Anda di halaman 1dari 59

METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

PADA DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL RSBM


ACEH

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu Pendidikan Agama Islam

Diajukan Oleh :
FIRMAN HIDAYAT
180331009

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-WASLIYAH
BANDA ACEH
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan ini saya menyusun Skripsi

NAMA : Firman Hidayat

NIM : 180331009

JUDUL : METODE PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN PADA


DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL RSBM
ACEH

Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Novi Heryanti. S.H.I. MA Nisa Khairuni. S.Pd.I. M.Ag

Mengetahui
Ketua STAI-Al Washliyah Banda Aceh Ketua Program Studi, Pendidikan
Agama Islam

Novi Heryanti. S.H.I., MA Mujiburahman, S.Pd.I., MA


NIDN. 2127028601 NIDN. 2101058903

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi/Tugas Akhir dengan judul:

Metode Pembelajaran AL-Qur’an


Pada disabilitas Tunanetra di Panti Sosial RSBM Aceh

Disusun oleh:
Nama : Firman Hidayat
NIM : 180331009
Porgram Studi : S-1Pendidikan Agama Islam

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 14 Maret 2023

SUSUNAN DEWAN PENGUJI Tanda Tangan

1. Novi Haryanti. S.H.I., MA ……………………..


( Ketua Penguji)

2. Dr.Nisa Khairuni. S.Pd.I, M.Ag ……………………..


(Pembimbing II)

3. Munawar. S.Pd.I., MA ……………………..


(Dosen Penguji I)

4. Mujiburrahman, S.Pd.I., MA ……………………..


(Dosen Penguji II)

Mengetahui,
Ketua STAI Al-Washliyah Banda Aceh

Novi Heryati, S.H.I., MA


NIDN. 2107078905

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Firman Hidayat

Nim : 180331009

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : METODE PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN PADA


DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL RSBM
ACEH

Dengan ini menyatakan sesunggunya bahwa di dalam skripsi adalah hasil

karya saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari

skripsi, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari orang lain tanpa saya sebutkan

sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan. Sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah karya asli saya

sendiri. Apabila ternyata dalam skripsi saya terdapat bagian-bagian yang

memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan kesediaan untuk dibatalkan

sebahagian atau seluruh hak gelar kesarjanaan saya.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk

dapat dipergunakan seperlunya

Banda Aceh, November 2023

Materai
10000

Firman Hidayat
NIM. 180331009

iv
ABSTRAK

Judul :Metode Pembelajaran Al Qur‟an Pada Disabilita Tunanetra


Di Panti Sosial RSBM Aceh
Penulis : Firman Hidayat
Nim : 180331009

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan,


dan dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu buta total (totally blind)
dan kemampuan melihat amat rendah (low vision). Tujuan penelitian untuk
mengetahui bagaimana pengaruh metode Iqra‟ terhadap peningkatan kemampuan
para membaca Al-Qur‟an Braille peserta didik dengan hambatan penglihatan di
RSBM ladong Aceh besar dan untuk mengetahui Kemampuan para membaca Al-
Qur‟an Braille peserta didiksebelum diberikan penggunaan metode Iqra‟dan
Kemampuan pra membaca Al-Qur‟an Braille peserta didik setelah diberikan
penggunaan metode Iqra‟. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis
penelitian studi kasus yang mengambil studi penelitian di Panti Sosial RSMB
Aceh. Data yang dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi dan
dokumentasi. Data di analisis melalui penelitian kualitatif. Hasil Penelitian
menunjukan bahwa Metode yang digunakan dalam mengajari Al-Quran Brielle
siswa-siswa tunanetra di RSBM diberikan oleh instruktur dalam tiga bentuk
metode yang berbeda. Adapun metode tersebut terdiri dari metode meraba, iqra
dan imlak. diantara beberapa metode yang diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran Al-Quran Brielle maka metode yang paling disenangi oleh siswa
ketika mengikuti pembelajaran Al-Quran Brielle adalah metode iqra. Beberapa
hambatan/kendala yang dialami dalam proses belajar mengajar Al-Quran Brielle
antara lain waktu, terbatasnya waktu pembelajaran yang disediakan sementara
pembelajaran Al-Quran Brielle membutuhkan waktu yang banyak. Hambatan
selanjutnya adalah kurangnya keterampilan siswa, dimana banyak siswa yang
masih salah dalam menjalankan instruksi pengoperasian Al-Quran Brielle
sehingga banyak yang rusak dan mengalami salah bacaan. Hambatan lainnya
terletak pada kurang kondusifnya suasana belajar, dimana masih banyak siswa
yang membuat keributan sehingga proses pengarahan yang diberikan oleh
instruktur pada saat pembelajaran tidak sempurna diserap oleh siswa dan
menyebabkan kurang optimalnya hasil yang didapatkan oleh.

Kata Kunci: Anak Tunanetra, AL-Qur‟an Braille, UPTD RSBM Aceh.

v
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن نيرهيم‬

Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
kuasa-Nya yang telah memberikan nikmat sehat kepada penulis sehingga Skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriring salam penulis sanjung
sajikan kepada baginda Nabi Rasulullah SAW yang telah membawa umat
manusia ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan Skripsi yang berjudul “Metode Pembelajaran AL-Qur’an Pada
disabilitas Tunanetra di Panti Sosial RSBM Aceh” ini dimaksudkan untuk
diajukan memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
Ucapan terima kasih yang tiada tara penulis kepada semua pihak sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi ini:
1. Ibu tercinta Nur Elia dengan penuh ikhlas senantiasa mendoakan,
berjuang keras mendidik, mengasuh dengan penuh cinta dan kasih
sayang yang tulus diberikan pada penulis.
2. Bapak Kafarudin yang penuh kasih sayang, berjuang, bekerja keras
dan mendorong semangat serta mendoakan penulis untuk lebih baik
kedepannya pada penulis.
3. Ibu Novi Heryanti. S.H.I., MA selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan pengarahan, ilmu pengetahuan, motivasi dan bimbingan
selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Nisa Khairuni. S.Pd.I., M.Ag selaku desen pembimbing 2 yang
penulis hormati dan banggakan, yang telah memberikan arahan dan
masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Munawar. S.Pd.I., MA selaku desen penguji 1 yang penulis
hormati dan banggakan, yang telah memberikan arahan dan masukan
untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Mujiburrahman. S.Pd.I., MA selaku penguji 2 yang penulis
hormati dan banggakan, yang telah memberikan arahan dan masukan
untuk kesempurnaan skripsi ini.

vi
7. Bapak Dr Nurhalis Mucthar. Lc., MA selaku dosen Penasehat
Akademik yang selalu memberikan arahan serta motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2018 serta adik-adik prodi PAI STAI Al-
Washliyah Banda Aceh.
Dan akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-
persatu. Semoga amal kebaikan dan keikhlasan ini mendapat balasan dari Allah
SWT. Dengan kebaikan yang berlipat ganda dan muda-mudahan Skripsi
bermanfaat Aamiin Ya Rabbal „Alamin.

Banda Aceh, Oktober 2022


Penulis

Firman Hidayat

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSRACT
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6


A. Deskripsi Teori .................................................................................... 6
B. Pembelajaran al-Qur‟an Bagi Anak Tunanetra .................................... 8
C. Metode Pembelajaran Al-Qur‟an bagi Tunanetra ................................ 11

BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................................ 11


A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 11
B. Lokasi Penelitian ................................................................................... 12
C. Subjek Penelitian................................................................................... 12
D. Sumber Data ......................................................................................... 12
E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 14
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 14
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 15

BAB IV HASIL PEMBAHASAN .................................................................... 17


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 17
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 27
C. Pembahasan ......................................................................................... 38

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 40


A. Kesimpulan ......................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................42

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Organisasi UPTD RSBM Sosial Aceh .................................... 19

ix
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya seorang Muslim untuk mendapatkan petunjuk Al-Qur‟an,

yakni dengan membacanya dan memahami isinya serta mengamalkannya,

meskipun membacanya saja sudah dianggap sebagai ibadah. Berbagai amalan

yang berkaitan dengan Al-Qur‟an menjadi pengalaman berharga dalam bergaul

dengan Al-Qur‟an mulai dari membaca, menghafal Al-Qur‟an, menjadikan Al-

Qur‟an sebagai obat, berdoa memohon berbagai hal dengan Al-Qur‟an dan lain

sebagainya.

Sebagai seorang muslim sangatlah penting memiliki kemampuan membaca

dan menulis Al-Qur‟an karena dengan berbekal kemampuan tersebut seorang

muslim akan memperoleh ajaran agama Islam yang lebih luas yang dapat

digunakan untuk bekal sendiri terlebih bagi orang lain.Oleh sebagian individu

membaca Al-Qur‟an memiliki banyak pengalaman dan kesan seperti Al-Qur‟an

sebagai pelipur lara, sarana mengadu kepada Allah Swt, sebagai saran rutinan

berkumpul bersama keluarga, dan lain sebagainya.

Diakui bahwa dengan membaca Al-Qur‟an akan mendatangkan kebahagiaan

dan ketenangan hati bahkan meningkatkan percaya diri semakin tinggi sebaliknya

jika semakin mengabaikan maka semakin gundah, pusing, stress dan lain

sebagainya. Sebagaimana sahabat Utsman pernah menyatakan membaca

AlQur‟an seharusnya sebanyak kebahagiaan yang ingin didapat. Tidak semua

manusia di dunia ini sempurna secara fisik dan mampu membaca serta

berinteraksi dengan Al-Qur‟an dengan mata yang sempurna dan normal. Seperti,

1
2

mereka para difabel, disabilitas atau mereka yang memiliki keterbatasan, adapun

yang terbatas penglihatannya disebut dengan tunanetra atau disabilitas netra.

Keberadaan penyandang disabilitas tidak dapat dinafikan dan merupakan

bagian dari kehidupan manusia, sebetulnya mereka adalah sama dengan individu

normal lainnya penyandang cacat, disabilitas, dan difabel adalah beberapa istilah

yang dilabelkan kepada individu yang memiliki kondisi dan kemampuan berbeda

dari individu normal, terutama pada kemampuan fisik. Badan kesehatan dunia

(WHO), Bank dunia dan internasional labour organization (ILO) mencatat

kelompok difabel saat ini jumlahnya 785 juta, di Indonesia sendiri terdapat

11.580.117 penyandang cacat berdasarkan data Pusdatin Kemensos sampai tahun

2010.1

Sebagai sumber ajaran Islam, sudah sewajarnya umat Islam membaca,

memahami, dan mengamalkan Al-Qur‟an. Hal ini berlaku bagi siapa saja, tidak

terkecuali mereka penyandang disabilitas, seperti tunanetra, tunarungu, dan lain

lain. Bahkan, dalam Al-Qur‟an Surah „Abasa/80 terdapat “teguran” Allah kepada

Nabi Muhammad yang sedikit merasa keberatan untuk menerima Abdullah bin

Umi Maktum, salah seorang Sahabat yang menyandang tunanetra, untuk belajar

Al-Qur‟an karena sedang menerima tamu para pembesar Quraisy Mekah.2

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan, dan

dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu buta total (totally blind) dan

kemampuan melihat amat rendah (low vision). Keberadaan penyandang yang

tidak sempurna fisiknya dalam ayat-ayat AlQur‟an relatif sedikit jumlahnya tidak

1
Ardhi Wijaya, Seluk Beluk Tunanetra & Strategi Pembela-jarannya, (Jogjakarta:
Javalitera, 2012),h .75.
2
Haq, Ika Nidaul, Sentot Suparna, and Dyah Ayu Kusumawardani. Menulis Perempuan.
Pandiva Buku, 2021.

2
3

lain disebabkan Islam memandang netral terhadap yang tidak sempurna fisiknya,

dengan artian sepenuhnya menyamakan mereka sebagaimana manusia lainnya.

Islam sendiri lebih menekankan pengembangan karakter dan amal shaleh,

daripada melihat persoalan fisik seseorang. kesempurnaan fisik bukanlah menjadi

hal yang prioritas dalam hal pengabdian diri kepada Allah, melainkan kebersihan

hati dan kekuatan iman kepada-Nya.

Ditengah masyarakat yang belum sadar akan hal ini yakni kepedulian

terhadap kaum disabilitas, Lembaga Ummi Maktum Voice yang merupakan

lembaga sosial keagamaan dengan program utama pemberantasan buta huruf

AlQur‟an Braille hadir bagi seluruh tuna netra muslim di Indonesia yang berdasar

kan Al-Qur‟an, As-Sunah serta Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945.

Mengingat masih banyaknya insan tunanetra yang belum memiliki AlQur‟an.

UPTD RSBM merupakan panti yang berada di Desa Ladong Kecamatan

Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. UPTD RSBM Tersebut memiliki sebuah

metode pembelajaran Al-Qur‟an Braille terhadap disabilitas tunanetra, dan juga

memiliki media pembelajaran termasuk ke dalam kurikulum mata pelajar yang

tidak ada RPP.

Untuk alasan ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

metode pembelajaran Al-Qur‟an pada disabilitas tunanetra di panti sosial RSBM

aceh. Hal tersebut diatas mendasari dilakukan penelitian ini untuk mengetahui

sejauh mana Metode pembeljaran Al-Qur‟an Braille terhadap disabilitas anak

tunanetra di UPTD RSBM Aceh.. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan informasi dalam pengembangan pembelajaran di UPTD

RSBM Aceh Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar.

3
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis

mengangkat permasalahannya yaitu:

1. Bagaimana Pengaruh metode Iqra‟ terhadap peningkatan kemampuan para

membaca Al-Qur‟an Braille peserta didik dengan hambatan penglihatan di

RSBM ladong Aceh besar.

2. Bagaimana Kemampuan para membaca Al-Qur‟an Braille peserta didik

sebelum diberikan penggunaan metode Iqra‟dan Kemampuan pra membaca

Al-Qur‟an Braille peserta didik setelah diberikan penggunaan metode Iqra‟.

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode Iqra‟ terhadap peningkatan

kemampuan para membaca Al-Qur‟an Braille peserta didik dengan hambatan

penglihatan di RSMB ladong Aceh besar.

2. Untuk mengetahui Kemampuan para membaca Al-Qur‟an Braille peserta

didiksebelum diberikan penggunaan metode Iqra‟dan Kemampuan pra

membaca Al-Qur‟an Braille peserta didik setelah diberikan penggunaan

metode Iqra‟.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam proses pembelajaran bagi

peserta didik. Adapun kegunaan teoritis dan kegunaan praktis adalah sebagai

berikut:

1. Memberikan Kegunaan teoretis sumbangan pemikiran dalam pengembangan

Pendidikan Khusus, khususnya menyangkut penggunaan metode Iqra‟

terhadap peningkatan kemampuan pra membaca Al-Qur‟an Braille.

4
5

2. Memberikan Kegunaan praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

acuan dan sumber informasi bagi para pendidik dan orang tua dalam

meningkatkan kemampuan pra membaca Al-Qur‟an peserta didik dengan

hambatan penglihatan dan bisa menjadi acuan atau referensi sebagai bahan

pertimbangan bagi penelitian.

3. Membawa wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk

skripsi, dan sebagian bahan referensi bahan pertimbangan bagi peneliti lain.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran AL-Qur‟an

Pembelajaran AL-Qur‟an terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan Al-

Qur‟an. Pembelajaran berasal dari kata “Belajar” yang mendapat awalan”pe” dan

akhiran “an”. Pembelajaran mempunyai arti proses, cara, perbuatan menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran mempunyai arti sebagai kegiatan

terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar

dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Degeng adalah upaya

untuk membelajarkan siswa, yang secara implisit dalam pengajaran tedapat

kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil

pengajaran yang diinginkan. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran dapat

diartikan sebagai sesuatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, pelengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Corey

sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful segala pembelajaran adalah suatu proses

dimana linkungan turut serta dalam tingkah laku tersentu dalam kondisi-kondisi

khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran

merupakan subset khusus dari pendidikan.3

Dijelaskan pula pada sistem pendidikan yang berlaku di negara kita yang

tertuang pada UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pendidikan yaitu proses

3
Karnadi Hasan, Moh. Masrur, Annisa Romadhon, Pesantren Defabel: Studi Kasus
terhadap Layanan Pendidikan Disabilitas Santri Defabel di SLB Kab. Kendal, (Semarang : Lp2M
UIN Walisongo, 2021):91-93.

6
7

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber pada suatu lingkungan

belajar. Mengenai pengertian AL-Qur‟an, secara etimologi al-qur‟an memiliki

banyak pengertian sesuai asal pembentukan katanya (isytiqaq). Bentuk kata ‫ق راءة‬

yang berarti “bacaan” atau “menghimpun”. Dimaknai menghimpun karena

alQur‟an adalah kitab suci yang menghimpun kandungan kitab-kitab suci

sebelumnya, atau disebabkan Al-Qur‟an memuat hukum, kisah-kisah dan lainnya.

Sedangkan secara terminologi, menurut Dr.Subhi alShalih dalam kitabnya

“Mabahis fi Ulum al-Qur‟an”, bahwa definisi al-Qur‟an yang disepakati oleh

kalangan ahli bahasa, ahli kalam, ahli fiqh, ushul fiqh, adalah sebagai berikut :

AlQur‟an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mu‟jizat, yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan

secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.4

Sementara itu al-Zarqani dalam kitab nya Manahil al Irfan fi Ulum Al-

Qur‟an mendefinisikan Al-Qur‟an dengan : Lafadz yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw mulai dari surah al-Fatihah sampai akhir surah An-Nas.5

Dari berbagai uraian tersebut, dapat disimpulkan pengertian dari

pembelajaran Al-Qur‟an adalah proses interaksi antara guru dan peserta didik,

agar anak didiknya dapat membaca, dan memahami al-Qur‟an serta dapat

mengamalkan hal-hal yang terkandung dalam Al-Qur‟an, dan agar anak

mengetaui bahwa Al-Qur‟an adalah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi

4
Sudrajat, and Muhamad Ali Mustofa Kamal. "Implementasi Quantum Tahfidz Al-Qur‟an
dalam Pengembangan Tahfidz Al-Qur‟an Siswa SMA." Syariati: Jurnal Studi Al-Qur'an dan
Hukum 3.02 (2017): 173-182.
5
Karnadi Hasan, Moh. Masrur, Annisa Romadhon, Pesantren Defabel: Studi Kasus
terhadap Layanan Pendidikan Disabilitas Santri Defabel di SLB Kab. Kendal, (Semarang : Lp2M
UIN Walisongo, 2021):91-93.

7
8

Muhammmad Saw sebagai pedoman hidup manusia. Penelitian ini membahas

proses pembelajaran Al-Qur‟an di Sekolah.

2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur‟an

Setiap orang yang melakukan pembelajaran tentu saja memiliki tujuan yang

ingin dicapai. Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2

Tahun 2008, tujuan pembelajaran Al-Qur‟an adalah :

a.) Meningkatkan kecintaan siswa terhadap Al-Qur‟an.

b.) Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur‟an

sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan.

c.) Meningkatkan kekhusyuan siswa dalam beribadah terlebih shalat, dengan

menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat

pendek yang mereka baca. Dari penjelasan tersebut, untuk mencapainya

dibutuhkan niat yang baik dan tidak menyimpang dari nilainilai sosial dan agama.

Niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu harus ikhlas mengharap ridha Allah

Swt, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan dirinya dan

orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. Karena Islam akan

tetap lestari kalau pemeluknya atau umatnya berilmu.

B. Pembelajaran Al-Qur'an Braille Bagi Anak Tunanetra

Pengertian Tunanetra Tunanetra merupakan anak berkebutuhan khusus

dengan gangguan penglihatan. Tunanetra adalah individu dengan indera

penglihatan yang tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam

kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas.6

6
Sunarya, Purba Bagus, Muchamad Irvan, and Dian Puspa Dewi. "Kajian penanganan
terhadap anak berkebutuhan khusus." Jurnal Abadimas Adi Buana 2.1 (2018): 11-19.

8
9

a. Klasifikasi Tunanetra

Secara umum tunanetra dibagi menjadi dua kelompok, yaitu buta dan low

vision. Beberapa klasifikasi pada anak tunanetra yaitu : a) Low vision berarti

masih memiliki kemampuan untuk melihat namun sangat terbatas dan dapat

mengganggu kepentingan hidup sehari-hari. b) Buta, dikatakan buta jika anak

sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0).

c)Lowenfeld mengklasifikasikan tunanetra berdasarkan pada waktu terjadinya

ketunanetraan seperti berikut :

a) Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yaitu mereka yang sama sekali tidak

memiliki pengalaman melihat.

b) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, yaitu mereka telah memiliki

kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah

terlupakan.

c) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki

kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap

proses perkembangan pribadi7

2. Pengertian Pembelajaran Al-Qur‟an bagi Tunanetra

Dalam proses belajar mengajar penting bagi guru pendamping untuk tidak

memanjakan siswa hanya karena siswa tersebut memiliki gangguan, dalam hal ini

gangguan penglihatan. Mereka sebaiknya diperlakukan sama dengaan siswa

lainnya yang normal. Hal ini bertujuan agar siswa tersebut tidak larut dalam

kekurangannya lalu mengasihani dirinya sendiri, karena kalau terjadi seperti itu

proses belajar mengajar akan semakin sulit dilakukan.

7
Meiyani, Neni. "Penerapan Aliran Filsafat Pragmatisme." (2013): 209-220.

9
10

Pembelajaran untuk anak-anak penyandang tunanetra pada dasarnya

memiliki kesamaan dengan pembelajaran anak-anak pada umumnya. Hanya saja,

ketika dalam pelaksanaanya memerlukan modifikasi agar sesuai dengan anak

yang melakukan pembelajaran tersebut, yang dalam hal ini adalah anak tunanetra

sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima ataupun dapat

ditangkap dengan baik dan mudah oleh anak-anak tunanetra tersebut dengan

menggunakan semua sistem indranya yang masih berfungsi dengan baik sebagai

sumber pemberi informasi.

Pembelajaran Al-Qur‟an diadakan agar peserta didik penyandang tunanetra

dengan keterbatasannya tetap bisa membaca, menulis dan memahami kalam Allah

Swt. Selain itu juga diharapkan bisa lancar dan benar dalam membaca dan

menerima pembelajaran Al-Qur‟an sesuai dengan yang diajarkan dengan

kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki.

Mereka berhak memperoleh pembelajaran Al-Qur‟an karena termasuk hal

yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai, apalagi untuk orang muslim.

Karena bagi umat Islam membaca Al-Qur‟an juga termasuk ibadah dan mendapat

pahala. Maka yang dimaksud dengan pembelajaran Al-Qur‟an untuk tunanetra

yaitu proses interaksi antara guru dan siswa penyandang tunanetra untuk

mendorong anak tunanetra agar mau belajar mengenai Al-Qur‟an yang

didalamnya berupa pengembangan kemampuan membaca, menulis dan

memahami Al-Qur‟an.

C. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Braille bagi Tunanetra

Agar materi pengajaran dapat diterima dengan sebaikbaiknya oleh peserta

didik, pengajar/guru berupaya mengaplikasikan sejumlah metode, pendekatan dan

10
11

caracara khusus dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an Braille. Para Ahli banyak

mengenalkan berbagai macam metode pembelajaran, seperti :

1.) Metode ceramah : Suatu metode yang biasanya digunakan oleh pengajar

untuk menjelaskan konsep tentang kode Braille dalam penulisan Al-Qur‟an

dan penjelasan tentang cara bacanya.

2.) Metode eksperimental : Suatu metode yang biasanya digunakan untuk lebih

menguatkan pemahaman dari materi yang disampaikan. Metode yang

digunakan guru adalah praktik langsung (eksperimental).

3.) Metode keterampilan (drill method) : Suatu metode yang digunakan dengan

cara mengulang-ulang contoh bacaan. Karena belum ada bahan ajarnya, maka

pengajar biasanya mencari contoh sendiri dari Iqra‟ yang diperuntukkan oleh

orang awas dari penggalan ayat alQur‟an.


8
4.) Metode diskusi, Metode demonstrasi, Metode Peer teaching,dll.

8
Karnadi Hasan, Moh. Masrur, Annisa Romadhon, Pesantren Defabel: Studi Kasus
terhadap Layanan Pendidikan Disabilitas Santri Defabel di SLB Kab. Kendal, (Semarang : Lp2M
UIN Walisongo, 2021):91-93.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu “Metode Pembelajaran Al-

Qur‟an pada Disabilitas Tunanetra di Panti Sosial RSBM Aceh”, pendekatan

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Menurut Moleong, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan

data deskripsi berupa kata-kata tertulis, gambar dan bukan angka, yang mana data

diperoleh dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Sukardi mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan metode penelitian

yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa

adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik

objek yang diteliti secara tepat.10 Menurut Sandjaja dan Heriyanto mengatakan

bahwa, penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi

pada masa itu.11

Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang bagaimana metode

pembelajaran Al-Quran yang diberikan untuk siswa tunanetra di RSBM Aceh dan

Apa saja hambatan dalam pembelajaran Al-Quran yang diberikan untuk siswa

9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000).
Hal.3.
10
Sukardi, Metodologi penelitian kompetensi dan prakteknya. (Jakarta: Bumi AKSARA,
2003). Hal, 162.
11
Albertus Sandjaja dan Heriyanto, Metode Penelitian, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2006).
Hal. 10.

11
12

tunanetra di RSBM Aceh. Jadi jenis penelitian deskriptif merupakan jenis

penelitian yang cocok untuk diterapkan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya

merupakan suatu lembaga sosial yang beralamat di Jalan Banda Aceh-Krueng

Raya Km. 23,5 Desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar.

UPTD RSBM merupakan salah satu panti sosial yang membina anak tunanetra

dari berbagai kabupaten/kota di Aceh yang sedang dididik, dibina dan diajarkan

langkah-langkah beradaptasi, serta bekal ketrampilan hidup mandiri saat mereka

nantinya dikembalikan lagi ke tengah-tengah masyarakat.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesorang yang dapat mengerti, memahami dan

memiliki keterkaitan dengan objek tertentu yang hendak diteliti serta mampu

menjabarkan tentang hal-hal yang akan diangkat dalam penelitian.12 Teknik

pemilihan subjek dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik

pengambilan subjek melalui pertimbangan tertentu.13

Dalam penelitian kualitatif, penentuan subjek haruslah memiliki

kualifikasi yakni harus mengetahui, memahami dan mengalami sehingga data

yang diperoleh akan lebih valid. Sebagaimana diketahui dalam penelitian

kualitatif, peneliti akan memasuki situasi sosial tertentu, melakukan pengamatan

12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: ALFABETA, 2013). Hal. 217
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan Kuantitatif, …, Hal. 300

12
13

dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial

dalam objek penelitian penulis.14 Subjek penelitian yang dipilih adalah orang

berhubungan langsung dengan Panti Sosial Rumoh Sejahtera Beujroh Meukarya

(RSBM) Aceh. Subjek yang dipilih pada penelitian ini dapat dipaparkan pada

tabel berikut:

Tabel 3.1 Deskripsi Subjek Penelitian


No Profesi Jumlah
1 Kepala (ketua umum) RSBM Aceh 1 Orang
2 Instruktur RSBM Aceh 3 Orang
4 Siswa tunanetra bimbingan RSBM Aceh 6 Orang
Total 10 orang

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari sumbernya,

diamati kemudian dicatat untuk pertama kalinya. Data primer adalah data atau

informasi yang didapatkan dari sumber pertama baik individu maupun kelompok

seperti hasil wawancara, observasi, kepalah sekolah dan tunanetra bimbingan

RSBM Aceh.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari sumber yang kedua. Data

sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut serta disajikan

oleh yang mengumpulkan data maupun pihak lain atau data penunjang yang

sangat diperlukan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini data penunjang yang

sangat diperlukan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini data didapatkan dengan

dua sumber tertulis maupun sumber tidak tertulis. Data yang diperoleh melalui

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), Hal. 305.

13
14

sumber tertulis berupa dokumen-dokumen resmi seperti buku dan jurnal.

Sedangkan data tidak tertulis diperoleh melalui wawancara dan Tanya jawab. Dari

wawancara dan tanya jawab tersebut dapat memperoleh informasi yang belum ada

di dalam sumber tertulis sesuai dengan kebutuhan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya.15 Instrumen yang peneliti gunakan yaitu: a) Lembar observasi, b)

lembar wawancara, c) dokumentasi terhadap data pendukung penelitian lainnya

yang terdapat di panti sosial RSBM Aceh.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu

pengamatan, dengan pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek

sasaran.16 Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan

secara langsung yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan indera

penglihatan dan pendengaran untuk mengumpulkan data tentang Metode

pembelajaran Al-Quran pada siswa di RSBM Aceh.

15
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D, 22 Edition, (Bandung:
Alfabeta, 2020), Hal. 224.
16
Burhan Bugin, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Kencana: Jakarta, 2011), Hal.132

14
15

2. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, dan

pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk

dijawab.17 Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui

wawancara semi terstruktur, hal ini dikarenakan dalam wawancara tersebut

akan memberi ruang bagi berkembangnya pertanyaan-pertanyaan selama

subjek diberikan pertanyan. Wawancara dilakukan dengan melibatkan

percakapan dengan narasumber. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dalam penelitian ini

dilakukan dengan 10 orang yang terdiri dari 1 orang kepala panti, 3 orang

instruktur dan 6 orang siswa panti Sosial RSBM Aceh.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dan

informasi dalam berbagai bentuk seperti arsip, dokumen, tulisan tangan,

gambar dan angka yang dapat menjadi pendukung untuk penelitian. 18 Adapun

dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto kegiatan penelitian yang

berkaitan dengan metode pembelajaran Al-Quran pada siswa di Panti Sosial

Rumoh Sejahtera Beujroh Meukarya (RSBM) Aceh.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu.

Seperti dikemukakan oleh Miles and Huberman dalam Sugiyono bahwa


17
Sukardi, Metodologi Penelitian Dan Prakteknya Cet.IV, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
Hal.14.
18
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian …, Hal. 476.

15
16

“Aktivitas dalam menalisis data kualitatif dilakukan sacara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

a. Data Reduction ( Reduksi Data)

Operasionalisasi reduksi data dapat ditelusuri dengan memperlakukan data

yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan

yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-

hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengihtisarkan

dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema dan katagori tertentu akan

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga

mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data

sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.19

Dalam tahapan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian data kasar yang diambil dari lapangan. Reduksi data merupakan

bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu, dan menggorganisasi data dengan cara sedemikian rupa, hingga

kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data bisa dilakukan dalam uraian singkat bagan, hubungan antar

kategori, Flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

19
Djam‟an Satori, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), Hal.97

16
17

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.20 Penyajian data diartikan sebagai

pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif

disajikan dalam bentuk teks naratif dan semuanya dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah

dipahami.

Tahap penyajian data pada penelitian ini yaitu menyajikan data hasil

observasi peneliti secara langsung dan jawaban wawancara keseluruhan subjek

untuk mengidentifikasi bagaimana metode pembelajaran Al-Quran pada siswa di

RSBM Aceh.

c. Conclusion Drawing/Verification

Tahapan selanjutnya adalah Penarikan kesimpulan berdasarkan temuan

dan verifikasi data. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk

menyakinkan bahwa data yang diperoleh telah memenuhi syarat sebagai data yang

akurat dan selanjutnya dilakukan pemaknaan atau pembahasan sehingga

memperoleh simpulan akhir.21

Tahap verification yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peneliti

akan menarik kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan pada dua tahapn

sebelumnya, peneliti akan menarik kesimpulan tentang hasil observasi yang telah

dilakukan dan jawaban yang diperoleh dari mewawancarai subjek.

20
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat: Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif, (Bandung: Alpabeta,2017), Hal.104
21
Sugiyono, Metodode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2010), Hal. 246

17
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah ( Profil ) Berdirinya Atau Terbentuknya UPTD RSBM Dinas Sosial
Aceh

UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh merupakan

solusi strategisuntuk menjawab permasalahan di atas, sebagai wahana bagi

masyarakat Disabilitas Netra dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) lainnya. Untuk meningkatkan kualitas SumberDaya Manusia yang

diharapkan dapat mentransfer pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja produktif.

Selain itu juga di harapkan dapat menumbuhkan kewirausahaan yang menjadi

modal dasar dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, pendidikan dan

pelatihan sangat diperlukan untuk memberikan bekal yangmemadai kepada klien,

pelatih/instruktur, pelaku usaha kecil dan menengah agar semua perangkatusaha

dapat berperan secara aktif dan dinamis demi memajukan sektor ekonomi riil di

Aceh danpastinya Indonesia, baik kepada Wanita Tuna Susila (WTS),

gelandangan, pengemis dan permasalahan sosial lainnya.

Dalam Pelayanan dan Penyantunan UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya Dinas Sosial Aceh berkomitmen untuk memberikan layanan

pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat Aceh, khususnya setiap penduduk Aceh

berhak mendapat pendidikan dan pelatihan yang bermutu dan Islamisejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan UU Nomor 11 Tahun

2006 terkait Keistimewaan Aceh. Pendidikan tersebut diselenggarakan

berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasidan keadilan dengan menjunjung tinggi

hak asasi manusia, nilai Islam, budaya, dan kemajemukanbangsa. Bahkan

17
18

Pelatihan dan Manajemen dengan tata kelola berbasis Syariah menjadi

unggulansejak Tahun 2015, tidak hanya di kalangan masyarakat mampu dan

terutama kepada masyarakat yangsedang mengalami pemasalahan sosial dalam

lingkungan sekitar, seperti pada permasalahan penyandang, masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) dan Disabilitas Netra di Aceh.

Sehubungan dengan telah disahkan Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2007

Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Qanun

Aceh Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Susunan Organisasi danTata Kerja Dinas,

Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Aceh, memberikan

konsekuensi Perubahan Kelembagaan Dinas dan Badan di lingkungan Pemerintah

Provinsi Aceh.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi UPTD Rumoh Seujahtra

Beujroh Meukarya DinasSosial Aceh sejak tahun 2007 telah memiliki Standar

Operasional Prosedur (SOP). Secara garis besarTugas dan Tanggung jawab dari

Organisasi UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas SosialAceh, namun

demikian, sebelum UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial

Acehdibentuk di Provinsi Aceh. Kementrian Sosial Republik Indonesia telah

menggagas satu UPTD yang dinamakan Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Jabal

Ghafur Kabupaten Pidie, di awal tahun 1996 dankemudian, dengan berlakunya

otonomi daerah, wewenang itu dilimpahkan kepada pemerintah daerah,namun

demikian pada tahun 2015 wewenang itu diserahkan kembali kepada pemerintah

provinsi yangsekarang lebih dikenal dengan UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

18
19

Meukarya Dinas Sosial Aceh yangberalamat di Jl. Banda Aceh-Krueng Raya Km.

23,5 Desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya KabupatenAceh Besar.

2. Visi Dan Misi UPTD RSBM Dinas Sosial Aceh

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi UPTD Rumoh Seujahtra

Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh sejak tahun 2007 telah memiliki Standar

Operasional Prosedur (SOP). Secara garis besar Tugas dan Tanggung jawab dari

Organisasi UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh,

namun demikian, sebelum UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas

Sosial Aceh dibentuk di Provinsi Aceh. Kementrian Sosial Republik Indonesia

telah menggagas satu UPTD yang dinamakan Panti Sosial Bina Netra (PSBN)

Jabal Ghafur Kabupaten Pidie, di awal tahun 1996 dan kemudian, dengan

berlakunya otonomi daerah, wewenang itu dilimpahkan kepada pemerintah

daerah, namun demikian pada tahun 2015 wewenang itu diserahkan kembali

kepada pemerintah provinsi yang sekarang lebih dikenal dengan UPTD Rumoh

Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh yang beralamat di Jl. Banda

Aceh-Krueng Raya Km. 23,5 Desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten

Aceh Besar.

Dalam pelaksanaannya, UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya

Dinas Sosial Aceh Mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :

a. Visi

Terwujudnya klien yang mandiri dan mampu bekerja untuk meningkatkan

kesejahteraannya.

19
20

b. Misi

Memberikan bimbingan mental sosial agar mampu melaksanakan fungsi

sosialnya secara wajar sehingga meningkatkan harga diri dan kepercayaan

dirinya memberikan keterampilan kerja untuk meningkatkan kemampuan

sebagai bekal persiapan kerja untuk masa depan klien menyatukan

kembali kepada keluarga masyarakat dilingkungan agar dapat mandiri.

UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh

mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan

kegiatan teknis penunjang dalam melaksanakan Pendidikan dan pelatihan

ketrampilan bagi klien penyandang disabilitas netra dan Eks Penyandang Penyakit

Sosial dalam panti agar klien binaan dapat hidup mandiri dalam kehidupan

bermasyarakat. Dalam aktifitasnya, UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya

Dinas Sosial Aceh melaksanakan berbagai kegiatan bagi siswa-siswi disabilitas

netra binaannya. Berbagai kegiatan yang ada di UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya Dinas Sosial Aceh dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu;

a. Formal

Contohnya: Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS,

PPKn dan Ilmu Agama

b. Nonformal Keterampilan

Contohnya : Ilmu Dasar Braille (abjad Braille), dzikir, rebana, shiatsu,

orientasi mobilitas (OM), pengajian Al-Quran dan kitab-kita lainnya.

20
21

c. Kegiatan Luar Panti

Pendidikan sekolah formal tingkat SD-SLTP-SLTA yang dilaksanakan

diluar panti, yaitu seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Banda

Aceh yang diantar jemput setiap Senin dan Kamis.

Sedangkan jenis kegiatan atau bentuk penanganan para penyandang tuna

sosial di UPTD Rumoh Seeujahtra Beujroh Meukarya adalah :

1. Motivasi dan diagnosis psikososial pelatihan dan pembinaan

kewirausahaan (ketrampilan pertukangan perabot, perbengkelan sepeda

motor, salon kecantikan dan mejahit) Bimbingan mental spiritual

(pendidikan agama, pengajian Al-Quran dan kitab-kitab lainnya)

Bimbingan fisik (pendidikan jasmani), Konseling psikologi, Pelayanan

aksebilitas, Perawatan dan pengasuhan.

Dalam penyelenggaraan tugasnya, UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya Dinas Sosial Aceh mempunyai fungsi: Penyusunan program

perencanaan di bidang Pendidikan dan pelatihan ketrampilan di bidang

Kesejahteraan Sosial dan bidang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

lainnya. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Pelaksanaan

penyusunan program pengajaran serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

keterampilan, pelaksanaan kerjasama dengan gerakan organisasi masyarakat serta

lembaga Pendidikan organisasi terkait agar pendidikan di UPTD Rumoh

Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh. Pelaksanaan monitoring,

evaluasi dan pelaporan.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya Dinas Sosial Aceh antara lain :

21
22

 Menyiapkan bahan pengembangan jenis pendidikan dan pelatihan pada

bidang kesejahteraan sosial.

 Menyiapkan bahan pengembangan seperti Laporan Akuntabilitas

Keuangan Instansi Pemerintah (LAKIP), Rentra SOP dan kebutuhan

lainnya.

 Menyiapkan bahan pengembangan modul dan media pembelajaran;

 Menyiapkan bahan pengelolaan literatur pendidikan dan ketrampilan yang

selama ini ditangani.

 Pelaksanaan kegiatan Ekstra Kurikulum diluar jam belajar, baik di luar

panti maupun di dalam panti UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya

Dinas Sosial Aceh.

 Pelaksanaan monitoring dan evaluasi;

 Pelaksanaan pelaporan kegiatan bulanan serta tahunan.

Diharapkan dengan kegiatan tersebut akan menumbuhkan UPTD Rumoh

Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh dan pendidikan ketrampilan yang

lebih berkualitas, mandiri, profesional dan memliki kompetensi, agar siswa

lepasan UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh dapat

hidup mandiri.

Dalam aktifitasnya, UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas

Sosial Aceh melaksanakan berbagai kegiatan bagi siswa-siswi disabilitas netra

binaannya. Berbagai kegiatan yang ada di UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya Dinas Sosial Aceh dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu;

22
23

1. Formal

Contohnya : Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS,

PPKn dan Ilmu Agama

2. Nonformal Keterampilan

Contohnya : Ilmu Dasar Braille (abjad Braille), dzikir, rebana, shiatsu,

orientasi mobilitas (OM), pengajian Al-Quran dan kitab-kita lainnya.

3. Kegiatan Luar Panti Pendidikan sekolah formal tingkat SD-SLTP-SLTA

yang dilaksanakan diluar panti, yaitu seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB)

di Kota Banda Aceh yang diantar jemput setiap Senin dan Kamis.

Sedangkan jenis kegiatan atau bentuk penanganan para penyandang tuna

sosial di UPTD Rumoh Seeujahtra Beujroh Meukarya adalah :

a. Motivasi dan diagnosis psikososial pelatihan dan pembinaan

kewirausahaan (ketrampilan pertukangan perabot, perbengkelan sepeda

motor, salon kecantikan dan mejahit) Bimbingan mental spiritual

(pendidikan agama, pengajian Al-Quran dan kitab-kitab lainnya),

Bimbingan fisik (pendidikan jasmani), Konseling psikologi, Pelayanan

aksebilitas, Perawatan dan pengasuhan.

Dalam penyelenggaraan tugasnya, UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya Dinas Sosial Aceh mempunyai fungsi, penyusunan program

perencanaan di bidang Pendidikan dan pelatihan ketrampilan di bidang

Kesejahteraan Sosial dan bidang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

lainnya, pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan, pelaksanaan

penyusunan program pengajaran serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

23
24

ketrampilan. Pelaksanaan kerjasama dengan gerakan organisasi masyarakat serta

lembaga Pendidikan organisasi terkait agar pendidikan di UPTD Rumoh

Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh. Pelaksanaan monitoring,

evaluasi dan pelaporan.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh

Meukarya Dinas Sosial Aceh antara lain : Menyiapkan bahan pengembangan jenis

pendidikan dan pelatihan pada bidang kesejahteraan sosial.

1. Menyiapkan bahan pengembangan seperti Laporan Akuntabilitas

Keuangan Instansi Pemerintah (LAKIP), Rentra SOP dan kebutuhan

lainnya.

2. Menyiapkan bahan pengembangan modul dan media pembelajaran;

3. Menyiapkan bahan pengelolaan literatur pendidikan dan ketrampilan yang

selama ini ditangani.

4. Pelaksanaan kegiatan Ekstra Kurikulum diluar jam belajar, baik di luar

panti maupun di dalam panti UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya

Dinas Sosial Aceh.

5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi, pelaksanaan pelaporan kegiatan

bulanan serta tahunan.

Diharapkan dengan kegiatan tersebut akan menumbuhkan UPTD Rumoh

Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh dan pendidikan ketrampilan yang

lebih berkualitas, mandiri, profesional dan memliki kompetensi, agar siswa

lepasan UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial Aceh dapat

hidup mandiri. Dinas Sosial Aceh kedepan merencanakan untuk melaksanakan

kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Berusaha Bagi Eks Penyandang

24
25

Penyakit Sosial dalam penanggulangan Gelandangan dan Pengemis ( GEPENG ),

Wanita Tuna Susila (WTS) dan Eks Narapidana.

Sasaran kegiatan adalah : Gelandangan dan Pengemis, WTS, Eks

Narapidana dan PMKS lainnya. Permasalahan Sosial ini dari tahun ke tahun

cenderung semakin meningkat. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sangat

kompleks dan saling berkaitan antara lain : krisis ekonomi yang berkepanjangan,

gejolak sosial, banyaknya tenaga kerja yang menganggur dan hidup

mengelandang tempat umum serta permasalahan lain yang belum ditangani

dengan baik ditengah-tengah masyarakat. Adapun bentuk/jenis barang atau jasa

yang disediakan di UPTD Rumoh Seujahtra Beujroh Meukarya Dinas Sosial

Aceh setiap tahunnya antara lain ;

 Kegiatan pendidikan formal,

 Kegiatan keterampilan dan hasil karya/kerajinan tangan,

 Keterampilan seni musik,

 Keterampilan pijat (massage, shiatshu dan refleksi),

 Kegiatan membaca Al-Qur‟an Braille,

 Kegiatan olahraga,

 Pengadaan perlengkapan sekolah, ibadah dan sehari-hari,

 Kegiatan sosialisasi tentang panti UPTD Panti Sosial BKDN,

 Kegiatan penguatan kapasitas klien panti,

 Kegiatan bimbingan motivasi,

 Rapat koordinasi Kabupaten/Kota,

 Kegiatan pembinaan pegawai,

 Kegiatan pendataan klien,

25
26

 Kegiatan bimbingan dan motivasi klien,

 Pengadaan baju klien,

 Pengadaan paket Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

3. Struktur Organisasi UPTD RSBM Dinas Sosial Aceh

Tabel 1. Struktur Organisasi UPTD RSBM Sosial Aceh

A Struktur Pejabat UPTD RSBM Aceh


1 Kepala UPTD RSBM Aceh Farid Wajdi, AK. S.M.Si
2 Ketua Tata Usaha Muhibuddin, S.Sos
3 Kasi Pelayanan dan Penyantunan Rohaya Hanun, SE
UPTD RSBM Aceh
4 Pegawai Sosial UPTD RSBM Zulfikar
B Struktur Tenaga Pengajar
1 Saifullah -
2 Junaidi -
3 Juwairiah -
4 Tgk Muslim Sulaiman -
5 Tgk Wahidi Ahmad -
6 Tgk Hambali -
7 Ustaz Yusuf -
8 Mustawar -
9 Munawar -
10 Dedi Mulia -
11 Munawar -
C Struktur Tenaga Medis
1 Rizayami -
D Struktur Pengasuh
1 Putra: Samsuar -
Putri : Fitriani

4. Keadaan Guru dan Siswa di UPTD RSBM Aceh

a. Keadaan Guru UPTD RSBM Aceh

Hasil dari penelitian Keadaan guru di UPTD RSBM Aceh sangatlah

beragam dan memilki jumlah 25 orang guru yang terdiri dari 6 orang guru honor,

3 orang guru PNS, DAN 16 orang guru tenaga kontrak, siapaun yang mau

berkorban bisa ditampug tentunya dengan kriteria yang ada dan juga penelitian

26
27

tersebut dibatasi pada pembelajaran AL-Qur‟an braille. Adapun guru yang

mengajar al-qur‟an braille berjumlah 2 orang yaitu bapak Junaidi dan Ibu Juwairia

keduanya memiliki bidang yang sama mengajarkan AL-Qur‟an braille yang

masing-masing dibagi dlam 2 bidang seperti bapak Junaidi dan ibu Juwairia

mengajar di bidang huruf dan tanda baris dalam dasar AL-Qur‟an braille.

b. Keadaan Siswa/i UPTD RSBM Aceh

Dalam keadaan siwa/i UPTD RSBM Aceh Juga beragam, mulai dari segi

ekonomi, sosial keluarga, serta latar belakang pendidikannya dan sebagainya yaitu

terdiri dari 30 orang siswa/i diantaranya 23 siswa putra 7 siswa putri. Untuk

prestasi, anak-anak sudah meraih prestasi baik ditingkat daerah maupun tingkat

provinsi, juga ditinggat nasional yang terdiri dari 2 orang siswa yang jenis

prestasinya ialah dibidang MTQ dan kepramukaan.

c. Keadaan Sarana dan Prasarana UPTD RSBM Aceh

Apun Sarana dan prasarana UPTD RSBM menjadi satu atap yang dipakai

untuk semua jurusan seperti ruang belajar yang lengkap fasilitasnya dan sarana

yang lainya.

B. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama 3 hari dengan

cara melakukan observasi ke daerah penelitian dan melakukan wawancara kepada

subjek penelitian yang dijadikan sampel penelitian, yaitu kepala RSBM, guru

(instruktur RSBM) dan siswa yang ada di RSBM yang berjumlah 6 orang.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan butir-butir pertanyaan secara lisan

sebagaimana pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya tentang metode

pembelajaran Al-Qur‟an pada disabilitas tunanetra. Seluruh wawancara dengan

27
28

keseluruhan responden direkam dan dicatat untuk selanjutnya dilakukan

pengolahan dan analisa data.

Setelah dilakukan pengumpulan data dengan cara merekam hasil

wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemutaran dan

mendengarkan kembali hasil wawancara tersebut. Hal-hal yang dianggap penting

serta mencatat hal tersebut. Berdasarkan hasil analisis data peneliti dapat

menyimpulkan keseluruhan informasi yang diberikan informan dan menjawab

keseluruhan jawaban yang ada pada rumusan masalah.

Hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan beberapa informasi

untuk peneliti. Adapun hasil analisis wawancaranya dapat peneliti paparkan

sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran AL-Qur‟an pada Disabilitas Tunanetra


Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah penulis lakukan penulis

menemukan fakta bahwa menurut keseluruhan subjek, bimbingan terhadap

pembelajaran Al-Quran sangat penting untuk dilaksanakan karena sudah menjadi

kewajiban setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk mempelajari Al-

Quran yang merupakan pedoman hidup setiap muslimin. Hal ini dapat diketahui

dari hasil wawancara yang diberikan oleh subjek, adapun penggalan wawancara

yang diberikan oleh subjek Rohaya Hanum dapat dipaparkan sebagai berikut:

Tentu saja, pembinaan pembelajaran Al-Quran sangat penting untuk


diberikan kepada siswa supaya siswa dan siswi di panti sosial ini dapat
memahami Al-Quran dengan baik. Kita kan umat islam tentu saja harus
paham Al-Quran dan harus mampu membacanya. Jadi, siswa di RSBM ini
pun kita cari cara agar mampu membaca Al-Quran layaknya orang

28
29

normal di luar sana, ya tentu saja dengan media Al-Quran yang berbeda
dengan orang biasa (normal).22

Rohaya Hanum juga menambahkan pernyataannya tentang pola

pembelajaran Al-Quran yang diberikan kepada siswa terkait pembelajaran Al-

Quran yaitu:

“Proses pelaksanaan pola pembelajaran Al-Quran siswa kek ibuk bilang


tadi, memang ada hari-hari tertentu ang sudah dijadwalkan digunakan
oleh guru dan siswa untuk pembelajaran Al-Quran, dalam satu minggu
seluruh siswa bisa belajar 6 jam itu untuk pembelajaran khusus Al-Quran
saja, belum lagi nanti pembelajaran agama yang mengharuskan
pembacaan Ai-Quran di awal, Musholla juga, sebelum azan biasanya ad
abaca Al-Quran dulu”23.
Jawaban yang hampir serupa dengan Rohaya juga diungkapkan oleh

subjek lainnya yang berprofesi sebagai salah satu instruktur di RSBM, yaitu:

pembinaan pembelajaran Al-Quran sangat penting untuk diberikan


kepada siswa supaya siswa dan siswi di panti sosial ini dapat paham dan
dapat membaca Al-Quran dengan benar, jangan hanya asal saja.24

Adapun tanggapan lainnya yang diberikan oleh subjek terkait pertanyaan

“Pentingkah pembelajaran Al-Quran diberikan kepada siswa?” dapat dipaparkan

sebagai berikut:

“Menurut saya sangat penting karena dianjurkan dalam agama islam dan
sesuai dengan sunnah nabi SAW. Jadi mempelajari hal tersebut
merupakan suatu keharusan untuk setiap muslim maupun muslimin yang
ada”25.

22
Wawancara dengan Rohaya Hanum Kepala Panti Sosial RSBM pada Tanggal 02
Februari 2023
23
Wawancara dengan Rohaya Hanum Kepala Panti Sosial RSBM pada Tanggal 02
Februari 2023
24
Wawancara dengan Ibu Fitriani Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023
25
Wawancara dengan siti hasanah Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada Tanggal
03 Februari 2023

29
30

“pembelajaran Al-Qurani sangat penting. Apalagi kita sebagai seorang


muslim tentunya sudah menjadi tugas kita untuk mempelajari dan
mentadabburi Al-Quran”26.

“Sangat penting pembinaan berpakaian islami pada siswa karena pakaian


islami adalah sunnah rasulullah jadi menggunakannya sangat diharuskan.
Oleh sebab itu penting untuk dilakukan pembinaan supaya semua siswa
baik laki-laki maupun perempuan dapat memahami penggunaan pakaian
islami dengan benar”27.

“pembelajaran Al-Quran merupakan salah satu kewajiban untuk kita umat


islam supaya mendapat ketenangan hidup baik didunia maupun kelak di
akhirat. Jadi, pembelajaran Al-Quran sejak dini sangat penting untuk
diberikan.28

“Tentunya sangat penting pembelajaran Al-Quran ini diberikan untuk


siswa. Agar siswa di panti sosial ini khususnya dapat memahami tentang
Al-Quran dengan benar dan tentunya dapat membacanya di dalam
aktivitas sehari-hari”29.

Hasil jawaban dari beberapa responden yang peneliti paparkan di atas

dapat disimpulkan bahwa, keseluruhan responden menyatakan bahwa

pembelajaran Al-Quran merupakan hal yang sangat penting untuk diberikan

kepada siswa. Pendidikan Al-Quran penting untuk diberikan supaya siswa dan

siswi yang ada di RSBM dapat memahami, mengetahui serta dapat membaca Al-

Quran dengan benar.

Menyadari pentingnya mempelajari Al-Quran membuat pihak RSBM

Aceh juga turut andil dalam mengajari siswa yang ada di RSBM Al-Quran

walaupun Al-Quran yang dipelajari oleh siswa sedikit berbeda dengan siswa pada

umumnya. Perbedaan tersebut hadir karena siswa yang ada di RSBM adalah siswa

26
Wawancara dengan m.fajar hidayat Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 03 Februari 2023
27
Wawancara dengan khairil anwar Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 03 Februari 2023
28
Wawancara dengan Samsuar Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal
04 Februari 2023
29
Wawancara dengan Juwairiyah Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 04 Februari 2023

30
31

dengan keterbatasan penglihatan (tunanetra) sehingga penggunaan Al-Quran juga

berbeda, di RSBM Al-Quran yang digunakan adalah Al-Quran Braille. Hal ini

diketahui dari paparan jawaban wawancara subjek yang menyatakan bahwa:

“Ada pembelajaran Al-Quran tentu saja, disini hampir setiap hari ada
diajarkan Al-Quran, penggunaan Al-Quran disini tentu beda karena murid
disini punya keterbatasan jadi menggunakan Al-Quran Brielle”.30

“Tentu saja ada, kami berfokus untuk mengajarkan Al-Qur’an. Setiap hari
ada pembelajaran tentang Al-Quran diberikan. Al-Quran Brielle adalah
Al-Quran yang sering digunakan dalam pembelajaran di sini karena
murid disini punya keterbatasan fisik dan tidak dapat menggunakan Al-
Quran seperti biasa”.31
“Ada tentu saja, jadwal pembelajaran AL-Qur’an braille yaitu
pembelajaran AL-qur’an braille dilaksanakan setiap hari mulai jam 8:00-
10:00 Wib sedangkan untuk tempat pembelajaran AL-Qur’an braille
adalah di kelas 2 kurikulum pembelajaran AL-Qur’an braille ini
sebetulnya tidak lepas dari PAI. Untuk memebaca tulisan di PAI ada
pengenalan huruf braille, akan tetapi terpisah agar anak-anak lebih
maksimal dalam pembelajaran. Maka dari itu dibuat kurikulum sendiri”.32

“Ada sudah pasti, karena selain karena kita orang Islam disini juga ada
program yang memang memabimbing khusus pembelajaran Al-Quran
Brielle. Jadi, sudah pasti ada pembelajaran dalam Al-Quran”. 33

Berdasarkan paparan jawaban beberapa subjek yang telah diberikan di atas

dapat disimpulkan bahwa, ada pembelajaran yang dilakukan oleh pihak RSBM

untuk mengajarkan siswa tentang Al-Quran. Pembelajaran dilakukan setiap hari di

RSBM dari pukul 8:00-10:00.

Dalam mengajarkan Al-Quran instruktur yang ada di RSBM menggunakan

beberapa metode. karena ketebatasan penglihatan siswa maka ada beberapa

30
Wawancara dengan Ibu Fitriani Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023
31
Wawancara dengan Samsuar Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal
04 Februari 2023
32
Wawancara dengan Juwairiyah Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 04 Februari 2023
33
Wawancara dengan Ibu Fitriani Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023

31
32

metode yang tidak dapat digunakan. Beberapa metode yang digunakan dalam

mengajari Al-Quran dapat diketahui melalui penggalan wawancara yang diberikan

oleh subjek. Adapun paparan wawancaranya dapat dipaparkan di bawah ini:

“Ada beberapa metode yang kami gunakan dalam mengajari siswa-siswa


di sini yang mengalami keterbatasan dari segi penglihatan, jadi tidak bisa
sembarangan metode diterapkan. Sejauh ini, sebagai instruktur saya
mengajarkan Al-Quran dengan beberapa metode diantaranya adalah
metode meraba, Iqra’ dan metode Imlak”.34

Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh subjek lainnya yang

menyatakan bahwa:

“Dalam mengajar siswa yang memiliki keterbatasan penglihatan


(tunanetra) yang ada di RSBM ini saya menggunakan beberapa metode,
diantaranya metode meraba. Jadi, melalui pembelajaran ini siswa dalam
belajar Al-Quran siswa diminta untuk meraba Al-Quran yang diberikan
dan membaca Hasil Rabaan mereka. Biasanya kalau anak-anak yang
memiliki keterbatasab dalam melihat maka biasanya memiliki kepekaan
yang lebih maka menyentuh AlQuran merupakan salah satu metode yang
bagus dalam diterapkannya”.35

Terkait dengan penerapan metode pengajaran, Soraya Hanum sebagai ketua

RSBM juga menyatakan bahwa:

“Pengajaran yang diberikan oleh instruktur-instruktur di sini banyak


menggunakan metode dalam memberikan pengajaran Al-Quran. Saya ikut
mengawasi dan mengevaluasi pembelajaran yang diberikan oleh
instruktur disini. Pengevaluasi saya lakukan supaya instruktur lebih serius
dalam memberikan pembelajaran sementara itu, untuk anak-anak atau
siswa-siswa bisa lebih serius dalam mengikuti pembelajaran dan
mendapatkan hasil yang optimal dalam memahami dan mempelajari Al-
Quran”.36

Jadi, dari paparan hasil jawaban struktur dan kepala RSBM dapat

disimpulkan bahwa ada beberapa metode yang digunakan dalam melaksankan

34
Wawancara dengan Samsuar Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal
04 Februari 2023
35
Wawancara dengan Juwairiyah Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 04 Februari 2023
36
Wawancara dengan hidayat Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023

32
33

pembelajaran Al-Quran. Hal ini juga dibenarkan oleh subjek lainnya yang berasal

dari siswa yaitu:

“Ada beberapa metode yang diterapkan guru selama mengajari kami Al-
Quran, diantaranya adlaah metode meraba dan iqra’. Paling dasarnya
metode meraba jadi kami disuruh meraba di Al-Quran Brielle setiap huruf
demi hurufnya. Supaya kami lebih paham”.37

Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh siswa lainnya yang

memebrikan informasi sebagai berikut:

“Saya menerima pembelajaran Al-Quran dengan beberapa metode


diantaranya Iqra, yaitu membaca sendiri Al-Qurannya. Kemudian ada
juga imlak dimana saya mendengarkan guru membaca kemudian kami
yang menulis”.38

Subjek juga menambahkan bahwa, “Selama mengikuti pembelajaran yang

diajarkan selama ini saya sudah mampu menuliskan huruf-huruf hijaiyah”. Hal

yang hampir serupa juga diungkapkan oleh subjek lainnya yang dapat dipaparkan

sebagai berikut:

“Kami siswa RSBM kan dari segi fisik punya kekurangan fisik jika
dibandingkan dengan siswa lainnya. Jadi enggak semua metode cocok
dengan kami. Beberapa metode yang digunakan dalam mengajari kami
yaitu meraba kami biasa satu-satu maju kedepan untuk meraba dan
membacakan hasil rabaan kami didepan instruktur, ada juga metode iqra
kami langsung bacakan Al-Qurannya dan metode lainnya adalah metode
imlak dimana guru membacakan kami hanya mendengarkan hasil bacaan
dari instruktur”.39

Hasil yang hampir serupa juga diungkapkan oleh subjek lainnya, dimana

menurut subjek tersebut dalam mengajarkan Al-Quran guru menerakan metode

iqra dan imlak. Adapun hasil wawancaranya yaitu “ Dalam pengajaran Al-Quran

37
Wawancara dengan siti hasanah Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada Tanggal
03 Februari 2023
38
Wawancara dengan m.fajar hidayat Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 03 Februari 2023
39
Wawancara dengan hidayat Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023

33
34

kami diajarkan dengan menggunakan metode iqra dan imlak bang”. Hal yang

hampir serupa juga diungkapkan oleh siswa lainnya yang menyatakan bahwa,

“Instruktur mengajatri kami Al-Quran dengan cara meraba kata perkata pada Al-

Quran Brielle, jadi semua siswa di kelas itu akan bangun satu persatu kemudian

akan meraba huruf demi huruf yang telah disediakan oleh guru kemudian kami

akan mengatakan kepada instruktur huruf apa yang kami raba tersebut”.

Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh subjek lainnya yang

menyatakan sebgai berikut:

“Ada beberapa metode yang saya tau dan pernah saya ikuti dalam
pembelajaran Al-Quran Brielle ini diantaranya adalah metode meraba,
imlak dan iqra. Keseluruhan metode itu diberikan pada kami waktu
kami mempelajari Al-Quran biasanya diberikan secara bertahap.
pertama-tama pakek metode meraba dulu, kemudian kami akan diminta
untuk membacakan Al-Quran pakek metode iqra baru kemudian akan
didektekan oleh guru dan kami menulisnya yang disebut dengan metode
imlak”.40

Jadi, berdasarkan paparan yang diberikan oleh beberapa subjek melalui

wawancara dapat disampaikan bahwa, ada beberapa metode yang diberikan oleh

intsruktur dalam memberikan pelajaran kepada setiap siswa di RSBM. Ada sedikit

perbeda metode pembelajaran Al-Quran antara siswa pada umumnya dengan

siswa yang ada di RSBM. Hal ini dikarenakan siswa di RSBM memiliki

keterbatasan dalam segi fisik dimana tidak dapat melihat atau kurang jelas dalam

melihat sehingga tidak semua metode dapat diterapkan dalam memberikan

pembelajaran Al-Quran kepada mereka.

Adapun metode yang digunakan dalam mengajari siswa-siswa tunanetra di

RSBM diberikan oleh instruktur dalam tiga bentuk metode yang berbeda. Adapun

40
Wawancara dengan agus didi Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023

34
35

metode tersebut terdiri dari metode meraba, iqra dan imlak, ketiga metode tersebut

diberikan dalam secara bertahap dan tidak sekaligus. Pemberian metode lainnya

akan dilanjutkan jika metode sebelumnya telah mampu dikuasai oleh siswa dalam

mempelajari Al-Quran.

Adapun urutan pemberian metode yang diberikan oleh guru diawali dengan

metode meraba, siswa akan disuruh untuk mempraktekkan satu persatu ke depan

kelas denga cara meraba Al-Quran Brielle dan satu per satu akan membacakan

hasil mereka tersebut. Kemudian akan diberikan metode selanjutnya yaitu metode

Iqra, metode iqra adalah metode yang mengharuskan seseorang untuk membaca,

jadi penerapan metode dilakukan oleh instruktur dengan cara meminta satu

persatu siswa untuk membaca Al-Quran Brielle. Selanjutnya metode Imlak

dimana guru akan mendekte dan siswa diminta untuk menuliskan hal yang didekte

oleh guru seperti huruf hijaiyah dan lain sebagainya.

Jadi dari hasil paparan jawaban yang diberikan oleh keseluruhan subjek

dapat disimpulkan bahwa ada beberapa metode yang digunakan oleh para

instruktur dalam mengajari Al-Quran kepada siswa tunanetra di RSBM

diantaranya adalah metode meraba, Iqra dan metode imlak. Diantara beberapa

metode tersebut metode yang paling disukai oleh siswa dalam mengikuti

pembelajaran Al-Quran Brielle adalah metode Iqra. Hal ini diketahui dari

penggalan wawancara yang diberikan oleh subjek yang berasal dari siswa.

Adapun beberapa penggalan jawaban dari para subjek dapat dipaparkan sebagi

berikut:

“Diantara bebrapa metode, maka metode yang paling saya sukai dalam
mempelajari Al-Quran adalah metode Iqra”.41
41
Wawancara dengan siti hasanah Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada Tanggal
03 Februari 2023

35
36

“Saya lebih tertarik dengan metode Iqra karena dengan metode tersebut
saya dapat membaca Al-Quran tersebut dengan benar. 42

Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh siswa lainnya melalui

penggalan wawancaranya yaitu, “Sepertinya saya lebih menyukai metode Iqra jika

dibandingkan dengan metode lain”.43 Subjek lainnya menegaskan bahwa,

“Menurut saya metode Iqra karena metode ini lebih mudah dalam

pelaksanaannya kalau metode lain agak susah bang, apalagi yang imlak”.44

Jadi, berdasarkan analisis jawaban keseluruhan subjek yang diberikan dapat

diambil kesimpulan bahwa diantara beberapa metode yang diterapkan oleh guru

dalam pembelajaran Al-Quran diantaranya adalah metode meraba, metode iqra

dan metode imlak, maka metode yang paling disenangi oleh siswa ketika

mengikuti pembelajaran Al-Quran adalah metode iqra. Hal ini terjadi kerana

dengan metode iqra siswa merasa lebih nyaman dan dapat membaca Al-Quran

dengan lebih baik.

2. Hambatan dalam Mengajarkan Al-Quran Brielle

Berdasarkan hasil analisis jawaban responden yang telah dilakukan

peneliti mengetahui bahwa ada beberapa kendala yang ditemui dalam

pembelajaran Al-Quran Brielle untuk siswa di RSBM. Adapun kendala yang

dihadapi tersebut dapat diketahui melalui penggalan jawaban berikut:

“Kendala lebih tepatnya yang saya rasakan sebagai instruktur lebih ke


pada waktu ya. Seperti yang kita ketahui untuk pembelajaran Al-Quran
Brielle butuh waktu yang banyak. Akan tetapi, waktu yag disediakan lebih

42
Wawancara dengan khairil anwar Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 03 Februari 2023
43
Wawancara dengan m.fajar hidayat Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 03 Februari 2023
44
Wawancara dengan hidayat Salah Satu Siswa di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023

36
37

sedikit tidak bisa banyak karena akan mengganggu kegiatan lainnya jadi
proses belajarnya kurang maksimal”.45

“Kendalanya pada keterampilan siswa juga ia , kadang siswa ini kan tidak
bisa melihat jadi dalam kita arahkan kadang kita surugh untuk
menempatkan lubang pada nomor 1 tapi malah diletakkan lubang pada
nomor 2. Jadinya rusak hurufnya dan kalau di baca akan muncul yang
lain sehingga perlu diperbaiki”.46

Subjek juga menambahkan bahwa:

“Kendala lainnya adalah di kefokusan siswa. Dalam pembelajaran


kadang siswa kurang fokus sehingga sangat mengganggu karena ada
perbincangan atau diskusi antar siswa yang belum selesai di luar kelas
dan dibawa ke kelas. Hal ini membuat pembelajaran tidak kondusif dan
mengganggu proses belajar mengajar dan berdampak pada kurang
efektifnya pembelajarannya. Kendala lainnya lebih kepada waktu ya,
karena kita butuh waktu yang banyak tetapi pembelajaran untuk Al-Quran
Brielle waktunya terbatas”.47

Jadi, berdasarkan paparan hasil jawaban dari para subjek dapat

disimpulkan bahwa ada beberapa hambatan/kendala yang dialami dalam proses

belajar mengajar Al-Quran Brielle selama ini. Hambatan tersebut antara lain

waktu, terbatasnya waktu pembelajaran yang disediakan sementara pembelajaran

Al-Quran Brielle membutuhkan waktu yang banyak. Hambatan selanjutnya adal

ah kurangnya keterampilan siswa, dimana banyak siswa yang masih salah dalam

menjalankan instruksi pengoperasian Al-Quran Brielle sehingga banyak yang

rusak dan mengalami salah bacaan. Hambatan lainnya terletak pada kurang

kondusifnya suasana belajar, dimana masih banyak siswa yang membuat

keributan seghingga proses pengarahan yang diberikan oleh instruktur pada saat

45
Wawancara dengan Samsuar Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal
04 Februari 2023
46
Wawancara dengan Juwairiyah Salah Satu Instruktur di Panti Sosial RSBM pada
Tanggal 04 Februari
47
Wawancara dengan Ibu Fitriani Instruktur di Panti Sosial RSBM pada Tanggal 03
Februari 2023

37
38

pembelajaran tidak sempurna diserap oleh siswa dan menyebabkan kurang

optimalnya hasil yang didapatkan oleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

C. Pembahasan

Adapun beberapa pembahasan yang dapat diberikan dari hasil analisis data adalah

sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran Al-Quran untuk Siswa Tunanetra di Panti Sosial

RSBM

Berdasarkan paparan hasil jawaban diketahui bahwa, metode yang

digunakan dalam mengajari Al-Quran Brielle siswa-siswa tunanetra di RSBM

diberikan oleh instruktur dalam tiga bentuk metode yang berbeda. Adapun metode

tersebut terdiri dari metode meraba, iqra dan imlak. diantara beberapa metode

yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran Al-Quran Brielle maka metode

yang paling disenangi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran Al-Quran Brielle

adalah metode iqra. Hal ini terjadi kerana dengan metode iqra siswa merasa lebih

nyaman dan dapat membaca Al-Quran Brielle dengan lebih baik.

2. Hambatan dalam Pembelajaran Al-Quran untuk Siswa Tunanetra di Panti

Sosial RSBM

Jadi, berdasarkan paparan hasil jawaban dari para subjek dapat

disimpulkan bahwa ada beberapa hambatan/kendala yang dialami dalam proses

belajar mengajar Al-Quran Brielle antara lain waktu, terbatasnya waktu

pembelajaran yang disediakan sementara pembelajaran Al-Quran Brielle

membutuhkan waktu yang banyak. Hambatan selanjutnya adalah kurangnya

keterampilan siswa, dimana banyak siswa yang masih salah dalam menjalankan

instruksi pengoperasian Al-Quran Brielle sehingga banyak yang rusak dan

38
39

mengalami salah bacaan. Hambatan lainnya terletak pada kurang kondusifnya

suasana belajar, dimana masih banyak siswa yang membuat keributan sehingga

proses pengarahan yang diberikan oleh instruktur pada saat pembelajaran tidak

sempurna diserap oleh siswa dan menyebabkan kurang optimalnya hasil yang

didapatkan oleh.

Hal ini sesua dengan pendapat yang dikemukakan oleh Afiani yang

menyatakan bahwa, Problematika yang dialami yaitu tidak terdapat RPP dan

silabus, hanya memiliki kurikulum yang dibuat oleh guru Al-Qur‟an braille itu

sendiri, waktu yang kurang untuk melaksanakan pembelajaran Al-Qur‟an Braille,

minimnya sarana prasarana, keterbatasan fisik pada peserta didik, motivasi belajar

yang tidak stabil, perbedaan daya tangkappeserta didik dalam menerima

pembelajaran Al-Qur‟an Braille, kurangnya bimbingan dari orang tua.48

48
Prastika Afiani, Pembelajaran Al-Qur‟an Braille Bagi Anak Tunanetra Di SMPLB
Swadaya Kendal, (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2020), H.4

39
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Metode yang digunakan dalam mengajari Al-Quran Brielle siswa-siswa

tunanetra di RSBM diberikan oleh instruktur dalam tiga bentuk metode

yang berbeda. Adapun metode tersebut terdiri dari metode meraba, iqra dan

imlak. diantara beberapa metode yang diterapkan oleh guru dalam

pembelajaran Al-Quran Brielle maka metode yang paling disenangi oleh

siswa ketika mengikuti pembelajaran Al-Quran Brielle adalah metode iqra.

2. Beberapa hambatan/kendala yang dialami dalam proses belajar mengajar

Al-Quran Brielle antara lain waktu, terbatasnya waktu pembelajaran yang

disediakan sementara pembelajaran Al-Quran Brielle membutuhkan waktu

yang banyak. Hambatan selanjutnya adalah kurangnya keterampilan siswa,

dimana banyak siswa yang masih salah dalam menjalankan instruksi

pengoperasian Al-Quran Brielle sehingga banyak yang rusak dan

mengalami salah bacaan. Hambatan lainnya terletak pada kurang

kondusifnya suasana belajar, dimana masih banyak siswa yang membuat

keributan sehingga proses pengarahan yang diberikan oleh instruktur pada

saat pembelajaran tidak sempurna diserap oleh siswa dan menyebabkan

kurang optimalnya hasil yang didapatkan oleh.

40
41

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan


saran di antaranya:
Bagi Guru-guru atau pendidik UPTD RSBM Aceh untuk lebih

mengembangkan metode dan media yang digunakan kepada siswa khususnya

dalam pembelajaran AL-Qur‟an Braile, dan bagi siswa penyandang disabilitas

(Tunanetra) agar lebih giat dalam belajar khususnya dalam pembelajaran AL-

Qur‟an Braile. Dan juga Peneliti agar dapat menjadikan penelitian sebagai

referensi untuk penelitian selanjutnya.

41
42

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hufron, dkk. 2016. Manajemen Kesiswaan Pada Sekolah Inklusi “ dalam

jurnal Pendidikan Humaniora, Vol 4 No. 2 Juni 2016.

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandri. Hal

151-152.

Bejo, 2007. Penerapan Metode Iqra Braille Dalam Pembelajaran Membaca Huruf

AL-Qur‟an Bagi Siawa Tuna Netra Islam Pada Sekolah Luar Biasa di

Kabupaten Kulon Progo.” Skripsi.

Dewi Setia Dewi, 2016. Membaca AL-Qur‟an “Pada Anak Tuna Grahita VII di

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (LB) Banjarnegara.” Skripsi.

Dwi Yanti Flona Putri, 2012. ” Proses Pembelajaran Sekolah Inklusi “ dalam

jurnal Ilmiah Pendidikan khusus, Vol. 1 No. 3 September 2012.

Elvyna Kholida Qurotul A‟yun, 2009. Model Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

Pada Siawa Gangguan KemampuanKomunikasi dan Lambat Belajar Kelas

III Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Ar-Rohiyan Lawang Malang.” Skripsi.

Evy Anisa Kurniawati, 2017. Impelmentasi Metode Jari Qur‟an Dalam

Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis AL-Qur‟an Bagi Siswa

Berkebutuhan Khusus di SMPLB” SLB PERTIWI PONOGORO” Pada

Tahun Ajaran 2017/2018.” Skripsi.

Indah Permata Darma, dan Binahayati Rusyidi, 2018. Pelaksanaan Sekolah

Inklusi di Indonesia” dalam jurnal Penelitian, Vol. 2 Maret 2018.

42
43

Lailatul Latifah, 2011. Metode Pembelajaran Baca Tulis AL-Qur‟an melalui

pendekatan Individual Bagi anak Disleksia, Autis, dan Hiperaktif di

Sekolah Khusus Taruna AL-Qur‟an Ngaglik Sleman.”Skripsi.

Lathifah Hanun, 2010. Pembelajaran PAI Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.”

Jurnal.

M. Gus Nur Wahid, 2014. Model Pembelajaran MTQ Untuk Berkebutuhan

Khusus (Tuna Runggu)”. Jurnal.

Risky Halaliyah, 2012. Metode Drill dalam Pembelajaran AL-Qur‟an Pada Anak

Tuna Grahita Jenjang SMA di SLB Paedagogia Surabaya.” Skripsi.

Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars

Bandung. Hlm: 76-93.

43
44

LAMPIRAN

A. Dokumentasi Penelitian

Wawancara Terhadap Guru-Guru panti UPTD RSBM Aceh

Panti UPTD RSBM Aceh

44
45

Gambar Wawancara dengan Siswa

Gambar Wawancara dengan Siswa

45
46

Gambar Wawancara dengan Siswa

Gambar Wawancara dengan Siswa

46
47

Gambar Wawancara dengan Siswa

Gambar Wawancara dengan Siswa

47
48

BIODATA

A. Identitas Pribadi
1. Nama : Firman Hidayat
2. Tempat, tanggal lahir : Desa Sefoyan, 03 Februari 1996
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Email :-
6. Nomor Hp : 081272100864
7. Alamat : Dusun Batu Ampar, Desa Sefoyan,
Kecamatan Simeulue Timur

B. Identitas Orang Tua


1. Ayah
a. Nama : Kaffaruddin
b. Pekerjaan : Petani
2. Ibu
a. Nama : Nur Eliya
b. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
C. Riwayat Pendidikan
1. SD/MIN : SDN 17 Simeulue Timur
Tahun Lulus : 2011
2. SMP/MTs : SMPN 4 Simeulue Timur
Tahun Lulus : 2014
3. SMA/MA : SMKN 3 Simeulue Timur
Tahun Lulus : 2017
4. Pendidikan Tinggi : S-1 Pendidikan Agama Islam
Tahun Masuk : 2018

48

Anda mungkin juga menyukai