Anda di halaman 1dari 53

IMPLEMENTASI BIMBINGAN PRANIKAH DALAM

UPAYA MEMINIMALISIR TERJADINYA PERCERAIAN


PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH
(Studi Kasus KUA Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

PROPOSAL SKIRPSI
Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam
Universitas Hasyim Asy’ari
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Penulisan Skripsi

Oleh :
ISROHIN MIFTAHUR ROZAQ
NIM : 1991014031

Dosen Pembimbing :
H. MUHAMMAD, M.SI
NIDN : 2113058201

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2022/2023
H. Muhammad, M.SI
Dosen FAI UNHASY Tebuireng

Perihal : Permohonan Seminar Proposal


a/n. Isrohin Miftahur Rozaq
Lamp : 3 (tiga) eksemplar

Kepada Yth.
Dekan FAI UNHASY Tebuireng
di Tebuireng

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Setelah membaca dan memberikan pembibingan, kami selaku
pembimbing berpendapat bahwa proposal skripsi saudara :
Nama : Isrohin Miftahur Rozaq
NIM : 1991014031
Program Studi : Hukum Keluarga FAI UNHASY
Judul : IMPLEMENTASI BIMBINGAN PRANIKAH
DALAM UPAYA MEMINIMALISIR
TERJADINYA PERCERAIAN PERSPEKTIF
MASLAHAH MURSALAH (Studi Kasus KUA
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)
Telah memenuhi syarat untuk dapat diajukan dalam seminar proposal
skripsi yang diselenggarakan oleh Fakultas Agama Islam Universitas
Hasyim Asy’ari.
Demikian surat ini dibuat, atas perhatiannya disampaikan
banyak terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tebuireng, 15 Februari 2022


Pembimbing,

H. Muhammad, M.SI
NIDN. 2113058201

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Isrohin Miftahur Rozaq


NIM : 1991014031
Program Studi : Hukum Keluarga FAI UNHASY
Menyatakan bahwa proposal skripsi yang berjudul :

IMPLEMENTASI BIMBINGAN PRANIKAH DALAM UPAYA


MEMINIMALISIR TERJADINYA PERCERAIAN PERSPEKTIF
MASLAHAH MURSALAH
(Studi Kasus KUA Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

Secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali


bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Tebuireng, 15 Februari 2022


Saya yang menyatakan,

Isrohin Miftahur Rozaq


1991014031

iii
PROPOSAL SKRIPSI
IMPLEMENTASI BIMBINGAN PRANIKAH DALAM
UPAYA MEMINIMALISIR TERJADINYA PERCERAIAN
PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH
(Studi Kasus KUA Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

A. Latar Belakang Masalah


Pernikahan merupakan sebuah istilah yang sudah
tidak asing lagi di telinga masyarakat, khususnya di
Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan
perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi). Menikah
adalah sebuah proses diucapkannya akad secara mutlak oleh
mempelai laki-laki dengan disaksikan oleh wali dari pihak
mempelai perempuan dengan adanya dua orang saksi yang
dapat dipercaya.1 Pernikahan yang kekal abadi selamanya-
lamanya merupakan cita-cita setiap orang yang normal dan
tidak ada manusia yang menghendaki perkawiannya putus di
tengah jalan.2 Pernikahan mengandung makna spiritual yang
suci dan agung, dan merupakan suatu hal yang sangat

1
Yusuf Hidayat, Panduan Pernikahan Islam Berdasarkan Al-Qur‟an, Al-
Hadist dan Medis, (Ciamis: Guepedia Publisher, 2019), 11.
2
Zainuddin Afwan, Kepastian Hukum Perkawinan Siri dan Permasalahannya
Ditinjau Dari Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974, (Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2017), 2.
1
penting dalam kehidupan manusia. Karena dengan
pernikahan pergaulan antara laki-laki dan perempuan
menjadi terhormat, sesuai dengan kedudukan manusia
sebagai makhluk termulia. Dengan pernikahan akan
mewujudkan sikap saling menghargai, tolong menolong dan
saling melindungi antar keduanya.
Tujuan utama pernikahan adalah membangun
keluarga yang tentram, damai, penuh kasih sayang diantara
anggota keluarga. Sesuai dengan firman Allah SWT
  
   
 
  
    
  

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”3

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat ar-Rum di


atas menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan untuk saling
berpasang-pasangan yaitu dengan cara menikah dan

3
QS. Ar-Rum (30) : 21.
2
menjalani kehidupan yang bahagia dan rasa kasih sayang
antara pasangannya. Dalam pasal 1 Bab 1 Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 . Tujuan perkawinan ialah membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam mengarungi kehidupan
rumah tangga, suami istri perlu untuk saling membantu dan
melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan
kepribadiannya dan mampu mencapai kesejahteraan spiritual
dan material. Proses mempersiapkan keluarga yang sejahtera,
harus dipersiapkan dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh,
yang dimulai dari mempersiapkan pasangan calon pengantin
agar siap mengarungi bahtera rumah tangga. Seiring dengan
perkembangan zaman pada era globalisasi seperti saat ini,
maka semakin besar pula tantangan yang akan dihadapi oleh
tiap-tiap keluarga. Maka dari itu para calon pengantin perlu
mendapat pengetahuan tentang cara mewujudkan keluarga
bahagia, dengan jalan membangun kesadaran bersama,
mewujudkan keluarga yang sehat, mampu mengatasi
berbagai konflik, serta perlu mendapat pengetahuan
mengenai berbagai ketrampilan hidup untuk menghadapi
berbagai tantangan hidup.
Pembinaan keluarga pranikah merupakan salah satu
program kerja pemerintah, dalam hal ini Direktorat jendral
Kementrian Agama (Kemenag) bagian Bimbingan
3
Masyarakat Islam. Kemenag mempunyai peran penting
dalam pembentukan keluarga pranikah, melaluai program
bimbingan dan penasehatan. Setelah BP4 (Badan
Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) yang
telah berdiri sejak tahun 1961, kini uncul program baru
pemerintah yaitu, Bimbingan Perkawinan Bagi Calon
Pengantin. Program tersebut merupakan program kerja
jajaran Direktorat Jendral Kementrian Agama yang mulai
berlaku pada tahun 2017.
Melalui program tersebut, pemerintah menunjukkan
kesungguhannya dalam membangun bakal calon keluarga,
melalui keputusan Direktorat Jendral Kementrian Agama
Bimbingan Masyarakat Islam nomer 881/2017 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Para
Calon Pengantin. Pemerintah mengamanatkan agar dalam
rangka mewujudkan keluarga sakinah yang sesuai dengan
ajaran Islam perlu diadakan bimbingan dan pendampingan
terlebih dahulu kepada calon pengantin. Program tersebut
bertujuan untuk membimbing para calon pengantin
mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan rumah
tangga. Tujuan utama dari program tersebut ialah untuk
mendatangkan kemaslahatan terbentuknya keluarga yang
bahagia, harmonis, sehat, dan berkualitas.
Maslahah merupakan suatu kemaslahatan yang tidak
4
disinggung oleh syara’ dan tidak pula terdapat dalil-dalil
yang menyuruh untuk mengerjakan atau meninggalkannya,
sedang jika dikerjakan mendatangkan kebaikan yang besar
atau kemaslahatan. Kemaslahatan yang dimaksud disini yaitu
terpeliharanya tujuan-tujuan syariat. Dilihat berdasarkan
tingkat kebutuhannya maslahah dibagi menjadi tiga, yaitu
pertama maslahah daruriyyah, merupakan kemaslahatan
yang berkaitan dengan pemeliharaan lima pokok (agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta benda). Kedua maslahah
hajiyyah, yaitu persoalan-persoalan yang dibutuhkan oleh
manusia untuk menghilangkan kesulitan dan kesusuahan
yang dihadapi. Ketiga, maslahah tahsiniyyah, yaitu
kemaslahatan yang sifatnya untuk memelihara kebagusan
dan kebaikan budi pekerti serta keindahan. Hal ini dilakukan
atas pemikiran bahwa bimbingan pranikah dijadikan syarat
yang harus dipenuhi oleh pasangan calon suami istri sebelum
dilaksanakannya akad nikah, yang pasti ketentuan itu
mempunyai tujuan untuk mendatangkan kemaslahatan dalam
berumah tangga bagi pasangan suami istri. Melihat dari
uraian ini, kajian tentang bimbingan pranikah perlu dipahami
dari sisi malslahah.
Ada beberapa situasi dalam kehidupan suami istri
yang bisa menyebabkan adanya keretakan dalam rumah
tangga yang dapat berujung pada perceraian. Keretakan
5
rumah tangga itu bermula dari tidak berjalannya aturan yang
ditetapkan Allah SWT bagi kehidupan suami istri dalam
bentuk hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi kedua belah
pihak. Perceraian seringkali menjadi pilihan/terpaksa yang
tidak dapat dihindari oleh pasangan suami istri. Perceraian
seakan menjadi suatu yang niscaya jika hubungan kuat
rumah tangga sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Karena
itu, banyak hukum Islam maupun hukum pemerintahan
memberikan jalannya sendiri untuk menyelesaikannya
dengan cara bercerai sesuai dengan latar belakang kasusnya.4
Banyak pasangan pengantin yang pada usia-usia tahun
pertama pernikahannya sudah mulai goyah dalam bahtera
rumah tangganya, karena pasangan suami istri itu belum
memahami arti dan hikmah pernikahan. Perceraian dimasa
sekarang ini nampaknya telah menjadi suatu fenomena yang
umum di masyarakat.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
dalam Statistik Indonesia 2022, sebanyak 447.743 kasus
perceraian terjadi pada tahun 2021. Angka tersebut
mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 291.677 perkara. Data BPS tersebut hanya
mencakup perceraian untuk orang Islam saja. Sedangkan,

4
Maimun dan Muhammad Thoha, Perceraian dalam Bingkai Relasi Suami
Istri, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2018), 2 – 3.
6
berdasarkan data dari Badan Peradilan Agama terdapat
sejumlah penyebab dari perceraian. Yakni faktor perselisihan
dan pertengkaran, ekonomi, meninggalkan salah satu,
KDRT, mabuk, murtad, dihukum penjara, judi, poligami,
zina, kawin paksa, cacat badan, dan lainnya.5
Kabupaten Jombang merupakan salah satu kota di
Jawa Timur yang angka perceraiannya meningkat, Angka
perceraian di Kabupaten Jombang sangat tinggi. Berdasarkan
catatan dari Pengadilan Agama (PA) Jombang, sepanjang
tahun 2022, total perkara perceraian yang masuk ke PA
mencapai 3.171 kasus. Kalau untuk kasus cerai gugat selama
2022 itu sebanyak 2.402, kasus cerai talak sebanyak 769 jadi
total keseluruhan kasus perceraian di Kabupaten Jombang
selama tahun 2022 mencapai 3171. Ada banyak faktor yang
menjadi pemicu tingginya kasus perceraian di Kabupaten
Jombang. Diantaranya adalah faktor KDRT dan faktor
ekonomi. Namun yang paling mendominasi yakni faktor
perselisihan antara kedua belah pihak, Pendidikan kedua
mempelai menjadi bekal utama dalam membina hubungan
rumah tangga. Pasalnya, semakin minim pengetahuan dan

5
https://www.liputan6.com/news/read/5073532/angka-perceraian-di-indonesia-
terus-naik-lembaga-perkawinan-tidak-lagi-sakral, (Senin, 2 Januari 2023,
09.30).
7
pengalaman terkait hubungan, semakin rentan terjadi
perceraian.6
Perceraian selalu memiliki dampak yang kompleks,
baik dampak langsung yang dirasakan oleh suami-istri itu
sendiri maupun bagi keluarganya, terutama bagi anak. Meski
perceraian dianggap sebagai salah satu solusi dalam
penyelesaian permasalahan rumah tangga, namun perceraian
juga diikuti oleh dampak negatif yang ditimbulkan, seperti
perekonomian rumah tangga yang berubah, hubungan antara
dua keluarga dari pasangan yang bercerai akan mengalami
perubahan, dan yang paling berat dirasakan adalah pada
perkembangan psikis anak, yang kemudian bisa berujung
pada pembentukan pola pikir dan perilakunya. Secara
psikologis, perceraian bagi anak dapat mengakibatkan
tekanan mental yang berat sehingga membuat anak merasa
tersaing dan jauh dari kasih sayang orang tuanya, dan lain
sebagainya.7
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas,
maka perlu adanya sebuah pembinaan dan pelestarian
pernikahan yang dapat membentuk untuk menyelesaiakan
permasalahan yang dihadapi oleh keluarga serta untuk

6
https://jombang.nu.or.id/daerah/sepanjang-tahun-2022-perceraian-di-
jombang-mencapai-3-171-kasus-RB0uO, (Senin, 2 Januari 2023, 19.15).
7
Dedy Siswanto, Anak di Persimpangan Perceraian (menilik pola asuh anak
korban perceraian), (Surabaya: Airlangga University Press, 2020), 20 – 21.
8
memperkokoh ikatan pernikahan. Di Kantor Urusan Agama
(KUA) terdapat penyuluh agama dengan tugas utamanya
adalah melaksanakan dan mengembangkan kegiatan
bimbingan pranikah dengan tujuan masyarakat yang sudah
mendapatkan bimbingan pranikah dapat membina sebuah
keluarga yang baik dan harmonis sekaligus sebagai upaya
agar terhindar dari terjadinya perceraian.
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang merupakan salah satu KUA yang aktif
malaksanakan Program bimbingan pranikah untuk calon
pengantin dari pada KUA lainnya yang ada di Kabupaten
Jombang. Dalam mengatasi faktor-faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya perceraian, bimbingan pranikah
memiliki fungsi preventif atau pencegahan yaitu fungsi yang
berkaitan dengan upaya konselor atau pembimbing untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin
terjadi dan berupaya untuk mencegahnya. Pasangan yang
mendapatkan bimbingan pranikah jumlahnya menyesuaikan
calon pengantin yang sebelumnya telah mendaftarkan diri ke
KUA.
Menurut penulis, hal tersebut memunculkan
pertanyaan bagaimana proses pelaksanaan bimbingan
pranikah di KUA Kecamatan Diwek dengan tujuan
meminimalisir terjadinya perceraian agar membentuk
9
keluarga sakinah dalam perspektif maslahah mursalah.
Karena Kabupaten Jombang merupakan salah satu kota di
Jawa Timur yang angka perceraiannya meningkat. Maka
penulis tertarik untuk mengangkat tema ini untuk dikaji
secara ilmiah demi mendapatkan jawaban pada persoalan
diatas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka
penulis dapat mengangakat rumusan masalah yang akan
dibahas sebagai berikut :
1. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan bimbingan pranikah dalam
upaya meminimalisir terjadinya perceraian di KUA
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang?
2. Bagaimana tinjauan maslahah mursalah terhadap proses
pelaksanaan bimbingan pranikah dalam upaya
meminimalisir terjadinya perceraiaan di KUA
Kecamatan diwek Kabupaten Jombang?
C. Tujuan Penelitian
Bearangkat dengan rumusan masalah yang
dipaparkan, maka disini penulis ingin mendapat beberapa
tujuan yang akan dicapai, diantaranya adalah :
1. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat
dan pendukung pelaksanaan bimbingan pranikah dalam
10
upaya meminimalisir terjadinya perceraian di KUA
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
2. Mengetahui tinjauan maslahah mursalah terhadap proses
pelaksanaan bimbingan pranikah dalam upaya
meminimalisir terjadinya perceraian di KUA Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah :
1. Manfaat teoritis, dapat menjadi bahan untuk menambah
wawasan pengetahuan tentang fenomena bimbingan
pranikah dalam upaya meminimalisir terjadinya
perceraian perspektif maslahah mursalah.
2. Manfaat praktis, dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian lebih lanjut mengenai bimbingan pranikah
dalam upaya meminimalisir terjadinya perceraian,
diharapkan menjadi sumber rujukan untuk kegiatan
penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti lain
sehingga dapat dimanfaatkan untuk referensi baca yang
efisian.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini sangatlah penting dalam penulisan
proposal skripsi sebagai bahan acuan. Kajian pustaka ini
menganalisa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau
11
sejenis dengan pembahasan proposal skripsi penulis.
Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas
implementasi bimbingan pranikah di kantor urusan agama
kecamatan diwek dalam upaya meminimalisir terjadinya
perceraian perspektif maslahah mursalah sehingga dalam
penyusunan proposal skripsi ini penulis mengacu kepada
literatur-literatur terdahulu yang membahas tentang
bimbingan pranikah di kantor urusan agama dan hal-hal lain
yang bersangkutan dengan bimbingan pranikah di kantor
urusan agama dalam perpektif maslahah mursalah :
1. Pada tahun 2022 Skripsi yang disusun oleh Tsania
Ni’matul Ma’rifah Mahasiswa Universitas Hasyim
Asy’ari Tebuireng yang berjudul “Bimbingan Pranikah
dalam Mencapai keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah (Studi Kasus KUA Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri)”.
2. Pada Tahun 2022 Skripsi yang disusun oleh Muhammad
Alwi Mashuri Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng yang berjudul “Edukasi Bimbingan Pranikah
dan Efektivitasnya dalam Menanggulangai Problematika
Rumah Tangga (Studi Analisis KUA Kecamatan
Sumobito Kabupaten Jombang)”.
3. Pada tahun 2020 Skripsi yang disusun oleh Shella
Fitriyani Mahasiswa UIN Aulthan Thaha Saifuddin
12
Jambi yang berjudul “Bimbingan Pranikah dalam
Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (Studi
Kasus di KUA Kecamatan Muara Sabak Barat)”.
4. Pada tahun 2018 Skripsi yang disusun oleh Mufidatun
Chasanah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang berjudul “Pelaksanaan Bimbingan Pranikah dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah di Kua Kecamatan
Gondokusuman Yogyakarta)”
5. Pada Tahun 2018 Jurnal yang disusun oleh Fithri Laela
Sundani Mahasiswa UIN Sunan Gunung Jati Bandung
yang Berjudul “Layanan Bimbingan Pranikah dalam
Membentuk Kesiapan Mental Calon Pengantin”.
Berdasarkan dengan kajian pustaka yang penulis
kemukakan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kajian atau penelitian yang akan penulis lakukan berbeda
dengan skripsi dan jurnal ilmiah diatas. Penelitian ini akan
memfokuskan pada implementasi bimbingan pranikah dalam
upaya meminimalisir terjadinya perceraian perspektif
maslahah mursalah. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah
ada.
F. Penegasan Judul
Untuk menghindari adanya kekeliruan, perbedaan
pengertian dan ketidakjelasan dalam memahami pembahasan
13
yang diangkat, maka perlu adanya penegasan judul terhadap
judul karya ini, yaitu “IMPLEMENTASI BIMBINGAN
PRANIKAH DALAM UPAYA MEMINIMALISIR
TERJADINYA PERCERAIAN PERSPEKTIF
MASLAHAH MURSALAH (Studi Kasus KUA
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)” sebagai berikut:
Implementasi : Pelaksanaan, penerapan.8
Bimbingan Pranikah : Upaya untuk membantu calon
suami dan calon istri oleh
pembimbing, sehingga mereka
dapat berkembang dan mampu
memecahakn masalah yang
dihadapinya melalui cara-cara
yang menghargai, toleransi dan
dengan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai
motivasi keluarga,
perkembangan, kemandirian dan
kesejahteraan seluruh anggota
keluarga.9

8
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), 423.
9
Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keluarga untuk Mewujudkan Keluarga
Sakinah Mawadah Warohmah, (Bandung : Fokusmedia, 2018), 110.
14
Perceraian : Perpisahan, perpecahan, perihal
bercerai (antara suami istri)10
Perspektif : Sudut pandang, pandangan11
Maslahah Mursalah : Kemaslahatan yang tidak
ditunjukkan oleh dalil syar’i
untuk membenarkannya atau
membatalkannya.12
KUA : Instasi terkecil Kementrian
Agama yang ada di tingkat
kecamatan. KUA bertugas
membantu melaksanakan
sebagian tugas kantor
kementrian agama Kabupaten di
bidang urusan agama Islam di
wilayah kecamatan.13
Kecamata Diwek : Sebuah Kecamatan di
Kabupaten Jombang, Jawa
Timur, Indonesia. Kecamatan

10
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perceraian, (Selasa, 31 Januari 2023,
20.30).
11
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perspektif, (Selasa, 31 Januari 2023,
20.35).
12
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Terj. Halimuddin, (Jakarta: Melton
Offiset, 1993), 98.
13
Muhammad Qustulani, Manejemen KUA dan Peradilan Agama, (Tangerang:
PSP Nusantara Press, 2018), 25.
15
Diwek memiliki 20 desa atau
kelurahan dengan luas wilayah
47,70 km.14
Kabupaten Jombang : sebuah kabupaten yang terletak
di bagian tengah Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Ibu kotanya
adalah Kecamatan Jombang.
Kabupaten Jombang memiliki
ketinggian 44 meter di atas
permukaan laut. Luas wilayah
Kabupaten Jombang yakni
1.159,50 km. Kabupaten
Jombang terdiri dari 21
kecamatan, 4 kelurahan, dan 302
desa.15
Dalam penulisan skripsi ini nantinya memiliki konsep
yang sesuai dengan apa yang dikemukakan diatas. Mulai dari
makna, jangkauan dan batas yang dibahas sesuai dengan
dialek penulisan tersebut.

14
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, Kecamatan Diwek Dalam Angka
2021, (Jombang: CV. Media Advertising, 2021), 4.
15
Reni Puspita Sari, Statistik Daerah Kabupaten Jombang 2019, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Jombang, (Jombang: Pandu Advertising, 2019), 1.
16
G. Kerangka atau Kajian Teori
1. Tinjauan Pernikahan
a. Pengertian Pernikahan
Secara etimologi perkawinan berasal dari
Bahasa Arab dikenal dengan istilah al-nikah. Yang
bermakna al-dhommu wa al-tadakhul yang juga
disebut dengan al-dhammu wa al-jam‟u
(bersetubuh, bergabung atau berkumpul), al-wat‟I
(hubungan kelamin) dan juga berarti al-aqdu
(akad).16 Secara terminologi pengertian perkawinan
menurut kalangan ulama syafiiyah merupakan suatu
akad atau perjanjian yang mengandung maksud
membolehkan hubungan kelamin baik dengan
menggunakan lafadz na-ka-ha atau za-wa-ja atau
yang semakna dengan keduanya.17
Menurut UU No.16 Tahun 2019 perubahan
atas UU No.1 Tahun 1974 tertera pada pasal 1
tentang perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

16
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undnag Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2009), 36.
17
Ibid, 37.
17
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa.18
Dasar hukum yang mengatur perkawinan baik
dalam nash al-Qur’an maupun al-Sunnah, salah satu
diantaranya terdapat dalam ayat al-Qur’an sebagai
berikut:
  
 

  
  
 
  
  
  
  
  

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga
atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian

18
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019 Undang-Undang RI No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
18
itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.”19

b. Hukum Pernikahan
Pernikahan merupakan akad yang
membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak diperbolehkan,
sehingga dapat dikatakan bahwa hukum asal
pernikahan adalah boleh atau mubah.20
Adapun ulama mengatakan bahwa nikah itu
untuk sebagian orang hukumnya wajib, untuk
sebagian yang lain sunnah, untuk sebagian lain
mubah, untuk sebagian lain hukumnya makruh dan
untuk sebagian lain hukumnya haram mereka
melihat kepada kemashlahatan.21
1) Wajib
Menurut kebanyakan para ulama fiqih,
hukum pernikahan adalah wajib, jika seseorang
yakin akan jatuh ke dalam perzinahan seandainya
tidak menikah, sedangkan ia mampu untuk
memberikan nafkah kepada istrinya berupa

19
QS. An-Nisa (4) : 3.
20
Kumedi Ja’far, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Bandar Lampung:
Arjasa Pratama, 2021), 24.
21
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 2.
19
mahar dan nafkah batin serta hak-hak pernikahan
lainya.22
2) Sunah
Nikah yang disunahkan bagi orang-orang
yang sudah mampu tetapi ia masih mampu
mengendalikan dirinya (nafsunya) dari perbuatan
haram. Dalam hal seperti ini, maka nikah lebih
baik dibanding membujang.23
3) Haram
Nikah diharamkan jika seseorang yakin akan
menzalimi dan membahayakan istrinya jika
menikahinya, seperti dalam keadaan tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan pernikahan,
atau tidak bisa berbuat adil di antara Istri-
istrinya.24 Jika terjadi benturan antara hal yang
mewajibkan seseorang untuk menikah dan yang
mengaharamkan untuk melakukannya, seperti ia
yakin akan terjerumus ke dalam perzinaan
seandainya tidak menikah dan sekaligus yakin

22
Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, (Depok: Gema
Insani, 2008), 41.
23
Kumedi Ja’far, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Bandar Lampung:
Arjasa Pratama, 2021), 30.
24
Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, (Depok: Gema
Insani, 2008), 41.
20
bahwa ia akan menzalimi istrinya, maka
pernikahanya adalah haram.25 Karena jika ada
sesuatu yang halal dan haram bercampur maka
dimenangkan yang haram.
4) Makruh
Pernikahan dimakruhkan jika seseorang
khawatir terjatuh pada dosa dan marabahaya.
Kekhawatiran ini belum sampai derajat
keyakinan jika ia menikah.26 Ia khawatir tidak
mampu memberi nafkah, berbuat jelek kepada
keluarga, atau kehilangan keinginan kepada
perempuan. Sedangkan menurut para ulama
syafi’i, menikah makruh hukumnya bagi orang
yang memiliki kelemahan, seperti tua renta,
penyakit abadi, kesusahan yang berkepanjangan,
atau terkena ganguan jin.27
5) Mubah
Menikah dihukumi mubah jika seseorang
berada dalam kondisi stabil, sekiranya ia tidak
khawatir terjerumus ke dalam perzinaan jika
tidak menikah. Juga tidak khawatir akan berbuat

25
Ibid, 41.
26
Ibid.
27
Ibid, 42.
21
zalim kepada istrinya jika menikah.28 Keadaan
stabil ini merupakan fenomena umum di
kalangan manusia. Namun menurut jumhur
ulama selain Imam Syafi’i, pernikahan
dianjurkan jika seseorang berada dalam kondisi
stabil.29

c. Tujuan dan Hikmah Pernikahan


Selain rukun dan syarat yang harus dipenuhi
dalam suatu peristiwa hukum khususnya
pernikahan, suatu pernikahan juga mempunyai
tujuan dan hikmah.
Adapun tujuan pernikahan diantaranya30 :
1) Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Untuk itu suami istri harus saling membantu dan
melengkapi, agar masing-masing dapat
mengembangkan kepribadiannya, membantu dan
mencapai kesejahteraan spiritual dan materil.
2) Membentuk suatu keluarga atau rumah tangga
yang bahagia, sakianah, mawaddah, dan rahmah.

28
Ibid.
29
Ibid.
30
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Tangerang: YASMI,
2018), 50.
22
3) Untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat
kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan suatu
keluarga yang bahagia dengan dasar cinta kasih,
untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat dengan mengikuti ketentuan-
ketentuan yang telah diatur oleh syariah.
Adapun Hikmah pernikahan diantaranya31 :
1) Menhindari terjadinya perzinaan.
2) Dapat merendahkan pandangan mata dari melihat
perempuan yang diharamkan.
3) Menhindari terjadinya penyakit kelamin yang
diakibatkan oleh perzinaan seperti AIDS.
4) Lebih menumbuh kembangkan kemantapan jiwa
dan kedewasaan serta tanggung jawab kepada
keluarga.
5) Nikah merupakan setengah dari agama.
6) Menikah dapat menumbuhkan kesungguhan,
keberanian, dan rasa tanggung jawab kepada
keluarga dan masyarakat.
7) Dapat memperhubungkan silaturrahmi,
persaudaraan dan kegembiraan dalam

31
Ibid, 52.
23
menghadapi perjuangan hidup dalam kehidupan
masyarakat dan sosial.

2. Tinjauan Bimbingan Pranikah


a. Pengertian Bimbingan Pranikah
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata
guidance yaitu mengarahkan, memadu, mengelola,
dan menyetir. Bimbingan didefinisikan sebagai suatu
proses mengarahkan, memadu, mengelola, dan
menyetir. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki
bisa dengan optimal mengembangkan diri melalui
pemahaman diri dan lingkungan serta mengatasi
hambatan untuk menetapkan rencana masa depan
yang lebih baik.32
Bimbingan pranikah adalah pelatihan berbasis
pengetahuan dan keterampilan yang menyediakan
informasi mengenai pernikahan yang dapat
bermanfaat untuk mempertahankan dan
meningkatkan hubungan pasangan yang akan
menikah serta mampu memahami konsep

32
Rahman Tanjung, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta:
Yayasan Kita Menulis, 2021), 3.
24
pernikahan dan hidup berkeluarga berdasarkan
peran dan fungsinya dalam keluarga.33
Bimbingan pranikah menurut Brammer dan
Shostrom merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
membantu partner pranikah (klien) untuk mencapai
pemahaman yang baik tentang dirinya, masing-
masing pasangan, dan tuntutan-tuntutan perkawinan
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan
dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari
secara baik. Bimbingan pra nikah memiliki peranan
penting di dalam menciptakan keluarga
bahagia.Karena itu dalam bimbingan pranikah
haruslah mencapai tujuan bimbingan pranikah yang
hendak dicapai.34
Bimbingan pranikah yang dilakukan dalam
bentuk penyuluhan merupakan bentuk usaha
pendidikan non-formal kepada individu (Calon
Pengantin) atau kelompok masyarakat yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah
dalam usaha perubahan perilaku yang berkelanjutan

33
Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keluarga untuk Mewujudkan Keluarga
Sakinah Mawaddah Warohmah, (Bandung: Fokusmedia, 2018), 10.
34
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Pres, 2010), 154.
25
demi tercapainya peningkatan perbaikan
kesejahteraan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
pranikah merupakan sebuah program pelatihan
yang menyediakan pengetahuan dan informasi
pernikahan sebagai bekal untuk calon pengantin
yang akan menikah dan bermanfaat untuk
mempertahankan dan meningkatkan hubungan
pasangan yang akan menikah serta mampu
memahami konsep pernikahan dan hidup
berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing.

b. Tujuan Bimbingan Pranikah


Secara khusus bimbingan bertujuan untuk
mencapai kemandirian dalam mencapai pemahaman
diri, penerimaan diri, penegerahan diri, dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungannya.
Tujuan bimbingan pranikah yaitu membantu
pasangan sebelum menikah untuk membangun
dasar-dasar yang dibutuhkan untuk kehidupan
pernikahan yang bahagia dan produktif. Bimbingan

26
pranikah ini juga mempunyai tujuan sebagai berikut
:35
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, teman dan
masyarakat.
2) Memiliki akhlakul karimah sebagai calon ibu
dan calon ayah dan melaksanakan serta
memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan
yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugrah) dengan yang tidak
(musibah) seta mampu meresponnya dengan
sikap positif sesuai dengan syariat islam.
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri
secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan
baik fisik maupun psikis.
5) Memiliki sikap positif atau respect terhadap diri
sendiri dan pasangan maupun orang lain.

35
Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keuarga untuk Mewujudkan Keluarga
Sakinah Mawadah Warahmah, (Bandung: Fokusmedia, 2018), 111-112.
27
6) Memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan secara efektif.
Jadi, tujuan bimbingan pranikah ialah untuk
meningkatkan hubungan sebelum pernikahan
sehingga dapat berkembang menjadi hubungan
pernikahan yang stabil dan memuaskan.36

c. Unsur-unsur Bimbingan Pranikah


1) Pemateri dalam Bimbingan Pranikah
2) Objek Bimbingan Pranikah
3) Metode Bimbingan Pranikah
a. Metode ceramah
b. Metode diskusi dan tanya jawab
4) Media Bimbingan Pranikah

3. Teori Maslahah Mursalah


a. Pengertian Maslahah Mursalah
Menurut bahasa, kata al-maslahah berasal dari
Bahasa Arab dan telah dibakukan ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi kata maslahah, yang berarti
mendatangkan kebaikan atau yang membawa
kemanfaatan dan menolak kerusakan.

36
Ibid, 112
28
Menurut bahasa aslinya kata maslahah berasal
dari kata salaha, yasluhu, salahan, artinya sesuatu
yang baik, patut, dan bermanfaat.37
Sedangkan kata mursalah dalam segi bahasa
yang dijelaskan oleh Amir Syarifuddin di kitab
Ushul Fiqh:
“Isim maf‟ul (objek) dari fi‟il madhi (kata dasar)
dalam bentuk tsulasi (kata dasar yang tiga huruf)
yaitu ‫ رسل‬dengan penambahan “alif” di pangkalnya,
sehingga menjadi ‫ارسل‬, yang berarti “terlepas” atau
“bebas’. Bila kata “maslahah” digabungkan dengan
“mursalah”, maka secara bahasa berarti
“kemaslahatan yang terlepas/bebas dari keterangan
yang menunjukkan boleh atau tidaknya dilakukan.38
Secara etimologis “maslahah mursalah”
terdiri atas dua suku kata yaitu maslahah dan
mursalah. Maslahah adalah bentuk mufrad dari
mashalih. Sedangkan mursalah artinya terlepas
bebas, tidak terikat dengan dalil agama (Al-Qur’an
dan Al-Hadist) yang membolehkan atau
melarangnya.

37
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (jakarta: Yayasan
Penyelenggaraan penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, 1973), 219.
38
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Cet. 1, Jilid. 2, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), 332.
29
Menurut Abdul Wahab Khallaf, Maslahah
Mursalah adalah maslahah dimana syari‟ tidak
mensyari’atkan hukum untuk mewujudkan
maslahah, juga tidak terdapat dalil yang
menunjukkkan atas pengakuannya atau
39
pembatalannya.
Menurut Wahbah al-Zuhaili, ta’rif maslahah
mursalah adalah manfaat yang bersifat mutlak, dan
dalam istilah ulama’ usuliyyin adalah sifat yang
sesuai dengan beberapa perilaku syara’ dan
beberapa maksud dari syara’ tersebut, tetapi tidak
pernah di jumpai dalil yang jelas dari syara’ tersebut
yang mempertimbangkan dan mengabaikannya.40
Sedangkan menurut Abu Zahra, definisi
maslahah mursalah adalah segala kemaslahatan
yang sejalan dengan tujuan-tujuan syari‟ (dalam
mensyari’atkan hukum islam) dan kepadanya tidak
ada dalil khusus yang menunjukkan tentang
diakuinya atau tidaknya.41

39
Abdullah Wahab Khallaf, Ilmu Ushulul Fiqh, Terj, Noer Iskandar al-
Bansany, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Cet VIII, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), 123.
40
Wahbah al-Zuhaili, al-Wajiz fi Ushul Fiqhi, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1994),
92.
41
Muhammad Abu Zahra, Ushul al-Fiqh, Terj. Saefullah Ma’shum, Ushul
Fiqih, Cet. 9, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), 424.
30
Selain definisi di atas, masih banyak definisi
lainnya tentang maslahah mursalah, namun karena
pengertiannya hampir bersamaan, tidak perlu
dikemukakan semuannya. Memanhg terdapat
rumusan yang berbeda, namun perbedaanya tidak
sampai pada perbedaan hakikatnya.
Dari beberapa definisi rumusan di atas, dapat
ditarik kesimpulan tentang hakikat dari maslahah
mursalah tersebut, sebagai berikut:
1) Ia adalah sesuatu yang baik menurut akal
dengan pertimbangan dapat mewujudkan
kebaikan atau menghindarkan keburukan bagi
manusia.
2) Apa yang baik menurut akal itu, juga selaras
dan sejalan dengan tujuan syara’ dalam
menetapkan hukum.
3) Apa yang baik menurut akal dan selaras pula
dengan tujuan syara’ tersebut tidak ada
petunjuk syara’ secara khusus yang
menolaknya, juga tidak ada petunjuk syara’
yang mengakuinya.42

42
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Cet 6, Jilid 2, (Jakarta: Kencana, 2011), 356.
31
Selain definisi di atas, masih banyak definisi
lainnya tentang maslahah mursalah, jika dilihat dari
segi redaksi nampak ada perbedaan, tetapi dilihat
dari segi isi hakikatnya ada satu kesamaan
mendasar, yaitu menetapkan hukum dalam hal-hal
yang sama sekali tidak disebutkan dalam Al-Qur’an
maupun As-Sunah, dengan pertimbangan untuk
kemaslahatan atau kepentingan hidup manusia yang
bersendikan pada asas menarik manfaat dan
menhindari kerusakan.

b. Syarat-Syarat Maslahah Mursalah


Menurut Abdul Karim Bin Ali Bin
Muhammad Al-Namlah dalam kitabnya, Al-Jami‟
Lil Masail Ushul Al-Fiqh Wa Tatbiqatuha „Ala Al-
Madzhab Al-Rajih, maslahah mursalah dapat
menjadi hujjah dengan beberapa syarat, yaitu:
1) Hendaklah maslahah mursalah itu merupakan
maslahat yang sifatnya dharuri (kebutuhan
primer), yaitu yang termasuk dalam kategori
kebutuhan primer yang lima, yang dapat
dipastikan tentang manfaat yang diperoleh
daripadnya.
2) Hendaklah maslahat itu merupakan

32
kemaslahatan yang bersifat umum, karena
untuk kemanfaatan yang bersifat umum bagi
keseluruhan kaum muslimin.
3) Hendaklah maslahat itu relevan dengan tujuan
hukum islam (maqasid syari’ah) secara global,
tidak menjadi maslahat yang asing (aneh).
4) Hendaklah kemaslahatan itu bersifat Qath’i atau
keberadaan maslahat itu mengalahkan
pengetahuan yang bersifat dhanniy, dan tidak
ada yang diperselisihkan.43

c. Macam-Macam Maslalah
Maṣlaḥah mūrsalah sebagai metode hukum
yang mempertimbangkan kemanfaatan yang
mempunyai akses secara umum. Dengan kata lain
maṣlaḥah mūrsalah merupakan kepentingan yang
diputuskan bebas namun tetap terikat pada konsep
syari’ah yang mendasar. Karena syari’ah ditunjuk
untuk memberikan kemanfaatan kepada masyarakat
dan mencegah kemudlaratan (kerusakan). Kemudian
mengenai lingkup berlakunya maṣlaḥah dibagi atas

43
Abdul Karim Bin Ali Bin Muhammad al-Namlah, al-Jami‟ Lil Masail Ushul
al-Fiqh Wa Tatbiqatuha „Ala al-Madzhab al-Rajih, (Riyad-Saudi: Maktabah
al-Rusyd, 2000), 389.
33
tiga bagian yaitu :44
1) Maṣlaḥah Daruriyah (kepentingan-kepentingan
yang esensi dalam kehidupan) seperti
memelihara agama, memelihara jiwa, akal,
keturunan dan harta.
2) Maṣlaḥah Hijaiyah (kepentingan-kepentingan
yang berada dibawah derajat maslahah
daruriyah), namun diperlukan dalam
kehidupan manusia agar tidak mengalami
kerusakan dan kesempitan. Akan
mengakibatkan kerusakan dan kesempitan bila
hal ini tidak terpenuhi.
3) Maṣlaḥah Tahsiniyah (kepentingan-
kepentingan pelengkap) yang jika tidak
terpenuhi maka akan mengakibatkan
kesempitan dalam kehidupannya, sebab ia tidak
begitu membutuhkannya, hanya sebagai
pelengkap atau hiasan saja.

d. Aplikasi Maslahah Mursalah


Telah kita ketahui bahwa perbedaan
lingkungan dan waktu, ternyata berpengaruh pada

44
Muhammad Abu Zahra, Ushul al-Fiqh, Terj. Saefullah Ma’shum, et al,
(Jakarta; Pustaka Firdaus, 1994), 426.
34
pembentukan hukum-hukum syara’. Sebagaimana
firman Allah SWT.
   
  
  
  
   
  
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami
jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan
yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”45

Dalam hal ini, Ahmad Mustafa Al-Maraghi


dalam tafsirnya menginterpretasikan ayat di atas
bahwa :
“Sesungguhnya hukum-hukum itu diundangkan
untuk kepentingan manusia, dan kepentingan
manusia dapat berbeda karena perbedaan waktu
dan tempat, apabila suatu hukum diundangkan yang
pada waktu itu memang dirasakan kebutuhan akan
adanya hukum itu, kemudian kebutuhan itu tidak
ada lagi, maka adalah suatu tindakan yang
bijaksana menghapus hukum itu dan
menggantikannya dengan hukum lain yang sesuai

45
QS. Al-Baqarah (2) : 106.
35
dengan waktu terakhir”.46

Sedangkan Sayyid Qutub memberikan


penafsiran terhadap ayat tersebut dalam tafsirnya
yang isinya hampir senada dengan penafsiran di atas
yaitu:
“Hukum itu diturunkan untuk kemaslahatan
manusia dan untuk hidupnya”.47

Dengan adanya beberapa penafsiran terhadap


ayat 106 surah al-Baqarah di atas, maka para ulama
menetapkan sebuah kaidah ushul fiqh yang
berbunyi:

‫تتغري األحكام بتغري الزمن واملكان واألحوال‬


“Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan
zaman, tempat dan keadaan”.48

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai penulis dalam
mengambil data adalah metode Penelitian lapangan

46
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Juz 1, (Bairut: Dar al-Fikr),
187.
47
Sayyid Quthub, Tafsir fi zilalial-Qur‟an, (Bairut: Dar al-Ihya al-Arabi,
1971), 136.
48
Syeikh Abu Bakar, al-Faraidul Bahiyah, Terj. Moh. Adid Bisri, al-Faraidul
Bahiyah, (Kudus: Menara Kudus, 1977), 11.
36
kualitatif (Field Research), artinya data yang dijadikan
rujukan dalam penelitian ini adalah fakta-fakta
dilapangan atau dapat diartikan yakni metode penelitian
dengan mengambil data primer dari lapangan yang dikaji
secara intensif yang disertai Analisa dan pengujian
Kembali pada semua data atau informasi yang telah
dikumpulkan.49 Dilihat dari sisi pelaksanaannya, peneliti
secara langsung berinteraksi dengan objek data untuk
menjalankan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
KUA Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek utama adalah
bimbingan pranikah dalam upaya meminimalisir
perceraian perspektif maslahah mursalah.
4. Jenis Data
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang prosedur penelitiannya berupa data-data
tertulis dan lisan dari orang yang menjadi subjek

49
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 1, (Makassar: Syakir
Media Press 2021), 60.
37
penelitian. Agar dalam pembahasan proposal skripsi ini
nantinya dapat dipertanggungjawabkan dan relevan
dengan permasalahan yang diangkat.
5. Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penulisan ini
yakni sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber-sumber
yang memberikan data baik melalui wawancara,
observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen
tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti,50
Diantaranya :
1) Kepala KUA Kecamatan Diwek
2) BP4 KUA Kecamatan Diwek
3) Pasangan peserta bimbingan pranikah
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku
yang berhubungan dengan objek penelitian,51
Diantaranya :
1) Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu

50
Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 5, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014),
106.
51
Ibid, 106.
38
2) Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undnag Perkawinan
3) Lilis Satriah, Bimbingan Konseling Keuarga
untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah
Mawadah Warahmah
4) Rahman Tanjung, Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling
5) Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh
6) Muhammad Abu Zahra, Ushul al-Fiqh, Terj.
Saefullah Ma’shum
6. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah
bagaimana proses bimbingan pranikah dalam upaya
meminimalisir perceraian perspektif maslahah
mursalah.
7. Teknik Pengambilan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
beberapa Teknik dalam pengambilan data, diantaranya :
a. Wawancara, melakukan wawancara terhadap
partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang
umum dan terarah kepada pokok masalah. Orang
yang diwawancara adalah tokoh yang begitu faham

39
dan memiliki banyak informasi.52 Intinya partisipan
ini kaya akan informasi. Tidak ada batas jumlah
untuk tokoh yang diwawancarai. Dalam penulisan
skripsi ini, penulis akan mewawancarai beberapa
tokoh atau orang yang terlibat dalam bimbingan
pranikah yang berada di Kecamatan Diwek.
b. Observasi, melakukan tinjauan langsung ke tempat
yang ada permasalahan tersebut.53 Dalam penulisan
ini penulis akan melakukan observasi di KUA
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
c. Dokumen, material berupa dokumen-dokumen yang
tersimpan dapat berupa memorabilla atau
kurespudensi dan bisa juga berupa audiovisual.54
Penulis akan mengambil data yang berkaitan dengan
bimbingan pranikah.
Jadi penulis menggunakan tiga cara ini yang juga
sering disebut dengan triangulasi.55
8. Teknik Analisis Data

52
Deddy Mulya, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2010), 180.
53
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualititaf, (Bandung: Rosda Karya,
2005), 175.
54
Conny R. Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan
Keunggulannya, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2011), 108.
55
Ibid, 111.
40
Penulis menggunakan teknik analisis data berupa
penafsiran-penafsiran objektif.56 Karena data yang
diperoleh adalah fakta yang dinyatakan dengan kalimat.
Data yang sudah terkumpul akan dianalisis dan dikaji
secara ilmiah oleh penulis.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah memahami proposal skripsi ini
maka penulis membuat sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan tahap awal dalam pembahasan
skripsi yang berisikan sub bab untuk
mempermudah pembahasan skripsi
diantaranya latar belakang masalah yang
menguraikan latar belakang dari penulisan
ini, rumusan masalah guna untuk
mempermudah dalam penulisan dan
penelitian yang berupa pertanyaan, tujuan
penelitian berupa pengetahuan yang didapat
dari jawaban rumusan masalah atau data
yang didapat, manfaat penelitian agar
pembaca mengetahui manfaat dari penulisan
ini, kajian pustaka, penegasan judul agar

56
Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).
41
tidak terjadi kekeliruan dalam memahami
makna yang terkandung, kerangka atau
kajian teori, metode penelitian, sistematika
penelitian.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG
BIMBINGAN PRANIKAH DALAM
MEMINIMALISIR PERCERAIAN
PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH
Bab ini dijadikan landasan hukum dalam
penulisan skripsi ini, penulis akan
menjelaskan tinjauan pernikahan yang
membahas pengertian pernikahan, hukum
pernikahan dan tujuan pernikahan. Lalu
menguraikan tentang bimbingan pranikah
yang membahas pengertian bimbingan
pranikah, tujuan bimbingan pranikah, unsur-
unsur bimbingan pranikah. Serta uraian
tentang teori maslahah mursalah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang
dipakai dalam penelitian ini, menguraikan
secara jelas tentang metode penelitian yang
dilakukan meliputi : jenis penelitian, lokasi
penelitian, subjek penelitian, jenis data,
42
sumber data, teknik pengumpulan data,
Teknik Analisa data dan cara pendekatan.57
BAB IV : PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum keadaan
KUA Kecamatan diwek Kabupaten Jombang
dengan sub bab pembahasan yaitu geografis
dan demografis. Berikut kegiatan bimbingan
pranikah dan kasus perceraian dan juga
faktor penghambat dan pendukung
pelaksanaan bimbingan pranikah KUA
Kecamatan Diwek.
BAB V : ANALISIS DATA
Setelah mendapatkan data dari penelitian,
bab ini akan menjadi penegasan dengan cara
menganalisis tentang implementasi
bimbingan pranikah dalam upaya
meminimalisir perceraian perspektif
maslahah mursalah. Dalam hal ini penyusun
memfokuskan analisisnya mengenai faktor
penghambat dan pendukung dan bagaimana
tinjauan maslahah mursalah terhadap

57
J. R Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), 98.
43
implementasi bimbingan pranikah sebagai
jawaban dari pembahasan dan rumusan
masalah dari penelitian ini.
BAB VI : PENUTUP
Sebagaimana keumuman dalam sebuah
penulisan tentunya bab terakhir berisikan
kesimpulan serta saran yang didalamnya
juga berisikan jawaban dari rumusan
masalah dalam pembahasan.

44
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Al-Qur’an dan Terjemahannya, MQ Tebuirang.
Abdussamad, Zuchri. Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 1,
Makassar: Syakir Media Press 2021.
Afwan, Zainuddin. Kepastian Hukum Perkawinan Siri dan
Permasalahannya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomer
1 Tahun 1974, Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2017.
Agency, Beranda. Berpikirlah Sebelum Bercerai, Yogyakarta:
Bisakimia, 2015.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi, Juz 1, Bairut:
Dar al-Fikr.
Al-Zuhaili, Wahbah. al-Wajiz fi Ushul Fiqhi, Damaskus: Dar al-
Fikr, 1994.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, Kecamatan Diwek
Dalam Angka 2021, Jombang: CV. Media Advertising,
2021.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1994.
Hidayat, Yusuf. Panduan Pernikahan Islam Berdasarkan Al-
Qur‟an, Al-Hadist dan Medis, Ciamis: Guepedia
Publisher, 2019.
https://jombang.nu.or.id/daerah/sepanjang-tahun-2022-
perceraian-di-jombang-mencapai-3-171-kasus-RB0uO,
(Senin, 2 Januari 2023, 19.15).
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perceraian, (Selasa, 31 Januari
2023, 20.30).
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perspektif, (Selasa, 31 Januari
2023, 20.35).
https://www.liputan6.com/news/read/5073532/angka-perceraian-
di-indonesia-terus-naik-lembaga-perkawinan-tidak-lagi-
sakral, (Senin, 2 Januari 2023, 09.30).

45
Ja’far, Kumedi. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Bandar
Lampung: Arjasa Pratama, 2021.
Karim, Abdul Bin Ali Bin Muhammad al-Namlah. al-Jami‟ Lil
Masail Ushul al-Fiqh Wa Tatbiqatuha „Ala al-Madzhab
al-Rajih, Riyad-Saudi: Maktabah al-Rusyd, 2000.
Khallaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fikih, Terj. Halimuddin,
Jakarta: Melton Offiset, 1993.
Khallaf, Abdullah Wahab. Ilmu Ushulul Fiqh, Terj, Noer
Iskandar al-Bansany, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Cet
VIII, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UMM Pres, 2010.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019 Undang-
Undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Maimun dan Muhammad Thoha, Perceraian dalam Bingkai
Relasi Suami Istri, Pamekasan: Duta Media Publishing,
2018.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualititaf, Bandung: Rosda
Karya, 2005.
Mulya, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2010.
Qustulani, Muhammad. Manejemen KUA dan Peradilan Agama,
Tangerang: PSP Nusantara Press, 2018.
Quthub, Sayyid. Tafsir fi zilalial-Qur‟an, Bairut: Dar al-Ihya al-
Arabi, 1971.
Raco, J. R. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo, 2010.
Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid, Jilid 2, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007.
Sari, Reni Puspita. Statistik Daerah Kabupaten Jombang 2019,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, Jombang:
Pandu Advertising, 2019.

46
Satriah, Lilis. Bimbingan Konseling Keluarga untuk Mewujudkan
Keluarga Sakinah Mawadah Warohmah, Bandung:
Fokusmedia, 2018.
Setiawan, Conny R. Metode Penelitian Kualitatif Jenis
Karakteristik dan Keunggulannya, Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana, 2011.
Siswanto, Dedy. Anak di Persimpangan Perceraian (menilik pola
asuh anak korban perceraian), Surabaya: Airlangga
University Press, 2020.
Sugono, Dendy. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, Cet. 1, Jilid. 2, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Syarifuddin,Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia:
Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undnag
Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2009.
Syeikh Abu Bakar, al-Faraidul Bahiyah, Terj. Moh. Adid Bisri,
al-Faraidul Bahiyah, Kudus: Menara Kudus, 1977.
Tanjung, Rahman. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021.
Wafa, Moh. Ali. Hukum Perkawinan di Indonesia, Tangerang:
YASMI, 2018.
Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, Depok:
Gema Insani, 2008.
Yunus, Muhammad. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan
Penyelenggaraan penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an,
1973.
Zahra, Muhammad Abu. Ushul al-Fiqh, Terj. Saefullah
Ma’shum, et al, Jakarta; Pustaka Firdaus, 1994.
Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 5, Jakarta: Sinar
Grafika, 2014.

47
RENCANA DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
NOTA PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Penegasan Judul
G. Kerangka atau Kajian Teori
H. Sistematika Pembahasan
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG
BIMBINGAN PRANIKAH DALAM

48
MEMINIMALISIR PERCERAIAN
PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH
A. Tinjauan Pernikahan
1. Pengertian Pernikahan
2. Hukum Pernikahan
3. Tujuan Dan Hikmah Pernikahan
B. Tinjauan Bimbingan Pranikah
1. Pengertian Bimbingan Pranikah
2. Tujuan Bimbingan Pranikah
3. Unsur-Unsur Bimbingan Pranikah
C. Teori Maslahah Mursalah
1. Pengertian Maslahah Mursalah
2. Syarat-Syarat Maslahah Mursalah
3. Macam-Macam Maslahah Mursalah
4. Aplikasi Maslahah Mursalah
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Jenis Data
E. Sumber Data
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Analisa Data
H. Cara Pendekatan
49
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN
A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Diwek
B. Kegiatan Bimbingan Pranikah Dan Kasus
Perceraian KUA Kecamatan Diwek
C. Faktor Penghambat Dan Pendukung
Pelaksanaan Bimbingan Pranikah KUA
Kecamatan Diwek
BAB V ANALISIS DATA
A. Analisis Faktor Penghambat Dan Pendukung
Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Dalam
Meminimalisir Perceraian KUA Kecamatan
Diwek
B. Analisis Maslahah Mursalah Dalam
Bimbingan Pranikah Dalam Upaya
Meminimalisir Perceraian KUA Kecamatan
Diwek
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
C. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

50

Anda mungkin juga menyukai