Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TAFSIR SOSIAL POLITIK

“KEBHINEKAAN (QS. AL-HUJARAT AYAT 13)”

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Tafsir Sosial
Politik
Dosen Pembimbing : Dr. Mukhlis Najamuddin

Disusun Oleh :
IIN SRIWATI :30156120004

Kelas UQ.1
Semester 5

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


JURUSAN USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah ‫ ﷻ‬yang telah melimpahkan hidayah serta inayah-
Nya kepada para penulis. sehingga bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan
ridha-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad ‫ﷺ‬. Yang merupakan salah satu figur umat yang mampu
memberikan Syafaat kelak di hari kiamat. Tak lupa pula penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada bapak Dr. Mukhlis Najamuddin selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Tafsir Sosial Politik yang telah membimbing penulis.
Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan di dalamnya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………………....1
2. Rumusan Masalah …………………………………………………...1
3. Tujuan Perumusan ……………………………………….…………..2

BAB II : PEMBAHASAN
1. Isi Ayat QS.Al-Hujurat ayat 13………………………………...…….3
2. Kosa Kata QS. Al-Hujurat ayat 13……………………………….…. 3
3. Penafsiran QS. Al-Hujurat ayat 13 …..………………………….….. 6
4. Munasabah ( Hubungan ) QS. Al-Hujurat ayat 13 .………….…….. 9
5. Asbab an-Nuzul QS. Al-Hujurat ayat 13 ……………...……………10

BAB III : PENUTUP


1. Kesimpulan …………………………..……………………………..12
2. Saran ……………………………………..…………………………13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam al-Qur‟an surat al-Hujurat ayat 13 dinyatakan bahwa Allah
menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Pada kenyataannya
kutipan ayat diatas memang sangat sesuai dengan realita yang ada, seluruh
manusia berada dalam lingkaran sunnatullah ini. Allah menciptakan manusia
terdiri dari dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, meskipun masih ada
manusia yang menyalahi kodrat yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
Setiap manusia berbentuk sama, dengan dua tangan, dua kaki, dua mata, dua
telinga, satu mulut, satu hidung, dan seterusnya. Dengan berbagai kesamaan
yang diberikan Allah untuk setiap manusia pada umumnya, Allah juga
menjadikan perbedaan diantara manusia, manusia dijadikan berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku.
Kutipan ayat diatas mengindikasikan bahwa Allah menghendaki adanya
perbedaan yang terjadi diantara manusia, akan tetapi perbedaan yang ada
bukanlah sebuah alasan yang dapat digunakan untuk memerangi setiap
sesuatu yang berbeda dengan apa yang diyakini. Penting untuk menghadapi
dan menerima perbedaan-perbedaan tersebut termasuk perbedaan yang terjadi
dalam konteks teologis. Allah telah menciptakan keberagaman atau
perbedaan, umat manusia tetap harus bersatu dan perlu senantiasa mengerti
tentang Kebhinekaan. Pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang
ayat yang berhubungan kebhinekaan yaitu QS. Al-Hujurat ayat 13.

B. Rumusan Masalah
1. Apa isi ayat dari Qs. Al-Hujurat ayat 13 ?
2. Apa saja kosa kata yang terdapat dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13 ?
3. Bagaimana penjelasan tafsir dari isi kandungan Qs. Al-Hujurat ayat 13 ?
4. Bagaimana hubungan antara Qs. Al-Hujurat ayat 13 dengan ayat lainnya ?
5. Bagaimana Asbab an-Nuzul QS. Al-Hujuirat ayat 13?

1
C. Tujuan Perumusan
1. Mengetahui isi ayat dari Qs. Al-Hujurat ayat 13 .
2. Mengetahui kosa kata yang terdapat dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13 .
3. Mengetahui penjelasan tafsir dari isi kandungan Qs. Al-Hujurat ayat 13 .
4. Mengetahui hubungan antara Qs. Al-Hujarat ayat 13 dengan ayat lainnya.
5. Mengetahui Asbab an-Nuzul Qs. Al-Hujurat ayat 13.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat QS. Al-Hujurat ayat 13
َ ‫ارفُ َٰٓى ۟اۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِعند‬
َ َ‫شعُىبًا َوقَبَا َٰٓ ِئ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْق َٰنَ ُكم ِ ّمن ذَك ٍَر َوأُنث َ َٰى َو َجعَ ْل َٰنَ ُك ْم‬
1
‫ير‬
ٌ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬
َ َ‫ٱَّلل‬َّ ‫ٱَّلل أَتْقَ َٰى ُك ْم ِإ َّن‬
ِ َّ
Artinya:Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

B. Kosa Kata Qs. Al-Hujurat ayat 13


1. ‫شعوتا‬
Dalam Al-Qur'an, kata syu'ftb dan yang seasal dengannya terdapat
dalam 13 ayat. Satu ayat menggunakan bentuk jamak syu'ub (‫)شعوب‬
terdapat dalam QS. Al-Hujarat [49]: 13, satu ayat lain menggunakan kata
dalam bentuk jamak syu'ab ( ‫ ) شعة‬terdapat dalam QS. Al-Mursalat 77:30
dan 11 ayat mengunakan bentuk tashghir ( ‫) تصغير‬dari kata ini, yakni
syu'aib, dalam hal ini adalah nama Nabi Syu'aib as. Yang diutus kepada
kaum Madyan. Pakar-pakar Al-Qur'an, seperti Al-Maraghi dan Az-
Zuhaili, sepakat menafsirkan kata syu' ib dengan "bangsa atau umat"
karena di dalamnya telah tercakup berbagai suku bangsa. Penciptaan
berbagai bangsa dan suku oleh Allah, adalah sarana untuk mencapai
sasaran saling berkenalan dan berkasih sayang antar sesame bukan untuk
saling bertengkar dan berselisih.2
Menurut Mujahid, tujuannya adalah agar setiap manusia mengenal
dan mengetahui garis keturunannya, sehingga diketahui si Fulan bin

1
Al-Qur‟anul Karim
2
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian kosa kata,jilid 3,
(Cetakan:III Jakarta : Lentera Hati , 2007) Hal. 959

3
Fulan berasal dari suku bangsa ini atau itu. Adapun hikmah dari
perbedaan bangsa dan suku, menurut Syekh Zadah, adalah agar sebagian
manusia saling mengenal garis keturunan dengan sebagian lainnya,
sehingga tidak ada yang menasabkan dirinya kepada bukan bapaknya
serta tidak pula untuk berbangga-banggaan dengan keturunan bapak atau
kakeknya. Dan keturunan ini dapat diketahui melalui 'urf= adat kebiasan
dan syara'.
Di samping itu, menurut Az-Zuhatli, ada tiga pokok kandungan dari
ayat syu'ub di atas. Pertama, dasar-dasar kesamaan al-musawah, kedua
komunikasi sosial kemanusiaan atau ta’aaruful mujtama’il insaaniy dan
ketiga, kehormatan atas dasar ketakwaan dan perbuatan baik atau al-
fadhlu. Dari prinsip dasar kesamaan manusia sama, bagaikan gerigi sisir.
Mereka berasal dari satu bapak dan ibu serta memunyai hak dan
kewajiban yang sama dalam hukum syariat.
Inilah dasar-dasar dari hakikat demokrasi dalam Islam. Dari sudut
komunikasi sosial kemanusiaan, penciptaan berbagai bangsa dan suku
yang berbeda dan berlainan adalah dimaksudkan unfuk terjadi saling
kenal, komunikasi dan tolong menolong, bukan untuk berbangga-
banggaan dan sombong terhadap keturunan seseorang. Adapun takwa
merupakan neraca kehormatan diri manusia. Posisi dan kedudukan yang
paling mulia dan tinggi derajatnya adalah mereka yang paling baik, baik
bagi dirinya maupun masyarakatnya.
Takwa merupakan unsur kebanggaan bagi manusia, sekaligus
pembeda antar manusia di sisi Allah, dan bukanlah kebanggaan itu
terletak pada keturunan dan asal-usul seseorang. Bagi seorangyang ingin
mendapatkan kemuliaan dan kehormatan di dunia dan memperoleh posisi
yang baik di akhirat ditentukan oleh ketakwaannya.
Sebab turun QS. Al-HujurAt [49]: 13, diinformasikan oleh Ibnu Abi
Hatim dari Ibnu Abi Mulaikah, bahwa: "Ketika terjadi peristiwa
Penaklukan kota Mekah (Yaumul-fath), naiklah Bilal bin Rabah ke atap
puncak Ka'bah mengumandangkan azan". Sebagian orang berujar:

4
"Kenapa seorang budak hitam.legam ini mengumandangkan azan di atap
puncak Ka'bah? Semoga Allah memurka dan menggantinya". Maka,
turunlah ayat ini untuk membantah pernyataan orang tersebut.3

2. ‫خثير‬
Kata al-khabir, terambil dari akar kata khabara .Kita-kata yang
dirangkai oleh huruf-huruf kha', ba', dan ra‟ ini berkisar maknanya pada
dua hal, yaitu pengetahuan dan kelemah lembutan. Khabir dari segi
bahasa dapat berarti yang mengetahui dan juga tumbuhan yang lunak.
Sementara pakar berpendapat bahwa kata ini terambil dari kata
khabartu al-ardha (membelah bumi) dan dari sini lahir pengertian
"mengetahui" seakan-akan yang bersangkutan membahas sesuafu sampai
dia membelah bumi untuk menemukannya. Pendapat ini sangat
dipaksakan. Agaknya cukup dengan memerhatikan kata khabar yang
mengandung informasi tentang sesuatu, untuk menyatakan bahwa kata
khabir mengandung makna mangetahui.
Apalagi jika memerhatikan penggunaan kata tersebut dalam Al-
Qur'an yang terulang dalam berbagai bentuknya sebanyak 55 kali. Kata
khabir, digunakan untuk menunjuk siapa yang mendalami masalah.
Seorang Pakar dalam bidangnya dinamai Khabir, karena itu pula kata ini
biasa digunakan untuk menunjuk pengetahuan yang mendalam dan
sangat rinci menyangkut hal-hal yang tersembunyi.
Menurut Imam Ghazali, al-Khabir adalah yang tidak tersembunyi
bagi-Nya hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan, serta tidak
terjadi sesuatu pun dalam kerajaan-Nya di dunia maupun di alam raya
kecuali diketahuiNya; tidak bergerak satu dzarrah [atom] atau diam, tidak
bergejolak jiwa tidak juga tenang kecuali ada beritanya di sisi-Nya.
Terdapat perbedaan antara makna al-khabir dan Al-'Alim sebagai
sifat Allah menunjuk kepada-Nya sebagai Yang Maha Mengetahui

3
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian kosa kata, jilid 3, Hal . 960

5
tentang segala sesuatu, sedang al-Khabir adalah Dia yang pengetahuan-
Nya menjangkau sesuatu yang diketahui. Di sini, penekanan sisi khabir-
nya bukan pada subjek yang mengetahui tetapi pada objek yang diketahui
itu. Dalam Al-Qur'an, sifat Khabir ada yang berdiri sendiri, ada juga yang
dirangkaikan penyebutannya dengan sifat yang lain, seperti Hakiim,
Latiif, Basiir dan 'Alim. Terdapat dua ayat yan penulis dalam Al-Qur'an
yang merangkaikan sifat Khabir dengan' Alim. Konteks ketiganya adalah
hal-hal yang mustahil, atau amat sangat sulit diketahui manusia.
Pertama, tempat kematiannya: “Tidak seorang pun yang
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal “Alimun khabir” (QS. Luqman [31]:
34). Kedua, kualitas kemuliaan dan takwa seseorang: “Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Alimun
Khabiir” (QS. Al-HujurAt [49]: 13).4

C. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13


1. Tafsir Jalalayn
(Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan) yakni dari Adam dan Hawa (dan Kami
menjadikan kalian berbangsa-bangsa) lafal Syu'uuban adalah bentuk
jamak dari lafal Sya'bun, yang artinya tingkatan nasab keturunan yang
paling tinggi (dan bersuku-suku) kedudukan suku berada di bawah
bangsa, setelah suku atau kabilah disebut Imarah, lalu Bathn, sesudah
Bathn adalah Fakhdz dan yang paling bawah adalah Fashilah. Contohnya
ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah adalah nama suatu
kabilah atau suku, Quraisy adalah nama suatu Imarah, Qushay adalah

4
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian kosa kata,jilid 2, (Cetakan:III
Jakarta : Lentera Hati , 2007) Hal.440

6
nama suatu Bathn, Hasyim adalah nama suatu Fakhdz, dan Al-Abbas
adalah nama suatu Fashilah (supaya kalian saling kenal-mengenal) lafal
ta'aarafuu asalnya adalah Tata'aarafuu, kemudian salah satu dari kedua
huruf ta dibuang sehingga jadilah Ta'aarafuu; maksudnya supaya
sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang lain bukan untuk
saling membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena
sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai dari segi ketakwaan.
(Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui) tentang kalian (lagi Maha Mengenal) apa yang tersimpan di
dalam batin kalian.

2. Tafsir Kemenag RI
(13) Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan
menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda
warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling
mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang
memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau
kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah
hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Kebiasaan manusia
memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut-pautnya dengan
kebangsaan dan kekayaan.
Padahal menurut pandangan Allah, orang yang paling mulia itu
adalah orang yang paling takwa kepada-Nya. Diriwayatkan oleh Ibnu
hibban dan at-Tirmidhi dari Ibnu 'Umar bahwa ia berkata: Rasulullah saw
melakukan tawaf di atas untanya yang telinganya tidak sempurna
(terputus sebagian) pada hari Fath Makkah (Pembebasan Mekah). Lalu
beliau menyentuh tiang Ka'bah dengan tongkat yang bengkok ujungnya.
Beliau tidak mendapatkan tempat untuk menderumkan untanya di
masjid sehingga unta itu dibawa keluar menuju lembah lalu

7
menderumkannya di sana. Kemudian Rasulullah memuji Allah dan
mengagungkan-Nya, kemudian berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya
Allah telah menghilangkan pada kalian keburukan perilaku Jahiliah.
Wahai manusia, sesungguhnya manusia itu ada dua macam: orang yang
berbuat kebajikan, bertakwa, dan mulia di sisi Tuhannya. Dan orang yang
durhaka, celaka, dan hina di sisi Tuhannya.
Kemudian Rasulullah membaca ayat: ya ayyuhan-nas inna
khalaqnakum min dhakarin wa untsa¦ Beliau membaca sampai akhir ayat,
lalu berkata, "Inilah yang aku katakan, dan aku memohon ampun kepada
Allah untukku dan untuk kalian. (Riwayat Ibnu hibban dan at-Tirmidhi
dari Ibnu 'Umar). Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Mengetahui tentang apa yang tersembunyi dalam jiwa dan pikiran
manusia. Pada akhir ayat, Allah menyatakan bahwa Dia Maha
Mengetahui tentang segala yang tersembunyi di dalam hati manusia dan
mengetahui segala perbuatan mereka.

3. Tafsir al-Muyassar
Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari satu
bapak, yaitu Adam dan satu ibu yaitu Hawwa. Maka janganlah merasa
lebih utama di antara sebagian kalian atas sebagian yang lain dari sisi
nasab. Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
melalui proses berketurunan, agar sebagian dari kalian mengenal
sebagian yang lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa dan
Maha teliti terhadap mereka.5

5
Tafsir web, diakses pada tanggal 27 Desember 2022 jam 23:49, pada link tersebut,
https://tafsirweb.com/9783-surat-al-hujurat -ayat-13.html

8
D. Munasabah ( Hubungan ) Antara Qs. Al-Ahzab ayat 21 dengan ayat al-
Qur’an lainnya.
Munasabah dari segi bahasa bermakna kedekatan. Menurut para ulama
kata munasabah memiliki dua makna diantaranya yaitu:
1. Hubungan kedekatan antara ayat atau kumpulan ayat-ayat al-Qur‟an satu
dengan lainnya.
2. Hubungan makna satu ayat dengan ayat lainnya, misalnya
pengkhususannya, atau penetapan syarat terhadap ayat lain yang tidak
bersyarat, dan lain-lain.6
Munasabah ( hubungan ) ialah sebuah konsep di dalam ulum al-Qur‟an
yang membahas tentang pemahaman makna ayat secara kompherenshif
dengan menghubungkan antara ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, antara
pembuka dan penutupnya, dan antar ayat dengan maksud yang serupa
dengannya.
1. Munasabah ayat dengan ayat
a. Munasabah ayat sebelumnya (surah al-Hujurat ayat 12)
Ayat ini sebagai jawaban atau respon atas pandangan sempit
sebagian sahabat terhadap fenomena pluralisme identitas kulit dan
kedudukan. Sebagai akibatnya mereka memandang secara
diskriminatif terhadap orang lain yang berbeda warna kulitnya dan
kedudukannya. Pandangan tersebut kemudian melahirkan sikap
diskriminatif terhadap orang lain, sehingga berakibat pada
pemberian kesempatan yang tidak sama, pembasmian etnis dan
kecurigaan atau prasangka, sebagaimana kita tahu bersama,
perbedaan“baju” seringkali tidak disadari sebagai kebaikan tapi
sebaliknya sebagai sesuatu yang negatif. Ada perintah agar kita
bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi
Allah karena ketakwaannya.
b. Munasabah ayat sesudahnya (surah al-hujurat ayat 12)

6
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang:Lentera Hati, 2013), hal 209.

9
Ayat ini merupakan pengakuan secara lisan oleh orang-orang Arab
Badui, bahwa mereka beriman. Padahal, mereka belum mengimani,
hingga masuk ke hati mereka. Ayat 13 bahwa Allah maha
mengetahui, sedangkan nabi disuruh oleh Allah “katakan pada
mereka:kalian belum beriman, pada ayat ke 14”.
2. Munasabah surah dengan surah
a. Munasabah Surah Sebelumnya (Surah Al-Fath)
Di dalam Surah al-Fath disebutkan perintah memerangi orangorang
kafir, sedang dalam Surah al-Hujurat disebutkan perintah
mengadakan perdamaian antara dua golongan kaum muslimin yang
bersengketa, dan perintah memerangi golongan kaum muslimin yang
berbuat aniaya kepada golongan kaum muslimin yang lain, sampai
terjaga selalu kesatuan dan persatuan umat Islam. Surah al-fath
ditutup dengan keterangan mengenai sifat-sifat Rasulullah SAWdan
sahabatsahabatnya, sedang Surah al-Hujurat dimulai dengan
bagaimana seharusnya para sahabat bergaul dengan Nabi
Muhammad SAW.
b. Munasabah Surah Sesudahnya (Surah Qaaf)
Pada akhir surah al-Hujurat disebutkan bagaimana keimanan orang-
orang Badwi dan sebenarnya mereka belum beriman. Hal ini dapat
membawa kepada bertambahnya Iman mereka dan dapat pula
menjadikan mereka orang yang mengingkari kenabian dan hari
berbangkit: sedang pada awal Surah Qaaf disebutkan beberapa sifat
orang kafir yang mengingkari kenabian dan hari berbangkit. Surah
alHujurat lebih banyak menguraikan soal-soal duniawi sedang Surah
Qaaf lebih banyak menguraikan tentang ukhrawi.

E. Asbabun Nuzul Al-Hujurat Ayat 13


Definisi Sababun Nuzul terbagi dua yaitu: Pertama: Terjadi suatu
peristiwa, kemudian Al-Qur‟an turun berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Kedua: Rasulullah ditanya tentang sesuatu, lalu Al-Qur‟an turun berisi

10
penjelasan hukum terkait pertanyaan yang di ajukan.7 Banyak definisi yang
dikemukakan oleh para ulama tentang Asbab an-Nuzul. Salah satu yang
cukup populer, Asbab an-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa turunnya ayat, baik sebelum maupun sesudah turunnya, dimana
kandungan ayat tersebut berkaitan atau dapat dikaitkan dengan peristiwa itu.
Jadi Asbab an-Nuzul dari QS Al-Hujurat ayat 13 yaitu: Imam Suyuthi
dalam kitab tafsirnya Al-Durr Al-Mantsur fi Tafsir Bil-Ma'tsur menyebutkan
terdapat dua kisah turunnya surat Al Hujurat ayat 13 ini. Kisah pertama
adalah pada saat Rasulullah SAW memasuki kota Mekkah dalam peristiwa
Fathu Makkah. Bilal bin Rabah naik ke atas Ka'bah dan menyerukan azan.
Maka sebagian penduduk Mekkah terkaget-kaget. Ada yang berkata: "Budak
hitam inikah yang azan di atas Ka„bah?" Yang lain berkata, "Jika Allah
membencinya, tentu akan menggantinya". Lalu turunlah surat Al Hujurat ayat
13 ini. Selain itu, terdapat kisah kedua yang disebutkan dalam kitab tafsirnya.
Kisah kedua ini menceritakan Abu Daud meriwayatkan tentang alasan
diturunkannya surat Al Hujurat ayat 13.
Ayat ini turun berkenaan dengan profesi Abu Hind sebagai seorang
pembekam. Rasulullah SAW kemudian meminta kepada Bani Bayadhah
untuk menikahkan putri mereka dengan Abu Hind. Akan tetapi, mereka
enggan melakukannya dan memberikan alasan jika Abu Hind merupakan
bekas budak mereka. Sikap mereka sungguh keliru dan dikecam Al-Quran
dengan turunnya ayat ini. Bahwa kemuliaan di sisi Allah SWT bukan karena
keturunan atau garis kebangsawanan. Melainkan karena ketakwaannya.

7
Manna Al-Qatthan, Mabahits fii ‘Ulum Al-Qur’an, Terj. Umar Mujtahid, (Jakarta:
Ulumul Qura, 2018), Hlm 124

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Al-qur‟an yang terdiri dari sekian banyak ayat yaitu kurang lebih
6666 ayat terdapat ayat yang berbicara tentang kebinekaan, tepatnya qs al
hujurat ayat 13 dan pada ayat itu terdapat kosa kata.syu'ban menurut Az-
Zuhatli, ada tiga pokok kandungan dari ayat syu'ub di atas. Pertama, dasar-
dasar kesamaan al-musawah, kedua, komunikasi sosial kemanusiaan atau
ta’aaruful mujtama’il insaaniy dan ketiga, kehormatan atas dasar ketakwaan
dan perbuatan baik atau al-fadhlu. Dari prinsip dasar kesamaan manusia sama,
bagaikan gerigi sisir. Mereka berasal dari satu bapak dan ibu serta memunyai
hak dan kewajiban yang sama dalam hukum syariat.
Selain syu‟uban juga terdapat kata Al khabir menurut Imam Ghazali, al-
Khabir adalah yang tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang sangat dalam
dan yang disembunyikan, serta tidak terjadi sesuatu pun dalam kerajaan-Nya
di dunia maupun di alam raya kecuali diketahuiNya; tidak bergerak satu
dzarrah [atom] atau diam, tidak bergejolak jiwa tidak juga tenang kecuali ada
beritanya di sisi-Nya.
Tafsiran Qs al hujurat ayat 13 menerankan bahwa manusia itu terdiri dari
beraneka ragam suku, bangsa, ras dan lain sebagainya.Dari keberagaman itu
semua bukannya kita justru saling menjatuhkan, saling mengolok olok
(dehumanisasi) akan tetapi dari perbedaan itu kita harus mengenal saling
membantu saling menerapkan nilai2 humanisasi. Dari keberagaman yang ada
kita seharusnya menjadikannya sebagai jalan untuk senantiasa meningkatkan
ketakwaan karena pada ayat tersebut yang paling mulia adalah yang
mempunyai tingkat ketakwaan di sisi Allah swt. Munasabah adalah
kesesuaian ayat atau surah yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan QS.Al-Hujurat
mempunyai hubungan dengan surah sebelumnya yaitu QS. Al-Fath dan surah
sesudahnya yaitu QS. Al-Ahqaf. Begitu pula dengan munasabah ayat baik
ayat sebelumnya maupun sesudahnya.

12
Asbabun Nuzul dari ayat ini yaitu pada saat Rasulullah ‫ ﷺ‬memasuki kota
Mekkah dalam peristiwa Fathu Makkah. Bilal bin Rabah naik ke atas Ka'bah
dan menyerukan azan. Maka sebagian penduduk Mekkah terkaget-kaget. Ada
yang berkata: "Budak hitam inikah yang azan di atas Ka„bah?" Yang lain
berkata, "Jika Allah membencinya, tentu akan menggantinya". Lalu turunlah
surat Al Hujurat ayat 13 ini.

A. Saran
Demikianlah makalah yang yang dapat penulis buat sebagai manusia
biasa penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat kontruksi
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini berikuntnya,
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim
Al-Qatthan, Manna. Mabahits fii ‘Ulum Al-Qur’an, Terj. Umar Mujtahid, 2018.
Jakarta: Ummul Qura.
Shihab, M Quraish. Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosa Kata, 2007. jilid 2. Cet.
III; Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M Quraish. Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosa Kata, 2007. jilid 3. Cet.
III; Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir, 2013, Tangerang:Lentera Hati.
Tafsir web, diakses pada tanggal 27 Desember 2022 jam 23:49, pada link tersebut,
https://tafsirweb.com/9783-surat-al-hujurat-ayat-13.html

14

Anda mungkin juga menyukai