Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh
Isnaeni
NIM: 11150340000122
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Isnaeni
11150340000122
Pembimbing
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Sidang Munaqasyah
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Hamdani Anwar, M.A Dr. Hasani Ahmad Said, M.A
NIP. 195301071983031001 NIP. 198202212009011024
Pembimbing
iii
ABSTRAK
Isnaeni, 11150340000122
“Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes”
merasa terhibur disaat penulis mulai merasa sepi dan rindu akan
tanah kelahiran.
10. Terima kasih kepada keluarga besar Yayasan Jam‟iyyatul Hidayah
yang selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis,
juga kepada Pesantren Pemberdayaan Umat yang telah memberikan
banyak pelatihan kepada penulis. Teruntuk adik-adik santri
Fatimatuzzahra, Vaza Dea Nurlita, Naya Nesa Natasya, Maulida
Intan Susanti dan Ananda Putri Syaidah terima kasih karena selalu
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
11. Semua tokoh Agama, perangkat desa dan semua warga masyarakat
desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian
dan meluangkan banyak waktu untuk memberikan informasi kepada
penulis.
12. Segenap rekan KKN 05 BISMATARA keluarga besar Desa Lontar,
dan anak-anak SDN 02 Lontar kalian keluarga yang telah
memberikan pengalaman baru untuk penulis. Terima kasih atas doa
dan motivasi dari rekan-rekan semua.
13. Kepada rekan Identitas Himpunan mahasiswa Jurusan IAT-IH,
terima kasih pernah memberikan pengalaman berorganisasi yang
mengesankan kepada penulis.
14. Kepada pengurus Yayasan Beasiswa Jakarta, terima kasih berkat
bantuan yang diberikan penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
dengan baik.
15. Kepada teman setia yang sudah menemani penulis walaupun jauh
disana Aliyudin Ma‟arif, terima kasih karena dengan sabar dan
tidak bosan-bosan menjadi alarm pengingat untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
ix
Isnaeni
PEDOMAN TRANSLITERASI
ف F Ef
ق Q Qi
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
ھ H Ha
ء ` Apostrof
ي Y Ye
Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa
diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka
ditulis dengan tanda (‟).
B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal
tunggal sebagai berikut:
C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf
syamsiyah dan huruf qamariyah.
al-Qamariyah الن ْير al-Munīr
ْ
al- Syamsiyah الرجال al-Rijāl
E. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang
hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah,
transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau
mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata
yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang
xiii
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
1 طرْيقة Ṭarīqah
ْ ْ
2 الجامعة لْا ْسالم َّية al-Jāmi‟ah al-Islāmiah
ْ
3 و ْحدة الوج ْود Waḥdat al-Wujūd
F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-
lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī;
Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī
H. Singkatan-singkatan
Singkatan Keterangan
QS. al-Qur`an Surah
SWT. Subḥānahu wa Ta„alā
Saw. ṣallallāhu „Alaihi Wasallam
Ra. Raḍiyallāhu „Anhu
h. Halaman
Terj. Terjemah
M Masehi
H Hijriah
w. Wafat
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiiv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda
satu dengan lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh
dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang didorong dari luar
dirinya seperti pola pikir, pendidikan dan aspek waraṡah.1 Dalam segala
tempat dan waktu, manusia itu terpengaruh oleh adat-istiadat golongan
dan bangsanya, karena ia hidup di dalam lingkungan mereka, melihat dan
mengetahui bahwa mereka melakukan sesuatu perbuatan dan menjauhi
perbuatan lainnya, sedang kekuatan memberi hukum kepada suatu hukum
belum tumbuh begitu rupa, sehingga ia mengikuti kebanyakan perbuatan
yang mereka lakukan atau mereka singkirkan.2
Al-Qur‟an yang diturunkan oleh Allah SWT. melalui Rasul-Nya
Muhammad Saw. yang berisikan pedoman untuk dijadikan petunjuk, baik
pada masyarakat yang hidup di masa turunnya maupun masyarakat
sesudahnya, hingga akhir zaman. Namun, perlu diingatkan bahwa al-
Qur‟an tidak diturunkan dalam masyarakat yang hampa nilai, melainkan
masyarakat yang sudah sarat dengan nilai-nilai kultur dan sosial, berikut
ikatan-ikatan primordialnya masing-masing. Oleh karena itu, penyebaran
1
Zahruddi AR, Pengantar Studi Akhlak, cet.I (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2004), 95.
2
Ahmad Amin, ETIKA: Ilmu Akhlak, cet.8 (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995),87.
1
2
3
Umar Shihab,Kontekstualitas Al-Qur‟an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum
dalam Al-Qur‟an, cet. III (Jakarta:Permadani, 2005), 38
4
Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), 256
3
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, 22-23
7
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, cet. I (Jakarta:
Belanoor, 2010), 21
5
desa lantas berdatangan membawa bakul yang berisikan nasi, sayur cabai,
mie goreng, tahu, tempe dan telur. Mereka meletakkan barang bawaanya
itu di dalam ruangan Balai Desa setempat. Setelah itu warga menantikan
kehadiran rombongan dari kepala Desa yang sebelumnya telah diarak
keliling desa dengan membawa nasi tumpeng yang nantinya akan
dijadikan sebagai simbol dari sedekah bumi dan juga tumpeng tersebut
akan di doakan setelahnya baru dibagikan kepada masyarakat desa.
Setelah doa selesai dipanjatkan, puluhan pemuda langsung berebut
mengambil bakul yang telah berisi nasi itu. Mereka kemudian saling
serang dengan aksi lempar-lemparan sekepal dua kepal nasi. Aksi kejar-
kejaran tak terhindarkan saat itu. Suasana meriah terlihat di sini. Warga
pun mulai berhamburan untuk menghindar, karena mereka pun tak luput
dari serangan nasi yang telah berterbangan. Namun ada juga warga yang
membawa nasi tersebut ke rumah dan meletakannya di pojok rumahnya
atau di sawah mereka sebagai bentuk sedekah dengan alam atas hasil
panen mereka.
Sekilas perbuatan di atas menjurus kepada perbuatan mubazir karena
dengan sengaja membuang-buang makanan yang seharusnya dimakan
malah terbuang sia-sia, akan tetapi itulah cara masyarakat desa untuk
mengungkapkan rasa syukur dengan apa yang telah mereka
peroleh.Kemudian yang akan penulis bahas di sini adalah proses
pelaksanaan adat sedekah bumi yang dikaitkan dengan pemahaman
masyarakat terkait ayat syukur yang menjadi landasan dasar kegiatan
sedekah bumi tersebut.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
6
8
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin: Studi Living Qur‟an
di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau”. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta, 2016), 6.
7
kajian yang telah ada.9 Dari penelusuran yang penulis lakukan, penulis
baru menemukan beberapa karya, diantaranya karya Wiwid Naluriani
Kasih dalam skripsi yang berjudul “Upacara Sedekah Bumi Dalam
Perspektif Pendidikan Islam (Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di
Desa Sendangmulyo Kec. Ngawen Kab. Blora) mengatakan bahwa tradisi
sedekah bumi merupakan budaya masyarakat Jawa yang memiliki ciri
khas tersendiri dan mengandung nilai-nilai yang bisa dilestarikan dan
sejalan dengan pendidikan Islam.10
Kemudian ada juga skripsi yang dibuat oleh Ristiyanti Wahyu yang
berjudul “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenan pada
masyarakat Kalirejo Kec. Talun Kab. Pekalongan” membahas terkait
proses sedekah bumi legenan dan makna simbolik yang terdapat dalam
tradisi tersebut.11 Ada juga skripsi yang ditulis oleh Muafa Erni Vidyawati
yang berjudul “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kec. Menganti Kab.
Gresik (Studi Akulturasi Islam dan Hindu)” di dalam tulisan ini
mejelaskan terkait proses sedekah bumi di Desa Laban dan aspek-aspek
akulturasi yang terdapat di dalamnya.12
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Azka Miftahuddin Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Purwokerto yang berjudul “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi
9
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin: Studi Living Qur‟an
di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakrta, 2016), 7.
10
Wiwid Naluriani Kasih, “Upacara Sedekah Bumi Dalam Perspektif Pendidikan
Islam: Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di Desa Sendangmulyo Kec. Ngawen
Kab. Blora”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017)
11
Ristiyanti Wahyu, “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenanan Pada
Masyarakat KaliRejo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan”. (Skripsi S1.,
Universitas Negeri Semarang, 2016).
12
Muafa Erni Vidyawati, “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik (Studi Akulturasi Islam dan Hindu)”. (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016).
9
13
Azka Miftahuddin, “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi Sedekah Bumi Di
Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo Banyumas”. (Skripsi S1., Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, 2016).
14
Emi Nurafifah, “Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawadan Ajaran Islam
(Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati)”.
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015).
15
Isce Veralidiana, “Implementasi Tradisi Sedekah Bumi (Studi Fenomenologis di
Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro)”. (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010).
10
16
Puniatun, “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara
Kebudayaan Nasional”. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Veteran Semarang vol 1
No. 2 tahun 2013, (e-jurnal.ikip-veteran.ac.id).
17
Nur Falihatun, “Penafsiran Ayat-Ayat Syukur (Kajian Terhadap Kitab al-Ibrīz Li
Ma‟rifati al-Qur‟an al-„Azīz Karya Bisyri Mustafa)”. (Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017).
18
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 21.
19
Patri Endah Mulyani, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi Upara Sedekah
Bumi Setelah Musim Tanam Padi Studi di Desa Anjatan Utara Kec. Anjatan Kab.
Indramayu”. (Skripsi S1.,Universitas Islam Indonesia, 2018).
11
20
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Penelitian (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2007), 29
21
Adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial, penelti
menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan dan cara hidup.
Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian, tujuan utamanya untuk
memahami suatu pandangan hidup dan sudut pandang penduduk asli. Suwardi
Endraswara, Metode, Teori Teknik Penelitian Kebudayaan: Edeologi, Epistemologi dan
Aplikasi (Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2006), 207. Lihat juga Jurnal yang di tulis
oleh: Rendi Wura Juniarta, “Metode Etnografi” dari
http://rendywirajuniarta.blogspot.co.id/2010/06/metode-etnografi_15.html
12
Ada beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
a. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi utama yang
dibutuhkan dalam penelitian, diantaranya:
1). Pejabat Desa yang menjadi fasilitator terlaksananya tradisi
sedekah bumi.
2). Tokoh masyarakat atau sesepuh desa.
3). Tokoh Ulama.
Subjek penelitian di atas yaitu orang-orang yang diwawancarai
langsung oleh penulis untuk dapat memperoleh data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian. Adapun informan tersebut bisa saja
bertambah sesuai dengan apa yang ditemui penulis ketika melakukan
penelitian.
b. Data Literature dan Dokumentasi
Data literature diambil dari beberapa kitab dan buku pustaka yang
membahas tentang bersyukur dan tradisi sedekah bumi, baik itu berupa
teori maupun praktek. Selain itu juga ada beberapa dokumentasi berupa
foto-foto terkait desa dan ketika kegiatan tradisi sedekah bumi
berlangsung.
c. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis menggunakan
beberapa metode pengumpulan data, yakni dengan menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer yang penulis gunakan disini adalah
hasil observasi, wawancara, dan penelitian terhadap dokumen-dokumen
terkait kegiatan masyarakat Desa Kedungneng, khususnya tokoh
masyarakat dan aparatur Desa.
13
d. Observasi
Yaitu metode yang digunakan untuk mengamati secara langsung objek
penelitian di lapangan. Penulis melakukan cara ini untuk memperkuat data
dan mendapatkan keterangan dari individu tertentu untuk keperluan
informasi, sikap atau pandangan dari individu yang diwawancarai. Penulis
juga menggunakan observasi sebagai alat pengumpulan data. Observasi
yang penulis lakukan adalah dengan cara mendatangi dan mengamati
proses berlangsungnya adat sedekah bumi di desa tersebut dan bagaimana
tanggapan warganya jika dikaitkan dengan ayat mubazir yang ada di
dalam Al-Qur‟an.
e. Interview (wawancara)
Yaitu digunakan untuk data dan informasi responden penelitian melalui
serangkaian wawancara secara mendalam atau wawancara takberstruktur.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara etnografi
yaitu wawancara yang menggambarkan sebuah percakapan selayaknya
persahabatan.22 Penelitian ini mengumpulkan data-data melalui
pengamatan dan berbagai percakapan sambil lalu, sehingga ada sebagaian
Masyarakat Desa Kedungneng yang diwawancarai tidak menyadari jika
sebenarnya peneliti sedang menggali informasi.
Metode ini penulis gunakan untuk menguji ulang data-data yang ada
dari hasil observasi. Selain itu, teknik wawancara juga digunakan untuk
menggali data yang tidak ditemukan selama melakukan observasi di
lapangan.23 Wawancara ini ditujukan kepada setiap Masyarakat yang
penulis temui dengan mengambil perwakilan dari setiap Blok di desa
tersebut, dengan metode ini penulis melakukan tanyajawab antara dua
22
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin,” 12.
23
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin,” 13.
14
24
Haris Hardiansyah, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), 164.
25
Haris Hardiansyah, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, 172.
15
فَِإ ْن ََلْ ُُْي ِزئْوُ فَ ْليُثْ ِن َعلَْي ِو؛ فَِإنَّوُ إِ َذا أَثْ ََن َعلَْي ِو فَ َق ْد،ُف فَ ْليُ ْج ِزئْو
ٌ صنِ َع إِلَْي ِو َم ْع ْرُو
ُ َم ْن
س ثَ ْوَ ْب ُزْوٍر ِ َّ
َ فَ َكأََّنَا لَب،ط َ َوَم ْن ََتَلَّى ََبَا ََلْ يُ ْع،ُ َوإِ ْن َكتَ َموُ فَ َق ْد َك َفَره،َُش َكَره
“Barang siapa yang diberi kebaikan, hendaklah dia membalasnya; dan
jika tidak punya sesuatu untuk membalasnya, hendaklah memuji
pemberiannya, karena sesungguhnya apabila dia pihak yang
memberinya, berarti dia telah berterima kasih kepadanya. Akan tetapi,
jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari
kebaikannya. Barang siapa yang menghiasi dirinya dengan apa yang
1
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, cet. I (Jakarta:
Belanoor, 2010), 21
2
Al-Raghib AlAsfahani, Al-Mufradāt Fī Gharībil Qur‟ān Terj. Ahmad Zaini Dahlan,
Kamus Al-Qur‟an Jilid 2, cet. I (Depok: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2017) , 396
16
17
Secara bahasa Syukur adalah pujian yang telah berbuat baik atas apa
yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat
syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-an
adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh
pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.4
Syukur secara etimologi juga berarti membuka dan menyatakan. Adapun
menurut terminology tasawuf, syukur ialah menggunakan nikmat Allah
SWT. untuk taat dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat
terhadap-Nya.5
Syukur diperlukan karena semua yang kita lakukan dan miliki di dunia
adalah berkat karunia Allah SWT. Dia-lah yang telah memberikan nikmat
kepada kita, baik berupa pendengaran, penglihatan, kesehatan, keamanan,
maupun nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung jumlahnya. Syukur
merupakan pengetahuan yang membangkitkan kesadaran bahwa satu-
satunya pemberi nikmat adalah Allah SWT. dan ucapan nikmat-Nya
sangat luas. Keutamaan syukur mengungguli peringkat lainnya dalam
maqamat bahwa taubat, zuhud, dan sabar tidak berlaku lagi di akhirat.
Orang tidak memerlukannya lagi di surga, tetapi bersyukur perlu
dilakukan. Orang yang menggabungkan sabar dengan syukur adalah orang
yang memiliki hikmah.
Seseorang akan bisa bersyukur dengan sedalam-dalamnya dan penuh
dengan ikhlas, membesarkan Allah Yang Memberi Nikmat, apabila ia
3
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 24
4
Amir An-Najjar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Terj. Ija Suntana
(Bandung: PT. Mizan Publika, 2004), 90
5
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, cet. III (Jakarta: AMZAH, 2015), 175
18
6
Imam Al- Ghazali, Syukur Menambah Nikmat (Surabaya: CV. Karya Utama, 2007),
9
19
7
Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul &
Terjemah, cet. III (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2010), 429.
8
Susatyo Budi Wibowo, 99 Jalan Menuju Surga Menurut Al-Qur‟an dan Hadits, cet.
I (Yogyakarta: Gava Media, 2010), 21-23
20
9
Imam Ghazali, Taubat, Sabar, dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A Suminto,
cet. VI (Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1983), 197-203
10
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-qur‟an: Tafsir Maudhū‟i atas Pelbagai
Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), 217
21
11
Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim 1 Barometer Menuju
Muslim Kaffah (Sukoharjo: Cordova Mediatama, 2015), 353.
22
12
Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim, 354.
23
Tabel 2.1
Ayat-ayat Syukur dalam al-Qur‟an
No. Kata Jumlah Ayat
1. شك ََسَ 2 Al-Naml/27: 40; Al-Qamar/54: 35
2. شكَستُم َ 2 Al-Nisā‟/4:147; Ibrāhīm/14: 7
3. أَش ٌك َس 3 Al-Naml/27: 19; Al-Naml/27: 40
Al-Aẖqāf/46: 15
4. ت َش ُك ُسوا 1 Al-Zumar/39: 7
5. َت َش ُك ُسون 19 Al-Baqarah/2: 52; Al-Baqarah/2: 56
Al-Baqarah/2: 185; Ali-Imrān/3: 123
Al-Māidah/5: 6; Al-Māidah/5: 89
Al-A‟rāf/7: 10; Al-Anfāl/8: 26
Al-Naḥl /16: 14; Al-Naḥl/16: 78
Al-ḥajj22: 36; Al-Mu‟minūn/23: 78
Al-Qashash/28: 73; Ar-Rūm/30: 46
Al-Sajdah/32: 9; Fātir/35: 12
Al-Jātsiyah/45: 12; Al-Wāqi‟ah/56: 70
Al-Mulk/67: 23
5. يَش ُك ُس 2 Al-Naml/27: 40; Luqmān/31: 12
6. َيَش ُك ُسون 9 Al-Baqarah/2: 243; Al-A‟rāf/7: 58
Yūnus/10: 60; Yūsuf/12: 38
Ibrāhīm/14: 37; Al-Naml/27: 73
Yāsīn/36: 35; Yāsīn/36: 73
Ghafir/40: 61
7. أش ُكس 2 Luqmān/31: 12; Luqmān/31: 14
8. أش ُك ُسوا 5 Al-Baqarah/2: 152; Al-Baqarah/2: 172
Al-Naḥl /16:: 114; Al-„Ankabūt/29: 17
Saba‟/34: 15
9. شُكسا 1 Saba‟/34: 13
10. ش ُكوزا ُ 2 Al-Furqān/25: 62; Al-Insān/76: 9
11. شَب ك ٌِس 1 Al-Baqarah/2: 158
12. شَب كِسا 3 Al-Nisā‟/4: 147; Al-Naḥl /16:121
Al-Insān/76: 3
13. َشَب ك ُِسون 1 Al-Anbiya/21: 80
14. الشَب 9 Ali-Imrān/3: 144; Ali-Imrān/3: 145
َك ِِسيه Al-An‟am/6: 53; Al-An‟am/6: 63
Al-A‟rāf/7: 17; Al-A‟rāf/7: 144
Al-A‟rāf/7: 189; Yūnus/10: 22
Al-Zumar/39: 66
15. ٌ ش ُك
وز َ 9 Ibrahim/14: 5; Luqmān/31: 31
ش ُكوز َ Saba‟/34: 13; Saba‟/34: 19
Fātir/35: 30; Fātir/35: 34
Al-Syura/42: 23; Al-Syura/42: 33
Al-Tagābun//64: 17
16. ش ُكوزا
َ 1 Al-Isra‟/17: 3
17. َمش ُكوزا 2 Al-Isra‟/17: 19; Al-Insān/76: 22
Sumber: al-Mu‟jam al-Mufahras li alfāzil Qur‟ānil karīm.
24
13
Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata , 23.
14
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid: I (Juz 1-
2-3), Departemen Agama RI, 1982/1983, 282
25
Dijelaskan dalam tafsir Ibn Kaṡīr (“ ) َوإِذْ ت َأَذَّنَ َزبُّ ُك ْمDan ingatlah tatkala
Rabbmu memaklumkan” kalimat tersebut memberitahukan tentang janji
Allah kepada manusia, selain itu kalimat tersebut juga bisa berarti
“Ingatlah tatkala Rabbmu bersumpah dengan keperkasaan, keagungan,
َ َعرَا ِبي ل
dan kebesaran-Nya” ( ٌ شدِيد َ َو َل ِئ ْه َكفَ ْست ُ ْم ِإ َّن شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم
َ )لَئِ ْه
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan memambah (nikmat)
15
Ahmad Muṣṭafa Al-Marāghi, Terjemah Tafsir Al-Marāghi, Juz: II, terj. Azhrun
Abubakar (Semarang: CV. Toha Putra, 1984), 32-33
16
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur‟an, volume: 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 362
17
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, 158
26
C. Aspek-Aspek Syukur
Al Munjid menjelaskan bahwa syukur dapat muncul dikarenakan tiga
aspek, yaitu:
a. Mengenal Nikmat
18
Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq, Lubaabut Tafsir Min Ibni
Katsir, terj. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2013), 66.
19
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 23.
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 24.
27
21
Alfin Nadhiroh, “Hubungan Kebersyukuran dengan Kebermaknaan Hidup Orang
Tua yang Memiliki Anak Autis” (Skripsi Univeritas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2012), 13-14.
28
22
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 36
29
23
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 45
24
Alfin Nadhiroh, “Hubungan Kebersyukuran” , 15-16
30
28
Abū Bakr Jābir Al-Jazā‟iri, Minhaj Al-Muslimīn, terj. Hasanuddin dan Didin
Hafidhuddin (Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa, 1996), 545
29
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, 576
30
Atiqah Hamid, Buku Lengkap Fiqh Wanita Segala Tentang Urusan Wanita Ada di
Sini (Yogyakarta: DIVA Press, 2014 ), 112
32
31
Tihami, Fikih Munakahat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), 131
32
Atiqah Hamid, Buku Lengkap Fiqh Wanita, 113
33
Hasil dari Peneitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
33
34
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 218.
35
Ahmad Yani, Be Excellent: Menjadi Pribadi Terpuji (Jakarta: Al Qalam, 2007),
251-252.
34
36
Muhammad Syafi‟ie el-Bantanie, Dahsyatnya Syukur (Jakarta: Qultum Media,
2009) 42-46
35
Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-
Ku)”. (Q.S. Al-Baqarah/2: 152)37
c. Menambah rezeki
Dalam surat Ibrāhīm ayat 7, disebutkan bahwa Allah SWT. akan
menambah nikmat yang bersyukur.
d. Mendatangkan kesembuhan
Orang-orang yang tetap bersyukur dalam kondisi sakit akan
mendapatkan balasan yang luar biasa, yakni Allah SWT. akan
meyembuhkan penyakitnya dan akan memberikan nikmat yang jauh
lebih baik dari sebelumnya, seperti halnya dalam kisah Nabi Ayub
as.
F. Tradisi Sedekah Bumi
1. Pengertian tradisi sedekah bumi
Tradisi merupakan roh dari suatu kebudayaan. Tanpa adanya tradisi
tidak mugkin suatu kebudayaan akan hidup dan bertahan. Dengan tradisi
hubungan antara individu dengan masyarakat dapat menjadi lebih
harmonis dan sistem kebudayaan akan menjadi kokoh.
Secara etimologi, kata tradisi atau tradisional berarti tatanan, budaya
atau adat yang hidup dalam sebuah komunitas nasyarakat (Mastuhu, 1994:
55) karenanya, tradisi diartikan konsensus bersama untuk diartikan serta
dijunjung tinggi oleh sebuah komunitas masyarakat setempat. Kata
37
Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata , 23.
38
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, 158
36
39
Hasani Ahmad Said, Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di Nusantara, IBDA:
Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2011. DOI :
https://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/ibda/article/view/38/16.
40
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007) Edisi Ketiga
41
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007) Edisi Ketiga.
42
Amrulloh Syarbini, Supersedekah, (Jakarta: Qultum Media, 2012), 13.
37
47
Furqan Syarif Hidayatulloh, Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap, el-harokah:
Jurnal Sedekah Bumi, Vol. 15 No. 1 Tahun 2015. https://www.researchgate.net 2836.
48
Mufid Marzuki (Tokoh Ulama Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes, 29 September 2019, Jawa Tengah.
39
Tabel 2.2
Sejarah Tradisi Sedekah Bumi
Pra-Islam Tradisi Lokal Islami
Sedekah bumi diartikan juga Sedekah bumi adalah Suatu tradisi yang selalu
oleh sebagian masyarakat suatu adat dan tidak ada dilakukan setiap tahun
pedesaan yang awam akan dalil dalam al-qur‟an dan sebagai ungkapan rasa
ilmu agama sebagai sebuah hadisnya.52 syukur kepada Allah atas
syukuran terhadap hasil panen yang di dapat53
dewa/dewi yang
memberikan panen
melimpah, mereka
menyebutnya dengan Dewi
Sri, yaitu istilah dewi yang
memberikan baik atau
buruknya panen petani.51
49
Gending dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti lagu – macakal gending
yang dimainkan untuk dinikmati keindahannya, dimainkan secara instrumental, bukan
untuk mengiringi tari dsb (di Jawa Barat). Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Edisi Ketiga.
50
Kemong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama dengan Kemung. Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Edisi Ketiga.
51
Fazri Sidiq (Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang) diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes, 29 September 2019, Jawa Tengah.
52
Shopi (Ustadz/Guru Ngaji) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 21 September 2019,
Jawa Tengah.
53
Saiful aziz, Wawancara.
40
54
Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes, 27 september 2019, Jawa Tengah
55
Syihabuddin (Lebe Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 25
September 2019, Jawa Tengah.
56
Syarif (Carik/Sekretaris Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 25
September 2019, Jawa Tengah.
57
Tarmudi (Kuwu/Kepala Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 26
September 2019, Jawa Tengah
58
Aliyudin (Mahasiswa IAT), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 27 September
2019, Jawa Tengah.
59
Wasjid (Tokoh Masyarakat Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes,
26 september 2019, Jawa Tengah.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA KEDUNGNENG KECAMATAN
LOSARI KABUPATEN BREBES
JAWA TENGAH
Dalam bab ini penulis akan menggambarkan objek kajian penelitian
guna memberikan penjelasan awal mengenai objek kajian yang berkaitan
dengan judul skripsi ini, baik berupa letak geografisnya maupun keadaan
masyarakatnya.
A. Letak Geografis
Secara administratif Desa Kedungneng merupakan salah satu desa dari
dua puluh dua desa yang ada di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
Terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat
dengan luas wilayah 306,52 Ha dengan tingkat perkembangan desa berupa
Swakarya yang terdiri dari 3 Dusun, 3 RW, dan 18 RT.
Desa Kedungneng , 4 Km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Losari
berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Desa Randusari
2. Sebelah Selatan : Desa Kalibuntu
3. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat
4. Sebelah Timur : Desa Luwungbata
Sedangkan jarak dari desa ke Kabupaten sejauh 37 Km dan 205 Km
jarak dari Ibukota Provinsi.
Keadaan alam Desa Kedungneng merupakan dataran dengan tipologi
desa yang berupa persawahan. Mata pencaharian penduduk desa
Kedungneng adalah Buruh Tani. Walaupun tergolong daerah persawahan
akan tetapi tidak semua masyarakat memiliki lahan sehingga kebanyakan
dari mereka hanya bekerja sebagai buruh taninya saja. 1
1
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
42
43
B. Kependudukan
Desa Kedungneng adalah desa yang terdiri dari 3 Dusun, 3 RW, dan 18
RT. Masing-masing Dusun terdiri dari 6 RT, yaitu:
1. Dusun I (RW 01 terdiri dari 6 RT)
2. Dusun II (RW 02 terdiri dari 6 RT)
3. Dusun III (RW 03 terdiri dari 6 RT)
Masing-masing Dusun dipimpin oleh seorang BAU atau KADUS
(Kepala Dusun), yang dipilih secara kompetitif melalui berbagai macam
tes keilmuan, berupa tes tulis, wawancara, kemudian pidato. Tujuannya
untuk mendapatkan seseorang yang benar-benar mengerti dengan
permasalahan yang nantinya harus ditangani. Jumlah penduduk secara
keseluruhan Desa Kedungneng adalah 7.766 Jiwa dari 2.782 KK, yang
terdiri dari 4.003 laki-laki dan 3.763 perempuan. Adapun jumlah
penduduk berdasarkan kelompok umur yaitu2:
1. Usia 0-15 tahun : 2.263 Jiwa
2. Usia 15-65 tahun : 5.131 Jiwa
C. Kondisi Sosial, Tingkat Pendidikan, Taraf Ekonomi, dan
Kehidupan Keagama
1. Kondisi Sosial
Masyarakat Desa Kedungneng ini telah mengalami perkembangan gaya
pola hidup yang cukup maju, baik dari segi pergaulan, pakaian, dan gaya
bahasa yang mengikuti perkembangan zaman, akan tetapi terlepas dari itu
masyarakat masih menganut tata krama yang baik, dilihat dari tertib dan
amannya kondisi lingkungan.3
Berbicara mengenai lingkungan, pergaulan sosial, tentunya tidak
terlepas dari rasa kebersamaan yang diwujudkan dalam suatu komunikasi
2
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
3
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
44
2. Tingkat Pendidikan
Ketika pendidikan diartikan sebagai salah satu bagian kegiatan
kebudayaan, sebagai salah satu proses regenerasi, pendidikan memberikan
conoh sehingga anak dan cucunya siap secara jasmani ruhani untuk
melanjutkan kehidupan yang lebih baik dan mempertahankan tradisi orang
tua dan nenek moyang mereka. Maka, sejarah pendidikan di Indonesia
sebenarnya sudah lama dimulai, sebelum hari pendidikan nasional,
4
Berdasarkan Pengamatan yang dilakukan penulis pada tanggal 19-28 September
2019 di Desa Kedungneng, Kec. Losari, Kab. Brebes
5
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
45
6
Muhammad Rifai‟i, Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga
Modern, cet,. III (Jakarta: AR-Ruzz Media, 2016), 13-14.
7
Saiful Aziz (Kepala Dusun I) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 28 September
2019, Jawa Tengah.
46
3. Taraf Ekonomi
Islam adalah agama produktif yang mendorong umatnya untuk
berkarya. Bekerja dan berproduksi adalah keniscayaan hidup. Tanpa
bekerja dan berproduksi, kehidupan akan berhenti. Oleh karenanya, dalam
banyak ayat al-Qur‟an, ditemukan perintah untuk beriman seringkali
didampingi oleh, dan dilanjutkan dengan, perintah untuk beramal saleh.
Amal saleh yang diperintahkan Al-Qur‟an itu sebenarnya mencakup
semua amal keagamaan dan keduniaan sekaligus, yang dilakukan untuk
mencari ridha Allah dan memberikan kemanfaatan bagi peradaban umat
manusia. 9
Ekonomi itu pada hakikatnya adalah segala aktivitas yang berkaitan
dengan produksi dan distribusi di antara orang-orang. 10
Mengenai tingkat ekonomi penulis hanya membatasi pada mata
pencaharian masyarakat Desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten
Brebes . dari hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap tingkat
8
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
9
Tafsir Al-Qur‟an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang Dan Diklat Departemen Agama RI), 312
10
M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, cet. I (Jakarta:
Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999), 5.
47
11
Saiful Aziz. wawancara.
12
Nasaruddin Umar, Islam Fungsional: Refitalisasi & Rektualisasi Nilai-Nilai
Keislaman (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), 77.
48
13
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam dalam Perspektif Kerukunan
Umat Beragama, cet. 1. (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2012), 234
49
14
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam. 236
15
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
16
. Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam. 246
50
17
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam, 237
18
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
19
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam, 33
51
20
Syarif (Carik) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa
Tengah.
21
Nariti Heryani (Tokoh Masyarakat) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 28
September 2019, Jawa Tengah.
22
Adat istiadat adalah “cara-cara bertindak sesuai kebiasaan kelompok atau individu”
dan budaya adalah “kebiasan dan ritual yang mengatur dan menentukan hubungan sosial
kita berdasarkan kehidupan sehari-hari”.
52
23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 276
57
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 52
BAB IV
PEMAHAMAN DAN PRAKTIK TASYAKKUR MASYARAKAT
PADA TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA KEDUNGNENG
KECAMATAN LOSARI KABUPATEN BREBES
Kata Islam berasal dari bahasa Arab „aslama yang berarti ketundukan,
kesetiaan, dan kepatuhan (terhadap kehendak Tuhan). Sedangkan dalam
terminologi, kata Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islām yang
berarti mematuhi atau menerima dan memeluk Islam, kata dasarnya adalah
salima yang memiliki makna keselamatan dan kemakmuran. Bersama-
sama mereka membentuk dasar untuk kata salamat, dapat juga disebutkan
bahwa makna yang terkandung dalam Islam adalah perdamaian,
kesejahteraan, keselamatan, penyerahan, dan kepatuhan. Dapat
disimpulkan bahwa makna Islam adalah penyerahan dan kepatuhan dengan
sepenuh hati kepada kehendak Tuhan. Meski begitu, manfaatnya bukan
untuk kebaikan Tuhan itu sendiri tetapi untuk kebaikan manusia. Sebagai
agama langit terakhir, hukum Islam memberi petunjuk kepada manusia
tentang semua aspek kehidupan. Islam adalah sistem aqidah, syariah dan
akhlak yang membimbing kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Oleh
karena itu, Islam adalah agama yang menyatakan tunduk kepada Tuhan,
dengan Alquran sebagai buku yang digunakan sebagai pedoman dan
petunjuk yang keasliannya dijaga oleh Allah SWT.1
Islam dalam tataran teologis adalah sistem nilai dan ajaran yang
bersifat Ilahiyah dan transenden. Sedangkan dalam perspektif sosiologis,
Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial dalam
kehidupan manusia. Antara Islam dalam tataran teologis dan sosiologis
1
Hasani Ahmad Said, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan
MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016.
DOI : https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/338.
58
59
2
Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,
Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their
Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial
Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-
8-no-1-2020/.
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 149
4
Hasani Ahmad Said, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan
MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016.
DOI : https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/338.
60
5
Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,
Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their
Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial
Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-
8-no-1-2020/.
6
Furqan Syarif Hidayatulloh, Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap, Jurnal: el
Harakah Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
61
(berdoa bersama) dan pesta rakyat, maka lain halnya dengan yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungneng.
Sedekah bumi pada umumnya dilakukan ketika selesai masa panen,
akan tetapi tidak berlaku untuk masyarakat Kedungneng yang justru
melaksanakan sedekah bumi sebelum masa panen atau ketika akan tandur
(menanam), Karena untuk musim panennya sendiri tidak menentu. Di desa
Kedungneng musim panen antara bulan Maret-April, tetapi karena di
bulan-bulan tersebut petani masih banyak kesibukan, sehingga
pelaksanaannya dilakkan antara bulan Agustus-September.7
Sedekah bumi untuk tahun 2019 dilaksanakan pada tanggal 19-21
September 2019 M atau 19-21 Muharram 1441 H. Adapun rangkaian
acara tradisi sedekah bumi antara lain:
1. Pagelaran Wayang Kulit
Wayang merupakan sebuah warisan budaya nenek moyangyang
diperkiraan telah ada sejak 1500 SM. Wayang sebagai salah satu jenis
pertunjukan sering diartikan sebagai bayangan yang tidak jelas atau
samar-samar, bergerak kesana kemari. Bayangan yang samar tersebut
diartikan sebagai gambaran perwatakan manusia. Di Indonesia terutama di
pulau Jawa terdapat ratusan jenis wayang yang dapat digolongkan
menurut cerita yang dibawakan, cara pementasan wayang, dan bahan yang
digunakan untuk membuat wayang. Sekitar separuh lebih dari jumlah
wayang tersebut sekarang sudah tidak dipertunjukan lagi, bahkan
dantaranya sudah punah. Diantara pertunjukan wayang yang paling utama
dan masih terdapat hingga sekarang adalah wayang kulit di Jawa Tengah.
Kepopuleran wayang kulit dikarenakan padat dengan nilai filosofis,
pedagogis, historis, dan simbolis.
7
Mufid Marzuki, Wawancara.
62
8
Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,
Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their
Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial
Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-
8-no-1-2020/.
63
9
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 20 September 2019 di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes
66
yang telah diperoleh dari hasil tanaman pada tahun ini dan juga untuk
kemakmuran desa Kedungneng itu sendiri. Kemudian setelah pembacaan
doa selesai ssemua tumpeng yang dibawa dibagikan kepada warga dengan
cara melemparkannya dari atas panggung sehingga warga pun berebut
untuk dapat kebagian berkah dari tumpeng yang dibawa oleh rombongan
Bapak Kuwu tersebut. Ketika itu beberapa warga mulai saling melempar
nasi yang mereka dapatkan, sehingga kejadian perang nasi pun tidak
terelakan.10
Perang nasi merupakan suatu tradisi yang susah untuk dihilangkan.
Menurut warga setempat, perang nasi merupakan suatu kesenangan
tersendiri untuk mengisi tradisi sedekah bumi, karena mereka beranggapan
bahwa itu sudah menjadi keharusan yang ada ketika tradisi sedekah bumi
dilaksanakan dan masih membudayakannya sampai sekarang.11
Beberapa ulama setempat menanggapi terkait perang nasi yang sering
kali terjadi ketika pelaksanaan sedekah bumi merupakan suatu bentuk
ungkapan syukur manusia juga terhadap hewan melata yang ada di bumi.
Karena pada hakikatnya mereka juga sama-sama hidup di bumi dan
merasakan nikmat yang Allah berikan, maka dari itu dilemparkanlah
makanan tersebut dengan harapan dapat dimakan oleh binatang yang ada
di bumi.12
4. Pagelaran Sandiwara
Dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi tidak terlepas dengan adanya
kesenian sandiwara. Sandiwara merupakan suatu pertunjukan drama
musical yang dimainkan beberapa orang dengan latar cerita tentang
kerajaan pada jaman dahulu. Seperti sudah merupakan suatu keharusan
10
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 21 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes
11
Darmad (Ketua RT. 001 Rw. 003 Desa Kedungneng), diwawancari oleh Isnaeni,
Brebes, 21 September 2019, Jawa Tengah
12
. Mufid Marzuki, wawancara.
67
Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka pasti
nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur
nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini
hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian, penggalan
akhir ayat ini dapat diahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak
tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang
mengkufuri nikmat Allah, bahkan boeh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya
dalam rangka mengulur kedurhakaan. syukur berarti membuka dan
menampakan, lawannya adalah kufur, yakni menutup atau
menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakan nikmat, antara lain
menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Itu
berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. menuntut
perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan nikmat
tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya.15
13
Syihabuddin, Wawancara.
14
Ust. Shopi, Wawancara.
15
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 23.
69
16
Ust. Shopi, Wawancara.
17
Mufid Marzuki, Wawancara.
70
18
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 21 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
19
Abdillah (Tokoh Ulama Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 21
September 2019, Jawa Tengah.
71
21
Shopi dan Syihabuddin. Wawancara.
22
Syihabuddin (Tokoh Ulama), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 23 September
2019, Jawa Tengah.
73
berkat kepada keluarga, tetangga dan sanak saudara lainnya. Jika dilihat
dari kegiatan awalnya, yaitu seperti pembacaan doa bersama kemudian
masyarakat saling berbagi rezeki melalui makanan, itu masuk dalam
tradisi Islam. Tetapi kalau dilihat dari hiburan yang diadakan, mungkin itu
belum sesuai dengan tradisi Islam karena memang tujuannya hanya
sebagai hiburan saja.23
Senada dengan pendapat warga masyarakat diatas, pada kesempatan
wawancara dengan Bapak Kuwu, penulis mendapati pandangan yang
relatif sama bahwa tradisi sedekah bumi merupakan adat turun temurun
yang sudah diyakini oleh masyarakat. Tradisi sedekah bumi merupakan
salah satu ungkapan rasa syukur, karena pada dasarnya memang
mengarahnya kepada yang kuasa Gusti Allah SWT. hanya saja adat
dahulu yang dimodernisasi ke zaman sekarang. Sebagai salah satu upaya
bentuk rasa syukur masyarakat karena sudah mendapat hasil dari bumi
akhirnya terjadilah pesta bumi.24
Dasar dilaksanakannya sedekah bumi adalah untuk sedekah kepada
bumi karena manusia tinggal di atas bumi, walaupun sebenarnya bisa
dengan acara lainnya, seperti muludan atau pengajian. Akan tetapi karena
sudah dari dulunya seperti itu maka susah untuk dihilangkan. Adanya
pengajian umum merupakan suatu upaya untuk mencoba lebih
memasukkan nilai-nilai agama ke dalam proses acara sedekah bumi
karena memang dahulu tidak disertai dengan pengajian tersebut, cukup
dengan proses kenduri setelah itu doa bersama dan kemudian acara
hiburan, benar-benar hanya skedar pesta rakyat saja. Karena memang pada
23
Syarif, Wawancara.
24
Tarmudi, wawancara.
74
25
Wasjid (Tokoh Masyarakat) di wawancari oleh Isnaeni, Brebes, 24 September
2019, Jawa Tengah.
26
Sajum Sayuti, Wawancara.
75
itu masih tercampur animisme dan dinamisme, sedekah bumi kalau orang
pedesaan itu terkhusus untuk masyarakat yang kurang paham (awam)
mereka menganggap sedekah bumi merupakan sebuah syukuran terhadap
dewa/dewi yang memberikan panen melimpah, kalau kata orang tua
menyebutnya Dewi Sri, yakni Dewi yang memberikan baik atau buruknya
panen petani. Itu yang menjadikannya menjadi musyrik, kalau menurut
Fazri ada baiknya masyarakat merubah niat, di mana yang dulunya
beranggapan kalau sedekah bumi merupakan wujud kepada Dewa Sri
harus diganti tehadap Allah SWT. sehingga tidak mensekutukan Allah
SWT. walaupun sejatinya hanya Dia lah yang memberikan panen secara
otmatis. Dewi Sri hanya merupakan wujud kuasa Tuhan.
Mereka menambahkan terkait dengan pelaksanaanya, ada beberapa
momen yang perlu diganti, terutama terkait tradisi tawuran nasi. Ia
mengingikan sedekah bumi cukup dengan moment ketika semua nasi dari
masyarakat dikumpulkan di satu tempat (balai desa), kemudian di doakan
setelah itu dibagikan kembali kepada mereka, kalau bisa pembagian itu
juga tidak hanya untuk mereka yang mengantarkan nasi ke balai desa, tapi
untuk semua warga desa, sehingga mereka yang tidak memiliki sawah bisa
juga menikmati nasi dari sawah desa sendiri. Tradisi sedekah bumi perlu
dilestarikan, karena itu sebuah tradisi lama, yang emang merupakan
khasanah budaya Indonesia.27
Senada dengan pendapat mahasiswa di atas, Bapak Abdillah
menuturkan bahwa, tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat desa
ini belum dikatakan sebagai ungkapan rasa syukur karena itu hanya
sebatas adat saja yang sulit untuk merubahnya. Masyarakat rela
mengorbankan hartanya hanya untuk suatu hiburan semata bukan karena
syukurannya, jadi lebih kepada pesta rakyat saja, maka menurutnya itu
27
Fazri Sidiq dan Aliyudin, Wawancara.
76
28
Abdillah, wawancara
77
29
Mufid Marzuki, Wawancara.
78
30
Abdillah, Wawancara.
31
Syihabuddin, Wawancara.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian langsung dan mengadakan
wawancara dengan beberapa masyarakat terkait, yaitu perangkat desa,
tokoh agama dan masyarakat umum, dalam penelitian yang ada khususnya
terkait tradisi sedekah bumi. Penelitian ini menyimpulkan terkait
pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur dalam tradisi sedekah bumi
yaitu:
1. Diadakannya pengajian umum sebagai upaya memasukan nilai-
nilai agama oleh tokoh ulama setempat, karena sebelumnya tradisi
sedekah bumi belum memasukan nilai dakwahnya, hanya sebagai
pesta rakyat saja
2. Prosesi kenduri atau arak-arakan tumpeng dijadikan sebagai
simbol inti acara sedekah bumi itu sendiri, selain memohon rahmat
dan keberkahan melalui makanan tersebut, tujuan lainnya yaitu
untuk membagikan makanan kepada warga mayarakat desa yang
dianggap dapat membawa keberkahan
3. Perang nasi atau lempar-lempar nasi yang dilakukan pada dasarnya
dilakukan masyarakat untuk dapat berbagi dengan binatang yang
hidup di bumi.
4. Tradisi sedekah bumi diharapkan oleh warga masyarakat desa
Kedungneng sebagai upaya untuk dapat mengungkapkan rasa
syukur mereka kepada Allah SWT. atas hasil panen yang diperoleh
sesuai dengan yang dianjurkan di dalam Q.S. Ibrāhīm ayat 7.
Dalam penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan ritual
tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Kedungneng
adalah sebagai warisan dari tradisi terdahulunya. Konsep Sedekah bumi
80
81
82
83
DAFTAR WAWANCARA
Abdillah (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa Tengah.
Aliyuddin (Mahasiswa IAT IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 27 September 2019, Jawa
Tengah.
Amin Mubarak (Guru Ngaji di Desa Kedungeng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Losari, 26 September 2019, Jawa Tengah.
Darmad (Ketua RT.01 Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes 21 september 2019, Jawa Tengah.
Fazri Sidiq (Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang) Diwawancarai
oleh Isnaeni, Brebes 28 September 2019, Jawa Tengah.
Mufid Marzuki (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai
oleh Isnaeni, Brebes 28 September 2019, Jawa Tengah.
Saeful Aziz (BAU di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes 19 September 2019, Jawa Tengah.
Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat di Desa Kedungneng) Diwawancarai
oleh Isnaeni, Brebes 27 September 2019, Jawa Tengah.
Shopi (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa Tengah.
Syaefi Umaruddin (Ustadz di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 22 September 2019, Jawa Tengah.
Syarif (Carik di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes
26 September 2019, Jawa Tengah.
Turmudi (Kuwu Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes 26 September 2019, Jawa Tengah.
Wasjid (Tokoh Masyarakat di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 25 September 2019. Jawa Tengah.
87
Daftar Lampiran
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
88
89
Lampiran 2
Transkrip Wawancara
Responden 1
Respondedn 2
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Qurtubi, Tafsir Jalalain atau ke Bahrul Muit.
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: kalau hadisnya cuman menyinggung-nyinggung kesimpulannya saja dari
mafhum mukholafah dari hadis tersebut kemudian untuk bersyukur. Ya ada juga
hadis-hadis nya tapi saya tidak hafal kalau hadis memang sulit tidak seperti Qur‟an.
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: kalau untuk masyarakat awam mungkin tidak ada pengaruhnya kecuali untuk
orang-orang yang memang imannya sudah kuat dia akan senantiasa bersyukur kepada
Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Cara bersyukur itu ada tiga macam pertama dengan lisan. Kemudian dengan
hati dan yang ketiga dengan perbuatan. Dengan lisan kita mengucapkan hamdalah,
tapi kalau dengan hamdalah saja itu belum cukup, kalau kita dapat rejeki kita berucap
alhamdulillah kita dapat rezeki tapi itu belum bisa dikatakan bersyukur, dalam hati
juga kita harus mempercayai rizki halalan thayyiban dari Allah, nah kemudian ini
juga belum dikatakan bersyukur kalau sudah ketiga, kita punya rizki apa? Misalnya
saja uang yang didapat itu kita memanfaatkankan sesuai dengan manfaatnya itu baru
bersyukur. Jadi lisannya mengucapkan hamdallah, hatinya meyakinkan kemudian
anggota badan kita mengerjakan sesuai apa manfaat yang diterima oleh kita.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: belum dikatakan sebagai ungkapan rasa syukur karena itu hanya sebatas adat
saja yang sulit untuk kita merubahnya. Masyarakat rela mengorbankan hartanya
hanya untuk suatu hiburan semata bukan karena syukurannya, jadi lebih kepada pesta
rakyat saja, maka menurut saya itu belum mengena dengan perbuatan syukur itu
sendiri. Paling-paling yang mengena itu pengajian umum tadi malam, itu merupakan
bentuk ungkapan rasa syukur.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: menurut saya tidak sesuai dengan syariat islam, dan belum sesuai tuntunan
ayat syukur karena itu hanya sebuah adat atau tradisi yang tidak bisa dirubah,dalam
hati saya tidak setuju sama sekali dengan proses pelaksanaan sedekah bumi ini yang
sedikit melenceng dari syariat Islam, saya termasuk orang yang ad af‟ul iman, mau
merubah dengan tangan tidak bisa, mau merubah pakai lisan tidak bisa, cuman yang
adanya ketidak cocokan hati saja.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: kalau adat yah harus dilestarikan karena al
adatu muhakamah dalam kaidah fiqihnya begitu, tapi kalau sampai sudah melempar-
lempar nasi itu bertentangan dengan agama itu yang harus kita benahi. Kalau
misalkan nanggap sandiwara menimbulkan maksiat ya berarti harus dibenahi tapi
kalau umpamanya tidak menimbulkan kemaksiatan sekedah mendengar cerita,
orangnya itu tidak berfoya-foya dan tidak melanggar hukum agama saya kira tidak
menjadi masalah. Cuman sekiranya diadakannya sandiwara menjadikan orang-orang
sebagai penontonnya itu sampai melanggar norma-norma agama itu ya tanggung
91
jawab panitia. Saya sudah sering menyampaikan saran contonya seperti ini, kita akan
mengadakan sedekah bumi dengan anggaran dana puluhan juta dan itu hilang hanya
sehari saja, kalau toh dana itu untuk pembangunan desa kira-kira mana yang perlu
direnovasi apakah jalanan yang rusak atau ada orang jompo yang rumahnya reot dan
perlu diperbaiki itu bisa memakai dana tersebut. Namun setelah saya mengutarakan
itu ditahun berikutnya saya tidak dilibatkan lagi dalam rapat desa untuk membahas
sedekah bumi karena dianggap tidak sejalan pemikirannya dengan yang lain.
Mengenai lempar-lemparan makanan suatu ketika saya pernah berbicara dengan pihak
desa karena sebagai penyelenggaranya, saya bilang kita ini bersyukur sesuai denga
kita bersyukur ada makanan atau tumpengan yah silahkan dimakan bersama-sama tapi
tolonglah jangan sampai dilempar-lemparkan karena itu bertentangan dengan agama.
Tapi nytanya masih seperti itu, saya tidak pernah lagi menyaksikan itu karena saya
tidak mampu untuk merubah lebih baik saya tidak mau tau.
Responden 3
mendapatkan uang, walaupun uang itu sedikit tapi kalau kita mau memberikan kepada
orang lain itulah yang namanya bersyukur walaupun itu sedikit, tapi memberinya juga
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah di anjurkan oleh agama, misalnya
memberikan sebagian hartanya kepada fakir, dan anak yatim. Itulah cara kita belajar
bersyukur, jadi bersyukur itu bukan ketika kita diberikan rizki saja akan tetap ketika
kita mendapatkan nikmat kita juga harus bersyukur, contohnya kita diberikan mulut
pergunakanlah dengan sebaik-bainya, kita sering baca istighfar, membaca kalimat-
kalimat toyyibah dan kalimat yang baik-baik lainnya.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: sedekah bumi itu adalah suatu adat dan tidak ada dalil dalam al-qur‟an dan
hadisnya maka lihat kayfiyahnya atau tata caranya. Kalau di dalam isinya itu adalah
orang-orang yang memuji kepada Allah, orang-orang yang bersedekah, orang-orang
yang ceramah atau berdakwah itu berarti bersyukur. Itu tergantung isinya.
Saya berpendapat sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur masyarakat desa
Kedungneng yang isinya itu tidak bertentangan dengan agama islam.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: kalau dalam tata cara pelaksanaanya sesuai dengan syariat islam itu
diperbolehkan seperti kemarin di adakan pengajian umum, akan tetapi ketika
pelaksanaan arak-arakan tumpeng yang mengakibatkan perang nasi itu tidak boleh
karena menimbulkan madarat.
Memang adat sedekah bumi di Kedungneng ini sudah mendarah daging, pernah
ketika itu saya di undang untuk hadir dalam rapat desa. Saya pernah ingin merubah
tata cara sedekah bumi tersebut tapi yang terjadi masyarakat menolak katanya kalau
tidak nanggap sandiwara atau wayang warga tidak mau menyumbang, maka desa
mengusulkan di adakan pengajian. Untuk warga yang tidak suka sandiwara atau
wayang bisa menghadiri pengajian dan begitupun sebaliknya. Dulu belum ada acara
pengajian ketika pelaksanaan sedekah bumi tapi pada periode Kuwu Tanda barulah di
usulkan untuk di adakan pengajian pada saat pelaksanaan sedekah bumi.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana?
Jawab: usulan-usulan terkait sedekah bumi sudah beraneka ragam di usulkan, akan
tetapi masyarakat sendiri tidak menghendaki demikian, lalu apakah kita harus
memberontak sehingga masyarakat itu akan terejadi fitnah terhadap diri saya, maka
saya yang hanya bisa mengikuti. Saya sudah mengingatkan dengan mulut tapi
nyatanya masyarakat tidak menghendaki, maka tergantung hati kita kalau kita tidak
setuju ya sudah tidak usah mengikuti.
Responden 4
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Rasa timbal balik atas pemberian yang telah dianugerahkan oleh sang
pencipta.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Jalalain dan sarahnya (Kitab Showi), Tafsir Al Misbah
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: iya, tapi saya lupa
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: orang itu akan merasa rendah, betapa pemberian Allah itu sangat banyak
sedangkan dia merasa baru sedikit dalam mensyukurinya. syukur itu dibagi menjadi
tiga yaitu syukur dengan lisan, syukur dengan hati dan syukur dengan anggota badan.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Dengan ungkapan yaitu mengucap kalimat hamdalah, rajin dalam
melaksanakan sholat, rajin mengerjakan ibadah-ibadah lainnya sehingga merasa
mantap dengan Allah
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: Tergantung pelaksanaan, secara dzohir itu termasuk ungkapan rasa syukur
kalau pelaksanaanya kan termasuknya kondisional namun secara global itu sudah
termasuk. Adapun ketika pelaksanaanya ada buang-buang nasi yang masuknya
mubazzir itu al mustasnanya.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: Pelaksanaanya sudah sesuai tapi ada juga yang belum, menurut saya sedekah
bumi tidak termasuk dalam kategori syariat karena itu tradisi. Hal-hal yang harus
diperbaiki yaitu menghilangkan nilai mubazzirnya.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: Karena itu tradisi tidak mungkin untuk
dihilangkan. Sarannya lebih banyak dimasukan nilai-nilai norma agamanya dalam
roses pelaksanaan tradisi sedekah bumi.
Respondedn 5
Nama : Syihabuddin
Umur : 62 Tahun
Pend. Akhir : SLTP
Pekerjaan : Lebe (Perangkat Desa)
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: QS. Ibrahim ayat 7
َ شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم إِ َّن
َ َعرَابِي ل
ٌشدِيد َ َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Andaikan kita bersyukur kepada Allah SWT akan ditambah segala materi
misalnya rezekinya, umurnya, dan ditambahkan segala apa saja keberkahan dari
94
Allah SWT. Tapi andaikan kufur sesungguhnya adab yang sangat pedih dari Allah
karena ingkar yaitu tidak mau mensyukuri nikmatnya gusti Allah.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Saya baca di Al-Qur‟an saja
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: saya tidak tau dihadisnya karena saya mengambilnya hanya di al-Qur‟an saja.
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: tidak ada pengaruhnya karena itu perlu penghayatan.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: banyak, dalam arti kita menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan
larangan-Nya.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: tergantung niat kita apa, kalau niat kita hanya sekedar berpesta tidak meresapi
rasa syukur kita atas pemberian Allah bahwa kita diberi rezeki dari bumi. Tapi dilihat
dari dzahirnya itu sudah merupakan ungkapan rasa syukur.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: itu merupakan suatu tradisi orang Jawa jadi tidak ada kaitannya dengan syariat
Islam. Terkait pelksanaannya sendiri itu tergantung kemauan masyarakat biasanya
diawali dengan acara keagamaan seperti pengajian umum kemudian diakhiri dengan
pesta rakyat atau hiburan atas dasar musyawarah. Kalau sesuai syariat Islam mungkin
tidak Cuma kembali kepada rasa syukur kita kepada Allah shingga kita orang desa
melakukan syukuran karena kita diberi rizki oleh Allah lewat kita menanam padi,
kedelai dan lain nya. Desa hanya sebagai fasilitator saja selebihnya terserah kemauan
masyarakatnya.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: saya sebagai masyarakat biasa hanya bisa
mengikuti perintah dari desa saja. Saran saya karena sepertinya tidak ada berubahan
dari tahun-tahun sebelumnya itu agak susah, inginnya saya jangan hanya pesta rakyat
saja tapi bisa diisi dengan acara perlombaan-perlombaan. Masalah lempar-lempar nasi
itu dilakukan oleh anak-anak pemuda yang tidak bertanggung jawab itu tidak boleh
karena mencerminkan orang yang tidak berakhlak dan bukannya bersyukur tapi malah
memubazzirkan makanan, dari desa sebenarnya sudah melakukan antisipasi supaya
tidak terjadi hal yang demikian tetapi namanya anak muda susah untuk diurus.
Responden 6
Nama : Syarif
Umur : 48
Pend. Akhir : SLTA
Pekerjaan : Sekretaris Desa
Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
95
Jawab: saya tidak terlalu faham bagaimana sejarahnya sedekah bumi secara persis,
memang yang dilaksankan perimerintah desa kedungneng ini melaksanakan kegiatan
yang orang-orang dulu laksanakan kegiatan sedekah bumi. Kemudian sedekah bumi
yang dimaksudkan merupakan perwujudan masyarakat desa kedungneng dalam
rangka bersyukur kepada Allah SWT.
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: proses pelaksanaan sedekah bumi itu diawali dengan masyarakat melakukan
doa bersama untuk keselamatan dan keberkahan desa Kedungneng baik untuk kepala
desa nya maupun masyarakatnya.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: kalau untuk dampak saya kira dampaknya positif karena memang diharapkan
dengan dilaksanakannya sedekah bumi dapat menurunkan hujan itu sebabnya sedekah
bumi dlaksanakan pada bulan-bulan kemarau atau bukan setelah panen raya.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: kalau dikaitkan dengan ayat syukur, kita harapkan semoga memang tergolong
kedalam yang dimaksudkan dengan ayat itu, karena tradisi sedekah bumi ini
masyarakat saling berbagi berkat kepada keluarga, tetangga dan sanak saudara
lainnya.
5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?
Jawab: kalau dilihat dari kegiatan awal kita ada doa bersama kemudian masyarakat
saling berbagi rezeki melalui makanan, itu saya kira masuk dalam tradisi Islam. Tapi
kalau dilihat dari hibuuran yang diadakan mungkin itu belum sesuai dengan tradisi
Islam karena memang tujuannya hanya sebagai hiburan saja.
Responden 7
Nama : Turmudi
Umur : 43 Tahun
Pend. Akhir : SMA
Pekerjaan : Kepala Desa Kedungneng
Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: sejarah sedekah bumi sebenarnya saya kurang faham. Karena itu sudah adat
turun temurun yang sudah diyakini oleh masyarakat.
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: proses pelaksanaan sedekah bumi awalnya kita kordinasikan dulu dengan
pemerintahan desa melaluli RT, RW, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna untuk
mengadakan musyawarah bersama dalam menyambut acara tersebut. Sehingga
terbentuk panitia acara sedekah bumi dengan pembagian tugasnya masing-masing.
Peran penting dalam acara tersebut adalah peran dari para ketua RT karena mereka
yng menjadi tombak dalam masalah pendanaan sehingga berlangsunglah adat sedekah
bumi. acaranya pada tahun ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut yang diisi
dengan penampilan kesenian wayang kulit, pengajian umum, proses kenduri dan
hiburan sandiwara.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: Tidak ada dampak, karena itu hanya sebuah adat.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: ada, karena pada dasarnya memang kita mengarahnya kepada yang kuasa
gusti Allah. Hanya saja adat dahulu yang dimodernisasi ke zaman sekarang tetapi
tetap saja arahnya kepada sang Pencipta. Sebagai salah satu upaya bentuk rasa syukur
masyrakat karena sudah mendapat hasil dari bumi akhirnya terjadilah pesta bumi.
96
5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?
Jawab: Saya sendiri belum paham karena saya hanya mengikuti apa yang sudah
dilaksanakan oleh terdahulunya. Tetapi kalau saya lihat dari alim ulama dan para
kiyai itu mendukung hal tersebut terlepas dari perbuatan lempar-lempar nasi, karena
memang itu hanya perbuatan para pemuda yang iseng saja bukan termasuk tradisi itu
sendiri. Intinya ketika nasi tumpeng datang kemudian di doakan dan dibagikan
kepada warga yang mengharapkan berkah dari nasi tumpeng teersebut.
Responden 8
Nama : Wasjid
Usia : 67 Tahun
Pend. Akhir : SR
Pekerjaan : Petani/Tokoh Masyarakat
Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab :
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: dasar dari dilaksanakannya sedekah bumi adalah untuk sedekah kepada bumi
karena kita tinggal dibumi, sebenarnya bisa dengan acara muludan atau pengajian
tetapi karena sudah dari dulunya seperti itu susah untuk dihilangkan. Kegiatan diisi
dengan hiburan saja dan bahkan terjadi lempar-lempar nasi itu seakan bukan
mencerminkan syukuran tetapi malah mubazirkan makanan dan kegiatan itu terus
berlanjut dari dahulu hingga sekarang, tetapi sekarang sudah sedikit ada perubahan
yakni diadakannya pengajian umum pada malam sebelum acara inti sedekah bumi.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: harusnya pengajian umum itu diadakan setelah acara inti sedekah bumi bukan
sebelumnya supaya bisa berdampak positif dimasyarakat. Karena memang pada
dasarnya syukuran. Tetapi yang terjadi tidak seperti itu, pengajian diawal setelah itu
acara inti kemudian dilanjutkan dengan hiburan. Jadi diadakannya pengajian itu tidak
ada dampaknya apa-apa untuk masyarakat karena mereka tidak mengikuti apa yang
disampaikan oleh kiyai. Apalagi tradisi sedekah bumi itu sediri, hanya dijadikan ajang
pesta rakyat saja.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: sebenarnya tujuannya memang untuk syukuran makanya dinamakan sedekah
bumi, syukuran karena kita tinggal di bumi.
4. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?
Jawab: karena ini suatu adat, mungkin kalau sedekahnya termasuk kedalam ajaran
Islam tetapi kalau untuk lempar-lempar nasi itu bukan ajaran Islam karena itu
perbuatan mubazir.
Responden 9
Nama : Amin Mubarok
Umur : 33 Tahun
Pend. akhir : MA Ma‟adud Thalabah
Pekerjaan : Pedagang/Guru Ngaji
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab:
َ شك َْست ُ ْم ََل َ ِشي َدوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم ِإ َّن
َ َعرَا ِبي ل
ٌشدِيد َ َو ِإ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه
97
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: apabilla orang itu mensyukuri nikmat Allah maka Allah akan menambahkan
nikmat-Nya, terus sebaliknya, apabila seseorang itu mengingkari nikmat Allah maka
Allah akan memberikan siksa yang amat pedih.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Saya baca di Kitab Tafsir Al-Qur‟an Kemenag
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: iya ada, tapi saya lupa hadisnya. Saya pernah baca di kitab Bulughul Maram
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Reaksinya akan membawa kedekatan kita kepada Allah SWT
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: seumpama kita di berikan rizki oleh Allah SWT yang cukup kita harus
mensyukurinya, dengan cara kita membhagiakan diri kita
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: ada ungkapan rasa syukurnya
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: iya sesuai syariat Islam, adapun pelaksanaan yang mereka melempar-
lemparkan nasi itu sudah adat kebiasaan dan susah untuk di hilangkan
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: caranya kita harus menasehati anak muda
untuk tidak melakukan aksi saling lempar nasi terutama oleh para sesepuh desa. Adat
sedekah bumi harus tetap dilaksanakan karena itu sudah menjadi adat dari turun
temurun seperti itu adapun nanti pelaksanaannya yang perlu diperbaiki.
Responden 10
menjadikan nasi yaitu bumi makanya disebar-sebarkan. Tetapi kata orang Islam
sekarang itu termasuk perbuatan mubazzir.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: tidak berdampak apa-apa, karena ini hanya sebuah syukuran yang rutin
dilakukan setiap tahun sebagai sebuah tradisi.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: ada keterkaitannya, karena memang kita sedekahan. Cuma memang salah
pengertian keika saat pengajian dianjurkan untuk tasyakuran malah melempar-lempar
makanan yang menyebabkan bukan syukur lagi tapi mubazir.
5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran islam?
Jawab: karena awal mula tradisi sedekah bumi itu dibawa oleh agama Hindu jadi
nilai-nilai budayanya masih terasa dan terus dipakai hingga sekarang. Cuma pada saat
itu untuk menghilangkan suatu adat tidak bisa maka sedikit-sedikit dimasukan
kegiatan-kegiatan keislaman. Perbuatan lempar-lempar nasi itu jelas bukan ajaran
Islam karena itu perbuatan mubazir, tapi kalau dilihat dari syukurannya itu ada
didalam al-Qur‟an dan haditsnya.
Responden 11
Nama : Aliyudin
Umur : 23 Tahun
Pendidikan akhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin IAIN Syeikh Nurjati Cirebon
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: Qs. Ibrahim ayat 7
َ شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم إِ َّن
َ َعرَابِي ل
ٌشدِيد َ َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Syukur adalah salah satu cara kita untuk berterima kasih kepaada yang Maha
Pemberi Kasih sebab dengan bersyukur inilah nikmat kita akan bertambah, namnu
sebaliknya kalau kita kufur terhadap nikmat Allah maka sesungguhnya siksa Allah
sangat pedih.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Jalalain, Tafsir Al Misbah, Tafsir Rahmat.
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: Ada, tapi saya lupa.
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Banyak sekali reaksi dari masyarakat ketika ayat syukur dibacakan, mereka
akan senantiasa merenungkan ketaqwaannya dan akan terus bertambah syukur kepada
Allah.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Tindakan untuk mengungkapkan rasa syukur kita diantaranya saling
mneyayangi sesama makhluk ciptaan Allah baik kepada manusia, hewan, tumbuhan
99
dan lainnya, dengan cara berperilaku baik dan sopan juga senantiasa memelihara alam
sekitar supaya tidak terjadi kerusakan.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: iya, karena sedekah bumi itu pada dasarnya adalah suatu keyakinan
masyarakat untuk dapat mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Allah atas apa
yang mereka peroleh dari hasil bumi selama satu tahun ini dengan cara mereka
memberikan makanan untuk kemudian di bawa ke Balai Desa dan disatukan setelah
itu di doakan.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: Pelaksanaannya belum sesuai dengan syariat islam karena masih banyak
makanan yang terbuang sia-sia tidak dapat di makan dan malah menimbulkan
mubazir. Bahkan setiap tahun kejadian serupa terus berulang-ulang. Memang ada
dimana masyarakat sebelumnya mengadakan pengajian umum di halaman Balai Desa
tapi itu hanya sebagai hiburan semata karena tidak ada nilai spiritual itu sendiri yang
masuk kepada masyarakat sehingga diadakannya pengajian juga tidak berdampak
apa-apa. Kalaulah memang niat bersyukur sebaiknya tata cara pelaksanaan sedekah
bumi nya diperbaiki supaya sesuai dengan apa yang menjadi dasar dianjurkannya,
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana?
Jawab: Menurut Saya sedekah bumi perlu dilestarikan karena itu sudah merupakan
adat dan tradisi dari nenek moyang dahulu, hanya saja cara pelaksanaannya yang
harus sedikit dirubah supaya sesuai dengan syariat Islam.
Responden 12
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Jalalain, Tafsir Terjemahan Kemenag, Tafsir Sofwatut tafasir (karangan
Imam As shobuni)
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: barang siapa yang bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya, namun
sebaliknya
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Syukur itu ada 3 macam. pertama, syukur dengan lisan, jadi ketika kita
mendapat nikmat, kita diberi kesehatan kita memuji Allah dengan kalimat
Alhamdulillah. Kdua, dengan hati. Artinya kita mensyukuri nikmat Allah dengan hati
kita terus berbuat baik dengan cara ibadahnya semakin meningkat, imannya semakin
kuat, kesabarannya juga semakin kuat dan yang terkait dengan hati. Ketiga, dengan
perbuatan. Jadi perbuatan yang mencerminkan syukur itu diantaranya memberikan
infaq, menolong orang lain.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab:
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: iya memang itu hakikatnya ungkapan syukur, hanya saja dikemas di dalam
adat atau budaya orang Jawa.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: iya otomatis. Kalau kebaikan itu yang pertama ada dakwahnya, nah kemarin
kan ada tausiyah keagamaan melalui pengajian umum. Kemudian masyarakat kalau
sedekah bumi banyak yang membuat makanan misalnya nasi kuning.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: saya berharap sedekah bumi yang diawali
dengan pengajian itu tetap dilanjutkan. Tetapi sedikit demi sedikit
Responden 13
ancaman bahwasanya Allah akan terus menambah nikmat seorang hamba apabila
hamba itu bersyukur dan akan memberikan adzab apabila kikir.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Ibnu Katsir
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: Ya... هللا اليشكس الىبس اليشكس ومه
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Dia mau mengikuti anjuran itu, cuma apabila penyampaiannya salah,
masyarakat awam akan mengartikan bahwasanya yang namanya syukur itu harus
dengan materi, sedangkan sejatinya ketika kita mengucapkan "alhamdulillah" saja itu
sudah cukup dikatakan bersyukur
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Bahwasanya yang namanya syukur itu harus dengan materi, sedangkan
sejatinya ketika kita mengucapkan "alhamdulillah" saja itu sudah cukup dikatakan
bersyukur.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: kalau saya pribadi iya
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: Ada beberapa moment yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Mengingat itu
kan tradisi leluhur yang mana tradisi itu masih tercampur animisme dan dinamisme,
sedekah bumi kalau orang pedesaan itu terkhusus untuk masyarakat yang kurang
paham (awam) mereka menganggap sedekah bumi merupakan sebuah syukuran
terhadap dewa/dewi yg memberikan panen melimpah, kalau kata orang tua itu dewi
sri, dewi yang memberikan baik atau buruknya panen petani, Itu yg menjadikannya
menjadi musyrik, kalau menurut saya coba masyarakat merubah niatnya "dimana yng
dulunya beranggapan kalau sedekah bumi merupakan wujud kepada dewa sri coba
diganti tehadap Allah" , sehingga tidak mensekutukan Allah walaupun sejatinya
hanya Allah yg memberikan panen secara ootmatis dewi sri merupakan wujud kuasa
tuhan, cuman dikahwatirkan salah penafsiran tentang itu, pelaksanaannya, menurut
saya ada beberapa momen yang perlu digantikan, mulai dari tawuran nasi dan
sebagainya, adanya kejawen yg masih melekat, kalau mau sedekah bumi cukup
moment pertama saja yang ketika semua nasi dari masyarakat dikumpulkan di satu
tempat, terus didoakan setelah itu dibagikan, kalau bisa pembagian itu juga hanya
pada mereka yang mengantarkan nasi ke balai desa, tapi untuk semua warga desa,
sehingga mereka yang tidak memiliki sawah bisa juga menikmati nasi dari sawah
desa sendiri.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: Perlu, itu sebuah tradisi lama, yang emang
meeupakan khasanah budaya indonesia, cuma harus adanya perubahan terhadap
beberapa bagian pelaksaaannya.
102
Lampiran 3
Foto Dokumentasi Acara Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah
Pada Tanggal 19-21 September 2019
Rombongan Bapak Kuwu dalam acara iring-iringan tumpeng menuju Balai Desa
Wawancara dengan Bpk Darmad Saling lempar makanan dengan warga lain