PERNIKAHAN DI INDONESIA
Kelompok 1
Mealani Sintia
Netasya
Cindi Awlia
PERNIKAHAN DI INDONESIA
Diajukan Sebagai Penyelesaian Tugas Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di
SMAN 1 Batujaya
Diajukan Oleh :
Kelompok 1
Mealani Sintia
Netasya
Cindi Awlia
Menyetujui Mengetahui
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Di
Indonesia”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang
tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.
Menurut pasal 1 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 yang berbunyi: “Perkawinan merupakan
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Di dalam penjelasan lebih ditegaskan lebih rinci bahwa sebagai Negara
yang berdasarkan Pancasila, dimana sila pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka
perkawinan mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan agama/kerohanian,
sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani tetapi unsur bathin atau
rohani juga mempunyai peranan yang penting. Membentuk keluarga bahagia rapat
hubungannya dengan keturunan yang pula merupakan tujuan perkawinan, pemeliharaan dan
pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.
Menurut Hukum Islam yang dimaksud dengan pernikahan adalah ialah akad yang
penghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara
seorang lelaki dan seorang perempuan yang antara keduanya bukan muhrim.Islam
menyarankan manusia untuk menikah salah satunya untuk memperoleh keturunan dan
membangun keluarga. Sedangkan Islam memandang bahwa jalan terbaik untuk menciptakan
keluarga sakinah ialah melalui pernikahan. Oleh karena itu pernikahan harus dapat
dipertahankan oleh kedua belah pihak agar dapat tercapai tujuan perkawinan tersebut,
sehingga dengan demikian perlu adanya kesiapan-kesiapan dari kedua belah pihak baik
mental maupun material. Artinya secara fisik laki-laki dan perempuan sudah sampai pada
batas umur yang bisa dikategorikan dan baligh menurut hukum islam. Akan tetapi faktor lain
yang sangat penting yaitu kematangan dalam berfikir dan kemandirian dalam hidup (sudah
bisa memberiikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
B. Rumusan masalah
Mengacu pada materi dan Latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
Bagi Siswa:
Sebagai pengetahuan baru, meningkatkan pemikiran ilmiah bagi penulis dan lebih percaya
diri dalam membuat suatu karya.
Bagi Sekolah:
Bisa digunakan sebagai landasan wacana untuk mengatur pola penggunaan gadget pada anak-
anak sekolah ini.
PEMBAHASAN
Definisi Pernikahan
Kata pernikahan berasal dari Bahasa Arab, yaitu ‘An-nikah’ yang memiliki beberapa
makna. Menurut bahasa, kata nikah berarti berkumpul, bersatu dan berhubungan.
Definisi pernikahan dalam Islam lebih diperjelas oleh beberapa ahli ulama yang biasa
dikenal dengan empat mahzab fikih. Yakni:
Imam Maliki. Menurut Imam Maliki, pernikahan adalah sebuah akad yang
menjadikan hubungan seksual seorang perempuan yang bukan mahram, budak dan
majusi menjadi halal dengan shighat.
Imam Hanafi. Menurut Imam Hanafi, pernikahan berarti seseorang memperoleh hak
untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan. Dan perempuan yang
dimaksud ialah seseorang yang hukumnya tidak ada halangan sesuai syar’i untuk
dinikahi.
Imam Syafi’i. Menurut Imam Syafii, pernikahan adalah akad yang membolehkan
hubungan seksual dengan lafadz nikah, tazwij atau lafadz lain dengan makna serupa.
Imam Hambali. Menurut Imam Hambali, pernikahan merupakan proses terjadinya
akad perkawinan. Nantinya, akan memperoleh suatu pengakuan dalam lafadz nikah
ataupun kata lain yang memiliki sinonim.
Pada dasarnya, semua pengertian pernikahan yang disampaikan oleh keempat imam
tersebut mengandung makna yang hampir sama. Yakni, mengubah hubungan antara
laki-laki dan perempuan yang sebelumnya tidak halal menjadi halal dengan akad atau
shighat.
Menjaga serta memelihara seorang perempuan dari suatu kebinasaan, karena dengan
pernikahan kebutuhan seorang perempuan akan terpenuhi akibat dari nafkah yang
sudah menjadi tanggung jawab suaminya.
Menjaga keutuhan dari suatu kerukunan, hal ini terjadi karena dengan adanya
pernikahan seseorang akan berusaha untuk selalu dapat hidup bersama dengan rasa
kebahagiaan.
Mempunyai suatu perasaan yang tenang karena hadirnya orang yang mendampingi
hidup, serta bisa menghadirkan rasa kasih sayang kepada keluarga dan mampu
merasakan ketentraman dalam hidup.
Diluaskan pintu rezekinya oleh Allah SWT, sehingga akan menjadi tindakan yang
melanggar apabila manusia memiliki anggapan bahwa pernikahan dapat
memperbanyak beban hidup karena memiliki kewajiban dan bertanggung jawab untuk
menafkahi keluarganya, akan tetapi karena menikah adalah perintah dari Allah SWT,
maka dari itu Allah yang akan bertanggung jawab untuk menjamin rezekinya. Maka
dari itu, memberi nafkah keluarga seharusnya dilakukan dengan ikhlas serta penuh
tanggung jawab karena Allah SWT, supaya dipermudah dalam memupuk rumah tangga
yang sakinah
1. Pengajian
Menurut Lady Luna Rose pengajian adalah waktu dimana keluarga, teman, dan
tetangga calon pengantin berkumpul untuk membaca Al-Qur'an/Yasin dengan tujuan
mendoakan kedua mempelai dan sebagai bentuk pujian kepada Nabi Muhammad
melalui sholawat. Sebenarnya, pengajian tidak termasuk kewajiban, tapi tetap baik
untuk masa depan calon pengantin sehingga Tuhan memberkati pernikahan yang
bahagia.
2. Siraman
Siraman artinya menuangkan air. Dalam pernikahan adat Sunda, siraman diadakan
secara terpisah. Baik pengantin pria maupun pengantin wanita, akan melakukan
siraman dengan cara 'dimandikan' oleh orang tua atau kerabat lebih tua yang telah
berhasil mengatur kehidupan pernikahan mereka. Arti siraman adalah agar kedua
mempelai ingat bagaimana dahulu dimandikan oleh orang tua mereka.Air siraman ini
tak hanya berisikan air, tetapi juga terdiri dari campuran tujuh macam bunga
(kembang tujuh rupa). Kembang tujuh rupa yang dimakud, yaitu kelopak mawar putih
dan merah,cempaka,magnolia/kantil,kenanga,melati,sedap malam,
3. Sungkeman
Sungkeman memang menjadi salah satu prosesi yang dilalui semua pasangan
pengantin dalam adat istiadat Indonesia, tidak terkecuali pernikahan adat
Sunda.Setelah akad nikah, kedua mempelai akan sungkem kepada kedua orang
tuanya. Sungkeman berarti kedua pengantin harus menundukkan badan dan kepala di
depan para lansia dan meminta maaf. Para orang tua pun diharapkan memberikan
restu mereka kepada keduanya.
4. Saweran
Pada prosesi pernikahan adat Sunda ini, kedua mempelai akan dihujani dengan koin,
permen serta nasi. Koin artinya kekayaan, beras artinya kemakmuran, permen artinya
manisnya hidup. Para tamu yang hadir pun akan mencoba menangkap koin dan
permen tersebut. Selain itu, kedua mempelai diberi beberapa nasihat oleh para lansia
tentang bagaimana menjalani hidup bersama sebagai pasangan
5. Nincak Endog
Nincak Endog akan dilakukan setelah kedua mempelai melakukan akad
nikah.NincakEndog berarti menginjak telur. Proses pernikahan adat Sunda ini
melambangkan bahwa pengantin wanita masih seorang gadis dan menggambarkan
kemampuan mempelai laki-laki untuk memberikan keturunan bagi generasi
keluarga.Setelah pengantin laki-laki menginjak telur, pengantin wanita kemudian
membasuh kaki suaminya sebagai lambang pengabdian.
6. Meuleum Haruput
Pada prosesi ini, kedua pengantin menyalakan dan mematikan api secara bergantian.
Meuleum Haruput dilakukan dengan cara membakar lidi (tulang rusuk daun kelapa).
Ada tujuh buah lidi dengan panjang masing-masing 20 cm.Saat pengantin wanita
yang menyalakan api, maka sang suamilah yang meniup, dan begitu pun
sebaliknya.Prosesi ini sarat makna, karena melambangkan saling mengisi.
7. Ngalepaskeun Japati
Pada proses pernikahan adat Sunda ini berarti membebaskan merpati. Ibu dari calon
pengantin pria dan wanita akan menyerahkan merpati dan melepaskan merpati
tersebut bersama.Ngalepaskeun Japati melambangkan bahwa tanggung jawab mereka
sebagai ibu kedua pengantin telah berakhir di sini. Selanjutnya, pengantin hidup
sebagai suami dan istri dengan tanggung jawab masing-masing.
8. Huap lingkung
Pengantin laki-laki dan perempuan akan diberi makan oleh orang tua mereka.Proses
pernikahan adat Sunda tersebut melambangkan bahwa ini adalah kali terakhir orang
tua akan mengasuh anak-anaknya. Selanjutnya, pengantin pria dan wanita saling
memberi makan yang artinya akan mengarungi bahtera rumah tanrdua sebagai suami
dan istri.
9. Pabetot Bekakak
Dalam Pabetot Bakakak, pengantin pria dan wanita akan menarik ayam panggang.
Bagi yang mendapat bagian ayam terbesar, harus membagikannya kepada
pasangannya.Proses pernikahan adat Sunda ini melambangkan bahwa setiap hal yang
mereka peroleh sebagai suami istri harus dibagikan dengan adil.
Bagi yang beragama Islam, dalam pernikahan harus ada (Pasal 14 Kompilasi Hukum
Islam (KHI):
oCalon istri
oWali nikah
oDua orang saksi
oCalon suami
oIjab dan kabul
Menggugat UU Pernikahan ke Mahkamah Konstitusi
Pada pertengahan tahun 2014, seorang mahasiswa dan 4 alumni Fakultas Hukum
Universitas Indonesia menggugat Undang-undang Pernikahan ke Mahkamah Konstitusi
khususnya Pasal 2 ayat 1 UU No. 1/1974 yang berbunyi: "Pernikahan adalah sah,
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu" yang
menghalangi/mempersulit terjadinya Pernikahan beda agama.Pada tanggal 18 Juni
2015, Mahkamah Konstitusi menolak seluruh gugatan tersebut dengan pertimbangan
negara berperan memberikan pedoman untuk menjamin kepastian hukum kehidupan
bersama dalam tali ikatan Pernikahan, agama menetapkan tentang keabsahan
Pernikahan, sedangkan UU menetapkan keabsahan administratif yang dilakukan oleh
negara.
Pembatalan perkawinan
Berdasarkan Pasal 23 UU No. 1 tahun 1974, Berikut ini adalah pihak-pihak yang dapat
mengajukan permohonan pembatalan perkawinan dengan batas waktu yang telah
ditetapkan, enam bulan setelah terlaksanya pernikahan:
Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri.
Suami atau istri.
Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan.
Pejabat pengadilan.
Pasal 73 KHI menyebutkan bahwa yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan adalah:
Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau
istri.
Suami atau istri.
Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut undang-
undang.
Alasan pembatalan perkawinan
A. Kesimpulan
Pernikahan adalah proses pengikatan janji suci antara laki-laki dan perempuan.ibadah
yang mulia dan Suci. Pernikahan tidak boleh dilakukan sembarangan karena ini
merupakan bentuk ibadah terpanjang dan dapat dijaga hingga maut memisahkan.dan
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian menurut pasal 1
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Kemudian dalam islam sendiri memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu
yang luhur dan sakral, bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah
dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-
ketentuan hukum yang harus diindahkan.
Tujuan dari menikah adalah untuk menjalankan ibadah dan mendekatkan diri ke sang
pencipta. Seperti yang kita tahu, seluruh agama menganggap pernikahan adalah hal
suci dan dilakukan dengan cara yang sakral.dari tujuan tersebut bisa kita ketahui
hikmah dari menikah yaitu Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu
syahwat selain lewat perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah
dan amat merugikan. Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.
B. Saran
Sebuah pernikahan adalah ikatan yang di dasari tanggung jawab yang besar. Di
harapkan ketika pembaca membaca makalah ini bisa lebih memahami lagi mengenai
pernikahan, dan mungkin kedepannya pembuatan makalah bisa lebih baik lagi dari
yang sekarang.
Daftar pustaka