Anda di halaman 1dari 140

1

INTERNALISASI NILAI-NILAI TOLERANSI BERAGAMA


DI MASJID AL-BAROKAH DAN VIHARA PAY LIEN SAN
DESA GLAGAHWEROKECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

NUR ROFIAH
NIM. T20171114

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SHIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DESEMBER 2021
2

INTERNALISASI NILAI-NILAI TOLERANSI BERAGAMA


DI MASJID AL-BAROKAH DAN VIHARA PAY LIEN SAN
DESA GLAGAHWERO KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

NUR ROFIAH
NIM. T20171114

Disetujui Oleh Pembimbing

Dr. Khoirul Faizin, M.Ag.


NIP. 197106122006041001

ii
3
4

MOTTO

              

              

             

Artinya :Karena itu serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan
berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan
janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, “aku beriman
kepada kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku
adil diantara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami
perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nyalah(kita) kembali.” (QS.As-Syura: 15) 1

1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah (Bandung:Jabal,2010), 484.

iv
5

PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini semoga bermanfaat untuk orang-orang yang

haus akan pengetahuan, dan saya persembahkan kepada orang-orang yang selalu

memberikan do‟a dan dukungan agar saya selalu semangat dalam menjalani hidup

demi menggapai cita-cita, dan untuk sahabat-sahabat yang selalu meluangkan

waktu yang sangat berharga untuk sekedar memberikan sebuah inspirasi baru

didalam setiap waktu. Diantaranya yaitukepada :

1. Ayahanda tercinta pahlawan paling nyata dalam hidup saya Kambang Nyowo

Lubis dan ibunda tersayang Wiyatur Rosidah yang selalu sabar membimbing,

merawat, dan mendoakan saya agar menjadi orang yang berguna bagi

agama,masyarakat, dan bangsa.

2. Keluarga tercinta kakak laki-laki satu-satunya Samnun Al Basri, adik-adik

saya, Nur Waqi‟ah dan Naila Afkarina, juga tak lupa pula kakak ipar saya

Navisatul Dzuriyah yang selalu memberikan support serta doa disetiap

perjalanan penulis dalam mencapai semua cita-cita.

3. Semua sahabat seperjuangan, keluarga besar PAI A3, orang-orang yang telah

merubah cara saya berfikir dan terimakasih atas segenap proses yang kita lalui

bersama yang tidak mungkin saya lupakan.

4. Semua sahabat seperjuangan di Pondok Pesantren Putri Annuriyyah

Kaliwining Rambipuji Jember yang telah membersamai perjuangan perjalanan

hidup saya dan terimakasih atas segenap proses yang kita lalui bersama yang

tidak mungkin saya lupakan.

v
6

KATA PENGANTAR

   

Alhamdulillah, puji syukur kepada hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan nikmat, rahmat, taufiq, serta hidayahnya kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban akademik dalam bentuk skripsi. Dan

shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada insan kamil Nabi besar

kita yaitu Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa rahmat untuk seluruh alam.

Skripsi yang telah selesai dengan judul “INTERNALISASI NILAI-NILAI

TOLERANSI BERAGAMA DI MASJID AL-BAROKAH DAN VIHARA PAY

LIEN SAN DESA GLAGAHWERO KECAMATAN PANTI KABUPATEN

JEMBER.” Skripsi ini merupakan upaya dan daya pemikiran untuk menggali

khazanah keilmuan yang lebih dalam. Walau dalam pembahasan dan penulisan

jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis membutuhkan kritikan dan saran

yang konstruktif dari semua pihak

Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, maka kami sepatutnya

mengucapkan terima kasih dan salam ta‟dzim kepada.

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor Universitas Islam

Negeri KH Achmad Siddiq Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi

peneliti selama proses menuntut ilmu.

2. Ibu Prof. Dr. H. Mukni‟ah, M.Pd.I., Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember yang telah

memberikan bimbingan dalam proses perkuliahan.

vi
7

3. Bapak H. D.Fajar Ahwa, M.Pd.I., ketua program studi pendidikan agama

islam Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember yang telah banyak

memberikan motivasi dalam proses studi.

4. Bapak Dr. Khoirul Faizin, M.Ag., Selaku Dosen Pembimbing, beliau yang

telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk membimbing baik secara

moril maupun spiritual hingga skripsi ini selesai.

5. Bapak Dr.H. Abdul Muis, S.Ag, M.Si., selaku kepala perpustakaan

Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember, beserta karyawan yang

telah memberikan pelayanan dan kemudahan fasilitas referensi bagi

mahasiswa.

6. Kepada guru-guru saya sejak awal menempuh pendidikan hingga sampai

jenjang pendidikan saat ini, dan kepada keluarga besarpengasuh pondok

pesantren putri Annuriyyah KaliwiningRambipuji Jember, karena beliau telah

memberikan kesempatan belajar ilmu agama, hinga akhirnya penulis bisa

mendalami ilmu agama dan merasa bahagia menjadi salah satu santrinya.

7. Kepada para narasumber dan pihak-pihak yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk dapat memberikan informasi kepada penulis.

8. Seluruh Mahasisiwa/i UIN KH Achmad Siddiq Jember, Khususnya sahabat-

sahabat Program Studi Pendidikan Agama Islam

Akhirnya, penulis hanya dapat mendo‟akan semoga Allah membalas

kebaikan mereka. Harapan penulis, semoga karya sangat sederhana ini mampu

memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

vii
8

Pendidikan Agama Islam dan berguna untuk Agama, Bangsa dan Negara

Indonesia. Amin Ya Robbal „Alamin,

Jember, 19 Desember 2021

NUR ROFIAH
T20171114

viii
9

ABSTRAK

Nur Rofiah, 2021. “Internalisasi Nilai-Nilai Toleransi Beragama Di Masjid Al-


Barokah Dan Vihara Pay Lien San Glagahwero,Panti, Jember.”

Kata kunci; Internalisasi, nilai-nilai toleransi beragama.

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau dan terdapat
keberagaman didalamnya, baik suku bangsa, budaya, agama, ras, golongan, dan
juga adat istiadat.Keragaman bangsa Indonesia ini tidak hanya terlihat dari
beragamnya jenis suku, etnik, budaya, ras dan juga golongan tetapi keberagaman
ini juga tampak dari perbedaan agama yang dianut oleh penduduk bangsa
Indonesia. Toleransi merupakan hal yang penting untuk diterapkan agar dapat
memandang perbedaan sebagai sumber kekuatan bukan alasan perpecahan.
Maka dengan ini fokus penelitian yaitu: (1) Apa nilai-nilai toleransi
beragama yang diinternalisasikan kepada jamaah masjid Al-Barokah dan Vihara
Pay Lien San di Desa Glagahwero, Panti, Jember?, (2) Bagaimana cara
menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama tersebut?, (3) Bagaimana hasil
dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi tersebut?
Tujuan penelitian ini (1) Mendeskripsikan nilai-nilai toleransi beragama
yang diinternalisasikan kepada jamaah masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien
San di Desa Glagahwero, Panti, Jember, (2) Mendeskripsikan cara
menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama tersebut, (3) Mendeskripsikan
hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi beragama tersebut.
Adapun pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah kualitatif dengan
jenis penelitian fenomenologi. Teknik pengumpulan data mengggunakan tiga
metode yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan pengecekan
keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Sesuai dengan hasil analisis, maka dalam internalisasi toleransi beragama
di masjid Al-Barokah dan vihara Pay Lien San adalah (1) Nilai-nilai toleransi
beragama yang diinternalisasikan kepada jamaah masjid Al-Barokah dan vihara
Pay Lien San di desa Glagahwero, Panti, Jember adalah nilai kerukunan, nilai
saling menghargai, dan nilai gotong royong, (2) Cara menginternalisasikan nilai-
nilai toleransi beragama tersebut ialah ditanamkan dan diajarkan sejak kecil,
mempererat persatuan antar sesama umat beragama, tidak saling mengganggu,
memandang toleransi sebagai perintah agama, dan saling berbuat kebaikan dan
saling membantu, (3) Hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi beragama
tersebut adalah mencakup tiga aspek yaitu yang pertama tanggung jawab, kedua
kebebasan dan ketiga keadilan.

ix
10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................. iii

MOTTO ..................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ...................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Konteks Penelitian ......................................................................... 1

B. Fokus Penelitian............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

E. Definisi Istilah................................................................................ 10

F. Sistematika Pembahasan ................................................................ 13

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ........................................................ 15

A. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 15

B. Kajian Teori .................................................................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 35

A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 35

x
11

B. Lokasi Penelitian........................................................................... 36

C. Subyek Penelitian.......................................................................... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39

E. Analisis Data ................................................................................. 42

F. Keabsahan Data ............................................................................ 46

G. Tahap-tahap Penelitian.................................................................. 48

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ......................... 52

A. Gambaran Obyek Penelitian ......................................................... 52

B. Penyajian Data .............................................................................. 56

C. Pembahasan Temuan .................................................................... 86

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 105

A. Kesimpulan .................................................................................. 105

B. Saran ........................................................................................... 106

C. Rekomendasi .............................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
12

DAFTAR TABEL

No Uraian

2.1 Persamaan Dan Perbedaan Penelitian ........................................................ 18

4.1Temuan Penelitian....................................................................................... 87

xii
13

DAFTAR GAMBAR

No Uraian

4.1 Masjid Al-Barokah .............................................................................. 52

4.2 Vihara Pay Lien San............................................................................. 54

4.3 Vihara Pay Lien San Dan Masjid Al-Barokah ..................................... 59

4.4 Wawancara Dengan Bapak Faisol Hasan ............................................ 63

4.5 Wawancara Dengan Bapak Miroso/ Sugik .......................................... 66

4.6 Wawancara Dengan Sucipto ................................................................ 70

4.7 Wawancara Dengan Hery Nofem Stadiono .......................................... 85

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau dan

terdapat keberagaman didalamnya, baik suku bangsa, budaya, agama, ras,

golongan, dan juga adat istiadat. Di samping itu, Indonesia juga tergolong

negara yang cukup besar, baik dipandang dari sudut pandang wilayah yang

terdiri atas lima pulau besar seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan

Irian Jaya beserta pulau kecil sebanyak 17.508 maupun dari sudut jumlah

penduduk sebesar 241.973.879 orang.2

Keragaman bangsa Indonesia ini tidak hanya terlihat dari beragamnya

jenis suku, etnik, budaya, ras dan juga golongan tetapi keberagaman ini juga

tampak dari perbedaan agama yang dianut oleh penduduk bangsa Indonesia.

Suasana kehidupan yang damai dalam lingkungan masyarakat yang heterogen

ini dapat terwujud sebab adanya sikap kesadaran terhadap keragaman juga

menghargai terhadap perbedaan itu sendiri. Toleransi merupakan hal yang

penting dan perlu untuk diimplementasikan oleh setiap individu sehingga

dapat menciptakan suasana damai di tengah keberagaman.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi berarti bersifat atau

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,

pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda

2
Muhammad Saleh Tajuddin,et al., “Berbagai Kasus Konflik Di Indonesia: Isu Nonpribumi, Isu
Agama, Hingga Isu Kesukuan”, Jurnal Wawasan Keislaman, Vol 10, No 1 ( 2016): 63-64.

1
2

atau bertentangan dengan pendirian sendiri.3 Dengan melihat pengertian

tersebut maka dapat dipahami bahwa toleransi adalah sikap mampu untuk

menerima perbedaan yang ada diluar diri individu itu sendiri. Sehingga

apabila setiap orang telah melaksanakan sikap toleransi dalam kehidupannya,

dia tidak lagi memandang bahwa perbedaan adalah sesuatu yang harus

dipertentangkan atau diperhadapkan. Sebab hal itu, mempertentangkan dan

memperhadapkannya hanya akan menimbulkan konflik.

Dalam sudut pandang agama, sikap toleransi ini juga telah

diperintahkan oleh Allah sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT

dalam Al-Qur‟an Surah Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi:

            

         


Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seoang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui Maha Teliti.4

Ayat di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya Allah telah

menciptakan manusia dalam bentuk laki-laki dan perempuan kemudian

dijadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku–suku.Dalam konteks tersebut,

tampak begitu banyak perbedaan yang telah ditakdirkan oleh Allah dan juga

berisi pelajaran bahwas perbedaan yang diciptakan oleh Allah dimaksudkan

agar manusia dapat saling mengenal dan menghargai perbedaan itu sendiri.
3
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/toleran.htm. (diakses tanggal 10 Desember 2020)
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya Al-Hikmah (Bandung:
CV Deponegoro,2010), 517.
3

Bukan sebaliknya, yakni menjadikan perbedaan sebagai sumber pertentangan

yang akan menyebabkan lunturnya rasa persatuan.

Toleransi memiliki kedudukan yang penting ditengah masyarakat

plural atau beragam. Hal ini dapat kita lihat bahwa sejarah telah memberikan

banyak pelajaran kepada kita, tidak sedikit konflik yang terjadi dimasa lalu

atau bahkan saat ini. Konflik yang berwujud kerusuhan di berbagai wilayah di

Indonesia merupakan akumulasi dari kerapuhan persatuan dan kesatuan

warga masyarakat heterogen dalam satuan-satuan wilayah kebudayaan

dengan kepentingan konspirasi kelompok-kelompok tertentu di dalam negeri

serta pihak asing yang dapat berupa tujuan politik, ekonomi dan agama.5

Dalam sejarahnya, banyak konflik yang pernah terjadi di Indonesia,

salah satu konflik yang pernah terjadi adalah konflik antar etnis yaitu konflik

etnis Tionghoa dengan etnis Jawa. Konflik Cina-Jawa di kota Pekalongan

tahun 1995 dipicu oleh seorang etnis tionghoa bernama Yoe Sing Yoeng

berumur 42 tahun kedapatan menyobek al-qur‟an pada Rabu pagi tanggal 22

November 1995.6 Peristiwa ini tentu bukan hal yang mudah diterima oleh

orang muslim yang merasa bahwa kitab suci yang diyakini di dalam agama

Islam di robek oleh orang nonmuslim dan dianggap pelecehan terhadap agama

Islam.

Di Pekalongan masalah yang berhubungan dengan agama itu sifatnya

sangat sensitif, mudah tersulut apabila terjadi penyimpangan. Pekalongan

merupakan daerah yang mayoritasnya agama islam dan mereka dikenal


5
Suheri Harahap, “Konflik Etnis dan Agama di Indonesia”, Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama, vol
1,no.2, (2018): 33.
6
Suheri Harahap, “Konflik Etnis”, 39.
4

sebagai masyarakat yang kuat pengamalan ajaran agamananya, oleh karenaitu

masalah-masalah social yang menyentuh emosi keagaamaan warga cepat

mendapat respon dari masysrakat.7 Kejadian perobekan Al-qur‟an tersebut

dilihat oleh beberapa orang, salah satunya adalah Alwi dan Esah yang

merupakan saksi kejadian penyobekan tersebut.

Belakangan diketahui bahwa Ayoeng merupakan penderita gangguan

jiwa dan belum lama keluar dari rumah sakit jiwa. Penyobekan tersebut terjadi

di Jalan Hayam Wuruk tepat di depan toko Sinar Matahari Jl Hayam Wuruk

No.230 Pekalongan.Setelah kejadian tersebut semakin siang masa yang

berkumpul semakin banyak dan menanyakan siapa yang menyobek Al-qur‟an

tersebut. Setelah menyetahui pelaku yang merobek Al-qur‟an masuk ke dalam

toko, massa mendobrak pintu toko hingga berlubang. Konflik yang terjadi ini

menyebabkan banyak kerugian yaitu dibidang pendidikan, sosial politik dan

juga berdampak pada keadaan perekonomian masyarakat.

Di kabupaten Bantul, kasus intoleransi kebebasan beragama lebih

sering terjadi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di provinsi DIY, Ormas

Front Jihad Islam (FJI) mendatangi pondok pesantren waria Al-fatah

Kotagede,Jagalan, Banguntapan, Bantul dengan tujuan meminta agar pondok

pesantren ditutup, 7 Desember 2016, Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI)

mendatangi kantor humas dan administrasi Universitas Kristen Duta Wacana

(UKDW) Yogyakarta. Mereka memprotes poster iklan penerimaan mahasiswa

baru UKDW yang menampilkan foto wanita berhijab, Januari 2017, sejumlah

7
Miftahul Aliyah, “Konflik Sosial Antara Pribumi Dengan Non Pribumi (Cina) Di Pekalongan
Jawa Tengah Tahun 1995” (Skripsi, Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,2008), 79.
5

warga menolak Camat Pajangan Yulius Suharto di Kabupaten Bantul karena

yang bersangkutan nonmuslim yang mana waktu itu Bupati Bantul, Suharsono

sudah melantiknya, 12 Oktober 2017 terjadi pembatalan acara kebaktian

nasional revormasi 500 tahun gereja Tuhan oleh Stephen Thong Evangelistic

International (STEM) di Yogyakarta karena ada penolakan dari ormas islam

dengan tuduhan kristenisasi.8

Dengan adanya sikap intorenasi tersebut tentu akan dapat menimbulkan

konflik yang akan mengaitkan beberapa oknum maupun instansi-instansi

tertentu dan ini juga dapat menyebabkan memudarkan persatuan antar warga

Indonesia yang juga tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sebuah

perpecahan dan ini juga bertentangan dengan dasar Negara (pancasila) pada

sila ketiga yaitu persatuan Indonesia yang berarti memberikan sejumlah

jaminan untuk melakukan kerja sama yang baik dan erat dalam kehidupan

bermasyarakat meskipun dengan adanya perbedaan dari agama, ras maupun

budaya.

Bentuk toleransi yang harus ditegakkan adalah toleransi agama dan

toleransi sosial. Toleransi agama adalah toleransi yang menyangkut keyakinan

yang berhubungan dengan akidah yaitu sikap lapang dada untuk memberi

kesempatan pemeluk agama selain islam beribadah menurut ketentuan agama

yang diyakininya. Sedangkan toleransi sosial berorientasi terhadap toleransi

masyarakat. Dalam masyarakat yang beragam karena perbedaan agama

8
Furqon Ulya Himawan, “ Diusir Dari Desa Karena Agama, Bagaimana Mencegah Intoleransi Di
Tingkat Warga ?” BBC News Indonesia, April 3, 2019,
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Www.Bbc.Com/Indonesia/Indonesia-47801818.Amp.
(Diakses Tanggal 08-04-2021).
6

dianjurkan untuk menegakkan kedamaian dan melakukan kerjasama dengan

orang-orang yang berlainan agama dalam batas-batas yang telah ditentukan.9

Dengan mengamalkan toleransi tersebut berarti seseorang telah membantu

menjaga persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia dan keberagaman yang ada

dapat dijadikan sebagai aset kekayaan keragaman bagi bangsa Indonesia.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak

di bagian timur pulau Jawa. Surabaya menjadi ibu kota dari Jawa Timur. Jawa

Timur memiliki 38 kabupaten, dengan banyaknya Kabupaten ini juga

menunjukan banyaknya keberagaman di dalamnya baik dari ras, agama,

maupun bahasa salah satunya adalah kabupaten Jember yang memiliki 31

kecamatan. Jember dikenal dengan kota pandhalungan yaitu wilayah yang

terdapat beragam kelompok etnik dengan latar belakang budaya berbeda yang

kemudian menghasilkan suatu budaya.

Kecamatan Panti menjadi salah satu daerah dengan keberagamannya

terdapat salah satu desa bernama Glagahwero yang menunjukkan adanya

toleransi atau kerukunan diantara perbedaan yaitu kerukunan antar umat yang

berbeda agama yaitu agama Islam dan agama Kong Hu Cu. Hal ini dibuktikan

dengan adanya dua tempat ibadah yang letaknya tidak berjauhan yaitu masjid

Al-Barokah dan vihara Pay Lien San. Pasalnya vihara itu hanya berjarak lima

meter dengan masjid Al-barokah yang sering digunakan umat muslim untuk

salat berjamaah.10

9
Lely Nisvilyah, “Toleransi Antarumat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan Dan Kesatuan
Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto)”, dalam Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol 2, Nomor 1, (2013), 384.
10
Yudi Indrawan “Berkast Gus Dur, Vihara dan Masjid di Jember Ini Rukun Berdekatan”
Bangsaonline.Com, Januari 25,2020, Https://M.Bangsaonline.Com/Berita/68360/%E25805
7

Fakta lain yang menunjukkan adanya toleransi beragama adalah di

wilayah ini tidak terdapat penganut agama Kong Hu Cu seluruh

masyarakatnya menganut ajaran agama Islam. Namun, mereka dapat

menerima dengan tangan terbuka adanya tempat ibadah dari agama yang

berbeda. Masyarakat dapat menerima para jamaah vihara yang mana mereka

bukan dari golongan masyarakat wilayah ini, mereka para jamaah datang

hanya untuk melakukan sembahyang di vihara dan tidak hidup secara

berdampingan di satu wilayah ini sebab para jamaah yang datang berasal dari

luar wilayah.

Kerukunan ini juga tampak pada perayaan hari raya Imlek yaitu terjadi

suasana yang tak biasa di tempat ibadah Tri Darma (TITD) Pay Lien San

pada hari sabtu biasanya pengunjung yang datang hanya dari kalangan umat

Kong Hu Cu, Taoisme dan Budha untuk beribadah. Namun, di hari raya Imlek

ini, umat agama lain datang seperti muslim, Kristen, Katolik, Hindu, aliran

kepercayaan Sapto Dharma dan kewajen.11 Disini tampak adanya jalinan

toleransi yang dilakukan oleh setiap pemeluk agama meskipun keyakinan

yang mereka yakini berbeda-beda tidak lantas menimbulkan perselisihan tapi

sebaliknya dapat menciptakan kerukunan. Dan ini merupakan salah satu hal

yang menarik dimana ditempat atau beberapa wilayah yang berbeda tidak

mudah untuk dapat menerima adanya perbedaan terutama perbedaan dalam

hal keyakinan (agama) yang dianut.

Berkat-Gus-Dur-Vihara-Dan Masjid-Dijember-Ini-Rukun-Berdekatan. (diakses tanggal 10 April


2021).
11
Bagus Supriadi, “Potret Toleransi di Jember , 8 Agama Ikut Hadir Dalam Perayaan Imlek”,
Kompas.Com, Januari 25, 2020, https://regional.kompas.com/read/2020/01/25/15455371/potret-
toleransi-di-jember-8-agama-ikut-hadir-dalam-perayaan-imlek.(Diakses tanggal 10 April 2021).
8

Menilik ulasan diatas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti

tentang internalisasi nilai-nilai toleransi beragama yang dilaksanakan di

masjid Al-barokah dan vihara Pay Lien San desa Glagahwero kecamatan

Panti, dengan judul “Internalisasi Nilai-nilai Toleransi Beragama di Masjid

Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San Desa Glagahwero Kecamatan Panti

Kabupaten Jember”.

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah

fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang

akan dicari jawabannya melalui proses penelitian.12Sehingga berdasarkan latar

belakang tersebut, dapat diformulasikan kedalam fokus penelitian, sebagai

berikut:

1. Apa nilai-nilai toleransi beragama yang diinternalisasikan kepada jamaah

masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa Glagahwero, Panti,

Jember?

2. Bagaimana cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama

tersebut?

3. Bagaimana hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Dengan rumusan masalah diatas, maka disusun tujuan masalah sebagai

berikut:

12
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan IAIN Jember, 2020), 45.
9

1. Mendeskripsikan nilai-nilai toleransi beragama yang diinternalisasikan

kepada jamaah masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa

Glagahwero, Panti, Jember .

2. Mendeskripsikan cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi

beragama tersebut.

3. Mendeskripsikan hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi

beragama tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini berisi tentang kontribusi apa yang akan

diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa

kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi

penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian

harus realistis.13Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pengembangan ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman serta

memperkaya kajian di dunia akademik yakni mengkaji tentang pontret

keharmonisan yang terjalin ditengah perbedaan yang ada.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan

mengenai penulisan karya tulis ilmiahyang baik dan benar. Serta dapat

13
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan, 45.
10

juga memberikan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan sikap

toleransi yang terajadi ditengah masyarakat yang memiliki banyak

perbedaan di dalamnya.

b. Bagi Universitas Islam Negeri KH. Achmad Shiddiq Jember

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

khususnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di lingkungan

kampus terlebih untuk Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Serta

penelitian ini sebagai literatur atau referensi penelitian terdahulu pada

waktu selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sebuah kontribusi

dan acuan untuk mengembangkan penanaman nilai-niali toleransi

antarsesama sehingga dapat terus terjalin hubungan kemasyarakatan

secara harmonis.

E. Defisini Istilah

1. Internalisasi nilai

Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran,doktrin atau

nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran

doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.14 Sedangkan

nilai adalah suatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkret,

bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut

14
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/internalisasi.html.(Diakses tanggal 13-04-2021)
11

pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan

tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenang. 15

Jadi interalisasi nilai dalam penelitian ini adalah pemaknaan

terhadap adanya sesuatu ajaran yang dapat memberikan dampak dalam

perbuatan seorang individu terhadap suatu yang ada dan terjadi

disekitarnya.

2. Toleransi beragama

Toleransi dalam pengertian istilah umum adalah suatu sikap akhlak

terpuji dalam pergaulan dimana antar sesama manusia saling menghargai

dalam batas-batas yang digariskan oleh Islam.16Toleransi adalah suatu

sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepda orang

lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai

pengakuan hak-hak asasi manusia.17

Toleransi adalah sikap tenggang rasa atau perasaan mau untuk

menerima, mengahargai dan juga bersedia untuk menghomati adanya

suatu perbedaan yang timbul di luar individu. Toleransi adalah sikap yang

dapat menerima adanya suatu perbedaan diluar dirinya atau munculnya

keragaman dengan perasaan terbuka sehingga tidak menutup diri untuk

mengakui adanya suatu perbedaan yang ada. Gotong royong dan

kerjasama merupakan implementasi dari sikap tenggang rasa, saling

15
Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996), 61.
16
Jamil, “Toleransi Dalam Islam”, Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam, vol 1, no.2, (2018): 241.
17
Bustanul Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) Dalam Interaksi Antar Umat
Beragama”, Jurnal Kajian Agama, Social dan Budaya, vol 1,no.2, (2016): 398.
12

menghargai dan menerima segala perbedaan dan hal ini adalah salah satu

bentuk dari toleransi.

Kata “beragama” berasal dari kata “agama”.Kata “agama”

mengandung arti kepercayaan kepada tuhan (dewa, dan sebagainya),

dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan

kepercayaan tersebut.Kata “agama” kemudian mendapat imbuhan berupa

awalan “ber” sehingga menjadi beragama.Kata ini mengandung beberapa

arti memeluk agama, beribadah dan memuja.18

Dengan demikian dapat dipahami bahwa beragama adalah adanya

suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh seseorang individu

sebagai suatu pedoman atau ajaran yang dapat menuntunnya menuju

kebenaran, yang mana di dalam agama tersebut seorang individu

mengenal tuhannya meyakini ajarannya dan mematuhi peraturan yang ada

di dalamnya.

Jadi toleransi beragama adalah merupakan sikap untuk menerima

dan menghargai juga menghormati perbedaan keyakinan atau kepercayaan

yang diikuti atau dianut oleh orang lain.

Berdasarkan uraian definisi istilah diatas, maka maksud dari judul

penelitian ini adalah suatu upaya atau tindakan yang dilaksanakan di Masjid

Al- Barokah dan Vihara Pay Lien San dalam penanaman tentang pemberian

makna terhadap adanya perbedaan agama sehingga kemudian dapat

menjadikan atau tumbuh sikap toleransi (menerima dan menghargai) terhadap

18
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama Dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep
Pendidikan Islam), (Depok: PT Raja Grafindo Persada,2018),28.
13

perbedaan yang ada di Desa Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten

Jember.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini berisi tentang deskripsi alur pembahasan

skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format

penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskripsi naratif,

bukan seperti pada daftar isi.19 Sistematika dalam penelitian ini yaitu:

1. Bab pertama ialah pendahuluan.Dalam bab ini berisi tentang latar

belakang masalah yang berisi tentang fenomena yang dibahas dalam

penelitian, keunikan serta alasan penelitian ini patut dilaksanakan, fokus

penelitian yang mana didalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan yang

diharapkan dapat terjawab dengan adanya penelitian ini, tujuan penelitian

berisi hal- hal yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, manfaat penelitian

terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, definisi

istilah yang mana didalamnya memberikan definisi-definisi terkait dengan

titik perhatian peneliti dalam judul dan apabila tidak didefinisikan akan bias

maksud dari judul yang peneliti inginkan, sistematika pembahasan berisi

deskripsi alur pembahasan skripsi dari bab pendahuluan hingga bab

penutup. Bab pertama ini berfungsi untuk menggambarkan secara umum

kandungan dalam skripsi.

2. Bab dua berisi kajian kepustakaan. Dalam bab ini penulis menguraikan

penelitian terdahulu yang berisi definisi dan tinjauan terkait penelitian

19
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan,91.
14

terdahulu yang didalamnya juga menjelaskan letak persamaan dan

perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan

dan kajian teori membahas tentang masalah penelitian yang sesuai dengan

topic penelitian yang akan dilaksanakan terkait dengan focus dan tujuan

penelitian. Bab ini berfungsi untuk mengukur relevansi dari penelitian yang

akan dilaksanakan peneliti.

3. Bab tiga menjelaskan metode penelitian.Dalam bab ini berisi pendekatan

dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik

pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap

penelitian. Fungsi bab ini sebagai acuan dalam tahap-tahap dan cara

melaksanakan penelitian dan agar dapat mempermudah peneliti untuk

mencari jawaban dari pertanyaan pada focus penelitian.

4. Bab empat berisi penyajian data dan analisis data.Dalam bab ini dijelaskan

tentang gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis dan

pembahasan temuan. Fungsi bab empat ini adalah untuk memaparkan atau

menjabarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti di lapangan.

5. Bab lima ialah penutup yang didalamnya membahas kesimpulan dan saran.

Bab lima ini berfungsi sebagai rangkungan dari semua pembahasan yang

telah dipaparkan pada bab empat dan juga berisi penyampaian saran kepada

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.


BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian

terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian

membuat ringkasannya, baik peneliti yang sudah terpublikasikan atau belum

terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi, artikel yang dari setiap dimuat pada

jumlah ilmiah dan sebagainya). 20

1. Nedia Marpita Sari, 2019 dengan judul Pola Internalisasi Nilai-Nilai

Toleransi Berbasis Multicultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 21 Kota Bengkulu, focus penelitiannya adalah apa

itu multicultural?, apa bentuk nilai-nilai toleransi yang di ajarkan guru

Pendidikan Agama Islam pada siswa-siswi?, bagaimana pola internalisasi

nilai-nilai toleransi berbasis multicultural dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam?, apa factor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-

nilai toleransi berbasis multicultural dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam?, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,

peneliti penyimpulkan pola internalisasi nilai-nilai toleransi berbasis

multicultural dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri

21 Kota Bengkulu ini sudah berjalan dengan baik,adanya rasa kesadaran

dari setiap komponen-komponen pendidikan yang ada, persamaan perilaku

terhadap peserta didik yang beraneka ragam (budaya, agama, suku dan

20
Tim Penyusun,Pedoman Penulisan, 46.

15
16

lainnya) dan juga adanya program-program keagamaan seperti literasi

mengaji al-qur‟an, membaca kitab dan sholat dhuha serta dzuhur

berjamaah dan juga ekstrakurikuler yang diharapkan menjadi penunjang

terwujudnya sikap cinta agama masing-masing dan sikap toleransi antar

sesama, factor pendukung internalisasi nilai-nilai toleransi berbasis

multicultural dalam pembelajaran PAI di SMPN 21 Kota Bengkulu tidak

terlepas dari keterkaitan dan kerjasama semua komponen-komponen

pendidikan yang ada, baik itu kepala sekolah,guru peserta didik,

lingkungan sekolah, sarana serta fasilitas sehingga mampu mengaktifkan

semua program-program yang ada dalam hal ini untuk mewujudkan

kebersamaan, sikap toleransi,saling menghormati dan disiplin, factor yang

menjadi penghambat adalah kekurangan guru pengajar PAI dan hanya

terdapat satu orang guru yang berbeda agama untuk mengajarkan kitab

kepada semua semua peserta didik non muslim.

2. Imam Baihaqi, 2019 dengan judul Internalisasi Sikap Toleransi Melalui

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas

Laboratorium Universitas Negeri Malang,focus penelitiannya adalah

bagaimana strategi guru dalam menginternalisasi sikap toleransi melalui

pembelajaran Pendidikan AgamaIslamdi SMA Laboratorium Universitas

Negeri Malang?, bagaimanaimplementasi guru Pendidikan Agama

Islamdalam internalisasi sikap toleransipada peserta didik di SMA

Laboratorium Universitas Negeri Malang?dan bagaimana hasil dari

internalisasi sikap toleransi melalui pembelajaran Pendidikan Agama


17

Islam di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang?. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif. Kesimpulan yang peneliti dapatkan adalah strategi guru PAI

dalam menginternalisasi sikap toleransi melalui pembelajaran PAI di

dalam kelas adalah keteladanan, pembiasaan,ibrah dan amtsal,pemberian

nasihat dan kedisiplinan, implementasi internalisasi sikap toleransi melalui

pembelajaran PAI yakni menggabungkanbeberapa komponen menjadi

menjadi satu kesatuan, hasil internalisasi sikap toleransi melalui

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tercermin pada sikap peserta didik

dalam mengikuti pembelajaran maupun diluar kelas antara lain sikap

saling menerima, saling menghargai, sikap bekerja sama dan gotong

royong tanpa membeda-bedakan suku, agama dan ras.

3. Sholihin Tri Bagaskara, 2017 dengan judul Internalisasi Nilai-Nilai

Pendidikan Agama Islam Berbasis Toleransi Antar Umat Beragama di

SMA Negeri 1 Kraksaan Kabupaten Probolinggo, focus penelitiannya

adalah bagaimana proses internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

berbasis toleransi antar umat beragama di SMA Negeri 1 Kraksaan? dan

apafaktor pendukung dan penghambat dalam menginternalisasikan nilai-

nilai Pendidikan Agama Islam berbasis toleransi antar umat beragama di

SMA Negeri 1 Kraksaan?. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah nilai-nilai Pendidikan

Agama Islam berbasis toleransi yang dikembangkan di SMAN 1 Kraksaan

adalah nilai kesamaan, nilai kebebasan dan nilai keadilan yang


18

dikembangkan dalam 3 proses yakni proses perencanaan dengan

pemberian informasi secara materi, proses pelaksanaan melalui

kegiatandiskusi didalam kelas dan kegiatan keagamaan, yang ketiga adalah

proses pembiasaan melalui pembentukan budaya toleransi, tolong

menolong antar sesama dan budaya kerjasama. Adapun factor pendukung

terlaksananya internalisasi ini adalah kemampuan pendidik dalam

menginternalisasikan nilai-nilai PAI berbasis toleransi antar umat

beragama yang baik, kebijakan sekolah yang toleran dan kesadaran siswa

yang tinggi mengenai toleransi, factor penghambat antara lain pengaruh

media social yang provokatif sehingga menimbulakan sikap fanatisme

yang berlebiohan dan pengaruh lingkungan luar yang negative mengenai

toleransi anat umat beragama.

Tabel 2.1
Persamaandan Perbedaan Penelitian

No Nama, Tahun, Persamaan Perbedaan Orisinalitas


Judul Penelitian
1. Nedia Marpita Penelitian ini Penelitian ini Bagaimana pola
Sari,2019, Pola sama- sama dilaksanakan internalisasi
Internalisasi Nilai- membahas di lembaga nilai-nilai
Nilai Toleransi tentang pendidikan toleransi
Berbasis internalisasi nilai (sekolah) berbasis
Multicultural toleransi. sedangkan multicultural
Dalam penelitian ini dalam
Pembelajaran dilaksanakan pembelajaran
Pendidikan Agama di wilayah Pendidikan
Islam di SMP masyarakat. Agama Islam di
Negeri 21 Kota SMP Negeri 21
Bengkulu Kota Bengkulu
2. Imam Baihaqi, Penelitian ini Penelitian ini Bagaimana
2019, Internalisasi sama-sama dilaksanakan implementasi
Sikap Toleransi membahas di jenjang guru Pendidikan
Melalui tentang sekolah formal Agama Islam
Pembelajaran internalisasi sedang dalam
19

No Nama, Tahun, Persamaan Perbedaan Orisinalitas


Judul Penelitian
Pendidikan Agama sikap toleransi penelitian yang internalisasi
Islam di Sekolah beragama. hendak sikap toleransi
Menengah Atas dilakukan di SMA
Laboratorium adalah pada Laboratorium
Universitas Negeri konteks Universitas
Malang wilayah Negeri Malang
masyarakat.
3. Sholihin Tri Penelitian ini Penelitian ini Bagaimana
Bagaskara,2017, sama-sama tentang proses
Internalisasi Nilai- membahas internalisasi internalisasi
Nilai Pendidikan tentang nilai toleransi nilai-nilai
Agama Islam internalisasi nilai di lingkungan Pendidikan
Berbasis Toleransi agama. sekolah Agama Islam
Antar Umat sedangkan berbasis
Beragama di SMA penelitian yang toleransi antar
Negeri 1 Kraksaan akan umat beragama
Kabupaten dilaksanakan di SMA Negeri
Probolinggo adalah 1 Kraksaan
internalisasi
nilai toleransi
beragama di
lingkungan
masyarakat

Berdasarkan tabel persamaan dan perbedaan di atas dapat diketahui

bahwa persamaan tiga penelitian terdahulu dengan penelitian yang hendak

dilakukan adalah sama- sama membahas tentang internalisasi nilai-nilai

agama, sedang perbedaan antara penelitian yang hendak dilakukan dengan

tiga penelitian yang terdahulu ialah focus kajian yang hendak diteliti adalah

internalisasi nilai-nilai yang dapat menumbuhkan rasa toleran atau saling

menghargai agama lain yang terjadi pada wilayah masyarakat.


20

B. Kajian Teori

1. Toleransi

a. Pengertian toleransi

Istilah toleransi berasalah dari kata “tolerare” yang berarti

dengan sabar membiarkan sesuatu. Ihsan mengungkapkan bahwa

pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap

manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang

menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang

lain.21Toleransi adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk

membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberikan kebenaran

atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia.22

Toleransi adalah sikap untuk menghargai dan menghormati serta

mampu menerima segala perbedaan yang ada sehingga dengan

melaksanakan atau mengamalkan sikap toleransi ini akan dapat

membentuk suatu kerukunan yang juga dapat mencipkan kedamain

dalam hidup.

Dalam bahasa arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai

padanan kata toleransi adalah samanah atau tasamuh, artinya sikap

lapang dada atau terbuka dalam menghadapi perbedaan yang

bersumber dari kepribadian yang mulia.23 Toleransi dalam konteks

21
Eko Digdoyo,“Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Social Media”,
dalam Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol 3,
No 1,(2018): 46.
22
Muawanah, “Pentingnya Pendidikan untuk Tanamkan Sikap Toleran di Masyarakat”,dalam
Jurnal Vijjacariya, Vol 5, Nomor 1,( 2018), 62.
23
Digdoyo, “Kajian Isu Toleransi Beragama”, 46.
21

social budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang

melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok- kelompok yang

berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu

masyarakat. Contohnya toleransi beragama dimana penganut mayoritas

dalam suatu masyarakat mengizinkan kebedaan agama lainnya. 24

Hidup bermasyarakat berarti adalah hidup dengan berbagai keragaman,

dimana yang telah diketahui bahwa setiap individu yang satu dengan

yang lain tentu memiliki perbedaan namun, satu hal yang perlu tetap

diingat bahwasannya manusia tercipta sebagai makhluk social yaitu

makhluk yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, sehingga

dengan mengingat hal ini akan memberikan kesadaran akan

pentingnya melaksanakan sikap toleransi.

Toleransi mempunyai arti kesabaran akan saling menghormati

antarumat beragama, yaitu dengan disertai sifat lapang dada sesama

manusia didalam beragama yang menimbulkan perdamaian dan

kebersamaan, tentunya dengan batasan-batasan yang sesuai dengan

akidah dan kepercayaan masing-masing.25

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk

menumbuhkembangkan sikap saling memahami dan menghargai

perbedaan yang ada, serta menjadi entry point bagi terwujudnya

suasana dialog dan kerukunan antarumat beragama, toleransi harus

menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat, dari tingkat


24
Digdoyo, “Kajian Isu Toleransi Beragama”, 46.
25
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an; Telaah Konsep
Pendidikan Islam (Depok: PT Raja Granfindo Persada, 2018), 22.
22

anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua, baik mahasiswa,pegawai,

birokrat, bahkan peserta didik yang masih belajar di bangku sekolah.

Toleransi adalah nilai-nilai,sikap, kesediaan dan keterlibatan seseorang

dalam mendukung suatu keadaan yang memberikan ruang bagi adanya

pengakuan perbedaan yang khususnya untuk terciptanya kerukunan.

Dalam kehidupan umat beragama, maka toleransi dilihat sebagai

menjaga kerukunan antar dan intern umat beragama. 26

Bentuk toleransi yang harus ditegakkan yaitu toleransi agama

dan toleransi social. Toleransi agama adalah toleransi yang

menyangkut keyakinan yang berhubungan dengan akidah yaitu sikap

lapang dada untuk memberi kesempatan pemeluk agama selain islam

beribadah menurut ketentuan agama yang diyakininya. Sedangkan,

toleransi social berorientasi terhadap toleransi kemasyarakatan. Dalam

masyarakat yang beragam karena perbedaan agama dianjurkan untuk

menegakkan kedamaian dan melakukan kerjasama dengan orang-orang

yang berlainan agama dalam batas-batas yang telah ditentukan.27 Dua

macam toleransi tersebut harus dapat dilaksanakan dengan seimbang

oleh setiap orang sehingga dengan begitu akan dapat tercipta

kehidupan damai, berdampingan ditengah perbedaan. Melaksanakan

toleransi merupakan yang penting namun dalam pelaksanaannya tentu

26
Qowaid, “Gejala Intoleransi Beragama di Kalangan Peserta Didik dan Upaya
Penanggulangannya Melalui Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, dalam Dialog Penelitian dan
Kajian Keagamaan, Nomor 1, (2013), 73.
27
Lely Nisvilyah, “Toleransi Antarumat Beragama dalam Memeperkokoh Persatuan dan Kesatuan
Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto)”, dalam Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol 2, Nomor 1, (2013), 384.
23

harus juga mempertimbangkan batas-batas yang harus diterapkan baik

kita sebagai seorang hamba maupun sebagai makhluk social.

b. Ruang Lingkup Toleransi

Adapun ruang lingkup dari toleransi antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Tanggung jawab

Tanggung jawab menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung

jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan

yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga

berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Perayaan dan segala aktivitas maupun atribut masing-masing

pemeluk agama menjadi tanggung jawab agama bersangkutan.

Pemaksaan untuk mengajak bahkan menyuruh pihak lain untuk

ikut serta merayakan dan memasang segala atributnya merupakan

bentuk intoleransi.28

b. Kebebasan

Kebebasan dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan

kata dasar dari bebas yang artinya lepas sama sekali (tidak

terhalang,terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak,

berbicara, berbuat, dan sebagainya leluasa): lepas dari

(kewajiban,tuntutan,perasaan takut dan sebagainya): tidak

28
Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama, 23.
24

dikenakan (pajak, hukuman, dan sebagainya): tidak terikat atau

terbebas oleh aturan dan sebaginya:merdeka ( tidak

dijajah,diperintah atau tidak dipengaruhi oleh Negara lain atau

kekuasaan asing): tidak terdapat (didapati) lagi. 29

Konsep kebebasan atau kemerdekaaan ( al-hurriyah) adalah

konsep yang memandang semua manusia pada hakikatnya hanya

hamba Tuhan saja, sama sekali bukan hamba sesama manusia.

Kebebasan beragama berarti masing-masing pemeluk agama

bertanggung jawab terhadap pilihannya, segala bentuk kegiatan

dan peribadatan menjadi tanggungan dan kewajiban masing-

masing, dengan demikian pemaksaan yang ditujukan kepada

pemeluk agama lain merupakan bentuk intoleransi, karena sudah

keluar dari nilai-nilai kebebasan dalam toleransi.30 Kebebasan ini

adalah membiarkan tanpa harus memberikan tuntutan kepada orang

lain untuk turut melaksanakan atau menerapkan apa yang kita

harapkan ataupun yang menjadi kewajiban kita.

c. Keadilan

Keadilan akan berdiri tegak apabila setiap orang

mendapatkan haknya, sesuatu pada tempatnya, masyarakat hidup

seimbang, kebutuhan jasmani dan rohani terpenuhi,

ketertibanumum tercipta, gangguan masyarakat tiada, orang hidup

saling hormat menghormati. Kehidupan miskin dan kaya,

29
https://kbbi.web.id/bebas.( diakses tanggal 15-01-2021).
30
Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama, 25.
25

berpangkat dan rakyat biasa, bangsawan maupun bukan

bangsawan, pejabat maupun bukan pejabat, masing-masing saling

hak dan menjalankan kewajiban, keadilan akan tercipta,

masyarakat akan tentram. Keadilan dalam islam kriterianya

menurut Allah, bukan menurut interpretasi dan penafsiran manusia

yang berkepentingan, tetapi justru mendahulukan kepentingan

umum, mengakhirkan kepentingan pribadi, jauh dari sifat tama‟

dan loba.31

c. PentingnyaToleransi

Adapun pentingnya sikap toleransi dimiliki oleh masyarakat

antara lain adalah:

1) Belajar menghargai setiap pendapat antar individu bisa menjadi

modal penting untuk menghindari perpecahan didalam kehidupan

masyarakat. Hal ini merupakan contoh kecil untuk dapat diterapkan

dalam kehidupan dengan belajar menghargai pendapat orang lain

setidaknya akan dapat menciptakan kerukunan yang dapat

menghidari atau menutup kemungkinan akan terjadinya

perpecahan.

2) Tidak hanya menghindarkan gejolak perpecahan, sikap toleransi

juga bisa membuat hubungan antar manusia menjadi lebih erat.

3) Setiap agama mengajarkan sikap toleransi antar umat lain yang

beragama berbeda. Melaksanakan sikap toleransi memberikan

31
Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama, 25.
26

banyak keuntungan , dimana dengan melaksanakan toleransi ini

berarti melaksanakan perintah agama dan juga memenuhi

kebutuhan kita sebagai makhluk social.

4) Meningkatkan rasa cinta kepada negeri sendiri. Toleransi berarti

menghargai dan menghormati perbedaan yang ada, dimana

Indonesia merupakan negeri dengan berbagai keberagaman dengan

menerapkan ini berarti juga menunjukkan rasa cinta kepada negeri.

5) Kurangnya sikap toleransi antar umat manusia bisa diakibatkan

adanya rasa egois yang terlalu tinggi. Dibutuhkan pengendalian

rasa egois pada tiap individu agar tidak terjadi konflik atas nama

persoalan pribadi.32Dengan terus mempertahankan rasa egois

dalam diri maka akan menimbulkan sikap kebenaran atas dirinya

sehingga nantinya akan tercipta sikap intoleransi yang akan mudah

menimbulkan perpecahan bukan lagi sikap toleransi yang dapat

menciptakan kerukunan dan kedamaian.

d. Manfaat Toleransi

Adapun manfaat dari sikap toleransi khususnya dalam

kehidupan bermasyarakat antara lain adalah tercipta keharmonisan

dalam hidup bermasyarakat, menciptakan rasa kekeluargaan,

menimbulkan rasa kasih sayang satu sama lain dan tercipta rasa

kedamaian, rasa tenang dan aman.33 Dengan melaksanakan sikap

toleransi ini juga akan memberikan rasa tenang dalam diri seseorang

32
Muawanah, “Pentingnya Pendidikan Untuk Tanamkan Sikap Toleransi”, 66.
33
Muawanah, “Pentingnya Pendidikan Untuk Tanamkan Sikap Toleransi”, 62.
27

sehingga tidak menganggap perbedaan sebagai ancaman dalam

kehidupan yang akan menciptakan konflik dan mengakibatkan

perpecahan dalam hidup yang berdampingan.

Sikap toleransi ini juga akan berdampak pada kedamaian

negeri, toleransi yang dilaksanakan antar individu akan membuat

kerukunan yang nanti akan membawa kerukunan dalam masyarakat,

yang kemudian apabila setiap orang menyadari akan pentingnya

toleransi akan perbedaan ini akan dapat membawa Indonesia dengan

wajah keragamannya menuju kemajuan dan menjadi aset kekayaan

yang dimiliki didalamnya.

2. Toleransi dalam Perspektif Agama

a. Toleransi dalam Perspektif Islam

Konsepsi toleransi dan kerukunan antar umat beragama

merupakan dua bentuk yang tak terpisahkan satu sama lain, ada

hubungan kausalitas antara keduanya, kerukunan berdampak pada

toleransi dan sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan, keduanya

menyangkut hubungan antar sesama manusia.34 Dengan ini toleransi

akan memberikan dampak positif yaitu berupa kerukunan dan dengan

kerukunan maka tentu didalamnya tercipta toleransi yang sentiasa

diterapkan.

Dalam islam toleransi dijelaskan dalam al-qur‟an dapat dengan

mudah mendukung etika perbedaan dan toleransi. Al-qur‟an tidak

34
Bustanul Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) Dalam Interaksi Antar Umat
Beragama,” Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, Vol 1, No 2, (Desember, 2016): 396.
28

hanya mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaan dan

keragaman dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam suart al-hujurat ayat 13, ayat tersebut menunjukkan adanya

ketatanan manusia yang essensial dengan mengabaikan perbedaan-

perbedaan yang memisahkan antara golongan yang satu dengan

golongan yang lain, manusia merupakan tiap keluarga yang

besar.35Perbedaan yang ada adalah ketentuan ataupun ketetapan Allah

dimana perbedaan ini bukan untuk menciptakan konflik atau

perpecahan tetapi agar manusia saling kenal mengenal dan juga dapat

mengahargai dan meghormati satu dengan yang lainnya.

Rasulullah telah bersinggungan dengan umat dari berbagai

agama, khususnya yahudi, nasrani, dan majusi, selain juga kaum

penyembah berhala. Sejak di mekkah, al-qur‟an telah menegaskan

hubungan yang saling menghormati dan tidak saling mencampuri

urusan agama masing-masing.36 Dengan hal dapat dipahami bahwa

toleransi atau sikap menghargai dan menghormati perbedaan bukan

merupakan hal baru tetapi hal telah terjadi atau berlangsung sejak

zaman dahulu.

Pendeklarasian piagam madinah pada hakikatnya adalah contoh

lain yang fenomenal dari praktek toleransi islam. Keberadaan piagam

ini telah menolak mentah-mentah tuduhan intoleransi yang dilontarkan

para musuh islam. Piagam madinah berisi penegasan tentang

35
Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh”, 398.
36
Ahwan Fanani, Fiqh Hubungan Damai Antarumat Beragama Dalam Risalah-Risalah Sayyid
Uthman Betawi (Semarang: Walisongo Press,2011), 45.
29

kesetaraan fungsi dan kedudukan serta persamaan dan hak dan

kewajiban antar umat muslim dan umat-umat lain yang tinggal di

madinah. Didalamnya secara eksplisit dinyatakan bahwa umat yahudi

dan yang lainnya adalah umat yang satu dengan kaum muslim. Mereka

akan diperlakukan adil dan dijamin hak-haknya selama tidak

melakukan kejahatan dan penghianatan.37 Dengan hal ini Rosullah

Muhammad mengajarakan kita tentang pelaksanaan toleransi dalam

kehidupan, Rosullah tidak pernah membedakan manusia semua

dianggap sama, tidak ada yang dapat dijadikan tolak ukur atas

seseorang untuk dijadikan alasan melakukan pencelaan atas orang lain,

dalam masa dakwahnya tidak sedikit Nabi Muhammad diolok-olok,

dihina atau bahkan dilempar dengan kotoran namun, meski begitu

beliau tetap memaafkan, menyayangi dan senantiasa menghargai orang

lain termasuk orang-orang yang selalu menghina beliau.

b. Prinsip-Prinsip Toleransi Beragama dalam Islam

Nilai-nilai dan konsep tasamuh atau toleransi dalam islam

bersumber dari al-qur‟an dan al-hadits. Islam mengajarkan untuk untuk

meyakini dan mengimani semua Nabi dan Rosul yang diutus oleh

Allah untuk membawa risalah kepada kaumnya, sejak sebelum

diturunkan Rasulullah. Kaidah toleransi dalam islam berasal dari ayat

al-qur‟an laa ikraaha fi al-diin yang berarti tidak ada paksaan dalam

agama, namun tidak menafikan unsure dakwah islam yang bersifat

mengajak, bukan memaksa.38

37
Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh”, 402.
38
Arifin, “ Implikasi Prinsip Tasamuh”, 409.
30

Pengertian tentang tasamuh atau toleransi dalam kehidupan

beragama yang ditawarkan oleh islam begitu sederhana dan rasional.

Islam mewajibkan para pemeluknya membentuk batas yang tegas

dalam hal akidah akidah dan kepercayaan, sambil tetap melidungi

prinsip penghargaan terhadap keberadaan para pemeluk agama lain

dan melindungi hak-hak mereka sebagai pribadi dan anggota

masyarakat. Pembatasan yang jelas dalam hal akidah atau kepercayaan

ini merupakan upaya islam untuk menjaga para pemeluknya agar tidak

terjebak dalam sinkretisme.39 Dengan ini maka toleransi perlu untuk

dilaksanakan dan juga dengan batasan –batasan yang perlu

diperhatikan toleransi yang dilakukan tidak boleh sedikitpun dapat

mencampur adukkan ataupun menciderai akidah kita.

Mengakui keberadaan agama-agama tidak sama dengan

mengakui kebenaran agama-agama lain selain islam. Kita boleh

berbuat baik dan saling menghargai dan menghormati umat agama lain

sebatas apa yang kita lakukan tidak dapat mencampuradukkan aqidah

maupun ibadah serta tidak melukai keimanan kita.40 Masalah yang

sering terjadi mengenai penerapan toleransi antar umat beragama ialah

ketika toleransi muamalah menyenggol segi akidah dan ibadah, banyak

orang beranggapan bahwa tidak masalah jika mengucapkan selamat

natal atau menghadiri undangan prosesi perayaan hari raya orang non-

muslim dengan dasar toleransi atau saling menghargai padahal sudah


39
Adeng Muchtar Ghazali, “Toleransi Beragama Dan Kerukunan Dalam Perspektif Islam”,
Jurnal Agama Dan Lintas Budaya, Vol 1, No 1,(September, 2016): 29.
40
Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh”, 412.
31

jelas dalam Islam mempertahankan aqidah adalah sesuatu yang mutlak

dan tidak dapat ditawar lagi.

c. Toleransi dalam Perspektif KongHuCu

Agama Kung Fu Tzu/Ji Kau atau biasa disebut di Indonesia

dengan Agama Kong Hu Cu, yang bermakna agama daripada kaum

yang lembut hati, yang beroleh bimbingan atau terpelajar. Sedangkan

di dunia Barat Kong Hu Cu dengan sebutanConfucianisme

inidipandang sebagai agama karena memiliki ajaran tentang mitologi,

tata cara peribadatan dan kelompok keagamaan yakni para

pengikutnya terutama di daratan Cina.41Perkembangan Hak asasi

manusia pasca reformasi tahun 1998 mengalami kemajuan yang sangat

pesat.Termasuk juga kebebasan untuk beragama.Dalam masa ini

terdapat momentum yang amat berarti bagi umat Khong Hu Cu di

Indonesia. Sebelum masa reformasi, hanya dikenal lima agama di

Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Namun,

saat ini di Indonesia diakui enam agama yaitu: Islam, Kristen, Katolik,

Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu.42

Dalam agama Kong Hu Cu ada lima kebajikan yang harus

dimiliki, dihayati serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang

disebut dengan “Ngo Siang” yang terdiri dari:

41
Taslim Hm, Yasin, Herman Saputra, “Toleransi Beragama Perspektif Islam Dan Kong Hu Cu”,
Jurnal Studi Agama-Agama 1, no.1 ( Maret 2021): 44,
https://jurnal.ar.raniry.ac.id/index.php/abrahamic/article/view/9442. (Diakses tanggal 06 Juni
2021)
42
Taslim,Yasin, Saputra, “Toleransi Beragama”, 45.
32

1) Cinta kasih (Jien) ajaran ini merupakan suatu inti pokok dari

agama Kong Hu Cu, dimana dalam ajaran ini diharuskan agar

semua umat Kong Hu Cu didalam dirinya tertanam rasa cinta kasih

serta harus dapat dijelmakan dalam kenyataan hidup sehari-hari,

baik dalam suasana keluarga, masyarakat serta dalam kehidupan

bernegara.

2) Adil dan bijaksana (Gie), dalam ajaran ini disebutkan bahwa

bersikap adil dan bijaksana itu merupakan factor terpenting

didalam mewujudkan suatu keserasian hidup dalam bermasyarakat

dan bernegara. Sikap ini harus dimilki oleh setiap insan pemeluk

agama Kong Hu Cu, terutama sekali para pemimpin Negara dalam

mengatur pemerintah. Dalam hal ini Nabi Kong Hu Cu sendiri

pernah mengatakan bahwa pemerintah itu adalah mempertahankan

keadilan, maka jelas bahwa adil dan bijaksana ini merupakan salah

satu pokok dalam ajaran Kong Hu Cu.

3) Susila dan sopan santun (Tie), sikap susila dan sopan santun ini

harus pula dimiliki oleh setiap insan dan semua pemimpin Negara.

4) Cerdas dan bijaksana (Tie), setiap pemeluk agama Kong Hu Cu

harus memiliki sikap cerdas dan waspada. Kedua sikap ini saling

berkaitan dalam usaha manusia untuk menguasai alam sekitarnya.

5) Jujur dan ikhlas (Sien), untu menciptakan suatu keadaan

masyarakat yang penuh kedamaian, maka diharuskan kepada

semua insan mempunyai sikap semua usaha dan kerja sama baik
33

didalam lingkungan keluarga dan Negara akan tercapai semua

dengan baik.43

Sebagaimana agama-agama lainnya, maka dalam agama Kong

Hu Cu juga ditemui ajaran yang dapat mengantarkan pemeluknya

untuk hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Di antara ajaran atau

lima sifat yang mulia (Wu Chang) yang dipandang sebagai konsep

ajaran yang dapat menciptakan kehidupan harmonis antar sesama

adalah :

a) Ren/ Jin, cinta kasih, tahu diri, halus budi pekerti, tenggang-rasa

serta dapat menyelami perasaan orang lain.

b) I/Gi yaitu rasa solidaritas, senasip sepenanggungan dan rasa

memebela kebenaran.

c) Li/ Lee yaitu sikap sopan santun, tata krama dan budi pekerti.

d) Ce/ Ti yaitu sikap bijaksana, rasa pengertian dan kearifan.

e) Sin yaitu kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain

serta dapat memegang janji dan menepatinya.

Memperhatikan ajaran Kong Hu Cu diatas, terutama lima sifat

yang mulia dimana Kong Hu Cu sangat menekankan hubungan yang

sangat harmonis antara sesama manusia dengan manusia lainnya,

disamping hubungan harmonis dengan Tuhan dan juga antara manusia

dengan alam lingkungan. 44

43
Taslim,Yasin,Saputra, “Toleransi Beragama”, 46-47.
44
Taslim,Yasin, Saputra, “Toleransi Beragama”, 47-48.
34

Agama Kong Hu Cu tidak menghalangi pernikahan antara

pasangan beda agama. Namun, saat pernikahan itu terjadi, Kong Hu

Cu tidak bisa mengeluarkan surat Li Yen atau surat pemberkatan.

Dalam upacara agama Kong Hu Cu terdapat pengakuan menjadi

umat.Agama Kong Hu Cu merestui pernikahan beda agama. Umat

Kong Hu Cu yang menikah dengan orang yang berbeda keyakinan

diperbolehkan dan masih bisa melaksanakan upacara agama seperti

melakukana persembahan di depan altar. Namun, agama tidak akan

mengeluarakan surat pemberkatan dan mengeluarkan surat ketarangan

bahwa pasangan itu sudah menikah. Pernikahan yang dilakukan

dengan maksud untuk menyatukan kebaikan, sebab menurut

pandangan agama Kong Hu Cu perbedaan tidak bisa menjadi

penghalang dilakukannya perkawinan.Perkawinan yang dicatat secara

kelembagaan sesuai ajaran Kong Hu Cu status mempelai sebagai umat

Kong Hu Cu tetap dibutuhkan. Surat pembekalan akan dikeluarkan

ketika ada pengakuan menjadi umat Kong Hu Cu.45

45
Taslim,Yasin, Saputra,”Toleransi Beragama”, 49.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.46 Umumnya penelitian

tidak mungkin disebut penelitian ilmiah jika tanpa melakukan prosedur kerja yang

logis dan sistematis. Dalam penelitian, prosedur kerja disebut juga dengan

prosedur penelitian.

Jadi metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

melakukan penelitian guna tercapainya suatu tujuan penelitian. Untuk

memperoleh data atau informasi yang tepat secara terpadu melalui tahapan-

tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis

dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Adapun metode dan

prosedur yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif

yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.47

46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011),
2.
47
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya, 2017), 6.

35
36

Jenis penelitian ini adalah penelitian fenomenologi. Fenomenologi

merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif tumbuh dan berkembang

dalam bidang sosiologi, menjadi pokok kajiannya fenomena yang tampak

sebagai subjek penelitian, namun bebas dari unsur syak swangka atau

subjektivitas peniliti.48

Jenis penelitian fenomenologi kualitatif yang digunakan pada

penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai

pemaknaan yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar Masjid Al-Barokah dan

Vihara Pay Lien San sehingga mereka mampu untuk menerima perbedaan

yang ada yang dalam hal ini perbedaan keyakinan (agama) sehingga mereka

memiliki sikap toleransi dan bisa hidup berdampingan dengan kerukunan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan dimana penelitian tersebut hendak

dilakukan. Wilayah penelitian biasanya berisi tentang lokasi (desa, organisasi,

h]peristiwa, teks dan sebagainnya), dan unit analisis.49 Adapun lokasi yang

dijadikan objek peneliti adalah masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San

yang terletak di Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Kabupaten

Jember.Tempat ini dipilih karena merupakan salah satu wilayah yang

mencerminkan kerukunan beragama. Salah satunya dibuktikan dengan

berdirinya dua tempat ibadah yang saling berdekatandan jamaah kedua tempat

ibadah tersebut saling bekerjasama dan bergotong royong.

48
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metodologi Penelitian Social (Surabaya: Media Sahabat, 2019),
84.
49
Tim Penyususn, Pedoman, 47.
37

C. Subyek Penelitian

Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan sumber data. Uraian tersebut

meliputi data apa saja yang diperoleh, siapa yang dijadikan informan atau

subyek penelitian, bagaimana data dicari dan dijaring sehingga validitasnya

dapat dijamin.

Penentuan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

purposive (bertujuan). Dimana peneliti menggunakan pertimbangan pribadi

yang sesuai dengan topik penelitian.Oleh karena itu peneliti mengambil jenis

subyek penelitian dengan menggunakan model purposive dengan tujuan agar

data atau informasi yang diperoleh dari informan lebih dapat dipahami oleh

peneliti dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini subyek penelitian yang dijadikan sumber

informasi adalah pihak-pihak yang menanamkan sikap toleransi dan pihak-

pihak yang menerima pengajaran tentang nilai-nilaitoleransi beragama

tersebut di vihara Pay Lien San dan masjid Al-Barokah.

Adapun pihak-pihak yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Bapak Sucipto, sekretaris di masjid Al-barokah. Informan dipilih agar dapat

memberikan informasi tekait upaya-upaya yang dilakukan untuk

menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama kepada para jamaahnya

dan hasil dari pelaksanaan internalisasi tersebut.

2. Bapak Miroso, jamaah masjid Al-barokah dan petugas penjaga vihara Pay

Lien San. Narasumber dipilih untuk dapat mengetahui nila-nilai toleransi


38

beragama yang telah dipahami dan dilaksanakannya juga mengetahui terkait

hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan-kegiatan di vihara.

3. Bapak Faisol Hasan, wakil ketua di masjid Al-Barokah. Informan dipilih

agar dapat mempermudah peneliti mendapatkan informasi mengenai upaya-

upaya yang dilakukan oleh pengurus untuk menginternalisasikan toleransi

beragama kepada para jamaahnya dan hasil dari internalisasi tersebut.

4. Bapak Hery Nofem Stadiono (Japswieliong), wakil ketua pengurus vihara

Pay Lien San. Narasumber dipilih agar dapat mempermudah peneliti untuk

memperoleh informasi tentang upaya-upaya yang dilaksanakan oleh

pengurus untuk menginternalisasi toleransi beragama kepada para

jamaahnya dan hasil dari internalisasi tersebut.

5. Bapak Suryo, kepala desa Glagahwero. Narasumber dipilih untuk

mengetahui terkait toleransi beragama yang terjadi antara jamaah masjid Al-

barokah dan juga vihara Pay Lien San.

6. Bapak Bayjuri, tokoh masyarakat. Narasumber dipilih untuk mengetahui

terkait toleransi beragama yang terjadi diantara jamaah masjid Al-barokah

dan juga vihara Pay Lien San.

7. Bapak Syaihon, jamaah masjid Al-barokah. Narasumber dipilih untuk

mengetahui toleransi beragama yang dilakukan oleh jamaah masjid Al-

barokah dan juga vihara Pay Lien San.

8. Bapak Hendro Mulyono, jamaah vihara Pay Lien San. Narasumber dipilih

untuk mengetahui toleransi beragama yang dilakukan oleh jamaah masjid

Al-barokah dan juga vihara Pay Lien San.


39

9. Ibu Widarini , jamaah Vihara Pay Lien San. Narasumber dipilih untuk

mengetahui toleransi beragama yang dilakukan oleh jamaah masjid Al-

barokah dan juga vihara Pay Lien San.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.50

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk

menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, data

dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian karena

menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari suatu proses yang

disebut pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

50
Sugiyono.Metode Penelitian, 224.
40

1. Observasi

Nasutionmenyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.51

Dari proses pelaksanaan proses pengumpulan data, observasi

dibedakan menjadi dua diantaranya:

a. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-

hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber

data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan

suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang

diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.52Dalam penelitian ini

peneliti tidak menggunakan observasi partisipatif sebab ditakutkan

penelitian yang di hasilkan bersifat subjektif menurut pemikiran dari

peneliti.

b. Observasi Non Partisipatif

Adalah observasi yang dilakukan di mana si peneliti mengamati

perilaku dari jauh tanpa ada interaksi dengan subjek yang sedang

diteliti.53

51
Sugiyono, Metode Penelitian, 226.
52
Sugiyono, Metode Penelitian, 227.
53
Djam‟an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 119.
41

Berdasarkan hal di atas, penelitian ini menggunakan teknik

observasi non partisipan. Dengan menggunakan teknik observasi non

partisipatif peneliti mendapatkan temuan-temuan yang bersifat alami

dan sesuai dengan keadaan yang ada tanpa adanya asumsi dari peneliti

terkait dengan peritiwa-peristiwa yang terjadi. Dalam hal ini peneliti

hanya sebagai pengamat tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Adapun data yang diperoleh melalui observasi ini adalah kondisi objek

penelitian dan aktivitas objek penelitian terkait dengan fokus kajian.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.54

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara semi

terstruktur, dimana dalam pelaksanaannya interviewer mengajukan

pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak

perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya juga

tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan

situasinya.

Adapun data yang diperoleh dalam teknik wawancara tersebut

adalah tentang nilai-nilai toleransi antarumat beragama yang ditanamkan

di kedua tempat ibadah tersebut, strategi atau upaya yang dilakukan untuk

54
Moleong, Metodologi Penelitian , 186.
42

dapat menginternalisasi nilai-nilai toleransi antarumat beragama, baik di

masjid Al-Barokah maupun Vihara Pay Lien San, dan hasil dari adanya

internalisasi nilai-nilai toleransi antarumat beragama di kedua tempat

dimaksud.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental

dari seseorang.55 Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber

data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk

meramalkan.56

Adapun data yang diperoleh dari teknik dokumenter ini adalah

catatan mengenai sjarah berdirinya masjid Al-Barokah dan Vihara Pay

Lien San, denah lokasi, foto-foto atau gambar mengenai kegiatan yang

menunjukkan implementasi toleransi antarumat beragama.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting, dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

55
Satori, Metodologi Penelitian, 148.
56
Moleong, Metodologi Penelitian, 217.
43

Dalam penelitian ini, digunakan analisis data kualitatif deskriptif

karena peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah

dikumpulkan.Untuk memudahkan peneliti mengolah data maka setelah

memperoleh data secara keseluruhan peneliti segera mereduksi data,

selanjutnya menyajikan data dan yang terakhir menarik kesimpulan.

Data dianalisis menggunakan beberapa langkah sesuai teori Miles,

Huberman dan Salda yaitu menganalisis data dengan tiga langkah: kondensasi

data (data condensation), menyajikan data (data display) dan penarik

kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification). Kondensasi

data menunjuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan (focusing) dan

transformation data (transforming). Secara lebih terperinci, langkah-langkah

sesuai teori Miles, Huberman dan Salda akan diterapkan sebagai berikut:57

1. Kondensasi data (data condensation)

Miles and Huberman dalam bukunya Qualitative D data analysis a

methods saurcebok “data condensation refers to the prosess of

selectingdata, focusing, simplifying, abstracting, and transforming the

data the that appear in written-up field notes or transcriptions”.58 Dalam

kondensasi data merujuk pada proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat

pada catatan lapangan maupun transkip dalam penelitian ini diuraikan

sebagai berikut:

57
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode Baru, (Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia, 2014), 20.
58
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif, 20.
44

a. Selecting

Menurut Miles dan Humerman dalam bukunya “Analisis Data

Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode Baru” peneliti harus

bertindak selektif, yaitu menetukan dimensi-dimensi mana yang lebih

penting, hubungan-hubungan mana yang mungkin lebih bermakna, dan

sebagai konsekuensinya, informasi apa yang dapat dikumpulkan dan

dianalisis.Informasi-informasi yang berhubungan dengan toleransi

beragama yang terjadi antara jamaah di Masjid Al-Barokah dan Vihara

Pay Lien San di tahapan ini.Peneliti mengumpulkan seluruh informasi

tersebut untuk memperkuat penelitian.

b. Focusing

Menurut Miles dan Humerman dalam bukunya “Analisis Data

Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode Baru” menyatakan bahwa

memfokuskan data yang berhubungan dengan rumusan masalah

peneliti.tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap seleksi data.Peneliti

hanya membatasi data yang berdasarkan rumusan masalah. Focus data

pada focus penelitian pertama yaitu nilai-nilai toleransi beragama yang

diintenalisasikan kepada jamaah masjid Al- Barokah dan dan vihara

Pay Lien San, kedua cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi

beragama dan ketiga hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi

beragama.
45

c. Abstracting

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses,

dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di

dalamnya.Pada tahap ini, data yang telah terkumpul dievaluasi

khususnya yang berkaitan dengan kualitas dan kecukupan data.Jika

data yang menunjukkan terkait toleransi beragama yang ada sudah

dirasakan baik dan jumlah data sudah cukup data tersebut dapat

digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti.

d. Simplifying dan transforming

Data dalam penelitian ini selanjutnya disederhanakan dan

ditransformasikan dalam berbagai cara yakni melalui seleksi yang

ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan data

dalam satu pola yang lebih luas.

2. Penyajian data

Menurut Miles dan Humerman dalam bukunya “Analisis Data

Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode Baru”, membatasi suatu

“penyajian” ebagai sekumpulan informasi tersususn yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.59Jadi, data yang sudah direduksi dan diklarifikasi berdasarkan

kelompok masalah yang diteliti, sehingga memungkinkan adanya

penarikan kesimpulan atau verifikasi.

59
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif , 17.
46

Data yang sudah disusun secara sistematis pada tahapan reduksi

data, kemudian dikelompokkan berdasarkan pokok permasalahannya

sehingga peneliti dapat mengambil kesimpulan terhadap internalisasi nilai-

nilai toleransi yang diterapakan oleh jamaah Masjid Al-Barokah dan

Vihara Pay Lien San.

3. Penarikan atau verifikasi (conclusing, drawing/verification)

Menurut Miles dan Humerman dalam bukunya “Analisis Data

Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode Baru”, verifikasi adalah suatu

tujuan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta

tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan

intersubjektif” atau juga upaya-upaya luas untuk menempatkan salinan

suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. 60

Jadi, makna-makna yang muncul dari data harus diuji

kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan

validitasnya.Penelitian pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan

berdasarkan tema untuk menemukan makna dari data yang

dikumpulkan.Kesimpulan ini terus diverifikasi selama penelitian

berlangsung hingga mencapai kesimpulan.

F. Keabsahan Data

Hasil penelitian agar dapat dipertanggung jawabkan dan dipercaya oleh

semua pihak perlu diadakan pengecekan keabsahan data. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

60
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif ,19.
47

Sugiyono menyatakan bahwa triangulasi sumber untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Sebagai contoh untuk menguji kredibilitas data

tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian

data yang diperoleh ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan

ke teman kerja yang merupakan kelompok kerja sama. Data dari ketiga

sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif,

tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang

berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber tersebut. Data yang telah

dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya

dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.61 Jadi, triangulasi

sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda

dengan teknik yang sama.

Sedangkan, triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama.62 Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan

observasi, dan dokumenter.

Triangulasi teknik untuk menguji krediblitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda-beda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan

observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila tiga teknik pengujian kredibilitas

data tersebut menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti

61
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 241.
62
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2021), 125.
48

melakukan diskusi lebih lanjut kepda sumber data yang berbeda-beda, maka

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau

mungkin semuanya benar, karena sudut pandang yang berbeda-beda.63

Pada penelitian ini peneliti mengecek keterangan dari berbagai teknik

pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi

mengenai internalisasi nilai-nilai toleransi beragama dan membandingkan

hasil dari data-data tersebut. Hal ini dilakukan peneliti untuk mengetahui

keterangan yang disampaikan oleh narasumber atau informan pada saat

wawancara sama atau tidak dengan hasil observasi dan dokumentasi yang

peneliti lakukan.

G. Tahap-tahap Penelitian

Usaha mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari usaha

mengenai tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan

salah satu ciri pokoknya peneliti menjadi sebagai alat penelitian.

Tahap penelitian ini terdiri pula atas tahap pra lapangan, tahap

penelitian lapangan, dan tahap akhir penelitian.

1. Tahap pra lapangan

Tahap pra lapangan yaitu tahapan yang dilakukan sebelum memasuki

lapangan penelitian. Kegiatan dalam tahap pra lapangan antara lain yaitu:

63
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 274.
49

a. Menyusun rencana penelitian

Pada tahap pra lapangan ini, peneliti memulai dengan melihat

beberapa fenomena yang dapat dijadikan penelitian dan kemudian

menyusun judul penelitian yang diajukan kepada asisten ketua jurusan

PAI, sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh Institut. Setelah tiga

judul telah disetujui maka kemudian dilanjutkan dengan menyusun

latar belakang dan focus penelitian sesuai dengan judul yang telah

diterima kemudian diajukan kepada ketua jurusan PAI, setelah satu

judul disetujui, maka kemudian peneliti mengumpulkan hal- hal yang

dapat dijadikan sebagai sumber referensi. Setelah pengumuman adanya

dosen pembimbing, maka kemudian peneliti mengajukan surat

kesediaan membimbing kepada dosen pembimbing dan kemudian

dilanjutkan dengan melakukan bimbingannya yakni dalam merancang

susunan proposal.

b. Studi eksplorasi

Studi eksplorasi merupakan kunjungan ke lokasi penelitian

yakni Masjid Al- Barokah dan Vihara Pay Lien San. Dengan tujuan

untuk mengenal lokasi penelitian dan segalakeadaan yang akan diteliti.

c. Perizinan

Perizinan yang dilakukan adalah dengan menemui beberapa

pihak yang memeliki wewenang di lokasi penelitian dan memohon

kesediaan agar dapat melakukan penelitian hingga selesai penyusunan

laporan peneliti. Dan menyertakan surat permohonan izin penelitian

kepada kepala desa Glagahwero kecamatan Panti Jember.


50

d. Menyusun instrument penelitian

Kegiatan dalam penyusunan instrument penelitian meliputi

penyusunan daftar pertanyaan untuk wawancara, membuat lembar

observasi dan pencatatan dokumen yang diperlukan.

2. Tahap pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan diperlukan kegiatan-kegitan yang akan

dilaksanakan antara lain:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi.

b. Pengelolaan data

Setelah data yang dibutuhkan telah terkumpul maka kemudian

dilakukan pengelolaan data sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

agar dapat mempermudah dalam proses analisis data.

c. Analisis data

Setelah semuaterkumpul dan tersusun maka dapat dilakukan

analisis dengan teknis analisis kualitatif, yaitu mengemukakan

gambaran terhadapapa yang telah diperoleh setelah pengumpulan data.

Hasil analisis diuraikan dalam paparan data dan temuan penelitian.

3. Tahap pelaporan

Tahap pelaporan adalah menyusun hasil penelitian dalam bentuk

skripsi sesuai dengan pedoman yang berlaku di Universitas Islam Negeri

KH Achmad Shiddiq Jember. Pelaporan yang dimaksudkan adalah


51

menulis laporan hasil penelitian terkait internalisasi toleransi beragama di

Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San sesuai dengan teknis analisis

data yang telah ditentukan dan kemudian dilakukan pengecekan keabsahan

datanya agar data yang diperoleh dapat dilihat kebenarannya. Laporan

yang telah ditulis kemudian dikonsulkan kepada dosen pembimbing.

Apabila dosen telah menyetujuinya maka laporan ini siap untuk

dipertanggung jawabkan oleh peneliti kepada dewan penguji dan

kemudian dilakukan perbaikan apabila masih tedapat kesalahan.


BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Objek Penelitian

a. Masjid Al-Barokah

Gambar 4.1
Masjid Al-Barokah

Dalam sejarahnya bangunan yang saat ini dikenal dengan sebutan

masjid Al-Barokah dulunya adalah sebuah musolla yang bernama musolla

Al-Azhar. Musolla Al-Azhar ini adalah milik salah satu tokoh agama

yang bernama Syamsuri yang kemudian ia wakafkan tanah dan

musollanya untuk umat di sekitarnya.

Menurut keterangan dari bapak Sucipto, selaku salah satu takmir

masjid Al-Barokah mengatakan,

Dulunya masjid ini merupakan musolla namanya musolla Al-


Azhar milik bapak Syamsuri ia merupakan salah satu tokoh agama
disini berhubung waktu itu karang asem tengah sama karang asem
barat sudah punya masjid sedangkan karang asem timur belum
punya masjid sendiri maka setelah itu musolla itu dibangun jadi
masjid kayak sekarang ini.64

64
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah., Jember, 27 November 2021.

52
53

Wilayah karang asem ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu karang

asem timur, karang asem tengah dan karang asem barat. Setiap wilayah

tersebut telah memiliki masjid sebagai tempat ibadah untuk masyarakat

sedangkan wilayah karang asem timur masih belum memiliki masjid

sendiri sebagai tempat ibadah untuk masyarakat sekitarnya dan juga jarak

yang cukup jauh antara setiap masjid yang ada maka kemudian

masyarakat berunding untuk membangun masjid sebab dirasa juga

memerlukan masjid untuk kegiatan keagamaan dan setelah itu

diputuskanlah untuk mengubah atau membangun kembali musolla al-

ahzar tadi menjadi masjid yang saat ini dikenal dengan nama masjid Al-

Barokah ini. Pembangunan ini terjadi pada tahun 2001 dengan dana

anggaran yang besumber dari dana bersama atau dana umat sehingga

masjid ini menjadi masjid milik bersama bukan masjid milik

perseorangan.

Masjid ini memiliki banyak jamaah karena semua masyarakat

disekitarnya beragama islam. Masjid ini digunakan untuk kegiatan-

kegiatan agama seperti solat berjamaah lima waktu, solat jum‟at dan

peringatan hari besar Islam contohnya seperti hari raya idhul fitri, hari

raya idhul adha, maulid Nabi Muhammad SAW, isra‟ mi‟raj, peringatan

tahun baru Islam dan lain sebagainya.


54

b. Vihara Pay Lien San

Gambar 4.2
Vihara Pay Lien San

Vihara Pay Lien San berdiri sekitar tahun 50-an. Vihara ini

dulunya adalah tempat sembayang khusus maksudnya tempat

sembahyang pribadi yang dimiliki oleh seorang yang bernama Thon Hua

Sen. Ia merupakan seorang pendatang dari Tiongkok yang kemudian

menikah dengan pribumi atau salah satu warga karang asem.

Bapak Hery Nofem selaku wakil ketua pengurus vihara

mengungkapkan,

Mengenai sejarah asli warga sekitar dan pengurus, ini rumah


pribadi orang tiongkok dan menikah dengan orang setempat. Dari
kebiasaan membawa rupang/patung yang merupakan dewa/dewi
yang untuk disembahyangi dengan berjalannya waktu umat
semakin banyak umat Tionghoa pada umumnya dan semakin lama
semakin banyak maka dibuatlah kepengurusan/ managemen. 65

Dengan berjalannya waktu tempat yang lama tidak

memungkinkan untuk jumlah umat yang datang dan kemudian

dibangunlah tempat ibadah ini agak besar bernama vihara Pay Lien San

semakin hari dan semakin lama umat semakin banyak lagi akhirnya

65
Hery Nofem diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 19 November 2021.
55

dibentuklah kepengurusan menjadi TITD. Tempat ibadah ini menjadi

alternative tempat sembahyang yang terdekat sebab melihat usianya yang

kurang lebih 75 tahun dan di masa lalu tidak mudah menemukan alat

transportasi seperti saat ini sehingga dengan semakin bertambahnya

jumlah jamaahnya kemudian semakin ramai tempat ibadah ini sehingga

awalnya hanya berupa cetiya (tempat ibadah yang kecil) berubah menjadi

bio/miao yaitu tempat ibadah yang besar seperti saat ini.

Vihara ini semakin maju dan berkembang dan ketika masa

pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tahun 2000 terdapat kabar

gembira bahwasannya agama Kong Hu Cu diresmikan sebagai salah satu

agama yang diakui di Indonesia. Kemudian pada tanggal 8 Agustus 2013

vihara ini diresmikan sebagai tempat ibadah Tri Darma (TITD). Vihara

ini diakui sebagai tempat ibadah dari tiga ajaran yaitu Taoisme,

Buddhisme dan Konfusianisme banyak para jamaah yang datang untuk

sembahyang di vihara ini.

Jamaah di vihara ini bukanlah berasal dari masyarakat sekitar

tetapi jamaah yang datang berasal dari berbagai daerah seperti Jember,

Situbondo, Bondowoso, Tanggul, Lumajang, dan Kencong. Dan para

jamaah yang datang bukan hanya beragama Kong Hu Cu tetapi juga ada

jamaah yang beragama Hindu, Buddha dan penganut agama Thou.

Vihara ini memiliki 18 tempat sembahyangan. Adapun tuan rumah di

vihara ini adalah Dewi Kwan Im.


56

B. Penyajian Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi. Oleh karena itu disajikan data-data

dari hasil di objek penelitian yang mendukung penelitian dengan

menggunakan teknik tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, maka akan

diuraikan data-data tentang internalisasi nilai-nilai toleransi beragama. Data

yang diperoleh akan dideskripsikan sebagai berikut

1. Nilai-nilai toleransi beragama yang diinternalisasikan kepada jamaah

Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa Glagahwero,

Panti, Jember

Perbedaan adalah suatu hal yang lumrah untuk ada dan terjadi hal

ini tidak dapat dihindari lagi. Perbedaan yang ada dapat menimbulkan dua

hal yang berlawanan yaitu positif dan negative. Perbedaan akan

menciptakan persatuan apabila kita memandang dengan cara pandang

positif dan sebaliknya akan menyebabkan perpecahan apabila kita

menggunakan sudut pandang negative.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit konflik yang terjadi

karena adanya perbedaan terutama dalam konteks agama. Banyak konflik

yang terjadi dengan membawa nama agama sehingga dengan hal ini

dibutuhkan keterbukaan hati untuk dapat menerima perbedaan. Sebab

setiap pemeluk agama memiliki pandangan tersendiri atas kebenaran

agama atau keyakinan yang dianutnya.Toleransi dalam segala aspek

merupakan hal yang perlu untuk diterapkan agar dapat memandang


57

perbedaan menjadi sebuah kekuatan bukan lagi kelemahan untuk

menciptakan keretakan di tengah keragaman.

Negara Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang

artinya berbeda-beda namun tetap satu jua. Dari semboyang tersebut telah

tampak bahwa Indonesia adalah Negara dengan penuh keragamannya

sebagai warga Negara yang baik tentu kita harus dapat mengamalkan

semboyan tersebut dan agama juga memerintahkan kita untuk

melaksanakannya. Indonesia secara resmi mengakui adanya enam agama

di Indonesia antara lain Budha, Hindu, Kristen, Katolik, Islam dan Kong

Hu Cu.

Pemeluk agama diwajibkan menjalankan ajaran agama masing-

masing. Setiap agama memiliki tata cara beribadahh, kitab suci, dan

tempat ibadah yang berbeda. Negara memberikan kebebasan bagi semua

pemeluk agama untuk menjalankan ibadah sesuai ajarannya masing-

masing.

Di desa ini terdapat beberapa agama yang hidup berdampingan

yaitu agama Islam, agama Buddha, agama Thou, agama Hindu dan agama

Kong Hu Cu. Agama-agama tersebut dapat hidup secara berdampingan

sebab menerapkan rasa toleransi antara satu dengan yang lain. Adapun

nilai-nilai toleransi yang ditanamkan kepada para jamaah di desa ini antara

lain adalah
58

a. Kerukunan

Kerukunan berarti hidup dengan baik dan damai meskipun

terdapat perbedaan. Hidup dengan kesatuan hati untuk memandang

sesuatu yang ada dan bersepakat untuk tidak menciptakan perselisihan

maupun pertengkaran. Kerukunan berarti hidup damai dan tentram

saling toleransi antara masyarakat yang beragama sama maupun

berbeda, kesediaan untuk menerima adanya perbedaan keyakinan

dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang lain untuk

mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing. Kerukunan

merupakan salah satu dari nilai toleransi beragama yang diterapkan

oleh masyarakat. Warga di desa glagahwero ini mereka dapat hidup

rukun berdampingan salah satu buktinya adalah letak masjid dan

vihara yang sangat berdekatan dua bangunan tersebut hanya di batasi

oleh jalan desa dan mereka masing-masing pemeluk agama tidak

merasa tersinggung. Berkaitan dengan adanya perbedaan agama ini

Bapak Sucipto selaku salah satu ta‟mir masjid Al-Barokah

mengatakan:

Kami tidak pernah melakukan permasalahan juga dapat


menerima dengan adanya perbedaan ini (perbedaan
keyakinan/agama) disini, dan bersikap bagus dengan mereka,
meskipun orang disini semuanya muslim dan tidak ada yang
menganut agama yang mereka yakini. Kami menerima dengan
tangan terbuka terhadap mereka. Jamaah dari vihara itu berasal
dari orang luar bukan warga sini.66

66
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 27 November 2021.
59

Gambar 4.3
Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San
Yang SalingBerhadapan

Hal serupa juga disampaikan oleh bapak Miroso atau lebih

dikenal dengan sebutan bapak Sugik, ia merupakan salah satu jamaah

dari masjid Al-Barokah terkait perbedaan agama yang mengatakan,

Tidak pernah ada permasalahan yang terjadi karena kami saling


berlaku baik, orang masjid berbuat baik begitu juga sebaliknya
orang klenteng selalu berbuat baik kepada orang masjid
sehingga kami tidak pernah bermasalah satu dengan yang lain. 67

Dari wawancara tersebut dapat dipahami bahwa meskipun

terdapat keragaman beragama di desa ini tidak lantas menyebabkan

permasalahan antara masing-masing pemeluk agama yang ada.

Bapak suryo selaku kepala desa dan juga merupakan jamaah

masjid Al-barokah dan vihara pay lien san juga berpendapat

bahwasannya,

Kami masyarakat disini rukun dengan jamaah vihara karena


yang dulu kan pendiri vihara itu namanya ayin menikah dengan
orang sini lama kelamaan kan memiliki keturunan dan tentu
juga punya hubungan kekerabatan dengan orang disini
saudaranya banyak akhirnya mengikat dan tidak mungkin
menolak karena sudah saudara jadi ya kan sebenarnya semuanya
sudah jadi family terus juga orang klenteng itu baik sama

67
Misoro diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember , 01 Desember 2021.
60

masyarakat akhirnya berukunan terjadi dan bersatu seperti


sekarang meskipun kalau sekarang itu kan jamaahnya tidak ada
yang dari masyarakat sini.68

Hal ini diperkuat oleh penjelasan bapak Faisol Hasan yang juga

merupakan salah satu dari takmir masjid Al-Barokah juga selaku ketua

RT mengatakan,

Semua orang asli sini dapat menerima mereka (jamaah vihara)


dan tidak pernah ada komplain tentang itu sejak pembangunan.
Kita yang ada didesa ini bisa hidup rukun dengan mereka
meskipun tidak ada salah satu dari kami yang memiliki
keyakinan (agama) yang sama dengan mereka.69

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa salah

satu nilai toleransi beragama yang diterapkan oleh masyarakat adalah

kerukunan. Terkait kerukunan yang terjalin antar umat beragama juga

disampaikan oleh bapak Hery Nofem ia mengatakan,

Yang diajarkan konghucu adalah menghormati yang tua dan


menghargai yang muda dan seluruh penjuru adalah saudara.
Agama thou menganut ajaran bahwa umat itu bisa menilai mana
yang baik dan mana yang buruk dan juga agama Buddha selalu
menganjurkan berbuat baik dan tidak boleh membunuh
apapun.70

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui dimana para

jamaah TITD sebelum melakukan toleransi ke luar maksudnya kepada

para umat muslim mereka telah menjalin kerukunan di tempat

ibadahnya sendiri sebab satu tempat ibadah dengan menganut empat

keyakinan sekaligus.

68
Suryo diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember 03 Januari 2022.
69
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 30 November 2021.
70
Hery Nofem Stadiono diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 21 November 2021.
61

Dengan pendapat-pendapat diatas dapat dipahami bahwa pihak-

pihak yang berbeda keyakinan telah menjalin hubungan yang harmonis

sehingga dapat menciptakan kerukunan untuk dapat mengamalkan atau

mewujudkan toleransi dalam beragama. Pada keadaan yang ada

mereka tidak hidup berdampingan atau berbaur dalam satu masyarakat

tetapi kerukunan yang dimaksud dalam konteks ini adalah mereka para

jamaah bisa hidup dengan harmonis dan damai dapat menjalankan

kewajibannya sebagai umat beragama yang baik.

Data di atas juga diperkuat berdasarkan pengamatan peneliti

terkait wujud dari kerukunan tersebut ketika peneliti menunggu

narasumber di depan vihara untuk mendapatkan informasi tentang

toleransi beragama dan selang beberapa lama ada salah satu

masyarakat yang bertanya dan berniat membantu dengan memanggil

narasumber tersebut dan seketika membuka gerbang klenteng juga

memanggil salah satu jamaah yang waktu itu sedang sembayang dan

dengan cepat sang jamaah memanggilkan narasumber yang peneliti

tuju tadi.

Hal lain yang juga menunjukkan adanya kurukunan antar

sesama umat beragama ini adalah ketika peneliti melakukan observasi

para jamaah vihara bisa dengan tenang menjalankan ritual ibadahnya

dan masyarakat juga menjalankan aktivitasnya masing-masing seperti

berbincang dengan keluarga atau tetangga di depan teras rumahnya dan

ada sebuah toko di depan vihara yang beroperasi seperti biasanya.


62

b. Saling menghargai

Saling menghargai adalah perasaan untuk dapat saling

menerima keadaan satu sama lain. Menerima adanya perbedaan dan

menerima pendapat orang lain. Menghargai adalah saling memberikan

nilai pada setiap keyakinan yang ada di luar individu satu dengan yang

lain. Menghargai artinya tidak mengabaikan nilai kehidupan yang

dimilki oleh orang lain. Rasa menghargai harus ada dan diterapkan

dalam kehidupan sebab manusia diciptakan dengan dua hal yang harus

dilakukan yang pertama kewajiban kepada Tuhannya dan kedua

kepada sesamanya. Manusia adalah seorang hamba yang harus tunduk

dan patuh pada penciptanya juga manusia tercipta sebagai makhluk

social yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan juga

membutuhkan pada pertolongan kepada orang lain. Dengan itu maka

kemudian manusia harus dapat saling menghargai satu sama lain.

Salah satunya juga dalam menghargai setiap keyakinan atau agama

yang dianut oleh masing-masing individu yang ada. Sama halnya

seperti yang dilakukan oleh para penganut agama di desa Glagah Wero

ini meskipun keyakinan mereka berbeda sebagaimana yang

diungkapkan oleh bapak Faisol Hasan yaitu,

Kami warga disini semua menghargai mereka meskipun mereka


bukan dari golongan kami sebab mereka selalu baik kepada
kami, salah satu hal yang juga cukup membuat saya kaget
adalah ketika itu ada salah satu jamaah klenteng yang datang
untuk melakukan sembayang dan tidak lama dari itu setelah
memarkirkan mobilnya ada seorang yang datang ke masjid
ternyata dia adalah sopir dari jamaah klenteng tadi dan ternyata
63

dia adalah orang yang beragama islam dan tuannya nyuruh


untuk melaksanakan solat di masjid.71

Gambar 4.4
Wawancara Bersama Bapak Faisol Hasan Selaku Wakul Ketua Takmir
Masjid Al-Barokah Sekaligus Ketua RT

Dari hasil wawancara tersebut dapat kita pahami bahwa salah

satu hal yang diterapkan dalam toleransi beragama adalah tidak

mengekang dan saling memberikan kesempatan untuk dapat

menjalankan kewajiban sebagai umat yang beragama.

Hal tersebut juga disampaikan oleh bapak Bayjuri, ia

mengatakan,

Disini kan memang terdapat perbedaan yang kami orang


muslim dengan mereka orang klenteng jadi karena memang
dasarnya sudah berbeda karena agama yang dipercayai kan gak
sama sama jadi ya harus saling menghargai kami orang muslim
menghargai mereka orang klenteng dan juga orang klenteng
juga menghargai kami sehingga tidak ada konflik diantara kami
meskipun agamanya gak sama. Jadi kita orang muslim bisa
beribadah kenapa harus menghalangi orang lain ibadah kan
semuanya punya haknya masing-masing.72

71
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 30 November 2021
72
Bayjuri diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 04 Januari 2022.
64

Mengenai sikap saling menghargai ini juga disampaikan oleh

bapak Sugik sebagai salah satu jamaah masjid Al-Barokah yang

mengatakan bahwa:

Saya ini kan orang islam dan kerja diklenteng ketika itu saya
bersih-bersih karena akan ada acara besar jadi ada banyak yang
perlu untuk dibersihkan dan ketika itu ada adzan dari masjid,
saya sama mereka (jamaah klenteng) disuruh berhenti dulu
untuk solat baru nanti ngelanjutkan bersih-bersih lagi. Dan
mereka itu ketika jadwal sembayang bareng sama jadwal solat
biasanya solat isya‟ atau maghrib ya mereka menunda dulu
sembayangnya dan sembayang setelah masjid selesai.73

Terkait nilai toleransi saling menghargai ini bapak Hery Nofem

mengatakan bahwa,

Keluarga TITD tidak mengekang anaknya untuk mengikuti


ajaran orang tuanya agama apapun tidak salah yang
menentukan adalah perilaku orangnya sendiri sebab ketika kita
merendahkan ajaran agama lain berarti merendahkan agama
kita sendiri.74

Hasil wawancara dapat dipahami bahwa toleransi yang ada

tidak pernah memaksakan kehendak pada orang lain dan membiarkan

orang lain memilih dan menjalankan hal-hal yang dianggapnya

merupakan suatu kebenaran. Menghargai juga berarti memberikan

hak-hak yang seharusnya didapat sebagai umat beragama dan sesama

warga Negara.

Hal lain yang juga mencerminkan sikap saling menghargai

adalah pak sugik yang beragama islam tetapi bekerja di klenteng tidak

lantas membuat masyarakat mempermasalahkan hal tersebut dan para

73
Miroso diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 01 Desember 2021
74
Hery Nofem Stadiono diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 21 November 2021.
65

warga tetap bersikap baik kepada pak sugik seperti ketika peneliti

melakukan observasi pak sugik sedang mengikuti pengajiaan rutin

yang diadakan secara bersama-sama untuk dapat menciptakan

kerukunan antar sesama masyarakat. Ketika peneliti menggali

informasi di tempat Ibadah Tri Dharma, peneliti dipersilahkan untuk

melakukan wawancara dikantor dan tidak diluar tempat para jamaah

untuk melaksanakan sembayang.

c. Gotong royong

Gotong royong berarti bekerja bersama-sama saling membantu

atau tolong menolong untuk mencapai cita-cita bersama. Di desa

melakukan goyong royong untuk mencapai tujuan bersama yang

dimaksud dalam konteks ini adalah tujuan untuk bersama meskipun

agama yang diyakini berbeda untuk dapat hidup damai dan tentram

juga dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba. Gotong

royong juga berarti bersedia untuk membantu menyelesaikan atau

mengurangi beban atau permasalahan yang sedang ditanggung oleh

sesama.

Terkait sikap gotong royong ini disampaikan oleh bapak

Syaihon, ia mengatakan,

Kami warga disini meskipun berbeda agama dengan orang


klenteng ya juga saling membantu seperti dulu ketika
pembangunan masjid itu breang sama klenteng jadi ya saling
membantu, biasanya juga kalau ada acara besar diklenteng
anak-anak muda disini ini yang bantu jaga parkiran buat para
66

jamaah yang ikut perayaan di klenteng itu jadi ya saling bantu


satu sama lain.75

Terkait sikap gotong royong ini juga disampaikan oleh bapak

Sugik, ia mengungkapkan bahwasannya,

Adanya perbedaan agama di sini, apalagi dengan adanya letak


masjid dan klenteng yang seperti itu sebenarnya adalah sebuah
kejutan untuk jawa timur adalah jember ini.dulu keika masjid
dalam proses membangun pada tahun 2021 bersamaan dengan
renovasi klenteng kami saling membantu, bahkan klenteng juga
membantu untuk pembangunan masjid baik itu berupa bahan-
bahan bangunan dan juga tukang.76

Gambar 4.5
Wawancara Bersama Bapak Miroso/Bapak Sugik Salah Satu
Jamaah Masjid Al-Barokah Juga Bekerja Di Vihara Pay Lien San

Dari sini dapat dipahami bahwa jamaah dari dua tempat ibadah

ini saling terbuka untuk dapat membantu satu sama lain baik berupa

modal atau dukungan moril.

Hal ini juga dibenarkan oleh bapak Faisol Hasan ia

mengatakan,

Meskipun kami berbeda agama tetapi kami juga saling

membantu dan bekerja sama bahkan dulu saat pembangunan

75
Syaihon, diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2021.
76
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 01 Desember 2021.
67

klenteng pun saya juga turut membantu dan ketika itu masjid

juga masih sama dalam proses pembangunan.77

Hal lain yang juga menunjukkan sikap gotong royong ini juga

disampaikan oleh bapak Sucipto ia mengatakan,

Biasanya ketika ada acara besar di klenteng kami warga disini

juga turut mambantu seperti untuk menjaga parkiran misalnya

itu yang menjaga keamanan parkiran ya kami.78

Terkait hal tersebut bapak Hery Nofem juga mengatakan

bahwasannya:

Bagi kami umat TITD kebersamaan adalah yang utama tanpa

kebersamaan mustahil kita bisa hidup.79

Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahsawannya

salah satu nilai toleransi beragama adalah gotong royong yang

akhirnya menciptakan suatu kebersamaan atau keadaan damai yang

terjalin diantara setiap pemeluk agama yang ada.

Adapun saat ini hal yang menunjukkan sikap gotong royong

atau sikap kerja sama yang terjalin diantara jamaah dari kedua tempat

ibadah tersebut yaitu dimana bapak sugik yang beragama islam bekerja

untuk TITD dan TITD juga memberikan imbalan atas pekerjaan yang

bapak Sugik lakukan.

Hal ini dirasakan oleh peneliti ketika peneliti sedang observasi

dan juga kemudian melakukan wawancara dengan bapak Hery Nofem


77
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 30 November 2021.
78
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 19 Juni 2021.
79
Hery Nofem Stadiono diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 21 November 2021.
68

yang waktu itu sedang sibuk untuk mengadakan acara tetapi bersedia

meluangkan waktunya dan pada saat sedang wawancara beberapa

jamaaah yang memiliki kepentingan kepada bapak Hery bersedia

menunggu ketika jamaah lain mengatakan masih ada tamu.

Dari hasil wawancara, observasi dan juga dokumentasi yang

peneliti lakukan dapat ditemukan bahwa kerukunan, saling mengerti

dan juga gotong royong merupakan nilai-nilai toleransi beragama yang

diterapkan oleh masing-masing penganut agama di desa Glagahwero.

2. Cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama kepada

jamaah Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa

Glagahwero, Panti, Jember

Manusia diciptakan dan dibebankan dengan banyak tangggung

jawab diantaranya yaitu menjaga hubungannya dengan Allah (hablum

minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minas). Hablum

minallah adalah konsep bagaimana manusia berhubungan dengan Sang

Maha Pencipta Allah dengan mengikuti segala perintahnya dan menjauhi

larangannya, sedangkan hablum minannas adalah konsep dimana individu

manusia menjaga hubungan baik dengan individu atau kelompok manusia

lainnya.

Sikap toleransi adalah salah satu konsep hubungan antara satu

individu dengan individu lain yang telah diatur dengan baik dan jelas di

dalam agama islam. Mengenai toleransi ini juga dapat dipelajari di dalam

sumber-sumber ajaran islam. Sehingga disini toleransi menjadi hal penting


69

yang harus dapat diterapkan atau dilakukan oleh setiap orang. Dalam

agama islam hal ini juga sudah diatur dengan sangat baik sebab manusia

diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh

Allah SWT dari sekian banyak makhluk ciptaan-Nya dengan akal pikiran

yang dapat digunakan untuk memilih jalan kebaikan dan kebenaran.

Toleransi beragama yang terjadi di desa ini bukanlan sesuatu yang

baru terjalin namun telah terjadi dalam jangka waktu yang lama, toleransi

bukanlah hal mudah yang dapat terjadi dalam waktu sehari, dua hari, satu

minggu, satu bulan atau satu tahun. Setiap masyarakat telah memahami

sendiri dan memberi makna terhadap perbedaan ini. Islam mengajarkan

untuk saling menyayangi satu sama lain menghargai dan dapat menerima

adanya perbedaan.

Untuk dapat menjalin sikap toleransi ini tentu perlu dilakukan

dengan beberapa cara diantaranya adalah

a. Ditanamkan dan diajarkan sejak kecil

Toleransi yang terjalin atau yang dilakukan oleh setiap individu

di desa ini dapat terjadi salah satunya karena telah ditanamkan dan

diajarkan sejak dulu. Sehingga adanya perbedaan ini adalah hal yang

lumrah bagi setiap jamaah.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh bapak Sucipto ia

mengatakan,

Sebenarnya ini sudah terjadi sejak dahulu, sehingga saya pun


dapat menerima karena ini bukan hal baru yang terjadi sekarang
tapi jauh sebelum saya lahir, para pendahulu kami telah
melakukannya jadi kami meneruskannya. Jadi dari orang tua
70

dulu kan mereka sudah bisa menerima jadi sekarang ya kami


bisa menerima dan tidak pernah ada perselisihan diantara
kami.80

Gambar 4.6
Wawancara Bersama Bapak Sucipto Selaku Salah
Satu Takmir Masjid Al-Barokah

Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwasannya

toleransi beragama ini bukan hal yang baru terjadi atau bukan pada

masa beradaptasi dengan perbedaan yang ada tetapi toleransi ini telah

terjadi dalam waktu yang cukup lama karena telah terjadi sejak masa

lalu yang kemudian tetap diterapkan hingga saat ini.

Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh bapak Faisol Hasan

ia membenarkan pendapat bapak Sucipto terkait penanaman nilai-nilai

toleransi beragama ini. Ia mengatakan,

Terkait toleransi ini yang terjadi didesa ini sebenarnya saya itu
bukan orang asli sini saya pendatang saya pindah kesini karena
ikut istri sekitar tahun 2000-an saya baru pindah kesini tetapi
dari bertahun-tahun saya disini saya bisa merasakan toleransi
agama ini ya memang tidak ada kegiatan-kegiatan khusus untuk
menanamkan atau mengajarkan tapi semua masyarakat sudah
terbiasa dengan ini karena sudah sejak dulu juga terjadinya
toleransi ini.81

80
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 27 November 2021.
81
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 30 November 2021.
71

Hal ini juga sama dengan pendapat yang disampaikan oleh

bapak Sugik, ia juga mengatakan bahwa

Kalau toleransi ini ya sudah sejak dulu saya lahir sudah ada kok
toleransi ini, orang cina pendiri klenteng itu kan menikah
dengan orang sini jadi kan ya secara otomatis dulu itu berbaur
dengan warga sini jadi yang memang sudah dianggap hal yang
wajar dan biasanya meskipun berbeda kepercayaan meskipun
sekarang jamaah klenteng itu gak ada dari orang sini yang gak
ada masalah sebab ini kan ya sudah terjadi sejak dulu.82

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh pendapat bapak Suryo, ia

mengungkapkan,

Toleransi ini bisa dilakukan salah satunya sebab sudah jelas


memang karena ajaran turun temurun dilakukan karena kental
diajarkan sama orang-orang tua dulu jika tidak dilakukan malu
karena ini ya sudah diajarkan yang penting tidak mengganggu
jadi tidak saling berbuat permasalahan terutama terkait akidah
atau kepercayaan yang dianut masing-masing.83

Sehingga dengan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemahaman tentang toleransi telah diajarkan sejak dahulu. Pengajaran

toleransi ini telah ditanamkan dan diajarakan sejak masih kecil

sehingga setiap masyarakat dapat menerapkannya hingga saat ini.

Sedangkan di TITD Pay Lien San sendiri Hery Nofem terkait

cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama ini, ia

mengatakan bahwa:

Vihara tidak mengajarkannya secara langsung tidak ada ritual-


ritual khusus yang diadakan untuk mengajarkan tentang
toleransi ini sebab setiap orang tua masing-masing sudah
mengajarkan tentang toleransi ini dan kami sudah diajarkan dan
direlakan sejak masih kecil. Toleransi ini sudah ada sejak dulu
nenek moyang, para leluhur telah menerapkan kan kalau kita

82
Miroso diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 01 Desember 2021.
83
Suryo diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2022.
72

tidak menerapkan berarti kita kan tidak menghargai para leluhur


padahal kalau tidak ada mereka kita ini tidak mungkin ada
kan.84

Dengan hal ini dapat diketahui bahwasannya setiap anggota dari

dua tempat ibadah tersebut telah memahami dan tertanam dalam

dirinya masing-masing tentang toleransi ini sebab pengajaran tentang

toleransi ini sudah diajarkan sejak kecil.

Hasil wawancara diatas diperkuat dengan hasil observasi bahwa

tidak ada ritual-ritual atau kegiatan khusus yang dilakukan untuk

menanamkan atau mengajarkan toleransi beragama karena setiap

individu masyarakat telah memahami dan menjalin toleransi beragama

ini sejak dulu.

b. Mempererat persatuan antar sesama umat beragama

Adapun cara untuk menjalin toleransi yang kedua adalah

mempererat persatuan antar sesama umat beragama hal ini menjadi

cukup penting untuk dilakukan sebab mengingat kehidupan

masyarakat yang terus berkembang setiap waktunya.

Bapak Syaihon megungkapkan,

Masjid biasanya kami gunakan untuk acara-acara agama saja ya


seperti solat berjamaah lima waktu sama peringatan-peringatan
hari-hari besar islam maulid nabi, isra‟mikraj dan lain-lainnya
seperti yang kemarin ini selametan untuk memperingati tahun
baru islam. Jadi kami bersama-sama datang ke masjid dengan
membawa makanan atau berkat gitu ya dikumpulkan jadi satu
dan nanti setelah doa bersama berkat tadi bagikan secara
merata. Ini tentu dapat membangun rasa kekeluargaan antara
kami masyarakat disini.85

84
Hery Nofem Stadiono diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 21 November 2021.
85
Syaihon, diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember 03 Januari 2022.
73

Hal ini serupa dengan ungkapan yang disampaikan oleh bapak

Faisol Hasan yaitu,

Masjid tidak menanamkan atau memberikan pengertian tentang


toleransi tetapi dengan adanya masjid memberikan dampak
positif seperti orang-orang yang dulu tidak solat berjamaah
sekarang sudah solat jamaah, bisa mengadakan acara rutinan al-
qur‟an sebulan sekali dan dapat mempererat persatuan kami
warga karang asem karena kalau ada acara maulid nabi, tahun
baru islam dan isra‟ mi‟raj sama jenang suro gitu semua
melakukan jadi satu selametan di masjid dan serentak tidak ada
yang sendiri-sendiri. Kadang juga masjid dipakai untuk latihan
hadrah sama anak-anak.86

Hal ini mengandung makna yang sama dengan ungkapan yang

disampaikan oleh bapak Sucipto yaitu,

Sebenarnya adanya masjid tidak berpengaruh secara mendalam


tentang sikap kami menerima adanya mereka orang klenteng.
Masjid kami gunakan untuk kegiatan keislaman ya seperti
berjamaah, acara khotmil qur‟an setiap satu bulan sekali
tepatnya pada hari jum‟at manis dan juga acara-acara peringan
hari besar islam. Tapi adanya masjid berpengaruh terhadap
penambahan atau penguatan keimanan. Jadi sebenarnya ini kan
juga menambah dan mempererat kerukunan kami masyarakat
disini.87

Terkait peran masjid yang disampaiakan oleh bapak Sucipto,

Bapak Sugik juga mengungkapkan,

Oh tidak, masjid ini ya digunakan untuk solat berjamaah,


rutinan setiap satu bulan sekali sama acara kayak maulid nabi
gitu dan sebenarnya masjid tidak memberikan pengertian
toleransi ini secara langsung. Tapi ya dengan adanya kegiatan-
kegitan dimasjid ini kan juga menambah nilai kebaikan
didalamnya seperti melakukan ibadah secara bersama-sama jadi
kan tambah semangat dan ditambah lagi bisa buat rukun
jamaahnya.88

86
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 30 November 2021.
87
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 27 November 2021.
88
Miroso diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 01 Desember 2021.
74

Sehingga dengan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya

masjid tidak secara gamblang menanamkan sikap toleransi pada

masyarakat tetapi memberikan pengaruh yang cukup signifikan untuk

dapat menambah keimanan dan secara tidak langsung dapat

memberikan pertahanan untuk dapat melaksanakan toleransi beragama

yang ada di desa ini dan juga dapat menumbuhkan kerukunan atau

persatuan antar sesama umat beragama.

Terkait kerukunan antar jamaah di TITD bapak Hery Novem

mengungkapkan pendapatnya,

TITD jamaahnya kan dari empat keyakinan khonghucu, budha,


thou dan hindu, kenapa juga sama budha karena budha dan
hindu itu punya ajaran yang sama yaitu tabur tuai jadi ya kami
jadi satu disini.jadi kami melakukan sembahyang bersama
disini setiap waktu yang sudah ditentukan, kalau dulu jamaah
yang datang untuk sembahyang banyak sebelum pandemi ya
bisa sekitar 60-70 orang kadang sampai 100 orang sekarang ini
baru beradaptasi lagi jadi tidak tentu jamaah yang datang tadi
hanya 15 orang rutinan kemarin 35 orang soalnya masih mau
beradaptasi lagi setelah pandemi ini.89

Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa

salah satu upaya untuk dapat terus menjalin sikap toleransi adalah

memperkokoh persatuan diantara sesama umat beragama dan hal ini

juga diperkuat oleh hasil observasi yaitu jamaah di masjid melakukan

ritual-ritual keagamaan secara bersamaan antara lain solat berjamaah

dan khotmil qur‟an. Jamaah TITD juga melakukan ritual keagamaan

89
Hery Novem diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 18 Desember 2021.
75

secara bersama-sama contohnya seperti melakukan sembahyang secara

bersama-sama.

c. Tidak saling mengganggu

Memberikan rasa aman dan damai merupakan hal yang sangat

perlu untuk diterapkan oleh masing-masing atau tiap-tiap jamaah

dalam menjalin toleransi beragama sehingga tidak ada yang merasa

terganggu yang akhirnya dapat menyebabkan permasalahan.

Bapak Bayjuri, ia mengungkapkan bahwasannya,

Kami masyarakat bisa menjalankan dan menerapkan toleransi


ini sebab kami tidak saling mengganggu mereka orang
kleneteng kami biarkan dengan pendapat mereka (keyakinan)
mereka dan kami dengan keyakinan kami, tidak akan pernah
ada pertengkaran atau perselisihan kalau kami bisa sama-sama
dapat menjalankan prinsp itu. Dan mereka tidak pernah
memaksa atau melakukan upaya-upaya kami untuk mengikuti
ajaran mereka dari sini kami tidak pernah merasa ada
permasalahan.90

Hal ini serupa dengan ungkapan yang disampaikan oleh bapak

Suryo yaitu

Konghucu berbuat kebaikan seperti memberikan bantuan tidak


pernah mengganggu kalau misalnya jum‟at karena berbarengan
dengan orang islam setiap jum‟at tidak ada peringatan kecuali
malam karena kalau jum‟at kami umat islam kan melaksanakan
solat jum‟at. Jadi kalau jumat itu tidak pernah ada peringatan
kecuali malamnya itu.91

Tidak saling mengganggu merupakan salah satu upaya untuk

tetap menjalin tolernasi beragama di desa ini juga disamapaikan oleh

Bapak Sugik, ia mengatakan

90
Bayjuri diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 04 Januari 2022.
91
Suryo diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2022.
76

Kalau orang klenteng itu sama kami masyarakat disini kita tidak
pernah saling menggangu jadi hari jum‟at itu dulu pernah ada
pernikahan terus ternyata lama sampek orang-orang disini mau
melakukan solat jum‟at jadi dari situ sekarang di klenteng tidak
pernah mengadakan acara pernikahan karena takut bentrok
sama solat jum‟atnya orang islam.92

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwasannya

salah satu upaya yang dilakukan agam dapat terjalin sikap toleransi

beragama disini ialah dengan tidak saling menggangu antara satu

dengan yang lainnya.

Terkait salah satu upaya menjalin toleransi ini bapak Hendro

Mulyono mengungkapkan,

Jadi kami masing-masing umat beragama salah satu hal yang


penting untuk dilakukan yaitu tidak saling mengganggu satu
sama lain jadi kami saling membiarkan agar masing-masing
umat beragama dapat mendapatkan hak dan juga dapat
menjalankan kewajiban kami masing-masing. Pancasila yang
pertama adalah ketuhanan yang maha esa jadi sini ada satu
pemahaman yang sama yaitu Tuhan yang esa satu tetapi dengan
keyakinan yang berbeda-beda. Seperti tujuannya satu tetapi
jalan yang ditempuh berbeda-beda.93

Dari pendapat dari bapak Hendro Mulyono di atas merupakan

salah satu penguatan bahwasannya salah satu upaya toleransi yang

dilakukan di kedua tempat ibadah ini yaitu masjid Al-barokah dan

vihara Pay Lien San adalah setiap jamaah dari kedua tempat ibadah

tersebut tidak saling mengganggu. Hal ini diperkuat oleh hasil

observasi yaitu dimana ada suatu ketika ketika jamaah TITD

melakukan ibadahnya masyarakat sekitar tidak menganggu dan

92
Sugik diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 01 Januari 2022.
93
Hendro mulyono diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 07 Januari 2022.
77

melakukan rutinitasnya seperti biasanya dan juga ketika pernah suatu

ketika jamaah TITD melakukan sembahyang bersamaan dengan orang

islam melaksanakan solat jamaah tetapi antara kedua jamaah di tempat

ibadah tersebut tidak mengganggu ibadahnya masing-masing.

d. Memandang toleransi sebagai perintah agama

Toleransi merupakan salah satu dari perintah agama yang mana

di dalamnya adalah mengatur hubungan manusia dengan manusia yang

lain yang mana disini antara satu umat dengan umat yang lain memilki

perbedaan. Menggangp toleransi sebagai perintah agama juga

merupakan bagian dari upaya untuk terus menjalankan toleransi

beragama yang dilakukan oleh masyarakat glagahwero.

Hal ini sama seperti pernyataan yang disampaikan oleh bapak

Suryo selaku kepala desa juga salah satu jamaah dari masjid Al-

barokah yaitu

Bagi pandangan saya menghormati agama yang lain dan tidak


mencampurkan akidah didalamnya jadi hanya terkait hubungan
antar sesama (hubungan didunia) kedua-duanya secara pribadi
paling tidak harus ada toleransi. Jadi kan kita umat umat islam
sudah diatur tentang toleransi harus bisa melakukannya dengan
syarat tidak mencampurkan perihal agama atau akidah di
dalamnya. Jadi toleransi ini kan sudah memang diperintahnkan
kita sebagai umat islam harus bisa melaksanakannnya.94

Terkait hal ini Bapak Bayjuri juga mengungkapkan

Kalau saya sendiri ya tentang toleransi ini kan memang sudah


ada aturannya di dalam agama jadi ya harus menjalankan tetapi
tidak sampai pada hal-hal yang bersenggolan dengan
kepercayaan dan kebetulan disini ada perbedaan agama jadi ya

94
Suryo diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2022.
78

harus bisa menerima adanya jamaah klenteng asalkan tidak


mengganggu.95

Terkait pandangan toleransi sebagai perintah agama ini bapak

Sucipto juga mengungkapkan bahwasannya,

Ya dalam islam kan sudah ada disurat al-kafirun ayat terakhir


itu jadi yang paling penting adalah menjaga agar tidak
bertabrakan dengan akidah. Jadi ya biarkan saja gak papa
adanya perbedaan jadi tidak perlu ada pertengkaran kan untuk
mereka agama mereka untuk kita agama kita yang penting itu
jadi ya harus diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat seperti
ini.96

Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwasannya

setiap masyarakat memandang toleransi sebagai perintah agama jadi

setiap masyarakat telah memiliki kesadaran toleransi beragama dan

juga memberikan batasan-batasan di dalamnya yaitu toleransi

beragama yang dilakukan tidak melukai atau berhubungan dengan

akidah.

Ibu Widarini selaku pihak dari TITD juga mengungkapkan,

Semua agama baik karena pasti mengajak kebaikan, oknumnya


saja yang salah jika berbuat hal yang tidak baik dengan
mengenakan baju agama agar perbuatannya menjadi legal.
Sama seperti ajaran untuk toleransi ini kita semua umat manusia
kan disuruh untuk menyayangi dan senantiasa menebar
kebaikan kepada sesama ya seperti itu yang harus kita
kerjakan.97

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahawasannya

baik dari jamaah masjid maupun vihara memilki pemaknaan yang

sama bahwasannya toleransi ini adalah merupakan perintah agama. Hal

95
Bayjuri diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2022.
96
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2022.
97
Widarini diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 07 Januari 2022.
79

ini diperkuat oleh hasil dokumentasi dan juga observasi bahwa masing-

masing jamaah dapat melakukan toleransi beragama seperti menyapa

ketika saling berpapasan dan menghormati antara satu dengan yang

lain.

e. Saling berbuat kebaikan dan saling membantu

Upaya selanjutnya yang terapkan agar tetap terjalin toleransi

beragama yaitu dengan saling berbuat kebaikan atau saling membantu.

Sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan bantuan terhadap orang

lain sama halnya yang terjadi diantara jamaah masjid al-barokah dan

jamaah vihara pay lien san ini. Hal ini sesuai yang disamapaikan oleh

bapak Suryo yaitu,

Kami rukun sebab diantara kami jamaah masjid maupun jamaah


klenteng tidak membeda-beda maksudnya tidak menjadikan
perbedaan ini masalah kami saling membantu dari segi
ekonomi, segi agama beberapa persen bisa membantu
masyarakat tetapi dia (jamaah klenteng) tidak pernah
menganggu. Kalau ada acara-acara besar itu biasanya pemuda-
pemuda disini membantu keamanan merekan untuk menjaga
parkiran seperti itu.98

Bapak Syaihon juga mengungkapkan

Kami saling membantu seperti dulu pas pembangunan masjid


barengan dengan pembangunan klenteng kan memang klenteng
dulu yang sebenarnya ada. Biasanya kalau ada acara-acara besar
di klenteng kami membantu beberapa pemuda yang menjadi
juru parkir cuma itu ya sudah beberapa tahun silam soalnya
sekarang ini kan masih musimnya corona jadi yang sekarang
sepi seperti sekarang ini.99

98
Suryo diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2022.
99
Syaihon diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 04 Januari 2022.
80

Bapak Bayjuri juga mengungkapkan bahwasannya jamaah dua

tempat ibadah tersebut saling membantu yaitu

Kita saling membantu kalau ada yang bisa dibantu seperti dulu
pas acara besar yang pemuda disekitar klenteng itu yang
menjaga keamanannya juga klenteng juga baik kadang juga
memberikan bantuan untuk warga sekitar yang seperti itu
mereka baik kita juga harus baik dan sebaliknya.100

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahu bahawa terjalin

hubungan yang baik diantara jamaah kedua tempat ibadah tersebut

mereka saling berbuat baik dan juga menolong antar sesama. Hal ini

diperkuat oleh hasil observasi terkait upaya menjalin toleransi dengan

saling berbuat baik dan saling membantu yang dapat dilihat oleh

peneliti sampai saat ini adalah bahwasannya salah satu pekerja di

vihara pay lien san yaitu bapak Sugik merupakan salah seorang yang

beragama islam. Bapak sugik bekerja untuk membersihkan dan

menjaga keamanan vihara dan pihak vihara membantu perekonomian

bapak Sugik dengan memberikan upah atas kinerja yang telah ia

lakukan.

Dari hasil wawancara dan observasi serta dokumnetasi dapat

diketahui bahwasannya saling berbuat kebaikan dan saling membantu

menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat menerapkan atau

terus menjalin toleransi beragama yang dilakukan di masjid al-barokah

dan vihara pay lien san.

100
Bayjuri diwawancarai oleh Nur Rofiah, Jember, 03 Januari 2022.
81

Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwasaannya baik masjid

atau TITD tidak mengadakan kegiatan khusus untuk menginternalisasikan

atau menanamkan pemahaman tentang toleransi beragama ini. Adapun

upaya-upaya yang dilakukan untuk menjalin toleransi di desa ini adalah

ditanamkan dan diajarkan sejak kecil, mempererat persatuan antar sesama

umat beragama, tidak saling menganggu, memandang toleransi sebagai

perintah agama dan saling berbuat kebaikan juga saling membantu.

3. Hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi beragama kepada

jamaah Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa

Glagahwero, Panti, Jember

Toleransi antar umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan

yang harmonis dan dinamis serta damai di antara sesama umat beragama.

Hubungan antara sesama umat satu agama dan berbagai agama serta antara

umat beragama dengan pemerintah dalam usaha memperkokoh kesatuan

dan persatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama

membangun masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam

ajaran agama lain. Namun toleransi beragama yang dimaksudkan adalah

menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-

lebihan sehingga sikap dan tingkah laku menggangu hak-hak dan

kepentingan orang lain. Masyarakat di desa ini dapat hidup rukun dan

damai, saling menghargai antara sesama umat beragama. Hal ini dilakukan

atas dasar kemanusiaan, bahwa sebagai sesama bangsa Indonesia dan


82

sebagai makhluk ciptaan Tuhan untuk dapat hidup saling berbuat baik

kepada siapapun. Begitupun dalam beragama harus saling menghargai

antara umat beragama sekalipun tidak ada paksaan dari kebudayaan untuk

memasuki agama yang dianutnya.

Dalam melakukan toleransi bukan berarti kita harus turut

mempercayai ajaran di dalamnya sebab dalam bertoleransi ada batas-batas

yang tidak boleh dilewati yang mana di dalamnya bersentuhan dengan

akidah sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Sucipto ia

mengungkapkan,

Kami melakukan toleransi karena kami nafsi-nafsi (sendiri-sendiri)


lakum diinukum wa liya diin untukmu agamamu dan untukku
agamaku, jadi dengan ini kami tidak pernah memiliki masalah
apapun karena berjalan masing-masing dalam mengamalkan ajaran
agama.101

Hal ini setara dengan yang disampaikan oleh bapak Faisol Hasan

yatu:

Di hari hari besar mereka semua warga juga menerima dengan


tangan terbuka untuk mereka melaksanakannya tetapi kami tidak
pernah ikut untuk merayakannya, di acara besar kami membantu
tapi hanya sekedar menjaga keamanan seperti menjaga parkiran
kalau panitianya sendiri tetap dari orang cina.102

Dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwasannya setiap

umat dari agama yang ada mereka melakukan toleransi atau menerima

adanya keberadaan mereka namun tidak ikut atau turut serta dalam acara-

acara keagamaan yang ada bagi mereka yang muslim mereka melakukan

kewajibannya sebagai seorang yang beragama islam begitu juga

101
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 05 Desember 2021.
102
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 02 Desember 2021.
83

sebaliknya bagi jamaah TITD mereka melakukan hal-hal yang merupakan

kewajibannya.

Toleransi merupakan suatu bentuk timbal balik mereka dapat

menerima keragaman dan mendapatkan kedamaian sebagai suatu balasan

dari hal-hal dilakukan. Toleransi bukanlah hal yang mudah untuk

dilakukan juga kedua belah pihak atau pihak-pihak yang memiliki

perbedaan tetapi saling berperilaku baik. sebagaimana yang disampaikan

oleh bapak Faisol Hasan, ia mengatakan,

Banyak kebaikan yang dilakukan oleh orang klenteng seperti


mereka memberikan sembako ketika bulan ramadhan dan ketika ada
acara kadang kuenya dibagikan kepada waraga sekitar mereka
melakukan kebaikan tanpa ada unsur untuk mengajak atau memaksa
mengikuti atau meyakini ajaran mereka.103

Terkait hal tersebut pak Hery mengatakan sebagai berikut‟

TITD sangat-sangat sering sebelum pandemic ini ya kalau ada


donatur yang mungkin karena pekerjaannya berhasil atau usahanya
semakin maju seperti itu untuk membagikan rezeki untuk warga
sekitar 250 KK itu macam-macam ya kadang ya berupa beras 2,5 kg
kadang ya sembako.104

Dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa kedua belah

pihak saling berbuat kebaikan jamaah TITD yang memberikan sebagian

rezekinya untuk warga sekitar dan warga sekitar dengan lapang dada

bersedia untuk menerima kebaikan dari jamaah TITD. Jamaah TITD juga

tidak pernah berupaya atau memaksa warga untuk meyakini ajaran agama

yang mereka anut.

103
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 02 Desember 2021.
104
Hery Nofem Stadiono diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 21 November 2021.
84

Hal lain yang menunjukkan toleransi di desa ini adalah dulu ketika

wafatnya Gus Dur para jamaah TITD Pay Lien San mengadakan peringan

40 hari dan 100 hari wafatnya Gus Dur dan mengundang para warga

sekitar yang beragama muslim untuk melakukan tahlil hal ini disampaikan

oleh bapak Faisol Hasan

Hal yang menarik yang pernah terjadi adalah dulu klentang pernah
mengadakan peringatan meninggalnya gus dur pada hari ke 40 dan
ke 100 harinya, mereka mengundang kami dan mereka
mempersilahkan kami untuk memimpin tahlil jadi yang mimpin ya
orang sini, dan tahlil itu dilakukan bukan ditempat sembayangan
mereka tetapi ditempat parkir yang belakang ada tempat luas dan los
jadi kami tahlil disana.105

Hal ini dibenarkan oleh bapak Sucipto

Ya dulu sempat vihara itu mengadakan selametan untuk

memperingati 100 hari meninggalnya gus dur.yang hadir disana ya

kami orang muslim.106

Hasil wawancara tersebut memberikan informasi bahwasannya

jamaah TITD mengadakan peringatan gus dur yang mana beliau adalah

seorang muslim sehingga kemudian para jamaah TITD mengadakan acara

sebagai mana cara orang muslim disini berarti antara kedua jamaah

tersebut mengadakan toleransi juga memberikan batasan untuk tidak

mencampuradukkan ajaran agama tersebut. Bapak Faisol Hasan

mengungkapkan bahwasannya,

Saya pindah kesini mulai tahun 2000 dan selama ini saya tidak pernah
menyaksikan adanya permasalahan atau pertengakaran antara orang
masjid sama orang klenteng dan saya tidak pernah mendengar ada

105
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 02 Desember 2021.
106
Sucipto diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 05 Desember 2021.
85

warga yang mengatakan atau ingin melempar batu ke klenteng jadi ya


memang kami tidak pernah bersenggolan.107

Terkait toleransi yang dilakukan atau terjadi di desa ini bapak Hery

Nofem ia mengatakan,

Masyarakat sangat terbuka dan membuka ke dua belah tangannya


untuk kapanpun kami beribadah toleransi masyarakat disini sangat
tinggi. Kalau secara nasional ya Indonesia itu toleransi itu kurang
greget tapi kalau untuk warga local itu greget ya seperti disini ini.
mungkin ya ada yang tidak bisa menerima satu dua tapi itukan tidak
berpengaruh karena tidak ada power.108

Gambar 4.7
Wawancara Dengan Bapak Hery Nofem Stadiono Selaku
Wakil Ketua Vihara Pay Lien San

Hal tersebut serupa dengan ucapan yang disampaikan bapak Faisol

Hasan ia mengungkapkan bahwa,

Kami tidak pernah memberikan batasan kapan orang klenteng

boleh sembayang dan tidak, kami membiarkan dan membebaskan

mereka kapanpun mereka ingin sembayang. 109

Dari hasil wawancara di atasa dapat dipahami bahwa jamaah dari

dua tempat ibadah tersebut mendapat kebebasannya kapanpun mereka

107
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 02 Desember 2021.
108
Hery Nofem Stadiono diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 21 November 2021.
109
Faisol Hasan diwawancarai oleh Nur Rofiah , Jember, 02 Desember 2021.
86

ingin melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba tanpa adanya

kekangan atau larangan dari pihak lain.

Beberapa hal tidak dapat disaksikan langsung oleh peneliti karena

itu sudah menjadi peristiwa yang terjadi pada beberapa tahun silam namun

beberapa hal yang peneliti saksikan secara langsung pada saat observasi

antara lain adalah warga yang beragama muslim tidak ikut terlibat pada

acara-acara yang kaitannya dengan keyakinan atau akidah seperti ikut

merayakan acara di klenteng dan juga sebaliknya, para warga yang

beragama islam dan merupakan orang muslim memberikan kebebasan

kepada para jamaah klenteng untuk dapat sembayang kapanpun yang

mereka mau juga mereka memberikan ketenangan dan tidak mengusik

para jamaah yang sedang melakukan sembayang di klenteng.

Dengan beberapa pemaparan diatas dapat diketahui hasil dari

internalisasi nilai-nilai toleransi beragama di masjid Al-Barokah dan TITD

Pay Lien San adalah setiap jamaah dari dua tempat ibadah tersebut

memberikan batasan pada toleransi beragama yang mereka terapkan,

setiap anggota dari kedua tempat ibadah tersebut mendapatkan kebebasan

untuk beribadah kapanpun mereka inginkan dan juga setiap jamaah dari

kedua tempat ibadah tersebut mendapatkan haknya untuk menjalankan

kewajibannya sebagai seorang hamba.

C. Pembahasan Temuan

Adapun pembahasan temuan dari skripsi ini berdasarkan hasil data

yang diperoleh dari objek penelitian selama peneliti melakukan penelitian di


87

lembaga-lembaga tersebut, pembahasan temuan ini merupakan gagasan

peneliti terkait antara kategori-kategori dan dimensi, posisi temuan dengan

temuan sebelumnya serta penafsiran dan penjelasan dari temuan yang

diungkap dari lapangan yang kemudian dirumuskan dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Temuan Penelitian

No Focus masalah Hasil temuan


1 Nilai-nilai toleransi Nilai kerukunan, nilai saling
beragama yang menghargai dan nilai gotong
diinternalisasikan kepada royong
jamaah masjid Al-barokah
dan vihara Pay Lien San
Glagahwero, Panti Jember
2 Cara menginternalisasikan Ditanamkan dan diajarkan sejak
nilai-nilai toleransi beragama kecil, mempererat persatuan antar
kepada jamaah masjid Al- sesama umat beragama, tidak
barokah dan vihara Pay Lien saling mengganggu, memandang
San Glagahwero, Panti toleransi sebagai perintah agama,
Jember juga saling berbuat kebaikan dan
saling membantu.
3 Hasil dari setiap jamaah dari dua tempat
penginternalisasian nilai- ibadah tersebut memberikan
nilai toleransi beragama batasan pada toleransi beragama
kepada jamaah masjid al- yang mereka terapkan, setiap
barokah dan vihara Pay Lien anggota dari kedua tempat ibadah
San Glagahwero, Panti tersebut mendapatkan kebebasan
Jember untuk beribadah kapanpun mereka
inginkan dan juga setiap jamaah
dari kedua tempat ibadah tersebut
mendapatkan haknya untuk
menjalankan kewajibannya sebagai
seorang hamba.
88

1. Nilai-nilai toleransi beragama yang diinternalisasikan kepada

jamaah Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa

Glagahwero, Panti, Jember

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi menunjukkan bahwa nilai-nilai toleransi

beragama yang di internalisasikan kepada para jamaaah yaitu nilai

kerukunan, nilai saling mengerti dan nilai gotong royong.

Sesuai dengan apa yang peneliti temukan dilapangan dengan

wawancara takmir masjid, jamaah masjid Al-Barokah dan juga pengurus

TITD Pay Lien San kemudian dianalogikan dengan teori menurut Eko

Digdoyo, yaitu toleransi dalam konteks social budaya dan agama yang

berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap

kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh

mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya seperti toleransi beragama

dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan

keberadaan agama lainnya.110

Sejalan dengan teori tersebut, menunjukkan hasil temuan peneliti

bahwa para jamaah sesuai dengan teori yang dipaparkan yaitu mampu

menerima perbedaan agama yang ada.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi, wawancara

maupun dokumentasi ketika melakukan penelitian di desa glagah wero

110
Eko Digdoyo,“Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Social Media”,
dalam Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol 3,
No 1,(2018): 46.
89

gambar nilai-nilai toleransi beragama yang diinternalisasikan antara lain

yaitu kerukunan, saling menghargai dan gotong royong.

a. Kerukunan

Berdasarkan hasil temuan peneliti yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi bahwa para jamaah dari

masjid Al-Barokah dan TITD Pay Lien San telah mengajarkan

kerukunan yang terjalin diantara setiap masing-masing pemeluk

agama yang menunjukkan nilai kerukunan salah satunya adalah letak

masjid dan TITD yang sangat berdekatan dan hubungan baik yang

terjalin diantara para jamaah tempat ibadah tersebut dan masing-

masing jamaah tidak pernah mempersoalkan perbedaan keyakinan

yang mereka ikuti.

Bustanul Arifin menyatakan bahwa konsepsi toleransi dan

kerukunan antar umat beragama merupakan dua bentuk yang tak

terpisahkan satu sama lain, ada hubungan kausalitas antar keduanya,

kerukunan berdampak pada toleransi dan sebaliknya toleransi

menghasilakan kerukunan keduanya menyangkut hubungan antar

sesama manusia.111

Oleh karena itu kerukunan merupakan hal yang ditanamkan

agar para masyarakat dapat tidak melulu menganggap hal yang

berbeda adalah suatu persoalan dan dapat menyebabkan konflik yang

111
Bustanul Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) Dalam Interaksi Antar Umat
Beragama,” Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, Vol 1, No 2, (Desember, 2016): 396.
90

kemudian dengan pemikiran ini dapat menciptakan kehidupan yang

damai dan harmonis ditengah keragaman agama yang ada.

b. Saling menghargai

Dalam kehidupan masyarakat perbedaan adalah hal yang

lumrah salah satu hal yang dapat diterapkan untuk menyikapi

perbedaan yang ada dengan sikap saling menghargai. Menghargai

adalah sikap untuk saling menerima antara satu dengan yang lain,

sikap yang tidak hanya memandang dirinya yang paling baik dan

menganggap apa yang tidak sama dengan pemikirannya adalah hal

yang rendah. Dengan menghargai dapat memberikan pandangan

bahwa semuanya sama tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih

rendah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti di desa glagahwero nilai-nilai toleransi

beragama yang diinternalisasikan salah satunya adalah saling

menghargai. Nilai saling menghargai ini terlihat dari sikap para

jamaah masjid atau orang islam yang mau untuk menerima

keberadaan umat agama lain yang mana pada hakikatnya umat islam

disana ada mayoritas sedangkan jamaah TITD (umat yang beragama

Hindu, Buddha, Thou dan Kong Hu Cu) adalah minoritas dan bukan

merupakan anggota masyarakat disana. Hal lain yang menunjukkan

adanya nilai saling menghargai ini adalah bahwa masyarakat tetap

berperilaku baik kepada salah satu warga yang bekerja di TITD yang
91

mana ia adalah seorang yang menganut ajaran agama islam. Begitu

juga sebaliknya jamaah dari TITD juga menampakkan sikap

menghargai terhadap orang-orang islam (jamaah masjid). Dengan hal

ini sehingga setiap jamaah memberikan apresiasi yang baik untuk

umat agama lain.

Bustanul Arifin mengungkapkan bahwa dalam islam toleransi

dijelaskan dalam al-qur‟an dapat dengan mudah mendukung etika

perbedaan dan toleransi. Al-qur‟an tidak hanya mengharapkan tetapi

juga menerima kenyataan perbedaan dan keragaman dalam

masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-

Hujurat ayat 13, ayat tersebut menunjukkan adanya ketatanan

manusia yang esensial dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan

yang memisahkan antara golongan yang satu dengan golongan yang

lain, manusia merupakan tiap keluarga yang besar. 112

Hal tersebut serupa dengan teori yang disampaikan oleh

Muawanah dalam jurnalnya yang berjudul pentingnya pendidikan

untuk tanamkan sikap toleransi di masyarakat bahwa toleransi adalah

suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan

kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan

tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia.113 Hal ini selaras

dengan pendapat yang diungkapkan oleh Muhammad Rifqi Fachrian

dalam bukunya yang berjudul toleransi antarumat beragama dalam al-


112
Bustanul Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh “, 398.
113
Muawanah, “Pentingnya Pendidikan untuk Tanamkan Sikap Toleran di Masyarakat”,dalam
Jurnal Vijjacariya, Vol 5, Nomor 1,( 2018), 62.
92

qur‟an; telaah konsep pendidikan islam bahwasannya toleransi

mempunyai arti kesabaran akan saling menghormati antarumat

beragama yaitu dengan disertai sikap lapang dada sesama manusia

didalam beragama yang menimbulkan perdamaian dan kebersamaan

tentunya dengan batasan-batasan yang sesuai dengan akidah dan

kepercayaan masing-masing.114

Oleh karena itu, penanaman sikap toleransi agama ini

dilakukan dengan menanamkan sikap saling menghargai antar

masing-masing pemeluk agama agar tidak saling merendahkan atau

mencela satu dengan yang lain.

c. Gotong royong

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, menanamkan sikap

gotong royong disini adalah memberikan pengertian kepada para

jamaah untuk senantiasa saling bahu membahu untuk menolong

kepada sesama. Pada hakikatnya manusia diciptakan sebagai

makhluk social yaitu makhluk yang membutuhkan pada orang lain

dan tidak melulu bisa hidup sebagai mahkluk yang individual.

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan di lapangan

bahwasannya para jamaah dari dua tempat ibadah yang berbeda

keyakinan melaksanakan gotong royong atau saling membantu satu

dengan yang lainnya seperti pada saat pembangunan masjid dan

bersamaan dengan renovasi yang dilakukan pada pangunan TITD,

114
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an; Telaah Konsep
Pendidikan Islam (Depok: PT Raja Granfindo Persada, 2018), 22.
93

pihak TITD bersedia membantu pembangunan masjid baik itu berupa

material bangunan atau tenaga kerja juga sebaliknya pihak masjid

juga memberikan bantuan berupa tenaga untuk membantu

pembangunan TITD dan hal lain yang menunjukkan sikap gotong

royong ini adalah jamaah masjid bersedia membantu umat TITD

ketika ada acara-acara besar seperti untuk menjaga parkiran.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Lely Nisvilyah ia

mengungkapkan bahwa bentuk toleransi yang harus ditegakkan yaitu

toleransi agama dan toleransi social. Toleransi agama adalah toleransi

yang menyangkut keyakinan yang berhubungan dengan akidah yaitu

sikap lapang dada untuk memberikan kesempatan pemeluk agama

selain islam beribadah menurut ketentuan agama yang diyakininya.

Sedangakan toleransi social berorientasi terhadap toleransi

kemasyarakatan. Dalam masyarakat yang beragam karena perbedaan

agama dianjurkan untuk menegakkan kedamaian dan melakukan

kerjasama dengan orang-orang yang berlainan agama dalam batas-

batas yang telah ditentukan.115

Oleh karena itu, selain toleransi dalam beragama para jamaah

juga melakukan toleransi social yaitu saling membantu dalam hal-hal

kemasyarakatan. Hal ini perlu dilakukan agar dapat semakin

mempererat persatuan diantara setiap umat.

115
Lely Nisvilyah, “Toleransi Antarumat Beragama dalam Memeperkokoh Persatuan dan
Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto)”, dalam Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol 2, Nomor 1, (2013),
384.
94

2. Cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama kepada

jamaah Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa

Glagahwero, Panti, Jember

Berdasarkan data hasil dokumentasi, wawancara, dan observasi yang

telah dilakukan peneliti dilapangan, peneliti menemukan data tentang

cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama di masjid dan

vihara Pay Lien San yaitu ditanamkan dan diajarakan sejak kecil,

mempererat persatuan antar sesama umat beragama, tidak saling

mengganggu, memandang toleransi sebagai perintah agama, dan saling

berbuat kebaikan juga saling membantu.

a. Ditanamkan dan diajarkan sejak kecil

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi bahwa terkait pelaksanaan

toleransi beragama yang dilakukan oleh setiap jamaah di masjid al-

barokah dan vihara pay lien san hal ini dapat dilakukan karena sudah

diajarkan dan ditanamkan sejak mereka masih kecil sehingga seiring

berjalannya mereka dapat menerapkan toleransi ini dan berlangsung

sampai saat ini. Orang tua para jamaah telah mencontohkan sikap

toleransi ini dengan tidak pernah memperselisihkan atau

mempermasalahkan perbedaan yang ada sehingga dari sini toleransi

ini merupakan kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.
95

Qowaid mengatakan bahwa Toleransi merupakan elemen

dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan sikap saling

memahami dan menghargai perbedaan yang ada, serta menjadi entry

point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan antarumat

beragama, toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh

kelompok masyarakat, dari tingkat anak-anak, remaja, dewasa hingga

orang tua, baik mahasiswa, pegawai, birokrat, bahkan peserta didik

yang masih belajar di bangku sekolah. Toleransi adalah nilai-nilai,

sikap, kesediaan dan keterlibatan seseorang dalam mendukung suatu

keadaan yang memberikan ruang bagi adanya pengakuan perbedaan

yang khususnya untuk terciptanya kerukunan. Dalam kehidupan umat

beragama, maka toleransi dilihat sebagai media untuk menjaga

kerukunan antar dan intern umat beragama.116

Berdasarkan temuan tersebut dan didiskusikan dengan teori

yang dikemukakan oleh Qowaid dapat dipahami bahwa hasil temuan

peneliti sudah sesuai dengan teori yaitu bahwasannya kesadaran

akan pentingnya toleransi telah tumbuh dari setiap individu dari

kedua tempat ibadah tersebut.

b. Mempererat persatuan antar sesama umat beragama

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, mempererat

persatuan antar sesama umat beragama ini merupakan salah satu

upaya yang dilakukan untuk dapat melaksanakan toleransi beragama


116
Qowaid, “Gejala Intoleransi Beragama di Kalangan Peserta Didik dan Upaya
Penanggulangannya Melalui Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, dalam Dialog Penelitian dan
Kajian Keagamaan, Nomor 1, (2013), 73
96

yaitu memperkuat hubungan antar sesama umat beragama. Hal ini

dilakukan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan

secara bersama-sama baik oleh jamaah masjid maupun jamaah di

vihara.

Terkait konsep toleransi ini Muawanah mengungkapkan

pendapatnya yaitu belajar menghargai setiap pendapat antar individu

bisa menjadi modal penting untuk menghindari perpecahan didalam

kehidupan masyarakat. Hal ini merupakan contoh kecil untuk dapat

diterapkan dalam kehidupan dengan belajar menghargai pendapat

orang lain setidaknya akan dapat menciptakan kerukunan yang dapat

menghidari atau menutup kemungkinan akan terjadinya

perpecahan.117

Oleh karena itu agar dapat menjalin toleransi dengan baik

salah satu hal yang perlu untuk diterapkan adalah mempererat

persatuan diantara sesama sebab hal ini merupakan salah satu bentuk

paling sederhana untuk dapat melakukan toleransi.

c. Tidak saling mengganggu

Berdasarkan hasil temuan peneliti yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi bahwa para jamah dari

masjid al-barokah dan TITD pay lien san telah mengamalkan salah

satu upaya melakukan toleransi yaitu tidak saling mengganggu.

Jamaah di dua tempat ibadah ini memberikan kesempatan dan juga

117
Muawanah, “Pentingnya Pendidikan untuk Tanamkan Sikap Toleran “, 66
97

ketenganan atau tidak membuat kegaduhan yang dapat mengganggu

aktivitas ibadah jamaah lain. Sehingga jamaah dapat dengan tenang

dan khusuk dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang umat

beragama.

Tidak saling mengganggu adalah bentuk dari penekanan rasa

egois yang dimiliki oleh setiap individu agar tidak menimbulkan

perpecahan sebab adanya perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat

yang disamapaikan oleh Muawanah yaitu kurangnya sikap toleransi

antar umat manusia bisa diakibatkan adanya rasa egois yang terlalu

tinggi. Dibutuhkan pengendalian rasa egois pada tiap individu agar

tidak terjadi konflik atas nama persoalan pribadi.118

Oleh karena itu tidak saling mengganggu antara satu dengan

yang lain merupakan salah satu upaya yang terus diterapkan agar

dapat menjalin sikap toleransi beragama yang di desa Glagahwero

ini. Sehingga tidak mudah timbul konflik karena adanya perbedaan-

perbedaan.

d. Memandang toleransi sebagai perintah agama

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, memandang

toleransi sebagai salah satu perintah agama adalah upaya yang

dilakukan oleh setiap jamaah agar terus dapat menjalin toleransi

tanpa harus mempertentangkan perbedaan-perbedaan yang ada.

Semua agama mengajarkan untuk berbuat kebaikan salah satunya

118
Muawanah, “Pentingnya Pendidikan Untuk Tanamkan Sikap Toleransi”, 66.
98

adalah berbuat kebaikan antar sesama umat manusia meskipun

terdapat banyak perbedaan salah satu contohnya yaitu perbedaan

agama yang diyakini. Toleransi yang dilakukan ini juga dengan

memberikan batasan-batasan yang jelas terhadap toleransi yang

dilakukan yaitu toleransi yang dilakukan tidak boleh sampai

bersangkutan dengan akidah.

Temuan tersebut sesuai dengan teori toleransi yang

disamapaikan oleh Arifin yaitu dalam islam toleransi dijelaskan

dalam al-qur‟an dapat dengan mudah mendukung etika perbedaan

dan toleransi. Al-qur‟an tidak hanya mengharapkan, tetapi juga

menerima kenyataan perbedaan dan keragaman dalam masyarakat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-hujurat ayat 13,

ayat tersebut menunjukkan adanya ketatanan manusia yang essensial

dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara

golongan yang satu dengan golongan yang lain, manusia merupakan

tiap keluarga yang besar. 119

Teori tersebut serupa dengan pendapat yang disampaikan oleh

Adeng Muchtar yaitu pengertian tentang tasamuh atau toleransi

dalam kehidupan beragama yang ditawarkan oleh islam begitu

sederhana dan rasional. Islam mewajibkan para pemeluknya

membentuk batas yang tegas dalam hal akidah akidah dan

kepercayaan, sambil tetap melidungi prinsip penghargaan terhadap

119
Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh”, 398.
99

keberadaan para pemeluk agama lain dan melindungi hak-hak mereka

sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Pembatasan yang jelas

dalam hal akidah atau kepercayaan ini merupakan upaya islam untuk

menjaga para pemeluknya agar tidak terjebak dalam sinkretisme.120

Oleh karena hasil temuan sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Arifin dan Adeng Muchtar bahwasannya toleransi merupakan salah

satu perintah agama dan ini diterapkan oleh setiap jamaah masjid al-

barokah dan vihara pay lien san dengan memberikan batasan-batasan

yang jelas untuk dapat menghindari terjadinya konflik ditengah

keberagaman.

e. Saling berbuat kebaikan dan saling membantu.

Berdasarkan hasil temuan peneliti yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi bahwa salah satu upaya

untuk dapat menerapkan toleransi beragama di masjid al-barokah dan

vihara pay lien san adalah saling berbuat kebaikan dan saling

membantu seperti contohnya saling membantu dalam membangun

kedua tempat ibadah dan orang islam dan juga jamaah vihara yang

bekerja sama dan saling mendapatkan keuntungan.

Arifin menyatakan bahwa mengakui keberadaan agama-

agama tidak sama dengan mengakui kebenaran agama-agama lain

selain islam. Kita boleh berbuat baik dan saling menghargai dan

menghormati umat agama lain sebatas apa yang kita lakukan tidak

120
Adeng Muchtar Ghazali, “Toleransi Beragama Dan Kerukunan Dalam Perspektif Islam”,
Jurnal Agama Dan Lintas Budaya, Vol 1, No 1,(September, 2016): 29.
100

dapat mencampuradukkan aqidah maupun ibadah serta tidak melukai

keimanan kita.121

Teori yang disampaikan diatas sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh Lely Nisvilyah yaitu bentuk toleransi yang harus

ditegakkan yaitu toleransi agama dan toleransi social. Toleransi

agama adalah toleransi yang menyangkut keyakinan yang

berhubungan dengan akidah yaitu sikap lapang dada untuk memberi

kesempatan pemeluk agama selain islam beribadah menurut

ketentuan agama yang diyakininya. Sedangkan, toleransi social

berorientasi terhadap toleransi kemasyarakatan. Dalam masyarakat

yang beragam karena perbedaan agama dianjurkan untuk

menegakkan kedamaian dan melakukan kerjasama dengan orang-

orang yang berlainan agama dalam batas-batas yang telah

ditentukan.122

Apabila dihubungkan dengan teori dari Arifin dan Lely

Nisvilyah maka hal ini sesuai dengan hasil observasi, wawancara,

dan dokumentasi selama melakukan penelitian di desa glagahwero

peneliti menemukan bahwasannya saling berbuat kebaikan dan

saling membantu merupakan salah satu bentuk dari upaya untuk

dapat melakukan toleransi beragama.

121
Arifin, “Implikasi Prinsip Tasamuh”, 412.
122
Lely Nisvilyah, “Toleransi Antarumat Beragama dalam Memeperkokoh Persatuan dan
Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto)”, dalam Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol 2, Nomor 1, (2013),
384.
101

3. Hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi beragama kepada

jamaah Masjid Al-Barokah dan Vihara Pay Lien San di Desa

Glagahwero, Panti, Jember

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di

lapangan, peneliti menemukan data tentang hasil dari penginternalisasian

nilai-nilai toleransi beragama pada jamaah Masjid Al-Barokah dan

Vihara Pay Lien San antara lain yaitu setiap jamaah melaksanakan

toleransi namun juga memberikan batasan-batasan tertentu dalam upaya

menjalin toleransi beragama, setiap jamaah memperoleh kebebasan atau

tidak ada batasan waktu untuk mereka yang ingin melaksanakan ritual

keagamaannya sebagai seorang hamba dan juga setiap jamaah

memperoleh haknya untuk dapat melaksanakan atau mengamalkan ajaran

dari agama atau keyakinan yang dipeluknya.

Muhammad Rifqi Fachrian dalam bukunya mengatakan

bahwasannya adapun ruang lingkup daripada toleransi diantaranya adalah

tanggung jawab, kebebasan dan keadilan.

a. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku

atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung

jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan

kewajibannya. Perayaan dan segala aktivitas maupun atribut masing-

masing pemeluk agama menjadi tanggung jawab agama

bersangkutan. Pemaksaan untuk mengajak bahkan menyuruh pihak


102

lain untuk ikut serta merayakan dan memasang segala atributnya

merupakan bentuk intoleransi.

b. Kebebasan

Konsep kebebasan atau kemerdekaaan ( al-hurriyah) adalah

konsep yang memandang semua manusia pada hakikatnya hanya

hamba Tuhan saja, sama sekali bukan hamba sesama manusia.

Kebebasan beragama berarti masing-masing pemeluk agama

bertanggung jawab terhadap pilihannya, segala bentuk kegiatan dan

peribadatan menjadi tanggungan dan kewajiban masing-masing,

dengan demikian pemaksaan yang ditujukan kepada pemeluk agama

lain merupakan bentuk intoleransi, karena sudah keluar dari nilai-

nilai kebebasan dalam toleransi.

c. Keadilan

Keadilan akan berdiri tegak apabila setiap orang mendapatkan

haknya, sesuatu pada tempatnya, masyarakat hidup seimbang,

kebutuhan jasmani dan rohani terpenuhi, ketertiban umum tercipta,

gangguan masyarakat tiada, orang hidup saling hormat menghormati.

Kehidupan miskin dan kaya, berpangkat dan rakyat biasa, bangsawan

maupun bukan bangsawan, pejabat maupun bukan pejabat, masing-

masing saling hak dan menjalankan kewajiban, keadilan akan

tercipta, masyarakat akan tentram. Keadilan dalam islam kriterianya

menurut Allah, bukan menurut interpretasi dan penafsiran manusia


103

yang berkepentingan, tetapi justru mendahulukan kepentingan umum,

mengakhirkan kepentingan pribadi, jauh dari sifat tama‟ dan loba.123

Jika dihubungkan dengan teori dari Muhammad Rifqi

Fachrian maka hal ini sesuai dengan hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi selama melakukan penelitian di desa glagah wero

peneliti menemukan bahwasannya hasil dari penginternalisasian

nilai-nilai toleransi beragama ini meliputi tiga hal yaitu

a. Tanggung jawab ialah setiap jamaah melakukan toleransi dengan

tetap memberikan batasan-batasan dalam toleransi beragama yang

dilakukan seperti anatara masing-masing jamaah dari kedua

tempat ibadah tersebut tidak saling mengikuti perayaan

keagamaan yang dapat melukai akidahnya. Seperti ketika para

jamaah melakukan perayaan imlek jamaah masjid tidak ikut

merayakannya begitu juga sebaliknya jamaah TITD tidak pernah

ikut dalam perayaan keagamaan yang dilakukan oleh orang islam.

b. Kebebasan yaitu setiap anggota dari kedua tempat ibadah tersebut

memilki kebebasan kapanpun untuk melakukan ibadahnya dan

tidak pernah ada tuntutan atau paksaan untuk ikut meyakini

agama yang dianut oleh jamaah yang berbeda keyakinan.

c. Keadilan dalam toleransi beragama ini adalah bahwasannya setiap

jamaah memiliki hak dan mendapatkan haknya untuk beribadah

123
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama, 25.
104

dan menjalankan keyakinannya sebagai seorang hamba tanpa ada

gangguan ketika melaksanakannya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran. Setelah

dilakukan analisis hasil penelitian yang sesuai dengan focus penelitian, maka

pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari pembahasan dan juga saran-saran

yang dipandang perlu sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam

internalisasi nilai-nilai toleransi beragama.

Berpijak pada uraian bab sebelumnya yang merupakan perpaduan

antara hasil kajian teoritis dengan hasil penelitian dilapangan dan juga

mengacu pada rumusan penelitian skripsi ini maka kesimpulannya adalah

sebagai berikut:

1. Nilai-nilai toleransi beragama yang diinternalisasikan kepada jamaah

masjid al-barokah dan vihara pay lien san di desa glagawero, panti, jember

adalah nilai kerukunan, nilai saling menghargai dan nilai gotong royong.

2. Cara menginternalisasikan nilai-nilai toleransi beragama tersebut ialah

ditanamkan dan diajarkan sejak kecil, mempererat persatuan antar sesama

umat beragama, tidak saling mengganggu, memandang toleransi sebagai

perintah agama, dan saling berbuat kebaikan dan saling membantu.

3. Hasil dari penginternalisasian nilai-nilai toleransi beragama tersebut

adalah mencakup tiga aspek yaitu yang pertama tanggung jawab ialah

setiap jamaah yang melakukan toleransi juga memberikan batasan-

batasannya, kedua kebebasan adalah setiap jamaah memiliki kebebasan

105
106

untuk melakukan dan mengamalkan ajaran agamanya dan keadilan adalah

bahwasannya setiap pemeluk agama memiliki dan mendapatkan hak

untuk menjalankan kewajibannya.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan di desa

glagahwero kecamatan panti, maka peneliti dapat memberikan saran atau

masukan kepada berbagai pihak yang terkait dengan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagi pemilik wewenang, diharapkan dapat terus memberikan dukungan

terhadap terlaksananya toleransi beragama ini, dan juga melakukan upaya-

upaya yang dapat memberikan kesadarana akan pentingnya toleransi bagi

pihak-pihak yang belum dapat melaksanakannya, desa ini merupakan

contohnya yang baik dan diharapkan bisa menyebar pada masyarakat yang

lain sehingga tidak tertanam di benak masyarakat bahwasannya sesuatu

yang berbeda tidak bisa diterima di masyarakat.

2. Bagi setiap jamaah atau masyarakat, diharapkan bisa terus menerapkan

dan menjalin toleransi antara masing-masing umat Beragama yang ada,

sebab dengan melakukan toleransi akan memberikan dampak yang baik

bagi kehidupan di masyarakat meskipun ditengah perbedaan yang ada.

C. Rekomendasi

Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi covid-19 sehingga

didalamnaya terdapat banyak kekurangan salah satunya dalam jumlah

narasumber. Sebab dari banyaknya kendala yang ada sehingga akan lebih baik
107

untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan atau menggali informasi

yang lebih dalam terkait nilai-nilai toleransi beragama yang terjadi di desa

glagahwero kecamatan panti jember ini.


108

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:

Departemen Agama Republik Indonesia.Al-Qur’an Dan Terjemahannya Al-


Hikmah. Bandung: CV Diponegoro, 2010.

Fachrian,Muhammad Rifqi. Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an


(Telaah Konsep Pendidikan Islam). Depok: PT Raja Granfindo
Persada,2018.

Fanani,Ahwan. Fiqh Hubungan Damai Antarumat Beragama dalam Risalah-


risalah Sayyid Uthman Betawi. Semarang: Walisongo Press, 2011.

Hardani Dkk, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.Yogyakarta:


CV.Pustaka Ilmu Group,2020.

Miles, Matthew B, A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber


Tentang Metode Baru.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia, 2014.

Moleong,Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya,


2017.

Nurdin,Ismail, Sri Hartati,Metodologi Penelitian Social. Surabaya: Media


Sahabat, 2019.

Satori,Djam‟an. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.Bandung:


Alfabeta, 2011.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Fakultas Tarbiyah


Dan Ilmu Keguruan IAIN Jember, 2020.

Sumber Jurnal:

Arifin,Bustanul. “Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) Dalam Interaksi Antar


Umat Beragama.” Jurnal Kajian Agama,Social dan Budaya,vol1,No.2
(2016), 391-420.

Digdoyo,Eko. “Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab


Social Media,” Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. 3, No.1(2018), 42-60.

Ghazali,Adeng Muchtar.”Toleransi Beragama dan Kerukunan Dalam Perspektif


Islam”.Jurnal Agama Dan Lintas Budaya. 1, No.1(2016), 25-40.
109

Harahap,Suheri. ”Konflik Etnis Dan Agama Di Indonesia”. Jurnal


IlmiahSosiologi Agama, 1, No.2 (2018): 28-46.

Jamil. “Toleransi dalam Islam”,Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya


Islam,Vol.1,No.2,(2018), 241- 256.

Nisvilyah, Lely. “Toleransi Antarumat Beragama dalam Memeperkokoh


Persatuan Dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam Dan Kristen
Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto),” Kajian
Moral dan Kewarganegaraan 2, No.1 (2013), 382-396.

Muawanah. “Pentingnya Pendidikan Untuk Tanamkan Sikap Toleran di


Masyarakat”.Jurnal Vijjacariya 5, No.1 (2018),57-70.

Qowaid.”Gejala Intoleransi Beragama di Kalangan Peserta Didik dan Upaya


Penanggulangannya Melalui Pendidikan Agama Islam di Sekolah”. Dalam
Dialog Penelitian dan Kajian Keagamaan. Nomor 1,(2013), 71-85.

Tajuddin, Saleh Muhammad, Mohd Azizuddin, Mohd Sani, Andi Tenri


Yeyeng.”Berbagai Kasus Konflik di Indonesia: Dari Isu Nonpribumi, Isu
Agama, Hingga Isu Kesukaan”. Jurnal Wawasan Keislaman, Vol. 10,No.1
(2016), 63-72.

Miftahul Aliyah,”Konflik Social Antara Pribumi Dengan Non Pribumi (Cina) Di


Pekalongan Jawa Tengah Tahun 1995.” Skripsi, Universitas Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2008.

Sumber Website:

Bagus Supriadi, “Potret Toleransi di Jember , 8 Agama Ikut Hadir Dalam


PerayaanImlek,”Kompas.Com,Januari25,2020,https://regional.kompas.
com/read/2020/01/25/15455371/potret-toleransi-di-jember-8-agama-
ikut-hadir-dalam-perayaan-imlek.(diakses tanggal 10 April 2021).

Furqon Ulya Himawan,” Diusir Dari Desa Karena Agama, Bagaimana Mencegah
Intoleransi Di Tingkat Warga ?” BBC News Indonesia, April 3,2019,
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Www.Bbc.Com/Indonesia/Indonesi
a-47801818.Amp. (Diakses Tanggal 08 April 2021).
Https://Kbbi.Web.Id/Bebas. (di akses tanggal 15 Januari 2021)

https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/ internalisasi.html. (di akses tanggal


13 April 2021)
110

Https://Www.Google.Com/Amp/S/Kbbi.Web.Id/Toleran.Htm.( di akses tanggal


10 Desember 2020).

Taslim Hm, Yasin, Herman Saputra,”Toleransi Beragama Perspektif Islam Dan


Kong Hu Cu,” Jurnal Studi Agama-Agama 1,no.1(Maret 2021):41-54.
https://jurnal.ar.raniry.ac.id/index.php/abrahamic/article/view/9442. (di
akses tanggal 06 Juni 2021).

Yudi Indrawan “Berkast Gus Dur, Vihara dan Masjid di Jember Ini Rukun
Berdekatan”Bangsaonline.Com,Januari25,2020,Https://M.Bangsaonline
.Com/Berita/68360/%E25805 Berkat-Gus-Dur-Vihara-Dan Masjid-
Dijember-Ini-Rukun-Berdekatan.( diakses tanggal 10 April 2021).
cxi
Lampiran 2

JURNAL PENELITIAN
Lokasi; Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember

No Tanggal Jenis kegiatan Tanda tangan


1. Sabtu, 19 Juni 2021 Observasi awal terkait lokasi penelitian
sekaligus wawancara awal terkait toleransi
beragama di desa glagahwero bersama
bapak Sucipto
2. Sabtu, 26 Juni 2021 Observasi lanjutan terkait penerapan
toleransi beragama bersama bapak Miroso
/Sugik
3. Senin, 28 Juni 2021 Konsultasi terkait pelaksanaan penelitian di
vihara Pay Lien San bersama bapak Sugik
4. Jum‟at, 19 Penyerahan surat izin penelitian kepada
November 2021 petugas kantor kepala desa Glagahwero
5. Jum‟at,19 Wawancara terkait sejarah berdirinya
November 2021 vihara Pay Lien San bersama bapak Hery
Nofem
6. Minggu, 21 Wawancara terkait nilai-nilai toleransi
November 2021 beragama, cara penginternalisasian dan
hasil dari toleransi beragama di vihara dan
masjid bersama bapak Hery Nofem
7. Rabu, 24 Wawancara terkait sejarah berdirinya
November 2021 vihara dan masjid bersama bapak
Miroso/Sugik
8. Sabtu, 27 Wawancara terkait sejarah berdirinya
November 2021 masjid dan vihara, nilai-nilai toleransi
beragam dan cara menginternalisasikan
pemahaman toleransi beragama kepada
para jamaah masjid bersama bapak Sucipto
9. Selasa, 30 Wawancara terkait nilai-nilai toleransi
November 2021 beragama dan cara menginternalisasikan
kepada jamaah masjid bersama bapak
Faisol Hasan
10. Rabu, 01 Desember Wawancara terkait toleransi beragama
2021 yang terjadi di antara jamaah vihara dan
masjid bersama bapak Sugik
11. Kamis,02 Wawancara terkait hasil dari toleransi
Desember 2021 beragama di desa Glagahwero bersama
bapak Faisol Hasan
12. Minggu, 05 Wawancara terkait hasil internalisasi
Desember 2021 toleransi beragama antara jamaah masjid
dan vihara bersama bapak Sucipto

cxii
Lampiran 3

Surat Izin

113
Lampiran 4

Suket

114
Lampiran 5

PEDOMAN KEGIATAN PENELITIAN

a. Pedoman observasi
1. Situasi lingkungan penelitian desa glagawero panti
2. Letak geografis masjid Al-Barokah dan vihara Pay lien San
3. Keadaan masjid dan vihara
4. Pelaksanaan keagamaan jamaah masjid dan vihara
5. Sikap masyarakat ketika jamaah TITD mengadakan sembahyang
Data Narasumber

N Nama Usia Agama Pekerjaan Jabatan


o
1. Sucipto 59 tahun Islam Bengkel las Sekertaris di
kepengurusan takmir
masjid
2. Miroso 58 tahun Islam Petani Jamaah masjid
3. Faisol Hasan 42 tahun Islam Wiraswasta Wakil ketua di
kepengurusan takmir
masjid
4. Hery Nofem 62 tahun Kong Hu Wiraswasta Wakil ketua vihara
Stadiono Cu Pay Lien San
5. Suryo 52 tahun Islam Kepala Jamaah masjid Al-
desa barokah
6. Hendro - Tri - Jamaah vihara pay
mulyono Dharma lien san
7. Widarini - Tri - Jamaah vihara pay
dharma lien san
Bayjuri 50 tahun Islam Pedagang Jamaah masjid Al-
barokah
8.
9. Syaihon 40 tahun Islam Petani Jamaah masjid Al-
barokah

Transkip wawancara
1. Nama : Sucipto
Agama : Islam
Usia : 59 Tahun
Pekerjaan : Bengkel Las
Jabatan : Sekertaris di Kepengurusan Takmir Masjid Al-Barokah

115
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Kapan dan bagaimana latar belakang atau alasan berdirinya
masjid ?
Bapak sucipto Dulunya masjid ini merupakan musolla namanya musolla Al-
Azhar milik bapak Syamsuri ia merupakan salah satu tokoh
agama disini berhubung waktu itu karang asem tengah sama
karang asem barat sudah punya masjid sedangkan karang asem
timur belum punya masjid sendiri maka setelah itu musolla itu
dibangun jadi masjid kayak sekarang ini.

Peneliti Kapan vihara berdiri ?


Bapak sucipto Vihara berdiri antara sebelum kemerdekaan telah ada. Itu
tempat ibadah yang khusus seperti musolla di dalam rumah
kalau buat orang islam pemiliknya namanya dikenal dengan
ayin orang cina yang bertempat tinggal disini.
Peneliti Bagaimana masyarakat disini bisa melakukan toleransi ?
Bapak sucipto Kami tidak pernah melakukan permasalahan juga dapat
menerima dengan adanya perbedaan ini (perbedaan
keyakinan/agama) disini, dan bersikap bagus dengan mereka,
meskipun orang disini semuanya muslim dan tidak ada yang
menganut agama yang mereka yakini. Kami menerima dengan
tangan terbuka terhadap mereka. Jamaah dari vihara itu berasal
dari orang luar bukan warga sini.

Peneliti Apa nilai-nilai toleransi beragama yang diajarkan kepada para


masyarakat ?
Bapak sucipto Biasanya ketika ada acara besar di klenteng kami warga disini
juga turut mambantu seperti untuk menjaga parkiran misalnya
itu yang menjaga keamanan parkiran ya kami.

Peneliti Apakah di masjid ada kegiatan-kegiatan khusus untuk


mengajarakan toleransi ?
Bapak sucipto Sebenarnya ini sudah terjadi sejak dahulu, sehingga saya pun
dapat menerima karena ini bukan hal baru yang terjadi sekarang
tapi jauh sebelum saya lahir, para pendahulu kami telah
melakukannya jadi kami meneruskannya. Sebenarnya adanya
masjid tidak berpengaruh secara mendalam tentang sikap kami
menerima adanya mereka orang klenteng. Masjid kami gunakan
untuk kegiatan keislaman ya seperti berjamaah, acara khotmil
qur‟an setiap satu bulan sekali tepatnya pada hari jum‟at manis
dan juga acara-acara peringan hari besar islam. Tapi adanya
masjid berpengaruh terhadap penambahan atau penguatan
keimanan
Peneliti Bagaimana keadaan toleransi beragama yang dilakukan oleh
masyarakat disini ?
Bapak sucipto Kami melakukan toleransi karena kami nafsi-nafsi (sendiri-
sendiri) lakum diinukum wa liya diin untukmu agamamu dan

116
untukku agamaku, jadi dengan ini kami tidak pernah memiliki
masalah apapun karena berjalan masing-masing dalam
mengamalkan ajaran agama. Ya dulu sempat vihara itu
mengadakan selametan untuk memperingati 100 hari
meninggalnya gus dur.yang hadir disana ya kami orang muslim.

Peneliti Bagaiamana cara bapak untuk melakukan toleransi ?


Bapak Ya dalam islam kan sudah ada disurat al-kafirun ayat terakhir
Sucipto itu jadi yang paling penting adalah menjaga agar tidak
bertabrakan dengan akidah. Jadi ya biarkan saja gak papa
adanya perbedaan jadi pertengkaran kan untuk mereka agama
mereka untuk kita agama kita yang penting itu jadi ya harus
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat seperti ini.

2. Nama : Miroso
Agama : Islam
Usia : 58 Tahun
Pekerjaan : Petani
Jabatan : Jamaah Masjid Al-Barokah
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Bagaimana sejarah berdirinya masjid dan vihara ?
Bapak miroso Vihara berdiri sekitar tahun 60-an, dulunya itu rumah atau
tempat ibadah khusus milik Thong Hua Sen orang tiongkok
yang menikah dengan orang sini. Setelah lama kelamaan
jamaahnya semakin banyak terus pada pemerintahan gus dur
tempat ibadah itu berubah jadi TITD. Masjid itu dulu musolla
terus tahun 2001 itu ada musyarawoh warga untuk membuat
masjid seperti sekarang ini.
Peneliti Bagaimana masyarakat bisa menerima adanya agama lain (
jamaah klenteng)?
Bapak Miroso Tidak pernah ada permasalahan yang terjadi karena kami
saling berlaku baik, orang masjid berbuat baik begitu juga
sebaliknya orang klenteng selalu berbuat baik kepada orang
masjid sehingga kami tidak pernah bermasalah satu dengan
yang lain.

Peneliti Apakah jamaah klenteng juga melakukan toleransi terhadap


kepercayaan (agama ) warga disini ?
Bapak Miroso Saya ini kan orang islam dan kerja diklenteng ketika itu saya
bersih-bersih karena akan ada acara besar jadi ada banyak
yang perlu untuk dibersihkan dan ketika itu ada adzan dari
masjid, saya sama mereka (jamaah klenteng) disuruh berhenti
dulu untuk solat baru nanti ngelanjutkan bersih-bersih lagi.

117
Dan mereka itu ketika jadwal sembayang bareng sama jadwal
solat biasanya solat isya‟ atau maghrib ya mereka menunda
dulu sembayangnya dan sembayang setelah masjid selesai.

Peneliti Apa hal yang membuktikan adanya toleransi beragama disini ?


Bapak Miroso Adanya perbedaan agama di sini, apalagi dengan adanya letak
masjid dan klenteng yang seperti itu sebenarnya adalah sebuah
kejutan untuk jawa timur adalah jember ini.dulu keika masjid
dalam proses membangun pada tahun 2021 bersamaan dengan
renovasi klenteng kami saling membantu, bahkan klenteng
juga membantu untuk pembangunan masjid baik itu berupa
bahan-bahan bangunan dan juga tukang.

Peneliti Apakah masyarakat disini ada yang termasuk jamaah klenteng


?
Bapak Miroso Kalau orang sini gak ada yang keyakinannya sama dengan
orang klenteng, jamaah klenteng itu semuanya diluar warga
sini asalnya itu dari Jember, Situbondo, Bondowoso, Tanggul,
Lumajang, Kencong. Kalau warga disini semuanya islam.
Peneliti Apakah adanya masjid ini juga berpengaruh terhadap toleransi
beragama yang ada ?
Bapak Miroso Oh tidak, masjid ini ya digunakan untuk solat berjamaah,
rutinan setiap satu bulan sekali sama acara kayak mauled nabi
gitu dan sebenarnya masjid tidak memberikan pengertian
toleransi ini secara langsung
Peneliti Bagaimana keadaan kehidupan masyarakat setelah mereka
bisa menerima adanya jamaah klenteng
Bapak Miroso Ya bisa hidup rukun kayak sekarang ini masjid saja
berhadapan dengan klenteng tapi ya tidak pernah ada masalah
sampai sekarang ini
Peneliti Apakah masjid berperan dalam penanaman toleransi beragama
ini ?
Bapak Miroso Oh tidak, masjid ini ya digunakan untuk solat berjamaah,
rutinan setiap satu bulan sekali sama acara kayak maulid nabi
gitu dan sebenarnya masjid tidak memberikan pengertian
toleransi ini secara langsung. Tapi ya dengan adanya kegiatan-
kegitan dimasjid ini kan juga menambah nilai kebaikan
didalamnya seperti melakukan ibadah secara bersama-sama
jadi kan tambah semangat dan ditambah lagi bisa buat rukun
jamaahnya

3. Nama : Faisol Hasan


Agama : Islam
Usia : 42 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta

118
Jabatan ; Wakil Ketua di Kepegurusan Takmir Masjid Al-
Barokah
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Kapan masjid berdiri ?
Bapak Faisol Masjid berdiri sekitar tahun 1999/2000 tanahnya itu
Hasan merupakan tanah waqof, karena waktu itu karang asem timur
belum punya masjid kan katanya kalau masjid itu ada jarak
atau ukuran-ukuran gitu ya jadi terus di bangun masjid sendiri
Peneliti Bagaimana warga disini dapat menerima adanya klenteng?
Bapak Faisol Semua orang asli sini dapat menerima mereka (jamaah vihara)
Hasan dan tidak pernah ada komplain tentang itu sejak
pembangunan. Kita yang ada didesa ini bisa hidup rukun
dengan mereka meskipun tidak ada salah satu dari kami yang
memiliki keyakinan (agama) yang sama dengan mereka.
Peneliti Apakah adanya masjid memberikan dampak atau berakibat
pada cara warga mau melaksanakan toleransi ?
Bapak Faisol Masjid tidak menanamkan atau memberikan pengertian
Hasan tentang toleransi tetapi dengan adanya masjid memberikan
dampak positif seperti orang-orang yang dulu tidak solat
berjamaah sekarang sudah solat jamaah, bisa mengadakan
acara rutinan al-qur‟an sebulan sekali dan dapat mempererat
persatuan kami warga karang asem karena kalau ada acara
mulud nabi, tahun baru islam dan isra‟ mi‟raj sama jenang
suro gitu semua melakukan jadi satu selametan di masjid dan
serentak tidak ada yang sendiri-sendiri. Kadang juga masjid
dipakai untuk latihan hadrah sama anak-anak.

Peneliti Apa hal yang membuktikan adanya toleransi beragama disini ?


Bapak Faisol Meskipun kami berbeda agama tetapi kami juga saling
Hasan membantu dan bekerja sama bahkan dulu saat pembangunan
klenteng pun saya juga turut membantu dan ketika itu masjid
juga masih sama dalam proses pembangunan. Hal yang
menarik yang pernah terjadi adalah dulu klentang pernah
mengadakan peringatan meninggalnya gus dur pada hari ke 40
dan ke 100 harinya, mereka mengundang kami dan mereka
mempersilahkan kami untuk memimpin tahlil jadi yang
mimpin ya orang sini, dan tahlil itu dilakukan bukan ditempat
sembayangan mereka tetapi ditempat parkir yang belakang
ada tempat luas dan los jadi kami tahlil disana.

Peneliti Bagaimana sikap orang klenteng terhadap warga disini ?


Bapak Faisol Banyak kebaikan yang dilakukan oleh orang klenteng seperti
Hasan mereka memberikan sembako ketika bulan ramadhan dan
ketika ada acara kadang kuenya dibagikan kepada waraga
sekitar mereka melakukan kebaikan tanpa ada unsur untuk

119
mengajak atau memaksa mengikuti atau meyakini ajaran
mereka
Peneliti Bagaimana sikap warga terhadap perbedaan agama disini?
Bapak Faisol Kami warga disini semua menghargai mereka meskipun
Hasan mereka bukan dari golongan kami sebab mereka selalu baik
kepada kami, salah satu hal yang juga cukup membuat saya
kaget adalah ketika itu ada salah satu jamaah klenteng yang
datang untuk melakukan sembayang dan tidak lama dari itu
setelah memarkirkan mobilnya ada seorang yang datang ke
masjid ternyata dia adalah sopir dari jamaah klenteng tadi dan
ternyata dia adalah orang yang beragama islam dan tuannya
nyuruh untuk melaksanakan solat di masjid
Peneliti Apakah kalau ada perayaan di klenteng warga yang beragama
islam juga turut serta di dalamnya ?
Bapak Faisol Di hari hari besar meraka semua warga juga menerima dengan
Hasan tangan terbuka untuk mereka melaksanakannya tetapi kami
tidak pernah ikut untuk merayakannya, di acara besar kami
membantu tapi hanya sekedar menjaga keamanan seperti
menjaga parkiran kalau panitianya sendiri tetap dari orang
cina.

Peneliti Bagaimana hidup bertoleransi yang dilakukan oleh warga


disini ?
Bapak Faisol Saya pindah kesini mulai tahun 2000 dan selama ini saya tidak
Hasan pernah menyaksikan adanya permasalahan atau pertengakaran
antara orang masjid sama orang klenteng dan saya tidak
pernah mendengar ada warga yang mengatakan atau ingin
melempar batu ke klenteng jadi ya memang kami tidak pernah
bersenggolan.

Peneliti Apakah warga pernah memberikan batasan untuk para jamaah


klenteng yang ingin melakukan sembahyang?
Bapak Faisol Kami tidak pernah memberikan batasan kapan orang klenteng
Hasan boleh sembayang dan tidak, kami membiarkan dan
membebaskan mereka kapanpun mereka ingin sembayang.

120
4. Nama : Hery Nofem Stadiono
Agama : Kong Hu Cu
Usia : 62 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Jabatan : Wakil Ketua vihara Pay Lien San
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Kapan dan bagaimana sejarah berdirinya vihara?
Bapak Hery Mengenai sejarah asli warga sekitar dan pengurus, ini rumah
Nofem pribadi orang tiongkok dan menikah dengan orang setempat.
Dari kebiasaan membawa rupang/patung yang merupakan
dewa/dewi yang untuk disembahyangi dengan berjalannya
waktu umat semakin banyak umat Tionghoa pada umumnya
dan semakin lama semakin banyak maka dibuatlah
kepengurusan/ managemen
Peneliti Bagaimana jamaah vihara dapat menerapkan toleransi
beragama ?
Bapak Hery Yang diajarkan konghucu adalah menghormati yang tua dan
Nofem menghargai yang muda dan seluruh penjuru adalah saudara.
Agama thou menganut ajaran bahwa umat itu bisa menilai
mana yang baik dan mana yang buruk dan juga agama Buddha
selalu menganjurkan berbuat baik dan tidak boleh membunuh
apapun.

Peneliti Bagaimana jamaah vihara dapat menghargai warga sekitar sini


?
Toleransi ini sudah ada sejak dulu nenek moyang, para leluhur
telah menerapkan kan kalau kita tidak menerapkan berarti kita
kan tidak menghargai para leluhur padahal kalau tidak ada
mereka kita ini tidak mungkin ada kan.
Peneliti Apa nilai-nilai toleransi beragama yang diterapkan di vihara ?
Bapak Hery Keluarga TITD tidak mengekang anaknya untuk mengikuti
Nofem ajaran orang tuanya agama apapun tidak salah yang
menentukan adalah perilaku orangnya sendiri sebab ketika
kita merendahkan ajaran agama lain berarti merendahkan
agama kita sendiri.
Peneliti Mengapa jamaah vihara banyak melakukan kebaikan kepada
warga sekitar ?
Bapak Hery Bagi kami umat TITD kebersamaan adalah yang utama tanpa
Nofem kebersamaan mustahil kita bisa hidup. TITD sangat-sangat
sering sebelum pandemic ini ya kalau ada donatur yang
mungkin karena pekerjaannya berhasil atau usahanya semakin
maju seperti itu untuk membagikan rezeki untuk warga sekitar
250 KK itu macam-macam ya kadang ya berupa beras 2,5 kg
kadang ya sembako
Peneliti Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus untuk mengajarkan

121
tentang toleransi di vihara ini ?
Bapak Hery vihara tidak mengajarkannya secara langsung tidak ada ritual-
Nofem ritual khusus yang diadakan untuk mengajarkan tentang
toleransi ini sebab setiap orang tua masing-masing sudah
mengajarkan tentang toleransi ini dan kami sudah diajarkan
dan direlakan sejak masih kecil.
Peneliti Menurut bapak bagaimana sikap warga sekitar terkait toleransi
bearagama disini ?
Bapak Hery masyarakat sangat terbuka dan membuka ke dua belah
Nofem tangannya untuk kapanpun kami beribadah toleransi
masyarakat disini sangat tinggi. Kalau secara nasional ya
Indonesia itu toleransi itu kurang greget tapi kalau untuk
warga local itu greget ya seperti disini ini. mungkin ya ada
yang tidak bisa menerima satu dua tapi itukan tidak
berpengaruh karena tidak ada power.

TITD jamaahnya kan dari empat keyakinan khonghucu,


budha, thou dan hindu, kenapa juga sama budha karena budha
dan hindu itu punya ajaran yang sama yaitu tabur tuai jadi ya
kami jadi satu disini.jadi kami melakukan sembahyang
bersama disini setiap waktu yang sudah ditentukan, kalau dulu
jamaah yang datang untuk sembahyang banyak sebelum
pandemi ya bisa sekitar 60-70 orang kadang samapai 100
orang sekarang ini baru beradaptasi lagi jadi tidak tentu
jamaah yang datang tadi hanya 15 orang rutinan kemarin 35
orang soalnya masih mau beradaptasi lagi setelah pandemi ini

5. Nama : Suryo
Agama : Islam
Usia : 52 Tahun
Pekerjaan : Kepala desa
Jabatan : Jamaah masjid Al-barokah
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Bagaimana toleransi ini bisa dilakukan?
Bapak Suryo Kami masyarakat disini rukun dengan jamaah vihara karena
yang dulu kan pendiri vihara itu namanya ayin menikah
dengan orang sini lama kelamaan kan memiliki keturunan dan
tentu juga punya hubungan kekerabatan dengan orang disini
saudaranya banyak akhirnya mengikat dan tidak mungkin
menolak karena sudah saudara jadi ya kan sebenarnya
semuanya sudah jadi family terus juga orang klenteng itu baik
sama masyarakat akhirnya berukunan terjadi dan bersatu
seperti sekarang meskipun kalau sekarang itu kan jamaahnya
tidak ada yang dari masyarakat sini

122
Peneliti Bagaiamana bapak bisa terus melakukan toleransi ?
Bapak Suryo Toleransi ini bisa dilakukan salah satunya sebab sudah jelas
memang karena ajaran turun temurun dilakukan karena kental
diajarkan sama orang-orang tua dulu jika tidak dilakukan
malu karena ini ya sudah diajarkan yang penting tidak
mengganggu jadi tidak saling berbuat permasalahan terutama
terkait akidah atau kepercayaan yang dianut masing-masing
Peneliti Apa salah satu cara yang dilakukan untuk toleransi ini ?
Bapak Suryo Konghucu berbuat kebaikan seperti memberikan bantuan
tidak pernah mengganggu kalau misalnya jum‟at karena
berbarengan dengan orang islam setiap jum‟at tidak ada
peringatan kecuali malam karena kalau jum‟at kami umat
islam kan melaksanakan solat jum‟at. Jadi kalau jumat itu
tidak pernah ada peringatan kecuali malamnya itu
Peneliti Apakah bapak memandang toleransi sebagai perintah agama ?
Bapak Suryo Bagi pandangan saya menghormati agama yang lain dan tidak
mencampurkan akidah didalamnya jadi hanya terkait
hubungan antar sesama (hubungan didunia) kedua-duanya
secara pribadi paling tidak harus ada toleransi. Jadi kan kita
umat umat islam sudah diatur tentang toleransi harus bisa
melakukannya dengan syarat tidak mencampurkan perihal
agama atau akidah di dalamnya. Jadi toleransi ini kan sudah
memang diperintahnkan kita sebagai umat islam harus bisa
melaksanakannnya
Peneliti Cara lain yang dilakukan untuk toleransi itu seperti apa ?
Bapak Suryo Kami rukun sebab diantara kami jamaah masjid maupun
jamaah klenteng tidak membeda-beda maksudnya tidak
menjadikan perbedaan ini masalah kami saling membantu
dari segi ekonomi, segi agama beberapa persen bisa
membantu masyarakat tetapi dia (jamaah klenteng) tidak
pernah menganggu. Kalau ada acara-acara besar itu biasanya
pemuda-pemuda disini membantu keamanan merekan untuk
menjaga parkiran seperti itu

6. Nama : Hendro Mulyono


Agama : Tri Dharma
Jabatan : Jamaah vihara Pay Lien San
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Bagaiamana upaya yang dilakukan untuk melakukan toleransi
beragama disini ?
Bapak Hendro Jadi kami masing-masing umat beragama salah satu hal yang
penting untuk dilakukan yaitu tidak saling mengganggu satu
sama lain jadi kami saling membiarkan agar masing-masing
umat beragama dapat mendapatkan hak dan juga dapat

123
menjalankan kewajiban kami masing-masing. Pancasila yang
pertama adalah ketuhanan yang maha esa jadi sini ada satu
pemahaman yang sama yaitu Tuhan yang esa satu tetapi
dengan keyakinan yang berbeda-beda. Seperti tujuannya satu
tetapi jalan yang ditempuh berbeda-beda

7. Nama : Widarini
Agama : Tri Dharma
Jabatan : Jamaah vihara Pay Lien San
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Bagaimana pandanagan ibu tentang toleransi ini ?
Ibu Widarini Semua agama baik karena pasti mengajak kebaikan,
oknumnya saja yang salah jika berbuat hal yang tidak baik
dengan mengenakan baju agama agar perbuatannya menjadi
legal. Sama seperti ajaran untuk toleransi ini kita semua umat
manusia kan disuruh untuk menyayangi dan senantiasa
menebar kebaikan kepada sesama ya seperti itu yang harus
kita kerjakan.

8. Nama : Bayjuri
Agama : Islam
Usia : 50 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Jabatan : Jamaah masjid Al-barokah
Pewawancara : Nur Rofiah
Peneliti Bagaimana terjadinya toleransi ini ?
Bapak Bayjuri Disini kan memang terdapat perbedaan yang kami orang
muslim dengan mereka orang klenteng jadi karena memang
dasarnya sudah berbeda karena agama yang dipercayai kan
gak sama sama jadi ya harus saling menghargai kami orang
muslim menghargai mereka orang klenteng dan juga orang
klenteng juga menghargai kami sehingga tidak ada konflik
diantara kami meskipun agamanya gak sama. Jadi kita orang
muslim bisa beribadah kenapa harus menghalangi orang lain
ibadah kan semuanya punya haknya masing-masing.
Peneliti Bagaimana toleransi ini bisa terus dilakukan ?
Bapak Bayjuri Kami masyarakat bisa menjalankan dan menerapkan
toleransi ini sebab kami tidak saling mengganggu mereka
orang kleneteng kami biarkan dengan pendapat mereka
(keyakinan) mereka dan kami dengan keyakinan kami, tidak
akan pernah ada pertengkaran atau perselisihan kalau kami
bisa sama-sama dapat menjalankan prinsp itu. Dan mereka
tidak pernah memaksa atau melakukan upaya-upaya kami

124
untuk mengikuti ajaran mereka dari sini kami tidak pernah
merasa ada permasalahan.
Peneliti Bagaimana pandangan bapak tentang toleransi ini ?
Bapak Bayjuri Kalau saya sendiri ya tentang toleransi ini kan memang sudah
ada aturannya di dalam agama jadi ya harus menjalankan
tetapi tidak sampai pada hal-hal yang bersenggolan dengan
kepercayaan dan kebetulan disini ada perbedaan agama jadi
ya harus bisa menerima adanya jamaah klenteng asalkan tidak
mengganggu
Peneliti Apa hal yang dilakukan untuk toleransi beragama ini ?
Bapak Bayjuri Kita saling membantu kalau ada yang bisa dibantu seperti
dulu pas acara besar yang pemuda disekitar klenteng itu yang
menjaga keamanannya juga klenteng juga baik kadang juga
memberikan bantuan untuk warga sekitar yang seperti itu
mereka baik kita juga harus baik dan sebaliknya

9. Nama : Syaihon
Agama : Islam
Usia : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Jabatan : Jamaah masjid Al- barokah
Pewawancara : Nur Rofiah

Peneliti Bagaimana toleransi beragama yang terjadi disini ?


Bapak Kami warga disini meskipun berbeda agama dengan orang
Syaihon klenteng ya juga saling membantu seperti dulu ketika
pembangunan masjid itu breang sama klenteng jadi ya saling
membantu, biasanya juga kalau ada acara besar diklenteng
anak-anak muda disini ini yang bantu jaga parkiran buat para
jamaah yang ikut perayaan di klenteng itu jadi ya saling bantu
satu sama lain.
Peneliti Bagaimana peranan masjid dalam toleransi beragama ini ?
Bapak Masjid biasanya kami gunakan untuk acara-acara agama saja
Syaihon ya seperti solat berjamaah lima waktu sama peringatan-
peringatan hari-hari besar islam maulid nabi, isra‟mikraj dan
lain-lainnya seperti yang kemarin ini selametan untuk
memperingati tahun baru islam. Jadi kami bersama-sama
datang ke masjid dengan membawa makanan atau berkat gitu
ya dikumpulkan jadi satu dan nanti setelah doa bersama
berkat tadi bagikan secara merata. Ini tentu dapat membangun
rasa kekeluargaan antara kami masyarakat disini
Peneliti Apakah jamaah masjid dan vihara saling membantu dalam
hal-hal tertentu ?
Kami saling membantu seperti dulu pas pembangunan masjid

125
barengaan dengan pembangunan klenteng kan memang
klenteng dulu yang sebenarnya ada. Biasanya kalau ada acara-
acara besar di klenteng kami membantu beberapa pemuda
yang menjadi juru parkir Cuma itu ya sudah beberapa tahun
sila soalnya sekarang ini kan masih musimnya corona jadi
yang sekarang sepi seperti sekarang ini

b. Dokumentasi
1. Denah lokasi masjid Al-barokah dan vihara Pay Lien San
2. Foto-foto atau gambar mengenai kegiatan yang menunjukkan implementasi
toleransi antarumat beragama.

126
Lampiran 6

BIODATA PENELITI

Nama : Nur Rofiah


NIM : T20171114
Tempat/Tanggal Lahir : Jember, 18 Maret 1999
Alamat : Dusun Jubung Lor RT 006 RW 007 Jubung Sukorambi Jember
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Islam
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Nomer HP : 085236363478

Riwayat Pendidikan Formal :

a. RA As-Shofa Jubung Sukorambi


b. SDN Jubung 03
c. MTs. Annuriyyah Kaliwining Rambipuji
d. MA. Annuriyyah Kaliwining Rambipuji
e. Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember

127

Anda mungkin juga menyukai