Anda di halaman 1dari 45

STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH KUA

KEC. CAMPALAGIAN DALAM MENCEGAH


PERNIKAHAN USIA DINI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Jurusan Ushuluddin
Adab Dan Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene.

OLEH:

ST.NURFADILAH
NIM: 30356118013

JURUSAN USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH


STAIN MAJENE
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan proposal skripsi saudari St.Nurfadilah NIM:

30356118013. Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada

Jurusan Ushuluddin, Adab, dan Dakwah STAIN MAJENE, setelah meneliti dan

mengoreksi secara seksama proposal skripsi berjudul “Strategi Komunikasi

Penyuluh KUA Kec. Campalagian Dalam Mencegah Pernikahan Usia Dini

”memandang bahwa proposal skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah

dan dapat disetujui untuk diseminarkan.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Majene, 03 Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Fathiyah, S.Sos., M.I.Kom. Nuzha, S.Sy., M.H.I.


NIP. 198308172018012001 NIP. 1987120720180112002

II
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Fokus Penellitian...........................................................................................7

C. Rumusan Masalah.........................................................................................7

D. Tujuan Penelitian..........................................................................................7

E. Manfaat Penelitian........................................................................................8

F. Penelitian Terdahulu.....................................................................................8

BAB II....................................................................................................................11

TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................11

A. Tinjauan Pustaka.........................................................................................11

B. Penyuluh Agama.........................................................................................17

C. Strategi Komunikasi....................................................................................24

D. Teori Strategi Komunikasi Persuasif..........................................................26

BAB III..................................................................................................................28

METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................28

A. Jenis dan Lokasi Penelitian.........................................................................28

B. Pendekatan Penelitian.................................................................................29

C. Sumber Data................................................................................................30

D. Metode Pengumpulan Data...........................................................................31

III
E. Instrumen Penelitian...................................................................................34

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data........................................................34

G. Pengujian Keabsahan Data..........................................................................37

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

OUTLINE PENELITIAN......................................................................................41

IV
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkawinan adalah suatu perbuatan kodrati yang Allah SWT

anugerahkan kepada semua makhluk-Nya, terutama manusia, yang terbaik di

dunia karena banyak kelebihannya dibandingkan makhluk lainnya. Fakta bahwa

manusia memiliki akal dan dapat membedakan antara perilaku yang benar dan

salah adalah salah satu keuntungannya. Akibatnya, pedoman perkawinan manusia

berbeda dengan mahkluk lain. Allah SWT menciptakan manusia dalam berbagai

bentuk berpasang-pasangan dengan makhluk lain agar dapat menghasilkan

keturunan. Pernikahan adalah satu-satunya cara untuk memiliki anak secara sah

dalam Islam.1

Pernikahan dini saat ini menjadi isu dunia, Pada tahun 2010, angka

pernikahan dini di Indonesia menduduki peringkat 37 dunia, menjadikannya salah

satu negara dengan angka tertinggi. Menurut Kementerian Bisnis dan Sosial

(2011), Indonesia memiliki angka pernikahan dini tertinggi kedua di Perhimpunan

Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) setelah Kamboja. 2,6% wanita berusia

antara 10 dan 50 menikah antara usia 15 dan 19 (Rikesdes, 2013) 2013)

Kementerian Kesehatan, RI Menurut data SDKI 2012, 340.000 anak perempuan

menikah muda setiap tahun.2

Akhmad Dzul Fauzi, Skripsi: Peran KUA Mengurangi Tingkat Perkawinan Dibawah
1

Umur di Kec. Buttu Batu Kab. Enrekang, (Makassar: Universitas Muhammadiyah makassar,
2021).
2
Yekti Satriyandar, Pernikahan Usia Dini Remaja, (Grup Penerbitan CV Budi Utama,
2021), h.1

1
Dengan menggunakan istilah kata ‫( نكح‬nakaha( atau ‫) زواج‬zawaja(, yang

mengacu pada bergabung, melakukan hubungan seks, dan mengadakan kontrak.

Aqad juga dikenal sebagai perjanjian untuk memungkinkan kontak seksual,

dengan istilah perkawinan. Pernikahan itu penting karena membantu orang

menemukan keharmonisan dalam kehidupan sosial, psikologis, dan biologis

mereka. Pernikahan juga meningkatkan kemampuan mental atau spiritual

seseorang untuk mengendalikan emosi dan seksual. Kematangan emosi

merupakan faktor penting dalam mempertahankan pernikahan permanen yang

kuat. Menjaga kunci keberhasilan rumah tangga sangat bergantung pada

kematangan emosi.3

Firman Allah dalam Q.S. Ar-Rum 30/21 yang berbunyi:

َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬


‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَ َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم‬
َ ِ‫َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّكر ُْو َن‬
Terjemahan:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri. Supya kamu cemderung dan
merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.4

Terjemahan Bahasa Mandar:


Anna alama’akkuasanna (puang Alla Taala), diangi
mappara’bue’disesemu baine-baine simbassamu, mamoare’o melo’ anna
amang disesena, anna napajari disesemu saying makkesayang.
Sitonganna di bassa di’o tongang diang alama’(tanda) di to mapikkir.5

3
Agus Mahfuddin, Khairatul Waqi’ah Pernikahan Dini Dan Pengaruhnya Terhadap
Keluarga di Kabupaten Sumenep Jawa Timur Vol. 1, No. 1, April 2016;
4
Muh.Idham Khalid Bodi, Terjemahan Al-Qur’an Dalam Bahasa Mandar (RI AL-Quran
Mandar Indonesia) Yayasan MENARA Ilmu 2003, h. 702

2
Sesuai dengan pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang

mengatur tentang Perkawinan, ikatan perkawinan diperbolehkan jika laki-laki

berumur 19 tahun dan perempuan berumur 16 tahun. Pasal 6 ayat 2 akad nikah

menyatakan bahwa seseorang yang belum berumur 21 tahun harus mendapat izin

dari kedua orang tuanya sebelum menikah.

Menurut Komplikasi Aturan Islam (KHI) Pasal 2, perkawinan adalah

“akad yang sangat kuat, yaitu ( ‫ )غليظا ميثقا‬miitsaaaqan ghalidzan untuk mentaati

perintah Allah dan melaksanakannya adalah ibadah”.6 Ini adalah definisi

pernikahan. Perkawinan didefinisikan sebagai “ikatan jasmani dan rohani antara

seorang pria dengan seorang wanita yang menjadi suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”, menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.7

Sesuai dengan ajaran Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, diperlukan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak untuk

menjaga keharmonisan rumah tangga yang sinkron. Hal ini sangat berpengaruh

terhadap kelangsungan sebuah pernikahan. Setelah perkawinan yang sah, akan

muncul aturan, yaitu bahwa kedua belah pihak harus saling memenuhi hak dan

kewajibannya masing-masing. Pernikahan bukan sekadar kontrak antara wanita

atau berhubungan seks. Banyak pernikahan di bawah umur antara remaja di

5
Muh. Idham Khalid Bodi, Terjemahan Al-Quran Dalam Bahasa Mandar (RI AL-Quran
Mandar Indonesia) Yayasan MENARA Ilmu 2003, h. 702
Zeni Nur Alviyani, Strategi Kantor KUA Dalam Upaya Mengurangi Angka
6

Pernikahan Dini
7
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016),
h. 4.

3
bawah umur telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Seorang pria dan seorang

wanita dapat menikah ketika salah satu atau keduanya berusia di bawah 18 tahun.

Ini dikenal sebagai "perkawinan di bawah umur".8

Gambar. 1 Data Pernikahan dibawah Umur pada KEC. Campalagian


5%
18%

39%

39%

2019 2020 2021 2022

Sumber: KUA Kec. Campalagian , 2022

Salah satu daerah yang mengalami peningkatan pernikahan dini adalah

Sulawesi Barat. Pada tahun 2004, provinsi ini juga merupakan bagian dari

Sulawesi Selatan. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulawesi Selatan,

daerah yang kini menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Barat ini mengalami

keterbelakangan yang cukup lama.

Salah satu isu yang harus dibenahi adalah tingginya angka pernikahan

dini di Sulawesi Barat. 19,2% penduduk Sulawesi Barat menikah sebelum berusia

18 tahun, menurut data BPS. Karena itu, Sulawesi Barat menjadi provinsi dengan

8
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h.
4.

4
perkawinan anak di bawah umur terbanyak, setelah Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Tengah. Informasi tersebut dirangkum oleh Pendeta Penguatan

Wanita dan Penjaminan Muda (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Puspayoga. Ia

mengklaim Indonesia memiliki angka pernikahan dini yang tinggi, terbukti

dengan 22 provinsi selain Sulawesi Barat memiliki angka yang lebih tinggi dari

rata-rata nasional yaitu 10,82 persen. Menurut data, perkawinan anak lebih banyak

terjadi di desa dibandingkan di kota.

Setiap tahun, Campalagian mengalami angka pernikahan dini yang

tinggi. Kekerasan dalam rumah tangga, angka putus sekolah yang tinggi, dan

rendahnya tingkat pendidikan dikombinasikan dengan persyaratan sosiokultural

setempat adalah konsekuensi dari semua ini. Para peneliti menemukan,

berdasarkan pengamatan awal mereka, bahwa orang tua menjodohkan anak

mereka yang masih kecil dengan wanita hamil sebelum menikah, meskipun

faktanya mereka tidak menyadari konsekuensinya. ada juga responden yang tidak

siap untuk memulai sebuah keluarga, kecewa dengan masa mudanya, harus

menunda les, masih muda tetapi kemudian bermasalah dengan masalah keuangan

dan membuat kesal orang tua mereka.9

Berdasarkan informasi tentang pernikahan dini Kec. Jika kita melihat

asal tempat tinggal pada tabel di atas, kita dapat melihat bahwa penelitian ini

dilakukan pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun yang tinggal di pedesaan

dibandingkan dengan perkotaan. Pernikahan dini mengalami peningkatan sebesar

18% hingga 39% pada data tahun 2019-2020, sedangkan kondisi pernikahan dini

9
Hasil Observasi KUA

5
mengalami penurunan sebesar 39% hingga 4% pada data tahun 2021-2022. Hal

ini terjadi karena berbagai alasan, antara lain kawin paksa dan status sosial

ekonomi yang rendah, menurut temuan wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti. Perjodohan, agama, tuntutan keluarga, tekanan sosial, kemauan sendiri,

dan pendidikan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan usia

muda.10

Sosialisasi berupa penyuluhan di berbagai sekolah dan desa dengan

angka pernikahan dini yang tinggi merupakan salah satu upaya yang dilakukan

untuk mengurangi atau menghilangkan pernikahan dini di kalangan remaja

khususnya yang masih bersekolah.

Di bawah naungan Kementerian Agama, para penyuluh agama diberi

wewenang, tanggung jawab, dan hak penuh untuk memberikan bimbingan atau

penyuluhan keagamaan kepada masyarakat. Kegiatan sosialisasi dilakukan dua

kali seminggu oleh ketua dan penyuluh yang ditanggapi positif oleh orang tua dan

masyarakat sekitar. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh KUA untuk

memprediksi kecenderungan masyarakat terhadap pernikahan dini guna

mengurangi faktor-faktor yang dapat merugikan masa depan anak.

Penyuluh agama di Campalagian sering memberikan bimbingan penyuluhan

agama kepada masyarakat dan pasangan pernikahan dini, serta remaja dan anak-

anak yang masih bersekolah, melalui berbagai kegiatan keagamaan. Melalui

ceramah dan nasihat mingguan, mereka telah belajar tentang efek pernikahan dini.

Asniar khumas, Jurnal: Desain Prevensi Terhadap Tingginya Angka Perceraian Dan
10

Pernikahan Dini Di Sulawesi Barat, (Universitas Negeri Makassar, 2021), h. 175.

6
B. Fokus Penellitian

1. Strategi komunikasi

Strategi komunikasi adalah Strategi komunikasi merupakan langkah awal

dan menjadi penentu dalam bagaimana komunikasi lingkungan akan dijalankan.

Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan banyak hal dengan memperhitungka

faktor-faktor pendukung atau faktor yang menghalanginya dengan

memperhitungkan dan memperhatikan tahapan dan Langkah-langkah dalam

strategi komunikasi.11

2. Pernikahan dini

Pernikahan dini adalah ikatan lahir dan batin anatar pria dan wania untuk

hidup Bersama membentuk rumah tangga dan melajutkan keturunan dimana usia

pria dibawah 19 tahun atau wanita dibawa 16 tahun.12

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimna Strategi komunikasi penyuluh KUA Kec. Campalagian dalam

mencegah pernikahan usia dini?

2. Apa hambatan penyuluh agama dalam kegiatan sosialisasi pencegahan

pernikahan usia dini?

D. Tujuan Penelitian

Tidak jauh berbeda dengan karya tulis ilmiah yang lain, penelitian ini

dapat diharapkan memberikan sebuah jawaban yang konkret terhadap subjek yang

Https://Www.Google.Com/Amp/S/Katadata.Co.Id/Amp/Safrezi/Berita/61/De8d9d4a987
11

Komunikasi-Adalah-Definisi-Unsur-Dan-Tujuannya
12
Fitria siswi utami, Pernikahan Dini Usia Remaja, , (Grup Penerbitan CV Budi Utama,
2021), h.5.

7
dijadikan kajian dan pandangan untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka

yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui Strategi komunikasi penyuluh KUA Kec.

Campalagian dalam mencegah perkawinan usia dini?

2. Untuk mengetahui hambatan penyuluh agama dalam kegiatan sosialisasi

pecegahan pernikahan dini?

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Untuk memberikan informasi tentang pernikahan usia dini di Kecamatan

Campalagian pada umumnya dan pada masyarakat terhadap/pemikiran akan

pentingya pengetahuan dibidang pernikahan, dan memberikan kontribusi dalam

bidang hukum dan komunikasi, khususnya tentang pernikahan usia dini di Kec.

Campalagian.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan

bagi penyuluh KUA, pemerintah, kepala desa, dan masyarakat, agar dapat

mengurangi tingkat pernikahan usia dini dan hendaknya dapat mematuhi aturan

Undang-undang tentang pernikahan demi kemaslahatan dan tercapainya tujuan

pernikahaan.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari adanya persamaan dari penelitian-penelitian

terdahulu, maka perlu calon peneliti mengemukakan beberapa penelitian yang

8
sudah di tulis oleh peneliti sebelumnya dan juga akan memperjelas posisi

penelitian dalam kajian Pustaka, Adapun penelitian-penelitian sebelumnya adalah:

1. Penelitian Ilham Adriyusa 2020, Pernikahan Dini (Studi Kasus Di

Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah). Penelitian ini

membahas tentang faktor yang menyebabkan pernikahan dini, serta

pandangan masyarakat terhadap pernikahan dini. Untuk mengetahui

permasalahan yang menyeluruh dan lebih mendalam. Jenis penelitian

menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi.13

2. Penelitian Sindi Aryani 2021, Studi Pernikahan Anak Dibawah Umur Di

Era Pandemic Covid-19 Di Desa Kembang Kerrang Daya Kecamatan

Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini membahas tentang

faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan anak di bawah umur di

era pandemic-19 di desa kembang kerrang daya. Jenis penilitian ini

adalah penilitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik

pengumpulan data dalam penilitian menggunakan wawanacara,

observasi, dan wawancara.14

3. Penelitian Larasati Dwi Manda Sari, Upaya Penyuluh Agama Islam

Dalam Menangani Pernikahan Di Bawah Umur. Penelitian Ini membahas

tentang penyebab perrnikahan di bawah umur di KUA Kec. Siliragung

Ilham Adriyusa, Pernikahan Dini(Studi Kasus Di Kecamatan Gajah Putih Kabupaten


13

Bener Meriah).
Sindi Aryani, Studi Pernikahan Anak Dibawah Umur Di Era Pandemic Covid-19 Di
14

Desa Kembang Kerrang Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur).

9
Kab. Banyuwangi disebabkan oleh rendahnya Pendidikan, kurangnya

pengetahuan tentang undang-undang pernikahan nomor nomor 16 tahun

2019, pergaulan bebas yang mengakibatkan terpaksa untuk menikah dan

pengaruh teknologi yang canggih yakni media massa. Jenis penilitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tekhnik

pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode wawancara,

observasi, dan dokumentasi.15

4. Penelitian Yekti Satriandi, S.ST., M.Kes. Pernikahan Dini Usia Remaja.

Penelitian ini membahas tentang meningkatnya pernikahan dini di Kec.

Godean Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta. Disebabkan calon pengantin

perempuan hamil sebelum menikah. Dan dilihat dari budaya masyarakat

yang mempunyai kecenderungan untuk menikah pada usia dini karena

anak-anak yang dianggap dewasa meski belum cukup umur. Jenis

penilitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan observasi, wawancara mendalam.16

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya memiliki

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Fokus

penelitiannya rata-rata ke masalah pernikahan dini. Sedangkan penelitian yang

saya lakukan lebih berfokus kepada strategi penyuluh dan apa peran penyuluh

dalam mencegah pernikahan dini.

Larasati Dwi Mandasari, Upaya Penyuluh Agama Islam Dlam Menangani Pernikahan
15

Dibawah Umur(Studi Kasus Di KUA Kecamatan Siliragung Kab. Banyuwangi).


16
Yekti Satriyandari, Pernikahan Dini Usia Remaja, (Grup Penerbitan CV Budi Utama,
2021), h. 9.

10
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pernikahan Dini
Tren pernikahan dini saat ini sedang meledak, Anak-anak di bawah usia

18 tahun tidak diperbolehkan menikah dalam pernikahan dini. Usia di mana

seorang anak termasuk dalam kategori tertentu berbeda-beda di setiap negara.

Bahkan dari sejumlah forum atau organisasi internasional. Hampir di seluruh

dunia, khususnya di negara-negara berkembang, pernikahan usia muda adalah hal

biasa. Pernikahan dini secara kokoh dilandasi oleh berbagai faktor atau latar

belakang. Budaya yang sudah mendarah daging di masyarakat, mentalitas orang

tua, agama, ekonomi, dan berbagai faktor lainnya adalah di antaranya. Misalnya,

pernikahan dini tidak jarang terjadi di beberapa daerah terpencil di Indonesia. Hal

ini karena kepercayaan budaya yang lazim bahwa wanita terutama akan tetap

menjadi ibu rumah tangga, tidak memerlukan pendidikan tambahan, dan bahwa

mereka lebih baik menikah untuk memiliki anak.

Di sisi lain, alasan lain adalah masalah keuangan yang mendesak, dan

perempuan biasanya menjadi korbannya. Bagi orang-orang beragama yang sering

menyatakan bahwa mereka berpacaran dan melakukan jinnah, lebih baik

menikahkan mereka untuk menghindari percakapan yang canggung. Dalam

pandangan agama Islam, pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi pada

individu yang belum mencapai masa pubertas. Meskipun beberapa sumber

menyebutkan bahwa usia puber adalah 15 tahun, namun masyarakat Baligh

11
sendiri tidak menganut standar umum tertentu. Namun, memproduksi sperma bagi

pria dan menstruasi bagi wanita merupakan indikator kedewasaan yang sangat

jelas. Padahal siklus setiap orang sangat berbeda.17

2. Faktor yang Mendorong Terjadinya Pernikahan Dini

Alfiyah mengatakan ada beberapa hal yang mendorong pernikahan dini:

a. Sebuah Faktor yang berkaitan dengan ekonomi Karena beberapa

keluarga hidup di bawah garis kemiskinan, gadis-gadis muda menikah

dengan pasangan yang mampu untuk meringankan beban keuangan

orang tua mereka.

b. Rendahnya tingkat pendidikan, serta pengetahuan orang tua, anak, dan

masyarakat menyebabkan orang tua menikahkan anaknya yang masih di

bawah umur dengan cara serupa.

c. Faktor-faktor yang melibatkan orang tua, Orang tua mengkhawatirkan

anak-anak mereka, terutama anak perempuan yang berpacaran dengan

laki-laki dan melanggar norma sosial sehingga mereka ingin segera

menikahinya.

d. Remaja ingin mencoba melakukan hubungan seksual sebelum menikah

karena pengaruh media massa dan gencarnya pemaparan seks di media.

e. Faktor budaya dan adat menikah di usia muda adalah hal yang wajar

karena orang tua khawatir anaknya akan dianggap sebagai perawan tua,

sehingga mereka segera menikah.18

Novianti Sulaeman, Pernikahan Dini di Indonesia, (Al-Wardah:Jurnal Kajian


17

Perempuan, Gender Dan Agama Vol:12, No:2), h. 143.


Yekti satriyandari, Pernikahan Dini Usia Remaja, (Grup Penerbitan CV Budi Utama,
18

2021), h. 5.

12
3. Dampak Pernikahan Usia dini

Karena kurangnya kesiapan fisik, mental, dan material, mereka yang

melangsungkan pernikahan dini dipastikan akan mengalami berbagai dampak

negatif. Telah ditemukan bahwa banyak pasangan pengantin baru berjuang untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan tidak menyadari hak dan tanggung

jawab baru yang datang dengan memulai sebuah keluarga. Dampak pernikahan

dini tidak hanya dirasakan oleh pasangan suami istri, tetapi juga oleh seluruh

keluarga dan anak yang dikandungnya. Konsekuensi ini meliputi:

a. Pengaruh terhadap Suami dan Istri

Keegoisan merupakan penyebab umum pertengkaran antara suami dan

istri ada juga kurangnya kesinambungan dalam hubungan rumah tangga akibat

ketidaktahuan tentang kehidupan pernikahan dan hak serta tanggung jawab baru

yang menyertainya.

b. Beban keuangan

Setiap keluarga berkurang karena suami sekarang bertanggung jawab

atas salah satu anak. Jika terjadi perpisahan maka akan memutus ikatan

kekeluargaan dan mencemarkan nama baik keluarga yang sebenarnya.

c. Anak

Anak akan mengalami gangguan dalam masa perkembangannya akibat

kurangnya perhatian orang tua, rendahnya kecerdasan anak akibat

ketidakmampuan orang tua dalam mendidik, dan keterbukaan anak yang lebih

besar akibat perbedaan usia orang tua.19

19
Fachria Octaviani, Dampak Pernikahan Usia Terhadap Perceraian di Indonesia, h.43-
44.

13
4. Hukum Pernikahan Berdasarkan Pancasila

Merujuk pada sistem hukum nasional yang berpijak pada landasan

ideologis dan konstitusional negara (Pancasila dan UUD 1945), perlu dipahami

bahwa sistem hukum yang dimaksud di sini adalah sistem hukum yang dibangun

atas kreativitas dan kegiatan dilakukan berdasarkan selera dan rekayasa bangsa itu

sendiri. Namun, juga tidak terlepas dari sistem hukum perkawinan yang masih

bersifat pluralistik.20

Setiap penduduk negara tunduk pada undang-undang perkawinan yang

sama. Oleh karena itu, setiap warga negara wajib mentaati semua hukum yang

berlaku, termasuk hukum perkawinan, yang menjadi landasan untuk menegakkan

kepastian hukum tentang hukum keluarga, harta benda, dan akibat hukum suatu

perkawinan. pernikahan. Al-Qur'an dan hadits yang merupakan teks Islam dalam

hal ini tidak secara spesifik menyebutkan usia minimum untuk menikah.

Umumnya, mereka harus berpikiran sehat, telah mencapai pubertas, dan mampu

membedakan antara yang baik dan yang buruk sebelum mereka dapat menyetujui

pernikahan.

Karena pencanangan garis besar negara yang mengatur tentang

perkawinan, yaitu peraturan khusus nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,

dapat memahami tujuan perkawinan, salah satunya agar perkumpulan yang akan

melakukan perkawinan itu dibina secara sungguh-sungguh dan intelektual.

Akibatnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menetapkan batas minimal usia

Tengku Erwinsyahbana, Sistem Hukum Perkawinan Pada Negara Hukum Berdasarkan


20

Pancasila, (Asrama Singgasama,Vol 3 No. 1), h.17.

14
perkawinan: “perkawinan hanya diperbolehkan apabila pihak laki-laki telah

mencapai usia 19 tahun dan pihak perempuan telah mencapai 16 tahun”. Dengan

adanya batasan usia tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa undang-undang

tidak mengamanatkan pelaksanaan perkawinan anak di bawah umur.21

5. Pernikahan Dini dalam Pandangan Islam

Pernikahan merupakan salah satu sunnah dan syariat Nabi Muhammad

SAW. Kata "perkawinan" berasal dari kata Arab "nakaha," yang berarti

menggabungkan, mengumpulkan, atau menambahkan. Al wath, yang mengacu

pada aktivitas seksual, juga disebut nikahsam. sedangkan para ahli fikih menyebut

pernikahan sebagai akad, yaitu cara yang sah untuk melakukan hubungan seksual.

Nikah itu mubah, artinya diperbolehkan. Jika Anda ingin siap lahir dan batin

untuk menikah dan dapat memenuhi hak dan kewajiban Anda dalam rumah

tangga, Anda harus menikah, karena pernikahan lebih dari sekedar ekspektasi

seksual atau virtual itu juga mengharuskan kedua belah pihak memenuhi perannya

sebagai suami dan istri. Dengan sedapat mungkin menghormati pernikahan, Islam

tidak menyampaikan batasan usia yang ideal untuk menikah. Seorang wali dapat

menikah sebelum atau setelah anaknya mencapai usia baliqh Masih ada

perdebatan dan kekhawatiran tentang pernikahan dini. Bidang studi juga melihat

banyak hal yang berbeda dan melibatkan banyak pihak yang berbeda, seperti

Zulfiani, Kajian Hukum Terhadap Perkawinan Anak dibawah Umur Menurut Undang-
21

Undang Nomor 1 Tahun 1974

15
pertemuan keagamaan, lembaga eksekutif dan legislatif, dan media massa (online,

cetak, dan televisi).22

Kelahiran prematur dan berat lahir yang berlebihan merupakan hasil

potensial dari pernikahan dini dan persalinan. Angka kelahiran juga lebih tinggi

dan risiko hamil lebih lama bagi perempuan yang menikah muda. Resiko

ketidaksiapan mental untuk membina pernikahan sebagai orang tua yang

bertanggung jawab, kegagalan pernikahan, dan kehamilan dini dengan resiko

kematian ibu akibat ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung dan

melahirkan bayinya semuanya berkontribusi terhadap rendahnya kualitas

keluarga. Perkawinan remaja juga berdampak pada rendahnya kualitas keluarga.

6. Tujuan Pernikahan Dini

Dalam agama, menikah bukan hanya tentang memiliki anak, itu juga

tentang mengikuti aturan agama untuk membangun keluarga yang bahagia,

sejahtera, dan harmonis. keharmonisan dalam memanfaatkan hak dan kewajiban

anggota keluarga. Kemakmuran adalah berkembangnya kemudahan baik jasmani

maupun rohani sebagai akibat terpenuhinya kebutuhan dasar seseorang, baik

jasmani maupun rohani. Hasil kebahagiaan terwujud dalam bentuk kasih sayang

antar anggota keluarga. Ketika seorang pria dan seorang wanita membentuk ikatan

jasmani dan rohani dengan maksud untuk memulai sebuah keluarga, mereka

menjadi suami dan istri. Perkawinan ini juga dapat dianggap perkawinan jika

dilakukan menurut adat atau agama. Dianggap pernikahan dini ketika pasangan

menikah saat mereka masih relatif muda. Usia yang umumnya awet muda yang

Mayadina Rohmi Musfiroh, Pernikahan Dini dan Upaya Perlindungan Anak di


22

Indonesia, vol.8. No 2, 2016, h. 64-73.

16
disinggung adalah masa pubertas, khususnya usia antara 10-19 tahun yang telah

melakukan ikatan fisik dan keduniawian sebagai awal pergaulan atau pergaulan

masa muda.23

B. Penyuluh Agama
1. Pengertian Penyuluh Agama Islam

Dalam bahasa Indonesia, kata penyuluhan berasal dari kata obor yang

berarti sumber penerangan di tengah kegelapan dan alat penerangan. Kata

konseling sebenarnya berasal dari kata bahasa Inggris konseling, yang mengacu

pada pemberian nasihat secara tatap muka kepada individu lain. Memberi nasehat

atau nasihat kepada orang lain secara pribadi dalam suasana tatap muka inilah

yang disebut dengan konseling.

Memberikan uang kepada orang-orang dalam konseling agama

membantu mereka mengatasi rintangan, membuat pilihan bijak tentang bagaimana

menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka, dan mengembangkan kepribadian

mereka yang berbeda. Salah satu ajaran Tuhan, agama berfungsi sebagai pedoman

hidup manusia dan memastikan manusia akan hidup bahagia di akhirat. Dalam

konteks agama Islam, konseling agama Islam diartikan sebagai upaya yang

dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk secara sadar dan berkala

menyampaikan ajaran agama Islam kepada masyarakat luas melalui berbagai cara

yang efektif dan sesuai dengan tujuan konseling tersebut. kondisi. untuk

menemukan kebahagiaan baik sekarang maupun di masa depan. Tujuan akhir dari

konseling agama Islam pada hakekatnya adalah terwujudnya kehidupan

23
Adiyana Adam, Dinamika Pernikahan Dini, Vol, No.1. h. 17

17
masyarakat yang memiliki pemahaman yang cukup tentang Islam sebagaimana

ditunjukkan oleh pengalamannya, yang penuh komitmen dan sejalan dengan

wawasan multikultural, agar dapat menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis

dan saling menghargai satu sama lain.24

2. Tujuan Penyuluh Agama Islam

Untuk mencapai tujuan tertentu, konseling agama memerlukan sejumlah

tindakan atau prosedur. Salah satu unsur kunci dan krusial dalam proses

penyuluhan keagamaan adalah tujuan, yang memberikan arahan atau bimbingan

langkah-langkah kegiatan penyuluhan. Cakupan kegiatan yang luas dapat

ditampung dengan menggunakan tujuan penyuluhan sebagai landasan untuk

membuat tujuan dan strategi atau kebijakan penyuluhan, serta untuk tindakan

operasional, memilih dan mempengaruhi penggunaan metode dan media.

Sedang tujuan penyuluhan agama pada umumnya adalah:

a. Menyeru kepada Allah (meningkatkan iman dan takwa) adalah tujuan

akhir.

b. Kebahagiaan sekarang dan di masa depan adalah tujuan utama.

c. Tujuan khususnya adalah untuk mengintegrasikan Islam ke dalam setiap

aspek kehidupan manusia dengan mengisi celah itu dan menawarkan

nasihat yang disesuaikan dengan keadaan dan masalah masing-masing

individu.

24
Ilham, Peranan Penyuluh Agama Islam dalam Dakwah, (Vol 17 No. 33 Januari-Juni
2018). h. 53.

18
d. Tujuan urgensi adalah mencari solusi atas permasalahan yang ada di

masyarakat saat ini, khususnya yang menghambat masyarakat sejahtera

lahir dan batin.

e. Tujuan insidentil adalah untuk mencari solusi atas masalah yang dapat

muncul sewaktu-waktu di masyarakat, seperti suap, pemerasan, dan

masalah lain seperti penyakit dan kecacatan.

Namun karena sifatnya yang masih sangat umum, maka tujuan tersebut

belum dapat digunakan secara operasional untuk mengukur keberhasilan kegiatan

penyuluhan. Oleh karena itu, tujuan operasional penyuluhan untuk kegiatan

penyuluhan harus ditetapkan, antara lain:

a. Simpati dapat dihasilkan dari pola pikir anti-tepung.

b. Keyakinan muncul dari pola pikir skeptis.

c. Sikap yang mulai bergeser ke arah keyakinan diri yang lebih besar Jika

dikaitkan dengan aktivitas mu'amalah dan ibadah lainnya,

d. Kemalasan dan ketidakpedulian digantikan oleh kegigihan dan

antusiasme.

e. Paksaan berubah menjadi kesadaran, kesadaran pribadi, dan rasa

memiliki muncul dari keputusasaan.

f. Perilaku rajin secara teratur meningkat kualitasnya (dari kuantitatif

menjadi kualitatif) .

g. Untuk menghindari mundur (mempertahankan kesinambungan),

pertahankan sikap dan perilaku rajin yang telah dikembangkan

sebelumnya.

19
h. Telah terjadi pergeseran kualitatif dari awalnya menerima konseling

menjadi memberikan konseling.

Tujuan penyuluhan dapat disimpulkan adalah untuk mendorong individu

agar bertaqwa dan bertakwa kepada Allah SWT, dan secara operasional terjadi

pergeseran dari negatif ke positif atau aktif, sehingga masyarakat sangat sadar

dalam menjunjung tinggi ajaran Islam dan kepribadian penuh tercapai. ,

kehidupan rumah tangga yang bahagia, dan masyarakat yang sukses, adil, dan

damai yang diridhoi oleh Allah SWT dan pada akhirnya menikmati kenikmatan

baik di dunia maupun di akhirat. agar masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi

untuk mengamalkan ajaran Islam, guna mewujudkan kepribadian yang utuh,

keluarga yang tenteram, dan masyarakat yang Islami, dari yang negatif atau pasif

menjadi positif atau aktif.25

3. Peranan Penyuluh Agama Islam

Ustadz telah menjadi pembimbing umat sejak awal. Mereka memimpin

masyarakat menuju kehidupan yang aman dan sejahtera dengan rasa tanggung

jawab yang tinggi. Guru tegas diperkuat oleh daerah bukan karena pengaturan

atau ras politik, apalagi didelegasikan oleh pilihan, namun tanpa bantuan dari

orang lain sebagai pelopor daerah mengingat kekuatannya.

Sejak awal, ustadz berperan sebagai pembimbing umat. dengan rasa

tanggung jawab yang tinggi mereka membawa masyarakat menuju kehidupan

yang aman dan sejahtera. Penyuluh agama dikukuhkan oleh masyarakat bukan

25
Ilham, Peranan Penyuluh Agama Islam dalam Dakwah, (Vol 17 No. 33 Januari-Juni
2018). h. 57.

20
karena pengangkatan atau pemilihan, apalagi diangkat dengan keputusan, tetapi

dengan sendirinya sebagai tokoh masyarakat karena kewenangannya.

Ustadz yang menjadi pemuka agama senantiasa memimpin, mengayomi,

dan menggerakkan masyarakat untuk berbuat kebaikan dan menghilangkan

keburukan. Mereka juga mengundang masyarakat ke acara-acara yang merupakan

bagian dari tujuan komunitas mereka untuk mengembangkan wilayah mereka

menjadi fasilitas sosial dan ibadah. Dengan perjuangan menyukseskan program

pemerintah, ustadz menjadi tempat masyarakat bisa bertanya dan mendapatkan

jawaban dari mereka. Sebagai pemimpin aksi masyarakat, ustadz menjadi iman

dalam masalah agama, masalah sosial, dan masalah negara. Demikian pula, ustadz

tidak hanya bertanggung jawab untuk mendaraskan ajaran agama, tetapi juga

seluruh kegiatan pendidikan yang melibatkan pemberian arahan dan penjelasan

mengenai berbagai program pengembangan dan pelajaran yang telah

dipelajarinya. Posisi guru yang tegas sangat penting, baik untuk menyampaikan

misi yang tegas maupun misi peningkatan.26

Tugas agama selain berfungsi sebagai pendorong utama bagi masyarakat

untuk turut serta membangun secara efektif adalah juga ikut mengalahkan

berbagai penghambat yang memperlambat jalannya perbaikan, khususnya

mengalahkan pengaruh kemajuan untuk berperan dan menang dalam perbaikan

suatu negara. masyarakat yang sangat kuat secara efektif. Penyuluh tidak hanya

bertanggung jawab untuk memberikan penyuluhan agama dalam arti sempit

mengaji, tetapi juga untuk semua kegiatan pendidikan yang mencakup


26
Aep Kusnawan, Urgensi Penyuluh Agama, (Bandung, Vol.5 No.17 Januari-Juni 2011),
h. 279.

21
memberikan arahan dan penjelasan mengenai berbagai program pembangunan.

Penyuluh memfasilitasi kehidupan yang aman dan sejahtera bagi masyarakat dan

berfungsi sebagai panduan bagi mereka yang memiliki rasa tanggung jawab.

Dalam mengkomunikasikan misi agama dan pembangunan, posisi ustadz sangat

strategis. Penyuluh agama Islam juga berperan sebagai panutan, tempat bertanya,

dan tempat mengadu dalam rangka memecahkan berbagai persoalan yang

dihadapi umat Islam. Selain itu, fenomena kehidupan di tingkat masyarakat

mengalami perubahan gaya hidup yang signifikan, membuat tugas penyuluh

agama Islam semakin menantang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi

Dalam rangka mensukseskan program pemerintah, ustadz sebagai tokoh

juga berperan sebagai tokoh masyarakat, imam, dan dalam urusan agama dan

sosial serta urusan negara. Sebagai hasil dari kepemimpinannya, guru agama

Islam tidak hanya mendidik siswa tentang berbagai ucapan dan bentuk kata, tetapi

juga mendorong mereka untuk berlatih satu sama lain dan mengikuti teladan yang

diberikan oleh teladan ini dalam kehidupan sehari-hari, memastikan bahwa orang-

orang dengan tulus mengikutinya. instruksi. dan menghubungi pemimpin untuk

meminta bantuan.

Individu yang beragama dapat dengan mudah memahami konseling

agama ketika disampaikan dalam bahasa yang lugas. Penyuluh agama islam dalam

menjalankan kiprahnya di bidang bimbingan masyarakat islam harus mempunyai

tujuan agar suasana keberagamaan, bisa mereflesikan dan mengaktualisasikan

pemahaman, penghayatan serta pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan

22
serta pembangunan pada konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.27

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Campalagian sarat dengan

para penyuluh agama Islam yang berkompeten dalam menjalankan tugas

pokoknya. Pekerjaan mereka dengan masing-masing kelompok sasaran

menunjukkan hal ini. Pengamatan peneliti menunjukkan bahwa penyuluh agama

Islam beroperasi di lingkungan KUA, khususnya dengan menyelenggarakan acara

penyuluhan di desa dan menggunakan berbagai spesialisasi tugas.28

4. Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Agama Islam

a. Tanggung jawab utama penyuluh agama Islam

Tanggung jawab utama agama Islam adalah melaksanakan dan

mensosialisasikan kepada masyarakat, melalui bahasa agama, kegiatan bimbingan

atau penyuluhan keagamaan dan pengembangan.

b. Fungsi Penyuluh Agama Islam

1) Fungsi Informatif dan Edukatif

Penyuluh agama Islam dapat memposisikan diri sebagai penceramah

yang dituntut untuk mendakwahkan Islam, memberikan penjelasan agama, dan

mendidik masyarakat sebanyak-banyaknya sesuai dengan Al-Qur'an dan tuntunan.

Sunah Nabi.

2) Fungsi konsultatif
27
Aep Kusnawan, Urgensi Penyuluh Agama, (Bandung, Vol.5 No.17 Januari-Juni 2011),
h. 280.
28
Observasi Di KUA Kecamatan Campalagian Pada Tanggal 28 Desember 2021

23
Ustadz juga mempertimbangkan dan menyelesaikan persoalan

masyarakat, termasuk persoalan pribadi, keluarga, dan masyarakat pada

umumnya.

3) Fungsi Advokasi

Ustadz memiliki kewajiban moral dan sosial untuk melakukan kegiatan

yang melindungi masyarakat secara keseluruhan dari berbagai ancaman,

tantangan, dan hambatan yang merusak akidah, mengganggu ibadah, dan

merintangi akhlak.29

C. Strategi Komunikasi

Kata bahasa Inggris untuk komunikasi adalah "communation",

sedangkan "communicatus", yang berarti "berkembang atau menjadi milik

bersama", berasal dari bahasa lain. Proses saling berbagi di antara pihak-pihak

yang melakukan kegiatan komunikasi tersebut juga dapat diartikan sebagai

komunikasi. Seperti yang ditunjukkan oleh referensi New Colliate Word Webster,

korespondensi adalah proses perdagangan data antara orang-orang melalui

pengaturan gambar, tanda, atau perilaku.30

Sebuah. Strategi komunikasi Kata Yunani "stratos", yang berarti tentara,

dan "agein", yang berarti memimpin, adalah asal kata "strategi". Akibatnya,

rencananya adalah untuk memimpin tentara. Istilah strategos, di sisi lain, mengacu

pada panglima militer di puncak hierarki. Oleh karena itu, strategi mengacu pada

29
Nurul Laila Hidaya, Strategi Komunikasi Dakwah Penyuluh Agama Islam dalam
Pembinaan Keluarga Sakinah (Studi Kasus Dikampung Sakinah Kebupaten Jember), Vol. 3, No
Juli 2020:40-66, h.55.
30
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Katadata.Co.Id/Amp/Safrezi/Berita/61/
De8d9d4a987/Komunikasi-Adalah-Definisi-Unsur-Dan-Tujuannya

24
konsep militer yang dapat dipahami sebagai seni perang para jenderal atau strategi

terbaik untuk memenangkan perang. "Tidak ada artinya kecuali mengetahui apa

yang akan dilakukan musuh, sebelum musuh melakukannya," adalah strategi dan

prinsip utama yang perlu diingat.

Menurut Suryadi, “strategi komunikasi berarti pedoman dari perencanaan

komunikasi (communication plan) dan manajemen” untuk mencapai suatu tujuan.

Strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasi taktis perlu

dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (atau pendekatan) dapat berubah dari

waktu ke waktu berdasarkan situasi dan kondisi. Strategi yang ditafsirkan secara

makro (strategi multimedia terencana) dan mikro (strategi komunikasi media

tunggal) adalah dua komponen penting dari strategi komunikasi yang perlu

diselidiki dan dipahami secara menyeluruh. Menurut sudut pandang ini, upaya

untuk mengemas pesan agar dapat dikomunikasikan secara efektif lebih mungkin

dihasilkan dari makna strategi komunikasi.

Strategi komunikasi bersifat makro dan beroperasi secara vertikal dan

piramida. Komunikator atau orang yang menyampaikan atau mengirim pesan juga

menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi. Kredibilitas komunikator sebagai

sumber memainkan peran penting dalam hubungan ini. Kombinasi kepercayaan

dan keahlian disebut sebagai kredibilitas.31

31
Nurfahmi, skripsi: Strategi Komunikasi Persuasif Dalam Memanimalisirkasus
Penceraian Dikabupaten Gowa, (Makassar, universitas Muhammadiyah makassar, 2020).

25
D. Teori Strategi Komunikasi Persuasif

Kombinasi perencanaan komunikasi persuasif dan manajemen

komunikasi untuk mempengaruhi perilaku, opini, dan sikap seseorang merupakan

strategi komunikasi persuasif. Kecukupan korespondensi yang memikat, selain

dipengaruhi oleh kejelasan tujuan dan target yang diketahui, tidak diatur oleh

prosedur yang diatur. Akibatnya, operasi taktis harus tercermin dalam strategi

yang dikembangkan. Jadi yang harus diputuskan adalah siapa tujuan kita, pesan

apa yang akan disampaikan, dan apakah waktu yang digunakan cukup besar.

Upaya untuk mempengaruhi perilaku, agama, atau sikap audiens untuk

mencapai suatu tujuan dikenal sebagai komunikasi persuasif. Sederhananya,

kemampuan menyampaikan pesan sedemikian rupa sehingga audiens percaya

bahwa mereka punya pilihan dan setuju dengan itu adalah ciri komunikasi

persuasif yang efektif. Dalam sebuah organisasi, persuasi digunakan untuk

meyakinkan orang lain untuk mendapatkan ide atau inspirasi, mengatakan bahwa

cara kerja lebih baik, dan membuat orang mendukung kegiatan eksklusif.

Kegiatan dengan tujuan yang jelas yang harus dicapai merupakan

komunikasi persuasif. Oleh karena itu, agar setiap kegiatan persuasif berhasil

mencapai hasil yang diinginkan, itu harus didasarkan pada strategi tertentu. Ada

sejumlah pertimbangan yang perlu diberikan ketika memilih strategi yang akan

diterapkan. Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah keyakinan, nilai,

atau sikap target untuk mempengaruhi orang lain. Akibatnya, tujuan dari pesan

persuasif adalah untuk mengkondisikan, mendukung, atau mempengaruhi respons

target. Dengan cara ini, ada tiga tujuan yang kuat, yaitu (a) menghasilkan reaksi,

26
(b) memperkuat reaksi, dan (c) mengembangkan reaksi. Komunikasi persuasif

memerlukan pelaksanaan tindakan yang didefinisikan dengan jelas dan harus

diselesaikan. Oleh karena itu, agar setiap kegiatan persuasif berhasil mencapai

hasil yang diinginkan, itu harus didasarkan pada strategi tertentu. Ada sejumlah

pertimbangan yang perlu diberikan ketika memilih strategi yang akan diterapkan.

Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah keyakinan, nilai, atau sikap

target untuk mempengaruhi orang lain. Akibatnya, tujuan dari pesan persuasif

adalah untuk mengkondisikan, mendukung, atau mempengaruhi respons target.

Akibatnya, ada tiga tujuan persuasif: (a) memunculkan tanggapan, (b)

meningkatkan tanggapan, dan (c) mengubah tanggapan.32

32
Anaomi, Strategi Komunikasi Persusif Human Resources Development Dalam
Meyelesaikan Konflik Karyawan Pt Dimas Drillindo Cabang Duri Provinsi Riau, ( Pekan Baru:
Universitas Riau,Vol. 1, No. 2, 2014.

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif deskriptif adalah metode yang digunakan, dan

mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau dari mulut orang-orang dan perilaku yang diamati adalah jenis penelitiannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan metode

penelitian lapangan yaitu metode dimana peneliti terjun langsung ke lapangan

sebagai pengamat, mengamati realita, kemudian mencatatnya dalam buku

observasi, untuk memudahkan peneliti mendapatkan informasi yang jelas.

berfokus pada pengamatan alami tanpa mempengaruhi variabel.33

Yang dimaksud dengan “penelitian lapangan” adalah penelitian yang

sebagian besar penelitiannya dilakukan dalam setting sosial dunia nyata dan di

tengah-tengah masyarakat. Kehidupan keluarga, organisasi, universitas,

komunitas, kelompok agama, dan asosiasi profesional semuanya mencerminkan

situasi sosial ini. Metode utama pengumpulan data untuk jenis penelitian ini

adalah observasi, kuesioner, atau wawancara. Penelitian lapangan membutuhkan

lebih banyak keterampilan penelitian daripada penelitian perpustakaan.

Ketrampilan yang dimaksud adalah ketrampilan mewawancarai atau interviewing,

Ismail Suardi Wekke Dkk,Metode Penelitian Sosial,(Yokyakarta:Cv, Adi Karya


33

Mandiri), h. 35.

28
ketrampilan observasi atau observasi, ketrampilan pemecahan masalah saat

pengumpulan data lapangan, dan ketrampilan uji keabsahan data.34

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KUA Kec. Campalagian, Pemerintahan

Polewali Mandar, Sulawesi Barat, alasan peneliti memilih daerah ini karena

dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh calon peneliti dan

dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan

informasi yang substansial. Selain itu, penelitian dilakukan di KUA Kec.

Campalagian dan ingin mengetahui lebih jauh tentang strategi komunikasi KUA

Kec. Campalagian dalam mencegah pernikahan usia dini.

B. Pendekatan Penelitian

Tujuan dari strategi komunikasi penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi mengenai faktor-faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini

pada wanita di Kecamatan Campalagian.

1. Pendekatan Teologis Normatif

Salah satu pendekatan teologis untuk mencoba memahami agama secara

literal adalah Pendekatan Teologis Normatif. Pendekatan normatif ini dapat

dipahami sebagai upaya untuk memahami agama dalam kerangka teologis. Hal ini

berangkat dari keyakinan bahwa bentuk empiris suatu agama lebih akurat

daripada bentuk lainnya. Sikap mereka yang menganut teologi normatif ini sangat

dipengaruhi oleh hal ini.

34
Ismail Suardi Wekke Dkk,Metode Penelitian Sosial,(Yokyakarta:Cv, Adi Karya
Mandiri), h. 35.

29
2. Pendekatan Yuridis

Metodologi yuridis sebagaimana ditunjukkan oleh Pasal 1 Ayat 3 Tahun

1945 adalah untuk menjebol substansi pengaturan, atau setidak-tidaknya hasil

undang-undang dapat melengkapi pemeriksaan yuridis atau pemeriksaan yang

sah. Studi tentang regulasi memiliki atribut yang luar biasa mengingat sifatnya

yang mengatur. Banyak keinginan para ahli hukum Indonesia yang bertujuan

untuk mereduksi ilmu hukum melalui kajian sosiologis guna menaikkan derajat

ilmu hukum.35

3. Pendekatan Komunikasi Sosiologi

Pendekatan komunikasi sosiologis adalah studi ilmiah yang melihat

bagaimana perubahan gaya hidup dan interaksi antara orang mempengaruhi hasil.

Sosiologi komunikasi mengkaji sejumlah topik penting, seperti komunikasi

interpersonal dan kelompok, komunikasi langsung, dan penggunaan teknologi

komunikasi.36

C. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan ada dua yaitu:

1. Sumber Data primer

Di lapangan, data tangan pertama atau tangan pertama dianggap sebagai

sumber data primer. Strategi instruktur dan peran penyuluh adalah sumber utama

dari data yang bersangkutan, yang langsung berasal dari informasi yang relevan di

Novianto M Hantoro, Kajian Yuridis Pembentukan UU tentang Dewan Perwakilan


35

Rakyat RI(Vol.3, No.2, Desember 2012), h. 157.


Amalia Mustika, Sosiologi Komunikasi,(Bandung, Widina Bakti Persada, November
36

2020), h.74.

30
lapangan. Data primer penelitian ini berasal dari observasi dan wawancara dengan

sejumlah informan. Pengamatan, perspektif, tindakan, dan sikap adalah sumber

data utama dalam penyelidikan ini.

2. Sumber Data Sekunder

Data pendukung data primer berasal dari berbagai sumber seperti buku,

dokumen, dan referensi yang berkaitan dengan topik penelitian. Sebagian besar

data sekunder berupa laporan-laporan dokumentasi data yang dihasilkan oleh

forum-forum tertentu atau catatan-catatan yang dipublikasikan. Penelitian ini

menggunakan data sekunder dari buku, jurnal, dan catatan tentang permasalahan

yang dikaji yang relevan dengan strategi komunikasi dan peran penyuluh KUA

dalam pencegahan pernikahan dini.

D. Metode Pengumpulan Data


Pada pengumpulan data penulis menggunakan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Pengamatan terhadap suatu objek adalah sesuatu yang dipelajari, baik

secara langsung maupun tidak langsung, untuk mengumpulkan data guna

penelitian. sambil menyebutkan fakta objektif, analis harus turun langsung ke area

eksplorasi dan memperhatikan serta mencatat informasi yang diperlukan dalam

tinjauan. Oleh karena itu peneliti akan melakukan observasi langsung di tempat

penelitian yaitu KUA Kec. Kantor Campalagian, dan peneliti akan mengamati

bagaimana penyuluh KUA di Kec melakukan penyuluhan dalam penelitian ini.

Rekaman audio, visual, dan video dibuat dari hasil campalagian dan observasi.

Fotografi langsung akan digunakan untuk mendokumentasikan hasil pengamatan.

31
Oleh karena itu, observasi langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan

objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data

penelitian merupakan konsep observasi penelitian kualitatif.

2. Wawancara

Wawancara (interview), di mana pewawancara (pengumpul data) secara

pribadi mengajukan pertanyaan kepada responden untuk mengumpulkan data.

Setelah itu, tanggapan responden direkam atau direkam menggunakan alat

perekam. Dimana informasi yang didapat adalah informasi esensial (essential

information) dan informasi tambahan (opsional information).

Jenis wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara bebas

terbimbing. artinya penulis membawa kerangka pertanyaan yang akan

disampaikan kepada objek penelitian.37

Penulis menggunakan metode wawancara yang berpedoman pada daftar

yang disusun dan responden dapat memberikan jawaban dengan bebas selama

tidak menyimpang dari pertanyaan sebelumnya. Semua sampel yang dipilih untuk

penelitian ini diwawancarai menggunakan metode ini untuk mempelajari tentang

strategi penyuluh dan peran penyuluh.

Wawancara dilakukan dengan melibatkan beberapa informan yaitu:

Penelitian ini melibatkan 5 orang yang terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan.

Informan ini juga terdiri dari kepala KUA. Kecamatan Campalagian, Administrasi

Umum Penghuluan, dan Penyuluhan Ahli Madya.

Wiwi Fitri Nur Azizah, Peran Pusat Informasi Dan Konseling Remaja Marijuana
37

Dalam Pencegahan Pernikahan Dini di Desa Kertasana Kecamatan Kedondong Kabupaten


pesawaran (UIN Raden Intan Lampung: 2020). h. 22.

32
Karakteristik informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

Tabel 1. dibawah ini:

No Nama Jabatan

1 Kaprawi Arifin, MA Kepala Kantor KUA Kec. Campalagian

2 Syuhrawati Pengadministrasi Umum Kepenghuluan

3 Damalis, S.Ag Penyuluh Ahli Madya

4 Andi Syukri, S.Ag Penyuluh Ahli Madya

5 Mardawati Penyuluh Ahli Madya

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah informasi yang diperoleh dari catatan yang disimpan

sebelumnya. Selain observasi dan wawancara, dokumentasi memberikan

informasi tambahan. Akibatnya, dokumentasi memainkan peran penting dalam

penelitian dokumentasi. Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

dari sumber tertulis seperti buku, dokumen, dan foto. Oleh karena itu, peneliti

akan menyusun beberapa observasi yang dilakukan di KUA Kecamatan

Campalagian menjadi catatan.38

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah instrumen yang peneliti gunakan dalam

kegiatan penelitiannya, seperti pengumpulan data, agar kegiatan tersebut lebih

sistematis dan sederhana. Strategi penyuluhan dan fungsi penyuluh menjadi fokus

Suyuti Nabila Stambol A Mappasere, Metode Penelitian Sosial (Pendekatan Kualitatif)


38

(Yogyakarta CV.Adi Karya Mandiri,2019), h. 51.

33
instrumen penelitian yang peneliti gunakan untuk mengumpulkan data yang ada

pada subjek penelitiannya.

1. Pedoman atau pedoman observasi diharapkan dapat mengarahkan

pemeriksa pada aspek-aspek yang memerlukan pelaksanaan secara

sistematis karena pedoman observasi mendokumentasikan proses

investigasi yang dapat memberikan informasi yang tepat dan akurat.

2. Panduan wawancara dari J. Moleong Wawancara adalah suatu wacana

dengan alasan tertentu, dilakukan oleh dua pertemuan, yaitu komunikator

yang mencari klarifikasi atas masalah yang mendesak dan komunikan

yang memberikan jawaban. Agar terwawancara merasa nyaman selama

proses berlangsung, penguasaan teknik wawancara sangat diperlukan.

Karena pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi

secara mendalam.39

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Langkah pertama dalam proses pengolahan data adalah mengelompokkan

data hasil penelitian lapangan, khususnya observasi yang telah dicatat dalam

catatan lapangan.

Langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

yang akan dibahas di bawah ini dilakukan sebagai bagian dari proses analisis data:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah jenis pengolahan asinkron yang digunakan dalam

penelitian untuk mengolah, meringkas, dan memilih berbagai data yang akan

Lina Dina Maudina, Dampak Pernikahan Dini Bagi Perempuan, (Jakarta: Depok
39

Sulawesi Barat), 2020

34
datang dari penelitian lapangan. Inti dari reduksi data adalah menyeleksi data,

berfokus pada penyederhanaan data, dan mengubah data mentah yang berasal dari

catatan lapangan tertulis. Semakin sedikit data, semakin jelas gambarannya dan

semakin mudah bagi peneliti selanjutnya untuk mengumpulkan dan mencari lebih

banyak data.

Reduksi data berarti meringkas, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari pola dan tema. Reduksi data

berarti proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui penyederhanaan, abstraksi,

dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.40

2. Penyajian data

Perbuatan menampilkan atau menyajikan data dalam bentuk uraian

singkat dan hubungan antar kategori dikenal dengan istilah penyajian data. Data

biasanya disajikan secara deskriptif dalam penelitian kualitatif. Hal ini

dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan pekerjaan

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.41

Karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan berkembang setelah peneliti berada di lapangan, kesimpulan

mungkin dapat memberikan jawaban atas rumusan masalah tersebut. Temuan baru

yang disajikan dalam bentuk deskripsi atau uraian yang awalnya tidak jelas tetapi

menjadi jelas merupakan kesimpulan dari penelitian kualitatif. Kesimpulan ini

Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Jl.joyosuko Metro42


40

Malang, Jatim: kelompok intrans publishing, 2015), h.151.


Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Jl.joyosuko Metro42
41

Malang, Jatim: kelompok intrans publishing, 2015), h. 152.

35
juga dapat berupa hipotesis atau teori atau hubungan kausal atau interaktif. Ujung

dan bukti diambil dari lapangan. Analisis data ditunjukkan berikut ini.42

3. Penarikan kesimpulan

Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari data yang telah

diklasifikasi, yang merupakan salah satu langkah yang dilakukan. Untuk menarik

kesimpulan yang akurat dan jelas bermanfaat, makna-makna yang muncul dari

penelitian perlu diperiksa kesesuaian, kebenaran, dan kekokohannya—disebut

juga validitasnya. Karena belum pernah terlihat sebelumnya, kesimpulan kualitatif

dapat dianggap sebagai temuan baru.

Dalam penelitian kualitatif, temuan baru yang belum pernah terlihat

sebelumnya disebut kesimpulan. Gambaran atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya tidak jelas atau masih gelap sehingga dapat ditelaah dengan jelas

dapat menjadi salah satu temuan. Kesimpulan penelitian mengenai strategi

komunikasi penyuluh Kua Kec sebagai berikut. Campalagian dalam mencegah

persatuan antara ras.

Kesimpulan adalah temuan baru yang belum pernah terlihat sebelumnya

dalam penelitian kualitatif. Salah satu temuannya bisa berupa gambar atau citra

suatu objek yang sebelumnya tidak jelas atau masih gelap sehingga dapat diamati

dengan jelas. Berikut kesimpulan penelitian mengenai strategi komunikasi

penyuluh Kua Kec. Dalam mencegah pernikahan usia dini.

G. Pengujian Keabsahan Data

Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. (Jl.joyosuko Metro42


42

Malang, Jatim: kelompok intrans publishing, 2015), h. 152.

36
Pada dasarnya semua hasil penelitian harus dicek keabsahannya agar

hasil penelitiannya dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dibuktikan

kebenarannya. Pengujian keabsahan data atau validasi tersebut dilakukan penulis

dengan menggunakan tekhnik triagulasi. Triangulasi adalah suatu pendekatan

Analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber. Dikutip Wiliam

Wiersma dalam Sugiyono yang mengatakan “Triangulasi is qualitative cross-

validation. It assese the sufficiency of the data according to the data according

to the convergenceiof multiple data source of multiple data collection producer,”

Triangulasi dalam pengujian keabsahan ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu, sehingga triangulasi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni

triangulasi sumber tekhnik pengumpulan data dan waktu.43

DAFTAR PUSTAKA
Adam, adiyana.” Dinamika Pernikahan Dini.” Al-Wardah: Jurnal kajin
perempuan, gender dan agama 13.(2019):15-23
Alviyani, Zeni Nur, And Muhammad Julianto. Strategi Kantor Urusan
Agama (Kua)Dalam Upaya Mengurangi Angka Pernikahan Dini (Studi Kasus Di
Knator Urusan Agama Kecamatan Panggang Kbaupaten Gunung Kidul Tahun
2015-2018).Diss Iain Surakarta, 2020.
Bachri, bachtiar s. “meyakinkan validitas data melalui triagulasi pada
penelitian kualitatif. “ jurnal tekhnologi Pendidikan 10.1(201o): 46:62.

43
Bachtiar S. Bachri, Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif(Universitas Negeri Surabaya), h. 56

37
Erwinsyahbana, Tengku. “Sistem Hukum perkawinan pada Negara Hukum
bedasarkan Pancasila.” Jurnal Ilmu Hukum 3.1(2021).
Fauzi, Akhmad Dzul. “Peran Kantor Urusan Agama dalam Mengurangi
Tingkat Pernikahan di Bawah umur di Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang.” (2021).
Hantoro, novianto m.,et al. daftar isi
Ilham,ilham.”peranan penyuluh agama islam dalam dakwah.”
Alhadhara:jurnal ilmu dakwah 17.33(2019):49-80.
Ilham,ilham.”peranan penyuluh agama islam dalam dakwah.”
Alhadhara:jurnal ilmu dakwah 17.33(2019):49-80.
Khumas, Asniar, and Andi Halima. “ PKM Education For Family Wellness:
Desain Prevensi Pernikahn Dini DI Sulawesi Barat. “ Seminar Nasional
Pengabdian Kepada Masyarakat”.
Kusnawan, Aep. “urgensi penyuluhan agama islam.” Ilmu dakwah:
academic journal for homiletic 5.17 (2011):271-290.
Kusnawan, Aep. “urgensi penyuluhan agama islam.” Ilmu dakwah:
academic journal for homiletic 5.17 (2011):271-280.
Mahfuddin, Agus, and Khoiratul Waqi’ah. “Pernikahan dini dan
pengaruhnya terhadap keluarga di kabupaten sumenep Jawa timur.”jurnal hukum
keluarga islam 1.1(2016):33-49
Mappasere, stambol a., and naila suyuti. “pengertian penelitian pendekatan
kualitatif.” metode penelitian sosial 33(2019).
Mardani, Hukum Kwluarga Islam Di Indonesia. “Prenadamedia Group.”
(2016).
Maudina, lina dina. “Dampak Pernikahan Dini Bagi Perempuan.” Jurnal
harkat: media komunikasi gender 15.2(2019):89-95.
Musfiro, Mayadina Rohmi. “ Pernikahan dini san Upaya Perlindungan Anak
di Indonesia.” De Jure: Jurnal Hukum dan Syariah 8.2(2016):64-73.
Mufida, luk luk luk. “ Pendekatan Teologis Dalam Kajian Islam.” Misykat:
jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Al, Hdits, Syari’ah Dan Tarbiyah (2017):151-62.
Nurul Laila, h. i. d. a. y. a. t. Strategi Komunikasi Dakwah Penyuluh Agama
Islam Dalam Pembinaan Keluarga Sakinah( studi kasus dikampung Sakinah
kabupaten jember). Diss. Program studi komunikasidan penyiaran islam
pascasarjana iain jember, 2020.

38
Observasi Di KUA Kecamatan Campalagian Pada Tanggal 28 Desember
2021.
Pujileksono, sugeng. “metode penelitian komunikasi kualitatif.”/92015).
Pujileksono,sugeng. “metode penelitian komunikasi kualitatif. “(2019).h
151
Pujileksono,sugeng. “metode penelitian komunikasi kualitatif. “(2019).h.
152
Rina, Kina, Sahmin Batubara, and Neneng Hasanah. Peran Penyuluh
Agama Islam dalam Mencegah Pernikahan Dini di Kecamatan Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi. Diss. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019.
Satriyandari, Yekti, and Fitria Siswi Utami. “Pernikahan Dini Usia
Remaja.”(2020).
Satriyandari, Yekti, and FitriaSiswi Utami. “ Pernikahan Dini Usia
Remaja.”(2020).Umur, Pernikahan Dibawah. “Upaya Penyuluh Agama Islam
Dalam Menangani.”
Satriyandari, Yekti. Pernikahan Dini Usia Remaja
Silaen, novia ruth, et al. “ sosiologi komunikasi.”(2020).
Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan atau
Pernikahan.
Wiwi, fitri nur azizah. Peran pusat informasi dan konseling remaja mari
juana dalam pencegahan pernikahan ini di desa kertasana kecamatsn kedondong
kanupaten pesawaran. Diss.uin raden intan lampung ,2021.
Zulfiani, zulfini. “ kajian hukum terhadap perkawinan anaka dibawah umur
menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974.” Jurnal hukum Samudra eadilan
12.2(2017): 211-222
Satriyandari, Yekti, and Fitria Siswi Utami. “Pernikahan Dini Usia
Remaja.”(2020), h. 1.
Analisis Yuridis Muh. Idham ,Terjemahan Al-Quran Dalam Bahasa
Mandar(RI AL-Quran Mandar Indonesia) Yayasan MENARA Ilmu, h. 702.
Analisis Yuridis Muh. Idham ,Terjemahan Al-Quran Dalam Bahasa
Mandar(RI AL-Quran Mandar Indonesia) Yayasan MENARA Ilmu
Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Atau
Pernikahan

39
Sulaeman, Novianti Pernikahan Dini Di Indonesia,Al-Wardah:Jurnal Kajian
Perempuan,Gender Dan Agama, Vol. 12, No. 2, h. 143.
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Katadata.Co.Id/Amp/Safrezi/Berita/61/
De8d9d4a987/Komunikasi-Adalah-Definisi-Unsur-Dan-Tujuannya, diakses pada
tanggal 20 juli 2022.
Analisis Yuridis Henni Muchtar, Normative Sinkronisasi Peraturan Daerah
Dengan Hak Asasi Manusia.

OUTLINE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

40
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E. Kajian Pustaka
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Pernikahan Dini
B. Strategi Komunikasi
C. Penyuluh Agama
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sumber Data
C. Metode Pengumpulan
D. Instrumen Penelitian
E. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisis Data
F. Tekhnik Keabsahan Data
OUTLINE
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Pelaksanaan Program penyuluh KUA Kecamatan Campalagian
C. Pandangan
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran

41

Anda mungkin juga menyukai