KOMUNIKASI
Oleh:
Dosen Pengampu
Bismillahirrahmanirrahim,
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada
gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
A. Pendahuluan.............................................................................................. 1
B. Dasar dan Tujuan Komunikasi.................................................................. 1
C. Prinsip Komunikasi................................................................................... 3
D. Jenis Komunikasi....................................................................................... 3
E. Adab Komunikasi...................................................................................... 4
F. Kesimpulan................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
KOMUNIKASI
A. Pendahuluan
Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk social. Setiap hari manusia terus melakukan komunikasi baik secara
verbal maupun non-verbal. Setiap kegiatan komunikasi tersebut diikuti juga
dengan informasi atau maksud dari dilakukannya sebuah komunikasi.
Komunikasi tidak mungkin dilakukan tanpa adanya informasi atau tujuan yang
ingin disampaikan kepada orang lain, karena pada dasarnya komunikasi
merupakan proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya.
Oleh karena itu keduanya tidak dapat dipisahkan, melainkan berjalan
berdampingan dan saling melengkapi satu sama lainnya.
Keberadaan kegiatan komunikasi ini sangatlah penting bagi semua umat
manusia, tidak terkecuali umat Islam. Hal ini dikarena pada dasarnya setiap
ibadah yang dilakukan oleh umat Islam tidak lepas dari komunikasi. Disebut
demikian karena pada dasarnya komunikasi dalam Islam dibagi menjadi tiga
bentuk yaitu komunikasi ilahiah atau komunikasi kepada Allah SWT, komunikasi
pada diri sendiri, dan komunikasi dengan sesama manusia. Oleh karena itu
komunikasi pun dapat menjadi bentuk ibadah seorang muslim.
Selain itu, komunikasi dalam Islam merupakan sarana untuk berdakwah,
yaitu menyampaikan seruan kebaikan kepada semua orang yang ada di dunia ini.
Dakwah merupakan proses penyampaian pesan-pesan kebaikan yang bernilai
islami dengan tujuan untuk mengajak kepada kebaikan. Di sinilah kemudian
muncul kepentingan untuk mengetahui prinsip komunikasi yang baik dan efektif
agar pesan atau informasi dapat sampai dan diterima dengan baik oleh mad’u atau
komunikan.
Berbeda dengan komunikasi secara umum, komunikasi Islam memiliki
landasan berupa al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar pedoman kehidupan manusia.
Apalagi komunikasi terus dilakukan oleh manusia selama hidupnya tanpa henti
setiap harinya, tentu perlu diketahui bagaimana sebenarnya konsep dari
komunikasi islam tersebut. Sebagai seorang hamba yang beriman, tentulah semua
muslim menginginkan keberkahan dari Allah SWT, tidak terkecuali dalam hal
komunikasi yang merupakan hal terpenting yang dilakukan oleh manusia dalam
hidupnya. Karena selain menghubungkan dirinya dengan manusia lain,
komunikasi juga bergunakan untuk menghubungkan dengan dirinya sendiri
bahkan dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT.
Tema komunikasi dalam Al-Qur’an tidaklah terlalu sulit untuk
mendeteksinya. Kata yang paling dekat dengan makna komunikasi adalah kata
‘qaul’. Dalam Al-Qur’an sendiri kata ini terulang beberapa kali dengan kata sifat
yang berbeda-beda. Inilah yang menjadi kajian inti pada pembahasan ini dengan
melacak penafsiran dan konteks makna dari kata ‘qaul’ tersebut dalam rangka
menemukan prinsip komunikasi qur’ani.
Dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 7 kali kata ‘qaul’ dengan kata sifat
yang berbeda. ‘qaulan ‘adziman’ dalam QS. Al-Isra;17: 40), ‘qaulan balighan’
QS. An-Nisa;4;63, ‘qaulan kariman’ QS. AlIsra;17:23, ‘qaulan layyinan’ QS.
Taha;20:43-44, ‘qaulan maisuran’ QS. Al-Isra;17: 28, ‘qaulan ma’rufan’ QS. Al-
Baqarah;2:235, An-Nisa;5:8, al-Ahzab;33:32, ‘Qaulan Sadidan’ QS. An-Nisa;5:9,
al-Ahzab;33:70, Qaulan Taqilan’ QS. Al-Muzammil;73:5.
Untuk lebih jelasnya penulis akan membahas tema komunikasi di atas
dengan penelurusan pandangan para mufasir dan konteks ayat. Kajian ini
diharapkan dapat memberi gambaran komunikasi efektif yang terdapat dalam Al-
Qur’an.
اَي َأهُّي َا النَّ ُاس اَّن َخلَ ْقنَامُك ْ ِم ْن َذ َك ٍر َوُأنْىَث ٰ َو َج َعلْنَامُك ْ ُش ُعواًب َوقَ َباِئ َل ِل َت َع َارفُوا ۚ َّن
ِإ ِإ
)13(َأ ْك َر َممُك ْ ِع ْندَ اهَّلل ِ َأتْ َقامُك ْ ۚ َّن اهَّلل َ عَ ِل ٌمي َخبِري
ِإ
Surah al-Hujurat ayat 13 bahwa istilah ta’aruf sebagaimana di kutip
oleh Isnadul Hamdi ditemukan dari terambil تَ َعا َرفُوlafadz menggunakan kata
‘arafa yang berarti mengenal. Maksudnya adalah saling mengenal
kepribadian, latar belakang sosial, budaya, pendidikan, keluarga, maupun
agama. ta’aruf yang paling didahulukan atas yang lainnya adalah agama.
Surah al-Hujurat ayat 13 Menjelaskan bahwa ta’aruf adalah suatu pendekatan
hubungan yang dilakukan manusia antara laki-laki maupun perempuan untuk
saling kenal mengenal.
Kemudian ta’aruf yang dijelaskan dalam surah al-Hujurat ayat 13
sebagaimana di kutip oleh Daimah bahwa memfokuskan kepada semua
manusia bahwa mereka diciptakan Allah SWT sebagai suatu golongan,
berbangsa, bersuku yang berbagai bangsa dengan keberagaman dan
keanekaragaman bukan untuk saling cerai-berai atau saling merasa benar,
melainkan untuk saling mengenal, bersilaturohim, berkomunikasi, serta saling
memberi dan menerima.
2. I’tisham (Ali ‘Imran:103)
َوا ْع َت ِص ُموا حِب َ ْب ِل اهَّلل ِ مَج ِ ي ًعا َواَل تَ َف َّرقُوا ۚ َو ْاذ ُك ُروا ِن ْع َم َت اهَّلل ِ عَلَ ْيمُك ْ ْذ ُك ْنمُت ْ َأ ْعدَ ًاء
ِإ
فََأل َّ َف بَنْي َ قُلُو ِبمُك ْ فََأ ْص َب ْحمُت ْ ِب ِن ْع َم ِت ِه خ َْوااًن َو ُك ْنمُت ْ عَىَل ٰ َش َفا ُح ْف َر ٍة ِم َن النَّ ِار فََأنْ َق َذمُك ْ ِمهْن َا
ِإ
ونَ ُۗ َك َ ٰذكِل َ يُ َبنِّي ُ اهَّلل ُ لَمُك ْ آاَي ِت ِه ل َ َعلَّمُك ْ هَت ْ َتد
Kata i'tashimu diambil dari kata ashama, yang mempunyai makna
menghalangi. Potongan ayat tersebut mempunyai makna perintah agar
berpegang pada tali Allah yang berfungsi untuk menghalangi seseorang
terjatuh. Kata ‘habl yang berarti tali, ialah apa yang dipakai untuk mengikat
sesuatu untuk mengangkat ke atas atau menurunkan ke bawah agar sesuatu
tersebut tidak terlepas atau terjatuh.
3. Ta’awun (Al-Maidah:2)
اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا اَل حُت ِ لُّوا َش َعاِئ َر اهَّلل ِ َواَل الشَّ ه َْر الْ َح َرا َم َواَل الْهَدْ َي َواَل الْ َقاَل ِئدَ َواَل آ ِّم َني
ُون فَضْ اًل ِم ْن َرهِّب ِ ْم َو ِرضْ َوااًن ۚ َو َذا َحلَلْمُت ْ فَ ْاص َطادُوا ۚ َواَل جَي ْ ِر َمنَّمُك ْ َشنَآ ُن َ الْ َبيْ َت الْ َح َرا َم ي َ ْبتَغ
ِإ
قَ ْو ٍم َأ ْن َصدُّومُك ْ َع ِن الْ َم ْسجِ ِد الْ َح َرا ِم َأ ْن تَ ْع َتدُ وا ۘ َوتَ َع َاون ُوا عَىَل الْرِب ِّ َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع َاون ُوا
عَىَل ا مْث ِ َوالْ ُعدْ َو ِان ۚ َوات َّ ُقوا اهَّلل َ ۖ َّن اهَّلل َ َش ِديدُ الْ ِع َق ِاب
ِإ ِإْل
Ta’awun adalah dari pokok kata (Mashdar) Mu’awanah, yang berarti
bertolong-tolongan, bantu-membantu. Menurut Hamka, dalam tafsirnya
menjelaskan diperintahkan hidup bertolong-tolongan, dalam membina Al
Birru, yaitu segala ragam maksud yang baik dan berfaedah, yang didasarkan
kepada menegakkan Taqwa: yaitu mempererat hubungan dengan Tuhan, dan
di tegah bertolong-tolongan atas berbuat dosa dan menimbulkan permusuhan
dan menyakiti sesama manusia. Tegasnya merugikan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dasar
dan tujuan komunikasi dalam Al-Qur`an yaitu: ta’aruf yang terdapat dalam
surat al-Hujurat ayat 13 adalah pendekatan hubungan yang dilakukan
manusia antara laki-laki maupun perempuan untuk saling kenal mengenal,
bersilaturohim, berkomunikasi, serta saling memberi dan menerima. I’tisham
dalam surat Ali `Imran 103 yaitu perintah agar berpegang pada tali Allah
yang berfungsi untuk menghalangi seseorang terjatuh. Ta’awun dalam surat
Al- Maida ayat 2 yaitu bertolong-tolongan dalam hal kebajikan.
C. Prinsip Komunikasi
1. Qaul baligh (An-Nisa’: 62 – 63)
َ فَ َك ْي َف َذا َأ َصابَهْت ُ ْم ُم ِصي َب ٌة ِب َما قَدَّ َم ْت َأيْ ِد ِهي ْم مُث َّ َجا ُءوكَ حَي ْ ِل ُف
ون اِب هَّلل ِ ْن َأ َردْاَن اَّل ْح َسااًن
ِإ ِإ ِإ ِإ
َوت َْو ِفيقًا
ُأولَٰ ِئ َك اذَّل ِ َين ي َ ْعمَل ُ اهَّلل ُ َما يِف قُلُوهِب ِ ْم فََأ ْع ِر ْض َعهْن ُ ْم َو ِع ْظه ُْم َوقُ ْل لَه ُْم يِف َأنْ ُف ِسه ِْم قَ ْواًل ب َ ِليغًا
َوقَىَض ٰ َرب ُّ َك َأاَّل تَ ْع ُبدُ وا اَّل اَّي ُه َواِب لْ َوادِل َ ْي ِن ْح َسااًن ۚ َّما ي َ ْبلُغ ََّن ِع ْندَ كَ ْال ِكرَب َ َأ َحدُ مُه َا
ِإ ِإ ِإ ِإ
َأ ْو اَلِك مُه َا فَاَل تَ ُق ْل لَهُ َما ُأ ّ ٍف َواَل تَهْن َ ْرمُه َا َوقُ ْل لَهُ َما قَ ْواًل َك ِرميًا
Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsir- nya mengatakan, al- Qur’an
memberikan petunjuk bagaimana cara berperilaku dan berkomunikasi secara
baik dan benar kepada kedua orangtua, terutama sekali, di saat keduanya atau
salah satunya sudah berusia lanjut. Komunikasi dengan kedua orang tua harus
dilakukan dengan bahasa yang sopan, lemah lembut tidak membentak-bentak.
Dalam hal ini, al-Qur’an menggunakan term karim yang secara kebahasaan
berarti mulia. Ibn ‘Asyur menyatakan bahwa qaul karim adalah perkataan
yang tidak memojokkan pihak lain yang membuat dirinya merasa seakan
terhina.
َو َّما تُ ْع ِرضَ َّن َعهْن ُ ُم ابْ ِتغ ََاء َرمْح َ ٍة ِم ْن َرب ّ َِك تَ ْر ُجوهَا فَ ُق ْل لَه ُْم قَ ْواًل َمي ُْس ًورا
ِإ
Kata Masyuran seakar dengan kata yusr yang artinya mudah, jadi
Qaulan Masyuran adalah perkataan atau komunikasi yang mudah dipahami.
Kemudian biasanya, sesuatu yang mudah dipahami menandakan bahwa
komunikasi atau bahasa tersebut bersifat logis dan rasionalis. (Waryani Fajar
Riyanto dan Mokhamad Mahfud, 2012:147) Karena pada prinsipnya Qaulan
Masyuran adalah segala bentuk perkataan yang baik dan melegakan atau tidak
menyakiti, serta bisa juga dikatakan sebagai suatu pernyataan dalam
menjawab persoalan dengan cara yang baik dan tidak dibuat-buat.
الس َفه ََاء َأ ْم َوالَمُك ُ الَّيِت َج َع َل اهَّلل ُ لَمُك ْ ِق َيا ًما َو ْار ُزقُومُه ْ ِفهيَا َوا ْك ُسومُه ْ َوقُولُوا
ُّ َواَل تُْؤ تُوا
لَه ُْم قَ ْواًل َم ْع ُروفًا
44 ٰ فَ ُقواَل هَل ُ قَ ْواًل لَ ِ ّينًا ل َ َعهَّل ُ ي َ َت َذكَّ ُر َأ ْو خَي ْىَش43 ا ْذ َه َبا ىَل ٰ ِف ْر َع ْو َن ن َّ ُه َطغ َٰى
ِإ ِإ
Ayat ini memaparkan kisah Nabi Musa a.s. dan Harun a.s. ketika
diperintahkan untuk menghadapi Fir’aun, yaitu agar keduanya berkata kepada
Fir’aun dengan perkataan yang layyin. Asal makna layyin adalah lembut atau
gemulai, yang pada mulanya digunakan untuk menunjuk gerakan tubuh.
Kemudian kata ini dipinjam (isti’arah) untuk menunjukkan perkataan yang
lembut.
Sementara yang dimaksud dengan qaul layyin adalah perkataan yang
mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh, di mana si pembicara
berusaha meyakinkan pihak lain bahwa apa yang disampaikan adalah benar
dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan pendapat atau pandangan
orang yang diajak bicara tersebut. Dengan demikian, qaul layyin adalah salah
satu metode dakwah, karena tujuan utama dakwah adalah mengajak orang lain
kepada kebenaran, bukan untuk memaksadan unjuk kekuatan.
خْش اذَّل ِ َين ل َ ْو تَ َر ُكوا ِم ْن َخلْ ِفه ِْم ُذ ّ ِري َّ ًة ِض َعافًاٰ خَافُوا عَلَهْي ِ ْم فَلْ َيتَّ ُقوا اهَّلل َ َولْ َي ُقولُوا قَ ْواًل َس ِديدً ا
َ َولْ َي
Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya bahwa ayat ini turun dalam
kasus seseorang yang mau meninggal bermaksud mewasiyatkan seluruh
kekayaan kepada orang lain, padahal anak-anaknya masih membutuhkan
harta tersebut. Dalam kasus ini, perkataan yang harus disampaikan kepadanya
harus tepat dan argumentatif. Inilah makna qaul sadid. Misalnya, dengan
perkatan, “bahwa anak-anakmu adalah yang paling berhak atas hartamu ini.
Jika seluruhnya kamu wasiyatkan, bagaimana dengan nasib anak-anakmu
kelak.” Melalui ayat ini juga, Allah ingin mengingatkan kepada setiap orang
tua hendaknya mempersiapkan masa depan anak-anaknya dengan sebaik-
baiknya agar tidak hidup terlantar yang justeru akan menjadi beban oranglain.
ۖ ْ ات اهَّلل ِ فَه َُو َخرْي ٌ هَل ُ ِع ْندَ َر ِب ّ ِه ۗ َوُأ ِحل َّ ْت لَمُك ُ اَأْلنْ َعا ُم اَّل َما يُ ْتىَل ٰ عَلَ ْيمُك
ِ َذٰكِل َ َو َم ْن يُ َع ِّظ ْم ُح ُر َم
ِإ
فَا ْجتَ ِن ُبوا ّ ِالر ْج َس ِم َن اَأْل ْواَث ِن َوا ْجتَ ِن ُبوا قَ ْو َل ُّالز ِور
َوقَىَض ٰ َرب ُّ َك َأاَّل تَ ْع ُبدُ وا اَّل اَّي ُه َواِب لْ َوادِل َ ْي ِن ْح َسااًن ۚ َّما ي َ ْبلُغ ََّن ِع ْندَ كَ ْال ِكرَب َ َأ َحدُ مُه َا َأ ْو اَلِك مُه َا
ِإ ِإ ِإ ِإ
فَاَل تَ ُق ْل لَهُ َما ُأ ّ ٍف َواَل تَهْن َ ْرمُه َا َوقُ ْل لَهُ َما قَ ْواًل َك ِرميًا
E. Adab Komunikasi
Adab komunikasi dalam Islam dapat dilihat dari perspektif al-Qur’an
maupun Hadits. Dalam al-Qur’an adab komunikasi dijelaskan dalam surah al-Nisa
ayat 148. Allah SWT Berfirman:
اَل حُي ِ ُّب اهَّلل ُ الْ َجه َْر اِب ُّلسو ِء ِم َن الْ َق ْولِ اَّل َم ْن ُظمِل َ ۚ َواَك َن اهَّلل ُ مَس ِ ي ًعا عَ ِلميًا
ِإ
Artinya: “Allah tidak menyukai perkataan yang buruk, (yang diucapkan), secara
terus menerus kecuali oleh orang yang dizhalimi. Dan Allah Maha Mendengar
dan Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-Nisa: 148).
M. Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah menjelaskan ayat tersebut
bermaksud melarang manusia melakukan perbuatan yang di luar batas kewajaran.
Allah juga memerintahkan agar manusia tidak menggunakan perkataan yang
buruk saat berkomunikasi dengan siapapun yang bertujuan melindungi
pendengaran dan moral manusia dari hal-hal yang menyakitinya. Kata la yuhibbu
menunjukkan penegasan Allah tidak suka terhadap yang buruk. Sedangkan al-
jahr tertuju pada sesuatu yang nyata, yaitu larangan bersikap buruk pada ucapan
maupun perbuatan.
Imam al-Nawawi rahimahullah menyebutkan dalam Syarah Arbain,
bahwa Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara
maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan
tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut
ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).
Adapun beberapa ayat yang menunjukan kepada adap dalam
berkomunikasi dalam Al-qur`an seperti Berakhlaq surat Al-Isra’: 53, Ilmu surat
Al-An’am :148, Argumentatif surat Al-Maidah: 76, Memaafkan surat Al-A’raf:
199
1. Berakhlaq (Al-Isra’: 53)
الش ْي َط َان اَك َن ِل ن ْ َس ِان َّ َوقُ ْل ِل ِع َبا ِدي ي َ ُقولُوا الَّيِت يِه َ َأ ْح َس ُن ۚ َّن
َّ الش ْي َط َان يَزْن َ ُغ بَيْهَن ُ ْم ۚ َّن
ِإْل ِإ ِإ
عَدُ ًّوا ُمبِينًا
Artinya: “Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.”
Referensi : https://tafsirweb.com/37131-surat-al-isra-lengkap.html
2. Ilmu (Al-An’am:148)
َ ول ٱذَّل ِ َين َأرْش َ ُكو ۟ا ل َ ْو َشٓا َء ٱهَّلل ُ َمٓا َأرْش َ ْكنَا َوٓاَل َءابَٓاُؤ اَن َواَل َح َّر ْمنَا ِمن ىَش ْ ٍء ۚ َك َ ٰذكِل
ُ َس َي ُق
ٱ
َ َك َّذ َب ذَّل ِ َين ِمن قَ ْب ِله ِْم َحىَّت ٰ َذاقُو ۟ا بَْأ َسنَا ۗ قُ ْل ه َْل ِعندَ مُك ِ ّم ْن ِعمْل ٍ فَ ُتخْ ِر ُجو ُه لَنَٓا ۖ ن تَت َّ ِب ُع
ون
ِإ ٱ
ونَ اَّل َّلظ َّن َو ْن َأنمُت ْ اَّل خَت ْ ُر ُص
ِإ ِإ ِإ
Artinya: Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: “Jika
Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak
mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu
apapun”. Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan
(para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: “Adakah
kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada Kami?” Kamu tidak mengikuti kecuali
persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.
Referensi : https://tafsirweb.com/37106-surat-al-anam-lengkap.html
F. Kesimpulan
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada
pihak lainnya secara verbal maupun non-verbal. Dasar dan tujuan komunikasi
dalam Al-Qur`an yaitu: ta’aruf saling kenal mengenal, berpegang pada tali Allah
dan bertolong-tolongan dalam hal kebajikan. Prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an
menuntut manusia agar berbahasa dengan baik, santun, tidak menyakiti antar
sesama, ramah dalam bertutur kata, bijaksana dalam melakukan setiap
komunikasi, berkata dan bersikap dengan adil dalam memutuskan kebijakan dan
menjauhi perkataan-perkataan yang dilarang dalam Agama yaitu yang
mendatangkan kerusakan tatanan sosial dan yang dapat mendatangkan dosa.
Daftar Pustaka