Anda di halaman 1dari 78

METODE DAKWAH HAJJI ZAINAL ARIFIN MUNIR DALAM

PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI


PONDOK PESANTREN YANMU NW KELURAHAN PRAYA
LOMBOK TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah


Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Oleh:

KHAIRUL AZMI
NIM: 20182904110937

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NAHDLATUL WATHAN LOMBOK TIMUR

2022

I
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI

Hal : Surat Persetujuan Skripsi


Lamp : -
Kepada Yth;
Dekan Fakultas Dakwah
IAI Hamzanwadi NW Lombok Timur
di
Anjani
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk, dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing I dan pembimbing II
berpendapat bahwa skripsi saudara :

Nama Mahasiswa : KHAIRUL AZMI


NIM : 20182904110937
Judul Skripsi :
METODE DAKWAH HAJJI ZAINAL ARIFIN MUNIR
DALAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN
AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN YANMU
NW KELURAHAN PRAYA LOMBOK TENGAH

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Dakwah Program Studi Komunikasi
Penyiaran Islam Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi saudara tersebut diatas dapat segera
diseminarkan/dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terimakasih.
Anjani,............................2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

MUHAMMAD ZAINI FAJRI.,M.PD. BQ LINA ASTINI RAHAYU.,M.PD .


NIDN : 2103057503 NIDN : 2131128406

Mengetahui;
Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

HASANAH EFENDI. M.I.KOM.


NIDN : 2131127703

II
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Mahasiswa : KHAIRUL AZMI
NIM : 20182904110937
Judul Skripsi : METODE DAKWAH HAJJI ZAINAL ARIFIN
MUNIR DALAM PENGEMBANGAN DAN
PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK
PESANTREN YANMU NW KELURAHAN PRAYA
LOMBOK TENGAH

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan karya saya


sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang
sesuai etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etika
ilmiah. Atas pernyataan ini secara pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum serta
membatalkan gelar kesarjanaan saya apabila ditemukan adanya pelanggaraan terhadap
etika keilmuan dalam karya ini dikemudian hari.

Anjani,…………….2022

Yang Menyatakan,

KHAIRUL AZMI

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI


III
Skripsi oleh KHAIRUL AZMI, NIM : 20182904110937 dengan judul “Metode

Dakwah Hajji Zainal Arifin Munir Dalam Pengembangan Dan Pembinaan Akhlak

Santri Di Pondok Pesantren Yanmu NW Kelurahan Praya Lombok Tengah” telah

dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran

Islam, Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur, Anjani

pada tanggal 15 November 2022.

Dewan Penguji

1. Ketua Sidang : Muhammad Zaini Fajri.,M.Pd ( )

2. Anggota Sidang : Baiq Lina astini Rahayu.,M.Pd ( )

3. Penguji Netral : Ahmad Salman Alparizi.,M.Ikom ( )

Mengetahui;
Dekan Fakultas Dakwah,

DR. HASSAN ZAENI M.KOM.I


NIDN : 2117088702

IV
MOTTO

ِ‫إِنَّ َماِبُعثْتُ ِألُتَم َمِ َمكَار َمِاأل َ ْخالق‬

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan

akhlak.”

(HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

V
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamiin dengan mengucapkan penuh rasa syukur skripsi ini saya

persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua dan keluarga yang sangat luar biasa, membimbing pribadi ini

hingga saat ini, serta doa yang tiada pernah putus dan selalu terucap untuk

kebaikan penulis. Kasih sayangnya yang selalu membakar semangat dalam

setiap proses kehidupan, terimakasih dorongan motivasi serta dukungan secara

moral dan materil demi mendukung anaknya untuk meraih kesuksesan, semoga

kesehatan selalu menyertai kedua orang tua saya, jasamu tidak akan pernah

tergantikan.

2. Untuk istriku Rahmah Yuliani.,QH Yang telah memberikan support secara moril

dan materiil serta tenaga sehingga penyusunan skripsi ini dapat saya selesaikan,

dengan tulus memberikan dukungan dan apresiasi kepada saya sebagai suami.

3. Semua dosen khususnya yang berada di kampus IAIH yang telah memberikan

sumbangsih khazanah ilmu dan segudang referensi yang sangat bermanfaat bagi

kekayaan intelektual kami para mahasiswa

4. Sahabat-sahabat seperjuangan KPI, yang telah memberikan banyak kenangan

berharga. Terimakasih juga telah banyak memberikan semangat dan selalu

menemani perjalanan hidup, selama menuntut ilmu di kampus kita tercinta IAIH

NW Lombok Timur.

VI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Metode Dakwah Hajji Zainal Arifin Munir Dalam

Pengembangan Dan Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Yanmu Nw

Kelurahan Praya Lombok Tengah” Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir strata satu (skripsi) pada

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam di Institut Agama Islam Hamzanwadi

NW Lombok Timur. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Maulana Syaikh TGKH. Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, Lc., M.Pd.I.

selaku Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur.

2. Bapak Dr. Hassan Zaeni, M.Kom.I. selaku Dekan Fakultas Dakwah.

3. Bapak Hasanah Efendi, M.I.Kom. selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

4. Bapak Muhammad Zaini Fajri.,M.Pd selaku pembimbing 1 dan Ibu Baiq Lina Astini

Rahayu.,M.Pd selaku pembimbing 2.

5. Bapak/ibu dosen se-Fakultas Dakwah yang telah mengajari kami banyak ilmu,

pengalaman dan juga memberi kami banyak motivasi dan inspirasi sehingga kami

mampu menyelesaikan tahap akhir perkuliahan ini.

6. Seluruh staf karyawan/karyawati kampus IAI Hamzanwadi NW Lombok Timur yang

telah membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku dan keluargaku yang sangat luar biasa, membimbing penulis

hingga saat ini, serta doa yang tiada pernah putus dan selalu terucap untuk kebaikan

VII
penulis. Kasih sayangnya yang selalu membakar semangat dalam setiap proses

kehidupan, terimakasih dorongan motivasi serta dukungan secara moral dan materil

demi mendukung anaknya untuk meraih kesuksesan, semoga kesehatan selalu

menyertaimu, jasamu tidak akan pernah tergantikan.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan KPI, yang telah memberikan banyak kenangan

berharga. Terimakasih juga telah banyak memberikan semangat dan selalu

menemani perjalanan hidup, selama menuntut ilmu di IAIH NW Lombok Timur.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu dan semoga apa yang ditulis pada skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Aaamiin Yaa Raballalamiin.

Anjani, 18 Juli 2022

Penulis

KHAIRUL AZMI

VIII
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 9


A. Landasan Teori ................................................................................... 9
B. Penelitian Yang Relevan .................................................................... 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 14


A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 14
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 15
C. Kehadiran Peneliti .............................................................................. 15
D. Data dan Sumber Data........................................................................ 16
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 17
F. Metode Analisis Data ......................................................................... 19
G. Keabsahan Data .................................................................................. 21
H. Sistematika Penulisan......................................................................... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 24


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 24
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan................................................... 28
1. Metode Dakwah Hajji Zainal Arifin Munir Dalam Pembinaan Dan
Pengembangan Akhlak Santri Yanmu NW Praya Kelurahan Praya 28
IX
2. Upaya Membina dan Mengembangkan Akhlak Santri di Pondok
Pesantren Yanmu NW Praya ......................................................... 36

C. Perbandingan Metode Dakwah Berdasar Teori Dengan Penemuan


Di Pondok Pesantren Yanmu NW
Praya…………………………………………………………….46

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 48


A. Kesimpulan ....................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51

LAMPIRAN ......................................................................................................... 53

X
ABSTRAK

KHAIRUL AZMI, NIM : 20182904110937 dengan judul skripsi “Metode Dakwah


Hajji Zainal Arifin Munir Dalam Pengembangan Dan Pembinaan Akhlak Santri
Di Pondok Pesantren Yanmu Nw Kelurahan Praya Lombok Tengah”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kajian metode dakwah dalam membangun
dan mengembangkan akhlak santri di pondok pesantren YANMU NW berlokasi di Kab.
Lombok Tengah, urgensi dari penelitian ini adalah pentingnya pendidikan akhlak
kepada generasi santri, bagaimana Hajji Zainal Arifin menerapkan metode dakwah
beliau yang mana menjadi konsentrasinya adalah akhlak atau disebut juga dengan
karakter. Tujuan Penelitian ini adalah 1). Untuk mengetahui metode dakwah Hajji
Zainal Arifin dalam membina dan mengembangkan akhlak santri di pondok pesantren
Yanmu NW. 2). Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung jalannya
penerapan metode Hajji Zainal Arifin dalam menyampaikan pesan dakwah yang
memiliki urgensi tentang akhlak atau karakter. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan
fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.
Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa metode dakwah yang
digunakan adalah berdasar pada Q.S An-Nahl ayat 125, yang di dalamnya mencakup
metode dakwah al-Hikmah, al-Mau’idzah dan al-Mujadalah.

Kata Kunci : Metode Dakwah, Pengembangan dan Pembinaan Akhlak Santri,


Pondok Pesantren Yanmu NW

XI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong

pemeluknya senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat

Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang

dilakukannya, karena itu Al-Qur'an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan

Ahsanu Qaula. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa dakwah menempati

posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat

dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan

oleh berbagai faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini, berbagai informasi

masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat dibendung lagi.

Dakwah adalah bagian yang tidak dipisahkan dengan pengalaman ke-

islaman seseorang. Karena itu, tindakan dakwah dapat dilakukan dengan berbagai

cara dan media sepanjang hal tersebut bersesuaian dengan kaidah ajaran islam.

Inti tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seseorang, kelompok dan

masyarakat. Perubahan kepribadian tersebut merupakan akhir dari suatu proses

tindakan dakwah.1

Keberadaan dakwah dalam Islam tidak bisa dipisahkan dari ajaran Akhlak

guna membentuk karakter manusia. Sebagaimana diketahui, dakwah merupakan

suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi manusia agar selalu

berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat serta memiliki budi pekerti yang mulia. Usaha mengajak dan

1
Abdul Basit, 2013; p50).
1
mempengaruhi manusia agar pindah dari suatu situasi ke situasi yang lain, yaitu

dari situasi yang jauh dari ajaran Allah menuju situasi yang sesuai dengan

petunjuk dan ajaran-Nya.

Akhlak merupakan salah satu bagian yang sangat urgen dari perincian

kesempurnaan tujuan pendidikan Islam. Oleh sebab itu pendidikan merupakan

pondasi yang vital dalam membentuk insan yang berakhlak mulia, guna

menciptakan manusia yang bertaqwa dan menjadi seorang muslim yang sejati.

Mengingat pentingnya akhlak bagi suatu bangsa perlu adanya keseriusan dalam

pembinaan akhlak terhadap peserta didik yang merupakan calon pemimpin dan

pelopor masa depan. Hal ini selaras dengan tujuan utama pendidikan Islam,

menurut Al-Ghazali "Pendidikan Islam tujuan utamanya adalah pembentukan

Akhlak Al-karimah"2. Supaya pengetahuan tentang Islam itu semakin mendalam,

supaya orang hidup dalam Islam itu lebih merasakan kewajiban, kerelaan,

kesukaan, memikul tanggung jawab dan resiko. Menganut agama Islam bukanlah

semata-mata meletakkan atau menaruh dalam merk saja dalam kartu

penduduknya, bahwa dia seorang Islam. Maka Nabi Muhammad SAW sebagai

Nabi penutup walaupun telah wafat, tabligh dan dakwah itu terus dilanjutkan oleh

sahabat-sahabat yang ditinggalkan dan sesudah itu yang juga disebut Tabi'in dan

begitu seterusnya dilanjutkan oleh Tabi'in-tabi'in sampai kepada ulama-ulama

sekarang. Dalam bahasa sekarang ini disebut generasi penerus.3

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,

memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajarang Islam dengan

menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari

2
Al-Ghazali, Ihya ulumuddin, juz 3, p. 52
3
Buya Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, p. 4
2
Pondok pesantren pada dasarnya memiliki fungsi meningkatkan kecerdasan

bangsa, baik ilmu pengetahuan, keterampilan maupun moral. Namun fungsi

kontrol moral dan pengetahuan agamalah yang selama ini melekat dengan sistem

pendidikan pondok pesantren. Fungsi ini juga telah mengantarkan pondok

pesantren menjadi institusi penting yang dilirik oleh semua kalangan masyarakat

dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan derasnya arus informasi di

era globalisasi. Apalagi kemajuan pengetahuan pada masyarakat modern

berdampak besar terhadap pergeseran nilai-nilai agama, budaya dan moral

Akhlak.4

Dalam lembaga pendidikan seperti pondok pesantren, para santri dididik

dengan ilmu-ilmu keagamaan untuk menguatkan daya hati nurani mereka dengan

keimanan untuk menuju hal-hal yang baik. Bukan hanya mengaji atau sekolah

saja akan tetapi peraturan yang mengikat mereka pun yang mendidik mereka

untuk selalu disiplin, patuh dan taat serta berkelakuan sesuai dengan ajaran agama

Islam.

Pesantren merupakan cikal bakal dari pendidikan Islam di Indonesia yang

didirikan karena tuntutan dan kebutuhan jaman. Pesantren dilahirkan atas

kesadaran kewajiban dakwah Islamiah, yakni menyebarluaskan dan

mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da'i.5

4
Abdul Hady Mukti, 2002
5
Mastukki, Sinergi Madrasah dan Pondok Pesantren: Suatu Konsep
Pengembangan Mutu Madrasah, (JakartaAbd. Rahman Getteng, Pendidikan Islam dalam
Pembangunan, (Ujungpandang: Yayasan al Ahkam, 1997).
3
Ketokohan Tuan Guru atau Kyai di pondok pesantren masih menjadi

medan magnet yang kuat melalui kharisma yang melekat padanya.6

Objek penelitian saya adalah Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin

Nahdlatul Wathan atau yang biasa dikenal dengan sebutan (Pondok Pesantren

YANMU NW) yang letaknya di desa Praya kabupaten Lombok Tengah yang

didirikan oleh TUAN GURU HAJJI ZAINAL ARIFIN MUNIR. Ponpes ini

didirikan pada tahun 2000 yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Madrasah Aliah (MA), Sekolah Menengah Atas

(SMA) dengan jumlah siswa pada tahun ini 940 orang. Pondok pesantren

YANMU NW adalah pesantren modern yang mengikuti acuan pembelajaran

berdasarkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) dan acuan dari

Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lombok Tengah. Hubungan yang

dibangun oleh Hajji Zainal Arifin Munir pondok pesantren YANMU NW adalah

hubungan sosial keagamaan yang memiliki modal moral dan kualitas Iman Islam

yang tinggi berkewajiban untuk membimbing Santri dalam memudahkan berbagai

problematika agama dan social masyarakat supaya terbiasa meghadapi dinamika

modernisasi remaja yang tidak melupakan nilai moral (Akhlak) sebagai manusia

dalam bermasyarakat dan tidak menutup diri dari perkembangan globalisasi yang

begitu pesatnya. Keberhasilan Hajji Zainal Arifin dalam mengelola pondok

pesantren sangat dipengaruhi oleh kekharismatikan, kecakapan, dan kemampuan

memimpin dalam memenuhi kebutuhan santri dengan menjalankan program

pendidikan yang berlandaskan ajaran agama islam diiringi dengan kegiatan-

kegiatan ekstra guna mencukupi kebutuhan dalam beragama dan bersosial.

6
Edi Susanto, 2007.
4
Pada dasarnya beberapa skripsi yang penulis jadikan sebagai tinjauan

pustaka adalah skripsi yang masih bertema umum yang mengangkat “Strategi

Dakwah” hanya saja yang membuat penelitian ini berbeda terletak pada faktor

obyeknya. Yang mana tidak terlepas dari obyek dakwah yang dijadikan sasaran

secara garis besarnya yaitu masyarakat muslim yang ada dalam aktivitas strategi

dakwah.

Oleh karena itu peneliti mengajukan skripsi dengan judul "METODE

DAKWAH HAJJI ZAINAL ARIFIN MUNIR DALAM PENGEMBANGAN

DAN PEMBINAAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN YANMU

NW KELURAHAN PRAYA LOMBOK TENGAH". Dalam penelitan ini peneliti

mendeskripsikan dan menganalisis strategi dakwah yang diterapkan Hajji Zainal

Arifin Munir di kelurahan Praya Lombok Tengah. Dalam menerapkan

menerapkan metode dakwah dapat dikatakan berhasil, karena dilihat dari

perkembangan pondok pesantren yang tercukupi dari segi sarana dan prasarana

pesantren sehingga mampu terealisasikan penyampaian metode dakwah dari Hajji

Zainal Arifin dan para asatidz dan asatidzah dipondok pesantren Yanmu NW.

Juga dengan dukungan masyarakat Lombok Tengah yang menerima dengan baik

adanya pondok pesantren Yanmu NW sehingga dapat berjalan dan berkembang

sampai saat ini. Maka diusahakan metode skripsi ini mengungkap strategi dakwah

yang diterapkan Hajji Zainal Arifin serta faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi keberhasilan dakwah beliau di pondok pesantren Yanmu NW

Kabupaten Lombok Tengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti melahirkan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :


5
a. Bagaimanakah Metode Dakwah HAJJI ZAINAL ARIFIN MUNIR

Dalam Pengembangan dan Pembinaan Akhlak Santri Pondok

Pesantren YANMU NW di Kelurahan Praya Lombok Tengah ?

b. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Dakwah HAJJI

ZAINAL ARIFIN MUNIR Dalam Pengembangan dan Pembinaan

Akhlak Santri Pondok Pesantren YANMU NW di Kelurahan Praya

Lombok Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hal-hal di atas maka yang menjadi tujuan penulis melakukan

penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah Hajji Zainal Arifin

Munir dalam pengembangan dan pembinaan akhlak santri pondok

pesantren YANMU NW di Kelurahan Praya Lombok Tengah.

b. Untuk mengetahui dan menggali apa saja faktor yang menghambat dan

yang mendukung proses metode dakwah Hajji Zainal Arifin Munir

dalam pengembangan dan pembinaan akhlak santri pondok pesantren

YANMU NW di Kelurahan Praya Lombok Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yang di maksud sebagai berikut:

1. Secara teoretis

6
Manfaat teoritis yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai

bahan acuan yang digunakan oleh Hajji Zainal Arifin Munir dalam membina dan

mengembangkan akhlak santri pondok pesantren YANMU NW. Selain itu juga

untuk memperluas dan menambah wawasan pemikiran khazanah ilmu

pengetahuan dakwah bagi penulis khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam.

2. Secara Praktis

Sebagai pembelajaran mencoba menampilkan metode yang digunakan

Hajji Zainal Arifin Munir dalam membina dan mengembangkan akhlak santri,

agar dalam pelaksanaan dakwah dalam membentuk karakter santri semakin

baik.serta menambah wawasan dan informasi bagi penulis khususnya mengenai

dakwah dalam membentuk akhlak santri.

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Metode Dakwah

Metode Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu "meta"

(melalui) dan "hodos" (Jalan, cara). Dengan demikian dapat artikan bahwa metode

adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 7 Sumber

yang lain menyebutkan metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya

ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos

artinya jalan yang dalam bahasa Arab di sebut "thariq"

Adapun arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmu adalah

sebagai berikut :

a. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses menghidupkan

peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari

satu keadaan kepada keadaan lain.8

b. Pendapat Syeikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia

untuk megerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka

berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras

dengan pendapat al-Ghazali bahwa amar ma'ruf nahi munkar adalah

inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam.

7
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 65.
8
Suparta dan Hefni, Metode Dakwah.
8
Dari pengertian diatas, dapat diambil pengertian bahwa metode dakwah

adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da'i (komunikator) kepada

mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.9 Hal ini

mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu

pandangan menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.

2. Teori Proses dan Tahapan Dakwah

Ada beberapa tahapan dakwah Rasulullah dan para sahabatnya yang dapat

dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama, tahap pembentukan (takwin), kedua, tahap

penataan (tanzhim). Ketiga, tahap pelepasan dan kemandirian (tathwir). Pada

setiap tahapan memiliki kegiatan dengan tantangan khusus dengan masalah yang

dihadapi. dalam teori tahapan dakwah, Nabi Saw. Berdakwah menempuh tiga

tahapan yakni:

a. Tahap takwin (tahap pembentukan). Pada masa ini ialah tahap

pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk internalisasi

(proses penanaman sesuatu seperti, keyakinan, sikap, dan nilai-

nilai yang menjadi perilaku sosial) dan sosialisasi ajaran tauhid.

Tahap ini dimulai dari keluarga terdekat, lalu masyarakat umum.

Kegiatan utama dimulai dari dakwah bil al-Lisan (tablig) dan

dakwah bil al-Haal (pengembangan masyarakat/perbuatan nyata

meliputi keteladanan). Internalisasi itu merupakan pembebasan

masyarakat dari tata sosial dan budaya perbudakan, pembatasan

hak-hak asasi manusia, manajemennya strata sosial sebagainya.

9
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Media Pratama, 1997), 43
9
Dalam tahap ini baiat komunitas dalam pembentukan masyarakat

yang terbaik (khairul ummuh).

b. Tahap tanzhim (tahap penataan) yaitu tahap ini merupakan hasil

internalisasi dan sosialisasi yang telah dilakukan pada tahap pertama.

Tahap ini adalah bentuk institusionalisasi Islam, yang diawali oleh Nabi

Muhammad Saw. berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Jika dalam tahap

takwin proses dakwah adalah proses pengganti ide batil, sedangkan

dalam tahap tanzhim, pembebasan itu benar-benar dalam artian

pemutusan secara fisik dan non fisik dari tata penyembuhan terhadap

berhala menuju tata sosial tauhid.

c. Tahap (tathwir) pelepasan dan kemandirian. Tahap ini

direpresentasikan dalam penyelenggaraan haji wada’. Yakni ketika

masyarakat Islam binaan Nabi Muhammad Saw. telah siap

menjadi masyarakat yang mandiri, sehingga siap meneruskan

gerakan dakwah yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw.10

Mencermati ketiga tahapan dakwah yang telah dijelaskan di atas,

maka dapat dikatakan bahwa dalam mendakwahkan ajaran Islam

pada tataran proses harus melalui tahapan yang bersifat dinamis.

Seorang da’i tidak bisa memaksakan mad’u untuk menerima ajaran

Islam secara sporadis dan spontan, akan tetapi harus ada kompromi

antara apa yang diinginkan da’i dan apa yang dibutuhkan mad’u.

3. Teori Metode Dakwah Secara Konseptual

10
Iskandar, Dakwah Inklusif Konseptualisasi dan Aplikasi, (Parepare: IAIN Parepare Nusantara
Press, 2019), h. 8-9.
10
metode dakwah merupakan cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah

dalam berdakwah atau cara yang menerapkan strategi dakwah. Said bin Ali al-

Qathani, menyatakan defenisi metode (uslub) dakwah adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi

kendala-kendalanya. Abd ul Karim Zaidan, menyatakan bahwa metode dakwah

adalah ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan dakwah

dan mengatasi kendala-kendalanya.11

Dapat disimpulkan bahwa metode dakwah merupakan cara atau jalan yang

tersusun secara sistematis dan teratur yang bersifat konkret (nyata) dan praktis

(mudah) dalam melaksanakan dakwah seperti, mengajak, menyeru, memanggil

menuju jalan Allah Swt. serta menghilangkan rintangan atau kendala-kendala

dakwah hingga mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efesien.

Sebagaimana Allah Swt. berfirman pada Q.S.An-Nahl/16: 125. Sebagai

berikut:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.12

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa ada 3 metode dakwah yang perlu

diketahui dan dipahami oleh setiap muslim dalam melakukan dakwahnya sebagai

berikut:

11
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Surabaya: Kencana, 2004), h. 357.
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 281.
11
a. Metode Al-Hikmah

Kata hikmah dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik

dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah

“hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika

dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, dan jika

dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari dari hal-hal yang

kurang relevan dalam melaksanakan dakwah. Selain itu al-Hikmah

diartiakan sebagai ad-adl (keadilan), al-hilm (ketabahan), al-nubuwwah

(kenabian), al-‘ilm (ilmu), al-Haq (kebenaran).13 Kata hikmah kerap

diartikan dalam pengertian bijaksana, akal budi yang mulia, lapang dada

dan hati yang bersih, dengan pendekatan yang dilakukan sedemikian rupa

sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di

dakwahkan dan dilakukan atas kemauannya sendiri tanpa ada paksaan,

konflik, maupun rasa tertekan.

Hikmah merupakan pengetahuan tentang kebenaran dan

pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya dengan

memahami Al-Qur’an, mendalami syariat-syariat Islam dan hakikat iman.

Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang dibekali dengan

pengetahuan, latihan dan pengalaman sebagai orang yang bijaksana.

Dengan adanya pengalaman, ilmu, keahlian, dan latihan seseorang dapat

tertolong untuk mengeluarkan pendapatnya yang benar dan

memfokuskanlangkah-langkah dan perbuatannya, tidak menyimpang dan

tidak goyah serta meletakkan pada proporsi yang tepat.14

13
M. Munir, Metode Dakwah, h. 8-10.
14
Nurhidayat Muh. Said, “Metode Dakwah (Studi Al-Qur’an An-Nahl Ayat 125”, (Jurnal
12
Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah

al-Hikmah merupakan ajakan atau seruan kepada manusia menuju jalan

Allah Swt. Dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan seperti ilmu

agama dan ilmu umum lainnya yang selalu memperhatikan keadaan

mad’unya dengan baik, berkomunikasi dengan perkataan yang lembut,

sabar, ramah tamah, lapang dada, dan tidak melakukan sesuatu yang akan

melebihi takarannya. Dengan kata lain, harus menempatkan sesuatu pada

tempatnya.

b. Metode al-Mau’idzah Hasanah

Secara bahasa, kata mau’idzah berasal dari kata wa’adzu ya’idzu

wa’dzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.

Hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan.

Menurut Abd. Hamid al-Bilali bahwa al-Mau’idzah Hasanah merupakan

salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah

dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut dan

penuh kasih sayang yang dapat meluluhkan hati yang keras agar mereka

mau berbuat baik.15

Menurut Hamkah, Mau’idzah Hasanah artinya pengajaran yang

baik, atau pesan-pesan yang baik yang disampaikan sebagai nasihat.

Mau’idzah hasanah termasuk kategori pendidikan yang digunakan orang

tua dalam rumah tangga kepada anak-anaknya, baik dalam pendidikan

maupun pengajaran dalam perguruan-perguruan.16

Dakwah Tabligh 16 No.1, 2015), h. 79.


15
M. Munir, Metode Dakwah, h. 15
16
A.M.Ismatulloh, “Metode Dakwah dalam Al-Qur’an (Studi Penafsiran Hamka terhadap QS.An-
Nahl:125),”( Jurnal Lenter IXX No. 2, 2015), h. 84
13
Jadi dapat disimpulkan bahwa al-Mau’idzah Hasanah merupakan

pemberian nasihat yang baik dengan lemah lembut dan penuh kasih

sayang kepada orang lain dengan tujuan meluluhkan dan menjinakkan hati

yang keras dan liar agar lebih mudah melahirkan kebaikan daripada

larangan atau ancaman. Mau’idzah al Hasanah memiliki makna yang jauh

dari sikap kekerasan, permusuhan, egois, dan tindakan yang bersifat

emosional dengan memberikan petunjuk menuju kebaikan dengan bahasa

yang baik dan sopan, dapat diterima, berkenan di hati, lurus pikiran

sehingga pihak yang menjadi objek dakwah dengan senang hati dan atas

kesadarannya sendiri mau mengikuti ajaran yang disampaikan.

c. Metode Al-Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata

“jadalah” yang bermakna memintal dan melilit. Maksudnya orang yang

berdebat bagaikan menarik atau melilit dengan ucapan untuk meyakinkan

lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang

disampaikan. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti

wazan Faa ala, “jaa dala” maka bermakna “berdebat”, dan “mujadalah”

berarti perdebatan.

Metode ini mengandung arti kegiatan dakwah yang dilakukan

dengan jalan berdialog, berbantahan, diskusi, berdebat dengan argumentasi

yang kuat. Tetapi, dilakukan dengan cara yang baik, saling menghormati

satu sama lain, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya

dengan etika dan tata krama. Tujuan dari diskusi tersebut adalah untuk

menemukan kebenaran dengan argumentasi yang benar. Yusuf Qardhawy

menyatakan bahwa untuk memperkuat metode al-Mujadalah maka seorang


14
da’i harus memiliki pengetahuan Islam yang meliputi pengetahuan sekitar

Al-Qur’an, hadis, ushul fiqih, aqidah dan tasawuf, pengetahuan sejarah,

pengetahuan bahasa dan kesastraan, pengetahuan humaniora yang meliputi

ilmu jiwa, sosiologi, filsafat, ilmu akhlak dan ilmu pendidikan,

pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan moderen), dan pengetahuan

tentang kenyataan.17

Mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakam untuk

berdakwah dengan orang-orang yang memiliki daya intelektualitas dan

cara berpikir yang maju seperti yang digunakan untuk berdakwah dengan

ahli kitab. Oleh sebab itu, AlQur’an memberi perhatian khusus tentang

berdakwah dengan ahli kitab karena mereka memang telah dibekali

pemahaman keagamaan dari utusan terdahulu. AlQur’an melarang

berdebat dengan mereka kecuali dengan jalan yang baik.16 Dari ketiga

metode dakwah tersebut berikut ini beberapa pendekatan-pendekatan dari

sebagian kecil seluruh pendekatan yang ada dan dapat digunakan kepada

mad’u. Pendekatan ini bisa dijadikan sebuah patokan oleh para da’i dalam

melaksanakan kegiatan dakwahnya maupun masyarakat terutama orang

tua dalam mendidik dan membentuk karakter anaknya.

1. Pendekatan Personal

Pendekatan personal ini dilakukan dengan cara individual yaitu

antara seorang da’i dengan mad’unya yang dilakukan secara langsung dan

tatap muka, sehingga materi yang disampaikan bisa diterima. Biasanya

jika pendekatan ini diaplikasikan langsung maka dapat menimbulkan suatu

reaksi dari mad’u dan akan langsung diketahui oleh da’i.

17
Nurhidayat Muh. Said, “Metode Dakwah (Studi Al-Qur’an An-Nahl Ayat 125)”, h. 84.
15
2. Pendekatan Pendidikan

Pada masa Nabi, dakwah dilakukan lewat pendidikan bersamaan

dengan masuknya Islam pada kalangan sahabat. Begitu juga dengan zaman

sekarang, kita dapat melihat bahwa pendakatan pendidikan diaplikasikan

di berbagai lembagalembaga seperti lembaga pendidikan pesantren,

yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang di dalamnya

terdapat materi-materi tentang keislaman.

3. Pendekatan Diskusi

Pendekatan diskusi pada zaman sekarang sering dilakukan lewat

berbagai diskusi tentang keagamaan, dimana da’i berperan sebagai

narasumber dan mad’u berperan sebagai peserta. Adapun tujuan dari

diskusi ini yaitu, dapat membahas dan menemukan pemecahan semua

permasalahan yang berkaitan dengan dakwah sehingga apa yang menjadi

permasalahan dapat ditemukan solusinya atau jalan keluarnya.

4. Pendekatan Penawaran

Salah satu falsafah pendekatan penawaran yang dilakukan Nabi

adalah ajakan untuk beriman kepada Allah Swt. tanpa menduakan-Nya

dengan yang lain. Strategi ini dilakukan Nabi dengan memakai metode

yang tepat tanpa paksaan sehingga ketika seorang mad’u merespon apa

yang disampaikan oleh Nabi maka mad’u meresponnya dalam keadaan

16
senang hati dan yakin. Bahkan ia melakukannya dengan niat yang muncul

dari lubuk hatinya yang paling dalam.18

4. Ruang Lingkup Pembinaan Karakter (Akhlak)

Karakter berasal dari bahasa latin, yaitu “kharakter”, “kharasain”, dan

“kharax”. Kemudian pada abad ke-14 kata tersebut mulai banyak digunakan

dalam bahasa Prancis “caractere”, dalam bahasa Inggris menjadi character,

kemudian menjadi bahasa Indonesia “karakter”. Menurut KBBI, karakter

diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

dapat membedakan seseorang dengan orang lain.19

Karakter dalam pandangan Islam dapat disamakan dengan akhlak,

terutama dalam kosa kata akhlak yang mulia. Adapun kata akhlak berasal dari

dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari al-khuluq. Secara etimologi

akhlak berarti perangai, tabiat, watak, kebiasaan, peradaban yang baik dan agama.

Pada intinya, karakter dan akhlak adalah sifat-sifat yang menunjukkan kebaikan

yang dimiliki oleh seseorang sebagai ciri khas.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karakter

merupakan sikap atau perilaku yang melekat dan menyatu dalam diri seseorang

sebagai faktor pembeda dari orang lain yang berasal dari proses pembentukan

yang dilakukan oleh faktor eksternal dan internal. Dalam pembentukan karakter

18
M. Munir, Metode Dakwah, h. 22.
19
Kaimuddin, “Pembentukan Karakter Anak Melalui Lembaga Pendidikan Normal”, (Jurnal Al-
Maiyyah, vol. 11, No. 1, 2018), h. 141.
17
anak tidaklah lahir begitu saja, melainkan ada ada proses yang harus dilewati

sehingga terbentuk karakter yang melekat dalam diri seseorang

5. Metode dan Strategi Pembentukan Karakter

Setiap orang tua pasti mengharapkan agar anak-anaknya dapat

membahagiakan dirinya di dunia maupun di akhirat. Tetapi, hal itu tidak semudah

membalikan sebuah telapak tangan. Melainkan orang tua harus bekerja keras dan

terus berdoa kepada Allah Swt. agar anak yang dilahirkannya dapat menjadi

pribadi yang diharapkan dan berkarakter yang positif.

6. Metode Mendidik Santri Berdasarkan Usia

Dalam membentuk karakter Santri ada begitu banyak metode yang dapat

digunakan. Terlebih dahulu kita perlu memperhatikan usia anak agar dalam

membentuk karakter dan tingkah laku seorang anak dapat dilakukan sesuai

dengan umurnya. Berikut fase berinteraksi dengan anak menurut Ali Bin Abi

Thalib:

Pada usia 0-7 tahun, anak sebaiknya diperlakukan seperti raja karena,

mereka berada dalam masa perkembangan dan pertumbuhan otak dan fungsi

organ tubuh lainnya, serta penyerapan informasi. Pada priode ini anak perlu

diberikan kasih sayang yang penuh tanpa menuntut. Pada usia 8-14 tahun anak

perlu diperlakukan seperti tawanan perang untuk penanaman sikap dan

kedisiplinan. Pada masa ini orang tua harus mampu memberikan pemahaman

18
kepada anak bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan memiliki konsekuensi

tersendiri dan sebaiknya anak mendapat apresiasi dari orang tua jika anak

melakukan suatu kebaikan serta mendapatkan sebuah sanksi jika melakukan suatu

kesalahan. Pada usia 14 tahun ke atas anak harus diperlakukan seperti teman atau

sahabat. Pada masa ini, anak mulai memasuki masa balig sehingga perlu

diperlakukan sebagai teman dalam bercerita. Orang tua sebaiknya menjadi sebuah

panutan bagi anak-anaknya dalam menentukan pilihannya dan mampu

menjelaskan bahwa semua yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah

Swt. di akhirat nanti.20

7. Metode Komunikasi Yang Baik

Salah satu hal yang sangat penting dalam mendidik dan membentuk

karakter anak adalah komunikasi. Komunikasi yang baik sangat menentukan

pendidikan dan karakter anak tersebut. Tujuan komunikasi antara orang tua

dengan anak berkaitan dengan pengembangan karakter yaitu, membangun

hubungan yang harmonis, membentuk suasana keterbukaan, membuat anak untuk

mengemukakan permasalahannya, membuat anak menghormati orang tua, dan

membantu anak menyelesaikan masalahnya serta mengarahkan anak agar tidak

salah dalam bertindak.

Komunikasi dengan anak sangat penting dilakukan karena merupakan

sebuah dasar dari hubungan orang tua dan anak. Dalam berkomunikasi dengan

anak kita perlu memilih kata-kata yang positif, tidak memberikan cap atau label

negatif kepada anak, serta selalu memberikan pujian atas usaha yang telah

dilakukan seorang anak agar anak juga dapat memiliki konsep diri yang positif

20
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, “Pendidikan Karkter: Mengembangkan Karakter
Anak Yang Islami”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 212.
19
dan merasa dihargai. Saat komunikasi berlangsung, orang tua harus mampu

memahami perasaan anak dengan cara memperhatikan nada bicara, bahasa tubuh,

dan raut wajah anak.21

8. Metode Menunjukkan Keteladanan

Menunjukkan keteladanan adalah metode yang wajib dilakukan dalam

membentuk karakter anak. Orang tua sebagai pendidik harus menunjukkan

perilaku yang sesuai dengan nasihat atau atribut karakter yang ingin dibentuk

dalam diri anak. Dalam membentuk karakter anak harus dilakukan dengan

membuat kesepakatan dengan anak. Setelah kesepakatan dibuat, selanjutnya orang

tua harus mampu membiasakan anak untuk berbuat kebajikan sesuai dengan

kesepakatan yang telah ditetapkan. Disini ada tiga komponen yang perlu

dikuatkan dalam pembentukan karakter yaitu, pemikiran tentang perlunya berbuat

baik, menerapkan atau membiasakan untuk berperilaku baik sesuai karakter yang

ingin dibentuk dalam diri anak.22

Keteladanan merupakan pendukung terbentuknya karakter yang baik.

Keteladanan dapat diterima apabila dicontohkan dari orang-orang terdekat.

Misalnya, orang tua menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu,

sebagai orang tua perlu melakukan perbuatan sesuai dengan contoh dan tuntunan

yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. seperti keteladanan Rasulullah Saw. dalam

hal ketegaran dan keteguhan hati, kesabaran menghadapi suatu cobaan,

21
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, “Pendidikan Karrakter: Mengembangkan
Karakter Anak yang Islami”, h. 130.
22
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, “Pendidikan Karakter: Mengembangkan Karakter
Anak yang Islami”, h. 139-140.
20
keteladanan Rasulullah dalam hal akhlak mulia, dan keteladanan dari para sahabat

yang mulia.

5. Metode Mendidik Anak Dengan Kebiasaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum.

Pembiasaan artinya proses membuat sesuatu menjadi biasa sehingga menjadi

kebiasaan. Untuk membentuk karakter anak penggunaan pembiasaan adalah salah

satu cara yang efektif. Karena dapat mengubah kebiasaan buruk menjadi

kebiasaan yang baik, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama agar anak

dapat berperilaku sesuai dengan pembiasaan yang dilakukan.23

Sebagai orang tua perlu mengajarkan dan memperlihatkan kepada anak

kebiasan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Karena, kebiasaan dan tingkah

laku anak itu diperoleh dari apa yang sering dilihat dan didengar dari

lingkungannya salah satunya, adalah orang tuanya, teman-temannya, dan orang-

orang disekelilingnya.

6. Faktor-Faktor Pembinaan Karakter

Karakter itu tidak terbentuk sendiri melainkan ada beberapa faktor yang

dapat menimbulkan karakter seseorang yaitu, faktor internal disebut sebagai

faktor biologis yang merupakan faktor berasal dari dalam diri seseorang atau

faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudanya adalah faktor yang dibawa

sejak lahir atau turunan sifat yang dimiliki seseorang. Faktor Eksternal disebut

23
Miftahul Jannah, “Metode dan Strategi Pembentukan Karakter Religius yang Diterapkan di
SDTQ-T An Najah Pondok Pesantren Cindai Alus Martapura”, h. 83.
21
sebagai faktor yang berasal dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud seperti

lingkungan keluarga, teman, orang tua, dan tetangga sampai dengan berbagai

pengaruh dari berbagai media baik media audio visual maupun media cetak.24

7. Pengertian Akhlak

Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk.

menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada

lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan

mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. 25

Akhlak adalah suatu sifat atau perangai yang melekat pada diri seseorang

yang tercermin dari tindakan dan perbuatan orang tersebut dalam kehidupannya

sehari-hari. Pendapat lain mengatakan bahwa arti akhlak adalah perilaku atau budi

pekerti seseorang yang tercermin dari tindakan dan kebiasaan orang tersebut

secara spontan sebagai bentuk manifestasi pencerminan dan refleksi jiwa serta

batinnya.

Secara etimologi, istilah akhlak berasal dari bahasa Arab "Khuluk" yang

artinya perilaku, baik itu perilaku terpuji maupun perilaku tercela. Dalam hal ini,

akhlak seseorang tercermin dari perilakunya sehari-hari tanpa banyak berpikir/

pertimbangan dan tidak ada unsur paksaan dari luar.

8. Nilai-Nilai Pembentukan Akhlak

Dalam referensi Islam nilai yang sangat terkenal dan melekat yang

mencerminkan akhlak atau perilaku seseorang yang sangat luar biasa tercemin

24
Luthfiah Nuzula, “Upaya Pembentukan Karakter Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Keagamaan Islam di UPTD SMPN 2 Ngadiluwih”, (Skripsi Sarjana: Jurusan Tarbiyah STAIN,
Kediri, 2017), h. 24.
25
Agus Sudjanto, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, hlm.12.
22
pada Nabi Saw, sebagai, yaitu sidiq, mencerminkan bahwa Nabi berkomitmen

pada kebenaran, selalu berkata benar dan berbuat yang benar pula, dan berjuang

untuk menegakkan kebenaran. Amanah, berarti dapat dipercaya, mencerminkan

bahwa apa yang disampaikan dan dilakukan beliau dapat dipercaya oleh siapapun.

Fatanah, berarti cerdas, arif, bijaksana, memiliki wawasan yang luas, terampil dan

profesional. Maksudnya perilaku Rasulullah dapat dipertanggungjawabkan

kehandalannya dalam memecahkan berbagai permasalahan. Tablig, bermkana

komunikatif, mencerminkan bahwa siapapun yang menjadi lawan bicara beliau,

maka orang tersebut akan mudah memahami apa yang dibicarakan oleh Rasul.26.

4. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya

tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan

sebutan Ustadz dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri

tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah,

ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya

dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri

sesuai dengan peraturan yang berlaku.27

Tujuan umum pesantren adalah membimbing anak didik untuk menjadi

manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmunya menjadi

mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.28

26
Tsalis Nurul ‘Azizah, “Pembentukan arakter Religius Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan di
SMA Sains All-Qur’an Wahid Hasyim”, (Skripsi Sarjana: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakkarta, 2017), h. 16.
27
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2006), h. 143
28
. H.M. Arifin, Metode Komunikasi Dakwah (1995: 148)
23
B. Penelitian Yang Relevan

Peneliti menyajikan perbedaan dan persamaan bidang kajian yang diteliti

antara peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal ini perlu peneliti

kemukakan untuk menghindari adanya pengulangan kajian terhadap hal-hal sama.

Dengan demikian akan diketahui sisi-sisi apa yang membedakan antara penelitian

yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu.

1. Skripsi yang ditulis oleh Fajriah Septiani (2015). Penelitian ini berjudul

"Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja

di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Bogor" Sedangkan Aspek yang

diteliti oleh Fajriah Septiani adalah efektifitas metode bimbingan agama

dalam membina akhlak remaja.

2. Skripsi Muammar Z dengan judul "aktifitas dakwah dayah raudhatul

Quran di desa Tungkop kecamatan Darussalam" Jurusan Manajemen

Dakwah fakultas dakwah dan komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Dalam skripsi ini membahas tentang peran pimpinan dayah dalam

mengatur segala aktifitas serta sistem pengelolaan dakwah di dayah

Raudhatul Qur'an Darussalam.

24
3. Skripsi Abasri dengan judul "Kiprah pesantren Darul Ihksan Krueng Kalee

dalam memajukan pendidikan di Aceh" Jurusan manajemen dakwah

fakultas dakwah dan komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dalam

skripsi ini membahas tentang keadaan pesantren Darul Ikhsan, usaha usaha

pesantren dalam memajukan pendidikan masyarakat syiem, hubungan

pesantren Darul Ikhsan dengan masyarakat syiem dan kendala- kendala

yang ada pada pesanten Darul Ikhsan Krueng Kalee

4. Skripsi M. Abduh Muttaqin dengan judul "Strategi dakwah pondok

pesantren Muallim Rowoseneng kecamatan kandangan kabupaten

temanggung jawa tengah" Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Sunan Kali Jaga. Dalam skripsi ini membahas

tentang perumusan strategi dakwah pondok pesantren Muallim

Rowoseneng, aplikasi strategi dakwah pondok pesantren Muallim

Rowoseneng, serta faktor penghambat dan pendukung strategi dakwah

pondok pesantren Muallim Rowoseneng.

Berdasarkan pengamatan peneliti sejauh ini dari berbagai literature dan kajian

pustaka (baik dari penelitian terdahulu. Jurnal, maupun dari buku dan catatan

catatan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian), maka penulis

termotivasi untuk mengambil judul tentang Metode Dakwah Hajji Zainal Arifin

Munir Dalam Pembinaan Dan Pengembangan Akhlak di Pondok Pesantren

Yanmu Nw. Yang membedakan skripsi ini adalah objek penelitiannya dan

terfokus pada metode dakwahnya Hajji Zainal Arifin dalam membimbing dan

membina akhlak santri di Pondok Pesantren Yanmu Nw serta apa saja faktor yang

mendukung maupun yang menghambat pelaksanaan metode dakwah Hajji Zainal

25
Arifin di Pondok Pesantren Yanmu Nw Kelurahan Praya Kabupaten Lombok

Tengah.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada tahap

deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga

dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.29

Penelitian ini adalah sebagai jenis penelitian kualitatif yaitu temuan-

temuannya dalam penelitian dan dianalisis dengan kata-kata atau kalimat.

Pendekatan ini menggunakan pendekatan manajemen dakwah, sedangkan

spesifikasi penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang bertujuan

mengumpulkan informasi ataupun data untuk disusun, dijelaskan dan dianalisis. 30

29
Muzakkir Walad,Strategi Penanaman Karakter Islami dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
Siswa Kelas VIII di MTs Darussholihin NW Kalijaga. An-Nahdlah: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 28-
37. (2021).

30
Muthadi dan Syafi'i, 2003: 128.
26
2. Desain Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif deskriptif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka,

melainkan data yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan (observasi)

dan dokumen pribadi.

Penelitian ini berusaha mengungkap keadaan yang terjadi di lapangan

secara alamiah dan berupaya menguraikan atau memaparkan situasi atau kejadian

dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori

untuk memperoleh kesimpulan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Yanmu Nw pada tanggal 7

April 2022, yang beralamatkan Jln. Basuki Rahmat, Kmp. Rabitah Praya. Praya

Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kode pos : 83511.

Jarak tempuh dari lokasi peneliti adalah 27 Km. Dari Desa Anjani Kecamatan

Suralaga Kabupaten Lombok Timur.

Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran penelitian juga

merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti.

Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktifitas bisa digali lewat

sumber lokasinya, baik yang berupa tempat maupun lingkungannya. Dari

pemahaman lokasi dan lingkungannya, peneliti bisa secara cermat mencoba

mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan kesimpulan yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat bantu utama. Sejalan dengan pandangan tersebut, selama


27
pengumpulan data dari subyek penelitian di lapangan penulis menempatkan diri

sebagai instrument sekaligus pengumpulan data.

C. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan jenis penelitian yang peneliti lakukan untuk memperoleh

data sebanyak mungkin dan mendalam selama kegiatan penelitian di lapangan

dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama sehingga kehadiran peneliti di lapangan

mutlak diperlukan.

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus

pengumpul data. Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting yaitu sebagai

pengamat penuh, peneliti langsung mengawasi atau mengamati objek penelitian

dan diketahui oleh subjek penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang menekankan

peneliti sebagai instrument, namun peneliti juga bisa menggunakan alat

instrument lain sebagai pendukung. Tujuannya untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan sesuai dengan realita yang ada. Sehingga data yang

dikumpulkan benar- benar lengkap karena diperoleh dari interaksi sosial antara

peneliti dengan subyek responden. Untuk mendukung pengumpulan data dari

sumber yang ada dilapangan, peneliti juga dapat memanfaatkan buku tulis, dan

juga alat tulis seperti pensil juga bolpoin sebagai alat pencatat data. Kehadiran

peneliti di lokasi penelitian dapat menunjang keabsahan data sehingga data yang

diperoleh memenuhi orisinalitas.

D. Data dan Sumber Data

28
Data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun

angka. Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat

diperoleh. Dalam penelitian yang akan dilakukan di Pondok Pesantren Yanmu

kali ini menggunakan dua sumber data, yaitu

1. Data Primer

Data primer, yaitu data yang utama yang diperoleh langsung dari

responden berupa catatan tulisan dari wawancara serta dokumentasi. Penulis

menggunakan metode ini untuk mendapatkan informasi dan data- data tentang

pelaksanaan dan kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Yanmu Nw, dan

mengetahui faktor pendukung dan penghambat. Penulis telah melakukan

wawancara bersama pengasuh di Pondok Pesantren Yanmu NW Praya. Berikut

daftar responden wawancara di pondok pesantren Yanmu NW

NO NAMA JABATAN/STATUS

1 Ustadz Zaini Anwar Pengasuh Santri Putra

2 Ustadz Lukman Pengasuh Santri Putra

3 Rudi Arifin Santri Kelas 3 SMA

4 Toni Iskandar Santri Kelas 3 SMA

3. Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data-data yang terdahulu terkumpulkan dan

dilaporkan oleh orang dari luar peneliti sendiri dan diperoleh dari bahan

29
perpustakaan. Sumber data sekunder ini digunakan untuk melengkapi data primer,

mengingat bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data praktek yang ada

secara langsung dalam praktek di lapangan karena penerapan suatu teori.

Dari objek pengumpulan data di atas, peneliti bisa menentukan data

sekunder dari beberapa referensi untuk mengambil data, salah satunya adalah

bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, dan internet maupun video sebagai

bahan acuan untuk mengambil informasi yang akan dijadikan sebagai bahan data

penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai seorang peneliti maka harus melakukan kegiatan pengumpulan

data. Kegiatan pengumpulan data merupakan prosedur yang sangat menetukan

baik tidaknya suatu penelitian. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-

cara yang dapat digunakan peneliti. Adapun metode pengumpulan data yang

digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-

gejala yang diteliti. Penggunaan metode observasi dalam penelitian di atas

mempertimbangkan bahwa data yang dikumpulkan secara efektif yang dilakukan

secara langsung dengan mengamati objek. Penulis menggunakan teknik ini untuk

mengetahui kenyataan yang ada di lapangan. Alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati, mencatat dan menganalisa secara sistematis.

Pada observasi ini penulis akan menggunakannya dengan maksud untuk

mendapatkan data yang efektif mengenai Peran Dakwah Tuan Guru Zainal Arifin

30
dalam pembinaan dan pengembangan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Yanmu

nw.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan benda-benda

tertulis seperti buku, majalah, dokumentasi, peraturan- peraturan. notulen, rapat,

catatan harian dan sebagainya. Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas

yakni mencari data mengenai hal- hal berupa catatan, buku, surat kabar, majalah,

notula, agenda, dan sebagainya.

c. Wawancara

Metode wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara bertatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan

jawabannya juga diberikan secara lisan. Jenis wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara secara mendalam yaitu dengan cara

mengumpulkan data atau informasi secara langsung bertatap muka dengan

informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dengan teknik induktif. Metode analisis deskriptif ini bertujuan

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik bidang- bidang tertentu

secara faktual dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena.

Analisis ini dimulai dari pengambilan data, reduksi data, verifikasi data, dan

pengambilan kesimpulan serta penyajian laporan penelitian (Arikunto, 1993: 228).

31
Metode dakwah Tuan Guru Zainal Arifin Mengembangkan Dan Membina Akhlak

Santri Di Pondok Pesantren Yanmu Nw Praya Kabupaten Lombok Tengah,

Proses analisa dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan yang turun lansung di

lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya

(Moleong, 2012:247).

Adapun beberapa metode yang peneliti gunakan diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Simak

Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data

dengan menyimak adalah untuk mengetahui Metode Dakwah Tuan Guru Zainal

Arifin Munir dalam melakukan pembinaan dan pengembangan akhlak Santri Di

Pondok Pesantren Yanmu Nw Praya. Sehingga informasi yang dihasilkan benar-

benar akurat. Muhammad (2011:207) Mendefinisikan metode simak adalah

metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan penyimakan terhadap

penggunaan bahasa. Metode ini memiliki teknik lanjut yaitu teknik catat. Teknik

catat adalah satu teknik yang menempatkan peneliti sebagai instrumen kunci

dalam mengumpulkan data penelitian.

2. Catat

Teknik mencatat digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data.

Teknik catat adalah mencatat berupa bentuk yang relevan bagi penelitianya dari

pengguna bahasa secra tertulis. (Mahsun, 2005:93) Metode catat yaitu cara yang

dilakukan peneliti untuk mencatat data-data yang ada hubunganya dengan

masalah penelitian. Mencatat dilakukan setelah data yang didapatkan dinilai

32
cukup untuk dijadikan data penelitian. Data kemudian dicatat dalam kartu data

untuk dianalisis mengenai penelitian yang diteliti

3. Video

Arsyad, (2004:36) Video merupakan serangkaian gambar gerak disertai

suara yang membentuk suatu kestuan yang dirangkai menjadi alur degan pesan-

pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan

proses penyimpanan pada media pita atau disk untuk mendapatkan informasi yang

benar-benar akurat dan relevan.

Metode video, yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara

menonton percakapan informan, terutama yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Teknik menonton video digunakan dengan pertimbangan bahwa data

yang diteliti berupa data lisan. Teknik ini dilakukan dengan berencana, sistematis

maupun dengan serta-merta yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan

di Ponpes Yanmu Nw.

G. Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk

menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan

tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh

pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320). Keabsahan data dilakukan

untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan

penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatifmeliputi uji, credibility, transferability, dependability,

dan confirmability (Sugiyono, 2007:270). Untuk keabsahan data peneliti


33
menggunakan beberapa metode kredibilitas agar hasil penelitian yang dilakukan

tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah diantaranya yaitu melakukan

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/ kepercayaan data.

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui

maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan

antara peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin

terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin

banyak dan lengkap.

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian

difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang

diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau

masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah

dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan

pengamatan perlu diakhiri

b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian.

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan maka

kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan

baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara

mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan

disajikan sudah benar atau belum. Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat

dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian

terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian

34
yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat

dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan semakin

berkualitas.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi skripsi, penulis menyusun sistematika

penulisan skripsi sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan; yang berisi latar belakang masalah rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

BAB II : Kajian Teori; yang berisikan landasan teori yang membahasan

teori-teori yang berkaitan dengan judul metode dakwah dalam

membina dan mengembangkan akh;ak santri.

BAB III : Metode Penelitian; yang berisikan jenis dan desain penelitian,

tempat dan waktu penelitan, subjek penelitan, sumber data,

Teknik pengumpulan data, Teknik analisis data dan Teknik

pengecekan kebsahan data.

BAB IV : Hasil penelitan dan pembahasan; yang berisikan tentang hasil dan

pembahasan untuk rumusan masalah 1, 2 dan seterusnya.

BAB V: Penutup, yang berisikan kesimpulan, keterbatasan, penelitian dan

saran.

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Metode Dakwah Hajji Zainal Arifin Munir Dalam Pembinaan dan

Pengembangan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Yanmu NW Praya

1. Sejarah Pondok Pesantren Yanmu NW

Hajji Zainal Arifin Munir.,Lc.,M.Ag, mendirikan ponpes yanmu pada hari

Rabu, 05 Mei tahun 1999. Pondok Pesantren ini berafiliasi dengan ormas

Nahdlatul Wathan yang merupakan ormas keagamaan terbesar di pulau Lombok.

Sistem pendidikan dan pengajarannya pun hampir sama dengan pondok pesantren

NW lainnya yang menitikberatkan pada pemahaman keagamaan berdasarkan

kitab-kitab klasik mazhab Syafi‟i.

Berdirinya ponpes yanmu tidak lepas dari hubungan kedekatan emosional

antara guru dan murid yaitu antara Syaikh Zainuddin dan Hajji Zainal Arifin,

beliau diberi mandat oleh gurunya sejak menempuh pendidikan di Mekkah.

Setelah selesai di SD, Hajji Zainal Arifin melanjutkan pendidikanya ke

Makkah selama 10 tahun, tepatnya pada tahun 1975, untuk mengenyam

pendidikan di Makkah. Di negeri gurun pasir itu, beliau belajar berbagai macam
36
ilmu pengetahuan sampai tingkat Aliyah. Setelah selesai dari sana, berangkat lagi

ke Mesir untuk melanjutkan studi perguruan tinggi S1 Syariah dan S2 di Jakarta

Institut Agama Islam Al-aqidah Jakarta sambil mengajar di IAIN atau UIN

sekarang. Dan melanjutkan S3 di Universitas Islam di Jogja dan mendapatkan

predikat Doktor pada akhir tahun 2017, dengan judul penelitian “Pemikiran

Hukum Maulana Syaikh TGKH Zainuddin Abdul Majid”.

Yayasan Pondok Pesantren YANMU NW sendiri merupakan

akronim/singkatan dari Yayasan Munirul Arifin selaku nama beliau sendiri,

sedangkan NW adalah singkatan dari Nahdhatul Wathan,

Penyematan NW pada Ponpes Yanmu adalah karena pendiri atau Abah

Yanmu adalah warga Nahdhatul Wathan yang juga dikenal dengan istilah

Nahdhiyyin, secara kepribadian, beliau sangat dekat dengan NW beliau

merupakan pengajar/masyaikh di Ma’had Darul Quran wal Hadist NW Anjani,

dan Hajji Zainal Arifin kini Menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah Nahdhatul

Wathan Kabupaten Lombok Tengah.

Sepak terjang beliau di bidang dakwah cukup luas dan masyhur, bukan

hanya di ponpes, beliau sering mengisi pengajian-pengajian di masjid-masjid yang

diadakan pada hari-hari besar islam maupun pengajian umum diluar hari besar

islam, seakan beliau dengan dakwah sangat kohesif dan seolah tidak terpisahkan.

Yayasan Munirul Arifin memiliki jenjang sekolah yang beragam, dimulai

dari MI PLUS, SMP PLUS, MA PLUS, SMA PLUS, SMK PLUS. berdirinya

berbagai jenjang sekolah tersebut berbeda, penulis akan mencantumkan tahun

berdirinya sebagai berikut:

a. SMK Plus Munirul Arifin didirikan pada tanggal 17 Juli 2018

37
b. MI Plus Munirul Arifin pada tanggal 17 Juli 2021.

c. SMP Plus Munirul Arifin Nw didirikan pada tanggal 17 Juli 2002.

d. SMA Plus Munirul Arifin didirikan pada tanggal 04 Januari

2006

e. MA Plus Munirul Arifin didirikan Pada tanggal 17 Juli 2000

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren YANMU NW

Visi : SANTUN, UNGGUL dan KONTRIBUTIF

Misi : Menjunjung tinggi keteladanan dan akhlaq mulia dalam kehidupan

atas dasar nilai-nilai islam dan budaya luhur bangsa.

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis agama

dan keunggulan sehingga memiliki prestasi akademiak dan non-

akademik tinggi, serta unggu dalam kualitas input, proses, output

dan outcome

Menjadi anggota masyarakat yang memiliki kontribusi besar dalam

menerapkan, mengembangkan, menyebarluaskan, dan menciptakan

peluang di masyarakat.

Menjadikan lingkungan dan program berbasis keberkahan.

38
3. Keadaan Pondok Pesantren Yanmu NW

PONPES YANMU NW PRAYA merupakan salah satu pondok pesantren

yang ada di Kabupaten Lombok Tengah yang beralamat di Jln Basuki Rahmat

Kamp Rabitah Praya, Praya, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah Prov. Nusa

Tenggara Barat. Adapun belajar mengajar di ponpes ini menggunakan kurikulum

pemerintah yang berlaku, di tambah dengan pendidikan ilmu agama. Terdapat

juga kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler sekolah untuk santri seperti karate, basket,

futsal, grup belajar, pramuka.

PONPES YANMU NW PRAYA memiliki staf pengajar uztadz/uztadzah

serta guru yang kompeten pada bidang pelajarannya masing-masing sehingga

berkualitas dan menjadi salah satu pesantren terbaik di Kabupaten Lombok

Tengah. Tersedia juga berbagai fasilitas seperti ruang kelas dan asrama yang

nyaman, laboratorium praktikum, perpustakaan, lapangan olahraga, kantin,

masjid.

Untuk kelancaran berbagai kegiatan kepesantrenan diperlukan dana yang

cukup besar, baik untuk kegiatan operasional maupun untuk pembangunan. Biaya

operasional diperoleh dari SPP, sumbangan awal tahun dari para santri dan dari

usaha ekonomi pondok pesantren. Sedangkan dana pembangunan diperoleh dari


39
amal jariyah warga Nahdlatul Wathan, donator dan dari bantuan pemerintah.

Sedangkan sumberdaya ekonomi yang merupakan usaha mandiri dari pondok

pesantren ini berupa, koperasi, toko, dan kantin.

Yayasan Munirul Arifin memiliki lembaga pendidikan sebanyak 5

lembaga yaitu MI PLUS, SMP PLUS, MA PLUS, SMA PLUS, SMK PLUS.

Semua lembaga tersebut dibawah naungan yayasan Yanmu NW Praya.

4. Metode Dakwah Yang Digunakan Hajji Zainal Arifin Munir Dalam

Pembinaan Dan Pengembangan Akhlak Santri Yanmu NWPraya.

Metode dapat diartikan sebagai cara yang diatur dan melalui proses
pemikiran untuk mencapai sebuah tujuan sedangkan dakwah adalah salah satu
cara untuk mengajak manusia ke jalan yang lebih baik. Metode dakwah
merupakan cara-cara tertentu yang dilakukan oleh komunikator kepada
komunikan untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang dijelaskan dalam Q.S An-Nahl ayat
125, yang menunjukkan bahwa ada 3 metode dakwah yang perlu kita ketahui dan
terapkan, khususnya bagi seorang guru/kyai dalam membentuk karakter santri di
Pondok Pesantren Yanmu NW. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
asatidz/pengajar di pondok pesantren yanmu nw, maka berikut ini bentuk-bentuk
metode dakwah yang diterapkan dan digunakan dalam membina dan
mengembangan akhlak santri di pondok pesantren Yanmu NW Praya, sebagai
berikut:

1. Metode Dakwah Al-Hikmah

Metode dakwah al-hikmah merupakan metode dakwah yang terdapat

dalam Al-Qr’an surah an-Nahl ayat 125 yang digunakan seorang da’i dalam

berdakwah. Kemudian metode dakwah ini ternyata juga digunakan seorang guru

40
agama dalam membentuk akhlak santri di Pondok Pesantren Yanmu NW. Hal itu

dapat dilihat dari adanya penjelasan Ustadz Luknan yang menyatakan bahwa

“mendidik dan membentuk akhlak santri, guru harus memberikan pembelajaran

melalui dakwah dengan menggunakan kata yang tepat dan benar (al-Hikmah),

memperlihatkan perbuatan nyata yang sesuai dengan perkataan, menjadi teladan

melalui praktik, dan memperhatikan kondisi santri baik fisiologis maupun

psikologisnya.31

Dalam penerapan metode dakwah al-Hikmah itu menggunakan ilmu

dengan bahasa yang dapat menyentuh hati dan berdasarkan kebenaran baik secara

akal maupun nilai-nilai dalam Al-Qur’an. Penyampaian metode dakwah al-

Hikmah terlebih dahulu perlu mengetahui tujuannya, mengenal dan

memperhatikan keadaan mad’unya (objek dakwah) secara mendalam.

Hal itupun dilakukan para asatidz di pondok pesantren Yanmu NW Praya

dalam membentuk akhlak asantri, yang menjelaskan bahwa sebelum mendidik

dan membentuk akhlak santri, seorang guru telebih dahulu mengenal santri-

santrinya secara mendalam dengan cara memperhatikan setiap perilaku, gerak-

gerik santri, berbicara dengan santri dari hati ke hati dengan tujuan untuk

mengetahui apa yang sedang terjadi pada santri dan apa saja permasalahan yang

dihadapi santri, serta apa saja yang dibutuhkan santri saat ini, sehingga asatidz

memberikan masukan, arahan, dan saran, serta didikan kepada santri dengan

mudah.

Dalam membina akhlak santri di pondok pesantren Yanmu NW, ada

banyak cara yang dilakukan para asatidz, salah satunya adalah sering mengajak,

membimbing, dan memberikan motivasi kepada anak-anak untuk mengikuti dan

31
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
41
mengamalkan kegiatan keagamaan dan yang mana itu adalah sebagai program

wajib yang berlaku di pondok pesantren Yanmu NW, yaitu salah satunya dengan

membiasakan anak-anak untuk melaksanakan sholat berjamaah, mengaji, baik di

area ponpes maupun di area luar ponpes yang disesuaikan dengan perkataan dan

perbuatan.32

Mengenai metode dakwah Hajji Zainal Arifin Munir di pondok pesantren

Yanmu NW metode yang digunakan adalah metode dakwah yang tertera dalam

Al-Qur’an seperti metode dakwah al-Hikmah, bil-Haal, dan bil-Lisan. Metode bil-

Haal, dan bil-Lisan adalah metode dakwah yang merupakan bagian dari metode

dakwah al-Hikmah.

Secara terminologi dakwah mengandung pengertian mendorong manusia

agar berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang mungkar agar mendapat

kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian yang dimaksud dengan dakwah

bil-Lisan alHaal, adalah memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan

bmanusia di dunia dan akhirat dengan perbuatan yang nyata yang sesuai dengan

keadaan manusia.33

Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam membina dan

mengembangkan karakter santri salah satunya adalah cara-cara yang dianjurkan

sesuai dan tuntutan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, seperti memiliki

ketegaran dan keteguhan hati, sabar dalam menghadapi segala cobaan, serta

memilki akhlak yang mulia agar ajakan yang dilakukan dapat menyentuh hati

santri dengan tepat sasaran. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Ahzab/33: 21

sebagai berikut:

32
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
33
M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta:Kencana, 2003), h. 219.
42
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”34

Dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam meneladani dan menaati

Rasulullah Saw. merupakan salah satu cara yang dilakukan orang-orang dalam

mengharap rahmat Allah Swt. Artinya meneladani Rasulullah saw, Berarti

mentaati Allah swt. Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah perilaku-perilaku

dari para sahabat dalam meneladani Rasulullah saw, yang dapat menjadi contoh

yang baik untuk kita lakukan baik berupa perbuatan, ucapan maupun tindak

tanduk Rasulullah Saw. Begitupun Hajji Zainal Arifin Munir dan para asatidz di

pondok pesantren Yanmu NW, berupaya meneladani perilaku para sahabat dalam

meneladani Rasulullah Saw. yang kemudian juga akan diterapkan pada santri-

santrinya di pondok pesantren Yanmu NW.

Dalam mendidik dan membentuk karakter santri, para asatidz di pondok

pesantren Yanmu NW menjelaskan bahwa mereka memiliki kewajiban dalam

memberikan teladan atau contoh yang baik kepada santri-santrinya baik itu nilai,

sikap, maupun perilakunya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dengan tujuan agar

santri dapat memiliki karakter yang sifatnya Islami pula yang dibarengi dengan

kesabaran dalam menghadapi tingkah laku dari para santri yang sedang ingin di

didik dan dibentuk karakternya.

Dalam mendidik dan membentuk karakter santri, metode benar-benar

penting dalam menumbuhkan karakter yang positif pada santri. Salah satu cara

yang dilakukan asatidz dalam mendampingi santi-santrinya adalah memberikan

bimbingan yang persuasif yaitu, bimbingan dengan menggunakan komunikasi

34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
43
yang baik dan dapat memberikan pengaruh pada santri dan tentu saja pengaruh

yang sifatnya positif dan bermanfaat. Komunikasi itu sendiri merupakan salah

satu hal yang sangat penting dalam mendidik dan membentuk karakter seseorang.

Komunikasi yang baik sangat menentukan pendidikan dan karakter santri.

Dalam membentuk karakter santri, Hajji Zainal Arifin sering kali

menggunakan komunikasi yang efektif, komunikasi yang menggunakan kalimat

yang mengesankan, apalagi dalam menegur seorang santri. Komunikasi yang

seperti itu dilakukan agar dapat menyentuh hati santri, mengubah pemikiran santri

untuk memperbaiki sikap yang kurang baik.35 Dalam Islam komunikasi efektif

disbut dengan Qaulan Baligha yang artinya sampai atau fasih. Tujuan dari

komunikasi untuk membangun hubungan yang harmonis antara seorang guru dan

santri, membentuk suasana keterbukaan, membuat santri mengemukakan

masalahnya, membuat santri menghormati orang tua, guru dan lingkungan sosial,

mengarkan santri untuk tetap benar dalam bertindak dan berprilaku.

Selain dari Qaulan Baligha, ada juga beberapa perkataan yang sering

digunakan Hajji Zainal Arifin dalam membentuk karakter santri yaitu

menggunakan perkataan yang baik dan penuh kasih sayang serta lemah lembut.

Dalam Islam komunikasi tersebut biasa disebut dengan Qaulan Ma’rufan

(perkataan yang baik) dan Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut). Metode

dakwah yang selalu dilakukan Hajji Zainal Arifin dengan cara tersebut ternyata

menghasilkan perilaku yang serupa. Komunikasi tersebut juga termasuk dalam

metode dakwah al-Hikmah dimana dalam menyampaikan pesan atau informasi

bahkan mengajak santri untuk menerapkan sesuatu dalam diri santri, dilaksakana

dengan tetap menggunakan akal, memperhatikan kondisi dan situasi santri,

35
Wawancara dengan Ustadz Zaini Anwar, pengasuh santri putra
44
berkomunikasi dengan perkataan yang lemah lembut, ramah, dan penuh kasih

sayang, serta tidak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan takarannya atau

situasi dan kondisi santri pada saat itu.

Sebagai santri, tentu saja impact yang didapatkan dari asatidz melalui

dakwah al-Hikmah dalam membentuk karakter santri yaitu, santri dapat belajar

mengoreksi kesalahan dan memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi dari

sebelumnya, akan taat tehadap ajaran agama dan orang tuanya, dan akan

merasakan keharmonisan dan selalu bermartabat di lingkungan sosialnya dalam

bermasyarakat.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

bentuk metode dakwah al-Hikmah merupakan salah satu bentuk metode dakwah

yang termasuk dalam teori proses dan tahapan dakwah. Dalam teori proses dan

tahapan dakwah ada 3 tahap dakwah yang disebutkan dan bentuk metode dakwah

al-Hikmah termasuk dalam tahap Takwin, yaitu tahap pembentukan yang dimulai

dari lingkungan terdekat kemudian masyarakat umum. Tahap Takwin

(Pembentukan) merupakan proses dalam menanam kan keyakinan, sikap dan

nilai-nilai yang akan menjadi perilaku sosial santri. Selain itu, tahap Takwin

(pembentukan) juga merupakan tahap pembentukan masyarakat Islam yang

kegiatan pokoknya mensosialisasikan ajaran-ajaran tauhid, misalnya sosialisasi

akidah, ukhuwah dan ta’awun.

2. Metode Dakwah Al-Mau’idzah Hasanah

Metode dakwah al-Mau’idzah Hasanah diartikan sebagai pengajaran

yang baik, pesan-pesan yang baik yang disampaikan berupa nasihat, pendidikan

dan tuntutan sejak dini Kata mau’idzah adalah perubahan kata dasar wa-‘a-zha

45
yang artinya memberi nasihat, memberi peringatan kepada seseorang dengan

menjelaskan akibat-akibat dari sesuatu. Metode ini merupakan salah satu metode

yang paling sering digunakan Hajji Zainal Arifin dan para asatidz di pondok

pesantren Yanmu NW, seperti yang diungkapkan Ustadz Zaini Anwar “Abah

senantiasa mengajak santrinya untuk berbuat baik kepada semua makhluk, saling

menyayangi dan saling membantu apalagi sesame santri, dakwah seperti itu

sangat sering disampaikan di masjid, kelas, dan di tempat lain area ponpes”36

Metode dakwah al-Mau’idzah merupakan metode dengan cara menasehati

santri dengan menggunakan perkataan yang sifatnya lemah lembut dan penuh

kasih sayang serta selalu sabar dalam menghadapi segala perilaku atau umpan

balik dari para santri dengan tujuan apa yang selalu disampaikan dan diingatkan

dapat memberikan kesadaran dan kepuasan jiwa pada santri.

Berdasarkan penjelasan dari narasumber terkait pembentukan dan

pembinaan akhlak yang dilakukan yaitu, dalam membangun karakter santri, Hajji

Zainal Arifin dan para asatidz memang betul-betul perlu usaha yang sangat keras

yang selalu dibarengi dengan doa dan kesabaran. Membentuk karakter santri

dengan memberikan sebuah nasihat berupa petunjuk-petunjuk menuju arah

kebaikan dengan bahasa yang baik, lemah lembut dan penuh kasih sayang

dilakukan dengan tujuan apa yang disampaikan dapat diterima dan akan berkenan

dihati santri. Terlebih lagi ada beberapa santri yang menunjukkan perilaku-

perilaku yang kurang baik seperti, menunjukkan ketidaksopanan dalam berbicara,

menanggapi apa yang disampaikan oleh guru, dan tidak mengindahkan peraturan

yang berlaku di area ponpes. Oleh sebab itu, ajaran dan nasihat merupakan salah

satu tantangan besar bagi guru dalam mendidik dan membentuk karakter santri

36
Wawancara dengan Ustadz Zaini Anwar, pengasuh santri putra
46
agar santri senantiasa dapat hidup dengan karakter/akhlak yang baik, disiplin,

bertanggung jawab, serta dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan penjelasan narasumber, dalam membina dan

mengembangkan akhlak santri sesungguhnya tidak harus menggunakan cara yang

formal, namun dapat dilakukan secara berkelanjutan atau mengikuti alur

kehidupan sehari-hari selama di pondok. Keberhasilan dalam membentuk

karakter santri akan dipengaruhi oleh teladan dan contoh nyata yang dipraktikkan

dalam kehidupan sehari-hari. “Apalagi seorang guru tahu bahwa membentuk

karakter santri tidak bisa secara instan dan harus dijalani sebagaimana adanya

kehidupan sehari-hari dengan memberikan pemahaman, pendampingan,

memberikan bimbingan yang persuasif, memberikan contoh melalui praktik,

memberikan pengajaran dan nasihat serta dengan ungkapan yang berkesan,

hingga mengontrol santri dengan tidak menekan, sehingga apa yang disampaikan

pada santri akan didengarkan dan diterapkan.”37

Jadi, dari beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

selain dari metode dakwah al-Hikmah yang digunakan Hajji Zainal arifin dalam

membina dan mengembangkan akhlak santri di pondok pesantren Yanmu NW,

beliau juga menggunakan metode dakwah al-Mauidzatil Hasanah dalam

mendidik dan membentuk karakter para santri. Bentuk metode dakwah al-

Mau’idzah Hasanah juga termasuk dalam tahap proses dan tahapan dakwah.

Metode dakwah al-Mau’idzah Hasanah merupakan metode dakwah yang

termasuk dalam tahap takwin dan tahap tanzim. Tahap takwin merupakan tahap

yang dilakukan guru dalam membina dan menata perilaku santri yang dihasilkan

dari tahap takwin. Maka, dapat dikatakan bahwa tahap tanzim merupakan tahap

37
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
47
proses terbentuknya karakter santri dengan menata dan membina sesuai dengan

hasil dari penanaman sikap, keyakinan dan nilai-nilai yang akan menjadi perilaku

sosial santri yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tahap tanzim guru harus

benar-benar berusaha dalam membentuk karakter santri dan menghilangkan

karakter-karakter yang kurang baik pada santri.

3. Metode Dakwah Al-Mujadalah

Al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah

pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar

lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan

bukti yang kuat antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan

menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran, mau mengakui

kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut. Hasil

wawancara bersama Ustadz Zaini Anwar mengatakan “Hajji Zainal Arifin selalu

meberikan santri pehamaman supaya menerima semua konsekuensi hukuman

yang berada di pondok jika melakukan kesalahan dan memberikan hukuman

sebagai bentuk tanggung jawab, serta berani menjelaskan secara komunikatif

mengapa alasan tersebut dibenarkan oleh santri”.38

Metode al-Mujadalah merupakan metode ditempuh demi menggapai

kebenaran yang meyakinkan hati, menyegarkan jiwa, menenangkan perasaan dan

menjadikan kaum muslimin hidup dalam iman yang kuat.39

Dalam memahami kata al-Mujadalah dalam surat an-Nahl 125 adalah

dengan arti berbantah-bantahan, sebab jika diambil arti bermusuh-musuhan,

bertengkar, memintal dan memilin tampaknya tidak memenuhi apa yang

38
Wawancara dengan Ustadz Zaini Anwar, pengasuh santri putra
39
M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 323.
48
dimaksud oleh ayat tersebut secara keseluruhan. Apabila diambil dari kata

mujadalah tesebut, secara lugas untuk memahami dakwah, maka pengertiannya

akan menjadi negatif, akan tetapi setelah dirangkai dengan kata hasanah (baik),

maka artinya menjadi positif. Penjelasan potongan ayat dari surah an-Nahl

mujadalah bil-lati hiya ahsan artinya: “ungkapan dari suatu perdebatan antara

sudut pandang yang bertentangan untuk menyampaikan kepada kebenaran yang

kebenaran bertujuan membawa kepada jalan Allah Swt”.

Dari pemahaman tersebut pengasuh di pondok pesantren Yanmu NW

Praya, menjelaskan bahwa metode ini digunakan untuk mengenal santri lebih

dekat dengan mengajak santri untuk terbuka, mengajarkan santri untuk

berkomunikasi dengan baik dan menambah ilmu pengetahuan santri selama di

pesantren seperti kegiatan muhadaroh dan khitobah yang diadakan di pesantren

Yanmu NW Praya sebagai kegiatan rutinan mingguan. Melalui kesempatan ini

Hajji Zainal Arifin bersama para asatidz memiliki banyak kesempatan untuk

bersama, dan saling terbuka dengan santri-santri dan dapat pula kesempatan

dalam mendidik dan membentuk karakter santri melalui dialog-dialog yang

sifatnya positif dengan tujuan untuk menambah ilmu, menggapai kebenaran,

meyakinkan hati dan menyegarkan jiwa.40

Selama berada di pondok pesantren para santri sangat banyak waktu

berjumpa dan bertatap muka secara sosial di area pondok pesantren dengan para

asatidz. Maka begitu banyak kesempatan untuk Hajji Zainal Arifin Bersama

asatidz untuk membina dan mengembangkan akhlak santrinya yang berada di

pondok pesantren Yanmu NW Praya.

40
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
49
Akhlak (etiket) merupakan perilaku atau sifat yang melekat pada diri

seseorang yang dapat membedakan setiap individu. Akhlak terbentuk dari faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu berupa faktor yang di bawa sejak

lahir dan berasal dari orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara, dan

keluarga. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan

yang ada di luar seperti lingkungan sekolah, teman-teman sepergaulan dan kondisi

sosial. Akhlak juga dapat diartikan sebagai penentuan nasib, bahkan Akhlak baik

yang akan menentukan bangsa. Oleh karena itu, Akhlak yang baik adalah karakter

yang berdasarkan nilai-nilai agama sebagai kunci keberhasilan dan kebahagiaan

hidup manusia. Dengan mengamati kondisi yang terjadi saat ini, dimana

penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama, etika dan moral yang cenderung

menurun sehingga muncul perilaku menyimpang seperti konflik antar agama dan

sosial, perkelahian antar pelajar, antar desa dan antar mahasiswa, perusakan

lingkungan, penyalahgunaan narkoba, minuman keras dan penyimpangan seksual

serta berbagai kejahatan kriminal lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan para pengajar/asatidz di

pondok pesantren Yanmu NW Praya terkait sifat santri yang berbeda-beda. Itu

semua tergantung dari lingkungan yang ada di sekitarnya baik sebelum dan

selama berada di pondok pesantren Yanmu NW. Ada karakter yang menunjukan

sifatnya negatif seperti membangkang/bandel ketika ditegur, sering keluar tanpa

izin dengan pengurus perizinan/mudabbir di pondok pesantren yang mana hal

tersebut merupakan pelanggaran bagi para santri. Ada juga yang sudah memiliki

akhlak yang cukup baik seperti, sering membantu orang tua, mendengarkan dan

menerapkan ajaran-ajaran yang didapatkan dari orang tua. 41

41
Wawancara dengan Ustadz Zaini Anwar, pengasuh santri putra
50
Sebagai pengayom dan pendidik para santri di pondok pesantren Yanmu

NW, Hajji Zainal Arifin dan para asatidz memang perlu mengenali karakter-

karakter santi sejak dini dan di masa sekarang. Karena, walaupun karakter yang

diinginkan sudah ditanamkan pada anak sejak dini dan sudah terlihat akan tetapi,

bisa saja karakter atau akhlak santri tersebut berubah seiring berjalannya waktu,

apalagi jika ada faktor eksternal yang sangat mendukung untuk adanya perubahan

perilaku dan akhlak yang ditanamkan sejak dini. Oleh sebab itu, peran orang tua

juga sangat penting untuk selalu memperhatikan dan mengawasi pergaulan anak-

anaknya di rumah bukan hanya peran asatidz di pondok saja namun peran orang

tua sangat signifikan dalam memberikan didikan, agar santri-santri dapat mudah

menerima dan menerapkannya. Setelah melihat situasi dan kondisi santri, maka

disinilah diterapkannya upaya-upaya dalam membina dan mengembangkan

akhlak santri di pondok pesantren Yanmu NW, sebagai berikut:

1. Menjadi Panutan/Keteladan/Role Model

Bisa dikatakan bahwa masa santri adalah masa menjadi peniru yang baik.

Maksudnya santri-santri mudah belajar dan juga meniru apa yang dilihatnya

secara langsung tanpa mengetahui baik atau buruk bagi dirinya. Sebagaimana

yang diterapkan para asatidz di pondok pesantren Yanmu NW Praya dengan

menunjukkan kualitas karakter yang baik dalam usaha menanamkan nilai-nilai

pada santri agar santri juga yakin dengan apa yang disampaikan oleh asatidznya

betul-betul baik untuk dirinya. Salah satu contoh yang patut santri tiru dari

pendidiknya yaitu selalu mengerjakan shalat 5 waktu berjamaah di musholla yang

ada di kawasan pondok pesantren, membuatkan jadwal untuk mengaji rutinan

setiap malam, dan aktifitas positif lainnya yang dijadwalkan di pondok pesantren

Yanmu NW Praya.

51
Menurut penjelasan Ustadz Zaini Anwar di pondok pesantren Yanmu NW

Praya, bahwa memberikan contoh atau ketaladanan yang baik pada santri adalah

salah satu hal yang sangat penting dilakukan dalam membentuk akhlak santri.

Ketika pendidik bersikap baik, seperti halnya jujur, dapat dipercaya, adil, penuh

kasih sayang, dapat menghormati, peduli pada sesama dan sebagainya, maka

santri akan melihat dan memperhatikan hal-hal tersebut kemudian ditiru. Santri

pun akan berpikir bahwa perilaku tersebut dapat membawa kebahagian dan

kedamaian bagi keluarga sehingga mencoba menanamkannya dalam diri mereka

sendiri.42

Hal tersebut juga dijelaskan dalam buku pengantar psikologi oleh Adnan

Achiruddin yang menjelaskan bahwa pembentukan perilaku dengan menggunakan

model pembentukan perilaku masih dapat ditempuh melalui model atau

memberikan contoh pada anak.

2. Menunjukan Empati

Nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan pada anak sejak dini antara lain

meliputi nilai amanah, dapat dipercaya, rasa hormat, sikap bertanggung jawab,

adil, jujur peduli atau empati, keberanian, kerajinan, berintegritas, dan

kewarganegaraan. Maka, sangat penting untuk menanamkan karakter tersebut

sejak dini dengan menunjukkan pula empati pada anak agar tertanam dengan baik.

Empati adalah kemampuan seseorang dalam mengerti, merasakan, mengenal

perasaan orang lain yang seolah-olah terjadi pada dirinya melalui sikap menolong,

42
Wawancara dengan Ustadz Zaini Anwar
52
dan tidak egois terhadap kesusahan orang lain. Empati akan memunculkan

kekhawatiran yang mengusik hati pada kesusahan orang lain.43

Menunjukkan empati pada santri dapat memungkinkan para guru untuk

mengajarkan semua nilai akhlak yang dimilikinya pada santri. maka disinilah

pentingnya pendidik selalu memperhatikan situasi dan kondisi santri, entah itu

kebutuhan santri secatra fisiologis maupun psikologis. 44

Berdasarkan penjelasan pendidik di pondok pesantren Yanmu NW Praya

bahwa dalam membina dan mengembangkan akhlak santri para pendidik

menunjukkan rasa empati dan peduli pada santrinya, agar santri dapat memiliki

motivasi untuk mempelajari nilai dan karakter yang diajarkan serta dapat pula

memahami kondisi orang lain dan dapat berbagi pada sesama. Empati ini

ditunjukkan pendidik dengan selalu memperingati dan menasehati santri untuk

tetap mematuhi peraturan pondok pesantren dan menjaga akhlak sesuai dengan

apa yang telah diajarkan dan disampaikan oleh pendidik di pondok pesantren,

serta selalu mengawasi santri dengan tujuan agar santri tidak akan mengalami

stress selama di pondok pesantren, memberikan pemahaman mengenai cara hidup

berakhlak dengan melalui praktik. Empati itu sendiri merupakan salah satu sifat

baik yang bisa menjamin bahwa santri akan menjadi pribadi yang disukai orang

disekelilingnya.

3. Membangun Konsistensi Antara Ucapan dan Tindakan

Untuk membentuk karakter santri yang diperlukan adalah perkataan dan

sikap yang konsisten dilakukan pendidik. Janganlah para pendidik menerapkan

43
Fitri Wulandari dkk, “Meningkatkan Kemampuan Berempati Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Cooperative Learning”, (Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS, Vol. 12, No. 2, 2017), h. 163-
164.
44
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
53
pola asuh yang berbeda pendidik satu dengan yang lainnya sehingga membuat

santri kebingunan. Buatlah kesepakatan untuk para pendidik bagaimana pola asuh

yang tepat sesuai dengan usia santri, sehingga santri akan menerima didikan

akhlak sesuai dengan usianya.

Konsisten maksudnya disini adalah apa yang dikatakan pada santri juga

harus dilakukan. Misalnya para pendidik di pondok pesantren Yanmu NW

mengajarkan untuk tidak berbohong, maka sebagai pendidik harus juga

memperlihatkan perilaku yang dapat memberikan contoh dengan menunjukkan

pada santri untuk tidak berbohong dalam berkomunikasi dan berperilaku. Jika

sebaliknya dilakukan, maka pendidikan akhlak yang pendidik lakukan akan

gagal.45

4. Menggunakan Momen Ungkapan yang Berkesan

Dalam membina akhlak santri, suatu momen yang baik juga diperlukan.

Misalnya ketika santri melanggar aturan yang ada di pondok pesantren, maka

pendidik dapat menerapkan konsekuensi yang adil. santri pun akan belajar

bertanggung jawab dan disiplin sehingga momen ini dapat menjadi cara untuk

membuat akhlak baiknya terbentuk.

Sebagaimana penjelasan Ustadz Lukman, pendidik di pondok pesantren

Yanmu NW Praya dalam membentuk akhlak santri pendidik sering menegur dan

menasehati santrinya serta memberikan ta'dzhir/hukuman yang bertanggung

jawab pada saat santri melakukan kesalahan atau melakukan perilaku tidak sopan

kepada santri lainnya maupun pendidiknya. Selain menggunakan momen yang

baik pendidik juga menggunakan ungkapan yang dapat berkesan pada santri yang

45
Wawancara dengan Ustadz Zaini Anwar, pengasuh santri putra
54
dapat membangun akhlak santri dengan kalimat yang indah dan santun. Pendidik

juga memikirkan pula nilai-nilai apa yang ingin mereka terapkan pada santri, dan

jangan sampai memberikan konsekuensi yang terlalu berat pada santri. 46

5. Menerapkan Pembiasaan Kepada Santri

Pendidik memiliki tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan

akhlak santri, hasilnya dapat dilihat ketika santri berinteraksi di lingkungan

pondok pesantren atau lingkungan masyarakat sekitar. Pendidik terlebih dahulu

memberikan contoh pada santri saat berinteraksi dan berperilaku di lingkungan

masyarakat, secara tidak langsung santri akan menirukan apa yang dilakukan

pendidiknya. Setelah santri melakukan peniruan terhadap apa yang dilakukan oleh

para pendidiknya, maka selanjutnya hal yang dilakukan adalah menerapkan

pembiasaan.

Pembiasaan artinya proses membuat sesuatu menjadi biasa sehingga

menjadi kebiasaan. Untuk membina akhlak santri penggunaan pembiasaan adalah

salah satu cara yang efektif. Dengan kebiasaan dapat mengubah kebiasaan buruk

menjadi kebiasaan yang baik, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama agar

santri dapat berperilaku sesuai dengan pembiasaan yang dilakukan.

Sebagaimana yang disampaikan Ustadz Lukman, pendidik di pondok

pesantren Yanmu NW Praya bahwa mengajarkan dan memperlihatkan serta

membiasakan kepada santri kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari,

seperti dalam berbicara tidak menggunakan kata kasar, membiasakan meminta

maaf ketika berbuat salah. Adanya pembiasaan diri untuk berperilaku seperti yang

diharapkan, akhirnya akan terbentuk perilaku tersebut. Contoh, santri dibiasakan

46
Wawancara dengan Ustadz Lukman
55
bangun pagi unruk berjamaah sholat subuh dan menjaga solat 5 waktu,

mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, dan membiasakan

diri tidak terlambat sekolah.47

Dari ungkapan tesebut dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

pembiasaan berupa perbuatan, perkataan dan sikap yang selalu di ulang-ulang

maka dapat membentuk akhlak yang baik pula. Karena, kebiasaan dan tingkah

laku santri itu diperoleh dari apa yang sering dilihat dan di dengar dari

lingkungannya di pondok pesantren, salah satunya adalah pendidik, teman-teman,

dan orang-orang disekitar pondok pesantren.

6. Bersikap Tegas

Tegas adalah karakter yang mampu mempertahankan prinsip. Tegas

adalah tidak goyah ketika orang lain menyudutkan. Tegas bertujuan untuk

melindungi prinsip santri-santri sendiri dari lingkungan buruk. Karakter yang

tegas adalah salah satu rangkaian pada pembentukan karakter positif bagi tumbuh

kembang santri kelak di masa depan ketika berbaur di masyarakat sosial.

Berdasarkan penjelasan pendidik di pondok pesantren Yanmu NW Praya

bahwa dalam membina akhlak santri pendidik tidak selamanya selalu membiarkan

santrinya melakukan apa yang dia inginkan, tetapi ada saatnya pendidik akan

bersikap tegas, dan selalu mengontrol tetapi tidak menekan. Mengapa santri

harus dikontrol di masa pendidikan di pondok pesantren? Karena, santri yang

tidak terkontrol atau santri yang terlalu diberi kebebasan dalam kehidupan sehari-

harinya di pondok dapat menimbulkan hal-hal buruk dalam dirinya, misalnya

santri tidak punya aturan berperilaku, bisa terjerumus dalam pertemanan yang

tidak sehat, dan berisiko melakukan perbuatan yang menggagu masyarakat, serta

47
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
56
santri tidak dapat mengenal kata kedisiplinan dalam hidupnya. Tegas itu

menunjukkan pendirian dengan alasan yang logis. pendidik harus tegas dalam

mendidik dan menegur anak, tetapi dengan tutur kata yang mengandung kasih

sayang.48

Tegas dilakukan santri dengan tujuan untuk melindungi santri-santri dari

lingkungan yang buruk, seperti pelecehan seksual dan penculikan anak remaja,

hanya karena mereka tidak tegas untuk menolak ajakan tersebut. Santri-santri

sebenarnya tidak diajarkan untuk menolak, tetapi santri-santri diajarkan untuk

melindungi diri sendiri, tegas tidak goyah ketika orang lain sedang

menyudutkannya dengan suatu masalah yang membuatnya tersudut. Ketika ia

benar maka ia akan bertahan dengan kebenarannya itu.

Ada bebarapa cara yang dapat dilakukan pendidik dalam mengajarkan

karakter tegas pada santri, yaitu terapkan aturan, mengajarkan kebiasaan baik,

mengajarkan pada santri untuk mengatakan tidak pada situasi tertentu, membekali

santri dengan kemampuan komunikasi yang baik, dan bela diri serta selalu berada

di samping santri dan selalu mendukung apa yang santri-santri lakukan.

7. Bimbingan Persuasif

Persuasif adalah komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan

meyakinkan orang lain. Melalui persuasif setiap individu mencoba berusaha

mempengaruhi kepercayaan dan harapan orang lain. Hal itu sesuai dengan

ungkapan Roekomy, bahwa persuasif ini dilakukan orang tua dengan tujuan untuk

mengubah sikap individu (anak) dengan menggunakan ide, pikiran, pendapat dan

bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif.

48
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
57
Dari ungkapan beberapa pendidik, bahwa dalam membentuk akhlak santri

pendidik perlu membimbing santri dengan memberikan bimbingan yang

persuasif. Bimbingan persuasif ini merupakan bimbingan yang dilakukan oleh

pendidik yang beperan sebagai konselor dan santri berperan sebagai konseli yang

dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk

membantu dan memberi pertolongan pada santri dalam hal memahami dirinya,

dapat mengembangkan potensi santri dan dapat pula memecahkan permasalahan

yang sedang dialami santri.

Dengan adanya pendekatan komunikasi persuasif, ada beberapa hal yang

dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan kreativitas santri seperti mampu

membangun minat belajar pada santri baik di sekolah maupun di rumah dan

membuatnya selalu senang dalam belajar.49 Untuk mencapai hal tersebut pendidik

harus menjadi pembimbing dan pengarah yang baik pada santri dan tentu saja

terlebih dahulu pendidik harus memahami santri. Kekuatan dari komunikasi

persuasif sangatlah penting dalam belajar entah itu di area pondok pesantren

maupun di rumah, karena keberhasilan komunikasi ini ditentukan oleh tindakan

atau sikap pendidik dan orang tua yang tumbuh akibat dorongan dari dalam.

Dalam konteks pendidikan, komunikasi secara persuasif yang dapat membentuk

motivasi belajar. Seorang santri dapat melakukan sesuatu dengan baik jika

berpikir bahwa dia mampu melakukannya.50

8. Bersikap Sabar

Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan

dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan

49
Wawancara dengan Ustadz Zaini Anwar, penhasuh santri putra
50
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
58
mengenadalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai-

nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memiliki. Dalam

lingkungan keluarga semua santri mengalami masa dimana sangat patuh dan lekat

dengan pendidiknya. Tetapi, seiring perkembangannya ada pula masa dimana

santri akan membangkang, melawan peraturan yang berlaku di pondok pesantren

dan agak sulit untuk diatur.

Sebagaimana ungkapan Ustadz Lukman dan Ustadz Zaini Anwar di

pondok pesantren Yanmu NW Praya, menjelaskan bahwa kesabaran memang

dibutuhkan dalam mendidik dan membentuk karakter santri. Karena jika santri

telalu dipaksakan maka santri akan menunjukan perilaku yang tidak baik. Selain

itu pendidik perlu mengenal semua santrinya sebelum mendidik dan membentuk

karakter santri karena tidak semua santri memiliki tipe yang sama, sebagaimana

dijelaskan oleh informan bahwa ia memiliki seorang santri yang tipe lambat

loading, susah menangkap apa yang disampaikan tetapi jika dilihat santri itu

normal dan pendidik tidak menganggap itu sebagai kendala, tetapi hanya perlu

kesabaran dalam menghadapi santri.51

Hal tersebut sesuai dengan pengertian sabar bahwa sabar adalah

kemampuan individu untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan, dan

mengatasi berbagai kebutuhan dan permasalahan atau kesulitan yang dihadapi

secara komprehensif dan integratif.52

51
Wawancara dengan Ustadz Lukman, pengasuh santri putra
52
Lisa W dkk, “StudI Deskriptif tentang Kesabaran Ibu Bekerja dalam Mengasuh Anak
Hiperaktif di SDN Putraco-Indah”, (Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 2, No.2, 2015), h. 179.
59
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Dakwa Hajji Zainal

Arifin Dalam Membina dan Mengembangkan Akhlak Santri Di

Pondok Pesantren Yanmu NW

1. Faktor Pendukung

a) Tenaga Pengajar yang memadai

Tenaga pengajar memberikan andil yang sangat besar untuk mendidik

santri kearah yang lebih baik lagi. Di pondok Pesantren Yanmu NW Praya

sebagian besar merupakan alumni dari pondok tersebut, sebagian dari mereka ada

yang telah selesai belajar di luar daerah, kemudian kembali lagi ke pesantren

tersebut dan mengajar disana sehingga banyak santri yang termotivasi akan hal

itu. Dengan adanya guru lulusan santri termotivasi, karena sekolah luar itu lebih

menantang.53

b) Perpustakaan

Perpustakaan pondok Pesantren Yanmu NW Praya terdapat banyak buku

yang berkaitan dengan dakwah dan akhlak serta menyediakan berbagai kitab.

“Perpustakaan Yanmu NW kitab-kitab nya lengkap tersusun rapi dilemari dan

buku lainnya, kalau buku akhlak itu memang tidak usah ditanyakan lagi memang

banyak sekali”, kata Rudi Arifin.54

c) Sarana dan Prasarana

Di pondok Pesantren Yanmu NW sarana dan prasaran terbilang lengkap yaitu

balai pengajian, mesjid, mushalla, lapangan untuk bermain bola putra dan putri,

mini, lokal, beberapa laboratorium, kantin putra dan putrid dll. Banyak santri

53
Wawancara dengan Ustad Zaini Anwar, pengasuh Santri putra,
54
Wawancara dengan Rudi Arifin, santri kelas 3 SMA,
60
lebih suka di pondok daripada dirumah kalau disini mau main bisa dari segi

olahraga, ekstrakulikulernya ada, drumband, pramuka, silat, karate nya ada. Setiap

hari jumat akan di datangkan Ustad dan Ustazah dari luar untuk memberikan

kajian keagamaan.55

d) Nonton Bersama

Setiap malam minggu di pondok Pesantren Modern Yanmu NW

menggelar nonton bersama, tetapi tidak pada satu tempat, putra dan putrid nonton

secara terpisah di tempat yang berbeda. Disana mereka menyaksikan film yang

mengandung pesan moral tentang akhlak mulia seperti berbakti kepada orang tua,

hormat kepada sesama, mendengar ceramah dan lain sebagainya.56

2. Faktor Penghambat

a) Terbatasnya informasi yang diterima oleh santri.

Karena mereka tinggal di asrama maka informasi yang mereka terima

adalah informasi yang diusahakan oleh pesantren artinya apabila ada kegiatan

dakwah di luar pesantren itu kan mereka tidak bisa ikuti. Kemudian dari segi
57
media televisi, surat kabar dan sejenisnya tidak bebas dan jarang ter up date.

Berbeda apa yang dirasakan santri, mereka tidak merasa kekurangan informasi.

Toni berkata, “Oh enggak ! kita berbeda perspektif ya, ana kalau masalah

informasi itu Yanmu telah menyediakan, di perpus kita tinggal baca apalagi kalau

mau cari informasi ada usatd-ustazah tinggal tanya beliau kan pegang hape, dan

kalau mau tau lagi bisa browsing di internet menurut ana infomasi di Yanmu

lengkap. Kalau ada ustazah yang kudet? Pasrah? Gak pasrah lah kita harus cari

55
Wawancara dengan Rudi Arifin, santri kelas 3 SMA
56
Wawancara dengan Toni Iskandar, santri kelas 3 SMA
57
Wawancara dengan Ustadz Lukman, Pengasuh santri putra
61
tau, tapi gak mungkin seluruh ustadz ustazah kudet kan ada juga ustadz ustazah

yang update dikit..”58

b) Terlambat bayar SPP

Terlambatnya pembayaran SPP disebabkan oleh faktor ekonomi wali

santri, ada sebagian wali santri yang acuh tak acuh dan bayar tiga bulan sekali,

padahal dengan menunggaknya pembayaran spp juga menghambat keuangan

pesantren, dan itu juga menghambat pelayanan kepada santri.59

c) Krisis air sewaktu-waktu

Untuk sementara kamar mandi di Pondok pesantren Yanmu NW Praya

mencukupi tetapi karena santri terlalu banyak dan mengantri kadang terjadi krisis

air mandi yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, maka para santri terpaksa

cari tempat untuk mandi yaitu di kamar mandi aula, mesjid dan mushalla.60

BAB V

58
Wawancara dengan Toni Iskandar, santri kelas 3 SMA
59
Wawancara dengan Ustadz Lukman, Pengasuh santri Putra
60
Wawancara dengan Ustadz Lukman, Pengasuh santri putra
62
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dirumuskaan dari tinjauan teori dan hasil

penelitian yang dilakukan mengenai bentuk metode dakwah Hajji Zainal Arifin

Munir Dalam Membina dan Mengembangkan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren

Yanmu NW Kelurahan Praya mendapatkan kesimpulan, sebagai berikut :

1. Metode dakwah yang diterapkan Hajji Zainal Arifin Munir

Bentuk-bentuk metode dakwah yang diterapkan Hajji Zainal Arifin dan

asatidz pada santri di pondok pesantren Yanmu NW Kelurahan Praya dalam

membina dan mengembangkan akhlak santri, adalah berdasar pada Q.S An-Nahl

ayat 125, yang di dalamnya mencakup metode dakwah al-Hikmah, al-Mau’idzah

dan al-Mujadalah. melalui metode dakwah, ternyata memiliki upaya yang

berbeda-beda. Tergantung dari karakter masing-masing santri yang di hadapi.

Beberapa upaya yang dilakukan Hajji Zainal Arifin Munir dalam membina dan

mengembangkan akhlak santri Yanmu NW Praya melalui metode dakwah yang

memperhatikan situasi dan kondisi santri baik dari segi fisiologis dan

psikologisnya (teologis, kultural dan strukturalnya), menjadi panutan/teladan/Role

Model, menunjukkan rasa empati pada santri, menggunakan momen yang baik

dan ungkapan yang berkesan untuk membina dan mengembangkan akhlak santri,

konsisten antara ucapan dan perbuatan, menerapkan pembiasaan pada santri,

bersikap tegas pada kondisi tetentu, memberikan bimbingan yang persuasif, serta

sabar dalam membina dan mengembangkan akhlak santri.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat

63
Beberapa faktor yang mendukung jalannya sistem dakwah di Pondok

Pesantren Yanmu NW Praya, adanya tenaga pengajar yang memadai, terdapat

perpustakaan yang memadai, tersedianya sarana dan prasarana yang dapat

menunjang kehidupan santri disana. Adapun yang menjadi faktor penghambat

dalam pelaksanaan sistem dakwah di pesantren tersebut yaitu terbatasnya

informasi yang diterima oleh santri, semua informasi yang diterima oleh santri

adalah informasi yang di dapat dari pihak ustad dan ustazahnya saja, apabila ustad

dan ustazah nya tidak update sehingga tidak dapat memberikan informasi maka

santri di pesantren tersebut tidak mengetahui sesuatu yang beredar di luar

pesantren. Yang kedua terlambatnya batas pembayaran spp, yang ketiga krisis air

bersis yang terkadang melanda pesantren tersebut.

64
B. SARAN

Peneliti memberikan saran, agar rencana yang telah ditetapkan dengan

matang, dapat terwujud dengan hasil yang maksimal, sebagai berikut:

- Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dibuat oleh penulis, maka

penulis dapat memberikan saran kepada Hajji Zainal Arifin dan

asatidz bahwa dalam membina dan mengembangkan akhlak santri di

pondok pesantren Yanmu NW Praya, masih perlu menambahkan

metode-metode selain dari metode dakwah al-Hikmah, al-Mauidzatil

Hasanah dan alMujadalah, misalnya membentuk akhlak santri

dengan mengambil hikmah dari sebuah cerita.

- Dalam membina dan mengembangkan akhlak santri Yanmu NW

Praya, Hajji Zainal Arifin dan asatidz pendidik lainnya juga perlu

menambah wawasan terkait dari segi psikologi, akidah dan

intelektual anak, remaja dalam hal ini santri.

- Membina dan mengembangkan akhlak sasntri di pondok pesantren

Yanmu NW Praya masih perlu ditingkatkan, misalnya dalam

membina akhlak santri juga bisa menerapkan pendekatan-pendekatan

yang dilakukan seorang motivator dalam memberikan motivasi,

seperti pendekatan psikologis personal, pendekatan diskusi dan

pendekatan penawaran (negosiasi).

- Sarana dan prasarana modern juga perlu ditingkatkan dari segi

teknologi dan media, agar semua informasi dunia luar dapat

ditangkap dan difahami oleh santri.

65
DAFTAR PUSTAKA

Ali Aziz, Moh., “Ilmu Dakwah” Ed. Rev. Cet.2; Jakarta : Kencana 2009.

al-Karim Zaidan,„Abd, “Ushul al-Da‟wah”, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1976.

Amin Abdullah, M., Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1999.

Asrofie, Yusron, M, “Kyai Haji Ahmad Dahlan: Pemikiran dan

Kepemimpinannya”, Yogyakarta 2005.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos, Jakarta, 1997.

Helmy, Masdar, “ Dakwah Dalam Alam Pembangunan”, Semarang : Toha Putra,

1973. Nasaruddin Rozak, “ Metodologi Dakwah”, Semarang : Toha Putra, 1976.

Kafie, Jamaludin, Psikologi Dakwah Surabaya: Indah, 1993.

Masykur Amin, A., “ Metode Dakwah Islam dan Beberapa Keputusan Pemerintah

Tentang Aktivitas Keagamaan”, Yogyakarta: Sumbangsih 1980.

Muchtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah Islam, cet III, Yogyakarta:

AlAmin Press, 1978.

Muhlisin, Upaya Pengembangan Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak

Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi Fakultas dakwah UIN Sunan kalijaga, 2001

Nasaruddi Latif, HSM., “ Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah”, Jakarta: Firma

Dara, 1971.

Nasution, Harun, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya (Jakarta: UI-Press, 1986),

jilid II.

66
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D

Bandung: CV Alfabeta, 2010.

Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: Raja Walipress, 1997.

Syafiq, Hasyim, Mutiara dari Timur: Biografi Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid,

dalam taransformasi otoritas Keagamaan:Pengalaman Islam Indonesia,

penyunting jajat Burhanuddin, Gramedia: Jakarta 2003

Syukri, Asmuni, Strategi Komunikasi Sebuah pengantar, Bandung :Armiko, 1984

Uchjana Effendy, Onong, Ilmu komunikasi teori dan Praktek, Bandung: Remaja

Rosda Karya 1984.

Yusron Asrofie, M.:K.H. Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya,

Yogyakarta: Yogyakarta Offset : 1983.

67

Anda mungkin juga menyukai