Anda di halaman 1dari 95

ANALISIS SAD AL-DZARI’AH TERHADAP LARANGAN

PELAKSANAAN WALIMATUL URSY DI MASA PANDEMI


(STUDI KASUS DI DESA BANARAN KECAMATAN GEGER
KABUPATEN MADIUN)

SKRIPSI

Oleh :
ANDYKA PRATAMA SAPUTRA
NIM. 210117104

Pembimbing :
Dr. H. MOH. MUNIR, Lc,. M.Ag.
NIP. 196807051999031001

JURUSAN HUKUM KELUARAGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2021
ANALISIS SAD AL-DZARI’AH TERHADAP LARANGAN
PELAKSANAAN WALIMATUL URSY DI MASA PANDEMI
(STUDI KASUS DI DESA BANARAN KECAMATAN GEGER
KABUPATEN MADIUN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Program Strata (S-1) Pada Fakultas Syari’ah

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Oleh :
ANDYKA PRATAMA SAPUTRA
NIM. 210117104

Pembimbing :
Dr. H. MOH. MUNIR, Lc,. M.Ag.
NIP. 196807051999031001

JURUSAN HUKUM KELUARAGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi atas nama saudara:

Nama : Andyka Pratama Saputra

NIM : 210117104

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Judul : Analisis Sad Al-Dzari’ah Terhadap Larangan


Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa Pandemi (Studi
Kasus Di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun).

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqasoh.

Ponorogo,12 Oktober 2021

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam Pembimbing

Rif’ah Roihanah, S.H., M.Kn. Dr. H. Moh. Munir, Lc, M.Ag.


NIP. 197503042009122001 NIP. 196807051999031001

3
KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara:

Nama : Andyka Pratama Saputra

NIM : 210117104

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Judul : Analisis Sad Al-Dzari’ah Terhadap Larangan Pelaksanaan


Walimatul Ursy Di Masa Pandemi (Studi Kasus Di Desa
Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun).
Skripsi ini Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo pada:

Hari :

Tanggal : 2021

Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana dalam Ilmu Syariah, pada:

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

1. Ketua Sidang :

4
2. Penguji I :

3. Penguji II :

Ponorogo, 2021

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah.

Dr. Hj. Khusniati Rofiah, M.S.I.


NIP. 197401102000032001

5
PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT,

kupersembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tua (Bapak Kamdi dan Ibu Khusnul Khotimah), yang senantiasa

tulus ikhlas memberikan semangat dan juga dengan tulus ikhlas mendoakan

serta memberikan restu. Semoga Allah selalu memberikan rahmat,

kesehatan, dan juga keselamatan kepada beliau.

2. Adikku tercinta Neny Adeliya Kusumawati, yang telah memberikan semangat

dan selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Semoga

Allah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala hal.

3. Keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan juga doa-doa yang

terus mengalir. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan

kelancaran dalam setiap usaha.

4. Seluruh pihak yang telah membantu sekuat tenaga dan pikiran hingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

6
MOTTO

)1 : ‫(الماِئدة‬ ِ َّ
َ ‫يَاَ ُّي َها الذ يْ َن َام ُن ْوا َْأو ُف ْوابالعُ ُق ْو ِد‬

“Hai orang orang yang beriman tepatilah janji-janjimu (QS Al-Maidah: 1).1

1
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) , 45.

7
ABSTRAK

Saputra, Andyka Pratama, 2021. Analisis Sad Al-Dzari’ah Terhadap Larangan


Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa Pandemi (Studi Kasus Di Desa
Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Skripsi. Jurusan Hukum
Keluarga Islam Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Moh. Munir, Lc,. M.Ag.
Kata Kunci : Sad Al-Dzari’ah, Walimatul Ursy, Masa Pandemi Covid-19.
Pada awal tahun 2020 dunia khususnya di Indonesia telah terjadi
penyebaran virus yang mematikan yakni Virus Corona atau sering disebut dengan
masa pandemiCovid-19. Karena itu terjadi dampak yang besar bagi masyarakat
salah satunya yang terdampak yakni dalam pelaksanaan walimatul ursy. di masa
pandemi Covid-19 ini menjadi dinamika tersendiri dalam masyarakat ketika
hendak melaksanakan acara walimatul ursy. Dengan diterbitkanya Surat Edaran
oleh pemerintah yang bertujuan untuk meminimalisir penyebaran virus tersebut
dan di dalamnya menyebutkan beberapa hal tentang pembatasan kegiatan
masyarakat seperti pembatasan terhadap pelaksanaan hajatan pernikahan atau
walimatul urys.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana analisis sad
al-dzari’ah terhadap alasan pelarangan pelaksanaan walimatul ursy selama masa
pandemi di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun? (2) Bagaimana
tingkatan sad al-dzari’ah dalam larangan pelaksanaan walimatul ursy di masa
pandemi di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun?
Adapun jenis penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian
lapangan yang menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis yang digunakan dengan menggunakan pendekatan
sosiologis. Yaitu pendekatan dengan melakukan penyelidikan dengan cara melihat
fenomena masyarakat atau peristiwa sosial politik dan budaya yang terjadi di
maysarakat khususnya dilingkup Desa Banaran.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan walimatul
ursy di masa pandemi Covid-19 menjadi dilarang dan terkadang diperbolehkan
sesuai dengan isi dari Surat Edaran dari pemerintah. (2) Pelarangan pelaksanaan
walimatul ursy ini bisa berdampak positif dan negatif bagi masyarakat. Hal ini
jika dikaitkan dengan Sad Al-Dzari’ah, larangan pelaksanaan walimatul ursy di
masa pandemi Covid-19 dapat menutup jalan menuju kerusakan yaitu dengan
tidak adanya pelaksanaan walimatul ursy di lingkungan masyarakat bisa menjadi
salah satu pencegahan penyebaran dari wabah Virus Covid-19 di lingkungan
sekitar. Karena di dalam Sad Al-Dzari’ah ini, dipergunakan untuk menolak
kerusakan dan dipergunakan untuk mencari kebaikan bersama.

8
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Analisis Sad Al-Dzari’ah Terhadap Larangan Pelaksanaan Walimatul Ursy Di

Masa Pandemi (Studi Kasus Di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten

Madiun)”.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini penulis mendapat

bantuan dari bebagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih

terhadap segenap pihak yang telah membantu baiksecara moril maupun materiil

dari berbagai pihak sehingga penulis skripsi ini selesai, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Hj. Evi Muafida, M.Ag. selaku Rektor IAIN Ponorogo yang telah

memberikan kesempatan penulis menimba ilmu di almamater tercinta.

2. Dr. Hj. Khusniati Rofiah, M.S.I. selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN

Ponorogo yang telah membantu melancarkan proses pendidikan penulis selama

di Fakultas Syariah hingga menyelesaikan skripsi ini.

3. Rif’ah Roihanah, S.H., M.Kn. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam

yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. H. Moh. Munir, Lc, M.Ag. selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbing dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Ibu dosen dan segenap civitas akademika IAIN Ponorogo yang telah

9
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada penulis, selama menuntut ilmu

di Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

6. Semua pihak yang telah membantu sekuat tenaga dan pikiran sehingga

terselesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik kepada beliau

semua atas bantuan dan jasanya yang diberikan kepada penulis. Dengan adanya

penulisan skripsi ini penulis berharap bisa mewujudkan apa yang menjadi maksud

dan tujuan dari penyajian skripsi ini.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, maka dari itu penulis

menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini ada kesalahan, kekurangan dan

kekhilafan. Untuk itu sebagai harapan yang nantinya dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi adalah saran dan kritik yang kronstruktif dari berbagai pihak.

Akhirnya dengan mengucapkan Alhamdulillah semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.

Ponorogo, 05 Oktober 2021

Andyka Pratama Saputra


NIM 210117104

10
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
MOTTO............................................................................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
E. Telaah Pustaka ............................................................................ 9
F. Metode Penelitian ....................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan.................................................................. 19
BAB II SAD AL-DZARIAH DAN WALIMATUL URSY.......................... 21
A. Sad Al-Dzariah.............................................................................. 21
1. Pengertian Sad Al-Dzari’ah ................................................... 21
2. Macam-macam Pembagian Sad Al-Dzari’ah ........................ 22
3. Kehujjahan Sad Al-Dzari’ah .................................................. 23
4. Objek Sad Al-Dzariah ............................................................ 24
B. Walimatul Ursy ............................................................................. 25
1. Pengertian Walimatul Ursy .................................................... 25
2. Hukum Mengadakan Walimatul Ursy.................................... 26
3. Pelaksanaan Walimatul Ursy.................................................. 27

11
4. Hukum Menghadiri Walimatul Ursy ..................................... 29
5. Hikmah Walimatul Ursy ........................................................ 31
BAB III PROBLEMATIKA LARANGAN PELAKSANAAN
WALIMATUL URSY PADA MASA PANDEMI DI DESA BANARAN
KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN ...................................
A. Profil Desa Banaran ...................................................................... 32
B. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Terjadinya Larangan
Pelaksanaan Walimatul Ursy Pada Masa Pandemi di Desa
Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ............................
C. Dampak Adanya Larangan Pelaksanaan Walimatul Ursy pada
Masa Pandemi di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun ..........................................................................................
BAB IV ANALISIS SAD AL-DZARI’AH TERHADAP LARANGAN
PELAKSANAAN WALIMATUL URSY PADA MASA PANDEMI DI
DESA BANARAN KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN ...
A. Analisis Sad Al-Dzari’ah Terhadap Alasan Pelarangan
Pelaksanakan Walimatul Ursy Selama Masa Pandemi Di Desa
Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.............................
B. Analisis Tingkatan Sad Al-Dzari’ah Dalam Larangan
Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa Pandemi Di Desa
Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.............................
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 58
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 60

12
DAFTAR TABEL

NO TABEL HALAMAN
3.1 Gambar Peta Desa Banaran 34

4.1 Tabel Penduduk Menurut 35


Jenis Kelamin
4.2 Tabel Klasifikasi Jumlah 36
Penduduk Menurut Mata
Pencaharian.

DAFTAR LAMPIRAN

NO LAMPIRAN
1. Transkip Wawancara
2. Transkip Observasi

3. Lampiran Foto
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
6. Riwayat Hidup
7. Pernyataan Keaslian Tulisan

13
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi digunakan ketika peneliti melakukan pengubahan teks dari satu


tulisan ke tulisan yang lain atau dapat disebut alih huruf aksara, misalnya dari
huruf arab ke huruf latin dan sebagainya. Berikut adalah pedoman baku untuk
transliterasi dari huruf Arab ke huruf Latin.

1. Pedoman transliterasi yang digunakan adalah:

Arab Ind. Arab Ind. Arab Ind. Arab Ind.

‫ء‬ ‘... ‫د‬ d ‫ض‬ ḍ ‫ك‬ k

‫ب‬ b ‫ذ‬ dh ‫ط‬ t ‫ل‬ l

‫ت‬ t ‫ر‬ r ‫ظ‬ ẓ ‫م‬ m

‫ث‬ th ‫ز‬ z ‫ع‬ , ‫ن‬ n

‫ج‬ j ‫س‬ s ‫غ‬ gh ‫ه‬ h

‫ح‬ ḥ ‫ش‬ sh ‫ف‬ f ‫و‬ w

‫خ‬ kh ‫ص‬ ṣ ‫ق‬ q ‫ي‬ y

2. Untuk menunjukan bunyi hidup panjang caranya dengan menuliskan coretan


horisontal di atas huruf ā, ī dan ū.
3. Bunyi hidup dobel (dipotong) Arab ditransliterasikan dengan menggabung
dua huruf
“ay” dan “aw”
Contoh:
Bayna, ‘layhim, qawl, mawdū’ah
4. Istilah (technical terms) dalam bahasa asing yang belum terserap menjadi
bahasa baku Indonesia harus dicetak miring
5. Bunyi huruf hidup akhir sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi.
Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan akhir.
Contoh;
Ibn Taymīyah bukan Ibnu Taymīyah. Inna al-din ‘inda Allāh al-Islām bukan
Inna al-dīna ‘inda Allāhi al-Islāmu. ....Fahuwa wājib bukan fahuwa wājibu
dan bukan pula fahuwa wājibun.
6. Kata yang berakhir dengan tā’marbūṭah dan berkedudukan sebagai sifat
(na’at) dan idāfah ditransliterasikan dengan “at”.
Contoh;

14
Na’at dan muḍāfilayh : Sunnah sayy’ah, al-Maktabah al-Miṣriyah.
Mudāf : maṭba’at al-‘Āmmah.
7. Kata yang berakhir dengan yā’ mushaddadah (yā’ bertashdid)
ditransliterasikan dengan ī. Jika ī diikuti dengan tā’ marbūṭah maka
transliterasinya adalah īyah. Jika yā’ bertshdid berada di tengah kata
ditransliterasikan dengan yy.
Contoh;
Al- Ghazālī, al-Nawawī
Ibn Taymīyah. Al- Jawzīyah.
Sayyid, mu’ayyid, muqayyid.

15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada

semua makhluknya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia

adalah suata cara yang dipilih oleh Allah SWT. Sebagai jalan bagi

makhluknya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya. Pernikahan

akan berperan setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranya yang

positif dalam mewujudkan tujuan dan pernikahan itu sendiri.2 Allah SWT

tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas

mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara anargik

atau tidak ada aturan. Akan tetapi, untuk menjaga kehormatan dan martabat

manusia, maka Allah SWT mengadakan hukum sesuai dengan martabat

tersebut.

Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur

secara terhormat berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan berupa pernikahan.

Bentuk pernikahan ini memberikan jalan yang aman pada naluri seksual untuk

memelihara keturunan dengan baik dan menjaga harga diri wanita agar ia

tidak laksana rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak manapun

dengan seenaknya. Pergaulan suami istri diletakan dibawah naungan keibuan

dan kebapaan, sehingga nantinya dapat menumbuhkan keturunan yang baik

2
Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih Munakahat 1 (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), 9.

16
dan hasil yang memuaskan. Peraturan pernikahan semacam inilah yang diridai

oleh Allah SWT dan diabadikan dalam islam untuk selamanya.3

Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya

dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja di antara suami istri dan

diantara keturunannya saja, melainkan antara dua keluarga. Karena dari

baiknya pergaulan antara suami dengan istrinya, kasih mengasihi, akan

berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah pihaknya,

sehingga mereka akan menjadi satu dalam segala urusan tolong menolong

sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan.

Selain itu, dengan pernikahan akan terpelihara dari kebiasaan hawa nafsunya.

Demikianlah maksud pernikahan yang sejati dalam Islam. selain untuk

kemaslahatan dalam rumah tangga dan keturunan, juga untuk kemaslahatan

masyarakat.

Dalam suatu perkawinan diperlukan adanya walimah yang merupakan

suatu perayaan yang menyertai adanya akad nikah antara laki-laki dan

perempuan. Walimah menurut islam hukumnya sunnah, sehingga perkawinan

diketahui secara umum oleh masyararakat. Namun dalam pelaksanaan

pernikahan tentu kurang sempurna apabila dilaksanakan secara sembunyi-

sembunyi tanpa ada sebuah perayaan (walimah). Pernikahan yang

dilaksanakan tanpa sebuah perayaan (walimatul ursy) akan menimbulkan

3
Ibid., 10.

17
konsekuensi tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat sebagai makhluk

sosial.

Walimatul ursy berarti penyajian makanan untuk acara pesta

pernikahan. Ada juga mengatakan, walimatul ursy berarti segala macam

makanan yang dihidangkan untuk acara pesta pernikahan. Tujuan diadakan

pesta pernikahan (walimatul ursy) sebagai pemberitahuan kepada orang ramai

tentang terjadinya pengesahan hubungan antara laki-laki dan perempuan

dalam ikatan perkawinan. Dengan adanya walimatul ursy setidaknya mereka

yang dekat akan mengetahui bahwa kedua mempelai menjadi keluarga yang

bahagia.4 Tidak ada batasan tertentu dalam melaksanakan walimah, namun

lebih diutamakan untuk menyelenggarakan walimah setelah dukhul, yaitu

setelah melakukan hubungan seksual pasca nikah. Hal itu berdasarkan apa

yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW, dimana beliau tidak pernah

melakukan walimah kecuali sesudah dukhul.5

Tetapi pada masa ini ada ancaman dalam pelaksanaan acara walimatul

ursy yang disebabkan oleh virus corona atau covid-19 yang sedang melanda

dunia termasuk Indonesia di awal tahun 2020, yang berasal dari daratan

China.6 Dengan adanya virus corona salah satu cobaan dari Allah SWT.

Semua orang dibuat takut dan khawatir oleh penyebaran virus covid-19 ini.

Oleh sebab itu, sikap yang diambil adalah meyakini bahwa virus adalah

4
Syaik Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998),
487.
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia 8: Pernikahan (Jakarta: Gramedia Pustaka
5

Utama Anggota IKAPI, 2019), 142.


6
Jiwa, Kiat Menjaga Kesejahteraan, “Konsep Tafakur Dalam Al-Qur’an Dalam Menyikapi
Corona Virus Covid-19,” Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i, vol. 7 no. 3, 2020, 240.

18
makhluk Allah, tunduk dan taat atas perintah Allah Swt. Dengan demikian,

manusia diharuskan kembali kepada jati dirnya yaitu ada yang maha kuasa

dibalik semua kejadian di muka bumi ini.7 Pandemi global covid-19

melahirkan problematika baru bagi Negara, khususnya mengenai bagaimana

upaya Negara untuk mencegah dan menghentikan penyebaran virus ini agar

tidak semakin meluas. Vaksin social seperti kebijakan pembatasan social

(social distancing) dan lockdown pun dilakukan oleh Negara-negara sebagai

respons atas situasi darurat ini.8

Namun di Indonesia tidak mengambil kebijakan lockdown untuk

mengatisipasi virus corona. Pemerintah lebih memilih kebijakan social

distancing atau pembatasan sosial, dari sisi penanganan, lockdown dianggap

lebih cepat. Tetapi, lockdown memberi dampak yang besar khususnya di

ekonomi dan pelaksanaan ibadah, karena kalau lockdown kegiatan ekonomi

lumpuh sama sekali, tidak ada aktivitas.9

Pemerintah melalui Kementerian Agama telah mengeluarkan Surat

Edaran Nomor: P-004/DJ.III/Hk.00.7/04/2020 tentang Pengendalian

Pelaksanaan Pelayanan Nikah di Masa Darurat Bencana Wabah Penyakit

Akibat COVID-19. Titik utamanya adalah pembatasan dan penangguhan

pelaksanaan akad nikah hingga waktu tertentu di masa kedaruratan. Hal ini

berdampak pada penangguhan walimat al-ursy (walimat) sebagai bagian yang

tak terpisahkan dalam pernikahan pembentuk keluarga.

7
Ibbid., 8.
8
Valerisha Anggia dan Marshell Adi Putra, ”Pandemi Global COVID-19 dan Problematika
Negara-Bangsa: Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-Digital?,” Jurnal Ilmiah Hubungan
Internasional, 2020, 2.
9
Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i, vol. 7 no. 3, 2020, 10.

19
Setelah itu di Madiun menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan

masyarakat (PPKM). Dasar penerapan PPKM di madiun adalah intruksi

Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pemeberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Dan Mengoptimalkan

Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 ditingkat Desa dan Kelurahan

Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) yang

isinya membahas tentang pembatasan pelaksanaan kegiatan yang dapat

menimbulkan keramaian seperti hajatan, acara walimatul ursy. Selanjutnya

Bupati Madiun mengeluarkan surat edaran Nomor: 130/107/402.011/2021

tentang Perpanjangan Pemeberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

Berbasis Mikro Dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus

Disease 2019 ditingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran

Corona Virus Disease (COVID-19) di Kabuaten Madiun. Yang titik utamanya

membahas Melarang kegiatan masyarakat yang dapat menimbulkan keramaian

dan kerumunan (hajatan, seremonial resepsi pernikahan, kegiatan sosial dan

keagamaan). Untuk pelaksanaan akad nikah diperbolehkan dengan

pembatasan undangan yang hadir maksimal 10 (sepuluh) orang dengan

menerapkan protokol kesehatan secara ketat.10

Selanjutnya Bupati Madiun mengeluarkan Surat Edaran Nomor:

130/146/402.011/2021 tentang Perpanjangan kedua Pemeberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Dan Mengoptimalkan

10
Bupati Madiun, surat edaran Nomor: 130/107/402.011/2021 tentang Perpanjangan
Pemeberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Dan Mengoptimalkan Posko
Penanganan Corona Virus Disease 2019 ditingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian
Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di Kabuaten Madiun.

20
Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 ditingkat Desa dan Kelurahan

Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di

Kabupaten Madiun, yang melonggarkan kegiatan masyarakat seperti acara

hajatan, seremonial resepsi pernikahan (walimatul ursy), kegiatan sosial dan

keagamaan. Tetapi harus memenuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan

pemerintah jika melaksanakan acara yang menimbulkan keramaian seperti

acara walimatul ursy’.

Tetapi dalam hukum islam ada hukum yang bisa digunakan dalam

menyikapi wabah pandemi ini yang sedang melanda di Indonesia, yakni di

dalam sad al-dzari’ah. Apakah diperbolehkan atau dilarang dalam

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini yang sedang melanda di

Indonesia. Penelitian ini penulis menggunakan tinjauan sad al-dzari’ah

sebagai analisis hukumnya. Terdapat kaidah fiqhiyyah yang dapat dijadikan

dasar sad al-dzari’ah sebagai metode istinbath hukum dan sebagai petunjuk

(dalil) dari pelaksanaan walimatul ursy dimasa pandemi ini, yakni:

‫ح‬ َ ‫ب ا ْل َم‬
ِ ِ‫صا ل‬ ِ ‫س ِد ُمقَ َّد ٌم َعلَ َى َج ْل‬
ِ ‫َد ْر ُء ا ْل َمفَا‬

yaitu: “menolak keburukan (mafsadah) lebih diutamakan daripada

meraih kebaikan (maslahah).” Sad al-dzari’ah bisa disandarkan kepada kaidah

ini, karena dalam sad al-dzari’ah terdapat unsur mafsadah yang harus

dihindari, juga keyakinan pada perkara yang akan membawa kerusakan.11

11
Moh. Adib Bisri, Terjemah Al Faraidul Bahiyyah (Risalah Qawaid Fiqh) (Kudus: Menara
Kudus, 1977), 24.

21
Virus ini juga berdampak pada bidang pendidikan, ekonomi,

kesehatan, dan pelaksanaan ibadah. Salah satu dampak pada pelaksanaan

ibadah adalah pada masalah pernikahan. Dari pemerintah mengeluarkan

peraturan terkait kegiatan masyarakat yang menimbulkan keramaian seperti

acara walimatul ursy. Peraturan dari pemerintah ini ada kalanya di perbolehkan

dalam pelaksanaan walimatul ursy dan ada kalanya tidak boleh atau dilarang

dalam pelaksanaan walimatul ursy, jadi masyarakat banyak yang merasakan

kebingungan dengan adanya perarturan ini terkait pelaksanaan walimatul ursy

Maka dari itu penulis merasa perlu meneliti kondisi saat ini mengenai

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini, penulis akan menulis

penelitian yang berjudul “Analisis Sad Al-Dzariah Terhadap Larangan

Pelaksanaan Walimatul Ursy Pada Masa Pandemi (Studi Kasus Di Desa

Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)’’.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis sad al-dzari’ah terhadap alasan pelarangan

pelaksanaan walimatul ursy selama masa pandemi di Desa Banaran

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun?

2. Bagaimana tingkatan sad al-dzari’ah dalam larangan pelaksanaan

walimatul ursy di masa pandemi di Desa Banaran Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun?

22
C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana analisis sad al-dzari’ah terhadap alasan

pelarangan pelaksanaan walimatul ursy selama masa pandemi.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkatan sad al-dzari’ah dalam

larangan pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi.

D. Manfaat Penelitian.

1. Secara teoritis.

a. Manfaat penelitian ini agar dapat menambah, memperdalam dan

memperluas khazanah keilmuan mengenai analisis sad al-dzari’ah

dalam larangan pelaksanaan walimatul ursy pada masa pandemi.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi kalangan akademisi

maupun praktisi.

c. Untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai bahan informasi serta

acuan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lebih

lanjut.

2. Secara Praktis.

a. Bagi penulis, dari hasil penelitian ini dapat memberikan

pengetahuan tentang bagaimana analisis sad al-dzari’ah dalam

larangan pelaksanaan walimatul ursy pada masa pandemi sehingga

penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman

yang akan bermanfaat bagi kehidupan penulis.

23
b. Secara sosial, dapat memberikan informasi kepada masyarakat

yang berkepentingan untuk memahami bagaimana analisis sad al-

dzari’ah terhadap larangan penyelenggaraan walimatul ursy pada

masa pandemi.

c. Sebagai bahan wancana, diskusi dan informasi bagi mahasiswa

Fakultas Syariah.

E. Telaah Pustaka.

Untuk mengetahui sisi mana dari peneliti yang telah diungkap dan sisi

lain yang belum terungkap, di perlukan kajian terdahulu. Dengan demikian

akan mudah untuk menentukan faktor yang akan dikaji yang belum disentuh

oleh peneliti-peneliti terdahulu, antara lain:

Pertama skripsi yang disusun oleh Purnadi NIM: 2102032 Fakultas

Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2008 dengan judul

“Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan Resepsi Pernikahan

(Walimatul Ursy) di Desa Kebloran Kec. Kragan Kab. Rembang”. Adapun

persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

sama-sama membahas tentang pelaksanaan walimatul ursy dan metode

penelitian yang digunakan sama yaitu metode penelitian kualitatif. Adapun

perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitin yang sekarang adalah

penelitian sebelumnya menitikberatkan pada faktor-faktor yang melatar

belakangi terjadinya pelaksanaan walimatul ursy yang besar-besaran dan apa

dampak sosial yang diakibatkan oleh walimatul ursy tersebut. Sedangkan

penelitian sekarang membahas pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi

24
dengan analisis sad al-dzari’ah, dengan bertujuan awalnya adalah untuk

memuliakan tamu, akan tetapi kemafsadatan yang diakibatkan dalam

pelaksanaan walimatul ’urs lebih besar daripada kemaslahatannya.12

Kedua skripsi yang disusun oleh Saputri Neliyanti dengan judul

“Tradisi Walimatul Urs Prespektif Hukum islam (Studi Kasus Desa Tulung

Aman Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur)”, Fakultas

Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro 2020. Rumusan masalah

pada penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana tradisi walimatul ursy di

Desa Tulung Aman Prespektif Hukum Islam. Metode penelitian yang

digunakan yaitu metode penelitian kualitatif, dan penulis menitikberatkan

pada dampak yang di timbulkanya dari pelaksanaan tradisi walimatul ursy

bagi masyarakat di karenakan menyelenggarakan walimah dengan cara

berhutang kepada sanak kerabat dan tetangga sekitar untuk biaya pelaksanaan

walimatul usry ini.13

Ketiga jurnal ilmu-ilmu keislaman yang disusun oleh M. Nur Kholis

Al Amin yang berjudul “Menakar Nilai Kemanfaatan dari Penangguhan

Walimat Al-Ursy Di Masa Darurat COVID-19 Melalui Sadd Adz-Dzari’ah”.

FAI Universitas Cokroaminoto Yogyakarta 2020. Dalam jurnal ini membahas

tentang pelaksanaan walimatul selama masa pandemi ini ditinjau dari Sadd

Adz-Dzari’ah. Sehubungan dengan adanya pandemi Virus Covid-19,

12
Purnadi, Analisi Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Resepsi Pernikahan (Walimatul
urs) di Desa Kebloran Kec. Kragan Kab. Rembang, Skripsi (Semarang: Institut Agama Islam
Walisongo, 2008).
13
Saputri Neliyanti, “Tradisi Walimatul Urs Prespektif Hukum islam (Studi Kasus Desa
Tulung Aman Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur)”, Skripsi (Lampung: Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, 2020).

25
pelaksanaanya di tangguhkan oleh pemerintah. Penangguhan itu bisa

dibenarkan dalam prespektif Sadd Adz-Dzari’ah karena memutuskan

pengutamaan kemaslahatan dengan meninggalkan keburukan itu lebih baik.

Penelitian ini pendekatan penelitian literature. Perbedaan dengan penelitian

yang saya teliti adalah penelitian saya membahas pelarangan pelaksanaan

walimatul ursy di masa pandemi dengan menggunakan tinjauan sad al-

dzari’ah. Dan penelitian ini menitikberatkan dalam alasan pelarangan

pelaksanaan walimatul ursy dan tingkatan sad al-dzari’ah dalam larangan

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi.14

Dari beberapa karya ilmiah tersebut, maka penelitian yang penulis

lakukan memiliki perbedaan dengan karya-karya sebelumnya. Dari beberapa

penelaahan peneliti terdahulu berupa skripsi yang ditulis oleh penulis tidak

nampak pembahasan secara khusus yang membahas mengenai Analisis Sad

Al-Dzari’ah Terhadap Larangan Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa

Pndemi Di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Dalam

penelitian ini peneliti fokus pada keadaan masyarakat di Desa Banaran sesuai

dengan kajian sad al-dzari’ah dalam mengadakan pelaksanaan walimatul

ursy pada masa pandemi. Sehingga dapat dikatakan bahwa karya ilmiah yang

penulis teliti belum pernah dibahas sebelumnya.

F. Metode Penelitian.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.

14
M. Nur Kholis Al Amin, “Menakar Nilai Kemanfaatan dari Penangguhan Walimat Al-
Ursy Di Masa Darurat COVID-19 Melalui Sadd Adz-Dzari’ah”. Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman
(Yogyakarta: FAI Universitas Cokroaminoto, 2020).

26
Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).

Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang yang dilakukan di

tempat tertentu yang dipilih untuk dijadikan suatu lokasi penelitian guna

menyelidiki gejala atau masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

Penelitian lapangan ini pada hakekatnya merupakan metode untuk

menentukan atau menemukan secara khusus dan realistik apa yang terjadi

pada suatu ditengah-tengah masyarakat.15

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan suatu data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dialami.16

2. Kehadiran Peneliti.

Kehadiran peneliti di dalam lapangan merupakan salah satu langkah

penting yang harus dilakukan secara berhati-hati dikarena akan

menentukan proses pencarian dan penemuan data secara alamiah yang

sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif.

Untuk memperoleh suatu data sebanyak mungkin, detail dan juga orisinil

maka selama penelitian penulis harus ada di lapangan dengan bantuan

orang lain merupakan alat atau instrumen sekaligus pengumpul data

utama. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan adalah gejala sosial

yang dilakukan dengan menggunakan penglihatan, pendengaran,

15
Abdurahman Fathoni, Metedologi Penelitian Teknik Penyusun Skripsi (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 96.
16
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 9.

27
perabaan, perasaan, dan penciuman.17

Jadi kehadiran peneliti ini sangat penting dalam melakukan penelitian

ini, karena peneliti salah satu instrument kunci yang secara langsung

mengamati, mewancarai, observasi, dan melakukan penelitian.

3. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Banaran Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun. Peneliti memilih Desa Banaran sebagai lokasi

penelitian karena terdapat masayarakat sekitar melakukan pelaksanaan

walimatul ursy di masa pandemi ini.

4. Data dan Sumber Data.

a. Data.

Data yang diperoleh dari tokoh-tokoh masyarakat seperti kepala

desa, perangkat desa dan pihak pelaksanaan walimatul ursy di Desa

Banaran Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, melalui wawancara

terkait dengan larangan pelaksanaan walimatul ursy yang kemudian di

analisis dengan menggunakan teori Sad Al-Dzari’ah.

b. Sumber Data.

Sumber data ialah subjek darimana data diperoleh. Penelitian ini

menggunakan beberapa sumber data, yakni sumber data primer dan

sumber data skunder.

1) Sumber Data Primer.

Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer


17
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), 85.

28
dapat diartikan sebagai sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber data asli. Adapun sumber data primer dalam penelitian

karya ilmiah ini yakni masyarakat yang melakukan pelaksanaan

walimatul ursy dan tokoh masyarakat.

2) Sumber Data Skunder.

Sumber data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari

sumber kedua atau sumber skunder yang kita butuhkan. Dalam

penelitian ini, data skunder yang digunakan tersebut diperoleh

dari dokumen, seperti jurnal penelitian, buku, dan publikasi

internet yang berkaitan dengan pelaksanaan walimatul ursy.18

5. Teknik Pengumpulan Data.

Sesuai dengan jenis penelitiannya, pada penelitian ini menggunakan

sejumlah teknik pengumpulan data yang meliputi teknik wawancara,

teknik observasi, serta teknik dokumentasi. Secara rinci penjelasan

mengenai beberapa teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat

dipaparkan sebagai berikut:

a. Wawancara (Interview), yaitu sebuah percakapan antara dua orang

atau lebih yang pertanyaannya ditujukan pleh peneliti kepada subjek

atau kelompok subjek penelitian untuk dijawab.19 Dalam hal ini

peneliti melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat (seperti

kepala desa, perangkat desa), dan yang melakukan pelaksanaan

18
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainya (Jakarta: Kencana, 2004), 122.
19
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2013), 29

29
walimatul ursy.

b. Observasi, yaitu biasa yang disebut dengan pengamatan, meliputi

kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan dengan

kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu

kesimpulan atau diagnosa. Dalam hal ini peneliti mengamati beberapa

aspek yang ada dilapangan tentang pelaksanaan walimatul ursy di

tengah masa pandemi yang ada di Desa Banaran Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun.

c. Dokumentasi, yaitu dokumen bisa berupa tulisan, gambar, catatan,

transkip, karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi

sebagai pelengkap dari observasi serta wawancara dalam penelitian

kualitatif.20

6. Analisis Data.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan “analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Analisis data

menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori

yang “gronuded”. Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan

20
Ibbid, 131.

30
data.21 Aktifitas dalam analisi data terdiri atas:

a. Data Reduction (Reduksi Data).

Mengambil data yang penting. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya.

b. Data Display (Penyajian Data).

Setelah data di reduksi, maka selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya.

c. Conclusion Drawing atau Verification.

Penarikan kesimpulan yang mana dalam penelitian awal bersifat

sementara dan akan berubah bila ditemukan data-data baru dan bukti

kuat yang ada di lapangan.22

Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk mengumpulkan data

sebagaimana tersebut diatas lalu menganalisanya dengan kajian Sad Al-

Dzari’ah dalam larangan pelaksanaan walimatul ursy pada masa pandemi

kemudian menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya

pelaksan walimatul ursy pada masa pandemi di Desa Banaran Kecamatan

Geger Kabupaten Madiun kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat

khusus yakni mengenai anjuran Sad Al-Dzari’ah tentang adanya larangan

pelaksanaan walimatul ursy ini di tengah pandemi.


21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 245.
22
Ibbid, 249-252.

31
7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam suatu penelitan ditentukan dengan

menggunakan kriteria kredibilitas yang dapat ditentukan keabsahan data

dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini menguji kredibilitas data

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Perpanjangan pengamatan.

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke dalam

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber

data yang pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangan

pengamatan ini hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin

terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin

terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport maka telah terjadi

kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi

mengganggu perilaku yang dipelajari.

Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data

penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data

yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek

kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila dicek

kembali di lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu

perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

b. Meningkatkan ketekunan.

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

32
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti

dan sistematis. Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat

meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan itu ibarat

kita mengecek soal-soal, atau makalah yang telah dikerjakan, ada

yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka

peneliti dapat melakukan penegcekan kembali apakah data yang telah

ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan

ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

8. Tahapan-tahapan Penelitian.

Dalam pelaksanaan penelitian ini ada beberapa tahapan penelitian yang

peneliti lakukan, meliputi:

a. Tahap pralapangan, menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan sebagai

sumber data, menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan meliputi memahami latar penelitian,

mempersiapkan diri dalam melakukan penelitian, memasuki lapangan

dan berperan berperan serta mengumpulkan data yang diperoleh dari

lapangan.

c. Tahap analisis data meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan

data.

33
G. Sistematika Pembahasan.

Rencana pembahasan dalam penelitian ini dibagi kedalam beberapa

bab yang masing-masing bab mempunyai sub-sub bab, dan masing-masing

rangkaian satuan pembahasan.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, telaah pusaka,

BAB II : SAD AL-DZARI’AH DAN WALIMATUL URSY.

Berisi uraian mengenai landasan teori yang digunakan

untuk menganalisis permasalahan yang diangkat dalam

skripsi ini yaitu mengenai larangan pelaksanaan

walimatul ursy di tinjau dari sad al-dzari’ah. Dalam hal

ini peneliti memaparkan tentang pengertian sad al-

dzari’ah, macam-macam pembagian sad al-dzari’ah,

kehujjahan sad al-dzari’ah, objek sad al-dzari’ah,

pengertian walimatul ursy, hukum mengadakan walimatul

ursy, pelaksanaan walimatul ursy, hukum menghadiri

walimatul ursy, dan hikmah walimatul ursy.

BAB III : PROBLEMATIKA LARANGAN PELAKSANAAN

WALIMATUL URSY PADA MASA PANDEMI DI

DESA BANARAN KECAMATAN GEGER

KABUPATEN MADIUN.

Dalam bab ini, penulis mendeskripsikan hasil yang

34
diperoleh dari lapangan, yaitu Profil Desa Banaran

Keacamatan Geger Kabupaten Madiun. Data yang di

peroleh dari hasil wawancara dari pihak pelaksana

walimatul ursy, tokoh agama dan penjabat pemerintah

Desa Banaran.

BAB IV : ANALISIS SAD AL-DZARI’AH TERHADAP

LARANGAN PELAKSANAAN WALIMATUL URSY

PADA MASA PANDEMI DI DESA BANARAN

KECAMATAN GEGER KABUPATEN MADIUN.

Merupakan pembahasan yang berisi analisis atas semua

jawaban dari rumusan masalah yang terdapat dalam

penelitian ini, yaitu mengenai faktor-faktor yang melatar

belakangi terhadap alasan pelarangan pelaksanaan

walimatul ursy selama masa pandemi dan tingkatan sad al-

dzaria’ah dalam larangan pelaksanaan walimatul ursy pada

masa pandemi di Desa Banaran Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian yang telah dibahas oleh peneliti.

35
BAB II

SAD AL-DZARI’AH DAN WALIMATUL URSY.

1. Sad Al-Dzari’ah.

A. Pengertian Sad Al-Dzari’ah.

Kata sad al-dzari’ah terdiri dari dua kata, yaitu sad yang berarti

menyumbat atau menutup dan dzari’ah yang berarti sarana yang

mengantarkan pada sesuatu. Sad al-dzari’ah ialah menyumbat semua

jalan yang menuju kepada kerusakan atau maksiat.

Tujuan penetapan hukum syarak secara sad al-dzari’ah adalah

untuk memudahkan tercapainya sesuatu kemaslahatan atau jauhnya

kemungkinan terjadinya dari kerusakan atau terhindarnya diri dari

kemungkinan perbuatan yang maksiat. Hal ini sesuai dengan tujuan

umum syariat yang menetapkan perintah-perintah, baik yang dapat

dilaksanakan secara langsung dan ada pula yang tidak dapat

dilaksanakan secara langsung, semua itu perlu adanya hal yang

dikerjakan sebelumnya. Inilah yang dimaksud kaidah nya, sebagai

berikut ini:

ٌ ‫ب ِأاَّل بَ ِه فَ ُه َو َوا ِج‬


‫ب‬ ِ ‫َما اَل يَتِ ُّم ا ْل َو‬
ُ ‫اج‬
Artinya : Sesuatu yang diperlukan untuk menyempurnkan

perbuatan wajib, maka ia wajib pula hukumnya.

Sebagai contoh yakni kewajiban mengerjakan shalat yang lima

36
waktu. Seseorang hanya dapat mengerjakan shalat apabila

telah belajar shalat terlebih dahulu, tanpa belajar ia tidak akan

dapat menggerakannya. Dalam hal ini sekilas tampaknya bahwa

belajar shalat itu tidak wajib. Tetapi karena ia menentukan apakah

kewajiban itu dapat dikerjakan atau tidak, maka ditetapkan hukum

wajib belajar shalat, sebagaimana halnya hukum shalat itu sendiri.23

Kebalikanya adalah fath al-dzari’ah, yaitu membuka jalan yang

menuju kebaikan. Jalan keburukan harus ditutup, sedangkan jalan

kebaikan harus dibuka. Imam al-Qarafi mengatakan: “ketahuilah!

Dzari’ah ituwajib ditutup sebagaimana halnya ia wajib dibuka.

Karena menutup dan membuka dzari’ah itu bisa makruh, bisa sunah

dan bisa mubah hukumnya.”24

B. Macam-macam Pembagian Sad Al-Dzari'ah.

Ada dua macam pembagian sad al-dzari'ah, yakni sebagai berikut ini:

1. Dzari'ah dilihat dari segi sisi kualitas kemafsadatannya.

Imam Asy-Syatibi menyatakan bahwa dilihat dari segi sisi

kualitas kemafsadat-annya, dibagi menjadi empat macam yakni,

sebagai berikut:

a. Perbuatan yang dilaksanakan itu membawa kepada

kemafsadatan secara pasti (qath'i).

b. Perbuatan yang dilaksanakan itu boleh dilaksanakan, karena

jarang membawa kepada kemafsadatan.

23
Moh. Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh (Lampung: AURA, 2019), 73.
24
Suwarjin, Ushul Fiqh (Yogyakarta: Teras, 2012), 169.

37
c. Perbuatan yang dilaksanakan itu biasanya atau besar

kemungkinan membawa sesuatu kepada kemafsadatan.

d. Perbuatan itu pada dasarnya boleh dilaksanakan karena

mengandung kemaslahatan, tetapi kemungkinan juga

perbuatan itu membawa kepada kemafsadatan.

2. Dzari'ah dilihat dari segi jenis kemafsadatanya yang

ditimbulkannya.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dzari'ah dari segi ini

terbagi menjadi dua macam yakni sebagai berikut:

a. Perbuatan itu membawa kepada suatu kemafsadatan, seperti

meminum-minuman keras yang mengakibatkan mabuk, dan

mabuk itu suatu kemafsadatan.

b. Perbuatan itu pada dasarnya perbuatan yang dibolehkan atau

dianjurkan, tetapi jalan untuk melakukan suatu perbuatan itu

yang haram, baik dengan tujuan yang disengaja atau tidak

disenganja.25

C. Kehujjahan Sad Al-Dzari’ah.

Baik fath al-dzari’ah, maupun sad al-dzari’ah diperselisihkan

kehujjahanya di kalangan para ulama. Menurut Imam Malik dan Imam

Ahmad dzari’ah adalah salah satu dari dalil fikih. Bahkan Ibnu al-

Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa sad al-dzari’ah itu adalah

seperempat agama. Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah pada

25
Totok Jumantoro & Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Usul Fikih (Jakarta: Amzah, 2009),
295.

38
keadaan tertentu juga menggunakannya namun menolaknya pada

keadaan yang lain. Sedang Ibnu Hazm al-Dzahiri menolaknya secara

mutlak sebagai salah satu dalil hukum islam.

Ulama yang menetapkan sad al-dzari’ah sebagai hujjah

mengemukakan beberapa alasan:

a. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 104 dan ayat 105.

b. Hadis rasulullah antara lain hadis riwayat Imam Bukhari dan

Imam Muslim yang melarang seseorang memaki orang tuanya

sendiri dengan cara memaki orang tua temanya.26

D. Objek Sad Al-Dzariah.

Perbuatan yang mengarah kepada sesuatu yang dilarang itu ada

dua:

1) Perbuatan itu pasti menyebabkan dikerjakanya perbuatan

terlarang.

2) Perbuatan itu mungkin menyebabkan dikerjakanya perbuatan

terlarang.

Jenis perbuatan pertama tidak ada persoalan karena jelas dilarang

mengerjakanya sebagaimana perbuatan itu sendiri dilarang. Macam

yang kedua inilah yang menjadi lingkup sad al-dzari’ah, karena

perbuatan tersebut sering mengarah kepada perbuatan dosa.

Dalam hal ini ada beberapa kemungkinan yaitu:

1) Kemungkinan besar perbuatan itu menyebabkan dikerjakannya

26
Suwarjin, Ushul Fiqh, 171.

39
perbuatan terlarang.

2) Kemungkinan kecil perbuatan itu menyebabkan dikerjakanya

perbuatan terlarang.

3) Sama kemungkinan dikerjakanya atau tidak dikerjakannya

perbuatan terlarang.

Dari kemungkinan ketiga tersebut, nomor satu disebut dzari’ah

qowiyah atau jalan yang kuat. Sedangkan nomor dua dan tiga disebut

dzari’ah dhoifah atau jalani yang lemah.27

2. Walimatul Ursy.

A. Pengertian Walimatul Ursy.

Walimah ‫ الوليمة‬artinya al-jam’u= kumpul, sebab antara suami


dan istri berkumpul.Walimah ‫ الوليمة‬berasal dari kata Arab: ‫اَ ْل َولِ َما‬
artinya makanan pengantin, maksudnya adalah makanan yang

disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan. Bisa juga diartikan

sebagai makanan untuk tamu undangan atau lainya. Walimah diadakan

ketika acara akad nikah berlangsung, atau sesudahnya, atau ketika hari

perkawinan (mencampuri istrinya) atau sesudahnya. Bisa juga

diadakan tergantung adat dan kebiasaan yang berlaku dalam

masyarakat.28

Walimatul Ursy memiliki pengertian di masyarakat sebagai sebuah

peresmian dari perkawinan dengan tujuan sebagai pemberitahuan atau

27
Ibbid, 172.
28
Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih Munakahat 1, 149.

40
pengumuman kepada orang-orang bahwa telah terjadi perkawinan

yang resmi dan turut sebagai rasa syukur bagi kedua belah pihak

mempelai. Walimatul ursy ini gabungan dari kata walimah dan ursy

yaitu secara bahasa diartikan makanan pengantin dan perayaan

perkawinan. Memahami kata waliamah, ulama fiqih klasik tidak

membatasi perbuatan walimah itu kepada sebuah perkawinan saja,

melainkan walimah jelaskan sebagai sebuah jamuan makanan dengan

menghidangkan makanan. Seperti misalnya walimah khitan, walimah

aqiqah, walimah haul, atau syukuran pada umumnya itu semua dapat

diidentikan dengan walimah. Pelaksanaan walimah biasanya dilakukan

setelah dilakukan akad perkawinan, tetapi itu kembali dari keinginan

mempelai masing-masing. Ulama klasik berpendapat sebaiknya

walimatul ursy dilakukan setelah akad dilangsungkan saat itu juga.29

B. Hukum Mengadakan Walimatul Ursy.

Hukum mengadakan walimatul ursy adalah Sunah Mukkadah

(sangat ditekankan). Karena Nabi mengadakan walimatul ursy dalam

pernikahanya dan beliau juga memerintahkan para sahabatnya yang

menikah untuk mengadakan walimatul ursy.30 Walimatul ursy menurut

pendapat mayoritas ulama adalah sunah hukumnya. Namun sebagian

lainya menyatakan hukumnya wajib, berdasarkan sabda Nabi

Muhammad SAW kepada Abdurahman bin ‘Auf

29
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia
(Yogyakarta: Gama Media, 2017), 95.
30
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fiqih Islam (Ponorogo: Pustaka Al-Bayyinah, 2013), 790.

41
‫اَ ْولِ ْم َولَ ْو بِشَا ٍة‬

“adakanlah walimah, walaupun hanya dengan menyembelih

seekor kambing” (Riwayat Bukhari & Muslim).31

Tidak diisyaratkan walimatul ursy harus menyembelih kambing,

akan tetapi menyesuaikan kemampuan suami. Diriwayatkan dari

Shafiyyah binti Syaibah, ia berkata;

‫ن‬kِ ‫ساِئ ِه بِ ُم َّد ْي‬ ِ ‫سلَّ َم َعلَى بَ ْع‬


َ ِ‫ض ن‬ َ ‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫النبي‬
ُّ ‫م‬kَ َ‫أول‬

‫ش ِع ْي ٍر‬
َ ْ‫ِمن‬
“Rasulullah mengadakan walimah terhadap sebagaian isterinya

dengan dua mud sya’ir.”32

Dari hadis di atas tersebut menunjukan bahwa walimah itu boleh

diadakan dengan makanan apa saja, sesuai kemampuan. Hal itu di

tunjukan oleh Nabi saw bahwa perbedaan-perbedaan walimah beliau

bukan membedakan atau melebohkan salah satu dari yang lain, tetapi

semata-mata disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.

C. Pelaksanaan Walimatul Ursy.

Pelaksanaan jamuan walimatul ursy ini tidak ada pengaturanya

dalam peraturan perundang-undangan, tetapi ini didasari dari sebuah

hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim. Hadist ini

menceritakan bahwa Rasulullah pun menceritakan untuk diadakan


31
Moch Rachdie Pratama dan Runinda Pradnyamita, Merajut Benang Pernikahan Islami
(Sukoharjo: Nekah Media Samara, 2007), 34.
32
Abu Hafizhah, Ensiklopedi Fiqih Islam, 790.

42
walimah walau dengan 1 ekor kambing sebagaimana hadis itu

berbunyi

ِ ‫س رض اَنَّ النَّبِ َّي ص َرَأى َعلَى َع ْب ِد ال َّر ْح‬


‫من‬ ٍ َ‫عَنْ اَن‬

ً‫ ت ََز َّو ُجتُ ا ْم َرَأة‬:‫ َما هَّ َذا ؟ قَا َل‬:‫ فَقَا َل‬.‫ص ْف َر ٍة‬
ُ ‫ف اَثَ َر‬
ٍ ‫ْب ِن َع ْو‬

ٍ ‫َعلَى َو ْز ِن نَ َوا ٍة ِمنْ َذ َه‬


‫ اَ ْولِ ْم َولَ ْو‬,‫ بَا َركَ هَّللا ُ لَ َك‬:‫ قَا َل‬.‫ب‬

‫ الجما عة االابا داود‬.‫بِشَا ٍة‬


“dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW telah melihat bekas

kekuning-kuningan kepada Abdurahman nin Auf, Rasulullah SAW

bertanya, apa ini? Abdurahman menjawab: sesungguhnya saya telah

menikah dengan seorang perempuan dengan maskawin seberat satu

biji emas. Kemudian Rasululla bersabda: semoga Allah

memberkatimu, adakanlah walimah sekalipun dengan seekor kambing

(H.R Bukhori dan Muslim)”.33

Terhadap hadis di atas, dapat dipahami bahwa pelaksanaan dari

walimatul ursy ini yang disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah

sebuah anjuran. Anjuran untuk melangsungkan rasa syukur atara

mempelai kepada keluarga, tetangga, teman, dan pihak lain dengana

maksud untuk menyaksikan serta mendo’akan mereka.34 Tidak ada

batasan tertentu untuk melaksanakan walimah, namun lebih

33
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemahan Bulughul Maram Kitab Hukum-Hukum
Islam, cet-1 (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2011), 482.
34
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia
(Yogyakarta: Gama Media, 2017), 96.

43
diutamakan untuk menyelenggarakan walimah setelah dukhul, yaitu

setelah pengantin melakukan hubungan seksual pasca akad nikah.35

D. Hukum Menghadiri Walimatul Ursy.

Tidak menutup kemungkinan diantara kita semua dimasyarakat

pernah mendapatkan undangn walimah. Terhadap undangan walimah

tersebut patut diperhatikan apakah wajib untuk menghadirinya atau

tidak. Untuk mengajukan perhatian, memeriahkan, dan

menggembirakan orang yang mengundang maka orang yang diundang

walimah wajib mendatanginya. Adapun wajibnya mendatangi

undangan walimah apabila:

1) Tidak ada uzur syar’i.

2) Dalam walimah itu tidak ada atau tidak digunakan untuk

perbuatan munkar.

3) Yang diundang baik dari kalangan orang kaya maupun miskin.36

Dasar hukum wajibnya mendatangi undangan walimah adalah

hadis nabi saw sebagai berikut:

ِ ‫ِإ َذ‬
ُ ‫ااع َي اَ َح ُد ُك ْم إلَى الطَّ َعا ِم فَ ْليُ ِج‬
‫ شَا َء‬,‫ َإلِإنْ شَا َء طَ ِع ِم‬.‫ب‬

)‫(ر َواهُ ا ْلبُ َخا ِرى‬


َ .َ‫ت ََرك‬

35
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia 8: Pernikahan, 78.
36
Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih Munakahat 1, 152.

44
Artinya :”Jika salah seorang diantaramu diundang makan,

hendaklah dijabbah (dikabulkan), jika ia menghendaki makanlah, jika

ia menghendaki tinggalkanlah.” (HR Bukhari dan Ahmad)37

Ada Ulama yang berpendapat bahwa hukum menghadiri undangan

adalah wajib kifayah. Namun ada juga ulama yang mengatakan

sunnah, akan tetapi pendapat pertamalah yang lebih jelas. Adapun

hukum mendatangi undangan selain walimah, menurut jumhur ulama

adalah sunnah muakkad. Sebagian golongan Syafi’I berpendapat

wajib. Akan tetapi, Ibn Hazm menyangkal bahwa pendapan ini dari

jumhur sahabat dan tabiin karena hadis-hadis diatas memberikan

pengertian tentang wajibnya mengahadiri undangan, baik undangan

mempelai maupun walinya.38

Secara rinci undangan itu wajib didatangi apabila memenuhi syarat

sebagai berikut:

1) Pengundangnya mukalaf, merdeka, dan berakal sehat.

2) Undanganya tidak dikhususkan kepada orang-orang kaya saja,

sedangkan orang miskin tidak.

3) Undangan tidak ditujukan hanya kepada orang yang disenangi

atau dihormati.

4) Pengundangya beragama islam (pendapat yang lebih sah).

5) Belum didahului oleh undangan lain. kalau ada undangan lain,


37
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemahan Bulughul Maram Kitab Hukum-Hukum
Islam, 430.
38
Ibbid, 135.

45
maka yang pertama harus didahulukan.

6) Tidak diselenggarakan kemungkaran dan hal-hal lain yang

menghalangi kehadiranya.

7) Yang diundang tidak ada unsur syarak.39

E. Hikmah Walimah.

Diadakanya walimah dalam pesta perkawinan mempunyai

beberapa keuntungan (hikmah), antara lain sebagai berikut:

1) Merupakan rasa syukur kepada Allah SWT.

2) Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang

tuanya.

3) Sebagai tanda resminya adanya akad nikah.

4) Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami istri.

5) Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah.40

39
Ibbid, 136.
40
Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih Munakahat 1, 156.

46
BAB III

PROBLEMATIKA LARANGAN PELAKSANAAN WALIMATUL URSY

PADA MASA PANDEMI DI DESA BANARAN KECAMATAN GEGER

KABUPATEN MADIUN.

A. Gambaran Umum Letak Geografis Penelitian

1. Sejarah Desa Banaran.

Sejarah asal mula Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten

Madiun, menurut cerita dari masyarakat / pinisepuh yang saat ini

sudah tidak ada. Konon kurang lebih sekitar tahun 1620 kondisi saat

itu berupa hutan alang-alang yang sangat banar (yang artinya : terang)

maka sejak saat itu Desa ini dinamakan Desa Banaran, adapun orang

yang pertama kali menemukan adalah Mbah Marsodik. Dalam

perkembangannya Desa Banaran terbagi menjadi 2 wilayah dusun

yaitu:

1. Dusun  Banaran.

2. Dusun  Wonoasri.

Pemerintahan Desa Banaran mulai berdiri sejak tahun 1620 dan

diubah menjadi Desa Banaran pada tahun 1800, dengan kepala

pemerintahan pertama kali yaitu Bapak Fatowi Secara lebih jelas

tentang silsilah pemerintahan desa Banaran sebagai berikut:

1. Bapak Fatowi                  Tahun ......... s.d 1800.

47
2. Bapak Samngali              Tahun 1800 s.d 1825.

48
49

3. Bapak Admo Redjo        Tahun 1825 s.d 1850.

4. Bapak Anom Puro           Tahun 1850 s.d 1870.

5.  Bapak Mangun Pawiro    Tahun 1870 s.d 1884.

6. Bapak Kromo Diwirjo     Tahun 1884 s.d 1904.

7. Bapak Djojo Karso          Tahun 1904 s.d 1924.

8. Bapak Soedimedjo          Tahun 1924 s.d 1940.

9. Bapak Imam Besari         Tahun 1940 s.d 1968.

10. Bapak Matmungin           Tahun 1968 s.d 1970.

11. Bapak Hendro Muyono  Tahun 1970 s.d 1973.

12. Bapak Mubasir                Tahun 1973 s.d 1975.

13. Bapak Misran                  Tahun 1975 s.d 1990.

14. Bapak Samsunandji          Tahun 1990 s.d 2009.

15. Bapak Komari                 Tahun 2009 s.d sekarang.

Dilihat dari segi pembangunan yang terjadi di Desa Banaran, dari

tahun ke tahun mengalami banyak perubahan dan peningkatan baik di

bidang ekonomi, sosial maupun lingkungan.

2. Letak Geografis.

Letak geografis dari Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten

Madiun terdiri dari 2 (dua) Dusun; yaitu : Dusun Banaran dan Dusun

Wonoasri, dan dibagi 2 (dua) Rukun Warga (RW), dan 18 (delapan

belas) Rukun Tetangga (RT). Adapun batas – batas dari Geografis

Desa Banaran yakni:


50

 Sebelah Utara          : Desa Klorogan, Kecamatan Geger,

Kabupaten Madiun.

 Sebelah Selatan       : Kelurahan Bangunsari, Kecamatan

Dolopo,  Kabupaten Madiun.

 Sebelah Barat          : Desa Singgahan, Kecamatan Kebonsari,

Kabupaten Madiun.

 Sebelah Timur         : Desa Klorogan dan Kelurahan

Bangunsari, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.

3. PETA DESA BANARAN 

Gambar Peta Desa Banaran 3.1

Ini gambaran umum wilayah dari Desa Banaran yang berada di

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.


51

4. Struktur Demografis.

Berdasarkan data kependudukan Desa Banaran, jumlah penduduk

secara keseluruhan pada tahun 2021 tercatat sebanyak 3020 jiwa

dengan 1040 sebagai kepala keluarga. Jumlah penduduk tersebut

apabila diklasifikasikan menurut beberapa faktor adalah sebagai

berikut :

a. Jumlah penduduk Desa Banaran.

Dari data yang didapat penulis dari lapangan, jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan masyarakat Desa Banaran

seimbang. Tidak ada keterpautan yang terlalu mencolok

diantara keduanya. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel. 3.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin

N Jenis kelamin Jumlah

o penduduk

1 Laki-laki 1499 orang

2 Perempuan 1521 orang.

Jumlah 3020 orang.

b. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian.

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Banaran

adalah sebagai petani. Meskipun ada yang bekerja sebagai

pedagang.

Tabel. 3.2 Klasifikasi Jumlah Penduduk Menurut Mata


52

Pencaharian.

No Mata Pencharian Jumlah Penduduk

1 Petani 45 orang.

2 Pedagang 387 orang.

3 Buruh Migran 95 orang.

4 Tukang Kayu 8 orang.

5 PNS 7 orang.

5. Keadaan Sosial Keagamaan Dan Sosial Kebudayaan.

Dari segi keagamaan, masyarakat Desa Banaran 100% beragama

Islam. Akan tetapi banyak masyarakat Desa Kebloran yang belum tahu

benar tentang arti Islam itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan masih

diadakannya tradisi-tradisi jawa dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat masih percaya dengan mitos-mitos yang beredar di daerah

tersebut. Yang paling menonjol disini adalah masih didakannya

sesajen, dan hal-hal yang menyangkut tentang pernikahan, kematian

dan kelahiran. Pada pelaksanaan upacara-upacara tersebut pasti selalu

tersedia makanan atau kenduri. Hanya saja, pada saat sekarang ini,

pelaksanaan upacara-upacara tersebut sudah diselingi dengan hal-hal

yang bersifat Islami, yaitu pada waktu upacara selalu dilakukan

pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan diakhiri dengan pembacaan

do'a oleh kyai. Dengan adanya suatu perpaduan antara adat istiadat

dengan ajaran Islam ini, maka adat istiadat masyarakat masih tetap

terpelihara dan ajaran Islam bisa dijalankan oleh masyarakat. Dan


53

demi untuk menunjang kualitas Sumber Daya Manusia, di Desa

Banaran telah menyediakan sarana dan prasarana dalam beberapa

bidang diantaranya:

a. Sarana dalam bidang pendidikan, tersedia :

1) Sebuah 3 (tiga) Play Group dengan jumlah tenaga

pengajar 15 guru dan jumlah keseluruhan siswanya 130

anak.

2) 2 (dua) lembaga taman kanak-kanak (TK) dengan jumlah

guru 6 orang dan jumlah keseluruhan siswanya 75 anak.

3) 2 (dua) buah Sekolah Dasar, dengan 22 orang guru yang

dan jumlah keseluruhan siswanya sebanyak 420 murid

b. Sarana dalam bidang keagamaan, terdapat :

1) 3 (tiga) buah Masjid.

2) Lima belas buah mushola.

Di Desa Banaran terdapat banyak mushola dan tiga masjid, di

masjid yang ada di Desa Banaran diadakanya kegiatan keagamaan,

seperti pengajian, tahlilan dan lain sebagainya.

B. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Terjadinya Larangan

Pelaksanaan Walimatul Ursy Pada Masa Pandemi Di Desa Banaran

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.

Sebagaimana yang telah peneliti lakukan yaitu wawancara dan

observasi di lingkungan Desa Banaran dan kepada narasumber seperti


54

kepala Desa Banaran, perangkat Desa Banaran dan masyarakat yang

melaksanakan acara walimatul ursy. Sebelum di masa pandemi melakukan

acara keagamaan seperti kegiatan pelaksanaan walimatul ursy didalam

masyarakat sangat lazim dilakukan, bahkan di dalam hukum islam sendiri

hukum melaksanakan walimatul ursy hukumnya sunnah muakad.

Sedangkan setelah pada masa pandemi ini melakukan pelaksanaan

walimatul ursy ini tidak diperbolehkan. Penyebabnya adalah adanya

ancaman dari penularan virus corona (COVID-19).

Adanya Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM) merupakan kebijakan dari pemerintah guna

memberikan batasan kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga, sebagai

upaya pencegahan penularan Covid-19. Adanya latar belakang tersebut

pemerintah pusat membuat peraturan yang isinya membatasi kegiatan

masyarakat yang bisa menimbulkan kerumunan atau keramaian yang ada

di dalam masyarakat seperti kegiatan pernikahan, salah satunya kegiatan

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini. Peraturan ini ditetapkan

oleh pemerintah pusat untuk dilaksanakan di tingkat Desa-desa yang di

wilayah Madiun salah satunya di Desa Banaran dengan menyampaikannya

ke kepala Desa Banaran supaya peraturan tersebut diterapkan dalam

lingkungan Desa Banaran. Hal ini disampaikan oleh Bapak Komari selaku

Kepala Desa Banaran saat wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu,

“Saya setuju dengan adanya Surat Edaran yang tentang pembatasan


kegiatan masyarakat seperti halnya kegiatan walimatul ursy, karena
memang demi kemaslahatan bersama, untuk kemaslahatan pengantin dan
juga masyarakat. Karena pelaksanaan walimatul ursy itu merupakan salah
55

satu media yang menimbulkan kerumunan, pada saat rangkaiannya acara


walimatul ursynya”.41

Dalam hal ini Kepala Desa Banaran harus mengupayakan dalam

memberi penjelasan kepada warganya bahwa sebenarnya adanya Surat

Edaran yang membatasi kegiatan masyarakat dalam halnya melarang

kegiatan pelaksanaan walimatul ursy. Hasil wawancara dengan Bapak

Komari selaku Kepala Desa Banaran yakni.

“Sangat perlu dan sangat penting seabab adanya Surat Edaran di


dalam lingkungan desa dan saya harus melaksanakan Surat Edaran yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat terkait adanya pembatasan kegiatan
masyarakat seperti adanya larangan pelaksanaan walimatul ursy di dalam
lingkungan desa, Supaya lingkungan di Desa Banaran terhindar dari
ancaman wabah Covid-19. Dan salah satu contoh Surat Edaran yakni
dalam peraturan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2021
tentang Pemeberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro
Dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019
ditingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19).”42

Selain dari Bapak Komari, peneliti juga mewawancarai Bapak

Karmaji selaku Bayan Desa Banaran tentang adanya pembatasan kegiatan

masyarakat dalam Surat Edaran yakni.

“Saya setuju adanya Surat Edaran yang membatasi kegiatan


masyarakat termasuk kegiatan pelaksanaan walimatul ursy. Karena
pengadaan pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi seperti ini sangat
riskan ketika di adakannya karena bisa jadi sumber dari penyebaran atau
penularan virus Covid-19”.43
Dalam adanya Surat Edaran dari pemerintah pusat pihak desa harus

benar-benar menjalankan peraturan yang ada, sehingga bisa

mengantisipasi ancaman dari penularan Covid-19 di dalam lingkungan

41
Lihat Transkip Wawancara Kode : 01/01 W/01-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
42
Lihat Transkip Wawancara Kode : 01/01 W/01-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
43
Lihat Transkip Wawancara Kode :02/02 W/07-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
56

Desa Banaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Komari selaku

Kepala Desa Banaran yaitu,

“Dalam upaya menjalankan Surat Edaran di dalam lingkungan


desa, saya dan para penjabat desa melakukan diskusi tentang upaya dalam
pelaksanaan dari Surat Edaran tersebut. Seteleh berdikusi saya
mengumpulkan ketua RT untuk memberitahukan isi dari Surat Edaran
supaya disampaikan kepada warga yang lainya dalam lingkungan RT
masing-masing terkait adanya pembatasan kegiatan masyarakat.”44

Terkait hal diatas penjabat dan warga Desa Banaran mematuhi

peraturan yang telah diberlakukan di desa, agar keadaan yang ada di desa

terhindar dari peneluran Covid-19. Tetapi dengan seiringnya waktu

peraturan-peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah mulai ada sedikit

kelonggaran dan suatu perubahan sesuai dengan keadaan kondisi

disekitarnya. Pearaturan ini di bagi menjadi berzona yaitu kawasan zona

merah, kawasan zona kuning, dan kawasan zona hijau. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Bapak Komari selaku Kepala Desa Banaran yaitu,

“Ada, di dalam Surat Edaran melonggar dalam mengadakan suatu


pesta pernikahan atau walimatul ursy ini. Dan ketika para warga mau
mengadakan walimatul ursy ini harus mendapatkan izin dari saya selaku
kepala Desa Banaran. Dalam memberikan izin untuk mengadakan acara
walimatul ursy harus melihat kondisi yang ada di Desa Banaran ini. Kalau
di Desa Banaran dalam Kawasan zona hijau maka saya memberikan izin
untuk mengadakan acara pesta pernikahan tetapi kalau keadanya dalam
kawasan zona merah dalam kawasan penyebaran Covid-19 maka saya
melarang atau tidak memberikan surat izin untuk mengadakan acara
walimatul ursy, sesuai Surat Edaran yang telah ditetapkan oleh Bupati
Madiun.”45
Sedangkan pendapat dari Bapak Karmaji selaku bayan di Desa

Banaran mengenai adanya perubahan dalam Surat Edaran tentang

kelonggaran terhadap pembatasan kegiatan masyarakat seperti dalam


44
Lihat Transkip Wawancara Kode : 01/01 W/01-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
45
Lihat Transkip Wawancara Kode : 01/01 W/01-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
57

pelaksanaan walimatul ursy yakni.

“Ketika Surat Edaran melonggarkan kegiatan masyarakat tentang


pelaksanaan walimatul ursy, ada beberapa warga yang hendak melakukan
acara walimatul ursy, dan warga tersebut mendatangi saya untuk meminta
dibuatkan surat izin untuk mengadakan walimatul ursy. Setelah saya
buatkan surat izin maka selanjutnya saya arahkan untuk menemui Bapak
Komari selaku kepala Desa Banaran untuk menyetujui surat izin tersebut.
Ketika sudah mendapat izin maka warga bisa mengadakan acara walimatul
ursy, tapi dengan adanya persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi
sesuai peraturan yang telah ditetapkan dan harus mematuhi protokol
kesehatan ketika dalam pelaksanaan acara walimatul ursy tersebut”.46

Di dalam keadaan seperti dengan adanya ancaman penyebaran

Covid-19 warga desa tidak bisa bebas dalam melakukan kegaiatan

pelaksanaan walimatul ursy karena sudah diatur dalam Surat Edaran yang

diterbitkan oleh pemerintah. Saya juga mewawancari Bapak Kaman selaku

warga yang mengadakan pelaksanaan walimatul ursy dimasa pandemi

yakni

“Ketika saya mau mengadakan acara walimatul ursy di masa


pandemi ini, sebelum hari pelaksanaan acara walimatul ursy, saya mencari
informasi kepada pihak desa apakah diberbolehkan atau dilarang ketika
mau megadakan acara walimatul ursy. Dan pihak desa memberi penjelasan
bahwa sebenarnya ada Surat Edaran yang membatasi kegiatan masyarakat
dalam hal perkawinan tidak memperbolehkan adanya pelaksanaan acara
walimatul ursy, maka saya memaklumi karena dengan adanya Covid-19
ini.’’47

Sedangkan menurut pendapat lain dari Bapak Kaman selaku

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini tentang adanya

perubahan dari Surat Edaran sebagai berikut

“Setelah mendekati hari pelaksanaan walimatul ursy saya mencari


informasi kepada pihak desa dan ada perubahan terkait Surat Edaran,
yakni melonggarkan kegiatan masyarakat dalam hal kegiatan keagaaman
46
Lihat Transkip Wawancara Kode : 02/02 W/07-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
47
Lihat Transkip Wawancara Kode: 04/04 W/31-05/2021 pada lampiran skripsi ini.
58

dan juga acara pelaksanaan walimatul ursy, dengan memperbolehkanya


mengadakan acara walimatul ursy tetapi dengan persyratan-persyaratan
yang telah ditetapkan oleh pihak desa yakni dengan mematuhi protokol
kesehatan dalam pelaksanaan walimatul ursy”.48

Dalam masa pandemi ini, jarang sekali masyarakat yang

mengadakan acara walimatul ursy terutama warga di desa Banaran.

Kebanyakan warga hanya mengadakan akad nikah dan hanya di hadiri

oleh pihak keluarga dekat saja. Hanya beberapa saja warga yang

mengadakan acara walimatul ursy di masa pandemi ini. Dalam Surat

Edaran ini sering terjadi perubahan dalam isi peraturanya terkait dalam hal

pelaksanaan walimatul ursy dimasa pandemi, penyebabnya karena ada

kalanya kondisi penyebaran Covid-19 menurun dan ada kalanya kondisi

penyebaran Covid-19 meningkat yang menyebabkan faktor dari larangan

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi.

C. Dampak Adanya Larangan Dalam Pelaksanaan Walimatul Ursy Pada

Masa Pandemi Di Desa Banaran Kecamatan Geger Kabupaten

Madiun.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya larangan dalam pelaksanaan

walimatul ursy yakni para warga Desa Banaran tidak bisa bebas dalam

mengadakan acara walimah. Hal tersebut menjadi faktor penybebab

sedikitnya para warga yang melaksakan acara walimatul ursy di masa

pandemi ini. Para warga desa harus saling mematuhi peraturan yang telah

ditetapkan di desa supaya bisa mengantarkan yang baik dan

48
Lihat Transkip Wawancara Kode: 04/04 W/31-05/2021 pada lampiran skripsi ini.
59

menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut pendapat dari

Bapak Komari selaku kepala Desa Banaran.

“Banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari adanya pelarangan


pelaksanaan walimatul ursy di Desa Banaran ini. Salah satunya yakni para
warga desa jarang sekali yang mengadakan acara kegiatan walimah.
Ketika adanya warga desa yang mau mengadakan acara walimatul ursy di
masa pandemi ini harus melihat keadaan lingkungan sekitar yang ada di
desa. Karena ketika dalam pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi
seperti ini bisa jadi faktor dari penyebaran Covid-19 di dalam lingkungan
masyarakat.”49
Dampak yang ditimbulkan dari adanya pelarangan ini sangat besar

bagi warga desa, tatapi para warga desa harus mematuhi peraturan yang

telah ditetapkan oleh pihak desa. Supaya ada hikmah di balik adanya

pelarangan pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini salah satunya

bisa menjadi salah satu faktor yang bisa memutus mata rantai penyeberan

virus Covid-19 di Desa Banaran. Menurut pendapat oleh Bapak Ruri

selaku Modin yakni,

“Ketika adanya cobaan dari Allah SWT dengan adanya virus


Covid-19 ini, kita harus mensyukuri dan harus lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dengan adanya wabah virus ini ada dampak dan ada
juga hikmah dari pelarangan pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi
ini. Dampak yang bisa ditimbulkan yakni tidak diberbolehkan dalam
pelaksanaan acara walimatul ursy dan ketika diperbolehkan dalam acara
walimatul ursy bisa saja menjadi salah satu media penyberan dari wabah
virus Covid-19. Sedangkan hikmah yang bisa di ambil dari adanya
pelarangan ini adalah bisa menjadi faktor salah satu penyebab pemutusan
mata rantai penyebaran virus Covid-19 ini”.50
Pendapat lain dari Bapak Ruri selaku Moden, upaya dalam

pencegahan dari penyebaran Covid-19 dengan mematuhi instruksi dari

49
Lihat Transkip Wawancara Kode : 01/01 W/01-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
50
Lihat Transkip Wawancara Kode : 03/03 W/07-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
60

bapak kepala desa walaupun adanya pelarangan pelaksanaan walimatul

ursy yakni,

”Ketika adanya dampak yang bisa ditimbulkan dari adanya


pelarangan pelaksanaan walimatul ursy dimasa pandemi ini, kita sebagai
warga desa harus mematuhi peraturan yang ada. Karena dalam mematuhi
peraturan bisa mencegah dalam penyebaran virus Covid-19 ini. Karena di
dalam islam kita harus menghindari segala sesuatu terkait dengan adanya
wabah mematikan dan walaupun wabah itu sekecil apapun”.51
Adanya dampak yang besar bagi masyarakat desa adanya

pelarangan tentang pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi.

Masayarakat desa juga dibatasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti

kegiatan keagaamaan. Dalam hal ini masyarakat harus mengambil

hikmahnya dalam adanya pembatasan kegiataan-kegiatan yang ada

dimasyarakat dan para masayarakat harus mematuhi semua peratuaran

yang ada sebab bisa jadi salah satu memutuskannya penyebaran mata

rantai dari wabah virus Covid-19 di dalam lingkungan Desa Banaran.

Tetapi dalam praktek pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi

kurang sesuai dengan protokol kesehatan yang telah di tetapkan dalam

Surat Edaran walupun beberapa sudah diterapkan didalam pelaksanaan

walimatul ursy. Protokol yang kurang sesuai yakni tidak berjaga jarak

antara tamu undangan yang satu dengan yang lainya dalam tempat

duduknya, walaupun sudah memakai masker dan cuci tangan menurut

saya dalam peraturan yang sudah ditetapkan kurang efektif ketika di

praktekan dalam pelaksanaan walimatul ursy di masayarakat.52


51
Lihat Transkip Wawancara Kode : 03/03 W/07-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
52
Lihat Transkip Wawancara Kode: 04/04 W/31-05/2021 dan Transkip Observasi Kode:
02/31-05/2021pada lampiran skripsi ini.
61

BAB IV

ANALISIS SAD AL-DZARI’AH TERHADAP LARANGAN

PELAKSANAAN WALIMATUL URSY PADA MASA PANDEMI.

A. Analisis Sad Al-Dzari’ah Terhadap Alasan Pelarangan Pelaksanaan

Walimatul Ursy Di Masa Pandemi Di Desa Banaran Kecamatan

Geger Kabupaten Madiun.

Sebelum adanya wabah Covid-19 yang melanda di Indonesia,

pelaksanaan walimatul ursy ini menjadi agenda wajib bagi masyarakat

ketika mau merayakan pesta pernikahan anaknya, dan didalam islam

sendiri hukum melaksanakan acara pesta pernikahan atau walimatul ursy

adalah sunnah muakad. Tetapi pada awal tahun 2020 di Indonesia sendiri

terkena ancaman dari wabah virus Covid-19 yang mengakibatkan adanya

penangguhan pernikahan dan larangan melaksanakan walimatul ursy di

dalam masyarakat, sesuai dengan kebijakan dari pemerintah Indonesia.

Dengan adanya virus corona salah satu cobaan dari Allah swt. Semua

orang dibuat takut dan khawatir oleh adanya penyebaran virus Covid-19

ini. Oleh sebab itu, sikap yang diambil adalah meyakini virus adalah

makhluk Allah, tunduk dan taat atas perintah Allah SWT. Dengan

demikian manusia diharuskan kembali kepada jati dirinya, yaitu ada yang

maha kuasa dibalik semua kejadian yang ada di muka bumi ini.53

Dengan adanya ancaman wabah virus Covid-19 pemerintah

mengeluarkan Surat Edaran yang melarang masyarakatnya megadakan

kegiatan-kegiatan yang menimbulkan keramain seperti kegiatan


53
Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i, vol. 7 no. 3, 2020,
62

keagamaan salah satunya kegiatan walimatul ursy sebab guna untuk

mencegah terjadinya penyebaran virus Covid-19 di dalam masyarakat.

Seperti dalam Surat Edaran yang telah ditetapkan oleh Bupati Madiun

untuk supaya dilaksanakan di tingkat Desa-desa yang ada di wilayah

Madiun.

Contoh peraturan yang melarang pelaksanaan kegiatan walimatul

ursy ini ada dalam peraturan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3

Tahun 2021 tentang Pemeberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

Berbasis Mikro Dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus

Disease 2019 ditingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian

Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) yang isinya membahas

tentang pembatasan pelaksanaan kegiatan yang dapat menimbulkan

keramaian seperti hajatan, acara walimatul ursy. Selanjutnya Bupati

Madiun mengeluarkan surat edaran Nomor: 130/107/402.011/2021 tentang

Perpanjangan Pemeberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis

Mikro Dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease

2019 ditingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran

Corona Virus Disease (COVID-19) di Kabuaten Madiun. Yang titik

utamanya membahas tentang melarang kegiatan masyarakat yang dapat

menimbulkan keramaian dan kerumunan (hajatan, seremonial resepsi

pernikahan, kegiatan sosial dan keagamaan). Untuk pelaksanaan akad

nikah sendiri diperbolehkan dengan pembatasan tamu undangan yang

hadir maksimal 30 (tiga puluh) orang dengan menerapkan protokol


63

kesehatan secara ketat. Dengan adanya peraturan ini dari pihak desa

masyarakat tidak bisa leluasa dalam mengadakan kegiatan masayarakat

seperti megadakan kegiatan walimatul ursy di masa pandemi ini.54

Di dalam hukum islam juga ada peraturan yang melarang

megadakan kegiatan-kegiatan yang bisa menimbulkan suatu kemudharatan

bagi manusia, terutama dalam keadaan ancaman wabah virus Covid-19.

Ada hukum islam yang bisa digunakan dalam menyikapi wabah pandemi

ini yang sedang melanda di Indonesia, yakni ada di dalam sad al-dzari’ah.

Yang dimaksud yakni apabila sesuatu yang menjadi kerusakan dapat

menjadi jalan kepada kerusakan, hendaklah kita larang perbuatan itu.

Menurut Al Qarafi, semua madzhab memegangi dasar sada;-dzari’ah,

sama dengan Mashlahat Mursalah dan Urf. Walhasil sad al-dzari’ah itu

adalah sesuatu perbuatan yang tidak ditegah syara’ bila dipandang dapat

mengakibatkan yang mengerjakanya kepada sesuatu hukum yang terang

ditegah sayara’. Sadal-dzari’ah ini, sebagaimana dipergunakan untuk

menolak kemafsadatan, dipergunakan juga untuk mencari kemanfaatan.55

Terdapat kaidah fiqhiyyah yang dapat dijadikan dasar sad al-

dzari’ah sebagai metode istinbath hukum dan sebagai petunjuk (dalil) dari

pelarangan pelaksanaan walimatul ursy dimasa pandemi ini, yakni:

‫س َدتَا ِن َف َعلَْي ُك ْم بَِأ َخ ِف ِه َما‬ ِ ْ ‫ِّإ َذ‬


َ ‫اجتَ َم َعت ال َْم‬
54
Bupati Madiun, surat edaran Nomor: 130/107/402.011/2021 tentang Perpanjangan
Pemeberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Dan Mengoptimalkan Posko
Penanganan Corona Virus Disease 2019 ditingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian
Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di Kabuaten Madiun.
55
Teungku Muhammad Hasabi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam (Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 2001), 220.
64

“Mankala dua mafsadah berkumpul, maka ambillah yang lebih

ringan dari padanya”.

Sad al-dzari’ah bisa disandarkan kepada kaidah fikih yang ada

diatas, dikarenakan dalam sad al-dzari’ah terdapat unsur dua mafsadah

berkumpul maka diambil yang bisa lebih ringan. Maksudnya yakni

masyarakat mau mengadakan acara walimatul ursy di masa pandemi dan

diperbolehkannya pengadaan walimatul ursy tersebut, sedangkan

mengadakan acara walimatul ursy di masa pandemi ini bisa menjadi

ancaman penyebaran wabah virus Covid-19. Masyarakat tersebut

dihadapkan pilihan : tidak mengadakan acara walimatul ursy, ataukah

mengadakan acara walimatul ursy di masa pandemi. Yang lebih bahaya

adalah mengadakan acara walimatul ursy di masa pandemi Covid-19

seperti ini, bisa saja terjadinya dari ancaman penyebaran Covid-19, karena

itu ia harus memilih tidak mengadakan acara walimatul ursy di masa

pandemi karena bisa mencegah dari ancaman penyebaran dari virus Covid-

19.56

Di dalam Sad Al-Dzari’ah dengan yang semula ditentukan untuk

mubah, tidak ditunjukan untuk kerusakan, namun biasanya sampai juga

pada kerusakan yang mana kerusakan itu lebih besar dari kebaikanaya.

Upaya pelarangan dalam sad al-dzari’ah tentang acara pelaksanaan

walimatul ursy dimasa pandemi lebih baik mencegah penyebaran dari

acaman wabah virus Covid-19 daripada mengobati. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Ruri selaku tokoh
56
Moh. Adib Bisri, Terjemah Al Faraidul Bahiyyah (Risalah Qawaid Fiqh), 24.
65

agama atau moden Desa Banaran menjelsakan sebagai berikut:

“Lebih baik mematuhi peraturan yang telah di tetapkan oleh pihak


desa. Supaya menghindari dari segala sesuatu yang tidak diinginkan. Dan
para masyarakat desa bisa mengadakan akad nikah saja dan dalam
pelaksanakan acara walimatul ursy ini bisa di tunda saja menunggu
sampai keadaan lingkungan sekitar membaik”.57

Sad Al-Dzari’ah juga bisa dilahat dari segi hukumnya menurut Al

Qarafi dibagi menjadi tiga bagian yakni:

1. Sesuatu yang disepakati untuk dilarang.

2. Sesuatu yang telah disepakati untuk tidak dilarang meskipun bisa

menjadi jalan atau sarana terjadinya sesuatu perbuatan yang

diharamkan.

3. Sesuatu yang masih diperselisihkan untuk dilarang atau

diperbolehkan.58

Dari hal diatas yang dapat disimpulkan oleh penyusun yakni, bahwa

alasan pelarangan pengadaan acara pesta pernikahan atau walimatul ursy

pada masa pandemi covid-19 di Desa Banaran adalah dari Surat Edaran

yang telah diterbitkan oleh pemerintah untuk tingkat Desa yang

mencangkup seluruh wilayah Kota Madiun dan hukum islam yang ada di

Sad Al-Dzari’ah di dalam dalil kaidah Fiqh yang menjadi dasar

hukumnya. Dalam keduanya sama-sama menghindari berbagai suatu

kemudharatan dalam kehidupan masayarakat. Dari adanya Surat Edaran

tersebut Bapak Kepala Desa Banaran harus melaksanakan aturan di

dalamlingkungan desa dan mengontrol warganya supaya mematuhi


57
Lihat Transkip Wawancara Kode : 03/03 W/07-07/2021 pada lampiran skripsi ini.
58
Hifdhotul Munawaroh, Sad Al Dzari’at Dan Apilikasinya Fiqih Kontemporer, Jurnal
Ijtihad Vol. 12 No. 1, Juni 2018, 72.
66

peraturan-peraturan yang ada. Karena isi dari Surat Edaran ini bisa

menjadi faktor dari pencegahan penyebaran virus Covid-19 di lingkungan

desa.

Sedangkan dalam sad al-dzari’ah lebih baik menolak keburukan

yang lebih diutamakan daripada meraih kebaikan. Maksudnya lebih baik

mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pihak desa yang melarang

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi seperti ini, sedangkan

pelaksanaan walimatul ursy di dalam islam hukumnya sunnah muakad

tetapi didalam keadaan pandemi Covid-19 seperti ini lebih baik tidak

melaksanakannya acara walimatul ursy karena bisa menjadi salah satu

faktor dari pencegahan dari Covid-19 dan Supaya rantai penyebaran virus

corona ini dapat terkendali.

B. Analisis Tingkatan Sad Al-Dzari’ah Dalam Larangan Pelaksanaan

Walimatul Ursy Di Masa Pandemi Di Desa Banaran Kecamatan Geger

Kabupaten Madiun.

Di dalam islam mengadakan acara pesta pernikahan atau walimatul

ursy hukumnya sunnah muakad. Tetapi Dalam keadaan seperti ini,

menggelar acara pesta perkawinan atau walimatul ursy ini menjadi beban

pikiran yang ada di dalam masyarakat. Karena ada ancaman yang megintai

masyarakat ketika hendak melaksanakan acara walimatul ursy yakni bhaya

dari ancaman penyebaran virus Covid-19. Penulis menggunakan Sad Al-

Dzari’ah sebagai sumber analisis dari penelitianya.

Dalam menggelar walimah pada masa pandemi seperti ini memiliki


67

dinamika tersendiri. Dalam pelaksanaan dengan kondisi pada masa

pandemi ini bisa mengganggu kepentingan banyak pihak seperti

masyarakat dan diri sendiri, menggelar acara walimah bisa dilihat dari sad

al-dzari’ah dari segi dampak dan tingkatan kerusakan yang ditimbulkanya,

dilihat dari dampak akibatnya menurut Ibn Qayim membagi dzari’ah

menjadi empat yakni:

1. Dzari’ah yang memandang pada dasarnya membawa kepada

kerusakan.

2. Dzari’ah yang ditentukan untuk sesuatu yang mubah, namun

ditunjukan untuk perbuatan yang merusak, baik dengan sengaja.

3. Dzari’ah yang semula ditentukan untuk mubah, tidak ditunjukan

untuk kerusakan, namun biasanya sampai juga kepada kerusakan

yang mana kerusakan itu lebih besar dari kebaikanya.

4. Dzari’ah yang semula ditentukan untuk mubah, namun terkadang

membawa kepada kerusakan,sedangkan kerusakannya lebih kecil

dibandingkan kebaikanya.

Sedangkan dilihat dari segi tingkatan kerusakanya, menurut Abu Ishak

al-Syatibi membagi sad al-dzari’ah kepada 4 macam, yaitu:

1. Dzari’ah yang membawa kepada kerusakan secara pasti. Artinya,

bila perbuatan dzari’ah itu tidak dihindarkan pasti akan terjadi

kerusakan. Umpamanya menggelar pesta pernikahan atau walimah

dengan keadaan lingkunan sekitar zona merah dari penyebaran

Covid-19, dan setiap orang yang ada di zona merah tersebut di


68

undang keacara walimah maka akan menjadikan sumber penyebaran

Covid-19. Sebenarnya mengadakan acara pesta pernikahan atau

waliamah itu boleh-boleh saja. Namun mengadakan acara pesta

pernikahn atau walimah dalam kondisi yang seperti itu akan

mendatangkan kerusakan.

2. Dzari’ah yang membawa kepada kerusakan menurut biasanya,

dengan arti kalau dzari’ah itu dilakukan, maka kemungkinan besar

akan timbul kerusakan atau akan dilakukanya perbuatan yang

dilarang.

3. Dzari’ah yang membawa kepada perbuatan yang terlarang menurut

kebanyakan. Hal ini berarti bila dzari’ah itu tidak dihindarkan sering

kali sesudah itu akan mengakibatkan berlangsungnya perbuatan yang

terlarang.

4. Dzari’ah yang jarang sekali membawa kepada kerusakan atau

perbuatan terlarang. Dalam hal ini seandainya perbuatan itu

dilakukan, belum tentu akan menimbulkan kerusakan.

Pandangan ulama dalam tentang sad al-dzari’ah pada dasarnya

menempatkan faktor manfaat dan mudarat sebagai bahan pertimbangan

dalam menetapkan hukum, pada dasarnya juga menerima metode sad al-

dzari’ah itu, meskipun berbeda dalam kadar penerimaanya. Mustafa

Syalabi menegelompokan beberapa pendapat ulama tetntang sad al-

dzari’ah ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Dzari’ah yang membawa kepada kerusakan secara pasti, atau berat


69

dugaan akan menimbulkan kerusakan, seperti pada bentuk dzari’ah

ke-1 dan ke-2 dalam pembagian dzari’ah menurut Syatibi di atas.

Dalam hal ini sepakat ulama melarang dzari’ah tersebut sehingga

dalam kitab-kitab fiqh mazhab tersebut ditegaskan tentang haramnya

menggali lubang di tempat yang biasa di lalui orang yang dapat

dipastikan akan mencelakakan.

2. Dzari’ah yang kemungkinan mendatangkan kemudharatan atau

larangan, seperti pada dzari’ah bentuk ke-4 dalam pembagian

menurut Al-Syatibi diatas. Dalam hal ini ulama juga sepakat untuk

tidak melarangnya; artinya pintu dzari’ah tidak perlu di tutup

(dilarang).

3. Dzari’ah yang terletak ditengah-tengah antara kemungkinan

membawa kerusakan dan tidak merusak, sebagaimana pada dzari’ah

bentuk ke-3 dala pembagian Al-Syatibi di atas. Dalam hal ini

terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Syalabi

mengemukakanbahwa Imam Malik dan Ahmad Ibn Hanbal

mengharuskan melarang dzari’ah tersebut, sedangkan Al-Syafi’i dan

Abu Hanifah menyatakan tidak perlu melarangnya.59

Dasar pegangan ulama untuk menggunakan sad al-dzari’ah adalah

kehati-hatian dalam beramal ketika menghadapi perbenturan antara

maslahat dan mafsadat. Bila maslahat yang dominan, makaboleh

dilakukan dan bila mafsadat yang dominan, maka harus ditinggalkan. Bila

sama kuat di antara keduanya, maka untuk menjaga kehati-hatian harus


59
Amir Syarifuddin, USHUL FIQH, Jilid 2 (Jakarta : Kencana, 2011), 247-230.
70

diambil prinsip yang berlaku, yaitu sebagaimana dirumuskan dalam

kaidah:

‫صا لِ ِح‬ ِ ‫َد ْرءُ ال َْم َفا ِس ِد ُم َق َّد ٌم َعلىى َجل‬


َ ‫ْب ال َْم‬ َ

yaitu: “menolak keburukan (mafsadah) lebih diutamakan daripada

meraih kebaikan (maslahah).”60

Adapun di dalam fiqh (hukum) islam lebih mementingkan

kemashlahatan umum dan mendahulukan kepentingan perorangan dan

kepentingan masyarakat, namun lebih mementingkan kepentingan

masyarakat daripada kepentingan perorangan. Karena itulah fiqh islam

bersifat kemasyarakatan. Dalam halnya mengadakan pelaksanaan

walimatul ursy di masa pandemi seperti ini, kita harus memperhatikan

keadaan lingkungan sekitar karena bisa saja menimbulkan bahaya

ancaman penyebaran Covid-19 ketika kita mengadakan acara walimatul

ursy. Lantaran inilah dilarang seseorang mengerjakan sesuatu yang bisa

menyebabkan timbul kemudaratan bagi orang lain. Raslullah saw

bersabda:

‫ض َر َار فِى اِْإل ْساَل ِم‬


ِ ‫ضرر واَل‬
َ َ َ َ ‫اَل‬

“Tidak boleh memudaratkan dan tak boleh dimudaratkan dalam ketetapan

hukum islam”.

60
Ibbid, 430.
71

Maksudnya : islam mengharuskan kita menentang segala perbuatan

yang menimbulakan kemudaratan bagi umum walaupun perbuatan itu pada

pokoknya hukumnya bersifat mudah. Banyak kita temukan hadist-hadist

Rasulullah yang menjelaskan prinsip dasar ini, yaitu seperti dilarang kita

menjual sesuatu yang sudah dilakukan oleh orang lain atau meminang

seorang gadis kalau dia sudah dipinang oleh orang lain. Karena itulah

hukum islam mengadakan hukum Syuf’ah yang membatasi kebebasan

orang dan menghalangi dari menimbulkanya kemudaratan bagi sekitarnya,

seperti sama halnya dalam pengadaan pelaksanaan walimatul ursy dimasa

pandemi seperti ini.61

Dzari’ah ini sebagaimana dipergunakan untuk menolak

kemafsadatan dan dipergunakan untuk mencari kemanfaatan. Al Qarafi

mengatakan bahwa ; dzari’ah ini sebagaimana wajib kita menutup, wajib

juga kita membukannya. Karenannya ada dzari’ah yang dimakruhkan,

disunahkan dan dimubahkan. Dzari’ah adalah wasilah. Sebagaimana

dzari’ah kepada haram, diharamkan, maka wasilah kepada wajib, tentu

diwajibkan, seperti berjalan ke jumat. Dalam pada itu, dalam

mempergunakan dasar ini tidak boleh berlebih-lebihan, karena orang yang

terlalu mempergunakanya, mungkin tidak akan mengerjakan sesuatu yang

mubah atau mandub, atau wajib, lantaran takut terjerumus dalam

kezaliman.62

61
Teungku Muhammad Hasabi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, 46.
62
Ibbid, 221.
72

Dari hal diatas penyusun dapat menyimpulkan bahwa menurut sad

al-dzari’ah dalam pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini yakni

bisa dilihat dari segi dampaknya dulu lalu di lihat dari segi tingkatan

kerusakanya yang bisa ditimbulkannya. Kalau dilihat dari dampaknya bisa

dilihat dari suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun

terkadang bisa menimbulkan keburukan (mafsadah). Maksudnya yakni

dalam Surat Edaran, aturannya sering berubah-ubah di karenakan dilihat

dari keadaan lingkungan sekitar dari ancaman Covid-19. Seperti

memperbolehkannya pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi dan

terkadang melarang adanya pelaksanaan acara walimatul ursy di masa

pandemi. Dalam pelaksanaan walimatul ursy ini sebenarnya sangat

dianjurkan oleh agama tetapi dalam keadaan adanya ancaman Covid-19

seperti ini maka dalam pelaksanaan walimatul ursy terkadang bisa

menimbulkan kemudharatan bagi orang lain.

Sedangkan dilihat dari tingkatan kerusakannya seperti perbuatan

yang pada dasarnya dzari’ah itu dilakukan, maka kemungkinan besar akan

timbul kerusakan atau akan dilakukanya perbuatan yang dilarang. Jadi kita

sebagai selaku masyarakat harus mematuhi peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan oleh pihak desa supaya terhindar dari ancaman penyebaran

virus Covid-19.

BAB IV

PENUTUP
73

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis sad al-dzari’ah terhadap

pelarangan pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi di Desa Banaran

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, dapat disimpulkan bahwa:

1. Analisis sad al-dzari’ah terhadap alasan pelarangan pelaksanaan

walimatul ursy di masa pandemi adalah adanya suatu peraturan yang

telah di tetapkan oleh pihak desa tentang adanya pelarangan

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi dan menurut sad al-

dzari’ah harus menghindari kerusakan itu daripada menarik kebaikan.

2. Tingkatan sad al-dzari’ah dalam larangan pelaksanaan walimatul ursy

di masa pandemi ini bisa dilihat dari segi dampaknya yakni suatu

perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun terkadang bisa

menimbulkan keburukan (mafsadah) seperti acara pelaksanaan

walimatul ursy di masa pandemi seperti ini sedangkan dilihat dari segi

tingkatan kerusakan yang ditimbulknya didalam sad al-dzari’ah yakni

perbuatan yang pada dasarnya dzari’ah itu dilakukan, maka

kemungkinan besar akan timbul kerusakan atau akan dilakukanya

perbuatan yang dilarang, maksudnya dalam pelaksanaan walimatul

ursy ini bisa dilihat dari kondisi lingkungan sekitar kalau lingkungan

sekitar aman maka diperbolehkan sedangkan dilingkungan sekitarnya

tidak aman atau berada di zona merah dari wabah Covid-19 maka

pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi dilarang atau tidak

diperbolehkan karena bisa menimbulkan kerusakan di dalam


74

lingkungan.

B. Saran.

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian, sebagai banahn

pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait, peneliti memberikan saran-

saran sebagai berikut:

1. Bagi lembaga Pemerintahan di Desa Banaran secara umum perlu

adanya peningkatan dan pengembangan dalam penyampaian suatu

informasi terkait dengan peraturan-peraturan tentang pembatasan

kegiatan kemasyarakatan, sehingga semua masyarakat desa

mengetahui tentang adanya peraturan yang mengatur pembatasan

kegiatan kemasyarakatan.

2. Bagi masyarakat Desa Banaran diharapkan selalu menaati peraturan

yang telah ditetapkan oleh pihak desa, supaya bisa menjaga ketertiban

dan terhindar dari ancaman penyebaran wabah virus Covid-19

dilingkungan sekitar kita.

3. Bagi peneliti, perlu adanya peningkatan terhadap pemahaman dan

penguasaan tentang adanya alasan pelarang pelaksanaan walimatul

ursy dalam peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak desa.


75

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan Aminudin. Fiqih Munakahat 1. Bandung: CV Pustaka Setia,


1999.

Anggia, Valerisha dan Adi Putra, Marshell. ”Pandemi Global COVID-19 dan
Problematika Negara-Bangsa: Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-
Digital?”. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 2020.

Bahrudin, Moh. Ilmu Ushul Fiqh. Lampung: AURA, 2019.

Bisri, Moh. Adib. Terjemah Al Faraidul Bahiyyah (Risalah Qawaid Fiqh). Kudus:
Menara Kudus, 1977.

Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,


dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Kencana,
2004.

Fathoni, Abdurahman. Metedologi Penelitian Teknik Penyusun Skripsi. Jakarta:


Rineka Cipta, 2006.

Hafizhah, Abu. Ensiklopedi Fiqih Islam. Ponorogo: Pustaka Al-Bayyinah, 2013.

Haris Sanjaya, Umar dan Rahim Faqih, Aunur. Hukum Perkawinan Islam Di
Indonesia. Yogyakarta: Gama Media, 2017.

Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, dan Focus Group. Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2013.

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Hafidz. Terjemahan Bulughul Maram Kitab Hukum-


Hukum Islam, cet-1. Surabaya: Mutiara Ilmu, 2011.
76

Jiwa, Kiat Menjaga Kesejahteraan, “Konsep Tafakur Dalam Al-Qur’an Dalam


Menyikapi Corona Virus Covid-19,” Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i, vol.
7 no. 3, 2020.

Jumantoro, Totok & Munir Amin, Samsul. Kamus Ilmu Usul Fikih. Jakarta:
Amzah, 2009.

Kamil Muhammad, Syaik. ‘Uwaidah, Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka AlKautsar,


1998.

Kholis Al Amin, M. Nur. “Menakar Nilai Kemanfaatan dari Penangguhan


Walimat Al-Ursy Di Masa Darurat COVID-19 Melalui Sadd Adz-
Dzari’ah”. Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. Yogyakarta: FAI Universitas
Cokroaminoto, 2020.

Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Munawaroh, Hifdhotul. Sad Al Dzari’at Dan Apilikasinya Fiqih Kontemporer,


Jurnal Ijtihad Vol. 12 No. 1, Juni 2018.

Neliyanti, Saputri. “Tradisi Walimatul Urs Prespektif Hukum islam (Studi Kasus
Desa Tulung Aman Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur)”.
Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, 2020.

Purnadi. Analisi Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Resepsi Pernikahan


(Walimatul urs) di Desa Kebloran Kec. Kragan Kab. Rembang. Skripsi
Institut Agama Islam Walisongo Semarang, 2008.

Rachdie Pratama, Moch dan Pradnyamita, Runinda. Merajut Benang Pernikahan


Islami. Sukoharjo: Nekah Media Samara, 2007.

Sarwat, Ahmad. Ensiklopedia Fikih Indonesia 8: Pernikahan. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama Anggota IKAPI, 2019.

Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasabi Ash. Pengantar Hukum Islam.


Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001.
77

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2016.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Suwarjin. Ushul Fiqh. Yogyakarta: Teras, 2012.

Syarifuddin, Amir. USHUL FIQH, Jilid 2. Jakarta : Kencana, 2011.

Tanzeh, Ahmad. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras, 2011.


78

Lampiran 1.

TRANSKIP WAWANCARA

Kode : 01/01 W/01-07/2021

Nama Informan : Komari S.E

Jabatan : Kepala Desa Banaran

Tanggal : 01 Juli 2021

Jam : 09.00-09.30

Disusun Jam : 19.30 WIB

Tempat Wawancara : Rumah Bapak Komari S.E

Topik Wawancara :Pelarangan Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa Pandemi

Peneliti Apakah ada peraturan yang melarang dalam pelaksanaan


walimatul ursy di masa pandemi?
Informan Ada, yakni dalam bentuk Surat Edaran tentang Pemeberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Dan
Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease
2019.
Peneliti Bagaimana menurut anda sebagai kepala Desa Banaran
terhadap adanya Surat Edaran tentang larangan pelaksanaan
walimatul ursy di masa pandemi?
79

Informan Saya setuju dengan adanya Surat Edaran yang tentang


pembatasan kegiatan masyarakat seperti halnya kegiatan
walimatul ursy, karena memang demi kemaslahatan bersama,
untuk kemaslahatan pengantin dan juga masyarakat. Karena
pelaksanaan walimatul ursy itu merupakan salah satu media
yang menimbulkan kerumunan, pada saat rangkaiannya acara
walimatul ursynya.
Refleksi Peneliti menemukan bahwa adanya peraturan yang melarang
dalam acara walimatul ursy yakni di dalam Surat Edaran yang
diterima oleh bapak kepala desa.
Peneliti Mengapa perlu adanya Surat Edaran di dalam lingkungan desa?
Informan Sangat perlu dan sangat penting seabab adanya Surat Edaran di
dalam lingkungan desa dan saya harus melaksanakan Surat
Edaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat terkait
adanya pembatasan kegiatan masyarakat seperti adanya
larangan pelaksanaan walimatul ursy di dalam lingkungan desa,
Supaya lingkungan di Desa Banaran terhindar dari ancaman
wabah Covid-19. Dan salah satu contoh Surat Edaran yakni
dalam peraturan Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3
Tahun 2021 tentang Pemeberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat Berbasis Mikro Dan Mengoptimalkan Posko
Penanganan Corona Virus Disease 2019 ditingkat Desa dan
Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus
Disease (COVID-19).
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam adanya Surat
Edaran itu sangat penting di dalam lingkungan desa karena bisa
menjadi peraturan yang wajib di patuhi oleh warga desa dan
menjadi salah satu pengendalian dari penyebaran Covid-19 di
lingkungan desa.
Peneliti Bagaimana strategi dalam menerepkan Surat Edaran di dalam
masyarakat?
80

Informan Dalam upaya menjalankan Surat Edaran di dalam lingkungan


desa, saya dan para penjabat desa melakukan diskusi tentang
upaya dalam pelaksanaan dari Surat Edaran tersebut. Seteleh
berdikusi saya mengumpulkan ketua RT untuk memberitahukan
isi dari Surat Edaran supaya disampaikan kepada warga yang
lainya dalam lingkungan RT masing-masing terkait adanya
pembatasan kegiatan masyarakat.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam penerapan dari
peraturan yang ada di desa melalui berdiskusi dengan penjabat
desa terus disampaikan ke warganya melalui ketua RT di
masing-masing lingkungan sekitarnya.
Peneliti Apakah ada perubahan dalam isi Surat Edaran dari pemerintah?

Informan Ada, di dalam Surat Edaran melonggar dalam mengadakan


suatu pesta pernikahan atau walimatul ursy ini. Dan ketika para
warga mau mengadakan walimatul ursy harus mendapatkan
izin dari saya selaku kepala Desa Banaran. Dalam memberikan
izin untuk mengadakan acara walimatul ursy harus melihat
kondisi yang ada di Desa Banaran ini. Kalau di Desa Banaran
dalam Kawasan zona hijau maka saya memberikan izin untuk
mengadakan acara pesta pernikahan tetapi kalau keadanya
dalam kawasan zona merah dalam kawasan penyebaran Covid-
19 maka saya melarang atau tidak memberikan surat izin untuk
mengadakan acara walimatul ursy, sesuai Surat Edaran yang
telah ditetapkan oleh Bupati Madiun
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam peraturan dari Surat
Edaran itu ada sedikit perubahan yakni melonggarkan kegiatan
masyarakat. Dan yang memenuhi kewenangan dalam
memperbolehkan pelaksanaan walimatul ursy ini yakni bapak
kepala desa Banaran dengan melihat kondisi lingkungan
sekitarnya.
81

Peneliti Apakah ada dampak yang terjadi di dalam masyarakat tentang


adanya Surat Edaran yang melarang pelaksanaan walimatul
ursy di masa pandemi?
Informan Banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari adanya
pelarangan pelaksanaan walimatul ursy di Desa Banaran ini.
Salah satunya yakni para warga desa jarang sekali yang
mengadakan acara kegiatan walimah. Ketika adanya warga
desa yang mau mengadakan acara walimatul ursy di masa
pandemi ini harus melihat keadaan lingkungan sekitar yang ada
di desa. Karena ketika dalam pelaksanaan walimatul ursy di
masa pandemi seperti ini bisa jadi faktor dari penyebaran
Covid-19 di dalam lingkungan masyarakat.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa adanya dampak yang di
timbulkan dari pelarangan pelaksanaan yakni para warga
sekitar tidak boleh melakukan pelaksanaan walimatul ursy.
Walaupun sudah diperbolehkan para warga desa juga jarang
ada yang melaksanakan acara walimatul ursy di masa pandemi.
Dan cuman beberapa warga saja yang melaksanakan walimatul
ursy di masa pandemi ini.
Peneliti Apakah dari Surat Edaran tersebut bila diterapkan di dalam
masyarakat apa berjalan sesuai keinginan bapak?
Informan Alhamdulillah. Warga desa Banaran ini sangat mematuhi
peraturan yang di terapkan di desa. Ketika desa angka
penyebaran Covid-19 meningkat saya membatasi kegiatan
warga desa saya seperti yasinan, TPA / TPQ diliburkan dan
melarang mengadakan hajatan atau kenduri, warga desa
mematuhinya. Tapi ketika angka penyebaran Covid-19 di desa
menurun maka saya melonggarkan lagi dalam kegiatan
masyarakat.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam penerapan dari
Surat Edaran di desa cukup berhasil dilaksanakan dan para
82

warga juga saling mematuhi peraturan yang diterapkan di desa.

TRANSKIP WAWANCARA

Kode : 02/02 W/07-07/2021

Nama Informan : Karmaji

Jabatan : Bayan Desa Banaran

Tanggal : 07 Juli 2021

Jam : 09.45.00-10.30

Disusun Jam : 21.30 WIB

Tempat Wawancara : Balai Desa Banaran

Topik Wawancara :Pelarangan Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa Pandemi

Peneliti Bagaimana pendapat bapak tentang adanya Surat Edaran yang membatasi
kegiatan masyarakat termasuk membatasi pelaksanaan walimatul ursy?
Informan Saya setuju adanya Surat Edaran yang membatasi kegiatan masyarakat
termasuk kegiatan pelaksanaan walimatul ursy. Karena pengadaan
pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi seperti ini sangat riskan ketika
di adakannya karena bisa jadi sumber dari penyebaran atau penularan virus
Covid-19
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa Bapak Karmaji setuju dengan adanya
Surat Edaran yang membatasi kegiatan masyarakat karena dengan adanya
83

Surat Edaran tersebut bisa menjadi sumber pengendalian dalam penyebaran


Covid-19 di lingkungan desa.
Peneliti Apakah terlaksana dengan baik dari aturan yang ada dalam Surat Edaran di
lingkungan Desa Banaran?
Informan Alhamdulillah, peraturan yang ada di desa berjalan baik dan para warga desa
mematuhi peraturan yang ada ketika adanya pelarangan dalam kegiatan
keagamaan seperti kegiatan yasinan diliburkan dan acara walimatul ursy tidak
diperbolehkan.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa warga desa mematuhi peraturan yang
ada walaupun ada beberapa orang yang protes terkait adanya pembatasan
kegiatan masyarakat namun masih bisa di tenangkan dan di beri nasihat.
Peneliti Apakah ada warga yang mengadakan pelaksanaan walimatul ursy di masa
pandemi seperti ini?
Informan Ada, ketika aturan dari Surat Edaran melonggarkan kegiatan dalam
masyarakat. Dan bapak kepala desa memperbolehkan warga desanya
melaksanakan kegiatan walimatul ursy dengan mematuhi protokol kesehatan.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam Surat Edaran melonggarkan
kegiatan masyarakat dan memperbolehkan warganya dalam melaksanakan
acara walimatul ursy di masa pandemi tetapi harus meminta surat izin kepada
Bapak Lurah.
Peneliti Apakah ada syarat-syarat lain yang perlu disiapkan warga desa ketika hendak
dalam pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini?
Informan Ketika Surat Edaran melonggarkan kegiatan masyarakat tentang pelaksanaan
walimatul ursy, ada beberapa warga yang hendak melakukan acara walimatul
ursy, dan warga tersebut mendatangi saya untuk meminta dibuatkan surat izin
untuk mengadakan walimatul ursy. Setelah saya buatkan surat izin maka
selanjutnya saya arahkan untuk menemui Bapak Komari selaku kepala Desa
Banaran untuk menyetujui surat izin tersebut. Ketika sudah mendapat izin
maka warga bisa mengadakan acara walimatul ursy, tapi dengan adanya
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sesuai peraturan yang telah
ditetapkan dan harus mematuhi protokol kesehatan ketika dalam pelaksanaan
84

acara walimatul ursy tersebut


Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa ada persyaratan yang harus di siapkan
oleh warga yang hendak melaksanakan acara walimatul ursy yakni meminta
surat izin pelaksanaan walimatul ursy, harus selalu mematuhi protokol
kesehatan ketika sedang dalam acara walimatul ursy berlangsung.
Peneliti Bagaimana saran bapak sebagai penjabat desa dalam menyikapi adanya Surat
Edaran ini?
Informan Sebaiknya para warga baik saya sendiri harus saling mematuhi peraturan
yang telah ditetapkan oleh pihak desa. Supaya kita semua yang ada di
lingkungan desa terhindar dari ancaman penyebaran Covid-19.
85

TRANSKIP WAWANCARA

Kode : 03/03 W/07-07/2021

Nama Informan : Ruri

Jabatan : Modin Desa Banaran

Tanggal : 07 Juli 2021

Jam : 10.30-111.00

Disusun Jam : 22.00 WIB

Tempat Wawancara : Balai Desa Banaran

Topik Wawancara :Pelarangan Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa Pandemi

Peneliti Bagaimana Menurut bapak selaku Modin tentang adanya Surat Edaran yang
melarang dalam kegiatan pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi?
Informan Menurut saya setuju dengan adanya larangan dalam pelaksanaan walimatul
ursy di masa pandemi seperti ini. Sebab bisa menghindarkan kita semua dari
ancaman Covid-19.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa bapak Ruri setuju ketika ada peraturan
yang melarang kegiatan pelaksanaan walimatul ursydi masa pandemi. Karena
menurutnya bisa menjadi salah satu faktor dari pencegahan ancaman
penyebaran Covid-19 di lingkungan desa.
Peneliti Menurut agama pelaksanaan walimatul ursy hukumnya sunnah muakad tetapi
ketika pandemi pelaksanaan walimatul ursy di larang, bagaimana pendapat
bapak?
Informan Menurut pendapat saya, sebelum masa pandemi seperti sekarang ini
pelaksanaan walimatul ursy di dalam masyarakat itu hal wajib dan di dalam
agamapun juga di anjurkan ketika sesudahnya dalam pelaksanaan akad nikah.
Tetapi di dalam keadaan pandemi seperti ini lebih baik ditunda dulu dalam
pelaksanaan walimatul ursy dan juga harus mematuhi peraturan yang ada dari
86

pihak desa tentang adanya pembatasan atau pelarangan dalam kegiatan


masyarakat itu lebih penting. Karena lebih baik mencegah dari pada terjadi
hal yang tidak di ingginkan.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam pelaksanaan walimatul ursy ketika
adanya larangan pelaksanaan walimatul ursy kita harus mematuhi peraturan
tersebut.
Peneliti Apakah ada dampak dari pelarangan pelaksanaan walimatul ursy di masa
pandemi?
Informan Ketika adanya cobaan dari Allah SWT dengan adanya virus Covid-19 ini,
kita harus mensyukuri dan harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan adanya wabah virus ini ada dampak dan ada juga hikmah dari
pelarangan pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini. Dampak yang
bisa ditimbulkan yakni tidak diberbolehkan dalam pelaksanaan acara
walimatul ursy dan ketika diperbolehkan dalam acara walimatul ursy bisa
saja menjadi salah satu media penyberan dari wabah virus Covid-19.
Sedangkan hikmah yang bisa di ambil dari adanya pelarangan ini adalah bisa
menjadi faktor salah satu penyebab pemutusan mata rantai penyebaran virus
Covid-19.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa ada dampak yang ditimbulkan dari
larangan pelaksanaan walimatul ursy yakni para warga desa tidak bisa bebas
atau tidak boleh melaksanakan acara walimahan. Tetapi dibalik ada dampak
yang dimbulkanya ada juga hikmah dibaliknya yakni terhindar dari ancaman
penyebaran Covid-19 di lingkungan sekitar kita.
Peneliti Bagaimana upaya dalam pencegahan dari penyebaran Covid-19 menurut
bapak?
Informan Ketika adanya dampak yang bisa ditimbulkan dari adanya pelarangan
pelaksanaan walimatul ursy dimasa pandemi ini, kita sebagai warga desa
harus mematuhi peraturan yang ada. Karena dalam mematuhi peraturan bisa
mencegah dalam penyebaran virus Covid-19 ini. Karena di dalam islam kita
harus menghindari segala sesuatu terkait dengan adanya wabah mematikan
87

dan walaupun wabah itu sekecil apapun


Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat kita
harus saling toleransi terhadap sesama dan juga harus saling membantu dalam
menciptkan lingkungan yang aman. Sama halnya dalam mematuhi peraturan
yang telah ditetapkan oleh desa, kita selaku warga desa harus mematuhi
peraturan yang ada supaya lingkungan sekitar kita aman dari ancaman Covid-
19.
Peneliti Bagaimana menurut bapak ketika dalam pelaksanaan walimatul ursy di masa
pandemi itu diperbolehkan?
Informan Menurut saya dengan diperbolehkanya atau dilonggarkan dalam Surat Edaran
harus melihat keadaan di lingkungan sekitar ketika hendak melaksanakan
acara walimatul ursy. Kalau sudah memastikan keadaan lingkungan sekitar
baik-baik saja, maka warga yang hendak melaksanakan acara walimatul ursy
tidak boleh semena-mena dalam pelaksanaan walimatul ursy dan harus
mematuhi peraturan yang ada yakni memenuhi prtokol kesehatan seperti
membawa masker, tamu undangan minimal 30 sampai 50 orang, selalu
mencuci tangan,dan menjaga jarak.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa dalam diperbolehkanya pelaksanaan
acara walimatul ursy di masa pandemi seperti ini harus melihat keadaan
lingkungan sekitar kita dulu.
88

TRANSKIP WAWANCARA

Kode : 04/04 W/31-05/2021

Nama Informan : Kaman

Jabatan : Warga Desa Banaran

Tanggal : 31 Mei 2021

Jam : 10.00-10.15

Disusun Jam : 15.00 WIB

Tempat Wawancara : Rumah Bapak Kaman

Topik Wawancara :Pelarangan Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Masa Pandemi

Peneliti Mengapa bapak mengadakan acara walimatul ursy di masa pandemi seperti
ini?
Informan Karena saya ingin mengumamkan pernikahan anak terakhir saya. Dengan
pertimbangan yang matang ketika hendak dalam pengadaan walimatul ursy di
masa pandemi seperti ini. Yakni dengan meminta saran kepada bapak Komari
selaku kepala desa Banaran
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa bapak Kaman meminta saran ke kapada
Bapak Komari ketika hendak melaksanakan walimatul ursydi masa pandemi
Covid-19
Peneliti Bagaimana ketika adanya peraturan yang tidak memperbolehkan dalam
pelaksanaan acara walimatul ursy?
Informan Ketika saya mau mengadakan acara walimatul ursy di masa pandemi ini,
sebelum hari pelaksanaan acara walimatul ursy, saya mencari informasi
kepada pihak desa apakah diberbolehkan atau dilarang ketika mau
megadakan acara walimatul ursy. Dan pihak desa memberi penjelasan bahwa
sebenarnya ada Surat Edaran yang membatasi kegiatan masyarakat dalam hal
perkawinan tidak memperbolehkan adanya pelaksanaan acara walimatul ursy,
89

maka saya memaklumi karena dengan adanya Covid-19 ini.


Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa ketika tidak diperbolehkan dalam
pelaksanaan walimatul ursy bapak Kaman dengan senang hati menerima
bahwa adanya larangan dalam pelaksanaan walimatul ursy. Tatetapi
mendekati hari pelaksanaan walimatul ursy ada sedikit perubahan peraturan
yang ada.
Peneliti Bagaimana persiapan yang perlu dalam pelaksanaan walimatul ursy?
Informan Setelah mendekati hari pelaksanaan walimatul ursy saya mencari informasi
kepada pihak desa dan ada perubahan terkait Surat Edaran, yakni
melonggarkan kegiatan masyarakat dalam hal kegiatan keagaaman dan juga
acara pelaksanaan walimatul ursy, dengan memperbolehkanya mengadakan
acara walimatul ursy tetapi dengan persyratan-persyaratan yang telah
ditetapkan oleh pihak desa yakni dengan mematuhi protokol kesehatan dalam
pelaksanaan walimatul ursy”
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa sebelum melakukan perisapan, Bapak
Kaman mencari informasi-informasi tentang diberbolehkan atau dilarang
dalam pelaksanaan walimatul ursy.
Peneliti Bagaimana strategi dalam pelaksanaan walimatul ursy di masa pandemi ini
supaya berjalan lancar dan sesuai protokol kesehatan?
Informan Dengan bantuan dari saudara dan para tetangga sekitar pelaksanaan walimatul
ursy ini berjalan dengan baik walaupun dalam keadaan pada masa pandemi
seperti ini. Dan saya tidak banyak-banyak dalam mengundang tamu hanya 50
orang saja, selain itu saya juga menyiapkan masker dan hand sanitizer bagi
undangan yang lupa tidak membawanya.
Refleksi Peneliti menemukan paparan bahwa strategi dalam perencanaan kegiatan
walimatul ursy di masa pandemi membantu akan keberhasilan dari kegaiatan
acara waliamtul ursy tersebut.
Peneliti Bagaimana perasaan bapak ketika sudah selesai dalam pelaksanaan walimatul
ursy dimasa pandemi?
Informan Alhamdulillah, saya senang sekali ketika pelaksanaan walimatul ursy berjalan
dengan lancar.
90

Lampiran 2.

TRANSKIP OBSERVASI

Kode : 02/31-05/2021

Hari/ Tanggal : Senin, 31 Mei 2021

Waktu Pengamatan : 10.00 – 12.00 WIB

Kegiatan yang Diobservasi :Pelaksanaan Walimatul Ursy Di Rumah Bapak

Kaman.

Transkip Ketika sudah diberlakukannya New Normal dan ada


perubahan dari isi Surat Edaran, yang melonggarkan dalam
pelaksanaan hajatan atau walimatul usry.
Observasi Dalam pelaksanaan walimatul ursy pada masa pandemi cara
pelaksanaannya sedikit bebeda dari biasanya. Dalam
prakteknya harus memenuhi protokol kesehatan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. ketika pelaksanaan walimatul
ursy tamu undangan ini dibatasi dalam pelaksanaannya
minimal 30 orang dan maksimal 50 orang saja. Para tamu
undangan wajib memakai masker, ketika tamu undangan
lupa tidak memakai masker sudah sediakan oleh pihak
pelaksana. Sebelum masuk ketempat para tamu di cek suhu
badanya dan diberi hand sanitizer. Tempat duduk harus
berjaga jarak antara tamu undangan dengan tamu undangan
lainya. Tapi sayangnya dalam prakteknya tidak berjaga
jarak.
91

Lampiran 3.

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode 01/D/01-07/2021

Jenis Dokumentasi Foto

Judul Dokumentasi Wawancara dengan Bapak Komari

Hari/tanggal Dokumentasi Kamis, 01 Juli 2021

Dokumen Ditemukan Pukul 19.00 WIB

Dokumen Ditemukan Di Rumah Bapak Komari

Bukti Dokumentasi

Refleksi Wawancara dengan Bapak Komari


92

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode 02/D/07-07/2021

Jenis Dokumentasi Foto

Judul Dokumentasi Wawancara dengan Bapak Karmaji

Hari/tanggal Dokumentasi Rabu, 07 Juli 2021

Dokumen Ditemukan Pukul 09.45 WIB

Dokumen Ditemukan Di Balai Desa Banaran

Bukti Dokumentasi

Refleksi Wawancara dengan Bapak Karmaji


93

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode 03/D/07-07/2021

Jenis Dokumentasi Foto

Judul Dokumentasi Wawancara dengan Bapak Ruri

Hari/tanggal Dokumentasi Rabu, 07 Juli 2021

Dokumen Ditemukan Pukul 10.30 WIB

Dokumen Ditemukan Di Rumah Bapak Komari

Bukti Dokumentasi

Refleksi Wawancara dengan Bapak Ruri


94

TRANSKIP DOKUMENTASI

Kode 04/D/31-05/2021

Jenis Dokumentasi Foto

Judul Dokumentasi Wawancara dan Observasi dengan Bapak

Kaman

Hari/tanggal Dokumentasi Senin, 31 Mei 2021

Dokumen Ditemukan Pukul 09.30 WIB

Dokumen Ditemukan Di Rumah Bapak Kaman

Bukti Dokumentasi

Refleksi Wawancara dengan Bapak Kaman dan Observasi


95

Anda mungkin juga menyukai