Anda di halaman 1dari 125

Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh
Isnaeni
NIM: 11150340000122

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H. /2020 M.
Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh
Isnaeni
11150340000122

Pembimbing

Moh. Anwar Syarifuddin, M.A


NIP. 19720518199803 1 003

PRORAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H./2020 M.

ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa


Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 31 Maret 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Jakarta, 29 Juli 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Kusmana, Ph.D Roswan Rio Utomo, M.A


NIP. 196504241995031001 NIP. 198805022019031009

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Hamdani Anwar, M.A Dr. Hasani Ahmad Said, M.A
NIP. 195301071983031001 NIP. 198202212009011024
Pembimbing

Moh. Anwar Syarifuddin, M.A


NIP. 197205181998031003

iii
ABSTRAK

Isnaeni, 11150340000122
“Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes”

Sedekah bumi merupakan salah satu upaya perwujudan rasa syukur


yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Kedungneng Kecamatan Losari
Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Penelitian ini membahas bagaimana
pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur dan korelasinya dengan
tradisi sedekah bumi. Melalui penelitian lapangan (field research) dengan
pendekatan kualitatif didapatkan hasil temuan bahwa di Kedungneng
tradisi sedekah bumi sudah turun temurun diadakan setahun sekali,
sebagai upaya masyarakat dalam mensyukuri nikmat yang mereka peroleh
atas hasil panen yang mereka dapatkan setiap tahunnya. Dalam praktiknya
masyarakat diminta untuk membawa sebagian hasil panennya yaitu berupa
makanan yang dibawa ke balai desa dan didoakan bersama-sama. Setelah
itu dibagikan lagi kepada penduduk, dengan harapan semua warga dapat
menikmati makanan tersebut. Namun, tidak sesuai harapan warga yang
memperoleh nasi tersebut justru saling lepar, sehingga terjadi perang nasi
dan menimbulkan sedikit keributan. Terkait perilaku terakhir, masyarakat
berbeda pendapat. Sebagian menganggap hal itu sesuai dengan tujuan
bersyukur, memberi dan berbagi makanan bagi makhluk yang hidup di
atas bumi. Tetapi, tidak sedikit warga yang menganggapnya sebagai
perilaku mubazir yang tidak sesuai semangat tasyakur. Sebagian bahkan
hampir semua warga sepakat sedekah bumi di Kedungneng perlu terus
dilestarikan sebagai upaya pelestarian khazanah kebudayaan di Indonesia.
Terkait prakteknya yang masih menunjukkan adanya kekurangan,
masyarakat berharap adanya perubahan perilaku sehingga bisa lebih
mencerminkan nilai-nilai agama di pelaksanaan tahun-tahun berikutnya.

Kata kunci: Syukur, Sedekah Bumi, Pemahaman al-Qur’an,


Antropologi Budaya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan


kekuatan dan kenikmatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul Al-Qur‟an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Skripsi ini diajukan sebagai
bagian dari tugas akhir dalam menyelesaikan studi S1 di Program Studi
Ilmu al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih setulusnya kepada:
1. Kepada Yth. Segenap civitas Akademia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta; Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A.
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, serta Civitas Akademik Fakultas
Ushuluddin.
4. Bapak Dr. Mafri Amir, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan, motivasi serta do‟a restu kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA. selaku dosen pembimbing
yang telah banyak membantu penulis dengan sabar dan ikhlas dalam
memberikan ide, saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.
vii

6. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya Dosen Jurusan


Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah membimbing dan berbagi
ilmu selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Ushuluddin.
7. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan
Pusat Studi al-Qur‟an (PSQ) Ciputat, Perpustakaan Nasional RI dan
Perpustakaan Iman Jama‟ Lebak Bulus yang telah memberikan
fasilitas serta rujukan-rujukan sebagai sumber referensi.
8. Teruntuk kedua orang tuaku yang sudah tenang disisi Allah SWT.
Alm. Bapak Rasdam dan Almrh. Ibu Baedah. Lantunan doa dalam
setiap sujudku selalu menyertai kalian, segala yang telah penulis
peoleh merupakan bentuk bakti terhadap kalian, semoga Allah
SWT. Senantiasa memberikan tempat terbaik disisi-Nya. Dan untuk
Almarhum Kakak pertamaku Abdussalam terima kasih pernah
mengantarkan penulis dalam menempuh pendidikan, kakak kedua
sekaligus orang tua penggantiku Tasi‟ah dan Daryo yang tidak
pernah mengeluh dan patah semangat dalam memberikan bantuan
baik moril maupun materil kepada penulis, serta kakak-kakaku yang
tersayang Nariti Heryani, Roali dan Wartikah Raedah, mereka
semua yang menginspirasi dan senantiasa mendoakan penulis
sehingga sampai pada tahap sekarang.
9. Teruntuk orang tua keduaku Dra. Hj. Utin Rustini dan Deddy
Ramdhani ZA, terima kasih karena selalu memberikan pendidikan,
motivasi, dan arahan bagi penulis serta bantuan yang begitu besar
baik moril maupun materi. Juga kepada saudara seperjuanganku Siti
Mardianah S.HI dan Putri Pahriani yang tidak lelah menemani,
memberikan semangat dan mendoakan serta membuat penulis
viii

merasa terhibur disaat penulis mulai merasa sepi dan rindu akan
tanah kelahiran.
10. Terima kasih kepada keluarga besar Yayasan Jam‟iyyatul Hidayah
yang selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis,
juga kepada Pesantren Pemberdayaan Umat yang telah memberikan
banyak pelatihan kepada penulis. Teruntuk adik-adik santri
Fatimatuzzahra, Vaza Dea Nurlita, Naya Nesa Natasya, Maulida
Intan Susanti dan Ananda Putri Syaidah terima kasih karena selalu
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
11. Semua tokoh Agama, perangkat desa dan semua warga masyarakat
desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian
dan meluangkan banyak waktu untuk memberikan informasi kepada
penulis.
12. Segenap rekan KKN 05 BISMATARA keluarga besar Desa Lontar,
dan anak-anak SDN 02 Lontar kalian keluarga yang telah
memberikan pengalaman baru untuk penulis. Terima kasih atas doa
dan motivasi dari rekan-rekan semua.
13. Kepada rekan Identitas Himpunan mahasiswa Jurusan IAT-IH,
terima kasih pernah memberikan pengalaman berorganisasi yang
mengesankan kepada penulis.
14. Kepada pengurus Yayasan Beasiswa Jakarta, terima kasih berkat
bantuan yang diberikan penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
dengan baik.
15. Kepada teman setia yang sudah menemani penulis walaupun jauh
disana Aliyudin Ma‟arif, terima kasih karena dengan sabar dan
tidak bosan-bosan menjadi alarm pengingat untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
ix

16. Teman-teman angkatan 2015 Program Studi Ilmu al-Qur`an dan


Tafsir, khususnya Nanda Khoiru Hermina yang selalu setia
menemani penulis dari awal perkuliahan hingga selesai, teruntuk
Siti Ja‟ronah, Setia Ningsih Vera Dinajani, Lita Suprida, Izzah
Umniyati, NurFaidah Mahmudah, terimakasih atas keceriaan dan
canda tawa yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan
bersama-sama di Fakultas Ushuluddin. Penulis hanya dapat
memohon kepada Allah SWT. semoga berkenan menerima segala
kebaikan dan ketulusan kalian semua serta memberikan sebaik-
baiknya balasan atas amal baik kalian.
Skripsi ini tentu masih banyak kekurangan yang membutuhkan
kritik dan saran. Oleh karena itu skripsi ini senantiasa menerima kritik dan
masukan demi kepentingan ilmu pengetahuan. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat dan memberikan kontribusi khususnya dalam diskursus ilmu
al-Qur‟an dan Tafsir. Terima kasih.

Jakarta, 25 Februari 2020

Isnaeni
PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan


bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada halaman berikut:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
‫ا‬ - Tidak dilambangkan
‫ب‬ B Be
‫ت‬ T Te
‫ث‬ ṡ Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ J Je
‫ح‬ ḥ h (dengan titik di bawah)
‫خ‬ Kh Ka dan Ha
‫د‬ D De
‫ذ‬ Ż Zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ R Er
‫ز‬ Z Zet
‫س‬ S Es
‫ش‬ Sy Es dan Ye
‫ص‬ ṣ Es dengan titik di bawah
‫ض‬ ḍ De dengan titik di bawah
‫ط‬ ṭ Te dengan titik di bawah
‫ظ‬ ẓ Zet dengan titik di bawah
‫ع‬ „ Apostrof terbalik
‫غ‬ G Ge
xi

‫ف‬ F Ef
‫ق‬ Q Qi
‫ك‬ K Ka
‫ل‬ L El
‫م‬ M Em
‫ن‬ N En
‫و‬ W We
‫ھ‬ H Ha
‫ء‬ ` Apostrof
‫ي‬ Y Ye
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa
diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka
ditulis dengan tanda (‟).

B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal
tunggal sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


َ A Fatḥah
َ I Kasrah
َ U Ḍammah

Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


‫َي‬ Ai a dan i
‫َو‬ Au a dan u
xii

Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang


(mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan


‫ىا‬ Ā a dengan garis di atas
‫ىي‬ Ī i dengan garis di atas
‫ىو‬ Ū u dengan garis di atas

C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf
syamsiyah dan huruf qamariyah.
al-Qamariyah ‫الن ْير‬ al-Munīr
ْ
al- Syamsiyah ‫الرجال‬ al-Rijāl

D. Syaddah atau Tasydîd


Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “
ّّ“ ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf,
yaitu:
ْ
al-Qamariyah ‫الق َّوة‬ al-Quwwah
ْ
al- Syamsiyah ‫الضر ْورة‬ al-Ḍarūrah

E. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang
hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah,
transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau
mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata
yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang
xiii

menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
1 ‫طرْيقة‬ Ṭarīqah
ْ ْ
2 ‫الجامعة لْا ْسالم َّية‬ al-Jāmi‟ah al-Islāmiah
ْ
3 ‫و ْحدة الوج ْود‬ Waḥdat al-Wujūd

F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-
lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī;
Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa


Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,
istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia.
Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam
tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di
atas. Misalnya kata Al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan
xiv

umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu


rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:.
Fī ẓilāl al-Qur‟an
al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

H. Singkatan-singkatan
Singkatan Keterangan
QS. al-Qur`an Surah
SWT. Subḥānahu wa Ta„alā
Saw. ṣallallāhu „Alaihi Wasallam
Ra. Raḍiyallāhu „Anhu
h. Halaman
Terj. Terjemah
M Masehi
H Hijriah
w. Wafat
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah................................................... 1
B. Permasalahan .................................................................. 5
1. Identifikasi Masalah ................................................. 5
C. Batasan Masalah ............................................................. 6
D. Rumusan Masalah ........................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 7
F. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................ 7
G. Metodologi Penelitian ...................................................... 10
1. Jenis Penelitian .......................................................... 10
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................... 11
3. Sumber Data .............................................................. 11
H. Sistematika Penulisan ..................................................... 14
BAB II SYUKUR DALAM Al-QUR’AN DAN TRADISI
SEDEKAH BUMI .............................................................. 16
A. Pengertian Syukur ............................................................ 16
B. Ayat-Ayat Yang Membentuk Konsep Dasar Syukur ...... 22
C. Aspek-Aspek Syukur ....................................................... 27
D. Contoh Perbuatan Syukur..................................... ........... 30
E. Hikmah Bersyukur ......................................................... 33
xvi

F. Tradisi Sedekah Bumi ..................................................... 36


1. Pengertian Tradisi Sedekah Bumi ............................ 36
2. Sejarah Tradisi Sedekah Bumi .................................. 38
BAB III GAMBARAN UMUM DESA KEDUNGNENG ............... 42
A. Letak Geografis .............................................................. 42
B. Kependudukan ................................................................ 43
C. Kondisi Sosial, Tingkat Pendidikan, Taraf Ekonomi,
dan Kehidupan Keagamaan ............................................ 43
1. Kondisi Sosial ........................................................... 43
2. Tingkat Pendidikan ................................................... 44
3. Taraf Ekonomi .......................................................... 46
4. Kehidupan Keagamanaan ......................................... 47
D. Ragam Kebudayaan ......................................................... 51
1. Kondisi Budaya ........................................................ 51
2. Tradisi Masyarakat Desa Kedungneng ..................... 52
3. Kesenian .................................................................... 55
4. Biografi Responden .................................................. 57
BAB IV PRAKTIK SYUKUR PADA TRADISI SEDEKAH
BUMI DI DESA KEDUNGNENG KECAMATAN
LOSARI KABUPATEN BREBES ...................................... 58
A. Islam dan Budaya Di Indonesia ....................................... 58
B. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Di Desa
Kedungneng ..................................................................... 60
C. Respon Masyarakat Terhadap Tradisi Sedekah Bumi
di Desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten
Brebes ............................................................................... 67
1. Pandangan Masyarakat Terhadap Kegiatan
Sedekah Bumi ............................................................ 67
2. Saran Masyarakat Terkait Kegiatan Sedekah Bumi ... 77
xvii

BAB V PENUTUP ............................................................................. 79


A. Kesimpulan ...................................................................... 79
B. Saran................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. 86
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ayat-Ayat Syukur Dalam Al-Qur‟an ...................................... 23


Tabel 4.1 Sejarah Tradisi Sedekah Bumi ................................................ 41
Tabel 3.1 Fasilitas Umum Desa Kedungneng ........................................ 44
Tabel 3.2 Sarana Pendidikan di Desa Kedungneng ............................... 46
Tabel 3.3 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kedungneng ................. 47
Tabel 3.4 Biografi Responden ................................................................ 57
Tabel 4.1 Susunan Acara Sedekah Bumi ............................................... 63
Tabel 4.2 Ungkapan Syukur Menurut Responden ................................. 71
Tabel 4.3 Respon Masyarakat Terhadap Tradisi Sedekah Bumi ........... 76
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda
satu dengan lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh
dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang didorong dari luar
dirinya seperti pola pikir, pendidikan dan aspek waraṡah.1 Dalam segala
tempat dan waktu, manusia itu terpengaruh oleh adat-istiadat golongan
dan bangsanya, karena ia hidup di dalam lingkungan mereka, melihat dan
mengetahui bahwa mereka melakukan sesuatu perbuatan dan menjauhi
perbuatan lainnya, sedang kekuatan memberi hukum kepada suatu hukum
belum tumbuh begitu rupa, sehingga ia mengikuti kebanyakan perbuatan
yang mereka lakukan atau mereka singkirkan.2
Al-Qur‟an yang diturunkan oleh Allah SWT. melalui Rasul-Nya
Muhammad Saw. yang berisikan pedoman untuk dijadikan petunjuk, baik
pada masyarakat yang hidup di masa turunnya maupun masyarakat
sesudahnya, hingga akhir zaman. Namun, perlu diingatkan bahwa al-
Qur‟an tidak diturunkan dalam masyarakat yang hampa nilai, melainkan
masyarakat yang sudah sarat dengan nilai-nilai kultur dan sosial, berikut
ikatan-ikatan primordialnya masing-masing. Oleh karena itu, penyebaran

1
Zahruddi AR, Pengantar Studi Akhlak, cet.I (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2004), 95.
2
Ahmad Amin, ETIKA: Ilmu Akhlak, cet.8 (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995),87.

1
2

nilai-nilai al-Qur‟an, mau tidak mau langsung diperhadapkan dengan


berbagai nilai sosial dan budaya yang sudah mapan itu. 3
Kondisi budaya dan nilai sosial yang terdapat dalam suatu negara juga
berbeda-beda, tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat tertentu dan
menganggap baik bila mengikutinya; mendidik anak-anak kejurusan adat
istiadat itu dan menanam perasaan kepada mereka bahwa adat istiadat itu
dianggap membawa kesucian, sehingga apabila seorang dari mereka
menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari
golongan bangsanya. Salah satu adat istiadat yang akan penulis teliti disini
adalah adat dari masyarakat Jawa, lebih tepatnya di Desa Kedungneng,
Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes terkait adat sedekah bumi.
Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa
syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Sedekah bumi
biasanya dilakukan di pedesaan atau pinggiran kota yang masyarakatnya
hidup dari hasil bertani. Pada intinya kegiatan ini bertujuan untuk
mengingat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya kepada
manusia di muka bumi ini khususnya kelompok petani yang hidupnya
bertopang pada hasil bumi dengan memberikan nikmat berupa hasil panen
yang diperoleh setiap tahunnya, karena sesuai dengan firman Allah dalam
al- Qur‟an surat Ibrāhīm ayat 7:

‫يدنَّ ُك ْمّ َولَئِ ْن َك َف ْرُُْت إِ َّن َع َذ ِاب لَ َش ِدي ٌد‬


َ ‫َوإِ ْذ ََتَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َك ْرُُْت ََلَ ِز‬
“Dan ingatlah tatkala, Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sungguh azab-Ku sangat pedih”.
(Q.S. Ibrāhīm [14]: 7)4

3
Umar Shihab,Kontekstualitas Al-Qur‟an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum
dalam Al-Qur‟an, cet. III (Jakarta:Permadani, 2005), 38
4
Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), 256
3

M. Quraish Shihab menjelaskan di dalam Tafsir al-Misbah terkait


penafsiran Qur‟an Surat Ibrāhīm ayat 7, bahwasanya Nabi Muhammad
Saw. lebih jauh diperintahkan agar mengingatkan juga ucapan lain yang
disampaikan Nabi Musa as. kepada umatnya, agar Nabi Muhammad pun
menyampaikan kepada umat Islam. Nabi Musa as. berkata kepada
kaumnya: “Dan ingat jugalah nikmat Allah kepada kamu semua tatkala
Tuhan Pemelihara dan Penganugerah aneka kebajikan kepada kamu
memaklumkan: “Sesungguhnya Aku, yakni Allah bersumpah demi
kekuasaan-Ku, jika kamu bersyukur pasti Aku tambah nikmat-nikmat-Ku
kepada kamu karena sungguh amat melimpah nikmat-Ku. Karena itu maka
berharaplah yang banyak dari-Ku dengan mensyukurinya dan jika kamu
kufur, yakni mengingkari nikmat-nikmat yang telah Aku anugerahkan,
dengan tidak menggunakan dan memanfaatkannya sebagaimana Aku
kehendaki, maka akan Aku kurangi nikmat itu bahkan kamu terancam
mendapat siksa-Ku sesungguhnya siksa-Ku dengan berkurang atau
hilangnya nikmat itu, atau jatuhnya perkara atas kamu akan kamu rasakan
amat pedih.”5
Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa jika kita bersyukur
pastilah Allah akan menambah nikmatnya, akan tetapi kalau kita kufur
nikmat, maka siksa Allah itu pedih. M. Quraish Shihab juga menjelaskan
bahwasanya hakikat dari uraian surat Ibrahim ayat 7 di atas terbukti
kebenarannya dalam kehidupan nyata. Ketika menjelaskan makna syukur
pada ayat tersebut yang mana syukur diartikan sebagai membuka dan
menampakkan dan lawannya adalah kufur yakni menutup dan
menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakan nikmat antara lain
menggunakannya pada tempatnya dan sesuai yang dikehendaki oleh
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur‟an, cet. III (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 21-22
4

pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Ini berarti


setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. menuntut perenung, untuk
apa nikmat itu Allah SWT. anugerahkan kepadanya, lalu menggunakan
nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya. 6
Menurut Ibn Qayyīm Rahimahullah, agama Islam terdiri dari dua hal,
yaitu bersyukur dan bersabar. Syukur memiliki keutamaan lebih tinggi
daripada sabar, sementara sabar adalah sarana untuk meraih rasa syukur.
Kondisi bersyukur lebih dari sekedar bersabar karena dalam bersyukur
terdapat sikap mengakui nikmat Allah SWT. serta berterima kasih
terhadap Zat yang memberikan kenikmatan itu.7
Salah satu bentuk rasa syukur yang akan dipaparkan di sini adalah
penulis mengambil contoh tradisi adat Sedekah Bumi. Tradisi ini
merupakan salah satu upacara adat berupa prosesi seserahan hasil bumi
dari masyarakat kepada alam. Upacara ini biasanya ditandai dengan pesta
rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian maupun tempat-
tempat umum lainnya. Upacara ini sudah berlangsung turun termurun dari
nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa, terutama di wilayah
yang kuat akan budaya agraris, seperti yang terjadi di daerah Brebes,
khususnya di Desa Kedungneng, Kecamatan Losari yang masih menganut
adat tersebut setiap tahunnya.
Tradisi budaya yang rutin dilaksanakan setiap tahun ini merupakan
bentuk rasa syukur masyarakat atas melimpahnya hasil panen pertanian.
Saat jarum jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, ratusan warga Desa
Kedungneng sudah berkumpul di halaman Balai Desa setempat. Mereka
bersuka cita menantikan acara perayaan sedekah bumi. Satu persatu warga

6
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, 22-23
7
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, cet. I (Jakarta:
Belanoor, 2010), 21
5

desa lantas berdatangan membawa bakul yang berisikan nasi, sayur cabai,
mie goreng, tahu, tempe dan telur. Mereka meletakkan barang bawaanya
itu di dalam ruangan Balai Desa setempat. Setelah itu warga menantikan
kehadiran rombongan dari kepala Desa yang sebelumnya telah diarak
keliling desa dengan membawa nasi tumpeng yang nantinya akan
dijadikan sebagai simbol dari sedekah bumi dan juga tumpeng tersebut
akan di doakan setelahnya baru dibagikan kepada masyarakat desa.
Setelah doa selesai dipanjatkan, puluhan pemuda langsung berebut
mengambil bakul yang telah berisi nasi itu. Mereka kemudian saling
serang dengan aksi lempar-lemparan sekepal dua kepal nasi. Aksi kejar-
kejaran tak terhindarkan saat itu. Suasana meriah terlihat di sini. Warga
pun mulai berhamburan untuk menghindar, karena mereka pun tak luput
dari serangan nasi yang telah berterbangan. Namun ada juga warga yang
membawa nasi tersebut ke rumah dan meletakannya di pojok rumahnya
atau di sawah mereka sebagai bentuk sedekah dengan alam atas hasil
panen mereka.
Sekilas perbuatan di atas menjurus kepada perbuatan mubazir karena
dengan sengaja membuang-buang makanan yang seharusnya dimakan
malah terbuang sia-sia, akan tetapi itulah cara masyarakat desa untuk
mengungkapkan rasa syukur dengan apa yang telah mereka
peroleh.Kemudian yang akan penulis bahas di sini adalah proses
pelaksanaan adat sedekah bumi yang dikaitkan dengan pemahaman
masyarakat terkait ayat syukur yang menjadi landasan dasar kegiatan
sedekah bumi tersebut.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
6

Dari penjelasan latar belakang yang telah ditulis, penulis memberikan


identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:
a. Apa motif dasar pelaksanaan sedekah bumi yang masih terus
dilakukan hingga sekarang,
b. Mengapa tradisi sedekah bumi masih terus saja dilaksanakan,
melihat sudah semakin berkembangnya teknologi dan kemajuan
berpikir masyarakat,
c. Apakah adat sedekah bumi setiap tahunnya dilaksanakan dengan
sistem atau tradisi yang sama atau ada perbedaan pelaksanaan di
setiap tahunnya?
d. Bagaimana pemahaman masyarakat terkait ayat Qur‟an khususnya
tentang ayat syukur dan korelasinya dengan pelaksanaan kegiatan
adat sedekah bumi?
e. Bagaimana memahami implementasi rasa syukur yang terdapat
dalam adat sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Kedungneng?
C. Batasan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, banyak persoalan yang terkait
dengan penelitian ini. Karena keterbatasan waktu dan pengalaman menulis
sehingga penulis merasa perlu membatasi dalam penulisan skripsi ini. 8
Batasan masalah penelitian ini fokus pada fenomena tradisi sedekah bumi
di desa Kedungneng Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, dan
pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur yang ada di dalam al-Qur‟an
yakni Q.S. Ibrāhīm ayat 7.
D. Rumusan Masalah

8
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin: Studi Living Qur‟an
di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau”. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta, 2016), 6.
7

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: Bagaimana


pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur dan korelasinya dengan
pelaksanaan kegiatan tradisi sedekah bumi di Desa Kedungneng, Losari,
Brebes?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui praktik sedekah bumi di Desa Kedungneng,
Losari, Brebes.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terkait ayat
syukur yang tercantum di dalam al-Qur‟an Surat Ibrāhīm ayat 7
yang kemudian di implementasikan dalam tradisi sedekah bumi.
3. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat khususnya para
tokoh desa kedungneng yang aktif melakukan kajian di majelis
taklim bahwa tradisi sedekah bumi adalah salah satu bentuk rasa
syukur kepada Allah SWT. atas hasil panen yang telah diperoleh.
2. Memberikan pemahaman terkait ungkapan syukur yang dilakukan
masyarakat desa dengan implementasinya yang selalu dilakukan
ketika pelaksanaan tradisis sedekah bumi.
F. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
Agar tidak terjadi kesamaan pembahasan dengan skripsi yang lain,
maka penulis mencoba melakukan penelusuran kajian-kajian yang pernah
dilakukan atau yang memiliki kesamaan pembahasannya, selanjutnya hasil
penelusuran ini akan menjadi acuan untuk tidak mengangkat metodologi
yang sama, sehingga diharapkan kajian ini tidak berkesan plagiat dari
8

kajian yang telah ada.9 Dari penelusuran yang penulis lakukan, penulis
baru menemukan beberapa karya, diantaranya karya Wiwid Naluriani
Kasih dalam skripsi yang berjudul “Upacara Sedekah Bumi Dalam
Perspektif Pendidikan Islam (Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di
Desa Sendangmulyo Kec. Ngawen Kab. Blora) mengatakan bahwa tradisi
sedekah bumi merupakan budaya masyarakat Jawa yang memiliki ciri
khas tersendiri dan mengandung nilai-nilai yang bisa dilestarikan dan
sejalan dengan pendidikan Islam.10
Kemudian ada juga skripsi yang dibuat oleh Ristiyanti Wahyu yang
berjudul “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenan pada
masyarakat Kalirejo Kec. Talun Kab. Pekalongan” membahas terkait
proses sedekah bumi legenan dan makna simbolik yang terdapat dalam
tradisi tersebut.11 Ada juga skripsi yang ditulis oleh Muafa Erni Vidyawati
yang berjudul “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kec. Menganti Kab.
Gresik (Studi Akulturasi Islam dan Hindu)” di dalam tulisan ini
mejelaskan terkait proses sedekah bumi di Desa Laban dan aspek-aspek
akulturasi yang terdapat di dalamnya.12
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Azka Miftahuddin Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Purwokerto yang berjudul “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi

9
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin: Studi Living Qur‟an
di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakrta, 2016), 7.
10
Wiwid Naluriani Kasih, “Upacara Sedekah Bumi Dalam Perspektif Pendidikan
Islam: Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di Desa Sendangmulyo Kec. Ngawen
Kab. Blora”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017)
11
Ristiyanti Wahyu, “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenanan Pada
Masyarakat KaliRejo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan”. (Skripsi S1.,
Universitas Negeri Semarang, 2016).
12
Muafa Erni Vidyawati, “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik (Studi Akulturasi Islam dan Hindu)”. (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016).
9

Sedekah Bumi di Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo


Banyumas” menjelaskan tentang profil kejawen kalitanjung sebagai
sesepuh desa Tambaknegara yang masih mempertahankan tradisi-tradisi
masyarakat Jawa, kemudian terkait sejarah dan filosofi tradisi sedekah
bumi di dusun Kalitanjung serta cara penanaman nilai syukur yang ada di
dalam tradisi tersebut.13 Disebutkan juga di dalam Skripsi karya Emi
Nurafifah yang berjudul “Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawa
dan Ajaran Islam (Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo Kec.
Trangkil Kab. Pati)” di dalamnya menjelaskan terkait makna syukur yang
terkandung di dalam pelaksanaan adat sedekah bumi.14 Sekilas
pembahasan ini hampir mirip dengan apa yang ingin penulis bahas dalam
skripsi ini akan tetapi ada perbedaan yang menjadi objek kajiannya yaitu
perbedaan pada praktik ritual adat dan juga ayat yang dibahas.
Skripsi yang berjudul “Implementasi Tradisi Sedekah Bumi (Studi
Fenomenologis di Kelurahan Banjarrejo, Kec. Bojonegoro Kab.
Bojonegoro).” Karya Isce Veralidina ini membahas tentang proses
pelaksanaan tradisi sedekah bumi di kelurahan Banjarejo serta pendapat
dari beberapa tokoh terkait tradisi sedekah bumi dan faktor yang
menyebabkan masyarakat yang masih melakukan tradisi tersebut.15Ada
juga jurnal yang di tulis oleh Puniatun dari IKIP Veteran Semarang yang
berjudul “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk

13
Azka Miftahuddin, “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi Sedekah Bumi Di
Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo Banyumas”. (Skripsi S1., Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, 2016).
14
Emi Nurafifah, “Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawadan Ajaran Islam
(Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati)”.
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015).
15
Isce Veralidiana, “Implementasi Tradisi Sedekah Bumi (Studi Fenomenologis di
Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro)”. (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010).
10

Memelihara Kebudayaan Nasional”.16 kemudian skripsi yang berjudul


“Penafsiran Ayat-Ayat Syukur (Kajian Terhadap Kitab al-Ibrīz Li
Ma‟rifati Tafsir al-Qur‟an al-„Azīz Karya Bisyri Mustafa) yang ditulis
oleh Nur Falihatun mahasiswa Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, berisi tentang penafsiran
Bisyri Mustafa terhadap ayat-ayat syukur yang terdapat dalam kitab al-
Ibriz dan juga manfaat syukur dalam konteks kehidupan.17
Di dalam buku yang berjudul Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur
karya Mohammad Nuruddin Ma‟mun, S.Si. dijelaskan terkait keutamaan
bersyukur, di antaranya adalah Allah SWT meridhai amalan orang yang
bersyukur dan meridhai sikap bersyukur hamba-Nya seperti tertera di
dalam Qur‟an Surat Az-Zumar ayat 7.18 Dan terkait juga dengan adat
sedekah bumi, di dalam skripsi yang ditulis oleh Patri Endah Mulyani
yang berjudul “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi Upara Sedekah
Bumi Setelah Musim Tanam Padi Studi di Desa Anjatan Utara Kec.
Anjatan Kab. Indramayu” dijelaskan bahwa agama pada satu sisi dapat
membentuk masyarakat ke dalam cosmic-order tetapi pada posisi lain
agama dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.19
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian

16
Puniatun, “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara
Kebudayaan Nasional”. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Veteran Semarang vol 1
No. 2 tahun 2013, (e-jurnal.ikip-veteran.ac.id).
17
Nur Falihatun, “Penafsiran Ayat-Ayat Syukur (Kajian Terhadap Kitab al-Ibrīz Li
Ma‟rifati al-Qur‟an al-„Azīz Karya Bisyri Mustafa)”. (Skripsi S1., Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017).
18
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 21.
19
Patri Endah Mulyani, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi Upara Sedekah
Bumi Setelah Musim Tanam Padi Studi di Desa Anjatan Utara Kec. Anjatan Kab.
Indramayu”. (Skripsi S1.,Universitas Islam Indonesia, 2018).
11

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan penelitian ini


akan dilakukan melalui peneltiian lapangan, dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif,20 yaitu dengan cara pendekatan
etnografi.21 Penelitian ini juga mampu memberikan nilai tambah
pengetahuan secara unik dan menarik tentang fenomena tradisi Sedekah
Bumi di Desa Kedungneng, Brebes, yang masih terus dilakukan oleh
masyarakat tersebut setiap tahunnya.
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Desa Kedungneng Kecamatan Losari
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penulis memilih lokasi ini dikarenakan
tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan masyarakat Desa Kedungneng
yang masih terus dilaksanakan setiap tahunnya dengan proses yang sama
sehingga menimbulkan keresahan dalam diri penulis untuk dapat meneliti
lebih jauh terkait tradisi tersebut. Selain itu beberapa desa di Kecamatan
Losari juga masih melaksanakan adat sedekah bumi akan tetapi dari
beberapa desa tersebut tidak sama proses pelaksanaannya.
Penilitian ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat
menggali informasi dan mengumpulkan data mulai dari observasi awal
yang dilakukan pada bulan November 2018 sampai pada pelaksanaan
tradisi sedekah bumi pada tanggal 19-28 Oktober 2019.
3. Sumber Data

20
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Penelitian (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2007), 29
21
Adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial, penelti
menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan dan cara hidup.
Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian, tujuan utamanya untuk
memahami suatu pandangan hidup dan sudut pandang penduduk asli. Suwardi
Endraswara, Metode, Teori Teknik Penelitian Kebudayaan: Edeologi, Epistemologi dan
Aplikasi (Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2006), 207. Lihat juga Jurnal yang di tulis
oleh: Rendi Wura Juniarta, “Metode Etnografi” dari
http://rendywirajuniarta.blogspot.co.id/2010/06/metode-etnografi_15.html
12

Ada beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
a. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi utama yang
dibutuhkan dalam penelitian, diantaranya:
1). Pejabat Desa yang menjadi fasilitator terlaksananya tradisi
sedekah bumi.
2). Tokoh masyarakat atau sesepuh desa.
3). Tokoh Ulama.
Subjek penelitian di atas yaitu orang-orang yang diwawancarai
langsung oleh penulis untuk dapat memperoleh data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian. Adapun informan tersebut bisa saja
bertambah sesuai dengan apa yang ditemui penulis ketika melakukan
penelitian.
b. Data Literature dan Dokumentasi
Data literature diambil dari beberapa kitab dan buku pustaka yang
membahas tentang bersyukur dan tradisi sedekah bumi, baik itu berupa
teori maupun praktek. Selain itu juga ada beberapa dokumentasi berupa
foto-foto terkait desa dan ketika kegiatan tradisi sedekah bumi
berlangsung.
c. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis menggunakan
beberapa metode pengumpulan data, yakni dengan menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer yang penulis gunakan disini adalah
hasil observasi, wawancara, dan penelitian terhadap dokumen-dokumen
terkait kegiatan masyarakat Desa Kedungneng, khususnya tokoh
masyarakat dan aparatur Desa.
13

d. Observasi
Yaitu metode yang digunakan untuk mengamati secara langsung objek
penelitian di lapangan. Penulis melakukan cara ini untuk memperkuat data
dan mendapatkan keterangan dari individu tertentu untuk keperluan
informasi, sikap atau pandangan dari individu yang diwawancarai. Penulis
juga menggunakan observasi sebagai alat pengumpulan data. Observasi
yang penulis lakukan adalah dengan cara mendatangi dan mengamati
proses berlangsungnya adat sedekah bumi di desa tersebut dan bagaimana
tanggapan warganya jika dikaitkan dengan ayat mubazir yang ada di
dalam Al-Qur‟an.
e. Interview (wawancara)
Yaitu digunakan untuk data dan informasi responden penelitian melalui
serangkaian wawancara secara mendalam atau wawancara takberstruktur.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara etnografi
yaitu wawancara yang menggambarkan sebuah percakapan selayaknya
persahabatan.22 Penelitian ini mengumpulkan data-data melalui
pengamatan dan berbagai percakapan sambil lalu, sehingga ada sebagaian
Masyarakat Desa Kedungneng yang diwawancarai tidak menyadari jika
sebenarnya peneliti sedang menggali informasi.
Metode ini penulis gunakan untuk menguji ulang data-data yang ada
dari hasil observasi. Selain itu, teknik wawancara juga digunakan untuk
menggali data yang tidak ditemukan selama melakukan observasi di
lapangan.23 Wawancara ini ditujukan kepada setiap Masyarakat yang
penulis temui dengan mengambil perwakilan dari setiap Blok di desa
tersebut, dengan metode ini penulis melakukan tanyajawab antara dua

22
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin,” 12.
23
Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin,” 13.
14

orang atau lebih. Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak-


pihak yang berkaitan dan berkompeten dengan masalah yang diteliti.
f. Dokumentasi
Metode ini digunakan digunakan untuk menyempurnakan data yang
diperoleh dari metode interview dan observasi. Penulis akan melakukan
pengambilan gambar tentang tradisi sedekah bumi yang sedang
berlangsung dan dijadikan sebagai bahan penguat untuk penelitian ini.
Sedangkan untuk data sekunder penulis menggunakan buku-buku
terkait pembahasan dan kitab tafsir nusantara sebagai bahan penguat
dalam penulisan skripsi ini.
g. Analisa Data
Analisis data dari hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, harus
melalui proses analisis data terlebih dahulu agar dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya:
1). Pengumpulan Data
Setelah penulis menganalisis tema dan melakukan pemilahan tema
(kategorisasi) selanjutnya penulis melakukan wawancara, observasi, dan
lain sebagainya dan hasil dari aktivitas tersebut adalah data. Setelah
penulis mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisi tahap
selanjutnya adalah melakukan reduksi data.24
2) Reduksi Data
Reduksi data adalah penggabungan dan penyeragaman segala bentuk
data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) sesuai dengan
formatnya masing-masing.25
H. Sistematika Penulisan

24
Haris Hardiansyah, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), 164.
25
Haris Hardiansyah, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, 172.
15

Untuk memudahkan penulisan dalam penelitian ini, maka penulisan ini


di bagi menjadi lima bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut:
Bab Pertama: merupakan pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub
bab yaitu latar belakang masalah, permasalahan yang terdiri dari
identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, hasil penelitian terdahulu yang relevan, metodologi
penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
Bab kedua: merupakan bab yang menjelaskan terkait syukur dari mulai
pengertian syukur, ayat-ayat yang membentuk konsep syukur, aspek-
aspek syukur, contoh pebuatan syukur, hikmah bersyukur dan pengertian
tradisi seekah bumi.
Bab ketiga: merupakan bab gambaran lokasi penelitian Desa
Kedungneng Kabupaten Brebes, yang meliputi letak geografis, tingkat
kependudukan, kondisi sosial, tingkat pendidikan, taraf ekonomi,
kehidupan keagamaan, serta ragam kebudayaan yang meliputi kondisi
budaya, tradisi masyarakat, kesenian dan biografi responden.
Bab keempat: bab ini merupakan hasil dari penelitian yang telah
didapatkan yaitu terkait tentang praktik tasyakur pada tradisis sedekah
bumi di Desa Kedungneng yang meliputu beberapa aspek yaitu sejarah
dan proses pelaksanaan sedekah bumi, kemudian pemahaman masyarakat
terhadap ayat tasyakkur dan implementasinya dengan tradisi sedekah
bumi, serta respon masyarakat terhadap tradisi sedekah bumi berupa
pandangan mereka dan saran terkait kegiatan sedekah bumi.
Bab kelima: merupakan bab penutup, yang isinya terdiri dari
kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian ini. Kritik dan
saran sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
Adapun bagian terakhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
BAB II
SYUKUR DALAM Al-QUR’AN DAN TRADISI SEDEKAH BUMI
A. Pengertian Syukur
Menurut Ibn Qayyīm Rahimahullah, agama Islam terdiri dari dua hal,
yaitu bersyukur dan bersabar. Syukur memiliki keutamaan lebih tinggi
daripada sabar, sementara sabar adalah sarana untuk meraih rasa syukur.
Kondisi bersyukur lebih dari sekedar bersabar karena dalam bersyukur
terdapat sikap mengakui nikmat Allah SWT. serta berterima kasih
terhadap Zat yang memberikan kenikmatan itu.1
Kata syukur (‫ )الشكس‬artinya adalah menggambarkan (mengingat) serta
menampakan nikmat. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ‫الشكس‬
merupakan perubahan bentuk dari ‫ الكشس‬yang artinya adalah menyingkap.
Sedangkan lawan katanya adalah ‫ الكفس‬yaitu melupakan serta menutupi
nikmat.2 Bersyukur menurut pengertian bahasa mengandung arti mengakui
kebajikan. Bersyukur artinya berterima kasih kepada pihak yang telah
berbuat baik atas kebaikan yang telah diberikannya.
Dari Jābir bin Abdillāh Al-Anshāry, ia berkata. Rasulullah Saw.
bersabda:

‫ فَِإ ْن ََلْ ُُْي ِزئْوُ فَ ْليُثْ ِن َعلَْي ِو؛ فَِإنَّوُ إِ َذا أَثْ ََن َعلَْي ِو فَ َق ْد‬،ُ‫ف فَ ْليُ ْج ِزئْو‬
ٌ ‫صنِ َع إِلَْي ِو َم ْع ْرُو‬
ُ ‫َم ْن‬
‫س ثَ ْوَ ْب ُزْوٍر‬ ِ َّ
َ ‫ فَ َكأََّنَا لَب‬،‫ط‬ َ ‫ َوَم ْن ََتَلَّى ََبَا ََلْ يُ ْع‬،ُ‫ َوإِ ْن َكتَ َموُ فَ َق ْد َك َفَره‬،ُ‫َش َكَره‬
“Barang siapa yang diberi kebaikan, hendaklah dia membalasnya; dan
jika tidak punya sesuatu untuk membalasnya, hendaklah memuji
pemberiannya, karena sesungguhnya apabila dia pihak yang
memberinya, berarti dia telah berterima kasih kepadanya. Akan tetapi,
jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari
kebaikannya. Barang siapa yang menghiasi dirinya dengan apa yang

1
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, cet. I (Jakarta:
Belanoor, 2010), 21
2
Al-Raghib AlAsfahani, Al-Mufradāt Fī Gharībil Qur‟ān Terj. Ahmad Zaini Dahlan,
Kamus Al-Qur‟an Jilid 2, cet. I (Depok: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2017) , 396

16
17

tidak diberikan kepadanya, sama halnya dengan orang yang


mengenakan pakaian dusta.”(HR. Tirmidzi)3

Secara bahasa Syukur adalah pujian yang telah berbuat baik atas apa
yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat
syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-an
adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh
pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.4
Syukur secara etimologi juga berarti membuka dan menyatakan. Adapun
menurut terminology tasawuf, syukur ialah menggunakan nikmat Allah
SWT. untuk taat dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat
terhadap-Nya.5
Syukur diperlukan karena semua yang kita lakukan dan miliki di dunia
adalah berkat karunia Allah SWT. Dia-lah yang telah memberikan nikmat
kepada kita, baik berupa pendengaran, penglihatan, kesehatan, keamanan,
maupun nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung jumlahnya. Syukur
merupakan pengetahuan yang membangkitkan kesadaran bahwa satu-
satunya pemberi nikmat adalah Allah SWT. dan ucapan nikmat-Nya
sangat luas. Keutamaan syukur mengungguli peringkat lainnya dalam
maqamat bahwa taubat, zuhud, dan sabar tidak berlaku lagi di akhirat.
Orang tidak memerlukannya lagi di surga, tetapi bersyukur perlu
dilakukan. Orang yang menggabungkan sabar dengan syukur adalah orang
yang memiliki hikmah.
Seseorang akan bisa bersyukur dengan sedalam-dalamnya dan penuh
dengan ikhlas, membesarkan Allah Yang Memberi Nikmat, apabila ia

3
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 24
4
Amir An-Najjar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Terj. Ija Suntana
(Bandung: PT. Mizan Publika, 2004), 90
5
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, cet. III (Jakarta: AMZAH, 2015), 175
18

memahami dan membaca terhadap apa yang diterimanya, memahami apa


yang disyukuri. Karena itulah rasa syukur erat kaitannya dengan iman.
Tidak mungkin seseorang dapat bersyukur jika ia tidak punya akidah,
tidak yakin adaya Tuhan. Sebaliknya seseorang yang telah beriman kepada
Allah dan menjalankan perintahNya tetapi tidak bersyukur, maka sungguh
ia adalah termasuk orang yang tidak tahu diri.6
Pada dasarnya, bersyukur tidak cukup hanya dengan mengucapkan
kalimat Alhamdulillah saja . Bersyukur adalah lebih daripada itu. Menurut
Syaikh AbdullāhAl-Anṣari, syukur terbagi menjadi tiga. Pertama, syukur
dengan hati, yaitu mengakui bahwa semua nikmat berasal dari Allah.
Kedua, syukur dengan ucapan, yaitu memuji Allah sebagai Pemberi
nikmat. Ketiga, syukur dengan anggota badan, yaitu mematuhi syukur
dengan anggota badan, yaitu mematuhi Sang Pemberi Nikmat. Syukur
yang paling utama adalah syukur dengan hati. Sebab, syukur dengan hati
adalah pangkal dua syukur lainnya. Syukur dengan ucapan dan anggota
badantidak diterima jika tidak dibarengi dengan kesyukuran hati.
Banyak orang lupa bahwa bersyukur yang sebenarnya melibatkan hati,
lidah dan tubuh. Oleh karenanya, sangat sedikit dari hamba-hamba Allah
yang benar-benar bersyukur. Allah berfirman:

‫آل‬ ٍ ‫اب وقُ ُدوٍر ر ِاسي‬


َ ‫ات ْاع َملُوا‬ ٍ ‫ي عملُو َن لَو ما ي َشاء ِمن ََما ِريب وَتََاثِيل وِج َف‬
ِ ْ ‫ان َك‬
َ َ َ ‫اْلََو‬ َ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ َْ
‫ور‬ ِ ِ ِ ِ‫داود شكْرا وقَل‬
ُ ‫الش ُك‬َّ ‫ي‬
َ ‫يل م ْن عبَاد‬ٌ َ ً ُ َُ َ
“Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang
dikehendakinya; di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi,
patung-patung, piring-piring yang (besar-Nya) seperti kolam, dan
periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai

6
Imam Al- Ghazali, Syukur Menambah Nikmat (Surabaya: CV. Karya Utama, 2007),
9
19

keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali


dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Q.S. Saba‟:13)7

Kita wajib bersyukur dalam keadaan apapun. Jika dikarunia nikmat,


kita harus beryukur atas karunia itu dan kita gunakan nikmat itu secara
betul. Jika diuji dengan kesusahan dan penderitaan, kita perlu bersabar,
bersyukur karena masih ada orang yang lebih menderita dari pada kita.
Kita juga bersyukur karenakita masih hidup dan diberi kesempatan untuk
memperbaiki diri.
Dalam sebuah Hadits Riwayat Ibn Majah dan Ibn ḥibbān, „Āisyah
Ra menceritakan, “Pada suatu malam, Rasulullah Saw. telah masuk tidur
bersamaku sampai kulit kami bersentuhan. Kemudian beliau berkata,
“Wahai putri Abu Bakar, bolehkah aku kau ijinkan beribadah kepada
Tuhanku? Rasulullah pun bangun untuk mengambil air wudhu kemudia
beribadah shalat malam. Ketika itu, Rasullah Saw. menangis tanpa henti-
hentinya sampai Bilal datang untuk shalat Subuh. Akupun („Āisyah)
bertanya, “Ya Rasulullah mengapa engkau menangis, sedangkan Allah
telah mengampuni dosa-dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah
selayaknya bila aku menjadi seorang hamba yang besyukur?”

Inilah contoh rasa syukur dari Rasulullah, manusia paling agung,


terjaga dari kesalahan, dan dijamin masuk surga. Beliau mewujudkan rasa
syukur itu dalam bentuk ibadah yang khusyuk, tanpa adanya kepura-
puraan.8

7
Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul &
Terjemah, cet. III (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2010), 429.
8
Susatyo Budi Wibowo, 99 Jalan Menuju Surga Menurut Al-Qur‟an dan Hadits, cet.
I (Yogyakarta: Gava Media, 2010), 21-23
20

Imam Ghazali menjelaskan terkait hakikat syukur, syukur tersusun atas


tiga perkara, yakni9:
a. Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta
meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT. dan yang
lain hanya sebagai perantara untuk sampainya nikmat, sehingga
akan selalu memuji Allah SWT. dan tidak akan muncul keinginan
untuk memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam memuji-Nya
sebagai tanda keyakinan.
b. ḥāl (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi
melahirkan jiwa yang tentram. Membuatnya senantiasa senang dan
mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukkan,
kepatuhan. Mensyukuri nikmat hanya dengan menyenangi nikmat
tersebut melainkan juga dengan mencintai yang memberi nikmat
yaitu Allah SWT.
c. Amal perbuatan, ini berkaitan dengan lisan dan anggota badan,
yaitu hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan, dan
anggota badan yang menggunakan nikmat-nikmat Allah SWT.
dengan melaksanakan perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-
Nya.
Muhammad Quraish Shihab menyebutkan bahwa syukur mencakup
tiga sisi, yaitu10:
a. Syukur dengan hati yakni menyadari sepenuhnya bahwa nikmat
yang diperoleh semata-mata karena anugerah dan kemurahan dari
Ilahi, yang akan mengantarkan diri untuk meenerima dengan penuh

9
Imam Ghazali, Taubat, Sabar, dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A Suminto,
cet. VI (Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1983), 197-203
10
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-qur‟an: Tafsir Maudhū‟i atas Pelbagai
Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), 217
21

kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya


nikmat tersebut.
b. Syukur dengan lidah yakni mengakui anugerah dengan
mengucapkan al-ḥamdūlillāh serta memuji-Nya.
c. Syukur dengan perbuatan yakni dengan memanfaatkan anugerah
yang diperoleh sesuai tujuan penganugerahannya nikmat tersebut
oleh Allah SWT.
Sedangkan lawan dari kata syukur adalah kufur. Kufur secara bahasa
berarti menutupi sesuatu. Sedangkan pengertian kufur menurut istilah
adalah tidak beriman kepada llah dan Rasul-Nya, sama saja apakah ia
mendustakan Allah dan Rasul-Nya atau meyakini Allah dan Rasul-Nya
namun menolak untuk taat dan tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya. 11
Kufur terbagi menjadi dua macam, yaitu kufur akbar dan kufur asghar.
Kufur akbar terbagi menjadi lima macam:
1. Kufur takzib, yaitu mendustakan kebenaran yang datang dari Allah
dan Rasul-Nya (QS. Al-Ankabūt [29]: 68)
2. Kufur iba‟ wa istikbar (enggan dan sombong), yitu mengakui
keesaan Allah dan kebenaran Rasul-Nya, namun menolak untuk
mentaati allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana kufurnya Iblis, yang
menolak perintah Allah dan tidak megerakannya, karena
kesombongan dalam hatinya. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 34)
3. Kufur i‟radh, yaitu berpaling dari apa yan dibawa Rasulullah Saw.
ia tidak mempelajarinya dan juga tidak mau mengamalkannya.
(Q.S. Al-Sajdah [32]: 22, Al-Ahqāf [46]: 3)
4. Kufur syak, yaitu ragu-ragu terhadap apa yang dibawa oleh
Rasulullah Saw, dia tidak meyakini kebenaran namun juga tidak

11
Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim 1 Barometer Menuju
Muslim Kaffah (Sukoharjo: Cordova Mediatama, 2015), 353.
22

meyakini kedustaannya. (Q.S. Ibrāhīm [14]: 4, , al-Kahf [18]: 35-


38)
5. Kufur nifak, yaitu menampakan keimanan secara lahiriah namun
menyembunyikan kekufuran dan pengingkaran di dalam hatinya.
(Q.S. Al-Munāfiqūn [63]: 3)
Adapun kufur asghār adalah amalan-amalan kekafiran yang tidak
megeluarkan seseorang dari agama Islam. Yaitu dosa-dosa besar yang
diistilahkan oleh Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai satu kekufuran.
Seperti kufur nikmat (Q.S. Al-Naḥl [16]: 83), membunuh orang mukmin,
dan lain-lain.12

B. Ayat-Ayat yang membentuk konsep dasar Syukur


Allah Sang Pemberi telah memerintahkan agar hamba-Nya yang
mendapat pemberian hendaklah bersyukur kepada-Nya. Perintah
bersyukur terhadap karunia Allah telah banyak dibicarakan dalam Al-
Qur‟an.

12
Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim, 354.
23

Tabel 2.1
Ayat-ayat Syukur dalam al-Qur‟an
No. Kata Jumlah Ayat
1. ‫شك ََس‬َ 2 Al-Naml/27: 40; Al-Qamar/54: 35
2. ‫شكَستُم‬ َ 2 Al-Nisā‟/4:147; Ibrāhīm/14: 7
3. ‫أَش ٌك َس‬ 3 Al-Naml/27: 19; Al-Naml/27: 40
Al-Aẖqāf/46: 15
4. ‫ت َش ُك ُسوا‬ 1 Al-Zumar/39: 7
5. َ‫ت َش ُك ُسون‬ 19 Al-Baqarah/2: 52; Al-Baqarah/2: 56
Al-Baqarah/2: 185; Ali-Imrān/3: 123
Al-Māidah/5: 6; Al-Māidah/5: 89
Al-A‟rāf/7: 10; Al-Anfāl/8: 26
Al-Naḥl /16: 14; Al-Naḥl/16: 78
Al-ḥajj22: 36; Al-Mu‟minūn/23: 78
Al-Qashash/28: 73; Ar-Rūm/30: 46
Al-Sajdah/32: 9; Fātir/35: 12
Al-Jātsiyah/45: 12; Al-Wāqi‟ah/56: 70
Al-Mulk/67: 23
5. ‫يَش ُك ُس‬ 2 Al-Naml/27: 40; Luqmān/31: 12
6. َ‫يَش ُك ُسون‬ 9 Al-Baqarah/2: 243; Al-A‟rāf/7: 58
Yūnus/10: 60; Yūsuf/12: 38
Ibrāhīm/14: 37; Al-Naml/27: 73
Yāsīn/36: 35; Yāsīn/36: 73
Ghafir/40: 61
7. ‫أش ُكس‬ 2 Luqmān/31: 12; Luqmān/31: 14
8. ‫أش ُك ُسوا‬ 5 Al-Baqarah/2: 152; Al-Baqarah/2: 172
Al-Naḥl /16:: 114; Al-„Ankabūt/29: 17
Saba‟/34: 15
9. ‫شُكسا‬ 1 Saba‟/34: 13
10. ‫ش ُكوزا‬ ُ 2 Al-Furqān/25: 62; Al-Insān/76: 9
11. ‫شَب ك ٌِس‬ 1 Al-Baqarah/2: 158
12. ‫شَب كِسا‬ 3 Al-Nisā‟/4: 147; Al-Naḥl /16:121
Al-Insān/76: 3
13. َ‫شَب ك ُِسون‬ 1 Al-Anbiya/21: 80
14. ‫الشَب‬ 9 Ali-Imrān/3: 144; Ali-Imrān/3: 145
َ‫ك ِِسيه‬ Al-An‟am/6: 53; Al-An‟am/6: 63
Al-A‟rāf/7: 17; Al-A‟rāf/7: 144
Al-A‟rāf/7: 189; Yūnus/10: 22
Al-Zumar/39: 66
15. ٌ ‫ش ُك‬
‫وز‬ َ 9 Ibrahim/14: 5; Luqmān/31: 31
‫ش ُكوز‬ َ Saba‟/34: 13; Saba‟/34: 19
Fātir/35: 30; Fātir/35: 34
Al-Syura/42: 23; Al-Syura/42: 33
Al-Tagābun//64: 17
16. ‫ش ُكوزا‬
َ 1 Al-Isra‟/17: 3
17. ‫َمش ُكوزا‬ 2 Al-Isra‟/17: 19; Al-Insān/76: 22
Sumber: al-Mu‟jam al-Mufahras li alfāzil Qur‟ānil karīm.
24

Konsep Dasar Syukur dijelaskan di dalam Qur‟an Surat al-Baqarah


ayat 152:
ِ ‫فَاذْ ُكر ِوِن أَذْ ُكرُكم وا ْش ُكروا ِِل وََل تَ ْك ُفر‬
‫ون‬ُ َ ُ َْْ ُ
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-
Ku)”. (Q.S. Al-Baqarah: 152)13
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT. telah memberikan
anugerah nikmat kepada kaum muslimin, maka heandaklah selalu
mengingat Allah baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan
tahmid (membaca al-ḥamdulillāh), tasbih (membaca Subhānallāh), dan
membaca al-Qur‟an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk
mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan
dan keEsaan-Nya.14
Ayat ini mengandung perintah untuk bersyukur kepada Allah SWT.
atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan dengan cara mengelola dan
memanfaatkan semua nikmat sesuai dengan masing-masing fungsinya.
Kemudian memanjatkan pujian pada Allah SWT. dengan lisan dan hati
serta tidak memngingkari semua anugerah tersebut dengan cara
mempergunakannya ke jalan yang bertentangan dengan syari‟at dan
sunatullah.
Ayat ini juga merupakan peringatan kepada umat manusia agar tidak
terperosok seperti umat-umat terdahulu. Sebab, mereka (umat terdahulu)
telah mengingkari nikmat-nikmat Allah. Mereka tidak menggunakan akal
dan indra untuk merenungkan dan memikirkan untuk apa nikmat-nikmat
tersebut, dan bagaimana cara penggunaannya. Sebagai akibatnya, nikmat

13
Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata , 23.
14
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid: I (Juz 1-
2-3), Departemen Agama RI, 1982/1983, 282
25

tersebut dicabut untuk menghukum mereka, di samping sebagai pelajaran


bag yang lainnya.15
Dalam Tafsir al-Misbah juga disebutkan untuk senantiasa mengingat
Allah dengan lidah, pikiran hati dan anggota badan; lidah menyucikan dan
memuji Allah SWT. pikiran dan hati melalui perhatian terhadap tanda-
tanda kebesaran Allah SWT. dan anggota badan dengan jalan
melaksanakan perintah-perintah-Nya. Jika itu semua dilakukan niscaya
Allah ingat pula kepadamu, sehingga Allah SWT. akan selalu bersama
mereka saat suka dan duka, dan bersyukurlah kepada Allah dengan hati,
lidah dan perbuatan pula, nicaya Allah SWT. tambah nikmat-nikmat-Nya,
dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Nya agar siksa-Nya tidak
menimpa kepadamu.16
Ayat yang sering dijadikan dasar perilaku syukur juga terdapat didalam
Qur‟an surat Ibrāhīm ayat 7:

‫يدنَّ ُك ْم ّ َولَئِ ْن َك َف ْرُُْت إِ َّن َع َذ ِاب لَ َش ِدي ٌد‬


َ ‫َوإِ ْذ ََتَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َك ْرُُْت ََلَ ِز‬
“Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti kami menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.” (Q.S. Ibrāhīm/14: 7).17

Dijelaskan dalam tafsir Ibn Kaṡīr (‫“ ) َوإِذْ ت َأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم‬Dan ingatlah tatkala
Rabbmu memaklumkan” kalimat tersebut memberitahukan tentang janji
Allah kepada manusia, selain itu kalimat tersebut juga bisa berarti
“Ingatlah tatkala Rabbmu bersumpah dengan keperkasaan, keagungan,
َ َ‫عرَا ِبي ل‬
dan kebesaran-Nya” ( ٌ ‫شدِيد‬ َ ‫َو َل ِئ ْه َكفَ ْست ُ ْم ِإ َّن‬ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم‬
َ ‫)لَئِ ْه‬
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan memambah (nikmat)

15
Ahmad Muṣṭafa Al-Marāghi, Terjemah Tafsir Al-Marāghi, Juz: II, terj. Azhrun
Abubakar (Semarang: CV. Toha Putra, 1984), 32-33
16
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur‟an, volume: 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 362
17
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, 158
26

kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya


adzab-Ku sangat pedih,” yaitu dengan mengambil nikmat itu kembali dari
mereka dan menyiksa mereka atas pengingkara mereka terhadap nikmat
tersebut.18
Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka pasti
nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur
nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini
hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian, penggalan
akhir ayat ini dapat diahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak
tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang
mengkufuri nikmat Allah, bahkan boeh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya
dalam rangka mengulur kedurhakaan.19
Masih menurut Pak Quraish,20 syukur berarti membuka dan
menampakan, lawannya adalah kufur, yakni menutup atau
menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakan nikmat, antara lain
menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Itu
berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. menuntut
perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan nikmat
tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

C. Aspek-Aspek Syukur
Al Munjid menjelaskan bahwa syukur dapat muncul dikarenakan tiga
aspek, yaitu:
a. Mengenal Nikmat

18
Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq, Lubaabut Tafsir Min Ibni
Katsir, terj. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2013), 66.
19
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 23.
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 24.
27

Menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakini bahwa


segala sesuatu dan keajaiban yang kita miliki dan lalui merupakan
nikmat Allah SWT.
b. Menerima Nikmat
Menyebut-Nya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang
memberi nikmat dan hajat kepada-Nya, karena memahami bahwa
nikmat itu bukan karena keberkahan kita mendapatkannya akan
tetapi karena itu bentuk karunia dan kemurahan Tuhan.
c. Memuji Allah SWT. atas Pemberian Nikmat
Pujian yang berkaitan dengan nikmat itu ada 2 macam, yang
pertama bersifat umum yaitu dengan memuji-Nya bersifat
dermawan, pemurah, baik, luas pemberian-Nya dan sebagainya .
sedangkan yang kedua adalah bersifat khusus yaitu membicarakan
nikmat yang diterima itu dengan lisan dan menggunakan nikmat
tersebut untuk hal-hal yang diridhai-Nya.21
Adapun perwujudan rasa syukur yaitu:
a. Bersyukur dengan hati
Merupakan bentuk pengakuan dengan hati bahwa semua
nikmat datangnya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia Sang
pemberi nikmat kepada hamba-Nya. Syukur dengan hati akan
membuat seseorang merasakan keberadaan nikmat itu pada
dirinya, hingga ia tidak akan lupa kepada Allah pemberinya.
Agar dapat bersyukur dengan hati, dibutuhkan pengetahuan yang
dapat memperkuat keyakinan hati bahwa Allah SWT. adalah
sumber dari segala kenikmatan yang saat ini dirasakan. Di
samping pengetahuan dan keyakinan, mohonlah agar dikaruniai

21
Alfin Nadhiroh, “Hubungan Kebersyukuran dengan Kebermaknaan Hidup Orang
Tua yang Memiliki Anak Autis” (Skripsi Univeritas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2012), 13-14.
28

hati yang bening agar mampu memaknai nikmat yang diterima


sehingga mampu menjaga kesucian hati untuk tetap bersyukur.
Allah SWT. selalu memberikan petunjuk bagi setiap manusia yang
bersedia untuk berpikir.
Keutamaan bertafakur (memikirkan) akan luasnya samudera
kenikmatan yang saat ini tengah menenggelamkan manusia,
semata akan menumbuhkan perasaan bersyukur dan mencintai
Allah SWT. yang semakin kuat. Seringkali manusia lupa berterima
kasih kepada sumber pemberi segala nikmat dan merasa cukup
dengan berterima kasih kepada perantaranya (manusia,
perusahaan, tanah tempat bercocok tanam, atau laut yang
menghasilkan). Perlu ditanamkan dalam keyakinana akan
kemurahan dan kasih sayang Zat yang telah memberikan segala
nikmat sehingga muncul dorongan untuk senantiasa bersyukur
kepada Allah SWT. 22
b. Bersyukur dengan lidah
Adalah menyanjung dan memuji Allah SWT. atas nikmat-Nya
dengan penuh kecintaan, serta menyebut-nyebut nikmat itu sebagai
pengakuan atas karunia-Nya dan kebutuhan terhadapnya, bukan
karena riya, pamer atau sombong. Mengucapkan nikmat Allah
SWT. merupakan salah satu sendi syukur. Seorang hamba yang
mengucapkan rasa syukur, maka ia akan teringat kepada
pemberinya dan mengakui kelemahan dirinya.
Lisan merupakan sarana untuk mengungkapkan apa yang
terkandung di dalam kalbu. Apabila kalbu seseorang penuh rasa
syukur kepada Allah SWT. maka lisannya akan selalu basah

22
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 36
29

mengucapkan puji dan syukur kepada-Nya. Rasulullah Saw.


memberikan teladan dalam setiap doa maupun zikir yang
dilakukan dalam kesehariannya untuk selalu melisankan puji dan
syukur kepada Allah SWT. Seorang muslim hendaknya
membiasakan lisannya untuk melafazkan syukur dalam setiap
kesempatan yang membahagiakan, yaitu dengan ucapan
“alhamdulillāhi rabbil‟ālamīn” – segala puji bagi Allah SWT.
Tuhan seluruh alam.
Keutamaan bersyukur dengan lisan adalah sebagai bentuk
zikrullāh (mengingat Allah), yang akan mendatangkan limpahan
rahmat dan ampunan-Nya serta mengangkat derajat seseorang di
sisi Allah SWT. Dengan berzikir melafalkan syukur, seorang
hamba junga tengah membuktikan kepada Allah SWT. akan
harapan dan usahanya untuk menghindari ddari sikap kufur
(mengingkari nikmat).23
c. Bersyukur dengan anggota tubuh
Artinya anggota tubuh digunakan untuk beribadah kepada Allah
SWT. Tuhan Semesta Alam, karena masing-masing anggota tubuh
memiliki kewajiban beribadah. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah sujud syukur, yaitu dengan cara sujud dihadapan
Allah SWT. dengan meletakkan anggota tubuhnya yang paling
mulia di atas tanah, lalu dalam keadaan tersebut diiringi dengan
berbagai macam dzikir seperti bersyukur, bertasbih, berdoa, mohon
ampunan, dsb.24
Setelah hati memaknai karunia dan mensyukuri nikmat Allah
SWT. akan lebih sempurna bila lisan pun menyebut-nyebut nikmat

23
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 45
24
Alfin Nadhiroh, “Hubungan Kebersyukuran” , 15-16
30

dengan segenap puji syukur terhadap limpahan karunia-Nya. Rasa


syukur pun disempurnakan dengan beribadah dan beramal sebagai
bukti hamba yang taat kepada Allah SWT. 25

D. Contoh Perbuatan Syukur\


Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa bersyukur bukan hanya
mengucapkan kalimat hamdalah saja, akan tetapi melalui perbuatan juga
dianjurkan. Adapun beberapa contoh perbuatan syukur antara lain:
1. Sujud Syukur26
Sujud syukur biasanya dilakukan ketika memperoleh nikmat
yang besar, terhindar dari musibah, melihat orang yang tertimpa
musibah atau orang sakit, atau menyaksikan orang yang bermaksiat.
Sujud syukur sunnah dilakukan terang-terangan di hadapan orang
yang bermaksiat, tidak di hadapan orang yang terkena musibah.
Sujud syukur dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah
SWT. selain melakukan sujud syukur, kita juga disunnahkan
bersedekah dan shalat sebagai bentuk syukur.
Hukum sujud syukur sama seperti sujud tilawah dan shalat
sunnah, seperti persyaratan harus menghadap kiblat, suci dari
hadats dan najis. Dan menutupi aurat.
2. Aqiqah
Aqiqah menurut bahasa berarti rambut kepala anak yang baru
lahir. Menurut syara‟, aqiqah adalah hewan yang disembelih pada
hari pencukuran rambut anak yang baru lahir.27
Aqiqah adalah kambing yang dipotong (disembelih) untuk anak
yang baru lahir yang penyembelihannya dilaksanakan pada hari
25
Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 51
26
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, terj. Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz
(Jakarta: Almahira, 2010), 313.
27
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, 575
31

ketujuh dari kelairannya. Aqiqah secara bahasa berarti rambut


kepala anak yang baru lahir. Sedangkan menurut syara‟ aqiqah
adalah hewan yang disembelih pada hari pencukuran rambut anak
yang baru lahir. Hukum akikah adalah sunnah muakkad bagi orang
tua atau wali bayi yang mampu. Adapun tujuan dari
dilaksanakannya aqiqah adalah sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Allah SWT. atas nikmat diberi keturunan dan sebagai
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan
memelihara dan merawat anak yang dikaruniakan-Nya.28
Waktu pelaksanaan aqiqah berlangsung sejak hari kelahiran
hingga menginjak usia baligh. Setelah memasuki usia baligh,
tuntutan aqiqah dari seorang ayah gugur. Adapun jumlah hewan
ketika aqiqah yang sempurna untuk bayi laki-laki adalah dua ekor
kambing, dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. 29
3. Walimatul Ursy atau Resepsi pernikahan
Walimah berasal dari kata al-walmu, sinonimnya dalah al-ijtima,
yang artinya berkumpulnya kedua suami istri saat banyak orang
berkumpul. Sedangkan, maksud dari walimah itu sendiri ialah
makanan yang disediakan dalam pesta (hajat atau kenduri) atau
makanan yang disediakan untuk para undangan. Dalam pengertian
masyarakat umumnya, walimah tidak hanya mengacu pada
hidangannya, tetapi pada keramaiannya, meskipun tidak terlepas
dari hidangan.30 Walimah menurut Ibn Kaṡīr yaitu makanan yang
dibuat untuk pesta perkawinan. Walimatul ursy adalah makanan
yang dihidangkan berkaitan dengan berlangsungnya akad nikah.

28
Abū Bakr Jābir Al-Jazā‟iri, Minhaj Al-Muslimīn, terj. Hasanuddin dan Didin
Hafidhuddin (Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa, 1996), 545
29
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, 576
30
Atiqah Hamid, Buku Lengkap Fiqh Wanita Segala Tentang Urusan Wanita Ada di
Sini (Yogyakarta: DIVA Press, 2014 ), 112
32

Walmatul ursy juga diartikan dengan pesta pernikahan daam rangka


mensyukuri nikmat Allah atas telah terlaksananya akad perkawinan
dengan menghidangkan makanan. Walimatul uursy dilaksanakan
atau diadakanketika acara akad nikah berlangsung, tau sesudahnya,
atau ketika hari perkawinan (mencampuri istrinya), atau
sesudahnya. Walmatul ursy juga bisa diadakan menurt adat dan
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.31
Pada zaman Rasulullah Saw. walimatul urusy diselenggarakan
hanya semata-mata untuk merealisasikan rasa syukur atas nikmat
yang dilimpahkan oleh Allah SWT. atas terlaksananya akad
pernikahan. Mereka mengadakan tasyakuran dengan cara
menghidangkan makanan-makanan untuk menjamu para tamu
undangan dan menshadaqahkan hidangan itu kepada fakir miskin
dengan tujuan meringankan beban yang diderita, serta dengan
maksud membagi kebahagiaan atas nikmat yang diberikan oleh-
Nya. Jumhur ulama berpendapat bahwa walimatul urusy merupakan
tradisi yang hidup melanjutkan tradisi yang berlaku di kalangan
bangsa Arab sebelum Islam datang, dan hukumnya adalah sunnah.32
4. Sedekah Bumi atau Laut33
Sedekah bumi atau laut biasa dilakukan oleh masyarakat
khususnya di daerah Jawa. Sedekah bumi sendiri dilakukan oleh
masyarakat yang mayoritasnya bertani. Sedekah bumi dilakukan
setiap satu tahun sekali tepatnya setelah panen. Tujuannya, sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT .atas hasil panen
yang mereka peroleh.

31
Tihami, Fikih Munakahat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), 131
32
Atiqah Hamid, Buku Lengkap Fiqh Wanita, 113
33
Hasil dari Peneitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
33

Sedangkan sedekah laut sendiri tidak jauh berbeda, hanya saja


dilakukan di daerah pesisir pantai yang mayoritas masyarakatnya
berprofesi sebagai nelayan. Sedekah laut juga di adakan setiapsatu
tahun sekali dimana para nelaya melakukan pesta laut dengan
membawa beberapa tumpeng yang berisikan kepala kerbu untuk
kemudian dihayutkan ditengah laut.
Demikian beberapa contoh perbuatan syukur yang biasa dilakkan oleh
masyarakat pada umumnya, terlepas dari pembahasan di atas masih
banyak bentuk syukur lainnya yang tidak penulis sampaikan karena
keterbatasan buku bacaan dan waktu penulisan.
E. Hikmah Bersyukur
Hikmah bersyukur itu kembali pada orang yang bersyukur, kebaikan
yang ada kembali pada mereka yang bersyukur, sebagaimana dalam surat
An-Naml ayat 40.34
Sayid Qutub yang dikutip oleh Ahmad Yani, menyatakan empat
hikmah bersyukur yakni:35
a. Menyucikan jiwa
Bersyukur dapat menjaga kesucian jiwa, sebab menjadikan
orang dekat dan terhindar dari sifat buruk, seperti sombong atas apa
yang di perolehnya.
b. Mendorong jiwa untuk beramal saleh
Bersyukur ynag harus ditunjukan dengan amal saleh membuat
seseorang selalu terdorong untuk memanfaatkan apa yang di
perolehnya untuk berbagi kebaikan. Semakin banyak kenikmatan
yang di peroleh semakin banyak pula amal saleh yang dilakukan .
c. Menjadikan orang lain ridha

34
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 218.
35
Ahmad Yani, Be Excellent: Menjadi Pribadi Terpuji (Jakarta: Al Qalam, 2007),
251-252.
34

Dengan bersyukur, apa yang di peroleh akan berguna untuk


orang lain dan membuat oranglain ridha kepadanya, karena
menyadari bahwa nikmat yang diperoleh tidak harus dinikmati
sendiri tapi juga harus dinikmati oleh orang lain sehingga hubungan
dengan orang lain pun menjadi baik.
d. Memperbaiki dan memperlancar interaksi social
Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan yang baik dan
lancar merupakan hal yang penting. Hanya orang bersyukur yang
bisa melakukan upaya memperbaiki dan memperlancar hubungan
social karena tidak ingin menikmati sendiri apa yang diperolehnya.
Muhammad Syafi‟ie el-Bantanie menyebutkan lima manfaat syukur,
yakni sebagai berikut36:
a. Menghilangkan Kesusahan Dalam surat al-Baqarah ayat 152,
diiterangkan agar kita selalu ingat kepada Allah SWT. salah satu
cara mengingat Allah SWT. yakni dengan senantiasa bersyukur
kepada-Nya. Jika ingat Allah SWT. maka Allah SWT. senantiasa
akan ingat kepada kita, maksudnya Allah SWT. akan melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita, dan salah satu rahmat serta
karunia Allah SWT. adalah mengeluarkan kita dari kesulitan dan
menunjukan jalan kemudahan.
b. Mendatangkan rezeki
Dengan bersyukur maka Allah SWT. akan membukakan pintu
rezeki dari segala penjuru. Sebagaimana telah Allah jelaskan di
dalam al-Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 152:

ِ ‫فَاذْ ُكر ِوِن أَذْ ُكرُكم وا ْش ُكروا ِِل وََل تَ ْك ُفر‬


‫ون‬ُ َ ُ َْْ ُ

36
Muhammad Syafi‟ie el-Bantanie, Dahsyatnya Syukur (Jakarta: Qultum Media,
2009) 42-46
35

Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-
Ku)”. (Q.S. Al-Baqarah/2: 152)37
c. Menambah rezeki
Dalam surat Ibrāhīm ayat 7, disebutkan bahwa Allah SWT. akan
menambah nikmat yang bersyukur.

‫يدنَّ ُك ْم ّ َولَئِ ْن َك َف ْرُُْت إِ َّن َع َذ ِاب لَ َش ِدي ٌد‬


َ ‫َوإِ ْذ ََتَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َك ْرُُْت ََلَ ِز‬
Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti kami menambah (nikmat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.” (Q.S. Ibrāhīm /14: 7).38

d. Mendatangkan kesembuhan
Orang-orang yang tetap bersyukur dalam kondisi sakit akan
mendapatkan balasan yang luar biasa, yakni Allah SWT. akan
meyembuhkan penyakitnya dan akan memberikan nikmat yang jauh
lebih baik dari sebelumnya, seperti halnya dalam kisah Nabi Ayub
as.
F. Tradisi Sedekah Bumi
1. Pengertian tradisi sedekah bumi
Tradisi merupakan roh dari suatu kebudayaan. Tanpa adanya tradisi
tidak mugkin suatu kebudayaan akan hidup dan bertahan. Dengan tradisi
hubungan antara individu dengan masyarakat dapat menjadi lebih
harmonis dan sistem kebudayaan akan menjadi kokoh.
Secara etimologi, kata tradisi atau tradisional berarti tatanan, budaya
atau adat yang hidup dalam sebuah komunitas nasyarakat (Mastuhu, 1994:
55) karenanya, tradisi diartikan konsensus bersama untuk diartikan serta
dijunjung tinggi oleh sebuah komunitas masyarakat setempat. Kata

37
Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata , 23.
38
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, 158
36

tradisional juga selalu menunjuk pada hal-hal yang bersifat peninggalan


kebudayaan klasik, kuno, dan konservatif (Haedari, 2006: 13).39
Tradisi [tra.di.si] sendiri memiliki arti adat kebiasan turun temurun
(dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat; penilian
atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling
baik dan benar. Sedangkan arti adat istiadat adalah tata kelakuan yang
kekal dan turun temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai
warisan sehingga kuat integrasi dengan pola masyarakat.40
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sedekah mengandung beberapa
arti, antara lain: pertama, pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau
yang berhak menerimanya, diluar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai
dengan kemampuan yang memberi; derma. Kedua, selamatan; kenduri: -
arwah; - kubur; Ketiga, makanan (bunga-bunga dsb) yang disajikan
kepada orang halus (roh penunggu dsb); - arwah- sedekah yang diadakan
untuk menghormati dan mendoakan orang yang meninggal.; - bumi
selamatan yang diadakan sesudah panen (memotong padi) sebagai tanda
bersyukur.41
Kata „sedekah” dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa
Arab. Al-Sadaqah. Asal kata ini adalah al-Sidq yang berarti “benar”,
karena sedekah menunjukkan kebenaran iman kepada Allah SWT.
Dinamakan sedekah karena ia menunukkan pembenaran orang yang
bersedakah dan menunjukkan kebenaran imannya secara lahir dan batin.42
Sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk mengharapkan pahala

39
Hasani Ahmad Said, Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di Nusantara, IBDA:
Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2011. DOI :
https://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/ibda/article/view/38/16.
40
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007) Edisi Ketiga
41
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007) Edisi Ketiga.
42
Amrulloh Syarbini, Supersedekah, (Jakarta: Qultum Media, 2012), 13.
37

Allah SWT.43 Sedangkan bumi merupakan tempat dimana manusia hidup,


tumbuh dan berkembang. Bumi merupakan sumber dari kehidupan
manusia, karena segala bahan pokok makanan manusia tumbuh dan
berasal dari bumi.44
Sedekah bumi menurut sebagian masyarakat Desa Kedungneng yaitu
suatu tradisi yang selalu dilakukan setiap tahun sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah atas hasil panen yang di dapat.45 Maka masyarakat di
minta untuk membawa hasil panennya yaitu berupa makanan untuk
dibawa ke balai desa dan di doakan bersama-sama. Setelah itu dibagikan
lagi kepada mereka, adapun diadakannya pagelaran wayang kulit ataupun
sandiwara hanya sebagai hiburan untuk masyarakat saja yang memang
menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.46
Dapat disimpulkan Sedekah bumi merupakan ungkapan rasa syukur
kepada Allah yang telah memberikan hasil bumi (panen) kemudian
dikemas melalui adat atau budaya orang Jawa.
2. Sejarah Tradisi Sedekah Bumi
Suku Jawa mempunyai beragam kebudayaan di berbagai bagian
wilayahnya, satu contoh dari berbagai ragam kebudayaan Jawa itu adalah
sedekah bumi. Seperti ragam kebudayaan Jawa lainnya, sedekah bumi
adalah kebudayaan yang sedikit banyak bermuatan nilai-nilai animisme
dan dinamisme yang mendapat pengaruh Hindu –Budha, sesuai dengan
kepercayaan dan keyakinan para pendahulu masyarakat Jawa.
Kepercayaan animisme dan dinamisme ini sebenarnya telah dikenal oleh
bangsa Indonesia sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
43
Candra Himawan dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah,
(Yogyakarta: Pustaka Albana, 2013), 15.
44
Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 27
September 2019, Jawa Tengah.
45
Diperoleh dari hasil wawancara dengan Saeful Azis, Syarif, Wasjid, Turmudi,sajum
sayuti, pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa Kedungneng.
46
Saiful Aziz. Wawancara.
38

Indonesia. Setelah masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di


Indonesia mengakibatkan akulturasi, yaitu percampuran antara kedua
kepercayaan.47
Sejak jaman dahulu hingga sekarang, sedekah bumi sudah menjadi
rutinitas tahunan masyarakat Desa Kedungneng Kecamatan Losari
Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Masyarakat desa yang didominasi oleh
petani melakukan rangkaian upacara sedekah bumi yang pelaksanaannya
sama seperti yang dijalankan oleh para leluhur, walaupun sekarang sedikit
pengalami perubahan. Misalnya dalam pengadaan pengajian umum, ketika
awal mula dilaksanakannya sedekah bumi pengajian umum tidak diadakan
hanya berupa proses kenduri dan hiburan saja, seiring berkembangnya
zaman masyarakat mulai mengalami kemajuan dalam masalah keagamaan
sehingga sedikit demi sedikit mulai memasukkan nilai-nilai keagamaan
dalam tradisi sedekah bumi tersebut.
Masyarakat Jawa pada zaman dahulu masih menganut kepercayaan
Hindu-Buddha, kemudian datanglah para Wali untuk menyebarkan agama
Islam. Masyarakat diberikan wejangan, dakwah, tausiyah dengan beragam
cara, salah satunya melalui kesenian. Misalnya, gamelan dan wayang
kulit, tujuan awal mereka untuk menarik simpati masyarakat agar mau
berkumpul dari situlah sang wali mulai bermain gamelan dengan
menggunakan juga wayang. Dalam pewayangan tersebut dikemas ajaran
Islam di dalamnya termasuk anjuran untuk bersedekah karena mereka
percaya banyak mengeluarkan sedekah akan terhindah dari becana dan
selamat.48

47
Furqan Syarif Hidayatulloh, Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap, el-harokah:
Jurnal Sedekah Bumi, Vol. 15 No. 1 Tahun 2015. https://www.researchgate.net 2836.
48
Mufid Marzuki (Tokoh Ulama Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes, 29 September 2019, Jawa Tengah.
39

Desa Kedungneng dahulu juga masih menggunakan pertunjukkan


wayang kulit atau wayang golek dalam perayaan sedekah bumi sebagai
bentuk hiburan warga desa. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman
orang-orang sudah tidak tertarik lagi dengan alunan gending49, kemong50,
dan pertunjukan golek, masyarakat sekarang sudah mulai memakai alat
musik yang lebih modern seperti pagelaran sandiwara. Pagelaran
sandiwara merupakan pertunjukan drama musikal yang diisi oleh beberapa
lakon dengan cerita sejarah pada zaman dahulu, tujuannya untuk
menyampaikan pesan moral kepada masyarakat yang menyaksikan.
Adapun beberapa cerita yang biasa dibawakan yaitu tentang sejarah babad
tanah Jawa, para wali, sejarah desa dan lain sebagainya.

Tabel 2.2
Sejarah Tradisi Sedekah Bumi
Pra-Islam Tradisi Lokal Islami
Sedekah bumi diartikan juga Sedekah bumi adalah Suatu tradisi yang selalu
oleh sebagian masyarakat suatu adat dan tidak ada dilakukan setiap tahun
pedesaan yang awam akan dalil dalam al-qur‟an dan sebagai ungkapan rasa
ilmu agama sebagai sebuah hadisnya.52 syukur kepada Allah atas
syukuran terhadap hasil panen yang di dapat53
dewa/dewi yang
memberikan panen
melimpah, mereka
menyebutnya dengan Dewi
Sri, yaitu istilah dewi yang
memberikan baik atau
buruknya panen petani.51

49
Gending dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti lagu – macakal gending
yang dimainkan untuk dinikmati keindahannya, dimainkan secara instrumental, bukan
untuk mengiringi tari dsb (di Jawa Barat). Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Edisi Ketiga.
50
Kemong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama dengan Kemung. Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Edisi Ketiga.
51
Fazri Sidiq (Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang) diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes, 29 September 2019, Jawa Tengah.
52
Shopi (Ustadz/Guru Ngaji) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 21 September 2019,
Jawa Tengah.
53
Saiful aziz, Wawancara.
40

Sedekah bumi merupakan Sedekah bumi merupakan Sedekah bumi merupakan


suatu bentuk tasyakkuran suatu tradisi orang Jawa suatu perwujudan
kepada bumi sebagai bentuk yang tidak ada kaitannya masyarakat Desa
ungkapan terima kasih dengan syariat Islam.55 Kedungneng dalam rangka
kepada yang telah bersyukur kepada Allah
memberikan rezeki, sebelum SWT. 56
adanya Islam di pulau Jawa
sebenarnya sudah diadakan
tardisi ini tapi berbeda tata
cara pelaksanaannya54
Sedekah bumi merupakan Sedekah bumi adalah suatu
adat turun temurun yang keyakinan masyarakat
sudah diyakini oleh untuk dapat
masyarakat.57 mengungkapkan rasa
syukur mereka kepada
Allah atas apa yang mereka
peroleh dari hasil bumi
selama satu tahun58
Sedekah bumi merupakan
tradisi turun temurun dari
nenek moyang zaman
dahulu.59

54
Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes, 27 september 2019, Jawa Tengah
55
Syihabuddin (Lebe Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 25
September 2019, Jawa Tengah.
56
Syarif (Carik/Sekretaris Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 25
September 2019, Jawa Tengah.
57
Tarmudi (Kuwu/Kepala Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 26
September 2019, Jawa Tengah
58
Aliyudin (Mahasiswa IAT), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 27 September
2019, Jawa Tengah.
59
Wasjid (Tokoh Masyarakat Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes,
26 september 2019, Jawa Tengah.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA KEDUNGNENG KECAMATAN
LOSARI KABUPATEN BREBES
JAWA TENGAH
Dalam bab ini penulis akan menggambarkan objek kajian penelitian
guna memberikan penjelasan awal mengenai objek kajian yang berkaitan
dengan judul skripsi ini, baik berupa letak geografisnya maupun keadaan
masyarakatnya.
A. Letak Geografis
Secara administratif Desa Kedungneng merupakan salah satu desa dari
dua puluh dua desa yang ada di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
Terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat
dengan luas wilayah 306,52 Ha dengan tingkat perkembangan desa berupa
Swakarya yang terdiri dari 3 Dusun, 3 RW, dan 18 RT.
Desa Kedungneng , 4 Km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Losari
berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Desa Randusari
2. Sebelah Selatan : Desa Kalibuntu
3. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat
4. Sebelah Timur : Desa Luwungbata
Sedangkan jarak dari desa ke Kabupaten sejauh 37 Km dan 205 Km
jarak dari Ibukota Provinsi.
Keadaan alam Desa Kedungneng merupakan dataran dengan tipologi
desa yang berupa persawahan. Mata pencaharian penduduk desa
Kedungneng adalah Buruh Tani. Walaupun tergolong daerah persawahan
akan tetapi tidak semua masyarakat memiliki lahan sehingga kebanyakan
dari mereka hanya bekerja sebagai buruh taninya saja. 1

1
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019

42
43

B. Kependudukan
Desa Kedungneng adalah desa yang terdiri dari 3 Dusun, 3 RW, dan 18
RT. Masing-masing Dusun terdiri dari 6 RT, yaitu:
1. Dusun I (RW 01 terdiri dari 6 RT)
2. Dusun II (RW 02 terdiri dari 6 RT)
3. Dusun III (RW 03 terdiri dari 6 RT)
Masing-masing Dusun dipimpin oleh seorang BAU atau KADUS
(Kepala Dusun), yang dipilih secara kompetitif melalui berbagai macam
tes keilmuan, berupa tes tulis, wawancara, kemudian pidato. Tujuannya
untuk mendapatkan seseorang yang benar-benar mengerti dengan
permasalahan yang nantinya harus ditangani. Jumlah penduduk secara
keseluruhan Desa Kedungneng adalah 7.766 Jiwa dari 2.782 KK, yang
terdiri dari 4.003 laki-laki dan 3.763 perempuan. Adapun jumlah
penduduk berdasarkan kelompok umur yaitu2:
1. Usia 0-15 tahun : 2.263 Jiwa
2. Usia 15-65 tahun : 5.131 Jiwa
C. Kondisi Sosial, Tingkat Pendidikan, Taraf Ekonomi, dan
Kehidupan Keagama
1. Kondisi Sosial
Masyarakat Desa Kedungneng ini telah mengalami perkembangan gaya
pola hidup yang cukup maju, baik dari segi pergaulan, pakaian, dan gaya
bahasa yang mengikuti perkembangan zaman, akan tetapi terlepas dari itu
masyarakat masih menganut tata krama yang baik, dilihat dari tertib dan
amannya kondisi lingkungan.3
Berbicara mengenai lingkungan, pergaulan sosial, tentunya tidak
terlepas dari rasa kebersamaan yang diwujudkan dalam suatu komunikasi

2
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
3
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
44

menyangkut sikap dan moral pada masyarakat agama, etnik maupun


komunitas adat untuk terciptanya suasana lingkungan yang harmonis.
Lingkungan yang harmonis di Kecamatan Losari Desa Kedungneng
tergambar dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat tak
ada permasalahan antara umat beragama secara kursial terlebih
menyangkut keyakinan.4
Adapun fasilitas umum yang terdapat di Desa Kedungeng yang sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan bersosialisasi antara warga
setempat, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.I5
Fasilitas Umum Desa Kedungneng Kecamatan Losari
Kabupaten Brebes
No. Fasilitas Umum Jumlah
1. Masjid 4
2. Musholla 15
3. Lapangan Olahraga 1
4. Kesenian/Budaya 2
5. Poskesdes 1
6. UKBM (posyandu, polindes) 6
7. Perpustakaan Desa 3

2. Tingkat Pendidikan
Ketika pendidikan diartikan sebagai salah satu bagian kegiatan
kebudayaan, sebagai salah satu proses regenerasi, pendidikan memberikan
conoh sehingga anak dan cucunya siap secara jasmani ruhani untuk
melanjutkan kehidupan yang lebih baik dan mempertahankan tradisi orang
tua dan nenek moyang mereka. Maka, sejarah pendidikan di Indonesia
sebenarnya sudah lama dimulai, sebelum hari pendidikan nasional,

4
Berdasarkan Pengamatan yang dilakukan penulis pada tanggal 19-28 September
2019 di Desa Kedungneng, Kec. Losari, Kab. Brebes
5
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
45

sebelum penjajahan, mengiringi proses agama-agama besar di dunia:


Hindu, Buddha, Konghucu, Islam, Kristen, dan Protestan masuk ke tanah
nusantara, bahkan sejak tanah ini mulai ada penghuni manusianya, serta
mitos asal muasal kehidupan di tanah Jawa dalam lakon Aji Saka,
dikaitkan dengan tulisan dan huruf Jawa. 6
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Secara umum pendidikan terbagi menjadi dua,
yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal
meliputi pendidikan yang umum dan resmi, seperti: TK, TPA, SD, SMP,
SMA. Pendidikan formal sangat penting di zaman modern saat ini guna
kelangsungan hidup agar tidak menjadi masyarakat yang tertiinggal dalam
pendidikan, sehingga dapat mempengaruhi dalam memperoleh pekerjaan.
Sedangkan pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk melengkapi
pengetahuan yang sudah mereka dapatkan dari pendidikan formal.
Kondisi pendidikan masyarakat di Desa Kedungneng Kecamatan
Losari Kabupaten Brebes masih minim sekali, masyarakat beranggapan
pendidikan tidak terlalu penting dalam kehidupannya, terbukti dengan
maraknya pernikahan dini dan anak yang putus sekolah kemudian beralih
untuk bekerja merantau ke Jakarta atau pergi ke luar negeri menjadi TKI
bahkan ada yang menjadi pengangguran.7
Pada zaman dahulu masyarakat banyak yang hanya tamatan SR saja,
mereka yang sekarang usianya sekitar 60 tahun keatas. Seiring
berkembangnya zaman masyarakat mulai menyadari arti pentingnya
pendidikan akan tetapi hanya sebagiannya saja, terbukti dari dibangunnya

6
Muhammad Rifai‟i, Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga
Modern, cet,. III (Jakarta: AR-Ruzz Media, 2016), 13-14.
7
Saiful Aziz (Kepala Dusun I) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 28 September
2019, Jawa Tengah.
46

beberapa sekolah PAUD, dengan tujuan pendidikan haruslah dipupuk


sedari dini.
Mengenai lembaga pendidikan yang terdapat di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Sarana Pendidikan di Desa Kedungneng Kecamatan Losari
Kabupaten Brebes8
No. Jenis Sarana Jumlah
1. TK (Taman Kanak-Kanak) 2
2. SD (Sekolah Dasar) 2
3. MI (Madrasah Ibtidaiyah) 1
4. TPQ (Taman Pendidikan Qur‟an) 3

3. Taraf Ekonomi
Islam adalah agama produktif yang mendorong umatnya untuk
berkarya. Bekerja dan berproduksi adalah keniscayaan hidup. Tanpa
bekerja dan berproduksi, kehidupan akan berhenti. Oleh karenanya, dalam
banyak ayat al-Qur‟an, ditemukan perintah untuk beriman seringkali
didampingi oleh, dan dilanjutkan dengan, perintah untuk beramal saleh.
Amal saleh yang diperintahkan Al-Qur‟an itu sebenarnya mencakup
semua amal keagamaan dan keduniaan sekaligus, yang dilakukan untuk
mencari ridha Allah dan memberikan kemanfaatan bagi peradaban umat
manusia. 9
Ekonomi itu pada hakikatnya adalah segala aktivitas yang berkaitan
dengan produksi dan distribusi di antara orang-orang. 10
Mengenai tingkat ekonomi penulis hanya membatasi pada mata
pencaharian masyarakat Desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten
Brebes . dari hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap tingkat
8
Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019
9
Tafsir Al-Qur‟an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang Dan Diklat Departemen Agama RI), 312
10
M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, cet. I (Jakarta:
Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999), 5.
47

ekonomi, sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah petani.


Akan tetapi meskipun di dominasi oleh pertanian sebagian warga hanya
sebagai buruh tani nya saja atau pengelola bukan pemilik tanahnya. Hal ini
dapat dilihat dari data tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kedungneng Kecamatan
Losari Kabupaten Brebes11
No. Pekerjaan Prosentase
1. Petani 20%
2. Buruh Tani 30%
3. Kuli 5%
4. Pedagang 8%
5. Guru Tidak Tetap 6%
6. PNS 4%
7. Pensiunan 2%
8. TKI 15%
9. Merantau ke luar daerah 10%
Jumlah 100%
4. Kehidupan Keagamaan
Salah satu fungsi agama dalam kehidupan masyarakat ialah untuk
memberi makna hidup, sebagai sumber nilai, moral, dan etika, sera
wahana pemersatu anggota komunitas masyarakat, memberikan rasa aman
dan percaya diri, serta motivasi yang kuat untuk melakuksanakan
kemaslahatan.12
Masyarakat Desa Kedungneng secara keseluruhan beragama Islam.
Terdiri dari macam-macam organisasi keagamaan yang berbeda, akan
tetapi tidak mempengaruhi keguyuban masyarakatnya, kegiatan demi
kegiatan yang berwarna keagamaan diikuti oleh seluruh masyarakat desa
walau dari latar belakang organisasi yang berbeda.

11
Saiful Aziz. wawancara.
12
Nasaruddin Umar, Islam Fungsional: Refitalisasi & Rektualisasi Nilai-Nilai
Keislaman (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), 77.
48

Adapun organisasi keislaman yang terdapat di Desa Kedungneng


adalah:
a. Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam yang besar di
Indonesia. Sejarah lahirnya NU dapat dirunut dari munculnya
kelompok kajian Tashwirul Afkar (1914), yang berkembang menjadi
Nahdlatut Tujjar (1916), Syubbanul Wathan (1924), Nahdlatul
Wathan (1924) dan akhirnya menjadi Nahdlatul Ulama pada tanggal
16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 13 Januari 1926. Sebagai ciri
gerakan (nahdlah) dari NU adalah al-muhafadzah qadimish shalih
wal akhdzu bil jadidil ashlah (menjaga dan memperhatikan tradisi
lama yang baik dan berkreasi untuk membuat peradaban baru yang
lebih baik). Dari ciri gerakan yang sudah ada sejak masih embrio
menjadikah jam‟iyah yang beranggotakan para ulama pesantren ini
sejak semula akomodatif terhadap tradisi dan adat istiadat yang
sudah berkembang di kalangan masyarakat.13
Nahdlatul Ulama menganut faham ahlussunnah wal jamaah pola
fikir yang dengan kaum ekstrim aqli (rasional) dengan kaum ekstrim
naqli (spiritual) karena itu sumber pemikiran bagi NU bukan hanya
al-Qur‟an dan sunnah saja, tetapi juga menggunakan kemampuan
akal ditambah dengan realitas empiric. Cara pemikiran seperti itu
mengacu kepada cara pemikiran Abu Hasan Al-Asy‟ari dan Abu
Mansur Al-Maturidi dalam bidang Ilmu Kalam. Dalam Ilmu Fiqih
mengikuti 4 madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hanbali,
sedangkan dalam tashawuf mengembangkan metode Imam Ghazali

13
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam dalam Perspektif Kerukunan
Umat Beragama, cet. 1. (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2012), 234
49

dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tashawuf


dan syari‟at. 14
NU merupakan organisasi Islam terbesar dikecamatan Losari,
khususnya di Desa kedungeng hampir 99% masyarakanya menganut
organisasi NU. Organisasi ini berkiprah melalui kegiatan dakwah
dalam rangka pembinaan Aqidah, Ibadah, dan Akhlak melalui
Majelis Taklim yang diadakan setiap satu minggu sekali di Masjid
atau Musholla yang ada di desa secara bergilir, Perayaan Hari Besar
Islam (PHBI) misalnya Peringatan Hari Santri Nasional, Kelompok
Jam‟iyahan yang dilakukan oleh ibu-ibu kelompok Muslimat dan
Fatayat setiap hari secara bergilir, dan juga kegiatan sosial
keagamaan lain.15
b. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di kampung
Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H (18
November 1912 M). Pada awal didirikan, Muhammadiyah memiliki
basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian
Sidratul Muntaha. Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah
mendirikan sekolah dasar dan lanjutan, yaitu Hooge School
Muhammadiyah, yang kemudian berganti nama, menjadi Kweek
School Muhammadiyah. Selain itu juga didirikan organisasi
underbow untuk kaum ibu yaitu Aisyiyah.16
Muhammadiyah tidak pernah menyatakan secara eksplisit
keterikatannya dengan doktrin teologis maupun fiqh ahlus sunnah
wal jamaah kecuali dalam keputusan tarjih. Dalam pandangan

14
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam. 236
15
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
16
. Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam. 246
50

Muhammadiyah aqidah yang benar adalah aqidah yang dianut umat


Islam pada Zaman Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya
seperti yang disaratkan dalam al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 100
dan dengan pertimbangan dua buah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Turmudzi dengan derajat Hadits Hasan Shahih, yang artinya
sebagai berikut:
“Dari Abdullah bin Amir, berkata, Rasulullah Saw. bersabda: „Pasti
akan tiba saatnya umatku seperti Bani Israel. Ilustrasinya seperti sua
sandal ini sampai kalau pada jaman kehancuran moral mereka (Bani
Israel), ada seorang anak kandung berbuat mesum dengan ibunya,
demikian juga terjado pada umatku/Bani Israel terpecah belah
menjadi 72 golongan dan umatku (pada jaman kemudian) terpecah
menjadi 73 golongan, hanya satu yang selamat, yang lainnya masuk
neraka‟. Para shahabat bertanya: „Rasul siapa yang selamat itu?‟
Rasul SAW menjawab: „mereka yang mengikuti jejakku dan jejak
shahabatku”.17

Organisasi Muhammadiyah di Desa Kedungneng hanya berkisar


0,5%. Keberadaannya juga tidak terlalu mencolok karena hanya ada
beberapa keluarga saja yang tergabung dalam kelompok ini
selebihnya di dominasi oleh organisasi NU.18
c. Salafi
Kata salafi, merupakan nisbar dari kata salaf yang berarti orang-
orang terdahulu, bermaksud mengikuti praktek ibadah yang
dilakukan oleh para ulama pada jaman Nabi Muammad Swt.
Kelompok salafi tidak mempunyai pemimpin secara stuktural tetapi
mempunyai wadah.19
Di Desa Kedungneng hanya terdapat 0,5% keberadaan kelompok
ini, yakni hanya beberapa keluarga saja yang tergabung selebihnya

17
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam, 237
18
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
19
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam, 33
51

di dominasi oleh organisasi Nahdlatul Ulama.20 Akan tetapi


kelompok mereka dianggap membahayakan oleh sebagian warga
karena memberikan pengaruh negatif terhadap pemahaman
masyarakat desa yang notabennya mereka itu adalah warga NU.
Mereka dianggap terlalu fanatik terhadap apa yang mereka yakini
sehingga seringkali menimbulakan kesalah pahaman antara salafi
dan NU, misalnya terkait busana yang mereka pakai (celana
cingkrang diatas 10 centi dari mata kaki). Padahal menurut warga
NU sendiri bukan itu yang menjadi fokus permasalahan tapi lebih
kepada paham yang mereka yakini.21
Pemahaman masyarakat tentang agama mulai meningkat terbukti
dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat sosial
seperti santunan anak yatim. Ada juga marhabanan bergilir dari
mushola ke musholla setiap malam Jumat, kemudian untuk kalangan
ibu-ibu ada Jam‟iyahan yang diadakan setiap hari Jumat dan hari
Minggu oleh kelompok Fatayat.
Dengan adanya beberapa organisasi keislaman tersebut tidak
banyak mempengaruhi terkait pelaksanaan tradisi sedekah bumi
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungneng.
D. Ragam Kebudayaan
1. Kondisi Budaya
Desa Kedungneng masih memiliki budaya dan adat istiadat
diantaranya:22

20
Syarif (Carik) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa
Tengah.
21
Nariti Heryani (Tokoh Masyarakat) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 28
September 2019, Jawa Tengah.
22
Adat istiadat adalah “cara-cara bertindak sesuai kebiasaan kelompok atau individu”
dan budaya adalah “kebiasan dan ritual yang mengatur dan menentukan hubungan sosial
kita berdasarkan kehidupan sehari-hari”.
52

a. Adat istiadat dalam perkawinan


b. Adat istiadat dalam tujuh bulan kehamilan
c. Adat istiadat dalam kelahiran anak
d. Adat istiadat ketika bayi turun tanah pertama kali
e. Adat istiadat dalam menjauhkan bala‟ penyakit dan bencana alam
f. Budaya halal bi halal
g. Budaya tahlilan untuk orang meniggal
h. Budaya marhabanan
i. Budaya pelestarian kesenian hadrah, wayang kulit, burok, angklung
dan drumben.
j. Budaya pembacaan al-Qur‟an secara bersama-samabudaya majlis
ilmu (kajian seputar sejarah dan ngaji kitab)
k. Budaya mendoakan orang yang meninggal.
2. Tradisi Masyarakat Desa Kedungneng
Tradisi yang secara konsisten dilaksanakan di desa Kedungneng antara
lain:
a. Menyambut tahun baru hijriyah
Antusias warga desa Kedungneng dalam rangka menyambut
tahun baru hijriyah dilakukan dengan cara arak-arakan keliling desa
dengan membawa obor dan lantunan sholawat Nabi dengan diiringi
alat musik hadrah. Acara berlangsung dari mulai selesai shalat Isya
sampai dengan pukul 21.30 WIB.
Kemudian pada pagi harinya diadakan jalan santai menglilingi
desa Kedungneng, hampir seluruh warga masyarakat desa
mengikuti jalan santai tersebut dengan membawa kupon dari panitia
penyelenggara untuk mendapatkan Door Praize yang berupa kipas
angin, sembako, uang dan lain sebagainya.
53

Pada tanggal 10 Muharram juga diadakan santunan untuk anak-


anak yatim di Masjid Baiturrohman Desa Kedungneng.
b. Mauludan
Mauludan adalah suatu bentuk upaya masyarakat desa dalam
menghormati hari lahir Nabi Muhammad SAW. pada saat
memasuki bulan maulid atau bulan Rabiul Awal, warga desa
khususnya yang tinggal disekitaran masjid dan musholla sudah
mulai membaca maulid nabi dalam kitab al-Barzanji setiap selesai
shalat Isya setiap harinya. Kegiatan tersebut berlangsung sampai
pada tanggal 12 Rabiul Awal yang kemudian diadakan maulidan
akbar yang bertempat di Masjid Baiturrahman Desa Kedungneng.
Namun tidak berhenti sampai disitu, karena dibeberapa tempat juga
acara mauludan masih terus dilaksanakan sampai berakhirnya bulan
maulid.
c. Memperingati Hari Santri Nasional
Masyarakat desa kedungneng yang di dominasi oleh warga
Nahdliyin sangat antusias dalam merayakan Hari Santri Nasional.
Teerbukti semenjak 2 tahun terakhir kegiatan peringatan hari santri
ini terus dilakukan dengan menyelenggarakan pawai karnaval
menggunakan mobil bak terbuka dan kendaraan lainnya yang dihias
dengan berbagai macam atribut mengelilingi desa se-Kecamatan
Losari dan dilanjut dengan acara pengajian di Desa Limbangan
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.
d. Pengajian rutin setiap malam Selasa Pahing
Pengajian rutin setiap malam Selasa Pahing ini diadakan oleh
Pondok Pesantren As-Sidiqiyah Desa Kluwut Kecamatan
Bulakamba, Kabupaten Brebes, dengan tujuan berbagi rezeki kepada
jamaah yang hadir. Adapun rangkaian kegiatannya, warga akan
54

dijemput dengan menggunakan mobi Truk terbuka untuk dibawa ke


lokasi pesantren, kemudian disana mereka bershalawat bersama dan
mendengarkan tausiyah dari sang Kiyai.
e. Jam‟iyahan
Jam‟iyahan adalah suatu kelompok majelis ibu-ibu yang
kegiatannya meliputi pembacaan sholawat dan dilanjutkan dengan
pembacaan kita al-Barzanji. Adapun jadwal jamiyahan di desa
Kedungneng adalah:
1) Senin ba‟da dzuhur, dilaksanakan oleh Jam‟iyyah Nurul Mubin di
Musholla Baitul Makmur dan Jam‟iyyah at-Taqwa di Musholla
at-Taqwa
2) Kamis, di Musolla Lebe Shihabuddin
3) Jumat, Jam‟iyyah al-Karomah di Musholla Baitul Mukminin
4) Minggu, Jam‟iyyah Nurul Hikmah Fatayat. Adapun Jam‟iyyah
kubro dilakukan setiap satu bulan sekali diadakan antar desa
sebanyak 22 Desa se-Kecamatan Losari gabungan dari anggota
Muslimat dan Fatayat.
f. Pengajian Tilawah Qira‟ati
Pengajian ini diadakan setiap hari Jumat malam Sabtu yang
dipimpin oleh Ust. Absyar dan Ust. Amin Mubarok, dilaksanakan di
Musholla Baitul Mukminin Desa Kedungneng.
g. Setelah bayi dilahirkan diadakan selametan atau walimatul tasmiyah,
dilaksanakan pada hari ke tujuh atau hari ke empat puluh. adapula
rangkaian acaranya meliputi, pembacaan mahalul qiyam, bayi di
gendong dan dikelilingkan kepada warga yang hadir pada acara
tersebut, warga meniup ubun-ubun si bayi dan mengusapnya dengan
membaca bismillah dan sholawat, diseduakan gunting agar warga
yang hadir melakukan pemotongan rambut bayi yang nantinya
55

rambut tersebut akan ditimbang dan dihargai sebagaimana harga


emas. Kemudian disumbangkan kepada anak yatim.
Adapula ketika tali pusar bayi copot diadakan acara puputan yaitu
muka bayi dibuatkan alis dan tanda dijidatnya kemudian semua
keluarga berkumpul untuk mengendong bayi dan membacakan QS.
Al-Qadr di telinga kanan si bayi.
h. Tasyakuran (pindah rumah), pelaksanaan tersebut biasanya orang
yang punya rumah akan membawa beberapa barang yang digendong
dengan bakul sebagai simbolis barang-barang yang nantinya akan
dibawa ke rumah baru, sambil diiringi oleh saudara dan tetangga
dengan membaca shalawat dan doa bersama.
Bentuk budaya gotong royong pada masyarakat desa Kedungneng:
a. Gotong royong dalam pembangunan rumah
b. Gotong royong dalam pindahan rumah
c. Gotong royong dalam pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas
sosial/prasarana dan sarana
d. Gotong royong dalam pengerjaan sawah dan kebun
e. Gotong royong dalam peristiwa kematian
f. Gotong royong dalam kebersihan lingkungan. Dan sebagainya.
3. Kesenian
a. Wayang Kulit
Wayang merupakan sebuah warisan budaya nenek moyang yang
diperkiraan telah ada sejak 1500 SM. Wayang sebagai salah satu jenis
pertunjukan sering diartikan sebagai bayangan yang tidak jelas atau
samar-samar, bergerak kesana kemari. Bayangan yang samar tersebut
diartikan sebagai gambaran perwatakan manusia. Di Indonesia terutama di
pulau Jawa terdapat ratusan jenis wayang yang dapat digolongkan
menurut cerita yang dibawakan, cara pementasan wayang, dan bahan yang
56

digunakan untuk membuat wayang. Sekitar separuh lebih dari jumlah


wayang tersebut sekarang sudah tidak dipertunjukan lagi, bahkan
dantaranya sudah punah. Diantara pertunjukan wayang yang paling utama
dan masih terdapat hingga sekarang adalah wayang kulit di Jawa Tengah.
Kepopuleran wayang kulit dikarenakan padat dengan nilai filosofis,
pedagogis, historis, dan simbolis.
Kesenian ini merupakan milik salah seorang warga Desa Kedungneng
yang kemudian diambil alih dan dikelola langsung oleh desa. Wayang
kulit juga sering ditampilkan ketika ada acara hajatan atau pesta rakyat
seperti sedekah bumi.
b. Burok
Burok merupakan salah satu kesenian tradisional yang masih terus
dilestarikan khususnya di daerah Jawa. Seni burok merupakan bentuk
sinkretis, ia merupakan bentuk Badawang dalam masyarakat Sunda di
Jawa Barat. Dalam tradisi ini mereka membawa patung orang-orangan
besar atau makhluk seperti hewab barong, singa atau macan ada juga
raksasa yang terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kain kostum dan
dilengkapi topeng atau ukiran wajah dan kepala. Burok sering dijadikan
suatu hiburan untuk orang hajatan khususnya Khitanan. Desa Kedungneng
melestarikan kesenian Burok oleh salah seorang warga yang bernama
Bapak Dirata.
c. Drumben
Drumben merupakan kelompok pemusik, yang sambil berbaris
memperagakan berbagai gerak dan bentuk dengan memainkan alat-alat
musik perkusi, terompet, gendang, dsb di bawah pimpinan gitapati.23

23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 276
57

Kesenian Drumben merupakan salah satu pelajaran ekstrakulikuler


yang dimiliki oleh SDN 1 Kedungneng yang dipimpin oleh Bapak Ahmad
selaku guru kesenian.
d. Angklung
Desa Kedungneng yang terletak dipesisir kali Cisanggarung pembatas
antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki beragam bahasa,
angklung yang merupakan kesenian dari Jawa Barat mulai masuk dan di
pelajari oleh siswa siswi Madrasah Ibtidaiyyah Jam‟iyyatul Falah
Kedungneng kemudian dijadikan pelajaran ekstrakulikuler. Angklung
merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari tabung bambu.24
Kesenian ini sering ditampilkan untuk mengisi acara-acara tertentu
sebagai hiburan seperti, Khatmil Qur‟an, Sunatan, iringan arak-arakan dan
sebagainya.
4. Biografi Responden
Tabel 3.4
Biografi Responden
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
1. Saeful Aziz 29 Th D3 BAU (Kepala Dusun)
2. KH. Abdillah S.Ag 60 Th S1 Pensiunan/Guru Ngaji
3. Ust. Shopi 53 Th SMA Petani/Guru Ngaji
4. Syaefi Umaruddin 25 Th D3 Ustadz
5. Syihahabuddin 62 Th SLTP Lebe/Guru Ngaji
6. Syarif 48 Th SLTA Carik (Sekretaris Desa)
7. Turmudi 43 Th SMA Kepala Desa
8. Wasjid 67 Th SR Petani
9. Amin Mubarok 33 Th MA Pedagang/ Guru Ngaji
10. Sajum Sayuti 62 Th PGA Peternak
11. KH. Mufid Marzuki 67 Th SLTA Pensiunan
12. Aliyuddin 24 Th SMA Mahasiswa
13. Fazri Sidiq 22 Th SMA Mahasiswa
14. Darmad 60 Th SR Ketua RT. 001 RW. 03

24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 52
BAB IV
PEMAHAMAN DAN PRAKTIK TASYAKKUR MASYARAKAT
PADA TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA KEDUNGNENG
KECAMATAN LOSARI KABUPATEN BREBES

A. Islam dan Budaya Di Indonesia

Kata Islam berasal dari bahasa Arab „aslama yang berarti ketundukan,
kesetiaan, dan kepatuhan (terhadap kehendak Tuhan). Sedangkan dalam
terminologi, kata Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islām yang
berarti mematuhi atau menerima dan memeluk Islam, kata dasarnya adalah
salima yang memiliki makna keselamatan dan kemakmuran. Bersama-
sama mereka membentuk dasar untuk kata salamat, dapat juga disebutkan
bahwa makna yang terkandung dalam Islam adalah perdamaian,
kesejahteraan, keselamatan, penyerahan, dan kepatuhan. Dapat
disimpulkan bahwa makna Islam adalah penyerahan dan kepatuhan dengan
sepenuh hati kepada kehendak Tuhan. Meski begitu, manfaatnya bukan
untuk kebaikan Tuhan itu sendiri tetapi untuk kebaikan manusia. Sebagai
agama langit terakhir, hukum Islam memberi petunjuk kepada manusia
tentang semua aspek kehidupan. Islam adalah sistem aqidah, syariah dan
akhlak yang membimbing kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Oleh
karena itu, Islam adalah agama yang menyatakan tunduk kepada Tuhan,
dengan Alquran sebagai buku yang digunakan sebagai pedoman dan
petunjuk yang keasliannya dijaga oleh Allah SWT.1
Islam dalam tataran teologis adalah sistem nilai dan ajaran yang
bersifat Ilahiyah dan transenden. Sedangkan dalam perspektif sosiologis,
Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial dalam
kehidupan manusia. Antara Islam dalam tataran teologis dan sosiologis

1
Hasani Ahmad Said, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan
MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016.
DOI : https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/338.

58
59

yang merupakan realitas kehidupan sejatinya merupakan realitas yang


terus menerus menyertai agama ini sepanjang sejarahnya.2
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk
berbudaya merupakan dinamika ilahi. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia3, disebutkan bahwa: “budaya” adalah pikiran, akal budi, adat
istiadat. Sedang “kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin
(akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli
sosiolog mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat,
akhlak, kesenian, ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudayaan
sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropolgi melihat kebudayaan
sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.4
Budaya adalah pemahaman tentang perasaan seluruh bangsa yang
mencakup kepercayaan, seni, pengetahuan, moral, adat dan hukum, serta
ciri-ciri lain yang diperoleh dari anggota komunitas. Budaya juga
mengandung simbol dan nilai-nilai sehingga manusia dapat hidup di
dalamnya. Islam sebagai agama juga membutuhkan sistem simbol, ini juga
berarti bahwa Islam membutuhkan budaya agama. Namun, keduanya
harus dibedakan, Islam yang merupakan agama yang final, komprehensif,
abadi dan absolut. Sementara budaya bersifat khusus, temporal dan relatif.
Agama tanpa budaya dapat berkembang sebagai agama itu sendiri, tetapi
tanpa budaya agama sebagai suatu kolektivitas tidak akan mendapatkan
tempat. Di sisi lain, budaya masuk ke dalam wilayah manusia, yang pada

2
Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,
Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their
Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial
Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-
8-no-1-2020/.
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 149
4
Hasani Ahmad Said, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan
MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016.
DOI : https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/338.
60

akhirnya menyebabkan manusia memproses bumi dan segala isinya,


sehingga menjadi halaman gerak manusia itu sendiri.5
Salah satu hasil dari kebudayaan yang akan dibahas penulis disini
adalah tradisi sedekah bumi di Desa Kedungneng Kecamatan Losari
Kabupaten Brebes Jawa Tengah.
B. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi di Kedungneng

Sedekah bumi merupakan warisan budaya Indonesia yang masih dijaga


eksistensinya oleh masyarakat khususnya di pulau Jawa. Seperti ragam
kebudayaan Jawa lainnya, sedekah bumi adalah kebudayaan yang sedikit
banyak bermuatan nilai-nilai animisme dan dinamisme yang mendapat
pengaruh Hindu –Budha, sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan para
pendahulu masyarakat Jawa.6 Akan tetapi seiring dengan berkembangnya
zaman tradisi ini sedikit demi sedikt meninggalkan nilai Hindu-Budha dan
berganti dengan nilai-nilai keislaman. Seperti halnya sedekah bumi yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungneng yang sekarang sudah
mengalami perubahan tata cara pelaksanaannya.
Sedekah bumi merupakan upacara yang melambangkan rasa syukur
manusia terhadap sang Pencipta, syukuran ini dilakukan oleh suatu daerah
yang masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Ada
beberapa daerah yang masih melakukan tradisi ini khususnya di
Kecamatan Losari. Hanya saja ada satu desa yang berbeda dalam
melaksanakan sedekah bumi. Jika pada dasarnya tradisi ini bertujuan
untuk mengungkapkan rasa syukur yang ditandai dengan proses selmeatan

5
Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,
Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their
Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial
Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-
8-no-1-2020/.
6
Furqan Syarif Hidayatulloh, Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap, Jurnal: el
Harakah Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
61

(berdoa bersama) dan pesta rakyat, maka lain halnya dengan yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungneng.
Sedekah bumi pada umumnya dilakukan ketika selesai masa panen,
akan tetapi tidak berlaku untuk masyarakat Kedungneng yang justru
melaksanakan sedekah bumi sebelum masa panen atau ketika akan tandur
(menanam), Karena untuk musim panennya sendiri tidak menentu. Di desa
Kedungneng musim panen antara bulan Maret-April, tetapi karena di
bulan-bulan tersebut petani masih banyak kesibukan, sehingga
pelaksanaannya dilakkan antara bulan Agustus-September.7
Sedekah bumi untuk tahun 2019 dilaksanakan pada tanggal 19-21
September 2019 M atau 19-21 Muharram 1441 H. Adapun rangkaian
acara tradisi sedekah bumi antara lain:
1. Pagelaran Wayang Kulit
Wayang merupakan sebuah warisan budaya nenek moyangyang
diperkiraan telah ada sejak 1500 SM. Wayang sebagai salah satu jenis
pertunjukan sering diartikan sebagai bayangan yang tidak jelas atau
samar-samar, bergerak kesana kemari. Bayangan yang samar tersebut
diartikan sebagai gambaran perwatakan manusia. Di Indonesia terutama di
pulau Jawa terdapat ratusan jenis wayang yang dapat digolongkan
menurut cerita yang dibawakan, cara pementasan wayang, dan bahan yang
digunakan untuk membuat wayang. Sekitar separuh lebih dari jumlah
wayang tersebut sekarang sudah tidak dipertunjukan lagi, bahkan
dantaranya sudah punah. Diantara pertunjukan wayang yang paling utama
dan masih terdapat hingga sekarang adalah wayang kulit di Jawa Tengah.
Kepopuleran wayang kulit dikarenakan padat dengan nilai filosofis,
pedagogis, historis, dan simbolis.

7
Mufid Marzuki, Wawancara.
62

Wayang kulit masih menjadi sebuah pertunjukan di masyarakat Desa


Kedungneng dan bahkan melestarikan kesenian tersebut. Dalam
memeriahkan acara sedekah bumi wayang kulit dijadikan sebagai
pembuka acara yang diadakan pada tanggal 19 September 2019 di
halaman balai desa Kedungneng. Adapun cerita yang dibawakan berupa
cerita wayang pada umumnya yaitu menggambarkan proses kehidupan
manusia secara totalitas, sebagai pribadi, makhluk sosial maupun sebagai
makhluk Tuhan. Muatan didalam nilai-nilai wayan yang dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat adalah bagaimana manusia dapat menempatkan
dirinya pada tempat yang telah ditentukan oleh Tuhan dan berdasarkan
fungsi itu. Pengetahuan dan sikap dalam pertunjukan wayang pada
dasarnya mencerminkan perilaku bijaksana. Kebijaksanaan hidup manusia
Jawa yang dimaksudkan merupakn cara ataupun arana untuk menciptakan
kehidupan yang selaras dan harmonis agar tercipta kesejahteraan dunia
dan akhirat.
2. Pengajian Umum
Warga masyarakat Kedungneng mayoritas adalah seorang nahdiyyin,
maka ketika pelaksanaan sedekah bumi diharuskan adanya pengajian.
Nahdlatul Ulama pada dasarnya adalah identitas budaya religius yang
diadopsi oleh mayoritas Muslim Nusantara. NU juga merupakan salah satu
komunitas dalam keluarga besar syahadat. Bagi seorang nahdiyyin,
berbagai tafsiran, atau mazhab di masing-masing agama merupakan
cerminan dari luasnya makna yang terkandung dalam ajaran kitab suci. 8

8
Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,
Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their
Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial
Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-
8-no-1-2020/.
63

Pengajian umum dilaksanakan pada hari kedua perayaan sedekah bumi


sebelum masuk kedalam proses inti yaitu proses kenduri atau arak-arakan
tumpeng. Pengajian umum diadakan di halaman Balai Desa Kedungneng
dan dihadiri oleh sebagian besar warga masyarakat desa sehingga dapat
memenuhi lapangan balai desa bahkan sampai ada yang menyaksikan di
pinggir jalan.
Tabel 4.1
Susunan Acara Pengajian Umum

No. Pukul Kegiatan Keterangan


1. 19.30-20.00 WIB Penampilan hadrah dan dilanjut IPNU-IPPNU Desa
dengan pembacaan Maulid Nabi Kedungneng
SAW
2. 20.00-20.30 WIB Pembacaan Doa bersama Dipimpin oleh:
- KH. Mufid Marzuki
- Ust. Shopi
- Ust. Ahmad
- Lebe Abdul Manaf
- Lebe Syihabuddin
3. 20.30-20.35 WIB Pembukaan MC Abdul Aziz
4. 20.35-21.00 WIB Pembacaan Ayat Suci Al-Qur‟an Ust. Turmudzi
dan Shalawat Nabi
5. 21-00-21.30 WIB Sambutan-Sambutan -Bapak Tarmudi (Kepala
Desa Kedungneng)
-Bapak KH. Mufid
Marzuki (Tokoh Ulama)
6. 21.30-22.30 WIB Mauidzah Hasanah KH. Sukartono SPd.i
7. 22.30-22.45 WIB Doa Penutup KH. Mufid Marzuki

Acara diawali dengan penampilan hadrah dari anak-anak IPNU-IPPNU


suatu organisasi pelajar yang dibina langsung oleh Desa, kemudian
dilanjutkan dengan pembacaan maulid Nabi, setelah itu dilanjutkan
dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh para tokoh agama
setempat diantaranya KH. Mufid Marzuki, Ust. Shopi, Ust. Ahmad, Lebe
Syihab dan Lebe Manaf. Masing-masing dari mereka membacakan doa
yang kemudian diaminkan oleh seluruh warga masyarakat Desa
Kedungneng yang hadir. Pembacaan doa tersebut bertujuan untuk
64

memohon keselamatan dan kemudahan rizki serta kemajuan Desa


Kedungneng.
Acara dilanjutkan dengan pengajian umum, dipandu oleh seorang MC
(master of ceremony) yang memandu jalannya acara, dimulai dengan
pembukaan yaitu, pembacaan ayat suci al-Qur‟an sekaligus shalawat Nabi
yang dibacakan oleh Ust. Turmudzi dari Kabupaten Cirebon. Beliau
membacakan Q.S. al-An‟am [6]: 160-163, al-Anbiya [21]: 103-107,
Ibāhīm [14]: 7 dan dilanjutkan dengan pembacaan shalawat Nabi.
Selanjutnya sambutan-sambutan, sambutan pertama disampaikan oleh
Bapak Tarmudi selaku Kepala Desa Kedungneng sekaligus sebagai ketua
panitia acara sedekah bumi untuk menyampaikan ucapan terima kasih
kepada para panitia yang telah bekerja keras dalam mencari dana
khususnya para ketua RT yang tidak lelahnya mencari donatur untuk
pendanaan acara tersebut, juga diucapkan terima kasih kepada warga
masyarakat desa Kedungneng yang ikut serta dalam mensukseskan acara.
Kemudian terkait proses pelaksanaan sedekah bumi pada tahun ini yakni
untuk arak-arakan diadakan mulai dari rumah bapak kuwu ke selatan
menuju ke balai desa, harapannya semoga untuk acara sedekah bumi pada
tahun ini dapat berjalan dengan sukses. Sambutan kedua disampaikan oleh
Bapak KH. Mufid Marzuki mewakili tokoh masyarakat desa untuk
menyampaikan harapan masyarakat terkait pelaksanaan sedekah bumi
tahun sekarang dan yang akan datang.
Tibalah pada acara inti yaitu Mauidzah Hasanah yang disampaikan
oleh Bapak KH. Sukartono Spd.i dari Kabupaten Tegal. Dalam isi
tausiyahnya secara garis besar menegaskan tentang pentingnya bersedekah
terlebih setelah kita diberikan nikmat oleh Allah SWT. dan juga terkait
keutamaan bulan Muharram, karena tradisi Sedekah Bumi selalu
bertepatan di bulan tersebut. Selebihnya hanya diisi dengan pembacaan
65

shalawat dan hiburan saja.9 Kemudian acara ditutup dengan pembacaan


doa oleh Bapak KH. Mufid Marzuki.
3. Proses Kenduri (arak-arakan tumpeng)
Proses arak-arakan tumpeng terjadi pada hari Sabtu, 21 September
2019 yang merupakan puncak acara inti perayaan tradisi sedekah bumi.
Dimulai pada pukul 10.00 WIB warga masyarakat Desa Kedungneng
sudah mulai berdatangan ke Balai Desa dengan membawa bakul nasi yang
berisikan nasi dan segala macam lauk pauk, diantaranya ada ayam goreng,
mie goreng, jangan sabrang (sayur cabe), tahu, dan tempe. Makanan
tersebut diserahkan kepada panitia untuk kemudian dicampurkan dengan
makanan yang dibawa oleh warga lainnya dan di bagikan kembali kepada
warga.
Di lain tempat, tepatnya di kediaman Bapak Kuwu (Kepala Desa), para
pejabat desa dan rombongan arak-arakan tumpeng yang beranggotakan
jajaran pejabat desa dari mulai ketua RT, RW, Carik, Lebe, Bau, PKK,
dan Karang Taruna sudah berkumpul. Mereka akan mulai melakukan
prosesi kenduri atau arak-arakan tumpeng yang dilaksanakan setelah
sholat Dzuhur. Pertama, rombongan Pak Kuwu yang membawa sejumlah
tumpeng berisikan makanan, sayur-sayuran, buah-buahan serta miniatur
bola dunia sebagai lambang dari bumi mengelilingi desa dengan diiringi
beberapa alat musik seperti drumben, rebana, dan organ tunggal. Iring-
iringan ini nantinya akan berakhir di Balai Desa untuk melakukan doa
bersama yang dipimpin oleh Lebe Abdul Manaf. Pemanjatan doa
dilakukan dengan harapan apa yang mereka lakukan mendapatkan
keridhaan dari Allah SWT. melalui pelaksanaan tradisi sedekah bumi
masyarakat semakin menumbuhkan rasa syukur dalam dirinya atas apa

9
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 20 September 2019 di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes
66

yang telah diperoleh dari hasil tanaman pada tahun ini dan juga untuk
kemakmuran desa Kedungneng itu sendiri. Kemudian setelah pembacaan
doa selesai ssemua tumpeng yang dibawa dibagikan kepada warga dengan
cara melemparkannya dari atas panggung sehingga warga pun berebut
untuk dapat kebagian berkah dari tumpeng yang dibawa oleh rombongan
Bapak Kuwu tersebut. Ketika itu beberapa warga mulai saling melempar
nasi yang mereka dapatkan, sehingga kejadian perang nasi pun tidak
terelakan.10
Perang nasi merupakan suatu tradisi yang susah untuk dihilangkan.
Menurut warga setempat, perang nasi merupakan suatu kesenangan
tersendiri untuk mengisi tradisi sedekah bumi, karena mereka beranggapan
bahwa itu sudah menjadi keharusan yang ada ketika tradisi sedekah bumi
dilaksanakan dan masih membudayakannya sampai sekarang.11
Beberapa ulama setempat menanggapi terkait perang nasi yang sering
kali terjadi ketika pelaksanaan sedekah bumi merupakan suatu bentuk
ungkapan syukur manusia juga terhadap hewan melata yang ada di bumi.
Karena pada hakikatnya mereka juga sama-sama hidup di bumi dan
merasakan nikmat yang Allah berikan, maka dari itu dilemparkanlah
makanan tersebut dengan harapan dapat dimakan oleh binatang yang ada
di bumi.12
4. Pagelaran Sandiwara
Dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi tidak terlepas dengan adanya
kesenian sandiwara. Sandiwara merupakan suatu pertunjukan drama
musical yang dimainkan beberapa orang dengan latar cerita tentang
kerajaan pada jaman dahulu. Seperti sudah merupakan suatu keharusan

10
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 21 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes
11
Darmad (Ketua RT. 001 Rw. 003 Desa Kedungneng), diwawancari oleh Isnaeni,
Brebes, 21 September 2019, Jawa Tengah
12
. Mufid Marzuki, wawancara.
67

pertunjukan sandiwara harus selalu ada dalam mengiringi proses tradisi


sedekah bumi karena warga masyarakat Kedungenng sangat antusias
bahkan dengan sukarela memberikan sumbangannya untuk suksesnya
acara sedekah bumi.
Sandiwara merupakan kesenian yang mirip sekali dengan kesenian
ketoprak dari Jawa Tengah. Kesenian ini dipentaskan di atas panggung
umumnya berukuran 8x10 meter, dengan tinggi sekitar 1 meter. Atapnya
dibuat dari besi, atau bambu, dengan terpal pelindung. Di bagian belakang
dipasang 8 sampai 10 kelir (layar) yang digantung diatas panggung.
Masing-masing kelir ini menggambarkan aneka suasana, seperti keraton,
hutan belantara, pancaniti (pertamanan) atau pemandangan desa,
pemandangan segara dan lain sebagainya mengikuti cerita yang sedang
dimainkan. Disela-sela cerita dalam kesenian sandiwara ini, penonton
akan dapat menikmati banyak versi musik dangdut Cerbon-Dermayu
sebagai selingan.
Sandiwara Chandra Sari dari kabupaten Cirebon dipilih warga dalam
acara tradisi sedekah bumi tahun ini sebagai penutup dalam rangkaian
proses acara sedekah bumi sekaligus hiburan warga masyarakat desa.
Acara ini dimulai pukul 14.00 WIB diawali dengan musik Cerbonan
kemudian setelah itu baru mulai kisah dari para lakonnya.
C. Pemahaman Masyarakat Terhadap Ayat Syukur dan
Implementasinya dalam Tradisi Sedekah Bumi
1. Tafsir makna Sedekah Bumi
Sedekah bumi dilaksanakan pada dasarnya untuk mengungkapkan rasa
syukur kepada Allah atas hasil panen yang telah mereka peroleh. Maka
masyarakat diminta untuk membawa hasil panennya yaitu berupa
makanan untuk dibawa ke balai desa dan didoakan bersama-sama. Setelah
itu dibagikan lagi kepada mereka, dengan harapan semua warga dapat
68

menikmati makanan tersebut. Adapun diadakannya pagelaran wayang


kulit ataupun sandiwara hanya sebagai hiburan masyarakat yang memang
menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.13
Masyarakat desa Kedungneng ketika ditanya terkait dengan ayat syukur
secara otomatis mereka menyebutkan Qur‟an Surat Ibrahim ayat 7 yaitu:

‫يدنَّ ُك ْمّ َولَئِ ْن َك َف ْرُُْت إِ َّن َع َذ ِاب لَ َش ِدي ٌد‬


َ ‫َوإِ ْذ ََتَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َك ْرُُْت ََلَ ِز‬
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat
berat.” (Q.S. Ibrāhīm/14: 7)14

Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka pasti
nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur
nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini
hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian, penggalan
akhir ayat ini dapat diahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak
tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang
mengkufuri nikmat Allah, bahkan boeh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya
dalam rangka mengulur kedurhakaan. syukur berarti membuka dan
menampakan, lawannya adalah kufur, yakni menutup atau
menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakan nikmat, antara lain
menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Itu
berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. menuntut
perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan nikmat
tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya.15

13
Syihabuddin, Wawancara.
14
Ust. Shopi, Wawancara.
15
M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 23.
69

Ulama setempat menjadikan ayat tersebut sebagai dasar


dilaksanakannya sedekah bumi sesuai dengan apa yang mereka tafsirkan.
Salah satunya Ust. Shopi selaku guru ngaji yang menjelaskan penafsiran
QS. Ibrahim ayat 7 yakni, “lain syakartum” ketika seseorang bersyukur
maka akan ditambahi nikmat kesyukurannya, “wa lain kafartum inna
adzābi la syadīd” dan kalau kamu sekalian kufur akan nikmat Allah maka
sesungguhnya siksa Allah amat pedih. Bersyukur adalah ketika
mendapatkan nikmat kemudian mengucapkan kalimat Al-hamdulillah.
Tetapi menurut syara‟ bersyukur yaitu mempergunakan nikmat-Nya
yang diberikan kepada manusia untuk jalan mengabdi kepada Allah
SWT.16
Kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan kepada hamba-
hamba-Nya sangatlah banyak dan tidak terhitung, diantaranya: adanya
bumi yang mengeluarkan beberapa tumbuh-tumbuhan sebagai bekal
kehidupan hamba-Nya diatas bumi. Kemudian kenapa Allah menurunkan
hujan? alasannya agar bumi itu bisa menjadi subur, petani bisa menanam,
kemudian hasilnya untuk kehidupan. Dari hasil tanaman itulah kemudian
oleh adat orang jawa ini disyukuri. Lalu kenapa yang di sedekahkan hanya
bumi, terus ada juga sedekah laut, kenapa tidak ada yang namanya
sedekah langit? Padahal air hujan sendiri turunnya dari langit.
Jadi, pada hakikatnya bahwa semua yang berupa nikmat baik yang
berasal dari bumi, dari lautan, dari udara, dari langit itu merupakan hakikat
dari pada nikmat Allah, jadi meskipun tidak disebutkan sedekah langit kita
sudah dianggap bersyukur.17

16
Ust. Shopi, Wawancara.
17
Mufid Marzuki, Wawancara.
70

Beberapa warga berpendapat bahwa cara bersyukur itu ada tiga


macam18 yaitu dengan lisan, hati dan perbuatan. Pertama, bersyukur
dengan lisan, yaitu mengucapkan kalimat hamdalah, namun bersyukur
dengan hamdalah saja belum cukup. Selain lisan yang mengucapkan
kalimat hamdalah. Kedua, dalam hati juga harus mempercayai bahwa
rizki yang halālan thayyiban itu berasal dari Allah SWT, akan tetapi ini
juga belum dikatakan bersyukur. Ketiga, rizki tersebut berbentuk apa?
misalnya saja berupa uang atau harta, uang yang didapat itu
dimanfaatkankan sesuai dengan manfaatnya atau tidak, kalau sesuai
kemanfaatnya maka barulah dikatakan bersyukur. Jadi lisannya
mengucapkan hamdallah, hatinya meyakinkan kemudian anggota
badannya mengerjakan sesuai apa manfaat yang diterima.19
2. Kaitan antara sedekah bumi dan ungkapan syukur
Adapun tradisi sedekah bumi dapatkah dikatakan sebagai ungkapan
rasa syukur yang sesuai dengan syariat atau ajaran Islam masyarakat desa
Kedungneng menanggapinya dengan beberapa sudut pandang yang
berbeda.
Beberapa dari mereka beranggapan bahwa sedekah bumi termasuk
dalam salah satu bentuk rasa syukur dan sesuai dengan ajaran Islam,
tergantung pelaksanaan, secara zahir itu termasuk ungkapan rasa syukur
kalau pelaksanaanya kondisional, namun secara global itu sudah termasuk.
Adapun ketika pelaksanaanya ada buang-buang nasi yang masuknya
mubazzir itu al-mustasna-nya. Pelaksanaanya sudah sesuai tapi ada juga
yang belum. Sedekah bumi tidak termasuk dalam kategori syari‟at karena

18
Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 21 September 2019 di Desa
Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
19
Abdillah (Tokoh Ulama Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 21
September 2019, Jawa Tengah.
71

itu tradisi. Hal-hal yang harus diperbaiki yaitu menghilangkan nilai


mubazzirnya.20
Tabel 4.2
Ungkapan Syukur Menurut Responden
Syukur Syukur
Nama
No dengan dengan Syukur dengan perbuatan
Responden
hati lisan
Rajin dalam melaksanakan
Syaefi
1.   sholat, rajin mengerjakan
Umaruddin
ibadah-ibadah lainnya.
Anggota badan mengerjakan
2. Abdillah   sesuai apa manfaat yang
diterima.
Memberikan sebagian
3. Shopi   hartanya kepada fakir, dan
anak yatim
Menjalankan perintah Allah
4. Syihabuddin   SWT dan meninggalkan
larangan-Nya.

5. Amin Mubarok  Membahagiakan diri sendiri
Bersedekah, ibadah yang
6. Mufid Marzuki 
rajin dan sebagainya
Saling menyayangi sesama
makhluk ciptaan Allah baik
7. Aliyudin  
kepada manusia, hewan,
tumbuhan dan lainnya
8. Fazri Sidiq   -

D. Respon Masyarakat Terhadap Tradisi Sedekah Bumi di Desa


Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes
1. Pandangan masyarakat terhadap Kegiatan Sedekah Bumi
Sedekah bumi merupakan suatu adat atau tradisi yang tidak ada
ketentuan dalilnya di dalam al-qur‟an dan hadis, maka dapat dilihat dar
kayfiyah atau tatacaranya. Ketika di dalam pelaksanaanya terdapat orang-
20
Syaefi Umaruddin (Ustadz), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 21 September
2019, Jawa Tengah.
72

orang yang memuji kepada Allah, orang-orang yang bersedekah, dan


orang-orang yang ceramah atau berdakwah itu dapat dikatakan bersyukur.
Sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Kedungneng sendiri
merupakan salah satu bentuk upaya rasa syukur yang isinya tidak
bertentangan dengan agama Islam. Karena dalam pelaksanaanya sesuai
dengan syariat Islam seperti diadakannya pengajian umum.21 Tradisi
sedekah bumi sendiri sudah mendarah daging di dalam hati dan pikiran
masyarakat.
Terkait pelaksanaan sedekah bumi tergantung keinginan masyarakat,
biasanya diawali dengan acara keagamaan seperti pengajian umum
kemudian diakhiri dengan pesta rakyat atau hiburan atas dasar
musyawarah. Jika ini dikaitkan dengan syariat mungkin itu tidak termasuk
ke dalam syariat Islam, karena sedekah bumi hanya sebuah tradisi yang
terus menerus dilaksanakan. Terlepas dari itu tujuan dilaksanakannya
sedekah bumi itu sendiri yaitu merupakan ungkapan rasa syukur kepada
Allah SWT. sehingga sudah sepatutnya untuk melakukan syukuran karena
Allah SWT. telah memberikan rizki-Nya melalui tanaman padi, kedelai
dan lainnya. Adapun peran dari pemerintah desa dalam tradisi sedekah
bumi hanya sebagai fasilitator warga. Kira-kira warga menginginkan pesta
rakyat yang seperti apa untuk kegiatan sedekah bumi trsebut.22
Adapun awal proses pelaksanaannya dilakukan pembacaan doa
bersama yang dipimpin oleh para kalim ulama desa dengan mengharapkan
keselamatan dan keberkahan desa Kedungneng baik untuk Kepala Desa
maupun masyarakat pada umumnya. Warga juga berharap semoga dengan
diadakannya tradisi sedekah bumi termasuk kedalam suatu ungkapan rasa
syukur, karena dalam tradisi sedekah bumi ini masyarakat saling berbagi

21
Shopi dan Syihabuddin. Wawancara.
22
Syihabuddin (Tokoh Ulama), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 23 September
2019, Jawa Tengah.
73

berkat kepada keluarga, tetangga dan sanak saudara lainnya. Jika dilihat
dari kegiatan awalnya, yaitu seperti pembacaan doa bersama kemudian
masyarakat saling berbagi rezeki melalui makanan, itu masuk dalam
tradisi Islam. Tetapi kalau dilihat dari hiburan yang diadakan, mungkin itu
belum sesuai dengan tradisi Islam karena memang tujuannya hanya
sebagai hiburan saja.23
Senada dengan pendapat warga masyarakat diatas, pada kesempatan
wawancara dengan Bapak Kuwu, penulis mendapati pandangan yang
relatif sama bahwa tradisi sedekah bumi merupakan adat turun temurun
yang sudah diyakini oleh masyarakat. Tradisi sedekah bumi merupakan
salah satu ungkapan rasa syukur, karena pada dasarnya memang
mengarahnya kepada yang kuasa Gusti Allah SWT. hanya saja adat
dahulu yang dimodernisasi ke zaman sekarang. Sebagai salah satu upaya
bentuk rasa syukur masyarakat karena sudah mendapat hasil dari bumi
akhirnya terjadilah pesta bumi.24
Dasar dilaksanakannya sedekah bumi adalah untuk sedekah kepada
bumi karena manusia tinggal di atas bumi, walaupun sebenarnya bisa
dengan acara lainnya, seperti muludan atau pengajian. Akan tetapi karena
sudah dari dulunya seperti itu maka susah untuk dihilangkan. Adanya
pengajian umum merupakan suatu upaya untuk mencoba lebih
memasukkan nilai-nilai agama ke dalam proses acara sedekah bumi
karena memang dahulu tidak disertai dengan pengajian tersebut, cukup
dengan proses kenduri setelah itu doa bersama dan kemudian acara
hiburan, benar-benar hanya skedar pesta rakyat saja. Karena memang pada

23
Syarif, Wawancara.
24
Tarmudi, wawancara.
74

dasarnya syukuran maka masyarakat mencoba untuk menunjukkan nilai


syukurnya dengan dilakukannya tradisi sedekah bumi tersebut.25
Berbeda dengan padangan sebelumnya di atas, Bapak Sajum yang
penulis wawancarai menuturkan bahwa sedekah bumi merupakan
tasyakkuran kepada bumi sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada
yang telah memberikan rezeki. Sebelum adanya Islam di pulau Jawa
sebenarnya sudah diadakan tradisi ini tapi berbeda tatacara
pelaksanaannya. Menurutnya, masyarakat yang mayoritas beragama Islam
tidak seharusnya merayakan syukuran dengan hiburan sandiwara, karena
itu dianggapnya salah, dan sebenarnya cukup dengan pengajian umum
saja. Tetapi seakan itu sudah menjadi sebuah keharusan jika tradisi
sedekah bumi harus ada pagelaran sandiwara maka akan sangat sulit untuk
dihilangkan. Adapun kejadian melempar-lemparkan nasi, masyarakat
salah faham mengenai tradisi tersebut. Dalam aturan agama hindu pada
dulunya memang seperti itu tetapi dengan tujuan makanan disebarkan
dibumi karena yang memberi atau menjadikan nasi yaitu bumi, maka dari
itu dilemparlah makanan tersebut ke bumi. Tetapi bagi orang Islam itu
merupakan perbuatan mubazzir dan tidak diperbolehkan. Awal mula
tradisi sedekah bumi itu dibawa oleh agama Hindu jadi nilai-nilai
budayanya masih terasa dan terus dipakai hingga sekarang. Pada saat itu
untuk menghilangkan suatu adat tidak bisa secara langsung dihilangkan,
namun sedikit-sedikit dimasukan kegiatan-kegiatan keislaman.26
Begitu juga pendapat dua mahasiswa dari Fakultas Ushuluddin Jurusan
Ilmu Al-qur‟an dan Tafsir yang penulis jumpai, mengatakan bahwa, dalam
proses sedekah bumi terdapat beberapa moment yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Mengingat itu merupakan tradisi leluhur yang mana tradisi

25
Wasjid (Tokoh Masyarakat) di wawancari oleh Isnaeni, Brebes, 24 September
2019, Jawa Tengah.
26
Sajum Sayuti, Wawancara.
75

itu masih tercampur animisme dan dinamisme, sedekah bumi kalau orang
pedesaan itu terkhusus untuk masyarakat yang kurang paham (awam)
mereka menganggap sedekah bumi merupakan sebuah syukuran terhadap
dewa/dewi yang memberikan panen melimpah, kalau kata orang tua
menyebutnya Dewi Sri, yakni Dewi yang memberikan baik atau buruknya
panen petani. Itu yang menjadikannya menjadi musyrik, kalau menurut
Fazri ada baiknya masyarakat merubah niat, di mana yang dulunya
beranggapan kalau sedekah bumi merupakan wujud kepada Dewa Sri
harus diganti tehadap Allah SWT. sehingga tidak mensekutukan Allah
SWT. walaupun sejatinya hanya Dia lah yang memberikan panen secara
otmatis. Dewi Sri hanya merupakan wujud kuasa Tuhan.
Mereka menambahkan terkait dengan pelaksanaanya, ada beberapa
momen yang perlu diganti, terutama terkait tradisi tawuran nasi. Ia
mengingikan sedekah bumi cukup dengan moment ketika semua nasi dari
masyarakat dikumpulkan di satu tempat (balai desa), kemudian di doakan
setelah itu dibagikan kembali kepada mereka, kalau bisa pembagian itu
juga tidak hanya untuk mereka yang mengantarkan nasi ke balai desa, tapi
untuk semua warga desa, sehingga mereka yang tidak memiliki sawah bisa
juga menikmati nasi dari sawah desa sendiri. Tradisi sedekah bumi perlu
dilestarikan, karena itu sebuah tradisi lama, yang emang merupakan
khasanah budaya Indonesia.27
Senada dengan pendapat mahasiswa di atas, Bapak Abdillah
menuturkan bahwa, tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat desa
ini belum dikatakan sebagai ungkapan rasa syukur karena itu hanya
sebatas adat saja yang sulit untuk merubahnya. Masyarakat rela
mengorbankan hartanya hanya untuk suatu hiburan semata bukan karena
syukurannya, jadi lebih kepada pesta rakyat saja, maka menurutnya itu

27
Fazri Sidiq dan Aliyudin, Wawancara.
76

belum mengena dengan perbuatan syukur itu sendiri. Ia juga


menambahkan bahwa sedekah bumi tidak sesuai dengan syariat islam, dan
belum sesuai dengan tuntunan ayat syukur, karena itu hanya sebuah adat
atau tradisi yang tidak bisa dirubah. 28
Tabel 4.3
Ungkapan Syukur Menurut Responden
Setuju, dirubah Setuju, dilanjutkan
Sedekah bumi perlu dilestarikan sedekah bumi itu merupakan
karena itu sebuah tradisi lama, tradisi yang tidak mungkin
merupakan khasanah budaya untuk dihilangkan. Sarannya
indonesia, namun harus ada lebih banyak dimasukan nilai-
perubahan terhadap beberapa nilai norma agama dalam roses
bagian pelaksaaannya. [Fazri pelaksanaan. [Syaefi
Sidiq] Umaruddin]
Karena sedekah bumi Terkait pelaksanaan sedekah
merupakan sebuah adat maka bumi sudah sering dibahas
harus dilestarikan. Namun ada dengan pejabat desa, namun
baiknya tidak selalu sedekah itu sepertinya banyak yang tidak
harus dengan pesta rakyat saja berkenan terkait usul yang
tetapi bisa dengan hal-hal positif diberikan, maka dari itu saya
lainnya, contohnya dana yang hanya bisa mengikuti saja.
terkumpul dari iuran masyarakat [Shopi]
isa digunakan untuk
pembangunan jalan atau
membantu orang yang sedang
dalam kesusahan. [Abdillah]
Adat sedekah bumi harus tetap Sebagai warga masyarakat saya
dilaksanakan karena itu sudah hanya bisa mengikuti saja,
menjadi adat dari turun temurun karena tidak ada perubahan
seperti itu adapun nanti terkait pelaksanaan sedekah
pelaksanaannya yang perlu bumi setiap tahunnya,
diperbaiki. [Amin Mubarok] [Syihabuddin]
sedekah bumi perlu dilestarikan Saya berharap sedekah bumi
karena itu sudah merupakan adat yang diawali dengan pengajian
dan tradisi dari nenek moyang itu tetap dilanjutkan. Tetapi
dahulu, hanya saja cara sedikit demi sedikit untuk

28
Abdillah, wawancara
77

pelaksanaannya yang harus hiburannya dikurangi, kalau


sedikit dirubah supaya sesuai boleh saya usulkan nanti jangan
dengan syariat Islam. [Aliyudin] sampai ada hiburannya cukup
dengan pengajiannya saja.
[Mufid Marzuki]

2. Saran Masyarakat Terkait Tradisi Sedekah Bumi


Tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan setiap tahun pada dasarnya
sebuah ritual yang diadakan masyarakat desa Kedungeng ketika selesai
panen sebagai upaya untuk mengungkapkan rasa sukur kepada bumi dan
sang pemberi nikmat yaitu Allah SWT. Kegiatan ini juga tidak terlepas
dari peranan seluruh warga masyarakat Desa karena terlaksananya tradisi
ini berdasarkan dari dana iuran masyarakat yang dikumpulkan 2 bulan
sebelum diadakannya acara. Adapun harapan dan saran dari beberapa
warga masyarakat desa Kedungneng terkait pelaksanaan sedekah bumi
beragam macamnya. Misalnya saja, Kyai Mufid yang mengharapkan
untuk kelanjutan sedekah bumi di tahun yang akan datang yang diawali
dengan pengajian umum tetap dilanjutkan. Terkait dengan hiburan yang
diadakan sekiranya dapat dikurangi, bahkan kalau bisa dihilangkan saja.
Meskipun dalam penampilan sandiwara juga terkait dengan cerita orang-
orang dulu, cerita para wali, cerita babad tanah Jawa, akan tetapi
dampakbterhadap masyarakat kurang mengenai sasaran.29
Senada dengan pendapat Kyai Mufid, Bapak Abdillah menuturkan
bahwa, sedekah bumi merupakan suatu adat maka harus dilestarikan,
sebab al-adatu muhakamah yang dijelaskan dalam kaidah fiqih, akan
tetapi perbuatan melempar-lempar nasi sudah bertentangan dengan ajaran
agama, dan itu yang harus dibenahi. Apabila adanya hiburan sandiwara
justru menimbulkan maksiat maka itu harus dibenah, tetapii kalau tidak

29
Mufid Marzuki, Wawancara.
78

menimbulkan kemaksiatan, sekedar mendengar cerita, orangnya itu tidak


berfoya-foya dan tidak melanggar hukum agama itu yang tidak menjadi
masalah. Ia menyampaikan saran, pelaksanaan sedekah bumi yang
diadakan biasanya menghabiskan dana puluhan juta dan itu hilang hanya
dalam sehari saja, kalau saja dana itu digunakan untuk pembangunan desa,
kira-kira mana yang perlu direnovasi apakah jalanan yang rusak atau ada
orang jompo yang rumahnya sudah reot dan perlu diperbaiki maka bisa
menggunakan dana tersebut sehingga jelas kemanfaatannya. Diakhir
kalimatnya Ia menegaskan bahwa, “kalau Kita bersyukur maka
sesuaikanlah dengan cara bersyukur, kalau ada makanan atau tumpengan
silahkan untuk dimakan bersama-sama, tapi tolong jangan sampai
dilempar-lemparkan, karena itu bertentangan dengan agama.”30
Banyak masyarakat lain yang mengharapkan kelangsungan sedekah
bumi karena memang itu sudah menjadi tradisi turun temurun yang tidak
bisa dihilangkan begitu saja, tetapi juga tidak sedikit dari mereka yang
menginginkan perubahan terkait proses pelaksanaannya. Seperti yang
penulis jumpai Bapak Syihab selaku mantan Lebe desa, ia meuturkan
bahwa sedekah bumi itu sudah mendarah daging dalam masyarakat
Kedungneng maka untuk selanjutnya diharapkan adanya perubahan proses
pelaksanaannya seperti jangan hanya pesta rakyatnya saja, tetapi bisa diisi
dengan hal-hal yang bermanfaat lainya, misalnya dengan mengadakan
acara perlombaan-perlombaan. Untuk masalah lempar-lempar nasi yang
sering terkadi ketika sedekah bumi itu merupakan perbuatan sebagian
orang yang tidak bertanggung jawab, perbuatan ini harusnya sudah
dihilangkan, karena itu mencerminkan orang yang tidak berakhlak,
bukannya bersyukur tapi malah memubazzirkan makanan.31

30
Abdillah, Wawancara.
31
Syihabuddin, Wawancara.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian langsung dan mengadakan
wawancara dengan beberapa masyarakat terkait, yaitu perangkat desa,
tokoh agama dan masyarakat umum, dalam penelitian yang ada khususnya
terkait tradisi sedekah bumi. Penelitian ini menyimpulkan terkait
pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur dalam tradisi sedekah bumi
yaitu:
1. Diadakannya pengajian umum sebagai upaya memasukan nilai-
nilai agama oleh tokoh ulama setempat, karena sebelumnya tradisi
sedekah bumi belum memasukan nilai dakwahnya, hanya sebagai
pesta rakyat saja
2. Prosesi kenduri atau arak-arakan tumpeng dijadikan sebagai
simbol inti acara sedekah bumi itu sendiri, selain memohon rahmat
dan keberkahan melalui makanan tersebut, tujuan lainnya yaitu
untuk membagikan makanan kepada warga mayarakat desa yang
dianggap dapat membawa keberkahan
3. Perang nasi atau lempar-lempar nasi yang dilakukan pada dasarnya
dilakukan masyarakat untuk dapat berbagi dengan binatang yang
hidup di bumi.
4. Tradisi sedekah bumi diharapkan oleh warga masyarakat desa
Kedungneng sebagai upaya untuk dapat mengungkapkan rasa
syukur mereka kepada Allah SWT. atas hasil panen yang diperoleh
sesuai dengan yang dianjurkan di dalam Q.S. Ibrāhīm ayat 7.
Dalam penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan ritual
tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Kedungneng
adalah sebagai warisan dari tradisi terdahulunya. Konsep Sedekah bumi

80
81

yang dilaksanakan pada dasarnya untuk mengungkapkan rasa syukur


kepada Allah atas hasil panen yang telah mereka peroleh. Maka
masyarakat diminta untuk membawa hasil panennya yaitu berupa
makanan untuk dibawa ke balai desa dan didoakan bersama. Setelah itu
dibagikan lagi kepada mereka, dengan harapan semua warga dapat
menikmati makanan tersebut. Adapun diadakannya pagelaran wayang
kulit ataupun sandiwara hanya sebagai hiburan masyarakat yang memang
menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.
B. Saran
Dalam penelitian ini penulis tentunya menyadari kekurangan yang
terdapat dalam karya tulis. Setelah penulis melakukan penelitian tentang
pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur studi atas tradisi sedekah
bumi di desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, maka
penulis akan memberikan beberapa masukan:
1. Kepada Masyarakat Desa Kedungneng agar senantiasa
melestarikan tradisi dan budaya nenek moyang terkhusus tradisi
sedekah bumi. Sedikit merubah demi kepentingan bersama perlu
diklakukan supaya masyarakat semakin mengikuti perkembangan
zaman dan yang pasti tidak menyalahi tujuan awal diadakannya
dan tidak melanggar norma-norma agama.
2. Kepada para peneliti selanjutnya, di dalam skripsi ini masih masih
banyak kekurangan oleh karena itu saran dan kritik dari peneliti
berikutnya hendaklah lebih memperdalam terkait teori
pengetahuan sosial sebagai pelengkap dari penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ammar, Abu dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim 1 Barometer


Menuju Muslim Kaffah, Sukoharjo: Cordova Mediatama, 2015.
Amin, Ahmad, ETIKA: Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995.
Amin, Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, cet. III. Jakarta: AMZAH, 2015
Al-Ashfahani, Ar-Raghib, Al-Mufradat fi Gharibil Qur‟an, Terj.
Ahmad Zaini Dahlan, Kamus Al-Qur‟an Jilid 2, Depok: Pustaka
Khazanah Fawa‟id, 2017.
Al- Ghazali, Imam, Syukur Menambah Nikmat, Surabaya: CV. Karya
Utama, 2007
Al-Jaza‟iri, Abu Bakr Jabir, Minhaj Al-Muslimin, terj. Hasanuddin dan
Didin Hafidhuddin, Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa, 1996.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz: II,
terj. Azhrun Abubakar, Semarang: CV. Toha Putra, 1984.
Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006
AR, Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, cet. 1. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfadzil
Qur‟anil Karim, Istanbul: Maktabah Islamiyah, 1983.
Dahlan, Ahmad Zaini. Kamus Al-Qur‟an Jilid 1, cet. 1. Depok: Pustaka
Khzanah Fawa‟id 2017.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Endaswara, Suwardi, Metode, Teori Teknik Penelitian Kebudayaan:
Edeologi, Epistemologi dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2006
Falihatun, Nur, “Penafsiran Ayat-Ayat Syukur (Kajian Terhadap Kitab
al-Ibriz Li Ma‟rifati al-Qur‟an al-„Aziz Karya Bisyri Mustafa).”
Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2017
Firman, Andi,”Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yāsīn: Studi
Living Qur‟an di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau.”

82
83

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakrta, 2016.
Ghazali, Imam, Taubat, Sabar, dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H.
A Suminto, cet. VI, Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1983.
Hamid, Atiqah, Buku Lengkap Fiqh Wanita Segala Tentang Urusan
Wanita Ada di Sini, Yogyakarta: DIVA Press, 2014.
Hardiansyah Haris, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika, 2010.
Hatta, Ahmad, Tafsir Qur‟an Per Kata Dilengkapi Dengan Asbabun
Nuzul & Terjemah, cet. III. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2010.
Hidayatulloh, Furqan Syarif, “Sedekah Bumi Dusun Cisampih
Cilacap.” El Harakah, Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
Himawan, Candra dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki
Melimpah, Yogyakarta: Pustaka Albana, 2013.
Ishaq, Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman, Lubaabut Tafsir
Min Ibni Katsir. terj. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Jakarta: Pustaka
Imam Syafi‟i, 2013.
Kasih, Wiwid Naluriani, “Upacara Sedekah Bumi Dalam Perspektif
Pendidikan Islam: Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di Desa
Sendangmulyo Kec. Ngawen Kab. Blora.” Skripsi S1, Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017.
Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam dalam Perspektif
Kerukunan Umat Beragama, cet. 1. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2012.
Ma‟mun, Muhammad Nuruddin. Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur.
Cet. 1. Jakarta: Belanoor, 2010.
Maleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Penelitian, Bandung:
PT. Remaja RosdaKarya, 2007
Miftahudin, Azka, “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi Sedekah
Bumi Di Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo
Banyumas.” Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,
2016.
84

Mulyani, Patri Endah, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi Upara


Sedekah Bumi Setelah Musim Tanam Padi Studi di Desa Anjatan
Utara Kec. Anjatan Kab. Indramayu.” Skripsi S1.,Universitas
Islam Indonesia, 2018
Nadhiroh, Alfin, “Hubungan Kebersyukuran dengan Kebermaknaan
Hidup Orang Tua yang Memiliki Anak Autis” Skripsi S1.,
Univeritas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012.
Nurafifah, Emi, “Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawadan
Ajaran Islam (Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo
Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati).” Skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015.
Puniatun, Jurnal: Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya
Untuk Memelihara Kebudayaan Nasional. IKIP Veteran
Semarang vol 1 No. 2 tahun 2013, (e-jurnal.ikip-veteran.ac.id)
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya,
Jilid: I (Juz 1-2-3), Departemen Agama RI, 1982/1983.
Raharjo, M. Dawam, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, cet. I.
Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999.
Rifai‟i, Muhammad, Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik
Hingga Modern, cet. III, Jakarta: AR-Ruzz Media, 2016.
Said, Hasani Ahmad, Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di
Nusantara, IBDA: Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 9, No. 2, Juli-
Desember 2011. DOI:
https//ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/ibda/view/38/16.
Said, Hasani Ahmad, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi
Debus Dan MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran
Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016. DOI :
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/3
38.
Said, Hasani Ahmad, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya,
Islamic Relations, Local, Tradition (Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their Effect On
Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research
in Sosial Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429.
http://www.idpublications.org/ejrss-vol-8-no-1-2020/.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur‟an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
85

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas


Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.
Shihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur‟an: Kajian Tematik Atas Ayat-
Ayat Hukum dalam Al-Qur‟an, Jakarta: Permadani, 2005.
Syarbini, Amrulloh, Supersedekah, Jakarta: Qultum Media, 2012.
Tafsir Al-Qur‟an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat, Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang Dan Diklat
Departemen Agama RI.
Tihami, Fikih Munakahat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Umar, Nasaruddin, Islam Fungsional: Refitalisasi & Rektualisasi Nilai-
Nilai Keislaman, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.
Veralidiana, Isce, “Implementasi Tradisi Sedekah Bumi (Studi
Fenomenologis di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Bojonegoro,
Kabupaten Bojonegoro).” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010.
Vidyawati, Muafa Erni, “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik (Studi Akulturasi Islam
dan Hindu).” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, 2016.
Wahyu, Ristiyanti, “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenanan
Pada Masyarakat KaliRejo Kecamatan Talun Kabupaten
Pekalongan,” Skripsi S1., Universitas Negeri Semarang, 2016.
Wibowo, Susatyo Budi, 99 Jalan Menuju Surga Menurut Al-Qur‟an
dan Hadits, cet. I. Yogyakarta: Gava Media, 2010.
Zuhaili, Wahbah, Fiqih Imam Syafi‟i, terj. Muhammad Afifi dan Abdul
Hafiz, Jakarta: Almahira, 2010.
86

DAFTAR WAWANCARA
Abdillah (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa Tengah.
Aliyuddin (Mahasiswa IAT IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 27 September 2019, Jawa
Tengah.
Amin Mubarak (Guru Ngaji di Desa Kedungeng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Losari, 26 September 2019, Jawa Tengah.
Darmad (Ketua RT.01 Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes 21 september 2019, Jawa Tengah.
Fazri Sidiq (Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang) Diwawancarai
oleh Isnaeni, Brebes 28 September 2019, Jawa Tengah.
Mufid Marzuki (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai
oleh Isnaeni, Brebes 28 September 2019, Jawa Tengah.
Saeful Aziz (BAU di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes 19 September 2019, Jawa Tengah.
Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat di Desa Kedungneng) Diwawancarai
oleh Isnaeni, Brebes 27 September 2019, Jawa Tengah.
Shopi (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa Tengah.
Syaefi Umaruddin (Ustadz di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 22 September 2019, Jawa Tengah.
Syarif (Carik di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes
26 September 2019, Jawa Tengah.
Turmudi (Kuwu Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,
Brebes 26 September 2019, Jawa Tengah.
Wasjid (Tokoh Masyarakat di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh
Isnaeni, Brebes 25 September 2019. Jawa Tengah.
87

Daftar Lampiran
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
88
89

Lampiran 2
Transkrip Wawancara
Responden 1

Nama : Saeful Azis


Umur : 29 Tahun
Pend. Akhir : D3
Pekerjaan : Kepala Dusun
Pertanyaan:
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: Sedekah bumi merupakan suatu tradisi yang selalu dilakukan setiap tahun
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas hasil panen yang di dapat.
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: Sedekah bumi dilaksanakan pada dasarnya untuk mengungkapkan rasa syukur
kepada Allah atas hasil panen. Maka masyarakat di minta untuk membawa hasil
panennya yaitu berupa makanan untuk dibawa ke balai desa dan di doakan bersama-
sama. Setelah itu dibagikan lagi kepada mereka, adapun diadakannya pagelaran
wayang kulit ataupun sandiwara hanya sebagai hiburan untuk masyarakat saja yang
memang menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: tidak berdampak apa-apa karena itu suatu tradisi.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: Ada, karena sesuai dengan niatnya tradisi sedekah bumi merupakan suatu
bentuk ungkapan rasa syukur.
5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran islam?
Jawab: Menurut saya sudah sesuai, karena dalam proses pelaksanaan sedekah bumi
diadakan pengajian umum sebelumnya, sebelum ke proses inti yaitu kenduri (iring-
iringan tumpeng untuk di doakan dan dibagikan ke masyarakat) dari situ dapat dilihat
nilai keislamannya, kemudian dilakukan pembacaan doa bersama, adapun proses
ketika kenduri itu yang melempar-lemparkan makanan itu hanya perbuatan sebagian
orang yang tidak bertanggung jawab.

Respondedn 2

Nama : KH. Abdillah S.Ag


Umur : 60 Tahun
Pendidikan akhir : S1
Pekerjaan : Pensiunan/Guru Ngaji
Pertanyaan:
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: Qs. Ibrahim ayat 7
َ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم ِإ َّن‬
َ َ‫عرَا ِبي ل‬
ٌ‫شدِيد‬ َ ‫َو ِإ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه‬
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah maka Allah akan menambah
nikmatnya akan tetapi kalau kita mengkufuri nikmat Allah maka siksa Allah sangatlah
pedih.
90

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Qurtubi, Tafsir Jalalain atau ke Bahrul Muit.
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: kalau hadisnya cuman menyinggung-nyinggung kesimpulannya saja dari
mafhum mukholafah dari hadis tersebut kemudian untuk bersyukur. Ya ada juga
hadis-hadis nya tapi saya tidak hafal kalau hadis memang sulit tidak seperti Qur‟an.
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: kalau untuk masyarakat awam mungkin tidak ada pengaruhnya kecuali untuk
orang-orang yang memang imannya sudah kuat dia akan senantiasa bersyukur kepada
Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Cara bersyukur itu ada tiga macam pertama dengan lisan. Kemudian dengan
hati dan yang ketiga dengan perbuatan. Dengan lisan kita mengucapkan hamdalah,
tapi kalau dengan hamdalah saja itu belum cukup, kalau kita dapat rejeki kita berucap
alhamdulillah kita dapat rezeki tapi itu belum bisa dikatakan bersyukur, dalam hati
juga kita harus mempercayai rizki halalan thayyiban dari Allah, nah kemudian ini
juga belum dikatakan bersyukur kalau sudah ketiga, kita punya rizki apa? Misalnya
saja uang yang didapat itu kita memanfaatkankan sesuai dengan manfaatnya itu baru
bersyukur. Jadi lisannya mengucapkan hamdallah, hatinya meyakinkan kemudian
anggota badan kita mengerjakan sesuai apa manfaat yang diterima oleh kita.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: belum dikatakan sebagai ungkapan rasa syukur karena itu hanya sebatas adat
saja yang sulit untuk kita merubahnya. Masyarakat rela mengorbankan hartanya
hanya untuk suatu hiburan semata bukan karena syukurannya, jadi lebih kepada pesta
rakyat saja, maka menurut saya itu belum mengena dengan perbuatan syukur itu
sendiri. Paling-paling yang mengena itu pengajian umum tadi malam, itu merupakan
bentuk ungkapan rasa syukur.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: menurut saya tidak sesuai dengan syariat islam, dan belum sesuai tuntunan
ayat syukur karena itu hanya sebuah adat atau tradisi yang tidak bisa dirubah,dalam
hati saya tidak setuju sama sekali dengan proses pelaksanaan sedekah bumi ini yang
sedikit melenceng dari syariat Islam, saya termasuk orang yang ad af‟ul iman, mau
merubah dengan tangan tidak bisa, mau merubah pakai lisan tidak bisa, cuman yang
adanya ketidak cocokan hati saja.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: kalau adat yah harus dilestarikan karena al
adatu muhakamah dalam kaidah fiqihnya begitu, tapi kalau sampai sudah melempar-
lempar nasi itu bertentangan dengan agama itu yang harus kita benahi. Kalau
misalkan nanggap sandiwara menimbulkan maksiat ya berarti harus dibenahi tapi
kalau umpamanya tidak menimbulkan kemaksiatan sekedah mendengar cerita,
orangnya itu tidak berfoya-foya dan tidak melanggar hukum agama saya kira tidak
menjadi masalah. Cuman sekiranya diadakannya sandiwara menjadikan orang-orang
sebagai penontonnya itu sampai melanggar norma-norma agama itu ya tanggung
91

jawab panitia. Saya sudah sering menyampaikan saran contonya seperti ini, kita akan
mengadakan sedekah bumi dengan anggaran dana puluhan juta dan itu hilang hanya
sehari saja, kalau toh dana itu untuk pembangunan desa kira-kira mana yang perlu
direnovasi apakah jalanan yang rusak atau ada orang jompo yang rumahnya reot dan
perlu diperbaiki itu bisa memakai dana tersebut. Namun setelah saya mengutarakan
itu ditahun berikutnya saya tidak dilibatkan lagi dalam rapat desa untuk membahas
sedekah bumi karena dianggap tidak sejalan pemikirannya dengan yang lain.
Mengenai lempar-lemparan makanan suatu ketika saya pernah berbicara dengan pihak
desa karena sebagai penyelenggaranya, saya bilang kita ini bersyukur sesuai denga
kita bersyukur ada makanan atau tumpengan yah silahkan dimakan bersama-sama tapi
tolonglah jangan sampai dilempar-lemparkan karena itu bertentangan dengan agama.
Tapi nytanya masih seperti itu, saya tidak pernah lagi menyaksikan itu karena saya
tidak mampu untuk merubah lebih baik saya tidak mau tau.

Responden 3

Nama : Ust. Shofi


Umur : 53 Tahun
Pendidikan akhir : SMA
Pekerjaan : Guru Ngaji/Petani
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: QS. Ibrahim ayat 7
َ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشي َدوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم ِإ َّن‬
َ َ‫عرَا ِبي ل‬
ٌ‫شدِيد‬ َ ‫َو ِإ ْذ تَأَذَّنَ َز ُّب ُك ْم لَئ ِْه‬
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: “lainsyakartum” demi kalau kita bersyukur maka kita akan ditambahi nikmat
kesyukurannya, “ wa lain kafartum inna adzabi la syadiid”dan kalau kamu sekalian
kufur akan nikmat Allah maka sesungguhnya siksa Allah amat pedih.
Yang namanya syukur itu adalah ketika kita mengucapkan kalimat Al hamdulillah, itu
secara bahasa. Tapi menurut syara bersyukur itu mempergunakan nikmat Allah yang
diberikan kepada kita untuk jalan mengabdi kepada Allah.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: saya belum mencari, yang jelas sepengetahuan saya pernah membaca terkait
syukur itu.
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: iya mungkin di hadis nabi ada tapi ya kalau kita mengambil disuatu kitab
harus saya cari terlebih dahulu supaya jelas maknanya.
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: kalau pengaruh tergantung orangnya, kalau orang yang imannya kuat dia akan
tersentuh ketika mendengar atau di bacakan ayat syukur tapi kalau misalkan imannya
masih tipis ya mungkin tidak bisa hanya di anggap sebagai jargon-jargon saja.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: sikap bersyukur memang harus dibiasakan sebab bersyukur itu bukan hanya
sebatas ucapan al hamdulillah saja tapi syukur yang sebenarnya yaitu kita
mempergunakan sesuatu nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Misalnya kita
92

mendapatkan uang, walaupun uang itu sedikit tapi kalau kita mau memberikan kepada
orang lain itulah yang namanya bersyukur walaupun itu sedikit, tapi memberinya juga
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah di anjurkan oleh agama, misalnya
memberikan sebagian hartanya kepada fakir, dan anak yatim. Itulah cara kita belajar
bersyukur, jadi bersyukur itu bukan ketika kita diberikan rizki saja akan tetap ketika
kita mendapatkan nikmat kita juga harus bersyukur, contohnya kita diberikan mulut
pergunakanlah dengan sebaik-bainya, kita sering baca istighfar, membaca kalimat-
kalimat toyyibah dan kalimat yang baik-baik lainnya.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: sedekah bumi itu adalah suatu adat dan tidak ada dalil dalam al-qur‟an dan
hadisnya maka lihat kayfiyahnya atau tata caranya. Kalau di dalam isinya itu adalah
orang-orang yang memuji kepada Allah, orang-orang yang bersedekah, orang-orang
yang ceramah atau berdakwah itu berarti bersyukur. Itu tergantung isinya.
Saya berpendapat sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur masyarakat desa
Kedungneng yang isinya itu tidak bertentangan dengan agama islam.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: kalau dalam tata cara pelaksanaanya sesuai dengan syariat islam itu
diperbolehkan seperti kemarin di adakan pengajian umum, akan tetapi ketika
pelaksanaan arak-arakan tumpeng yang mengakibatkan perang nasi itu tidak boleh
karena menimbulkan madarat.
Memang adat sedekah bumi di Kedungneng ini sudah mendarah daging, pernah
ketika itu saya di undang untuk hadir dalam rapat desa. Saya pernah ingin merubah
tata cara sedekah bumi tersebut tapi yang terjadi masyarakat menolak katanya kalau
tidak nanggap sandiwara atau wayang warga tidak mau menyumbang, maka desa
mengusulkan di adakan pengajian. Untuk warga yang tidak suka sandiwara atau
wayang bisa menghadiri pengajian dan begitupun sebaliknya. Dulu belum ada acara
pengajian ketika pelaksanaan sedekah bumi tapi pada periode Kuwu Tanda barulah di
usulkan untuk di adakan pengajian pada saat pelaksanaan sedekah bumi.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana?
Jawab: usulan-usulan terkait sedekah bumi sudah beraneka ragam di usulkan, akan
tetapi masyarakat sendiri tidak menghendaki demikian, lalu apakah kita harus
memberontak sehingga masyarakat itu akan terejadi fitnah terhadap diri saya, maka
saya yang hanya bisa mengikuti. Saya sudah mengingatkan dengan mulut tapi
nyatanya masyarakat tidak menghendaki, maka tergantung hati kita kalau kita tidak
setuju ya sudah tidak usah mengikuti.

Responden 4

Nama : Syaefi Umaruddin


Umur : 25 tahun
Pendidikan akhir : D3
Pekerjaan : Ustadz
Pertanyaan:
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: QS. Ibrahim ayat 7
َ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم ِإ َّن‬
َ َ‫عرَا ِبي ل‬
ٌ‫شدِيد‬ َ ‫َو ِإ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه‬
93

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Rasa timbal balik atas pemberian yang telah dianugerahkan oleh sang
pencipta.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Jalalain dan sarahnya (Kitab Showi), Tafsir Al Misbah
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: iya, tapi saya lupa
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: orang itu akan merasa rendah, betapa pemberian Allah itu sangat banyak
sedangkan dia merasa baru sedikit dalam mensyukurinya. syukur itu dibagi menjadi
tiga yaitu syukur dengan lisan, syukur dengan hati dan syukur dengan anggota badan.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Dengan ungkapan yaitu mengucap kalimat hamdalah, rajin dalam
melaksanakan sholat, rajin mengerjakan ibadah-ibadah lainnya sehingga merasa
mantap dengan Allah
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: Tergantung pelaksanaan, secara dzohir itu termasuk ungkapan rasa syukur
kalau pelaksanaanya kan termasuknya kondisional namun secara global itu sudah
termasuk. Adapun ketika pelaksanaanya ada buang-buang nasi yang masuknya
mubazzir itu al mustasnanya.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: Pelaksanaanya sudah sesuai tapi ada juga yang belum, menurut saya sedekah
bumi tidak termasuk dalam kategori syariat karena itu tradisi. Hal-hal yang harus
diperbaiki yaitu menghilangkan nilai mubazzirnya.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: Karena itu tradisi tidak mungkin untuk
dihilangkan. Sarannya lebih banyak dimasukan nilai-nilai norma agamanya dalam
roses pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

Respondedn 5

Nama : Syihabuddin
Umur : 62 Tahun
Pend. Akhir : SLTP
Pekerjaan : Lebe (Perangkat Desa)
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: QS. Ibrahim ayat 7
َ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم إِ َّن‬
َ َ‫عرَابِي ل‬
ٌ‫شدِيد‬ َ ‫َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه‬
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Andaikan kita bersyukur kepada Allah SWT akan ditambah segala materi
misalnya rezekinya, umurnya, dan ditambahkan segala apa saja keberkahan dari
94

Allah SWT. Tapi andaikan kufur sesungguhnya adab yang sangat pedih dari Allah
karena ingkar yaitu tidak mau mensyukuri nikmatnya gusti Allah.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Saya baca di Al-Qur‟an saja
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: saya tidak tau dihadisnya karena saya mengambilnya hanya di al-Qur‟an saja.
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: tidak ada pengaruhnya karena itu perlu penghayatan.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: banyak, dalam arti kita menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan
larangan-Nya.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: tergantung niat kita apa, kalau niat kita hanya sekedar berpesta tidak meresapi
rasa syukur kita atas pemberian Allah bahwa kita diberi rezeki dari bumi. Tapi dilihat
dari dzahirnya itu sudah merupakan ungkapan rasa syukur.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: itu merupakan suatu tradisi orang Jawa jadi tidak ada kaitannya dengan syariat
Islam. Terkait pelksanaannya sendiri itu tergantung kemauan masyarakat biasanya
diawali dengan acara keagamaan seperti pengajian umum kemudian diakhiri dengan
pesta rakyat atau hiburan atas dasar musyawarah. Kalau sesuai syariat Islam mungkin
tidak Cuma kembali kepada rasa syukur kita kepada Allah shingga kita orang desa
melakukan syukuran karena kita diberi rizki oleh Allah lewat kita menanam padi,
kedelai dan lain nya. Desa hanya sebagai fasilitator saja selebihnya terserah kemauan
masyarakatnya.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: saya sebagai masyarakat biasa hanya bisa
mengikuti perintah dari desa saja. Saran saya karena sepertinya tidak ada berubahan
dari tahun-tahun sebelumnya itu agak susah, inginnya saya jangan hanya pesta rakyat
saja tapi bisa diisi dengan acara perlombaan-perlombaan. Masalah lempar-lempar nasi
itu dilakukan oleh anak-anak pemuda yang tidak bertanggung jawab itu tidak boleh
karena mencerminkan orang yang tidak berakhlak dan bukannya bersyukur tapi malah
memubazzirkan makanan, dari desa sebenarnya sudah melakukan antisipasi supaya
tidak terjadi hal yang demikian tetapi namanya anak muda susah untuk diurus.

Responden 6
Nama : Syarif
Umur : 48
Pend. Akhir : SLTA
Pekerjaan : Sekretaris Desa
Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
95

Jawab: saya tidak terlalu faham bagaimana sejarahnya sedekah bumi secara persis,
memang yang dilaksankan perimerintah desa kedungneng ini melaksanakan kegiatan
yang orang-orang dulu laksanakan kegiatan sedekah bumi. Kemudian sedekah bumi
yang dimaksudkan merupakan perwujudan masyarakat desa kedungneng dalam
rangka bersyukur kepada Allah SWT.
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: proses pelaksanaan sedekah bumi itu diawali dengan masyarakat melakukan
doa bersama untuk keselamatan dan keberkahan desa Kedungneng baik untuk kepala
desa nya maupun masyarakatnya.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: kalau untuk dampak saya kira dampaknya positif karena memang diharapkan
dengan dilaksanakannya sedekah bumi dapat menurunkan hujan itu sebabnya sedekah
bumi dlaksanakan pada bulan-bulan kemarau atau bukan setelah panen raya.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: kalau dikaitkan dengan ayat syukur, kita harapkan semoga memang tergolong
kedalam yang dimaksudkan dengan ayat itu, karena tradisi sedekah bumi ini
masyarakat saling berbagi berkat kepada keluarga, tetangga dan sanak saudara
lainnya.
5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?
Jawab: kalau dilihat dari kegiatan awal kita ada doa bersama kemudian masyarakat
saling berbagi rezeki melalui makanan, itu saya kira masuk dalam tradisi Islam. Tapi
kalau dilihat dari hibuuran yang diadakan mungkin itu belum sesuai dengan tradisi
Islam karena memang tujuannya hanya sebagai hiburan saja.

Responden 7

Nama : Turmudi
Umur : 43 Tahun
Pend. Akhir : SMA
Pekerjaan : Kepala Desa Kedungneng
Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: sejarah sedekah bumi sebenarnya saya kurang faham. Karena itu sudah adat
turun temurun yang sudah diyakini oleh masyarakat.
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: proses pelaksanaan sedekah bumi awalnya kita kordinasikan dulu dengan
pemerintahan desa melaluli RT, RW, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna untuk
mengadakan musyawarah bersama dalam menyambut acara tersebut. Sehingga
terbentuk panitia acara sedekah bumi dengan pembagian tugasnya masing-masing.
Peran penting dalam acara tersebut adalah peran dari para ketua RT karena mereka
yng menjadi tombak dalam masalah pendanaan sehingga berlangsunglah adat sedekah
bumi. acaranya pada tahun ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut yang diisi
dengan penampilan kesenian wayang kulit, pengajian umum, proses kenduri dan
hiburan sandiwara.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: Tidak ada dampak, karena itu hanya sebuah adat.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: ada, karena pada dasarnya memang kita mengarahnya kepada yang kuasa
gusti Allah. Hanya saja adat dahulu yang dimodernisasi ke zaman sekarang tetapi
tetap saja arahnya kepada sang Pencipta. Sebagai salah satu upaya bentuk rasa syukur
masyrakat karena sudah mendapat hasil dari bumi akhirnya terjadilah pesta bumi.
96

5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?
Jawab: Saya sendiri belum paham karena saya hanya mengikuti apa yang sudah
dilaksanakan oleh terdahulunya. Tetapi kalau saya lihat dari alim ulama dan para
kiyai itu mendukung hal tersebut terlepas dari perbuatan lempar-lempar nasi, karena
memang itu hanya perbuatan para pemuda yang iseng saja bukan termasuk tradisi itu
sendiri. Intinya ketika nasi tumpeng datang kemudian di doakan dan dibagikan
kepada warga yang mengharapkan berkah dari nasi tumpeng teersebut.

Responden 8
Nama : Wasjid
Usia : 67 Tahun
Pend. Akhir : SR
Pekerjaan : Petani/Tokoh Masyarakat
Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab :
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: dasar dari dilaksanakannya sedekah bumi adalah untuk sedekah kepada bumi
karena kita tinggal dibumi, sebenarnya bisa dengan acara muludan atau pengajian
tetapi karena sudah dari dulunya seperti itu susah untuk dihilangkan. Kegiatan diisi
dengan hiburan saja dan bahkan terjadi lempar-lempar nasi itu seakan bukan
mencerminkan syukuran tetapi malah mubazirkan makanan dan kegiatan itu terus
berlanjut dari dahulu hingga sekarang, tetapi sekarang sudah sedikit ada perubahan
yakni diadakannya pengajian umum pada malam sebelum acara inti sedekah bumi.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: harusnya pengajian umum itu diadakan setelah acara inti sedekah bumi bukan
sebelumnya supaya bisa berdampak positif dimasyarakat. Karena memang pada
dasarnya syukuran. Tetapi yang terjadi tidak seperti itu, pengajian diawal setelah itu
acara inti kemudian dilanjutkan dengan hiburan. Jadi diadakannya pengajian itu tidak
ada dampaknya apa-apa untuk masyarakat karena mereka tidak mengikuti apa yang
disampaikan oleh kiyai. Apalagi tradisi sedekah bumi itu sediri, hanya dijadikan ajang
pesta rakyat saja.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: sebenarnya tujuannya memang untuk syukuran makanya dinamakan sedekah
bumi, syukuran karena kita tinggal di bumi.
4. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?
Jawab: karena ini suatu adat, mungkin kalau sedekahnya termasuk kedalam ajaran
Islam tetapi kalau untuk lempar-lempar nasi itu bukan ajaran Islam karena itu
perbuatan mubazir.

Responden 9
Nama : Amin Mubarok
Umur : 33 Tahun
Pend. akhir : MA Ma‟adud Thalabah
Pekerjaan : Pedagang/Guru Ngaji
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab:
َ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشي َدوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم ِإ َّن‬
َ َ‫عرَا ِبي ل‬
ٌ‫شدِيد‬ َ ‫َو ِإ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه‬
97

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: apabilla orang itu mensyukuri nikmat Allah maka Allah akan menambahkan
nikmat-Nya, terus sebaliknya, apabila seseorang itu mengingkari nikmat Allah maka
Allah akan memberikan siksa yang amat pedih.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Saya baca di Kitab Tafsir Al-Qur‟an Kemenag
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: iya ada, tapi saya lupa hadisnya. Saya pernah baca di kitab Bulughul Maram
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Reaksinya akan membawa kedekatan kita kepada Allah SWT
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: seumpama kita di berikan rizki oleh Allah SWT yang cukup kita harus
mensyukurinya, dengan cara kita membhagiakan diri kita
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: ada ungkapan rasa syukurnya
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: iya sesuai syariat Islam, adapun pelaksanaan yang mereka melempar-
lemparkan nasi itu sudah adat kebiasaan dan susah untuk di hilangkan
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: caranya kita harus menasehati anak muda
untuk tidak melakukan aksi saling lempar nasi terutama oleh para sesepuh desa. Adat
sedekah bumi harus tetap dilaksanakan karena itu sudah menjadi adat dari turun
temurun seperti itu adapun nanti pelaksanaannya yang perlu diperbaiki.

Responden 10

Nama : Sajum Sayuti


Umur : 62 Tahun
Pendidikan akhir : PGA
Pekerjaan : Peternak/Tokoh Masyarakat
Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab : tasyakkuran kita kepada bumi sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada
yang telah memberikan rezeki, sebelum adanya Islam di pulau Jawa sebenarnya sudah
diadakan tardisi ini tapi berbeda tata cara pelaksanaannya.
2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?
Jawab: masyarakat desa yang mayoritas beragama islam tidak seharusnya merayakan
syukuran dengan hiburan sandiwara, itu salah, sebenarnya cukup dengan pengajian
umum saja. Tetapi seakan itu sudah menjadi sebuah keharusan kalau sedekah bumi ya
harus ada sandiwaranya. Adapun masalah lempar-lempar nasi masyarakat salah
faham mengenai tradisi ttersebut. Dalam aturan agama hindu pada dulunya itu seperti
itu tetpi dengan tujuan makanan disebarkan dibumi karena yang memberi atau
98

menjadikan nasi yaitu bumi makanya disebar-sebarkan. Tetapi kata orang Islam
sekarang itu termasuk perbuatan mubazzir.
3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?
Jawab: tidak berdampak apa-apa, karena ini hanya sebuah syukuran yang rutin
dilakukan setiap tahun sebagai sebuah tradisi.
4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?
Jawab: ada keterkaitannya, karena memang kita sedekahan. Cuma memang salah
pengertian keika saat pengajian dianjurkan untuk tasyakuran malah melempar-lempar
makanan yang menyebabkan bukan syukur lagi tapi mubazir.
5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran islam?
Jawab: karena awal mula tradisi sedekah bumi itu dibawa oleh agama Hindu jadi
nilai-nilai budayanya masih terasa dan terus dipakai hingga sekarang. Cuma pada saat
itu untuk menghilangkan suatu adat tidak bisa maka sedikit-sedikit dimasukan
kegiatan-kegiatan keislaman. Perbuatan lempar-lempar nasi itu jelas bukan ajaran
Islam karena itu perbuatan mubazir, tapi kalau dilihat dari syukurannya itu ada
didalam al-Qur‟an dan haditsnya.

Responden 11

Nama : Aliyudin
Umur : 23 Tahun
Pendidikan akhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin IAIN Syeikh Nurjati Cirebon
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: Qs. Ibrahim ayat 7
َ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم إِ َّن‬
َ َ‫عرَابِي ل‬
ٌ‫شدِيد‬ َ ‫َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه‬
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Syukur adalah salah satu cara kita untuk berterima kasih kepaada yang Maha
Pemberi Kasih sebab dengan bersyukur inilah nikmat kita akan bertambah, namnu
sebaliknya kalau kita kufur terhadap nikmat Allah maka sesungguhnya siksa Allah
sangat pedih.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Jalalain, Tafsir Al Misbah, Tafsir Rahmat.
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: Ada, tapi saya lupa.
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Banyak sekali reaksi dari masyarakat ketika ayat syukur dibacakan, mereka
akan senantiasa merenungkan ketaqwaannya dan akan terus bertambah syukur kepada
Allah.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Tindakan untuk mengungkapkan rasa syukur kita diantaranya saling
mneyayangi sesama makhluk ciptaan Allah baik kepada manusia, hewan, tumbuhan
99

dan lainnya, dengan cara berperilaku baik dan sopan juga senantiasa memelihara alam
sekitar supaya tidak terjadi kerusakan.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: iya, karena sedekah bumi itu pada dasarnya adalah suatu keyakinan
masyarakat untuk dapat mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Allah atas apa
yang mereka peroleh dari hasil bumi selama satu tahun ini dengan cara mereka
memberikan makanan untuk kemudian di bawa ke Balai Desa dan disatukan setelah
itu di doakan.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: Pelaksanaannya belum sesuai dengan syariat islam karena masih banyak
makanan yang terbuang sia-sia tidak dapat di makan dan malah menimbulkan
mubazir. Bahkan setiap tahun kejadian serupa terus berulang-ulang. Memang ada
dimana masyarakat sebelumnya mengadakan pengajian umum di halaman Balai Desa
tapi itu hanya sebagai hiburan semata karena tidak ada nilai spiritual itu sendiri yang
masuk kepada masyarakat sehingga diadakannya pengajian juga tidak berdampak
apa-apa. Kalaulah memang niat bersyukur sebaiknya tata cara pelaksanaan sedekah
bumi nya diperbaiki supaya sesuai dengan apa yang menjadi dasar dianjurkannya,
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana?
Jawab: Menurut Saya sedekah bumi perlu dilestarikan karena itu sudah merupakan
adat dan tradisi dari nenek moyang dahulu, hanya saja cara pelaksanaannya yang
harus sedikit dirubah supaya sesuai dengan syariat Islam.

Responden 12

Nama : KH. Mufid Marzuki


Umur : 67 Tahun
Pendidikan akhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiunan/Tokoh Ulama
Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: QS. Ibrahim: 7, QS. yasiin
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Allah itu banyak memberikan kenikmatan-kenikmatan kepada hamba-
hambanya, kenikmatan tersebut yaitu antara lain: pertama, adanya bumi yang
mengeluarkan beberapa tumbuh-tumbuhan sebagai bekal kehidupan hamba Allah
diatas bumi. Kemudian kenapa Allah menurunkan hujan? Alasannya agar bumi itu
bisa menjadi subur, petani bisa menanam, kemudian hasinya untuk kehidupan. Dari
hasil tanaman itulah kemudian oleh adat orang jawa ini kita syukuri, karena banyak
nikmat dari Allah ini berupa hasil tumbuh-tumbuhan. Lalu kenapa ko yang di
sedekahkan bumi, terus ada lagi sedekah laut, kenapa tidak ada yan namanya sedekah
langit? Padahal air hujan sendiri turunnya dari langit. Terus saya jawab bahwa pada
hakikatnya bahwa semua yang berupa nikmat baik yang berasal dari bumi, dari
lautan, dari udara, dari langit itu merupakan hakikat dari pada nikmat Allah, jadi
meskipun tidak disebutkan sedekah langit kita sudah dianggap bersyukur.
100

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Jalalain, Tafsir Terjemahan Kemenag, Tafsir Sofwatut tafasir (karangan
Imam As shobuni)
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: barang siapa yang bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya, namun
sebaliknya
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Syukur itu ada 3 macam. pertama, syukur dengan lisan, jadi ketika kita
mendapat nikmat, kita diberi kesehatan kita memuji Allah dengan kalimat
Alhamdulillah. Kdua, dengan hati. Artinya kita mensyukuri nikmat Allah dengan hati
kita terus berbuat baik dengan cara ibadahnya semakin meningkat, imannya semakin
kuat, kesabarannya juga semakin kuat dan yang terkait dengan hati. Ketiga, dengan
perbuatan. Jadi perbuatan yang mencerminkan syukur itu diantaranya memberikan
infaq, menolong orang lain.
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab:
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: iya memang itu hakikatnya ungkapan syukur, hanya saja dikemas di dalam
adat atau budaya orang Jawa.
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: iya otomatis. Kalau kebaikan itu yang pertama ada dakwahnya, nah kemarin
kan ada tausiyah keagamaan melalui pengajian umum. Kemudian masyarakat kalau
sedekah bumi banyak yang membuat makanan misalnya nasi kuning.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: saya berharap sedekah bumi yang diawali
dengan pengajian itu tetap dilanjutkan. Tetapi sedikit demi sedikit

Responden 13

Nama : Fajri Sidiq


Umur : 22 Tahun
Pendidikan akhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin UIN Walisongo Semarang
Pertanyaan:
1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan
pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?
Jawab: QS. Ibrahim ayat 7
َ ‫شك َْست ُ ْم ََل َ ِشيدَوَّ ُك ْم َولَئ ِْه َكف َْست ُ ْم إِ َّن‬
َ َ‫عرَابِي ل‬
ٌ‫شدِيد‬ َ ‫َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َزبُّ ُك ْم لَئ ِْه‬
2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?
Jawab: Kurang lebih ayat itu menjekaskan tentang masa nabi musa, dimana ayat-ayat
sebelumnya menggambarkan betapa Allah telah memberikan banyak kenikmatan
kepada kaum musa. Sehingga ayat itu merupakan pemberitahuan dan penegasan atau
101

ancaman bahwasanya Allah akan terus menambah nikmat seorang hamba apabila
hamba itu bersyukur dan akan memberikan adzab apabila kikir.
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan
dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan
pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?
Jawab: Tafsir Ibnu Katsir
4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?
Jawab: Ya... ‫هللا اليشكس الىبس اليشكس ومه‬
5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,
apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?
Jawab: Dia mau mengikuti anjuran itu, cuma apabila penyampaiannya salah,
masyarakat awam akan mengartikan bahwasanya yang namanya syukur itu harus
dengan materi, sedangkan sejatinya ketika kita mengucapkan "alhamdulillah" saja itu
sudah cukup dikatakan bersyukur
6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia
sebagai ungkapan rasa syukur itu?
Jawab: Bahwasanya yang namanya syukur itu harus dengan materi, sedangkan
sejatinya ketika kita mengucapkan "alhamdulillah" saja itu sudah cukup dikatakan
bersyukur.
7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat
desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?
Jawab: kalau saya pribadi iya
8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan
ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak
melenceng dari syari'at Islam?
Jawab: Ada beberapa moment yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Mengingat itu
kan tradisi leluhur yang mana tradisi itu masih tercampur animisme dan dinamisme,
sedekah bumi kalau orang pedesaan itu terkhusus untuk masyarakat yang kurang
paham (awam) mereka menganggap sedekah bumi merupakan sebuah syukuran
terhadap dewa/dewi yg memberikan panen melimpah, kalau kata orang tua itu dewi
sri, dewi yang memberikan baik atau buruknya panen petani, Itu yg menjadikannya
menjadi musyrik, kalau menurut saya coba masyarakat merubah niatnya "dimana yng
dulunya beranggapan kalau sedekah bumi merupakan wujud kepada dewa sri coba
diganti tehadap Allah" , sehingga tidak mensekutukan Allah walaupun sejatinya
hanya Allah yg memberikan panen secara ootmatis dewi sri merupakan wujud kuasa
tuhan, cuman dikahwatirkan salah penafsiran tentang itu, pelaksanaannya, menurut
saya ada beberapa momen yang perlu digantikan, mulai dari tawuran nasi dan
sebagainya, adanya kejawen yg masih melekat, kalau mau sedekah bumi cukup
moment pertama saja yang ketika semua nasi dari masyarakat dikumpulkan di satu
tempat, terus didoakan setelah itu dibagikan, kalau bisa pembagian itu juga hanya
pada mereka yang mengantarkan nasi ke balai desa, tapi untuk semua warga desa,
sehingga mereka yang tidak memiliki sawah bisa juga menikmati nasi dari sawah
desa sendiri.
9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih
perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: Perlu, itu sebuah tradisi lama, yang emang
meeupakan khasanah budaya indonesia, cuma harus adanya perubahan terhadap
beberapa bagian pelaksaaannya.
102

Lampiran 3
Foto Dokumentasi Acara Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng
Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah
Pada Tanggal 19-21 September 2019

Penampilan Hadrah anak-anak IPNU sekaligus pembacaan Maulid Nabi SAW

Pembukaan Oleh MC Penyampaian Mauidhoh Hasanah


103

Rombongan Bapak Kuwu dalam acara iring-iringan tumpeng menuju Balai Desa

Iring-iringan tumpeng oleh warga desa Kedungneng

Warga membawa berbagai jenis tumpeng diantaranya sayur dan buah-buahan


104

Miniatur bumi sebagai lambang sedekah bumi dalam iring-iringan tumpeng

Pembacaan doa untuk kesejahteraan desa

Setelah pembacaan doa Persiapan pembagian tumpeng


105

Warga berebut tumpeng Lempar nasi oleh warga

Kegiatan lempar nasi oleh warga

Wawancara dengan Bpk Darmad Saling lempar makanan dengan warga lain

Pertunjukkan wayang kulit


106

Sinden dalam kesenian wayang kulit Dalang sedang memainkan wayang

Penampilan lakon dalam sandiwara

Anda mungkin juga menyukai