Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Konsep Mahram Dan Khitbah”


Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Fikih Munakahat

D
I
S
U
S
U
N

OLEH KELOMPOK 2

NAMA : RANJATA TARIGAN


RANTI ARDIYAN
RENITA HANDAYANI BR. SEMBIRING
SYAFIRA AUDINA RIDHA
SISKA NUR HAYATI
SEMESTER : III - C
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/ REGULER PAGI

DOSEN : RAHMI UTAMI, S.Pd.I, M.Si

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih ke hadirat Allah
SWT. Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini sehinga dapat hadir di hadapan pembaca sekalian.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW Beserta
keluarga dan para Sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah
mengorbankan jiwa raga maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan
manfaatnya masih dapat kita rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah yang berada di hadapan kita pembaca ini membahas tentang “Konsep
Mahrom dan Khitbah”. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan bagi kita semua.
Kepada para pembaca yang membahasa makalah ini kami sampaikan terima kasih.
Saran dan keritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dan demi bertambahnya wawasan kami sebagai Mahasiswa.
Akhinya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua . Amin ya Rabbal
aalamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….II

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MAHROM................................................................................................2
B. KHITBAH................................................................................................................13

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………..….21
B. SARAN....................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mahrom adalah semua orang yang haram untuk dinikahi selamanya karena sebab
keturunan, persusuan dan pernikahan dalam syariat islam. mahrom juga berasal dari
makna haram, yaitu wanita yang haram dinikahi dan yang dimaksud dengan keharaman
menikahi wanita adalah menyangkut boleh atau tidaknya memilih aurat, dan hubungan
baik langsung maupun tidak langsung. mahrom tersebut bias bersifat langsung artinya
orang-orang yang memiliki darah yang sama otomatis menjadi mahrom dan ada pula
hubungan yang tidak langsung seperti mahrom yang diakibatkan oleh hubungan
pernikahan misalnya saja seorang wanita yang sudah menikah dan bersuami maka ia
haram hukumnya untuk dinikahi oleh orang lain.
Jadi, sebelum melakukan pernikahan kita harus tahu batasan batasan mahrom,
jangan sampai yang kita nikahi adalah mahrom kita. agar terciptanya pasangan suami
istri yang sah berdasarkan agama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Konsep Mahram?
2. Apa Itu Khitbah?

1
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Mahrom Dan Khitbah
A. KONSEP MAHRAM
1. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM MAHROM
a. Pengertian Mahrom
Mahram berarti yang terlarang atau sesuatu yang terlarang. Maksudnya yang
terlarang mengawininya.Kata mahram berasal dari bahasa arab yaitu ‫( َمحْ َر ٌم‬mahramun)
yang berarti semua orang yang haram untuk dinikahi karena sebab keturunan, persusuan
dan pernikahan dalam syariat Islam. Muslim di Asia Tenggara sering salah dalam
menggunakan istilah mahram ini dengan kata muhrim, sebenarnya kata muhrim memiliki
arti yang lain. Dalam bahasa arab, kata muhrim (muhrimun) artinya orang yang berihram
dalam ibadah haji sebelum bertahallul. Sedangkan kata mahram (mahramun) artinya
orang-orang yang merupakan lawan jenis kita, namun haram (tidak boleh) kita nikahi
sementara atau selamanya.1
Adapun pengertian mahram menurut beberapa ulama yaitu:2
a. Menurut Imam Ibnu Qudamah, mahram adalah semua orang yang haram dinikahi
selama-lamanya dengan sebab nasab, persusuan, dan pernikahan.
b. Menurut Imam Ibnu Atsir, mahram adalah orang-orang yang haram untuk
dinikahi selama-lamanya seperti bapak, anak, saudara paman, dan lain-lain.
Dengan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mahram adalah orang-
orang yang haram dinikahi oleh laki-laki.
Mahrom adalah orang yang tidak halal dinikahi ada 14 macam. Tujuh orang dari
pihak keturunan :3
1. Ibu dan ibunya(nenek), ibu dari bapak, dan seterusnya.
2. Anak dan cucu, dan seterusnya.
3. Saudarah perempuan seibu sebapak, sebapak, atau seibu saja.
4. Saudarah perempuan dari bapak.
5. Saudarah perempuan dari ibu.
6. Anak perempuan dari saudarah laki laki dan seterusnya.

1
Tihami, dan Sohrani Sahrani. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Edisi I, Cet IV;
Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
2
Ibid
3
Tihami, dan Sohrani Sahrani. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Edisi I, Cet IV;
Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

2
7. Anak perempuan dari saudara dari perempuan dan seterusnya.
Dua orang dari sebab menyusu:
1. Ibu yang menyusuinya.
2. Saudara perempuan sepersusuan.

Lima orang dari sebab pernikahan :


1. Ibu istri atau ibu mertua.
2. Anak tiri, apabila sudah bersetubuh dengan ibu.
3. Istri anak atau menantu.
4. Istri bapak atau ibu tiri.
Firman Allah Swt.:
Zْ ‫َواَل تَن ِكح‬
(٢٢ ) . ‫ُوا َما نَ َك َح َءابَٓا ُؤ ُكم ِّمنَ ٱلنِّ َسٓا ِء‬
Artinya : “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita yang telah dinikahi
oleh ayahmu”.( AN-NISA:22)4

b. Dasar Hukum Mahrom5


Adapun dasar hukum mahram disebutkan dalam al quran maupun hadits dan
mereka semua (wanita yang haram dinikahi) disebutkan dengan jelas dan gamblang agar
tidak menimbulkan perdebatan dan perbedaan pebafsiran.
1) Berdasarkan Al Quran
Adapun dasar hukum mahrom atau wanita yang haram dinikahi tertulis dalam firman
Allah SWT.

ِ ‫ات ٱأۡل ُ ۡخ‬ZZZَ ‫ ٰ َوتُ ُكمۡ َو َع ٰ َّمتُ ُكمۡ َو ٰ َخ ٰلَتُ ُكمۡ َوبَن ُ أۡل‬ZZZَ‫اتُ ُكمۡ َوأَخ‬ZZZَ‫رِّ َم ۡت َعلَ ۡي ُكمۡ أُ َّم ٰهَتُ ُكمۡ َوبَن‬ZZZُ‫ح‬
‫ت‬ ُ ‫خ َوبَن‬ ِ َ ‫ات ٱ‬ZZZَ
ٰ ٓ ُ َ‫َّض َع ِة َوأُ َّم ٰه‬ ٰ
ِ Z‫ت نِ َسٓائِ ُكمۡ َو َر ٰبَئِبُ ُك ُم ٱلَّتِي فِي ُح ُج‬
‫ور ُكم‬Z َ ٰ ‫ض ۡعنَ ُكمۡ َوأَخَ ٰ َوتُ ُكم ِّمنَ ٱلر‬ َ ‫َوأُ َّم ٰهَتُ ُك ُم ٱلَّتِ ٓي أَ ۡر‬
ٓ ۡ ‫ِّمن نِّ َسٓائِ ُك ُم ٰٱلَّتِي د‬
َ‫ٓائِ ُك ُم ٱلَّ ِذين‬ZZَ‫وا َدخ َۡلتُم بِ ِه َّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ۡي ُكمۡ َو َح ٰلَئِ ُل أَ ۡبن‬ ْ ُ‫َخَلتُم بِ ِه َّن فَإِن لَّمۡ تَ ُكون‬
(٢٣ ) ‫َّح ٗيما‬ ِ ‫ورا ر‬ ٗ ُ‫فَ إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َغف‬ ۗ َ‫ُوا بَ ۡينَ ٱأۡل ُ ۡخت َۡي ِن إِاَّل َما قَ ۡد َسل‬ ْ ‫ص ٰلَبِ ُكمۡ َوأَن ت َۡج َمع‬ ۡ َ‫ِم ۡن أ‬
Artinya:“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu ibumu, anak anak mu yang
perempuan, saudara saudaramu yang perempuan, saudara saudara bapakmu yang
perempuan, saudara saudara ibumu yang perempuan, anak anak perempuan dari
saudara saudaramu yang laki laki, anak anak perempuan dari saudara saudaramu yang
perempuan,ibu ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu ibu

4
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)
5
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2003

3
istrimu (mertua), anak anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang sudah
kau campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidakberdosa jika kamu mengawininya, sesungguhnya Allah Maha
pengampun lagi maha penyayang (AN-NISA:23).6

2) Berdasarkan hadist7
Pengertian mahrom dan wanita yang haram dinikahi juga disebutkan dalam hadits
Rasulullah SAW berikut ini:
a) Mahram karena nasab
‫ﻒﺳﻮﯾ ﻦﺑ ﷲ ﺪﺒﻋ‬، ‫ﻚﺎﻟﻣ ﺎﻧﺮﺒﺧأ‬، ‫دﺎﻧﺰﻟا ﻲﺑأ ﻦﻋ‬، ‫جﺮﻋﻷا ﻦﻋ‬، ‫ﻲﺿر ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑأ ﻦﻋ‬
‫لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر نأ‬: »‫ﺎﮭﺘﻤﻋو ةأﺮﻤﻟا ﻦﯿﺑ ﻊﻤﺠﯾ ﻻ‬، ‫ﺎﻨﺛﺪﺣ ةأﺮﻤﻟا ﻦﯿﺑ ﻻو‬
‫ﮫﻨﻋ ﷲ‬:
»‫ﺎﮭﺘﺎﻟﺧو‬

Artinya: ‘Abdullah ibn Yusuf menyampaikan kepada kami, Malik


mengabarkan pada kami, dari Abi al-Zinad, dari al-A’raj, dari Abi Hurairah
ra: bahwasanya Rasulullah saw berkata: Janganlah kamu mengumpulkan
(dalam pernikahan) perempuan dengan bibinya (dari pihak ayah) dan
perempuan dengan bibinya (dari pihak ibu).

b) Mahrom Karena Persusuan

‫ﻰﯿﺤﯾ ﻦﺑ ﻰﯿﺤﯾ ﺎﻨﺛﺪﺣ‬، ‫لﺎﻗ‬: ‫ﻚﺎﻟﻣ ﻰﻠﻋ تأﺮﻗ‬، ‫ﺮﻜﺑ ﻲﺑأ ﻦﺑ ﷲ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ‬، ‫ةﺮﻤﻋ ﻦﻋ‬، ‫نأ‬
‫ﺔﺸﺋﺎﻋ‬، ‫ﺎﮭﺗﺮﺒﺧأ‬، ‫ﺎھﺪﻨﻋ نﺎﻛ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر نأ‬، ‫ﻞﺟر تﻮﺻ ﺖﻌﻤﺳ ﺎﮭﻧإو‬
‫ﺔﺼﻔﺣ ﺖﯿﺑ ﻲﻓ نذﺄﺘﺴﯾ‬، ‫ﺔﺸﺋﺎﻋ ﺖﻟﺎﻗ‬: ‫ﺖﻠﻘﻓ‬: ‫ﷲ لﻮﺳر ﺎﯾ‬، ‫ﻚﺘﯿﺑ ﻲﻓ نذﺄﺘﺴﯾ ﻞﺟر اﺬھ‬، ‫لﺎﻘﻓ‬
‫ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ‬: »‫ «ﺎﻧﻼﻓ هارأ‬- ‫ ﺔﻋﺎﺿﺮﻟا ﻦﻣ ﺔﺼﻔﺣ ﻢﻌﻟ‬- ‫ﺔﺸﺋﺎﻋ ﺖﺎﻟﻘﻓ‬: ‫ﺎﯾ‬
‫ ﺎﯿﺣ نﻼﻓ نﺎﻛ ﻮﻟ‬- ‫ ﺔﻋﺎﺿﺮﻟا ﻦﻣ ﺎﮭﻤﻌﻟ‬- ‫لﻮﺳر ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر لﺎﻗ ؟ﻲﻠﻋ ﻞﺧد‬
‫ﷲ لﻮﺳر‬،
6
»‫ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ‬: »‫ﻢﻌﻧ‬، ‫ةدﻻﻮﻟا مﺮﺤﺗ ﺎﻣ مﺮﺤﺗ ﺔﻋﺎﺿﺮﻟا نإ‬

Artinya: “Yahya ibn Yahya menyampaikan kepada kami, ia berkata: aku

6
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)
7
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2003

4
membacakan kepada Malik, dari ‘Abdillah ibn Abi Bakr, dari ‘Amrah, bahwasanya
‘Aisyah mengabarkan, ketika Rasulullah saw bersamanya, dan ketika ia mendengar
suara laki-laki meminta izin untuk memasuki rumah Hafsah, ‘Aisyah berkata: aku
berkata: Ya Rasulallah, laki-laki itu meminta izin memasuki rumahmu, maka
Rasulullah saw bersabda: aku lihat dia adalah si fulan paman sesusuan Hafsah- maka
‘Aisyah berkata: ya Rasulullah, seandainya fulan paman sesusuan ‘Aisyah masih
hidup, bolehkan ia masuk ke rumahku? Rasulullah saw bersabda: ya, sesungguhnya
susuan mengharamkan apa yang diharamkan oleh hubungan kelahiran (darah).

c) Mahram karena dalam haji atau umrah

‫ل ﺎﻗ ﻰﯿﺤﯾ ﻦﺑ ﻰﯿﺤﯾ ﺎﻨﺛ ﺪﺣ‬: ‫ﻧ ﻦﻋ ﻚﻟ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ تأﺮﻗ‬P‫ﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﺮﻤﻋ نأ ﺐھو ﻦﺑ ﮫﯿﺒﻧ ﻦﻋ ﻊﻓ ﺎ‬


‫ﻚﻟ ذ ﺮﻀﺨﯾ نﺎﻤﺜﻋ ﻦﺑ نﺎﺑأ ﻰﻟإ ﻞﺳر ﺎﻓ ﺮﯿﺒﺟ ﻦﺑ ﮫﺒﯿﺷ ﺖﻨﺑ ﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﺔﺤﻠط جوﺰﯾ ﻦھدارا‬
‫لﻮﻘﯾ نﺎﻔﻋ ﻦﺑ نﺎﻤﺜﻋ ﺖﻌﻤﺳ نﺎﺑا لﺎﻘﻓ ﺞﺤﻟا ﺮﯿﻣا‬: ‫ﷲ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر لﺎﻗ‬
‫ﻮھو‬
(‫ )ﻢﻠﺴﻣ هاور‬.‫ﺐﻄﺨﯾ ﻻو ﺢﻜﻨﯾﻻو مﺮﺤﻤﻟا ﺢﻜﻨﯾ ﻻ‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, dia
berkata: Kudapatkan dari Malik dari Nafi‟ dari Nubaih bin Wahab dari Umar
bin Abdullah ketika Thalhah bin Umar ingin menikahi anak perempuan Syaibah
bin Jabir, maka telah mengirimkan kabar kepada Aban bin Usman yang hadir
ketika itu dan dia adalah pemimpin Jama‟ah Haji, Aban Berkata aku
mendengar usman bin Affan berkata Rasulullah SAW. Bersabda orang yang
sedang ihram tidak boleh menikah, dinikahkan atau melamar ”(H.R. Muslim).

2. WANITA YANG HARAM DINIKAHI

Wanita-wanita yang haram dinikahi oleh seseorang, ada dua macam yaitu : haram
dinikahi untuk selama-lamanya, dan haram dinikahi untuk sementara. Adapun yang
haram dinikahi untuk selama-lamanya, adalah wanita-wanita yang disebabkan oleh
sebab-sebab berikut :8

a. Kerabat

8
Nur, Djamaan. Fikih Munakahat. Cet I; Bengkulu: Dina Utama Semarang, 1993.

5
Ada tujuh wanita yang menurut firman Allah Ta’ala haram dinikahi seseorang, karena
masih kerabat yaitu :

ُ َ‫خ َوبَن‬
‫ات‬ZZ ِ ُ َ‫ ٰ َوتُ ُكمۡ َو َع ٰ َّمتُ ُكمۡ َو ٰ َخ ٰلَتُ ُكمۡ َوبَن‬ZZ‫اتُ ُكمۡ َوأَ َخ‬ZZَ‫ ِّر َم ۡت َعلَ ۡي ُكمۡ أُ َّم ٰهَتُ ُكمۡ َوبَن‬ZZُ‫ح‬
َ ‫ات ٱأۡل‬ZZ
ٰ
‫ٓائِ ُكمۡ َو َر ٰبَٓئِبُ ُك ُم‬Z‫ت ِن َس‬
ُ َ‫ َع ِة َوأُ َّم ٰه‬Z‫َّض‬
َ ٰ ‫ ٰ َوتُ ُكم ِّم َن ٱلر‬Z‫ض ۡعنَ ُكمۡ َوأَ َخ‬ َ ‫ت َوأُ َّم ٰهَتُ ُك ُم ٱلَّتِ ٓي أَ ۡر‬ ِ ‫ٱأۡل ُ ۡخ‬
ْ ُ‫إِن لَّمۡ تَ ُكون‬ZZZَ‫ٓائِ ُك ُم ٱ ٰلَّتِي َد َخ ۡلتُم بِ ِه َّن ف‬ZZZ‫ور ُكم ِّمن نِّ َس‬ZZZُ
‫وا َد َخ ۡلتُم بِ ِه َّن فَاَل‬ZZZ ِٓ ‫ج‬ ‫ح‬
ُ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫ي‬ ِ ‫ت‬َّ ٰ
‫ل‬ ‫ٱ‬
‫د‬Zۡ Zَ‫ُوا بَ ۡي َن ٱأۡل ُ ۡختَ ۡي ِن إِاَّل َما ق‬ْ ‫ص ٰلَبِ ُكمۡ َوأَن تَ ۡج َمع‬ ۡ َ‫ين ِم ۡن أ‬ َ ‫اح َعلَ ۡي ُكمۡ َو َح ٰلَئِ ُل أَ ۡبنَٓائِ ُك ُم ٱلَّ ِذ‬ َ َ‫ُجن‬
٢٣ ‫َّح ٗيما‬ ِ ‫ورا ر‬ ٗ ُ‫ان َغف‬ َ ‫ف إِ َّن ٱهَّلل َ َك‬ َ ۗ َ‫َسل‬
Artinya: Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan;
ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan
sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. An-Nisaa :
23)9

b. Saudara Susuan
Yang diharamkan karena tunggal susu, ada dua orang wanita, yaitu ibu yang
menyusui dan saudara perempuan karena tunggal satu, karena Allah Ta’ala
menfirmankan (kelanjutan ayat diatas) Ibu-ibumu yang menyusukan kamu dan saudara
perempuan sepersusuan. Perlu juga diketahui, bahwa setiap yang diharamkan karena
nasab, juga diharamkan karena sepersusuan.

c. Perkawinan
Ada empat wanita yang diharamkan karena perkawinan yaitu :

9
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)

6
1. Ibunya isteri (mertua), sekalipun baru mengadakan akad dengan anaknya, dan
belum sempat bersetubuh kemudian bercerai.
2. Anaknya isteri, yakni anak tiri yang diperolehnya dari suami lain. Dan begitu
pula anak-anak perempuan dari anak-anak tiri yang lelaki. Hanya pengharaman
disini adalah apabila sudah sempat bercampur dengan ibu mereka.
3. Isteri ayah, dan begitu pula isteri kakek baik dari pihak ayah maupun ibu, baik
karena nasab maupun persusuan. Firman Allah dalam (QS. An-Nisa : 22)
4. Isteri anak , juga isteri cucu dan seterusnya kebawah baik karena nasab maupun
persusuan.
Pada kelanjutan surah An-Nisa ayat 23 di atas Allah berfirman :
Adapun Wanita yang haram dinikahi untuk sementara adalah wanita-wanita yang
kalau dinikahi juga akan berkumpul dengan kerabatnya sendiri. Seperti ada seorang
lelaki menikahi sekaligus seorang wanita bersama dengan saudara perempuannya, baik
saudara karena nasab maupun persusuan.
Kufu (setingkat)
Setingkat dalam pernikahan antara laki-laki dengan perempuan ada lima sifat,
yaitu
1. Agama
2. Merdeka atau hamba
3. Perusahaan
4. Kekayaan
5. Kesejahteraan
Kufu ini tidak menjadi syarat bagi pernikahan. Tapi jika tidak dengan
keridaan masing-masing, yang boleh mem-fasakhkan pernikahan itu dengan
alasan tidak kufu (setingkat). Kufu ( persamaan tingkat) itu adalah hak bagi
perempuan dan walinya, keduannya boleh melanggarnya dengan keridaan
bersama.
Menurut pendapat yang lebih kuat, ditinjau dari alsannya, kufu itu hanya
berlaku mengenai kegamaan, baik mengenai pokok agama seperti islam dan
bukan islam, maupun kesempurnaannya, misalnya orang baik (taat) tidak
sederajat dengan orang yang jahat atau orang yang jahat

3. MAHRAM MUABBAD DAN MUAQQAT


a. Mahram Muabbad (Mahram Abadi)

7
Mahram muabbad adalah para wanita yang tidak boleh dinikahin selama-
lamanya. Selama dunia masih ada, tidak boleh ada pernikahan maka pernikahannya batal,
dan langsung di pisahkan. Beberapa faktor yang menyebabkan mereka haram dinikahin
adalah sebagai berikut :10
1. Nasab ( Keturunan)
Para ulama bersepakatan bahwa ada tujuh orang wanita yang tidak boleh
dinikahin karena faktor keturunan atau nasab, yaitu ibu, anak perempuan, bibik dari
pihak ayah, bibik dari pihak ibu, anak perempuan saudara laki-laki, dan anak perempuan
saudara perempuan.
Firman Allah Swt dalam surah An-Nisa (4) : 23
‫حُرِّ َم ۡت َعلَ ۡي ُكمۡ أُ َّم ٰهَتُ ُكمۡ َوبَنَاتُ ُكمۡ َوأَ َخ ٰ َوتُ ُكمۡ َو َع ٰ َّمتُ ُكمۡ َو ٰ َخ ٰلَتُ ُكمۡ َوبَنَ ُ أۡل‬
ِ َ ‫ات ٱ‬
ُ َ‫خ َوبَن‬
‫ات‬
ِ ‫ٱأۡل ُ ۡخ‬
‫ت‬
Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibumu, anak-anakmu yang
perempuan, saudara-saudara yang perempuan, saudara-saudara bapak yang
perempuan, saudara-saudara ibu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-
saudara yang laki-lak, serta anak-anak perempuan dari saudara yang perempuan”11

2. Perbesanan
Mahram ini disebabkan oleh hubungan pernikahan-pernikahan,namun sifatnya
abadi, bahkan walaupun kedua pasangan sudah bercerai.ada orang masuk dalam kategori
ini :
1) Ibu dari istri ( Mertua ), Nenek dari Pihak Ayah dan Ibu
Jika seorang laki-laki menikahi seorang perempuan maka ibu perempuan
tersebut mahram baginnya, yaitu tidak boleh dinikahi. Firman Allah dalam
surah An-Nisa (4) ayat : 23

ُ َ‫َوأُ َّم ٰه‬


ۡ‫ت نِ َسٓائِ ُكم‬
“ibu-ibu isterimu (mertua) “ (QS an-Nisa (4) : 23)12

2) Anak Perempuan Dari Isteri Yang Sudah Disetubuhi

10
Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (Surabaya:Gita Mediah Press, 2006)
11
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)
12
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)

8
Jika seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan yang sudah
memiliki anak, kemudian ia menggaulinnya, maka ia tidak boleh menikahi
anak perempuannnya, karena ia sudah menjadi mahram.
3. Sepersusuan
Ibu susuan adalah marham bagi anak yang disusui. Dan hukumnya sama dengan
ibu kandung. Mahram ini juga mencakup orang-orang yang diharamkan karena faktor
nasab. Beberapa orang dinikahi karena faktor sepersusuan antara lain ibu susuan, ibu dari
ibu susuan karena ia menjadi neneknya, ibu dari suami ibu susuan, saudara perempuan
ibu susuan sebagai bibinya, saudara perempuan suami ibu susuan, sebagai bibinya,anak
perempuan dari anak laki-laki perempuan ibu susuan, karena mereka adalah saudara-
saudaranya, saudara perempuan, baik seayah dan seibu.

b. Mahram Muaqqat
Mahram muaqqat adalah orang-orang yang tidak boleh dinikahi karena sebab-
sebab tertentu. Jika sebab itu hilang itu hilang maka hukum mahram pun hilang. Sebab-
sebab terjadinya mahram muaqqat adalah sebagai berikut: 13
1. Pezina
Dalam al-Qur’an, Allah Swt. secara tegas menyatakan tentang perzinaan ini :

‫ۚك‬ٞ ‫ان أَ ۡو ُم ۡش ِر‬


ٍ ‫ٱل َّزانِي اَل يَن ِك ُح إِاَّل َزانِيَةً أَ ۡو ُم ۡش ِر َك ٗة َوٱل َّزانِيَةُ اَل يَن ِك ُحهَٓا إِاَّل َز‬
٣ ‫ين‬ َ ِ‫ك َعلَى ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬ َ ِ‫َوحُرِّ َم ٰ َذل‬
“laki-laki yang berzina tidak mengawini, melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini, melainkan
oleh laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik. Dan, yang demikian itu diharamkan
atas borang-orang mukmin. (QS. An-Nuur (24) : 3 ) 14
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan seorang muslim menikahi
perempuan pezina. Jumhur ulama membolehkan seorang laki-laki mukmin menikahi
perempuan pezina. Menurut mereka, hukum haram yang terkandung dalam ayat di atas
adalah untuk mencela, bukan mengharamkan. Madzhab Syafi’i dan Hanafi mengatakan
bahwa jika laki-laki yag menikahi perempuan pezina itu adalah orang yang berbuat zina
dengannya, maka akadnya sah, dan ia boleh bergaul dengannya. Hukum ini juga berlaku
sama bagi laki-laki yang bukan orang yang berbuat zina dengannya. Mereka beranggapan
bahwa hubungan yang disebabkan oleh perzinaan tidak perlu dihormati.

13
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2003
14

9
2. Jumlah istri
Seorang laki-laki boleh menikahi empat orang perempuan saja, ini adalah
kesepakatan para ulama. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. Berikut:

َ َ‫ٓا ِء َم ۡثنَ ٰى َوثُ ٰل‬Z ‫اب لَ ُكم ِّم َن ٱلنِّ َس‬Z


‫ث‬ ْ ‫ٱن ِكح‬ZZَ‫وا فِي ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى ف‬
َ Zَ‫ا ط‬ZZ‫ُوا َم‬ ْ ُ‫ط‬Z ‫َوإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل تُ ۡق ِس‬
ْ ُ‫َو ُر ٰبَ ۖ َع فَإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل تَ ۡع ِدل‬
٣ ..... ً‫وا فَ ٰ َو ِح َدة‬
Artinya: “Dan, jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininnya) maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi dua,tiga, atau empat. Kemudian, jika kamu tajkut tidak akan
dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja” (QS. an-Nisa (4) : 3)15
Tidak boleh bagi orang seorang laki-laki menikahi perempuan lebih dari empat
orang. Jika ingin menikahi perempuan lebih dari empat orang. Jika ingin menikahi lagi
maka ia harus menceraikan salah seorang di antara mereka.

3. Menikahi Dua Orang Perempuan Bersaudara (Al-Jam’u)


Seorang laki-laki juga tidak diperbolehkan menikahi dua orang perempuan
bersaudara, kecuali salah satu telah meninggal atau bercerai. Selama laki-laki tersebut
masih terkait hubungan pernikahan dengan salah satu dari keduanya, maka hukum
pernikahan dengan salah satu dari keduanya, maka hukum pernikahan dengan saudara
yang lain adalah haram.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. Berikut:

َ ۗ َ‫ُوا بَ ۡي َن ٱأۡل ُ ۡختَ ۡي ِن إِاَّل َما قَ ۡد َسل‬


٢٣ ..... ‫ف‬ ْ ‫ َوأَن تَ ۡج َمع‬......
Artinya: “Dan, menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau” (QS. an-Nisa (4): 23)16

4. Perbudakan
Para ulama bersepakat bahwa seorang budak laki-laki boleh menikahi seorang
budak perempuan, sebagaimana mereka memperbolehkan pernikahan seorang perempuan
15
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)

16
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)

10
merdeka dengan budak laki-laki, jika perempuan itu ridha dan para walinya mengizinkan.
Terjadilah perbedaan pendapat di kalangan para ualama mengenai masalah ini. Ibnu al-
Qasim berpendapat bahwa seoranng laki-laki merdeka boleh menikahi budak perempuan
secara mutlak.
5. Kekufuran
Setidaknya, ada lima jenis kekufuran yang terkait dengan boleh atau tidaknya
perempuan yang bersangkutan dinikahi. Tiga dari lima jenis tersebut telah disepakati
oleh para ulama sebagai faktor yang menyebabkan seorang perempuan haram dinikahi
yaitu:
1) Musyrik
Seorang mukmin tidak boleh (haram) menikahi perempuan yang
menyekutukan Allah Swt, yaitu para penyembah berhala, patung-patung, dan
sejenisnya. Keharaman ini sifatnya mutlak. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah Swt:

٢٢١ ........ ‫ت َحتَّ ٰى ي ُۡؤ ِم ۚ َّن‬


ِ ‫ُوا ۡٱل ُم ۡش ِر ٰ َك‬
ْ ‫َواَل تَن ِكح‬
“ Dan, janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman” (QS. al- Baqarah (2): 221)17
2) Murtad
Seorang muslim tidak boleh menikahi perempuan murtad, yaitu perempuan
yang dahulu beragama islam, kemudian keluar dan menganut agama lain, atau
sama sekali tdak memeluk agama apa pun. Dalam islam, hukuman bagi
perempuan adalah dengan diminta bertaubat selama tida hari. Namun, jika
yang bersangkutan tidak mau bertaubat, ia harus dihukum mati. Kaum
muslimin tidak boleh menikahi dengannya. Jika ia sudah menikah dengan laki-
laki muslim maka keduanya harus dipisahkan.
3) Ateis
Seorang Muslim tidak boleh menikahi perempuan ateis, yaitu perempuan yang
tidak mengakui agama, tidakmengakui adanya tuhan, kitab suci, dan para rasul.
Hukumnya sama dengan perempuan musyrik.
4) Ahli kitab
Menurut jumhur ulama, seorang muslim boleh menikahi perempuan Ahli
kitab. Dalam hal ini, mereka berpegang dengan dalil firman Allah Swt, berikut:
17
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)

11
َ َ‫وا ۡٱل ِك ٰت‬Z
‫ب ِمن‬ ْ Zُ‫ين أُوت‬ ُ َ‫ ٰن‬Z ‫ص‬
َ ‫ت ِم َن ٱلَّ ِذ‬ ِ َ‫ؤ ِم ٰن‬Zۡ Z‫ت ِم َن ۡٱل ُم‬
َ ‫ت َو ۡٱل ُم ۡح‬ ُ َ‫ ٰن‬Z ‫ص‬
َ ‫ َو ۡٱل ُم ۡح‬...
٥.. ۡ‫قَ ۡبلِ ُكم‬
Artinya: “(Dan dihalalkan mengawini) wanita yang menjaga kehormayan di
antara wanita-wanita yang beriman, dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu (QS.
al-Maa’idah (5): 5).18
5) Majusi
Masalah lainnya yang perlu kita ketahui adalah hukum menikahi perempuan
majusi, yaitu penyembahan api. Para ulama dari keempat imam madzhab
sepakat bahwa seorang muslim tidak boleh menikahi perempuan majusi.

6. Sedang Berihram
Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, al-Auza’i.
Menyatakan bahwa orang-orang yang sedang melangsungkan ihram tidak boleh menikah
dan menikahkan. Jika mereka melakukannya maka pernikahan itu batal (tidak sah). Imam
Abu Hanifah berpendapat bahwa seorang yang sedang melangsungkan ihram tidak apa-
apa menikah dan menikahkan. Pendapat yang paling kuat adalah bahwa seorang tidak
boleh menikah atau menikahkan ketika sedang melangsungkan ihram.

B. KHITBAH
1. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM (DALIL) KHITBAH
a. Pengertian Khitbah
Kata khitbah (‫ )الخطبة‬adalah bahasa arab standar yang terpakai pergaulan sehari-
hari,Terdapat dalam firman allah dan terdapat pula dal ucapan nabi serta di syari’atkan
dalam suatu perkawinan yang waktu pelaksananya di adakan sebelum berlangsungnya
akad nikah.Keadaan ini pun sudah membudaya di tengah masyarakat. Pinangan
(meminang/melamar) atau khitbah dalam bahasa Arab, merupakan pintu gerbang menuju
pernikahan. Khitbah menurut bahasa, adat dan syara, bukanlah perkawinan. Ia hanya
merupakan mukaddimah (pendahuluan) bagi perkawinan dan pengantar kesana. Khitbah
merupakan proses meminta persetujuan pihak wanita untuk menjadi istri kepada pihak

18
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)

12
lelaki atau permohonan laki-laki terhadap wanita untuk dijadikan bakal/calon istri.Dan di
laksanakan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.19
Dalam Masa khitbah bukan lagi saat untuk memilih. Mengkhitbah sudah jadi
komitmen untuk meneruskannya ke jenjang pernikahan. Jadi shalat istiharah sebaiknya
dilakukan sebelum khitbah. Khitbah dilaksanakan saat keyakinan sudah bulat, masing-
masing keluarga juga sudah saling mengenal dan dekat, sehingga peluang untuk
dibatalkan akan sangat kecil, kecuali ada takdir Allah yang menghendaki lain. 20 Khitbah,
meski bagaimanapun dilakukan berbagai upacara, hal itu tak lebih hanya untuk
menguatkan dan memantapkannya saja. Dan khitbah bagaimanapun keadaannya tidak
akan dapat memberikan hak apa-apa kepada si peminang melainkan hanya dapat
menghalangi lelaki lain untuk meminangnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
ْ ‫ فَالَ يَ ِحلُّ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن أَ ْن يَ ْبتَا َع َعلَى بَيْع أَ ِخ ْي ِه َوالَ يَ ْخطُبُ َعلَى ِخ‬،‫ْال ُم ْؤ ِم ُن أَ ُخو ْال ُم ْؤ ِم ِن‬
‫طبَ ِة أَ ِخ ْي ِه‬ ِ
‫حتَّى يَ َذ َر‬.َ ‘
Artinya: Seorang mukmin itu saudara bagi mukmin lainnya. Oleh karena itu
tidak halal bagi seorang mukmin membeli atas pembelian saudaranya dan tidak pula
meminang atas pinangan saudaranya hingga dia meninggalkannya.’

b. Dasar Hukum (Dalil)


Jadi khitbah artinya adalah peminang,yaitu melamar untuk menyatakan permitaan
atau ajakan menginggat perjodohan, Dari seorang laki-laki dengan seorang perempuan
calon istrinya.21 Hukum meminang adalah boleh (mubah) adapun dalil yang
memperbolehkannya adalah. (Al-Baqoroh ayat 235)

‫طبَ ِة النِّ َسا ِء أَوْ أَ ْكنَ ْنتُ ْم فِي أَ ْنفُ ِس ُك ْم ۚ َعلِ َم هَّللا ُ أَنَّ ُك ْم َست َْذ ُكرُونَه َُّن َو ٰلَ ِك ْن‬
ْ ‫م بِ ِه ِم ْن ِخ‬Zُْ‫َواَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما َعرَّضْ ت‬

‫اح َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ ْال ِكتَابُ أَ َجلَهُ ۚ َوا ْعلَ ُموا‬ ِ ‫ْز ُموا ُع ْق َدةَ النِّ َك‬ ِ ‫ ۚ َواَل تَع‬Z‫اعدُوه َُّن ِس ًّرا إِاَّل أَ ْن تَقُولُوا قَوْ اًل َم ْعرُوفًا‬ ِ ‫اَل تُ َو‬
‫أَ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي أَ ْنفُ ِس ُك ْم فَاحْ َذرُوهُ ۚ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َحلِي ٌم‬

Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu berazam
19
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana 2008, cet. Ke-3
20
Ibid
21
Wahabah Az-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani

13
(bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya,
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun
Dalam agam islam,Meminang seseorang yang akan di nikahi,Hukumnya mubah
(boleh) dengan ketentuan sebagai berikut :22
1. Perempuan yang di pinang
Perempuan yang di pinang harus memenui syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tidak terikat oleh akad perkawinan.
b. Tidak berada dalam masa iddah tala’ roj’i.
c. Bukan pinangan orang lain.
Rosulillah bersabda :
)‫المؤمنون اخو المؤمن فال يحل له ان يتباع علي بيعا اخيهوال يخطب علي خطبةاخيه حاي يد ر(متفق عليه‬
Artinya: Seseorang mukmin adalah saudara mukmin lainnya oleh Karena itu,Ia
tidak boleh membeli atau menawar sesuatu yang sudah di beli atau sudah di tawar
saudaranya,Dan ia tidak boleh meminang seseorang yang telah di pinang
saudaranya. Kecuali ia telah melepaskanya.(muttafaqqun alaih)

2. Cara mengajukan pinangan.


a. Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya,Bleh dinyatakan
secara terang-terangan.
b. Pinangan kepada waniya yang masih ada dalam iddah talak bai’in atau iddah di
tinggal mati suaminya.Tidak boleh di nyatakan secara terang-terangan.Pinangan
kepada mereka hanya boleh dinyatakan secara sindiran saja.
Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang waniya-wanita itu dengan
sindiran,atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)dalam hatimu
(Al-Baqoroh ayat 235)
Artinya: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari oranf-orang lelaki
antaramu.Jika tidak ada dua orang lelaki maka boleh seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhoi”(Al-Baqoroh ayat 282)

2. KRITERIA YANG DI UTAMAKAN BAGI SUAMI / ISTRI


Kriteria Calon Istri Menurut Islam antara lain:23

22
Ibid
23
Nur, Djamaan. Fikih Munakahat. Cet I; Bengkulu: Dina Utama Semarang, 1993.

14
Kriteria pertama mencari jodoh dalam islam ialah taat beragama. Dalam istilah
Islam dikenal sebagai wanita yang sholehah. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW dalam salah satu hadits-nya yang artinya:
“Perempuan itu dikawini atas empat perkara, yaitu karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi,
pilihlah berdasarkan agamanya agar dirimu selamat.” (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Dari hadits di atas sudah jelas bahwa dasar agama walau disebutkan pada urutan
terakhir, tetapi tetap diutamakan dari yang lainnya. Dan yang dimaksud dengan
wanita sholehah tentunya ialah wanita yang taat kepada Agamanya. Dalam artian,
taat kepada Tuhannya, Allah SWT, dan taat kepada Rasulnya, Muhammad SAW.
Tentunya juga menjauhi segala larangan yang telah diperintahkan kepadanya.
Kriteria untuk Memilih Calon Suami:24
Khusus bagi seorang muslimah yang hendak memilih calon pendamping, ada satu
kriteria yang penting untuk diperhatikan. Yaitu calon suami memiliki kemampuan untuk
memberi nafkah. Karena memberi nafkah merupakan kewajiban seorang suami. Islam
telah menjadikan sikap menyia-nyiakan hak istri, anak-anak serta kedua orang tua dalam
nafkah termasuk dalam kategori dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت‬


“Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi
tanggungannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud. Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini
shahih).
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membolehkan
bahkan menganjurkan menimbang faktor kemampuan memberi nafkah dalam memilih
suami. Seperti kisah pelamaran Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha:

‫ إن أبا‬:‫ فقلت‬،‫ أتيت النبي صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن فاطمة بنت قيس رضي هللا عنها قالت‬
‫ فصعلوك ال‬،‫”أما معاوية‬:‫الجهم ومعاوية خطباني؟ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ فال يضع العصا عن عاتقه‬،‫ وأما أبوالجهم‬، ‫مال له‬
“Dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, ia berkata: ‘Aku mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Sesungguhnya Abul Jahm dan
Mu’awiyah telah melamarku”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

24
Ibid

15
“Adapun Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta. Adapun Abul Jahm,
ia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya”.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
merekomendasikan Muawiyah radhiyallahu ‘anhu karena miskin. Maka ini menunjukkan
bahwa masalah kemampuan memberi nafkah perlu diperhatikan.
Namun kebutuhan akan nafkah ini jangan sampai dijadikan kriteria dan tujuan
utama. Jika sang calon suami dapat memberi nafkah yang dapat menegakkan tulang
punggungnya dan keluarganya kelak itu sudah mencukupi. Karena Allah dan Rasul-Nya
mengajarkan akhlak zuhud (sederhana) dan qana’ah (menyukuri apa yang dikarunai
Allah) serta mencela penghamba dan pengumpul harta. Selain itu, bukan juga berarti
calon suami harus kaya raya. Karena Allah pun menjanjikan kepada para lelaki yang
miskin yang ingin menjaga kehormatannya dengan menikah untuk diberi rizki.

َ ‫َوأَن ِكحُوا اأْل َ َيا َمى مِن ُك ْم َوالصَّالِح‬


‫ِين ِمنْ عِ َبا ِد ُك ْم َوإِ َما ِئ ُك ْم إِن َي ُكو ُنوا فُ َق َراء ي ُْغن ِِه ُم هَّللا ُ مِن‬
‫َفضْ لِ ِه‬
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika
mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.”
(QS. An Nur: 32)

3. WANITA YANG TIDAK BOLEH DIPINANG / DIKHITBAH


Berikut ini keadaan wanita yang tidak boleh di khitbah oleh seorang pria, yaitu
sebagai berikut:25
a. Wanita Ber-iddah Talak Raj’i
Para fuqaha’ sepakat keharaman meminang wanita dalam masa tunggu (iddah). Talak
raj’i (suami boleh kembali kepada istri karena talaknya belum mencapai tiga kalinya)
baik menggunakan bahasa yang tegas dan jelas maupun menggunakan bahasa samaran
atau bahasa sindiran. Diharamkan bagi laki-laki lain melakukan khitbah pada wanita
dalam masa iddah karena khitbah dalam kondisi ini berarti melawan hak suami
pencerai. Sang istri yang tertalak raj’i masih berstatus istri dan hak suami atas istri
masih eksis selama dalam masa iddah.
b. Wanita Ber-iddah Talak Ba’in

25
Wahabah Az-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani

16
Para fuqaha’ sepakat bahwa tidak boleh meminang wanita dalam masa iddah talak
ba’in qubra (talak ba’in besar yakni talak yang telah mencapai tiga kali cerai) dengan
kalimat yang jelas. Kecuali dengan kalimat samaran atau sindirian, jumhur ulama
memperbolehkan sekalipun ulama Hanafiyah tidak memperbolehkan. Dalil rasio (aqli)
bolehnya meminang wanita ber-iddah talak ba’in qubra, bahwa talak ini memutus
hubungan pasangan suami istri karena ia menjadi haram, sementara bagi suami
pencerai tidak ada harapan kembali sebelum dinikahi laki-laki lain. Kebolehan
meminang dengan sindiran hanya pada wanita masa iddah karena kematian suaminya,
sedangkan selain wanita itu tetap terlarang, dan demikian pula bagi wanita tertalak
ba’in qubra.
c. Wanita Ber-iddah Talak Ba’in Shughra
Wanita yang tertalak ba’in shughra dimaksud adalah wanita yang telah tercerai dua
kali dan halal bagi suami rujuk kembali dengan akad nikah dan mahar baru. Karena
suami pencerai berhak kembali dengan akad dan mahar baru dan lebih utama daripada
yang lain. Terlebih jjika mantan pasangan suami istri itu mempunyai anak banyak.

d. Wanita Ber-iddah karena Khulu’ atau Fasakh

Wanita ber-iddah karena khulu’ (talak karena permohonan istri dengan hadiah) atau
karena fasakh nikah (ada sesuatu yang merusak keabsahan nikah) karena suami
miskin atau menghilang, tidak pernah pulang. Fuqaha’ sepakat bahwa masing-masing
wanita tersebut tidak boleh dipinang secara jelas dari selain suami pencerai. Bagi
suami pencerai boleh saja memperjelas atau menyindir pinangan selain wanita ber-
iddah talak ba’in qubra.

d. Wanita Ber-iddah karena Kematian Suami

Fuqaha’ sepakat tidak boleh meminang dengan jelas kepada wanita yang masih dalam
masa iddah karena kematian suami. Hikmah adanya larangan tersebut pada umumya
dikarenakan dapat mendatangkan permusuhan diantara pihak yang terlibat, dan
bertujuan untuk menjaga tali silaturahmi diantara kedua belah pihak, dengan
menghormati kematian suami.

e. Wanita yang sudah dikhitbah/pinang oleh laki-laki lain

Wanita yang sudah dikhitbah oleh seseorang tidak boleh dikhitbah kembali oleh pria
lain sebelum adanya penolakan. Seperti pada hadits shahih bukhari, Bab 16: Tidak
boleh meminang wanita yang sudah dipinang oleh orang lain, No. hadits 1851,

17
halaman 635. Diriwayatkan dari Ibn Umar, dia berkata, "Rasulullah melarang
membeli barang yang sudah ditawar oleh orang lain dan beliau melarang lelaki
meminang perempuan yang sudah dipinang oleh orang lain, hingga dipastikan
penang pertama melepaskan pinangannya atau memberikan izin untuk dipinang
kembali. (Hadits riwayat Bukhari).

4. DALIL DISYARIATKANNYA SEORANG WALI UNTUK MENAWARKAN


PUTRINYA KEPADA ORANG SHOLIH
Dalil Disyariatkannya Seorang Wali Untuk Menawarkan Putrinya Kepada Orang
Sholih:26
Abu Hurairah mengabarkan bahwa Rasulullah n pernah bersabda:

ِ ْ‫ إِالَّ تَ ْف َعلُوا تَ ُك ْن فِ ْتنَةٌ فِي اأْل َر‬،ُ‫ضوْ نَ ِد ْينَهُ َو ُخلُقَهُ فَزَ ِّوجُوْ ه‬
‫ض َوفَ َسا ٌد‬ َ ْ‫ب إِلَ ْي ُك ْم َم ْن تَر‬
َ َ‫إِ َذا خَ ط‬
ٌ‫َريْض‬
ِ ‫ع‬
“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada
kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang
tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi
fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, dihasankan Al-
Imam Al-Albani t dalam Al-Irwa’ no. 1868, Ash-Shahihah no. 1022)
Abu Hatim Al-Muzani juga menyampaikan hadits yang sama namun dengan lafadz
sedikit berbeda:

ِ ْ‫ضوْ نَ ِد ْينَهُ َو ُخلُقَهُ فَأ َ ْن ِكحُوْ هُ إِالَّ تَ ْف َعلُوا تَ ُك ْن فِ ْتنَةٌ فِي اأْل َر‬
‫ض َوفَ َسا ٌد‬ َ ْ‫إِ َذا َجا َء ُك ْم َم ْن تَر‬
“Apabila datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya
(untuk meminang wanita kalian) maka hendaknya kalian menikahkannya dengan wanita
kalian. Bila tidak, akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan.” (HR. At-Tirmidzi no.
1085, hadits ini derajatnya hasan dengan dukungan hadits Abu Hurairah z di atas)

Ketika para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami tetap


menerimanya walaupun pada diri orang tersebut ada sesuatu yang tidak menyenangkan
kami?” Rasulullah dan menjawab pertanyaan ini dengan kembali mengulangi hadits di
atas sampai tiga kali.
َ ‫إِ َذا َخ َط‬
Ucapan Rasulullah dalam hadits di atas ditujukan kepada para wali, ‫ب إِ َل ْي ُك ْم‬
yakni bila seorang lelaki meminta kepada kalian agar menikahkannya dengan wanita
yang merupakan anak atau kerabat kalian, sementara lelaki tersebut kalian pandang baik
26
Tihami, dan Sohrani Sahrani. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Edisi I, Cet IV;
Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

18
sisi agama dan pergaulannya, maka nikahkanlah dia dengan wanita kalian. ‫ إِالَّ َت ْف َعلُوا‬yakni
bila kalian tidak menikahkan orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya tersebut
dengan wanita kalian, malah lebih menyukai lelaki yang meminang wanita kalian adalah
orang yang punya kedudukan/kalangan ningrat, memiliki ketampanan ataupun kekayaan,
niscaya akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar.
Karena bila kalian tidak mau menikahkan wanita kalian kecuali dengan lelaki
yang berharta atau punya kedudukan, bisa jadi banyak dari wanita kalian menjadi
perawan tua dan kalangan lelaki kalian menjadi bujang lapuk (lamarannya selalu ditolak
karena tidak berharta dan tidak punya kedudukan). Akibatnya banyak orang terfitnah
untuk berbuat zina dan bisa jadi memberi cela kepada para wali, hingga berkobarlah
fitnah dan kerusakan. Dampak yang timbul kemudian adalah terputusnya nasab,
sedikitnya kebaikan dan sedikit penjagaan terhadap kehormatan dan harga diri. Para
pendahulu kita yang shalih, sangat mempermudah urusan pernikahan wanita-wanita yang
di bawah perwalian mereka, karena mereka lebih mementingkan sisi agama dan
kemuliaan akhlak. Bahkan bila lelaki yang shalih belum kunjung datang meminang
wanita mereka, tak segan mereka tawarkan putri atau saudara perempuan mereka kepada
seorang yang shalih.27
5. ISTIKHARAH DALAM PERKARA LAMARAN
Istikharah bukan untuk mematikan fungsi akal, atau kemampuan menilai perkara-
perkara yang ada di sekitar manusia. Akan tetapi dia adalah pelengkap itu semua. Jika
seseorang merasa ragu terhadap suatu perkara, apakah di dalamnya terdapat kebaikan
atau keburukan, atau dia tidak tahu apa akibatnya, maka mohonlah kepada Allah agar Dia
memudahkan kebaikan baginya yang Allah Ta'ala ketahui. Kadang, si pelamar tampak
seperti tidak memiliki cacat, akan tetapi Allah mengetahui bahwa dia tidak layak bagi
anda, atau dia memiliki cacat yang tidak anda ketahui, atau anda sendiri yang tidak layak
baginya.28
Sebaliknya, kadang orang yang melamar anda tampak seperti memiliki cacat,
akan tetapi Allah mengetahui bahwa dia layak bagi anda, atau cacatnya hilang, atau
sebenarnya dia bukanlah cacat yang sesungguhnya, atau dia yang cocok menjadi
isterinya. Dan perkara lainnya dari perkara gaib yang tidak diketahui selain Allah Ta'ala.
Sebagaimana tidak diketahui keselamatan seorang hamba hanya berdasarkan taufiq dari

27
Ibid
28
Nur, Djamaan. Fikih Munakahat. Cet I; Bengkulu: Dina Utama Semarang, 1993.

19
Allah Ta'ala. Seandainya semua urusannya diserahkan kepada dirinya, maka dia akan
tersesat dan merugi.
Jika anda telah istikharah dalam suatu perkara, maka laksanakanlah. Jika ternyata
itu baik, Allah akan memberinya kemudahan, dan jika ternyata itu buruk, Allah akan
mengalihkannya dari anda atau mengalihkan anda darinya. Praktek hal tersebut dalam
masalah anda: Tatkala tampak bagi anda ada cacat pada diri si pelamar, maka hendaknya
anda istikharah kepada Allah dalam membatalkan lamaran. Kemudian anda laksanakan
rencana anda, misalnya dengan menyampaikannya kepada wali anda atau kepada siapa
yang dapat menyampaikannya kepada si pelamar bahwa anda membatalkan lamaran. Jika
ketetapannya demikian, maka Dia akan memudahkan anda, maka itu lebih baik bagi anda
insya Allah. Jika ternyata sulit membatalkannya, maka saat ini perkara tersebut bukan
kebaikan buat anda. Boleh jadi dalam ilmu Allah baik pernikahan anda dengan orang itu
lebih baik bagi anda, atau jika lamaran terhadap anda masih berlaku hingga waktu
kemudian, itu lebih baik bagi anda. Tidak mengapa anda mengulang shalat istikharah
anda dari waktu ke waktu.29

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mahram adalah orang-orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya seperti
bapak, anak, saudara, paman, dan lain-lain. Mahram dalam bahasa arab berarti orang
yang sedang mengerjakan ihram (haji atau umrah). Tetapi bahasa Indonesia
menggunakan kata muhrim dengan arti yang semakna dengan mahram, dan ini adalah
kekeliruan dalam hal bahasa yang sudah seharusnya dibenahi.
Wanita yang haram dinikahi selamanya yaitu : Ibu, anak perempuan, saudara
perempuan, bibi dari pihak ayah (saudara perempuan ayah), bibi dari pihak Ibu (saudara
perempuan Ibu), anak perempuan saudara laki-laki (keponakan), anak perempuan
saudara perempuan, ibu istri (ibu mertua), anak perempuan dari istri yang sudah didukhul
(dijimak), menantu perempuan, ibu tiri, saudara sepersusuan.
Larangan perkawinan karena hubungan darah dalam agama dan secara medis
diharamkan sebab dapat mengakibatkan keturunannya kelak kurang sehat dan cacat.
Bahkan intelegensinya kadang-kadang kurang cerdas. Sedangkan larangan perkawinan
29
Ibid

20
karena Rodho’ah dimaksudkan air susu yang telah ditelan oleh si bayi akan menjadi
darah dan daging untuk membentuk fisik bayi.
Kata khitbah (‫ )الخطبة‬adalah bahasa arab standar yang terpakai pergaulan sehari-
hari,Terdapat dalam firman allah dan terdapat pula dal ucapan nabi serta di syari’atkan
dalam suatu perkawinan yang waktu pelaksananya di adakan sebelum berlangsungnya
akad nikah.Keadaan ini pun sudah membudaya di tengah masyarakat. Pinangan
(meminang/melamar) atau khitbah dalam bahasa Arab, merupakan pintu gerbang menuju
pernikahan. Khitbah menurut bahasa, adat dan syara, bukanlah perkawinan. Ia hanya
merupakan mukaddimah (pendahuluan) bagi perkawinan dan pengantar kesana. Khitbah
merupakan proses meminta persetujuan pihak wanita untuk menjadi istri kepada pihak
lelaki atau permohonan laki-laki terhadap wanita untuk dijadikan bakal/calon istri.Dan di
laksanakan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.

B. SARAN

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, olehnya itu kami memohon kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2003
Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (Surabaya:Gita Mediah Press,
2006)
Dapartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, 2015(Bandung : CV Penerbit
Diponegoro)
Nur, Djamaan. Fikih Munakahat. Cet I; Bengkulu: Dina Utama Semarang, 1993.
Tihami, dan Sohrani Sahrani. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Edisi I, Cet
IV; Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Tihami, dan Sohrani Sahrani. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Edisi I, Cet
IV; Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Wahabah Az-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani

21

Anda mungkin juga menyukai