Anda di halaman 1dari 116

PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PEMBERIAN

BANTUAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT TERKAIT


PERKARA PERCERAIAN
(Studi Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN Kediri)

SKRIPSI

OLEH

HASAN HUSIN

9311.124.18

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023

i
PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PEMBERIAN
BANTUAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT TERKAIT
PERKARA PERCERAIAN
(Studi Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN Kediri)

SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Kediri
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana (S.H)

Oleh:

Hasan Husin

9311.124.18

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PEMBERIAN


BANTUAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT TERKAIT
PERKARA PERCERAIAN
(Studi Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN Kediri)

Hasan Husin

9311.124.18

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Moh. Nafik, MHI Moch Choirul Rizal, M.H.


19770223 200901 1 004 19901017 201903 1 013

iii
NOTA DINAS
Kediri, 27 Juni 2023
Lampiran : 4 (empat) berkas
Hal : Penyerahan Skripsi

Kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
di
Jl. Sunan Ampel 07 Ngronggo Kota Kediri
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Memenuhi permintaan Dekan untuk membimbing penyusunan skiripsi
mahasiswa tersebut di bawah ini :
Nama : Hasan Husin
NIM : 9311.124.18
Judul : Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Pemberian Bantuan
Hukum Terhadap Masyarakat Pada Perkara Perceraian (Studi
Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN Kediri)

Setelah diperbaiki materi dan susunannya, kami berpendapat bahwa skripsi


tersebut telah memenuhi syarat sebagai kelengkapan ujian akhir Sarjana Strata
Satu (S-1).
Bersama ini kami lampirkan berkas naskah skripsinya, dengan harapan
dapat segera diujikan dalam sidang Munaqosah.
Demikian agar maklum dan atas kesediaan Bapak kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Moh. Nafik, MHI Moch Choirul Rizal, M.H.


19770223 200901 1 004 19901017 201903 1 013

iii
NOTA PEMBIMBING
Kediri, 27 Juni 2023
Lampiran : 4 (empat) berkas
Hal : Penyerahan Skripsi

Kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
di
Jl. Sunan Ampel 07 Ngronggo Kota Kediri
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Memenuhi permintaan Bapak Dekan untuk membimbing penyusunan
skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini :
Nama : Hasan Husin
NIM : 9311.124.18
Judul : Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Pemberian Bantuan
Hukum Terhadap Masyarakat Pada Perkara Perceraian (Studi
Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN Kediri)

Setelah diperbaiki materi dan susunannya yang diujikan pada tanggal 17


Januari 2023, kami berpendapat bahwa skripsinya telah memenuhi syarat sebagai
kelengkapan ujian akhir Sarjana Strata Satu (S-1).
Bersama ini terlampir satu berkas naskah skripsinya, dengan harapan dalam
waktu yang telah ditentukan dapat diujikan dalam Sidang Munaqasah.
Demikian agar maklum dan atas kesediaan Bapak kami ucapkan banyak
terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Moh. Nafik, MHI Moch Choirul Rizal, M.H.


19770223 200901 1 004 19901017 201903 1 013
iv
HALAMAN PENGESAHAN

PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PEMBERIAN


BANTUAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT TERKAIT
PERKARA PERCERAIAN
(Studi Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN Kediri)

Oleh:
HASAN HUSIN

(9311.124.18)

Telah diujikan di depan Sidang Munaqosah Fakultas Syariah


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri pada Tanggal 27 Juni
Tim Penguji,
1. Penguji Utama

Dr. Hj. Siti Nurhayati, M.Hum (.................................)


NIP. 19800313 201101 2 004

2. Penguji I
Moh. Nafik, MHI (.................................)
NIP. 19770223 200901 1 004

3. Penguji II

Moch Choirul Rizal, M.H (................................)


NIP. 19901017 201903 1 013
Kediri, 27 Juni 2023
` Dekan Fakultas Syariah

Dr. Khamim, M, Ag
NIP.1964 06242002121001

v
MOTTO

ُ َ‫ َواَل َخ ْي َر فِي َم ْن اَل يَْأل‬،‫ف‬


َ َ‫ َواَل يُْؤ ل‬،‫ف‬
،‫ف‬ ُ َ‫ْال ُمْؤ ِم َن يَْأل‬
ُ َ‫ف َويُْؤ ل‬
ِ َّ‫اس َأ ْنفَ ُعهُ ْم لِلن‬
‫اس‬ ِ َّ‫َو َخ ْي ُر الن‬
“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi
seorang yang tidak bersikap ramah, dan sebaik-baik manusia adalah
manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
(HR. Ath-Thabrani).1

1
Ath-Thabrani, Kitab Al-Mu’jamul Ausath. Drajatnya dinilai Shahih oleh Al-Albani (Shahihul
jami’h) hal 3289.
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas semua rahmat dan nikmat
yang telah dilimpahkan. Sholawat serta salam senantiasa di haturkan kepada
baginda Nabi besar Muhammad SAW. Allhamdulillah karya yang sederhana
ini saya persembahkan kepada:
1. Ayah saya Abdul Ghani dan ibu saya Ani serta seluruh keluarga saya
yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini walapun jarak yang
memisahkan antara kita sebagai keluarga doa yang tetap terucap akan
senantiasa menjadi semangat dimanapun saya berada.

2. Dosen Pembimbing skripsi saya bapak (Moh. Nafik, MHI dan Moch
Choirul Rizal, M.H) yang telah rela meluangkan tenaga dan waktunya
dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama menyelesaikan
skripsi ini.

3. Bapak Ketua LKBH, Advokad, Staf dan Paralegal yang telah


memberikan izin, waktu luang dan segala bantuan demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini.

4. Dosen dan seluruh lembaga pendidikan IAIN Kediri dan civitas


akademik yang telah membantu peneliti dalam menambah ilmu dan
pengalaman sebagai bekal kehidupan nantinya.

5. Beserta teman-teman saya mahasiwa Hukum Keluarga Islam angkatan


2018 IAIN Kediri, Teman pondok pesantren PPMH Amsilati, Teman
dari Aceh dan dari semua temen yang mengenal saya.

6. Teruntuk seluruh para pihak yang telah memberikan dukungan, baik


berupa dukungan positive maupun negative dan telah memberikan
bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini, yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.

vii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Hasan Husin

NIM : 931112418

Program studi : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syariah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

benar-benar tulisan saya, dan bukan merupakan palgiasi baik sebagian atau

seluruhnya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

skripsi ini hasil dari plagiasi, baik Sebagian atau seluruhnya, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Kediri,
Yang membuat pernyataan

Hasan Husin

viii
ABSTRAK

HASAN HUSIN, Dosen pembimbing bapak Moh. Nafik, MHI dan bapak
Moch Choirul Rizal, M.H. Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Pemberian
Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian (Studi
Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN Kediri), Skripsi
Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah, IAIN Kediri 2023.
Kata Kunci : Peran, Lembaga Bantuan Hukum, Perceraian
Indonesia adalah negara hukum. Jadi, semua masyarakat Indonesia
memiliki kedudukan yang sama di mata hukum tidak ada perbedaan yang
mempengaruhi kedudukan sebagai masyarakat Indonesia. Seluruh masyarakat
Indonesia mempunyai hak untuk dibela dalam mendapatkan keadilan, terutama
masyarakat yang kurang mampu atau masyarakat miskin yang sering kali di
persulit bahkan dirugikan dalam mendapatkan keadilan. LKBH IAIN Kediri
adalah lembaga konsultasi dan bantuan hukum yang memiliki peran sangat
penting dalam memberikan bantuan hukum terhadap masyarakat. Dalam
pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat pastinya LKBH IAIN Kediri
mengalami berberapa faktor serta kendala yang menghambat pemberian
bantuan hukumnya. Dalam penelitian ini peneliti akan fokus meneliti tentang
bagaimana peran LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum
terhadap masyarakat terkait perkara perceraian, serta faktor-faktor dan kendala
LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyrakat
terkait perkara perceraian. Dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis
peran apa saja yang diberikan serta faktor dan kendala apa saja yang terjadi
dalam pemberian bantuan hukum yang di LKBH IAIN Kediri.
Penelitian ini mengunakan jenis penelitian hukum empiris dengan
pendekatan institualisme atau kelembagaan. Dengan dua sumber data yaitu
sumber primier dan sekunder yang diperoleh dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi yang didapat dengan turun secara langsung ke
tempat lokasi penelitian. Terakhir akan dianalisa secara deskriptif kualitatif
dengan mengunakan pembahasan secara deduktif.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peran LKBH IAIN Kediri
pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat terkait perkara perceraian
sebagaiman pada kenyataanya bahwa peran LKBH tidak selalu berjalan dengan
baik sebagaimana yang telah diatur di dalam undang-undang dalam
memberikan bantuan kepada para pencari keadilan bagi masyarakat terbagi
dalam bentuk litigasi dan nonlitigasi. Litigasi dalam lingkup pengadilan serta
non litigasi dalam lingkup non pengadilan tanpa biaya seperti penyuluhan,
konsultasi, investigasi, penelitian hukum, mediasi, negosiasi, pemberdayaan
masyarakat, arbitasi, dan drafting dokumen. Dan faktor-faktor dan kendala
yang dihadapi LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap
masyarakat pada perkara perceraian juga berbagai dari faktor subtansi, faktor
struktural, faktor budaya, dan faktor masyarakat. Saran dari saya mengatasi

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
taufik, hidayah dan inayah-Nya kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, dan peneliti berharap semoga Allah senantiasa
memberikan ilmu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat, amin. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk kepada jalan yang di
ridhai Allah SWT, dengan ajaran yang dibawanya, yaitu ajaran agama Islam.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mengakui bahwa penulis
mendapatkan banyak bantuan dari beberapa pihak yang telah bersedia
mendukung dan meluangkan waktunya agar terselesikan dengan baik. Untuk
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara
langsung membantu menyelesaikan skripsi ini, ucapan terima kasih penulis
sampaikan terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Wahidul Anam, M.Ag., selaku Rektor IAIN Kediri atas segala
kebijaksanaan, perhatian dan dukungan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan studi ini.
2. Bapak Dr. Khamim, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Bapak Dr.
Abdullah Taufik, M.HI , selaku Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam beserta
jajaranya atas segala kebijaksanaan, perhatian dan dukungan sehingga peneliti
dapat menyelesaikan studi ini.
3. Bapak Moh. Nafik, MHI. selaku dosen pembimbing I, dan Bapak Moch
Choirul Rizal, M.H. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan hingga terselesaikannya skripsi ini
4. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Program Studi Hukum Keluarga Islam,
Fakultas Syariah dan seluruh lembaga pendidikan IAIN Kediri serta civitas
akademik yang telah membantu peneliti dalam menambah ilmu dan
pengalaman sebagai bekal kehidupan nantinya.
5. Kepada Bapak Ketua LKBH IAIN Kediri, Advokad, Staf dan Paralegal yang
telah memberikan izin, waktu luang dan segala bantuan demi terselesaikannya
penulisan skripsi ini.
x
6. Kepada orang tua saya bapak Abdul Gani dan Ibu Ani serta orang-orang yang
senantiasa mendo’akan, menyayangi, membantu, dan memotivasi hingga
peneliti dapat menyelesaikan studi .

7. Semua teman dan sahabat yang selalu memberikan kekuatan untuk terus
semangat dalam mengerjakan skripsi. Dan berbagai pihak yang telah
membantu kelancaran dalam proses penelitian, tetapi tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan tersebut, semoga amal
kebaikan yang telah diberikan senantiasa mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa penyusun skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan,. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan menfaat bagi peneliti dan bagi para pembaca, Amin.

Kediri,

Hasan Husin

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................iii

NOTA DINAS..................................................................................................................iv

NOTA PEMBIMBING......................................................................................................v

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................vi

MOTTO...........................................................................................................................vii

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................................viii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..........................................................................x

ABSTRAK........................................................................................................................xi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................xii

DAFTAR ISI...................................................................................................................xiv

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................10

C. Tujuan Penelitian..................................................................................................10

D. Manfaat Penelitian................................................................................................11

E. Penelitian Terdahulu.............................................................................................11

BAB II.............................................................................................................................18

LANDASAN TEORI.......................................................................................................18

A. Bantuan Hukum....................................................................................................18

B. Teori Peran...........................................................................................................34

C. Perceraian.............................................................................................................39

BAB III............................................................................................................................46

METODE PENELITIAN.................................................................................................46

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...........................................................................46

C. Lokasi Penelitian..................................................................................................47

D. Sumber Data Penelitian........................................................................................47


xii
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................48

F. Pengecekan Keabsahan Data................................................................................50

G. Analisis Data........................................................................................................52

H. Tahap-Tahap Penelitian........................................................................................54

BAB IV............................................................................................................................55

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN........................................................55

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................................55

B. Peran LKBH IAIN Kediri dalam Pemberian Bantuan Hukum terhadap Masyarakat
Terkait Perkara Perceraian............................................................................................60

C. Faktor-Faktor dan Kendala LKBH IAIN Kediri dalam Pemberian Bantuan Hukum
Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian........................................................68

D. Paparan Data dan Temuan Penelitian...................................................................70

BAB V.............................................................................................................................72

PEMBAHASAN..............................................................................................................72

A. Peran LKBH IAIN Kediri dalam Pemberian Bantuan Hukum Terhadap


Masyarakat Terkait Perkara Perceraian........................................................................72

B. Faktor-Faktor dan Kendala LKBH IAIN Kediri dalam Pemberian Bantuan Hukum
Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian........................................................80

BAB IV............................................................................................................................86

PENUTUP.......................................................................................................................86

A. KESIMPULAN....................................................................................................86

B. SARAN................................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................88

LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................................93

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................98

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Jadi,

semua masyarakat Indonesia memiliki kedudukan yang sama di mata hukum

tidak ada perbedaan yang mempengaruhi kedudukan sebagai masyarakat

Indonesia. Semua masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk dibela, serta

semua masyarakat berhak memperoleh hak keadilan, hak tersebut

merupakan hak dasar manusia secara hukum, karena semua manusia

memiliki harkat dan martabat yang samadi depan mata hukum. 2

Permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, antara lain

diakibatkan oleh lemahnya integritas penegak hukum, tidak adanya

pengawasan efektif di bidang hukum, banyak yang masih melihat hukum

dari konten nya, mentalitas praktisi hukum yang lemah, struktur hukum yang

overlapping kewenangan, serta peraturan hukumnya yang masih kurang

tepat serta kondisi juga diperburuk dengan rendahnya kesadaran dan

pemahaman masyarakatnya terhadap hukum itu sendiri.3

Pasifnya pemahaman masyarakat terhadap hukum ini menjadikan

bantuan hukum tidak dapat dinikmati dengan baik, dan menyebabkan

masyarakat yang tidak mampu ini menjadi pihak yang paling dirugikan

karena akses pelayanan hukum yang tidak mudah didapat. Artinya banyak

2
Riana Seprasia, Implementasi Bantuan Hukum Dan Permasalahanya.(Sinar Grafika.
Jakarta. 2008), 2.
3
Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, (Bantul: Pondok Edukasi, 2003), 41.
xiv
orang miskin yang membutuhkan bantuan hukum tapi sulit dalam

memperjuangkan hak-haknya, namun dikarenakan kesadaran dan

pemahamanya serta kemampuan ekonominya maka akses bantuan hukum

sulit diperoleh oleh mereka.4 Dalam mendapatkan akses keadilan (access to

justice) sangat terbatas pada bantuan hukum (legal aid) terutama kepada

masyarakat yang kurang mampu. Hal ini bukan hanya karena disebabkan

karena hanya masalah akses mendapatkan keadilan dan juga masalah hukum

semata, melainkan banyak hal-hal lain yang mempengaruhinya salah satunya

politik, bahkan lebih dalam lagi masalah budaya, dan persoalan ini juga

diperumit jika kita melihatnya dari sudut pandang ekonomi, yang disebabkan

oleh kemiskinan yang semakin luas, tingkat buta huruf yang tinggi dan juga

sampai di masalah kesehatan.5 Karena rendahnya kesadaran dan pemahaman

masyarakat terhadap hukum yang berupa ketidaktahuan nya terhadap hukum

yang berlaku dan keberadaan bantuan hukum yang merupakan hak bagi

mereka yang kurang mampu. Sebagai konsep persamaan hak di depan

hukum, hal ini dapat diperoleh tanpa pembayaran agar setiap orang dapat

memperoleh haknya atas pelayanan bantuan hukum. Kondisi kemiskinan

tersebut, di sisi lain bak gayung tak bersambut dengan tatanan masyarakat

saat ini telah mengubah tatanan masyarakat dalam hubungan antar manusia

yang dipandu oleh prinsip transaksi laba-rugi seperti yang bekerja dalam

4
Asfinawati, Mas Achmad Sentosa, Bantuan Hukum Askses Marjinal Terhadap Keadilan
(Senralisme Production: Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, 2007) 1.
5
Adnan Buyung Nasution, Legal Assistance and Acces to Justice in Indonesia, makalah
Legal Colloquium on disatober 1976, (London, England, Internasional Committee
disampaikan pada First International Legal Aid and Legal Service, Law Exchange Society
1976/1977), 1.
xv
kinerja ekonomi pasar. Satu gejala mengenai itu adalah komersialisasi

disegala bidang, tak luput juga komersialisasi hukum dan profesi hukum.6

Orang kaya mampu dan dapat menyewa jasa pengacara, sedangkan

orang miskin yang tidak mampu menyewa pengacara masih dapat menerima

bantuan hukum melalui lembaga bantuan hukum. Serta masyarakat yang

buta hukum adalah orang yang buta huruf, tidak berpendidikan, dan

berpendidikan rendah tetapi tidak mengetahui dan menyadari hak-haknya

sebagai subjek hukum. Bagi masyarakat miskin dan buta hukum dapat

diartikan sebagai bantuan hukum bagi kelompok masyarakat yang rata-rata

pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan.7 Masyarakat yang kurang

mampu jika menjadi tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan haknya

dalam menengakkan keadilan diberi kesempatan untuk mengadakan

hubungan dengan orang yang dapat memberi bantuan hukum. Pada tingkat

pemeriksaan sangat banyak terjadi hal seorang terdakwa mendapat suatu

putusan yang dinilai tidak sesuai dengan rasa keadilan. Padahal tersangka

memiliki fakta dan bukti yang dapat digunakan untuk meringankan beban

hukum atau ada kebenaran dalam perkara tersebut, padahal bantuan hukum

merupakan hak fakir miskin yang dapat diperoleh tanpa bayar, hal ini juga

sering terjadi karena tersangka tidak dapat memperoleh atau membayar

penasehat hukum yang dapat memberikan bantuan hukum untuk keadilan

yang diperjuangkan atau keterampilan dalam membela suatu perkara.8

6
B.Herry Priyono, Neoliberalisme dan Sifat Elusif Kebebasan, (Jakarta: Dewan Kesenian,
2006.), 7.
7
T.Mulya Lubis, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural, (Jakarta,LP3ES,1986), 15.
8
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Buku Kompas, 2003),
177.
xvi
Konsep bantuan hukum di Indonesia diartikan dan dilaksanakan pada

sekarang ini merupakan hal yang baru sekali, mungkin dapat dikatakan

bahwa bantuan hukum mulai ada dengan lahirnya lembaga bantuan hukum

(LBH). Gagasan atau konsep dalam bantuan hukum di mana pada umumnya

pasti sama, memberikan pelayanan bantuan hukum terhadap masyarakat

terutama orang yang kurang mampu membayar pengacara tanpa memandang

suku, agama, ras maupun yang berbeda keyakinan politik. Pada dasarnya

program bantuan hukum adalah dasar suatu proses pendidikan yang pada

hakikatnya akan menghasilkan keuntungan ganda. Pada satu pihak ia

berusaha untuk menegakkan cita-cita negara hukum dan di lain pihak

melaksanakan cita-cita negara demokrasi. 9

Lembaga Bantuan Hukum didirikan untuk mempromosikan keadilan

dan bantuan hukum terhadap masyarakat sekaligus membuat masyarakat

lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan keadilan. Bantuan hukum

juga memainkan peran penting tidak hanya untuk kepentingan tersangka

atau terdakwa tetapi juga untuk para pencari keadilan. Dalam kebanyakan

kasus, pemberian bantuan hukum di latar belakangi oleh satu tujuan mulia

yaitu membantu tersangka atau terdakwa dalam mempercepat jalannya

persidangan baik di dalam maupun di luar persidangan. Karena tetap

mengedepankan asas persamaan di depan hukum.10 Sistem supremasi hukum

atau rule of law yang mensyaratkan status sosial yang sama di depan hukum

terkadang tidak dihargai oleh masyarakat secara keseluruhan, terutama oleh


9
Adnan Buyung Nasution, Sejarah Bantuan Hukum di Indonesia (Jakarta: Sentralisme
Production, 2007), 6.
10
Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2006), 1.
xvii
masyarakat miskin yang berhadapan dengan kasus hukum. Karena mereka

percaya bahwa hanya memperjuangkan hak mereka di pengadilan justru

akan merugikan mereka secara materi, mayoritas dari mereka justru lebih

ikhlas dan rela melepaskan haknya. Hal ini karena maraknya media massa

yang memberitakan kasus-kasus hukum dengan biaya tinggi dan persepsi

yang salah bahwa hukum bisa dibeli. Padahal Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) secara eksplisit memberikan

perlindungan konstitusional bagi yang lemah dan miskin, yang paling rentan

terhadap perlakuan tidak adil dan diskriminasi.11 Kegiatan bantuan hukum

khususnya bagi masyarakat miskin dan buta hukum yang tampak semakin

meluas, suatu pandangan kritis terhadap konsep-konsep bantuan hukum

yang kini dikembangkan di Indonesia banyak dikemukakan oleh kalangan

hukum, baik teoritis, praktisi, maupun kalangan ilmuan sosial. bantuan

hukum merupakan salah satu cara untuk pemerataan keadilan yang penting

artinya bagi pembangunan hukum.

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan

Hukum (UU No. 16 Tahun 2011) juga menjelaskan tentang apa saja yang

berhak pemberi bantuan hukum lakukan seperti melakukan rekrutmen

terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum,

melakukan pelayanan bantuan hukum, menyelenggarakan bantuan hukum,

konsultasi hukum, penyuluhan hukum, bantuan hukum, dan program atau

kegiatan lain yang berkaitan bantuan hukum, menerima anggaran dari negara
11
Chrisbiantoro, M. Nur Solikin, Satrio Wirataru, Bantuan Hukum Masih Sulit Diakses:
Hasil Pemantauan di Lima Provinsi Terkait Pelaksanaan Undang-undang No.16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum,(Jakarta. Kontras, 2014), 1.
xviii
untuk melaksanakan bantuan hukum sesuai dengan undang-undang

mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang

menjadi tanggung jawab dalam persidangan sesuai dengan ketentuan

peraturan undang-undang, mendapatkan informasi dan data lain dari

pemerintah atau instansi lain untuk kepentigan pembelaan perkara, dan,

mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan

selama menjalankan pemberian bantuan hukum. UU No. 16 Tahun 2011

juga diharapkan dapat melindungi hak konstitusional setiap individu untuk

mendapatkan bantuan hukum selain itu juga diharapkan dapat

mengakomodir perlindungan terhadap masyarakat yang kurang mampu

dalam menghadapi kasus hukum.

Dalam agama Islam, juga dijelaskan seseorang diperkenankan

membantu suatu tindakan tertentu kepada orang lain yang kurang mampu,

yang mana orang lain tersebut bertindak atas nama pemberi bantuan atau

pemberi kuasa sepanjang kegiatan yang didelegasikan diperkenankan oleh

agama. Selain itu, dalam konsep hukum Islam manusia kedudukannya sama

didepan hukum dan berhak mendapatkan keadilan. Dari konsep itu,

pemenuhan hak dan kewajiban hukum menjadi tujuan keadilan hukum.

Dasar dari pemberian bantuan hukum ini juga sudah di jelaskan di dalam al-

Qur’an surat An-Nisa’ ayat 58:

‫ِا َّن اهّٰلل َ يَْأ ُم ُرمُك ْ َا ْن تَُؤ دُّوا ااْل َ ٰم ٰن ِت ِاىٰٓل َا ْه ِلهَ ۙا َو ِا َذا َحمَك ْمُت ْ بَنْي َ النَّ ِاس َا ْن حَت ْ مُك ُ ْوا‬
‫۞اِب لْ َع ْد ِل ۗ ِا َّن اهّٰلل َ ِن ِع َّما ي َ ِع ُظمُك ْ ِب ٖه ۗ ِا َّن اهّٰلل َ اَك َن مَس ِ ْي ًع ۢا ب َ ِصرْي ًا‬
xix
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.12

Tafsir dari ayat ini menurut Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di

bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam

Masjidil Haram) Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menunaikan amanat

kepada pemiliknya. Dan dia menyuruh kalian, apabila kalian memutuskan

perkara di antara manusia dalam semua urusan mereka, maka putuskanlah

perkara mereka dengan adil, jangan memihak atau zalim dalam

memutuskan. Sesungguhnya Allah mengingatkan dan memberi bimbingan

yang sebaik-baiknya ke arahnya (menjaga amanat) dalam setiap kondisi

kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar ucapan-ucapan kalian dan

Maha Melihat perbuatan-perbuatan kalian.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan

tafsir negeri Suriah Wahai manusia, sesungguhnya Allah memerintahkan

kalian untuk memberikan amanat itu kepada ahlinya (yaitu setiap sesuatu

yang diamanatkan seseorang yang merupakan hak orang lain, baik amanat

yang diperuntukkan untuk Allah atau para hamba) wahai para hakim dan

wali, ketika kalian menentukan hukum di antara manusia maka kalian harus

memutuskan dengan adil (yaitu wali atau hakim tidak condong kepada salah

satu pihak, dia harus memutuskan dengan sesuai kebenaran yang dijelaskan

dalam Al-Qur’an dan sunnah). Betapa nikmatnya sesuatu yang diajarkan

12
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan, (Bandung: PT. Cordoba Internasional
Indonesia), 100
xx
(diperintahkan) oleh Allah kepada kalian, yaitu menunaikan amanah, dan

menentukan hukum dengan adil. Sesungguhnya Maha Mendengar ucapan-

ucapan kalian dan Maha Melihat amal-amal kalian.

Lembaga konsultasi dan bantuan hukum (LKBH) mendefinisikan

pemberi bantuan hukum sebagai Lembaga bantuan hukum atau organisasi

kemasyarakatan yang memberi bantuan hukum sesuai dengan undang-

undang, kemudian bantuan hukum mensyaratkan bahwa LBH harus

berbadan hukum, terakreditasi, memiliki kantor atau sekratariat tetap,

memiliki pengurus dan memiliki program bantuan hukum. Ini merupakan

syarat agar mudah melakukan verifikasi dan akreditasi agar penilaianya

independen yang dilakukan oleh kementerian hukum dan hak asasi manusia.

bukan hanya untuk pemberi bantuan hukum tapi juga untuk lab

pembelajaran bagi mahasiswa hukum. LKBH IAIN Kediri Ini juga dapat

memberikan keuntungan kepada kedua belak pihak. Bagi Fakultas Syariah

dan juga lembaga dapat dijadikan tempat lahan praktek bagi para mahasiswa

dan alumni falkultas Syariah. Dalam rangka mempersiapkan dirinya menjadi

sarjana hukum dimana para mahasiswa dapat menguji teori-teori yang

dipelajari dengan kenyataan-kenyataan dan kebutuhan-kebutuhan dalam

praktek dan dengan demikian sekaligus mendapatkan pengalaman.

Penelitian ini akan dilakukan di LKBH Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Kediri yaitu lembaga konsultasi hukum dan bantuan yang dibentuk

sebagai wadah pengabdian masyarakat khususnya di bidang hukum dan

sarana praktik hukum bagi mahasiswa Fakultas Syariah yang bertujuan

xxi
untuk memberikan bantuan bantuan hukum dan konsultasi hukum kepada

masyarakat yang sedang menghadapi masalah hukum secara gratis. Setelah

melakukan observasi dan wawancara di lapangan di LKBH telah banyak

melakukan berbagai kegiatan seperti penyuluhan, pelatihan, pelantikan

paralegal dan lain-lain. LKBH juga telah menjalin kontrak dengan Pos

Bantuan Hukum (POSBAKUM) Pengadilan Agama Trenggalek, dan juga

telah melakukan banyak berperan dalam menangani beberapa perkara dan

juga menangani beberapa kasus seperti hutang piutang, wanprestasi,

perceraian dan lain-lain. Dari beberapa perkara tersebut paling banyak

terjadi perkara perdata khususnya di bidang perceraian dari cerai talak

maupun cerai gugat bahkan banyak sekali perkara perceraian yang sudah

ditangani LKBH IAIN Kediri karena banyaknya perkara perceraian yang

terjadi dan dalam penanganan pemberian bantuan hukumnya khusus perkara

perceraian banyak hal-hal yang terjadi dari hal seperti banyaknya masyrakat

yang mengalami perkara perceraian yang tidak mengetahui syarat-syarat

dalam perceraian serta peran dari LKBH IAIN Kediri dalam membantu

masyarakat dan faktor lainya.

Penelitian ini menurut peneliti sangat perlu karena mengingat

pentingnya bantuan hukum bagi masyarakat dan dalam pelaksanaan

pemberian bantuan hukum pasti bayak faktor-faktor serta kendala yang

dihadapi oleh LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap

masyarakat, dan apakah peran lembaga bantuan hukum ini sudah sesuai

dengan UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dan terlebih lagi

xxii
maraknya perkara perceraian yang terjadi. Berdasarkan hal-hal yang telah

diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul skripsi: “Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Pemberian

Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian

(Studi Kasus di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum IAIN

Kediri)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum

terhadap masyarakat terkait perkara perceraian?

2. Apa faktor-faktor yang menjadi kendala LKBH IAIN Kediri dalam

pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat dalam perkara perceraian?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran LKBH IAIN Kediri dalam

pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat terkait perkara perceraian.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor dalam LKBH IAIN

Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat terkait

perkara perceraian.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis yaitu untuk menambah mampu memberikan sumbangsih

wawasan serta keilmuan guna memperkaya referensi keilmuan tentang

bantuan hukum dan diharapkan dapat berkontribusi dalam menyumbang

khasanah keilmuan.

xxiii
2. Manfaat praktis yaitu untuk menjadikan penelitian ini bahan referensi bagi

para peneliti lainnya yang hendak melakukan penelitian dengan

permasalahan yang sama, memperluas wawasan bahan rujukan tentang

bantuan hukum bagi pihak yang membutuhkan bantuan hukum.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat diperlukan sebagai bahan penegasan dan

evaluasi terhadap kekurangan dan kelebihan yang relevan terhadap

penelitian ini. Pada penelitian terdahulu ini juga menampilkan penjelasan

dari beberapa penelitian terdahulu yang bersangkutan dengan penelitian ini.

Hal ini bermanfaat sebagai bahan rujukan dan pembanding antara penelitian

yang dilakukan dengan penelitian yang sudah ada yang dilakukan oleh

beberapa peneliti sebelumnya. Adapun penelitian tersebut diantaranya:

1. Skripsi Wilda Zara Yunita, Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung, tahun 2019, yang berjudul “Analisis Hukum Islam Tentang

Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Sosialisasi Hukum (Studi Desa

Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran). Hasil dari

penelitian ini adalah bahwa peranan LBH di desa Cipadang tidak berjalan

mulus sebagaimana mestinya banyak hal yang terjadi tidak sesuai undang-

undang. Dalam mensosialisasikan hukum terhadap masyarakat juga tidak

terlaksana dengan baik. Pandangan hukum Islam terhadap lbh termasuk

kedalam prinsip tolong menolong dan persamaan keadilan. Fokus

penelitiannya membahas tentang peranan lbh dalam sosialisasi hukum dan

analisis hukum Islam terhadap peran Lembaga Bantuan Hukum Desa

xxiv
Cipadang Kec Gedong Tataan Kab. Pesawaran. Persamaan penelitian

Wilda Zara Yunita dengan penelitian ini sama-sama membahas peran lbh.

Perbedaanya penelitian Wilda Zara Yunita adalah tempat dan

penelitiannya membahas tentang analisis hukum Islam terhadap peran

lembaga bantuan hukum dan sosialisasi hukumnya terhadap masyarakat di

Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Dalam

penelitianya menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan induktif.

Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris

dengan metode kualitatif dengan pendekatan institusionalisme

(pelembagaan), pendekatan merupakan pendekatan yang memfokuskan

instusi sebagai kajian utama, bagaimana kelembagaan instusi itu, tanggung

jawabnya, dan bagaimana peran lembaga bantuan hukum itu dalam

pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat terkait perkara

perceraian.13

2. Skripsi Nabila, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, tahun 2017

yang berjudul “Peranan Lembaga Bantuan Hukum Makassar Dalam

Memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma”. Hasil dari

penelitiannya adalah peranan LBH Makassar sangat membawa pengaruh

besar bagi masyarakat karena mendapatkan bantuan hukum secara cuma-

cuma hanya dengan cara membawa Surat Keterangan Tidak Mampu

(SKTM) atau semacamnya, dan faktor yang mengghambat pemberian

13
Wilda Zara Yunita, Analisis Hukum Islam Tentang Peran Lembaga Bantuan Hukum
Dalam Sosialisasi Hukum (Studi Desa Cipadang Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran). Jurusan Syiyasah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, (2019).
xxv
bantuan hukumnya adalah faktor anggaran dan faktor sumber daya

manusia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nabila yaitu

membahas peranan LBH dalam memberikan bantuan hukum terhadap

masyarakat. Perbedaanya penelitian Nabila dengan penelitian ini yaitu

tempat dan fokus penelitian ini kepada peranan lembaga bantuan hukum di

Makassar dalam memberikan hukum secara cuma-cuma terhadap

masyarakat dalam melaksanakan tugasnya dan penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologi.

Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris

dengan metode kualitatif dengan pendekatan institusionalisme

(pelembagaan), pendekatan yang memfokuskan instusi sebagai kajian

utama, bagaimana kelembagaan instusi itu, tanggung jawabnya, dan

bagaimana peran lembaga bantuan hukum itu dalam pemberian bantuan

hukum terhadap masyarakat terkait perkara perceraian.14

3. Eka Fitri Institut Agama Islam Negeri Bone tahun 2020, meneliti tentang

“Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Tidak Mampu Yang

Dilakukan Oleh Lembaga Bantuan Hukum Sipakatau Sipakalebbi

Sipakainge”. Ada pun hasil penelitiannya dengan memberikan

pendampingan kepada masyarakat pencari keadilan baik secara litigasi

maupun non litigasi, masyarakat miskin mendapatkan bantuan hukum

secara gratis. Selain itu, ada banyak kendala, termasuk persepsi publik,

kurangnya sumber daya manusia, dan dukungan pemerintah. Persamaan


14
Nabila, “Peranan Lembaga Bantuan Hukum Makassar Dalam Memberikan Bantuan
Hukum Secara Cuma-Cuma”. Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, (2017).
xxvi
penelitian Eka Fitri dengan penelitian ini yakni pembahsanya tentang

lembaga bantuan hukum. Perbedaanya tempat dan fokus penelitian Eka

Fitri berfokus pada proses pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat

tidak mampu yang dilakukan oleh LBH Sipakatau Sipakalebbi Sipakainge

dalam bentuk ligitasi dan non ligitasi dan metode yang digunakan ialah

deskriptif kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Sedangkan

penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris dengan metode

kualitatif dengan pendekatan institusionalisme pelembagaan, Pendekatan

merupakan pendekatan yang memfokuskan instusi sebagai kajian utama,

bagaimana kelembagaan instusi itu, tanggung jawabnya, dan bagaimana

peran lembaga bantuan hukum itu dalam pemberian bantuan hukum

terhadap masyarakat terkait perkara perceraian.15

4. Jurnal Nirwan Yunus dan Lucyana Djafaar, tahun 2008 yang berjudul

“Eksistensi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Dalam Memberikan

Layanan Hukum Masyarakaat Dikabupaten Gorontalo”. Penelitian tentang

keberadaan lembaga bantuan hukum dalam memberikan pelayanan publik

di Kabupaten Gorontalo merupakan penelitian hukum normatif. Hasil

penelitian di lapangan keberadaan lembaga bantuan hukum di Kabupaten

Gorontalo terbukti kurang berperan dalam penegakan hukum dan

penegakan hukum. Hal ini terbukti dari berbagai kasus yang terjadi yang

melibatkan masyarakat miskin tidak mendapat perhatian dibandingkan

dengan kasus yang melibatkan manusia yang bertempat tinggal. Data di


15
Eka Fitri, Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Tidak Mampu Yang
Dilakukan Oleh Lembaga Bantuan Hukum Sipakatau Sipakalebbi Sipakainge. Hukum Tata
Negara Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Bone, (2020).
xxvii
lapangan banyak ditemukan kasus masyarakat miskin, belum melibatkan

LBH dan atau para advokat. Penelitian yang dilakukan lebih kepada

Eksistensi LBH Gorongtalo dalam memberikan layanan hukum kepada

masyarakaat Gorontalo dimana lebih mengedepankan sosialisasi tentang

peran dan kedudukannya kepada masyarakaat dalam hal pemberian jasa

layanan hukum. Serta pemerintah setempat harus memberikan perhatian

yang serius dalam membantu LBH memberikan saran yang dibutuhkan.

Perbedaan jurnal dengan penelitian ini berfokus tentang keberadaan

lembaga bantuan hukum dalam memberikan pelayanan publik di

Kabupaten Gorontalo merupakan penelitian hukum normatif. Sedangkan

Penelitian menggunakan jenis penelitian hukum empiris dengan metode

kualitatif dengan pendekatan institusionalisme pelembagaan, pendekatan

merupakan pendekatan yang memfokuskan instusi sebagai kajian utama,

bagaimana kelembagaan instusi itu, tanggung jawabnya, dan bagaimana

peran lembaga bantuan hukum itu dalam pemberian bantuan hukum

terhadap masyarakat terkait perkara perceraian.16

5. Jurnal Angga dan Ridwan Arifin yang berjudul “Penerapan Bantuan

Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu di Indonesia”. Tahun 2019.

Hasil dari penelitian ini dalam penerapan bantuan hukum bagi setiap orang

adalah perwujudan akses terhadap keadilan sebagai jaminan perlindungan

hukum, dan jaminan persamaan di depan hukum. Hal ini sesuai dengan

konsep bantuan hukum yang dihubungkan dengan cita-cita negara

16
Nirwan Yunus dan Lucyana Djafaar: Eksistensi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Dalam
Memberikan Layanan Hukum Kepada Masyarakaat Di Kabupaten Gorongtalo.(2008).
xxviii
kesejahteraan. bagi setiap individu, termasuk hak atas bantuan hukum.

bantuan hukum secara cuma-cuma atau gratis. Namun masih banyak

masyarakat kurang mampu yang belum mengetahui hal tersebut sehingga

mereka merasa tidak dibantu oleh pemerintah. Perbedaan jurnal ini dengan

penelitian ini jurnal ini meneliti seberapa tepat dan bagaimana penerapan

atau prosedur dalam pemberian bantuan hukum dan mengunakan

penelitian metode hukum normatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan

jenis penelitian hukum empiris dengan metode kualitatif dengan

pendekatan institusionalisme pelembagaan, Pendekatan merupakan

pendekatan yang memfokuskan instusi sebagai kajian utama, bagaimana

kelembagaan instusi itu, tanggung jawabnya, dan bagaimana peran

lembaga bantuan hukum itu dalam pemberian bantuan hukum terhadap

masyarakat terkait perkara perceraian.17

17
Angga dan Ridwan Arifin. Penerapan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu
di Indonesia, ejurnal.uniska-kediriac.id.(2019).
xxix
xxx
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bantuan Hukum

1. Pengertian Bantuan Hukum

Bantuan hukum menurut UU No. 16 Tahun 2011 tentang bantuan

hukum adalah kegiatan atau jasa yang dilakukan oleh pemberi bantuan

hukum secara cuma-cuma atau gratis kepada penerima bantuan hukum. yakni

masyarakat yang kurang mampu atau miskin untuk membantu menyelesaikan

suatu persoalan hukum, yang terjadi baik perkara hukum pidana maupun

hukum perdata, baik di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan.

Pemberian bantuan hukum dilakukan atas dasar keadilan dan untuk para

pencari keadilan, terutama kepada masyarakat miskin, maka pemberi bantuan

hukum adalah orang yang mengerti tentang hukum dan proses penyelesaian

perkara di pengadilan. Dalam pemberian bantuan hukum dan hak asasi

manusia sangat dibutuhkan terutama bagi masyarakat miskin, berbeda dengan

orang kaya yang sering tidak membutuhkan peran bantuan hukum karena

sebetulnya hukum sangat dekat dengan orang kaya.18 Bantuan hukum juga

bisa diartikan sebagai upaya untuk membantu masyarakat miskin atau kurang

mampu di bidang hukum. Menurut Adnan Buyung Nasution juga dijelaskan

bahwa bantuan hukum memiliki 3 aspek yang berbeda namun saling

berkaitan yang pertama, aspek perumusan atuiran hukum, dan aspek

18
T. Mulya Lubis, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural, (Jakarta,LP3ES,1986), 9.
xxxi
pengawasan terhadap mekanisme untuk menjaga aturan agar dipatuhi, dan

aspek pendidikan masyarakat agar aturannya ditaati dan dipatuhi.19

Menurut Frans Hendra Winarta bantuan hukum merupakan pembelaan

pidana dan perdata secara gratis di luar dan di dalam pengadilan dari

seseorang yang memiliki pengetahuan tentang pembelaan hukum, prinsip-

prinsip hukum, dan aturan-aturan hukum untuk masyarakat miskin atau yang

kurang mampu.20 Bantuan hukum merupakan hak kontitusional setiap warga

Indonesia atas jaminan perlindungan dan persamaan didepan hukum, sebagai

sarana pengakuan HAM yang bersifat tidak boleh dikurangi dan tak dapat

ditangguhkan dalam kondisi apapun. Bantuan hukum bukanlah belas kasihan

yang diberikan oleh negara, melainkan merupakan hak asasi manusia dan

merupakan tanggun jawab negara.21 Defenisi bantuan hukum di Indonesia

sangat beragam, ada jasa pemberian bantuan hukum di luar pengadilan

maupun di dalam pengadilan, sebagai advokat bagi seseorang yang terlibat

dalam suatu perkara pidana atau perdata di definisikan sebagai bantuan

hukum, menurut undang-undang bantuan hukum.22

Menurut Clarence J. dalam penyebutan bantuan hukum dia artikan

sebagai pelayanan bantuan hukum. Pelayanan bantuan hukum adalah

langkah-langkah yang diambil untuk menjamin agar operasi sistem hukum

tidak menjadi diskriminatif atas adanya perbedaan tingkat penghasilan oleh

19
Frans Hendra Winarta, Probono Publico hak konstitusional fakir miskin untuk
memperoleh bantuan hukum. (Jakarta: lcx Media Komputindo 2010), 21.
20
Frans Hendra Winata, bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan,
(Jakarta: lcx Media Komputindo 2000), 23.
21
Ibid. 101.
22
Senang Monia Silalahi, Peran LBH Dalam Penanganan Perkara Penyerobotan Tanah
(Studi Penanganan Perkara Dari Aspek Hukum Pidana,( Bandar Lampung 2018),34.
xxxii
individu di dalam masyarakat. Pelayanan hukum mencakupi semua kegiatan

seperti pemberian bantuan hukum, pendampingan bantuan hukum untuk

menekan suatu tuntutan agar sesuai hak yang diakui hukum. Dia mengartikan

bantuan hukum karena semua peraturan pemerintahan yang sah di daerah

ditentukan untuk memastikan bahwa tidak seorang pun di mata publik yang

hak istimewanya ditolak untuk mendapatkan nasihat hukum yang mereka

butuhkan hanya karena mereka tidak memiliki sumber daya keuangan yang

memadai.23

Menurut Ranuhandoko dalam terminologi hukum disebut bahwa

bantuan hukum sebagai legal aids. Jika bantuan hukum dapat merujuk pada

sedekah, dukungan, uang, sumbangan, hadiah, dan bantuan dan lain-lain.

Peraturan atau undang-undang adalah seperangkat aturan yang telah

disepakati secara tertulis dan mengikat secara hukum pada setiap perilaku

masyarakat.24 Menurut Darmawan Prist bahwa bantuan hukum adalah proses

pemberian bantuan dalam bentuk pemberian dan pendampinga hukum, untuk

memperlancar dan menyelesaikan perkara hukum perdata maupun pidana. 25

Dalam KUHAP lebih sering digunakan bersamaan dengan gagasan bahwa

bantuan hukum dapat diberikan sejak pemeriksaan. Penasihat hukum

didefinisikan dalam KUHAP sebagai orang yang memenuhi syarat hukum

untuk memberikan bantuan hukum.

23
Yayasan Lembaga Bantuan Indonesia, Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2014). 468.
24
I.P.M.Ranuhandoko, Terminologo Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika 2006), 378.
25
Darman Prist, Hukum Acara Pidana Dalam Prakek, (Penerbit Djamban, 2002), 102.
xxxiii
Jenis lembaga bantuan hukum terbagi menjadi 3, yaitu bantuan hukum

konvensial, bantuan hukum konstitusional, dan bantuan hukum struktural.

Bantuan hukum konvensial yaitu tanggung jawab moral ataupun profesional,

yang bersifat individual, pasif, dan terbatas terhadap pendekatan legal

maupun formal dan bentuk bantuan hukumnya berupa pendampingan dan

pembelaan kasus di pengadilan. Bantuan hukum konstitusional adalah

bantuan hukum untuk masyarakat miskin dengan tujuan yg lebih luas dengan

berlandaskan prinsip-prinsip demokrasi dan HAM. Bantuan hukum

struktrural tidak hanya untuk masyarakat miskin, melainkan untuk sebuah

gerakan dan rangkaian tindakan guna pembebasan masyarakat dari struktur

politik, ekonomi, sosial, dan budaya dengan penindasan. Adanya pengetahuan

dan pemahaman masyarakat miskin tentang kepentingan-kepentingannya.26

Dasar-dasar dari bantuan hukum salah satunya adalah UUD 1945

sebagaimana yang tercantum dalam pasal 27 ayat 1 UUD 1945 “Segala warga

negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya”. Dijelaskan semua warga negara hubungannya dengan

bantuan hukum adalah untuk memperoleh persamaan kedudukan dalam

bidang hukum, yaitu berupa kesempatan yang sama guna mendapatkan

bantuan hukum baik di dalam maupun luar persidangan. 27 Kedua, UU No. 16

Tahun 11 tentang bantuan hukum membahas Masalah mengenai bantuan

hukum pada bab empat terdapat syarat dan tata cara pemberian bantuan

26
Rival Ahmad dan Rikarto Simarmata, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia,
(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2009), 46.
27
Senang Monia Silalahi, Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Perkara Penyerobotan
Tanah (Bandar Lampung, 2018), 41,
xxxiv
hukum. Ketiga, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 (UU No. 39 Tahun

1999) tentang HAM penjelasan tentang bantuan hukum bagi masyarakaat

yang tidak mampu terdapat pada pasal 18 UU No. 39 Tahun 1999 tentang

HAM. Hubungan pasal tersebut dengan bantuan hukum adalah seseorang

yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan

sampai nadanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap. Keempat, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 83 Tahun 2008

persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma.

2. Kelembagaan Bantuan Hukum

Kelembagaan adalah suatu sistem sosial yang melakukan usaha untuk

mencapai tujuan tertentu yang memfokuskan pada prilaku dengan nilai

norma, aturan, bentuk dan area aktivitas tempat berlangsungnya. Menurut

ahli, kelembagaan adalah struktur yang menentukan keragaman pilihan

manusia. Kelembagaan juga berfungsi sebagai wadah atau media

pembentukan pola-pola yang telah memiliki kekuatan permanen, dan kegiatan

pemenuhan kebutuhan harus dilakukan melalui pola-pola yang ada pada

lembaga guna mengatur tingkah laku manusia dan memenuhi kondisi yang

terjadi di masyarakat, kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik sebagai

akibat adanya lembaga-lembaga yang dirancang untuk mengatur pola

perilaku mereka dalam memenuhi kebutuhanya.28

Kelembagaan hukum adalah lembaga yang bertujuan untuk

memberikan bantuan hukum secara gratis kepada masyarakat tidak mampu

yang membutuhkan bantuan hukum, atau masyarakat yang tidak terbiasa


28
Ruttan dan Hayami, Kelembagaan, (Yogyakarta: Repository UMY, 1984), 12.
xxxv
dengan sistem hukum. Bantuan hukum merupakan hak fundamental bagi

setiap orang dalam situasi hukum sebagai sarana perlindungan hak

konstitusional dan sebagai jaminan persamaan di hadapan hukum. Di dalam

UU No. 16 tahun 2011 disebutkan bahwa penerima bantuan hukum

mendapatkan pelayanan hukum gratis dari pemberi bantuan hukum. Orang

atau kelompok orang miskin berhak mendapatkan bantuan hukum. Sementara

itu, lembaga kemasyarakatan yang memberikan pelayanan bantuan hukum

sesuai dengan undang-undang ini yang biasa disebut LBH. Sesuai dengan

ketentuannya, undang-undang ini menjadi payung hukum dimana lembaga

bantuan hukum dapat memberikan bantuan hukum yang mendorong dalam

akses keadilan yang adil dan merata bagi setiap orang miskin atau kelompok

masyarakat miskin yang tidak mampu melaksanakan hak-haknya secara baik

dan mandiri.

3. Sejarah Bantuan Hukum

Sejarah bantuan hukum pertama kali muncul pada abad ke-20 Romawi

Kuno, ketika itu bantuan hukum dianggap sebagai profesi yang mulia dan

berdasarkan prinsip moral, belum lagi membantu orang tanpa mengharapkan

imbalan apapun yaitu secara gratis. Pada saat itu bantuan hukum lebih

dipandang sebagai pekerjaan yang memberikan pelayanan di bidang hukum

tanpa kompensasi setelah pecahnya revolusi di Perancis.29 Bantuan hukum

29
Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum Akses Masyrakat Marjinal Terhadap
Keadilan, (LBH Jakarta, 2007), 5.
xxxvi
kemudian mulai menjadi bagian dari kegiatan hukum yang sangat penting

bagi masyarakat untuk membela kepentingan masyarakat di pengadilan.30

Dalam sistem hukum tradisional Indonesia, masyarakat pada awalnya

tidak mengetahui adanya bantuan hukum. Ketika sistem hukum Barat

diperkenalkan atau diberlakukan di Indonesia, yang dimulai pada tahun 1848

dengan perubahan di Belanda, baru dikenal bantuan hukum. Modifikasi

hukum utama telah terjadi di masa penjajahan. Pada tanggal 16 Mei 1848 ini

disahkan undang-undang (Reglement of de regterlijke organisaticen het

beleid der justitie) lebih sering disingkat R.O. undang-undang ini juga

mengatur tentang “Lembaga Advokat” untuk pertama kalinya, sehingga dapat

dikatakan atau diperkirakan adanya bantuan hukum dalam arti formil pertama

kali di Indonesia pada waktu itu.31

Bantuan hukum dilakukan oleh advokat dan procureur dari sebelum

kemerdekaan Indonesia pelaksanaan dalam pemberian bantuan hukumnya

tentunya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya

dalam hal ini H.I.R. yang masih tetap berlaku berdasarkan dalam Pasal II dari

Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia telah

ditetapkan, bahwa segala badan-badan negara dan peraturan-peraturan yang

ada, masih berlaku sebelumnya diadakan peraturan baru.Walaupun sudah

didasari peraturan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum belum

terorganisir dengan maksimal dengan arti belum dalam bentuk kelembagaan.

30
Bambang Sunggono, dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
(Bandung: Bandar Maju, 1994), 11.
31
Abdurahman, Aspek-Aspek Bantuan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Cendana Press, 1983),
40.
xxxvii
Yang ada hanya dalam bentuk organisasi sosial yang terbatas pada pemberian

nasihat hukum dan konsultasi hukum.32

Pada waktu itu memang juga ada para advokat yang pada zaman

penjajahan melakukan perjuangan dengan memasuki kancah perjuangan

dengan pemuda Indonesia merdeka bersama-sama pemuda dan kaum

terpelajar lainnya. Peranan advokat pada waktu itu bagi pejuang kemerdekaan

nasional cukup banyak dikenal dan menjadi perintis kemerdekaan Para

pelopor advokat Indonesia tersebut dapat disebutkan di sini seperti Mr.

Sastroamidjojo, Mr. AA. Maramis, Mr. Sartono, Mr. Laturharhary, Mr.

Kasman Singodimedjo, Mr. Mohammad Yamin, dan lain-lain. Mereka

merupakan advokat lulusan pertama advokad di Indonesia yang

menyelesaikan studinya di Universitas Utrecht dan Leiden. Mereka juga

adalah perintis perjuangan kemerdekaan Indonesia dan juga pelopor dalam

menegakkan hak asasi manusia dan cita-cita negara hukum Indonesia. Para

advokat itu mempunyai peranan yang besar dalam penyusunan dasar-dasar

negara Indonesia.33

Pada tahun 1959-1965 disebut sebagai “priode Presiden Soekarno atau

priode Orde Lama” bantuan hukum demikian dengan profesi advokat mulai

mengalami kemerosotan yang luar biasa bahkan bisa dikatakan hampir

hancur. Pada saat itu peradilan tidak lagi bebas melakukan bantuan hukum

karena sudah dicampuri dan dipengaruhi oleh eksekutif. Hakim-hakim harus

berorientasi kepada pemerintah karena tekanan yang dalam peraktinya di

32
Ibid, 43.
33
Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum Indonesia, (Jakarta: LP3ES), 2.
xxxviii
manifestas ikan dalam bentuk setiap putusanya harus di musyawahkan dulu

oleh pihak kejaksaan. Akibatnya, tidak ada lagi kebebasan dan kemandirian

(impartiality), sehingga dengan sendirinya wibawa pengadilan jatuh dan

harapan serta kepercayaan pada bantuan hukum akan hilang secara perlahan.

Saat itu juga kebanyakan orang yang berperkara tidak lagi melihat gunanya

bantuan hukum, juga tidak melihat gunanya profesi advokat yang memang

sudah tidak terlalu berperan lagi dalam memberikan bantuan hukum. Karena

orang-orang lebih suka meminta pertolongan kepada jaksa dan hakim. Karena

nya pada saat itu banyak advokat yang meninggalkan profesinya.34

Sementara itu, pada sekitar tahun 1959-1960 para advokat yang berada

di Jawa Tengah berkumpul di Semarang dan sepakat untuk mendirikan

organisasi advokat yang kemudian di beri nama “BALIE” Jawa Tengah dan

yang menjadi ketuanya adalah Mr. Soejoedi. Kemudian Berkembang pula di

daerah-daerah lain seperti Jakarta, Bandung Medan dan Surabaya kemudian

perkumpulannya di beri nama “Balai Advokat” di. Perkumpulan yang berdiri

ini belum terbentuk dalam satu wadah kesatuan organisasi advokat.

Kemudian usaha pembentukan wadah kesatuan bagi advokat baru

direncanakan pada Kongres I PERSAHI (Persatuan Sarjana Hukum

Indonesia) pada tahun 1961 di Yogjakarta di mana pada waktu itu hadir para

ahli hukum dan advokat sebagai peserta kongres. Kemudian bertepatan

dengan saat berlangsungnya seminar hukum nasional I pada tanggal 14 maret

1963 di Jakarta dan bertempat di ruang kafetaria Universitas Indonesia,

34
Frans Hendra Winata, Bantuan Hukum Di Indonesia , (Jakarta: lcx Media Komputindo
2011), 15.
xxxix
tokoh-tokoh advokat sebanyak 14 orang mencetuskan berdirinya suatu

organisaasi advokat yang kemudian dikenal dengan nama Persatuan Advokat

Indonesia (P.A.I). Keempat belas orang tersebut adalah Muchni Djojosoeryo

dari Surabaya, Harsubeno, Loekman Wiriadinata, Hasyim Mahdan, Suprapto,

Yap Thiam Hien, Padmo Soemasto, A.Z. Abidin dari Jakarta, Tjio Liang

Hoat, Ny. Amarwatiwi Saleh dari Bandung, Ny. Amar Wirjanto dari Solo

kemudian Ny. Ani Abas Manopo dari Medan, dan A.S. Soripoda dari

Pontianak. Ketuanya adalah Mr. Loekman Wiriadinata, Mr. Harsubeno

sebagai penulis dan Mr. Soemarno P. Wirjanto sebagai bendahara. 35

Berdirinya P.A.I. tersebut mendapat perhatian dari pemerintah

Republik Indonesia yang kemudian mengundang para pengurus P.A.I. untuk

ikut berperan serta dalam penyusunan rancangan undang-undang yang

berhubungan dengan pelaksanaan peradilan di Indonesia. Kemudian para

advokat tersebut kemudian menyetujui gagasan-gagasan untuk menghimpun

para advokat se-Indonesia dalam suatu wadah organisasi yang disebut profesi

Advokat. Pada tanggal 29 Agustus 1964 diselenggarakan nya kongres I ayang

berlangsung di Hotel Dana Solo dan langkah berikutnya dalam membentuk

wadah organisasi advokat baru terealisir pada pada tanggal 30 Agustus 1964.

Keputusan yang penting pada waktu itu ketua umum adalah Mr. Iskaq

Tjokrohadisoerjo yang merangkap formatur Dewan Pimpinan Pusat Persatuan

Advokat Indonesia (PERADIN), dibentuknya peraturan dasar dan peraturan

rumah tangga serta kode etik, dan adanya rencana undang-undang bantuan

hukum, kedudukan hukum para advokat indonesia serta beberapa rancangan


35
Ibid, 16.
xl
undang- undang lainnya yang berhubungan dengan pengadilan dan peradilan.

Pada saat itulah diresmikan berdirinya PERADIN yang semula istilahnya

P.A.I. Sebagai salah satu organisasi yang memberikan perhatian pada bantuan

hukum.36

Kemudian pendirian proyek besar PERADIN ialah terbentuknya

lembaga bantuan hukum. Adnan Buyung Nasution pertama kali mengusulkan

gagasannya dalam kongres PERADIN tahun 1969 untuk mendirikan lembaga

bantuan hukum. Usul tersebut akhirnya diterima dengan dukungan beberapa

advokat senior seperti Suardi Tasrif, Loekman Wiriadinata, Yap Thiam Hien

setelah sebelumnya sempat ditentang oleh sejumlah advokat yang kuatir

bahwa dikembangkannya bantuan hukum yang bersifat pro bono akan

menjadi saingan mereka.37

Hasil dari kongres tersebut, akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1970,

PERADIN kemudian membentuk suatu lembaga bantuan hukum yang

dikenal dengan nama LBH Jakarta. Yang kemudian diterbitkan Surat

Keputusan dari PERADIN pada tanggal 28 Oktober 1970 tentang berdirinya

Lembaga Bantuan Hukum DKI Jakarta yang secara fisik berdiri tanggal 1

April 1971. Ada yang memberikan nama lembaga bantuan hukum, badan

bantuan hukum atau biro bantuan hukum, namun titik berat pengabdiannya

kepada masyarakat khususnya kepada pencari keadilan ialah memberikan

36
Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum Akses Masyrakat Marjinal Terhadap
Keadilan, (LBH Jakarta, 2007), 6.
37
Martiman Prodjahamidjojo, Penasihat Hukum dan Bantuan Hukum di Indonesia, Latar
Belakang dan Sejarahnya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), 31..
xli
bantuan hukum dan pelayanan hukum secara gratis atau secara cuma-cuma.

Dari sinilah awal pertama kalinya awal lembaga bantuan hukum terbentuk.38

4. Tugas dan Fungsi Bantuan Hukum

Adnan Buyung Nasution mengatakan bahwa di samping menjalankan

tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan bantuan hukum kepada

masyarakat yang membutuhkannya. LBH berambisi untuk mendidik

masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya dengan tujuan menumbuhkan dan

membina kesadaran akan hak-hak sebagai subjek hukum. LBH juga

berambisi turut serta mengadakan pembaharuan hukum dan perbaikan

pelaksanaan hukum disegala bidangnya.39

Adapun beberapa tugas bantuan hukum sudah dijelaskan pada bab III

pada Pasal 6 UU No. 16 Tahun 2011, yaitu sebagai berikut:

1) Bantuan hukum diselenggarakan untuk membantu penyelesaian

permasalahan hukum yang dihadapi penerima bantuan hukum.

2) Pemberi bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum diselenggarakan

oleh menteri dan dilaksanakan oleh pemberi bantuan hukum berdasarkan

undang-undang ini.

3) Menteri sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 bertugas:

a. Menyusun dan menetapkan kebijakan penyelengaraan bantuan hukum;

b. Menyusun dan menetapkan standar bantuan hukum berdasarkan asas-asas

pemberian bantuan hukum;

c. Menyusun anggaran bantuan hukum;


38
Ibid, 33.
39
Wagianto, Peran dan Fungsi Lembaga Arbitrase Syariah Dalam Penyelesaian Sengketa
Perbankan, (Calina Media dan Arti Bumi Intaran, 2017), 228
xlii
d. Menggelola anggaran bantuan hukum secara efektif, efisien, transparan,

dan akuntabel; dan

e. Menyusun dan menyampaikan laporan penyelenggaraan bantuan hukum

kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap akhir tahun anggaran.

Mengenai fungsi LBH adalah untuk mewujudkan asas pemerataan

kesempatan memperoleh keadilan bagi anggota masyarakat yang

memerlukan, memberi nasihat, penjelasan, informasi, atau petunjuk kepada

anggota masyarakat yang mempunyai permasalahan hukum. Banyak lagi

fungsi-fungsi LBH adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan Publik/ Public service

Karena banyaknya masyarakat yang kurang mampu dan kondisi

sosial ekonomis maka dalam pelayanan publik rata-rata menggunakan

dan membayar jasa advokat, maka peran LBH memberikan jasa-jasanya

dengan cuma-cuma harus lebih sering dalam meberikan pelayanan

publik.

b. Pendidikan Sosial/ Social Aducation

Karena kondisi sosial masyarakat yang rata-rata rendah jadi lembaga

bantuan hukum dengan suatu perencanaan yang matang dalam

memberikan penerangan-penerangan dan petunjuk-petunjuk untuk

mendidik masyarakat agar lebih sadar dan mengerti hak-hak dan

kewajiban-kewajibannya menurut hukum dan agar masyrakat paham

akan peran bantuan hukum.

c. Perbaikan Hukum

xliii
Peranan lembaga bantuan hukum tidak hanya yang sudah diatur

undang-undang, tapi berguna untuk perbaikan-perbaikan di bidang

peradilan pada umum nya pada profesi pembelaan khususnya, akan tetapi

partisipasi masyarakat dalam bentuk kontrol dengan kritik-kritik dan

saran-sarannya. Dari pengalaman-pengalaman dalam melaksanakan

fungsinya ditemukan banyak sekali peraturan-peraturan hukum yang

tidak memenuhi kebutuhan, bahkan kadang-kadang bertentangan atau

menghambat perkembangan keadaan bantuan hukum itu sendiri.

d. Pembukaan Lapangan Kerja

Zaman sekarang memang sangat sulit mencari lowongan pekerjaan

apalagi lapangan pekerjaan yang sangat sedikit menyebabkan

pengangguran sarjana-sarjana, khususnya sarjana hukum yang tidak

memanfaatkan ilmunya dan akhirnya berdampak pada pekerjaannya yang

tidak relevan dengan bidangnya.

e. Latihan Praktik/ Practical Training

Lembaga bantuan hukum sangat penting bagi mahasiswa ataupun

lulusan fakultas-fakultas hukum/syariah. Kerja sama ini dapat

memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Bagi fakultas-

fakultas hukum atau fakultas syariah dapat menjadikan sarana latihan

praktik bagi mahasiswa-mahasiswa hukum dalam rangka mempersiapkan

diri dimana dapat menguji teori-teori yang dipelajari dengan kenyataan-

kenyataan dan kebutuhan-kebutuhan dalam praktik serta pengalaman.

Bagi LBH, kerja sama tersebut di harapkan akan membawa efek turut

xliv
membantu menjaga idealisme lembaga disamping memperoleh

sumbangan-sumbangan pikiran dan saran-sarannya.40

5. Mekanisme dalam Pemberian Bantuan Hukum

Dalam melaksanakan perannya, lbh memberikan kontrol terhadap

pemberi bantuan hukum dalam melaksanakan pelayanan bagi penerima

bantuan hukum sehingga dapat berjalan selaras dan tertib maka di dalam

Pasal 14 UU No. 16 tahun 2011 menyebutkan syarat pemberian bantuan

hukum sebagai berikut Untuk memperoleh bantuan hukum, pemohon

bantuan hukum harus memenuhi syarat-syaratnya, seperti mengajukan

permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas

pemohon dan uraian singkat tentang persoalan yang dimohonkan bantuan

hukum, menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara, dan

melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau

pejabat setingkat ditempat tinggal pemohon bantuan hukum.

Dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum dilakukan oleh

pemberi bantuan hukum yang telah memenuhi syarat berdasarkan UU

No. 16 tahun 2011. Syarat-syarat pemberi bantuan hukum sebagaimana

dimaksud yaitu harus berbadan hukum, terakreditasi berdasarkan

undang-undang ini, memiliki kantor atau sekretariat yang tetap, memiliki

pengurus, dan memiliki program bantuan hukum. Pemberi bantuan

hukum juga berhak melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal,

dosen, dan mahasiswa fakultas hukum, melakukan pelayanan bantuan


40
Nabila, “Peranan Lembaga Bantuan Hukum Makassar Dalam Memberikan Bantuan
Hukum Secara Cuma-Cuma”. Jurusan Ilmu Hukum Syariah Dan Hukum Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, 2017.
xlv
hukum, menyelenggarakan bantuan hukum, konsultasi hukum,

penyuluhan hukum, bantuan hukum, dan program atau kegiatan lain yang

berkaitan bantuan hukum, menerima anggaran dari negara untuk

melaksanakan bantuan hukum sesuai dengan undang-undang

mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang

menjadi tanggung jawab dalam persidangan sesuai dengan ketentuan

peraturan undang-undang, mendapatkan informasi dan data lain dari

pemerintah atau instansi lain untuk kepentigan pembelaan perkara, dan,

mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan

selama menjalankan pemberian bantuan hukum.

Dalam hal pemohon bantuan hukum tidak mampu mengajukan

permohonan juga jelas secara tertulis pada Pasal 15 UU No. 16 tahun

2011 yaitu:

a. Pemohon bantuan hukum mengajukan permohonan bantuan hukum

kepada pemberi bantuan hukum.

b. Pemberi bantuan hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)hari

kerja setelah permohonan bantuan hukum dinyatakan lengkap harus

memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan bantuan

hukum.

c. Dalam permohonan bantuan hukum diterima, pemberi bantua hukum

memberi bantuan hukum sesuai surat kuasa khusus dari penerima

bantuan hukum.

xlvi
d. Dalam hal permohonan bantuan hukum ditolak, pemberi bantuan

hukum mencantumkan alasan penolakan.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian

bantuan hukum diatur dengan peraturan pemerintah.

Kemudian masalah yang paling penting dalam mekanisme

pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat yaitu masalah pendanaan

seperti yang diatur Pendanaan bantuan hukum yang diperlukan dan

digunakan untuk penyelenggaraan bantuan hukum sesuai dengan undang-

undang ini dibebankan pada anggaran pendapatan belanja Negara. Selain

pendanaan sebagaimana dimaksud sumber pendanaan bantuan hukum

dapat berasal dari hibah atau sumbangan, sumber pendanaan lain yang

sah dan tidak mengikat. Dalam pendanaan juga Pemerintah wajib

mengalokasikan dan penyelenggaraan bantuan hukum dalam anggaran

pendapatan dan belanja Negara.

B. Teori Peran

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu peranan. Peran adalah perangkat harapan-harapan yang

dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan

kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang

diharapkan masyarakat. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang

berasal dari pola- pola pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa

xlvii
peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-

kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Hakikatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian

perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Peran terjadi

apabila ada suatu tindakan dan bila mana ada kesempatan yang diberikan.

Peran merupakan suatu tindakan yang membatasi seseorang maupun suatu

organisasi untuk melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan

yang telah disepakati bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik– baiknya.41

Menurut Soekanto peran dibagi menjadi 3 yaitu, peran aktif, peran pasif, dan

peran partisipatif.

1. Peran aktif adalah peran yang dilakukan oleh anggota kelompok sebagai

akibat dari kedudukannya di dalam kelompok, seperti pengurus, pejabat,

dan sebagainya.

2. Peran pasif mengacu pada kontribusi anggota kelompok yang pasif dan

menahan diri untuk tidak memberikan kesempatan bagi fungsi lain dalam

kelompok untuk berfungsi secara tepat.

3. Peran partisipatif sebagai peran yang diambil anggota kelompok untuk

kepentingan kelompok secara keseluruhan.

Teori tentang peran menurut hukum Islam, peran lembaga bantuan

hukum merupakan konsep yang berkaitan erat dengan ketentuan hukum Islam

yang mengajarkan agar masyarakat melindungi hak-hak hukum setiap

individu, bahwa setiap orang sama kedudukannya di depan hukum dan

41
Syaron Brigette Lantaeda, et. al, Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dalam Penyusunan RPJMD Kota Ambon”, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 4, 48.
xlviii
adanya suatu kewajiban menegakkan hukum dan keadilan bagi setiap

individu. Ketentuan hukum Islam tersebut menjadi dasar yang paling

fundamental bagi adanya bantuan hukum dalam proses penegakan hukum

islam, bantuan hukum dalam istilah literatur hukum Islam dikenal dengan

istilah al-mahamy.42 Kemudian, kata Kozier Barbara peran adalah

seperangkat perilaku yang diharapkan orang lain dari seseorang berdasarkan

posisinya dalam suatu sistem. Peran bersifat stabil dan dipengaruhi oleh

kondisi sosial internal dan eksternal.

Penting untuk membedakan antara posisi sosial seseorang dan peran

yang mereka mainkan. Kedudukan seseorang dalam masyarakat merupakan

indikator konstan keanggotaan mereka dalam organisasi masyarakat. Fungsi,

penyesuaian, dan proses peran lebih spesifik. Penugasan atau penugasan

kepada seseorang atau sekelompok orang adalah bagaimana sebuah peran

dimaknai. Pekerjaan memiliki 3 macam, untuk lebih spesifiknya adalah

sebagai berikut. Pertama Peran meliputi norma-norma berhubungan dengan

kedudukan-kedudukan sosial seseorang, dalam pengertian ini, peran adalah

seperangkat pedoman yang mengarahkan partisipasi seseorang dalam

masyarakat. Kedua, Peran ialah konsep tentang apa yang dapat dilakukan

oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Ketiga, Peran juga dapat

dikatakan perilaku individu yang berguna bagi struktur sosial dalam

bermasyarakat.43

42
Didi Kusnadi, Bantuan Hukum Dalam Islam, (Bandung, Sahifa : 2011), 29.
43
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), 213.
xlix
Teori peran adalah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial

yang melihat sebagian besar aktivitas sehari-hari sebagai aktor dalam kategori

sosial (seperti ibu, guru, dan manajer). Seseorang harus menghadapi dan

memenuhi seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku untuk

setiap peran sosial. Pengamatan bahwa orang-orang berperilaku dengan cara

yang dapat diprediksi dan bahwa perilaku individu bersifat spesifik konteks,

bergantung pada posisi sosial dan faktor lainnya, merupakan dasar dari model

ini. Hipotesis pekerjaan adalah hipotesis yang merupakan perpaduan dari

berbagai spekulasi, arah, dan disiplin logika. Teori peran dikembangkan

dalam sosiologi dan antropologi serta dalam psikologi. Istilah peran berasal

dari dunia teater dalam tiga bidang studi tersebut. Seorang aktor dalam teater

dituntut untuk berperan sebagai tokoh tertentu, dan karena ia memainkan

peran tersebut, maka ia diharapkan untuk berakting dengan cara tertentu.

Suhardono juga mengungkapkan bahwa peran dapat dijelaskan dengan dua

yaitu secara historis dan ilmu sosial. Peran historis adalah istilah peran

berasal dari kalangan yang terkait erat dengan drama dan teater, keduanya

populer pada zaman Yunani atau Romawi Kuno. Hal ini karakter yang

dimainkan oleh seorang aktor di atas panggung dalam lakon tertentu disebut

sebagai peran. Peran dalam ilmu sosial, peran adalah peran yang dimainkan

seseorang ketika berada dalam struktur sosial tertentu. jabatan yang di

dudukanya, seseorang mampu menjalankan perannya.

Istilah peran mengacu pada suatu jenis patokan tersendiri yang

menitikberatkan pada masalah yang dihadapi oleh seseorang yang berada

l
pada posisi tertentu ketika posisi tersebut menimbulkan konflik. Masalah ini

muncul ketika harapan-harapan peran yang dilakukan pada posisi yang dipilih

tidak sesuai dengan status. Selain itu, peran dapat dijadikan sebagai harapan

yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Kedudukan kedudukannya terbagi

dalam berbagai kategori, antara lain tinggi, rendah, dan lain-lain. Kedudukan

adalah suatu wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban tertentu, sedangkan

hak dan kewajiban tersebut dapat dikatakan sebagai peran. Tingkah laku

seseorang sebagai anggota masyarakat ditentukan oleh kedudukan

karakteristik. Penjelasan di atas menjelaskan bagaimana seseorang dapat

memberikan kontribusi kepada masyarakat, yang ditentukan oleh

kedudukannya.44 Jadi kedudukan seseorang mempengaruhi tempatnya dalam

masyarakat. Penjelasan di atas menjelaskan bagaimana seseorang dapat

memberikan kontribusi kepada masyarakat, yang ditentukan oleh

kedudukannya.

Scott et al menyebutkan 5 aspek penting dari peran, yaitu pertama,

peran bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan

harapannya bukan individunya. Kedua, peran itu berkaitan dengan perilaku

kerja (task behavior) yaitu perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan

tertentu. Ketiga, peran itu sulit dikendalikan (role clarity dan role ambiguity).

Keempat, Peran itu dapat di pelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan

beberapa perubahan perilaku utama. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidak sama

dengan seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan

44
Suhardono, Edy. Peran: Konsep, Derivasi, dan Implikasinya, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994), 14.
li
beberap peran.45 Peranan menurut Grass, Mason dan MC Eachern

mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan

pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial tertentu.

Menurut Gibson, bahwa pengertian peranan adalah seperangkat perilaku

terorganisir, peranan merupakan hal-hal yang harus dilakukan seseorang

untuk mengalihkan kebenaran kedudukannya pada suatu posisi tertentu.

Robbins mengemukakan bahwa peranan secara budaya mendefinisikan

harapan yang dihubungkan dengan kedudukan khusus, suatu peranan dapat

mencakup sikap dan nilai-nilai serta jenis perilaku tertentu. Peranan yang

penting terhadap perilaku maupun sikap mengandung tugas-tugas wewenang

dan harapan-harapan yang mempengaruhi tindakan dan pekerjaan

seseorang.46

Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan peran

merupakan aspek kedudukan yang dinamis ketika seseorang menjalankan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dapat ditarik

kesimpulan mengenai konsep peran dari berbagai definisi di atas, dalam hal

ini peran lembaga bantuan hukum dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

tujuan dalam pelayanan, pengembangan, pemberdayaan, dan pengaturan

masyarakat.

45
Aris Wahyu Setiawan, Peran Pegawai dalam Pelayanan Pembuatan Paspor, (eJournal
Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 1), 117.
46
Ibid, 120.
lii
C. Perceraian

Pengertian perceraian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), perceraian adalah perpisahan sedangkan kata cerai memiliki makna

yakni putusanya hubungan suami dan istri dengan penjelasan perpisahan

antara suami dan istri selagi keduanya masih hidup.47 Kata cerai sendiri

menurut KBBI mempunyai dua arti sebagai pisah dan putusnya hubungan

suami dan istri. Perceraian juga dapat memicu berkurangnya atau mungkin

dapat menyebabkan hilangnya intensitas hubungan atau komunikasi

hubungan anak dengan salah satu orang tuanya yang sudah bercerai membuat

hubungannya tidak sedekat keluarganya sebelum bercerai.

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 (UU No. 1 Tahun

1974) tentang Perkawinan, perceraian berarti berakhirnya perkawinan yang

telah dibina oleh pasangan suami-istri yang disebabkan oleh beberapa hal

seperti kematian, perceraian, atas keputusan sendiri dan atas putusan

Pengadilan. Dalam hal ini, perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu

ketidakstabilan perkawinan, di mana pasangan suami-istri kemudian hidup

terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Istilah perceraian

dilihat secara yuridis berarti putusnya perkawinan, yang mengakibatkan

putusnya hubungan sebagai suami-istri sebagaimana diartikan dalam KBBI

yang memberikan pengertian akan perceraian. Perceraian juga berarti

berakhirnya perkawinan yang telah dibina oleh pasangan suami-istri yang

disebabkan oleh beberapa hal seperti kematian, perceraian, atas keputusan

47
W.J.S Poerwodarmianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976
n.d). 20.
liii
sendiri dan atas putusan Pengadilan. Dalam hal ini, perceraian dilihat sebagai

akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan, di mana pasangan suami-istri

kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku.

Pasal 39 Ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelasan bahwa

perceraian adalah salah satu penyebab putusnya tali perkawinan serta

perceraian hanya bisa dilakukan dan dilaksanakan hanya di hadapan sidang

pengadilan, jika setelah sidang di pengadilan para pihak yang bersangkutan

tidak berhasil didamaikan. Memang kasus perceraian ini sudah diatur sangat

jelas bagaimana seperti disebutkan, “Untuk melakukan Perceraian harus ada

cukup alasan bahwa suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai

suami isteri.”

Metode dalam perceraian ada 2 yang pertama talak adalah perceraian

yang sangat sederhana dan hanya bisa dilakukan oleh suami karena memiliki

alasan tertentu bahkan tanpa alasan sekalipun. Gugat adalah upaya perceraian

yang diadakannya suatu gugatan yang diberikan oleh pihak istri. Meskipun

secara moral adalah berdosa dan sangat keliru, pada hakikatnya secara hukum

suami bisa menceraikan istri melalui pernyataan sederhana yakni: “Saya

menceraikan kamu!”. Sebaliknya istri juga bisa mengakhiri perkawinan

melalui khuluk dengan kerelaan suami atau dengan cara fasakh melalui

putusan pengadilan yang sah.48 Menurut Subekti perceraian adalah berarti

penghapusan perkawinan dengan putusan hakim di pengadilan dengan

tuntutan salah satu pihak suami maupun istri di dalam perkawinan. Sudarsono

juga menjelaskan bahwa perceraian sama halnya dengan meninggalkan pihak


48
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika 2013,). 29.
liv
suami maupun pihak istri tanpa izin dengan alasan yang sah atau hal lain

diluar kemampuannya. Kemudian Ali Afandi mengatakan bahwasanya

perceraian adalah salah satu sebab putusnya hubungan dalam perkawinan.49

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perceraian merupakan suatu akhir dari sebuah hubungan suami-istri dari suatu

perkawinan yang disebabkan oleh alasan-alasan tertentu dan diakui secara

hukum melalui putusan hakim dalam persidangan. Pengertianya dapat

disimpulkan bahwa perceraian adalah suatu hal yang harus dihindari oleh

suami maupun istri kecuali dengan alasan tertentu dan dalam keadaan yang

sangat terpaksa. perceraian bukan hanya menyangkut kepentingan suami dan

istri yang bersangkutan melainkan juga menyangkut kepentingan anggota

keluarga maka perceraian merupakan jalan terakhir yang harus dilaksanakan.

Perceraian hendaknya hanya dilakukan sebagai solusi alternatif terakhir

setelah segala daya upaya telah dilakukan.

Sebelum terjadinya perceraian perlu adanya upaya pasangan suami dan

istri agar tidak terjadinya perceraian, tentunya untuk mengharapkan

kebahagiaan dalam keluarganya. Namun semua hal terkadang tidak sesuai

dengan yang akan diharapkan, terkadang memiliki beberapa sikap yang dapat

memicu putusnya hubungan perkawinan. Sebelum putusnya hubungan

perkawinan ada beberapa usaha-usaha yang akan ditempuh oleh para pihak

dalam mencegah terjadinya perceraian usaha untuk mempersulit terjadinya

perceraian, Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan

setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil


49
Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata (Jakarta: Intermasa 1980).42.
lv
mendamaikan kedua belah pihak. Untuk melakukan perceraian harus ada

cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak dapat hidup rukun sebagai

suami-istri. Hal demikian sesuai dengan prinsip serta hakikat tujuan

perkawinan yakni, membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.50

Penyebab terjadinya perceraian menurut teori pertukaran dalam

sosiologi melihat perkawinan sebagai suatu proses pertukaran antara hak dan

kewajiban serta penghargaan dan kehilangan yang terjadi di antara sepasang

suami-istri. Hal ini kemudian menjadikan perkawinan terjadi melalui proses

integrasi dua individu yang hidup dan tinggal bersama, sementara latar

belakang sosial-budaya, keinginan serta kebutuhan mereka berbeda yang

berarti bahwa proses pertukaran dalam perkawinan ini harus senantiasa

dirundingkan serta disepakati bersama oleh suami maupun istri. Menurut

Scanzoni menggambarkan situasi dan kondisi menjelang perceraian yang

diawali dengan mandeknya proses negosiasi antara pasangan suami-istri.

Akibatnya, pasangan tersebut udah tidak bisa lagi menghasilkan kesepakatan

yang dapat memuaskan masing masing pihak. Mereka seolah-olah tidak dapat

lagi mencari jalan keluar yang baik bagi mereka berdua. Di antara mereka

muncul perasaan perasaan berikut.

1. Mencoba untuk mulai memaksakan kehendaknya sendiri sehingga masing-

masing dari mereka akan merasa bahwa pasangannya tidak lagi

mempertimbangkan perasaannya dan lebih mengutamakan keinginannya

sendiri, bukan lagi keinginan bersama.

50
Muhammad Syaifuddin, Sri Turatmiyah, Annnalisa Yahana, Hukum Perceraian, (Jakarta
Timur, Sinar Grafika: 2013), 3.
lvi
2. Mencari-cari kesalahan pasangannya ada saja hal-hal yang membuat

pasangan suami-istri bertengkar meskipun hal itu terkesan sepele.

Kemudian antara suami dan istri akan mulai saling menyalahkan, bahwa

pasangannya yang paling bersalah atas apa yang telah terjadi pada

pernikahan mereka.

3. Lebih mengupayakan terjadinya konflik daripada mencari jalan keluar

untuk kepentingan bersama hampir setiap hal yang terjadi akan dijadikan

masalah dan memicu konflik dalam rumah tangga. Seolah semua yang

dilakukan pasangannya salah dan keliru.

4. Mencoba untuk menunjukkan kekuasaannya masing-masing dari mereka

akan mulai menunjukkan kekuasaannya bahwa dia yang benar dan

pasangannya yang bersalah. Dengan demikian, yang bersalah harus

mengalah dan memenuhi keinginan yang benar.

Untuk menghindari terjadinya konflik dalam keluarga maka

dibutuhkan kerja sama. Namun, perceraian niscaya akan terjadi apabila situasi

di atas diikuti oleh kondisi di mana masing-masing pihak mengedepankan

beberapa hal berikut.

1. Lebih mengutamakan dan menuruti kesenangan masing-masing yang

kadang-kadang bertolak belakang dengan keinginan pasangannya.

2. Lebih menyukai pertemuan dan melakukan kegiatan bersama teman teman

sehingga seolah-olah melupakan keberadaan pasangannya.

3. Saling menyalahkan dan menganggap pasangannya menghambat kegiatan,

cita-cita dan kesenangannya.

lvii
4. Mencoba untuk menghancurkan hal-hal yang sebelumnya sudah

disepakati bersama.

Kondisi tersebut akan berakibat pada hilangnya pujian yang

sebelumnya diberikan kepada pasangan. Padahal, pujian dan penghargaan

yang diberikan kepada pasangan suami-istri merupakan salah satu bentuk

dukungan emosional yang bisa menghidupkan kembali nuansa perkawinan

dan memupuk rasa kasih sayang. Hal-hal tersebut yang sering kali dianggap

sepele justru bisa mengakibatkan retaknya hubungan suami-istri sehingga

membuat hubungan keduanya semakin jauh dan memburuk. Pada akhirnya

mereka akan kesulitan untuk sekadar berbicara sehingga permasalahan yang

ada akan menjadi semakin berlarut-larut dan sulit ditemukan jalan keluarnya.

Masing-masing pihak akan mulai merasa bahwa pasangannya mulai berubah

menjadi orang asing. Akibatnya, kegiatan di luar rumah ataupun kegiatan

yang tidak melibatkan pasangannya dirasa lebih menarik bagi mereka yang

sedang mengalami krisis dalam perkawinannya. Tidak dapat dipungkiri

bahwasanya dalam setiap rumah tangga pasti memiliki permasalahan di

dalamnya. Masalah-masalah inilah nantinya yang apabila tetap berlanjut akan

menjadi pemicu perceraian.

lviii
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris dalam metode

kualitatif Penelitian ini menggunakan atau memaparkan fakta-fakta empiris

yang diambil lapangan melalui wawancara maupun pengamatan langsung

dari prilaku manusia, baik verbal yang didapat dari kejadian yang terjadi di

lapangan.51 Penelitian ini digunakan untuk meneliti peran LKBH IAIN Kediri

dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat pada perkara

perceraian.

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti yakni menggunakan

pendekatan ini institusionalisme (pelembagaan). Pendekatan merupakan

pendekatan yang memfokuskan instusi sebagai kajian utama, bagaimana

kelembagaan instusi itu, tanggung jawab dari setiap perannya, dan bagaimana

lembaga peran LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap

masyarakat pada perkara perceraian.

B. Kehadiran Penelitian

Menjelaskan posisi kehadiran peneliti pada penelitian ini yakni sebagai

instrument kunci dalam penelitian. Oleh karenanya, dalam penelitian ini

peneliti akan langsung ke lapangan untuk melakukan observasi di lapangan

dan melakukan wawancara kepada informan-informan guna untuk

mengumpulkan data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian.

51
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris dan Normatif,
(Pustaka Pelajar, 2010), 280.
lix
Menjadinya peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian, membuat

peneliti diharuskan mampu untuk turun ke lapangan guna mencari data-data

penelitian dan memilah-milah data yang diperlukan guna untuk dilakukan

analisis penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi yang saya pilih adalah LKBH IAIN Kediri. Yang berlokasi di

Jalan Perintis Kemerdekaan No. 110, Ngronggo Kota kediri. Dalam

mengambil penelitian di LKBH IAIN Kediri karena di dasarkan atas

pertimbangan bahwa LKBH ini sangat banyak menangani perkara perceraian

dan relevan dengan pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat.

D. Sumber Data Penelitian

a) Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang berasal dari subjek

penelitian secara langsung melalui instrumen penelitian yang telah

disiapkan sebelumnya atau data yang diambil secara langsung di

lapangan yang data yang dihasilkan dari sumber aslinya secara langsung.

Dengan permasalah yang ada maka data yang akan diperoleh dari para

staf atau paralegal dan advokat yang ada di LKBH IAIN Kediri.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang didapatkan peneliti

secara tidak langsung biasanya dalam bentuk jurnal, buku publikasi serta

sumber lain yang mendukung. Data sekunder dikumpulkan oleh peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada. Dalam penelitian ini menggunakan
lx
data sekunder berupa gambaran lokasi dan kajian pustaka yang

membahas tentang peranan lembaga konsultasi dan bantuan hukum IAIN

Kediri dalam pendampingan dan pemberian bantuan hukum terhadap

masyarakat.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan suatu proses

yang kompleks untuk mengamati terhadap peristiwa-peristiwa yang

dilakukan di lapangan dengan cara melihat, mendengarkan, merasakan

dan kemudian dicatat subjek dalam penelitiannya.52 Selain itu, penulis

melakukan observasi untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi

objektif realitas sosial baik berupa partisipasi maupun proses yang terjadi

di lapangan. Dalam penelitian ini penulis turun ke lokasi penelitian

secara langsung di LKBH IAIN Kediri.

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dengan

cara melakukan tanya jawab kepada informan secara langsung untuk

mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Wawancara yang dilakukan menggunakan pedoman wawancara agar

proses wawancara terstruktur dan sistematis. Jenis wawancara yang

dilakukan termasuk dalam jenis wawancara semi terpimpin yang

52
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 80.
lxi
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran lembaga bantuan hukum

dan faktor-faktor apakah yang menghambat peranan LKBH IAIN Kediri

dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat dalam perkara

perceraian. Wawancara pada skripsi ini akan dilakukan kepada beberapa

pihak yang dapat menjelaskan atas permasalahan tersebut guna

memperoleh data yang terkait. Untuk mendapatkan informasi terkait hal

tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada staf, paralegal, dan

advokat yang terkait dengan permasalahan tersebut. Hasil dari

wawancara kepada ketiga pihak tersebut, nantinya diharapkan dapat

diperoleh suatu data yang berkaitan dengan peran LKBH IAIN Kediri

dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat dalam perkara

perceraian.

Metode wawancara ini ada berbagai macam, tetapi penulis

menggunakan wawancara terarah agar lebih lebih mudah dalam

melakukan penelitian. Menurut Soemitro, wawancara terarah terdapat

pengarahan atau hal-hal tertentu yang harus dilakukan, yaitu:

a. Rencana dalam pelaksanaan wawancara;

b. Mengatur daftar pertanyaan serta membatasi jawabannya;

c. Memperhatikan karakteristik orang yang mau diwawancarai;

d. Membatasi aspek-aspek dari masalah yang diperiksa.

Dalam wawancara ini peneliti mempersiapkan pertanyaan terlebih

dahulu. Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan juga disesuaikan dengan

lxii
situasi ketika wawancara untuk memperoleh infomasi langsung dari

narasumber dan subyek penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi termasuk dalam metode pengumpulan data yang

berbentuk dokumen dan relevan dengan topik penelitian seperti dari

buku, jurnal, makalah, dan skripsi. Pada penelitin ini, peneliti

menggunakan perekam suara atau recoeder untuk merekam informasi

yang diperoleh saat melakukan wawancara dengan infroman. Selain itu,

peneliti juga menggunakan smartphone untuk mengambil gambar pada

saat wawancara.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian, data penelitian dituntut untuk memiliki validitas bahwa

data itu memang dapat dipastikan kebenarannya. Untuk memastikan

keabsahan data yang ada, peneliti melakukan pengecekan lagi atas data yang

sudah diperolehnya. Pengecekan ini bertujuan untuk memastikan bahwa data

yang didapatkan ini ialah data yang sebenarnya yang memang benar terjadi di

lapangan. Untuk melakukan pengecekan keabsahan data, peneliti

menggunakan tiga cara dalam membuktikan keabsahan akan data yang

diterimanya, yakni sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kehadiran Peneliti di Lapangan

Semakin lama peneliti terjun langsung di lapangan, tentunya akan

semakin banyak data yang akan diperoleh. Sehingga dengan peneliti

melakukan observasi dalam jangka waktu yang lama, akan menentukan

lxiii
tingkat kualitas data yang sudah diperoleh. Semakin lama terjun di

lapangan, peneliti akan mendapatkan kesesuai dan data yang

didapatkannya. Hal tersebut bertujuan agar data yang telah diperoleh

tingkat kepercayaannya menjadi tinggi.

2. Memperpanjang Pengamatan

Memperpanjang pengamatan yang dimaksud di sini ialah ketika

peneliti melakukan observasi maka perlu fokus dan tekun dalam

mengamati setiap masalah yang ada dalam penelitian guna mendapatkan

data yang relevan dan memiliki korelasi dengan fokus masalah yang

diangkat. Tujuan akan hal ini ialah suapaya dapat lebih memahami dan

mendalami akan apa yang sedang peneliti teliti.

3. Triangulasi

Triangulasi ialah suatu cara guna untuk memeriksa keabsahan data

dengan jalan membandingkan data satu dengan data yang lainnya dari

sumber yang berbeda dengan topik yang memiliki keteraitan. Sumber data

yang dimaksud yakni bisa meliputi narasumber, lembaga, dan lain-lain,

yang mana dari sumber tersebut dapat ditemukan perbandingan untuk

memperoleh keabsahan data.

Selain hal di atas, dalam mengecek keabsahan data ada beberapa cara

yang dilakukan diantaranya adalah menggunakan bahan referensi dan

melakukan membercheck. Menggunakan bahan referensi disini berarti

memberikan pembuktian yang mendukung tentang temuan data oleh peneliti-

peneliti.53 Seperti hasil wawancara yang dibuktikan dengan rekaman


53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D., 275.
lxiv
wawancara, data antar personal, dan foto-foto pendukung. Pelaksanaan

membercheck disini merupakan tahapan pengecekan data dengan cara

memastikan ulang data penelitian yang didapat dari narasumber adalah benar

adanya dan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh narasumber.

G. Analisis Data

Analisis data yaitu sebuah tahapan yang dilakukan pada sebuah

penelitian untuk mendapatkan data dengan metode kualitaif. Teknik ini

dilakukan dengan cara wawancara, catatan dilapangan, menjabarkan secara

jelas, dan lainnya, berguna untuk meningkatkan pemahaman pembahasan

berhubungan dengan kasus yang diteliti dan memberikan suatu manfaat bagi

orang lain ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Transkrip

Transkrip data merupakan tindakan mengubah data suara hasil

wawancara ke bentuk tulisan. Dalam hal ini peneliti akan menuliskan

semua informasi hasil wawancara apa adanya yang disampaikan oleh

informan tanpa mengubah dan menyimpulkan hasil wawancara

tersebut.54 Data yang telah melewati proses transkrip selanjutnya akan

dianalisis lebih lanjut untuk hasil penelitian.

2. Reduksi Data

Reduksi data adalah pemilihan dan penyederhanaan hasil data yang

ada. Hal ini dilakukan untuk memilih data penelitian yang relevan. Untuk

memudahkan proses penarikan kesimpulan dalam penelitian, hasil

54
Asfi Manzilati. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma, Metode dan Aplikasi.
(Malang: Universitas Brawijaya Press. 2017): 64
lxv
reduksi data diolah terlebih dahulu dalam bentuk sketsa, matriks,

sinopsis, atau format lainnya.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat diartikan sebagai kegiatan menyusun informasi

untuk mempermudah penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk

padu dan mudah dimengerti, sehingga dapat membantu melihat hasil

penelitian apakah sudah bisa diambil kesimpulan atau melakukan analisis

kembali

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data disajikan, langkah selanjutnya yakni dengan menarik

kesimupulan serta melakukan verifikasi. Penarikan kesimpulan ini

didasarkan atas temuan-temuan dalam penelitian dengan memberikan

argument-argumen yang berpacu pada pemaparan data serta teori yang

ada sehingga diperoleh kesimpulan yang diperoleh dari metode berpikir

induktif dan deduktif. Kesimpulan ini digunakan oleh peneliti untuk

menjawab rumusan masalah yang telah diangkat oleh peneliti.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

empat tahapan, yakni sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Tahapan pertama dalam penelitian ini yakni tahap pra lapangan yang

meliputi melakukan survei lokasi, pemilihan lokasi, mengurus perizinan

lxvi
lokasi serta proses pembuatan proposal penelitian.

2. Tahap Pengerjaan Di Lapangan

Pada tahapan ini, peneliti akan melakukan beberapa hal untuk

menunjang penelitian yakni dengan melakukan observasi dan wawancara

serta dokumentasi guna memperoleh data serta informasi yang berkaitan

dengan topik dan fokus permasalahan yang di angkat.

3. Tahap Analisis Data

Proses pada tahap analisis data dilakukan ketika tahap pengerjaan di

lapangan usai dilakukan setalah memperoleh data yang diperlukan. Pada

tahapan ini, peneliti akan melakukan reduksi data, setelah data direduksi

akan dilakukan penyajian data dan penarikan kesimpulan.

4. Tahap Penulisan Laporan Penelitian.

Peneliti pada tahapan ini akan menuliskan laporan hasil penelitian

yang telah dilakukan. Setelahnya dilakukan konsultasi akan hasil

penelitian yang dilakukan.

lxvii
BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah LKBH IAIN Kediri

LKBH IAIN Kediri mulai dirintis sejak tahun 2014 melalui Surat

Keputusan (SK) Ketua STAIN Kediri pada masa itu Rektor Dr. H. Nur

Chamid, M.M. Sebagai LKBH yang baru berdiri sebagai penguatan

eksistensi yang baru lahir, LKBH melakukan pertemuan tentang

“Revitalisasi Peran Lembaga Bantuan Hukum Penguruan Tinggi di

Tengah Masyarakat” dengan narasumber Dr. Zairin Harahap, MH seabagai

direktur LKBH UII. Setelahnya MOU antara LKBH UII dengan LKBH

IAIN Kediri terkait dengan kesedian LKBH UII dalam pengembangan

LKBH IAIN Kediri dalam bentuk research, mangang, dan lain-lain.

Setelahnya pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 LKBH IAIN

Kediri menjalin kerjasama dengan POSBAKUM Pengadilan Agama

Kabupaten Kediri, dan setelahnya LKBH IAIN Kediri menjalin kerja sama

dengan POSBAKUM Pengadilan Agama Kota Kediri tahun 2017. Pada

tanggal 20 Maret 2019 LKBH IAIN Kediri mendapatkan legalitas hukum

melalui akta pendirian lembaga oleh Notaris Dr. Habib, SH, M.Hum.

dengan alamat Sukarno Hatta 4 A Daerah Kabupaten Kediri. Pada tahun

ini juga LKBH IAIN Kediri juga mendapatkan pengesahan dari

(Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia)

lxviii
KEMENKUMHAM RI dengan SK. Nomor AHU-0003432.AH.01.Tahun

2019.

Setelahnya rentang tahun 2019 sampai dengan 2022 terjadi pandemi

Covid-19, LKBH IAIN Kediri hanya sedikit melakukan kegiatan salah

satunya pada tanggal 3 November 2020 LKBH IAIN Kediri diresmikan

oleh Dekan Fakultas Syariah IAIN Kediri Dr. Khamim, M.Ag. Peresmian

tersebut ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Dekan Fakultas

Syariah yang kemudian diserahkan kepada Ketua LKBH. Kegiatan

tersebut berjalan dengan khidmat dan tetap memperhatikan protokol

kesehatan. Peresmian LKBH merupakan tindak lanjut dari turunnya izin

pendirian dari KEMENKUMHAM. LKBH IAIN Kediri bertujuan untuk

memberikan konsultasi dan bantuan hukum kepada masyarakat yang

sedang menghadapi permasalahan hukum. LKBH IAIN Kediri juga

berfungsi sebagai laboratorium hukum bagi Mahasiswa untuk

mengaktualisasikan ilmu yang telah dipelajari selama kuliah. Alumni yang

berprofesi sebagai praktisi juga bisa bergabung dengan LKBH.

Susunan organisasi LKBH dipegang oleh Pengurus harian yang terdiri

dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Dr. Abdullah Taufik, M.H. sebagai

Ketua; Dr. Hj. Siti Nurhayati, M.Hum sebagai Sekretaris dan Masyfu’ah,

S.Sos sebagai Bendahara.

Kemudian pada tahun 2022 LKBH IAIN Kediri mendapatkan amanat

untuk menjalin kerjasama dengan POSBAKUM Pengadilan Agama

lxix
Trenggalek setelah terpilih sebagai pemenang lelang POSBAKUM tahun

2022 untuk pelaksanaan tahun 2023.

2. Visi LKBH IAIN Kediri

a. Perkumpulan ini berazaskan pancasila dan berdasarkan UUD 1945.

b. Perkumpulan ini mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial dan

kemanusiaan.

3. Misi LKBH IAIN Kediri

a. Memberikan pelayanan konsultasi dan bantuan hukum kepada

masyarakat, pejabat pemerintah, non pemerintah, lembaga pemerintah

dan/atau swasta yang berbadan hukum baik berupa penasihatan,

advokasi, layanan hukum, hukum keluarga islam, hukum ekonomi dan

bisnis syariah;

b. Memberikan bantuan hukum kepada masyarakat baik litigasi maupun

non litigasi, serta bertindak sebagai mediator dalam suatu perselisihan,

permasalahan yang terjadi di masyarakat;

c. Mengembangkan sumber daya hukum masyarakat, dengan jalan

memberdayakan paralegal berbasis komunitas, pendidikan hukum

komunitas, pemberdayaan mahasiswa, klinik hukum (clinical legal

education) dan lain sebagainya;

d. Melakukan riset hukum dan sosial untuk mendukung advokasi hukum,

serta pengembangan pusat data bantuan hukum;

e. Memberikan layanan konsultasi dan bantuan hukum gratis kepada

masyarakat dengan mendatangi langsung ke wilayah tempat tionggal

lxx
masyarakat tersebut (mobile legal aid);

f. Sebagai wadah dan sarana regenerasi untuk mencetak pekerja bantuan

hukum yang berkomitmen pada nilai-nilai hak asasi manusia;

g. Sebagai sarana pendidikan publik dan tukar menukar informasi

khususnya dalam bidang hukum, untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat terhadap permasalahan hukum;

h. Menyelenggarakan atau membantu setiap kegiatan atau usaha

meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia dalam upaya mewujudkan

masyarakat yang maju, adil dan makmur;

i. Melakukan pengkajian terhadap pembentukan dan pengembangan

perundang-undangan di Indonesia serta pengkajian aspek hukum

kebijakan publik;

j. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan berbagai kalangan

antara lain dengan organisasi pemerintah dan nonpemerintah;

k. Mengadakan pembinaaan, pelatihan kemahiran hukum, seminar,

diskusi, musyawarah, sarasehan dan lokakarya serta pendidikan dan

pelatihan priovesi advokat untuk memberikan tambahan ilmu

pengetahuan dan teknologi baru kepada anggota dan masyarakat

sekitarnya;

l. Sebagai wadah pengabdian kepada masyarakat di bidang hukum dan

perjuangan hak asasi manusia menuju manusia yang bermartabat dan

ber akhlakul karimah.

lxxi
Semuanya tersebut dalam arti yang seluas luasnya.55

4. Stuktur Organisasi/Pengurus LKBH IAIN Kediri


Berdasarkan keputusan dekan Fakultas Syariah IAIN Kediri tentang
pembentukan pengurus LKBH IAIN Kediri adalah sebagai berikut:
 Pelindung : Dr. Wahidul Anam, M.Ag
 Ketua : Dr. H. Abdullah Taufik, MH
 Wakil Ketua : Dr. H. Nurul Hanani, MHI
 Sektretaris : 1. Dr. Hj. Siti Nurhayati, S.H.I,. M.Hum
2. Faridatul Fitriyah, M.Sy.
 Bendahara : 1. Mas’udah, S.H.i., M.H.
2. Uswatu Khittotin, S.Ag
 Bidang Litigasi:
 Ketua : Khoirul Munif, S.Ag, MH (Advokat)
 Anggota: 1. Imam Mukhlas, SH, MH (Advokat)
2. Safik Sabikin, SHI (Advokat)
3. Ahmad Zamzam Guntur, SHI
4. Daimul Hidayah, MH (Advokat)
5. M. Khoirun Nafik, S.H (Advokat)
 Bidang Non Litigasi :
 Ketua : Dr. Zayad Abd. Rahman, M.HI
 Anggota : 1. Dr. H. Ilham Tohari, M.HI
2. Dr. Ulin Na’mah, M.HI
3. H. Andi Ardian Mustaqim, Lc., M.H.
4. Moch Choirul Rizal, M.H.
5. Muhammad Fajar Sidiq Widodo, M.H.
 Bidang kajian dan Kebijakan Publik :
 Ketua : Dr. Khamim, M.Ag
 Anggota : 1. Dr. Muhammad Muhaimin, M. Ag
2. Saiful Bahri, M.H.I.
55
Habib, Pendirian Perkumpulan Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum IAIN KEDIRI,
2019.
lxxii
3. Riski Darmawan, M.H.
4. Moh. Nafik, M.HI
5. Mochammad Agus Rohmatullah, M.H.
5. Alamat LKBH IAIN Kediri
LKBH IAIN Kediri berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 110,

Ngronggo Kota Kediri. Sebelum kantor LKBH IAIN Kediri berada di

dalam kampus 1 IAIN Kediri Jl. Sunan Ampel 07 Ngronggo Kota Kediri.

Pas di samping Musholla As-Sholeh.

B. Paparan Data

1. Peran LKBH IAIN Kediri dalam Pemberian Bantuan Hukum terhadap

Masyarakat Terkait Perkara Perceraian.

Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang bagaimana peran

LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat

pada perkara perceraian. Namun terlebih dahulu penulis tegaskan kembali

tentang peran lembaga bantuan hukum serta tugas dan fungsinya seperti

yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka bahwa lembaga bantuan

hukum berarti sebagai segala bentuk pemberian bantuan hukum kepada

masyarakat dengan maksud untuk menjamin agar tidak seorang pun

didalam masyarakaat yang terampas haknya untuk memperoleh hak-

haknya dalam hukum yang di perlukan hanya karena tidak dimilikinya

sumber daya finansial yang cukup. Adapun tugas lbh yang dijelaskan

berdasarkan UU No. 16 Tahun 2011, yaitu sebagai berikut yaitu

mewujudkan suatu pemerataan dalam bidang hukum yaitu kesamaan

kedudukan dan kesempatan untuk memperoleh suatu keadilan. Salah satu


lxxiii
fungsi lembaga bantuan hukum yaitu menyusun dan menetapkan kebijakan

penyelenggaraan bantuan hukum, menyusun dan menetapkan standar

bantuan hukum berdasarkan asas-asas pemberi bantuan hukum, menyusun

anggaran bantuan hukum, mengelolah bantuan hukum secara efektif,

efisien, transparan, dan akuntabel, menyusun dan menyampaikan laporan

penyelenggaraan bantuan hukum.

Berdasarkan wawancara dengan advokat, paralegal dan staf LKBH

IAIN Kediri terkait peran LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan

hukum terhadap masyarakat terkait perkara perceraian adalah sebagai

berikut:

Bapak Khoirul Munif, S. Ag., MH selaku Advokat dan Ketua bidang

Ligitasi LKBH IAIN Kediri menuturkan bahwa:

“LKBH adalah lembaga bantuan hukum yang berperan tidak hanya


untuk memberikan bantuan hukum karena itu sangat sempit artinya kalau
hanya sebatas memberikan bantuan hukum kepada masyarakat miskin
atau kurang, namun tugas LKBH tidak hanya terbatas pada itu saja, ada
yang dimaksud legal asisten, pemberian yang bisa dilakukan kepada
masyarakat yang mampu. Kemudian peran lembaga bantuan hukum
dalam memberikan bantuan hukum itu memberikan peranan penting
dalam memberikan bantuan kepada masyarakat terutama masyarakat
Kediri Terkait perkara percerain lkbh telah banyak berperan tidak hanya
di kantor lkbh tetapi lkbh juga telah mempunyai pos bantuan hukum di
Pengadilan Agama Terenggalek.” 56

Wawancara dengan bapak Daimul Hidayah, MH selaku advokat

LKBH IAIN Kediri menyatakan bahwa:

“Ketika mengartikan bantuan hukum secara singkat yaitu jasa


hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada penerima bantuan hukum. Tujuan dan peran lembaga bantuan
hukum adalah untuk menjamin dan memenuhi hak penerima bantuan
56
Wawancara dengan Bapak Khoirul Munif, S. Ag., Advokad dan Ketua bidang Ligitasi
LKBH IAIN Kediri. 5 Mei 2023.
lxxiv
hukum untuk mendapatkan akses keadilan terutama masyarakat yang
kurang mampu, dalam membantu LKBH tidak boleh meminta biaya
apapun tetapi jika orang yang dibantu mengasih LKBH juga sah
menerimanya.”57

Kemudian wawancara dengan bapak Safik Sabikin, SHI Advokat

LKBH IAIN Kediri, meyatakan bahwa:

“LKBH dalam melakukan perannya dalam pemberian bantuan


hukum terhadap masyarakat yang meliputi perkara-perkara yang terjadi
di masyarakat wajib dibela karena sudah sudah kewajiban LKBH dalam
menjalankan perannya. Masyrakat juga pasti kebanyakan memilih jasa
lembaga bantuan hukum dari pada jasa kantor hukum lainnya terutama
masyarakat yang kurang mampu karena pasti jasa lembaga bantuan
hukum lebih murah dari yang lain bahkan sampai gratis. Dalam
pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat terkait perkara
perceraian sebenarnya adalah perkara yang sangat sering di tanganani
baik LKBH IAIN Kediri maupun lembaga bantuan hukum lainnya.
Tetapi peran lembaga bantuan hukum pada perkara perceraian ini yang
penanganan nya bisa di Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam
dan Pengadilan Negeri bagi yang Non muslim.”58

Contoh kasus atau perkara 0307/Pdt.6/2023/PA.Kab.Kediri perihal

cerai gugat yang sudah di tanggani oleh LKBH IAIN Kediri mendampingi

client nya dengan sepenuh hati dari awal sampai dengan putusan. Dimana

dalam perkara ini diceritakan penggugat yang bernama Iva Maulana dan

tergugat Fendi Perdana telah melangsungkan pernikahan resmi pada

tanggal 19 Februari 2020, sebagaimana tercantum dalam Kutipan Akta

Nikah Nomor 0081/45/11/2020 yang tercatat di Kantor Urusan Agama

Kecamatan (KUA) Wates Kabupaten Kediri. Bahwa sebelum menikah

dengan tergugat, penggugat berstatus perawan dan tergugat berstatus duda.

Bahwa setelah menikah penggugat dan tergugat bertempat tinggal di


57
Wawancara dengan Bapak Daimul Hidayah, MH Advokad LKBH IAIN Kediri. 3 Maret
2023.
58
Wawancara dengan Bapak Safik Sabikin, SHI Advokad LKBH IAIN Kediri. 28 Maret
2023.
lxxv
rumah orang tua tergugat di Kel. Tosaren, Kec. Pesantren selama 4 bulan,

kemudian pada bulan Juni 2020 tinggal di rumah orang tua penggugat di

Desa Sumberagung, Kec. Wates, Kab. Kediri kurang lebih selama dua

bulan, kemudian pada bulan Agustus 2020 tinggal bersama berpindah-

pindah kos. Pada Maret 2021 hingga sekarang penggugat dan tergugat

hidup bersama di rumah orang tua penggugat di Desa Sumberagung, Kec.

Wates Kab. Kediri sebagai suami istri. penggugat dan tergugat telah hidup

rukun layaknya suami istri (ba'dha dhukhul) dan telah dikaruniai 2 (dua)

anak yang bernama MD dan anak kedua bernama NF.

Awalnya kehidupan rumah tangga yang rukun dan damai tersebut

tidak berlangsung lama, karena ternyata antara penggugat dan tergugat

sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang tidak ada harapan untuk

didamaikan dan bahkan dipersatukan lagi. Adapun awal perselisihan dan

pertengkaran terjadi kurang lebih sejak awal rumah tangga penggugat dan

tergugat, antara lain disebabkan karena tidak adanya kesepakatan tempat

tinggal antara penggugat dan tergugat, dan tegugat kurang dalam

memberikan nafkah lahir sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dibantu oleh orang tua penggugat, juga tergugat menjalin hubungan

dengan perempuan lain yang bernama Diana yang berdomisili di Tarokan.

Puncak dari perselisihan dan pertengkaran tersebut pada pertengahan

Desember 2022 menyebabkan tergugat meninggalkan tempat tinggal

bersama sampai sekarang selama kurang lebih 24 hari, serta antara

penggugat dan tergugat sudah mengabaikan tugas dan kewajibannya

lxxvi
sebagai seorang suami dan istri. keluarga sudah berusaha menasehati dan

mendamaikan antara penggugat dan tergugat, namun tidak berhasil.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penggugat merasa sudah tidak

sanggup lagi untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga dengan

tergugat, karena penggugat dan tergugat sudah tidak mempunyai harapan

dan kecocokkan lagi untuk membangun rumah tangga yang harmonis dan

bahagia sebagaimana diamanahkan agama dan undang-undang.59

Dalam pemberian dan pendampingan bantuan hukumnya pada perkara

0307/Pdt.6/2023/PA.Kab.Kediri diceritakan seperti di bawah:60

Awal mula pada tanggal 9 Januari 2023 Penggugat datang ke LKBH

dan langsung di samput dengan baik oleh paralegal dan advokat kemudian

Penggugat menceritakan permasalahnya seperti di atas. Kemudian LKBH

IAIN Kediri bersama Bapak Safik Sabikin, S.H.I selaku kuasa hukum ikut

serta mendampingi prinsipal (penggugat) pada persidangan tanggal 24

Januari 2023 di Pengadilan Agama Kabupaten Kediri dengan perkara

Cerai Gugat. Dalam hal ini, Paralegal yang ikut dalam persidangan

tersebut membantu proses pengurusan administrasi perkara serta verifikasi

pendaftaran perkara melalui E-Court pada PTSP Pengadilan Agama

Kabupaten Kediri. Kemudian, setelah mendapatkan nomor antrian untuk

sidang, prinsipal (penggugat) beserta Kuasa Hukum dan Paralegal

mengikuti sidang, yang mana dalam persidangan tersebut juga dihadiri

oleh pihak tergugat.


59
Surat Gugatan Cerai No Perkara 0307/Pdt.6/2023/PA.Kab.Kediri
60
Wawancara Dengan Nirvana Rifka Dian Kumala, S.H., M,H. dan Jusman Angkat S.H.,
Staf LKBH IAIN Kediri. Pada Tanggal 30 Mei 2023.
lxxvii
Pada persidangan yang pertama adalah penyampaian nasehat oleh

Majelis Hakim serta penyampaian upaya Mediasi sesuai dengan PERMA

Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan pada Pasal 4

ayat (1) disebutkan bahwa "Semua sengketa perdata yang diajukan ke

Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan

perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden

verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap,

wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui mediasi, kecuali

ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini."

Pada agenda sidang I, persidangan bersifat terbuka untuk umum. Saat

proses mediasi dilakukan hanya prinsipal (penggugat dan tergugat) beserta

dengan mediator yang boleh berada dalam ruang mediasi. Setelah proses

mediasi berlangsung ditemukan suatu kesimpulan yakni prinsipal

(penggugat) tetap pada gugatannya dan tidak terjadi perdamaian. Sehingga

proses persidangan akan dilanjutkan pada tanggal 7 Februari 2023 dengan

agenda sidang II yaitu pembacaan gugatan oleh penggugat atau kuasa

hukum penggugat. Karena sudah masuk pada pokok materi, maka sidang

II bersifat tertutup untuk umum.

Pada persidangan yang kedua pada tanggal 7 February 2023 di

Pengadilan Agama Kabupaten Kediri dengan perkara yang sama yaitu

cerai gugat, hari itu setelah mendapatkan nomor antrian sidang, kuasa

hukum dan paralegal mengikuti sidang, yang mana dalam persidangan

tersebut tidak di hadiri tergugat. Sidang pun di tunda pada tanggal 14

lxxviii
Februari 2023 untuk pemanggilan tergugat kembali. Kemudian pada

sidang ketiga pada tanggal 14 Februari 2023 advokat dan paralegal Setelah

sampai di PA Kab. Kediri langsung menemui penggugat beserta saksi

yaitu ibu dan ayah si penggugat dan tetangga penggugat kemudian

mengambil nomor antrian dan surat identitas saksi kemudian mengisi

identitas saksi. Setelah dipanggil ke ruang sidang dan mengikuti sidang

dengan para saksi kemudian hakim mengabulkan gugatannya.61

Uraian diatas adalah salah satu contoh peran lembaga konsultasi dan

bantuan hukum IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap

masyarakat terkait perkara perceraian. Bisa kita lihat bahwa LKBH IAIN

Kediri dalam mendampingi clientnya betul-betul secara maksimal sampai

pada putusan.

LKBH IAIN Kediri sangat berperan penting di dalam memberikan

bantuan hukum di POSBAKUM Pengadilan Agama Trenggalek, sejak

Januari 2023 dan telah banyak membantu masyarakat khususnya yang di

Trenggalek dalam pelayanan bantuan hukum. Wawancara dengan

Muhammad Danu Prasetyo selaku staf atau petugas POSBAKUM

Pengadilan Agama Trenggalek menyatakan bahwa:

“Peran bantuan hukum itu seperti yang sudah diatur dalam UU No.
16 Tahun 2011 yang mengatur tentang Bantuan Hukum. POSBAKUM
PA Trenggalek juga telah melaksanakan semua yang diatur dalam UUD
tersebut, bahkan sering POSBAKUM membantu masyarakat walupun
bukan tugasnya posbakum. Karena tugas posbakum yang biasanya hanya
memberikan bantuan seperti konsultasi, informasi hukum, pembuatan
gugatan, permohonan dan lainnya.”

61
Ibid.
lxxix
Berikut laporan layanan bantuan hukum yang ada di POSBAKUM

Pengadilan Agama Trenggalek kepada LKBH IAIN Kediri:

LEMBAGA KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM


(LKBH IAIN KEDIRI)
SK. KEMENKUMHAM
NOMOR AHU-000342.AH.07.TAHUN 2019
Cabang Trenggalek
Alamat : Dusun gembleb, RT.015/RW.005, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek

LEMBAGA KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM (LKBH) IAIN KEDIRI


LAPORAN LAYANAN HUKUM DI POSBAKUM PADA PENGADILAN AGAMA TRENGGALEK
MENURUT JENIS LAYANAN HUKUM

Jenis Layanan Hukum

Rujukan
Pembuatan Dokumen Hukum Bantuan
Pembebasan Gugatan
Bulan Informasi Nasihat Konsultasi Hukum Keterangan
Biaya Mandiri
Hukum Hukum Hukum Pendampingan
Perkara
di Persidangan
Surat Surat Dokumen (Prodeo )
Gugatan/Permohona Kuasa Hukum
n Khusus Lainnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Januari 30 0 4 120 0 0 1 0 0
Februari 37 0 2 73 0 0 4 0 0
Maret 32 0 2 75 0 0 5 0 0
April 18 0 6 35 0 0 0 0 3
Mei 38 0 18 129 0 0 1 0 0
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
JUMLAH 155 0 32 432 0 0 11 0 3

Trenggalek, 31 Mei 2023


Ketua LKBH IAIN Kediri

Dr. H. Abdullah Taufik, M.H.


NIP. 196706222006041009

Dari data di atas sudah tertera laporan layanan POSBAKUM

Pengadilan Agama Trenggalek menurut jenis layanan hukumnya dimana

sangat banyak yang mengajukan surat gugatan dan surat permohonan dan

yang kedua menanyakan terkait informasi atau konsultasi tentang hukum.

Di dalam tabel tersebut memang tidak tersebut berapa perkara dalam cerai

lxxx
talak maupun cerai gugat tetapi dalam pemberian bantuan hukumnya

hampir 70% dari perkara perceraian adalah cerai gugat.62

2. Faktor-Faktor dan Kendala LKBH IAIN Kediri dalam Pemberian

Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian

Dalam pemberian bantuan hukum, tentunya tidak selalu berjalan

mulus, biasanya akan ada kendala ataupun hambatan dalam pemberian

bantuan hukum, baik itu kendala yang sifatnya mudah diatasi, maupun

kendala yang agak sulit diatasi. Secara umum kendala yang dihadapi oleh

lembaga pemberi bantuan hukum tidak jauh-jauh dari ketidak percayaan

masyarakat terhadap suatu lembaga yang berhubungan dengan

pemerintahan karena jangan sampai pemerintah malah menyulitkan

apalagi menghilangkan esensi bantuan hukum kepada para pencari

keadilan.

Faktor-faktor dan kendala yang biasanya menjadi penghambat

pelaksanaan bantuan hukum bagi masyarakat akan dijelaskan pada

wawancara. Berdasarkan wawancara dengan advokat LKBH IAIN Kediri

terkait factor-faktor dan kendala yang dihadapi LKBH IAIN Kediri dalam

pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat terkait perkara perceraian

adalah sebagai berikut.

62
Wawancara Muhammad Danu Prasetyo staf atau petugas POSBAKUM PA Trenggalek
dan LKBH IAIN Kediri. 19 Mei 2023.
lxxxi
Wawancara bapak Khoirul Munif, S. Ag. MH selaku Advokat dan

Ketua bidang Ligitasi LKBH IAIN Kediri menuturkan bahwa faktor dan

kendala dalam pemberian bantuan hukum adalah:63

“Tugas atau kendala utama LKBH IAIN Kediri ialah mengurangi


minimnya pengetahuan masyarakat tentang hukum, eksistensi, perannya
lkbh. Perlunya men sosialisasikan tentang peran LKBH kepada
masyarakat, karena masih banyak yang menganggap jika diberikan
bantuan hukum itu harus dibayar seperti advokad sehingga banyak yang
tidak meminta bantuan hukum kepada LKBH. Selanjutnya, kendalanya
berada pada ruang lingkup LKBH itu sendiri, yaitu karena banyaknya
sumber daya manusia yang berada dalam ruang lingkup LKBH
akibatnya susahnya menjalankan atau mengatur semuanya. Dan juga
karena LKBH IAIN Kediri belum terakreditasi, jadi belum
mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, jadi dana yang digunakan
dalam LKBH masih memakai dana pribadi masalah ini juga menjadi
faktor atau kendala yang paling besar bagi LKBH IAIN Kediri
karenanya mudah-mudahan tahun depan LKBH IAIN Kediri
terakreditasi.”64

Wawancara dengan bapak Daimul Hidayah, MH selaku advokat

LKBH IAIN Kediri menyatakan sama dengan bapak Khoirul Munif, S.

Ag., MH bahkan dalam pemberian bantuan hukumnya terhadap

masyarakat terkait perkara perceraian bapak Daimul Hidayah, MH hanya

menyatakan:

“Saya lebih terkhusus kepada kendala yang dihadapi ketika


menangani kasus atau perkara perceraian dari client, Alhamdulillah
selama ini belum ada kendala serius yang saya hadapi. Cuma masalah
minimnya pengetahuan masyarakat ini saja. Dari itu sangat penting bagi
suatu lembaga memberikan penyuluhan hukum terhadap masyarakat
karena banyaknya masyarakat yang tidak tau akan adanya LKBH ini,
menurut saya itu termasuk ke kendala atau faktor yang mempengaruhi
pemberian bantuan hukum”.

63
Wawancara dengan Bapak Khoirul Munif, S. Ag., Advokad dan Ketua bidang Ligitasi
LKBH IAIN Kediri. 5 Mei 2023
64
Wawancara dengan Bapak Daimul Hidayah, MH Advokad LKBH IAIN Kediri. Pada
Tanggal 3 Maret 2023.
lxxxii
Kemudian wawancara dengan bapak Safik Sabikin, SHI mengatakan

faktor dan kendala dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat

terkait perkara perceraian yaitu: 65

“Setiap perkara pasti ada kendala nya apalagi perkara perceraian


secara umum artinya ketika ada perlawanan dari pihak tergugat
biasanya hanya itu yang menjadi problem tapi itu udah biasa menjadi
tantangan menjadi advokat. Semakin besar kasus yang di tangani,
semakin besar juga kendalanya, tapi menurut saya pada perkara
perceraian tidak begitu banyak kendala. Tapi pada perkara yang lain
LKBH IAIN Kediri harus lebih menangani perkara Pidana karena pasti
akan lebih banyak faktor dan kendala jika menangani kasus-kasuh yang
besar. Tapi secara umum faktor-faktor dan kendala LKBH IAIN Kediri
yang paling besar adalah faktor masyarakat”.

Terakhir faktor-faktor dan kendala di POSBAKUM Pengadilan

Agama Terenggalek, berikut wawancara dengan Muhammad Danu

Prasetyo:

“Yang biasanya sering terjadi dalam pemberian bantuan hukum di


POSBAKUM adalah banyaknya masyarakat yang tidak mengerti
syarat-syarat dalam pemberian bantuan hukum dan akhirnya banyak
menimbulkan perdebatan antara saya dengan masyarakat apalagi
dengan adanya perubahan yang baru yang tambah tidak diketahui
masyrakat. Permasalahan inilah yang sering di ulang-ulang dari itu
sangat penting penyuhuan tentang hukum terhadap masyarakat-
masyrakat terutama yang di pelosok-pelosok. Dan satu lagi kurangnya
informasi dari pengadilan itu sendiri jadi kami sering keteteran
informasi yang ada di Pengadilan Agama Trenggalek ini”.66

Berdasarkan hasil wawancara dari responden dapat diketahui bahwa

pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat LKBH IAIN Kediri

mengalami beberapa kendala yaitu minimnya pengetahuan masyarakat

tentang lembaga bantuan hukum dan hukum itu sendiri, anggapan

65
Wawancara dengan Bapak Safik Sabikin, SHI Advokad LKBH IAIN Kediri. Pada
Tanggal 28 Maret 2023.
66
Wawancara Muhammad Danu Prasetyo staf atau petugas POSBAKUM PA Trenggalek
dan LKBH IAIN Kediri. Pada Tanggal 19 Mei 2023

lxxxiii
masyarakat tentang lembaga bantuan hukum yang berbayar seperti kantor

advokat, kurangnya dukungan pemerintah terhadap lembaga bantuan

hukum yang belum terakreditasi karenanya sering LKBH sering memakai

dana pribadi.

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan data yang telah diperoleh peneliti disaat

penelitian di LKBH IAIN Kediri maka peneliti mendapatkan temuan sebagai

berikut:

1. Peran LKBH dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat

terkait perkara perceraian sebagaimana LKBH IAIN Kediri telah berusaha

menjalankan perannya sebagaimana mestinya seperti yang sudah diatur

dalam UU No. 16 Tahun 2011. Dalam menjalankan perannya terbagi

menjadi tiga peran yaitu: peran aktif, peran pasif, dan peran partisipatif.

Peran LKBH IAIN Kediri dalam hal penyelesaian layanan bantuan

hukumnya seperti litigasi dan nonlitigasi. Litigasi penyelesian didalam

pengadilan sedangkan nonlitigasi di luar pengadilan seperti penyuluhan

hukum, konsultasi hukum, investigasi perkara, penelitian hukum, mediasi,

negosiasi, pemberdayaan masyarakat, dan drafting dokumen.

2. Faktor-faktor dan kendala LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan

hukum terhadap masyarakat terkait perkara perceraian faktor yang pertama

yang menghambat pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat adalah

faktor subtansi, seperti adanya peraturan yang kurang tepat. Faktor

struktural, faktor ini terbagi menjadi dua internal dan eksternal. Faktor

lxxxiv
budaya, mengacu pada adat kebiasaan. Dan faktor masyarakat salah satu

faktor atau kendala yang paling utama karena banyaknya masyarakat yang

tidak mengetahui hukum dan lembaga bantuan hukum.

lxxxv
BAB V

PEMBAHASAN

A. Peran LKBH IAIN Kediri Dalam Pemberian Bantuan Hukum Terhadap

Masyarakat Terkait Perkara Perceraian

Lembaga bantuan hukum merupakan salah satu lembaga yang berperan

penting membantu hak asasi manusia terutama bagi lapisan masyarakat miskin.

Jika bantuan hukum diartikan secara terpisah, contoh bantuan berarti dana,

derma, donasi, pemberian, santunan, sedekah, subsidi, sumbangan, tumpuan,

pertolongan. Sedangkan pengertian hukum adalah peraturan atau undang-

undang, kaidah dan ketentuan yang dibuat dan disepakati baik secara tertulis

maupun tidak tertulis, peraturan dan undang-undang mengikat perilaku setiap

masyarakat. Dalam memberi bantuan hukum tentu ada lembaga yang

menanganinya yang disebut lembaga bantuan hukum. Lembaga ini memiliki

peran memberikan bantuan hukum secara gratis kepada masyarakat miskin

atau tidak mampu dalam perkara perdata maupun pidana. Berikut peran

lembaga bantuan hukum seperti mewakili, mendampingi, membela dan

melakukan tindakan hukum lainnya untuk kepentingan penerima bantuan

hukum tersebut. Dan juga peran menurut Soekanto terbagi menjadi tiga yaitu

peran aktif, peran pasif, dan peran partisipatif.

1. Peran Aktif

Peran aktif adalah peran yang dilakukan oleh anggota kelompok

sebagai akibat dari kedudukannya di dalam kelompok, seperti pengurus,

pejabat, dan sebagainya. Dalam peran aktif yang dilakukan oleh pengurus

lxxxvi
LKBH IAIN Kediri seperti staf, advokad dan paralegal yang sudah

berperan aktif dalam menjalankan perannya dalam menjalankan tugasnya

sebaik mungkin sebagaimana yang sudah diatur di dalam UU No. 16

Tahun 2011.

2. Peran Pasif

Peran pasif mengacu pada kontribusi anggota kelompok yang pasif

dan menahan diri untuk tidak memberikan kesempatan bagi fungsi lain

dalam kelompok untuk berfungsi secara tepat. peran yang tidak

dilaksanakan oleh individu. Artinya, peran pasif hanya dipakai sebagai

simbol dalam kondisi tertentu di dalam kehidupan masyarakat. kepada

orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan

kemampuan, sehingga apa yang di harapkan bisa tercapai.

Peran pasif LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum

terhadap masyarakat pada perkara perceraian sudah dijalankan oleh pihak-

pihak sebagaimana yang diatur sesusai ketetapan dan fungsi dari LKBH

IAIN Kediri untuk diberikan kepada orang lain melalui pembinaan dengan

tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga apa yang di harapkan

bisa tercapai.

3. Peran Partisipatif

Peran partisipatif sebagai peran yang diambil anggota kelompok untuk

kepentingan kelompok secara keseluruhan. peran yang diberikan oleh

anggota kelompok kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan

yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan perang

lxxxvii
parsitipatif menurut banyak banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya

peran suatu lembaga serta masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila

dikaitkan dengan suatu pembangunan maka akan merupakan upaya peran

serta masyarakat dalam pembangunan.

Adapun peran partisipatif LKBH IAIN Kediri dalam pemberian

bantuan hukum terhadap masyarakat pada perkara perceraian bertujuuan

untuk menjadikan masyarakat yang lebih bertanggung jawab,

meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait tentang hukum dan

mencitakan masyarakat sadar tentang hukum.

LKBH IAIN Kediri merupakan salah satu lembaga bantuan hukum yang

ada di kediri, yang memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan

bantuan hukum kepada para pencari keadilan khususnya bagi masyarakat

miskin dan kurang mampu. Dalam pemberian bantuan hukum tidak hanya

dalam artian sebagai legal aid namun juga sebagai legal assistance. namun

yang lebih ditekankan disini adalah bagaimana peran LKBH IAIN Kediri

dalam memberikan bantuan kepada masyarakat khusus nya pada perkara

perceraian. Dalam memberikan bantuannya kepada masyarakat dalam dua

bentuk yaitu litigasi dan nonlitigasi. Litigasi dalam lingkup pengadilan serta

non litigasi dalam lingkup di luar pengadilan, yang akan dijelaskan seperti

berikut:

1. Litigasi

Litigasi adalah proses penyelesaian perkara di dalam pengadilan

sesuai dengan cara pemberi bantuan hukum terhadap masyarakat dengan

lxxxviii
rangka mempertahankan hak dan kepentingan masyarakat yang diberi

bantuan hukum. Bantuan hukum ini meliputi menjalankan kuasa,

mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan Tindakan hukum

dalam perkara perdata atau pidana di pengadilan, pemberi bantuan hukum

terhadap tersangka/terdakwa berdasarkan tata cara dan prosedur hukum

yang ada.67

LKBH IAIN Kediri sudah menjalankan perannya dalam menangani

beberapa perkara dalam litigasi proses penyelesaian perkara di dalam

pengadilan sesuai dengan cara pemberi bantuan hukum terhadap

masyarakat dengan rangka mempertahankan hak dan kepentingan

masyarakat yang diberi bantuan hukum tersebut. Bantuan hukum ini

meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau

melakukan Tindakan hukum dalam perkara perdata atau pidana di

pengadilan, pemberi bantuan hukum terhadap tersangka/terdakwa

berdasarkan tata cara dan prosedur hukum yang ada.

Contoh perkara atau kasus yang sudah ditangani LKBH IAIN Kediri

dalam bentuk litigasi adalah sebagai berikut pada perkara perceraian

0307/Pdt.6/2023/PA.Kab.Kediri dan perkara atau kasus perceraian dengan

No.0038/Pdt.G/2022/PA.Kediri.

2. Nonlitigasi

Nonlitigasi adalah penyelesaian masalah hukum diluar pengadilan

bertujuan untuk memberikan konsultasi dan bantuan hukum atau nasehat

67
Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa. (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 12.
lxxxix
hukum dalam rangka mengatisipasi adanya masalah-masalah hukum yang

terjadi contohnya seperti:

a) Penyuluhan hukum

Tujuan utama dari kegiatan penyuluhan hukum ini pada intinya

adalah agar masyarakat tahu hukum, paham hukum, sadar hukum,

untuk kemudian patuh pada hukum tanpa paksaan, tetapi

menjadikannya sebagai suatu kebutuhan. Pemahaman seseorang

tentang hukum beranekaragam dan sangat tergantung pada apa yang

di ketahui dari pengalaman yang dialaminya tentang hukum. Pola

penyuluhan hukum, mengenai tujuan di selenggarakannya penyuluhan

hukum adalah untuk mewujudkan kesadaran hukum masyarakat yang

lebih baik sehingga setiap anggota masyarakat menyadari dan

menhayati hak dan kewajibanya sebagai warga negara dan

mewujudkan budaya hukum dalam sikap dan perilaka yang sadar, taat

dan patuh terhadap hukum serta menghormati HAM.

LKBH juga telah meksanakan perannya di bidang nonlitigasi

adalah penyelesaian masalah hukum diluar pengadilan bertujuan

untuk memberikan konsultasi dan bantuan hukum atau nasehat hukum

dalam rangka mengatisipasi adanya masalah-masalah hukum yang

terjadi. Contoh penyelesaian atau penanganan hukum yang sudah

dilakukan LKBH IAIN Kediri adalah seperti berikut. Penyuluhan

hukum LKBH IAIN Kediri sudah pernah melaksanakan penyuluhan

hukum sebanyak 2 kali, pertama Penyuluhan hukum di blitar dan yang

xc
kedua sosialisasi pelayanan LKBH dan penyuluhan hukum dalam

rangka meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kepatuhan

masyarakat terhadap hukum. Penyuluhan hukum ini sangatlah

penting karena salah satu tujuan agar masyarakat tahu betapa penting

nya hukum dan pentingnya bantuan hukum ini bagi masyarakat.

b) Konsultasi Hukum

Konsultasi adalah sebuah dialog yang didalamnya terdapat

berbagai aktifitas dan inforrmasi agar pihak yang berkonsultasi

mengetahui lebih banyak tentang tema yang dibahas. Konsultasi

hukum adalah pelayanan jasa hukum berupa nasihat, penjelasan,

informasi atau petunjuk tentang hukum kepada masyarakat yang

mempunyai permasalahan hukum. Untuk memecahklan masalah yang

dihadapi sesuai dengan ketentuan undang-undang.

LKBH seperti namanya lembaga konsultasi dan bantuan hukum

tentu salah satu perannya ada di bidang konsultasi konsultasi hukum

bertujuan agar bisa memecahkan hukum masalah agar masalah tidak

menjadi besar. Dalam bidang konsultasi LKBH IAIN Kediri sangat

sering menerima client yang berkonsultasi tentang wanprestasi,

penipuan, waris, cerai, pencurian dan lain-lain.

c) Investigasi perkara

Investigasi adalah serangkaian kegiatan penyelidikan untuk

mencari jawaban atas permasalahan untuk meneliti, menyelidiki,

mengusut, mencari, memeriksa dan mengumpulkan data informasi,

xci
serta temuan lainnya untuk mengetahui atau membuktikan dari sebuah

kebenaran, atau bahkan kesalahan dari sebuah fakta yang kemudian

menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian

Investigasi merupakan sebuah metode penyelidikan yang sistematik,

lebih menyerupai seni penelusuran atas fakta yang dilaporkan atau

yang diduga terjadi upaya pengumpulan data terkait kebenaran

perkara.

Investigasi bertujuan agar mengetahui serangkaian perkara atau

permasalahan yang terjadi LKBH IAIN Kediri juga pernah melakukan

investigasi perkara tentang somasi hutang piutang.

d) Penelitian hukum

Penelitian Hukum adalah proses analisa yang meliputi metode,

sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

gejala hukum tertentu, kemudian mengusahakan pemecahan atas

masalah yang timbul, mencari fakta-fakta baru yang untuk

memperdalam. Penelitian hukum terbagi menjadi dua jenis yakni

penelitian hukum normatif dan empiris.

Karena ranah LKBH IAIN Kediri berada di dalam ranah IAIN

Kediri jadi mahasiswa beserta alumni yang akan menjadi paralegal

akan sering melakukan penelitiuan hukum, bahkan mahasiswa bisa

juga melakukan penelitian tentang LKBH IAIN Kediri ini salah satu

contohnya adalah skripsi saya ini

e) Mediasi

xcii
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar peradilan yang

kurang lebih hampir sama dengan negosiasi. Bedanya adalah terdapat

pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penengah atau

memfasilitasi mediasi tersebut yang biasas disebut mediator. Pihak

ketiga tersebut hanya boleh memberikan saran-saran yang bersifat

sugestif, karena pada dasarnya yang memutuskan untuk mengakhiri

sengketa adalah para pihak.Pihak ketiga tersebut juga harus netral

sehingga dapat memberikan saran-saran yang objektif dan tidak

terkesan memihak salah satu pihak. Mediasi merupakan prosedur

wajib dalam proses pemeriksaan perkara perdata,bahkan dalam

arbitrase sekalipun dimana hakim atau arbiter wajib memerintahkan

para pihak untuk melaksanakan mediasi dan jika mediasi tersebut

gagal barulah pemeriksaan perkara dilanjutkan, tidak semua orang

bisa menjadi mediator profesional karena untuk dapat menjadi

mediator dibutuhkan semacam sertifikasi khusus Proses penyelesaian

sengketa dengan perundingan.

Mediasi cara penyelesaian sengketa diluar peradilan yang kurang

lebih hampir sama dengan negosiasi. Dalam mediasi LKBH juga

sangat berperan pada kasus waris di kecamatan semen.

f) Negosiasi

Negosiasi adalah suatu interaksi sosial pihak-pihak untuk

menyelesaikan perundingan kesepakatan cara penyelesaian sengketa

dimana antara dua orang atau lebih para pihak yang mempunyai hal

xciii
atau berengketa saling melakukan kompromi atau tawar menawar

terhadap kepentingan penyelesaian suatu hal atau sengketa untuk

mencapai kesepakatan pihak yang melakukan negosiasi disebut

negosiator, sebagai seorang yang dianggap bisa melakukan negosiasi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan negosiasi,

diantaranya memahami tujuan yang ingin di capai, menguasai materi

negosiasi, mengetahui tujuan negosiasi, dan menguasai keterampilan

tehnis negosiasi, di dalamnya menyangkut keterampilan komunikasi.

Struktur negosiasi secara umum adalah orientasi, pengajuan,

penawaran, persetujuan, dan penutup.

Negosiasi adalah suatu interaksi sosial pihak-pihak untuk

menyelesaikan perundingan kesepakatan cara penyelesaian suatu

masalah. Dalam bernegosiasi LKBH melakukan negosiasi tentang

waris di kecamatan semen.

g) Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana

masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk

memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan

masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula

berpartisipasi proses pembangunan dimana masyarakat untuk memulai

kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi.

Pemberdayaan masyarakat ialah proses di mana masyarakat

berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki

xciv
situasi dan kondisi hukum di masyarakat.

LKBH IAIN Kediri juga telah berusaha dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat ini yaitu dengan cara mengajak desa-desa

menjalin kerja sama, walaupun kerja samanya belum berjalan dengan

baik tetapi LKBH IAIN Kediri akan berjuan dalam berjuangf dalam

pemberdayaan masyarakat.

h) Drafting dokumen hukum

Pengetahuan legal drafting tidak hanya dibutuhkan dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan tetapi juga diperlukan

untuk membuat dan memahami dokumen-dokumen hukum maupun

surat-surat penting. Hampir setiap urusan bisnis, hukum, baik

corporate maupun personal akan memerlukan perjanjian atau kontrak

sebagai koridor dasar yang akan menentukan hak, kewajiban, dan

wewenang para pihak yang terlibat didalamnya.68

Contoh drafting dokumen yang telah dilaksanakan adalah

bagaimana mahasiswa ataupun paralegal yang tergabung ke dalam

LKBH IAIN Kediri belajar dalam pembuatan draf atau pembuatan

rancangan contohnya seperti membuat surat kuasa.

Adapun pembahasan tentang peran LKBH IAIN Kediri dalam pemberian

bantuan hukum terhadap masyarakat. Peran LKBH IAIN Kediri sudah

berusaha menjalankan perannya sebagaimana yang telah diatur dalam UU No.

16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum. Terkait perkara perceraian LKBH

telah banyak berperan tidak hanya di kantor LKBH tetapi juga telah menjalin
68
Sunardi, Litigasi dan Nonlitigasi Pengadilan, (Mandar:PT Mandar Maju 1999),4.
xcv
kerjasama dengan POSBAKUM Pengadilan Agama Terenggalek. Yang mana

sudah sangat banyak perkara perceraian yang sudah dibantu POSBAKUM

Pengadilan Agama Trenggalek, dari bulan Januari sampai dengan Mei sudah

membantu 633 pelayanan bantuan hukum. Dari pelayanan informasi hukum,

nasihat hukum serta konsultasi hukum ada 187 orang yang sudah di bantu.

Dalam pembuatan dokumen hukum seperti surat gugatan, surat permohonan,

surat kuasa dan surat lainnya ada 432 orang yang sudah di bantu dan sisanya 14

orang dibantu dalam rujukan pembebasan biaya perkara prodeo, bantuan

hukum pendampingan di persidangan, dan gugatan mandiri. Dari data-data

yang sudah di paparkan terbukti LKBH telah menjalankan peran nya

sebagaimana yang sudah diatur.

B. Faktor-Faktor Dan Kendala LKBH IAIN Kediri Dalam Pemberian

Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian

Dalam menjalankan perannya suatu lembaga pasti memiliki faktor-faktor

dan kendala-kendala yang tidak diinginkan. Begitupun faktor dan kendala

yang dihadapi LKBH IAIN Kediri dalam pemberian bantuan hukum terhadap

masyarakat terkait perkara perceraian Faktor-faktor atau kendala yang biasanya

menjadi penghambat pelaksanaan bantuan hukum bagi masyarakat. Menurut

Soerjono faktor yang menghambat pemberian bantuan hukum di bedakan

menjadi 4 faktor yaitu:

1. Faktor subtansi hukum legal subtance

Faktor subtansi hukum ini menjadi salah satu faktor penghambat yang

mempengaruhi pelaksanaan bantuan hukum bagi masyarakat miskin dalam

xcvi
suatu perkara salah satu nya dalam perkara perceraian. Kelemahannya ada

di dalam subtansi Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur

mengenai bantuan hukum, mempengaruhi pelaksanaan bantuan hukum,

sehingga dalam praktiknya kurang dapat dilaksanakan dengan baik.

Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur mengenai bantuan hukum

masih mengandung kelemahan-kelemahan yang kurang mengakomodir

orang yang kurang mampu atau kelompok orang miskin dan menjunjung

tinggi asas equality before the law dalam penegakan hak atas bantuan

hukum yang seharusnya diberikan secara seluas-luasnya access to legal

counsel dan tanpa pembatasan. Masih adanya tumpang tindih peraturan

yang tentu menghambat pelaksanaan bantuan hukum dalam suatu perkara.

faktor subtansi hukum legal subtance adalah salah satu faktor

penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan bantuan hukum bagi

masyarakat miskin dalam suatu perkara salah satu nya dalam perkara

perceraian. Karena faktor subtansi hukum ini mengenai sistem hukum,

yang berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang sebahagian

masih kurang tepat serta informasi tentang peraturan hukum yang baru

juga sering kurang terdengar atau tidak sampai terhadap masyrakat

sehingga menggangu peranan LKBH IAIN Kediri dalam pemberian

bantuan hukum terhadap masayrakat khususnya pada perkara perceraian.

2. Faktor struktur hukum legal ructure

xcvii
Faktor struktur hukum atau legal structure dalam pembahasan ini

meliputi faktor penegak hukum dan sarana serta fasilitasnya. Faktor

penegak hukum dalam pembahasan ini akan dibatasi pada kalangan yang

secara langsung berkecimpung dalam bidang hukum. Faktor penegak

hukum, yakni pihak yang membentuk maupun menerapkan bantuan

hukum. pembahasan mengenai Struktur hukum akan dibedakan menjadi

dua, yaitu:

faktor struktural hukum legal structure dalam pembahasan ini

meliputi internal dan eksternal, yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri penegak

hukum sendiri. Advokat sebagai salah satu penegak hukum sangat

berperan dalam pelaksanaan bantuan hukum karena advokat lah yang

secara langsung memberikan jasa hukum kepada orang atau kelompok

orang miskin dalam bentuk bantuan hukum. Penegak bantuan hukum

dari segi internal menunjukkan lemahnya kesadaran akan moril dan

sosial advokat. Kondisi tersebut mutlak menjadi sebuah alasan untuk

tidak memberikan bantuan hukum, karena ketika advokat memiliki

kesadaran yang tinggi, maka advokat akan aktif mencari atau

menawarkan jasa hukum, mengigat juga pemberi bantuan hukum sangat

terbuka, di Pengadilan melalui POSBAKUM dan juga di LBH.

Pada faktor ini LKBH IAIN Kediri sangat diuntungkan karena

secara sumber daya manusianya walaupun diuntungkan karena

xcviii
banyaknyaa SDM nya seperti dosen, mahasiswa, dan alumni. Tetapi

faktor ini juga masuk kedalam faktor yang mempengaruhi pemberian

bantuan hukum karena banyaknya anggota yang terlibat membuat

LKBH kesulitan dalam mengaturnya sehingga banyak yang tidak

menjalankan perannya.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dari luar penegak hukum, selain dari

luar penegak hukum juga meliputi faktor sarana atau fasilitas. Soerjono

Soekanto mengemukakan bahwa, tanpa adanya sarana atau fasilitas

tertentu, maka tidak mungkin penegak hukum akan berlangsung dengan

lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga

manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik,

peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya.

Sendangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar penegak

hukum, yang meliputi faktor sarana atau fasilitas, faktor inilah yang

menjadi kendala bagi LKBH IAIN Kediri karena belum terakreditasi

oleh KEMENKUMHAM. Karena LKBH IAIN Kediri belum

mempunyai sarana, fasilitas, dan dana yang besar seperti LKBH/LBH

yang sudah terakreditasi.

3. Faktor Budaya Hukum atau Faktor Kebudayaan

Faktor budaya hukum adalah elemen sikap dan nilai sosial yang

mengacu pada bagian-bagian yang ada pada kultur umum-adat kebiasaan,

oponi-opini, cara bertindak dan berfikir yang mengarahkan kekuatan-

xcix
kekuatan sosial menuju atau menjauh dari hukum dan dengan cara-cara

tertentu. bahwa kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai

yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan abstrak

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai-

nilai tersebut merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan keadaan

ekstrim yang harus di serasikan.69

Definisi budaya hukum dalam kamus hukum adalah sikap-sikap dan

nilai-nilai yang berhubungan dengan hukum bersama, bersama-sama

dengan sikap-sikap dan nilai-nilai yang terkait dengan tingkah laku yang

berhubungan dengan hukum dan lembaga-lembaganya, baik secara positif

maupun negatif. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diketahui bahwa,

budaya hukum dapat meliputi nilai-nilai mengenai hukum, nilai-nilai

berupa konsep mengenai apa yang dianggap baik dan buruk, sikap-sikap

yang terkait dengan tingkah laku yang berhubungan dengan hukum dan

aparat penegak hukum, dan juga perilaku dari masyarakat itu sendiri yang

terjadi secara berulang-ulang atau suatu elemen sikap dan nilai sosial, yang

mengacu pada bagian-bagian yang ada pada kultur umum, adat kebiasaan,

opini-opini, cara bertindak dan berfikir.

4. Faktor Masyarakat

Masyarakat menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi

pelaksanaan bantuan hukum. Menurut Soerjono Soekanto, penegakan

hukum berasal dari masyarakat, karena itu dipandang dari sudut tertentu,

69
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:Raja
Grafindo Persada), 59.
c
maka masyarakat anggapan atau pendapat, masyarakat juga bisa

mempengaruhi pelaksanaan bantuan hukum dalam suatu perkara. Dari

sekian banyaknya pengertian yang diberikan pada hukum, terdapat

kecenderungan yang besar pada masyarakat, untuk mengartikan hukum

dan bahkan tidak tau akan bantuan hukum. Salah satu akibatnya adalah,

bahwa penegak hukum tersebut, yang menurut pendapatnya merupakan

pencerminan dari hukum sebagaimana struktur maupun prosesnya.

Masalah lain yang timbul anggapan masyarakat mengenai segi penerapan

perundang-undangan ditafsirkan terlalu luas atau terlalu sempit. Selain itu,

mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaah perundang-undangan

yang kadang kala tertingggal dengan perkembangan di dalam masyarakat.

Di samping adanya kecenderungan yang kuat dari masyarakat dalam

mengartikan hukum dan bantuan hukum salah satu masalah nya banyak

sekali media yang memberitakan hal-hal yang kurang baik tentang hukum.

Dari faktor-faktor bantuan hukum diatas,

Pada faktor masyarakat, faktor ini menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan dalam pemberian bantuan hukum dalam suatu

perkara. Karena banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui apa itu

hukum dan bantuan hukum, bahkan banyak masyarakat yang menganggap

LKBH IAIN Kediri berbayar, akibatnya menyusahkan pemberi bantuan

hukum dalam menjalankan tugasnya. Hampir semua kendala dari

wawancara dengan advokad LKBH IAIN Kediri yaitu minimnya

pengetahuan masyarakat tentang lembaga bantuan hukum, anggapan

ci
masyarakat tentang hukum dan lembaga bantuan hukum, Kemudian yang

terakhir banyak bahkan dari masyarakat yang mengira bahwa LKBH ini

berbayar seperti kantor advokat sehingga menyebabkan LKBH IAIN

Kediri sulit menjalankan perannya.

cii
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah peneliti mengkaji dan memaparkan pembahasan skripsi tentang

Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Pemberian Bantuan Hukum

Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian (Studi Kasus Di

Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum IAIN Kediri), maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran LKBH IAIN Kediri pemberian bantuan hukum terhadap

masyarakat terkait perkara perceraian sebagaimana LKBH IAIN Kediri

telah berusaha menjalankan perannya sebagaimana mestinya seperti

yang sudah diatur dalam UU No. 16 Tahun 2011. Dalam menjalankan

perannya terbagi menjadi tiga peran yaitu peran aktif, peran pasif, dan

peran partisipatif. Dalam penyelasian pemberian bantuan kepada para

pencari keadilan bagi masyarakat terbagi dalam bentuk litigasi dan

nonlitigasi. Litigasi dalam lingkup pengadilan serta non litigasi dalam

lingkup non pengadilan contohnya seperti penyuluhan, konsultasi,

investigasi, penelitian hukum, mediasi, negosiasi, pemberdayaan

masyarakat, dan drafting dokumen. Peran LKBH IAIN Kediri

Sangatlah membawa pengaruh besar bagi para pencari keadilan

terutama yang tidak mampu khusunya masyarakat miskin terlebih lagi

dalam perkara perceraian banyak beban kepada mereka yang

mengalaminya. karenanya dalam mendapatkan bantuan hukum tidaklah

ciii
sulit hanya membawa SKTM atau semacamnya maka akan langsung

diberi bantuan hukum oleh LKBH.

2. Faktor dan kendala yang dihadapi LKBH IAIN Kediri dalam pemberian

bantuan hukum terhadap masyarakaat pada perkara perceraian adalah

sebagai berikut yang ialah faktor subtansi, faktor struktural, faktor

budaya, dan faktor masyarakat. Faktor subtansi ini mengenai sistem

hukum, yang berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang

sebahagian masih kurang tepat serta informasi tentang peraturan hukum

yang baru juga sering kurang terdengar atau tidak sampai terhadap

masyarakat. Faktor struktural faktor ini terbagi menjadi menjadi dua

yaitu faktor intenal dan faktor eksternal. Faktor internal pada faktor ini

sebenarnya LKBH IAIN Kediri sangat diuntungkan karena secara

sumber daya manusianya walaupun diuntungkan karena banyaknyaa

SDM nya seperti dosen, mahasiswa, dan alumni. Tetapi faktor ini juga

masuk kedalam faktor yang mempengaruhi pemberian bantuan hukum

karena banyaknya anggota yang terlibat membuat LKBH kesulitan

dalam mengaturnya sehingga banyak yang tidak menjalankan perannya.

Sendangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar penegak hukum,

yang meliputi faktor sarana atau fasilitas, faktor inilah yang menjadi

kendala bagi LKBH IAIN Kediri karena belum terakreditasi oleh

KEMENKUMHAM. Faktor budaya dan faktor masyarakat faktor ini

menjadi salah satu terbesar bagi LKBH karena minimnya pengetahuan

civ
tentang hukum dan bantuan hukum. Serta eksistensi dan anggapan

masyarakat bahwa lembaga bantuan hukum itu berbayar.

B. SARAN

Di akhir penulisan skripsi ini, saran penulis dalam penelitiannya yaitu

Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Pemberian Bantuan Hukum

Terhadap Masyarakat Terkait Perkara Perceraian (Studi Kasus Di

Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum IAIN Kediri). Sebaiknya

pemerintah harus lebih memperhatikan lembaga bantuan hukum yang belum

terakreditasi, agar lembaga bantuan hukum tidak kewalahan memberikan

bantuan hukum kepada masyarakat yang mencari keadilan dan agar

meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan dan akan lebih

baiknya LKBH IAIN Kediri segera terakreditasi..

Dan LKBH IAIN Kediri juga harus lebih sering memberikan

sosialisasi kepada masyarakat terkait akan pentingnya hukum dan eksistensi

dari peran lembaga bantuan hukum. Karena banyaknya masyarakat yang

tidak tahu menahu tentang hukum bahkan banyak dari masyarakat yang

mengira bahwa LKBH ini berbayar seperti kantor advokat sehingga

menyebabkan LKBH IAIN Kediri sulit menjalankan perannya.

cv
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Aspek-aspek Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta: Cendana Press,


1983.

Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum Akses Masyrakat Marjinal Terhadap


Keadilan, LBH Jakarta, 2007.

Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 2006.

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,


2013,

Arnild, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian Kualitatif Di


Bidang Kesehatan Masyarakat, 2011.

Asfi Manzilati. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode dan


Aplikasi. Malang: Universitas Brawijaya Press 2017.

Asfinawati, Mas Achmad Sentosa, Bantuan Hukum Askses Marjinal Terhadap


Keadilan Senralisme Production: Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, 2007.

Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Bandung CV. Mandar Maju, 2009.

Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,


Yogyakarta: Gama Media, 2008.

B. Herry Priyono, Neoliberalisme dan Sifat Elusif Kebebasan, Jakarta: Dewan


Kesenian, 2006.

Chrisbiantoro, M. Nur Solikin, Satrio Wirataru, Bantuan Hukum Masih Sulit


Diakses: Hasil Pemantauan di Lima Provinsi Terkait Pelaksanaan
Undang-undang No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum, Jakarta.
Kontras, 2014.

cvi
Darman Prist, Hukum Acara perdata Dalam Prakek, Penerbit Djamban, 2002.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Terjemahan, Bandung: PT. Cordoba


Internasional Indonesia.

Didi Kusnadi, Bantuan Hukum Dalam Islam, Bandung, Sahifa, 2011.

Frans Hendra Winata, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Jakarta: lcx Media Komputindo 2000.

Frans Hendra Winarta, Probono Publico hak konstitusional fakir miskin untuk
memperoleh bantuan hukum. Jakarta: lcx Media Komputindo 2010.

Habib, Pendirian Perkumpulan Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum IAIN


Kediri, 2019.

I. P.M.Ranuhandoko, Terminologo Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Martiman Prodjahamidjojo, Penasihat Hukum dan Bantuan Hukum di Indonesia,


Latar Belakang dan Sejarahnya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.

Morris Ginsberg, Keadilan Dalam Masyarakat, Bantul: Pondok Edukasi, 2003.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris dan
Normatif, Pustaka Pelajar, 2010.

Muhammad Syaifuddin, Sri Turatmiyah, Annnalisa Yahana, Hukum Perceraian,


Jakarta Timur, Sinar Grafika, 2013.

Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, Banjarmasin: Antasari Press, 2011.

Riana Seprasia, Implementasi Bantuan Hukum Dan Permasalahanya. Sinar


Grafika. Jakarta. 2008.

Rival Ahmad dan Rikarto Simarmata, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia,


(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2009.

cvii
Ruttan dan Hayami, Kelembagaan ,Repository UMY, 1984.

Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Buku Kompas,
2003.

Senang Monia Silalahi, Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Perkara


Penyerobotan Tanah Bandar Lampung, 2018.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 2011.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2006.

Suhardono, Edy. Peran, Konsep, Derivasi, dan Implikasinya, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama, 1994.

Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata Jakarta: Intermasa, 1980.

T.Mulya Lubis, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural, Jakarta, LP3ES,


1986.

Wagianto, Peran dan Fungsi Lembaga Arbitrase Syariah Dalam Penyelesaian


Sengketa Perbankan, (Calina Media dan Arti Bumi Intaran, 2017.

.W.J.S Poerwodarmianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka,


1976.

Yayasan Lembaga Bantuan Indonesia, Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia,


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014.

Ahmad Rijali. Analisis Data Kulaitatif. Jurnal Alhadharah, 2018.

cviii
Skripsi dan Jurnal:

Angga dan Ridwan Arifin. Penerapan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Kurang
Mampu di Indonesia, ejurnal.uniska-kediriac.id. 2019.

Nabila, “Peranan Lembaga Bantuan Hukum Makassar Dalam Memberikan


Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma”. Jurusan Ilmu Hukum Syariah Dan
Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017.

Eka Fitri, Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Masyarakat Tidak Mampu Yang
Dilakukan Oleh Lembaga Bantuan Hukum Sipakatau Sipakalebbi
Sipakainge. Hukum Tata Negara Fakultas Syariah Institut Agama Islam
Negeri Bone, 2020.

Nirwan Yunus dan Lucyana Djafaar: Eksistensi Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Dalam Memberikan Layanan Hukum Kepada Masyarakaat Di Kabupaten
Gorongtalo, 2008.

Wilda Zara Yunita, Analisis Hukum Islam Tentang Peran Lembaga Bantuan
Hukum Dalam Sosialisasi Hukum (Studi Desa Cipadang Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran). Jurusan Syiyasah Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019.

cix
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1 : Sosialisai LKBH IAIN Kediri dan Penyuluhan Hukum

Gambar 2 : Wawancara dengan Advokad dan Staf LKBH IAIN Kediri

cx
Gambar 3 : Wawancara dengan Advokad dan Ketua Bidang Ligitasi LKBH
IAIN Kediri

Gambar 4 : Wawancara dengan Advokad LKBH IAIN Kediri

cxi
Gambar 5 : Wawancara dengan Petugas POSBAKUM PA Trenggalek

Gambar 6 : Proses Pemberian Bantuan Hukum di PA Kabupaten Kediri

cxii
Gambar 7 : Surat Mohon Izin Riset/Penelitian

cxiii
Gambar 7 : Surat Keterangan Sudah Melakukan Riset/Penelitian

cxiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Hasan Husin, lahir pada


Tanggal 28 Februari 2001. Penulis beralamat di Kampung
Akul Kecamatan Blangjerango Kabupaten Gayo Lues
Provinsi Aceh. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara, dari pasangan suami-istri Bapak bernama Abdul
Gani dan Ibu bernama Ani.

Pendidikan yang di tempuh SD Negeri 6 Blangjerango lulus pada tahun


2012, SMP Negeri 1 Blangjerango lulus pada tahun 2015, SMA Negeri Seribu
Bukit lulus 2018. Selanjutnya penulis melnjutkan belajar mengaji di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Amsilati, Gurah Kediri. Sekaligus melanjutkan
Pendidikan Strata Satu (S1) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.
Jurusan Hukum Keluarga Islam dan Lulus pada tahun 2023. Selama kuliah
penulis juga mengikuti kegiatan eksternal kampus yaitu mengikuti Paralegal
LKBH IAIN Kediri, PKPT IPNU IPPNU IAIN Kediri, UNIKMOR IAIN Kediri
dan Organisasi daerah KUPAS Kediri.

cxv

Anda mungkin juga menyukai