Skripsi
Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1441 H / 2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KABUPATEN CILACAP
Skripsi
Oleh:
11150321000048
Di Bawah Bimbingan:
NIP: 196907071995031001
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1441 H / 2020 M
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 11150321000048
Fakultas : Ushuluddin
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalm skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi
ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
NIM:11150321000048
LEMBAR PENGESAHAN
skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sidang Munaqosyah
Anggota
Penguji I Penguji II
Pembimbing
adalah Tradisi masyarakat yang dilakukan pada hari kelahiran berdasarkan kalender
Jawa. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai
sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Segaralangu. Selain itu tradisi
tersebut, maka penulis ingin mengetahui bagaimana makna yang terkandung dalam
pemerintah desa. Selain itu penulis juga melakukan observasi langsung kelapangan
dan Tradisi Wetonan mempunyai tujuan dalam pelaksanaanya. Tujuan dari Tradisi
Wetonan dapat dilihat secara spiritual religius dan tujuan secara solidaritas sosial.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta kecil,
karena telah terpancar sifat-sifat dan asma Tuhan dalam diri kemanusiaannya. Atas
kasih sayang dan pengetahuan yang telah engkau berikan, peneliti dapat
Serta seluruh sahabat dan keluarga-Nya. Nabi sebagai teladan bagi umat manusia
yang paling sempurna telah menuntun manusia dari kebodohan menjadi bersinar
penuh pengetahuan dan berakhlak mulia. Semoga kita semua tergolong menjadi
umat-Nya.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis memberikan
dekanatnya.
2. Bapak Syaiful Azmi, S.Ag, MA, Selaku Ketua Jurusan Program Studi
ii
iii
3. Bapak Drs. Dadi Darmadi, MA, Selaku Dosen Pembimbing peneliti dalam
dan kritik. Semoga dengan kebaikan bapak tadi menjadi nasihat yang mulia
Rabbal Alamin.
4. Para Guru Besar yang mengajar di tingkat Strata Satu (S1). Kepada para
penelitian ini.
5. Terima kasih pula kepada seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ushuluddin,
skripsi ini.
6. Teruntuk orang yang sudah mencintai tanpa alasan, yaitu kedua orang tua
peneliti. Ayahanda Miskam dan Ibunda Siti Badriyah, atas cinta dan kasih
Lutfi dan kakak Perempuan saya Endang Astuti yang selalu memberikan
kasih juga kepada Paman Ahmad Yasin, Paman Ahmad Toha beserta
keluarganya.
pernah terlupakan.
11. Ucapan dan rasa terima kasih juga peneliti kepada seluruh teman-teman
Syarif, Yasin, Icang, Dikun, Gusti, Diki, Mala, Nadia, Roza, Ica, Ade, dan
Kajian Piramida Circle; Mas Dayat, Mas Basit, Mas Tanwir, Kang Bedel,
Kang Sidik, Kang Agung, Kang Khalil, dan teman-teman Piramid lainnya.
Azhar Citangkolo; Ikbal, Sungada, Rifa, Lutfi, Ismi, Fitri, dan teman-teman
alumni lainnya.
12. Untuk sahabat kosan satu kamar yaitu Sururur Huda yang telah menemani
selama enam bulan penuh, penulis begadang sehingga skripsi ini bisa
selesai.
13. Terima kasih dari hati kepada sahabat tersayang Rifa umami yang selalu
kasih suport dalam suka dan duka selama masa perkuliahan sehingga skripsi
bisa selesai, dan apa yang diharapkan keluarga mertua bisa cepat terlaksana.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakan Masalah.......................................................................... 1
B. Batasan Masalah.................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah................................................................................. 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 4
E. Kajian Pustaka....................................................................................... 5
F. Kerangka Konseptual............................................................................ 7
G. Metodologi Penelitian........................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan............................................................................ 13
BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEGARALANGU KECAMATAN
CIPARI KABUPATEN CILACAP
A. Sejarah Desa Segaralangu..................................................................... 15
B. Kondisi Geografis................................................................................. 16
C. Keadaan Ekonomi, Pendidikan, Sosial, dan Agama............................. 18
BAB III TRADISI WETONAN DI MASYARAKAT DESA
SEGARALANGU KECAMATAN CIPARI KABUPATEN CILACAP
A. Sejarah Tradisi Wetonan....................................................................... 24
B. Proses Pelaksanaan Wetonan................................................................ 35
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................. 39
v
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Cilacap
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tradisi suku di Indonesia adalah tradisi Jawa. Jawa dikenal
sebagai pulau yang penuh kesantunan dan kelembutan. Setiap dari kebudayaan
Bahkan menjadikan Desa Segaralangu sebagai salah satu desa yang sangat
1
Bambang Subandrijo, Keselamatan Bagi Orang Jawa, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000),
hal. 2.
1
2
dari seluruh sistem keagamaan orang Jawa.2 Slametan dilakukan untuk semua
Salah satu adat istiadat, sebagai ritual keagamaan yang paling populer
jumlahnya, tidak dapat terlepas dari slametan sebagai pusatnya dari semua
Tradisi Weton (hari kelahiran), Yang disebut dengan weton adalah hari
pasaran saat bayi dilahirkan ke dunia. Misalnya Senin Pon, Rabu Wage,
Jumat Legi atau lainnya. Legi, Pahing, Pon, Wage adalah nama-nama pasaran.
Tradisi ini sangat unik karena mirip dengan ulang tahun, namun bedanya
satu bulan terdapat 35 hari atau orang Jawa bisa menyebutnya selapan.4
dari masing-masing daerah walaupun sebenarnya nilai dan tujuan dari upacara
2
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka
Jaya, 1981), hal. 13.
3
Masdar Hilmi, Islam and Javanese Aculturation, (Canada: 1994), hal. 41.
4
Wawancara dengan Bapak Miskam selaku sesepuh tokoh masyarakat Desa Segaralangu,
pada tanggal 25 januari 2020.
3
bersama, dan kadang ada yang membuat perayaan wetonan yang lebih besar
adalah sebuah acara sosial di mana orang-orang berbagi cerita, saran, dan
kelancaran hidup, kesehatan, rejeki, dan kebahagiaan untuk orang yang sedang
merayakan wetonannya.
weton secara rutin sesuai waktunya, biasanya hidupnya lebih terkendali, lebih
akan terjadi suatu hal-hal yang tidak diinginkan seperti suatu hal buruk.5
memiliki arti terhadap pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa dikarenakan
kerukunan, karena bukan dari masyarakat Jawa penganut agama Islam saja
bahkan dari non Islam juga melaksanakannya, boleh dilakukan kapanpun dan
Kabupaten Cilacap.
5
Wawancara dengan Bapak Miskam selaku sesepuh tokoh masyarakat Desa Segaralangu,
pada tanggal 25 januari 2020.
4
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui makna dan tujuan tradisi
2. Manfaat Penelitian
baik secara teoritis maupun praktis. Maka manfaat penelitian ini adalah:
a. Akademis
b. Praktis
Fakultas Ushuluddin.
E. Kajian Pustaka
Rembang). Yang ditulis oleh Kharisma Putri Aulia Aznur Universitas Islam
tempat meminta perlindungan karena hasil dari perhitungan weton yang tidak
Kedua Penelitian Skripsi yang ditulis oleh Deni Ilfa Liana Jurusan
praktik tradisi Petung Weton. Dalam praktiknya rumus untuk menentukan hari
Selanjutnya ditentukan dengan rumus sri, lungguh, dunya, lara, dan pati.
Setelah diketahui baik tidak nya hari ditentukan oleh perhitungan dalam rumus
tradisi Petung Weton. Maka dari itu mereka melakukan ritual agar selamat.
hari kelahiran dalam hitungan kalender jawa yang jatuhnya pada 35 hari
sekali yang bertujuan untuk mengucap rasa sukur kepada Tuhan Yang
7
makna simbol dan fungsi simbol yang meliputi: tumpeng buceng kuat,
jajan pasar, bubur tujuh rupa dalam kearifan lokal dalam memetri weton
sendiri. Yang pada penelitian ini membahas makna tradisi wetonan dan
F. Kerangka Konseptual
konsep teoritis tentang perilaku sosial suatu masyarakat, dalam hal ini perilaku
Kabupaten Cilacap.
8
perubahan baik dalam skala besar maupun kecil. Tradisi tidak hanya
hubungan Islam dengan tradisi atau kebudayaan itu sendiri, terdapat varian
pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh
keagamaan dan kepercayaan, sebagai salah satu bagian dari Adat Istiadat,
maka upacara yang bersifat agama merupakan hal yang upacara religi itu
masyarakat.8
yang dianggap baik dan masih dijalankan dan diwariskan dari generasi ke
dilestarikan keberadaanya.
6
Ahmad Khalil, Islam Jawa: Sufisme Dalam Etika Jawa Dan Tradisi Jawa, (UIN
Malang: Pres, 2008), hal. 277-278.
7
Roger M.keesing, Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer, (Jakarta:
Erlangga, 1992), hal. 68.
8
Cliffford Geertz, Santri, Abangan, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka
Jaya, 1981), hal. 13.
9
yang menyelenggarakan.9
Bahkan ada yang meyakini bahwa slametan adalah syarat spiritual yang wajib
setiap orang jawa yang telah mengadakan upacara slametan, dirinya merasa
G. Metodologi Penelitian
validasi dan rehabilitasi data (kuantitatif), dan keabsahan data (kualitatif dan
9
Purwadi, Upacara Tradisional Jawa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 22.
10
Purwadi, Pranata Sosial Jawa, (Yogyakarta: Cipta Karya, 2007), hal. 92.
11
Sutiyono, Poros Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 49.
12
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 4.
10
yang lebih luas tentang makna dan konteks tingkah laku dan proses yang
harus diteliti dan dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain
2. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.
Dalam hal ini sumber data yang digunakan penulis dibagi dalam dua
kategori, yaitu:
a. Data Primer
13
Julian Branne. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah IAI Antasari Samarinda, 1999), hal. 17.
14
M Sayuthi Ali, Metode Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 58.
15
Lexi J Moleong, Metodologi Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hal.
3.
16
Koentjaraningrat, Metode-metode Antropologi dalam Penyelidikan-penyelidikan
Masyarakat dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Universitas, 1958), hal. 9
17
Imam Khoiri, Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang,
2011), hal. 34
11
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek
kepada responden terdiri dari beberapa kategori yaitu dari guru, tokoh
b. Data Sekunder
data primer. 19 Data sekunder juga data yang tertulis dan sudah
3. Analisis Data
18
Saifuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hal. 91.
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal. 22.
20
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 130.
12
yaitu data dari lapangan maupun dari perpustakaan, setelah diseleksi dan
digunakan peneliti.
a. Studi Pustaka
b. Observasi
observasi (buku tulis dan alat tulis, camera ponsel, tape recorder)
13
c. Wawancara
wetonan.
H. Sistematika Penulisan
tiga bagian sistematika, bab yang satu dengan bab yang lainnya saling
berkesinambungan. Secara garis besar skripsi ini berisi pendahuluan isi dan
pentup. Untuk itu penulis akan menjelaskan dan membagi bab-bab sebagai
berikut:
Cilacap yang meliputi gambaran penduduk dan wilayah serta kondisi umum
masyarakat dari segi sosial ekonomi, sosial budaya, sosial pendidikan, serta
Bab III Landasan Teori Pada bab ini membahas tentang tinjauan umum
Bab IV Merupakan inti dari skripsi ini. Dalam bab ini akan di uraikan
daftar pustaka.
BAB II
KABUPATEN CILACAP
membantah dan tidak patuh pada Belanda.1 Sedangkan penduduk desa sendiri
hidup dengan penuh ketakutan dan kegelisahan akibat perbuatan Belanda yang
tidak berperikemanusiaan.
dan lebih dari satu juta orang dipenjara. Para anggota PKI melarikan diri ke
yang di eksekusi mati kisaran lebih dari 100 orang di daerah Segaralangu.
Warga desa mengetahui hal itu, karena sebelum para anggota PKI di eksekusi
1
Wawancara dengan Bapak Miskam selaku sesepuh tokoh masyarakat Desa Segaralangu,
pada tanggal 25 Januari 2020
15
16
jasadnya di masukan kedalam satu lubang yang berisikan 5-20 orang, yang
terdapat perkebunan seperti karet, pinus, jati, kopi dan coklat. Penduduk Desa
Jawa dan Sunda. Pendatang dari Jawa Tengah bagian timur kebanyakan
lebih banyak menjadi petani sedangkan yang berasal dari barat (Sunda)
B. Kondisi Geografis
Cilacap, Segaralangu terdiri dari dua dusun, yaitu dusun Dukuh Sawah dan
tidak terlalu tinggi dan luas namun cukup panjang. Dimana bukit itu biasa
pemilihan lokasi ini adalah pertama, mayoritas penduduk beragama Islam dan
dapat dikatakan sebagai masyarakat yang muslim taat (agamis) hal ini dapat
2
Https://m.liputan6.com/regional/red/2020/01/02/407244/malam.mencekam.di.tanah.kafir
.kuburan.massal.pki.di.cilacap. diakses pada tanggal 27 Januari 2020.
3
Wawancara dengan Bapak Ismail selaku Kepala Desa Segaralangu, pada tanggal 25
Januari 2020.
17
setempat. Kedua pertimbangan teknis yaitu letak yang strategis karena terletak
di tengah antara lereng gunung dan ladang pertanian/sawah yang luas. Alasan
melestarikan salah satu tradisi Jawa sampai sekarang yaitu Tradisi Wetonan.4
1. Luas Wilayah
4
Wawancara dengan bapak Kartasan selaku Tokoh Penghayat Kepercayaan di Desa
Segaralangu, pada tanggal 26 Januari 2020.
18
Tabel 1.5
2. Orbitasi
c. Jarak ke Kabupaten : 70 Km
1. Ketenagakerjaan
5
Dokumen Profil Desa Segaralangu
19
pembagian kerja yang jelas dan tegas dari pada di desa.6 Dengan adanya
Petani, kami menjalankan aktivitasnya pada pagi hari dan berakhir pada
sekolah. Nyaris sepi dikampung pada malam hari. Namun di sisi lain
2. Jumlah Penduduk
jumlah penduduk sampai saat ini sekitar 9.293 jiwa. Laki–laki 4.791
8
Wawancara dengan bapak Musir salah satu warga Desa Segaralangu, pada tanggal 26
Januari 2020.
9
Dokumen Profil Desa Segaralangu.
21
Qur’an 2 buah.10
Malas, Tidak ada biaya, kenapa bisa seperti itu, karena masyarakat Desa
10
Dokumen Profil Desa Segaralangu
22
Agama Jumlah
Islam 8.754
Kristen 155
Buddha 289
11
Dokumen Profil Desa Segaralangu.
12
Wawancara dengan bapak H. Ahmad Fauzi selaku tokoh agama Islam di Desa
Segaralangu, pada tanggal 26 Januari 2020.
13
Dokumen Profil Desa Segaralangu.
23
Kepercayaan 95
Jumlah 9.293
Sumber: Data Statistik Desa Segaralangu (25 Januari 2020)
14
Dokumen Profil Desa Segaralangu.
BAB III
Asal-usul weton itu lahir pada pemikiran orang Jawa kuno, weton
buat catatan kita untuk kejadian-kejadian itu isilah weton yang digunakan
kalender Jawa, 1 minggu dari 7 hari yang diadobsi dari kalender islam dan
lima hari pasaran Jawa, weton adalah wetu atau waktu dalam bahasa
dalam sejarah budaya Jawa terjaga mulai dari adanya kalender Sakai yang
Jawa tercampur dengan budaya animisme dan dinamisme pada masa itu.1
sedang singgah kalender saka, kalender Islam dan kalender Julian yang
dibawa oleh penjajah dari barat gabungan yang dianggap sebagai kalender
Jawa. Kalender Jawa terdiri dari 7 hari, 5 hari pasaran, reta, reta 30 hari dalam
1
Http://borobudurnews.com/asal-usul-weton-jawa-dan-perhitungannya/ diakses pada
tanggal 4 Januari 2021.
24
25
bulan dan ada 12 bulan, nama bulan ini serapan dari bahasa Arab, sansekerta,
dan melayu.2
Pahing, Pon, Wage, Kliwon dan Legi. Lima hari ini digunakan oleh
pasar yang dilakukan setiap hari pahing disebut Pasar Pahing. Berbagai
seseorang yang terlahir dihari sabtu dipercaya memiliki sifat sombong, bila
atau menjadi ilmuan dalam hal modern karena pasaran itu yang dianggap
Dan orang-orang tua hari sabtu dan weton pahing maka dihitung
Jawa yang masih kental adat istiadatnya. Kalau meramal main melihat
karakter dan semuanya itu sudah ada pakemnya, walau hal ini dibilang
ramalan tapi ada kemiripannya hanya berbekal almanat atau penanggalan. Dan
pakem-pakem atau ketentuan yang diketahui maka masyarakat awam juga bisa
seperti produk budaya lainnya. Weton juga digunakan untuk menghitung hari
yang cocok untuk pernikahan dan digunakan untuk mencocokan pasangan itu
2
Http://borobudurnews.com/asal-usul-weton-jawa-dan-perhitungannya/ diakses pada
tanggal 4 Januari 2021.
3
Wawancara dengan bapak Miskam selaku sesepuh Tokoh Masyarakat Desa Segaralangu,
pada tanggal 25 Januari 2020
26
cocok untuk menikah dalam arti dipernikahannya ada halangan atau tidak,
entah dengan seseorang yang sama-sama Jawa atau salah satunya Jawa,
terhadap nogo dino, bila menghasilkan makna yang bagus maka selanjutnya
para orang tua akan menghitung weton untuk hari pernikahan, tetapi bila hasil
weton kecocokan jodoh hasilnya tidak bagus maka wajib tidak dilanjutkan
dalam pernikahan tersebut atau cari calon dengan weton yang cocok, selain itu
prediksi makna hitungan Jawa dalam penghitugan dan peta dari weton sudah
Tradsi Jawa adalah tradisi yang kaya dan dihimpun dari kesusasteraan
yang merentang, paling kurang, selama seribu tahun mulai dari sumber-
yang terekam dalam Babad Tanah Jawi, melalui naskah-naskah mistis dan
XIX yang amat berpengaruh, melalui karya pemikir abad XX, seperti Ki
Orang Jawa memiliki sifat Sepi Ing Pamrih, yakni tidak diarahkan oleh
4
Http://Jagadkejawen.com/index.php?option=com_conten&view=article&id=9&Itemid=8
&lang=id diakses pada tanggal 25 Februari 2020
5
Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi Di Indonesia, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta
2001), hal. 9.
27
atas kepentingan diri sendiri. 6 Makanya tidak heran ketika kita tinggal di
bagi sesama Jawa melainkan dari etnis Jawa lainnya. Pemahaman seperti itu
minta bayaran.
merasa bahagia, dan tentu akan bersyukur kepada Sang Pencipta. Misalnya
mendapatkan kenaikan jabatan jadi gubernur, jadi lurah, jadi direktur dan
merupakan bentuk ungkapan rasa syukur atas anugerah yang diberikan dari
antara lain; sebelum lahir, sesudah lahir, dan setelah meninggal selalu
terepenting dari semua ritus dan upacara dalam sistem religi orang Jawa pada
umumnya.8
6
Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi Di Indonesia, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta
2001), hal. 10.
7
Wawancara dengan bapak Miskam selaku sesepuh Tokoh Masyarakat Desa Segaralangu,
pada tanggal 25 Januari 2020
8
Koentjaraningrat Penggantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal.
180-181.
28
kelahiran jelas merupakan adat istiadat, hal ini terbukti dalam pelaksanaan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Weton adalah hari lahir: senin,
selasa, rabu, kamis dan seterusnya. Neptu adalah jumlah masing-masing hari
misalnya; Pon, Kliwon, legi dan seterusnya. Weton berasal dari kata Wetu
yang berarti lahir atau keluar yang mendapat akhiran “an” sehingga berubah
sekali. Orang Jawa tradisional sangat penting untuk mengetahui weton sesuai
dengan kalender Jawa. Dengan mengetahui tanggal, bulan dan tahun kelahiran
menurut kalender Jawa atau weton terjadi setiap selapan hari.11 Wetonan mirip
dengan hari ulang tahun, tetapi wetonan bisa terjadi 9 sampai 10 kali dalam
9
Indah Aswiyati, Makna dan Jalannya Upacara Puputan dan Selapanan Dalam Adat
Upacara Tradisional Kelahiran Bayi Bagi Masyarakat Jawa, Jurnal Holistik, Volume VIII, No.
16, Tahun 2015, hal. 4.
10
Purwadi dan Enis Niken, Upacara Pengantin Jawa, (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2007),
hal. 174.
11
Http://Jagadkejawen.com/index.php?option=com_conten&view=article&id=9&Itemid=
8&lang=id diakses pada tanggal 25 Februari 2020.
29
Kalender Jawa memiliki arti dan fungsi tidak hanya sebagai petunjuk
hari tanggal dan hari libur ataupun hari keagamaan, tetapi menjadi dasar dan
buruk yang dilukiskan dalam lambang dan watak suatu hari, tanggal, bulan,
sampai minggu dengan 5 hari kalender Jawa; Legi sampai Kliwon. Sebagai
contoh si fulan lahir pada hari senin kliwon, atau selasa pon dan seterusnya.
perhitungan hari (numerology) Jawa berjumlah tujuh, lalu disebut dengan dina
pitu, dan pasaran berjumlah lima disebut dina lima, keduanya akan
Setiap orang pasti memiliki weton, karena artian weton sendiri hari
kelahiran seseorang sesuai dengan hari pasarannya. Hari pasaran terdiri dari
lima hari diantaranya; Kliwon, legi, pahing, pon, wage. Dinamakan pasaran
karena masing-masing nama hari pasaran itu sejak zaman kuno digunakan
untuk menentukan dibukanya pasar bagi para pedagang, sehingga pada hari
yang ditentukan untuk suatu pasar akan banyak kunjungan pedagang menjual
dagangannya. Nama lima hari tersebut sebenarnya diambil dari nama lima roh.
Nama-nama lima roh tersebut adalah Batara Legi, Batara Pahing, Batara Pon,
Batara Wage, Batara Kliwon. Bagian pokok dari jiwa manusia yang sudah
12
Purwadi, Petungan Jawa Menentukan Hari Baik Dalam Kalender Jawa, (Yogyakarta:
Pinus, 2006), hal. 22.
13
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam
Budaya Spiritual Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2018), hal. 103.
30
menjadi pengetahuan dan keyakinan leluhur orang Jawa sejak zaman purba
sampai sekarang.14
disebut “Sedulur Papat Lima Pancer”, yakni arah wetan, kidul, kulon, lor dan
Pancer (tengah). Tengah adalah pusat kosmis (semesta) manusia Jawa. Arah
kiblat ini juga terkait dengan perjalanan hidup manusia, yang hidupnya selalu
ditemani juga oleh sedulur papat lima pancer. Diartikan juga Sedulur papat,
yaitu kawah, getih, puser, dan adhi ari-ari. Sedangkan Pancer (ego atau
manusia itu sendiri). Letak sedulur papat ini sejalan dengan arah kiblat
manusia Jawa juga. Kawah berwarna putih, berada berada di sebelah timur
(wetan) ini yang mengawali kelahiran, dia membuka jalan. Getih, berwarna
merah di sebelah selatan, puser berwarna hitam di sebelah barat, dan adhi ari-
ari berwarna kuning berada di arah utara. Sedangkan yang di tengah adalah
pancer, yaitu Mar atau Marti yang keluar lewat Margahina, secara lahiriah.15
Neptu artinya angka perhitungan hari, hari pasaran, bulan, tahun Jawa.
Setiap hari, hari pasar, bulan, dan tahun memiliki nilai yang berbeda-beda.
perhitungan. Nilai hari, hari pasaran, bulan, dan tahun sebagai berikut:16
14
Soenandar Hadikoesoema, Filsafat Ke-Jawan Ungkapan Lambang Ilmu Gaib Dalam
Seni-Budaya Peninggalan Leluhur Jaman Purba, (Jakarta: Yudhagama Corporation, 1998), hal.
57.
15
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam
Budaya Spiritual Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2018), hal. 53-54.
16
R. Gunasasmita, Kitab Primbon Jawa Serbaguna, (Yogyakarta: Narasi, 2009), hal. 11.
17
Asif Nizaruddin, Interprestasi Kitab Primbon Lukmanakin Adammakna dalam
Perspektif Budaya dan Akidah Islam, (Jakarta: Pondok Pesantren Sholawat Darut Taubah, 2018),
hal. 150.
31
1 Sura 7
2 Sapar 2
3 Rabiul Awal 3
18
Asif Nizaruddin, Interprestasi Kitab Primbon Lukmanakin Adammakna dalam
Perspektif Budaya dan Akidah Islam, (Jakarta: Pondok Pesantren Sholawat Darut Taubah, 2018),
hal. 150.
19
Mama Flo, Primbon Praktis, (Yogyakarta: Gradien Mediatama, 2008), hal. 5-6.
32
4 Rabiul Akhir 5
5 Jumadil Awal 6
6 Jumadil Akhir 1
7 Rajab 2
8 Ruwah 4
9 Puasa 5
10 Syawal 7
11 Zulkaidah 1
12 Besar 3
1. Sifat Hari
Sifat hari berguna untuk menentukan kegiatan yang cocok dilakukan pada
hari bersangkutan dan sifat hari juga berguna sebagai perhitungan yang
20
R. Gunasasmita, Kitab Primbon Jawa Serbaguna, (Yogyakarta: Narasi, 2009), hal. 12.
33
memiliki sifat baik dan mudah terbawa arus karena punya pendirian
c. Selasa, memiliki sifat sujana, tan andelan, lan butarepan atau dimaknai
d. Rabu, memiliki sifat sembada, sebarang patut, lan rada sembrana atau
dimaknai sebagai sifat penuh rasa tanggung jawab, luwes dan suka
dengan banyolan.
e. Kamis, memiliki sifat ahli surasa, mada, ngalem, lan lumuh kungkulan
f. Jumat, memiliki sifat semuci suci, lan kudu resi-resik atau berarti suka
berpura-pura menjadi orang suci dan suka kebersihan dalam segala hal.
g. Sabtu, memilii sifat srakah barang karepe lan srumbung yang dimaknai
2. Sifat Pasaran
pasaran diantaranya:22
21
R. Gunasasmita, Kitab Primbon Jawa Serbaguna, (Yogyakarta: Narasi, 2009), hal. 19.
22
R. Gunasasmita, Kitab Primbon Jawa Serbaguna, (Yogyakarta: Narasi, 2009), hal. 20.
34
b. Legi, memiliki sifat ikhlas hati, mudah memberikan maaf dan baik
3. Sifat Bulan
diantaranya:
mendapatkan rahmat dari orang tua, atau menjadi rahmat bagi orang
tua.
perkara/masalah.
35
h. Ruwah, memiliki sifat Rahayu Slamet, nanging yen wis tiba brahat
atau mendapatkan keselamatan, tetapi jika sudah jatuh akan susah dan
berat.
i. Puasa, memiliki sifat salaka lan rejeki atau banyak mendapatkan uang
dan rejeki.
j. Syawal, memiliki sifat akeh sedya ala atau banyak niat jahat sehingga
dari saudara,
l. Besar, memiliki sifat utama wedi tur slamet atau menurut untuk
mendapatkan keselamatan.23
anak-anak, remaja, sampai orang tua. Mereka ada yang terlibat langsung
dalam prosesi dan ada juga sebagai peserta yang ikut memeriahkan tradisi
23
R. Gunasasmita, Kitab Primbon Jawa Serbaguna, (Yogyakarta: Narasi, 2009), hal. 20.
36
berikut:
1. Persiapan
gudangan, nasi dengan lauk sayur atau membuat bubur merah putih
matang. Secawan bubur merah putih dan segelas air putih itu diberikan
kepada semua saudara halus dengan diletakkan diatas meja. Itu merupakan
mengenali dan menghargai semua saudara halus dan ingat kepada orang
tua kita, menghormati kakek dan nenek yang telah menurunkan kita dan
yang paling penting untuk memuja dan berterima kasih kepada Sang
24
Wawancara dengan bapak Miskam selaku sesepuh Tokoh Masyarakat Desa
Segaralangu, pada tanggal 25 Januari 2020.
25
Wawancara dengan bapak Miskam selaku sesepuh Tokoh Masyarakat Desa
Segaralangu, pada tanggal 25 Januari 2020
37
hari minggu, sabtu dan seterusnya, dengan penanggalan Jawa seperti hari
pasaran yakni pon, wage pahing, dan seterusnya. Dalam tradisi Jawa,
hidup. Namun akan lebih baik bila dilakukan setahun sekali. Tetapi ketika
meliputi:26
ada 7 macam dan harus ada kacang panjang dan kangkung. Maknanya:
b. Telur ayam (bebas telur apa saja), jumlah telur 7 (pitu), bermakna agar
manusia yang sejati (sebagai kiasan dari proses menetas menjadi anak
ayam).
26
http://sabdalangit.wordpress.com/2019/11/04/tata-cara-bancakan-weton/amp diakses
pada tanggal 26 Februari 2020.
38
c. Bumbu urap atau gudangan, bumbu urap ada yang pedas dan ada yang
tidak pedas, dalam hal ini bermakna bahwa seseorang yang sudah
umumnya.27
d. Nasi tumpeng putih, yang nanti setelah selesai dibuat dan di doakan,
tumpeng sebagai wujud doa, segala macam dan ragam yang ada di
e. Bubur merah dan bubur putih, bahan dasarnya bubur putih cukup
santan dan garam, jika bubur merah ditambah gula jawa dan garam.
Bubur merah berlambang ibu, dan bubur putih berlambang ayah. Lalu
menjadi pepeling agar seorang anak tidak mengkhianati orang tua, dan
kita maupun pribadi kita selalu diberkati Tuhan sebagai negeri yang
27
Wawancara dengan ibu Siti Badriyah selaku anggota Fatayat di Desa Segaralangu, pada
tanggal 26 Januari 2020
28
http://www.7jiwanusantara.com/2014/07/bubur-merah-putih-selametan-
weton.html?m=1 diakses pada tanggal 26 Februari 2020.
39
subur makmur, cobek dari tanah liat yang bermakna dari bumi (tanah)
karena masyarakat Jawa percaya dan banyak yang memahami jika setiap
Ada dua bait kidung yang mengulas masalah sedulur papat limo pancer
berikut:30
Ana kidung ing kadang memati, among tuwuh ing kawasanira, nganak aken
sagetane, kakang kawah punika, kang rumeka Sarira mami, aneka aken sedya,
ing kawasanipun, adhi ari-ari ika, mayungi ing laku kawasaneki, anek aken
paa ngarah.
Panang getih ing rina wengi, ngrewangi Allah kang kuwasa, andadek aken
karsane, puser kawasanipun, nguyu-uyu sabawa mami, a nuruti ing panedha,
kawasane reki, jangkep kadan ingsun papat, kalimane pancer wus dadi sawiji,
tunggal sawujud ing wang.
Artinya:”Ada kidung yang berhubungan erat dengan kehati-hatian, bertugas
mengatur kehidupan, mewujudkan apa yang dikehendaki, itulah dia kanda
ketuban (kakang kawah), yang menjaga diriku, memenuhi kehendaku,
merupakan kewenangannya, adinda ari-ari, berwenang menaungi segala
perbuatan, memberikan arahan. Adapun darah, siang malam bertugas,
membantu Gusti Alloh Yang Maha Kuasa, mewujudkan keinginan, sedangkan
tentang pusar (tali pusar), memperhatikan setiap gerak geriku, memenuhi
permohonan, itulah kewenangannya, lengkap sudah empat sudaraku, yang
kelima yang lurus langsung, sudah menjadi satu, menyatu dalam wujudku.
Bait ini disebut Kidung Sarira Ayu atau pula disebut Kidung Kawedar,
dan diyakini masyarakat sebagai karya Sunan Kalijaga (sekitar abad 15-16)
29
Wawancara dengan bapak Miskam selaku sesepuh Tokoh Masyarakat Desa
Segaralangu, pada tanggal 25 Januari.
30
http://kibaguswijaya.com/sedulur-papat-limo-pancer.html diakses pada tanggal 26
Februari 2020.
40
dari Jawa Kuno ke Jawa Madya (pertengahan) yang berbeda dengan gaya
1. Penafsiran Kejawen:
a. Kakang kawah adalah air ketuban yang membantu kita lahir ke alam
dunia ini. Sebelum bayi lahir ketubanlah yang keluar terlebih dahulu
b. Adhi ari-ari atau ari-ari adalah setelah jabang bayi lahir ari-ari inilah
c. Getih atau darah adalah zat utama yang terdapat pada bayi dan sang
ibu. Darah jugalah menjadi pelindung pada saat bayi masih ada dalam
kandungan.
d. Puser atau pusar adalah penghubung antara ibu dan anak. Dengan
adanya tali puser sang ibu mampu memberikan nutrisi kepada sang
adanya puser inilah seorang ibu memiliki hubungan batin yang erat
dengan bayi.
Semuanya adalah kehendak Allah SWT. Ketika sang jabang bayi lahir
kedunia melalui rahim ibu, maka semua unsur-unsur itu keluar dari
rahim ibu. Dengan izin Allah unsur inilah yang menjaga manusia yang
2. Penafsiran Hikmah
41
Sedulur papat limo pancer berupa empat macam nafsu yang berada
bersifat keindahan, misalnya; dalam hal wanita (asmara) maka dari itu,
membakar dunia.
tenang, ridha, dan tawakal. Namun bila melebihi batas nafsu ini akan
malaikat dalam dunia Islam, yaitu; Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail.
31
http://kibaguswijaya.com/sedulur-papat-limo-pancer.html diakses pada tanggal 26
Februari 2020.
42
empat sifat nafsu, yaitu amarah, lawwamah, sufiah, dan mutmainah. Menurut
ajaran Sunan Kalijaga yang diuraikan dalam Kidung kawedar, pada bait ke-28
hari. Sama juga dengan adhi ari-ari yang mencukupi kebutuhan sari
melalui pusar.
5. Yang kelima adalah Guru Sejati yang tiada lain adalah Gusti Allah
32
http://kibaguswijaya.com/sedulur-papat-limo-pancer.html diakses pada tanggal 26
Februari 2020.
33
Wawancara dengan bapak Ismail selaku Kepala Desa Segaralangu, pada tanggal 25
Januari 2020.
43
5. Merefres batin kita agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dan masih banyak manfaat yang bisa kita rasakan ketika sudah
upacara adat tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Jawa didasarkan atas
manusia dengan Tuhan, dan prinsip hubungan antara manusia dengan alam.
sekedar untuk keluarganya saja, tetapi juga untuk sesama manusia. demikian
KABUPATEN CILACAP
tabel berikut:
1. Kartasan 54 Petani
6. Ismail 37 Lurah
8. Miskam 61 Petani
44
45
abang (merah) dan putih. Arti dari bubur abang dan putih asalnya
dalam diri manusia ada yang putih dan merah, putih itu perempuan,
merah itu laki-laki dan bubur abang atasnya putih itu menandakan
kelahiran si jabang bayi, dan yang keluar duluan pun putih yakni
Kawah (ketuban). Ada juga yang berpuasa pati geni (nganyeb) dalam
artian puasa makan nasi putih saja dengan minumnya air putih. Juga
1
Wawancara dengan Bapak Kartasan selaku tokoh Aliran Kepercayaan Desa Segaralangu
pada tanggal 12 April 2020
2
Wawancara dengan Bapak Kartasan selaku tokoh Aliran kepercayaan, pada tanggal 12
April 2020
46
selaku Tokoh Agama Islam pada hari minggu tanggal 26 Januari 2020.
kesehatan jasmani dan rohani, juga bentuk tolak bala. Sesuai dengan
tersebut pada malam 35 harinya ataupun sore hari nya, yang penting
melawan nafsu, dan bubur putih memiliki arti jernih atau suci, ibarat
hidup harus mempunyai hati yang suci, bersih, jujur. Dan ada juga
3
Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Fauzi selaku tokoh Agama Islam, pada tanggal 12
April 2020
47
sudah selesai di tutup dengan makan bersama, kalau ada tetangga yang
tidak datang maka akan di bungkuskan dalam satu kantong plastik nasi
selaku Tokoh Agama Budha pada hari minggu tanggal 12 April 2020.
tersebut bahkan tidak bisa terlepas dari tradisi yang sudah menjadi
hanya membuat bubur abang putih tapi juga melakukan sesajen berupa
4
Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Fauzi selaku tokoh Agama Islam, pada tanggal 12
April 2020.
5
Wawancara dengan Bapak Joyo Martono selaku tokoh Agama Budha, pada tanggal 12
April 2020.
48
ada yang masih kurang bahkan saking percayanya dengan hal tersebut
lebih besar pada tahun 1980, lalu mengganti nama menjadi Vihara
6
Wawancara dengan Bapak Joyo Martono selaku tokoh Agama Budha, pada tanggal 12
April 2020.
7
Wawancara dengan Bapak Joyo Martono selaku tokoh Agama Budha, pada tanggal 12
April 2020.
49
mengundang para tamu yang terdiri dari kerabat dan tetangga untuk
rumah ke rumah yang lainnya, hal ini terdapat nilai saling menghargai.
Pada saat selametan juga terdapat nilai sosial yaitu ketika menunggu
lain, hal ini dapat mempererat tali silaturrahmi antar masyarakat yang
berbeda dalam segi etnis, dan agama. Setelah semua para tamu
tuan rumah kepada para tamu. Setelah acara selametan selesai, sebagai
ucapan terimakasih tuan rumah kepada para tamu yang sudah datang
8
Wawancara dengan Bapak Timotius Saryono Martono selaku tokoh Agama Kristen,
pada tanggal 12 April 2020.
9
Wawancara dengan Bapak Timotius Saryono Martono selaku tokoh Agama Kristen,
pada tanggal 12 April 2020.
50
bersama.10
adalah peringatan hari lahir dengan cara membuat selametan. jika tidak
bisa dikatakan bentuk tolak bala. Saya tidak lupa selalu membuat
bubur abang putih dan hidangan nasi tumpeng seadanya. Karena ritual
prinsip “mikul duwur mendem jero” artinya hal-hal yang baik kita
10
Wawancara dengan Bapak Timotius Saryono Martono selaku tokoh Agama Kristen,
pada tanggal 12 April 2020.
11
Wawancara dengan Ibu Endang selaku masyarakat Desa Segaralangu pada tanggal 12
April 2020
51
bermasyarakat kita tidak boleh kaku dan merasa paling benar sebab
Ibu Siti Badriyah seorang ibu rumah tangga yang aktif di kegiatan
untuk ucapan terima ksih kepada Tuhan atas nikmat yang diberikan
12
Wawancara dengan Bapak Ismail selaku Kepala Desa Segaralangu, pada tanggal 12
April 2020
13
Wawancara dengan Ibu Siti Badriyah selaku anggota Fatayat, pada tanggal 12 April
2020
52
baik yang harus dimiliki setiap pemeluknya. Dan Tradisi Jawa yang
weton. Karena weton sudah menjadi budaya Jawa yang secara turun-
selaku ketua Karang Taruna Pemuda Desa pada hari Sabtu tanggal 12
melakukan tradisi tersebut bukan hanya dari Islam saja, tapi ada juga
religiusnya dalam arti memberi makan kepada orang lain, tentu dari
semua ajaran Agama jika memberi sedekah kepada orang lain akan
14
Wawancara dengan Bapak Miskam selaku sesepuh tokoh masyarakat Desa Segaralangu,
pada tanggal 12 April 2020
53
diberi pahala, dan juga setelah selesai acara dilakukan doa bersama
Dari semua hasil wawancara dari semua tokoh Agama dan masyarakat
dijaga dan dilestarikan karena salah satu tradisi dari sekian banyak
peninggalan nenek moyang orang Jawa yang sampai saat ini masih lestari.
yang kini membuat masyarakat Desa Segaralangu terkenal dengan salah satu
adalah:
Budha, dan Aliran Kepercayaan, mereka berbaur menjadi satu tanpa ada
15
Wawancara dengan Ahmad Yasin selaku anggota Karang Taruna Pemuda Desa
Segaralangu pada tanggal 12 April 2020
54
kalau kita sadari banyak hikmah yang terkandung didalam tradisi Jawa
menjadi lebih rukun, tentram dan bisa mempererat tali persaudaraan dan
kegotong-royongan masyarakat
bahagia yang kita rasakan ada orang lain yang berhak merasakannya
hidup ini memang sudah ditakdirkan untuk bergantung satu dengan yang
lainnya.
namun memiliki tujuan yang sama, yaitu mengingat hari kelahiran seseorang
dan bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan, dan menyampaikan permohonan
1. Nilai Sosial dalam bentuk melestarikan budaya Jawa yang harus tetap
kian maju supaya tidak hilang dari ciri masyarakat Jawa maka sampai
16
Wawancara dengan Bapak Ismail selaku Kepala Desa Segaralangu, pada 12 April 2020.
55
2. Dan Nilai Religius dalam tradisi wetonan ini adalah pada saat
serta adanya pemberian sedekah tujuan dari sedekah itu berbagi rezeki
citakan. Dan nilai solidaritas sosial ini adalah mempererat tali seduluran
Desa Segaralangu masuk dalam kategori desa yang sangat toleran karena
Nilai yang dapat informan dapatkan dari tradisi tersebut adalah agar
17
Wawancara dengan Bapak Miskam selaku sesepuh Tokoh Masyarakat Desa
Segaralangu, pada tanggal 12 April 2020.
18
Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Fauzi selaku Tokoh Agama Islam, pada tanggal
12 April 2020.
56
keselamatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
hari lahir setiap 35 hari sekali. Orang Jawa tradisional sangat penting untuk
bulan dan tahun kelahiran menurut kalender Masehi, bisa diketahui weton
seseorang. Hari kelahiran menurut kalender Jawa atau weton terjadi setiap
selapan hari. Wetonan mirip dengan hari ulang tahun, tetapi wetonan bisa
mengingat kasih Tuhan dan bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan
sebagaimana kita hidup di dunia diberi rizki dan tubuh sehat, juga
Tujuan dari sedekah itu berbagi rezeki kepada para saudara dan tetangga dekat
apa yang dicita-citakan. Dan Tujuan selametan weton sendiri untuk “Ngopahi
sing momong”, karena masyarakat Jawa percaya dan banyak yang memahami
jika setiap orang ada yang momong (pamomong) atau “pengasuh dan
57
58
B. Saran
Ali, M.Sayuthi. Metode Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta:
Khalil, Ahmad. Islam Jawa: Sufisme Dalam Etika Jawa Dan Tradisi Jawa. UIN
Cemerlang, 2011.
59
60
Yogyakarta. 2001.
Erlangga, 1992.
2000.
Sumber Jurnal
Aswiyati, Indah. Makna dan Jalannya Upacara Puputan dan Selapanan Dalam
Sumber Internet
Https://m.liputan6.com/regional/red/2020/01/02/407244/malam.mencekam.di.tana
Http://Jagadkejawen.com/index.php?option=com_conten&view=article&id=9&It
http://sabdalangit.wordpress.com/2019/11/04/tata-cara-bancakan-weton/amp
http://www.7jiwanusantara.com/2014/07/bubur-merah-putih-selametan-
Februari 2020.
https://www.era.id/read/XRUx3P-tradisi-dan-kaitannya-dengan-kebudayaan,
Wawancara
Wawancara dengan bapak Ismail selaku Kepala Desa Segaralangu, pada tanggal
25 Januari 2020.
Wawancara dengan bapak H. Ahmad Fauzi selaku tokoh agama Islam di Desa
Wawancara dengan bapak Musir selaku warga di Desa Segaralangu, pada tanggal
26 Januari 2020.
Wawancara dengan bapak Joyo Martono selaku tokoh agama Budha di Desa
Wawancara dengan bapak Pendeta Timotius Saryono selaku tokoh agama Kristen
Wawancara dengan bapak Ahmad Yasin selaku tokoh agama Islam di Desa
Wawancara dengan Ibu Endang selaku Warga di Desa Segaralangu, pada tanggal
12 April 2020.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat – Surat
1. Surat Izin Penelitian Skrips
2. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi Kepada Yth. Bapak Dadi Darmadi,
MA.
3. Surat Tugas Menjadi Pembimbing
4. Tanda Terima
5. Presensi Konsultasi Bimbingan Skripsi Mahasiswa
6. Surat Keterangan Wawancara
7. Surat Keterangan telah Melakukan Wawancara
1) Responden Satu
2) Responden Dua
3) Responden Tiga
4) Responden Empat
5) Responden Lima
6) Responden Enam
7) Responden Tujuh
Lampiran 2. Pedoman Wawancara
weton?
Usia : 75 Tahun
diberi keselametan dunia dan akherat, diberi kesehatan jasmani dan rohani,
Weton suatu pedoman kelahiran anak dari mulai kelahiran, pernikahan dan
weton.
Jawa biasanya acara tersebut pada malam 35 harinya ataupun sore hari nya,
menjadi budaya Jawa yang secara turun-temurun dari nenek moyang dan
salahnya dilakukan karena terdapat maksud baik yaitu mengingat hari lahir
Harus terus dijaga dan dilestarikan karena salah satu tradisi dari sekian
banyak peninggalan nenek moyang orang Jawa yang sampai saat ini masih
lestari.
Nama : Pendeta Saryono
Usia : 39 Tahun
hitungan 35 hari.
seperti ini, karena nenek moyang mereka dulunya pemeluk kejawen yang
memegang budaya selametan weton yang sampai saat ini masih kita
lestarikan.
Dihawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka jalankan saja toh
banyak manfaatnya.
masyarakat Jawa.
Usia : 73 Tahun
Masyarakat Jawa yang memeluk agama Budha dari dulu sampai sekarang
masih percaya dengan tradisi tersebut bahkan tidak bisa terlepas dari tradisi
kelahirannya
percayanya dengan hal tersebut bisa membuat celaka bagi orang yang tidak
melaksanakan sesajen
nasi tumpeng walaupun beda agama tetap diundang tetangga rumah nya,
Usia : 54 Tahun
mensyukuri atas apa yang sudah di berikan oleh nya kepada kita, dengan
(tingalan) hingga sekarang karena sudah menjadi kebiasaan dari dulu yang
(tingalan) hingga sekarang karena sudah menjadi kebiasaan dari dulu yang
Usia : 37 Tahun
Kelahiran, pernikahan.
tersebut pada malam 35 harinya ataupun sore hari nya, yang penting sudah
Jadi kita ikuti saja dari pada dimarahi, karena orang Jawa mempunyai
prinsip “mikul duwur mendem jero” artinya hal-hal yang baik kita gunakan
Wetonan sebagai bentuk warisan budaya Jawa yang akan kami lestarikan
Usia : 61 Tahun
sedekah, dilakukan bukan hanya satu pemeluk agama Islam saja melainkan
Peringatan hari lahir setiap 35 hari sekali. wetonan bisa terjadi 9 sampai 10
Selametan Weton dilakukan oleh semua orang di desa, dari mulai anak-
anak, remaja, sampai orang tua. Mereka ada yang terlibat langsung dalam
prosesi dan ada juga sebagai peserta yang ikut memeriahkan tradisi tersebut.
Tidak apa-apa tapi dihawatirkan terjadi hal buruk yang tidak diinginkan
maka harus dibuatkan selametan. Ketika seseorang sering ketiban sial maka
selametan weton dilakukan selama 7 kali berturut-turut, artinya sekali
Karena manfaat dari selametan weton itu baik, salah satunya mengajarkan
kita berbagi ke orang disekitar kita. Maka akan kita terus lestarikan.
Nama : Badriyah
Usia : 53 Tahun
Bentuk rasa terimakasih kepada Tuhan atas segala sesuatu yang diberikan
kepada kita.
Kelahiran, pernikahan.
Cukup banyak
Jawa terdahulu.
Tidak salahnya dilakukan karena terdapat maksud baik yaitu mengingat hari
Cilacap
Foto bersama Bapak setelah selesai melakukan proses wawancara dengan bapak
26 Januari 2020.
Joyo Martono selaku tokoh agama Budha di Desa Segaralangu, pada tanggal 12
April 2020.
Ahmad Fauzi selaku tokoh agama Islam di Desa Segaralangu, pada tanggal 26
Januari 2020.
Timotius Saryono selaku tokoh agama Kristen Protestan di Desa Segaralangu, pada
Januari 2020
Januari 2020.