Makhliyatul Haq Fuf
Makhliyatul Haq Fuf
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Serjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Makhliyatul Haq
NIM. 11150340000034
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Makhliyatul Haq
NIM 11150340000034
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Sidang Munaqasyah
Penguji I Penguji II
Pembimbing
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
v
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis MA, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.Yusuf Rahman MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
beserta seluruh jajarannya.
3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, dan Fahrizal Mahdi, MIRKH selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Qur‟an dan Tafsir.
4. Moh. Anwar Syarifuddin MA, selaku dosen pembimbing
penulis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Dr. Ahzami Samiun Jazuli, M.A, selaku dosen penasehat
akademik sekaligus tempat penulis berkonsultasi mengenai
segala permasalahan akademik.
6. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah
memberikan dedikasinya dalam mendidik penulis,
memberikan banyak ilmu, pengalaman, yang menjadi bekal
di kehidupan nanti.
7. Kepada Eva Nugraha, M.Ag dan Ahmad Rifqi Muchtar,
M.A. selaku penguji sidang skripsi.
8. Kepada seluruh keluarga besar Masjid Agung al-Azhar
Jakarta Selatan, tempat penulis melakukan penelitian.
9. Kepada kedua orang tua penulis, Abah Mushonnif yang
semoga selalu bahagia di dimensi berbeda namun tetap
menyemangati lewat mimpi. Ibuk Chanifah, yang selalu
tabah dan giat berdoa untuk anak-anaknya. Saudara-saudara
yang istimewa dengan bahasa dan gaya yang berbeda setiap
vi
memberi dukungan. Terimakasih kepada ponakan-ponakan
yang tawanya membawa kebahagiaan.
10. Kepada seluruh keluarga besar Pondok Pesantren al-Qur‟an
Nur Medina, khususnya Ustadz Endang dan Ibu Arbiyah
yang telah menjadi orang tua kedua dan juga guru spritual
bagi penulis.
11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Ilmu Qur‟an dan
Tafsir angkatan 2015: Nunuk, Dara, Nada, Nufa, Fina,
Hanifah, Lutfia, Nurul, Pia, Fitri, Zulfah, Muslim, Ma‟rifat,
Ardi, Hima, Ka Ulfah, Ka Fika dan lain-lain yang senantiasa
memberi semangat dalam penyusunan skripsi. Mereka juga
yang selalu membersamai penulis dalam mengarungi
dinamika kehidupan kampus baik di kala suka maupun duka.
12. Seluruh pihak yang tidak saya sebutkan namanya satu
persatu, terima kasih atas kontribusinya, semoga Allah
membalas kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik.
Demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebagai acuan bagi para akademisi setelahnya. Kritik
dan saran sangat membantu demi perbaikan dan kemajuan
penelitian di masa mendatang.
Penulis
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
viii
غ gh ge da ha
ف f ef
ق q qi
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ه h ha
ء ՚ apostrof
ي y ye
b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa
Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal
rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih
aksaranya adalah sebagai berikut:
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
Fathah :a أ :â ْى...´ : ai
Kasrah :i ى:î ْو....´ : au
Dhammah :u و :û
ix
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َي ai a dan i
َو au a dan i
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam
bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ىآ â a dengan topi di atas
ىِي î i dengan topi di atas
ىُى û u dengan topi di atas
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-
rijal, bukan ar-rijal, al-diwân bukan ad-diwân.
d. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
ّ dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan sebuah tanda (َ),
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf
yang diberi syaddah itu. Akan tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruh-huruf syamsiyyah. Misalnya,
ّ الtidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-ḏarûrah,
kata ضرورة
demikian seterusnya.
e. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah ini).
Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh
x
datkata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
marbûṯah diikuti kata benda), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
f. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid Al-
Ghazâlî bukan Abû Hâmid al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dari EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai
huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut
EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian
halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama
tokoh yang berasal dari dunia nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab.
xi
Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad
al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
g. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l) , kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah
beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam Bahasa
Arab, dengan berpedoman pada ketentuan di atas.
Kata Arab Alih Aksara
ذهب األستاذ dzahaba al-ustâdzu
ثبت األجر tsabata al-ajru
الحركت العصريّت al-ẖarakah al-„asriyyah
أشهد ان ال إله إالّ هللا asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
مىالنا ملك الصالح maulâna Malik al-sâliẖ
يؤثركم هللا yu‟atstsirukum Allâh
المظاهر العقليت Al-maẕâhir al-„aqliyyah
xii
DAFTAR ISI
xiii
BAB III PROFIL KHATIB DAN PROFIL MASJID
AGUNG AL-AZHAR JAKARTA SELATAN ........................... 26
A. Profil Khatib ............................................................... 26
1. Shobahussurur ....................................................... 26
2. Goodwill Zubir ..................................................... 27
3. Nasroul Hamzah ................................................... 27
4. Muhammad Suhadi ............................................... 28
B. Sejarah Singkat Masjid Agung al-Azhar .................... 29
C. Visi dan Misi Masjid Agung al-Azhar ........................ 31
D. Kegiatan Rutin Masjid Agung al-Azhar ..................... 32
E. Jadwal Khatib dan Tema Khutbah .............................. 32
BAB IV RELASI TEKS KHUTBAH JUMAT DENGAN
AYAT, RUKUN, DIKSI DAN TEMA KHUTBAH .... 33
A. Relasi Isi Teks dengan Rukun Khutbah Jumat ....... …33
B. Relasi Ayat yang dikutip dengan Penjelasan dalam
Teks ......................................................................... …38
1. Ayat Dijelaskan dengan Panjang ...................... …42
2. Ayat Dijelaskan Secara Singkat ........................ …45
3. Ayat yang Diterjemah ....................................... …49
4. Ayat Tanpa Penjelasan ...................................... …51
C. Relasi Ayat dengan Tema dan Diksi ....................... …56
1. Ayat yang Sesuai dengan Tema dan Diksi ........ ....57
2. Ayat yang Sesuai dengan Diksi ........................ …57
3. Ayat yang Tidak Sesuai dengan Diksi dan Tema..58
4. Ayat yang Tidak Sesuai dengan Tema .............. ....58
xiv
BAB V PENUTUP ...................................................................... 59
A. Kesimpulan ................................................................. 59
B. Saran ........................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................ 67
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumat dalam bahasa Arab bisa disebutkan dengan beberapa
lafadz, jumu’ah, jum’ah, juma’ah dan jumi’ah. Awal mula adanya
lafadz ini adalah turunnya surah al-Jumu‟ah ayat 9, yang
mewajibkan muslim, kecuali budak, anak kecil, perempuan dan
orang yang sakit, untuk melaksanakan shalat Jumat.1
اس َع ْوا إِ ََل ِذ ْك ِر اللَّ ِه َوذَ ُروا الْبَ ْي َع ذَلِ ُك ْم ِ ْ لص ََلةِ ِمن ي وِم
َّ ِي ل ِ ِ ِ َّ
ْ َاْلُ ُم َعة ف َْ ْ َ ين َآمنُوا إذَا نُود
َ يَا أَيُّ َها الذ
َخْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن
1
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb, cet. 1, jilid 1 (TK: Dār al-Fikr li al-Tabā‟ah wa
al-Nasyar, 1994), h. 86.
1
2
2
Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn Muhammad Abū „Abdullāh Syamsu
al-Dīn al-Ghazī, Fathu al-Qarīb al-Mujīb, cet. 1 (TK: Dār ibn Hazm li al-Tabā‟ah,
2015), h. 98.
3
M. Mubasysyarum bih, “Enam Syarat Sah Pelaksanaan Khutbah Jumat,”
artikel diakses pada tanggal 06 Oktober 2019 dari
https://islam.nu.or.id/post/read/83135/enam-syarat-sah-pelaksanaan-shalat-jumat
4
Muslim al-hajjāj Abū al-Hasan al-Qusyairī al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, cet.1,
jilid 2 (Bairūt, Dār Ihyā‟ al-Turāts al-„Arabī) hadis ke-862, h. 589.
3
5
Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn Muhammad Abū „Abdullāh Syamsu
al-Dīn al-Ghazī, Fathu al-Qarīb al-Mujīb, cet. 1 (TK: Dār ibn Hazm li al-Tabā‟ah,
2015), h. 106.
6
Muzaiyanah, “Linguistik Kultural Wacana Khutbah Jum‟at,” Wardah: 17, No.
1, (Januari-Juni 2016), h. 22.
4
7
Wahbah Zuhaili, al-Fiqhu al-Syafi’i al-Muyassar penerjemah M. Afifi, Abdul
Hafiz (Jakarta: PT. Almahira, 2010), cet. 1, h. 368.
5
8
Pikiran Rakyat, “Ini Daftar Hari-hari Penting Sepanjang Oktober yang Perlu
Diketahui,” artikel diakses pada tanggal 01 Oktober 2019 dari https://www.pikiran-
rakyat.com/hidup-gaya/2017/09/30/ini-daftar-hari-hari-penting-sepanjang-oktober-
yang-perlu-diketahui-410173
7
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah yang sudah
diuraikan, penulis membatasi masalah pada penelitian ini,
sehingga dapat lebih fokus untuk membahasnya. Oleh
karena itu, penulis membatasi masalah pada penggunaan
ayat-ayat al-Quran dalam khutbah Jumat di Masjid Agung
al-Azhar Jakarta Selatan.”
8
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pembatasan masalah di atas, maka
penulis rumuskan permasalahan penelitian adalah
bagaimana penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam khutbah
Jumat di Masjid al-Azhar Jakarta Selatan, sebagai berikut:
D. Tinjauan Pustaka
1. Aminatuz Zahro9, Institut Agama Islam Syarifuddin
Lumajang dengan artikel penelitian, “Khutbah Jumat
Sebagai Media Dakwah Strategis”. Dakwatuna: Jurnal
dakwah dan komunikasi Islam vol. 2 Nomor 1, Februari
2016. Dalam artikel tersebut dijelaskan tentang bagaimana
khutbah dijadikan sebagai alat atau media dakwah dengan
berbagai cara penyampaian dan juga adab dalam
menyampaikan khutbah Jumat. Penelitian ini juga memuat
kelemahan dan kelebihan khutbah Jumat sebagai alat
dakwah dan komunikasi. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti yang fokus pada khutbah
Jumat yang membahas terkait tema, diksi, ayat dan
penjelasan khatib.
2. Ryan Arief Saputra10, mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya, dengan skripsi yang berjudul, “Analisis Semiotik
Materi Khutbah Jumat di Masjid Haqqul Yaqien Klampis
Semalang Kecamatan Sukolilo Surabaya”. Penelitian ini
menjelaskan tentang materi, bagaimana cara khatib merujuk
ayat-ayat yang akan disampaikan dan untuk mengetahui
tatacara dan gaya bahasa khatib dalam melakukan khutbah
Jumat. Berbeda dengan peneliti yang akan lebih
memfokuskan pada ayta-ayat al-Qur‟an yang dijadikan
9
Aminatuz Zahro,“Khutbah Jumat Sebagai Media Dakwah Strategis”
Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam 2, no. 1 (2016).
10
Ryan Arief Saputra, “Analisis Semiotik Materi Khutbah Jumat di Masjid
Haqqul Yaqien Klampis Semalang Kecamatan Sukolilo Surabaya,” (Skripsi S1 UIN
Sunan Ampel Surabaya).
10
11
Samsuri, “Implikasi Materi Khutbah Jumat Terhadap Pemahaman Agama
Jamaah di Masjid Nurul Yaqin Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota
Semarang,” (Skripsi mahasiwa UIN Walisongo).
12
Lutfi Muhyidin, “Gaya Bahasa Khutbah Jumat (Kajian Pola Retorika)” Al-
Ta’dib: vol. 8, no. 2 (Desember 2013), h. 299-315.
13
Yusuf Hamdan, “Karakteristik Khutbah Jumat di Mesjid Kampus: Perspektif
Komunikasi” Mediator: Jurnal Komunikasi, vol.8, no. 2, (Desember 2017), h. 353-
368.
11
14
Marzuki, “Ibadah Jumat dan Penyusunan Naskah Khutbah,” (Skripsi mahasiwa
Uiniversitas Negeri Yogyakarta).
15
Muzaiyanah, “Linguistik Kultural Analisis Wacana Khutbah Jumat” Jurnal
Wardah: vol. 17, no.1 (2016).
12
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penelitian ini adalah menggunakan
metode kualitatif. Metode ini merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa saja yang
dialami oleh subjek penelitian. Metode kualitatif seringkali
digunakan dengan beberapa istilah diantaranya adalah inkuiri
naturalistik atau alamiah, fenomenologis, studi kasus.16
Teknik pengumpulan data dalam metode kualitatif adalah
observasi. Merupakan teknik dalam mengumpulkan data langsung
dari lapangan yang bertujuan untuk menjelaskan kondisi yang
terjadi. Observasi yang dilakukan peneliti adalah bentuk observasi
partisipan. Pengumpulan data menggunakan panca indera sehingga
data dapat dihasilkan.
Observasi terhadap data oleh penulis selama satu bulan,
tepatnya pada bulan Oktober 2018 adalah melalui aplikasi youtube.
Materi khutbah tersebut didapatkan oleh penulis setelah pengurus
Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan menggunggah video
khutbah. Unggahan video ini dilakukan oleh pengurus setelah satu
atau dua hari dari khutbah Jumat berlangsung.17
16
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 20011), h.6.
17
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif” Equilibrium: vol. 5, no. 9,
(Januari-Juni 2009), h. 7.
13
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ditulis menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa
sub bab yang bertujuan untuk mempermudah penyusunan dan
mempelajarinya, sistematikanya sebagai berikut:
Bab pertama, berupa pendahuluan yang membahas tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab kedua, berupa kerangka teoritik, merupakan kerangka
teoritik yang dijelaskan sebagai landasan teori yang dibutuhkan dari
sumber baik umum maupun khusus. Penulis membahas tentang
khutbah Jumat.
Bab ketiga, berupa latar belakang tempat penelitian yang
menjelaskan tentang profil para khatib shalat Jumat pada bulan
Oktober 2018. Penulis juga menjelaskan secara singkat tentang
14
profil, visi dan misi, kegiatan rutin, dan juga jadwal Khatib
sekaligus tema khutbah di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan.
Bab keempat, berupa penyajian mengenai hasil penelitian
penulis. Berupa relasi isi khutbah dengan ketentuan rukun-rukun
dan syarat-syarat khutbah. Relasi antara tema dengan ayat dan
relasi antara penjelasan diksi khatib dengan tema khutbah.
Bab kelima, penutup dan kesimpulan yang merupakan jawaban
dari rumusan masalah dan tujuan penelitian skripsi, serta saran
penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN TENTANG KHUTBAH JUMAT
1
Muzaiyanah, "Linguistik Kultural Wacana Khutbah Jum‟at" Wardah: Vol.
17, No. 1, Januari-Juni (2016), h. 22.
2
Ahmad Zaini, “Dakwah melalui Mimbar dan Khitabah, At-Tabsyir” Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam: Vol. 1, No.2, (Juli-Desember 2013), h. 74.
15
16
3
Muzaiyanah, "Linguistik Kultural Wacana Khutbah Jum‟at" Wardah: Vol.
17, No. 1, Januari-Juni (2016): 22.
17
4
A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at (Surabaya: PT Progressif,
1996), cet.1, h. 192.
5
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI 2017, Asbābun Nuzūl Kronologi dan Sebab Turunnya Wahyu
al-Qur’an (Jakarta: PT. Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2017), cet. 1, h. 436.
6
Muslim al-hajjāj Abū al-Hasan al-Qusyairī al-Naisābūrī, Kitāb al-Jumū’ah,
Bāb fī Qaulihī wa iẓā Ra’au Tijāratan au Lahwan, cet.1, jilid 2 (Bairūt, Dār Ihyā al-
Turāts al-„Arabī), h. 590, hadis ke-863.
18
C. Syarat-syarat Khutbah
Khutbah jumat merupakan salah satu syarat dari shalat Jumat.
Tiga di antara syarat dari shalat Jumat sama dengan syarat dari
khutbah. Berikut adalah tiga syarat yang sama dengan syarat shalat
Jumat:
a. Khatib membacakan khutbah dengan keadaan berdiri
b. Khatib duduk di antara dua khutbah sekiranya seperti
tuma’ninah ketika duduk di antara dua sujud
c. Shalat dua rakaat setelah dua khutbah. Dalam syarat ketiga
ini, ada perbedaan. Ketika khutbah Jumat, maka shalat dua
rakaat dilaksanakan setelah dua khutbah selesai. Namun,
ketika khutbah selain khutbah Jumat, seperti khutbah shalat
‘īdu al-adhā dan‘īdu al-fitri maka shalat dua rakaat
dilakukan sebelum dua khutbah disampaikan oleh khatib.
Berikut adalah syarat khutbah yang tidak termasuk dengan
syarat shalat Jumat:
a. Menutup aurat
b. Suci dari hadas dan najis, baik di pakaian, badan atau
tempat khutbah berlangsung.7
7
Muhammad ibn Qāsim ibn Muhammad ibn Muhammad Abū „Abdullāh,
Fathu al-Qqrīb al-Mujīb, cet. 1, jilid 1 (Bairut, Dār Ibn Hazm), h. 99.
19
8
Sulaiman ibn „Umar ibn Mansūr al-„Ujailī al-Azharī, Futūhātu al-Wahhāb
bi Taudīh Syarh Manhaj al-Tullāb al-Ma’rūf bi Hāsyiyah al-Jamal, cet. 1, jilid 2 (TK:
Dār al-Fikr), h. 28.
9
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb, cet. 1, jilid 1 (TK: Dār al-Fikr li al-Tabā‟ah wa
al-Nasyar, 1994), h. 88.
20
10
Abū Zakariyā Muhyi al-Dīn ibn Syaraf al-Nawawī, Daqāiqu al-Minhāj
(Bairut, Dār Ibn Hazm), cet. 1, h. 82.
11
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb, cet. 1, jilid 1 (TK: Dār al-Fikr li al-Tabā‟ah wa
al-Nasyar, 1994), h. 88.
12
Wahbah Zuhaili, penerjemah M. Afifi, Abdul Hafiz, al-Fiqhu al-Syafi’I al-
Muyassar (Jakarta: PT. Almahira, 2010), cet. 1, h. 368.
21
E. Adab-adab Khatib
Sebagai seorang khatib, tentu harus memiliki tata cara ketika
menjadi khatib. Adapun adab-adab khatib yang sesuai dengan
tuntutan Imām al-Ghazālī:
a. Ketika khatib hendak pergi untuk berkhutbah, khatib harus
menangkan hati dan pikirannya. Sehingga selama
menyampaikan khutbah, khatib mampu memenuhi rukun-
rukun dan syarat-syarat khutbah. Sikap dan penjelasan
khatib juga dapat tetap stabil dan mampu memberikan
suguhan ilmu dengan baik kepada jamaah.
b. Ketika khatib sampai di masjid, hendaknya khatib
melakukan ibadah shalat sunnah, kemudian tetap diam tanpa
sepatah katapun sambil menunggu sampai waktunya tiba.
Namun, dibolehkan berbicara jika keadaan yang memaksa.
13
Abū Bakr „Utsmān Muhammad Syatā al-Dimyatī al-Syāfi‟i, I’ānatu al-
Tālibīn, cet. 1, jilid 2 (TK: Dār al-Fikr,1997), h. 78.
14
A. Chodri Romli, Permasalahan Shalat Jum’at (Surabaya: PT Progressif,
1996), cet. 1, h. 208.
22
F. Naskah Khutbah
15
Muhammad Ishom, “12 Adab Khatib Menurut Imam al-Ghazali, NU
Online,” artikel diakses pada tanggal 06 Oktober 2019 dari
https://islam.nu.or.id/post/read/99134/12-adab-khatib-menurut-imam-al-ghazali.
24
16
Marzuki, pada pelatihan khutbah yang diselenggarakan oleh UKKI UNY
di Masjid Mujahidin Universitas Yogyakarta, Ibadah Jumat dan Penyusunan Naskah
Khutbah Ahad 26 Maret 2006, h. 5.
25
17
Yusuf Hamdan, “Karakteristik Khutbah Jum‟at di Mesjid Kampus:
Perspektif Komunikasi” Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 8, No. 2, (Desember
2007): 357.
18
Yusuf Hamdan, “Karakteristik Khutbah Jum‟at di Mesjid Kampus:
Perspektif Komunikasi” Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 8, No. 2, (Desember
2007): 361.
BAB III
A. Profil Khatib
Penulis akan menjelaskan secara singkat, profil dari para khatib
dalam khutbah Jumat di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan
selama bulan Oktober 2018. Keempat khatib ini adalah termasuk
200 nama penceramah yang sudah diverifikasi Kementerian
Agama.1
1. Shobahussurur
Shobahussurur adalah salah satu dosen yang mengajar di
Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Riwayat pendidikannya
dimulai di Sekolah Dasar Bulungbasri Lamongan, MTsN
Bulungbasri Lamongan, KMI Gontor, Fakultas Ushuluddin IPD
Gontor, dan IAIN Medan Sumatera Utara.
Ia sering memberikan ceramah dan kuliah shubuh di Masjid
Agung al-Azhar, seperti melakukan pembicara di bulan
Ramadan setelah tarawih, sebelum berbuka dan tausiyah i’tikaf
sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Shobahussurur juga
pernah mendapatkan penghargaan di tahun 2012 berupa Satya
Lencana.
1
Tempo.co, “Siapa 200 Mubaligh Laik Naik Mimbar? Inilah Nama
Mereka,” artikel diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://nasional.tempo.co/read/1091243/siapa-200-mubaligh-kemenag-laik-naik-
mimbar-inilah-nama-mereka/full&view=ok
26
27
2
Profil Staff, “Direktori Staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” artikel
diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 dari
https://staff.uinjkt.ac.id/profile.php?staff=32007009-efc2-933a-d27a-b212a27f8d4e
3
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “M. Goodwill Zubir,” artikel diakses pada
tanggal 05 Oktober 2018 dari https://id.wikipedia.org/wiki/M._Goodwill_Zubir
4
Lembaga Zakat al-Azhar, “Lembaga Amil Zakat Nasional,” artikel diakses
pada tanggal 04 Oktober 2019 dari http://alazharpeduli.com/profil
28
5
Yayasan Pesantren al-Azhar, “Wakaf al-Azhar,” artikel diakses pada
tanggal 04 Oktober 2019 dari www.al-azhar.or.id/index.php/sosial/wakaf-alazhar
6
Penulis memberikan form profil kepada khatib melalui pengurus Masjid
Agung al-Azhar Jakarta Selatan pada tanggal 07 Oktober 2019.
29
7
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Sejarah YPI al-Azhar,” artikel diakses
pada tanggal 12 November 2018 dari http://www.al-azhar.or.id/index.php/tentang-
kami
30
8
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Sejarah Masjid Agung al-Azhar,”
artikel diakses pada tanggal 15 November 2018 dari
http://www.masjidagungalazhar.com/index.php/profil/sejarah-masjid-agung-al-azhar
9
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “KBIH,” artikel diakses pada tanggal
15 November 2018 dari
http://www.masjidagungalazhar.com/index.php/profil/sejarah-masjid-agung-al-azhar
10
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Lembaga Tahfizh al-Azhar,” artikel
diakses pada tanggal 15 November 2018 dari http://www.al-
azhar.or.id/index.php/dakwah/lembaga-tahfidz
31
11
Yayasan Pesantren Islam al-Azhar, “Visi Misi Masjid Agung al-Azhar,”
artikel diakses pada tanggal 17 November 2018 dari http://www.al-
azhar.or.id/index.php/dakwah/masjid-alazhar/masjid-agung
32
12
Akun Instagram, “Masjid Agung al-Azhar,” diakses pada 28 September
2018 dari https://www.instagram.com/masjidagungalazhar/
13
Wawancara dengan Ketua Pengurus Masjid Agung al-Azhar Jakarta
Selatan, Shobahussurur Syamsi, pada tanggal 21 Januari 2019.
33
Tabel 3.1
Tanggal Nama Khatib Tema Khutbah
5 Shobahussurur Keseimbangan dalam Islam
34
35
Khutbah 2:
- Hamdalah
- Syahādat
- Ta’āwudz
- Surah al-„Asr
- Surah al-Isrā‟ ayat 80
- Menjelaskan hijrah
Rasulullah
- Surah Āli Imrān ayat 102
- Surah al-Ahzab ayat 56
- Salawat
- Doa-doa
1
Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā al-Ansarī, Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb (Dār al-Fikr li al-Tabā’ah wa al-Nasyar, 1994),
h. 88.
36
Khutbah 2:
-Hamdalah
-Salawāt
-Syahadat
-Surah Āli Imrān ayat 102
38
Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
1
Muhammad Suhadi, “Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan,” diakses
pada 28 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=OlVwU0SovmA
44
2
Goodwill Zubir, “Hidup berkah bersumber dari akidah yang benar” diakses
pada 15 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=Ph4Ms9mHtF4.
45
3
Nasroul Hamzah, “Menjaga Amanah,” diakses pada tanggal 22 Oktober
2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=6L71FpYhw
46
4
Sobahussurur, “Keseimbangan dalam Islam,” diakses pada tanggal 08
Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=Lpj9SDXJ4M
47
5
Sobahussurur, “Keseimbangan dalam Islam,” diakses pada tanggal 08
Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=Lpj9SDXJ4M
6
Nasroul Hamzah, “Menjaga Amanah,” diakses pada tanggal 22 Oktober
2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=6L71FpYhw
48
8
Muhammad Suhadi, “Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan,” diakses
pada 28 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=OlVwU0SovmA
9
Muhammad Suhadi, “Regenerasi Kader Dakwah dan Perjuangan,” diakses
pada 28 Oktober 2018 dari https://m.youtube.com/watch?v=OlVwU0SovmA.
50
52
Artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S.
al-Nahl(16):90)
PENUTUP
A. Kesimpulan
59
60
B. Saran
Sebagaimana kesimpulan di atas yang membahas mengenai
ayta-ayat al-Quran, tema khutbah dan diksi dalam teks khutbah
Jumat di Masjid Agung al-Azhar Jakarta Selatan. Penulis
memberikan saran untuk membahas lebih dalam mengenai alasan
khatib menentukan tema, menentukan ayat-ayat al-Qur’an yang
dijadikan dalil dari penegasan materi khutbah Jumatnya.
Kemudian, menanyakan kitab tafsir yang dijadikan rujukan oleh
khatib sehingga penelitiannya membahas lebih dalam mengenai
keserasian dengan kitab tafsir yang dirujuk oleh khatib dengan
penjelasan khatib ketika menyampaikan khutbah Jumat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ansarī, Zakariā ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Zakariyā. Fathu al-
Wahhāb bi syarhi Manhaj al-Tullāb. Dār al-Fikr li al-Tabā’ah wa
al-Nasyar, 1994.
62
63
الرِحي ِم .السالم عليكم و رْحة اهلل و بركاتو (أذان) بِ ْس ِم اللَّ ِو َّ
الر ْْحَ ِن َّ
وم ََل تَأْ ُخ ُذهُ ِسنَةٌ َوََل نَ ْوٌم لَوُ َما ِِف اَ ْلَ ْم ُد ِِهللِ ,اَ ْلَ ْم ُد لِلّو الَ ِذ ْي ََل إِلَوَ إََِّل ُى َو ْ
الَ ُّي الْ َقيُّ ُ
ْي أَيْ ِدي ِه ْم َوَما ِِ ِ ِ
ض َم ْن ذَا الَّذي يَ ْش َف ُع عْن َدهُ إََِّل بِِإ ْذنو يَ ْعلَ ُم َما بَ ْ َ
السماو ِ
ات َوَما ِِف اَلَْر ِ َّ َ َ
خ ْل َفهم وََل ُُِييطُو َن بِشي ٍء ِمن ِعلْ ِم ِو إََِّل ِِبَا َشاء و ِسع ُكرِسيُّو َّ ِ
ودهُ
ض َوََل يَئُ ُ
الس َم َاوات َو ْاْل َْر َ ََ َ ْ ُ َْ ْ َ ُْ َ
يم ِ ِ ِ
ح ْفظُ ُه َما َوُى َو الْ َعل ُّي الْ َعظ ُ
صطََفى اِ ََل َكافَِّة ْاْلَنَ ِام بَ ِشْي ًرا َو نَ ِذيْ ًرا َو الر ُس ْو ُل اهلل َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُوُ النِ ُّ
َِّب الْ ُم ْ أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َّ
ِ ِِ ٍ ِ ى ِديا و ِسر ِ
ص ْحبِو َو َم ْن تَبِ َعوُ اجا ُمنْي َرا .أللَّ ُه َّم فَ َ
ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى َسيّْدنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى الو َو َ َ ً َ ََ
اِ ََل يَ ْوِم الدّْيْ ِن .اََّما بَ ْع ُد.
67
68
Satu kali bertauhid kedua kali menyembah dua Tuhan, ketiga kali
menyembah 3 Tuhan 10 Tuhan, tidak dibenarkan. Harus satu
mantap diam, 10 tahun lamanya, menenangkan hati supaya dalam
satu kemantaban akidah. Tetapi 10 tahun berikutnya disimbolkan
dengan hijrah. Jalan, gerak, diwujudkan 10 tahun berikutnya di
Madinah menggerakkan pikiran, menggerakkan logika untuk
kemudian mendapatkan ilmu. Ilmu itu kemudian didesain
sedemikian rupa menjadi peradaban dan oleh karenanya dari
hijrah itulah 10 tahun berikutnya terlihat karya-karya peradaban
Islam, dari hasil gerak. Gerak pikiran, gerak ilmu dan yang
dikumandangkan oleh Rasulullah Saw. untuk kemudian terwujud
dalam pembangunan-pembangunan, maka kemudian jadilah
dunia ini makmur itulah makna tahmir, itulah makna umroh,
itulah maknanya peradaban, dibangun oleh gerakan-gerakan baik
itu gerakan fisikal tentu dimulai dengan gerakan pikiran-
pikirannya. Maka keseimbangan itulah menjadi manusia-manusia
yang ulū al-bāb, yaitu manusia yang menyeimbangkan antara hati
yang tenang, antara spiritual yang mantap dengan pikiran yang
terus-menerus kreatif, pikiran yang terus-menerus menambah
ilmu, tidak bosan-bosannya untuk belajar, belajar, belajar,
bergerak pikirannya, maju pikirannya, berkembang pikirannya,
tetapi hatinya tetap dalam kemantapan tidak kemana-mana dalam
Islam. 10 tahun, 10 tahun 20 tahun menyeimbangkan antara
pikiran dan hati jadilah kemudian para sahabat, para sahabat yang
memiliki watak ulū al-bāb, memiliki keseimbangan antara rasa
dan pikiran, banyak orang yang lebih mengedepankan terhadap
rasa, akhirnya melankolis, akhirnya terlalu berperasaan, terlalu
73
ِ ِ
ِ َات و الْمؤِمنِْي و الْمؤِمن
أَقُ ْو ُل قَ ْوِل َى َذا.ات ِِ ِِ
َ ْ بََرَك اهلل ِِل َولَ ُك ْم َوِلَمْي ِع الْ ُم ْسلم
ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ ْي َو الْ ُم ْسل َم
ِ
َّ استَ ْغ ِفُرهُ انَّوُ ُى َو الْغَ ُف ْوُر
.الرِحْي ُم ْ َف
75
)(Khutbah ke-2
ان َوإِيتَ ِاء ِذي الْ ُق ْرََب َويَْن َهى َع ِن الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر
اْلحس ِِ ِ ِ ِ َّ ِ
يَاعبَ َاد اهلل إ َّن اللوَ يَأْ ُمُر بالْ َع ْدل َو ْ ْ َ
والْب ْغ ِي يعِظُ ُكم لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن .فَاذْ ُكروا اللَّو ي ْذ ُكرُكم وا ْش ُكروا علَى نِع ِم ِو ي ِزْد ُكم وَلَ ِذ ْكر اهللِ
ُ َ َ ْ ْ َ ُْ َ َ َ ْ َ ُ ََ َ ْ َ ْ ُ
أَ ْكبَ َر .أَقِْي ُم َّ
الصالَةَ
ْيَ ,ح ْسبُ ْو َن اهللُ َونِ ْع َم ِِ ك َلَاِلَو اَلَّ اَنْت اِ ِّّْن ُكْن ِ اَ ْلم ُد هللِ ر ّْ ِ
ت م َن الظَالم ْ َ
َ ْ ُ ْيُ ,سْب َحانَ َ َ
ب الْ َعالَم ْ ََ َْ
ِ ِ الْوكِي ِل نِعم الْموََل ونِعم الن ِ
ك َولَوُ َّص ِْري .أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهلل َو ْح َدهُ َلَ َش ِريْ َ
ك لَوُ ,لَوُ الْ ُم ْل ُ َ ْ ْ َ َْ َ ْ َ
77
ِ
َ َصلَّى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أللَّ ُه َّم ف
ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى ُ ْ ِالَ ُّق املُب
َ ُْي َو أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم َدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُو ْ
س بِتَ ْق َو اهلل فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوَزا املتَّ ُق ْو َن اتَّ ُقوا اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل َتَُوتُ َّن ْ َ َ
ِ فَي
ِ اعباد اهلل اُو
ِ صْي ُك ْم َو نَ ْف َ
ُ
َصابَ ُك ْم ِم ْن ِ َّ الر ْْح ِن ِ ِ َّ ان ِ َ أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيط.إََِّل وأَنْتُم مسلِمو َن
َ الرحي ِم َوَما أ َ َّ الرجْي ِم بِ ْس ِم اللَّو ْ َ ُْ ُ ُْْ َ
ص َد َق اهللُ الْ َع ِظْي ُم ِ ِ صيب ٍة فَبِما َكسب
ِ
َ .ت أَيْدي ُك ْم َويَ ْع ُفو َع ْن َكث ٍري
ْ َ َ َ َ ُم
)(Khutbah ke-2
َّار يَ َار ْْحَا ُن يَ َارِحْي ُم يَ َار َّ اب النَّا ِر َوأ َْد ِخ ْلنَا ْ ِ ِ
ب اِلَنَّةَ َم َع ْاْلَبْ َرا ِر يَ َ
اع ِزيْ ُز يَا َغف ُ ْاْلخَرةِ َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ
ْي. ِ
الْ َعالَم ْ َ
الَ ّْق َوا ْهلَُدى َونَ َهى َع ِن ا َِلفِْ َِتاقِ ْي َواتّْبَ ِاع ا ْهلََوى .أ ْ
َْحَ ُدهُ بِاهللِ َش ِهْي ًدا .اَلَّ ِذ ْي أ َْمَرنَا بِاِ ْجتِ َم ِع َعلَى ْ
ِ ِ
الُ ْس ََن َو
َْسَاءُ ْ َوأَ ْش ُكُرْوا َعلَى نَِع ِم ِو الَِّ ِْت َلَ َُْت َسى أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهللُ َلَ َش ِريْ َ
ك لَوُ َو لَوُ ْاْل ْ
أَ ْش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُوُ الَِّ ِْت َلَ يَْنتِ ُق َع ِن ا ْهلََوى اِ ْن ِى َي اَِلَّ َو ْح ٌي يُ ْو َحى.
َِّب الْ َك ِرِْي َو َر ُس ْوِل الْ َع ِظْي ِم ,نَبِيّْ نَا ُُمَ َّم ٍد َو َعلَى اَِل َو أللَّ ُه َّم فَ َ
ص ّْل َو َسلّْ ْم َعلَى َى َذا النِ ّْ
َص َحابِِو َو َم ِن اتَّبِ ِع ا ْهلَُدى أ ََّما بَ ْع ُد.
أْ
َّ ِ ِ
صْي ُكم و نَ ْف ِ ِ ِ
ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ
س بتَ ْق َو اهلل فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوَزا َم ِن اتَّ َقى يَا أَيُّ َها الذ َ فَيَاعبَ َاد اهلل اُْو ْ َ
صلِ ْح لَ ُك ْم أ َْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َوَم ْن يُ ِط ِع اللَّوَ َوَر ُسولَوُ فَ َق ْد ِ
َو قُ ْولُْوا قَ ْوَلً َسديْ ًدا يُ ْ
الرِجْي ِم يَا أَيُّ َها ال اهلل تَعلَى ِِف الْ ُقرأ َِن الْ َك ِرْي أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيطَ ِ
ان َّ َ ْ َ ُْ يما .قَ َ ُ َ
ِ
فَ َاز فَ ْوًزا َعظ ً
الس ْل ِم َكافَّةً وََل تَتَّبِعوا خطُو ِ
ات الشَّيطَ ِ َّ ِ
ان إِنَّوُ لَ ُك ْم َع ُد ّّو ُمبِ ٌ
ْي ْ َ ُ ُ َ ين َآمنُوا ْاد ُخلُوا ِِف ّْ
الذ َ
(Khutbah ke-2)
ِ الم ُد هللِ و ََْنم ُده و نَستعِي نُو و نَست ْغ ِفره و نَعوذُ بِاهللِ ِمن ُشروِر أَنْ ُف ِسنَا و ِمن سيّْئ
اتََ ْ َ ُْ ْ ْ ُ َ ُُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ َ ْ َْ
ِ ِ ِ ِ ض َّل لَو و من ي ِ ِ
ُي لَوُ أَ ْش َه ُد اَ ْن َلَ الَوَ اَلَّ اهلل َو ْح َده ْ ُ ْ َ َ ُ ِ أ َْع َملنَا َم ْن يَ ْهدهِ اهللُ فَالَُم
َ ضللْوُ فَالَ َىاد
95
. اََّما بَ ْع ُد.ْي ِ ْ الْ َك ِرِْي و رسوِل الْع ِظي ِم نَبِيّْ نَا ُُمَّم ٍد و علَى اَلِِو و صحبِ ِو أ
َ ْ َْجَع َْ َ َ َ َ ْ َ ُْ َ َ
.اضُرْو َن َرِحْي َم ُك ُم اهللُ اتَّ ُقوا اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن
ِ ال ِ
َْ فَيَاأَيُّ َهاالْ ُم ْسل ْو َن
اْلنْ َسا َن لَِفي
ِْ ص ِر إِ َّن
ْ الع
ِ َّ ان
َ الرجْي ِم َو
ِ َاَل ِِف ال ُقراَ ِن الْ َك ِرِْي أَعوذُ بِاهللِ ِمن الشَّيط
ْ َ ُْ ْ َ ال اهلل تَ َع
َ َق
َّ ِاص ْوا ب
الص ِْب ْ ِاص ْوا ب ِ ِ َّ خس ٍر إََِّل الَّ ِذين آمنُوا وع ِملُوا
َ الَ ّْق َوتَ َو َ الصالَات َوتَ َو ََ َ َ ُْ
Ini masa, pagi, siang, sore, malam, masa muda, masa tua, masa
enak, masa ga enak, masa kaya, masa miskin, semua yang
namanya manusia pasti merugi, kecuali orang yang beriman,
yang beramal saleh, saling berwasiat dan saling tegursapa,
nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati di
dalam kesabaran. Mari kita pupuk iman kita dengan selalu
meningkatkan iman itu dengan amal saleh, kita tunjukkan yang
benar itu benar, dan kita minta kepada Allah, supaya kita
ditunjukkan yang mana itu yang nyata, dan mana benarnya, dan
kita bisa melaksanakan, ditunjukkan pula kepada kita kemudian
kita tunjukkan kepada orang-orang lain yang salah itu, nyata-
nyata salah dan mampu untuk meninggalkannya. Kita yakin
hanya dengan demikian, kita berhak untuk mencapai apa yang
diperingatkan oleh Allah سلِ ُمو َن ِ
ْ َوََل َتَُوتُ َّن إََّل َوأَنْتُ ْم ُم.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ
َ ْ ت َعلَى ابْ َراىْيم َو َعلَى اَل ابْ َراىْيم ِِف الْ َعالَم
ْي َ بَا ِرْك َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى ال ُُمَ َّمد َك َما بَ َارْك
َحيَ ِاء ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ َ اِن
ْ ْي َو الْ ُم ْسل َمات ْاْل َ ْ لله َّم ا ْغف ْرِ ِْل َو الْ ُم ْؤمن
َ ْ ْي َو الْ ُم ْؤمنَات َو الْ ُم ْسلم ُ َ ا.َّك َْحْي ٌد ََمْي ٌد
اج ِة ِ ات اِنَّك َِْسيع قَ ِريب َُِميب الد
ِ َات و ياق ِ ِمْن هم و ْاْلَمو
َ َال
ْ اض َي َ َ َّع َو
َ ُ ْ ٌ ْ ٌْ َ َْ َ ْ ُ
َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَنْ ُف َسنَا.ْي إِ َم ًاما ِ ِ ٍ ُ اَللَّ ُه َّم ربَّنَا َىب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاجنَا وذُّْريَّاتِنَا قُ َّرةَ أ َْع
َ اج َع ْلنَا ل ْل ُمتَّق
ْ ْي َو َ َ ْ َ
ً َربَّنَا آتِنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَةً َوِِف ْاْل ِخَرةِ َح َسنَة. .ين ِ ْ وإِ ْن ََل تَغْ ِفر لَنَا وتَرْحنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن
َ اْلَاس ِر َ َْ ْ َ ْ ْ َ
ان َوإِيتَ ِاء ِذي الْ ُق ْرََب َويَْن َهى َع ِن
ِ اْلحسِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ َ َع َذ
َ ْ ْ عبَ َاداهلل إ َّن اللوَ يَأْ ُمُر بالْ َع ْدل َو.اب النَّار َوقِنَا
اسأَلُْو َن
ْ َويَ ْش ُك ْرُك ْم َو فَاذْ ُكُروا اللَّوَ الْعِ ِظْي َم.الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر َوالْبَ ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُرو َن
terasa cukup jelas, rasanya kita perlu bertanya kepada hati nurani,
fitrah, hati nurani orang akan menunjukkan suatu kebenaran,
sulitnya apabila hati nurani ini sudah tumpul, sehingga suara
kebenaran hati nurani ini tidak terdengar lagi, ketajaman hati
nurani akan dipengaruhi oleh sikap hidup seseorang, apabila
seseorang sudah terbiasa menyikapi masalah yang tidak benar
sebagai hal yang biasa, selanjutnya biasanya ketajaman suara hati
nurani akan tumpul. Orang yang sudah sering meninggalkan
shalat dia tidak akan masalah sekali-sekali meninggalkan shalat
tetapi orang yang tidak pernah meninggalkan shalat sekali
terlewat pasti akan merasakan bahwa itu suatu masalah yang
besar yang tidak boleh terulang. Jamaah Jumat rahimakumullāh,
ada perintah Allah yang akrab dengan telinga kita, awal ayat 103
ِ ِ ِ ِ
ً َو ْاعتَص ُموا ِبَْب ِل اللَّو َْجberpegangteguhlah
Surah Āli Imrānيعا َوََل تَ َف َّرقُوا
ayat ini sebagai berikut, ada bangsa yang menang dan ada bangsa
yang kalah, menang dan kalah suatu perjuangan tidak bersangkut
dengan benar dan salahnya suatu pendirian dan cita-cita, Tuhan
Allah mempunyai sunnah atau undang-undang terhadap
sembarang hal, orang yang berpendirian benar mungkin
dikalahkan oleh orang yang berpendirian salah, oleh karena yang
perbedaan salah itu mempunyai siasat perang yang amat teratur.
Oleh sebab itu, di samping mempunyai pendirian yang benar,
hendaklah mempunyai sebuah pertempuran yang betul orang
sekarang menyebutnya taktik yang betul, strategi yang betul,
ideologi yang benar, kalau ideologi saja yang benar padahal
praktiknya tidak betul atau strateginya tidak betul, maka ideologi
itu pun akan kalah kalau pihak lain mempunyai taktik dan strategi
yang betul. Hal yang seperti ini berlaku dalam sejarah umat
manusia.
Jamaah Jumat rahimakumullāh, dalam ayat 140 Āli Imrān
tersebut, dapat kita peroleh 6 alasan mengapa Allah
mempergilirkan kekayaan dan kejatuhan yaitu agar manusia
dapat merasakan kemenangan di samping kekalahan, agar dapat
membedakan, mana orang yang beriman dan mana yang kafir,
agar orang yang beriman dapat kesempatan untuk membuktikan
ketakwaannya, antara lain yaitu dengan gugur sebagai syuhada,
yang keempat agar manusia mengerti bahwa Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat zalim, cara Allah
membersihkan dosa-dosa bagi orang-orang yang gugur sebagai
syuhada, dan yang keenam sebagai jalan untuk membinasakan
orang-orang yang kafir.
104
(Khutbah ke-2)
إِ َّن اللَّوَ ََل يُغَيّْ ُر َما بَِق ْوٍم َح ََّّت يُغَيّْ ُروا َما.اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن
.بِأَنْ ُف ِس ِه ْم
ور
ٌ ب غَ ُف
ّّ طَيّْبَةٌ َوَر.
Kesinambungan, keberhasilan harus dijaga, karena berkelanjutan.
Sudahkah kita menyiapkan generasi berikutnya untuk
melanjutkan kesinambungan perjuangan ini?, pengkaderan
penyiapan generasi, tidak seperti menyiapkan seorang ilmuwan,
pembentukan sikap tidak bisa didrill. Rasulullah Saw. berhasil
menyiapkan kader-kader pelanjut penerus perjuangan dengan
memberikan contoh yg sempurna, untuk kita saat ini, pasti tidak
bisa sempurna seperti keteladaan Rasulullah, tetapi paling tidak
sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Sudahkah kita siap,
pemimpin kita siap, menjadi contoh yg baik bagi generasi yang
berikutnya?, kita yang harus menjadikan mereka untuk siap
menerima pergeliran kejayaan umat, sesuai dengan firman Allah
ِ ْي الن
َّاس َ َوتِْل. Pemimpin yang baik akan dapat
َ ْ َك ْاْلَيَّ ُام نُ َدا ِوُهلَا ب
106
ً َربَّنَا آتِنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَةً َوِِف ْاْل ِخَرةِ َح َسنَة.ْي إِ َم ًاما ِ ِ ٍ ُ أ َْزو ِاجنَا وذُّْريَّاتِنَا قُ َّرةَ أ َْع
َ اج َعلْنَا للْ ُمتَّق
ْ ْي َو َ َ
107
ان اِ ََل
وقِنَا ع َذاب النَّا ِر .و صلَّى اهلل علَى نَبِيّْ نَا ُُم َّم ٍد وعلَى اَلِِو و صحبِ ِو و من تَبِعو بِاِحس ٍ
َ َ ْ َ َ ْ َُ ْ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ