AL-QUR’AN
MAKALAH
Disampaikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Sosial Politik
Dosen Pengampu: Dr. Mukhlis Najmuddin
Disusun Oleh:
Nurul Hikmah Amir
30156120011
Kelas UQ-1
Semester 5
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
A. Tasamuh .............................................................................................................. 2
B. Ta’awun .............................................................................................................. 7
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan
untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai
manusia.1 Sebagai makhluk sosial, naluri untuk saling menolong dan saling
menghargai, serta naluri simpati dan empati tentu dimiliki oleh setiap manusia.
Naluri tersebutlah yang akan menciptakan keharmonisan dan kerukunan dalam
kehidupan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tasamuh dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana konsep ta’awun dalam al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep tasamuh dalam al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui konsep ta’awun dalam al-Qur’an.
1
Galuh Widitya Qomaro dan Armyza Oktasari, Manifestasi Konsep Ta’awun dalam
Zaakwaarneming Perspektif Hukum Perikatan, Et-Tijarie, Vol. 5 No. 1, 2018, hlm 12.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tasamuh
1. QS. Al-Hujurat Ayat 13
َ َيَٰٓأ َ ُّي َها ٱل َّناس ِإ َّنا َخلَ ْقنَكم مِن ذَك ٍَر َوأنثَى َو َج َع ْلنَك ْم شعوبًا َوقَ َبا َٰٓ ِئ َل ِلت َ َع
ِ َّ ارف َٰٓو ۟ا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َمك ْم عِندَ ٱ
ّلل
ير
ٌ ِعلِي ٌم َخب َ َّ أَتْقَىك ْم ۚ إِ َّن ٱ
َ ّلل
2
Ade Jamaruddin, Membangun Tasamuh Keberagaman dalam Perspektif Al-Qur’an,
Toleransi: Media Komunikasi Umat Beragama, Vol. 8 No. 2, 2016, hlm. 173.
3
Ade Jamaruddin, Membangun Tasamuh Keberagaman dalam Perspektif Al-Qur’an, hlm.
173.
2
Kata syu'ub ( )شعوبmerupakan kata benda bentuk jamak dari kata sya'b.
Kata benda ini diambil dari kata kerja sya'aba-yasy'abu-sya'bun yang
berarti berpisah/bercerai-berai, bersatu, merusak, memperbaiki. Ditinjau
dari segi bahasa, menurut Ibnu Faris, kata yang terdiri dari huruf syin, 'ain
dan ba', memunyai arti yang berlawanan, berpisah dan berkumpul/bersatu,
memperbaiki dan merusak. Dari segi terminologi, Majma'ul-Lughatul-
'Arabiyah mendefinisikan sya'b sebagai kelompok besar manusia yang
berasal dari satu bapak, mematuhi satu pranata sosial, serta menggunakan
satu bahasa."4
2. Tafsir5
a. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
4
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati,
2007), Cet. III, hlm. 959.
5
TafsirWeb, https://tafsirweb.com/9783-surat-al-hujurat-ayat-13.html diakses pada tanggal
31 Desember 2022.
3
bangsa dan bersuku-suku,” yakni suku-suku yang besar dan kecil. Yang
demikian itu bertujuan agar saling mengenal satu sama lain, sebab andai
masing-masing orang menyendiri, tentu tidak akan tercapai tujuan
saling mengenal satu sama lain yang bisa menimbulkan saling tolong
menolong, bahu-membahu, saling mewarisi satu sama lain serta
menunaikan hak-hak kerabat.
4
memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau
kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Karena itu berusahalah untuk
meningkatkan ketakwaan agar menjadi orang yang mulia di sisi Allah.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang lahir
maupun yang tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-
gerik dan perbuatan manusia yang luput dari ilmu-Nya.
3. Konsep Tasamuh
Dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan
dari kata toleransi adalah سماحةatau تسامحyang berarti kemuliaan, lapang
dada, ramah, dan suka memaafkan. Berbeda dengan kata toleransi yang
mengandung nuansa keterpaksaan, maka kata tasamuh memiliki
keutamaan, karena melambangkan sikap yang bersumber pada kemuliaan
diri (al-jud wa al-karam) dan keikhlasan.6 Ibnu Faris dalam kamus Maqayis
al-Lughah mengatakan bahwa kata yang terdiri dari huruf ( ) س – م – حdalam
bahasa Arab mengandung makna kelonggaran dan kemudahan.7
6
Bustanul Arifin, Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) dalam Interaksi Antar Umat
Beragama, Fikri, Vol. 1 No. 2, 2016, hlm. 397.
7
Tarmazi M. Jakfar, Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah tentang Toleransi, Substantia, 2016,
hlm. 56.
8
Bustanul Arifin, Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) dalam Interaksi Antar Umat
Beragama, hlm. 397.
9
Ade Jamaruddin, Membangun Tasamuh Keberagaman dalam Perspektif Al-Qur’an, hlm.
173.
5
beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu
dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya
mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang
mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk
pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan
segala bentuk sistem, dan tata cara peribadatannya dan memberikan
kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.10
10
Ade Jamaruddin, Membangun Tasamuh Keberagaman dalam Perspektif Al-Qur’an, hlm.
174.
11
Ninik Yusrotul Ula, Konsep Pendidikan Tasamuh dalam Mewujudkan Islam Rahmatan
Lil ‘Alamin di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2017), hlm. 21-24.
6
agamanya tanpa perlu mengikuti ibadah agama lain. Inilah toleransi yang
sebenarnya, bukan justru dengan ikut beribadah dengan agama lain.
B. Ta’awun
1. QS. Al-Maidah Ayat 2
12
Muhammad Kamil Mukhtar, Wawasan Al-Qur’an Tentang Tolong Menolong Perspektif
Syekh Nawawi Al-Bantani, (Jakarta: Intstitut PTIQ, 2017), hlm. 44-55.
7
ينصرن، انصارى، منتنصر، منصورا، النصير، ينصر،نصروا
Dari tujuh kata tersebut di atas semuanya terdapat dalam al-Qur’an yang
berbeda-beda.
Ketiga, اولياء. Kata walî dan auliyâ dalam al-Qur’an, tidak pernah berdiri
sendiri dan lepas dari konteks, berbagai makna yang muncul adalah akibat
dari berfungsinya kata tersebut dalam ayat. Kata Walî ( )وليberasal dari akar
kata ( ولىwaw, lam, dan ya’) yang berarti dekat. Bentuk jama’ dari walî
( )وليadalah auliyâ ( )اولياءDari akar kata inilah kata-kata seperti ( يلى – ولى
walâ yalî ) yang berarti dekat dengan, mengikuti, ( ولىwalla) memiliki arti
menguasai, menolong, mencintai, ( أولىaulâ) memiliki arti yang
menguasakan, mempercayakan, berbuat, ( walan )وَلberarti menolong,
membantu, bersahabat, ( تولىtawallâ) berarti menetapi, mengurus,
menguasai, ( إستولى عليهistaulâ ‘alaih) berarti memiliki, menguasai, ( األولى
al-aulâ) berarti yang pâling berhak dan paling layak, ( و َلءwallâ’an)
memiliki arti berpaling dari, meninggalkan, dan ( أولىaulâ) berarti
menunjukkan ancaman dan ultimatum, seperti pada ( أولى لكaulâ lak) berarti
kecelakaan bagimu atau kecelakaan akan mendekatimu maka berhati-
hatilah. Semua kata turunan dari ( )ولىmenunjukkan makna kedekatan
kecuali bila diiringi kata depan ( )عنsecara tersurat dan tersirat seperti wallâ
‘an dan tawallâ ‘an maka makna yang ditunjukkan adalah menjauhi atau
berpaling. Walî dan auliyâ diartikan sebagai Penolong kata walî memiliki
arti penolong terdapat pada beberapa ayat yaitu: Q. S. Âli ‘Imrân: 122, Q.
S. Al-Mâidah: 55, Q. S. At-Taubah: 23 dan 71, Q. S. Hûd: 20 dan 113, Q.S.
Al-Isrâ: 97 dan 111, Q.S. Al-Kahfi: 17 dan 102, Q.S. As-Sajdah: 4.
Keempat, أشدد. Kata usydud dalam Al-Qur’an itu ada dua yaitu terletak
pada surat Yûnus ayat 88 dan surat Thâha ayat 31. Namun keduanya
terambil dari akar kata syadda yasyuddu yang mempunyai arti yaitu ikatan
yang kuat.
8
Kelima, سعد. Kata sa’ada di dalam Al-Qur’an hanya ada 2 saja. Dan
keduanya terdapat di surat Hûd yakni pertama pada ayat 105 dan kedua ayat
108 yang artinya pertolongan segala perkara dari Allah swt untuk manusia
agar mendapatkan kebaikan.
2. Tafsir13
a. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
13
TafsirWeb, https://tafsirweb.com/1886-surat-al-maidah-ayat-2.html diakses pada
tanggal 31 Desember 2022.
9
menolonglah di antara kalian wahai kaum Mukminin,dalam
mengerjakan kebaiakan dan ketakwaan kepada Allah. Dan janganlah
kalian saling menolong dalam perbuatan yang memuat dosa,maksiat,
dan pelanggaran terhadap batasan-batasan Allah, dan wasapadalah
kalian dari melanggar perintah Allah, karena sesungguhnya Dia amat
dahsyat siksaan-Nya.
10
bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu
dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah
mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan
mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan
kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi maha Penyayang.” (At-Taubah:5).
11
yang di giring ke baitullah pada pelaksanaan ibadah haji atau umrah
selainya, baik unta ataupun yang lain. Janganlah kamu mengahalang-
halanginya untuk sampai di tempat penyembelihannya. Janganlah kamu
mengambilnya dengan mencurinya atau lainya. Janganlah kamu
menyia-nyiakannya atau membebaninya di atas batas kemampuannya
karena dikhawatirkan ia mati sebelum sampai ke tempat
penyembelihannya. Akan tetapi hormatilah ia dan hormati orang-orang
yang datang membawanya. “Jangan menggangu binatang qala’id.”
Qala’id adalah salah satu macam hadyu yang hkusus, yaitu hadyu yang
dilingkari kalung tali yang disematkan olehnya untuk menampakan
syiar-syiar Allah, mendorong orang-orang untuk mengikuti dan
mengajarkan sunah kepada mereka agar diketahui bahwa ia adalah
hadyu dan supaya ia di muliakan. Karena itu, memberi kalung kepada
binatang hadyu adalah termasuk syiar-syiar yang disunnahkan.
12
Ayat ini di khususkan oleh Firman Allah, “Hai orang-orang yang
beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika
kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu
kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-
Taubah:28).
13
berbuat aniaya kepada mereka.” Maksudnya kebencian suatu kaum,
permusuhan, dan kezhaliman mereka terhadap kalian, dimana mereka
menghalangimu dari Masjidil Haram jangan sampai mendorongmu
untuk berbuat semena-mena kepada mereka untuk balas dendam.
Seorang hamba harus senantiasa berpijak kepada perintah Allah dan
menempuh jalan keadilan, walaupun dia dijahati atau di dzalimi atau di
aniaya. Dia tidak boleh berdusta kepada orang berdusta kepadanya, atau
menghianati orang yang menghianatinya.
14
berhati-hatilah terhadap perkara-perkara yang diharamkan agar
hukuman-Nya tidak menimpa kalian di dunia dan akhirat.
Ayat ini berisi hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan tata cara
pelaksanaan ibadah haji. Wahai orang-orang yang beriman! janganlah
kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, yakni segala amalan yang
dilakukan dalam melaksanakan ibadah haji seperti tata cara melakukan
tawaf dan sa'i, serta tempat-tempat mengerjakannya, seperti Ka’bah,
Safa, dan Marwah, jangan engkau melanggarnya dengan berburu ketika
dalam keadaan ihram dan jangan pula melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, yaitu bulan zulkaidah, zulhijah, muharram, dan rajab,
janganlah pula engkau melanggar kehormatannya dengan berperang
pada bulan itu kecuali untuk membela diri ketika diserang. Jangan pula
mengganggu hadyu, yaitu hewan-hewan kurban yang dihadiahkan
kepada Ka’bah untuk mendekatkan diri kepada Allah, hewan-hewan itu
disembelih di tanah haram dan dihadiahkan dagingnya kepada fakir
miskin, dan qala'id, hewan-hewan kurban yang diberi tanda, dikalungi
dengan tali sebagai tanda yang menunjukkan bahwa hewan itu telah
dipersiapkan untuk dikurbankan dan dihadiahkan, dan jangan pula
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam, untuk
melaksanakan ibadah haji atau umrah, mereka mencari karunia berupa
keuntungan duniawi, dan keridaan yang berupa ganjaran dari tuhannya.
Akan tetapi, apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah
kamu berburu apabila kamu mau. Jangan sampai kebencian sebagian
kamu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari
mengunjungi Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas
kepada mereka dengan cara membunuh mereka atau melakukan
kejahatan kepada mereka. Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan, melakukan yang diperintahkan Allah, dan
takwa, takut kepada larangannya, dan jangan tolong-menolong dalam
15
berbuat dosa, melakukan maksiat dan permusuhan, sebab yang
demikian itu melanggar hukum-hukum Allah. Bertakwalah kepada
Allah, takut kepada Allah dengan melakukan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya, karena sungguh Allah sangat berat
siksaan-Nya kepada orang-orang yang tidak taat kepada-Nya.
3. Konsep Ta’awun
Kata ta’awun berasal dari kata ‘( عونaunun) yang artinya pertolongan,
عون-عاون-( اعانa’aana-‘aawana-‘auna) yang artinya membantu, menolong,
اعانةyang berarti bantuan, pertolongan, معاونyang berarti pembantu atau
penolong. Kata ta’awun artinya adalah saling menolong.14
14
Rahmatul Hijrati, Konsep Ta’awun Menurut Al-Qur’an dan Pengembangan dalam
Konseling Islam, (Aceh: UIN Ar-Raniry, 2020), hlm. 12.
15
Rahmatul Hijrati, Konsep Ta’awun Menurut Al-Qur’an dan Pengembangan dalam
Konseling Islam, hlm. 12.
16
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong di dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”16
16
Rahmatul Hijrati, Konsep Ta’awun Menurut Al-Qur’an dan Pengembangan dalam
Konseling Islam, hlm. 12-13.
17
Rahmatul Hijrati, Konsep Ta’awun Menurut Al-Qur’an dan Pengembangan dalam
Konseling Islam, hlm. 13.
18
Rahmatul Hijrati, Konsep Ta’awun Menurut Al-Qur’an dan Pengembangan dalam
Konseling Islam, hlm. 13-14.
19
Galuh Widitya Qomaro dan Armyza Oktasari, Manifestasi Konsep Ta’awun dalam
Zaakwaarneming Perspektif Hukum Perikatan, hlm 20-22.
17
2) Ta’awun dalam bentuk wala’ (loyalitas) kepada antar muslim.
Setiap muslim harus berkesadaran bahwa dirinya adalah saudara
dari muslim yang lain. Siapapun yang mengabaikan saudara sesama
muslim dan menelantarkannya, maka pada hakikatnya ia adalah
seorang yang dapat diragukan keislamannya. Seorang Muslim
haruslah memiliki solidaritas terhadap saudaranya, ikut merasakan
kesusahannya.
3) Ta’awun yang berorientasi pada penguatan sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat dan saling melindungi.
4) Ta’awun dalam upaya ittihad (persatuan). Ta’awun dan persatuan
selayaknya ditegakkan di atas kebajikan dan ketaqwaan, jika tidak,
akan menghantarkan pada kelemahan umat Islam, berkuasanya para
musuh Islam, terampasnya tanah air, terinjak-injaknya kehormatan
umat.
5) Ta’awun dalam bentuk tawashi (saling berwasiat) di dalam
kebenaran dan kesabaran. Saling berwasiat di dalam kebenaran dan
kesabaran termasuk manifestasi nyata dari ta’awun di dalam
kebajikan dan ketaqwaan.
6) Diantara bentuk manifestasi ta’awun di dalam kebajikan dan
ketaqwaan adalah menghilangkan kesusahan kaum muslimin,
menutup aib mereka, mempermudah urusan mereka, menolong
mereka dari orang berbuat aniaya, mencerdaskan mereka,
mengingatkan orang yang lalai di antara mereka, mengarahkan
orang yang tersesat di kalangan mereka, menghibur yang sedang
berduka cita, meringankan mereka yang tertimpa musibah, dan
menolong mereka dalam segala hal yang baik.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tasamuh mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya
berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit,
bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Unsur-unsur
tasamuh yaitu memberikan kebebasan atau kemerdekaan, mengakui hak
setiap orang, menghormati keyakinan orang lain, serta saling mengerti.
Hal ini sebagaimana dalam QS.Al-Hujurat ayat 13.
2. Ta’awun dapat diartikan sebagai sikap kebersamaan dan rasa saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat
mewujudkan suatu pergaulan yang harmonis dan rukun. Al-Qur’an
menyebutkan bahwa Ta’awun merupakan hal yang esensial bagi setiap
muslim. Umat Islam diperintahkan untuk saling tolong-menolong
terhadap sesama terutama tolong-menolong dalam perbuatan yang
terpuji. Hal ini sebagaimana dalam QS. Al-Maidah ayat 2.
B. Saran
Makalah ini dapat menjadi referensi tambahan bagi para pembaca pada
umumnya serta bagi mahasiswa tafsir pada khususnya, terlebih yang tertarik
memperdalam wawasan mengenai tema-tema tafsir sosial politik, dalam hal ini
tasamuh dan ta’awun.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul. Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) dalam Interaksi Antar
Umat Beragama. 2016. Fikri. Vol. 1 No. 2.
Qomaro, Galuh Widitya dan Armyza Oktasari. Manifestasi Konsep Ta’awun dalam
Zaakwaarneming Perspektif Hukum Perikatan. 2018. Et-Tijarie. Vol. 5 No.
1.
20