Nama Kelompok:
1. Ahmad Setiawan
2. Muhammad Qodri Azizy
2022
MAKALAH KAIDAH AMR DAN NAHI
A. Pendahuluan
Kaidah-kaidah ushul fiqih banyak sekali diadopsi oleh tafsir. Misalnya, “Perintah
pada dasarnya mengandung makna wajib, kecuali jika ada yang mengalihkannya.”
Demikian juga dengan kaidah-kaidah yang lainnya. Oleh karena kaidah ushul fiqih
merupakan salah satu kaidah yang penting dalam menafsirkan al-Qur’an, maka dalam
makalah ini penulis akan sedikit membahas salah satu dari kaidah ushul fiqih tersebut,
yaitu Amr dan Nahi. Dimulai dengan pengertian Amr, bentuk-bentuk lafadz amr dalam
al-Qur’an, kaidah-kaidah amr serta pengertian nahi, bentuk-bentuk lafadz nahi dalam al-
Qur’an dan kaidah-kaidah nahi.
B. Amr
1. Pengertian Amr
1
Amr menurut bahasa adalah perintah, suruhan, tuntutan. Sedangkan amr
menurut istilah ialah:
“Suatu tuntutan untuk mengerjakan (atau berbuat sesuatu) dari yang lebih tinggi
kedudukannya kepada yang lebih rendah kedudukannya.”
ْ هولَ ْفظٌ ي
ٍُّطلَبُ بِ ِه األَ ْعلَى ِم َّم ْن هُ َو أَ ْدنَى ِم ْنهُ فِ ْعالً َغ ْي َر كَف
“Suatu lafadz yang dipergunakan oleh orang yang lebih tinggi derajatnya untuk
meminta bawahannya mengerjakan sesuatu pekerjaan yang tidak boleh ditolak.”
ص ُدقَاتِ ِه َّن نِحْ لَةً فَإِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوهُ هَنِيئًا َم ِريئًا
َ َوآتُوا النِّ َسا َء
b. Kata perintah yang menggunakan fi’il mudhari’ (bentuk sedang atau akan terjadi)
yang didahului oleh lam al-amr
2
كَ هُ ُمwwِر َوأُولَئww
ِ وْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َكwwَُوف َويَ ْنه ْ ِأْ ُمرُونَ بwwَر َويwwْ
ِ ال َم ْعرww ُ
ِ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخيwwََو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ َّمةٌ ي
ْال ُم ْفلِحُون
اwwرْ ِج ُع ُك ْم َج ِمي ًعww َد ْيتُ ْم إِلَى هَّللا ِ َمwَ َّل إِ َذا ا ْهتwض ُ َ ُك ْم اَل يwوا َعلَ ْي ُك ْم أَ ْنفُ َسwwُا الَّ ِذينَ آ َمنwwَا أَيُّهwwَي
َ رُّ ُك ْم َم ْنwض
َفَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون
“Hai orang yang beriman, Jagalah dirimu sendiri. Orang yang sesat tidaklah
merugikan kamu jika kamu sudah mendapat petunjuk. Kepada Allah kamu semua
akan kembali. Kemudian diberitahukan kepadamu mengenai apa yang sudah
kamu lakukan.”
wا َمىwwَرْ بَى َو ْاليَتwwُانًا َو ِذي ْالقw ن إِحْ َسwِ َد ْيw ِ ُدونَ إِاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوالw ُيل اَل تَ ْعب ْ wََوإِ ْذ أَخ
َ اwwَذنَا ِميثw
َ ِ َرائw ق بَنِي إِ ْس
ولَّ ْيتُ ْم إِاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوأَ ْنتُ ْمw َّ wواwwنًا َوأَقِي ُمwُس
َ wَاةَ ثُ َّم تwwوا ال َّز َكwwُاَل ةَ َوآتwالص ْ اس حِ َّ لِلنwواwwُا ِكي ِن َوقُولwَو ْال َم َس
َْرضُون
ِ ُمع
“Dan ingatlah ketika Kami menerima ikrar dari Bani Israil; tidak akan
menyembah selain Allah, berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, kepada anak
yatim dan orang miskin dan berbudi bahasa kepada semua orang; dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi, kemudian kamu berbalik, kecuali sebagian
kecil di antara kamu (masih juga) menentang.”
e. Kata kerja perintah yang berbentuk kalimat berita yang mengandung arti perintah
atau permintaan
3
ات يَتَ َربَّصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُو ٍء
ُ ََو ْال ُمطَلَّق
f. Kalimat yang mengandung kata amr, fardhu, kutiba (ditetapkan), dan ‘ala yang
berarti perintah.
1) Kata amr, seperti dalam surat an-Nisa ayat 58.
“...Kami tahu apa yang kami perintahkan kepada mereka mengenai istri-
istri mereka...”
َم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُونwْ ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك َ ِيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت
َ ِب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت
َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل َو َم ْن َكفَ َر فَإِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي ع َِن ْال َعالَ ِمين ِ اس ِحجُّ ْالبَ ْي
wَ ت َم ِن ا ْستَطَا ِ ََّوهَّلِل ِ َعلَى الن
4
Terkadang sighat amr dipakai untuk hal-hal yang bermacam-macam, sesuai
dengan tanda-tanda (Qarinah) yang menunjukkan ke arah itu, antara lain:
a. Sunat ()للندب
“Maka hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka (budak) jika kamu
mengetahui ada kebaikan pada mereka.” (Q.S. an-Nur: 33)
c. Amr bermakna do’a, ketika disampaikan pihak yang lebih rendah kepada yang
lebih tinggi kedudukannya.
... ًَربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَة
“Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat..” (Q.S. al-
Baqarah: 201)
d. Ancaman ()للتهديد
e. Memuliakan ()لالكرام
“Masuklah ke dalamnya (surga) dengan sejahtera lagi aman.” (Q.S. al-Hijr: 46)
f. Melemahkan ()للتعجيز
“Buatlah satu surat saja semisal dengan al-Qur’an itu.” (Q.S. al-Baqarah: 24)[8]
5
g. Kebolehan ()لالباحه
4. Kaidah-kaidah Amr
a. Kaidah pertama:
Contoh:
َّ الw}وأَقِي ُموا
[77 :صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاة} [النساء َ
b. Kaidah kedua:
Contoh:
c. Kaidah ketiga:
6
Contoh:
d. Kaidah keempat:
Contoh:
e. Kaidah kelima:
Contoh:
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (Q.S. al-Baqarah:
196)
f. Kaidah keenam:
7
”Perintah setelah larangan menunjukkan kebolehan.”
Contoh:
صاَل ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا إِلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَيْع َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا نُو ِد
َّ ي لِل
”Apabila shalat sudah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah...” (Q.S. al-Jumu’ah:10)
C. Nahi
1. Pengertian Nahi
Lafazd nahi secara bahasa adalah النهي yang berarti larangan. Sedangkan
menurut istilah para ulama mendefinisikan nahi sebagai berikut:
“Nahi adalah tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya dari orang yang lebih
tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya”.
Kata-kata yang menunjukan kepada larangan itu ada kalanya dalam bentuk:
8
b. Lafadz-lafadz yang memberi pengertian haram, perintah meninggalkan sesuatu
perbuatan, seperti:
1) Menggunakan kata حرم, seperti:
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Q.S. al-Baqarah: 275)
3. Kaidah-kaidah Nahi
a. Kaidah pertama:
Contoh:
9
Lafadz nahi selain menunjukkan haram sesuai dengan qarinahnya juga
menunjukkan kepada arti lain, seperti:
1) Doa ( ) الدعاءseperti:
”Wahai Tuhan kami janganlah Engkau menyiksa kami, jika kami lupa
(Q.S.Al-Baqarah:286)
٧- يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ َكفَرُوا اَل تَ ْعتَ ِذرُوا ْاليَوْ َم
b. Kaidah kedua:
10
Contoh:
c. Kaidah ketiga:
Contoh:
ِ َ ْيطw الش
ان ِ wاب َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم
َّ لw َ ُر َواأْل َ ْنw ُر َو ْال َمي ِْسwا ْالخَ ْمwwوا إِنَّ َمwwُا الَّ ِذينَ آ َمنwwَا أَيُّهwwَ}ي
wُ w ص
[90 :فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُونَ } [المائدة
d. Kaidah keempat:
Contoh:
Apabila ada larangan yang tidak dihubungkan dengan sesuatu seperti waktu atau
sebab-sebab lainnya, maka larangan tersebut menghendaki meninggalkan yang
dilarang itu selamanya. Namun bila larangan itu dihubungkan dengan waktu,
maka perintah larangan itu berlaku bila ada sebab, Seperti: Q.S.An-Nisa’:43
11
”Janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk”. (Q.S.An-Nisa’:43)
D. Kesimpulan
Hakikat pengertian amr (perintah) adalah lafadz yang dikehendaki supaya orang
mengerjakan apa yang dimaksudkan. Bentuk lafadz amar bermacam-macam diantaranya:
fiil amar, fiil mudhari’ yang diawali lam amar, masdar pengganti fiil, dan beberapa lafaz
yang mengandung makna perintah seperti, kutiba, amara, faradha, ‘ala. Selain itu, juga
terdapat beberapa ragam (makna) amr dan beberapa kaidah tentang amr, seperti yang
telah dijelaskan di atas.
12
DAFTAR PUSTAKA
As-Sabt, Khalid bin Utsman. 2005. Mukhtashar fi Qawaid at-Tafsir. Dar Ibnu al-Qim-Dar
Ibnu ‘Affan.
Izzan, Ahmad. 2009. Studi Kaidah Tafsir al-Qur’an: Menilik Keterkaitan Bahasa-Tekstual
dan Makna-Kontekstual Ayat. Bandung: Humaniora.
Muchtar, Kemal. 1995. Ushul Fiqh Jilid 2. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.
Shihab, M. Quraish. 2013. Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda
Ketahui dalam Memahami al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
13