Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERNIKAHAN DI INDONESIA

GURU MAPEL : IWAN KURNIAWAN.S.Pd.I, M.Ag

KELAS : XII MIPA 4

Kelompok 1

 Mealani Sintia

 Netasya

 Sundus zakia muklis

 Siz Zahra Aulia

 Cindi Awlia

SMA NEGERI 1 BATUJAYA


TAHUN AJARAN 2022/2023
JUDUL

PERNIKAHAN DI INDONESIA

Diajukan Sebagai Penyelesaian Tugas Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di
SMAN 1 Batujaya

Diajukan Oleh :

Kelompok 1

 Mealani Sintia

 Netasya

 Sundus zakia muklis

 Siz Zahra Aulia

 Cindi Awlia

Menyetujui Mengetahui

Wali kelas Guru pengampu mata pelajaran

CATUR SRI WULANDARI.S.Pd IWAN KURNIAWAN.S.Pd.I,


M.Ag.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan Di
Indonesia”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Karawang,12 September 2022

Penyusun
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang
tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.

Menurut pasal 1 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 yang berbunyi: “Perkawinan merupakan
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Di dalam penjelasan lebih ditegaskan lebih rinci bahwa sebagai Negara
yang berdasarkan Pancasila, dimana sila pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka
perkawinan mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan agama/kerohanian,
sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani tetapi unsur bathin atau
rohani juga mempunyai peranan yang penting. Membentuk keluarga bahagia rapat
hubungannya dengan keturunan yang pula merupakan tujuan perkawinan, pemeliharaan dan
pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

Menurut Hukum Islam yang dimaksud dengan pernikahan adalah ialah akad yang
penghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara
seorang lelaki dan seorang perempuan yang antara keduanya bukan muhrim.Islam
menyarankan manusia untuk menikah salah satunya untuk memperoleh keturunan dan
membangun keluarga. Sedangkan Islam memandang bahwa jalan terbaik untuk menciptakan
keluarga sakinah ialah melalui pernikahan. Oleh karena itu pernikahan harus dapat
dipertahankan oleh kedua belah pihak agar dapat tercapai tujuan perkawinan tersebut,
sehingga dengan demikian perlu adanya kesiapan-kesiapan dari kedua belah pihak baik
mental maupun material. Artinya secara fisik laki-laki dan perempuan sudah sampai pada
batas umur yang bisa dikategorikan dan baligh menurut hukum islam. Akan tetapi faktor lain
yang sangat penting yaitu kematangan dalam berfikir dan kemandirian dalam hidup (sudah
bisa memberiikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya.

B. Rumusan masalah

Mengacu pada materi dan Latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. perihal pernikahan dalam Islam di Indonesia


2. Macam-macam tradisi pernikahan di daerah Sunda
3. Apa kaitan pernikahan dalam Islam dengan pernikahan di Indonesia
C. Tujuan pembelajaran

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perihal pernikahan dalam Islam di Indonesia


2. Mengetahui macam-macam tradisi pernikahan di daerah Sunda
3. Mengetahui keterkaitan pernikahan dalam Islam dengan pernikahan di Indonesia

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah:

 Bagi Siswa:
Sebagai pengetahuan baru, meningkatkan pemikiran ilmiah bagi penulis dan lebih percaya
diri dalam membuat suatu karya.

 Bagi Sekolah:
Bisa digunakan sebagai landasan wacana untuk mengatur pola penggunaan gadget pada anak-
anak sekolah ini.

 Bagi Mata Pelajaran PAI:


Dapat digunakan sebagai literatur dalam pelajaran PAI di masing-masing sekolah, untuk
mengetahui faktor-faktor.
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Pernikahan dalam Islam di Indonesia

 Definisi Pernikahan
Kata pernikahan berasal dari Bahasa Arab, yaitu ‘An-nikah’ yang memiliki beberapa
makna. Menurut bahasa, kata nikah berarti berkumpul, bersatu dan berhubungan.
Definisi pernikahan dalam Islam lebih diperjelas oleh beberapa ahli ulama yang biasa
dikenal dengan empat mahzab fikih. Yakni:
Imam Maliki. Menurut Imam Maliki, pernikahan adalah sebuah akad yang
menjadikan hubungan seksual seorang perempuan yang bukan mahram, budak dan
majusi menjadi halal dengan shighat.
Imam Hanafi. Menurut Imam Hanafi, pernikahan berarti seseorang memperoleh hak
untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan. Dan perempuan yang
dimaksud ialah seseorang yang hukumnya tidak ada halangan sesuai syar’i untuk
dinikahi.
Imam Syafi’i. Menurut Imam Syafii, pernikahan adalah akad yang membolehkan
hubungan seksual dengan lafadz nikah, tazwij atau lafadz lain dengan makna serupa.
Imam Hambali. Menurut Imam Hambali, pernikahan merupakan proses terjadinya
akad perkawinan. Nantinya, akan memperoleh suatu pengakuan dalam lafadz nikah
ataupun kata lain yang memiliki sinonim.
Pada dasarnya, semua pengertian pernikahan yang disampaikan oleh keempat imam
tersebut mengandung makna yang hampir sama. Yakni, mengubah hubungan antara
laki-laki dan perempuan yang sebelumnya tidak halal menjadi halal dengan akad atau
shighat.

 Dasar hukum pernikahan


Dalam buku Fiqh Keluarga Terlengkap (2018) karya Rizem Aizid, secara bahasa
nikah memiliki arti menghimpun atau mengumpulkan.
 Pada Undang-Undang (UU)
Pada Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri.
Di mana dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sementara pernikahan menurut Islam, di mana bercampurnya atau berkumpulnya dua
orang (laki-laki dan perempuan) yang bukan mahram dalam ikatan akad (perjanjian)
untuk kemudian diperbolehkan melakukan hubungan seksual.Dasar hukum
pernikahan dalam Islam adalah Al Quran dan Sunnah.
 Al Quran
Ada beberapa surat dalam Al Quran yang mengenai dasar hukum pernikahan.Berikut
ayat-ayat tersebut:
 Al Quran Surat Annisa ayat 1
Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya,
dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan, bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.
Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
 Al Quran Surat An Nuur ayat 31
Artinya: "Dan, kawinkanlah orang-orang yang sendiria di antara kamu, orang-
orangyang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui."
 Hadis
Dalam hadist atau sunnah ada beberapa yang menjadi dasar hukum pernikah, yakni:
"Wanita dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan karena agamanya. Maka, dapatkanlah wanita yang taat beragama
niscaya kamu akan beruntung." (HR Bukhari dan Muslim).
"Tetapi aku salat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barang siapa
membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." (HR Bukhari dan Muslim).
"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.
Karenanya, bertakwalah kepada Allah pada separuh lainnya." (HR Baihaqi).
 Tujuan dan Hikmah Pernikahan
Setiap manusia mempunyai hikmah dan tujuan dalam hidup nya, begitu pun di dalam
pernikahan seseorang tidak luput dari hikmah dan tujuan dalam pernikahan
nya.Mengenai hikmah dan tujuan dari pernikahan sudah sangat jelas karena hikmah dan
tujuan pernikahan telah dijelaskan dalam berbagai islam maupun di dalam peraturan
hukum nasional. Pernikahan tentunya memiliki tujuan yang sangat mulia di dalam
Islam, untuk menjauhkan seorang muslim dari perilaku maksiat, menjadi sebuah jalan
pembuka kesempatan untuk mendapat kedudukan yang lebih mulia dihadapan Allah
SWT serta beribadah lebih giat lagi kepada-Nya. Selain itu, tujuan suatu pernikahan di
dalam syariat islam begitu tinggi, yaitu sebagai sebuah indikator seberapa tinggi derajat
manusia yang cocok dengan karakter alam serta searah dengan kehidupan sosial alam
guna mencapai suatu derajat yang sempurna.

Berikut tujuan dan hikmah dalam pernikhan:

Menjaga serta memelihara seorang perempuan dari suatu kebinasaan, karena dengan
pernikahan kebutuhan seorang perempuan akan terpenuhi akibat dari nafkah yang
sudah menjadi tanggung jawab suaminya.

Menjaga keutuhan dari suatu kerukunan, hal ini terjadi karena dengan adanya
pernikahan seseorang akan berusaha untuk selalu dapat hidup bersama dengan rasa
kebahagiaan.

Mempunyai suatu perasaan yang tenang karena hadirnya orang yang mendampingi
hidup, serta bisa menghadirkan rasa kasih sayang kepada keluarga dan mampu
merasakan ketentraman dalam hidup.

Diluaskan pintu rezekinya oleh Allah SWT, sehingga akan menjadi tindakan yang
melanggar apabila manusia memiliki anggapan bahwa pernikahan dapat
memperbanyak beban hidup karena memiliki kewajiban dan bertanggung jawab untuk
menafkahi keluarganya, akan tetapi karena menikah adalah perintah dari Allah SWT,
maka dari itu Allah yang akan bertanggung jawab untuk menjamin rezekinya. Maka
dari itu, memberi nafkah keluarga seharusnya dilakukan dengan ikhlas serta penuh
tanggung jawab karena Allah SWT, supaya dipermudah dalam memupuk rumah tangga
yang sakinah

B. Tradisi Pernikahan di daerah sunda


Sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk terbesar di dunia, sudah menjadi
pengetahuan umum bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman suku, bahasa, dan
budaya. Untuk perkara yang terakhir, budaya Indonesia bukan hanya tentang bahasa
daerah dan kuliner yang khas, tapi juga tentang tradisi. Tradisi yang termasuk di
dalamnya adalah pernikahan. Tentunya selama ini, sebagian dari kita masih
menganggap bahwa prosesi pernikahan di zaman modern sangatlah simpel dan
sederhana, padahal, masih banyak di luar sana prosesi pernikahan yang unik dan
beragam.
Salah satu tradisi pernikahan yang populer di Indonesia adalah tradisi pernikahan
menurut adat Sunda. Pernikahan adat Sunda merupakan proses pernikahan yang
diselenggarakan berdasarkan adat dari wilayah Jawa Barat, Indonesia. Sama seperti
pernikahan pada umumnya, pernikahan adat Sunda memiliki serangkaian prosesi
tersendiri yang tentu saja penuh makna.

Berikut prosesi pernikahan adat ala Sunda:

1. Pengajian
Menurut Lady Luna Rose pengajian adalah waktu dimana keluarga, teman, dan
tetangga calon pengantin berkumpul untuk membaca Al-Qur'an/Yasin dengan tujuan
mendoakan kedua mempelai dan sebagai bentuk pujian kepada Nabi Muhammad
melalui sholawat. Sebenarnya, pengajian tidak termasuk kewajiban, tapi tetap baik
untuk masa depan calon pengantin sehingga Tuhan memberkati pernikahan yang
bahagia.

2. Siraman
Siraman artinya menuangkan air. Dalam pernikahan adat Sunda, siraman diadakan
secara terpisah. Baik pengantin pria maupun pengantin wanita, akan melakukan
siraman dengan cara 'dimandikan' oleh orang tua atau kerabat lebih tua yang telah
berhasil mengatur kehidupan pernikahan mereka. Arti siraman adalah agar kedua
mempelai ingat bagaimana dahulu dimandikan oleh orang tua mereka.Air siraman ini
tak hanya berisikan air, tetapi juga terdiri dari campuran tujuh macam bunga
(kembang tujuh rupa). Kembang tujuh rupa yang dimakud, yaitu kelopak mawar putih
dan merah,cempaka,magnolia/kantil,kenanga,melati,sedap malam,

3. Sungkeman
Sungkeman memang menjadi salah satu prosesi yang dilalui semua pasangan
pengantin dalam adat istiadat Indonesia, tidak terkecuali pernikahan adat
Sunda.Setelah akad nikah, kedua mempelai akan sungkem kepada kedua orang
tuanya. Sungkeman berarti kedua pengantin harus menundukkan badan dan kepala di
depan para lansia dan meminta maaf. Para orang tua pun diharapkan memberikan
restu mereka kepada keduanya.
4. Saweran
Pada prosesi pernikahan adat Sunda ini, kedua mempelai akan dihujani dengan koin,
permen serta nasi. Koin artinya kekayaan, beras artinya kemakmuran, permen artinya
manisnya hidup. Para tamu yang hadir pun akan mencoba menangkap koin dan
permen tersebut. Selain itu, kedua mempelai diberi beberapa nasihat oleh para lansia
tentang bagaimana menjalani hidup bersama sebagai pasangan

5. Nincak Endog
Nincak Endog akan dilakukan setelah kedua mempelai melakukan akad
nikah.NincakEndog berarti menginjak telur. Proses pernikahan adat Sunda ini
melambangkan bahwa pengantin wanita masih seorang gadis dan menggambarkan
kemampuan mempelai laki-laki untuk memberikan keturunan bagi generasi
keluarga.Setelah pengantin laki-laki menginjak telur, pengantin wanita kemudian
membasuh kaki suaminya sebagai lambang pengabdian.

6. Meuleum Haruput
Pada prosesi ini, kedua pengantin menyalakan dan mematikan api secara bergantian.
Meuleum Haruput dilakukan dengan cara membakar lidi (tulang rusuk daun kelapa).
Ada tujuh buah lidi dengan panjang masing-masing 20 cm.Saat pengantin wanita
yang menyalakan api, maka sang suamilah yang meniup, dan begitu pun
sebaliknya.Prosesi ini sarat makna, karena melambangkan saling mengisi.

7. Ngalepaskeun Japati
Pada proses pernikahan adat Sunda ini berarti membebaskan merpati. Ibu dari calon
pengantin pria dan wanita akan menyerahkan merpati dan melepaskan merpati
tersebut bersama.Ngalepaskeun Japati melambangkan bahwa tanggung jawab mereka
sebagai ibu kedua pengantin telah berakhir di sini. Selanjutnya, pengantin hidup
sebagai suami dan istri dengan tanggung jawab masing-masing.

8. Huap lingkung
Pengantin laki-laki dan perempuan akan diberi makan oleh orang tua mereka.Proses
pernikahan adat Sunda tersebut melambangkan bahwa ini adalah kali terakhir orang
tua akan mengasuh anak-anaknya. Selanjutnya, pengantin pria dan wanita saling
memberi makan yang artinya akan mengarungi bahtera rumah tanrdua sebagai suami
dan istri.

9. Pabetot Bekakak
Dalam Pabetot Bakakak, pengantin pria dan wanita akan menarik ayam panggang.
Bagi yang mendapat bagian ayam terbesar, harus membagikannya kepada
pasangannya.Proses pernikahan adat Sunda ini melambangkan bahwa setiap hal yang
mereka peroleh sebagai suami istri harus dibagikan dengan adil.

C. Keterkaitan Pernikahan dalam Islam dengan Pernikahan di Indonesia


Pernikahan adalah proses pengikatan janji suci antara laki-laki dan perempuan.ibadah
yang mulia dan Suci. Pernikahan tidak boleh dilakukan sembarangan karena ini
merupakan bentuk ibadah terpanjang dan dapat dijaga hingga maut memisahkan.
Upacara pengikatan janji nikah ini yang dirayakan atau dilaksanakan oleh satu orang
pria pemerima sakral suci dan satu wanita dengan maksud meresmikan ikatan
pernikahan secara norma agama Islam, norma hukum, dan norma sosial. Upacara
pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku, agama, Adat,
budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang
berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu.
Nikah ialah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan saling
memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga
yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera.
Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis
yang mencatatkan pernikahan ditanda-tangani. Upacara pernikahan sendiri biasanya
merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-
istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan
keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan
pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri
dalam ikatan pernikahan.
 Syarat pernikahan berdasar undang-undang di Indonesia :
Berdasarkan Pasal 6 UU No. 1/1974 tentang pernikahan, syarat melangsungkan
pernikahan adalah hal-hal yang harus dipenuhi jika akan melangsungkan sebuah
pernikahan. Syarat-syarat tersebut yaitu:

 Ada persetujuan dari kedua belah pihak.


Untuk yang belum berumur 21 tahun, harus mendapat izin dari kedua orang tua. Atau
jika salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal atau tidak mampu menyatakan
kehendaknya, maka izin dapat diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau orang tua
yang mampu menyatakan kehendaknya.
Bila orang tua telah meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan kehendaknya,
maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai
hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas.

Bagi yang beragama Islam, dalam pernikahan harus ada (Pasal 14 Kompilasi Hukum
Islam (KHI):
oCalon istri
oWali nikah
oDua orang saksi
oCalon suami
oIjab dan kabul
 Menggugat UU Pernikahan ke Mahkamah Konstitusi
Pada pertengahan tahun 2014, seorang mahasiswa dan 4 alumni Fakultas Hukum
Universitas Indonesia menggugat Undang-undang Pernikahan ke Mahkamah Konstitusi
khususnya Pasal 2 ayat 1 UU No. 1/1974 yang berbunyi: "Pernikahan adalah sah,
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu" yang
menghalangi/mempersulit terjadinya Pernikahan beda agama.Pada tanggal 18 Juni
2015, Mahkamah Konstitusi menolak seluruh gugatan tersebut dengan pertimbangan
negara berperan memberikan pedoman untuk menjamin kepastian hukum kehidupan
bersama dalam tali ikatan Pernikahan, agama menetapkan tentang keabsahan
Pernikahan, sedangkan UU menetapkan keabsahan administratif yang dilakukan oleh
negara.

 Pernikahan dalam Islam


dalam Islam merupakan fitrah manusia dan merupakan ibadah bagi seorang muslim untuk
dapat menyempurnakan iman dan agamanya. Dengan menikah, seseorang telah memikul
amanah tanggung jawabnya yang paling besar dalam dirinya terhadap keluarga yang akan
ia bimbing dan pelihara menuju jalan kebenaran. Pernikahan memiliki manfaat yang paling
besar terhadap kepentingan-kepentingan sosial lainnya. Kepentingan sosial itu yakni
memelihara kelangsungan jenis manusia, melanjutkan keturunan, melancarkan rezeki,
menjaga kehormatan, menjaga keselamatan masyarakat dari segala macam penyakit yang
dapat membahayakan kehidupan manusia serta menjaga ketenteraman jiwa.
Pernikahan memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu membentuk suatu keluarga yang
bahagia, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan
rumusan yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa:
"Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dengan seorang pria
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa."
Sesuai dengan rumusan itu, pernikahan tidak cukup dengan ikatan lahir atau batin saja
tetapi harus kedua-duanya. Dengan adanya ikatan lahir dan batin inilah Pernikahan
merupakan satu perbuatan hukum di samping perbuatan keagamaan. Sebagai perbuatan
hukum karena perbuatan itu menimbulkan akibat-akibat hukum baik berupa hak atau
kewajiban bagi keduanya, sedangkan sebagai akibat perbuatan keagamaan karena dalam
pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan ajaran-ajaran dari masing-masing agama dan
kepercayaan yang sejak dahulu sudah memberi aturan-aturan bagaimana perkawinan itu
harus dilaksanakan.
Dari segi agama Islam, syarat sah pernikahan penting sekali terutama untuk menentukan
sejak kapan sepasang pria dan wanita itu dihalalkan melakukan hubungan seksual sehingga
terbebas dari perzinaan. Zina merupakan perbuatan yang sangat kotor dan dapat merusak
kehidupan manusia. Dalam agama Islam, zina adalah perbuatan dosa besar yang bukan saja
menjadi urusan pribadi yang bersangkutan dengan Allah, tetapi termasuk pelanggaran
hukum dan wajib memberi sanksi-sanksi terhadap yang melakukannya. Di Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, maka hukum Islam sangat memengaruhi sikap
moral dan kesadaran hukum masyarakatnya.
Agama Islam menggunakan tradisi pernikahan yang sederhana, dengan tujuan agar
seseorang tidak terjebak atau terjerumus ke dalam perzinaan. Tata cara yang sederhana itu
tampaknya sejalan dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 yang
berbunyi: "Pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama
dan kepercayaannya." Dari pasal tersebut sepertinya memberi peluang-peluang bagi anasir-
anasir hukum adat untuk mengikuti dan bahkan berpadu dengan hukum Islam dalam
perkawinan. Selain itu disebabkan oleh kesadaran masyarakatnya yang menghendaki
demikian. Salah satu tata cara Pernikahan adat yang masih kelihatan sampai saat ini adalah
Pernikahan yang tidak dicatatkan pada pejabat yang berwenang atau disebut nikah siri.
Pernikahan ini hanya dilaksanakan di depan penghulu atau ahli agama dengan memenuhi
syariat Islam sehingga Pernikahan ini tidak sampai dicatatkan di kantor yang berwenang
untuk itu.
Pernikahan sudah sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat pernikahan. Adapun yang
termasuk dalam rukun Pernikahan adalah sebagai berikut:
1. Pihak-pihak yang melaksanakan akad nikah yaitu mempelai pria dan wanita.
2. Adanya akad (sighat) yaitu perkataan dari pihak wali perempuan atau wakilnya
(ijab) dan diterima oleh pihak laki-laki atau wakilnya (kabul).
3. Adanya wali dari calon istri.
4. Adanya dua orang saksi.
Apabila salah satu syarat itu tidak dipenuhi maka Pernikahan tersebut dianggap tidak sah,
dan dianggap tidak pernah ada Pernikahan. Oleh karena itu diharamkan baginya yang tidak
memenuhi rukun tersebut untuk mengadakan hubungan seksual maupun segala larangan
agama dalam pergaulan. Dengan demikian apabila keempat rukun itu sudah terpenuhi
maka Pernikahan yang dilakukan sudah dianggap sah.
Pernikahan di atas menurut hukum Islam sudah dianggap sah, apabila Pernikahan tersebut
dihubungkan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 pasal 2 ayat 2 tahun 1974
tentang Pernikahan itu berbunyi: "Tiap-tiap Pernikahan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku." Dipertegas dalam dalam undang-undang yang sama
pada pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa Pernikahan hanya diizinkan bila pihak pria
mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai usia 16 tahun. Jika masih belum
cukup umur, pada pasal 7 ayat 2 menjelaskan bahwa Pernikahan dapat disahkan dengan
meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang
tua pihak pria atau pihak wanita.

 Pembatalan perkawinan
Berdasarkan Pasal 23 UU No. 1 tahun 1974, Berikut ini adalah pihak-pihak yang dapat
mengajukan permohonan pembatalan perkawinan dengan batas waktu yang telah
ditetapkan, enam bulan setelah terlaksanya pernikahan:

 Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri.
 Suami atau istri.
 Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan.
 Pejabat pengadilan.
Pasal 73 KHI menyebutkan bahwa yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan adalah:

 Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau
istri.
 Suami atau istri.
 Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut undang-
undang.
Alasan pembatalan perkawinan

 Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum yang


terdapat pada Pasal 27 UU No. 1/1974.
 Salah satu pihak memalsukan identitas dirinya (pasal 27 UU No. 1/1974). Identitas
palsu misalnya tentang status, usia dan agama.
 Suami/istri yang masih mempunyai ikatan perkawinan melakukan perkawinan
tanpa seizin dan sepengetahuan pihak lainnya (pasal 24 UU No. 01 tahun 1974).
 Perkawinan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat perkawinan (pasal 22 UU
Perkawinan).
Sementara menurut Pasal 71 KHI, perkawinan dapat dibatalkan apabila:

 Seorang suami melakukan poligami tanpa izin pengadilan agama.


 Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi istri pria
lain yang mafqud (hilang).
 Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam masa iddah dari suami lain.
 Perkawinan melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 7 Undang-undang No 1 Tahun 1974.
 Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak
berhak.
 Perkawinan dilaksanakan dengan paksaan.
Pengajuan pembatalan perkawinan
Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan ke pengadilan (pengadilan agama bagi
muslim dan pengadilan negeri bagi non-muslim) di dalam daerah hukum di mana
perkawinan telah dilangsungkan atau di tempat tinggal pasangan (suami-istri). Atau bisa
juga di tempat tinggal salah satu dari pasangan baru tersebut. Dengan catatan pembatalan
pernikahan untuk muslim, perkawinan untuk tidak muslim maksimal enam bulan setelah
sakral perkawinan, pernikahan Islam[7].
Cara mengajukan permohonan pembatalan perkawinan
1. Anda atau kuasa hukum Anda mendatangi pengadilan agama bagi yang beragama
Islam dan pengadilan negeri bagi non-muslim (UU No.7/1989 pasal 73).
2. Kemudian Anda mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada ketua
pengadilan (HIR pasal 118 ayat (1)/Rbg pasal 142 ayat (1)), sekaligus membayar
uang muka biaya perkara kepada bendaharawan khusus.
3. Anda sebagai pemohon, dan suami (atau beserta istri barunya) sebagai termohon
harus datang menghadiri sidang pengadilan berdasarkan surat panggilan dari
pengadilan, atau dapat juga mewakilkan kepada kuasa hukum yang ditunjuk (UU
No. 7/1989 pasal 82 ayat (2), PP No. 9/1975 pasal 26, 27 dan 28 Jo HIR pasal 121,
124, dan 125).
4. Pemohon dan termohon secara pribadi atau melalui kuasanya wajib membuktikan
kebenaran dari isi (dalil-dalil) permohonan pembatalan perkawinan/tuntutan di
muka sidang pengadilan berdasarkan alat bukti berupa surat-surat, saksi-saksi,
pengakuan salah satu pihak, persangkaan hakim atau sumpah salah satu pihak (HIR
pasal 164/Rbg pasal 268). Selanjutnya hakim memeriksa dan memutus perkara
tersebut.
5. Pemohon atau Termohon secara pribadi atau masing-masing menerima salinan
putusan Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama yang belum mempunyai
kekuatan hukum tetap.
6. Pemohon dan termohon menerima akta pembatalan perkawinan dari pengadilan.
7. Setelah Anda menerima akta pembatalan, sebagai pemohon Anda segera meminta
penghapusan pencatatan perkawinan di buku register Kantor Urusan Agama atau
Kantor Catatan sipil.

 Pembatalan Pernikahan Dalam IslamSebuah pernikahan adalah ikatan yang di


dasari tanggung jawab yang besar. Di harapkan ketika pembaca membaca makalah
ini bisa lebih memahami lagi mengenai pernikahan, dan mungkin kedepannya
pembuatan makalah bisa lebih baik lagi dari yang sekarang.
Menurut KHI (Inpres Nomor 1 Tahun 1991), menjelaskan bahwa berdasarkan
hukum Islam, yang disebut dengan pernikahan merupakan akad sakral suci yang
kuat/Mistaqan Ghalidha yang dilaksanakan atas perintah Allah SWT sebagai
ibadah dan memiliki tujuan membentuk kehidupan keluarga Sakinah, Mawadah
dan Rahmah. Mistaqan Ghalidha memiliki makna adanya hubungan sorang laki-
laki dengan seorang perempuan yang telah melakukan aqdah pernikahan dan
memiliki ikatan kuat sepeti simpul tali yang sulit terputuskan.
Didalam agama Islam pengajuan pembatalan suatu pernikahan oleh orang tua atau
keturunan sedarah dan sekandung yang menginginkan Perceraian, mempunyai
tenggang waktu pengajuan pembatalannya seperti yang telah dalam pasal 27
Undang-undang perkawinan tentang tenggang waktu pengajuan pembatalan
perkawinan, pengajuan pembatalan pernikahan boleh diajukan dalam waktu 6
(enam) bulan sejak berlangsungnya akad pernikahan sakral tersebut dan jika lebih
dari 6 bulan masih hidup bersama sebagai suami istri, maka hak untuk
mengajukan permohonan pembatalan sakral suci pernikahan dianggap gugur atau
dengan sebutan lain daluarsa, Hal ini berbeda dengan Khulu dan Iddah[10].
BAB lll
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pernikahan adalah proses pengikatan janji suci antara laki-laki dan perempuan.ibadah
yang mulia dan Suci. Pernikahan tidak boleh dilakukan sembarangan karena ini
merupakan bentuk ibadah terpanjang dan dapat dijaga hingga maut memisahkan.dan
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian menurut pasal 1
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Kemudian dalam islam sendiri memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu
yang luhur dan sakral, bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah
dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-
ketentuan hukum yang harus diindahkan.
Tujuan dari menikah adalah untuk menjalankan ibadah dan mendekatkan diri ke sang
pencipta. Seperti yang kita tahu, seluruh agama menganggap pernikahan adalah hal
suci dan dilakukan dengan cara yang sakral.dari tujuan tersebut bisa kita ketahui
hikmah dari menikah yaitu Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu
syahwat selain lewat perzinahan, pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah
dan amat merugikan. Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.

B. Saran

Sebuah pernikahan adalah ikatan yang di dasari tanggung jawab yang besar. Di
harapkan ketika pembaca membaca makalah ini bisa lebih memahami lagi mengenai
pernikahan, dan mungkin kedepannya pembuatan makalah bisa lebih baik lagi dari
yang sekarang.
Daftar pustaka

Restu.2021.pernikahan menurut pandangan Islam:tujua tujuan ,penger


pengertian ,syarat sah.www.gremedia.com

R,fia afifah.2021.hukum serta syarat dan rukunnya.www.drami.co.id

Welianto,Ari .2020.dasar hukum pernikahan dalam Islam.www.komoas.com

Muhamad,bagus.2021.tujuan pernikahan dan hikmah


pernikahan.kumoran.com

Anda mungkin juga menyukai