Anda di halaman 1dari 127

IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM AGAMA KONGHUCU

(Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Fiqri Ramadhan

11150321000027

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021M
i
LEMBAR PERSETUJUAN

IMPLEMEMTASI NGO LUN DALAM AGAMA KONGHUCU

(Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Fiqri Ramadhan

11150321000027

Dibawah bimbingan:

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si.

NIP: 196511291994031002

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021M

ii
iii
ABSTRAK

Peran sentral agama dalam menata masyarakat yang bermoral dan beretika
memiliki kedudukan yang sangat penting. Suatu agama akan mengarahkan
umatnya untuk melakukan apa yang diajarkan oleh agama melalui teks-teks
keagamaan. Dalam agama Khonghucu, terkait pembahasannya dengan etika dan
moral mengenal istilah Ngo Lun/ Wu Lun yaitu lima norma kesopanan, norma-
norma yang tentunya harus ada dalam setiap sendi kehidupan umat Khonghucu,
baik hubungan antara umat Khonghucu atau antar umat beragama lainnya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami apa yang dimaksud Ngo Lun
dalam agama Khonghucu dan bagaimana penerapannya di Litang Harmoni
Kehidupan Depok Jawa Barat. Penelitian ini akan dilakukan saat adanya jadwal
pertemuan antara penulis dan pihak Litang. Penulis akan melakukan penelitian di
Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat. Penelitiannya akan ditujukan pada
Pengurus Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat. Dalam hal ini mengapa
harus ada penerapan dalam Ngo Lun. Untuk mencapai penelitian tersebut, penulis
menggunakan pendekatan sosiologis yang fokus perhatiannya pada interaksi
antara agama dan masyarakat yang berada di Litang Harmoni Kehidupan. Maka
dari itu, sebagai sebuah penelitian yang bersifat lapangan, metode pengumpulan
data yang digunakan oleh penulis adalah metode observasi, wawancara dan
dokumentasi yang kemudian hasil dari penelitiannya akan di deskripsikan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Ngo Lun dalam agama
Khonghucu sangat berpengaruh dalam membangun kontruksi sosial yang beretika
dan bermoral di Litang Harmoni Kehidupan. Begitupun interaksi sosial yang
dibangun antara umat Khonghucu dan umat yang lainnya berjalan dengan baik.
Sehingga hubungan yang terjalin antar sesama umat Khonghucu dan masyarakat
sekitar menimbulkan sikap kerukunan antar umat beragama dan dapat menjunjung
tinggi nilai-nilai toleransi, semangat gotong royong dan solidaritas yang tinggi.
Karena untuk membangun perdamaian dunia harus berjalan beriringan.

Kata Kunci: Implementasi, Ngo Lun, Masyarakat, Khonghucu

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sudah sepantasnya bagi Allah SWT yang telah memberikan

karunia-Nya. Dengan kasih sayangnyalah semua nikmat bisa diperoleh, termasuk

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW, rasul

yang telah mengajarkan pentingnya menjadi orang yang beriman dan berilmu

sehingga bisa berada dalam kemuliaan akhlak. Tidak lupa saya ingin

berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam proses studi dan

penulisan skripsi ini:

1. Kedua orang tua, Ayahanda H. Ismail dan Ibunda Hj. Nursiti yang telah

memberikan kesempata kepada saya untuk mengenyam pendidikan di

bangku kulaih dan memilih Studi Agama-agama. Keduanya telah

memberikan banyak hal dalam proses penulisan skripsi ini, mulai dari

motivasi, finansial yang diberikan kepada saya. Selain itu, berkat doa dan

keridhoan merekalah saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka saya

persembahkan karya ini untuk keduanya.

2. Bapak Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. yang berperan sangat baik

sebagai dosen pembimbing. Beliau banyak memberikan masukan

mengenai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, beliau juga

menjadi teman diskusi yang membuka wawasan baru mengenai suatu isu.

Serta kesabarannya dalam menghadapi kesalahan saya dalam proses

mengerjakan skripsi ini.

v
3. Bapak Prof. Dr. H. Kautsar Azhari Noer yang menjadi dosen pembimbing

akademik. Dengan dukungannyalah saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Studi Agama-agama terutama kepada Bapak Prof. Dr. Media

Zainul Bahri, M. A., Dr. Abdul Moqsith Ghazali, Prof. Dr. Sri Mulyati, M.

A. yang banyak menginspirasi penulis dan seluruh Dosen SAA di

bidangnya masing-masing yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

5. Kepada seluruh keluarga besar Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis

Depok yang sudah membuka pintu selebar-lebarnya untuk penulis

melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak Ws. Mulyadi Liang yang

sangat ramah dan baik hati, banyak kontribusi yang beliau berikan baik

dari segi arahan maupun masukan yang diberikan kepada penulis. Umunya

kepada seluruh jajaran anggota, para Wenshi, di MAKIN Cimanggis

Depok, semoga setiap kebaikan selalu mebawa keberkahan dalam hidup

kita.

6. Kepada kedua kaka saya, Nurlinda Ismalia dan Ripki Roechiat yang telah

menjadi salah satu faktor saya bersungguh-sungguh.

7. Keluarga besar Ittihadu Marhalatina (IHNA) Darussunnah International

Institut for Hadits Sciences angkatan 2015 yang menjadi tempat dimana

jiwa saya berlabuh mencari kehausan akan ilmu dan keimanan.

8. Keluarga besar Studi Agama-Agama angkatan 2015 yang menemani saya

selama kuliah di SAA.

9. Keluarga besar KKN Mahabbata yang menjadi tempat saya berproses

selama KKN di Desa Sukadiri, Tangerang.

vi
10. Keluarga besar Ikatan Keluarga Ma’had Assaadah (IKMA) yang menjadi

pelabuhan pertama saya ketika sampai di tanah Ciputat. Di tempat ini

penulis merasa aman dan nyaman karena pernah berada di lingkungan

yang sama.

Ciputat, 22 Maret 2021

Fiqri Ramadhan

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii
ABSTRAK ..........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... viii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ........................................................................................... 10
F. Sistematika Pembahasan ....................................................................................... 14
BAB II............................................................................................................................... 16
GAMBARAN UMUM LITANG HARMONI KEHIDUPAN CIMANGGIS DEPOK
JAWA BARAT ................................................................................................................. 16
A. Pengertian dan Sejarah Litang .............................................................................. 16
B. Letak Geografis ..................................................................................................... 18
C. Sejarah Brdirinya Litang Harmoni Kehidupan ..................................................... 20
D. Tujuan didirikan Litang Harmoni Kehidupan ........................................................ 22
E. Perkembangan Litang Harmoni Kehidupan .......................................................... 23
F. Sistem Keorganisasian .......................................................................................... 25
G. Aktivitas Litang Harmoni Kehidupan ................................................................... 29
1. Aktivitas Peribadatan ........................................................................................ 29
2. Aktivitas Non Peribadatan ................................................................................ 30
BAB III ............................................................................................................................. 34
WU LUN DALAM AGAMA KHONGHUCU ................................................................. 34

viii
A. Khonghucu dan Ajarannya.................................................................................... 34
1. Sejarah Agama Khonghucu ............................................................................... 34
2. Kitab Suci Agama Khonghucu............................................................................ 40
3. Pokok-Pokok Ajaran Agama Khonghucu ........................................................... 44
B. Ajaran Wu lun/Ngo Lun dalam Agama Khonghucu ............................................. 48
1. Konsep Ajaran Wu lun/Ngo Lun Dalam Agama Khonghucu ............................. 48
BAB IV ............................................................................................................................. 58
IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM AGAMA KHONGHUCU ............................... 58
A. Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan ............................................................ 58
B. Hubungan antara Suami dan Ibu ........................................................................... 61
C. Hubungan antara Orang tua dan Anak .................................................................. 62
D. Hubungan antara Kaka dan Adik .......................................................................... 75
E. Hubungan antara Kawan dan Sahabat .................................................................. 77
F. Refleksi: Hubungan Umat Khonghucu Litang Harmoni dan Masyarakat Sekitar
Error! Bookmark not defined.
BAB V .............................................................................................................................. 81
PENUTUP ........................................................................................................................ 81
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 81
B. Saran-saran............................................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... x
LAMPIRAN ..................................................................................................................... xvii

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan agama Khonghucu dalam menghadapi gencarnya

kemajuan zaman memerlukan interpretasi terhadap ajaran moralitas

keagamaan, agar bisa diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Usaha ini memerlukan kearifan dalam memberi makna atas ajaran-ajaran

Nabi Kongzi yang termuat dalam kitab suci. Sehingga pemberian

interpretasi atas ayat-ayat tidak menyimpang dari dasar dan nilai

religiositas. Ini memerlukan usaha keras dalam upaya memberikan nilai-

nilai agama kedalam kehidupan modern.1 Agama Khonghucu yang bisa

dikatakan sebaga agama yang sangat menjunjung tinggi nilai etika dan

moral, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya sarjana timur yang

mengatakan bahwa ajaran Khonghucu yang tertuang dalam kitab-kitabnya,

segabian besar memuat ajaran etika dan moral. Para sarjana Timur tersebut

diantaranya adalah Fung Yu Lan, Lin Yu Tang, dan Leo Suryadinata. 2

1
Agung Prabowo, “Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat”, tersedia di
https://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan-masyarakat.html, diakses pada
15 Desember 2020.

2
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, (Jakarta:
Pelita Kebajikan, 2005), hal. 60.

1
Sejak dulu hingga sekarang banyak sudah para sarjana yang

mempelajari agama menurut disiplin ilmu masing-masing. Dari segi kajian

antropologi, para sarjana telah mencoba mengkaji agama dari berbagai

aspek. Misalnya, tentang asal mula manusia beragama di samping

mengkaji bentuk-bentuk kepercayaan manusia yang ada di muka bumi ini

serta mengkaji bentuk upacara keagamaannya (ritual).3 Adalah Taylor

yang pertama mengkaji dan mendefinisikan agama, Taylor kemudian

mengusulkan definisinya sendiri, yang menurutnya, lebih tepat untuk

memulai tugas ini, yaitu agama sebagai “keyakinan terhadap sesuatu yang

spiritual”.4 Dalam definisi lain tentang agama, yaitu menurut Durkheim

sebuah agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang dipersatukan

relatif terhadap hal-hal suci, artinya, hal-hal yang dipisahkan dan dilarang

- keyakinan dan praktik yang menyatukan ke dalam satu komunitas moral

tunggal yang disebut gereja, semua orang yang menganutnya.5

Kemudian agama juga merupakan entitas yang mengandung,

mengutip perkataan para ahli sosiologi agama, pandangan-pandangan

dasar dimana suatu kelompok atau masyarakat manusia mengorganisir

kehidupan mereka (the grounds of meaning). Yakni, memuat orientasi-

orientasi dasar terhadap kehidupan kemanusiaan, kemasyarakatan, konsep-

konsep mengenai waktu dan makna mati, serta konsep-konsep kosmologi

3
Ibrahim Gultom, Agama Malim di Tanah Batak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal 14.
4
Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Tujuh Teori Agama Paling Berpengaruh,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2018), hal 45.
5
Emile Durkheim, The Elementary Forms of Religious Life, (United State Of America:
The Free Pres, 1995), hal 34.

2
dasar dalam hubungan dengan eksistensi manusia. Agama merupakan

tuntunan hidup yang diturunkan Tuhan kepada umat manusia. Agama

memuat ajaran yang universal dan nondiskriminatif, yaitu tidak

membedakan manusia berdasarkan latar belakang etnis, ras, ideologi, atau

budaya.6

Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak dapat hidup sendirian saja

dan ia membutuhkan bantuan orang lain juga untuk bisa hidup. Misalnya,

petani menanam padi di sawah dan mereka menghasilkan padi yang

menjadi beras. Beras dibutuhkan sebagai salah satu bahan makanan pokok

manusia. Pernahkan kamu mebayangkan bagaimana bila tidak ada petani

yang menanam padi di sawah? Bagaimana kebutuhan kita yang

membutuhkan bahan makanan? Kita tidak bisa memenuhi semua

kebutuhan hidup kita sendiri, oleh karena itu kita membutuhkan bantuan

orang lain.7 Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan

proses-proses sosial—termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah

keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-

kadiah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-

6
M. Ridwan Lubis, Agama dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan
Beragama di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia Pusat Kerukunan Umat
Beragama (PKUB), 2015), hal. 3.
7
Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu (Sidoarjo: SPOC (study park of
confusius), 2015), hal. 82.

3
lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik

antara pelbagai segi kehidupan bersama. 8

Hubungan antara manusia dan sesamanya harus dibina dengan

baik, sehingga tercipta keharmonisan dan ketentraman dalam kehidupan

masyarakata dan negara. Ada lima Jalan Suci yang harus ditempuh yang

disebut dengan lima hubungan kemasyarakatan (Ngo Lun). Kelima

hubungan tersebut dapat dilaksanakan dengan prinsip zhong he, yakni

zhong berati tengah harmonis; hubungan tersebut harus dilakukan dengan

tepat, benar, dan sebagaimana mestinya. Sedangkan he berarti harmonis

tidak menimbulkan kekacauan.9

Apabila dilihat dari ajaran-ajaran Khonghucu yang terdapat dalam

kitab-kitab sucinya, terutama Su Si dan Hau King, tampaknya Khonghucu

sangat menekankan nilai-nilai etika, baik itu dalam kehidupan rumah

tangga di masyarakat dan di pemerintahan. Menurut Khonghucu etika itu

penting untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Untuk mencapai tujuan

yang lebih besar itu, Khonghucu menganjurkan agar dimulai dari yang

lebih kecil. Dengan kata lain, apabila kita hendak mewujudkan perdamaian

dunia, hendaklah dimulai dari kehidupan rumah tangga. Hal ini dapata

dilihat dari perkataan Khonghucu dalam kitab Thai Hak 1: 4-5, sebagai

berikut:

8
J. Dwi Naryoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2006), Hal. 4.
9
Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hal 93-94.

4
“Maka orang zaman dahulu yang hendak menggemilangkan
kebajikan yang bercahaya pada tiap umat di dunia, ia terlebih dahulu
berusaha mengatur negrinya; untuk mengatur negrinya, ia terlebih dahulu
membereskan rumah tangganya; untuk membereskan rumah tangganya, ia
lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia terlebih dahulu
meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya ia terlebih dahulu
mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia terlebih dahulu
mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya,
ia meneliti hakikat tiap perkara.” (ayat 4) “Dengan meneliti hakikat
setiap perkara, dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup
pengetahuannya, akan dapatlah mengimankan tekadnya; dengan tekadnya
yang beriman, akan dapatlah meluruskah hatinya; dengan hati yang lurus,
akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina, akan dapatlah
membereskan rumah tangganya; dengan rumah tangga yang beres, akan
dapatlah mengatur negrinya; dan dengan negri yang teratur, akan dapat
dicapai damai dunia.” (ayat5)10
Untuk menata kehidupan masyarakat yang damai dan teratur, maka

perlu adanya pembagian tugas dan tangungjawab yang jelas. Setiap orang

memiliki peran masing-masing dalam kehidupan ini, oleh karena itu setiap

orang wajib menepati tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya

hingga kehidupan ini dapat berjalan dengan damai dan harmonis.

Berikut ini adalah Lima Hubungan Kemasyarakatan (Ngo lun)

sebagai tatanan sosial dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang

teratur dan damai, yaitu:

1. Pemimpin dan yang dipimpin atau atasan dan bawahan (jun chen)

2. Orang tua dan anak (fu zi)

3. Suami dan ibu (fu fu)

4. Kakak dan adik (xiong di)

5. Kawan dan sahabat (peng you)

10
Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat, hal. 61-62.

5
Kelima hubungan tersebut diatas bukan dimaksudkan sebagai

hubungan antara penguasa dan bawahan yang bersifat otoriter, melainkan

hubungan yang bersifat timbal balik dan saling membutuhkan satu sama

lain.11 Supaya manusia tetap dapat berlaku tengah dan tepat, maka wajib

dilaksanakan dengan semangat satya dan tepasalira (zhong shu), yakni

“apa yang sendiri tiada inginkan, janganlan dilakukan kepada orang lain”

(Lunyu/Sabda Suci XV:24).12

Ngo Lun adalah Lima hubungan utama kemanusiaan dalam agama

Khonghucu memegang peranan penting untuk menciptakan hubungan-

relasi dalam masyarakat yang tertata rapi berdasarkan Li, (kesusilaan,

sopan santun, tata krama) untuk menciptakan keharmonisan. Kondisi

sekarang ilmu pengetahuan dan tehnologi maju pesat, kehidupan moderen

semakin menumbuhkan sikap individual yang kuat, pendidikan saat ini

lebih menitik- beratkan pada penguasaan ilmu pengetahuan yang

meningkatkan rasionalitas dan mengabaikan pendidikan hati yakni

moralitas dan budi pekerti.13 Akhirnya dengan memilih judul

“Implementasi Ngo Lun Dalam Agama Khonghucu” menjadi daya tarik

utama penulis untuk mengetahui seberapa jauh peran agama Khonghucu

11
Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hal 82-83.
12
Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hal 94.
13
Agung Prabowo, “Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat”, tersedia di
https://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan-masyarakat.html, diakses pada
15 Desember 2020.

6
dalam membentuk tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai

etika dan budi pekerti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapatlah penulis

merumuskan beberapa permasalahan;

1. Apa yang dimaksud dengan Ngo Lun dalam agama

Khonghucu?

2. Bagaimana implementasi Ngo Lun di Litang Harmoni

Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memenuhi persyaratan memeroleh gelar Sarjana Agama

pada Fakultas Ushuluddin jurusan Studi Agama-agama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk mengetahui implementasi Ngo Lun di Litang Harmoni

Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat.

2. Manfaat Penelitian:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan pengetahuan empiris mengenai agama

Khonghucu dan aspek-aspek yang terkait dengannya.

7
b. Dapat memberikan sumbangan bagi khazanah ilmiah tentang

agama-agama sebagai realitas sosial yang memberikan ciri

khas dan pemahaman beragama.

D. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai agama Khonghucu tentang konsep norma-

norma kesopanan (Ngo Lun/ Wu Lun) secara umum memang sudah ada

yang mengkaji diantaranya ialah:

Dalam buku Prof. Dr. M. Ihsan Tanggok Mengenal Lebih Dekat

Agama Khonghucu di Indonesia.14 Isi buku ini membahas tentang ajaran

agama Khonghucu secara umum yang mencakup di dalamnya ajaran Ngo

Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat) kemudian membahas

tentang sejarah agama Khonghucu di Indonesia, tata cara perkawinana,

upacara penguburan jenazah, tatacara sembahyang, hari-hari besar dan pro

kontra tetang agama Khonghucu di Indonesia.

Dalam skripsi Nina Asmara yang berjudul Humanisme Dalam

Agama Khonghucu (Studi Terhadapa Interasksi Sosial di Kelenteng Tjen

Ling Kiong Yogyakarta)15 dalam skripsi ini penulis juga membahas sedikit

tentang ajarang Ngo Lun, bahwa dalam proses humanisme terdapat satu

ajaran yang menyokong tumbuh suburnya humanisme dalam agama

14
Ihsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat, hal. iii.
15
Nina Asmara, Humanisme Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Interaksi Sosial
di Kelenteng Tjen Liong King Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Hal. i

8
Khonghcu yaitu ajaran Ngo Lun. Dan juga dampak atau impliksinya

terhadap umat agama Khonghucu terutama di Kelenteng Tjen Lin Kiong

di Yogyajarta.

Dalam skripsi Muhammad Taufik yang berjudul Ajaran

Persaudaraan Dalam Agama Khonghucu Dan Implementasinya Di Kota

Makassar16 dapat menunjukkan dan memberikan gambaran kepada orang

non Agama Khonghucu bahwa dalam agama Khonghucu juga terdapata

ajaran persaudaraan salah satunya adalah ajaran tentang Ngo Lun (lima

norma kesopanan dalam masyarakat) dengan menyebutkan beberapa dasar

ayat dalam kitab suci agama Khonghucu dan gambaran-gambaran tentang

implementasinya lewat perilaku sehari-hari yang dilakukan oleh orang-

orang yang beragama Khonghucu khususnya di kota Makassar.

Dalam skripsi saudari Viviana dengan judul Konsep Humanisme

Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia Sempurna (Studi

Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok

Cabe)17 disebutkan bahwa untuk membentuk manusia sempurna maka

umat agama Khonghucu harus mengamalkan ajaran Ngo Lun (lima norma

kesopanan dalam masyarakat).

16
Muhammad Taufik, Ajaran Persaudaraan Dalam Agama Khonghucu Dan
Implememntasinya Di Kota Makassar, skripsi Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas
Islam Negri Alauddin Makassar, 2017. Hal. i
17
Viviana, Konsep Humanisme Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia
Sempurna (Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe),
Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Hal i

9
Dalam skripsi Novita Dian Anggraini yang berjudul

Perkembangan Agama Khonghucu Di Surakarta (Studi Deskriptif

Kualitatif Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakata)18 bahwa

dalam proses perkembangannya agama Khonghucu sendiri berangkat dari

salah satu wahyu yang diterima oleh Raja Suci Sun (2255-2205 SM) yaitu

tentang bagaimana keharmonisan diciptakan melalui ajaran Ngo Lun.

Yang nantinya dalam skirpi ini akan berimbas pada implikasi sosial pada

keluarga yang menganut agama Khonghucu khusunya di Surakarta.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ialah metodologi ilmiah yang digunakan

untuk memahami suatu fenomena/masalah dengan menggunakan fakta-

fakta (data sampel atau data populasi) dan analisis secara ilmiah, baik

analisa kualitatif maupun analisa kuantitatif untuk suatu tujuan tertentu.19

Satu hal lain yang dalam dunia keilmuan segera dilekatkan pada

masalah sistem adalah metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka

metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan

upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara

18
Novita Dian Anggraini, Perkembangan Agama Khonghucu Di Surakarta (Studi
Deskriptif Kualitatif Sosialisasi pada Keluarga Khonghucu di Surakata), Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Hal. i.
19
Ali Idris Soentoro, Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian Dengan Aplikasi
Statistik, (Jakarta: PT Taramedia Bakti Persada, 2015), hal. i

10
kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan.20

Adapun dalam metodologi penelitian ini, penulis akan

menggunakan metodologi penelitian:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field

reseach) yang bersifat kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat

diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif

mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat

diamati dari orang-orang yang diteliti. (Taylor dan Bogdan, 1984:5).21

Kemudian data yang didapatkan dari lapangan akan dicocokan

kedalam data yang terdapat di literatur. Dalam penelitian ini, penulis

akan melakukan penelitian di Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis

Depok.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini bersifat penelitian deskriptif (descriptive

research), yang bisasa disebut juga penelitian taksonomik (taxsonomic

research), seperti telah disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk

eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan

20
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama, 1980), hal. 7.
21
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2005), hal. 166.

11
sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.22

3. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis akan melakukan

pengumpulan data dengan cara:

a. Observasi adalah alat pengumpulan datanya disebut panduan

observasi. Metode ini menggunakan pengamatan atau

penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi,

proses, atau perilaku.23 Dalam hal ini Penulis akan melakukan

observasi di Litang Harmoni Kehidupan yang diresmikan pada

tahun 2008. Litang adalah rumah ibadah khusus Agama

Khonghucu di Indonesia. Secara geografis Litang ini masuk

kedalam daerah Cimanggis Kota Depok. Litang ini, bukan

hanya didirikan rumah ibadah, tapi juga secara bersamaan

didirikan lembaga penidikan seperti Taman Kanak-kanak dan

Sekolah Dasar Bright Kiddie sekolah khusus untuk umat

Khonghucu. Jika peradaban di mulai dari pendidikan, maka

ketertarikan awal penulis memilih Litang ini karena bukan

hanya menidirkan rumah ibadah, tapi lembaga penidikan juga.

22
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), hal. 20.
23
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hal. 52-53.

12
Secara tidak langsung, dengan adanya lembaga pendidikan

literasi-literasi keagamaan Khonghucu juga terus berkembang.

b. Wawancara mendalam (deep interview) untuk memperoleh

keterangan, pendirian, pendapat secara lisan dari seorang

(responden) dengan berbicara langsung (face to face) dengan

orang tersebut. Dengan demikian, wawancara berbeda dengan

ngobrol, bercakap-cakap, dan beramah-tamah. Wawancara

juga sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan

interaksi. Sebagai suatu proses komunikasi karena antara

pewawancara dan responden mensyaratkan adanya

penggunaan symbol-simbol tertentu (semisal bahasa) yang

saling dapat dimengeri kedua belah pihak (pewawancara dan

responden), disadari atau tidak, terjadi proses saling

memengaruhi.24 Dalam hal ini, peneliti akan melakukan

wawancara kepada tokoh agama MAKIN Cimanggis Bapak

Ws. Mulyadi Liang, ketua Litang Harmoni Kehidupan Bapak

Chandra Limi dan umat Khonghucu yang ada di Litang

Harmoni Kehidupan.

c. Dokumentasi. Untuk metode dokumentasi, alat pengumpulan

datanya adalah disebut form pencatatan dokumen, dan sumber

datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia.25 Metode

ini bertujuan untuk membantu akurasi data dalam proses

24
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, hal. 69-70.
25
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hal. 53.

13
penelitian baik yang berbentuk foto atau dokumentasi-

dokumentasi penting yang berkaitan dengan penelitian.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunaka oleh penulis adalah

pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis dibedakan dari

pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada

interaksi antara agama dan masyarakat. Praanggapan dasar perspektif

sosiologis adalah concern-nya pada struktur sosial, konstruksi

pengalaman manusia, dan kebudayaan termasuk agama. Objek-objek,

pengetahuan, praktik-praktik, dan institusi-institusi dalam dunia sosial,

oleh pada sosiolog dipandang sebagai produksi interaksi manusia dan

konstruksi sosial.26

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memberi arah pada penelitian ini, perlu dilakukan pemetaan

dan sistematika pembahasan kedalam beberapa bagian berikut.

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan sebagai pokok

gambaran tentang skripsi ini meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

26
Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta,
2002), hal. 271.

14
Bab kedua, membahas gambaran umum Litang Harmoni

Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat. Yang meliputi letak geografis,

sejarah dan perkembangan Litang, tujuan didirikannya Litang, struktur

organisasi/kepengurusan, kemudian aktivitas yang dilakukan di Litang

yang meliputi aktivitas peribadatan maupun non peribadatan.

Bab ketiga, membahas gambaran umum Agama Khonghucu seperti

sejarah, kitab suci, pokok-pokok ajaran Agama Khonghucu, dan

pembahasan tentang Ngo Lun dalam agama Khonghucu yang berisi

tentang hubungan raja dengan mentri atau atasan dengan bawahan,

hubungan orangtua dengan anak, hubungan suami dengan istri, hubungan

saudara dengan saudara dan hubungan teman dengan teman.

Bab keempat, pada bab ini dipaparkan tentang implementasi ajaran

Ngo Lun dalam agama khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan meliputi

interaksi antara raja dengan mentri atau atasan dengan bawahan, hubungan

orangtua dengan anak, hubungan suami dengan istri, hubungan saudara

dengan saudara dan hubungan teman dengan teman. Serta dampak dari

interaksi tersebut.

Bab kelima, adalah bab terakhir yang berisi kesimpulan peneliti,

setelah melakukan penelitian terhadap Implementasi Ngo Lun Dalam

Agama Khonghucu (Studi Terhadap umat Khonghucu di Litang Harmoni

Kehidupan) dan saran-saran penulis.

15
BAB II

GAMBARAN UMUM LITANG HARMONI KEHIDUPAN CIMANGGIS

DEPOK JAWA BARAT

A. Pengertian dan Sejarah Litang

Secara bahasa, Li dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku,

ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun.27 Li ada juga yang

mengartikan peribadahan, tata susila, atau upacara, sedangkan Tang artinya

gedung, ruangan, atau aula. Secara definisi Litang adalah ruangan atau aula

tempat Ibadah, belajar, dan mempelajari agama Khonghucu di Indonesia.28

Litang awalnya hanya bagian dari Miao/Kelenteng yang digunakan sebagai

tempat berkumpul untuk berdiskusi. Namun sejak orde baru dimulai

keberadaan Miao/Kelenteng yang dilarang membuat Khonghucu yang ingin

beribadah menjadi kesulitan sehingga untuk menyiasatinya didirikanlah

rumah ibadah tersendiri yang disebut Litang.29

Secara khusus, Litang adalah tempat ibadah ciri khas umat

Khonghucu di Indonesia, hal itu terjadi karena situasi politik yang berbeda

dengan daerah dimana agama ini berasal. Sebelum adanya Litang umat
27
Wahyu Murtiningsih, Para Filsuf Dari Plato Sampai Ibnu Bajjah, (Jogjakarta:
IRCiSoD, 2014), hlm. 28.
28
Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada
tanggal 19 Oktober 2020.
29
Dewi Fatiah, “Daftar Alamat dan Jadwal Kebaktian Litang di Indonesia”, tersedia di
https://dewiiifatiah.wordpress.com/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2020.

16
Khonghucu di Indonesia hanya datang ke Klenteng untuk melakukan

sembahyang tanpa memiliki dasar dan tanpa tahu dari kitab suci apa ajaran

ini berasal. Dengan adanya Litang semua kegiatan sembahyang atas ajaran

dan Kitab Suci Agama Khonghucu, banyak orang mengenal Khonghucu

tapi tidak tahu ajarannya. Dan ajaran Agama Khonghucu ini hanya diajarkan

secara turun temurun di dalam rumah tangga melalui ayah, ibu dan

seterusnya tapi tidak pernah dijabarkan secara husus seperti halnya yang ada

di dalam Islam diajarkan memlaui pengajian dan lain sebagainya. Setelah itu

dibentuklah lembaga seperti Majlis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia

(MATAKIN). Majlis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN)

Rohaniawanlah yang berperan untuk mengajarkan ajaran Agama

Khonghucu melalui khotbah-khotbahnya.30

Sejarahnya mengapa terjadi penamaan khusus untuk rumah ibadah

Khonghucu di Indonesia adalah ketika masa orde baru terdapat Intruksi

Presiden Republik Indonesia nomor 14 tahun 1967 tentang Agama

Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina yang berisi: bahwa agama, kepercayaan

dan adat istiadat Cina di Indonesia yang berpusat pada negeri leluhurnya,

yang dalam manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh phychologis,

mental dan moril yang kurang wajar terhadap warganegara Indonesia

30
Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada
tanggal 19 Oktober 2020.

17
sehingga merupakan hambatan terhadap proses asimilasi, perlu diatur serta

ditempatakn fungsinya pada proporsi yang wajar.31

Dengan adanya Intruksi Presiden nomor 14 tahun 1967, umat

Khonghucu Indonesia sulit untuk mendirikan rumah Ibadah, kemudian

untuk tetap mempertahankan eksistensi rumah ibadah tersebut akhinya

banyak Kelenteng yang berganti nama menjadi Wihara adapun Wihara dan

Kelenteng itu sangat berdeda dari segi bangunan dan strukturnya dengan

Kelenteng. Wihara adalah tempat Ibadah agama Budha. Sedangkan rumah

ibadah agama Khonghucu adala Kelenteng, pada akhirnya karena banyak

yang berganti nama, rumah ibadah agama Khonghucu tersingkirkan karena

pergantian nama tersebut.32

B. Letak Geografis

Litang Harmoni Kehidupan terletak di jalan Flamboyan Blok Anggrek

No. 2 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota Depok Jawa

Barat. Litang ini lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau karena

berada di pusat kota Depok di sebelah barat pasar Cisalak. Sehingga

memudahkan umatnya untuk datang ke Litang. Disana bukan hanya terdapat

Litang saja namun berdiri juga lembaga pendidikan dari Taman Kanak-

31
Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, “Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat
Cina”, tersedia di https://m.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt51cbd78fd5428/instruksi-
presiden-nomor-14-tahun-1967/document, diakses pada 17 November 2020.

32
Wawancara dengan Bapapk Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada
tanggal 19 Oktober 2020.

18
Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah

Pertama (SMP) yang yang di inisasi oleh bapak Mulyadi Liang sebagai

pendiri sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah.33

Bangunan yang tadinya hanya terdiri dari satu lantai ini menghadap

arah timur dan berbentuk persegi panjang, kemudian pada tahun 2008

selesai renovasi dan ditambah bangunan menjadi dua lantai yang diresmikan

pada tanggal 25 Mei 2008 oleh Xs. Tjhie Tjay Ing sebagai Ketua Dewan

Rohaniawan dan Ws. Budi S. Tanuwibowo sebagai Ketua Umum Matakin

(Majlis Tinggi Agama Khonghucu). Bagian muka lantai satu terdiri dari dua

pintu, pintu utama berada ditengan bangunan dan pintu kedua berada di

sebelah kiri pintu utama. Pintu samping adalah akses untuk menuju ruangan

penerimaan tamu jika ada yang ingin kunjungan. Pintu utama lantai bawah

adalah akses menuju aula yang digunakan untuk keperluan perkumpulan,

perayaan keagamaan, dan hal lain yang bersifat pendidikan.34

Sedangkan aula lantai dua digunakan untuk keperluan peribadahan,

bagian muka yang menghadap ke timur terdapat pintu keluar untuk menuju

altar yang digunakan untuk bersembahyang kepada Thian (Tuhan Yang

Maha Esa). Dan yang terdapat pada bagian persembahyangan utama

terdapat patung Nabi Khong Zi, lengkap dengan lilin yang berada si sebelah

kiri dan kanan, tempat pembakaran dupa, tempat untuk menancapkan lidi
33
Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada
tanggal 19 Oktober 2020.
34
Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada
tanggal 19 Oktober 2020.

19
hio dan atribut-atribut lain yang mendukung peribadahan. Pada bagian

kanan terdapat mimbar untuk keperluan khutbah ketika peribadahan sedang

berlangsung. Pada bagian sebelah kiri terdapat bedug.35

Adapun gambaran wilayah sekitar Litang Harmoni Kehidupan yang

terletak di jalan Flamboyan Blok Anggrek No. 2 kelurahan Cisalak Pasar

kecamatan Cimanggis kota Depok Jawa Barat tidak berada pada komplek

khusus umat Khonghucu akan tetapi berada ditengah-tengah masyarkat

Muslim sekitarnya. Pada bagian barat, bagian belakang Litang terdapat

Mushalla tempat beribadah umas Muslim. Pada bagian utara persis berada

di sebelah Litang kediaman Umat Muslim Pak Haji Heri. Semuanya

berjalan damai dan penuh toleransi.36

C. Sejarah Berdirinya Litang Harmoni Kehidupan

Bersamaan dengan adanya kebaktian di Sidakmukti dan Cimanggis,

kemudian berlanjut ke daerah Cisalak yang dipelopori pada waktu itu oleh

Bapak Setiandi Tirtayasa, Ibu Lindasari, Bapak Tan Hok Liang dengan

dukungan dari almarhum Bapak lauw Kim Soei, almarhum Bapak Sim Sioe

San, almarhum Lauw Kim Hay, almarhum Bapak Atong Widodo, almarhum

Bapak Lie Tin Tjung dan lainnya. Kebaktian pertama yang diadakan di

Cisalak bertempat di pelataran samping rumah almarhum Bapak Lauw kim

35
Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada
tanggal 19 Oktober 2020.
36
Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan MAKIN Cimanggis, pada
tanggal 19 Oktober 2020.

20
Soei, yaitu sekitar tahun 1963. Kebaktian pada waktu itu belum seperti

sekrang ini, saat itu kebaktian baru berbentuk forum diskusi meskipun sudah

ada altar sembahyang, tata cara menaikan dupa dan do’a. Kebaktian di

Cisalak ini pernah beberapa kali mengalami perpindahan tempat, yaitu di

rumah almarhum Bapak Lauw Kim Hay yang pada waktu itu dikenal

dengan rumah loteng oleh warga sekitar.37

Dikarenakan umat yang hadir semakin bertambah dan belum adanya

tempat yang tetap untuk kebaktian di Cisalak, kemudian almarhum Bapak

Sim Sioe San menawarkan tempat disamping rumah beliau yang cukup luas.

Disitulah mulai ada pengkhotbah yang menyampaikan pelajaran agama,

walaupun disampaikan secara sederhana. Almarhum Tianlo Liam Joe Tjiang

atau Mulyadi Hardjo adalah salah seorang pengkhotbah yang penuh

semangat memberikan pembinaan meskipun usianya telah lanjut pada saat

itu, kemudian kebaktian beralih lagi ke rumah Bapak Lauw Kim Hay, yaitu

antara tahun 1963-1968.38

Cikal bakal berdirinya Litang Surya Chandra Cisalak berawal dari

almarhum Bapak Tan Wie Cin yang menyerahkan sebagian tanahnya pada

tahun 1964 untuk keperluan kebaktian dengan restu dari ayahnya almarhum

Bapak Tan Seng Hian. Sedangkan untuk pembangunannya baru dapat

dilaksanakan pada tahun 1968 oleh pengurus MAKIN Cimanggis pada saat

37
Mulyadi Liang, Buku Kenangan Peresmian Litang Harmoni Kehidupan MAKIN
Cimanggis, (Depok: MAKIN Cimanggis Depok 2008).
38
Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

21
itu dan sekaligus didirikan sekolah TK SEGAR (Semangat Genta Rohani)

yang bersifat sosial. Karena makin bertambahnya jamaah dan tempat ibadah

yang berada di Litang Surya Candra sudah melebihi kapasitas akhirnya pada

tahun 2008 atas inisiatif umat Khonghucu di Cimanggis Depok Jawa Barat

didirikanlah Litang Harmoni Kehidupan yang memiliki dua lantai yang

berdiri kokoh dan tegak sampai saat ini.39

D. Tujuan didirikan Litang Harmoni Kehidupan

Tujuan didirikannnya Litang Harmoni Kehidupan adalah sebagai

sarana rumah ibadah bagi umat Khonghucu. Dengan didirikannya Litang

Harmoni Kehidupan umat Khonghucu yang berada di sekitar Rumah Ibadah

lebih mengenal iman dan dapat berjalan pada jalan yang benar. Adanya

Rumah Ibadah juga sebagai sumbu umat Khonghucu di Litang Harmoni

Kehidupan untuk berbuat baik kepada sesama penganut agama lainnya.40

Di samping itu, selain berfugsi sebagai rumah ibadah untuk

melakukan sembahyang kepada TIAN, Litang ini juga berfungsi sebagai

tempat berkumpulnya umat Khonghucu baik untuk melakukan peribadatan

ataupun non peribadatan. Umat Khonghucu akan berkumpul di Litang ini

ketika akan melaksanakan hari-hari besar seperti Imlek, memperingati

kelahiran Nabi Kong Zi dan lain sebagainya. Maka dari itu tujuan

39
Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.
40
Wawancara dengan Bapak Chandra Limi, Ketua Litang Harmoni Kehidupan, pada
tanggal 18 November 2020.

22
didirikannya rumah ibadah tak lain untuk memfasilitasi umat beribadah.

Litang Harmoni hadir untuk memenuhi kebutuhan umat dalam bribadah.41

E. Perkembangan Litang Harmoni Kehidupan

Perkembangan MAKIN Cimanggis/Sukmajaya sampai saat ini boleh

dibilang cukup bagus sejak dimulainya kebaktian di Litang “Surya

Chandra”. Mengingat daya tampung tempat ibadah yang saat itu digunakan

sudah tidak memadai lagi, terutama pada saat perayaan hari-hari besar

keagamaan, maka pengurus dan umat telah sepakat untuk membeli sebidang

tanah seluar 630 m2 yang terletak di Jalan Flamboyan No. 2 Cisalak Pasar

yang dipelopori oleh Bapak. Atjim Godjali (alm), dan Bapak. Tan Seng Lim

(alm), Bapak. Effendi Gunawan (alm), Bapak. Tan Hok Liang (Handi

Tanda) dan tokoh lainnya. Pembelian tanah tersebut dilakukan pada tahun

1994 atas nama Bapak. Tan Hok Liang (Handi Tandan) dan Bapak. Effendi

Gunawan (alm).42

Proses pembanguna Litang itu sendiri sempet mengalami kevakuman

kurang lebih selama 3 tahun karena tidak adanya penggerak, tidak adanya

kejelasan apakah tanah tersebut akan dibangun atau tidak, sedangan

kebutuhan akan sarana tempat ibadah yang lebih memadai semakin terasa,

karena Litang yang ada saat itu tidak bisa menampung jumlah umat yang

beribadah terutama pada hari-hari raya keagamaan. Akhirnya Badan

41
Wawancara dengan Bapak Chandra, Limi Ketua Litang Harmoni Kehidupan, pada
tanggal 18 November 2020.
42
Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008).

23
Pengurus MAKIN Cimanggis/Sukmajaya mengambil inisiatif untuk segera

membentuk Panitia Pembangunan Litang tahap pertama meskipun pada saat

itu belum mempunyai dana sama sekali, namun oleh semangat dan cita-cita

mulia bersama seluruh pengurus dan umat maka terbentuklah Panitia

Pembangunan Litang tahap pertama yang diketuai oleh Bapak. Chendra

Wijaya (Ong Tjeng Ong), Wakil Ketua Bapak. Sucipto Hermawan,

Sekertaris – Ks. Mulyadi, Bendahara Kurnadi Rahardja beserta yang

lainnya.43

Selanjutnya diadakanlah rapat pertama dengan cara mengumpulkan

beberapa orang tokoh dan para donator untuk mendapatkan modal awal

pembangunan. Berkan dorongan dan bantuan dari Bapak. Tan Hok Liang,

Bapak. Effendi Gunawan (alm) dan bantuan dari semua pihak, maka

dimulailah proses pembangunan Litang tersebut. Dimulai dengan

pembuatan gambar dan konstruksi banguna oleh putra Bapak. Tan Hok

Liang dan Bapak. Sucipto Hermawan (Liem Tiong Giok) maka dimulailah

proses pembangunan tersebut. Pada hari Rabu, 16 April 1997, pada pukul

09.00 WIB dimulailah upacara sembahyang kehadirat Tian yang dipimpin

oleh Bapak. Tan Tjui Bok(alm) dan Bapak. Tjiam Tjeng Tay, kemudian

dilanjutkan dengan peletakan batu pertama pembangunan Litang “Harmoni

Kehidupan” oleh Bapak. Tjoe Peng Liong (Bogor) selaku sesepuh,

kemudian dilanjtukan oleh Bapak. Chendra Wijaya (Ong Tjeng Ong) selaku

ketua Panitia Pembangunan dan Ks. Mulyadi, Bsc, selaku sekertaris

43
Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

24
pembangunan. Pada kesmpatan tersebut hadir pula Ibu Ks. Lindasari

Wihardja, SH., Ibu Yanti Widago, Ibu Rosita dan Bapak. Sucipto

Hermawan (Liem Tien Giok) selaku ketua Pelaksana Pembangunan dan

juga umat lainnya.44

Pada hari rabu, 16 April 1997, pada pukul 09.00 WIB dimulailah

upacara sembahyang kehadirat Tian yang dipimpin oleh Bapak. Ws.

Setianda. Tirtayasa, didampingi oleh Bapak. Tan Tjui Bok (alm) dan Bapak.

Tjiam Tjeng Tay, kemudian dilanjutkan dengan peletakan batu pertama

bangunan Litang “Harmoni Kehidupan” oleh Bapak. Tjoe Peng Liong

(Bogor) selaku sesepuh, kemudian dilanjutkan oleh Bapak. Chendra Wijaya

(Ong Tjeng Ong) selaku ketua Panitia Pembangunan dan Ks. Mulyadi, BSC

selaku Sekertaris Pembangunan. Pada kesempatan tersebut hadir pula Ibu.

Ks. Lindasari Wihardja, SH., Ibu Yanti Widago, Ibu Rosita dan Bapak.

Sucipto Hermawan (Liem Tiong Giok) sekalu Ketua Pelaksanaan

Pembangunan dan juga umat lainnya.45

F. Sistem Keorganisasian

Litang Harmoni Kehidupan yang berdiri di Kota Depok Jawa Barat

merupakan suatu bentuk perkumpulan umat Khonghucu yang memiliki

tujuan untuk melaksanakan ibadah bersama, untuk mencapai tujuan yang

dicita-citakan maka dibutuhkan sistem yang nantinya bakal mengatur

44
Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.
45
Mulyadi Liang, Buku Kenangan, 2008.

25
jalannya suatu perkumpulan dan kemudian diharapkan bisa mengorganisir

dan bertanggungjawab atas jalannya perkumpulan ini. Maka penulis akan

mengemukaan sistem organisasi yang ada di Litang Harmoni Kehidupan ini,

secara wilayah Litang Harmoni Kehidupan ini berada dibawah MAKIN

Cimangis Kota Depok. Adapun struktur ke organisasian masa bakti 2018-

2022 adalah sebagai brikut:

Penasihat Pusat : Ws. Sucipto Hermawan

Suwito Munandar

Js. Rachmat Hidayat (Liem

Kong Tjun)

Js. Hardi Yuniar

Js. Bintang Suwardi

Siauw Liang Tjin

Ketua : Chandra Limi

Wakil Ketua I : Ws. Okie, A.Md

Wakil Ketua II : Saputra Jaya, B.Sc.

Sekertaris : Eri Munandar

Wakil Sekertaris : Melly, S.Psi.

Bendahara : Setiawan Widiharja

Wakil Bendahara : Roni Agus

Ketua Wakin : Herna Herawati

Ketua Pakin : Aldi Destian Satya, S.Kom.

Seksi Kerohanian Ketua : Js. Gunawan, S.Kom.

26
Seksi Pendidikan Anggota : Js. Kurnadi Rahardja

Js. Aceng Supriyadi

Js. Sugiandi Surya Atmaja,

S.Kom., M.Ag.

Js. Tatang Khaerudin

Js. Jecki Surya

Js. Stefanus Goutama, S.Kom.

Seksi Litbang dan Hukum : Js. Yugi Yunardi, S. Pt., M.Ag.

Novit Sari, S.Pd.

Kepin Septiawan, S.E.

Seksi Seni, Sosial dan Budaya : Js. Chandra Wijaya

Maki Tanda, S.H.

Seksi Pelayanan Umum/ : Js. Rusmita

Ket. Koordinasi Wilayah Kasih Hananda

Seksi Rumah Tangga : Sim Tjun Le

Ondi Jayadi

Seksi Peribadahan dan : Js. Betty Novianti (Lauw Beng

Nio)

Pengasuh Kebaktian Inawati Munandar

Seksi Dana dan Usaha : Afandi

Seksi Anjangsana : Iwan Setiawan

Herman

Seksi Dana Sosial Abadi : Yuyun Setiawan

27
Aryanah

Koordinator Wilayah :

1. Ciracas dan Poncol : Lauw Yen Moy

2. Cisalak Pasar : Umiyati Munandar

3. Cibubur/Auri : Bambang Hermanto

4. Cisalak Koja : Yulanasari

5. Lanbow : Wulan Kartono

6. Cimanggis/Simpangan Depok : Js. Rusmita

7. Bojong Lio : Theng Siang Wie

8. Jati Jajar/Banjaran Pucung : Thiao Tjeng Sun

9. Sidamukti/Villa Pertiwi : Alin

10. Cilangkap : Aryanah

11. Pal : Tan Eng Moy

12. Pasar Rebo : Henny Laila

Demikian struktur organisasi MAKIN Cimanggis Kota Depok yang

bertempat dirumah ibadah Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Kota

Depok.46

46
Pengukuhan Pengurus Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Cimanggis,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Masa Bakti 12 Agustus 2018 s.d 11 Agustus 2022, Surat
Keputusan Dewan Pengurus Matakin No. 161/MATAKIN/SK/0818.

28
G. Aktivitas Litang Harmoni Kehidupan

1. Aktivitas Peribadatan

Tanggal Nama Perayaan

TAHUN BARU KONG


1 bulan I Imlek CHUN JIE
ZI LI/ IMLEK

Sembahyang
ZHENG YUE CHU
4 bulan I Imlek Menyambut Malaikat
SHI
Dapur

8/9 bulan I Sembahyang Besar


JING TIANG GONG
Imlek Kepada TUHAN YME

15 bulan I Sembahyang Purnama


YUAN XIAO JIE
Imlek Raya (CAP GO MEH)

18 bulan II ZHI SHENG JI Hari Wafat Nabi KONG

Imlek CHEN ZI

Sembahyang Hari
4/5 April QING MING JIE
Sadranan (Meng Beng)

5 bulan V Sembahyang Twan Yang


DUAN YANG JIE
Imlek (Pecun)

15 bulan VII Sembahyang Arwah


ZHONG YUAN JIE
Imlek Leluhur

29 Bulan VIII Sembahyang Arwah


JING HE PING
Imlek Umum

29
15 Bulan VIII Sembahyang Tiong Chiu
ZHONG QIU JIE
Imlek Pia (Kue Bulan)

27 bulan VIII Hari Lahir Nabi KONG


ZHI SHENG DAN
Imlek ZI

15 bulan X Sembahyang Kepada


XIA YUAN JIE
Imlek Malaikat Bumi

21/22 Hari Genta Rohani/Tang


DONG ZI
Desember Ce/Wafat Mengzi

24 bulan XII Hari Persaudaraan/Ji Si


ER SHI SHENG AN
Imlek Sang Ang

SONG ZAOJUN Malaikat Dapur Naik

SHANG TIAN menghdap Tian.

Sumber: Dewan Rohaniawan MATAKIN

2. Aktivitas Non Peribadatan

Tahun Baru Imlek merupakan sebuah rangkaian peribadahan kepada

Tuhan, kepada Alam dan kepada Leluhur. Perayaannya sudah di mulai sejak

seminggu sebelum Imlek yang dikenal dengan Dji Si Siang Ang/Er Si Sheng

An atau Hari Persaudaraan. Er Si menunjukkan tanggal 24 bulan 12, Sheng

berarti naik/menaikan, dan An berarti aman/selamat. Er Si Sheng An berarti

saat menaikan/memanjatkan rasa syukur Kehadiran Tian karena sudah

selamat melewati waktu satu tahun. Tanggal 24 bulan 12 Imlek juga dikenal

dengan Hari Persaudaraan, saat dimana masyarakat Khonghucu secara

30
umum berbagi kepada saudara-saudaranya yang kurang mampu. Semangat

berbagi kepada saudara-saudara yang kurang mampu ini merupakan wujud

rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang sudah diterimanya selama satu

tahun.47

Pada kesempatan Jing He Ping atau Jing Hao Peng umat

Khonghucu mewakili keluarga yang telah mendahulu, menyisihkan

sebagian berkahnya kepada sesama yang membutuhkan agar para

arwah teman dan sahabat diringankan bebannya, 'terpuaskan', 'bahagia',

dan arwahnya tidak mengembara di dunia tapi dapat pulang ke dalam

kemuliaan kebajikan Tian. Karena sembahyang Jing Hao Peng adalah

sembahyang kekerabatan dan persahabatan yang bersifat sosial,

persembahyangan ini dilaksanakan oleh masyarakat, di rumah-rumah

ibadat Khonghucu, bukan perorangan di rumah. Umat Khonghucu yang

kaya maupun miskin, laki-laki-perempuan, tua-muda, berkesempatan

menyumbangkan sebagian berkah rezekinya secara sukarela dalam

jumlah besar atau kecil melalui pengurus lembaga agama atau rumah

ibadat. Setelah persembahyangan dilaksanakan antara tanggal 15-29

bulan tujuh, sumbangan sukarela tersebut diberikan pada orang yang

membutuhkan/fakir miskin dalam masyarakat umum yang layak

menerima dan tidak diambil secuil pun oleh umat Khonghucu yang

menyumbang.

47
C. Suhaidi, “Makna Imlek dan Dinamikanya di Suku Tiong Hoa dari Waktu ke
Waktu,” tersedia di https://www.tribunnews.com/tribunners/2020/01/23/makna-imlek-dan-
dinamikanya-di-suku-tiong-hoa-dari-waktu-ke-waktu, diakses pada 25 Februari 2021.

31
Jadi, pada momen Jing Hao Peng ini, umat Khonghucu

melaksanakan kewajiban sosial pada sesamanya bahkan yang berbeda

keyakinan. Pada momen peribadahan ini, kita diingatkan secara moral-

spiritual bahwa kita bukan sekedar makhluk individu, tapi makhluk

sosial yang hidup bermasyarakat sehingga wajib peduli pada dan

harmonis dengan lingkungan masyarakat tempat kita hidup. Spirit

peribadahan pada orang tua dan leluhur serta para sahabat seperti juga

sikap spiritual umat Khonghucu dalam menjalankan kehidupannya, pada

dasarnya adalah tentang 'memberi karena telah banyak menerima'. Di

momen Jing Hao Peng ini, umat Khonghucu semakin diingatkan

kembali agar 'eling' tentang spirit ini.48

Kegiatan lainnya adalah ketika ada salah satu umat yang sedang sakit

maka umat Litang yang lain akan menjenguk umat yang sakit tersebut untuk

didoakan dan sedikit memberikan bantuan berupa finansial. Kemudian ada

juga kegiatan olahraga seperti Wushu Genta Suci yang diperuntukan untuk

anak-anak hingga dewasa. Jadwa latihannya setiap hari rabu dan jum’at

pukul 7 malam di sasana khusus Wushu Genta Suci. Wushu Genta Suci juga

bagian dari Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) yang juga anggota

48
Uung Sendana, “King Hoo Ping (Jing Hao Peng, Jing He Ping)”, tersedia di
https://www.uungsendana.com/2019/08/king-hoo-ping-jing-hao-peng.html, diakses pada 25
Februari 2021.

32
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Federasi Olahraga

Beladiri Indonesia (FOBI) Kabupaten Bogor dan Depok.49

Lantas kegiatan lainnya dibidang seni budaya seperti Kong Jiao Ci

Long Hui yaitu perkumpulan Liong Barongsasi agama Khonghucu. Khusu

untuk Wushu dan Barongsai MAKIN Cimanggis adalah pengurus cabang

yang mendapat bantuan dari KONI. Selebihnya kegiatan yang dilakukan

oleh Litang Harmoni Kehidupan adalah menghadiri undangan-undangan

dari Pemerintah dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) baik

tingkat Daerah maupun tingkat Nasional. Saat ini MAKIN Cimanggis

menjabat sebagai ketua FKUB Kota Depok. 50

49
Wawancara dengan Bapak Ws. Sucipto, Rohaniawan Makin Cimanggis, pada tanggal
24 Desember 2020.
50
Wawancara dengan Bapak Ws. Sucipto, Rohaniawan Makin Cimanggis, pada tanggal
24 Desember 2020.

33
BAB III

WU LUN DALAM AGAMA KHONGHUCU

A. Khonghucu dan Ajarannya

1. Sejarah Agama Khonghucu

Agama Kongfutzu, atau biasa juga dibunyikan di Indonesia

dengan agama Kong Hu Cu, memperoleh nama menurut nama

pembangunnya, yaitu Kung Fu Tze (551-479 sM).51 Agama

Khonghucu dikenal pula sebagai Ji Kauw (dialek Hokkian) atau Ru

Jiao (Huayu), yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan

atau agama bagi kaum terpelajar. Agama ini sudah dikenal sejak

5.000 tahun lalu, lebih awal 2.500 tahun dibanding usia Kongzi

sendiri. Kongzi (Huayu) atau Khongcu (dialek Hokkian) atau

Confucius (Latin) adalah nama nabi terakhir dalam agama

Khonghucu. Beliau lahir tanggal 27, bulan 8, tahun 0001 Imlek

atau 551 sM. Kongzi adalah nabi terbesar dalam agama

Khonghucu dan oleh sebab itu banyak orang yang kemudian

51
Joesoef Sou’yub, Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1996),
hlm. 167.

34
menamai Ru Jiao sebagai Confucianism, yang kemudian di

Indonesia dikenal sebagai Agama Khonghucu.52

Konghucu (Confusius) lahir di kota Tsou, di negeri Lu.

Leluhurnya adalah K’ung Fashu (yang merupakan generasi

kesembilan dari raja muda negeri Sung dan generasi keempat

sebelum Khonghucu). Fang-shu adalah ayah Pohsia, dan Pohsia

adalah ayah Siok-Liang Hut. Hut adalah ayah Khonghucu, ibunya

berasal dari seorang wanita dari keluarga Yen. Murid-muridnya

(Murid Khonghucu) pada masa itu menyebut Khongcu atau

Khonghucu yang berarti “Guru Khong”.53

Istilah aslinya disebut Rujiao’ atau agama Ru. Rujiao pada

mulanya muncul dan berkembang di negeri Tiongkok (Zhonggua),

oleh karena itu sejarah perkembangan Rujiao tidak dapat

dipisahkan dari negeri Tiongkok, Rujiao diartikan sebagai agama

dari orang-orang yang lembut hati, yang terbimbing dan

menjadikan orang terpelajar. Dalam sejarahnya, kaum Ru ini

banyak yang menjadi pejabat pemerintah atau penasehat kerajaan

pada zaman itu di negeri Tiongkok, karena selain menguasai

pengetahuan tentang kitab-kitab klasik, mereka juga memahami

berbagai macam tatacara upacara dan peribadahan. Mereka adalah


52
MATAKIN, “Pokok Ajaran Agama Khonghucu”, tersedi di
http://www.matakin.or.id/page/pokok-ajaran-agama-khonghucu, diakses pada tanggal 25
November 2020.
53
Ihsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat, hlm. 12-13.

35
orang-orang yang tekun dalam belajar, ramah-tamah, rendah hati,

membina dirinya serta mengabdikan diri untuk kesejahteraan

rakyat. Tujuan hidupnya adalah mengabdikan dirinya sebagai

seorang junzi, yaitu manusia sejati atau orang yang saleh, bijaksana

dan hidup sesuai dengan Dao (Jalan Suci) serta menjadi teladan

dalam segala sikap dan perilakunya.54

Nabi pertama yang tercatat dalam sejarah Ru Jiao adalah Fu

Xi, hidup pada 30 abad sM, yang mendapat wahyu dan menuliskan

Kitab Yi Jing atau Kitab Perubahan. Fu Xi beribukan Nabi Nu Wa,

yang menciptakan Hukum Perkawinan. Sejak saat itu anak bukan

lagi dianggap anak ibu saja, melainkan juga anak ayah. Selain Nu

Wa, di dalam Ru Jiao dikenal nabi perempuan lain, yaitu Lei Zu,

Jiang Yuan dan Tai Ren. Nabi lain yang masih dikenal antara lain

Huang Di, Yao, Shun, Xia Yu, Wen, Zhou Gong atau Ji Dan dan

terakhir Kongzi. Kitab Yi Jing yang kita kenal sekarang tidak

ditulis oleh Fu Xi belaka, namun ditulis dan disempurnakan oleh 5

(lima) nabi yang mendapat wahyu dalam tempo berlainan, yaitu:

Fu Xi, Xia Yu, Wen, Zhou Gong dan Kongzi.55

Jika ada tokoh yang erat kaitannya dengan kebudayaan

Cina, nama tersebut adalah Konfusius, Kung Fu Tzu, atau Kung

54
Mulyadi Liang, Mengenal Agama Khonghucu, hlm. 11-12.
55
MATAKIN, “Pokok Ajaran Agama Khonghucu”, tersedia di
http://www.matakin.or.id/page/pokok-ajaran-agama-khonghucu, diakses pada tanggal 25
November 2020.

36
sang Guru. Orang Cina dengan penuh hormat menyebut beliau

sebagai Guru Pertama, bukannya tidak ada guru sebelum beliau,

melainkan karena martabat beliau lebih tinggi dari semua guru

yang lain. Tidak seorangpun yang berpendapat bahwa hanya

beliaulah yang membangun kebudayaan Cina. Belau sendiri secara

terbuka memperkecil arti pembaharuan-pembaharuan yang telah

beliau lakukan terhadap kebudayaan Cina tersebut, dan lebih suka

menyebut dirinya “pencinta barang antic.” Pemberian nama itu

tidak sepadan dengan sumbangan beliau, namun hal itu merupakan

suatu contoh yang amat baik tentang kerendahan hati serta mawas

diri yang beliau ajarkan. Karena walaupun beliau bukan mengubah

kebudayaan Cina, beliau tetap merupakan penyuntingnya yang

paling utama. Dengan memilah-milah yang sudah lewat,

menggarisbawahi disini, mengurangi dan membuang disana,

sambil menata dan membuat catatan terus-menerus, beliau

menjernihkan konsep-konsep kebudayaan bangsanya, yang dengan

amat mengesankan tetap jelas selama 25 abad.56

Pada zaman Nabi Kongzi, di Tiongkok terjadi perpecahan

yang menjadikan negeri Tiongkok kacau balau. Para kepala daerah

ingin menjadi raja, mereka saling berperang berebut wilayah.

Zaman itu disebut zaman Chun Qiu atau Musim Semi dan Musim

56
Huston Smith, Agama-agama Manusia, Terj, Saafroedin Bahar, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2001), hlm. 188.

37
Gugur, nama ini diambil dari judul buku yang ditulis oleh Nabi

Kongzi. Nabi Kongzi mendirikan sekolah yang menampung murid

sebanyak 3000 orang. Setelah para murid itu pandai banyak yang

mendirikan sekolah meneruskan ajaran Nabi Kongzi. Namun, ada

juga murid yang mendirikan sekolah dengan aliran lain. Pada

waktu itu muncul aliran yang bermacam-macam di Tiongkok.

Bahkan, ada aliran yang bertentangan dengan ajaran Nabi Kongzi,

antara lain aliran Mohist atau Mo Jia yang didirikan oleh Mo Zi.57

Dua tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu

Meng Zi atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi atau Hsun Tse

(326-233 SM). Kedua tokoh ini memang mengajarkan ajaran

Rujiao dari Nabi Kongzi. Namun, mereka mempunyai perbedaan

pendapat dalam beberapa hal karena mereka hidup dalam situasi

negara Tiongkok yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal

kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi lahir pada saat kekacauan

itu sudah memuncak. Usia mereka berbeda empat puluh tahun,

wajar apabila ada perbedaan antara generasi tua dan generasi

muda.58

57
MATAKIN, “Sejarah Agama Khonghucu”, tersedia di
http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, diakes pada tanggal 19 November
2020.
58
MATAKIN, “Sejarah Agama Khonghucu”, tersedia di
http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, diakes pada tanggal 19 November
2020.

38
Meng Zi mengajarkan agama Khonghucu, dia menegaskan

bahwa manusia akan hidup bahagia apabila negara makmur dan

sejahtera, untuk itu menusia harus melaksanakan Perintah Tuhan

atau Tian Ming, yaitu menjalani hidup lurus, jujur, dan tidak

serakah. Kekacauan terjadi dalam masyarakat karena banyak orang

tidak menjalankan hidup sesuai Perintah Tuhan. Ajaran Meng Zi

lebih mengarah kepada ajaran agama, kekuatan iman sangat

diperhatikan. Meng Zi menyakini bahwa watak dasar manusia itu

baik, apabila kondisi sosial ekonomi sudah baik semua orang

cenderung menjadi baik.59

Lebih lanjut Bleeker menulis, bahwa berkat pekerjaan

Konfusius dan para pengikutnya yang sejiwa, seperti Mencius (l.k.

372-288 S.M) dan Sjuun-tze (l.k. 300-235 S.M), maka di

permulaan tarikh Masehi paham Konfusianisme dijadikan etika

dan kultus negara. Disusunlah buku-buku klasik Cina, dan yang

terpenting diantaranya adalah: (1) Yii-sjing, buku tentang

perubahan-perubahan, yang menurut intinya merupakan buku

nujum. Buku ini berisi penjelasan tentang apa yang disebut dengan

heksagram, yaitu pigura-pigura dari enam tanda, yang seluruhnya

berjumlah 64. Unsur-unsur dasarnya adalah garis lurus dan garis

patah. Tanda ini secara berturu-turut melambangkan Yang, unsur

59
MATAKIN, “Sejarah Agama Khonghucu”, tersedia di
http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, diakes pada tanggal 19 November
2020.

39
dunia yang bersifat terang, kering, panas, lelaki, aktif, dan Yin,

unsur dunia yang gelap, basah, dingin, wanita, dan pasif. Inilah

kedua tenaga yang mendorong jalan Tao, susunan dunia; (2) Sjoe-

tsing, buku sejarah atau piagam, yang berisi cerita turun-temurun

mengenai rata Tsjou; (3) Sje-tsing, buku nyanyian dan pujian; (4)

Tsj’oen-tsj’ioe, buku tentang musim, kronik negara Lu, negara asal

Konfusisus; dan (5) Li-tsji, buku tentang li, yaitu peraturan-

peraturan hidup dan ritus. Selain kelima buku klasik tersebut masih

terdapat pula naskah-naskah lain.60

2. Kitab Suci Agama Khonghucu

Kitab suci agama Konghucu sampai pada bentuknya yang

sekarang mengalami perkembangan yang sangat panjang. Kitab

suci yang tertua berasal dari Yao (2357-2255 sM) atau bahkan bisa

dikatakan sejak Fu Xi (30 abad sM). Yang termuda ditulis cicit

murid Kongzi, Mengzi (wafat 289 sM), yang menjabarkan dan

meluruskan ajaran Kongzi, yang waktu itu banyak diselewengkan.

Kitab suci yang berasal dari Nabi Purba sebelum Kongzi, ditambah

Chunqiujing (Kitab atau Catatan Jaman Cun Ciu/ Musim Semi dan

Musim Rontok) yang ditulis sendiri oleh Kongzi, sesuai dengan

wahyu Tian, kemudian dihimpun Kongzi dalam sebuah Kitab yang

disebut Wujing. Beberapa saat sebelum wafat, Nabi Kongzi


60
Romdhon dkk, Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Pres, 1988),
hlm. 218.

40
mempersembahkan Wujing dalam persembahyangan kepada

Tian.61

Kitab-kitab Konfusian beragam antara 3 hingga 13 buah.

Akan tetapi, secara umum Kitab-kitab Konfusian ini terdiri dari

The Four Book (Kitab Yang Empat / Shi Shu) dan The Five Canon

(Kitab Yang Lima / Wujing). Kitab yang lima dapat dibandingkan

seperti Kitab Perjanjian Lama, dan Kitab Yang Empat sebagai

Kitab Perjanjian Baru. Kitab Yang Lima terdiri dari 183.623

kata/huruf Tiongkok dan Kitab Yang Empat terdiri dari 56.612

kata/huruf Tiongkok, sehingga jumlah keseluruhannya 240.235

kata. Tiap satu huruf Tingkok dapat diterjemahkan menjadi dua

atau lebih kata-kata dalam bahasa Barat.62

Wu Jing (Kitab Yang Lima) terdiri dari:

1. Shijing (Kitab Sajak) berisi kumpulan sajak atau teks

nyanyian purba (abad ke 16 sampai abad ke 7 Masehi).

2. Shujing (Kitab Hikayat atau Dokumentasi Serjarah) berisi

teks sabda-sabda, peraturan, nasehat, maklumat para raja

suci purba (abad 23 sampai dengan 7 sM). Dimulai dari

jaman raja Yao sampai raja muda Qin Mu Gong.

61
MATAKIN, “Kitab Suci Agama Khonghucu”, tersedia di
http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, diakes pada tanggal 24 November
2020.
62
Thomas Hosuck Kang, Tanya Jawab Khonghucu Dan Agama Khonghucu, Terj.
Mulyadi, (Sidoarjo: SPOC (STUDY PARK OF CONFUCIUS, tanpa tahun), hlm. 19.

41
3. Yijing (Kitab Perubahan atau Kejadian dan Peristiwa Alam

Semesta), wahyu yang dirutunkan kepada raja suci Wen

(abad 12 sM).

4. Lijing (Kitab Catatan Kesusilaan) berisi berbagai peraturan

tentang kesusilaan, peribadahan, pemerintahan, dan lain-

lain. Kitab ini sebenarnya terdiri dari tiga kitab, yakni.

a. Zhouli (Kesusilaan Dinasti Zhou)

b. Yili (Peribadahan dan Kesusilaan)

c. Liji (Catatan Kesusilaan)

5. Chunqiujing (Catatan Sejarah jaman Chunqiu) dimulai dari

tahun 722 sampai 481 sM. Kitab ini ditulis oleh nabi

Kongzi sendir untuk menilai berbagai peristiwa yang terjadi

pada jaman itu. Guanyu (Guangong) selalu membawa dan

membaca Kitab ini. Hal ini bias kita lihat pada gambar atau

Jinshen yang Mulia Guanyu selalu memegang Kitab ini,

beliau hidup pada jaman Zhanguo, dinasti Han. Beliau

adalah seorang yang sangat teguh dalam memegang

kesatyaan, kebenaran, dan kejujuran, oleh karena itu

banyak orang yang memjujanya.

Selain dari kitab suci tersebut sebenarnya masih ada

satu kitab lagi, yakni kitab Bakti (Xiaojing) yang berisi

42
tuntunan pembinaan diri didalam laku bakti (xiao) yang

dibukukan oleh Zengzi, murid nabi Kongzi.63

Yang termasuk kelopmpok kedua ialah Kitab Yang Empat/

Shu Shu:

1. Lun Yu, yang berisikan pembahasan-pembahasan Kung Fu

Tze, terdiri atas duapuluh Bab. Kebanyakannya adalah

anekdot-anekdot singkat dari Kung Fu Tze, berbentuk soal-

jawab dengan para Murid atau tokoh-tokoh lainnya. Juga

berisikan sikap Kung Fu Tze, dalam berbagai peristiwa.

Kitab ini sumber terutama mengenai kehidupan Kung Fu

Tze.

2. Ta Hsueh, yakni: Pelajaran Terbesar. Konon disusun oleh

cucu Kung Fu Tze, bernama Tzu Szu, sebuah karya dalam

bidang Etika dan Politika yang merupakan perluasan

pembahasan sebuah Bab di dalam Li Chi.

3. Chung Yung, yakni: pusat Keselarasan. Konon disusun

oleh Tzu Szu, cucu Kung Fu Tze, berisikan dasar hokum

Susila.

4. Meng Tze, yakni: kitab Meng Tze (372-289 sM), seorang

tokoh penafsir terhadap ajaran Kung Fu Tze. Literatur di

Barat memanggilnya dengan: Mencius.

63
Mulyadi Liang, Mengenal Agama, hlm. 32-33.

43
Kelomok pertama maupun kelompok kedua itu banyak disalin

kedalam Bahasa Inggris oleh penulis. Bagian terbesar

daripadanya termuat di dalam Sacred Books of the East (SBE),

karya Max Muller.64

3. Pokok-Pokok Ajaran Agama Khonghucu

Seperti halnya ajaran pokok agama lain, dalam agama

Konghucu dikenal hubungan vertikal antara manusia dengan Sang

Khalik dan hubungan horizontal antara sesama manusia. Dalam

kosa kata Agama Konghucu disebut sebagai Zhong Shu, Satya

kepada (Firman) Tuhan, dan Tepasalira (tenggang rasa) kepada

sesama manusia. Prinsip Tepasalira ini kemudian ditegaskan

dalam beberapa sabdanya yang terkenal, “Apa yang diri sendiri

tiada inginkan, jangan diberikan kepada orang lain” dan “Bila diri

sendiri ingin tegak (maju), berusahalah agar orang lain tegak

(maju)”. Kedua sabda ini dikenal sebagai “Golden Rule” (Hukum

Emas) yang bersifat Yin dan Yang. Dalam berbagai kesempatan

Kongzi menekankan pentingnya manusia mempunyai “Tiga

Pusaka Kehidupan”, “Tiga Mutiara Kebajikan” atau “Tiga

Kebajikan Utama”, yaitu: Zhi, Ren dan Yong. Ditegaskan bahwa,

64
Joesoef Sou,yub, Agama-agama Besar, hlm. 168-169.

44
“Yang Zhi tidak dilamun bimbang, yang Ren tidak merasakan

susah payah, dan yang Yong tidak dirundung ketakutan”.65

Zhi berarti wisdom dan sekaligus enlightenment (Bijaksana

dan Tercerahkan/Pencerahan). Bijaksana dapat diartikan pandai,

selalu menggunakan akal budinya, arif, tajam pikiran, mampu

mengatasi persoalan dan mampu mengenal orang lain. Pencerahan

atau yang Tercerahkan, berarti mampu mengenal dan memahami

diri sendiri, termasuk di dalamnya mampu mengenal yang hakiki.

Ren berarti Cinta Kasih universal, tidak terbatas pada orang tua dan

keluarga sedarah belaka, namun juga kepada sahabat, lingkungan

terdekat, masyarakat, bangsa, negara, agama dan umat manusia.

Yong juga diartikan sebagai Keberanian untuk melakukan koreksi

dan instrospeksi diri. Bila bersalah, kita harus Berani mengakui

kesalahan tersebut dan sekaligus Berani untuk mengkoreksinya.

Nabi Kongzi berkata, “Sungguh beruntung aku. Setiap berbuat

kesalahan, selalu ada yang mengingatkannya”. Ditambahkan,

“Sesungguh-sungguhnya kesalahan adalah bila menjumpai diri

sendiri bersalah, namun tidak berusaha untuk mengkoreksi atau

65
MATAKIN, “Agama Khonghucu”, tersedua di https://matakin.wordpress.com/agama-
khonghucu/, diakses pada tanggal 26 November 2020.

45
memperbaikinya”. Maka seorang yang berjiwa besar adalah orang

yang berani belajar dari kesalahan.66

Ajaran Kong Hu Cu mengandung unsur pembentukan

akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok. Kong Hu Cu selalu

menghindari pembicaraan tentang metafisika, ketuhanan, jiwa, dan

berbagai hal yang ajaib. Namun ia tidak meragukan tentang adanya

Tuhan Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya. Pandangan

Kong Hu Cu tentang dunia, bahwa dunia itu dibangun atas dasar

moral, jika masyarakat dan negara rusak moralnya, maka begitu

pula tatanan alam menjadi tertanggu, terjadilah bahaya peperangan,

banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit merajalela dan lain-lain.

Kong Hu Cu mengatakan bahwa bukan sistem yang membuat

manusia itu hebat, melainkan orang-orang yang membuat sistem

itu yang hebat. (Lun Yu, 15;29).

Ajaran tentang budi luhur terdapat dalam kitab Lun Yu

sebagai berikut:

- Laksanakan apa yang diajarkan, baru kemudian ajarkan apa

yang dilaksanakan (Lun Yu 2;13).

- Orang cerdas mengerti apa yang benar, orang yang kurang

cerdas mengerti apa yang dijual (Lun Yu 4;16).

66
MATAKIN, “Agama Khonghucu”, tersedia di https://matakin.wordpress.com/agama-
khonghucu/, diakses pada tanggal 26 November 2020.

46
- Orang yang berada mencintai jiwanya, orang yang kekurangan

mencintai miliknya. - Orang atasan selalu teringat bagaimana

ia dihukum karena salahnya, orang rendahan selalu teringat

pada hadiah yang diterimanya (Lun Yu, 4;11).

- Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan

akan menyalahkan orang lain. (Lun Yu, 15;20)

- Orang atasan jika dihargai merasa senang tetapi tidak bangga,

orang bawahan itu bangga tetapi tidak dihargai. (Lun Yu,

13;26).

- Orang ungggul bersifat liberal terhadap pendapat orang lain,

tetapi tidak menyetujuinya dengan sempurna, orang rendahan

hanya menyetujui dengan sempurna pendapat orang lain, tetapi

tidak liberal terhadap mereka. (Lun Yu, 13;23).

- Orang-orang cerdas berpandangan universal, jujur dan adil,

orang-orang awam tidak jujur dengan pandangan yang tidak

universal (LunYu, 12;14).

Konsep terpenting dari Kong Hu Cu ialah apa yang disebut

dengan Wen yang artinya “damai”. Berarti juga kehidupan yang

tentram, jauh daripada peperangan. Bentuk hidup seperti ini hasil

dari kebudayaan yang tinggi. Menurut Kong Hu Cu kesuksesan

atau kemenangan yang diperoleh suatu negara atas negara lain

bukan disebabkan besarnya jumlah tentara, melainkan kemenangan

47
tersebut disebabkan oleh Wen yakni kebudayaan yang bernilai

tinggi atau seni yang terindah atau filsafat dan syair-syair yang

bermutu tinggi. Baginya syair-syair yang bermutu tinggi

merupakan kekuatan rohaniah yang dapat membangkitkan jiwa

manusia, demikian pula dengan musik tujuan hidup dapat dicapai.

Nyanyian bersama dapat menggerakkan getaran jiwa dan dapat

mengantarkannya kepada ketenangan batin dan mendidik perasaan,

serta meringankan perasaan duka nestapa, bahkan dapat

menghindarkan seseorang dari keinginan berbuat dosa.67

B. Ajaran Wu lun/Ngo Lun dalam Agama Khonghucu

A. Konsep Ajaran Wu lun/Ngo Lun Dalam Agama Khonghucu

Arti 'lun' memegang kunci dalam memahami hubungan

antarmanusia. Prinsip dasar dari asumsi Konfusianisme adalah

bahwa manusia adalah individu yang ada dalam hubungan satu

sama lain. Ada berbagai jenis hubungan yang ada dan keluar dari

itu, Hubungan Lima Kardinal (penguasa dan subjek, ayah dan anak,

suami dan istri, kakak laki-laki dan adik laki-laki dan teman dan

teman) atau 'wu lun' memegang kunci dan setiap hubungan

berorientasi pada peran dan afektif. Padahal, sifat dan jenis relasi

telah mengalami perubahan drastis jika dibandingkan dengan era

67
Ahmad Zarkasi, “Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Khonghucu,” Al-AdYaN/Vol.IX,
N0.1 (Januari-Juni/2014), hlm. 23-27.

48
Konfusius hidup, masyarakat di China modern masih berorientasi

pada relasi.

Selain itu, 'lun' juga mengacu pada prinsip moral tentang

cara para pihak berinteraksi. Karena hubungan dibedakan, prinsip

moral juga dibedakan. Intinya adalah tidak ada standar moral yang

dapat diterapkan di semua hubungan. Sebaliknya, prinsip moral

berbeda dari satu hubungan ke hubungan lainnya. Demikian pula,

perbedaan jenis guanxi dan variasi terjadi karena kenyataan bahwa

berbagai prinsip dan pendekatan diadopsi berdasarkan sifat dan

jenis hubungan. Oleh karena itu, ketiga arti 'lun' (hubungan

manusia, tatanan yang berbeda, dan prinsip moral) seperti yang

dijelaskan oleh Konfusius sangat dekat mencerminkan sifat guanxi.

Dapat juga dikatakan bahwa prinsip-prinsip Konfusianisme

beroperasi pada dua tingkat yang berbeda dalam hal individu.

Sementara individu adalah makhluk yang bergantung secara sosial,

orang tersebut juga merupakan pusat lingkaran konsentris di mana

mereka harus mendefinisikan, menafsirkan, dan membangun

hubungan 'lun'.68

Wu Lun Lima Hubungan Relasi kemanusiaan merupakan

dasar dan pola hubungan masyarakat dalam perspektif agama

68
Kai-Ping Huang, Tsungting Chung, Jane Tung dan Sheng Chung Lo, 2013.
“Ketertarikan Guanxi dan Membangun Kepercayaan di Pasar Bisnis Tiongkok: Perspektif
Konfusianisme”, Jurnal Ilmu Terapan, 13: 333-340.

49
Khonghucu. Hubungan relasi ini menciptakan strata sosial dalam

paradigma sosial, Lima Relasi ini menjadi dasar dan sendi-sendi

kehidupan masyarakat Tionghoa di Tiongkok. Sejak ribuan tahun

silam, Lima Relasi ini sudah nejadi dasar kehidupan sosial-

masyarakat Tionghoa. Dari pemimpin sampai rakyat jelata

menerapkan pola lima hubungan ini. Wu Lun, Lima hubungan ini

meliputi lima strata sosila masyarakat, meliputi hubungan antara :

1. Suami berkebenaran istri berkebajikan

2. Ayah berbelas kasih Anak berbakti

3. Kakak bersahabat Adik hormat

4. Pemimpin cinta kasih bawahan loyal

5. Diantara sahabat dan teman ada kepercayaan

Suami-istri, Ayah-anak, Kakak-adik, Pemimpin-Bawahan

dan Sahabat-teman adalah lima relasi dalam pola dan struktur

hubungan kemanusiaan dalam masyarakat menurut agama

Khonghucu. Menurut strata zaman kuno, pola dasarnya menitik

beratkan pada relasi Pemimpin-Bawahan, Suami-istri, Ayah-anak,

Kakak-adik dam Sahabat-teman. Karakter Lun (Relasi) menurut

Etimologi karakter Tionghoa, Lun berasal dari karakter orang dan

bunyi Lun, berarti generasi, keturunan, dikatakan sebagai Dao

(jalan suci), jadi karakter Lun menyiratkan Jalan suci (Dao) dari

generasi ke generasi. Menurut cendekiawan Chengzi, dalam

interpretasi kitab Li Ji menerangkan Lun merupakan jenis,

50
klasifikasi seperti Lun mempunyai arti segenerasi, sejenis, aturan

dan urutan. Nabi Kongzi dalam kitab Lun Yu (Sabda Suci)

bersabda: “Ucapan ada aturannya, dalam bertindak harus dipikirkan

masak-masak”. Wu Lun jelas bermakna Dao atau Jalan Suci,

menjadi jalan yang harus diterapkan dalam hubungan masyarakat.

Dao dari sosial masyarakat.

Sendi dasar dari Wu Lun, Lima Relasi adalah hubungan

antara Suami dan Istri. Sebuah keluarga adalah pondasi dasar dari

masyarakat. Keluarga yang harmonis dan berkebajikan sangat

utama dalam sosiologi Khonghucu. Peranan keluarga yang

menerapkan tatanan “moralitas keagaman” Khonghucu adalah hal

pokok dalam ajaran Khonghucu. Meraih kehidupan bahagia pasti

dalam keluarga, keluarga sejahtera, keluarga bermoral relijius.

Hung Jin dalam tulisan berjudul (Tinjauan moderen konsep

lima hubungan kemanusiaan Khonghucu) menerangkan

pandangannya dalam Lima hubungan (Wu Lun) dalam konteks

ajaran Nabi Kongzi. Ada 4 pokok-pokok pandangan yang

mendasar yaitu:

1. Suami istri adalah unsur utama dalam keluarga, kemudian

lahir anak-anak dan menjadi ayah dan ibu, kedudukan ayah

dan ibu atau suami istri dalam keluarga dan masyarakat

sejajar. Dalam Lun Yu dikatakan Nabi bersabda: “Didalam

51
melayani Ayah bunda, boleh memperingatkan (tetapi

hendaknya dengan lemah lembut). Bila tidak dituruti,

bersikaplah lebuh hormat dan jangaqnlah melanggar. Meskipun

harus bercapai lelah, jangan menggerutu.” Lun Yu, Li Ren, ayat

18, hal 130. Nabi bersabda: “Usia ayah bunda tidak boleh tidak

diketahui, di satu pihak boleh merasa gembira, dilain pihak

harus merasa kuatir”. Lun Yu, Li Ren, ayat 21, hal 131,

menjelaskan bahwa ayah bunda dijunjung tinggi dan

membuktikan bakti dalam keluarga.

2. Kedudukan istri dalam keluarga sedikit lebih rendah dari

suami. ”Istri seorang raja, dipanggil “nyonya (fu ren)” oleh

sang raja, dan Nyonya (fu ren) memanggil dirinya sendiri “xiao

tong (bocah kecil/muda)”. Rakyat memanggilnya “nyonya raja

(jun fu ren)”, tetapi terhadap orang luar negeri rakyat

menyebutnya “gua xiao jun”. Orang luar negeri menyebutnya

“nyonya raja (jun fu ren )”, Lun Yu, jilid XVI Kwi Si, ayat 14,

hal 297. Dapat dilihat sebutan “fu ren”, “jun fu ren”,”gua xiao

jun” semuanya berasal dari Jun (raja). Jelaslah bahwa dalam

keluarga suami adalah pemimpin keluarga.

3. Istri tidak ikut bekerja dalam masyarakat, dikarenakan pada

umumnya kurang diperhitungan kecakapannya. “Ada lima

orang menteri raja Shun untuk mengatur dunia. Raja Wu

berkata: “Ada 10 orang menteriku yang cakap.” Nabi Kongzi

52
bersabda: “Memang sukar mencari orang yang cakap.

Bukankah begitu? Bukankah pada zaman Tang Yao dan Yi

Shun (sampai zaman raja Bu) merupakan zaman banyak orang

pandai? (Diantara sepuluh orang menteri yang dikatakan raja

Wu itu) adalah seorang wanita, jadi hanya ada 9 orang laki-laki

yang cakap. Lun Yu, jilid VIII Tai Bo, ayat 29, hal 178. Wanita

ini dapat disebut sebagai wen mu (seorang ibu terdidik sastra

dan kitab), fungsinya dalam masyarakat adalah kedudukan

yang tinggi dalam keluarga dan realita, maka Nabi Kongzi tak

menghitungnya bukan sebagai “luan chen”pejabat yang bikin

kacau dalam pemerintahan.

4. Pernikahan seorang putri ditentukan atau dipilih oleh ayah.

“Nabi membicarkan tenang Gong Zhi Chang. “Ia boleh

diterima menjadi menantu. Sekalipun pernah dipenjara. Itu

bukan karena ia telah berbuat jahat.” Maka diterimalah menjadi

manantunya. Nabi membicarakan tentang Nan Rong, “ Bila

negara di dalam Jalan Suci (Dao), ia tidak akan sia-sia. Bila

negara ingkar dari Jalan Suci (Dao), ia akan terhindar dari

hukuman. Maka diterimalah ia sebagai menantu kakaknya.”

Lun Yu, jilid V Kong Ya Tiang, ayat 1, 2, hal 133. Disini jelas

peranan Nabi Kongzi dalam memilihkan pasangan putrinya dan

keponakannya untuk dijadikan istri dari murid-muridnya.

53
Secara garis besar, pandangan Nabi Kongzi tentang

hubungan suami-istri, pada satu sisi sebagai suami-istri, lebih

dititik beratkan pada peningkatan kualitas karakter suami dan

istri melalui pembinaan diri, pada galibnya sejajar

hubungannya, dan menerima rasa bakti dari putra-putrinya, ini

adalah dasar kebenaran. Disisi lain, suami adalah pemimpin

keluarga dan istri mengikutinya. Relasi suami istri yang

didasari kesetaraan gender dan berbeda fungsional dalam

menjalankan kehidupan rumah tangga didalam masyarakat,

akan meningkatkan kualitas kehidupan itu sendiri dalam

mengayuh dan meraih kebahagiaan. Dalam lima hubungan

prima kemanusiaan ini, hubungan suami dan istri adalah

pondasi dari terwujudnya lima relasi utama manusia. Peranan

suami dan istri yang membina diri sebagai pokok keimanan

akan melahirkan fungsi yang berbeda dari lima relasi ini, Ia

bisa menjadi suami yang benar dan pasangannya menjadi istri

yang bajik. Akan berfungsi sebagai ayah yang penuh kasih

sayang dalam mendidik putra-putrinya, dan sebagai anak, ia

akan berbakti kepada orang tuanya. Sebagai saudara muda atau

tua, ia akan berlaku sahabat kepada adiknya dan akan berlaku

hormat bila ia menjadi seorang adik. Sebagai pemimpin, ia

akan menjalankan organisasinya dengan cinta kasih dan

sebagai bawahan ia akan selalu loyal kepada atasannya.

54
Terakhir sebagai seorang teman dan sahabat, ia akan berlaku

dapat dipercaya. Dalam perwujudan nyata perilaku lima relasi

ini, ternyata lima kebajikan dapat muncul dalam dimensi

kehidupan. Dengan membina diri masing-masing gender

manusia sebetulnya mampu melakukan dan mewujudkan

secara nyata ajaran Nabi Kongzi.69

B. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan antar manusia adalah hubungan yang sangat

penting. Hubungan itu perlu dijaga keselarasannya supaya semua

bisa bekerja sama dengan baik. Manusia dalam berinteraski perlu

memperhatikan kedudukan dan martabat orang lain. Nabi Kongzi

mengajarkan lima hubungan yaitu, (a) hubungan antara atasan

dengan bawahan, (b) hubungan suami dengan istri, (c) hubungan

orangtua dengan anak, (d) hubungan antarsaudara, (e) hubungan

antar-teman.

Hubungan antarmanusia perlu dilandasi kebajikan atau

cinta kasih dan keadilan. Menurut ajaran agama Khonghucu,

hubungan antarmanusia perlu diatur dengan baik oleh negara.

Pengaturan ini meliputi semua bidang kehidupan seperti kegiatan

ekonomi, politik, sosial budaya, ekonomi, pendidikan,

69
Agung Prabowo, “Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat”, tersedia di
https://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan-masyarakat.html, diakses pada
tanggal 28 Desember 2020.

55
pengembangan kesenian, urusan perkawinan, dan upacara

keagamaan. Pegawai pemerintah dan sistem birokrasi berpungsi

membantu mengatur hubungan antarmanusia agar tercipta

ketertiban dan tidak mempersulit rakyat yang seharusnya dilayani

dengan baik. Kebajikan dan keadilan dalam masyarakat

kemunculannya bergantung pada kejujuran dan kesungguhan para

pejabat negara dalam mengatur rakyatnya. Apabila ada rakyat yang

melawan negara atau mengacau negara diberi hukuman yang berat.

Orang yang menjadi pejabat dan pegawai negara wajib

menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh, apabila lalai atau

melanggar peraturan juga dihukum berat.

Hubungan antar sesama pribadi diatur oleh norma

masyarakat. Apabila norma itu dilanggar, akibatnya timbul

keretakan hubungan. Akibat lanjutannya yaitu orang kehilangan

banyak teman atau hubungan dengan teman tidak serasi. Hubungan

antarpribadi juga diatur dengan undang-undang, seperti undang-

undang perdata dan undang-undang perkawinan. Banyak orang

tidak bisa membedakan hubungan individu dengan negara dan

hubungan antara individu dengan individu. Biasanya orang hanya

memperhatikan hubungan dirinya dengan negara. Mereka merasa

tidak bersalah apabila tidak melanggar undang-undang dan tidak

56
berususan dengan polisi. Orang semacam ini lupa pada tatanan

moral.70

70
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Direktorat
Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Agama Khonghucu di Perguruan Tinggi,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, 2016), hal 209-210.

57
BAB IV

IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM AGAMA KHONGHUCU

A. Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan

Dalam Litang Harmoni Kehidupan, hubungan Atasan dan

Bawahan atau Pimpinan dan Bawahan adalah hubungan antara Ketua

MAKIN Cimanggis beserta jajarannya yang masuk dalam strukural

organisasai kepengurusan sampai pada umat Khonghucu yang ada di

Litang Harmoni Kehidupan. Dalam hal organisasi kepengurusan, MAKIN

sendiri sempat ada pergantian anggota organsiasi bagian rumah tangga,

penyebabnya adalah anggota tersebut sakit cukup lama kemudian memiliki

kesibukan yang lain dan tidak aktif di organisasi. Agar organisasi berjalan

dengan baik maka anggota tersebut digantikan oleh kandidat yang lain.

Sebelum melakukan pergantian, terlebih dahulu diadakan rapat antara

ketua MAKIN dan Anggota yang lainnya untuk mempertimbangkan

pergantian anggota tersebut dan menghubungi yang bersangkutan terkait

kesediaannya apakah masih berlanjut atau digantikan dengan yang lain.71

Dalam kaitannya Hubungan antara MAKIN Cimanggis dan Umat

Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan adalah MAKIN Cimanggis

selalu berusaha dengan baik melayani, melindungi dan memberikan

fasilitas yang terbaik untuk umat. MAKIN Cimanggis siap sedia ketika di

71
Wawancara dengan Bapak Ws. Gunawan, Rohaniawan MAKIN Cimanggis pada
tanggal 16 Januari 2021.

58
butuhkan oleh umatnya, dalam beberapa kesempatan, ketika ada umat

yang mengadakan acara seperti syukuran pernikahan, pengesahan rumah

dan lain sebagainya selalu turut serta hadir untuk ikut serta meramaikan

dan mendoakan. Rohaniawan yang diminta ketersediaannya untuk

mendoakan acara tersebut dan MAKIN yang meminta ketersedian

rohaniwan tersebut untuk hadir. Litang Harmoni menyediakan sarana

fasilitas yang bisa digunakan kapan saja jika umat membutuhkan, seperti

tenda, kursi, meja, kendaraan operasional untuk dipergunakan oleh umat.

Untuk menggunakan itu umat sendiri tidak dikenakan biaya sedikitpun,

hanya saja jika ada umat yang ingin memberi dengan seikhlasnya, uang itu

akan dimasukan kedalam kas dana kebajikan dan sumbangan umat.

Setiap kali beribadah Litang Harmoni mengadakan Dana

Kebajikan yang nantinya dana itu akan dipergunakan untuk kebutuhan

umat sendiri, dari umat untuk umat. Dalam kesempatan lain jika ada salah

satu umat yang sakit dan kurang mampu, Litang Hadir untuk menggalang

dana dan memberikan bantuan baik berupa materil maupun moril. Litang

Harmoni Kehidupan berusaha transparan dan terbuka dalam masalah

keuangan, mengadakan laporan keuangan setiap sebulan sekali yang

ditempel di majalah dinding Litang ataupun disebar melalui grup sosial

media, setiap tiga bulan sekali mengadakan evaluasi organisasi untuk

secara terbuka mendengarkan keluhan dan masukan dari anggota untuk

kemajuan umat. Setiap setahun sekali MAKIN mengadakan rekreasi untuk

umat, mengunjungi tempat-tempat wisata dan lain sebagainya, upaya itu

59
dilakukan adalah agar MAKIN sendiri terasa dekat dengan umat, menjaga

silaturahmi dan tali persaudaraan.

Seminggu sebelum tahun baru Imlek, Litang Harmoni merayakan

hari persaudaraan atau biasa disebut Er Shi Sheng An/Ji Si Sang Ang.

Perayaan ini dilakukan pada tanggal 24 bulan 12, Er Si Sheng An berarti

memanjatkan rasa syukur Kehadiran Tian karena sudah selamat melewati

waktu satu tahun. Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas berkah

yang diterima selama satu tahun, umat Khonghucu di Litang Harmoni

Kehidupan mengumpulkan dana untuk dibagikan kepada umat yang

kurang mampu, yang bertugas untuk mengumpulkan dan membagikan

dana tersebut adalah MAKIN Cimanggis. Bantuan yang diberikan sangat

beragam sekali, baik berupa sembako, baju, ataupun berupa uang. Selain

itu ada juga perayaan Sembahyang Arwah Umum atau biasa disebut juga

Jing He Ping. Jing He Ping ini dilakukan oleh Umat Khonghucu Litang

Harmoni Kehidupan untuk mewakili keluarga yang telah mendahului,

menyumbangkan secara sukarela Sebagian dari hartanya untuk dibagikan

kepada warga sekitar baik umat Khonghucu atau yang lainnya. Dari kedua

rangkaian ibadah tersebut MAKIN Cimanggis hadir untuk melayani

masyarakat mengumpulkan dan membagikan dana bantuan yang sudah

dikumpulkan oleh umat Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan.72

72
Wawancara dengan Bapak Chandra Limi, Ketua MAKIN Cimanggis pada 24 Februari
2021.

60
B. Hubungan antara Suami dan Ibu

Bagi Khonghucu hubungan suami dengan istri haruslah juga

didasarkan pada sifat-sifat yang baik dan terpuji. Seorang suami harus

dapat menghormati istrinya dan bergitu juga sebaliknya, seorang istri

harus dapat menghormati suaminya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata

mencius dibawah ini: “Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah

jalan suci bagi seorang wanita.” (Mencius III, 2: 2) Istri yang baik itu

adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap perintah suaminya, dan istri

yang tidak baik adalah istri yang selalu melanggar perintah suaminya.73

Jumlah Kartu Keluarga yang terdaftar di Litang Harmoni

Kehidupan berjumlah 400 KK, sejauh ini hubungan antara suami dan istri

di Litang Harmoni belum ada kasus perceraian dan kekerasan dalam

rumah tangga. Setiap kali waktu beribadah tiba, para suami datang

bersama istrinya untuk melakukan ibadah bersama di Litang Harmoni

Kehidupan, suami mengajarkan bahwa ibadah adalah salah satu elemen

penting dalam sebuah kehidupan. Dalam hal mencari nafkah, karena harus

adanya pembagian tugas, hampir seluruhnya yang bertugas mencari nafkah

adalah seorang suami, dan istri yang berada dirumah mengurus rumah,

bersih-bersih, masak dan mengurus anak. Meskipun beberapa ada yang

sama-sama mencari nafkah. Seperti pasangan suami istri Pak Wewen dan

Ibu Sian, Pak Wewen adalah petugas penjaga Litang dan Ibu Sian bertugas

untuk menjada koperasi dan membersihkan Litang.

73
Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat, hal. 64.

61
Menyadari pentingya hubungan yang harmonis antar suami dan

istri sebagai sebuah pondasi keluarga yang berkebajikan dan agar bisa

menopang perekonomian kelurga Pak Wewen mengajak istrinya untuk

sama-sama bekerja menjaga Litang. Dalam hal ini, Ibu Sian sebagai

seorang istri yang harus patuh dan tunduk terhadap suami maka Ibu sian

mengiayakan apa yang Pak Wewen tawarkan. Terlepas dari pemahaman

Ibu Sian terkait emansipasi perempuan beliau hanya mengatakan bahwa

ini adalah ajakan dan contoh yang baik yang seorang suami tawarkan,

ketika semuanya adalah untuk kebaikan maka semua nasihat, perintah, dan

contoh harus diikuti oleh seorang istri.74

C. Hubungan antara Orang tua dan Anak

Xiao berarti bersikap baik kepada orang tua dan leluhur, tetapi itu

menuntut tidak hanya perilaku yang melibatkan interaksi dengan orang tua

atau peringatan leluhur harus baik, tetapi juga semua perilaku seseorang,

termasuk perilaku di tempat kerja dan interaksi seseorang dengan orang di

luar keluarga, pasti bagus. Mengapa semua perilaku seseorang harus baik

agar seseorang menjadi baik kepada orang tua dan leluhurnya? Itu karena

melestarikan, meningkatkan atau memang memuliakan jika

memungkinkan, nama baik dan reputasi orang tua dan leluhur, adalah

persyaratan terpenting untuk menjadi baik kepada orang tua dan leluhur,

persyaratan terpenting menjadi xiao. Oleh karena itu, kewajiban keturunan

74
Wawancara dengan Pak Wewen dan Ibu Sian, Penjaga Litang Harmoni Kehidupan
Cimanggis Depok pada 24 Februari 2021.

62
kepada orang tua, xiao, tidak terbatas pada batasan sempit di dalam

keluarga, tetapi sebenarnya adalah pilar yang menopang seluruh tatanan

moral dan sosial dan dasar fundamental dari semua ideologi tradisional

Tiongkok.

Faktanya, jika orang tua meminta seseorang melakukan sesuatu

yang bertentangan dengan keadilan, moralitas, dan kepercayaan, maka

orang tua salah, dan membuat permintaan yang tidak adil itu sendiri

merupakan tindakan yang bertentangan dengan moralitas. Apa kewajiban

keturunan di sini? Apakah itu untuk menaati permintaan orang tua yang

tidak adil dan bertindak melawan keadilan, moralitas dan kepercayaan?

Tidak, tentu saja tidak. Dan mengatakan ya akan mendistorsi makna

kewajiban yang didefinisikan dalam hubungan. Ketika ditanya apakah

menjadi Xiao, seseorang harus selalu mematuhi orang tuanya, Konfusius

berseru, "Pembicaraan macam apa itu! Pembicaraan macam apa itu!" (Bab

15, "Membujuk dan Berselisih", Xiao Jing (Klasik Xiao).

Sekali lagi, menurut tradisi Konfusianisme seperti yang

diungkapkan dalam Xiao Jing (Klasik Xiao), untuk dianggap benar-benar

xiao, yaitu dianggap benar-benar baik kepada orang tua, perilaku

seseorang di tempat kerja dan dalam interaksi dengan orang-orang di luar

keluarga haruslah semuanya baik, karena menjunjung tinggi nama baik

orang tua dan leluhur, atau bahkan lebih baik lagi, membawa kemuliaan

nama keluarga, merupakan syarat terpenting dalam bersikap baik kepada

orang tua dan leluhur. Oleh karena itu, kepentingan keluarga, marga dan

63
"lingkaran" tidak pernah bisa bertentangan dengan ketaatan pada hukum,

moralitas, dan kepercayaan. Sebaliknya, untuk benar-benar baik kepada

keluarga, klan dan "lingkaran", seseorang harus mematuhi keadilan,

moralitas, kepercayaan dan hukum. Ketika anak menjalankan

kewajibannya untuk menghormati orang tuanya, maka orang tua akan

lebih mudah menjalankan kewajibannya untuk mendidik anak. Di sisi lain,

untuk tidak menjalankan kewajiban Anda tidak hanya menyakiti perasaan

pihak lain dan menurunkan semangatnya, tetapi juga menghalangi pihak

lain untuk menjalankan kewajibannya kepada Anda. Misalnya, ketika anak

tidak menjalankan kewajibannya untuk menghormati orang tuanya, maka

sangat sulit bagi orang tua untuk menjalankan kewajibannya mendidik

anak, karena tidak mendengarkan orang tua, dan juga karena sikap tidak

hormat. menyulitkan orang tua untuk memusatkan energi mereka dan

memberikan penjelasan, contoh, dan pengajaran terbaik secara umum

kepada anak-anak.75

MAKIN Cimanggis memberikan contoh laku bakti anak terhadap

orang tua sebagai berikut: Memuliakan Orangtua, Tidak Memalukan

Orangtua, Merawat Orangtua, Zengzi berkata, ”Laku bakti ada tiga

tingkatan, yang terbesar dapat memuliakan orangtua, yang kedua tidak

memalukan orangtua, dan yang ketiga hanya mampu memberikan

perawatan”. (Liji. XXIV: 4). Jalinan hubungan antara anak dengan

orangtua tidak dapat dipisahkan oleh jarak dan waktu. Di manapun kita

75
Xin-ming, 2009 “The Traditional Chinese

64
berada dan di manapun orangtua kita berada, perihal kita sebagai anaknya

tidak akan berubah. Jika kita melakukan hal-hal yang memalukan, maka

orangtua tetap akan mendapat dampaknya. Maka perbuatan tidak

memalukan orangtua adalah juga bagian/perwujudan dari pelaksanaan laku

bakti kita kepada orangtua, bahkan tingkatannya berada di atas hal

melakukan perawatan. Namun laku bakti bukan berarti membuta untuk

menurutisaja semua kehendakorangtua, kita tetap memiliki kewajiban dan

tanggungjawab untuk memberikan peringatan bila memang terjadi

penyelewengan/penyimpangan dari laku bajik. Tetapi, tentu saja

peringatan yang kita berikan tetap mengikuti kaidah-kaidah bakti itu

sendiri.

Sebagai mana ajaran Nabi Kongzi yang tercatat dalam Lunyu bab I

pasal 6. Nabi Kongzi bersabda, “Seorang muda di rumah hendaklah

bersikap bakti, di luar rumah hendaklah bersikap rendah hati, hatihati

sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat dan

berhubungan erat dengan orang-orang yang berpericinta kasih. Bila telah

melakukan hal itu dan masih mempunyai kelebihan tenaga, gunakanlah

untuk mempelajari kitab-kitab”. Berikut adalah praktek perilaku sehari-

hari anak dirumah dan tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang

anak yang berbakti dirumah sesuai dengan sabda Nabi; Cepat Tanggap,

Bila orangtua memanggil harus segera dijawab. Jangan acuh tak acuh dan

jangan mengabaikannya! Bila orangtua menugaskan kita untuk melakukan

sesuatu, segera dilaksanakan. Jangan mencari-cari alasan untuk

65
menundanya. Jangan malas, apalagi menolak tugas itu. Cepat tanggap

dalam hal ini berarti segera merespon setiap panggilan dan melaksanakan

perintah orangtua. Menerima Nasihat, Bila orangtua memberi petunjuk

dan nasihat, dengarkan dengan seksama dan ikuti dengan perbuatan.

Orangtua pasti akan mengajarkan kita ilmu dan adab yang luhur, bersih,

dan lurus. Nasihat itu pasti akan menyelamatkan kita dalam bergaul di

tengah masyarakat luas. Oleh karena itu, dengarkan nasihat itu dengan

hormat, santun, dan penuh perhatian, untuk selanjutnya dipraktikkan

dalam kehidupan sehari-hari. Menyenangkan Hati Orangtua, Hal lain yang

akan membahagiakan orangtua adalah kemantapan hati dalam beraktivitas

dan berkegiatan. Jangan sampai kita seperti orang yang selalu gelisah,

tidak berketetapan hati, suka berganti-ganti pekerjaan, kegiatan dan

profesi. Kemantapan dan ketekunan kita dalam suatu kegiatan akan

membawa kita semakin ahli dalam kegiatan tersebut, dan hal itu akan

semakin membahagiakan orangtua.

Berpamitan, Melapor, dan Hidup Teratur. Setiap kita hendak

berpergian, harus pamit dan minta izin lebih dulu kepada beliau. Beritahu

ke mana kita akan pergi dan apa tujuannya. Begitu pula setiap kita pulang

dari bepergian, sapa dulu beliau dan laporkan kejadian dalam perjalanan

kita tersebut. Hal yang sangat memprihatinkan pada saat sekarang adalah,

anak-anak di rumah merasa tidak perlu lagi memberitahukan/melapor

kepada orangtua saat baru tiba di rumah setelah bepergian. Jangan Asal

Melakukan, Banyak contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang

66
perlunya komitmen dan konsistensi dalam melakukan segala sesuatu.

Membereskan tempat tidur, membereskan buku pelajaran, gosok gigi

sebelum tidur, mencuci tangan sebelum makan, dan sebagainya

merupakan contoh hal-hal kecil yang sering kali dilakukan dengan

asalasalan. Padahal semua itu bermanfaat bagi pembentukan karakter bila

dilakukan sungguh-sungguh. Sebaliknya, bila melakukannya dengan asal-

asalan akan berakibat fatal, dan dalam kurun waktu panjang akan

membentuk karakter buruk. Jangan Mengambil Barang Orang Lain

Walaupun kita sangat menyukai suatu benda, jika benda tersebut bukan

milik kita, jangan sampai kita mengambilnya. Meskipun benda itu

kelihatannya kurang berharga, kalau belum menjadi milik kita, jangan

diambil dengan cara apapun juga. Kalau ini dilakukan, maka orangtua kita

pasti akan merasa malu dan kecewa. Nama baik kita pun akan tercela

karenanya. Melakukan yang Baik Meninggalkan yang Buruk, Di manapun

kita berada dan di manapun orangtua kita, perihal kita sebagai anaknya

tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika kita melakukan hal-hal

yang buruk, maka orangtua kita tetaplah terkena dampak buruknya. Maka

melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk merupakan

perwujudan perilaku bakti kita kepada orangtua. “Meskipun ayah bunda

telah meninggal dunia, bila akan melakukan sesuatu yang baik, wajib

selalu mengingat bahwa dengan hasil pekerjaannya itu dapat memuliakan

nama baik ayah bundanya. Bila akan melakukan sesuatu yang tidak baik,

67
wajib selalu mengingat bahwa hasilnya dapat memalukan ayah bundanya”.

(Liji. X: I.I.17).

Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani, Secara jasmani kita

mendapatkan hidup dari kedua orangtua. Rambut dan kulit diterima dari

ayah-bunda. Ini adalah warisan yang paling berharga dari mereka, maka

sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan merawatnya sehingga

tidak luka dan rusak. Jangan sampai kelalaian kita membuat badan kita

terluka, karena hal itu akan membuat orangtua kita cemas. Orangtua juga

akan malu apabila tingkah laku kita tidak baik. Perilaku yang baik ini

menunjukkan moralitas yang sehat. Perilaku baik yang dimaksud harus

dilakukan sampai akhir hayat. Menghadap Orangtua yang Khilaf, Nabi

Kongzi menasihati bahwa dalam melayani ayah bunda, boleh

memperingatkan (tetapi hendaklah lemah lembut). Bila tidak diturut,

bersikaplah lebih hormat dan janganlah melanggar. Meskipun harus lelah,

janganlah menggerutu”. Walau mungkin orangtua akan menjadi marah,

kalau kita yakin mereka memang bersalah, ingatkan lagi. Walau sampai

keluar air mata karena sangat sedihnya, tetaplah bermohon kepada mereka

untuk berubah sikap. Walau mungkin orangtua sampai khilaf lalu

memukul kita, jangan menyesal dan putus asa. Kita harus terus mencoba.

Kalau orangtua dibiarkan terbiasa berbuat salah yang berulang-ulang, bisa

merugikan kita semua. Merawat Orangtua yang Sakit, kita harus menjaga

orangtua dengan baik, menyelimutinya jangan sampai kedinginan,

menyuapi jangan sampai kurang asupan gizi, mengurut, membelai, dan

68
menunjukkan kasih sayang kita kepada mereka. Bila ternyata penyakit

mereka bertambah parah, harus ditambah pula perhatian dan kasih sayang

kita. Jangan ditinggalkan barang sekejap pun. Pagi, petang, siang, dan

malam penuhi kebutuhannya dan jaga mereka dengan baik. Singkatnya,

kita harus merawat orangtua seumur hidup mereka. Mengzi berkata,

“Memelihara masa hidup orangtua itu belum cukup dinamai pekerjaan

besar. Hanya segenap pengabdian mengantar kewafatannya barulah dapat

dinamai pekerjaan besar”. (Mengzi. IV B:13).76

Para orang tua di Litang Harmoni Kehidupan selalu memberi

contoh kepada anak-anaknya dalam hal beribadah. Ketika waktu beribadah

tiba, mereka mengajak serta anak-anaknya untuk ikut beribadah di Litang.

Selalu mengingatkan untuk menjaga pergaulan yang baik dan tidak

terjerumus kedalam hal-hal yang bisa mencemarkan nama baik orang tua.

Sejauh ini, Litang Harmoni Kehidupan belum pernah mendapatkan

laporan terkait dengan kasus yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja,

sebagai contoh seperti kasus narkoba, pencurian, pergaulan bebas, dan

kasus lainnya yang berkaitan dengan pencemaran nama baik orang tua.

Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan tekait kenakalan remaja,

para orangtua di Litang Hamoni Kehidupan mendatangkan Badan

Narkotika Nasional (BNN) untuk mengadakan penyuluhan terkait dengan

bahaya Narkoba dan para anak-anak remaja ramai-ramai mendatangi

Litang untuk mengikuti penyuluhan tersebut. Setiap kali ada yang

76
Hartono dan Gunadi, Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti, ( Jakarta:
Kementrian Pedidikan dan Kebudayaan, 2017), hal. 33-44.

69
meninggal, dalam proses pemakamannya Rohaniawan selalu

mengingatkan anak-anaknya untuk selalu rukun, damai dan menjaga nama

baik orang tuanya.

Dalam Khonghucu, bakti anak terhadap orang tua tidak hanya

dilakukan ketika orangtuanya masih hidup saja, tetapi ketika sudah

meninggalnyapun harus berbakti kepada orang tua. Banyak perayaan-

perayaan khusus untuk orang tua yang sudah meninggal, perayaan tersebut

adalah tak lain sebagai bentuk bakti anak terhadap orang tua. Umat

Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan yang masih memegang erat

nilai-nilai adat dan budaya leluhur, ketika proses pemakaman orangtuanya,

mereka membawa abu persembahyangan untuk kemudian disimpan di

Holo dan diletakan di meja abu yang sudah disiapkan dirumah mereka,

sebagai mediasi untuk sembahyang Ce It dan Cap Go guna mendoakan

orang tuanya yang sudah meninggal.77 Sembahyang Ce It dan Cap Go

adalah sembahyang yang dilakukan kepada Tian Gong, atau kepada

Langit, atau kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan juga kepada Dewa-Dewi

(Shen Xian) kepercayaan masyarakat Tionghoa, serta kepada leluhur

keluarga yang telah mendahului. Sembahyang Ce It dan Cap Go dilakukan

setiap tanggal 01 dan tanggal 15 kalender Imlek.78 Selain melakukan

sembahyang Ce It dan Cap Go, umat Khonghucu di Litang Harmoni

77
Wawancara dengan Bapak Apandi, Sesepuh dan Tokoh Masyarakat Khonghucu di
Litang Harmoni Kehidupan, pada tanggal 24 Februari 2021.
78
Herman Tan, “Sembahyang Ce It dan Cap Go,” tersedia di
https://www.tionghoa.info/sembahyang-ce-it-dan-cap-go/, diakses pada tanggal 26 Februari 2021.

70
kehidupan melakukan sembahyang Cengbeng (ziarah kubur) sebagai laku

bakti anak tehadap orang tua yang sudah meninggal. Satu minggu

menjelang perayaan hari Cengbeng biasanya semua anggota keluarga

pergi ke makam untuk membersihkan makam leluhurnya. Hari Cengbeng

(istilah Hokkian, Pinyin: Qing Ming) dilakukan setiap tanggal 4-6 April

(tergantung adanya tahun kabisat atau tidak), dimana sebagian besar

masyarakat Tionghoa di dunia melakukan tradis ziarah kubur orang

tua/leluhur. Hari Cengbeng sendiri adalah salah satu momen

berkumpulnya keluarga besar selain Imlek.79 Terkait dengan tradisi

Kimcoa (uang arwah) umat Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan

tidak menekankan hal itu untuk dilakukan, mengingat biaya yang

dibutuhkan cukup lumayan. Akan tetapi, sebagian umat yang mampu

biasanya melaksanankan tradisi ini.

Sebagai bentuk laku bakti anak terhadap para arwah leluhur dan

nenek moyangnya, umat Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan juga

merayakan sembahyang Jing He Ping. Berbicara lebih jauh tentang

persembahyangan sakral ini yang dilakukan oleh umat Ru Jiao, di dalam

tata agama dijelaskan bahwa sembahyang yang biasa dilakukan setiap

bulan tujuh itu, adalah merupakan salah satu bentuk persembahyangan

Kehadirat Tian Yang Maha Pengasih, yang ditujukan bagi para arwah

leluhur dan para arwah sahabat atau arwah umum, arwah segenap umat

79
Herman Tan, “Jadwal Sembahyang Hari Raya Tionghoa Tahun 2021”, tersedia di
https://www.tionghoa.info/jadwal-sembahyang-hari-raya-tionghoa-tahun-2021/, diakses pada
tanggal 26 Februari 2021.

71
untuk ketenangan dan kedamaian mereka di alam Sian Tian (alam setelah

mereka meninggal dunia di dalam kehidupannya sebagai roh atau arwah).

Ketenangan dan kedamaian bagi para arwah terlebih Tian mengampuni

segala kekeliruan yang mereka perbuat semasa hidupnya di dunia dan

terlebih lagi mereka sebagai para arwah diterima didalam kebajikan Tian

Yang Maha Gemilang dan hal ini teramat sangat didambakan umat Ru

Jiao yang tercetus dalam do’a persembahyangan Kehadirat Tian, sebagai

pernyataan setia, hormat, cinta kasih dan berbakti sesuai dengan apa yang

tersurat di dalam kitab Li Jing bab 4 pasal 5 : Nabi Kongzi mengingatkan

bahwa, Memperlakukan orang yang telah wafat dengan

memperlakukannya seperti seluruhnya telah mati itu menunjukkan tiada

cinta kasih. Sebaliknya memperlakukan orang yang telah wafat, dengan

memperlakukannya sebagai ia masih hidup, sungguh tidak bijaksana dan

hal ini tidak boleh dilakukan. Nabi Kongzi mengajarkan perlakukanlah ia

sebagai roh yang terhormat. Jadi atas dasar cinta kasihlah

persembahyangan terwujud.

Jelaslah bahwa di dalam Ru Jiao mengenal after life (kehidupan

setelah meninggal dunia), apa artinya persembahyangan yang dilakukan

setiap bulan tujuh imlek oleh umat Ru Jiao jika tidak mengakui adanya

kehidupan setelah mati. Dan untuk apa pula umat Ru Jiao dibimbing agar

mempunyai keyakinan dan kepercayaan bahwa hanya kebajikan sajalah

yang dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan kejahatan, bahwa hanya

kebajikan sajalah bekenan Tian.

72
Persembahyangan yang sakral ini dilaksanakan mempunyai dua

tujuan yaitu:

1. Tanggal 15 bulan tujuh imlek di altar keluarga, pada saat ngosi atau

antara jam 11:00 sampai dengan jam 13:00 bagi arwah para leluhur.

2. Tanggal 29 bulan tujuh imlek yaitu Khing Hoo Ping atau sembahyang

bagi arwah umum atau arwah Sahabat, untuk sembahyang ini

dibuatkan altar khusus, dihalaman Kelenteng atau diruang khusus atau

di rumah abu umum atau Tiong Ting. Persembahyangan di Kelenteng

atau Bio sering disebut juga sembahyang rebutan.

Sesungguhnya laku bakti itu ialah pokok kebajikan. Daripadanya

agama berkembang. Tubuh, anggota badan, rambut dan kulit, diterima dari

ayah dan bunda. Perbuatan tidak berani membiarkannya rusak, itulah

permulaan laku bakti. Menegakkan diri hidup melaksanakan Jalan Suci,

meninggalkan nama baik di jaman kemudian sehingga memuliakan ayah

dan ibu, itu akhir laku bakti. Adapun laku bakti itu dimulai dengan

mengabdi kepada orang tua, selanjutnya mengabdi kepada pemimpin dan

akhirnya menegakkan diri. Demikianlah laku bakti itu: langit mempunyai

ketertiban, bumi mempunyai kebenaran dan rakyat/manusia mempunyai

prilaku. Maka ketertiban langit dan bumi itu menjadi teladan rakyat. Oleh

karena langit, bumi menjadi subur dan member keberuntungan. Sungguh

besarlah makna laku bakti. Di antara watak-watak yang terdapat langit dan

bumi, sesungguhnya manusialah yang termulia. Di antara prilaku manusia

tiada yang lebih besar daripada laku bakti. Di dalam laku bakti tiada yang

73
lebih besar daripada menaruh hormat kepada orang tua dan hormat kepada

orang tua itu tiada yang lebih besar daripada bersujud dan hidup selaras

dengan Firman Tuhan.

Seorang Susilawan mengutamakan pokok, sebab, setelah pokok itu

tegak, niscaya Jalan Suci itu akan tumbuh. Laku bakti dan rendah hati

itulah pokok perilaku cinta kasih, pokok kebajikan. Dalam berkata,

ingatlah akan orang tuamu, ingat akan leluhurmu. Maka dengan

sembahyang kepada arwah leluhur menjadikan orang senantiasa ingat akan

tanggung jawabnya kepada yang telah mendahulu. Ia akan membina diri,

hati-hati dalam perbuatan dan takut menodai mereka yang telah

mendahulu. Dengan hormat kepada leluhur berarti pula hormat setia

kepada Tian, membawa perbuatannya berkenan kepada Tian sehingga

boleh membawa berkah bagi dunia. Demikianlah pada bulan 7 Imlek,

dilakukan sembahyang kepada leluhur, dilakukan pula sembahyang

kepada segenap arwah yang telah mendahulu dan semuanya hendaknya

meneguhkan iman kita setia melaksanakan Firman Tian dan mencintai,

tenggang rasa, tepa salira kepada sesame makhluk Tian dan menyayangi

lingkungan hidupnya. Jangan lupakan biar kepada mereka yang telah jauh.

Perbuatan yang selaras dengan Firman itu akan banyak menurunkan

berkah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persembahyangan

yang dilakukan merupakan pernyataan keyakinan tentang adanya

kehidupan setelah mati atau after life. Bahwa sembahyang kepada leluhur

74
itu merupakan pernyataan hormat kita kepada arwah para leluhur yang

mencerminkan pula adanya kehidupan abadi yang dinyatakan dengan

prilaku yang baik serta sembahyang di dunia ini. Bahwa orang hidup itu

bertali-talian antara orang tua dan anak, maka segala kebaikan dan

kesalahan orang tua, anaklah yang mampu menyempurnakan atau

meluruskan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada zaman dahulu

orang tua merasa tidak berbakti bila tidak mempunyai keturunan, sebab

yang bisa menolong arwah orang tua atau leluhur anak dengan jalan

berbuat kebajikan. Maka bila hanya berlaku bakti mendidik anak dan cucu,

masih belum sempurna bila mengabaikan sembahyang pada tanggal 15

bulan 7 imlek. Sedang sembahyang pada tanggal 29 bulan tujuh imlek

sebenarnya merupakan intisari kehidupan beragama, bukan hanya

sembahyang saja melainkan berkurban, mengembangkan kebajikan

langsung kepada sesama manusia dengan jalan berdana.80

D. Hubungan antara Kaka dan Adik

Hubungan kakak dan adik adalah hubungan keluarga yang harus

ditata dengan baik sehingga akan terjalin saling pengertian, gotong royong,

rukun dan damai. Setelah dewasa akan saling tolong menolong satu

dengan lainnya dalam menyelesaikan permasalahan hidup maupun hal

ekonomi. Di dalam Shi Jing (kitab Sanjak) tertulis: “Hormatilah kakakmu,

cintailah adikmu. Hormatilah kakakmu, cintailah adikmu. Dengan

80
Tan Sudemi, “Riwayat dan Makna Sembahyang Jing He Ping,” tersedia di
http://konfusiani.blogspot.com/2012/08/riwayat-dan-makna-sembahyang-jing-he.html?m=1,
diakses pada tanggal 08 Februaru 2021.

75
demikianlah baharu dapat mendidik rakyat negara”. (Da xue lX: 7) “Di

dalam Shu Jing tertulis, “Berbaktilah! Berbakti dan mengasihi saudara-

saudara, ini sudah berarti membantu pemerintahan! Mengapa harus

memangku jabatan baru dinamai membantu pemerintah?” (Lun Yu ll:

21).81

Seorang kakak harus dapat melindungi dan membimbing adiknya

dengan kasih sayang dan bijaksana. Adik harus hormat kepada kakaknya.

Kakak dan adik harus saling menyayangi, saling membantu, dan saling

peduli.82 Di Litang Harmoni Kehidupan cukup banyak seorang kaka yang

sudah menjadi tulang punggung keluarga dan membiayai adiknya untuk

menempuh pendidikan, ada juga yang sudah sama-sama berkerja untuk

menopang perekonmian keluarga. Dalam kaitannya dengan organisasi

kepemudaan dalam agama Khonghucu, Pemuda Agama Khonghucu

Indoneisa (PAKIN) jika Kakanya yang aktif dalam organisasi ini maka

diharapkan untuk mengajak adinknya turut serta aktif dalam organisasi

kepemudaan guna meneruskan perjuangan yang sudah dibangun oleh

kakanya. Di Litang Harmoni Kehidupan jarang sekali mendengar Kaka

dan Adik berselisih, baik dalam masalah finansial, pembagian harta

warisan dan lain sebagainya. Namun, silang pendapat antara kaka dan adik

81
Khonghucu Indonesia, “Hubungan Kaka dan Adik,” teredia di
https://khonghucuindonesia.wordpress.com/2019/06/21/hubungan-kakak-adik/, diakses pada 27
Februari 2021.
82
Yudi dan Adji Djojo, Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti, (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hal. 55.

76
bukan hal yang bisa dihindari, tetapi semuanya bisa diselesaikan dengan

baik karena sama-sama menyadari bahwa kaka harus mengayomi adiknya

begitupun sebaliknya adik haruh patuh dan menghargai kakanya.

Kemudian dalam beberpa momen perayaan hari keagamaan

Khonghucu, bagi keluarga yang sudah mandiri, semuanya kompak baik

kaka maupun adiknya berkumpul bersama keluarga besar dirumah

orangtunya guna merayakan hari keagamaan tersebut. Momen harmonisasi

yang paling menonjol dalam hal ini adalah pada saat perayaan Tahun Baru

Imlek, semuanya kompak untuk memeriahkan tahun baru tersebut,

menghias rumah, menyediakan makanan, bagi-bagi angpao. Seorang kaka

yang sudah berpenghasilan ada keharusan tersendiri untuk membagikan

angpao kepada adik-adiknya.83

E. Hubungan antara Kawan dan Sahabat

Dalam Agama Khonghucu dikenal ada teman yang membawa

manfaat dan teman yang mendatangkan kerugian. Dalam Lun Yu - Ji Shi -

Kwi Si - Sabda Suci XVI Keluarga Bangsawan Ji, Pasal 4: Nabi Khongcu

bersabda: "Ada tiga macam sahabat yang membawa faedah dan ada tiga

macam sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang

jujur dan yang berpengetahuan luas, akan membawa faedah. Seorang

sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal baik dan hanya pandai

memutar lidah, akan membawa celaka."Menurut Nabi Kongzi, pertemuan

83
Wawancara dengan Bapak Setiawan, Bendahara Litang Harmoni Kehidupan, pada
tanggal 24 Februari 2021.

77
dengan teman selalu mendatangkan kegembiraan, karena selalu membawa

informasi, dapat saling belajar.

Persahabatan yang murni tidak mengenai kedudukan sosial, tidak

memandang harta, tetapi mementingkan kebajikan. Persahabatan yang

didasarkan untung rugi secara fisik-material akan mengurangi nilai

persahabatan. Dalam - Wan Zhang II, Bingcu V B, Ban Ciang B Pasal 3

ayat (1): Ban-ciang bertanya: "Memberanikan bertanya hal bersahabat."

Bingcu menjawab: "Jangan membanggakan usia, jangan membanggakan

kedudukan dan jangan pula membanggakan keadaan kakak atau adik

dalam bersahabat. Bersahabat ialah bersahabat di dalam Kebajikan, tidak

boleh membanggakan hal-hal lain."

Inti Persahabatan menurut ajaran Khonghucu adalah Satya dan

Dapat Dipercaya sebagaimana disebutkan dalam: Lun Yu -Wei Ling Gong

- Wee Ling Gong - Sabda Suci XV - Rajamuda Wei Ling Gong, Pasal 6

ayat (2). Nabi bersabda: "Perkataanmu hendaklah kau pegang dengan

Satya dan Dapat Dipercaya; perbuatanmu hendaklah kau perhatikan

sungguh-sungguh. Dengan demikian di daerah Ban dan Bek pun, tingkah

lakumu dapat diterima. Kalau perkataanmu tidak kau pegang dengan Satya

dan Dapat Dipercaya, perbuatanmu tidak kau perhatikan sungguh-

sungguh, sekalipun di kampung halaman sendiri mungkinkah dapat

diterima?84

84
Suyena Adegunawan, “Jalan Suci Persahabatan,” tersedia di
https://www.gentarohani.com/2019/10/jalan-suci-persahabatan.html, diakses pada tanggal 01
Maret 2021.

78
Dalam Litang Hamoni Kehidupan mejalin persahabatan dan

pertemanan bukan hanya diaplikasi oleh sesama umat Khonghucu saja,

tetapi dengan umat lainnya yang hidup berdampingan dengan Litang,

menjalin hubungan baik dengan berbagai ormas yang datang dari berbagai

kalangan. Dengan adanya sikap saling percaya dan adanya keterbukaan

sikap antara satu dengan yang lainnya membuat hubungan menjadi

harmonis. Menjalin pertemanan dengan orang yang berbeda keyakinan,

aspek yang terpenting untuk ditekankan adalah sikap tolerasi, sikap

toleransi yang baik di Litang Harmoni kehidupan pada akhhirnya berbuah

manis dengan adanya hubungan yang baik dan saling mendukung satu

sama lain. Ini terbukti dalam berbagai kegiatan-kegiatan keagaan yang

Litang adakan selalu berjalan dengan baik dan sesuai rencana.

Sebagai contoh bentuk dukungan yang datang dari masyarakat dan

Ormas adalah ketika Litang sedang merayakan Tahun Baru Imlek,

Organisasi Pemuda Pancasila ikut serta membantu menertibkan dan

mengamankan acara tahun baru tersbut. Hal tersebut terjadi tak lain karena

buah dari sama-sama menaruh kepercayaan antara satu dengan yang

lainnya. Hal lain yang tak bisa dilupakan adalah Litang Harmoi Kehidupan

selalu melibatkan masyarakat sekitar dalam setiap perayaan keagamaan

baik itu hubungannya dengan ibadah sosial atau ibadah yang lainnya,

seperti Hari Jingheping, Er Shi Seng An dan masih banyak yang lainnya.

Umat Litang Harmoni Kehidupan yakin dengan menjalin hubungan yang

baik dengan siapapun dan dimanapun mereka berada maka akan tumbuh

79
pertemanan dan persahabatan dengan berpegang teguh pada kepercayaan

satu sama lain dan sama-sama dapat memberikan manfaat membangun

hubungan yang menguntungkan, umat bisa khusu beribadah dan

masyarakat sekitar tidak terganggu dengan adanya ritual ibadah yang

dilakukan oleh Umat Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan.85

85
Wawancancara dengan Bapak Setiawan, Bendahara Litang Harmoni Kehidupan pada
tanggal 24 Februari 2021.

80
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Yang dimaksud dengan ajaran Ngo Lun dalam agama Khonghucu

adalah lima norma kesopanan dalam masyarakat atau biasa disbut juga Wu

Lun lima hubungan utama kemanusiaan yang memegang peranan penting

untuk menciptakan hubungan relasi dalam masyarakat yang tertata rapih

berdasarkan Li (kesusilaan, sopan santun, tata krama) untuk menciptakan

keharmonisan. Lima norma kesopanan tersebut diantaranya adalah

hubungan antara Pemimpin dan Bawahan, Suami dan Istri, Orang tua dan

Anak, Kaka dan Adik, dan antara Kawan dan Sahabat. Relasi seperti itulah

yang diajarkan dalam Ngo Lun, setiap orang dalam posisi tertentu

memiliki peran dan tanggungjawab masing-masing. Pemimpin harus

bersifat cinta kasih kepada bawahan dan bawahan harus bersikap loyal,

Suami berkebenaran dan Istri berkebajikan, Ayah berbelas kasih terhadap

Anaknya dan anak harus berbakti kepada ayahnya, Kaka harus bersahabat

dengan Adik dan Adik harus menaruh rasa Hormat terhadap Kakanya,

yang terakhir adalah hubungan antara Sahabat dan Teman yang memiliki

relasi atas dasar adanya kepercayaan satu sama lain.

Implementasi Ngo Lun pada Umat Khonghucu di Litang Harmoni

Kehidupan sudah cukup di terapkan dengan baik, Litang Harmoni

Kehidupan aktif dalam melayani dan memfasilitasi umat untuk beribadah.

81
MAKIN Cimanggis selalu hadir untuk mengakomodir setiap rangkaian

peribadatan yang akan dilakukan, mengelola keuangan, memiliki

koordinator wilayah untuk menjangkau dan mempermudah komunikasi.

Litang Harmoni Kehidupan menjadi tempat untuk mengembangkan bakat

umatnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan selain peribadatan diantaranya

terdapat Kong Jiao Ci Long Hui (Perkumpulan Liong Barongsai

Khonghucu), dan Wushu Genta Suci. Litang Harmoni Kehidupan juga

aktif dalam Forum Kerukunan Umat Bragama (FKUB) baik tinggat daerah

maupun Nasional.

Jumlah kasus perceraian, pertengkaran antara sesama umat,

perbuatan anak yang tidak mencerminkan laku bakti sepereti perkelahian,

pencurian, narkoba, dan pergaulan bebas minim terjadi pada umat

Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan. Kemudian dalam segi

peribadatan, sebagai contoh bahwa sampai saat ini sebagian umat---

meskipun tidak seluruhnya—masih memiliki meja abu dirumah mereka

sebagai sarana untuk beribadah kepada nenek moyangnya, umat

Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan juga masih beramai-ramai

untuk melakukan persembahyangan seperti Ce It dan Cap Go, Cengbeng,

Jing He Ping, sebagian umat yang mampu dalam perekonomian masih

melakukan sembahyang Kimcoa (uang arwah). Hubungan antara Umat

Khonghucu dan masyarakat sekitar saling mendukung dan menghargai,

tidak pernah ada gangguan yang dilakukan masyarakat sekitar ketika umat

beribadah, melakukan rangkaian tahun baru Imlek, masyarakat sekitar ikut

82
serta beramai-ramai memeriahkan acara tersebut. Dalam ibadah sosial

masyarak sekitar selalu diikut sertakan. Organisasi masyarakat non

Khonghucu seperti Pemuda Pancasila Kota Depok juga sempat turut hadir

untuk ikut menertibkan tahun baru Imlek di Litang Harmoni Kehidupan

Cimanggis Depok Jawa Barat.

B. Saran-saran

Pebahasan skripsi tentang tema ini sangat menarik dan dalam

proses pembuatannya sudah dilakukan secara maksimal oleh penulis.

Mulai dari pencarian sumber data, narasumber, dan lokasi penelitian. Akan

tetapi ada sebuah kendala yang penulis alami, yaitu terkait dengan sumber-

sumber literasi yang memabahas tentang tema ini. Selain karena bahasa

yang tertuang dalam naskah-naskah literasinya yang sulit dimengerti,

pelafalan bahasa yang kadang-kadang berbeda dengan tulisannya dan

tentunya ada istilah-istilah yang cukup jarang diketahui oleh penulis. Dan

point penting yang harus diingat juga selain pembahasan diatas, skripsi ini

dikerjakan ketika dunia sedang dilanda pandemi Virus Korona yang

mebuat penulis sulit bergerak dan mendapatkan akses ke tempat-tempat

yang akan penulis kunjungi untuk keperluan penelitian. Diharapkan untuk

penelitian selanjutnya lebih memahami Khonghucu sebagai sebuah ajaran

atau sebuah agama. Semoga sedikt banyak pembahasan ini dapat

menambahkan wawasan dan cita-cita umat Khonghucu dalam menjada

keutuhan Indonesia dan mewujudkan perdamaian dunia.

83
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Conolly, Peter (ed). Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta:

LKiS Yogyakarta, 2002

Durkheim, Emile. The Elementary Forms of Religious Life, United

State Of America: The Free Pres, 1995

Faisal Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005

Gultom, Ibrahim. Agama Malim di Tanah Batak, Jakarta: Bumi

Aksara, 2010

Hartono dan Gunadi, Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi

Pekerti, Jakarta: Kementrian Pedidikan dan Kebudayaan, 2017

Ikhsan M. Tanggok. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di

Indonesia, Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005

Kang, Hosuck Thomas. Tanya Jawab Khonghucu Dan Agama

Khonghucu, Terj. Mulyadi, Sidoarjo: SPOC (Study Park Of Confusius,

tanpa tahun

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik

Indonesia Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan,

Pendidikan Agama Khonghucu di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Direktorat

Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi

dan Pendidikan Tinggi, 2016

x
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta,

PT Gramedia Pustaka Utama, 1980

Liang, Mulyadi. Mengenal Agama Khonghucu, Sidoarjo: SPOC

(study park of confusius), 2015

_____________, Buku Kenangan Peresmian Litang Harmoni

Kehidupan MAKIN Cimanggis, Depok: MAKIN Cimanggis Depok 2008

Lubis, M. Ridwan. Agama dalam Diskursus Intelektual dan

Pergumulan Kehidupan Beragama di Indonesia, Jakarta: Kementrian

Agama Republik Indonesia Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB),

2015

Murtiningsih, Wahyu. Para Filsuf Dari Plato Sampai Ibnu Bajjah,

Jogjakarta: IRCiSoD, 2014

Naryoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar

dan Terapan, Jakarta: Kencana, 2006

Pals, L. Daniel. Seven Theories of Religion, Tujuh Teori Agama

Paling Berpengaruh, Yogyakarta: IRCiSoD, 2018

Romdhon dkk, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: IAIN Sunan

Kalijaga Pres, 1988

Smith, Huston. Agama-agama Manusia, Terj, Saafroedin Bahar,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001

Soentoro, Idris Ali. Cara Mudah Belajar Metodologi Penelitian

Dengan Aplikasi Statistik, Jakarta: PT Taramedia Bakti Persada, 2015

xi
Sou’yub, Joesoef. Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: PT. Al-

Husna Zikra, 1996

Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai

Alternatif Pendekatan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2005

Yudi dan Adji Djojo, Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi


Pekerti, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015

B. Skripsi

Anggraini, Novita Dian. Perkembangan Agama Khonghucu Di

Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Sosialisasi pada Keluarga

Khonghucu di Surakata), skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010

Asmara, Nina. Humanisme Dalam Agama Khonghucu (Studi

Terhadap Interaksi Sosial di Kelenteng Tjen Liong King Yogyakarta,

Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2008

Taufik, Muhammad. Ajaran Persaudaraan Dalam Agama

Khonghucu Dan Implememntasinya Di Kota Makassar, skripsi Fakultas

Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negri Alauddin

Makassar, 2017

Viviana, “Konsep Humanisme Agama Khonghucu Dalam

Membentuk Manusia Sempurna (Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan

Umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe),” skripsi Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

xii
C. Jurnal

Huang, Kai-Ping, Tsungting Chung, Jane Tung dan Sheng Chung

Lo, 2013. “Ketertarikan Guanxi dan Membangun Kepercayaan di Pasar

Bisnis Tiongkok: Perspektif Konfusianisme”, Jurnal Ilmu Terapan, 13.

Prabowo, Agung. “Wu Lun Lima Hubungan Masyarakat,”

https://www.spocjournal.com/budaya/488-wu-lun-lima-hubungan-

masyarakat.html, Diakses pada tanggal 28 Desember 2020.

Zarkasi, Ahmad “Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Khonghucu,” Al-

AdYaN/Vol.IX, N0.1 (Januari-Juni/2014).

D. Artikel Online

Fatiah, Dewi. Daftar Alamat dan Jadwal Kebaktian Litang di

Indonesia, https://dewiiifatiah.wordpress.com/. Di akses pada tanggal 20

Oktober 2020

https://www.hukumonline.com/. Intruksi Presiden No 14 Tahun

1967, Diakses pada tanggal 17 November 2020

MATAKIN, Agama Khonghucu,

https://matakin.wordpress.com/agama-khonghucu/, Diakses pada tanggal

26 November 2020

xiii
_________, Kitab Suci Agama Khonghucu,

http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, Diakes pada

tanggal 24 November 2020

_________, Pokok Ajaran Agama Khonghucu,

http://www.matakin.or.id/page/pokok-ajaran-agama-khonghucu, Diakses

pada tanggal 25 November 2020

_________, Sejarah Agama Khonghucu,

http://www.matakin.or.id/page/sejarah-agama-khonghucu, Diakes pada

tanggal 19 November 2020

C. Suhaidi, “Makna Imlek dan Dinamikanya di Suku Tiong Hoa

dari Waktu ke Waktu,” tersedia di

https://www.tribunnews.com/tribunners/2020/01/23/makna-imlek-dan-

dinamikanya-di-suku-tiong-hoa-dari-waktu-ke-waktu, diakses pada 25

Februari 2021.

Uung Sendana, “King Hoo Ping (Jing Hao Peng, Jing He Ping)”,

tersedia di https://www.uungsendana.com/2019/08/king-hoo-ping-jing-

hao-peng.html, diakses pada 25 Februari 2021

Herman Tan, “Sembahyang Ce It dan Cap Go,” tersedia di

https://www.tionghoa.info/sembahyang-ce-it-dan-cap-go/, diakses pada

tanggal 26 Februari 2021

___________, “Jadwal Sembahyang Hari Raya Tionghoa Tahun

2021”, tersedia di https://www.tionghoa.info/jadwal-sembahyang-hari-

raya-tionghoa-tahun-2021/, diakses pada tanggal 26 Februari 2021

xiv
Tan Sudemi, “Riwayat dan Makna Sembahyang Jing He Ping,”

tersedia di http://konfusiani.blogspot.com/2012/08/riwayat-dan-makna-

sembahyang-jing-he.html?m=1, diakses pada tanggal 08 Februaru 2021

Suyena Adegunawan, “Jalan Suci Persahabatan,” tersedia di

https://www.gentarohani.com/2019/10/jalan-suci-persahabatan.html,

diakses pada tanggal 01 Maret 2021

E. Wawancara

Wawancara dengan Bapak Ws Mulyadi Liang, Rohaniawan

MAKIN Cimanggis, pada tanggal 19 Oktober 2020

Wawancara dengan Bapak Ws. Sucipto, Rohaniawan Makin

Cimanggis, pada tanggal 24 Desember 2020

Wawancara dengan Bapak Ws Gunawan, Rohaniawan MAKIN

Cimanggis, pada tanggal 16 Januari 2021

Wawancara dengan Bapak Chandra Limi Ketua Litang Harmoni

Kehidupan, pada tanggal 18 November 2020

Wawancara dengan Bapak Setiawan, Bendahara Litang Harmoni

Kehidupan, pada tanggal 24 Februari 2021

Wawancara dengan Bapak Apandi, Sesepuh dan Tokoh

Masyarakat Khonghucu di Litang Harmoni Kehidupan, pada tanggal 24

Februari 2021

Wawancara dengan Pak Wewen, Penjaga Litang Harmoni

Kehidupan Cimanggis Depok pada 24 Februari 2021

xv
Wawancara dengan Ibu Sian, Penjaga Koperasi Litang Harmoni

Kehidupan Cimanggis Depok pada 24 Februari 2021

Pengukuhan Pengurus Majelis Agama Khonghucu Indonesia

(MATAKIN) Cimanggis, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Masa Bakti

12 Agustus 2018 s.d 11 Agustus 2022, Surat Keputusan Dewan Pengurus

Matakin No. 161/MATAKIN/SK/0818

Dewan Rohaniawan MATAKIN

xvi
LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ws. Mulyadi Liang
Jabatan : Guru Agama/Rohaniawan

Tanggal wawancara : 19 Oktober 2020


Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997
NIM : 11150321000027
Jabatan : Mahasiswa
Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Bpk. Ws. Mulyadi Liang
di Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna memperoleh
data-data dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Ngo Lun
Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok
Jawa Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Ws. Mulyadi Liang

xvii
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Ws Mulyadi Liang

Jabatan : Guru Agama/Rohaniawan

Tanggal wawancara : 19 Oktober 2020

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Apa itu Litang? Li ada juga yang mengartikan peribadahan,
tata susila, atau upacara, sedangkan Tang
artinya gedung, ruangan, atau aula. Secara
definisi Litang adalah ruangan atau aula
tempat Ibadah, belajar, dan mempelajari
agama Khonghucu di Indonesia.
2. Dimanakah Letak Geografi Litang Harmoni Kehidupan terletak di jalan
Litang Harmoni Kehidupan? Flamboyan Blok Anggrek No. 2 kelurahan
Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota
Depok Jawa Barat.

xviii
3. Sejarah dan Perkembangan Tahap pertama didirikan pada tahun 1963,
Litang Harmoni Kehidupan? tahap kedua setelah melakukan perpindahan
tempat beberapa kali dan kondisi jemaah
membludak dibangunlah tahap kedua yang
diresmikan pada tanggal 25 Mei 2008 yang
sekarang dikenal dengan Litang Harmoni
Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat.

xix
SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ws. Sucipto Hermawan
Jabatan : Penasihat Pusat/Rohaniawan

Tanggal wawancara : 24 Desember 2020


Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997
NIM : 11150321000027
Jabatan : Mahasiswa
Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Bpk. Ws. Sucipto
Hermawan di Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna
memperoleh data-data dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul
“Implementasi Ngo Lun Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang
Harmoni Kehidupan Depok Jawa Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk
digunakan sebagaimana mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Ws. Sucipto Hermawan

xx
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Ws. Sucipto Hermawan

Jabatan : Penasihat Pusat/Rohaniawan

Tanggal wawancara : 24 Desember 2020

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Apa saja aktifitas non Mengunjungi umat yang sakit, Senam
peribadatan Litang Hamroni Taichi, Wushu Genta Suci, Kong Jiao Ci
Kehidiupan? Long Hui (perkumpulan liong barongsai
agama Khonghucu) Menghadiri undangan
dari Pemerintah dan FKUB (Forum
Kerukunan Umat Beragama)

xxi
SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ws. Gunawan

Jabatan : Guru Agama/Rohaniawan

Tanggal wawancara : 16 Januari 2021

Tempat wawancara : Litang


Harmoni Kehidupan Menerangkan dengan sebenarnya
bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997

NIM 11150321000027

Jabatan : Mahasiswa

Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Bpk. Ws. Gunawan di


Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna memperoleh
data-data dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Ngo
Lun Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan
Depok Jawa Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Ws, Gunawan

xxii
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Ws Gunawan

Jabatan : Guru Agama/Rohaniawan

Tanggal wawancara : 16 Januari 2021

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Bagaimanakah Hubungan Dalam Litang Harmoni Kehidupan,
antara Atasan dan Bawahan? hubungan Atasan dan Bawahan atau
Pimpinan dan Bawahan adalah hubungan
antara Ketua MAKIN Cimanggis beserta
jajarannya yang masuk dalam strukural
organisasai kepengurusan sampai pada
umat Khonghucu yang ada di Litang
Harmoni Kehidupan.

xxiii
SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bpk. Apandi
Jabatan : Sesepuh Tokoh Masyarakat

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021


Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997
NIM : 11150321000027
Jabatan : Mahasiswa
Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Bpk. Apandi di Litang
Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna memperoleh data-data
dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Ngo Lun Dalam
Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa
Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Apandi

xxiv
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Bpk. Apandi

Jabatan : Sesepuh Tokoh Masyarakat

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Bagaimanakah Hubungan Dalam Khonghucu, bakti anak terhadap
antara Orangtua dan Anak? orang tua tidak hanya dilakukan ketika
orangtuanya masih hidup saja, tetapi ketika
sudah meninggalnyapun harus berbakti
kepada orang tua. Banyak perayaan-
perayaan khusus untuk orang tua yang
sudah meninggal, perayaan tersebut adalah
tak lain sebagai bentuk bakti anak terhadap
orang tua. Umat Khonghucu di Litang
Harmoni Kehidupan yang masih memegang
erat nilai-nilai adat dan budaya leluhur,
ketika proses pemakaman orangtuanya,
mereka membawa abu persembahyangan
untuk kemudian disimpan di Holo dan
diletakan di meja abu yang sudah disiapkan

xxv
dirumah mereka, sebagai mediasi untuk
sembahyang Ce It dan Cap Go guna
mendoakan orang tuanya yang sudah
meninggal.

xxvi
SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bpk. Chandra Limi
Jabatan : Ketua MAKIN Cimanggis

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021


Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997
NIM : 11150321000027
Jabatan : Mahasiswa
Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Bpk. Chandra Limi di
Litang Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna memperoleh data-
data dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Ngo Lun
Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok
Jawa Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Chandra Limi

xxvii
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Bpk. Chandra Limi

Jabatan : Ketua MAKIN Cimanggis

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Tujuan didirikannya Litang? Tujuan didirikannnya Litang Harmoni
Kehidupan adalah sebagai sarana rumah
ibadah bagi umat Khonghucu. Dengan
didirikannya Litang Harmoni Kehidupan
umat Khonghucu yang berada di sekitar
Rumah Ibadah lebih mengenal iman dan
dapat berjalan pada jalan yang benar.

xxviii
2. Bagaimanakah Hubungan Dalam kaitannya Hubungan antara MAKIN
antara Atasan dan Bawahan? Cimanggis dan Umat Khonghucu di Litang
Harmoni Kehidupan adalah MAKIN
Cimanggis selalu berusaha dengan baik
melayani, melindungi dan memberikan
fasilitas yang terbaik untuk umat. MAKIN
Cimanggis siap sedia ketika di butuhkan
oleh umatnya, dalam beberapa kesempatan,
ketika ada umat yang mengadakan acara
seperti syukuran pernikahan, pengesahan
rumah dan lain sebagainya selalu turut serta
hadir untuk ikut serta meramaikan dan
mendoakan.

xxix
SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bpk. Setiawan
Jabatan : Bendahara MAKIN Cimanggis

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021


Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997
NIM : 11150321000027
Jabatan : Mahasiswa
Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Bpk. Setiawan di Litang
Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna memperoleh data-data
dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Ngo Lun Dalam
Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa
Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Setiawan

xxx
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Bpk. Setiawan

Jabatan : Bendahara MAKIN Cimanggis

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Bagaimanakah Hubungan Seorang kakak harus dapat melindungi dan
antara Kaka dan Adik? membimbing adiknya dengan kasih sayang
dan bijaksana. Adik harus hormat kepada
kakaknya. Kakak dan adik harus saling
menyayangi, saling membantu, dan saling
peduli. Di Litang Harmoni Kehidupan
cukup banyak seorang kaka yang sudah
menjadi tulang punggung keluarga dan
membiayai adiknya untuk menempuh
pendidikan, ada juga yang sudah sama-
sama berkerja untuk menopang
perekonmian keluarga.

xxxi
2. Bagaimanakah Hubungan Dalam Litang Hamoni Kehidupan mejalin
antara Kawan dan Sahabat? persahabatan dan pertemanan bukan hanya
diaplikasi oleh sesama umat Khonghucu
saja, tetapi dengan umat lainnya yang hidup
berdampingan dengan Litang, menjalin
hubungan baik dengan berbagai ormas yang
datang dari berbagai kalangan. Dengan
adanya sikap saling percaya dan adanya
keterbukaan sikap antara satu dengan yang
lainnya membuat hubungan menjadi
harmonis. Menjalin pertemanan dengan
orang yang berbeda keyakinan, aspek yang
terpenting untuk ditekankan adalah sikap
tolerasi, sikap toleransi yang baik di Litang
Harmoni kehidupan pada akhhirnya
berbuah manis dengan adanya hubungan
yang baik dan saling mendukung satu sama
lain.

xxxii
SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bpk. Weweh
Jabatan : Penjaga Litang
Tanggal wawancara : 24 Februari 2021
Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997
NIM : 11150321000027
Jabatan : Mahasiswa
Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Bpk. Weweh di Litang
Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna memperoleh data-data
dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Ngo Lun Dalam
Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa
Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Weweh

xxxiii
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Bpk. Weweh

Jabatan : Penjaga Litang Harmoni Kehidupan

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Bagaimanakah Hubunga Jumlah Kartu Keluarga yang terdaftar di
antara Suami dan Istri? Litang Harmoni Kehidupan berjumlah 400
KK, sejauh ini hubungan antara suami dan
istri di Litang Harmoni belum ada kasus
perceraian dan kekerasan dalam rumah
tangga. Setiap kali waktu beribadah tiba,
para suami datang bersama istrinya untuk
melakukan ibadah bersama di Litang
Harmoni Kehidupan, suami mengajarkan
bahwa ibadah adalah salah satu elemen
penting dalam sebuah kehidupan. Dalam
hal mencari nafkah, karena harus adanya
pembagian tugas, hampir seluruhnya yang
bertugas mencari nafkah adalah seorang
suami, dan istri yang berada dirumah

xxxiv
mengurus rumah, bersih-bersih, masak dan
mengurus anak.

xxxv
SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKUKAN WAWANCARA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ibu Sian
Jabatan : Penjaga Koprasi Litang
Tanggal wawancara : 24 Februari 2021
Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama : Fiqri Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Januari 1997
NIM : 11150321000027
Jabatan : Mahasiswa
Bahwa benar-benar telah melakukan wawancara dengan Ibu Sian di Litang
Harmoni Kehidupan Cimanggis Depok Jawa Barat guna memperoleh data-data
dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Ngo Lun Dalam
Agama Khonghucu (Studi Terhadap Litang Harmoni Kehidupan Depok Jawa
Barat)”. Demikian surat ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Depok, 04 Mei 2021

Sian

xxxvi
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI NGO LUN DALAM

AGAMA KHONGHUCU DI LITANG HARMONI KEHIDUPAN

Data informan:

Nama : Ibu Sian

Jabatan : Penjaga Koprasi Litang Harmoni Kehidupan

Tanggal wawancara : 24 Februari 2021

Tempat wawancara : Litang Harmoni Kehidupan

No. Pertanyaan Jawaban


1. Bagaimanakah Hubunga Menyadari pentingya hubungan yang
antara Suami dan Istri? harmonis antar suami dan istri sebagai
sebuah pondasi keluarga yang berkebajikan
dan agar bisa menopang perekonomian
kelurga Pak Wewen mengajak istrinya
untuk sama-sama bekerja menjaga Litang.
Dalam hal ini, Ibu Sian sebagai seorang istri
yang harus patuh dan tunduk terhadap
suami maka Ibu sian mengiayakan apa yang
Pak Wewen tawarkan. Terlepas dari
pemahaman Ibu Sian terkait emansipasi
perempuan beliau hanya mengatakan bahwa
ini adalah ajakan dan contoh yang baik
yang seorang suami tawarkan, ketika
semuanya adalah untuk kebaikan maka

xxxvii
semua nasihat, perintah, dan contoh harus
diikuti oleh seorang istri.

xxxviii
FOTO-FOTO

Altar Nabi Kong Zi di Litang Harmoni Kehidupan

Altar Tian di Litang Harmoni Kehidupan

Parasasti Peresmian Litang Tahap Pertama Lantai Satu

xxxix
Parasasti Peresmian Litang Tahap Kedua Lantai Dua

Jadwal Ibadah Hari-Hari Besar Agama Khonghucu

Bersama Rohaniawan MAKIN Cimanggis

Bapak Ws. Mulyadi Liang

xl
Bersama Rohaniawan MAKIN Cimanggis

Bapak Ws. Gunawan

Bersama Rohaniawan MAKIN Cimanggis

Bpk. Ws. Sucipto Hermawan

xli
Bersama Bapak Chandra Limi Ketua MAKIN Cimanggis

Bersama Bapak Apandi Sesepuh dan Tokoh Masyarakat Umat

Khonghucu Litang Harmoni Kehidupan

Bersama Bapak Wewen Pengurus dan Penjaga Litang Harmoni

Kehidupan

xlii
Bersama Bapak Setiawan Bendahara MAKIN Cimanggis

Bersama Ibu Sian Penjaga Koprasi Litang Harmoni Kehidupan

xliii

Anda mungkin juga menyukai