Anda di halaman 1dari 123

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN DALAM

KHUTBAH JUMAT DI MASJID AGUNG AL-AZHAR


JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Serjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Makhliyatul Haq
NIM. 11150340000034

FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Makhliyatul Haq
NIM : 11150340000034

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR‟AN DALAM
KHUTBAH JUMAT DI MASJID AGUNG AL-AZHAR
JAKARTA SELATAN adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan
karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini
sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 20 Juni 2019

Makhliyatul Haq
NIM 11150340000034

ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Penggunaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam


Khutbah Jumat di Masjid al-Azhar Jakarta Selatan” telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada Selasa, 31 Juli 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada
Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir.

Ciputat, 31 Juli 2019

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH


NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Penguji I Penguji II

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Ahmad Rifqi Muchtar, M.A.


NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19690822 19970 1 002

Pembimbing

Moh. Anwar Syarifuddin, MA


NIP. 19720518 199803 1 003

iii
ABSTRAK

Makhliyatul Haq, Penggunaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam


Khutbah Jumat di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan
Shalat Jumat adalah salah satu kegiatan yang menjadi
kewajiban bagi laki-laki muslim baligh. Ibadah ini tidak bisa
dipisahkan dengan ibadah khutbah Jumat, yang memang menjadi
syarat dari shalat Jumat. Khutbah Jumat berisi seputar tentang
keagamaan yang biasanya menyesuaikan dengan kondisi sosial
yang terjadi di lingkungan tempat pelaksanaan shalat Jumat.
Khatib harus menggunakan dalil berupa ayat-ayat al-
Qur‟an, atau hadis-hadis yang tepat untuk menyempurnakan
penjelasan dari tema khutbah yang ditentukan. Di Masjid Agung
al-Azhar Jakarta Selatan, pengurus mempersiapkan nama-nama
khatib sekaligus tema khutbah. Namun, bukan tidak mungkin
untuk khatib mengubah tema atau pembahasan yang akan
disampaikan pada khutbah Jumat, karena sesuai dengan yang
penulis teliti selama satu bulan, pada bulan Oktober 2018. Semua
para khatib yang bertugas pada bulan tersebut, mengganti tema
khutbah, bahkan mengganti khatib yang sudah dijadwalkan oleh
pengurus masjid.
Penelitian yang dilakukan penulis adalah mengenai
penggambaran relasi antara tema khutbah oleh para khatib
dengan penjelasan, serta ayat-ayat al-Qur‟an yang dikutip sebagai
penguat dari materi. Ini dirasa penting oleh penulis, karena
seorang khatib ketika menyampaikan khutbah Jumat harus fokus,
konsisten, dan tidak keluar dari materi dari tema yang sudah
ditentukan sebelumnya. Telebih, masjid yang menjadi tempat
penelitian, merupakan masjid di bawah naungan Yayasan
Pesantren Islam al-Azhar, yayasan yang menampung pendidikan
formal dari Taman Kanak sampai Universitas.
Penulis terlebih dahulu melakukan transkrip khutbah
setelah video para khatib ketika menyampaikan khutbah Jumat
diunggah oleh pihak masjid di aplikasi Youtube. Kemudian,
kesimpulan dari penelitian ini adalah, dari empat khatib, ada satu
khatib yang sesuai dengan tema, ayat dan penjelasannya.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah atas limpahan rahmat dan


karuniahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
sebagai tugas akhir yang juga merupakan syarat kelulusan dengan
tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam perjalanan
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai macam rintangan
dan hambatan baik dari luar maupun dari dalam diri penulis.
Segala bentuk desakan khususnya dari keluarga membuat penulis
semakin termotivasi untuk lulus tepat waktu.
Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, mahaguru dalam dunia pendidikan dan
yang selalu menginspirasi kepada kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis selama
menempuh pendidikan kurang-lebih empat tahun sebagai syarat
mendapatkan gelar Serjana Agama Islam di Fakultas
Ushuluddin., jurusan Ilmu Qur‟an dan Tafsir Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi yang diselesaikan dengan judul “Penggunaan ayat-
ayat al-Qur‟an dalam Khutbah Jumat di Masjid Agung al-Azhar
Jakarta Selatan” merupakan karya penulis yang tidak terlepas dari
berbagai macam kekurangan. Hal ini disebabkan oleh dangkalnya
pengetahuan penulis dalam menyelami samudra pengetahuan
maka kritik dan saran sangat diperlukan demi perbaikan skripsi
ini ke depannya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa
selesai tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai macam pihak.

v
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.Yusuf Rahman MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
beserta seluruh jajarannya.
3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, dan Fahrizal Mahdi, MIRKH selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Qur‟an dan Tafsir.
4. Moh. Anwar Syarifuddin MA, selaku dosen pembimbing
penulis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Dr. Ahzami Samiun Jazuli, M.A, selaku dosen penasehat
akademik sekaligus tempat penulis berkonsultasi mengenai
segala permasalahan akademik.
6. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah
memberikan dedikasinya dalam mendidik penulis,
memberikan banyak ilmu, pengalaman, yang menjadi bekal
di kehidupan nanti.
7. Kepada Eva Nugraha, M.Ag dan Ahmad Rifqi Muchtar,
M.A. selaku penguji sidang skripsi.
8. Kepada seluruh keluarga besar Masjid Agung al-Azhar
Jakarta Selatan, tempat penulis melakukan penelitian.
9. Kepada kedua orang tua penulis, Abah Mushonnif yang
semoga selalu bahagia di dimensi berbeda namun tetap
menyemangati lewat mimpi. Ibuk Chanifah, yang selalu
tabah dan giat berdoa untuk anak-anaknya. Saudara-saudara
yang istimewa dengan bahasa dan gaya yang berbeda setiap

vi
memberi dukungan. Terimakasih kepada ponakan-ponakan
yang tawanya membawa kebahagiaan.
10. Kepada seluruh keluarga besar Pondok Pesantren al-Qur‟an
Nur Medina, khususnya Ustadz Endang dan Ibu Arbiyah
yang telah menjadi orang tua kedua dan juga guru spritual
bagi penulis.
11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Ilmu Qur‟an dan
Tafsir angkatan 2015: Nunuk, Dara, Nada, Nufa, Fina,
Hanifah, Lutfia, Nurul, Pia, Fitri, Zulfah, Muslim, Ma‟rifat,
Ardi, Hima, Ka Ulfah, Ka Fika dan lain-lain yang senantiasa
memberi semangat dalam penyusunan skripsi. Mereka juga
yang selalu membersamai penulis dalam mengarungi
dinamika kehidupan kampus baik di kala suka maupun duka.
12. Seluruh pihak yang tidak saya sebutkan namanya satu
persatu, terima kasih atas kontribusinya, semoga Allah
membalas kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik.
Demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebagai acuan bagi para akademisi setelahnya. Kritik
dan saran sangat membantu demi perbaikan dan kemajuan
penelitian di masa mendatang.

Jakarta, 22 Mei 2019

Penulis

vii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini


berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat
dalam buku Pedoman Akademik Program Strata 1 Tahun 2017
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
‫ا‬ tidak dilambangkan
‫ب‬ b be
‫ت‬ t te
‫ث‬ ts te dan es
‫ج‬ j je
‫ح‬ ẖ ha dengan garis bawah
‫خ‬ kh ka dan ha
‫د‬ d de
‫ذ‬ dz de dan zet
‫ر‬ r er
‫ز‬ z zet
‫س‬ s es
‫ش‬ sy es da ye
‫ص‬ s es dengan garis di bawah
‫ض‬ ḏ de dengan garis di bawah
‫ط‬ ṯ te dengan garis di bawah
‫ظ‬ ẕ zet dengan garis di bawah
‫ع‬ ‘ koma terbali di atas hadap kanan

viii
‫غ‬ gh ge da ha
‫ف‬ f ef
‫ق‬ q qi
‫ك‬ k ka
‫ل‬ l el
‫م‬ m em
‫ن‬ n en
‫و‬ w we
‫ه‬ h ha
‫ء‬ ՚ apostrof
‫ي‬ y ye

b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa
Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal
rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih
aksaranya adalah sebagai berikut:
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
Fathah :a ‫أ‬ :â ْ‫ى‬...´ : ai
Kasrah :i ‫ى‬:î ْ‫و‬....´ : au
Dhammah :u ‫و‬ :û

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya


adalah sebagai berikut:

ix
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‫َي‬ ai a dan i
‫َو‬ au a dan i

c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam
bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‫ىآ‬ â a dengan topi di atas
‫ىِي‬ î i dengan topi di atas
‫ىُى‬ û u dengan topi di atas
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-
rijal, bukan ar-rijal, al-diwân bukan ad-diwân.
d. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
ّ dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan sebuah tanda (َ),
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf
yang diberi syaddah itu. Akan tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruh-huruf syamsiyyah. Misalnya,
ّ ‫ ال‬tidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-ḏarûrah,
kata ‫ضرورة‬
demikian seterusnya.
e. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah ini).
Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh

x
datkata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
marbûṯah diikuti kata benda), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Tanda Vokal Latin Keterangan


1 ‫طريقت‬ ṯarîqah
2 ‫الجامعت اإلسالميّت‬ al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah
3 ‫وحدة الىجىد‬ waẖdat al-wujûd

f. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid Al-
Ghazâlî bukan Abû Hâmid al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dari EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai
huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut
EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian
halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama
tokoh yang berasal dari dunia nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab.

xi
Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad
al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
g. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l) , kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah
beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam Bahasa
Arab, dengan berpedoman pada ketentuan di atas.
Kata Arab Alih Aksara
‫ذهب األستاذ‬ dzahaba al-ustâdzu
‫ثبت األجر‬ tsabata al-ajru
‫الحركت العصريّت‬ al-ẖarakah al-„asriyyah
‫أشهد ان ال إله إالّ هللا‬ asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
‫مىالنا ملك الصالح‬ maulâna Malik al-sâliẖ
‫يؤثركم هللا‬ yu‟atstsirukum Allâh
‫المظاهر العقليت‬ Al-maẕâhir al-„aqliyyah

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama


diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang
Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid,
bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad
Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. i


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................. ..6
C. Pembatasan Masalah ................................................. ..7
D. Perumusan Masalah .................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ......................................................... 9
G. Metode Penelitian ....................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ................................................. 13
BAB II KAJIAN TENTANG KHUTBAH JUMAT ................ 15
A. Definisi Khutbah Jumat............................................ 15
B. Hukum Khutbah Jumat ............................................ 16
C. Syarat-syarat Khutbah Jumat ................................... 18
D. Rukun Khutbah Jumat .............................................. 19
E. Adab-adab Khatib .................................................... 21
F. Naskah Khutbah ....................................................... 23
G. Karakteristik Khutbah Jumat.................................... 24

xiii
BAB III PROFIL KHATIB DAN PROFIL MASJID
AGUNG AL-AZHAR JAKARTA SELATAN ........................... 26
A. Profil Khatib ............................................................... 26
1. Shobahussurur ....................................................... 26
2. Goodwill Zubir ..................................................... 27
3. Nasroul Hamzah ................................................... 27
4. Muhammad Suhadi ............................................... 28
B. Sejarah Singkat Masjid Agung al-Azhar .................... 29
C. Visi dan Misi Masjid Agung al-Azhar ........................ 31
D. Kegiatan Rutin Masjid Agung al-Azhar ..................... 32
E. Jadwal Khatib dan Tema Khutbah .............................. 32
BAB IV RELASI TEKS KHUTBAH JUMAT DENGAN
AYAT, RUKUN, DIKSI DAN TEMA KHUTBAH .... 33
A. Relasi Isi Teks dengan Rukun Khutbah Jumat ....... …33
B. Relasi Ayat yang dikutip dengan Penjelasan dalam
Teks ......................................................................... …38
1. Ayat Dijelaskan dengan Panjang ...................... …42
2. Ayat Dijelaskan Secara Singkat ........................ …45
3. Ayat yang Diterjemah ....................................... …49
4. Ayat Tanpa Penjelasan ...................................... …51
C. Relasi Ayat dengan Tema dan Diksi ....................... …56
1. Ayat yang Sesuai dengan Tema dan Diksi ........ ....57
2. Ayat yang Sesuai dengan Diksi ........................ …57
3. Ayat yang Tidak Sesuai dengan Diksi dan Tema..58
4. Ayat yang Tidak Sesuai dengan Tema .............. ....58

xiv
BAB V PENUTUP ...................................................................... 59
A. Kesimpulan ................................................................. 59
B. Saran ........................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................ 67

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumat dalam bahasa Arab bisa disebutkan dengan beberapa
lafadz, jumu’ah, jum’ah, juma’ah dan jumi’ah. Awal mula adanya
lafadz ini adalah turunnya surah al-Jumu‟ah ayat 9, yang
mewajibkan muslim, kecuali budak, anak kecil, perempuan dan
orang yang sakit, untuk melaksanakan shalat Jumat.1

‫اس َع ْوا إِ ََل ِذ ْك ِر اللَّ ِه َوذَ ُروا الْبَ ْي َع ذَلِ ُك ْم‬ ِ ْ ‫لص ََلةِ ِمن ي وِم‬
َّ ِ‫ي ل‬ ِ ِ ِ َّ
ْ َ‫اْلُ ُم َعة ف‬ َْ ْ َ ‫ين َآمنُوا إذَا نُود‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
‫َخْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila telah diseur


untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu
mengingat Allāh dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. AL-Jumu’ah
{62}: 9)

Shalat Jumat memiliki syarat-syarat yang harus dilaksanakan.


Kitab Fathu al-Qarīb menjelaskan ada tuuh syarat dalam shalat
Jumat, syarat pertama sampai ketiga sama dengan syarat shalat
yang lain, yakni Islam, baligh dan berakal.
Syarat selanjutnya adalah merdeka, laki-laki, sehat dan
bertempat tinggal. Dijelaskan kembali mengenai syarat
mengerjakan shalat Jumat adalah berada dilaksanakan di suatu

1
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb, cet. 1, jilid 1 (TK: Dār al-Fikr li al-Tabā‟ah wa
al-Nasyar, 1994), h. 86.

1
2

negara atau desa, jamaah yang mengikuti minmal 40 orang(yang


memenuhi syarat sebelumnya) dan dilaksanakan di waktu dhuhur.2
Khutbah Jumat merupakan salah satu syarat sah shalat Jumat
yang dilaksanakan sebelum shalat Jumat. Jumlah khutbah Jumat
juga ada dua sebagaimana jumlah shalat Jumat yang berjumlah dua
rakaat. Penjelasan tentang khutbah Jumat dilaksanakan sebelum
shalat Jumat adalah merujuk kepada hadis Nabi3:

‫ول‬ َّ ‫ «أ‬،َ‫ أَنْبَأَِِن َجابُِر بْ ُن َِسَُرة‬:‫ال‬


َ ‫َن َر ُس‬ َ َ‫ ق‬،‫اك‬ٍ ‫ عن ِِس‬،َ‫ أَخب رنَا أَبو خيثَمة‬،‫وحدَّثَنَا ََيَي بن ََيَي‬
َ ْ َ َ ْ َ ُ ََ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ
ِ
‫ب قَائ ًما‬ ِ ِ َّ ِ َّ ِ
ُ ُ‫وم فَيَ ْخط‬
ُ ‫ ُُثَّ يَ ُق‬،‫س‬
ُ ‫ ُُثَّ ََْيل‬،‫ب قَائ ًما‬
ُ ُ‫ َكا َن ََيْط‬،‫صلى اهللُ َعلَْيه َو َسل َم‬ َ ‫اهلل‬

Artinya, “Yahya ibn Yahya menceritakan kepada kami, Abū


Khaitsamah menceritakan dari Simāk, ia berkata, “Jābir ibn
Samurah memberikan kabar kepadaku, „Sesungguhnya Rasulullah
Saw. berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk, kemudian berdiri
dan bekhutbah dengan berdiri.”(H.R. Muslim)4

Pada dasarnya, membicarakan mengenai khutbah tidak selalu


identik dengan shalat Jumat, karena ada shalat lain yang
pelaksanaannya disertai dengan khutbah. Seperti shalat Idul Fitri,
Idul Adha, shalat Istisqā, shalat gerhana bulan dan gerhana
matahari. Hanya saja, selain khutbah Jumat, maka khutbah
disampaikan sesudah shalat dilaksanakan.

2
Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn Muhammad Abū „Abdullāh Syamsu
al-Dīn al-Ghazī, Fathu al-Qarīb al-Mujīb, cet. 1 (TK: Dār ibn Hazm li al-Tabā‟ah,
2015), h. 98.
3
M. Mubasysyarum bih, “Enam Syarat Sah Pelaksanaan Khutbah Jumat,”
artikel diakses pada tanggal 06 Oktober 2019 dari
https://islam.nu.or.id/post/read/83135/enam-syarat-sah-pelaksanaan-shalat-jumat
4
Muslim al-hajjāj Abū al-Hasan al-Qusyairī al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, cet.1,
jilid 2 (Bairūt, Dār Ihyā‟ al-Turāts al-„Arabī) hadis ke-862, h. 589.
3

Khutbah pada saat melaksankaan kshalat Jumat dan khutbah


pada saat melaksanakan shalat gerhana bulan atau gerhana matahari
memiliki kesamaan dalam rukun dan syaratnya. Sedangkan rukun
dan syarat khutbah ketika melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul
Adha sama dengan ketika khutbah shalat istisqā.
Perbedaan khutbah shalat istisqā dengan shalat Idul Fitri dan
Idul Adha adalah takbiratu al-ihrām yang dilaksanakan tujuh kali di
rakaat pertama dan lima kali di rakaat kedua. Hal tersebut tidak
dilakukan ketika shalat istisqā, karena diganti dengan bacaan
istighfar tujuh kali di khutbah pertama dan istighfar lima kali di
khutbah kedua.5
Bangsa Arab sejak masa jahiliyyah, tidak mungkin terpisah
dengan yang namanya sastra Arab, karena pada saat itu, orang-
orang Arab mengagumi sekali dengan seni sastra. Sehingga, ketika
menyampaikan khutbah, kata-kata yang disampaikan juga
menggunakan bahasa yang baik, sesuai dengan sastra pada masa itu.
Khutbah hendaknya disampaikan secara jelas, padat, tidak
keluar dari pembahasan materi dan bersifat ajakan, bukan hanya
lancar ketika menyampaikan saja. Sehingga para jamaah mampu
dengan sangat mudah memahami atau bahkan meresapi atas apa
yang dibicarakan oleh khatib.6

5
Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn Muhammad Abū „Abdullāh Syamsu
al-Dīn al-Ghazī, Fathu al-Qarīb al-Mujīb, cet. 1 (TK: Dār ibn Hazm li al-Tabā‟ah,
2015), h. 106.
6
Muzaiyanah, “Linguistik Kultural Wacana Khutbah Jum‟at,” Wardah: 17, No.
1, (Januari-Juni 2016), h. 22.
4

Rukun khutbah Jumat salah satunya adalah khatib


mencantumkan ayat al-Qur‟an sebagai dalil dari materi khutbah
Jumat. Ayat atau hadis yang dijadikan rujukan para khatib
hendaknya sesuai dengan penjelasannya, sehingga para jamaah
mampu menerima dan memahami materi khatib.7
Khutbah Jumat yang dilaksanakan di Masjid Agung al-Azhar
memiliki ciri khas tersendiri, memiliki perbedaan dengan masjid
yang lain. Di sini, yang dimakud memiliki ciri khas adalah Masjid
Agung al-Azhar di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam (YPI)
al-Azhar. Masjid dikelilingi dengan tempat pendidikan formal yang
juga di bawah naungan YPI al-Azhar. Pendidikan formal mulai dari
Taman Kanak sampai Universitas.
Melihat pernyataan di atas, maka disimpulkan bahwa Masjid
Agung al-Azhar mengharuskan siapa saja yang mengisi tausiyah,
ceramah, kuliah umum, bahkan khutbah Jumat memiliki standar
pendidikan yang bisa mengimbangi lingkungannya. Khususnya
pada khutbah Jumat, para jamaah terdiri dari orang-orang yang
bermukim di sekitar masjid, beberapa ibu-ibu, dan mayoritas diikuti
oleh siswa dan mahasiswa, para guru, dosen juga melaksanakan
shalat Jumat di masjid tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merasa penting
untuk melakukan penelitian mengenai khutbah Jumat yang
dibawakan oleh para khatib pada bulan Oktober 2018. Para khatib
ketika menyampaikan khutbah mempunyai kesempatan besar untuk
mengajak para jamaah ke arah yang benar, memberikan ilmu

7
Wahbah Zuhaili, al-Fiqhu al-Syafi’i al-Muyassar penerjemah M. Afifi, Abdul
Hafiz (Jakarta: PT. Almahira, 2010), cet. 1, h. 368.
5

kepada para jamaah, atau bahkan membahas mengenai kondisi


sosial yang sedang terjadi dan memberikan solusinya. Semua materi
khutbah disampaikan dengan merujuk kepada ayat-ayat yang tepat
untuk dijadikan rujukan sesuai dengan tema khutbah.
Masjid dikelilingi oleh orang-orang terpelajar, memiliki
pesantren Islam sebesar al-Azhar, memiliki siswa-siswi, bahkan
mahasiswa-mahasiswi yang menuntut ilmu di YPI al-Azhar turut
menjadi pertimbangan atas terpilihnya khatib. Hal ini dilakukan,
karena ketika melaksanakan shalat Jumat, para pelajar dan pengajar
yang mendominasi di lingkungan masjid juga ikut melaksanakan
shalat dan pasti mendengarkan khutbah Jumat. Sehingga, perlu
mendatangkan pemateri khutbah yang sesuai dengan para pelajar
dan juga para pengajar yang ada di YPI al-Azhar.
Penulis melakukan penelitian selama satu bulan di bulan
Oktober, karena di bulan ini, banyak momen-momen yang penting
dan bersejarah baik itu dalam lingkup nasional ataupun
internasional, sebagaimana di tanggal 01 Oktober adalah Hari
Kesaktian Pancasila, 02 Oktober adalah Hari Batik, 04 Oktober
adalah Hari Binatang Sedunia, 05 Oktober adalah Hari Tentara
Nasional Indonesia, 08 Oktober, wafatnya Filsuf Jacques Derida
dan Hari Malam Pengamatan Bulan Internasional, 16 Oktober, Hari
Parlemen Indonesia dan Hari Pangan Sedunia, 22 Oktober adalah
Hari Santri Nasional, 24 Oktober, Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan Hri Dokter Nasional, 27 Oktober, Hari Penerbangan dan Hari
6

Listrik Nasional, 28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda, 29


Oktober, Hari Stroke Dunia, 30 Oktober, Hari Keuangan.8
Dari penjelasan latar belakang di atas, maka penulis merasa
perlu untuk meneliti ayat-ayat yang disampaikan khatib dalam
khutbah Jumat. Penulis ingin memberikan judul dalam penelitian
kali ini dengan judul “Penggunaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam
Khutbah Jumat di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasi masalahnya, yakni:
a. Suatu khutbah bisa dikatakan “Khutbah” jika memenuhi
syarat-syarat dan rukun-rukun yang sudah ditentukan.
Akan sangat mungkin terjadi, khatib tanpa sadar
menghilangkan salah satu rukun-rukun dan syarat-syarat
khutbah, sehingga khutbah tidak bisa dikatakan
“Khutbah.”
b. Keserasian antara ayat-ayat al-Qur‟an dengan penjelasan
khatib. Ketika berkhutbah. Khatib harusnya menjelaskan
ayat-ayat yang sesuai, sehingga para jamaah memahami
arah yang dibicarakan khatib.
c. Khatib menentukan tema khutbah Jumat, tema khutbah
sejatinya terdapat merujuk kepada ayat-ayat al-Qur‟an

8
Pikiran Rakyat, “Ini Daftar Hari-hari Penting Sepanjang Oktober yang Perlu
Diketahui,” artikel diakses pada tanggal 01 Oktober 2019 dari https://www.pikiran-
rakyat.com/hidup-gaya/2017/09/30/ini-daftar-hari-hari-penting-sepanjang-oktober-
yang-perlu-diketahui-410173
7

yang sepadan dengan tema dan diksi khutbah Jumat,


bukan hanya sekedar membacakan ayat al-Qur‟an tanpa
menjelaskan, atau bahkan menjelaskan ayat tidak sesuai
dengan tema khutbah Jumat.
d. Pemilihan khatib pada khutbah Jumat di Masjid Agung
al-Azhar memiliki pertimbangan dari segi keilmuan
dalam bidang keagamaan, karena masjid tersebut dalam
naungan Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, yang
sebagian besar dari jamaahnya adalah pelajar dan
pengajar. Sehingga dibutuhkan khatib yang sesuai dengan
kadar pengetahuan jamaah.
e. Bulan Oktober adalah bulan dengan berbagai macam
momen-momen penting, baik dari nasional maupun
internasional. Khutbah Jumat terkadang menyesuaikan
dengan kondisi sosial terkini, sehingga para jamaah bisa
menemukan keterkaitan dalam keagamaan dengan
momen-momen penting tersebut.

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah yang sudah
diuraikan, penulis membatasi masalah pada penelitian ini,
sehingga dapat lebih fokus untuk membahasnya. Oleh
karena itu, penulis membatasi masalah pada penggunaan
ayat-ayat al-Quran dalam khutbah Jumat di Masjid Agung
al-Azhar Jakarta Selatan.”
8

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pembatasan masalah di atas, maka
penulis rumuskan permasalahan penelitian adalah
bagaimana penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam khutbah
Jumat di Masjid al-Azhar Jakarta Selatan, sebagai berikut:

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian:
a. Mengetahui relasi khutbah para khatib di Masjid Agung
al-Azhar dengan rukun-rukun khutbah.
b. Mengetahui bagaimana kegunaan ayat-ayat al-Qur‟an
yang dikutip oleh khatib saat khutbah Jumat.
c. Mengetahui bagaimana penjelasan terhadap ayat-ayat al-
Qur‟an yang dikutip oleh khatib dalam khutbah Jumat.
2. Manfaat Penelitian:
a. Melatih berpikir ilmiah terhadap masalah-masalah di
dalam al-Qur‟an melalui penelitian yang dilakukan
penulis, sehingga ilmu yang didapatkan selama ini
mampu diaplikasikan.
b. Menjadi bagian dari materi pembelajaran metode
penelitian bidang Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, terutama
yang berkaitan dengan penelitian penulis.
c. Menjadi bahan evaluasi bagi para khatib untuk
menyesuaikan ayat dengan tema dan penjelasannya
ketika menyampaikan khutbah Jumat di Masjid al-Azhar
Jakarta Selatan.
9

D. Tinjauan Pustaka
1. Aminatuz Zahro9, Institut Agama Islam Syarifuddin
Lumajang dengan artikel penelitian, “Khutbah Jumat
Sebagai Media Dakwah Strategis”. Dakwatuna: Jurnal
dakwah dan komunikasi Islam vol. 2 Nomor 1, Februari
2016. Dalam artikel tersebut dijelaskan tentang bagaimana
khutbah dijadikan sebagai alat atau media dakwah dengan
berbagai cara penyampaian dan juga adab dalam
menyampaikan khutbah Jumat. Penelitian ini juga memuat
kelemahan dan kelebihan khutbah Jumat sebagai alat
dakwah dan komunikasi. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti yang fokus pada khutbah
Jumat yang membahas terkait tema, diksi, ayat dan
penjelasan khatib.
2. Ryan Arief Saputra10, mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya, dengan skripsi yang berjudul, “Analisis Semiotik
Materi Khutbah Jumat di Masjid Haqqul Yaqien Klampis
Semalang Kecamatan Sukolilo Surabaya”. Penelitian ini
menjelaskan tentang materi, bagaimana cara khatib merujuk
ayat-ayat yang akan disampaikan dan untuk mengetahui
tatacara dan gaya bahasa khatib dalam melakukan khutbah
Jumat. Berbeda dengan peneliti yang akan lebih
memfokuskan pada ayta-ayat al-Qur‟an yang dijadikan

9
Aminatuz Zahro,“Khutbah Jumat Sebagai Media Dakwah Strategis”
Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam 2, no. 1 (2016).
10
Ryan Arief Saputra, “Analisis Semiotik Materi Khutbah Jumat di Masjid
Haqqul Yaqien Klampis Semalang Kecamatan Sukolilo Surabaya,” (Skripsi S1 UIN
Sunan Ampel Surabaya).
10

rujukan para khatib, tema, diksi serta penjelasan khatib yang


terkait.
3. Samsuri11, mahasiswa UIN Walisongo ini menulis skripsi
berjudul, “Implikasi Materi Khutbah Jumat Terhadap
Pemahaman Agama Jamaah di Masjid Nurul Yaqin
Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang.”
Skripsi ini membahas materi khutbah Jumat di Masjid Nurul
Yaqin Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Sedangkan penulis akan meneliti khutbah Jumat
di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan.
4. Lutfi Muhyiddin,12 menulis artikel di Jurnal al-Ta‟dib, vol.
8, no. 2, tahun 2013 yang berjudul, “Gaya Bahasa Khutbah
Jumat (Kajian Pola Retorika).” Artikel ini membahas
tentang gaya bahasa para khatib ketika menyampaikan
khutbah Jumat kepada jamaah. Pengaruh bahasa yang
disampaikan oleh khatib juga dibahas dalam artikel ini.
Berbeda dengan penulis yang membahas mengenai
penjelasan khatib tafsiran dari para khatib ketika
menyampaikan ayat-ayat al-Qur‟an dalam khutbah Jumat.
5. Yusuf Hamdan,13 artikelnya di Mediator , vol. 8, no. 2, 2007
dengan judul, “Karakteristik Khutbah Jumat di Masjid
Kampus: Perspektif Komunikasi.” Artikel ini ditulis dengan

11
Samsuri, “Implikasi Materi Khutbah Jumat Terhadap Pemahaman Agama
Jamaah di Masjid Nurul Yaqin Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota
Semarang,” (Skripsi mahasiwa UIN Walisongo).
12
Lutfi Muhyidin, “Gaya Bahasa Khutbah Jumat (Kajian Pola Retorika)” Al-
Ta’dib: vol. 8, no. 2 (Desember 2013), h. 299-315.
13
Yusuf Hamdan, “Karakteristik Khutbah Jumat di Mesjid Kampus: Perspektif
Komunikasi” Mediator: Jurnal Komunikasi, vol.8, no. 2, (Desember 2017), h. 353-
368.
11

melakukan penelitian dari karakteristik khatib dalam


menyampaikan khutbah Jumat serta respon para jamaah
terkait dengan khutbah Jumat yang disampaikan khatib di
Mesjid Kampus tersebut. Berbeda dengan yang penulis
teliti, yang membahas mengenai ayat-ayat al-Qur‟an yang
diangkat oleh khatib serta keserasiannya dalam menjelaskan
tema dan ayat tersebut.
6. Marzuki,14 adalah dosen Pendidikan Agama Islam dan
Hukum Islam Universitas Negeri Yogyakarta. Artikel ini
disampaikan dalam Pelatihan Khutbah yang diadakan oleh
UKKI UNY di Masjid Mujahidin Universitas Negeri
Yogyakarta tahun 2006. Menulis sebuah artikel dengan
judul, “Ibadah Jumat dan Penyusunan Naskah Khutbah.”
Membahas mengenai pelaksanaan shalat Jumat dan
penyusunan naskah khutbah Jumat. Namun penulis
membahas mengenai khutbah Jumat di Masjid Agung al-
Azhar Jakarta Selatan, yang meliputi ayat-ayat al-Qur‟an
sebagai rujukan khatib, penjelasan dengan tema dan diksi
dalam khutbah.
7. Muzaiyanah15, menulis artikel di jurnal wardah: vol.17, no.
1, tahun 2016 dengan judul artikel, “Linguistik Kultural
Analisis Wacana Khutbah Jumat.” Membahas tentang tata
bahasa dalam khutbah Jumat yang menyesuaikan dengan
kultur budaya di tempat khutbah tersebut disampaikan.

14
Marzuki, “Ibadah Jumat dan Penyusunan Naskah Khutbah,” (Skripsi mahasiwa
Uiniversitas Negeri Yogyakarta).
15
Muzaiyanah, “Linguistik Kultural Analisis Wacana Khutbah Jumat” Jurnal
Wardah: vol. 17, no.1 (2016).
12

Sedangkan penulis membahas mengenai tema, ayat-ayat


dalam khutbah Jumat, serta penjelasan khatib yang terkait
dengan tema, diksi dan ayat dalam khutbah Jumat.

E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penelitian ini adalah menggunakan
metode kualitatif. Metode ini merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa saja yang
dialami oleh subjek penelitian. Metode kualitatif seringkali
digunakan dengan beberapa istilah diantaranya adalah inkuiri
naturalistik atau alamiah, fenomenologis, studi kasus.16
Teknik pengumpulan data dalam metode kualitatif adalah
observasi. Merupakan teknik dalam mengumpulkan data langsung
dari lapangan yang bertujuan untuk menjelaskan kondisi yang
terjadi. Observasi yang dilakukan peneliti adalah bentuk observasi
partisipan. Pengumpulan data menggunakan panca indera sehingga
data dapat dihasilkan.
Observasi terhadap data oleh penulis selama satu bulan,
tepatnya pada bulan Oktober 2018 adalah melalui aplikasi youtube.
Materi khutbah tersebut didapatkan oleh penulis setelah pengurus
Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan menggunggah video
khutbah. Unggahan video ini dilakukan oleh pengurus setelah satu
atau dua hari dari khutbah Jumat berlangsung.17

16
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 20011), h.6.
17
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif” Equilibrium: vol. 5, no. 9,
(Januari-Juni 2009), h. 7.
13

Berdasarkan data tersebut, penulis mengubah video menjadi


sebuah teks, sehingga dapat dengan mudah melakukan penelitian
dalam bentuk tulisan.
Penulis mendapatkan redaksi khutbah Jumat, yang di dalamnya
tercantum tema, khutbah pertama sampai khutbah kedua dari
khatib. Penulis melakukan identifikasi antara khutbah Jumat
dengan ketentuan dari rukun-rukun dan syarat-syarat khutbah.
Kemudian penulis melanjutkan untuk mengidentifikasi tema dan
ayat-ayat yang mempunyai relasi, serta penjelasan khatib dengan
tema dan diksi ketika berkhutbah.

F. Sistematika Penulisan
Skripsi ditulis menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa
sub bab yang bertujuan untuk mempermudah penyusunan dan
mempelajarinya, sistematikanya sebagai berikut:
Bab pertama, berupa pendahuluan yang membahas tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berupa kerangka teoritik, merupakan kerangka
teoritik yang dijelaskan sebagai landasan teori yang dibutuhkan dari
sumber baik umum maupun khusus. Penulis membahas tentang
khutbah Jumat.
Bab ketiga, berupa latar belakang tempat penelitian yang
menjelaskan tentang profil para khatib shalat Jumat pada bulan
Oktober 2018. Penulis juga menjelaskan secara singkat tentang
14

profil, visi dan misi, kegiatan rutin, dan juga jadwal Khatib
sekaligus tema khutbah di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan.
Bab keempat, berupa penyajian mengenai hasil penelitian
penulis. Berupa relasi isi khutbah dengan ketentuan rukun-rukun
dan syarat-syarat khutbah. Relasi antara tema dengan ayat dan
relasi antara penjelasan diksi khatib dengan tema khutbah.
Bab kelima, penutup dan kesimpulan yang merupakan jawaban
dari rumusan masalah dan tujuan penelitian skripsi, serta saran
penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN TENTANG KHUTBAH JUMAT

Sebelum melakukan penelitian, penulis menjelaskan dahulu


mengenai kajian tentang khutbah Jumat. Dimulai dari definisi khutbah,
rukun-rukun, syarat-syarat khutbah sampai pada pembahasan
karakteristik khutbah.

A. Definisi Khutbah Jumat


Pengertian umum tentang khutbah Jumat adalah khutbah yang
dilaksanakan dua kali sebelum shalat Jumat, yang juga berjumlah
dua rakaat. Kedua ibadah ini tidak bisa dipisahkan, karena menjadi
ibadah tersebut merupakan ibadah pengganti shalat Jumat. Jika
dilihat dari bahasa kata khutbah adalah salah satu hasil serapan dari
bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa Indonesia. yang berarti
pidato atau ceramah.1
Sedangkan definisi khutbah menurut terminologi adalah suatu
ceramah atau pidato yang disampaikan oleh seorang ahli
keagamaan di depan para jamaah. Isi materi yang disampaikan
adalah berupa pesan atau ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama.2

Mahmūd al-Dairi memberikan pendapat tentang pengertian


khutbah, yakni

‫اخلطبة ىي فن مشافحة اجلمهور و لقناعو و استمالتو فهي فن كالم اجليد‬

1
Muzaiyanah, "Linguistik Kultural Wacana Khutbah Jum‟at" Wardah: Vol.
17, No. 1, Januari-Juni (2016), h. 22.
2
Ahmad Zaini, “Dakwah melalui Mimbar dan Khitabah, At-Tabsyir” Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam: Vol. 1, No.2, (Juli-Desember 2013), h. 74.

15
16

Artinya: “Khutbah adalah seni berbicara di hadapan banyak


orang dengan kepuasan dan berisi ajakan, sehingga itu
adalah seni berbicara yang baik.”
Mahmūd al-Dairī menjelaskan maksud dari seni berbicara yang
baik bukanlah kesenian mengenai kelancaran berbicara khatib
dalam menyampaikan khutbah, melainkan khutbah Jumat yang
tersampaikan dengan jelas, berisi dan mampu mengajak jamaah
untuk meresapi materi dibawakan khatib selama khutbah Jumat itu
berlangsung.3

B. Hukum Khutbah Jumat


Khutbah Jumat hukumnya adalah wajib, karena ia menjadi salah
satu syarat shalat Jumat. Pengertian ini sesuai dengan ayat:

‫اس َع ْوا إِ ََل ِذ ْك ِر اللَّ ِو َوذَ ُروا الْبَ ْي َع‬


ْ َ‫ف‬ ْ ‫لص َالةِ ِم ْن يَ ْوِم‬
‫اجلُ ُم َع ِة‬ َّ ِ‫ي ل‬ ِ ِ
َ ‫ين َآمنُوا إ َذا نُود‬
ِ َّ
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
‫َذلِ ُك ْم َخْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman. Apabila telah


diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka
segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”(Q.S. al-Jumu’ah (62): 9)

Kalimat ‫اس َع ْوا إِ ََل ِذ ْك ِر اللَّ ِو‬


ْ َ‫ ف‬menunjukkan bahwa khutbah adalah
dalil dari sahnya shalat Jumat, karena ketika mendengarkan
khutbah, jamaah bisa mengingat Allah. Pendapat lain dari Sa‟d ibn

3
Muzaiyanah, "Linguistik Kultural Wacana Khutbah Jum‟at" Wardah: Vol.
17, No. 1, Januari-Juni (2016): 22.
17

Jubair mempunyai argumen bahwa khutbah Jumat adalah sebagai


pengganti dari dua rakaat shalat dhuhur.4
Sebab turunnya ayat di atas adalah untuk menasehati orang-
orang yang pada waktu itu tengah melaksanakan shalat Jumat.
Ketika Nabi menyampaikan isi khutbahnya, orang-orang tersebut
keluar dari masjid dan mendatangi kafilah yang membawa
dagangan ke Madinah.5
Ayat ini juga dijelaskan oleh sebuah hadis sebagai berikut:

ِ ِ ْ ‫ ب ي نَا النَِِّب صلَّى اهلل علَي ِو وسلَّم قَائِم ي وم‬:‫ال‬ ِ ِ


ْ ‫ إِ ْذ قَد َم‬،‫اجلُ ُم َعة‬
‫ت‬ َ َْ ٌ َ َ َ ْ َ ُ َ ُّ َْ َ َ‫ ق‬،‫َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َعْبد اهلل‬
‫ َح ََّّت ََلْ يَْب َق َم َعوُ إََِّّل‬،‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫اب َر ُسول اهلل‬ ْ ‫ فَابْتَ َد َرَىا أ‬،‫ع ٌري إِ ََل الْ َمدينَة‬
ُ ‫َص َح‬
‫ ) َوإِ َذا َرأ َْوا ِِتَ َاراة أ َْو ََلْاوا‬:ُ‫ت َى ِذهِ ْاْليَة‬ َ َ‫ ق‬،‫ فِي ِه ْم أَبُو بَ ْك ٍر َو ُع َمُر‬،‫اثْنَا َع َشَر َر ُج اال‬
ْ َ‫ َونََزل‬:‫ال‬
(‫ضوا إِلَْيها‬
ُّ ‫انْ َف‬

Artinya: “Jabir ibn „Abdullāh bercerita bahwa pada saat Nabi


Saw. Sedang berkhutbah Jumat datanglah kafilah dagang dari
Syam. Para jama‟ah lantas keluar masjid untuk menyambut
kedatanagan kafilah itu. Hanya ada dua belas pria yang saat itu
masih berada di masjid. Ayat dalam surah tersebut diturunkan
oleh Allah Swt. berkaitan dengan kejadian itu, idzā ra’au
tijāratan aulahwanin faddū ilaihā watarakūka qāimā. “(H.R.
Muslim)6

4
A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at (Surabaya: PT Progressif,
1996), cet.1, h. 192.
5
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI 2017, Asbābun Nuzūl Kronologi dan Sebab Turunnya Wahyu
al-Qur’an (Jakarta: PT. Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2017), cet. 1, h. 436.
6
Muslim al-hajjāj Abū al-Hasan al-Qusyairī al-Naisābūrī, Kitāb al-Jumū’ah,
Bāb fī Qaulihī wa iẓā Ra’au Tijāratan au Lahwan, cet.1, jilid 2 (Bairūt, Dār Ihyā al-
Turāts al-„Arabī), h. 590, hadis ke-863.
18

C. Syarat-syarat Khutbah
Khutbah jumat merupakan salah satu syarat dari shalat Jumat.
Tiga di antara syarat dari shalat Jumat sama dengan syarat dari
khutbah. Berikut adalah tiga syarat yang sama dengan syarat shalat
Jumat:
a. Khatib membacakan khutbah dengan keadaan berdiri
b. Khatib duduk di antara dua khutbah sekiranya seperti
tuma’ninah ketika duduk di antara dua sujud
c. Shalat dua rakaat setelah dua khutbah. Dalam syarat ketiga
ini, ada perbedaan. Ketika khutbah Jumat, maka shalat dua
rakaat dilaksanakan setelah dua khutbah selesai. Namun,
ketika khutbah selain khutbah Jumat, seperti khutbah shalat
‘īdu al-adhā dan‘īdu al-fitri maka shalat dua rakaat
dilakukan sebelum dua khutbah disampaikan oleh khatib.
Berikut adalah syarat khutbah yang tidak termasuk dengan
syarat shalat Jumat:
a. Menutup aurat
b. Suci dari hadas dan najis, baik di pakaian, badan atau
tempat khutbah berlangsung.7

Kitab Futūhātu al-Wahhāb bi Taudīh Syarh Manhaj al-Tullāb al-


Ma’rūf bi Hāsyiyah al-Jamal, memberikan penambahan dari syarat-
syarat khutbah selain di atas, yaitu khutbah Jumat harus

7
Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn Muhammad Abū „Abdullāh,
Fathu al-Qqrīb al-Mujīb, cet. 1, jilid 1 (Bairut, Dār Ibn Hazm), h. 99.
19

menggunakan bahasa Arab dan ketika memulai khutbah adalah


pada saat masuknya waktu dzuhur8

D. Rukun Khutbah Jumat


Seorang khatib yang hendak memberikan khutbah, perlu
mengetahui bagian dari rukun-rukun khutbah. Sesuai dengan
madzhab yang diikuti oleh kebanyakan orang Indonesia, maka
penulis mencatumkan rukun-rukun khutbah sesuai dengan
ketentuan dari kitab-kitab fikih yang bermadzhab Syafi’ī.
Secara umum, ada lima rukun khutbah yang sudah disepakati
oleh ulama fikih madzhab Syāfi’i, di antaranya adalah membaca
hamdalah, salawāt, nasehat tentang bertakwa kepada Allah Swt,
membaca ayat al-Qur‟an dan doa untuk orang mukmin.
Pertama, khatib diharuskan membaca kalimat hamdalah. Rukun
pertama ini bertujuan untuk mengagumi keagungan Allah sebagai
Tuhan. Ada beberapa kalimat dalam mengucapkan hamdalah,
seperti al-hamdu lillāh, ahmadullāh, nahmadullāh.9
Pembacaan syahadat juga disebutkan dalam kitab al-Minhāj al-
Qadīm, bahwa ketika berkhutbah dan syahadat tidak dibacakan,
maka seperti tangan yang berpenyakit kusta. Di dalam kitab
tersebut juga disebutkan penyebutan kalimat ‘ammā ba’du bermula
dari khutbah atau ceramah Nabi Muhammad Saw. yang selalu

8
Sulaiman ibn „Umar ibn Mansūr al-„Ujailī al-Azharī, Futūhātu al-Wahhāb
bi Taudīh Syarh Manhaj al-Tullāb al-Ma’rūf bi Hāsyiyah al-Jamal, cet. 1, jilid 2 (TK:
Dār al-Fikr), h. 28.
9
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb, cet. 1, jilid 1 (TK: Dār al-Fikr li al-Tabā‟ah wa
al-Nasyar, 1994), h. 88.
20

menggunakan kalimat ‘ammā ba’du, kemudian dikatakan bahwa


kalimat tersebut bersumber dari Nabi Daud As. Kalimat ‘Ammā
ba’du adalah kalimat yang sudah terkenal, namun bisa berbeda-
beda dalam pengucapannya. Disebutkan dengan ‘ammā ba’dan,
‘ammā ba’dun, atau ‘ammā ba’da.10
Kedua, membaca salawāt untuk Nabi Muhammad Saw. rukun
kedua dengan rukun pertama (membaca hamdalah) diibaratkan
seperti adzan dan shalat. Kalimat salawāt juga bisa diucapkan
dengan ‫اَللَّ ُه َّم صل َعلَى ُُمَ َّم ٍد‬, ‫ُصلِّي َعلَى ُُمَ َّم ٍد‬ ٍ 11
َ ‫ أ‬atau ‫صلِّي َعلَى ُُمَ َّمد‬
َ ُ‫ن‬.
Ketiga, mengingatkan untuk bertakwa kepada Allah , karena
sejatinya tujuan khutbah adalah memberikan peringatan dan nasehat
bagi jamaah agar berbakti kepada Allah dan menghindari
kemaksiatan. Untuk itu kenapa khatib mengingatkan untuk
bertakwa kepada Allah adalah karena sudah termasuk memberikan
nasehat.
Keempat, membaca ayat al-Qur‟an, ketika khatib
menyampaikan khutbah harus berlandaskan dengan ayat-ayat al-
Qur‟an sebagai dalil dan penguat atas apa yang dia sampaikan
sehingga mampu memberikan pemahaman yang mudah diterima
oleh para jamaah.12

10
Abū Zakariyā Muhyi al-Dīn ibn Syaraf al-Nawawī, Daqāiqu al-Minhāj
(Bairut, Dār Ibn Hazm), cet. 1, h. 82.
11
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb, cet. 1, jilid 1 (TK: Dār al-Fikr li al-Tabā‟ah wa
al-Nasyar, 1994), h. 88.
12
Wahbah Zuhaili, penerjemah M. Afifi, Abdul Hafiz, al-Fiqhu al-Syafi’I al-
Muyassar (Jakarta: PT. Almahira, 2010), cet. 1, h. 368.
21

Pembacaan ayat harus yang memahamkan, dalam artian ayat


harus mengandung salah satu dari empat hal, yakni wa’dan (janji)
atau wa’īd (ancaman) atau hukm (hukum) atau qisah (cerita).
Karena jika salah satu dari empat ini dipenuhi oleh khatib, maka
para jamaah akan bisa memahami dari ayat yang disampaikan.13
Kelima, mendoakan kaum muslim secara keseluruhan, baik
laki-laki maupun perempuan, disyaratkan doa tersebut untuk
meminta ampunan dan tentang keakhiratan. Namun, tidak dilarang
juga jika khatib berdoa untuk urusan lain, seperti urusan duniawi.14

E. Adab-adab Khatib
Sebagai seorang khatib, tentu harus memiliki tata cara ketika
menjadi khatib. Adapun adab-adab khatib yang sesuai dengan
tuntutan Imām al-Ghazālī:
a. Ketika khatib hendak pergi untuk berkhutbah, khatib harus
menangkan hati dan pikirannya. Sehingga selama
menyampaikan khutbah, khatib mampu memenuhi rukun-
rukun dan syarat-syarat khutbah. Sikap dan penjelasan
khatib juga dapat tetap stabil dan mampu memberikan
suguhan ilmu dengan baik kepada jamaah.
b. Ketika khatib sampai di masjid, hendaknya khatib
melakukan ibadah shalat sunnah, kemudian tetap diam tanpa
sepatah katapun sambil menunggu sampai waktunya tiba.
Namun, dibolehkan berbicara jika keadaan yang memaksa.

13
Abū Bakr „Utsmān Muhammad Syatā al-Dimyatī al-Syāfi‟i, I’ānatu al-
Tālibīn, cet. 1, jilid 2 (TK: Dār al-Fikr,1997), h. 78.
14
A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at (Surabaya: PT Progressif,
1996), cet. 1, h. 208.
22

c. Ketika khatib menuju mimbar untuk berkhutbah, hianjurkan


untuk bersikap terhormat, karena seorang khatib
melaksanakan sebuah tanggung jawab yang juga terhormat.
Khatib juga hendaknya seakan-akan menyampaikan sesuatu
kepada Allah Swt.
d. Khatib naik ke atas mimbar dengan khusyu‟ dan mengingat
Allah Swt. Hal ini dilakukan karena pelaksanaan ibadah
khutbah merupakan ibadah yang sakral dan berbeda dengan
ceramah atau tausiyah.
e. Khatib hendaknya mengarahkan pandangan ke semua
jamaah yang disusul dengan kalimat salam. Tujuan
memandangi para jamaah adalah khatib seakan-akan
mengajak jamaah untuk berkonsentrasi mendengarkan
khutbah.
f. Setelah khatib memberikan salam, akan dikumandangkan
adzan. Sikap khatib ketika mendengarkan adzan adalah
duduk di kursi yang telah disediakan di atas mimbar,
kemudian khatib membaca doa dengan suara lirih.
g. Khatib menyampaikan khutbah setelah adzan berlangsung.
Khutbah khatib harus dengan sikap yang stabil, tidak
dengan sikap yang angkuh atau sombong yang tersirat
dalam kata-kata atau bahasa tubuh seorang khatib.
h. Khatib hendaknya menyampaikan materi khutbah dengan
perasaan yakin bahwa apa yang disampaikan dapat
bermanfaat bagi para jamaah. Maka sebelum khatib
berkhutbah, sebaiknya menyiapkan teks khutbah dengan
baik.
23

i. Ketika khatib menjalankan rukun khutbah berupa doa,


hendaknya khatib mengangkat kedua tangannya, sehingga
para jamaah dapat menangkap isyarat yang diberikan khatib,
bahwa khatib sedang berdoa dan para jamaah akan
mengamini doa tersebut.
j. Ketika muadzin mengumandangkan iqāmah, maka khatib
turun dari mimbar, disusul para jamaah berdiri untuk
melaksanakan shalat berjamaah.
k. Khatib menunggu jamaah tenang untuk merapikan barisan,
baru kemudian memulai shalat berjamaah dengan takbiratu
al-ihrām. Setelah itu, khatib memulai shalat dengan bacaan
shalat secara tartil.15

F. Naskah Khutbah

Penyusunan naskah khutbah Jumat bisa ditulis seperti halnya


ketika menyusun karya ilmiah, atau bisa juga merujuk kepada
buku-buku kumpulan khutbah Jumat yang saat ini beredar di
masyarakat. Dua hal besar yang menjadi acuan ketika menyusun
naskah khutbah Jumat. Pertama adalah merancang tema atau judul
yang akan dibahas pada materi khutbah Jumat. Terkadang,
diserasikan dengan suasana atau momen penting yang terjadi tidak
jauh dari khutbah Jumat berlangsung.

15
Muhammad Ishom, “12 Adab Khatib Menurut Imam al-Ghazali, NU
Online,” artikel diakses pada tanggal 06 Oktober 2019 dari
https://islam.nu.or.id/post/read/99134/12-adab-khatib-menurut-imam-al-ghazali.
24

Setelah tema atau judul ditentukan, barulah dikembangkan


secara detail. Membahas dalil-dalil yang bersangkutan dengan tema
atau judul. Baik dari al-Qur‟an atau hadis serta pendapat-pendapat
ulama. dengan mengetahui batas materi tanpa keluar dan beralih
kepada materi yang lain.16

G. Karakteristik Khutbah Jumat

Khutbah Jumat menjadi suatu kegiatan yang sangat efektif


dalam berkomunikasi dengan para jamaah untuk kembali
mengingatkan keteladanan yang ada pada ajaran agama, baik
mengenai akidah, syari‟at maupun akhlak. Karena tentu, shalat
Jumat dilakukan bukan hanya di setiap daerah, melainkan di
seluruh belahan dunia terdapat muslim di dalamnya. Untuk itu,
peranan khutbah Jumat dalam rangka memberikan pengaruh positif
terhadap perilaku umat muslim sangatlah penting dan besar
manfaatnya.

Di sinilah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni


mengenai penyampaian khutbah Jumat tersebut, baik itu dari segi
materi ataupun dari segi khatibnya. Segi materi yang dimaksud di
sini adalah berdasarkan tiga poin, pertama tentang gaya bahasa,
meliputi kelengkapan dan karakteristik pesan. Kedua, struktur
pesan khutbah Jumat yang meliputi penggambaran kesimpulan,

16
Marzuki, pada pelatihan khutbah yang diselenggarakan oleh UKKI UNY
di Masjid Mujahidin Universitas Yogyakarta, Ibadah Jumat dan Penyusunan Naskah
Khutbah Ahad 26 Maret 2006, h. 5.
25

dan penataan argumen. Ketiga, himbauan pesan, meliputi


emosional, rasional dan himbauan bertakwa.17

Sedangkan dari segi khatib yang harus diperhatikan adalah


mengenai penguasaan materi khutbah, kefasihan ketika membaca
al-Qur‟an, kepekaan atas reaksi jamaah, menghargai waktu jamaah,
menjaga misi dakwah, daya tarik tema khutbah, dan aktualitas tema
khutbah, dan mengaitkan tema yang revelan dengan konteks pada
waktu itu.18

17
Yusuf Hamdan, “Karakteristik Khutbah Jum‟at di Mesjid Kampus:
Perspektif Komunikasi” Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 8, No. 2, (Desember
2007): 357.
18
Yusuf Hamdan, “Karakteristik Khutbah Jum‟at di Mesjid Kampus:
Perspektif Komunikasi” Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 8, No. 2, (Desember
2007): 361.
BAB III

PROFIL KHATIB DAN PROFIL MASJID AGUNG AL-AZHAR


JAKARTA SELATAN

A. Profil Khatib
Penulis akan menjelaskan secara singkat, profil dari para khatib
dalam khutbah Jumat di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan
selama bulan Oktober 2018. Keempat khatib ini adalah termasuk
200 nama penceramah yang sudah diverifikasi Kementerian
Agama.1
1. Shobahussurur
Shobahussurur adalah salah satu dosen yang mengajar di
Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Riwayat pendidikannya
dimulai di Sekolah Dasar Bulungbasri Lamongan, MTsN
Bulungbasri Lamongan, KMI Gontor, Fakultas Ushuluddin IPD
Gontor, dan IAIN Medan Sumatera Utara.
Ia sering memberikan ceramah dan kuliah shubuh di Masjid
Agung al-Azhar, seperti melakukan pembicara di bulan
Ramadan setelah tarawih, sebelum berbuka dan tausiyah i’tikaf
sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Shobahussurur juga
pernah mendapatkan penghargaan di tahun 2012 berupa Satya
Lencana.

1
Tempo.co, “Siapa 200 Mubaligh Laik Naik Mimbar? Inilah Nama
Mereka,” artikel diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://nasional.tempo.co/read/1091243/siapa-200-mubaligh-kemenag-laik-naik-
mimbar-inilah-nama-mereka/full&view=ok

26
27

Kegiatan sekarang adalah masih memberikan tausiyah di


berbagai tempat khususnya di Masjid Agung al-Azhar, serta
mengajar Bahasa Arab, Studi Islam, Pemikiran Politik Islam,
Praktikum Qira’ah, Islam dan Ilmu Pengetahuan dan
Metodologi Penelitian di Jurusan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.2
2. Goodwill Zubir
Goodwill Zubir lahir di Padang pada tanggal 05 November
1962. Dibesarkan dan menuntut ilmu dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi di Padang, ia menjadi sarjana lulusan IAIN
Imam Bonjol. Aktif di organisasi Muhammadiyah dan menjadi
Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah di bidang wakaf dan
kehartabendaan periode 2010-2015, sempat menduduki jabatan
sebagai Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah. Periode 2009-
2014, ia menjabat sebagai Ketua BP4 Pusat dan tahun ini,
adalah tahun terakhir ia menjabat di PP Muhammadiyah sebagai
anggota Tim Ahli/ Dewan Pakar BP4 Pusat sejak tahun 2014.
Tak hanya berkiprah di P Muhammadiyah, ia juga pernah
menjadi anggota Lembaga Sensor Film Nasional.3
3. Nasroul Hamzah
“Nasroul Hamzah adalah mantan Sekretaris Yayasan
Pesantren Islam al-Azhar pada tahun 2004.4 Selain aktif di
berbagai kegiatan Masjid Agung al-Azhar seperti menjadi

2
Profil Staff, “Direktori Staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” artikel
diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://staff.uinjkt.ac.id/profile.php?staff=32007009-efc2-933a-d27a-b212a27f8d4e
3
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “M. Goodwill Zubir,” artikel diakses pada
tanggal 05 Oktober 2018 dari https://id.wikipedia.org/wiki/M._Goodwill_Zubir
4
Lembaga Zakat al-Azhar, “Lembaga Amil Zakat Nasional,” artikel diakses
pada tanggal 04 Oktober 2019 dari http://alazharpeduli.com/profil
28

penceramah kuliah shubuh, khatib pada khutbah Jumat, ia juga


merupakan salah satu anggota Pengelola Dewan Syariah
Yayasan Pesantren al-Azhar.”5
4. Muhammad Suhadi
Muhammad Suhadi lahir pada tahun 1951 tanggal 21
Oktober di Wonogiri. Ia menyelesaikan pendidikan strata satu
pada tahun 2003 di Universitas Budi Luhur Jurusan Sistem
Informatika. Selain itu, ia juga pernah menuntut ilmu di Jurusan
Kedokteran Universitas Islam Indonesia, namun tidak selesai.
Aktif di berbagai organisasi, mulai dari menjadi Sekretaris
Cabang Pemuda Muhammadiyah Jakarta Utara pada tahun
1972, menjadi Corps Kesehatan IMM Surakarta di tahun yang
sama, menjadi Ketua Organisasi Kepala SMP Swasta Islam di
Jakarta Selatan pada tahun 1990.
Riwayat mengajarnya dimulai di Muallimin RPI (Rumah
Pendidikan Islam) tahun 1973-1976, menjadi guru di SMP
Islam al-Azhar tahun 1973, menjadi kepala sekolah pada tahun
1985, 1990-1995. Tahun 2007-2012 menjadi Sekretaris
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, dan menjadi Ketua Umum
di yayasan tersebut pada tahun 2012-2017. Saat ini, ia menjabat
sebagai Ketua Pengurus Yayasan Pesantren Islam untuk tahun
2017-2020.6

5
Yayasan Pesantren al-Azhar, “Wakaf al-Azhar,” artikel diakses pada
tanggal 04 Oktober 2019 dari www.al-azhar.or.id/index.php/sosial/wakaf-alazhar
6
Penulis memberikan form profil kepada khatib melalui pengurus Masjid
Agung al-Azhar Jakarta Selatan pada tanggal 07 Oktober 2019.
29

B. Sejarah Singkat Masjid Agung al-Azhar


Masjid Agung al-Azhar adalah masjid yang berdiri di bawah
naungan Yayasan Pesantren Islam (YPI) dengan luas tanah
43.755m2. Pembangunan masjid tersebut selesai pada tahun 1958,
enam tahun setelah YPI beroperasi. YPI sendiri dicetuskan oleh
Menteri Sosial Republik Indonesia pada tahun 1952, Dr.
Syamsuddin, Walikota Jakarta Raya, Sjamsuridjal dan tokoh-tokoh
lain seperti Hariri Hady, Faray Martak dan Soedirdjo.
Pada awalnya Masjid Agung dikenal dengan Masjid Agung
Kebayoran Lama. Namun pada tahun 1960, Rektor Universitas al-
Azhar Mesir, Prof. Dr. Mahmoud Syaltout melakukan kunjungan ke
Indonesia dan memberikan kuliah umum untuk jamaah masjid
tersebut, kemudian ia memberikan kontribusi berupa penambahan
kata “al-Azhar,” sehingga menjadi Masjid Agung al-Azhar.
Masjid Agung al-Azhar memiliki berbagai macam kegiatan
ibadah dan dakwah untuk orang yang berada di sekitar masjid,
seperti pengayuh becak, kuli bangunan, bahkan orang-orang elite di
Kebayoran. Lambat laun, jamaah masjid semakin banyak yang
berdatangan dari berbagai daerah seperti Depok, Bogor dan
sekitarnya.
Buya Hamka sebagai Imam Besar Masjid memiliki peran yang
sangat penting, karena kehadirannya mengisi kuliah umum seputar
kajian tafsir setiap lepas shubuh di Masjid Agung al-Azhar dan
dengan penyampaiannya yang sangat menyejukkan para jamaah
masjid tersebut, maka Masjid Agung al-Azhar berkembang sangat
pesat.7

7
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Sejarah YPI al-Azhar,” artikel diakses
pada tanggal 12 November 2018 dari http://www.al-azhar.or.id/index.php/tentang-
kami
30

Membahas mengenai Masjid Agung al-Azhar tidak bisa terlepas


dari YPI sebagai yayasan yang menaunginya. Maka dari itu, penulis
menjelaskan sedikit tentang YPI. Selain memiliki Masjid, sebagai
Lembaga Pesantren Islam, YPI juga memiliki lembaga pendidikan
di berbagai macam tingkatan, dari Taman Kanak, Sekolah Dasar
sampai Universitas al-Azhar. Hal ini bermula pada tahun 1962
Masjid Agung al-Azhar mengadakan kegiatan bernama Pramuka
Gugus Depan dan pada sore hari diadakan Pendidikan Islam al-
Azhar (PIA).8
Tahun 1998, YPI mendirikan lembaga sosial keagamaan berupa
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang mendapatkan izin
oleh Kementerian Agama. KBIH ini berkembang pesat, sampai
pada tahun 2002 YPI al-Azhar menghadirkan biro perjalanan
umroh dan haji khusus.9
Kegiatan lain yang didirikan di Masjid Agung al-Azhar di
antaranya adalah adalah Lembaga Tahfidz al-Azhar. Lembaga ini
dibangun pada tahun 2012 yang bertujuan sebagai tempat bagi siapa
saja yang ingin menghafalkan al-Qur’an dan untuk membantu
siswa-siswi yang berada di Lembaga Pendidikan YPI dalam
kurikulum pendidikannya berupa tahfidz.10

8
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Sejarah Masjid Agung al-Azhar,”
artikel diakses pada tanggal 15 November 2018 dari
http://www.masjidagungalazhar.com/index.php/profil/sejarah-masjid-agung-al-azhar
9
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “KBIH,” artikel diakses pada tanggal
15 November 2018 dari
http://www.masjidagungalazhar.com/index.php/profil/sejarah-masjid-agung-al-azhar
10
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Lembaga Tahfizh al-Azhar,” artikel
diakses pada tanggal 15 November 2018 dari http://www.al-
azhar.or.id/index.php/dakwah/lembaga-tahfidz
31

C. Visi dan Misi Masjid Agung al-Azhar


"Dalam anggaran dasar YPI Al-Azhar ( pasal 4 ) digariskan
bahwa ada dua tujuan utama didirikannya Yayasan ini, yang
tak dapat dipisahkan dari didirikannya MAA yakni :
Membina dan mengembangkan dakwah dan pendidikan
Islam dalam arti kata yang seluas-luasnya dan Membentuk
masyarakat yang berilmu, beramal dan bertaqwa dalam
rangka Izzul Islam wal Muslimin.

Dijabarkan pula Misi MAA sebagai berikut :


1. Al-amru bi al-ma’rūf wa al-nahyu ‘an al-munkar, yakni
mendordong kebaikan dan mencegah kemunkaran
berdasarkan Al-Qur’an dan al-Sunnah Rasulullah SAW
dengan cara yang lebih bijak ( al-Hikmah ), nasehat yang
santun ( al-Mau’izhah Hasanah ), dialog yang lebih beradab
( al-Jadal bi Al-Ahsan ).
2. Al-Tatwīr wa Al-Tatsqīf yakni memberikan pencerahan
dan pemberdayaan kepada umat Islam melalui program
pendidikan, pelatihan, pengajian, khutbah dan kajian
ilmiah.
3. Al-Khidmah wa Al-Amnu yakni memberikan pelayanan
dan ketenteraman kepada umat Islam dalam mengatasi
berbagai persoalan hidup dan kehidupan mereka, sehingga
dapat beribadah dan menjalankan ajaran Islam sesuai
dengan tuntunan syari’ah.
4. Al-Ri’āyah yakni meningkatkan mutu pemeliharaan dan
pengawalan terhadap aqidah umat Islam dari bahaya
pemurtadan, aliran-aliran sesat, pola pikir dan gaya hidup
yang bertentangan dengan nilai-nilai al-Qur’an dan al-
Sunnah."11

11
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Visi Misi Masjid Agung al-Azhar,”
artikel diakses pada tanggal 17 November 2018 dari http://www.al-
azhar.or.id/index.php/dakwah/masjid-alazhar/masjid-agung
32

D. Kegiatan Rutin Masjid Agung al-Azhar


Informasi mengenai kegiatan di Masjid Agung al-Azhar
dibagikan oleh Pengurus Masjid melalui media yang dimiliki.
Penulis mendapatkan informasinya melalui media berupa
Instragam. Di akun instagram dengan akun “Masjid Agung al-
Azhar” tersebut, diberitahukan kegiatan-kegiatan apa saja yang
akan berlangsung. Seperti khutbah Jumat sekaligus dengan khatib,
imam dan waktu shalat yang dicantumkan. Majelis Taklim pada
hari Minggu pagi dan Minggu Duhā, hari Jumat setelah shalat Isya,
Rabu pagi, Sabtu lepas shalat shubuh, Kajian Tafsir pukul 10.00
pagi yang semua kegiatan tersebut diisi oleh banyak tokoh agama
seperti Zahruddin Sulthani, Oemar Mita, Ahmad Lutfi Fathullah,
Nasroul Hamzah, Hidayat Nur Wahid, A. Chalil Ridwan,
Shobahussurur dan masih banyak lagi.12

E. Jadwal Khatib dan Tema Khutbah


Pengurus Masjid al-Azhar memberikan jadwal khatib sekaligus
tema di setiap khutbah Jumat. Namun, jadwal ini bisa diganti jika
khatib berhalangan dan akan diganti sesuai dengan kebijakan
pengurus. Untuk tema khutbah juga bisa dirubah sesuai yang
diinginkan khatib, tanpa harus mengacu kepada tema khutbah yang
sudah dijadwalkan sebelumnya.13 Berikut jadwal khatib dan tema
khutbah jumat Masjid al-Azhar Jakarta Selatan:

12
Akun Instagram, “Masjid Agung al-Azhar,” diakses pada 28 September
2018 dari https://www.instagram.com/masjidagungalazhar/
13
Wawancara dengan Ketua Pengurus Masjid Agung al-Azhar Jakarta
Selatan, Shobahussurur Syamsi, pada tanggal 21 Januari 2019.
33

Tabel 3.1
Tanggal Nama Khatib Tema Khutbah
5 Shobahussurur Keseimbangan dalam Islam

12 Goodwill Zubir Hidup berkah bersumber dari


akidah dan akhlak yang benar

19 Nasroul Hamzah Menjaga amanah

26 Muhammad Suhadi Regenerasi kader dakwah dan


perjuangan
BAB IV

RELASI TEKS KHUTBAH DENGAN AYAT, RUKUN, DIKSI


DAN TEMA KHUTBAH

A. Relasi Isi Teks dengan Rukun Khutbah


Penelitian yang dilakukan penulis selama satu bulan di Masjid
Agung al-Azhar, tepatnya pada bulan Oktober tahun 2018,
menghasilkan empat khutbah. Tiga di antaranya (Nasroel Hamzah,
Shobahussurur dan Muhammad Suhadi) menjadi pengganti dari
khatib yang sudah dijadwalkan sebelumnya oleh pengurus masjid
dan berhalangan hadir.
Khutbah pertama, disampaikan oleh Shobahussurur dengan
tema, “Keseimbangan dalam Islam.” Kedua, khutbah disampaikan
oleh Goodwill Zubir dengan tema khutbah, “Hidup berkah
bersumber dari akidah yang benar.” Ketiga, khutbah disampaikan
oleh Nasroel Hamzah dengan tema, “Menjaga Amanah.” Terakhir,
khutbah disampaikan oleh Muhammad Suhadi dengan tema,
“Regenerasi kader dakwah dan perjuangan.”
Selanjutnya, penulis akan memaparkan mengenai relasi isi teks
keempat khutbah dengan rukun khutbah, karena khutbah memiliki
rukun-rukun yang harus dipenuhi oleh para khatib yang
menyampaikannya.
Secara umum, ada lima rukun khutbah yang sudah disepakati
oleh ulama fikih madzhab Syāfi’i, di antaranya adalah membaca

34
35

hamdalah, salawāt, nasehat tentang bertakwa kepada Allah Swt,


membaca ayat al-Qur‟an dan doa untuk orang mukmin.1
Table 4.1: Isi Khutbah Jumat
No. Khatib Tema Isi Khutbah
1. Shobahussurur Keseimbangan Khutbah 1:
dalam Islam - Salam
- Hamdalah
- Surah al-Baqarah ayat
255
- Syahādat
- Salawāt
- Surah Āli Imrān ayat
102
- Ta’āwudz
- Basmalah
- Surah al-Nisā ayat 100
Kalimat syukur dan
salawat
- Menjelaskan definisi
seimbang (al-sukūn wa al-
harakah)
- Menjelaskan contoh
seimbang

Khutbah 2:
- Hamdalah
- Syahādat
- Ta’āwudz
- Surah al-„Asr
- Surah al-Isrā‟ ayat 80
- Menjelaskan hijrah
Rasulullah
- Surah Āli Imrān ayat 102
- Surah al-Ahzab ayat 56
- Salawat
- Doa-doa

1
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb (Dār al-Fikr li al-Tabā’ah wa al-Nasyar, 1994),
h. 88.
36

- Surah al-Nahl ayat 90


2. Goodwill Hidup berkah Kutbah 1:
Zubir bersumber dari -Salam
akidah yang - Hamdalah
benar - Tasbih
- Syahādat
- Salawāt
- Surah Āli Imrān ayat 102
- Ta’āwudz
- Basmalah
- Surah al-Syūra ayat 30
- Menjelaskan musibah di
Indonesia
- Menjelaskan 15 sebab
adanya musibah
-Surah al-Taubah ayat 103
-Surah al-Nisā ayat 34
Khutbah 2:
-Hamdalah
-Syahadat
- Salawāt
-Surah Āli Imrān ayat 102
-Ta’āwudz
-Basmalah
-Surah al-Syūra ayat 30
-Surah al-Ahzab ayat 56
-Doa
3. Nasroel Menjaga amanah Khutbah 1:
Hamzah -Salam
-Hamdalah
-Syahadat
-Salawat
-Surah al-Ahzab ayat 70-
71
-Ta’āwudz
-Surah al –Baqarah ayat
208
-Penjelasan tentang Islam
yang kaffāh
-Surah al-Baqarah ayat
179
-Surah al-Nisā ayat 29
-Penjelasan ayat tentang
37

akidah, syariat dan akhlak


-Doa
Khutbah 2:
-Hamdalah
-Syahadat
-Salawāt
-Surah Āli Imrān ayat 102
-Ta’āwudz
-Surah al-„Asr
-Ajakan untuk
meningkatkan iman
-Surah al-Ahzab ayat 56
-Salawat
-Doa
-Surah al-Nahl ayat 90
4. Muhammad Regenerasi kader Khutbah 1:
Suhadi dakwah dan -Salam
perjuangan -Hamdalah
-Syahadat
-Salawat
-Ta’āwudz
-Basmalah
-Surah Āli Imrān ayat 102
-Surah al-Nisā ayat 1
-Surah al-Ahzab ayat 70-
71
-Menjelaskan kondisi umat
Islam
-Menjelaskan kekuasaan
dan kejayaan umat Islam
- Surah Āli Imrān ayat 140
-Menjelaskan umat Islam
yang sedang diganggu
- Surah Āli Imrān ayat 103
-Surah al-Māidah ayat 2
-menjelaskan kejayaan
umat Islam adalah bergilir
-Doa

Khutbah 2:
-Hamdalah
-Salawāt
-Syahadat
-Surah Āli Imrān ayat 102
38

-Surah al-Ra‟d ayat 11


-menjelaskan umat
Indonesia yang semangat
belajar agama
-Menjelaskan tentang
persiapan untuk generasi
selanjutnya
-Surah al-Ahzab ayat 56
-Salawat
-Doa

Hasil relasi antara teks keempat khutbah sudah sesuai dan


memenuhi kelima rukun khutbah Jumat. Namun, ada yang perlu
digarisbawahi pada bagian rukun yang keempat, yakni perihal
menyampaikan ayat al-Qur‟an. Bahwa, keempat hasil dari teks
khutbah yang sudah memenuhi rukun khutbah Jumat tersebut,
adalah terlepas dari serasi atau tidaknya dengan tema khutbah,
dalam hal ini akan dibahas secara rinci oleh penulis pada poin
selanjutnya.

B. Relasi Ayat yang Dikutip dengan Penjelasan dalam Teks


Ayat yang dikutip oleh khatib dalam khutbah Jumat sejatinya
harus dijelaskan dan sesuai dengan tema, sehingga para jamaah
yang mendengarkan dapat mudah memahami materi. Namun, pada
kenyataannya, ada ayat yang hanya disampaikan dengan
terjemahan, atau sekedar dibacakan tanpa diterjemah apalagi
dijelaskan, bahkan, ada juga ayat yang disampaikan tidak sesuai
dengan tema.
Table 4.2: Keserasian Tema dengan Ayat
No. Khatib Ayat Tema Ayat Fungsi Ayat Penjelasan Ayat
1. Shobahussurur Surah al-Baqarah ayat Tauhid Pembukaan khutbah 1 Tidak dijelaskan
255
Surah Āli Imrān ayat Takwa Pembukaan khutbah 1 Tidak dijelaskan
102
Surah al-Nisā ayat 100 Hijrah Pembukaan khutbah 1 Dijelaskan singkat
Surah al-‘Asr Iman dan amal Khutbah 2 Tidak dijelaskan
saleh
Surah al-Isrā’ ayat 80 Doa Nabi Khutbah 2 Dijelaskan singkat
Surah al-Ahzab ayat Salawāt Penutup Tidak dijelaskan
56
Surah al-Nahl ayat 90 Perintah Nahī Penutup Tidak dijelaskan
Munkar
2. Goodwill Surah Āli Imrān ayat Takwa Pembukaan khutbah Tidak dijelaskan
Zubir 102 1,2
Surah al-Syūra ayat 30 Musibah Pembukaan khutbah Dijelaskan
1,2
Surah al-Ahzab ayat 56 Salawāt Khutbah 2 Tidak dijelaskan
Surah al-Taubah ayat Zakat Pertengahan khutbah Terjemahan
103
Surah al-Nisā ayat 34 Laki-laki dan Pertengahan khutbah Terjemahan
perempuan
39
3. Nasroul Surah al-Ahzab ayat 70- Takwa Pembukaan khubah 1 Tidak dijelaskan
Hamzah 71
Surah al-Baqarah ayat Islam yang kaffāh Pembukaan khutbah 1 Dijelaskan
208
Surah al-Baqarah ayat Qisās Pertengahan khutbah Dijelaskan singkat
179
Surah al-Nisā ayat 29 Mencuri Pertengahan khutbah Terjemahan
Surah Āli Imrān ayat Takwa Khutbah 2 Dijelaskan singkat
102
Surah al-‘Asr Iman dan amal Khutbah 2 Tidak dijelaskan
saleh
Surah al-Ahzab ayat 56 Salawāt Khutbah 2 Tidak dijelaskan
Surah al-Nahl ayat 90 Perintah Nahī Penutup Tidak dijelaskan
Munkar
4. Muhammad Surah Āli Imrān ayat Takwa Pembukaan khutbah 1 Tidak dijelaskan
Suhadi 102
Surah al-Nisā ayat 1 Takwa Pembukaan khutbah Tidak dijelaskan
Surah al-Ahzab ayat 70- Takwa Pembukaan khutbah 1 Tidak dijelaskan
71
Surah Āli Imrān ayat Kejayaan umat Pertengahan khutbah Dijelaskan
140 Islam
Surah Āli Imrān ayat Kesatuan umat Pertengahan khutbah Dijelaskan singkat
103
Surah al-Māidah ayat 2 Tolong menolong Pertengahan khutbah Dijelaskan singkat
Surah Āli Imrān ayat Takwa Khutbah 2 Tidak dijelaskan
40
102
Surah al-Ra’d ayat 11 Perubahan kaum Khutbah 2 Terjemahan
Surah al-Ahzab ayat 56 Salawāt Khutbah 2 Tidak dijelaskan
41
42

Penulis akan mengklasifikasikannya menjadi tiga hal:


1. Ayat Dijelaskan dengan Panjang
Berdasarkan tabel di atas, ayat-ayat yang disampaikan
khatib dalam khutbah Jumat, bukan hanya satu atau dua ayat,
melainkan beberapa ayat, bahkan ada yang menyampaikan satu
surat pendek. Khatib mempunyai perbedaan dalam
menjelaskan ayat, dan dari keempat khutbah yang penulis teliti,
ada tiga ayat saja yang dijelaskan dengan panjang. Ayat yang
dibawakan oleh Muhammad Suhadi pada surah Āli Imrān ayat
140:

  
         

         

      


 

Artinya: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka


Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar
mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan
Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”(Q.S. Āli
Imrān(3): 140)

Khutbah yang disampaikan Muhammad Suhadi bertema,


“Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan.” Ia menjelaskan
mengenai kejayaan dan kebangkitan umat Islam yang naik
turun. Ia menghimbau bahwa saat inilah, waktu yang tepat
43

untuk meraih kejayaan, sebagaimana yang disampaikan dalam


ayat tersebut. Walaupun banyak sekali hal-hal yang
mengganggu proses dalam rangka meraih kejayaan dan
kemajuan Islam.
Ia juga menjelaskan bahwa kejayaan dapat diperoleh ketika
umat Islam saling berpegangteguh dan tolong menolong untuk
meraih kejayaan tersebut. Di tengah kondisi masyarakat yang
pada waktu itu terjadi mengenai pembakaran bendera tauhid,
oleh khatib dijelaskan sebagai contoh dari pihak-pihak yang
tidak menginginkan Islam bangkit. Padahal ia katakana, di
awal abad 15 Hijriyah, umat Islam memproklamirkan
kebangkitan Islam. Ayat tersebut oleh khatib disimpulkan,
bahwa alasan Allah Swt. menjadikan kejayaan dan kebangkitan
umas Islam dibuat bergilir adalah supaya bisa membedakan
mana yang munafik, kafir dan yang beriman.1

Ayat yang dibawakan Goodwill Zubir ketika membawa


khutbah Jumat bertema, “Hidup berkah bersumber dari akidah
yang benar,” mengutip surat al-Syūrā ayat 30 dan dijelaskan
mengenai musibah dan penyebab datangnya musibah.

         

 
Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah

1
Muhammad Suhadi, “Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan,” diakses
pada 28 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=OlVwU0SovmA
44

memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”


(Q.S. AL-Syūrā(42): 30)

Ia menjelaskan ada 15 penyebab yang membuat terjadinya


musibah. Di antaranya adalah jabatan yang dimiliki oleh
seseorang tanpa mempertimbangkan kemampuannya, orang
yang tidak bertanggung jawab atas amanah yang dibebankan,
ibadah yang disertai dengan riya, suami yang tunduk kepada
isteri, membenarkan kesalahan, melakukan fitnah, gunjing dan
adu domba di masjid, durhaka kepada orang tua, pemimpin
yang dzālim, mengajak orang lain untuk menjauh dari Allah
Swt, mengkonsumsi barang yang diharamkan, dan generasi
muda yang tidak mau mendengarkan ulama.2
Ayat yang dibawakan Nasroul Hamzah, membawa materi
dengan dalil yang merujuk pada surah al-Baqarah ayat 208.

        

       

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke


dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.” (Q.S. al-Baqarah(2): 208)

Penjelasannya adalah mengenai Islam yang kāffah, diperinci


dengan membahas tiga pokok masalah, yakni akidah, syariat

2
Goodwill Zubir, “Hidup berkah bersumber dari akidah yang benar” diakses
pada 15 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=Ph4Ms9mHtF4.
45

dan akhlak. Selain pengertian, khatib juga menjelaskan contoh-


contohnya. Seperti ketika memberi contoh akidah, ia
memaparkan bahwa iman adalah sepenuhnya percaya kepada
Allah Swt tanpa ada keraguan sama sekali di dalam hatinya,
tidak akan sumbing keyakinannya kepada Allah Swt.
Tentang syariat,Nasroul Hamzah mengungkapkan banyak
sekali contoh, seperti pembahasan syariat dalam hukuman
qisās dan mencuri. Sedangkan dalam akhlak, khatib
menyebutkan untuk berperilaku adil, amanah dan jujur.3

2. Ayat Dijelaskan Secara Singkat


Pada tabel juga terlihat, bahwa khatib menjelaskan ayat
secara singkat. Ada beberapa khatib, setidaknya ada enam ayat
dari tiga khatib. Oleh para khatib ayat yang dijelaskan secara
singkat adalah ayat yang berfungsi sebagai penjelas dari ayat
utama, yang dijelaskan secara panjang. Berikut ayat dan
penjelasan singkat dari ketiga khatib:
a. Surat al-Nisā ayat 100, dibawakan oleh Shobahussurur:

         

          

          

 

3
Nasroul Hamzah, “Menjaga Amanah,” diakses pada tanggal 22 Oktober
2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=6L71FpYhw
46

Artinya: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya


mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang
Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum
sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Q.S. al-Nisā(4):
100)

Ayat tersebut berisi tentang hijrah dengan penjelasan


yang padat. Hijrah dalam khutbah merupakan hijrah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. dan para
sahabatnya dari Makkah ke Yatsrib sepanjang 450 km.
Rasulullah Saw. berdakwa selama 10 tahun di Makkah,
mengenalkan akidah dan memantapkannya. Hingga 10
tahun berikutnya, dakwah Nabi Saw. berupa
menggerakkan pikiran, menggerakkan logika agar
mendapatkan ilmu dengan melakukan hijrah ke Madinah.
Terbukti, setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah, karya-
karya peradaban Islam berkembang.4
a. Surah al-Isrā ayat 80,

       

      

Artinya, “Dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah


aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku

4
Sobahussurur, “Keseimbangan dalam Islam,” diakses pada tanggal 08
Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=Lpj9SDXJ4M
47

secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari


sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (Q.S. al-
Isrā(17): 80)

Dijelaskan dengan singkat oleh Shobahussurur selaku


khatib dalam khutbah keduanya. Ayat tersebut
merupakan doa Nabi Muhammad Saw. ketika hijrah ke
Madinah dan ke Yatsrib. Khatib mengungkapkan, bahwa
doa ini bertujuan untuk selalu mendapatkan tempat yang
tepat ketika melakukan hijrah.5
b. Surah al-Baqarah ayat 179,

        

Artinya, “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan


kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah(2):
179)

Dikutip oleh Nasroul Hamzah dalam khutbahnya. Ia


menyatakan bahwa syariat Islam berupa qisās akan
menjamin kehidupan karena hukuman terhadap orang
yang membunuh setimpal dan menimbulkan efek jera
atau ketakutan bagi orang lain, sehingga menjaga dari
perbuatan membunuh nyawa orang yang jika
disimbolkan, sama halnya dengan membunuh nyawa
seluruh manusia.6

5
Sobahussurur, “Keseimbangan dalam Islam,” diakses pada tanggal 08
Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=Lpj9SDXJ4M
6
Nasroul Hamzah, “Menjaga Amanah,” diakses pada tanggal 22 Oktober
2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=6L71FpYhw
48

c. Surah Āli Imrān ayat 102,

         

  

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.”(Q.S. Āli Imrān(3):102)

Disampaikan oleh Nasroul Hamzah. Menjelaskan bahwa


untuk mencapai ‫( َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَن تُم ُمسلِ ُمو َن‬kematian dalam

keadaan muslim), maka seseorang harus meningkatkan


keimanan dengan cara selalu beramal saleh dan berlaku
benar, terlebih dapat mengajak orang lain pada kebaikan.7
d. Awal surah Āli Imrān ayat 103,

      


Artinya,” dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah.”(Q.S. Āli Imrān (3):103)

Dikutip oleh Muhammad Suhadi, ia membahas mengenai


kesatuan umat ketika menuju kebangkitan dan kejayaan
umat Islam, maka menurut khatib adalah dengan
7
Nasroul Hamzah, “Menjaga Amanah,” diakses pada tanggal 22 Oktober
2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=6L71FpYhw
49

bersatunya umat Islam. Ia mencontohkan kejadian yang


membuat terpecah belahnya umat, salah satunya adalah
pihak-pihak yang tidak menginginkan kejayaan Islam
dengan memprovokasi berbentuk pembakaran bendera
tauhid.8
e. Surah al-Māidah ayat 2,

         

         

Artinya, “dan tolong-menolonglah kamu dalam


(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.” (Q.S. al-Māidah (5): 2)

Dibahas dengan singkat oleh Muhammad Suhadi. Ia


fokus pada kalimat ta’āwanu, untuk bekerjasama di
berbagai pihak, baik perorangan, organisasi dalam
komunikasi, sehingga mencegah pihak provokasi untuk
memecah belah.9

3. Ayat yang Diterjemah


Khatib mencantumkan beberapa ayat dalam khutbahnya
sebagai dalil penguat pada materi yang dibawanya. Namun, ada

8
Muhammad Suhadi, “Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan,” diakses
pada 28 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=OlVwU0SovmA
9
Muhammad Suhadi, “Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan,” diakses
pada 28 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=OlVwU0SovmA.
50

juga ayat-ayat yang oleh para khatib hanya diterjemahkan, tanpa


dijelaskan sama sekali. Namun, fungsinya juga sebagai penguat
dalil mengenai materi khutbahnya. Berikut adalah ayat-ayat
yang hanya diterjemahkan:
a. Surah al-Taubah ayat 103, yang dibawakan oleh
Goodwill Zubir di pertengahan isi khutbah.

      


Artinya, “ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan
mensucikan mereka.”(Q.S. al-Taubah(9):103)

b. Surah al-Nisā ayat 34 yang juga dibawakan oleh


Goodwill Zubir.

   


Artinya, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita.”(Q.S. al-Nisā ayat 34)

c. Surah al-Nisā ayat 29, dibawakan oleh Nasroul Hamzah


di pertengahan khutbahnya.

      

         

        

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
51

membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah


Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. al-Nisā(4)29)

d. Surah al-Ra‟d ayat 11, disampaikan oleh Muhammad


Suhadi di khutbah kedua.

          

Artinya, “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan


sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan.”(Q.S.
al-Ra’d(13): 11)

4. Ayat Tanpa Penjelasan


Ayat tanpa penjelasan dibacakan oleh khatib dalam khutbah
pada pembukaan atau penutup khutbah saja. Berikut ini adalah
ayat-ayat yang hanya dibacakan tanpa ada penjelasan maupun
terjemah:
a. Surat al-Baqarah ayat 255, disampaikan oleh
Shobahussurur dalam pembukaan khutbah, ayat ini
bertema tentang tauhid.

             

          

          

          
52

        

 

Artinya, “tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan
bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
(Q.S. AL-Baqarah(2): 255)
b. Surah Āli Imrān ayat 102, disampaikan oleh
Shobahussurur pada pembukaan khutbah, Goodwill Zubir
dan Muhammad Suhadi di pembukaan khutbah serta di
penutup. Tema ayat adalah tentang takwa.

         

  

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.”(Q.S. Āli Imrān(3):102)
c. Surah al-Nahl ayat 90, dibacakan setelah doa pada
khutbah kedua oleh Shobahussurur. Juga disampaikan
olehNasroul Hamzah pada penutup khutbahnya, ayat
tersebut bertema tentang perintah nahī dan munkar.
53

       

     


   

 
Artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S.
al-Nahl(16):90)

d. Surah al-Ahzab ayat 70-71, disampaikan oleh Nasroul


Hamzah dan Muhammad Suhadi pada pembukaan
pertama. Ayat tersebut bertema takwa.

        

          

     

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang
benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-
amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan
Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka
Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar.” (Q.S. al-Ahzab(33): 70-71)
e. Surah al-„Asr, dibacakan dari ayat pertama sampai akhir
oleh Shobahussurur danNasroul Hamzah pada khutbah
kedua, dengan tema ayat tentang iman dan amal saleh.
54

         

      

Artinya, “Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-


benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. al-‘Asr(103): 1-3)

f. Surah al-Ahzab ayat 56, dibacakan oleh keempat khatib


pada khutbah kedua. Ayat tersebut bertema tentang
salawāt.

        

     

Artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-


Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S.
Surah al-Ahzab ayat 56)
g. Surah al-Nisā ayat 1, dibacakan oleh Muhammad Suhadi
pada khutbah pertamanya, ayat tersebut bertema tentang
takwa.

        

         


55

         

 

Artinya, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada


Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,
dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan
dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. al-Nisā (4): 1)
C. Relasi Ayat dengan Tema dan Diksi
Tabel 4.3: Tema dan Diksi dalam Khutbah Jumat

No. Khatib Diksi Argument Diksi Fungsi Setema Sediksi


1. Shobahussurur Gerak Shalat, tawāf, berpikir, Penjelas dari Tidak ada Ada
hijrah keseimbangan
Diam I’tikāf, wuqūf, mabīt Penjelas dari Tidak ada Tidak ada
keseimbangan
2. Goodwill Zubir Musibah 15 penyebab musibah Tidak menjelaskan tema Tidak ada Ada
3. Nasroul Akidah Iman, qadarullāh Tidak menjelaskan tema Tidak ada Tidak ada
Hamzah Syariat Qisās, mencuri Tidak menjelaskan tema Tidak ada Ada
Akidah Adil, jujur, amanah Tidak menjelaskan tema Tidak ada Tidak ada
4. Muhammad Kebangkitan Umat Islam Penjelasan dari Ada Ada
Suhadi Islam memproklamirkan 15 perjuangan
Hijriyah
Kesatuan Tolong menolong, tidak Penjelasan dari ada Ada
umat terpecah belah perjuangan
56
57

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, dari keempat


khutbah di Masjid Agung al-Azhar dihasilkan ada yang
pengangkatan ayat sesuai dengan tema, sesuai dengan diksi, atau
yang sesuai dengan keduanya.
1. Ayat yang Sesuai dengan Tema dan Diksi
Pada tabel diketahui bahwa khatib dalam khutbahnya
memberikan dalil berupa ayat al-Qur’an yang sesuai dengan dan
diksi. Keempat khatib yang khutbah Jumatnya diteliti oleh
penulis, hanya ada satu khatib yang sesuai antara tema, diksi
dan ayat yang dikutip. Khatib tersebut adalah Muhammad
Suhadi, membawakan khutbah Jumat dengan tema, “Regenerasi
Kader Dakwah dan Perjuangan.” Ayat yang dikutip adalah
surah Āli Imrān ayat 103, ayat tersebut membahas mengenai
kemenangan umat Islam.

Muhammad Suhadi dalam khutbah Jumatnya pada tanggal


25 Oktober 2018 mengutip juga surah al-Māidah ayat 2. Ayat
tersebut mengenai perjuangan, dakwah untuk tetap teguh dan
semangat dengan saling tolong menolong dalam berjuang
meraih kejayaan Islam.

2. Ayat yang Sesuai dengan Diksi


Pada poin ini, penulis hanya mendapatkan lima ayat yang
serasi dengan diksi. Berdasarkan dengan tabel, diketahui ada
tiga khatib yang sesuai dengan diksi. Nasroel Hamzah
menguktip tiga ayat, Shobahussurur dan Goodwill Zubir
58

3. Ayat yang Tidak Sesuai dengan Diksi dan Tema


Penulis hanya menemukan satu ayat yang tidak sesuai
dengan tema khutbah Jumat. Surah al-Nisā ayat 100 yang
dibawakan oleh Shobahussurur. Penjelasannya tentang diam
tidak ada kaitannya dengan ayat yang harusnya membahas
tentang hijrah. Ayat tersebut juga tidak sesuai dengan tema
khutbah, “Keseimbangan dalam Islam.”

4. Ayat yang Tidak Sesuai dengan Tema


Ada tiga khutbah yang tidak sesuai antara tema dengan ayat
yang disampaikan para khatib dalam khutbah Jumat. surah al-
Syurā ayat 30 yang membahas mengenai musibah oleh
Goodwill Zubir dijelaskan pada khutbah Jumatnya yang
bertema, “Hidup berkah bersumber dari akidah yang benar.”
Seharusnya tema khutbah berkaitan dengan musibah, sehingga
para jamaah mampu memahami secara mudah.
Surah al-Baqarah ayat 208 dikutip oleh Nasroul Hamzah.
Ayat ini menjelaskan mengenai Islam yang kāffah, sangat
berbeda dan tidak sesuai dengan tema khutbahnya“Menjaga
Amanah.” Seharusnya, tema diganti menjadi, “Agama Islam
yang sempurna.”
Shobahussurur ketika menjelaskan surah al-Nisā ayat 100,
ayat tersebut membahas mengenai hijrah, yang juga tidak sesuai
dengan tema khutbahnya tentang, “Keseimbangan dalam
Islam.” Seharusnya, tema diganti menjadi, “Hijrah Nabi
Muhammad Saw.”
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang


sudah dilakukan selama satu bulan pada masa bulan Oktober
tahun 2018. Berdasarkan rumusan masalah yang ada pada Bab I,
pertama, tentang rukun-rukun khutbah Jumat. Kesimpulan pada
masalah ini adalah khutbah yang disampaikan oleh keempat
khatib, Shobahussurur, Goodwill Zubir, Nasroul Hamzah dan
Muhammad Suhadi telah memenuhi rukun-rukun khutbah.

Kedua, ayat yang dijelaskan khatib dalam teks khutbah Jumat.


Terdapat tiga ayat yang dijelas dengan panjang lebar oleh khatib,
khutbah dari Goodwill Zubir ketika menjelaskan surah al-Syurā
ayat 30, Muhammad Suhadi, ketika menjelaskan surah Āli Imrān
ayat 140, dan Nasroul Hamzah ketika menjelaskan surah al-
Baqarah ayat 208. Ayat yang dijelaskan secara singkat,

Ketiga, tentang keserasian ayat-ayat al-Qur’an dengan tema


dan diksi khatib. Ayat-ayat yang serasi dengan tema dan diksi
juga hanya pada khutbah Jumat yang disampaikan oleh
Muhammad Suhadi. Ayat-ayat yang serasi dengan diksi saja ada
lima ayat, tiga ayat dari Muhammad Nasroul Hamzah, satu ayat
dari Shobahussurur dan satu ayat dari Goodwill Zubir. Selain itu,
dijelaskan secara singkat, diterjemah atau bahkan tidak
dijelaskan.

59
60

Ayat-ayat yang tidak sesuai dengan tema dan diksi khatib


adalah ayat yang dijelaskan oleh Shobahussurur ketika
menjelaskan diam dan menjelaskan gerak dalam keseimbangan.
Hanya pada argument diksi mengenai hijrah, ia disimpulkan
serasi antara pembahasan dengan ayat.

Keserasian antara ayat, tema, diksi dan penjelasan khatib.


Kesimpulan pada masalah ini adalah dari keempat khatib yang
diteliti, hanya ada satu khatib yang tema dan penjelasannya
sesuai. Khatib tersebut adalah Muhammad Suhadi, tema yang
dibawa dalam khutbah Jumat adalah Regenerasi Kader Dakwah
dan Perjuangan. Penjelasan dalam khutbahnya mengajak para
jamaah untuk menyatukan umat demi kejayaan dan kemajuan
umat Islam.

Ayat yang tidak sesuai dengan tema khutbah adalah selain


Muhammad Suhadi, yakni Shobahussurur, Goodwill Zubir,
Nasroul Hamzah. Tema Shobahussurur adalah “Keseimbangan
dalam Islam,” namun ayat yang dikutip adalah al-Nisā ayat 100,
ayat ini membahas tentang hijrah. Goodwill Zubir, tema
khutbahnya, “Hidup Berkah Bersumber dari Akidah yang Benar.”
Ayat yang dikutip adalah al-Syuā ayat 30, ayat ini bertema
musibah. Muhammad Suhadi mengangkat tema pada khutbah
Jumatnya, “Menjaga Amanah.” Ayat yang dikutip adalah al-
Baqarah ayat 208, ayat ini membahas tentang Islam yang kāffah.
61

B. Saran
Sebagaimana kesimpulan di atas yang membahas mengenai
ayta-ayat al-Quran, tema khutbah dan diksi dalam teks khutbah
Jumat di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan. Penulis
memberikan saran untuk membahas lebih dalam mengenai alasan
khatib menentukan tema, menentukan ayat-ayat al-Qur’an yang
dijadikan dalil dari penegasan materi khutbah Jumatnya.
Kemudian, menanyakan kitab tafsir yang dijadikan rujukan oleh
khatib sehingga penelitiannya membahas lebih dalam mengenai
keserasian dengan kitab tafsir yang dirujuk oleh khatib dengan
penjelasan khatib ketika menyampaikan khutbah Jumat.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ansarī, Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā. Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb. Dār al-Fikr li al-Tabā’ah wa
al-Nasyar, 1994.

Al-Ghazī, Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn Muhammad Abū


„Abdullāh Syamsu al-Dīn. Fathu al-Qarīb al-Mujīb. Dār ibn Hazm li
al-Tabā’ah, 2015.

Bih, M. Mubasysyarum. “Enam Syarat Sah Pelaksanaan Khutbah


Jumat.” Artikel diakses pada tanggal 06 Oktober 2019 dari
https://islam.nu.or.id/post/read/83135/enam-syarat-sah-pelaksanaan-
shalat-jumat

Al-Naisābūrī, Muslim al-hajjāj Abū al-Hasan al-Qusyairī. Sahīh


Muslim Bairūt, Dār Ihyā’ al-Turāts al-‘Arabī.

Muzaiyanah. “Linguistik Kultural Wacana Khutbah Jum‟at.” Wardah:


17, No. 1, (Januari-Juni 2016), h. 22-34. Zuhaili, Wahbah. al-Fiqhu
al-Syafi’i al-Muyassar penerjemah M. Afifi, Abdul Hafiz Jakarta:
PT. Almahira, 2010.

Rakyat, Pikiran. “Ini Daftar Hari-hari Penting Sepanjang Oktober yang


Perlu Diketahui.” Artikel diakses pada tanggal 01 Oktober 2019 dari
https://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/09/30/ini-daftar-
hari-hari-penting-sepanjang-oktober-yang-perlu-diketahui-410173

Zahro, Aminatuz. “Khutbah Jumat Sebagai Media Dakwah Strategis”.


Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam 2, no. 1 (2016):
74-83.

62
63

Saputra, Ryan Arief. “Analisis Semiotik Materi Khutbah Jumat di


Masjid Haqqul Yaqien Klampis Semalang Kecamatan Sukolilo
Surabaya.” Skripsi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Samsuri. “Implikasi Materi Khutbah Jumat Terhadap Pemahaman


Agama Jamaah di Masjid Nurul Yaqin Kelurahan Purwosari
Kecamatan Mijen Kota Semarang.” Skripsi mahasiwa UIN
Walisongo.

Muhyidin, Lutfi. “Gaya Bahasa Khutbah Jumat (Kajian Pola Retorika)”


Al-Ta’dib: vol. 8, no. 2 (Desember 2013), h. 299-315. Hamdan,
Yusuf. “Karakteristik Khutbah Jumat di Mesjid Kampus: Perspektif
Komunikasi” Mediator: Jurnal Komunikasi, vol.8, no. 2, (Desember
2007), h. 353-268.

Marzuki. “Ibadah Jumat dan Penyusunan Naskah Khutbah.” Skripsi


mahasiwa Uiniversitas Negeri Yogyakarta. Maleong, Lexy J.
Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011.

Zaini, Ahmad. “Dakwah melalui Mimbar dan Khitabah, At-Tabsyir”


Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam: Vol. 1, No.2, (Juli-
Desember 2013), h. 73-90.

Romli, A. Chodri. Permasalahan Shalat Jum’at. Surabaya: PT


Progressif, 1996.

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat


Kementerian Agama RI. Asbābun Nuzūl Kronologi dan Sebab
64

Turunnya Wahyu al-Qur’an. Jakarta: PT. Lajnah Pentashihan


Mushaf al-Qur‟an, 2017.

Al-Naisābūrī, Muslim al-hajjāj Abū al-Hasan al-Qusyairī. Kitāb al-


Jumū’ah, Bāb fī Qaulihī wa iẓā Ra’au Tijāratan au Lahwan. Bairūt,
Dār Ihyā al-Turāts al-‘Arab.

Abū „Abdullāh, Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn


Muhammad. Fathu al-Qqrīb al-Mujīb. Bairut. Dār Ibn Hazm.

Al-Azharī, Sulaiman ibn „Umar ibn Mansūr al-„Ujailī. Futūhātu al-


Wahhāb bi Taudīh Syarh Manhaj al-Tullāb al-Ma’rūf bi Hāsyiyah
al-Jamal. Dār al-Fikr.Al-Ansarī,

Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā. Fathu al-Wahhāb bi


syarhi Manhaj al-Tullāb. Dār al-Fikr li al-Tabā’ah wa al-Nasyar,
1994.

Al-Nawawī, Abū Zakariyā Muhyi al-Dīn ibn Syaraf. Daqāiqu al-


Minhāj. Bairut, Dār Ibn Hazm. Al-Syāfi‟i, Abū Bakr „Utsmān
Muhammad Syatā al-Dimyatī. I’ānatu al-Tālibīn. Dār al-Fikr,1997.

Ishom, Muhammad. “12 Adab Khatib Menurut Imam al-Ghazali, NU


Online.” Artikel diakses pada tanggal 06 Oktober 2019 dari
https://islam.nu.or.id/post/read/99134/12-adab-khatib-menurut-
imam-al-ghazali.

Marzuki. Pada pelatihan khutbah yang diselenggarakan oleh UKKI


UNY di Masjid Mujahidin Universitas Yogyakarta, Ibadah Jumat
dan Penyusunan Naskah Khutbah Ahad 26 Maret 2006.
65

Tempo.co, “Siapa 200 Mubaligh Laik Naik Mimbar? Inilah Nama


Mereka.” Artikel diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://nasional.tempo.co/read/1091243/siapa-200-mubaligh-
kemenag-laik-naik-mimbar-inilah-nama-mereka/full&view=ok

Staff, Profil “Direktori Staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Artikel


diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://staff.uinjkt.ac.id/profile.php?staff=32007009-efc2-933a-
d27a-b212a27f8d4e

Ensiklopedia Bebas, Wikipedia. “M. Goodwill Zubir.” Artikel diakses


pada tanggal 05 Oktober 2018 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/M._Goodwill_Zubir

Al-Azhar, Lembaga Zakat. “Lembaga Amil Zakat Nasional.” Artikel


diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 dari
http://alazharpeduli.com/profil

Al-Azhar, Yayasan Pesantren. “Wakaf al-Azhar.” Artikel diakses pada


tanggal 04 Oktober 2019 dari www.al-
azhar.or.id/index.php/sosial/wakaf-alazhar

Al-Azhar, Yayasan Pesantren Islam. “Sejarah YPI al-Azhar diakses.”


Artikel diakses pada tanggal 12 November 2018 dari http://www.al-
azhar.or.id/index.php/tentang-kami

Al-Azhar, Yayasan Pesantren Islam. “KBIH.” Artikel diakses pada


tanggal 15 November 2018 dari
http://www.masjidagungalazhar.com/index.php/profil/sejarah-
masjid-agung-al-azhar
66

Al-Azhar, Yayasan Pesantren Islam. “Lembaga Tahfizh al-Azhar.”


Artikel diakses pada tanggal 15 November 2018 dari http://www.al-
azhar.or.id/index.php/dakwah/lembaga-tahfidz

Al-Azhar, Yayasan Pesantren Islam. “Visi Misi Masjid Agung al-


Azhar.” Artikel diakses pada tanggal 17 November 2018 dari
http://www.al-azhar.or.id/index.php/dakwah/masjid-alazhar/masjid-
agung

Akun Instagram. “Masjid Agung al-Azhar.” Diakses pada 28


September 2018 dari
https://www.instagram.com/masjidagungalazhar/

Suhadi, Muhammad. “Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan.”


Diakses pada 28 Oktober 2018 dari
https://m.youtube.com/watch?v=OlVwU0SovmA

Zubir, Goodwill. “Hidup berkah bersumber dari akidah yang benar.”


Diakses pada 15 Oktober 2018 dari
https://m.youtube.com/watch?v=Ph4Ms9mHtF4

Hamzah, Nasroel. “Menjaga Amanah.” Diakses pada tanggal 22


Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=6L71FpYhw

Sobahussurur. “Keseimbangan dalam Islam.” Diakses pada tanggal 08


Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=Lpj9SDXJ4M

Rahmat, Pupu Saeful. “Penelitian Kualitatif” Equilibrium: vol. 5, no. 9,


Januari-Juni 2009:1-8
‫‪LAMPIRAN-LAMPIRAN TRANSKIP‬‬

‫‪Khutbah Ke-1, 05-Oktober-2018, Keseimbangan dalam Islam‬‬


‫‪oleh Shobahussurur‬‬

‫الرِحي ِم‪ .‬السالم عليكم و رْحة اهلل و بركاتو (أذان)‬ ‫بِ ْس ِم اللَّ ِو َّ‬
‫الر ْْحَ ِن َّ‬

‫وم ََل تَأْ ُخ ُذهُ ِسنَةٌ َوََل نَ ْوٌم لَوُ َما ِِف‬ ‫اَ ْلَ ْم ُد ِِهللِ‪ ,‬اَ ْلَ ْم ُد لِلّو الَ ِذ ْي ََل إِلَوَ إََِّل ُى َو ْ‬
‫الَ ُّي الْ َقيُّ ُ‬
‫ْي أَيْ ِدي ِه ْم َوَما‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ض َم ْن ذَا الَّذي يَ ْش َف ُع عْن َدهُ إََِّل بِِإ ْذنو يَ ْعلَ ُم َما بَ ْ َ‬
‫السماو ِ‬
‫ات َوَما ِِف اَلَْر ِ‬ ‫َّ َ َ‬
‫خ ْل َفهم وََل ُُِييطُو َن بِشي ٍء ِمن ِعلْ ِم ِو إََِّل ِِبَا َشاء و ِسع ُكرِسيُّو َّ ِ‬
‫ودهُ‬
‫ض َوََل يَئُ ُ‬
‫الس َم َاوات َو ْاْل َْر َ‬ ‫ََ َ ْ ُ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ ُْ َ‬
‫يم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ح ْفظُ ُه َما َوُى َو الْ َعل ُّي الْ َعظ ُ‬

‫الَ ْم ُد َوُى َو َعلَى ُك ّْل َشْي ٍئ قَ ِديٌْر َو‬ ‫ِ ِ‬


‫ك َولَوُ ْ‬ ‫أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهلل َو ْح َدهُ َلَ َش ِريْ َ‬
‫ك لَوُ لَوُ الْ ُم ْل ُ‬

‫صطََفى اِ ََل َكافَِّة ْاْلَنَ ِام بَ ِشْي ًرا َو نَ ِذيْ ًرا َو‬ ‫الر ُس ْو ُل اهلل َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُوُ النِ ُّ‬
‫َِّب الْ ُم ْ‬ ‫أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َّ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ى ِديا و ِسر ِ‬
‫ص ْحبِو َو َم ْن تَبِ َعوُ‬ ‫اجا ُمنْي َرا‪ .‬أللَّ ُه َّم فَ َ‬
‫ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى َسيّْدنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى الو َو َ‬ ‫َ ً َ ََ‬
‫اِ ََل يَ ْوِم الدّْيْ ِن‪ .‬اََّما بَ ْع ُد‪.‬‬

‫َّ ِ‬ ‫س بِت ْقو اهلل وطَ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ‬
‫اعتو لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْر َْحُْو َن يَا أَيُّ َها الذ َ‬
‫فَيَاعبَ َاد اهلل اُْوصْي ُك ْم َو نَ ْف ِ َ َ َ َ‬
‫الرِجي ِم ومن ي ه ِ‬
‫اج ْر ِِف‬ ‫ِ‬ ‫ح َّق تُ َقاتِِو وََل َتَُوتُ َّن إََِّل وأَنْتم مسلِمو َن‪ .‬وأ ِ ِ ِ‬
‫َع ْوذُ باهلل م َن الشَّْيطَان َّ ْ َ َ ْ ُ َ‬
‫َ ُْ ُ ْ ُ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اجًرا إِ ََل اللَّ ِو َوَر ُسولِِو ُُثَّ‬
‫ض مرا َغما َكثِريا وسعةً ومن َِيْرج ِمن ب يتِ ِو مه ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َسبِ ِيل اللَّو ََي ْد ِِف ْاْل َْر ِ ُ َ ً ً َ َ َ َ َ ْ ُ ْ ْ َْ ُ َ‬
‫يما‪ ,‬النِ َساء ِميَاه‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َجُرهُ َعلَى اللَّو َوَكا َن اللَّوُ َغ ُف ًورا َرح ً‬ ‫يُ ْد ِرْكوُ الْ َم ْو ُ‬
‫ت فَ َق ْد َوقَ َع أ ْ‬

‫‪67‬‬
68

Dan barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah maka dia akan


mendapatkan di muka bumi tempat-tempat hijrah yang banyak,
serta berbagai kemudahan dan barangsiapa yang keluar dari
rumahnya dalam rangka hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu
kematian menemuinya, maka telah ditetapkan pahalanya di sisi
Allah dan adalah Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang, al-
Qur‟an surah al-Nisā ayat 100.

Hadirin, sidang Jumat Masjid Agung al-Azhar yang berbahagia.


Marilah kita bersyukur kehadirat Allah Swt. dengan nikmat yang
luar biasa, hari ini, siang ini, kita dapat bersimpuh di masjid yang
kita cintai ini, untuk menjalankan ibadah wajib mingguan, ibadah
shalat Jumat bersama. Shalawat serta salam kita sampaikan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. yang telah
memberikan kepada kita nurul islām, nurul imān. Sehingga
dengan cahaya itu, kita terus-menerus mampu berupaya keras
untuk menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangan-
larangan Allah dengan sebaik-baiknya. Hadirin sidang Jumat
yang berbahagia, salah satu ajaran utama Islam adalah
keseimbangan. Di dalam literatur studi Islam, kata-kata seimbang
terkadang digunakan dengan bahasa al-tawāzun, maka Islam
adalah dīnu al-tawāzun bagaikan timbangan antara timbangan
yang kanan dan kiri sejajar itulah al-tawāzun, seimbang.
Digunakan juga istilah ‘adālah padanan kata Indonesianya tidak
ketemu, yang ketemu ya keseimbangan yaitu keadilan yang
biasanya keadilan ini dikaitkan dengan kebenaran versus
kesalahan, benar maka itu adil, salah itu berakhir maka Islam
69

disebut dengan dīnu al-‘adālah. agama berkeadilan. Istilah


keseimbangan juga digunakan dengan kata-kata al-tawāssut,
maka Islam adalah dīnu al-tawassut atau dīn al-wasat yang kini
kemudian populer dengan istilah wasatiyyah Islam, Islam
tengahan. Bahwa ajaran Islam adalah berupaya untuk menengahi
dua yang bertentangan, antara kanan dan kiri, antara atas dan
bawah, antara depan maupun belakang. Di antara keseimbangan
yang harus kita upayakan untuk tetap berada dalam posisi tengah
adalah konsep tentang al-sukūn wa al-harakah, yaitu ajaran Islam
yang semestinya menyeimbangkan antara diam dan gerak. Al-
sukūn atau al-sakīnah adalah diam al-harakah adalah gerak.
Banyak contoh-contoh di dalam ajaran Islam yang disimbolkan
sebagai ajaran tentang al-sukūn, ajaran tentang diam itu, adalah
ajaran tentang al-sakīnah itu. Umpamanya kita diajarkan untuk
melakukan apa yang disebut dengan al-i’tikāf, diam di satu
tempat tertentu, nggak boleh di tempat lain, hanya di tempat
tertentu namanya adalah Masjid, al-i’tikāf. Waktunya bisa
leluasa, kapan saja, boleh pagi, boleh sore, boleh siang, boleh
malam, boleh bulan apa saja, boleh Ramadan, boleh di luar bulan
Ramadan, tetapi mesti diam di satu tempat. Waktunya tidak
terbatas boleh 10 hari di bulan Ramadan seperti Rasulullah Saw
maupun boleh juga tidak mampu 10 hari di luar bulan Ramadan,
5 jam 6 jam berada di masjid, al-i’tikāf, konsep tentang diam.
Ada lagi umpamanya tentang diam ini tentang al-sukūn ini
tempatnya ditentukan harus di tempat tertentu waktunya pun
dibatasi waktu tertentu, tempatnya itu di Arafah. waktunya itu
terbatas hanya waktu dzuhur sampai maghrib. Diam nggak boleh
70

kemana-mana, saat haji tanggal 9, waktunya pun tanggalnya pun


ditentukan ndak boleh tanggal selain sembilan Dzulhijjah tidak
boleh di tempat selain Arafah, tidak boleh pada waktu di luar jam
dhuhur sampai maghrib tengah malam gak bisa, disuruh untuk
diam ajaran tentang diam dalam Islam. Tempatnya tertentu,
waktunya tertentu tanggalnya tertentu. Ada lagi umpamanya
tentang diam ini di tempat tertentu, waktunya lebih panjang dan
itu mesti malam hari, tempatnya di Muzdalifah, waktunya malam
di istilahkan dengan al-mabīt. Kalau di Arafah diistilahkan
dengan al-wuqūf kalau di masjid diistilahkan dengan al-i’tikāf.
Ada istilah al-mabīt juga kalau Muzdalifah hanya satu malam, di
Mina dua malam bahkan tiga malam, ini konsep tentang diam.
Tetapi tidak boleh umat Islam, tidak boleh kaum muslimin hanya
menggunakan satu konsep tentang diam ini, lalu porsi hidupnya
banyak diamnya dari pada geraknya, harus seimbang, maka Islam
memberikan berbagai simbol-simbol ajaran yang mengarahkan
kepada kita untuk gerak. Banyak sekali, umpamanya salat, mesti
bergerak, fisiknya gerak tidak hanya rohaninya yang gerak, tetapi
fisiknya gerak, berdiri, ruku‟, sujud, duduk dan lain sebagainya.
Ada lagi umpanya di dalam peristiwa haji gerak itu disimbolkan
dengan al-tawāf, keliling di satu tempat, tidak boleh diam, mesti
bergerak gerakannya pun teratur jumlahnya pun terbatas 7 nggak
boleh 15, konsep tentang gerak. Adalagi umpamanya, al-sa’i
setelah melaksanakan tawaf dalam umroh maupun haji diikuti
kemudian gerak berikutnya yang lebih jauh dan bila perlu lari-lari
kecil yang disebut dengan al-sa’i, bergerak, jalan, lari-lari kecil,
bolak-balik 7 putaran, berusaha melakukan sesuatu
71

menggerakkan badannya, menggerakkan pikirannya. Ada lagi


umpamanya tentang gerak ini tentang al-harakah ini yang lebih
jauh dari itu tidak hanya simboliknya itu tawaf, tidak hanya
simboliknya itu sa‟i, tidak hanya simboliknya itu shalat, tetapi
bergerak jauh dari satu tempat ke tempat yang lain, yaitu al-
hijrah. Rasulullah Saw. dengan para sahabatnya bergerak,
kemana? tidak hanya dari rumahnya ke masjid, tidak di dalam
tidak hanya di dalam Masjidil Haram dari tawaf ke sa‟i tetapi
bergerak jauh dalam hijrah, 450 km dari Makkah ke Yatsrib, 15
abad yang lalu, transportasinya terbatas, berjalan kaki, kiri
kanannya, bawah, atap, langit, panas, pasir, gurun, tidak ada
hijau, bergerak 450 km, Jakarta-Solo dalam keadaan gersang,
berjalan kaki. Ini adalah simbol yang memberi simbol bahwa
umat Islam harus bergerak. Namun dua-duanya, antara al-sakīnah
dengan al-harakah itu seimbang. Dalam proses dakwah
Rasulullah bisa kita bagi menjadi dua yang seimbang 20 tahun 40
sampai 63. 23 tahun gampang membaginya 20 tahun 10 tahun, 10
tahun, yang pertama adalah kaitanya dengan al-sakīnah, 10 tahun
di Makkah, yang kedua adalah dalam kaitanya dengan al-harakah
di Madinah. Selama 10 tahun lamanya Rasulullah Saw. di Mekah
sebelum hijrah adalah apa yang dilakukan, menenangkan,
mendiamkan hati, pikiran agar fokus dalam satu kemantaban
akidah dan itulah maka kerjaan Rasulullah Saw adalah
memantapkan akidah kaum muslimin selama 10 tahun agar hati,
qalb, yang selalu bergerak-gerak berubah-rubah berbolak-balik
ini supaya diam, tenang, dalam prinsipnya tidak bergerak-gerak.
Maka hati tidak boleh bergerak-gerak, akidahnya berubah-rubah.
72

Satu kali bertauhid kedua kali menyembah dua Tuhan, ketiga kali
menyembah 3 Tuhan 10 Tuhan, tidak dibenarkan. Harus satu
mantap diam, 10 tahun lamanya, menenangkan hati supaya dalam
satu kemantaban akidah. Tetapi 10 tahun berikutnya disimbolkan
dengan hijrah. Jalan, gerak, diwujudkan 10 tahun berikutnya di
Madinah menggerakkan pikiran, menggerakkan logika untuk
kemudian mendapatkan ilmu. Ilmu itu kemudian didesain
sedemikian rupa menjadi peradaban dan oleh karenanya dari
hijrah itulah 10 tahun berikutnya terlihat karya-karya peradaban
Islam, dari hasil gerak. Gerak pikiran, gerak ilmu dan yang
dikumandangkan oleh Rasulullah Saw. untuk kemudian terwujud
dalam pembangunan-pembangunan, maka kemudian jadilah
dunia ini makmur itulah makna tahmir, itulah makna umroh,
itulah maknanya peradaban, dibangun oleh gerakan-gerakan baik
itu gerakan fisikal tentu dimulai dengan gerakan pikiran-
pikirannya. Maka keseimbangan itulah menjadi manusia-manusia
yang ulū al-bāb, yaitu manusia yang menyeimbangkan antara hati
yang tenang, antara spiritual yang mantap dengan pikiran yang
terus-menerus kreatif, pikiran yang terus-menerus menambah
ilmu, tidak bosan-bosannya untuk belajar, belajar, belajar,
bergerak pikirannya, maju pikirannya, berkembang pikirannya,
tetapi hatinya tetap dalam kemantapan tidak kemana-mana dalam
Islam. 10 tahun, 10 tahun 20 tahun menyeimbangkan antara
pikiran dan hati jadilah kemudian para sahabat, para sahabat yang
memiliki watak ulū al-bāb, memiliki keseimbangan antara rasa
dan pikiran, banyak orang yang lebih mengedepankan terhadap
rasa, akhirnya melankolis, akhirnya terlalu berperasaan, terlalu
73

sensitif, namun pikirannya tidak dijalankan. Jadilah kemudian


manusia-manusia yang gampang emosional, manusia-manusia
yang gampang marah, manusia-manusia yang rasanya tinggi,
sensitivitasnya tinggi, tetapi pikirannya rendah. Adapula yang
tidak seimbang, tatkala kemudian pikirannya yang besar,
pikirannya yang dimajukan, ilmunya yang ditata rapi, yang
dikedepankan, yang diprioritaskan adalah pikiran ilmu peradaban,
tetapi betapa di barat, betapa di dunia barat, karena kemudian
ilmu terlalu didewakan sampai kemudian dipertuhankan,
teknologi terlalu didewakan sampai kemudian dituhankan,
akhirnya spiritualitas hatinya rendah dan terjadilah kegersangan
spiritual. Maka, umat Islam dalam kurun waktu panjang
mengalami dinamika antara mana yang dominan dan mana yang
kurang dominan, dan kapan-kapan seimbang dalam sejarahnya
memang naik turun. Saat itu pernah di era klasik umat Islam
dalam keseimbangannya yang luar biasa, maka umat Islam maju
pesat menjadi super power dunia era itu disebut dengan The
Golden era of islam, tapi berikutnya terjadi penurunan, tatkala
kemudian salah satu yang diprioritaskan, spiritualnya yang diberi
prioritaskan, tetapi intelektualnya ditenggelamkan, maka apa
yang terjadi, tiba-tiba ada serangan dari Barat, umat Islam secara
hampir keseluruhan dijajah oleh dunia Barat. Saatnya dalam
pesan, dalam wasiat Jumat ini, kita ingin mengembalikan
keseimbangan itu, kita mesti bergerak, kita tidak boleh tinggal
diam pada satu tempat, pada satu kondisi tetapi, kita mesti
menggerakkan, menggerakkan pikiran kita, ternyata kami, kita
ketinggalan, ternyata mereka lebih aktif bergerak, mereka lebih
74

aktif membangun peradaban, sementara kita terlena tenggelam


menikmati ketenangannya. Saatnya kita, kemudian
menyeimbangkan antara diam dan gerak ini bayna al-sukūn wa
al-harakah, mudah-mudahan dalam suasana awal tahun Hijriyah
ini, keseimbangan itu kembali kita coba untuk hadirkan dalam
membangun umat, dalam membangun bangsa, dalam
membangun Indonesia. Ketika kita merasa bahwa pikiran kita
yang terlalu dominan sementara spiritual kita, hati kita kosong,
hati kita gersang, saatnyalah kemudian kita mesti i‟tikaf, dalam
simbol i‟tikaf, saatnyalah kita mesti al-wuqūf. Kita saatnya untuk
al-mabīt di Muzdalifah, al-mabīt di Mina dalam simbol-simbol
diam itu artinya kita mesti bersimpuh mendekatkan diri sedekat-
dekatnya kepada Allah, sebaliknya kalaulah kita merasa bahwa
ternyata dan ini yang dominan di masyarakat kita, kalau kita
kemudian ternyata tertinggal dari sisi gerak, kita ternyata belum
banyak bergerak, kita ternyata tertinggal berjalan kita ternyata
Tertinggal lari dengan mereka, maka seharusnya kita gerakkan
aktivitas kita, fisik kita pikiran, kita kemudian kata-kata kita,
narasi-narasi kita, untuk kemudian seimbang antara al-sukūn wa
al-harakah.

ِ ِ
ِ َ‫ات و الْمؤِمنِْي و الْمؤِمن‬
‫ أَقُ ْو ُل قَ ْوِل َى َذا‬.‫ات‬ ِِ ِِ
َ ْ ‫بََرَك اهلل ِِل َولَ ُك ْم َوِلَمْي ِع الْ ُم ْسلم‬
ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ ‫ْي َو الْ ُم ْسل َم‬
ِ
َّ ‫استَ ْغ ِفُرهُ انَّوُ ُى َو الْغَ ُف ْوُر‬
.‫الرِحْي ُم‬ ْ َ‫ف‬
‫‪75‬‬

‫)‪(Khutbah ke-2‬‬

‫ِ‬ ‫بِاهلدى وِدي ِن ْ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬


‫الَ ّْق ليُ ْذىَرهُ َعلَى الدّْيْ ِن ُكلّْو َولَوُ‬ ‫َُ َ ْ‬ ‫اَ ْلَ ْم ُدِ هلل‪ ,‬اَ ْلَ ْم ُد للّو الَذ ْي أ َْر َس َل َر ُس ْولوُ‬
‫ِ ِ‬
‫الْ َك ِرهَ الْ ُم ْش ِرُك ْو َن ِو َك َفى بِاهللِ َش ِهْي َدا‪ .‬أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهللُ َو ْح َدهُ َلَ َش ِريْ َ‬
‫ك لَوُ َو أَ ْش َه ُد اَ َّن‬

‫الر ُس ْو ُل اهلل َلَ نَِ َّ‬


‫ِب بَ ْع َدهُ‪ .‬اََّما بَ ْع ُد‪.‬‬ ‫ُُمَ َّم َدا َّ‬

‫اْلنْسا َن لَِفي خس ٍر إََِّل الَّ ِذين آمنوا وع ِملُوا َّ ِ‬


‫ال ِ‬ ‫ان َّ ِ ِ ِ ِ‬ ‫فَأَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيطَ ِ‬
‫ات‬‫الص َ‬ ‫َ َُ َ َ‬ ‫ُْ‬ ‫الرجْيم إ َّن ْ َ‬ ‫َ ْ‬ ‫ُْ‬
‫َخ ِر ْج ِِن ِمَُْر َج ِص ْد ٍق‬ ‫ِ ٍ‬ ‫الص ِب‪ .‬وقُل ر ّْ ِ‬‫ال ّْق وتَو ِ‬ ‫وتَو ِ‬
‫ب أ َْدخ ْل ِِن ُم ْد َخ َل ص ْدق َوأ ْ‬‫اص ْوا ب َّ ْ َ ْ َ‬
‫اص ْوا ب َْ َ َ َ‬
‫ََ َ‬
‫ك س ْلطَانًا نَ ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ًريا‬ ‫اج َع ْل ِِل م ْن لَ ُدنْ َ ُ‬
‫َو ْ‬

‫‪Doa Rasulullah Saw. tatkala mau berangkat hijrah ke madinah,‬‬


‫ب أ َْد ِخ ْل ِِن م ْدخل ِ‬
‫ص ْد ٍق ‪tatkala mau berangkat ke Yatsrib.‬‬ ‫‪َ Ya‬وقُ ْل َر ّْ‬
‫ُ ََ‬
‫‪Allah, ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam tempat masuk‬‬
‫‪yang benar,‬‬ ‫َخ ِر ْج ِِن ِمَُْر َج ِص ْد ٍق‬
‫‪َ dan keluarkanlah aku ke dalam‬وأ ْ‬
‫ريا ‪tempat keluar yang benar.‬‬ ‫ِ‬ ‫اج َع ْل ِِل ِم ْن لَ ُدنْ َ‬
‫ك ُس ْلطَانًا نَص ً‬ ‫‪َ dan‬و ْ‬
‫‪jadikanlah aku sultān yang penolong. Mudah-mudahan gerakan‬‬
‫‪kita adalah gerakan yang diikuti dengan doa, yaitu agar nanti‬‬
‫ص ْد ٍق ‪berada di satu tujuan gerakan itu kita berada pada‬‬
‫‪.‬م ْدخل ِ‬
‫ُ ََ‬

‫َّ ِ‬ ‫س بِت ْقو اهلل وطَ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ‬
‫اعتو لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْر َْحُْو َن يَا أَيُّ َها الذ َ‬
‫فَيَاعبَ َاد اهلل اُْوصْي ُك ْم َو نَ ْف ِ َ َ َ َ‬
‫َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫ين‬
‫َِّب يَا أَيُّ َها الذ َ‬ ‫َح َّق تُ َقاتو َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسل ُمو َن‪ .‬إِ َّن اللَّوَ َوَم َالئ َكتَوُ يُ َ‬
‫صلُّو َن َعلَى النِ ّْ‬
‫ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى َسيّْ ِدنَا ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِال ُُمَ َّم ٍد َك َما‬
‫يما‪ .‬أللَّ ُه َّم َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صلُّوا َعلَْيو َو َسلّْ ُموا تَ ْسل ً‬
‫َآمنُوا َ‬
‫‪76‬‬

‫لِْلمسلِ ِمْي و الْمسلِم ِ‬


‫ات َو‬ ‫الله َّم ا ْغ ِف ْر‬ ‫صلَّيت علَى اِب ر ِاىيم ِِف الْعالَ ِمْي اِن َ ِ ِ‬
‫ُ ْ َْ َ ُ ْ َ‬ ‫َّك َْحْي ٌد ََمْي ٌد‪ُ .‬‬ ‫َ َْ‬ ‫َ ْ َ َ َْ ْ‬
‫ات اَْْلَحي ِاء ِمْن هم و ْاْلمو ِ‬
‫ات‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَنْ ُف َسنَا َوإِ ْن ََلْ تَ ْغ ِف ْر لَنَا َوتَ ْرْحَْنَا‬ ‫الْمؤِمنِْي و الْمؤِمنَ ِ‬
‫َْ ُ ْ َ ْ َ‬ ‫ُْ َْ َ ُْ‬
‫ِ‬
‫ك ِم ْن َس َط ِط َ‬
‫ك َوالنَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا ََل‬ ‫اِلَنَّةَ َو نَ ُع ْوذُبِ َ‬
‫اك َو ْ‬
‫ضَ‬ ‫ك ِر َ‬
‫الله َّم انَّا نَ ْسألُ َ‬
‫ين ُ‬
‫لَنَ ُكونَ َّن ِمن ْ ِ‬
‫اْلَاس ِر َ‬ ‫َ‬
‫ين ِم ْن قَ ْبلِنَا َربَّنَا‬ ‫َّ ِ‬
‫صًرا َك َما َْحَْلتَوُ َعلَى الذ َ‬
‫ِ‬
‫َخطَأْنَا َربَّنَا َوََل ََْتم ْل َعلَْي نَا إِ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫تُ َؤاخ ْذنَا إِ ْن نَسينَا أ َْو أ ْ‬
‫ص ْرنَا َعلَى الْ َق ْوِم‬
‫ت َم ْوََلنَا فَانْ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َوََل َُتَ ّْم ْلنَا َما ََل طَاقَةَ لَنَا بِو َو ْاع ُ‬
‫ف َعنَّا َوا ْغف ْر لَنَا َو ْارْحَْنَا أَنْ َ‬
‫ْي‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا ِِف الدُّنْيَا‬ ‫ِ‬
‫الْ ُم ْش ِرك ْ َ‬ ‫ص ْرنَا َعلَى الْ َق ْوِم‬
‫ْي فَانْ ُ‬
‫ِِ‬
‫الْ ُمنَافق ْ َ‬ ‫ص ْرنَا َعلَى الْ َق ْوِم‬ ‫ِ‬
‫الْ َكاف ِر َ‬
‫ين فَانْ ُ‬
‫ص ُفو َن و اَ ْلم ُدِ هللِ‬
‫ِ‬ ‫ك ر ّْ ِ‬
‫ب الْعَّزةِ َع َّما يَ ْ َ َ ْ‬ ‫َحسنَةً وِِف ْاْل ِخرةِ َحسنَةً وقِنَا َع َذ َ ِ‬
‫اب النَّار ُسْب َحا َن َربّْ َ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ َ‬
‫ْي‬ ‫ِ‬
‫الْ َعالَم ْ َ‬

‫ان َوإِيتَ ِاء ِذي الْ ُق ْرََب َويَْن َهى َع ِن الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر‬
‫اْلحس ِ‬‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ َّ‬ ‫ِ‬
‫يَاعبَ َاد اهلل إ َّن اللوَ يَأْ ُمُر بالْ َع ْدل َو ْ ْ َ‬
‫والْب ْغ ِي يعِظُ ُكم لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن‪ .‬فَاذْ ُكروا اللَّو ي ْذ ُكرُكم وا ْش ُكروا علَى نِع ِم ِو ي ِزْد ُكم وَلَ ِذ ْكر اهللِ‬
‫ُ َ َ ْ ْ َ ُْ َ َ َ ْ َ ُ‬ ‫ََ َ ْ َ ْ ُ‬
‫أَ ْكبَ َر‪ .‬أَقِْي ُم َّ‬
‫الصالَةَ‬

‫‪KHUTBAH KE-2, 12 OKTOBER 2018,‬‬

‫‪Hidup Berkah Bersumber dari Akidah yang Benar, oleh‬‬


‫‪Goodwill Zubir‬‬

‫السالم عليكم و رْحة اهلل و بركاتو (أذان)‬

‫ْي‪َ ,‬ح ْسبُ ْو َن اهللُ َونِ ْع َم‬ ‫ِِ‬ ‫ك َلَاِلَو اَلَّ اَنْت اِ ِّّْن ُكْن ِ‬ ‫اَ ْلم ُد هللِ ر ّْ ِ‬
‫ت م َن الظَالم ْ َ‬
‫َ ْ ُ‬ ‫ْي‪ُ ,‬سْب َحانَ َ َ‬
‫ب الْ َعالَم ْ َ‬‫َ‬ ‫َْ‬
‫ِ ِ‬ ‫الْوكِي ِل نِعم الْموََل ونِعم الن ِ‬
‫ك َولَوُ‬ ‫َّص ِْري‪ .‬أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهلل َو ْح َدهُ َلَ َش ِريْ َ‬
‫ك لَوُ‪ ,‬لَوُ الْ ُم ْل ُ‬ ‫َ ْ ْ َ َْ َ ْ َ‬
77

ِ
َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أللَّ ُه َّم ف‬
‫ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى‬ ُ ْ ِ‫الَ ُّق املُب‬
َ ُ‫ْي َو أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم َدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُو‬ ْ

.‫ اََّما بَ ْع ُد‬.‫ْي‬ ِ ْ ‫النَِِّب الْ َك ِرِْي و علَى الِِو وصحبِ ِو أ‬


َ ْ ‫َْجَع‬ ََْ َ َ ّْ

‫س بِتَ ْق َو اهلل فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوَزا املتَّ ُق ْو َن اتَّ ُقوا اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل َتَُوتُ َّن‬ ْ َ َ
ِ ‫فَي‬
ِ ‫اعباد اهلل اُو‬
ِ ‫صْي ُك ْم َو نَ ْف‬ َ
ُ
‫َصابَ ُك ْم ِم ْن‬ ِ َّ ‫الر ْْح ِن‬ ِ ِ َّ ‫ان‬ ِ َ‫ أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيط‬.‫إََِّل وأَنْتُم مسلِمو َن‬
َ ‫الرحي ِم َوَما أ‬ َ َّ ‫الرجْي ِم بِ ْس ِم اللَّو‬ ْ َ ُْ ُ ُْْ َ
‫ص َد َق اهللُ الْ َع ِظْي ُم‬ ِ ِ ‫صيب ٍة فَبِما َكسب‬
ِ
َ .‫ت أَيْدي ُك ْم َويَ ْع ُفو َع ْن َكث ٍري‬
ْ َ َ َ َ ‫ُم‬

Bapak, saudara-saudara, para undang Allah yang mulia, akhir-


akhir ini, musibah silih berganti dihadapi oleh bangsa negara kita,
masih segar di ingatan kita, peristiwa musibah yang dihadapi oleh
kawan-kawan kita yang berada di Lombok NTB, kemudian
diikuti peristiwa di Palu Sigi Donggala, berapa juga waktu saat
ini kita dengarkan lagi musibah yang terjadi di Jawa Timur dan
juga di Maluku Utara. Saya ingatkan kita bersama kata Allah,

‫ت أَيْ ِدي ُك ْم َويَ ْع ُفو َع ْن َكثِ ٍري‬ ٍ ِ ِ


ْ َ‫َصابَ ُك ْم م ْن ُمصيبَة فَبِ َما َك َسب‬
َ ‫َوَما أ‬

musibah yang menimpa dirimu kata Allah, disebabkan perbuatan


kamu sendiri. Namun Allah memaafkan sebagian besarnya, surah
al-Syurā ayat 30. Bapak, saudara-saudara berapa abad yang silam
nabi menafsirkan ayat ini melalui sebuah hadisnya yang berbunyi
idza fa’alat ummatī khamsah ‘asyrata aslatan halla biha al-
balā’, apabila umatku sudah melakukan, melaksanakan,
mengerjakan 15 macam perbuatan, sudah memasyarakat,
membudaya di tengah-tengah masyarakat, tunggu balā’, cobaan,
malapetaka, musibah, akan datang dari Allah. Kata-kata pertama
78

diucapkan Nabi idza kalām mā lam tu’alam, apabila kekuasaan,


jabatan dianggap satu jatah yang dibagi-bagi, orang mendapat
jabatan kekuasaan bukan berdasarkan skillnya, tapi berdasarkan
kelompoknya, berdasarkan kliknya, atau orang itu mendapat
jabatan berdasarkan pandainya antara orang yang mendapat yang
pandai dengan oleh skill, itu jauh berbeda, kalau yang pandai
populer di tengah-tengah masyarakat kita, orang yang bisa ke
depan, ke belakang, ke kiri, dan ke kanan, pokoknya bagaimana
situasi, kondisi, dia mampu menyesuaikan diri. Tapi orang yang
skill ialah orang yang betul-betul paham mengerti seluk beluk
secara mendatar dan menyeluruh jabatan yang ia duduki, apa kata
Nabi, idza wusila al-amru al-ilāhi antaziru al-sā’ah, apabila
suatu jabatan tidak diserahkan kepada ahlinya tunggulah
kehancuran. Bapak, saudara-saudara Nabi lanjutan yang kata-kata
wa al-amanatu maghnāman amanah dianggap satu rampasan,
orang diberi amanah, dipercayai dia, tapi dia lupa bahwa amanah
itu akan dipertanggungjawabkan kepada orang yang memberi
amanah, terutama juga kepada Allah Swt. Sehingga banyak
orang-orang yang kita lihat diberi amanah itu, dia berbuat seenak
perutnya, sekehendak hatinya, semau guenya saja, walaupun
orang lain tidak senang dengan perbuatan amanah yang dia pikul
itu. Selanjutnya dikatakan, wa al-zakātu wa al-zamān, zakat
dianggap satu pajak, UPT, padahal dalam al-Qur‟an sering kita
dengar bunyai ayat, ‫ص َدقَةً تُطَ ّْه ُرُى ْم َوتَُزّْكي ِه ْم ِِبَا‬ ِِ ِ
َ ‫ ُخ ْذ م ْن أ َْم َواهل ْم‬sedekah,
wakaf, zakat itu merupakan kewajiban kita untuk pembersih diri
kita, kita lihat sekarang fenomena yang terjadi di tengah-tengah
79

umat islam, di tengah-tengah bangsa dan negara kita, banyak


rakyat, umat itu yang membayarkan zakat mau dia berinfaq,
bersedekah bukan hanya mengharap ridha Allah, mardātillāh,
bukan dia berbuat lillāhi ta’āla, tapi dia mau mengeluarkan
zakatnya, mau dia berinfaq, mau dia wakaf, ada sesuatu hal yang
mau dia capai, ada satu hal yang mau dia tuju, paling tidak dia
riya‟. Ada sesuatu hal yang terserat di hatinya. Kita lihat bapak
saudara, Ramadan umpanya, ini tradisi kita, banyak orang-orang
yang mampu, yang berzakat itu, dikumpulkan anak yatim, 80.000
orang diberi dia makan, diberikan amplop, begitu juga kalau tiba
hari raya haji yang popular dengan hari raya qurbannya, dia ikut
berkurban, dicari sapi yang paling besar, tapi hebatnya
dikumpulkan anak yatim, dia cari sapi untuk berqurban itu,
dipanggil pula wartawan sebanyak mungkin, di saat itulah, dia
perlihatkan bahwa dialah orang yang suka membayarkan zakat,
ialah orang yang suka berdema, berwakaf dan berinfaq. Jadi
masih banyak yang terjadi di tengah masyarakat, dia berbuat itu
bukan suatu kewajiban, tapi dia berbuat untuk riya dan ingin
dipuja-dipuji oleh orang lain, yang popular di masa kita sekarang
dengan kata pencitraan, ceremonial, lifserfis. Nabi lanjutkan
dengan kata-kata wata’wuju al-zaujata, suami tunduk kepada
kemauan isteri, yang berkuasa di rumah tangga itu isteri, bukan
ِ ‫ال قَ َّوامو َن علَى النّْس‬
suami, padahal Allah katakan ‫اء‬ َ َ ُ ُ ‫الر َج‬ ّْ , laki-laki itu
pemimpin bagi wanita.

Bapak, saudara-saudara, kalau wanita yang memimpin dalam satu


rumah tangga, kalau di Jakarta popular dengan suami DKI, suami
80

Di bawah Ketiak Isteri, atau di bawah kontrol isteri. Ada sebuah


film yang judulnya susu tari, suami-suami di bawah kontrol istri
kalau istri yang berkuasa di rumah tangga, perempuan itu lebih
banyak mendahulukan perasaan ketimbang akal sehatnya. Ada
contoh kecil Bapak saudara-saudara, seorang perampok yang
tertangkap basah lalu dihakimi seorang oleh massa sampai babak
belur, kalau perempuan umpamanya yang liwat apa kata
perempuan ini “Sudahlah, maaf kan dia dia, tolong dia maafkan”,
kenapa yang dipikirkan di otaknya waktu itu adalah keluarganya,
anak dan suaminya. Kalau nanti pula terjadi bagi keluarganya
yang mendorong dia bicara itu adalah perasaan, tapi kalau laki-
laki yang melihat seorang pencopet yang sedang babak belur
dihajar oleh massa itu, yang tertangkap basah itu, apa kata laki-
laki dia ngomong keluar dari kata-kata di mulutnya, “Hajar,
bunuh sampai mati enak saja dia menikmati, orang sudah
berkeringat dingin untuk mendapatkan sesuatu.” Ini bahayanya
perbandingan kepemimpinan seorang laki-laki dengan
perempuan.

Saudara-saudara bapak sidang Jumat yang mulia, ada satu


penelitian yang sederhana banyaknya sekarang suami-suami,
laki-laki yang berada di balik keranda besi, keranda besi, yang
berada di penjara yang dihadapkan ke meja hijau itu saham yang
paling utama, yang paling besar adalah oleh istrinya, kenapa?
karena isterinya nda tega lagi, dia bisikan kepada suaminya,
“Masa Bapak tidak melihat lingkungan kita, tetangga kita orang
sudah punya mobil mewah rumah megah, sudah punya toko
81

sekian pintu, sudah punya simpanan uang di bank di dalam dan


luar negeri, kenapa kesempatan baik bapak abaikan?”, tanpa filter
dari laki-laki ini, akhirnya meringkuk di balik keranda besi.
Bapak saudara-saudara, selanjutnya Nabi katakan, musibah itu
datang juga wabarra sadīqah, kalau terjemahnya itu
membenarkan apa yang dibuat saudaranya, atau bahasa yang
agak politis lagi, membeo, mengikuti, menuruti apa yang
diomongkan oleh saudaranya walaupun yang diperbuat oleh
saudaranya itu jelas bertentangan dengan keyakinannya, dengan
hati nuraninya, dengan akal sehatnya, jelas itu sudah
menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama Allah. Tapi dia
mengatakan justman, membeo dengan saudaranya.

Saudara-saudara yang mulia, Nabi juga sebut “wartafati al-aswāt


fī al-masājid, heboh, hiruk pikuk di dalam masjid, banyak ahli
hadis yang mengartikan ini, ialah masjid dijadikan sebagai
wadah, sarana untuk mempengaruhi orang banyak, berlakulah di
dalamnya fitnah, guncing, adu domba, bukan lagi sebagai tempat
ibadah kalaupun dia melaksanakan shalat di masjid itu, tapi
selesai sholat itu tidak luput dari perbuatan-perbuatan membawa
dia, menggilincirkan dia terhadap perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan Allah Swt. Bapak, saudara-saudara yang
mulia, negara kita sekarang Insyaallah berapa bulan lagi akan
mengadakan pesta pora besar-besaran untuk penentuan para
calon-calon legislatif kita, baik tingkat 2, tingkat 1, DPR RI
termasuk juga nanti kita akan memilih menentukan siapa orang
nomor satu nomor dua di negara kita tercinta ini, saya ingatkan
82

pada khutbah ini, untuk mendapatkan cita-citanya, keinginannya


untuk atau memenangkan apa yang dia dukung itu, jangan sampai
mengobarkan masjid sebagai sarananya yang timbul adalah fitnah
dan adu domba gunjing dan lain sebagainya atau juga dari masjid
ini menjalar yang namanya permusuhan, yang tidak diridai oleh
agama kita.

Bapak saudara-saudara para hamba Allah yang mulia, selanjutnya


kata Nabi wajāfa abāhu wa ‘aqā ummāhu, bilamana anak-anak
sudah sinis, jijik kepada bapaknya, wa ‘aqā ummāhu, durhaka
kepada ibunya. Kalau ini terjadi musibah datang, kalau kita ikuti
media massa, media cetak elektronik, media sosial betapa banyak
sekarang kita, bukan lagi mendengarkan anak-anak itu
mengeluarkan kata-kata kasar menghardik bapak ibunya, malah
banyak anak-anak itu yang kita tonton tv, kita baca koran, yang
sampai mempenjarakan, menghadapkan kemeja hijau bapak
ibunya, tidak sedikit juga dari mereka perlakuannya yang sampai
membunuh bapak dan ibunya. Ini namanya wajāfa abāhu wa
‘aqā ummāhu.

Bapak, saudara-saudara para hamba Allah yang mulia, kapan


musibah itu datang?, kata Nabi, diucapkan kata-kata yang
berbunyi oleh Nabi, bilamana pemimpin suatu bangsa dan negara
itu disebut di sini pemimpin suatu kaum, bangsa dan negara
terdiri dari orang-orang jahat yang tidak berbudi. Saya baca kitab
Irsyādu al-Ibād, ciri-ciri pemimpin yang jahat yang tidak berbudi
itu, tertera dalam kitab itu ada 3 cara, yang pertama pemimpin
yang zalim, yang aniaya, walaupun rakyatnya, masyarakatnya
83

menderita sengsara tapi masih saja dia menumpuk harta benda


untuk kepentingan pribadi kelompok dan golongannya, yang
kedua, kadzīb, pemimpin yang bohong, lain kata mulutnya, lain
kata hati dan lain perbuatannya. Di tengah-tengah masyarakat
luar biasa ngomongnya pembela rakyat tapi perbuatannya tindak-
tanduknya tingkah lakunya sudahlah mendustai pembohongan
rakyatnya. Yang ketiga, tanda pemimpin yang jahat itu yang tidak
berbudi itu, al-qāilu bihaqqi qalīl alladzī lihadzi dalīl, sedikit
sekali kata-kata ucapan yang keluar dari mulutnya yang benar,
yang jujur, yang lurus, penuh dengan kekeliruan, penuh dengan
kebohongan penuh dengan lip servicenya, al-qāilu bihaqqi qalīl
alladzī lihadzi dalīl malah kalau ada orang-orang yang jujur,
orang orang-orang tulus, orang-orang yang benar, dia dipojokkan,
dihina, dikucilkan, malah dibikin suatu strategi bagaimana orang
itu bisa mengikut dia, membaiat dia, membantu dia, mendukung
dia, kalau dia tidak mau mendukungnya, penjara telah tersedia.
Bapak saudara-saudara para undangan Allah yang mulia, Nabi
juga mengatakan, wa akrimnā fatasorrih, dimuliakan sesorang,
disegani seseorang, dikagumi seseorang, dielu-elukan seseorang,
bukan kepada kebenarannya, bukan faktor pada kejujurannya,
tapi takut kena kejahatannya, kalau ini terjadi di tengah-tengah
masyarakat, tunggu bencana, bala‟, malapetaka akan datang dari
Allah.

Bapak, saudara-saudara, hadis itu juga berbunyi, “wa al-tazati al-


qaina’ah wa al-ma’adzik”, satu pesta pora demokrasi, di satu
pertemuan musyawarah, untuk mengambil perhatian masyarakat
84

ramai, ditonjolkan penari-penari, film-film, band-band porno


yang menyebabkan orang nanti jauh dari agama Allah, dia
korbankan keyakinanya, dikorbankan agamanya, dikobarkan
ibadahnya, asal keinginannya itu tercapai dengan jalan
menonjolkan penari-penari, band-band, film-film porno.

Bapak, saudara-saudara, kata Nabi, merajalelanya minuman


khamar yang memabukkan, malah sekarang arah hari hadis itu,
segala yang merusak akal sehat rohani umat, rakyat itu, itu
namanya, apa itu termasuk narkoba, narkotika dan sebagainya,
bukan lagi minuman. Tapi kita lihat saja contoh kecil saja, betapa
selama ini kita lihat hampir setiap saat di manapun tempat, yang
namanya minuman keras itu, itu betul-betul di masyarakatkan,
dipropagandakan untuk menghadangnya untuk melarangnya
untuk membasminya, kita berterima kasih kepada aparat penegak
hukum kita, banyaknya tertangkap basah minuman-minuman
yang memabukkan itu sehingga dikumpulkan di lapangan,
dipertontonkan kepada rakyat melalui TV yang sebagainya,
dibulduzer, dihancurkan, dibakar, tapi aneh, akal kita ini tidak
bisa menerima, kenapa kok pabriknya jalan terus, aneh bin ajaib,
secara ilmu ekonomi kalau terus dihancurkan, dihabiskan,
dimusnahkan, setiap ada penggeledahan itu, sementara
masyarakat ada juga yang mengkonsumsi, itu secara ekonomi
pabriknya pun tambah banyak memproduksinya. Kenapa tidak
terpikir selama ini untuk menghalangi, untuk menghancurkan
pabrik yang membuat itu.
85

Bapak, saudara-saudara para hamba Allah yang mulia, wala’ana


aghyādzi al-ummah awwalaha, para generasi mudanya, pelanjut,
penerusnya sudah mulai anti, abrori, sinis, jijik, dengan pendapat,
paham, keyakinan para ulamanya, para pendahulunya, banyak
kita lihat sekarang para penerus-penerusnya, generasi-generasi
muda kita yang sudah mulai lagi mau memakai apa yang
difatwakan oleh para ulama para tokoh ustadz dan mubalighnya,
melaknat dia, mengutuk dia, tidak mau mengikutinya.

Bapak saudara-saudara, hadis ini ditutup dengan kata-kata,


“Falyartaqibu ‘inda dzālik rīhan aw hasfan aw maskan” apabila
yang 15 macam ini sudah terjadi, sudah membudaya di tengah-
tengah masyarakat, kata Nabi, tunggu, angin merah berapi akan
datang, banyak hampir sepakat ahli hadis mengatakan angin
berarti itu adalah kebakaran di mana-mana, gempa yang disertai
oleh gelodo sekarang populer dengan tsunami, aw maskan huru-
hara, demonstrasi muncul dimana-mana, dan susah untuk
dibendung lagi, dua sudah terjadi di negara tercinta ini, yang
namanya kebakaran, yang namanya gempa dimana-mana,
tsunami itu sudah mulai, yang satu ini lagi, kalau umat Islam,
rakyat bangsa dan negara ini tidak hati-hati. Kalau betul nanti
huru-hara demontrasi muncul dimana-mana, susah untuk
dibendung lagi, tunggu kehancuran, musibah sudah di depan mata
kita, semoga khotbah ini menjadi buah pikiran kita bersama.

َّ ‫فَأ َْعتَِ ُبْوا اِ ََل‬


.‫الصالَةِ لَ َعلَّ ُك ْم تُْر َْحُْو َن‬
‫‪86‬‬

‫)‪(Khutbah ke-2‬‬

‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَ ْلَ ْم ُد هللِ َر ّْ‬


‫صلَّى اهللُ‬ ‫ْي‪ ,‬أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهللُ َو أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم َدا َّ‬
‫الر ُس ْو ُل اهلل َ‬ ‫ب الْ َعالَم ْ َ‬
‫علَي ِو وسلَّم‪ .‬أللَّه َّم فَص ّْل و سلّْم علَى ى َذا النَِِّب الْ َك ِرِْي ُُم َّم ٍد و علَى الِِو و ِ ِ‬
‫ص ْحبِو اَ ْْجَع ْ َ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫ََ‬ ‫َ َ َ‬ ‫ّْ‬ ‫َْ ََ َ ُ َ َ َ ْ َ َ‬
‫اي بِتَ ْق َو اهلل فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوَزا املتَّ ُق ْو َن اتَّ ُقوا اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل‬
‫َ‬ ‫صْي ُك ْم َو اِيَّ‬
‫اََّماب ع ُد‪ .‬فَياعِباد اهلل اُو ِ‬
‫َْ َ َ َ ْ‬
‫ُ‬
‫الرِحي ِم َوَما‬ ‫الرِجْي ِم بِ ْس ِم اللَّ ِو َّ‬
‫الر ْْحَ ِن َّ‬ ‫َتَُوتُ َّن إََِّل وأَنْتُم مسلِمو َن أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيطَ ِ‬
‫ان َّ‬ ‫َ ْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ ْ ُْ ُ‬
‫ت أَيْ ِدي ُك ْم َويَ ْع ُفو َع ْن َكثِ ٍري‪.‬‬ ‫ِ ِ ٍ‬
‫َصابَ ُك ْم م ْن ُمصيبَة فَبِ َما َك َسبَ ْ‬
‫أَ‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬ ‫ِ‬


‫يما أللَّ ُه َّم‬
‫صلُّوا َعلَْيو َو َسلّْ ُموا تَ ْسل ً‬
‫ين َآمنُوا َ‬ ‫إِ َّن اللَّوَ َوَم َالئ َكتَوُ يُ َ‬
‫صلُّو َن َعلَى النِ ّْ‬
‫َِّب يَا أَيُّ َها الذ َ‬
‫ك ِعْي َشة نِّقيَّةً َو َمْيتَةً َس ِويَّةً َو َمَرِّدا َغْي َر‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ٍ‬
‫الله َّم انَّا نَسأَلُ َ‬
‫ص ّْل َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى ال ُُمَ َّمد‪ُ .‬‬ ‫َ‬
‫ك ِم ْن ُشُرْوِرِى ْم َربَّنَا آتِنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَةً َوِِف‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك ِِف نُ ْوِرى ْم َو نَ ُع ْوذُبِ َ‬
‫فَ ْد ٍي‪ .‬اَللَّ ُه َّم انَّا نَ ْسأَلُ َ‬

‫َّار يَ َار ْْحَا ُن يَ َارِحْي ُم يَ َار َّ‬ ‫اب النَّا ِر َوأ َْد ِخ ْلنَا ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫اِلَنَّةَ َم َع ْاْلَبْ َرا ِر يَ َ‬
‫اع ِزيْ ُز يَا َغف ُ‬ ‫ْاْلخَرةِ َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫ِ‬
‫الْ َعالَم ْ َ‬

‫اْلَ ِاَتَِة َو‬


‫َجلَنَا َو َع َملَنَا بِ ُس ْؤِء ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِعباداهلل‪ ,‬اَلله َّم اختِم أَجلَنَا وعملَنَا ِِبس ِن ْ ِ ِ‬
‫اْلَاَتَة َوَلَ ََتْت ْم أ َ‬ ‫َ َ ُ ُ ْ ْ َ َ ََ ُ ْ‬
‫الم ُد هللِ ر ّْ ِ‬ ‫َّد علَى الِِو وصحبِ ِو أ ْ ِ‬
‫ٍ‬
‫ْي‪.‬‬
‫ب الْ َعالَم ْ َ‬‫َ‬ ‫ْي َو َْ ْ‬
‫َْجَع ْ َ‬ ‫ََْ‬ ‫صلَّى اهللُ َعلَى ُُم َ‬
‫َ‬
‫‪87‬‬

‫‪Khutbah ke-3, 19 Oktober 2018, Menjaga Amanah, oleh‬‬


‫‪Nasroul Hamzah‬‬

‫السالم عليكم و رْحة اهلل و بركاتو (أذان)‬

‫ال ّْق لِي ِ‬


‫ذىَرهُ َعلَى الدّْيْ ِن ُكلّْ ِو َو َك َفى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫اَ ْلَ ْم ُدِ هلل‪ ,‬اَ ْلَ ْم ُد للّو الَذ ْي أ َْر َس َل َر ُس ْولَوُ باهلَُدى َوديْ ِن َْ ُ‬

‫الَ ّْق َوا ْهلَُدى َونَ َهى َع ِن ا َِلفِْ َِتاقِ ْي َواتّْبَ ِاع ا ْهلََوى‪ .‬أ ْ‬
‫َْحَ ُدهُ‬ ‫بِاهللِ َش ِهْي ًدا‪ .‬اَلَّ ِذ ْي أ َْمَرنَا بِاِ ْجتِ َم ِع َعلَى ْ‬
‫ِ ِ‬
‫الُ ْس ََن َو‬
‫َْسَاءُ ْ‬ ‫َوأَ ْش ُكُرْوا َعلَى نَِع ِم ِو الَِّ ِْت َلَ َُْت َسى أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهللُ َلَ َش ِريْ َ‬
‫ك لَوُ َو لَوُ ْاْل ْ‬

‫أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُوُ الَِّ ِْت َلَ يَْنتِ ُق َع ِن ا ْهلََوى اِ ْن ِى َي اَِلَّ َو ْح ٌي يُ ْو َحى‪.‬‬

‫َِّب الْ َك ِرِْي َو َر ُس ْوِل الْ َع ِظْي ِم‪ ,‬نَبِيّْ نَا ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى اَِل َو‬ ‫أللَّ ُه َّم فَ َ‬
‫ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى َى َذا النِ ّْ‬
‫َص َحابِِو َو َم ِن اتَّبِ ِع ا ْهلَُدى أ ََّما بَ ْع ُد‪.‬‬
‫أْ‬

‫َّ ِ‬ ‫ِ‬
‫صْي ُكم و نَ ْف ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ‬
‫س بتَ ْق َو اهلل فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوَزا َم ِن اتَّ َقى يَا أَيُّ َها الذ َ‬ ‫فَيَاعبَ َاد اهلل اُْو ْ َ‬
‫صلِ ْح لَ ُك ْم أ َْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َوَم ْن يُ ِط ِع اللَّوَ َوَر ُسولَوُ فَ َق ْد‬ ‫ِ‬
‫َو قُ ْولُْوا قَ ْوَلً َسديْ ًدا يُ ْ‬
‫الرِجْي ِم يَا أَيُّ َها‬ ‫ال اهلل تَعلَى ِِف الْ ُقرأ َِن الْ َك ِرْي أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيطَ ِ‬
‫ان َّ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ ُْ‬ ‫يما‪ .‬قَ َ ُ َ‬
‫ِ‬
‫فَ َاز فَ ْوًزا َعظ ً‬
‫الس ْل ِم َكافَّةً وََل تَتَّبِعوا خطُو ِ‬
‫ات الشَّيطَ ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫ان إِنَّوُ لَ ُك ْم َع ُد ّّو ُمبِ ٌ‬
‫ْي‬ ‫ْ‬ ‫َ ُ ُ َ‬ ‫ين َآمنُوا ْاد ُخلُوا ِِف ّْ‬
‫الذ َ‬

‫‪Ma’āsyira al-muslimīn rahimakullāh, dalam kesempatan khutbah‬‬


‫‪Jum'at hari ini, khatib ingin mengajak kita semua merenungkan‬‬
‫‪memikirkan, dan sesudah itu bisa menindak lanjuti suatu ayat al-‬‬
‫‪Qur‟an surah al-Baqarah ayat 208 yang tadi itulah yang telah‬‬
‫‪dibacakan, yang ditujukan kepada setiap insan yang beriman‬‬
88

ِ ‫السلْ ِم َكافَّةً وََل تَتَّبِعوا خطُو‬


ِ َ‫ات الشَّيط‬ ِ َّ
ٌ ِ‫ان إِنَّوُ لَ ُك ْم َع ُد ّّو ُمب‬
‫ْي‬ ْ َ ُ ُ َ ّْ ‫ين َآمنُوا ْاد ُخلُوا ِِف‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬

wahai sekalian orang yang mengaku telah beriman, percaya


kepada Allah percaya kepada malaikat, percaya kepada kitab,
percaya kepada Rasul, percaya kepada hari akhir, percaya kepada
takdir, masuklah kalian ke dalam Islam secara Kaffāh, secara
totalitas secara utuh, tidak di keping-keping, tidak di pilah-pilah
dan tidak dipilih-pilih, kaffāh. Islam adalah mā jāa bihi al-nabī
Saw. apa yang dibawa oleh Rasulullah terakhir, Nabi Muhammad
Saw. dari Allah Swt sebagai agama terakhir yang juga telah
dinyatakan sebagai agama yang sempurna alyauma akmaltu
lakum dīnakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matī waradītulakumu al-
islāmadinā. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, Islam
yang sudah sempurna, Islam yang tidak perlu ditambah dan
ditumpuk-tumpuk lagi dan tidak ada embel-embelnya.
Pedomannya adalah sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah Saw taraktu fīkum amraini mā intamassaktum bihī
man tadillu abadā, kutinggalkan buat kalian buat pusaka yang
sangat tinggi nilai, apabila kalian berpegang teguh kepada dua
pusaka itu kalian tidak akan pernah sesak di belantara kehidupan
dunia ini. Apa itu?, kitab Allah al-Qur‟an dan sunnah Rasul-Nya,
alhadis. Islam yang dibawa Rasulullah Saw. yang lengkap, yang
sempurna itu berisikan aturan-aturan secara garis besar aturan itu
meliputi bidang akidah, syariah dan bidang akhlak, bisa
dibedakan tetapi tidak bisa dicerai pisahkan, tidak bisa dipilih
seperti sebagai opsional tapi kumulatif bahkan dilaksanakannya
secara serentak dalam waktu yang bersamaan. Aturan mengenai
89

akidah harus diyakini dengan sepenuh keyakinan, tidak ada boleh


syāk dan ragu kepadanya, oleh karena itu orang yang beriman
sepenuh-penuhnya iman kepada Allah itu tidak sumbing oleh
keadaan apapun. Termasuk kepada rukun rukun iman yang lain,
kitab yang kita akui dan kita yakini kebenarannya lā raiba fīhi,
tetapi tidak jarang juga di kalangan kaum muslimin sendiri sering
mempertanyakan, apakah mempertanyakan itu karena ingin lebih
tahu atau mempertanyakan karena keragu-raguan, sementara
ketika dia menyatakan dirinya beriman sesungguhnya tidak ada
jalan lain, tidak ada pilihan lain kecuali mempercayainya.
Keyakinan itu adalah sesuatu yang diikrarkan di dalam hati
ditasdiqkan dalam hati, dikeluarkan dengan lidah dan dibuktikan
dengan amal perbuatan nyata tentang iman apapun tentang hari
akhir tentang rizki, tentang bala‟, tentang bencana, tentang
musibah tapi banyak orang sekarang yang ingin
merasionalisasikan segala sesuatu yang terjadi, ga itu
hubungannya musibah itu dengan dosa, tetapi orang yang
beriman karena Allah yang berfirman dalam al-Qur‟an yakin
seyakin-yakinnya oleh karena itu kejadian ini kejadian kita
jadikan pelajaran hikmahnya. Tidak mungkin sesuatu yang sudah
menjadi takdir Allah, qadarullāh, musibah nggak bisa ditolak,
musibah itu harus dihadapi. Allah melalui al-Quran dan rasul-
Nya melalui hadis menunjukkan bagaimana caranya mensiasati
agar musibah sebagai gejala alam yang terjadi dan kejadian-
kejadian diciptakan oleh Allah sendiri atas izin-Nya, karena tidak
ada apapun yang terjadi di atas muka bumi ini di alam ini yang
tanpa seizin Allah Swt., caranya bagaimana?, ditunjukkan
90

caranya, bagi yang terkena innalillāhi wainnālillahi rāji’ūn,


samping bersyukur kepada allah karena dia selamat, dia harus
menunjukkan empati dan simpati kepada orang yang kena
musibah itu. Sebagian kita telah melaksanakan setiap kali ada
bencana terus di garis depan dalam ikut menanggulangi, tapi
sebagian yang lain masih berpikir pikir apa iya musibah itu, yang
diderita kalau memang itu karena dosanya biarkan sajalah dia
bersama dosanya. Bukan ini yang diajarkan oleh Rasulullah
kepada kita, yang kedua di bidang syariah ada aturan, namanya
syariat itu mengatur hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan
muamalah, ada aturan yang jelas bahkan sebagai yang sekecil-
kecilnya diatur. Tidak ada dalam agama lain atau ajaran manapun
di dunia ini sebegitu rincinya, masuk wc saja ada aturannya
keluar dari sana ada uturannya, mau tidur, bangun tidur, mau
makan, habis makan, mau mandi, mau berjalan, tidak ada tanpa
aturan tetapi sekarang ini kita masih sering mendengarkan upaya
yang begitu rupa yang dilakukan oleh kalangan umat Islam untuk
tetap berusaha menegakkan syariat Islam. Tetapi ada juga yang
melawannya, bahkan ada yang berdalih kalau syariat Islam itu
syariat yang mana, yang bersangkutan terlalu banyak pandangan
rupanya pendapat tentang itu, yang mana yang datang dari Allah
dan Rasul-Nya, bukan yang datang dari orang, bukan yang datang
dari kelompok, bukan yang datang dari suatu bangsa, yang datang
dari Allah Swt. Itu isi aturannya, untuk apa syariah itu diturunkan
oleh Allah paling tidak ada 4 fungsinya yang pertama adalah
untuk memelihara dan menjaga agama itu sendiri, bagi orang
mukmin ketika agamanya diganggu, dia pasti bereaksi, kenapa?,
91

karena memang syariahnya begitu, jangan biarkan agama


menghinakan orang, jangan dibiarkan Rasul-Mu dihinakan orang,
jangan biarkan kitab sucimu dihinakan orang, itu syariat yang
harus ditegakkan, tidak harus menunggu undang-undangnya ada
di DPR, kalaupun ada kita nda tahu kapan itu undang-undang
akan muncul, bahwa kalau ada agama dibeginikan, ada atau tidak
undang-undang sebagai hukum positif setiap muslim wajib
terpangggil hatinya, ketika agamanya dihinakan. Kedua, untuk
menjaga atau memelihara jiwa manusia, hukum qisās adalah
yang sangat terang, jelas. Bagaimana Allah menentukan hukuman
kepada orang yang menghilangkan nyawa orang lain, tetap orang
lain berkata yang tidak suka dengan syariat Islam, orang Islam itu
keras pembunuh, dia radikal, dia teroris, capnya seperti itu,
padahal Islam mengajarkan menurut syariatnya tidak boleh
membunuh orang kecuali di jalan yang hak, siapa yang
membunuh, menghilangkan nyawa satu orang saja manusia tanpa
hak, dia sama dengan membunuh seluruh manusia, dan siapa
yang bisa menghidupkan orang cara menjaga hak hidupnya, yang
menghidupkan semua manusia. Itu syariat islam itu, bukan
membunuh orang. kalau ada hukum qisas, dinyatakan ‫ك ْم ِِف‬
ُ َ‫َول‬
ِ ‫ُوِل ْاْلَلْب‬
َ‫اب‬ ِ ‫اص َحيَاةٌ يَا أ‬
ِ ‫ص‬ ِ
َ َ ‫ الْق‬dalam tegaknya hukum qisas itu
menjamin kehidupan orang lain untuk menjadi pelajaran
penjeraan terhadap orang yang seenaknya saja, tapi ketika hukum
itu tidak tegak dengan sejumlah uang orang bisa membunuh
orang, bahkan bisa anak membunuh orang tuanya sendiri,
menjaga harta bagaimana caranya kalau harta itu dipindahkan,
92

ِ ‫ََل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب‬


ada caranya menurut syariat Islam, ‫اط ِل إََِّل أَ ْن‬َ ْ َْ ْ َ ْ
‫اض ِمْن ُك ْم‬
ٍ ‫تَ ُكو َن ِِتَ َارةً َع ْن تَ َر‬jangan diambil, dipindahkan harta orang dari

kantong orang ke kantongmu kecuali dengan cara-cara yang sah,


tidak boleh cara yang tidak sah. Kalau sekedar hukum positif
begitu beratnya orang yang melakukan korupsi tetapi orang nda
pernah jera, nda pernah kapok untuk melakukannya. Islam datang
dikatakan kejam dan keras, potong tangan, laki-laki yang mencuri
perempuan yang mencuri potong tangannya, tentu dengan syarat-
syarat yang cukup berat. Jumlahnya harus sekian, yang diambil
itu harus begini, harus begitu baru dilaksanakan, kalau saja itu
dilakukan kepada satu saja barang kali, mungkin boleh jadi orang
yang tidak suka ada ketika boleh ada lagi kenapa?, karena orang
takut mencuri, sekali dia melakukan dia kena hukuman ke mana
pun dia pergi, orang tahu itu tandanya, apa buktinya? tangannya
sudah salah satu ga ada, masih juga, dipotong kakinya secara
silang, kelihatan kejam tapi pasti menjamin harta benda orang
tidak mudah berpindah. Kemudian menjaga kehormatan dan
keturunan ga boleh zina, kenapa itu kehormatan seorang
perempuan harus dijaga dengan baik, kalau mau juga jatuh hati
kepada dia, pinang baik-baik, nikahi menurut syariat, sah dia,
bedanya cuman ada akad atau tidak, kalau tidak ada akad itu
sama dengan kebo, kalau ada akad dilakukan menurut syarat-
syarat dan rukunnya ditentukan oleh syariat itulah perkawinan
yang diajarkan oleh Islam. Kenapa harus kawin?, supaya jelas
kalau dari perkawinan itu lahir seorang anak jelas bapaknya, jelas
ibunya, mengamankan keturunan, jadi hakikatnya syariat itu
93

untuk menjaga memelihara pertama dari agama, kedua adalah


nyawa, ketiga harta benda, keempat adalah kehormatan dan
keturunan. Kemudian bidang yang ketiga adalah akhlaq, tidak
hanya fikih yang ada aturannya, akidah ada aturannya, akhlakpun
ada aturannya. Orang Islam diaturnya dirinya supaya selalu
menampilkan perilaku yang terpuji, menjauhkan yang tercela,
misalnya yang pertama harus al-haq, selalu benar, benar bukan
batil, kalau ada yang batil menurut syara‟, ada atau tidak undang-
undang hukum positif seorang muslim harus menjauh, itu batil,
yang haq ini, walaupun sedikit kalau itu bukan hak saya, tidak
akan pernah saya ambil, kenapa? tak ada hak saya di situ. Tapi
kalau syariatnya ga jalan, maka yang terjadi adalah ungkapan-
ungkapan yang tidak enak didengar zaman sekarang masih cara
yang halal, cari yang haram aja susah. Tapi bagi orang yang
betul-betul konsisten dan konsekuen dengan imannya pasti
mengatakan, lebih baik saya lapar daripada saya harus
mengambil hak orang lain. Jujur, tidak bohong, dibohongi itu
bukan akhlak yang diajarkan oleh Islam, „alaikum bi al-sidqi,
hendaklah kamu selalu benar, jujur, karena jujur mengantarmu
kebaikan, kebaikan akan mengantarkan kamu ke surga, jauhkan
kebohongan itu, karena kebohongan itu mengantarkan pada
kejelekan, dan kejelekan itu mengantarkan kamu ke neraka. Apa
lagi, adil, adil adalah akhlak yang diajarkan oleh Islam, orang adil
dalam menghukum nda mau menghukum orang yang bersalah,
dan menghukum orang yang bersalah, siapapun dia, contohnya
sudah dicontohkan oleh Rasulullah, tidak ada pandang bulu ada
persamaan hak orang di depan hukum, dilaksanakan dengan
94

seadil-adilnya. Lawannya adalah zalim, meletakkan sesuatu tidak


pada tempatnya adalah zalim, orang ga salah dia hukum, zalim.
Orang yang ga berdosa dihukum, zalim. Orang yang baik
dikatakan jelek, zalim. Selanjutnya adalah di samping jujur, adil,
amanah. Amanah adalah jenis lambang syariat islam yang harus
dijalani oleh muslim, ga boleh amanah disia-siakan, mudah-
mudahan kita semua bangkit kesadaran kita dalam suasana
bagaimanapun juga, bagi kita Islam adalah jalan terang yang
harus kita ditempuh, agar kita bisa hidup sentosa, bahagia di
dunia sampai ke akhirat kelak. Dunia yang sangat sebentar,
kenikmatannya juga sebentar, tapi kalau akhirat kita persiapkan,
kenikmatannya entah berapa lamanya ga bisa dihitung dengan
tahun. Mudah-mudahan Allah bukakan pintu hati kita untuk
bagaimana pun juga tidak mendiskusikan tentang syariat tapi
berusaha melaksanakan syariat dalam diri kita, di keluarga kita,
dilindungi lingkungan kita, di organisasi kita, di bangsa kita dan
seterusnya.

ْ ‫ات َوِذ ْك ِر‬


‫الَ ِكْي ِم‬ ِ ‫ب رَك اهلل ِِل و لَ ُكم ِِف الْ ُقرأ َِن الْع ِظي ِم و نَ َفع ِِن و اِيَّا ُكم فِيما فِي ِهم واَْلَي‬
َ َ ْ ْ َْ ْ َ َْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ُ ََ
‫َستَ ْغ ِفُراهللَ الْ َع ِظْي َم َولَِوالَِولَ ُك ْم‬ ِ ِ ِ َّ ‫تَ َقيَّل ِم ِّْن وِمْن ُكم تِالَوتَو اِنَّو ىو‬
ْ ‫السمْي ُع الْ َعلْي ُم أَقُ ْو ُل قَ ْول َى َذا فَأ‬ َُ ُ ُ َ ْ َ ْ َ
ِ
َّ ‫َستَ ْغ ِفُرهُ انَّوُ ُى َوالغَ ُف ْوُر‬
‫الرِحْي ُم‬ ِ ِ
ْ ‫ْي َو الْ ُم ْؤمنَات فَأ‬
ِِ ِ ِ
َ ْ ‫ْي َو الْ ُم ْسل َمات َو الْ ُم ْؤمن‬
ِِ ِِ
َ ْ ‫َوِلَمْي ِع الْ ُم ْسلم‬

(Khutbah ke-2)

ِ ‫الم ُد هللِ و ََْنم ُده و نَستعِي نُو و نَست ْغ ِفره و نَعوذُ بِاهللِ ِمن ُشروِر أَنْ ُف ِسنَا و ِمن سيّْئ‬
‫ات‬ََ ْ َ ُْ ْ ْ ُ َ ُُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ َ ْ َْ
ِ ِ ِ ِ ‫ض َّل لَو و من ي‬ ِ ِ
ُ‫ي لَوُ أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهلل َو ْح َده‬ ْ ُ ْ َ َ ُ ِ ‫أ َْع َملنَا َم ْن يَ ْهدهِ اهللُ فَالَُم‬
َ ‫ضللْوُ فَالَ َىاد‬
95

ّْ َِّ‫ص ّْل َو َسلّْ ْم َوبَا ِرْك َعلَى َى َذا الن‬


‫ِب‬ َ َ‫ك لَوُ َو أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُوُ أللَّ ُه َّم ف‬
َ ْ‫َلَ َش ِري‬

.‫ اََّما بَ ْع ُد‬.‫ْي‬ ِ ْ ‫الْ َك ِرِْي و رسوِل الْع ِظي ِم نَبِيّْ نَا ُُمَّم ٍد و علَى اَلِِو و صحبِ ِو أ‬
َ ْ ‫َْجَع‬ َْ َ َ َ َ ْ َ ُْ َ َ

.‫اضُرْو َن َرِحْي َم ُك ُم اهللُ اتَّ ُقوا اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬
ِ ‫ال‬ ِ
َْ ‫فَيَاأَيُّ َهاالْ ُم ْسل ْو َن‬
‫اْلنْ َسا َن لَِفي‬
ِْ ‫ص ِر إِ َّن‬
ْ ‫الع‬
ِ َّ ‫ان‬
َ ‫الرجْي ِم َو‬
ِ َ‫اَل ِِف ال ُقراَ ِن الْ َك ِرِْي أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيط‬
ْ َ ُْ ْ َ ‫ال اهلل تَ َع‬
َ َ‫ق‬

َّ ِ‫اص ْوا ب‬
‫الص ِْب‬ ْ ِ‫اص ْوا ب‬ ِ ِ َّ ‫خس ٍر إََِّل الَّ ِذين آمنُوا وع ِملُوا‬
َ ‫الَ ّْق َوتَ َو‬ َ ‫الصالَات َوتَ َو‬ ََ َ َ ُْ

Ini masa, pagi, siang, sore, malam, masa muda, masa tua, masa
enak, masa ga enak, masa kaya, masa miskin, semua yang
namanya manusia pasti merugi, kecuali orang yang beriman,
yang beramal saleh, saling berwasiat dan saling tegursapa,
nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati di
dalam kesabaran. Mari kita pupuk iman kita dengan selalu
meningkatkan iman itu dengan amal saleh, kita tunjukkan yang
benar itu benar, dan kita minta kepada Allah, supaya kita
ditunjukkan yang mana itu yang nyata, dan mana benarnya, dan
kita bisa melaksanakan, ditunjukkan pula kepada kita kemudian
kita tunjukkan kepada orang-orang lain yang salah itu, nyata-
nyata salah dan mampu untuk meninggalkannya. Kita yakin
hanya dengan demikian, kita berhak untuk mencapai apa yang
diperingatkan oleh Allah ‫سلِ ُمو َن‬ ِ
ْ ‫ َوََل َتَُوتُ َّن إََّل َوأَنْتُ ْم ُم‬.

‫ أللَّ ُه َّم‬.‫صلُّوا َعلَْي ِو َو َسلّْ ُموا تَ ْسلِي ًما‬


َ ‫ين َآمنُوا‬
ِ َّ
َ ‫َِّب يَا أَيُّ َها الذ‬
ِ
َ ُ‫إِ َّن اللَّوَ َوَم َالئ َكتَوُ ي‬
ّْ ِ‫صلُّو َن َعلَى الن‬
‫ت َعلَى اِبْ َر ِاىْيم َو َعلَى ِال اِبْ َر ِاىْيم َو‬
َ ‫صلَّْي‬
ٍ ِ ٍ
َ ‫ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى ال ُُمَ َّمد َك َما‬
َ
96

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ
َ ْ ‫ت َعلَى ابْ َراىْيم َو َعلَى اَل ابْ َراىْيم ِِف الْ َعالَم‬
‫ْي‬ َ ‫بَا ِرْك َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى ال ُُمَ َّمد َك َما بَ َارْك‬
‫َحيَ ِاء‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ َ ‫اِن‬
ْ ‫ْي َو الْ ُم ْسل َمات ْاْل‬ َ ْ ‫لله َّم ا ْغف ْرِ ِْل َو الْ ُم ْؤمن‬
َ ْ ‫ْي َو الْ ُم ْؤمنَات َو الْ ُم ْسلم‬ ُ َ‫ ا‬.‫َّك َْحْي ٌد ََمْي ٌد‬
‫اج ِة‬ ِ ‫ات اِنَّك َِْسيع قَ ِريب َُِميب الد‬
ِ َ‫ات و ياق‬ ِ ‫ِمْن هم و ْاْلَمو‬
َ َ‫ال‬
ْ ‫اض َي‬ َ َ ‫َّع َو‬
َ ُ ْ ٌ ْ ٌْ َ َْ َ ْ ُ

Allūhumma, Ya Allah, Ya Tuhan kami, banyak yang kami sudah


tau tentang agama kami tapi masih banyak pula yang belum kami
lakoni dalam kehidupan kami, banyak lagi yang belum kami
ketahui, jangankan kami akan melaksanakannya, oleh karena itu
Ya Allah, berikan kepada kami, petunjuk dan hidayah-Mu jalan
untuk mendapatkan ilmu, sehingga kami tahu dan paham akan
agama kami, kami punya kekuatan untuk melaksanakannya
dalam hidup kami, agar kami betul-betul menjadi orang yang
senantiasa kami laporkan kepada-Mu setiap shalat kami, bahwa
hidup dan mati kami, ibadah dan amal kami hanya untuk engkau
saja.

‫ َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَنْ ُف َسنَا‬.‫ْي إِ َم ًاما‬ ِ ِ ٍ ُ ‫اَللَّ ُه َّم ربَّنَا َىب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاجنَا وذُّْريَّاتِنَا قُ َّرةَ أ َْع‬
َ ‫اج َع ْلنَا ل ْل ُمتَّق‬
ْ ‫ْي َو‬ َ َ ْ َ

ً‫ َربَّنَا آتِنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَةً َوِِف ْاْل ِخَرةِ َح َسنَة‬. .‫ين‬ ِ ْ ‫وإِ ْن ََل تَغْ ِفر لَنَا وتَرْحنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن‬
َ ‫اْلَاس ِر‬ َ َْ ْ َ ْ ْ َ
‫ان َوإِيتَ ِاء ِذي الْ ُق ْرََب َويَْن َهى َع ِن‬
ِ ‫اْلحس‬ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ َ ‫َع َذ‬
َ ْ ْ ‫ عبَ َاداهلل إ َّن اللوَ يَأْ ُمُر بالْ َع ْدل َو‬.‫اب النَّار‬ ‫َوقِنَا‬

‫اسأَلُْو َن‬
ْ ‫َويَ ْش ُك ْرُك ْم َو‬ ‫ فَاذْ ُكُروا اللَّوَ الْعِ ِظْي َم‬.‫الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر َوالْبَ ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُرو َن‬

َّ ‫ضلِ ِو اُ ْعتِ ْذ ُك ْم َوَلَ ِذ ْكُر اهللِ أَ ْكبَ َر َو أَقِْي ُم‬


َ‫الصالَة‬ ْ َ‫ِم ْن ف‬
‫‪97‬‬

‫‪Khutbah Jum’at ke-4, 25 Oktober 2018, Regenerasi Kader‬‬


‫‪Dakwah dan Perjuangan, oleh Muhammad Suhadi‬‬
‫السالم عليكم و رْحة اهلل و بركاتو (أذان)‬

‫ات أ َْع َملِنَا‬


‫الم ُد هللِ ََْنم ُده و نَستعِي نُو ونَست ْغ ِفره ونَعوذُبِنَا ِمن ُشروِر أَنْ ُف ِسنَا و ِمن سيّْئ ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ْ ََ‬ ‫ْ ُْ‬ ‫َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ُُ َ ُ ْ‬ ‫ا َّن َْ ْ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ض َّل لَو و من ي ِ‬ ‫ِ‬
‫ي لَوُ أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهلل َو ْح َدهُ َلَ َش ِريْ َ‬
‫ك‬ ‫َم ْن يَ ْهدهِ اهللُ فَالَ ُم ِ ُ َ َ ْ ُ ْ‬
‫ضل ْلوُ فَالَ َىاد َ‬
‫ِِ‬ ‫ٍ‬
‫ص ّْل َعلَى نَبِيّْنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى الو َو َم ْن تَبِ َعوُ‬
‫لَوُ َو أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُوُ أللَّ ُه َّم َ‬
‫الرِجْي ِم بِ ْس ِم‬ ‫ال اهلل تَعلَى ِِف كِتَابِِو الْ َك ِرْي أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيطَ ِ‬ ‫ِِ ٍ ِ ِ‬
‫ان َّ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ ُْ‬ ‫با ْح َسان ا ََل يَ ْوم الدّْيْ ِن‪ .‬قَ َ ُ َ‬
‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‪ .‬يَا‬ ‫َّ ِ‬ ‫الر ْْحَ ِن َّ ِ ِ‬
‫الرحيم يَا أَيُّ َها الذ َ‬ ‫اللَّ ِو َّ‬

‫اح َدةٍ َو َخلَ َق ِمْن َها َزْو َج َها َوبَ َّ‬


‫ث ِمْن ُه َما‬ ‫س وِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم م ْن نَ ْف ٍ َ‬
‫أَيُّ َها الن ُ‬
‫ِر َج ًاَل َكثِ ًريا َونِ َساءً َواتَّ ُقوا اللَّوَ الَّ ِذي تَ َساءَلُو َن بِِو َو ْاْل َْر َح َام إِ َّن اللَّوَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيبًا‪ .‬يَا أَيُّ َها‬

‫صلِ ْح لَ ُك ْم أ َْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َوَم ْن‬ ‫ِ‬


‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ َولْيَ ُقولُوا قَ ْوًَل َسد ً‬
‫يدا‪ .‬يُ ْ‬
‫َّ ِ‬
‫الذ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫يُط ِع اللَّوَ َوَر ُسولَوُ فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوًزا َعظ ً‬
‫يما‪.‬‬

‫‪Ma’āsyira al-muslimīn rahimakumullāh, puji syukur kita‬‬


‫‪panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang telah‬‬
‫‪diberikan kepada kita semua sehingga dengan rahmat dan‬‬
‫‪karunia-Nya itu, kita tetap dapat melaksanakan berbagai‬‬
‫‪kewajiban kita antara lain melaksanakan salat jum'at berjamaah di‬‬
‫‪masjid yang mulia ini, shalawat dan salam semoga selalu‬‬
‫‪tercurahkan baginda Rasulullah Saw. beserta para keluarga,‬‬
‫‪sahabat, dan semua orang yang mengikutinya hingga hari‬‬
‫‪kemudian. Kaum muslimin, jamaah sholat Jumat rahimakumullāh‬‬
98

sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia hari-hari sekarang ini


kita dalam keadaan yang tidak normal dalam arti berbagai hal
sedang terjadi berkaitan dengan tahun politik, sebagai umat Islam
yang merupakan bagian terbesar dari bangsa ini semestinya
mempunyai peran yang menentukan, tetapi juga jangan lupa
pihak-pihak yang berkepentingan di luar kepentingan umat juga
berusaha untuk bisa memanfaatkan jumlah umat yang besar ini
untuk kepentingannya. Oleh karena itu kita sebagai umat Islam
harus dapat memilah-milah dan memilih mana yang akan
memberikan jaminan kepentingan untuk umat ini, pihak-pihak
yang tidak suka dengan kebangkitan umat untuk bisa lebih
berperan di negeri ini, pasti berusaha untuk menghalangi
kebangkitan umat ini kedepan, mereka pasti berusaha untuk
melemahkan kekuatan umat ini dengan berbagai cara, yang pasti
mereka berusaha untuk memecah kekuatan persatuan umat
dengan cara yang halus maupun dengan cara yang kasar, firman
Allah dalam surah Āli Imrān ayat 140
ِ َّ ِ ِ ‫إِ ْن ّيَْسس ُكم قَرح فَ َق ْد مس الْ َقوم قَرح ِمثْلُو وتِْلك ْاْلَيَّام نُدا ِوُهلا ب ْي الن‬
َ ‫َّاس َوليَ ْعلَ َم اللَّوُ الذ‬
‫ين‬ َ ْ َ َ َ ُ َ َ ُ ٌ ْ َ ْ َّ َ ٌْ ْ ْ َ
ِ ِ ُّ ‫َّط َذ ِمْن ُكم ُشه َداء واللَّو ََل ُُِي‬
ِ ‫آمنُوا وي ت‬
َ ‫ب الظَّالم‬
‫ْي‬ ُ ََ َ ْ ََ َ
Jika kamu, pada perang uhud mendapat luka maka sesungguhnya
kaum kafir itu pun juga mendapat luka yang serupa, pada masa
kejayaan dan kehancuran itu kami pergilirkan di antara manusia
agar mereka dapat mendapat pelajaran dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman dengan orang kafir dan
supaya sebagian kamu dijadikannya gugur sebagai syuhadā. Dan
Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.
99

Kita mersakan bahwa saat ini keadaan umat di seluruh dunia


secara umum termasuk di Indonesia pada posisi yang lemah,
kekuasaan dan kejayaan ada pihak lain kita berharap pergiliran
kejayaan dan kemenangan ini, menjadi bagian kita bagi masa ke
depan ini, bahkan umat ini pernah memproklamirkan pada awal
abad 15 Hijriah sekitar tahun 1980 yang lalu, awal abad hijriyah
adalah abad ke-15 hijriyah ini adalah abad kebangkitan umat
Islam, saat ini abad 15 hijriyah udah masuk tahun ke-40. Apakah
kita sudah siap menerima pergiliran ini sesuai dengan janji Allah
dalam Ali Imrān 140 tadi, jamaah Jumat rahimakumullāh,
marilah kita memperhatikan umat Islam di Indonesia sebagai
koreksi terhadap diri kita sendiri, umat Islam Indonesia yang
merupakan bagian terbesar mayoritas di bangsa ini, mestinya
pada momen sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk
mengambil posisi dalam pergiliran kejayaan, seperti yang
dijanjikan Allah, tetapi seperti yang kita dapat rasakan ternyata
tubuh mati ini sekarang terkoyak, tercederai dengan banyak
penyakit, setuju tidak setuju, kita melihat bahwa dalam tubuh
umat ini terjangkit banyak penyakit yang mungkin ada yang
sengaja dimasukkan oleh pihak-pihak yang tidak suka terhadap
kebangkitan umat, eksistensi umat terus diganggu untuk
melemahkan umat, mulai dari isu menghilangkan pembelajaran
agama dari kurikulum sekolah, pembatalan perda-perda syariah,
mungkin penyusunan perumusan ke dalam tubuh umat kemudian
mengacau di dalam, yang lebih sulit lagi kalau penyusup ini
sampai mempengaruhi pemegang peran dalam kebijakan dalam
organisasi umat, wujudnya tidak terlalu tampak, tetapi gejalanya
100

terasa cukup jelas, rasanya kita perlu bertanya kepada hati nurani,
fitrah, hati nurani orang akan menunjukkan suatu kebenaran,
sulitnya apabila hati nurani ini sudah tumpul, sehingga suara
kebenaran hati nurani ini tidak terdengar lagi, ketajaman hati
nurani akan dipengaruhi oleh sikap hidup seseorang, apabila
seseorang sudah terbiasa menyikapi masalah yang tidak benar
sebagai hal yang biasa, selanjutnya biasanya ketajaman suara hati
nurani akan tumpul. Orang yang sudah sering meninggalkan
shalat dia tidak akan masalah sekali-sekali meninggalkan shalat
tetapi orang yang tidak pernah meninggalkan shalat sekali
terlewat pasti akan merasakan bahwa itu suatu masalah yang
besar yang tidak boleh terulang. Jamaah Jumat rahimakumullāh,
ada perintah Allah yang akrab dengan telinga kita, awal ayat 103
ِ ِ ِ ِ
ً ‫ َو ْاعتَص ُموا ِبَْب ِل اللَّو َْج‬berpegangteguhlah
Surah Āli Imrān‫يعا َوََل تَ َف َّرقُوا‬

pada tali Allah, jangan terpecah-belah. Hari-hari sekarang ini,


pelaksanaan perintah ayat ini sedang diuji, setuju tidak setuju kita
terus diprovokasi sehingga jalan menuju persatuan umat
terganggu. Terakhir, kita mendengar pembakaran bendera yang
bertuliskan kalimat tauhid, terekspos, yang melakukan adalah
saudara kita sendiri dalam Islam, mestinya kita bisa menguji pada
diri kita sendiri melalui hati nurani kita apa betul argumentasi
argumentasi yang dikeluarkan berikutnya oleh yang bersangkutan
atau oleh pihak yang terkait, kita uji lagi melalui hati nurani kita,
untuk dapat merasakan bagaimana sebenarnya kalau kita bicara
dengan latar belakang kepentingan masing-masing apalagi
kepentingan yang berseberangan pasti dia akan ada kata sepakat,
101

tapi kalau kembali ke suara hati nurani walaupun tidak terucap


manusia yang normal pasti bisa merasakan sesungguhnya kepada
kebenaran itu sama. Jamaah jumat rahimakumullāh, ada sikap
yang terpuji pada umat ini yaitu kebiasaan memaafkan, memang
kita diperintahkan untuk memaafkan kesalahan orang, tetapi
kebiasaan ini sering disalahgunakan oleh orang sehingga yang
bersangkutan bisa aman bahkan mungkin akan kembali kepada
kebiasaan yang untuk berbuat yang sama. Oleh karena itu kita
perlu hati-hati seharusnya kita telusuri yang bersangkutan,
keberadaannya sekarang, sebelumnya, dan juga sikap dan tindak-
tanduknya serta lingkungannya. Sebagai contoh kita lihat, apakah
kedekatan serta keterlibatannya dengan komunitas tertentu, misal
komunitas yang melegalkan hal-hal yang munkar, bahkan mereka
berpendapat komunitas tersebut sejahtera, bahkan lebih makmur
dan kalau ada yang mengatakan tunggu adzab Allah karena itu,
dikatakan itu hanya mitos. Orang yang berpendapat demikian kita
perlu bersikap hati-hati karena yang demikian itu berarti bukan
bagian dari kita umat Islam. Jamaah Jumat rahimakumullāh,
tetapi dalam kondisi yang ada sekarang, kita juga jangan gegabah
dalam merespon, hati-hati kita bereaksi agar masih dalam kondisi
yang masih dapat diterima oleh keadaan. Reaksi yang kita
lakukan harus terukur meskipun mungkin cukup keras karena itu
juga memberi kesan kepada kita, kita tidak main-main. Kita tetap
yakin orang-orang yang benar, yang suara hati nuraninya jernih
tetap ada dimana mana, merekalah yang menyerukan amar
makruf sedangkan menyampaikan nahi munkar memang perlu
keberanian tersendiri.
102

Jamaah Jumat rahimakumullāh firman Allah yang lain ‫اونُوا َعلَى‬


َ ‫َوتَ َع‬
ِ ‫يد الْعِ َق‬ ِ
‫اب‬ ُ ‫اْل ُِْث َوالْ ُع ْد َو ِان َواتَّ ُقوا اللَّوَ إِ َّن اللَّوَ َشد‬
ِْ ‫ الِْ ّْب َوالتَّ ْقوى َوََل تَ َع َاونُوا َعلَى‬dan
َ
tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksanya.
Ta’āwanu, bekerjasamalah kamu sekalian, tersirat di situ ada para
pihak, mungkin perseorangan, mungkin organisasi, oleh karena
itu komunikasi antar pihak, baik perorangan atau organisasi perlu
terus dijaga karena tanpa komunikasi yang baik pasti tidak akan
ada kerjasama apalagi tolong-menolong. Pihak provokator pasti
berusaha untuk memutus komunikasi yang mungkin terjadi,
mereka menjaga status yang ada dan terus diberalah, bahkan
diperparah agar terjadi gep komunikasi. Di sinilah sesungguhnya
sikap bijak masing-masing pihak untuk bisa menyampaikan
informasinya kepada pihak yang berbeda, mestinya pemerintah
atau ulama kita dapat memediasi hal ini karena pertemuan sesama
saudara seagama dalam mencari kebenaran dengan niat yang
tulus, Insyaallah membuahkan hasil yang baik kondisinya akan
lain kalau ada pihak-pihak yang tidak ingin yang baik itu karena
ada kepentingan.
Jamaah Jumat rahimakumullāh, kembali pada potongan 140
ِ ‫ْي الن‬
surah Āli Imran ‫َّاس‬ َ ‫ َوتِْل‬dan masa kejayaan dan
َ ْ َ‫ك ْاْلَيَّ ُام نُ َدا ِوُهلَا ب‬
kehancuran itu kami pergilirkan di antara manusia. Buya Hamka
dalam Tafsīr al-Azhār memberikan penjelasan berkaitan dengan
103

ayat ini sebagai berikut, ada bangsa yang menang dan ada bangsa
yang kalah, menang dan kalah suatu perjuangan tidak bersangkut
dengan benar dan salahnya suatu pendirian dan cita-cita, Tuhan
Allah mempunyai sunnah atau undang-undang terhadap
sembarang hal, orang yang berpendirian benar mungkin
dikalahkan oleh orang yang berpendirian salah, oleh karena yang
perbedaan salah itu mempunyai siasat perang yang amat teratur.
Oleh sebab itu, di samping mempunyai pendirian yang benar,
hendaklah mempunyai sebuah pertempuran yang betul orang
sekarang menyebutnya taktik yang betul, strategi yang betul,
ideologi yang benar, kalau ideologi saja yang benar padahal
praktiknya tidak betul atau strateginya tidak betul, maka ideologi
itu pun akan kalah kalau pihak lain mempunyai taktik dan strategi
yang betul. Hal yang seperti ini berlaku dalam sejarah umat
manusia.
Jamaah Jumat rahimakumullāh, dalam ayat 140 Āli Imrān
tersebut, dapat kita peroleh 6 alasan mengapa Allah
mempergilirkan kekayaan dan kejatuhan yaitu agar manusia
dapat merasakan kemenangan di samping kekalahan, agar dapat
membedakan, mana orang yang beriman dan mana yang kafir,
agar orang yang beriman dapat kesempatan untuk membuktikan
ketakwaannya, antara lain yaitu dengan gugur sebagai syuhada,
yang keempat agar manusia mengerti bahwa Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat zalim, cara Allah
membersihkan dosa-dosa bagi orang-orang yang gugur sebagai
syuhada, dan yang keenam sebagai jalan untuk membinasakan
orang-orang yang kafir.
104

Jamaah Jumat rahimakumullāh, mudah-mudahan Allah akan


menjadikan abad 15 ini, benar-benar abad kemenangan dan
kejayaan umat Islam di dunia, dan umat Islam Indonesia dalam
waktu dekat ini, amīn, amīn yā rabba al-‘ālamīn.
ِ ‫الرِحيم ولَ ُكم و ِِل ِمي ِع الْمسلِ ِمْي و الْمسلِم‬
‫ات َو‬ ِ ِ ‫أَق و ُل ق وِل ى َذا ف‬
َ ْ ُ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َّ ‫استَ ْغفُرهُ انَّوُ ُى َو الْغَ ُف ْوُر‬ ْ َ َ َْ ُْ
‫الس ِمْي ُع الْ َعلِْي ُم‬ ِ ِ ‫الْمؤِمنِْي و الْمؤِمن‬
َّ ‫ات انَّوُ ُى َو‬ َ ُْ َ َْ ُْ

(Khutbah ke-2)

‫لْي نَبِيّْ نَا ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى‬ ِ ِ ِ ّْ ‫اَ ْلم ُد هللِ ر‬


َ ْ ‫السالَ ُم َعلَى أَ ْشَرف ْاْلَنْبِيَاء َو الْ ُم ْر َس‬
َّ ‫الصالَةُ َو‬
َّ ‫ْي َو‬
َ ْ ‫ب الْ َعالَم‬َ َْ
ِ ِ ِ ِ ْ ‫اَلِِو و صحبِ ِو أ‬
َ ‫الر ُس ْو ُل اهلل أللَّ ُه َّم‬
‫ص ّْل َو‬ َّ ‫ أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهلل َو أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا‬.‫ْي‬
َ ْ ‫َْجَع‬ َْ َ
ِ َّ ِِ ِ ِ َ َ‫ ق‬.‫َسلّْ ْم َعلَى ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِال ُُمَ َّم ٍد‬
َ ‫ال اهللُ تَ َعلَى ِف كتَابو الْ َك ِرْيَ يَا أَيُّ َها الذ‬
‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا‬

‫ إِ َّن اللَّوَ ََل يُغَيّْ ُر َما بَِق ْوٍم َح ََّّت يُغَيّْ ُروا َما‬.‫اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬

.‫بِأَنْ ُف ِس ِه ْم‬

Ma’āsyira al-muslimīn rahimakumullāh, jamaah sh‫ش‬lat jumat yg


smg senantiasa kita mendapatkan berkah dari Allah Swt, dalam
khutbah pertama telah kita peroleh gambaran umum
perkembangan kondisi umat saat ini, dalam menghadapi
kebangkitan umat Islam abad 15. Sedikit banyak kita juga
mengetahui secara khusus dengan keadaan kita umat Islam
Indonesia. Kita bersyukur karena ghīrah umat Islam di sekitar
105

kita, dalam usaha lebih memahami ajaran agama, meningkat


semangat untuk belajar agama, memahami dan menghafalkan al-
Qur‟an juga meningkat, kalau kita melihat masjid serta musholla-
musholla di tempat umum, pada waktu masuk waktu shalat ramai
dihadiri jamaah, terlebih shalat maghrib, dan kalangan muda
cukup dominan, ini dapat menjadi indikator-indikator, tanda-
tanda kebangkitan umat, untuk menjadikan umat di negeri ini
berjaya saat sekarang dalam waktu dekat ini, pemimpin umat-
umat dalam membawa umat agar dapat menentukan posisi umat
ke depan, sehingga pemimpin umat ini, dapat membawa umat
dan bangsa negeri ini ke arah yang benar menuju negara yang ٌ‫بَ ْل َدة‬

‫ور‬
ٌ ‫ب غَ ُف‬
ّّ ‫طَيّْبَةٌ َوَر‬.
Kesinambungan, keberhasilan harus dijaga, karena berkelanjutan.
Sudahkah kita menyiapkan generasi berikutnya untuk
melanjutkan kesinambungan perjuangan ini?, pengkaderan
penyiapan generasi, tidak seperti menyiapkan seorang ilmuwan,
pembentukan sikap tidak bisa didrill. Rasulullah Saw. berhasil
menyiapkan kader-kader pelanjut penerus perjuangan dengan
memberikan contoh yg sempurna, untuk kita saat ini, pasti tidak
bisa sempurna seperti keteladaan Rasulullah, tetapi paling tidak
sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Sudahkah kita siap,
pemimpin kita siap, menjadi contoh yg baik bagi generasi yang
berikutnya?, kita yang harus menjadikan mereka untuk siap
menerima pergeliran kejayaan umat, sesuai dengan firman Allah
ِ ‫ْي الن‬
‫َّاس‬ َ ‫ َوتِْل‬. Pemimpin yang baik akan dapat
َ ْ َ‫ك ْاْلَيَّ ُام نُ َدا ِوُهلَا ب‬
106

membangun komunitas persaudaraan umat, sehingga membangun


suatu kekuatan yang tangguh, persaudaraan, pertemanan yang
tangguh karena ketakwaan kepada Allah swt. sekaligus
menyiapkan kader yang akan menerima estafet kepemimpinan
umat ke depan. Mudah-mudahan Allah melindungi dan
membimbing kita untuk selalu dalam ridha-Nya. Keadaan ke
depan bukan orang lain yang mengubah, tapi kitalah yang akan
mengubah, mampukah kita akan menerima pergiliran kejayaan
umat ini?, seperti tadi dalam awal khutbah kedua ini, sudah saya
bacakan salah satu ayat ‫ح ََّّت يُغَيّْ ُروا َما بِأَنْ ُف ِس ِه ْم‬ ٍ ِ ِ
َ ‫ إ َّن اللَّوَ ََل يُغَيّْ ُر َما ب َق ْوم‬.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum,
umat ini, Allah tidak akan mengubah, kecuali kalau kaum itu, kita
ini, umat ini mengubah diri kita masing-masing.
‫ أللَّ ُه َّم‬.‫صلُّوا َعلَْي ِو َو َسلّْ ُموا تَ ْسلِي ًما‬
َ ‫ين َآمنُوا‬
ِ َّ
َ ‫َِّب يَا أَيُّ َها الذ‬
ِ
َ ُ‫إِ َّن اللَّوَ َوَم َالئ َكتَوُ ي‬
ّْ ِ‫صلُّو َن َعلَى الن‬
‫ َوبَِرْك َعلَى ُُمَ َّم ٍد‬.‫ت َعلَى اِبْ َر ِاىْيم َو َعلَى ِال اِبْ َر ِاىْيم‬
َ ‫صلَّْي‬
ٍ ِ ٍ
َ ‫َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى ال ُُمَ َّمد َك َما‬
‫ت َعلَى اِبْ َر ِاىْيم َو َعلَى اَِل‬ ٍ ِ ٍ ٍ ِ
َ ‫َو َعلَى اَل ُُمَ َّمد َو بَا ِرْك َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى ال ُُمَ َّمد َك َما بَ َارْك‬
ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ َ ‫اِب ر ِاىيم ِِف الْعالَ ِمْي اِن‬
‫ْي َو‬ َ ْ ‫لله َّم ا ْغف ْرِ ِْل َو الْ ُم ْؤمن‬
َ ْ ‫ْي َو الْ ُم ْؤمنَات َو الْ ُم ْسلم‬ ُ َ‫ ا‬.‫َّك َْحْي ٌد ََمْي ٌد‬ َْ َ ْ َْ
‫اح ِدنَا‬ ِ ِ ‫ات ْاْلَحي ِاء ِمْن هم و ْاْلَمو‬
ِ ‫ اَلله َّم اَلّْف ب ْي قُلُوبِنا و أ‬.‫ات‬ ِ ‫الْمسلِم‬
ْ ‫ات بَْيننَا َو‬
َ َ‫َصل ْح ذ‬
ْ َ َ ْ َ َْ ْ ُ َْ َ ْ ُ َْ َ ُْ
‫اج ِه ْدنَا َخ َو ِاش َي َما ظَ َهَر ِمْن َها َو َما بَطَ َن َو‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫سبل‬
ْ ‫ َو‬.‫السالَم َوََنّْنَا م َن الظُّلُ َمات ا ََل الن ُّْوِر‬ َ ُُ
ِ ِ ِ ِ ْ ‫با ِرْك لَنَا ِِف أ‬
‫اب‬
ُ ‫ت الت ََّّو‬
َ ْ‫َّك أَن‬ ْ ُ‫صا ِرنَا َوقُلُ ْوبِنَا َو أ َْزَواجنَا َو ذُّْريَّاتنَا َو ت‬
َ ‫ب َعلَْي نَا ان‬ َ ْ‫َْسَاعنَأ َو أَب‬ ْ َ
‫ب لَنَا ِم ْن‬ ِ ِِ ‫الرِحيم وجع ْلنا شاكِ ِرين بِنِع ِمك مسنِنا ب ها علَي‬
ْ ‫ َربَّنَا َى‬.‫ك قَابلنَا َهلَا َوأََْت ْم َها َعلَْي نَا‬
َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ

ً‫ َربَّنَا آتِنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَةً َوِِف ْاْل ِخَرةِ َح َسنَة‬.‫ْي إِ َم ًاما‬ ِ ِ ٍ ُ ‫أ َْزو ِاجنَا وذُّْريَّاتِنَا قُ َّرةَ أ َْع‬
َ ‫اج َعلْنَا للْ ُمتَّق‬
ْ ‫ْي َو‬ َ َ
‫‪107‬‬

‫ان اِ ََل‬
‫وقِنَا ع َذاب النَّا ِر‪ .‬و صلَّى اهلل علَى نَبِيّْ نَا ُُم َّم ٍد وعلَى اَلِِو و صحبِ ِو و من تَبِعو بِاِحس ٍ‬
‫َ َ ْ َ َ ْ َُ ْ َ‬ ‫َ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ َ‬

‫ْي‪ُُ ,‬ثَّ أَقِْي ُم َّ‬ ‫الم ُد هلل ر ّْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫الصالََة‪.‬‬ ‫ب الْ َعالَم ْ َ‬‫َ‬ ‫يَ ْوم الدّْيْ ِن‪َ .‬واَخُر َد ْع َوانَا اَن َْ ْ‬

Anda mungkin juga menyukai