan baik secara alamiah
Laki
Sumber : http://www.bps.go.id
Universitas Sumatera
Dalam waktu lima dekade, persentase lansia di Indonesia meningkat sekitar
dua kali lipat (1971-2017), yakni menjadi 8,97 persen (23 juta-an) di mana lansia
perempuan sekitar satu persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (9,47
presen dibandingkan 8,48 persen). Selain itu lansia didominasi oleh kelompok umur
60-69 tahun (lansia muda) yang persentasinya mencapai 5,65 persen dari penduduk
Indonesia, sisanya diisi oleh kelompok umur 70-79 tahun (lania madya) dan 80 tahun
Sumber: https://www.bps.go.id
Data dari website Badan Statistika Pusat bahwa ada lima provinsi yang
persen yaitu : Di Yogyakarta (11,90 %), Jawa Tengah (12,46 %), Jawa Timur (12,16
Universitas Sumatera
Foto 3. Persentasi Lansia menurut Kelompok Umur di daerah
Perkotaan
Sumber: https://www.bps.go.id
Universitas Sumatera
Foto 4. Persentasi Lansia menurut umur di daerah Pedesaan di
Indonesia
Sumber : https://www.bps.go.id
Universitas Sumatera
Meningkatnya jumlah lansia pada setiap tahunnya secara otomatis
dihuni oleh lansia. Selama empat tahun terakhir, rumah tangga lansia bertambah
hampir dua persen dari 24,5 persen ,menjadi 26,35 persen, dimana 60 persen
diantaranya menjadikan lansia sebagai kepala keluarga yang menarik dari keberadaan
lansia Indonesia adalah ketersediaan dukungan potensial baik ekonomi maupun sosial
Indonesia belum mempunyai sistem yang baik dan lengkap seperti negera-
nagara maju sehingga peran keluarga merawat Lansia sangat besar. Kenyataan ini
diperbesar oleh ketiadaan jaminan sosial atau dana pensiun serta keharusan bekerja
Sumber: https://www.bps.go.id
Universitas Sumatera
Foto 6. Persentase Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Menurut
Kabupaten/Kota, 2017
https://www.bps.go.id
Universitas Sumatera
Di Wilayah Sumatera Utara proporsi lansia sangat beragam, dengan rentang
antara 4,06 persen yaitu Kabupaten Labuhan Batu Selatan sampai dengan 11,50
Lansia terbesar adalah Kabupaten Toba Samosir, Humbang Hasundutan dan Tapanuli
Utara. Tingginya proporsi penduduk lansia di daerah tersebut sangat erat kaitannya
pedesaan di Indonesia. Akibat tekanan ekonomi membuat para Lansia tetap bekerja
meskipun sudah berusia pensiun, dan perawatan diri yang kurang optimal akibat
keluarga yang jauh. Meskipun Indonesia mempunya nilai-nilai tradisi sosial budaya
yang kuat terutama di daerah pedesaan, tetapi telah terjadi pergeseran nilai yang
membuat hubungan kekeluargaan generasi tua dan generasi muda menjadi renggang
4
. Hal itu semakin kompleks karena pengetahuan dan perhatian terhadap kesehatan
Kabupaten Karo yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera
Utara yang dominan di tempati oleh etnis Karo. Jumlah penduduk lansia sendiri di
pertama yaitu Kabupaten Samosir. Jumlah Penduduk di Kabupaten Karo sendiri yaitu
403.207 ribu jiwa. Hal itu dapat dilihat di dalam halaman berikutnya dibawah ini :
4
Pramono dan Fanumbi, “Permasalahan Lanjut Usia di Dearah Pedesaan Terpencil”, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol.6, No 5, April 2012, hal. 207.
Universitas Sumatera
Foto 7. Data penduduk Sumatera Utara
Universitas Sumatera
Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan salah satunya adalah kecamatan
Munte. Kecamatan Munte terdiri dari 23 desa yang akan menjadi tempat penelitian
yaitu desa Munte dengan rincian jumlah penduduk setiap desa dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Kelamin
Sumber : https://karokab.bps.go.id
Universitas Sumatera
Foto 9. Untuk banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Universitas Sumatera
Sebuah komunitas ataupun suku bangsa mempunyai pengetahuan lokal
mengenai konsep sehat dan sakit, hal ini juga akan mengenal dalam mengembangkan
lingkungan atau konteks budaya mereka5. Disini akan dilihat apa itu sebenarnya
Subjek penelitian ini sendiri membahas konsep sehat dan sakit pada lansia
bagi etnis Karo yang hidup di desa Munte, perlu kita ketahui bahwa etnis Karo bukan
hanya tinggal di daerah Kabupaten Karo tapi etnis Karo juga mendiami daerah
pegunungan bukit Barisan yang sudah menyebar luas di daerah kabupaten Deli
Etnosains suku bangsa Karo dalam hal konsep sehat dan sakit tidak terlepas
dari etnomedisin mereka sendiri, hal itu merupakan hal yang unik walaupun setiap
suku bangsa punya cara tersendiri yang unik dalam kebudayaanya untuk menjaga
kesehatan mereka. Etnomedisin ini tumbuh dan berkembang dalam suatu suku bangsa
5
Safrudin Abd Rahman, Tesis : Kajian Etnomedisin Pada Orang Tugutil di Halmahera : Sistem
Personalistik dan Naturalistik (Yogyakarta, 2013) hal 5.
Universitas Sumatera
melalui pemandangan mereka sendiri 6. Disini peneliti ingin melihat bagaimana lansia
menyoroti aspek kesehatan dari perspektif sosial budaya. Etnomedisin sendiri adalah
pengobatan rakyat, klarifikasi penyakit yang berbeda serta terapi dan pencegahana
secara tradisional. Untuk etnomedisin menekankan dua hal yaitu pengetahuan serta
suatu masyarakat. Masalah sehat dan sakit merupakan proses kemampuan dan
psikologis dan sosial budaya. Pandangan orang tentang tubuh sehat dan sakit,
sifatnya tidaklah selalu objektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektif dalam
Persepsi masyarakat tentang sehat atau sakit sangat dipengaruhi oleh unsur
pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Secara ilmiah penyakit itu
diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari
infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu lebih bersifat objektif,
penyakit. Konsep sakit dan sehat untuk setiap individu atau kelompok masyarakat
yang berbeda akan menghasilkan pandangan yang berbeda pula. Hal ini berdampak
6
Safrudin Abd Rahman, Tesis : Kajian Etnomedisin Pada Orang Tugutil di Halmahera : Sistem
Personalistik dan Naturalistik (Yogyakarta, 2013) hal 19.
Universitas Sumatera
Kajian etnosains dengan pendekatan antropologi kesehatan tentang kosep
sehat dan sakit menjelaskan bahwa pengetahuan suatu masyarakat atau golongan
umur seperti lansia tentang sehat dan sakit dari suatu kondisi tubuh serta dampak
lingkungan tidak lepas dari sistem kebudayaan suku bangsa yang bersangkutan.
Persepsi masyarakat tentang sehat atau sakit sangat dipengaruhi oleh unsur
pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Untuk menopang kesehatan
mereka maka muncullah obat-obatan tradisional Karo yang diolah secara tradisional
dan berasal dari alam (bahan-bahan alami) memiliki dampak yang baik bagi
kesehatan Lansia dan diyakini juga memiliki efek samping yang relatif kecil bagi
kesehatan lansia, walaupun hal itu sering dikritik oleh pakar kesehatan modern.
mengenai praktik medis tradisional yang tidak berasal dari konsep medis. Setiap suku
sendiri.
Kesehatan. Dimana perilaku sehat sebagai respon rasional atau dengan pandangan
hidup atau orientasi kognitif tertentu dari warga setiap masyarakat atas penyebab
yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah
Universitas Sumatera
laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi manusia yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit. Jadi Penulis ingin melihat bagaimana para lanjut usia Karo
dalam bertingkah laku yang mempengaruhi kesehatan mereka serta interaksi mereka.
sebagian sektor swasta). Disini saya menjelaskan tentang pengobatan prenvetif lebih
laku individu yang secara logis mengikuti konsep tentang penyebab penyakit, yang
sambil menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, juga sekaligus mengajarkan tentang
penyakit dan membuat obat untuk mencegah bahkan mengobati penyakit tersebut
Kesehatan merupakan hal paling penting bagi manusia di samping banyak hal
untuk mendukung kesehatan tersebut. Konsep sehat dan sakit bersifat universal, hal
ini sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dimana seseorang itu hidup dan
bergaul dengan yang ada disekitarnya. Masalah sakit dan sehat merupakan proses
Universitas Sumatera
Kebutuhan akan penyembuhan penyakit, menyebabkan timbulnya usaha-
usaha orang untuk mencoba mengatasinya dengan mencari cara pengobatan. Cara
pengobatan yang dianut akan didasarkan dengan mencari cara pengobatan sehingga
timbullah konsep sehat dan sakit untuk mengatasi penyakit tersebut. Pemahaman
tentang sehat dan sakit setiap suku bangsa tidaklah sama, bagi suku bangsa yang
hidupnya masih hidup dengan kebudayaan yang kental akan mendefenisikan konsep
sehat dan sakit secara lokal yang disesuaikan dengan pengalaman dan pemahaman
untuk mengetahui sistem pengetahuan yang mendasari tingkah laku individu dalam
7
Safrudin Abd Rahman, Tesis : Kajian Etnomedisin Pada Orang Tugutil di Halmahera : Sistem
Personalistik dan Naturalistik (Yogyakarta, 2013) hal vii.
Universitas Sumatera
terhadap tindakannya dan juga pada sistem klasifikasi suatu masyarakat. Pendekatan
mereka.
Menurut Dunn (1976) dalam (Foster dan Anderson 1986 :41) sistem medis
ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain
cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk perwatan kesehatan untuk
pertahanan immunologi organ manusia terdapat agen-agen patogen seperti kuman dan
virus. Suatu sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan
interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Fungsi yang
menyertakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut ( dalam Foster dan Anderson
1986: 46).
Universitas Sumatera
Etiologi penyakit menurut Foster dan Anderson (1986 : 63-65) terbagi atas
dua yaitu sistem medis personalistik dan sistem medis naturalistik. Suatu sistem
intervensi dari suatu agen aktif, yang dapat berupa mahluk supranatural mahluk gaib
atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat)
maupun mahluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung). Orang yang sakit adalah
korbannya, objek dari agresi atau hukuman yang ditujukan khusus kepadanya untuk
adalah penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah sistemik yang bukan pribadi.
keseimbangan, sehta terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti
panas, dingin, cairan tubuh, yin dan yang, berada dalam keadaan seimbang menurut
usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya.
faktor alam atau unsur kebetulan sebagai penyebab. Masyarakat yang merasakan
beberapa penyakit merupakan akibat dari sihir atau mata jahat. Walaupun terjadi
banyak tumpang tindih, masyarakat pada umumnya sudah terikat pada salah satu dari
penyakit.
Universitas Sumatera
Menurut Huges (1968), etnomedisin adalah kepercayaan dan praktek-praktek
kebudayaan asli dan yang eksplisit yang tidak berasal dari kerangka konseptual
kedokteran modern (dalam Foster dan Anderson, 1986 :6). Penyakit merupakan
bagian dari lingkungan manusia, penyakit mencakup patologi, dan pada satu
1986 : 15).
diperankan oleh seorang individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-
tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik (dalam Foster dan Aderson, 1985 :
172).
itu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan
sesuatu terhadap situasi tersebut. Dengan kata lain harus dibedakan antara penyakit
(disease) sebagai suatu konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep
gejala-gejala yang diterima sebagai adanya penyakit dalam suatu masyarakat yang
samapun berubah dalam kurun waktu (dalam Foster dan Aderson 1985 : 50).
Universitas Sumatera
Pemanfaatan obat-obatan tradisional Karo yang digunakan oleh lansia Karo
juga dipengaruhi oleh psikologi yang berkembang dalam suatu masyarakat. Dalam
yang holistik memfokuskan pada watak khas atau ethos yang dipancarkan oleh
Suatu kebudayaan sering memancarkan keluar suatu watak khas tertentu yang
tampak. Watak khas itu dalam ilmu Antropologi disebut ethos, sering tampak pada
Dalam penelitian mengenai etos (etos kebudayaan) yang berarti watak khas
yang dipancarkan oleh suatu kebudayaan atau komuniti. Seorang ahli dapat
mendeskripsikan etos dari suatu kebudayaan terutama mengamati tingkah laku dan
gaya hidup dari warga suatu kebudayaan dan juga menganalisis sifat-sifat dari
kebudayaan dalam masyarakat atau sub kebudayaan dari gagasan atau bagian dari
masyarakat itu, adalah konfigurasi. Istilah konfigurasi ini diungkapkan oleh E.Sapir
Universitas Sumatera
Sapir mengajukan konsep tentang etos kebudayaan, yang pada dasarnya
sama dengan Ruth Benedict, tetapi berbeda mengenai suatu asas penting yaitu
individu warga masyarakat tidak secara pasif mensosialisasikan diri dengan, dan
Benedict. Sapir berpendirian bahwa para inidvidu warga masyarakat, dengan cara
bahwa dalam rangka sistem budaya dari tiap kebudayaan ada serangkaian konsep-
konsep abstrak dan luas ruang lingkupnya yang hidup dalam pikiran dan sebagian
besar warganya, mengenai apa yang dianggap penting dan bernilai dalam hidup.
Maka sistem nilai budaya merupakan salah satu pedoman dan orientasi bagi
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah
keadaan dimana terjadinya proses penyakit. Sakit tidak sama dengan penyakit .10
Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental,
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan
10
https://diansitisite.files.wordpress.com
Universitas Sumatera
Sistem nilai budaya merupakan salah satu pedoman dan orientasi bagi segala
tindakan manusia dalam tindakannya. Dalam orientasi nilai budaya ini Penulis
mencoba melihat orientasi nilai budaya masyarakat suku Karo dalam hal kesehatan
yang dimana sistem nilai ini terlihat dalam tindakan masyarakat itu sendiri dan secara
psikologi juga terlihat dari cara mereka bersikap mengenai apa yang mereka pikirkan.
Dimana sejak kecil pada umumnya (yang tinggal di daerah Kab Karo bahkan diluar
Kab Karo) ditanamkan suatu kebudayaan dalam hal pengobatan sampai pada usia
senja yang telah diresapi nilai-nilai budaya obat-obat tradisional yang sudah berakar
Konsep dasar yang penting menurut Rivers : sistem pengobatan asli adalah
pranata-pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
pengobatan asli adalah rasional bila dilihat dari sudut pandang kepercayaan yang
berlaku sebab akibat. Menurut Hochstrasser dan Tap dalam buku Antropologi
Kesehatan oleh Foster dan Anderson bahwa antropologi kesehatan berkenaan dengan
kesehatan dan pengobatan. Dalam pengobatan Karo juga berlaku pranata sosial saat
kekerabatan. Contoh ketika memasak minyak urut anak beru akan dipanggil untuk
menggolah serta memasaknya sehingga menjadi minyak yang ampuh karena diproses
anak beru dan mendapat berkat dari kalimbubu. Disini ada terlihat sebuah
kepercayaan bahwa filosofi orang Karo “mehamat erkalimbubu metami man anak
Universitas Sumatera
beru” ditanamkan dalam proses pembuatan minyak selain mereka percaya kelancaran
proses pembuatan minyak tersebut juga berdampak pada hubungan sosial mereka.
mendeskripsikan Konsep sehat dan sakit pada Lansia di desa Munte dengan rumusan
masalah yaitu :
Disini Penulis membahas tentang konsep sehat dan sakit menurut lansia karo
yang hidup di desa Munte kabupaten Karo, dalam pembahasan ini Penulis juga coba
mereka di hari tua yang terlepas dari kecanggihan pengobatan modern. Mereka hidup
hewan. Daerah tanah Karo memang terkenal dengan kekayaan hasil rempah-rempah
alam.
Kabupaten Karo, provinsi Sumatera Utara. Desa Munte adalah desa Kecamatan
Munte, Munte berjarak sekitar 24 Km dari Kabanjahe, Ibu Kota Kabupaten Karo,
Universitas Sumatera
atau sekitar 4 Km dari jalan raya Medan-Kotacane dan jumlah penduduk paling
banyak diantara desa yang lain. Menurut sejarah desa Munte bahwa yang mendirikan
dibarat daya.
2. Kesain Babo, merupakan area bagi yang bermarga Ginting Babo, terletak di
bagian selatan.
bagian tenggara.
utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep sehat dan sakit serta
Pemanfaatan Etnomedisin Pada Lansia Karo Di Desa Munte Kec Munte Kabupaten
tersebut dalam upaya beradaptasi dengan budaya masyarakat dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan modern. Secara akademis penelitian ini akan menambah dan
memberikan wawasan keilmuan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
Universitas Sumatera
bahan/informasi bagi pembaca. Sehingga pihak-pihak yang merasa berkepentingan
mampu memahami dan penelitian ini juga salah satu upaya melestarikan pengetahuan
suku bangsa Karo mengenai obat-obatan mulai dari proses pembuatan dan bahan-
bahan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat suatu obat tradisional.
negara yang bersangkutan dan tingkatan kebudayaan yang tinggal di masa lalu.
Bahkan tak jarang adanya keinginan untuk meningkatkan sistem medis asli itu pada
etnografi adalah studi kualitatif terhadap diri individu atau sekelompok dengan tujuan
dan waktu mereka sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode
Etnografi (ethnography) berasal dari dua kata yakni ethnos yang berarti bangsa atau
suku bangsa dan graphy atau graphein yang berarti tulisan atau gambaran. Secara
suatu suku bangsa. Etnografi merupakan bagian pokok penelitian antropologi yang
Universitas Sumatera
bertujuan untuk memberikan gambaran yang detail tentang berbagai aktivitas budaya
menunjukkan pilihan dan pembatasan yang berada di jantung dari kehidupan sosial.
penelitian kualitatif ada tiga kemungkinan terhadap masalah yang dibawa oleh
peneliti dalam penelitian yaitu 1) masalah yang sejak awal hingga akhir dibawa oleh
peneliti tetap sama, 2) masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian
berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan, dan
yang ke 3) masalah yang dibawa oleh peneliti setelah memasuki lapangan berubah
11
Suwardi Endraswara, SASTRA ETNOGRAFI; Hakikat dan Praktik Pemaknaan (Yogyakarta :
morfalingua,2017) cet.Ke-1, hal 33.
Universitas Sumatera
total, sehingga harus ganti judul (Sugiyono,2014 dalam Analisis Data Kualitatif
dirinya dengan berbagai isu terkait kesehatan, termasuk etiologi penyakit, tindakan
atau dirancang untuk mencegah suatu penyakit, dan tindakan kuratif yang mereka
miliki diciptakan dalam upaya mereka untuk memberantas penyakit atau setidaknya
mengurangi konsekuensinya.
Dalam penelitian ini ada dua macam data yang akan dikumpulkan yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari field research sehingga data
yang diharapkan bisa tercapai secara objektif dan faktual. Adapun cara mendapatkan
a. Observasi partisipasi
rangka mendapatkan interpretasi mereka dan makna sosial dari tindakan dari kegiatan
tersebut. Observasi adalah salahsatu tindakan untuk mengamati gejala peristiwa yang
secara cermat dan langsung di lapangan ataupun lokasi penelitian, kemudian mencatat
subjek penelitian tersebut tetapi juga bagaimana caranya seseorang peneliti dapat
Universitas Sumatera
karakteristik penelitiannya. Instrument terpenting dalam teknik ini adalah peneliti itu
sendiri, dimana seorang peneliti harus mampu membangun atau menempatkan diri
sebagai orang “dalam” sekaligus sebagai orang “luar” dari masyarakat tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka seorang peneliti etnografi dituntut untuk
ekonomi, pengobatan tradisional yang berkaitan dengan Lansia. Disini juga melihat
hanya untuk sekedar memberi dukungan di hari tua. Melalui observasi ini dapat
b. Wawancara
respon verbal dari informan. Selain itu data personal dari informan dan riwayat
hidupnya menjadi data pendukung dalam melakukan analisas etnografi. Peneliti akan
(recorder) untuk mengantisipasi kelupaan akan informasi yang telah diperoleh, dan
menggunakan kamera sebagai bukti dan penganut data-data lapangan pada saat
penelitian.
Data sekunder diperlukan untuk mendukung data primer. Pada penelitian ini
Universitas Sumatera
a. Studi kepustakaan melalui buku-buku ilmiah atau jurnal yang berkaitan
1.7 Informan
pelaku, maupun orang yang memahami permasalahan peneliti (Bungin, 2008 dalam
Informan kunci adalah lansia yang terkategori menurut Badan Pusat Statistika
Informan biasa, yang ada dalam penelitian ini adalah masyarakat Munte
seperti kepala desa, staf kepala desa, anak dan sanak saudara Lansia.
Usia : 80 Tahun
Status : Janda
Universitas Sumatera
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan :-
Pekerjaan : Bertani
tahun, berciri khas rambut putih, badan tinggi kurus, dan tubuh dipenuhi bentol hitam
yang ia yakini adalah faktor dari usianya yang sudah tua, masih kuat berjalan bahkan
rumah anaknya yang berjarak 500 m atau entah pergi kemana. Hidup sendiri di
Bali untuk mengunjungi sang cucu yang ia rawat dari kecil hingga suskes sekarang,
mempunyai 3 orang anak yang sudah berumah tangga dan memiliki beberapa cicit.
Semua anaknya tinggal di desa yang sama dengan jarak rumah yang tidak berjauhan.
Ribu masih aktif bersosialisasi baik dengan keluarga ataupu hanya menghadiri
walaupun pekerjaanya tidak seberat dahulu semasa ia tua ini dikategorikan sehat
menurut dirinya dan menurut tetangga dan sanak saudaranya, hal itu mengingat
bahwa diumurnya yang 82 tahun tetap saja melakukan pekerjaan dengan sendiri dan
mengandalkan hasil dari ladang berupa cokelat yang dipanen sekitar 3 minggu sekali
atau uang yang diberikan oleh anaknya. Menurutnya lansia itu adalah seorang yang
sudah berumur tua, yang tidak sebugar dahulu kala dan biasanya tidak sanggup
Universitas Sumatera
Ribu sendiri mempunyai keluhan seperti sering kali merasakan sakit di dada,
hal ini menurutnya terjadi ketika ia sakit saat berada di Bali, menurut hasil
Untuk seorang lansia sendiri mempunyai ciri-ciri dengan kaki sudah bengkok,
Menurutnya ia merupakan lansia yang sehat dibandingkan dengan lansia yang ada
ataupun lansia temannya sepergaulan. Dan menurut orang disekitar lingkungan Ribu
adalah lansia yang sehat mengingat umurnya yang sudah tua. Saat merasakan sakit
maka pola makan dan tidur akan terganggu sehingga membuatnya lemas.
Saat ini untuk masalah berpergian sendiri ada rasa cemas karena Ribu takut
jatuh atau pingsan tapi menginggat anaknya sibuk untuk mencari uang ia berusaha
mandiri. Untuk acara adat sendiri seperti mbere man terhadap Ribu di usia ini belum
ada dilakukan, hal ini karena Ribu tidak mempunyai turang atau kalimbubu, namun
hal ini ia percayai dari neneknya terlebih dahulu bisa membuat seorang lansia sehat.
Hanya saja ketika ia sakit, teman satu keyakinan akan datang menjengguk dan
mendoakan, dan hal ini dianggap paling manjur. Obat tradisional yang diguanakan
yaitu daun durian arab yang dimasak dan diminum sebanyak 3 kali sehari, kuning las
yang dipakai sesudah mandi atau sebelum tidur. Sembur beltek yang dilumuri ke
tubuh supaya tidak masuk angin. Untuk obat yang berasal dari dokter, Ribu tidak
mengkonsumsinya karena takut sakit ginjal. Untuk aktivitasnya sendiri lebih banyak
dilakukan di rumah, bangun jam 04.00 WIB dan tidur pada jam 20.00 WIB. Untuk
doa permintaan Ribu sendiri yaitu supaya anaknya bahagia dan sehat serta meminta
Universitas Sumatera
Tuhan agar cepat memanggilnya karena umurnya sudah cocok untuk dipanggil
Tuhan.
Peran keluarga sendiri yaitu membantu dalam hal ekonomi dengan memberi
uang, merawat saat sakit, namun Ribu tidak ingin tinggal bersama anaknya karena
hanya berkisar 2 hari ia akan betah untuk tinggal setelah itu ia akan meminta untuk
pulang ke rumahnya, menurut Ribu jika ia dititip di panti jompo maka anaknya tidak
akan sayang kepada dirinya dan tidak ada kasih sayang dari anak ke orang tua.
2. Nama : Ingan Br
Setatus : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bertani
Universitas Sumatera
Terbiasa dipanggil dengan sebutan Karo, seorang lansia yang beraktivitas
ditempat tidurnya baik makan ataupun buang air besar. Menurutnya lansia adalah
seseorang yang mengalami perubahan fisik di umur yang sudah tua, tingkat sensitif
lansia begitu tinggi sehingga mudah tersinggung, untuk fisik sendiri sudah
mengalami perubahan.
Karo sendiri sakit karena jatuh saat mencuci piring yang mengakibatkan
dirinya susah berjalan. Untuk sakit yang ia alami adalah lumpuh bagian kaki dan tensi
yang tinggi, walaupun demikian ia tetap mecari nafkah dengan memijat orang seperti
orang yang sulit mendapatkan keturunan. Selain itu dirinya juga mengandalkan uang
dari hasil ladang yang dikelola oleh sang anak walaupun menuruntnya uang tersebut
suaminya yang sudah sakit-sakitan, bahkan untuk masak saja mereka harus menyuruh
orang lain memasak nasi di rice cooker dan membelikan ikan yang sudah matang dari
warung.
dan tak jarang anaknya menitipkan cucunya dirumahnya padahal ia sendiri tidak bisa
mengurus dirinya sendiri dan terkadang ia tertekan perasaan dan banyak pikiran
sehingga membuat dirinya bertambah sakit. Bahkan beberapa rumah sakit telah ia
singgahi untuk merawat dirinya dan pada sekarang ini ia hanya mengandalkan
minyak urut untuk mengobati kakinya. Untuk menghidupi dirinya bersama sang
suami dia mengandalkan uang dari hasil memijat serta dari hasil ladang berupa
Universitas Sumatera
cokelat dan kopi, walaupun terkadang uang tersebut tidak berikan atau diberikan
Umur : 62 Tahun
Setatus : Kawin
Pendidikan : SMP
Bulang adalah sebutan untuk dirinya saat ini, kata bapak ini dia merasa sudah
lansia ketika sudah mempunyai cucu dan ketika dipanggil Bulang, seorang petani
yang masih aktif ke ladang dengan tanaman jagung, sirsak dan pisang.
Universitas Sumatera
Hidup bersama isterinya dan lingkungan rumahnya tidak jauh dari tempat
tinggal anak-anaknya. Untuk prinsip hidupnya sendiri yaitu hidup damai dan tidak
punya utang karena ia percaya semua dicukupkan Tuhan. Bagi dirinya seorang lansia
layaknya anak harus pandai berbahasa untuk menjaga perasaan orang tua. Untuk fisik
pencegahan seperti dirinya yang tidak lagi merokok dan minum tuak, hal ini
dilakukan untuk menjaga fisiknya agar tetap sehat. Lansia sendiri menurutnya sudah
diatas umur 60 tahun, disamping itu lansia ini sudah mempunyai penyakit hanya
rawan akan penyakit sehingga banyak yang meninggal, jika sudah memasuki umur 51
sampai 60 tahun maka keadaan rawan akan kesehatan sudah lewat dan masuk pada
fase bonus ketika umur 70 tahun. Untuk kategori lansia sehat harus didukung dengan
keadaan ekonomi, fisiologi, dan kehidupan anak serta cucu yang bahagia dan
melihat sesuatu harus dalam jarak dekat, walaupun demikian ia tetap merasa sehat di
usianya yang sudah dalam kategori lansia muda walaupun penglihatannya mengalami
gangguan. Untuk obat yang digunakan biasanya minyak urut yang dibalurkan ke
tubuh sebelum tidur, hal itu dilakukan untuk mengurangi rasa pegal karena bekerja di
ladang. Namun jika bekerja diladang tubuh akan tetap sehat karena mengalami
Penghasilannya berupa gaji pensiunan sebagai pegawai kantor POS dan berasal dari
Universitas Sumatera
ladang berupa sirsak dan tanaman pisang yang dijual setiap hari, dan ternak ayam
Umur : 64 Tahun
Setatus : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bertani
Perempuan yang aktif mengikuti senam lansia tapi belum merasa lansia,
Biring adalah panggilan akrabnya, biasanya panggilan ini dibuat untuk seseorang
yang sudah bersetatus nenek dan mempunyai cucu. Ia sendiri aktif mengikuti senam
Universitas Sumatera
karena merasakan manfaat senam dimana tubuhnya semakin bugar dan sehat. Jika
ditanya lansia dari segi umur Biring ini sudah termasuk kategori Lansia muda, namun
belum merasa lansia karena dari segi pergaulan belum terlalu nyaman dengan lansia
madya ataupun tua. Ia sendiri mengalami perubahan fisik serta dalam hal aron ia
sudah jarang dipanggil karena ia tak sekuat dulu. Menurut Biring ia tidak memiliki
penyakit namun mempunyai keluhan seperti sakit kaki. Obat yang dia gunakan yaitu
minyak urut dan kuning las yang ia balurkan sebelum tidur setiap malam untuk
Umur : 73 Tahun
Setatus : Kawin
Universitas Sumatera
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bertani
Bulang yang sangat aktif senam diantara 5 laki-laki yang aktif dalam senam
lansia, dengan kategori lansia madya. Menurutnya sendiri ia sudah layak sekali
dikatakan lansia, dengan prinsip hidup ketika menyayangi diri sendiri maka ia bisa
menyayangi diri orang lain, mengutamakan diri terlebih dahulu bukan egois tapi lebih
kepada menghargai hidup. Ia menjadi sekretaris lansia di gereja, untuk penyakit yang
ia derita cukup banyak seperti pada tahun 2012 ia menderita sinusitis, prostat dan
asam lambung. Namun pada saat ini ia sudah sehat dan hanya perlu menjaga
kesehatan agar tetap sehat dengan menaati ajuran dokter dan tepat waktu ketika
makan serta minum obat. Untuk mencapai ladangnya yang berjarak 1 Km ia hanya
berjalan kaki. Bulang mengakuinya untuk keadaan ekonomi lebih dari cukup untuk
jagung, daun sirih ataupun uang yang dikirimkan oleh anak-anaknya. Di umurnya
yang sudah tua, anaknya telah membuat acara adat berupa pesta emas, hal ini untuk
membahagiakan dirinya dan berasal dari keinginan sang anak. Ketika ia berpergian
istri ataupun didampingi oleh sang anak. Menurutnya perubahan fisik yang terjadi
dalam tubuh lansia merupakan faktor ketuaan. Untuk perawatan ketika ia sakit maka
sang istrilah yang berperan penuh hanya saja karena anaknya jauh di Jakarta hanya
mengunjungi sesekali atau mengirimkan uang. Biaya pengobatan dibiayai sendiri dan
dengan kartu BPJS yang dibayar perbulan. Untuk peran adat sendiri, anak-anaknya
Universitas Sumatera
telah melakukan berupa pesta emas untuk memperingati ulang tahun pernikahan ke
50 tahun serta ganti uis dengan harapan bahagia dihati tua dan semakin sehat.
Umur : 70 Tahun
Setatus : Kawin
Pendidikan :-
Pekerjaan : Bertani
Karo, bertubuh gemuk dan topi yang selalu melekat di kepalanya. Ia masih
beraktivitas ke ladang dengan sang suami. Untuk berjalan jarak jauh ia harus diantar
dengan becak karena mengalami gangguan kesehatan pada kaki semenjak 5 tahun
Universitas Sumatera
terakhir, jadi menurut Karo untuk menjaga agar kakinya tidak sakit ia tidak memakan
Karo menggangap penyakit yang ia derita merupakan faktor tubuh yang sudah
tua dan tidak ada unsur magic. Obat yang karo gunakan adalah obat tradisional yang
Umur : 66 Tahun
Setatus : Kawin
Pendidikan :-
Pekerjaan : Bertani
Iting, merasa hidupnya berubah ketika ia memasuki usia lanjut mulai dari cara
berpakaian dan berperilaku. Ia adalah seseorang yang aktif dalam kegiatan lansia di
Universitas Sumatera
gereja. Dalam kumpulan doa, ia beranggapan bahwa banyak yang merasa belum
lansia hal ini karena kurang tertariknya mereka mengikuti kegiatan lansia di gereja.
Menurut pengakuan Iting sendiri bahwa ia belum pernah sakit jadi untuk mencegah
pengalamannya di keluarga hal itu akan membuat tambah sakit karena kepikiran.
Semuanya aktivitasnya dilakukan secara teratur mulai dari pagi hari sampai malam
hari. Penghasilannya sendiri berasal dari ladang dan gaji pensiunan. Untuk peran
keluarga terhadap dirinya ketika sakit belum ada tapi dari sekarang ia berusaha
melakukan terbaik untuk anak, menantu serta cucu supaya ketika Iting sakit dapat
Universitas Sumatera
BAB II
Desa Munte merupakan salah satu desa dari 22 desa yang terletak di
kecamatan Munte, Kab Karo, Provinsi Sumatera Utara, secara adminitratif desa
Parimbalang dan sebelah barat berbatasan dengan desa Selakar. Jarak desa
Munte sendiri dari ibu kota Kabupaten Kabanjahe yaitu 25 Km, sedangkan
jarak dari Ibu kota Provinsi Medan yaitu 103 Km. Luas wilayah desa Munte
yaitu 10,34 Km2. Untuk luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah dan desa
yaitu untuk luas lahan persawahan mencapai 313 Km2, lahan bukan sawah
Universitas Sumatera
1. Kesain Munte, merupakan area bagi bernarga Ginting Munte, terletak
dibarat daya.
2. Kesain Babo, merupakan area bagi yang bermarga Ginting Babo, terletak di
bagian selatan.
bagian tenggara.
utara.
dan bukit yang ditanami cokelat, kemiri dan jagung. Untuk desa Munte sendiri
dikenal dengan sawah yang luas namun hal ini sudah mengalami pergeseran
karena sistem gotong royong sudah tidak semaksimal dulu yang mengakibatkan
Munte merupakan desa yang terbilang maju dibandingkan dengan desa yang
lain yang ada di kecamatan Munte dikarenakan Munte sendiri adalah desa
kecamatan, disamping itu hal ini juga terlihat dari aktivitas masyarakat yang
menurut penulis untuk ukuran sebuah desa sudah sangat lengkap, seperti
adanya pekan pada sore hari “Tiga Karaben”, dan pekan pada hari jumat,
disamping itu desa ini merupakan desa perlintasan menuju beberapa desa
seperti Sukababo, Gunung Manumpak, Nageri, Batu Mamak dan beberapa desa
Universitas Sumatera
lainnya. Transportasi dari Kabanjahe ke desa ini terbilang lancar karena
0 6 13 17 20 26 40 56 60
5 12 16 19 25 39 55 atas atas
1 DUSUN 1 37 84 71 77 58 75 65 52 48 617
4 DUSUN 4 76 82 91 66 71 84 90 86 79 725
5 DUSUN 5 33 78 80 72 68 90 84 79 66 700
6 DUSUN 6 54 49 58 44 37 52 48 35 28 405
Jumlah 515 518 542 454 394 501 476 435 366 4201
Universitas Sumatera
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pendidikan
Sekolah
SMA
AGAMA JUMLAH
Islam 1105
Kristen 2358
Katholik 731
Hindu 1
Budha 2
Konghucu -
JUMLAH 4201
Universitas Sumatera
Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 2025
Perempuan 2176
Total 4201
beberapa masyarat bekerja sebagai pegawai negeri sipil namun mereka tetap
sendiri yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 1651 orang, industri rumah
orang.
Selain memiliki lahan untuk pertanian tak jarang masyarat Munte juga
bekerja dengan istilah yang dikenal sebagai “aron”. Aron adalah sebutan untuk
kelompok kerja yang biasanya terdiri dari 5 orang atau lebih. Pada dahulu kala
kelompok ini lahir karena tidak ada sistem upah dalam masyarakt Karo namun
sistem “gancih gegeh” atau bertukar tenaga dengan bergiliran bekerja di ladang
saudara atau sistem pembayaran mereka juga bisa berbentuk barang, namun
seiring dengan kemajuan zaman hal ini sudah mengalami pergeseran dalam
sistem upah yang sekarang dibayar dengan uang tunai. Aron dapat kita jumpai
Universitas Sumatera
setiap hari namun hal ini akan kurang semarak dibandingkan musim panen
jagung, Aron sendiri saat ini yang ada di desa Munte bukan hanya penduduk
musim panen jagung dilakukan secara serentak dan hal itu mengakibatkan
kurangnya tenaga kerja, dan sekedar informasi bahwa di desa ini menanam
jagung juga secara serentak bahkan lahan jagung sudah mengalami perluasan
dengan bergesernya fungsi lahan sawah untuk menanam padi menjadi tanaman
jagung. Hal ini diakibatkan irigasi air yang sudah rusak, air sendiri tidak bisa
budaya gotong royong dan ada muncul rasa (percian) atau iri dengki sehingga
keegoisan muncul. Selain itu menurut mereka menanam padi jauh lebih susah
dari pada menanam jagung, hal itu terlihat dari proses penanaman sampai
proses panen, dan jika perhitungan keuntungan, maka tanaman jagung akan
lebih menguntungkan.
Luas lahan sawah menurut jenis pengairan dari desa Munte yaitu
sebanyak 340 Ha, dengan rincian 14 Ha ditanami padi sekali, 222 Ha ditanami
padi sebanyak dua kali, dan 104 Ha ditamani lainnya seperti bakau, cabe,
tomat. Sedangkan luas lahan bukan sawah 684 Ha yang disebut kebun, kebun
ini biasanya ditanami kemiri, cokelat, jagung dan tanaman tua lainnya. Dari
luas lahan sawah 500 Ha, maka produksi panen padi sebanyak 3010 Ton padi,
Universitas Sumatera
sedangkan luas lahan untuk jagung yaitu 1182 Ha dengan produksi sebanyak
6859 Ton. Luas tanaman perkebunan kelapa seluas 19,18 Ha dengan produksi
sebanyak 19,97 Ton, kopi seluas 11,18 Ha dengan produksi sebanyak 6,52 Ton,
cokelat seluas 123,70 Ha dengan produksi sebanyak 152 Ton, kemiri seluas
3. SDN I Munte
4. SDN 2 Munte
5. SD Inpres 1 Munte
6. SD Inpres 2 Munte
7. SMPN 1 Munte
8. SMAN 1 Munte
Fasilitas Umum
a. Klinik Nd Irma
Universitas Sumatera
b. Klinik Nd Dira
c. Klinik Nd Erna
4. Kantor Pos
5. Kantor Koramil
6. Kantor Polisi
7. Kantor camat
Lembaga Keagamaan
5. Gereja Katolik
Universitas Sumatera
6. Gereja GSRI
8. Gereja GPdI
Universitas Sumatera
BAB III
SOSIAL BUDAYA
untuk mengacu pada pola kehidupan suatu masyarakat, kegiatan dan pengaturan
material dan sosial yang berulang secara teratur yang merupakan kekhususan suatu
kelompok manusia tertentu. Dalam hal ini istilah budaya telah mengacu pada
Ke (2) istilah budaya dipakai untuk mengacu pada system pengetahuan dan
dan persepsi mereka, menentukan tindakan, dan memilih di antara alternatif yang
ada11.
Hidup di masyarakat adalah hidup bersama dengan orang lain. Praktik hidup
itu terjadi dan bagaimana kepentingan masyarakat bisa tersalurkan dan terakomodasi
11Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer (Jakarta, 1981, Erlangga) hal
Universitas Sumatera
Menurut (Keesing 1981 : 74) Interaksi yang terjadi dalam suatu masyarakat
diadakan dalam suatu system kapasitas ataupun idetitas sosial serta memainkan
peran. Perilaku yang tepat dalam berbagai kapasitas adalah hubungan peran.
Indentitas berfokus pada kapasitas, peran menjelaskan perilaku yang tepat bagi
kepentingan, kedudukan juga mampu mewarnai interaksi dengan orang lain. Setiap
sosial berdasarkan posisi dan peranan yang saling berkaitan. Kelompok dan
hubungan peran terutama didasarkan pada kekerabatan dan perkawinan, maka kajian
hubungan darah. Yang kita maksud dengan kerabat adalah mereka yang bertalian
berdasarkan ikatan darah dengan kita. Kerabat perkawinan, untuk jelasnya menjadi
kerabat perkawinan dan bukan karena hubungan darah dan begitu juga dengan
12
Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer (Jakarta, 1981, Erlangga) hal
Universitas Sumatera
beberapa dari paman dan bibi kita. Tetapi hubungan keturunan antara orang tua dan
sebagai suatu hal yang alamiah dan abadi, hal ini menyebabkan timbulnya kewajiban
solidaritas. Hubungan ini berbeda dengan hubungan karena ikatan perkawinan, yaitu
ketergantungan dan hubungan atas dasar hukum yang timbul karena adanya ikatan
perkawinan.
manusia di seluruh dunia, dimana saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat
kekerabatan yang disebut keluarga inti dan keuarga luas. Menurut sarjana
antropologi, masalah istilah kekerabatan dapat dipandang dari tiga sudu, ialah: 1) dari
kerabatnya yang lain, dan kerabatnya pada umumnya dalam masyarakat yang
13
Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer (Jakarta, 1981, Erlangga) hal 212.
14
Koentjaranigrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta, 1992, DIAN RAKYAT) hal 143.
55
Universitas Sumatera
bersangkutan. Setatus dan peran bersumber dari penggolongan yang ada dalam
masing pranata dan situasi-situasi sosial di mana interaksi sosial itu terwujud.
segabungan keluarga luas yang merasakan diri berasal dari nenek moyang, dan yang
satu dengan yang lain terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki saja, ialah garis
matrilineal.
Fungsi dari suatu kelompok kekerabatan yang disebut klen kecil yaitu :
1. Memelihara sekumpulan harta pusaka atau memagan hak ulayat atau hak
milik komunal atas harta produktif, biasanya tanah dengan segala yang
sebagai kesatuan.
difrensiasi suku bangsa Karo dan difrensiasi klen yang mengikuti garis keturunan
ayah (patrilineal).
Karo. Dalam kehidupan orang Karo sendiri, hubungan kekerabatan merupakan hal
yang penting, hubungan kekerabatan dapat dilihat dari marga yang dipakai oleh
56
Universitas Sumatera
seseorang hal ini juga yang terjadi di desa Munte yang bermayoritas suku Karo..
1. Tutur
Tutur yang berdasarkan marga atau Merga yang dibawa seseorang, Marga
adalah tanda pengenal seseorang sebagai tanda garis keturunan bahkan dari marga
akan diketahui asal usul seseorang. Tutur sendiri akan menentukan posisi dalam
suatu acara adat, baik dalam acara pernikahan, kematian, memasuki rumah baru dan
lain sebagainya Pusat dari “Sangkep Nggeluh” adalah sukut yang dikelilingi oleh
Perkawinan merupakan suatu saat peralihan yang terpenting pada life cycle
dari semua manusia di seluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat hidup remaja
Berkaitan dengan marga, marga suku Karo sendiri terbagi atas 5 marga yaitu
induk marga yang memiliki sub-sub marga, salah satu larangan yang dianut oleh suku
Karo yang berkaitan dengan marga yaitu dilarang menikah dengan sesama marga
yang termasuk dalam induk marga yang sama. Setiap marga ini, secara langsung akan
terlibat dalam “sangkep nggeluh” yang terdiri dari senina, anak beru dan kalimbubu.
Sangkep nggeluh adalah orang yang berperan dalam pelaksanan adat istiadat.
15
Koentjaranigrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial ( Jakarta: Universitas Indonesia ,1992) hal 93.
57
Universitas Sumatera
Pusat dari sangkep nggeluh adalah sukut yaitu pribadi/keluarga/marga
tertentu, yang dikelilingi oleh senina, anak beru dan kalimbubu. Sukut dalam pesta
perkawinan akan menerima uang jujuren berupa bena emas (erdemu bayu) atau
Kalimbubu Senina
Sukut
Anak Beru
Sumber : Darwin Prints,S.H Adat Karo (Adat Karo, 2004, hlm 43)
1. Merga/Beru
Merga adalah nama keluarga yang dibawa dari ayah yang dinaut oleh seorang
anak laki-laki, untuk anak perempuan disebut beru. Secara garis besar merga/beru
ada lima bagian yaitu Ginting, Karo-Karo, Sembiring, Tarigan dan Perangin-angin.
2. Bere-Bere
Bere-bere seseorang adalah beru yang turunkan ibu kepada anak baik laki-laki
maupun perempuan.
3. Binuang
Binuang seseorang adalah bere-bere ayah atau beru dari ibu ayah.
4. Kempu (perkempun)
58
Universitas Sumatera
Kempu atau perkempun seseorang adalah bere-bere dari ibu ataupun beru dari
5. Kampah
Kampah seseorang berasal dari bere-bere kakek dari ayah atau beru dari orang
6. Soler
Soler seseorang berasal dari beru dari orang tua perempuan ibu (nenek).
Kampah Soler
w P w
P
Binuang
Kempu
w P
P
w
Merga w Bere-bere
P
Ego
Bagan 1.
59
Universitas Sumatera
Contoh
Kempu : Karo-karo
SOLER
Kampah
(W)
PERANGIN- ANGIN
(P) KABAN (W)GINTING (P) KARO-
Binuang KARO Kempu
Bere-bere
Merga/Beru \ (P) (W)
KABAN GINTING
W (Wanita)
Bagan 1.
60
Universitas Sumatera
2. Rakut Sitelu
a. Senina
artinya satu, nina artinya kata atau pendapat. Senina sendiri terbagi dalam beberapa
bagian yaitu :
memiliki induk marga yang sama tapi mereka adalah sub marga yang
berbeda.
c. Senina Si Kaku Ranan adalah orang yang menjadi juru bicara dalam pesta
perkawinan.
2. Si Erkelang Ku Sukut
mereka sama.
mereka menikah dengan marga tertentu, jadi kalimbubu dari suami anak
61
Universitas Sumatera
4. Sendalanen adalah orang-orang yang bersaudara karena seorang laki-laki
yang memiliki impal tapi impal tersebut dinikahi oleh laki-laki lain, jadi
b. Anak Beru
Anak beru berarti anak perempuan ataupun kelompok yang mengambil anak
gadis dari satu keluarga. Anak beru sendiri terbagi atas 2 yaitu:
a. Anak beru angkip adalah menantu atau kela suami dari anak perempuan
b. Anak beru dareh/anak beru i pupus adalah anak beru yang lahir dari anak
bibi (anak turang kita) atau beru ibunya sama dengan marga kita.
c. Anak beru cekuh baka adalah anak beru yang sudah menikah dua kali
atau anak dari mamanya. Dia terhitung dua kali menikah pada satu kelurga
karena sebelum anak laki-laki tersebut sang ayah telah menikahi sang ibu.
d. Anak beru cekuh baka tutup adalah anak beru cekuh baka yang menikahi
1) Anak beru tua jabu adalah orang atau keluarga yang terhitung usdah
empat kali menikah dengan perempuan dari kelurga tertentu atuapun naak
62
Universitas Sumatera
2) Anak beru tua kesain adalah anak beru yang ikut mendirikan suatu kesain
tertentu.
3) Anak beru tua kuta adalah anak beru yang ikut mendirikan kuta.
Anak beru erkelang adalah anak beru yang tidak berhubungan langsung
dengan keluarga sukut, tetapi berperantaraan keluarga, anak beru erkelang terbagi
c. Anak beru ngukuri adalah anak beru dari anak beru menteri.
d. Anak beru si ngikuti adalah anak beru dari anak beru singukuri.
e. Anak beru pengapit adalah anak beru dari anak beru si ngikuti.
Dalam upacara perkawinan anak beru menerima utang adat dari yang menikah
perkawinan yang dimana diawali dengan membawa perempuan ke rumah pihak laki-
laki, yang dalam bahasa Karo disebut nangkih. Dalam upacara kematian, anak beru
menerima utang adat berupa pisau dengan batu asah dan ikur-ikur apabila yang
meninggal laki-laki atau benang telu rupa jika yang meninggal adalah perempuan.
c. Kalimbubu
Kalimbubu adalah kelompk pemberi darah bagi keluarga suatu marga. Dalam
adat Karo Kalimbubu disebut dengan Dibata Ni Idah atau Tuhan yang terlihat,
63
Universitas Sumatera
1. Kalimbubu si langsung ku sukut
a) Kalimbubu iperdemui adalah orang tua dari isteri, saudara dari orag tua
isteri atau bahkan marga tertentu. Kalimbubu ini juga sering disebut dengan
ibu kita, kalimbubu si mada dareh akan berganti sebanyak lima kali sesuai
dengan keadaann:
laki-laki.
perempuan.
secara cawir metua (berumur lanjut dan anaknya sudah berumah tangga
semua).
h) Kalimbubu bapa (binuang) adalah kalimbubu dari bapa, yang dalam tutur
keadaan:
64
Universitas Sumatera
i) Kalimbubu si majek dalikan apabila anak berunya memasuki rumah baru.
a. Kalimbubu tua jabu apabila secara terus menerus memberi darah mulai
c. Kalimbubu tua kuta apabila kelompok umur atau orang atau marga
tertentu yang diangkat sebagai kalimbubu dan dia disebut juga sebagai
65
Universitas Sumatera
c. Kalimbubu si ngalo maneh-maneh perkempun apabila yang meninggal
adalah anak beru menteri yang laki-laki (anak dari bere-bere), maka ia akan
Sangkep nggeluh yang dijelaskan diatas merupakan hal yang di pegang kuat
oleh para lansia dalam kehidupan mereka, begitu pula mereka terapkan bagi anak-
anak mereka supaya tidak lupa dengan adat istiadat, walaupun beberapa hal sudah
mengalami pergeseran. Para lansia biasanya menjadi tempat untuk bertanya bagi
kaum muda saat mengadakan pesta agar tidak menyalahi aturan walaupun kadang
kala masukan mereka tidak dijalankan hanya saja kata mereka hal itu untuk
mengahargai mereka sebagai orang tua. Disinilah peran lansia sudah sedikit bergeser.
perawatan yang dilakukan lansia antara lain perawatan fisik, perawatan psikologis,
perawatan sosial dan perawatan spiritual. Perawatan yang dilakukan guna menunjang
kesehatan lansia tanpa mengurangi kemandirian lansia, kenyamanan pun timbul jika
anak sendiri yang merawat jikalau lansia sedang sakit, tapi tidak jarang karena dalam
adat budaya karo menggenal Rebu, keseganan dan kecangungan akan muncul jikalau
66
Universitas Sumatera
Rebu sendiri adalah istilah pantang antara mertua dan menantu yang tidak bisa
saling berbicara, dapat berbicara tapi dengan perantara. Namun tak jarang saat
merawat lansia terjadi konflik antara keluarga yang dekat atau tinggal bersama
dengan keluarga yang jauh yang tidak bisa berkunjung sesering mungkin.
merasa senang jika ia sakit seluruh keluarga memperhatikannya tapi jika hanya
penyakit yang biasa tidak perlu opname maka lansia tidakan memberitahukan
anaknya bahwa ia sakit, menurutnya penyakit yang ia derita masih bisa diatasi sendiri
daerah terpencil, tidak hanya faktor urbanisasi tapi dengan adanya kehidupan rumah
tangga sang anak maka anak tersebut membangun suatu kelurga yang baru dan tak
jarang mereka tinggal di rumah berbeda walaupun dalam satu wilayah. Sebagian
besar lansia di Munte lebih memilih untuk hidup bersama suami ataupun mandiri
Lansia yang memiliki anak yang jauh tentunya mereka mengaku kesepian dan
mereka hanya melakukan kunjungan saat tahun baru ataupun saat pesta tahunan.
Karena tekanan ekonomi para lansia harus bekerja guna memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari,sesekali mereka akan menerima bantuan dari anak berupa uang maupun
makanan, namun hal itu tidak terlalu diharapkan menggingat bahwa anak mereka
juga memiliki kebutuhan yang lebih penting. Berbeda dengan lansia yang hidup
dengan anak, tentunya kebutuhan akan sehari-hari ditanggung berupa makanan tapi
67
Universitas Sumatera
untuk kebutuhan membeli sesuatu lansia mengusahakan untuk tidak merepotkan
konflik terjadi karena mungkin pandgan lansia berbeda dengan anaknya, tapi sebisa
mungkin hal tersebut diminimalisir supaya tercipta kehidupan yang harmonis. Selain
itu mereka mengaku hubungan dengan keluarga dekat cukup erat sehingga jika terjadi
hal-hal yang tidak terduga bisa minta tolong kepada tetangga ataupun saudara.
Biasanya para lansia berkumpul dengan anak mereka dalam pesta tahunan bulan 7
setiap tahunnya.
Semua anak akan pulang bagi yang jauh dan berkumpul dirumah lansia untuk
merayakan pesta tahunan, dalam acara tersebut dilakukan pula acara melepas rindu
bersama anak dan cucu. Bahkan jika diajak tinggal bersama anaknya Lansia tersebut
sebagaian besar tidak mau karena kenyamanan dan aktivitasnya akan berbeda jika
tinggal di rumah anaknya dna tentu saja hal itu juga dianggap merepotkan sang anak.
Dalam hubungan peran keluarga maka terlihatlah sebuah tindakan adat berupa
penghargaan bagi lansia suami isteri yang berumur panjang, seperti informan yang
penulis wawncarai bahwa ia dihadiahkan sebuah pesta emas dari anaknya terhadap 50
tahun pernikahan mereka, sang anak mengadakan pesta tersebut sebagai sebuah
penghargaan terhadap bapak ibunya masih sehat dan berbahagia di akhir hidupnya.
Didalam adat budaya Karo sendiri ada 3 prosesi adat untuk Lansia yaitu Ngembahken
1. Ngembahken Nakan
68
Universitas Sumatera
Sanggkep Ngegeluh datang memberi makan orang tua yang sudah berusia
lanjut biasanya dilakukan kepada lansia yang sudah lama sakit dan penyakitnya
b. Telur Ayam
c. Cimpa Gulame (masakan karo yang terbuat dari peung, gula merah dan
santan kelapa)
yaitu sukut, sembuyak, sepemeren, siparibanen, setelah itu baru kalimbubu, dan
terakhir anak beru. Selesai makan, kalimbubu akan bertanya apa keinginan si sakit
Sanggkep nggeluh orang tua yang sudah lanjut usia mengadakan pesta untuk
menghormati orang tua, hal ini merupakan bentuk ujud syukur keluarga karena umur
panjang orang tua dan harapan dari acara ini supaya semua anak cucu dalam keadaan
sehat dan sejahtera. Sanggep nggeluh menyerahkan tok-tok sebagai alat menyirih
karena di kondisikan gigi yang tidak sekuat dulu dalam mengunyah sirih, ciken yang
berupa tongkat sebagai penompang saat berjalan, Bulang dan Tudung yang berupa
diserahkan pertama oleh sembuyak, kalimbubu dan anak beru dan dalam acara in
69
Universitas Sumatera
3.2 Gambaran Umum Keadaan Lansia
angka harapan hidup yang tinggi, namun akan berdampak lebih baik jika keadaan
lansia sehat, aktif dan produktif. Besarnya jumlah penduduk Lansia akan berdampak
salah satu faktornya yaitu penurunan angka kelahiran dan kematian serta peningkatan
angka harapan hidup yang mengubah struktur penduduk. Seperti program pemerintah
yaitu dua anak lebih baik, hal ini tentunya membuat angka kelahiran menurun
dibandingkan pada zaman dahulu yang memiliki anak lebih dari 5 orang. Proses
peningkatan gizi, sanitasi, hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
dalah penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia secara biologis akan mengalami
proses penuaan secara terus menerus dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga
rentan terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Jenis dari
penduduk seperti panas, pilek, diare, sakit kepala, maupun karena penyakit akut,
70
Universitas Sumatera
penyakit kronis, kecelakaan, kriminalitas atau keluhan lainnya. Keluhan tidak selalu
keluhan kesehatan yang menggangu kegiatan sehrai-hari inilah yang disebut sebagai
kondisi sakit akibat daya tahan tubuh yang menurun menyebabkan kondisi tubuh
lebih rentan terhadap penyakit. Waktu yang diperlukan seseorang dalam rangka
bahwa sakit yang dideritanya cukup parah. Berobat jalan dapat dilakukan dengan
lansia, maka ia mengalami penurunan kondisi fisik yang sehat. Lansia perlu
kebutuhan sosial. Untuk itu harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat
memforsir fisik. Selain itu, harus mampu pula mengatur cara hidupya dengan baik.
71
Universitas Sumatera
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali berhubungan
penyakit lainnya selain itu ada pula faktor psikologis. Diantaranya rasa tabu atau
malu apabila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga yang tertutup juga
salah satu faktornya seperti di dalam suku Karo mengenal tabu dengan sebutan Rebu .
gangguan fungsional didalam tubuh mengakibatkan adanya keterasingan. Hal ini juga
terjadi dalam budaya suku Karo. Saat diadakannya pesta pihak lansia akan ditanya
bagaimana berjalannya suatu pesta dengan baik, namun hal itu saat ini sudah jarang
terjadi karena menurut mereka kaum muda lebih memperhatikan keperaktisan dari
suatu acara dan tidak jarang beberapa bagaian dari komponen suatu adat ditinggalkan
demi proses yang lebih cepat dan walaupun ditanya itu hanya sekedar untuk
menghormati lansia namun belum tentu dijalankan. Dalam menghadapi masalah ini
perlunya peran keluarga sebagai pendamping, kehadiran anak, cucu, kerabat sangat
Di desa Munte sendiri untuk umur lansia di atas 60 tahun sebanyak 366. Nini
dan Bulang adalah sebutan umum untuk mereka, disamping pemakaian tutur yang
berlaku sesuai dengan marga dan kekerabatan mereka, untuk pemanggilan nini
sendiri biasanya berdasarkan beru seperti nini Tigan, nini Biring, nini Karo, nini
Iting, Nini Ribu (Bayang, Pinem), dan pemanggilan sehari-hari tanpa digunakan nini
tapi cukup Tigan dan seterusnya. Lansia yang pada umur 60-65 tahun yang tidak
mempunyai keluhan yang berarti (masih sehat dan kuat) akan melakukan kegiatan
72
Universitas Sumatera
seperti biasanya seperti ke ladang, pergi pagi pulang sore dan menghadiri upacara
adat, bahkan beberapa dari mereka masih malu jika disebut sebagai lansia hal ini
penyakit mereka sudah mengalami perubahan aktivitas yang dimana pada biasanya
kegiatan mereka hanya dirumah untuk menjemur cokelat, makan sirih atau
berkumpul di kede kopi dan menjaga cucu bagi lansia perempuan, namun mereka
akan sesekali ke ladang jika ada yang menemani pergi menjelang siang dan pulang
menjelang sore, lokasi ladang mereka tidak jauh dari rumah bisa dengan berjalan kaki
atau naik becak ini dilakukan dengan alasan melihat ladang (hasil ladang untuk di
jual) atau sekedar jalan-jalan untuk mencari suasana baru karena bosan di rumah.
Bahkan untuk acara adat mereka tetap dilibatkan sebagai tempat bertanya tentang
kelayakan suatu acara adat, itu dilakukan untuk menghormati mereka sebagai orang
tua dan dianggap mengerti adat walaupun kadang kala pendapat mereka tidak
dijalankan karena adanya pergeseran budaya akibat dari kesibukan setiap individu.
pihak pemerintahan Desa Munte bahwa belum ada pengaduan dari masyarakat terkait
penelataran lansia.
desa Munte hal ini dikarenakan faktor usia yang sudah tua dan faktor fisik yang tidak
sekuat dulu, di cuaca yang terik setelah makan siang beberapa lansia berkumpul
73
Universitas Sumatera
untuk sekedar bercerita tentang apa mereka rasakan misalnya bertukar informasi
Semisal ketika pada hari itu Ribu sedang berbincang dengan Karo seputar
obat yang dikonsumsi Ribu ketika kemaren mengalami sakit kepala karena saat
wawancara berlangsung keadaan Karo sedang tidak enak badan dan menurutnya ini
factor cuaca yang sering berubah-ubah seperti cuaca panas bisa berubah menjadi
hujan ataupun sebaliknya. Tidak jarang juga mereka bertukar obat untuk dikonsumsi
hal ini diyakini bahwa obat tersebut bisa menyembuhkan penyakit Karo tanpa
hanya berdasarkan pada apa yang dirasakan yang mengkonsumsi obat terlebih dahulu
dengan slogan “Adi terakap bas ia tambar e banci kang si cuba ntah basta pe kari
sekula serasi” yang artinya jika obat tersebut sembuh pada orang yang terlebih
yang ia derita. Disamping itu tidak lupa mereka membawa sirih sebagai pendamping
Tidak lupa bercerita tentang seputar keadaan anak cucu dan tetangga biasanya
tak jarang juga ada pembicaraan tentang suatu keluarga atau biasanya dikenal dengan
gossip tapi untuk urusan benar tidaknya penulis juga tidak tau tapi membiarkan
mereka mengalir dalam cerita mereka sehingga penulis hanya menjadi pihak
pendengar. Walaupun mereka sedang berbincang tetap saja ada pekerjaan yang
mereka kerjakan seperti menjemur coklelat, jadi ngerumpi sembari bekerja. Karena
terbiasa aktif sejak dulu jadi untuk aktivitas diam tanpa melakukan sesuatu membuat
mereka jenuh dan cenderung membuat mereka merasa tidak enak badan jadi
74
Universitas Sumatera
walaupun dirumah sebisa mungkin melakukan hal-hal yang tidak berat tapi tetap
menggerakkan fisik supaya tetap sehat, walaupun mereka merasa sehat tetap saja jika
ditanya keluhan mereka tentang kesehatan maka banyak hal yang akan diutarakan.
Foto 17. Lansia sedang berbincang dengan temannya Ribu dan Karo
75
Universitas Sumatera
Pada hari selasa dan jumat para lansia mengikuti senam Lansia yang diadakan
di Balai desa Munte yang disebut dengan jambur. Untuk peserta senam sendiri diikuti
sekitar 124 lansia dengan klasifikasi perempuan sebanyak 120 dan laki-laki sebanyak
4 orang.Pada tanggal 9 November dimana saya mengikuti senam lansia yang hadir
hanya berjumlah 50 orang hal ini dikarenakan hujan jadi karena lansia mudah sakit
yang hadir hanya lansia yang rumahnya dekat dengan jambur mereka memiliki
sergama baju warna merah serta celana warna hitam. Seragam tersebut merupakan
sumbangan dari seseorang yang berasal dari Munte dan tinggal di Jakarta, hal ini
seragam para Lansia yang aktif mengikuti senam juga mendapatkan sarung.
Dalam kegiatan senam ini mempunyai dua orang yang melatih senam yang
bukan lansia yang telah dipilih oleh kepala desa serta sudah dilatih untuk melatih para
lansia.Lansia yang hadir tidak sepenuhnya mengikuti gerakan lansia tapi sesekali
kemudian mereka mengikuti gerakan senam itu lagi. Pada senam kali ini hanya
diikuti oleh seorang bapak Lansia, beliau menggunakan baju merah jambu, celana
hitam serta tidak lupa memakai sepatu olahraga. Menurut wawancara saya dengan
pelatih senam lansia bahwa senam ini salah satu upaya untuk membuat lansia untuk
lebih sehat dan aktif bergerak karena aktivitas pergerakan fisik lansia sudah sangat
kurang.
Pada saat senam selesai, pada lansia mengambil tas atau perlengkapan mereka
masing-masing serta duduk mendekati pelatih senam mereka,hal ini untuk diabsen
serta membayar uang kas sebesar Rp5.000. Mereka duduk sambil meluruskan kaki,
76
Universitas Sumatera
minum bahkan makan sirih dan tidak lupa sambil bercerita sehingga pelatih senam
mereka menegur agar nama yang dipanggil bisa didengar. Jadi alasan untuk diabsen
yaitu pembagian bantuan merata hanya bagi mereka yang aktif hadir saja hal ini
dibuat untuk membuat keadilan serta mendorong lansia agar aktif mengikuti senam.
Untuk uang kas digunakan untuk jalan-jalan serta makan-makan, dalam rangka jalan-
jalan mereka juga membawa tim kesehatan dari puskemas untuk berjaga-jaga agar
bila terjadi hal yang tidak diinginkan ada pihak yang menolong. Untuk desa dan
dimintakan oleh pihak desa. Dan disamping itu lansia akan mendpaat susu serta
Di desa Munte sendiri memiliki 2 gereja khusus Lansia yaitu Gereja Saitun
Buah Man Teman Dan Gereja Saitu Pasar Baru. Pada hari minggu mereka masuk
77
Universitas Sumatera
pada jam 09.00 WIB, dan tema pembahasan meereka pada umumnya bagaimana
menjadi seorang lansia serta bagiamana respon lansia terhadap keluarga. Sembari
menunggu lansia hadir mereka melakuka latihan beryanyi ataupun membahas seputar
hal apa yang ingin dilakukan kedepannya. Setelah kebaktian lansia melakukan
kegiatan PA (pedalaman alkitab). Dalam PA ini lansia saling bertukar pikiran tentang
hal apa yang dirasakan dan hal apa yang menganjal di hatinya, saling memberi
masukan serta saling bertukar informasi. Menurut wawancara saya dengan para
Lansia bahwa kehadiran kebaktian lansia yang minim dikarenakan banyak lansia
yang tidak nyaman mengikuti kebaktian lansia misalnya ketika menyanyikan lagu
78
Universitas Sumatera
BAB IV
Menurut KBBI, konsep adalah rancangan atau buram surat dan sebagainya,
ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret gambaran mental dari
objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi
untuk memahami hal-hal lain. Secara etimologi kata konsep berasal dari bahasa Latin
yaitu “conceptum” yang artinya sesuatu yang bisa dipahami. Konsep itu abstrak,
entitas mental yang universal yang menunjukkan kategori atau kelas dari suatu
entitas, kejadian atau hubungan. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau
gambaran mental yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dianggap
sebagai sebuah perwakilan sebuah objek yang mempunyai ciri yang sama. Konsep
juga akan mempermudah suatu ciri yang akan memudahkan manusia untuk
Konsep menurut para ahli seperti Bahri (2008:30), konsep adalah satuan arti
yang mewakili sejumlah yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki
kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep juga dapat
dilambangkan dalam satu bentuk kata dan menurut Sigarimbun dan Effendi (2009),
11
“http://www.zonarefrensi.com /Pengertian konsep menurut Para Ahli beserta Fungsi, Unsur dan
Ciri-cirinya (diakses 7 Januari 2019)
79
Universitas Sumatera
konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan dejarat kesehatan yang optimal.
Kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya.
Tetapi datangnya penyakit merupakan yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor diluar kenyataan klinis yang mempengaruhi terutama faktor
sosial budaya13.
Pengertian konsep inilah yang membawa bagaimana konsep sehat dan sakit
pada lansia, sebelum itu pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan
sejahtera baik secara kondisi fisik, mental dan sosial yang merupakan satu kesatuan
dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Menurut WHO kondisi normal
seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam
yang mengatur tubuh, jiwa dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet
seimbang, bekerja, istirahat, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya
hidup
12
“http://www.zonarefrensi.com /Pengertian konsep menurut Para Ahli beserta Fungsi, Unsur dan
Ciri-cirinya (diakses 7 Januari 2019)
13
Sunanti Z.Soejoeti, Konsep Sehat,Konsep Sakit Dan Penyakit, pusat penelitian ekologi kesehatan,
badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta ,(diakses
Desember 2018)
80
Universitas Sumatera
yang baik. Ada 3 komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi
sehat yaitu:
1. Kesehatan Tubuh
Kesehatan tubuh adalah salah satu yang penting dalam arti kesehatan secara
menyeluruh, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar,
rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera
makan baik, tidur nyenyak, dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Kesehatan Mental
Kesehatan mental dan kesehatan jasmani selalu dihubungkan satu sama lain,
secara tidak langsung. Faktor ini mendukung kesehatan spiritual dalam psikologis
individu.
3. Kesehatan Spiritual
pengertian sehat secara umum dan oleh WHO. Kesehatan rohani mempunyai arti
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup, produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh berdiri dari unsur fisik, mental dan sosial dan di
81
Universitas Sumatera
Seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis)
atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya
terganggu, walaupun seseorang sakit, istilah masuk angin, pilek tetapi bila ia tidak
menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik,
yaitu bahwa sakit merupakan suatu keadaan atau suat hal yang disebabkan oleh
Sakit dalam bahasa karo disebut “Bangger” ataupun Magin yang berarti ada
dalam keadaan tidak sehat. Bangger atau keadaan yang kurang sehat yaitu seseorang
yang merasakan terganggunya fungsi bagian tubuh tertentu, hanya saja orang tersebut
masih bisa beraktivitas sehari-hari, sedangkan sakit adalah suatu keadaan yang
khusus tersebut belum tentu kesehatan yang baik. Penyakit dengan rasa sakit dan
perilaku adaptif yang merupakan sejenis obat preventif di mana karantina primitiv
14
Sunanti Z.Soejoeti, Konsep Sehat,Konsep Sakit Dan Penyakit, pusat penelitian ekologi kesehatan,
badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta ,(diakses
Desember 2018)
15
Salmen Sembiring, Drs Sismudjito, M.Si, Pengetahuan dan Pemanfaatan Metode Pengobatan
Tradisional Pada Masyarakat Desa Suka Nalu Kecamatan Barusjahe (Perspektif Sosiologi, Vol 3, No 1,
Oktober 2015)
82
Universitas Sumatera
mengurangi bahaya terkenanya individu-individu yang sehat oleh kuman-kuman dan
adaptasi baru dalam menghadapi penyakit, suatu strategi yang memaksa manusia
untuk menaruh perhatian utama pada pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam
saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang saling menguatkan dan saling
keterampilan, dan praktek- praktek dari para anggota dari tiap kelompok harus
digunakan dalam artian komperhensif yang mencakup semua aktivitas klinik dan non
klinik, pranata-pranata formal dan informal serta segala aktivitas lain, yang betapapun
Secara singkat kita memandang setiap medis mencakup semua kepercayaan tentang
83
Universitas Sumatera
Suatu sistem teori penyakit meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-
ciri sakit, sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang
antara unsur-unsur panas dingin dalam tubuh atau kegagalan pertahanan immunologi
organ manusia terhadap agen-agen patogen seperti kuman-kuman dan virus. Suatu
sistem penyakit merupakan sistem ide konseptual, suatu konstuksi intelektual bagian
4.2 Pandangan apa itu Sehat dan Sakit menurut Lansia di Munte
cara- cara di mana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang
individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi
tubuh kurang baik (Mechanic dan Volkart (1961) dalam Foster Aderson (1986 :172).
peranan sosial, maka peranan sakit menjadi suatu cara yang berarti untuk bereaksi
dan untuk mengatasi eksistensi dan bahaya-bahaya potensial penyakit oleh suatu
84
Universitas Sumatera
perbedaan suku bangsa dan budaya. Perbedaan budaya dalam tingkahlaku sakit
Salah satu segmen dari jangka hidup yang kini dialami secara luas oleh
seseorang adalah usia tua. Namun hanya sedikit sekali pria atau wanita yang dapat
menghargai bagian hidup ini, sebaliknya mereka memandang usia lanjut ini dengan
perasaan iri dibandingkan dengan masa muda. Orang-orang tua yang terus
mereka dan bukan karena aktivitas masa lalu mereka. Begitu mereka bersikap santai,
Konsep usia lanjut dan usia tua itu sendiri telah menjadi kabur dan
besar kebudayaan) antara sehat dan umur panjang dengan tahap tak berdaya
anakronisme yang aneh : umur panjang disertai sikap-sikap sosial yang hanya tepat
ditujukan pada orang yang sekarat. Sikap budaya kita memiliki implikasi yang dalam
bagi kesejahteraan psikologis dan fisik para orang tua dan bagi perawatan kesehatan
mereka.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor lain seperti faktor individu seperti keadaan tubuh dan faktor sosial
seperti interaksi sosial. Dalam konteks konsep sehat dan sakit hal ini akan saling
mempengaruhi. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
85
Universitas Sumatera
kesehatan
86
Universitas Sumatera
merupakan masalah yang penting untuk menunjang kehidupan seorang manusia,
program kesehatan. Namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan dan
(2008) tidak semua lanjut usia mengeluh macam-macam dan bila ada keluhan yang
setiap keluhan tersebut, kendatipun memiliki masalah penyakit yang sama, namun
akan muncul secara berbeda bergantung pada kematangan pribadi dan situasi sosial
ekonomi lanjut usia masing-masing. Untuk merinci ulang, peran individu usia lanjut
1. Menjadi orang lanjut usia memiliki hak untuk menarik diri dari peran-
kontroversi, namun sikap dan peran orang lain terhadap lanjut usia ini
87
Universitas Sumatera
lembaga
88
Universitas Sumatera
sosial), sedangkan di lingkungan masyarakat Timur (misalnya di
cucunya.
kewajiban untuk memelihara kesehatan individu lanjut usia, baik dari sisi
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak factor secara dinamis dan
lintas sektoral16.
biomedik dan sosio kultural. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness
sedangkan dalam bahasa Indonesia kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat
dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut.
89
Universitas Sumatera
16
Sunanti Z. Soejoti, Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya, Pusat Penelitian
Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
90
Universitas Sumatera
Dengan diasease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses
biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dalam illness dimaksud reaksi
personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman.
Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan
belum tentu disebut sehat dalam kebudayaan lain, sama halnya persepsi sehat
menurut orang akan berbeda. Jika dari sudut pandang konsep sehat menurut
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku
manusia, terutama interaksi antara aspek biologi dan aspek sosial, terutama tentang
tata cara interaksi dari aspek biologis dan sosial sepanjang kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya, itu
karena penyakit merupakan pengakuan sosial. Cara hidup dan gaya hidup manusia
Dalam faktor umur yang sudah berusia lanjut, jika mengalami suatu keadaan
yang dimana tidak sebugar dimasa sebelum lansia, merupakan hal biasa karena faktor
91
Universitas Sumatera
ketuaan. Menurut informan, bahwa ia juga mengalami perubahan fisik seperti kaki
yang bengkok. Dan seiring berjalannya waktu bahwa seorang lansia akan mengalami
92
Universitas Sumatera
aktivitas agar tubuh saya tidak sakit, setiap pagi mimun susu,
malam hari
93
Universitas Sumatera
mengahangatkan badan di depan perapian sambil pakai parem dan
minyak urut, perubahan jam tidur ataupun kegiaatan adalah hal
biasa bagi lansia.
pengalaman hidup serta memaknai setiap proses yang terjadi dalam hidup seorang
lansia, tidak jarang juga bahwa lansia tersebut mengobati diri mereka secara
tradisional. Perubahan sosial dan budaya terjadi seiring dengan tekanan besar yang
dilakukan oleh manusia terhadap alam sehingga sudah banyak perubahan terhadap
derajat kesehatan yang salah satu indikatornya untuk umur lanjut usia yang rentan
akan penyakit.
Sehat merupakan hal yang paling didambakan manusia untuk mencapai suatu
sistem kehidupan seseorang. Menurut cara pandang budaya bahwa kejadian suatu
penyakit berkaitan dengan perubahan hubungan dengan masyarakat, dengan alam dan
94
Universitas Sumatera
menentukan ketersinggungan sehingga harus dijaga sehingga dia
tidak sakit hati ataupun berkecil hati.
ke dua kategori 1) suatu sistem teori penyakit dan 2) sistem perawatan kesehatan.
sehat, sebab akibat sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang
memperhatikan cara- cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat
95
Universitas Sumatera
dingin dalam tubuh atau kegagalan pertahanan immunologi organ manusia terhadap
Suatu sistem teori penyakit merupakan suatu sistem ide konseptual, suatu
Hal ini berkenaan dengan klasifikasi, penjelasan serta sebab dan akibat. Semua sistem
penyebab penyakit sebagian terbesar bersifar rasional dan logis, dalam arti bahwa
teknik-teknik penyembuhan merupakan fungsi dari atau berasal dari , suatu susunan
Suatu sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan
interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Fungsi yang
jelas merefleksikan sifat logis dan dilsafat dari sistem medis penyebab penyakit yang
keputusan yang diambil dan tindakan yang diambil oleh para pelaku dalam adegan
yang terjadi di kamar sakit. Namun kedua sistem ini meskipun dekat, tidaklah sama.
Bagi keperluan analisis, keduanya dapat dipisahkan dna ciri-ciri maupun fungsinya
masing-masing dari kedua sistem itu mengisi fungsi-fungsi khusus di luar jangkauan
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
96
Universitas Sumatera
dirumuskan bahwa perilaku kesehatan yaitu terkait dengan 1. Perilaku pencegahan,
ciri suatu penyakit, sebab akibat yang akan menimbulkan suatu teknik penyembuhan
penyakit. Jika seseorang mengalami sakit maka akan dibuat klasifikasi tentang
klasifikasi medis modern. Ciri-ciri yang mereka gunakan untuk suatu penyakit seperti
seorang lansia mengalami sakit kepala, perut kembung, badan yang lemas
dikategorikan pada umumya sebagai akibat dari masuk angin karena penyebabnya
seperti kehujanan, mandi terlalu malam, ataupun berada di ruangan terbuka saat
malam hari dan sebagainya. Dari ciri-ciri serta sebab akibat tersebut muncullah suatu
teknik pencegahan agar suatu penyakit tidak terjadi bahkan dilakukan suatu teknik
kesamaan hanya saja akan berbeda dari tingkat kerutinitasan menggunakan obat-
obatan untuk penyembuhan serta pelibatan sistem medis modern. Bagi lansia yang
melakukan teknik pencegahan, akan dimulai ketika usianya memasuki pra Lansia
atau bahkan saat Lansia. Obat-obatan untuk pencegahan digunakan seperti parem atau
minyak urut yang dipakai sebelum tidur secara rutin ataupun kadang kala para Lansia
lupa untuk menggunakannya dan disini belum dilibatkan pihak medis hanya saja
menggobati diri sendiri dengan pengetahuan lokal. Namun sedikit berbeda dengan
97
Universitas Sumatera
penyakit yang
98
Universitas Sumatera
lansia alami serta pada teknik penyembuhan ini rutinitas seperti memakai parem atau
minyak urut akan ditingkatkan bahkan cenderung lansia tidak akan bisa beraktivitas
ataupun tidur, ataupun merasakan sesuatu hal yang tidak enak jika tidak meminum
obat dari medis modern atau tidak memakai obat tradisional yang mereka percaya
penyakit dengan dalih sudah berumur lanjut jadi dari segi aktivitas dan pola makan
mereka mengatur sedemikian rupa, hal ini dilaksanakan guna mencegah rasa sakit
yang bisa merepotkan keluarganya, jika sudah mempunyai keluhan maka lansia juga
penyakit, dirinya berkeyakinan bahwa dia sendiri dapat mengobati rasa sakit yang ia
alami karena ia yang merasakan bagaimana sakit yang ia alami, hanya saja jika
penyakit tersebut tidak berangsur hilang maka tindakan yang dilakukan akan dibawa
lansia yang hidup sendiri tentunya akan mengalami sistem perawatan kesehatan yang
dilakukan secara mandiri hanya saja sesekali waktu anak dan sanak saudara akan
dengan lansia mandiri bahwa jika ia sudah mengalami sakit yang parah atau dalam
kategori tidak bisa mengambil makanan sendiri serta ke kamar mandi sendiri maka
anak yang juah ataupun yang tidak tinggal dalam satu rumah tapi dalam satu desa
99
Universitas Sumatera
akan dipangil
10
Universitas Sumatera
untuk datang merawat serta menemaninya sampai sembuh. Hal ini juga karena Lansia
takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti jatuh dikamar mandi. Oleh
karena itu banyak lansia sangat menjaga kesehatannya untuk tidak merepotkan anak
serta saudara karena ia tidak akan betah jika berada dirumah anaknya ataupun
Menurut Kasi dan Cobb (1996) dalam Neil Niven (2002:184) membuat
perbedaan di antara tiga tipe yang berbeda. Pertama, perilaku kesehatan yaitu suatu
aktivitas dilakukan oleh individu yang menyakini dirinya sehat untuk tujuan
mencegah. Kedua, perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu
menemukan pengobatan mandiri yang tepat. Sedangkan Ketiga, perilaku peran sakit
yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan kesejahteraan, oleh individu
lansia di desa Munte, perilaku pencegahan dengan keyakinan bahwa dirinya sakit
dimulai dengan menjaga pola hidup yang sehat serta ditunjang dengan obat-obatan
sesuai dengan pengetahuan lokal. Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh lansia
semata-mata untuk menunjang hidup mereka di hari tua karena tidak memiliki dana
pesiun dan harus mandiri untuk tidak merepotkan anak serta sanak saudara.
Jenis penyakit yang pada umumnya Lansia sering alami karena faktor ketuaan
yaitu seperti gangguan penglihatan, gangguan pendengar, daya tahan tubuh yang
10
Universitas Sumatera
sudah
10
Universitas Sumatera
lemah, hipertensi, nyeri sendi, dan hal ini sering sekali mengakibatkan napsu makan
dimaksudkan sebagai suatu konsepsi medis menyangkut suatu keadaan tubuh yang
tidak normal karena sebab-sebab tertentu yang dapat diketahui dari tanda-tanda dan
gejala-gejalanya oleh para ahli. Keadaan sakit dimaksudkan sebagai perasaan pribadi
seseorang yang merasa kesehatannya terganggu, yang tampak dari keluhan sakit yang
dirasakannya, seperti tidak enak badan dan sebagainya. Dengan demikian ada
penyakit atau sebaliknya, ia mengidap sesuatu penyakit tanpa merasa dirinya sedang
Setiap orang selalu ingin sehat dan tidak mau sakit, kendatipun tak ada
seorang yang tidak pernah merasakan sakit. Sakit memang menjadi bagian hidup kita.
Seiring hal ini, seorang pasien atau pesakit sesungguhnya yang paling banyak
Menurut Daldiyono (2007) tidak semua orang sakit memiliki penyakit. Ini
adalah pemahaman yang perlu diketahui oleh setiap orang. Pemahaman ini akan
memberikan bekal pada saat nanti bila sewaktu-waktu anda mengunjungi dokter.
Suatu rasa sakit bukan merupakan penyakit bila tidak menganggu aktivitas dan fungsi
pokok, misalnya makan, minum, buang air besar, buang air kecil lancer, tidak perlu
takut ada
10
Universitas Sumatera
penyakit di dalam usus. Pada sisi lain, suatu rasa sakit pun tidak dikatakan penyakit
bila tidak menganggu fungsi vital hidup, yaitu pernapasan dan kesadaran17.
Oleh karena itu, bila seseorang merasakan sakit tidak perlu panik. Tetapi tidak
boleh pula lalai, terhadap rasa sakit yang terasa. Karena bila seseorang telat
semestinya dan pertolongan yang diharapkan. Oleh karena itu,bila merasakan sakit
memberikan layanan penanganan rasa sakit. Bagi dirinya, rasa sakit bisa dikelola.
Baik untuk sekedar pengendalian rasa sakit maupun untuk mencapai penyembuhan
diri dari penyakit yang sedang dideritanya. Dalam pengalamannya tersebut, dapat
disimpulkan bahwa faktor utama yang menunjang kemajuan derajat kesehatan pasien
Potensi pikiran pun perlu diperhatikan guna meraih efek manajemen sakit
yang lebih baik. Pikiran memiliki kekuatan yang besar. Setiap orang memiliki potensi
kemampuan untuk mengelola pikiran secara baik, sehingga dapat mengelola rasa
sakit. Oleh karena itu, seorang pasien perlu diprovokasi sehingga memiliki sikap
optimis. Dalam pandangan Lehndorff dan Tracy sikap optimis itu dapat diwujudkan
dengan: a) yaitu memiliki rasa ingin menjadi lebih baik, b) memiliki harapan untuk
menjadi lebih baik, c) mau berusaha untuk menjadi lebih baik dan, d) mereka belajar
17
Momon Sudarma, Sosiologi untuk Kesehatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2008)
10
Universitas Sumatera
Dari teori yang dikembangkan Lehndroff dan Tracy, sesungguhnya dapat
dipetakan ulang mengenai model perilaku sakit dilihat dari sudut kemampuan dan
kemauan mengelola rasa sakit. Dan hasil wawancara Penulis lansia membuat sebuah
penyebutan kondisi sakit yang Penulis petakan dalam Peta konsep perilaku sakit
Kuadran III
Mekelek
Kemauan Bangger
Kemauan (-)
kemauan dan sekaligus kemampuan untuk mengelola rasa sakit. Tenaga medis
mungkin tidak memiliki peran yang besar, bahkan dalam potensi perilaku sakit yang
akan muncul, yaitu adanya keinginan pasien untuk mengembangkan model self-
healing (penyembuhan diri oleh diri sendiri). Dalam tahap ini para Lansia
tahapan sakit berupa kelelahan karena bekerja dan masih bisa mengerjakan pekerjaan
10
Universitas Sumatera
hal ini pada umumnya dirasakan saat bangun tidur ataupun bisa disebut pegal-pegal.
Dalam hal self healing diatasi dengan pemakaian parem atau sejenis kuning ataupun
minyak urut. Mereka memiliki kemauan dan kemampuan untuk sembuh sehingga
dalam kategori ini mereka masih beraktivitas seperti biasanya dan teknik pengobatan
masih dilakukan sendiri. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengolah obat-
Sedikit berbeda dengan kuadran sebelumnya, Lansia yang ada pada kuadran II
sudah memiliki keinginan untuk mengelola rasa sakitnya, namun dia tidak memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan pengelolaan rasa sakit. Pada konsep
ini dinamakan dengan Magin, pada kuadran II, bagaimana seseorang menyikapi
perilaku sakit terhadap suatu penyakit, bukan tentang seberapa berbahayanya suatu
penyakit tapi lebih kepada kondisi apa yang sedang dialami oleh seseorang. Memiliki
kemauan untuk sembuh tapi tidak memiliki kemampuan untuk sembuh biasanya
kemampuan ini tidak hanya berupa uang tapi bisa berupa kemampuan untuk
Pada kuadran III, seorang tenaga medis dituntut untuk mampu memprovokasi
pasien yang kehilangan semangat hidup, sehingga pasrah terhadap kondisi yang ada,
mendapatkan kondisi rasa sakit yang kecil. Untuk tahap ini disebut bangger, biasanya
ini berhubungan dengan keadaan psikis manusia dan kondisi fisik. Sebenarnya disini
yang mengalami bangger bisa menyembuhkan dirinya hal ini berkaitan dengan cara
10
Universitas Sumatera
kesembuhannya tapi tidak ada kemauan karena faktor psikologis yang berpasrah saja
jadi tenaga medis hanya dilibatkan untuk mengurangi rasa sakit dengan obat-obatan.
Tenaga medis harus bekerja keras bila Lansia sudah berada pada kuadran IV,
yaitu menjadi pasien yang pesimis. Dari dalam dirinya, sudah tidak ada rasa ingin
untuk mendapatkan kualitas kesehatan yang lebih baik dan kemudian dipengaruhi
pula oleh adanya ketidakmampuan dirinya untuk mengelola rasa sakit. Oleh karena
itu seorang tenaga medis harus bekerja keras, baik dari sisi preventif maupun kuratif
Istilah mekelek pada taraf kuadran IV ini biasanya sudah melibatkan pihak
Rumah Sakit, jika keadaan mekelek maka pasien sudah menjalani rawat inap ataupun
taraf penyakit yang berbahaya seperti sakit jantung, ginjal bahkan komplikasi.
Kondisi yang dialami oleh lansia dalam taraf ini tidak memiliki kemampuan dan
kemauan untuk sembuh, dalam kategori kuadran IV ini, lasia sudah berpasrah dengan
kondisi tubuh yang sudah tua dan beranggapan jika diobatipun hanya akan
mengeluarkan uang yang banyak dan tidak bisa menunjang kesehatannya dalam
jangka waktu yang lama dan hanya akan merepotkan anak serta sanak saudara.
kuadran ke IV ia berpasrah untuk mati dan biasanya isi dari doa mereka supaya cepat
dipanggil Tuhan karena rasa sakit yang mereka derita begitu menyakitkan serta
kemampuan dalam hal ekonomi untuk menunjang mereka selama sakit tidak ada.
Walaupun sudah ada BPJS Kesehatan tapi tidak bisa hanya menunjang dirinya untuk
berobat karena anak ataupun saudara yang mendampingi membutuhkan biaya serta
10
Universitas Sumatera
mereka hanya mengandalkan bekerja diladang orang, jika dilibatkan dalam perawatan
konteks budaya dari penyakit dan model ini memiliki keuntungan dari penggabungan
mempengaruhi perbedaan cara orang melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu
dengan kondisi tertentu dapat mengatasi sebuah penyakit, sedangkan pada orang
lain yang memiliki derajat sakit lebih ringan mengalami kesulitan dalam mengatasi
penyakitnya.
kesehatan yaitu :
dikenal.
19
Momon Sudarma,(Sosiologi untuk Kesehatan, 2008, hlm 58)
10
Universitas Sumatera
4. Frekuensi terjadinya tanda-tanda penyimpangan atau gejala penyakit.
5. Batas toleransi dari orang yang menilai tanda menyimpang atau gejala penyakit
tersebut.
menilai.
Dari pencernaan ini, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud perilaku sakit
adalah pola reaksi sosio-kultral yang dipelajari pada suatu ketika saat ketika individu
dihadapkan kepada gejala penyakit sehingga gejala-gejala itu akan dikenal, dinilai,
ditimbang, dan kemudian dapat beraksi atau tidak bergantung pada defenisi atas
situasi itu.
perilaku yang disarankan, yang lain tidak, pada awalnya model ini diterapkan
10
Universitas Sumatera
3. Keyakinan tentang kemungkinan biaya.
Menurut Marshall H.Becker Lois A.Maiman (1995:50-52), model ini terdiri dari
orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka terhadap
manfaat dari suatu tindakan dalam mengarungi tingkat bahayaa dan keparahan).
3. Suatu “kunci” untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus ada, baik
(keluarga) maupun skala besar (masyarakat luas), setap orang dituntut untuk belajar
mengisi peran tertentu. Peran sosial yang perlu dipelajari tersebut sekurang-
kurangnya meliputi dua aspek yaitu 1. Belajar untuk melaksanakan kewajiban dan
menuntuk hak dari suatu peran dan 2. Memiliki sikap, perasaan, dan harapan-harapan
yang sesuai dengan peran tersebut. Peran dimaknai sebagai satu pola tingkah laku,
kepercayaan,
11
Universitas Sumatera
nilai, sikap yang diharapkan masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si
Pada umumnya anggota masyarkat ingin menjadi orang yang sehat, namun
musibah sakit sering kali datang tanpa diketahui asal-usulnya, dengan hadirnya
penyakit dalam diri tersebut, kemudian menyebabkan dirinya berada ada posisi yang
tidak mampu melaksanakan berbagai kegiatan sosial, oleh karena itu wajar jika
ketegangan dalam system sosial secara umum. Dipihak lain peran sakit sebagai
antara kebutuhan pribadi dengan tuntutan peran, misalnya orang yang sakit pada
umumnya akan diberi makanan yang enak tanpa harus bekerja keras untuk
mendapatkannya.
kesehatan yang berbeda. Untuk sekedar contoh, persepsi sakit bagi orang desa
11
Universitas Sumatera
berbeda dengan persepsi sakit orang kota. Oleh karena itu, perbedaan persepsi ini
dapat
11
Universitas Sumatera
mengembangkan perbedaan dalam perilaku sehat individu tersebut. Bagi mereka
yang sudah modern atau rasional telah memandang bahwa layanan pengobatan yang
paling tepat untuk digunakan dalam mendapatkan layanan kesehatan. Sedangkan bagi
mereka yang masih memandang bahwa sakit itu bukan hanya disebabkan oleh factor-
Gaya hidup antara orang yang tinggal dan di desa juga menunjukkan perilaku sehat
yang berbeda, misalnya dari segi kepercayaan akan tindakan untuk penyembuhan,
orang kota akan lebih memilih tindakan medis modern dengan ajuran dari dokter.
Negara yang bersangkutan dan tingkat kebudayaanya yang tertinggi di masa lalu
personalistik adalah suatu sistem di mana penyakit disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supranatural (mahluk gaib atau
dewa), mahluk bukan manusia (seperti hantu, roh, leluhur, atau roh jahat) maupun
mahluk manusia (tukang sihir atau dukun). Orang yang sakit adalah korbannya, objek
dari agresi atau hukuman yang ditujukan khusus kepadanya untuk alasan-alasan
11
Universitas Sumatera
mengakui adanya
11
Universitas Sumatera
suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh,
seperti panas, dingin, cairan tubuh seperti Yin dan Yang, berada dalam keadaan
seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan
timbulnya penyakit.
faktor alam atau unsur kebetulan sebagai penyebab. Masyarakat yang merasakan
beberapa penyakit merupakan akibat dari sihir atau mata jahat. Walaupun banyak
terjadi tumpang tindih, masyarakat pada umumnya sudah terikat pada salah satu dari
penyakit.
usaha orang untuk mencoba mengatasinya dengan mencari cara pengobatan. Cara
pengobatan yang dianut akan didasarkan dengan mencari cara pengobatan sehingga
timbullah konsep sehat dan sakit untuk mengatasi penyakit tersebut. Pemahaman
tentang sehat dan sakit setiap suku bangsa tidaklah sama, bagi suku bangsa yang
hidupnya masih hidup dengan kebudayaan yang kental akan mendefenisikan konsep
sehat dan sakit secara lokal yang disesuaikan dengan pengalaman dan pemahaman
mereka terhadap penyakit, hal ini juga akan mengenal dalam mengembangkan
11
Universitas Sumatera
lingkungan atau konteks budaya mereka. Ada beberapa anggapan bahwa suatu
penyakit yang diidap oleh seseorang tidak terlepas dari peran mahluk halus yang
berada di sekitar tempat tinggal mereka, dan dipercaya memiliki kekuatan untuk
dan pola hidup. Perubahan kondisi lingkungan salah satunya disebutkan oleh
pemukiman yang bertambah serta menyempitnya lahan tempat tinggal mereka dan
Di desa Munte sendiri terkhusus pada Lansia kurang percaya akan sebuah
penyakit yang disebabkan oleh agen Personalistik yang bersifat magic. Hal tersebut
dikemukankan bahwa dengan adanya agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang
merupakan akibat dari pola hidup yang tidak sehat dan faktor usia bukan karena
faktor sesuatu yang diluar nalar, tapi jika ditelisik lebih lanjut Lansia percaya bahwa
kekuatan gaib itu ada, hanya saja untuk hal penyakit Lansia rasa tidak ada karena
penyakit timbul karena faktor usia yang sudah tua,seperti contoh jika Lansia sakit
Mengobati diri sendiri dengan obat tradisional merupakan salah satu upaya
untuk menyembuhkan diri dari penyakit. Para Lansia akan membuat sebuah obat
yang menurut takaran dan terkaan mereka tanpa ada dosis yang jelas dan pasti,
semisal segengam orang dewasa akan berbeda setiap orangnya, dan disini muncul
11
Universitas Sumatera
BAB V
adanya kesadaran etnik masyarakat tertentu terhadap potensi nilai budaya lokal.
Aderson dan Foster (1998), menyebutkan bhawa salah satu ciri dari jenis pengobatan
Arab, pengobatan India dan pengobatan Karo. Selain itu pengobatan juga berdasarkan
pengobatan yang tidak ilmiah, padahal bila memang mau dipaksakan harus diukur
antara satu dengan yang lain berbeda. Setiap praktiknya tidak bisa disamaratakan
mengenai praktik medis tradisional yang tidak berasal dari konsep medis. Setiap suku
sesuatu aturan yang telah dilanggar dalam aktivitas sehari-hari. Munculnya penyakit
Universitas Sumatera
selalu dikaitkan dengan salah makan, salah tempat, salah ucap, salah jalan dan salah
waktu. Kalau seseorang sakit berarti ada yang tidak seimbang, hal ini diperlukan
oleh sebuah komunitas atau masyarakat tertentu. Penyakit merupakan suatu bentuk
sederhana penyakit bisa dimaknai dengan sebagai ganggun hidup. Bagi kalangan
menurut Huges (Nikles, 2008: 105) dalam buku sosiologi kesehatan oleh Momon
Sudarman.
Obatan tradisional yang berasal dari tumbuhan, binatang dan mineral masih
sangat sederhana demikian juga dalam mekanisme peramuanya dan dalam proses
peramuan atau pencampuran bahan seperti mineral atau air sebagai pelarut secara
keseluruhan dapat dikatakan yang berfungsi sebagai obat ialah sari bahan-bahan obat
tradisi yang berlaku. Proses pengobatan tidak lepas dari adanya konsepsi mengenai
sakit, pengetahuan tentang obat, identifikasi ciri-ciri penyakit, penyebab dan cara-
cara pengobatan yang dibiasakan oleh anggota masyarakat. Aspek-aspek kajian ini
merupakan bagian yang selalu dijumpai pada setiap sistem medis suatu kebudayaan.
Sebutan untuk tokoh masayarakat seperti dukun, tabib, sanro, sense, guru
mbelin atau istilah lain yang semakna merupakan bagian dari sistem nilai budaya
Universitas Sumatera
yang dimilikinya. Mereka menggangap bahwa dokter tradisional itu diposisikan
seperti dewa yang mampu menyembuhkan orang sakit. Penilaian yang tinggi ini
masyarakat. Kehadiran sakit atau penyakit selain disebabkan oleh kesalahan perilaku,
juga dianggap sebagai hukuman atau teguran dari Tuhan. Dengan kata lain sakit atau
penyakit merupakan satu bentuk kontrol sosial dari sistem nilai budaya yang
yang menyatu dengan alam membuat masyarakat etnik mampu membuat obat
Etnis Karo mendiami daerah pegunungan bukit barisan yang sudah menyebar
luas di daerah kabupaten Deli Serdang, Karo, Langkat, Dairi, dan Simalungun. Disini
Penulis membahas tentang lansia karo yang hidup di kabupaten Karo dalam
terlepas dari kecanggihan obatan modern. Mereka hidup dengan kesuburan tanah
identik dengan pengobatan tradisional yang berasal dari alam. Banyak dari tumbuh-
tumbuhan tersebut diolah untuk obat-obatan tradisional seperti minyak urut, parem
tradisional Karo seperti minyak urut “Lipan” yang kesemuanya itu masih terbagi
11
Universitas Sumatera
dalam berbagai jenis. Seperti kuning las, kuning mbergeh, minyak urut untuk masuk
Pada saat ini dunia mengalami kecanggihan yang luar biasa dalam hal
informasi dan teknologi telah membuat teknik pengobatan dan obat-obatan menjamur
sekarang. Namun hal itu tampaknya berbeda dengan etnis Karo khususnya lansia
dimana mereka tetap memanfaatkan etnosains mereka dalam meraih umur yang
panjang. Lansia Karo memiliki umur yang relatif lama sekitar 70 tahunan
Penulis meyakini bahwa masih banyak Lansia Karo yang masih menggunakan
menurunkan etnosains tersebut kepada anak serta cucu mereka walaupun terkadang
diabaikan karena dianggap kuno. Namun obat-obatan tersebut masih eksis sampai
sekarang sebagai sebuah kearifan lokal yang Penulis rasa wajib untuk dilestarikan.
Obat-obatan tradisional Karo yang diolah secara tradisional dan berasal dari alam
(bahan-bahan alami) memiliki dampak yang baik bagi kesehatan Lansia dan diyakini
juga memiliki efek samping yang relatif kecil bagi kesehatan lansia, walaupun hal itu
sering dikritik oleh pakar kesehatan modern. Menurut Lansia salah satu faktor
tersebut disamping faktor lainnya seperti religi, psikologi, ekonomi dan lainnya.
11
Universitas Sumatera
Beberapa contoh obat tradisional yang dipakai lansia:
1. Kuning Las
Komposisi :
Kegunaan :
tubuh.
2. Sembur simbergeh
Komposisi :
Papaya )
Kegunaan:
3. Kuning singgar
11
Universitas Sumatera
Komposisi:
var aggregatum)
d. Bereng -
f. Sapah -
g. Berah -
i. Kicik-kicik -
Kegunaan:
leher.
4. Minyak urut
Komposisi:
aromaticum)
Sativum)
11
Universitas Sumatera
f. Rimo ngawang -
g. Rimo Kejaren -
h. Rimo kelele -
i. Rimo hantu -
l. Mburle -
Zerumbet)
amaryllifolius)
oleum)
q. Waren gegeh -
Kegunaan:
5. Tawar
Komposisi:
var aggregatum)
11
Universitas Sumatera
d. Bawang putih (Indonesia : Bawang Putih, Latin : Allium
Sativum)
Moluccanus)
aurantiifolia)
Kegunaan :
dan dimakan, karena rasanya agak pedas maka biasa ditambahkan gula
6. Kesaya Silima-lima
Komposisi:
var aggregatum)
Sativum)
Kegunaan :
11
Universitas Sumatera
BAB VI
6.1 Kesimpulan
harapan hidup membawa kebaikan bagi salah satu indikator kesehatan bangsa, namun
di sisi lain membawa hal ini juga berdampak pada transisi penyakit yang berdampak
pada penuaan. Kesehatan lansia juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
perhatian pemerintah yang kurang, pergeseran nilai-nilai sosial budaya, serta kualitas
sumber daya manusia yang rendah menjadi penyebab masalah kesehatan lansia.
Perawatan dan peran keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia untuk mempertahankan
kualiatas hidup lansia untuk mempertahankan kualitas hidup janda atau pun duda agar
senantiasa baik. Selain itu lansia mengalami perubahan peran dalam keluarga, sosial
beradaptasi dengan lingkungan baru dan beriteraksi dengan orang yang baru.
Konsep sehat dan sakit bersifat universal, hal ini sangat dipengaruhi oleh
faktor sosial budaya dimana seseorang itu hidup dan bergaul dengan yang ada
disekitarnya. Masalah sakit dan sehat merupakan proses yang berkaitan dengan
11
Universitas Sumatera
Mengobati diri sendiri dengan obat tradisional merupakan salah satu upaya
6.2 Saran
1. Kepada pihak keluarga supaya lebih memberi perhatian kepada Lansia baik
2. Kepada pihak pemerintah dalam hal perawatan kesehatan lansia supaya lebih
banyak kekurangan baik penulisan, teori tentang kesehatan Lansia supaya dapat
melengkapinya selanjutnya.
11
Universitas Sumatera
Daftar Pustaka
Buku Literatur
RINEKA CIPTA.
DIAN RAKYAT.
Press .
PRENADAMEDIA GROUP.
PUSTAKA BELAJAR.
Medika.
11
Universitas Sumatera
Internet
https://www.bps.go.id
2013).
Psikologi2017.Vol.25,No.2,124135,DOI:10.22146/buletinpsikologi.28992
Kualitas Hidup Lansia oleh Anis Ika Nur Rohman, Purwaningsih, Khoridatul
2338-1795.
Universitas Sumatera
Pendidikan kesehatan terhadap perilaku kesehatan lansia tentang personal hygiene
oleh Iswatiah, Sri Nabawayati Nurul Mukiyah, Laili Nur Hidayah, Jurnal
Kehidupan oleh suli Angria murni, priyono prawito dan sumarto widiono,
20.00 WIB).
Universitas Sumatera