Oleh:
BELLA PERTIWI
NPM. 14116893
i
TANGGUNG JAWAB HUTANG ORANG YANG MENINGGAL
BAGI AHLI WARIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
DI KECAMATAN BEKRI LAMPUNG TENGAH
Oleh
BELLA PERTIWI
NPM. 14116893
ii
TANGGUNG JAWAB HUTANG ORANG YANG MENINGGAL
BAGI AHLI WARIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
DI KECAMATAN BEKRI LAMPUNG TENGAH
ABSTRAK
Oleh:
BELLA PERTIWI
Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara
keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum
waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Sebab
semua manusia akan menglami peristiwa hukum yang di namakan kematian.
Akibat hukum yang selanjutnya timbul, dengan terjadinya peristiwa hukum
seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-
hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal dunia tersebut.
Peninggalan dalam hukum Islam yang di kenal di kalangan fuquha ialah
segala sesuatu yang di tinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang) atau lainnya.
Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang di tinggalkan oleh orang yang
meninggal yang dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk di dalamnya
bersangkutan dengan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan
pokok hartanya seperti harta berstatus gadai, atau utang piutang yang berkaitan
dengan kewajiban pribadi yang mesti di tunaikan misalnya pembayaran kredit
atau mahar yang belum di berikan kepada istrinya.
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana persepktif hukum
Islam tentang tanggung jawab hutang orang yang meninggal bagi ahli waris di
Kecamatan Bekri Lampung Tengah?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan perseptif hukum Islam tentang tanggung jawab
hutang orang yang meninggal bagi ahli waris di Kecamatan Bekri Lampung
Tengah.
Jenis penelitian ini adalah field research, atau penelitian lapangan dan
bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data
primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara interview, dan
dokumentasi. Setelah data-data terkumpul dan dianalisis dengan cara yuridis
kualitatif yang kemudian akan di analisis untuk di tarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
hutang bagi ahli waris adalah wajib. Dengan demikian hukum kewarisan Islam
menuntut adanya pelunasan segala hutang. Para ahli waris tidak diwajibkan untuk
menutupi kekurangan yang timbul karena tidak mencukupi harta peninggalan bagi
pelunasan hutang pewaris dengan kekayaan sejumlah harta peninggalan, namun
jika ahli waris berkeinginan untuk melunasi diperbolehkan, karena hutang wajib
dibayar.
iii
NOTA DINAS
Pembimbing I Pembimbing II
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
Jl. Ki. Hajar Dewantara Kampus 15A Iringmulyo Kota Metro Lampung 34111
Telp. (0725) 41507. Fax (0725) 47296 Email : stainjusi@stainmetro.ac.id,
Website : www.stainmetro.ac.id
PERSETUJUAN
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
Jln. Ki. Hajar Dewantara Kampus 15 A Iringmulyo Kota Metro Lampung 34111
Telp. (0725) 41507. Fax (0725) 47296 Email:stainjusi@stainmetro.ac.id Website:www.stainmetro.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PEMBAHAS
vi
ORISINALITAS PENELITIAN
NPM : 14116893
Fakultas : Syariah
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya
kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan daftar
pustaka.
BELLA PERTIWI
NPM. 14116893
vii
MOTTO
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Al-Fatih, 2010), h. 68
viii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan kepada :
2. Kakakku Genta Suri Muda dan Wisnu Arief Fahreza yang selalu
Maryuni, Nita sugiarti, Indah dwi taufiq, Jen) Serta Teman-temanku (Fiqih
ardien nissa, Titin lestari, Siska Ayu A, Susanti, Fasiyam Tria N, dll yang
tidak bisa disebutkan satu persatu) terimakasih untuk kalian semua yang
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan
untuk menyelesaikan program strata satu (S1) IAIN Metro guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum (SH).
Upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti mengucapkan terima
kasih Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro, Drs. Musnad Rozin,
MH selaku pembimbing I dan Azmi Sirajuddin, Lc. M.Hum selaku pembimbing
II yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan
dan memberikan motivasi. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh dosen dan karyawan IAIN Metro. Tidak kalah pentingnya, rasa sayang
dan terima kasih penulis haturkan kepada ayahanda dan ibunda yang senantiasa
mendoakan dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Kritik dan saran demi perbaikan Skripsi ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan sepenuh hati. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangna ilmu pengetahuan agama Islam.
Bella Pertiwi
NPM. 14116893
x
DAFTAR ISI
xi
4. Hak dan Kewajiban yang Berkaitan dengan Harta Peninggalan
Pewaris ........................................................................................... 30
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara
waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Sebab
nya seseorang, di atur oleh hukum waris. Untuk pengertian hukum waris sampai
saat ini baik para ahli hukum Indonesia, belum terdapat gambaran pengertian,
Hukum waris yang berlaku di Indonesia sampai saat ini masih belum
merupakan unifikasi hukum. Atas dasar peta hukum waris yang di karenakan atau
sebab dia menjadi ahli waris di kerenakan adanya hubungan darah / nasab dan di
keseragaman.
Hukum waris sebagai salah satu bidang hukum yang berada di luar bidang
yang bersifat netral kirannya sulit untuk di perbaharui dengan jalan perundang-
undangan atau kodifikasi guna mencapai suatu unifikasi hukum. Hal itu di
2
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 27
1
2
seluruhnya merupakan harta kekayaan yang nantinya akan dibagi kepada segenap
ahli waris. Ada suatu saat dimana pewaris meninggalkan harta peningggalan
berupa hutang. Perihal mnegenai mewaris hutang ini sangat penting untuk
(KHI) selalu disebutkan bahwa bagian harta warisan akan siap untuk dibagi
kepada segenap ahli waris jika telah dikurangi dengan hutang-hutang dan wasiat.3
Seorang ahli waris dapat bersikap menerima atau menolak warisan, sikap
mengikat atas sikap tersebut, sebab sikap yang dimikian memiliki akibat hukum
yang sangat komplek baik terhadap dirinya maupun terhadap keberadaan ahli
pewaris harus lebih dahulu dilakukan lebih dahulu dari pada wasiat. Alasan
hukum yang digunakan oleh kebanyakan ulama adalah bahwa hutang merupakan
3
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 277-208
4
Ilyas, Tanggung Jawab Ahli Waris terhadap Hutang Pewaris Berdasarkan Hukum Islam,
Jurnal, Hukum Islam, No. 55, Th. XIII, (Desember 2011, PP. 125-137)
3
diutamakan.5
Para ahli waris yang menerima warisan dari pewaris tidak saja berhak atas
fuquha ialah segala sesuatu yang di tinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang)
atau lainnya.7 Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang di tinggalkan oleh orang
bersangkutan dengan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan
pokok hartanya seperti harta berstatus gadai, atau utang piutang yang berkaitan
5
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 880
6
Ilyas, Tanggung Jawab Ahli Waris terhadap Hutang Pewaris Berdasarkan Hukum Islam,
Jurnal,
7
Lukman-Faisal, Hak Waris dari Orang Hilang menurut Hukum Waris Islam.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/3078 di akses tanggal 1 Agutus
2018
4
Jadi jika seseorang meninggal di antara hak yang harus ditunaikan sebelum
dilakukan pembagian warisan dari harta yang ditinggalkan untuk para ahli
warisannya ialah melunasi hutang-hutang, baik hutang yang terkait dengan hak
Hasil pra survey di Kecamatan Bekri Lampung tengah ada ahli waris yang
melunasi hutang keluarganya yang telah meninggal dunia. bahwa “ada satu
keluarga yang mau melunasi hutang keluarganya (adik) yang telah meninggal
yaitu hutang kepada para tetangga mulai dari kecil hingga besar, sampai
Jadi hutang orang yang meninggal dalam penelitian ini adalah hutang
kehidupan sehari-hari yaitu hutang biaya rumah tangga yang dibuat oleh yang
meninggal pada waktu masih hidup, serta hutang lain-lain biaya yang ada
penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Hutang Orang yang Meninggal Bagi
8
Hasil Pra Survey di Desa Bekri pada tanggal 31 Oktober 2018
5
B. Pertanyaan Penelitian
adalah: “Bagaimana tanggung jawab hutang orang yang meninggal bagi ahli waris
1. Tujuan
tanggung jawab hutang orang yang meninggal bagi ahli waris perseptif
2. Manfaat
a. Secara teoritis
Islam.
hal tanggung jawab hutang orang yang meningal bagi ahli waris.
b. Secara praktis
ahli waris.
6
D. Penelitian Relavan
berisi tentang uraian mengenai hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang
permasalahan yang diangkat dalam pembahasan atau topik penelitian ini. Oleh
karena itu, dalam kajian pustaka lapangan ini, penulis memaparkan perkembangan
1. Skripsi yang dibuat oleh Siti Nur Aisah Mahasiswi Universitas Islam Negeri
Hukum Islam dapat dilakukan apabila Pewaris telah meninggal dunia dan Ahli
Pewaris dan bahwa batas waktu orang hilang yang dipersangkakan meninggal
adalah setelah tiga (3) kali pemanggilan pengadilan atau dalam kurun waktu
9
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi, (Metro: STAIN Jurai
Siwo Metro, 2011), h. 27
10
Siti Nur Aisah, Analisis Hukum tentang Pembagian Warisan Orang Hilang (Mafqud)
menurut Hukum Islam (Skripsi), digilib.uinw.suka.ac.id/889,8/html. diunduh pada tanggal 1
Agutus 2018
7
tahun 2014 dengan judul “Tanggung Jawab Ahli Waris terhadap Hutang
antara harta peninggalan dan harta warisan. Yang dimaksud harta peninggalan
adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda
mengenai harta warisan adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta
kewarisan Islam selalu diberi penjelasan bahwa ahli waris baru dapat
dan wasiat si pewaris sebelum harta warisan dibagikan. Para ahli waris tidak
harta peninggalan
oleh ahli waris ditinjau dari hukum Islam dan hukum adat di Indonesia”.12
11
Muhammad Nuh, Tanggung Jawab Ahli Waris terhadap Hutang Pewaris secara
Hukum Islam, (Skripsi), web.usms.surakarta.co.id/ diundu pada Tanggal 1 Agutus 2018
12
Ilyias, Tinjauan Hukum terhadap hutang pemasungan yang dilakukan oleh ahli waris
ditinjau dari hukum Islam dan hukum adat di Indonesia, (Skripsi), web.usms.surakarta.co.id/
diundu pada Tanggal 1 Agutus 2018
8
orang yang dipasung oleh keluarganya, dengan alasan kegilaan dan yang
karena keluarga malu untuk menerima bahwa salah satu keluarganya ada
keluarganya.
Berdasarkan hasil analisis skripsi dari Siti Nur Aisah, Muhammad Nuh,
dan Ilyias dapat ditemukan karakter fokus kajian. Pada penulisan skripsi
dapat dilakukan apabila Pewaris telah meninggal dunia dan Ahli Waris
dan bahwa batas waktu orang hilang yang dipersangkutan. Selanjutnya skripsi
yang kedua menganalisis tanggung jawab ahli waris terhadap hutang pewaris
secara hukum Islam. Kemudian skripsi yang ketiga menganalisis hutang yang
dimiliki oleh orang yang dipasung oleh keluarganya karena alasan malu
Sedangkan skripsi yang penulis lakukan ini adalah tentang aspek hukum
Islam dalam tanggung jawab hutang orang yang meninggal bagi ahli waris
hidup dengan saling tolong menolong serta saling bantu membantu dalam
lapangan kebajikan tertera dalam firman Allah SWT dalam surat al-
13
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Al-Fatih, 2010), h. 68
BAB II
LANDASAN TEORI
“dain” secara istilah “dain” ini juga sangat terkait dalam istilah “qard”
membayar yang sama dengan itu.16 Kata “sesuatu” pada definisi utang
tersebut mempunyai makna yang luas yaitu selain dapat berbentuk uang,
karena pemakaian.
ini berupa utang kepada Allah swt seperti utang zakat, kaffarah, dan haji
yang wajib, maupun utang kepada anak Adam seperti utang upah, dan
sebagainya.
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 9,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 384
15
M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan
Syariah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), h. 137
16
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: PT Sinar Baru, 1990), h. 287 sebagaimana
dikutip oleh Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 136
10
11
sama dengan itu. Pendapat yang lain mengatakan bahwa faktor penyebab
3. Jenis-jenis Hutang
yaitu:
tajhizmayyit.
19
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqgul Mawaris (Hukum-hukum Warisan dalam Syariat
Islam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 46
20
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqgul Mawaris, h. 28-29
13
Hutang ini ada yang berpautan dengan dzat harta sendiri, ada
sakit, baik yang diakui dimasa sehat atau yang ada saksi dimasa dia
sakit.
ini dipandang hutang dalam masa sehat juga. Karena bukti adanya
hutang yang dilakukan pada masa sakit (ialah hutang yang tidak ada
a. Al-Qur‟an
2)21
berikut:
21
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Al-Fatih, 2010), h. 68
15
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah
orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya”. (QS. Al-Baqarah : 282)22
Artinya “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman
22
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 22
23
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 401
16
b. Hadis
ْ ْسنِِّْو
ِ ْسنِّافَأ َْعطَاهْ ِسنِّاخي ر ِامن
ْ ًَْ ُ
ِ ضْرسو ُلْاهللْصلَّىْاهللْعلَي ِوْوسلَّم
ْ ََ َْ ُ َ ْ ُ َ َْ استَْ ْقَْر
ْْ
َْ ض
اء ِ ْخيارْ ُكمْأ
ِ ال
َ ََحاسنُ ُك ْمْق
َ ْ ُ َ َ ََوق
Rosulllah SAW meminjam (berhutang) kepada seseorang seekor onta
yang sudah berumur tertentu kemudian beliau mengembalikan
pinjaman tersebut dengan onta yang berumur yang lebih baik dari
yang beliau pinjam. Dan beliau berkata, sebaik-baik kamu adalah
mereka yang mengembalikan pinjamannya dengan sesuatu yang lebih
baik (dari yang dipinjam).24
sebagai berikut:
berikut:
24
M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, h. 141-142
25
https://www.suduthukum.com/2016/dasar hukum, Fiqh, Muamalah, diunduh pada
Tanggal 03 November 2018
17
muslim dua kali maka tidak lain pahalanya kecuali seperti pemberian
26
Ibid
27
Ibid
18
pada hakikatnya tidak benar, yang sedekah lebih banyak dari pada
pahala menghutangi.
c. Pendapat Ulama
lebih banyak daripada sedekah itu didasari logika bahwa orang yang
1. Imam Hanafi
28
https://islamscientist.wordpress.com, Madzahib al-Arba‟ah juz ii h. 338, As-Syarwany
juz v h. 35-36, Hasyiyah al-Jalam juz iii, h. 254, al-Kafijuz ii, h. 91,al-Bayan juz iv h. 422, Fiqh al-
Islami juz iv h. 720-723, diunduh Tanggal 3 November 2018
19
mauzunat).
2. Imam Maliki.
berupa uang atau berupa barang yang memiliki harga kepada orang
lain dengan niat yang tulus, yang harus dikembalikan pada waktu
29
Ibid
20
diterimanya.
fih).
untuk akad salam, maka sah pula dilakukan untuk akad hutang
dihitung.
terima.
ditinggalkan.32
pembagian harta warisan. Kata “faraid” adalah bentuk jamak dari al-
30
Ibid
31
Maman Suparman, Hukum Waris Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h. 18
32
A.W. Munawir, Kamus AL-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Pografi, 1997), h. 133
22
Artinya pembagian harta yang telah ditentukan kadarnya setiap ahli waris.
yang berhak menerimanya dan tidak ada sangkut pautnya dengan orang
lain. Oleh sebab itu setiap harta yang ditinggalkan oleh orang yang
orang lain di dalamnya seperti hutang, wasiat yang dibuat oleh si pewaris.
kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas, sesungguhnya kami
2. Ahli Waris
34
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemanhanya, (Jakarta: Pustaka Al-Fatih,
2009), h. 125
35
Shodiq, Kamus Istilah Agama, Memuat Berbagai Istilah Agama Bersumber dari Al-
Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: CV. Sienttarama, 1988), h. 86
36
Ibid
37
Maman Suparman, Hukum Waris Perdata, h. 19
38
Ibid
24
sekalipun. Oleh sebab itu, dalam agama Islam, ilmu faraidh merupakan
3. Hutang Pewaris
39
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Uskam ABD, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van
Hoeve, 2006), h. 307
40
Abdul Azis Dahlan, et. Al, Ensiklopedi Hukum Islam ABD, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2006), h. 307
41
Shodiq, Kamus Istilah Agama, Memuat Berbagai Istilah Agama Bersumber dari Al-
Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: CV. Sienttarama, 1988), h. 86
42
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: PT Almaarif, 1981), h. 32
25
orang yang wajib dinafkahi untuk membayar hutangnya. Dan kalau sisa
harta itu tidak mencukupi untuk membayar hutangnya, maka semua sisa
itu diambil oleh yang menghutangkannya, jika dia hanya seorang. Jika
hutang-hutang itu sama kuat, yaitu semua hutang itu dilakukan dalam
masa sehat atau semua hutang itu dilakukan dalam masa sakit. Jika hutang-
43
Hamzah Ya‟qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, h. 229
26
dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa (4) ayat 11 itu masih umum yang
oleh ahli waris mereka. Jika si mati mewasiatkan kepada ahli waris
44
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 47
45
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 47
27
diri seseorang, sebab Allah swt itu adalah dzat yang sudah cukup.
46
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 48
28
hingga tidak perlu perlunasan. Dainul ibad ini harus dilunasi dari harta
puasa, tebusan dzihar dan lain sebagainya dilunaskan dari seluruh harta
perawatan.
47
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 49
29
dainul mutlaqah.
tabarru‟/diwasiatkan.
saksinya.
Pewaris
secara tertib sehingga apabila hak yang pertama, atau yang kedua
yang lain. Hak-hak yang berkaitan dengan tarikah selain daripada hak
bahagiannya.
orang yang wajib dinafkahi oleh mayyit yang meninggalkan harta itu.
Maka hak inilah yang harus diambil dari jumlah tarikah sebelum
tetapi fakir, maka tajhiznya dipikul oleh Baitul Mal. Kalau Baitul Mal
mereka.
pada Allah seperti hutang zakat, kafarat, dan nazar, tidak diambil dari
perlu persetujuan para warits, yaitu tidak lebih dari sepertiga harta
membayar hutang, baik wasiat itu, untuk warits, ataupun untuk orang
Hak ini merupakan pusaka yang dimiliki oleh para warits. Apabila
membayar hutang dan washiyat, maka sisa itu menjadi hak warits
dianjurkan oleh Allah swt dalam Al-Qur‟an surat Al-Furqan (25) ayat
53
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqgul Mawaris, h. 32
54
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: PT Almaarif, 1981), h. 42-45
33
55
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 365
56
Fatchur Rahman, Ilmu Waris,h. 44
34
lainnya dengan syarat tidak ada biaya penyitaan barang untuk dijual
jenazah
2) Hutang-hutang
57
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 45
58
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 45
35
3) Wasiat
59
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 50
60
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 50
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
hukum Islam tentang tanggung jawab hutang orang yang meninggal bagi
61
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Edisi 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008), h. 80
62
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 2007),
h. 14
36
37
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.63
yaitu:
Sumber data primer adalah sumber atau subjek dari mana data dapat
diperoleh yang berupa benda, gerak atau proses sesuatu.64 Data Primer
adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang
diteliti. Data tersebut diperoleh langsung dari ahli waris yaitu Bapak
Widodo dan Bapak Sudirman. Data primer dapat dipeoleh dari lapangan
dunia.
kedua yaitu dari buku-buku, dokumen atau pustaka dan lainnya.65 Dalam
63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV,
(Jakarta: PT. RinekaCipta, 2006), h. 129
64
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, h. 77
65
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 30
38
beberapa teknik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Interview
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan
yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya
jawab”.66
2. Dokumentasi
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
66
Dja‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 130
67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 135
39
analisa data. Analisa data adalah proses penyederhana data ke dalam bentuk
analisa data adalah proses penyederhana data dalam bentuk yang lebih mudah
kualitatif. metode kualitatif yaitu data yang di peroleh secara kualitatif untuk
kemudian data primer dan data sekunder yang di peroleh dari penelitian
disusun dengan teratur dan sistemastis, yang kemudian akan di analisis untuk
68
Masri Singaribun, Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Rienika Cipta,
tt), h. 188
BAB IV
69
Hasil Dokumentasi Sejarah Kecamatan Bekri Tahun 2014 diambil pada Tanggal 14
Desember 2018
40
41
berikut:
Tabel 1
Data Nama Ke pala Kampung dan Se kretarsi dsi
Kecamatan Be kri Lampung Tengah
laut 53M dengan suhu maksimum 33oC dan minimum 20oc berombak.
70
Ibid
42
Kubupaten Pesawaran
a. Visi
yang optimal
b. Misi
segala bidang.72
adalah 29.235 jiwa, yang terdiri atas 14.437 laki-laki dan 14.798
71
Ibid
72
Ibid
43
Sinar Banten 5.695 jiwa, kemudian diikuti oleh desa Bangun Sari 4.956
jiwa, desa Kesuma Jaya 4.904 jiwa, desa Kesumadadi 3.645 jiwa, desa
Goras Jaya 3.499 jiwa, desa Binjai Ngagung 2.741 jiwa, desa Kedatuan
2.111 jiwa kemudian desa Rengas adalah desa dengan jumlah penduduk
agama Katolik 430 jiwa, agama Kristen 307 jiwa, agama Budha 257 jiwa.
Bali.73
73
Ibid
44
luas wilayah 1.63.5 ha, dengan jumlah KK 994 dan jumlah penduduk
Tabel 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Belum
Tamat SLTP/ SLTA/
No. Kampung Tamat D.I/II
SD Sederajat Sederajat
SD
1. Kedatuan 41 792 481 285 2
2. Binjai Ngagung 65 1.513 896 622 9
3. Rengas 133 1.817 1.020 821 9
4. Bangun Sari 85 784 411 226 5
5. Kesumadadi 156 1.326 887 888 14
6. Kesuma Jaya 115 2.185 1.345 1.036 14
7. Sinar Banten 267 1513 1.343 1.541 21
8. Goras Jaya 229 1.933 1.030 1.014 226
Jumlah 1.091 12.434 7.423 6.433 6.433
Tabel 3
Jumlah Penduduk yang Pendidikannya di atas S1
D-IV/
No. Kampung Sarjana Strata II Strata III
Sarjana
1. Kedatuan 4 2 0 0
2. Binjai Ngagung 9 20 0 0
3. Rengas 11 24 2 0
4. Bangun Sari 2 2 0 0
5. Kesumadadi 11 11 2 0
6. Kesuma Jaya 15 15 0 0
7. Sinar Banten 32 32 0 0
8. Goras Jaya 2 18 0 0
Jumlah 97 238 4 0
Sumber: Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan Tahun 2018.74
74
Ibid
45
Tabel 4
Data Jumlah Penduduk berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5
Data Penduduk berdasarkan Suku
Tabel 6
Data tentang Sekolah di Kecamatan Bekri
75
Ibid
46
5. Kesumadadi 3 1 2 2 1 - 1
6. Kesuma Jaya 2 3 3 1 - - -
7. Sinar Banten 2 2 3 2 - 1 1
8. Goras Jaya 2 2 2 - - - -
Jumlah 13 12 16 8 1 1 5
Sumber Data Sekolah di Kecamatan Bekri Tahun 201876
Tabel 7
Data Tentang tempat Kesehatan Kecamatan Bekri
Tabel 8
Data tentang Tempat Ibadah Kecamatan Bekri
Rumah Ibadah
No. Kampung
Masjid Musholah Gereja Pure Vihara
1. Kedatuan 1 5 1 - 1
2. Binjai Ngagung 6 2 1 - 2
3. Rengas 6 17 - - -
4. Bangun Sari 2 5 1 - -
5. Kesumadadi 6 10 - - -
6. Kesuma Jaya 5 10 1 1 -
7. Sinar Banten 6 15 1 - -
8. Goras Jaya 5 9 - - -
Jumlah 37 75 5 1 3
Sumber Data tentang tempat Ibadah di Kecamatan Bekri Tahun 2018.77
76
Ibid
77
Ibid
47
Gambar 1
48
perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu. Utang-utang ini
semuanya berkaitan erat dengan peninggalan, baik utang ini berupa utang
kepada Allah SWT seperti utang zakat, kaffarah, dan haji yang wajib,
maupun utang kepada anak Adam seperti utang upah, dan sebagainya.
(dua) jenis, yaitu hutang kepada Allah (Dainullah) dan utang kepada
sesama (Dainul-ibad).
wujud harta peninggalan. Dalam penelitian ini yang akan dibahas tentang
waris.
hidup dengan saling tolong menolong serta saling bantu membantu dalam
2)
ْ ْسنِِّْو
ِ ْسنِّاخي ر ِامن
ِ ِ ِ ضْرسو ُلْاهللْصلَّىْاهلل
ْ ً ْ َ ُْعلَْيو َْو َسلَّ ْمْسنِّافَأ َْعطَاه
َُ َ ْ ُ َ َْ استَْ ْقَْر
ْْ
ِ ْخيارْ ُكمْأ
ِ َ َوق
َض ْاء
َ ََحاسنُ ُك ْمْق
َ ْ ُ َ ال َ
Rosulllah SAW meminjam (berhutang) kepada seseorang seekor onta
yang sudah berumur tertentu kemudian beliau mengembalikan
pinjaman tersebut dengan onta yang berumur yang lebih baik dari
yang beliau pinjam. Dan beliau berkata, sebaik-baik kamu adalah
mereka yang mengembalikan pinjamannya dengan sesuatu yang lebih
baik (dari yang dipinjam).
dalam kesempitan.
meninggal dunia itu adalah ahli waris. Ahli waris juga di sebut dengan
akhirat nanti dan untuk menyingkap tabir yang membatasi dia dengan
akhirat.
ahli waris karena jika tidak dibayar maka akan menjadi kesulitan-
dua tahun yang lalu dengan meninggalkan hutang dan itu tidak
adalah sebesar 10 juta, karena waktu itu kakak saya seorang pedagang
52
WDD/3/15-12-2018)
Sama persis dengan pernyataan dari ahli waris yang lain yaitu
yang meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, namun saudara saya
2018)
karena tidak meninggalkan harta dan saya sendiri juga tidak memiliki
(W2/AW SDM/2/15-12-2018)
53
sudah meninggal dunia itu adalah wajib, namun ada juga beberapa
(W1/AW WDD/5/15-12-2018)
atau keluarga yang memang tidak mau membayar hutang salah satu
hutang yang satu tidak sedikit hutangnya yang satu tidak begitu
walau ada ahli waris yang tidak mamiliki harta untuk membayarnya
lewat meminjam hutang juga kepada orang lain dan dengan perlahan-
Widodo bahwa “saya merupakan ahli waris dari kakak saya yang
meninggal dunia, karena saya saudara tunggal dari kakak saya, dan
Bapak Widodo yaitu paman dari Bapak Widodo bahwa memang benar
WDD/1/16-12-2018)
55
dan itu tidak sedikit jumlahnya, awalnya sedikit tidak percaya, namun
mau gimana lagi hutang ya hutang dan itu wajib untuk dibayar.
(W1/AW WDD/8/15-12-2018)
sedikit keraguan apa benar saudara saya itu memiliki hutang, karena
56
setahu saya beliau tidak begitu boros tentang keuangan, namun saya
SDM/5/15-12-2018)
saudaranya yang telah tiada, walaupun ada salah satu sumber yang
menyatakan bahwa tidak ada uang atau harta untuk membayar hutang
salah satu saudara dari Bapak Sudirman bahwa untuk makan saja kami
menghutangi tidak mau tahu karena sudah tahu bahwa kita adalah ahli
(W4/ADK SDM/2/16-12-2018)
melunasi hutang saudara kami yang telah tiada namun kami siap untuk
(W3/PMN WDD/2/16-12-2018)
terkejut karena jika dilihat ketika masih hidup tidak memiliki hutang
tetapi setelah tiada banyak orang lain yang datang kerumah dengan
WDD/10/15-12-2018)
yang telah meninggal dunia, walau ada yang dengan harta peninggalan
si orang yang meninggal itu sendiri, ada yang tidak ada dan harus
58
hutang.
orang lain.
dan juga keluarga ahli waris tentang tanggung jawab orang yang
adalah wajib.
59
C. Pembahasan
orang yang meninggal dunia bagi ahli waris dalam perspektif hukum Islam.
Hutang sesama manusia terbagi menjadi 2 (dua) yaitu dainul „ainiyah, yaitu
hutang yang berpautan dengan wujud harta peninggalan, dan dainul mutlaqah,
Ahli waris ialah sekumpulan orang atau kerabat yang ada hubungan
kekeluargaan dengan orang yang meninggal dunia dan berhak mewarisi atau
antara lain:
a. Anak-anak beserta keturunan dari orang yang meninggal dunia, baik laki-
ke bawah.
b. Orang tua, yaitu ibu dan bapak dari orang yang meninggal dunia.
e. Datuk atau kakek, bila tidak ada nomor 1, 2, dan 3, tersebut diatas.
f. Keturunan dari datuk dan nenek, bila tidak ada sama sekali kelompok 1,
2, 3, dan 4.
g. Apabila tidak ada sama sekali ahli waris baik kelurga sedarah, maupun
semenda, sampai dengan derajat ke-6, maka warisan diurus oleh baitul
ahli waris. Ahli waris terlebih dahulu menjalankan wasiat yang diberikan
meninggal kelak.
yang disampaikan seseorang kepada dan untuk orang lain yang berupa
faraidh masing-masing.
yang meninggal dunia dibayarkan oleh ahli waris sepanjang harta warisan
itu mencukupi untuk itu. Apabila harta warisan itu tidak mencukupi tidak
di atas maka wasiat harus dibayar lebih dahulu dari hutang-hutang orang
a. Al-Qur‟an
dapat dikaji dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 11, 12, 13 dan 176. Dari
kewarisan itu harus dikeluarkan terlebih dahulu wasiat dan atau hutang-
hutang orang yang meninggal dunia dibayarkan oleh ahli waris sepanjang
harta warisan itu mencukupi. Apabila harta warisan itu tidak mencukupi
tidak ada kewajiban hukum ahli waris untuk membayar hutang tersebut.
62
ada beberapa ahli waris yang harus membayar hutang saudaranya yang
Sudirman, Bapak Slamet Rijadi, Ibu Isti, yang semua itu adalah ahli waris
waris harus membayar hutang dari saudaranya yaitu kakak yang memiliki
memiliki hutang kepada orang lain, walau secara tertulis atau lisan para
keluarga tidak tahu namun para penagih menunjukan bukti tertulis bahwa
tertulis bahwa saudaranya memiliki hutang dan ahli waris wajib untuk
waris tidak cukup memiliki harta, dan yang meninggalpun tidak memiliki
harta peninggalan.
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya”. (QS. Al-Baqarah : 282)
pinjaman.
b. Hadits
ْ ْسنِِّْو
ِ ْسنِّاخي ر ِامن
ِ ِ ِ ضْرسو ُلْاهللْصلَّىْاهلل
ْ ً ْ َ ُْعلَْيو َْو َسلَّ ْمْسنِّافَأ َْعطَاه
َُ َ ْ ُ َ َْ استَْ ْقَْر
ْْ
ِ ْخيارْ ُكمْأ
ِ َ َوق
َض ْاء
َ ََحاسنُ ُك ْمْق
َ ْ ُ َ ال َ
Rosulllah SAW meminjam (berhutang) kepada seseorang seekor
onta yang sudah berumur tertentu kemudian beliau
mengembalikan pinjaman tersebut dengan onta yang berumur
yang lebih baik dari yang beliau pinjam. Dan beliau berkata,
sebaik-baik kamu adalah mereka yang mengembalikan
pinjamannya dengan sesuatu yang lebih baik (dari yang
dipinjam).
64
saat dia membutuhkannya itu pahalanya lebih besar dari pada memberi
kesempitan.
Akan tetapi berdasarkan hadist Rasulullah yang diceritakan oleh Ali bin
zawil faraidh zawil qarabat atau ashabah. Dalam masalah ini telah
orang lain itu mendapat pahala karena sudah membantu kesusahan orang
lain, namun jika yang dipinjamkan itu telah meninggal maka ahli
memberitahu dengan bukti yang cukup kuat ada saksi atau tertulis untuk
jawab secara hukum sepanjang warisan itu cukup untuk melunasi hutang-
hutang orang yang meninggal dunia, walaupun ahli waris tidak memiliki
c. Para Ulama
lebih banyak daripada sedekah itu didasari logika bahwa orang yang
Para ulama tersebut adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imama Syafi‟i,
dan Hambali.
dunia itu adalah ahli waris. Ahli waris juga di sebut dengan kata al-
berupa barang yang memiliki harga kepada orang lain dengan niat yang
sesuatu yang berupa uang atau berupa barang yang memiliki harga
kepada orang lain dengan niat yang tulus, yang harus dikembalikan pada
ahli waris orang yang meninggal seperti Bapak Widodo dan Bapak
dengan meninggalkan hutang yang satu tidak sedikit hutangnya yang satu
tidak begitu banyak, namun para ahli waris tersebut siap untuk
membayarnya, walau ada ahli waris yang tidak memiliki harta untuk
harta itu untuk menulasi hutang tersebut, tetapi ahli waris tidak
waris jika ingin menulasi hutang orang yang meninggal dunia dengan
akan membayarnya yang terpenting yang meninggal dunia itu bisa lepas
hutang-hutang dari saudaranya yang telah tiada, walaupun ada salah satu
sumber yang menyatakan bahwa tidak ada uang atau harta untuk
kubur.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
tanggung jawab hutang orang yang meninggal bagi ahli waris di Kecamatan Bekri
Lampung Tengah, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab hutang bagi ahli
waris adalah wajib. Dengan demikian bahwa hukum kewarisan Islam menuntut
adanya pelunasan segala hutang. Para ahli waris tidak diwajibkan untuk menutupi
jika ahli waris berkeinginan untuk melunasi diperbolehkan, karena hutang wajib
dibayar.
B. Saran
Seharusnya para ahli waris tidak berkeluh kesah jika ada saudaranya yang
para ahli waris harus menerima dan ikhlas untuk membayar hutang demi kebaikan
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Uskam ABD, (Jakarta: PT Ictiar Baru
Van Hoeve, 2006)
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet. 2
Hamzah Ya‟qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, (Bandung: CV. Diponegoro,
2002)
Husain Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2011)
Ilyas, Tanggung Jawab Ahli Waris terhadap Hutang Pewaris Berdasarkan Hukum
Islam, Jurnal, Hukum Islam, No. 55, Th. XIII, (Desember 2011, PP. 125-
137)
71
72
Suhrawardi H Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008)
Suhrawardi K Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007)
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi, (Metro: STAIN
Jurai Siwo Metro, 2011)