Anda di halaman 1dari 12

SISTEM DAKWAH

MAKALAH

Disampaikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Sosial dan Politik
Dosen pengampu : Dr. Mukhlis Najamuddin

Oleh:

Rizaldi Z. : 30156120012

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


JURUSAN USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang mengajarkan penulis agar bersabar, sehingga
makalah ini bisa selesai dikerjakan. Shalawat serta salam kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, sang pembawa peringatan serta kegembiraan.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Dr. Mukhlis Najamuddin
yang membimbing penulis dan kawan-kawan dalam mempelajari mata kuliah Tafsir
Sosial dan Politik, juga penulis berterima kasih kepada siapa saja yang membantu
penyusunan makalah ini serta kepada yang menyempatkan waktunya untuk membaca
kata pengantar ini karena sering diabaikan.

Bonne-Bonne, 2 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................................... 1

Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

Tujuan Perumusan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Sistem Dakwah .............................................................................. 2

Analisis Sistem Dakwah dalam QS. An-Nahl [16]: 125................................ 2

Kajian Kosa-Kata ............................................................................................... 3

Kajian Penafsiran ............................................................................................... 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ......................................................................................................... 8

Saran .................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, saling memerlukan satu sama lain. dalam
berhubungan sosial, tidak sering kita melihat adanya perilaku yang tidak sesuai
dengan tuntunan yang telah diajarkan oleh Allah melalui Rasulnya SAW. melihat
hal tersebut, selagi seorang muslim yang menjunjung tinggi persaudaraan antara
sesamanya, hendaklah senantiasa berusaha memperbaiki keadaan tersebut sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. mengajak dalam kebaikan di dalam bahasa
Arab berarti dakwah. pada makalah ini penulis akan berusaha menjelaskan
mengenai sistemnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem dakwah?
2. Bagaimana sistem dakwah di dalam Al-Qur'an?
3. Bagaimana penafsiran atas ayat mengenai sistem dakwah tersebut dan makna
sebagian kosa-katanya?
C. Tujuan Perumusan
1. Mengetahui pengertian sistem dakwah
2. Mengetahui sistem dakwah di dalam Al-Qur'an
3. Mengetahui penafsiran mengenai ayat sistem dakwah beserta sebagian kosa-
katanya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Dakwah


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sistem merupakan perangkat
unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas;
susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya; dan metode1,
jadi secara singkat kata sistem juga bermakna metode.
menurut Ibnu Faris, kata da'a (‫ )دعا‬bermakna memalingkan sesuatu kepada diri
kita melalui suara atau pembicaraan. Sedangkan Ibrahim Anis mengartikan kata
tersebut sebagai menuntut kehadiran sesuatu atau mengharapkan kebaikan. 2
Sedangkan dakwah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna penyiaran;
propaganda; penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat;
seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.3
B. Analisis Sistem Dakwah dalam QS. An-Nahl [16]: 125
1. Ayat dan Terjemah

َ ‫سنَ ِة َو َجا د ِْن ُه ْم بِا نَّتِ ْي ه‬


َ ْ‫ِي اَح‬
‫س ُه ۗ ا َِّن َربَّكَ ه َُى‬ َ ‫ظ ِة ْان َح‬ َ ‫ع ا ِٰنى‬
َ ‫سبِ ْي ِم َربِّكَ بِا ْن ِح ْك َم ِة َوا ْن َم ْى ِع‬ ُ ْ‫اُد‬
َ‫س ِب ْي ِه ٖه َوه َُى ا َ ْعهَ ُم ِبا ْن ُم ْهت َ ِديْه‬ َ ‫ا َ ْعهَ ُم ِب َم ْه‬
َ ‫ض َّم َع ْه‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran


yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

1
https://github.com/yukuku/kbbi4
2
Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, jilid 1 Lentera Hati, Jakarta,
2007, hlm. 152
3
https://github.com/yukuku/kbbi4

2
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”4
2. Kajian Kosa-Kata
a. ‫ِح ْك َمة‬
kata hikmah bermakna mengetahui yang paling utama dari segala hal,
baik berupa ide maupun perbuatan, pelakunya disebut dengan kata hakim.
kata hikmah juga dapat berarti sesuatu yang jika digunakan atau
diperhatikan akan menutupi terjadinya mudharat atau kesulitan yang lebih
besar, makna ini dikarenakan kata hakama yang bermakna kendali, karena
kendali menghalangi kendaraan atau hewan mengatah pada hal yang tidak
diinginkan atau liar. memilih perbuatan yang terbaik merupakan
perwujudan dari hikmah.5
َ ‫َم ْى ِع‬
b. ‫ظة‬
kata mau'izhah berarti pengajaran, ditambah dengan kata hasanah,
maka bermakna yang baik atau pesan-pesan yang baik yanh disampaikan
melalui nasihat. seperti di dalam rumah tangga, pendidikan anak melalui
orang tuanya, menampilkan wujud beragama di hadapan anaknya serta
termasuk juga pengajaran yang terdapat di perguruan-perguruan.6
c. ‫َجادِل‬
kata jidal berasal dari akar kata jadala-yajdalu-jadalan ( )‫جدل يجدل جدال‬
yang bermakna membantah, berselisih, bercekcok. berbantah adalah
bentuk lain dari dialog tang biasa dilakukan dengan nada serta keinginan
yang keras dan memerlukan argumentasi yang kuat untuk bisa
memalingkan lawan dari pandangannya semula. kata jidal disebutkan di
4
Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
5
Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, jilid 1 Lentera Hati, Jakarta,
2007, hlm. 273-274
6
HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5, Pustaka Nasional PTE LTD Singapura, Jakarta, 1965,hlm. 3989

3
dalam Al-Qur'an sebanyak 29 kali, dari semuanya, hanya terdapat satu kali
kata yang asli (terdiri dari tiga huruf), sedangkan selebihnya telah
mengalami perubahan bentuk berupa penambahan huruf alif setelah huruf
pertamanya, sehingga juga menambah maknanya, yaitu saling melakukan,
maka dari kata membantah, berubah makna menjadi saling membantah.7
3. Kajian Penafsiran
1. Tafsir Jalalain
"(Serulah) manusia, hai Muhammad (kepada jalan Rabbmu) yakni
agama-Nya (dengan hikmah) dengan Alquran (dan pelajaran yang baik)
pelajaran yang baik atau nasihat yang lembut (dan bantahlah mereka
dengan cara) bantahan (yang baik) seperti menyeru mereka untuk
menyembah Allah dengan menampilkan kepada mereka tanda-tanda
kebesaran-Nya atau dengan hujah-hujah yang jelas. (Sesungguhnya
Rabbmu Dialah Yang lebih mengetahui) Maha Mengetahui (tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk) maka Dia membalas mereka; ayat ini
diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir.
Dan diturunkan ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang; ketika
Nabi saw. melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau saw. bersumpah
melalui sabdanya, "Sungguh aku bersumpah akan membalas tujuh puluh
orang dari mereka sebagai penggantimu."8
2. Tafsir Kemenag
Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Rasul-Nya
tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di
7
Muhammad Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, jilid 1 Lentera Hati, Jakarta,
2007, hlm. 394
8
Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

4
sini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. Allah swt meletakkan dasar-dasar dakwah
untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam mengemban tugas
dakwah. Pertama, Allah swt menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa
sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan
menuju rida-Nya, bukan dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah)
ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasul saw diperintahkan untuk
membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata. Kedua,
Allah swt menjelaskan kepada Rasul saw agar berdakwah dengan hikmah.
Hikmah itu mengandung beberapa arti:
a. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan
pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
b. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk
menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau syubhat
(meragukan).
c. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham
agama, takut kepada Allah, serta benar perkataan dan perbuatan.
Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu
pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu
memberi manfaat. Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari
wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
agar mudah dipahami umat. Ketiga, Allah swt menjelaskan kepada Rasul
agar dakwah itu dijalankan dengan pengajaran yang baik, lemah lembut,
dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik. Tidak patut jika
pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan
ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa
karena kebodohan atau ketidaktahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu

5
dipaparkan secara terbuka di hadapan orang lain sehingga menyakitkan
hati. Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang
lemah lembut, sangat baik untuk melembutkan hati yang liar dan lebih
banyak memberikan ketenteraman daripada khutbah dan pengajian yang
isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Namun demikian,
menyampaikan peringatan dan ancaman dibolehkan jika kondisinya
memungkinkan dan memerlukan. Untuk menghindari kebosanan dalam
pengajiannya, Rasul saw menyisipkan dan mengolah bahan pengajian
yang menyenangkan dengan bahan yang menimbulkan rasa takut. Dengan
demikian, tidak terjadi kebosanan yang disebabkan uraian pengajian yang
berisi perintah dan larangan tanpa memberikan bahan pengajian yang
melapangkan dada atau yang merangsang hati untuk melakukan ketaatan
dan menjauhi larangan. Keempat, Allah swt menjelaskan bahwa bila
terjadi perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, hendaknya
Rasul membantah mereka dengan cara yang baik. Suatu contoh
perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya
yang mengajak mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka
sendiri, sehingga menemukan kebenaran. Tidak baik memancing lawan
dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian
menimbulkan suasana yang panas. Sebaiknya dicipta-kan suasana
nyaman dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan untuk mencari
kebenaran itu dapat tercapai dengan memuaskan. Perdebatan yang baik
ialah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang
negatif seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha mempertahankan harga
diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Lawan berdebat supaya
dihadapi sedemikian rupa sehingga dia merasa bahwa harga dirinya
dihormati, dan dai menunjukkan bahwa tujuan yang utama ialah
menemukan kebenaran kepada agama Allah swt. Kelima, akhir dari

6
segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada Allah swt, karena
hanya Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukan
orang lain ataupun dai itu sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui
siapa di antara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah
insaniahnya (iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang
menyesatkan, hingga dia menjadi sesat, dan siapa pula di antara hamba
yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima
petunjuk (hidayah) Allah swt.9

9
Disalin dari aplikasi Qur'an Kemenag Android
(https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag)

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sistem merupakan
perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu totalitas; susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan
sebagainya; dan metode, jadi secara singkat kata sistem juga bermakna
metode. Menurut Ibnu Faris, kata da'a (‫ )دعا‬bermakna memalingkan
sesuatu kepada diri kita melalui suara atau pembicaraan. Sedangkan
Ibrahim Anis mengartikan kata tersebut sebagai menuntut kehadiran
sesuatu atau mengharapkan kebaikan. Sedangkan dakwah menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia bermakna penyiaran; propaganda; penyiaran
agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk
memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Di dalam Al-
Qur’an terdapat ayat yang mengenai hal tersebut, seperti QS. An-Nahl
[16]: 125.
B. Saran
Pastilah pada makalah ini terdapat kesalahan, bagi pembaca yang
mendapatkannya boleh disampaikan. Dan permohonan maaf yang penulis
sampaikan atas kesalahan yang dilakukan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, Muhammad Quraish, Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, jilid 1


Lentera Hati, Jakarta, 2007
HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 5, Pustaka Nasional PTE LTD Singapura, Jakarta,
1965
* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
Aplikasi Qur’an Kemenag Android
(https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag)
https://github.com/yukuku/kbbi4

Anda mungkin juga menyukai