Anda di halaman 1dari 281

KRITIK SANAD HADIS YANG DISAMPAIKAN PARA PENCERAMAH

PADA ACARA DAMAI INDONESIAKU DI TVONE

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Umdatul Banat
NIM. 11140340000085

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/ 2018 M
KRITIK SANAD HADIS YANG DISAMPAIKAN PARA PENCERAMAH
PADA ACARA DAMAI INDONESIAKU DI TVONE

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

Umdatul Banat
NIM. 11140340000085

Pembimbing:

Rifqi Muhammad Fatkhi, MA

NIP : 19770120200312 1 003

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/ 2018 M

i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Kritik Sanad Hadis Yang Disampaikan Para


Penceramah Pada Acara Damai Indonesiaku di Tvone” telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada Kamis, 07 Juni 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag) pada program Studi Ilmu al-
Qur‟an dan Tafsir.

Jakarta, 07 Juni 2018

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Lilik Ummu Kultsum, MA Dra. Banun Binaningrum, M.Pd


NIP. 19711003 199903 2 001 NIP. 1968061 8199903 2 001

Penguji 1 Penguji 2

Dr. Muhammad Zuhdi, M. Ag Drs. Harun Rasyid, M.Ag


NIP. 19650817 200003 1 001 NIP. 19600902 198703 1 001

Pembimbing

Rifqi Muhammad Fatkhi, MA

NIP : 1977012 0200312 1 003

ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: Umdatul Banat

NIM: 11140340000085

Program Studi: Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

Judul Skripsi: Kritik Sanad Hadis yang Disampaikan Para Penceramah Pada
Acara Damai Indonesiaku di Tvone

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah hasil karya peneliti sendiri yang merupakan hasil
penelitian, pengolahan dan analisis sendiri serta bukan merupakan
plagiarisme maupun replikasi dari hasil penelitian atau karya orang lain.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini telah
peneliti cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil penelitian
sendiri atau hasil plagiarisme dari karya orang lain, maka peneliti bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, dengan segala akibat yang timbul
dikemudian hari menjadi tanggung jawab peneliti.

Ciputat, 23 Mei 2018

Umdatul Banat
NIM : 11140340000085

iii
Abstrak

Umdatul Banat
Kritik Sanad Hadis Yang Disampaikan Para Penceramah Pada Acara Damai
Indonesiaku di Tvone
Penelitian ini menunjukan bahwa teori beragama harus berlandaskan pada
sumber yang otoritatif yaitu al-Qur‟an dan hadis. Hadis yang merupakan
ungkapan dan tutur kata Nabi Saw dalam perkembangannya terkadang umat islam
merasa kesulitan untuk memahami karena adanya keganjalan-keganjalan dalam
sanad dan matan hadis. Hal ini sangat mungkin saja terjadi mengingat perbedaan
masa yang sangat jauh antara kita dengan masa Nabi Saw. Dengan demikian
hadis-hadis yang digunakan oleh para penceramah tersebut perlu dikaji lebih
lanjut untuk mengetahui kualitas hadis baik dari segi sanad maupun matan hadis.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua metode yaitu lapangan


(Field research) peneliti mengumpulkan data serta informasi tentang hadis-hadis
yang disampaikan para penceramah dengan cara menonton dan merekam. Adapun
kepustakaan (library research) dengan merujuk pada sumber-sumber kepustakaan
untuk mencari kualitas suatu hadis, dengan menggunakan ilmu Takhrīj Hadis.
Kemudian setelah data-data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis sanad
hadis guna mengetahui kualitas hadis tersebut.
Setelah melakukan penelitian ini mayoritas hadis-hadis yang disampaikan
oleh penceramah berkualitas Sahih. Meskipun ada beberapa hadis yang
berkualitas Daif, dikarenakan hadis itu digunakan sebagai Faḍail al-a’mal. Maka
penggunakan boleh digunakan selama tidak bertentangan dengan syariat islam.

Kata kunci: Dakwah, Media massa, kualitas hadis

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah Swt penulis panjatkan atas segala karunia,

taufiq, dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada baginda Nabi Muhammad

Saw rasul pilihan yang membawa cahaya penerang dengan ilmu pengetahuan.

Semoga untaian doa tetap tersurahkan kepada keluarga, sahabat serta seluruh

pengikutnya sampai akhir zaman.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa terselesaikan

skripsi ini tidaklah semata atas usaha sendiri, namun berkat bantuan motivasi dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempun study di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masti Mansoer, MA, selaku dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Lilik Umi Kultsum, MA dan Dra. Banun Binaningrum, M.Pd,

selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Rifki Muhammad Fatkhi, MA, yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk membimbing, memberikan arahan untuk segera

v
terselesaikannya skripsi ini. Semoga bapak dan keluarga sehat selalu,

panjang umur, dan murah rejeki.

5. Segenap dosen program Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, penulis

mengucapkan banyak terima kasih karena telah sabar dan ikhlas

mendidik serta banyak memberikan berbagai macam ilmu kepada

penulis. Semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat dunia dan

akhirat.

6. Teruntuk orangtuaku ayahanda KH. Iip Sarip Bustomi SE. M.Si dan

ibunda Hj. Holidah S. Pdi yang telah membesarkan, mendidik, dan

selalu memberikan arahan, dukungan tiada henti baik moril maupun

materil tak lupa pula doa yang tiada henti. Sehingga penulis dapat

melanjutkan pendidikan kejenjang perkuliahan sampai lulus. Kepada

kakak serta adik-adik penulis Dr. Ibnu Ibni Rijal S.Ked, Malik Ibni

Rijal, Inabul Banat yang selalu memberikan semangat yang membara.

Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahnya dan selalu

melimpahkan Raḥmān dan Raḥīm-Nya kepada mereka. Amin Ya

Rabbal’alamin.

7. Pustakawan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan pinjaman buku-

buku yang menjadi rujuan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang

rela berbagi ilmu, tawa, canda serta support kepada penulis.

vi
9. Dan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan serta crew Tvone Damai

Indonesiaku yang sudah rela membantu penulis, ketika proses

penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2014 yang

telah berjuang bersama-sama dan memberikan aura positif kepada

penulis dalam mengerjakan skripsi.

Peneliti menyadari bahwa keilmuan dan wawasan peneliti masih sedikit,

bilamana tulisan ini masih terdapat kekeliruan mohon dimaafkan. Akan tetapi

peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan yang ada untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti tulisan ini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi kepada para
pembaca, sehingga bisa memotivasi untuk mengamalkan Sunah Nabi Muhammad
Saw.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb

vii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin ysng digunakan dalam skripsi ini berpedoman

pada buku “Pedoman Penullisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang

diterbitkan oleh Tim CeQDA (Center For Quality Development dan Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

A. Konsonan

ARAB NAMA LATIN KETERANGAN

‫ا‬ Alif - Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba‟ B Be
‫ت‬ Ta‟ T Te
‫ث‬ Tsa‟ Ts Te dan es
‫ج‬ Jim J Je
‫ح‬ Ḥa‟ Ḥ Ha dengan titik di bawah
‫خ‬ Kha‟ Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Dzal Dz De dan zet
‫ر‬ Ra‟ R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy Es dan ye
‫ص‬ Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah
‫ض‬ Ḍad Ḍ De dengan titik di bawah
‫ط‬ Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah
‫ظ‬ Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah
‫ع‬ „Ain „ Koma terbalik
‫غ‬ Ghain Gh Ge dan ha
‫ف‬ Fa F Fa
‫ق‬ Qaf Q Qi

viii
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Wau W We
‫ه‬ Ha‟ H Ha
‫ء‬ Hamzah „ Apstrof
‫ي‬ Ya‟ Y Ye

B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vocal tunggal atau monoftong, vocal
rangkap atau diftong dan vocal panjang. Ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan


َ‫ا‬ Fatḥaḥ A A
َ‫ا‬ Kasraḥ I I
َ‫ا‬ Ḍammaḥ U U
Contoh:

‫ نصر‬: Naṣaara dan ‫ كتب‬: Kataba

2. Vokal rangkap

Tanda Nama Latin Keterangan


Vokal

‫ىي‬ Fatḥaḥ dan Ya’sakun Ai A dan I


‫ىو‬ Fatḥaḥ dan Wau sakun Au A dan U
Contoh:

َ‫ ليس‬: Laisa ‫ حول‬: ḥaula

ix
3. Vokal panjang

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

‫با‬ Fatḥaḥ dan Ba ā A dengan garis di atas

‫بي‬ Kasrih dan Ba Ī I dengan garis di atas

‫بو‬ Ḍammah dan Ba ȗ U dengan garis di atas

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………………… iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... V

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5

C. Rumusan dan Pembatasan Masalah ..................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6

E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 8

F. Kajian Pustaka ...................................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan........................................................................... 15

BAB II PESAN AGAMA DI RUANG PUBLIK ......................................... 17

A. Acara Keagamaan “Damai Indonesiaku .............................................. 17

B. Media Massa Sebagai Media Dakwah ................................................. 23

BAB III TEKS ASLI HADIS.......................................................................... 34

BAB IV ANALISI TEMUAN HADIS-HADIS ........................................... 145

A. Takhrīj Hadis ........................................................................................ 146

B. Kualitas Hadis ...................................................................................... 191

xi
C. Akurasi Hadis ....................................................................................... 194

D. Kritik Sanad Hadis Daif ....................................................................... 195

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 217

A. Kesimpulan .......................................................................................... 217

B. Saran-Saran .......................................................................................... 217

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 218

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 222

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia ditandai dengan

menjamurnya media elektronik dan cetak didirikan sebagai sarana untuk

menyebarkan informasi-informasi keagamaan dan menjadi peluang besar

untuk kemajuan dakwah dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dalam

penyelenggaraan kegiatan dakwah.

Kehadiran media massa sebagai penyedia informasi kepada

masyarakat dalam kecendrungan global memiliki daya pemaksa yang sungguh

luar biasa. Bahkan media massa memiliki kehebatan merekontruksikan sebuah

tatanan kehidupan manusia. Argument ini merujuk kepada hasil penelitian

Harol Laswell bahwa media massa menyediakan stimuli perkasa yang mampu

membangkitkan desakan emosi yang hampir tidak terkontrol oleh individu.1

Atas dasar temuan ini, maka keperkasaan media informasi yang memiliki

tingkat efekstabilitas dan efisiensi sangat tinggi.

Seiring berjalannya waktu berbicara mengenai agama disampaikan

melalui dakwah dengan berbagai metode, salah satunya adalah ceramah.

Dakwah dengan metode ceramah ini tidak hanya disampaikan secara langsung

dari rumah ke rumah, namun disajikan diberbagai media massa salah satunya

televisi.

1
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 197

1
2

Bahwa televisi juga dapat digunakan untuk berdakwah dan mengajak

orang kepada perintah untuk kebaikan dan mencegah kemunkaran, sehingga

mendapat keridhoan dari Allah Swt. Sebagaimana diketahui dakwah adalah

suatu keharusan bagi umat islam, seperti dalam firman Allah Swt dalam Surah

Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:

           

   

„‟Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan ummat yang


mengajak manusia kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan mereka adalah orang-orang yang
beruntung”.

Dakwah melalui media apa pun perlu dipersiapkan dengan

perencanaan yang matang. Karena dakwah adalah suatu upaya merekontruksi

masyarakat menuju masyarakat islami. Munculnya televisi sebagai media

dakwah wujud dari kemajuan tekhnologi menyadarkan kaum muslimin

tentang betapa pentingnya televisi dalam usaha dakwah. Mampu menarik

banyak perhatian orang. Karenanya praktisi penggunaannya yang mudah dan

terjangkau untuk semua kalangan.

Mengingat demikian, banyak stasiun televisi membuat program yang

bertemakan dakwah islam dalam acaranya, dengan menghadirkan para

pendakwah kondang dan popular. Mereka menyampaikan syariat islam

dengan menggunakan dalil-dallil Al-Qur‟an maupun Hadis.

Salah satu stasiun televisi yang menyajikan program tabligh akbar

yaitu Tvone dengan acara Damai Indonesiaku. salah satu program acara
3

keagamaan bagi umat islam. Acara ini ditanyangkan setiap hari sabtu dan

minggu pada pukul 13.00-15.00 WIB. Acara tersebut adalah program acara

keagamaan yang dikemas dengan ceramah bertatap muka langsung dengan

audien dalam sebuah masjid. Biasanya dari satu masjid ke masjid yang lain.

Acara ini dikemas hampir mirip dengan acara-acara dakwah islamiah yang

lainnya. Akan tetapi acara ini memiliki perbedaan yaitu mendatangkan

narasumber yang berbeda setiap minggunya, pembawa acara, dan

mendatangkan penceramah lain yang kopeten sesuai tema yang diangkat.

Ketika acara berlangsung para penceramah menyampaikan pesan-

pesan agama menggunakan berbagai referensi berupa hadis, tafsir, kisah para

sahabat Nabi Saw, pendapat para ulama, maupun opini yang disampaikan oleh

penceramah tersebut. Diantara pesan-pesan agama yang disampaikan tersebut

menggunakan hadis-hadis Nabi Saw sebagai sumber referensinya.

Hadis-hadis yang disampaikan tersebut perlu diteliti, apakah hadis

yang digunakan berkualitas Ṣaḥiḥ, Ḥasan atau Ḍaif karena pada umumnya

tidak disebutkan kualitas hadisnya, dan apabila hadis-hadis yang disampaikan

itu sudah tersebar luar dan didengar oleh banyak masyarakat tentu

mendatangkan pengaruh dalam kehidupan masyarakat.

Semakin jauh dari masa Nabi sebagai sumber hadis semakin

bertambah jumlah periwayatan hadis dari Nabi Saw. Hal itu menimbulkan

cara-cara baru dalam membuktikan otentitas hadis. Adanya keberlanjutan

itulah sehingga umat manusia di zaman sekarang bisa memahami, merekam

dan melaksanakan tuntunan ajaran islam.2 Sebuah hadis dapat dijadikan

2
M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasipenelitian hadis dari teks ke konteks (Yogyakarta:
Teras, 2009) h. 1
4

sebagai dalil dan argumen yang kuat (ḥūjjah) apabila memenuhi syarat-syarat

kesahihan, baik dari aspek sanad maupun matan.3

Contoh kasus ketika salah satu penceramah pada acara Damai

Indonesiaku4. Dengan nada penuh keyakinan ia menjelaskan dan mengatakan

bahwa kata-kata hikmah disebut sebuah Hadis Nabi Saw. Ia mengungkapkan :

‫ع اواِ اذ ا اك ْلناا اَل نا ْشبا ْع‬


‫ْحن ُن ْقوٌم اَل نااْ ُك ُل احىت اَنُ ْو ا‬
„‟Kami adalah orang-orang yang tidak makan sehingga kami lapar,
dan apabila kami makan, kami tidak sampai kenyang”.
Sebagaimana yang diterangkan pada kitab al-Rāḥmāḥ Fī at-Tibb wa

al-Hikmaḥ karya Imam al-Suyuti5. Bahwa ungkapan tersebut bukanlah sebuah

Hadis Nabi Saw akan tetapi ucapan seorang ahli dokter dari sudan. Kemudian

dikuatkan dengan ungkapan Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani di dalam

buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Kh. Musthafa Ya‟qub. Bahwa ia tidak

menyebutkan bahwa hal tersebut bukanlah sebuah Hadis Nabi Saw, melainkan

kata-kata hikmah dari seorang dokter sudan6.

Dari penemuan tersebut, penulis membuktikan bahwa adanya sebuah

ungkapan yang diduga sebuah hadis. Bisa jadi hal tersebut kerap terjadi

disampaikan oleh para penceramah yang lainnya.

Oleh karena itu, Kajian ini penting karena situasi yang demikian

itulah, maka adanya penelitian terhadap hadis-hadis yang digunakan para

penceramah pada acara Damai Indonesiaku Tvone. Karena kualitas hadis

Ṣaḥiḥ, Ḥasan atau Ḍaif suatu hadis sangat diperlukan, mengingat bahwa

3
Zufran rahman, Kajian Sunah Nabi Sebagai Sumber Hukum Islam (Jakarta: pedoman
ilmu jaya, 1995), cet. Ke 1 h. 20
4
Acara Damai Indonesiaku pada Bulan Ramadhan 1435 H
5
Al-Suyuti, al-Rahmah Fi al-Tibb Wa al- Hikmah (Beirut: al-Maktabah Sya’biyah tth ), h.
19
6
Prof. Dr. KH. Musthafa Ya‟qub. Hadis-Hadis Palsu Seoutar Ramadhan (Pejaten: PT.
Pustaka Firdaus, 2013 ), h. 23
5

hadis adalah salah satu sumber hukum islam yang kedua setelah al-Qur‟an

agar bisa memberikan informasi kepada masyarakat pentingnya mengetahui

kualitas sebuah hadis.

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis akan menganalisis hadis-

hadis yang digunakan oleh para penceramah pada acara Damai Indonesiaku

Tvone dan akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul

“KRITIK SANAD HADIS YANG DISAMPAIKAN PARA

PENCERAMAH PADA ACARA DAMAI INDONESIAKU DI TVONE”.

B. Identifikasi Masalah7

Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat masalah-masalah

yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Hadis merupakan sumber ajaran islam yang kedua setelah al-Qur‟an,

dilihat dari segi periwayatannya ternyata tidak semua hadis diriwayatkan

secara mutawatir. Oleh Karena itu penelitian yang mendalam terhadap

kualitas hadis merupakan sesuatu yang urgent dalam upaya menemukan

ḥȗjjāh yang kuat.

2. Program acara di televisi yang bertemakan keagamaan sangat diminati

masyarakat, karena sebagai siraman rohani.

3. Akurasi para penceramah dalam mengutip hadis.

C. Rumusan dan Batasan Masalah8

7
Mengidentifikasi masalah yang paling relevan dan menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Lihat: Suryana, Metodologi penelitian: Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Pend.
Indonesia Press, 2010), h.22
6

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

dapat diambil satu rumusan masalah. Dengan demikian penulis merumuskan

masalah sebagai berikut: Bagaimana Kualitas Sanad Hadis-Hadis Yang

Disampaikan Para Penceramah Pada Program “Damai Indonesiaku” di

Tvone?9.

Objek media yang penulis gunakan yaitu televisi10. Dikarenakan

program acara ini terus menerus setiap minggunya, maka penulis akan

memberikan batasan materi yang akan dianalisis hadisnya yaitu pada bulan

Februari 2018.11

D. Tujuan dan Manfaat Penenelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan mengangkat topik ini, maka diharapkan setiap individu

atau seseorangan dapat mengetahui kualitas suatu hadis yang merupakan

sumber hukum islam. Disamping itu, penulis mempunyai beberapa tujuan

lain, yaitu:

a. Untuk mengetahui sumber-sumber referensi yang digunakan para

penceramah.

8
Rumusan masalah merupakan tema sentral masalah atas problem isu sebagai gambaran
ringkas secara kondisional dan situasional fenomena yang dihadapi sehingga menggugah untuk
dilakukan penelitian. Lihat: Ardianto Elvinaro, Metodologi Penelitian (Bandung: Rekatama
Media, 2011), h. 17
9
Program acara Damai Indonesiaku memiliki perbedaan dengan program keagamaan
yang lain, jika di Damai Indonesiaku mendatangkan para penceramah yang berbeda dari setiap
minggunya, tema yang diangkat sesuai dengan masalah yang sedang viral dan tayangan ini pun
ditayangkan secara live.
10
Alasan penulis memilih televisi yang dijadikan objek penelitian karena televisi menjadi
salah satu kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan, hiburan, dan lain-lain. ketika manusia sibuk
dengan pekerjaannya tidak bisa mendatangi masjid maka dia menggunakan televisi untuk
mendapatkan siraman rohani.
11
Alasan penulis memulai perekaman yaitu bulan yang akan datang, dan media yang
digunakan penulis yaitu televisi. Tema yang didatangkan pada bulan Februari menarik karena
sesuai dengan masalah yang sedang Booming.
7

b. Untuk mengetahui kualitas hadis-hadis yang digunakan para

penceramah pada program acara “Damai Indonesiaku” di Tvone.

c. Untuk mengetahui apakah hadis-hadis yang disampaikan penceramah

dapat dijadikan ḥȗjjah.

d. Agar masyarakat mengetahui bagaimana suatu hadis sampai kepada

sumber-sumbernya yang orisinil.

e. Untuk Memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam mencapai gelar

Sarjana Agama jurusan Ilmu Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah dalam kajian keislaman

terutama dalam hubungannya dengan hadis.

b. Menjaga keotentikan hadis, agar tidak disalahpahami oleh orang-orang

yang tidak bertanggung jawab.

c. Menyemarakkan kajian hadis di Indonesia.

d. Hadis-hadis yang kualitasnya sudah diketahui ini dapat digunakan oleh

masyarakat luas.

e. Memberikan informasi kepada masyarat.12

E. Metodologi Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian

12
Karena tidak semua hadis yang digunakan oleh para penceramah berkualitas Saḥīḥ,
ḥasan ada pula yang kualitasnya Daif .
8

Terdapat dua sumber data yang dijadikan subjek penelitian yaitu

sumber primer13 dan sumber sekunder14.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode penelitian

yaitu lapangan (Field research) peneliti mengumpulkan data serta

informasi tentang hadis-hadis yang disampaikan para penceramah dengan

cara menonton dan merekam. Adapun kepustakaan (library research)

dengan merujuk pada sumber-sumber kepustakaan, yaitu buku-buku yang

membahas seputar ilmu hadis, antara lain: Kutub al- Sittah dan kamus

hadis, yaitu Muʻjām Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī15 kitab-kitab

hadis lainnya, seperti: Kitab Taḥdzību-taḥdzīb16, Tadrīb al-Kamāl, dan

kitab yang berkaitan dengannya sebagai sumber sekunder.

2. Sumber Data

13
Sumber primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kalinya, serta menjadi sumber acuan utama dalam penelitian. Untuk
memperoleh data yang relevan. Lihat Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT. Hamidita,
1997), h. 55
14
Sumber sekunder adalah data yang pengumpulannya diusahakan sendiri oleh peneliti
dan data ini berfungsi sebagai pelengkap dari data primer. Marzuki, ibid, h. 56
15
Penyusunan kitab Muʻjām Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī adalah tim dari
kalangan orientalis. Salah seorang dari tim sangat aktif dalam kegiatan, mulai dari proses
penyusunan jilid satu hingga jilid akhir. Ia bernama Dr. Arnold John Wensinck, seorang orientalis
dan guru besar Bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda. Kitab ini merupakan kumpulan
hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab induk hadis, yakni kutub al-tisʿah: Ṣaẖīẖ al-
Bukharī, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Turmudzī, Sunan Abū Dāwud, Sunan al-Nasā‟ī, Sunan Ibn Mājaḥ,
Sunan al-Darimī, Mutawaṭa‟ Imām Malik, dan Musnad Imām Aḥmad, maka dalam penelusuran
hadis hanya bisa diakses melaluui kitab 9 tersebut. Kitab ini disususun melalui huruf hijaiyah
dengan mengambil unsur dasar dari lafal tersebut dan pada setiap lafal diawali dari bnetuk fiʿil
maḍi, fiʿil muḍariʿ, fiʿil „amr, ism faʿil, ism mafʿul. Berbagai lafal yang disajikan tidak dibatasi
hanya lafal-lafal yang bera da di awal matan saja, tetapi juga berbagai lafal yang berada di tengah,
dan bagian lain dari matan hadis. Lihat: Abu Muhammad Abdul Mahdi, Metode Takhrij Hadis
(Semarang: Toha Putra Grup,t.t), h. 61-65, lihat juga Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis
(Jakarta: Bulan Ibntang, 1991), h. 49. Lihat juga Hasan Asy‟ari Ulamaʿi, Melacak Hadis Nabi Saw
(Semarang: Walisogo Press, 2006), h.11
16
Alasan penulis mengunkaan kitab Tahdzīb al-Tahzīb untuk menentukan kredibilitas ke-
Dhabit-an perawi. Karena kitab ini meringkas pendapat para kritikus hadis tentang kredibilitas
perawi tersebut.
9

Sumber data penelitian ini adalah hadis-hadis yang disampaikan

oleh para penceramah Damai Indonesiaku di Tvone, pada bulan Februari

2018.

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data17

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara menonton televisi yang kemudian merekam hadis yang disampaikan

oleh penceramah di acara tabligh akbar Damai Indonesiaku di Tvone.

Penelitian skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu

dengan mendekripsikan data yang ada, kemudian data tersebut akan

dianalisis dengan men-Takhrīj18.

Untuk men-takhrīj19 penulis menggunakan pencarian indeks kata,

yaitu mencari kata-kata yang menjadi kata kunci dalam indeks hadis, yang

dimaksud dengan kata kunci hadis adalah kata yang terdapat dalam matan

hadis baik fi‟il maupun Isim, metode ini menggunakan kitab Muʻjām

17
Analisis data adalah proses penyerdahanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan secara mudah. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitas
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h. 190
18
Takhrij menurut bahasa mengeluarkan atau mengumpulkan dua perkara yang saling
berlawanan dalam satu masalah. Sedangkan menurut istilah menunjukan tempat hadis pada
sumber-sumber aslinya, dimana hadis tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya,
kemudian menjelaskan dejaratnya jika diperlukan. Metode Takhrij Dan Penelitian Sanad Hadis
(Surabaya: PT. Bina Ilmu 1995), h. 2-5. Dengan cara mengetahui sahabat yang meriwayatkan
hadis, mengetahui lafal pertama dari matan hadis, mengetahui dari lafal hadis yang jarang
diketahui lafal hadisnya, dengan mengetahui pokok bahasan hadis. Dengan cara meneliti keadaan-
keadaan hadis, baik sanad maupun matannya, h. 25.
19
Metode Maḥmūd Ṭaḥḥān terbagi menjadi lima bagian, yakni: takhrīj dengan jalan
mengetahui sahabat perawi hadis contoh kitab Musnad Aḥmad ibn Ḥambal, lafal pertama pada
matan hadis, contoh: Mausūʻah al-Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī al-Syarīf kata-kata yang sering atau
jarang digunakan di suatu bagian matan hadis, contoh: kitab19 dan Muʻjām Mufahrās li Alfādz al-
Ḥadīts al-Nabawī, melalui topik hadis, contoh: Miftāh al- Kunūz al-Sunnah, dan melalui sifat-sifat
spesifik pada matan dan sanad hadis. Yang dimaksud kata-kata khusus adalah seperti: hadis qudsi,
maka dapat dicari dalam kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis tersebut. Lihat: Maḥmūd
Ṭaḥḥān, Dasar-Dasar Ilmu Tarikh dan Studi Hadis,h. 39
10

Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī 20. Setelah itu penulis merujuk

kepada kitab-kitab asli yang disebut sebagai kutub al-Sittah. Adapun

penelusuran hadisnya dibantu dengan Maktabah Syāmilah21. Agar tidak

terjadi kesalahan penulis menindak lanjuti dengan pencarian secara

manual menggunakan kitab-kitab yang telah di-taḥqīq oleh para ulama,

guna mempermudah pencarian kualitas suatu hadis. Di antara kitabnya

yaitu:

a. ʻAun al- Maʻbūd Syarh Sunan Abī Dāwud karya: Abū al-Ṭayyib

Muḥammad Syams al-Ḥaq al- ʻAdzīm Ābādī, pentahqiq: „Iṣām

al- Dīn al-Ṣabābaṭī.

b. Sunan al-Nasā‟ī bi Syarh al- Imāmain li al-Suyūṭī wa al- Sindī

karya: Imām al- Nasā‟ī, pentahqiq: Dr. Sayyid Muḥammad dan

al-Ustadz ʻAlī Muḥammād „Alī22.

c. kitab Sunan Ibn Mājaḥ karya Imām Ibn Mājaḥ, pentahqiq:

Muḥammad Fuādī ʻAbd al-Bāqī23.

20
penelusuran hadis dengan menggunakan kitab Muʻjām Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts
al-Nabawī merupakan metode yang sangat cocok dalam penelitian ilmiah ini, karena hadis-hadis
yang disampaikan khatib Jum‟at dan penceramah tidak semuanya lengkap, bahkan ada yang
dipotong. Dengan demikian, untuk mengambil jalan tengahnya, maka penulis mendahulukan
menggunakan kitab ini.
21
Maktabah Syamilah: size: 14.2 GB, contains: 12.519 files, 37 folder, dan created 12
Maret 2014.
22
Abū al-Ḥasan Nadzām al-Dīn „Alī ibn Muḥammad ibn „Alī ibn Kharūf al-Andalusī wafat
pada tahun 609 H/1212M. Ia adalah seorang ulama di bidang bahasa Arab dan Nahwu. Ia dikenal
sebagai muhaqiq yang teliti dan cerdas. Karya beliau Syarh Kitab Sibawaih, Syarh al-Jumal, Kitab
al-Farāid. Lihat: http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Kharuf.
23
Muḥammad Fuad ibn „Abd al-Baqī ibn Ṣalih ibn Muḥammad wafat pada tahun
1388H/1968M). Beliau merupakan penyusun indeks di dalam lapangan sunnah Nabawiyah dan
juga ayat-ayat Qur‟an. Beliau berasal dari negara Mesir dan pernah mengajar di sekolah-sekolah
sekitar kota Kaherah dan menjadi penerjemah Bahasa Arab dari Bahasa Prancis. Setelah itu, beliau
berhenti dari kerjanya dan mulai bergiat dalam bidang penulisan secara langsung. Penglihatannya
kabur dan menjadi buta sebelum beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir di kota Kaherah
karena terlalu banyak membaca dan menelaah buku dan kitab. Karyanya adalah Kitab Miftah al-
Kunūz al-Sunnah yang telah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke Bahasa Arab adalah satu
sumbangan beliau di samping usahanya untuk mempelajari bahasa tersebut, kitab Mu‟jam al-
Mufaḥrās li alfadz al-Qur‟an, indeks Muwaṭa‟ Imām Mālik, indeks untuk Sunan Ibn Mājah, indeks
11

d. Tuḥfah al-Aḥwadzī bi Syarh Jāmiʻ al- Tirmidzī karya: Imām al-

Ḥafidz Abī al-ʻUlā Muḥammad „Abd al-Raḥmān ibn „Abd al-

Raḥīm al-Mubārakafūrī, pentahqiq: „Iṣām al-Ṣabābaṭī24.

e. Musnad Imām Aḥmad ibn Ḥambal karya Abū „Abdillah ibn

Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal pentahqiq Syu‟aib al-

Arnaūṭ25.

Kemudian penulis mengkritik sanad hadis yang daif saja dengan

menelusuri data setiap periwayat, menilai keadaannya, dan menelusuri

guru dan muridnya26.

Dalam menentukan kualitas sanad hadis apabila hadis yang diteliti

diriwayatkan oleh al- Bukhārī dan Muslim yang terdapat dalam kitab Sahih-

nya. Maka tidak perlu dikaji ulang karena sudah dianggap Ṣahīh27. Setelah

memetakan berdasarkan kualitasnya kemudian mengkritik sanad hadis28

Ṣaḥīḥ Muslim. Lihat: http://hambawang.blogspot.co.id/2009/05/muhammad-fuad-abdul-baqi-


1388h1968m.html?m=1.
24
Laqabnya Abū „Abd al-Raḥmān lahir di Minya salah satu gubernur di Republik Arab
Mesir. Ia memulai hidupnya dengan mempelajari sastra Arab. Ia mentahqiq kitab ʻAun al- Maʻbūd
Syarh Sunan Abī Dāwud, Tuḥfah al-Aḥwadzī bi Syarh Jāmiʻ al- Tirmidzī,Nail al-Autar, Jāmi‟al-
Aḥādits al-Qudsiyah.
25
Beliau wafat pada tahun 1928H/2016M pada hari Kamis. Al-Arna‟ūṭ yang sering
dipanggil Abū Usamah ini termasuk ulama yang sangat produktif dalam menulis buku dan
meneliti kitab-kitab peninggalan terdahulu. Beliau mengahabiskan waktu lebih dari empat puluh
tahun berkhidmat dengan hadis dengan menyunting, men-takhrīj hadis-hadis, dan menyatakan
taraf hadis tersebut. Di antara kitab yang disuntingnya adalah Siyar A‟lām al-Nubalā‟, Musnad
Imām Aḥmad ibn Ḥambal, Ṣaḥīḥ ībn Ḥibbān bi Syarh ibn Libbān, Sunan al-Tirmidzī, dan Riyaḍ
al-Ṣalihīn. Lihat: http://m.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2016/10/28/103602/ulama-
hadits-syekh-syuaib-al-arnaut-meninggal-dunia.html.
26
Penulis tidak mengkritik hadis yang berstatus sahih karena kesahihannya sudah jelas,
sedangkan hadis yang berstatus daif dibutuhkan data apa yang menyebabkan hadis tersebut
berstatus daif.
27
Kitab Shahih bukhari dan Shahih Muslim merupakan Aṣal al-Kutub setelah al-Qur‟an.
Lihat: Abȗ „Abdurrahmān Ṣalaḥ, Muqadimah Ibn Ṣalaḥ (Bairut: Dar al- Kotob al-„ilmiyah, 1995 ),
h. 20.
28
Kegiatan kritik atau penelitian hadis bertujuan untuk mengetahui kualitas hadis yang
terdapat dalam rangkaian sanad hadis yang diteliti. Apabila hadis yang diteliti memenuhi kriteria
kesahihan sanad, hadis tersebut digolongkan kedalam hadis sahih sebagaimana yang di terangkan
oleh Bustamin dan Isa Salam, Metodologi Kritik Hadis, h. 6. Lihat juga di Muhammad Subhi al-
Shalih, „Ulum al-Hadis wa Musthalahu (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 4-5.
12

yang daif saja. Sebagaimana dalam ulum al-Hadis bahwa kualitas hadis

tergantung pada kualitas sanad, maka penulis akan mengkritik sanad hadis

dengan menggunakan metode Maḥmȗd Taḥḥan dalam kitab Uṣȗl al- Takhrīj

wa Dirasat al-Asānīd dengan melihat biografi para perawi berikut dengan

jarah wa ta‟dil-nya.

Penulis akan menentukan keakuratan hadis-hadis yang disampaikan

oleh para penceramah yaitu dalam tiga kelompok: jika suatu hadis tersebut

bisa dikatakan akurat apabila hadis tersebut disampaikan dengan lengkap dan

sesuai dengan teks asli hadis. Adapun kurang akurat yaitu lafadz hadis yang

digunakan para penceramah berbeda akan tetapi mengandung makna yang

sama, dan tidak akurat apabila para penceramah mengatakan riwayat yang

disampaikan tidak sesuai dengan teks dan maknanya.

Adapun dalam hal transliterasi yang penulis gunakan berpedoman

pada buku “Pedoman Penullisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”

yang diterbitkan oleh Tim CeQDA (Center For Quality Development dan

Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Kajian Pustaka

Dalam rangka penelitian ini yang menjadi pokok pembahasan dan

yang membedakan dengan penelitian-penelitian terdahulu lebih kepada konten

hadis-hadis yang digunakan oleh para penceramah pada program acara Damai

Indonesiaku Tvone. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kajian penelitian

yang terkait dengan tema pembahasan yang telah dilakukan peneliti terdahulu

dalam bentuk skripsi.


13

Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadis tahun 2011, karya Muhammad Mukhlis yang berjudul

„‟Telaah Hadis-Hadis yang Digunakan Sebagai Hujjah Jama‟ah Tabligh

Masjid Jami‟ Kebon Jeruk Jakarta Barat” dengan berumuskan masalah

bagaimanakah kualitas hadis-hadis tentang kemungkaran, dakwah,

keutamaan zikir, menutup aib saudaranya yang muslim. Metode yang

digunakan adalah metode field research (penelitian lapangan) melalui

observasi, dan interview atau wawancara. Teknik dan analisis data adalah

deskriptif analitis29.

Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadis tahun 2017. Karya Muhammad Hafiz yang berjudul

“Hadis-Hadis Populer di Masyarakat BSD”. Dengan berumusan masalah

bagaimana kualitas hadis-hadis yang sering disampaikan dalam khutbah

Jum‟at di lingkunngan BSD. Metode yang digunakan penelitian lapangan

(field research)30.

Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadis tahun 2007, karya Joni Perindra yang berjudul „‟Kritik

Hadis-Hadis yang Disampaikan Para Khatib di Khutbah Jum‟at Masyarakat

Berau Kalimantan” dengan berumuskan masalah bagaimana kualitas sanad

hadis-hadis yang disampaikan oleh para khatib di mesjid Berau, Kalimantan

Timur. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan

29
Muhammad Mukhlis, Telaah Hadis-Hadis yang Digunakan Sebagai Hujjah Jama‟ah
Tabligh Masjid Jami‟ Kebon Jeruk Jakarta Barat, (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis, 2011).
30
Muhammad Hafiz, Hadis-Hadis Populer di Masyarakat BSD, (Skripsi S1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis, 2017).
14

(library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan melakukan

survey masjid. Teknik dan analisis data adalah deskriptif analisis31.

Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadis tahun 2018, karya Reza Syaukani yang berjudul „‟Kritik

Hadis-Hadis yang Disampaikan oleh Para Khatib di Semarang” dengan

berumuskan masalah bagaimana kualitas hadis-hadis yang disampaikan

oleh para khatib di tiga masjid jami‟ Semarang, Jawa Tengah. Metode yang

digunakan adalah metode kualitatif. Teknik dan analisis data adalah deskriptif

analisis32.

Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas ushuluddin jurusan

tafsir hadis karya Setiawan Doni Kusuma yang berjudul Kualitas Hadis Di

Media Massa Kajian Sanad Dan Matan Dalam Kolom “HIkmah Ramadhan”

Harian Republika Edisi 1435 H dengan berumusan masalah bagaimana

kualitas hadis di kolom “HIkmah Ramadhan” Harian Republika Edisi 1435

H. Metode yang digunakan yaitu metode dokumentasi33.

Lihat juga jurnal Konstruksi Media Massa Dalam pengembangan

Dakwah, Nurul Syobah bahwa keberadaan media massa sangat berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat. Mampu membuat opini bahkan merubah

31
Joni Perindra, Kritik Hadis-Hadis yang Disampaikan Para Khatib di Khutbah
Jum‟at Masyarakat Berau Kalimantan (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis, 2018), h. 83.
32
Reza Syaukani, Kritik Hadis-Hadis yang Disampaikan oleh Para Khatib di
Semarang (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir
Hadis, 2018).
33
Setiawan Doni Kusuma, Kualitas Hadis Di Media Massa Kajian Sanad Dan Matan
Dalam Kolom “HIkmah Ramadhan” Harian Republika Edisi 1435 H, (UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta fakultas ushuluddin jurusan tafsir hadis: 2012)
15

prilaku masyarakat. Membawa nilai positif dan negative terhadap

masyarakat.34

G. Sistematika Penulisan

Untuk memenuhi sistematika standar kepenulisan, skripsi ini dibagi

menjadi lima bab, masing-masing bab dirinci lagi ke dalam sub-sub bab

selanjutnya. Penulisan seperti ini guna memudahkan proses penulisan dan

pemahaman.

Dimulai dari bab Pertama pendahuluan. Dalam pendahuluan ini

penulis membahas mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini,

kemudian mengidentifikasi masalah, membuat rumusan masalah dan

pembatasan masalah. Dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, lalu

metodologi penelitian, kajian pustaka, dan di akhiri dengan sistematika

penulisan.

Bab Kedua dalam bab ini penulis akan memberikan gambaran umum

tentang Pesan Agama Di Ruang Publik. Membahas sekilas acara keagamaan

Damai Indonesiaku Tvone, kemudian membahas media massa sebagai media

dakwah, hal ini perlu dibahas guna untuk mengetahui dan mengerti akan

fungsi media terutama dalam memberikan pesan-pesan agama yang dimuat

melalui media cetak, radio dan televisi. Penulis juga akan membahas seberapa

besar pengaruh pesan-pesan agama terhadap khalayak.

Bab Ketiga, selanjutnya penulis akan mengumpulkan hadis-hadisnya

menjadikannya satu, yang didapat dari rekaman-rekaman persagmennya.

34
Nurul Syobah, Kontrksi Media Massa Dalam Pengembangan Dakwah, (STAIN
Samarinda), Jurnal Dakwah Tabligh. Vol. 4. No. 2, Desember 2013 h. 153
16

Bab Keempat, penulis menganalisisnya hadis. Dengan cara melakukan

pen-takhrīj hadis-hadis yang disampaikan oleh para penceramah tersebut

(jikalau ada hadis yang disampaikan tidak jelas dan tidak menggunakan

riwayat oleh siapa atau hanya potongan matannya saja). Kemudian penulis

akan meneliti akurasi yang tertera dalam kitab induk hadis tersebut. Hal ini

perlu dilakukan karena untuk menghindari Muhaddith yang kurang Tsiqah

dalam penyampaian ataupun penghafalan hadisnya.

Bab Kelima, yaitu penutup, merupakan laporan hasil penelitian yang

berisikan tentang kesimpulan penelitian hadis, berikut dengan kritik dan saran-

saran yang bermanfaat. Disamping itu juga akan disertakan lampiran berupa

data-data hasil penelitian serta beberapa lampiran lainnya yang dianggap perlu

dan penting.
BAB II

PESAN AGAMA DI RUANG PUBLIK

A. Acara Keagamaan “Damai Indonesiaku”

1. Sekilas sejarah “Damai Indonesiaku”

Sejarah acara ini berawal dari pemili legisatif, yang pada waktu itu

serentak diselenggarakan pada tanggal 09 April 2009, pada bulan tersebut

situasi politik di Indonesia semakin memanas. Diakibatkan adanya

pemilihan calon wakil rakyat (pemilu legislatif). Pada hari itu semua

media baik cetak maupun elektronik mengikuti jalannya pemilihan baik di

ibukota maupun di daerah, Karena peristiwa tersebut merupakan penentu

siapa saja yang maju menjadi wakil rakyat, maka banyak sekali isu-isu

yang beredar di masyarakat, yang pada akhirnya memicu banyak

persoalan, bahkan tidak sedikit orang yang berseteru antar partai politik.

Banyak para tim sukses yang melakukan pelanggaran yang akhirnya

menimbulkan reaksi yang sama oleh partai politik yang lain. Dan banyak

juga partai politik yang melakukan tindakan anarkis karena disebabkan

wakil yang dicalonkan tidak lolos dalam pemilihannya. Hal inilah yang

menjadi alasan berdirinya acara “Damai Indonesiaku” karena inti dari

acara ini dibuat adalah untuk meredam situasi politik yang memanas pada

waktu itu, dengan dipandang dari sudut agama islam.1

Tentulah acara ini berbeda dengan acara dakwah islamiyah yang

lainnya Karena kita bisa melihat dari namanya saja “Damai Indonesiaku”

1
Iin Sukriawati, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara “Damai Indonesiaku” Tv one
(Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 50

17
18

bukan seperti acara keagamaan dalam acara ini menghadirkan berbagai

narasumber tidak hanya satu Ustadz saja akan tetapi mendatangkan ustadz

yang berbeda-beda setiap temanya, juga menghadirkan para pakar lain

yang tentunya berkenaan dengan tema yang diangkat. Dalam acara ini pula

menghadirkan penyanyi atau pun band, grup marawis, qasidah guna

menambah kemeriahan acara. Selain keunikan dari acara ini yaitu

disiarkan secara Live (siaran langsung), di mana acara yang lain tidak.

Tentu saja pasti kerja tim juga akan berbeda dengan yang tidak live, jika

siaran tersebut ditayangkan tidak secara live jika ada kesalahan bisa

langsung diedit tidak berbeda dengan tayangan secara langsung.

Topik yang diangkat tentunya beraneka ragam dan sesuai dengan

keadaan yang sedang marak. Sebagai contoh acara “Damai Indonesiaku”

yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2018 semua media gencar

membahas tentang banyaknya para pejabat, artis, bahkan seorang ustadz

yang terkena barang haram narkoba. Bertempat di Masjid

Khodamuttaqwa, dengan menghadirkan KH. Syarif Rahmat dan Ust.

Sholeh Mahmoed dengan tema petaka dibalik barang haram.

Acara “Damai Indonesiaku” disiarkan secara live, dengan durasi

120 menit dari jam 13.00-15.00 WIB setiap hari sabtu dan minggu. Acara

tersebut adalah program acara keagamaan yang dikemas dengan ceramah

bertatap muka langsung dengan audien dalam sebuah ruangan.

Selain penjelasan di atas, penempatan jam tayangnya pun menjadi

alasan penulis tertarik pada program “Damai Indonesiaku” karena setiap

jam 13.00-15.00 WIB yang biasanya pada jam tersebut setiap hari sabtu
19

maupun minggu adalah dimana jam untuk hiburan, seperti: FTV, sinetron,

kuis dan lain-lain. Namun Tvone mampu mendobrak untuk menampilkan

tabligh akbar pada siang hari. Tidak seperti acara keagamaan di stasiun

televisi yang lain menayangkan pada watu pagi hari.

Adapun format acara “Damai Indonesiaku” adalah terdiri dari

beberapa varian. Pada acara ini tidak hanya monoton tausiah agama semua

akan tetapi diselingi dengan musik-musik religi dengan kelompok-

kelompok yang didatangkan dan juga ada pula sesi pertanyaan. Dimana

pertanyaan-pertanyaan tersebut ditampung melalui twitter dengan hastag

@damaiindonesiaku_tvone dan bisa juga melalui instagram dengan hastag

tema perharinya di @damai_tvone. Hal ini diadakan karena untuk pemirsa

setia di rumah, atau ditempat-tempat lain sebagaimana yang telah

dijelaskan di atas bahwa tema yang diangkat yaitu masalah-masalah yang

sedang maraknya, yang selanjutnya menarik untuk di kupas dalam sebuah

diskusi keagamaan.

Format acara:

1. SEGMEN 1

2. OPENING TEASER

3. PEMBACAAN AYAT SUCI AL-QUR’AN

4. OPENING MC

a. Host mengucapkan salam sebagai pembuka dan menerangkan

pelaksanaan secara live acara “Damai Indonesiaku”.

b. Host menjelaskan tentang tema yang diangkat serta memverikan

gambaran peristiwa-peristiwa yang sedang maraknya terjadi.


20

c. Host memperkenalkan para narasumber dan selanjutnya langsung

mempersilahkan untuk menyampaikan tausiahnya.

5. Tausiah # 1

a. Sub tema

b. Ustadz memberikan salam dan sapa pemirsa di rumah maupun di

masjid tempat terselenggaranya acara.

c. Ustadz memberikan tausiah yang berkenaan dengan tema yang

diangkat dan berdiskusi dengan jamaah di tempat maupun di

rumah.

6. Quotest + Bumper Out

7. SEGMEN 2

8. Bumper In

9. Tausiah # 2

Ustadz melanjutkan tausiahnya.

10. HOOKERS

Host membacakan kesimpulan dari tausiah dan mengantarkan kalimat

(tetaplah di Damai Indonesiaku) pertanda komersial break.

11. Quotest + Bumper Out

Terjemahan al-Quran atau Hadis

12. SEGMEN 3

13. Bumper In

14. Tausiah # 3

Ustadz melanjutkan tausiahnya.

15. HOOKERS
21

Host menerangkan kesimpulan dari tausiah, kemudian

mempersilahkan pemirsa di rumah untuk mengirimkan pertanyaannya

melalui instagram maupun twitter di @damai indonesiakku_tvone bisa

juga melalui email damai.indonesiaku@tvone.co.id dan mengantarkan

kalimat (tetaplah di Damai Indonesiaku) pertanda komersial break.

16. Quotest + Bumper Out

Terjemahan al-Qur’an maupun Hadis.

17. SEGMEN 4

18. Bumper In

19. Song

20. Tausiah # 4

Ustadz melanjutkan tausiahnya.

21. HOOKERS

Host menyampaukan kesimpulan dari tausiah dan mengantarkan

kaliamat (tetaplah di Damai Indonesiaku) pertanda komersial break.

22. Quotest + Bumper Out

Terjemahan al-Qur’an maupun Hadis

23. SEGMEN 5

24. Bumper In

25. Tausiah # 5

Pergantian narasumber tetap dengan tema yang sama.

26. HOOKERS

Host memberikan kesimpulan daru tausiah dan mengantarkan

kalimat (tetaplah di Damai Indonesiaku) pertanda komersial break.


22

27. Quotest +Bumper Out

Terjemahan al-Qur’an maupun Hadis.

28. SEGMEN 6

29. Bumper In

30. Tausiah # 6

Ustadz melanjutkan tausiahnya.

31. SESI MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN

32. HOOKERS

Host menyampaikan ayat al-Qur’an maupun Hadis yang sesuai

dengan tema, kemudian mengantarkan kalimat (tetaplah bersama

Damai Indonesiaku) pertanda komersial break.

33. Quotest +Bumper Out

Terjemahan al-Qur’an maupun Hadis.

34. SEGMEN 7

35. Bumper In

36. Melanjutkan Menjawab pertanyaan.

37. HOOKERS

Host menyampaikan kesimpulan dengan menyampaikan ayat al-

Qur’an maupun Hadis yang sesuai dengan tema dan mengantarkan

kalimat (tetaplah bersama Damai Indonesiaku) pertanda komersial

break.

38. Quotest + Bumper Out

Terjemahan al-Qur’an maupun Hadis.

39. SEGMEN 8
23

40. Bumper In

41. Kesimpulan

Host menyampaikan kesimpulan mengenai tema yang diangkat.

42. Doa Bersama

Ustadz menyampaikan Do’a.

43. Host Closing

Host memberikan salam penutup dan salam perpisahan kepada

seluruh jamaah.

44. Song

B. Media Massa Sebagai Media Dakwah

Media dalam bahasa latin Mediare yang berarti pengantar, alat

penghubung atau alat yang digunakan. Media juga bisa di sebut “media is the

extensions of man” yakni media adalah perluasan dari ide, gagasan dan pikiran

terhadap kenyataan sosial. Jadi, media adalah suatu wahana yang digunakan

untuk memindahkan pesan dari pengirim kepada penerima2.

Media massa terdiri atas dua kelompok besar yakni media cetak dan

elektronik. Kedua spesifikasi itu masing-masing memiliki sifat dan kelebihan.

Perbedaan itu meliputi komponen yang berada di dalamnya. Keunggulan

media massa adalah merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada

sejumlah khalayak yang tersebar di bermacam penjuru lokasi. Besifat

2
Farid Hamid dan Heri Budianto, Ilmu Komunikasi dan Tantangan Masa Depan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011)
24

heterogen dan anonim. Melalui media massa sajian pesan yang sama secara

serentak bisa diterima dan sesaat.3

Dakwah merupakan rangkaian kegiatan yang di dalamnya melibatkan

beberapa unsur. Dimana unsur-unsur itu membentuk sebuah system yang di

dalamnya saling berhubungan, saling mendukung, saling menopang, dan

saling mengukuhkan. Adapun unsur-unsur dakwah diuraikan sebagai berikut:

Pertama,sumber utama pesan dakwah adalah al-Qur’an dan Hadis ysng

mengatur segala kehidupan manusia. Artinya setiap pesan dakwah tidak akan

terlepas dari sumber pokok ajaran islam tersebut. Sesuai dengan pesan Nabi

Muhammad Saw: “Kutinggalkan untuk kalian dua perkara kalian tidak akan

tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang keduanya: Kitabullah (al-

Quran) dan Sunnah rasul-Nya (Hadis).”

Kedua, subjek dakwah yaitu seorang penceramah, secara umum yaitu

muslim muslimat yang mukallaf, karena dakwah adalah suatu kewajiban.

Ketiga, objek dakwah yaitu seperti yang telah dijelaskan dalam al-Quran surah

Saba ayat 28:

          

 
„‟Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui” (28).
Keempat, materi dakwah. Materi dakwah adalah sesuatu yang

disampaikan oleh penceramah kepada pendengarnya. Hal ini berupa

pernyataan yang memberikan ajaran islam sebagaimana di dalam al-Qur’an


3
Juniawati, Dakwah melalui Media Elektronik: Peran dan potensi Media Elektronik
dalam Dakwah islam di Kalimantan Barat, jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 2 Tahun 2014, h. 215
25

dan Hadis. Adapun materi yang dakwah secara global yang dalam

diklasifikasikan kedalam tiga pokok, aqidah, Syariah dan akhlakul karimah.

Kelima, pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari al-

Qur’an dan hadis. Baik tertulis maupun lisan, dengan pesan-pesan risalah

tersebut. Mengemukakan bahwa dikaji dari segi komunikasi, maka “pesan

dakwah” memuat suatu pernyataan yang disampaikan manusia lainnya. Ada

pun komunikator dan komunikan. Unsur-unsur tersebut satu dengan yang

lainnya membentuk suatu kerangka yang saling berkaitan.4

Di tengah-tengah perkembangan dan pembangunan sektor komunikasi

yang menggembirakan sekarang ini, pikiran untuk mengembangkan dakwah

dengan melihat media-media yang telah tersedia tentu saja merupakan langkah

yang tepat dan bijak. Sekarang sudah saatnya para pemikir, mubaligh, ulama

dan pemuka islam lainnya. Memanfaatkan serta menggunakan peluang

maupun pengaruh yang dimiliki oleh media-media tersebut guna

meningkatkan dakwah.

Waktu dan dunia terus berputar, sementara kehidupan manusianya pun

terus melangkah ke depan. Dengan berjalannya waktu, dengan bertambahnya

populasi umat manusia, dan dengan semakin tuanya dunia, maka bertambah

pula berbagai perhatian, keinginan, dan kebutuhan manusia dalam menikmati

kesempurnaan kehidupan duniawi, yang mengakibatkan munculnya berbagai

masalah sosial. Dengan muncunya masalah yang dihadapi oleh umat manusia,

dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, mereka sependapat bahwa

untuk saling berlomba mengerahkan seluruh daya kekuatan, kemampuan, dan

4
Encep Dulwahab, Rebranding Dakwah di Media Televisi, Volume 15 nomor 2,
desember 2016, h. 303
26

tenaganya untuk mengantisipasi dan menaklukan berbagai masalah yang ada.

Ada banyak manusia yang demi memenuhi kebutuhan hidupnya berjuang

terus menerus tanpa mengenal lelah, hari-hari mereka gunakan untuk bekerja

dan bekerja, tanpa mengenal waktu yang mengakibatkan mereka khususnya

orang muslim tidak sempat lagi membaca, mempelajari, meneliti, menggali,

dan mengamalkan serta mengambil hikmah dari (al-Qur’an maupun Hadis).

Bahkan saking sibuknya mereka tidak sempat lagi mengingat atau memikirkan

asal usul dirinya, bahkan untuk ibadah pun mereka seolah-olah tidak ada

waktu.

Sebagai media komunikasi publik, media massa mempunyai kekuatan

pengaruh positif yang cukup besar dalam kehidupan sosial masyarakat.

masyarakat dapat menerima siaran berita dan informasi, dapat menambah

wawasan pengetahuan, unsur hiburan yang dibutuhkan masyarakat dapat

terpenuhi melalui siaran televisi, berita di radio maupun koran, majalah.

Dengan memanfaatkan media massa ini yang dapat menjangkau semua

lapisan masyarakat secara cepat dan akurat.5

Pemakaian media massa telah meningkatkan intensitas, kecepatan, dan

jangkauan komunikasi yang dilakukan umat manusia terutama bila sebelum

adanya media massa. Oleh karena itu sudah seharusnya bagi para penceramah

memanfaatkan peluang ini dalam menyebarkan ajaran islam.

Orang-orang dapat mengambil banyak manfaat dari maraknya program

agama islam di radio, televisi, koran dan internet. Hadirnya nilai-nilai agama

5
Japarudin, Media Massa dan Dakwah, jurnal dakwah, vol. XIII, No. 1 Tahun 2012, h. 2
27

dengan perantara teknologi media tersebut sangat membantu mereka dalam

menjaga kontinuitas keberagamaannya.

1. Dakwah Di Televisi

Di era modern ini dakwah tidak hanya dilakukan dengan cara

langsung bertatap muka antara penceramah dengan pendengar. Namun

dengan memanfaatkan media, dakwah pun bisa dilaksanakan. Diantaranya

menggunakan televisi.

Televisi dapat disebut juga sebagai sebuah keajaiban dalam dunia

manusia walaupun hanya berbentuk sebuah kotak elektronik yang

sederhana, yang mampu secara efektif berperan sebagai media massa

dalam menyampaikan informasi dengan gambaran hidup. Sehingga dapat

mengikat dan membius dan mengiring seluruh perhatian para pemirsanya.6

Kelebihan televisi dari media-media lainnya yaitu televisi disajikan

secara audio visual, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih

cepat memberi informasi lebih dulu kepada pemirsa dari pada surat kabar,

radio majalah, bahkan efek kultural televisi lebih besar dari pada efek yang

dihasilkan media lain.

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan

pemanfaatan hasil tekhnologi modern, yang mana dengan pemanfaatan

hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai

tujuan yang lebih optimal baik kualitatif maupun kuantitatif.

Dilihat dari sisi dakwah pastilah medium televisi jauh lebih efektif

dibanding jenis media lainnya, selain itu dakwah di media televisi lebih

6
Awadl Mansyur, TELEVISI: Manfaat dan Mudhorot (Jakarta: Fikahati Anesta, 1993).
Cet. Ke-1, h. 65
28

memiliki relevasi sosiologis, mengingat mayoritas masyarakat kita

beragama islam. dan para penceramah dituntut agar peka terhadap setiap

isu yang muncul disamping bisa menguasai manajemen dalam mengelola

media yang ingin disampaikan ketika berdakwah. Dengan demikian,

tingkat penyebaran nilai-nilai agama menjadi lebih luas dan dengan waktu

yang singkat. Minimal dalam tataran informasi.

Televisi sebagai penyampai pesan-pesan dakwah karena

kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang sangat luas. Dakwah

melalui televisi dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dalam bentuk

ceramah, sandiwara, film, maupun sinetron.

Adapun pemanfaatan penyiaran media televisi untuk kegiatan

dakwah adalah sebagai berikut:

a. Televisi memiliki jangkauan yang sangat luas sehingga ekspansi

dakwah menjangkau tempat yang lebih jauh.

b. Televisi mampun menjangkau pendengar dalam jumlah yang sangat

besar.

c. Televisi mampu menampung berbagai varian metode dakwah sehingga

membuka peluang bagi para penceramah memacu kreatifitas dalam

mengembangkan metode dakwah paling efektif.

d. Televisi bersifat audio visual. Hal ini yang memungkinkan dakwah

dilakukan dengan manampilkan pembicaraan sekaligus visualisasi

berupa gambar.

Meskipun ada kelebihan dakwah melalui media televisi, tentunya

memilliki kekurangan yaitu acara dakwah di televisi selama ini dibuat


29

dengan acuan bagaimana sebanyak-banyaknya meraup penonton. Agar

supaya mendapat capaian rating. makanya untuk seorang penceramah

memiliki keterampilan seperti menarik dalam penyampaian, lucu, dapat

memberikan hiburan. Memberikan hiduran bukan hanya dalam artian lucu

semata, akan tetapi lebih luas lagi dapat memberi impian, harapan, dan

juga menyenangkan bila dilihat.7

Adapun fungsi pokok media televisi pada dasarnya adalah:

1. Informasi, masyarakat mengaharapkan dengan menonton televisi akan

memperoleh informasi yang bermanfaat dalam berbagai keperluan,

(pendidikan, ekonomi, hiburan, dll).

2. Hiburan, dengan menonton televisi mengharapkan memeperoleh

hiburan yang diperlukan karena menjadi salah satu kebutuhan hidup.

Televisi dimanfaatkan sebagai media dakwah memang sangat

efektif dibandingkan dakwah di media lain. Sebagaimana yang sudah

dijelaskan di atas bahwa tidak hanya mampu menarik penonton akan tetapi

juga dapat dengan mudah menyampaikan pesan-pesan dakwah, yang

tentunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Setelah televisi

menayangkan berbagai acara keagamaan, secara terus menerus dan

berkualitas tentunya, maka persepsi negatif terhadap televisi dapat

dikurangi dan dinetralisir.

7
Ahmad Atabik, Prospek Melalui Media Televisi, Al-Tabsyir, Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam, h. 199
30

2. Dakwah Di Radio

Diawali dengan pemahaman kata “radio” sebagaimana yang sering

disebut khalayak, radio adalah sebuah benda atau pesawat yang bisa

diterima pancaran gelombang elektromagnetik sehingga dapat

mengeluarkan suara, bisa dipegang dan dibawa kemana-mana. Jadi, radio

adalah suatu benda yang menghasilkan bunyi atau suara karena

dipancarkan oleh gelombang atau frekuenasi melalui udara. Dari

pengertian di atas maka pengertian radio yaitu media komunikasi yang

menyalurkan gagasan gagasan atau informasi yang berbentuk suara secara

umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Perkembangan dunia teknologi kini berdampak pula terhadap

siaran radio. Dulu hanya dapat menikmati siaran radiio AM (amplitude

modulation) saja. Namun kini pendengar pun dimanjakan oleh

kemunculan gelombang radio FM (frequency modulation) yang bersuara

lebih jernih. Seiring dengan perkembangan zaman radio banyak berperan

dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang dakwah.8 Yang sangat

dibutuhkan dan diperhitungkan oleh khalayak. Radio menjadi media

penyampai pesan yang cepat, lintas batas, lintas waktu, akurat, jeli dan

jelas. Sehingga orang selalu tertarik dan membutuhkan media ini. Dan kini

radio sudah menjadi kebutuhan dari asfek hiburan dan informasi. Oleh

karena itu radio disebut salah satu media komunikasi yang efektif dan

komunikatif.

8
Irzum Farihah, Radio Sebagai Solusi Problema Keagamaan Muslimah, at-Tabysir:
Jurnal Komunikasi Penyairan Islam, vol 2. No. 2 juli-Desember 2014, h. 142
31

Radio tetap menaik dan dibutuhkan karena senantiasa

menyesuaikan dengan tuntuanan perubahan zaman, meskipun dewasa ini

media informasi sudah semakin beragam dengan segala kecanggihannya.

Tetapi radio juga masih dibutuhkan oleh masyarakat. karena radio dapat

didengarkan dengan santai, tiduran, dan sambil mengerjakan aktivitas

lainnya. Meskipun radio hanya bisa didengar tidak dapat dilihat yang

menyampaikan, radio juga tetap menjadi pilihan sebagai media yang

paling mudah. Dengan kemudahan itulah hampir semua orang mengenal

radio.9

Dengan demikian, perkembangan teknologi media radio

merupakan peluang sekaligus juga tantangan bagi para penceramah.

Dikatakan peluang karena semakin beragamnya media komunikasi yang

praktis dan efektif karena seorang komunikator berhubungan dengan

komunikan, maka media radio tersebut digunakan penceramah agar

menjadikan penyampaian dakwah islamiah lebih cepat dan tepat kepada

sasasarannya. Dan dikatakan tantangan sebab untuk menggunakannya saja

para penceramah harus memiliki keterampilan, agar menarik untuk

didengarkan, karena semakin dihadapkan dengan tantangan persaingan

dengan pengelola media lainnya.10

Media radio mempunyai arti penting bagi masyarkat baik

masyarakat perkotaan maupun pedesaan, karena dengan mendengarkan

radio akan mendapatkan pengetahuan. Di dalam proses komunikasi, peran

ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin


9
Didin Safiudin, Radio Siara (Sidoarjo: maret, 2005), h. 1.
10
Aep Kusnawan, Komunikasi Dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press,
2004), h. x
32

kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan:

informasi, pendidikan dan hiburan. Jika tidak terpenuhinya kebutuhan

akan berpengaruh kepada fungsi sosialnya, kehilangan pendengar, dari

pada akhirnya akan digugat masyarakat sebab tidak berguna bagi

mereka.11

Adapun tujuan dakwah melalui media radio yaitu untuk pelajaran

agama, memberikan pelajaran tentang ilmu-imu agama kepada semua

pendengar dengan tidak membedakan kepercayaan. Dengan mengikuti

pelajaran tersebut pendengar merasa tertarik untuk mendengarkannya.

Untuk penyebaran agama.

3. Dakwah Di Media Cetak

Pada dasarnya dakwah juga tidak hanya dalam bentuk lisan. Akan

tetapi juga dalam bentuk tulisan. Apabila dilacak penyebaran dakwah

islam yang dilakukan oleh nabi Muhammad Saw. Maka akan ditemukan

cara pendekatan media tulisan yaitu melalui korespondensi kepada

komunikan yang jaraknya lebih jauh. Tradisi tulis-menulisan dalam

sejarah islam telah mendapat legitimasi dari al-Qur’an dan tradisi yang

dilakukan oleh Rasulullah Saw. Bahkan sebelum islam datang tradisi tulis-

menulis sudah ada walaupun bentuknya msih sederhana.12

Dakwah di media cetak ini masih tetap bisa dilakukan pada era

globalisasi saat ini. Karena cukup efektif dan memiliki kelebihan. Adapun

kelebihan dakwah bermedia cetak antaranya: Pertama, bisa dibaca di mana

11
Masduki, Jurnalistik Radio (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 2
12
Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Media Cetak, al-Tabsyir, Jurnal Komunikasi Penyiaran
Islam, Vol.2. No. 2. Juli-Desember 2014, h. 73
33

saja, dan kapan saja. Seperti surat kabar, majalah, relative lebih mampu

membawakan materi yang panjang dengan masalah yang kompleks.

Kompleksitas dan panjangnya materi ditambah pula dengan varian yang

banyak. Sangat berpengaruh pada penerimaan khlayak terhadap materi

yang disuguhkan. Kedua, media cetak tidak tidak terikat oleh waktu dalam

memenuhi khalayaknya. Bahkan mereka secara bebas dapat kembali

kepada materi yang pernah dibacanya untuk menguatkan ingatannya.

Penggunaan salah satu diantara dari semua jenis media untuk

kepentingan dakwah. Sangat tergandung kepada pada komunikator

tersebut. Sangat tergantung kepada kemampuan yaitu harus

memperhatikan kemampuan khlayak menerima dan mencerna pesan-pesan

dakwah yang akan disampaikan. Jadi, pemilahan dan pemilikan atas semua

jenis media massa berdasarkan kepada kemampuannya. Serta kebutuhan

dan kepentingannya, memperhatikan lokasi komunikan yang akna

menerima dakwahnya. Karena setiap media pasti memiliki kelebihan dan

kelemahannya.
34

BAB III

TEKS ASLI HADIS

Tanggal 03 Februari 2018

Tema: kebijakan Pemimpin Tiang Kemaslahatan Umat

Tempat: Masjid al-Busyro

Penceramah: 1. KH. Sumarno Syafi‟i

2. Ustadz. Syarif Matnadjih

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Jamaah sekalian yang berbahagia, kita sekarang sedang membicarakan

tentang kepemimpinan. Bagaimana pemimpin seharusnya dituntut oleh Allah untuk

melaksanakn amanah yang telah diberikan kepada mereka. Karna bagaimana pun

suka atau tidak suka, proses pemilihan itu sebagai cara aja. Pada hakikatnya mereka

menjadi pemimpin atas restu dari Allah Swt. Maka itulah kemudian Allah anjurkan

kita untuk berbuat ketaatan kepada Allah dan berbuat ketaatan kepda Rasullulah dan

berbuat ketaatan kepada Ulil Amri yaitu pemimpin-pemimpin yang telah Allah

percayakan kepada kehiduan kita. Dalam penutup surah al-An‟am Allah jelaskan:

           

          

34
35

„‟Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu
Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (165)”
Apa tujuan Allah? Mengangkat sebagian manusia dari sebagian lainnya?

Untuk dijadikan sebagai pemimpin yaitu untuk menguji kalian wahai para pemimpin

yang telah Allah karuniakan kepada kalian. Allah mau liat? Bagaimana engkau

menjadi pemimpin pada saat engkau memimpin? Apakah memberikan kesejahteraan,

kedamaian untuk orang yang dipimpin? Atau justru engkau mengkhianati amanah.

Allah berfirman:

             

      

Sesungguuhnya pada Bani israil dikirimkan seorang Nabi untuk jadi

pemimpin. Tatkala mati Allah ganti dengan Nabi yang baru. Terus Bani israin

Nabinya paling banyak, separo mereka dustai dan separo merekaa potong. Itu bahasa

Al-qur‟an fariku kajjabȗ wa farikȗ yaqtulȗn separo mereka dustakan separuh lagi

mereka sembelin itu orang bani israil. Makanya kalau ketemu Bani israin Nabinya aja

dibunuh.

Jamaah sekalian yang berbahagia, tetapi Nabi bilang :


36

ِ
َ ِّ‫َوأَنَا َخاِتُ النَّبِي‬
1
‫ي‬

Setelah aku untuk umatku tidak ada Nabi lagi, akulah pemimpinnya dan nanti

setelahku akan ada khalifah pemimpin-pemimpin baru yang sangat banyak. Nabi

kemudian ditanya oleh para sahabat. Apa yang engkau perintahkan? Nabi Saw

mengingatkan:

ِ ِ ِ
ُ ُ‫ال فُوا بِبَ ْي َعة ْاْل ََّول فَ ْاْل ََّول أ َْعط‬
2
‫َّه ْم‬
ُ ‫وى ْم َحق‬ َ َ‫ق‬

Tunaikan janji-janji yang telah engkau sampaikan kepada rakyatmu, pada

saat engkau meminta suaranya yang harus kau utamakan dan setelahnya. Artinya

amanah yang telah engkau terima dari Allah harus dibuktikan.

Amanah diminta oleh Allah satu waktu pemimpin-pemimpin yang telah

dipercaya oleh Allah akan dipertanggung jawabkan karna itu amanah harus

dijalankan. Dan pemimpin berhak menjalankan demi kesejahteraan yang dipimpin.

Pemirsa yang dirahmati Allah bahwa sebuah kepemiminan bukanlah sesuatu

yang patut dibanggakan. Tetapi justru itu adalah amanah yang amat sangat berat.

Karna sesungguhnya semua manusia itu adalah pemimpin diri kita telah memimpin

diri kita sendiri dan yang berat adalah memimpin di sebuah Negara. Bahwa kita harus

berhati-hati dalam memilih seorang pemimpin. Kita akan kembali lagi setelah pesan-

pesan berikut ini. Tetaplah bersama kami Damai Indonesiaku.

1
Hadis Ke-1, Rekaman ceramah di Masjid al-Busyro pada tanggal 03 Februari 2018.
2
Hadis ke-2, Rekaman ceramah di Masjid al-Busyro pada tanggal 03 Februari 2018.
37

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Segenap jamah pemirsa Damai Indonesiaku dimana pun anda berada yang

sama-sama dirahmati oleh Allah Swt. Setiap diantara kita Allah berikan kesempatan

untuk melakukan kebajikan tapi tidak semua diantara kita memiliki kebijaakn untuk

semua. Ini kebajikan dan kebijakan. Hanya orang yang dapat amanat dan mandataris

dari semua itu yang mempunyai kebijakan. Karna itu bagaimana kebijkaan ini

menjadi kebajikan? Karna sumber dari kebaikan itu berasal dari kebijakan. Analog

yang indah yang sering kita lakukan salat jamaah. Ini contoh bagaimana menyatukan,

bagaimana seorang pemimpin memiliki kebijakan. Sampai kepada Baginda Rasul

Saw memberikan satu nilai filosofi dalam jamaah untuk mewujudkan pemimin yang

bijak? Apa kata Rasul?

‫َح ُد ُك ْم لِنَ ْف ِس ِو فَ ْليُطَِّو ْل‬ َ ‫يم َوالْ َكبِ َي َوإِذَا‬


َ ‫صلَّى أ‬
ِ َّ ‫َّاس فَ ْليخفِّف فَِإ َّن فِي ِهم الضَّعِيف و‬
َ ‫السق‬ َ َ ُ
ِ
َ ‫إِذَا‬
َ ‫صلَّى أ‬
ْ َ ُ ِ ‫َح ُد ُك ْم للن‬
3
َ‫َما َشاء‬

Kalau kita punya kebijakan jangan ngukur diri sendiri, biar si imam hafal

Qur‟an 30 juz, tapi liat orang yang dibelakang punya kepentingan tidak? Jangan

ngukur diri kita. Jangan nanti dibalik kebaikan timbul yang namanya gerutu dalam

hati.

Tapi kalau bijak mengerti maunya istri, insyaAllah istri lebih mengerti dari

pada mauanya suami. Maksud Rosul jangan jadi pemimpin yang memiliki sifat yang

arogan. Kadang-kadang sifat arogan ini hadir hanya mengukur diri kita, yang pada
3
Hadis ke-3, Rekaman ceramah di Masjid al-Busyro pada tanggal 03 Februari 2018.
38

akhirnya timbul kesenjangan bukan lagi memudahkan bukan lagi namanya

melahirkan kebajikan. Bila kebijakan ini bisa menimbulkan kebiakan maka akan lahir

sifat bijak.

Mengerti kemampuan orang yang dipimpin. Jangan egois, makanya perlu

dalam kebijakan itu bermusyawarah, bertanya kiri dan kanan, tengok depan belakang,

jangan ukur dengan kehendak diri sendiri. Kemauan boleh tinggi, tapi jangan hanya

pandai mengusun mimpi tapi bisa mengeluarkan derai air mata.

Na‟udzubillahimindzalik.

Inilah yang akan melahirkan gesekan sosial. Walau pun dalam bentuk

kebaikan tapi bisa melahirkan kemudharatan. Makanya betul kata Rasul jika jadi

imam maka pendekkan bacaannya.

Baik, terima kasih pemirsa, ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah untuk

menjadi seorang pemimpin, bahwa pemimpin harus berpihak kepada masyarakat,

pemimpin harus menguntungkan rakyat, tapi menguntungkan rakyat ini ternyata

sangat sulit. Karna bisa jadi dia menguntungkan dirinya sendiri, kelompoknya atau

bias menguntungkan masyarakat seluruhnya.

Saudara hadirin rahimakumullah pemirsa Damai Indonesiaku dimana pun

anda berada. Kalau kebijakan itu adalah pilar dari kemaslahatan umat maka kebiajkan

pemimpin ini persis seperti pisol. Pistol ini tergantung apakah bisa membunuh lawan

atau membunuh diri sendiri. Inilah kebijakan pemimpin. Bila kebijakannya benar itu

Alhamdulilah. Kalau umat ini hanya dijadikan alat untuk power kepemimpinan?
39

Maka ini hanya rakyat dikorbankan. Maka begitu penting nilai kebijakan. Maka betul

baginda Rasul memberikan peringatan kepada kita, kita memiliki kebijakan diri kita.

Nabi bersabda:

4
‫ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َع ْن َر ِعيَّتِ ِو‬

Jika kita membuat kebijakan untuk diri kita. Maka akan

dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. Lebih baik kita berhadapan dengan

manusia dari pada berhadapan dengan Allah. Intropeksi diri mari perbaiki langkah,

dan menatap kehidupan lebih baik.

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Jika pemimpin hanya memberikan perhatiannya kepada golongannya saja,

bukan untuk rakyat banyak. Lantas bagaimana kita mengingatkannya?

Menjadi pemimpin yang kurang perhatian yang berhak mendapatkan

pelayanan. Kita bisa menyampaikan aspirasi, tapi jika tidak ditanggapi, tugas

selanjutnya yaitu jangan memilih kembali pemimpin yang kurang baik. Tetap harus

mengikuti mekanismenya.

2. Apa yang menjadi landasan ketika sulit menjadi parameter untuk

menampakan para pemimpin?

Bagi kita yang hidup di Indonesia kita ada UUD 1945, Pancasila. Karena

masyarakat tersandera dengan system. Mari kita perbaiki sistem.

4
Hadis ke-4, Rekaman ceramah di Masjid al-Busyro pada tanggal 03 Februari 2018.
40

3. Jika disebuah tempat memilih seorang pemimpin yang tidak seiman, bukanlah

justru sandaran kita iman?

Dia mengkhianati perintah Allah, kita sebagi orang yang diatur oleh al-

Qur‟an. NKRI harga mati islam juga harga mati.

4. Apa hukum mencela pemimpin?

Kita mempunyai pemimpin, walau bagaimana pun kita tidak boleh menghujat,

menghina. Kecuali untuk nasihat menasehati dalam kebaikan. Mudah-mudahan kita

memilih pemimpin yang bertaqwa, beradab dan berakhlakul karimah.


41

Tanggal 04 Februari 2018

Tema: Mengapa Manusia Bermaksiat?

Tempat: Masjid Az-Zikra

Penceramah: 1. KH. Amir Faisol

2. KH. Muhammad Arifin Ilham

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Pertanyaannya kenapa kita bermaksiat? Sekarang kita hidup di zaman now,

zaman akhir yang berbeda kondisinya dengan zaman Rasulullah Saw. Sahabat dulu

menganggap kesalahan kecil itu sebuah dosa besar. Mereka ketinggalan takbiratul

ihram saja merasa dosa besar. Sekarang tidak shalat berjamaah biasa saja. Bahkan

mengakhir-akhirkan shalat sudah biasa. Cerita-cerita orang terdahulu. Begitu mereka

tidak kebagian takbir mereka menangis dan menunggu sampai ketemu kembali

dengan shalat yang tadi ketinggalan berjamaah. Sekarang mengaggap dosa kecil biasa

dan dosa besar biasa juga. Bagaimana al-Qur‟an menjelaskan maksiat? Diambil dari

kisah Nabi Adam yang melanggar makan kayu khuldi, ketika itu Allah menghukum

Nabi Adam dengan menurunkannya dari surga. Turunlah kalian dari surga, Adam

telah berbuat maksiat. Lalu setelah iitu Allah Swt menceritakan lebih jauh tentang

bagaimana proses datangnya maksiat ini.

Saudaraku Rahimakumullah. Apakah Nabi Adam yang memulai-mulai?

Ternyata ada makhluk yang memulai-mulai inilah iblis-iblis (perbuatan buruk).


42

Ketika Allah menyebut iblis, Allah berkata dia sombong. Berarti penyakit yang

memulai-mulai sebuah dosa adalah kesombongan. Disini Rasul bersabda:

ِ ِ ِ ِ
َ‫ََ َم ْن َس َّن ُسنَّ ًة َسيِّئَةً فَعُم َل ِبَا َكا َن َعلَْيو ِوْزُرَىا َوِوْزُر َم ْن َعم َل بِو‬
5

Begitulah dosa berlangsung sepanjang sejarah. Setelah kemudian Nabi Adam

As wafat, maka terputuslah wahyu. Maka di sinilah ada muncul orang-orang sholeh.

Iblis tidak berhenti disitu, iblis meminta kepada Allah untuk dipanjangkan

umurnya sampai hari kiamat, dan Allah mengabulkannya. Iblis mengajak teman-

teman masuk neraka supaya dia tidak masuk neraka sendiri. Makanya di ajak manusia

melakukan kemaksiatan. Dia tau iblis kalangan jin karnanya dia terbatas

kemampuannya, dia harus menggoda manusia. Banyak manusia tergoda. Dari sinilah

terwujud pengikut iblis yaitu setan (perbuatan buruk). Bahwa setan yaitu iblis dari

kalangan jin dan manusia. Jin hanya mampu menggoda, dan manusia inilah yang

melakukan dosa-dosa.

Kemusyrikan muncul ketika iblis mengajarkan patung-patung maka

banyaklah manusia membuat patung saat itu. Kemudia mereka mencintainya.

Manusia selanjutnya mengira bahwa inilah Tuhan, makanya mereka beri nama-nama.

Dari sini kita belajar betapa setan tidak berhenti. Pertama, mengajak jauh dari Allah

dengan berbagai caranya. Akibat dari maksiat? Saudaraku dalam diri kita ada satu

perangkat penting yaitu hati, disebut dengan al-Qalb. Inilah yang menentukan diri

kita baik atau buruk. Makanya kata Rasul:

5
Hadis ke-5, Rekaman Ceramah di Masjid az-Zikra pada tanggal 04 Februari 2018.
43

ِ ْ ‫أَََل وإِ َّن ِِف‬


ْ ‫اْلَ َس ُد ُكلُّوُ َوإِذَا فَ َس َد‬ َ ‫ضغَ ًة إِذَا‬
6
ُ‫اْلَ َس ُد ُكلُّو‬
ْ ‫ت فَ َس َد‬ ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬
ْ ‫صلَ َح‬ ْ ‫اْلَ َسد ُم‬ َ

Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka

baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut.

Bayangan kalau yang rusak hati seorang rumah tangga, maka akan rusak

rumah tangga itu. Istri akan didzolimi, anak akan ditelantarkan. Mengapa? Rusak

sang pemimin hatinya. Asalnya dari mana hati bisa rusak? Dari tumpukan dosa-dosa.

Kita sering mudah meremehkan dosa kecil. Kalau dosa ini dibiarkan menumpuk-

menumpuk, dan akan menutupi hati. Ketika hati dibiarkan tertutup, maka akan

tertutup semuanya. Ketika hati tertutup, hati itu keras, lebih keras dari batu. Tidak ada

baiknya. Kalau hati yang keras membawa petaka.

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Mengapa manusia bermaksiat? Bukan tidak punya iman, bukan tidak tau, dia

percaya kepada hari akhirat, inikan yang terjadi? Padahal dia tau.karna nafsunya lebih

kuat dari pada imannya, karna jasmaninya lebih kuat dari para rohaninya, karna

dunianya lebih kuat dari pada akhiratnya. Dua keinginan antara keinginan taqwa atau

menguasai nafsu. Orang beriman yang meninggalkan maksiat, bukan karena tidak ada

keinginan untuk bermaksiat, ada hanya saja imannya lebih kuat dari pada nafsunya.

Maka dia melakukan maksiat dalam kesaksian Allah dan dia maksiat
menggunakan nikmat-nikmat Allah. Jangan begitu manusia.

6
Hadis ke-6, Rekaman Ceramah di Masjid az-Zikra pada tanggal 04 Februari 2018.
44

            

            

  

„‟Apabila langit terbelah (1) Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan


(2) Dan apabila lautan menjadikan meluap (3) Dan apabila kuburan-kuburan
dibongkar (4) Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan
yang dilalaikannya (5) Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah (6)”.
Nah, orang yang maksiat jangan suka menyalahkan setan. Tapi dia

menggunakan kelemahan kita. Karna kecintaan kita kepada dunia lebih kuat. Setan

datang karna hobi kita, dia masuk pada hobi kita. Setan tidak ada kekuatan buat orang

yang bertaqwa dan bertawakal kepada Allah.

Karna itulah jaga keimanan ini dengan azam, sungguh-sungguh bertaubat

kepada Allah, dan hadirilah majlis ilmu, cara paling baik, kemudian bergaullah

dengan orang-orang soleh. Mendekatlah dengan orang yang mengajak mendekat

dengan Allah. Dia akan membimbing kita. Kemudian ilmu yang kita dapat langsung

amalkan. Maka dengan mengamalkan iman kita meningkat. Karna iman sesuatu bisa

menambah kekuatan keimanan.

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Media sosial justru memamerkan ibadah ?


45

Memang masalah foto itu banyak ikhtilaf. Dengan kamera itu sebagai memori

saja. Namun ulama fikih membolehkan sebatas itu keperluan. Tetapi kalau sampai

berlebih-lebihhan ini bisa menjadi berlebihan.

2. Didalam tubuh ada ada hati, lalu bagaimana barometernya?

Sikap perbuatan, perkataan, yang terlihat istiqomahnya.

3. Berkaitan dengan jihad?

Ada dua macam peperangan, peperangan dengan jasmani dan rohani. Perang

tempur yaitu perang jasmani, adapun rohani yaitau Jihadun Nafsi. Mengendalikan

hawa nafsu itu dengan puasa. Jangan sekali-kali seseorang maka dipimpin nafsunya

maka di permainkan setan.

4. Bagaimana kah penjelasan tentang sholat mencegah kemungkaran?

Ada sholat khusu inilah yang membuat perubahan besar. kedua, sholatnya

lalai. Kalo orang maksiat sholatnya lalai. Maka hati yang terjaga dia selalu merasa

bersama Allah.

5. Apakah yang dimaksud dengan maksiat?

Rasulullah Saw bersabda :

7 ِ
َ ‫آد َم َخطَّاءٌ َو َخْي ُر ا ْْلَطَّائ‬
‫ي الت ََّّوابُو َن‬ َ ‫ُك ُّل ابْ ِن‬

7
Hadis ke-7, Rekaman Ceramah di Masjid az-Zikra pada tanggal 04 Februari 2018.
46

Semua anak cucu Adam banyak salah dan sebaik-baik orang yang bersalah

adalah mereka yang bertaubat

Tabiat manusia dari keturunan Nabi Adam dia akan selalu berbuat dosa.

Tetapi sebaik-baik berbuat yaitu tobat. Tobat itu ada dua, dosa besar, dosa kecil. Dosa

kecil bisa dihapus dengan amal sholeh. Ada dosa besar itu harus dihapus dengan

tobat. Dia tinggalkan dosa itu, harus menyesal, dia bertekad melakukan kebaikan.

Dalam kitab Riyadu as-Solihin Bab Taubat.


47

10 Februari 2018

Tema: Teguran Sayang Dari Sang Maha Penyayang

Tempat: Masjid al-Furqon

Penceramah: 1. KH. Tengku Zulkarnain

2. KH. Muhammad Arifin Ilham

Assalamu‟alaikum. Wr. Wb

Pemirsa Tvone dimana pun kalian berada hadirin wal hadirot yang mudah-

mudahan di rahmati oleh Allah Swt.

           

 

„‟Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar (155)”.
Baru kita dengar satu ayat yang indah dari al-Quran surat al-Baqarah ayat 157

Allah menceritakan dan pasti kami akan menguji kamu orang-orang beriman dengan

pasti ini ada dua kali pastinya () laa nya pasti taukid Nun nya juga taukid

pasti lagi. Hanya kalau diterjemahkan beginikan jelek dan pasti Allah akan menguji

kamu dengan pasti, pastinya dibuat sekali padahal harusnya dua kali. Pasti Allah akan

menguji kamu dengan pasti dengan apa? Sedikit rasa takut tidak selamanya kita
48

ketakutan terus tidak, paling takut dikit-dikit. Anak muda happy pas mau nikah hanya

takut dikit. Nah, apakah setelah nikah bisa memberi makan istri takut sedikit, begitu

sudah kawin rejeki tambah maju, Alhamdulillah malah berani kawin dua Masya

Allah. Itu ujian aja takut itu sebenarnya takut itu sedikit saja ( ) Cuma

kita berani tidak meghadapinya, ada Allah Swt yang maha perkasa tempat kita

bergantung yang maha pengasih kepada hambanya yang merintih datang malam-

malam kehadapan Allah merintih, ya Allah hamba orang yang lemah, ya Allah

bantulah dengan kekuatanmu yang maha perkasa. Senang Allah, kadang-kadang

manusia ini ketakutan berjumpa dengan Allah kalau pun belum talut beraninya

sendirian aja, saya hebat saya pemberani. Allah senang yang seperti ini, nanti Allah

tukar ketakutannya dengan kebahagiaan. Amin.

Ada orang takut hidup malah bunuh diri, ada orang takut mati. Takut mati

mabok.kenapa kamu mabok? Takut mati? Segala sesuatu itu takdir Allah Swt. Kita

boleh saja mati terbunuh boleh saja mati di tabrak kereta api, boleh saja mati sakit,

boleh saja mati habis makan, orang islam tidak masalah mau mati yang penting mati

beriman kepada Allah Swt. Kalau kita mati dibunuh orang jadi lebih bagus kenapa?

Karena dosa kita di ambil sama yang bunuh, semua pahala yang bunuh sama kita, kan

enak itu tapi yang bunuh orang gila. Waduh orang gila pula yang bunuh ini. Tidak

ada rugi orang yang beriman ketika dia sakit dia sabar, ketika dia sehat dia bersyukur,

ketika dia senang dia bersyukur, ketika dia susah dia bersabar. Kita berdiri antara

sabar dan syukur. Imam Ghazali Ra dalam kitab Ihya „Ulumuddin dia berkata ulama
49

tidak bisa memutuskan mana yang dulu masuk surga. Orang bersabar atau orang

bersyukur tidak bisa diputuskan karena orang bersabar:

           

Allah bersama orang –orang bersabar () Allah

menambah-menambah nikmat orang-orang yang bersyukur. Mana duluan yang

masuk surga? Orang bersaabar atau orang yang bersyukur? Dua-duanya masuk surge,

tapi Imam Ghozali sampai zamannya tidak ada yang memutuskan mana orang yang

masuk surga duluan orang bersabar atau orang bersyukur. Kadang-kadang orang di

uji lolos sabar, di uji dengan musibah, ketika di uji dengan nikmat lepas tidak lolos

waktu miskin dia ke masjid tiap waktu. Dzikirnya khusu, begitu kaya naik mersi

pindah dzikirnya ke diskotik. Tidak lolos ketika diberi kenikmatan ( )

rasa lapar. Hari ini orang takut lapar mencuri menipu. Padahal sudah berapa umur

kita sampe sekarang, pernahkah kita lapar? Tidak. Terjadi krisis moneter tahun 1998

orang sampe merampok gudang beras saking takutnya tidak makan, nenek-nenek

sanggu mencuri kulkas dipikul dibelakang, kita aja ngangkat kulkas sendiri tidak

kuat kenapa bisa begini takut lapar, karena berlalu krisis moneter, ditanya bapak-

bapak, bapak ketika krisis moneter pernah makan rumput? Tidak, belum ada yang

sempet makan rumput, betul tidak?


50

Apa makna dari muhasabah diri? ( ) rasa lapar setelah usia segi

tidak pernah meraskan lapar-lapar amat, apa lagi di Indonesia tidak punya makanan

datanglah ke rumah teman makan, dan gratis, tidak bayar datang aja ke rumah teman.

(  ) kadang-kadang kekurangan harta. Nah, ini penting supaya kita tau,

bahwa harta bukan kita punya. Kalo kita punya nanti kita punya ego yang besar

timbul takabbur, saya yang punya, tiba-tiba ajalah gempa bumi. Habis semua rata

dengan tanah, setelah itu ngungsi dan makan indomie antri. Oh benar ternyata Allah,

(  ) dan dapat hidayah dari Allah. () kadang-kadang mati

kekasih kita, istri yang kita cintai mati, suami yang kita cintai mati. Tidak ada

masalah kematian seorang istri kata Nabi Saw:

8
ٍ ‫ت َوَزْو ُج َها َعْن َها َر‬ ٍ
‫اْلَنَّة‬
ْ ‫ت‬ ْ َ‫اض َد َخل‬ ْ َ‫أَُُّّيَا ْامَرأَة َمات‬

Wanita mana pun jika meninggal dunia dan suaminya ridho kepadanya, maka

wajib baginya surga bagi perempuan itu.

Minimal mati itu bisa dapet tiket masuk surga, asal di ridhoi suami. Ibu-ibu

mau masuk surga? Mati di ridhoi suami. Kira-kira kalo besok pagi ibu-ibu wafat

meninggal dunia, kira-kira suami ibu ridho tidak? Ridho apa tidak? Kalo ridho ibu

8
Hadis ke-8, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 10 Februari 2018.
51

masuk surga, tapi kalo ibu mati suami senang bahaya itu, yang bilang Nabi, maka

ibu-ibu baik-baik sama suami, biar dapet tiket masuk surga.

Apabila seorang suaminya wafat, sang istri bertahan tidak kawin lagi

kemudian memelihara anaknya dengan rasa cinta, kemudian di besarkannya anaknya

dididiknya dengan baik agamanya, dinikahannya dengan orang orang-orang baik,

wajiblah surga baginya.

Ini sebenarnya sudah diajarkan mati biasa, () ilang buah-buahan,

menanam padi dikit lagi mau panen, tia-tiba malamnya datang banjir, tidak tersisa

satu keping pun padi, nangis dia. Kata tetangganya sabar. Dan berilah kabar gembira

kepada orang-orang yang sabar. Siapa orang yang sabar?

          

„‟Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.


kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah).
Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
(156)”.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.
Berilah kabar kepada orang yang sabar yaitu orang yang apabila ditimpakan

kepadanya musibah lalu dia berkata Innalillahi wa inna ilaihi Raji‟un. Kita ini milik

Allah suatu hari kita dipanggil Allah mau tidak mau. Ditutup ayat ini mereka inilah

orang-orang yang kepada mereka diberikan Allah barokah dan kasih sayang, mereka
52

mendapat hidayah petunjuk dari Allah. Ternyata hidayah datangnya lewat musibah,

kesabaran datangnya dari musibah dapat hidayah.

Berdoa dapat hidayah, sholat sehari semalam 17 rakaat dapet hidayah

meminta jalan yang lurus di bantu dengan doa duduk diantara dua sujud (rabig firli

warhamni wajburni warfa‟ni warjukni wahdini wa‟afani wa‟fuanni) karena hidayah di

dapat dengan berdoa, dan hidayah di dapat dengan bersabar atas musibah, dan ketiga

hidayah di dapat dengan berjuang bersusah payah. Semoga kita termasuk bagi orang

yang medapatkan hidayah.

Saudara-saudara sekalian diantara kalian kadang-kadang ada yang berbuat

nista. Berkhianat kepada saudaranya sendiri, bantuan-bantuan untuk orang-orang

yang mendapatkan musibah di tilep, dimakan. Memang manusia kalo sudah bejat

kadang-kadang lebih parah dari binatang. Binatang tidak pernah makan semen, besi,

tetapi manusia istri di jual semen, besi dimakan. Sabar Allah akan memuliakan kita

dunia dan akhirat, singkatnya begini saudara-saudara, bencana itu ada tiga jenih:

Pertama, Kalo kena kepada orang beriman itu ujian, kalo dia sabat dia dapet barokah

dapet rahmat, dan mendapat hidayah. Terkenal namanya dilangit, ketika dia mendapat

bencana dia berkata inna lillahi wa inna ilaihi rajiu‟un Allah berfirman pada

malaikatnya: dan semua istana untuk hambaku ini, dan beri merekanya baitul hamdi

(rumah pujian). Karna dia mendapat ujian dia memujiku dengan berkata inna lillahi

wa inna ilaihi rajiu‟un. Kedua, Musibah bisa berarti tamparan dikasih ingat tidak

ingat, dikasih ingat tidak berubah, dikasih ingat juga tidak berubah, akhirnya

ditamparlah oleh Allah terdapat pada surah Ar-Rum ayat 41:


53

            

  

„‟Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan


tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (41)“.
Bukan salah pejabat, bukan salah rakyat bukan salah siapa-siapa. Salah semua

manusia di Negri itu, yang halal di haramkan, yang haram di halalkan. Sekarang

orang berani merasa tidak bersalah hubungan seks sesama jenis itu tidak salah, asal

suka sama suka boleh, itukan hak asasi inna lillahi wa inna ilaihi rajiu‟un itu bukan

hak asasi itu pelanggaran norma agama, pelanggaran hukum agama dan pelanggaran

hukum akal, serta pelanggaran hukum negara. Paham?

Saya tidak mau sholat, itu hak asasi saya? Bukan anda mengaku islam anda

tidak mau sholat, itu melanggar hukum agama anda disebut fasik. Karena sudah

durhaka kepada Allah Swt anda ngaku islam tapi anda berzina? Berzina itu suka sama

suka, tapi suka sama suka itu fasad dosa besar :

         

Jangan kau dekati zina zina itu fahsya, dosa besar yang merugikan diri

sendiri, kalo zina itu mau sama mau namanya zina, kalo satu tidak mau satunya mau

itu namanya pemerkosaan bukan zina, munkar dalam bahasa arabnya, dikasih tau

tidak mau, maka telah rusak kedudukan benda-benda di laut dan di bumi oleh tangan-

tangan manusia. Maka Allah berkata: kami tamparkan kepada mereka, akibat dari
54

pada ulah mereka. Banjir datang, di pangkas semua lobang-lobang air, sawah-sawah,

rawa-rawa. Berzina meraja lela datang penyakit aids, tidak mau membayar zakat

ditampar dengan kemarau panjang, supaya mereka mau bertobat. Tapi kalo mereka

sudah ditampat beberapa kali tidak mau tobat, datanglah yang ketiga, pemusnahan

bencana bisa jadi pemusnah :

              

    

„‟Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami


membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab
yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh
Mahfuzh).(58)”
Berapa banyak negri ini di dunia telah kami kiamatkan sebelum kiamat yang

sebenarnya terjadi, berapa banyak negri yang kami kiamatkan, kaum Samud dia

membuat istana di gunung, gunung dipahat dan terbang oleh angin, mereka lupa

ketika angin ribut datang pintunya jebol, karena pintunya dari kayu. Mereka disedot

diangkat kelangit 7 hari 8 malam dalam keadaan busuk, mati, dimusnahkan. Mari kita

bertobat selamatkan diri kita. Mudah-mudahan

kita termasuk orang-orang yang bertobat dan Allah mencitai orang yang bertobat.

Maka jelas orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang tersenyum

bahkan bahagia disetiap kesempatan yang akan di jelaskan oleh KH. Muhammad

Arifin Ilham.
55

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Orang beriman itu orang yang selalu bahagia belum di akhirat di dunia Allah

sudah bahagiakan. Karna dia tahu bahwa hidup ini adalah ujian dari Allah, yang

memiliki sifat dominan ar-Rahman dan Ar-Rahim. Apakah segala peristiwa yang

terjadi Rahmat-Nya? Ilmu-Nya? Kebijakan-Nya? Karna itu tatkala musibah datang

sambut dengan doa: Ya Allah ya Rabb kami bukan menolak takdirmu, takdirmu

adalah takdirmu siapa yang bisa menolak setelah takdirnya datang? Seperti apa pun

kita berjuang untuk sehat ada saatnya sakit, berjuang untuk senang ada saatnya datang

musibah, berjuang untuk selalu hidup pada akhirnya semua mati. Siapa yang menolak

takdirnya? Kami tidak menolak takdirmu, takdirmu adalah takdirmu. Tapi beri

kepada kami keikhlasan, kesabaran, ketawakalan, husnudzon, kecerdasan menangkap

bahasa hikmat dibalik segala takdirmu.

Allah menciptakan kalian dan segala peristiwa yang terjadi menimpa kalian

mana ada yang kebetulan, begini begitu kisahnya saja, sebabnya semuanya iradahnya

Allah. Qodratullah, begitulah orang beriman memandang segala ciptaan, segala

peristiwa. Senyum bahagia, musibah membuat dia dekat dengan Allah, lulusan SD

dia mau naik SMP ujian dulu, terpuji karna teruji. Lagi pula tidak lama menghadapi

ujian, kalau memang ujian itu membuat dia semakin sekat kepada Allah, sehingga

dibersihkan dosanya, sampai duri yang menusuk orang beriman itu adalah ampunan

dari Allah. Sakit satu malam orang beriman membersihkan dosa setahun baginya.
56

Allahu Akbar Walilah Ilham, Allah mempunyai sifat ar-Rahman Ar-Rahim,

segala peristiwa yang terjadi yang ada rahmatnya. Allah mempunyai sifat ar-Rahim

segala peristiwa ada kebijakannya. Allah al-„Alim maha mengetahui segala peristiwa

ada ilmunya. Makanya segala kejadian ada rahmatnya, ada kebijakaannya, ada

ilmunya. Rahmat selalu Allah sembunyikan di balik musibah, hanya hati yang bersih

yang mengenal Allah Ma‟rifatullah. Malik, Kholiq alam semesta ini tidak mungkin

kekasih menyakiti kekasihnya, lampu terang menderang nyaman kita menikmatinya,

tiba-tiba mati, apa yang kita ucapkan astaghfirullah al‟adzim innalillahi wa inna

ilaihi raji‟un kemudian, setelah gelap tiba-tiba menyala, apa yang kita ucapkan?

Alhamdulilahirabbil‟alamin. Seandainya kita mati lalu kemudian menyala tidak ada

istighfar tidak ada tahmid, beginilah cara Allah menyadarkan agar kita tahu, bahwa

Allahlah maha kuasa agar kita sadar bahwa dialah pemilik alam semesta, agar kita

tahu diri bahwa kita hanyalah makhluk.

Nabi berkata:

Siapa yang membangun rumah Allah, walau sekecil sarang burung disurga

Allah bangunkan rumah untuknya9.

Orang yang beriman adalah orang yang cerdas menangkap segala peristiwa

yang dihadirkan oleh Allah, lantas bagaimanakah kita menjadi sosok seperti itu?

Mengapa orang beriman selalu senyum, senang, bahagia menimpa musibah


sekali pun, karna orang beriman istiqomah dalam taat kepada Allah:

9
Hadis ke-9, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 10 Februari 2018.
57

             

„‟Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah",
kemudian mereka tetap istiqamah[1388] Maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (13)10”.
Mereka tidak takut apa yang akan terjadi dan mereka tidak bersedih apa yang

sudah terjadi maka dalam surah yunus ayat 6:

            

 

„‟Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang
diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.(6)”.
Karna ia tahu semuanya ujian dari Allah, setiap yang berjiwa pasti merasakan

mati, kami uji mereka dengan musibah dan kesenangan, dengan sakit dengan senang,

diputar-putar ujian itu. Sampai Rosul Saw menjawab berita gembira untuk orang

mukmin, ajaib orang beriman, orang beriman selalu senang, kalau dikasih nikmat dia

sadar itu ujian maka ia hadapi dengan bersyukur, karna syukur Allah tambah lagi

nikmatnya, nikmat orang bersyukur itu bukan hanya nikmat sehat, kaya, bukan hanya

itu tapi nikmat syukur itulah yang harus di syukuri, nikmat syukur, sifat syukur, kalau

di timpa musibah mereka sabar, karna sabar, hanya untuk orang yang sabar Allah

berikan jalan, yang tidak terhingga, tidak ada hitungan pahalanya lagi.

10
Istiqamah ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh.
58

Tatkala aku melihat hambaku lambat mendekatimu, kalaupun dia ahli ibadah,

maka aku pecut ku datangkan musibah kepadanya, agar dia lebih cepat menekat

kepadaku. Allahu akbar wa lillahilham. Maka semuanya rahmat Allah. Karna itu

qonaah bukan hanya puas dalam menikmatinya, tapi puas dalam segala musibah,

karna itulah setiap kita sholat lima waktu 17 rakaat selalu membaca surah al-fatihah

karena rabbil‟alamin. Bukan maunya kita maunya Allah. Maka boleh jadi kematian

itu rahmat Allah, maka musibah itu ampunan dosa, sakit itu cara mendekatkan diri

kepada Allah masalah tarbiyah rabbani bisa mendekatkan kita kepada Allah.

Nabi bersabda:

11
‫الس َق ُم ُُثَّ أ َْع َفاهُ اللَّوُ ِمْنو‬ ِ
َ ‫إِ َّن الْ ُم ْؤم َن إِ َذا أ‬
َّ ُ‫َصابَو‬

„‟Sesungguhnya seorang mukmin apabila terkena sakit kemudian Allah


menyembuhkanya maka sakit adalah penghapus dosanya yang telah lalu”.
Pertanyaan-pertanyaan:

1. LGBT akan mengundang musibah?

Curang, homoseksual, itu adalah pelanggaran bagi hukum Allah. Bagaimana

hamba Allah melanggar hukum Allah, tentu Allah murka. Ada saja tamu tinggal

dirumah kita, terus melanggar aturan kita, naik kakinya. Allah begitu yang tinggal

dibumi Allah harus patuhi aturan Allah. Tidak boleh ini hak asasi karna ini aturan

Allah. Tidak ada pesta pernikahan laki-laki dengan laki-laki dari dulu sampai

sekarang. Kenapa adat kita langgar? Budaya kita langgar? Budaya itukan sesuatu

11
Hadis ke-10, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 10 Februari 2018.
59

yang luhur. Timbul dari kekuatan manusia untuk mempertahankan hidupnya.

Berbudaya tidak beradat istiadat tidak? Beragama tidak? Tidak ada hukum LGBT ini

seharusnya ditangkap dan diobati, sebab ini kerusakan yang nyata.

2. Jika orang mendapatkan hidayah, mendapat hidayah namun belum menikah,

apakah sempurna hijrahnya?

Hijrah belum nikah? Nikah itu sebetulkan hukum asal al-Aslu fi nikah mubah

nikah itu hukum asalnya mubah. Mau nikah silahkan, tidak nikah silahkan, asal

jangan kau lakukan yang itu. Nabi bersabda:

12
‫س ِم ِّّن‬ ِ
َ ‫ب َع ْن ُسنَّيت فَلَْي‬
ِ
َ ‫النكاح سنيت فَ َم ْن َرغ‬

Kata Rasul nikah itu sunahku, barang siapa yang melakukan hubungan suami

istri tanpa nikah, bukan umatku. Bukan karna bujangan tidak menikah. Banyak

sahabat Nabi tidak menikah, tapi jika sudah ada nafsu dan bisa menafkahi maka itu

sunat baginya nikah, dan dia sudah ada nafsu dan hampir-hampir jatuh ke lembah

perzinahan maka wajib menikah. Ada orang yang nafsunya tidak ada tapi sudah bida

menafkahi maka makruh menikah ada orang yang nafsunya ada tapi memukuli

istrinya maka haram menikahahinya. Jadi nikah itu taklifiyah bertukar-tukar menurut

keadaan orangnya dan aslinya hukumnya yaitu mubah. Kalau hijrahnya itu menunggu

nikah, banyak muda-muda yang berhijrah juga. Semua boleh hijrah.

12
Hadis ke-11, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 10 Februari 2018.
60

Tanggal 11 Februari 2018

Tema: Mengawal NKRI dengan Syiar Ukhuwah

Tempat: Masjid al-Furqon

Penceramah: 1.KH. Jujun Junaedi

2. Kang abik (Penulis Novel Ayat-Ayat Cinta)

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Para hadirin hadirot jamaah masjid al-Furqon dan seluruh pemirsa Damai

Indonesiaku dimana pun kalian berada. Kali ini kita akan membicarakan bagaimana

dakwah Rasulullah Saw dimakkah dalam rangka menggapai ukhuwah, kenapa

dimulai dengan itu? Karena syiar harus berkiblat kepada orang yang pertama

melakukan syiar, siapa dia? Rasullulah Saw yang memberi contoh segala sesuatu,

kehidupan Rasul termasuk cara bergaul dengan masyarakat itu menjadi sumber

ajaran.

ketika fase di mekkah itu kita belajar bagaimana cara hidup bersama dengan

orang-orang non muslim, orang-orang mengingkari ajaran islam, masyarakat

majemuk, masyarakat yang justru bukan hanya menolak ajaran Nabi Muhammad Saw

bahkan lebih jauh, memberikan terror mental dan fisik kepada Rasul Saw. Makanya

kalau tadi di televisi ada teror-teror seperti itu, ada kyai di gebukin, ada kyai di

todong, ada kyai di tolak, ada kyai di isolasi, itu terjadi pada jaman Rasullaulah, kita

tahu bagaimana Rasul Saw di pukul kepalanya dilempari dengan usus unta ketika
61

sholat, kita tahu bagaimana rumah Rasul dilempari dengan kotoran dilempari dengan

pasir, dilempari dengan batu, kita tahu ketika Rasul dijadikan tarohan. Yang siapa

saja bisa membunuh Rasul maka akan diberikan hadiah. Bayangkan, bahkan yang

paling parah diuji mental begitu, bagaimana kalau kita yang merasakannya. Kalau

saya yang merasakannya saya bisa marah besar. Rasul diludahi malah menjenguk

orang yang sakit, disini ada yang begitu tidak? Diludahi malah sakit terus jenguk, ada

tidak? Ada, bawa temen tahu sedang sakit bawa teman 40 orang. Bawa bensin serigen

dibakar rumahnya. Rasul dengan apa membalasnya, dengan tersenyum. Karna Rasul

itulah sifat Nabi Muhammad Saw dan sifat para Nabi utusan Allah yang ingin

membawa manusia dari kedzoliman kepada manusia yang cerah terhadap agama.

Begitulah sifat dan karakter Nabi, Nabi datang karena manusia. Rahmatan lil‟alamin.

Makanya dalam satu ayat Allah berfirman:

          

   

„‟Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin (128)”.
Telah datang Rasul dari sebangsamu dari kaummu, sungguh berita

penderitaanmu, karena menginginkan mereka beriman, mengikuti kebenaran. Dan

mereka juga dan dia juga sangat berkasih sayang kepada orang-orang mukmin. Kata

ahli tafsir itu dua kalimatnya, yang pertama, berat penderitaan. Jadi Rasul itu liat

orang yang mengingkari itu bukan malah marah. Tapi Rasul berat sakit hatinya bukan
62

karena sakit hinaan mereka, tapi ya Allah kenapa mereka dalam kemaksiatan, kenapa

mereka dalam kesesatan, berat penderitaannya, karena menginginkan orang-orang

kafir itu tetap mengikuti ajarannya. Begitu kalau Rasullullah mah bu. Makanya kalau

kita mencerca menghina, bagaimana mungkin mereka mau cinta kepada kita, kepada

ajaran kita. yang ada orang menghina kita balas dengan marah, kita balas dengan

bakar-bakaran, kita mau menyampaikan islam tapi tidak representative yang kita

tampilkan.

Islam selamat, islam berserah diri. Islam rahmat, tampilkan pula hal itu seperti

Rasullulah. Ketika ada yang mendakwahi, bagaimana kata Rasul menjawabnya:

                



„‟Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah


bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia
adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung (129)”.
Kalau berseru mereka berpaling, Rasul maarah? Tidak. Cukup Allah bagiku.

Cukup Allah saja, maka hinaan dan cercaan, jangan dipikirkan, maka dia tidak akan

dimasukan ke dalam hati, karna berdakwah kita karena Allah Swt. Tugas kita hanya

menyampaikan hadirin. Orang mau masuk mau tidak, mau suka mau tidak, lihat

Rasul. Datanglah padahal bakal di caci, datang lagi padahal tau bakal di caci. Kata

Umar bin khattab ya Rasullulah sekarang kan kita sudah kuat, sudah banyak teman.

Lawan dong. Tuh ada desa namanya desa Daus menolak ajaran kita. Kita kutuk aja,

kita kuat. Rasul tersenyum, kata Rosul ya Allah dekatkan mereka dengan kami,
63

lindungilah mereka dengan hidayah. Umar kaget, begitulah berlakunya seperti itu.

Dia itu pemaaf sabar, disetiap kebenciannya ada rasa kekaguman. Makanya beliau

hijrah dimusuhi ada perang, tetapi ketika datang ke makkah berbondong-bondong

orang masuk islam.

Rasul seperti dalam al-Qur‟an dia disebut dengan „ibadurrohman. Itulah

Rasulullah Saw.

Pemirsa begitulah cara Rasullulah berdakwah dan cara ini diajarkan kepada

sahabat kemudian dilanjutkan bagi Sahabat mengajarkan kepada tabi‟in, tabiin-tabiin

dan sampaikan kepada para ulama yang telah menyebarkan di negri yang kita cintai.

Lantas bagaimanakah para ulama mencintai Negara yang kita cintai Negara

indonesia.

Kamu lebih hebat dari pada Nabi Musa? Tidak kenapa Nabi Musa itu kan

Nabiyullah saya ini apa gitu loh. Ya makanya, apakah Negara ini pemerintah ini

seperti firaun? Belum tidak pernah ada yag dibakar hidup hidup seperti fir‟aun baca

surat thoha oleh kamu anakku. Kata ulama itu surat Thoha musa harun, pergi engkau

berdua ke fir‟aun karena fir‟aun itu thoguth tapi ngomonglah engkau berdua pada

fir‟aun itu (bahasa arab) dengan bahasa yang lemah lembut. Mudah-mudahan saja

engkau ingat pada Allah atau mungkin dia menolaknya bagaimana engkau takut pada

Allah mungkin saja dia menerima ingat kepada Allah dan dia takut pada Allah. Tuh

begitu katanya anakku.


64

Sekarang kita liat ulama-ulama Indonesia dulu itu ulama-ulama yang

tertunduk disajadah karena malu oleh akhlak rasul yang tadi tapi beliau bergerak

mana kala beliau melihat NKRI ini diusik tapi beliau tunduk manakala beliau bicara

pembicaraan beliau merusak ukhuwah beliau bergerarak manakala ada yang akan

merusak ukhuwa. Begitu sikapnya. Gitu ulama-ulama kita, ga percaya? Coba lihat

bagaimana krisis moneter waktu itu zaman pak harto merajalela merana melanda

bukan merajalela datang ulama besar jawa barat alm. KH. Ilyas Ruhyat datang

membawa bekal perhiasan tabungan perhiasannya datang ke istana menyumbangkan

emasnya untuk membantu Negara dalam rangka krisis luar biasa. Coba liat

bagaimana seorang buya hamka habrotusyaikh Hasyim As‟ari menggerakan

masyarakat untuk melawan Belanda demi tegaknya NKRI dengan ucaoan

Allahuakbar coba lihat Buya Hamka ketika dia bersebrangan dengan pak Soekarno

tapi saat pak Soekarno mau meninggal dunia ada pesan pada keluarganya jika aku

mati maka aku ingin solat jenazahnya diimami oleh hamka, apa yang terjadi buya

hamka tidak menolak beliau datang menjadi imam buat jenazah bung karno padahal

dia bersebrangan. Bagaimana ketika bersebrangannya buya hamka dengan

muhammah yamin karena buya hamka ingin dasar islam muhammadiyyah ingin

Negara ini Negara yang bukan islam maka apa yang terjadi? Yang terjadi ketika itu

tetap ketika kematiannya buya Muhammad yamin memanggil buya hamka.

Muhammad yamin memanggil buya hamka. Ingin dibimbing diarah kematiannya

oleh buya hamka.


65

Hebatnya buya hamka datang membimbing Muhammad yamin sampai akhir

hayatnya lailahaillallah dituntun oleh buya hamka. lihat dengan ananda pramudia

anantatur bersebrangan juga tapi disaat anaknya mau menikah dititipkannya untuk

dididik nasihat pernikahan kepada buya hamka begitulah ulama kita bahkan apa

pernyataan buya hamka tatkala disuruh mengimami mau mengimami solat jenazah.

Buya hamka ngomong saya tidak mendendam karena pendendam itu adalah pendosa

saya justru bersyukur saya dipenjara dua tahun empat bulan itu adalah anugrah

terbesar dari Allah karena kalau tidak dihukum seperti itu oleh bung karno saya tidak

akan bisa menyelesaikan tafsir al-azhar tiga puluh juz begitulah ulama-ulama dulu.

ulama-ulama dulu rela menghilangkan tujuh kata demi ukhuwah sila pertama

ketuhanan yang maha Esa dengan menjalankan syariat islam itu dihilangkan demi

apa? Demi ukhuwah sekarang kita kadang-kadang suka ribut jangankan yang lain,

ustadz dengan ustadz ribut. Yang diributinnya perasaannya kebenaran makanya saya

sering ngomong di masyarakat kalau orang rebutan bener biasanya suka salah pak,

kalau orang rebutan salah biasanya suka bener orang rebutan bener mah salah. Ini

ngakunya bener ngaku bener. Benernya kabur ga tau ke Tanjung Priuk ke mana tau

benernya. Yang ada salah taraweh yang satu 23 yang satu 11 rakaat ribut aja yang ga

taraweh dibiarkan. Ceritanya ada orang berantem nih bakbekbakbek. Saya pisahin

heh kenapa kau berantem, sebel pak jujun masa nagrek turunan kan nagrek mah

tanjakan kata yang satu turunan kamu mah ga tau. Eeh tanjakan kamu yang bloon.

Mau berantem lagi saya pisahin lu orang mana? orang bandung. Lu? Orang garut,

pantesan saya Tanya nagrek kata orang garut tanjakan apa turunan? Bapak suka ke

garut ga? Sekali-kali dong dateng ke pesantren saya. Kata orang garut mah mas jujun
66

nagrek mah tanjakan karena dari garut menuju bandung mah nagrek nanjak .Kata

orang bandung mah nagrek teh turunan karena dari bandung ke garut lewat nagrek

teh turun. Jadi kalau beitu Siapa yang salah? Tadi yang bilang nagreg tanjakan bener.

Yang bilang nagreg turunan bener. Yang salah yang berantem rebutan nagrek nah

sekarang tuh kita banyak begitu.

Maka ukhuwah ini terancam kalau begitu, ustadz dengan ustadz saling jelek-

jelekin yang ini bilang ini sunah ini ga ada disononya yang ini bilang begitu. Umat

bingung yang mana yang bener ini. Maksud saya lihat ulama-ulama terdahulu bagai

manapun mereka bersebrangan pendapat tapi mereka tunjukan ukhuwah dengan baik

untuk jadi contoh pada seluruh umat. Bener ga?

           

Wahai ketahuilah sesungguhnya muslim bersaudara wahai berpeganglah pada

tali Allah Ta‟ala. Begitu kata bang haji roma irama fi dangdutiyah. Fi dang-duti pada

dangdutnya ya. Saya nanti nyanyi tapi bukan itu lagunya nanti siap aja nanti.

Pokoknya nanti saya nyanyi.

Begitu ya, jadi para ulama ini apa ukhuwah diutamakan ketika ada perkataan-

perkataan yang akan disinyalir akan menghancurkan ukhuwah. Lebih baik diam,

bener ga? Ini mah ribut melulu ya. Ini begini itu begini masjid ini teriak masjid ono

teriak. Malu. Ya.masuk masjid yang satu gini telunjuknya yang satu gini. Gak apa

apa. Yang ga punya telunjuk buntung gimana? Kok ga ribut sih? Bener ga? Sama

kemasjidnya bareng dalam hal yang sama yuk bekerja bersama-sama Allahu akbarr
67

2x. Adzan siapa tuh. Adzan saya. Allahuakbar 2x mekah. Harapan baru ini?.

Bersama ke masjid semuanya datang kemasjid macem-macem. Ini madzhabnya ini,

ini madzhabnya ini. Dalam hal yang berbeda mari kita sama-sama berkerja bapak

pake usholi sok usholinya yang bener atuh. Yang satu langsung Allahu akbar

gapapa. Da solat mah dimulai dengan Allahuakbar dan salam. Yah ga usah ribut

dengan urusan itu. Liat Contoh para ulama kita contoh rasulullah.

Para ulama terdahulu kita bagaimana menjadi ukhuwah lebih diutamakan dari

pada kita berebut kebenaran. Berebut benar biasanya suka salah. Tapi berebut salah

suka bener. Bapak-bapak ibu-ibu nanti dilebaran buktikan. Saya banyak salah kata

adenya, kata kakaknya saya yang banyak salah. Saya, saya, saya ,saya. Akhirnya pada

nangis keluarlah suguhan-suguhan kue-kue kenapa. Karena mereka rebutan salah

malah jadi bener. Terimakasih

Masya Allah baik pemirsa yang dirahmati Allah setiap daerah tentusaja ulama

memiliki cara yang berbeda dalam berdakwah dan Alhamdulillah kita hidup di era

tekhnologi dimana Allah telah menghadirkan anugrah yang disebut dengan

tekhnologi media lantas bagaimanakah para ulama memanfaatkan media ini untuk

berdakwah itulah yang akan dijelaskan KH. Jujun selepas pesan-pesan berikut.

Ya baik, ibu-ibu bapak-bapak yang setia pemirsa damai indonesiaku, sudah

menemani selama 9 tahun, kalau orang yang setia, terus kemana-mana damai dia. Ya

baik ini yang namanya media ini barang mati. Televisi barang mati bu, mau di

lempar, mau di gadein, barang matikan. Terus siapa rihnya? Ya pelaku yang ada,
68

yang mengisi media itu. Sekarang pertanyaannya, media inikan kekuatan ke empat

setelah eksekutif, legislatif, yudikatif dan pers.

Makanya dengan media orang bisa terbawa dan cara berfikirnya terbawa,

ketika ada tayangan perang kita ikut tegang, ada yang terguling-guling di bus kita ikut

tegang. Ada yang ikut bencaana kita ikut tegang. Sedih. Semuanya dibentuk. Nah,

sekarang ada atau tidak adanya yang langsung menyinggung tentang pers. Tadi kita

degar dari kang abik di awal, media cetak itu sebagai sumber dakwah. Kita teringat

dari ayat al-Qur‟an ketika sulaiman menulis surat kemudian di bawa oleh burung

Hud-hud untuk menemui bilqis, sampai akhirnya kemudian tunduk dan patuh kepada

satu kerajaan kepada satu ratunya kepada Allah. terbayang jadi artinya hati-hati

media. Kalau kamu jadi Rasul itu jadinya Suwaro, penyair-penyair, penyair yang

kerjanya masuk ke dalam goa. Dia cerita tentang hal-hal yang tidak ada, tapi

kenyataannya hoak, itu hoak. Maknaya hati-hati orang yang memanfaatkan media,

ruh mu itu ada di media itu. Ketika ruh mu itu di bombing Allah, maka media

tersebut jadi media dakwah.

               

           

„‟Tidakada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali


bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang
berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar (114)”.
69

Bu, bu, bu ibu kumpul arisan media. Tapi awas loh pulang arisan malah benci

ke suami. Karna ibu lihat tetangga tasnya baru-baru. Ibu cincinnya begini, tetangga

begini juga, maaf ya bu saya lagi flu akhirnya dai minder, besoknya dia repot dating

ke suaminya jad marah, medianya jadi disalah gunakan. Hati-hati. Berita hoak yang

tidak jelas kebenarannya. Maka engkau yang menyebarkan berita hoak dan kemudian

orang mengikuti yang tidak benar maka, anda sama dengan menyebarkan

kebohongan-kebohongan dan pembohong Kn mendapat siksa dihadapan Allah Swt.

Makanya kalo berbicara bagaimana media menjadi alat dakwah saya ingat

satu ayat saja (‫ )اشهاد بان مسلم‬itu adalah pernyataan orang yang bersyahadat.

Saksikanlah bahwa aku ini adalah orang muslim artinya bagi muslim representasi

islam bagaimana melihat Nabi Muhammad yang baik tergantung umatnya, apkaah

meniru Nabi Muhammad atau tidak, bagaimana islam dibenarkan jadi rahmatan

lil‟alamin? Tergantung bisa menampilakn rahmat atau kemudhorotan. (‫)اشهاد بان مسلم‬

saksikanlah saya muslim, seorang media bertanya, mas agung muslim bukan?

Muslim. Saksikanlah bahwa mulut mas agung akan di pertanggung jawabkan, apa

bila dia berbicara di dalam media. Jadi ruh dari pada media adalah agung, masalah

saya, adalah mas fais, adalah Tvone serta semua yang bekerja di dalamnya.

Ketika media bertanya, maukah engkau jadi pekerja Allah? Berdoalah bahwa

semua dimedia itu menjadi pekerja Allah. jika Allah menghendari kebaikan oleh

orang itu, maka Allah memperkerjakannya. Bagaimana memperkerjakan oleh Allah

ini? Sekarang tinggal medianya? Mau membawa kepada pertengkaran? Atau kepada
70

ukhuwah? Apakah media ini senang melihat Negara ini masyarakat Indonesia ancur

atau di bangun? Bagaimana media menampilkan itu?.

Makanya saya tadi di awal dengan mas agung Damai Indonesiaku adalah juga

menampilkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Mubalighnya datang dari berbagai

suku bangsa yang ada. Ada jawa tuh, sunda, batak, ambon dan yang lainnya. Dan

disatukan dengan Damai Indonesia. Saya diajarkan dengan hormat kepada guru. Kita

diajarkan yang satu mau cium tangan yang satu mengindar, yang satu ingin sama-

sama mencium tangannya, diadu kepalanya. Itukan akhlak itu akhlak. Bukannya

belagu guakan selebritis. Mana airnya? Empat dong airnya kalau gua minum. Satu

susu, dua madu, tiga kopi, empat the, siapkan kamarnya, aku tidak mau bertemu

dengan orang sebelum naik panggung, ini orang mahal, orang hebat,

Na‟udzubillahiminjalik. Begitu yah, saya belajar di Damai indonesiaku dengan guru-

guru. Apa yang terjadi? Saya kepada habib al-musawwa saya cium tangannya, beliau

menolak, ketika beliau mau cium tangan kepada saya, saya lari. Ketika di cium

tangannya nih makan nih, jadi inilah Damai Indonesiaku, saya berharap damai

indonesiaku tetap istiqomah menjalin persatuan dan berdakwah menjaga NKRI

menjaga syiar yang di ridhoi Allah Swt.

Amin amin amin baik pemirsa yang di rahmati Allah sangat jelas pesan yang

disampaikan oleh guru kita bahwa sesungguhnya media adalah barang mati yang

menjadkannya hidup adalah manusia yang ada dibelakang media itu sendiri. Ada

yang menjadikan sebagi bahan riba, sebagaian yang lain menjadi bahan untuk

menasehati diri sendiri. Lantas bagiamana kan rasulullah mengajarkan kepada kita,
71

bahwa al-Qur‟an telah masuk kedalm dirinya serta rasulullah pun di panggil sebagai

al-Qur‟an berjalan untuk berdakwah. Itulah yang akan disampaikan oleh kang abik,

setelah pesan-pesan berikut ibi tetaplah bersama kami damai indonesiaku.

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Bapak-bapak dan ibu-ibu pemirsa TvOne dimana pun anda berada. Marilah

kita berssyukur kepada Allah atas segala nikmat untuk kita semua di antara nikmat

besar yang Allah berikan kepada kita adlah nikmat Indonesia, jadi Indonesia ini

nikmat bapak ibu rahimakumullah dan kita menjadi orang Indonesia salah satu

nikmat dari Allah Swt.

Marilah bapak ibu sebelum saya mengulas apa yang diminta oleh mas agung,

kita baca fatihah sekali, kita niatkan Indonesia ini menjadi negri yang makmur aman

sentosa:

               

       

„‟Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat


kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik
dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun (15)”.
Tvone yang ulang tahun ke 10 di rahmati oleh Allah Swt, semua acara-

acaranya bermanfaat untuk bangsa dan Negara dan bermanfaat untuk umat. Amin

amin amin ya rabbal‟alamin. Al-Fatihah.


72

Bapak ibu Rahimakumullah, teladan kita yang paling utama adalah baginda

Rasulullah Saw. Dalam semua asfek kehidupan kita. Baginda Rasulullah Saw sudah

memberikan teladan yang sangat-sangat sempurna, termasuk teladan yang beliau

sampaikan adalah teladan dalam berdakwah, teladan dalam ukhuwah, teladan dalam

menjaga persatuan. Baginda Raslullah Saw bersabda:

13
‫يَ ِّس ُروا َوََل تُ َع ِّس ُروا َوبَش ُِّروا َوََل تُنَ ف ُِّروا‬

Ini menjadi salah satu kaidah dalam berdakwah. Termasuk dalam berdakwah

adalah berdakwah lewat media. Permudahlah jangan kamu persulit, islam itu mudah,

islam itu sesuai dengan seluruh umat manusia. Tidak ada yang tidak cocok dengan

manusia, tidak ada yang tidak cocok dengan manusia, semuanya cocok dengan islam.

Ketika seseorang kuat sholat dengan berdiri, maka memag dia wajib sholat dengan

berdiri. Suatu ketika ada orang yang mungkin karena berbagai macam hal, mungkin

asam urat misalnya, sehingga untuk berdiri tegak kemudian rukuk akan menjadi

susah, maka islam memberikan kemudahan, kalau ada orang yang bisanya sholat

dengan duduk, dia boleh sholat dengan duduk. Intinya permudahlah jangan kau

persulit dan berilah kabar gembira. Islam itu menggembirakan, islam itu membuat

bahagia. Dan jangan kalian buat orang itu lari dari islam.

Bapak ibu Rahimakumullah. Media juga semestinya mengadopsi, meneladani,

apa yang disampaikan oleh baginda Rasullulah Saw. Media semestinya memberikan

kabar gembira. Memberikan hal-hal membuat orang itu hidup optimis. Menjadi orang

13
Hadis ke-12, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 11Februari 2018.
73

Indonesia itu optimis. Kita optimis bahwa negri ini adalah kokoh, kita optimis bahwa

negri ini adalah negri yang aman. Satu orang dengan orang yang lain saling

mendukung, saling menghargai. Media semestinya memberitakan hal ini. Membuat

orang itu optimis baik. Membuat orang itu optimis menjadi bahagia. Cuma kadang-

kadang ada yang kurang tepat. Mungkin belum membaca hadis ini. Dikita itu mohon

maaf, ada berita yang negatif itu boleh diberitakan, supaya apa? Supaya tidak di

contoh oleh orang lain. Supaya menjadi ibroh jangan lakukan itu. Al-Qur‟an juga

memberitakan. Fir‟aun yang ditenggelamkan karna kemungkarannya. Akan tetapi

kalau kita lihat di dalam al-Quran juga, jga di dalam hadis-hadis rasulillah Saw.

Kalau terkait dengan hal-hal yang negatif dan terkait degan sunah-sunah Rasulillah,

itu tidak membahas dengan sangat-sangat detail. Contoh ketika yusuf sudah berduaan

dengan imraatul aziz istrinya pembesar mesir, yang sebagian mufasir mesir

mengatakan namana Zulaikho. Satu kamar, dan zulaikho ini sudah sangat-sangat

mencintainya yusuf dan menginginkan itu, tidak ada yang lain. Maka pintu-pintu di

tutup jendela di tutup. Lihat bahasa al-Qur‟an supaya ditiru oleh media, al-Qur‟an

bahasanya sangat santun :

               

      

„‟Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)


dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu
74

andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya14. Demikianlah, agar Kami
memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (24)”.
Sungguh perempuan itu sudah sangat menginginkan yusuf dan meginginkan

juga, yusuf juga pasti menginginkan karna dia lelaki normal. Seandainya tidak tau

ada teguran dari Allah, dan taqwa kepada Allah. Artinya kalo ada yang negatif, itu

cukup pake isyarat-isyarat, jangan diumbar-umbar. Ini salah satu kode etik yang

digambarkan oleh al-Qur‟an juga disampaikan oleh Rasulullah Saw.

MasyaAllah pemirsa yang dirahmati Allah pelajaran penting bagi kita yaitu

kita dapat dari guru-guru kita, bahwa Rasulullah Saw adalah al-Qur‟an yang berjalan.

Syarat dakwah Rasulullah adalah al-Qur‟an itu sendiri. Nah, satu hal yang sangat

menarik sekali, ada kesengajaan Allah untuk menciptakan perbedaan tapi di lain sisi

Allah memerintahkan kita untuk menyatukan perbedaan itu, lantas bagaimana yang

dicontohkan oleh Rasulullah Saw selepas pesan-pesan berikut ini, tetap di Damai

Indonesiaku.

Tetapi secukupnya saja, bahkan di dalam al-Qur‟an tadi saya jelaskan pake

bahasa yang tetap santun. Karna kejelekan ini sesuatu yang harus dihindari, bukan

sesuatu yang untuk di contoh. Karna untuk tidak di contoh. Maka tidak perlu di

detail-detailkan. Kita mohon maaf hamper setiap hari berita yang ada dihadapan kita

itu sesuatu yang negative dan kadang terus dikorek-korek sampai kita bosan. Sampai

kita dipaksa untuk mengkonsumsi berita itu. Padahal kita sudah mengetahuinya. Ini

14
Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf a.s. punya keinginan yang buruk
terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga andaikata Dia tidak
dikuatkan dengan keimanan kepada Allah s.w.t tentu Dia jatuh ke dalam kemaksiatan
75

berbeda dengan berita yang ada diluar negri sana, korea misalnya, di korea itu kalau

berita-berita bagus itu disampaikan, dan kalau beritanya negative itu tetap

disampaikan biasa saja, kalau prestasi itu selalu disampaikan, memotivasi bangsa ini

untuk berbuat baik.

Bapak ibu Rahimakumullah. Kita ingin bangsa ini menjadi bangsa yang besar,

umat ini menajdi umat yang khoiro ummah umat ynag terbaik, dan cara menuju

kesana yang terbaik adalah mengikuti tuntunan baginda Nabi Muhammad Saw. Salah

satu yang sangat ditekankan oleh baginda Rasulullah Saw adalah persatuan, begitu

baginda Nabi Saw hijrah ke madinah diantara yang pertama kali beliau lakukan

setelah mendirikan masjid, yang beliau lakukan adalah mempersaudarakan kaum

muhajirin dengan ansor. Dipersaudarakan, dan berkali-kali baginda Rasulullah Saw

menjelaskan keutamaan persatuan. Apa lagi al-Qur‟an, alQur‟an berulang-ulang kali

kita diminta untuk bersatu:

             

            

         

„‟Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk (103)”.
76

Berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan janganlah terpecah belah.

Bahkan di dalam ayat yang kalau kita tidak baca, akan sah sholat kita. Di situ sudah

ada syarat tentang pentingnya persatuan. Bahkan ibadah kita tidak akan sempurna

tanpa persatuan, kita berbangsa, bernegara tidak akan kokoh tidak akan sempurna

tanpa persatuan. Maka kita ikrarkan dalam al-Fatihah kepadamu ya Allah kami

menyembah, bukan sendirian, tapi kami beribadah, kita beribadah kepada Allah akan

sempurna kalau bersama-sama bersatu, masjid ini tidak akan berdiri kalau hanya

didirikan satu orang, tidak mungkin syiar ini tidak akan terjadi kalau hanya sendiri

mislanya mas agung saja sendirian, atau nggk room kyai jujun saja sendirian siapa

yang shoot, siapa yang menyiapkan, tidak mungkin terjadi.

Maka perlu kesatuan, republik ini tidak akan bersatu kalau para pendahulu

kita tidak bersatu. Maka kita diminta untuk bersatu dan persatuan ukhuwah itu

memiliki fadhilah yang dahsyat sekali di dalam penjelasan Rasulillah Saw di

antaranya:

Siapa yang bersatu, siapa yang ukhuwahnya kokoh, akan selalu di tolong oleh

Allah. Ada hadisnya jelas sekali, saya yakin jamaah semua telah hafal para santri

yang nonton acara ini juga telah hafal hadisnya:

15 ِ
‫اعة‬ ْ ‫يَ ُد اللَّ ِو َم َع‬
َ ‫اْلَ َم‬

Pertolongan Allah taufiq Allah bersama jamaah, jamaah itu berarti ada

persatuan di sana, ada kokohnya ukhuwah di sana, jamaah kita di Indonesia yang

15
Hadis ke-13, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 11Februari 2018.
77

bernama negara kesatuan republik Indonesia, negara ini akan terus ditolong oleh

Allah Swt kalo kita semuanya kaum muslimin Rahimakumullah, kokoh bersatu

dalam ikatan ukhuwah yang kuat. Ini salah satu keutamaan yang ada di dunia.

Keutamaan di akhirat masya Allah di antara hadis yang sangat-sangat saya cintai

adalah hadis-hadis tentang ukhuwah ini. Ada hadis qudsi yang shohih:

Kelak dihari kiamat Allah akan mencari orang-orang yang saling cinta

mencintai karena Allah. Dicari oleh Allah Allah berfirman di dalam hadis qudsi,

Allah berfirman di akhirat kelak.

16 ِ ‫ول ي وم الْ ِقيام ِة أَين الْمتَحابُّو َن ِِب ََلِِل الْي وم أ‬


‫ُظلُّ ُه ْم ِِف ِظلِّي يَ ْوَم ََل ِظ َّل إََِّل ِظلِّي‬ ِ
ََْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ‫إ َّن اللَّوَ يَ ُق‬

Mana orang-orang yang saling cinta mencintai murni karna aku karna

keagunganku dasarnya karna Allah Swt, maka jiwa yang saling cinta kepada Allah

ini bertemu saling mencintai karna Allah. Mana yang saling mencintai karna Allah

dicari oleh Allah. Pada hari ini aku akan beri perlindungan, ketika tidak ada

perlindungan kecuali perlindunganku.

Mari bapak ibu Rahimakumullah, kita ikhlaskan niat kita untuk saudara, kita

niatkan niat kita untuk berukhuwah karena Allah Swt. Semoga kita semua dirahmati

oleh Allah amin amin amin ya Rabbal‟alamin.

Baik pemirsa yang dirahmati Allah, kita ketahui bahwa Tvone berulang tahun

yang ke 10 yang insya Allah memberi keberkahan bagi negri yang kita cintai ini. Dan

salah satu keberkahannya adalah guru-guru kita mengahadiahkan, KH. Jujun akan
16
Hadis ke-14, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 11 Februari 2018.
78

membawakan lagu yang ditulis oleh Ade masih ada waktu, kemudian kang abik telah

menyiapkan puisi khusus pemirsa TvOne, tetaplah bersama kami Damai Indonesiaku.

Puisi kang abik untuk ulan tahun Tv One yang ke 10

Puisi ini masih fresh baru saya tulis. Tulisan tangan saya sendiri. Judulnya:

Damai, damailah indonesiaku

Damai damialah indonesiaku

bersama kumandang adzan yang ters menerus bersautan

Dari ratusan ribu menara masjid, dia tak henti bersenandung menebar barokah

Hayya‟alal falah hari keberuntungan dari sabang sampai merauke

Damai, damailah indonesiaku

Bersama barokah bacaan jutaan fatihah yang setiap saat dihembuskan keudaramu,

dengan penuh cinta dan jutaan tasbih yang dibisikan ke bumimu dalam rukuk, sujud

ratusan juta rakyatmu, tiada henti setiap hari.

Damai, damailah indonesiaku

Bersama rintik hujan sholawat yang terus sambung menyabung tiada henti dalam

sholat bacaan barjanji, dzikir khofi para wali, dan beragam tradisi rabbani yang

tumbuh di seantero negri menumbukan barokah. Dari generasi ke generasi.

Damai damailah indonesiaku


79

Bersama cahaya barokah, ratusan ribu penghafal al-Qur‟an yang tiada lelah siang

malam membaca kalam ilahi membuat para malaikat kerasan berumah dinegri ini

menarik barokah langit dan barokah bumi.

Damai damilah indonesiaku

Bersama air mata para wali, ulama dan kyai yang setiap malam terisak-isak

menangisimu insonesiaku, dalam doa-doa mereka meminta kepada Allah keselatan,

kesejaahteraan, kekokohan, dan kejayaan dirimu indonesiaku,

Damai damailah indonesiaku

Bersama barokah harum darah para syuhada dan pahlawan yang membasahi seluruh

bumimu, demi demi membela kemerdekaan. Dalam niat suci jihad fi sabilillah

Damai damailah indonesiaku

Bersamaan yang suci patiunus sulthan agung, sulthan hasanudin, syekh yusuf al-

Maqosari sulthan Ageung Tirtayasa, sisingamanaraja, patimura, pangeran

diponegoro, tuanku imam bonjol, panhlima teuku umar, cut nyak dien, dan ratusan

ribu pahlawan. Ketika mereka membaca bismillah dan bertakbir membela

kehormatanmu indonesiaku.

Damai damailah indonesiaku

Bersama bismillah yang diucapkan dengan penuh khusu oleh sukarno dan hatta,

sebelum mebacakan teks-teks proklamasi kemerdekaan.


80

Damai, damailah indonesiaku

Bersama peluk para petani, para buruh, para nelayan, dan jutaan rakyat kecil, yang

tiada henti tersenyum bersyukur kepada Allah, dalam segala cuaca hidup yang tidak

menentu. Namun mereka tidak hilang keyakinan akan mendapatkan rahmat Allah

yang maha kuasa.

Damai damailah indonesiaku

Bersama Sayahadat yang telah melahirkan Indonesia raya merdeka merdeka, tanahku

negriku yang ku cinta 2x hiduplah Indonesia raya

Damai damailah indonesiaku

Bersama Tvone dan seluruh media massa yang menjunjung dan memperjuangkan

persatuan Indonesia, damai Indonesia, jaya Indonesia, sejahtera Indonesia, makmur

indnesia

Aminn alfatihah

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Ini kita harus belajar banyak tentang bagaimana kita merekat NKRI dengan

syiar ukhuwah, pertama, ada pesan buat saya serta untuk seluruh jamaah pecinta

dakwah, Rasulullah Saw seorang pendakwah. Karna bagi kita gerakan diri kita,

penampilan diri kita adalah dakwah, anda berucap itulah dakwah kita. Anda

beraktifitas itulah dakwah kita, setiap seorang muslim beraktivitas itulah dakwah,

maka semua yang kita lakukan adalah dakwah. Saksikanlah bahwa aku adalah
81

seorang muslim. Apalagi kalau dia seorang mubaligh, seorang penceramah, seorang

yang selalu mengsyiarkan ajaran agama langsung melalui dakwahnya, mari kita

meneladani dakwah Rasullulah Saw pada ajaran islam.

Mengajak manusia kepada ajaran islam. Yang kedua, dalam rangka ulang

tahun Tvone sebagai salah satu bagian dari pada media Indonesia, saya berpesan

jadilah pekerja-pekerja Allah. Siapa pekerja Allah? Mereka yang melakukan

kebaikan-kebaikan. Karna ketika kebaikan itu ditularkan dan mereka mencontoh

kebaikan itu, maka pahalanya untuk yang memberikan contoh, sampai hari kiamat.

Tanpa mengurangi apa yang dilakukan oleh yang mengikutinya.

‫َج ِر َم ْن َع ِم َل ِِبَا َوَم ْن َس َّن ُسنَّةً َسيِّئَةً فَعُ ِم َل ِِبَا َكا َن‬ ِ ِ ِ
ْ ‫َم ْن َس َّن ُسنَّةً َح َسنَةً فَعُم َل ِبَا َكا َن لَوُ أ‬
ْ ‫َج ُرَىا َومثْ ُل أ‬
17
‫َعلَْي ِو ِوْزُرَىا َوِوْزُر َم ْن َع ِم َل ِِبَا‬

Pers bisa jadi dicontoh oleh umat yang melihatnya, jadilah umat yang

menyebarkan kebaikan.

Terima kasih kang Abik, kyai Jujun yang telah memberikan kebaikan kepada

kita semua dalam rangka ulang tahun Tvone yang ke 10. Pemirsa damai indonesiaku

mengucapkan terima kasih atas perhatian anda.

Wassalamu‟alaikum wr.wb

17
Hadis ke-15, Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 11 Februari 2018.
82

Tanggal 17 Februari 2018

Tema: Zakat Pilat Kesejahteraan

Tempat: Masjid al-Hidayah

Penceramah: 1. Ustadz. Abi Makki

2. Ustadz. Jumharuddin

3. KH. Didin Hafihuddin

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

              

   

„‟Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan18 dan mensucikan19 mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui (103)”.
Jamaah masjid al-Hidayah dan pemirsa Tvone dimana pun anda berada. Tema

kita hari ini peran zakat dalam kesejahteraan umat. Adakah kita pernah melihat orang

yang kelaparan di Indonesia ada? Ada? Dimana? Di Asmat sana. Bahkan mungkin

tetangga kita ada yang kelaparan, ada tidak kita temukan orang yang tidak berpakaian

telanjang begitu? Ada? Ada orang yang kelaparan, ada orang yang telanjang, tidak

berpakaian di jalan-jalan, maka ketahuilah ada banyak orang-orang kaya, banyak

18
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda
19
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka
83

orang-orang kuat yang tidak menunaikan zakatnya. Maka ibadah di dalam islam itu

ada yang ibadah berefek sosial ada juga ibadah yang langusng berefek ekonomi dan

ibadah itu adalah ibadah zakat.

Saya yakin di sini, masjid ini kalo jamaah penuh ya. Saya yakin di sini ada

yang di uji matanya, tapi bisa bangun malam. Tapi banyak tidak lulus ujian

kantongnya. Betul? Pernah tidak, kita ngajak makan tapi lama mengeluarkan

dompetnya pernah? Subhanallah. Karena itu bahasa lain selain zakat adalah

shodaqoh. Dalam “Surah at-Taubah ayat 103” tadi Allah menampak zakat dengan

shodaqoh/ kenapa shodaqoh? Karena shodaqoh itu terambil dari kata jujur. Jujur

bahasa arabnya apa? Abu bakar siddiq, kenapa kok zakat, pemberian kok

menggunakan kata shodaqo yang seakar dengan kata jujur? Yang seakar dengan kata

benar. Seolah-olah ingin mengatakan bahwa kamu jujur imanmu, benar iman mu

tergantung kamu sedekah atau tidak. Makanya kata shodaqo yang seakar dengan kata

jujur. Siddiq- shodiq, sidkun. Karna bukti kejujuran imanmu, bukti benarnya

islammu, adalah engkau memberi. Makanya kenapa zakat itu bagian dari rukun islam.

Selain di gandengan dengan sering kemana-kemana bagaikan mata uang yang tidak

bisa dipisah-pisah.

Sholat adalah hubungan kita dengan Allah. Zakat adalah hubungan kita

dengan manusia. Seolah-olah Allah ingin mengatakan, tidak diterima sholat

seseorang yang tidak zakat, tidak diterima zakatnya orang yang tidak sholat.
84

Kamu rajin sholat tapi tetangga kelaparan, kaum muslimin dimana-mana

kelaparan, tertimpa bencana.musibah engkau tidak peduli. Maka iman mu tidak

shodiq, tidak jujur. Mari kita baca:

    

„‟Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa”.


Memberi sodaqo membenarkan, ayat selanjutnya:

    

„‟dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup20 (8)”.
Mengapa Allah menghubungkan memberi dengan kata membenarkan dalam

surah al-lain, karna iman itu paradigmanaya iman itu adalah perilakunya semua orang

yang memberi belum tentu beriman tapi semua orang yang beriman pasti dia akan

memberi. Karna itulah di dalam (surat al-ma‟un) Allah Swt berfirman:

    

„‟Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(1)”.

    

„‟Itulah orang yang menghardik anak yatim (2)”.

20
Yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan
Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.
85

Apakah engkau tau orang yang bohong beragama, apa yang dia dustakan?

Agama. Beragama tapi bohong. Siapa mereka yang rajin sholat, rajin sujud, rajin ke

masjid tapi pelit, medit. Kalo kita beriman pasti memberi, tapi kalo memberi belum

tentu beriman.

Pemirsa yang dirahmati Allah sangat jelas yang telah dijelaskan tadi semua

orang yang memberi belum tentu beriman, akan tetapi, semua orang beriman pasti

memberi. Ini adalah patut kita pertanyakan kepada diri kita sendiri. Salah satu bukti

keimanan kita adalah Syahadat, kemudian Sholat, itu juga belum cukup bagi Allah

sebelum kita belum mampu mengeluarkan apa-apa yang kita punya. Pertanyaan

besarnya, kenapa Allah mewajibkan zakat untuk kemanusiaan. insyaAllah itulah yang

akan lanjutkan dengan segmen selanjutnya, tetaplah ada di damai indonesiaku.

Jamaah masjid al-hidayah komplek 1 pamulang yang di mulayakan oleh Allah

serta pemirsa Tvone dimana pun anda berada. Kenapa kita perlu berzakat? Banyak

orang mungkin jawabannya karena banyak orang miskin. Padahal kebutuhan untuk

berzakat itu sebenarnya bukan hanya kebutuhan orang miskin. Padahal berzakat itu

kebutuhan kita yang memiliki. Mana yang lebih bahagia? Yang memberi atau yang

menerima? Saya kasih contoh, ibu ngasih hadiahsepeda kepada anak, anak bahagia

tidak? Ibu bahagia tidak? Lebih bahagia mana? ibu atau anak ? dua duanya bahagia,

tapi lebih bahagia mana? Ibu. Betul atau tidak? Coba sekarang ikuti instruksi saya,

tarik nafas semuanya. Lepaskan pelan-pelan, sekali lagi. Lepaskan pelan-pelan, kalau

saya belum bilang lepas jangan lepas, tarik nafas. Tarik terus-tarik terus. Apa yang

akan terjadi? Di kuburin massal. Kalau orang yang Cuma narik-narik, narik. Apa
86

yang akan terjadi maka oksigen akan habis. Orang itu sehat bukan hanya ketika dia

bernafas, tetapi orang itu sehat ketika dia mengeluarkan nafas. Mana yang lebih

plong, waktu melepas atau narik? Melepas, maka melepas itu membuat jiwa kita

plong, jiwa kita bahagia. Dan ketika kita bahagia, kita sedang meneladani sifat Allah

kenapa? Kalau orang memberi itu bahagia ustadz? Karena dia naik level, dia

meneladani asma al-husna aljawwaz maha dermawan, al-mu‟thi maha memberi.

Maka ketika kita meneladani sifat-sifat Allah, sifat-sifat Allah itu sesuai

dengan fitrah kita, sesuai dengan nurani kita. Maka kita akan bahagia. Kalo darah

tertahan rasanya bagaimana? Maka darah itu harus mengalir. Uang itu tidak mengalir

maka akan struk, dan rata-rata orang yang sering penyakitan yaitu kurang sedekah,

karna dia tertahan-tertahan, sehingga sirkulasi dalam tubuhnya itu tidak lancer, dan

ketika orang memberi sesungguhnya dia sedang melancarkan sistem tubuhnya itu.

Jadi kitalah yang membutuhkan sedekah itu, bukan orang lain. Makanya ada kata

bijak seperti ini: memberi sama dengan menerima, tapai menerima tidak pernah sama

dengan memberi. Saya memberi senyum siapa yang bahagia duluan? Waktu saya

tersenym ke ibu-ibu siapa yang bahagia duluan? Kemudian ibu bahagia? kemudian

ibu tersenyum kepada saya, saya bahagia lagi.

Orang kalau sekedar dalam beragama ini, dia meninggalkan larangan Allah,

ada larangan Allah dia tinggalkan itu dia selamat. Tapi orang tidak bisa bahagia

sampai dia berzakat. Orang tidak bisa bahagia sampai dia memberi, karna itu

kebutuhan untuk berzakat, kenapa? Kita perlu berzakat. Karna kita butuh bahagia.

Kenapa bahagia? Orang yang tidak pernah berfikir untuk membahagiakan orang lain.
87

Makanya orang kaya jatuhnya ke narkoba ada tidak? Ada tidak? Banyak tidak orang-

orang kaya kemudian cari kesenangan lewat LGBT ada tidak? Lewat narkoba ada

tidak? Kenapa demikian? Karena mereka tidak menggunakan harta mereka untuk

membahagiakan orang lain, untuk kemudian memudahkan orang lain, padahal dengan

memudahkan orang lain kita akan bahagia. Subhanallah.

Jamah sekalian yang dimulayakan Allah. Pernah tidak mendengar orang

terkena power sindrum? Pernah? Kenapa? Biasanya sudahpensiun atau sebelum

pension? Sudah pensiun. Kenapa orang yang sudah pensiun terkena penyakit power

sindrum? Jawabannya satu, karena dia merasa tidak berbunga lagi, tidak bermanfaat

lagi. Saat kita berzakat kita memenuhi kebutuhan diri kita. Apa itu kebutuhan diri

kita? Kebutuhan untuk merasa bermanfaat. Kebutuhan untuk merasa berbunga.

Sesungguhnya ketika kita sedang memberi itu, kita sedang memberi diri kita.

Memberi apa? Memberi diri kita perasaan bahwa diri kita ini bermanfaat. Saya ini

berguna, denagn demikian perasaan itu semakin membuat kita menjadi tambah sehat.

Setuju? Sepakat.

Jamaah sekalian yang dirahmati oleh Allah Swt. Alasan yang lain kepana kita

perlu berzakat? Karena di dalam (surah at-Taubah ayat 103) tadi Allah menyuruh

ambillah harta orang kaya. Bukan mintalah, ambillah. Itu sebabnya ketika kita sedang

memberi zakat kita bukan sedang memberi bantuan, tetapi waktu berzakat kita sedang

memberikan harta mereka. Makanya. Hai petugas zakat ambillah harta orang-orang

kaya itu bukan mintalah redaksinya. Makanya lembaga-lembaga zakat ketika datang

orang kaya tidak perlu merasa hina. Karena sesungguhnya anda tidak sedang
88

meminta tetapi anda sedang menyuruh orang kaya itu untuk mengemablikan hartanya

orang fakir miskin. Maka Allahlah yang memberikan rejeki, salah satu cara Allah

memberikan rejeki kepada mereka, dititipkanlah harta-hartanya kepada orang kaya.

Pemirsa yang dirahmati Allah sebuah mekanisme yang sangat sempurna, yang

diberikan Allah dimuka bumi ini, Allah titipkan kepada manusia-manusia yang

dilebihkan hartanya maka sesungguhnya itu bukanlah harta mutlak yang menag

dimiliki sesungguhnya, tetapi sebagian adalah kewajiban kita untuk memberi, bukan

berbagi. Karna memberi itu adlah kewajiban kita. Selanjutnya dalam segmentasi

selanjutnya akan mencoba untuk menjawab, zakat adalah bentuk ketundukan kepada

Allah.

Zakat adalah bentuk penyerahan diri total kepada Allah.

Assalamu‟alaium Wr.Wb

Mudah-mudahan I‟tikap kita dimasjid ini yang disertai rahmat karena Allah

Swt. Para alim ulama, para asatij, wabilkhusus. Bapak Dr. Didin Hafihuddin. dan

guru kami juga Ustd Jumharuddin tadi sudah menyampaikan tausihnya yang sangat

indah untuk kita. Semoga manfaat.

Subhanallah kalau orang itu sudah mengeluarkan zakat ataupun namanya

shodaqoh atau pun yang namanya infak. Ini membuktikan karna sebenarnya dia telah

menyerahkan dirinya kepada Allah percaya di segmen sudah menyatakan kenapa

dikatakan shodaqo? Karena saking dia percayanya apa yang dikeluarkannya itu akan

didapatinya kelak di akhirat, masyaAllah ingat ya ketika ibu bapak bersedekah, ketika
89

ibu bapak mengeluarkan zakat, yang menerimanya bahagia. Ketika bahagia orang

yang menerima zakat pintu surga terbuka. Bukankah kebahagiaan orang itukah

membukakan pintu surga? Ini ada hablu minannass dimana letaknya? Kebahagiaan

adalah pintu surga bagi yang membahagiakannya. Bukankah ada orang ketika ada

yang daim, ya Rasulullah bersabda:

„‟Orang itu rajin, sholatnya rajin, puasanya rajin, tapi nyakitin hati

tetangganya. Rasulullah mengatakan (hiya finnar) dia dineraka karena menyakiri

perasaannya”21.

Kalau ada orang lalu kesulitan terus dia seakan-akan mau minta bantuan, kita

mampu memberikannya, tapi kita tidak memberikannya maka sakit hati tidak orang

itu kira-kira? Ketika ibu melihat bencana dimana-mana, kesulitan dimana-mana, baik

di negri indonesia yang kekurangan mungkin kekurangan atau di negri luar ketika dia

kesulitan, kita mampu untuk membantunya baik melalui zakatnya melalui

sedekahnya melalui infaqnya dalam hal itu kita cuekkan, apakah mereka tidak sakit

hati? Hati-hati dengan sakit hati mereka, karna perasaan mereka. Pintu surga yang

awalnya dekat dengan kita jadi tertutup. Lalu kenapa dengan zakat? Zakat itu

keindahan keindahan antara manusia yang Allah berikan untuk diseragamkan untuk

mendapat kenikmatan, Ḥablu Minannass jelas. Makanya wajar kalau dikatakan yang

mengeluarkan zakat, yang mengeluarkan sedekah hakikatnya dia percaya apa yang

teah dikeluarkannya akan jumpa kelak di akhirat. Ayah, bunda uang yang dizakatkan,

21
Hadis ke- 16, Rekaman Ceramah di Masjid al-Hidayah pada tanggal 17 Februari 2018.
90

uang yang disedekahkan, dia telah nunggu di pintu surga nanti. Itu adalah jadi

pembimbing kita pernah dengarkan:

‫صالِ ٍح يَ ْدعُو‬ ٍ ِِ ِ ٍ ٍ ‫اْلنْسا ُن انْ َقطَع عْنو عملُو إََِّل ِمن ثَََلثٍَة‬
َ ‫ص َدقَة َجا ِريَة أ َْو ع ْل ٍم يُْنتَ َف ُع بو أ َْو َولَد‬
َ ْ ُ ََ ُ َ َ ِ َ ‫ال إِ َذا َم‬
َ ْ ‫ات‬ َ َ‫ق‬
22
ُ‫لَو‬

‘’Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala


amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan
anak shalih yang selalu mendoakannya”.
Apa bila anak adam wafat semua terputus kecuali 3 perkara apa dianatranya,

ada ilmu yang bermanfaat, ada shodaqoh jariah, ada doa anak yang sholeh. Nah

shodaqoh jariah zakat yang dikeluarkan ada di situ, kata zakat aku yang akan

membimbingmu menuju ke surga. Karna engkau yang telah mengirimku ke sini.

Subhanallah, kebahagiaan seseorang mukmin, pintu surga untuk ayah bunda. Maka

wajar, bentuk rasa syukur yang kita dapatkan dari Allah yaitu berupa rejeki.

Tidak ada Allah memerintahkan satu ibadah kecuali di dalam masalah infak

di ingatkan kalau itu dari aku dan rejeki yang aku berikan infakkan, makanya ketika

Allah memerintahkan sholat tidak Allah katakan dari kesehatan yang aku berikan,

maka gunakan sholat dari harta yang aku berikan, maka gunakanlah haji, tapi untuk

zakat, infak, shodaqoh, maka Allah tegasnkan. kenapa? Karena benar-benar itu harta

dari Allah bentuk dari pada syukur kita keluarkan zakat denagn baik mudah-

mudahhan kita termasuk orang yang bersyukur amin.

22
Hadis ke-17, Rekaman Ceramah di Masjid al-Hidayah pada tanggal 17 Februari 2018.
91

Pemirsa yang dirahmati Allah seperti yang telah kita ketahui bahwa Allah

sengaja menciptakan perbedaan, tetapi justru Allah juga memberikan cara

bagaimanakah kita mampu untuk saling menyelaraskan. Nah itulah yang akan

dijelaskan pada segmen selanjutnya. Oleh Ustdz. Abbi makki zakat sebagai

pendukung untuk mencapainya keseimbangan kondisi dalam keseimbanagn

masyarakat, tetaplah bersama kami damai indonesiaku.

Subhanallah Mahasuci Allah yang telah mengumpulkan kita di rumah Allah

yang sangat-sangat indah ini. Seperti ini juga kelak Allah akan megumpulkan kita di

surga firdaus. Amin ya Rabbal‟alamin.

Subhanallah kalo kita lihat dari zakat, shodaqoh, atau infak apa saja

bentuknya. Ini merupakan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Kenapa?

Karena keseimbangan hidup di dalam masyarakat ini adalah benar zakat ini salah

satunya, karena ketika mengeluarkan zakat, shodaqoh, atau infaknya sebenarnya ada

rasa cinta yang ada, ketika ada rasa cinta atau mahabbah, maka tidak adanya sifat

bakhil. Tau bakhil? Apa bakhil itu? Pelit, koret, medit, merki, saking banyaknya

orang yanng ditemukan seperti itu. Namanya jadi banyak. Nah ini dia kalo orang

sudah bakhil ini na‟udzubillah tidak ada keseimbangan dalam hidup, dalam

keseimbangan masyaraka. Ada yang bakhil aja satu tidak seimbang kehidupan itu.

Kalo ada dalam masyarakat, lalu dia mampu masyaAllah dengan cintanya dia berbagi

disenangi atau tidak dengan masyarakat? Bukankah itu menjadi kedamaian, dan

keindahan dalam bermasyarakat. Contoh dalam satu kampung, satu tempat ada yang

kaya dan orang kaya tersebut zakatnya mengalir, shodaqohnya mengalir, begitu ynag
92

kaya ini ada kesulitan misalnya da maling, yang sholeh teriakmaling, kira-kira

tetangganya bantu atau tidak? Keseimbnagan dalam menjaga keamanan,

keseimbangan dalm menjaga ukhuwah, kalau ada orang na‟udzubillah pelit lalu apa

yang terjadi? Suatu saat yang pelit ini ada kebakaran misalnya di rumahnya atau pun

ada kemalingan lalu dia teriak maling. Ada yang bantu tidak? Tuh ibu sama bapak

yang jawab juga saya tidak jawab. Bahkan ketika malingnya lari, kata ibu sama bapak

yang maling di rumah sana ya? Lewat sini pak biar aman astaghfirullah, kenapa?

karena tidak ada keseimbangan cinta yang ada. Ingat semakin bnayak oranga yang

bakhil dalam artian tidak mengeluarkan zakatnya pastikan tidak akan ada

keseimbangan dalam cinta kehidupan. Lantas kalau semua ibadah yang ada untuk

menghubungkan cinta.

Pasti tujuannya untuk Allah Swt. Coba kita lihat, kalau seandaikan para ulama

dengan mengatakan bahwa bakhil ini adalah pohon yang ada di neraka.

Astahgfirullah.

Demi Allah tidak ada yang datang mengunjungiku wahai orang-orang yang

bakhil. Astahgfirullah. Orang yang bakhil tidak boleh datang, bahkan maaf bakhil ini

adalah, para ulama mengatakan ba‟idun minallah jauh dari Allah, kalau jauh dengan

Allah orang bakhil tidak akan pernah merasakan nikmatnya ibadah, kenapa? Ini

perkataan hikmah disampaikan oleh para ulama, albakhil ba‟idun minallah. Jauh dari

Allah. Yang kedua, ba‟idun minan nass jauh dari manusia. Kenapa orang tidak suka

dengan yang bakhil. Tidak ada yang suka dengan yang bakhil. Na‟udzubillah kalau

seandainya indonesia ini banyak orang-orang yang bakhil, hati-hati pondasi


93

kesejahteraan tidak akan terjadi, kekhusuan dalam beribadah juga tidak akan

dirasakan. Karena perkataan tadi. Nabi bersabda:

23
ِ ‫اْلَن َِّة بَعِي ٌد ِم ْن الن‬
‫َّاس‬ ْ ‫البخيل بَعِي ٌد ِم ْن اللَّ ِو بَعِي ٌد ِم ْن‬

Jauh dari surga. Ibu bapak punten, kalo orang pas memberi bahagia, kita

bahagia atau tidak? Enakkan mana? Dibahagiakan atau membahagiakan orang lain.

Berarti siap untuk zakat semuanya. Membahagiakan orang lain double nikmatnya dari

pada di bahagiakan orang lain.

Ibu, bapak tau ketika ibu bapak menerima zakat, bahagia tapi yang

memberinya jauh dari bahagia. Selanjutnya orang yang bakhil itu dekat dengan api

neraka. Aslinya orang bakhil adalah pohon yang ada di neraka. Ngeri orang bakhil

itu. Oh berarti zakat itu ada keindahannya? Benar. Keseimbangan antara manusia

yang di atasnya memberi seimbang.

            

„‟Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (7)”.
Bahasanya seperti ini apabila engkau bersyukur aku akan tambah, apabila

engkau kufur aku akan kurangi. Apabila engkau bersyukur aku tambah akan tetapi

jika engkau kufur akan aku berikan azab yang pedih. Kalau masih ada yang pelit

tidak mau berbagi dengan siapa pun yang masih membutuhkannya maka ini

23
Hadis ke-18, Rekaman Ceramah di Masjid al-Hidayah pada tanggal 17 Februari 2018.
94

masalahnya, ingin membebaskan dari bencana kecil, bencana besar maka tunaikan

zakat. Itu al-Qur‟an inna „azabi lasyadid Rasulullah mengatakan:

24 ٍ
‫ص َدقَة‬ ِ ٍ ُ ‫ما نَ َقص م‬
َ ‫ال َعْبد م ْن‬ َ َ َ

Tidak akan berkurang harta seseorang ketika bersodaqoh.

Dulu di zaman Nabi Musa ada yang minta kepada Nabi Musa, Musa saya

ingin kaya. Lalu meminta kepada Allah, ya Allah kaya kan dia mau kaya waktu tua

atau muda? Aku mau kaya waktu muda saja. Kalau tua miskin, begitu dikasih

kekayaan di waktu muda, terus kaya, terus kaya dan berjumpa di waktu tua ternyata

orang tersebut masih kaya. Ya rabb kok sudah tua masih kaya Allah mennjawab:

bagaimana mungkin aku miskinkan dia sementara begitu aku kasih dia bersyukur,

maka aku akan selalu tambahkan kenikmatannya sampai tua masyaAllah. Syukur

bukti untuk menjadikan cinta kita kepada Allah dan menjadikan cinta kita kepada

manusia.

Pemirsa yang dirahmati Allah begitu banyak orang-orang yang bakhil, maka

sesungguhnya mereka menciptakan ketimpangan diantara mereka. Dalam segmen

selanjutnya yaitu apa sesungguhnya makna dari orang lalai bahkan enggan untuk

menunaikan zakat, prof Dr. Didin Hafihuddin akan menjelaskan. Tetap di Damai

Indonesiaku.

24
Hadis ke-19, Rekaman Ceramah di Masjid al-Hidayah pada tanggal 17 Februari 2018.
95

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Jamaah kaum muslimin dan muslimat Rahimakumullah para pemirsa Tvone

yang berbahagia. Alhamduilah kita bersyukur kepada Allah Swt baru saja

mendengarkan tausiah yang sangat bagus sekali yang telah disampaikan oleh Ustadz

Jumhuruddin dan Ustadz Abbi Makki. Yang telah menjelaskan kepada kita,

bagaimana dampak positif bagi orang-orang yang menunaikan zakat, kalau melihat

wajah-wajah orang yang hadis di masjid al-Hidayah ini, saya yakin wajah-wajah

orang yang suka berzakat. insyaAllah. Walau wajah orang yang suka berzakat dan

berinfak itu kelihatannya optimis. Ini wajah-wajah yang optimis walaupun banyak

masalah. Jadi, memang ada wajah yang gembira jika orang suka berzakat, tidak ada

kelihatan kebingungan-kebingungan. Kenapa? Karena dari doa orang yang menerima

itu sangat barokah

Mudah-mudahhan Allah memberikan pahala kepadamu. Atas harta yang telah

dikeluarkan atas harta yang telah engkau zakatkan dan infakkan, mudah-mudahan

semua hartanya menajdi berkah.

Dulu saya pernah mendapatkan amanah dari ketua Baznas. Itu ada seorang

direktur sebuah perusahaan swasta tiap bulan berzakat 250 juta, dia dating langsung

tidak mau diwakilkan oleh stapnya waktu saya Tanya kenapa anda selalu berzakat

setiap bulannya? Ternyata harta saya tidak pernah berkurang, harta saya memberikan

ketenangan, kebaikan, keluarga saya tenang, rumah tangga saya tenang, perusahaan

saya juga tenang, itu dampak positif dari orang yang suka berzakat berinfak.
96

Sekarang bagaimana kalau dia enggan berzakat, berinfak bahkan bersodaqoh pun

tidak mau, maka ada beberapa resiko yang dapat, padahal ia sudah tau wajib berzakat

tapi tidak ditunaikan. Mari kita tengok Qur‟an Allah. Dalam (Surat Fussilat ayat 5-6)

pada ayat itu Allah menjelaskan kecelakaan untuk orang-orang yang musyrik. Siapa

yang termasuk kategori musyrik itu?.

Orang musyrik yang akan celaka nanti di akhirat yaitu orang-orang yang tidak
mau berzakat, tidak mau beinfak tidak mau bersodaqoh, inikan harta saya, usaha saya
ngapain di serahkan kepada orang lain. Padahal pada setiap harta yang kita miliki ada
hak siapa? Ada hak orang lain bias 2,5% bisa 2% bisa 10% bisa 20% ini tidak mau
diberikan, tidak mau disedekahkan.

        

„‟(yaitu)
orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan
adanya (kehidupan) akhirat (7)”.
Di akhirat termasuk orang-orang yang tidak yakin terhadap pembalasan Allah

Swt di akhirat nanti, jadi luar biasa dampaknya, meruginya orang yang tidak

berdampak, hidupnya akan penuh dengan masalah yang tidak pernah terselesaikan.

Walaupun banyak duitnya, tapi selalu berbicara rugi kepada orang lain. Karena

saking takut diminta, coba kalo ada orang yang susah memberikan sodaqoh, ketemu

kita belum apa-apa sudah bilang perusahaan saya rugi, padahal tidak bertanya tidak

apa, karena saking takutnya di pinta. Bahwa dia tidak sadar bahwa tidak berzakat

hartanya akan di ambil.

Kenapa dikatakan musyrik? Karena dia mempertuhankan materinya, jadi yang

namanya musyrik itu bukan hanya menyembah berhala. Tapi kalo orang menjadikan
97

uang sebagai tujuan hidupnya, betul-betul menjadi beruang hidupnya itu, apa saya

beruang, apa saja harus kelihatan, orang tersebut dikatakan musyirik, karena tidak

percaya kepada Allah. Tidak percaya kepada pembalasan Allah Swt. Pembalasan di

dunia apa lagi di dunia, di dunia dia akan dijadikan orang yang diisolasi dari orang-

orang yang beriman. Mudah-mudahan kita tidak termasuk kepada kelompok orang

yang enggan berzakat. Tetapi kita semuanya termasuk kepada kelompok orang-orang

yang suka berzakat, berinfak dan bersodaqoh. Amin amin amin ya Rabbal‟alamin.

Pemirsa yang dirahmati Allah, Allah memberikan kepada kita bahkan Allah

melebihkan harta kita maka itu adalah kewajiban bagi kita untuk memberi dengan

zakat, ketika kita menahannya maka Allah akan menghancurkan kehisupan kita.

Pemirsa yang dirahmati Allah dalam segmen selanjutnya kita akan mencoba

mencermati pemanfaatan dari pada zakat. Menurut penelitian dari baznas bahwa

ketika orang islam di Indonesia ini dalam setahun mampu mengumpulkan zakat,

akan mencapai 200 triliun lebih, bayangkan saja, ketika kita menyadari bahwa ada

hak di dalam harta kita, dan ketika kita kumpulkan potensinya mampu mencapai 200

Triliun lebih. Maka bagaimana pemanfaatan dari pada zakat ini? Sesaat lagi tetap di

Damai Indonesiaku.

Para pemirsa Tvone yang berbahagia, jamaah masjid kaum muslimin wal

muslimat yang dirahmati Allah. Tadi sudah di singgung bahwa potensi zakat dinegara

kita, yang mayoritas beragama islam. Itu sekitar 200 triliun lebih besar tidak itu?

Besar. Pernah melihat tidak bu uang segitu? Besar sungguh. Dan itu pada tahun 2011.

Mungkin kalau sekarang sudah meningkat sekitar 270 Triliun. Nah uang yang besar
98

ini untuk apa? Kalau umat islam semuanya berzakat untuk apa? Zakat itu ada

mustahiqnya ada orang yang berhak menerimanya. Yaitu jumlahnya ada 8 golongan.

Di ungkapkan oleh Allah pada (surah at-Taubah ayat 60). Jadi yang namanya zakat

tidak boleh keluar dari yang delapan golongan ini. Secara umum dana yang

terkumpul ini untuk dua hal pertama, zakat yang sifatnya personal. Ada orang yang

sudah tua, sakit-sakitan dan tinggalnya di pati jompo maka diberikan dana untuk

makannya.

Maka para ulama bersepakat kalau orangnya seperti itu maka tanggunglah

sepanjang hayatnya. Kalau sudah tidak mampu bekerja. Tetapi yang kedua, dana

zakat itu yang disebut dana produktif, apa tujuannya? Untuk memotong mata rantai

kemiskinan. Kita lihat nih kalau ibu bapakmorang tuanya miskin. Kenapa dia miskin?

Oh tidak punya pendidikan. Maka kemudian kita potong mata rantai kemiskinannya.

Anak-anaknya jangan sampai tidak sekolah, disuruh sekolah pesantren diberikan

beasiswa dari dana apa itu? Dana zakat. Dana zakat untuk beasiswa anak-anak supaya

anak-anak orang miskin itu jangan jadi miskin lagi gara-gara tidak punya pensisikan,

katanya keiskinan itu ada angka penurunan, bukan angkanya yang diturunkan bukan

itu. Bu kalau kita melihat orang yang tidak mampu untuk bersekolah, berikanlah dana

zakat itu, sekolah-sekolah yang gratis untuk fakir miskin. masyaAllah jika hal ini

terjadi. Tidak akan ada anak-anak yangs miskin yang tiak bisa sekolah. Pernah saya

kumpulkan pengurus Baznas tahun 2014 saya sangat gembira, karna ada dua orang

anak miskin, orang tuanya masih miskin, tetapi anaknya dengan kesungguhannya

diberikan biaya untuk sekolah di fakultas kedokteran. Ternyata anaknya dua-duanya


99

menjadi dokter. Apa lagi manfaatnya setelah jadi dokter, dia bergerak menjadi dana

zakat di puskesnya di kliniknya dia gerakan untuk diberikan kepada orang miskin

yang lain, ini namanya dari mustahiq menjadi muzakki. Itu yang pertama. Yang

kedua, kalau ada orang miskin dia tidak bias bekerja karna sakit-sakitan akn ada juga

yang begitu, karna skait tidak bias memikul barang-barang yang berat, karna dana

zakat dipergunakan untuk mendirikan rumah sakit gratis, siapa yang tidak mampu,

orang miskin, kaum dhuafa yang tidak punya, silahkan berobat ke rumah sakit itu.

Dirumah sakit itu tidak boleh ada orang kaya yang sakit, hanya orang miskin. Ada 8

namanya rumah sehat, dengan harapan begitu masuk langsung sehat. Makanya

rumahnya dinamai rumah sehat kaum Dhuafa. Gratis segala-segalanya.

Dan hal itu terjadi pada zaman sahabat pada zaman Umat bin „Abdul Aziz

ketika disebut The golden abad keemasan islam luar biasa, rumah-rumah sakit gratis

didirikan, dan diobati dengan sebaik-baiknya. Seketika ada orang miskin yang tidak

bis bekerja, maka denngan dana zakat dipergunakan untuk membangun lapangan

pekerjaan. Ada pengalaman di daerah Kalimantan ada suami istri yang dia miskin

tetapi punya keterampilan dua-duanya sangat punya keterampilan dalam menjahit,

tetapi tidak punya mesin jahit yang bagus, yang baik. Dan badan zakat membrikan 4

mesin jahit yang bagus untuk mereka, ternyata dalam waktu dua tahun karyawannya

bertambah 49 orang. Ini maknanya apa? Ternyata dengan zakat yang pada awalnya

penerima kemudian dijadikan dalam waktu setahun atau dua tahun tangannya sudah

di atas.

Perkataan Nabi:
100

ُّ ‫الْيَ ُد الْعُْليَا َخْي ٌر ِم ْن الْيَ ِد‬


25
‫الس ْفلَى‬
„‟Tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang di bawah”.
Kemudian yang ketiga yaitu untuk membangun proyek-proyek, seperti proyek

pendidikan, gaji-gaji guru dan para guru ngaji yang kurang. Kalau punya proyek

untuk umat masalahnya ada 3, pertama, anggaran. Kedua, biaya dan yang ketiga

dana.padahal kita punya potensi dana zakat alhamdulilah kita bersyukur walaupun

lambat sekali, tapi ada dana-dana zakat yang bias dipercaya. Dengan harapan itu bias

menuntaskan angka kemiskinan, dan satu lagi dari orang miskin menjadi pemberi.

Mudah-mudahhan angka kemiskinan dinegara kita yang mayoritas itu dapat

dikurangi. Dan dipersedikit. Dengan cara mereka diberikan dana zakat produktif.

MasyaAllah, pemirsa yang dirahmati Allah ternyata begitu banyak asfek yang

bisa kita lakukan terkumpulnya zakat. insyaAllah kita yang sedang menyaksikan

acara ini kembali menata cara berfikir kita, karna harta yang ada pada diri kita,

Karena Allah memberikan kita harta bukan hanya harta kita, tetapi ada hak orang lain

yang wajib kita keluarkan. Kepada pemirsa yang telah pemberikan pertanyaan-

pertanyaan insyaAllah kami akan menjawabnya selepas pesan-pesan berikut ini tetap

di Damai Indonesiaku.

Baik terima kasih pemirsa yang masih setia, kami akan mulai menjawab

pertanyaan-pertanyaannya. Dan sekali lagi terima ksih telah memberikan pertanyaan-

pertanyaannya. Pertanyaan pertama, untuk Kh. Didin sering kali orang memahami

25
Hadis ke-20, Rekaman Ceramah di Masjid al-Hidayah pada tanggal 17 Februari 2018
101

bahwa membayar zakat batasan waktunya dalah di bulan suci ramadhan, mohon

dijelakan kembali.

Ini adalah kebiasaan yang salah kebiasaan yang keliru, karna di bulan puasa

itu dianggap bulan keberkahan dilipatgandakan pahalanya, padahal itu yang

dillipatgandkan pahalanya ibadah-ibadah sunnah, karna itu yang dicontohkan oleh

Rasulullah Saw yang dicontohkan itu bukan zakat tetapi apa? Infak atau sodaqoh.

Jadi yang namanya zakat ia tergantung. Kalau zakatnya ia zakat pertanian ya kapan

panennya, karna dalam al-Qur‟an dijelaskan, zakat yang dikeluarkannya pada saat

panennya, kalau misalnya perdagangan juga seperti itu ada haulnya, tidak mesti di

bulan ramadhan saja. Tapi bulan ramadhan itu syahrul infak, zakat yang terbaik pada

bulan ramadhan itu ada zakat fitrah. Bukan zakat mal.

1. Hikmah zakat dibatasi 2,5% sedangkan sodaqoh tidak dibatasi? Apa makna

hikmah dari ini?

Subhannallah, ini kita ada air tidak boleh tayamum sebenarnya. Kebetulan

ada pakarnya sebelah kanan saya ini kelihatannya akan lebih baik jika beliau yang

menjawabnya. Memang yang namanya wajib itu ada ketentuannya, seperti sholat

fardhu ada rakaat-rakaatnya, tetapi sholat sunnah? Tidak ada batasannya berapa

rakaat kita. Terserah. Tapi kalau sholat subuh 2 rakaat harus, jangan skaing

nikmatnya shalat subuh ditambah jadi 4 rakaat jangan, sudah ada ketentuannya. Oleh

karena itu zakat juga ada ketentuannya karena wajib. Semakin besar usaha manusia,

maka semakin kecil zakatnya. Semakin besar usaha, tenaga yang digunakan untuk
102

mendapatkan harta, maka semakin kecil zakatnya, tapi semakin besar rahmat Allah

yang diberikannya maka semakin besar juga yang harus dizakatkannya. Misalnya

begini: ketika sawah kita dikelola dengan biaya yang cukup mahal misalnya irigasi,

maka zakatnya hanya 5%. Tetapi ketika pertanian itu hanya diairi dengan air hujan

maka zakatnya 10%. Jika kita semuanya pake tenaga manusia maka zakatnya hanya

2,5%.

2. Mungkinkan kemiskinan dihapuskan dengan zakat, padahal kemiskinan

adalah sunatullah ?

Kemiskinan itu tidak mungkin dihilangkan tapi diminimalisir bisa, karena jika

kemiskinan dihilangkan nanti tidak ada kesempatan bagi orang kaya untuk mewakili

Allah sebagai al-Ghoni al-Mu‟thi, al-Jawad, Allah sengaja tidak memberikan

langsung kepada fakir miskin, padahal Allah ar-Razzak, maha pemberi rejeki, Allah

mampu memberikan kaya kepada semua orang. Tapi tidak Allah lakukan. Karena itu

adalah menjadi peluang pahala bagi orang-orang yang kaya. Kalaupun dikurangi atau

dihilangkan itu tidak mungkin, ada pada zaman Umar Bin „Abdul Aziz pernah terjadi

orang itu jadi muzakki semua, tidak ditemukan mustahiq, sampai mencari jauh kekota

lain, tidak ditemukan orang miskin. Kalau kita insyAllah keluar dari sini, sebelah

kanan sebelah kiri banyak. Sampai terkesan tidak ada lagi orang yang miskin.

3. Saya sering terikat dengan apa yang saya berikan, baik zakat, infak ataupun

sodaqoh, apakah ini bentuk ketidak ikhlasan diri saya, maka saya harus belajar

ikhlas?
103

Ketika orang mengingat-ingat dengan apa yang diberikannya selagi diingat

saja tidak masalah, kalauseandainya timbul riya di dalam hatinya itulah yang menjadi

batalnya sodaqoh. Ada kata-kata begini:

           

            

              

 

„‟Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu
licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir26 (264)”.
Menyebut-nyebut apa yang diberikannya. Misalnya saya menyebut-nyebut

yang diberikan kepada ibu dan bapak. Saya bilang biar mereka tau. Itu adalah

disebut-sebut maka bias batal sodaqohnya. Akan tetapi jika diingat-ingat bagaimana

cara meremnya, istighfar saja sebanyak-banyaknya karna ini adalah hal yang sangat

berat sekali kenapa? Karena setan ini menginginkan kita melakukan satu perbuatan

yang awal nya niat baik agar tidak jadi, kedua ketika berniat baik pun langsung

diajarkan bagaimana caranya riya untuk disebiutkan. Ikhlas itu yang tau hanya kita

26
Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula
mendapat pahala di akhirat.
104

dan Allah Swt. Ibu bapak tidak perlu bilang maaf ya maaf ya bukan riya, itu tetap

riya. Jadi, ikhlas itu dilatih seperti ilmu pun didapat dengan belajar.

4. Jika saya sedang bekerja disebuah bank konvensional bukan syariah bahkan

bagaimana kualitas zakat yang dikeluarkan?

Prinsipnya begini zakat itu dikeluarkan dari pendapatan dengan cara yang

baik. Atau dengan kerja. Hasil pekerjaan kita misalnya gaji kita 50 juta, kita

keluarkan zakatnya 2,5% tapi jangan sekedar zakat karn azakat itu batas dari bakhil.

Orang bias keluar dari kewajiban itu bukan hanya zakat tapi jga mengeluarkan infak

atau sodaqoh, yang penting hasil dari kerja kita, hasil keringat kita kita keluarkan.

Dengan demikian bias jadi dengan begitu bias membersihkan harta-harta kita yang

kotor. Tapi jika jelas-jelas kotor kemudian kita zakatkan agar bersih. Jangan. Kalau

hasil korupsi dizakatkan tidak boleh.

5. Mana yang harus didahulukan membayar zakat atau memberi orang tua?

Orang tua itu memang tanggungan kita, kita bayar dulu tanggungan kita

setelah itu jika memang ada kewajiban untuk berzakat sudah sampai kepada nisabnya

maka wajib untuk membayar zakat. Kalau ke 8 golongan, itu kewajiban harta sifatnya

sudah mencapai nisab dan syarat-syarat membayar zakat sudah cukup. Wajib.

Adapun kepada orang tua itu kewajiban kita seorang anak untuk berbakti kepada

orang tua.

Zakat itu tidak boleh diberikan kepada orang yang menjadi tanggung jawab

kita anak tidak boleh zakat kepada orang tua, orang tua tidak boleh zakat kepada
105

anak. Suami zakat sama suami, suami zakat pada istri tidak boleh namanya zakat-

zakatan.

Pemirsa yang dirahmati Allah sungguh jelas Allah menciptakan tatanan yang
amat sangat semurna di muka bumi Allah. Hanya manusia yang merusaknya, satu
cara Allah yang dimuka bumi ini adlah dengan zakat. Maka kita yang menyaksikan
acara ini, mudah-mudahan terketuk hati kita dan memberikan kesadaran kepada kita
bahwa apa yang diberikan kepada kita ada hak orang lain di dalamnya.

Tetaplah bersama kami Damai Indonesiaku.

Wasalamu‟alaikum Wr.Wb
106

Tanggal 18 Februari 2018

Tempat: Masjid Umaamah

Penceramah: 1. KH. Abdullah Gymnastiar

2. KH. Sumarno Syafi‟i

Assalamu‟alaikum Wr.wb

Ya arhamarrohimin irhamna ya Allah

Duhai yang maha pengasih duhai yang maha penyayang sayangilah kami ya

Allah, berkahi majlis ini, mudah-mudahan saat ini saat engkau buka hati yang

tertutup, engkau cahayai hati yang gelap gulita, engkau lapangkan hati yang sempit,

engkau sembuhkan hati yang berpenyakit, bahkan engkau hidupkan hati yang mati.

Hadirin hadirat ibu, apakah ibu ingin disayang oleh suami? Mengapa? Karena

disayang itu membuat ibu merasa bahagia, disayang itu membuat ibu merasa mulia.

Disayang itu membuat ibu meras aman. masyaAllah apakah ibu menyayangi suami?

Dari wajahnya kurang seimbang, aneh tapi nyata semua orang merindukan kasih

sayang, anak merindukan kasih syang orang tua, orang tua merindukan kasih sayang

anak, banyak orang tua yang sedih. Karna anaknya sangat sibuk, sibuk dengan

pekerjaannnya, sibuk dengan keluarganya, sibuk dengan usahanya, sehingga tidak

sedikit sekali orang tua yang rindu kasih syang seorang anak. Saat yang sama tidak

sedikit anak yang rindu akan kasih syang orang tuanya, Karena orang tudanya sibuk

dengan pekerjannya. Bahkan polisi pun ingin di sayang oleh polisi, ketika di
107

introgasi. Karna kasih sayang itu menjadi kebutuhan yang Allah tanamkan dalam diri

kita. Sayangnya kita berharap dari makhluk. Padahal dari makhluk itu terbatas.

Kata Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajḥah “Semua kepahitan sudah

kurasakan dan tidak ada yang lebih pahit dalam hidup selain berharapnya hati kepada

manusia”. Jadi ibu tuh kalo ingin di sayang sama suami, sering sakit hati. Sama suami

juga. Suami pedih, istri pedih, anak pedih karna berharapnya dari makhluk. Salah ini

yang harusnya kita cari kasih syang itu dari Allah ya Arhamarrahimin irhamna

untuk kami, jadi masalh kita itu, kita terlalu banyak mencari kasih syang dari

manusia. Padahal makhluk tidak bisa memberikan manfaat. Tidak bisa memberikan

mudharat tanpa ijin Allah. Oleh karena itulah bapak ibu sekalian, hisup ini akan indah

kalau kegigihan kita ini mencari kasih sayang Allah. Mau tau rahasianya? Ayat al-

Qur‟annya dulu yaitu dalam (surah al-Anbiya ayat 107):

     

„‟Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat


bagi semesta alam (107)”.
Tidaklah Rasulullah kamu diutus kecuali untuk membawa rahmat kepada seisi

alam ini. Rasulullah bersabda:

27 ِ
َّ ‫ض يَ ْرَحَْ ُك ْم َم ْن ِِف‬
‫الس َماء‬ ِ ‫ْار ََحُوا َم ْن ِِف ْاْل َْر‬

Barang siapa yang menyayangi di bumi niscaya yang dilangit akan


menyayangi kita.

27
Hadis ke- 21, Rekaman Ceramah di Masid Umaamah pada tanggal 18 Februari 2018.
108

Makanya bapak ibu insyaAllah dalam pertemuan kali ini kita akan gimana

caranya disayang sama Allah? Karena kebahagiaan itu jika disayang sama Allah dan

kemuliaan itu jika disayang oleh Allah. Keselamatan itu jika disayang oleh Allah.

Jika kita hanya mengandalkan amal tidak akan selamat kita ini, tapi jika

mengandalkan rahmat Allah itulah yang membuat kita selamat. insyaAllah jika kita

ada umur dalam beberapa waktu kedepan, gimana nih caranya menyayangi yang

dibumi agar disyaang sma yang dilangit. Allah Swt menyayangi kita.

Baik, pemirsa yang dirahmati Allah itulah tadi sebuah muqodimah yang

memberikan pemahaman dan seklaigus peringatan kembali kepada kita bahwa selama

ini kita lebih banyak mengejar kasih sayang makhluk, kita ingin di puji oleh manusia.

Tetapi jika kita di puji justru Allah sedang menghukum kita dengan pujian itu. Yang

jelas tadi bahwa pujian yang paling utama adalah kasih sayang dari Allah Swt, lantas

bagaimanakah manusia yang telah mendapatkan kasih sayang Allah, tetaplah di

Damai Indonesiaku.

Bapak ibu kalau kasih sayang itu tidak dapat benih, kalau pun dapat, kita

kehilangan keikhlasan. Tapi kalau kita mencarinya kasih syang Allah semua yang

kita lakukan jadi kebaikan. Orang sayang ke kita terbatas, walaupun kita bahagia

terbatas, kalau kasih syang Allah nih kaya kita nih rahmat Allah kita jadi muslim,

kalau Allah tidak memberikan hidayah kita tidak tau apa itu iman, nah itu yang

dinamakan rahmat Allah. Sesudah itu diberikan ilmu, kita seperti ini kan karna

rahmat Allah, karna kemurahan Allah. Makanya pada waktu yang sama lagi lupa

sama Allah ada yang lagi berbuat maksiat. Kalau tidak di tolong oleh Allah kita
109

sedang maksiat. Kasih ilmu berangkat dari sini satu langkah menggugurkan dosa.

Langkah lain mengangkat derajat. Ada malaikat rahmat yang mendoakan kita, supaya

ditambah rahmat dari Allah, dan diampuni. Belum lagi ibadah kita yang belum benar

ini jujurlah ya, kenapa habsi sholat dianjurkan untuk istighfar, karna Allah tau bahwa

sholat kita juga banyak maksiatnya. Tidak ingat ke Allah, bahkan banyak yang salah

lagi tapi Allah tutupi dengan rahmat Allah. Kita ini dengan rahmat Allah ditutupi bu.

Kenapa ibu-ibu disayang anak? Karena anak-anak tidak tau sifat ibu yang asli.

Kenapa bapak masih dihargai istri? Karena istri tidak tau yang sebenarnya. Kenapa

saya diundang ke sini? Karna Allah masih menutupi aib, dosa saya. Itu tuh rahmat

Allah. Kalo aib kita kebuka saja habis kita, selama ini kita tenggelam dalam rahmat

Allah tapi tanpa kita sadari. Betul tidak? Jarang kita menyadari karunia Allah yang

tiada bertepi.

Nah, supaya di sayang Allah, sebetulnya dengan patuh kepada Allah, kita tuh

sudah mendapat rahmat Allah. Kali ini yang lebih sederhananya, coba kita buktikan

sebagai hamba rohmatan lil‟alamin. Islam itu dinu rohmah, agama itu pembawa

rohmat. Rasulullah itu nabi pembawa rahmat, oleh karena itu agar kita dapat

limpahan rahmat, kita tebarkan kasih sayang. Mau tau caranya?

Pertama, bahwa rahmat Allah itu rahmatan lil‟alamin, bukan lil muslimin,

rahmat Allah itu bukan hanya kepada orang islam, tapi kepada seisi alam baik

manusia, binatang, alam, pohon semua yang ada di muka bumi ini, mendapatkan

keberkahan rahmat dari hadirnya islam. Yang islam bagaimana? Mau tau caranya

agar tambah sayang ke orang lain?


110

           

„‟Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat (10)”.
Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara, lihat orang yang beriman

itu saudara, karna kalau saudara yang dilihat itu beda. Anggap saja saudara. Lah kan

yang ada di muka bumi ini tidak hanya orang islam, bagaimana cara menebar rahmat

kepada orang non muslim? Caranya adalah jadilah seorang muslim yang

mengamalkan bahwa indahnya islam. Sehingga orang-orang yang belum mengenal

islam tau bahwa indahnya islam, lewat akhlak kita, lewat kebiasaan kita. Sampaikan

islam perkara hidayah itu Allah. Orang yang mau masuk islam itu karena Allah. Tapi

rahmatnya islam kepada orang non islam, tampilkan akhlakul karimah. Indahnya

islam tebarkan kalimat isam, sehingga orang-orang merasakan. Bagaimana rahmat

dating lewat umat islam.

Pemirsa yang dirahmati Allah itulah tadi bukti-bukti nyata, bahwa kita hanya

memikirkan amal-amal yang besar tetapi justru dengan amal-amal yang kecil itulah

kita bisa memberikan kasih sayng kita sesame manusia, dengn kita mencintai mereka.

Bahwa ternyata Allah bisa memberikan pahala dari amal-amal kecil kita dari pada

amal-amal yang besar yang sudah direncanakan yang hanya memanggil pujian dari

pada orang lain. Kami akan kembali setelah pesan-pesan berikut ini tetap di Damai

Indonesiaku.
111

Ada satu tehnik lainnya supaya hati kita menjadi lembut. Mau tau? Namanya

empati bu. Rasulullah itu berat sekali merasakan derita orang lain, nah kita tuh harus

belajar, kita punya pembantu dirumah, nah kita berpikir bagaimana kalau saya yang

jadi pembantu? Bangun dari awal nyuruhnya juga ada yang kurang enak, makan

terbatas, ibadah terbatas, terus same malam baru istirahat. Gaji tidak naik-naik. Kalau

kita berani merasakan itu akan jauh lebih berakhlakul karimah. Liat funk rock

suaminya bung rock, bukan itu ade-ade yang pake anting, bayangkan coba ibunya,

ibunya sudah hamil sudah melahirkan, pasti ingin anak yang sholeh, dia juga ingin

bahagia, ingin sukses, lalu kalian mau menghina? Mau meremehkan? Mereka itu

belum ketemu dengan jalannya. Doakan ya Allah kasian anak-anak itu pasti ibunya

ngarep-ngarep punya anak yang mulia. Akhlaknya beri hidayah beri taufiq, itu kita

sayang ke dia itu. Kita sayang kepada orangnya, tapi tidak boleh suka ke perilakunya.

Ini benar. Kalau hidup seperti itu keluar doa. Boleh jadi dia berubah karna syariatnya

doa kita, dan itu berarti kita menambah kasih sayang kita, dengan kita menambahnya.

Hayu jika kita melihat orang yang susah pindahkan hati kita, bagaimana jika kita

yang jadi mereka. Belajar empati.

Ada lagi tebarkan salam, salam itu beda dengan sembarang salam.

Assalamu‟alaikum itu doa, doa itu bisa merubah takdir. Semoga Allah memberikan

keselamatan bagimu. Hebat nih yang tadinya mau digigit anjing tidak jadi, berkah

dari salm kita, makanya kalau ngucap salam itu dari hati. Besar harapan kita.

Diselamatkan oleh Allah termasuk keselamatan iman, warahmatullahi semoga Allah

mencurahkan kasih sayang, nah ini preman tadi bisa bertaubat, tebarkan salam,
112

jangan ragu kita sudah menyebarkan kebaikan baik dikenal maupun tidak dikenal.

Siapa tau dengan rahmmat Allah, orang dapet petunjuk. Ada tetangga yang

kelihatannya kurang akur. Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Datang

Rahmat itu bisa barokah rumah tangga. Wabarokatuh semoga Allah mengaruniakan

keberkahan. Berkah itu adalah membuat kita semakin dekat dengan Allah. Dan

semakin langgeng kebaikannya. Rejeki yang berkah, rejeki yang mendekatkan kita

kepada Allah. Hayu tebarkan salam, sing ikhlas, jangan sampai salamnya itu hanya di

lisan. Ingin lembut hati?

Ibu bapak ada yang yatim piatu di sini? Namanya nenek yatim piatu. Pak bu

percayalah jika kita sering bergaul dengan yang hidupnya pait, itu bisa melembutkan

hati, dengan oarng yang ekonominya terbatas, dengan yang disabilitas, dengan oarng

yang hidupnya teraniaya. Itu bisa melembutkan hati. Dibanding gaul dengan yang

kaya-kaya, cakep-cakep. Bayangkan jika ibu gaul dengan artis-artis langsung serasa

pesek. Makanya jika ingin melembutkan hati maka bergaullah dengan yang memang

memiliki keterbatasan. Yang oleh Allah dibatasi rasakan lembutnya hati karna kita

bergaul dengan saudara-saudara kita yang dhuafa.

Pemirsa yang dirahmati Allah Swt, Allah sengaja menciptakan perbedaan

dimuka bumi ini yang mampu menyatukan adalah kasih sayang. Lantas bagaimana

islam mengajarkan kasih sayang terhadap sesame manusia insyaAllah pertanyaan ini

akan dibahas oleh kyai sumarno Syafi‟I. selepas pesan-pesan berikut ini, tetap di

Damai Indonesiaku.
113

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Bapak ibu , para hadirin para jamaah damai indonesiaku dimanapun anda

berada yang insyaAllah dimuliakan oleh Allah Swt. Hidup dalam kehidupan yang

sudah Allah ciptakan begitu lengkap. Rasanya akan menjadi satu keganjalan jika kita

tidak pandai untuk menjadi hamba yang bersyukur. Bersyukur dengan yang allah

ciptakan, adanya keragaman. Dan keragaman yang Allah cipatakan di alam jagat raya

ini adalah justru akan membawa nilai keseimbangan di dalam hidup. Saya dengan A

Gym beda, a Gym bukan saya, saya bukan A Gym. Walau pun sama profesinya harus

beda dong. Perbedaan yang Allah cipatakn ini tidak bisa kita nafikan dlam hidup ini,

tadi sudah di bacakan Ar-Rum ayat 22:

           

  

„‟Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan


bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui
(22)”.
Allah awali ayat ini dengan tanda-tanda kebesaranku, artinya Allah maha

menciptakan, dan Allah tunjukan kegagahannya, belum tentu yang gagah bisa

menciptakan. Tapi orang yang bisa menciptakan pasti gagah bu, bu pasti melahirkan.

Ibu perempuan. Kenapa perempuan melahirkan? Karena Allah berikan rahim, kalau

laki tidak bisa melahirkan karna laki tidak punya rahim.


114

Hidup disuruh berpikir tapi jangan mikirin hidup. Pak kenapa kita hidup tidak

harus dipikirin? Yang namanya hidup itu sudah tugasnya Allah yang memberikan

kehidupan kepada kita. Ikhlas memberi, ridho menerima. Kalau kita menerima apa

yang diberikan oleh Allah.

Ketika ada perbedaan bahasa, ada perbedaan bicara, tentu ada perbedaan

warna, perbedaan suku, bangsa, keyakinan, jika kita mau memikirkan dengan akal

kita, itu adalah keindahan dan keistimewaan. Paham? Yang diantara istimewa yang

ada di alam jagat itu di Indonesia. Negara yang banyak suku, warna, memiliki

keanekaragaman bahasa, this is my country, keragaman yang begini banyak Allah

cipatakan di satu tempat. Inilah yang mestinya yang kita pikirkan. Ini adalah

merupakan power yang positif. Hanya aja di antara kita yang belum bisa menerima

keragaman. Justru taman yang paling indah itu yang warnanya bermacam-macam.

Baik bagus sekali, pemirsa yang dirahmati Allah bahwa itulah bukti Allah

menciptakan keragaman, tetap di Damai Indonesiaku.

Jamaah yang berbahagia dan insyaAllah sama dierikan rahmat oleh Allah Swt.

Kalau keragaman tadi itu adalah rahmat, jadi tidak sedikit orang yang mendapatkan

rahmat, menggunakan keragaman ini adalah untuk kepentingan-kepentingan

kelompok atau personal. Isu beredar di kalangan masyarakat ya bu, berita ramai di

media sosial. Ada ustadz yang lagi di terror ya? Betul? Ada juga guru ngaji di uber-

uber mau dibunuh. Ini adalah orang yang belum mendapatkan rahmat, dan ini adalah

PR untuk para polisi. Tugas kita kedepannya banyak, Negara kita nih bangsa dan
115

Negara kita mau maju, kita ini juga pengen kaya orang-orang. Perbedaan ini kadang

di salah artikan, bertikai, berantem sesama kita, menghantam di antara kita, kapan

dong kita bisa ngegendong? Kapan dong kita bisa menggendong? Masa kita mau

digendong terus. Apa enaknya orang yang digendong terus.

Makanya Allah menjelaskan dalam surah al-Hujurat ayat 13:

            

         

„‟Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (13)”.
Masya Allah indah kalimat Allah ini, bukan tarafan kita bisa membuat kalimat

indah ini menjadi satu.

Kalau kita kaji ayat ini bercucuran air mata, kenapa diujung ayat ini hidup ini

kata Allah suruh berkompetisi.

Baik pemirsa yang dirahmati Allah dalam segmentasi selanjutnya nanti, kita

akan jawab pertanyaan yang telah anda kirimkan melalui instagram dan tweeter,

tetaplah bersama Damai Indonesiaku.

Pertanyaan-Petanyaan:

1. Sering kali kita di uji yaitu bentuk kasih sayang Allah, justru kita semakin

suudzon kepada Allah. Silahkan Aa.


116

Hadirin bahwa tidak ada yang lebih menyayangi kita selian pencipta kita.

Orang tua kita sayang kepada kita, tetapi kasih sayangnya tidak bisa dibandingkan

dengan kasih sayangnya Allah. Kita mengkhianati Allah setiap hari tetap saja diurus.

Di cukupi, dilindungi, di cukup rejeki, bahkan kita diampuni kalau kita bertaubat,

taubat pun bimbingan Allah. Nah, kita juga kurang sayang terhadap diri kita sendiri.

Kita menderita itu buatan kita sendiri. Karna yang Allah tetapkan untuk kita itu

kebaikan. Nah bagaimana nih jika Allah menampilkan sesuatu yang kurang baik

dengan keinginan kita. Mau tau rahasianya sabar? kalau terjadi sesuatu yang pait itu

yang pertama adalah atas ijinnya Allah. Pokoknya apapun yang terjadi kepada kita

pasti dengan ijinnya Allah. Yang kedua, pasti baik. Karna Allah tidak pernah

melakukan sesuatu yang buruk. Kepada orang yang beriman semuanya kalau benar

memnyikapinya. Jadi walaupun di uji pasti baik, karna Allah tidak pernah berbuat

buruk. Kepada hamba yang beriman. Yang membuat buruk itu adalah tidak ridho

terhadap takdir, buru sangka kepada Allah, tidak sabar dan yang terakhir tidak

syukur. Karna diballik kepahitan itu tersimpan karunia besar. Yang ke tiga bahwa ini

sudah diukur oleh Allah dalam perintah Allah tidak membebani.

Dalam semua ujian Allah maha adil. Semuanya Allah tau. Lalu bersama ada

kesulitan itu Allah nyiapkan kemudahan, kalau ditimpa kepahitan harus segera sadar

bahwa ini diundang oleh dosa kita. Pasti ini dari diri kita, kalau kita berlinang air

mata taubat Allah tau nih, ini semua diundang karna dosa saya, datanglah pertolongan

tidak disangka-sangka.
117

2. Bagaimanakah bentuk kasih sayang anak, bentuk penyesuaian dari kecil

hingga dewasa, bentuk yang nyata itu seperti apa? Apakah ketikas sudah

dewasa?

Bapak ibu yang dirahmati Allah kasih syang seorang ibu sepanjang masa.

Tapi kalau kasih sayang anak sepanjang ? kalau yang namanya kita memberikan

kasih sayang tentu kepada siapa pun Allah perintahkan. Tadi sudah di bahas tentang

kasih sayang, kepada binatng pun kita harus memberikan kasih sayang. Didalam

kasih sayang yang akan menjadi empati yang paling baik. Ketika adanya ketulusan,

keikhlasan. Kemudian tahapan dan batasannya, apakah ada? Jelas ada jangan kita

samakan menyayangi binatang seperti menyayangi binatang. Dan jangan kita sayangi

orang seperti menyayangi binatang. Dan kemudian diantara anak pun kita

memberikan kasih sayang juga harus berbeda. Apa bedanya? Ini adil bu janagn di

anggap berbeda itu tidak adil bu, justru adanya perbedaan itulah adanya keadilan.

Berbeda bukan artinya porsinya berlainan, tapi ada sama dalam arti memberikan pola

pandang.

3. Ketika kita akan melakukan maksiat tetapi tidak sampai terjadi, apakah

ini merupakan bentuk kasih syang Allah?

Pokoknya jenis apa pun karunia, sehalus apa pun sebesar apa pun pasti dari

Allah. Pokoknya orang-orang yang disayang Allah itu adalah yang dilimpahkan

rahmat 1. Dipersulit untuk berbuat maksiat. 2. Kalau pun males ta‟at sama Allah

dibuat ta‟at.
118

Kalau kita ingin mendapatkan kasih sayang Allah yaitu buka apa yang telah

Allah berikan sama kita selama ini, makin sering kita mengingat Allah makin sadar,

bahwa hidup ini adalah kasih sayang Allah. Itu bisa menyelamatkan. Makasibuklah

untuk mengenang kasih sayang Allah. Dan itulah kasih syang Allah, kita selamat

bukan karna amal-amal kita tapi kita semangat karna rahmat Allah.

4. Ketika seorang pezina berniat ingin bertaubat, tapi masih tergoda untuk

melakukan itu, mungkinkah ada kesempatan Allah memberikan kasih

sayang dengan mengampuni dosa-dosanya.

Saudara-saudara para pemirsa damai indonesiaku di mana pun kalian berada.

Setiap diantara kita, allah berikan kesempatan hidup dan Allah berikan ujian, dan

Allah juga memberikan kita jalan. Harusnya kita berpikir ketika orang sedang

melakukan maksiat. Barang kali didalam hatinya memang dia mau bertobat.

Husnidzon dulu. Hanya saja kapan dia mau bertobat tergantung rahmat dan hidayah

Allah. Lalu dia tidak mampu bertobat. Baginda Rasullulah Saw memberikan kita

28
peringatan. Ketika manusia engkau berikan kesempatan kepada manusia ‫حىت يغرغر‬

orang itu diberikan kesempatan bertaubat, mohon ampun kepada Allah. Ketika

rohnya sampai kepada kerongkongan.

Betapa rahmatnya Allah betapa sayangnya Allah kepada hambanya, tetapi kita
berpikir apakah saat roh kita mau berakhir, mampukah kita mengucapkan istighfar,
apakah kita sudah tau jadwal kematian kita?

28
Hadis ke- 22, Rekaman Ceramah di Masid Umaamah pada tanggal 18 Februari 2018.
119

Baginda Rasulullah Saw:

29
‫صالِ ٍح قَ ْب َل الْ َم ْوت‬ ِ
َ ‫ال يُ َوفِّ ُقوُ ل َع َم ٍل‬
َ َ‫ق‬

Cepat-cepat sadar, taubat. Doakan semoga Allah berikan hidayah. Baginda

Rasulullah Saw dengan doanya yang sering di baca.

‫اللهم ان اسئلك رضاك واْلنو ونعوذ بك من سختك والنار‬

Meskipuna ada media untuk bertaubat apakah kita mampu untuk bertaubat.

5. Istri yang di uji oleh seorang suami yang tidak penurut suka menyakiti,

kemudian anak durhaka kepadanya, apakah ini juga bisa dikatakan kasih

sayang Allah?

Kalau ada kepahitan langsung bawa ke taubat, karna boleh jadi di undang oleh

dosa. Mungkin bukan dosa ke suami atau anak bisa juga ke orang lain. Mungkin

bukan dosa sekarang, tapi dosa-dosa dahulu. Dan ingat yang bisa membulak balik

hati suami, hati istri, yaitu Allah. Jadi kita tidak bisa membulak balikan hati, hanya

Allah saja yang bisa. Jangan pernah berputus asa dalam memperbaiki diri. Saran saya

si PDLP namanya perbaiki diri dan lakukan yang terbaik lilahi ta‟ala. Rasulullah

bersabda:

‫ب‬ ِ ُ ‫َم ْن لَ ِزَم ِاَل ْستِ ْغ َف َار ِم ْن ُك ِّل َى ٍّم فَ َر ًجا فَ َر ًجا َوَرَزقَوُ ِم ْن َحْي‬
ُ ‫ث ََل ََْيتَس‬

29
Hadis ke-23, Rekaman Ceramah di Masid Umaamah pada tanggal 18 Februari 2018.
120

Makanya kepahitan seperti apa pun segera bawa kepada taubat InsyaAllah

akan menolong.

Allah sangat besar kasih sayangnya, lalu bagaimanakah manusia mampu

membalas kasih sayang Allah yang begitu besar? Jawabannya:

30
‫أَنَا ِعْن َد ظَ ِّن َعْب ِدي ِب‬

Kalau allah memberikan kasih sayang yang besar kepada kita, sekarang

bagaimana bisa kita memberi sifat husnudzon kepada Allah? Berbaik sangka saja

kepada Allah. Apa pun yang dating kepada kita walaupun sepahit apa pun pasti ada

obat. Yuk belajar kita Husnudzon kepada Allah kalau sudah sanggup Husnudzon

kepada Allah akan jadi indah, enak. Hidup yang pahit itu kalau kita selalu Suudzon

kepada Allah.setelah kita Suudzon kepada pencipta maka aka nada kehidupan yang

pahit. Kalau kita ingin hidup damai, mampukah kita hidup damai dengan diri kita

sendiri. Jangankan yang manis yang pahit pun kita ridho. Yang paling berat bukan

memberi tap menerima, tentunya dengan lapang dada. insyaAllah kita mampu dan

bisa lapang dada. Amin ya rabbal‟alamin.

Sesungguhnya kasih sayang Allah, kita selama ini menghitung-hitung apa

yang belum diberikan oleh Allah. Bisa jadi itu adalah ujian dari Allah untuk kita.

30
Hadis ke-24, Rekaman Ceramah di Masid Umaamah pada tanggal 18 Februari 2018.
121

Tanggal 24 Februari 2018

Tema: Petaka dibalik barang haram

Tempat: Masjid Khodamuttaqwa

Penceramah: 1. Kh. Syarif Rahmat

2. Ustadz. Soleh Mahmoed (Solmet)

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Pemirsa dalami indonesiaku Tvone diaman saja anda berada, dan kita semua

yang hadis dimasjid Khodamuttaqwa Jakarta utara. Mudah-mudahan kita bersaudara

dunia dan akhirat. Nanti kita kumpul di surga bersama dengan Nabi Muhammad Saw.

Sekarang di Indonesia, tanpa terasa, tanpa disadari kita sedang dijajah. Terlalu

banyak penjajahan yang tidak kita rasakan, termasuk penajajahan lewat narkoba. Ini

indonesia sudah darurat narkoba, gendang perang sudah di tabuh. Jangan sampai

persoalan ini seperti persoalan yang dialami oleh negara-negara latin, makin kuat tuh

bandar, makin kuat tuh pengedar, bukan hanya perang narkoba akan tetapi mavia

dengan aparat angkat senjata. Yang kena narkoba kita liat, anak pejabat ada yang

kena narkoba? Ada. Oknum pejabar, oknum hakim, oknum jaksa, banyak. Ini bukan

cerita bohong ini nyata. Dengan berbagai alasan orang menggunakan narkoba.

Narkoba itu barang yang menjijikan, barang haram yang membahayakan. Nanti kita

jelaskan hukum narkoba. Ini sekedar pengantar.


122

Baik, terima kasih bahwa sudah jelas sekali, bahwa ketika perang

menggunakan senjata modern tentu banyak menggunakan biaya, tetapi jika

peperangan menggunakan senjata narkoba ini adalah biaya murah. Lantas bagaimana

jika akal kita kemasukan barang yang haram, apa yang terjadi jika akal kita

kemasukan barang haram?. Tetaplah bersama kita Damai Indonesiaku.

Pemirsaa Damai Indonesiaku dimanapun anda berada.

Dulu tradisi budaya, adatarab jahiliah doyan mabok, kalo kita seloki dua loki,
orang-orang dulu itu bisa sedrum mabok, kalo sekarang mabok masih itung-itungan,
mandi diarak masih itung-itungan. Orang-orang dulu. Saat itu sahabat juga ada yang
mabuk. Bertanyalah kepada Allah tentang khomer dan judi.

          

    

„‟Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan parah31, adalah Termasuk

31
Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan
anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu
perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu.
setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak
ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak
melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu.
Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan
anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian
diulang sekali lagi.
123

perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat


keberuntungan (90)”.

Ini bertanya kepada Rasul Saw. Dosa Cuma masih ada manfaatnya, tapi

dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Berbagai orang jika sudah nenggak

minuman dia punya alasan, alasannya apa? Ngilangin puyeng, ngilangin setres, lupa

sama persoalan. Kalo memang mau mencari pusing tidak usah nenggak narkoba. Saat

itu masih banyak yang minum minuman keras, saat itu bolem ada sabu-sabu, perasan

kurma, perasan anggur, perasan gandum, ini yang dijadikan alat untuk bermabuk-

mabukkan.

Sampai akhirnya Abdurrahman bin Auf mengajak teman-temannya untuk

minum minuman keras, begitu masuk waktu sholat jadi imam deh, nyasar tuh ayat.

Turun ayat:

             

                

           

       

„‟Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu


dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub32, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir

32
Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang
bagi orang junub yang belum mandi
124

atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi
Maha Pengampun (43)”.
Kalo lagi sholat jangan mabok dulu. Habis sholat baru mabok, saatlah turun

suatu hari ayat yang mengharamkan untuk meminum khomer, diantaranya minuman

keras, yang Allah sebut najis, jijik, kotor itu bahasa Allah, dari pekerjaan kotor

janganlan make, ngedeket jauhin kata Allah Swt, barulah setelah Allah turunkan ayat

ini, arak, khomer itu dimusnahkan.

Sampai diceritakan dalam sejarah, madinah banjir khomer. Karna semua

orang yang muslim yang mukmin yang dulunya pemabuk, khomernya dibuang,

makanya pada saat itu bukan banjir bandang tapi banjir khomer dimadinah.

masyaAllah artinya saudara orang kalo sudah kecanduan, bini mau masak LPG kaga

ada, ternyata udah dijual sama anaknya. Buat apa? Beli ganja beli sabu-sabu, orang

tuanya dibunuh, karena anaknya mau jual tanah rumah bapak emaknya, buat apa?

Buat beli sabu-sabu. Ini biang keroknya kejahatan kaya khomer, kunci semua

kejahatan ada di khomer. Suatau waktu ada orang alim, namanya Barsisoh di jaman

bani isroil. Saking alimnya luar biasa, itu iblis kepengen menggoda, diguru kalo

sedang wirid satu hari, ini iblis yang menyamar jadi manusia, tidak bangun-bangun,

tidak makan-makan. Barsisoh, nyoba dua hari, si iblis nyoba 4 hari pokoknya dua kali

lipat terus kalo dibandingkan. Barsisoh penasaran, hai anak muda ente hebat banget

ibadahnya, saya dzikir dua hari anda empat hari. Apa kunci dan resepnya, dulu saya

ini ahli maksiat, tukang buat maksiat, karna saya ingat dosa, akhirnya saya istighfar

keingetan dosa, akhirnya saya dzikir terus-terusan. Jadi kalo guru mau dzikirnya awet
125

buatlah dosa. Dosa apa yang meski saya buat? zina? Waduh jangan deh jangan, kalo

zina saya bisa ketahuan. Kalo begitu membunuh, lebih parah lagi membunuh. Saya

tidak sanggup. Mabuk aja deh secangkir karena kalo mabuk urusannya diri sendiri,

tidak ada orang yang dirugikan. Diujung sana, jauh dari sini ada orang yang jual

minuman keras. Kalo mabok urusannya diri sendiri tidak ada yang dirugikan, begitu

logikanya barsisoh. Dia minum secangkir yang ngelayanin perempyan cakep,

diperkosa perempuannya, setelah diperkosa lakinya dateng, biar tidak ketahuan

dibunuh tuh wanita itu, jadi berapa dosanya? Lalu berapa perkara yang dia kerjakan?

Mabuk, perkosa dan membunuh. Akhir hayatnya Suul Khotimah , digantung ditiang

gantungan. Saat itu iblis memberikan attention, kalo kamu mau selamat, minta tolong

kepadaku, caranya bagaimana? Tundukin saja kau punya kepala, menjadi isyarat

engkau minta tolong kepadaku. Dia tundukin kepalanya, mati dia dalam keadaan

minta tolong dengan iblis. Empat sudah dosanya. Sebab apa? Sebab narkoba.

Meneguk minuman keras, akal pun hilang, tidak mampu lagi berfikir dengan baik dan

cerdas.

Baik pemirsa yang dirahmati Allah salah satunya adalah peristiwa yang

tercatat dalam sejarah islam, kesadaran warga madinah, bahwa khomer adalah amat

sangat berbahaya. Mengapa Allah menempatkan otak di dalam tempurung, karena

Allah menyadarkan kepada kita bahwa Allah menganjurkan kepada untuk menjaga

akal? Itulah yang akan dijelaskan untuk segmen selanjutnya, tetaplah di Damai

Indonesiaku.
126

Jadi begitu besar bahaya narkoba bagi kesehatan. Makanya presiden sudah

melancarkan perang untuk narkoba. Hukuman mati tidak tanggung-tanggung sudah

pernah diterapkan, mudah-mudahan akan terus diterapkan, cuman kadang kala ada

bandar yang tertangkap narkoba, berkilo-kilo narkoba yang diedarkan, vonis sudah

ditetapkan, padahal di mahkamah konstitusi sudah ditetapka, yang jadi masalah

kadang-kadang ada di eskekusinya. Inilah yang jadi masalah, makanya liat peredaran

narkoba bandarnya bukan dikampung, tapi dipenjara tuh bandar ngedarkan. Kenapa

tuh bandar berani mengedarkan narkoba, karena bandar sudah berpikir, gua pasti

mati. Maka cobalah buat undang-undang yang dikhususkan. Coba buatlah undang-

undang kepada bandar narkoba vonis dijatuhkan maka langsung eksekusi agara

supaya peredaran narkoba mampu dituntaskan dan ini bukan karangan berapa bandar

yang sudah divonis tetapi dia masih mengedarkan dia sudah tidak takut mati divonis

mati dia tidak takut yang dia takutkan dieksekusi mati. Berapa banyak polisi yang

mati ditangan bandar narkoba kalau polisi aja berani mengkonsumsi apalagi rakyat.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah saya berpesan ini yang kena narkoba

orang berduit padahal hidupnya senang bahagia alasan apa ya membuat dia kena

narkoba karena dia tiddak mendapatkan perhatian orang tua ibunya arisan mulu

bapaknya ngayap entah kemana mungkin anak kita kena narkoba. Sekolahin anak kita

didik ajarkan agama dari sekarang sebelum menyesal. Tidak menutup kemungkinan

anak kita kena narkoba bahkan orang-orang yang kita anggap tidak terkena narkoba

malah menggunakan narkoba. Ternyata adalah dia penikmat narkoba setiap tahunnya.

Makanya kepada aparat kepolisian, kejaksaan memvonis bandar narkoba dengan


127

sebesar-besarnya. Mudah-mudahan tidak ada lagi bandar narkoba dan mengkonsumsi

narkoba direpublik Indonesia. Amin-amin ya robbal Alamin

Pemirsa yang dirahmati Allah itulah tadi paparan kepada kita realitas yang

kita hadapi kita sedang diuji dengan ujian yang berat kita termasuk negara yang

pengedarannya tertinggi di dunia. Kita juga termasuk negara yang darurat narkoba.

Apa yang membuat narkoba masuk ke negara kita. Insya Allah kkita akan bertemu

setelah pesan-pesan berikut ini. Tetaplah di damai Indonesiaku.

Mengapa negeri ini sangat mudah dimasuki barang haram yang biasa kita

sebut narkoba? Hari ini yang namanya narkoba bukan hanya ditempat preman saja.

Hari ini mabok-mabokan bukan hanya dijalanan. Di Indonesia disekolah-sekolah di

kantor-kantor, di pondok-pondok bahkan keluarga kiyai beserta kiyainya bisa terkena

narkoba bahkan kemaren keluarga habib terkena narkoba. Innalillahi wainna ilaihi

rojiun. Apa penyebabnya narkoba masuk ke sekolah-sekolah, pesantren-pesantre,

bahkan masuk kantong ust dan kerumah habaib disebabkan karna tanggul keamanan

Indonesia sudah jebol. Berarti keamaanan di Indonesia ada yang jebol.

Hamba Allah yang dirahmati Allah kita tidak boleh menudiang siapa pun, tapi

ada fakta. Ada iknum yang seharusnya mengamankan rakyat lengah dia. Kemapa?

Tanggulnya tidak sabar diam ditempat, ikut-ikutan bergerak. Sibuk rebutan

kekuasaan. Iya atau tidak? Sebab kalau tanggulnya sudah jebol, maka hancurlah

rakyat bu satu aja. Jelas apa jelas? Jadi hari ini bukan hanya artis yang kena narkoba,

bukan hanya pelawak yang kena narkoba akan tetapi, gurunya artis, kyainya artis
128

yang kena narkoba. Kenapa? Ada petugas yang sibuk ngurusin rakyat malah ikut-

ikutan kesana. Jebollah. Lantas mau kemaan rakyat mau berlindung, jika tanggulnya

sudah jebol.

Baik pemirsa yang dirahmati Allah, sebuah analogi yang sungguh luar biasa,

ini adalah cara Allah untuk memberikan pengertian kepada kita, tanggul yang jebol

adalah keimanan kita yang jebol di dalam diri kita. Lantas bagaimana kalau tanggul

kita yang jebol bagaimanakah memperbaikinya? Yang akan dijelakan disegmen

selanjutnya tetaplah bersama Damai Indonesiaku.

Pemirsa yang maih setia bersama Damai Indonesiaku, taadi diibaratkan

tanggul yang jebol tentu saja membuat kita takut, lantas bagaimanakah dengan

tanggul yang jebol, apakah kita akan membiarkan tanggul-tanggul yang lain jebol?

Lantas apa yang kita lakukan memperbaikinya? dari kawasan bumi itu kami buat

sebagian gunung-gunung yang jadi pakunya bumi supaya tidak goncang buminya.

Tapi orang tidak suka membaca ayat ini. Lebih senang memanfaatkan gunung untuk

memuaskan dirinya. Makanya gunungnya pohonnya ditebangi, digundulin, gunung

yang berbatu diangkutin batunya. Dia memang terhormat diguanakan untuk diibu

kota. Dan setelah itu tanahnya merorot. Kan tidak semua orang bernasib baik, dari

gununglah bisa terbuat sungai-ssungai, kalau sudah jadi sungai masya Allah

manfaatnya sangat banyak, hewan-hewan berkeliaran, batu pasir semua berguna,

manusia juga memanfaatkannya. Tapi sayangnya manusia berjasa membuat sungai

menjadi tempat tinggal binaatang-binatang. Sekarang sudah digunduli. Lalusiapa

yang rugi? Sampean. Ulama sedang anteng-antengnya ngaji ditempatnya, ulama


129

sedang enak-enaknya ngajar ditempatnya, digoda, di angkut supaya menjadi grup

kompanye sana sini rubuh ulamanya. Rubuh gunungnya. Sekarang banjir kena

longsoran siapa? Umat islamnya. Inilah barang kali zaman yang dilukiskan oleh al-

Qur‟an zaman dimana mabok zaman narkoba.

Kita percayakan saja kepada aparat keamanan. Tapi masalahnya memang

banjirnya narkoba dinegara kita ini ada tiga. Pertama, rusaknya keyakinan kalo kita

ini akan mati. Orang kehilangan kepercayaan bahka ada siksa neraka, orang tidak

menyedari bahwa ada surga bagi orang yang bertaqwa. Hilang itu. Pengaruh akidah

dalam kehidupan hamper tidak ada. Saya Tanya ibu-ibu ngomongin orang dosa tidak?

Yakin tidak gegara ngomongin orang bisa masuk neraka? Yakinkah? Doyan atau

tidak? Keyakinan itu tidak berpengaruh kepada perilaku. Satu. Yang kedua karena

lemahnya penegakan hukum, hukum yang dioergunakan untuk menghentikan

narkoba tidak membuat pengedar narkoba itu jera. Tidak bikin orang kapok.

Termasuk hukum yang lain. Yang ketiga, diakui atau tidak adanya sejumlah orang

oknum yang telah mengkhianati amanah.

Bahwa ramainya narkoba bukan semata-mata karena orang jalanan, justru

ditempat rehabilitasi dijadikan tempat pengedaran narkoba. Ini bukan rahasia, dan

bukan rahasia adanya oknum yang ditugaskan untuk menangkap Bandar narkoba,

malah membiarkan membeberkan Bandar narkoba. Doa kita untuk mereka yang

istiqomah untuk mengamankan diberikan keistiqomahan, dan yang belum amanan

maka disadarkan oleh Allah. Tapi kalau tidak sadar moga-moga cepet mati. Rasul
130

sendiri, alquran sendiri telah meramalkan bahwa pada akhir zaman nanti ada zaman

sukaro:

          

„‟Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan
hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat) (1)”.

           

          

„‟(ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua
wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan
segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya (2)”.
Akan ada suatu zaman dimana, banyaak oarng yang menyusukan anaknya

kepada ibu susuannya. Dulu orang itu goncangan kiamat. Adaa makna yang kedua

banyak ibu-ibu yang tidak menyusukan anak-anaknya. Akibatnya apa? Kangker

payudaranya, cengenga anaknya. Digantilah susunya dengan susu sapi. Makanya dia

kalo liat bapaknya tidak sopan kalo liat sapi seneng dia. Kedua, banyak yang hamil

tapi menjatuhkan kandungannya, pengertian zaman dulu adalah karena goncangan

kiamat sangat dahsyat, banyak yang melahirkan belum pada waktunya tidak ini

makna yang lain goncangan hidup manusia, goncangan hidup yang lain, yang

membuat manusia nekat menggugurkan kandungannya. Karena dia sudah kena

narkoba, dia berzina karna narkoba, hamil diluar nikah dia gugurkan kandungannya,

dan yang ketiga kamu saksikan manusia dalam keadaan mabuk. Padahal tidak mabuk
131

padahal apa problem hidup yang sangat sulit. Mabuk dia sudah tidak jelas. Yuk kita

serahkan kepada aparat keamanan, doakan saja supaya mereka diistiqomahkan.

Baik pemirsa yang dirahmati Allah insyaAllah kami akan kembali setelah

pesan-pesan berikut ini, tetaplah di Damai Indonesiaku.

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Saya termasuk orang yang sering mengingatkan terhadap kerabat dekat saya,

tetapi justru saya mendapatkan ancaman, bagaimana menanggapi hal ini?

Inilah tingkat narkoba yang dialami oleh masyarakat kita, kalau saja sudah

berani mengancam apa lagi pengedarnya. Lebih berani lagi mengancam, apa lagi

bandarnya, apa lagi produsennya, makanya harus ada keseriusan. Perangkat dinegri

ini untuk untuk berjuang keras. Tapi bahasa Negara ini sudah perang. Berarti apapun

caranya, bagaimanapun. Jangan sampai nasib dimasa depan tidak memiliki kekuatan,

dari mulai tingkat rakyathancur otaknya, orang error jadi pemimpin tidak mungkin,

yang kedua karna nyandu dia gila, ketiga penjara, ke empat mati. Kalo liat ada yang

mengkonsumsi narkoba adukan, tapi tolong pak jangan diberi tahu kalau saya yang

mengadukan. Ini demi kebaikan rakyat dan kebaikan masyarakat.

2. Hukuman mati terhadap pengedar narkoba, apakah dibenarkan dalam islam?

Para ulama berbeda pendapat tentang hukuman yang diberikan kepada

pemabuk, yang minum arak. Kenapa? Karena Nass yang menyebut memang tidak

ada, akan tetapi sahabat pernah menyaksikan Rosul mencambuknya dengan sandal.
132

Penglihatan mereka ada yang 80 kali, 4o kali. Tapi masalahnya pada zaman Rosul itu

adanya consumer, peminum khomernya, makanya ada hukuman ta‟jir tidak pake

Nass tapi kebijakan pemerintah sekira-kira memberikan efek jera terhadap semua

jaringannya. Jika dia telah menimbulkan pada generasi, banyak menghancurkan anak

bangsa ini, maka selamatkan anak bangsa. Dengan cara mengorbankan satu orang.

Dari pada sebaliknya. Kemudian mati generasi kita.

3. Apakah peredaran dipenjara, justru mereka dipenjara maunya jadi orang yang

dikeluarkan bersih malah justru sebaliknya?

Seperti yang sudah saya sampaikan akibat berlarut-larut eksekusi, sekarang

Bandar ketika mengedarkan, hukuman yang paling keras, vonis mati belum tentu

eksekusi mati, artinya kalau Cuma vonis mati artinya dipenjara masih hidup. Karna

berpikir apapun ceritanya pasti mati dan hidup dipenjara kalau tidak punya uang,

terhina saudara. Untuk memenuhi kebutuhan itu semua, jaringan yang masih ada di

luar akhirnya di aktifkan sekaligus untuk regenasi. Yang pada akhirnya kalau dia di

eksekusi mati, generasinya sudah ada. Cobalah tolong abang-abang kita di DPR

membuat khusus kepada Bandar narkoba, supaya tidak berlarut-larut, dan jangan

sampai membuat generasi baru.

4. Lantas bagaimanakah hokum yang paling pantas bagi pengedar narkoba dari

pandangan islam?

Pertama, saya ingin menyampaikan lewat media ini, bahwa tiga tahun yang

lalu ketika saya menyampaikan ceramah dirutan pondok pinang, kemudian Allah
133

ijinkan saya berbicara dengan pak Dirjen kemasyarakatan. Saya saya dan sunan kali

jaga dan para Da‟I akan menjadikan penjara menjadi pondok pesantren, dan saya

orang pertama yang siap mengajar. Kaget mereka, siap. Walau pun belum berjalan

sedemikian rupa, tapi Alhamdulilah di cipinang diam-diam ada yang sudah hafal 10

juz. Sebelum eksekusi yang lain saya punya target, tamat dari penjara lebih alim dari

pada tamat dari pesantren.

5. Bagaimanakah memberi narkoba sama dengan membeli barang haram?

Kalau kita mau melihat dari kaca mata agama, setiap yang memabukkan itu

khomer dan setiap yang memabukkan itu haram sudah. Mau banyak mau dikit tetap

haram. Kalau bicara pandangan agama, bisnis minuman keras bukan bisnis yang baik.

Secara dzohir menguntungkan, akan tetapi secara lahir apalah guna gedung yang

bagus, jalan yang mulus, tapi pengguna jalannya rusak. Gara-gara mabuk dijalan

korban nyawa, belasan meninggal dunia. Dilaknat semua yang terlibat dalam

minuman keras. Yang jari karyawannya dilaknat produsennya dilaknat pemodalnya

dilaknat yang jualin, minta tuangin, dan yang mmembuatnya dilaknat, semua yang

terlibat dilaknat Nabi Saw. Maka apapun yang didapat tidak berkah. Maka apapun

yang didapat duit syetan dimakan kuntil anak.

6. Apakah bahaya rokok bisa disetarakan dengan narkoba, Karena melihat dari

dampaknya ?

Meskipun saya tidak merokok, tapi saya nyiapin rokok buat yang merokok.

Ini masalah sudah cukup lama, sampai syekh ihsan jampes Kediri itu menulis satu
134

kitab tentang kopi dan rokok, karna kopi dan rokok itu nyambung. Makanya yang

nama NU itu ngopi Udud secara Nass tidak ada yang mengatakan bahwa tembakau

itu haram. MUI mengatakan bahwa rokok itu makruh tapi pada orang-orang yang

membahayakan itu menjadi haram. Jadi, saya tidak akan berfatwa ngeri saya.

Kata Rosul:

‫صلَّى‬ ِ ُ ‫ب فَِإََّّنَا ىو استِ ْدراج ُُثَّ تَََل رس‬ ُّ ‫اص ِيو َما َُِي‬
ِ ‫ال إِ َذا رأَيت اللَّو ي ع ِطي الْعب َد ِمن الدُّنْيا علَى مع‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ٌ َ ْ َُ َ َ َ َ ْ َْ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ‫ق‬
ِ ٍ ِِ ِ
‫اى ْم‬ َ ‫اب ُك ِّل َش ْيء َح َّىت إِ َذا فَ ِر ُحوا ِبَا أُوتُوا أ‬
ُ َ‫َخ ْذن‬ َ ‫اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَلَ َّما نَ ُسوا َما ذُ ِّك ُروا بو فَتَ ْحنَا َعلَْي ِه ْم أَبْ َو‬
33
‫بَ ْغتَةً فَِإ َذا ُى ْم ُمْبلِ ُسو َن‬.

Kata Rasul jika engkau saksikan seorang hamba yang diberikan anugerah oleh

Allah atas maksiatnya, bukan Allah mencintainya, itu hanya umpan sebelum dia di

cemes lalu Rasul bacakan firman Allah, ketika mereka lupa tentang apa yang telah

dibacakan kepada mereka sengaja kali bukakan kelimpahan sepuas-puasnya kepada

mereka semua sektor kebutuhan dipenuhi, ketika sudah sampai ujung sekaligus kami

hancurkan sehancur-hancurnya.

Jangan dalil ekonomi, tapi ajarkan rakyatmu berpuasa, bukan berpuas-puas.

Saya butuh pemimpin yang rajin puasa, rajin ibadah. Kita doakan pemimpin hidup

sederhana, jangan doa yang jelek.

7. Apakah pahala seorang akan hilang dengan mengkonsumsi narkoba atau

hanya mendapatkan dosa?

33
Hadis ke-26, Rekaman Ceramah di Masjid Khodamuttaqwa pada tanggal 24 Februari 2018.
135

Pahala seseorang karna dosa tidak hilang tapi dosanya bertambah, bahkan

kalau kita mainum-minuman yang keras. 40 hari, 40 malam sholat kita tidak diterima

leh Allah Saw, bahkan kalau ada sisa sedikit saja, di manapun dari minuman keras

yang kita mainuma, maka sepanjang itu amal kita ditolak) dan kemudian mati dalam

keadaan jahiliyyah.

Banyak hal yang sudah Allah sediakan untu kemaslahatan ummat. Yang halal

aja kita nikmatin belum habis.

Ingat sabda Nabi:

34
‫ب َوُى َو ُم ْؤِم ٌن‬
ُ ‫ي يَ ْشَر‬
ِ ْ ‫ََل ي ْشرب‬
َ ‫اْلَ ْمَر ح‬ َُ َ

Tidaklah seorang mukmin itu menenggak minuman keras kalau dia saat

minum tidak ada imannya, jadi pada saat minum itu lepas kaya burung terbang,

8. Ketika dia mabuk kemudian mati, maka tidak boleh disholatkan kyai?

Sebagian mengatakan kalau dia sedang melakukan kefasikkan, ketika orang

mati dalam keadaan fasiq, ada yang mengatakan dia boleh disholatkan, ada juga yang

mengatakan tidak boleh disholatkan pas imannya kufur. Kita mengambil tengah-

tengan fasiq saja.

Memang benar Allah akan memberikan ujian-demi ujian kepada kita sesuatu

yang sangat mengenakan itu adaah surga dunia, dimana kita menelannya,

34
Hadis ke-27, Rekaman Ceramah di Masjid Khodamuttaqwa pada tanggal 24 Februari 2018.
136

meninumnya bahkan pada saat itu waktu kita dicabut nyawa kita, kita jelas mati

dalam keadaan suul khotimah. Yang jelas sisa waktu yang diberikan Allah ini marilah

kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan kita yang sedang menyaksikan acara ini.
137

Tanggal 25 februari 2018

Tema: Menjadi Pribadi Ikhlas

Tempat: Masjid al-Muhajirin

Penceramah: Ustadz. Abdul Somad

Assalamu‟alaikum

Ikhlas diambil dari tiga huruf (‫ )خلص‬ikhlas, Allah Swt bercerita tentang air

susu kambing, onta, sapi dikatakan putih bersih tidak bercampur dengan apapun.

Padahal prosesnya diantara kotoran dan darah. Tapi dia bisa keluar warnyanya putih

bersih tidak tercampur dengan kotoran. Maka kita simpukan makna ikhlas adalah

murni tidak terkontaminasi dengan apa pun, begitulah ikhlas kepada Allah, tidak

tercampur dengan apapun. Kita datang ke masjid ini karna Allah Swt. Maka Allah

tidak menerima amal yang terkontaminasi dengan yang lainnya. Murni karna Allah

Swt.

Pemirsa yang dirahmati Allah itulah tadi sebagai muqodimah apa makna

ikhlas, dan pada segmen selanjutnya nanti akan. Lantas bagaimanakah

mengaplikasikan ikhlas dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita melihat orang ikhlas

itu hati tenang, wajahnya ikhlas, tulus. Diantara keutamaan ikhlas adalah doanya

dikabulkan oleh Allah Swr. Makanya kita luruskan niat:


138

35
‫ واَّنا لكل امرئ ما نوى‬,‫اَّنا اَلعمال بالنيات‬

Hijrah dari kota makkah ke yasrib. Yasrib tanah busuk, tanah mati. Diganti

oleh Nabi namanya jadi al-Madinah munawwaroh. Ternyata yang pindah itu tidak

semua hatinya ikhlas. Mudah-mudahan pemuda-pemuda kita yang hijrah itu karna

Allah. Apa kelebihan orang yang ikhlas karna Allah?

Maka dijanjikan oleh aku akan goda mereka dari depan, dari belakang, dari

kanan, dari kiri, tidak akan dapai mereka bersyukur. Siapa yang terbebas dari syetan?

Aku akan goda mereka, aku akan bengkokan jalanmu yang lurus kecuali hambamu

yang ikhlas karna Allah Swt. Maka mari kita tuluskan hati kita. Sampai kapan

manusia akan digoda? Selama ruh ada didalam jasad mereka, selama ruh ada di

dalam jasad setan masih menggoda mereka. Maka orang-orang yang ada dalam

hatinya bisikan dia mengucapkan Astaghfirullah. Maknya orang tidak ada angina

tidak ada hujan mengucap Astagfirullah.

Ada amalan dibagi menjadi tiga: pertama, sholat amal badan. Dzikir amal

badan. Zakat, infaq shodaqoh, hibah itu amal harta bercampur badan. Ada amal hati,

hati yang senantiasa ikhlas, dan Allah akan memandang hati. Allah tidak melihat

badannya, Allah tidak melihat wajah kamu. Akan tetapi, Allah melihat hati kau dan

amal kamu. Itulah yang akan kita bawa, mudah-mudahan itu yang bisa kita bawa hati

yang ikhlas. Amin-amin ya rabbal‟alamin pemirsa yang dirahmati Allah. Kami akan

kembali dipesan-pesan berikut ini tetap di Damai indonesiaku.

35
Hadis ke-28, Rekaman Ceramah di Masjid al-Muhajirin pada tanggal 25 Februari 2018.
139

Kita sedang sholat tiba-tiba lewat kotak infak. Orang-orang yang meninfakkan

hartanya. Orang kaya infak kalo orang sodaqoh:

َ ‫ك ِِف َو ْج ِو أ َِخ‬
36
ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫ك‬
َ َ‫يك ل‬ َ ‫تَبَ ُّس ُم‬

Tidak punya duit, senyum saja. Itu sodaqoh. Tidak jadi sedekah riya jadi

sedekah syirik. Masukkan uangmu jaga hatimu. Kalau kamu masuk masjid

37 ِ
‫صلِّ َي َرْك َعتَ ْي‬ ِ ِ ِ
َ ُ‫س َح َّىت ي‬
ْ ‫َح ُد ُك ْم الْ َم ْسج َد فَ ََل ََْيل‬
َ ‫إذَا َد َخ َل أ‬

Nabi tidak memberikan nama sholat Tahiyatul Masjid tapi dari para ulama.

Yang artinya menghormati masjid.

Beramal takut dibilang riya dan riya jatuhnya syirik, lalu bagaimana?

Amalkan luruskan niat, hanya mengharap ridho Allah Swt.

Makanya Nabi mengajarkan ketika setelah selesai salam tidak mengucapkan

Alhamdulilah, tapi Astaghfirullah al‟adzim. Takutnya didalam hati kita banyak

berbicara. Oleh karena itu jangan suka berkata lebih-lebih. Yang suka ngomong saya

itu ada empat: yang pertama. Syeitan, fir‟aun, qorun dan yang ke empat bapak.

38 ٍ
‫ال َذ َّرٍة ِم ْن كِ ْب‬
ُ ‫اْلَنَّ َة َم ْن َكا َن ِِف قَ ْلبِ ِو ِمثْ َق‬
ْ ‫ََل يَ ْد ُخ ُل‬

36
Hadis ke-29, Rekaman Ceramah di Masjid al-Muhajirin pada tanggal 25 Februari 2018
37
Hadis ke- 30, Rekaman Ceramah di Masjid al-Muhajirin pada tanggal 25 Februari 2018
38
Hadis ke- 31, Rekaman Ceramah di Masjid al-Muhajirin pada tanggal 25 Februari 2018
140

Tidak masuk surga didalam hatinya ada sombong sebesar biji sawid. Kalau

kita mati bawa daging atau bawa hati keikhlasan? Bawa keikhlasan bukan daging.

Yang dibawa itu keikhlasan hati.

Baik pemirsa yang dirahmati Allah, itulah tadi paparan tentang makna ikhlas

ternyata ketika kita melakukan dalam sehari-hari bukanlah perjaan yang mudah

dalam mengerjakan dengan ikhlas. Lantas bagaimanakah balasan yang diterima bagi

orang-orang yang ikhlas didunia dan akhirat? Setelah pesan-pesan berikut ini Damai

Indonesiaku.

Orang yang ikhlas tidak inginkan balasan dan ucapan terima kasih, balsan

terima kasih saja kami tidak inginkan karena ada balasan yang lebih besar sudah

disediakan oleh Allah Amin amin ya Rabbal‟alamin. Aku sediakan untuk hambaku

belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, belum pernah terlintas di

hati manusia. Yaitu Allah sediakan surga. Lalu apa balsannya yang ikhlas ini

didunia? Tidak setres, tidak depresi, kenapa? Karena dia serahkan semuanya kepada

Allah Swt. Ikhlas maknayanya ridho.

Pemirsa yang dirahmati Allah satu hal yang patut kita sadari bahwa

pertolongan Allah dating itu karna factor keikhlasan. Dalam hadis riwayat an-Nasai :

39
‫ص ََلِتِِ ْم َوإِ ْخ ََل ِص ِه ْم‬ ِِ ِ ِ ِ ِ‫إََِّّنَا ي ْنصر اللَّو ى ِذ ِه ْاْل َُّمةَ ب‬
َ ‫ضعيف َها ب َد ْع َوِت ْم َو‬
َ َ ُ ُُ َ

39
Hadis ke-32, Rekaman Ceramah di Masjid al-Muhajirin pada tanggal 25 Februari 2018.
141

Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan sebab doa, sholat keikhlasan

orang-orang yang lemah dari umat ini. insyaAllah kita lanjutkan setelah pesan-pesan

berikut ini, tetap di Damai Indonesiaku.

Dari belakang masjid Nabawi kita kaan temukan jabal rumat (para pasukan

pemanah) lalu kemudian di atas jabal ini ada 70 orang pemanah, kata Allah wahai

pemahan apapun yang terjadi kalian harus tetap diatas. Nanti saya perang dibawah.

Makanya kata Nabi: hay pasukan pemanah jangan kalian turun kebawah, andai aku

menang kalian jangan turun andai aku kalahpun kalian jangan turun. Ternyata apa

yang terjadi ketika pasukan menang, maka pasukan pemanah pun turun dari atas

untuk mengambil harta rampasan. Menyerang dari belakang dan akhirnya kalah pada

perang uhud pada tahun ke 3 hijriyyah. Makanya disana ada makam syahidu

syyuhada yaitu Hamzah. Kenapa? Karna hati itu tidak ikhlas, dan lalai. Tapi Allah

sudah mengampuninya Allah mengalahkan pasukan hanya karna tidak menaatinya

sekali saja. Hanya karna hati condong kepada harta. lalu apa yang diriwayatkan

dalam hadis an-Nasa‟I tadi dijelaskan bahwa Allah akan menolong umat ini

dengan keikhlasn. Ingat dengan keikhlasn kita menang, tanpa keikhlasan kita akan

kalah.

Maka kedepan kita akan menang insyaAllah. Maka berdoalah dengan hati

yang ikhlas. Karna ikhlas tidak karna perbuatan. Allah hanya memberkan ketika

mereka ikhlas.

Baik pemirsa yang dirahmati Allah, tetaplah di Damai Indonesiaku.


142

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Apakah ikhlas akun instagramnya diblokir?

Apakah Nabi Muhammad Saw mengajarkan marah? Pernahkan Nabi marah?

Kapan Nabi marah ketika dia keluar rumah di melihat ada dua orang sahabat sedang

bertengkar karena Al-Qur‟an. Ketika ketika itu wajah Nabi merah, marah. Manusia

banyak bertengkar, berkelahi. Jadi islam tidak mengajarkan marah.tapi marahlah pada

tepatnya.

2. Beribadah berharap surga, apakah masih dikatakan ikhlas?

Ini tidak benar, karna yang menyuruh minta surga itu Allah dan Rasul Saw:

          



„‟Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa (133)”.
Bersegeralah kamu minta ampunan Allah dan akan mendapatkan Allah. Ada

yang lebi bagus dari air yang mengallir, lebih enak dari kurna, bidadari. Apa itu?

Ketika kita dapat memnadang Allah. Setelah diberikan nikmat , Allah bertanya apa

lagi? Ridhomu, karna orang yang bisa masuk surga belum tentu dapet ridhoNya. Tapi

orang yang ridho pasti dapet surga.

3. Pak ustdz doa apa yang membuat hati kita ikhlas?


143

Wahai engkau yang membolak balikkan hati, kokohkan hatiku. Dalam agama

mu dan dalam keta‟atan kepadamu. Doa jangan sendirian, tapi kita bersama.

4. Bagaimanakah kita mengetahui bahwa barameter ibadah kita sudah sampai

ikhlas?

Adanya perubahan semua ibadah ada target dan visi misi. Setiap manusia

yang sudah mencapai keikhlasan maka adanya perubahan lebih mendekatkan kepada

Allah.

5. Gimanakah rasullulah Saw mencontohkan akhlak ikhlas?

Nabi Saw dalam kehidupannya, kalau ada orang yang memuji-muji kamu

maka ambillah pasir lemparkan ke mukanya, kenapa? Karna pujian racun hati. Begitu

Nabi mengajarkan.

6. Apakah belajar tasawuf mampu meningkatkan keikhlasn?

Tasawuf diambil dari makna shofa, yaitu hati suci bersih karna Allah Swt.

Nama lain dari tasawuf tadzkiyatun nafs mensucikan diri. Beruntung orang yang

hatinya bersih, setelah hatinya bersih, berdzikir karna Allah. Bersihkan hati dari

penyakit-penyakit hati.

7. Apakah perbedaan ikhlas dengan ridho?

Ikhlas tidak mengharapkan balsan hanya kecuali Allah Swt hanya karna

balasan Allah. Ridho menerima yang diberikan Allah tanpa keluh kesah.
144

8. Kalau ada orang-orang berhutang kepada kita, lalu meninggalkan hutangnya,

akan tetapi saya telah mengikhlaskannya. Apakah mengalami siksa kubur?

Ayat paling panjang pada surah al-Baqarah ayat 282 tentang hutang. Tetapi

kalau sudah terhitung hutang dan diikhlaskan maka terhitung sodaqoh. Kalau kamu

sedekahkan itu lebih bagus dari kamu. Jadi kalau ada orang yang berhutang maka kita

sedekahkan.
BAB IV
ANALISIS TEMUAN HADIS-HADIS

A. Takhrīj Hadis

Selanjutkan saya akan men- Takhrīj yakni mengeluarkan hadis-hadis

dari kitab induknya. Berikut ini saya tampilkan hasil takhrīj dari 32 hadis,

hasil dari rekaman setiap minggunya.

Hadis ke-1

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ‫وأَن‬
َ ّْ‫اَخاتََُالنَّبِي‬
َ‫ي‬ َ ََ
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari
hadis tersebut dengan penggalan kata yang ditelusiri adalah1 ‫ خبتم‬melalui kitab
Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa hadis
dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur
periwayatan yang berbeda yaitu:
ِ
َ ّْ‫َوأَنَاَ َخاتَُالنَّبِي‬
َ‫ي‬
َ)َ‫َََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬٨١َ‫خََ–ََمناقب‬
َ)َ‫(َصحيحَمسلم‬ ٢٢َ‫مَََ–ََفضائل‬
)َ‫(َسننَالرتميذى‬ ٣٤َ‫تََ–ََفنت‬
َ)‫ََََََََََََََََََََََ(َسننَأبوَداود‬٨َ‫دَ–َََفنت‬
َ)َ‫َََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬١َ‫دىَ–َمقدمة‬
)َ‫َََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٣٨٢َ٬َ٤٢١َ:٤ََ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 6 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ

Muslim, Sunan Abī Dāwud, Sunan al-Tirmidzī, Sunan al-Dārimī dan Musnad

1
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 9

145
146

Aḥmad ibn Hanbal. Hadis yang dikeluarkan oleh penceramah hanya potongan

saja. Adapun riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ Muslim, dan Musnad Aḥmad

ibn Hanbal dengan jalur sahabat Abu Hurāirāh memiliki redaksi yang sama.

Adapun riwayat Sunan Abī Dāwud, Sunan al-Tirmidzī, Musnad Aḥmad ibn

Hanbal dengan jalur sahabat Tsaubān memiliki redaksi yang sama. Riwayat

al-Dārimī jalur sahabat Jābir bin ‘Abdullāḥ. Semua riwayat diatas memiliki

kesamaan dengan yang disampaikan penceramah.

Adapun riwayat al-Bukharī dengan jalur sahabat Abū Hurairah

menggunakan lafal 2‫ من زاوية‬, dari riwayat Muslim jalur sahabat yang sama
3
menggunakan lafal ‫ من زوايبه‬, selain itu dengan riwayat Aḥmad ibn Hanbal

jalur sahabat yang sama menggunakan lafal 4‫ من زواية ومن زوايبه‬. Adapun

riwayat Abī Dāwud5 dengan jalur sahabat Tsaubān terdapat perbedaan lafal َ‫إِ َّن‬

َ‫ك َأ َُّم ِِت‬ ِ ‫ت َم َشا ِرقَ َهاَومغَا ِرب َه‬ ِ ‫ال َإِ َّن ََرِّّْب ََزَو‬ ِ ‫اللَّوَ ََزَو‬
ُ ‫اَوإ َّن‬
ََ ‫َم أل‬ َ َ ََ َ ُ ‫ض َفَ َرأَيأ‬
َ ‫َاْل أَر‬
‫ىَِل أ‬ َ َ‫ض َأ أَو َق‬
َ ‫َاْل أَر‬
‫ىَِل أ‬

َِ ‫ت ََرِّّْب‬
َ‫َْلَُّم ِِت َأَ أن َََل‬ ُ ‫َسأَلأ‬ ِ َ ‫َمحَر َو أاْلَبأي‬
َ ‫ض ََوإ ِّّْن‬َ َ َ ‫َاْل أ‬
ِ ِ
َ ‫َسيَأب لُ ُغ ََما َُزِو‬
ُ ‫ي َِِل َمأن َها ََوأ أُعط‬
‫يت َالأ َكأن َزيأ ِن أ‬

ِِ ِ ِ ٍ ٍ ِ
َ َ‫ضتَ ُه أم ََوإِ ََّن ََرِّّْب َق‬
َ‫ال‬ َ ‫يحَبَأي‬ِ َ ‫يُ أهل َك َهاَبِ َسنَةَبِ َع َّامة ََوََلَيُ َسلّْ َط‬
َ ‫َعلَأي ِه أم‬
َ ‫َع ُد ِّواَم أنَس َوىَأَنأ ُفسه أمَفَيَ أستَب‬

ٍ ٍِ ِ ِ ِ َ َ‫ت َق‬
َ ‫َعلَأي ِه أم‬
َ‫َع ُد ِّوا‬ َ ‫ط‬ُ ّْ‫ُسل‬
َ ‫ضاءً َفَإنَّوُ َََل َيَُرُّد ََوََل َأ أُىل ُك ُه أم َب َسنَة ََب َع َّامة ََوََل َأ‬ َ َ‫اَُمَ َّم ُد َإِ ِّّْن َإِ َذاَق‬
ُ ‫ضأي‬ ُ َ‫ِِل َي‬

2
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, nomor hadis: ٤٤٣٢, jld.٤, h.
٨٤11
3
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
nomor hadis:1٨1٨, jld 7, h. 64
4
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 9156, h. 398
5
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, jld.2 ,
nomor hadis: 4252 , h. 499
147

ِ ‫َعلَأي ِهم َِم أنَبَ أ‬


ِ َ َ‫يَأَقأطَا ِرَىاَأَوَق‬
َ ‫الَبأَقأطَاَِرَى‬
َََّّ ‫اَح‬ ِ ِِ ِ ِ
‫أ‬ ‫َاجتَ َم َع َ أ‬
‫ضتَ ُه أم ََولَ أو أ‬
َ ‫يحَبَأي‬
َ ‫م أنَس َوىَأَنأ ُفسه أمَفَيَ أستَب‬

ََ‫َاْلَئِ َّمة‬ ِ
‫َعلَىَأ َُّم ِِت أ‬
َ ‫اف‬ َ ‫اَوإََِّّنَاَأ‬
ُ ‫َخ‬ َ ‫ض‬ ً ‫ض ُه أم َيَ أسِِب َبََ أع‬
ُ ‫اَو َح ََّّ َيَ ُكو َن َبَ أع‬
َ ‫ض‬ ً ‫ك َبَ أع‬
ُ ‫ض ُه أم َيُ أهل‬
ُ ‫يَ ُكو َن َبَ أع‬

ِ ِ ِ َّ ‫اَو ِض َع‬ ِ ‫الأم‬


َ‫اعةَُ َح َََّّتَ أل َح َق‬
َ ‫َالس‬ ُ ‫َعأن َهاَإِ ََلَيَ أومَالأقيَ َامة ََوََلَتَ ُق‬
َّ ‫وم‬ َ ‫ف َِِفَأ َُّم ِِتَ ََلأَيُأرفَ أع‬
ُ ‫َالسأي‬ ِ َ ّْ‫ضل‬
ُ َ‫ي ََوإذ‬ ُ

َ‫َسيَ ُكو ُن َِِف َأ َُّم ِِت َ َك َّذابُو َن‬ ِ ‫ي ََو َح ََّّ َتَ أعبُ َد َقََبَائِ ُل َِم أن َأ َُّم ِِت أ‬
َ ُ‫َاْل أَوثَا َن ََوإنَّو‬
ِ ِ ِ
َ ‫قَبَائ ُل َم أن َأ َُّم ِِت َبِالأ ُم أش ِرك‬

ّّ َِ‫َح َََّّيَأِِتََأ أَم ُرَاللَّو ثَََلثُو َنَ ُكلُّ ُه أمَيَ أزعُ ُمَأَنَّوَُن‬
َ‫ِب‬ َ ‫َخالََف ُه أم‬
َ ‫ َم أن‬, al-Tirmidzī dan Aḥmad ibn
6 7

Hanbal8, al-Dārimī9 memiliki tema yang berbeda akan tetapi potongan lafal

yang digunakan penceramah tersebut sama.

Riwayat al-Dārimī jalur sahabat Jābir bin ‘Abdullāḥ ََ ِ‫َأَنَا َقَائِ َُد َالأ ُم أر َسل‬
َ‫ي‬
10
َ‫ َو ََلَفَ أخَر‬.
Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi11.

Hadis ke-2

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai


berikut:

َ‫َّه أم‬ ِ ِ ‫فُواَبِب ي ع ِة أ‬


ُ ‫َحق‬
َ ‫وى أم‬
ُ ُ‫َاْل ََّولَفَ أاْل ََّولَأ أَعط‬ َ ‫َأ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari
12
hadis tersebut dengan penggalan kata yang ditelusiri adalah ‫ اػطوا‬melalui

6
Lengkapnya lihat lampiran
7
Muḥammad ‘Īsā ibn Sūrah ibn Mūsā ibn al-Daḥḥāk Abū ‘Īsā al-Tirmidzī, Sunan al-
Tirmidzī, jld: 4 Nomor hadis: 2219, h. 499
8
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:٢٢٣٣ , h.٢7١
9
Imām al-Ḥāfidz Abū Muḥammad ʻAbdullāh ibn ʻAbd al-Raḥmān, Sunan al-Dārimī,
nomor hadis: 50, jld.1 , h. 59
10
Lengkapnya lihat lampiran
11
Lengkapnya lihat lampiran
148

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat dikitab hadis dengan jalur periwayatan

yaitu:

َ‫َّه أم‬
ُ ‫َحق‬
َ ‫وى أم‬
ُ ُ‫أ أَعط‬
)‫خَ–َََانبياءَََََََََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi hadis pada kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī

dengan jalur riwayat sahabat Abu Hurāirāh. Redaksi tersebut sesuai dengan

hadis yang disampaikan penceramah13.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi14.

Hadis ke-3

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َ‫َح ُد ُك أَمَلِنَ أف ِس َِو‬


َ ‫صلَّىَأ‬ ََ ‫الس ِق‬
َ َ‫يمَ َوالأ َكبِ ََيَ َوإِ َذا‬ ََ ِ‫ّْفَفَِإ ََّنَفِي ِه َُمَالضَّع‬
َّ ‫يفَ َو‬ َِ ‫َح ُد ُك أَمَلِلن‬
َ‫َّاسَفَ أليُ َخف أ‬ َ َ‫إِ َذا‬
َ ‫صلَّىَأ‬
‫فَ أليُطَّْو أَلَ َماَ َشاء‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari hadis

tersebut dengan penggalan kata yang ditelusiri adalah15 ‫ خف‬melalui kitab

Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa hadis

dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan

yang berbeda yaitu:


12
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. ٣, h. ٢7٢
13
Lihat lihat lampiran
14
Lengkapnya lihat lampiran
15
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 50
149

‫فمنَصلىَللناسَفليخفف‬
)‫ََََََََََََََََََ(َصحيخَالبخاري‬٤٣ََ‫خَ–َاذان‬
َ)َ‫َََََََََََََََََ(َصحيحَمسلم‬٤7َ‫مَََ–ََصَلة‬
)َ‫ََََََََََََََََََ(َسننَالنسائ‬٤٣َ‫نَََ–ََامامو‬
)‫ََََََََََََََََََََََََ(موطأ‬٨٤َ‫طَ–َمجاعة‬
)َ‫َََََََََََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٣١1 :٢َ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada ٣ kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi hadis pada kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī,

Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan al-Nasā’i, Muwaṭa’ Imām Mālik dan Musnad Aḥmad

ibn Hanbal.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī dengan jalur sahabat Abu Hurāirāh sama

dengan apa yang disampaikan oleh penceramah. Riwayat Ṣaḥīḥ Muslim

َ ِ‫ َوالأ َكب‬menjadi
dengan jalur sahabat Aba Hurāirāh ada penggantian kata dari 16‫ي‬
َ

َ‫اج ِة‬‫اْل‬
َ َ‫أ‬ َ 17
‫ َو َذا‬. Adapun riwayat Sunan al-Nasā’I, Muwaṭa’ Imām Mālik dan

Musnad Aḥmad ibn Hanbal dengan jalur sahabat Aba Hurāirāh ada

َ‫يم ََوالأ َكبِ َي‬ ِ َّ ‫ فَِإ َّن َِمأن هم َالضَّعِيف َو‬menjadi َ ‫يم‬
ََ ‫الس ِق‬
َّ َ ‫فَِإ ََّن َفِي ِه أَم‬
penggantian kata dari
َ ‫السق‬ َ َ ‫ُأ‬
18
ََ ِ‫ َوالضَّع‬.
َ‫يفَ َوالأ َكبِ َي‬

16
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, nomor hadis: 671, jld. 1, h.
248
17
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
nomor hadis٨171 , jld ٢, h .٣٤
18
Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī,
nomor hadis: 822, jld. 2 , h. 429
150

Melalui riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal ada penggantian kata

yaitu ‫ إذاَصلىَأحدكمَللناس‬menjadi ‫إذاَكانَأحدكمَإماما‬ ََ ‫الس ِق‬


ََ ِ‫يمَ َوالضَّع‬
, َ‫يف‬ َّ َ‫فَِإ ََّنَفِي ِه أَم‬

َ‫ َوالأ َكبِ َي‬menjadi 19‫فإنوَيقومَوراءهَالضعيفَوالكبيَوذوَاْلاجة‬.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi20.

Hadis ke- 4

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

‫اعَ َوُكلُّ ُك أَمَ َع أن ََر ِعيَّتِو‬


ٍَ ‫ُكلُّ ُك أم ََر‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah21 ‫ سأل‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫كم كم راع مسئول ػن رػيتو‬

)‫َََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬٨٣٣َ‫خَ–َمجعة‬
)‫ََََََََََََََََََََ(صحيحَمسلم‬7َ‫مَ–َامارة‬
)‫ ََََََََََََ(سننَالرتمذي‬٢1١َ‫تَ–َجهاد‬
)َ‫َََََََََََََ(َسننَأبوَداود‬٨٣٣َ‫دَََ–َامارة‬
٣٬٣٣٬٨٨٨َ٬٨٢٨ :٢َ–َ‫حم‬

19
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:10529 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 502
20
Lengkapnya lihat lampiran
21
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 383
151

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 5 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ

Muslim, Sunan al-Tirmidzī, Sunan Abī Dāwud dan Musnad Aḥmad ibn

Hanbal.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī dengan jalur sahabat ‘Abdullāh dengan

Musnad Aḥmad ibn Hanbal jalur sahabat Nāfi bin Ibn ‘Umar ada perbedaan

dengan yang diriwayatkan Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan al-Tirmidzī, Sunan Abī

Dāwud dengan jalur sahabat Nāfi bin Ibn ‘Umar yaitu ada tambahan lafal

22
َ‫أَل‬ di depan matan. Potongan hadis yang digunakan penceramah sesuai

dengan apa yang ada di dalam matan hadis.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama, maka

dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi23.

Hadis ke- 5

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

‫َع ِم َل ََِّٔا‬
َ ‫اَوِوأزُر ََم أن‬
ِ ‫َمنَس َّنَسنَّةًَسيّْئةًَفَع ِمل َِّٔاَ َكا َن‬
َ ‫َعلَأيوَ ِوأزَُرَى‬
َ َ َ ُ َ َ ُ َ ‫ََ أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari hadis

tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah24 ‫ حسن‬melalui kitab Muʻjam

Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa hadis dengan matan

diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda

yaitu:

22
Muḥammad ‘Īsā ibn Sūrah ibn Mūsā ibn al-Daḥḥāk Abū ‘Īsā al-Tirmidzī, Sunan al-
Tirmidzī, jld. 4 , nomor hadis: 1705 , h. 208
23
Lengkapnya lihat lampiran
24
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 1, h. 468
152

‫منَسنَِفَاَلسَلمَسنةَحسنة‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََََََ(سننَابنَماجو‬٣٨َ‫جوََ–ََمقدمة‬
َ)َ‫َََََََََََََََََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬٣٨٨َ-َ‫دى‬
)‫َََََََََََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٨١٣1٣٬٨١٣11ََ–َ‫حم‬

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 3 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan Ibn Mājaḥ, Sunan al-

Dārimī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Sunan Ibn Mājaḥ dengan jalur sahabat Abi Huzāifah25 َ‫منَسن‬

َ.‫سنة َحسنة َفعمل َّٔا َبعده َكان َلو َأجره َومثل َأجورىم َمن َغي َأن َينقص َمن َأجورىم َشيئا‬

َ‫ومنَسنَسنةَسيئةَفعملَّٔاَبعدهَكانَعليوَوزرهَومثلَأوزارىمَمنَغيَأنَينقصَمنَأوزارىم‬

‫شيئا‬ berbeda dengan riwayat Sunan al-Dārimī jalur sahabat Jarīr26 yaitu َ ‫َم أن‬

َِ‫َج ِره‬ ِ ِ ِ ‫س َّن َسنَّةً َحسنَةً َع ِمل َِّٔاَب ع َدهََ َكا َن َلَو َِمثأل َأَج ِر َمن‬
ِ ‫اَمن َ َغ ِي َأَ أن َي أن َق‬
‫ص َم أن َأ أ‬
َ ُ ‫َعم َل ََّٔ أ أ‬
َ ‫ُ ُ أ َأ‬ ُ ‫َ ُ َ َ ُ َ َ َأ‬

َ ‫ص َِم أنَأ أَوَزاَِرِه‬ ِ ِ ِ ‫ َشيءَومنَس َّنَسنَّةًَسيّْئةًَ َكا َنَعلَي ِو َِمثألَ ِوأزِرَمن‬.


ٌ‫َش أي َء‬ َ ‫َعم َلََّٔاَم أنَ َغ أِيَأَ أنَيُأن َق‬
َ ‫َأ ُ َأ‬ َ َ ُ َ ‫أ ٌ ََ أ‬
Adapun Riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal melalui jalur sahabat

Abi Hurāirāh َ‫منَسنَسنةَضَللَفاتبعَعليهاَكانَعليوَمثلَأوزارىمَمنَغيَانَينقص‬

َ‫َأوزارىمَشيءَومنَسنَسنةَىدىَفاتبعَعليهاَكانَلوَمثلَأجورىمَمنَغيَانَينقص‬27‫من‬

25
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, jil. 1, nomor hadis: ٢17, jld. 1 ,
h. 75
26
Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî
al- Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jld. 2, nomor hadis: 523, (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 68
27
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 10563 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 504
153

‫ منَأجورىمَشيء‬dengan jalur sahabat jarīr28 َ‫انَقوماَأتواَالنِبَصلىَاهللَعليوَوَسلم‬

َ‫منَاْلعرابَجمتاِّبَالنمارَفحثَرسولَاهللَصلىَاهللَعليوَوَسلمَالناسَعلىَالصدقةَفابطؤا‬

َ‫حََّرؤىَذلكَِفَوجهوَفجاءَرجلَمنَاْلنصارَبقطعةَتربَفطرحهاَفتتابعَالناسَحََّعرف‬

‫لكَِفَوجهوَفقالَمنَسنَسنةَحسنةَفعملَّٔاَمنَبعدهَكانَلوَأجرىاَومثلَأجرَمنَ ذ‬

َ‫عملَّٔاَمنَغيَأنَينتقصَمنَأجورىمَشيءَوَمنَسنَسنةَسيئةَعملَّٔاَمنَبعدهَكان‬

‫عليو َوزرىا َووزر َمن َعمل َّٔا َوَل َينقص َذلك َمن َأوزارىم َشيئا‬. Matan hadis yang

kutip oleh penceramah sesuai dengan hadis yang tertera pada Kitab Musnad

Aḥmad ibn Hanbal.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang tidak

berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara

makna 29.

Hadis ke- 6

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ َ ‫َاْل‬
ََُ ‫س ُدَ ُكلُّو‬
َ َ‫َاْل‬ ‫َاْلَ َس ُدَ ُكلُّوُ ََوإِذَاَفَ َس َد أ‬
‫تَفَ َس َد أ‬ ‫َصلَ َح أ‬
َ ‫ت‬ َ َ‫ضغَةًَإِذ‬
‫اَصلَ َح أ‬ ‫َم أ‬
ُ ‫سد‬ ِ ِ
َ َ‫أَََل ََوإ َّنَِف أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari hadis

tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah30 ‫ صهح‬melalui kitab Muʻjam

28
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 19223 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 361
29
Selengkapnya lihat lampiran.
30
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 3, h. 334
154

Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa hadis dengan matan

diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda

yaitu:

‫انَصلحتَصلحَاْلسد‬
)َ‫َََََََََََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬٧٤َ‫خََ–ََاِيان‬
َ)َ‫ََََََََََََََََََََ(َصحيحَمسلم‬٠٢َ‫مَََ–ََمساقاة‬
)‫َََََََََََََََََََََََََ(َسنَإبنَماجة‬٤٧َ‫جوَ–َفنت‬
َ)َ‫ََََََََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬٤َ‫دىَ–َبيوع‬
َ)‫ََََََََََََََََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٠٤٢َ:٧ََ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 5 kitab

yang meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī,

Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Ibn Mājaḥ, Sunan al-Dārimī dan Musnad Aḥmad ibn

Hanbal.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī31dan Sunan Ibn Mājaḥ32 dengan jalur

Nu’mān ibn Basyīr menggunakan lafal َ‫ََل‬


َ ‫ات‬
ٌ ‫اَم َشبَّ َه‬
ُ ‫ي ََوبَأي نَ ُه َم‬
ٌ ّْ َ‫اْلَر ُامَب‬
‫ي ََو أ‬
ٌ ّْ َ‫اْلَ ََل ُلَب‬
‫أ‬ َ
ِ ‫ات َاستب رأََلِ ِدينِ ِو َو ِعر ِض ِو َومن َوقَع َِِف َالشُّب َه‬
ِ ‫َّاس َفَمن َاتَّ َقىَالأمشبَّ ه‬ ِ ِ
ََ‫ات‬ َُ َ َ ‫َ أ ََ أ‬ َ ‫أ َأ‬ ََُ ‫يَ أعلَ ُم َهاَ َكثيٌ َم أن َالن ِ َ أ‬
ِ ِ ‫َاْلِمى َي‬
ُ‫ك َأَ أن َيُ َواق َع َو‬
ُ ‫وش‬ُ َ ‫َح أَو َل أ‬
َ ‫ َكَر ٍاع َيَ أر َعى‬. berbeda denngan riwayat Ṣaḥīḥ

Muslim33 dengan jalur sahabat yang sama menggunakan lafal َ ‫َوأ أَى َوىَالن أُّع َما ُن‬

َ‫ات َََل َيَ أعلَ ُم َُه َّن َ َكثِيٌ َِم أن‬


ٌ ‫اَم أشتَبِ َه‬
ُ ‫ي ََوبَأي نَ ُه َم‬ ‫ي ََوإِ َّن أ‬
ٌ ّْ َ‫َاْلََر َام َب‬ ‫صبَ َعأي ِو َإِ ََل َأُذُنَأي ِو َإِ َّن أ‬
ٌ ّْ َ‫َاْلَ ََل َل َب‬ ‫بِِإ أ‬

31
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab halal, nomor hadis 52,
jld. 1, h. 28
32
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab fatana , nomor hadis
3984, jld. 2, h. 3282
33
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab halal , nomor hadis 4178, jld 5, h. 50
155

ِ ‫الر‬
َّ ‫َاْلََرِامَ َك‬ ِ ‫اتَاستب رأََلِ ِدينِ ِوَو ِعر ِض ِوَومنَوقَع َِِفَالشُّب ه‬
‫ات ََوقَ َع َِِف أ‬ ِ ‫َّاسَفَمنَاتَّ َقىَالشُّب ه‬
َ‫اعي‬ َُ َ َ ‫َ أ ََ أ‬ َ ‫أ َأ‬ َُ ‫الن ِ َ أ‬
َ‫كَأَ أنَيَ أرتَ َعَفِ ِيو‬ ِ ‫َاْلِمىَي‬
ُ ‫وش‬ُ َ ‫ىَح أو َل أ‬
َ ‫يَ أر َع‬.
Adapun Sunan al-Dārimī34 denngan jalur sahabat Nu’mān ibn Basyīr
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
menggunakan lafal َ‫َوقَ َع‬ ‫فَ َم أنَاتَّ َقىَالشُّبُ َهات أ‬
َ ‫َاستَأب رأََلع أرضو ََودينو ََوَم أن ََوقَ َعَِفَالشُّبُ َهات‬
َ
ِ ِ ‫َاْلِمىَفَي‬ ِ َّ ‫َاْلرِامَ َك‬ ِ
ُ‫كَأَ أنَيُ َواق َع َو‬
ُ ‫وش‬ُ َ ‫ىَح أو َل أ‬
َ ‫الراعيَيَ أر َع‬ ََ‫ ِف أ‬pada tengah-tengah matannya.
Pada kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal35 ada penambahan lafal diawal

matan َ‫مثلَاملؤمنيَِفَتوادىمَوتعاطفهمَوترامحهمَمثلَاْلسدَإذاَاشتكىَمنوَشيءَتداعى‬

‫لوَسائرَاْلسدَبالسهرَواْلمى‬.
Adapun hadis yang digunakan penceramah sesuai dengan matan
hadis pada kitab-kitab hadis meskipun mengutif hanya potongan hadisnya
saja.
Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang berbeda-

beda, maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara

makna 36.

Hadis ke- 7

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ‫ُك ُّلَاب ِنَآدمَخطَّاءَوخي ر أ‬


َ ‫َاْلَطَّائ‬
َ‫يَالت ََّّوابُون‬ ُ‫أ َ َ َ ٌ َ َأ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah37 ‫ خطأ‬melalui

34
Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî
al- Darimî, Sunan al- Darimî, jld. 8, nomor hadis 2586 , (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 67
35
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis 18398, (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 270
36
Selengkapnya lihat lampiran.
37
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 42
156

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫انَصلحتَصلحَاْلسد‬
)َ‫َََََََََََََََََََََََ(َسننَالرتميذي‬٧٤َ‫تَ–َقيامة‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََ(َسننَإبنَماجو‬٠٢ََ‫جوَ–َزىد‬
َ)َ‫َرفاقََََََََََََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬-َ‫دى‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََ(َمسندَأمحدَبنَحنبل‬٤٦٢َ:٠َ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 4 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī, Sunan

Ibn Mājaḥ, Sunan al-Dārimī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī38, Sunan Ibn Mājaḥ39 dan Sunan al-


Dārimī40dengan jalur sahabat Anas bin malik tidak ada perbedaan lafal.
Adapun riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal41 dengan jalur sahabat yang
ٍ ‫ي َِمنَم‬ ِ ِ َّ ‫ولَوَأ‬
sama ada penambahan pada akhir matannya lafal َ‫ال‬ َ ‫َآد َم ََواديَ أ ِ أ‬
َ ‫َنََلبأ ِن‬ ‫َأ‬
ِ َ ‫ف َابأ ِن‬ ِ
ُ ‫َآد َم َإََّل َالت َُّر‬
َ‫اب‬ َ ‫َُج أو‬
َ ‫اَوََل َِيَأََل‬
َ ً‫ ََلبأتَ غَىَ َلَُماَثَالث‬. Redaksi hadis yang digunakan

oleh penceramah sesuai denngan yang digunakan oleh penceramah.


Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi42.

38
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis 18398, (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 270
39
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab juhud , nomor hadis
4251, h. 1430
40
Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî
al- Darimî, Sunan al- Darimî, pentahqiq: Husain Salîm Asad, kitab Rifāk, jld. 8, nomor hadis
2783, (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 435
41
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 12576, (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 234
42
Lengkapnya lihat lampiran
157

Hadis ke- 8

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

‫َاْلَنَّة‬
‫ت أ‬ ٍ ‫اَر‬ ٍ ‫أَُِّي‬
‫َد َخلَ أ‬
َ ‫اض‬ َ ‫اَعأن َه‬
َ ‫ت ََوَزأو ُج َه‬
‫اَامَرأَة ََماتَ أ‬
‫َ أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah43 ‫ مرأ‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫اِياَمراةَماتتَوزوجهاَعنهاَرض‬
)َ‫ََََََََََََ(َسننَالرتميذى‬٤٢َ‫تََ–ََرضاع‬
)‫جوَ–َالنكاحََََََََََََََََََ(سننَابنَماجو‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 2 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī, Sunan

Ibn Mājaḥ.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī44dan Sunan Ibn Mājaḥ45memiliki lafal

yang sama dengan yang digguankan oleh penceramah. Dan dari kedua

riwayat tidak ada perbedaan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi46.

43
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 6, h. 188
44
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab: , nomor hadis:, jld. , h.
45
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: , nomor hadis: , h. 154
46
Lengkapnya lihat lampiran
158

Hadis ke- 9

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َ‫َاْلَن َِّة‬
َ‫الَيَأبتَغِيَبِِو ََو أج َوَاللَّ ِوَبَ ََنَاللَّوَُلَوُ َِمثأ لَوُ َِِف أ‬
َ َ‫تَأَنَّوَُق‬ ِ ‫الَب َكي ر‬ ِ
ُ ‫َحسأب‬
َ ٌ ‫َم أنَبَ ََن ََم أسج ًداَقَ َ ُ أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah47 ‫ بنى‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫َبنَاهللَلوَبيتاَِفَاْلنة‬....َ‫منَبَنَمسجدَهلل‬
)‫ََََََََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬٦٦َ‫خَ–ََصَلة‬
)‫َََََََََََََََ(صحيحَمسليم‬٠٧٬٠٦َ‫مَ–َمسجد‬
َ)‫ََََََََََََََ(سننَالرتمذي‬٤٠٬٤٨٤َ‫تَ–َصَلة‬
)‫ََََ(سننَالنسائ‬٦٦٬٦٤َ‫ََمساجدَقيامَالليل‬-َ‫ن‬
)‫ََََََََََََََََََََ(سننَابنَماجو‬٤٢٢ََ‫جوَ–َإقامة‬
)َ‫َََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬٤٤٠َ‫دىَ–َصَلة‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 6 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ

Muslim, Sunan al-Tirmidzī, Sunan al-Nasā’ī, Sunan Ibn Mājaḥ,dan Sunan al-

Dārimī.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī48dan Ṣaḥīḥ Muslim49dengan jalur sahabat

َُ‫تَأَنَّو‬ ِ ‫الَب َكي ر‬ ِ


Uṣmān ibn ‘Affan memiliki lafal yang sama ُ ‫َحسأب‬
َ ٌ ‫َم أنَبَ ََن ََم أسج ًداَقَ َ ُ أ‬

47
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 1, h. 221
48
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab shalat, nomor hadis:
437, jld. 1, h. 172
159

‫ال َيَأبتَغِي َبِِو ََو أج َو َاللَّ ِو َبَ ََن َاللَّوُ َلَوُ َِمثأ لَوُ َِِف أ‬
‫َاْلَنَّة‬ َ َ‫ ق‬. Riwayat Sunan al-Tirmidzī50

menggunakan lafal pada matannya ‫منَبَنَمسجداَبَنَاهللَلوَمثلوَِفَاْلنة‬. Riwayat

Sunan al-Nasā’ī51 menggunakan lafal pada tengah-tengah matan َ‫ يُ أذ َك ُرَاللَّوَُفِ ِيو‬.

َِ penambahan lafal ditengah-tengah


Adapun riwayat Sunan Ibn Mājaḥ52َ

matan ‫يذكرَفيوَاسمَاهلل‬.

Adapun hadis yang digunakan oleh penceramah hanya menyebutkan

terjemahannya saja. Tidak ada terjemahan yang sesuai dengan matan-matan

hadis diatas.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang berbeda-

beda, maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara

makna 53.

Hadis ke- 10

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

‫َُثََّأ أَع َفاهَُاللَّوُ َِمأنو‬


ُ ‫َالس َق ُم‬ ِ
َ ‫إِ َّنَالأ ُم أؤم َنَإِذَاَأ‬
َّ ُ‫َصابَو‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah54‫ سقم‬melalui


49
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab Masjid , nomor hadis. 7661, jld 8, h. 221
50
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab Shalat , nomor hadis: 318, jld. 2, h. 134
51
Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, kitab
Masjid , nomor hadis: 688 , jld.2 , h. 31
52
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab:Qiyām , nomor hadis:735,
h. 243
53
Selengkapnya lihat lampiran.
160

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫انَاملؤمنَاذاَاصابوَالسقم‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََ(َسننَأبوَداود‬٨٨َ‫دَ–َجنائر‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan Abī Dāwud.

Riwayat Sunan Abī Dāwud55 melalui jalur sahabat Abu Daȗd tidak

memiliki perbedaan dengan riwayat lain karena hanya ada pada satu kitab.

Kemudian potongan hadis yang digunakan penceramah sesuai dengan hadis

yang di kitab.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi56.

Hadis ke- 11

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َ‫س َِم ّّْن‬ ِ َ ‫ب‬


َ ‫َع أنَ ُسنَِّتَفَلَأي‬
ِ
َ ‫النكاحَسنِتَفَ َم أن ََرغ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah57‫ نكبح‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

54
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 479
55
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
Janāir , jld. 2, nomor hadis:3089 , h. 199
56
Lengkapnya lihat lampiran
57
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 6, h. 554
161

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫النكاحَمنَسنة‬
)‫خَ–ََالنكاحَََََََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬
)‫مَ–َالنكاحََََََََََََََََََََََ(صحيحَمسلم‬
)‫ََهنىَعنَالتبتلَََََََََََََََ(سننَالنسائ‬-َ‫ن‬
)َ‫ََهنىَعنَالتبتلََََََََََََ(َسننَالدارمى‬-َ‫دى‬
َ٤٧٢٤٤٬َ٦٧٤٤٬٤٠٦٦٨٬٤٠٤٦٠َ:٠َ-َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 5 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ

Muslim, Sunan al-Nasā’ī, Sunan al-Dārimī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī58 dengan jalur sahabat Anas bin Malik

ِ ٍ
menggunakan lafal diawal matannya َُ‫َصلَّىَاللَّو‬ ّْ ِ‫َجاءََثَََلثَةُ ََرأىطَإِ ََلَبُيُوتَأ أَزَو ِاجَالن‬
َ ‫َِّب‬

ِ ‫َعباد ِة َالنَِِّب َصَلَّىَاللَّو‬


ِ ِ
َ ُّ‫ُخِربُواَ َكأَن َُّه أم َتَ َقال‬
َ‫وىاَفَ َقالُوا‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َم َفَلَ َّماَأ أ‬
َ ُ َ ّْ َ َ ‫َع أن‬ َ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َم َيَ أسأَلُو َن‬

َّ ‫َّم َِم أن َذَنأبِ ِو ََوَماَتَأ‬ ِ ِ ‫ََنن َِمن َالنَِِّب َصلَّىَاللَّو‬


َ‫َح ُد ُى أم‬
َ ‫ال َأ‬
َ َ‫َخََر َق‬ َ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َم َقَ أد َغُفَر َلَوُ ََماَتَ َقد‬
َ ُ َ ّْ ‫َوأَيأ َن َأ ُ أ‬

ََ‫ّْساء‬ ِ
َ ‫َآخ ُر َأَنَاَأ أَعتَزُل َالن‬
َ ‫ال‬َ َ‫َّىَر ََوََل َأُفأ ِط ُر ََوق‬
‫وم َالد أ‬ ُ ‫َآخ ُر َأَنَاَأ‬
ُ ‫َص‬ َ ‫ال‬َ َ‫اَوق‬ َ ‫أ ََّماَأَنَاَفَِإ ِّّْن َأ‬
َ ‫ُصَلّْيَاللَّأي َل َأَبَ ًد‬

ِ َّ َ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َإِلَأي ِه أم َفَ َق‬ ِ ُ ‫فَ ََل َأَتَزَّوج َأَب ًداَفَجاء َرس‬
َ‫اَوَك َذا‬
َ ‫ين َقُأَلتُ أم َ َك َذ‬
َ ‫ال َأَنأتُ أم َالذ‬ َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
َ ‫ول َاللَّو‬ َُ َ َ َ ُ َ

‫َخ َشا ُك أم َلِلَّ ِو ََوأَتأ َقا ُك أم َلَو‬ ِ


‫أ ََما ََواللَّو َإِ ِّّْن ََْل أ‬. Riwayat Ṣaḥīḥ Muslim59 dengan jalur

58
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab Nikah, nomor
hadis:4776, jld.5, h. 1949
59
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab Nikah, nomor hadis. 3419, jld. 4, h. 129
‫‪162‬‬

‫‪sahabat yang sama menggunakan lafal yang berbeda diawal matannya‬‬ ‫َسأَلُواَ‬

‫الَ‬
‫ّْساءَ ََوقَ َ‬
‫ض ُه أم َََل َأَتَ َزَّو ُج َالن َ‬
‫ال َبَ أع ُ‬ ‫َع َملِ ِو َِِف َ ّْ‬
‫السّْر َفَ َق َ‬ ‫َع أن َ‬
‫أ أَزواج َالنَِِّب َصلَّى َاللَّو ِ‬
‫َعلَأيو ََو َسلَّ َم َ‬
‫ُ َ‬ ‫َ َ ّْ َ‬

‫َعلَأي ِو َفَ َق َ‬ ‫ال َب عضهم َََل َأَنَام َعلَىَفِر ٍ ِ‬


‫الَ‬
‫اَبَ ُ‬
‫ال ََم َ‬ ‫اش َفَ َحم َد َاللَّ َو ََوأَثأ ََن َ‬‫ُ َ َ‬ ‫ض ُه أم َََل َآ ُك ُل َاللَّ أح َم ََوقَ َ َ أ ُ ُ أ‬
‫بَ أع ُ‬

‫اَوَك َذا‬ ‫ٍ‬


‫‪. Riwayat Sunan al-Nasā’ī dengan jalur sahabat yang sama‬أَقأ َوامَقَالُواَ َك َذ َ‬
‫‪60‬‬

‫‪menggunakan lafal yang berbeda diawal matannya‬‬ ‫ّْساءََ‬


‫ض ُه أم َََل َأَتَ َزَّو ُج َالن َ‬
‫ال َبَ أع ُ‬
‫قَ َ‬

‫وم َفَ ََل َأُفأ ِط َُرَ‬


‫َص ُ‬
‫ض ُه أم َأ ُ‬
‫ال َبَ أع ُ‬ ‫َعلَىَفَِر ٍ‬
‫اش ََوقَ َ‬ ‫ض ُه أم َََل َأَنَ ُام َ‬ ‫ض ُه أم َََل َآ ُك ُل َاللَّ أح َم ََوقَ َ‬
‫ال َبَ أع ُ‬ ‫ال َبَ أع ُ‬
‫َوقَ َ‬

‫الَأَقأ َو ٍامَيَ ُقولُو َنََ‬ ‫َعلَأي ِو ُ‬ ‫ِ‬ ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّو ِ‬ ‫ِ‬


‫ال ََماَبَ ُ‬
‫َُثََّقَ َ‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َمَفَ َحم َدَاللَّ َو ََوأَثأ ََن َ‬
‫ُ َ‬ ‫َ‬ ‫ك ََر ُس َ‬
‫فَبَ لَ َغَ َذل َ‬

‫اَوَك َذا‬
‫‪َ .‬ك َذ َ‬

‫‪Riwayat Sunan al-Dārimī61 dengan jalur sahabat Abi Waqās‬‬

‫‪menggunakan lafal‬‬ ‫ّْس ِاء َ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ٍ َّ ِ‬ ‫ِ ِ‬


‫ال َلَ َّماَ َكا َن َم أن َأ أَمر َعُثأ َما َن َبأ ِن ََمظأعُون َالذيَ َكا َن َم أن َتَ أرك َالن َ‬
‫قَ َ‬

‫ال َياَعثأما ُن َإِ ِّّْن َ ََل َأُومر َبِ َّ ِ ِ ِ‬ ‫ول َاللَّ ِو َصلَّىَاللَّو ِ‬
‫ث َإِلَأي ِو ََر ُس ُ‬
‫َع أنَ‬
‫ت َ‬‫الرأىبَانَيَّة َأ ََرغأب َ‬ ‫أ َأ‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َم َفَ َق َ َ ُ َ‬
‫ُ َ‬ ‫َ‬ ‫بَ َع َ‬

‫وم ََوأَطأ َع َم ََوأَنأ ِك َح ََوأُطَلّْ َقَفَ َم أنَ‬ ‫ُصلّْ َي ََوأَنَ َام ََوأ ُ‬
‫َص َ‬ ‫َسن َِِّتَأَ أنَأ َ‬
‫ولَاللَّ ِوَقَ َ ِ ِ‬
‫الَإ َّنََم أن ُ‬ ‫اَر ُس َ‬ ‫ُسن َِِّتَقَ َ‬
‫ال َََلَيَ َ‬

‫ر ِغب َعن َسن َِِّت َفَلَيس َِم ّّْنََياَعثما ُن َإِ َّن َِْلَىلِك َعلَيك َحق ِ‬
‫َس أع ٌدَ‬
‫ال َ‬
‫َحقِّاَقَ َ‬
‫ك َ‬‫َعلَأي َ‬
‫ك َ‬‫ِّاَول َعأينِ َ‬
‫أ َ َأ َ َ َ‬ ‫َ ُأ َ‬ ‫أ َ‬ ‫َ َ َأ ُ‬

‫‪60‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, kitab:‬‬
‫‪larangan membujang , nomor hadis: 3217, jld. 6, h. 368‬‬
‫‪61‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî‬‬
‫‪al- Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jld. 6, nomor hadis:222٣ , (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h.‬‬
‫‪٣٣1‬‬
‫‪163‬‬

‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّو ِ‬ ‫ِِ‬ ‫َمجعَ ِرج ٌ ِ‬ ‫ِ‬


‫َعلَأيو ََو َسلَّ َمَإِ أن ُ‬
‫َى َوَأَقَ َّرَ‬ ‫َُ‬ ‫َ‬ ‫َعلَىَأ َّ‬
‫َن ََر ُس َ‬ ‫ي َ‬‫الَم أنَالأ ُم أسلم َ‬ ‫فَ َواللَّوَلََق أدَ َكا َنَأ أ َ َ َ‬

‫َّلَ‬ ‫‪.‬عثأما َنَعلَىَماَىوَعلَي ِوَأَ أن َ ِ‬


‫ََنأتَص َيَفَنَتَبَت َ‬ ‫ُ َ َ َ َُ َ أ‬

‫‪Adapun riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal62 melalui jalur sahabat‬‬

‫زَّوج ِّنَأَِِّبَامرأًَة ِ‬
‫َم أنَ ‪‘Abdullah ibn ‘Amrȗ menggunakan lafal pada awal matannya‬‬ ‫أ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬

‫َالص أوِمَ َو َّ‬


‫الص ََل ِةَ‬ ‫َعلَىَالأعِبَ َاد ِة َِم أن َّ‬ ‫ِ‬ ‫اَِم ِ ِ‬ ‫شَفَلَ َّماَدخلَتَعلَيَجع ألت َََلَأ أََناشَ َل ِ‬
‫قَُريأ ٍ‬
‫َّاَِّبَم أنَالأ ُق َّوة َ‬ ‫َ ُ َ‬ ‫َ َ أ َ َّ َ َ ُ‬

‫َخأي َرَ‬ ‫ف َوج أد ِت َب علَ ِ‬ ‫اص َإِ ََل َ َكنَّتِ ِو ََ‬


‫َع أم ُروَبأ ُن َالأ َع ِ‬
‫ت َ‬‫ك َقَالَ أ‬ ‫َأ‬ ‫ال َ َلَاَ َكأي َ َ َ‬
‫َعلَأي َهاَفَ َق َ‬
‫َد َخ َل َ‬
‫َح ََّّ َ‬ ‫فَ َجاءَ َ‬

‫َعَل َّي َفَ َع َذ َم ِّنَ‬ ‫الرج ِال َأَو َ َكخ ِي َالأب عولَِة َِمن َرج ٍل َ ََل َي َفتّْش َلَناَ َكن ًفاَوََل َي ع ِر أ ِ‬
‫اشاَفَأَقأ بَ َل َ‬
‫ف َلَنَاَفَر ً‬ ‫أ َ ُ أ ُ أ َ َ َ أ َأ‬ ‫ّْ َ أ َ أ ُ ُ‬

‫َُثََّ‬
‫ت ُ‬‫ت ََوفَ َع أل َ‬
‫ض ألتَ َها ََوفَ َع أل َ‬ ‫َحس ٍ‬
‫ب َفَ َع َ‬ ‫ات َ َ‬ ‫َامَرأًَة َِم أن َقَُريأ ٍ‬
‫ش َ َذ َ‬ ‫ك أ‬ ‫حتُ َ‬ ‫َو َعض َِّّن َبِلِ َسانِِو َفَ َق َ‬
‫ال َأَنأ َك أَ‬

‫َعلَأي َِو َ َو َسلَّ َم َفَأَتَ أيتُوَُ‬


‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َفَ َش َك ِاِّن َفَأ أَر َس َل َإِ ََّ‬
‫ِل َالنِ ُّ‬
‫َِّب َ‬ ‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬ ‫انأطَلَ َق َإِ ََل َالنِ ّْ‬
‫َِّب َ‬

‫ُصلّْيَ‬ ‫ِ‬ ‫ال َوتَ ُقوم َاللَّيل َقُ ألت َنَعم َقَ َ ِ‬
‫وم ََوأُفأط ُر ََوأ َ‬
‫َص ُ‬
‫ال َلَك ّّْن َأ ُ‬ ‫ت َنَ َع أم َقَ َ َ ُ أ َ ُ َ أ‬ ‫َّه َار َقُ أل ُ‬
‫وم َالن َ‬
‫صُ‬ ‫ال َِِل َأَتَ ُ‬
‫فَ َق َ‬

‫اءَ‬
‫ّْس َ‬ ‫تَ ‪َ dan lafal pada akhir matannya‬وأَنَ ُام ََوأ ََم ُّ‬
‫سَالن َ‬ ‫ِم ّّْنََقَ َ‬
‫الَاقأ َرإَِالأ ُق أرآ َن َِِفَ ُك ّْل َ‬
‫َش أه ٍرَقُ أل ُ‬

‫الَ‬ ‫ىَم أن َ َذلِ ََ‬


‫ك َقَ َ‬ ‫ال َفَاقأ رأه َِِف َ ُك ّْل َع َشرِة َأَيَّ ٍام َقُ ألت َإِ ِّّْن َأ َِج ُدِِّن َأَقأ و ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫ك َقَ َ َ ُ‬
‫إِ ِّّْن َأ َِجدِِّن َأَقأ و ِ ِ‬
‫ىَم أن َ َذل َ‬ ‫ُ َ‬

‫َش أه ٍرَثَََلثََةَأَيَّ ٍامَ‬


‫َص أم َِِفَ ُك ّْل َ‬ ‫الَفَاقأ رأه َِِفَ ُك َّْلَثَََل ٍ‬ ‫أَح ُد ُُهاَإِ َّماَحصيَوإَِّم ِ‬
‫ال ُ‬
‫َُثََّقَ َ‬
‫ال ُ‬
‫ثَقَ َ‬ ‫اَمغ َيةَُقَ َ َ ُ‬
‫ُ َ أٌ َ ُ‬ ‫َ َ‬

‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َص أم َيَ أوًما ََوأَفأط أر َيَ أوًما َفَِإنَّوُ َأََفأ َ‬
‫ضلَُ‬ ‫ال ُ‬ ‫ال َفَلَ أم َيََزأل َيَ أرفَ ُع ِّن َ‬
‫َح ََّّ َقَ َ‬ ‫ت َإِ ِّّْن َأَقأ َوى َِم أن َ َذل َ‬
‫ك َقَ َ‬ ‫قُ أل ُ‬
‫‪62‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 1٣77 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 158‬‬
164

َ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َفَِإ َّن َلِ ُك ّْل‬


َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
َ ‫ال‬ ُ ‫َح ِديثِ ِو‬
َ َ‫َُثَّ َق‬ َِ ‫ي‬
َ ‫َِف‬ ٌ‫ص أ‬
َ ‫َح‬
ُ ‫ال‬
َ َ‫يَد ُاوَد َق‬ ِ ِ
َ ‫الصيَ ِام ََوُى َو َصيَ ُام َأَخ‬
ّْ

ِ ‫َشَّرًة َولِ ُك ّْل‬


ٍ ‫َشَّرٍة َفَ أت رًة َفَِإ َّماَإِ ََل َسن ٍَّة َوإِ َّماَإِ ََل َبِ أدع ٍة َفَمن َ َكانَت َفَ أت رتُو َإِ ََل‬ ِ ‫عابِ ٍد‬
‫َسَنَّة َفَ َق أد أ‬
َ‫َاىتَ َدى‬ ُ َُ ‫َ َأ أ‬ َ ُ َ َ َ

ِ
َ‫ك‬
َ َ‫َىل‬ َ ‫ت َفَ أت َرتُوُ َإِ ََل َ َغ أَِي َذَل‬
َ ‫ك َفَ َق أد‬ ‫ َوَم أن َ َكانَ أ‬. Redaksi hadis yang digunakan oleh

penceramah yaitu ‫ النكاح‬akan tetapi di dalam hadis lafalnya ‫وأتزوجَالنساء‬ .

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang berbeda-

beda, maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara

makna 63.

Hadis ke- 12

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

‫اَوََلَتُنَ ف ُّْروا‬
َ ‫اَوبَش ُّْرو‬
َ ‫اَوََلَتُ َع ّْس ُرو‬
َ ‫يَ ّْس ُرو‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah64 ‫ بشر‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫َتنفر‬,‫يسرواَوَلَتعسروا‬

)َ‫ََ(صحيحَالبخاري‬٦٤َ‫خََ–َمغازي‬

63
Selengkapnya lihat lampiran.
64
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 1, h. 181
165

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī65 melalui jalur sahabat Anas bin Malik tidak

memiliki perbedaan dengan riwayat yang lain karna hanya satu yang

meriwayatkannya. Kemudian potongan hadis yang digunakan olen

penceramah sesuai redaksinya dengan yang dikitab.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi66.

Hadis ke- 13

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

‫اعة‬ ‫يَ ُدَاللَّ ِو ََم َع أ‬


َ ‫َاْلَ َم‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah67 ‫ جمغ‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫اعة‬ ‫يَ ُدَاللَّ ِو ََم َع أ‬


َ ‫َاْلَ َم‬
)َ‫ََََََََََََ(َسننَالرتميذى‬٦ََ‫تََ–ََفنت‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī.

65
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī,kitab Maghaji, nomor hadis:
69, jld.1, h. 38
66
Lengkapnya lihat lampiran
67
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 1, h. 371
166

Riwayat Sunan al-Tirmidzī68 dengan jalur sanad Ibn Abbās tidak

memiliki perbedaan periwayatan karena hanya satu yang meriwayatkan.

Kemudian potongan hadis yang digunakan olen penceramah sesuai

redaksinya dengan yang dikitab.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi69.

Hadis ke- 14

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ‫َظ َّلَإََِّل‬
‫َظلّْي‬ ِ ‫َظلّْيَي وم َََل‬
ِ ‫ُظلُّهم َِِف‬
ِ ِ ِ ِ ُ ‫إِ َّنَاللَّوََيَ ُق‬
َ ‫َأ‬ ‫ولَيَ أوَمَالأقيَ َامةَأَيأ َنَالأ ُمتَ َحابُّو َنَِبَ ََلِِلَالأيَ أوَمَأ ُ أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah70 ‫ ظم‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫اظلوَِفَطلىَيومََلَظلَاَلَظلى‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ(َصحيحَمسلم‬٤7َ‫مَََ–ََبر‬
َ)َ‫َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ(َاملواطا‬٨٤َ‫طََ–َشعر‬
َ)َ‫ََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬٣٣ََ‫َفرقاق‬-َ‫دى‬
)َ‫ََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٤٤١٬َ٤71٬٣٢٤٬٣٤٣٬٢٢7:٤ََ–َ‫حم‬

68
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab Fatana , nomor hadis:2166, jld.4 , h. 466
69
Lengkapnya lihat lampiran
70
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 4, h. 77
167

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 4 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ Muslim, Muwaṭa’

Imām Mālik, Sunan al-Dārimī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Dari ke 4 periwayatan yaitu riwayat Ṣaḥīḥ Muslim71, Muwaṭa’ Imām

Mālik72, Sunan al-Dārimī73, dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal74 dengan jalur

sahabat Abi Hȗrairāh memiliki redaksi yang sama dengan apa yang

penceramah sampaikan. Dari dari setiap periwayatan tidak ada yang berbeda.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi75.

Hadis ke- 15

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ًَ‫َسنَّة‬ ِ ِ ‫منَس َّنَسنَّةًَحسنَةًَفَع ِمل َِّٔاَ َكا َنَلَوَأَجرىاَوِمثألَأَج ِرَمن‬


ُ ‫َس َّن‬
َ ‫اَوَم أن‬
َ ََّٔ‫َعم َل‬
َ ‫ُ أ َُ َ ُ أ َ أ‬ َ َ ُ َ َ ُ َ ‫َأ‬
ِ ِ ‫سيّْئةًَفَع ِمل َِّٔاَ َكا َن‬
َ‫َعم َلَبَِو‬
َ ‫اَوِوأزُر ََم أن‬
َ ‫َعلَأيوَ ِوأزُرَى‬
َ َ َ ُ ََ
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah76 ‫ حسن‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

71
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab Barā , nomor hadis 6713, jld 8, h. 12
72
Mālik ibn Anas ibn Mālik ibn ʻĀmar al- ʻȂṣbaẖī al- Madanī, Muwaṭa’ Ȋmām Mālik, jil:
5, h. 1389
73
Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî
al- Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: Firqāq , jil. 8, nomor hadis: ٢١٨٤, (Riyadh: Dâr Mughnî,
2000), h. ٣9٨
74
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:7٤٢1 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 237
75
Lengkapnya lihat lampiran
76
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 1, h. 468
168

‫منَسنَِفَاَلسَلمَسنةَحسنة‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََََََ(سننَابنَماجو‬٣٨َ‫جوََ–ََمقدمة‬
َ)َ‫َََََََََََََََََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬٣٨٨َ-َ‫دى‬
)‫َََََََََََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٨١٣1٣٬٨١٣11ََ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 3 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan Ibn Mājaḥ, Sunan al-

Dārimī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Sunan Ibn Mājaḥ dengan jalur sahabat Abi Huzāifah77 َ‫منَسن‬

َ.‫سنة َحسنة َفعمل َّٔا َبعده َكان َلو َأجره َومثل َأجورىم َمن َغي َأن َينقص َمن َأجورىم َشيئا‬

َ‫ومنَسنَسنةَسيئةَفعملَّٔاَبعدهَكانَعليوَوزرهَومثلَأوزارىمَمنَغيَأنَينقصَمنَأوزارىم‬

‫شيئا‬ berbeda dengan riwayat Sunan al-Dārimī jalur sahabat Jarīr78 yaitu َ ‫َم أن‬

َِ‫َجَِره‬ ِ ِ ِ ‫س َّن َسنَّةً َحسنَةً َع ِمل َِّٔاَب ع َده َ َكا َن َلَو َِمثأل َأَج ِر َمن‬
ِ ‫اَمن َ َغ ِي َأَ أن َي أن َق‬
‫ص َم أن َأ أ‬
َ ُ ‫َعم َل ََّٔ أ أ‬
َ ‫ُ ُ أ َأ‬ ُ ‫َ ُ َ َ ُ َ َ َأ‬

َ ‫ص َِم أنَأ أَوَزا ِرِه‬ ِ ِ ِ ‫ َشيءَومنَس َّنَسنَّةًَسيّْئةًَ َكا َنَعلَي َِوَ ِمثألَ ِوأزِرَمن‬.
ٌ‫َش أي َء‬ َ ‫َعم َلََّٔاَم أنَ َغ أِيَأَ أنَيُأن َق‬
َ ‫َأ ُ َأ‬ َ َ ُ َ ‫أ ٌ ََ أ‬

Adapun Riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal melalui jalur sahabat

Abi Hurāirāh َ ‫من َسن َسنة َضَلل َفاتبع َعليها َكان َعليو َمثل َأوزارىم َمن َغي َان َينقص‬

َ‫َأوزارىمَشيءَومنَسنَسنةَىدىَفاتبعَعليهاَكانَلو َمثلَأجورىم َمن َغيَانَينقص‬79‫من‬

77
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, jil. 1, nomor hadis: ٢17, jld. 1 ,
h. 75
78
Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî
al- Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jld. 2, nomor hadis: 523, (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 68
79
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 10563 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 504
169

‫ منَأجورىمَشيء‬dengan jalur sahabat jarīr80 َ‫انَقوما َأتواَالنِبَصلىَاهلل َعليوَوَسلم‬

َ‫من َاْلعراب َجمتاِّب َالنمار َفحث َرسول َاهلل َصلى َاهلل َعليو َو َسلم َالناس َعلى َالصدقة َفابطؤا‬

َ‫حَّ َرؤى َذلك َِف َوجهو َفجاء َرجل َمن َاْلنصار َبقطعة َترب َفطرحها َفتتابع َالناس َحَّ َعرف‬

َ‫لكَِفَوجهوَفقالَمنَسنَسنةَحسنةَفعملَّٔاَمنَبعدهَكانَلوَأجرىاَومثلَأجرَمنَعمل‬

َ‫ّٔا َمن َغي َأن َينتقص َمن َأجورىم َشيء َومن َسن َسنة َسيئة َعمل َّٔا َمن َبعده َكان َعليو‬

‫وزرىاَووزرَمنَعملَّٔاَوَلَينقصَذلكَمنَأوزارىمَشيئا‬. Matan hadis yang kutip oleh

penceramah sesuai dengan hadis yang tertera pada Kitab Musnad Aḥmad ibn

Hanbal..

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang tidak

berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara

makna 81.

Hadis ke- 16

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َ‫ص َدقَتِ َهاَ َغأي َرَأَن ََّهاَتُ أؤِذي‬ ِ ِ َ‫ولَاللَّ ِوَإِ َّنَفََُلنَةََي أذ َكر َِمنَ َكثأ رِةَص ََل ِِت‬
َ ‫اَو‬
َ ‫اَوصيَام َه‬
َ َ َ ‫ُ ُ أ‬ َ ‫اَر ُس‬
َ َ‫ي‬
ِ ‫ال‬
َ‫َى َي َِِفَالنَّا ِر‬ َ َ‫ِج َيانَ َهاَبِلِ َس ِاهنَاَق‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah82 ‫ صدقة‬melalui


80
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 19223 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 361
81
Selengkapnya lihat lampiran.
170

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫صيامهاَوصدقتها‬
)َ‫(َمسندَأمحدَبنَحنبل‬ ٣٣1َ:٢َ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal83 dengan jalur sahabat Abȗ

Hurārāh sesuai dengan yang di sampaikan oleh penceramah. Tidak ada

periwayatan yang berbeda karna hanya satu yang meriwayatkan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi84.

Hadis ke- 17

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َ‫َع أل ٍمَيُأنتَ َف ُعَبِِوَأ أَو ََولَ ٍد‬


ِ ‫َعملُوَإََِّل َِمنَثَََلثٍََةَص َدقٍَةَجا ِري ٍةَأَو‬
‫َ َ َ أ‬ ‫أ‬ ُ َ ََ ُ‫َعأنو‬ ِ‫ات أ‬
َ ‫َاْلنأ َسا ُنَانأ َقطَ َع‬ َ ‫اَم‬َ ‫إ َذ‬
ِ
‫صالِ ٍحَيَ أدعُوَلَو‬
َ
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah85 ‫ انقطغ‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

82
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. ٤, h. ٢١9
83
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 917٤ (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٣٣1
84
Lengkapnya lihat lampiran
85
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 5, h. 380
171

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫اذاَماتَانقطعَعملوَاَل‬
)َ‫ََََََََََََََََََََ(َصحيحَمسلم‬٣٨َ‫مَََ–ََوصية‬
)َ‫َََََََََََََََََََ(َسننَأبوَداود‬٣٨َ‫دَََ–ََوصايا‬
)َ‫ََََََََََََََََََ(َسننَالرتميذى‬٤1َ‫تََ–َىحكام‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََ(َسننَالنسائ‬١َ‫نَََ–ََوصايا‬
)َ‫َََََََََََََََ(َامحدَبنَحنبل‬ ٤٢7 :٢ََ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 5 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Abī

Dāwud, Sunan al-Tirmidzī, Sunan al-Nasā’ī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Ṣaḥīḥ Muslim86, Sunan al-Tirmidzī87, Sunan al-Nasā’ī88

Aḥmad ibn Hanbal89 dengan jalur sahabat Abȗ Hurāirāh sesuai dengan yang

digunakan oleh penceramah. Adapun riwayat Sunan Sunan Abī Dāwud90

memiliki pengubahan lafal pada awal matannya َ ‫إَل َمن َثَلثة َأشياء َمنن َصدقة‬

‫ جارية‬.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi91.

86
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab , nomor hadis ٣٤٨1, jld ٣, h. 7٤
87
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab: Hikām, nomor hadis:, jld. 3, h. 660
88
Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī,
kitab:Wasiyāh , nomor hadis:٤1٣٤, jld. 1, h.٣1٨
89
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: ١١٤٨(t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٤7٢
90
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
wasiyāh, jld.2 , nomor hadis: ٢١١1 , h.131
91
Lengkapnya lihat lampiran
172

Hadis ke- 18

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ‫َاْلَن َِّةَبَعِي ٌد َِم أنَالن‬


َ‫َّاس‬ ‫بَعِي ٌد َِم أنَاللَّ ِوَبَعِي ٌد َِم أن أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah92 ‫ بؼد‬melalui kitab

Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa hadis

dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫البخيلَبعيدَمنَاهللَبعيدَمنَاْلنة‬
)‫ََََََََََََََََََ(سننَالرتمذي‬٣1َ‫تَ–َبر‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī93 dengan jalur sahabat Abi Hurāirāh

sesuai dengan potongan hadis yang disampaikan oleh penceramah. Dan hadis

ini tidak memiliki perbedaan periwayatan karna hanya ada satu kitab yang

meriwayatkan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi94.

Hadis ke- 19

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai


berikut:

92
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 1, h. 197
93
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:191٨, jld.٣, h.٤٣٢
94
Lengkapnya lihat lampiran
173

َ‫ص َدقٍَة‬ ِ ٍ ‫ال‬


َ َ‫َعأبدَم أن‬
َ ُ ‫ص ََم‬
َ ‫َماَنَ َق‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah95 ‫ نقص‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫ماَنقصَمالَعبدَمنَصدقة‬
)‫ََََََََ(سننَالرتمذي‬٣1٢َ‫تَ–َبر‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī96 dengan jalur sahabat Abȗ Kabṣtā sesuai

dengan potongan hadis yang disampaikan oleh penceramah. Dan riwayat ini

hanya satu yang meriwayatkan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi97.

Hadis ke- 20

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ُّ ‫اَخأي ٌر َِم أنَالأيَ ِد‬


‫َالس أفلَى‬ َ َ‫الأيَ ُدَالأعُألي‬

95
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 6, h. 536
96
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:2325, jld. 4, h. 562
97
Lengkapnya lihat lampiran
174

Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah98 ‫ استؼف‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫يدَالعليَخيَمنَيدالسفل‬
)‫(صحيحَالبخاري‬ ٨7ََ‫خَ–َََرفاق‬
)‫َََََََََََََََََََََََََ(صحيحَمسلم‬٤٤َ‫مَ–َزكاة‬
)َ‫ََََََََََََََََََََََ(َسننَأبوَداود‬٢١ََ‫دَََ–َزكاة‬
َ)‫ََََََََََََََََََََََََََ(سننَالرتمذي‬71ََ‫تَ–َبر‬
)‫ََََََََََََََََََََََََ(سننَالنسائ‬1٨َ‫ََزكاة‬-َ‫ن‬
)‫ََََََََََََََََََََََََََََََ(موطأ‬٣َ‫طَ–َصدقو‬
َ)َ‫ََََََََََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬٣َ‫دىَ–َزكاة‬
)َ‫َ(َامحدَبنَحنبل‬9١٬17٬َ٢٣٤٬٨٢٢:٢َََ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 8 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ

Muslim, Sunan Abī Dāwud, Sunan al-Tirmidzī, Sunan al-Nasā’ī, Muwaṭa’

Imām Mālik, Sunan al-Dārimī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī99, Ṣaḥīḥ Muslim100, Sunan al-Nasā’ī101,

Sunan Abī Dāwud102, Muwaṭa’ Imām Mālik103, Sunan al-Dārimī104 dengan

98
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 4, h. 282
99
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab Zakat, nomor
hadis:1362, jld.2 , h. 518
100
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab Zakat , nomor hadis 2432, jld 3, h. 94
101
Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī,
kitab: Zakat, nomor hadis:2532 , jld. 5, h. 65
102
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
Zakat, jld.1, nomor hadis: 1648 , h. 518
175

jalur sahabat Ibn ‘Umar sesuai dengan yang disampaikan oleh penceramah.

Dan riwayat-riwayat diatas tidak memiliki pengurangan dan penambahan

lafal matan. Riwayat Sunan al-Tirmidzī105 dengan jalur sahabat Aba Umāmāḥ

memiliki penambahan lafal diawal matannya َ‫َخأي ٌر‬ ‫َّكََإِ أنَتَأب ُذ ألَالأ َف أ‬
َ ‫ضل‬ َ َ ‫َآد َمَإِن‬
َ ‫يَاَابأ َن‬

ٍ ‫َشّّرَلَكَوََلَتََُلمَعلَىَ َك َف‬
ُ ُ‫اف ََوابأ َد أ َِِبَ أنَتَع‬ ِ
َ‫ول‬ َ ُ َ َ َ ُ‫ك ََوإِ أنَُتُأسكأو‬
َ َ‫ ل‬.

Adapun riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal106 dengan jalur sahabat

Ibn Umar ada penambahan lafal di akhir matan َ‫وابدأَِبنَتعولَولستَأسألكَشيئا‬

‫ وَل َأرد َرزقا َرزقنيو َاهلل َمنك‬. Riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal107 dengan jalur

sahabat Abi Hurāirāh memiliki penambahan lafal di awal matan َ ‫ْلن َيأخذ‬

َ‫أحدكمَحبَلَفيحتطبَفيحملوَعلىَظهرهَفيأكل َأوَيتصدقَخياَلوَمنَأنَيأِتَرجَلَأغناه‬

‫ اهلل َمن َفضلو َفيسألو َأعطاه َأو َمنعو َذلك‬. Riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal108

dengan jalur sahabat Abi Hurāirāh ada penambahan lafal pada awal matan َ:

َ‫صحبت َرسول َاهلل َصلى َاهلل َعليو َو َسلم َثَلث َسني َما َكنت َسنوات َقط َأعقل َمّن َفيهن‬

َ‫وَل َأحب َإَل َان َأعي َما َيقول َرسول َاهلل َصلى َاهلل َعليو َو َسلم َفيهن َوأِّن َرأيتو َيقول َبيده‬

103
Mālik ibn Anas ibn Mālik ibn ʻĀmar al- ʻȂṣbaẖī al- Madanī, Muwaṭa’ Ȋmām Mālik,
jil: ٣, h.٨٣٣٤
104
Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî
al- Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jil. 5, nomor hadis:1705 , (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h.
177
105
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:2265, jld. , h.
106
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:٣٣7٣ (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٣
107
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 7٤٨٣(t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٢٣٤
108
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:10155 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 475
176

َ‫قريب َبي َيدي َالساعة َتقاتلون َقوما َنعالم َالشعر َوتقاتلون َقوما َصغار َاْلعي َمحر َالوجوه‬

َ‫كأهنا َآّان َاملطرقة َواهلل َْلن َيغدو َأحدكم َفيحتطب َعلى َظهره َفيبيعو َويستغّن َبو َويتصدق‬

‫منو َخي َلو َمن َان َيأِت َرجَل َفيسألو َيؤتيو َأو َِينعو َوذلك‬. Dan pada akhir matan َ ‫وابدأ‬

‫ ِبنَتعولَوخلوفَفمَالصائمَأطيبَعندَاهللَمنَريحَاملسك‬.
Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi109.

Hadis ke- 21

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َ‫َالس َم ِاء‬
َّ ‫ضَيَ أرمحَأ ُك أم ََم أن َِِف‬ ‫اَم أن َِِف أ‬
ِ ‫َاْل أَر‬ َ ‫أار َمحُو‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah110 ‫ رحم‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫ارمحواَمنَِفَاَلرضَيرمحكمَمنَِفَالسماء‬
)‫تَ–َرمحةَاملسلميَََََ(سننَالرتمذي‬
)َ‫دَََ–َرمحةَََََََََََََََ(َسننَأبوَداود‬
)َ‫ََََََََََََََ(َمسندَأمحدَبنَحنبل‬:٧َ–ََ‫حم‬

109
Lengkapnya lihat lampiran
110
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 236
177

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada ٤ kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan Abī Dāwud, Sunan al-

Tirmidzī dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī111, Sunan Abī Dāwud112, Musnad Aḥmad

ibn Hanbal113 dengan jalur sahabat ‘Abdullāh bin ‘amrȗ sesuai dengan yang

dismpaikan oleh penceramah. Dan riwayat-riwayat di atas tidak memiliki

pengurangn atau penambahan lafal.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi114.

Hadis ke- 22

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َِ ‫إِ َّنَاللَّوََيَ أقبَ ُلَتَ أوبَةََالأ َعأب ِد ََماَ ََلأَيُغَأر ِغ‬


َ‫ر‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah115 ‫ ػبد‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫انَاهللَيقبلَالتوبةَالعبدََلَيغرغر‬
)‫َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ(سننَالرتمذي‬٣٣7َ‫تَ–ََتوبة‬

111
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab:Rahmāh , nomor hadis:٨9٢٣, jld.٣, h. 323
112
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
Rahmat , jld. 2, nomor hadis: 4941 , h. 703
113
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 1٣9٣(t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٨11
114
Lengkapnya lihat lampiran
115
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 4, h. 155
178

)َ‫َََََََََََ(َمسندَأمحدَبنَحنبل‬٨7٣َ:٣َ٣٢٣َ:٤َ٨٤٢َ:٢ََ–ََ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 2 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī dan

Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī116 dan Musnad Aḥmad ibn Hanbal117

dengan jalur sahabat Ibn ‘Umar sesuai dengan potongan hadis yang

disampaikan oleh penceramah.

Adapun riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal118 dengan jalur empat

sahabat yang sedang berkumpul adanya penambahan lafal pada awal matan َ‫أن‬

َ‫اهللَتباركَوتعاَلَيقبلَتوبةَالعبدَقبلَأنَِيوتَبيومَفقالَالثاِّنَأأنتَمسعتَىذاَمنَرسولَاهلل‬

َ‫صلىَاهللَعليوَوَسلمَقالَنعمَقالَوأنا َمسعتَرسولَاهلل َصلىَاهللَعليوَوَسلمَيقولَأنَاهلل‬

َ‫تبارك َوتعاَل َيقبل َتوبة َالعبد َقبل َأن َِيوت َبنصف َيوم َفقال َالثالث َأأنت َمسعت َىذا َمن‬

َ‫رسول َاهلل َصلى َاهلل َعليو َو َسلم َقال َنعم َقال َوأنا َمسعت َرسول َاهلل َصلى َاهلل َعليو َو َسلم‬

َ‫يقول َأن َاهلل َتبارك َوتعاَل َيقبل َتوبة َالعبد َقبل َأن َِيوت َبضحوة َقال َالرابع َأأنت َمسعت َىذا‬

َ‫منَرسولَاهللَصلىَاهللَعليوَوَسلمَقالَنعم‬.
Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi119.

Hadis ke- 23

116
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab: Taubat , nomor hadis:٤٣٤7, jld.٣ , h.٣٣7
117
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:1٨11 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٨٤٢
118
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:1٨11 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٨٤٢
119
Lengkapnya lihat lampiran
179

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ‫الَي وفّْ ُقوَلِعم ٍلَصالِ ٍحَقَبلَالأمو‬


َ‫ت‬ ‫قَ َ ُ َ ُ َ َ َ أ َ َ أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah120 ‫ صهح‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫يوَفقوَلعملَصاحلَقبلَاملوت‬
)‫َََََََََََََََ(سننَالرتمذي‬٧٦٢َ‫تَ–ََاىلَجنوَوَاىلَالنار‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī121 dengan jalur sahabat Anas bin Malik

sesuai dengan potongan hadis yang disampaikan oleh penceramah dan tidak

memiliki perbedaan periwayatan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi122.

Hadis ke- 24

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ََ ‫ث‬ ِ ِ َ ‫َاَلستِ أغ َف‬


ِ
َ‫ب‬
ُ ‫ََلَ َأَيتَس‬ ُ ‫َحأي‬
َ ‫اَوَرَزقَوَُم أن‬ َ ‫َم أنَلَ ِزَم أ‬
َ ‫ارَم أنَ ُك َّْلَ َى ٍّمَفَ َر ًجاَفَ َر ًج‬
120
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. ٤, h.326
121
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab: ahli surga dan ahli Neraka, nomor hadis: 2142, jld.4, h. 450
122
Lengkapnya lihat lampiran
180

Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah123 ‫ استغفر‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫منَلزمَاَلستغفار‬
)َ‫َََََََََََََََََََََََ(َسننَابوَداود‬٠٦٤َ‫دََ–َاستغفر‬

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan Abī Dāwud.

Riwayat Sunan Abī Dāwud124 dengan jalur sahabat Ibn Abbas sesuai

dengan hadis yang disampaikan oleh penceramah dan tidak memiliki

perbedaan periwayatan karna hanya ada satu kitab yang meriwayatkan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi125.

Hadis ke- 25

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ‫َعأب ِد‬
َ‫يَِّب‬ ِ
َ ‫أَنَاَعأن َدَظَ ّْن‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah126 ‫ ظن‬melalui

123
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 4, h. 539
124
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
Isthigfār , jld. 1, nomor hadis:1518 , h. 475
125
Lengkapnya lihat lampiran
181

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫اناَعندَظَنَعبدَِّب‬
)َ‫َََََََََََََََََََََََ(َصحيخَالبخاري‬٤٦َ‫خََ–َتوحيد‬
َ)َ‫ََََََََََََََََََََََََََََ(َصحيحَمسلم‬٤َ‫مَََ–َتوبة‬
)َ‫َََََََََََََََََََََََََََََ(َسننَالرتميذي‬٦َ‫تَ–زىد‬
)َ‫َََََََََََََََََََََََََ(َسننَإبنَماجو‬٦٨َ‫جوَ–َاداب‬

)َ‫ََََََََََََََََ(َمسندَأمحدَبنَحنبل‬٠٦٤٬٬٠٤٤َ:٠َ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 5 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ

Muslim, Sunan al-Tirmidzi, Sunan Ibn Mājaḥ dan Musnad Aḥmad ibn

Hanbal. Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī127, Musnad Aḥmad ibn Hanbal128 dengan

jalur sahabat Abu Hurāirāh tidak ada penambahan lafal. Riwayat Ṣaḥīḥ

Muslim129 , Sunan al-Tirmidzī130 dengan jalur riwayat yang sama adanya

ِ ُ‫يَيَ أذ ُكرِِّنَإِ أنَذَ َكرِِّن َِِفَنَ أف ِس ِوَذَ َك أرتُو‬


penambahan lafal pada awal matan َ‫َِف‬ ِ
َ َ‫َوأَن‬
َ ‫اَم َعوَُح‬
َ ُ

ِِ ِ ِ ‫نَ أَف ِسيَوإِ أنَذَ َكرِِّن َِِف َم ٍََلَذَ َكرتُو َِِفَم ٍََلَىمَخي ر َِمأن همَوإِ أن َتَ َقَّر‬
ً ‫تَإِلَأَيوَذ َر‬
َ‫اعا‬ ُ ‫بَم ّّْنَشأب ًراَتَ َقَّربأ‬
َ َ ‫أ ُ َ ُ أ َأٌ ُ أ‬ َ َ َ

ِ ِ ََّ ِ‫وإِ أنَتَ َقَّربَإ‬. Adapun riwayat Sunan


ِ ‫َذراعاَتَ َقَّرب‬
َ ُ‫اَوإِ أنَأَتَ ِاِّنَِيَأشيَأَتَأيتُو‬
ً‫َى أرَولََة‬ َ ‫اع‬ً َ‫تَمأنوَُب‬
ُ ‫ِل َ ً أ‬ َ َ
126
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 4, h. 87
127
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab. Tauhid, nomor
hadis:7066, jld. 6, h. ٢7٢٣
128
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:١٨1٤ (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. ٤٨٣
129
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab Taubat , nomor hadis 7128, jld 8, h. 91
130
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab:Zuhud, nomor hadis:3603, jld. 5, h. 581
182

Ibn Mājaḥ131, Musnad Aḥmad ibn Hanbal132 adanya perubahan lafal َ‫وأنا َمعو‬

َ‫حي َيذكرِّن َفإن َذكرِّن َِف َنفسو َذكرتو َِف َنفسي َوإن َذكرِّن َِف َمَل َذكرتو َِف َمَل َخي َمنهم‬

َ‫وإن َاقرتب َإِل َشربا َاقرتبت َمنو َذراعا َوإن َاقرتب َمّن َذراعا َاقرتبت َإليو َباعا َوإن َأتاِّن َِيشي‬

‫أتيتوَىرولة‬.

Riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal133 dengan jalur sahabat Abi

Hurāirāh adanya penambahan lafal pada akhir matan َ‫انَظنَِّبَخياَفلوَوانَظن‬

‫شرا َفلو‬. Adapun potongan hadis yang digunakan penceramah sesuai dengan

matan-matan hadis dikitab.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang berbeda-

beda, maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara

makna 134.

Hadis ke- 26

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

131
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab:Adab , nomor hadis:3822
, h. 1255
132
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:7٣٨1 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 251
133
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis: 911٣ (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 391
134
Lengkapnya lihat lampiran.
183

َ‫َُثََّتَََل‬
ُ ‫اج‬ ِ ‫بَفَِإََّّنَاَىو‬ ُِ ‫اص ِيوَم‬
ِ ‫الَإِذَاَرأَيتَاللَّوَي ع ِطيَالأعب َد َِمنَالدُّنأياَعلَىَمع‬
ٌ ‫َاست أد َر‬
‫َُ أ‬ ُّ ‫اََي‬ َ َ َ َ َ ‫َأ أ‬ ‫قَ َ َ أ َ َ ُ أ‬
َ‫َح َََّّإِذَا‬ ٍ ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّوَعلَي ِوَوسلَّ َمَفَلَ َّماَنسواَماَذُ ّْكرواَبِِوَفَتحناَعلَي ِهمَأَب وابَ ُكل‬
َ ‫َش أيء‬
َ ّْ َ َ ‫َ أ َ َ أ أ أ‬ ُ َ َُ َ ََ ‫ُ َأ‬ َ ُ ‫َر ُس‬

َ‫َمأبلِ ُسون‬ ُ َ‫اى أمَبَ أغتَةًَفَِإذ‬


ُ ‫اَى أم‬
ِ
َ ‫فَ ِر ُحواَِبَاَأَُوتُواَأ‬
ُ َ‫َخ أذن‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah135 ‫ استدراج‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫فاَّناَىوَاستدراج‬

)َ‫ََََََ(َمسندَأمحدَبنَحنبل‬٨٣٣َ:٣َ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

Riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal136 dengan jalur sahabat ‘Uqbah

bin ‘Amīr sesuai dengan yang disampaikan oleh penceramah dan tidak ada

perbedaan periwayatan karena hanya satu kitab yang meriwayatkan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi137.

Hadis ke- 27

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

135
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 118
136
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:٨7٤٣9 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٨٣٣
137
Lengkapnya lihat lampiran
184

َ‫َم أؤِم ٌن‬


ُ ‫ب ََوُى َو‬
ُ ‫يَيَ أشَر‬
ِ ‫ََلَي أشرب أ‬
َ ‫َاْلَ أمَرَح‬ َُ َ
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah138 ‫ شرة‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫َلَيشربَاْلمر‬
)‫َََََََََََََََََََََََََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬٨ََ‫خَ–َحدود‬
)‫مَ–ََاِيانََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ(صحيحَمسليم‬
)‫َََتؼظيم انسرقةََََََََََََََََََََََََََََََََََََ(سننَالنسائ‬-َ‫ن‬
)‫جوَ–َهنىَعنَمهبَََََََََََََََََََََََََََََََََ(سننَابنَماجو‬
َ)َ‫َََتغليظَملنَشربَاْلمرََََََََََََََََََََ(َسننَالدارمى‬-َ‫دى‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Ṣaḥīḥ

Muslim, Sunan al-Nasā’ī, Sunan Ibn Mājaḥ, Sunan al-Dārimī.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī139, Sunan al-Nasā’ī140, Sunan Ibn Mājaḥ141

dengan jalur sahabat Abi Hurāirāh tidak ada penambahan atau pengurangan

lafal.

Namun berbeda dengan riwayat Ṣaḥīḥ Muslim142 dengan jalur sahabat

yang sama ada penambahan lafal pada akhir matan َ‫وض َةٌ َبَ أع ُد‬
َ ‫ َوالت أَّوبََةُ َ َم أع ُر‬. Masih

138
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 3, h. 86
139
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab. Hudud, nomor hadis:
1٤91, jld. 1, h. ٢٣١7
140
Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī,
nomor hadis: ٣171, jld.١ , h.7٨1
141
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Nuhbah , nomor hadis:
3936, h. 1298
185

dengan riwayat Ṣaḥīḥ Muslim143 adanya penghapusan pada akhir matan ََ‫َوَل‬

َ‫ي َيَأنتَ ِهبُ َها َ َوُى ََو َ ُم أؤِم ٌن‬


ََ ‫ص َارُى أَم َ ِح‬ ِ ِ َ ‫ف َي رفَ َع َالن‬ ٍ َ َ‫ب َنُهب َةً َذ‬
َ ‫َّاس َإِلَأي َو َف َيها َأَبأ‬ َ َ ‫يَأنتَ ِه َُ أ‬.
ُ ُ ‫ات َ َشَر َ َ أ‬ Adapun

potongan hadis yang disampaikan penceramah sesuai dengan riwayat-riwayat

diatas.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi144.

Hadis ke- 28

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai


berikut:

‫َواَّناَلكلَامرئَماَنوى‬,‫اَّناَاَلعمالَبالنيات‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah145 ‫ ػمم‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫العملَبالنيات‬
َ)َ‫َََََََََََََََ(صحيحَالبخاري‬٨َ‫خََ–ََبدءَالوحي‬
َ)َ‫ََََََََََََََََََََ(َسننَابوَداود‬٨٨َ‫دََ–َالطَلق‬
)َ‫َََََََََََََََ(َسننَإبنَماجة‬1َ‫جوَ–َالبابَالنبات‬

142
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab Iman , nomor hadis 2٨7, jld 1, h. ٣٣
143
Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,
kitab Iman , nomor hadis 211, jld 1, h. 54
144
Lengkapnya lihat lampiran
145
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-
Da’wah, 1988), jld. 4, h. 380
186

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 3 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī, Sunan Abī

Dāwud, Sunan Ibn Mājaḥ.

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī146, Sunan Ibn Mājaḥ147, Sunan Abī

Dāwud148 dengan jalur sahabat ‘Umar Ibn Khattāb sesuai dengan yang

disampaikan penceramah. Dari ketiga periwayatan ini tidak ada perbedaan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara makna149.

Hadis ke- 29

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai


berikut:

‫ص َدقَة‬
َ َ‫ك‬ َ ‫ك َِِف ََو أج ِوَأ َِخ‬
ََ َ‫يكَل‬ َ ‫تَبَ ُّس ُم‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah150 ‫ صدقة‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫تبسمكَِفَوجوَاخيكَصدقة‬

َ)َ‫َََ(َسننَالرتميذى‬٤٤9َ‫تَ–َصنائعَاملعروف‬

146
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab. Wahyu, nomor hadis:
1, jld.3 , h. 1
147
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Niat , nomor hadis:4227
, h. 1413
148
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
Thalaq, jld. 1, nomor hadis: 2201, h. 670
149
Lengkapnya lihat lampiran
150
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts, (Istanbul: Dar al-
Da’wah, 1988), jld. ٤, h. ٢١7
187

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Tirmidzī.

Riwayat Sunan al-Tirmidzī151 dengan jalur sahabat Abi Zārrīn sesuai

dengan potongan hadis yang dikeluarkan oleh penceramah dan tidak ada

perbedaan konten pada matan hadis.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi152.

Hadis ke- 30

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

ِ ‫صلّْيَرأك َعتَ أ‬
َ‫ي‬ ِ َ ‫إِذَاَدخلَأَح ُد ُكمَالأمس ِجدَفَ ََل‬
َ َ َ ُ‫َح َََّّي‬
َ ‫س‬‫ََيل أ‬
‫أ‬ َ ‫َََ َ أ َ أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah153‫ دخم‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

‫َحََّيصليَركعتي‬.......َ‫إذاَدخلَأحدكمَاملسجد‬
)َ‫َََََََََََََََََََََ(َصحيحَالبخاري‬11َ‫خََ–َََصَلة‬
) ‫َََََََََََََََََََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٤٨٨َ:٣َ–َ‫حم‬
Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada ٨ kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī dan

Musnad Aḥmad ibn Hanbal.

151
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab: Ṣana’al Ma’ruf, nomor hadis:1956, jld.4 , h.339
152
Lengkapnya lihat lampiran
153
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 2, h. 112
188

Riwayat Ṣaḥīḥ al-Bukharī154 dengan jalur sahabat Aba Qatādaḥ

sesuai dengan yang disampaikan oleh penceramah dan tidak ada perbedaan

periwayatan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi155.

Hadis ke- 31

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai


berikut:

َ‫الَ َذ َّرٍة َِم أنَكِ أٍرب‬


ُ ‫َاْلَنَّ َة ََم أنَ َكا َن َِِفَقَ ألبِ ِو َِمثأ َق‬
‫ََلَيَ أد ُخ ُل أ‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah156 ‫ جنة‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫الَ َذ َّرٍة َِم أنَكِ أٍرب‬


ُ ‫َاْلَنَّ َة ََم أنَ َكا َن َِِفَقَ ألبِ ِو َِمثأ َق‬
‫ََلَيَ أد ُخ ُل أ‬
َ)َ‫ََََََََََََََََََ(َصحيحَمسلم‬٤٧٤َ‫مَََ–ََاِيان‬
َ)َ‫َََََََََََ(َسننَالرتميذى‬٧٤َ‫تََ–ََحترميَالكرب‬
)َ‫جوَ–َبرءةَََََََََََََََََََََََََ(َسننَإبنَماجة‬
) ‫َََََََََََََََََََََََ(َامحدَبنَحنبل‬٧َََََ–َ‫حم‬

154
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab: Shalat, nomor
hadis:1110, jld.1 , h. 391
155
Lengkapnya lihat lampiran
156
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 1, h. 407
‫‪189‬‬

‫‪Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 3 kitab yang‬‬

‫‪meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan al-‬‬

‫‪Tirmidzī, dan Sunan Ibn Mājaḥ.‬‬

‫‪Riwayat Ṣaḥīḥ Muslim157 dengan jalur sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud‬‬

‫َالرجل ُِ‬ ‫ِ‬


‫‪ada penambahan lafal pada akhir matan‬‬ ‫ب َأَ أن َيَ ُكو َن َثَ أوبُوُ َ‬
‫َح َسنًاَ‬ ‫ََي ُّ‬ ‫َر ُج ٌل َإ َّن َّ ُ َ‬

‫ط َالن ِ‬
‫َّاسَ‬ ‫ال َالأ ِكأب ُر َبَطَُر أ‬
‫َاْلَ ّْق ََو َغ أم ُ‬ ‫َاْلَ َم َ‬
‫ب أ‬ ‫َمجيل ُِ‬
‫ََي ُّ‬ ‫‪ .‬ونَعلُو َحسنَةً َقَ َ ِ َّ ِ‬
‫ال َإ َّن َالل َو َ ٌ‬ ‫َأُ ََ‬ ‫‪Riwayat‬‬

‫‪Sunan al-Tirmidzī dengan jalur sahabat yang sama ada penambahan lafal‬‬

‫الَلَوَُ ‪pada akhir matan‬‬


‫الَفَ َق َ‬ ‫الَ َذ َّرةٍ َِمنَإِِيَ ٍ‬
‫انَقَ َ‬ ‫َّارَيَ أع ِّن ََم أنَ َكا َن َِِفَقَ ألبِ ِو َِمثأ َق ُ‬
‫أ‬ ‫َوََلَيَ أد ُخلَالن َ‬ ‫ُ‬

‫ال ََولَ ِك َّنَالأ ِكأب َر ََم أنَ‬


‫َاْلَ َم َ‬
‫ب أ‬ ‫الَإِ َّنَاللَّو ُِ‬
‫ََي ُّ‬ ‫يَح َسنَةًَقَ ََ‬‫رجلَإِنَّوَي ع ِجب ِّنَأَ أنَي ُكو َنَثَوِِّبَحسن ِ‬
‫َ‬ ‫اَونَ أعل َ‬
‫أ َ ًَ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ ٌ ُ ُأ ُ‬

‫َّار ََم أنََ‬ ‫ال َب عض َأَى ِل َالأعِأل ِم َِِف َتَ أف ِس ِي َى َذ أ ِ ِ‬


‫اَاْلَديث َََل َيَ أد ُخ ُل َالن َ‬ ‫َ‬ ‫َّاس َوَقَ َ َ أ ُ أ‬
‫ص َالن َ‬
‫َاْلَ َّق ََو َغ َم َ‬
‫بَطََر أ‬

‫ََلَ ُُيلَّد َِِفَالنَّا ِرَوى َك َذاَرِويَعنَأَِِّبَسعِ ٍ‬ ‫َكا َن َِِفَقَ ألبِ ِو َِمثأ َق ُ ِ ِ ٍ ِ‬


‫َاْلُ أد ِر ّْ‬
‫يَ‬ ‫يد أ‬ ‫َ‬ ‫ََ ُ َ َ أ‬ ‫الَ َذ َّرٍةَم أنَإِيَانَإََّّنَ َ‬
‫اَم أعنَاهُ ََ َ ُ‬

‫ال َ َذ َّرةٍ َِم َن َإِِيَ ٍ‬


‫َُيأُر ُج َِم أن َالنَّا ِر ََم أن َ َكا َن َِِف َقَ ألبِ ِو َِمثأ َق ُ‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َقَ َ‬
‫ان ََوقَ أدَ‬ ‫أ‬ ‫ال َ‬ ‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬ ‫َع أن َالنِ ّْ‬
‫َِّب َ‬

‫َُتَلّْ ُدَ‬
‫ال ََم أن ُ‬
‫َخَزيأتَوَُ َفَ َق َ‬
‫َّار َفَ َق أد َأ أ‬
‫ِ‬
‫َّك ََم أن َتُ أدخ أَل َالن َ‬ ‫ي َ َى ِذهِ أ‬
‫َاْليََة َ َربَّنَاَإِن َ‬ ‫اح ٍد َِم أَن َالتَّابِعِ ََ‬
‫فَ َّسر َ َغي ر َو ِ‬
‫َ أُ َ‬

‫ِ‪ِ.‬فَالنَّا ِرَ‬

‫‪157‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim,‬‬
‫‪kitab , nomor hadis 275, jld 1, h. 65‬‬
190

Adapun riwayat Sunan Ibn Mājaḥ158 dengan jalur sahabat yang sama

adanya penambahan lafal pada akhir matan َ‫وَلَيدخلَالنار َمن َكانَِفَقلبو َمثقال‬

‫حبة َمن َخردل َمن َإِيان‬. Selanjutnya riwayat Musnad Aḥmad ibn Hanbal159

dengan jalur sahabat yang sama adanya hanya dengan matan َ‫َلَيدخلَاْلنةَمن‬

‫كان َِف َقلبو َمثقال َحبة َمن َخردل َمن َكرب‬. Dengan demikian potongan hadis yang

disampaikan oleh penceramah sesuai dengan yang tertera di dalam kitab

hadis.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang berbeda-

beda, maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara

makna 160.

Hadis ke- 32

Ketika mengeluarkan hadis penceramah menggunakan lafal sebagai

berikut:

َ‫ص ََلِتِِ أم ََوإِ أخ ََل ِص ِه أم‬ ِِ ِ ِ ِ ِ‫َاْل َُّم َةَب‬


َ ‫ضعيف َهاَب َد أع َوِت أم ََو‬
َ ‫َى ِذ ِه أ‬ ُ ‫إََِّّنَاَيَأن‬
َ ُ‫ص ُرَاللَّو‬
Berdasarkan ceramah yang disampaikan mubaligh. Saya mencari

hadis tersebut dengan Penggalan kata yang ditelusiri adalah161 ‫ ينصر‬melalui

kitab Muʻjam Mufahrās li Alfādz al- Ḥadīts al-Nabawī dipaparkan bahwa

158
Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Bara’atun , nomor
hadis:٣٨7٤ , h.٨٤97
159
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:٣٤٨1 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٣٣٨
160
Lengkapnya lihat lampiran.
161
Aren Jhon Wensink, Mu’jam al-Mufahras li- Alfāz al-hadīts (Istanbul: Dar al-Da’wah,
1988), jld. 6, h. 460
191

hadis dengan matan diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur

periwayatan yang berbeda yaitu:

َ‫ص ََلِتِِ أم ََوإِ أخ ََل ِص ِه أم‬ ََ ‫ضعِ ِيف َهاَبِ َد أع َوِتِِ أم‬
َ ‫َو‬ ‫َى ِذ ِه أ‬
َ ِ‫َاْل َُّمةََب‬ ُ ‫إََِّّنَاَيَأن‬
َ ُ‫ص ُرَاللَّو‬
) ‫( سنن النسائ‬ ٥٤ ‫ن – جهاد‬

Dari hasil Takhrīj hadis di atas, maka dapat diketahui ada 1 kitab yang

meriwayatkan hadis tersebut, yaitu redaksi kitab Sunan al-Nasā’ī.

Riwayat Sunan al-Nasā’ī162 dengan jalur sahabat bapak dari Mus’āb

ibn Ṣa’ad memiliki redaksi yang sama dengan hadis yang disampaikan oleh

penceramah dan tidak ada perbedaan periwayataan.

Dikarenakan hadis tersebut diriwayatkan dengan lafal yang sama,

maka dapat disimpulkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara lafzi163.

B. Kualitas Hadis

Setelah saya melakukah takhrīj maka dapat disimpulkan ada beberapa

hadis yang berkualitas Ṣaḥiḥ, Ḥaṣan dan Ḍaif . Hadis yang saya dapatkan ada

32 hadis. Kemudian jika dihitung dari setiap jalur periwayatan menjadi 10٣

hadis. Adapun rincian dari kualitasnya sebagai berikut:

Kualitas Hadis Jumlah Hadis

Ṣaḥiḥ 84 Hadis

Ḥasan 11 Hadis

Ḍaif 7 ٣ Hadis

162
Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī,
kitab: Jihād, nomor hadis: 3178, jld.6 , h. 352
163
Lengkapnya lihat lampiran
192

Diagram 1. Kualitas Sanad Hadis-hadis

6%

15%

Sahih
Hasan
Daif

84%

Dari persentase kualitas sanad dapat diketahui bahwa mayoritas hadis-

hadis yang digunakan para penceramah dapat dijadikan Hujjah, karena

mayoritas berkualitas Sahih. Adapun contoh-contoh hadis yang berkualitas

Ṣaḥiḥ, Ḥasan, Ḍaif. Sebagai berikut:

1. Hadis yang berkualitas Ṣaḥih164

Sebagaimana yang diriwayatkan Ṣaḥīḥ al-Bukharī:

َ‫َصالِحٍََ َع أنَأَِِّب‬
َ ‫َع أنَأَِِّب‬
ِ ِ ِ ‫اعيلَبنَجع َف ٍرَعن‬ ِ
َ ‫َحدَّثَنَاَإِ أمسَ ُ أ ُ َ أ َ أ‬
َ ‫َعأبدَاللَّوَبأ ِنَدينَا ٍر‬
ٍ ِ ‫حدَّثَناَقُت يبةَُبن‬
َ ‫َسعيد‬
َ ُ ‫َ َ َ أَ أ‬
َ ِ‫يَوَمثَ َلَاأْلَنأبِيَ ِاء َِم أنَقَ أبل‬
َ‫ي‬ ِ ِ َ َ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّوَعلَي ِوَوسلَّمَق‬
َ ‫الَإ َّن ََمثَل‬ َ ََ ‫ُ َأ‬ َ َّ ‫َعأنوَُأ‬
َ ‫َن ََر ُس‬ ِ
َ ُ‫ُىَريأ َرةَ ََرض َيَاللَّو‬
َُ‫َّاسَيَطُوفُو َنَبِِو ََويَ أع َجبُو َنَلَو‬ ٍ ِ ِ ٍ ِ ِ َِّ ‫َكمثَ ِلَرج ٍلَب َنَب يتًاَفَأَحسنَوَوأ أ‬
ُ ‫َمجَلَوَُإَل ََم أوض َعَلَبنَةَم أن ََزاويَةَفَ َج َع َلَالن‬ َ ُ َ ‫َ َ ُ َ َ َأ أ‬
ِ ‫الَفأَناَاللَّبِنةَوأََن‬ ِ ِ ‫وي ُقولُو َنَى ََّلَو ِضعت‬
َ ّْ‫اَخاتَُالنَّبِي‬
َ َ َ ُ َ َ َ َ َ‫َىذهَاللَّبِنَةَُق‬
٤٦٦
َ‫ي‬ َ ‫َ ُ َأ‬ ََ

164
Alasan hadis ini dikatakan Shahih karena memenuhi syarat kesahihan suatu hadis.
Sanadnya bersambung, perawi ‘Udul, perawi dabt, tidak ada Syaz dan ‘ilat. Lihat: Muhammad
Subhi al- Shalih, ‘Ulum al-Hadis wa Musthalahu (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 4-5.
165
Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, nomor hadis: ٤٤٣٢, jld.٤, h.
٨٤11
193

2. Hadis yang berkualitas Ḥasan166


Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sunan al-Tirmidzī167:

ِِ ِ ‫ابَحدَّثَن‬ ِ
ٍَ َ‫َع أنَأَن‬
َ‫س‬ َ ُ‫َحدَّثَنَاَقَتَ َادة‬ َ َ َ ٍ َ‫َحب‬
َ ‫اَعل ُّيَبأ ُن ََم أس َع َد َةَالأبَاىل ُّي‬ ُ ‫اَزيأ ُدَبأ ُن‬
َ َ‫َحدَّثَن‬
َ ‫َمحَ ُدَبأ ُن ََمني ٍع‬
‫َحدَّثَنَاَأ أ‬
ِ ‫الََ ُك ُّلَاب ِنَآدمَخطَّاءَوخي ر أ‬
َ َ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَق‬
َ ‫َاْلَطَّائ‬
َ.َََ ‫يَالت ََّّوابُو َن‬ ُ‫أ َ َ َ ٌ َ َأ‬ َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬ َّ ‫أ‬
َّ ِ‫َنَالن‬
َ ‫َِّب‬
3. Hadis yang berkualitas Ḍaif168

Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī169

ٍ ِ ‫ََيَيَب ِن‬ ُ ‫يدَبأ ُنَ ُُمَ َّم ٍدَالأ َوَّر‬


ُ ‫َع أنَأَِِّب‬
َ‫َىَريأ َرَة‬ َ ‫َاْل أَعَرِج‬
‫َع أن أ‬
َ ‫َسعيد‬
َ ‫َع أن َأ َ أ‬
َ ‫اق‬ ُ ِ‫اَسع‬
َ َ‫َحدَّثَن‬
َ َ‫َعَرفَة‬
َ ‫اَاْلَ َس ُنَبأ ُن‬
‫َحدَّثَنَ أ‬

َ‫َّاسَبَعِي ٌد‬
ِ ‫يب َِم أنَالن‬ ِ ‫َالس ِخيَقَ ِريب َِمنَاللَّ ِوَقَ ِريب َِمن أ‬
ٌ ‫َاْلَنَّةَقَ ِر‬ ‫ٌ أ‬ ‫ال َّ ُّ ٌ أ‬ َ َ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَق‬
َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬ ّْ ِ‫َع أنَالن‬
َ ‫َِّب‬
ِ
ِ ‫اىل‬ ِ ‫َّاسَقَ ِر‬ ِ ِ ِ ‫ِمنَالنَّا ِرَوالأب ِخيلَبعِي ٌد َِمنَاللَّ ِوَبعِي ٌد َِمن أ‬
َ‫ب‬
ُّ ‫َح‬ َ ٌ َ‫يبَم أنَالنَّا ِر ََو َْل‬
َ ‫َسخ ّّيَأ‬ ٌ ِ ‫َاْلَنَّةَبَعي ٌدَم أنَالن‬ ‫أ‬ َ ‫أ‬ َُ ََ ‫أ‬
َ‫ََب ٍيل‬ ٍِ ‫َع‬
َِ ‫اَل‬ ِ
َ ‫َعَّز ََو َج َّلَم أن‬
ِ
َ ‫إِ ََلَاللَّو‬

166
Alasan hadis ini dikatakan Hasan, karena salah satu perawi yaitu ‘Alī bin Mus’adaḥ
rendah kekuatan daya hafalnya.
167
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab qiyamat , nomor hadis. 2499 , jld. 4, h. 659
168
Alasan hadis ini di katakan Daif, akan dibahas pada bab selanjutnya.
169
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:191٨, jld.٣, h.٤٣٢
194

C. Akurasi Hadis
Diagram 2. Akurasi Hadis
1%

8%

Akurat

Kurang
Akurat

98%

1. Hadis Akurat

Kata Rosul:170

َ‫ولَاللَّ ِو‬
ُ ‫َل ََر ُس‬
َََ‫َُثََّت‬
ُ ‫اج‬ ِ ‫بَفَِإََّّنَاَىو‬
ٌ ‫َاست أد َر‬
‫َُ أ‬
ُِ ‫اص ِيوَم‬
ُّ ‫اََي‬ َ
ِ ‫الَإِذَاَرأَيتَاللَّوَي ع ِطيَالأعب َد َِمنَالدُّنأياَعلَىَمع‬
َ َ َ َ ‫َأ أ‬ ‫قَ َ َ أ َ َ ُ أ‬

ِ ‫َشي ٍءَح َََّّإِذَاَفَ ِرحو‬ ِ ِ ‫صلَّىَاللَّو‬


َ‫اَِبَاَأُوتُوا‬ ُ َ ‫ابَ ُك ّْل َ أ‬ َ َ‫اَماَذُ ّْك ُرواَبِوَفَتَ أحن‬
َ ‫اَعلَأي ِه أمَأَبأ َو‬ َ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ ََمَفَلَ َّماَنَ ُسو‬
َُ َ

َ‫َمأبلِ ُسون‬ ُ َ‫اى أمَبَ أغتَةًَفَِإذ‬


ُ ‫اَى أم‬ ُ َ‫َخ أذن‬
َ ‫أ‬.

2. Hadis Kurang Akurat

Nabi bersabda:171
َ‫س َِم ّّْن‬ ِ ُ ‫َع أن‬
َ ‫َسنَِّتَفَلَأي‬ َ ‫ب‬
ِ
َ ‫النكاحَسنِتَفَ َم أن ََرغ‬
‘’Nikah itu sunahku, barang siapa yang melakukan hubungan

suami istri tanpa nikah, bukan umatku”.

170
Rekaman Ceramah di Masjid Khodamuttaqwa pada tanggal 24 Februari 2018
171
Rekaman Ceramah di Masjid al-Furqon pada tanggal 10 Februari 2018
195

3. Hadis Tidak Akurat


Tidak ditemukan hadis yang penceramah sampaikan tidak akurat

dengan hadis-hadis pada kitab induk hadis.

D. Kritik Sanad Hadis Ḍaif172

Sudah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwasannya pada skripsi ini

hanya menganalisis sanad-sanad hadis yang Ḍaif saja, hadis-hadis yang Ḍaif

ini dapat diketahui melalui kitab yanng sudah di-tahqīk oleh para ulama. Ada

5 hadis, adapun rinciannya sebagai berikut:

Hadis ke 10
Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud173

َ‫الَ َح َّدثَِّن ََر ُج ٌل‬ ََ َ‫َُمَ َّم ِدَبأ ِنَإِ أس َح َقَق‬ ُ ‫َع أن‬ َ ‫َسلَ َم َة‬َ ‫اَُمَ َّم ُدَبأ ُن‬
ُ َ‫َحدَّثَن‬ ِ ٍ ُ ‫حدَّثَناَعبدَاللَّ ِوَبن‬
َ ‫َُمَ َّمدَالنُّ َفأيل ُّي‬ ُ ‫َ َ َأ ُ أ‬
َ َ‫ض ِرَق‬
َ‫ال‬ ِ َ‫يَاْل‬
‫َخ أ‬ َِ ‫َالرِامَأ‬
َّ ‫َع ِام ٍر‬َ ‫يَع أن‬َ ‫َع ّْم‬ َ ‫َح َّدثَِّن‬ َ ‫ال‬َ َ‫َع ّْم ِوَق‬
َ ‫َع أن‬ َ ‫وَمأنظُوٍر‬َ ُ‫الَلَوَُأَب‬
ِ ‫ِمنَأ أَى ِلَالش‬
ُ ‫َّامَيُ َق‬ ‫أ‬
ِ ِ َ َ‫ض ُر ََولَ ِك أنَ َك َذاَق‬ ِ َ َ‫أَبوَداودَق‬
ٌَ‫ات ََوأَلأ ِويَة‬ٌ َ‫اَراي‬
َ َ‫تَلَن‬ ‫الَإِ ِّّْنَلَبِبِ ََلدنَاَإِ أذ َُرف َع أ‬ََ َ‫الَق‬ ‫َاْلُ أ‬
‫َى َو أ‬ ُ ‫الَالنُّ َفأيل ُّي‬ َُ ُ
َ ‫َش َجَرٍةَقَ أدَبُ ِس‬ ِ ‫فَ ُق ألتَماَى َذاَقَالُو‬
َ‫ط‬ َ ‫ت‬ َ ‫َحت‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَفَأَتَأيتُوُ ََوُى َو َأ‬
َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
ِ ِ
َ ‫اَى َذاَل َواءُ ََر ُسولَاللَّو‬ َ َ َ ُ
َُ‫َصَلَّىَاللَّو‬ ِ ُ ‫لَوَكِساءَوىوَجالِسَعلَي ِوَوقَ أدَاجتَمعَإِلَي ِوَأَصحابوَفَجلَستَإِلَي ِهمَفَ َذ َكرَرس‬
َ ‫ولَاللَّو‬ ُ َ َ ‫ُ َ ٌ َ ُ َ َ ٌ َ أ َ أ َ َ أ أ َ ُُ َ أ ُ أ أ‬
ِ ِ ِ ِ
َ‫ضى‬ َ ‫َُثََّأ أَع َفاهَُاللَّوَُمأنوَُ َكا َنَ َك ََّف َارةًَل َم‬
َ ‫اَم‬ ُ ‫َالس َق ُم‬ََّ ُ‫َصابَو‬َ ‫الَإِ َّنَالأ ُم أؤم َنَإِذَاَأ‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َمَ أاْل أ‬
َ ‫َس َق َامَفَ َق‬
ِ ِ ُ ‫ِمنَذُنُوبِِوَومو ِعظَةًَلَوَفِيماَيست أقبِلَوإِ َّنَالأمنافِقَإِذَاَم ِرض‬
ََّ‫َُث‬ َ ‫َُثََّأ أُعف َيَ َكا َنَ َكالأبَع ِي‬
ُ ُ‫َع َقلَوَُأ أَىلُو‬ َ َ َ َُ َ ُ َ ‫ُ َ َ أ‬ ‫ََأ‬ ‫أ‬
‫ولَاللَّ ِو ََوَم أ‬ ِ ِ ‫ََلَعقلُوهَوََلَيد ِر‬ ِ
َ‫َس َق ُام‬‫اَاْل أ‬ َ ‫اَر ُس‬
َ َ‫َح أولَوَُي‬ َ ‫ال ََر ُج ٌلَِم أَّن‬ َ ‫ََلََأ أَر َسلُوهَُفَ َق‬ ‫أ أَر َسلُوهَُفَلَ أمَيَ أد ِر َ َ َ ُ َ أ َ أ‬
ِ ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّوَعلَي ِوَوسلَّمَقُمَعنَّاَفَلَست َِمنَّاَفَب ي نَاَ َأَنن‬ ُّ َ‫تَق‬ ِ
َُ‫َعأن َده‬ ُ ‫َأ‬ َ ‫ُ َأ ََ َ أ َ أ‬ َ ُ ‫ال ََر ُس‬ َ ‫طَفَ َق‬ ُ‫ض‬ َ ‫َواللَّو ََم‬
‫اَم ِر أ‬
ِ
َ‫ك‬ َ ُ‫اَرأَيأت‬ ِ ِ َ ‫الَياَرس‬
َ ‫ولَاللَّوَإ ِّّْنَلَ َّم‬ ُ َ َ َ ‫َعلَأيوَفَ َق‬
ِ ‫ف‬
َ َّ َ‫َش أيءٌَقَ أدَالأت‬ َ ‫َعلَأي ِوَكِ َساءٌ ََوِِفَيَد ِه‬ َ ‫إِ أذَأَقأ بَ َل َََر ُج ٌل‬

172
Alasan saya hanya menganalisis hadis Daif saja, karena untuk mengupas penyebab
ke-Daifan perawinya untuk lebih menguatkan lagi yang telah diteliti. Karena Hadis Daif itu
terindikasi sebagai hadis yang mardud (tertolak). Sedangkan hadis Shahih dan Hasan termasuk
kedalam hadis yang maqbul ( diterima) dan bisa dijadikan Hujjah. Lihat: Abȗ ‘Abdurrahmān
Ṣalaḥ, Muqadimah Ibn Ṣalaḥ (Bairut: Dar al- Kotob al-‘ilmiyah, 1995 ), h. 39
173
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
Janāir , jld. 2, nomor hadis:3089 , h. 199
‫‪196‬‬

‫ض أعتُ ُه َّنَِِفََ‬ ‫ِ‬ ‫أَقأ ب ألتَإِلَيكَفَمررتَبِغيض ِةَشج ٍرَفَس ِمعتَفِيهاَأَصو ِ‬


‫َخ أذتُ ُه َّنَفَ َو َ‬‫اتَفَر ِاخَطَائ ٍرَفَأ َ‬ ‫َ ُ أ َ َ َ أ ُ َأ َ َ َ َ أ ُ َ أ َ َ‬
‫َعلَأي ِه َّن ََم َع ُه َّنَ‬ ‫كِسائِيَفَجاءتَأ ُُّمه َّنَفَاستَ َدارتَعلَ ِ‬
‫ت َ‬‫اَعأن ُه َّنَفَ َوقَ َع أ‬‫تَ َلَ َ‬ ‫ىَرأسيَفَ َك َش أف ُ‬ ‫ََأ ُ أ َأ َ َ‬ ‫َ‬
‫الَ‬
‫وم َُه َّنَفَ َق َ‬ ‫ِ‬
‫تَأ ُُّم ُه َّنَإََّلَلُُز َ‬ ‫ض أعتُ ُه َّن ََوأَبَ أ‬‫كَفَ َو َ‬ ‫َعأن َ‬ ‫َض أع ُه َّن َ‬ ‫ال َ‬ ‫ُوَل ِء ََمعِيَقَ َ‬
‫فَلَ َف أفتُ ُه َّنَبِ ِك َسائِيَفَ ُه َّنَأ َ‬
‫ِ‬ ‫َص َحابِِوَأَتَ أع َجبُو َنَلُِر أح ِمَأ ُّْم أ‬ ‫ِ‬ ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّو ِ‬
‫ولَ‬
‫اَر ُس َ‬
‫اخ َهاَقَالُواَنَ َع أم ََيَ َ‬ ‫َاْلَفأ َر ِاخَفَر َ‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َمَْل أ‬
‫َُ‬ ‫َ‬ ‫َر ُس ُ‬
‫اْل ّْقَلَلَّوَأَرحمَبِعِب ِادهِ َِمنَأ ُّْمَ أاْلَفأ ر ِاخَبِِفر ِ‬ ‫ِ‬ ‫اللَّ ِوَصلَّىَاللَّوَعلَي ِوَوسلَّمَقَ َ ِ‬
‫اخ َهاَ‬ ‫َ َ‬ ‫الَفَ َوالَّذيَبَ َعثَِّنَب أَ ُ أ َ ُ َ أ‬ ‫ُ َأ ََ َ‬ ‫َ‬
‫َخ أذتَ ُه َّن ََوأ ُُّم ُه َّن ََم َع ُه َّنَفَ َر َج َعَِِّٔ ََّن‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬
‫ثَأ َ‬‫َحأي ُ‬‫ض َع ُه َّنَم أن َ‬ ‫َح َََّّتَ َ‬
‫أارج أعَّٔ َّن َ‬
‫‪Hadis ke 19‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī174‬‬


‫ََيَيَب ِن ِ ٍ‬ ‫َُمَ َّم ٍدَالأ َوَّر ُ‬
‫َع أنَأَِِّبَ‬
‫َاْل أَعَرِج ََ‬
‫َع أن أ‬
‫َسعيد َ‬
‫َع أن َأ َ أ َ‬
‫اق َ‬ ‫اَسعِ ُ‬
‫يدَبأ ُن ُ‬ ‫َحدَّثَنَ َ‬
‫َعَرفَةَ َ‬
‫اَاْلَ َس ُنَبأ ُن َ‬
‫َحدَّثَنَ أ‬

‫يب َِم أنَ‬ ‫َالس ِخيَقَ ِريب َِمنَاللَّ ِوَقَ ِريب َِمن أ ِ‬
‫َاْلَن ََّةَقَ ِر ٌ‬ ‫ٌ أ‬ ‫ال َّ ُّ ٌ أ‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَقَ َ‬
‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬ ‫َع أنَالنِ ّْ‬
‫َِّب َ‬ ‫ُىَريأ َرَة َ‬
‫يب َِم أنَالنَّا ِرَ‬ ‫َاْلَن َِّةَبَعِي ٌد َِم أنَالن ِ‬
‫َّاسَقَ ِر ٌ‬ ‫يلَبَعِي ٌد َِم أنَاللَّ ِوَبَعِي ٌد َِم أن أ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫النَّاسَبَعي ٌدَم أنَالنَّار ََوالأبَخ ُ‬
‫ََب ٍيلَ‬ ‫َع ٍِ‬
‫اَل َِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫بَإِ ََلَاللَّو َ‬
‫َعَّز ََو َج َّلَم أن َ‬ ‫َح ُّ‬
‫َسخ ّّيَأ َ‬
‫ِ‬
‫اىل ِ‬
‫َو َْلَ ٌ َ‬
‫‪Hadis ke 22‬‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal175‬‬

‫َعأب ِد َّ‬
‫َالر أمحَ ِنَبأ َِنَالأبَ أي لَ َم ِ َ‬
‫اِّنَّْ‬ ‫َع أن َ‬
‫َسلَ َم َ‬
‫ِ‬
‫َع أن ََزيأدَبأ ِنَأ أ‬
‫ٍ‬
‫َمطَّْرف َ‬
‫اَُمَ َّم ُدَبأ ُن ُ‬
‫َخبَ َرنَ ُ‬ ‫حدَّثَناَحسيَبن ُ ٍ‬
‫َُمَ َّمدَأ أ‬ ‫َ َ ُ َأُ أ ُ‬
‫الَأَح ُدىم َِ‬ ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّو ِ‬ ‫اجتَمعَأَرب عةٌ َِمنَأ أ ِ‬
‫ابَرس ِ‬
‫ولَ‬
‫ت ََر ُس َ‬
‫َمس أع ُ‬ ‫َعلَأيوَ َو َسلَّ َمَفَ َق َ َ ُ أ‬
‫َُ‬ ‫َ‬ ‫َص َح َ ُ‬ ‫الَ أ َ َ أ َ َ أ‬ ‫قَ ََ‬

‫وتَبِيَ أوٍَمَفَ َق َ‬
‫الَ‬ ‫ِ‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَيَ ُق ُ‬
‫ولَإِ َّنَاللَّ َوَتَبَ َارَك ََوتَ َع َاَلَيَ أقبَ ُلَتَ أوبَةََالأ َعأبدَقَ أب َلَأَ أنََِيُ َ‬ ‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬
‫ِ‬
‫اللَّو َ‬
‫الَوأَنَ َِ‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَقَ َ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َمسعت ِ‬ ‫َّاِّنَأَأَنأ ِ‬
‫الث ِ‬
‫ولَ‬
‫ت ََر ُس َ‬
‫اَمس أع ُ‬ ‫الَنَ َع أمَقَ َ َ‬ ‫َصَلَّىَاللَّوُ َ‬
‫َى َذاَم أن ََر ُسولَاللَّو َ‬
‫ت َأ َ َ‬
‫َ‬
‫صِ‬ ‫ولَإِ َّنَاللَّوَتَبارَكَوتَع َاَلَي أقبلَتَوبةََالأعب ِدَقَبلَأَ أنََِيُ ِ‬
‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَيَ ُق ُ‬ ‫ِ‬
‫فَ‬ ‫وتَبِن أ‬
‫َ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ ُ أ َ َأ أ َ‬ ‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬
‫اللَّو َ‬

‫‪174‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:191٨, jld.٣, h.٤٣٢‬‬
‫‪175‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:٨٣٣٤١ (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٣٢٣‬‬
‫‪197‬‬

‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَقَ َ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َمس َعت ِ‬ ‫ثَأَأَنأ ِ‬‫ي وٍمَفَ َق َ ِ‬


‫ال ََوأَنَاَ‬
‫الَنَ َع أمَقَ َ‬ ‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬
‫َى َذاَم أن ََر ُسولَاللَّو َ‬
‫ت َأ َ َ‬
‫الَالثَّال ُ َ‬ ‫َأ‬
‫ولَإِ َّنَاللَّوََتَبَ َارَك ََوتَ َع َاَلَيَ أقبَ ُلَتَ أوبَةََالأ ََعأب ِدَقَ أب َلَأَ أنَ‬
‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَيَ ُق ُ‬
‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬
‫َِمسعتَرس َ ِ‬
‫ولَاللَّو َ‬ ‫أ ُ َُ‬
‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَقَ َ‬
‫الَنَ َع أم ََوأَنَاَ‬ ‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫َمسعت ِ‬
‫َى َذاَم أن ََر ُسولَاللَّو َ‬
‫الرابِعَأَأَنأ ِ‬
‫ت َأ َ َ‬
‫الَ َّ ُ َ‬ ‫ض أح َوةٍَقَ ََ‬
‫وتَبِ َ‬
‫َِيُ َ‬
‫ولَإِ َّنَاللَّوََيَ أقبَ ُلَتَ أوبَةََالأ َعأب ِد ََماَ ََلأَيُغَأرَِغ أرَبِنَ َف ِس ِوَ‬
‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَيَ ُق ُ‬
‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬
‫َِمسعتَرس َ ِ‬
‫ولَاللَّو َ‬ ‫أ ُ َُ‬
‫‪Hadis ke 24‬‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud176‬‬

‫َعلِ ّْيَ‬ ‫ص َع ٍ‬ ‫اَىشامَبنَع َّما ٍرَحدَّثَناَالأولِيدَبن ِ‬


‫ِ‬
‫اَُمَ َّم ُدَبأ ُن َ‬
‫َحدَّثَنَ ُ‬
‫ب َ‬ ‫َم أ‬
‫اَاْلَ َك ُمَبأ ُن ُ‬ ‫َم أسل ٍم َ‬
‫َحدَّثَنَ أ‬ ‫َحدَّثَنَ َ ُ أ ُ َ َ َ َ ُ أ ُ ُ‬
‫َصلَّىَ‬ ‫ال َرس ُ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ب ِن ِ ِ‬
‫ول َاللَّو َ‬ ‫َح َّدثَوَُقَ ََ‬
‫ال َقَ َ َ ُ‬ ‫َعبَّ ٍ‬
‫اس َأَنَّوُ َ‬ ‫َع أن َابأ ِن َ‬
‫َح َّدثَوُ َ‬
‫َع أن َأَبيو َأَنَّوُ َ‬
‫اس َ‬ ‫َعأبد َاللَّو َبأ ِن َ‬
‫َعبَّ ٍ‬ ‫أ َ‬
‫َض ٍيق ََمَأرج ِ‬
‫َاَلستِ أغ َفار َجعل َاللَّو َلَو َِمن َ ُك ّْل ِ‬
‫ِ‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم ََ‬
‫اَوَرَزقَوَُ‬
‫َى ٍّم َفَ َر ًج َ‬
‫اَوم أن َ ُك ّْل َ‬
‫ًَ َ‬ ‫َم أن َلَ ِزَم أ َ َ َ َ ُ ُ أ‬ ‫اللَّوُ َ‬
‫ََيتَ ِسب‬
‫ث َََل َأ‬
‫َحأي ُ‬ ‫ِ‬
‫م أن َ‬
‫‪Hadis ke 26‬‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal177‬‬

‫حدثّنَأِّبَثناََيَيَبنَغيَلنَقالَثناَرشدينَيعّنَبنَسعدَأبوَاْلجاجَاملهريَعنَحرملةَبنَ‬

‫عمرانَالتجيِبَعنَعقبةَبنَمسلمَعنَعقبةَبنَعامرَعنَالنِبَصلىَاهللَعليوَوَسلمَقالَ‪َ:‬‬

‫إذاَرأيتَاهللَيعطيَالعبدَمنَالدنياَعلىَمعاصيوَماََيبَفإَّناَىوَاستدراجَُثَتَلَرسولَاهللَ‬

‫صلىَاهللَعليوَوَسلمََفلماَنسواَماَذكرواَبوَفتحناَعليهمَأبوابَكلَشيءَحََّإذاَفرحواَِباَ‬

‫أوتواَأخذناىمَبغتةَفإذاَىمَمبلسون‬

‫‪Hadis ke 10‬‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud178‬‬

‫‪176‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab‬‬
‫‪Isthigfār , jld. 1, nomor hadis:1518 , h. 475‬‬
‫‪177‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:٨7٤٣9 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٨٣٣‬‬
‫‪198‬‬

‫ََح َّدثَِّن ََر ُج ٌلَ‬‫َُمَ َّم ِدَبأ ِنَإِ أس َح َقَقَ َ‬


‫ال َ‬ ‫َع أن ُ‬
‫َسلَ َمةَ َ‬
‫اَُمَ َّم ُدَبأ ُن َ‬
‫َحدَّثَنَ ُ‬ ‫حدَّثَناَعبدَاللَّ ِوَبن ُ ٍ ِ‬
‫َُمَ َّمدَالنُّ َفأيل ُّي َ‬ ‫َ َ َأ ُ أ ُ‬
‫الَ‬ ‫َالرِامَأ َِخ أ‬
‫َيَاْلَ ِ‬
‫ض ِرَقَ َ‬ ‫َع ِام ٍر َّ‬
‫يَع أن َ‬ ‫َح َّدثَِّن َ‬
‫َع ّْم َ‬ ‫َع ّْم ِوَقَ َ‬
‫ال َ‬ ‫وَمأنظُوٍر َ‬
‫َع أن َ‬ ‫الَلَوَُأَبُ َ‬
‫ِمنَأ أَى ِلَالش ِ‬
‫َّامَيُ َق ُ‬ ‫أ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ض ُر ََولَ ِك أنَ َك َذاَقَ َ‬ ‫أَبوَداودَقَ َ ِ‬
‫ات ََوأَلأ ِويَةٌَ‬
‫اَرايَ ٌ‬ ‫الَإِ ِّّْنَلَبِبِ ََلدنَاَإِ أذ َُرف َع أ‬
‫تَلَنَ َ‬ ‫الَقَ ََ‬ ‫َاْلُ أ‬ ‫الَالنُّ َفأيل ُّي ُ‬
‫َى َو أ‬ ‫ُ َُ‬
‫َش َجَرٍةَقَ أدَبُ ِس َ‬ ‫فَ ُق ألتَماَى َذاَقَالُو ِ‬
‫طَ‬ ‫ت َ‬ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَفَأَتَأيتُوُ ََوُى َو َأ‬
‫َحت َ‬ ‫َصلَّىَاللَّوُ َ‬
‫ِ ِ‬
‫اَى َذاَل َواءُ ََر ُسولَاللَّو َ‬
‫َ‬ ‫ُ َ َ‬
‫َصَلَّىَاللَّوَُ‬ ‫لَوَكِساءَوىوَجالِسَعلَي ِوَوقَ أدَاجتَمعَإِلَي ِوَأَصحابوَفَجلَستَإِلَي ِهمَفَ َذ َكرَرس ُ ِ‬
‫ولَاللَّو َ‬ ‫ُ َ ٌ َ ُ َ َ ٌ َ أ َ أ َ َ أ أ َ ُُ َ أ ُ أ أ َ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ضىَ‬ ‫َُثََّأ أَع َفاهَُاللَّوَُمأنوَُ َكا َنَ َك ََّف َارةًَل َم َ‬
‫اَم َ‬ ‫َالس َق ُم ُ‬ ‫الَإِ َّنَالأ ُم أؤم َنَإِذَاَأ َ‬
‫َصابَوُ ََّ‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َمَ أاْل أ‬
‫َس َق َامَفَ َق َ‬
‫ِ‬ ‫ِمنَذُنُوبِِوَومو ِعظَةًَلَوَفِيماَيست أقبِلَوإِ َّنَالأمنافِقَإِذَاَم ِرض ُ ِ‬
‫َُثََّ‬ ‫َُثََّأ أُعف َيَ َكا َنَ َكالأبَع ِي َ‬
‫َع َقلَوَُأ أَىلُوُ ُ‬ ‫ُ َ َ أ َ ُ َ َُ َ َ َ‬ ‫ََأ‬ ‫أ‬
‫ولَاللَّ ِو ََوَم أ‬ ‫ِ‬ ‫ََلَعقلُوهَوََلَيد ِر ِ‬
‫ِ‬
‫َس َق ُامَ‬
‫اَاْل أ‬ ‫اَر ُس َ‬
‫َح أولَوَُيَ َ‬
‫ال ََر ُج ٌلَِم أَّن َ‬
‫ََلََأ أَر َسلُوهَُفَ َق َ‬ ‫أ أَر َسلُوهَُفَلَ أمَيَ أد ِر َ َ َ ُ َ أ َ أ‬
‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّوَعلَي ِوَوسلَّمَقُمَعنَّاَفَلَست َِمنَّاَفَب ي نَاَ َأَنن ِ‬ ‫تَقَ ُّ‬ ‫ِ‬
‫َعأن َدهَُ‬ ‫َأ ُ‬ ‫ُ َأ ََ َ أ َ أ َ‬ ‫َ‬ ‫ال ََر ُس ُ‬
‫طَفَ َق َ‬ ‫ضُ‬ ‫َواللَّو ََم َ‬
‫اَم ِر أ‬
‫ِ‬
‫كَ‬ ‫الَياَرس َ ِ ِ‬
‫ولَاللَّوَإ ِّّْنَلَ َّم َ‬
‫اَرأَيأتُ َ‬ ‫ف ِ‬
‫َعلَأيوَفَ َق َ َ َ ُ‬ ‫َعلَأي ِوَكِ َساءٌ ََوِِفَيَد ِه َ‬
‫َش أيءٌَقَ أدَالأتَ َّ َ‬ ‫إِ أذَأَقأ بَ ََلَ َر ُج ٌل َ‬
‫ض أعتُ ُه َّنَِِفََ‬ ‫ِ‬ ‫أَقأ ب ألتَإِلَيكَفَمررتَبِغيض ِةَشج ٍرَفَس ِمعتَفِيهاَأَصو ِ‬
‫اتَفَر ِاخَطَائ ٍرَفَأ َ‬
‫َخ أذتُ ُه َّنَفَ َو َ‬ ‫َ ُ أ َ َ َ أ ُ َأ َ َ َ َ أ ُ َ أ َ َ‬
‫َعلَأي ِه َّن ََم َع ُه َّنَ‬ ‫كِس َائِيَفَجاءتَأ ُُّمه َّنَفَاستَ َدارتَعلَ ِ‬
‫ت َ‬‫اَعأن ُه َّنَفَ َوقَ َع أ‬ ‫ىَرأسيَفَ َك َش أف ُ‬
‫تَ َلَ َ‬ ‫ََأ ُ أ َأ َ َ‬ ‫َ‬
‫الَ‬
‫وم َُه َّنَفَ َق َ‬ ‫ِ‬
‫تَأ ُُّم ُه َّنَإََّلَلُُز َ‬
‫ض أعتُ ُه َّن ََوأَبَ أ‬
‫كَفَ َو َ‬
‫َعأن َ‬
‫َض أع ُه َّن َ‬ ‫ُوَل ِء ََمعِيَقَ َ‬
‫ال َ‬ ‫فَلَ َف أفتُ ُه َّنَبِ ِك َسائِيَفَ ُه َّنَأ َ‬
‫ِ‬ ‫َص َحابِِوَأَتَ أع َجبُو َنَلُِر أح ِمَأ ُّْم أ‬ ‫ِ‬ ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّو ِ‬
‫ولَ‬
‫اَر ُس َ‬
‫اخ َهاَقَالُواَنَ َع أم ََيَ َ‬
‫َاْلَفأ َر ِاخَفَر َ‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َمَْل أ‬
‫َُ‬ ‫َ‬ ‫َر ُس َُ‬
‫اْل ّْقَلَلَّوَأَرحمَبِعِب ِادهِ َِمنَأ َُّْمَ أاْلَفأ ر ِاخَبِِفر ِ‬‫ِ‬ ‫اللَّ ِوَصلَّىَاللَّوَعلَي ِوَوسلَّمَقَ َ ِ‬
‫اخ َهاَ‬‫َ َ‬ ‫الَفَ َوالَّذيَبَ َعثَِّنَب أَ ُ أ َ ُ َ أ‬ ‫ُ َأ ََ َ‬ ‫َ‬
‫َخ أذتَ ُه َّن ََوأ ُُّم ُه َّن ََم َع ُه َّنَفَ َر َج َعَِِّٔ ََّن‪َ.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬
‫ثَأ َ‬
‫َحأي ُ‬
‫ض َع ُه َّنَم أن َ‬
‫َح َََّّتَ َ‬
‫أارج أعَّٔ َّن َ‬
‫‪Perawi di atas ada 7 orang, Berikut biografi para perawi tersebut:‬‬

‫‪Analisis Sanad Hadis‬‬

‫‪178‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab‬‬
‫‪Janāir , jld. 2, nomor hadis:3089 , h. 199‬‬
199

Abī Dāwȗd179 Ia menerima hadis dari gurunya ‘Abdullāḥ bin

Muḥammad180. Wafat pada tahun 234 H. Muḥammad bin Salamaḥ181

wafat pada tahun 191 H. Ia menerima hadis dari gurunya: Muḥammād

isḥaq182 wafat pada tahun 150 H. Abȗ Manzhur183 . Biografi yang tidak

diketahui yaitu, Paman Abȗ Manzhur184 , Amir185 .

Komentar Kritikus Hadis

‘Abdullāḥ bin Muḥammad komentar kritikus hadis terhadapnya, Ibn

Hajar, An-Nasa’ī, Darul al-Qathnī mengatakan: Tsiqaḥ186. Muḥammad bin

Salamaḥ, Komentar kritikus hadis terhadapnya, An-Nasa’ī, Ibn Ḥajar

mengatakan Tsiqah187. Muḥammād Isḥaq, komentar kritikus hadis

terhadapnnya, Ibn Ḥajar mengatakan Ṣadȗq.188. Abȗ Manzhur, komentar

kritikus hadis terhadapnya, Ibn Ḥajar mengatakan Majḥȗl189. Biografi yang

tidak diketahui yaitu, Paman Abȗ Manzhur, komentar kritikus hadis

179
Nama lengkapnya adalah Abȗ Dawȗd bin Sulaimān al-Asy’ats bin Isḥaq bin Sijistanī.
Beliau lahir pada tahun 202 H dan meninggal pada tahun 275 H. Lihat: Fatchur Rahman, Ikhtisar
Musthalahul Hadits (Bandung: al-Ma’arif), h. 380-382
180
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullāḥ bin Muḥammād bin ‘Alī bin Nufaīl al-Qadā’ī.
Kuniyahnya Abȗ Ja’far. Berguru kepada: Muḥammad bin Salamāh al-Ḥaranī. Adapun
muridnya antara lain: Abȗ Dawȗd. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 6, h. 18.
181
Nama lengkapnya adalah Muḥammad bin Salamaḥ bin ‘Abdullāḥ al-Baḥīlī. Wafat
pada tahun 191 H. Kuniyahnya Abȗ ‘Abdullāh. Berguru kepada: Muḥammād bin Isḥaq.
Muridnya beliau antara lain: ‘Abdullāḥ bin Muḥammād bin ‘Alī bin Nufaīl. Lihat: Ibn Ḥajar al-
‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 9, h.٨9٣.
182
Nama lengkapnya adalah Muḥammād Ishaq al-Madanī. Kuniyahnya Abȗ Bakar.
Berguru kepada: Abȗ Manzhur . Adapun muridnya antara lain: Muḥammād bin Salamaḥ.
Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. , h.
183
Nama lengkapnya adalah Abȗ Manzhur al- Syamī. berguru kepada: Pamannya.
Muridnya hanya Muḥammād Ishaq. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. , h.
184
Tidak diketahui identitasnya.
185
Nama lengkapnya Amir al-Ramī. Gurunya: Nabi Muhammad Saw. Muridnya antara
lain: Paman Abī Manjur. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٣, h.١٣
186
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 6, h. 18
187
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 9, h.٨9٣
188
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. , h.
189
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. , h.
200

terhadapnya, Amir, komentar kritikus hadis terhadapnnya, Ibn Hajar

mengatakan Sahabat190.

Setelah saya menjelaskan tentang ittiṣal al-sanad, berikut ini saya akan

memaparkan segi kualitas pribadinya dan kemampuan intelektual para

perawinya dapat dilihat bahwa perawi Muḥammād Isḥaq kualitasnya Ṣadȗq

dan Abȗ Manzhur kualitasnya Majḥȗl. Term periwayatan yang digunakan

Muḥammād Isḥaq, Pamannya Abȗ Manzhur, dan Amir adalah ‘An191 yang

rentan akan tadlis. Akan tetapi, tidak ada indikasi yang mengarah kepada

tadlis. Sementara dari Mukharij sampai Muḥammad bin Salamaḥ

menggunakan term Haddatsanā192 yang merupakan term tertinggi dalam

periwayatan hadis. Berdasarkan pemaparan di atas, dengan demikian

didugakeras sanad hadis ini berkualitas Ḍaif.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang hadis ini: Pertama,

dilihat dari segi kuantitas hadis ini masuk kedalam hadis Ahad dengan jenis

Hadis Gharib. Kedua, dari segi penyandaran hadisnya hadis itu masuk

kategori hadis Marfu’ karena disandarkan kepada Nabi Saw. Ketiga, dilihat

dari segi kualitasnya hadis ini masuk kategori hadis Daif.

190
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 5, h. 84
191
‘An merupakan lambing yang menjelaskan bahwa perawi yang belum pasti diketahui
tentang pertemuannya antara guru dengan murid, mungkin mendengar sendiri dengan langsung,
atau tidak mendengar sendiri. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah
(Bandung: Amal Bakti Press, 2000), h. 147
192
Haddatsana merupakan lambing periwayatan yang menjelaskan bahwa seorang
perawi mendengar langsung drai gurunya dengan demikian murid bertemu dengan gurunyadan
diketahui betul tentang pertemuannya itu. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis, h. 147.
‫‪201‬‬

‫‪Skema Sanad Hadis‬‬

‫رسول اهلل‬

‫َع ْب ُد اللَّ ِه بْ ُن ُم َح َّمد النُّ َف ْيلِ ُّي‬

‫ُم َح َّم ُد بْ ُن َسلَ َمة َََ‬

‫ُم َح َّم ِد بْ ِن إِ ْس َح َق‬

‫أَبُو َم ْنظُور‬

‫أَبُو َم ْنظُور َََ َع ِّم ِه‬

‫َع ِامر‬

‫أَبُو َد ُاود‬
202

Hadis ke 19

Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī193

ٍ ِ ‫ََيَيَب ِن‬ ُ ‫َُمَ َّم ٍدَالأ َوَّر‬


َ‫َع أنَأَِِّب‬
َ ‫َاْل أَعَرِج‬
‫َع أن أ‬
َ ‫َسعيد‬
َ ‫َع أن َأ َ أ‬
َ ‫اق‬ ُ ِ‫اَسع‬
ُ ‫يدَبأ ُن‬ َ َ‫َحدَّثَن‬
َ َ‫َعَرفَة‬
َ ‫اَاْلَ َس ُنَبأ ُن‬
‫َحدَّثَنَ أ‬

َ‫يب َِم أن‬ ِ ‫َالس ِخيَقَ ِريب َِمنَاللَّ ِوَقَ ِريب َِمن أ‬
ٌ ‫َاْلَنَّةَقَ ِر‬ ‫ٌ أ‬ ‫ال َّ ُّ ٌ أ‬ َ َ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمََق‬
َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬ ّْ ِ‫َع أنَالن‬
َ ‫َِّب‬ َ ‫ُىَريأ َرَة‬
َ‫يب َِم أنَالنَّا ِر‬ ِ ‫َاْلَن َِّةَبَعِي ٌد َِم أنَالن‬
ٌ ‫َّاسَقَ ِر‬ ‫يلَبَعِي ٌد َِم أنَاللَّ ِوَبَعِي ٌد َِم أن أ‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫النَّاسَبَعي ٌدَم أَنَالنَّار ََوالأبَخ‬
َ‫ََب ٍيل‬ ٍِ ‫َع‬
َِ ‫اَل‬ ِ ِ
َ ‫بَإِ ََلَاللَّو‬
َ ‫َعَّز ََو َج َّلَم أن‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫َسخ ّّيَأ‬
ِ
ِ ‫اىل‬
َ ٌ َ‫َو َْل‬
Perawi di atas ada 6 orang, Berikut biografi para perawi tersebut:

Analisis Sanad Hadis

Al-Tirmidzī194 Ia menerima hadis dari gurunya: Ḥasan

bin’Arafah195 wafat pada tahun 257 H. Ia menerima hadis dari gurunya:

Sa’īd bin Muḥammad196 wafat di baghdad. Menerima hadis dari gurunya:

Yaḥya bin Sa’īd197 wafat pada tahun 144 H. Menerima hadis dari gurunya:

Al-A’raj198 wafat pada tahun 117 H. Abȗ Ḥurairāḥ199 wafat pada tahun 57

H.

193
Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-
Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:191٨, jld.٣, h.٤٣٢
194
Nama lengkapnya adalah Abȗ ‘Isā bin Ṣuraḥ. Beliau seorang Muhaddits yang
dilahirkan dikota Turmuz pada tahun 200 dan wafat pada 279 H. Lihat: Fatchur Rahman, Ikhtisar
Musthalahul Hadits (Bandung: al-Ma’arif), h. 382
195
Nama lengkapnya adalah Ḥasan bin’Arafah bin Yazīd al-‘Abdī. Kuniahnya Abȗ ‘Alī.
Berguru kepada: Sa’īd bin Muḥammād. Muridnya antara lain: al-Tirmidzī. Lihat: 195 Ibn Ḥajar
al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٢ , h. 293.
196
Nama lengkapnya adalah Sa’īd bin Muḥammad al-Waraqī al-Tsaqafī. Kuniyahnya
Abȗ Ḥasan. Beliau berguru kepada: Yahya bin Sa’īd. Adapun muridnya antara lain: Ḥasan
bin’Arafah. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 40.
197
Nama lengkapnya adalah Yaḥya bin Sa’īd bin Qayīs bin al-Anṣorī. Kuniyahnya Abȗ
Sa’id. Beliau berguru kepada: ‘Abdurrahmān bin Hurmuz. Muridnya antara lain: Sa’īd bin
Muḥammad. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٨٨ , h. 223
198
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān bin Ḥurmuz al-‘Araj. Wafat pada tahun 117
H. Kuniyahnya Abu Dawȗd. Beliau berguru kepada: Abȗ Ḥȗrairāḥ. Muridnya antara lain: Yaḥya
bin Sa’īd. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 6, h. 291.
199
Nama lengkapnya adalah Abdurrahmān bin Shakr . wafatnya pada tahun 57 H.
Kuniyahnya Abȗ Ḥurairāḥ. Beliau berguru kepada: Nabi Muhammad Saw. Muridnya antara lain:
203

Komentar Kritikus Hadis

Ḥasan bin’Arafah, komentar kritikus hadis terhadapnya mengatakan

Ibn Ḥajar Ṣadȗq200. Sa’īd bin Muḥammad, Komentar pada kritikus hadis

terhadapnya, Abī Ḥātim, an-Nasa’ī Ibn Ḥajar mengatakan Ḍaif201.202 Yaḥya

bin Sa’īd, Komentar pada kritikus hadis terhadapnya, Abī Ḥātim, an-Nasa’ī,

Yahya bin Mu’īn, Ibn Ḥajar mengatakan Tsiqaḥ203. Al-A’raj, Komentar

kritikus hadis terhadapnya, Al-‘Ajlī, Ibn Ḥajar, Abȗ Zar’aḥ mengatakan

Tsiqaḥ204. Abȗ Ḥurairāḥ, komentar kritikus hadis terhadapnya, Ibn Ḥajar

dan ad-dzahabī mengatakan sahabat.205

Setelah saya menjelaskan tentang ittiṣal al-sanad, berikut ini saya akan

memaparkan segi kualitas pribadinya dan kemampuan intelektual para

perawinya dapat dilihat bahwa perawi Ḥasan bin’Arafah kualitasnya Ṣadȗq

dan Sa’īd bin Muḥammad kualitasnya Ḍaif. Term periwayatan yang Yaḥya

bin Sa’īd, Al-A’raj, Abȗ Ḥurairāḥ ‘An206 yang rentan akan tadlis. Akan tetapi,

tidak ada indikasi yang mengarah kepada tadlis. Sementara dari Mukharij

sampai Sa’īd bin Muḥammad menggunakan term Haddatsanā207 yang

Abdurrahmān bin Ḥurmuz al-‘Araj. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٨٢ ,
h.٢11 .
200
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٢ , h.٢9٤
201
Penyebab Daif yaitu menunjukan bahwa ia berdusta. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī,
Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 40
202
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 40
203
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٨٨ , h.٢٢٤
204
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 6, h. 291
205
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٨٢ , h.٢11
206
‘An merupakan lambing yang menjelaskan bahwa perawi yang belum pasti diketahui
tentang pertemuannya antara guru dengan murid, mungkin mendengar sendiri dengan langsung,
atau tidak mendengar sendiri. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah
(Bandung: Amal Bakti Press, 2000), h. 147
207
Haddatsana merupakan lambing periwayatan yang menjelaskan bahwa seorang
perawi mendengar langsung drai gurunya dengan demikian murid bertemu dengan gurunyadan
diketahui betul tentang pertemuannya itu. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis, h. 147.
204

merupakan term tertinggi dalam periwayatan hadis. Berdasarkan pemaparan

di atas, bahwa didugakeras sanad hadis ini berkualitas Ḍaif.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang hadis ini: Pertama,

dilihat dari segi kuantitas hadis ini masuk kedalam hadis Ahad dengan jenis

Hadis Munkar. Kedua, dari segi penyandaran hadisnya hadis itu masuk

kategori hadis Marfu’ karena disandarkan kepada Rasulullah Saw. Ketiga,

dilihat dari segi kualitasnya hadis ini masuk kategori hadis Daif.

Skema Sanad Hadis

‫رسول اهلل‬

ََ

َُ‫أَبِي ُهريْ َرة‬

‫ْاْلَ ْع َر ِج‬

‫يَ ْحيَى بْ ِن َس ِعيد‬

‫َس ِعي ُد بْ ُن ُم َح َّمد‬


ََُ ‫ال َْوَّراق‬

‫الترمذي‬ ‫س ُن بْ ُن َع َرفَ َة‬


َ ‫ْح‬
َ ‫ََ ال‬
205

Hadis ke 22

Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal208

َّ ‫َعأب ِد‬
َ‫َالر أمحَ ِن َبأ ِن‬ َ ‫َع أن‬
َ ‫َسلَ َم‬
ِ
‫َع أن ََزيأد َبأ ِن َأ أ‬
ٍ
َ ‫َمطَّْرف‬
ُ ‫اَُمَ َّم ُد َبأ ُن‬
ُ َ‫َخبَ َرن‬ ٍ ُ ‫حدَّثَناَحسي َبن‬
‫َُمَ َّمد َأ أ‬ ُ ‫َ َ ُ َأُ أ‬
َِ ‫الَأَح ُدىم‬ ِ ‫ولَاللَّ ِوَصلَّىَاللَّو‬ ِ ‫ََاجتَمعَأَرب عةٌ َِمنَأ أ‬
ِ ‫ابَرس‬ َ َ‫الأبَ أي لَ َم ِاِّنََّْق‬
َ‫ت‬
ُ ‫َمس أع‬ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َمَفَ َق َ َ ُ أ‬
َُ َ ُ َ ‫َص َح‬ ‫ال أ َ َ أ َ َ أ‬
َ‫وتَبِيَ أوٍَم‬ ِ ُ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَيَ َُق‬
َ ُ‫ولَإِ َّنَاللَّ َوَتَبَ َارَك ََوتَ َع َاَلَيَ أقبَ ُلَتَ أوبَةََالأ َعأبدَقَ أب َلَأَ أنََِي‬ َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
ِ َ ‫رس‬
َ ‫ولَاللَّو‬ َُ
َ‫ت‬ ََِ َ‫ال ََوأَن‬
ُ ‫اَمس أع‬ َ َ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َق‬
َ َ‫ال َنَ َع أم َق‬ َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
ِ ِ ِ
َ ‫َى َذاَم أن ََر ُسول َاللَّو‬
َ ‫ت‬
َِ ‫َّاِّن َأَأَنأت‬
َ ‫َمس أع‬ َ ِ ‫ال َالث‬
َ ‫فَ َق‬
ِ ُ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َيَ ُق‬ ِ َ ‫رس‬
َ ُ‫ول َإِ َّن َاللَّ َو َتَبَ َارَك ََوتَ َع َاَل َيَ أقبَ ُل َتَ أوبَةَ َالأ َعأبد َقَ أب َل َأَ أن ََِي‬
َ‫وت‬ َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
َ ‫ول َاللَّو‬ َُ
َ َ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َق‬ ِ ِ ِ َِ ‫ث َأَأَنأت‬ِ َ ‫ف َي وٍم َفَ َق‬
ِ ‫بِنِ أ‬
َ‫ال‬
َ َ‫ال َنَ َع أَم َق‬ َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
َ ‫َى َذاَم أن ََر ُسول َاللَّو‬
َ‫ت‬ َ ‫َمس أع‬ َ ُ ‫ال َالثَّال‬ ‫ص َأ‬
َ‫ول َإِ َّن َاللَّوَ َتَبَ َارَك ََوتَ َع َاَل َيَ أقبَ ُل َتَ أوبَةَ َاَلأ َعأب ِد َقَ أب َل‬
ُ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َم َيَ ُق‬
َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
ِ َ ‫اَمسعت َرس‬
َ ‫ول َاللَّو‬
ِ
ُ َ ُ ‫َوأََنَ َ أ‬
َ َ‫َعلَأي ِو ََو َسَلَّ َم َق‬
َ‫ال َنَ َع أم‬ َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
ِ ِ ِ
َ ‫َى َذاَم أن ََر ُسول َاللَّو‬
َ ‫ت‬
َِ ‫َالرابِع َأَأَنأت‬
َ ‫َمس أع‬ َ ُ َّ ‫ال‬ َ َ‫ض أح َوةٍ َق‬
َ ِ‫وت َب‬
َ ُ‫أَ أن ََِي‬
َ‫ولَإِ َّنَاللَّوََيَ أقبَ ُلَتَ أوبَةََالأ َعأب ِد ََماَ ََلأَيُغَأر ِغ أرَبِنَ َف ِس ِو‬
ُ ‫َعلَأي ِو ََو َسلَّ َمَيَ ُق‬
َ ُ‫َصلَّىَاللَّو‬
ِ َ ‫اَمسعتَرس‬
َ ‫ولَاللَّو‬
ِ
ُ َ ُ ‫َوأَنَ َ أ‬
Perawi di atas ada 5 orang, Berikut biografi para perawi tersebut:

Analisis Sanad Hadis

Aḥmad ibn Ḥambal209 mendapatkan hadis dari gurunya Ḥusaīn bin

Muḥammād210 wafat pada tahun 213 H. Menerima hadis dari gururnya:

Muḥammād bin Muthorrīf211 wafat pada tahun 160 H. Menerima hadis dari

208
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:٨٣٣٤١ (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٣٢٣
209
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdullāḥ bin Muḥammād bin Ḥanbal al-Mawarzī.
Beliau dilahirkan pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 270 H. Lihat: Fatchur Rahman, Ikhtisar
Musthalahul Hadits (Bandung: al-Ma’arif), h. 373-375
210
Nama lengkapnya adalah Ḥusaīn bin Muḥammād bin Baḥrām al-Tamīmī. Wafat pada
tahun 213 H. Kiniyahnya Abȗ Ahmad. Beliau berguru kepada: Muḥammād bin Muthorrīf.
Muridnya antara lain: Aḥmad bin Ḥanbal. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid.
2, h. 367 .
211
Nama lengkapnya adalah Muḥammād bin Muthorrīf. Kuniyahnya Abī Gassan. Beliau
berguru kepada: Zaīd bin Aslam. Muridnya antara lain: Ḥȗsaīn bin Muḥammād. Lihat: Ibn
Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. , h.
206

gurunya: Zaīd bin Aslam212 wafat pada tahun 136 H. Menerima hadis dari

gururnya: ‘Abdurrāḥman al- Bāīlamānī213.

Setelah saya menjelaskan tentang ittiṣal al-sanad, berikut ini saya akan

memaparkan Jarh wa ta’dil dari sanad hadis di atas.

Komentar Kritikus Hadis

Ḥusaīn bin Muḥammād, Komentar para ulama terhadapnya, Ibn

Ḥajar tsiqaḥ214. Muḥammād bin Muthorrīf, komentar kritikus hadis

terhadapnya, Abī Ḥātim, an-Nasa’ī mengatakan lā ba’tsa biḥi, Yaḥyā bin

Mu’īn, Ibn Ḥajar Tsiqaḥ215. Zaīd bin Aslam, komentar kritikus hadis

terhadapnya, An- Nasa’ī, Abȗ Ḥātim, Ibn Ḥajar mengatakan Tsiqaḥ216.

‘Abdurrāḥman al- Bāīlamānī217. Komentar ulama hadis terhadapnya, Abȗ

Ḥātim mengatakan layyīn218, al-‘Ajlī: Munkarul Ḥadis219.

Setelah saya menjelaskan tentang ittiṣal al-sanad bahwa hadis ini

terdapat sanad yang terputus dari kalangan tabi’in yaitu Zaīd bin Aslam tidak

mempunyai murid Abdurrāḥman bin Abī al- Bāīlamānī, berikut ini saya akan

memaparkan segi kualitas pribadinya dan kemampuan intelektual para

perawinya dapat dilihat bahwa perawi Muḥammād bin Muthorrīf kualitasnya

212
Nama lengkapnya adalah Zaīd bin Aslam al-Qurāsī al-‘Adwī. kuniyahnya Abȗ
Usāmaḥ. Beliau berguru kepada, Anas bin Malik. Muridnya antara lain: Muḥammād bin
Muthorrīf. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٤, h.٤91.
213
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrāḥman bin Abī al- Bāīlamānī. Berguru kepada
bapaknya. Muridnya yaitu ankanya Muḥammād. Lihat: Darul Qatnī, Sunan Dar-alQatnī, jilid.٨ ,
h.9٢.
214
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 367
215
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. , h.
216
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٤, h.٤91
217
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrāḥman bin Abī al- Bāīlamānī. Berguru kepada
bapaknya. Muridnya yaitu ankanya Muḥammād. Lihat: Darul Qatnī, Sunan Dar-alQatnī, jilid.٨ ,
h.9٢.
218
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid.2 , h.493
219
Darul Qatnī, Sunan Dar-alQatnī, jilid.٨ , h.9٢
207

lā ba’tsa biḥi dan Abdurrāḥman bin Abī al- Bāīlamānī kualitasnya Ḍaif. Term

periwayatan yang Zaīd bin Aslam, ‘Abdurrāḥman al- Bāīlamānī ‘An220 yang

rentan akan tadlis. Akan tetapi, tidak ada indikasi yang mengarah kepada

tadlis. Sementara dari Mukharij sampai Muḥammād bin Muthorrīf

menggunakan term Haddatsanā, Akhbaranā221 yang merupakan term

tertinggi dalam periwayatan hadis. Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa

didugakeras sanad hadis ini berkualitas Ḍaif.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang hadis ini: Pertama,

dilihat dari segi kuantitas hadis ini masuk kedalam hadis Ahad dengan jenis

Hadis Garib. Kedua, dari segi penyandaran hadisnya hadis itu masuk kategori

hadis Marfu’ karena disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Ketiga,

dilihat dari segi kualitasnya hadis ini masuk kategori hadis Daif.

Skema Sanad Hadis

‫رسول اهلل‬
220
‘An merupakan lambing yang menjelaskan bahwa perawi yang belum pasti diketahui
tentang pertemuannya antara guru dengan murid, mungkin mendengar sendiri dengan langsung,
atau tidak mendengar sendiri. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah
(Bandung: Amal Bakti Press, 2000), h. 147
221
Haddatsana merupakan lambing periwayatan yang menjelaskan bahwa seorang
perawi mendengar langsung drai gurunya dengan demikian murid bertemu dengan gurunyadan
diketahui betul tentang pertemuannya itu. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis, h. 147.
‫‪208‬‬

‫اب ر ُس ِ‬ ‫ِ‬
‫ول‬ ‫َص َح ِ َ‬
‫أ َْربَ َعةٌ م ْن أ ْ‬

‫َع ْب ِد َّ‬
‫الر ْح َم ِن بْ ِن الْبَ ْي لَ َمانِ ِّي‬

‫ِ‬
‫َزيْد بْ ِن أ ْ‬
‫َسلَ َم‬

‫ُم َح َّم ُد بْ ُن ُمطَِّرف‬

‫س ْي ُن بْ ُن ُم َح َّمد‬
‫ُح َ‬

‫احمد بن حنبل‬

‫‪Hadis ke 24‬‬
209

Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud222

َ‫َعلِ ّْي‬ ٍ ‫ص َع‬ ِ ‫اَىشامَبنَع َّما ٍرَحدَّثَناَالأولِيدَبن‬


ِ
َ ‫اَُمَ َّم ُدَبأ ُن‬
ُ َ‫َحدَّثَن‬
َ ‫ب‬ ‫َم أ‬
ُ ‫اَاْلَ َك ُمَبأ ُن‬ َ ‫َم أسل ٍم‬
‫َحدَّثَنَ أ‬ ُ ُ ‫َحدَّثَنَ َ ُ أ ُ َ َ َ َ ُ أ‬
َ‫َصلَّى‬ ِ ُ ‫الَرس‬ ِِ ِ ِ ‫ب ِن‬
َ ‫ولَاللَّو‬ َ َ‫َح َّدثَوَُق‬
ُ َ َ َ‫الََق‬ ٍ َّ‫َعب‬
َ ُ‫اسَأَنَّو‬ َ ‫َع أنَابأ ِن‬
َ ُ‫َح َّدثَو‬
َ ُ‫َع أنَأَبيوَأَنَّو‬
َ ‫اس‬ َ ‫َعأبدَاللَّوَبأ ِن‬
ٍ َّ‫َعب‬ َ ‫أ‬
ِ ‫َض ٍيقََمَأرج‬
ِ ‫َاَلستِ أغ َفارَجعلَاللَّوَلَو َِمنَ ُك ّْل‬
ِ ِ ‫اللَّو‬
َُ‫اَوَرَزقَو‬
َ ‫َى ٍّمَفَ َر ًج‬
َ ‫اَوم أنَ ُك ّْل‬
َ ًَ ‫ََم أنَلَ ِزَم أ َ َ َ َ ُ ُ أ‬ َ ‫َعلَأيو ََو َسلَّ َم‬
َُ
‫ََيتَ ِسب‬
‫ث َََل َأ‬
ُ ‫َحأي‬ ِ
َ ‫م أن‬
Perawi di atas ada 6 orang, Berikut biografi para perawi tersebut:

Analisis Sanad Hadis

Abī Dāwȗd223 mendapatkan hadis dari gurunya: Hisyām bin

‘Ammār224 wafat pada tahun 15٤ H. Mendapatkan hadis dari gururnya:

Walid bin Muslim225 wafat pada tahun 195 H. Menerima hadis dari

gururnya: Ḥakam bim Muṣ’ab226. Menerima hadis dari gurunya:

Muḥammād bin ‘Alī227 wafat pada tahun 124 h. Mendapatkan hadis dari

222
Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab
Isthigfār , jld. 1, nomor hadis:1518 , h. 475
223
Nama lengkapnya adalah Abȗ Dawȗd bin Sulaimān al-Asy’ats bin Isḥaq bin Sijistanī.
Beliau lahir pada tahun 202 H dan meninggal pada tahun 275 H. Lihat: Fatchur Rahman, Ikhtisar
Musthalahul Hadits (Bandung: al-Ma’arif), h. 380-382
224
Nama lengkapnnya adalah Hisyām bin ‘Ammār bin Nasīr bin Maīsaroh bin Abbān al-
Silmī. Kuniyahnya Abȗ al-Qalid. Beliau berguru kepada: Walid bin Muslim. Muridnya antara
lain: Bukharī, Abȗ Dawȗd. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 11, h. 54.
225
Nama lengkapnya adalah Walid bin Muslim al-Qurasī. Kuniyahnya Abȗ al-Abbas.
Beliau berguru kepada: Ḥakam bim Muṣ’ab. Muridnya antara lain: Hisyām bin ‘Ammār. Lihat:
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٨٨, h. ٨٣٣.
226
Nama lengkapnnya adalah Ḥakam bim Muṣ’ab al-Qurasī al –Makhjumī al-Damsyakī.
Beliau berguru kepada: Muḥammād bin ‘Alī bin ‘Abdullāḥ bin Abbas. Muridnya antara lain:
Walid bin Muslim. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 439.
227
Nama lengkapnya adalah Muḥammād bin ‘Alī bin ‘Abdullāḥ bin Abbas al-qurasī.
Wafat pada tahun 124 h. Kuniyahnya Abȗ ‘Abdullāḥ. Beliau berguru kepada: ‘Alī bin ‘Abdullāḥ.
Muridnya antara lain: Ḥakam bim Muṣ’ab. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,
jilid. 9, h. 355.
210

gururnya: ‘Abdullāḥ bin Abbas bin Abdul Muthālib228 wafat pada tahun 68

H.

Komentar Kritikus Hadis

Hisyām bin ‘Ammār, komentar kritikus hadis terhadapnya, Ibn Ḥajar

mengatakan: Ṣaduq229. Walid bin Muslim, komentar kritikus hadis

terhadapnya, Ibn Ḥajar, al-‘Ajlī mengatakan Tsiqaḥ230. Ḥakam bim Muṣ’ab,

komentar kritikus hadis terhadapnya, Abȗ Ḥātim, Ibn Ḥajar mengatakan

Majḥȗl231. Muḥammād bin ‘Alī, komentar kritikus hadis terhadapnya, Ibn

Ḥajar mengatakn Tsiqaḥ232. ‘Abdullāḥ bin Abbas bin Abdul Muthālib,

komentar kritikus terhadapnya, Ibn Ḥajar mengatakan Sahabat233.

Setelah saya menjelaskan tentang ittiṣal al-sanad bahwa hadis ini sanad

bersambung karena adanya hubungan guru dengan murid, berikut ini saya

akan memaparkan segi kualitas pribadinya dan kemampuan intelektual para

perawinya dapat dilihat bahwa perawi Hisyām bin ‘Ammār kualitasnya Ṣaduq

dan Hakam bim Muṣ’ab kualitasnya Majḥȗl. Term periwayatan yang

digunakan ‘Abdullāḥ bin Abbas ‘An234 yang rentan akan tadlis. Akan tetapi,

tidak ada indikasi yang mengarah kepada tadlis. Sementara dari Mukharij

228
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullāḥ bin Abbas bin Abdul Muthālib bin Ḥasyim bin
‘abdil Manaf al-Qurasī. Kuniyahnya Abȗ al-Abbas. Beliau berguru kepada: Nabi Muhammād
Saw. Muridnya antara lain: Ali bin ‘Abdullāḥ. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb,
jilid. 5, h. 278.
229
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 11, h. 54
230
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. ٨٨, h. ٨٣٣
231
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 439
232
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 9, h. 355
233
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 5, h. 278
234
‘An merupakan lambing yang menjelaskan bahwa perawi yang belum pasti diketahui
tentang pertemuannya antara guru dengan murid, mungkin mendengar sendiri dengan langsung,
atau tidak mendengar sendiri. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah
(Bandung: Amal Bakti Press, 2000), h. 147
211

sampai Muḥammād bin ‘Alī menggunakan term Haddatsanā235 yang

merupakan term tertinggi dalam periwayatan hadis. Berdasarkan pemaparan

di atas, bahwa didugakeras sanad hadis ini berkualitas Ḍaif.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang hadis ini: Pertama,

dilihat dari segi kuantitas hadis ini masuk kedalam hadis Ahad dengan jenis

Hadis Gharib. Kedua, dari segi penyandaran hadisnya hadis itu masuk

kategori hadis Marfu’ karena disandarkan kepada Rasulullah Saw. Ketiga,

dilihat dari segi kualitasnya hadis ini masuk kategori hadis Daif.

235
Haddatsana merupakan lambing periwayatan yang menjelaskan bahwa seorang
perawi mendengar langsung drai gurunya dengan demikian murid bertemu dengan gurunyadan
diketahui betul tentang pertemuannya itu. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis, h. 147.
‫‪212‬‬

‫‪Skema Sanad Hadis‬‬

‫رسول اهلل‬

‫َع ْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َعبَّاس ََِ‬

‫ُم َح َّم ُد بْ ُن َعلِ ِّي بْ ِن َع ْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َعبَّاس‬

‫ص َعب‬
‫ْح َك ُم بْ ُن ُم ْ‬
‫ال َ‬

‫ََ ال َْولِي ُد بْ ُن ُم ْسلِم‬

‫ام بْ ُن َع َّمار‬
‫شُ‬ ‫ِه َ‬

‫أَبُو َد ُاود‬
213

Hadis ke 26
Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal236

َ‫ثناََيَيَبنَغيَلنَقالَثناَرشدينَيعّنَبنَسعدَأبوَاْلجاجَاملهريَعنَحرملةَبنَعمران‬

َ‫َإذاَرأيت‬:َ‫التجيِبَعنَعقبةَبنَمسلمَعنَعقبةَبنَعامرَعنَالنِبَصلىَاهللَعليوَوَسلمَقال‬

َ‫اهلل َيعطي َالعبد َمن َالدنيا َعلى َمعاصيو َما ََيب َفإَّنا َىو َاستدراج َُث َتَل َرسول َاهلل َصلى َاهلل‬

َ‫عليو َو َسلم ََفلما َنسوا َما َذكروا َبو َفتحنا َعليهم َأبواب َكل َشيء َحَّ َإذا َفرحوا َِبا َأوتوا‬

‫أخذناىمَبغتةَفإذاَىمَمبلسون‬
Perawi di atas ada 6 orang, Berikut biografi para perawi tersebut:

Analisis Sanad Hadis

Aḥmad ibn Ḥambal237 mendapatkan hadis dari gurunya Yaḥya bin

Ghailān238 wafat pada tahu 220 H. Mendapatkan hadis dari gurunya:

Rasyidīn bin Sa’ad239 wafat pada tahun 188 H. Menerima hadis dari

gurunya: Ḥarmalah bin ‘Imran240 wafat pada tahun 160 H. ‘Uqbah bin

Muslim241 wafat pada tahun 120 H. ‘Uqbah bin ‘Amir bin Abbas242 wafat

pada tahun 60 H.

236
Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,
Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:٨7٤٣9 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.٨٣٣
237
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdullāḥ bin Muḥammād bin Ḥanbal al-Mawarzī.
Beliau dilahirkan pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 270 H. Lihat: Fatchur Rahman, Ikhtisar
Musthalahul Hadits (Bandung: al-Ma’arif), h. 373-375.
238
Nama lengkapnya adalah Yaḥya bin Ghailān bin ‘Abdullāḥ bin ‘Asma bin Ḥāritsaḥ
bin al-Khadzaī. Wafat pada tahu 220 H. Kuniyahnya Abȗ al- Fadhal. Berguru kepada: Rasyidīn
bin Sa’ad. Muridnya antara lain: Aḥmad bin Ḥanbal. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-
Tahzīb, jilid. 11, h. 264.
239
Nama lengkapnya adalah Rasyidīn bin Sa’ad bin Miflāḥ bin Ḥalāl al-Maḥrī. Wafat
pada tahun 188 H. Kuniyahnya Abu al-Ḥajjaj. Berguru kepada: Ḥarmalah bin ‘Imran. Muridnya
antara lain: Yaḥya bin Ghailān. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 3, h. 278.
240
Nama lengkapnya adalah Ḥarmalaḥ bin ‘Imran bin al-Qirḍ al-Tajīdī. Wafat pada
tahun 160 H. Kuniyahnya Abȗ al-Hafsh. Berguru kepada: ‘Uqbaḥ bin Muslih. Muridnya antara
lain: Rasyidīn bin Sa’ad. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 229.
241
Nama lengkapnya adalah ‘Uqbah bin Musliḥ al-Tajibī. Kuniayahnya Abȗ Muhammad.
Beliau berguru kepada: ‘Uqbah bin ‘Amir bin Abbas. Muridnya antara lain: Ḥarmalaḥ bin
‘Imrān. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 7, h. 250.
214

Setelah saya menganalisis ittiṣal al-sanad kemudian saya akan

menganalisis Jarh wa ta’dil-nya.

Komentar Kritikus Hadis

Yaḥya bin Ghailān243 wafat pada tahu 220 H. Komentar kritikus

hadis terhadapnya, Ibn Ḥibbān, Ibn Ḥajar mengatakan Tsiqaḥ244. Rasyidīn

bin Sa’ad, komentar kritikus hadis terhadapnya, Abȗ Ḥātim, Abȗ Jar’aḥ

mengatakan Ḍaif, Suul Hifz245. Ḥarmalah bin ‘imran, komentar kritikus

hadis terhadapnya, Yaḥya bin Mu’īn, Ibn Ḥajar mengatakan Tsiqaḥ246.

‘Uqbah bin Muslim, komentar kritikus hadis terhadapnya, Al-‘Ajlī, Ibn

Ḥajar mengatakan Tsiqaḥ247. ‘Uqbah bin ‘Amir bin Abbas, komentar

kritikus hadis terhadapnya, Ibn Ḥajar mengatakan sahabat.248

Setelah saya menjelaskan tentang ittiṣal al-sanad bahwa hadis ini sanad

bersambung karena adanya hubungan guru dengan murid, berikut ini saya

akan memaparkan segi kualitas pribadinya dan kemampuan intelektual para

perawinya dapat dilihat bahwa perawi Rasyidīn bin Sa’ad kualitasnya Ḍaif,

Suul Hifz. Term periwayatan yang digunakan Ḥarmalah bin ‘imran, ‘Uqbah

bin Muslim, ‘Uqbah bin ‘Amir bin Abbas ‘An249 yang rentan akan tadlis.

242
Nama lengkapnya adalah ‘Uqbah bin ‘Amir bin Abbas al-Juḥnī. Wafat pada tahun 60
H. Kuniyahnya Abȗ Ḥammad. Berguru kepada Nabi Muhammad Saw. Muridnya antara lain:
‘Uqbah bin Musliḥ. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 7, h. 243 .
243
Nama lengkapnya adalah Yaḥya bin Ghailān bin ‘Abdullāḥ bin ‘Asma bin Ḥāritsaḥ
bin al-Khadzaī. Wafat pada tahu 220 H. Kuniyahnya Abȗ al- Fadhal. Berguru kepada: Rasyidīn
bin Sa’ad. Muridnya antara lain: Aḥmad bin Ḥanbal. Lihat: Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-
Tahzīb, jilid. 11, h. 264.
244
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 11, h. 264
245
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 3, h. 278
246
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 2, h. 229
247
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 7, h. 250
248
Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Tahzīb al-Tahzīb, jilid. 7, h. 243
249
‘An merupakan lambing yang menjelaskan bahwa perawi yang belum pasti diketahui
tentang pertemuannya antara guru dengan murid, mungkin mendengar sendiri dengan langsung,
215

Akan tetapi, tidak ada indikasi yang mengarah kepada tadlis. Sementara dari

Mukharij sampai Rasyidīn bin Sa’ad menggunakan term Tsanā250 yang

merupakan term tertinggi dalam periwayatan hadis singkatan dari Hadatsanā.

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa didugakeras sanad hadis ini

berkualitas Ḍaif.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang hadis ini: Pertama,

dilihat dari segi kuantitas hadis ini masuk kedalam hadis Ahad dengan jenis

Hadis Gharib. Kedua, dari segi penyandaran hadisnya hadis itu masuk

kategori hadis Marfu’ karena disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Ketiga, dilihat dari segi kualitasnya hadis ini masuk kategori hadis Daif.

atau tidak mendengar sendiri. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah
(Bandung: Amal Bakti Press, 2000), h. 147
250
Haddatsana merupakan lambing periwayatan yang menjelaskan bahwa seorang
perawi mendengar langsung drai gurunya dengan demikian murid bertemu dengan gurunyadan
diketahui betul tentang pertemuannya itu. Lihat: Endang Soetari, Ilmu Hadis, h. 147.
‫‪216‬‬

‫‪Skema Sanad Hadis‬‬

‫رسول اهلل‬

‫عقبة بن عامر َِ‬

‫عقبة بن مسلم‬

‫حرملة بن عمران‬

‫رشدين يعني بن سعد‬

‫يحيى بن غيالن‬

‫احمد بن حنبل‬
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah di paparkan terdahulu, maka peneliti

dapat menarik keismpulan sesuai dengan permasalahan yang diajukan yakni

sebagai berikut:

1. Dari lima hadis yang diteliti tersebut hadis tersebut mencapai kualitas

Ḍaif, 84 hadis merupakan hadis Ṣaḥīḥ karena tidak terdapat perawi yang

Ḍaif dan dapat dijadikan hujjah. 16 sisanya merupakan hadis Ḥasan.

2. Mayoritas hadis-hadis yang di sampaikan penceramah itu berkualitas

Ṣaḥīḥ. Adapun hadis-hadis Ḍaif ini digunakan untuk Fadhail- al-„Amal

yang bertujuan untuk memotivasi masyarakat. Dengan catatan bahwa

hadis Ḍaif ini tidak bisa digunakan untuk hȗjjah agama.

B. Saran-saran.

1. Penulis berharap agar lebih selektif dalam memilih para penceramah.

2. Penulis berharap agar para penceramah lebih teliti lagi dalam mengutip

sebuah hadis yang akan dijadikan Hujjah agama.

3. penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengadakan penelitian matan

hadis. Karna ini merupakan tugas kita sebagai mahasiswa Tafsir Hadis

untuk melakukan penelitian yang lebih luas cakupannya dan lebih dalam

pembahasannya.

217
218

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karīm

, Pedoman Sekolah Takhrīj Hadis. Ciputat: Rasionalika, 2017.

Ābūdī, Abū al-Ṭayyib Muḥammad Syamsu al-Ḥaq al- ʻAdzīm. ʻAunu al-
Maʻbūd Syarh Sunan Abī Dāwud, pentahqiq: ‘Iṣūm al- Dīn al-
Ṣabūbuṭī. Kairo: Dūr al-Ḥadīts, 2001.

Al- Asqalūnī, Aḥmad ibn ‘Alī ibn Hajar. Tahdzīb al- Tahdzīb. Kairo: Al-
Maktabah al-Taufqiyyah, 856 H.

Al- Darimī, Imām al-Hūfidz Abū Muḥammad ʻAbdillūh ibn ʻAbdurrahmūn ibn
Fadl ibn Bahramī. Sunan al- Darimī, pentahqiq: Husain Salīm Asad.
Riyadh: Dūr Mughnī, 2000.

Ahmad Atabik, Prospek Melalui Media Televisi, Al-Tabsyir, Jurnal


Komunikasi Penyiaran Islam.

Amsir, Hadis-Hadis Masyhur yang Disampaikan dalam Khutbah Jum‟at,


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir
Hadis, 2007.

Bungin, Burhan. Metodologi Peneitian Kuatitatif (Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup, 2009.

Dulwahab, Encep. Rebranding Dakwah di Media Televisi. Volume 15 nomor 2,


Desember 2016.

Elvinaro, Ardianto. Metodologi Penelitian.Bandung: Rekatama Media, 2011.

Fatmawati. JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI: Paradigma Baru


Mengemas Dakwah Melalui Media Televisi Di Era Globalisasi,
(Komunika: vol.3. no. 2 Juli-Desember), 2009.

Farid Hamid dan Heri Budianto, Ilmu Komunikasi dan Tantangan Masa Depan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Farihah, Irzum. Radio Sebagai Solusi Problema Keagamaan Muslimah, at-


Tabysir: Jurnal Komunikasi Penyairan Islam, vol 2. No. 2 juli-
Desember 2014.
219

Isa Salam, dan Bustamin. Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: Raja Grapindo
Persada), 2004.

Jalaluddin Rahmat. Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya).

Juniawati, Dakwah melalui Media Elektronik: Peran dan potensi Media


Elektronik dalam Dakwah islam di Kalimantan Barat. Jurnal Dakwah,
Vol. XV, No. 2 Tahun 2014.

Khoiri Ummatin. Globalisasi Komunikasi dan Tuntunan Dakwah Bermedia,


Jurnal Dakwah: vol. IX, No 2, Juli-Desember), 2008.

Kusnawan, Aep. Komunikasi Dan Penyiaran Islam. Bandung, 2004.

Kusuma, Setiawan Doni . Kualitas Hadis Di Media Massa Kajian Sanad Dan
Matan Dalam Kolom “HIkmah Ramadhan” Harian Republika Edisi
1435 H, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas ushuluddin jurusan
tafsir hadis, 2012.

M. Alfatih Suryadilaga. Aplikasipenelitian hadis dari teks ke konteks,


(Yogyakarta: Teras), 2009.

Madanī, Mūlik ibn Anas ibn Mūlik ibn ʻĀmar al- ʻĀṣbaḥī. Muwaṭa‟ Ȋmūm
Mālik. t.t: Muassasah al-Risūlah, 1412 H.

Masduki, Jurnalistik Radio. Yogyakarta: LKiS, 2001.

Marzuki. Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT. Hamidita), 1997.

Mansyur, Awadl . TELEVISI: Manfaat dan Mudhorot. Jakarta: Fikahati Anesta,


1993.

Mukhlis, Muhammad. Telaah Hadis-Hadis yang Digunakan Sebagai Hujjah


Jama‟ah Tabligh Masjid Jami‟ Kebon Jeruk Jakarta Barat, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir
Hadis, 2011.

Naisūbūrī, Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjūj al- Qusyairī. Ṣaḥīḥ
Muslim. Libanon: Dūr al-Kutūb al- ʻAlamiyah, 1991.

Perindra, Joni. Kritik Hadis-Hadis Yang Disampaikan Para Khatib Di Khutbah


Jum‟at, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin jurusan
tafsir hadis), 2017.
220

Rahman, Zufran. Kajian sunah nabi sebagai sumber hukum islam, (jakarta:
pedoman ilmu jaya), 1995.

Rekaman ceramah di Tvone bulan Februari 2018.

Safiudin, Didin. Radio Siara Sidoarjo, 2005.

Setiawan Doni Kusuma. Kualitas Hadis Di Media Massa Kajian Sanad Dan
Matan Dalam Kolom “HIkmah Ramadhan” Harian Republika Edisi
1435 H, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas ushuluddin jurusan
tafsir hadis), 2012.

Shalih, Muhammad Subhi. „Ulum al-Hadis wa Musthalahu (Beirut: Dar al-


Fikr), 1989.

„Ulum al-Hadis wa Musthalahu (Beirut: Dar al-Fikr), 1989.

Sijistūnī, Abī Dāwud Sulaimūn ibn al- Asy’ts ibn Ishaq. Sunan Abū Dāwud.
Beirut: Dūr al-Fikr, 1994.

Sukriawati, Iin. Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Acara “Damai Indonesiaku”
Tv one Skrips S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Syaukani, Reza. Kritik Hadis-Hadis yang Disampaikan oleh Para Khatib


di Semarang, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin,
Jurusan Tafsir Hadis, 2018.

Syaibūnī, Abū ‘Abdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilūl ibn
Asad. Musnad Imām Ibn Hanbal, pentahqiq: Syuʻaib al- Arana’ūṭ. t,t:
Muassasah al- Risūlah, 2001.

Syaibūnī, Abū ʻAbdullūh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilūl ibn
Asad. Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal. t.t: Muassasah al-Risūlah, 2001.

Syobah, Nurul. Kontrksi Media Massa Dalam Pengembangan Dakwah,


(STAIN Samarinda), Jurnal Dakwah Tabligh. Vol. 4. No. 2,
Desember), 2013.

Syuhudi, M. Syuhudi Hadis Nabi Menurut Pembela Pengingkar dan


Pemalsunya. Jakarta: Gema Insani, 1995.

Thahan, Mahmud. Metode Takhrīj dan Penelitian Sanad Hadis. Surabaya: PT.
Ibna Ilmu, 1995.

Tirmidzī, Abī Īsū Muḥammad ibn ʻĪsū ibn Saurah. Jūmiʻ al- Tirmidzī. Riyadh:
Bait al- Afkūr al- Dauliyyah, 1999.
221

Nasū’ī, Imām. Ṣunan al-Nasā‟ī bi Syarh al- Imāmaini lisuyūṭī wa al- Sindī,
pentahqiq: ‘Abdul Fatāh Kairo: Dūr al-Ḥadits, 1431.

Qazwīnī, Abū ‘Abdillāh Muḥammad ibn Yazīd Sunan Ibn Mājaḥ, Pentahqiq:
Muḥammad Fuūd ʻAbd al-Būqī. Kairo: Dūr al- Hadist, 1998.

Wahid, Nur Rohman. Proses Produksi Pada Program Tabligh Akbar “Damai
Indonesiaku” di TvOne, (Univ. Sunan kalijaga Yogyakarta fakultas
dakwah dan komunikasi jurusan komunikasi penyiaran islam), 2014.

Yūsuf, Yūsuf ibn ‘Abd al- Raḥmūn ibn. Tadzhīb al- Kamūl fī Asmū‟ al-Rijūl.
Bairut: Muassasah al-Risūlah, 1980.

Zaini,Ahmad. Dakwah Melalui Media Cetak, al-Tabsyir, Jurnal Komunikasi


Penyiaran Islam, Vol.2. No. 2. Juli-Desember, 2014.
‫‪222‬‬

‫‪Lampiran 1. Takhrīj Hadis‬‬

‫‪Hadis ke 1‬‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī‬‬

‫صالِ ٍح َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ‬ ‫ِ ِ ِ‬


‫يل بْ ُن َج ْع َف ٍر َع ْن َعْبد اللَّو بْ ِن دينَا ٍر َع ْن أَِِب َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ٍِ‬
‫َحدَّثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْ ُن َسعيد َحدَّثَنَا إ ْْسَاع ُ‬
‫ال إِ َّن َمثَلِي َوَمثَ َل ْاْلَنْبِيَ ِاء ِم ْن قَ ْبلِي َك َمثَ ِل َر ُج ٍل بَ ََن‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫َن رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫َرض َي اللَّوُ َعْنوُ أ َّ َ ُ‬
‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب يتًا فَأَحسنَو وأ ْ َِّ ِ ِ ٍ ِ ِ ٍ‬
‫َّاس يَطُوفُو َن بِو َويَ ْع َجبُو َن لَوُ َويَ ُقولُو َن َى ََّّل ُوض َع ْ‬
‫ت‬ ‫َْجَلَوُ إَّل َم ْوض َع لَبنَة م ْن َزاويَة فَ َج َع َل الن ُ‬ ‫َْ ْ َ ُ َ‬
‫ِ ِ ‪1‬‬
‫ي‬ ‫َى ِذ ِه اللَّبِنَةُ قَ َ‬
‫ال فَأَنَا اللَّبِنَةُ َوأَنَا َخاِتُ النَّبيّْ َ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim‬‬

‫يل يَ ْعنُو َن ابْ َن َج ْع َف ٍر َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن ِدينَا ٍر‬ ‫ِ ِ‬ ‫ٍ‬


‫وب َوقُتَ ْيبَةُ َوابْ ُن ُح ْجر قَالُوا َحدَّثَنَا إ ْْسَاع ُ‬ ‫َو َحدَّثَنَا ََْي َي بْ ُن أَيُّ َ‬
‫ال َمثَلِى َوَمثَ ُل اْلَنْبِيَ ِاء ِم ْن‬ ‫ول اللَّ ِو ‪-‬صلى اهلل عليو وسلم قَ َ‬ ‫َن َر ُس َ‬ ‫ان َع ْن أَِب ُىَريْ َرَة أ َّ‬ ‫صالِ ٍح َّ‬
‫الس َّم ِ‬
‫َع ْن أَِب َ‬
‫َّاس يَطُوفُو َن بِِو‬ ‫ِ ٍِِ ٍِِ‬ ‫َحسنَوُ وأ ْ ِ‬ ‫ِ‬
‫َْجَلَوُ إَّلَّ َم ْوض َع لَبنَة م ْن َزاويَة م ْن َزَوايَاهُ فَ َج َع َل الن ُ‬ ‫قَ ْبلى َك َمثَ ِل َر ُج ٍل بَ ََن بُْن يَانًا فَأ ْ َ َ‬
‫ت َى ِذ ِه اللَّبِنَةُ قَ َ‬ ‫ِ‬
‫ِ ‪2‬‬
‫ال فَأَنَا اللَّبِنَةُ َوأَنَا َخ َاِتُ النَّبيّْي‬ ‫َويَ ْع َجبُو َن لَوُ َويَ ُقولُو َن َىَّلَّ ُوض َع ْ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud‬‬

‫وب َع ْن أَِِب قِ ََّلبَةَ َع ْن أَِِب‬ ‫ٍ‬


‫اد بْ ُن َزيْد َع ْن أَيُّ َ‬ ‫يسى قَ َاَّل َحدَّثَنَا ََحَّ ُ‬
‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫َحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َح ْرب َوُُمَ َّم ُد بْ ُن ع َ‬
‫ال إِ َّن َرِّْب َزَوى‬ ‫ِ‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ض أ َْو قَ َ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم إِ َّن اللَّ َو َزَوى ِِل ْاْل َْر َ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫أ َْْسَاءَ َع ْن ثَ ْوبَا َن قَ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ت َم َشا ِرقَ َها َوَمغَا ِربَ َها َوإِ َّن ُم ْل َ‬
‫يت الْ ََكْن ََيْ ِن ْاْل ْ‬
‫ََحََر‬ ‫ي ِِل مْن َها َوأ ُْعط ُ‬ ‫ك أ َُّم ِِت َسيَْب لُ ُغ َما ُزِو َ‬ ‫ض فَ َرأَيْ ُ‬‫ِِل ْاْل َْر َ‬
‫ت َرِّْب ِْل َُّم ِِت أَ ْن ََّل يُ ْهلِ ََك َها بِ َسنَ ٍة بِ َع َّام ٍة َوََّل يُ َسلّْ َط َعلَْي ِه ْم َع ُد ِّوا ِم ْن ِس َوى أَنْ ُف ِس ِه ْم‬ ‫ض َوإِ ِّّْن َسأَلْ ُ‬‫َو ْاْلَبْيَ َ‬
‫ضاءً فَِإنَّوُ ََّل يَُرُّد َوََّل أُ ْىلِ َُك ُه ْم بِ َسنَ ٍة بِ َع َّام ٍة َوََّل‬
‫ت قَ َ‬ ‫ضْي ُ‬ ‫ال ِِل يَا ُُمَ َّم ُد إِ ِّّْن إِ َذا قَ َ‬‫ضتَ ُه ْم َوإِ َّن َرِّْب قَ َ‬
‫يح بَْي َ‬ ‫ِ‬
‫فَيَ ْستَب َ‬
‫ي أَقْطَا ِرَىا أ َْو قَ َ‬
‫ال‬ ‫اجتَم َع َعلَْي ِهم ِم ْن بَ ْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫أُسلّْ ُ ِ‬
‫ْ‬ ‫ضتَ ُه ْم َولَ ْو ْ َ‬ ‫يح بَْي َ‬ ‫ط َعلَْيه ْم َع ُد ِّوا م ْن س َوى أَنْ ُفسه ْم فَيَ ْستَب َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬
‫اف َعلَى أ َُّم ِِت‬ ‫َخ ُ‬ ‫ضا َوإََِّّنَا أ َ‬ ‫ض ُه ْم يَ ْسِِب بَ ْع ً‬ ‫ضا َو َح ََّّت يَ َُكو َن بَ ْع ُ‬ ‫ك بَ ْع ً‬ ‫بِأَقْطَا ِرَىا َح ََّّت يَ َُكو َن بَ ْع ُ‬
‫ض ُه ْم يُ ْهل ُ‬

‫‪1‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, nomor hadis: 4453, jld.4, h.0411‬‬
‫‪2‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, nomor‬‬
‫‪hadis:7010, jld 7, h. 64‬‬
‫‪223‬‬

‫ِ ِ ِ‬ ‫ي َوإِذَا ُو ِض َع َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫اعةُ َح ََّّت تَ ْل َق َ‬
‫الس َ‬
‫وم َّ‬ ‫ف ِِف أ َُّم ِِت ََلْ يُْرفَ ْع َعْن َها إِ ََل يَ ْوم الْقيَ َامة َوََّل تَ ُق ُ‬ ‫السْي ُ‬ ‫ْاْلَئ َّمةَ الْ ُمضلّْ َ‬
‫ي َو َح ََّّت تَ ْعبُ َد قَبَائِ ُل ِم ْن أ َُّم ِِت ْاْل َْوثَا َن َوإِنَّوُ َسيَ َُكو ُن ِِف أ َُّم ِِت َك َّذابُو َن ثَََّلثُو َن ُكلُّ ُه ْم‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫قَبَائ ُل م ْن أ َُّم ِِت بِالْ ُم ْش ِرك َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِب بَ ْع ِدي َوََّل تَ ََ ُال طَائَِفةٌ ِم ْن أ َُّم ِِت َعلَى ْ‬
‫يسى ظَاى ِر َ‬
‫ين‬ ‫ال ابْ ُن ع َ‬ ‫اْلَ ّْ قَ َ‬ ‫ي ََّل نَِ َّ‬ ‫ِب َوأَنَا َخ َاِتُ النَّبِيّْ َ‬
‫يَ َْعُ ُم أَنَّوُ نَِ ّّ‬
‫‪3‬‬
‫ضُّرُى ْم َم ْن َخالََف ُه ْم َح ََّّت يَأِِْتَ أ َْم ُر اللَّ ِو‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬ ‫ُُثَّ اتَّ َف َقا ََّل يَ ُ‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī‬‬

‫حدثنا قتيبة حدثنا َحاد بن زيد عن أيوب عن اِب قَّلبة عن أِب أْساء الرحِب عن ثوبان قال ‪ :‬قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم َّل تقوم الساعة حَّت تلق قبائل من أمِت باملشركي وحَّت يعبدوا‬
‫اْلوثان وأنو سيَكون ِف أمِت ثَّلثون كذابون كلهم يَعم أنو نِب وأنا خاِت النبيي َّل نِب بعدي ابو‬
‫‪4‬‬
‫عيسى ىذا حديث حسن صقيح‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا سليمان بن داود قال أنا إْساعيل عن بن دينار يعين عبد اهلل عن أِب‬
‫صاحل السمان عن أِب ىريرة ان النِب صلى اهلل عليو و سلم قال ‪ :‬مثلي ومثل اْلنبياء من قبلي كمثل‬
‫رجل بَن بنيانا فأحسنو وأْجلو اَّل موضع لبنة من زاوية من زواياه فجعل الناس يطوفون بو ويعجبون لو‬
‫ويقولون ىَّل وضعت ىذه اللبنة قال فأنا تلك اللبنة وأنا خاِت النبيي تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده‬
‫‪5‬‬
‫صقيح‬

‫‪3‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, jld.2 , nomor‬‬
‫‪hadis: 4252 , h. 499‬‬
‫‪4‬‬
‫‪Muḥammad ‘Īsā ibn Sūrah ibn Mūsā ibn al-Daḥḥāk Abū ‘Īsā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī,‬‬
‫‪jld: 4 Nomor hadis: 2219, h. 499‬‬
‫‪5‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī, Musnad‬‬
‫‪Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 9156, h. 398‬‬
‫‪224‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا سليمان بن حرب ثنا َحاد عن أيوب عن أِب قَّلبة عن أِب أْساء عن‬
‫ثوبان قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ‪ :‬إَّنا أخاف على أمِت اْلئمة املضلي وبو قال قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ان اهلل عَ و جل زوى ِل اْلرض أو قال ان رِب زوى ِل اْلرض‬
‫فرأيت مشارقها ومغارّٔا وان ملك أمِت سيبلغ ما زوى ِل منها وأىن أعطيت الَكنَين اْلَحر واْلبيض‬
‫وإِّن سألت رِب ْلمِت ان َّل يهلَكوا بسنة بعامة وَّل يسلط عليهم عدوا من سوى أنفسهم يستبيح‬
‫بيضتهم وان رِب عَ و جل قال يا ُممد اىن إذا قضيت قضاء فإنو َّل يرد وقال يونس َّل يرد وإِّن‬
‫أعطيتك َّلمتك ان َّل أىلَكهم بسنة بعامة وَّل أسلط عليهم عدوا من سوى أنفسهم يستبيح بيضتهم‬
‫ولو اجتمع عليهم من بي أقطارىا أو قال من بأقطارىا حَّت يَكون بعضهم يسىب بعضا وإَّنا أخاف‬
‫على أمِت اْلئمة املضلي وإذا وضع ِف أمِت السيف َل يرفع عنهم إَل يوم القيامة وَّل تقوم الساعة حَّت‬
‫يلق قبائل من أمِت باملشركي حَّت تعبد قبائل من أمِت اْلوثان وانو سيَكون ِف أمِت كذابون ثَّلثون‬
‫كلهم يَعم انو نِب وأنا خاِت النبيي َّل نِب بعدي وَّل تَال طائفة من أمِت على اْل ظاىرين َّل يضرىم‬
‫‪6‬‬
‫من خالفهم حَّت يأِت أمر اهلل عَ و جل‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط مسلم‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī.‬‬

‫صالِ ٍح ‪ُ -‬ى َو ابْ ُن‬ ‫ضَر َع ْن َج ْع َف ِر بْ ِن َربِ َيعةَ َع ْن َ‬ ‫ى َحدَّثَنَا بََك ُْر بْ ُن ُم َ‬
‫ِ‬ ‫َخبَ َرنَا َعْب ُد اللَّ ِو بْ ُن َعْب ِد ْ‬
‫اْلَ ََك ِم الْم ْ‬
‫ص ِر ُّ‬ ‫أْ‬
‫َّىب صلى اهلل عليو‬ ‫َن النِ َّ‬ ‫اح َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َعْب ِد اللَّ ِو أ َّ‬‫اب َم ْوََل بََِن الدُّئِ ِل ‪َ -‬ع ْن َعطَ ِاء بْ ِن أَِب َربَ ٍ‬ ‫َعطَ ِاء بْ ِن َخبَّ ٍ‬

‫ي َوَّلَ فَ ْخَر ‪َ ،‬وأَنَا أ ََّو ُل َشافِ ٍع َوأ ََّو ُل ُم َش َّف ٍع َوَّلَ‬‫ي َوَّلَ فَ ْخَر ‪َ ،‬وأَنَا َخ َاِتُ النَّبِيّْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ال ‪ :‬أَنَا قَائ ُد الْ ُم ْر َسل َ‬‫وسلم قَ َ‬
‫‪7‬‬
‫فَ ْخَر‬

‫‪6‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī, Musnad‬‬
‫‪Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:3355 , h.372‬‬
‫‪7‬‬
‫‪Imām al-Ḥāfidz Abū Muḥammad ʻAbdullāh ibn ʻAbd al-Raḥmān, Sunan al-Dārimī, nomor‬‬
‫‪hadis: 50, jld.1 , h. 59‬‬
‫‪225‬‬

‫‪Hadis ke 2‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī‬‬

‫ال‬‫ت أَبَا َحا ِزٍم قَ َ‬ ‫ات الْ َقََّا ِز قَ َ ِ‬


‫ال َْس ْع ُ‬
‫ح َّدثَِين ُُم َّم ُد بن بشَّا ٍر حدَّثَنَا ُُم َّم ُد بن جع َف ٍر حدَّثَنَا ُشعبةُ عن فُر ٍ‬
‫َْ َ ْ َ‬ ‫َ ُْ َْ َ‬ ‫َ ُْ َ َ‬ ‫َ‬
‫ِ ِ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫ي فَ َس ِم ْعتُوُ َُيَد ُ‬ ‫قَاع ْدت أَبا ىري رَة َخَْ ِ ِ‬
‫يل‬
‫ت بَنُو إ ْسَرائ َ‬ ‫ال َكانَ ْ‬ ‫ّْث َع ْن النِ ّْ‬
‫َِّب َ‬ ‫س سن َ‬ ‫َ ُ َ ُ ََْ َ‬
‫ِب بَ ْع ِدي َو َسيَ َُكو ُن ُخلَ َفاءُ فَيََكْثُ ُرو َن قَالُوا فَ َما تَأْ ُم ُرنَا‬ ‫ِب َوإِنَّوُ ََّل نَِ َّ‬
‫ِب َخلَ َفوُ نَِ ّّ‬ ‫وس ُه ْم ْاْلَنْبِيَاءُ ُكلَّ َما َىلَ َ‬
‫ك نَِ ّّ‬ ‫تَ ُس ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َّه ْم فَِإ َّن اللَّ َو َسائلُ ُه ْم َع َّما ْ‬ ‫ال فُوا بِبَ ْي َعة ْاْل ََّول فَ ْاْل ََّول أ َْعطُ ُ‬
‫‪8‬‬
‫اى ْم‬
‫استَ ْر َع ُ‬ ‫وى ْم َحق ُ‬ ‫قَ َ‬
‫‪Hadis ke3‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī‬‬

‫الَنَ ِاد َع ْن ْاْل َْعَرِج َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة‬ ‫َخبَ َرنَا َمالِ ٌ‬
‫ك َع ْن أَِِب ّْ‬ ‫ال أ ْ‬
‫ف قَ َ‬
‫وس َ‬
‫ِ‬
‫َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّو بْ ُن يُ ُ‬
‫َّاس فَ ْليخفّْف فَِإ َّن ِمْن هم الضَّعِيف و َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫َن رس َ ِ‬
‫يم‬
‫السق َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُْ‬ ‫صلَّى أ َ‬
‫َح ُد ُك ْم للن ِ ُ َ ْ‬ ‫ال إِ َذا َ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫أ َّ َ ُ‬
‫ِ ِِ‬
‫َوالْ ََكبِ َري َوإِ َذا َ‬
‫‪9‬‬
‫َح ُد ُك ْم لنَ ْفسو فَ ْليُطَّْو ْل َما َشاءَ‬ ‫صلَّى أ َ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim‬‬

‫َخبَ َرِِّن أَبُو َسلَ َم َة بْ ُن‬


‫ال أ ْ‬ ‫َخب رِِّن يونُس َعن ابْ ِن ِشه ٍ‬
‫اب قَ َ‬ ‫َخبَ رنَا ابْن وْى ٍ‬
‫َ‬ ‫ال أ ْ َ َ ُ ُ ْ‬ ‫ب قَ َ‬ ‫و َحدَّثَنَا َح ْرَملَةُ بْ ُن ََْي َي أ ْ َ ُ َ‬
‫َح ُد ُك ْم لِلن ِ‬
‫َّاس‬ ‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم إِ َذا َ‬
‫صلَّى أ َ‬
‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬
‫ِ‬ ‫َعْب ِد َّ‬
‫الر َْحَ ِن أَنَّوُ َْس َع أَبَا ُىَريْ َرَة يَ ُقوَُّل قَ َ َ ُ‬
‫ب ب ِن اللَّي ِ‬ ‫ِِ‬ ‫اْل ِ‬ ‫َّاس الضَّعِيف و َّ ِ‬ ‫ّْف فَِإ َّن ِِف الن ِ‬
‫ث َح َّدثَِين‬ ‫اجة و َحدَّثَنَا َعْب ُد الْ َملك بْ ُن ُش َعْي ِ ْ ْ‬ ‫يم َوذَا َْ َ‬‫السق َ‬ ‫َ َ‬ ‫فَ ْليُ َخف ْ‬
‫اب َح َّدثَِين أَبُو بَ َْك ِر بْ ُن َعْب ِد َّ‬
‫الر َْحَ ِن أَنَّوُ َِْس َع أَبَا‬ ‫ث بْن س ْع ٍد ح َّدثَِين يونُس َعن ابْ ِن ِشه ٍ‬
‫َ‬ ‫أَِِب َح َّدثَِين اللَّْي ُ ُ َ َ ُ ُ ْ‬
‫ال بد َل َّ ِ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِبِِثْل ِو َغْي َر أَنَّوُ قَ َ َ َ‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ِ ‪10‬‬
‫يم الْ ََكب َري‬
‫السق َ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫ول قَ َ َ ُ‬
‫ُىَريْ َرةَ يَ ُق ُ‬

‫‪8‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, nomor hadis: 3268, jld. 3, h.‬‬
‫‪1273‬‬
‫‪9‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, nomor hadis: 671, jld. 1, h. 248‬‬
‫‪10‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, nomor‬‬
‫‪hadis0177 , jld 3, h .54‬‬
‫‪226‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Nasā’ī‬‬

‫الَنَ ِاد َع ْن ْاْل َْعَرِج َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة‬


‫ك َع ْن أَِِب ّْ‬ ‫َخب رنَا قُتَ يبةُ َعن مالِ ٍ‬
‫أ ْ َ َ َْ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫َّاس فَ ْليخفّْف فَِإ َّن فِي ِهم َّ ِ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫يف‬
‫يم َوالضَّع َ‬
‫السق َ‬ ‫ْ‬ ‫َح ُد ُك ْم بِالن ِ ُ َ ْ‬ ‫صلَّى أ َ‬ ‫ال إِ َذا َ‬ ‫َع ْن النِ ّْ‬
‫َِّب َ‬
‫‪11‬‬
‫َح ُد ُك ْم لِنَ ْف ِس ِو فَ ْليُطَّْو ْل َما َشاءَ ‪.‬‬‫صلَّى أ َ‬ ‫َوالْ ََكبِ َري فَِإ َذا َ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Muwaṭa’ Imām Mālik‬‬

‫َح َّدثَِين ََْي َي َع ْن َمالِك َع ْن أَِِب ّْ‬


‫الَنَ ِاد َع ْن ْاْل َْعَرِج َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ‬
‫َّاس فَ ْليخفّْف فَِإ َّن فِي ِهم الضَّعِيف و َّ ِ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫َن رس َ ِ‬
‫يم‬
‫السق َ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َح ُد ُك ْم بِالن ِ ُ َ ْ‬ ‫صلَّى أ َ‬ ‫ال إِذَا َ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫أ َّ َ ُ‬
‫ِ ِِ‬
‫َوالْ ََكبِ َري َوإِذَا َ‬
‫‪12‬‬
‫َح ُد ُك ْم لنَ ْفسو فَ ْليُطَّْو ْل َما َشاءَ‬ ‫صلَّى أ َ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب قال قرأت على عبد الرَحن مالك وثنا إسقاق قال أنا مالك عن أِب الَناد‬
‫عن اْلعرج عن أِب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال ‪ :‬إذا صلى أحدكم للناس فليخفف‬
‫فان فيهم الضعيف والسقيم والَكبري وإذا صلى أحدكم لنفسو فليطول ما شاء تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪:‬‬
‫إسناده صقيح على شرط الشيخي من جهة عبد الرَحن بن مهدي أما متابعة إسق فعلى شرط‬
‫‪13‬‬
‫مسلم وحده‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal14‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا يَيد أنا ُممد عن أِب سلمة عن أِب ىريرة قال قال رسول اهلل صلى اهلل‬
‫عليو و سلم إذا كان أحدكم إماما فليخفف فإنو يقوم وراءه الضعيف والَكبري وذو اْلاجة وإذا صلى‬
‫لنفسو فليطول ما شاء تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬صقيح وىذا إسناد حس‪.‬‬

‫‪11‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, nomor‬‬
‫‪hadis: 822, jld. 2 , h. 429‬‬
‫‪12‬‬
‫‪Mālik ibn Anas ibn Mālik ibn ʻȂmir al-Ȃṣbahī al- Madani, Muwaṭa’ Mālik, jld. 2, nomor‬‬
‫‪hadis 442, h. 184‬‬
‫‪13‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:01400 , h. 527‬‬
‫‪14‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:10529 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 502‬‬
‫‪227‬‬

‫‪Hadis ke4‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī‬‬

‫حدثنا مسدد حدثنا َيي عن عبيد اهلل قال حدثين نافع عن عبد اهلل رضي اهلل عنو‬
‫أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال كلَكم راع فمسؤول عن رعيتو فاْلمري الذي على الناس راع‬
‫وىو مسؤول عنهم والرجل راع على أىل بيتو وىو مسؤول عنهم واملرأة راعية على بيت بعلها وولده وىي‬
‫‪15‬‬
‫مسؤولة عنهم والعبد راع على مال سيده وىو مسؤول عنو أَّل فَكلَكم راع وكلَكم مسؤول عن رعيتو‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim‬‬

‫ث َع ْن نَافِ ٍع َع ِن ابْ ِن عُ َمَر َع ِن‬ ‫ث ح َو َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن ُرْم ٍح َحدَّثَنَا اللَّْي ُ‬ ‫يد َحدَّثَنَا لَْي ٌ‬‫حدَّثَنا قُت يبةُ بن سعِ ٍ‬
‫َ َ َ َْ ْ ُ َ‬
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِو فَاْل َِمريُ الَّ ِذى َعلَى الن ِ‬
‫َّاس َر ٍاع‬ ‫ال أََّلَ ُكلُّ َُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ َُك ْم َم ْسئُ ٌ‬
‫َّىب صلى اهلل عليو وسلم أَنَّوُ قَ َ‬ ‫النِ ّْ‬
‫ت ب علِها وولَ ِدهِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫الر ُج ُل َر ٍاع َعلَى أ َْى ِل بَْيتِ ِو َوُى َو َم ْسئُ ٌ‬ ‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِو َو َّ‬
‫ول َعْن ُه ْم َوالْ َم ْرأَةُ َراعيَةٌ َعلَى بَْي َ ْ َ َ َ‬ ‫َوُى َو َم ْسئُ ٌ‬
‫َوِى َى َم ْسئُولَةٌ َعْن ُه ْم َوالْ َعْب ُد َر ٍاع َعلَى َم ِال َسيّْ ِدهِ َوُى َو َم ْسئُ ٌ‬
‫ول َعْنوُ أََّلَ فَ َُكلُّ َُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ َُك ْم َم ْسئُ ٌ‬
‫ول َع ْن‬
‫ِ ِ ‪16‬‬
‫َرعيَّتو‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan Abī Dāwud‬‬

‫حدثنا عبد اهلل بن مسلمة عن مالك عن عبد اهلل بن دينار عن عبد اهلل بن عمر‬
‫أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال أَّل كلَكم راع وكلَكم مسئول عن رعيتو فاْلمري الذي على‬
‫الناس راع عليهم وىو مسئول عنهم والرجل راع على أىل بيتو وىو مسئول عنهم واملرأة راعية على بيت‬
‫بعلها وولده وىي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده وىو مسئول عنو فَكلَكم راع وكلَكم مسئول‬
‫‪17‬‬
‫عن رعيتو‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬

‫‪15‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, nomor hadis:3507 , jld. 3, h.‬‬
‫‪110‬‬
‫‪16‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, nomor‬‬
‫‪hadis 482, jld 7, h. 7‬‬
‫‪17‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, jld.2 , nomor‬‬
‫‪hadis: 2928 , h. 145‬‬
‫‪228‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Tirmidzī‬‬

‫حدثنا قتيبة حدثنا الليث عن نافع عن ابن عمر عن النِب صلى اهلل عليو و سلم قال أَّل كلَكم راع‬
‫وكلَكم مسؤول عن رعيتو فاْلمري الذي على الناس راع ومسئول عن رعيتو والرجل راع على أىل بيتو‬
‫وىو مسؤول عنهم واملرأة راعية على بيت بعلها وىي مسئولة عنو والعبد راع على مال سيده وىو‬
‫‪18‬‬
‫مسئول عنو أَّل فَكلَكم راع وكلَكم مسئول عن رعيتو‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا إْساعيل أنا أيوب عن نافع عن بن عمر أن النِب صلى اهلل عليو و سلم‬
‫قال كلَكم راع وكلَكم مسؤول فاْلمري الذي على الناس راع وىو مسؤول عن رعيتو والرجل راع على‬
‫أىل بيتو وىو مسؤول واملرأة راعية على بيت زوجها وىي مسئولة والعبد راع على مال سيده وىو‬
‫‪19‬‬
‫مسؤول أَّل فَكلَكم راع وكلَكم مسؤول‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا َيي عن عبيد اهلل أخربِّن نافع عن بن عمر قال قال رسول اهلل صلى اهلل‬
‫عليو و سلم كلَكم راع وكلَكم مسؤول عن رعيتو فاْلمري الذي على الناس راع عليهم وىو مسؤول‬
‫عنهم والرجل راع على أىل بيتو وىو مسؤول عنهم واملرأة راعية على بيت بعلها وولده وىى مسئولة‬
‫‪20‬‬
‫عنهم وعبد الرجل راع على بيت سيده وىو مسؤول عنو أَّل فَكلَكم راع وكلَكم مسؤول عن رعيتو‪.‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal‬‬

‫حدثنا عبد اهلل ثنا أِب ثنا مؤمل بن إْساعيل حدثنا سفيان عن عبد اهلل بن دينار ْسعت بن عمر يقول‬
‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم كلَكم راع وكلَكم مسؤل عن رعيتو فاْلمري راع على رعيتو وىو‬

‫‪18‬‬
‫‪Muḥammad ‘Īsā ibn Sūrah ibn Mūsā ibn al-Daḥḥāk Abū ‘Īsā al-Tirmidzī, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzī, jld. 4 , nomor hadis: 1705 , h. 208‬‬
‫‪19‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 4495, h. 5‬‬
‫‪20‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī, Musnad‬‬
‫‪Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 5167, h 54‬‬
‫‪229‬‬

‫مسؤل عنهم والرجل راع على أىل بيتو وىو مسؤل عنهم والعبد راع على مال سيده وىو مسؤل عنو‬
‫‪21‬‬
‫واملرأة راعية على بيت زوجها ومسئولة عنو‪.‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا أبو اليمان أنا شعيب عن الَىري أخربِّن ساَل بن عبد اهلل عن عبد اهلل بن‬
‫عمر أنو ْسع النِب صلى اهلل عليو و سلم يقول كلَكم راع ومسئول عن رعيتو اإلمام راع وىو مسؤل عن‬
‫رعيتو والرجل ِف أىلو راع وىو مسؤل عن رعيتو واملرأة راعية ِف بيت زوجها وىي مسئولة عن رعيتها‬
‫واخلادم ِف مال سيده راع وىو مسؤل عن رعيتو قال ْسعت ىؤَّلء من النِب صلى اهلل عليو و سلم‬
‫وأحسب النِب صلى اهلل عليو و سلم قال والرجل ِف مال أبيو راع وىو مسؤل عن رعيتو فَكلَكم راع‬
‫‪22‬‬
‫وكلَكم مسؤل عن رعيتو‪.‬‬

‫‪Hadis ke 5‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ23‬‬

‫حدثنا ُممد بن َيي‪ .‬حدثنا أبو نعيم‪ .‬حدثنا إسرائيل عن اْلَكم عن أِب جقيفة قال قال رسول اهلل‬
‫صلى اهلل عليو و سلم من سن سنة حسنة فعمل ّٔا بعده كان لو أجره ومثل أجورىم من غري أن ينقص‬
‫من أجورىم شيئا‪ .‬ومن سن سنة سيئة فعمل ّٔا بعده كان عليو وزره ومثل أوزارىم من غري أن ينقص‬
‫من أوزارىم شيئا قال الشيخ اْللباِّن‪ :‬حسن صقيح‪.‬‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī24‬‬

‫ول‬
‫ال َر ُس ُ‬ ‫اص ٌم َع ْن َش ِقي ٍ َع ْن َج ِري ٍر قَ َ‬
‫ال قَ َ‬ ‫ال حدَّثَنَاه ع ِ‬ ‫ِ‬
‫يد بْ ُن ُش َج ٍاع َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن بْ ُن عُيَ ْي نَةَ قَ َ َ ُ َ‬ ‫َخبَ َرنَا الْ َول ُ‬
‫أْ‬
‫َج ِر َم ْن َع ِم َل َِّٔا ِم ْن َغ ِْري أَ ْن‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َم ْن َس َّن ُسنَّةً َح َسنَةً عُم َل َّٔا بَ ْع َدهُ َكا َن لَوُ مثْ ُل أ ْ‬
‫ِ‬
‫اللَّو َ‬
‫‪21‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis: 5901, h. 111‬‬
‫‪22‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 6026, h. 121‬‬
‫‪23‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, jil. 1, nomor hadis: 317, jld. 1 , h.‬‬
‫‪75‬‬
‫‪24‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jld. 2, nomor hadis: 523, (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 68‬‬
‫‪230‬‬

‫ص ِم ْن أ َْوَزا ِرهِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ي ْن َق ِ‬


‫َج ِرهِ َش ْيءٌ َوَم ْن َس َّن ُسنَّةً َسيّْئَةً َكا َن َعلَْيو مثْ ُل ِوْزِر َم ْن َعم َل َّٔا م ْن َغ ِْري أَ ْن يُْن َق َ‬
‫ص م ْن أ ْ‬
‫ُ َ‬
‫َش ْيءٌ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal25‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا يَيد أنا سفيان قال ْسعت اْلسن َيدث عن أِب ىريرة قال قال رسول اهلل‬
‫صلى اهلل عليو و سلم من سن سنة ضَّلل فاتبع عليها كان عليو مثل أوزارىم من غري ان ينقص من‬
‫أوزارىم شيء ومن سن سنة ىدى فاتبع عليها كان لو مثل أجورىم من غري ان ينقص من أجورىم‬
‫شيء ‪.‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬صقيح‬
‫‪Redaksi dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal26‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا سفيان عن عاصم بن أِب النجود عن أِب وائل عن جرير ‪ :‬ان قوما أتوا‬
‫النِب صلى اهلل عليو و سلم من اْلعراب جمتاِب النمار فقث رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم الناس‬
‫على الصدقة فابطؤا حَّت رؤى ذلك ِف وجهو فجاء رجل من اْلنصار بقطعة ترب فطرحها فتتابع الناس‬
‫حَّت عرف لك ِف وجهو فقال من سن سنة حسنة فعمل ّٔا من بعده كان لو أجرىا ومثل أجر من‬
‫عمل ّٔا من غري أن ينتقص من أجورىم شيء ومن سن سنة سيئة عمل ّٔا من بعده كان عليو وزرىا‬
‫ووزر من عمل ّٔا وَّل ينقص ذلك من أوزارىم شيئا‬
‫‪Hadis ke 6‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī27‬‬

‫ول َِْسعت رس َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫حدَّثَنَا أَبو نُعي ٍم حدَّثَنَا َزَك ِريَّاء عن ع ِام ٍر قَ َ ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫ت الن ُّْع َما َن بْ َن بَش ٍري يَ ُق ُ ْ ُ َ ُ‬ ‫ال َْس ْع ُ‬ ‫ُ َْ َ‬ ‫ُ َْ َ‬ ‫َ‬
‫ات ََّل يَ ْعلَ ُم َها َكثِ ٌري ِم ْن الن ِ‬
‫َّاس فَ َم ْن اتَّ َقى‬ ‫ي َوبَْي نَ ُه َما ُم َشبَّ َه ٌ‬
‫اْلََر ُام بَ ّْ ٌ‬
‫ي َو ْ‬
‫اْلَ ََّل ُل بَ ّْ ٌ‬
‫ول ْ‬‫َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ‬
‫ك أَ ْن يُ َواقِ َعوُ أَََّل‬
‫وش ُ‬‫اْلِمى ي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِِ ِ ِ ِ‬
‫استَْب َرأَ لدينو َوع ْرضو َوَم ْن َوقَ َع ِِف الشُّبُ َهات َكَر ٍاع يَ ْر َعى َح ْو َل ْ َ ُ‬
‫ِ‬
‫الْ ُم َشبَّ َهات ْ‬

‫‪25‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis: 10563 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 504‬‬
‫‪26‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 19223 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 361‬‬
‫‪27‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab halal, nomor hadis 52,‬‬
‫‪jld. 1, h. 28‬‬
‫‪231‬‬

‫ك َِحى أَََّل إِ َّن َِحى اللَّ ِو ِِف أَر ِض ِو َُما ِرمو أَََّل وإِ َّن ِِف ْ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اْلَ َس ُد‬
‫صلَ َح ْ‬
‫ت َ‬ ‫ضغَةً إِذَا َ‬
‫صلَ َق ْ‬ ‫اْلَ َسد ُم ْ‬ ‫ْ َ ُُ َ‬ ‫َ‬ ‫َوإِ َّن ل َُك ّْل َمل ٍ ً‬
‫ِ‬
‫ب‬ ‫ُّ‬
‫اْلَ َس ُد ُكلوُ أَََّل َوى َي الْ َق ْل ُ‬
‫ت فَ َس َد ْ‬‫ُكلُّوُ َوإِذَا فَ َس َد ْ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim28‬‬

‫ان بْ ِن بَ ِش ٍري قَ َ‬
‫ال‬ ‫حدَّثَنَا ُُم َّم ُد بن عب ِد اللَّ ِو ب ِن َُّنَ ٍري ا ْْلم َد ِاِّنُّ حدَّثَنَا أَِِب حدَّثَنَا َزَك ِريَّاء عن الشَّعِِب عن النُّعم ِ‬
‫ُ َ ْ ْ ّْ َ ْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ َْ‬ ‫َ ْ ُ َْ‬ ‫َ‬
‫صبَ َعْي ِو إِ ََل أُذُنَْي ِو إِ َّن ْ‬
‫اْلَ ََّل َل‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ‬
‫ول َوأ َْى َوى الن ُّْع َما ُن بِِإ ْ‬
‫ول َِْسعت رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫َْس ْعتُوُ يَ ُق ُ ْ ُ َ ُ‬
‫ِ‬
‫استَْب َرأَ لِ ِدينِ ِو‬ ‫ِ‬
‫َّاس فَ َم ْن اتَّ َقى الشُّبُ َهات ْ‬ ‫ات ََّل يَ ْعلَ ُم ُه َّن َكثِ ٌري ِم ْن الن ِ‬ ‫ي َوبَْي نَ ُه َما ُم ْشتَبِ َه ٌ‬ ‫ي َوإِ َّن ْ‬
‫اْلََر َام بَ ّْ ٌ‬ ‫بَ ّْ ٌ‬
‫ك أَ ْن يَ ْرتَ َع فِي ِو أَََّل َوإِ َّن‬
‫وش ُ‬‫اْلِمى ي ِ‬
‫الراعي يَ ْر َعى َح ْو َل ْ َ ُ‬
‫اْلرِام َك َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َوع ْرضو َوَم ْن َوقَ َع ِف الشُّبُ َهات َوقَ َع ِف ََْ‬
‫ِ ِِ‬
‫ك َِحى أَََّل وإِ َّن َِحى اللَّ ِو َُما ِرمو أَََّل وإِ َّن ِِف ْ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اْلَ َس ُد ُكلُّوُ َوإِ َذا‬ ‫صلَ َح ْ‬ ‫ت َ‬ ‫صلَ َق ْ‬ ‫ضغَ ًة إِ َذا َ‬‫اْلَ َسد ُم ْ‬ ‫َ ُُ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ل َُك ّْل َمل ٍ ً‬
‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ُّ‬
‫اْلَ َس ُد ُكلوُ أَََّل َوى َي الْ َق ْل ُ‬ ‫ت فَ َس َد ْ‬ ‫فَ َس َد ْ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ29‬‬

‫حدثنا عمرو بن رافع حدثنا عبد اهلل بن املبارك عن زكريا بن أِب زائدة عن الشعِب قال ْسعت النعمان‬
‫بن بشري يقول على املنرب وأىوى بإصبعيو إَل أذنيو ْسعت رسول باهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول‬
‫اْلَّلل بي واْلرام بي وبينهما مشتبهات َّل يعلمها كثري من الناس ‪ .‬فمن اتقى الشبهات واستربأ لدينو‬
‫وعرضو ‪ .‬ومن وقع ِف الشبهات وقع ِف اْلرم كالراعي حول اْلمى يوشك أن يرتع فيو ‪ .‬أَّل وإن لَكل‬
‫ملك َحى ‪ .‬أَّل وإن َحى اهلل ُمارمو ‪ .‬أَّل وإن ِف اْلسد مضغة إذا صلقت صلح اْلسد كلو ‪ .‬وإذا‬
‫فسدت فسد اْلسد كلو أَّل وىي القلب‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‪.‬‬

‫‪28‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪halal , nomor hadis 4178, jld 5, h. 50‬‬
‫‪29‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab fatana , nomor hadis 3984,‬‬
‫‪jld. 2, h. 3282‬‬
‫‪232‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī30‬‬

‫ول َِْسعت رس َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫أَخب رنَا أَبو نُعي ٍم حدَّثَنَا َزَك ِريَّا عن الشَّعِِب قَ َ ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ت الن ُّْع َما َن بْ َن بَش ٍري يَ ُق ُ ْ ُ َ ُ‬
‫ال َْس ْع ُ‬ ‫َ ْ ْ ّْ‬ ‫ْ َ َ ُ َْ َ‬
‫ات ََّل يَ ْعلَ ُم َها َكثِ ٌري ِم ْن الن ِ‬
‫َّاس فَ َم ْن اتَّ َقى‬ ‫ِ‬ ‫َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ‬
‫ي َوبَْي نَ ُه َما ُمتَ َشأَّ ٌ‬
‫اْلََر ُام بَ ّْ ٌ‬
‫ي َو ْ‬
‫اْلَ ََّل ُل بَ ّْ ٌ‬
‫ول ْ‬
‫اْلِمى فَي ِ‬ ‫اْلرِام َك َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫ك‬
‫وش ُ‬‫الراعي يَ ْر َعى َح ْو َل ْ َ ُ‬ ‫استَْب َرأَ لع ْرضو َودينو َوَم ْن َوقَ َع ِف الشُّبُ َهات َوقَ َع ِف ََْ‬
‫الشُّبُ َهات ْ‬
‫ك َِحى أَََّل وإِ َّن َِحى اللَّ ِو َُما ِرمو أَََّل وإِ َّن ِِف ْ ِ‬‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صلَ َح‬
‫ت َ‬ ‫ضغَ ًة إِ َذا َ‬
‫صلَ َق ْ‬ ‫اْلَ َسد ُم ْ‬ ‫َ ُُ َ‬ ‫َ َ‬ ‫أَ ْن يُ َواق َعوُ َوإِ َّن ل َُك ّْل َمل ٍ ً‬
‫ِ‬
‫ب‬ ‫ُّ‬
‫اْلَ َس ُد ُكلوُ أَََّل َوى َي الْ َق ْل ُ‬ ‫اْلَ َس ُد ُكلُّوُ َوإِ َذا فَ َس َد ْ‬
‫ت فَ َس َد ْ‬ ‫ْ‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal31‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا َيي بن سعيد عن زكريا قال ثنا عامر قال ْسعت النعمان بن بشري خيطب‬
‫يقول ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول ‪ :‬مثل املؤمني ِف توادىم وتعاطفهم وتراَحهم مثل‬
‫اْلسد إذا اشتَكى منو شيء تداعى لو سائر اْلسد بالسهر واْلمى وْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و‬
‫سلم يقول ان اْلَّلل بي واْلرام بي وبينهما مشتبهات َّل يعلمها كثري من الناس فمن اتقى الشبهات‬
‫استربأ فيو لدينو وعرضو ومن واقعها واقع اْلرام كالراعي يرعى حول اْلمى يوشك أن يرتع فيو أَّل وان‬
‫لَكل ملك َحى وان َحى اهلل ما حرم أَّل وان ِف اإلنسان مضغة إذا صلقت صلح اْلسد كلو وإذا‬
‫فسدت فسد اْلسد كلو أَّل وىى القلب تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسنادمها صقيح على شرط‬
‫الشيخي‬

‫‪30‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, jld. 8, nomor hadis 2586 , (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 67‬‬
‫‪31‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis 18398, (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 270‬‬
‫‪233‬‬

‫‪Hadis ke 7‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī32‬‬

‫اىلِ ُّي َحدَّثَنَا قَتَ َادةُ َع ْن أَنَ ٍ‬


‫س أ َّ‬
‫َن‬ ‫اب حدَّثَنا علِي بن مسعد َة الْب ِ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ََحَ ُد بْ ُن َمني ٍع َحدَّثَنَا َزيْ ُد بْ ُن ُحبَ َ َ َ ُّ ْ ُ َ ْ َ َ َ‬ ‫َحدَّثَنَا أ ْ‬
‫ال ُك ُّل اب ِن آدم خطَّاء وخي ر ْ ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ي الت ََّّوابُو َن ََ‪ .‬قال أبو عيسى ىذا‬ ‫اخلَطَّائ َ‬ ‫ْ ََ َ ٌ َ َُْ‬ ‫النِ َّ‬
‫َِّب َ‬
‫حديث غريب َّل نعرفو إَّل من حديث علي بن مسعدة عن قتادة‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬حسن‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ33‬‬

‫حدثنا أَحد بن منيع ‪ .‬حدثنا وزيد بن اْلباب ‪ .‬حدثنا علي بن مسعد عن قتادة عن أنس قال قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم كل بين آدم خطاء وخري اخلطائي التوابون‪.‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī34‬‬

‫ول اللَّ ِو‬


‫ال َر ُس ُ‬
‫ال قَ َ‬ ‫اىلِ ُّى َحدَّثَنَا قَتَ َادةُ َع ْن أَنَ ٍ‬
‫س قَ َ‬ ‫حدَّثَنا مسلِم بن إِب ر ِاىيم حدَّثَنا علِى بن مسعد َة الْب ِ‬
‫َ َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ُّ ْ ُ َ ْ َ َ َ‬
‫صلى اهلل عليو وسلم ُك ُّل ب َِن آدم خطَّاء ‪ ،‬وخي ر ْ ِ‬
‫َّوابُو َن‬
‫ي الت َّ‬‫اخلَطَّائ َ‬ ‫َ ََ َ ٌ َ َُْ‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal35‬‬

‫ال‬ ‫اىلِ ُّي َع ْن قَتَ َاد َة َع ْن أَنَ ٍ‬


‫س قَ َ‬ ‫ال أَخب رِِّن علِي بن مسعد َة الْب ِ‬ ‫حدَّثَنَا َزيْ ُد بْن ْ ِ‬
‫اْلُبَاب قَ َ ْ َ َ َ ُّ ْ ُ َ ْ َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫اخلطَّائِي الت ََّّوابو َن ولَو أ َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫َن َّلبْ ِن َ‬
‫آد َم‬ ‫آد َم َخطَّاءٌ فَ َخْي ُر َْ َ ُ َ ْ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ُك ُّل ابْ ِن َ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫قَ َ َ ُ‬
‫آد َم إََّّل الت َُّر ُ‬
‫اب‬ ‫ي ِم ْن َم ٍال ََّلبْتَ غَى َْلَُما ثَالِثًا َوََّل َيَََْلُ َج ْو َ‬
‫ف ابْ ِن َ ِ‬ ‫و ِاديَ ْ ِ‬
‫َ‬

‫‪32‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab qiyamat , nomor hadis. 2499 , jld. 4, h. 659‬‬
‫‪33‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab juhud , nomor hadis 4251, h.‬‬
‫‪1430‬‬
‫‪34‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, pentahqiq: Husain Salîm Asad, kitab Rifāk, jld. 8, nomor hadis 2783,‬‬
‫‪(Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 435‬‬
‫‪35‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 12576, (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 234‬‬
‫‪234‬‬

‫‪Hadis ke 8‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī36‬‬

‫ص ٍر َع ْن ُم َسا ِوٍر‬ ‫ضْي ٍل َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َعْب ِد َّ‬


‫الر َْحَ ِن أَِِب نَ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َحدَّثَنَا َواص ُل بْ ُن َعْبد ْاْل َْعلَى َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن فُ َ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ال رس ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اْلِ ْم َِري ّْ‬
‫ت َوَزْو ُج َها َعْن َها‬‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أََُّيَا ْامَرأَة َماتَ ْ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ت قَ َ َ ُ‬ ‫ي َع ْن أ ُّْمو َع ْن أ ُّْم َسلَ َمةَ قَالَ ْ‬ ‫ْ‬
‫اْلَنَّة‪ .‬قال أبو عيسى ىذا حديث حسن غريب‬ ‫ت ْ‬ ‫اض َد َخلَ ْ‬ ‫َر ٍ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ37‬‬

‫ص ٍر َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َعْب ِد َّ‬


‫الر َْحَ ِن َع ْن ُم َسا ِوٍر‬ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ َْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن فُ َ‬
‫ضْي ٍل َع ْن أَِِب نَ ْ‬
‫ول أََُّيا امرأَةٍ‬ ‫ول اللَّ ِو َ َّ َّ ِ َّ‬ ‫ي عن أ ُّْم ِو قَالَت َِْسعت أ َُّم سلَمةَ تَ ُق ُ ِ‬ ‫ِْ‬
‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم يَ ُق ُ َ ْ َ‬ ‫ت َر ُس َ‬ ‫ول َْس ْع ُ‬ ‫ْ ْ ُ ََ‬ ‫اْل ْم َِري ّْ َ ْ‬
‫اْلَنَّةَ‬
‫ت ْ‬ ‫اض َد َخلَ ْ‬ ‫ت َوَزْو ُج َها َعْن َها َر ٍ‬ ‫َماتَ ْ‬
‫‪Hadis ke 9‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī38‬‬

‫َن ع ِ‬
‫اص َم بْ َن ُع َمَر بْ ِن قَتَ َادةَ‬ ‫َخبَ َرِِّن َع ْمٌرو أ َّ‬ ‫َحدَّثَنَا ََْيي بْن ُسلَْيما َن َح َّدثَِين ابْن وْى ٍ‬
‫َن بُ ََكْي ًرا َح َّدثَوُ أ َّ َ‬ ‫بأْ‬ ‫َُ‬ ‫َ ُ َ‬
‫ي بَ ََن َم ْس ِج َد‬ ‫ول ِعْن َد قَوِل الن ِ ِ ِ ِ‬
‫َّاس فيو ح َ‬ ‫ْ‬ ‫اخلَْوََّلِِّنَّ أَنَّوُ َِْس َع عُثْ َما َن بْ َن َعفَّا َن يَ ُق ُ‬ ‫َح َّدثَوُ أَنَّوُ َِْس َع عُبَ ْي َد اللَّ ِو ْ‬
‫ول َم ْن بَ ََن َم ْس ِج ًدا‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ‬
‫َِّب َ‬‫ت النِ َّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم إِنَّ َُك ْم أَ ْكثَ ْرُِْت َوإِ ِّّْن َْس ْع ُ‬
‫َّ ِ‬
‫الر ُسول َ‬
‫ال يَْبتَغِي بِِو َو ْجوَ اللَّ ِو بَ ََن اللَّوُ لَوُ ِمثْ لَوُ ِِف ْ‬
‫اْلَنَّة‬ ‫ت أَنَّوُ قَ َ‬ ‫ِ‬
‫ال بُ ََكْي ٌر َحسْب ُ‬ ‫قَ َ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim39‬‬

‫اْلَا ِر ِث أ َّ‬
‫َخبَ َرِِّن َع ْمٌرو َوُى َو ابْ ُن ْ‬ ‫ََحَ ُد بْن ِعيسى قَ َاَّل َحدَّثَنَا ابْن وْى ٍ‬ ‫ٍِ ِ‬
‫َن‬ ‫بأْ‬ ‫َُ‬ ‫َح َّدثَِين َى ُارو ُن بْ ُن َسعيد ْاْلَيْل ُّي َوأ ْ ُ َ‬
‫اص َم بْ َن عُ َمَر بْ ِن قَتَ َاد َة َح َّدثَوُ أَنَّوُ َِْس َع عُبَ ْي َد اللَّ ِو ْ‬
‫اخلَْوََّلِِّنَّ يَ ْذ ُك ُر‬ ‫َن ع ِ‬
‫بُ ََكْي ًرا َح َّدثَوُ أ َّ َ‬

‫‪36‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab: Haq Jaȗz , nomor hadis:1161, jld 3, h. 466‬‬
‫‪37‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Haq Jaȗz , nomor hadis:‬‬
‫‪0255‬‬
‫‪38‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab shalat, nomor hadis: 437,‬‬
‫‪jld. 1, h. 172‬‬
‫‪39‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Masjid , nomor hadis. 7661, jld 8, h. 221‬‬
‫‪235‬‬

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إِنَّ َُك ْم قَ ْد‬ ‫ي ب َن مس ِج َد َّ ِ‬ ‫أَنَّو َِْسع عثْما َن بن عفَّا َن ِعْن َد قَوِل الن ِ ِ ِ ِ‬
‫الر ُسول َ‬ ‫َّاس فيو ح َ َ َ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ َ ُ َ َْ َ‬
‫ال‬‫ت أَنَّوُ قَ َ‬ ‫ِ‬
‫ال بُ ََكْي ٌر َحسْب ُ‬ ‫ول َم ْن بَ ََن َم ْس ِج ًدا قَ َ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ‬ ‫أَ ْكثَرُِت وإِ ِّّْن َِْسعت رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ْ ُ َُ‬ ‫َْْ‬
‫اْلَن َِّة‬
‫اْلَن َِّة‪َ .‬وِِف ِرَوايَِة َى ُارو َن بَ ََن اللَّوُ لَوُ بَْيتًا ِِف ْ‬
‫يَْبتَغِي بِِو َو ْجوَ اللَّ ِو بَ ََن اللَّوُ لَوُ ِمثْ لَوُ ِِف ْ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī40‬‬

‫حدثنا بندار حدثنا أبو بَكر اْلنفي حدثنا عبد اْلميد بن جعفر عن أبيو عن ُممود بن لبيد عن عثمان‬
‫بن عفان قال ْسعت النِب صلى اهلل عليو سوَل يقول من بَن مسجدا بَن اهلل لو مثلو ِف اْلنة‪ .‬قال أبو‬
‫عيسى حديث عثمان حديث حسن صقيح‪.‬‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Nasā’ī41‬‬

‫ال َحدَّثَنَا بَِقيَّةُ َع ْن ََِب ٍري َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن َع ْن َكثِ ِري بْ ِن ُمَّرَة َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن‬ ‫َخبَ َرنَا َع ْم ُرو بْ ُن عُثْ َما َن قَ َ‬
‫أْ‬
‫ال َم ْن بَ ََن َم ْس ِج ًدا يُ ْذ َك ُر اللَّوُ فِ ِيو بَ ََن اللَّوُ َعََّ َو َج َّل لَوُ بَْيتًا‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫َن رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫َعبَ َسةَ أ َّ َ ُ‬
‫اْلَن َِّة‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬ ‫ِِف ْ‬

‫َِ‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ42‬‬

‫حدثنا أبو بَكر بن أِب شيبة ‪ .‬حدثنا يونس بن ُممد ‪ .‬حدثنا ليث بن سعد ‪ .‬ح وحدثنا أبو بَكر بن‬
‫أِب شيبة ‪ .‬حدثنا داود بن عبد اهلل اْلعفري عن عبد العَيَ بن ُممد ْجيعا عن يَيد بن عبد اهلل بن‬
‫أسامة بن اْلاد عن الوليد بن أِب الوليد عن عثمان بن عبد اهلل ابن سراقة العدوي عن عمر بن اخلطاب‬
‫قال ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول من بَن مسجدا يذكر فيو اسم اهلل بَن اهلل لو بيتا ِف‬
‫اْلنة‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬

‫‪40‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab Shalat , nomor hadis: 318, jld. 2, h. 134‬‬
‫‪41‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, kitab‬‬
‫‪Masjid , nomor hadis: 688 , jld.2 , h. 31‬‬
‫‪42‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab:Qiyām , nomor hadis:735, h.‬‬
‫‪243‬‬
‫‪236‬‬

‫‪Hadis ke 10‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud43‬‬

‫ال َح َّدثَِين َر ُج ٌل ِم ْن أ َْى ِل‬ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّ ِو بْ ُن ُُمَ َّم ٍد النُّ َفْيلِ ُّي َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َسلَ َمةَ َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن إِ ْس َق َ قَ َ‬
‫ال‬
‫ال أَبُو َد ُاود قَ َ‬ ‫ض ِر قَ َ‬ ‫اخلَ ِ‬
‫َخي ْ‬ ‫الرِام أ ِ‬
‫ال َح َّدثَِين َع ّْمي َع ْن َع ِام ٍر َّ‬ ‫ال لَوُ أَبُو َمْنظُوٍر َع ْن َع ّْم ِو قَ َ‬ ‫الش ِ‬
‫َّام يُ َق ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ض ُر َولَ َِك ْن َك َذا قَ َ‬ ‫النُّ َفْيلِ ُّي ُى َو ْ‬
‫ت َما َى َذا قَالُوا َى َذا‬ ‫ات َوأَلْ ِويَةٌ فَ ُق ْل ُ‬
‫ت لَنَا َرايَ ٌ‬ ‫ال إِ ِّّْن لَبِبِ ََّلدنَا إِ ْذ ُرف َع ْ‬
‫ال قَ َ‬ ‫اخلُ ْ‬
‫س َعلَْي ِو َوقَ ْد‬ ‫ِ‬ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم فَأَتَيتُو وىو ََْتت َشجرٍة قَ ْد ب ِس َ ِ‬ ‫لِواء رس ِ‬
‫ط لَوُ ك َساءٌ َوُى َو َجال ٌ‬ ‫ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َُ َ ََ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َُُ‬
‫ال إِ َّن الْ ُم ْؤِم َن إِ َذا‬ ‫َس َق َام فَ َق َ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ْاْل ْ‬
‫اجتَمع إِلَي ِو أَصقابو فَجلَست إِلَي ِهم فَ َذ َكر رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ْ َ َ ْ ْ َ ُُ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ُ‬
‫يما يَ ْستَ ْقبِ ُل َوإِ َّن الْ ُمنَافِ َ إِ َذا‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ضى م ْن ذُنُوبِو َوَم ْوعظَةً لَوُ ف َ‬
‫الس َقم ُُثَّ أ َْع َفاه اللَّو ِمْنو َكا َن َكفَّارًة لِما م ِ‬
‫َ َ َ َ‬ ‫ُ ُ ُ‬ ‫َصابَوُ َّ ُ‬ ‫أَ‬
‫ال َر ُج ٌل ِِم َّْن‬ ‫ض ُُثَّ أ ُْع ِف َي َكا َن َكالْبَعِ ِري َع َقلَوُ أ َْىلُوُ ُُثَّ أ َْر َسلُوهُ فَلَ ْم يَ ْد ِر َِلَ َع َقلُوهُ َوََلْ يَ ْد ِر َِلَ أ َْر َسلُوهُ فَ َق َ‬‫َم ِر َ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قُ ْم َعنَّا‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ط فَ َق َ َ ُ‬ ‫ت قَ ُّ‬ ‫ضُ‬ ‫َس َق ُام َواللَّ ِو َما َم ِر ْ‬ ‫حولَو يا رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َوَما ْاْل ْ‬ ‫َْ ُ َ َ ُ‬
‫ول اللَّ ِو‬ ‫ال يَا َر ُس َ‬ ‫ف َعلَْي ِو فَ َق َ‬ ‫ت ِمنَّا فَبَ ْي نَا ََْن ُن ِعْن َدهُ إِ ْذ أَقْ بَ َل َر ُج ٌل َعلَْي ِو كِ َساءٌ َوِِف يَ ِد ِه َش ْيءٌ قَ ْد الْتَ َّ‬ ‫فَلَ ْس َ‬
‫ِ‬ ‫إِ ِّّْن لَ َّما رأَي تك أَقْ ب ْلت إِلَيك فَمررت بِغيض ِة شج ٍر فَس ِمعت فِيها أَصو ِ‬
‫ض ْعتُ ُه َّن‬ ‫َخ ْذتُ ُه َّن فَ َو َ‬ ‫ات فَر ِاخ طَائ ٍر فَأ َ‬ ‫َ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َْ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ‬
‫ت َعلَْي ِه َّن َم َع ُه َّن فَلَ َف ْفتُ ُه َّن‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ت َْلَا َعْن ُه َّن فَ َوقَ َع ْ‬ ‫ت َعلَى َرأْسي فَ ََك َش ْف ُ‬ ‫استَ َد َار ْ‬ ‫ِِف ك َسائي فَ َجاءَ ْ‬
‫ت أ ُُّم ُه َّن فَ ْ‬
‫صلَّى‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫وم ُه َّن فَ َق َ َ ُ‬
‫ِ‬
‫ت أ ُُّم ُه َّن إََّّل لَُُ َ‬‫ض ْعتُ ُه َّن َوأَبَ ْ‬
‫ك فَ َو َ‬ ‫ض ْع ُه َّن َعْن َ‬ ‫ال َ‬ ‫بِ َِك َسائِي فَ ُه َّن أُوََّل ِء َمعِي قَ َ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ‫اللَّو علَي ِو وسلَّم ِْلَصقابِِو أَتَعجبو َن لِرح ِم أ ُّْم ْاْلَفْ ر ِاخ فِراخها قَالُوا نَعم يا رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫َْ َ َُ‬ ‫َ َ ََ‬ ‫ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َُ ُ ْ‬
‫ض َع ُه َّن ِم ْن َحْي ُ‬ ‫ِ ِ ِ ِِ‬ ‫ِ ِِ ِ‬ ‫ال فَ َوالَّ ِذي بَ َعثَِين بِ ْ‬
‫ث‬ ‫اْلَ ّْ لَلَّوُ أ َْر َح ُم بِعبَاده م ْن أ ُّْم ْاْلَفْ َر ِاخ بِفَراخ َها ْارج ْع ّٔ َّن َح ََّّت تَ َ‬ ‫قَ َ‬
‫َخ ْذتَ ُه َّن َوأ ُُّم ُه َّن َم َع ُه َّن فَ َر َج َع ِِّٔ َّن‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬ضعيف‬ ‫أَ‬

‫‪43‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab Janāir ,‬‬
‫‪jld. 2, nomor hadis:3089 , h. 199‬‬
‫‪237‬‬

‫‪Hadis ke 11‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī44‬‬

‫ِ‬ ‫ٍ َّ ِ‬ ‫َخبَ َرنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر أ ْ‬ ‫َحدَّثَنَا َسعِ ُ‬


‫يل أَنَّوُ َْس َع أَنَ َ‬
‫س بْ َن‬ ‫َخبَ َرنَا َُحَْي ُد بْ ُن أَِِب َُحَْيد الطو ُ‬ ‫يد بْ ُن أَِِب َم ْرَََي أ ْ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ْسأَلُو َن َع ْن‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫ول َجاءَ ثَََّلثَةُ َرْىط إِ ََل بُيُوت أ َْزَو ِاج النِ ّْ‬ ‫ك َر ِض َي اللَّوُ َعْنوُ يَ ُق ُ‬ ‫مالِ ٍ‬
‫َِّب َ‬ ‫َ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫وىا فَ َقالُوا َوأَيْ َن ََْن ُن م ْن النِ ّْ‬
‫َِّب َ‬ ‫ُخِربُوا َكأَن َُّه ْم تَ َقالُّ َ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَلَ َّما أ ْ‬ ‫عبَ َادة النِ ّْ‬
‫َِّب َ‬
‫َّم ِم ْن َذنْبِ ِو َوَما تَأ َّ‬ ‫ِ‬
‫آخ ُر أَنَا‬
‫ال َ‬ ‫ُصلّْي اللَّْي َل أَبَ ًدا َوقَ َ‬ ‫َح ُد ُى ْم أ ََّما أَنَا فَِإ ِّّْن أ َ‬
‫ال أ َ‬ ‫َخَر قَ َ‬ ‫َو َسلَّ َم قَ ْد غُفَر لَوُ َما تَ َقد َ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ‫ال آخر أَنَا أ َْعتَ َُِل النّْساء فَ ََّل أَتَََّوج أَب ًدا فَجاء رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫َ ُ َ َ ََُ‬ ‫ََ‬
‫ِ‬
‫َّىَر َوََّل أُفْط ُر َوقَ َ َ ُ‬ ‫وم الد ْ‬ ‫َص ُ‬ ‫أُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫ُصلّْي‬ ‫وم َوأُفْط ُر َوأ َ‬ ‫صُ‬ ‫َخ َشا ُك ْم للَّو َوأَتْ َقا ُك ْم لَوُ لََك ّْين أَ ُ‬ ‫ين قُ ْلتُ ْم َك َذا َوَك َذا أ ََما َواللَّو إِ ِّّْن َْل ْ‬ ‫ال أَنْتُ ْم الذ َ‬ ‫إِلَْي ِه ْم فَ َق َ‬
‫س ِم ّْين‬ ‫ِ‬
‫ب َع ْن ُسنَِّت فَلَْي َ‬
‫ِ‬
‫ّْساءَ فَ َم ْن َرغ َ‬ ‫َوأ َْرقُ ُد َوأَتَ َََّو ُج الن َ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim45‬‬

‫َن نَ َفًرا ِم ْن‬ ‫ي حدَّثَنَا ب هَ حدَّثَنَا ََحَّاد بن سلَم َة عن ثَابِ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ت َع ْن أَنَ ٍ‬
‫س أ َّ‬ ‫ُ ُْ َ َ َْ‬ ‫َح َّدثَِين أَبُو بَ َْك ِر بْ ُن نَاف ٍع الْ َعْبد ُّ َ َ ْ ٌ َ‬
‫ال‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َع ْن َع َملِ ِو ِِف ّْ‬
‫السّْر فَ َق َ‬ ‫َِّب َ‬
‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َسأَلُوا أ َْزَو َ‬
‫اج النِ ّْ‬ ‫َِّب َ‬ ‫اب النِ ّْ‬ ‫َصق ِ‬
‫أَْ‬
‫ض ُه ْم ََّل أَنَ ُام َعلَى فَِر ٍ‬
‫اش فَ َق ِم َد اللَّ َو َوأَثْ ََن‬ ‫ض ُه ْم ََّل آ ُك ُل اللَّ ْق َم َوقَ َ‬
‫ال بَ ْع ُ‬ ‫ال بَ ْع ُ‬ ‫ّْساءَ َوقَ َ‬‫ض ُه ْم ََّل أَتَ َََّو ُج الن َ‬
‫بَ ْع ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ال ما ب ُ ٍ‬ ‫ِ‬
‫ب َع ْن‬ ‫ّْساءَ فَ َم ْن َرغ َ‬‫وم َوأُفْط ُر َوأَتَ َََّو ُج الن َ‬
‫َص ُ‬ ‫ُصلّْي َوأَنَ ُام َوأ ُ‬
‫ال أَقْ َوام قَالُوا َك َذا َوَك َذا لََك ّْين أ َ‬ ‫َعلَْيو فَ َق َ َ َ‬
‫س ِم ّْين‬ ‫ِ‬
‫ُسنَِّت فَلَْي َ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Nasā’ī46‬‬

‫َن نَ َفًرا ِم ْن‬ ‫ال حدَّثَنَا ََحَّاد بن سلَم َة عن ثَابِ ٍ‬


‫ت َع ْن أَنَ ٍ‬
‫س أ َّ‬ ‫ِ ِ‬ ‫أْ ِ‬
‫ُ ُْ َ َ َْ‬ ‫ال أَنْبَأَنَا َعفَّا ُن قَ َ َ‬ ‫يم قَ َ‬ ‫َخبَ َرنَا إ ْس َق ُ بْ ُن إبْ َراى َ‬
‫ال‬‫ض ُه ْم ََّل آ ُك ُل اللَّ ْق َم َوقَ َ‬‫ال بَ ْع ُ‬
‫ّْساءَ َوقَ َ‬
‫ض ُه ْم ََّل أَتَ َََّو ُج الن َ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ال بَ ْع ُ‬ ‫َِّب َ‬
‫َصق ِ‬
‫اب النِ ّْ‬ ‫أَْ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ‫ك رس َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ض ُه ْم ََّل أَنَ ُام َعلَى فَِر ٍ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫وم فَ ََّل أُفْط ُر فَبَ لَ َغ ذَل َ َ ُ‬ ‫َص ُ‬
‫ض ُه ْم أ ُ‬
‫ال بَ ْع ُ‬ ‫اش َوقَ َ‬ ‫بَ ْع ُ‬
‫‪44‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab Nikah, nomor hadis:4776,‬‬
‫‪jld.5, h. 1949‬‬
‫‪45‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Nikah, nomor hadis. 3479, jld. 4, h. 129‬‬
‫‪46‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, kitab:‬‬
‫‪larangan membujang , nomor hadis: 3217, jld. 6, h. 368‬‬
‫‪238‬‬

‫وم َوأُفْ ِط ُر َوأَتَ َََّو ُج‬


‫صُ‬ ‫ُصلّْي َوأَنَ ُام َوأَ ُ‬
‫ِ‬ ‫ال ما ب ُ ٍ‬
‫ال أَقْ َوام يَ ُقولُو َن َك َذا َوَك َذا لََك ّْين أ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫فَ َقم َد اللَّوَ َوأَثْ ََن َعلَْيو ُُثَّ قَ َ َ َ‬
‫س ِم ّْين‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬ ‫ِ‬
‫ب َع ْن ُسنَِّت فَلَْي َ‬
‫ِ‬
‫ّْساءَ فَ َم ْن َرغ َ‬ ‫الن َ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī47‬‬

‫ي عن سعِ ِ‬ ‫س بْ ُن بُ ََك ٍْري َح َّدثَِين ابْ ُن إِ ْس َق َ َح َّدثَِين ُّ‬ ‫يد ِْ ِ‬


‫يد بْ ِن‬ ‫الَْى ِر ُّ َ ْ َ‬ ‫اْلََام ُّي َحدَّثَنَا يُونُ ُ‬ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن يََِ َ‬
‫ّْس ِاء‬ ‫ِ ِ‬ ‫ٍ َّ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ال لَ َّما َكا َن م ْن أ َْمر عُثْ َما َن بْ ِن َمظْعُون الذي َكا َن م ْن تَ ْرك الن َ‬ ‫اص قَ َ‬‫ب َع ْن َس ْع ِد بْ ِن أَِِب َوقَّ ٍ‬ ‫الْمسيَّ ِ‬
‫َُ‬
‫ال يا عثْما ُن إِ ِّّْن ََل أُومر بِ َّ ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ث إِلَي ِو رس ُ ِ‬
‫ت َع ْن ُسن َِِّت قَ َ‬
‫ال ََّل‬ ‫الرْىبَانيَّة أ ََرغْب َ‬ ‫ْ َْ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَ َق َ َ ُ َ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫بَ َع َ ْ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ول اللَّ ِو قَ َ ِ‬
‫س‬ ‫ِ‬
‫ب َع ْن ُسنَِّت فَلَْي َ‬ ‫وم َوأَطْ َع َم َوأَنَْك َح َوأُطَلّْ َ فَ َم ْن َرغ َ‬
‫َص َ‬ ‫ال إِ َّن م ْن ُسن َِِّت أَ ْن أ َ‬
‫ُصلّْ َي َوأَنَ َام َوأ ُ‬ ‫يَا َر ُس َ‬
‫ال ِم ْن‬ ‫ال َس ْع ٌد فَ َواللَّ ِو لََق ْد َكا َن أ ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َْجَ َع ِر َج ٌ‬ ‫ك َحقِّا قَ َ‬‫ك َعلَْي َ‬ ‫ك َحقِّا َول َعْينِ َ‬ ‫ك َعلَْي َ‬ ‫ِم ّْين يَا عُثْ َما ُن إِ َّن ِْل َْىل َ‬
‫ص َي‬ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم إِ ْن ىو أَقَ َّر عثْما َن علَى ما ىو علَي ِو أَ ْن ََْتَ ِ‬ ‫َن َر ُس َ‬‫ي َعلَى أ َّ‬ ‫ِِ‬
‫ُ َ َ َ َُ َ ْ‬ ‫ُ َ ْ َ َ َ َُ‬ ‫َ‬ ‫الْ ُم ْسلم َ‬
‫َّل‬
‫فَنَتَبَت َ‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal48‬‬

‫ال َزَّو َج ِين أَِِب‬ ‫اى ٍد َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َع ْم ٍرو قَ َ‬ ‫َِّب عن ُجم ِ‬ ‫ِ‬
‫الر َْحَ ِن َوُمغ َريَة الض ّّْْ َ ْ َ‬ ‫ي بْ ِن َعْب ِد َّ‬ ‫صْ ِ‬‫َحدَّثَنَا ُى َشْي ٌم َع ْن ُح َ‬
‫الص ْوِم َو َّ‬
‫الص ََّل ِة‬ ‫اش َْلَا ِِمَّا ِِب ِم ْن الْ ُق َّوِة َعلَى الْعِبَ َاد ِة ِم ْن َّ‬ ‫ت ََّل أ ََْنَ ُ‬ ‫ت َعلَ َّي َج َع ْل ُ‬ ‫ش فَلَ َّما َد َخلَ ْ‬ ‫ْامَرأًَة ِم ْن قَُريْ ٍ‬
‫ت َخْي َر ا ّْلر َج ِال أ َْو‬ ‫ت ب علَ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اص إِ ََل َكنَّتِ ِو َح ََّّت َد َخ َل َعلَْي َها فَ َق َ‬‫فَ َجاءَ َع ْم ُرو بْ ُن الْ َع ِ‬
‫ك قَالَ ْ‬ ‫ف َو َج ْد َ ْ‬ ‫ال َْلَا َكْي َ‬
‫اشا فَأَقْ بَ َل َعلَ َّي فَ َع َذ َم ِين َو َعض َِّين بِلِ َسانِِو فَ َق َ‬
‫ال‬ ‫َكخ ِري الْب عولَِة ِمن رج ٍل ََل ي َفتّْش لَنا َكن ًفا وََل ي ع ِر ْ ِ‬
‫ف لَنَا فَر ً‬ ‫َ ْ ُُ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َْ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ‫َِّب َ‬‫ت ُُثَّ انْطَلَ َ إِ ََل النِ ّْ‬ ‫ت َوفَ َع ْل َ‬‫ض ْلتَ َها َوفَ َع ْل َ‬‫ب فَ َع َ‬ ‫ات َحس ٍ‬
‫ش َذ َ َ‬ ‫ك ْامَرأًَة ِم ْن قَُريْ ٍ‬ ‫أَنْ ََك ْقتُ َ‬
‫وم‬
‫ال َوتَ ُق ُ‬ ‫وم النَّ َه َار قُ ْل ُ‬
‫ت نَ َع ْم قَ َ‬ ‫صُ‬ ‫ال ِِل أَتَ ُ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَأَتَْيتُوُ فَ َق َ‬‫َِّب َ‬ ‫َو َسلَّ َم فَ َش ََك ِاِّن فَأ َْر َس َل إِ ََّ‬
‫ِل النِ ُّ‬
‫ال‬ ‫س ِم ّْين قَ َ‬ ‫ِ‬
‫ب َع ْن ُسنَِّت فَلَْي َ‬
‫ِ‬
‫ّْساءَ فَ َم ْن َرغ َ‬ ‫س الن َ‬ ‫ُصلّْي َوأَنَ ُام َوأ ََم ُّ‬ ‫ِ‬
‫وم َوأُفْط ُر َوأ َ‬
‫َص ُ‬
‫اللَّيل قُ ْلت نَعم قَ َ ِ‬
‫ال لََك ّْين أ ُ‬ ‫ْ َ ُ َْ‬
‫ت إِ ِّّْن أ َِج ُدِِّن‬ ‫ال فَاقْ َرأْهُ ِِف ُك ّْل َع َشَرِة أَيَّ ٍام قُ ْل ُ‬‫ك قَ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ت إِ ِّّْن أَج ُدِِّن أَقْ َوى ِم ْن َذل َ‬ ‫اقْ َرإِ الْ ُق ْرآ َن ِِف ُك ّْل َش ْه ٍر قُ ْل ُ‬

‫‪47‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jld. 6, nomor hadis:2225 , (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 557‬‬
‫‪48‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 7577 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 158‬‬
‫‪239‬‬

‫ال فَاقْ رأْه ِِف ُك ّْل ثَََّل ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫ص ْم ِِف ُك ّْل َش ْه ٍر‬ ‫ال ُ‬ ‫ال ُُثَّ قَ َ‬ ‫ث قَ َ‬ ‫ي َوإَِّما ُمغ َريةُ قَ َ َ ُ‬ ‫َح ُد ُمهَا إِ َّما ُح َ‬
‫ص ٌْ‬ ‫ال أ َ‬ ‫ك قَ َ‬ ‫أَقْ َوى ِم ْن ذَل َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ْم يَ ْوًما َوأَفْط ْر يَ ْوًما فَِإنَّوُ أَفْ َ‬
‫ض ُل‬ ‫ال ُ‬ ‫ال فَلَ ْم يَََْل يَ ْرفَعُ ِين َح ََّّت قَ َ‬
‫ك قَ َ‬‫ت إِ ِّّْن أَقْ َوى ِم ْن ذَل َ‬ ‫ثَََّلثَةَ أَيَّ ٍام قُ ْل ُ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَِإ َّن لِ َُك ّْل َعابِ ٍد ِشَّرًة‬
‫ال َ‬ ‫ي ِِف َح ِديثِ ِو ُُثَّ قَ َ‬ ‫ص ٌْ‬
‫ال ُح َ‬ ‫َخي َد ُاوَد قَ َ‬ ‫الصي ِام وىو ِصيام أ ِ‬
‫ّْ َ َ ُ َ َ ُ‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ِ‬
‫ت فَ ْت َرتُوُ إِ ََل‬
‫ت فَ ْت َرتُوُ إِ ََل ُسنَّة فَ َق ْد ْاىتَ َدى َوَم ْن َكانَ ْ‬ ‫َول َُك ّْل شَّرةٍ فَ ْت َرًة فَِإ َّما إِ ََل ُسنَّة َوإَِّما إِ ََل بِ ْد َعة فَ َم ْن َكانَ ْ‬
‫ِ‬
‫ك‬‫ك فَ َق ْد َىلَ َ‬ ‫َغ ِْري َذل َ‬

‫ض َها إِ ََل بَ ْع ٍ‬ ‫ث ضعف وَكِرب يصوم ْاْلَيَّام َك َذلِ َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫قَ َ ِ‬


‫ض‬ ‫ك يَص ُل بَ ْع َ‬ ‫ال ُجمَاى ٌد فَ ََكا َن َعْب ُد اللَّو بْ ُن َع ْم ٍرو َحْي ُ َ ُ َ َ َ َ ُ ُ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َحيَانًا‬
‫صأْ‬ ‫َحيَانًا َويَْن ُق ُ‬ ‫ك يََِ ُ‬
‫يد أ ْ‬ ‫ال َوَكا َن يَ ْقَرأُ ِِف ُك ّْل ِح َْبِِو َك َذل َ‬ ‫ك ُُثَّ يُ ْف ِط ُر بِ َع ّْد تِْل َ‬
‫ك ْاْلَيَّ ِام قَ َ‬ ‫ليَتَ َق َّوى بِ َذل َ‬
‫ِ‬ ‫َغْي َر أَنَّوُ يُ ِوِف الْ َع َد َد إَِّما ِِف َسْب ٍع َوإَِّما ِِف ثَََّل ٍث قَ َ‬
‫صةَ‬
‫ت ُر ْخ َ‬ ‫ك َْلَ ْن أَ ُكو َن قَبِْل ُ‬
‫ول بَ ْع َد َذل َ‬‫ال ُُثَّ َكا َن يَ ُق ُ‬
‫ِل ِِمَّا ع ِد َل بِِو أَو عد َل لَ َِك ّْين فَارقْ تو علَى أَم ٍر أَ ْكره أَ ْن أ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ُخال َفوُ‬
‫َ ُ ُ َ ْ َُ َ‬ ‫ْ ََ‬ ‫ب إِ ََّ ُ‬ ‫َح ُّ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أ َ‬ ‫َر ُسول اللَّو َ‬
‫إِ ََل َغ ِْريهِ‪ . .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal49‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا أسود بن عامر ثنا َحاد عن ثابت عن أنس ‪ :‬أن ناسا سألوا أزواج النِب‬
‫صلى اهلل عليو و سلم عن عبادتو ِف السر قال فقمد اهلل وأثَن عليو ُث قال ما بال أقوام يسألون عما‬
‫أصنع أما أنا فأصلي وأنام وأصوم وأفطر وأتَوج النساء فمن رغب عن سنِت فليس مين ‪ .‬تعلي شعيب‬
‫‪00‬اْلرنؤوط ‪ :‬حديث صقيح وىذا إسناد ضعيف لسوء حفظ مؤمل ‪ :‬وىو ابن إْساعيل‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal50‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا عفان ثنا َحاد عن ثابت عن أنس ‪ :‬أن نفرا من أصقاب النِب صلى اهلل‬
‫عليو و سلم سألوا أزواج النِب صلى اهلل عليو و سلم عن عملو ِف السر فقال بعضهم َّل أتَوج النساء‬
‫وقال بعضهم َّل آكل اللقم وقال بعضهم َّل أنام على فراش وقال بعضهم أصوم وَّل أفطر فقام فقمد‬

‫‪49‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:13753 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 259‬‬
‫‪50‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:14077 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.285‬‬
‫‪240‬‬

‫اهلل وأثَن عليو ُث قال ما بال أقوام قالوا كذا وكذا لَكن أصلي وأنام وأصوم وأفطر وأتَوج النساء فمن‬
‫رغب عن سنِت فليس مين ‪ . .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط مسلم رجالو ثقات‬
‫رجال الشيخي غري َحاد وىو ابن سلمة فمن رجال مسلم‬
‫‪Hadis ke 12‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī51‬‬

‫ال حدَّثَنا ََيي بن سعِ ٍ‬


‫اح َع ْن أَنَ ِ‬
‫س بْ ِن‬ ‫ال َح َّدثَِين أَبُو التَّ يَّ ِ‬ ‫ال َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ قَ َ‬ ‫يد قَ َ‬ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر قَ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ال يَ ّْس ُروا َوََّل تُ َع ّْس ُروا َوبَش ُّْروا َوََّل تُنَ ف ُّْروا‬ ‫مالِ ٍ‬
‫ك َع ْن النِ ّْ‬
‫َِّب َ‬ ‫َ‬
‫‪Hadis ke 13‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī52‬‬

‫َّاق أَخب رنَا إِب ر ِاىيم بن ميم ٍ‬


‫ون َع ْن ابْ ِن طَ ُاو ٍس َع ْن أَبِ ِيو َع ْن ابْ ِن‬ ‫حدَّثَنَا ََيي بن موسى حدَّثَنَا عب ُد َّ ِ‬
‫الرز ْ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ‬ ‫ْ َ ْ ُ ُ َ َ َْ‬ ‫َ‬
‫يب ََّل نَ ْع ِرفُوُ ِم ْن‬
‫يث َغ ِر ٌ‬ ‫اع ِة َوَى َذا َح ِد ٌ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُد اللَّ ِو َم َع ْ‬
‫اْلَ َم َ‬
‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫َعبَّ ٍ‬
‫اس قَ َ‬
‫اس إََِّّل ِم ْن َى َذا‬ ‫يث َغ ِريب ََّل نَع ِرفُو ِمن ح ِد ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫يث اب ِن عبَّ ٍ ِ ِ‬‫ِ ِ‬
‫يث ابْ ِن َعبَّ ٍ‬ ‫اس إََّّل م ْن َى َذا الْ َو ْجو‪َ .‬وَى َذا َحد ٌ ٌ ْ ُ ْ َ‬ ‫َحد ْ َ‬
‫الْ َو ْج ِو‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬
‫‪Hadis ke 14‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim53‬‬

‫ئ َعلَْي ِو َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َعْب ِد َّ‬


‫الر َْحَ ِن بْ ِن َم ْع َم ٍر َع ْن أَِب‬ ‫يما قُ ِر َ‬
‫سفَ‬
‫ك ب ِن أَنَ ٍ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ٍِ‬
‫َحدَّثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْ ُن َسعيد َع ْن َمال ْ‬
‫ول اللَّ ِو صلى اهلل عليو وسلم إِ َّن اللَّ َو يَ ُق ُ‬
‫ول يَ ْوَم‬ ‫ال َر ُس ُ‬ ‫اب سعِ ِ‬
‫يد بْ ِن يَ َسا ٍر َع ْن أَِب ُىَريْ َرَة قَ َ‬
‫ال قَ َ‬ ‫ْ ِ‬
‫اْلُبَ َ‬
‫الْ ِقيام ِة أَين الْمتَقابُّو َن ِِبَّلََِل الْي وم أ ِ‬
‫ُظلُّ ُه ْم ِف ِظلّْى يَ ْوَم َّلَ ِظ َّل إَِّلَّ ِظلّْى‬ ‫ََْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َْ ُ َ‬

‫‪51‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī,kitab Maghaji, nomor hadis: 69,‬‬
‫‪jld.1, h. 38‬‬
‫‪52‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab Fatana , nomor hadis:2166, jld.4 , h. 466‬‬
‫‪53‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Barā , nomor hadis 6713, jld 8, h. 12‬‬
‫‪241‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Muwaṭa’ Imām Mālik54‬‬

‫يد بْ ِن يَ َسا ٍر َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة‬ ‫اب سعِ ِ‬ ‫الر َْحَ ِن بْ ِن م ْعم ٍر َعن أَِِب ْ ِ‬ ‫َح َّدثَِين َع ْن َمالِك َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َعْب ِد َّ‬
‫اْلُبَ َ‬ ‫َ َ ْ‬
‫ول يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة أَيْ َن الْ ُمتَ َقابُّو َن‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إِ َّن اللَّ َو تَبَ َارَك َوتَ َع َاَل يَ ُق ُ‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫أَنَّوُ قَ َ‬
‫ُظلُّ ُه ْم ِِف ِظلّْي يَ ْوَم ََّل ِظ َّل إََِّّل ِظلّْي‬
‫ِْل ََّلِِل الْي وم أ ِ‬
‫ََْ‬ ‫َ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī55‬‬

‫سعِ ِ‬ ‫اْلب ِ‬ ‫ك َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َعْب ِد َّ‬ ‫َخبَ َرنَا َمالِ ٌ‬ ‫ِ‬
‫يد بْ ِن‬ ‫َ‬ ‫اب‬ ‫الر َْحَ ِن بْ ِن َم ْع َم ٍر َع ْن أَِب َُْ‬ ‫اْلَ ََك ُم بْ ُن الْ ُمبَ َارك أ ْ‬
‫َخبَ َرنَا ْ‬
‫أْ‬
‫أَيْ َن‬ ‫ول يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة‬
‫ول اللَّ ِو صلى اهلل عليو وسلم إِ َّن اللَّ َو تَ َع َاَل يَ ُق ُ‬ ‫ال َر ُس ُ‬ ‫يَ َسا ٍر َع ْن أَِب ُىَريْ َرةَ قَ َ‬
‫ال قَ َ‬
‫ُظلُّ ُه ْم ِف ِظلّْى يَ ْوَم َّلَ ِظ َّل إَِّلَّ ِظلّْى‬
‫الْمتَقابُّو َن ِِبَّلََِل؟ الْي وم أ ِ‬
‫ََْ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal56‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا عبد الرَحن عن مالك وروح عن مالك عن عبد اهلل بن عبد الرَحن قال‬
‫روح بن معمر عن سعيد بن يسار قال روح أبو اْلباب عن أِب ىريرة عن النِب صلى اهلل عليو و سلم‬
‫قال ان اهلل تبارك وتعاَل يقول قال روح يوم القيامة أين املتقابون ِبَّلِل اليوم أظلهم ِف ظلي يوم َّل‬
‫ظل اَّل ظلي‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal57‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا فليح عن عبد اهلل بن عبد الرَحن عن سعيد بن يسار عن أِب ىريرة قال‬
‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ان اهلل عَ و جل يقول أين املتقابون ِبَّلِل اليوم أظلهم ِف ظلي‬
‫يوم َّل ظل اَّل ظلي‪ .‬علي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬صقيح وىذا إسناد حسن رجالو ثقات رجال الشيخي‬

‫‪54‬‬
‫‪Mālik ibn Anas ibn Mālik ibn ʻĀmar al- ʻȂṣbaẖī al- Madanī, Muwaṭa’ Ȋmām Mālik, jil: 5,‬‬
‫‪h. 1389‬‬
‫‪55‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: Firqāq , jil. 8, nomor hadis: 3204, (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h.‬‬
‫‪510‬‬
‫‪56‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:7431 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 237‬‬
‫‪57‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 8436 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 338‬‬
‫‪242‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal58‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب حدثنا موسى بن داود قال ثنا فليح عن عبد اهلل بن عبد الرَحن عن سعيد بن‬
‫يسار عن أِب ىريرة عن النِب صلى اهلل عليو و سلم ان اهلل عَ و جل يقول يوم القيامة أين املتقابون‬
‫ِبَّلِل اليوم أظلهم ِف ظلي يوم َّل ظل إَّل ظلي‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬صقيح وىذا إسناد حسن‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal59‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا عبد امللك بن عمرو وسريج قاَّل ثنا فليح عن عبد اهلل بن عبد الرَحن يعين‬
‫بن معمر أبو طوالة عن سعيد بن يسار عن أِب ىريرة عن النِب صلى اهلل عليو و سلم قال ان اهلل عَ و‬
‫جل يقول أين املتقابون ِبَّلِل اليوم أظلهم ِف ظلي يوم َّل ظل اَّل ظلي‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal60‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا روح ثنا مالك عن عبد اهلل بن عبد الرَحن بن معمر عن أِب اْلباب عن‬
‫أِب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال ان اهلل عَ و جل يقول يوم القيامة أين املتقابون‬
‫ِبَّلِل اليوم أظلهم ِف ظلي يوم َّل ظل إَّل ظلي‪ .‬علي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬صقيح وىذا إسناد حسن‬

‫‪Hadis ke 15‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ61‬‬

‫حدثنا ُممد بن َيي‪ .‬حدثنا أبو نعيم‪ .‬حدثنا إسرائيل عن اْلَكم عن أِب جقيفة قال قال رسول اهلل‬
‫صلى اهلل عليو و سلم من سن سنة حسنة فعمل ّٔا بعده كان لو أجره ومثل أجورىم من غري أن ينقص‬
‫من أجورىم شيئا‪ .‬ومن سن سنة سيئة فعمل ّٔا بعده كان عليو وزره ومثل أوزارىم من غري أن ينقص‬
‫من أوزارىم شيئا ِف الَوائد‬
‫‪58‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:8818 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 370‬‬
‫‪59‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 10790 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 523‬‬
‫‪60‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 10923 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 535‬‬
‫‪61‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, jil. 1, nomor hadis: 317, jld. 1 , h.‬‬
‫‪75‬‬
‫‪243‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī62‬‬

‫ول‬
‫ال َر ُس ُ‬ ‫اص ٌم َع ْن َش ِقي ٍ َع ْن َج ِري ٍر قَ َ‬
‫ال قَ َ‬ ‫ال حدَّثَنَاه ع ِ‬ ‫ِ‬
‫يد بْ ُن ُش َج ٍاع َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن بْ ُن عُيَ ْي نَةَ قَ َ َ ُ َ‬ ‫َخبَ َرنَا الْ َول ُ‬
‫أْ‬
‫َج ِر َم ْن َع ِم َل َِّٔا ِم ْن َغ ِْري أَ ْن‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َم ْن َس َّن ُسنَّةً َح َسنَةً عُم َل َّٔا بَ ْع َدهُ َكا َن لَوُ مثْ ُل أ ْ‬
‫ِ‬
‫اللَّو َ‬
‫ص ِم ْن أ َْوَزا ِرهِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ي ْن َق ِ‬
‫َج ِرهِ َش ْيءٌ َوَم ْن َس َّن ُسنَّةً َسيّْئَةً َكا َن َعلَْيو مثْ ُل ِوْزِر َم ْن َعم َل َّٔا م ْن َغ ِْري أَ ْن يُْن َق َ‬‫ص م ْن أ ْ‬ ‫ُ َ‬
‫َش ْيءٌ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal63‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا يَيد أنا سفيان قال ْسعت اْلسن َيدث عن أِب ىريرة قال قال رسول اهلل‬
‫صلى اهلل عليو و سلم من سن سنة ضَّلل فاتبع عليها كان عليو مثل أوزارىم من غري ان ينقص من‬
‫أوزارىم شيء ومن سن سنة ىدى فاتبع عليها كان لو مثل أجورىم من غري ان ينقص من أجورىم‬
‫شيء ‪.‬‬
‫‪Redaksi dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal64‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا سفيان عن عاصم بن أِب النجود عن أِب وائل عن جرير ‪ :‬ان قوما أتوا‬
‫النِب صلى اهلل عليو و سلم من اْلعراب جمتاِب النمار فقث رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم الناس‬
‫على الصدقة فابطؤا حَّت رؤى ذلك ِف وجهو فجاء رجل من اْلنصار بقطعة ترب فطرحها فتتابع الناس‬
‫حَّت عرف ذلك ِف وجهو فقال من سن سنة حسنة فعمل ّٔا من بعده كان لو أجرىا ومثل أجر من‬
‫عمل ّٔا من غري أن ينتقص من أجورىم شيء ومن سن سنة سيئة عمل ّٔا من بعده كان عليو وزرىا‬
‫ووزر من عمل ّٔا وَّل ينقص ذلك من أوزارىم شيئا‬

‫‪62‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jld. 2, nomor hadis: 523, (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h. 68‬‬
‫‪63‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis: 10563 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 504‬‬
‫‪64‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 19223 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 361‬‬
‫‪244‬‬

‫‪Hadis ke 16‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal65‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب قال أخربِّن اْلعمش عن أِب َيي موَل جعدة عن أِب ىريرة قال قال رجل يا‬
‫رسول اهلل ان فَّلنة يذكر من كثرة صَّلهتا وصيامها وصدقتها غري أهنا تؤذي جرياهنا بلساهنا قال ىي ِف‬
‫النار قال يا رسول اهلل فان فَّلنة يذكر من قلة صيامها وصدقتها وصَّلهتا وإهنا تصدق باْلتوار من‬
‫اْلقط وَّل تؤذي جرياهنا بلساهنا قال ىي ِف اْلنة ‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده حسن‬
‫‪Hadis ke 17‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim66‬‬

‫يل ُى َو ابْ ُن َج ْع َف ٍر َع ِن‬ ‫ِ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍِ‬


‫وب َوقُتَ ْيبَةُ يَ ْع َِن ابْ َن َسعيد َوابْ ُن ُح ْجر قَالُوا َحدَّثَنَا إ ْْسَاع ُ‬ ‫َحدَّثَنَا ََْي َي بْ ُن أَيُّ َ‬
‫ال إِ َذا َم َ‬
‫ات ا ِإلنْ َسا ُن انْ َقطَ َع َعْنوُ‬ ‫ول اللَّ ِو صلى اهلل عليو وسلم قَ َ‬ ‫َن َر ُس َ‬‫الْ َعَّلَِء َع ْن أَبِ ِيو َع ْن أَِب ُىَريْ َرَة أ َّ‬
‫صالِ ٍح يَ ْدعُو لَو‬ ‫ٍ‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ ٍ ِ‬
‫ص َدقَة َجا ِريَة أ َْو ع ْل ٍم يُْنتَ َف ُع بو أ َْو َولَد َ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫َع َملُوُ إَِّلَّ م ْن ثََّلَثَة َ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī67‬‬

‫حدثنا علي بن حجر أخربنا إْساعيل بن جعفر عن العَّلء بن عبد الرَحن عن أِب ىريرة رضي اهلل عنو ‪:‬‬
‫أن النِب صلى اهلل عليو و سلم قال إذا مات اإلنسان انقطع عملو إَّل من ثَّلث صدقة جارية وعلم‬
‫ينتفع بو وولد صاحل يدعو لو‪ .‬قال أبو عيسى ىذا حديث حسن صقيح‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Nasā’ī68‬‬

‫صلَّى‬ ‫َن رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬
‫ِِ‬
‫ال َحدَّثَنَا الْ َع ََّلءُ َع ْن أَبيو َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ أ َّ َ ُ‬‫يل قَ َ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َخبَ َرنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُح ْج ٍر قَ َ‬
‫ال َحدَّثَنَا إ ْْسَع ُ‬ ‫أْ‬
‫ص َدقٍَة َجا ِريٍَة َو ِع ْل ٍم يُْنتَ َف ُع بِِو َوَولَ ٍد‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ‬
‫اإلنْ َسا ُن انْ َقطَ َع َع َملُوُ إََِّّل م ْن ثَََّلثَة م ْن َ‬
‫ات ِْ‬ ‫اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ال إِذَا َم َ‬
‫صالِ ٍح يَ ْدعُو لَوُ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬ ‫َ‬
‫‪65‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 1774 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.551‬‬
‫‪66‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Wasiyah , nomor hadis 5401, jld 6, h. 74‬‬
‫‪67‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab: Hikām, nomor hadis:, jld. 3, h. 660‬‬
‫‪68‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī,‬‬
‫‪kitab:Wasiyāh , nomor hadis:4764, jld. 7, h.670‬‬
‫‪245‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud69‬‬

‫حدثنا الربيع بن سليمان املؤذن قال ثنا ابن وىب عن سليمان يعين ابن بَّلل عن العَّلء بن عبد الرَحن‬
‫أراه عن أبيو عن أِب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال إذا مات اإلنسان انقطع عنو عملو‬
‫إَّل من ثَّلثة أشياء منن صدقة جارية أو علم ينتفع بو أو ولد صاحل يدعو لو ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪:‬‬
‫صقيح‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal70‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب حدثنا سليمان بن داود حدثنا إْساعيل أنبأنا العَّلء عن أبيو عن أِب ىريرة ان‬
‫النِب صلى اهلل عليو و سلم قال إذا مات اإلنسان انقطع عنو عملو اَّل من ثَّلثة صدقة جارية أو علم‬
‫ينتفع بو أو ولد صاحل يدعو لو تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح‬
‫‪Hadis ke 18‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī71‬‬

‫اق عن ََيي ب ِن سعِ ٍ‬ ‫ٍ‬


‫يد َع ْن ْاْل َْعَرِج َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ َع ْن‬ ‫اْلَ َس ُن بْ ُن َعَرفَةَ َحدَّثَنَا َسعِ ُ‬
‫يد بْ ُن ُُمَ َّمد الْ َوَّر ُ َ ْ ْ َ ْ َ‬ ‫َحدَّثَنَا ْ‬
‫َّاس بَعِي ٌد ِم ْن النَّا ِر‬
‫يب ِم ْن الن ِ‬ ‫الس ِخي قَ ِريب ِمن اللَّ ِو قَ ِريب ِمن ْ ِ‬
‫اْلَنَّة قَ ِر ٌ‬ ‫ٌ ْ‬ ‫ال َّ ُّ ٌ ْ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ِب َ‬‫النَِّ ّْ‬
‫ب إِ ََل اللَّ ِو َعََّ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َّاس قَ ِر ِ‬ ‫والْب ِخيل بعِي ٌد ِمن اللَّ ِو بعِي ٌد ِمن ْ ِ ِ ِ‬
‫يب م ْن النَّا ِر َو َْلَاى ٌل َسخ ّّي أ َ‬
‫َح ُّ‬ ‫اْلَنَّة بَعي ٌد م ْن الن ِ ٌ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫ََ َُ‬
‫اَل ََِب ٍيل ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬ضعيف جد‬ ‫و َج َّل ِم ْن َع ٍِ‬
‫َ‬

‫‪69‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab‬‬
‫‪wasiyāh, jld.2 , nomor hadis: 3221 , h.131‬‬
‫‪70‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 2240(t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.473‬‬
‫‪71‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:1170, jld.5, h.453‬‬
‫‪246‬‬

‫‪Hadis ke 19‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī72‬‬

‫يد‬‫اب عن سعِ ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ِ‬


‫س بْ ُن َخبَّ َ ْ َ‬ ‫يل َحدَّثَنَا أَبُو نُ َعْيم َحدَّثَنَا عُبَ َادةُ بْ ُن ُم ْسلم َحدَّثَنَا يُونُ ُ‬ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن إ ْْسَع َ‬
‫ول‬‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ‬ ‫ي أَنَّو َِْسع رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ال َح َّدثَِين أَبُو َكْب َشةَ ْاْلَََّّنَا ِر ُّ ُ َ َ ُ‬ ‫ي أَنَّوُ قَ َ‬ ‫الطَّائِ ّْي أَِِب الْبَ ْخ ََِت ّْ‬
‫ص َدقٍَة َوََّل ظُلِ َم َعْب ٌد َمظْلَ َم ًة‬ ‫ال ما نَ َقص م ُ ٍ ِ‬
‫ال َعْبد م ْن َ‬ ‫َ َ‬ ‫اح َفظُوهُ قَ َ َ‬
‫ِ‬
‫ُح ّْدثُ َُك ْم َحديثًا فَ ْ‬
‫ِ‬
‫ثَََّلثَةٌ أُقْس ُم َعلَْي ِه َّن َوأ َ‬
‫اب فَ ْق ٍر أ َْو َكلِ َم ًة ََْن َوَىا‬ ‫ِ‬ ‫ٍِ‬
‫اب َم ْسأَلَة إََّّل فَتَ َح اللَّوُ َعلَْيو بَ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صبَ َر َعلَْي َها إََّّل َز َادهُ اللَّوُ عَِّا َوََّل فَتَ َح َعْب ٌد بَ َ‬ ‫فَ َ‬
‫ص ُل‬ ‫ال إََِّّنَا الدُّنْيا ِْلَرب ع ِة نَ َف ٍر عب ٍد رزقَو اللَّو م ًاَّل و ِع ْلما فَهو ي ت َِّقي فِ ِيو ربَّو وي ِ‬ ‫اح َفظُوهُ قَ َ‬ ‫ِ‬
‫َ ُ ََ‬ ‫َْ َ َ ُ ُ َ َ ً ُ َ َ‬ ‫َ َْ َ‬ ‫ُح ّْدثُ َُك ْم َحديثًا فَ ْ‬ ‫َوأ َ‬
‫ص ِاد ُق النّْ يَّ ِة‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ِِِِ‬ ‫ِِ ِ‬
‫ض ِل الْ َمنَا ِزل َو َعْبد َرَزقَوُ اللَّوُ ع ْل ًما َوََلْ يَ ْرُزقْوُ َم ًاَّل فَ ُه َو َ‬ ‫فيو َرَحَوُ َويَ ْعلَ ُم للَّو فيو َحقِّا فَ َه َذا بِأَفْ َ‬
‫َج ُرُمهَا َس َواءٌ َو َعْب ٍد َرَزقَوُ اللَّوُ َم ًاَّل َوََلْ يَ ْرُزقْوُ ِع ْل ًما فَ ُه َو‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ٍ‬
‫ت بِ َع َم ِل فََُّلن فَ ُه َو بِنيَّتو فَأ ْ‬
‫ِ‬
‫َن ِِل َم ًاَّل لَ َعم ْل ُ‬ ‫ول لَ ْو أ َّ‬
‫يَ ُق ُ‬
‫ث الْ َمنَا ِزِل‬ ‫صل فِ ِيو رَِحو وََّل ي علَم لِلَّ ِو فِ ِيو حقِّا فَه َذا بِأَخب ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫َخيْبِ ُ ِ ِِ ِ ِ ِ ٍ‬
‫َ َ َْ‬ ‫ط ِف َمالو بغَ ْري ع ْلم ََّل يَتَّقي فيو َربَّوُ َوََّل يَ ُ َ َ ُ َ َ ْ ُ‬
‫ت فِ ِيو بِ َع َم ِل فََُّل ٍن فَ ُه َو بِنِيَّتِ ِو فَ ِوْزُرُمهَا‬ ‫ِ‬
‫َن ِِل َم ًاَّل لَ َعم ْل ُ‬
‫ول لَ ْو أ َّ‬ ‫َو َعْب ٍد ََلْ يَ ْرُزقْوُ اللَّوُ َم ًاَّل َوََّل ِع ْل ًما فَ ُه َو يَ ُق ُ‬
‫يح‬ ‫يث حسن ِ‬ ‫ِ‬ ‫سواء قَ َ ِ‬
‫صق ٌ‬ ‫يسى َى َذا َحد ٌ َ َ ٌ َ‬ ‫ال أَبُو ع َ‬ ‫ََ ٌ‬
‫‪Hadis ke 20‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī73‬‬

‫ال‬‫وب َع ْن نَافِ ٍع َع ْن ابْ ِن عُ َمَر َر ِض َي اللَّوُ َعْن ُه َما قَ َ‬ ‫ٍ‬


‫اد بْ ُن َزيْد َع ْن أَيُّ َ‬ ‫ال َحدَّثَنَا ََحَّ ُ‬
‫ان قَ َ‬‫حدَّثَنَا أَبو النُّعم ِ‬
‫ُ َْ‬ ‫َ‬
‫ك َع ْن نَافِ ٍع َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن‬ ‫َِّب صلَّى اللَّو َعلَي ِو وسلَّم ح و حدَّثَنَا َعب ُد اللَّ ِو بن مسلَمةَ َعن مالِ ٍ‬
‫ُْ َ ْ َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ ْ ََ َ‬ ‫ت النِ َّ َ‬
‫ِ‬
‫َْس ْع ُ‬
‫ُّف‬
‫َّعف َ‬ ‫الص َدقَةَ َوالت َ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ال َوُى َو َعلَى الْ ِمْن َِرب َوذَ َكَر َّ‬ ‫َن رس َ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬
‫ِ‬
‫عُ َمَر َرض َي اللَّوُ َعْن ُه َما أ َّ َ ُ‬
‫الس ْفلَى ِى َي َّ‬
‫السائِلَةُ‬ ‫الس ْفلَى فَالْيَ ُد الْعُْليَا ِى َي الْ ُمْن ِف َقةُ َو ُّ‬
‫َوالْ َم ْسأَلَةَ الْيَ ُد الْعُْليَا َخْي ٌر ِم ْن الْيَ ِد ُّ‬

‫‪72‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:2325, jld. 4, h. 562‬‬
‫‪73‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab Zakat, nomor hadis:1362,‬‬
‫‪jld.2 , h. 518‬‬
‫‪247‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim74‬‬

‫ول اللَّ ِو‬


‫َن َر ُس َ‬ ‫ئ َعلَْي ِو َع ْن نَافِ ٍع َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن ُع َمَر أ َّ‬
‫يما قُ ِر َ‬ ‫ك ب ِن أَنَ ٍ ِ‬
‫سفَ‬
‫ِِ‬ ‫ٍِ‬
‫َحدَّثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْ ُن َسعيد َع ْن َمال ْ‬
‫ُّف َع ْن الْ َم ْسأَلَِة الْيَ ُد الْ ُع ْليَا َخْي ٌر ِم ْن‬
‫َّعف َ‬ ‫ال َوُى َو َعلَى الْ ِمْن َِرب َوُى َو يَ ْذ ُك ُر َّ‬
‫الص َدقَ َة َوالت َ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫َ‬
‫السائِلَةُ‬
‫الس ْفلَى َّ‬ ‫الس ْفلَى َوالْيَ ُد الْ ُع ْليَا الْ ُمْن ِف َقةُ َو ُّ‬
‫الْيَ ِد ُّ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī75‬‬

‫َّاد بْ ُن َعْب ِد‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫س ُى َو الْيَ َمام ُّي َحدَّثَنَا ع َْك ِرَمةُ بْ ُن َع َّما ٍر َح َّدثَنَا َشد ُ‬ ‫ٍ‬
‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّار َحدَّثَنَا عُ َم ُر بْ ُن يُونُ َ‬
‫َّك إِ ْن تَْب ُذ ْل الْ َف ْ‬
‫آد َم إِن َ‬ ‫ِ‬ ‫ال رس ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ض َل‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم يَا ابْ َن َ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫ول قَ َ َ ُ‬ ‫اللَّو قَال َْس ْع ُ‬
‫ت أَبَا أ َُم َام َة يَ ُق ُ‬
‫ال‬ ‫ول َوالْيَ ُد الْعُْليَا َخْي ٌر ِم ْن الْيَ ِد ُّ‬
‫الس ْفلَ ٍى قَ َ‬ ‫خي ر لَك وإِ ْن ِتُْ ِسَكْو َشّّر لَك وََّل تََُّلم علَى َك َف ٍ‬
‫اف َوابْ َدأْ ِِبَ ْن تَعُ ُ‬ ‫َ َ ُ َ‬ ‫ُ‬ ‫ٌَْ َ َ‬
‫َْن أَبَا َع َّما ٍر‬ ‫ِ ِ‬ ‫يث حسن ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َّاد بْ ُن َعْبد اللَّو يَُك َ‬
‫يح َو َشد ُ‬
‫صق ٌ‬ ‫يسى َى َذا َحد ٌ َ َ ٌ َ‬ ‫أَبُو ع َ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Nasā’ī76‬‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫َن رس َ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍِ‬
‫ال َوُى َو‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫َخبَ َرنَا قُتَ ْيبَةُ َع ْن َمالك َع ْن نَاف ٍع َع ْن َعْبد اللَّو بْ ِن ُع َمَر أ َّ َ ُ‬ ‫أْ‬
‫الس ْفلَى َوالْيَ ُد الْعُْليَا الْ ُمْن ِف َقةُ َوالْيَ ُد ُّ‬
‫الس ْفلَى‬ ‫ُّف َع ْن الْ َم ْسأَلَِة الْيَ ُد الْعُْليَا َخْي ٌر ِم ْن الْيَ ِد ُّ‬
‫َّعف َ‬
‫الص َدقَةَ َوالت َ‬
‫يَ ْذ ُك ُر َّ‬
‫السائِلَةُ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬ ‫َّ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud77‬‬

‫حدثنا عبد اهلل بن مسلمة عن مالك عن نافع عن عبد اهلل بن عمر‬


‫أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال وىو على املنرب وىو يذكر الصدقة والتعفف منها واملسألة اليد‬
‫العليا خري من اليد السفلى واليد العليا املنفقة والسفلى السائلة‬

‫‪74‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Zakat , nomor hadis 2432, jld 3, h. 94‬‬
‫‪75‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab:Barā , nomor hadis:2265, jld. , h.‬‬
‫‪76‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, kitab:‬‬
‫‪Zakat, nomor hadis:2532 , jld. 5, h. 65‬‬
‫‪77‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab Zakat,‬‬
‫‪jld.1, nomor hadis: 1648 , h. 518‬‬
‫‪248‬‬

‫قال أبو داود اختلف على أيوب عن نافع ِف ىذا اْلديث فقال عبد الوارث اليد العليا املتعففة وقال‬
‫أكثرىم عن َحاد بن زيد عن أيوب اليد العليا املنفقة وقال واحد عن َحاد املتعففة ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن‬
‫‪ :‬صقيح‬

‫‪Redaksi dalam kitab Muwaṭa’ Imām Mālik78‬‬

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫َن رس َ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫ال َوُى َو َعلَى‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫َح َّدثَِين َع ْن َمالك َع ْن نَاف ٍع َع ْن َعْبد اللَّو بْ ِن عُ َمَر أ َّ َ ُ‬
‫الس ْفلَى َوالْيَ ُد الْعُْليَا ِى َي الْ ُمْن ِف َقةُ‬
‫ُّف َع ْن الْ َم ْسأَلَِة الْيَ ُد الْعُْليَا َخْي ٌر ِم ْن الْيَ ِد ُّ‬
‫َّعف َ‬ ‫الْ ِمْن َِرب َوُى َو يَ ْذ ُك ُر َّ‬
‫الص َدقَ َة َوالت َ‬
‫الس ْفلَى ِى َي َّ‬
‫السائِلَةُ‬ ‫َو ُّ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī79‬‬

‫ول اللَّ ِو‬ ‫ت َر ُس َ‬ ‫ب حدَّثَنَا ََحَّاد بن زي ٍد عن أَيُّوب عن نَافِ ٍع ع ِن اب ِن عمر قَ َ ِ‬ ‫ٍ‬


‫ال َْس ْع ُ‬ ‫َ ْ ُ ََ‬ ‫ُ ْ ُ َْ َ ْ َ َ ْ‬ ‫َخبَ َرنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َح ْر َ‬‫أْ‬
‫ال ‪َ :‬والْيَ ُد الْعُْليَا يَ ُد الْ ُم ْع ِطى ‪َ ،‬والْيَ ُد‬ ‫ول الْيَ ُد الْعُْليَا َخْي ٌر ِم َن الْيَ ِد ُّ‬
‫الس ْفلَى‪ .‬قَ َ‬ ‫صلى اهلل عليو وسلم يَ ُق ُ‬
‫السائِ ِل‬
‫الس ْفلَى يَ ُد َّ‬‫ُّ‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal80‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أب ثنا إسقاق بن يوسف عن سفيان عن بن عجَّلن عن القعقاع بن حَكيم‬
‫قال ‪ :‬كتب عبد العَيَ بن مروان إَل بن عمر أن ارفع إَل حاجتك قال فَكتب إليو بن عمر ان رسول‬
‫اهلل صلى اهلل عليو و سلم كان يقول ان اليد العليا خري من اليد السفلى وابدأ ِبن تعول ولست أسألك‬
‫شيئا وَّل أرد رزقا رزقنيو اهلل منك‪.‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal81‬‬

‫‪78‬‬
‫‪Mālik ibn Anas ibn Mālik ibn ʻĀmar al- ʻȂṣbaẖī al- Madanī, Muwaṭa’ Ȋmām Mālik, jil: 6,‬‬
‫‪h.0564‬‬
‫‪79‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, kitab: , jil. 5, nomor hadis:1705 , (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h.‬‬
‫‪80‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:5575 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.5‬‬
‫‪81‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 6455(t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.77‬‬
‫‪249‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثنا أِب ثنا عتاب ثنا عبد اهلل انا موسى بن عقبة عن نافع عن بن عمر قال قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم اليد العليا خري من اليد السفلى اليد العليا املنفقة واليد السفلى‬
‫السائلة‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح رجالو ثقات رجال الشيخي غري عتاب‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal82‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب حدثنا يونس ثنا َحاد يعَن بن زيد ثنا أيوب عن نافع عن عبد اهلل بن عمر‬
‫أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال وىو خيطب اليد العليا خري من اليد السفلى اليد العليا املعطية‬
‫واليد السفلى يد السائل‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط إسناده صقيح على شرط الشيخي‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal83‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا ىاشم ثنا إسقاق بن سعيد عن عمرو بن سعيد بن العاص عن أبيو سعيد‬
‫بن عمرو عن بن عمر قال ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول اليد العليا خري من اليد‬
‫السفلى قال بن عمر فلم أسأل عمر فمن سواه من الناس‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح‬
‫على شرط الشيخي‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal84‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا سفيان عن أِب الَناد عن اْلعرج عن أِب ىريرة عن النِب صلى اهلل عليو و‬
‫سلم واهلل ْلن يأخذ أحدكم حبَّل فيقتطب فيقملو على ظهره فيأكل أو يتصدق خريا لو من أن يأِت‬
‫رجَّل أغناه اهلل من فضلو فيسألو أعطاه أو منعو ذلك بأن اليد العليا خري من اليد السفلى ‪ ..‬تعلي‬
‫شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪82‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 5728 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 98‬‬
‫‪83‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:7141 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.033‬‬
‫‪84‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 7406(t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.354‬‬
‫‪250‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal85‬‬

‫دثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا زيد بن اْلباب حدثين حسي بن واقد حدثين ُممد بن زياد أن أبا ىريرة‬
‫حدثو قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم اليد العليا خري من اليد السفلى وابدأ ِبن تعول‪ .‬تعلي‬
‫شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده قوي‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal86‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا َيي عن إْساعيل يعين بن أِب خالد قال حدثين قيس بن أِب حازم قال‬
‫أتينا أبا ىريرة نسلم عليو قال قلنا حدثنا فقال ‪ :‬صقبت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ثَّلث سني‬
‫ما كنت سنوات قط أعقل مين فيهن وَّل أحب إَل ان أعي ما يقول رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم‬
‫فيهن وأِّن رأيتو يقول بيده قريب بي يدي الساعة تقاتلون قوما نعاْلم الشعر وتقاتلون قوما صغار‬
‫اْلعي َحر الوجوه كأهنا آّان املطرقة واهلل ْلن يغدو أحدكم فيقتطب على ظهره فيبيعو ويستغين بو‬
‫ويتصدق منو خري لو من ان يأِت رجَّل فيسألو يؤتيو أو َينعو وذلك ان اليد العليا خري من اليد السفلى‬
‫وابدأ ِبن تعول وخلوف فم الصائم أطيب عند اهلل من ريح املسك‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده‬
‫صقيح على شرط الشيخي‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal87‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا وكيع قال ْسعت ىشام بن عروة عن أبيو عن حَكيم بن حَام قال قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم اليد العليا خري من اليد السفلى وابدأ ِبن تعول من يستغن يغنو اهلل‬
‫ومن يستعفف يعفو اهلل‪ . .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪85‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:7265 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.322‬‬
‫‪86‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:10155 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 475‬‬
‫‪87‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:06470 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.514‬‬
‫‪251‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal88‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب قال ثنا بن َّنري أنا ىشام عن حَكيم بن حَام قال ْسعت رسول اهلل صلى اهلل‬
‫عليو و سلم يقول اليد العليا خري من اليد السفلى وليبدأ أحدكم ِبن يعول وخري الصدقة ما كان عن‬
‫ظهر غين ومن يستغن يغنو اهلل ومن يستعفف يعفو اهلل فقلت ومنك يا رسول اهلل قال ومين قال حَكيم‬
‫قلت َّل تَكون يدي َتت يد رجل من العرب أبدا‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط‬
‫الشيخي‬

‫‪Hadis ke 21‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī89‬‬

‫حدثنا ابن أِب عمر حدثنا سفيان عن عمرو بن دينار عن أِب قابوس عن عبد اهلل بن عمرو قال قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم الراَحون يرَحهم الرَحن ارَحوا من ِف اْلرض يرَحَكم من ِف السماء‬
‫الرحم شجنة من الرَحن فمن وصلها وصلو اهلل ومن قطعها قطعو اهلل‪ .‬قال أبو عيسى ىذا حديث‬
‫حسن صقيح‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud90‬‬

‫حدثنا مسدد وأبو بَكر بن أِب شيبة املعَن قاَّل ثنا سفيان عن عمرو عن أِب قابوس موَل لعبد اهلل بن‬
‫عمرو عن عبد اهلل بن عمرو يبلغ بو النِب صلى اهلل عليو و سلم " الراَحون يرَحهم الرَحن ارَحوا أىل‬
‫اْلرض يرَحَكم من ِف السماء ‪َ .‬ل يقل مسدد موَل عبد اهلل بن عمرو وقال قال النِب صلى اهلل عليو و‬
‫سلم ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬

‫‪88‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:06707 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.545‬‬
‫‪89‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab:Rahmāh , nomor hadis:0135, jld.5, h. 323‬‬
‫‪90‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab Rahmat‬‬
‫‪, jld. 2, nomor hadis: 4941 , h. 703‬‬
‫‪252‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal91‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا سفيان عن عمرو عن أِب قابوس عن عبد اهلل بن عمرو بن العاصي يبلغ‬
‫بو النِب صلى اهلل عليو و سلم قال الراَحون يرَحهم الرَحن ارَحوا أىل اْلرض يرَحَكم أىل السماء‬
‫والرحم شجنة من الرَحن من وصلها وصلتو ومن قطعها بتتو ‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬صقيح لغريه‬

‫‪Hadis ke 22‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī92‬‬

‫حدثنا إبراىيم بن يعقوب حدثنا علي بن عياش حدثنا عبد الرَحن بن ثابت بن ثوبان عن أبيو عن‬
‫مَكقول عن جبري بن نفري عن ابن عمر ‪ :‬عن النِب صلى اهلل عليو و سلم قال إن اهلل يقبل توبة العبد‬
‫ماَل يغرغر‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬حسن‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal93‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا علي بن عياش وعصام بن خالد قاَّل ثنا بن ثوبان عن أبيو عن مَكقول‬

‫عن جبري بن نفري عن بن عمر عن النِب صلى اهلل عليو و سلم قال ‪ :‬ان اهلل يقبل توبة العبد ما َل‬

‫يغرغر‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده حسن‬

‫‪91‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis: 7515(t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.071‬‬
‫‪92‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab: Taubat , nomor hadis:4647, jld.6 , h.657‬‬
‫‪93‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:7071 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.043‬‬
‫‪253‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal94‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا حسي بن ُممد أنا ُممد بن مطرف عن زيد بن أسلم عن عبد الرَحن بن‬

‫البيلماِّن قال اجتمع أربعة من أصقاب رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم فقال أحدىم ْسعت رسول اهلل‬

‫صلى اهلل عليو و سلم يقول أن اهلل تبارك وتعاَل يقبل توبة العبد قبل أن َيوت بيوم فقال الثاِّن أأنت‬

‫ْسعت ىذا من رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال نعم قال وأنا ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و‬

‫سلم يقول أن اهلل تبارك وتعاَل يقبل توبة العبد قبل أن َيوت بنصف يوم فقال الثالث أأنت ْسعت ىذا‬

‫من رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال نعم قال وأنا ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول أن‬

‫اهلل تبارك وتعاَل يقبل توبة العبد قبل أن َيوت بضقوة قال الرابع أأنت ْسعت ىذا من رسول اهلل صلى‬

‫اهلل عليو و سلم قال نعم وأنا ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول أن اهلل يقبل توبة العبد ما َل‬

‫يغرغر بنفسو‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده ضعيف لضعف عبد الرَحن بن البيلماِّن وبقية رجالو‬

‫ثقات رجال الشيخي‬

‫‪Hadis ke 23‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī95‬‬

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ‫ال رس ُ ِ‬


‫ول اللَّو َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫س قَ َ‬‫َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُح ْج ٍر َحدَّثَنَا إِ ْْسَعِيل بْ ُن َج ْع َف ٍر َع ْن َُحَْي ٍد َع ْن أَنَ ٍ‬
‫ُ‬
‫صالِ ٍح قَ ْب َل‬ ‫ِ‬ ‫ول اللَّ ِو قَ َ‬
‫ال يُ َوفّْ ُقوُ ل َع َم ٍل َ‬ ‫ف يَ ْستَ ْع ِملُوُ يَا َر ُس َ‬
‫يل َكْي َ‬
‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫َو َسلَّ َم إِ َذا أ ََر َاد اللَّوُ بِ َعْبد َخْي ًرا ْ‬
‫استَ ْع َملَوُ فَق َ‬
‫يح‬ ‫يث حسن ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫الْمو ِ‬
‫صق ٌ‬ ‫يسى َى َذا َحد ٌ َ َ ٌ َ‬ ‫ال أَبُو ع َ‬ ‫ت قَ َ‬ ‫َْ‬

‫‪94‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:06642 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.636‬‬
‫‪95‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab: ahli surga dan ahli Neraka, nomor hadis: 2142, jld.4, h. 450‬‬
‫‪254‬‬

‫‪Hadis ke 24‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud96‬‬

‫ب َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َعلِ ّْي بْ ِن َعْب ِد‬‫ص َع ٍ‬ ‫يد بْ ُن ُم ْسلِ ٍم َحدَّثَنَا ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اْلَ ََك ُم بْ ُن ُم ْ‬ ‫َحدَّثَنَا ى َش ُام بْ ُن َع َّما ٍر َحدَّثَنَا الْ َول ُ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َم ْن‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫اس َع ْن أَبِ ِيو أَنَّوُ َح َّدثَوُ َع ْن ابْ ِن َعبَّ ٍ‬
‫اس أَنَّوُ َح َّدثَوُ قَ َ‬ ‫اللَّ ِو بْ ِن َعبَّ ٍ‬
‫ث ََّل ََْيتَ ِسب‪ .‬قال‬ ‫لَ ََِم ِاَّل ْستِ ْغ َف َار َج َع َل اللَّوُ لَوُ ِم ْن ُك ّْل ِضي ٍ َمََْر ًجا َوِم ْن ُك ّْل َى ٍّم فَ َر ًجا َوَرَزقَوُ ِم ْن َحْي ُ‬
‫الشيخ اْللباِّن ‪ :‬ضعيف‬

‫ُُ‬

‫‪Hadis ke 25‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī97‬‬

‫حدثنا أبو اليمان أخربنا شعيب حدثنا أبو الَناد عن اْلعرج عن أِب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو‬
‫و سلم قال قال اهلل أنا عند ظن عبدي ِب‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim98‬‬

‫صالِ ٍح َع ْن‬ ‫ش َع ْن أَِِب َ‬ ‫ظ ل ُقتَ ْيبَةَ قَ َاَّل َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن ْاْل ْ‬


‫َع َم ِ‬ ‫يد وزىي ر بن حر ٍب واللَّ ْف ُ ِ‬ ‫ٍِ‬
‫َحدَّثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْ ُن َسع َ ُ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّوُ َعََّ َو َج َّل أَنَا عْن َد ظَ ّْن َعْبدي ِِب َوأَنَا َم َعوُ‬ ‫ول اللَّو َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫أَِِب ُىَريْ َرَة قَ َ‬
‫ي يَ ْذ ُك ُرِِّن إِ ْن ذَ َكَرِِّن ِِف نَ ْف ِس ِو ذَ َك ْرتُوُ ِِف نَ ْف ِسي َوإِ ْن ذَ َكَرِِّن ِِف َم ٍََل ذَ َك ْرتُوُ ِِف َم ٍََل ُى ْم َخْي ٌر ِمْن ُه ْم َوإِ ْن‬ ‫حَ‬
‫ِ‬

‫اعا َوإِ ْن أَتَ ِاِّن َيَْ ِشي أَتَْيتُوُ َى ْرَولَةً‬ ‫ِل ِذراعا تَ َقَّرب ِ‬ ‫ت إِلَْي ِو ِذر ً ِ‬ ‫تَ َقَّر ِ ِ‬
‫ت مْنوُ بَ ً‬ ‫ب إِ ََّ َ ً ْ ُ‬ ‫اعا َوإ ْن تَ َقَّر َ‬ ‫َ‬ ‫ب م ّْين شْب ًرا تَ َقَّربْ ُ‬ ‫َ‬
‫اإل ْسنَ ِاد َوََلْ يَ ْذ ُك ْر َوإِ ْن‬
‫ش َِّٔ َذا ِْ‬ ‫ب قَ َاَّل َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةَ َع ْن ْاْل َْع َم ِ‬ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ َْك ِر بْن أَِِب َشْيبَةَ وأَبُو ُكريْ ٍ‬
‫َ َ‬ ‫ُ‬
‫ِل ِذراعا تَ َقَّرب ِ‬
‫اعا‬
‫ت مْنوُ بَ ً‬‫ب إِ ََّ َ ً ْ ُ‬ ‫تَ َقَّر َ‬

‫‪96‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab Isthigfār‬‬
‫‪, jld. 1, nomor hadis:1518 , h. 475‬‬
‫‪97‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab. Tauhid, nomor‬‬
‫‪hadis:7066, jld. 6, h. 3736‬‬
‫‪98‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Taubat , nomor hadis 7128, jld 8, h. 91‬‬
‫‪255‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī99‬‬

‫حدثنا أبو كريب حدثنا ابن َّنري و أبو معاوية عن اْلعمش عن أِب صاحل عن أِب ىريرة قال ‪ :‬قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول اهلل عَ و جل أنا عند ظن عبدي ِب وأنا معو حي يذكرِّن فإن‬
‫ذكرِّن ِف نفسو ذكرتو ِف نفسي وإن ذكرِّن ِف مَل ذكرتو ِف مَل خري منهم وإن اقَتب إِل شربا اقَتبت‬
‫منو ذراعا وإن اقَتب مين ذراعا اقَتبت إليو باعا وإن أتاِّن َيشي أتيتو ىرولة‪ .‬قال أبو عيسى ىذا‬
‫حديث حسن صقيح‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ100‬‬

‫حدثنا أبو بَكر بءن أِب شيبة وعلي بن ُممد قاَّل حدثنا أبو معاوية عن اْلعمش عن أِب صاحل عن‬
‫أِب ىريرة قال‪ :‬قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول اهلل سبقانو أنا عند ظن عبدي ِب ‪ .‬وأنا معو‬
‫حي يذكرِّن ‪ .‬فإن ذكرِّن ِف نفسو ذكرتو ِف نفسي ‪ .‬وإن ذكرِّن ِف مَل ذكرتو مَل خري منهم ‪ .‬وإن‬
‫اقَتب إَل شربا اقَتبت إليو ذراعا ‪ .‬وإن أتاِّن َيشي أتيتو ىرولة‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal101‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا أبو معاوية وبن َّنري قاَّل حدثنا اْلعمش عن أِب صاحل عن أِب ىريرة قال‬
‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول اهلل عَ و جل أنا مع عبدي حي يذكرِّن فإن ذكرِّن ِف‬
‫نفسو ذكرتو ِف نفسي وان ذكرِّن ِف مَل ذكرتو ِف مَل ىم خري منهم وان اقَتب إَل شربا اقَتبت إليو‬
‫ذراعا وان اقَتب إَل ذراعا اقَتبت إليو باعا فإن أتاِّن َيشى أتيتو ىرولة وقال بن َّنري ِف حديثو أنا عند‬
‫ظن عبدي ِب وأنا معو حيث يذكرِّن تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪99‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab:Zuhud, nomor hadis:3603, jld. 5, h. 581‬‬
‫‪100‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab:Adab , nomor hadis:3822 , h.‬‬
‫‪1255‬‬
‫‪101‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:7507 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 251‬‬
‫‪256‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal102‬‬

‫وقال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ‪ :‬قال اهلل عَ و جل أنا عند ظن عبدي ِب‪ .‬تعلي شعيب‬
‫اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal103‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا عفان قال ثنا عبد الواحد قال ثنا سليمان اْلعمش قال ثنا أبو صاحل قال‬
‫ْسعت أبا ىريرة يقول قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ‪ :‬قال اهلل عَ و جل أنا عند ظن عبدي ِب‬
‫وأنا معو حي يذكرِّن ان ذكرِّن ِف نفسو ذكرتو ِف نفسي وان ذكرِّن ِف مَل ذكرتو ِف مَل خري منهم‬
‫ومن تقرب إِل شربا تقربت إليو ذراعا ومن تقرب إِل ذراعا تقربت إليو باعا ومن جاءِّن َيشى جئتو‬
‫مهروَّل‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪Hadis ke 26‬‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal104‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا َيي بن غيَّلن قال ثنا رشدين يعين بن سعد أبو اْلجاج املهري عن‬
‫حرملة بن عمران التجيِب عن عقبة بن مسلم عن عقبة بن عامر عن النِب صلى اهلل عليو و سلم قال ‪:‬‬
‫إذا رأيت اهلل يعطي العبد من الدنيا على معاصيو ما َيب فإَّنا ىو استدراج ُث تَّل رسول اهلل صلى اهلل‬
‫عليو و سلم فلما نسوا ما ذكروا بو فتقنا عليهم أبواب كل شيء حَّت إذا فرحوا ِبا أوتوا أخذناىم بغتة‬
‫فإذا ىم مبلسون‪ .‬تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬حديث حسن وىذا إسناد ضعيف لضعف رشدين بن سعد‬
‫وباقي رجال اإلسناد ثقات‬

‫‪102‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:2074 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 406‬‬
‫‪103‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:1451 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h. 504‬‬
‫‪104‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥanbal, nomor hadis:07451 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.056‬‬
‫‪257‬‬

‫‪Hadis ke 27‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī105‬‬

‫حدثين َيي بن بَكري حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب عن أِب بَكر بن عبد الرَحن عن أِب ىريرة‬
‫أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال َّل يَِّن الَاِّن حي يَِّن وىو مؤمن وَّل يشرب اخلمر حي‬
‫يشرب وىو مؤمن وَّل يسرق حي يسرق وىو مؤمن وَّل ينتهب هنبة يرفع الناس إليو فيها أبصارىم وىو‬
‫مؤمن‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim106‬‬

‫ال أ ْ ِ‬ ‫يىب أَنْبَأَنَا ابْن وْى ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬


‫س َع ِن ابْ ِن‬ ‫َخبَ َرىن يُونُ ُ‬ ‫ب قَ َ‬ ‫َُ‬ ‫َح َّدثََِن َح ْرَملَةُ بْ ُن ََْي َي بْ ِن َعْبد اللَّو بْ ِن ع ْمَرا َن التُّج ِ ُّ‬
‫ول اللَّ ِو‬ ‫ب يَ ُقوَّلَ ِن قَ َ‬
‫ال أَبُو ُىَريْ َرَة إِ َّن َر ُس َ‬ ‫يد بْن الْمسيَّ ِ‬ ‫ِ‬
‫الر َْحَ ِن َو َسع َ َ ُ َ‬ ‫ت أَبَا َسلَ َمةَ بْ َن َعْب ِد َّ‬ ‫اب قَ َ ِ‬
‫ال َْس ْع ُ‬ ‫ِشه ٍ‬
‫َ‬
‫ي يَ ْس ِر ُق َوُى َو ُم ْؤِم ٌن‬ ‫الَ ِاىن ِحي ي َِىن وىو م ْؤِمن وَّلَ يس ِر ُق َّ ِ‬
‫السا ِر ُق ح َ‬ ‫َ َْ َ ُ َ ُ ٌ َ َ ْ‬ ‫ال َّلَ يَ َِْىن َّ‬ ‫صلى اهلل عليو وسلم قَ َ‬
‫ك بْ ُن أَِب بَ َْك ِر بْ ِن َعْب ِد‬ ‫َخب رِىن َعب ُد الْملِ ِ‬ ‫ِ ٍ‬
‫ال ابْ ُن ش َهاب فَأ ْ َ َ ْ َ‬ ‫ي يَ ْشَربُ َها َوُى َو ُم ْؤِم ٌن ‪ .‬قَ َ‬ ‫وَّلَ ي ْشرب ْ ِ‬
‫اخلَ ْمَر ح َ‬ ‫َ َ َُ‬
‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ول َوَكا َن أَبُو ُىَريْ َرَة يُْلق ُ َم َع ُه َّن َوَّلَ يَْنتَه ُ‬ ‫َن أَبَا بَ َْك ٍر َكا َن َُيَدّْثُ ُه ْم َى ُؤَّلَِء َع ْن أَِب ُىَريْ َرَة ُُثَّ يَ ُق ُ‬
‫الر َْحَ ِن أ َّ‬
‫َّ‬
‫ي يَْنتَ ِهبُ َها َوُى َو ُم ْؤِم ٌن‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬
‫ص َارُى ْم ح َ‬ ‫َّاس إِلَْيو ف َيها أَبْ َ‬
‫ات َشَرف يَ ْرفَ ُع الن ُ‬ ‫نُ ْهبَةً َذ َ‬
‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim107‬‬

‫َن النِ َّ‬


‫َّىب‬ ‫ى َع ْن ُش ْعبَةَ َع ْن ُسلَْي َما َن َع ْن ذَ ْك َوا َن َع ْن أَِب ُىَريْ َرةَ أ َّ‬ ‫َح َّدثََِن ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمثَ ََّن َحدَّثَنَا ابْ ُن أَِب َع ِد ٍّ‬
‫ي يَ ْس ِر ُق َوُى َو ُم ْؤِم ٌن َوَّلَ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ي يَ َِْىن َوُى َو ُم ْؤم ٌن َوَّلَ يَ ْس ِر ُق ح َ‬
‫ال َّلَ ي َِىن َّ ِ‬
‫الَ ِاىن ح َ‬ ‫صلى اهلل عليو وسلم قَ َ َ ْ‬
‫وضةٌ بَ ْع ُد‬ ‫ِ‬ ‫ي ْشرب ْ ِ‬
‫ي يَ ْشَربُ َها َوُى َو ُم ْؤم ٌن َوالت َّْوبَةُ َم ْع ُر َ‬
‫اخلَ ْمَر ح َ‬ ‫َ َُ‬

‫‪105‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab. Hudud, nomor hadis:‬‬
‫‪7411, jld. 7, h. 3527‬‬
‫‪106‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Iman , nomor hadis 211, jld 1, h. 54‬‬
‫‪107‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab‬‬
‫‪Iman , nomor hadis 207, jld 1, h. 66‬‬
‫‪258‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Nasā’ī108‬‬

‫يد بن مسلِ ٍم عن ْاْلَوز ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬


‫يد بْ ُن‬ ‫ال َح َّدثَِين َسعِ ُ‬ ‫ي قَ َ‬ ‫الَْى ِر ّْ‬
‫اع ّْي َع ْن ُّ‬ ‫ال َحدَّثَنَا الْ َول ُ ْ ُ ُ ْ َ ْ ْ َ‬ ‫يم قَ َ‬ ‫أْ ِ‬
‫َخبَ َرنَا إ ْس َق ُ بْ ُن إبْ َراى َ‬
‫الر َْحَ ِن َوأَبُو بَ َْك ِر بْ ُن َعْب ِد َّ‬
‫الر َْحَ ِن ُكلُّ ُه ْم َح َّدثُوِِّن َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة َع ْن النِ ّْ‬
‫َِّب‬ ‫ب َوأَبُو َسلَ َم َة بْ ُن َعْب ِد َّ‬ ‫الْمسيَّ ِ‬
‫َُ‬
‫ي يَ ْس ِر ُق َوُى َو ُم ْؤِم ٌن‬ ‫الَِاِّن ِحي ي َِِّن وىو م ْؤِمن وََّل يس ِر ُق َّ ِ‬
‫السا ِر ُق ح َ‬ ‫َ َْ َ ُ َ ُ ٌ َ َ ْ‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫ال ََّل يَ َِِّْن َّ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫وََّل ي ْشرب ْ ِ‬
‫ات َشَرف يَ ْرفَ ُع الْ ُم ْسل ُمو َن إِلَْيو أَبْ َ‬
‫ص َارُى ْم‬ ‫ب نُ ْهبَةً ذَ َ‬ ‫ِ‬
‫ي يَ ْشَربُ َها َوُى َو ُم ْؤم ٌن َوََّل يَْنتَه ُ‬ ‫اخلَ ْمَر ح َ‬ ‫َ َ َُ‬
‫َوُى َو ُم ْؤِم ٌن‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ109‬‬

‫حدثنا عيسى بن َحاد ‪ .‬أنبأنا الليث بن سعد عن عقيل عن ابن شهاب عن أِب بَكر بن عبد‬
‫الرَحن بن اْلرث بن ىشام عن أِب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال َّل يَِّن الَاِّن حي‬
‫يَِّن وىو وؤمن ‪ .‬وَّل يشرب اخلمر حي يشرّٔا وىو مؤمن ‪ .‬وَّل يسرق السارق حي يسرق وىو مؤمن ‪.‬‬
‫وَّل ينتهب هنبة يرفع الناس إليو أبصارىم حي ينتهبها وىو مؤمن‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ110‬‬

‫حدثنا عيسى بن َحاد ‪ .‬أنبأنا الليث بن سعد عن عقيل عن ابن شهاب عن أِب بَكر بن عبد الرَحن بن‬
‫اْلرث بن ىشام عن أِب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم‬
‫قال َّل يَِّن الَاِّن حي يَِّن وىو وؤمن ‪ .‬وَّل يشرب اخلمر حي يشرّٔا وىو مؤمن ‪ .‬وَّل يسرق السارق‬
‫حي يسرق وىو مؤمن ‪ .‬وَّل ينتهب هنبة يرفع الناس إليو أبصارىم حي ينتهبها وىو مؤمن َّل يَِّن الَاِّن‬
‫حي يَِّن وىو مؤمن ىذا وأمثالو َحلو العلماء على التغليظ أو على كمال اإلَيان‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪:‬‬
‫صقيح‬

‫‪108‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, nomor‬‬
‫‪hadis: 6777, jld.2 , h.707‬‬
‫‪109‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Nahā an- nuḥba , nomor‬‬
‫‪hadis:3936 , h. 1292‬‬
‫‪110‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Nuhbah , nomor hadis:‬‬
‫‪3936, h. 1298‬‬
‫‪259‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Dārimī111‬‬

‫ول اللَّ ِو ‪-‬‬‫ال َر ُس ُ‬ ‫الَْى ِر ّْ‬


‫ى َع ْن أَِب َسلَ َمةَ َع ْن أَِب ُىَريْ َرَة قَ َ‬
‫ال قَ َ‬ ‫اع ّْى َع ِن ُّ‬‫أَخب رنَا ُُم َّم ُد بن يوسف ع ِن اْلَوز ِ‬
‫ْ ََ َ ْ ُ ُ ُ َ َ َْ‬
‫ي يَ ْس ِر ُق َوُى َو ُم ْؤِم ٌن ‪،‬‬ ‫الَ ِاىن ِحي ي َِىن وىو م ْؤِمن ‪ ،‬وَّلَ يس ِر ُق َّ ِ‬
‫السا ِر ُق ح َ‬ ‫َ َْ َ ُ َ ُ ٌ َ َ ْ‬ ‫صلى اهلل عليو وسلم َّلَ يَ َِْىن َّ‬
‫ي يَ ْشَربُ َها َوُى َو ُم ْؤِم ٌن‬ ‫وَّلَ ي ْشرب ْ ِ‬
‫اخلَ ْمَر ح َ‬ ‫َ َ َُ‬
‫‪Hadis ke 28‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī112‬‬

‫حدثنا اْلميدي عبد اهلل بن الَبري قال حدثنا سفيان قال حدثنا َيي بن سعيد اْلنصاري قال أخربِّن‬
‫ُممد بن إبراىيم التيمي أنو ْسع علقمة بن وقاص الليثي يقول ْسعت عمر بن اخلطاب رضي اهلل عنو‬
‫على املنرب قال ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول إَّنا اْلعمال بالنيات وإَّنا لَكل امرىء ما‬
‫نوى فمن كانت ىجرتو إَل دنيا يصيبها أو إَل امرأة ينَكقها فهجرتو إَل ما ىاجر إِل‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ113‬‬

‫حدثنا أبو بَكر بن أِب شيبة ‪ .‬حدثنا يَيد بن ىارون ح وحدثنا ُممد بن رمح أنيأنا الليث بن سعد قاَّل‬
‫أنيأنا َيي بن سعيد بن إبراىيم التيمي أخربه أنو ْسع علقمة بن وقاص أنو ْسع عمر بن اخلطاب وىو‬
‫خيطب الناس فقال ْسعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول إَّنا اْلعمال بالنيات ‪ .‬ولَكل امري ما‬
‫نوى فمن كانت ىجرتو إَل اهلل وإَل رسولو فهجرتو إَل اهلل وإَل رسولو ‪ .‬ومن كانت ىجرتو لدينا‬
‫يصيبها أو امرأة يَتوجثها فخجرتو إَل ما ىاجر إليو‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬

‫‪111‬‬
‫‪Imâm al-Hâfidz Abû Muẖammad ʻAbdillâh ibn ʻAbdurrahmân ibn Fadl ibn Bahramî al-‬‬
‫‪Darimî, Sunan al- Darimî, jil. 7, nomor hadis:3061 , (Riyadh: Dâr Mughnî, 2000), h.457‬‬
‫‪112‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab. Wahyu, nomor hadis: 1,‬‬
‫‪jld.3 , h. 1‬‬
‫‪113‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Niat , nomor hadis:4227 , h.‬‬
‫‪1413‬‬
‫‪260‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Abī Dāwud114‬‬

‫حدثنا ُممد بن كثري أخربنا سفيان قال حدثين َيي بن سعيد عن ُممد بن إبراىيم التيمي عن علقمة‬
‫بن وقاص الليثي قال ْسعت عمر بن اخلطاب يقول قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم إَّنا اْلعمال‬
‫بالنيات وإَّنا َّلمرىء ما نوى فمن كانت ىجرتو إَل اهلل ورسولو فهجرتو إَل اهلل ورسولو ومن كانت‬
‫ىجرتو لدنيا يصيبها أو امرأة يتَوجها فهجرتو إَل ما ىاجر إليو ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬

‫‪Hadis ke 29‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī115‬‬

‫َّض ُر بْ ُن ُُمَ َّم ٍد ْ‬


‫اْلَُرِش ُّي الْيَ َم ِام ُّي َح َّدثَنَا ِع َْك ِرَمةُ بْ ُن َع َّما ٍر‬ ‫ي َحدَّثَنَا الن ْ‬ ‫اس بْ ُن َعْب ِد الْ َع ِظي ِم الْ َعْن َِرب ُّ‬
‫َحدَّثَنَا َعبَّ ُ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ‫ال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّو َ‬ ‫ال قَ َ َ ُ‬ ‫ك بْ ِن َم ْرثَ ٍد َع ْن أَبِ ِيو َع ْن أَِِب َذ ٍّر قَ َ‬ ‫حدَّثَنَا أَبو ُزمي ٍل َعن مالِ ِ‬
‫ُ َْ ْ َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬
‫الر ُج َل ِِف‬ ‫اد َك َّ‬ ‫ص َدقَةٌ َوإِ ْر َش ُ‬ ‫ص َدقَةٌ َوأ َْم ُرَك بِالْ َم ْع ُروف َونَ ْهيُ َ‬
‫ك َع ْن الْ ُمْن ََك ِر َ‬ ‫ك َ‬ ‫يك لَ َ‬ ‫ك ِِف َو ْج ِو أ َِخ َ‬ ‫تَبَ ُّس ُم َ‬
‫ض الض َََّّل ِل لَك صدقَةٌ وبصرَك لِ َّلرج ِل َّ ِ ِ‬
‫اْلَ َجَر َوالش َّْوَكةَ َوالْ َعظْ َم َع ْن‬ ‫ك ْ‬ ‫ص َدقَةٌ َوإِ َماطَتُ َ‬
‫ك َ‬‫ص ِر لَ َ‬ ‫الرديء الْبَ َ‬ ‫َ َ َ ََ َُ ُ‬ ‫أ َْر ِ‬
‫ال وِِف الْباب عن اب ِن مسع ٍ‬
‫ود َو َجابِ ٍر‬‫ص َدقَةٌ قَ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ ُ‬ ‫ك َ‬ ‫ك ِم ْن َدلْ ِو َك ِِف َدلْ ِو أ َِخ َ‬
‫يك لَ َ‬ ‫ص َدقَةٌ َوإِفْ َراغُ َ‬ ‫الطَّ ِري ِ لَ َ‬
‫ك َ‬
‫اك بن الْولِ ِ‬ ‫ِ‬
‫يد‬ ‫اْسُوُ ْسَ ُ ْ ُ َ‬ ‫يسى َى َذا َح ِد ٌ‬
‫يث َح َس ٌن َغ ِر ٌ‬
‫يب َوأَبُو ُزَمْي ٍل ْ‬ ‫وح َذي َف َة وعائِ َشةَ وأَِِب ىري رَة قَ َ ِ‬
‫ال أَبُو ع َ‬ ‫َ ُ ْ َ َ َ ُ ََْ‬
‫اْلَنَ ِف ّيُ‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬ ‫ْ‬

‫‪114‬‬
‫‪Abī Dāwud Sulaimān ibn al-Asy’ts ibn Ishaq al-Sijistānī, Sunan Abū Dāwud, kitab Thalaq,‬‬
‫‪jld. 1, nomor hadis: 2201, h. 670‬‬
‫‪115‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab: Ṣana’al Ma’ruf, nomor hadis:1956, jld.4 , h.339‬‬
‫‪261‬‬

‫‪Hadis ke 30‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukharī116‬‬

‫حدثنا املَكي بن ابراىيم عن عبد اهلل بن سعيد عن عامر بن عبد اهلل بن الَبري عن عمرو بن سليم‬
‫الَرقي ْسع أبا قتادة بن ربعي اْلنصاري رضي اهلل عنو قال قال النِب صلى اهلل عليو و سلم إذا دخل‬
‫أحدكم املسجد فَّل جيلس حَّت يصلي ركعتي‬

‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal117‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا وكيع عن أِب العميس عن عامر بن عبد اهلل بن الَبري عن الَرقي عن أِب‬
‫قتادة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم إذا دخل أحدكم املسجد فَّل جيلس حَّت يصلي ركعتي‪.‬‬
‫تعلي شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬إسناده صقيح على شرط الشيخي‬

‫‪Hadis ke 31‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Ṣaḥīḥ Muslim118‬‬

‫حدَّثَنَا ُُم َّم ُد بن الْمثَ ََّن وُُم َّم ُد بن بشَّا ٍر وإِب ر ِاىيم بن ِدينَا ٍر َِ‬
‫ْج ًيعا َع ْن ََْي َي بْ ِن ََحَّ ٍاد قَ َ‬
‫ال ابْ ُن الْ ُمثَ ََّن‬ ‫َ ْ ُ ُ َ َ ْ ُ َ َ َْ ُ ْ ُ‬ ‫َ‬
‫َّخعِ ّْي َع ْن‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫ضْي ٍل الْ ُف َقْيم ّْي َع ْن إبْ َراى َ‬
‫يم الن َ‬ ‫ب َع ْن فُ َ‬ ‫َخبَ َرنَا ُش ْعبَةُ َع ْن أَبَا َن بْ ِن تَ ْغل َ‬
‫َح َّدثَِين ََْي َي بْ ُن ََحَّاد أ ْ‬
‫اْلَنَّةَ َم ْن َكا َن ِِف قَ ْلبِ ِو‬ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ِ‬
‫ال ََّل يَ ْد ُخ ُل ْ‬ ‫َِّب َ‬‫َع ْل َق َمةَ َع ْن َعْبد اللَّو بْ ِن َم ْسعُود َع ْن النِ ّْ‬
‫يل َُِي ُّ‬
‫ب‬ ‫ب أَ ْن ي َُكو َن ثَوبو حسنًا ونَعلُو حسنَةً قَ َ ِ َّ ِ‬
‫ال إ َّن الل َو َْج ٌ‬ ‫ْ ُُ َ َ َ ْ ُ َ َ‬
‫ال رجل إِ َّن َّ ِ‬
‫الر ُج َل َُي ُّ َ‬ ‫ِمثْ َق ُ ٍ ِ ِ ٍ‬
‫ال َذ َّرة م ْن ك ْرب قَ َ َ ُ ٌ‬
‫ط الن ِ‬
‫َّاس‬ ‫ال الْ َِكْب ُر بَطَُر ْ‬
‫اْلَ ّْ َو َغ ْم ُ‬ ‫اْلَ َم َ‬‫ْ‬

‫‪116‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Muḥammad bin Ismāʻil, Ṣāẖīẖ al-Bukharī, kitab: Shalat, nomor‬‬
‫‪hadis:1110, jld.1 , h. 391‬‬
‫‪117‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:33716 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.400‬‬
‫‪118‬‬
‫‪Imām Abī al-Ḥusain Muslim ibn al-Ḥajjāj al- Qusyairī al- Naisābūrī, Ṣaẖīẖ Muslim, kitab ,‬‬
‫‪nomor hadis 275, jld 1, h. 65‬‬
‫‪262‬‬

‫‪Redaksi dalam kitab Sunan al-Tirmidzī119‬‬

‫حدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمثَ ََّن َو َعْب ُد اللَّ ِو بْ ُن َعْب ِد َّ‬
‫الر َْحَ ِن قَ َاَّل َحدَّثَنَا ََْي َي بْ ُن ََحَّ ٍاد َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن أَبَا َن بْ ِن‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫تَ ْغلِ ٍ‬
‫ال ََّل‬ ‫يم َع ْن َع ْل َق َمةَ َع ْن َعْبد اللَّو َع ْن النِ ّْ‬
‫َِّب َ‬ ‫ٍ‬
‫ضْي ِل بْ ِن َع ْمرو َع ْن إبْ َراى َ‬ ‫ب َع ْن فُ َ‬
‫ال َذ َّرةٍ ِم ْن‬ ‫َّار يَ ْع ِين َم ْن َكا َن ِِف قَ ْلبِ ِو ِمثْ َق ُ‬ ‫اْلَنَّةَ َم ْن َكا َن ِِف قَ ْلبِ ِو ِمثْ َق ُ ٍ ِ ِ ٍ‬
‫ال َذ َّرة م ْن ك ْرب َوََّل يَ ْد ُخ ُل الن َ‬ ‫يَ ْد ُخ ُل ْ‬
‫ال َولَ َِك َّن‬ ‫اْلَ َم َ‬ ‫ب ْ‬ ‫ال لَوُ َر ُج ٌل إِنَّوُ يُ ْع ِجبُِين أَ ْن يَ َُكو َن ثَ ْوِِب َح َسنًا َونَ ْعلِي َح َسنَةً قَ َ‬
‫ال إِ َّن اللَّوَ َُِي ُّ‬ ‫ال فَ َق َ‬ ‫ان قَ َ‬‫إَِيَ ٍ‬
‫َّار َم ْن‬ ‫ال ب عض أَى ِل الْعِْل ِم ِِف تَ ْف ِس ِري ى َذا ْ ِ ِ‬ ‫الْ َِكْب َر َم ْن بَطََر ْ‬
‫اْلَديث ََّل يَ ْد ُخ ُل الن َ‬ ‫َ‬ ‫َّاس و قَ َ َ ْ ُ ْ‬ ‫ص الن َ‬ ‫اْلَ َّ َو َغ َم َ‬
‫ان إََِّّنَا معناه ََّل ُخيلَّد ِِف النَّا ِر وى ََك َذا رِوي عن أَِِب سعِ ٍ‬
‫ي َع ْن النِ ّْ‬
‫َِّب‬ ‫اخلُ ْد ِر ّْ‬
‫يد ْ‬ ‫َ‬ ‫ََ ُ َ َ ْ‬ ‫ال َذ َّرٍة ِم ْن إَِيَ ٍ َ ْ َ ُ َ ُ‬ ‫َكا َن ِِف قَ ْلبِ ِو ِمثْ َق ُ‬
‫اح ٍد ِم ْن‬ ‫ان وقَ ْد فَ َّسر َغي ر و ِ‬
‫َ ُْ َ‬
‫ال َخيْرج ِمن النَّا ِر من َكا َن ِِف قَ ْلبِ ِو ِمثْ َق ُ ٍ ِ ِ ٍ‬
‫ال َذ َّرة م ْن إَيَ َ‬ ‫َْ‬
‫ِ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم قَ َ ُ ُ ْ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫التَّابِعِ ِ ِ‬
‫ال أَبُو‬‫َخََيْتَوُ قَ َ‬ ‫ال َم ْن ُُتَلّْ ُد ِِف النَّا ِر فَ َق ْد أ ْ‬
‫َخََيْتَوُ فَ َق َ‬
‫َّار فَ َق ْد أ ْ‬
‫َّك َم ْن تُ ْدخ ْل الن َ‬ ‫ي َىذه ْاْليَةَ َربَّنَا إِن َ‬ ‫َ‬
‫يث حسن ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫يح َغ ِر ٌ‬
‫يب‬ ‫صق ٌ‬ ‫يسى َى َذا َحد ٌ َ َ ٌ َ‬ ‫ع َ‬
‫‪Redaksi dalam kitab Sunan Ibn Mājaḥ120‬‬

‫حدثنا سويد بن سعيد ‪ .‬حدثنا علي بن مسهر ح وحدثنا علي بن ميمون الرقي حدثنا سعيد بن‬
‫مسلمة ْجيعا عن اْلعمش عن إبراىيم عن علقمة عن عبد اهلل قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و‬
‫سلم َّل يدخل اْلنة من كان ِف قلبو مثقال حبة من خردل من كرب ‪ .‬وَّل يدخل النار من كان ِف قلبو‬
‫مثقال حبة من خردل من إَيان ‪ . .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬
‫‪Redaksi dalm kitab Musnad Aḥmad ibn Hanbal121‬‬

‫حدثنا عبد اهلل حدثين أِب ثنا يَيد أنا حجاج عن فضيل عن إبراىيم عن علقمة عن عبد اهلل قال قال‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم َّل يدخل اْلنة من كان ِف قلبو مثقال حبة من خردل من كرب‪ .‬تعلي‬
‫شعيب اْلرنؤوط ‪ :‬صقيح‬

‫‪119‬‬
‫‪Muẖammad ‘Ȋsâ ibn Sûrah ibn Mûsâ ibn al-Daẖẖâk Abû ‘Ȋsâ al-Tirmidzî, Sunan al-‬‬
‫‪Tirmidzî, kitab: , nomor hadis:, jld. , h.‬‬
‫‪120‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh ibn Yazid ibn Mājaẖ, Sunan Ibn Mājaḥ, kitab: Bara’atun , nomor‬‬
‫‪hadis:5074 , h.0417‬‬
‫‪121‬‬
‫‪Abū ʻAbdullāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥambal ibn Ḥilāl ibn Asad al- Syaibānī,‬‬
‫‪Musnad Aẖmad ibn Ḥambal, nomor hadis:5401 (t.t: Muassasah al-Risālah, 2001), h.560‬‬
‫‪263‬‬

‫‪Hadis ke 32‬‬

‫‪Redaksi dalam Kitab Sunan al-Nasā’ī122‬‬

‫اث عن أَبِ ِيو عن ِمسع ٍر عن طَْلقةَ ب ِن مصّْر ٍ‬ ‫ال حدَّثَنَا عمر بن ح ْف ِ ِ ٍ‬ ‫ِِ‬
‫ف‬ ‫َْ َْ َْ َ ْ ُ َ‬ ‫ص بْ ِن غيَ َ ْ‬ ‫يس قَ َ َ ُ َ ُ ْ ُ َ‬ ‫َخبَ َرنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن إ ْدر َ‬
‫أْ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ‫َصق ِ‬
‫اب النِ ّْ‬
‫َِّب َ‬
‫ِ‬
‫ض ًَّل َعلَى َم ْن ُدونَوُ م ْن أ ْ َ‬ ‫ب بْ ِن َس ْع ٍد َع ْن أَبِ ِيو أَنَّوُ ظَ َّن أ َّ‬
‫َن لَوُ فَ ْ‬ ‫ص َع ِ‬ ‫َع ْن ُم ْ‬
‫ص ََّلهتِِ ْم‬ ‫ال نَِِب اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم إََِّّنَا ي ْنصر اللَّو ى ِذ ِه ْاْل َُّم َة بِ ِ ِ ِ ِِ‬
‫ضعيف َها ب َد ْع َوهت ْم َو َ‬
‫َ‬ ‫ُ َ ْ َ َ َ َ ُُ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َو َسلَّ َم فَ َق َ ُّ‬
‫َوإِ ْخ ََّل ِص ِه ْم‪ .‬قال الشيخ اْللباِّن ‪ :‬صقيح‬

‫‪122‬‬
‫‪Abī ʻAbd al- Raḥmān Aḥmad ibn Syuʻaib ibn ʻAlī al-Khurasanī, Sunan al-Nasā’ī, kitab:‬‬
‫‪Jihād, nomor hadis: 3178, jld.6 , h. 352‬‬
264

Lampiran. 2. Sekilas Sejarah TvOne

Tanggal 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB, merupaak saat bersejarah karena

untuk pertama kalinya TvOne mengudara. Peresmian dilakukan oleh Presiden

Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, TvOne menjadi stasiun televisi

pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari Istana

Presiden Republik Indonesia.

Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport

One, Info One, dan Reality One, TvOne membuktikan keseriusannya dalam

menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif

dalam hal pemberitaan dan penyajian program.

1. Kebijakan mutu

Komitmen PT. Lativi Mediakarya terhadap kebijakan mutu adalah melakukan

peningkatan yang berkelanjutan dalam:

a. Mengupayakan yang terbaik untuk memuaskan pelanggan.

b. Memberdayakan kemampuan karyawan kea rah profesionalisme.

c. Menerapkan ISO 9001:2008.

d. Mengintegrasikan semua proses dalam unit agar tercapai efisiensi dan

efektifitas yang optimal.

2. Visi dan Misi


265

Sebagai salah satu wujud komitmen PT. Lativi Mediakarya dalam berupaya

memuaskan pelanggan dan melakukan perbaikan berkelanjutan, maka manajemen

PT. Lativi Mediakarya mempuanyai:

Visi:

a. Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya

memajukan bangsa.

Misi:

a. Menjadi stasiun televisi dan olahraga nomor satu.

b. Menayangkan program News dan Sport yang secara progresif mendidik

pemirsa untuk berpikiran maju, poasitif dan cerdas.

c. Memilih program News dan Sport yang infrmatif dan inovatif dalam

penyajian dan kemasannya.123

123
http://www.tvonenews.tv/tentangkami/. Diakses pada tanggal 25 Februari 2018 jam.
13.00
266

Lampiran. 3 Surat Perizinan


267

Lampiran. 4 Surat Penelitian


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Umdatul Banat / 11140340000085


Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Judul Skripsi : Kritik Sanad Hadis yang Disampaikan Para Penceramah
Pada Acara Damai Indonesiaku di Tvone
Tempat : Bekasi
Tanggal Lahir : 03 September 1996
Alamat : Kp. Pasir Kupang Rt/Rw: 002/01 Desa Nagasari
kec. Serang baru Kab. Bekasi.
Email : Umda.banat@gmail.com
No. Tlp : 082122622233
Pendidikan
1. Sekolah Dasar Tahun 2005
2. Madrasah Tsanawiyah Attaqwa Pusat Putri Tahun 2011
3. Madrasah Aliyah Attaqwa Pusat Putri Tahun 2014
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai