Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Disusun oleh:
Hidayat Salam
NIM 11150340000294
0
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
TRADISI BATAMAT AL-QUR’AN PADA MASYARAKAT
BANJAR KALIMANTAN SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Hidayat Salam
NIM: 11150340000294
Pembimbing:
Syahrullah, MA
NIP:19780818 200901 1 016
Pembimbing,
Syahrullah, MA
NIP. 19780818 200901 1 016
LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI
Hidayat Salam
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan kasih sayang yang
tulus kepada penulis.
6. Teman-teman Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 2015 yang sama-sama
sedang berjuang menyelesaikan studinya, sama seperti penulis.
7. Teman-teman pengurus dan anggota Lembaga Pers Mahasiswa
Institut UIN Jakarta.
8. Nurlely Dhamayanti yang telah membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis.
9. Seluruh informan yang bersedia meluangkan waktu untuk
diwawancarai demi mendukungnya kelancaran penulisan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang telah membantu proses kuliah penulis dan
proses skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu.
Akhir kata, penulis hanya bisa berdoa supaya Allah Swt. berkenan
membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis
menyadari bahwa skripsi yang telah dibuat ini masih memiliki banyak
sekali kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap di kemudian hari skripsi
ini dapat dikembangkan dengan lebih baik.
Hidayat Salam
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Huruf
Nama Huruf Latin Nama
Arab
Tidak
ا Alif -
dilambangkan
ب Ba b Be
ت Ta t Te
Es (dengan titik di
ث Ṡa ṡ
atas)
ج Jim j Je
Ha (dengan titik di
ح Ḥ ḥ
bawah)
خ Kha kh Ka dan Ha
د Dal d De
Zet (dengan titik
ذ Ż ż
di atas)
ر Ra r Er
ز Zai z Zet
س Sin s Es
ش Syin sy Es dan Ye
vi
vii
Es (dengan titik di
ص Ṣad ṣ
bawah)
De (dengan titik di
ض Ḍ ḍ
bawah)
Te (dengan titik di
ط Ṭ ṭ
bawah)
Zet (dengan titik
ظ Ẓ ẓ
di bawah)
ع ‘Ain ‘ koma terbalik
غ Gain g Ge
ف Fa f Ef
ق Qof q Qi
ك Kaf k Ka
ل Lam l El
م Mim m Em
ن Nun n En
و Wau w We
ھ Ha h Ha
ء Hamzah ` Apostrop
ي Ya y Ye
B. Tanda Vokal
أ A Fatḥah
viii
إ I Kasrah
ُأ U Ḍhammah
Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf
syamsiyah dan huruf qamariyah.
al-Qamariyah ُالمنِير al-Munīr
E. Ta Marbûṯah
Ta marbūṭah, dalam aksaranya terdapat pada kata yang berisi sendiri.
Ta marbūṭah dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Hal yang sama juga
berlaku jika ta marbûṯah diikuti oleh kata sifat (na‘at). Namun, jika huruf
ta marbūṭah tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “t”. Contohnya:
No Kata Arab Alih Aksara
1 َ
ط ِريقَ ُة Ṭarīqah
2 ُال َجامِ عَةُا ِإلسالَمِ يَّة al-Jāmi’ah
3 َُوحدَةُالوجو ِد Waḥdat al-Wujūd
F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf
awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Contoh: Abū Hāmid al-Ghazālī, al-Kindi.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak
‘Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-
Rānīrī.
G. Singkatan-singkatan
Singkatan Keterangan
Q.S. al-Qur`an Ṣurah
Swt. Subḥanahu wa Ta‘āla
x
BAB I PENDAHULUAN
xi
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................. 96
B. Saran ....................................................................... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, cet.III (Yogyakarta:
Idea Press Yogyakarta, 2017), 103.
1
2
seperti inilah yang sering disebut dengan living Qur’an (al-Qur’an yang
hidup dalam fenomena sosial dan budaya). 2 Living Qur’an inilah yang
bertugas untuk menangkap pemahaman atau pandangan masyarakat
terhadap al-Quran dengan mengedepankan penelitian terhadap tradisi yang
terjadi di masyarakat.
2
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta:
Teras, 2007), 50.
3
Ainun Hakiemah dan Jazilus Sakhok, "Khataman Alquran di Pesantren Sunan
Pandanaran Yogyakarta: Kajian Living Hadis," Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir
Hadith vol.9, no.1 (2019): 126.
4
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Essai-essai Agama, Budaya, dan Politik
dalam Bingkai Strukturalisme Transendental (Bandung: Mizan, 2001), 197.
3
5
Riza Saputra, "Dialektika Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Batamat al-
Qur’an Urang Banjar," Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol.3, No.1 (2021):
3.
6
Riza Saputra, "Dialektika Islam dan Budaya Lokal, 3.
4
7
Miftahul Jannah, “Batamat Al-Qur’an Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan”
(Makalah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), 4.
8
Ahmad Rafiq, “The Reception of the Qur’an in Indonesia: A Case Study of Place
of the Qur’an in a Non-Arabic Speaking Community” (Disertasi S3., Temple University,
2014), iii-v.
5
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
Dari sejumlah permasalahan yang dijelaskan sebelumnya, maka perlu
membatasi pada satu persoalan yakni pemahaman kitab suci dalam
tradisi batamat al-Qur’an oleh masyarakat Banjar yang berlokasi di
wilayah Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Lebih lanjut
tradisi batamat al-Qur’an sebagai tradisi yang telah lama dipertahankan
oleh masyarakat Banjar yang terkenal dengan masyarakat yang sangat
agamis. Maka dalam pelaksanaan tradisi tersebut juga dilakukan dengan
menggunakan adat dan budaya setempat sehingga pelaksanaannya
dibarengi dengan pakaian adat atau kostum tertentu dan lain sebagainya.
3. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
8
D. Kajian Pustaka
Dari berbagai literatur karya ilmiah, peneliti sadari bahwa kajian
tentang topik-topik yang berkaitan dengan Living Qur’an telah banyak
mendapat apresiasi di kalangan masyarakat maupun akademisi, baik itu
berupa penelitian ataupun sekedar opini dan sebagainya. Peneliti pun telah
menemukan beberapa kajian penelitian yang berkaitan dengan topik-topik
tersebut.
9
Imroatussholihah, “Resepsi Terhadap Pembacaan Surah Al-Lahab Sebagai
Penangkal Hujan” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2018).
10
Muhammad Fauzan Nasir, “Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Al-Qur’an Dalam
Tradisi Mitoni” (Skripsi S1 Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2016).
10
11
Umi Nuritayatur Rohmah, “Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an dalam Ritual Rebo
Wekasan” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014).
12
Yudi Mulyadi, “Al-Qur’an dan Jimat Studi Living Qur’an pada Masyarakat Adat
Wewengkon Lebak Banten” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017).
11
Pertama, karya tulis skripsi yang dibuat oleh Sadiyan dengan judul
“Fenomena Pengamalan Surah Al-Insyirah pada Masyarakat Kecamatan
Bajuin Pelaihari Kalimantan Selatan.” Karya tulis skripsi dari Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin tahun 2017 ini
berfokus pada penelitian pengamalan Surat Al-Insyirah yang dilakukan oleh
masyarakat setempat dan mencari motivasi yang dilakukan oleh masyarakat
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Termasuk ke dalam jenis penelitian lapangan (field
research) maka setelah dilakukan penelitian tersebut memperoleh
pengamalan surah al-Insyirah dikategorikan amalan yang dilakukan secara
rutin dan momentum. 14
13
Siti Fauziah, "Pembacaan Al-Qur’an Surat-Surat Pilihan Di Pondok Pesantren
Putri Daar Al-Furqon Janggalan Kudus (Studi Living Qur’an)," Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-
Qur'an dan Hadis 15.1 (2014): 159-180.
14
Sadiyan, “Fenomena Pengamalan Surah Al-Insyirah pada Masyarakat Kecamatan
Bajuin Pelaihari Kalimantan Selatan” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Antasari
Banjarmasin, 2017).
12
15
Marwah , “Resepsi Al-Qur’an Dalam Tradisi Mappanre Temme’ (Studi Living
Qur’an di Kelurahan Buloa, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan)” (Skripsi
S1., Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).
16
Noorthaibah, “Refleksi Budaya Muslim pada Adat Perkawinan Budaya Banjar di
Kota Samarinda” Fenomena V. IV, No.1 (2012),
13
17
Kusuma, "Motivasi Masyarakat Palangka Raya Dalam Pelaksanaan Tradisi
Menunggu Kuburan Dalam Tinjauan Hukum Islam." Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat 11.2 (2015): 174-190.
18
Kamrani Buseri, “Budaya Spiritual Kesultanan Banjar Historisitas dan
Relevansinya di Masa Kini” Seminar Penguatan Budaya Banjar dan Peran Kesultanan
dalam Menjawab Tantangan Zaman. Vol. 8. 2011.
14
19
Miftahul Jannah, “Batamat Al-Qur’an Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan”
(Makalah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014).
20
Ahmad Rafiq, “The Reception of the Qur’an in Indonesia: A Case Study of Place
of the Qur’an in a Non-Arabic Speaking Community” (Disertasi S3., Temple University,
2014).
15
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
21
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar (Banjarmasin: IAIN
Antasari Press, 2015).
22
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), 145-146 .
16
3. Sumber Data
23
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), 20.
24
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
(Jakarta: Salemba, 2010), 9.
17
25
Sukandarrumidi, Metode Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), 69.
26
Hasyim Hasanah, "Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif metode
pengumpulan data kualitatif ilmu-ilmu sosial)" At-Taqaddum 8.1 (2017): 30.
18
b. Wawancara
c. Dokumentasi
27
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 59.
19
a. Pengumpulan Data
28
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 60.
29
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 76.
20
b. Penyajian Data
c. Analisis Data
30
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 77.
21
6. Pendekatan Teori
31
Prof.Dr. Sugiyono, Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2016), 244.
32
Mohammad Siddiq dan Hartini Salama, “Etnografi Sebagai Teori Dan
Metode”, Kordinat Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam 18.1 (2019):
24.
22
33
Hardiansyah A, "Teori Pengetahuan Edmund Husserl," Substantia: Jurnal Ilmu-
Ilmu Ushuluddin 15.2 (2013): 226-236.
34
Heddy Shri Ahimsa-Putra, "The Living al-Qur’an: Beberapa Perspektif
Antropologi," Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20.1 (2012): 235-260.
23
7. Tahapan Penelitian
35
Didi Junaedi, "Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab.
Cirebon)," Journal Of Qur'an And Hadith Studies 4.2 (2015): 183.
24
F. Sistematika Penelitian
BAB III peneliti berusaha menggali lebih jauh perihal mulai dari
tinjauan umum Khataman Al-Qur’an di Indonesia. Kemudian pengertian
25
1
Dewi Murni, "Paradigma Umat Beragama tentang Living Quran (Menautkan
antara Teks dan Tradisi Masyarakat)." Syahadah 4.2 (2016).
2
Muchtar Rusdi, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama, 2009), 15-16.
3
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2001), 11-12.
26
27
4
Manna’ Al-Qaththān, Mabāḥīts fi ‘Ulūm al-Qur’ān, terj. H. Aunur Rafiq,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), 15.
5
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 5.
28
Dari situ lah kemudian muncul pemahaman terhadap kitab suci al-
Qur’an. Bahkan ada banyak cara pula dalam mengkomunikasikan
pemahaman masyarakat terhadap al-Qur’an. Baik dalam bentuk kegiatan
tertentu yang melibatkan al-Qur’an ataupun yang berada di luar fungsi al-
Qur’an. Misalkan berobat dengan menggunakan al-Qur’an, pembacaan al-
Qur’an dalam acara kematian dan lain sebagainya.7
Lebih lanjut bagi umat Islam, al-Qur’an yang dianggap sebagai kitab
suci sekaligus juga merupakan kitab petunjuk. Hal ini berdasarkan firman
Allah Swt. dalam Qs. al-Baqarah (2) ayat 2 berikut:
6
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 15.
7
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 12.
8
Raochmah Nur Azizah, “Tradisi Pembacaan Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah
(Kajian Living Qur’an di PPTQ ‘Aisyiyah, Ponorogo” (Skripsi S1., STAIN Ponorogo,
2016), 18.
29
juga variatif. Berbagai bentuk dan model praktik dari resepsi dan respons
masyarakat dalam berinteraksi dengan al-Qur’an kemudian melahirkan
suatu kajian yang para sarjana Muslim menyebutnya dengan istilah Living
Qur’an (al-Qur’an yang hidup) di tengah kehidupan masyarakat.9
9
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea
Press Yogyakarta, 2014), 103 .
10
Dewi Murni, “Paradigma Umat Beragama, 76.
11
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 3.
30
12
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 5.
Didi Junaedi, "Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an,
13
173.
14
Heddy Shri Ahimsa-Putra, "The Living al-Qur’an: Beberapa Perspektif
Antropologi, 236.
31
ِ ِِ ِِ
َ اع ِم ْن َج َسده يَْب َدأُ ِبِِ َما َعلَى َرأْ ِس ِه َوَو ْج ِه ِه َوَما أَقْ بَ َل ِم ْن َج َسده يَ ْف َع ُل ذَل
ك َ َاستَط
ِِ
ْ ِب َما َما
اتٍ ث مَّر
َ َ ثَََل
“Dari aisyah bahwa biasa nabi saw. bila hendak beranjak ke tempat tidurnya
pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu
meniupnya dan membacakan, "qulhuwallahu ahad.." dan, "qul `a'uudzu
birabbil falaq…" serta, "qul `a'uudzu birabbin naas.." Setelah itu, beliau
mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang
terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan pada
anggota yang dapat dijangkaunya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali.”
Dalam riwayat lain pun telah disebutkan pula bahwa sahabat Nabi
pernah mengobati seseorang yang tersengat hewan berbisa dengan
membaca surah al-Fātihah.17
17
Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Bab al-Raqa bi Fatihat al-Kitab, CD Rom,
Maktabah al-Shamilah, al-Isdar al-Thani, t.t.
33
Madinah, kami pun menuturkan hal itu pada Nabi saw. dan beliau bersabda,
"Lalu siapa yang memberitahukannya, bahwa itu adalah ruqyah.
Bagikanlah kambing itu, dan aku juga diberi bagian."
18
Didi Junaedi, "Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab.
Cirebon)," Journal Of Qur'an And Hadith Studies 4.2 (2015), 177.
19
M. Mansur dkk, Metodologi Penelitian Living, 5.
34
Muhammad Ali, “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadith,”
20
kelompok. Ada nama yang menunjukkan dzat atau hakikat al-Qur’an, ada
yang menerangkan sifat al-Qur’an, dan ada nama yang menggambarkan
fungsi yang melekat pada al-Qur’an.23
23
Agus Salim Syukran. "Fungsi Al-Qur'an bagi Manusia." Al-I’jaz: Jurnal Studi Al-
Qur’an, Falsafah dan Keislaman 1.2 (2019): 90-108.
24
Manna’ Al-Qaththān Mabāḥīts fi ‘Ulūm al-Qur’ān, 19-20.
25
Didi Junaedi, "Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an,
182.
36
1. Antropologi Etnografi
2. Fenomenologi
26
Ahmad Zainuddin dan Faiqotul Hikmah, “Tradisi Yasinan (Kajian Living Qur’an
di Ponpes Ngalah Pasuruan),” Jurnal Mafhum Vol. 4 No. 1 Mei 2019, 16.
27
Hardiansyah A, "Teori Pengetahuan Edmund Husserl," Substantia: Jurnal Ilmu-
Ilmu Ushuluddin 15.2 (2013), 236 .
37
Pada masa modern, interaksi Muslim jauh berbeda dengan pada masa
Nabi Muhammad Saw. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, ada
perspektif bahwa seseorang tidak dianggap sempurna keislamannya, kalau
mereka tidak bisa membaca al-Qur’an, sehingga banyak daerah yang
menekankan belajar ilmu agama, khususnya al-Qur’an dibandingkan
dengan pendidikan umum.28
28
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2005), 56-57.
39
29
Helmi Faridhatul, “Riwayat Surah Al-Fath dan Al-Taubah Dalam Rangkaian
Pembacaan Maulid Nabi (Studi Kasus Tradisi Maulid di Pulau Kelapa)” (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), 20.
40
uncritical lover), pencinta ilmiah (the scholarly love), dan pencinta kritis
(the critical lover). Berikut penjelasannya: 30
30
Didi Junaedi, "Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an,
169-190.
41
1
Endah Supriyani, “Tradisi Khatam Al-Qur’an Pada Pernikahan Suku Bugis di
Palembang (Studi Kasus di 3 Iir Palembang)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang 2018), 51.
2
Munzir Hitami, Pengantar Studi Al-Qur'an: Teori Dan Pendekatan (Lkis Pelangi
Aksara, 2012), 1.
42
43
3
Ahmad Nailul Fauzi, "Komodifikasi Agama Terhadap Pembacaan (Khataman)
Alquran Air Kemasan Kh-Q Pt. Buya Barokah," Diya Al-Afkar: Jurnal Studi Al-Quran
Dan Al-Hadis 7.02 (2019): 289.
4
Ahmad Nailul Fauzi, "Komodifikasi Agama, 291.
5
Chaerul Mundzir, “Nilai-Nilai Sosial dalam Tradisi Mappanre Temme’ di
Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru,” Jurnal Rihlah vol. I no.2 (2014): 70.
44
6
Ahmad Nailul Fauzi,. "Komodifikasi Agama, 289.
7
Fazat Laila, “Praktik Khataman al-Qur’an Berjamaah di Desa Suwaduk
Wedarijaksa Pati (Kajian Living Hadis)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang 2017), 28.
8
Agus Subhan Akbar dan Danang Mahendra, “Khataman Qur’an Berjamaah Secara
Online Berbasis Instant Messaging Server,” Nusantara Journali of Computers and Its
Applications vol. 2 no.2 (Desember 2017): 62.
45
9
Wirdanegsih, “Makna dan Tradisi-Tradisi dalam Rangkaian Tradisi Khatam Quran
Anak-Anak di Nagari Balai Gurah Sumatera Barat,” Gender Equality: International
Journal of Child and Gender Studies, vol.5, no.1 (Maret 2019): 14.
10
Ahmad Nailul Fauzi, "Komodifikasi Agama, 289.
11
Anisah Indriati, “Ragam Tradisi Penjagaan Al-Qur’an di Pesantren (Studi Living
Qur’an di Pesantren al-Munawaar Krapyak, An-Nur Ngrukem dan Al-Asy’ariyyah
Kalibeber),” Al-Itqan, vol.8, no. 1 (Januari-Juli 2017): 3.
47
12
Chaerul Mundzir, “Nilai-Nilai Sosial, 73.
13
Chaerul Mundzir, “Nilai-Nilai Sosial, 73.
14
Nurfarihah, “Perubahan Pelaksanaan Khataman Al-Qur’an Dalam Adat
Perkawinan Betawi (Studi Kasu di RW 02 Kelurahan Ceger Jakarta Timur)” (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), 24.
48
Para sahabat dan juga para ulama salaf dahulu dengan keimanan
dan keikhlasan hati berlomba-lomba dalam hal membaca al-Qur’an
sampai khatam (tamat). Imam Syafi’i diceritakan beliau
membiasakan khatam al-Qur’an sepanjang bulan Ramadhan yakni
dua kali sehari. Bahkan para sahabat rata-rata khatam al-Qur’an
sekali dalam seminggu. Namun ada juga yang lain yang terbiasa
mengkhatamkan al-Qur’an yakni sepuluh hari, sebulan, 40 hari. Hal
ini dilaksanakan sesuai dengan kesanggupan seseorang. 16
15
Nurfarihah, “Perubahan Pelaksanaan Khataman, 24.
16
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak: Membaca, Menulis dan Mencintai Al-
Qur’an ( Gema Insani, 2004), 95.
49
ّٗ ۡ ُ َٰ َ ۡ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ َ َٰ َ َّ ْ ُ َ َ َ َّ َ َٰ َ َ ُ ۡ َ َ َّ َّ
سار ِ إِن ٱَّلِين يتلون كِتب ٱَّللِ وأقاموا ٱلصلوة وأنفقوا مِما رزقنهم
ُيد ُهم رمِن فَ ۡضلِهِۦ إنَّهۥ َ ور ِِلُ َو رف َِي ُه ۡم أُ ُج
َ ور ُه ۡم َويَز َ ون ت َِجَٰ َر ّٗة لَّن َت ُب
َ ُ ۡ َ ّٗ َ َ َ َ
وعَلنِية يرج
ِ ٓۚ ِ
ٞكورُ َ ٞ َُ
غفور ش
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar
Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Qs. Faṭir /35: 29-30)
17
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak, 25.
50
18
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 1.
19
Ahmad Rafiq, The Reception of the Qur’an in Indonesia, 30.
20
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997), 25-26.
51
Kedua bahwa orang Banjar dulunya merupakan orang Jawa. Hal ini
terjadi sekitar tahun 1300 M, yang mana kala itu tengah terjadi
kekacauan dalam peralihan kekuasaan di Jawa Timur. Sekelompok
imigran dari Keling diperintahkan menemukan tanah Baru, mereka
kemudian mendarat di Kalimantan Tenggara. Tanah Baru tersebut kini
dikenal dengan Amuntai Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Kerajaan baru tersebut nantinya berakhir pada masa Pangeran Samudera
dan kemudian berubah menjadi Kesultanan Banjar sekitar abad ke-15
M.
21
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 24.
Zulfa Jamalie, “Akulturasi dan Kearifan Lokal dalam Tradisi Baayun Maulid pada
22
23
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 137-150.
24
Wardatun Nadhiroh, Tradisi Kelisanan dan Keaksaraan Al-Qur’an di Tanah
Banjar (Banjarmasin: Antasari Press, 2018), 48.
25
Wardatun Nadhiroh, Tradisi Kelisanan, 49.
53
3. Sejarah Batamat
26
Wardatun Nadhiroh, Tradisi Kelisanan, 51.
27
Wardatun Nadhiroh, Tradisi Kelisanan, 52.
28
Abdul Jebar Hapip, Kamus Banjar-Indonesia (Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1977), 257.
29
“KBBI-online,” diakses pada tanggal 6 Februari 2020, http://kbbi.web.id/
54
30
Miftahul Jannah, Batamat Al-Qur’an, 4.
31
Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia
(Bandung : PT. al-Ma’arif, 1980), 47.
32
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 129
55
33
Miftahul Jannah, Batamat Al-Qur’an, 4.
34
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama dan Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII dan XVIII (Bandung : Mizan, 1998), 243-253.
35
Miftahul Jannah, Batamat Al-Qur’an, 5.
36
Badan Pusat Statistik, “Kecamatan Kandangan Dalam Angka,” Diakses, 26 Juli
2021,https://hulusungaiselatankab.bps.go.id/publication/2019/09/26/9ad9d2f89e7682df11
cab7e3/kecamatan-kandangan-dalam-angka-2019.html
56
Kandangan ini memiliki luas wilayah yang mencapai 106,71 km2. Pada
tahun 2018, jumlah penduduk yang menetap 51.364 jiwa yang terdiri atas
25.55 jiwa penduduk laki-laki dan 25.809 jiwa penduduk perempuan
yang tersebar dalam 18 kelurahan/desa. Sedangkan untuk kondisi
perekonomian masyarakat cukup beragam. Dalam konteks ini terdapat
beberapa jenis perekonomian yang meliputi pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, industri, perdagangan, pariwisata, jasa hingga
transportasi.
37
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 137.
57
38
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 137.
39
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 137.
40
Ahmad Rafiq, The Reception of the Qur’an in Indonesia, 129-131.
58
Prosesi ini dimulai saat anak keluar dari rumah untuk menuju masjid
tempat dilaksanakannya tradisi batamat al-Qur’an. Hal pertama adalah
pelaksanaan tersebut ialah saat berada di depan pintu rumah hendak menuju
41
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 137-140.
59
masjid, sang anak akan disambut dengan shalawat yang diiringi dengan
pelemparan beras kuning yang dicampur uang koin ke halaman rumah.
Selanjutnya anak-anak beserta rombongan menuju masjid. Iring-iringan
peserta khataman, mereka sembari dipayungi oleh balai yang diusung di
belakangnya masing-masing. Ketika sampai di masjid, mereka disambut
kembali dengan shalawat dan pelemparan beras kuning. Acara inti batamat
al-Qur’an dilaksanakan di masjid.
42
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar, 250.
43
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar, 252.
60
61
62
1
Zain Anwari (Sekretaris BKPRMI Kabupaten Hulu Sungai Selatan), diwawancarai
oleh Hidayat Salam, Kandangan, 15 Februari 2020, Kalimantan Selatan.
2
Ahmad Mawardhi (Guru Sekolah Dasar), diwawancarai oleh Hidayat Salam,
Kandangan, 1 Maret 2020, Kalimantan Selatan.
63
ت َِٰ ٱلس َم َٰ َوَّ م َّ َُّلۥ َما ِفٞ َو ََل نَ ۡوٞوم ََل تَأۡ ُخ ُذهُۥ س َِنة ُ َح ٱلۡ َق ُّي
ُّ َ ۡٱَّلل ََل إ َل َٰ َه إ ََّل ُه َو ٱل
ُ َّ
ِ ٓۚ ٓۚ ِ ِ
َ َ َۡ َ َ ۡ َ ۡ َّ َ َ ۡ َّ َ َۡ
ۡي أيۡدِي ِه ۡم ِندهُۥ إَِل بِإِذنِهِۚٓۦ يعل ُم ما ب ۡرض َمن ذا ٱَّلِي يَشف ُع ع ِِۗ َو َما ِِف ٱۡل
ُ َ َّ ۡ ۡ َ ِ ون ب َ ُ ُ ََ ۡ ُ َۡ َ ََ
َش ٖء رم ِۡن عِل ِمهِۦ إَِل ب ِ َما شا َء ۚٓ َوس َِع ك ۡرس ُِّي ُه وما خلفهمۖۡ وَل ُيِيط
ُ ِل ٱلۡ َع ِظ ۡ
ُّ ِ ُودهُۥ ح ِۡف ُظ ُه َما ۚٓ َو ُه َو ٱل َع
ُ َ ۡرض َو ََل َ َ ۡ َ َٰ َ َٰ َ َّ
٢٥٥ يم ٔٔ ي ۡۖ ت وٱۡل ِ ٱلسمو
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
3
Ahmad Mawardhi (Guru Sekolah Dasar), diwawancarai oleh Hidayat Salam,
Kandangan, 1 Maret 2020, Kalimantan Selatan.
64
4
Ahmad Mawardhi (Guru Sekolah Dasar), diwawancarai oleh Hidayat Salam,
Kandangan, 1 Maret 2020, Kalimantan Selatan.
65
5
Saidah (Guru Mengaji/Ibu rumah tangga), diwawancarai oleh Hidayat Salam,
Kandangan, 20 Februari, Kalimantan Selatan.
6
Ida Fauziah (Ibu Rumah Tangga), diwawancarai oleh Hidayat Salam, Kandangan,
1 Maret 2020, Kalimantan Selatan
7
H. Hilmi (Pensiunan), diwawancarai oleh Hidayat Salam, Kandangan, 20 Februari
2020, Kalimantan Selatan
66
8
H. Hilmi, Wawancara.
Ahmad Rafiq, The Reception of the Qur’an in Indonesia, 126.
9
67
10
KH. Saifuddin (Ketua MUI Kec. Kandangan/ Penceramah), diwawancarai oleh
Hidayat salam, kandangan, 25 Februari 2020, Kalimantan Selatan
11
H M Taha (Kabag Kesra Kabupaten Hulu Sungai Selatan), diwawancarai oleh
Hidayat Salam, Kandangan, 24 Februari 2020, Kalimantan Selatan
68
12
H M Taha, Wawancara.
13
H M Taha, Wawancara.
69
14
Khairani (Ustadz/Penceramah), diwawancarai oleh Hidayat Salam, Kandangan, 5
Maret 2020, Kalimantan Selatan
15
Muhammad Fadhil (Honorer) diwawancarai oleh Hidayat Salam, Kandangan, 21
Februari 2020, Kalimantan Selatan
16
Anwar Mujahidin, "Analisis Simbolik Penggunaan Ayat-Ayat Al-Quran Sebagai
Jimat Dalam Kehidupan Masyarakat Ponorogo," Kalam 10.1 (2016): 50.
71
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
17
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, 139.
73
pernikahan ini memiliki makna dan pesan yang dalam karena calon
mempelai harus berlandaskan pada ajaran dan kitab suci al-Qur’an.
Sehingga calon mempelai dapat menjadikan al-Qur’an sebagai
pedoman hidup dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.
18
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar, 143.
74
19
Ahmad Zainuddin dan Faiqotul Hikmah, “Tradisi Yasinan (Kajian Living Qur’an
di Ponpes Ngalah Pasuruan)”, 16
20
Kahirani, Wawancara.
75
21
Ahmad Rafiq, The Reception of the Qur’an in Indonesia, 186.
22
Miftahul Jannah, Batamat Al-Qur’an, 12.
23
Abdul Jebar Hapip, Kamus Bahasa Banjar-Indonesia, ii-iii
24
KH. Saifuddin, Wawancara.
25
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar, 248.
76
26
KH. Saifuddin, Wawancara
27
Husna (Guru Honorer), diwawancarai oleh Hidayat Salam, Kandangan, 17
Februari 2020, Kalimantan Selatan.
77
28
Hardiansyah A, "Teori Pengetahuan Edmund Husserl," 236
29
Hardiansyah A, "Teori Pengetahuan Edmund Husserl," 236
78
Nilai sosial tersebut yang terbentuk dari pemahaman yang lahir dari
tradisi batamat berupa tumbuhnya sikap gotong royong, saling menolong,
dan sebagai ajang silahturahmi atau saling berkomunikasi yang merupakan
nilai yang ditemukan dalam setiap prosesi kegiatan tradisi batamat.
30
Saidah, Wawancara.
79
sudah yang manjadi ciri masyarakat kita nih, saling mambantu mun
ada yang handak baacaraan.”31
“Satiap diadakan batamat ngini pasti ramai lawan datangnya sanak keluarga
yang jauh dan takumpulan tetangga-tetangga yang parak rumah gasan
mambantu perayaan batamat.”32
31
KH. Saifuddin, Wawancara.
32
Ahmad Ridwan (Guru SMA), diwawancarai oleh Hidayat Salam, Kandangan, 11
Maret 2020, Kalimantan Selatan.
80
33
Hardiansyah A, "Teori Pengetahuan Edmund Husserl," 236
34
KH. Saifuddin, Wawancara.
81
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qs. al- Faṭir (35) ayat 29
terdapat keutamaan dalam membaca al-Qur’an sebagai berikut:
َ َ َ َ َٰ َ َّ ْ ُ َ َ َ َّ َ َٰ َ َ ُ ۡ َ َ َّ َّ
نف ُقوا ْ م َِّما َر َز ۡق َنَٰ ُه ۡم ِ ّٗر
سا إِن ٱَّلِين يتلون كِتب ٱَّللِ وأقاموا ٱلصلوة وأ
َ ون ت َِجَٰ َر ّٗة لَّن َت ُب
٢٩ ور
َ ُ ۡ َ ّٗ َ َ َ َ
وعَلنِية يرج
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,”( Qs.
al- Faṭir/35: 29)
وب بْ ِنَ ُّاك بْ ُن عُثْ َما َن َع ْن أَي َّ َّدثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ٍر ا ْْلَنَ ِف ُّي َحدَّثَنَا الض
ُ َّح
ال
َ َول ق ُ ود يَ ُق ٍ اَّللِ بن مسع ِ ِ ٍ موسى قَال ََِسعت ُُم َّم َد بن َكع
ُ ْ َ َ ْ َّ ت َعْب َد ُ ب الْ ُقَرظ َّي قَال ََس ْع ْ َْ َ ُ ْ َ ُ
اَّللِ فَلَهُ بِِه َح َسنَةٌ َوا ْْلَ َسنَةُ بِ َع ْش ِر
َّ اب ِ َاَّلل َعلَْي ِه وسلَّم من قَرأَ حرفًا ِمن كِت
ْ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َُّ صلَّى
َِّ ول
َ اَّلل ُ َر ُس
ف
ٌ يم َح ْر ِ ٌ ف وََلم حر
ٌ ف َوم ْ َ ٌ َ ٌ ف َح ْر
ِ
ٌ ف َولَكِ ْن أَل ُ ُأ َْمثَ ِاِلَا ََل أَق
ٌ ول امل َح ْر
35
Imam at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Bab al-Fadhail bi al-Qur’an, CD Rom,
Maktabah al-Shamilah, al-Isdaral-Thani, t.t.
82
“Kegiatan batamat ini, bagi kita orang tua gasan melajari anak-anak
mencintai dan mengimani al-Qur’an dan jua berpegang pada al-
Qur’an selama hidupnya, waktu masih halus mereka sudah kita
kanalakan lawan al-Qur’an”.36
َ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ۡ َ َ ُ َ َ ُ ۡ ُ َ َّ َ
٤ نزل مِن ق ۡبل ِك َوبِٱٓأۡلخ َِرة ِ ه ۡم يُوق ُِنون
ِ نزل إِِلك وما أ
ِ وٱَّلِين يؤمِنون بِما أ
“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum
mu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Qs. al-
Baqarah/2: 4)
36
KH. Saifuddin, Wawancara
83
terdapat dalam firman Allah Swt. Qs. al-A‘rāf (7) ayat 204 sebagai
berikut:
َ ُ َ ۡ ُ ۡ ُ َّ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ ُ ۡ َ ُ َ
٢٠٤ نصتوا لعلكم ترَحون ِ ِإَوذا ق ِرئ ٱلقرءان فٱست ِمعوا َّلۥ وأ
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Qs. al-
A‘rāf /7: 204)
“Tapi mun kita bawudu lebih dulu sebelum membaca al-Qur’an akan
terasa kehidupan kita lebih tenang dan kada merasa gelisah.”37
Sedangkan menurut penjelasan Bapak Mawardhi, berwudhu atau
bersuci sebelum membaca al-Qur’an merupakan salah satu adab bagi
umat Islam terutama masyarakat Banjar yang dikenal agamis. Di
samping itu, kebiasaan masyarakat Banjar lainnya yakni menyimpan
mushaf al-Qur’an di tempat yang tinggi semisal di lemari dan
sebagainya. Keyakinan hal tersebut mereka anggap sebagai salah satu
mengagungkan kitab suci al-Qur’an.
37
Ahmad Mawardhi, Wawancara.
84
38
Saidah, Wawancara.
85
Eva Nugraha, "Ngalap Berkah Qur’an: Dampak Membaca Al-Qur’an Bagi Para
39
ال
َ َال ق ُّ اَّللِ بْ ُن الْ ُم َؤَّم ِل َع ْن أَِِب
َ َالزبَِْري َع ْن َجابِ ٍر ق َّ ت َح َّدثَِِن َعْب ُد ٍ ِحدَّثَنَا علِي بن ََثب
ُ ْ ُّ َ َ
ِ ِ َّ اَّللِ صلَّى
َ اَّللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َماءُ َزْمَزَم ل َما ُش ِر
ُب لَه َ َّ ولُ َر ُس
“Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Tsabit Telah menceritakan
kepada ku Abdullah bin Al Mu'ammal dari Abu Az Zubair dari Jabir
41
Khairani, Wawancara.
42
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Vol 3 (Beirut:
Mu’assasah al-Risalah, 1995), 357.
87
Dampak
Makna Interaksi
Langsung Tidak Langsung
- Mengimani - Pekerjaan
43
Dr. Muhammad Muhaisin, Fi Rihab al-Qur’an al-Karim, jili 1 (Beirut: Dar al-
Jail), 18-19.
90
44
Manna’ Al-Qaththān, Mabāḥīts fi ‘Ulūm al-Qur’ān, terj. H. Aunur Rafiq,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), 15.
45
Khairani, Wawancara.
91
94
95
B. Saran
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari kata sempurna,
sehingga diperlukan kajian-kajian lain yang tentunya dapat melengkapi
kekurangan-kekurangan yang ada dalam kajian ini. Penulis juga menyadari
masih banyak celah dalam kajian tersebut. Oleh karena itu, penulis berharap
akan muncul kajian-kajian baru yang serupa dan dilakukan dengan lebih
baik oleh para pengkaji studi al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
96
97
tcover&source=gbs_ge_summary_r&cad
=0#v=onepage&q&f=false
Ali, Muhammad. “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living
Hadith.” Journal of Qur’an and Hadith Studies Vol. 4, No. 2, (2015).
147-167
Junaedi, Didi. "Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian Al-
Qur’an (Studi Kasus Di Pondok Pesantren As- Siroj Al-Hasan Desa
Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)." Journal Of Qur'an And
Hadith Studies 4.2 (2015): 169-190.
Mulyadi, Yudi. Al-Qur’an dan Jimat Studi Living Qur’an pada Masyarakat
Adat Wewengkon Lebak Banten. Tesis S2., Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Saputra, Riza. "Dialektika Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Batamat
al-Qur’an Urang Banjar." Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan
Hadis Vol.3, No.1 (2021): 1-32.
Wawancara
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama: A. Mawardi
Alamat: Jl. Rantauan Desa Gambah dalam Rt.4 Rw. 2
Usia: 57 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Pekerjaan: Guru SD
Saya: “Bagaimana praktik tradisi Batamat al-Qur’an oleh masyarakat
setempat?”
Informan: “Jadi tradisi kita biasanya dipraktikkan oleh anak-anak usia 9
tahun sampai 12 tahun apabila sudah mencapai 25 juz membaca al-Qur’an.”
Saya: “Bagaimana tradisi tersebut dilaksanakan?”
Informan: “Urang nang handak batamat gasan anak-anak tk al-Qur’an atau
nang kelas 6 sekolah dasar mamakai pakaian urang datang haji.
Kebiasaannya pelaksanaannya tu ada dua tempat bisa di masjid ar raudhah
atau bisa jua di masjid agung takwa.”
Saya: “Apa saja yang harus dibaca dalam tradisi tersebut?”
Informan: “pamulaan membaca surah ad-dhuha sampai surah an-nas, imbah
itu babulik pulang membaca surah al-fatihah dan lima ayat surah al-
baqarah lalu hanyar mambaca doa batamat atau khataman al-qur’an”
Saya: “Apakah ada makna tertentu dari pembacaan ayat tersebut?”
Informan: “Jadi dibuliki membaca surah-surah lagi ke awal surah di kitab
alquran sakira balanjut mangaji kada tuntung di situ haja, batarusan mangaji
sampai mati, maksud mambaca surah-surah itu supaya kada ampih mangaji
tapi batarusan mangaji kada ampih-ampih.”
Saya: “Apa tujuan dari pelaksanaan tersebut?”
Informan: “Nah jadi tujuan batamat quran ini tadi pertama sebagai bukti
bagi mereka yaitu tamat jadi sebagai tanda sukur mereka sudah
manamatkan alquran itu dan diharapkan bagi mereka yang sudah tamat ini
104
105
dapat melanjutkan untuk belajar baik itu tartil biasa atau pun biasanya
belajar tilawah.”
Saya: “Apa yang diharapkan setelah melaksanakan tradisi tersebut?”
Informan: “Diharapkan yang batamat alquran harus mengulang kembali dan
malanjutkan mangaji nang biasanya membaca tartil itu kami mengharapkan
supaya lebih baik lagi.”
106
Saya: “Tradisi ini bisa disebut dengan khataman al-Qur’an, apa yang
membedakannya dengan khataman yang lainnya?”
Informan: “Batamat nang biasa kita adain mungkin kada di sini haja, di
tempat lain bisa haja ada jua, tapi nang ada di masyarakat kita itu upacara
pabila sorang anak sudah tuntung mangaji al-Qur’an lalu diadain lah itu
semacam basamalatan jar urang batamat.”
Saya: “Adakah makna tertentu dalam pelaksanaan tradisi ini?”
Informan: “Al-Qur’an dibaca ini dalam tradisi batamat mendatangkan
pahala, al-Qur’an mun kawa dibaca saban hari, kada dibawa waktu
perayaan batamat. Berkat dibaca, hidup kita di dunia dan di akhirat akan
ditolong oleh al-Qur’an.”
Saya: “Apakah tradisi ini merupakan suatu kewajiban bagi masyarakat
setempat?”
Informan: “Kebiasaan masyarakat kita, anak-anak nang halus kira-kira
umur tujuh tahun sudah mulai disuruh kawitannya belajar mengaji, mun
kada umpat perayaan batamat ada bahanu rasa sopan bila balum manggawi
batamat.”
108
Nama: H. Khairani
Alamat: Desa Pahampang No. 53 Padang Batung
Usia: 50 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan: Ketua Baznas Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Saya: “Bagaimana pandangan anda terhadap tradisi batamat al-Qur’an yang
biasa dilaksanakan oleh masyarakat Banjar?”
Informan: “Tradisi batamat sebagai animo dari masyarakat yang ingin
belajar al-Qur’an, ini sudah menjamur hingga tingkat wilayah-wilayah yang
terkecil artinya masyarakat dengan kaitannya alquran ini sudah sangat
antusias untuk mempelajari khususnya membaca ya walaupun kedua orang
tuanya belum bisa membaca, namun mereka tidak ingin anaknya tidak bisa
membaca seperti mereka oleh karena itu mereka mengharapkan ke depan
anaknya bisa membaca walaupun kedua orang tuanya masih terbata-bata.
Tapi anak cucunya dia kirimkan untuk belajar membaca alquran jadi ini luar
biasa di kalangan masyarakat”
Saya: “Bagaimana tradisi ini dimulai oleh masyarakat Banjar?”
Informan: “Bahari rancak ditemukan jimat-jimat panggalan al-Quran yang
disalahartikan seperti misalnya untuk supaya memancing datangnya rejeki,
maknanya tradisi itu kita sebarkan di masyarakat bahwa itu bertentangan
misiditurunkannya al-Quran. Imbah itu, karna urang bahari jua punya
tradisi sabalumnya ini, jadi ada bacampur lawan tradisi batamat yang kita
amalakan sampai wahini. Ada jua badua pangantin lalaki wan babanian
melaksanakan batamat di rumahnya saurang mun wayahini jarang ada
pangantin yang melaksanakan batamat, ada yang manggawi pengajian biasa
haja kadang di rumah babiniannya.””
Saya: Menurut anda apa tujuan dari pelaksanaan batamat al-Qur’an?
Informan: “Walaupun mereka lah tidak tahu isi kandungan alquran tapi
nilai-nilai alquran sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat baik
terpelajar ataupun awam sekalipun.”
Nama: Saidah
Alamat: Jl Negara Desa Gambah Dalam Rt.3 Rw.2
Usia: 52 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Saya: “Pada kegiatan apa biasanya tradisi batamat al-Qur’an
dilaksanakan?”
Informan: “Diadakan pada acara batamat kakanakan sakolah mangaji tk al-
Qur’an, atau kakanakan sakolah dasar, imbah itu ada batamat pas bulan
puasa lawan batamat gasan diri saorang haja.”
Saya: “Siapa saja yang melaksanakan tradisi tersebut?”
Informan: “Mun inya balum suah batamat pas kakanakan sakolah maka pas
handak kawin melaksanakan batamat, namun rajinnya pas kakanakan sudah
manggawi batamat pas masuk sakolah arab.”
Saya: “Apa yang dirasakan ketika mengikuti tradisi batamat al-Qur’an?”
Informan: “Menurutku menamatkan Alquran ini sebagai tanda kita
memuliakan kitab al-Qur’an, apalagi waktu batamat al-Qur’an pas
kakanakan digawi waktu maulid Nabi jadi kita menghormati Nabi
Muhammad yang membawa kita al-Qur’an.”
Saya: “Menurut anda, mengapa dilaksanakan tradisi batamat al-Qur’an dan
motivasinya apa?”
Informan: “Kita nang masih manggawi kegiatan batamat karena
mangharapkan berkah lawan Allah dan kesalamatan gasan anak cucu, dan
jua ucap syukur karna anak-anak kita sudah menamatkan al-Qur’an 30 juz.”
112
Nama: H. Hilmi
Alamat: Jl. Negara Desa Gambah Dalam Rt.3 Rw.2
Kecamatan Kandangan
Usia: 62 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Pekerjaan: Pensiunan Guru
Saya: “Pada kegiatan apa biasanya tradisi batamat al-Qur’an
dilaksanakan?”
Informan: “Bila bula puasa batamatan rajin di langgar. Di kampung kita nih
satiap tahun bila bulan puasa manggawi batamat. Ada jua yang
melaksanakan batamat pas bulan maulid atau rahat urang mayaratus. ”
Saya: “Siapa saja yang melaksanakan tradisi tersebut?”
Informan: “Di kampung kita pabila sudah masuk bulan puasa buhan langgar
mangaji satiap malam imbah tarawih, makanya kita batamat satiap bulan
puasa.”
Saya: “Apa yang dirasakan ketika mengikuti tradisi batamat al-Qur’an?”
Informan: “Karna digawinya pas bulan puasa, kita marasakan manfaatnya,
barkah alquran, lawan pas bulan puasa, alquran diturunkan jadi baik banar
mun kita melaksanakan amalan ini.”
Saya: “Menurut anda, mengapa dilaksanakan tradisi batamat al-Qur’an dan
motivasinya apa?”
Informan: “Sakira kita mandapat rahmat wan karunia Allah taala, nan jua
supaya dapat barakatnya alquran.”
113
Nama: H. M Taha
Alamat: Jl Ahmad Ayani Desa Gambah Luar Muka
Usia: 57 Tahun
Jenis Kelamin: laki-laki
Pekerjaan: Kabag Kesra Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Saya: “Pada kegiatan apa biasanya tradisi batamat al-Qur’an
dilaksanakan?”
Informan: “Nah khusus di Sekda ini, setiap minggu mengadakan khataman
al-Qur’an. Jadi setiap jumat tu batamat al- Qur’an. Biasanya ada orang
yang ditunjuk gasan memimpin acara ini. Lawan mun gasan ASN
keseluruhan di kabupaten HSS diadakan pas malam Nuzulul Qur’an
bulan Ramadan. Lokasinya di masjid Taqwa Kandangan. Jadi ini sebagai
implentasi dari visi misi Bupati HSS, untuk seluruh ASN diwajibkan
mengaji al-Qur’an dulu 15 menit sebelum memulai bekerja.”
Saya: “Siapa saja yang melaksanakan tradisi tersebut?”
Informan: “Jadi seluruh ASN di Kabupaten HSS itu setelah apel pagi
serentak keseluruan sebelum bekerja untuk mengaji dulu sekitar 15 menit,
dan gasan batamat al-Qur’an ini di masing-masing SKPD nya.”
Saya: “Apa yang dirasakan ketika mengikuti tradisi batamat al-Qur’an?”
Informan: “Pengaruhnya itu luar biasa, ada merasakan ketentraman jiwa ada
yang merasa ketenangan setiap ada masalah dalam bekerja. Karna itu,
Bupati kita maolah program mengaji sebelum bekerja lalu dilanjutkan
batamat al-Qur’an dilingkungan pemerintahan ini.”
Saya: “Menurut anda, mengapa dilaksanakan tradisi batamat al-Qur’an dan
motivasinya apa?”
Informan: “Tradisi batamat di lingkungan kita ini memang berasal dari
program bupati yang mengikuti tradisi masayrakat setempat. Masyarakat
kita lalu muncul lah kaya aspek-aspek agama di masyarakat. Lalu dibawa
ke dalam lingkungan ASN. Banyak jua program dari bupati yang mengarah
kepada aspek agamis untuk mendukung kehidupan AS dan melaksanakan
tugas-tugasnya”
114
Nama: Husna
Alamat: Jl. Aluh Idut Kelurahan Kandangan Kota
Usia: 46 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Pekerjaan: Guru Honorer
Saya: “Pada kegiatan apa biasanya tradisi batamat al-Qur’an
dilaksanakan?”
Informan: “Rancak tu di sini urang batamat ni bubuhana kakanan TK al-
Qur’an, buhannya batamat biasa di masjid. Imbah tu ada jua yang batamat
pas bulan ramdan, dimalam tarakhir biasanya urang di masjid batamat.”
Saya: “Siapa saja yang melaksanakan tradisi tersebut?”
Informan: “Bila bulan puasa batamat, rajin yang umpat bubuhan jamaah
langgar atau masjid, ada jua bubuhan kakanakan sakolah TK al-qur’an yang
juga batamat.”
Saya: “Apa yang dirasakan ketika mengikuti tradisi batamat al-Qur’an?”
Informan: “Satiap kita manggawi batamat ni mangharapakan supaya dapat
pahala dari Allah lawan jua kita maungkapakan rasa syukur kita satiap kali
mambaca al-Qur’an.”
Saya: “Menurut anda, mengapa dilaksanakan tradisi batamat al-Qur’an dan
motivasinya apa?”
Informan: “Supaya kakanakan kita tu jadi orang soleh solehah, lawan
supaya inya jua berbakti lawan orang tuha. Jadi satiap kakanakan kita
manggawi batamat perayaannya tu yang jadi ucapa rasa syukur kita, mudah-
mudahan kakanakan itu jadi orang yang soleh.”
115
Luas Wilayah
No Desa Persentase
(Km2)
1 Baluti 5.00 4.69
2 Jambu Hilir 4,80 4.50
119
Tabel
Rata-rata
No Desa Penduduk (Jiwa) Jiwa per
Km2
1 Baluti 3.364 673
2 Jambu Hilir 4.135 861
3 Tibung Raya 2.679 893
120
Tabel
No Pendidikan Jumlah
1 TK/ Raudhatul Athfal 39 buah
2 SD/MI 46 buah
3 SMP/MTs 11 buah
4 SMA/MA 7 buah
5 Perguruan Tinggi 1 buah
Total 104 buah
Sumber Data: Data Monografi Kecamatan Kandangan
121
Dokumentasi
Perayaan Batamat